Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Bagian 18
dalah seorang lelaki kekar bertubuh penuh berotot sekalipun
pasti akan jatuh pingsan karena ketakutan.
Pada saat itulah, batok kepala perempuan yang cantik jelita itu
bergerak sedikit lalu bertanya: "Apakah dia datang seorang diri?" Dayang genit itu buru-buru
menyahut dengan hormat: "Tidak, ia datang diikuti seorang
pengiring-nya!" Perempuan cantik itu segera mendengus, wajahnya
yang semula dihiasi dengan senyuman kini berubah menjadi penuh amarah.
-ooo0dew0ooo- Jilid 35 SETELAH mendengus serunya: "Pergi dan cepat undang dia kemari,
dia berani membangkang syaratku dengan datang membawa pengiring Hmm! Setelah ia masuk
nanti, serahkan pengiringnya kepada Toa hek dan Ji kim!"
Rupanya dayang cantik itu merupakan orang kepercayaan dari
perempuan cantik itu, dan lagi dia pasti sudah menerima hadiah dari
tamunya, maka sambil tertawa jalang katanya:
"Majikanku yang baik, hal ini mana boleh jadi?" "Mengapa tak boleh
jadi?" kata siperempuan cantik itu sambil
mengerdipkan matanya yang jeli."
"Pengiringnya itu toh tidak sampai ikut naik ke atas sampan terlarang
kita !" Perempuan cantik itu kembali tertawa. "Hei, budak ! Kau telah
mengincar mestika apa lagi darinya ?" dia
menegur. Dayang itu benar-benar bernyali besar, dengan lantang dia
menjawab. "Tiada mestika apa-apa, cuma enam belas kata yang terdiri
dari empat bait kalimat !" Seperti memahami akan sesuatu, perempuan
cantik itu manggutmanggut lalu tertawa terkekeh-kekeh. Selesai tertawa, dengan wajah
serius perempuan cantik itu menegur lagi. "Hei budak, apakah kupasan Hong ti soh cut ?" Agaknya
budak genit itu dapat melihat paras muka majikannya
yang kurang beres, dengan serius segera jawabnya. "Benar, cuma
budak tidak akan melawan perintah majikan hanya
dikarenakan soal kecil itu." Sekali lagi perempuan cantik itu tertawa,
"Apa maksudmu " Kalau sudah menerima hadiah orang, mana boleh kau tampar wajahnya"
Cuma kita tak boleh tertipu, harus mencari orang untuk dijajalkan lebih
dulu !" "ltulah pemberian dari majikan." kata budak itu sambil tertawa.
Perempuan cantik itu berpikir sebentar kemudian katanya lagi:
"Disaat aku mengajaknya membicarakan persoalan kami, kau
bawalah pengiringnya itu ke istana Mi-kiong disamping sana, kau harus
mencobanya secara baik-baik, tapi apa kau yakin?"
Mendengar ucapan mana, dengan wajah berseri dayang genit itu
segera menyahut. "Tak usah kuatir majikan, budak tanggung pasti menang !"
Perempuan cantik itu kembali tertawa terbahak-bahak: Sewaktu
semua lampu kristal dalam istana Mi-kiong telah
berubah menjadi merah semua, kau harus membuka cermin iblis
Mo-cing tersebut, aku hendak menonton bagaimana akhir dari
pertarunganmu bersamanya dari ruangan ini."
Dayang itu berlagak tersipu-sipu, serunya dengan muka agak memerah:
"Majikan. memalukan sekali keadaanku waktu itu !" Perempuan
cantik itu segera tertawa, "Bila kau bisa malu, seharusnya sejak dulu
sudah mampus, nah, pergilah !" Kata-katanya yang terakhir ternyata sudah berobah menjadi
dingin sekali bagaikan es. Dayang genit tersebut tak berani banyak
komentar lagi, sesudah menjura dalam-dalam, ia segera mendorong pintu kristal itu dan berlalu
dari situ. Tak lama kemudian pintu dibuka kembali dan dayang itu
mempersilahkan tamunya masuk sembari melapor:
"Kokcu dari lembah Tay hian mo-kok tiba!" ooooOdewOoooo
SEORANG lelaki yang bertubuh kekar segera berjalan masuk pula
ke dalam ruangan itu dengan langkah lebar. Sementara itu, dayang
genit tadi telah mengundurkan diri dari
ruangan sambil merapatkan kembali pintu ruangan. Berhubung lelaki
kekar itu sedang menundukkan kepalanya
ketika dayang genit itu memberikan laporannya, maka dia tak tahu
kalau tuan rumah sedang duduk diruangan tengah tersebut, tanpa
terasa dia mendongakkan kepalanya dan celingukan ke sekeliling
tempat itu, Ketika lelaki itu mendongakkan kepalanya untuk mencari dimana tuan
rumah berada itulah, serta merta tampak jelas wajah aslinya, ternyata
dia tak lain adalah Lok-hun-pay tersebut.
Tentu saja diapun tak lain adalah Sancu dari Bukit Pemakan Manusia,
Mao Tin-hong adanya. Tapi mengapa dayang genit itu melaporkan
namanya sebagai Kokcu dari lembah Tay hian-mo-kok "
Tapi terlepas dia adalah Kokcu dari lembah manapun, yang pasti dia tak
lain adalah Mao Tin-hong. Sudah satu putaran Mao Tin hong mencari tuan rumah tapi belum juga
ketemukan orangnya, tanpa terasa lagi dia masuk ke ruang tengah
dengan kening berkerut. Sesudah berjalan beberapa langkah akhirnya dia menemukan tempat
yang menonjol ke dalam itu, kemudian setelah diperhatikan berapa
saat, tertawalah dia, dengan cepat ia berpaling ke arah singgasana
dimana kepala perempuan cantik itu berada, kemudian setelah menjura
katanya: "Hujin, semenjak berpisah baik-baikkah kau?" perempuan cantik itu
tertawa. "Apakah kaupun berada dalam keadaan baik-baik " Mari, mari, mari,
duduklah disisiku sini!" Ucapan itu amat lembut dan menggairahkan, siapa pun tak akan
menampik atas tawaran tersebut. Tapi Mao Tin nong tidak bergerak, ia masih tetap berdiri di posisi
semula sembari menampik: "Tak usah, silahkan hujin saja yang datang kemari, bagaimana kalau
kita duduk dalam kursi yang terpisah saja."
Mendengar itu, sambil tertawa perempuan cantik itu berseru :
"Kenapa " Apakah toa Kokcu masih merasa begitu ketakutan?"
Mao Tin-hong tertawa getir. "Harap hujin memaafkan, sekali kena
dipagut ular, selama sepuluh tahun lohu takut dengan tali jerami" Kembali perempuan cantik
itu tertawa terkekeh-kekeh, lama kemudian dia baru berkata: "BetuI juga perkataanmu itu, dalam kolong
langit dewasa ini memang hanya kokcu seorang yang berhasil meloloskan diri dari sisiku
dengan selamat tanpa cidera, bahkan berhasil kabur dengan aman
sentosa, itulah sebabnya aku benar-benar sangat merindukanmu."
Walaupun berada diatas perahu musuh, kegagahan dan kewibawaan
Mao Tin hong sedikitpun tidak berkurang, katanya kemudian.
"Sama-sama, hujin pun merupakan satu-satunya musuh besar lohu
yang ingin kubunuh untuk melampiaskan rasa sakit hatiku, tapi aku
merasa tak mampu untuk melakukannya."
Kini, perempuan cantik itu tidak tertawa lagi, ujarnya dengan wajah
serius. "Mao kokcu, kau benar-benar merusak suasana, sebenarnya aku pikir
setelah bersusah-payah kita berjumpa lagi, urusan serius kita bicarakan
belakangan saja, yang penting kita harus bersenang- senang lebih
dulu." "Hujin, lohu tidak keberatan untuk bersenang-senang, cuma kebiasaan
lohu justru jauh berbeda dengan kebiasaan hujin, aku harus
menyelesaikan semua persoalan lebih dahulu sebelum mempunyai
kegembiraan untuk bersenang-senang !"
"Ooh, kalau begitu mari kita bicarakan soal serius lebih dulu !" sembari
berkata, kepala perempuan cantik itupun segera melayang keluar..
Setelah melayang keluar maka segala sesuatunya pun jadi terang,
rupanya ia mengenakan pakaian yang berwarna dan terbuat
dari bahan yang sama dengan kain tirai, seluruh tubuhnya terbungkus
rapat sehingga cuma kepaIanya saja yang kelihatan.
Tangan maupun kakinya juga sama sekali tidak terlihat, itulah sebabnya
ketika ia duduk di singgasana tadi, sepintas lalu seperti nampak
kepalanya saja, coba kalau orang tak tahu rahasia tersebut pasti
mereka akan menganggapnya sebagai mahluk aneh.
Dengan langkah yang lemah gemulai dia berjalan menuju kesisi kiri
ruangan dan duduk di sana. Lalu sambil mengulapkan tangannya, dia berseru kepada Mao Tin hong
sambil tertawa: "Mao kokcu, silahkan duduk." Mao Tin hong manggut-manggut, dia
lantas duduk dihadapan perempuan cantik itu. Ketika perempuan cantik itu menekan dialas meja
yang berbentuk empat persegi panjang itu, dari sisi meja segera meuncur
keluar dua buah kotak, dalam kotak berisikan buah-buahan dan botol
porselen. Isi botol itu adalah cairan yang berwarna-warna, ada yang penuh ada
pula yang tinggal separuh isinya. "Mao kokcu" ucap perempuan cantik itu kemudian, "tentunya kau
mengetahui akan watak ku bukan?"
Mao Tin hong mengangguk. "Betul, lohu merasa bangga akan hal
itu." Sambil tertawa kembali perempuan cantik itu berkata. "Bagus
sekali, dalam botol itu berisikan berbagai macam sari
bunga dan sari tumbuh tumbuhan yang kukumpulkan dengan susah
payah untuk dibikin minuman lezat. "Apabila Mao kokcu benar-benar mengetahui akan watakku itu maka
silahkan saja minum, diatas botol semuanya tercantum nama,
cuma aku percaya sekalipun sudah kau baca juga belum tentu
mengetahui artinya." Mao Tin hong tertawa. "Persis seperti apa yang hujin katakan, lohu
memang tidak begitu menguasai tentang minuman arak." "Bagus sekali" kata perempuan
cantik itu sambil tertawa merdu, "kalau begitu kau boleh perhatikan diriku, bila aku menuang warna apa,
kaupun menuang warna apa, tanggung kau tak bakal salah, lagipula
setelah diminum pun akan mendatangkan banyak manfaat !"
Mao Tin hong cuma tersenyum dan tidak menjawab. Saat itulah
perempuan cantik itu berkata: "Sekarang, ambillah dulu cawan
kristal di-pinggir sana." Mao Tin hong menurut dan melaksanakan
apa yang diminta. Kemudian perempuan cantik itu berkata lebih
jauh: "Sekarang tuanglah satu bagian yang berwarna hijau, dua
bagian yang putih ditambah satu bagian yang merah dan satu bagian yang
kuning emas, akhirnya tambah dengan dua tetes yang berwarna jeruk,
maka siaplah minuman tersebut."
Sementara perempuan cantik itu menyebutkan satu persatu, maka Mao
Tin hong segera melaksanakan seperti apa yang diperintahkan.
Ketika minuman tersebut sudah siap, perempuan cantik itu segera
menekan lagi sebuah tombol dan arak itu pun meluncur masuk kembali
ke balik dinding. Mao Tin hong yang menyaksikan kejadian itu diam-diam mengangguk
pikirnya: "Hanya dua puluh tahun tidak berjumpa dengan perempuan ini,
nampaknya kemampuan yeng dimiliki tersebut kian lama kian
bertambah hebat..." Sementara dia berpikir, perempuan cantik itu sudah mengangkat
cawannya sambil berseru: "Mao kokcu, silahkan !" Dengan serius Mao Tin hong menggeleng,
tampiknya. "Tidak, harap hujin sudi memaafkan penampikanku ini."
"Mengapa ?" seru perempuan cantik itu dengan wajah tertegun,
"apakah kau masih tidak merasa lega hati . . ." Tapi secara otomatis dia
menghentikan perkataannya, lalu sambil
tertawa manggut-manggut, sambungnya kemudian: "Baik, mari kita
bertukar cawan, seharusnya sekarang tak ada
persoalan lagi bukan?" Sementara berbicara, dia lantas mengendorkan
pegangannya pada cawan tersecut, sementara cawan itupun meluncur kedepan
dengan mantap dan lamban, seakan ada sesosok sukma gentayangan
saja yang menghantar cawan itu ke hadapan Mao Tin- hong.
Bukan hanya itu saja, sembari bicara tangan kanannya melemparkan
cawan arak sendiri ke depan, tangan kirinya segera menunjuk kearah
cawan arak milik Mao Tin-hong yang berada dimeja. cawan itu segera
melayang keudara dan meluncur kehadapannya.
"Tidak usah, cawan araknya tidak usah di tukar!" kata Mao Tin hong
kemudian. Sembari berseru, Mao Tin hong segera mendorong tangan kirinya
kedepan. sedang tangan kanannya segera melakukan cengkeraman ke
tengah udara. Akhirnya kedua buah cawan arak itu sama-sama terhenti ditengah udara
dalam posisi sejajar, selisih jarak antara kedua cawan itu hanya
beberapa inci saja, untuk maju tak bisa maju, untuk mundurpun tak
dapat mundur. Perempuan cantik itu kontan saja berteriak. "Bagaimana sih ini"
Masa baru saja datang sudah mengajakku
beradu tenaga dalam" Apakah kau tidak merasa rikuh ?" Sementara
berbicara tangan kirinya segera menggapai dengan
cepat, sedangkan tangan kanannya melakukan tekanan, tampaknya dia
tetap bersikeras hendak bertukar cawan.
Tapi kali ini Mao Tin-hong sudah melakukan persiapan yang matang, dia
segera menggapaikan pula tangan kanannya sementara tangan kirinya
mendorong. Ke dua cawan arak tersebut masih tetap melayang diatas udara, hanya
arak yang ada didalam cawan tersebut bergoncang keras.
Lama kelamaan perempuan cantik itu menjadi agak mendongkol juga,
tiba-tiba dia berseru: "Mao kokcu, caramu ini sama sekali tidak mirip dengan sikap seorang
tamu ?" Dengan lembut Mo Tin-hong segera berkata: "Harap hujin segera
menarik kembali cawan mu, lohu ada persoalan yang hendak disampaikan." Menggunakan kesempatan ituIah
perempuan cantik tersebut segera menarik kembali kekuatannya dan berkata. "Mengapa tidak kau
katakan sedari tadi " Betul-betul kelewatan
kau ini." Sembari berseru dia lantas menggapai lagi dan menarik
kembali cawan araknya. Sedangkan Mao Tin-hong segera menarik cawan
araknya dan diletakkan diatas meja, katanya kemudian: "Hujin, bukankah tadi lohu
sudah mengatakan lebih baik kita membicarakan masalah pokoknya lebih dulu kemudian baru mencari
kesenangan..?" "Masa menghormat secawan arak untuk tamupun kau anggap sebagai
suatu kesenangan?" seru perempuan cantik itu dengan kening berkerut.
"Tidak, itu merupakan kesopanan dan tata krama belaka." Mao Tin
hong segera tertawa. "Yang dimaksudkan menghormati tamu dengan
secawan arak sebagai tata kesopanan tidak termasuk hujin diantaranya." "Kokcu, apa
maksud dan penjelasan dari perkataanmu itu?" seru
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan cantik itu dengan perasaan tidak habis mengerti. Sekali lagi
Mao Tin hong tertawa. "Hujin, cairan hijaumu itu adalah Hoat-coa-tan
(empedu ular hidup), yang merah adalah Ci coa hiat (darah ular merah), yang putih
adalah C'n yo ho cing (sari sperma kambing birahi), sedangkan setetes
cairan jernih itu melampaui pil Kut su wan dari istana terlarang, apabila
benda-benda tersebut dicampurkan jadi satu, sekalipun Lu lun yang
minumnya, aku rasa diapun tak akan mampu untuk membicarakan
persoalan pokok dulu?" serunya.
Perempuan cantik itu segera membelalakkan matanya lebar-lebar
sambil memperlihatkan sinar yang amat aneh, serunya kemudian sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Luar biasa, luar biasa, Mao Kokcu kali ini aku benar-benar merasa amat
kagum dengan dirimu !" "Perkataan hujin kelewat serius, itu mah masih belum terhitung
seberapa !" "Sungguh tak kusangka setelah berpisah hingga kini, pengetahuan dari
kokcu bertambah luas, kalau dilihat dari sini, mungkin segala mestika
andalanku selama ini tak akan mempan lagi terhadap dirimu".
"Aah, semuanya itu karena hujin terlampau sungkan." seru Mao Tin
hong cepat. Perempiian cantik itu kembali memutar biji matanya, kemudian
menatap wajah Mao Tin hong lekat-lekat, memandangnya sampai lama
dan lama sekali. Tanpa terasa Mao Tin hong bertanya: "Hujin, apa yang kau perhatikan
?" Sambil mengerdipkan matanya, jawab perempuan cantik itu.
"Tin-hong, mungkin aku hendak mengundurkan diri !" Mendengar
perkataan tersebut, Mao Tin hong segera merasakan
emosinya bergolak, hampir saja dia tak mampu untuk mengendalikan
diri. Tapi sekejap mata kemudian, dia berhasil menenangkan diri, namun
sengaja dengan menunjukkan perasaan emosi yang meluap-luap, dia
berseru. "Jin Jin. kau . . . . kau,. . . sungguhkah perkataanmu itu ?" Temyata
perempuan itu bernama Jin Jin, sebuah nama yang
sangat indah sekali. Jin-Jin mengerdip genit lalu sahutnya dengan suara
yang sangat aleman: "Tin hong dahulu aku hendak membunuhmu, bahkan tidak
segan-segan menggunakan ilmu Huan yang soh kut toa hoat untuk
menghadapimu, hendak membinasakan kau, tahukah kau apa sebabnya
?" Sepasang mata Mao Tin hoog telah berubah menjadi merah, air mata
sudah mengembang dalam kelopak matanya agak terisak sahutnya:
"Aku . . . hingga kini pun aku masih tidak habis mengerti !" Jin Jin
segera menghela napas panjang. "Aaaai... hal ini semua tak lain
karena aku gemas kepadamu.. !" Ucapan tetsebut amat merayu,
amat mempersonakan hati orang, membuat pendengaran nya serasa tulang belulangnya pada lepas
semua. Demikian pula halnya dengan Mao Tin hong tapi sekarang hatinya sudah
mendingin dan mengeras seperti baja, hatinya kaku seperti batu karang,
lambungnya seperti bukit salju dan dadanya penuh dengan hawa dingin
yang merasuk tulang. "Oleh sebab itu, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh rayuan
perempuan cantik itu. Tapi dia toh berlagak jaga seakan-akan terayu oleh perempuan itu,
mendadak saja dia bangkit berdiri, mukanya, telinganya berubah
menjadi merah, tangan dan kakinya gemetar.
Napasnya memburu. seakan-akan setiap saat hendak menubruk tubuh
Jin-jin, dan menelannya hidup-hidup.
Tapi akhirnya dia hanya melelehkan dua titik air mata, sambil menghela
napas katanya pura-pura: "Yaa, akupun tahu kalau kau amat benci kepadaku, tapi... tapi mengapa
bisa begitu?" "Karena kau tidak becus, selalu saja selisih sedikit daripadaku meski
hanya selisih sedikit saja, tapi kau harus tahu, selisih tersebut adalah
begitu menggemaskan begitu menjengkelkan hati."
"Kau bilang, setiap kali berhubungan sudah pasti akan gembira dan
merasa tenang, tetapi justeru karena ketidak becusanmu itu. karena kau
tak man berlatih ilmu Tian im ci sut" akhirnya disaat- saat terakhirku
mendapatkan kegembiraan yang paling top, aku selalu harus kecewa
dan seolah-olah terperosok dalam gudang salju nan dingin, sekali
begitu, dua kali begitu dan selanjutnya begitu terus, aku.... kecuali aku
membencimu, akhirnya aku jadi ingin membunuhmu selain itu, apalagi
yang bisa ku lakukan. Apa lagi?"
Mao Tin hong menghela napsu panjang. "Tegurmu itu memang
tepat, tapi... Jin jin ... mengapa kau tidak
berpikir, pernahkah kau memberi waktu kepadaku agar hatiku menjadi
tenang dan berlatih diri beberapa saat?"
Jin jin segera tertawa cekikikan. "Buat apa kau harus berkata demikian" Seandainya di kemudian hari
aku tidak merasa kalau diriku pun bersalah, hari ini apa mungkin aku
bersedia datang dari tempat jauh untuk menantikan kedatanganmu di
telaga yang dingin ini?" Mao Tin hong menundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu menghela
napas panjang. "Terima kasih atas kebaikanmu itu, sayang sekali..." dia sengaja
berhenti berbicara dan menghela napas lagi.
"Sayang apa?" seru Jin Jin dengan tak sabar. Dengan sorot mara
yang murung dan penuh kekesalan Mao Tin
hong melirik sekejap ke arahnya, lalu menjawab. "Jin Jin, tahukah kau
mengapa aku menggunakan tanda pengenalan untuk mengundang kau bertemu disini kali ini ?" Jin Jin
menggeleng. "Aku toh bukan dewa, darimana bisa tahu?" Ditinjau dari
sikap maupun nada pembicaraan dari Jin Jin, bisa
diketahui kalau perasaan hatinya sekarang adalah luapan emosi yang
sungguh dan tulus. Sekali lagi Mao Tin hong menundukkan kepalanya rendah- rendah,
lama kemudian dia baru menjawab: "Sebab pertemuan kali ini adalah pertemuan yang terakhir kalinya untuk
kita suami isteri berdua !" Paras muka Jin-jin segera berubah hebat sesudah mendengar perkataan
itu, dengan cepat dia melompat bangun dan melayang ke depan, lalu
duduk disisi Mao Tio hong. Kali ini Mao Tin liong sama sekali tidak bergerak barang sedikitpun jua,
dia hanya melirik sekejap ke arahnya sambil tertawa getir.
"Jin jin" katanya lagi. "Kali ini, sekalipun kau hendak menghadapi diriku
dengan cara yang apa pun, aku tak akan ambil perduli"
Jin jin segera menggenggam tangan Mao Tin hong, lalu digoyangkan
berutang kali, serunya. "Aku tak akan menghadapimu dengan cars seperti dahulu lagi, tahukah
kau aku berbicara sejujurnya kini, kau lebih hebat daripadaku bayangkan
sendiri, mana aku tega untuk menggunakan cara seperti itu lagi untuk
menghadapi kau ?" Sekali lagi Mao Tin hong tertawa getir, dia tidak mengucapkan sepatah
kata pun. Terdengar Jin jin mendesak lebih jauh: "Tin hong, cepat katakan,
mengapa pertemuan kita yang terakhir
kalinya ?" "Pada waktu itu, setelah aku berpisah denganmu, suatu
ketika aku telah berkenalan dengan seorang she Sun bernama Pak gi.
berhubung banyak hawa murniku yang rusak ditanganmu sehingga
tenaga dalamku maju amat lamban akhirnya aku ketinggalan jauh
dengan kemampuan yang dimiliki sanabatku itu,
"Justru karena alasan ini, lagi lagi aku melakukan suatu kesalahan besar,
watakku makin lama semakin berubah, aku menjadi mendendam
kepadanya sehingga akhirnya membantai seluruh isi keluarganya."
"Dan sekarang, keturunan Sun Pak gi hendak melakukan pembalasan
dendam terhadap dirimu?" seru Jin Jin mendadak.
"Benar, dia sudah datang dan aku pernah berjumpa dengannya,
akupun telah mencoba kepandaian silatnya yang tangguh!"
"Mugkin dia juga lebih tangguh daripada dirimu?" Sekali lagi Mio Tin
hong mengiakan, "BetuI, dia memiliki ilmu Sin
kiam hap it ( pedang dan tubuh berpadu) yang luar biasa sekali,
mungkin tiada manusia Iagi dikolong langit dewasa ini yang mampu
menandingi kelihayannya !" Jin Jin segera mendengus dingin. "Hmmm. belum tentu begitu, dia akan mampus bila terperangkap
dalam barisan Toa mi thian hu siu tin ku ..."
Berbicara sampai disini, mendadak perempuan tersebut seperti
menyadari akan sesuatu, segera serunya:
"Tin hong, bukankah kedatanganmu kemari adalah untuk memohon
kepadaku agar mengurungnya dengan mempergunakan ilmu barisan
tersebut..?" Ternyata Mao Tin hong mengakui secara terus terang. "Benar, aku
memang ingin memohon bantuanmu, sebab cuma
barisan itu saja yang mampu untuk mengurungnya, dan hanya kau
yang mungkin bisa menolongku untuk lolos dari bencana ini!"
"Tin hong, apakah kau tidak merasa terlalu berani untuk mengambil
keputusan tersebut ?" Mao Tin hong manggut-manggut. "Benar, tapi bagaimanapun juga
kita kan suami isteri, apalagi aku toh merupakan seorang yang sudah ditakdirkan mati, daripada mati di
ujung pedang Iawan, toh jauh lebih enakan mati di tanganmu sendiri?"
Jin Jin segera berkerut kening. ?"Apakah tak bisa dibereskan
persoalannya dengan mempergunakan cara yang lain." Mao Tin hong menggeleng. "Tak
mungkin, karena persoalannya adalah dendam berdarah,
hutang berdarah dan pembalasan berdarah, maka hanya darah yang
bisa menyelesaikan masalah ini."
Sekali lagi Jin-Jin berpikir sejenak. "Seandainya kukabulkan
permintaanmu itu dan berbaikan kembali denganmu, bersediakah kau untuk turut aku pulang ke rumah
kita sana. Mao Tin hong menggeleng. "Keamanan disitu hanya bersifat
sementara saja, masa dia tak bisa mengejar sampai kesitu?" Jin Jin segera bangkit berdiri, lalu mulai
berjalan mondar mandir diseputar ruangan. Menggunakan kesempatan disaat perempuan itu
sedang berjalan mondar mandir itulah, diam-diam Mao Tin boog melepaskan jubah
panjangnya... Ketika Jin-jin melihat Mao Tin-hong sudah melepaskan jubah
panjangnya itu, tanpa terasa dia bertanya:
"Hai, apa yang hendak kau lakukan ?" Mao Tin hong tertawa getir, "Jin
Jin, marilah, pertemuan kita kali ini adalah pertemuan yang terakhir
kalinya, mungkin kesenangan yang kita lakukan sekarangpun merupakan
kesenangan yang terakhir kalinya, persoalan apapun tak usah
dibicarakan lagi, marilah kita..."
"Tidak" tukas Jin Jin sambil menggelengkan dengan wajah serius, "Tin
hong, sekarang aku sudah benar-benar menganggap dirimu sebagai
suami sendiri, sekalipun perasaan dan sifat kita berbeda pun tak
mungkin bakal terjadi lagi peristiwa yang lalu."
Mao Tin hong segera menggeleng pula, "Tidak mungkin. tak mungkin
bisa kulakukan karena aku adalah orang yang sudah ditakdirkan untuk
mati." katanya seolah putus asa.
Sekali lagi Jin Jin mendengus. "Aku tidak percaya, bila aku tidak
mengijinkan kau untuk mati, siapa mampu untuk membunuhmu?"
Mao Tin hong masih saja menggelengkan kepalanya, cuma kali ini dia
tidak bersuara lagi. Dengan gembira Jin-Jin berkata lagi: "Tin hong, apakah orang she
Sun itu bakal mencari sampai disini?" Mao Tin hong termenung sambil berpikir sejenak, lalu sahutnya sambil
tertawa getir: "Siapa tahu" Anak muda itu memang memiliki kemampuan yang luar
biasa mengelabuhi dirinya." Jin-jin segera tertawa. "Sekalipun dia bisa mencari sampai disini, juga
tak mungkin muncul disaat sekarang, atau sekalipun malam ini dia bisa mencari
sampai disini, rasanya juga tiada sesuatu yang perlu ditakuti."
"Jin-jin" kata Mao Tin hong kemudian "tahukah kau bahwa selama
banyak tahun ini aku terlalu banyak berhutang kepadamu" Tentu saja
aku tidak menyangkal kalau ada sementara waktu akupun merasa amat
mendendam kepadamu, tapi setelah kau menjelaskan alasanmu yang
lalu, aku lantas mengakui bahwa kesemuanya ini sebetulnya merupakan
kesalahanku." "Tidak" tukas Jin Jin cepat, "Tin hong, ucapanmu memang betul, waktu
itu aku terlampau menyiksa kau, pada hakekatnya sama sekali tidak
memberi kesempatan kepadamu untuk berlatih diri, itu terlampau
mementingkan diriku sendiri." Pelan-pelan Mao Tin hong mengulurkan tangannya dan memeluk
pinggang Jin Jin, kemudian katanya:
"Sudahlah, jangan berbicara lagi, dalam peristiwa yang lalu kita semua
mempunyai kesalahan, yang sudah lewat biarkan saja lewat!"
Jin Jin tertawa manis, dia lantas bersandar diatas dada Mao Tin hong
sembari berbisik: "Kau baik sekali, sudah banyak tahun aku tak pernah bersandar diatas
dada yang begini lebar dan berotot, dimasa masa lampau aku selalu
merasa seakan-akan telah kehilangan sesuatu, tetapi sekarang aku baru
mengerti !" Mao Tin hong turut tertawa, dia memberikan reaksi yang amat mesra
dan hangat. Serta merta keempat lembar bibir mereka menempel dan berciuman
dengan mesranya. Dua tubuh itupun menggeliat-geliat seperti dua ekor ular, saling
mengisap dan saling meludah, lama-lama dan lama sekali..
Akhirnya Mao Tin-hong mendapat kesempatan untuk berganti napas,
dia menghela napas panjang: Jin Jin membetulkan duduknya, lalu katanya. "Coba lihatlah keadaanmu,
baik-baik begini mengapa lagi mesti menghela napas panjang?"
Mao Tin-hong menundukkan kepalanya rendah-rendah. sewaktu
mendongakkan kembali dengan wajah serius sahutnya.
"Jin Jin, benarkah kau bersedia membantuku untuk menghadapi si anak
muda tersebut ?" Jin Jin mengangguk "Tentu saja. aku bersedia untuk melakukan apa
saja bagimu." katanya. Ternyata tidak tidak terlintas rasa gembira di atas wajah Mao Tin hong,
kembali ujarnya: "Jin Jin, aku cukup tahu bagaimanakah perasaan cintamu kepadaku, dan
aku merasa berterima kasih kepadamu, tapi bagaimana pun juga, dalam
peristiwa yang lampau, semuanya merupakan kesalahanku."
"Oleh sebab itu aku merasa bahwa untuk melindungi jiwaku, hal ini
sudah merupakan hal yang lumrah, tapi tidaklah pantas bila kita harus
turun tangan untuk mencelakai si anak muda itu lagi."
Mendengar ucapan tersebut, Jin Jin menjadi kegirangan setengah mati,
serunya tanpa terasa. "Tin hong, kau benar-benar telah berubah, aku... aku merasa gembira
sekali !" "Bukankah kaupun telah berubah juga?" kata Mao Tin hong sambil
tersenyum.
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dahulu aku terlalu tak mengerti urusan, tapi sekarang sudah tidak..."
Mao Tin hong segera menepuk-nepuk bahu Jin Jin, kemudian katanya
lebih jauh: "Jin Jin, apakah kau telah mengabulkan semua persoalan yang telah
kuucapkan tadi?" Jin Jin mengangguk. "Tentu saja aku akan mengabulkan
permintaanmu itu, dan sudah sepantasnya bila mengabulkan permintaanmu tersebut." Mao Tin-hong
tertawa. "Kalau begitu aku harus berterima kasih dulu kepadamu,
kemudian baru memohon suatu hal lagi kepadamu." "Katakanlah, apa
permintaanmu itu?" tanya Jin Jin sambil
bersandar kembali dalam rangkulan Mao Tin hong. "Aku berharap agar
kau sudi memberi petunjuk kepadaku tentang ilmu Toa-mi thian hun siu tin tersebut !" "Aaah, buat apa kau
mempelajari ilmu tersebut ?" Jin Jin berseru
tertahan. Dengan wajah bersungguh-sungguh Mao Tin hong berkata:
"Jin Jin, aku mempunyai dua alasan., per fama, aku tidak
menginginkan kau yang menampilkan diri untuk bermusuhan dengan
pemuda she Sun tersebut, karena persoalan ini adalah persoalanku
sendiri. "Ke dua, aku ingin menggunakan sendiri barisan tersebut untuk
mengurungnya, agar dia mengira telah kalah ditanganku dan menyerah
dengan perasaan takluk, sehingga ambisi nya untuk membalas dendam
kepadamu diurungkan. "Cuma... kau tidak usah kuatir Jin jin. aku tidak ingin mengetahui
rahasia dari ilmu barisan tersebut karena kepandaian itu merupakan
andalanmu, aku tidak lebih hanya ingin mengetahui bagaimana
caranya masuk dan ke luar secara bebas karena hal mana sudah lebih
dari cukup bagi diriku!" Penjelasan mana segera berhasil memusnahkan kembali rasa curiga
yang baru saja timbul dalam hati Jin Jin, pada hal disinilah letak
kelihayan dari akal muslihat dan kelicikan Mao Tin hong, dia telah
menunggangi ke terus terangan Jin Jin yang sedang di mabuk cinta.
Maka Jin Jin segera bangkit berdiri dan berjalan menuju ketempat
singgasananya, dari suatu tempat disekitar sana dia mengeluarkan kitab
rahasia Toa mi thian hun siu tin tersebut.
Setelah itu sambil melemparkan kitab tadi kehadapan Mao tin hong, dia
berkata: Periksalah sendiri, pada halaman pertama diterangkan asal mula dari
ilmu barisan tersebut, kemudian cara untuk mengatur ilmu barisan,
sedangkan pada dua halaman yang terakhir tercantum cara untuk
masuk keluar dari barisan tersebut secara leluasa seperti apa yang kau
kehendaki !" Sambil tersenyum Mao Tin hong manggut-manggut terhadap Jin Jin
sebagai tanda terima kasihnya. Kemudian ia tidak memperhatikan ke arah Jin Jin lagi, diapun tidak
membuka halaman pertama kitab tersebut, melainkan hanya membuka
pada dua halaman yang terakhir dan memusatkan seluruh perhatiannya
untuk mempelajari semua isi kitab mana.
Jin Jin sendiri, meski sudah hilang rasa curiganya, bukan berarti sama
sekali mengendor kan kewaspadaannya, sekarang dia baru benar-benar
merasa berlega hati, dan sekulum senyuman yang polos segera
tersungging diujung bibirnya. Jin Jin memang seorang perempuan jalang, dan hal ini tak bakal keliru,
tapi dulunya dia adalah seorang gadis polos yang berhati bajik, justru
salah bertemu orang itulah berakibat dia melakukan hal-hal seperti itu.
Sejak dipaksa untuk meninggalkan perempuan itu, sesungguhnya Mao
Tin hong sudah merasa membenci dirinya sehingga merusak ketulang
sumsum, tapi Mao Tii hong yang memang memahami watak dari Jin Jin
segera melakukan siasat menyiksa diri untuk memancing perempuan
tersebut agar masuk ke dalam perangkap.
Ternyata Jin Jin memang masuk perangkap. Tak selang berapa saat
kemudian, Mao Tin-hong telah menutup
kembali kitab pusaka itu dan disodorkan kembali kehadapan Jin Jin.
kemudian katanya. "Aku rasa cara itu sudah cukup kupahami, terima kasih banyak atas
kebaikanmu itu." Jin Jin tertawa. "Simpan saja dalam sakumu, bila adu waktu boleh
kau periksa sekali lagi dari awal sampai akhir, aku sudah hapal semua itu kitab itu
diluar kepala, bahkan berhasil juga menciptakan banyak perubahan yang
lain, aku sudah tidak membutuhkan kitab itu lagi !"
"Tidak" kata Mao Tin hong dengan wajah serius sembari menggeleng,
"aku bersumpah tak akan memeriksa kitab pusaka itu lagi !"
"Mengapa begitu?" tanya Jin Jin dengan kening berkerut. Mao Tin
hong hanya tersenyum sambil menggeleng, mulutnya
membungkam dalam seribu bahasa, kitab tersebut segera disodorkan
kembali kedalam pangkuan Jin Jin. Sikap maupun tindak tanduknya yang gagah dan hangat ini. segera
membuat Jin Jin merasa gembira sekali.
Baru saja dia menyimpan kembali kitab pusaka itu, Mao Tin hong telah
memeluknya sambil berbisik: "Jin Jin, aku... aku... ingin..." Merah jengah selembar wajah Jin Jin,
ucapan tersebut kontan saja membuat seluruh tubuh perempuan itu menjadi lemas,
dia segera menyandarkan kepalanya diatas dada Mao Tin hong dan
merintih lirih. Dengan lembut dan metra Mao Tin hong membaringkan tubuh Jin jin
diatas permadani yang tebal, kasur untuk duduk dijadikan sebagai
bantal merekapun berbaring sambil ber pelukan.
Mao Tin hong segera menfaatkan kesempatan itu untuk mulai
menggerayangi seluruh bagian rahasia dari tubuh si perempuan cantik
itu. Mendadak Jin Jin berseru tertahan, "Aduh celaka, hampir saja aku
membuat suatu kesalahan besar !"
"Kesalahan apa?" tanya Mao Tin hong dengan paras muka berubah
sangat hebat. "Aku ingin bertanya kepada mu, apa hubunganmu dengan pengiringmu
itu..?" Mao Tin-hong menghela napas panjang. "Terus terang saja
kukatakan, dia adakah piauko ku, aku bisa
berubah menjadi seperti ini, delapan puluh persen gara-gara menuruti
kata-kata jahatnya cuma..." Berkilat sepasang mata Jin Jin, segera selanya: "Tin-hong, bukankah
dikemudian hari kita akan menjadi orang
baik...?" "Kau tak usah kuatir, aku bersumpah akan..." Jin Jin segera
menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tak usah bersumpah, aku
mempercayai perkataanmu itu!" tukasnya. Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya Iagi. "Tapi aku
rasa piauko mu itu benar-benar merupakan seorang
manusia jahat sekali..." Mao Tin hong segera
menghela napas panjang. "Aaai aku tahu kalau dia jahat, tapi apa dayaku?" keluhnya dengan
sedih. Jin-Jin segera tertawa manis. "Masih ingatkah kau dengan inang
pengasuh ku dulu?" "Tentu saja masih ingat, masa dia masih hidup?"
Jin jin menggeleng. "Sudah mati, cuma dia mempunyai seorang anak
gadis yang tetap berada disisiku." Mao Tin hong yang cerdik segera berseru.
"Apakah orang itu adalah si nona yang memberi laporan tadi?" "Yaa,
betul, memang dia, ia memberitahukan kepadaku kalau kau
pernah mewariskan ilmu Hong tee-soh cut sinkang kepadanya sebagai
imbalan karena kau membawa pengiringmu benarkah demikian?"
Mao Tin hong segera tertawa jengah, "Maafkanlan daku Jin jin. aku
harus berbuat demikian." Jin jin segera melemparkan sebuah kerlingan kearah Mao Tin hong,
kemudian serunya: "Aku tahu, pada walau itu kau memang harus bersikap sangat
berhati-hati..." "Tidak" Mao Tin hong menggeleng "piauko kulah yang memaksa aku
berbuat demikian..." Jin Jin segera mencegahnya untuk berkata lebih jauh tukasnya. "Tin
hong, aku ingin bertanya kepada mu, mati hidup piauko mu
itu apakah..." "Aku merasa tak tega untuk turun tangan sendiri terhadap
dirinya" sela Mao Tin hong cepat, "seandainya ada orang yang bisa
mewakili aku untuk menyingkirkan dia, berbicara soal perasaan, aku
akan berterima kasih sekali terhadap orang ini."
Jin Jin mencibirkan bibirnya dan tertawa. "Tin hong terlepas apapun
yang kau ucapkan, orang itu adalah piauko mu. Begini saja, asalkan dia tidak menaruh niat jahat terlebih
dulu, aku akan mengampuni jiwanya..."
Tanpa terasa Mao Tin hong segera bertanya. "Niat jahat apakah yang
timbul di dalam hatinya?" Jin Jin segera mcndengus. "Hmm, bila
dugaanku tidak salah, dia telah tertarik oleh
kecantikan Bi-kui (si Mawar) bahkan menaruh maksud jelek, justeru
dialah yang hendak memanfaatkan ilmu Hwe-tee-soh-cut tayhoat
tersebut untuk menghisap sari hawa im dari dalam tubuh si mawar !"
Mao Tin-hong segera berlagak seolah-olah terperanjat, "Aduh celaka,
kalau begitu cepat beritahu kepada si mawar, sekarang mereka berdua
justeru sedang berada bersama-sama."
Jin Jin segera mengerling sekejap ke arah Mao Tin hong, lalu ujarnya
pelan: "Apa tidak terlambat bila diberitahu pada saat ini " sekarang mereka
berdua sedang mencoba untuk mempraktekkan pekerjaan yang menarik
hati itu, mari kita saksikan bersama, coba kita lihat bagaimanakah
watak dari piauko mu itu !" "Apakah tak terlalu terlambat untuk mencegah mereka ?" tanya Mao
Tin hong. Jin Jin menggeleng. "Mereka toh bukan laki perempuan biasa,
sekalipun permainannya berhenti sampai ditengah jalanpun tidak menjadi soal,
tapi sekarang mereka sedang bersenggama dengan saling mengisap
tenaga murni masing-masing, apabila sampai kaget, bisa jadi akan
berakibat jalan api meruju neraka!"
"Aaai... kalau begitu, akulah yang mencelakai jiwa sibunga mawar!" kata
Mao Tin hong sambil menghela napas panjang.
Kembali Jin jin tertawa "Belum tentu, seandainya piauko mu telah
mempunyai niat jahat, mungkin akibatnya sukar dilukiskan dengan kara-kata, sekarang coba
bantulah tekanlah tombol dibawah meja sebelah kanan sana!"
"Untuk apa?" tanya Mao Tin hong dengan perasaan tidak habis
mengerti. Jin Jin tertawa. "Tak usah bertanya, asal tekan saja tombol tersebut, dengan sendirinya
kau akan tahu apa gerangan yang bakal terjadi!"
Mao Tin hong menurut dan segera mencari tombol rahasia tersebut,
kemudian menekannya. Disaat ia bangkit berdiri tadi, entah sejak kapan Jin Jin telah
melepaskan gaun panjang serta pakaian luarnya yang berwarna merah.
Ternyata dibalik pakaian tadi, perempuan tersebut sama sekali tidak
mengenakan apa-apa lagi, jadi dia berada dalam keadaan telanjang.
Potongan badannya yang indah dan menggiurkan ini tak pernah
dilupakan Mao Tin hong selama ini, tanpa terasa lagi dia menelan air
liur, sementara dari balik matanya terpancar keluar hawa napsu birahi
yang menyata-nyala. Pada saat itulah, terdengar suara berisik dan meja itu telah bergeser
kesamping sehingga di tengah ruangan itu muncul sebuah kaca yang
lebar. Diatas kaca tadi terbias bayangan manusia, ternyata mereka adalah
sepasang lelaki perempuan dalam keadaan telanjang bulat.
Yang bukan lain adalah pengiringnya, bajingan she Kwa, sedangkan
yang perempuan sibunga mawar. Waktu itu, kedua orang lelaki perempuan itu sedang bertumpang tindih
dengan hebatnya. Sibunga mawar sedang menggoyangkan pinggulnya meliuk kemana
kemari bagaikan orang kalap, sedangkan Kwa Cun seng seperti seekor
harimau ganas menyerang dengan sangat hebatnya.
Semua kejadian dan pemandangan yang tertera didepan mata itu,
kontan saja menimbulkan rangsangan dan gejolak birahi dalam dada
Mao Tin-hong. Apalagi disisi telinganya terdengar suara bisikkan Jin Jin
yang lemah lembut, meski sorot mata Mao Tin-hong tak pernah berpisah
dari balik kaca tersebut, tangannyapun tak pernah berhenti
menggerayangi bagian-bagian terahasia ditubuh Jin Jin.
Tak selang berapa saat kemudian, mereka berdua pun.... oooo O-de-O
ooco WALAUPUN Mao Tin-hong sedang bekerja keras untuk
melakukan pertempuran, namun ia tak pernah melupakan semua
rencana busuknya, ketika matanya melirik sekali lagi kearah cermin,
paras mukanya segera berubah, peluh sebesar kacang kedelai pun
jatuh bercucuran dengan amat derasnya.
Kalau dilihat dari apa yang terpampang dari cermin, rupanya Kwa
Cun-seng sedang mempergunakan Hong-tee-soh-cut tayhoat untuk
membuat si bunga mawar menjadi kalap.
Bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung beberapa saat lagi, dalam
keadaan tanpa sadar si Bunga mawar tak akan mampu untuk
mengendalikan gejolak aneh yang membara dalam dadanya itu
sehingga tanpa sadar akan memuntahkan sendiri seluruh hawa
murninya. Perasaan seperti ini sudah pernah dirasakan sendiri oleh Mao Tin hong
dimasa lalu. Kenikmatan dan kegembiraannya. pada waktu itu tak mungkin bisa
dibandingkan dengan kenikmatan apapun yang lain didunia ini.
Akan tetapi disaat kenikmatan tersebut sudah mendekati akhir, maka
sebagai gantinya dia akan kehilangan selembar nyawa, dahulu disaat
yang terakhir inilah Mao Tin hong segera menyadari kesilafannya itu dan
segera mengendalikan diri, sehingga walaupun hawa murninya sudah
ditumpahkan keluar namun tenaga dalam nya tidak sampai lenyap.
Dan sekarang Mao Tin hong sudah dapat melihat, dalam saat- saat
itulah si bunga mawar akan kehabisan tenaga murni, diapun bakal mati.
Menyaksikan semua rencana busuknya satu persatu berhasil dengan
sukses itulah, dia sengaja berubah wajah untuk menenteramkan hati Jin
Jin. BetuI juga, ketika Jin Jin menyaksikan Mao Tin hong menunjukkan rasa
gelisah untuk keselamatan jiwa sibunga mawar, tiba-tiba ia tertawa
cekikikan. Mendengar suara cekikikan tersebut tanpa terasa Mao Tin hong
bertanya. "Bajingan keparat itu akan segera berhasil dengan niat busuknya,
sekarang bukannya kau berusaha untuk menolong si bunga mawar,
sebaliknya malah tertawa, aku benar-benar tidak habis mengerti apa
maksud hatimu sebenarnya?" Jin Jin mendengus. "Tin Hong, kau toh sudah menyaksikan dengan
mata kepala sendiri, sekarang aku ingin bertanya kepadamu, seandainya aku ingin
membunuh manusia seperti piaukomu itu, menurut pendapatmu
pantaskah kulakukan hal mana?"
"Dia berani berbuat sewenang-wenang, tentu saja pantas menerima
hukuman tersebut !" "Bagus sekali, kalau begitu mari kita beristirahat sebentar dalam
keadaan begini, coba kita saksikan bagaimana akhirnya?"
Tergerak hati Mao Tin hong setelah mendengar perkataan itu, serunya
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian. "Buat apa kita mesti menyaksikan akibat dari peristiwa tersebut " Si
bunga mawat akan kehilangan hawa murninya dan mati secara
mengenaskan..." "Huuuh, enak betul kalau berpikir, si bunga mawar adalah orang
kepercayaanku, masa aku tega membiarkan dia mati " Terus terang
saja kukatakan sesungguhnya piaukomu itulah yang sudah hampir
mampus..." Mendengar perkataan itu. Mao Tin-hong baru benar-benar merasa
terperanjat, serunya: "Jin jin, kau jangan membandingkan diriku yang kena kau tipu tempo
hari." Jin jin tertawa merdu. "Aku mengerti, kali ini kau memang tidak
bermaksud, tapi piauko mu yang justru punya maksud jahat sehingga tertipu oleh tipu muslihat
sendiri, apakah kau tidak mengerti apa yang menjadi tandingan dari
ilmu Hong teo soh-cut tersebut ?"
Mao Tin-hong segera merasakan hatinya amat terkesiap. Apakab
selama beberapa tahun ini kau telah berhasil menguasai
ilmu Sik Huay hoat (ilmu perempuan batu)?" Jin Jin segera tertawa
terkekeh-kekeh. "Bukan cuma Sik-h tay hoat saja, bahkan aku pun
dapat menggeserkan posisi jalan darah, bayangkan saja, kalau piauko mu itu
tak mampu berhubungan Iangsung dengan hawa Im, bagaimana
mungkin dia akan berhasil dengan niat jahatnya ?"
Mendengar penjelasan mana, Mao'Tin hong segera berpekik:
"Oooh... sungguh beruntung!" sebenarnya dalam rencana semula
dia menganggap sudah tidak membutuhkan Jin Jin lagi setelah dia
berhasil mengetahui bagaimana cara untuk masuk keluar dari
barisan Toa mi thian slu hun tin tersebut serta tempat menyimpan kitab
pusaka itu. Maka dia pun bermaksud menggunakan kesempatan dikala mengadakan
hubungan senggama nanti, seperti apa yang pernah dialami dulu,
diam-diam dia akan menggunakan ilmu Hong tee soh cut untuk
menghisap hawa murni Jin Jin sehingga perempuan itu mampus
Tapi sekarang sekarang, dia baru merasa bersyukur karena ia tidak
bertindak secara gegabah, kalau tidak, bisa jadi ia sudah mampus dalam
melaksanakan permainan menuju kesorga dunia itu.
Berpikir sampai disini, dia segera memperlihatkan sikap yang amat
gembira, serunya sambil tertawa: "Bagus sekali kalau begitu!" Jin jin berpaling dan memandang
kearahnya lalu serunya: "Apakah kau tidak merasa beriba hati
menyaksikan kematian dari piauko mu itu?" Mao Tin hong menggeleng. "Jin Jin merupakan
kebalikannya, demi ketenanganku di kemudian hari serta ketenangan dunia persilatan dimasa mendatang, dia
memang lebih baik mati daripada hidup, oleh sebab itu aku..."
Mendadak ucapannya terpotong oleh adegan yang muncul dari balik
cermin tersebut. Rupanya adegan pertempuran yang muncul dari balik cermin itu sudah
menunjukkan perkembangan lebih jauh.
Si bunga mawar yang tadi masih bergoyang pinggul seperti orang kalap
itu sekarang nampak jauh lebih tenang, sebaliknya terhadap dirinya Kwa
Cun seng kini justeru telah berubah hebat, selembar wajahnya berobah
menjadi merah padam seperti buah apel yang sudah matang.
Ketika ia memperhatikan lebih jauh, maka tampaklah tubuh kedua
orang itu dari batas pinggang keatas saling menempel satu sama lain.
Tidak, atau lebih tepatnya adalah Kwa Cun-seng sudah kehabisan
tenaga dan lelah setengah mati sehingga tak mampu lagi untuk
mempertahankan berat badannya. Yang lebih aneh lagi adalah keadaan Kwa Cun seng yang sebenarnya
sudah ibarat ikan yang terpancing dan tinggal menunggu saat
kematiannya, namun ia seperti tidak menyadari ikan hal itu, ia masih
saja menelan dan melalap perempuan cantik itu dengan rakus dan...
Tentu saja keadaannya saat ini sudah terperangkap sama sekali dan tak
mungkin bisa lolos, kendatipun dia ingin melepaskan diripun, sama saja
akan menemui jalan kematian, memang hal inilah yang menjadi alasan
Kwa Cun-seng mengapa dia "mati pun mati romantis",
Agaknya Mao Tin-hong sudah dapat menyaksikan kesemuanya itu
dengan jelas, sambil bersandar di tubuh Jin Jin, katanya dengan tak
bertenaga. "Singkirkan cermin tersebut, aku sudah tak tega untuk memandang lebih
jauh !" Sewaktu dia mengucapkan kata-kata itu, situasi kembali terjadi
perubahan. Rupanya pada saat itu Jin Jin pun dipengaruhi oleh perasaan tak tega,
mendadak ia menekan sebuah tombol dan berseru.
"Hei budak, sudah cukup, enyahkan saja dia dari sini, jangan kau kotori
perahu ku ini !" Sembari berkata, cermin itu segera menutup kembali, Tapi saat itulah
terdengar si bunga mawar sedang berseru: "Hujin, sudah terlambat...
dia... dia telah mengotori perahu kita..." "Budak setan" bentak Jin Jin keras keras, "biarkan dia hidup dan hantar
dia pergi, kemudian datang kemari untuk melayani tuan kita"
"Tuan kita " Hujin apakah kau lupa..." "Tutup muIut" bentak Jin Jin
dengan penuh kegusaran, "makin
lama kau semakin tak tahu diri !" Suasana menjadi hening untuk
sementara dan tidak terdengar suara jawaban lagi, "Memanfaatkan kesempatan tersebut. Mao Tin
hong segera berkata dengan nada menyesal: "Jin Jin, tampaknya
perempuan yang belum pernah kujumpai inipun menaruh perasaan
benci kepadaku ?" "Tin-hong..." kata Jin Jin sambil memeluknya erat-erat. "anak kecil tak
tahu urusan, harap kau jangan masukkan ucapkan tersebut dalam hati
kecilmu !" Mao Tin hong tertawa getir. "Jin Jin, apakah kau tidak melihat
keadaan kita sekarang, kau suruh dia datang kemari..." Sambil tersenyum Jin Jin segera
mendorong tubuh Mao Tin hong, kemudian katanya: "Hampir saja aku lupa akan hal ini, cepat lah
kenakan kembali pakaianmu..!" "Memakai baju ?" seperti ada maksud tertentu Mao Tin
hong berseru, "apakah kita tidak..." Jinjin segera menowel pipi Mao Tin hong
seraya berseru: "Anak bodoh, kau anggap aku tidak mengetahui akan
maksud hatimu itu " Tapi setelah menyaksikan adegan yang mengesankan tadi,
siapa lagi yang berniat untuk mencari kesenangan" Sudahlah, ayo
cepat mengenakan kembali pakaianmu !"
Mao Tin hong tertawa getir. "Semakin baik hatimu kepadaku, aku
jadi semakin menyesali perbuatanku dahulu atas diri mu !"
Jin jin mengerling mesra ke arahnya lalu berseru: "Sudah cukup.
kalau berbicara kelewat banyak, jangan salahkan
kalau aku akan menaruh curiga lagi atas dirimu !" Mao Tin hong
tertawa dan tidak berbicara lagi, dengan cepat dia
mengenakan kembali pakaiannya. Jm jinpun mengenakan kembali
pakaiannya kemudian mengatur segala sesuatunya menjadi seperti semula. Tak selang berapa saat
kemudian, pintu kristal disebelah kanan
sudah dibuka orang, si Bunga mawar cantik pun dengan muka merah
bercahaya rapi menatap wajah Mio Ting-hong berulang kali.
Mao Tin-bong memang pandai bersandiwara dia segera menundukkan
kepalanya rendah-rendah. "Hujin..." seru si bonga mawar Tapi belum selesai perkataan tersebut
diutarakan, Jin Jm telah menukas dengan cepat.
"Coba kau lihat keadaanmu si budak, makin lama semakin tak genah
saja, rambut belum lagi disisir sudah masuk kemari, ayo cepat pergi
membersihkan badan lebih dulu, mana orang itu ?" Si Mawar tertawa
manis. "Hujin, aku sudah menyuruh Kim Ji-nio untuk menghantarkan orang itu
naik ke daratan" "la masih bisa berjalan ?" tanyanya, Si bunga mawar segera
tertawa cekikikan "jalannya sih masih
bisa berjalan, tapi keadaannya menggelikan sekali, macam... hiiih hiiiih,
hiiiih...." Dayang itu segera tertawa terpingkal-pingkal seperti menyaksikan sesuatu
yang amat lucu. Jin-jin melirik sekejap kearah Mao Tin hong yang duduk menunduk dan
membungkam dalam seribu bahasa, kemudian bentaknya keras-keras.
"Benar-benar tak tahu malu, ayo cepat pergi dan segera kembali kesini."
Sambil tertawa si bunga mawar mengiakan dia berlalu dari situ,
sebelum pergi, dia masih sempat berpaling dan melotot sekejap kearah
Mao Tin hong. Agaknya Mao Tin hong ada niat untuk menyuruh si bunga mawar
mendengar perkataan maka sebelum pintu kristal tersebut menutup
kembali, dia sudah menghela napas dan berkata kepada Jin-Jin:
"Nampaknya bocah itu amat setia kepadamu!"
Tampaknya Jin-jin dapat menangkap maksud dari Mao Tin hong, maka
sahutnya sambil tertawa: "Kalau dibicarakan yang sebenarnya, mungkin kau tak percaya,
hubunganku dengannya erat bagai kakak terhadap adik !" berbicara
sampai disitu, Jin-Jin memandang sekejap kearah Mao Tin hong
kemudian mengerling ke arah pintu. Disisi pintu kristal nampak masih ada sedikit celah yang kecil, pintu itu
belum tertutup rapat. Mao Tin hong segera berpaling ke arah Jin-jin,
kemudian kedua orang itu saling berpandangan sekejap dan tersenyum.
Kalau ucapan yang diutarakan secara terang terangan belum tentu
benar, maka orang bilang Kata-kata yang diutarakan dibelakang mereka
yang bersangkutan tentulah kata-kata yang sebetulnya.
Maka si bunga mawar yang menyadap pembicaraan tersebut dari balik
pintu benar-benar masuk perangkap. Mao Tin hong memang ada niat untuk membaiki si Bunga mawar, maka
Jin jin yang mengetahui akan rial ini segera menambahi dengan
beberapa patah kata, hal tersebut kontan saja membuat si bunga mawar
menjadi kegirangan setengah mati. Tak selang beberapa saat kemudian, si bunga mawar telah muncul
kembali, bukan saja rambutnya telah disisir dengan rapih, diapun sudah
berganti pakaian baru. Saat itulah Jin jin baru menggapai kearah si bunga mawar sembari
berkata: "Hei budak, kemarilah dan jumpai toaya !" "Hujin, apakah harus
memberi hormat?" seru si bunga mawar. Jin jin segera melotot besar.
"Kalau tidak demikian, buat apa aku suruh kau memberi
hormat?" tegurnya. Dengan perasaan apa boleh buat si bunga mawar
segera maju kedepan dan memberi hormat kepada Mao Tin hong, katanya: "Toaya Bi
kui memberi hormat untuk kau orang tua." Mao Tin hong segera
mengulapkan tangannya seraya berseru: "Bunga mawar, hujin sudah
banyak membicarakan tentang dirimu, selanjutnya kita adalah sekeluarga dan kaupun tak usah banyak
adat lagi, cara seperti ini hanya akan membuat hatiku merasa tidak
tenteram saja." Ucapan yaag terakhir itu sengaja di ucapkan oleh Mao Tin hong yang
licik untuk menarik simpatik orang.
Didalam waktu yang amat singkat inilah dia telah berhasil meraba
watak dari perempuan tersebut dan dia tahu bahwa ucapan yang
terakhir ini pasti akan menimbulkan reaksi dari si mawar cantik ini.
Padshal dia justeru hendak menggunakan cara itu untuk menunjukkan
bahwa ia menyesal. Benar juga si bunga mawar segera masuk perangkap, dengan cepat
perempuan itu berseru: "Tuan mengapa kau berkata begitu, setiap rumah tangga mempunyi
aturan rumah tangga yang berbeda, Bi kui tak terani membangkangnya,
asalkan tuan juga tidak melakukan permainan gila lagi, sudah barang
tentu akupun akan melayani kau sebagaimana mestinya." katanya.
Dengan perasaan malu Mao Tin hong segera
manggut-manggut. "Benar juga perkataanmu itu, selanjutnya kita adalah anggota
sekeluarga mari kita bertindak menurut perasan liang sim masing
masing." Si bunga mawar seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi, tapi Jin Jin
segera menukas. "Cukup, sekarang kau boleh menitahkan kepada Ji-nio untuk
menyiapkan hidangan, ayo cepat !" katanya.
Si bunga mawar mengiakan, sambil tersenyum dia lantas berlalu dari
situ. Menggunakan kesempatan tersebut Mao Tin hong segera mendekati Jin
Jin dan mengambil cawan arak yang beIum diminum tadi, sambil
mengangkat cawannya ia berkata lembut:
"Jin jin, mari kuhormati secawan arak ini untukmu sebagai
kenang-kenangan untuk kejadian hari ini."
Selesai berkata, tidak menunggu dicegah oleh Jm jin lagi, dia segera
meneguk habis isi cawan tersebut. Dengan gugup si Jin-jin berseru. "Mengapa sih kau ini" Toh sudah
kau ketahui bahwa arak tersebut ada racunnya" Mengapa kau memaksakan diri untuk
meneguknya?" "Inilah hukuman yang paling setimpal bagiku atas kesalahan yang telah
kuperbuat!" jawab Mao Tin hong sambil tertawa getir.
Jin jin mendengus dingin, ternyata diapun mengangkat cawannya dan
meneguk pula isi cawan tersebut sampai kering.
Menyaksikan hal ini, Mao Tin-hong kembali menghela napas panjang.
"Aaai Jin-jin, mengapa kau harus nekad berbuat demikian ?"
Jin jin segera tertawa. "Apakah kan lupa bahwa akupun pantas dihukum " Dengan begitu baru
adil namanya, nah sekarang mari kita menelan obat penawar racunnya
!" Akhirnya setiap orang menelan sebutir pil penawar tersebut bahkan
kedua duanya sama-sama menderita. Sepintas Ialu, kejadian ini nampaknya hanya suatu peristiwa yang
berlebih-lebihan dan sama sekali tak ada artinya padahal bukan
demikian kenyataannya. Mengapa bukan demikian" HaI ini baru akan terjawab diakhir dari kisah
tersebut. Selang berapa saat kemudian, si Bunga mawar telah muncul
menghidangkan sayur dan arak dan melayani mereka berdua mengisi
perut. oooOdeOooo FAJAR menyingsing, Thio Yok sim, Kang Tat dan Cukat
Tan yang berada diperahu loteng belum juga nampak Mao Tin hong balik kembali,
mereka pun tidak melihat Kwa Cun-seng kembali pula ke perahu loteng
tersebut. Thio Yok-sim sudah menduga kalau persoalannya agak kurang beres,
maka kepada Kang Tat dan Cukat Tan segera katanya:
"Aku rasa sudah pasti telah terjadi peristiwa, perahu ini tak bisa
dipertahankan terus, lebih baik kita turun ke darat saja !"
"Seandainya situa bangka itu mendadak kembali?" bisik Kang Tat
dengan perasaan kuatir.
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tak menjadi soal, sewaktu meninggalkan perahu tak usah
meninggalkan pesan apa-apa, sekembalinya nanti baru memberi
jawaban sesuai dengan situasi dan kondisi.
Cukat Tan termenung beberapa saat Iamanya, kemudian berseru:
"Eeeh, tunggu dulu, aku merasa heran, sebenarnya situa bangka itu
telah pergi kemana..." "Bagaimana juga, dia baru bisa di temukan bila kita sudah turun dari
perahu ini, di atas perahu..."
Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak terdengar ada orang
mengetuk pintu, menyusul kemudian pintu ruangan dibuka orang.
Salah seorang diantar dua orang anggota perkumpulan yang bertugas
daIam ruangan itu sudah melangkah masuk ke dalam. kemudian sambil
menjura katanya. "Hamba mendapat perintah dari Tiancu nomor satu untuk mengundang
Tiancu bertiga membicarakan sesuatu dalam ruang rahasia"
Thio Yok sim menjadi tertegun, kemudian serunya. "Jadi Tiancu
nomor satu telah kembali?" "Benar, baru saja kembali." jawab orang
itu dengan sikap yang sangat menghormat. Cukat Tan sengaja mendengus, lalu serunya. "Kau
kembali dan mengatakan kepada Tiancu nomor satu, kalau lohu sekalian akan
menantikan kedatangannya disini !"
Baru saja perkataan tersebut diutarakan mendadak Cukat Tan teringat
akan satu hal, dia segera bertanya.
"Apakah majikan ikut kembali ?" Orang itu segera menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Hanya Tianeu nomor satu seorang diri yang
kembali keatas perahu " sahutnya cepat. Kang Tat menjadi keheranan setelah
mendengar perkataan itu, kembali tanyanya: "Apakab Tiancu kalian sudah tahu kalau lohu sekalian menjatuhkan
hukuman mati kepada wakil Cay-cu ?"
"Hamba kurang begitu tahu, hamba tidak mengerti apakah Tiancu
nomor satu sudah mendengar kabar tentang hal ini atau belum."
Thio Yok sim segera mendengus. "Baik, kalau begitu sampaikan saja
seperti apa yang telah kukatakan tadi, suruh Tiancu nomor satu yang datang kemari untuk
berbincang-bincang dengan kami."
Namun orang itu sama sekali tidak menjadi gugup, kembali ujarnya
dengan hormat: "Lapor kepada Tiancu sekalian, Tiancu nomor satu tak dapat datang
kemari !" "Tak dapat datang kemari", keempat patah kata itu kontan saja
membangkitkan amarah bagi Cukat Tan, ia segera membentak keras:
"Apakah sepasang kakinya sudah putus !" Siapa tahu perkataan
tersebut segera memancing datangnya
jawaban dari orang, tadi, sahutnya: "Tiancu nomor satu tidak
kehilangan sepasang kakinya, namun dia sudah tak mampu berjalan lagi, seluruh tubuhnya menjadi lemas
dan bicaranya tidak bertenaga lagi, ketika sampai di bawah perahu tadi,
hamba sekalianlah yang membopongnya naik."
Paras muka Thio Yok Sim segera berobah hebat setelah mendengar
perkataan itu, tanpa terasa dia memandang sekejap kearah Cukat Tan
serta Kang Tat. Sekalipun raut wajah mereka bertiga ditutup dengan kain kerudung
putih, namun masing-masing pihak dapat memahami perasaan dari
rekan-rekan lainnya. -ooo0dw0oooJilid 36 MEREKA telah salah menyangka, mereka mengira Kwa Cun-seng dan
Mao Tin-hong telah bertemu dengan Sun Tiong-lo.
Oleh sebab itu, setelah Thio Yok sim memandang sekejap ke arah Cukat
Tan dan Kang Tat, dia lantas bertanya:
"Sebenarnya apa yang telah terjadi ?" "Bagaimanakah keadaan yang
sebenarnya hamba sendiripun kurang tahu, oleb sebab itu dipersilahkan Tiancu sekalian berkunjung
kedalam ruang rahasia" Cukat Tan segera bangkit berdiri, kepada Kang Tat dan Thio Yok sim
katanya: "Kalau msmang begitu, mari kita berangkat kesitu untuk menengok
keadaannya." Sementara berbicara, dia lantas mengulapkan tangannya dan
menitahkan orang itu untuk berjalan lebih dahulu sebagai petunjuk
jalan, yang dimaksudkan sebagai Ruang rahasia adalah ruangan paling
atas dari perahu loteng tersebut, bila mereka berada disitu, maka semua
pemandangan disekitar sana dapat terlihat jelas, apalagi bila ada orang
yang mencoba untuk mendekati perahu, dengan jelas jejak mereka akan
terlihat. "Ruang rahasia" itu melupakan sebuah ruangan yang besar dengan
daun jendela yang besar pula, setelah masuk ke dalam pintu, mereka
segera menyaksikan Kwa Cun-seng sedang duduk diatas pembaringan
bersandar padi dinding ruangan. Paras muka Kwa Cun seng ditutupi pula dengan selembar kain
kerudung. tatkala melihat Thio Yok-sim sekalian bertiga berjalan masuk
dia segera menggerakkan badannya seperti hendak duduk, namun dia
tak mampu untuk berbuat begitu. Cukat Tan yarg menyaksikan keadaan tersebut segera maju
menyongsong ke depan sambil berseru.
"Terhadap orang sendiri tak usah sungkan-sungkan, berbaring saja di
tempatmu semula." Sebaliknya Kang Tat segera berpaling kepada petunjuk jalan tadi
sembari memerintahkan. "Turunkan perintah agar segenap anggota yang ada dalam perahu
meningkatkan kewaspadaannya, siapapun dilarang masuk ke tempat ini
sebelum memperoleh panggilan !"
Orang itu mengiakan dan segera berlalu. Kang Tat pun segera
menutup pintu rapat -rapat. Dalam pada itu, Thio Yoksim telah maju
ke depan menghampiri pembaringan kemudian tegurnya: "Sebetulnya apa yang telah terjadi "
Apakah Tiancu telah bertemu dengan musuh tangguh?" "Aaai... tak akan habis diceritakan
dalam waktu singkat" jawab Kwa Cun seng dengan suara lemas seperti tak bertenaga, "tolong para
Tiancu sudi membimbingku untuk duduk sebelum pembicaraan
dimulai..." Cukat Tan segera membimbing Kwa Cun-seng untuk duduk bersandar
pada dinding, lalu katanya. "Tiancu, dimana majikan sekarang ?" Kwa Cun-seng menghela napas
panjang, "Sekarang, majikan sedang terjebak..." Kang Tat sengaja menjerit kaget, kemudian
teriaknya. "Apa" Dengan kepandaian silat yang dimiliki majikan,
bagaimana mungkin dia bisa tersekap ?" Thio Yok sim juga berlagak menjerit
kaget: "Da terjebak dimana " Berapa banyakkah jago lihay dari pihak
lawan yang telan menjebaknya?"
Dengan cepat Kwa Cun-seng menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya pelan: "Harap kalian bertiga jangan cemas, walau pun majikan terkurung
namun untuk beberapa saat tak akan sampai membahayakan jiwanya,
sebab pihak lawan bukan bertujuan untuk membunuh- majikkan,
melainkan..." "Tiancu, harap kau utarakan saja hal hal yang penting dengan kata
paling ringkas!" tukas Cukat Tan cepat.
Dengan lemah dan napas tersengal-sengal. Kwa Cun-seng
menyahut: "Pada jarak beberapa li disebelah kanan petahu kita
sekarang, berlabuh sebuah perahu itulah majikan terkurung." "Oooh, lantas
berapa banyakkah jago lihay yang berada diatas
perahu tersebut?" tanya Thio Yok sim. "Isi perahu itu semuanya adalah
kaum wanita, jumlah nya tidak jelas tapi dipimpin oleh seseorang yang dipanggil dengan sebutan "hu
Jin", mereka tak lain adalah kawanan penjahat dari perkumpulan Hu ho
kau yang sudah sering melakukan banyak kejahatan semenjak puluhan
tahun berselang." Tergerak hati Kang Tat setelah mendengar perkataan itu, serunya cepat.
"Jadi mereka adalah sisa-sisa dari kekuatan Hu hoa kau..?" Dengan
lemas tak bertenaga Kwa Cun seng mengangguk. "Betul, mereka
adalah sisa-sisa penjahat yang berhasil lolos dan
kabur dari kepungan para jago dari perbagai perguruan dibukit Thi Hud
nio tempo dulu, bahkan dialah yang menjadi kaucu dari Hu hoa kau
pada saat ini!" Kang Tat termenung beberapa saat lamanya, kemudian kembali dia
bertanya: "Darimana Tiancu bisa tahu kalau dia adalah bekas anggota
perkumpulan Hu hoa kau !" "Majikan yang berkata demikian, jadi aku duga tak mungkin bakal salah
lagi !" "Tahukah kau, apa yang hendak dilakukan majikan dengan mengunjungi
perahu besar itu?" tanya Thio Yok sim lebih lanjut.
Tentu saja Kwa Cun seng tahu namun dia tak dapat berterus terang,
maka sembari menggeleng sahutnya: "Majikan tidak mengungkap alasannya, sudah barang tentu aku tak
berani banyak bertanya!" "Apa yang terjadi setibanya diatas perahu besar tersebut?" Cukat Tan
bertanya kemudian. "Majikan diundang masuk ke ruang dalam, sedangkan aku di jamu
didalam sebuah ruang kecil dibelakang buritan tak lama kemudian
akupun terkena sergapannya sehingga seluruh tenaga dalamku punah
tak berbekas..." Mendengar jawaban tersebut, Thio Yok sim bertiga menjadi terperanjat
sekali. Kang Tat segera berkata. "Jadi tenaga dalam Tiancu benar-benar
sudah punah ?" Dengan gelisah Kwa Cun seng berseru: "Aku tidak
percaya kalau kalian bertiga tak dapat melihat sendiri
keadaanku sekarang." Cukat Tan tertawa dingin didalam hati, namun
diluarnya dia berkata kembali: "Wajah kita semua tertutup oleh kain kerudung
bagaimana mungkin aku bisa mengetahui kalau tenaga dalammu benar-benar
sudah hilang atau tidak ?" Kwa Cun seng tertawa getir. "Aaaah, yaa, aku memang bersalah, aku lupa akan hal ini..." serunya
dengan cepat. Kang Tat tertawa lagi, katanya lebih jauh: "Tolong tanya tiancu, ada
urusan apakah mengundang kehadiran kami bertiga disini ?" "Kita harus menolong majikan, bahkan
menenggelamkan pula perahu besar tersebut." Kang Tat segera mengejek dingin. "Hmm,
dengan kemampuan yang dimiliki Tiancu saja masih kena
dipecundangi hingga kehilangan seluruh tenaga dalamnya, padahal ilmu
silat yang kami bertiga miliki bukan tandingan dari Tiancu bagaimana
mungkin kami bisa, menandingi pihak lawan yang begitu tangguh?"
Kwa Cun seng memaksakan diri untuk mempertahankan tubuhnya, lalu
menyahut: "Itulah sebabnya kita harus bertindak dengan suatu rencana yang cukup
matang !" "Katakan saja Tiancu, bagaimana kita harus turun tangan?" ucap Cukat
Tan kemudian. Ketika masih berada diatas perahu besar tadi, dan mengetahui kalau
tenaga dalam yang dimilikinya belum punah, Kwan Cun seng mengira
jiwanya tak bisa tertolong lagi. Siapa tahu disaat yang paling kritis Jin Jin telah menurunkan perintah
kepada si bunga mawar agar mengampuni selembar jiwanya.
Kemudian apa yang dibicarakan antara Mao Tin hong dan Jin Jin pun
dapat didengar semua oleh Kwa Cun seng dengan jelas karena alat
rahasia penghubung suara dalam ruangan tersebut belum dimatikan.
Waktu itu Kwa Cun seng sudah bertekad didalam hatinya, entah berapa
kita harus membayarnya dengan harga yang mahal sekalipun dia hendak
menenggelamkan perahu besar tersebut bersama Jin Jin, terhadap Mao
Tin hong pribadi, diapun merasa amat membenci sehingga merasuk
sampai ke tulang sum sum. Tatkala dia diusir pergi dari perahu tersebut, didalam benaknya sudah
memikirkan berbagai akal muslihat untuk membalas dendam, akhirnya
teringat olehnya akan suatu siasat keji sekali timpuk mendapat dua ekor
burung, itulah sebabnya dia bertekad untuk kembali ke perahu loteng
tersebut. Tatkala Cukat Tan bertanya bagaimana caranya untuk turun tangan, hal
ini kebetulan sekali sesuai dengan keinginannya, maka segera dia
menjawab: "Sewaktu majikan dikurung tadi, dia pernah memberi perintah kepadaku
agar mengumpulkan kalian semua apabila aku berhasil lolos dari situ,
lalu menyerang pihak lawan ditengah malam buta nanti dengan
serangan panah berapi." Kang Tat berpikir sebentar, kemudian sahutnya: "Menyerang perahu
dengan api, boleh dibilang siasat ini
merupakan suatu yang amat keji, tapi bukankah majikan masih berada
di atas perahu musuh " Apabila kita menyerang dengan api. bukankah
mereka akan tewas semua?" Dengan cepat-cepat Kwa Cun-seng menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Kalian tak usah kuatir, majikan memiliki akal yang luar biasa dan lagi
memiliki kemampuan yang melebihi siapapun."
"Walaupun begitu, jangan lupa kalau majikan sedang berada dalam
sekapan orang pada saat ini" tukas Cukat Tan cepat, "siapa tahu dia
sama sekali tak mampu bergerak dengan bebas " seandainya perahu
tersebut sampai terbakar, maka..."
Sekali lagi Kwa Cun-seng menggoyangkan tangannya berulang kali:
"Tentang soal ini, kalian semua tak perlu kuatir, bukan saja majikan
tidak kehilangan kebebasannya untuk bergerak, bahkan dalam tiga hari
ini, dia tak bakal menghadapi ancaman bahaya apapun."
"Yang dimaksudkan oleh Tiancu sebagai "sama sekali tidak kehilangan
kebebasannya" tadi apakah menunjukkan diseputar perahu besar itu
saja?" kata Thio Yok-sim dingin.
"Benar, pihak lawan hendak memaksa majikan untuk bekerja sama
dengannya, ia memberi batas waktu tiga hari buat majikan untuk
mempertimbangkannya, sehingga didalam tiga hari ini dia tidak dapat
meninggalkan perahu besar itu."
"Oooh !" setelah berhenti sejenak, Thio Yok Sim segera berkata lagi,
"dengan kemampuan dari majikan seandainya tenaga dalam yang
dimiliki masih utuh, siapakah yang bisa membatasi gerak geriknya ?"
"Aku hanya tahu majikan berpesan demikian sedang mengenai apa
sebabnya majikan tak bisa bergerak dengan bebas, berhubung majikan
tidak menjelaskan maka akupun tak bisa menduga secara pasti !"
"Tiancu, seandainya kita menyerang perahu musuh dengan api besok
malam, apakah jiwa majikan akan terancam bahaya ?" tanya Kang Tat
lagi. "Perintah majikan hanya menyebutkan demikian, sehingga soal yang
lain tak dapat ku ucapkan." "Betul juga perkataan itu!" sengaja Cukat Tan berseru: Kemudian
setelah berhenti sebentar. sambungnya lebih jauh: "Kalau begitu,
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harap Tiancu sudi mengeluarkan lencana emas
dari majikan untuk diserahkan kepada kami." Mendengar perkataan
tersebut, Kwan Cun-seng menjadi duduk
seperti orang bodoh, sebelumnya dia berangkat bersama-sama Mao
Tin-hong, ketika pergi pun membawa suatu perhitungan yang
matang, pada hakekatnya sama sekali tak pernah diduga olehnya akan
keadaan saat ini." Selain itu, setelah tenaga dalamnya hilang, diapun bermaksud untuk
melaksanakan rencana busuk itu untuk membalas dendam termasuk
juga untuk meringkus dan menghabisi nyawa Mao Tin hong,sudah
barang tentu dia tak mampu menunjukkan lencana emas yang diminta.
Namun dasar seorang manusia licik, dengan cepat dia berhasil
memperoleh suatu siasat, katanya kemudian.
"Tiancu, bila kau menginginkan lencana emas dariku pada saat ini,
bukankah hal mana sama artinya dengan menyusahkan diriku?"
"Apa maksud ucapan Tiancu tersebut?" kata Cukat Tan dengan suara
dalam dan berat "untuk menggunakan tenaga Lak yu, selamanya
majikan menurunkan perintah dengan mempergunakan lencana emas,
peraturannya memang begitu, kebiasaannya juga begitu, dalam hal
mana kami salah berbicara...?"
Buru-buru Kwa Cun seng berseru. "Tiancu salah paham rupanya,
maksudku perintah dari majikan disampaikan ketika ia tersekap,
perintah itupun disampaikan dengan ilmu menyampaikan suara, coba
bayangkan sendiri, darimana bisa muncul lencana emas tersebut ?"
Mendengar perkataan itu, Cukat Tan segera menggelengkan kepalanya
berulang kali ujarnya: "Bukannya kami semua tidak percaya dengan Tiancu nomor satu, tapi
berhubung majikan pernah memperingatkan dengan tegas bahwa
semua perintah hanya bisa dilaksanakan bila ada lencana emas, maka
seandainya tiada lencana emas disini, kami pun tak dapat melaksanakan
perintah dengan begitu saja !"
"Lantas, apakah kita akan membiarkan majikan ditangkap lawan tanpa
berusaha untuk menolongnya?" tegur Kwa Cun-seng dengan suara
yang dalam dan berat. "Sekalipun kenyataannya mungkin begitu, kami sekalian tak bisa
berbuat apa-apa !" Kwa Cun seng segera mendengus dingin. "Apakah kalian bertiga
tidak kuatir dihukum majikan setelah ia
berhasil lolos dari bahaya?" ancamnya. Cukat Tan ikut mendengus
dingin. "Hmmm, sampai waktunya, kami pun akan menjawab dengan
perkataan yang sama, kami yakin tiada hukuman yang bakal
dilimpahkan atas diri kami !" Kwa Cun-seng benar-benar kehabisan akal, maka katanya kemudian
dengan marah: "Bagus sekali, kalau memang begitu, harap kalian bertiga pergi dari sini,
aku percaya masih dapat memerintahkan semua anggota lainnya untuk
melaksanakan tugas kecil itu!"
"Terserah kehendak Tiancu sendiri yang penting toh urusan tersebut
bukan menjadi tanggung jawab kami!" Cukat Tan sama sekali tidak mau
mengalah. Kwa Cun seng makin geram, akhirnya dia mengancam: "Harap
kalian jangan lupa, aku telah menyampaikan perintah dari
majikan, bila nanti ketika majikan kembali, aku harap Kalian bertiga
mengakui akan kejadian hari ini."
"Tak usah kuatir" sahut Cukat Tan cepat, "kami semua pasti akan
mengakui akan hal ini." Kwa Cun seng benar-benar mati kutunya, terpaksa dia membungkam diri
dalam seribu bahasa. Maka Cukat Tan bertiga pun segera meninggalkan ruang rahasia
tersebut. Mereka tidak kembali keruang tamu, melainkan berhenti dimulut tangga
luar ruang rahasia ifu, kemudian dengan suara yang amat lirih
membicarakan masalah tersebut. Thio Yok sim yang pertama-tama buka suara lebih dulu, katanya
dengan lirih: "Percayakah kalian berdua bahwa diatas perahu tersebut ditempati
orang-orang dari Hu-hoo kau ?"
Cukat Tan termenung beberapa saat, lalu jawabnya: "Apakah
saudara Thio menganggap orang yang berada diatas
perahu itu adalah Sun sauhiap?" Thio Yok-sim manggut-manggut
"Benar, kalau tidak, siapa pula yang bisa menahan bajingan tua
she Mao itu?" Dengan cepat Cukat Tan menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya kemudian. "Menurut pendapat siaute, orang yang berada
diatas perahu itu bukan Sun sauhiap." "Oooh, darimana kau bisa tahu?" Cukat Tan
melirik sekejap ke arah pintu ruang rahasia, kemudian
sahutnya: "Andaikata orang yang berada diatas perahu itu adalah Sun
siauhiap, mana mungkin bajingan itu bisa hidup lebih jauh ?" Pada saat
inilah Kang Tat ikut berkata. "Betul, bajingan ini merupakan pentolan
yang menyebabkan keluarga Sun Tayhiap tumpas sama sekali dimasa lalu, seandainya
orang yang berada di perahu itu adalah Sun tayhiap masa mungkin
bajingan tersebut bisa hidup hingga kini."
"Ya, betul juga perkataan kalian itu, aku memang lupa akan hal
tersebut." kata Thio Yok sim kemudian.
"Terlepas siapakah orang yana berada diperahu itu, yang pasti bajingan
tua Mao memang benar-benar sudah tersekap, menurut pendapat kalian
berdua, sekarang apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi
kejadian itu ?" Kang Tat berpikir sebentar, kemudian jawab nya: "Menurut
pendapatku, lebih baik kita naik kedaratan lebih dulu
untuk mencari Sau sauhiap." Belum habis dia berkata, Cukat Tan sudah
menukas: "Tentu saja hal ini penting artinya, cuma sepeninggal perahu
ini, seandainya bajingan tua she Kwa itu benar-benar menitahkan anak
buah nya untuk membakar perahu tersebut pada malam ini juga, apa
yang harus kita lakukan ?" "Berusaha untuk mensukseskan serangan tersebut, kalau bajingan tua
she Mao tersebut sampai mati terbakar, bukankah hal ini jauh lebih baik
lagi." Cukat Tan segera tertawa, "Seandainya benar-benar sampai terjadi peris
tiwa tersebut, tentu saja jauh lebih baik lagi, yang dikuatirkan adalah
kaburnya bajingan tua she Mao itu menggunakan kesempatan disaat
kebakaran itu berlangsung, pada waktu itu bajingan tua she Kwa tentu
akan menghasutnya dengan beberapa macam perkataan yang kurang
sedap didengar, akibatnya sungguh tak bisa dibayangkan lagi.."
Thio Yok sim termenung dan berpikir beberapa saat lamanya. kemudian
usulnya: "Mengapa kita tidak berusaha untuk membekuk bajingan tua she Kwa
itu lebih duu, agar dia tak mampu berbicara apa-apa lagi?"
Mendengar usul mana, Cukat Tan segera bertepuk tangan sambil
memuji: "Suatu usul yang amat bagus. baik kita laksanakan begitu saja!"
Kang Tat segera berkata lagi: "Agar tindakan lebih berhati-hati,
menurut pendapat staute, diantara kita bertiga harus ada seorang yang
ditinggalkan diatas perahu ini bukan saja dapat mengawasi sesuatunya,
juga dapat berjaga terhadap segala kemungkinan yang tidak
diinginkan!" Thio Yok-sim mengangguk. "Begitupun ada baiknya, biar siaute saja yang tetap tinggal disini,
sedang kalian berdua segera naik ke darat untuk mengadakan
hubungan kontak dengan Sun sauhiap, selesai berunding kalian baru
memberitahukan hasilnya kepada siaute"
"Ehmmm... meski cara ini bagus, namun belum cukup sempurna".kata
Cukat Tan kemudian, "mengapa kita tidak membekuk dulu bajingan tua
she Kwa itu, kemudian dengan alasan mencarikan tabib buat bajingan
tua itu kita mengajaknya bersama- sama naik kedarat?"
Thio Yok sim dan Kang Tat segera merasa cara ini jauh lebih baik lagi,
maka keputusan pun segera diambil. Maka Cukat Tan pun manggutkan kepalanya kearah Kang Tat sembari
berkata: "Saudara Kang, harap kemari. kita berdua segera masuk dan
membimbing bajingan she Kwa itu keluar dari ruangan, sedang saudara
Thio harap menurunkan perintah agar mereka segera menyiapkan
perahu untuk naik kedarat, kita berpencar dulu untuk melaksanakan
tugas masing masing..." Thio Yok sim mengiakan dan berlalu dari situ dengan cepat.
Sedangkan Cukat Tan dan Kang Tat segera mendorong pintu
ruang rahasia dan berjalan masuk kembali. Tatkala Kwa Cun-seng
menyaksikan Cukat Tan dan Kang Tat masuk kembali ke dalam ruangan untuk ke dua kalinya, tergerak hati
nya, dia segera menegur: "Mau apa kalian berdua datang kemari lagi?" Sahut Cukat Tan sambil
tertawa "Barusan kami sudah berunding
sebentar di luar, maka sekarang balik kembali kemari." Kwa Cun seng
salah mengira keadaan telah berbalik
menguntungkan pihaknya, maka sambil tertawa paksa dia berkata:
"Keadaan sekarang amat kritis, bagaimanakah hasil perundingan
dari Tiancu sekalian!?" "Akhirnya kami putuskan untuk memperoleh jaminan lebih dulu sebelum
dapat melaksanakan perintah tersebut!" sahut Kang Tat cepat.
Kwa Cun-seng menjadi tertegun. "Jaminan " jaminan apa ?"
Pelan-pelan Cukat Tan berjalan ke muka dan duduk disamping
Kwa Cun-seng, kemudian katanya: "Kami harus dapat jaminan bahwa
saudara Kwa tak akan mengganggu pekerjaan besar kami ini !" Begitu mendengar Cukat Tan
menyebut namanya secara langsung, Kwa Cun seng sudah tahu kalau keadaan tidak
menguntungkan, baru saja dia hendak memanggil anak buahnya, Cukat
Tan telah berkata lebih lanjut: "Kwa Cun-seng, lebih baik bersikaplah lebih pandai, jangan
berteriak-teriak macam anak kecil, lohu berduapun tidak berniat
melukaimu, tapi jka kau berani berani berteriak hal ini berarti kau sendiri
yang mencari kesulitan." Kini, tenaga dalam yang dimiliki Kwa Cun seng telah punah. seluruh
tubuhnya sudah tak mampu berkutik lagi, persendian tulangnya mana
linu, kakunya bukan kepalang, dia tahu sekalipun berteriak juga tak ada
gunanya. Terpaksa ujarnya setelah menghela napas panjang.
"Cukat Tan, mungkin kalian ingin menghianati majikan !" "Tutup
mulut anjingmu! Kau tahu manusia macam apakah lohu
bersaudara " Selama banyak tahun ini berapa banyak sudah siksaan
dan penderitaan yang telah kami alami, tentunya kau si tua bangka
mengerti dengan jelas." Kini, bajingan tua tersebut sudah disekap orang tenaga dalammu juga
telah punah, bila lohu sekalian tidak bertindak saat ini juga, mana
mungkin ada kehidupan lagi bagi kami dikemudian hari."
Sambil mengulapkan tangannya Kwa Cun seng segera menukas:
"Aku mengerti, saudara Kang tidak usah banyak berbicara lagi!"
Kang Tat mendengus dingin, "Hmm, sungguh menggelikan jika lohu
ingin mengutarakan apa yang hendak kuucapkan memangnya kau
dapat menghalangi ?" Mendadak Kwa Cun-seng menarik kain cadarnya hingga terlepas
kemudian katanya: "Saudara Kang, dapatkah kau mendengarkan dulu aku bercerita ?"
katanya kemudian. Tindakan Kwa Cun-seng yang secara otomatis melepaskan kain cadar
sendiri membuktikan kalau saat ini dia sudah bukan merupakan anak
buah dari Mao Tin hong lagi namun Cukat Tan dan Kang Tat masih
belum berapa mempercayai hal tersebut sebagai kenyataan.
Oleh sebab im sambil mendengus Kang Tat berkata: "Orang she
Kwa, lebih baik jangan bermain setan didepan kami
berdua lagi." Kwa Cun-seng tertawa getir "Aku bermaksud tulus dan
jujur. bolehkah aku memberi keterangan lebih dulu?" katanya. Pada saat itulah Cukat Tan telah
berpaling kearah Kang Tat sambil berkata: "Saudara Kang, tak ada salahnya untuk mendengarkan
dulu obrolannya itu." "Baik!" sahut Kang Tat sambil mengangguk "kita
dengarkan dulu obrolannya." Maka secara ringkas Kwa Cun-seng segera mengisahkan
kembali semua pengalaman yang telah dialaminya selama ini. Saat itu Kang Tat
dan Cukat Tan baru mengetahui latar belakang
yang sebenarnya dari pertentangan situasi waktu itu. Ketika selesai
menuturkan pengalamannya semalam, Kwa Cun
seng segera menambahkan. "Sekarang kalian berdua tentunya sudah mengerti bukan bahwa
serangan api yang siaute maksudkan tadi adalah bertujuan untuk
membakar mampus pula Mao Tin hong diatas perahu tersebut, sehingga
boleh dibilang kita mempunyai musuh yang sama."
"Belum tentu." tukas Kang Tat dingin "Kwa Cun-seng, kau harus
mengerti, diantara kita bukannya sama dendam. apalagi menghadapi
musuh yang bersama-sama. Kami berkhianat pada Mao Tin hong, karena
dia sudah kelewat banyak melakukan perbuatan jahat yang terkutuk.
Sedang kau, gara-gara watakmu yang kemaruk harta dan kemaruk main
perempuan berakibat hilangnya tenaga dalam, kau berkhianat kepada
Mao Tin-hong karena dorongan rasa dendam dan sakit hati, bahkan tak
segan-segan menggunakan berbagai akal licik untuk berbaikan dengan
lohu sekalian, dalam sifatmu itu hingga rencana busukmu dapat
terwujud." Merah padam selembar wajah Kwa Cun seng karena jengah,
cepat-cepat timbrungnya lagi: "Ucapanmu itu memang benar, tapi bagai
manapun juga tujuan kita toh sama !"
"Tidak, tujuan kita sama sekali tidak sama" bantah Kang Tat dengan
suara dalam. "Tapi toh tak terlepas dari usaha kalian untuk mencabut nyawa anjing
bajingan tua she Mao tersebut ?"
Kang Tat tidak menggubris perkatannya, dia hanya mendengus dingin
berulang kali. Terdengar Cukat Tan berkata lebih jauh: "Kwa Cun-seng, tujuan kita
sama sekali berbeda, tujuan lohu sekalian hendak membekuk Mao Tin-hong adalah untuk diserahkan
kepada Sun sauhiap, agar dia yang mengumumkan semua dosa dan
kesalahannya, lalu dijatuhi hukuman mati."
"Sedangkan kau, sama sekali berbeda, kau adalah orang kepercayaan
bajingan tua she Mao itu, karena serakah dan napsu jahatmu akhirnya
kau tertimpa bencana, tapi akibatnya kau
membenci terhadap tulang punggungmu sendiri, kau lantas menyusun
rencana busuk untuk mencelakainya. Sudah mengerti ?"
Kwa Cun-seng baru merasa terkesiap setelah mendengar ucapan
tersebut, segera serunya: "Apa " Jadi kalian mempunyai hubungan dengan Sun Tiong lo ?"
Sekali lagi Cukat Tan mendengus dingin. "Hmmm, kenapa " Apakah
tidak boleh ?" jengeknya. Kwa Cun-seng segera membungkam dalam
seribu bahasa, sementara otaknya berputar kencang untuk memikirkan persoalan
tersebut Sementara itu, Kang Tat telah berkata pula dengan suara yang dingin
bagaikan es:
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kwa Cun seng, lohu masih ingat, tempo dulu kaulah yang telah
menyaru dan menyusup ke dalam gedung keluarga Sun sebagai
mata-mata, apakah semua rencana keji tersebut merupakan hasil dari
rencanamu?" Dengan cepat Kwa Cun seng menggelengkan kepalanya berulang kali,
bantahnya: "Bukan, aku hanya mendapat perintah untuk menyelundup sebagai
mata-mata, sedangkan yang menyusun rencana adalah orang lain."
"Hmm, setelah urusan berkembang jadi begini, kau masih mencoba
untuk mungkir?" Kwa Cun seng segera tertawa getir. "Daripada banyak berbicara,
lebih baik kita kembali kesepakatan
saja, sekarang aku Kwa Cun seng telah berada dalam keadaan seperti
ini, keadaanku tak ada bedanya dengan mati, apa rencana kalian
berdua sekarang terhadap diriku..."
"Yang penting sekarang adalah menyembuhkan dulu penyakitmu itu,
kami hendak mempersilahkan kau untuk ikut kami pergi ke daratan"
sahut Kang Tat cepat. "Oooh. apakah kalian menghendak serahkan diriku kepada Sun Tiong lo
?" Kwa Cun seng menegaskan. Cukat Tan cepat-cepat menggeleng. "Tidak, bukan dia yang
menginginkan dirimu" Mendengar jawaban tersebut, segera timbul
harapan dalam hati Kwa Cun-seng untuk melanjutkan hidup, buru-buru tanyanya: "Lantas
siapakah yang menginginkan aku ?" "Dia adalah kakak dari Sun sauhiap
dari lain ibu, orang itu bernama Bau-ji !" Paras muka Kwa Cun seng kontan saja berubah
sangat hebat. "Aku tahu, sekalipun kumohon kepada kalian juga tak
berguna, mau kabur juga tidak mungkin, sudahlah, aku hanya pasrah pada
keputusan kalian berdua." Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh: "Cuma ada satu
hal yang membuatku merasa heran, tak habis
mengerti selama banyak tahun ini, tatkala aku diselundupkan kedalam
gedung keluarga Sun sebagai mata-mata dulu, kecuali Mao Tin hong
seorang, siapapun tak ada yang tahu."
"Siapa sangka belasan tahun kemudian Sun Tiong lo dan Bau ji bisa
muncul secara tiba-tiba di Bukit Pemakan manusia, bukan saja mereka
berdua tahu kalau aku she Kwa, bahkan mencoba untuk menulusuri
jejakku keempat penjuru." Cukat Tat segera tertawa terbahak-bahak, selanya. "Kwa Cun seng,
apakah kaupun tidak merasa heran, darimana
kami semua bisa tahu kalau orang yang menyusun rencana licik untuk
menyelundup kedalam gedung keluarga Sun tempo hari adalah kau?"
Kwa Cun seng menghela napas panjang. "Kalian adalah orang
sendiri, mungkin saja tanpa disengaja Mao
Tin-hong pernah menyinggung tentang peristiwa tersebut, tapi hal ini
jauh berbeda dengan Bau ji dan Sun Tiong lo."
"Soal inipun tak usah kau bingungkan, mereka pun mendapat tahu
berita ini dari mulut Mao Tin hong" tukas Kang Tat dengan cepat.
"Ooh, rupanya begitu!" keluh Kwa Cun seng sambil menghela napas
sedih. Kang Tat segera mendengus. "Inilah akibat yang harus kau terima
atas perbuatanmu membantu kaum durjana melakukan kejahatan." Sedangkan Cukat Tan
juga berkata dengan wajah bersungguhsungguh:
"Hukum karma selalu akan berputar, siapa yang membantu
kebaikan dia akan memperoleh pahala, siapa yang membantu kejahatan
dia akan mendapat cela, siapa suruh kau membantu kaum durjana
untuk melakukan kejahatan" setelah terjadi peristiwa separti ini ! kau
harus menyalahkan kepada siapa lagi?"
Mendadak Kwa Cii seng tertawa terkekeh-kekeh dengan nada seram.
tukasnya dengan cepat: "Kalian berdua tak usah mengucapkan kata-kata yang menyindir dan
mencemooh diri itu lagi, mari kita berangkat !"
Seraya berkata dengan tangan sebelah memegang dinding, tangan lain
bertahan pada pembaringan dia berusaha bangkit dan duduk.
Baru saja Cukat Tan dan Kang Tat hendak maju untuk membimbingnya,
mendadak Kwa Cun seng membentak keras:
"Tidak usah, aku masih mampu untuk berjalan sendiri !"
Mendengar itu Kang Tat segera tertawa dingin.
"Kau bisa adalah urusanmu sendiri kami tak bisa membiarkan kau
berbuat sesuka hati. maaf. sebelum kami menotok jalan darah bisumu,
hati kami tak akan merasa lega, matikanlah..."
Kwa Cun-seng segera mengulapkan tangannya sambil menukas:
"Aku berjanji tak akan banyak berbicara !" Tapi Kang Tat segera
menggeleng kembali. "Jaminanmu tidak
lebih berharga daripada kentut busuk seekor anjing budukan !" Kwa Cun
seng menghela napas panjang, "Baiklah" katanya
kemudian, "aku akan menurut seperti apa yang kalian inginkan, padahal
hatiku sekeras baja, aku hanya ingin mempergunakan tubuhku yang
setengah mati ini untuk ditukar dengan selembar nyawa dari bajingan
Mao Tin hong, kalau tidak. hm..."
"Kalau tidak kau masih bisa berbuat apa?" jengek Kang Tat dengan
suara dalam. Kwa Cun seng kembali tertawa terkekeh-kekeh. "Kang Tat!" serunya,
"kau jangan menganggap aku Kwa Cun
seng sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk melakukan
pembalasan." Ucapan tersebut segera membuat Kang Tat menjadi
tertegun, serunya kemudian: "Hemm, darimana kau bisa mengenali siapakah diriku hanya didalam
sekilas pandangan saja " Kwa Cun seng mendengus dingin, "Sekalipun kuutarakan juga belum
tentu akan kau pahami !" Kang Tat segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahh...
haaahhh kalau tidak dikatakan memang
jauh lebih baik, aku sama sekali tidak terlalu menguatirkan tentang
masalah ini." Selesai berkata tiba tiba ia melepaskan kain kerudungnya sambil
berkata lagi: "Kwa Cun seng, kau mengatakan dirimu masih mempunyai kemampuan
untuk melancarkan serangan balasan, baik, orang she Kang bukan nya
mencemoohmu karena melihat tenaga dalammu itu sudah punah, aku
hanya ingin mengetahui dengan cara apakah kau hendak melancarkan
serangan balasan tersebut nah. silahkan!"
Kwa Cun seng tertawa. "Saudara Kang, benarkah kau ingin bukti?"
dia mengejek. "Toh kau sendiri yang mengatakan tentu saja benar
atau tidaknya hanya kau sendiri yang tahu!" Pelan-pelan Kwa Cun seng
mengalihkan sorot matanya ke wajah Cukat Tan, kemudian bertanya: "Saudara Cukat, bagaimana menurut
pendapatmu?" Cukat Tan segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh...
haaah... haaahh... tenaga dalam mu sudah punah.
lohu percaya saudara Kang bukan nya sengaja hendak memperolokorang,
akupun yakin dia tak akan menggunakan ilmu silatnya untuk
menghadapimu, oleh sebab itu lohu bersedia untuk berdiri sebagai
penonton saja." Kwa Cun seng segera menuding kearah kursi disampingnya sambil
berkata. "Kalau begitu aku orang she Kwa mengucapkan banyak terima kasih
lebih dulu, silahkan saudara Cukat untuk duduk dulu sambil melihat
keadaan..!" Sambil tertawa terkekeh kekeh Cukat Tan duduk diatas kursi tersebut,
katanya kemudian: "Tampaknya kau seperti benar-benar mempunyai kemampuan untuk
melancarkan balasan!" "Siapa tahu?" kata Kwa Cun seng sambil tertawa: Kemudian
setelah berhenti sejcnak, katanya kepada Kang Tat:
"Saudara Kang, kita hanya akan bergurau saja suatu gurauan yang
biasa, cuma sebelumnya aku menerangkan dulu, aku adalah seorang
manusia yang sudah kehilangan tenaga dalam..."
"Aku mengerti" tukas Kang Tat tak sabar, "tadipun saudara Cukat sudah
berkata bahwa aku tidak akan mempergunakan ilmu silatku untuk
melukaimu, soal ini kau tak usah kuatir dan kaupun boleh melancarkan
serangan dengan berlega hati."
"Tolong tanya, saudara Thio Yok sim kini berada dimana?" tauya Kwa
Cun seng tiba tiba, "Dia sedang mempersiapkan perahu dibawah sana" jawab Cukat Tan
cepat, "mengapa" Apakah kau ada urusan hendak mencarinya?"
Kwa Cun seng menghela napas panjang. "Sayang sekali dia tidak
berada disini!" Mendengar ucapan tersebut, tergerak hati Kang Tat,
serunya mendadak: "Bila ia tak hadir disini, apakah kau tak mampu
membuktikan ucapanmu itu ?" Slkap Kwa Cun seng amat tenang dan sedikitpun tidak
gugup, sahutnya pelan: "Bukan begitu, hanya saudara Thio jadi tak dapat
menyaksikan kepandaianku ini, bagiku hal tersebut patut disayangkan dan dia pun
pasti akan merasa sayang juga !"
Kang Tat segera tertawa. "Tidak menjadi soal, setelah kejadian aku
toh bisa menceritakan semua peristiwa ini kepadanya!" Kwa Cun-seng segera
manggut-manggut "Yaa, nampaknya
memang terpaksa begitu" Sesudah berhenti sejenak, lanjutnya: "Mari:
mari, silahkan saudaia Kang juga duduk dulu, duduk agak lebih dekat
agar bisa melihat dengan lebih jelas lagi !"
Disamping pembaringan tersebut masih terdapat sebuah kursi lagi,
maka Kang Tat segera duduk disana. Sementara itu Kwa Cun-seng telah menyandarkan seluruh tubuhnya
diatas tangan kiri yang berpegangan diatas dinding, nampaknya payah
sekali, tubuhnya yang bersandar diatas dinding pun nampak kepayahan,
katanya kemudian sambil mengebaskan tangannya itu:
"Payah, benar-benar terlampau payah, aku ingin sekali bisa tidur
dengan nyenyak..." Menyaksikan tingkah laku orang itu, dengan kening berkerut Kang Tat
segera berseru. "Hei dapatkah bertindak lebih cepat sedikit" Setelah mengatur
napasnya yang tersengkal-sengkal Kwa Cun
seng berkata. "Tak usah gelisah, segera pun akan terlihat!" Sambil
berkata tangan kirinya diletakkan dulu diatas
pembaringan tersebut kemudian tangan kanannya berpegangan diatas
sebuah cawan kecil disisi pembaringan kemudian kata nya kepada Kang
Tat sambil tertawa. "Hati-hatilah saudara Kang !" Kang Tat mendengus dingin. "Tak usah
kau risaukan, aku bisa menjaga diri baik-baik !" Siapa tahu baru saja
dia selesai berkata, terdengar suara
gemerincing nyaring bergema memecah keheningan lalu dari atas kursi
yang di tempati oleh Kang Tat itu muncul beberapa buah jepitan besi
yang segera membelenggu kaki, tangan serta pinggangnya sehingga
tubuh Kang Tat sama sekali tak mampu berkutik.
Kang Tat mencoba untuk meronta, namun tidak berhasil, akhirnya
dengan suara dalam teriaknya: "Kwa Cun seng, kau bedebah yang berotak licik dan berhati pengecut,
kau manusia tak tahu malu!" Kwa Cun seng sama sekali tidak menjadi gusar, sambil tertawa katanya
kemudian kepada Cukat Tan yang duduk disamping lain:
"Saudara Cukat, katakanlah secara adil, bukankah serangan balasanku
telah berhasil?" Cukat Tan segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaahh...
haaah... Kang tua kau memang harus mengakui..." Belum selesai dia berkata, mendadak Kwa Cun seng telah
membentak lagi dengan suara menggeledek. "Cukat Tan kaupun harus
menyerah dengan puas !" Begitu ucapan tersebut diutarakan segera
terdengar lagi bunyi gemerincing, seperti juga Kang Tat, Cukat Tan mengalami nasib yang
sama duduk terbelenggu diatas kursi tersebut.
Gelak tertawa Cukat Tan kontan saja terhenti ditengah jalan, sebaliknya
Kwa Cun se gera menjengek dengan suara dingin:
"Cukat Tan, sekarang dapatkah kau tertawa lagi ?" "Kwan Cun seng"
seru Cukat Tan dengan gusar, "kecuali kau
membunuh lohu sekarang juga, kalau tidak..." "Tak usah kuatir" sahut
Kwa Cun-seng sambil mengulapkan tangannya, "sekarang aku tak punya minat untuk membunuh orang,
cuma masih berminat melihat orang lain terbunuh, terutama sekali
menyaksikan Mao Tia-bong di bunuh orang.
"Sekarang aku hendak pergi duIu, cuma kalian-pun tak usah kuatir
keadaanku sekarang telah berubah menjadi begini, daripada hidup
begitu lebih baik mati, aku tak bakal melarikan diri dan
menyembunyikan diri." "Sekarang aku hendak mencari Sun Tiong-lo, dengan menggunakan
selembar nyawaku untuk ditukar dengan kematian
Mao Tin hong, tentu saja kalian mungkin akan mati jauh lebih awal
daripadaku. "Nah aku pergi dulu sebelum pergi aku hendak memperingatkan kepada
kalian berdua, selanjutnya janganlah kalian berdua gegabah menghadapi
setiap persoalan, terutama jangan jadi gampang mempercayai perkataan
orang lain !" Berbicara sampai disitu, Kwa Cun-seng segera bangkit berdiri dan
melemparkan tertawa yang seram kepada Kang Tat serta Cukat Tan.
Dalam pada itu, dari arah lorong rahasia sana terdengar Thio Yok sim
sedang berseru: "Perahu sudah disiapkan, cepatlah kalian bekerja !" "Saudara Thio,
cepat kemari !" Sebetulnya Cukat Tan hendak bertertak, namun
ketika dilihatnya Kwa Cun seng sama sekali tidak gugup atau panik, bahkan masih duduk
dengan tenangnya dipembaringan, kata selanjutnya segera ditelan lagi
kedalam perut. Tapi dengan t er iak an dar i Kang Tat t adi sudah cukup,
Thio Yok s im t elah mendorong pintu sambi l masuk k e
dBeagl iatum d.i lihatnya keadaan dari Kang Tat dan Cukat Tan, serta merta dia
menerjang kearah Kwa Cun-seng. Mendadak terdengar Kwa Cun-seng tertawa terkekeh kekeh, tubuhnya
segera bergelinding kedalam pembaringan itu, dibawah tatapan mata
ThioYok-sim dan Kang Tat serta Cukat Tan itulah, bayangan tubuhnya
tahu-tahu lenyap tak berbekas. Menyusul kemudian pintu dan jendela dalam luang rahasia itupun
menutup secara otomatis sehingga sama sekali tak nampak sedikit
cahaya pun yang menyorot ke dalam. Dengan tangannya Thio Yok sim mencoba untuk menyentuh pintu dan
jendela tersebut, ternyata semuanya terdiri dari lapisan besi yang amat
tebal. Ilmu silat mereka bertiga sesungguhnya amat lihay, gara-gara ingin
menang sendiri, akhirnya malah kena terperangkap dalam ruangan
rahasia oleh Kwa Cun seng yang sama sekali sudah kehilangan tenaga
dalamnya itu. Menanti Thio Yok-sim atas petunjuk Kang Tat dan Cukit Tan berhasil
meraba tombol alat rahasia dan menarik kembali jepitan besi yang
membelenggu tubuh Kang Tat serta Cu kat Tan, waktu itu Kwa
Cun-seng sudah naik ke daratan.
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tatkala mereka bertiga berhasil menemukan alat rahasia untuk
membuka pintu dan jendela tersebut, saat itu Kwa Cun-seng sudah
setengah harian di daratan, bagaimana mungkin mereka bisa
menemukan jejaknya lagi " Waktu itu, mereka bertiga benar-benar merasa malu bercampur
menyesal, maka setibanya diatas daratan mereka mulai melakukan
pencarian dalam anggapan mereka, Kwa Cun-seng sudah sulit berjalan,
mungkin gampang untuk diketahui jejaknya.
Siapa tahu hingga malam tiba, sedikitpun tiada kabar beritanya.
Yang lebih aneh lagi, Sun Tiong-Io yang berjanji akan bertemu
dengan mereka disitu pun tidak nampak batang hidungnya. Akhirnya
bertiga mereka bersantap malam kemudian
merundingkan langkah mereka selanjutnya ditempat yang sepi, tapi
mereka menarik kesimpulan, entah kemanapun Kwa Cun-seng melarikan
diri, yang pasti ia tak akan pergi mencari Mao Tin hong lagi.
Oleh sebab itu setelah melakukan perundingan rahasia serta
pertimbangan yang Iain, mereka segera mengambil suatu rencana yang
amat berani, dengan menumpang sampan kecil mereka langsung
menuju ke perahu besar dimana Mao Tin hong terkurung.
Sewaktu tiba di tepi perahu, si bunga mawar telah mendapat perintah
dari Jin Jin untuk menyambut kedatangan mereka.
Di dalam anggapan mereka mereka, tindakan mereka itu pasti akan
dihadapkan pada suatu pertarungan sengit, siapa sangka keadaannya
justeru merupakan kebalikannya. Baru saja sampan itu mendekat perahu besar, si gadis mawar sudah
berseru kepada mereka bertiga: "Atas perintah dari hujin serta toaya, kalian di haruskan untuk
melepaskan kain kerudung sebelum bertemu !"
Ketiga orang itu saling berpandangan sekejap, lalu diwakili oleh Cukat
Tan katanya: "Maaf, bila tiada lencana emas dari majikan, kami semua tak dapat
menuruti perintah !" Bunga mawar tertawa, dia segera memperlihatkan lencana tersebut
sembari berseru: "Nah, kalian sudah puas bukan ?" Cukat Tan sekalian bertiga
kembali saling berpandangan sekejap,
setelah mengetahui kalau lencana emas itu asli, mereka segera
melepaskan kain kerudung masing-masing dan naik ke atas perahu,
kemudian mengikuti di belakang Bi-kui li (gadis bunga mawar) berjalan
masuk kedalam ruangan tengah. setelah memberi laporan, ketiga orang itu dipersilahkan masuk, mereka
segera menyaksikan Mao Tin-hong sedang duduk di ruang tengah
sambil tersenyum, dia duduk bersandar dalam pelukan seorang
perempuan cantik. Ketiga orang itu bersikap seakan-akan tak melihat kehadiran perempuan
cantik itu, setelah memberi hormat kepada Mao Tin hong, serunya
bersama: "Hamba menjumpai majikan." Sambil tertawa Mao Tin-hong segera
mengulapkan tangannya. "Duduk, semuanya duduk, setelah duduk
kita baru berbicara." katanya kembali. Setelah mereka duduk semua, Kang Tat baru bertanya: "Tolong
tanya sampai kapan majikan baru akan kembali ke
perahu.?" Sebelum Mao Tin-hong menjawab, Jin-Jin telah menyela lebih
dulu. "Perahu loteng itu sudah tak ada gunanya lagi, di buang saja !"
Untuk kesekian kalinya ke tiga orang itu berlagak seakan-akan
tidak mendengar, mereka hanya menantikan jawaban dari Mao Tinhong.
Mao Tin hong memandang sekejap kearah Jin Jin kemudian katanya
kepada ketiga orang itu. "Soal itu kita bicarakan nanti saja, sekarang kalian harus memberi
hormat dulu kepada hujin !" Ke tiga orang itu pun tidak bertanya hujin apa atau hujin siapa,
seakan-akan mereka hanya tahu melaksanakan perintah.
Maka sekali lagi mereka memberi hormat kepada Jin Jin sambil katanya
bersama: "Menjumpai hujin !"
Sambil balas memberi hormat, Jin Jin berpaling dan ujarnya kepada Mao
Tin hong. "Sungguh tidak kusangka anak buahmu itu semuanya setia dan
berbakti kepadamu !" Mao Tin hong segera tertawa bangga. "Tentu saja, aku menganggap
mereka sebagai saudara sendiri, ada kesenangan kita nikmati bersama, ada bencana kita hadapi
berbareng." Mendengar ucapan mana, ke tiga orang im segera mendengus dingin,
namun tidak sampai diperlihatkan pada perubahan wajahnya.
Terdengar Jin Jin berkata lagi: "Tampaknya perkataanku tak mungkin bisa memerintahkan mereka
untuk menurut, lebih baik kau saja yang menurunkan perintah, beritahu
kepada mereka kalau perahu loteng itu sudah tak dipakai lagi sekalipun
menggunakan perahu ini juga sama saja."
Mao Tin-hong manggut-manggut, kepada ketiga orang itu segera
serunya cepat: "Nah sudah kalian dengar belum " laksanakan seperti apa yang
dikatakan hujin!" Cukat Tan segera berseru. "Kini Tiancu nomor satu telah kehilangan
tenaga dalamnya, setelah kembali ke perahu dia mengatakan..." Berbicara sampai disitu,
dia sengaja berhenti berkata untuk melihat reaksi dari Jin Jin. Dengan cepat Mao Tin-hong menyambung:
"Soal itu aku sudah tahu, sekarang aku perlu memperkenalkan
kepada kalian hujin adalah isteriku, kami sudah berpisah banyak tahun
dan hari ini baru bersua kembali, maka aku telah bertekad untuk
mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan."
"Perahu loteng dan seluruhnya peralatan yang ada di sana, mulai hari ini
kuserahkan pengusahaannya kepada kalian bertiga, hubungan kita
sebagai majikan dengan pembantupun berakhir sampai disini saja, mulai
saat ini kalian tidak akan bisa bersua lagi denganku..."
Dengan cepat Kang Tat menyela: "Menurut laporan dari Tiancu
nomor satu, majikan terkurung dalam perahu ini." Belum habis perkataan itu diucapkan, Jin Jin telan
tertawa terkekeh-kekeh. "Haaah, haah, haaah, siapa namamu ?"
tegurnya tiba-tiba. "Lohu Kang Tat !" jawabnya tegas.
"Kang Tat. coba kau perhatikan dengan jeIas. Dengan keadaan dari
majikanmu sekarang miripkah dia seperti orang yang sedang dikurung
?" Kang Tat bertiga sudah mengetahui duduk perkaranya, tapi setelah
mendengar perkataan itu, segera mereka menyahut:
"Benar, majikan memang sudah dikurung oleh hujin !" "Aaah,
sungguh aneh. apakah mata kalian sudah dipergunakan
lagi ?" Thio Yok sim segera menimbrung: "Hujin, majikan kami
menitahkan kepada lohu sekalian untuk
menyebut demikian, lohu sekalian tak berani membangkang, cuma
kalau hujin ingin membohongi lohu sekalian aku rasa tidak akan begitu
gampang." Mendengar itu Mao Tin hong segera mengulapkan tangannya dan
berkata sambil tertawa: "Kalian tak boleh bersikap begitu kurang ajar terhadap hujin, aku sama
sekali tidak disekap kebebasanku juga tidak hilang, aku benar- benar
berniat untuk mengundurkan diri dari dunia persilatan dan tidak berebut
nama dan kedu dukan lagi dengan orang lain."
"Kalian adalah sobat karibku. pembantu kami yang baik, saudara yang
terbaik, lain waktu, has Bentrok Para Pendekar 20 Bentrok Para Pendekar 7
dalah seorang lelaki kekar bertubuh penuh berotot sekalipun
pasti akan jatuh pingsan karena ketakutan.
Pada saat itulah, batok kepala perempuan yang cantik jelita itu
bergerak sedikit lalu bertanya: "Apakah dia datang seorang diri?" Dayang genit itu buru-buru
menyahut dengan hormat: "Tidak, ia datang diikuti seorang
pengiring-nya!" Perempuan cantik itu segera mendengus, wajahnya
yang semula dihiasi dengan senyuman kini berubah menjadi penuh amarah.
-ooo0dew0ooo- Jilid 35 SETELAH mendengus serunya: "Pergi dan cepat undang dia kemari,
dia berani membangkang syaratku dengan datang membawa pengiring Hmm! Setelah ia masuk
nanti, serahkan pengiringnya kepada Toa hek dan Ji kim!"
Rupanya dayang cantik itu merupakan orang kepercayaan dari
perempuan cantik itu, dan lagi dia pasti sudah menerima hadiah dari
tamunya, maka sambil tertawa jalang katanya:
"Majikanku yang baik, hal ini mana boleh jadi?" "Mengapa tak boleh
jadi?" kata siperempuan cantik itu sambil
mengerdipkan matanya yang jeli."
"Pengiringnya itu toh tidak sampai ikut naik ke atas sampan terlarang
kita !" Perempuan cantik itu kembali tertawa. "Hei, budak ! Kau telah
mengincar mestika apa lagi darinya ?" dia
menegur. Dayang itu benar-benar bernyali besar, dengan lantang dia
menjawab. "Tiada mestika apa-apa, cuma enam belas kata yang terdiri
dari empat bait kalimat !" Seperti memahami akan sesuatu, perempuan
cantik itu manggutmanggut lalu tertawa terkekeh-kekeh. Selesai tertawa, dengan wajah
serius perempuan cantik itu menegur lagi. "Hei budak, apakah kupasan Hong ti soh cut ?" Agaknya
budak genit itu dapat melihat paras muka majikannya
yang kurang beres, dengan serius segera jawabnya. "Benar, cuma
budak tidak akan melawan perintah majikan hanya
dikarenakan soal kecil itu." Sekali lagi perempuan cantik itu tertawa,
"Apa maksudmu " Kalau sudah menerima hadiah orang, mana boleh kau tampar wajahnya"
Cuma kita tak boleh tertipu, harus mencari orang untuk dijajalkan lebih
dulu !" "ltulah pemberian dari majikan." kata budak itu sambil tertawa.
Perempuan cantik itu berpikir sebentar kemudian katanya lagi:
"Disaat aku mengajaknya membicarakan persoalan kami, kau
bawalah pengiringnya itu ke istana Mi-kiong disamping sana, kau harus
mencobanya secara baik-baik, tapi apa kau yakin?"
Mendengar ucapan mana, dengan wajah berseri dayang genit itu
segera menyahut. "Tak usah kuatir majikan, budak tanggung pasti menang !"
Perempuan cantik itu kembali tertawa terbahak-bahak: Sewaktu
semua lampu kristal dalam istana Mi-kiong telah
berubah menjadi merah semua, kau harus membuka cermin iblis
Mo-cing tersebut, aku hendak menonton bagaimana akhir dari
pertarunganmu bersamanya dari ruangan ini."
Dayang itu berlagak tersipu-sipu, serunya dengan muka agak memerah:
"Majikan. memalukan sekali keadaanku waktu itu !" Perempuan
cantik itu segera tertawa, "Bila kau bisa malu, seharusnya sejak dulu
sudah mampus, nah, pergilah !" Kata-katanya yang terakhir ternyata sudah berobah menjadi
dingin sekali bagaikan es. Dayang genit tersebut tak berani banyak
komentar lagi, sesudah menjura dalam-dalam, ia segera mendorong pintu kristal itu dan berlalu
dari situ. Tak lama kemudian pintu dibuka kembali dan dayang itu
mempersilahkan tamunya masuk sembari melapor:
"Kokcu dari lembah Tay hian mo-kok tiba!" ooooOdewOoooo
SEORANG lelaki yang bertubuh kekar segera berjalan masuk pula
ke dalam ruangan itu dengan langkah lebar. Sementara itu, dayang
genit tadi telah mengundurkan diri dari
ruangan sambil merapatkan kembali pintu ruangan. Berhubung lelaki
kekar itu sedang menundukkan kepalanya
ketika dayang genit itu memberikan laporannya, maka dia tak tahu
kalau tuan rumah sedang duduk diruangan tengah tersebut, tanpa
terasa dia mendongakkan kepalanya dan celingukan ke sekeliling
tempat itu, Ketika lelaki itu mendongakkan kepalanya untuk mencari dimana tuan
rumah berada itulah, serta merta tampak jelas wajah aslinya, ternyata
dia tak lain adalah Lok-hun-pay tersebut.
Tentu saja diapun tak lain adalah Sancu dari Bukit Pemakan Manusia,
Mao Tin-hong adanya. Tapi mengapa dayang genit itu melaporkan
namanya sebagai Kokcu dari lembah Tay hian-mo-kok "
Tapi terlepas dia adalah Kokcu dari lembah manapun, yang pasti dia tak
lain adalah Mao Tin-hong. Sudah satu putaran Mao Tin hong mencari tuan rumah tapi belum juga
ketemukan orangnya, tanpa terasa lagi dia masuk ke ruang tengah
dengan kening berkerut. Sesudah berjalan beberapa langkah akhirnya dia menemukan tempat
yang menonjol ke dalam itu, kemudian setelah diperhatikan berapa
saat, tertawalah dia, dengan cepat ia berpaling ke arah singgasana
dimana kepala perempuan cantik itu berada, kemudian setelah menjura
katanya: "Hujin, semenjak berpisah baik-baikkah kau?" perempuan cantik itu
tertawa. "Apakah kaupun berada dalam keadaan baik-baik " Mari, mari, mari,
duduklah disisiku sini!" Ucapan itu amat lembut dan menggairahkan, siapa pun tak akan
menampik atas tawaran tersebut. Tapi Mao Tin nong tidak bergerak, ia masih tetap berdiri di posisi
semula sembari menampik: "Tak usah, silahkan hujin saja yang datang kemari, bagaimana kalau
kita duduk dalam kursi yang terpisah saja."
Mendengar itu, sambil tertawa perempuan cantik itu berseru :
"Kenapa " Apakah toa Kokcu masih merasa begitu ketakutan?"
Mao Tin-hong tertawa getir. "Harap hujin memaafkan, sekali kena
dipagut ular, selama sepuluh tahun lohu takut dengan tali jerami" Kembali perempuan cantik
itu tertawa terkekeh-kekeh, lama kemudian dia baru berkata: "BetuI juga perkataanmu itu, dalam kolong
langit dewasa ini memang hanya kokcu seorang yang berhasil meloloskan diri dari sisiku
dengan selamat tanpa cidera, bahkan berhasil kabur dengan aman
sentosa, itulah sebabnya aku benar-benar sangat merindukanmu."
Walaupun berada diatas perahu musuh, kegagahan dan kewibawaan
Mao Tin hong sedikitpun tidak berkurang, katanya kemudian.
"Sama-sama, hujin pun merupakan satu-satunya musuh besar lohu
yang ingin kubunuh untuk melampiaskan rasa sakit hatiku, tapi aku
merasa tak mampu untuk melakukannya."
Kini, perempuan cantik itu tidak tertawa lagi, ujarnya dengan wajah
serius. "Mao kokcu, kau benar-benar merusak suasana, sebenarnya aku pikir
setelah bersusah-payah kita berjumpa lagi, urusan serius kita bicarakan
belakangan saja, yang penting kita harus bersenang- senang lebih
dulu." "Hujin, lohu tidak keberatan untuk bersenang-senang, cuma kebiasaan
lohu justru jauh berbeda dengan kebiasaan hujin, aku harus
menyelesaikan semua persoalan lebih dahulu sebelum mempunyai
kegembiraan untuk bersenang-senang !"
"Ooh, kalau begitu mari kita bicarakan soal serius lebih dulu !" sembari
berkata, kepala perempuan cantik itupun segera melayang keluar..
Setelah melayang keluar maka segala sesuatunya pun jadi terang,
rupanya ia mengenakan pakaian yang berwarna dan terbuat
dari bahan yang sama dengan kain tirai, seluruh tubuhnya terbungkus
rapat sehingga cuma kepaIanya saja yang kelihatan.
Tangan maupun kakinya juga sama sekali tidak terlihat, itulah sebabnya
ketika ia duduk di singgasana tadi, sepintas lalu seperti nampak
kepalanya saja, coba kalau orang tak tahu rahasia tersebut pasti
mereka akan menganggapnya sebagai mahluk aneh.
Dengan langkah yang lemah gemulai dia berjalan menuju kesisi kiri
ruangan dan duduk di sana. Lalu sambil mengulapkan tangannya, dia berseru kepada Mao Tin hong
sambil tertawa: "Mao kokcu, silahkan duduk." Mao Tin hong manggut-manggut, dia
lantas duduk dihadapan perempuan cantik itu. Ketika perempuan cantik itu menekan dialas meja
yang berbentuk empat persegi panjang itu, dari sisi meja segera meuncur
keluar dua buah kotak, dalam kotak berisikan buah-buahan dan botol
porselen. Isi botol itu adalah cairan yang berwarna-warna, ada yang penuh ada
pula yang tinggal separuh isinya. "Mao kokcu" ucap perempuan cantik itu kemudian, "tentunya kau
mengetahui akan watak ku bukan?"
Mao Tin hong mengangguk. "Betul, lohu merasa bangga akan hal
itu." Sambil tertawa kembali perempuan cantik itu berkata. "Bagus
sekali, dalam botol itu berisikan berbagai macam sari
bunga dan sari tumbuh tumbuhan yang kukumpulkan dengan susah
payah untuk dibikin minuman lezat. "Apabila Mao kokcu benar-benar mengetahui akan watakku itu maka
silahkan saja minum, diatas botol semuanya tercantum nama,
cuma aku percaya sekalipun sudah kau baca juga belum tentu
mengetahui artinya." Mao Tin hong tertawa. "Persis seperti apa yang hujin katakan, lohu
memang tidak begitu menguasai tentang minuman arak." "Bagus sekali" kata perempuan
cantik itu sambil tertawa merdu, "kalau begitu kau boleh perhatikan diriku, bila aku menuang warna apa,
kaupun menuang warna apa, tanggung kau tak bakal salah, lagipula
setelah diminum pun akan mendatangkan banyak manfaat !"
Mao Tin hong cuma tersenyum dan tidak menjawab. Saat itulah
perempuan cantik itu berkata: "Sekarang, ambillah dulu cawan
kristal di-pinggir sana." Mao Tin hong menurut dan melaksanakan
apa yang diminta. Kemudian perempuan cantik itu berkata lebih
jauh: "Sekarang tuanglah satu bagian yang berwarna hijau, dua
bagian yang putih ditambah satu bagian yang merah dan satu bagian yang
kuning emas, akhirnya tambah dengan dua tetes yang berwarna jeruk,
maka siaplah minuman tersebut."
Sementara perempuan cantik itu menyebutkan satu persatu, maka Mao
Tin hong segera melaksanakan seperti apa yang diperintahkan.
Ketika minuman tersebut sudah siap, perempuan cantik itu segera
menekan lagi sebuah tombol dan arak itu pun meluncur masuk kembali
ke balik dinding. Mao Tin hong yang menyaksikan kejadian itu diam-diam mengangguk
pikirnya: "Hanya dua puluh tahun tidak berjumpa dengan perempuan ini,
nampaknya kemampuan yeng dimiliki tersebut kian lama kian
bertambah hebat..." Sementara dia berpikir, perempuan cantik itu sudah mengangkat
cawannya sambil berseru: "Mao kokcu, silahkan !" Dengan serius Mao Tin hong menggeleng,
tampiknya. "Tidak, harap hujin sudi memaafkan penampikanku ini."
"Mengapa ?" seru perempuan cantik itu dengan wajah tertegun,
"apakah kau masih tidak merasa lega hati . . ." Tapi secara otomatis dia
menghentikan perkataannya, lalu sambil
tertawa manggut-manggut, sambungnya kemudian: "Baik, mari kita
bertukar cawan, seharusnya sekarang tak ada
persoalan lagi bukan?" Sementara berbicara, dia lantas mengendorkan
pegangannya pada cawan tersecut, sementara cawan itupun meluncur kedepan
dengan mantap dan lamban, seakan ada sesosok sukma gentayangan
saja yang menghantar cawan itu ke hadapan Mao Tin- hong.
Bukan hanya itu saja, sembari bicara tangan kanannya melemparkan
cawan arak sendiri ke depan, tangan kirinya segera menunjuk kearah
cawan arak milik Mao Tin-hong yang berada dimeja. cawan itu segera
melayang keudara dan meluncur kehadapannya.
"Tidak usah, cawan araknya tidak usah di tukar!" kata Mao Tin hong
kemudian. Sembari berseru, Mao Tin hong segera mendorong tangan kirinya
kedepan. sedang tangan kanannya segera melakukan cengkeraman ke
tengah udara. Akhirnya kedua buah cawan arak itu sama-sama terhenti ditengah udara
dalam posisi sejajar, selisih jarak antara kedua cawan itu hanya
beberapa inci saja, untuk maju tak bisa maju, untuk mundurpun tak
dapat mundur. Perempuan cantik itu kontan saja berteriak. "Bagaimana sih ini"
Masa baru saja datang sudah mengajakku
beradu tenaga dalam" Apakah kau tidak merasa rikuh ?" Sementara
berbicara tangan kirinya segera menggapai dengan
cepat, sedangkan tangan kanannya melakukan tekanan, tampaknya dia
tetap bersikeras hendak bertukar cawan.
Tapi kali ini Mao Tin-hong sudah melakukan persiapan yang matang, dia
segera menggapaikan pula tangan kanannya sementara tangan kirinya
mendorong. Ke dua cawan arak tersebut masih tetap melayang diatas udara, hanya
arak yang ada didalam cawan tersebut bergoncang keras.
Lama kelamaan perempuan cantik itu menjadi agak mendongkol juga,
tiba-tiba dia berseru: "Mao kokcu, caramu ini sama sekali tidak mirip dengan sikap seorang
tamu ?" Dengan lembut Mo Tin-hong segera berkata: "Harap hujin segera
menarik kembali cawan mu, lohu ada persoalan yang hendak disampaikan." Menggunakan kesempatan ituIah
perempuan cantik tersebut segera menarik kembali kekuatannya dan berkata. "Mengapa tidak kau
katakan sedari tadi " Betul-betul kelewatan
kau ini." Sembari berseru dia lantas menggapai lagi dan menarik
kembali cawan araknya. Sedangkan Mao Tin-hong segera menarik cawan
araknya dan diletakkan diatas meja, katanya kemudian: "Hujin, bukankah tadi lohu
sudah mengatakan lebih baik kita membicarakan masalah pokoknya lebih dulu kemudian baru mencari
kesenangan..?" "Masa menghormat secawan arak untuk tamupun kau anggap sebagai
suatu kesenangan?" seru perempuan cantik itu dengan kening berkerut.
"Tidak, itu merupakan kesopanan dan tata krama belaka." Mao Tin
hong segera tertawa. "Yang dimaksudkan menghormati tamu dengan
secawan arak sebagai tata kesopanan tidak termasuk hujin diantaranya." "Kokcu, apa
maksud dan penjelasan dari perkataanmu itu?" seru
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan cantik itu dengan perasaan tidak habis mengerti. Sekali lagi
Mao Tin hong tertawa. "Hujin, cairan hijaumu itu adalah Hoat-coa-tan
(empedu ular hidup), yang merah adalah Ci coa hiat (darah ular merah), yang putih
adalah C'n yo ho cing (sari sperma kambing birahi), sedangkan setetes
cairan jernih itu melampaui pil Kut su wan dari istana terlarang, apabila
benda-benda tersebut dicampurkan jadi satu, sekalipun Lu lun yang
minumnya, aku rasa diapun tak akan mampu untuk membicarakan
persoalan pokok dulu?" serunya.
Perempuan cantik itu segera membelalakkan matanya lebar-lebar
sambil memperlihatkan sinar yang amat aneh, serunya kemudian sambil
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Luar biasa, luar biasa, Mao Kokcu kali ini aku benar-benar merasa amat
kagum dengan dirimu !" "Perkataan hujin kelewat serius, itu mah masih belum terhitung
seberapa !" "Sungguh tak kusangka setelah berpisah hingga kini, pengetahuan dari
kokcu bertambah luas, kalau dilihat dari sini, mungkin segala mestika
andalanku selama ini tak akan mempan lagi terhadap dirimu".
"Aah, semuanya itu karena hujin terlampau sungkan." seru Mao Tin
hong cepat. Perempiian cantik itu kembali memutar biji matanya, kemudian
menatap wajah Mao Tin hong lekat-lekat, memandangnya sampai lama
dan lama sekali. Tanpa terasa Mao Tin hong bertanya: "Hujin, apa yang kau perhatikan
?" Sambil mengerdipkan matanya, jawab perempuan cantik itu.
"Tin-hong, mungkin aku hendak mengundurkan diri !" Mendengar
perkataan tersebut, Mao Tin hong segera merasakan
emosinya bergolak, hampir saja dia tak mampu untuk mengendalikan
diri. Tapi sekejap mata kemudian, dia berhasil menenangkan diri, namun
sengaja dengan menunjukkan perasaan emosi yang meluap-luap, dia
berseru. "Jin Jin. kau . . . . kau,. . . sungguhkah perkataanmu itu ?" Temyata
perempuan itu bernama Jin Jin, sebuah nama yang
sangat indah sekali. Jin-Jin mengerdip genit lalu sahutnya dengan suara
yang sangat aleman: "Tin hong dahulu aku hendak membunuhmu, bahkan tidak
segan-segan menggunakan ilmu Huan yang soh kut toa hoat untuk
menghadapimu, hendak membinasakan kau, tahukah kau apa sebabnya
?" Sepasang mata Mao Tin hoog telah berubah menjadi merah, air mata
sudah mengembang dalam kelopak matanya agak terisak sahutnya:
"Aku . . . hingga kini pun aku masih tidak habis mengerti !" Jin Jin
segera menghela napas panjang. "Aaaai... hal ini semua tak lain
karena aku gemas kepadamu.. !" Ucapan tetsebut amat merayu,
amat mempersonakan hati orang, membuat pendengaran nya serasa tulang belulangnya pada lepas
semua. Demikian pula halnya dengan Mao Tin hong tapi sekarang hatinya sudah
mendingin dan mengeras seperti baja, hatinya kaku seperti batu karang,
lambungnya seperti bukit salju dan dadanya penuh dengan hawa dingin
yang merasuk tulang. "Oleh sebab itu, ia sama sekali tidak terpengaruh oleh rayuan
perempuan cantik itu. Tapi dia toh berlagak jaga seakan-akan terayu oleh perempuan itu,
mendadak saja dia bangkit berdiri, mukanya, telinganya berubah
menjadi merah, tangan dan kakinya gemetar.
Napasnya memburu. seakan-akan setiap saat hendak menubruk tubuh
Jin-jin, dan menelannya hidup-hidup.
Tapi akhirnya dia hanya melelehkan dua titik air mata, sambil menghela
napas katanya pura-pura: "Yaa, akupun tahu kalau kau amat benci kepadaku, tapi... tapi mengapa
bisa begitu?" "Karena kau tidak becus, selalu saja selisih sedikit daripadaku meski
hanya selisih sedikit saja, tapi kau harus tahu, selisih tersebut adalah
begitu menggemaskan begitu menjengkelkan hati."
"Kau bilang, setiap kali berhubungan sudah pasti akan gembira dan
merasa tenang, tetapi justeru karena ketidak becusanmu itu. karena kau
tak man berlatih ilmu Tian im ci sut" akhirnya disaat- saat terakhirku
mendapatkan kegembiraan yang paling top, aku selalu harus kecewa
dan seolah-olah terperosok dalam gudang salju nan dingin, sekali
begitu, dua kali begitu dan selanjutnya begitu terus, aku.... kecuali aku
membencimu, akhirnya aku jadi ingin membunuhmu selain itu, apalagi
yang bisa ku lakukan. Apa lagi?"
Mao Tin hong menghela napsu panjang. "Tegurmu itu memang
tepat, tapi... Jin jin ... mengapa kau tidak
berpikir, pernahkah kau memberi waktu kepadaku agar hatiku menjadi
tenang dan berlatih diri beberapa saat?"
Jin jin segera tertawa cekikikan. "Buat apa kau harus berkata demikian" Seandainya di kemudian hari
aku tidak merasa kalau diriku pun bersalah, hari ini apa mungkin aku
bersedia datang dari tempat jauh untuk menantikan kedatanganmu di
telaga yang dingin ini?" Mao Tin hong menundukkan kepalanya rendah-rendah, lalu menghela
napas panjang. "Terima kasih atas kebaikanmu itu, sayang sekali..." dia sengaja
berhenti berbicara dan menghela napas lagi.
"Sayang apa?" seru Jin Jin dengan tak sabar. Dengan sorot mara
yang murung dan penuh kekesalan Mao Tin
hong melirik sekejap ke arahnya, lalu menjawab. "Jin Jin, tahukah kau
mengapa aku menggunakan tanda pengenalan untuk mengundang kau bertemu disini kali ini ?" Jin Jin
menggeleng. "Aku toh bukan dewa, darimana bisa tahu?" Ditinjau dari
sikap maupun nada pembicaraan dari Jin Jin, bisa
diketahui kalau perasaan hatinya sekarang adalah luapan emosi yang
sungguh dan tulus. Sekali lagi Mao Tin hong menundukkan kepalanya rendah- rendah,
lama kemudian dia baru menjawab: "Sebab pertemuan kali ini adalah pertemuan yang terakhir kalinya untuk
kita suami isteri berdua !" Paras muka Jin-jin segera berubah hebat sesudah mendengar perkataan
itu, dengan cepat dia melompat bangun dan melayang ke depan, lalu
duduk disisi Mao Tio hong. Kali ini Mao Tin liong sama sekali tidak bergerak barang sedikitpun jua,
dia hanya melirik sekejap ke arahnya sambil tertawa getir.
"Jin jin" katanya lagi. "Kali ini, sekalipun kau hendak menghadapi diriku
dengan cara yang apa pun, aku tak akan ambil perduli"
Jin jin segera menggenggam tangan Mao Tin hong, lalu digoyangkan
berutang kali, serunya. "Aku tak akan menghadapimu dengan cars seperti dahulu lagi, tahukah
kau aku berbicara sejujurnya kini, kau lebih hebat daripadaku bayangkan
sendiri, mana aku tega untuk menggunakan cara seperti itu lagi untuk
menghadapi kau ?" Sekali lagi Mao Tin hong tertawa getir, dia tidak mengucapkan sepatah
kata pun. Terdengar Jin jin mendesak lebih jauh: "Tin hong, cepat katakan,
mengapa pertemuan kita yang terakhir
kalinya ?" "Pada waktu itu, setelah aku berpisah denganmu, suatu
ketika aku telah berkenalan dengan seorang she Sun bernama Pak gi.
berhubung banyak hawa murniku yang rusak ditanganmu sehingga
tenaga dalamku maju amat lamban akhirnya aku ketinggalan jauh
dengan kemampuan yang dimiliki sanabatku itu,
"Justru karena alasan ini, lagi lagi aku melakukan suatu kesalahan besar,
watakku makin lama semakin berubah, aku menjadi mendendam
kepadanya sehingga akhirnya membantai seluruh isi keluarganya."
"Dan sekarang, keturunan Sun Pak gi hendak melakukan pembalasan
dendam terhadap dirimu?" seru Jin Jin mendadak.
"Benar, dia sudah datang dan aku pernah berjumpa dengannya,
akupun telah mencoba kepandaian silatnya yang tangguh!"
"Mugkin dia juga lebih tangguh daripada dirimu?" Sekali lagi Mio Tin
hong mengiakan, "BetuI, dia memiliki ilmu Sin
kiam hap it ( pedang dan tubuh berpadu) yang luar biasa sekali,
mungkin tiada manusia Iagi dikolong langit dewasa ini yang mampu
menandingi kelihayannya !" Jin Jin segera mendengus dingin. "Hmmm. belum tentu begitu, dia akan mampus bila terperangkap
dalam barisan Toa mi thian hu siu tin ku ..."
Berbicara sampai disini, mendadak perempuan tersebut seperti
menyadari akan sesuatu, segera serunya:
"Tin hong, bukankah kedatanganmu kemari adalah untuk memohon
kepadaku agar mengurungnya dengan mempergunakan ilmu barisan
tersebut..?" Ternyata Mao Tin hong mengakui secara terus terang. "Benar, aku
memang ingin memohon bantuanmu, sebab cuma
barisan itu saja yang mampu untuk mengurungnya, dan hanya kau
yang mungkin bisa menolongku untuk lolos dari bencana ini!"
"Tin hong, apakah kau tidak merasa terlalu berani untuk mengambil
keputusan tersebut ?" Mao Tin hong manggut-manggut. "Benar, tapi bagaimanapun juga
kita kan suami isteri, apalagi aku toh merupakan seorang yang sudah ditakdirkan mati, daripada mati di
ujung pedang Iawan, toh jauh lebih enakan mati di tanganmu sendiri?"
Jin Jin segera berkerut kening. ?"Apakah tak bisa dibereskan
persoalannya dengan mempergunakan cara yang lain." Mao Tin hong menggeleng. "Tak
mungkin, karena persoalannya adalah dendam berdarah,
hutang berdarah dan pembalasan berdarah, maka hanya darah yang
bisa menyelesaikan masalah ini."
Sekali lagi Jin-Jin berpikir sejenak. "Seandainya kukabulkan
permintaanmu itu dan berbaikan kembali denganmu, bersediakah kau untuk turut aku pulang ke rumah
kita sana. Mao Tin hong menggeleng. "Keamanan disitu hanya bersifat
sementara saja, masa dia tak bisa mengejar sampai kesitu?" Jin Jin segera bangkit berdiri, lalu mulai
berjalan mondar mandir diseputar ruangan. Menggunakan kesempatan disaat perempuan itu
sedang berjalan mondar mandir itulah, diam-diam Mao Tin boog melepaskan jubah
panjangnya... Ketika Jin-jin melihat Mao Tin-hong sudah melepaskan jubah
panjangnya itu, tanpa terasa dia bertanya:
"Hai, apa yang hendak kau lakukan ?" Mao Tin hong tertawa getir, "Jin
Jin, marilah, pertemuan kita kali ini adalah pertemuan yang terakhir
kalinya, mungkin kesenangan yang kita lakukan sekarangpun merupakan
kesenangan yang terakhir kalinya, persoalan apapun tak usah
dibicarakan lagi, marilah kita..."
"Tidak" tukas Jin Jin sambil menggelengkan dengan wajah serius, "Tin
hong, sekarang aku sudah benar-benar menganggap dirimu sebagai
suami sendiri, sekalipun perasaan dan sifat kita berbeda pun tak
mungkin bakal terjadi lagi peristiwa yang lalu."
Mao Tin hong segera menggeleng pula, "Tidak mungkin. tak mungkin
bisa kulakukan karena aku adalah orang yang sudah ditakdirkan untuk
mati." katanya seolah putus asa.
Sekali lagi Jin Jin mendengus. "Aku tidak percaya, bila aku tidak
mengijinkan kau untuk mati, siapa mampu untuk membunuhmu?"
Mao Tin hong masih saja menggelengkan kepalanya, cuma kali ini dia
tidak bersuara lagi. Dengan gembira Jin-Jin berkata lagi: "Tin hong, apakah orang she
Sun itu bakal mencari sampai disini?" Mao Tin hong termenung sambil berpikir sejenak, lalu sahutnya sambil
tertawa getir: "Siapa tahu" Anak muda itu memang memiliki kemampuan yang luar
biasa mengelabuhi dirinya." Jin-jin segera tertawa. "Sekalipun dia bisa mencari sampai disini, juga
tak mungkin muncul disaat sekarang, atau sekalipun malam ini dia bisa mencari
sampai disini, rasanya juga tiada sesuatu yang perlu ditakuti."
"Jin-jin" kata Mao Tin hong kemudian "tahukah kau bahwa selama
banyak tahun ini aku terlalu banyak berhutang kepadamu" Tentu saja
aku tidak menyangkal kalau ada sementara waktu akupun merasa amat
mendendam kepadamu, tapi setelah kau menjelaskan alasanmu yang
lalu, aku lantas mengakui bahwa kesemuanya ini sebetulnya merupakan
kesalahanku." "Tidak" tukas Jin Jin cepat, "Tin hong, ucapanmu memang betul, waktu
itu aku terlampau menyiksa kau, pada hakekatnya sama sekali tidak
memberi kesempatan kepadamu untuk berlatih diri, itu terlampau
mementingkan diriku sendiri." Pelan-pelan Mao Tin hong mengulurkan tangannya dan memeluk
pinggang Jin Jin, kemudian katanya:
"Sudahlah, jangan berbicara lagi, dalam peristiwa yang lalu kita semua
mempunyai kesalahan, yang sudah lewat biarkan saja lewat!"
Jin Jin tertawa manis, dia lantas bersandar diatas dada Mao Tin hong
sembari berbisik: "Kau baik sekali, sudah banyak tahun aku tak pernah bersandar diatas
dada yang begini lebar dan berotot, dimasa masa lampau aku selalu
merasa seakan-akan telah kehilangan sesuatu, tetapi sekarang aku baru
mengerti !" Mao Tin hong turut tertawa, dia memberikan reaksi yang amat mesra
dan hangat. Serta merta keempat lembar bibir mereka menempel dan berciuman
dengan mesranya. Dua tubuh itupun menggeliat-geliat seperti dua ekor ular, saling
mengisap dan saling meludah, lama-lama dan lama sekali..
Akhirnya Mao Tin-hong mendapat kesempatan untuk berganti napas,
dia menghela napas panjang: Jin Jin membetulkan duduknya, lalu katanya. "Coba lihatlah keadaanmu,
baik-baik begini mengapa lagi mesti menghela napas panjang?"
Mao Tin-hong menundukkan kepalanya rendah-rendah. sewaktu
mendongakkan kembali dengan wajah serius sahutnya.
"Jin Jin, benarkah kau bersedia membantuku untuk menghadapi si anak
muda tersebut ?" Jin Jin mengangguk "Tentu saja. aku bersedia untuk melakukan apa
saja bagimu." katanya. Ternyata tidak tidak terlintas rasa gembira di atas wajah Mao Tin hong,
kembali ujarnya: "Jin Jin, aku cukup tahu bagaimanakah perasaan cintamu kepadaku, dan
aku merasa berterima kasih kepadamu, tapi bagaimana pun juga, dalam
peristiwa yang lampau, semuanya merupakan kesalahanku."
"Oleh sebab itu aku merasa bahwa untuk melindungi jiwaku, hal ini
sudah merupakan hal yang lumrah, tapi tidaklah pantas bila kita harus
turun tangan untuk mencelakai si anak muda itu lagi."
Mendengar ucapan tersebut, Jin Jin menjadi kegirangan setengah mati,
serunya tanpa terasa. "Tin hong, kau benar-benar telah berubah, aku... aku merasa gembira
sekali !" "Bukankah kaupun telah berubah juga?" kata Mao Tin hong sambil
tersenyum.
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dahulu aku terlalu tak mengerti urusan, tapi sekarang sudah tidak..."
Mao Tin hong segera menepuk-nepuk bahu Jin Jin, kemudian katanya
lebih jauh: "Jin Jin, apakah kau telah mengabulkan semua persoalan yang telah
kuucapkan tadi?" Jin Jin mengangguk. "Tentu saja aku akan mengabulkan
permintaanmu itu, dan sudah sepantasnya bila mengabulkan permintaanmu tersebut." Mao Tin-hong
tertawa. "Kalau begitu aku harus berterima kasih dulu kepadamu,
kemudian baru memohon suatu hal lagi kepadamu." "Katakanlah, apa
permintaanmu itu?" tanya Jin Jin sambil
bersandar kembali dalam rangkulan Mao Tin hong. "Aku berharap agar
kau sudi memberi petunjuk kepadaku tentang ilmu Toa-mi thian hun siu tin tersebut !" "Aaah, buat apa kau
mempelajari ilmu tersebut ?" Jin Jin berseru
tertahan. Dengan wajah bersungguh-sungguh Mao Tin hong berkata:
"Jin Jin, aku mempunyai dua alasan., per fama, aku tidak
menginginkan kau yang menampilkan diri untuk bermusuhan dengan
pemuda she Sun tersebut, karena persoalan ini adalah persoalanku
sendiri. "Ke dua, aku ingin menggunakan sendiri barisan tersebut untuk
mengurungnya, agar dia mengira telah kalah ditanganku dan menyerah
dengan perasaan takluk, sehingga ambisi nya untuk membalas dendam
kepadamu diurungkan. "Cuma... kau tidak usah kuatir Jin jin. aku tidak ingin mengetahui
rahasia dari ilmu barisan tersebut karena kepandaian itu merupakan
andalanmu, aku tidak lebih hanya ingin mengetahui bagaimana
caranya masuk dan ke luar secara bebas karena hal mana sudah lebih
dari cukup bagi diriku!" Penjelasan mana segera berhasil memusnahkan kembali rasa curiga
yang baru saja timbul dalam hati Jin Jin, pada hal disinilah letak
kelihayan dari akal muslihat dan kelicikan Mao Tin hong, dia telah
menunggangi ke terus terangan Jin Jin yang sedang di mabuk cinta.
Maka Jin Jin segera bangkit berdiri dan berjalan menuju ketempat
singgasananya, dari suatu tempat disekitar sana dia mengeluarkan kitab
rahasia Toa mi thian hun siu tin tersebut.
Setelah itu sambil melemparkan kitab tadi kehadapan Mao tin hong, dia
berkata: Periksalah sendiri, pada halaman pertama diterangkan asal mula dari
ilmu barisan tersebut, kemudian cara untuk mengatur ilmu barisan,
sedangkan pada dua halaman yang terakhir tercantum cara untuk
masuk keluar dari barisan tersebut secara leluasa seperti apa yang kau
kehendaki !" Sambil tersenyum Mao Tin hong manggut-manggut terhadap Jin Jin
sebagai tanda terima kasihnya. Kemudian ia tidak memperhatikan ke arah Jin Jin lagi, diapun tidak
membuka halaman pertama kitab tersebut, melainkan hanya membuka
pada dua halaman yang terakhir dan memusatkan seluruh perhatiannya
untuk mempelajari semua isi kitab mana.
Jin Jin sendiri, meski sudah hilang rasa curiganya, bukan berarti sama
sekali mengendor kan kewaspadaannya, sekarang dia baru benar-benar
merasa berlega hati, dan sekulum senyuman yang polos segera
tersungging diujung bibirnya. Jin Jin memang seorang perempuan jalang, dan hal ini tak bakal keliru,
tapi dulunya dia adalah seorang gadis polos yang berhati bajik, justru
salah bertemu orang itulah berakibat dia melakukan hal-hal seperti itu.
Sejak dipaksa untuk meninggalkan perempuan itu, sesungguhnya Mao
Tin hong sudah merasa membenci dirinya sehingga merusak ketulang
sumsum, tapi Mao Tii hong yang memang memahami watak dari Jin Jin
segera melakukan siasat menyiksa diri untuk memancing perempuan
tersebut agar masuk ke dalam perangkap.
Ternyata Jin Jin memang masuk perangkap. Tak selang berapa saat
kemudian, Mao Tin-hong telah menutup
kembali kitab pusaka itu dan disodorkan kembali kehadapan Jin Jin.
kemudian katanya. "Aku rasa cara itu sudah cukup kupahami, terima kasih banyak atas
kebaikanmu itu." Jin Jin tertawa. "Simpan saja dalam sakumu, bila adu waktu boleh
kau periksa sekali lagi dari awal sampai akhir, aku sudah hapal semua itu kitab itu
diluar kepala, bahkan berhasil juga menciptakan banyak perubahan yang
lain, aku sudah tidak membutuhkan kitab itu lagi !"
"Tidak" kata Mao Tin hong dengan wajah serius sembari menggeleng,
"aku bersumpah tak akan memeriksa kitab pusaka itu lagi !"
"Mengapa begitu?" tanya Jin Jin dengan kening berkerut. Mao Tin
hong hanya tersenyum sambil menggeleng, mulutnya
membungkam dalam seribu bahasa, kitab tersebut segera disodorkan
kembali kedalam pangkuan Jin Jin. Sikap maupun tindak tanduknya yang gagah dan hangat ini. segera
membuat Jin Jin merasa gembira sekali.
Baru saja dia menyimpan kembali kitab pusaka itu, Mao Tin hong telah
memeluknya sambil berbisik: "Jin Jin, aku... aku... ingin..." Merah jengah selembar wajah Jin Jin,
ucapan tersebut kontan saja membuat seluruh tubuh perempuan itu menjadi lemas,
dia segera menyandarkan kepalanya diatas dada Mao Tin hong dan
merintih lirih. Dengan lembut dan metra Mao Tin hong membaringkan tubuh Jin jin
diatas permadani yang tebal, kasur untuk duduk dijadikan sebagai
bantal merekapun berbaring sambil ber pelukan.
Mao Tin hong segera menfaatkan kesempatan itu untuk mulai
menggerayangi seluruh bagian rahasia dari tubuh si perempuan cantik
itu. Mendadak Jin Jin berseru tertahan, "Aduh celaka, hampir saja aku
membuat suatu kesalahan besar !"
"Kesalahan apa?" tanya Mao Tin hong dengan paras muka berubah
sangat hebat. "Aku ingin bertanya kepada mu, apa hubunganmu dengan pengiringmu
itu..?" Mao Tin-hong menghela napas panjang. "Terus terang saja
kukatakan, dia adakah piauko ku, aku bisa
berubah menjadi seperti ini, delapan puluh persen gara-gara menuruti
kata-kata jahatnya cuma..." Berkilat sepasang mata Jin Jin, segera selanya: "Tin-hong, bukankah
dikemudian hari kita akan menjadi orang
baik...?" "Kau tak usah kuatir, aku bersumpah akan..." Jin Jin segera
menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tak usah bersumpah, aku
mempercayai perkataanmu itu!" tukasnya. Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya Iagi. "Tapi aku
rasa piauko mu itu benar-benar merupakan seorang
manusia jahat sekali..." Mao Tin hong segera
menghela napas panjang. "Aaai aku tahu kalau dia jahat, tapi apa dayaku?" keluhnya dengan
sedih. Jin-Jin segera tertawa manis. "Masih ingatkah kau dengan inang
pengasuh ku dulu?" "Tentu saja masih ingat, masa dia masih hidup?"
Jin jin menggeleng. "Sudah mati, cuma dia mempunyai seorang anak
gadis yang tetap berada disisiku." Mao Tin hong yang cerdik segera berseru.
"Apakah orang itu adalah si nona yang memberi laporan tadi?" "Yaa,
betul, memang dia, ia memberitahukan kepadaku kalau kau
pernah mewariskan ilmu Hong tee-soh cut sinkang kepadanya sebagai
imbalan karena kau membawa pengiringmu benarkah demikian?"
Mao Tin hong segera tertawa jengah, "Maafkanlan daku Jin jin. aku
harus berbuat demikian." Jin jin segera melemparkan sebuah kerlingan kearah Mao Tin hong,
kemudian serunya: "Aku tahu, pada walau itu kau memang harus bersikap sangat
berhati-hati..." "Tidak" Mao Tin hong menggeleng "piauko kulah yang memaksa aku
berbuat demikian..." Jin Jin segera mencegahnya untuk berkata lebih jauh tukasnya. "Tin
hong, aku ingin bertanya kepada mu, mati hidup piauko mu
itu apakah..." "Aku merasa tak tega untuk turun tangan sendiri terhadap
dirinya" sela Mao Tin hong cepat, "seandainya ada orang yang bisa
mewakili aku untuk menyingkirkan dia, berbicara soal perasaan, aku
akan berterima kasih sekali terhadap orang ini."
Jin Jin mencibirkan bibirnya dan tertawa. "Tin hong terlepas apapun
yang kau ucapkan, orang itu adalah piauko mu. Begini saja, asalkan dia tidak menaruh niat jahat terlebih
dulu, aku akan mengampuni jiwanya..."
Tanpa terasa Mao Tin hong segera bertanya. "Niat jahat apakah yang
timbul di dalam hatinya?" Jin Jin segera mcndengus. "Hmm, bila
dugaanku tidak salah, dia telah tertarik oleh
kecantikan Bi-kui (si Mawar) bahkan menaruh maksud jelek, justeru
dialah yang hendak memanfaatkan ilmu Hwe-tee-soh-cut tayhoat
tersebut untuk menghisap sari hawa im dari dalam tubuh si mawar !"
Mao Tin-hong segera berlagak seolah-olah terperanjat, "Aduh celaka,
kalau begitu cepat beritahu kepada si mawar, sekarang mereka berdua
justeru sedang berada bersama-sama."
Jin Jin segera mengerling sekejap ke arah Mao Tin hong, lalu ujarnya
pelan: "Apa tidak terlambat bila diberitahu pada saat ini " sekarang mereka
berdua sedang mencoba untuk mempraktekkan pekerjaan yang menarik
hati itu, mari kita saksikan bersama, coba kita lihat bagaimanakah
watak dari piauko mu itu !" "Apakah tak terlalu terlambat untuk mencegah mereka ?" tanya Mao
Tin hong. Jin Jin menggeleng. "Mereka toh bukan laki perempuan biasa,
sekalipun permainannya berhenti sampai ditengah jalanpun tidak menjadi soal,
tapi sekarang mereka sedang bersenggama dengan saling mengisap
tenaga murni masing-masing, apabila sampai kaget, bisa jadi akan
berakibat jalan api meruju neraka!"
"Aaai... kalau begitu, akulah yang mencelakai jiwa sibunga mawar!" kata
Mao Tin hong sambil menghela napas panjang.
Kembali Jin jin tertawa "Belum tentu, seandainya piauko mu telah
mempunyai niat jahat, mungkin akibatnya sukar dilukiskan dengan kara-kata, sekarang coba
bantulah tekanlah tombol dibawah meja sebelah kanan sana!"
"Untuk apa?" tanya Mao Tin hong dengan perasaan tidak habis
mengerti. Jin Jin tertawa. "Tak usah bertanya, asal tekan saja tombol tersebut, dengan sendirinya
kau akan tahu apa gerangan yang bakal terjadi!"
Mao Tin hong menurut dan segera mencari tombol rahasia tersebut,
kemudian menekannya. Disaat ia bangkit berdiri tadi, entah sejak kapan Jin Jin telah
melepaskan gaun panjang serta pakaian luarnya yang berwarna merah.
Ternyata dibalik pakaian tadi, perempuan tersebut sama sekali tidak
mengenakan apa-apa lagi, jadi dia berada dalam keadaan telanjang.
Potongan badannya yang indah dan menggiurkan ini tak pernah
dilupakan Mao Tin hong selama ini, tanpa terasa lagi dia menelan air
liur, sementara dari balik matanya terpancar keluar hawa napsu birahi
yang menyata-nyala. Pada saat itulah, terdengar suara berisik dan meja itu telah bergeser
kesamping sehingga di tengah ruangan itu muncul sebuah kaca yang
lebar. Diatas kaca tadi terbias bayangan manusia, ternyata mereka adalah
sepasang lelaki perempuan dalam keadaan telanjang bulat.
Yang bukan lain adalah pengiringnya, bajingan she Kwa, sedangkan
yang perempuan sibunga mawar. Waktu itu, kedua orang lelaki perempuan itu sedang bertumpang tindih
dengan hebatnya. Sibunga mawar sedang menggoyangkan pinggulnya meliuk kemana
kemari bagaikan orang kalap, sedangkan Kwa Cun seng seperti seekor
harimau ganas menyerang dengan sangat hebatnya.
Semua kejadian dan pemandangan yang tertera didepan mata itu,
kontan saja menimbulkan rangsangan dan gejolak birahi dalam dada
Mao Tin-hong. Apalagi disisi telinganya terdengar suara bisikkan Jin Jin
yang lemah lembut, meski sorot mata Mao Tin-hong tak pernah berpisah
dari balik kaca tersebut, tangannyapun tak pernah berhenti
menggerayangi bagian-bagian terahasia ditubuh Jin Jin.
Tak selang berapa saat kemudian, mereka berdua pun.... oooo O-de-O
ooco WALAUPUN Mao Tin-hong sedang bekerja keras untuk
melakukan pertempuran, namun ia tak pernah melupakan semua
rencana busuknya, ketika matanya melirik sekali lagi kearah cermin,
paras mukanya segera berubah, peluh sebesar kacang kedelai pun
jatuh bercucuran dengan amat derasnya.
Kalau dilihat dari apa yang terpampang dari cermin, rupanya Kwa
Cun-seng sedang mempergunakan Hong-tee-soh-cut tayhoat untuk
membuat si bunga mawar menjadi kalap.
Bila keadaan seperti ini dibiarkan berlangsung beberapa saat lagi, dalam
keadaan tanpa sadar si Bunga mawar tak akan mampu untuk
mengendalikan gejolak aneh yang membara dalam dadanya itu
sehingga tanpa sadar akan memuntahkan sendiri seluruh hawa
murninya. Perasaan seperti ini sudah pernah dirasakan sendiri oleh Mao Tin hong
dimasa lalu. Kenikmatan dan kegembiraannya. pada waktu itu tak mungkin bisa
dibandingkan dengan kenikmatan apapun yang lain didunia ini.
Akan tetapi disaat kenikmatan tersebut sudah mendekati akhir, maka
sebagai gantinya dia akan kehilangan selembar nyawa, dahulu disaat
yang terakhir inilah Mao Tin hong segera menyadari kesilafannya itu dan
segera mengendalikan diri, sehingga walaupun hawa murninya sudah
ditumpahkan keluar namun tenaga dalam nya tidak sampai lenyap.
Dan sekarang Mao Tin hong sudah dapat melihat, dalam saat- saat
itulah si bunga mawar akan kehabisan tenaga murni, diapun bakal mati.
Menyaksikan semua rencana busuknya satu persatu berhasil dengan
sukses itulah, dia sengaja berubah wajah untuk menenteramkan hati Jin
Jin. BetuI juga, ketika Jin Jin menyaksikan Mao Tin hong menunjukkan rasa
gelisah untuk keselamatan jiwa sibunga mawar, tiba-tiba ia tertawa
cekikikan. Mendengar suara cekikikan tersebut tanpa terasa Mao Tin hong
bertanya. "Bajingan keparat itu akan segera berhasil dengan niat busuknya,
sekarang bukannya kau berusaha untuk menolong si bunga mawar,
sebaliknya malah tertawa, aku benar-benar tidak habis mengerti apa
maksud hatimu sebenarnya?" Jin Jin mendengus. "Tin Hong, kau toh sudah menyaksikan dengan
mata kepala sendiri, sekarang aku ingin bertanya kepadamu, seandainya aku ingin
membunuh manusia seperti piaukomu itu, menurut pendapatmu
pantaskah kulakukan hal mana?"
"Dia berani berbuat sewenang-wenang, tentu saja pantas menerima
hukuman tersebut !" "Bagus sekali, kalau begitu mari kita beristirahat sebentar dalam
keadaan begini, coba kita saksikan bagaimana akhirnya?"
Tergerak hati Mao Tin hong setelah mendengar perkataan itu, serunya
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian. "Buat apa kita mesti menyaksikan akibat dari peristiwa tersebut " Si
bunga mawat akan kehilangan hawa murninya dan mati secara
mengenaskan..." "Huuuh, enak betul kalau berpikir, si bunga mawar adalah orang
kepercayaanku, masa aku tega membiarkan dia mati " Terus terang
saja kukatakan sesungguhnya piaukomu itulah yang sudah hampir
mampus..." Mendengar perkataan itu. Mao Tin-hong baru benar-benar merasa
terperanjat, serunya: "Jin jin, kau jangan membandingkan diriku yang kena kau tipu tempo
hari." Jin jin tertawa merdu. "Aku mengerti, kali ini kau memang tidak
bermaksud, tapi piauko mu yang justru punya maksud jahat sehingga tertipu oleh tipu muslihat
sendiri, apakah kau tidak mengerti apa yang menjadi tandingan dari
ilmu Hong teo soh-cut tersebut ?"
Mao Tin-hong segera merasakan hatinya amat terkesiap. Apakab
selama beberapa tahun ini kau telah berhasil menguasai
ilmu Sik Huay hoat (ilmu perempuan batu)?" Jin Jin segera tertawa
terkekeh-kekeh. "Bukan cuma Sik-h tay hoat saja, bahkan aku pun
dapat menggeserkan posisi jalan darah, bayangkan saja, kalau piauko mu itu
tak mampu berhubungan Iangsung dengan hawa Im, bagaimana
mungkin dia akan berhasil dengan niat jahatnya ?"
Mendengar penjelasan mana, Mao'Tin hong segera berpekik:
"Oooh... sungguh beruntung!" sebenarnya dalam rencana semula
dia menganggap sudah tidak membutuhkan Jin Jin lagi setelah dia
berhasil mengetahui bagaimana cara untuk masuk keluar dari
barisan Toa mi thian slu hun tin tersebut serta tempat menyimpan kitab
pusaka itu. Maka dia pun bermaksud menggunakan kesempatan dikala mengadakan
hubungan senggama nanti, seperti apa yang pernah dialami dulu,
diam-diam dia akan menggunakan ilmu Hong tee soh cut untuk
menghisap hawa murni Jin Jin sehingga perempuan itu mampus
Tapi sekarang sekarang, dia baru merasa bersyukur karena ia tidak
bertindak secara gegabah, kalau tidak, bisa jadi ia sudah mampus dalam
melaksanakan permainan menuju kesorga dunia itu.
Berpikir sampai disini, dia segera memperlihatkan sikap yang amat
gembira, serunya sambil tertawa: "Bagus sekali kalau begitu!" Jin jin berpaling dan memandang
kearahnya lalu serunya: "Apakah kau tidak merasa beriba hati
menyaksikan kematian dari piauko mu itu?" Mao Tin hong menggeleng. "Jin Jin merupakan
kebalikannya, demi ketenanganku di kemudian hari serta ketenangan dunia persilatan dimasa mendatang, dia
memang lebih baik mati daripada hidup, oleh sebab itu aku..."
Mendadak ucapannya terpotong oleh adegan yang muncul dari balik
cermin tersebut. Rupanya adegan pertempuran yang muncul dari balik cermin itu sudah
menunjukkan perkembangan lebih jauh.
Si bunga mawar yang tadi masih bergoyang pinggul seperti orang kalap
itu sekarang nampak jauh lebih tenang, sebaliknya terhadap dirinya Kwa
Cun seng kini justeru telah berubah hebat, selembar wajahnya berobah
menjadi merah padam seperti buah apel yang sudah matang.
Ketika ia memperhatikan lebih jauh, maka tampaklah tubuh kedua
orang itu dari batas pinggang keatas saling menempel satu sama lain.
Tidak, atau lebih tepatnya adalah Kwa Cun-seng sudah kehabisan
tenaga dan lelah setengah mati sehingga tak mampu lagi untuk
mempertahankan berat badannya. Yang lebih aneh lagi adalah keadaan Kwa Cun seng yang sebenarnya
sudah ibarat ikan yang terpancing dan tinggal menunggu saat
kematiannya, namun ia seperti tidak menyadari ikan hal itu, ia masih
saja menelan dan melalap perempuan cantik itu dengan rakus dan...
Tentu saja keadaannya saat ini sudah terperangkap sama sekali dan tak
mungkin bisa lolos, kendatipun dia ingin melepaskan diripun, sama saja
akan menemui jalan kematian, memang hal inilah yang menjadi alasan
Kwa Cun-seng mengapa dia "mati pun mati romantis",
Agaknya Mao Tin-hong sudah dapat menyaksikan kesemuanya itu
dengan jelas, sambil bersandar di tubuh Jin Jin, katanya dengan tak
bertenaga. "Singkirkan cermin tersebut, aku sudah tak tega untuk memandang lebih
jauh !" Sewaktu dia mengucapkan kata-kata itu, situasi kembali terjadi
perubahan. Rupanya pada saat itu Jin Jin pun dipengaruhi oleh perasaan tak tega,
mendadak ia menekan sebuah tombol dan berseru.
"Hei budak, sudah cukup, enyahkan saja dia dari sini, jangan kau kotori
perahu ku ini !" Sembari berkata, cermin itu segera menutup kembali, Tapi saat itulah
terdengar si bunga mawar sedang berseru: "Hujin, sudah terlambat...
dia... dia telah mengotori perahu kita..." "Budak setan" bentak Jin Jin keras keras, "biarkan dia hidup dan hantar
dia pergi, kemudian datang kemari untuk melayani tuan kita"
"Tuan kita " Hujin apakah kau lupa..." "Tutup muIut" bentak Jin Jin
dengan penuh kegusaran, "makin
lama kau semakin tak tahu diri !" Suasana menjadi hening untuk
sementara dan tidak terdengar suara jawaban lagi, "Memanfaatkan kesempatan tersebut. Mao Tin
hong segera berkata dengan nada menyesal: "Jin Jin, tampaknya
perempuan yang belum pernah kujumpai inipun menaruh perasaan
benci kepadaku ?" "Tin-hong..." kata Jin Jin sambil memeluknya erat-erat. "anak kecil tak
tahu urusan, harap kau jangan masukkan ucapkan tersebut dalam hati
kecilmu !" Mao Tin hong tertawa getir. "Jin Jin, apakah kau tidak melihat
keadaan kita sekarang, kau suruh dia datang kemari..." Sambil tersenyum Jin Jin segera
mendorong tubuh Mao Tin hong, kemudian katanya: "Hampir saja aku lupa akan hal ini, cepat lah
kenakan kembali pakaianmu..!" "Memakai baju ?" seperti ada maksud tertentu Mao Tin
hong berseru, "apakah kita tidak..." Jinjin segera menowel pipi Mao Tin hong
seraya berseru: "Anak bodoh, kau anggap aku tidak mengetahui akan
maksud hatimu itu " Tapi setelah menyaksikan adegan yang mengesankan tadi,
siapa lagi yang berniat untuk mencari kesenangan" Sudahlah, ayo
cepat mengenakan kembali pakaianmu !"
Mao Tin hong tertawa getir. "Semakin baik hatimu kepadaku, aku
jadi semakin menyesali perbuatanku dahulu atas diri mu !"
Jin jin mengerling mesra ke arahnya lalu berseru: "Sudah cukup.
kalau berbicara kelewat banyak, jangan salahkan
kalau aku akan menaruh curiga lagi atas dirimu !" Mao Tin hong
tertawa dan tidak berbicara lagi, dengan cepat dia
mengenakan kembali pakaiannya. Jm jinpun mengenakan kembali
pakaiannya kemudian mengatur segala sesuatunya menjadi seperti semula. Tak selang berapa saat
kemudian, pintu kristal disebelah kanan
sudah dibuka orang, si Bunga mawar cantik pun dengan muka merah
bercahaya rapi menatap wajah Mio Ting-hong berulang kali.
Mao Tin-bong memang pandai bersandiwara dia segera menundukkan
kepalanya rendah-rendah. "Hujin..." seru si bonga mawar Tapi belum selesai perkataan tersebut
diutarakan, Jin Jm telah menukas dengan cepat.
"Coba kau lihat keadaanmu si budak, makin lama semakin tak genah
saja, rambut belum lagi disisir sudah masuk kemari, ayo cepat pergi
membersihkan badan lebih dulu, mana orang itu ?" Si Mawar tertawa
manis. "Hujin, aku sudah menyuruh Kim Ji-nio untuk menghantarkan orang itu
naik ke daratan" "la masih bisa berjalan ?" tanyanya, Si bunga mawar segera
tertawa cekikikan "jalannya sih masih
bisa berjalan, tapi keadaannya menggelikan sekali, macam... hiiih hiiiih,
hiiiih...." Dayang itu segera tertawa terpingkal-pingkal seperti menyaksikan sesuatu
yang amat lucu. Jin-jin melirik sekejap kearah Mao Tin hong yang duduk menunduk dan
membungkam dalam seribu bahasa, kemudian bentaknya keras-keras.
"Benar-benar tak tahu malu, ayo cepat pergi dan segera kembali kesini."
Sambil tertawa si bunga mawar mengiakan dia berlalu dari situ,
sebelum pergi, dia masih sempat berpaling dan melotot sekejap kearah
Mao Tin hong. Agaknya Mao Tin hong ada niat untuk menyuruh si bunga mawar
mendengar perkataan maka sebelum pintu kristal tersebut menutup
kembali, dia sudah menghela napas dan berkata kepada Jin-Jin:
"Nampaknya bocah itu amat setia kepadamu!"
Tampaknya Jin-jin dapat menangkap maksud dari Mao Tin hong, maka
sahutnya sambil tertawa: "Kalau dibicarakan yang sebenarnya, mungkin kau tak percaya,
hubunganku dengannya erat bagai kakak terhadap adik !" berbicara
sampai disitu, Jin-Jin memandang sekejap kearah Mao Tin hong
kemudian mengerling ke arah pintu. Disisi pintu kristal nampak masih ada sedikit celah yang kecil, pintu itu
belum tertutup rapat. Mao Tin hong segera berpaling ke arah Jin-jin,
kemudian kedua orang itu saling berpandangan sekejap dan tersenyum.
Kalau ucapan yang diutarakan secara terang terangan belum tentu
benar, maka orang bilang Kata-kata yang diutarakan dibelakang mereka
yang bersangkutan tentulah kata-kata yang sebetulnya.
Maka si bunga mawar yang menyadap pembicaraan tersebut dari balik
pintu benar-benar masuk perangkap. Mao Tin hong memang ada niat untuk membaiki si Bunga mawar, maka
Jin jin yang mengetahui akan rial ini segera menambahi dengan
beberapa patah kata, hal tersebut kontan saja membuat si bunga mawar
menjadi kegirangan setengah mati. Tak selang beberapa saat kemudian, si bunga mawar telah muncul
kembali, bukan saja rambutnya telah disisir dengan rapih, diapun sudah
berganti pakaian baru. Saat itulah Jin jin baru menggapai kearah si bunga mawar sembari
berkata: "Hei budak, kemarilah dan jumpai toaya !" "Hujin, apakah harus
memberi hormat?" seru si bunga mawar. Jin jin segera melotot besar.
"Kalau tidak demikian, buat apa aku suruh kau memberi
hormat?" tegurnya. Dengan perasaan apa boleh buat si bunga mawar
segera maju kedepan dan memberi hormat kepada Mao Tin hong, katanya: "Toaya Bi
kui memberi hormat untuk kau orang tua." Mao Tin hong segera
mengulapkan tangannya seraya berseru: "Bunga mawar, hujin sudah
banyak membicarakan tentang dirimu, selanjutnya kita adalah sekeluarga dan kaupun tak usah banyak
adat lagi, cara seperti ini hanya akan membuat hatiku merasa tidak
tenteram saja." Ucapan yaag terakhir itu sengaja di ucapkan oleh Mao Tin hong yang
licik untuk menarik simpatik orang.
Didalam waktu yang amat singkat inilah dia telah berhasil meraba
watak dari perempuan tersebut dan dia tahu bahwa ucapan yang
terakhir ini pasti akan menimbulkan reaksi dari si mawar cantik ini.
Padshal dia justeru hendak menggunakan cara itu untuk menunjukkan
bahwa ia menyesal. Benar juga si bunga mawar segera masuk perangkap, dengan cepat
perempuan itu berseru: "Tuan mengapa kau berkata begitu, setiap rumah tangga mempunyi
aturan rumah tangga yang berbeda, Bi kui tak terani membangkangnya,
asalkan tuan juga tidak melakukan permainan gila lagi, sudah barang
tentu akupun akan melayani kau sebagaimana mestinya." katanya.
Dengan perasaan malu Mao Tin hong segera
manggut-manggut. "Benar juga perkataanmu itu, selanjutnya kita adalah anggota
sekeluarga mari kita bertindak menurut perasan liang sim masing
masing." Si bunga mawar seperti hendak mengucapkan sesuatu lagi, tapi Jin Jin
segera menukas. "Cukup, sekarang kau boleh menitahkan kepada Ji-nio untuk
menyiapkan hidangan, ayo cepat !" katanya.
Si bunga mawar mengiakan, sambil tersenyum dia lantas berlalu dari
situ. Menggunakan kesempatan tersebut Mao Tin hong segera mendekati Jin
Jin dan mengambil cawan arak yang beIum diminum tadi, sambil
mengangkat cawannya ia berkata lembut:
"Jin jin, mari kuhormati secawan arak ini untukmu sebagai
kenang-kenangan untuk kejadian hari ini."
Selesai berkata, tidak menunggu dicegah oleh Jm jin lagi, dia segera
meneguk habis isi cawan tersebut. Dengan gugup si Jin-jin berseru. "Mengapa sih kau ini" Toh sudah
kau ketahui bahwa arak tersebut ada racunnya" Mengapa kau memaksakan diri untuk
meneguknya?" "Inilah hukuman yang paling setimpal bagiku atas kesalahan yang telah
kuperbuat!" jawab Mao Tin hong sambil tertawa getir.
Jin jin mendengus dingin, ternyata diapun mengangkat cawannya dan
meneguk pula isi cawan tersebut sampai kering.
Menyaksikan hal ini, Mao Tin-hong kembali menghela napas panjang.
"Aaai Jin-jin, mengapa kau harus nekad berbuat demikian ?"
Jin jin segera tertawa. "Apakah kan lupa bahwa akupun pantas dihukum " Dengan begitu baru
adil namanya, nah sekarang mari kita menelan obat penawar racunnya
!" Akhirnya setiap orang menelan sebutir pil penawar tersebut bahkan
kedua duanya sama-sama menderita. Sepintas Ialu, kejadian ini nampaknya hanya suatu peristiwa yang
berlebih-lebihan dan sama sekali tak ada artinya padahal bukan
demikian kenyataannya. Mengapa bukan demikian" HaI ini baru akan terjawab diakhir dari kisah
tersebut. Selang berapa saat kemudian, si Bunga mawar telah muncul
menghidangkan sayur dan arak dan melayani mereka berdua mengisi
perut. oooOdeOooo FAJAR menyingsing, Thio Yok sim, Kang Tat dan Cukat
Tan yang berada diperahu loteng belum juga nampak Mao Tin hong balik kembali,
mereka pun tidak melihat Kwa Cun-seng kembali pula ke perahu loteng
tersebut. Thio Yok-sim sudah menduga kalau persoalannya agak kurang beres,
maka kepada Kang Tat dan Cukat Tan segera katanya:
"Aku rasa sudah pasti telah terjadi peristiwa, perahu ini tak bisa
dipertahankan terus, lebih baik kita turun ke darat saja !"
"Seandainya situa bangka itu mendadak kembali?" bisik Kang Tat
dengan perasaan kuatir.
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tak menjadi soal, sewaktu meninggalkan perahu tak usah
meninggalkan pesan apa-apa, sekembalinya nanti baru memberi
jawaban sesuai dengan situasi dan kondisi.
Cukat Tan termenung beberapa saat Iamanya, kemudian berseru:
"Eeeh, tunggu dulu, aku merasa heran, sebenarnya situa bangka itu
telah pergi kemana..." "Bagaimana juga, dia baru bisa di temukan bila kita sudah turun dari
perahu ini, di atas perahu..."
Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak terdengar ada orang
mengetuk pintu, menyusul kemudian pintu ruangan dibuka orang.
Salah seorang diantar dua orang anggota perkumpulan yang bertugas
daIam ruangan itu sudah melangkah masuk ke dalam. kemudian sambil
menjura katanya. "Hamba mendapat perintah dari Tiancu nomor satu untuk mengundang
Tiancu bertiga membicarakan sesuatu dalam ruang rahasia"
Thio Yok sim menjadi tertegun, kemudian serunya. "Jadi Tiancu
nomor satu telah kembali?" "Benar, baru saja kembali." jawab orang
itu dengan sikap yang sangat menghormat. Cukat Tan sengaja mendengus, lalu serunya. "Kau
kembali dan mengatakan kepada Tiancu nomor satu, kalau lohu sekalian akan
menantikan kedatangannya disini !"
Baru saja perkataan tersebut diutarakan mendadak Cukat Tan teringat
akan satu hal, dia segera bertanya.
"Apakah majikan ikut kembali ?" Orang itu segera menggelengkan
kepalanya berulang kali. "Hanya Tianeu nomor satu seorang diri yang
kembali keatas perahu " sahutnya cepat. Kang Tat menjadi keheranan setelah
mendengar perkataan itu, kembali tanyanya: "Apakab Tiancu kalian sudah tahu kalau lohu sekalian menjatuhkan
hukuman mati kepada wakil Cay-cu ?"
"Hamba kurang begitu tahu, hamba tidak mengerti apakah Tiancu
nomor satu sudah mendengar kabar tentang hal ini atau belum."
Thio Yok sim segera mendengus. "Baik, kalau begitu sampaikan saja
seperti apa yang telah kukatakan tadi, suruh Tiancu nomor satu yang datang kemari untuk
berbincang-bincang dengan kami."
Namun orang itu sama sekali tidak menjadi gugup, kembali ujarnya
dengan hormat: "Lapor kepada Tiancu sekalian, Tiancu nomor satu tak dapat datang
kemari !" "Tak dapat datang kemari", keempat patah kata itu kontan saja
membangkitkan amarah bagi Cukat Tan, ia segera membentak keras:
"Apakah sepasang kakinya sudah putus !" Siapa tahu perkataan
tersebut segera memancing datangnya
jawaban dari orang, tadi, sahutnya: "Tiancu nomor satu tidak
kehilangan sepasang kakinya, namun dia sudah tak mampu berjalan lagi, seluruh tubuhnya menjadi lemas
dan bicaranya tidak bertenaga lagi, ketika sampai di bawah perahu tadi,
hamba sekalianlah yang membopongnya naik."
Paras muka Thio Yok Sim segera berobah hebat setelah mendengar
perkataan itu, tanpa terasa dia memandang sekejap kearah Cukat Tan
serta Kang Tat. Sekalipun raut wajah mereka bertiga ditutup dengan kain kerudung
putih, namun masing-masing pihak dapat memahami perasaan dari
rekan-rekan lainnya. -ooo0dw0oooJilid 36 MEREKA telah salah menyangka, mereka mengira Kwa Cun-seng dan
Mao Tin-hong telah bertemu dengan Sun Tiong-lo.
Oleh sebab itu, setelah Thio Yok sim memandang sekejap ke arah Cukat
Tan dan Kang Tat, dia lantas bertanya:
"Sebenarnya apa yang telah terjadi ?" "Bagaimanakah keadaan yang
sebenarnya hamba sendiripun kurang tahu, oleb sebab itu dipersilahkan Tiancu sekalian berkunjung
kedalam ruang rahasia" Cukat Tan segera bangkit berdiri, kepada Kang Tat dan Thio Yok sim
katanya: "Kalau msmang begitu, mari kita berangkat kesitu untuk menengok
keadaannya." Sementara berbicara, dia lantas mengulapkan tangannya dan
menitahkan orang itu untuk berjalan lebih dahulu sebagai petunjuk
jalan, yang dimaksudkan sebagai Ruang rahasia adalah ruangan paling
atas dari perahu loteng tersebut, bila mereka berada disitu, maka semua
pemandangan disekitar sana dapat terlihat jelas, apalagi bila ada orang
yang mencoba untuk mendekati perahu, dengan jelas jejak mereka akan
terlihat. "Ruang rahasia" itu melupakan sebuah ruangan yang besar dengan
daun jendela yang besar pula, setelah masuk ke dalam pintu, mereka
segera menyaksikan Kwa Cun-seng sedang duduk diatas pembaringan
bersandar padi dinding ruangan. Paras muka Kwa Cun seng ditutupi pula dengan selembar kain
kerudung. tatkala melihat Thio Yok-sim sekalian bertiga berjalan masuk
dia segera menggerakkan badannya seperti hendak duduk, namun dia
tak mampu untuk berbuat begitu. Cukat Tan yarg menyaksikan keadaan tersebut segera maju
menyongsong ke depan sambil berseru.
"Terhadap orang sendiri tak usah sungkan-sungkan, berbaring saja di
tempatmu semula." Sebaliknya Kang Tat segera berpaling kepada petunjuk jalan tadi
sembari memerintahkan. "Turunkan perintah agar segenap anggota yang ada dalam perahu
meningkatkan kewaspadaannya, siapapun dilarang masuk ke tempat ini
sebelum memperoleh panggilan !"
Orang itu mengiakan dan segera berlalu. Kang Tat pun segera
menutup pintu rapat -rapat. Dalam pada itu, Thio Yoksim telah maju
ke depan menghampiri pembaringan kemudian tegurnya: "Sebetulnya apa yang telah terjadi "
Apakah Tiancu telah bertemu dengan musuh tangguh?" "Aaai... tak akan habis diceritakan
dalam waktu singkat" jawab Kwa Cun seng dengan suara lemas seperti tak bertenaga, "tolong para
Tiancu sudi membimbingku untuk duduk sebelum pembicaraan
dimulai..." Cukat Tan segera membimbing Kwa Cun-seng untuk duduk bersandar
pada dinding, lalu katanya. "Tiancu, dimana majikan sekarang ?" Kwa Cun-seng menghela napas
panjang, "Sekarang, majikan sedang terjebak..." Kang Tat sengaja menjerit kaget, kemudian
teriaknya. "Apa" Dengan kepandaian silat yang dimiliki majikan,
bagaimana mungkin dia bisa tersekap ?" Thio Yok sim juga berlagak menjerit
kaget: "Da terjebak dimana " Berapa banyakkah jago lihay dari pihak
lawan yang telan menjebaknya?"
Dengan cepat Kwa Cun-seng menggelengkan kepalanya berulang kali,
katanya pelan: "Harap kalian bertiga jangan cemas, walau pun majikan terkurung
namun untuk beberapa saat tak akan sampai membahayakan jiwanya,
sebab pihak lawan bukan bertujuan untuk membunuh- majikkan,
melainkan..." "Tiancu, harap kau utarakan saja hal hal yang penting dengan kata
paling ringkas!" tukas Cukat Tan cepat.
Dengan lemah dan napas tersengal-sengal. Kwa Cun-seng
menyahut: "Pada jarak beberapa li disebelah kanan petahu kita
sekarang, berlabuh sebuah perahu itulah majikan terkurung." "Oooh, lantas
berapa banyakkah jago lihay yang berada diatas
perahu tersebut?" tanya Thio Yok sim. "Isi perahu itu semuanya adalah
kaum wanita, jumlah nya tidak jelas tapi dipimpin oleh seseorang yang dipanggil dengan sebutan "hu
Jin", mereka tak lain adalah kawanan penjahat dari perkumpulan Hu ho
kau yang sudah sering melakukan banyak kejahatan semenjak puluhan
tahun berselang." Tergerak hati Kang Tat setelah mendengar perkataan itu, serunya cepat.
"Jadi mereka adalah sisa-sisa dari kekuatan Hu hoa kau..?" Dengan
lemas tak bertenaga Kwa Cun seng mengangguk. "Betul, mereka
adalah sisa-sisa penjahat yang berhasil lolos dan
kabur dari kepungan para jago dari perbagai perguruan dibukit Thi Hud
nio tempo dulu, bahkan dialah yang menjadi kaucu dari Hu hoa kau
pada saat ini!" Kang Tat termenung beberapa saat lamanya, kemudian kembali dia
bertanya: "Darimana Tiancu bisa tahu kalau dia adalah bekas anggota
perkumpulan Hu hoa kau !" "Majikan yang berkata demikian, jadi aku duga tak mungkin bakal salah
lagi !" "Tahukah kau, apa yang hendak dilakukan majikan dengan mengunjungi
perahu besar itu?" tanya Thio Yok sim lebih lanjut.
Tentu saja Kwa Cun seng tahu namun dia tak dapat berterus terang,
maka sembari menggeleng sahutnya: "Majikan tidak mengungkap alasannya, sudah barang tentu aku tak
berani banyak bertanya!" "Apa yang terjadi setibanya diatas perahu besar tersebut?" Cukat Tan
bertanya kemudian. "Majikan diundang masuk ke ruang dalam, sedangkan aku di jamu
didalam sebuah ruang kecil dibelakang buritan tak lama kemudian
akupun terkena sergapannya sehingga seluruh tenaga dalamku punah
tak berbekas..." Mendengar jawaban tersebut, Thio Yok sim bertiga menjadi terperanjat
sekali. Kang Tat segera berkata. "Jadi tenaga dalam Tiancu benar-benar
sudah punah ?" Dengan gelisah Kwa Cun seng berseru: "Aku tidak
percaya kalau kalian bertiga tak dapat melihat sendiri
keadaanku sekarang." Cukat Tan tertawa dingin didalam hati, namun
diluarnya dia berkata kembali: "Wajah kita semua tertutup oleh kain kerudung
bagaimana mungkin aku bisa mengetahui kalau tenaga dalammu benar-benar
sudah hilang atau tidak ?" Kwa Cun seng tertawa getir. "Aaaah, yaa, aku memang bersalah, aku lupa akan hal ini..." serunya
dengan cepat. Kang Tat tertawa lagi, katanya lebih jauh: "Tolong tanya tiancu, ada
urusan apakah mengundang kehadiran kami bertiga disini ?" "Kita harus menolong majikan, bahkan
menenggelamkan pula perahu besar tersebut." Kang Tat segera mengejek dingin. "Hmm,
dengan kemampuan yang dimiliki Tiancu saja masih kena
dipecundangi hingga kehilangan seluruh tenaga dalamnya, padahal ilmu
silat yang kami bertiga miliki bukan tandingan dari Tiancu bagaimana
mungkin kami bisa, menandingi pihak lawan yang begitu tangguh?"
Kwa Cun seng memaksakan diri untuk mempertahankan tubuhnya, lalu
menyahut: "Itulah sebabnya kita harus bertindak dengan suatu rencana yang cukup
matang !" "Katakan saja Tiancu, bagaimana kita harus turun tangan?" ucap Cukat
Tan kemudian. Ketika masih berada diatas perahu besar tadi, dan mengetahui kalau
tenaga dalam yang dimilikinya belum punah, Kwan Cun seng mengira
jiwanya tak bisa tertolong lagi. Siapa tahu disaat yang paling kritis Jin Jin telah menurunkan perintah
kepada si bunga mawar agar mengampuni selembar jiwanya.
Kemudian apa yang dibicarakan antara Mao Tin hong dan Jin Jin pun
dapat didengar semua oleh Kwa Cun seng dengan jelas karena alat
rahasia penghubung suara dalam ruangan tersebut belum dimatikan.
Waktu itu Kwa Cun seng sudah bertekad didalam hatinya, entah berapa
kita harus membayarnya dengan harga yang mahal sekalipun dia hendak
menenggelamkan perahu besar tersebut bersama Jin Jin, terhadap Mao
Tin hong pribadi, diapun merasa amat membenci sehingga merasuk
sampai ke tulang sum sum. Tatkala dia diusir pergi dari perahu tersebut, didalam benaknya sudah
memikirkan berbagai akal muslihat untuk membalas dendam, akhirnya
teringat olehnya akan suatu siasat keji sekali timpuk mendapat dua ekor
burung, itulah sebabnya dia bertekad untuk kembali ke perahu loteng
tersebut. Tatkala Cukat Tan bertanya bagaimana caranya untuk turun tangan, hal
ini kebetulan sekali sesuai dengan keinginannya, maka segera dia
menjawab: "Sewaktu majikan dikurung tadi, dia pernah memberi perintah kepadaku
agar mengumpulkan kalian semua apabila aku berhasil lolos dari situ,
lalu menyerang pihak lawan ditengah malam buta nanti dengan
serangan panah berapi." Kang Tat berpikir sebentar, kemudian sahutnya: "Menyerang perahu
dengan api, boleh dibilang siasat ini
merupakan suatu yang amat keji, tapi bukankah majikan masih berada
di atas perahu musuh " Apabila kita menyerang dengan api. bukankah
mereka akan tewas semua?" Dengan cepat-cepat Kwa Cun-seng menggelengkan kepalanya berulang
kali. "Kalian tak usah kuatir, majikan memiliki akal yang luar biasa dan lagi
memiliki kemampuan yang melebihi siapapun."
"Walaupun begitu, jangan lupa kalau majikan sedang berada dalam
sekapan orang pada saat ini" tukas Cukat Tan cepat, "siapa tahu dia
sama sekali tak mampu bergerak dengan bebas " seandainya perahu
tersebut sampai terbakar, maka..."
Sekali lagi Kwa Cun-seng menggoyangkan tangannya berulang kali:
"Tentang soal ini, kalian semua tak perlu kuatir, bukan saja majikan
tidak kehilangan kebebasannya untuk bergerak, bahkan dalam tiga hari
ini, dia tak bakal menghadapi ancaman bahaya apapun."
"Yang dimaksudkan oleh Tiancu sebagai "sama sekali tidak kehilangan
kebebasannya" tadi apakah menunjukkan diseputar perahu besar itu
saja?" kata Thio Yok-sim dingin.
"Benar, pihak lawan hendak memaksa majikan untuk bekerja sama
dengannya, ia memberi batas waktu tiga hari buat majikan untuk
mempertimbangkannya, sehingga didalam tiga hari ini dia tidak dapat
meninggalkan perahu besar itu."
"Oooh !" setelah berhenti sejenak, Thio Yok Sim segera berkata lagi,
"dengan kemampuan dari majikan seandainya tenaga dalam yang
dimiliki masih utuh, siapakah yang bisa membatasi gerak geriknya ?"
"Aku hanya tahu majikan berpesan demikian sedang mengenai apa
sebabnya majikan tak bisa bergerak dengan bebas, berhubung majikan
tidak menjelaskan maka akupun tak bisa menduga secara pasti !"
"Tiancu, seandainya kita menyerang perahu musuh dengan api besok
malam, apakah jiwa majikan akan terancam bahaya ?" tanya Kang Tat
lagi. "Perintah majikan hanya menyebutkan demikian, sehingga soal yang
lain tak dapat ku ucapkan." "Betul juga perkataan itu!" sengaja Cukat Tan berseru: Kemudian
setelah berhenti sebentar. sambungnya lebih jauh: "Kalau begitu,
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
harap Tiancu sudi mengeluarkan lencana emas
dari majikan untuk diserahkan kepada kami." Mendengar perkataan
tersebut, Kwan Cun-seng menjadi duduk
seperti orang bodoh, sebelumnya dia berangkat bersama-sama Mao
Tin-hong, ketika pergi pun membawa suatu perhitungan yang
matang, pada hakekatnya sama sekali tak pernah diduga olehnya akan
keadaan saat ini." Selain itu, setelah tenaga dalamnya hilang, diapun bermaksud untuk
melaksanakan rencana busuk itu untuk membalas dendam termasuk
juga untuk meringkus dan menghabisi nyawa Mao Tin hong,sudah
barang tentu dia tak mampu menunjukkan lencana emas yang diminta.
Namun dasar seorang manusia licik, dengan cepat dia berhasil
memperoleh suatu siasat, katanya kemudian.
"Tiancu, bila kau menginginkan lencana emas dariku pada saat ini,
bukankah hal mana sama artinya dengan menyusahkan diriku?"
"Apa maksud ucapan Tiancu tersebut?" kata Cukat Tan dengan suara
dalam dan berat "untuk menggunakan tenaga Lak yu, selamanya
majikan menurunkan perintah dengan mempergunakan lencana emas,
peraturannya memang begitu, kebiasaannya juga begitu, dalam hal
mana kami salah berbicara...?"
Buru-buru Kwa Cun seng berseru. "Tiancu salah paham rupanya,
maksudku perintah dari majikan disampaikan ketika ia tersekap,
perintah itupun disampaikan dengan ilmu menyampaikan suara, coba
bayangkan sendiri, darimana bisa muncul lencana emas tersebut ?"
Mendengar perkataan itu, Cukat Tan segera menggelengkan kepalanya
berulang kali ujarnya: "Bukannya kami semua tidak percaya dengan Tiancu nomor satu, tapi
berhubung majikan pernah memperingatkan dengan tegas bahwa
semua perintah hanya bisa dilaksanakan bila ada lencana emas, maka
seandainya tiada lencana emas disini, kami pun tak dapat melaksanakan
perintah dengan begitu saja !"
"Lantas, apakah kita akan membiarkan majikan ditangkap lawan tanpa
berusaha untuk menolongnya?" tegur Kwa Cun-seng dengan suara
yang dalam dan berat. "Sekalipun kenyataannya mungkin begitu, kami sekalian tak bisa
berbuat apa-apa !" Kwa Cun seng segera mendengus dingin. "Apakah kalian bertiga
tidak kuatir dihukum majikan setelah ia
berhasil lolos dari bahaya?" ancamnya. Cukat Tan ikut mendengus
dingin. "Hmmm, sampai waktunya, kami pun akan menjawab dengan
perkataan yang sama, kami yakin tiada hukuman yang bakal
dilimpahkan atas diri kami !" Kwa Cun-seng benar-benar kehabisan akal, maka katanya kemudian
dengan marah: "Bagus sekali, kalau memang begitu, harap kalian bertiga pergi dari sini,
aku percaya masih dapat memerintahkan semua anggota lainnya untuk
melaksanakan tugas kecil itu!"
"Terserah kehendak Tiancu sendiri yang penting toh urusan tersebut
bukan menjadi tanggung jawab kami!" Cukat Tan sama sekali tidak mau
mengalah. Kwa Cun seng makin geram, akhirnya dia mengancam: "Harap
kalian jangan lupa, aku telah menyampaikan perintah dari
majikan, bila nanti ketika majikan kembali, aku harap Kalian bertiga
mengakui akan kejadian hari ini."
"Tak usah kuatir" sahut Cukat Tan cepat, "kami semua pasti akan
mengakui akan hal ini." Kwa Cun seng benar-benar mati kutunya, terpaksa dia membungkam diri
dalam seribu bahasa. Maka Cukat Tan bertiga pun segera meninggalkan ruang rahasia
tersebut. Mereka tidak kembali keruang tamu, melainkan berhenti dimulut tangga
luar ruang rahasia ifu, kemudian dengan suara yang amat lirih
membicarakan masalah tersebut. Thio Yok sim yang pertama-tama buka suara lebih dulu, katanya
dengan lirih: "Percayakah kalian berdua bahwa diatas perahu tersebut ditempati
orang-orang dari Hu-hoo kau ?"
Cukat Tan termenung beberapa saat, lalu jawabnya: "Apakah
saudara Thio menganggap orang yang berada diatas
perahu itu adalah Sun sauhiap?" Thio Yok-sim manggut-manggut
"Benar, kalau tidak, siapa pula yang bisa menahan bajingan tua
she Mao itu?" Dengan cepat Cukat Tan menggelengkan kepalanya
berulang kali, katanya kemudian. "Menurut pendapat siaute, orang yang berada
diatas perahu itu bukan Sun sauhiap." "Oooh, darimana kau bisa tahu?" Cukat Tan
melirik sekejap ke arah pintu ruang rahasia, kemudian
sahutnya: "Andaikata orang yang berada diatas perahu itu adalah Sun
siauhiap, mana mungkin bajingan itu bisa hidup lebih jauh ?" Pada saat
inilah Kang Tat ikut berkata. "Betul, bajingan ini merupakan pentolan
yang menyebabkan keluarga Sun Tayhiap tumpas sama sekali dimasa lalu, seandainya
orang yang berada di perahu itu adalah Sun tayhiap masa mungkin
bajingan tersebut bisa hidup hingga kini."
"Ya, betul juga perkataan kalian itu, aku memang lupa akan hal
tersebut." kata Thio Yok sim kemudian.
"Terlepas siapakah orang yana berada diperahu itu, yang pasti bajingan
tua Mao memang benar-benar sudah tersekap, menurut pendapat kalian
berdua, sekarang apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi
kejadian itu ?" Kang Tat berpikir sebentar, kemudian jawab nya: "Menurut
pendapatku, lebih baik kita naik kedaratan lebih dulu
untuk mencari Sau sauhiap." Belum habis dia berkata, Cukat Tan sudah
menukas: "Tentu saja hal ini penting artinya, cuma sepeninggal perahu
ini, seandainya bajingan tua she Kwa itu benar-benar menitahkan anak
buah nya untuk membakar perahu tersebut pada malam ini juga, apa
yang harus kita lakukan ?" "Berusaha untuk mensukseskan serangan tersebut, kalau bajingan tua
she Mao tersebut sampai mati terbakar, bukankah hal ini jauh lebih baik
lagi." Cukat Tan segera tertawa, "Seandainya benar-benar sampai terjadi peris
tiwa tersebut, tentu saja jauh lebih baik lagi, yang dikuatirkan adalah
kaburnya bajingan tua she Mao itu menggunakan kesempatan disaat
kebakaran itu berlangsung, pada waktu itu bajingan tua she Kwa tentu
akan menghasutnya dengan beberapa macam perkataan yang kurang
sedap didengar, akibatnya sungguh tak bisa dibayangkan lagi.."
Thio Yok sim termenung dan berpikir beberapa saat lamanya. kemudian
usulnya: "Mengapa kita tidak berusaha untuk membekuk bajingan tua she Kwa
itu lebih duu, agar dia tak mampu berbicara apa-apa lagi?"
Mendengar usul mana, Cukat Tan segera bertepuk tangan sambil
memuji: "Suatu usul yang amat bagus. baik kita laksanakan begitu saja!"
Kang Tat segera berkata lagi: "Agar tindakan lebih berhati-hati,
menurut pendapat staute, diantara kita bertiga harus ada seorang yang
ditinggalkan diatas perahu ini bukan saja dapat mengawasi sesuatunya,
juga dapat berjaga terhadap segala kemungkinan yang tidak
diinginkan!" Thio Yok-sim mengangguk. "Begitupun ada baiknya, biar siaute saja yang tetap tinggal disini,
sedang kalian berdua segera naik ke darat untuk mengadakan
hubungan kontak dengan Sun sauhiap, selesai berunding kalian baru
memberitahukan hasilnya kepada siaute"
"Ehmmm... meski cara ini bagus, namun belum cukup sempurna".kata
Cukat Tan kemudian, "mengapa kita tidak membekuk dulu bajingan tua
she Kwa itu, kemudian dengan alasan mencarikan tabib buat bajingan
tua itu kita mengajaknya bersama- sama naik kedarat?"
Thio Yok sim dan Kang Tat segera merasa cara ini jauh lebih baik lagi,
maka keputusan pun segera diambil. Maka Cukat Tan pun manggutkan kepalanya kearah Kang Tat sembari
berkata: "Saudara Kang, harap kemari. kita berdua segera masuk dan
membimbing bajingan she Kwa itu keluar dari ruangan, sedang saudara
Thio harap menurunkan perintah agar mereka segera menyiapkan
perahu untuk naik kedarat, kita berpencar dulu untuk melaksanakan
tugas masing masing..." Thio Yok sim mengiakan dan berlalu dari situ dengan cepat.
Sedangkan Cukat Tan dan Kang Tat segera mendorong pintu
ruang rahasia dan berjalan masuk kembali. Tatkala Kwa Cun-seng
menyaksikan Cukat Tan dan Kang Tat masuk kembali ke dalam ruangan untuk ke dua kalinya, tergerak hati
nya, dia segera menegur: "Mau apa kalian berdua datang kemari lagi?" Sahut Cukat Tan sambil
tertawa "Barusan kami sudah berunding
sebentar di luar, maka sekarang balik kembali kemari." Kwa Cun seng
salah mengira keadaan telah berbalik
menguntungkan pihaknya, maka sambil tertawa paksa dia berkata:
"Keadaan sekarang amat kritis, bagaimanakah hasil perundingan
dari Tiancu sekalian!?" "Akhirnya kami putuskan untuk memperoleh jaminan lebih dulu sebelum
dapat melaksanakan perintah tersebut!" sahut Kang Tat cepat.
Kwa Cun-seng menjadi tertegun. "Jaminan " jaminan apa ?"
Pelan-pelan Cukat Tan berjalan ke muka dan duduk disamping
Kwa Cun-seng, kemudian katanya: "Kami harus dapat jaminan bahwa
saudara Kwa tak akan mengganggu pekerjaan besar kami ini !" Begitu mendengar Cukat Tan
menyebut namanya secara langsung, Kwa Cun seng sudah tahu kalau keadaan tidak
menguntungkan, baru saja dia hendak memanggil anak buahnya, Cukat
Tan telah berkata lebih lanjut: "Kwa Cun-seng, lebih baik bersikaplah lebih pandai, jangan
berteriak-teriak macam anak kecil, lohu berduapun tidak berniat
melukaimu, tapi jka kau berani berani berteriak hal ini berarti kau sendiri
yang mencari kesulitan." Kini, tenaga dalam yang dimiliki Kwa Cun seng telah punah. seluruh
tubuhnya sudah tak mampu berkutik lagi, persendian tulangnya mana
linu, kakunya bukan kepalang, dia tahu sekalipun berteriak juga tak ada
gunanya. Terpaksa ujarnya setelah menghela napas panjang.
"Cukat Tan, mungkin kalian ingin menghianati majikan !" "Tutup
mulut anjingmu! Kau tahu manusia macam apakah lohu
bersaudara " Selama banyak tahun ini berapa banyak sudah siksaan
dan penderitaan yang telah kami alami, tentunya kau si tua bangka
mengerti dengan jelas." Kini, bajingan tua tersebut sudah disekap orang tenaga dalammu juga
telah punah, bila lohu sekalian tidak bertindak saat ini juga, mana
mungkin ada kehidupan lagi bagi kami dikemudian hari."
Sambil mengulapkan tangannya Kwa Cun seng segera menukas:
"Aku mengerti, saudara Kang tidak usah banyak berbicara lagi!"
Kang Tat mendengus dingin, "Hmm, sungguh menggelikan jika lohu
ingin mengutarakan apa yang hendak kuucapkan memangnya kau
dapat menghalangi ?" Mendadak Kwa Cun-seng menarik kain cadarnya hingga terlepas
kemudian katanya: "Saudara Kang, dapatkah kau mendengarkan dulu aku bercerita ?"
katanya kemudian. Tindakan Kwa Cun-seng yang secara otomatis melepaskan kain cadar
sendiri membuktikan kalau saat ini dia sudah bukan merupakan anak
buah dari Mao Tin hong lagi namun Cukat Tan dan Kang Tat masih
belum berapa mempercayai hal tersebut sebagai kenyataan.
Oleh sebab im sambil mendengus Kang Tat berkata: "Orang she
Kwa, lebih baik jangan bermain setan didepan kami
berdua lagi." Kwa Cun-seng tertawa getir "Aku bermaksud tulus dan
jujur. bolehkah aku memberi keterangan lebih dulu?" katanya. Pada saat itulah Cukat Tan telah
berpaling kearah Kang Tat sambil berkata: "Saudara Kang, tak ada salahnya untuk mendengarkan
dulu obrolannya itu." "Baik!" sahut Kang Tat sambil mengangguk "kita
dengarkan dulu obrolannya." Maka secara ringkas Kwa Cun-seng segera mengisahkan
kembali semua pengalaman yang telah dialaminya selama ini. Saat itu Kang Tat
dan Cukat Tan baru mengetahui latar belakang
yang sebenarnya dari pertentangan situasi waktu itu. Ketika selesai
menuturkan pengalamannya semalam, Kwa Cun
seng segera menambahkan. "Sekarang kalian berdua tentunya sudah mengerti bukan bahwa
serangan api yang siaute maksudkan tadi adalah bertujuan untuk
membakar mampus pula Mao Tin hong diatas perahu tersebut, sehingga
boleh dibilang kita mempunyai musuh yang sama."
"Belum tentu." tukas Kang Tat dingin "Kwa Cun-seng, kau harus
mengerti, diantara kita bukannya sama dendam. apalagi menghadapi
musuh yang bersama-sama. Kami berkhianat pada Mao Tin hong, karena
dia sudah kelewat banyak melakukan perbuatan jahat yang terkutuk.
Sedang kau, gara-gara watakmu yang kemaruk harta dan kemaruk main
perempuan berakibat hilangnya tenaga dalam, kau berkhianat kepada
Mao Tin-hong karena dorongan rasa dendam dan sakit hati, bahkan tak
segan-segan menggunakan berbagai akal licik untuk berbaikan dengan
lohu sekalian, dalam sifatmu itu hingga rencana busukmu dapat
terwujud." Merah padam selembar wajah Kwa Cun seng karena jengah,
cepat-cepat timbrungnya lagi: "Ucapanmu itu memang benar, tapi bagai
manapun juga tujuan kita toh sama !"
"Tidak, tujuan kita sama sekali tidak sama" bantah Kang Tat dengan
suara dalam. "Tapi toh tak terlepas dari usaha kalian untuk mencabut nyawa anjing
bajingan tua she Mao tersebut ?"
Kang Tat tidak menggubris perkatannya, dia hanya mendengus dingin
berulang kali. Terdengar Cukat Tan berkata lebih jauh: "Kwa Cun-seng, tujuan kita
sama sekali berbeda, tujuan lohu sekalian hendak membekuk Mao Tin-hong adalah untuk diserahkan
kepada Sun sauhiap, agar dia yang mengumumkan semua dosa dan
kesalahannya, lalu dijatuhi hukuman mati."
"Sedangkan kau, sama sekali berbeda, kau adalah orang kepercayaan
bajingan tua she Mao itu, karena serakah dan napsu jahatmu akhirnya
kau tertimpa bencana, tapi akibatnya kau
membenci terhadap tulang punggungmu sendiri, kau lantas menyusun
rencana busuk untuk mencelakainya. Sudah mengerti ?"
Kwa Cun-seng baru merasa terkesiap setelah mendengar ucapan
tersebut, segera serunya: "Apa " Jadi kalian mempunyai hubungan dengan Sun Tiong lo ?"
Sekali lagi Cukat Tan mendengus dingin. "Hmmm, kenapa " Apakah
tidak boleh ?" jengeknya. Kwa Cun-seng segera membungkam dalam
seribu bahasa, sementara otaknya berputar kencang untuk memikirkan persoalan
tersebut Sementara itu, Kang Tat telah berkata pula dengan suara yang dingin
bagaikan es:
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kwa Cun seng, lohu masih ingat, tempo dulu kaulah yang telah
menyaru dan menyusup ke dalam gedung keluarga Sun sebagai
mata-mata, apakah semua rencana keji tersebut merupakan hasil dari
rencanamu?" Dengan cepat Kwa Cun seng menggelengkan kepalanya berulang kali,
bantahnya: "Bukan, aku hanya mendapat perintah untuk menyelundup sebagai
mata-mata, sedangkan yang menyusun rencana adalah orang lain."
"Hmm, setelah urusan berkembang jadi begini, kau masih mencoba
untuk mungkir?" Kwa Cun seng segera tertawa getir. "Daripada banyak berbicara,
lebih baik kita kembali kesepakatan
saja, sekarang aku Kwa Cun seng telah berada dalam keadaan seperti
ini, keadaanku tak ada bedanya dengan mati, apa rencana kalian
berdua sekarang terhadap diriku..."
"Yang penting sekarang adalah menyembuhkan dulu penyakitmu itu,
kami hendak mempersilahkan kau untuk ikut kami pergi ke daratan"
sahut Kang Tat cepat. "Oooh. apakah kalian menghendak serahkan diriku kepada Sun Tiong lo
?" Kwa Cun seng menegaskan. Cukat Tan cepat-cepat menggeleng. "Tidak, bukan dia yang
menginginkan dirimu" Mendengar jawaban tersebut, segera timbul
harapan dalam hati Kwa Cun-seng untuk melanjutkan hidup, buru-buru tanyanya: "Lantas
siapakah yang menginginkan aku ?" "Dia adalah kakak dari Sun sauhiap
dari lain ibu, orang itu bernama Bau-ji !" Paras muka Kwa Cun seng kontan saja berubah
sangat hebat. "Aku tahu, sekalipun kumohon kepada kalian juga tak
berguna, mau kabur juga tidak mungkin, sudahlah, aku hanya pasrah pada
keputusan kalian berdua." Setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh: "Cuma ada satu
hal yang membuatku merasa heran, tak habis
mengerti selama banyak tahun ini, tatkala aku diselundupkan kedalam
gedung keluarga Sun sebagai mata-mata dulu, kecuali Mao Tin hong
seorang, siapapun tak ada yang tahu."
"Siapa sangka belasan tahun kemudian Sun Tiong lo dan Bau ji bisa
muncul secara tiba-tiba di Bukit Pemakan manusia, bukan saja mereka
berdua tahu kalau aku she Kwa, bahkan mencoba untuk menulusuri
jejakku keempat penjuru." Cukat Tat segera tertawa terbahak-bahak, selanya. "Kwa Cun seng,
apakah kaupun tidak merasa heran, darimana
kami semua bisa tahu kalau orang yang menyusun rencana licik untuk
menyelundup kedalam gedung keluarga Sun tempo hari adalah kau?"
Kwa Cun seng menghela napas panjang. "Kalian adalah orang
sendiri, mungkin saja tanpa disengaja Mao
Tin-hong pernah menyinggung tentang peristiwa tersebut, tapi hal ini
jauh berbeda dengan Bau ji dan Sun Tiong lo."
"Soal inipun tak usah kau bingungkan, mereka pun mendapat tahu
berita ini dari mulut Mao Tin hong" tukas Kang Tat dengan cepat.
"Ooh, rupanya begitu!" keluh Kwa Cun seng sambil menghela napas
sedih. Kang Tat segera mendengus. "Inilah akibat yang harus kau terima
atas perbuatanmu membantu kaum durjana melakukan kejahatan." Sedangkan Cukat Tan
juga berkata dengan wajah bersungguhsungguh:
"Hukum karma selalu akan berputar, siapa yang membantu
kebaikan dia akan memperoleh pahala, siapa yang membantu kejahatan
dia akan mendapat cela, siapa suruh kau membantu kaum durjana
untuk melakukan kejahatan" setelah terjadi peristiwa separti ini ! kau
harus menyalahkan kepada siapa lagi?"
Mendadak Kwa Cii seng tertawa terkekeh-kekeh dengan nada seram.
tukasnya dengan cepat: "Kalian berdua tak usah mengucapkan kata-kata yang menyindir dan
mencemooh diri itu lagi, mari kita berangkat !"
Seraya berkata dengan tangan sebelah memegang dinding, tangan lain
bertahan pada pembaringan dia berusaha bangkit dan duduk.
Baru saja Cukat Tan dan Kang Tat hendak maju untuk membimbingnya,
mendadak Kwa Cun seng membentak keras:
"Tidak usah, aku masih mampu untuk berjalan sendiri !"
Mendengar itu Kang Tat segera tertawa dingin.
"Kau bisa adalah urusanmu sendiri kami tak bisa membiarkan kau
berbuat sesuka hati. maaf. sebelum kami menotok jalan darah bisumu,
hati kami tak akan merasa lega, matikanlah..."
Kwa Cun-seng segera mengulapkan tangannya sambil menukas:
"Aku berjanji tak akan banyak berbicara !" Tapi Kang Tat segera
menggeleng kembali. "Jaminanmu tidak
lebih berharga daripada kentut busuk seekor anjing budukan !" Kwa Cun
seng menghela napas panjang, "Baiklah" katanya
kemudian, "aku akan menurut seperti apa yang kalian inginkan, padahal
hatiku sekeras baja, aku hanya ingin mempergunakan tubuhku yang
setengah mati ini untuk ditukar dengan selembar nyawa dari bajingan
Mao Tin hong, kalau tidak. hm..."
"Kalau tidak kau masih bisa berbuat apa?" jengek Kang Tat dengan
suara dalam. Kwa Cun seng kembali tertawa terkekeh-kekeh. "Kang Tat!" serunya,
"kau jangan menganggap aku Kwa Cun
seng sudah tidak memiliki kemampuan lagi untuk melakukan
pembalasan." Ucapan tersebut segera membuat Kang Tat menjadi
tertegun, serunya kemudian: "Hemm, darimana kau bisa mengenali siapakah diriku hanya didalam
sekilas pandangan saja " Kwa Cun seng mendengus dingin, "Sekalipun kuutarakan juga belum
tentu akan kau pahami !" Kang Tat segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahhh... haaahh...
haaahhh kalau tidak dikatakan memang
jauh lebih baik, aku sama sekali tidak terlalu menguatirkan tentang
masalah ini." Selesai berkata tiba tiba ia melepaskan kain kerudungnya sambil
berkata lagi: "Kwa Cun seng, kau mengatakan dirimu masih mempunyai kemampuan
untuk melancarkan serangan balasan, baik, orang she Kang bukan nya
mencemoohmu karena melihat tenaga dalammu itu sudah punah, aku
hanya ingin mengetahui dengan cara apakah kau hendak melancarkan
serangan balasan tersebut nah. silahkan!"
Kwa Cun seng tertawa. "Saudara Kang, benarkah kau ingin bukti?"
dia mengejek. "Toh kau sendiri yang mengatakan tentu saja benar
atau tidaknya hanya kau sendiri yang tahu!" Pelan-pelan Kwa Cun seng
mengalihkan sorot matanya ke wajah Cukat Tan, kemudian bertanya: "Saudara Cukat, bagaimana menurut
pendapatmu?" Cukat Tan segera tertawa terbahak-bahak. "Haaahh...
haaah... haaahh... tenaga dalam mu sudah punah.
lohu percaya saudara Kang bukan nya sengaja hendak memperolokorang,
akupun yakin dia tak akan menggunakan ilmu silatnya untuk
menghadapimu, oleh sebab itu lohu bersedia untuk berdiri sebagai
penonton saja." Kwa Cun seng segera menuding kearah kursi disampingnya sambil
berkata. "Kalau begitu aku orang she Kwa mengucapkan banyak terima kasih
lebih dulu, silahkan saudara Cukat untuk duduk dulu sambil melihat
keadaan..!" Sambil tertawa terkekeh kekeh Cukat Tan duduk diatas kursi tersebut,
katanya kemudian: "Tampaknya kau seperti benar-benar mempunyai kemampuan untuk
melancarkan balasan!" "Siapa tahu?" kata Kwa Cun seng sambil tertawa: Kemudian
setelah berhenti sejcnak, katanya kepada Kang Tat:
"Saudara Kang, kita hanya akan bergurau saja suatu gurauan yang
biasa, cuma sebelumnya aku menerangkan dulu, aku adalah seorang
manusia yang sudah kehilangan tenaga dalam..."
"Aku mengerti" tukas Kang Tat tak sabar, "tadipun saudara Cukat sudah
berkata bahwa aku tidak akan mempergunakan ilmu silatku untuk
melukaimu, soal ini kau tak usah kuatir dan kaupun boleh melancarkan
serangan dengan berlega hati."
"Tolong tanya, saudara Thio Yok sim kini berada dimana?" tauya Kwa
Cun seng tiba tiba, "Dia sedang mempersiapkan perahu dibawah sana" jawab Cukat Tan
cepat, "mengapa" Apakah kau ada urusan hendak mencarinya?"
Kwa Cun seng menghela napas panjang. "Sayang sekali dia tidak
berada disini!" Mendengar ucapan tersebut, tergerak hati Kang Tat,
serunya mendadak: "Bila ia tak hadir disini, apakah kau tak mampu
membuktikan ucapanmu itu ?" Slkap Kwa Cun seng amat tenang dan sedikitpun tidak
gugup, sahutnya pelan: "Bukan begitu, hanya saudara Thio jadi tak dapat
menyaksikan kepandaianku ini, bagiku hal tersebut patut disayangkan dan dia pun
pasti akan merasa sayang juga !"
Kang Tat segera tertawa. "Tidak menjadi soal, setelah kejadian aku
toh bisa menceritakan semua peristiwa ini kepadanya!" Kwa Cun-seng segera
manggut-manggut "Yaa, nampaknya
memang terpaksa begitu" Sesudah berhenti sejenak, lanjutnya: "Mari:
mari, silahkan saudaia Kang juga duduk dulu, duduk agak lebih dekat
agar bisa melihat dengan lebih jelas lagi !"
Disamping pembaringan tersebut masih terdapat sebuah kursi lagi,
maka Kang Tat segera duduk disana. Sementara itu Kwa Cun-seng telah menyandarkan seluruh tubuhnya
diatas tangan kiri yang berpegangan diatas dinding, nampaknya payah
sekali, tubuhnya yang bersandar diatas dinding pun nampak kepayahan,
katanya kemudian sambil mengebaskan tangannya itu:
"Payah, benar-benar terlampau payah, aku ingin sekali bisa tidur
dengan nyenyak..." Menyaksikan tingkah laku orang itu, dengan kening berkerut Kang Tat
segera berseru. "Hei dapatkah bertindak lebih cepat sedikit" Setelah mengatur
napasnya yang tersengkal-sengkal Kwa Cun
seng berkata. "Tak usah gelisah, segera pun akan terlihat!" Sambil
berkata tangan kirinya diletakkan dulu diatas
pembaringan tersebut kemudian tangan kanannya berpegangan diatas
sebuah cawan kecil disisi pembaringan kemudian kata nya kepada Kang
Tat sambil tertawa. "Hati-hatilah saudara Kang !" Kang Tat mendengus dingin. "Tak usah
kau risaukan, aku bisa menjaga diri baik-baik !" Siapa tahu baru saja
dia selesai berkata, terdengar suara
gemerincing nyaring bergema memecah keheningan lalu dari atas kursi
yang di tempati oleh Kang Tat itu muncul beberapa buah jepitan besi
yang segera membelenggu kaki, tangan serta pinggangnya sehingga
tubuh Kang Tat sama sekali tak mampu berkutik.
Kang Tat mencoba untuk meronta, namun tidak berhasil, akhirnya
dengan suara dalam teriaknya: "Kwa Cun seng, kau bedebah yang berotak licik dan berhati pengecut,
kau manusia tak tahu malu!" Kwa Cun seng sama sekali tidak menjadi gusar, sambil tertawa katanya
kemudian kepada Cukat Tan yang duduk disamping lain:
"Saudara Cukat, katakanlah secara adil, bukankah serangan balasanku
telah berhasil?" Cukat Tan segera tertawa terbahak-bahak. "Haaah... haaahh...
haaah... Kang tua kau memang harus mengakui..." Belum selesai dia berkata, mendadak Kwa Cun seng telah
membentak lagi dengan suara menggeledek. "Cukat Tan kaupun harus
menyerah dengan puas !" Begitu ucapan tersebut diutarakan segera
terdengar lagi bunyi gemerincing, seperti juga Kang Tat, Cukat Tan mengalami nasib yang
sama duduk terbelenggu diatas kursi tersebut.
Gelak tertawa Cukat Tan kontan saja terhenti ditengah jalan, sebaliknya
Kwa Cun se gera menjengek dengan suara dingin:
"Cukat Tan, sekarang dapatkah kau tertawa lagi ?" "Kwan Cun seng"
seru Cukat Tan dengan gusar, "kecuali kau
membunuh lohu sekarang juga, kalau tidak..." "Tak usah kuatir" sahut
Kwa Cun-seng sambil mengulapkan tangannya, "sekarang aku tak punya minat untuk membunuh orang,
cuma masih berminat melihat orang lain terbunuh, terutama sekali
menyaksikan Mao Tia-bong di bunuh orang.
"Sekarang aku hendak pergi duIu, cuma kalian-pun tak usah kuatir
keadaanku sekarang telah berubah menjadi begini, daripada hidup
begitu lebih baik mati, aku tak bakal melarikan diri dan
menyembunyikan diri." "Sekarang aku hendak mencari Sun Tiong-lo, dengan menggunakan
selembar nyawaku untuk ditukar dengan kematian
Mao Tin hong, tentu saja kalian mungkin akan mati jauh lebih awal
daripadaku. "Nah aku pergi dulu sebelum pergi aku hendak memperingatkan kepada
kalian berdua, selanjutnya janganlah kalian berdua gegabah menghadapi
setiap persoalan, terutama jangan jadi gampang mempercayai perkataan
orang lain !" Berbicara sampai disitu, Kwa Cun-seng segera bangkit berdiri dan
melemparkan tertawa yang seram kepada Kang Tat serta Cukat Tan.
Dalam pada itu, dari arah lorong rahasia sana terdengar Thio Yok sim
sedang berseru: "Perahu sudah disiapkan, cepatlah kalian bekerja !" "Saudara Thio,
cepat kemari !" Sebetulnya Cukat Tan hendak bertertak, namun
ketika dilihatnya Kwa Cun seng sama sekali tidak gugup atau panik, bahkan masih duduk
dengan tenangnya dipembaringan, kata selanjutnya segera ditelan lagi
kedalam perut. Tapi dengan t er iak an dar i Kang Tat t adi sudah cukup,
Thio Yok s im t elah mendorong pintu sambi l masuk k e
dBeagl iatum d.i lihatnya keadaan dari Kang Tat dan Cukat Tan, serta merta dia
menerjang kearah Kwa Cun-seng. Mendadak terdengar Kwa Cun-seng tertawa terkekeh kekeh, tubuhnya
segera bergelinding kedalam pembaringan itu, dibawah tatapan mata
ThioYok-sim dan Kang Tat serta Cukat Tan itulah, bayangan tubuhnya
tahu-tahu lenyap tak berbekas. Menyusul kemudian pintu dan jendela dalam luang rahasia itupun
menutup secara otomatis sehingga sama sekali tak nampak sedikit
cahaya pun yang menyorot ke dalam. Dengan tangannya Thio Yok sim mencoba untuk menyentuh pintu dan
jendela tersebut, ternyata semuanya terdiri dari lapisan besi yang amat
tebal. Ilmu silat mereka bertiga sesungguhnya amat lihay, gara-gara ingin
menang sendiri, akhirnya malah kena terperangkap dalam ruangan
rahasia oleh Kwa Cun seng yang sama sekali sudah kehilangan tenaga
dalamnya itu. Menanti Thio Yok-sim atas petunjuk Kang Tat dan Cukit Tan berhasil
meraba tombol alat rahasia dan menarik kembali jepitan besi yang
membelenggu tubuh Kang Tat serta Cu kat Tan, waktu itu Kwa
Cun-seng sudah naik ke daratan.
Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tatkala mereka bertiga berhasil menemukan alat rahasia untuk
membuka pintu dan jendela tersebut, saat itu Kwa Cun-seng sudah
setengah harian di daratan, bagaimana mungkin mereka bisa
menemukan jejaknya lagi " Waktu itu, mereka bertiga benar-benar merasa malu bercampur
menyesal, maka setibanya diatas daratan mereka mulai melakukan
pencarian dalam anggapan mereka, Kwa Cun-seng sudah sulit berjalan,
mungkin gampang untuk diketahui jejaknya.
Siapa tahu hingga malam tiba, sedikitpun tiada kabar beritanya.
Yang lebih aneh lagi, Sun Tiong-Io yang berjanji akan bertemu
dengan mereka disitu pun tidak nampak batang hidungnya. Akhirnya
bertiga mereka bersantap malam kemudian
merundingkan langkah mereka selanjutnya ditempat yang sepi, tapi
mereka menarik kesimpulan, entah kemanapun Kwa Cun-seng melarikan
diri, yang pasti ia tak akan pergi mencari Mao Tin hong lagi.
Oleh sebab itu setelah melakukan perundingan rahasia serta
pertimbangan yang Iain, mereka segera mengambil suatu rencana yang
amat berani, dengan menumpang sampan kecil mereka langsung
menuju ke perahu besar dimana Mao Tin hong terkurung.
Sewaktu tiba di tepi perahu, si bunga mawar telah mendapat perintah
dari Jin Jin untuk menyambut kedatangan mereka.
Di dalam anggapan mereka mereka, tindakan mereka itu pasti akan
dihadapkan pada suatu pertarungan sengit, siapa sangka keadaannya
justeru merupakan kebalikannya. Baru saja sampan itu mendekat perahu besar, si gadis mawar sudah
berseru kepada mereka bertiga: "Atas perintah dari hujin serta toaya, kalian di haruskan untuk
melepaskan kain kerudung sebelum bertemu !"
Ketiga orang itu saling berpandangan sekejap, lalu diwakili oleh Cukat
Tan katanya: "Maaf, bila tiada lencana emas dari majikan, kami semua tak dapat
menuruti perintah !" Bunga mawar tertawa, dia segera memperlihatkan lencana tersebut
sembari berseru: "Nah, kalian sudah puas bukan ?" Cukat Tan sekalian bertiga
kembali saling berpandangan sekejap,
setelah mengetahui kalau lencana emas itu asli, mereka segera
melepaskan kain kerudung masing-masing dan naik ke atas perahu,
kemudian mengikuti di belakang Bi-kui li (gadis bunga mawar) berjalan
masuk kedalam ruangan tengah. setelah memberi laporan, ketiga orang itu dipersilahkan masuk, mereka
segera menyaksikan Mao Tin-hong sedang duduk di ruang tengah
sambil tersenyum, dia duduk bersandar dalam pelukan seorang
perempuan cantik. Ketiga orang itu bersikap seakan-akan tak melihat kehadiran perempuan
cantik itu, setelah memberi hormat kepada Mao Tin hong, serunya
bersama: "Hamba menjumpai majikan." Sambil tertawa Mao Tin-hong segera
mengulapkan tangannya. "Duduk, semuanya duduk, setelah duduk
kita baru berbicara." katanya kembali. Setelah mereka duduk semua, Kang Tat baru bertanya: "Tolong
tanya sampai kapan majikan baru akan kembali ke
perahu.?" Sebelum Mao Tin-hong menjawab, Jin-Jin telah menyela lebih
dulu. "Perahu loteng itu sudah tak ada gunanya lagi, di buang saja !"
Untuk kesekian kalinya ke tiga orang itu berlagak seakan-akan
tidak mendengar, mereka hanya menantikan jawaban dari Mao Tinhong.
Mao Tin hong memandang sekejap kearah Jin Jin kemudian katanya
kepada ketiga orang itu. "Soal itu kita bicarakan nanti saja, sekarang kalian harus memberi
hormat dulu kepada hujin !" Ke tiga orang itu pun tidak bertanya hujin apa atau hujin siapa,
seakan-akan mereka hanya tahu melaksanakan perintah.
Maka sekali lagi mereka memberi hormat kepada Jin Jin sambil katanya
bersama: "Menjumpai hujin !"
Sambil balas memberi hormat, Jin Jin berpaling dan ujarnya kepada Mao
Tin hong. "Sungguh tidak kusangka anak buahmu itu semuanya setia dan
berbakti kepadamu !" Mao Tin hong segera tertawa bangga. "Tentu saja, aku menganggap
mereka sebagai saudara sendiri, ada kesenangan kita nikmati bersama, ada bencana kita hadapi
berbareng." Mendengar ucapan mana, ke tiga orang im segera mendengus dingin,
namun tidak sampai diperlihatkan pada perubahan wajahnya.
Terdengar Jin Jin berkata lagi: "Tampaknya perkataanku tak mungkin bisa memerintahkan mereka
untuk menurut, lebih baik kau saja yang menurunkan perintah, beritahu
kepada mereka kalau perahu loteng itu sudah tak dipakai lagi sekalipun
menggunakan perahu ini juga sama saja."
Mao Tin-hong manggut-manggut, kepada ketiga orang itu segera
serunya cepat: "Nah sudah kalian dengar belum " laksanakan seperti apa yang
dikatakan hujin!" Cukat Tan segera berseru. "Kini Tiancu nomor satu telah kehilangan
tenaga dalamnya, setelah kembali ke perahu dia mengatakan..." Berbicara sampai disitu,
dia sengaja berhenti berkata untuk melihat reaksi dari Jin Jin. Dengan cepat Mao Tin-hong menyambung:
"Soal itu aku sudah tahu, sekarang aku perlu memperkenalkan
kepada kalian hujin adalah isteriku, kami sudah berpisah banyak tahun
dan hari ini baru bersua kembali, maka aku telah bertekad untuk
mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan."
"Perahu loteng dan seluruhnya peralatan yang ada di sana, mulai hari ini
kuserahkan pengusahaannya kepada kalian bertiga, hubungan kita
sebagai majikan dengan pembantupun berakhir sampai disini saja, mulai
saat ini kalian tidak akan bisa bersua lagi denganku..."
Dengan cepat Kang Tat menyela: "Menurut laporan dari Tiancu
nomor satu, majikan terkurung dalam perahu ini." Belum habis perkataan itu diucapkan, Jin Jin telan
tertawa terkekeh-kekeh. "Haaah, haah, haaah, siapa namamu ?"
tegurnya tiba-tiba. "Lohu Kang Tat !" jawabnya tegas.
"Kang Tat. coba kau perhatikan dengan jeIas. Dengan keadaan dari
majikanmu sekarang miripkah dia seperti orang yang sedang dikurung
?" Kang Tat bertiga sudah mengetahui duduk perkaranya, tapi setelah
mendengar perkataan itu, segera mereka menyahut:
"Benar, majikan memang sudah dikurung oleh hujin !" "Aaah,
sungguh aneh. apakah mata kalian sudah dipergunakan
lagi ?" Thio Yok sim segera menimbrung: "Hujin, majikan kami
menitahkan kepada lohu sekalian untuk
menyebut demikian, lohu sekalian tak berani membangkang, cuma
kalau hujin ingin membohongi lohu sekalian aku rasa tidak akan begitu
gampang." Mendengar itu Mao Tin hong segera mengulapkan tangannya dan
berkata sambil tertawa: "Kalian tak boleh bersikap begitu kurang ajar terhadap hujin, aku sama
sekali tidak disekap kebebasanku juga tidak hilang, aku benar- benar
berniat untuk mengundurkan diri dari dunia persilatan dan tidak berebut
nama dan kedu dukan lagi dengan orang lain."
"Kalian adalah sobat karibku. pembantu kami yang baik, saudara yang
terbaik, lain waktu, has Bentrok Para Pendekar 20 Bentrok Para Pendekar 7