Kisah Dua Saudara Seperguruan 12

Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Saduran Okt Bagian 12


ilan.
Jadi lebih banyak orang suka bersabar, asal selamat. Selama
beberapa tahun, Giehoo-toan kita sudah punyakan pengaruh
tetapi kemajuannya masih belum berarti, dari itu aku kuatir,
perlu kita orang menukar siasat?.?
?Bagaimana itu?? Thiebian Sieseng tanya.
?Kita ubah, ?Hoetjeng Hokbeng? menjadi?Hoetjeng
Biatyang?l? sahut Tjoe Hong Teng dengan suara tetap. ?
Hoetjeng Biatyang? berarti ?Membantu Kerajaan Tjeng
membasmi bangsa asing.
Siangkoan Kin berjingkrak bangun
?Begitu?? ia berseru dengan pcrtanyaannya. ?Apakah itu
bukan berarti kita ubah tujuan kita??
Teng Hiauw dengar suara orang agak menggetar, ia insyaf
tegangnya hati si Mahasiswa.
Sebaliknya. Tjoe Hong Teng berlaku tenang dan tertawa.
?Sabar, sahabatku,?kata ia. ?Aku tak ubah tujuan,
melainkan siasat. Dengan perubahan ini, kita bisa besarkan
pengaruh kita, sebab orang toh tak jerih lagi memasuki
perkumpulan kita dan berbareng, redalah tindakannya
pemerintah Boan memusuhkan kita. Dengan menunjang
Kerajaan Tjeng bukan berarti kita sudi jadi budak atau
gundalnya, tetapi kedudukan kita ada sama rata. Lihat saja
diri kita sendiri! Kita toh tidak percaya segala dewa-dewa?
Tapi kenapa kita adakan upacara sembahyang? Inilah tak lebih
tak kurang, untuk menarik perhatian umum, agar mereka ada
pegangannya?
?Pemerintah Boan dan bangsa asing termasuk satu
golongan, bukan? Kau hendak mcmbasmi bangsa asing, apa
pemerintah Boan menyetujuinya??
Tjoe Hong Teng tertawa. ?Aku tidak tahu!?jawabnya.
?Diluar kelihatannya mereka akur, di dalam, ganjalan ada
hebat. See Thayhouw tidak ingin orang asing campur
urusannya.? Siangkoan Kin menghela napas.
?Saudara Tjoe, aku percaya kau,?
ia bilang. ?Jikalau dcmikian kau pikir, aku menurut saja,
cuma aku merasa bahwa tindakan demikian ada berbahaya.?
Kekuatirannya Thiebian Sieseng ada beralasan. Mulanya
benar, Giehoo-toan peroleh kemajuan pesat, akan tetapi
belakangan, sebab lemahnya Lie Lay Tiong dan ia sendiri
memandang pemerintah Boan terialu ringan, usahanya gagal,
pemerintah Boan justru gunakan pengaruh asing untuk
menindas pcrgcrakannya itu. Salah satu sebab lam adalah
masuknya orang-orang tak setia, yang mcrusak persatuan.
Mendengar pembicaraan itu, Teng Hiauw tidak puas. Ia
masih terlalu muda untuk kenai siasat. Ia tidak setujui
perubahan siasat itu. Ia pun anggap lucu akan
bersembahyang seperti orang-orang Giehoo-toan. Malta ia pun
dapat anggapan, turut Giehoo-toan ada berbahaya. Begitulah
besoknya, ketika Tjoe Hong Teng tanya ia: ?Saudara Muda,
kau mufakat atau tidak turut serta Giehoo-toan??* Ia jawab:
?Aku belum pikir untuk berdiam di sini. Kcpandaianku masih
terialu rendah. Aku mcrantau juga untuk cari Thaykek Tan,
guha angkat dia jadi guruku.?
Ini ada jawaban yang Tjoe Hong Teng tak sangka-sangka.
Ia kerutkan alis. Tapi ia masih mencoba, untuk membujuki.
Teng Hiauw tctap sama putusannya, ia menampik, hingga
ketua itu jadi putus asa dan mengantapkannya. Adalah
kemudian, sesudah ia peroleh kepandaian, Teng ? Hiauw
ceburkan diri dalam Giehoo-toan, tetapi dengan kedudukan
sebagai separuh anggota dan separuh tetamu yang dihormati.
Setelah itu, Teng Hiauw utarakan niatnya untuk pamitan.
.?
VI
Tjoe Hong Teng merasa bcrat akan tetapi ia tidak dapat
menahan, ia tetap sayangi anak muda ini, dari itu, ia telah
berikan pelbagai pengunjukan tentang keadaan kaum
Kangouw, ia hadiahkan dua pcrangkat pakaian, uang sepuluh
tail serta seekor kuda pilihan.
Teng Hiauw terima kuda tetapi tampik pakaian dan uang.
?Kau dandan sebagai satu pemuda agung, kalau kaum
Rimba Persilatan lihat kau, mereka bias kerutkan alis,? kata
Tjoe Hong Teng sambil tertawa. ?Tentang uang, umpama kau
sungkan terima, baiklah, aku pinjamkan saja itu padamu.?
Didcsak demi kian, tcrpaksa Teng Hiauw terima semua
pemberian itu, untuk mana ia haturkan terima kasihnya.
Karena ia repot, Tjoe Hong Teng tidak antar jauh pemuda
ini.
Teng Hiauw pun minta ketua itu tidak bcrlaku sungkan
padanya. Ia berangkat dengan kesangsian: di satu pihak ia
hargai Ketua Giehoo-toan itu, di lain pihak ia bercuriga;
baginya masih belum jelas, Tjoe Hong Teng sebenamya orang
macam apa Satu hal sudah pasti, ialah ia berterima kasih
terhadap Tjoe ?Soesiok? ini.
Baharu Teng Hiauw jalan lima atau enam lie jauhnya, tibatiba
ia dengar orang teriaki ia, untuk minta ia tunggu dulu,
apabila ia bcrpaling, ia lihat Siangkoan Kin bcrlari-lari ke arah
dia, larinya pesat sekali. Ia terkejut Baharu sekarang ia ingat,
tadi ia lupa ambil sclamat tinggal dari si Mahasiswa. Maka ia
pikir perlu ia menghaturkan maaf. Tapi Siangkoan Kin yang
tertawa haha-hihi, telah dului ia
?Oh, Adikku, kemana kau hendak pcrgi? Sekejab saja kau
seperti lenyap!? demikian Thiebian Sieseng. ?Tjoe Toako juga
alpa sekali, dia sampai lupa beritahukan kau satu hal paling
penting!?.?
?Perkara apa itu?? Teng Hiauw tanya. Ia tercengang karena
orang bilang urusan paling penting.
?Bukankah kau hendak cari Thaykek Tan??
Teng Hiauw kerutkan alis. Ia rada mendongkol berbarcng
lucu. Inilah urusan yang dikatakan paling penting? Toh hal itu,
pernah ia bcritahukan kepada si Mahasiswa. Tapi ia manggut.
?Bukankah kau ada put era Teng Kiam Beng dan cucunya
Thaykek Teng?? Siangkoan Kin tanya pula.
Mau atau tidak, Teng Hiauw pentang lebar kedua matanya
?Siangkoan Tjianpwee!? kata ia, ?kenapa kau tanyakan aku
tentang leluhurku? Bukankah kau sudah ketahui tentang asalusul
turunanku?
Thiebian Sieseng tertawa geii.
?Adikku kecil, bukannya aku sengaja menanyakan ini untuk
menggoda kau,? ia jawab. ?Aku hendak beritahukan kau
bahwa pasti Thaykek Tan tidak bakal terima kau sebagai
murid.?
?Cara bagaimana Tjianpwee kctahui dcmikian pasti?? tanya
Teng Hiauw, yang menjadi heran.
?Sebab kau ada cucunya Thaykek Teng,? terangkan
Siangkoan Kin. ?Kau baharu pertama kali mcrantau. kau tidak
kenal keadaan dalam dunia Kangouw di mana sesuatu kaum
biasa menyingkir dari lain kaum. Kau berlaku sembrono, aku
percaya kau pasti bakal ketemu batunya!? Teng Hiauw
melongo.
Siangkoan Kin tertawa, melanjuti: ?Dalam dunia Rimba
Persilatan. orang biasa umpetkan ilmu kepandaiannya,
waJaupun guru silat terpandai, dia tak luput dari kebiasaan ini,
yang menjadi sifat umum.
Thaykek Tan, seperti Thaykek Teng, tidak sembarangan
mewariskan kepandaiannya kepada orang luar, apapula kau
ada dari pihak Thaykek Tan, mana Thaykek Tan bisa tcrima
kau sebagai murid??
Teng Hiauw ada seorang hijau, dia mana tahu segala
aturan atau kebiasaan di dalam kaiangan Rimba Pcrsilatan itu,
akan tetapi ciia-citanya kuat, ia tidak hiraukan kclcrangan itu,
melainkan ia sangsi juga.
Siangkoan Kin tapuk-tepuk pundak orang.
?Adik Kecil, aku kagum betul dengan niatmu mencari guru,?
kata ia
?Sebenarnya kau orang dari pihak Teng dan Tan ada
sama-sama kesohornya, jikalau kau orang bisa
ubah kebiasaan dan kedua pihak suka saling tukar
kepandaian, untuk disatu-padukan, aiangkah baiknya itu.
Sebenarnya aku pun bcrharap sangat yang cita-citamu
akan terwujud.
Hanya aku kuatir kalau-kalau pihak Thaykek Tan
menyangka jelek pada kau, kalau kau nanti d isangka hendak
curi kepandaianya, kesudahannya itu kau akan kecewa
sekali.?. Maka disini aku telah tulis sepucuk surat untuk kau
bawa, apabila benar sampai terjadi kesulitan seperti aku duga,
surat ini kau perlihatkan pada Thaykek Tan, untuk dia baca.
Dengan surat ini aku tidak berani tanggung kau nanti diterima
sebagai murid. tetapi aku percaya bahwa kau t idaklah nanti
menampak kesukaran hebat.?
Teng Hiauw bersyukur berbareng tak puas, karena nyata
Siangkoan Kin anggapdia sebagai bocah cilik, akan tetapi ia
insyaf, kepandaiannya masih be I urn berarti, ia kurang
pcngalaman, dari itu, ia sambuti surat itu, yang terus
diangsurkan kepadanya. Ia menghaturkan icrima kasih sccara
tawar. Ia masuki surat itu ke dalam sakunya secara
sembarangan. Habis itu, ia memberi hormat, ia pamitan,
untuk meneruskan perjalanannya. I
Scsudah pengalamannya sebegitu jauh, setelah peroleh
pelbagai pengunjukan dari Tjoe Hong Teng dan Siangkoan
Kin, dalam perantauannya lebih jauh, tidak lagi Teng Hiauw
terbitkan hal-hal iucu dan mcnyul i tkan dia, kecuali satu atau
dua kali, yang tidak berarti.
Sclagi memasuki wilayah Propinsi Hoolam dan mclcwati
sebuah dusun, yang disebut Samrjee-ek, Teng Hiauw dengar
orang omong tentang satu guru silat Kaum Tjionglam-pay
bernama Kongsoen Giap, yang dikatakan liehay sekali. lajadi
ketarik, ia lantas kunjungi guru silat itu, tapi ia dicurigai, dia
disangka hendak mencoba-coba, guru silat itu mendahului
ajak ia bertanding, hingga ia terdesak dan menerimanya
dengan terpaksa. Baharu dua-tiga gebrak, nyata Kongsoen
Giap bagus namanya saja, ia kena dihajar rubuh sampai tak
bisa merayap bangun. Orang-orang lainnya dalam rumah
perguruan itu jadi gusar mereka hendak keroyok si anak
muda, atas mana, Teng Hiauw angkat kaki, ia takut untuk
melayani. Pcngalaman ini menginsyafkan si anak muda
benarnya keterangan bahwa di kaiangan Kangouw orang tak
boleh sembarangan menaruh kepercayaan besar.
?Entah bagaimana dengan Thaykek Tan?? pikir ia
kemudian. ?A pa benar dia liehay, atau dia pun cuma namanya
saj a kesohor? Tapi Ayah dan Siangkoan Kin bilang dia benarbenar
liehay. Rupanya, yang benar adalah dia ada beda
daripada guru-guru silat yang kebanyakan?.?
Teng Hiauw jalan lebih jauh, sampai ia memasuki Hoolam
dua atau tiga ratus lie. Ketika itu ada lewat tengah hari.
Jalanan ada rusak, dekat gunung .dan air, banyak
pepohonannnya. Menembusi pepohonan, sinar matahari ada
merah kekuning-kuningan. Lebih jauh, jalanan semakin sukar,
bersisi dengan tebing tinggi.
Tiba-tiba terdengarlah suara bcrisik dari atas tebing, lantas
satu batu besar jatuh, lewat di sampingnya anak muda ini,
nyemplung ke dalam jurang yang berair hingga menerbitkan
suara besar dan airnya muncrat. Ia telah berkelit, kalau tidak,
ia bisa kelanggar. Menyusul itu ada batu koral dan pasir
bcrhamburan
?Rupanya ada orang bertempur di atas,? pikir ia. Tidak
tempo lagi, ia cari jalan untuk manjat, tetapi ia umpctkan diri
antara gombolan, hingga ia bisa melihat segala apa tanpa lain
orang pergoki ia.
Di atas tanjakan, yang tanahnya datar, ada lima orang
scdang kepung satu pemuda umur dua puluh lebih. Pemuda
ini, yang bersenjatakan pedang, yang gerakannya tangkas,
gunai ilmu silat Thaykek-pay, melainkan bebcrapa tipu-tipunya
ada beda, maka tanpa mcrasa, Teng Hiauw jadi heran, ia jadi
sangat ketarik, ia terus pasang mata.
Selang bebcrapa lama, anak muda itu, walaupun ia gagah,
mulai mundur, undur ke arah tempat sembunyinya si orang
she Teng. Biar bagaimana, dia kewalahan melayani banyak
musuh, yang tidak kurang liehaynya, dari itu, ia kena
terdesak. Di antara lima pengepung, satu yang bergegaman
sepasang golok ada yang paling kosen, rupanya dia jadi
kepala, scmbari menyerang, dia scmbari serukan kawankawannya.
Si anak muda nampaknya gusar tetapi ia tetapi
mundur.
Sekonyong-konyong, anak muda itu kirim satu serangan
hebat, tetapi lawannya berlaku licin, dia berkelit, dia
menyerang ke kiri dan ke kanan. Kalau satu sama satu,
kelihatannya dia sukar tandingi si anak muda Ia pun jerih akan
bentur pedangnya orang. Si anak muda ilmu silatnyapun
kelihatan belum terlatih sempurna.
Setelah menonton sekian lama, hingga hatinya teriarik
untuk bcrpihak kcpada si anak muda, yang ilmu si latnya ada
dari satu golongan, diam-diam Teng Hiauw ambil putusan
akan bcrikan bantuannya. Dengan diam-diam juga, ia siapkan
Kimtjhie-piauwnya.
Segera si anak muda hadapi saat yang berbahaya. Dia
telah menyerang dengan satu tikaman, apa mau, lawannya
coba libat pedangnya dengan Djoan-pian, sedang di lain pihak,
sebuah golok menyambar langsung kepadanya, untuk
membabat kutung lengan kanannya.
Ia insyaf bahaya, ia bcrseru keras ketika ia gunai tenaga
besar, akan tarik lolos pedangnya, sambil berbuat begiiu,
iapun loncat ke samping. Tapi musuh yang mencekal golok
rupanya sudah menduga. selagi orang loncat, iapun loncat
menyusul, goloknya disabetkan ke arah bebokong bahagian
pinggang!
Dalam keadaan sangal bcrbahaya itu, si anak muda masih
sempat memperbaiki diri, tangannya digeraki, untuk
menangkis ke bclakang, akan tetapi, bclum ia sempat
menangkis, atau mendadakan ia dengar jeritan ?Aduh!? yang
disusul sama goloknya si penycrang teriepas sendirinya,
terlempar, karena waktu itu, golok itu scdang diayun, setclah
itu, terdengar
pula dua jeritan kesakitan, dari dua musuh yang lain, yang
lantas pegangi jidatnya. hingga karenanyaj pemimpin mereka
itu lantas berseru: ?Angin keras!?
Itulah tanda ada bahaya, untuk angkat kaki
Si anak muda tcrpcranjat, ia hcran, tetapi ia mengerti,
terang ada orang yang bantu ia secara sembunyi. Karena
iapun letih, mclihat lima musuhnya kabur, ia tidak kejar
mereka itu.
Sckcjab saja, tempat pertempuran itu jadi sunyi-scnyap,
kecuali siurnya angin.
Untuk cari orang yang tolongi dia, anak muda itu lantas
mclihat ke sekitarnya. Ia tak usah membuang tempo akan
tampak munculnya satu anak muda dari gombolan di
sampingnya, akan dapati si anak muda bcrmuka putih dan
cakap, usianya ada terlebih muda dari ia scndiri, rupanya
belum dua puluh tahun. Hingga ia menjadi hcran dan sangsi,
hingga dalam hatinya, ia tanya: ?Apa mungkin dia inilah yang
bantu aku?? Maka ia terus mengawasi.
Menampak orang tercengang, Teng Hiauw menghampirkan
sambil hunjuk air muka berseri-seri.
?Saudara, bagus sekali permainan pedangmu!? mencgur ia
dengan manis, dengan pujiannya. ?Kenapa Saudara bertempur
sama mereka itu? Apa Saudara suka beri tahukan aku she dan
namamu, dan siapa adanya guru Saudara??
Masih anak muda itu mengawasi, kemudian ia haturkan
terima kasihnya. Ia menyimpang untuk pertanyaan orang, ia
hanya kata: ?Hengtay, pandai sekali kau gunakan piauwmu!
Jikalau tidak kau bantui aku, barangkali masih sekian lama aku
mesti layani kawan itu, walaupun mereka tak dapat membuat
suatu apa, toh aku bakal pusing sekali. Aku nanti ingat baikbaik
budimu ini. ? Kita belum kenal satu dengan lain,
mengapa Hengtay begitu baik hati sudi membantui aku?? ia
balas tanya. ?Perihal namaku, guruku, dan perm us uh an kita,
malu aku untuk memberitahukannya. Aku ada murid dari
suatu guru ternama tetapi aku kena dipcrmainkan oleh
kawanan kurcaci itu, inilah sangat memalukan, dari itu, baiklah
aku tidak menjawabnya?.?
Tidakl ah anch apabila pemuda ini bersangsi untuk bcrikan
jawabannya. Teng Hiauw masih hijau mengenai pengalaman
dalam pergaulan, iaada terlalu polos akan dengan tiba-tiba
majukan pcrtanyaannya itu. Si anak muda, scbaliknya, ada
jauh terlebih bcrpcngalaman daripadanya. Lagu suaranya pun
seperti menunjuki ia ada orang yang terlebih tua ti
ngkatannya, hingga orang bisa tak senang mendengamya.
Maka mau atau tidak, iajadi dicurigai.
Teng Hiauw tidak menyangka bahwa orang curigai ia.
Pertanyaannya pun ada contoh yang tidak hargai kau. Dengan
sebenarnya, aku malu akan sebut nama guraku, sedang
tentang diriku, benar-benar tak ada kepentingannya akan
Saudara mengetahui. Percaya, aku akan ingat betul
bantuanmu mi. Kepandaianku tak berharga, tapi apabiladi
belakang hari Saudara membutuhkannya, pasi aku akan suka
bantu kau. Sebenarnya, kita orang baharu saja bertemu, aku
jadi tak dapat bicara scjujurnya. Aku lagi punya urnsan,
maafkan aku, tak dapat aku temani Saudara lama-lama. Lagi
satu hal aku hendak tunjuk, siapa merantau, dia tak boleh
andali kegagahannya dan karcna itu lantas mcmandang
kurang berharga kcpada lain orang!?
Teng Hiauw jadi gusar. ?Siapa bicara tentang jasa! Siapa
harap pembaiasan budi?? ia kata dengan nyaring.
Anak muda itu tertawa, ia putar tubuhnya, akan lari turun
gunung, sambil berkata: ?Jangan gusar, Hengtay! Sampai
ketcmu pula!?
Menampak demikian, Teng Hiauw jadi mendongkol dan
cemas, hatinya jadi tawar. Ia tidak nyana, ia tolong orang,
akhirnya jadi demikian.
Maka ia pun lanjuti perjalanannya.
Lewat beberapa hari, ia sampai di Kota Hoaykeng, setelah
cari hotel, ia lantas mulai cari keterangan jalanan untuk pergi
ke Tankee-kauw.
?Apakah Tuan hendak kunjungi Thaykek Tan?? tanya
jongos yang ditanya, sambil dia mengawasi.
?Benar. Kenapa kau tahu aku hendak can Thaykek Tan??
?Sebab Tuan ada orang asing tapi Tuan tanyakan jalanan
ke Tfcnkee-kauw, aku lantas bisa menduga. Ke sini memang
sering datang orang-or-ang yang cari Thaykek Tan. Hanya
saban-saban aku lihat, siapa kcmbali dari sana, dia tentu tidak
gembira?.?,Teng Hiauw melengak. ?Kenapa begitu?? tanya ia.
?Apakah Tuan tidak tahu?? balik tanya jongos itu. ?Ilmu silat
Thaykek-koen dari Keluarga Tan di Tankee-kauw itu tidak
diturunkan kepada orang luar, kecuali pernah satu kali dicuripelajarkan
oleh Yo Louw Si an, sampai dia ini berhasil.?
Teng Hiauw tahu hal itu, dari Siangkoan Kin, maka itu, ia
tidak jadi terlalu heran. Ia percaya, mengandal kepada
ketulusan dan kcsujutannya, mustahil Thaykek Tan tega tolak
ia juga. Dari itu, ia tegaskan Ictaknya Tankee-kauw, yang
terpisah cuma enam puiuh lie lebih dari Kota Hoaykeng. Lebih
dahulu orang sampai di Dusun Samgic-tin, lagi kira lima lie,
baharu Tankee-kauw. Ia haturkan tcrima kasih padajongos itu.
?Aku mesti siapkan barang antaran,? kemudian ia pikir. Tapi
memikir ini, ia kebentrok sama keuangannya. Ia tidak punya
banyak uang bekalan, dan pcmberian Tjoe Hong Teng tidak
cukup buat ongkos sampai di Hoaykeng. Dalam
bingungnya, ia pikir baik beli saja beberapa dus manisan dan
roti, di rumahnya Thaykek Tan tentu ada anak kecil?.
Besoknya, dengan tunggang kudanya Tjoe Hong Teng,
Teng Hiauw menuju ke Tankee-kauw, cuma dalam satu jam,
ia sampai di Sam-gie-tin, habis cari pondokan dan titipkan
kudanya, dengan jalan kaki, ia terus bcrangkat lebih jauh.
Jongos agaknya hendak tanyakan keterangannya tetapi
iasudah bertindak pergi dengan cepat. Ia anggap, pergi can
guru tak layak sambil menunggang kuda.
Tidak sukar akan cari rumahnya Thaykek Tan. Ketika Teng
Hiauw bertindak ke rumah ahli silat Thaykek-koen itu,
sejumlah anak-anak ikuti ia, semua mereka ketarik melihat
ada ?bocah tuaan? yang bawa manisan dan roti.
Segera sesampainya di depan pintu, Teng Hiauw bicara
sama satu bujang, untuk minta diwartakan kcdatangannya,
untuk bertemu dengan tuan rumah. Ia tidak sebut shenya
sendiri, ia sengaja pakai she Kiang, asal orang Hoopak. Ia
sudah pikir untuk tidak menyebut nama ayahnya dan tak akan
perlihatkan juga kepandaian silat Thaykek Teng, ia ingin
teladan Yo Louw Sian. Ia pakai she Kiang sebab ia kebetulan
ingat Kiang Hong Keng.
Bujang itu awasi tetamunya ini, ia nampaknya heran. Ia
duga orang datang untuk berguru, akan tetapi barang
bawaannya adalah barang bawaan yang biasa dihaturkan
kepada sanak sendiri. Ia pun mau duga, tctamu ini ada suatu
sanak jauh, tetapi ketika Teng Hiauw sebutkan she dan asalkampungnya,
cocoklah dugaannya yang pertama. Teng Hiauw
pun bcri tahukan lebih jauh, dia memang berniat berguru.
Akhirnya bujang ini tertawa dan goyang-goyang kepala.
?Kau keliru datang kemari!? kata ia. ?Majikan kita tidak
buka rumah perguruan, ia tidak tcrima murid. Baiklah kau
lekas pulang, supaya kau tidak jadi pusing, agar kau tidak siasiakan
uang bekalmu. Apabila kau keputusan ongkos dan jadi
terkatung-katung di sini, Thaykek Tan tak dapat
memusingkanmu?.? .
Teng Hiauw tidak jadi kurang senang, scbal iknya, ia
tertawa.
?Tolong kau bcri tahukan saja hal kedatanganku ini,? ia
minta dengan sangat.
Melihat orang demikian mendesak dan sikapnya pun sabar,
bujang itu kcwalahan. Ia sambuti karcis nama orang.
?Baiklah, aku nanti menanyakan majikanku,? kata ia
akhirnya. ?Hanya, majikan suka menemui kau atau tidak, aku
tidak campurtahu?.? Ia masuk ke dalam, ia tidak pergi pada
majikannya, hanya setelah berdiam sesaat, ia keluarpula.
?Majikan bilang, barang antaran dan karcis nama, ia tidak
berani terima,? ia kata pada tetamunya. ?Majikan bilang ia
tidak pilar untuk jadi guru orangT*
?Ah, kau tolonglah,? Teng Hiauw mcmohon pula. ?Kau
tolong mintakan agar majikanmu suka menemui aku?.?
?Ah,? bujang itu menghela napas.
?Engko kecil, kau aneh sekali.
Majikanku tidak mau menemui kau, apa perlunya kau
mendesak meminta bantuanku??
?Aku datang dari tempat ribuan lie sebab aku kagumi
majikanmu,? katanya. ?Kau tolong sampaikan saja maksud
keinginanku ini.?
Bujang itu terdiam,ia isi hoentjweenya, ia sulut itu, ia lalu
menyedot berulang-ulang, kemudian, sambil tertawa, tetapi
dengan dingin, ia kata: ?Datang dari tempat ribuan lie? Ah,
sudah terlalu banyak aku lihat prang datang dari tempat jauh
untuk berguru, sudah umum! Kau dating dari Hoopak, itulah
tak bcrarti! Kau tahu, ada lain-Iain orang yang dating dari
tempat terlcbih jauh lagi, semua mereka itu, majikanku tak
suka menemuinya.
Teng Hiauw putus asa. ?Kalau begitu, baiklah aku nanti
pulang saja,? ia biiang. Tapi barang antaranku ini, tolong kau
terimakan, tidak perduii majikan kau suka terima atau tidak,
bjtung-hitung sebagai tanda penghormatanku.?
Bujang itu kebulkan asap hoentjweenya, ia awasi
bungkusannya.
?Majikanku bakal bikin pesta shedjit besar, cara bagaimana
kau hendak haturkan ia manisan?? katanya. ?Tapi kalau kau
hendak tinggal ini di sini, baiklah, nanti aku bagi-bagikan pada
anak-anak saja.? Ia sambuti manisan itu, ia lantas memanggi
I: ?Djie Houw, Djie Houw!?
Djic Houw itu ada anaknya yang berkumpul antara bocahbocah
tadi, yang ikuti Teng Hiauw. Bocah itu lantas datang
menghampirinya sambil diturut sama kawan-kawannya, malah
mereka lantas saja gaur itu manisan dan roti!
Menampak demikian, Teng Hiauw mendongkol hingga ia
tak dapat bcrkata-kata, ia putar tubuhnya, ia bcrlalu dcngan
sangat cepat, akan pulang ke hotelnya di Samgie-tin.
Jongos hotel lihat air muka orang, i a dapat menduga.
?Tuan, apakah kau ketemu batunya di Tankee-kauw??
tanya ia sambil tertawa. ?Guru silat itu? memang sulit untuk
diangkat jadi guru. Buat pelajarkan Thaykek-koen, kenapa kau
mesti can Thaykek Ian sendiri? Tadi aku hendak bicara sama
kau, untuk memberi tahu sesuatu tetapi kau pergi dengan
terburu-buru?.?
Teng Hiauw heran.
?Apakah artinya perkataanmu ini?? tanya ia.
Jongos itu tertawa
?Thaykek Tan memang tidak terima murid, tidak demikian
dengan adik misannya, Gouw Soeya,? ia kasih kctcrangan.
?Baik kau pergi pada Gouw Soc-ya itu, untuk bclajar, dia
mencrima murid. Thaykck-kocn dari Gouw Soeya, ada warisan
Thaykek Tan. Kabamya siapa bertubuh lemah dan belajar
sama Gouw Soeya, dalam tempo tidak setengah tahun,
tubuhnya akan lantas jadi sehat dan mukanya bersinar merah
dadu!?
Teng Hiauw heran. Thaykek Tan tidak mau terima murid,
kenapa sekarang ada orang yang bcrikan pelajaran ThaykekTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
koen? Kenapa dia antap orang buka perguruan Thaykek-koen?
Ia tidak tahu, dalam hal ini, ada scbabnya.
Sebenarnya Thaykek Tan kcwalahan dan sebal sebab tak
putus-putusnya datang orang untuk bcrguru padanya, orang
jauh dan orang dekat juga, hingga kcmudian, ia gunai akal.
Begitulah ia bcrikan pelajaran pada misannya Gouw Hong
Hoe, tetapi pelajaran ada batasnya, ialah cuma untuk bikin
sehat dan kuat tubuh, kalau pelajaran itu dipakai berkelahi,
tidak seberapa artinya. Inilah pelajaran yang mirip dengan
yang d id apatkan oleh Yo Lou w Sian, cuma bagus untuk
ditonton. Ia kasih kemcrdekaan untuk saudara misan itu buka
rumah perguruan, akan terima murid-murid.
Walaupun
kepandaiannya Gouw Hong Hoe tidak bcrarti, karena ia
selalu berlatih, bam belasan orang biasa saja sukar untuk
rubuhkan dia. Gouw Hong Hoe miskin, hidupnya sulit, setelab
ia jadi guru silat, penghidupannya lantas berubah menjadi
lumayan. Demikian, secara tidak langsung, Thaykek Tan
sudah tolong sanaknya itu.
Orang luar tidak tahu siasatnya Thaykek Tan. Siapa belajar
pada Gouw Hong Hoe, dengan lekas mereka peroleh hasil.
Siapa bertubuh lemah, setelah belajar setengah atau satu
tahun, lantas tubuhnya jadi sehat dan kuat; sikapnya gagah,
romanhya bercahaya. Inilah sebabnya, kenapa si jongos
pujikan Hong Hoe pada Teng Hiauw. Malah, habis berkata
begitu, ia pun mempertunjuki dua jurus Thaykek-koen, yang
ia pemah dapatkan dari guru silat she Gouw itu. Ia
tambahkan: ?Lihat, inilah yang aku dapatkan dari Gouw
Soeya!**
Hampir Teng Hiauw tertawa melihat permainan silat orang
itu, yang banyak sekali cacatnya. Karena ini ia sangsi, apa
kepandaiannya Thaykek Tan bukan melainkan obrolan saja.
Tetapi ia tetap ingin ketemui Thaykek Tan, ia belum pikir akan
pergi pada Gouw Hong Hoe. Demikianlah di hari kedua, ia
pergi pula ke Tankee-kauw. Ini kali ia tidak bawa bingkisan,
cuma selembar kartu nama yang lebar.
?Ah, Kiang Toako, kau datang pagi-pagi sekali!?
menyambut bujang yang kemarin. ?Kenapa kau tidak bawa
manisan?? Ia berlaku manis, tapi tempo Teng Hiauw minta ia
wartakan kedatangannya pada tuan rumah, dia ganda diam
saja.
?Pergi kau wartakan kedatanganku!? kata Teng Hiauw
akhirnya, ia menjadi tidak senang.
Juga bujang itu mcnjadi mendongkol.
?Kiang Toako, belum pemah aku dapat orang sebagai kau!?
katanya dcngan ketus. ?Apa begini caranya orang hcndak cari
guru? Apa berguni bisa memaksa? Majikanku tidak sudi
ketemui kau, habis pcrkara. siapa bisa tolong kau??
Kcduanya lantas saja adu mulut, sampai rramcul seorang
umurkurang-lebih tiga puluh tahun.
?Eh, Lauw Thio, kau ribut sama siapa??\dia lanya.
?Sama dia ini!? bujang itu jawab seraya tuding Tcng Hiauw.
?Dia menyebalkan! Dia memaksa minta kcdatangannya
dikabarkan pada Loo-ya-tjoe, yang dia kata hcndak angkat
jadi guru!?
?Kau nama apa? Kau orang mana?? tiba-ttba Teng Hiauw
ditanyanya.
?Aku yang muda ada Kiang Djit Giauw dari Pooteng,
Hoopak,? sahut Teng Hiauw, dengan sikap menghormat, ia
sengaja ubah dan pecan namanya ?Hiauw? mcnjadi dua huruf
?Djit Giauw?.
?Kau ada orang she Kiang dari Pooteng, dengan Keluarga
Kiang dari Bweehoa-koen kau ada punya sangkutan
apa??orang itu tanya pula, matanya mengawasi dengan tajam.
Ditanya begitu, Teng Hiauw melengak.
?Aku tidak kenal keluarga itu,? kemudian ia jawab. ?Tolong
kau ajak aku menemui Thaykek Tan.?
Orang itu kcrutkan keningnya, baharu ia bcrkata: ?Saudara
Kiang, kau hendak?belajar silat, kenapa kau lepaskan yang
dckat, untuk cari yang jauh? Kau ada orang Hoopak, di
Pooteng ada banyak guru silat, umpama Kiang Ek Hian dari
Bweehoa-koen dan Koan Ie Tjeng dari Banseng-boen, yang
semua kesohor. Untuk Thaykek-kocn, di sanapun ada Teng
Kiam Beng, ahli waris yang kenamaan, yang membuka rumah
pcrguruan. Kenapa kau datang ke desa yang sepi ini, buat cari
pelajaran kampungan??
Teng Hiauw menyangka orang curigai ia, lekas-lekas
iamenjawab.
?Aku yang rendah datang kemari karcna pangeni nama,?
katanya. ?Aku tahu Tan Soehoe ada punyai kepandaian yang
berarti, yang unggul dalam kalangan Rimba Persilatan,
bukannya scperti kebanyakan orang Kangouw yang punyakan
cuma nama kosong.?
Teng Hiauw mengucap seperti tidak dipikir, tanpa ia
merasa, ia membuat orang semakin curigai padanya. Sebab
nama-nama yang orang
itu sebutkan bukanlah nama nama
sembarangan, sebab Kiang Ek Hian bertiga adalah ahli-ahli
silat sejati.
?Apakah benar-benar Saudara Kiang hargai ilmu silat kita
orang pegunungan?? tanya orang itu. ?Aku kuatir tidak?.? Ia
tertawa tawar.
Teng Hiauw hcndak membantah tapi orang itu dului ia,
dengan kata: ?Tak perduli bagaimana kau bersungguhsungguh,
Saudara Kiang, lebih baik kau kembali saja. Pernah
datang orang-orang dengan bingkisan istimewa, tetapi
kebanyakan mereka ada orang-orang jumawa atau yang
mendendam permusuhan, yang ingfn belajar melulu guna
mencari balas, syukur kita tidak terima murid, dengan begitu
kita terluput dari kepusingan. Kau sendiri, Saudara Kiang,
tentu bukannya orang seperti mereka itu, tetapi kita tidak
dapat terima kau. Bukankah kita tidak kenal dan tidak kctahui
satu pada lain? Umpama kcadaan kitadibalik, kau juga nistjaya
tidak bisa terima kita.?
Mukanya Teng Hiauw mcnjadi mcrah. Selain ia telah
ditampik, r u pan y a orang juga anggap ia ada orang
Kangouw yang kebanyakan, atau orang jahat. Ia sampai tidak
bisa kata apa-apa. Maka ia lantas putar tubuhnya, untuk
bcrtindak pergi.
Melihat sikapnya orang, orang itu bcrbalik hati. Ia lantas
mcnyusul.
?Jangan kecil hati, Saudara Kiang,? kata ia, suaranya sabar.
?Looyatjoe kita memang tidak terima murid, bukan terhadap
kau saja ia ambil sikap begini. Untuk belajar silat, baik
Saudara pergi pada Gouw Soeya, dia buka rumah perguruan,
dia terima murid. Dia pun ada dari Golongan Thaykek-koen.
Silakan Saudara pergi padanya.?
Teng Hiauw jalan terus, ia menjawab tetapi tanpa menoleh
lagi.
?Terima kasih untuk kebaikan kau,? demikian katanya.
?Ilmu silat kau orang Kaum Keluarga Tan adalah mustika, tak
berani aku memintanya!?
Kata-kata ini tidak ada jawabannya, Teng Hiauw cuma
dengar orang tertawa dua kali, lalu terdengar suara pintu
digabruki, mendengar mana, ia jadi semakin mendongkol.
Ketika ia kembali di hotel, otaknya bekerja keras. Mulanya ia
ingin kubur saja niatnya berguru pada Thaykek Tan; kemudian
ia ingat, kecewa ia Iakoni perjalanan jauh tetapi tanpa hasii.
Ia pun malu, umpama ia pulang, untuk menemui Tjoe Hong
Teng dan Siangkoan Kin kepada siapa ia telah utarakan
niatnya yang keras akan berguru terlebih jauh. Ia terus
berpikir, sampai sekonyong-konyong ia tepuk meja.
?Baiklah aku pergi dulu ke Gouw Soeya,? demikian ia dapat
pikiran. ?Biar aku berdiam di sana setcngah atau satu tahun,
selama itu aku boleh berdaya akan menemui sendiri pada tua
bangka Thaykek Tan itu. Gouw Soeya belajar pada Thaykek
Tan, baik aku lihat, apa bedanya pelajarannya dengan
pelajaranku.?
Karena ini, ia lantas teriaki jongos, akan tanya, bagaimana
aturannya untuk berguru pada Gouw Soeya, terutama orang
harus bayar berapa tail.
Sang jongos puas mendengar tetamunya ingin can Gouw
Soeya.
?Ah, Tuan, coba kau dengar aku, tak usah kau pusingi din,?
katanya. ?Untuk berguru pada Gouw Soeya, cukup kau
haturkan karris nama. Iantas kau diterima sebagai murid,
uang bclajamya adalah tiga bulaii satu kali bayar, sctiap kali
bayar cuma scpuluh tail perak, hanya makanan, kau mengurus
scndiri. Sesudah tiga bulan, andaikata kau hendak belajar
tcrus, kau bolch bayar lagi, demikian seterusnya.?
Teng Hiauw mengucapkan terma kasih pada jongos itu,
kemudian ia berpikir pula. Uang belajar sepuluh tail, sekarang
uangnya tak cukup sejumlah itu, bagaimana? Selagi ia
bcrpikir, ia dengar kudanya berbenger, sinar matanya tiba-tiba
berkilauan.
?Apa di sini ada pasar kuda?? ia tanya,
?Di tempat kecil sebagai ini, tidak ada pasar kuda,? sahut
sang jongos, ?hanya kalau kita mau jual kuda, pembclinya
mesti ada. Apa Tuan hendak jual kuda? Kudamu bagus, asal
dituntun ke pasar timur dan kau berdiri di sana, aku tanggung
sebentar saja ada pembelinya. Tuan mau belajar silat pada
Gouw Soeya, memang kau tak membutuhkan kuda, kudamu
itu boleh dijual saja.?
Jongos ini mengucapkan demikian separuh disebabkan
kuatir tetamunya tak dapat membayar uang sewa kamardan
makanan?.
Tidak tempo lagi, Teng Hiauw pergi ke pasar timur. Benar
saja, Iantas ada orang yang tawar kudanya itu. Tapi ia tidak
tahu harganya, ia bingung, akhirnya ia tunjuki dua jari, ia mau
artikan dua puluh tail. Ia ingat, dulu ia beli kclcdainya yang
kurus cuma dua belas tail, kuda ini bagus, ada harga sebegitu,
dan uang dua puluh tail melebihkan ongkos belajar tiga bulan.
Calon pembeli itu awasi kuda itu, ia mengusap-usapnya.
?Turut pantas, harga yang kau minta tidak mahal,? kata dia
kemudian, ?cuma di sini, tidak ada orang yang kuat bayar itu.
Coba kau pergi ke Kayhong, buat harga lebih tinggi juga tentu
ada pembelinya. Buat di sini, kau harus kurangi scdikit?.?
Teng Hiauw sibuk juga. ?Habis, berapa kau berani?? tanya ia.
Kalau kurang dari dua puluh tail, itulah hebat. Tapi ia masih
tidak sebutkan jumlah dua puluh tail ityia Orang itu agaknya
malu had. , ?Kudamu memang kuda baik, tidak seharusnya
aku minta harga kurangan,? kata ia, ?hanya aku, hari ini
uangku tidak cukup. Beginilah, kau kurangi sedikit. Kau minta
dua ratus tail, aku bayar seratus ljma puluh. Apabila kau akur,
sekarang juga kita jadikan.?
Teng Hiauw melengak, bukan main I girangnya. Ia
maksudkan dua puluh tail, lain orang artikan dua ratus tail.
Tapi ia cerdik, Iantas saja ia berikan putusannya. Ia tidak
insyaf, kudanya itu adalah kuda pi lihan, yang harganya
mahal. Setelah terimauang, ia pulang dengan kegirangan.
Lebih dahulu ia bcrcskan uang hotel, ia pun persen jongos,
lalu ia ajak jongos itu sebagai orang pcrantara untuk kunjungi
Gouw Soe
Gouw Soeya lihat orang ada bertubuh gesit, matanya
bersinar, ia tanya, orang she Teng ini pernah belajar silat atau
bclum. Teng Hiauw jawab ia belum pemah belajar. Guru itu
sangsi, akan tetapi ia tidak pernah sangka bahwa anak muda
itu adalah ahli warisnya jago Thaykek-pay lainnya. Ia pun
belum dapat membedakan gerak-gerik orang, karcna ia
kurang pengalaman.
Baharu beberapa hari Teng Hiauw ikuti Gouw Soeya belajar
silat, segera kesangsiannya muncul. Ia dapati beberapa cacat
dalam pelajaran gurunya, itu adalah pelbagai kelemahan atau
lowongan. Ia menduga-duga, kalau bukan kepandaiannya
Thaykek Tan nama belaka, tentu pemandangannya sendiri
yang keliru.
Kalau Teng Hiauw sangsikan gurunya, sang guru curigai ia.
Ia mengaku belum pernah belajar silat, tapi saban gerakan
tangan atau kaki, atau tubuh, ia lakukan itu sewajamya, ia
lupa peranannya sendiri, apabila Gouw Soeya perbaiki, baharu
ia
insyaf, seperti ia baharu sadar dari mimpinya. Kejadian ini
terulang beberapa kali. Daiam hat my a Gouw Soeya kata:
?Nampaknya Klang Djit Giauw bukan orang tolol, kenapa
sering aku kasih mengerti, ia saban-saban bikin salah pula??
Pada suatu hari Gouw Hong Hoe ada punya urusan dan
mangkir membcri pelajaran, ia diwaki Ikan olch Lauw Hek
Sam, salah satu muridnya yang sudah belajar tiga atau empat
tahun, siapa bertubuh kekar, kaki-tangannya sudah gapah,
orang biasa saja, ia sanggup lawan tiga sampai lima. Dia
memang sering mewakiIkan gurunya. Karcna ia mirip dengan
kodok dalam tempurung, dengan sendirinya ia ada jumawa.
terhadap saudara-saudaranya seperguruan yang lebih muda,
ia biasa bersikap keras. Demikian hari itu kembali Teng Hiauw
lakukan kekeliruan, ia telah kcluarkan gerakan dari ilmu
silatnya sendiri. Hek Sam tidak puas, ia anggap orang salah,
sambil memberi pengunjukan, untuk membetutkan, ia pun
bicara keras, ia membentak-bentak.
Teng Hiauw insyaf pula kckeliruannya ia sabarkan diri, ia
tidak meladeni. Ia antap kesalahannya dibetulkan. Gerakan
sebenarnya sama, tapi gcrakannya Thaykek Tan memang
diubah sedikit, Gouw Soeya
ikuti perubahan ini, demikianpun
Hek Sam, tetapi sekarang Hek Sam lihat lain orang ?salah?, ia
tidak puas, dengan keras ia kata pula: ?Kenapa kau begini
tolol? Aku sudah ajarkan, kembali kau bikin salah! Man, aku
ajari padamu, supaya kau lihat! Scgebrak saja, kau akan
rubuh!?
Laludengan ?Lamtjiak-bwee? atau ?Mencekal ekor bunuig
gereja?, ia menycrang.
Teng Hiauw khawatir dibikin rubuh, ia mendahului, akan
sambar lengan orang itu dengan tangan kirinya dan tangan
kanannya dipakai mcmbarengi mendorong dengan keras. Hak
Sam mcnjcrit kesakitan, tubuhnya terpental mundur dan rubuh
terbanting, hingga kepalanya pusing, matanya kekunangan,
karena mana. dengan susah-payah baharulah ia bisa merayap
bangun, akan duduk bersila, untuk beristirahat.
Kejadian itu membuat lain-lain tertawa riuh. Memangnya
mereka sebal tcrhadap ini soeheng she Lauw, yang jumawa
Hanya kemudian, salah satu datang menghampirinya, untuk
mcmimpin bangun.
?Soeheng, kau terluka atau tidak?? dia ini tanya. ?Eh, Kiang
Soetee, mengapa kau tidak mengalah terhadap Soeheng?
Lihat, kau bikin Soeheng rubuh hebat sekali!?
Hek Sam tidak menyahuti, hanya ia paksakan berbangkit,
mukanya merah-padam seperti tiekhoa, hati babi. lagusar.
?Kiang Djit Giauw, kau kurang ajar!? ia berseru. ?Kenapa
sedikitpun kau tklak menaruh hormat kepada orang yang
terlebih tua? Aku lagi
ajarkan kau, selagi aku tidak bersiap* kau bokong aku!?
Teng Hiauw ternganga sadari tadL Iapun tidak sangka,
sccara demikian gampang wakil gurunya itu kena dibikin
rubuh. Ia menduga, soeheng] ini mcmpunyai siasat lain. Ia
jadi berpikir, apa demikian macam ilmu
kepandaiannyaThaykek Tan? Jikalau benar, sungguh pcrcuma
ia datang dari tempat jauhnya ribuan lie?. Ia baharu sadar
seteiah ia dibentak. Maka kembali ia insyaf akan kcsalahannya,
ia kerutkan alisnya. SambiI menahan sabar, ia
menghampirkan, untuk memimpin bangun soeheng itu.
?Soeheng, maafkan aku,? ia mohon. ?Aku tidak sengaja
bikin kau jatuh. Kau jatuh sendiri karena tanah licin.?
Melihat sikap orangnya itu, Hek Sam tak bergusar terlebih
jauh.
Sore itu juga, kejadian terscbut sampai di kupingnya Gouw
Hong Hoe. Kapan guru ini sclidiki kcterangan terlebih jauh, ia
terkejut. Ia lantas pcrcaya, orang she Kiang itu ada satu ahli
silat bukannya seorang yang masih hijau dan lagi mencari
pclajaran, bukankah orang datang untuk rubuhkan dia, untuk
angkat nama? Ia pikiri ini, sampai ia jerih sendinnya. Akhirnya,
ia perintah orang
panggil Teng Hiauw.
?Kau liehay, Lauwtee, kau ada muridnya siapa?? ia tanya,
sikapnya manis budi. ?Maukah Lauwtee memberi kcterangan
padaku??
?Aku tidak mengerti ilmu silat, Soehoe,? Kiang Djit Giauw
menyangkal. Tapi Lauw Hek Sam, yang pun curiga, terus
awasi ia.
Gouw Soeya tertawa besar.
?Dengan jawaban kau ini, Lauwtee, kau bukannya satu lakilaki!?
kata ia. ?Kita orang harus berlaku terus terang. Umpama
kau pandai boegee dan kau sengaja can aku, aku tidak nanti
sesalkan kau atau persalahkan padamu. Pada waktu pertama
kau datang, melihat gerak-gerikmu, aku sudah menduga,
sckarang kau telah buktikan dugaanku itu. Jikalau kau tetap
menyangkal, kau sama juga pandang orang lain sebagai satu
bocah tolol!? Sebagai seorang jujur, Teng Hiauw kena didesak.
?Sebenarnya aku pernah pelajarkan Bweehoa-koen dalam
tempo pendek sekali,? akhirnya ia jawab. ?Karena aku belajar
scmbarangan saja pada guru orang desa, aku jadi tidak berani
omong terus terang.?
Wajahnya Gouw Soe-ya berubah, akan tetapi ia tahan
sabar. Ia batuk-batuk, lalu ia tertawa.
?Sebenarnya, Lauwtee, aku tak berderajat untuk jadi guru,?
kata ia kemudian. ?Aku buka rumah perguruan ini karena
Thaykek Tan pusing orang senantiasa can ia, untuk belajar
silat, sedang ia tidak buka rumah perguruan, ia suruh aku
yang wakilkan ia dan aku tak dapat tolak itu, maka dengan
tebalkan muka, aku
jadi guru di sini. Selama beberapa tahun, tak pernah aku
hadapi halangan, karena orang, umpama kata dia tak
memandang aku tetapi melihat pada Thaykek Tan.?
Teng Hiauw awasi guru silat itu, ia tidak mengerti. Ia belum
dapat tangkap maksudnya Gouw Hong Hoe, yang peringati dia
untuk jangan mengacau. Iapun anggap, muka merah dari
guru itu disebabkan dia habis minum arak?.
?Aku tidak mengerti kata-kata kau, Soehoe,? kata ia sambi I
tertawa. ?Ilmu silatnya Thaykek Tan tersohor di kolong langit,
aku datang dari tempat jauh justru untuk belajar kenal
dengannya.?
Teng Hiauw bicara sewajamya saja, tapi kata-kata itu tajam
terdengamya di kupingnya Hong How. ?Ingin belajar kenal?
diartikan sebagai keinginan untuk mencoba-coba. Kembali ia
jadi mendongkol. Tapi ia jerih. Kepandaiannya tidak scberapa.
sedang Hek Sam rubuh dalam segebrakan saja. Ia jadi serba
salah. Melayani, ia kuatir; tidak mclayani. ia malu, Teng Hiauw
pun ada bocah belum umur dua puluh tahun, umpama ia
menang, ia tak akan terpuji, kalau ia kalah, ia akan malu
besar. Maka akhirnya, ia dapat pikiran.
?Lauwtee, kau bersemangat,? demikian katanya. ?Baiklah,
aku nanti upaya akan supaya kau dapat bertemu dengan
Thaykek Tan.?
Pembicaraan berhenli sampai di situ, laludi malam kedua,
sehabisnya murid-murid berlatih, Gouw Soe-ya t idak kasih
Teng Hiauw undurkan diri. ?Lauwtee,? kata ia sambil tertawa.
?Thaykek Tan telah dengar kau bcgini muda dan gagah, ia
ingin belajar kenal dengan boegeemu, ia girang sekali, maka
sore ini ia suruh aku ajak kau pergi kepadan ya. Apa perlu kau
bikin persiapan dulu??
Scbagai scorang masih hijau, Teng Hiauw girang
mendengar kctcran cannya Hong Hoe. Ia lantas saiin pakaian
dan ikut guru ini. Sama sekali ia tidak taruh curiga apa juga.
Ia bcium punyai pengalaman kaum Kangouw.
Thaykek Tan telah dengar keterangannya Hong Hoe, ia
lantas curigai pemuda itu. la pun telah dengar cerita
puteranya, Tan Poo Eng, halnya satu pemuda she Kiang
mendesak si Thio, bujang mereka, untuk menemuinya.
Puteranya itu adalah orang yang berumur kurang lebih tiga
puluh tahun. Ia heran kenapa, untuk belajar silat, orang
datang dari tempat begitu jauh. sedang di Pooteng ada
banyak gum silat kenamaan. Ia kerutkan kening, tanda ia
berpikir keras.
?Hong Hoe, kau ajak dia kemari,? akhirnya ia kata pada
murid atau sanaknya itu> ?Kau boleh ajak ini sore juga. Aku
ingin lihat, dia ada orang Kangouw dari golongan mana.?
Thaykek Tan kuatir ada orang
dengki, atau musuh yang hendak nyclusup ke dalam
rumahnya, untuk lakukan kecurangan terhadap dirinya.
LauwThio, bujang pcngawal pintu, heran melihat si anak muda
datang pula bersama-sama Hong Hoe, sedang si anak muda
awasi ia dengan roman puas. Belum pemah ? tadinya ? Hong
Hoe ajak muridnya menghadap Thaykek Tan. Sekarang ia tak
dapat menahan lagi, malah setelah membuka pintu, ia kata
pada anak muda itu: ?Tuan Kiang, maafkan aku untuk
kelakuanku kemarin ini. Aku menyesal Djie Houw sudah
makan manisan dan rotimu?.? Hong Hoe heran. ?Oh, kau
pemah datang kemari?? kata ia pada muridnya itu.
?Ya,? mengaku Teng Hiauw, yang merasa tak enak
sendirinya. Ia kasih tahu, sebab Thaykek Tan tampik menemui
ia, ia jadi berguru pada itu guru she Gouw.
Hong Hoe tidak bilang suatu apa, ia tcrus masuk ke dalam,
ajak sang murid sampai di ruang belakang di tempat berlatih
silat, di samping itu ada scbuah hoathia atau kamar yang kccilmungil.
Selagi ia bertindak di muka pintu, dari dalam
terdengar . suara keras dan nyaring. Teng Hiauw terkejut,
hingga ia mengawasi. .
Di dalam hoathia itu ada duduk dua orang, yang satu
adalah si orang usia lebih-kurang umur tiga puluh, yang bikin
ia berlalu dengan mendongkol, dan yang lainnya seorang tua
kurus-kering dan mukanya kuning tua dengan bajunya
gerombongan.
?Itulah Thaykek Tan, lekas kau kasih hormat,? Hong Hoe
lantas bisiki muridnya.
Menampak romannya aki-aki desa itu, agaknya Teng Hiauw
keccwa. Begitu saja rupanya ahli silat Thaykek-koen yang
disohorkan orang?
Tapi, sebagai orang yang tingkatnya lebih
muda, ia maju untuk memberi hormatnya.
Thaykek Tan tidak merendahkan diri, ia tunggu sampai
orang menjura dua kali, bah am ia geser tubuhnya
?Apa dia ini si anak muda gagah?? ia tanya. ?Jangan,
jangan, aku tidak berani terima hormatmu!?
Sambil berkata demikian, ia ulur tangannya kepada
lengannya, terus ia angkat pula, seperti lakunya orang yang
hendak memimpin bangun.
Gouw Hong Hoe tidak lihat suatu apa yang aneh, tetapi
Teng Hiauw rasai lengannya sesemutan, tanpa merasa,
tubuhnya sudah lantas terangkat naik, walaupun demikian, ia
empos semangatnya, akan mempertahankan dirinya, maka,
kendati tubuhnya terangkat, tubuh itu tidak bergeming, tetap
kaku. Karena itu, melihat demikian, jago tua itu, yang
mengawasi orang, diam-diam terkejutjuga.
?Benar-benar dia liehay,? pikir Teng Hiauw. Toh ia dapati,
orang tua itu ada kurus-kering dan wajahnya pucat, melainkan
sepasang matanya. yang bcrsinar tajam. Baharu sekarang ia
insyaf.
?Dari tempat yang jauh teetjoe datang kemari, baharu ini
hari teetjoe dapat perkenan untuk bertemu,? berkata ia.
Kemudian ia memandang Gouw Hong Hoe, ia sangsi, ia tak
tahu apa itu adalah saatnya untuk ia mohon Thaykek Tan
terima ia sebagai muridnya.
Thaykek Tan lepaskan tangannya, ia tertawa berkakakan.
?Mari!? ia panggil Hong Hoe datang lebih dekat, lantas ia
runjuk anak mudadi depannya itu. ?Sungguh berani kau untuk
terima murid sebagai dia ini! Dia berumur belum dua puluh
tahun akan tetapi dia sudah cukup liehay akan layam satu ahli
silat Lweekee yang telah belajar dua puluh tahun lamanya.
Jikalau dia bukannya telah belajar sejak masih anak-anak dan
di bawah pimpinannya satu guru yang pandai serta dia
dibantu oleh bakatnya yang baik, pastilah dia tidak akan
berhasil begini rupa!?
Mendengar demikian, bukan melainkan Gouw Hong Hoe
yang terperanjat, juga itu orang yang dampingi jago tua ini,
ialah Tan Poo Eng, sang putera, hingga dia ini mengawasi
Teng Hiauw dengan tercengang.
?Maaf, maaf,? kaja ia pada pemuda itu, seraya ia terus
lanjuti pada ayahnya. ?Kemarin ini dia telah datang kemari
untuk mohon bertemu sama Ayah, buat minta Ayah terima ia
jadi murid, karena itu, aku lelah tuojuki dia Gouw Soeya?
Kemudian, ia tambahkan pada anak muda itu: ?Tetapi,
Hengtay, kau sudah begini liehay, kenapa kau tak perdulikan
peijalanan ribuan lie dan paksa datang kemari untuk
pelajarkan ilmu silat kampungan??
?Dan Saudara inj masih scbutkan bahwa dia tidak mengerti
tentang ilmu silat,? Hong Hoe pun tambahkan, ?dia cuma
bilang bahwa dia telah yakinkan Bweehoa-koen secara
scmbarangan saja?.?
Thaykek Tan awasi anak muda itu dengan sepasang
matanya yang tajam dan berpcngaruh, si anak muda sendiril
bcrdiam dengan muka mcrah dan mulut mcnganga, iamalu, ia
hendak bicara, tetapi tak dapat ia buka mulutnya, benar-benar
ia tidak tahu mesti mengucapkan apa.
?Anak kecil, kau benar liehay, kau bernyali besar!? tiba-tiba
Thaykek
Tan berseru, air mukanya berubah. Ia tertawa tawar.
?Bukankah kau datang cuman untuk belajar kenal dengan
aku? Ilmu silat pegunungan dari aku tidak cukup berharga
untuk kau, akan tetapi kau sudah datang, sukar untuk aku
menolaknya, aku juga tidak bisa
bikin kau pulang dengan perasaan kecele, maka ? Poo Eng,
ayo kau layani ini anak muda, supaya kau bias melayani ilrhu
kepandaiannya!?
Poo Eng terima baik titah ayahnya, ia sudah lantas
buka baju panjangnya, terus ia pergi ke lapangan.
?Man, man!? ia lantas tantangj Teng Hiauw, tangannya
diulap-ulapkannya.
Teng Hiauw jadi semakin bingung, keringamya keluar, ia
telan ludah.
?Teetjoe datang kemari untuk minta diterimamenjadi
murid?? kata, ia dengan susah. ?Teetjoe tidak kandung lain
maksud, man a teetjoe berani berlaku tidak hormat??
Wajahnya Thaykek Tan tetap bengis, kembali ia tertawa
dingin.
?Oh, kau datang untuk berguru?? kata ia ?Tidak, tidak, aku
tidak berani] mcncrimanya! Kau datang mcncari guru dengan
kau sudah punya kepandaian, jikalau kau tidak perlihatkan
kepandaianmu itu, cara bagaimana aku ketahui, aku bisa atau
tidak terima kau sebagai murid, Pcrgilah kau ke sana, berapa
ada kepandaianmu, kau keluarkan itu semua, jangan ada yang
kau sembunyikan!?
Memang benar, siapa sudah mengerti silat dan hendak
berguru lebih jauh, sebelumnya, ia mesti perlihatkan semua
kebisaannya. Teng Kiam Beng sendiri berbuat demikian setiap
kali ia terima murid baru. Dari itu, mendengar pcekataan
orang itu Teng Hiauw girang, ia percaya Thaykek Tan sudah
kandung niatan untuk terima ia. la lantas buka bajunya, ia pun
bertindak menghampiri Poo Eng.
Thaykek Tan awasi orang bertindak, ia lihat
belakangnya orang, lain sambil tertawa dingin ia kata pada
Gouw Hong Hoe: ?Tidak keliru dugaan kau, bocah ini datang
untuk berpura-pura jadi murid, mesti dia ada kandung suatu
maksud. Aku hendak saksikan, berapa tinggi kepandaiannya,
aku tidak hendak berikan dia keleluasaan!?
Kctika itu Lauw Thio, si pengawal pintu, pun masuk dengan
diam-diam, ia bcrdiri di pinggiran untuk nonton.
?Lekas kau panggil Poo Beng datang kemari! Kenapa kau
diam saja? Sebentar masih ada tempo untuk menonton!? tibatiba
Thaykek Tan kasih pcrintah pada bujangnya itu. Lalu, ia
tambahkan pada Hong Hoc: ?Baharu saja Poo Beng pulang,
tadi dia pesiar scantcro hari, sekarang tent u dia baru habis
dahar. Dia bilang, di tcngah jalan dia nampak rintangan, yang
hampir bikin dia rubuh. Biar dia pun turut menyaksikan di
sini.?
Poo Beng ini adalah keponakan Thaykek Tan.
Nama benar dari Thaykek Tan ada Tan Eng Toan, dia ada
anak yang ketiga. Engkonya yang pertama sudah lama
meninggal dunia, engkonya yang kedua, Eng Sin namanya.
Eng Sin Icbih-lebih tak suka terbitkan gara-gara, karena terus
gemar yakinkan ilmu silat, tidak pernah ia keluar dari
rumahnya, karena ini, ia mengalah pada adiknya dan antap
adik ini jadi Tjiangboendjin, Ahli WarisThaykek-koen. Poo
Beng adalah anak sang engko yang kedua itu, dia ada terlebih
muda daripada Poo Eng, tetapi dia ada terlebih berbakat,
maka itu, ia ada terlebih liehay daripada Poo Eng, sang engko
sepupu.
Sementara itu, dalam sesaat saja, di lapangan untuk
bersilat, pcrtandingan sudah lantas dimulai.
Teng Hiauw mengaku telah yakinkan Bweehoa-koen, ia
masih hendak umpetkan din aslinya, maka itu, ia bersilat
dalam ilmu silat yang ia sebutkan itu. Ia masih ingat
permainannya Angie Liehiap. ketika si nona dikeroyok orangorangnya
Soh Sian Ie. Karena itu ada cangkokan, baharu
beberapa jurus saja, ia sudah kena didesak lawan.
Gouw Hong Hoe tertawa melihat orang terdesak.
?Yang palsu dan yang tulen, segera terlihat!? kata ia.
?Bocah ini tak berarti!?
Tetapi Thaykek Tan, sang guru, kerutkan alis.
?Tidak, kau keliru,? kata ia ?Ada kepalsuan di dalam halnya
dia ini. Jangan kau memandang enteng, kepandaiannya tidak
cuma sebegini?.?
Boleh dibilang baharu jago tua mengucap demikian, atau
pertandingan telah berubah sifat.
Poo Eng desak lawannya, setelah dapat ketika, ia
menyerang dengan ilmu pukulan ?Ya ma hoentjong? atau
?Kuda liar menggibriskan suri?, tangan kirinya turun, tangan
kanannya naik, akan serang lengan dan dada orang dengan
berbareng.
Teng Hiauw tak sempat mundur lagi dari desakan hebat itu,
sambii berseru, ia luputkan diri dari bahaya dengan
gerakannya ?Lauwtjie kiepo? atau ?Memeluk dcngkul menahan
tindakan?, pinggangnya dibuang ke belakang, sedang kedua
tangannya bcrgcrak dengan ?Tjhioehoei piepee? atau
?Menabuh piepee? dan ?Kiongpou yangljiang? atau ?Tindakan
pan ah, tangan kcluar?. Ia menangkis sambii balas
menyerang. Poo Eng terkejut. Lekas-lekas ia ubah gerakannya
menjadi ?Gioklie tjoanso? atau ?Bidadari mencnun?, tangan
kanannya menekan serangan musuh, tangan kirinya menotok
jidat kiri lawannya itu.
Gesn sekali, Teng Hiauw berkelit ke kanan, ia mundur
setindak, akan segera maju pula, untuk baias menyerang,
dengan ?Siakwa t an pian? atau ?Menggantung ruyung?.
Serangannya ada ke arah nadi. Tapi juga Poo Eng bisa tolong
diri dengan ?Tweepou kwahouw? atau ?Mundur untuk
menunggang harimau?, sambii menggertak.
Wajahnya Tan Poo Eng berubah, ia jadi heran sekali. Ia
dapat kenyataan cara bersilat orang ada sama dengan cara
bersilatnya sendiri. cuma baru-baru saja, serangan lawan ada
beda jauh. Ia tidak bisa duga, lawan ini sebenarnya gunai ilmu
siiat apa.
Thaykek Tan sebaliknya manggut-manggut, ia sudah bisa
lantas terka ilmu siiatnya orang, cuma sebelum dapat
kepastian, ia tidak mau segera cegah pcrtempuran lebih jauh.
Ia masih mcngawasi terus, untuk meneliti gerak-gerakannya
bocah itu.
Pcrtandingan bcrlangsung, terus sampai kira-kira lima puluh
gcbrak, keduanya sama gesitnya, adalah sctciah itu, Poo Eng
kena didesak, tetapi sebab ia bisa berlaku tenang, sabansaban
ia mundur teratur, ia tidak dalam bahaya.
Dalam saat yang seru itu, yang menarik untuk ditonton,
sekonyong-konyong terdengar satu teriakan pujian: ?Bagus!?
Suara itu datangnya dari samping.
Dengan cepat Poo Eng tunda gerakannya, ia berioncat
keluar kalangan.
Teng Hiauw juga berhenti bersilat, lantas ia berpaling, akan
lihat, siapa yang perdengarkan pujian itu. Justru ia menoleh,
ia lihat seorang berlompat datang, sambii menegur: ?Sejak
kita berpisah, apakah kau ada baik?? Itulah suara, yang ia
rada-rada kenal. Maka ia mengawasi terus, hingga akhimya, ia
jadi girang sekali. Ia segera kenali si anak muda, yang
bcrtempur di tanjakan, yang ia telah tolong dengan sebatang
piauwnya.
Anak muda itu berdin di pinggiran, di bclakangnya, kecuali
Thaykek Tan, ada bcrdiri seorang tua lain, yang ia belum
pcrnah lihat Tapi ia girang, ia lantas dapat harapan.
?Apakah kau ada baik, Hengtay?? ia balas tanya. ?Kiranya
kau ada disini.
la bersenyum. Ia percaya, cita-citanya bakal kesampaian.
Ia duga, dengan ingat ?budi?, anak muda itu nanti bantui ia
bicara kepada Thaykek Tan.
Akan tetapi, setelah tegurannya itu, anak muda tersebut
lantas berdiri diam, sikapnya adem. Sebaliknya, Thaykek Tan
kasih dengar suara tawar.
?Bocah, kau benar bernyali besar!n kata jago Thaykek itu,
dengan bengis. ?Kau berani berlaku palsu, kau datang ke sini
untuk main gila, jikaiah aku kasih kau pulang dengan tangan
kosong, kau nistjaya akan pandang enteng padaTankee-kauw!
Poo Beng Hiantit, ringkus dial?
Pemuda itu memang ada Tan Poo Beng, keponakan dari
Thaykek Tan, dia datang bersama ayahnya. Tan Eng Sin,
untuk menyaksikan pcrtandingan, begitu dia datang, dia
segera kenali Teng Hiauw, maka dia beritahukan pamannya
tentang siapa adanya tetamu anak muda itu. Mendengar ini,
Thaykek Tan berpikir, ia goyang-goyang kepala. Ia lantas
duga, anak muda itu mesti ada hubungannya sama Thaykek
Teng, karena mana, ia ingin sekalian saksikan kepandaiannya
terlebih jauh. Ia sendiri belum pernah ketemu Teng Kiam
Beng, nama siapa ia telah dengar lama. Ia mendongkol karena
ia menyangka, anak muda itu datang berguru melulu guna
curt kepandaiannya. Maka itu, justru Poo Eng sedang
terdesak, untuk cegah kekaiahannya anak itu, ia lantas suruh
Poo Beng maju. Ia pun bisiki keponakan ini bagaimana
caranya untuk Iayani si anak muda.
Poo Beng turut titah pamannya, ia segera maju.
Ini adalah kejadian di luar sangkaannya Teng Hiauw, iajadi
kaget berbareng gusar. Anak muda, yang? pemah ditolong itu,
sekarang hendak balas budi dengan kejahatan. Ia juga lihat
roman bengis dari Thaykek Tan. Tapi ia tak takut.
?Kau orang, orang-orang gagah dari Tankee-kauw, tua dan
muda, kiranya begini saja sifat kau orang!? kata ia dalam
murkanya. ?Dan kau, kau hendak balas budi kebaikan dengan
kejahatan! Bagaimana kau orang
bisa menghina orang asing?
Baiklah, aku anggap aku telah keliru mcngcnali orang!
Sekarang baharu aku tahu tingkah-laku kau orang!? ,
?Ah, Bocah,? kata Poo Beng secara menghina. ?Kau lagi
pertunjuki sandiwara apa? Kemarin ini kau can tahu asalusulku,
sekarang kau datang dengan berpura-pura tidak
mengcrti boegee! Kau sebenarnya hendak perdayakan ilmu
siiat kita! Bagaimana kau masih berani omong tentang budi?
Teranglah rombongan penjahat kemarin ini ada koncokoncomu,
kau mengatur tipu supaya kau bisa melepas budi,
untuk perdayakan kita!?
Bukan kepalang mendelunyaTeng Hiauw atas tuduhan itu,
tak dapat ia tahan sabar lagi, maka, meninggalkan Poo Eng, ia
segera serang iga orang itu.
Poo Eng berseru ketika ia sambut serangan itu, ia berkelit
sambil terus menyerang, ia gunai ?Teeljhioe heesie? atau
?Membawa tangan, diturunkan ke bawah?. Ini ada tipu
pukulan liehay yang kedua puluh sembiian dan ilmu silat Tan
Thaykek-koen yang tak pernah diturunkan kepada orang luar.
Dengan ?Yama hoen tjong?, Teng Hiauw luputkan diri dari
serangan berbahaya itu, tetapi membarengi itu, Poo Beng
rangsang pula ia, kaki kirinya ditekuk, tangan kanannya
dimajukan, dari kepalan tangan kanan itu diubah jadi
telapakan, lalu lebih jauh, selagi tangan kanan ini dipakai
membuka, tangan kirinya menggantikan menyambar.
Teng Hiauw lihai bagaimana ia hendak digencet. Mulanya ia
dapati gerakan orang itu mirip dengan gerakannya sendiri,
tetapi di saat terakhir. gerakan kedua tangan lawan ini lantas
berubah. Ia merasakan bagaimana orang hendak gencet
padanya. Tapi ia ada cukup cerdik dan gesit untuk loloskan
diri, sambl berkelit sambil putar tubuh, dengan tipunya
?Tohoan Hanhoan tjitscng-pou? atau ?Tindakan tujuh bintang
beruntun?, ia sambar lengan kanan orang.
Poo Beng segera tarik pulang lengannya itu, setelah itu, ia
berniat mengubah permainannya, akan tetapi dengan
ketangkasannya,Teng Hiauw rangsang ia, tangan kirinya
diangkat, I tangan kanannya menyambar ke arah jalan darah
?Kieboen-hiat?. Ini ada salah satu pukulan liehay dari Thaykek
Teng.
Tan Poo Beng terperanjat, ia tidak menyangka akan
kegesitan orang itu, sambil membarengi menyedot kempes
perutnya, ia mundur beberapa tindak, hingga ia pun bisa
terluput dari ancaman malapetaka.
Setelah ini, keduanya jadi berkelahi dengan hati-hati. Poo
Beng tidak berani memandang enteng, Teng Hiauw tidak
berani lancang menyerang.
Pada waktu itu, sang rembulan telah muncul, cahayanya
indah. Sang malam telah datang tanpa terasa lagi.
Dalam pcrtempuran lebih jauh, Teng Hiauw menyerang
berulang-ulang, gesit laksana naga, dan Poo Beng di lain
pihak, lebih banyak menangkis, dengan sikapnya yang tenang
bagaikan harimau mendekam.
Gouw Hong Hoe berdiri dengan lidah diulur kcluar, matanya
dibuka? lcbar-lcbar, bahna kagum dan heran, wajahnya pun
berubah. Baharu sekarang ia saksikan pertempuran dahsyat
scperti itu, pantas ia dengan j gampang kena dirubuhkan
pemuda itu.
?Benar-benar anak itu mempunyai suatu maksud,?
kemudian ia bisiki Thaykek Tan. ?Aku kuatir si Beng bukanlah
tandingannya. Baiklah kau| sendiri yang turun tangan, agar si
Beng tidak sampai mendapat malu.?
Thaykek Tan urut-urut kumisnya, ia bersenyum.
?Kau melihat keliru, Lauwtee!? kata ia. ?Buat sembelih
ayam, buat apa pakai golok untuk potong kerbau? Kau Iihat,
pasti Poo Beng bisa rubuhkan dia?.?
Pandangannya jago tua Thaykek-koen ini tidak salah,
sesudah bertempur lagi sekian lama, perubahan atau
perbedaan, sudah mulai tertampak. Tadinya Teng Hiauw
garang, ia merangsang, habis itu nampaknya lemah, ia jatuh
di bawah angin.
Kcpandaiannya kedua anak muda ada berimbang, akan
tetapi, Poo Beng dapati pesan dari pamannya, yang suruh ia
bertempur dengan tcnang-tcnang saja, scdang di lain
pihak,Teng Hiauw pun baharu layani Poo Eng, satu lawan
bukannya enteng, hingga tadi ia sudah keluarkan banyak
tcnaganya. Gangguan lain bagi Teng Hiauw adalah tadi ia
sudah dibikin gusar dengan fitnahan Poo Beng, hingga ia
umbar nafsu-amarahnya.
Setelah melewati babakan yang kelima puluh, Poo Beng
mulai dengan rangsangannya, dari senantiasa membela diri, ia
balas menyerang. la menyerang berulang-ulang, saling susul.
Teng Hiauw terdesak, hingga ia terperanjat, berbareng
mendongkol, tapi karena ini, ia pun waspada.
Tiga kaH Poo Beng menyerang, lalu dengan tangan dan
kaki, ia gunai tipu-silatnya ?Hoansin djiekhie-kak? atau ?Sambil
memutar tubuh, mengangkat kedua kaki?. Dua-dua tangannya
dipakai menyerang, kaki kirinya menendang. Sebelah
tangannya menyambar ke arah kuping.
Inilah serangan hebat untuk Teng Hiauw, yang sudah
terdesak, akan tetapi dia ada muridnya satu ahli sejati, dalam
saat hebat itu, dia masih cukup gesit untuk tolong diri sambil
loncat tinggi, melewati kepala musuh, hingga dalam sekejab
saja, dia telah mendekati tembok pekarangan.
Poo Beng berseru saking penasaran, ia seperti putus asa
untuk mengejar.
Teng Hiauw insyaf ia sudah gagal, ia datang untuk berguru,
kesudahannya, ia jadi dimusuhkan mereka, berhadapan sama
orang-or-ang liehay, ia tidak punya harapan, ia pikir untuk
angkat kaki saja. Maka itu, setelah mendekati tembok, ia
loncat lebih jauh, guna naik ke atas tembok, akan kabur.
Selagi ia loncat naik, ia dengar bentakan di kuping: ?Turun!?
menyusul mana, kedua kakinya dirasai sesemutan dan kaku,
tidak tempo lagi, ia jatuh rubuh.
Thaykek Tan tahu-tahu sudah ada di sampingnya pemuda
ini, dengan satu tepukan tangan, ia bikin si anak muda mati
kutunya?.
VI
Teng Hiauw rebah tanpa berdaya, ia jadi gusar sekali,
maka dengan coba kumpul antero tenaganya, ia geraki tubuh,
untuk berduduk, kcmudian dengan mata mcnyala, ia awasi
pihak KeluargaTan.
?Bagus!? ia berseru. ?Malam ini baharulah aku belajar
kenal dengan kau orang Kaum Keluarga Tan, tua dan muda,
yang semuanya gagah-perkasa! Hayo, majulah kau orang
semua! Sungguh bagus perbuatan kau orang ini, hingga kalau
ini kejadian nanti tersiar dalam kalangan Kangouw, kau orang
bisa mendapat nama! Kau orang serumah-tangga telah
bcrhasil merubuhkan satu anak muda asing, apakah itu
bukannya menandakan liehaynya Keluarga Tan??
Thaykek Tan kerutkan alis mendengar ejekan itu.
?Bocah, jangan mainlah lidahmu!?
ia membentak, hatinya mendongkol. ?Tidak pernah
Keluarga Tan menghina orang! Tapi kau harus omong terus
terang, karena kita tidak nanti izinkan orang main gila di sini!?
?Apakah aku belum omong terang?? Teng Hiauw
menantang.
?Pertama-tama aku tidak mencuri, kedua aku tidak
merampas, ketiga aku tidak curangi orang! Di bagian mana
yang kurang terang??
Ia berlaku sangat jumawa.
Thaykek Tan jadi gusar. hingga alis dan kumisnya bangun
berdiri.
?Begini kelakuanmu terhadap or-ang yang terlebih tua?? ia
membentak. ?Apakah gurumu belum pernah ajarkan kau adatistiadat?
Jangan kata bafaaru kau, dalam dunia Rimba
Pcrsilatan pada sckarang ini, siapa menemui aku, tidak ada
yang tidak berbahasa ?tjianpwee? kepadakul Kau bilang kau
berterus terang, sekarang aku hendak tanya kau, kcnapa kau
datang kemari dengan bcrdusta tidak mengerti boegee?
Kcnapa kau pakai akal? Baiklah aku gantikan kau bicara! Kau
adalah salah scorang dari pihak Thaykek Teng, kau datang
kemari dengan niatan curi rahasianya ilmu silatku, supaya
kcmudian, kau bisa menjagoi dalam dunia Kangouw! Tapi
apakah kau tahu, cita-cita semacam itu ada pantangannya
kaum Rimba Persilatan? Maka baik kau jangan bersandiwara
lebih lama! Hayo, omong terus terang! Kau ada pemah apa
dari Teng Kiam Beng??
Teng Hiauw terkejut karena-dibukanya rahasia hati itu,
tetapi ia tctap tidak takut, dengan tawar, ia jawab: ?Kau tak
berhak untuk cari tahu siapa aku ada! Dengan kedudukan si
besar, kau menindih si kecil, tidak, aku justru tidak sudi kasih
keterangan pada kau!?
Sementara itu, Tan Eng Sin, sang engko, diam-diam kedipi
mata pada adiknya. Adik ini lihat itu, tetapi ia tctap hunjuk
roman gusar.
?Apa benar kau tidak mau bicara?? ia bentak. ?Jikalau kau
tetap membandel, aku nanti bikin kau tidak bisa bicara untuk
selamanya!?
Lantas ia tunjuk dua jari tangannya, mengancam untuk
menotok.
Teng Hiauw meramkan kedua matanya, ia berseru:
?Walaupun kau bikin aku bercacat, tetapi aku tidak sudi
bicara! Seumur hidupnya, tuan kecilmu paling tidak takuti
ancaman!?
Thaykek Tan tarik pulang tangannya, diam-diam ia puji
nyali orang yang besar.
?Poo Eng, coba kau geledah dia!? tiba-tiba ia perintah
puteranya. ?Lihat dia ada bawa senjata atau lainnya barang
pada tubuhnya!?
Poo Eng turuti perkataan ayahnya itu, selagi dia
menggeledah, Teng Hiauw gusar bukan alang-kepalang,
hingga ia kertak gigi dengan nyaring.
?Kau orang ada punya hak apa akan geledah aku?? ia
berteriak. ?Kau orang tuduh orang baik sebagai orang jahat,
apakah ini kelakuannya kau orang yang telah kesohor
namanya??
Ia gusar tetapi ia mesti mandah digeledah, ia tak bertenaga
untuk menentangi.
?Hak apa aku ada punya? Itulah hak disebabkan kau
bangsat cilik!? kata Poo Eng dengan sabar tetapi mam, sambil
ia tertawa dingin. Ia pun segera dapati sepucuk surat dalam
sakunya. ?Ha, sepucuk surat!? katanya. ?Apakah ini bukannya
bukti??
?Tunggu dulu,? Thaykek Tan mencegah. ?Nanti aku lihat
dulu surat ini.?
Jago tua itu baca alamatnya kemudian ia buka surat itu,
untuk baca isinya, lalu sembari lirik Teng Hiauw, ia perlihatkan
roman heran atau kaget. Akhirnya ia sodorkan surat itu pada
kandanya seraya sambil ketawa berkata: ?Anak ini benarbenar
bukan anak sembarangan!?
Sekonyong-konyong ia loncat pada pemuda tawanannya
itu, ia tepukjalan darah ?Hoantiauw-hiat?, menyusul mana,
darahnya Teng Hiauw jalan pula seperti biasa, lenyap
sesemutannya dan perasaan kaku, maka dia lantas bisa
bangun berdiri.
?Sekarang apa kau orang hendak bikin?? ia tanya. Tetap ia
tak jerih.
?Untuk merantau dalam dunia Kangouw, anak, tak dapat
kau turuti perangimu,? kata ia dengan tenang. ?Kau tidak
mengerti sedikit jua tentang pantangan-pantangan kaum
Kangouw, karena kesembronoan kau, hampir kau celaka. Kau
ada punyakan surat ini, kenapa kau tidak segera hunjuki
padaku? Siangkoan Kin itu kau punya apa? Kenapa dia suruh
kau bawa surat ini untukku9?
Memang itu ada surat perantaraan Siangkoan Kin untuk
Thaykek Tan, karena surat disimpan di sakunya Teng Hiauw,
sekarang itu dapat ditemukan.
Di antara Siangkoan Kin dan Thaykek Tan tidak ada
persahabatan rapat, adalah Soekong Tjiauw, gurunya
Siangkoan Kin, ada satu tjianpwee, atau orang tua dari Rimba
Pcrsilatan. yang Thaykek Tan paling kagumi. Usia di antara
Thaykek Tan dan Siangkoan Kin pun beda, Thaykek Tan ada
jauh terlebih tua, akan tetapi menurut tingkatan, keduanya
ada sama derajatnya. Sementara itu dahulu ? beberapa puluh
tahun yang lalu ? di waktu Thaykek Tan mulai keluar
merantau, pemah Soekong Tjiauw membantu banyak
padanya, maka itu, ia jadi ingat budi. Belakangan, dalam
usianya yang Ian jut. Soekong Tjiauw ambil Siangkoan Kin
sebagai murid, untuk muridnya ini. diam-diam pesan kata-kata
terhadap beberapa ahli silat kenamaan sahabat-sahabat nya,
untuk titipkan muridnya itu, karena ini, Thaykek Tan jadi
dapat tahu, Siangkoan Kin ada ahli waris dari orang
she
Soekong itu. Kemudian Thaykek Tan dapat kesempatan
bertemu muka sendiri dengan Siangkoan Kin, ia lantas dapat
tahu, Thicbian Sieseng pandai ilmu menotok jalan darah,
bahwa dia adalah satu jago asli, keduanya jadi bersahabat,
mereka saling menghargai. Oieh sebab ini, biar bagaimana,
Thaykek Tanjadi menaruh harga pada Siangkoan Kin.
Di dalam suratnya itu, Siangkoan Kin tuturkan asal-usulnya
Teng Hiauw, sebabnya ini anak muda buron dari rumahnya,
bahwa cita-citanya bocah ini beda daripada cita-citanya Teng
Kiam Beng, sang ayah, bahwa Teng Hiauw sangat
bersemangat dalam hal menuntut ilmu terlebih jauh, maka
Siangkoan Kin minta Thaykek Tan sudi berikan pimpinan
kepada pemuda itu. Yang tarik perhatian adalah Siangkoan Kin
pun hunjuk, Tan-pay dan Teng-pay ada sama-sama kesohor,
adalah bagus bila kedua kaum itu dapat dipersatukan.
Begitulah, maka sikapnya jago tua ini jadi sabar pula.
Selagi orang membaea suratnya Siangkoan Kin, Teng
Hiauw mcngawasi, dari itu ia tampak perubahan wajahnya. Ia
pcrcaya, surat itu pasti ada bawa pengaruh terhadap jago tua
ini, maka ia pun pikir, selagi ia berniat mencari kepandaian,
tak pantas ia terus berkepala batu. Justru itu, Thaykek Tan
tanya ia, bagaimana perhubungannya sama Siangkoan Kin,
dengan sabar ia berikan keterangannya.
?Siangkoan Kin?? demikian katanya. ?Dia diperkenalkan
kepadaku oleh Tjoe Soesiok.?- Sudah jadi kebiasaannya akan
bahasakan ?Soesiok? pada Tjoe Hong Teng -?Dia ada sangat
baik terhadap aku. Karena ia ada menduga kau orang di sini
bias jadi akan bikin susah padaku, ia sengaja tulis suratnya itu
ketika kita hendak berpisahan. Tapi aku berpendirian tak ingin.
memperoleh hasil karena bantuan lain orang, aku anggap,
satu murid harus memilih sendiri gurunya, seperti satu gum
pun harus pilih muridnya? Ini ada urusannya guru dan murid,
kenapa mcsti ada orang kctiga mcnyertai di tcngah-tengah?
Dcmikianlah aku bcrada di sini sekarang. Sekarang kau sudah
lihat aku, putusan terserah kepada kau: Jikalau aku ada
punyakan harga untuk menjadi murid,
kau tcrimalah; jikalau
tidak, kau boleh tolak! Jadi dalam hal ini, boleh tak usah ada
Siangkoan Kin atau tidak.?
Thaykek Tan tertawa tcrbahak-bahak. Segera ia sukai ini
anak muda, yang jujur dan polos, yang ucapkan apa saja yang
dia pikir, sedang hatinya. pun besar, perangainya keras. Lalu
ia kala: ?Sekarang pergilah kau turut Poo Beng beristirahat,
tentang soal mcngangkat guru, besok kita nanti bicarakan.?
Memang, Teng Hiauw merasa sangat letih, karena ia telah
layani Poo Bng dan Poo Beng dan paling belakang tertotok
Thaykek Tan. Ia tidak berlaku sungkan lagi, ia lantas undurkan
diri mengikuti kedua saudara tjintong itu. Ketika ia bcrtindak,
ia kata pada Gouw Hong Hoe: ?Maafkan aku, Gouw Soehoe.
Rupanya tak dapat aku menjadi muridmu. Kau telah menjadi
orang perantaraanku, terima kasih, terima kasih untuk
kebaikanmu!?
Sebenarnya Hong Hoe merasa kurang enak hati, tapi ia
bilang tidak apa. Iapun lantas berialu.
Malam itu Thaykek Tan berunding sama engkonya, hal
terima atau jangan Teng Hiauw sebagai murid, sebab itu
berarti, mesti turunkan Tan-pay Thaykek-koen kepada lain
kaum: la rada-rada kuattir dan karenanya, ia jadi bersangsi.
?Turut pemandanganku, anjurannya Siangkoan Kin
beralasan,? nyatakan Tan Eng Sin, sang engko. ?Selama
beberapa tahun ini aku berdiam di rumah, terus aku yakini
ilmu silat kita, aku dapat kcnyataan, masih banyak perubahan
yang dapat di lakukan, untuk mcmpcrdalam, akan tetapi aku
terhalang oleh bakatku, sulit aku dapatkan perubahan yang
berfaedah. Tadi aku saksikan gerak-gcriknya Teng Hiauw,
lantas aku merasa ada terbuka jalan untuk perubahanperubahan.
Aku lihat, bila dipadu, Teng-pay ada terlebih gesit,
Tan-pay terlebih tenang, maka apabila keduanya dirangkap
jadi satu, alangkah sempumanya. Teng Hiauw muda dan
polos, jikalau kita ajarkan dia sungguh-sungguh, apabila kita
tanya jelas padanya rahasia-rahasia| Teng-pay, pasti dia tidak
akan menyembunyikannya, kelemahannya sekarang adalah
karena ia masih terlalu muda dan kurang latihan dan
pengalaman.?
Thaykck Tan dapat setujui pandangan engko itu. Memang,
dengan tcrima Teng Hiauw scbagai murid. kedua pihak
peroleh satu keuntungan yang sama Bagaimana bagus untuk
ia, akan punyakan murid
scbagai pemuda she Teng itu.
Laginya, dengan tcrima Teng Hiauw, di belakang hari, tak
usah ia likat akan menemui Siangkoan Kin.
Demikian besoknya, Thaykek Tan panggil Teng Hiauw,
untuk beritahukan pemuda itu bahwa dia di tcrima jadi murid.
tetapi dia sendiri mesti bcrlaku jujur. akan buka semua rah as i
a Teng-pay, agar kedua kepandaian dapat tergabung menjadi
satu.
Bukan kepaiang girangnya Teng Hiauw, ia lamas berikan
janjinya, kemudian ia paykoei kepada guru ini.
Setelah upacara itu, Thaykek Tan tanya rnuridnya ini
perihal perkenalannya dengan Tjoe Hong Teng, sang soesiok
dan Siangkoan Kin.
Teng Hiauw berikan jawabannya yang jelas, tetapi
kemudian, ia tambahkan: ?Hanya saja kita orang
berpisah, aku tidak tahu suatu apa lagi tentang mereka itu.
Soehoe tanyakan Siangkoan Kin, ada urusan apakah??
?Menurut Poo Beng, dia sekarang telah lenyap,? sahut
Thaykek Tan, sambil tertawa
?Lenyap?? Teng Hiauw terkejut. ia sangsi, guru ini omong
benar-benar atau main-main. ?Bagaimana seorang dewasa
bisa lenyap?? kemudian ia kata ?Ah, tidak salah, ia tentu telah
pergi merantau, ia sengaja atau malas berhubungan sama
sahabat-sahabatnya??
?Bukan, bukannya begitu,? Thaykek Tan kata dengan
sungguh-sungguh. ?Dengan aku, dia memang jarang
berhubungan satu dengan lain. Dengan sebatang kipasnya,
dia biasa merantau, sampai sebegitu jauh tidak ada orang
yang usil dia, tetapi ini kali, dia benar-benar lenyap,
sampaipun Tjoe Hong Teng scndiri, sibuk bukan main, Ini
scbabnya kcnapa Poo Beng dipcrintah pulang, untuk panggil
aku. Nah, Poo Beng, coba kau kasih keterangan pada
soeteemu ini.?
Sebenarnya, Tan Poo Beng adalah salah satu anggota
Gichoo-toan. Pernah Tjoe Hong Teng ajaki Tan Eng Sin dan
Tan Eng Toan turut dalam gerakan kebangsaannya ini, seperti
Kiang Ek Hian, sudah mcnampik. Poo Beng masih muda, ia tak
sepaham dengan ayah dan pamannya, iff nyatakan ingin ambil
bagian, pcrmintaan ini diterima baikoleh dua saudara Thaykek
itu sesudah mereka ini berdamai.
Mengetahui socheng ini ada orang Gichoo-toan, Teng
Hiauw ingat suatu apa.
?Pantas kemarin ini, selagi dikepung musuh, kau curigai
aku,? kata ia. ?Aku telah bantu kau, kau tapinya tidak
perdulikan aku. Kau ada anggota Giehoo-toan, pantas kau
berhati-hati.?
?Itu pun sebabnya,? sahut Poo Beng sambil tertawa.
?Pemerintah Boan arah kita, kaki-tangannya banyak, segala
jalan digunai untuk celakakan kita, dari itu, harus kita berhatihati.?
Baharu sekarang Teng Hiauw tidak curiga lagi atas sikap
aneh orang.
?Kau orang sudah menyimpang!? Thaykek Tan memegat
sambil tertawa ?Jangan kau orang cerita saja hayo kembali
kepada soalnya Siangkoan Kin.?
Poo Beng bersenyum, ia lantas tuturkan Teng Hiauw
tentang lenyapnya Thiebian Sieseng, si Mahasiswa Muka Besi.
Duduknya hal ada sebagai berikut:
Giehoo-toan berkedudukan di Propinsi Shoatang. Di sebelah
Giehoo-toan, di sana ada satu perkumpulan rahasia lain, ialah
Toatoo-hwee, atau Golok Besar. Toatoo-hwcc ini malah bcrdiri
terlebih dahulu daripada Giehoo-toan. Tujuannya Toatoo-hwee
pun mcmusuhkan pemerintah Boan. Mulanya, pasti sekali,
Toatoo-hwee ada terlebih besar dan berpengaruh, melainkan
sifatnya, ada terlebih terahasia. Sebagai perkumpulan terlebih
muda, Giehoo-toan berdaya akan berseri kat dengan Toatoohwee,
hanya ketika itu, Toatoo-hwee pandang enteng
kepadanya. Kemudian, setelah Giehoo-toan menjadi besar,
Toatoo-hwee jadi mengiri. Bisalah dimengerti, siapa kandung
rasa iri hati, hatinya gampang retak.
Ketua dari Toatoo-hwee ada Ong Tjoe Beng, senjatanya
adalah Tan-too, sebatang golok, dan ilmu kcpandaiannya
adalah warisan Keluarga Ho dari Shoasay yang kesohor. Ia
ada satu laki-laki. tetapi tabiatnya keras, ia terlalu percaya
kepada diri scndiri. Karena ia musuhkan pemerintah Boan,
dengan sendirinya ia pun musuhkan kumpulan agama asing,
Toatoo-hwee dianggap sama dengan Giehoo-toan, maka itu,
negara-negara asing minta pemerintah Boan tumpas kedua
perkumpulan pcncinta negara itu. Di Shoatang, kedudukannya
Toatoo-hwee ada di Kangpak, di utara sungai, pengaruhnya
besar, tapi setelah kesusul sama Giehoo-toan, kcmajuannya
tercegat Di dalam segala hal, scpak-terjangnya Ketua Toatoohwee
ini kalah daripada sepak-terjangnya Tjoe Hong Teng,
yang berpemandangan jauh, matanya jel. Karena ini, Ong
Tjoe Beng jadi mendendam sendirinya, tidak perdu li Tjoe
Hong Teng senantiasa selalu hunjuk sikap bersahabat.
Adalah karena belum dapat ketikanya, Tjoe Hong Teng
belum sempat mengadakan perhubungan langsung dengan
Ong Tjoe Beng.
Pada waktu Ong Tjoe Beng pergi ke Pooteng, Hoopak, akan
sambangi Kiang Ek Hian, Tjongto Touw Kanlouw dari Giehootoan
cabang Ipkoan, Shoatang, telah kena ditawan pihak
Toatoo-hwee. Nama Kanlouw berarti si ?Tukang Sewakan
Keledai?, ini ada kerjaen asal dari Touw Kanlouw, saking
kebiasaan, dia tcrus tetap pakai itu sebagai namanya sendiri.
Distrik Ipkoan ada daerah pengaruh Toatoo-hwee, Touw
Kanlouw tancap kaki di sana dengan tak terlebih dahulu
berhubungan sama Toatoo-hwee, Ong Tjoe Beng jadi tidak
scnang, pada suatu malam, dengan ajak beberapa kawan,
Ong Tjoe Beng datangi markasnya Touw Kanlouw, akan culik
tjongio Giehoo-toan itu.
Seharusnya Ong Tjoe Beng pakai : aturan. akan lebih
dahulu bicara dan tegur Touw Kanlouw apabila kecocokan
tidak didapat baru ia turun tangan, tetapi Ong Tjoe Beng
iakukan tindakan sembrono ini, ialah ia telah kena ojokannya
satu orang lain siapa inginkan bentrokandi antara Toatoohwee
dan Giehoo-toan.
Pcnculikan Touw Kanlouw menyebabkan bingungnya
Tay-fjongto Lie Lay Tiong, wakil ketua pusat di Shoatang. Oia
sangsi apa baik segera serbu Toatoo-hwee atau cari orang
pertengahan, untuk bicara dabuJu, guna can penyelesaian
sccara damai. Dalam hai ini ia dapat bantuannya Hoeto Thio
Tek Seng, yang usulkan meminta bantuannya Siangkoan Kin,
supaya Thicbian Sieseng pergi cari Tjoe Hong Teng,
buat panggil pulang ketua ini, agar si ketua yang ambil
putusan. Dalam hai ini, Siangkoan Kin lebih setuju satroni duiu
pusat Toatoo-hwee, akan tolongj Touw Kan-louw dengan j a
Ian rarnpas pulang tjongto itu, kemudian baharu mereka
berurusan dengan Toatoo-hwee, tetapi Thio Tek Seng tidak
setujui ini, ia bcrhasil membujuki si Mahasiswa. Maka
kcjadianlah Siangkoan Kin pergi cari Tjoe Hong Teng. ?Thio
Tek Seng ken al aku,? kata Tjoe Hong Teng, yang tcrima
kabar sambi I kerutkan alis, karena ia mesti berpikir keras
untuk ambil putusan. ?Memang perkara mesti dicegah.
menjadi besar dan onar.? Kemudian, tiba-tiba, ia keprak meja.
?Di sini ada satu keanehan! Ong Tjoe Beng memang besar
kepala, tapi aku tidak mengerti, kenapa dia begini sembrono!
Ah, mesti ada orang, yang sudah hasut padanya! Baiklah kita
gunai ketika ini, untuk berhubungan sama Toatoo-hwee, untuk
mengadakan persatuan.? ?
Walaupun ia berpendapat demikian, Tjoe Hong Teng tidak
bisa segera tinggalkan Hoopak dan Hoolam di mana
pergerakan Giehoo-toan sedang berkembang-biak, tenaganya
ada sangat dibutuhkan, maka dalam hai ini, tak dapat tidak,
?Kau yang mesti bckerja. Sekarang kau lekas pulang, untuk
kcndalikan orang-orang kita, tentu dia lagi tunggui tindakan
kita. Maka kita mesti bcrsikap supaya tidak sampai mereka
pandang rendah kepada kita. Lagi setengah bulan, aku pasti
akan kembalil?
?Ah, demikian menyusahkan!? berseru Siangkoan Kin
sambi I tertawa ?Aku tak dapat kerjakan itu!? Dia memang
masih tetap tidak sabaran. Tjoe Hong Teng pun tertawa,
tertawa besar. ?Tapi paling tepat- kalau Sioetjay menemui
orang peperangan!? kata dia. ?Kepandaian istimewa dari satu
Sioetjay adalah bicara tentang keadilan dan kepantasan! Apa
mungkin kau takut lawan kekerasan?? LantasTjoe Hong Teng
memberi penjelasan terlebih jauh, setelah mana baharulah
Siangkoan Kin setuju, lantas ia pulang ke Shoatang.
Ketua Giehoo-toan itu bukannya tidak tahu, Thiebian
Sieseng ada bcrandalan, akan tetapi ia tahu juga, sahabat ini
ada jauh terlebih cerdik daripada Lie Lay Tiong dan Thio Tek
Seng, sedang dalam hai tingkatan atau dcrajat, dia ada jauh
terlebih tinggi. Di dalam Giehoo-toan, Siangkoan Kin tidak
menjabat kedudukan apa juga, akan tetapi kaum Kangouw
ketahui dengan baik, dengan Giehoo-toan, dia mempunyai
perhubungan yang rapat istimewa, dia sangat dihargai, jadi
kalau dia dijadikan utusan, atau orang pertengahan,
derajatnya ada setimpal, dia tepat sekali, melebihkan
tempatnya Tjoe Hong Teng dengan siapa dia sama derajat.
Tjoe Hong Teng juga percaya, dengan Siangkoan Kin yang
pergi umpama kecocokan tidak terdapat, urusan pasti tidak
akan jadi meluas. Akan tetapi segera terbukti, kepercayaan,
atau dugaan itu, meleset jauh sekali. Sebab belum sepuluh
hart sejak keberangkatannya Siangkoan Kin, segera datang
laporan kilat yang berbunyi:
Dengan seorang diri Siangkoan Kin telah kunjungi
markasnya Toato-hwee, lantas dia tidak kembali, tidak ada
kabar ceritanya, hingga orang tidak tahu dia masih hidup atau
sudah mati. Kabar angin memberi takan, Thiebian Sieseng
telah dihajar sampai binasa Lain kabar lagi bilang, dia kena
ditahan. Dari pihaknya Toatoo-hwee tidak ada kabar apa juga,
kecuali sepucuk surat ringkas untuk Markas Giehoo-toan di
Shoatang, bunyinya: tidak menginginkan Siangkoan Kin
sebagai wakil pihak sana untuk mclakukan perundingan.
Banyak pengalamannya Tjoe Hong Teng, akan tetapi, ia
terkejut. Ia insyaf bahwa urusan ada hebat. Maka sekarang,
sempat atau tidak, ia mesti pulang. Tapi ia sangsi untuk ia
bcrtindak sendiri, dari itu, sembari perlambat pulangnya, ia
sebar pelbagai undangan, kepada sahabatnya kaum Rimba
Persilatan dari beberapa propinsi, untuk ajak mereka
berembuk, terutama untuk ketahui jelas siapa sebenamya Ong
Tjoe Beng itu.
Tan Poo Beng datang menemui Tjoe Hong Teng di Anpeng
begitu lekas ia berpisah dari Teng Hiauw di Tanjakan Kouw
Siong Kong, tempat di mana ia dikepung serombongan
musuh, tapi belum sempat ia bicara banyak, Tjoe Hong Teng
segera perintah ia pulang ke Hoolam, buat minta bantuannya
dua saudara ini.
Dcmikian penuturannya Poo Beng, yang membuat Teng
Hiauw heran dan terkejut. ?Soehoe, bagaimana?? ini murid
lantas tanya, ?Soehoe pergi atau tidak? Siangkoan Kin
demikian liehay mustahil ia bisa tampak bencana?? Dengan
roman sibuk, dengan mata terbuka lebar, murid ini awasi
gurunya.
?Kenapa begini sibuk?? Thaykek Tan jawab sambil tertawa.
?Jikalau aku sesibuk kau, nistjaya sckarang ini kau sudah tak
dapat lihat aku! Ketika Poo Beng pulang dengan beritanya itu,
aku memang niat lantas pcrgi tetapi setelah pikir, dengan
kepandaiannya itu, apabila benar Siangkoan Kin dapat
bencana, percuma umpama kata aku segera susul dia. Maka
itu, sebelumnya berangkat, aku telah undang dulu Boesoe Han
Koei Liong, guru silat kenamaan dari Liangouw yang kebetulan
datang ke Hoolam ini, untuk dia menjadi penambah bantuan.
Han Boesoe sudah terima baik undanganku, dia telah janji lagi
dua hari dia akan pergi ke Hoaykeng akan tunggui aku, untuk
kita orang berangkat sama-sama.?
?Apakah itu tidak terlalu lambat, Soehoe?? Teng Hiauw
tanya pula. ?Tidak,? sahut sang guru sambil menggeleng
kepala. ?Kau pikirlah biar tenang. Ada tiga kemungkinan, yang
aku duga mengenai Siangkoan Kin. Pertama-tama ia sudah
nampak kecelakaan, ia telah tak ada lagi dalam dunia. Apabila
ini benar, walaupun kita mempunyai kesaktian akan hidupkan
dia pula, ia akan tertolong lagi. Ini adalah kemungkinan paling
hebat. Tapi dia liehay, mustahil dia nampak kecelakaan
demikian macam? Yang kedua adalah ia sudah lolos dari
ancaman bahaya, karena ada sebab-sebabnya, ia sengaja
tidak mau segera muncul pula. Jikalau ini mungkin, tidaklah
terlalu lambat bila kita datang ke belakangan untuk menolong
dia. Kemungkinan yang ketiga adalah dia telah kena ditahan
oleh Ong Tjoe Beng. Umpama betul dugaan ini, tidak nanti
Ong Tjoe Beng berani celakai dia sebegitu jauh belum ada
penyelesaian di antara Toatoo-hwee dan Giehoo-toan.
Touw Kanlouw sendiri cuma ditahan, pasti demikian juga
dengan Siangkoan Sinshe. Ong Tjoe Beng ada scorang
Kangouw kenamaan, aku sangsi ia berlaku hina, hingga ia
berani tentang kemurkaan umum. Ini lah sebabnya kenapa
Tjoe Hong Teng bisa berlaku sabar dan siap sedia akan
undang banyak orang pandai.?
Kelihatannya Teng Hiauw dapat dibikin sabar. ?Teetjoe
berniat turut serta, apa Soehoe sudi mengajaknya?? ia tanya.
Thaykek Tan lirik rnuridnya itu. ?Kau tak dapat pergi!? ia
jawab. ?Kau pergi pun tidak ada faedahnya. Yang pergi
sekarang adalah

^