Pencarian

Kisah Dua Saudara Seperguruan 7

Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Saduran Okt Bagian 7


aiui
boegee orang itu, ia hanya kuatir, senjata mereka jadi
kebentrok, ia takut. goloknya nanti kena terpapas kutung.
Coba mereka bertempur satu sama satu, ia tentu tidak pikir
banyak. Di lain pihak, musuh pun merangsang hebat.
Sembari bertempur, musuh-musuhj itu masih menggoda
terus.
?Begini saja puterinya Lioe KiainJ Gim!? demikian seorang
menghina.
?Mernang sebegini saja!? kata yang lain. ?Dia cuma bisa
layani si kelinci. mana dia sanggup lawan kita??.?
Dengan si kelinci ia maksudkan Ham Eng.
Mukanya Bong Tiap pucat, ia kertak gigi. Ia mendongkol
bukan alang-kepalang. Dengan tiba-tiba, dengan ?Too say kim
tjhie? atau ?Menyebar uang emas?, ia terjang penjahat yang
ngoceh tak keruan itu. Dari atas ia menyerang ke bawah,
lantas ia teruskan membabat kaki.
Penjahat itu yang mainkan ruyung tujuh tekukan, dia
lompat mundur, ruyungnya dipakai menyampok, sedangnya
begitu, Bong Tiap dengar sambaran angin di bclakangnya,
lckas-lekas ia putar tubuh, tapi menyusul itu, rantai bandring
menyambar goloknya, melilit, ketika si penjahat membetot,
goloknya terlepas, terpental!
Insyaf bahwa ia lagi hadapi ancaman bencana, tidak ayal
lagi, Nona Lioe keluarkan Ioncatan tinggi danjauh,
sebagaimana yang Sim Djie pernah ajarkan ia. Ia loncat dua
tumbak. gerakannya mirip dengan burung hoo menerjang
langit. Ia lintasi kepala musuh, setelah kakinya injak tanah, ia
loncat lebih jauh, hingga ia lantas berada di jalan besar. Tapi
ia bukannya hendak lari, ia cuma mau jauhkan diri dari
musuh, agar ia bisa dapat napas. Ia bersedia dengan tangan
kosong melayani terus empat musuhnya. Mereka ini pun
menyusul, sekarang mereka semakin berani, karena si nona
bertangan kosong.
Ketika itu sudah lewat tengah malam, jagat ada sunyi
sekali. Memangnya di Thian-tjin ada jam malam, begitu
cuacagelap, penjagaan Gie Hoo Toan diperkeras, siang-siang
penduduk telah masuk tidur. Sementartfttu, gedungnya Kiam
Gim berada di terhpat yang sunyi, hingga sekalipun serdadu
ronda, jarang yang lewat situ. Maka itu, mereka itu bertempur
tanpa ada yang lihat atau ganggu.
Selagi empat penjahat itu merangsang, untuk kepung pula
si nona, tiba-tiba dua bayangan kclihatan lari mendatangi,
ketika keduanya sampai, mereka segera menghalang di
tengah. Dua bayangan itu masing-masing mencekal sebatang
pedang panjang, yang mereka lintangi.
Kapan Bong Tiap telah lihat nyata dua bayangan itu, ia
kaget berbareng girang.
?Ah, Toa-soeheng, kau datang!? ia berseru.
Memang juga dua orang itu adalah Law Boe Wie dan Teng
Hiauw, yang baharu saja sampai. Kalau Boe Wie ada keren
karena bentuk kepalanya beroman macan tutu!, adalah yang
berdiri di sampingnya, tubuhnya jangkung dan cakap dan
gagah usianya kurang lebih tiga puluh tahun!
Empat penjahat itu terkejut untuk sedetik saja, mereka
tidak takut, tetapi di saat mereka hendak tegur ini dua orang
baru, tahu-tahu Boe Wie berdua sudah maju akan serang
mereka.
Bong Tiap mendapat hati, ia serukan toa-soeheng itu: ?Kau
orang layani itu tiga orang, biarkan aku sendiri lawan ini yang
bersenjatakanTjeng-kong-kiam! Jangan kau orang bantunku!?
Dan ia terus loncat maju, akan serang itu pencuri pedang,
yang ia benci bctul, karena mulutnya sangat kotor. Ia tidak
keder walaupun ia tidak punya senjata.
Boe Wie bersangsi melihat soemoay itu tidak bergegaman.
?Jangan kuatir, aku sanggup layani kelinci ini!? kata si
nona, yang mengerti kesangsiannya saudara seperguruan itu.
Di situ terjadi pertempuran dalam tiga rombongan. Boe Wie
serang orang
yang pegang golok Kwie-tauw-too, ia lantas
dikepung oleh musuh yang menggunai Tjit-tjiat-pian. Teng
Hiauw sendirian layani musuh yang pegang bandring
gembolan.
Penjahat dengan Tjeng-kong-kiam gentar juga melihat
majunya Bong Tiap, tapi karena orang bertangan kosong,
iasegera mendahuluimenikam dadanya Bong Tiap. Ia telah
gunai tipu ?Tjoan tjiang tjin kiam? atau ?Majukan pedang
sambil lempangi tangan?.
?Bagus!? bcrscru Bong Tiap scraya ia berkelit ke samping,
bukannya ke kiri, hanya ke kanan, dari sini, dengan tangan km
ia hajar lengan kanan ?rang, dcngan tangan kanan, ia
sambar pundak kiri musuh. Inilah yang dibilang **Hok ie hoan
in?, atau ?Menyusun hujan, membalfld awan? La wan itu geser
tubuhnya ke kanan, ke arah man a pun ia tarik pcdangnya,
habis itu, cepat sekali, ia menyerang pula, mcnikam
bebokongnya si nona
Bong Tiap berkelit sambil mendek, kakinya melesat ke
samping musuh, selagi pedang mcnusuk tempat kosong. ia
bcrada hampirdi belakang musuh itu, maka sambaran angin
segera mengarah batok kepala penjahat itu.
?Celaka!? mcnjerit musuh itu dalam hatinya. la insyaf,
serangan si nona lagi menuju kepalanya bagian belakang.
Maka lekas-lekas babat ke belakang, kepada lengan kanan
orang.
Bong Tiap lihat orang repot, ia perdengarkan tertawa
menyindir. Ia kasih lewat babatan pedang, lalu ia merangsang
untuk itu, ia gunai kedua tangannya, yang disusun. Dimajukan
bergantian dengan sebat sekali.
Kecewa penjahat itu menggunai pedang, ia tak dapat
gunakan itu secara berfaedah, ia repot dengan desakan.
Tubuh si nona berkelebat di sana-sini, di depan. di kiri dan
kanan, atau tiba-tiba, di belakang. Sebagai kupu-kupu ia
mainkan bunga, laksana capung menyambar air, demikian
gesitnyasi nona. Dengan ini jalan, ia menyebabkan mata
musuh lamur, kepala pusing.
Scsudah sckian lama tidak berdaya mcloloskan diri dari
desakan, penjahat itu pikir, menyingkir ada paling selamat.
Untuk ini, ia tidak mau pikirkan lagi tiga lawannya. Dengan
?Auw tjoe hoan sin?, lompatan j umpali tan bagai burung
menyambar, ia lepaskan diri dari desakan, lalu dengan ?Kim
peng tian tjie? atau ?Garuda emas pentang^sayap?, ia
membabat ke arah bawah si nona, setelah itu, selagi Bong
Tiap lompat berkelit, ia juga terus Ioncat mundur, putar tubuh
dan angkat langkah seribu?.
Kabumya penjahat adalah hal yang menggirangkan si nona.
Ini ada apa yang ia harap. Ia memang mempunyai Tjengkang-
soet, ilmu entcngi tubuh, yang sempurna. Justeru
penjahat itu lari, ia enjot tubuhnya, untuk mengejar. Sekali
Ioncat saja, ia sudah sampaikan kira-ki ra dua tumbak,
hinggaia lantas bcrada di belakang musuh. Musuh itu hendak
putar tubuhnya, guna menyambut dengan tikaman, sayang,-
sudah kasep, ia terlambat, baru tangannya digeraki, atau
tangan itu sudah dicekal Bong Tiap, kaki siapa pun bekerja.
Tidak tempo lagi, penjahat itu rubuh terguling, pedangnya
terlepas.
Bong Tiap tidak mau mengasib hati, justeru orang rubuh, ia
lompat menyusul, sebelum penjahat itu dapat kctika, akan
lompat bangun, kepalanya sudah kena ditendang, demikian
hebat, sampai kepala itu pecah, polonya tercerai-berai, hingga
jiwanya terus terbang melayang.
Bukan baharu satu kali ini Bong Tiap bertempur, tetapi
membunuh musuh secara begini, ini ada pengalamannya yang
pertama. Ia berlaku ganas saking ia benci musuh. Akan tetapi,
melihatmayat orang itu, hatinya segera.menjadi tidak tega,
hingga ia tak sanggup mengawasi lebih lama. Dengan apa
boleh buat, ia gunai kakinya, akan sontek pedangnya yang
terletakdi darah mengumplang, untuk jumput itu. Ia sudah
hendak angkat kaki ketika ia ingat piauw Bouw-nie-tjoe, yang
ia percaya ada di tubuh musuh, maka dengan apa boleh buat,
ia kembali, ia dupak tubuh musuh sampai terbalik, dengan
separuh meram, ia merogoh ke saku orang itu. Benar saja, ia
dapatkan senjata rahasianya itu. Habis itu baharu ia susut
bersih darah di pcdangnya dan masuki pedang itu ke dalam
sarungnya.
Untuk sedetik, ia berdiri diam, hatinya goncang, tubuhnya
rasanya lemas. Tapi sedetik juga* ia ingat akan keadaannya.
Segera ia menoleh pada dua kawannya. Ia dapatkan Teng
Hiauw, sambil memeluk pedang, lagi berdiri mengawasi ia
sambil bersenyum. Di lain pihak, Boe Wie masih layani dua
musuhnya, hanya dia sudah menang di atas angin.
Samasekali musuh ada berjumlah lima, Teng Hiauw layani
yang bersenjatakangembolan. Satu musuh telah melayang
jiwanya, karena dibekap Bong Tiap ketika ia lancang masuk ke
dalam kamar dan kemudian dilemparkan keluar jendela
dengan masih terbekap. Musuh yang pegang gembolan ini
lebih liehay dari kawannya, yang sudah mart, tapi ia tidak
berdaya melawan Teng Hiauw belum habis dua puluh jurus,
pedangnya orang she Teng itu sudah mampir di dadanya, lalu
digentak ke atas, hingga luka di dada sampai di pundak
kanan, darahnya nyemprot tak mau berhenti, tubuhnya rubuh,
jiwanya melayang.
Baharu setelah musuh terbinasa, Teng Hiauw ingat, ia
berbuat terburu nafsu. Seharusnya ia mengasih tinggal hidup,
guna korek keterangan dari mulutnya dia itu. Setelah itu, ia
menoleh pada Boe Wie dan Bong Tiap. Tadinya, seperti orang
she Law itu, ia kuatirkan si nona, tapi, setelah lihat cara
berkelahinya, hatinyajadi tetap. Nona itu gesit luar biasa,
bertangan kosong, diamampu layani musuh dengan leluasa,
maka itu, ia lantas berdiri menonton saja. la lantas saja jadi
kagum dengan caranya orang bersilat. Itulah bukan gerakan
Thay Kek Koen belaka. Ia tidak kenal ilmu silat si nona. Ia
percaya, si nona barangkali ada di atasan ianya. Ia tidak
sangka, soemoay yang ia belum pernah lihai itu, yang cuma ia
pernah dengar namanya, ada demikian liehay. Maka itu,
akhirnya, ia bersenyum menyaksikan kcmenangan, yang
dilakukan sccara mengagumi.
Hatinya Bong Tiap lega mclihat pembantu yang belum
dikcnal itu sudah perolch kcmenangan, dari itu, ia lantas
perhatikan toa-soehengnya. Boe Wie bukannya kewalahan
mclayani dua musuh, kalau scbegitu jauh ia bclum berhasil, itu
disebabkan, sembari berkelahi, saban-saban iacari ketika akan
menoleh pada sang adik scpcrguruan. Kemudian, walaupun ia
lihat soemoay itu sudah menang di atas angin. ia masih belum
tenteram betul, ia scnantiasa bcrdaya akan bcrscdia untuk
bantu saudara itu apabila perlu. Maka itu, ia gunai ?Hoei Eng
Keng-soan-kiam? untuk layani kedua musuh, hingga dua-dua
musuh tak dapat merangsang ia, sebaliknya, mereka yang
saban-saban mesti mundur dari ancaman pedang. Sckarang.
setelah lihat Bong Tiap menang, ia tidak mau berlaku sungkan
lagi.
Dcngan ?Liong boen sam kek long?, dengan gayanya sang
naga menentang gelombang, Boe We lantas merangsang. Dari
pihak si pembela diri ia berubah menjadi si penyerang. Dan ia
berlaku sangat gesit.
Diserang secara demikian, kedua penjahat itu jadi
kelabakan.
Memangnya mereka sudah kewalahan. Dalam tempo yang
pendek sekali, permainan gegaman mereka menjadi tidak
teratur lagi.
Penjahat yang menggunai golok Kwie-tauw-too menjadi
sibuk, ia rupanya insyaf, lama-lama ia bisa celaka. Dengan
sekonyong-konyong, ia kirim tikaman kepada musuh.
Berbareng dengan itu, kawannya, yang pegang ruyung Tjittjiat-
pian, juga maju menyerang.
Digencet dari dua jurusan, Boe Wie tidak berkuatir. Gesit
sekali, ia mendek, terus ia geser kakinya, akan menyingkir, ke
sampingnya si penyerang yang pertama. Berbareng dengan
itu, kedua senjata musuh telah bentrok satu dengan lain,
karena mereka itu tak keburu lagi tank pulang serangannya
masing-masing. Boe Wie gunai ketika senjata mereka beradu,
ia melesat terlebih jauh ke samping musuh yang
bcrsenjatakan golok, akan kirim bacokan pada batang leher
orang. Ini adalah tipu silat ?Soen soei twie tjouw? atau
?Menolak perahu dengan turuti aliran air?.
Tidak tempo lagi, dengan perdengarkan jeritan tertahan,
penjahat itu rubuh binasa.
Bukan terkira kagetnya penjahat yang memegang ruyung
apabila ia saksikan kawannya hilang jiwa, dengan tiba-tiba ia
menyerang kalang-kabutan, supaya ia bisa buka jalan untuk
angkat kaki. Ia berhasil. Selagi Boe Wie mundur, ia lompat
dan kabur. Tapi Boe Wie mundur beberapa tindak saja, selagi
musuh lari, ia loncat, akan mengejar. Ia memang pandai lari
keras. Ia ada laksana garuda menyambar kelinci. Cepat sekali,
ia sudah datang dekat belakang musuh itu.
?Jahanam, lihat pedangku!? ia memfcentak. Dan
pedangnya menyambar.
Penjahat itu kaget bukan main mendengar teriakan itu, ia
menjadi gugup, tapi selagi ia terancam bahaya, mendadakan
ada orang lain lompat kepada mereka dan dengan pedangnya,
orang itu tangkis pedangnya Boe Wie, hingga kedua senjata
beradu dengan nyaring, hingga penjahat itu jadi ketolongan
jiwanya.
Boe Wie heran apabila ia kenali penghalang itu ada Teng
Hiauw.
?Jangan binasakan dial Perlu kcsaksiannya!?Tcng Hiauw
berseru apabila kawannya awasi ia, selagi Boe Wie hendak
minta keterangan.
Segcra Boe Wie mengcrti, dengan tidak kata apa-apa, ia
loncat kepada musuh, siapa pun heran, hingga dia
tercengang. Gerakan Boe Wie ada ?Liong heng hoei pou? atau
?Tindakan terbang dari naga?. Dan ia tidak lagi gunai
pedangnya, hanya jeriji tangannya.
Penjahat itu kaget, ia membabat dengan ruyungnya, tetapi
ruyung itu ditangkis dengan pedangnya Boe Wie, sampai
ruyung terpental, setelah mana | orang she Law ini mendesak
terus,, lagi-lagi dia menyerang, dengan dua jan tangan,
telunjuk dan jari tangan, dari tangan kiri. Sasarannya adalah
musuh punya jalan darah ?Kie-boen-hiat? atau pintu angin.
Sekarang penjahat itu tidak berdaya lagi, ia kalah sebat, ia
kena ditotok, berbareng sama jeritannya ?Aduh!? ia rubuh
dengan tak dapat berkutik lagi!
Sampai di situ, habislah lima penjahat: satu tertawan
hidup, empat terbinasa.
Boe Wie kasih dengar tertawa puas, lantas ia masuki
pedangnya ke dalam sarung, sesudah itu, dengan tangan kiri,
iajumputtubuh musuh, untuk dikempit.
?Mari kita masuk ke rumah, untuk periksa dia ini!? kata ia
pada Teng Hiauw dan Bong Tiap. Si ndna, seperti Teng Hiauw,
sudah lantas menghampirkan.
Teng Hiauw dan Bong Tiap setuju, malah si nona segera
mendahului lari di depan. Dengan tiba-tiba ia teringat pada
Ham Eng, yang sudah terluka, yang ditinggal sendirian di
dalam kamar. Ia pun tidak dandan rapi, karena tadi ia keluar
dengan terburu-buru, dan pakaiannya ada kecipratan darah.
Ruangan ada gelap petang ketika ketiga orang itu masuk
ke dalam rumah, di mana segera terdengar rintihan. Bong
Tiap berkuatir, ia lompat ke arah meja, untuk cari bahan api,
guna nyalakan itu, untuk pasang lampu.
Ham Eng kelihatan rebah dcngan kulit muka hitam geJap,.
matanya separuh ditutup, napasnya empas-empis.
Bong Tiap kaget, sampai ia lalai di situ ada orang lain. Ia
dekati Ham Eng, akan usap-usap muka orang.
?Ham Eng!? ia mcmanggil. ?Di sini aku, kau tahu tidak??
Pemuda iiu telah jadi korban Hong-bwee-piauw yang
bcracun. Mulanya ia cuma merasai sakit sedikit, tetapi sctelah
racun bekerja, dcngan ccpat ia mcnjadi lelah, rasa sakitnya
luar biasa. Da lam keadaan bcrbahaya itu. ia masih ingat Bong
Tiap, ia ingin sekali tengok nona itu, walaupun untuk
pcnghabisan kali. Begitulah, dcngan lapat-lapat, ia dcngar
suaranya si nona. Ia lantas buka matanya, kcdua tangannya
bergcrak, meraba baju orang.
?Socmoay. di lain pcnitisan saja kita orang bertemu pula??
kata ia dcngan lemah.
Boe Wie kaget Scgcra ia mengerti, soetee itu sudah terkena
piauw yang beracun. ia lihat air mukanya Ham Eng yang
bcrsinar hitam gclap. Sesaat ini, ia lupai halnya sendiri dcngan
.Bong Tiap, ia kasihani socmoay itu, ia kasihani sang soetee. ia
maju ke depan, dekat sekali pada Ham Eng, untuk
mempcrhatikan.
Di samping pembaringan, ada menggeletak liga batang
piauw, yang kecil sekali. Rupanya Ham Eng telah cabut itu di
waktu ia mcrasakan sangat sakit Boe Wie jumput itu, untuk
diperiksa. Ia pernah dengar keterangannya Tok-koh It Hang
perihal bcrbagai macam senjata rahasia seperti itu, ia
mengerti, piauw ini ada racunnya. Sclama mcrcka melawan
empat musuh, tempo hampir satu jam telah dilewatkan, tidak
heran soetee itu jadi berbahayakeadaannyaJLebih dahulu
daripada itu, Bong Tiap sudah I ay an i musuh-musuhnya.
Maka scantcronya, sang tempo pasti sudah lebih daripada satu
jam. Rupanya, saking tangguhnya Ham Eng, ia masih
bertahan sampai itu waktu. Celakanya, luka itu tak dapat
discmbuhkan kecuaii oieh obat si pemilik piauw sendiri.
?Soetee, aku mcnycsal,? kata Boe Wie yang dekati Ham Eng.
la telah kuati hatinya, untuk tidak keluarkan air mata. ?Tidak,
aku yang menyesal?? sahut Ham Eng, yang kcnali soeheng
itu. ?Ia?.?
?Sudah? Boe Wie memotong. ?Ia adalah kepunyaan kau?.
Aku datang untuk saksikan pernikahan kau orang berdua.?
Ham Eng coba melirik Bong Tiap, nona ini tunduk dengan
muka mcrah, dia diam saja.
Anak muda itu lantas tertawa mcringis. ?Aku mati dengan
puas?.? kata ia, suaranya sangat lemah. Ia rupanya masih
hendak bicara terus, tetapi matanya dimeramkan, tempo ia
lonjorkan kakinya dengan kaget, napasnya berhenti berjalan,
cuma tampangnya masih tersungging senyuman?. Bong Tiap
kaget, ia raba dada Ham Eng, ia tidak rasai jantung mcmukul,
hatinya mencelos. Ia menangis tetapi air matanya tidak
keluar. Tiba-tiba ia hunus pedangnya, yang ia hendak
tabaskan pada batang lehernya sendiri.
Boe Wie lihat .gcrakannya itu, ia terperanjat, tetapi ia
insyaf, sebelum pedang menabas, ia ulur tangannya, akan
totok bahu kanannya Bong Tiap. Dalam hal ini, Bong Tiap
tidak perlu memikir untuk bcrkclit. Maka ia kena ditotok di
jalan darahnya ?Kiok-tie-hiat?, lantas tangannya sesemutan,
pedangnya terlepas sendi rinya, jatuh sambil menerbitkan
suara. Teng Hiauw lompat akan jumput pedang itu. ?Aku
hendak mati, Toa-soeheng,? kata si nona, yang lantas saja
menangis. ?Kcnapa kau ccgah aku?? Boc Wie belum sempat
menyahut, atau Teng Hiauw dului ia.
?Soemoay,? kata orang she Teng ini. ?Kita berdua
sebenarnya belum pernah kctemu satu dengan lain, tetapi aku
sudah dengar kau adalah satu wanita gagah, maka kenapa
kau berpikiran begini cupat? Apakah kau tak perdulikan lagi
sakit hati ayahmu? Apakah kau inginkan lain orang yang
tolong balaskan itu??
Bong Tiap melengak. Kata-katanya Teng Hiauw, bagi ia ada
seumpama guntur di siang hari.
?Apa? Apa kau bilang?? ia menegur. ?Kau siapa?? Teng
Hiauw maju setindak, ia awasi nona itu.
Orang telah aniaya ayahmu hingga binasa- di Pakkhia,? ia
kata ?Apakah sakit hati itu tidak hendak dibaIas?Aku adalah
orang yang telah kubur dcngan tangan sendiri jenazah
ayahmu. Aku adalah soetit sejati dari ayahmu!!?.? ?
Belum sampai Teng Hiauw tutup mulutnya atau tubuhnya
Bong Tiap rubuh dengan tiba-tiba, rubuh pingsan.
Boe Wie lompat, akan tolong soemoay itu. Ia angkat tubuh
nona itu, untuk direbahkan.
?Ah, Soetee?.? ia sesalkan Teng Hiauw, ?dia lagi berduka
kenapa kau lantas beritahukan kebinasaannya Soehoe?? Teng
Hiauw bersenyum tawar.
? ?Justeru ini ada saatnya yang paling
baik,? ia bilang.
?Secara begini, kita bisa bikin ia tenang, hingga ia tak usah
hendak mencari mati. Soeheng jangan kuatir, dia tidak dalam
bahaya. Dia sangat berduka, tapi sebentar dia akan sadar.?
Boe Wie bcrpikir. Ia anggap soetee ini benar juga. Tcng
Hiauw ada seorang yang cerdik, dengan lihat sikapnya Bong
Tiap dan Ham Eng berdua, dan kelakuannya Boe Wie, ia!
scgcra bisa menduga kepada lelakon cinta segitiga, maka itu,
untuk cegab si nona menjadi nekat, tidak ada Iain jalan
daripada lantas beritahukan kematiannya Lioe Loo-kauwsoe,
ayahnya si nona. Ia percaya, walaupun itu ada pukulan hebat
kematiannya Ham Eng ? Bong Tiap ton akan lebih utamakan
sakit hati ayahnya- Ia pun percaya, dcngan warta hebat itu,
Bong Tiap tidak bakalan bercelaka.
Dugaannya Teng Hiauw tidak meleset. Berselang beberapa
menit, Bong Tiap mulai sadar, ia geraki kaki, tangannya,
matanya dibuka, belum sempat Boe Wie mengawasi,
sekonyong-konyong nona itu mencelat bangun.
?Mari pedangku!? dia terus berseru. ?Aku tidak akan cari
mati laei! Aku hcndak can musuhku. Aku hcndak tanya, ada
permusuhan apa di antara kita maka ia sudah lukai ibuku dan
sekarang binasakan ayahku!?
Teng Hiauw, yang masih pegangi pedangnya Bong Tiap,
serahkan itu, tetapi ia hunjuk roman keren ketika ia berkata:
Kau berniat menuntut balas, itu bcnar! Tapi kau mesti
tenangkan din dahulu! Musuhmu bukan satu orang saja,
dengan kau pergi seorang diri ke Pakkhia, sakit hatimu tak
akan terbalas! Kita orang mesti berdamai. jangan kita Cuma
turuti nafsu hati. Aku kasih tahu padamu, ayahku juga
terbinasa di tangan musuh, ayahku adaiah soesiokmu Teng
Kiam Beng, dengan siapa kau belum pernah bertemu.?
Bong Tiap berdiam. Baharu sekarang ia tahu ini orang
baharu.
Perkataannya Teng Hiauw benar, mau atau tidak, ia mesti
dengar.
?Baiklah,? kata ia akhirnya. Hatinya Boe Wie menjadi lega.
Sampai di situ, mereka lalu berdamai, untuk periksa orang
tawanan mereka. Musuh yang bersenjata Tjit-tjiat-pian itu,
yang sudah tidak berdaya, ada bemyali besar dan bandcl, ia
berlaga gagu, karena setiap pertanyaan, ia tidak mau jawab,
percuma orang bujuki dan gertak ia. Bong Tiap jadi sengit,
hingga ia hajar batang leher orang itu dengan pedangnya.
?Jikalau kau tetap tidak mau bicara, aku nanti bunuh
padamu!? ia mengancam.
Baharu sekarang, penjahat itu menyahut, dengan tetap
hunjuk kcbandclannya, dengan mata melotot. ?Aku sudah
tidak mengharap hidup pula, aku mcmang hendak menghadap
pada Giam Loo Ong, untuk cari si pcmuda muka putih itu
untuk tempuri ia! Nah, kau bunuhlah aku! Sangatlah berharga
bagiku akan binasa di tangannya si manis!?
Tidak terhingga gusarnya Bong Tiap, hingga ia ayun
pedangnya.
?Jangan,? mencegah Boe Wie, yang tank si nona ke
samping. ?Sabar, aku mempunyai daya untuk bikin dia bicara,
supaya ia binasa sccara puas, seperti ia kehendaki!?
Habis ber-kata-kata begitu, Boe Wie tepok jalan darah
?Hok-touw-hiat?nya di iga kiri, untuk bikin terbuka jalan darah
itu, hingga darah bisa mengalir, kemudian dengan tiga jeriji
tarigan, ia totok dan tepok dengan bergantian batang lehemya
orang itu di bagian yang lemas, menyusul mana, penjahat itu
lantas teraduh-aduh, terkuing-kuing seumpama babi dipotong.
Ia pun bergulingan di tanah. Mulanya dia masih mencaci
kalang-kabutan, akan tetapi pelahan-Iahan, suaranya lenyap.
Totokan Boe Wie ada totokan paling
liehay dari Kim-nahoat
punya enam puluh empat tipu silat, untuk kompes orang
jahat, itu ada jauh terlebih liehay dari berbagai pesawat
kompesan. Kena ditotok dan ditepok, penjahat itu rasakan
semua uratnya seperti terlepas satu demi satu, seluruh
tubuhnya sebagai juga ditusuki berlaksa jarum, rasanya sakit
dan gatal, hingga tak dapat ditahan, maka itu, ia tak berani
memaki terlebih jauh, akan akhirnya, ia minta-minta ampun.
Boe Wie tertawa dingin terhadap musuh yang bandel ini.
?Aku sangka kau berkulit tembaga dan bertulang besi,
entah bagaimana tangguhnya, kiranya kekuatan kau begini
saja?? ia mengejek. ?Kau minta ampun, baik sekarang kau
mesti jawab aku ? satu demi satu! Asal kau mendusta, aku
masih punya lain cara yang liehay, untuk kau rasai!?
Mukanya penjahat itu jadi pucat dan biru bergantian,
keringat sebesar kacang mengetes dari jidatnya. Sekarang
iajadi jiijak, berulang-ulang mangguti kepala.
?Siapa perintah kau bokong puteri dan muridnya Lioe Looenghiong??
demikian pertanyaan pertama dari Law Boe Wie.
?Itulah Gak Koen Hiong Toako dari Pakkhia!?
Teng Hiauw melirik pada Boe Wie, segera ia tanya:?
Apakah benar? Ada siapa lagi di belakangnya Gak Koen Hiong?
Apakah juga Gak Koen Hiong yang perintahkanmembinasakan
Lioe Loo-enghiong??
?Siapa ada di belakangnya Gak Koe Hiong aku tidak
tahu,?mengakui penjahat itu. ?Aku cuma dengar ada sejumlah
orang liehay, yang tidak hendak majukan diri, karena Gak
Koen Hiong ada orang Gie Hoo Toan, mereka ini majukan Gak
Toako. Orang
bilang, Ibusuri Tjoe Hie Loo-Hoeja juga ada
tulang punggungnya Gak Toako. Tentang kcmatiannya Lioe
Loo-enghiong, itu ada pekerjaan orang sebawahannya Gak
Toako.?
Boe Wie gusar bukan kepalang, hampir saja ia tak dapat
kcndalikan diri.
?Kenapa Gak Koen Hiong ketahui puteri dan muridnya Lioe
Loo-enghiong ada di sini?? ia tanya pula. ?Apakah Tjo Hok
Thian dan Thio Tek Seng ketahui kau orang telah dikirim
kemari??
?Gak Koen Hiong tidak ketahui puterinya Lioe Loo-enghiong
ada di sini,? penjahat itu berkata lebih jauh. ?Dia cuma tahu,
Lioe Loo-enghiong mempunyai satu murid muda, yang sering
dampingi gurunya, dari itu, dia cuma kirim kita bertiga. Kedua
oatauw bak Thio Tek Seng dan Tjo Hok Thian tidak ketahui
tentang kita ini.?
Boe Wie masih tanyakan lainnya lagi, tetapi orang itu
goyang kepala, ia tak dapat bcnkan lagi ketcrangan yang
penring, maka akhimya orang she Law itu rabah iganya orang
itu, atas mana si penjahat menjerit, terus ia binasa.
Malam ada gclap dan sunyi, kamar ada tenang sekali,
melainkan api lampu mcmain sendirian. Boe Wie lantas
berdamai dengan Teng Hiauw, scdang Bong Tiap masuk ke
dalam kamar, untuk salin pakaian..
Pada dua soeheng itu, ia telah nyatakan: ?Pikiranku sedang
kalut, apa yang Soeheng putuskan, aku akan turut saja.?? ia
mesti lekas salin, karena pakaiannya berlepotan darah.
Boe Wie ada lesu, ia menghela napas.
?Urusan ada sulit, Gie Hoo Toan ada sangkut-pautnya. Satu
hal aku bisa terangkan, walaupun mesti adu jiwa, aku hendak
menuntut balas untuk guruku.?
?Dulupun Soepeh tidak mufakat Gie Hoo Toan memasuki
Pakkhia,? kata Teng Hiauw. ?Aku lihat, sekarang telah berubah
sifat Kalau kita pcrgi ke Pakkhia, di sebelah dendaman
Soepeh, kita juga harus bekerja untuk Gie Hoo Toan. Soeheng
tahu, tiga-tiga Toatauwbak Lie Lay Tiong, Tjo Hok Thian dan
Thio Tek Seng telah ambii putusan buat pergi
ke Pakkhia. Gagai atau berhasil, itu ada urusan lain.
Pendek, kita orang tidak mampu ubah putusan mereka. Kita
melainkan bisa terangkan pada mereka, bagian dalam kita ada
kacau. Atau dengan sampaikan pesan Soepeh, kita minta
mereka bikin pembersihan di dalam. Kedua, aku pikir,
bersama-sama Toatauwbak Lie Lay Tiong mesti ikut banyak
orang dari rombongan H oan Tjeng Biat Yang, yang bercitacita
merubuhkan pemcrintah sambil membasmi orang asing, di
antara mereka, mesti tidak scdikit sahabatnya Soepeh, maka
baik kita mohon bantuan mereka.?
Boe Wie tidak dapat pikir lain, akhimya ia nyatakan setuju.
Kemudian keduanya pasang omong terus, sampai fajar. Nyata
mereka cocok satu dengan lain.
?Dua kali aku pernah pulang ke Poo-teng,? kata Teng
Hiauw, ketika ia simpangkan pembicaraan. ?Thay Kek Boen
mesti dibangunkan pula, orang berniat angkat aku jadi ketua,
aku tidak tcrima. Kedudukan ketua ada bagian kaul? ia
tambahkan sambil tertawa.
?Adik Hiauw, jangan kau merendahkan diri!? Boe Wie
bilang. ?Aku ada orang asing, tak nanti aku dapat kepercayaan
mereka. Di sebelah itu, aku tidak kandung niatan sama sekali.?
Boe Wie dapat kenyataan, meskipun Teng Hiauw ada lebih
muda daripada ia, ia ada cerdik, berpengalaman dan jujur.
Nyata, Teng Hiauw pun cocok benar dengan Gie Hoo Toan,
hingga dia hunjuk, tidak benar soeheng itu tidak terlalu
perhatikan perkumpulan pencinta negara itu.
?Siapa mau berhasil, ia harus bersedia menerima
kegagalan,? begitu Teng Hiauw utarakan. ?Bisa jadi, dengan
memasuki Pakkhia, Gie Hoo Toan bakal nampak kegagalan,
tetapi itu ada pelajaran dan itu akan jadi dasar untuk
kemenangan di belakang hari. Rakyat akan lihat tenaga kita.
Kita mirip dengan bocah cilik, yang lagi belajar jalan, kita
jatuh, kita bangun pula, akhimya toh kita bisa jalan!?
Boe Wie mesti mengakui benarnya soetee itu.
Kapan sang pagi datang, bertiga mereka rawat mayatnya
Ham Eng, untuk dikubur dengan baik, kemudian bertiga
mereka berangkat, akan ikut angkatan perangnya Thio Tek
Seng pergi ke Pakkhia. Pakkhia ada kota terkenal yang
beriwayat. Di pertengahan Kerajaan Kim, ia disebut Tiongtouw,
lalu di zaman Goan Tiauw, diubah jadi Tay-touw. Di
zaman Beng, ketika Kaisar Eng Lok pindah dari Lamkhia, ia
dapati namanya Pakkhia dengan resmi. Kerajaan Tjeng tetap
pakai nama itu, sampai pada masa Pergerakan Gie Hoo Toan.
Riwayat itu berumur kira-kira tujuh ratus empat puluh tahun.
Boe Wie kagum ketika ia tampak Kota Pakkhia yang
kelihatannya angker. Dua hari dari sampainya ia angkatan
perangnya Lie Lay Tiong? dan Thong-tjioe sudah mendahului
maka itu, di mana-mana adakelihatan ?sin tan??, atau
panggung suci dengan asap dupanya bergulung-gulung.
Tentaranya Thio Tek Seng ini disambut dengan gembira
oleh kawan-kawannya yang sampai terlebih dahulu itu. Boe
Wie berempat ? ia ada bersama-sama Bong Tiap dan Teng
Hiauw serta isterinya dia ini, Kiang Hong Keng ? dapat tempat
di Tong-sian-pay-lauw, yang diperuntukkan oleh pihak Gie Hoo
Toan.
Mereka sampai belum ada satu jam, selagi mereka
beristirahat, lantas mereka dikabarkan ada tiga tetamu yang
sudah berusia tinggi. yang datang berkunjung. Belum sampai
Boe Wie dapat terka, siapa ketiga tetamu itu, ia sudah lantas
dengar teguran yang nyanng: ?Boe Wie, kau baharu sampai?
Tidak disangka-sangka kita orang bisa bertemu pula di Kota
Raja ini!?
Boe Wie kenalkan suara itu,hingga ia menjadi sangat
girang!
Itulah suaranya Pek-djiauw Sin Eng Tok-koh It Hang,
gurunya, siapa datang bersama-sama In Tiong Kie, satu di
antara tiga pendiri Pie Sioe Hwee, serta Tjiong Hay Peng dari
Heng Ie Pay. Mereka ini datang dua hari duluan. Tidak usah
dibilang lagi, pertemuan itu ada sangat menggirangkan hati.
Tapi, kapan mereka bicarakan umsannya Lioe Kiam Gim, yang
binasa di tangannya boe beng siauw tjoet, satu manusia
rendah, mereka mengbela napas. Tok-koh It Hang sudah
ketahui ha! kematiannya Lioe Kiam Gim, ia datang kc Pakkhia,
kesatu untuk cari kawan sekerja, kcdua guna coba balaskan
sakit hatinya sahabat itu. Dcngan banruannya In Tiong Kie
dan beberapa tauwbak lain, ia segera perolch keterangan
perihal keruwetannya Gie Hoo Toan. Boe Wie pcrkcnalkan
Teng Hiauw dan isterinya, begitupun Lioe Bong Ti?ap kcpada
tiga jago tua itu; mereka ini gembira sekali.
?Aku tidak sangka, dalam usia lanjut, pcndcta kenamaan itu
masih menerirna murid,? nyatakan Tok-koh It Hang: ajJabila
ia ketahui, BongTiap ada muridnya Sim Djie. ?Pada empat
puluh tahun yang lalu, pemah satu kali aku bertemu
dengannya dan aku telah saksikan kebutannya Tiat-hoed-tim
yang liehay.? Memandang Teng Hiauw, Tok-koh It Hang pun
kagum.
Menurut ia, pemuda ini beda sekali dari mendiang ayahnya
yang beradat tinggi dan berkepala besar. Kemudian ia kagumi
Kiang Hong Keng, puterinya Kiang Ek Hiah, sebagai isterinya
Teng Hiauw, karena wanita ini ada cantik dan gagah
romannya, mereka berdua sembabat sekali menjadi pasangan.
Selama beberapa hari, Pakkhia benar kedatangan banyak
orang gagah dari bcrbagai kalangan dan daerah, umpama
Lauw In Eng, ahli waris dari Ban Seng Boen di Shoasay. Dia
ini, sepeiti diketahui, ada adiknya Lioe Toanio Lauw In Giok.
Yo Tjin Kong tidak turut datang, sebab ia tetap rawati
socbonya. Yang lainnya lagi ada Thie-bian Sie-seng Siangkoan
Kin dari Kangsouw, si Mahasiswa Muka Besi, Hong Tjin
Hweeshio dari Siauw Lim Sie, ahli Tiam-hoat-hiat Lo Hoan Sian
dari Soe-tjoan, Tayhiap Soen Siang Beng dari In-lam, Tjian
Djie Sianseng, Ketua dari ilmu silat Ouw Tiap Tjiang (Tangan
Kupu-kupu), serta Han Koei Liong,, guru silat kesohor dari
Liang-Ouw (dua propinsi Ouwlam dan Ouwpak). Maka itu,
Pakkhia jadi ramai sekali. Di situ Gie Hoo Toan sangat
berpengaruh, sampai tentaranya Kie-boen Tee-tok, yang
berkuasa atas ibukota, dan Gie Lim Koen, Barisan Raja, tidak
berani bentrok dengan mereka, melainkan bcrdasarkan titah
rahasia, mereka selamanya siap sedia alat-scnjata.
Di sebclah itu, Gak Koen Hiong dari rombongan Poo Tjeng
Biat Yang juga siap sedia saja. Mereka juga I kumpuli banyak
orang pandai, kecuali pahlawan-pahlawan dari istana dan
segala buronan pcnjahat besar, juga pendeta-pendeta Lhama ?
dari perbatasan Mongolia dan Tibet, kcpala-kepala polisi, dan
guru-guru silat kirimannya berbagai pembesar tinggi dari luar
Pakkhia. Maka itu. walaupun dia ada Hoe-tauwbak, Tjongtauwbak
Lie Lay Tiong tidak berani sembarangan bentrok
padanya.
Lie Lay Tiong gagah dan berpengaruh, tetapi ia kalah jauh
dari Tjoe Hong Teng, pendiri dari Gie Hoo Toan, dia juga
masih inginkan kerja sama dengan pemerintah Boan. Ia
anggap ada satu kehormatan akan menghadap Ibusuri See
Thayhouw dan duduk sejajar dengan berbagai menteri besar
dan orang bangsawan agung. Di hadapan Ibusuri dia pernah
mempertunjuki kepandaian Gie Hoo Toan ? sanggup
menentang senapan dan meriam. Sebenarnya Ibusuri tidak
puji-puji padanya tetapi ia sendiri suka kcasyi kan dirinya
digunai. Maka itu, karena sikapnya itu, Lie Lay Tiong tidak
ingin bentrok dengan Gak Koen Hiong, dia tidak berani
Iakukan pembersihan dalam kalangannya sendiri, malah ia
ubah cita-cita Hoan Tjeng Biat Yang dengan Hoe Tjeng Biat
Yang, ialah aksi menentang menjadi mcnunjang. Dcmikianlah
sia-sia orang hunjuki dia bahwa Lioe Kiam Gim binasa di
tangannya Gak Koen Hiong, ia tolak segala saran pembersihan
di dalam dengan alasan tak boleh tcrjadi bentrokan antara
orang
sendiri?.
Sementara itu, keadaan telah menjadi hebat. Pasukan
Kozak yang kesohor dari tentara Rusia sudah bentrok sama
barisan Gie Hoo Toan di Tok-lioe-tin, di luar Kota Thian-tjin,
menyusul mana tentara Rusia,
Perancis dan Jepang sudah mendarat dan bentrokjuga,di
Iain pihak,tentara Amenka dan Inggeris, dua ribu
serdadu,dengan bawa meriam-meriam besar, sudah maju ke
Pakkhia. Tentara Gie Hoo Toan dengan merusaki jalan
keretaapi, cobamenghalangimajunya tentara Serikat ini.
Dengan hanya menggunakan golok dan tumbak, pihak Gie
Hoo Toan nampak kerugian, tetapi pihak asing puji keberanian
mereka
Selagi tentara Serikat dari delapan negara bergerak terns,
pihak Gie Hoo Toan di Pakkhia tetap belum bersatu-padu.
Rombongannya Tok-koh It-hang ingin segera dilakukan
pembersihan di dalam, guna singkirkan rombongannya Gak
Keen Hiong, tetapi Lie Lay Tiong tetapi beranggapan, itulah
bukan saatnva untuk bentrok di antara orang sendiri. Saking
tidak sabar, pada suatu malam Tok-koh It Hang berkumpul
bcrsama In Tiong Kie, Tjiong Hay Peng, Tjian Djie Sianseng
dan Iain-lain ketua, di situ ia tanya Boe Wie dan Teng Hiauw,
apa mereka ini berani datangi tangsinya Gak Koen Hiong. ?Kau
orang cuma perlu menyampaikan surat,? Tok-koh It Hang
jelaskan. ?Terutama jangan kau orang bunuh dia!?
Dua pemuda menjadi heran. ?Walaupun ke dalam guha
harimau dan kedung naga, siauwtit berani pergi!? nyatakan
mereka. ?Hanya kenapa dia tidak boleh diserang??
?Karena ituiah bukan caranya untuk membalas dendam.?
Tok-koh It Hang jawab.
Tapi jago ma dari Liauw Tong ini berikan keterangannya.
Gak Koen Hiong mesii ditantang. Tok-koh It Hang pcmah pikir
untuk pergi sendiri, tetapi ia bataikan niat ini kapan ia ingat, ia
termasuk orang luar. Yang berhak mcnantang adalah Law Boe
Wic sebagai murid kepala dari Lioe Kiam Gim, dan Tcng Hiauw
sebagai ahli waris Thay Kek Pay. Kalau Gak Koen Hiong dapat
disingkirkan, di sebelah sakit hati dapat dibalas, itupun ada
untuk keutuhannya Gie Hoo Toan. Apabila Gak Koen Hiong
dibokong, itu ada tindakan memalukan, sebab orang Kangouw
harus berlaku terus-terang. Lie Lay Tiong sendiri ada
orang Kang-ouw dan ia tahu aturan atau adat-kebiasaan kaum
Kang-ouw. Dan kalau orang banyak ketahui rahasianya Gak
Koen Hiong, pasti dia kehiiangan simpatinya orang
banyak.
Boe Wie dan Teng Hiauw mengerti mereka berikan janji
mereka Bong Tiap nyatakan suka ikut, tetapi Tok-koh It Hang
mencegah.
Jago tua ini anggap si nona kurang tepat dan berbahaya
juga, kecuali bila sangat terpaksa. Cegahan ini bikin Nona Lioe
tidak puas.
?Kau orang pandang enteng padaku, lihat nanti!? kata ia
dalam hatinya. Boe Wie dan Teng Hiauw pergi dandan,
mereka mengenakan ya-heng-ie, pakaian malam warna hitam
yang ringkas, lalu mereka pamitan dan bcrangkat Mereka
keluar dari rumah dengan loncati tembok.
Tempat kediamannya Gak Koen Hiong ada bekas istananya
satu pwee-lek, pangeran bangsa Boan, gedungnya besar,
gentengnya genteng beling hingga sukar menaruh kaki di
atasnya, saking licin. Di belakang rumah ada sebuah pohon
lioe yang besar, tingginya tiga tumbak lebih dan doyong
melewati tembok, maka itu, Boe Wie berdua loncat naik ke
atas pohon itu.
Ruangan dalam ada sunyi, mclainkan dari sebuah kamar
tertampak cahaya api. Di situ tak kclihatan seorang jua. Boe
Wie hendak lantas loncat turun, tetapi kawannya mencegah.
?Sabar!? Teng Hiauw bilang, terus ia ini kcluarkan dua
potong Kim-tjhie-piauw, ia lemparkan yang pertama, lalu
scrang itu dengan yang kedua, hingga kedua piauw terbitkan
suara nyaring, begitupun waktu dua-duanya jatuh ke tanah.
Ilmunya Teng Hiauw ini disebut ?Tjeng hoe hoan sin?, -Kodok
hijau menyampaikan warta? ? sama dengan kepandaian yang
umum dari kaum Kang-ouw: ?Touw sek boen louw?atau
?Melempar batu untuk menanyakan jalan?.
Nyatajitu dugaannya Teng Hiauw. Setelah nyaringnya suara
kedua piauw beradu, di atas genteng licin lantas muncul dua
orang dengan pakaiannya hijau dan golok di pinggang, entah
di niana tadinya mereka bersembunyi. Melihat mereka itu, Boe
Wie jengah, untuk kesembronoannya.
Kedua orang itu heran, mereka dengar suara nyaring tetapi
tidak lihat suatu apa, di situ tidak ada orang lain, mereka
celingukan dengan sia-sia.
Teng Hiauw dan Boe Wie terus diam saja, hanya si orang
she Teng keluarkan lagi dua batang piauw, ia pakai itu untuk
timpuk itu dua tjintcng. Jarak di antara mereka cuma kira-kira
lima tumbak. Ia incar tcmpil ingan dan tenggorokan orang.
Serangan ada mendadakan dan cepat sekali, dua tjinteng
itu pun tidak menyangka, mereka kaget waktu kedua senjata
rahasia menyambar, sebeium bisa kcl it, mereka sudah kena
kesambar, tak sempat menjerit, keduanya rubuh dengan
segcra, jatuh menggelinding. Tapi untuk cegah kedua tubuh
jatuh di tanah, Teng Hiauw dan Boe Wie lompat, untuk
menyambar, kemudian dengan masing-masing ikat
pinggangnya, ia ikat tubuhnya mereka, untuk digantung di
cabang pohon, hingga kedua tubuh itu jadi bergelantungan,
mirip dengan setan-setan dari orang-orang yang mati gantung
diri!
Habis itu, keduanya lompat pula ke genteng hijau itu, untuk
maju. Walaupun genteng licin, mereka tidak nampak
rintangan. Mereka punya Tieng-kang-soet, ilmu entengi tubuh,
memang sudah hampir seratus bahagian sempuma. Mereka
melewati belasan lauwteng, sampai tiba-tiba4i sebelah depan
mereka berkelebat dua bayangan hitam, sama sekali mereka
itu tidak menerbitkan suara apa-apa. Mereka lantas pasang
mata.
Kedua bayangan itu, tjinteng atau pahlawan Istana Boan
itu, rupanya tidak kenali orang ada kawan sendiri atau bukan,
sambil siapkan pedangnya masing-masing, salah satu di
antaranya menegur dengan kata-kata rahasia: ?Akur atau
padi?? Itu berarti, ?orang sendiri atau bukan?.
?Akur! Perintah kemudi untuk jaga angin dan lihat padi!?
sahut Boe Wie, yang kenal baik segala macam bahasa rahasia
di kalangan Kang-ouw. Dengan ?kemudi? diartikan
?pemimpin?.
Untuk. mendapat kepastian, dua tjinteng itu bertindak
maju, mendekati. Mereka ingin melihat tegas roman orang,
buat menanyakan kcterangan terlebih jauh.
Diam-diam Boe Wie telah siap, begitu orang sudah datang
dekat, nba-tiba ia mencclat ke antara mereka, kedua
tangannya digeraki ke kiri dan kanan, menotok masing-masing
pinggang dari orang itu.
Dua orang itu tidak menyangka, cuaca pun gelap, mereka
kena ditotok, hingga dalam sesaat juga, mereka jadi tidak
berdaya, maka dengan duabuah pisau belati,Boe Wie terus
tancap tubuh mereka di atas wuwungan.
-Bagus!? berseru Teng Hiauw dengan pujiannya melihat
kesebatannya sang kawan.
-Tadipun kedua piauwmu scmpurna sekali!? Boe Wie balas
rnemuji.
Keduanya tettawa dengan pclahan, sesudah mana, mereka
maju lebih jauh, hingga mereka sampai di pcndopo, di mana
ada cahaya api. Di sim mereka mendekam, untuk pasang
.kuping.
Dari pendopo terdengar suara dari orang-orang yang bicara
dcngan asyik. ?Katanya Lioe Kiam Gim murid kcpalanya, yang
bernama Law Boe Wie sudah datang ke Pakkhia ini sejak
bebcrapa hari, kabamya dia sungguh sangai lichay. tapi heran,
sampai ini hari ndak terdengar suatu apa tentang gerakgeriknya,?
demikian pemyataan satu orang.
?Biar gurunya mcnjclma pula, lata orang tak usah jcrih,
apapula itu anjing cilikJ? kata satu suara lain. ?Adalah Tok-koh
It Hang, itu tua bangka. yang lichay, yang kita mesti awaskan
benar-benar!?
?Hiantee, jangan kau angkat lain orang bcrbarcng
menindih keangkeran sendiri!** terdengar suaranya seorang
tua. ?Buat apa kita jerihkan itu tua bangka barang sisa? Kita
toh ada puny a Lhama Besar Kat Pou Djie dan Pa-touw-louw
Tat Sip begitupun Toa-totjoe Kheng To Hoan dari Kaum Hay
Yang Pang serta yang Iain-Iain
lag,? Kita tak usah perdulikan Tok-koh It Hang atau Law
Boe Wie, asal mereka berani datang, kita nanti hajar mereka
hingga mereka tak dapat ?tidak takut?
Namanya Boe Wie berarti ?tidak takut?, maka itu, orang tua
itu sengaja mengejek.
Boe Wie marah mendengar kejumawaannya orang,
tangannya lantas meraba keluar beberapa potong pisau belati
panjangnya tiga dim. la pernah jadi anggota dari Pie Sioe
Hwee, Kumpulan Pisau Belati, dari itu, ia sukagunai pisau
belati scbagai gantinya piauw. Dia mempunyai dua bclas
potong pisau belati, untuk mana ia ada icrkcnal. Kemudian
dengan merayap bagaikan cccak, untuk mana ia keluarkan
kepandaiannya ?Pek houwyoe tjiang?atau ?Cccak memain di
tcmbok?, ia maju dengan pelahan-lahan, untuk bisa mclihat ke
dalam ruangan.
Di dalam ruangan itu ada bcrdudu k kira-kira sepuluh
orang, tua dan muda, dan Gak Koen Hiong bercokol di tcngahtcngah.
Di kiri dan kanan, ada dinyalakan dua batang HI in
besar.
Selagi Boe Wie mengawasi terus, tiba-tiba ia dengar salah
seorang di dalam itu berteriak: ?Ada penjahat!? Ia insyaf
bahwa orang telah pergoki ia, akan tetapi, ia tidak takut,
malah sebat sekali, tangan kanannya beruntun terayun, empat
buah pisau belati segera melesat, masuk di antara jcndcla.
Dua pisau menyambar lilin hingga apinya padam, sebatang
menyambar Gak Koen Hiong, hingga rarnbutnya dia ini sapat
segumpal, tidak perduli dia mencoba berkelit, dan pisau yang
keempat, yang dilipatkan sepotong kertas, nancap di atas
meja sambil menerbitkan suara.
Menyusul serangan itu, dari dalam pun segera melesat
beberapa rupa senjata rahasia, akan tetapi cepat luar biasa,
Boe Wie dan Teng Hiauw sudah Ian naik ke, tengah genteng,
hingga mereka luputdari ancaman bencana.
Mengikuti berbagai senjata rahasia itu, beberapa orang
loncat keluar dari jendela, untuk menyusul, dua di antaranya
ada memegang masing-masing sebatang pedang panjang dan
sepasang Koen-koan Pat-kwa-pay, hingga yang belakangan
ini, dengan tamengnya itu, bisa punahkan pisau belati dan
piauwnya Boe Wie dan Teng Hiauw.
Orang yang bersenjatakan pedang itu ada Sat Kie Khan,
seorang dari suku Hwee-hwee. Dengan putar pedangnya
dalam gerakan ?Thian Liong Kiam-hoat? ? ilmu pedang ?Naga
Langit?, ia menerjang ke arah Boe Wie. Ia telah sampai
dengan cepat dan pedangnya terus saja bekerja.
Boe Wie sudah siap, ia berkelit dengan gunai ?Tang hong
hie lioe?atau ?Angin timur permainkan cabang yanglioe?,
menyusul itu ia balas menikam dengan ?Sian djin tjie louw?
atau ?Dewa menunjuki jalanan?. Di antara sinar pedangnya
lawan, ia arah tenggorokan orang.
Sat Kie Khan ada berani dan liehay, ia tidak berkelit, ia
tidak mundur, hanya memutar tangan kanannya, dengan ?Sin
hong tiauw sioe? atau ?Naga melaikat menggoyang kepala?,
iamenangkis. hingga kedua pedang bentrok dengan keras,
menerbitkan suara nyaring, sedang telapakan tangannya
masing-masing, pada menggetar dan sesemutan saking
kerasnya bentrokan itu. Tapi ini pun menyatakan kedua pihak
mempunyai tenaga berimbang.
Di lain pihak, Teng Hiauw yang melayani musuh yang
bersenjatakan sepasang tameng, mendapat tandingan yang
setimpal, dari itu, mereka juga bisa bertempur dengan scru.
Lawan itu ada Low Hoay Liang, cucunya Keluarga Low dari
Shoasay, yang kesohor untuk Tjap-djie-louw Koen Goan Patkwa-
pay, ialah ilmu mcmainkan tameng kecil dalam duaj belas
jalan. Dia tersesat sadari masih muda, ia telah menjadi begal,
belakangan karena ajakan satu sahabat, ia masuk ke dalam
Istana Boan dan menjadi satu wie-soe, pahlawan, kemudian
dari pahlawan biasa, ia menjadi twie-thio, kapten, hingga ia
jadi semakin malang-melintang. Ia bersedia mati-matian untuk
Kerajaan Tjeng.
Dengan sepasang Pat-kwa-paynya, Low Hoay Liang arah
batok kepala orang.
Tcng Hiauw insyaf tenaga yang bcsar dari orang itu, bahwa
turonnya tamcng itu ada tujuh atau dclapan ratus kati
beratnya, dari itu, ia tidak hcndak adu tenaga. Ia bertindak
dengan ?Liong heng hoei pou? atau ?Tindakan naga terbang?,
ia berlindungdi bawah tamcng, lantas ia putar tubuh, akan
balas menikam. Pcdangnya bersinar, sasarannya adalah jalan
darah ?Hong-boen-hiat? di bebokong.
Low Hoay Liang bukannya scorang lemab, melihai
serangannya tidak membcrikan hasil, ia lantas mengerti
keadaan, dari itu, ia putar tubuhnya, ia angkat pula kedua
tamengnya, laiu dengan ?Shia pek Hoa San?, atau ?Sambil
miring menggempur Gunung Hoa San?, ia bajar pedang orang.
Secara begini ia hcndak punahkan tikaman musuh.
Teng Hiauw tarik puiang pedangnya antok ditcruskan
membabat kepada kedua kakinya orang,
ia mendak sambil
menggunai ilmu pukulan ?Tong long thian pek? atau
?Cengcorang pentang tangan?.
Low Hoay Liang ada awas dan gesit, ia insyaf gerakan
musuh sclanjutnya. maka itu, setelah menggempur dengan
sia-sia, ia bergerak di dua jurusan dengan berbarcng. Dengan
tameng kanan, ia menangkis, dengan tipu silat?Tjiang koen
hee ma? atau ?Jenderal turun dari kuda?, dengan tameng kiri,
dengan ?Heng sauw tjian koen?, atau
?Menyapu ribuan serdadu?, ia serang pinggang orang!
Gusar sckali Teng Hiauw apabila ia lihat serangan hebat itu,
ia tarik pcdangnya, ia loncat mundur, sesudah mana. ia ubah
caranya bcrsi lat. Ia maju sambil putar pedangnya, hingga
cahayanya berkilauan. Dengan ?Pek hoo thian tjie? atau
?Burung hoo putih pentang sayap?, ia tusuk iga lawan.
Serangan ada sangat cepat, Low Hoay Liang sampai tak
sempat tarik puiang atau putar dua-dua tamengnya, untuk
menangkis, maka itu, tidak ada jalan lain, terpaksa ia lompat
mencelat, mundur jauhnya bebcrapa tindak.
Ini saat yang baik, Teng Hiauw tidak hcndak sia-siakan, ia
sudah pikir untuk mcndcsak terlebih jauh, atau dengan
sekonyong-konyong ia dengar seruannya Law Boe Wie: ?Adik
Hiauw, lekas mundur!?
Ternyata, waiaupun mereka berdua bertempur cepat sekali,
tctapi Iain-Iain musuh telah keburu mendatangi, mclihat
mereka itu. Boe Wie pikir untuk tidak melayani terlebih lama
pula, karena nyata sekali, dua musuh ini saja sudah cukup
tangguh. Ia anggap ada berbahaya untuk bcrlaku ayal-ayalan,
dari itu, ia berikan tandanya itu, ia sendiri segera loncat
mundur, akan tinggalkan musuhnya. Teng Hiauw mengerti, ia
juga sudah lantas angkat kaki. Berdua mereka lari di atas
genteng yang licin itu, dengan gunai ilmu lari ?Pat pou kan
sian? atau ?Dengan delapan tindak mengejar tonggeret?.
Mereka melesat dengan cepat; di belak?ang mereka, musuhmusuh
mereka telah mengejar. Mereka sudah masuk jauh ke
dalam sarangnya Gak Koen Hiong, meski juga mereka sudah
bisa lewati belasan undakan, mereka tak lantas sampai di luar
kalangan.
Benar selagi mereka hampir keluar dari tempat
kediamannya Gak Koen Hiong, tiba-tiba di bawah rumah
terdengar seruan riuh, yang disusul sama loncat naiknya
beberapa orang yang bertubuh besar, yang semua mencckal
golok dan pedang, malah antaranya ada yang membentak:
?Bangsattikus,jangan lari!?
Dua orang bertubuh besar, dari rombongan tjinteng, yang
giliran menjaga malam itu, lagi meronda sampai di pohon
yanglioc ketika, selagi dongak ke atas mereka lihat dua
bayangan terayun-ayun. Cahaya bintang dari rcmbu I an sisir
ada guram, dari itu, mereka tidak bisa melihat nyata, maka
satu di antaranya segera loncat naik ke pohon untuk melihat
tegas, tapi begitu ia lihat kedua sejawatnya, ia kaget sampai ia
rubuh sendirinya, dari mulutnya keluar jeritan hebat.
?Apakah itu?? tanya kawannya, yang datang untuk
menolong. ?Itulah dua kawan kita, yang tergantung,? sahut ini
tjinteng, yang masih mesti tetapkan hati. ?Mereka ada gagah,
cara bagaimana mereka bisa tergantung di situ? Tentu ada
orang jahat yang telah datang kemari?.? ia lantas saja tiup
suitannya. Selagi mereka sibuk dan mcmikir-mikir mereka
yang lainnya, sesudah mana, mereka kasih turun tubuhnya
dua kawan yang bercelaka itu, yang lidahnya telah menjulur,
napasnya berhenti jalan, hingga dia orang itu tak dapat
ditolong pula.
Selagi mereka sibuk dan memikir untuk pergi can? si orang
jahat, mereka lihat beberapa bayangan berlari-lari, seperti
saling mengejar, karena mendugajelek, beberapa yang pandai
ilmu entengi tubuh segera loncat naik ke atas genteng, untuk
memegat. Secara demikian, Boe Wie dan Teng Hiauw jadi
kena terhalang. Atas ini, berdua mereka jadi mendongkol.
?Jangan pegat kita, atau kau orang akan mampus!?
keduanya membentak seraya mereka lompat maju, untuk
mendahului menerjang.
Dua tjinteng, yang tak segagah Sat Kie Khan dan Low Hoay
Liang maju menyerang, akan tetapi dengan cepat, mereka
kena didesak, tetapi, karena mereka tidak dapat segera
dirubuhkan, di sebeiah belakang, Sat Kie Khan dan Low Hoay
Liang telah keburu datang menyusul, maka Boe Wie ada
mendongkol terhadap perintangnya itu, ia lantas mendesak
dengan hebat sekali, pedangnya menyambar bagaikan
melesatnya anak panah, ia arah dadanya orang. Tjinteng itu
terdesak, ia hendak berkelit ke samping, akan tetapi
sedangnya ia tangkis pcdang. tahu-tahu tangan kirinya Boe
Wie, yang menggunai tipu silat ?Kim pa tam djiauw?, atau
?Macan tutul mengulur cengkraman?, sudah mampir di iganya
dcmikian hebat, sampai tulang-tulang iganya pada patah; dia
pun muniah darah, tubuhnya rubuh dengan segera, jiwanya
turut melayang. Adalah di itu waktu, pedangnya Sat Kie Khan
pun datang menyambar!
Diancam bahaya itu, Boe Wie tidak sempat putar tubuh
untuk menangkis atau berkelit ke samping, ia jatuhkan diri ke
depan, untuk tengkurap, sesudah mana, ia teruskan
bergulingan dengan tipu ?Koen tee long? sampai jauhnya
belasan tindak.
Ia hadapi ancaman bencana dan inilah cara satu-satunya
untuk tolong diri.
Pedang musuh pun hampir saja babat kedua kakinya.
Bukan kepalang mendongkolnya Sat Kie Khan karena musuh
itu bisa loloskan diri, tapi keiika ia menoieh pada kawannya,
Low Hoay Liang, ia terperanjat, sebab kawan bukannya dapat
desak musuh seperti dia, kawan itu justeru telah rubuh di
tangannya Teng Hiauw -kena tertendang hingga rubuh
bergulingan jatuh ke bawah, ke tanah!
Low Hoay Liang sangat andalkan sepasang tamengnya,
apabiJa setelah ia berhasil mendesak musuh hingga musuh
angkat kaki, dari itu, setelah dapat mencandak. ia segera
serang Teng Hiauw. Ketika itu orang she Teng ini terpisah dari
Boe Wie kira-kira setumbak lebih, ia dipegat oleh dua tjinteng
Iain, yang kepandaiannya lebih rendah lagi daripada yang
pegat Boe Wie, rupanya dia yang dicegat, karcna ia tidak
beroman bengis sebagai orang she Low itu; scbaliknya ia ada
cakapdan kelihatannya lemah sebagai anak sekolahan. Ten tu
saja mcreka ini tidak sangka, boegeenya Teng Hiauw tidak
ada di bawah boegeenya Boe Wie, hingga mereka telah
menyangka kcliru. Malah dalam ilmu silat Thay Kek, Teng
Hiauw ada terlebih pandai.
Dua tjinteng itu masing-masing menggunai golokdan Thictjio,
ketika keduanya maju memegat, Teng Hiauw bersikap
tcnang, ia awasi gerakan senjata orang itu. Penyerang dengan
Thie-tjio adalah yang maju di muka. Dengan sebat Teng
Hiauw menangkis, ia memapas ruyung besinya orang itu yang
bercagak di gagangnya.
Musuh itupun gesit. Ia menyerang dengan tangan kiri, jika
serangan itu ditangkis, ia barengi menyerang dengan tangan
kanan.
Tapi Teng Hiauw ada tangkas luar biasa, ia tarik pedangnya
untuk diteruskan dipakai membabat lengan kanan orang itu.
Musuh berlaku kurang gesit, tidak ampun lagi, lima jari
tangannya kena terbabat, ia rasakan begitu sakit, sampai ke
ulu hatinya, di antara jeritannya, senjatanya terlepas,
tubuhnya turut rubuh sendirinya, menggelinding diatas
genteng, jatuh ke bawah.
Justeru musuh itu rubuh, kawannya pun maju, dia
menyerang sambil membentak, goloknya dari atas turun ke
bawah, Teng Hiauw tidak perdulikan bentakan orang itu, ia
kelit ke samping, ia menangkis.
Tapi musuh mengegoskan tubuhnya sambil terus iompat ke
depan, hingga ia berada di sebelah belakang dari mana ia
menusuk bebokong orang itu. Ia telah gunai tipu silat ?Ya tjee
tam hay? atau ?Hantu menjelajahi lautan?.
Melihat ancaman bahaya itu, Teng Hiauw Iompat akan
jauhkan diri, ia gunai ?It hoo tjiong thian? atau ?Seekor burung
hoo menyerbu langit?, ia loncattinggi setumbak lebih, dengan
begitu golok musuh mengenai tempat kosong. Ketika ia putar
tubuh, akan pandang musuh itu, ia tertawa terbahak-bahak.
Adalah maksudnya orang she Teng ini, untuk maju
menghampirkan musuh, tapi justeru itu, dari belakang ia, ia
dengar bentakan: ?Bocah, dengan tak meninggalkan tanda
mata, cara bagaimana kau hendak berlalu dari sini?Jagalah!?
Dan suara itu disusul sama sampainya orangnya,
senjatanya siapa juga terus menyambar. Itulah Low Hoay
Liang, yang baharu sampai.
Teng Hiauw mengetahui ada serangan gelap, tanpa
menoieh lagi, ia ?oncat ke depan, setelah lolos dari
serangan, cepat ia memutar tubuh maka di lain saat,
karena musuh merangsang ia, ia sudah mesti melayani musuh
baru ini. ia tahu senjatanya musuh ada berat, ia melayani
dengan hunjuk kegesitannya, kelemasan semua gerakannya,
dengan berlompatan ke segala penjuru, ia bikin musuh seperti
kabur matanya.
Low Hoay Liangjadi mendongkol, terutama belum pernah ia
berhasil menyampok pedang musuh, karena gusar, ia
berkelahi dengan hebat sekali, ia keluarkan kepandaiannya,
terutama ia arah kedua iganya orang itu, paling belakang ia
gunai pukulan ?Tiatsiauw heng tjoe? atau ?Dengan rantai besi
melintangkan perahu?. Ia percaya, sekali ini iabakal berhasil.
Ia pun telah menggunakan tenaga sepenuhnya.
Teng Hiauw lihat datangnya bahaya, tetapi justeru musuh
berlaku bengis, ia hunjuk keberaniannya luar biasa. Untuk
menyingkir dari gencatan itu, ia tidak loncat tinggi
mengapungi diri, ia tidak loncat mundur, ia hanya buang
tubuhnya ke belakang, melenggak, kedua kakinya tctap, cuma
dengkulnya ditekuk. Ini adalah tipu silat ?Tiat poan kio? atau
?Jembatan papan besi?. Tubuhnya jadi telentangsebatas
dengkul, kedua tameng lewat di atasannya; ia telah luputkan
diri dari serangan, tapi berbareng dengan itu, selagi kaki
kirinya ditangkap, kaki kananriya diangkat, dijejaki ke depan,
hebat sekali.
Jejakan ini jitu mengenai dengkulnya musuh, maka
tidak tempo lagi, gugurlah kuda-kuda Low Hoay Liang;
tubuhnya scgera terbalik ke belakang, mbuh bergulmg,
tergelincir jatuh ke bawah genteng! Itulah kejadian pada
saat Boe Wie bergulingan sesudah mana, ia loncat bangun,
untuk balas mcnyerang, atas mana, Sat Kie Khan mcnangkis,
hingga kedua pcdang saling bentur dcngan keras. Orang
Hwee-hwee itu terperanjat apabila ia lihat kawannya rubuh.
Boe Wie lihat lawan itu bengong, cepat sekali, ia maju pula,
akan menyerang kembali. Ia gunai tipu tikaman ?Ular putih
scmburkan bisanya?. Sasarannya adalah pundaknya
musuh. Sat Kie Khan tidak tanckis scrangan itu, ia berkelit ke
samping. tapi justeru ia mengegoskan tubuh, Boe Wie
membarangi loncat melewati ia, lawannya ini terus lari ke arah
pohon yanglioe, dia loncat ke pohon itu untuk keluar seperti
tadi ia dan Teng Hiauw datang.
Teng Hiauw sendiri sudah mendahului, ia menyingkir
dcngan lewati pohon itu juga, hingga di lain saat, mereka
sudah berada di luar pekarangan. Sat Kie Khan tidak sempat
tengok kawannya yang rubuh, bersama dua tjinteng lain, ia
mcngubcr ke pohon yanglioe, sesampainya di situ, ia dapatkan
kedua musuh sedang berdiri di tanah, melambai-lambaikan
dia, yang ditantang untuk turun, buat mereka melangsungkan
pertarungan mereka.
Ia tidak takut, ia berniat loncat turun, untuk menghampiri
mereka, akan tetapi, baharu ia berniat, tahu-tahu pisau belati
dari Boe Wie dan Kim-tjhie-piauw dari Teng Hiauw, telah
menyambar saling susul terhadapnya, hingga ia repot
menangkis dan berkelit, untuk luputkan diri dari serangan
kedua rupa scnjata rahasia itu.
Sesudah itu senjata rahasia yang lolos mengenai cabang
pohon, sampai ada cabang yang patah dan jatuh; Kedua
tjinteng, karena kurang jeli mata dan gesit tubuh telah terkena
piauw pada jidatnya, hingga mereka mandi darah. syukur
serangan tidak hcbat, mereka pun tidak terluka parah.
Kembali serangan pisau belati dan piauw datang menyambar,
mclihat mana, Sat Kie Khan jadi berkuatir. Di atas pohon, ia
tidak bisa bergerak leluasa seperti di atas genteng, dia
menangkis, dia mengegosi tubuhnya, wah alangkah sibuknya
ia! Dua kawannya sudah tidak berdaya.
Selagi ia bersangsi untuk maju atau mundur, serangan
berhenti, sebagai gantinya, ia dengar suara tertawa, yang
makin lama jadi makin jauh. Ternyata, Boe Wie dan Teng
Hiauw telah angkat kaki, lenyap dalam kegelapan. Orang
Hwee-hwee ini melengak. Ia tidak nyana, istana yang terjaga
kuat itu seperti guha harimau dan kedung naga, sekarang
musuh permainkan seperti tanah dataran saja.
Gak Koen Hiong gusar sekali apabila ia telah melakukan
pemeriksaan. Sama sekali ada lima korban jiwa dan empat
korban luka, dan dari yang ke-4 itu, satu bercacat hebat.
Semua korban ada korban-korban pisau belati dan Kim-tjhiepiauw,
kecuali yang Boe Wie hajar dengan tipu pukulan Kimna-
tjhioe. Low Hoay Liang tidak. sampai terbinasa, akan tetapi
ia terus merintih saja, begitupun yang sapat lima jari
tangannya. Yang bikin ia sangat malu dan sakit hati adalah
rambutnya sendiri kena terbabat segumpal.
Dan akhirnya, ada itu surat yang Boe Wie tinggalkan: Itu
ada tantangan untuk pieboe, adu kepandaian, untuk orang
she Law itu mcnuntut balas bagi gurunya.
Maka itu, itu malam juga, Koen Hiong lantas bikin
persiapan akan sambut tantangan Boe Wie. Boe Wie berdua
Teng Hiauw pulang dengan selamat, apabila mereka sudah
berikan laporan ten tang apa yang mereka barusan kerjakan,
Tok-koh It Hang semua menjadi girang sekali.
Lantas bcsoknya pagi, Tok-koh It Hang bersama-sama
Siangkoan Kin, TJiong Hay Peng, Lauw In Eng, dan yang Iainlain,
pergi menghadap Lie Lay Tiong, untuk beritahukan
bahwa orang-orang yang celakai Lioe Kiam dm dan Tjoh Ham
Eng ada konco-konconya Gak Koen Hiong. Dhmjuk
penyelidikan telah dilakukan oleh Teng Hiauw, ahli waris Thay
Kck Pay, dan murid dan puterinya Lioe Kiam Gim Bahwa hal
itu telah menerbitkan kemurkaannya kaum Kang-ouw, hingga
orang meminta keadilan. Mereka bertanya, ketua itu hcndak
ambil tindakan apa.
Sebenarnya Lie Lay Tiong hendak mencegah bentrokan itu,
akan tetapi orang telah desak ia, malah Tok-koh It Hang kata:
?Coba pikir! Lioe Loo-kauwsoe ada seorang kenamaan dalam
kalangan Rimba Persilatan, dia terbinasa secara gelap, tapi
sekarang telah dapat diketahui, dia terbinasa di tangannya
orang sebawahanmu, dari itu, sudah kau tidak ambil tindakan
menghukum orang yang bersalah itu, apa mustahil kau juga
hendak cegah orang mcnuntut balas? Maka dia kehormatan
Kang-ouw kebijaksanaannya? Lioe Loo-enghiong juga telah
bantu banyak pada kau, jikalau kau antap dia tcraniaya,
apakah Iain-lain, orang tak akan tawar hatinya terhadap kau??
?Teng Hiauw baharu saja mewariskan Thay Kek Pay,? kata
Tjiong Hay Peng yang berterus terang, ?apabila dia tidak
membalas sakit hatinya soepehnya, mana dia ada punya muka
untuk ketuai kaumnya itu? Laginya, diajuga ada cucu mantu
dari Ketua Bwee Hoa Koen, maka bagaimanakau bisatinggal
diamsaja?? Lie Lay Tiong bersangsi.
Sebenamya ia tidak niat melindungi Gak Koen Hiong, kalau
ia hendak cegah bentrokan, itu disebabkan ia kuatir pada itu
kctua muda yang berpengaruh, tetapi sekarang, ia kena
didesak, ia tidak mampu kemukakan alasan yang kuat untuk
menolak iebih jauh. Ia juga kuatir, apabila ia menolak, benarbenar
nanti orang berhati tawar terhadap gerakannya .
Sementara itu, dari pihaknya Gak Kocn Hiong, juga ada
dcsakan ?minta keadilan?. Gak Kocn Hiong tidak puas, dia
setuju picboc. Malah dia mengharap Lie Lay Tiong nanti bantu
pihaknya.
Maka akhirnya, ketua ini mengalah, ia an tap mcrcka itu
cari keputusan sendiri.
Pembicaraan telah selesai sesudah dua-tiga hari orang
mondar-mandir antara kedua belah pihak, dengan Lie Lay
Tiong berada di tcngah. Sebab dua-dua pihak ada banyak
kawannya, diputuskan untuk mcndirikan panggung loeitay,
panggung piranti adu kepandaian, supaya orang bertempur
satu Iawan satu dan tidak mengeroyok, dan pieboc baharu
berhenti setelah ada salah satu pihak yang menyerah kaiah.
Kota Pakkhia telah jatuh di bawah pengaruh Gie Hoo Toan
dengan Lie Lay Tiong yang mengizinkan mendirikan loeitay.
sehingga tidak ada pembesar Boan yang bcrani mencegah.
Hari telah dipilih, dan tempat pie-boe sudah ditetapkan,
ialah tanah lapang yang luas dari Gie-lim-koen, tentara
kerajaan, yang bisa muat dua sampai tiga puluh ribu orang.
Dcmikian, setelah ada keputusan,. kedua pihak lantas
bersiap-siap; terutama untuk cari kawan-kawan yang gagah
dari segala penjuru negeri. Di harian yang telah ditetapkan,
tanah lapang jadi penuh dengan banyak orang,
dari pihak
yang berkepentingan, terutama mereka yang hendak
menonton saja; orang-orang pdmerintah Boan tidak
terkecuali.
Loeitay yang didirikan berukuran tinggi satu tumbak
delapan kaki dan lebar tujuh tumbak dua kaki persegi, maka di
situ pastilah orang akan leluasa bersilat dengan tangan
kosong, maupun dengan senjata, pedang dan tumbak. Di situ
pun orang bisa perlihatkan ?Tjeng-kang-soet? atau ilmu
entengi tubuh atau kegesitan gerakan. Di samping kanan dari
loeitay ada didirikan satu panggung lain, yang kecil, untuk juru
pemisah.
Benar pertandingan tidak memperdulikan orang-orang yang
terluka ataupun binasa, tetapi mesti ada kctetapan siapa
mcnang dan siapa kalah.
Sebagai juru pemisah, Lie Lay Tiong angkatdua orang ialah
guru silat kesohor di Pakkhia, Yo Kong Tat, dan soetee dari
Kiang Ek H ian, Ketua dari Bwee Hoa Koen, ialah To Poet
Hoan. Kedua mereka ini ada kenamaan dan ada dikenal oleh
kedua belah pihak,. sebaliknya mereka tidak memihak kepada
salah satu dari dua rombongan yangsaling bertentangan itu.
Mereka pun ada mewakilkan, satu bagi kalangan guru-guru
silat, dan yang Iain untuk kaum Gie Hoo Toan sendiri.
Di samping kiri loeitay ada didirikan ranggon lonceng,
gunanya ada sebagai tanda permulaan dan keberhentian atau
penundaan, umpama ada satu pihak yang kalah dan jatuh,
lain pihak tidak boleh menyusul untuk menyerang terus.
Pada hari yang ditentukan, kebetulan cuaca ada bersih,
angin halus dan hawa udara rnenyenangi. Pada jam
pembukaan, To Poet Hoan muncul untuk angkat bicara,
mcncrangkan bagaimana oleh Ketua Lie Lay Tiong, bersama
Loo-kauwsoe Yo Kong Tat, ia sudah diangkat jadi juru
pemisah. Ia jelaskan, tangan dan kaki tidak mcngenal kasihan,
dari itu siapa terbinasa atau terluka, mesti tcrima itu dengan
ikhlas. Ia pun hunjuk siapa adanya kedua pihak, yang hendak
pieboe, ialah satu ada ahli waris Thay Kek Pay merangkap
keponakan dari Loo-kauwsoe Lioe Kiam Gim serta muridnya
almarhum Uoe Kiam Gim, dan pihak yang Iain ada Gak Koen
Hiong. Ia nyatakan, sebenamya di antara orang sendiri,
urusan bisadidamaikan, tapi sekarang ?dak, dari itu terpaksa
diambil cara Kang-ouw itu, untuk habiskan Perselisihan
dengan jalan adu kepandaian.
?Duduknya persengketaan ada diketahui baik oleh kedua
pihak terapi barangkali tidak oleh semua hadirin,? To Poet
Hoan kata lebrh jauh, ?dari itu aku menjelaskannya?
Benar-benar ada sejumlatohadirin, yang tidak tahu
sebabnya perselisihan itu, mereka ini lantas nyatakan ingin
dengarpenjelasan.
?Menurut keterangannya Teng Hiauw dan Law Boe Wie,
Lioe Loo-kauwsoe terbinasa di tangannya orang
perintahan
dari Gak Koen Hiong,??demikian juru pemisah itu menjelaskan.
?Mereka ini yang ada murid ketiga dari Lioe Loo-kauwsoe,
ialah Tjoh Ham Eng, pun katanya dibinasakan atas titahnya
Gak Koen Hiong. Law Boe Wie pernah tawan salah-satu orang
perintahan dari Gak Koen Hiong yang membinasakan Tjoh
Ham Eng, dia ini telah berikan pengakuan tentang duduknya
hal. Baharu To Poet Hoan berkata sampai di situ, di antara
hadirin segera terdengar suara gemuruh yang berupa seruanseruan,
hingga Gak Koen Hiong dan rombongannya menjadi
bermuka pucat, malu dan mendongkol.
To Poet Hoan lekas ulap-ulapkan tangannya, untuk
meredakan suara berisik itu, sesudahnya, ia bicara puk
?Keteranganku barusan adalah keterangan menurut Law Boe
Wie dan Teng Hiauw,? kata ia ?Pihaknya Gak Koen Hiong ada
mempunyai aiasannya sendiri. Pihak ini bilang, Lioe Lookauwsoe
adu kepandaian, dia teledor, dia kena orang pukul
hingga binasa. Dia sebaliknya telah binasakan dua musuhnya.
Maka, dengan satu jiwa diganti dua jiwa, pihak Gak Koen
Hiong anggap itu pantas. Tcntang penyerbuan tcrhadap Tjoh
Ham Eng, mereka mcnyangkal. Mcrcka anggap keterangannya
Law Boe Wie perihal scorang yang tcrtawan dan mengaku
dosanya, tidak ada buktinya, mereka tolak itu. Mereka katakan
Law Boe Wie sudah kurang hati-hati tidak mcninggalkan
kesaksian yang hid up. Gak Koen Hiong juga tuduh Teng
Hiauw dan Boe Wie ciptakan hal yang tidak-tidak, bahkan
mereka menuduh pihaknya sudah dibokong di waktu malam.
hingga lima saudaranya dan cm pal pah la wan telah terbinasa
dan tcrluka. Mereka minta kcadilan buat lima orangnya yang
terbinasa dan empat yang terluka itu. Demikian kedua pihak
saling menuduh. Sebab urusan sukar didamaikan, sekarang
diadakan pieboe di atas loeitay ini, untuk mencan keputusan.
Jadi pieboe ini bukan karena kegalakan, hanya untuk
mendapatkan kepuasan, saking terpaksa.?
Keterangannya To Poet Hoan ini juga dapat sambutan
teriakan tapi kalah hebat dengan yang pertama.
Poet Hoan tunggu sampai suara sirap, lalu ia terangkan
aturan pieboe Pieboe tidak ada batasnya, hanya orang
mesti
bertanding satu iawan satu.
tidak boleh main mengepung. Kcmudian, juru pemisah ini
wartakan satu hal yang mengejutkan orang banyak. Ialah Gak
Koen Hiong menantang pieboe terhadap Law Boe Wie, karena
ia bersakit hati segumpal rambutnya kena terpapas, hingga ia
tantang Boe Wie, bukannya Teng Hiauw.
?Sekarang loeitay dibuka!? kata ia akhirnya, dengan
suaranya yang keren.
Pembukaan ini disusul dengan suara genta tiga kali.
Sclagai Poet Hoan balik ke mcjanya, scluruh hadirin
bungkam, hingga suasana jadi sunyi sekali. Tapi sebentar
saja, lantas dari rombongannya Gak Koen Hiong loncat naik
seorang bcrtubuh besar dan hitam pakaiannya, yang mclcsat
laksana walct terbang, suatu bukti dari tjeng-kang-soct yang
sempuma.
?Aku minta Teng Hiauw berikan pengajaran kepadaku!?
kata ia setelah ia berdiri tcgak di atas panggung. Dia adalah
Sat Kic Khan, itu wie-soe atau pahlawan orang Hwee-hwee,
yang tempur Boe Wie dengan sia-sia, maka sekarang ia
tantang puteranya almarhum Teng Kiam Beng, karena ia
bcrpendapat, pemuda ini ada terlebih lemah.
Di atas loeitay, bila satu pihak menantang sambil
menyebutkan nama, pihak yang ditantang boleh mcnolak atau
majukan lain orang, akan tetapi Teng Hiauw tidak mau
mengizinkan orang bertingkah menantang ia, dari itu tidak
tunggu sampai To Poet Hoan tanya ia, ia bersedia atau tidak,
ia sudah mendahului loncat naik ke atas panggung. Malah ia
segera nyatakan dengan suara nyaring: ?Terserah kepada kau,
hendak pieboe dengan tangan kosong, dengan pedang atau
senjata rahasia, aku si orang she Teng tidak akan bikin kau
kecewa!?
Sat Kie Khan ada jumawa, segera ia hunus pedangnya yang
panjang, pedang mana terbuat dari besi pilihan keluaran
tanah Tibet, seraya terus ia berkata: ?Adu kepalan tidak
menarik hati, adu senjata rahasia adalah permainan tak
berarti, marilah kita adu pedang saja!?Tapi sebenamya ia jcrih
terhadap piauwnya Teng Hiauw yang liehay dan ia hendak
andali ilmu Thian Liong Kiam-hoat warisan dari gurunya, satu
pendeta lhama yang tua dan berilmu.
Teng Hiauw tertawa ding in, ia lantas hunus pedangnya
Tan-hong-kiam.
?Sahabat, silakan maju!? ia rrtengundang seraya ia pasang
kuda-kudanya secara sembarangan. Itu memang ada cara
permulaannya Thay-kek-kiam, ilmu pedang Thay Kek Pay.
Sat Kie Khan kenali sikap pembukaan orang itu.
Kau hendak gunai kepandaianmu Thay Kek Pay? Hm!? pikir
ia. ?Aku tahu, kau memang hendak menantikan kelelahan
orang, tetapi kaujangan harap itu dari aku!? Lalu, sambil
berseru, ?Sambutlah!? ia maju, ia terns tikam pundak kiri. la
gunai tipu silat ?Liong lie tjoan tjim? atau ?Puteri naga
menusuk jarum?. Ini ada tipu ancaman yang disusul dengan
kesungguhan Teng Hiauw berdiri tegar bagaikan gunung, ia
tunggu sampai ujung pedang hampir mengenai sasarannya,
baharu dengan tiba-tiba lengan kanannya bergerak, sambil
tubuhnya turut nyamping, ia babat lengan kanan orang
itu
dari kiri ke kanan. Ia gunai tipu silat ?Kim tiauw tian tjie? atau
?Garuda emas pentang sayap?.
To Poet Hoan dan Yo Kong Tat diam-diam memuji
gerakannya itu, suatu bagian yang liehay dari Thay-kek-kiam.
Ini satu gerakan saja sudah menyebabkan anak rnuda ini
menang diatasangin.
Sat Kie Khan terperanjat untuk caranya musuh menge
lakkan diri itu, karena berbareng iaterancam bahaya akan
lengannya terbabat kutung. Syukur ia bermata jeli dan gesit
tubuhnya. Ia bcrkelit mundur sambil miringkan tubuh,
hinggahampir saja iga kjrinya yang menjadi korbannya ujung
pedang musuh itu. Setelah itu, dengan sebat ia putar tubuh,
akan balas menikam pula. Kali ini ia gunai ?Tjoen in tha tian?
atau ?Mega musim semi mendadakan terbuka?. Cara memutar
tubuhnya pun sebat luar biasa.
Teng Hiauw berdiri di tempatnya, ketika ujung pedang
menyambar, ia sedot perutnya, tubuhnya dibikin melengkung,
dengan begitu, iadapat loloskan din dari bahaya. Tapi di lain
pihak, selagi tubuhnya ccnderung, tangannya, pedangnya,
membarengi membabat dengan ?Giok lie touw so? atau
?Bidadari menenun?. Kapan musuh elakkan diri sambil
mundur, ia menyusul menyabct pula dengan ?Kim kee toat
siok? atau ?Ayam emas mcrcbui gandum?. Dua-dua kalinya ia
membabat pinggang.
Dengan tcrpaksa. Sat Kie Khan mundur berulang-ulang.
Karena ini ia jadi gusar sckali. Maka itu, sambil mcnjcrit.
iamerangsek. Sckali ini, ia keluarkan sungguh-sungguh ilmu
pedangnya Thian-liong-kiam.
Thian Liong Kiam-hoat, ilmu pedang dari Tibet, yang
pendeta lhama biasa gunai untuk melindungi gunungnya,
terdiri dari delapan belas ?jalan?, dan setiap scmbiIan jaian
terpecah-pecah pula hingga semuanya menjadi seratus en am
puiuhdua jurus, dari itu tidaklah heran, bila gerakannya ada
pelbagai macam, dan sebab serangan lebih banyak daripada
pembelaan diri, terjangan ada gencar bagaikan hujan deras.
Semua pcnonton lihat bagaimana Teng Hiauw dan
pedangnya seperti terkurung dalam keredepan-pedangnya
orang Hwee-hwee itu, hingga rombongan yang memihak
kepadanya jadi kebat-kebit hatinya.
Mclainkan adalah juru pemisah To Poet Hoan, yang
menyaksikan terus dengan tenang, dengan kekaguman,
karena iasudah lihat tegas, bagai man a anteng dan
mantapnya Teng Hiauw. Ia anggap puaslah Kiang Ek Hian,
soehengnya, yang telah mempunyai babah mantu demikian
liehay.
Dengan sebenamya, walaupun ia didesak, seperti dikurung,
Teng Hiauw bikin perlawanan dengan tenang tetapi tak kalah
gesitnya. Ia taat kepada ajaran Thay Kek Pay untuk lawan
kekerasan dengan kelemasan dan keuletan. Maka itu, sampai
habis Sat Kie Khan gunai semua pukulannya, ia tetap tidak
suka mcmbcrikan ketika. Di akhimya, wie-soe itu sendiri yang
kewalahan dan jadi si buk, hingga di luar keinginannya,
permainan pedangnya mulai menjadi tak tcratur lagi.
Teng Hiauw bela diri sambil nantikan ketika yang baik,
sekarang ia lihat ketikanya itu sudah sampai, ia tidak mau
mensia-siakannya. Di saat Sat Kie Khan bertindak di garis
?Tiong kiong? (tengah), ia maju sambil injak garis ?Hong
boen? (tengah musuh), hingga lantas saja mereka saling
berhadapan, membarengi mana, pedangnya menikam.
Sat Kie Khan kesima, ia menangkis secara kesusu, tapi
pedang lawan telah tekan ujung pedangnya, ia gunai seantero
tenaga, untuk meloloskan tekanan itu, apa mau Teng Hiauw
telah putar pedangnya secara melilit, gerakannya membetot,
maka lidak tempo lagi, cekalannya orang Hwee-hwee itu
terlepas, pedangnya terlempar jatuh ke lantai panggung. Ia
jadi sangat kaget, semangatnya seperti terbang pergi, tidak
tempo lagi, dengan gerakan ?Sin liong tiauw sioe? atau ?Naga
suci menggoyang kepala?, ia memutar tubuh untuk mengaku
kalah, guna tolongi dirinya. Apa lacur untuk ia, ia kalah sebat,
pedangnya Teng Hiauw sudah menyambar lengannya yang
kanan, hingga sebelah tangannya terbabat kutung, hingga
rubuhlah ia dengan mandi darah dan tak sadar akan dirinya.
Gak Koen Hiong semua menjadi kaget, tetapi mereka licik,
mereka lantas berteriak-teriak memprotes, mengatakan Teng
Hiauw curang, orang
sudah kalah dan sedang undurkan diri.
masih saja diserang, hingga terluka.
To Poet Hoan tidak gubris protes itu, ia bunyikan gentanya,
satu tanda babak pertama sudah habis dengan kekalahannya
pihak Gak Koen Hiong itu. Ia kemukakan alasan, sesudah
orang loncat turun ke tanah, baharu dia tidak dapatdikejar,
tetapi Sat Kie Khan masih sedang berlompat tinggi, hingga dia
masih boleh disusul, sebab orang toh tidak tahu, dia masih
hendak melawan terus dengan tangan kosong, kecuali dia
berseru menyatakan menyerah.
Pihaknya Gak Koen Hiong, walaupun mereka mendongkol,
terpaksa mesti tutup mulat. Mereka lantas berdamai, memilih
satu erang lain, untuk maju pula. Pilihan itu jatuh atas dirinya
Kheng To Hoan. Toa-totjoe atau Ketua dari rombongan Hay
Yang Pang. Dia ini sudah berumur lima puluh lebih, senjatanya
ada Gin-hoa Ban-djie-toat, semacam gaetan piranti menggaet
golok atau pedang musuh. Itu ada ilmu silat simpanan dari
Keluarga Tong dari Shoasay. Ia me nan tang taytjoe pertama.
Teng Hiauw sudah loncat turun dari panggung, ia
bersenyum apabila ia lihat ada lagi lawan yang menantang ia.
Ia bersedia untuk sambut tantangan itu, tetapi selagi ia
hendak berlompat naik, Tok-koh It Hang tekan tubuhnya.
?Jangan naik pula, Hiantit,? kata jago tua dari Liauw-tong
itu. ?Kesatu, kau tidak boleh kasih dirimu dilawan terus
beruntun-runtun, kedua kau mesti insyaf, kau adalah Tjiangboen-
djin, ahli waris.?
Sambil mencegah demikian, Tok-koh It Hang menoleh
kepada rombongannya, untuk pilih satu orang,
tetapi belum
sempat ia menyebut nama, tahu-tahu Lauw In Eng, ahli waris
dari Ban Seng Boen, yang tidak sabaran, sudah mendahului
loncat naik ke atas loeitay. Dia ini, sebagai adik dari Lioe
Toanio Lauw In Giok, gusar atas kebinasaan tjiehoenya,
iasengaja datang dari tempat jauh, untuk menuntut balas,
maka itu, sebagai Tok-koh It Hang sendiri, dengan sendirinya
ia berpihak pada Teng Hiauw dan Boe VVie.
?Kau hendak berkelahi sebagai roda mutar?? In Eng tegur
Kheng To Hoan sambil ia tertawa nyindir. ?Teng Hiauw tak
jerih terhadap kau, dia hanya sungkan layani padamu!
Marilah, sebagai tembaga ponyok lawan besi bonyok, kau
layani aku si tua bangka main-main!?
Habis itu, jago Ban Seng Boen ini hunus goloknya.
Kheng To Hoan ada seorang Kang-ouw kenamaan, ia gusar
sekaJi mclihat dirinya diperhina, tapi ia masih bisa kendalikan
diri, hingga dcngan d ingin, ia kata: ?Siapa yang berguna atau
liada, biarlah gegaman kita yang memutuskan, jangan kau
mainkan lidahmul?
Dan ia perlihatkan sepasang senjatanya yang beroman
tumbak bukannya tumbak, beroman kampak bukannya
kampak, di gagang ada cagak pclindung tangan. Itulah dia
Gin-hoa Ban-djie-toat, alat pembetot golok dan pedang!
Begitu Iekas ia pertunjuki senjatanya, Kheng To Hoan
lantas menyerang. Tangan kirinya dipakai melindungi
dadanya, tangan kanannya diulur ke depan, membacok.
In Eng segera mundur apabila ia tampak serangan itu, ia
terkejut, karena ia mcngcrti musuh bukan musuh
sembarangan. Tetapi ia mundur bukan untuk menyingkir, ia
gunai tempo akan putar golok Toanboen-
too, untuk kaki kiri maju ke kiri, goloknya menyabet
ke lengan lawan bahagian nadi. Inilah gerakan ?Ang hee koan
jit? atau ?Sinar layung merah menawungi matahari?.
Kheng To Hoan tarik pulang tangan kanannya, tangan
kirinya dipakai menangkis, hingga kedua senjata bentrok
hingga menerbitkan suara nyaring, sampai lelatu api terbang
muncrat. Ketika In Eng tarik pulang goloknya, bagian goloknya
yang bentrok jadi sedikit kentop. Tapi segera ia mendesak, ia
mainkan jurus- jurus dari Ngo-houw Toan-boen-too.
Kheng To Hoan telah yakinkan senjatanya untuk beberapa
puluh tahun, ia tidak jerih walaupun lawan desak ia secara
hebat, malah di sebelahnya menangkis dan berdaya akan tarik
golok musuh, ia juga balas menyerang tidak kurang seruhnya.
Maka itu, berdua mereka telah jadi satu tandingan yang
setimpal, pertandingan mereka luar biasa seruhnya.
Puluhan jurus telah dikasih lewat dcngan cepat, sesudah
sampai jurus kelima puluh, dcsakannya Lauw In Eng menjadi
kurang sendirinya, hingga sekarang ia jadi lebih banyak
membela diri. Ia insyaf bahwa ia tak bakal dapat kalahkan
musuh, dari itu ia mcmikir akal untuk memancing musuh,
maka dengan sendirinya, ia nampak jadi lcbih lambat. .
Kheng To Hoan mendesak terus, apapula sekarang ia I ihat
musuh kalah ulet, nampaknya ia ingin sambar terlepas golok
musuh. Sebentarkemudian, Ban-djiet-toat kanan sudah bentur
golok lawannya, atas mana In Eng menggeser tubuh ke kiri,
goloknya segera digeraki, dari bawah menyabet ke atas.
Apabila sabetan ini memberi hasil, gegaman musuh mesti
terlepas.
To Hoan ada seorang yang banyak pengalamannya,
walaupun ia lagi hadapi ancaman bencana, ia tidak jadi
gugup. Begitulah ketika ia disabet, ia ketinggikan tangannya,
ujung gaetannya disengaja berkelebat di mukanya lawan itu,
di lain pihak, gesit seperti sambaran angin, tangan kirinya
menyambar lengan kanan orang itu yang lagi menyabet.
Keadaan jadi berputar balik dengan cepat sekali. In Eng
mesti tolong dirinya, ia tidak dapat membacok terus dan sukar
juga untuk tangkis serangan kiri dari lawan itu. Tidak ada jalan
lain, iaenjot kedua kakinya, akan berlompat tinggi ke samping.
Tapi, selagi ia berlompat menyingkir, gegaman musuh,
dengan anginnya mendahului, sudah susul ia di belakangnya.
Ia telah injak pinggiran panggung, desakan To Hoan membuat
ia sukar untuk memutar tubuh. Tapi tak percuma dia menjadi
ahli waris Ban Seng Boen atau adiknya Lioe Toanio, dalam
saat terancam itu, ia masih sempat berpikir, selagi ia tidak
bisa putar tubuh atau menangkis, dengan mendadakan ia
terus tekuk kedua lututnya, untuk mendekam, sesudah mana
dengan kepala dimajukan ke depan, tubuhnya terus
dimiringkan, tangan kanannya dikasih turun rendah sekali,
untuk jaga supaya ia tidak sampai ngusruk, tetapi begitu lekas
serangan sudah lewat di atas bebokong, gesit sekali ia angkat
tubuhnya bangun, goloknya dipakai balas membacok orang
punya pundak kiri, sedang tangan kirinya, yang kosong,
dibarengi dipakai menggempur pundak kanan orang. Itu ada
Ngo-houw Toan-boen-too punya salah satu tipu pukulan yang
dinamai ?Sam yang kay thay? atau ?Keberkahan pembukaan
tahun?.
Kheng To Hoan mengharapi kemenangan terakhir, ia tidak
sangka musuh masih bisa eiakkan rangsekannya yang
berbahaya itu, sebaliknya, sekarang ialah yang terancam
bahaya. Tapi ia masih keburu tarik pulang kedua tangannya,
dengan senjatanya yang kiri ia coba tangkis golok Ban-sengtoo
dengan senjata yang kanan ia gaet lengan kiri musuh.
Hingga kembali In Eng yang menghadapi bahaya pula.
In Eng coba tolongi dirinya, tetapi goloknya kena tergaet,
untuk loloskan itu, ia segera pasang kuda-kudanya, ia
membetot keluar sambil ia berseru: ?Turunlah kau!? Ia harap,
kalau toh mereka sama-sama rubuh ke bawah panggung, ia
masih bisa lindungi nama baiknya.
Juga Kheng To Hoan membelai kehormatannya, selagi ia
kena terbetot, hingga ia berada di tepi panggung, ia k?eburu
tancap kaki kirinya, dari itu sambil pasang kuda-kuda, ia balas
menarik dengan keras, sampai kuda-kudanya In Eng
tergempur, tubuhnya terpelanting, melayang jatuh ke bawah
panggung.
Ia telah gunai tenaga sangat besar, tubuhnya turut
bergoyang-goyang, kakinya limbung, sampai ia tak dapat
pertahankan diri, setelah sempoyongan, ia pun jatuh, hanya ia
rubuh di atas panggung.
Sekaiian penonton kagum bukan main, umumnya orang
keluarkan keringat ding in melihat bahaya-bahaya yang saiing
mcngancam kedua pihak. Di saat terakhir itu, kclihatan nyata
kepandaiannya tandingan itu. Syukur buat In Eng, selagi
jatuh, ia bisa j umpalitan. hingga ia jatuh dengan bcrdiri. tidak
dcmikian dengan To Hoan, yang rubuh terguling walaupun di
atas panggung.
Segera orang riuh membicarakan, siapa menang siapa
kalah. Selagi mereka itu belum bisa kasih pulusan, genta
sudah berbunyi dan Yo Kong Tat sebagai juru pemisah,
sebagai wasit, telah memutuskan, Kheng To Hoan adalah
yang menang. Putusan ini didasarkan, siapa yang jatuh
kebawah panggung, dialah yang kalah, meskipun To Hoan
rubuh, ia rubuh di atas panggung. In Eng tidak terguling, tapi
ia terpelanting dari atas panggung. Siapa rubuh di atas
panggung, kendati ia terluka, ia masih dianggap menang.
Dcmikian Kctua dari Hay Yang Pang, yang telah berbangkit
berdiri, dengan roman puas atau jumawa, segera menantang,
siapa berani naik akan berikan pengajaran padanya.
?Aku tak jerih melakukan perlawanan bergiliran!? demikian
ia sombongi diri.
Tadi To Hoan tantang TengHiauw, In Eng hinakan dia,
sekarang ia dianggap menang, ia sengaja mengejek.
Sebenarnya, ia pun berhak untuk menolak pertandingan lebih
jauh, tapi karena hendak menghina, ia tidak gunai haknya itu.
Akan tetapi, baharu ia tutup mulutnya, atau satu orang
berkelebat naik di depannya, apabila ia sudah lihat nyata
orang itu, mau tidak mau, ia terperanjat. Yang baharu naik ini
ada satu nona yang tubuhnya langsing kecil.
Nona ini ada Lioe Bong Tiap, dia lihat engkoenya kalah, dia
jadi gusar, tidak bcrdamai lagi, ia loncat naik ke atas locitay.
Maka itu, ia tidak saja bikin heran Kheng To Hoan, ia pun
mengejutkan semua orang di bawah panggung, tak kecuali
pihaknya sendiri. Lebih-lebih orang tahu, dia ada satu nona
umur belasan, yang belum terkenal, dan Kheng To Hoan ada
Ketua Hay Yang Pang yang kenamaan terutama di lima
propinsi di Utara. Juga Teng Hiauw dan Boe Wie, mereka
masih kuatir

^