Pendekar Laknat 8
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong Bagian 8
g itu menukas, "Aku Lu
Bu-ki, dunia persilatan menggelari dengan julukan Ruyungbesi-
pelor-sakti. Pemimpin dunia Rimba Hijau daerah
selatan...."
525 Kemudian sambil menunjuk kepada berpuluh orang yang
mengepung Siau-liong tadi, Lu Bu-ki menerangkan, "Mereka
adalah jago2 pilihan dari Rimba Hijau!"
Dalam membawakan kata2 itu, disertai juga dengan
gerakan tangan dan kaki.
"Hm, kiranya orang ini seorang benggolan penyamun!"
diam-diam Siau liong membatin.
"Bagaimana saudara kenal padaku?" tanyanya.
Jawab sitinggi besar. "Aku datang memenuhi undangan
Ceng Hi totiang dan tahu kalau Pendekar Laknat juga ikut
serta dalam gerakan membasmi Lembah Semi. Dengan begitu
kita ini sekarang menjadi orang sendiri...."
Dia berhenti sejenak, menatap wajah Siau-liong lalu
tertawa, "Dahulu aku tak sempat ikut dalam gerakan Ceng Hi
totiang untuk menindas Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Sekalipun belum pernah bertemu dengan saudara, tetapi
sudah mendengar cerita orang. Maka sekali lihat aku sudah
dapat mengenal saudara...."
Ucapannya gamblang, nadanya nyaring dan tertawanya
lepas bebas. Ia maju menghampiri lalu menepuk bahu Siauliong,
"Aku paling kagum pada saudara. Membunuh manusia
yang harus dibunuh, sebagai suatu kesenangan. Selama
hidup. aku memang berpendirian begitu juga!"
Siau-liong diam-diam membatin, orang itu benar-benar
amat kasar tingkahnya.
Setelah keempat penyerangnya mundur, Mawar Putih
memandang dengan isyarat mata kepada Siau-liong.
526 Maksudnya suruh pemuda itu menyusulnya. Habis memberi
isyarat, ia terus loncat lari.
Tetapi karena terhalang oleh sitinggi besar Lu Bu-ki,
disamping ia memang masih suka membawa kemauan sendiri,
Siau-liong tak mau. Ia masih mengkal kepada dara itu.
Andaikata saat itu Mawar Putih mau membawanya keseberang
laut menemui ibunya, tentulah ia tak usah mengalami
penderitaan di Lembah Semi. Tak usah ia harus meminum
racun jong-tok dari Poh Ceng-in.
Sekarang dirinya sudah menjadi sedemikian rupa,
nyawanya tinggal setahun lagi, lalu dara itu bersedia
mengajaknya keseberang laut. Huh, apa perlunya"
Dengan mendendam perasaan mendongkol itu, Siau-liong
tak mempedulikan dara itu dan malah melanjutkan
percakapannya dengan Lu Bu-ki.
Karena ternyata Siau-liong tak menyusul, tak berapa
jauhnya, Mawar Putih pun berhenti dan beristirahat dibawah
sebatang pohon.
Dalam pada itu teringatlah Siau liong akan Lam-hay Sin-ni
dan rombongan Iblis-penakluk-dunia yang tiba- tiba
meninggalkan gua. Maka bertanialah ia kepada kepala begal
itu, "Apakah saudara sejak tadi terus tetap menjaga di tempat
ini?" "Benar, dilingkungan 50 tombak dari tempat ini semua
dijaga oleh anak buahku...." kata Lu Bu-ki.... Kemudian ia
menunjuk ke arah kiri, katanya, "Yang sebelah kiri itu adalah
rombongan Ang-cek-pang, sebelah kanan Siau-lim-pay.
Sekeliling Lembah Semi sudah dikepung rapat sekali,
Sekalipun seekor burung, tak mungkin dapat terbang keluar
dari lembah."
527 Kepala penyamun daerah selatan itu memang seorang yang
suka bicara secara blak-blalan. Dan sekali bicara tentu tak
kena disetop. Maka ia terus melanjutkan saja kata-katanya,
"Ceng Hi totiang telah mengeluarkan perintah rahasia. Akan
menggunakan api untuk membumi-hanguskan Lembah Semi.
Rasanya saat ini tentu sudah akan segera bergerak...."
Memandang jauh kemuka, memang Siau-liong melihat
dibalik semak dan tempat2 jang pelik, terdapat persiapan2
bahan pembakar serta berkarung-karung obat api.
Melihat Lu Bu ki itu seorang kasar yang agak ketololtololan,
Siau-liong tak mau mendesak pertanyaannya tentang
Lam-hay Sin-ni dan rombongan Iblis-penakluk-dunia lagi. Ia
anggap tak berguna.
Lalu ia alihkan pertanyaan, "Apakah saudara tahu dimana
tempat rombongan Kay-pang?"
Lu Bu-ki segera menuding, "Dari sini kekiri kira2 satu li,
melalui tempat rombongan Ang-cek-pang. Go-bi-pay, Tiamjong-
pay, Ji-tok-kau, disiiulah pos penjagaan rombongan Kaypang!"
Karena anggap tak perlu lebih lama berada disitu, Siauliong
segera pamit. Lu Bu-ki benar-benar amat menghormat
kepada Siau-liong. Dengan tersipu-sipu ia memberi hormat
dan mempersilahkan Siau-liong tinggalkan tempat itu.
Baru beberapa langkah Siau-liong berjalan, tiba-tiba dari
sebelah kanan hutan muncul seorang baju hitam dengan
memegang panji warna merah.
528 Lu Bu-ki cepat maju menyongsong. Orang baju hitam
membisiki kedekat telinga Lu Bu-ki lalu bergegas-gegas
melanjutkan berjalan kemuka lagi.
Sitinggi besar Lu Bu-ki tertawa nyaring. Wajahnya gembira,
semangatnya menyala. Sambil gerakkan kedua tangan ke
atas, ia berseru nyaring, "Anak-anak, kita segera akan
bergerak!"
Dari dalam hutan, berhamburan keluar berpuluh-puluh
lelaki berpakaian ringkas. Kebanyakan mereka berumur antara
30-an tahun. Dipimpin Lu Bu-ki, kawanan anak buah penyamun itu
segera membawa kayu bakar, obat pasang dan bahan2
pembakar, menuju kepuncak gunung dari Lembah Semi.
Siau-liong memandang cuaca. Saat itu diperkirakan sudah
jam 7 pagi. Ia duga Iblis-penakluk-dunia tentu tak mau
melepaskan It Hang totiang dan rombongannya. Maka Ceng Hi
totiang segera mengeluarkan perintah untuk menyerang
Lembah Semi. Tetapi pada saat memandang kepuncak gunung yang
mengelilingi Lembah Semi, diam-diam Siau-liong kerutkan alis.
Lembah itu luasnya tak kurang dari 10 li. Dengan api,
dikuatirkan tak dapat memberi hasil seperti yang diharapkan.
Dengan bahan peledak, mungkin dapat menghancurkan alatalat
jebakan dalam lembah itu. Tetapi kalau hendak
meratakan lembah itu menjadi karang api, benar-benar tak
mungkin. Tengah ia merenung, tampak ratusan batang kepala
manusia tengah bergerak masuk kemulut lembah. Dan
sepanjang kaki puncak gunung pun telah terbakar. Merupakan
sebuah gunung yang bersalur jalur api.
529 Apalagi kala itu sedang dalam pertengahan musim rontok.
Pohon dan tumbuh-tumbuhan kering semua. Api cepat sekali
meranggas besar.
Siau-liong memperhatikan dengan seksama. Kecuali
melepas api, pun segenap pelosok hutan penuh bersembunyi
ratusan tokoh2 anggauta rombongan Ceng Hi totiang yang
siap untuk bergerak. Mulut lembah itu merupakan satusatunya
jalanan masuk-keluar lembah. Dan mulut lembah itu
telah dijaga ketat sekali sehingga tak mungkin orang Lembah
Semi dapat terhindar dari sergapan mereka.
Diam-diam Siau-liong memuji kelihayan Ceng Hi totiang
mengatur barisan. Rasanya Lembah Semi pasti dapat
dihancurkan. Dalam pada itu pikiran Siau-liong masih melekat pada
peristiwa digua tadi. Mengapa Iblis-penakluk-dunia tak berani
memasuki gua itu dan hanya menunggu diluar saja. Lalu
apakah Lam-hay Sin--ni sudah dapat dipikat kedua suami isteri
iblis itu masuk ke dalam lembah"
Sambil berpikir, kaki Siau-liong tetap berjalan dan saat itu
hampir tiba ditempat Mawar Putih menunggu. Dara itu berdiri
menghadap kesebelah belakang, tak mau berpaling
menyambut Siau-liong.
Diam-diam Siau-liong tak puas melihat perangai Mawar
Putih yang mau menang sendiri. Maka sengaja ia tertawa
dingin dan menegur, "Ah, apakah nona masih belum
berangkat?"
Mawar Putih diam saja. Tetapi kedua bahunya bergetaran
seperti orang yang tengah menangis.
530 Melihat itu timbullah rasa penyesalan Siau-liong. Betapa
buruk perangai dara itu, namun dia sudah melayani ibu Siauliong
bertahun2. Atas dasar kenyataan itu, dapatlah sudah
dara itu dianggap sebagai adiknya sehdiri. Apalagi sekarang
Mawar Putih seorang diri mengembara di dunia persilatan
Tiong-goan, demi melaksanakan pesan ibu Siau-liong untuk
menuntut balas dan mencari jejak Siau-liong.
Ah, seharusnya ia membalas budi kepada Mawar Putih.
Mengapa dikarenakan sedikit percekcokan mulut saja. ia harus
memperlakukan dara itu dengan sikap yang dingin"
Makin merenungkan, Siau-liong makin berkabut sesal. Dan
terbayanglah sikap dan kebaikan, dara itu selama ini. Tanpa
disadari Siau-liong air mata berlinang-linang terharu.
"Adik Mawar....!" serunya pelahan.
Serentak dara itu berpaling diri. Tampak mukanya masih
membekas air mata.
"Adik Mawar, tak seharusnya kuperlakukan engkau begini,
aku...." Siau-liong menghela napas, "aku pantas dicincang!"
Sepasang mata dara itu berkilat-kilat menatap Siau-liong.
Sekonyong-konyong ia lari dan menubruk kedada Siau-liong.
"Akulah yang salah. Tak seharusnya kubikin panas
hatimu.Maafkanlah...."
Mawar Putih mengangkat muka memandang muka Siauliong,
"belasan tahun aku melayani suhu. Tiap kali suhu tentu
membicarakan dirimu. Dan tiap kali itu pula ia selalu
mengatakan bahwa beliau mengharapkan, kelak kita
berdua...."
531 Mawar Putih menghela napas, lalu melanjutkan, "Memang
aku sendiri yang salah. Jika tempo hari lekas2 kubawa engkau
pulang keseberang lautan, segala apa tentu beres! Ho.... aku
memang celaka!"
Sesaat Siau-liong pun tak dapat berkata apa2. Bayangan
maut tetap menghantui dirinya. Paling lama ia dapat hidup
setahun lagi. Dan pada saat itu ia masih memikul beban tugas
yang banyak dan berat. Sekalipun dapat berjumpa dengan
ibunya, tetapi hanya berapa lamakah ia dapat berkumpul
dengan ibunya itu"
"Segala sesuatu memang sudah diatur menurut garis hidup.
Ada beberapa hal yang kita manusia tak mampu merobah
garis perjalanan hidup itu. Karenanya terpaksa kita pasrah
saja," kata Siau-liong dengan rawan.
"Apakah kita tak dapat pergi sekarang?"
Siau-liong gelengkan kepala, "Sekarang aku masih
mempunyai beberapa kewajiban yang harus kuselesaikan lebih
dulu. Tetapi semua itu pun paling lama dalam empat hari
tentu sudah rampung...."
Berhenti sejenak. Siau-liong berkata pula, "Apakah nona
mau menunggu aku di siok-ciu?"
Mawar Putih deliki mata, "Ih, mengapa memanggil 'nona'
lagi" Apakah hubungan kita...."
"Adik Mawar" buru-buru Siau-liong menukas.
"Aku tak mau membiarkan engkau seorang diri menghadapi
bahaya disini. Jika engkau tak mau berangkat keseberang
laut, aku pun tetap akan menemani engkau disini!"
532 Siau-liong kerutkan alis, "Dalam waktu singkat lembah ini
akan menjadi gelanggang pertumpahan darah.... maaf, terus
terang kukatakan, jika engkau berada disini, bukan saja tak
dapat membantu bahkan kebalikannya malah menambah
bebanku!" Tetapi Mawar Putih tetap menolak....
---ooo0dw0ooo---
Jilid 10 "Apapun juga dan tak peduli engkau hendak pergi kemana,
aku tetap ikut. Sampai kita nanti ke seberang laut menjumpai
suhu!" kata Mawar Putih.
Siau-liong terpaksa mengiakan. Dilihatnya orang2 yang
berada dalam hutan itu menumpahkan perhatian ke arah api
yang sedang berkobar di atas gunung. Mereka tak
mempedulikan gerak gerik Siau-liong dan Mawar Putih.
Berkata pula Mawar Putih, "Mulai saat ini aku menurut saja
apa perintahmu. Apakah kita akan berangkat sekarang?"
Siau-liong tertawa hambar, menarik Mawar Putih terus
diajak lari ke arah kiri. Saat itu api makin berkobar besar.
Lembah Semi seolah-olah terbungkus oleh gumpalan asap
tebal. Tak dapat disangsikan lagi, gunung itu pasti akan gundul.
Adakah pembakaran itu akan dapat menjalar ke dalam
Lembah Semi atau tidak, tapi sekurang-kurangnya Iblispenakjuk-
dunia tentu akan getar nyalinya. Dan Lembah
Semipun akan terpencil menjadi semacam pulau tersendiri.
533 Dengan begitu mudahlah dikurung dari segenap penjuru oleh
barisan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang.
Apa yang dikatakan Lu Bu-ki tadi memang benar.
Sepanjang jalan, Siau-liong melihat rombongan orang2 Angcek-
pang, Go-bi-pay, Tiam-jong-pay dan Ji-tok-kau mengatur
barisan dengan ketat. Seolah-olah merupakan tembok
manusia.... Mereka bergerak dengan rapi. Baik melepas api,
melakukan penyelidikan, penjagaan dan pekerjaan koordinasi
satu sama lain.
Agaknya Ceng Hi totiang memang sudah memberitahukan
kepada sekalian rombongannya tentang ikut sertanya
Pendekar Laknat membantu gerakan mereka, Maka walaupun
tanpa membawa pertandaan apa2, hanya dengan melihat
wajahnya saja, orang2 itu sudah mengetahui Pendekar Laknat
dan membiarkan dia berjalan.
Tak berapa lama, tibalah Siau-liong dan Mawar Putih
ketempat penjagaan yang dijaga oleh anak buah Kay-pang.
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ternyata tempat itu terletak disamping kanan barisan pohon
Bunga, di belakang Lembah.
To Kiu-kong tampak bersemangat sekali memimpin orangorangnya,
menebang pohon dan mengangkuti batu, melepas
api membakar gunung. Mereka terkejut serta melihat Siauliong
dan Mawar Putih muncul.
Menurut anggapan To Kiu-kiong, dara itu mempunyai
hubungan istimewa dengan cousu-ya Kay pang yakni Kongsun
Liong. Sudah tentu mereka heran melihat Mawar Putih
muncul, pada hal jelas Kongsun Liong masih belum ketahuan
hasilnya dalam lembah.
Dan masih ada sebuah hal yang membuat To Kiu-kong tak
habis mengerti. Ketika kemarin malam Pendekar Laknat
534 berbaku hantam dengan Lam-hay Sin-ni, jelas dilihatnya
Pendekar Laknat telah menggunakan ilmu pukulan Thaysiang-
ciang. Pada hal ilmu pukulan itu adalah ajaran dari
ajaran Pengemis Tengkorak Song Thay kun.
Pengemis-tertayya Tio Tay-tong dan kedua pengemis
pincang segera menghampiri ke belakang To Kiu-kong.
Mereka memandang Siau-liong dan Mawar Putih dengan
penuh keheranan.
"Pendekar Laknat," tegur To Kiu-kiong dengan menekan
keheranan. Siau-liong cepat membalas hormat, "Semalam aku minta
tolong padamu untuk membelikan obat, entah apakah ,...."
To Kiu-kiong cepat menyambuti, "Malam itu juga telah
kusuruh orang untuk membelikan ke Siok-ciu.... ," ia kerutkan
dahi, katanya pula, "mungkin segera datang!"
Siau-liong mendesah lalu melanjutkan langkah kemuka.
Disebelah muka situ merupakan daerah barisan Pohon Bunga
yakni satu-satunya jalan keluar masuk Lembah Semi.
Disebelah muka barisan pohon Bunga itu. dijaga oleh para
imam tua yang mengenakan jubah warna kuning, menyanggul
pedang dipunggung.
Ternyata mereka adalah rombongan murid Kun-lun-pay
yang dipimpin sendiri oleh Ceng Hi totiang.
Ceng Hi totiang yang berperawakan tinggi kurus itu sedang
berdiri dimuka barisan pohon bunga. Dibelakangnya dikawal
oleh lima imam kecil-menyanggul pedang.
Siau-liong dan Mawar Putih segera menghampiri.
535 "Ah, Pendekar Laknat benar-benar menepati janji...." seru
Ceng Hi totiang seraya memberi salam.
Kemudian ia memandang mawar Putih, bertanya, "Dan
ini...." "Nona Putih, Mawar Putih, kenalan lama," buru-buru Siauliong
menyambutinya. Lalu tertawa.
Sambil mengurut jenggotnya, Ceng Hi totiang pun tertawa,
"Sungguh mengharukan sekali bahwa nona Putih yang masih
muda belia, bersedia ikut juga dalam gerakan membasmi
kaum durjana!-'
"Ah, totiang keliwat memuji, " Mawar Putih merendah lalu
tersenyum kepada Siau-liong. Tetapi pemuda itu batuk2 dan
cepat palingkan muka agar jangan sampai ketahuan Ceng Hi
totiang. Saat itu hutan disekeliling lembah sudah terbakar hanya
barisan pohon Bunga dimuka lembah itu yang masih utuh.
Sejenak merenung, berkatalah Ceng Hi totiang, "Mulut
lembah, amat sempit sekali. Hanya dapat untuk seorang
berjalan. Rasanya lebih baik mengambil jalan dari belakang
lembah!" Siau-liong membenarkan. Ceng Hi totiang segera suruh
seorang imam kecil untuk memberitahukan kepada bagian
penghubung. Semua pemimpin rombongan supaya datang
kesitu untuk berunding.
Tak berapa lama dari kepergian imam kecil itu, para
pemimpin dari rombongan partai2 datang bersama jago2nya
yang tangguh. Tak kurang dari seratus orang jumlahnya.
536 Kebanyakan mereka memang tak kenal dengan Pendekar
Laknat. Tetapi menilik dandanan Siau-liong yang aneh itu,
mereka dapat menduga tentulah Pendekar Laknat.
Menolong To Hun-ki, Ti Gong taysu dan beberapa tokoh
sehingga bentrok dengan Iblis-penakluk dunia serta Lam-hay
Sin-ni, cepat sekali membuat Pendekar Laknat dipuja oleh
seluruh orang gagah yang ikut dalam gerakan menyerbu
Lembah Semi itu.
Setelah para tokoh2 mengambil tempat duduk, maka
berkatalah Ceng Hi totiang dengan nada serius, "Setelah api
padam, rintangan disekelihng Lembah Semi menjadi lenyap.
Kedua durjana itu hendak menyerang dari sebelah mana, kita
tetap dapat mengetahui...."
Ceng Hi memandang ke arah hadirin, lalu melanjutkan
pula, "Kedua suami isteri itu licin sekali. Entah siasat apa yang
hendak mereka gunakan nanti tetapi yang jelas kita tentu
akan menghadapi suatu pertempuran yang menentukan mati
atau hidup!"
Kembali ketua dari Kun-lun-pay itu berhenti mengurut-urut
jenggotnya. Kemudian menyambung, "Menurut hematku,
betapapun tinggi ilmu hitam dari kedua suami isteri itu, tetapi
rasanya mereka tentu takkan menyerang keluar. Mereka tentu
hanya mengandalkan pada keadaan berbahaya dari lembah
untuk menghadapi serbuan kita. Menilik keadaan itu,
kuputuskan untuk mengambil jalan dari belakang lembah saja.
Tetapi kita gunakan api untuk menyerang masuk. Hancurkan
setiap rintangan dan alat-alat jebakan dalam lembah itu!"
Sekalian hadirin berdiam diri. Beberapa saat kemudian, Toh
Hun-ki melangkah maju kemuka Ceng Hi totiang, memberi
hormat berkata, "Usaha terakhir untuk menghancurkan sarang
537 durjana, terletak di tangan totiang. Silahkan saja totiang
memberi perintah. Para hadirin disini tentu akan menurut!"
Ketua Kong-tong-pay itu sejenak memandang sekalian
hadirin. Tampak sekalian pemimpin partai persilatan
mengangguk. Ti Gong taysu dan Lu Bu-ki hampir serempak berseru,
"Karena kami telah mengangkat totiang sebagai pemimpin,
sudah tentu kami akan mentaati perintah totiang!"
Ceng Hi totiang terhibur mendapat dukungan luas itu.
Dengan tersenyum ia segera mengatur persiapan untuk
menyerbu Lembah Semi.
Diam-diam Siau-liong memperhatikan cara imam tua itu
mengatur barisan. Ternyata Ceng Hi merupakan seorang
pucuk pimpinan yang cemerlang dan pandai. Selain
dibentuknya barisan pelopor, barisan bala bantuan, induk
barisan, barisan sayap kanan kiri serta barisan untuk
menjebak musuh. Barisan pelepas api kemudian regu
penghubung. Pendek kata, barisan itu telah diatur lengkap
dan rapi. Setelah menerima pembagian tugas, maka barisan2 itupun
segera mulai bergerak.
Ceng Hi totiang menghampiri Siau-liong katanya dengan
palahan, "Barisan pohon Bunga itu merupakan satu2nya jalan
di belakang lembah. Telah kuperintahkan orang untuk
melepaskan api. Setelah terbakar, dapat dipastikan tentu akan
terbuka jalan ke dalam lembah. Kukira Iblis-penakluk-dunia
dan Dewi Neraka tentu akan memimpin rombongannya keluar.
Tetapi jika tidak keluar, tentulah mereka mempunyai
persiapan lain dalam barisan pohon bunga itu...."
538 Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, "Saudara telah
menolong Ti Gong taysu dan rombongannya dari lembah itu.
Tentulah saudara kenal baik keadaan lembah itu. Mengenai
barisan pohon Bunga...."
Berkat peta pemberian Jong Leng lojin maka Siau-liong
dapat mengetahui alat-alat perlengkapan Lembah Semi
dengan baik. Maka iapun anggukan kepala, "Selain tertanam
puluhan ribu batang pohon bunga yang dapat menyesatkan
pikiran orang, dalam barisan pohon Bunga itupun masih
terdapat pula Pagar Harimau, Pagar Singa dan Sarang Ular,
Liang Serangga beracun dan lain-lain. Tetapi...."
Siau-liong merenung sebentar lalu berkata pula; "Segala
perlengkapan itu hanya dapat digunakan terhadap musuh
yang berjumlah kecil. Kalau barisan besar seperti kali ini sama
melepas api, tentulah pohon2 bunga itu akan musnah semua.
Juga kalau dibakar dengan bahan peledak, kiranya kawanan
binatang buas itu tentu akan mampus juga. Maka menurut
hematku...."
Sejenak Siau-liong memandang pada Ceng Hi, lalu; "Jika
tak mengundurkan diri ke dalam barisan Tujuh Maut dan
Lembah Maut, setelah barisan bunga itu dimusnahkan, kedua
durjana itu tentu keluar bertempur!"
Ceng Hi totiang mengangguk, "Pandangan anda sungguh
tepat. Yang kukuatirkan adalah kekuatan kedua durjana itu.
Kita belum tahu jelas sampai dimana kekuatan mereka. Jika
kali ini kita kalah, dunia persilatan pasti akan menderita
kehancuran!"
Pada saat itu api sudah mulai berkobar ditengah barisan
pohon Bunga. Beberapa saat kemudian Ceng Hi berkata,
"Barisan bunga itu dalam beberapa waktu baru dapat musnah.
Selama itu kedua durjana tentu takkan menerobos keluar.
539 Silahkan saudara bersama nona Putih beristirahat dihutan
belakang,"
Memandang wajah Siau-liong, ketua Kun-lun-pay itu
menambah pula, "Dalam pertempuran untuk menentukan mati
hidupnya dunia persilatan ini, harap saudara suka membantu
sekuat tenaga!"
Habis berkata Ceng Hi totiang hendak mengantar Siau-liong
berdua ke belakang hutan tetapi Siau-liong minta imam itu
tinggal disitu saja karena masih mempunyai tugas penting.
Siau-liong bersama Mawar Putih menuju ke arah hutan.
Di dalam hutan terdapat sebuah kemah. Beberapa imam
kecil yang menjaga kemah itu, segera mempersilahkan Siauliong
dan Mawar Putih duduk di atas dua lembar permadani
dan menghidangkan dua cawan teh wangi.
Kedua muda mudi itu duduk beristirahat. Dalam pada itu
diam-diam Siau-liong merenung. Setelah barisan pohon bunga
itu terbakar habis, tentu akan timbul pertempuran dahsyat.
Sekali pun Ceng Hi totiang sendiri yang memimpin dan hampir
dikata seluruh tokoh2 persilatan ikut serta dalam barisan,
tetapi mengingat kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia itu
sangat licik dan banyak tipu muslihat, ia masih belum dapat
memastikan apakah gerakan orang gagah itu akan berhasil.
Tokoh2 Harimau Iblis, Naga Laknat, Jong Leng lojin dan
Lam-hay Sin-ni. Jika mereka dapat digunakan oleh Iblis
penakluk-dunia, tentulah barisan orang gagah akan menemui
kesulitan besar.
Saat itu Siau-liong sudah memperoleh kitab pusaka Thian
Kong pit-kip. Jika dalam saat2 yang genting dan penting
seperti kala itu ia tak dapat memberi bantuan, bukankah ia
540 merasa malu terhadap pencipta kitap pusaka Thian-Kong-Sinkang"
Seketika ia kosongkan seluruh pikirannya dan mulai
melakukan pernafasan sesuai dengan petunjuk dari kitap
pusaka itu. Kemah ini kosong Setelah Siau-liong dan Mawar Putih
beristirahat, kawaran imam kecil itu pun segera
mengundurkan diri keluar. Mereka hendak melihat jalannya
peperangan ke Lembah Semi.
Saat itu.... Pada saat Siau-liong sedang asyik melakukan penyaluran
tenaga dalam, tiba-tiba ia mendengar suara mendesis tajam
melayang ke arahnya. Ia terkejut. Dengan gunakan ilmu
Mendengar-suara-membedakan-arah, ia menyambar benda
itu. Ah, kiranya bukan senjata rahasia melainkan secarik kertas.
Cepat ia loncat melesat keluar. Tetapi kecuali beberapa imam
kecil yang tengah menjaga kemah itu, ia tak melihat seorang
lain lagi. Terpaksa ia kembali masuk ke dalam kemah. Mawar Putih
menyambutnya dengan pandang penuh pertanyaan.... Tetapi
Siau-liong tak sempat memberi keterangan. Cepat ia
membuka kertas itu. Ah, ternyata tulisan dari gurunya, Tabibsakti-
jenggot-naga Kangsun Sin-tho. Bunyinya ringkas:
"Lekas mundur, jangan menyerang. Rencanakan lagi baru
bergerak."
Siau-liong tertegun. Ia yakin gurunya itu tak mungkin akan
bergurau menggertak dengan ancaman kosong. Jika gurunya
541 menyuruh ia mundur dan jangan lanjutkan penyerbuan,
tentulah keadaan tak menguntungkan. Kemungkinan besar
suami isteri Iblis penakluk-dunia itu tentu sudah siapkan
rencana untuk menghancurkan rombongan Ceng Hi totiang.
Ia merasa sulit. Barisan sudah mulai akan menyerang.
Bagaimana mungkin diperintahkan mundur dengan seketika.
Dan lagi, perintah penarikan mundur itu akan mengakibatkan
turunnya semangat para orang gagah. Kemungkinan pula,
akan menimbulkan pertikaian diantara sesama kawan sendiri.
Pemimpin barisan orang gagah itu adalah Ceng Hi totiang.
Dapatkah ia menasehatkan imam tua itu untuk menarik
barisannya" Ah.... Lama Siau-liong termangu memandang
surat dari gurunya itu. Demikian pun Mawar Putih.
Sekonyorg-konyong diluar terdengar suara langkah orang
berlari menghampiri. Dan pada lain saat terdengar suara itu
bertanya kepada imam kecil penjaga kemah; "Adakah
Pendekar Laknat berada di dalam kemah ini?"
Cepat Siau-liong melongok keluar. Ah, kiranya yang datang
itu adalah Pengemis tertawa Tio-Tay-tong.
Dia membawa sebuah bungkusan kecil. Melihat Siau-liong
buru-buru pengemis itu berkata, "Karena mendapat tugas
untuk menyerang Lembah Semi maka pemimpin kami tak
dapat datang kemari sendiri dan suruh aku menyerahkan obat
ini...." -ia terus menyerahkan bungkusan kecil itu kepada Siauliong.
Ia minta maaf kepada Siau-liong karena agak terlambat
membawa pulang obat.
Hal itu disebabkan karena ada beberapa macam ramuan
sukar didapat. 542
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siau-liong menyambuti obat itu seraya mengucap terima
kasih.... Tiba-tiba terlintaslah dalam benaknya apa yang harus
dikerjakan saat itu. Ah, kemungkinan hal itu akan dapat
merobah kekalahan menjadi kemenangan.
"Paling sedikit memakan waktu tiga empat jam lagi barulah
barisan pohon Bunga itu terbakar habis. Jika dalam waktu
yang singkat itu, aku dapat menyelundup ke dalam Lembah
Semi untuk membebaskan Jong Leng lojin. Kemungkinan
sebelum rombongan orang gagah menyerang ke dalam
lembah, aku tentu sudah berhasil meringkus kedua suami
isteri durjana itu!" pikirnya.
Ya, hanya dengan siasat itulah kiranya ia dapat
menyumbangkan tenaga kepada rombongan orang gagah.
Karena sedang terbenam dalam renungan, Siau-liong tak
mendengar ucapan minta diri dari Pengemis tertawa Tio Taytong.
Setelah memasukkan bungkusan surat itu ke dalam
pinggangnya. ia berpaling ke arah Mawar Putih, "Harap adik
suka menunggu disini, aku hendak mengantarkan obat ini....
Setelah itu barulah kita pulang keseberang laut!"
Selesai memberi pesan, Siau-liong terus berputar diri dan
pergi. Sudah tentu Mawar Putih terkejut dan buru-buru
menghadangnya; "Hendak kemana engkau?"
"Menyerahkan obat kepada Ti Gong taysu!"
Karena tak biasa bohong, maka wajah Siau-liong tersipusipu
merah. Untung ia mengenakan kedok muka sehingga tak
dapat dilihat Mawar Putih.
543 "Bukankah hal itu dapat menyuruh orang lain yang
mengantarkan?" Mawar Putih deliki mata kepadanya.
"Obat ini amat berharga dan sukar dicari. Jika sampai
hilang...."
Mawar Putih mendengus dingin, "Jangan harap engkau
dapat mengelabuhi aku. Kalau mau pergi, aku tetap ikut!"
Siau-liong terpaksa tak dapat berbuat lain kecuali menghela
napas panjang. Terpaksa mengajak dara itu keluar dari kemah
dan membeluk kesamping kanan. Oleh karena sudah faham
keadaan lembah itu. maka Siau-liong tak ragu-ragu lagi.
Saat itu rombongan orang gagah sudah berpusat diluar
barisan pohon Bunga yang terletak di belakang Lembah.
Penjagaan disepanjang tempat yang dilaluinya, dijaga ketat
oleh anak buah partai2 persilatan. Karena lari pesat, tak
berapa saat tibalah Siau - liong dimuka jalanan rahasia ke
dalam Lembah Semi....
Semak pohon yang menutup mulut jalan, saat itu sudah
terbakar habis. Tetapi karena terowongan gua itu rendah
sekali, Siau-liong sukar mencari jalan.
Siau-liong berputar tubuh tertawa masam, ujarnya,
"Memang kepergianku ini amat berbahaya sekali tetapi pun
amat penting sekali.... Bagaimanapun, aku harus menempuh
bahaya itu!"
Mawar Putih kerutkan dahi. Tetapi ia menyadari bahwa
percuma saja ia akan mencegah pemuda yang keras kepala
itu. Maka sengaja ia tertawa, "Bukan maksudku hendak
mencampuri urusanmu. Tetapi, janganlah engkau
meninggalkan aku seorang diri!"
544 Habis berkata dara itu terus menerobos ke dalam
terowongan rahasia itu.
Karena terowongan itu melalui tempat yang sedang dilanda
kebakaran besar. maka terowongan itu pun amat panas sekali.
Ditambah pula dengan hawa lembab bercampur bau busuk,
setelah berjalan beberapa langkah saja, Mawar Putih rasakan
kepalanya pesing, perut mau tumpah.
Siau-long tak tahan melihat kelambatan langkah Mawar
Putih. Cepat ia mendahului dimuka. Sambil menutup hidung,
ia berjalan bersama dara itu.
Terowongan lembab basah dengan air sumber gunung.
Tanahnya makin berlumpur sehingga sukar dilalui.
Beberapa kali Mawar Putih hampir tergelincir jatuh.
Pakaiannya kotor berlumpuran lumpur. Tetapi sedikitpun ia tak
mengomel. Dengan tubuh terhuyung-huyung, ia kuatkan diri
berjalan disamping Siau-liong.
Kurang lebih setengah jam, mereka tiba dimulut Lembah
Maut. Tetapi kedaan pintu lembah itu gelap karena ditutup
oleh batu besar.
Diam-diam Siau-liong menimang. Tempo hari ia menolong
Toh Hun-ki dan kawan-kawannya dengan mengambil jalan
dari mulut terowongan, tentulah hal itu sudah diketahui oleh
Son-beng Ki-su, Iblis penakluk-dunia dan anak buah Lembah
Maut. Oleh karena itu maka pintu terowongan ditutup dengan
batu.... Dan kalau saat itu gerak geriknya diketahui orang
Lembah Semi tentu celakalah. Tak mungkin ia dapat melintasi
barisan Tujuh Maut untuk menolong Jong Leng lojin.
Setelah merenung beberapa saat, ia membisiki beberapa
patah kata ketelinga Mawar Putih. Setelah itu ia kerahkan
545 tenaga dalam lalu mulai mendorong batu penutup pintu
terowongan itu.
Batu besar berderak-derak bergerak keluar. Selekas batu
itu menggelinding keluar, Siau-liong cepat loncat keluar. Ah....
ternyata dugaannya benar. Dua samping pintu terowongan
telah dijaga oleh empat orang berpakaian hitam. Mereka
terkejut ketika melihat Pendekar Laknat muncul.
Siau-hong tak mau membuang waktu. Dengan kedua
tangannya ia gunakan jurus, Angin-meniup-daunberhamburan,
menyerang keempat penjaga.
Tiga orang baju hitam remuk tulangnya. Tanpa dapat
menjerit, mereka rubuh binasa.
Yang seorang rupanya agak cerdik. Pada saat Siau-liong
menghantam ketiga kawannya, ia loncat melarikan diri
sembari siapkan panah api untuk memberi tanda kepada
markas. Siau-liong terkejut. Jika orang itu sampai dapat melepaskan
panah api, tentulah Iblis penakluk-dunia dan rombongan anak
buahnya akan menyerbu kesitu.
Dengan gerak Harimau-lapar-menerkam-mangsa, ia loncat
membayangi orang itu. Sebelum orang itu berhasil
meluncurkan panah api, bahunya sudah dapat dicengkeram
Siau-liong. Orang itu menjerit ngeri lalu terkulai ke tanah
bersama anak panahnya.
Siau-liong masih belum puas. Ia tutuk tiga buah jalan darah
maut pada tubuh orang itu. Sesaat kemudian ia merasa
menyesal juga karena telah membunuh empat jiwa.
546 Saat itu Mawar Putih pun sudah keluar terowongan.
Pakaiannya berlumuran lumpur, tubuhnya mandi keringat.
Untunglah karena terlindung oleh jajaran gunung, maka
Lembah Maut itu tak menderita kebakaran. Hanya saja asap
api itu mengerumun penuh dalam lembah, ditambah pula
dengan tebaran kabut, lembah itu seolah-olah tertutup oleh
lautan asap tebal.
Hal itu malah menguntungkan Siau-liong karena jejaknya
tentu sukar diketahui orang Lembah Semi.
Siau-liong tak mau membuang waktu lagi.
Sebelum kebakaran pada barisan pohon bunga itu padam,
ia harus sudah dapat membebaskan Jong Leng lojin.
Segera ia menggandeng tangan Mawar Putih lalu melintasi
lembah yang penuh dengan hutan pohon dan lautan batu2
aneh. Berkat peta dari Jong Leng lojin dan pula tempo hari ia
pernah memasuki lembah itu untuk mencari jejak Mawar
Putih, maka saat itu ia sudah faham akan keadaan lembah.
Tak berapa lama dapat ia mencapai titik jalan yang
menghubungkan Lembah Maut dengan barisan Tujuh Maut.
Tanpa membuang waktu lagi, Siau-liong terus ajak Mawar
Putih menyusup ke dalam terowongan dibawah tanah yang
panjang dan dalam itu.
Saat itu agaknya Mawar Putih kumat lagi tabiatnya yang
manja. Sambil menarik lengan baju Siau-liong ia berseru
dengan nada beriba, "Engkoh Liong, apakah yang hendak
engkau lakukan" Terowongan ini penuh dengan alat jebakau
rahasia. Apakah engkau hendak mengantar jiwa?"'
Siau-liong berhenti, menghela napas menatap wajah dara
itu; "Memang kita sedang menempuh bahaya. Tetapi mudahTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
547 mudahan langkah kita ini dapat menghentikan pertumpahan
darah di dunia persilatan, menyelamatkan beribu jiwa.
Tentang alat-alat rahasia yang memenuhi terowongan ini...."
Ia berhenti dan tertawa, "Kini bagiku, tempat itu tak ubah
seperti jalan besar Yang-kwan saja!"
Mawar Putih memandangnya dengan heran tetapi tak mau
bertanya apa2 lagi. Dara itu sudah percaya penuh kepada
Siau-liong. Walaupun tahu bahwa pemuda itu sedang
menepuh jalan maut, namun Mawar Putih tetap mengikutinya
tanpa ragu2. Siau-liong merabah bungkusan obat yang disimpan dalam
pinggang bajunya ia hendak berjalan tetapi berhenti lagi.
Teringat ia ketika bertemu dengan Jong Leng lojin, ia tidak
menyamar sebagai Pendekar Laknat. Jika saat itu ia masih
menyamar sebagai Pendekar Laknat, bukankah akan
menimbulkan kecurigaan orang tua itu"
Segera ia melepas kedok muka dan pakaian
penyamarannya. Setelah itu baru ia ajak Mawar Putih
lanjutkan perjalanan.
Saat itu ia tiba didinding batu yang cekung ke dalam.
Tetapi apa yang dilihatnya dalam ruang itu, membuatnya
terkejut sekali!
Ruang itu kosong melompong. Jong Leng lojin lenyap....
Rantai besi yang mengikat kaki orang tua itu kutung
menjadi dua dan berhamburan di tanah. Rupanya telah
dipapas dengan pedang pusaka yang amat tajam. Disekeliling
ruang, tak terdapat djejak yang mencurigakan.
548 Siau-liong menimang. Menilik rantai besi yang putus itu,
kemungkinan besar long Leng lo-jin tentu ditolong orang.
Tetapi orang tua yang begitu sakti kepandaiannya, pun tak
manpu memutuskan rantai borgolannya, lalu siapakah tokoh
yang begitu sakti dan memiliki senjata begitu tajam hingga
dapat memutuskan rantai borgolan itu"
Pikiran Siau-liong melayang lebih jauh. Menurut
anggapannya, hanya dua orang yang ada kemungkinan telah
menolong Jong Leng lojin. Kesatu, gurunya sendiri ialah
Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho. Dan yang lain
adalah Randa Bu-san....
Tetapi Siau-liong tetap bersangsi. Karena ditilik dari sudut
manapun, kedua tokoh itu tak mungkin dapat mengetahui
tempat rahasia itu dan menolong Jong Leng lojin! Ah, lalu
siapakah orang itu"
Tiba-tiba bulu kuduk Siau-liong meremang tegang. Ia
mencemaskan kemungkinan yang ketiga. Jika kedua suami
isteri durjana itu dapat memenjarakan Jong Leng lojin disitu,
tentulah mereka mampu juga untuk melepaskan orang tua itu.
Dan kemungkinan itu memang bukan mustahil. Untuk
menghadapi serangan besar-besaran dari rombongan Ceng Hi
totiang kemungkinan Iblis-penakluk-dunia hendak
menggunakan orang tua itu untuk menghadapi mereka.
Menurut perhitungannya saat itu Sudah hampir sejam
lamanya barisan pohon Bunga dilanda api. Dua jam lagi,
setelah api padam, rombongm Ceng Hi totiang tentu akan
menyerbu dan tentulah akan terjadi pertempuran yang
dahsyat dan mengerikan!
Siau-liong makin gelisah tetapi tak dapat menemukan suatu
akal. Akhirnya ia memutuskan, karena sudah memasuki
tempat itu, lebih baik ia mengadakan penyelidikan seluasTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
549 luasnya. Maka ia segera ajak Mawar Putih lanjutkan
perjalanan menyusup terowongan dibawah tanah itu.
Pintu keluar dari terowongan itu. sebagian dibuat orang.
sebagian memang berasal dari gua alam. Letaknya persis
dimuka Barisan Tujuh Maut.
Disebelah muka gua yang menjadi pintu keluar dari
terowongan dibawah tanah itu, terbentang sebuah dataran
yang ditengahnya terdapat sebuah hutan pohon siong.
Pada saat Siau-liong hendak lanjutkan langkah, tiba-tiba
dari arah hutan iiu terdengar suara orang tertawa nyaring. Dia
tersentak kaget.
Tak salah lagi, suara tertawa itu adalah tertawa si Iblispenakluk-
dunia. Cepat Siau-liong mundur kembali. Tetapi gerumbul pohon
dan semak belukar yang mengaling mulut gua itu sedemikian
lebatnya hingga ia tak dapat melihat jelas siapa2 yang keluar
dari hutan itu.
Siau-liong mencari akal. Disebelah kiri gua itu terdapat
sebuah batu karang yang menjulang tinggi. Jika bersembunyi
disitu tentulah ia dapat melihat keadaan disekeliling penjuru.
"Adik Mawar, jagalah mulut terowongan ini. Jika musuh
muncul, lekas hubungi aku. Aku hendak meninjau keadaan
musuh dari atas karang itu!" ia memberi pesan kepada Mawar
Puiih lalu merayap ke atas. Setelah mencapai puncak dan
memandang ke arah hutan, kejutnya bukan kepalang.
Dalam hutan itu tampak berpuluh sosok tubuh manusia,
bergerak kian kemari. Ada lelaki ada pula wanitanya.
Jumlahnya tak kurang dari seratus orang.
550 Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka duduk disebuah
tempat yang tinggi. Dibelakangnya dijaga oleh sepuluh gadis
baju merah. Iblis itu tengah mencekal sebatang pedang yang
berkilau-kilauan cahayanya.
Dihadapan iblis Itu tegak berjajar 20 barisan lelaki
perempuan yang mengenakan pakaian serba ringkas dan
menghunus senjata.
Disebelah kanan rombongan orang itu, tampak sebuah
kereta tetapi belum dirakit dengan kuda. Dimuka kereta, dua
orang baju hilam berdiri disebelah kanan dan kiri. Mereka
memegang poros kereta seperti orang yang menarik kereta
itu. Selain mengenakan baju hitam, pun kedua orang itu juga
membungkus kepalanya dengan kain sampai pada lehernya.
Hanya pada kedua matanya yang diberi lubang. Jika pada
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malam hari, orang tentu mengira mereka adalah setan2
kuburan yang keluyuran keluar.
Di belakang kereta dikawal oleh dua buah barisan orang
baju hitam. Tetapi kepalanya tidak dibungkus rapat dengan
kain hitam melainkan dengan sutera tipis. Setiap barisan
terdiri dari lima orang.
Kereta itu kosong tiada isinya. Tetapi menurut dugaan,
tentulah disediakan untuk Iblis-penakluk-dunia dan Dewi
Neraka. Sesungguhnya yang hendak dicari Siau-liong hanyalah Jong
Leng lojin. Diawasinya dengan penuh perhatian setiap orang
dan gerak-gerik mereka. Tetapi ia tak melihat kehadiran Jong
Leng lojin. Tiba-tiba Siau-liong melihat seorang lelaki baju kelabu
berlari-larian dari mulut gunung menuju ketempat Iblis -
551 penakluk-dunia. Begitu tiba di tepi hutan, orang itu hentikan
larinya lalu menghampiri kehadapan Iblis-penakluk-dunia dan
memberi hormat.
"Melaporkan pada bapak pemimpin, barisan pohon Bunga
sudah terbakar separoh bagian. Pagar Singa dan Pagar
Harimau, telah diledakkan oleh rombongan Ceng Hi totiang.
Kawanan binatang disitu mati hangus semua!" seru orang itu.
Iblis-penakluk-dunia bukannya terkeiut, kabalikannya malah
tertawa mengekeh, "Ah, hal itu memang sudah
kuperhitungkan...." -ia melirik ke arah isterinya lalu
membentak orang itu, "Bagaimana dengan tempat!"
"Empat penjuru lembah, api sudah padam. Sebagian besar
dari anak buah Ceng Hi totiang berkumpul diluar barisan
pohon Bunga. Rupanya begitu api padam, mereka tentu akan
menyerbu!" jawab orang itu.
Iblis-penakluk-dunia mendengus, "Hm, aku sudah tahu,
pergilah!"
Orang itu menjurah lalu angkat kaki. Sambil mengurut
jenggotnya yang menjulai sampai kelutut, Iblis-penakluk-dunia
gelengkan kepala dan merenung. Beberapa saat kemudian
berkatalah ia kepada isterinya, "Setelah pertempuran hari ini,
lihat saja siapakah tokoh persilatan yang berani menentang
aku lagi!"
"Tolol! Mereka telah kerahkan sejumlah besar tokoh2
persilatan dan mengumumkan hendak meratakan Lembah
Semi ini. Adakah engkau mempunyai keyakinan untuk
memenangkan mereka?" sahut Dewi Neraka.
552 Iblis-penakluk-dunia tertawa, "Sekalipun mereka benar
berjumlah puluban ribu orang, aku tetap dapat membereskan
mereka...."
Kemudian menunjuk pada ke 12 orang baju hitam yang
berada dimuka dan belakang Iblis-penakluk-dunia berkata pula
dengan beberapa orang itu saja kiranya dapat melayani
sepuluh ribu musuh!"
Siau-liong terkesikap. Dipandangnya kepada orang baju
hitam itu tak bergerak seperti patung.
Dewi Neraka mendengus lagi; "Sekalipun nanti akan
menang, tetapi bukan berarti tak ada yang perlu dicemaskan
lagi...." -ia menatap wajah suaminya lalu melanjutkan, "Paderi
Kurus dari gunung Thian-san, Manusia Aneh dan Pak-I-ciang,
Sepasang imam dari gunung Bu-san, Empat Seram dari
gunung Im-san, kelana dari gunung Hong-san, Randa gunung
Bu-san dan masih ada pula Pendekar Laknat...."
Iblis perempuan itu tak melanjutkan kata-katanya
melainkan hanya menghela napas.
Semula Iblis-penakluk-dunia tertegun juga tetapi pada lain
saat ia tertawa lepas; "Jangan kuatir, isteriku. Berkat
kepandaian dan kecerdasan kita berdua, adalah semudah
orang membalikkan telapak tangannya jika hendak menguasai
dunia persilatan!"
Ia lambaikan tangan dan dua orang tua yang masingmasing
berumur 50-an tahun segera maju kehadapannya dan
menjurah. "Beritahukan kepada anak buah kita di belakang barisan
panah. begitu api yang membakar barisan pohon bunga itu
553 padam, mereka suruh lepaskan anah panah!" tukas Iblispenakluk-
dunia. Kemudian kedua orang itu cepat melakukan perintah. tibatiba
Iblis-penakluk-dunia berbangkit lalu jalan menghampiri
kereta. Siau-liong sedang menumpahkan seluruh perhatian untuk
mengawasi gerak gerik Iblis-penakluk-dunia dengan anak
buahnya. Sedemikian asyiknya ia mengikuti mereka sehingga
tak ingat akan keadaannya sendiri. Tiba-tiba ia mendengar
Mawar Putih menjerit kaget.
Siau-liong terkejut dan berpaling. Hai....
Mawar Putih yang menjaga dimulut gua tadi, ternyata
sudah tak tampak disitu.
"Adik Mawar! Adik Mawar....!" serunya berbisik. Tetapi
tiada penyahutan sama sekali.
Cepat Siau-liong meluncur turun dan menghampiri gua.
Ternyata apa yang dikuatirkan memang benar. Ketika tiba
dimulut gua. sayup2 ia mendengar suara orang tertawa dingin
dan pada lain saat muncullah seorang baju merah menyala.
Ah.... Poh Ceng-in, nona pemilik Lembah Semi.
Mata Siau-liong berkunang-kunang dan hampir jatuh.
Tetapi wanita itu malah tertawa mengejek, "Merdu sekali
engkau memanggilnya. Sayang ia sekarang sudah tak dapat
menyahut lagi!"
Dada Siau-liong seraya meledak. ingin ia
menghancurkannya tetapi dia tahu bahwa hal itu akan
membawa akibat pada dirinya sendiri. Terpaksa ia menahan
kemarahan dan berseru agak ketus, "Engkau apakan dia!"
554 Poh Ceng-in tertawa dingin, "Lihatlah sendiri kesini....!" -ia
berputar diri dan berseru ke arah terowongan, "Suheng,
bawalah ia keluar!"
Siau-liong buru-buru menghampiri dan memandang ke
dalam mulut gua. Dilihatnya Mawar Putih berdiri beberapa
langkah dalam mulut gua tetapi punggung dan mulutnya
didekap oleh seorang aneh yang bertubuh amat kurus sekali.
Sekurus manusia yang tinggal tulang berbungkus kulit. Dan
orang itu bukan lain adalah Soh-beng Ki-su!
Marah Siau-liong bukan kepalang. Diam-diam ia kerahkan
tenaga dalam dan maju hendak menerjang. Tetapi Soh-beng
Ki-su tertawa sinis.
"Budak, jika engkau berani maju, budak perempuan ini
akan kujadikan mayat hidup dengan ilmu tenaga sakti Pekkut-
kang!" serunya mengancam.
Sekalipun Siau-liong mampu menghadapi 10 Soh-beng Kisu,
tetapi karena Mawar Putih berada ditangan pertapa itu,
terpaksa ia tak berani lanjutkan tindakannya.
"Hm, kiranya engkau seorang pemuda hidung belang." seru
Poh Ceng-in' "siapakah dia?"
Karena marahnya, gigi Siau-liong sampai bercaterukan,
sahutnya getus, "Tak perlu engkau tanya!"
"jangan lupa, engkau dan aku sehidup semati...."
Siau-liong marah dan mengkal. Melirik ke arah rombongan
Iblis-penakluk-dunia yang berada dalam hutan, ia membentak
wanita itu, "Sekali telah kululuskan janji untuk mati bersama
setahun nanti, tentu akan kulaksanakan!"
555 "Tetapi engkau sudah berjanji dalam setahun ini takkan
bergaul dengan perempuan lain!" tukas Poh Ceng-in.
Sekali tak dapat berkutik karena ditutuk jalan darahnya
oleh Soh-beng Ki-su, tetapi Mawar Putih dapat mendengar
pembicaraan Siau-liong dengan wanita baju merah itu dengan
jelas. Ia deliki mata kepada Siau-liong lalu meronta sekuat
tenaganya untuk melepaskan mulutnya dari dekapan tangan
Soh-beng Ki-Su, lalu berteriak, "Siau-liong, engkau...."
Tetapi belum sempat dara itu berteriak, punggungnya telah
ditutuk oleh Soh-beng Ki-su. Hati Siau-liong seperti disayat.
Untuk kedua kali ia nekad hendak menerjang lagi. Tetapi
dibentak Poh Ceng-in, "Diam!"
Dengan mata berkilat buas, Soh-beng Ki-su lekatkan
tangan kiri kepunggung Mawar Putih, sedang tangan kanan
ditebarkan mencengkeram dada dara itu. Rupanya ia hendak
melaksanakan rencana ganas.
Siau-liong menghela napas dan palingkan muka. Terdengar
Poh Ceng-in tertawa dingin, berkata kepada Soh-beng Ki-su,
"Suheng, bawalah pergi budak perempuan itu....!" -kemudian
menuding Siau-liong ia berseru, " Dia mempunyai peta
terperinci dari keadaan Lembah Semi. Engkau harus mencari
tempat lain yang sukar dicari."
Soh-beng Ki-su kerutkan dahi, ujarnya, "Budak itu hebat
sekali, sumoay engkau...."
Poh Ceng-in tertawa mengekeh, "Tak peduli dia bagaimana
saktinya tetapi tak mungkia dia berani membunuh diriku. dan
tak mungkin akan membunuhku,"
556 Soh-beng Ki-su tertawa menyeringai. Memanggul Mawar
Putih, ia terus menyusup ke dalam terowongan.
Dapat dibayangkan betapa perih dan pedih hati Siau-liong
melihat Mawar Putih dibawa Soh-beng Ki-su tanpa ia mampu
memberi pertolongan. Darahnya bergolak keras, hingga
hampir saja ia pingsan.
Setelah Soh-beng Ki-su pergi, barulah Poh Ceng-in
menghampiri kemuka Siau-liong, katanya, "Yang salah adalah
engkau sendiri, jangan sesalkan aku berhati kejam.... kini
hanya tinggal dua pilihan...."
Siau-liong memandang lekat kewajah wanita pemilik
lembah itu tetapi tak berkata apa2.
Dipandang begitu rupa oleh Siau-liong, bingung juga
wanita itu. Ia tak tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda itu.
"Jika engkau mau segera menjadi suami isteri dengan aku,
akan kubiarkan engkau sendiri yang melepaskan budak
perempuan iiu. Kalau tidak, kita bertiga akan segera mati
bersama!" Siau-liong tak mengacuhkan kata2 wanita itu. Ia tetap
tegak termangu-mangu memandangnya. Tiba-tiba wajahnya
berobah. "Apakah benar racun Jong-tok yang engkau berikan
kepadaku itu tiada obatnya lagi?" tanyanya.
"Tidak ada!" sahut Poh Ceng-in," sekalipun engkau makan
obat dewa, juga tak berguna!"
Dengan wajah beku, Siau-liong maju selangkah, serunya
dengan nada sarat, "Jika aku tak tahan lagi dan memukulmu
557 mati, lalu kuminum darahmu atau menggunakan darah anjing
hitam mulus untuk pengantar, mengorek hatimu lalu
kumakan, entah bagaimanakah akibatnya?"
Seketika pucatlah wajah Poh Ceng-in sehingga ia
teihuyung-huyung mundur dan berseru dengan nada gemetar,
"Engkau dengar dari siapa cara itu.... oh, engkau kejam
sekali.... engkau hendak membunuh aku agar dapat menolong
budak perempuan itu lalu engkau menikah dengannya,
engkau...."
Siau-liong menghela napas.
"Sayang, aku tak berhati buas seperti engkau. Mungkin
sukar melakukan hal semacam itu, Hanya...." Siau-liong
berhenti sejenak, sekali gerak cepat ia menutuk jalan darah
dibahu kanan Poh Ceng-in.
Tepat pada saat itu, dari bejauhan tampak tiga larik sinar
api yang cepat sekali mendekati. Dan dari arah hutan
terdengarlah Iblis-penakluk-dunia berteriak keras dan
serempak terdengarlah suara kereta berjalan berderak-derak.
Kereta yang dikawal oleh barisan orang hitam itu segera
berjalan menuju keluar mulut gunung.
Siau-liong terkejut. Diperhitungkannya saat itu api yang
membakar barisan pohon Bunga masih sejam lamanya. Tetapi
mengapa anak buah Lembah Semi sudah memberi pertandaan
lebih dulu. Tetapi dia tak sempat berpikir lagi. Sambil mencengkeram
bahu Poh Ceng-in, ia segera menyusup ke dalam terowongan.
558 Sekalipun ia faham akan jalan terowongan dan berjalan
secepat lari, tetapi ia harus menggunakan waktu setengah jam
juga baru dapat menyusur keluar dari terowongan.
Selekas keluar, cepat ia lari ke arah barisan pohon Bunga.
Sayup2 ia mendengar suara jeritan ngeri dari suatu
pertempuran dahsyat.
Memandang kemuka, tampak barisan pohon Bunga yang
penuh asap tebal itu diserbu oleb berpuluh-puluh sosok tubuh
manusia. Siau-liong arahkan larinya kesana. Tiba-tiba beberapa belas
orang bersenjata, menghadang jalan. Mereka terdiri dari kaum
imam dan orang biasa Kepalanya seorang imam mencekal
sebatang golok kwat-to, tanpa berkata apa2 terus menyerang
Siau-liong. Siau-liong terkejut dan cepat loncat kesamping seraya
membentak, "Hai, apakah tak kenal padaku!"
Tebasannya luput, imam itu maju membabat pinggang
Siau-liong seraya menghardik, "Budak keparat, aku tak kenal
padamu!" Melihat pemimpinnya menyerang, anak buahnya pun
segera ikut menyerang Siau-liong.
Siau-liong terkejut. Saat itu baru ia teringat kalau tak
menyamar sebagai Pendekar Laknat. Apa boleh buat, terpaksa
ia harus menghadapi mereka.
Sambil menyikap Poh Ceng -in dibawah ketiak, Siau-liong
tak mau balas menyerang, melainkan berloncatan menghindar
serangan mereka.
559 Sambil menghindar, berulang kali ia berteriak, "Berhenti
dulu! Aku membawa Surat Jalan dari Ceng Hi totiang!"
Mendengar itu, imam yang menjadi pemimpin rombongan
penghadang itu segera membentaknya, "Kalau membawa
surat jalan, mengapa dari tadi tak lekas mengeluarkan!"
Rombongan penyerang itupun hentikan serangannya.
Namun masih mengepung Siau-liong. Pemuda itu buru-buru
merogoh bajunya. Tetapi yang diketemukan hanya peta
pemberian Jong Leng lojin. Buru-buru ia masukan lagi. Lalu
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merogoh saku. Tetapi yang diketemukan hanyalah beberapa
butir pil pemberian Poh Ceng-in.
Sudah tentu Siau-liong gugup tak keruan. Kemanakah
gerangan perginya Surat Jalan itu" Merenung sejenak, barulah
ia teringat kalau Surat Jalan itu disimpannya dalam baju
Pendekar Laknat. Tetapi baju Pendekar Laknat itu sudah
dilipat dan dililitkan pada pinggang. Jika mengambil dan
membuka pakaian itu tentulah diketahui orang. Berarti juga,
rahasianya tentu bocor. Ah....
Siau-liong benar-benar bingung. Apalagi saat itu di dalam
barisan pohon Bunga sudah berlangsung pertempuran
dahsyat. Jika rombongan Ceng Hi totiang sampai menderita
kekalahan, bukankah ia ikut bertanggung jawab karena tak
dapat membantu mereka"
"Dari partai manakah suhu ini?" segera ia bertanya kepada
imam itu. Imam bersenjata golok kwat-to mendengus dingin, "Akulah
yang seharusnya bertanya begitu kepadamu!"
Siau-liong paksakan tertawa, "Aku bernama Kongsun Liong,
juga hendak membantu gerakan Ceng Hi totiang untuk
560 membasmi kedua suami isteri durjana itu. Tentang Surat
Jalan.... mungkin karena terburu-buru, telah hilang dijalan!"
Ternyata imam itu tak pernah mendengar nama Kongsun
Liong. Dengan mata berkilat-kilat ia membentak, "Jangan coba
mengelabuhi orang! Ceng Hi totiang sudah mengeluarkan
perintah. Barang siapa yang tak membawa Surat Jalan, harus
diperlakukan sama seperti anak buah Lembah Semi...."
Kemudian mata imam itu memandang ke arah Poh Ceng-in
Ialu berkata, "Jika engkau masih ingin hidup, beritahukan
siapa dirimu sebenarnya!"
Pada saat Siau-liong mencari Surat Jalan tadi, terpaksa ia
letakkan tubuh Poh Ceng-in di tanah. Belasan orang yang
mengepungnya itu segera lekatkan ujung pedang keseluruh
jalan darah disekujur tubuh kedua anak muda itu. Semula hal
itu tak diacuhkan Siau-liong. Pikirnya, begitu mengambil keluar
Surat Jalan, segalanya tentu beres. Tak kira kalau Surat Jalan
itu disimpan dalam baju Pendekar Laknat.
Dalam gugup terpaksa ia berseru nyaring, "Aku adalah
murid pewaris dari Pengemis Tengkorak Song Thai-kun dan
kini diangkat menjadi ketua Kay-pang. Jika taysu tak percaya
silahkan suruh memanggil murid Kay-pang untuk dipadu!"
Imam itu tertawa memanjang. Kemudian bertanya kepada
rombongan, "Adakah salah seorang dan saudara yang kenal
akan Cousu-ya bayi ini."
Sekalian orang tertawa gelak2; "Jangan dengarkan
ocehannya! Anak umur 3 tahun pun takkan percaya!"
"Tuh dengarlah! Jangan lagi tiada seorang pun yang
percaya omonganmu. Sekalipun ada yang percaya. pun sukar
untuk mencari anak murid Kay-pang yang saat ini sedang ikut
561 Ceng Hi totiang menyerbu ke dalam Lembah Semi...." imam
itu berhenti sejenak lalu berkata pula, "Terpaksa engkau harus
kita tahan. Nanti setelah Lembah Semi beres, dan ternyata
engkau memang bukan anak buah Iblis penakluk-dunia,
barulah dapat kami lepaskan."
"Ikat dia dan perempuan baju merah lalu bawa ke markas
depan!" imam itu memberi perintah.
Selagi imam itu bicara, diam-diam Siau-liong mencari lirik
kesekeliling penjuru. Dilihatnya pada setiap puncak pohon dan
belakang batu terdapat orang yang siap dengan senjata
panah. Diam-diam ia memuji akan kelihayan Ceng Hi totiang
mengatur barisan untuk mengepung musuh.
Bukannya ia takut akan balasan orang yang mengepungnya
itu tetapi ia menyadari bahwa dalam pertempuran, tentu ada
korban yang jatuh. Disamping itu sukar dicegah kemungkinan
Poh Ceng-in akan terluka bahkan bisa mati. Kalau wanita itu
mati, bukankah ia juga akan ikut mati....
Siau-liong termenung gelisah. Tiba-tiba seorang paderi
berkepala dan telinga besar, menutuk dada Siau-liong. Ia
yakin karena Siau-liong sudah tak berdaya, tentu mudah untuk
ditutuk jalan darahnya.
Tetapi alangkah kejutnya ketika belum lagi jarinya
menyentuh dada Siau-liong, paderi itu sudah menjerit ngeri
dan terhuyung-huyung mundur lima enam langkah. la rasakan
jarinya seperti terbakar api panas.
Kawan-kawannya tersentak kaget. Tetapi karena peristiwa
itu berlangsung cepat dan mendadak sekali, mereka tak tahu
apa sebab paderi itu sampai pontang panting begitu macam!
562 Imam yang menjadi kepala rombongan pun tak tahu
peristiwa itu. Tetapi ia seorang yang banyak pengalaman. Ia
duga Siau-liong tentu memiliki kepandaian tinggi. Maka cepat
ia memberi perintah untuk menyerang pemuda itu. Bahkan dia
sudah mendahului untuk menebas dengan goloknya.
Melihat sikap keras kepala dari rombongan itu, terpaksa
Siau-liong melayani juga. Sebelumnya ia memang sudah
menjaga setiap kemungkinan. Setelah mengundurkan paderi
tadi, diam-diam ia salurkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang
ketangannya. Begitu belasan orang itu menyerbu, ia pun cepat
tamparkan kedua tangannya.
Pemimpin dan anggauta rombongan itu memang tak
memandang mata kepada Siau -iong. Tetapi alangkah kejut
mereka ketika tamparan tangan pemuda itu menghamburkan
tenaga dahsyat yang panas. Beberapa jeritan ngeri terdengar
dan empat orang telah terlempar menyusur tanah....
Untunglah rombongan pengroyok itu tak punya akal untuk
menyerang Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah.
Andaikata mereka bertindak begitu, tentu Siau-liong sudah
mati kutu. Setelah berhasil mengacau-balaukan musuh, dengan
menggembor keras, Siau-liong menyambar tubuh Poh Cengin.
Rencananya hendak dibawa lari menerjaug mereka.
Tetapi pada saat itu, serangkum angin tajam menyambar
punggunguya. Terpaksa ia lepaskan tubuh Poh Ceng-in dan
terus berputar diri untuk menghalau penyerangnya.
Imam kepala rombongan itu ternyata memang hebat.
Walaupun sudah dipukul mundur oleh Siau-liong, tetapi ia
tetap maju menyerang lagi.
563 Siau-liong mendongkol sekali. Setelah mendoroog golok
kesisih, dengan kerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang ia
hendak menghantamnya.
Imam itu ternyata murid dari Go-bi-pay. Walaupun
kepandaiannya tak lemah tetapi tak mungkin ia dapat
menerima pukulan Bu-kek-sin-kang. Dia pasti hancur binasa
apabila Siau-liong gerakkan tangannya.
Pada saat Siau-liong sudah hendak ayunkan tangannya,
tiba-tiba terdengar suara orang membentak, "Berhenti."
Nada orang itu amat berwibawa. Apalagi Siau-liong
memang tak bermaksud hendak melukai orang. Maka cepat2
ia menarik kembali pukulannya.
Ketika sekalian orang mencari siapa yang berseru itu tibatiba
dari puncak sebatang pohon, melayang turun sesosok
tubuh yang kurus. Begitu kurus sehingga seperti daun yang
melayang ke tanah.
Pada saat tiba di tanah barulah dapat diketahui bahwa
orang itu ternyata seorang paderi bertubuh kurus kering.
Boleh dikata hanya sesosok kerangka tulang terbungkus
kulit.... Tetapi sepasang matanya memancarkan sinar berapiapi,
mengandung perbawa yang memaksa orang menaruh
keseganan. "Ah...." imam pemimpin rombongan tadi mendesus pelahan
dan buru-buru merangkap kedua tangan, menyebut
"Omitohud" lalu memberi hormat kepada paderi kurus itu
dengan khidmat, "Murid Li Hun menghaturkan hormat atas
kehadiran Seng-ceng!"
Paderi kurus itu tersenyum; "Telah kupesatkan jalanku
tetapi tetap terlambat sedikit...."
564 Sambil memandang ke arah barisan pohon Bunga, ia
bertanya pula: ,,Apakah pertempuran sudah berjalan lama?"
Imam kepala rombongan yang menyebut namanya Li Hun
itu buru-buru menyahut, "Baru beberapa saat saja."
Paderi tua kurus itu mengangguk lalu memandang Siauliong
dan Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah. Tampak
wajahnya mengerut cemas.
Buru-buru Li Hun melangkah kehadapan paderi tua kurus
itu, katanya, "Budak ini telah keluar dari Lembah Semi sambil
membawa wanita baju merah itu. Enlah apa maksudnya.
Tetapi jelas tentu anak buah Iblis-penakluk-dunia. Murid telah
mendapat perintah dari Ceng Hi totiang supaya mengatakan
tempat ini, karena itu...."
"Biarlah kutanyainya," tukas paderi kurus itu. Li Hun
mengiakan, lalu memberi isyarat supaya rombongan yang
mengepung itu mundur.
Siau-liong tertegun memandang paderi kurus itu. Diamdiam
ia heran mengapa imam tadi begitu menghormat sekali
kepada paderi itu. Pula cara paderi itu muncul memang
menunjukan seorang yang sakti. Dan mendengar penibicaraan
mereka tadi, rupanya paderi kurus itu datang dari jauh.
Siau-liong tak tahu siapa paderi kurus itu. Pikirnya, lebih
baik ia tinggalkan tempat itu saja agar jangan terlambat
waktunya. Maka ia mundur dua langkah dan hendak
mengangkat tubuh Poh Ceng-in.
"Ah, jangan begitu tegang," tiba-tiba paderi kurus itu
berseru dengan tersenyum; "sekalipun engkau berada satu
565 tombak jauhnya dari tempatku, tetapi rasanya sukar kalau
engkau hendak meloloskan diri...."
Nadanya angkuh, jelas tak memandang mata pada Siauliong.
Siau-liong tertegun dan terpaksa batalkan rencananya.
"Kenalkah engkau padaku?" tegur paderi kurus itu pula.
Siau-liong tak kenal siapa paderi itu. Tetapi menilik dia
datang hendak membantu rombongan Ceng Hi totiang, ia
duga paderi itu tentu Seorang cianpwe dari sebuah partai
persilatan. Maka cepat ia memberi hormat. menjawab,
"Justeru aku hendak mohon tanya gelaran mulia dari losiansu."
"Aku Liau Hoan, selama ini mengasingkan diri digunung
Thian-san...." kata paderi itu dengan nada yang penuh welas
asih, "memang tak dapat dipersalahkan kalau engkau tak
kenal padaku, Menurut perhitungan, aku sudah 40 tahun tak
pernah menginjak dunia persilatan lagi. Dan umurmu itu tentu
belum seberapa...."
Siau-liong terkesiap. Sudah berulang kali ia mendengar
orang mengatakan tentang paderi Liau Hoan dari gunung
Thian-san itu. Setitik pun ia tak kira bahwa paderi yang
termasyhur itu ternyata paderi bertubuh kurus yang berdiri
dihadapannya saat itu. Ah, gelar Paderi Kurus yang diberikan
kepadanya, ternyata memang tak salah.
Beberapa saat Siau-liong tertegun gelisah. Suara teriak
jeritan dari barisan pohon Bunga, makin lama makin keras dan
gencar. Walaupun belum mengetahui siapa yang menang,
tetapi ia tetap teringat akan surat peringatan yang diberikan
Kongsun Sin-tho itu.... Jika berlangsung makin lama,
akibatnya tentu makin runyam.
566 Ia pikir, paderi kurus Liau Hoan itu tentu akan percaya
akan keterangan imam Li Hun, yang mengatakan dirinya
(Siau-liong) seorang-anak buah Iblis-penakluk-dunia. Ah, jika
ia menempur paderi kurus itu, tentu akan memakan waktu
dan tenaga. Dan kemungkinan bahkan akan menderita luka.
"Usiamu masih muda dan wajahmu juga tak sembarangan
tetapi mengapa rela menjadi kaki tangan kedua suami isteri
durjana itu?" tegur paderi Liau Hoan.
Buru-buru Siau-liong membantah, "Hal itu sama sekali tidak
benar, aku...."
"Bukankah engkau habis keluar dari Lembah Semi?" cepat
paderi itu menukas.
Terpaksa Siau-liong menyahut, "Benar, tetapi...."
Sambil kebutkan lengan jubahnya. Liau Hoan berkata,
"Sudahlah, tak perlu membantah...."
Kemudian menunjuk pada Poh Ceng-in yang menggeletak
di tanah, paderi itu berkata pula, "Apakah wanita itu engkau
bawa dari Lembah Semi?"
"Benar, tetapi...."
Wajah Liau Hoan mengerut gelap, bentaknya, "Apakah
hidupku begini tua hanya hidup perc-ma saja! Apakah perlu
engkau jelaskan baru aku dapat mengetahui keadaan yang
sebenarnya....?"
Mau tak mau Siau-liong mendidih juga darahnya karena di
bentak2 itu. ia pun menyahut dengan suara lantang, "Jika tak
kuterangkan. bagaimana lo-siansu dapat mengetahui
persoalannya yang berliku-liku itu...."
567 "Tutup mulutmu!" bentak Liau Hoan marah. Lengan jubah
paderi itu diangkat ke atas, seperti hendak menyerang.
Sudah tentu Siau-liong terkejut dan buru-buru bersiap-siap.
Tiba-tiba Liau Hoau tertawa; "Anak muda, engkau murid
Iblis-penakluk-dunia atau bukan, tetapi aku akan memberimu
kesempatan untuk menyerang aku sampai 30 jurus. Jika
dalam 30 jurus itu engkau sanggup mengundurkan aku satu
langkah saja, aku segera tinggalkan tempat ini!" seru paderi
kurus itu. Siau-liong tertawa dingin, "Kaki dan tangan tak bermata.
Jika berkelahi tentu takkan terhindari dari hal2 yang
menimbulkan derita luka!"
"Dalam 30 jurus aku takkan balas menyerang! Silahkan
engkau menyerang sesukamu saja!" bentak paderi itu.
Siau-liong anggap paderi kurus itu juga manusia yang
membawa kemauan sendiri dan angkuh sekali.
Diam-diam ia menimang, "Jangan lagi 3o jurus, dalam 3
jurus saja jika tak mampu mengudurkan engkau, aku pun
takkan muncul dalam dunia persilatan lagi!"
Maka menyahutlah ia dengan lantang, "Karena lo-cianpyye
yang memerintah, akupun terpaksa menurut saja. Silahkan locianpwe
bersiap!" Habis berkata ia terus mengangkat tangan kanan lalu
ditamparkan dengan jurus. Menurut-aliran-air-mendorongsampan,
kedada Liau Hoan.
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
568 Paderi itu tegak diam. Sepasang tangan dirangkapkan
kemuka dada. Tiba-tiba serangkum suara lembut seperti kapas
memancar dari tangannya, menghapus tenaga pukulan Siauliong,
seraya tertawa hambar.
"Pukulan semacam itu, banyak terdapat dipasar persilatan!"
Siau-liong tak mau menyahut melainkan lepaskan lagi
sebuah pukulan Tay-lo-kim-kang ke arah kepala paderi itu.
Liau Hoan agak terkejut. Cepat ia dorongkan kedua
tangannya kesamping untuk 'menarik' tenaga pukulan Siauliong
kesamping. Kedua bahunya pun ikut condong kesamping
tetapi secepat itu berayun kemuka lagi. Sepasang kakinya
tetap tak berkisar sedikitpun jua.
Tetapi mau tak mau wajah paderi itu berobah, kaget,
serunya, "Pukulan Thay-siang-ciang! Adakah engkau benarbenar...."
Tetapi tiba-tiba ia hentikan kata2nya dan berganti dengan
sebuah bentakan yang bengis "Masih ada 28 jurus, lekas
teruskan seranganmu!"
Diam-diam Siau-liong terkesiap dalam hati. Apa yang
disohorkan orang ternyata benar. Kepandaian Liau Hoan
memang hebat sekali. Sekali lawan bergerak, segera ia dapat
mengetahui nama jurus dan alirannya.
Semula Siau-liong mengira dalam 3 jurus,ia tentu dapat
mengalahkan paderi itu dengan pukulan Thay-siang-ciang
yang dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Tetapi apa yang
disaksikan, benar-benar membuatnya termangu-mangu.
Rupanya Liau Hoan tak sabar, ia membentak dengan
nyaring; "Lekas serang!"
569 Sejenak merenung, Siau-liong tiba-tiba lempangkan tangan
kanan mendorong lurus kemuka.
Gerakan itu memang aneh. Meninju bukan, tamparan pun
bukan. Dan lagi gerakannya amat pelahan sekali.
Liau Hoan kerutkan alis. Sesaat ia tak tahu jurus apakah
yang sedang dimainkan anak muda itu.
Ternyata jurus yang digunakan Siau-liong itu disebut
Sebatang-tonggak-menyanggah-langit. Salah sebuah jurus
dari apa yang disebut Satu pukulan-Tiga tamparan-Empat
tutukan. ialah pelajaran yang termasuk dalam kitap pusaka
Thian-kong-sin-kang.
Jurus itu mengandung perobahan yang rumit sekali. Oleh
karena Siau-liong baru saja satu kali melatih pelajaran itu dan
tak memiliki latihan dasar dari tenaga dalam Thian-kong-sinkang.
maka ia tak dapat menggunakannya dengan tepat.
Namun karena Liau Hoan sudah berjanji tak balas
menyerang, maka timbullah keinginan Siau-liong untuk
mencoba pelajaran itu. Maka tanpa menghiraukan adakah
latihannya sudah sesuai atau belum, ia segera menggunakan
jurus itu. Sambil lepaskan pukulan, diam-diam Siau-liong
menumpahkan pikirannya untuk menghafalkan gerak
perobahan selanjutnya. Oleh karena itu maka gerakannyapun
dilakukan dengan pelahan.
Liau Hoan kaget dan meragu. Pukulan Siau-liong dengan
ilmu Thay-siang-ciang tadi, sudah membuatnya tak berani
memandang rendah pada anak muda itu lagi.
570 Sepintas pandang pukulan anak itu memang tak berharga
dan lambat sekali. Tetapi anehnya, Liau Hoan benar-benar tak
tahu ilmu apakah pukulan Siau-liong itu. Maka ia terpaksa
diam-diam kerahkan semangat dan tenaga dalam untuk
bersiap-siap. Pada saat tangan Siau-liong mendorong lurus sekonyongkonyong
ia menggembor keras dan tiba-tiba tangan anak itu
bergerak cepat sekali. Tahu2 dada Liau Hoan termakan
tinju.... "Hai....!" mulut paderi kurus itu menjerit aneh dan
tubuhnya menyurut mundur selangkah.
Imam Li Hun dan anak buahnya terkejut menyaksikan
peritiwa itu. Mereka terkesiap memandang Siau-liong.
Liau Hoan tak menderita luka berat. Ia menatap Siau-liong
sambil mengusap keningnya lalu tundukkan kepala merenung.
Siau-liong sendiri juga termangu-mangu. Ia tak menyangka
bahwa pelajaran yang masih setengah matang itu ternyata
mempunyai perbawa yang sedemikian hebatnya.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Siau-liong
terkejut. Memandang ke arah barisan pohon Bunga. ternyata
tempat itu penuh dengan gulung asap tebal yang membubung
ke udara. Suara itu tentulah berasal dari gerakan rombongan
Ceng Hi totiang yang tengah meledakkan semua alat rahasia
dan rintangan dalam lembah.
Tetapi alangkah kejutnya ketika berpaling, ternyata Poh
Ceng-in yang menggeletak di tanah tadi sudah lenyap.
Dilihatnya imam Li Hun dan anak buahnya sedang
memandang dirinya seraya pelahan-lahan menyurut mundur.
571 Segera ia menduga, tentulah mereka yang melarikan Poh
Ceng-in. Kemudian mata Siau-liong beralih memandang ke arah
barisan pohon Bunga. Tanpa banyak pikir lagi, ia terus
gunakan gerak loncat Naga-berputar-18-kali, melesat ke arah
barisan pohon Bunga.
Setelah merenung beberapa saat, tiba-tiba Liau Hoan
tersadar dan berseru pelahan, "Thian-kong-sin-kang! Tentulah
ilmu sakti Thian-kong-sin-kang....!"
Memandang ke muka, ternyata Siau liong sudah lari. Paderi
itu menggembor keras lalu loncat mengejar.
Gerak Naga-berputar-18-lingkaran dari Siau-liong telah
mencapai tataran yang tinggi. Dalam dua gerak loncatan saja,
ia sudah mencapai belasan tombak jauhnya.
Ketika masih melayang di udara, tiba-tiba ia memperoleh
akal. Cepat ia meluncur ke arah sebuah semak yang tinggi,
terus berganti pakaian sebagai Pendekar Laknat.
Tepat pada saat ia selesai menyamar sebagai Pendekar
Laknat, paderi Liau Hoan pun tiba. Bagaikan seorang gila,
paderi itu memandang ke sekeliling penjuru seraya tak hentihentinya
mengingau seorang diri, "Thian-kong sin-kang!
Tentulah ilmu sakti Thian-kong-sin-kang....!"
Paderi itu melihat juga pada Siau-liong. Tetapi karena saat
itu Siau-liong sudah berganti dandanan sebagai Pendekar
Laknat maka Liau Hoan hanya memandangnya dengan tawar
terus menyusup ke dalam gerumbul untuk mencari pemuda
tadi. 572 Siau-liong tertawa dingin. Dia tak mau menghiraukan
paderi kurus itu melainkan terus melesat ke arah barisan
pohon Bunga. Dalam sekejab mata ia sudah berada di tengah
puing barisan pohon Bunga.
Saat itu suara teriakan, tidaklah sengeri tadi. Dan yang
tampak hanya berpuluh-puluh jago silat tengah lari kian
kemari. Entah apa yang terjadi dengan pertempuran di
sebelah muka. Juga kereta yang dinaiki Iblis-penakluk-dunia
dan Dewi Neraka tak tampak bayangannya.
Siau-liong menerjang di antara orang2 itu, melintas ke
muka Karena sudah menerima penerangan dari Ceng Hi
totiang, maka rombongan jago2 silat itu sama menyisih untuk
memberi jalan kepada Pendekar Laknat.
Tampak ketua Siau-lim-si Ti Gong taysu dengan 20-an
paderi lari menghampiri. Ketua Siau-lim-si itu agak tertegun
ketika melihat Pendekar Laknat Siau-liong. Buru-buru ia
memberi hormat dan berseru nyaring, "Pendekar Laknak...."
"Di mana Ceng Hi totiang dan rombongannya?" seru Siauliong
tegang. Sambil menunjuk ke arah lembah, ketua Siau lim-si itu
berseru, "Masih memimpin rombongan orang gagah
bertempur dengan kedua, durjana. Tetapi gelagatnya tidak
menguntungkan fihak kita, kedatangan saudara sungguh
kebetulan sekali...." berhenti sejenak ketua Siau-lim-si itu
berkata pula, "Tadi menerima laporan bahwa ada kaki tangan
musuh yang keluar dari terowongan rahasia. Maka aku
mendapat perintah untuk menangkapnya!"
Habis berkata, ia memberi salam terus lanjutkan perjalanan
lagi. 573 "Ti Gong taysu....!" cepat Siau-liong maju selangkah
meneriakinya. Ketua Siau-lim-si itu berhenti dan berpaling, "Saudara
mempunyai keperluan apa?"
Sejak ditolong dari Lembah Maut, ketua Siau-lim-si itu
bersikap baik kepada Pendekar Laknat.
"Cousu-ya dari Kay-pang yakni Kongsun Liong seorang diri
menyelundup ke dalam Lembah Semi dan berhasil menangkap
seorang wanita siluman baju merah, tetapi...." "ditatapnya
wajah paderi itu lalu berkata pula, "Kabarnya pada waktu dia
ke luar dari Lembah, telah salah faham dengan beberapa
rombongan paderi yang bertugas disitu. Wanita baju merah itu
disembunyikan oleh rombongan paderi.... ah, wanita baju
merah itu penting sekali. Dapatkah aku minta tolong pada
taysu untuk memintakan wanita baju merah itu dan serahkan
padaku" "
Ti Gong menatap wajah Siau-liong, tanyanya, "Entah
rombongan paderi dari fihak manakah yang menawan wanita
itu" Dan lalu kemana saja perginya ketua Kay pang itu?"
"Yang kuketahui nama dari kepala rombongan itu adalah
paderi Li Hun!"
Tay Gong merenung sejenak lalu berkata, "Li Hun adalah
paderi Go-bi-pay! Baiklah, permintaan saudara pasti akan
kulaksanakan...." habis berkata ketua Siau-lim-si itu terus
bergegas melangkah pergi dengan rombongannya.
Siau-lim-si pun lanjutkan langkahnya ke arah lembah.
Barisan pohon Bunga yang lebat, kini hanya tinggal tumpukan
puing yang asapnya masih bergulung-gulung tebal, Di sana
sini bertebaran mayat manusia dengan tubuh yang
574 mengerikan dan terbakar. Dan mayat berhamburan kemanamana.
Menilik keadaannya, pertempuran itu belum berselang
berapa lama. Pekik jeritan tak terdengar lagi. Binatang2 buas dan ular
beracun serta alat-alat perangkap rahasia dari Lembah Semi,
boleh dikata sudah hancur berantakan. Tetapi Ceng Hi totiang
pun harus membayar mahal dengan korban2 rombongan
orang gagah yang banyak berjatuhan. untuk penghancuran
itu. Saat itu menjelang petang hari. Rombongan Ceng Hi
totiang tengah menggempur pertahanan di belakang lembah
yang dijaga oleh suami isteri Iblis-penakluk-dunia.
Masuk dari jalan yang dipertahankan Iblis-penakluk-dunia
itu, akan mencapai pusat lembah. Bangunan betingkat dari
lembah itu, tampak menjulang jauh dimuka.
Siau-liong maju lagi. Dilihatnya Ceng Hi to-tiang sedang
memimpin rombongan untuk menyerbu pos jalanan itu. Jalan
itu berbentuk seperti sebuah pintu dari sebuah kota. Tetapi
terbuat dari pada batu alam. Hanya cukup dilewati beberapa
orang. Dari tempatnya, Siau-liong dapat melihat bahwa di dalam
jalan mulut jalan itu, Iblis-penakluk-dunia dan rombongannya
tak kelihatan. Rupanya mereka sudah mengundurkan diri.
Keadaan didepan mata sudah jelas. Ceng Hi totiang dan
rombongannya sudah bertekad untuk membobolkan setiap
rintangan. Jika dapat, membasmi kedua suami isteri durjana.
Jika gagal, sekurang-kurangnya dapat menghancurkan sarang
Lembah Semi. 575 Teringat akan surat peringatan dari gurunya (tabib sakti
Kongsun Sin-tho),makin gelisah. Tetapi jika menasehati Ceng
Hi totiang supaya menarik mundur rombongannya, jelas tak
mungkin. Ceng Hi totiang segera mendapat laporan tentang
kedatangan Pendekar Laknat. Cepat tokoh tua itu
menyambutnya; "Ah, kedatangan saudara sungguh kebetulan
sekali...."
Memandang kemuka, Siau-liong dapatkan Ceng Hi totiang
dikawal oleh berpuluh orang, paderi, imam dan beberapa
tokoh2 persilatan segala aliran. Antara lain Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo dari Kong-tong-pay, ketua Kay-pang To Kiukong
serta kepala Rimba Hijau daerah selatan yakni setinggi
besar Lu Bu-ki. Dan masih ada lain-lainnya yang Siau-liong tak
kenal. Atas penyambutan Ceng Hi totiang. buru-buru Siau-liong
balas memberi hormat; "Karena ada sedikit urusan maka
sampai terlambat datang, maaf, maaf...."
Diam-diam Siau-liong heran. Kalau Ceng Hi totiang dan
rombongannya sudah memutuskan untuk menyerbu lembah,
mengapa mereka masih berada dimulut jalanan yang tiada
dijaga musuh situ".
Menurut peta dari Jong Leng lojin, pada mulut jalanan itu
tak terdapat alat-alat rahasia yang berbahaya. Karena alat-alat
dan perkakas2 rahasia itu kebanyakan dipasang dalam barisan
Tujuh Maut. Jika Iblis-penakluk-dunia tak mau bertempur mati-matian
dengan rombongan Ceng Hi, terang mereka tentu akan
mengundurkan diri kebarisan Tujuh Maut. Rupanya mereka
576 hendak menggunakan alat-alat jebakan dan perkakas2 maut
untuk menghancurkan rombongan orang gagah.
Toh Hun-ki maju menghampiri untuk memperkenalkan
tokoh2 yang hadir disitu kepada Pendekar Laknat. Ternyata
mereka kebanyakan pada 20 tahun yang lalu pernah melihat
Pendekar Laknat. Diam-diam mereka heran dan kagum atas
perobahan tingkah laku Pendekar Laknat sekarang. Sungguh
seperti langit dengan bumi beda Pendekar Laknat sekarang
dengan 20 tahun yang lalu!
Agar penyamarannya tak diketabui, terpaksa Siau-liong
bersikap sedapat mungkin untuk melayani mereka. Setelah itu
cepat2 ia alihkan perhatian kesekeliling penjuru dan bertanya
kepada Toh Hun-ki, "Iblis itu sudah mundur, mengapa kalian
tak menyerbu ke dalam lembah?"
Toh Hun-ki menghela napas pelahan, sahutnya, "Jika hanya
Iblis-penakluk-dunia dan anak buahnya, tentu mudah
dihancurkan. Paling tidak tentu terulang seperti peristiwa 20
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahun yang lalu, yang mengusirnya dari wilayah Tiong-goan,
tetapi tak kira...."
Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari dalam mulut jalanan,
terdengar sebuah suitan panjang yang nyaring. Wajah Toh
Hun-ki berobah seketika.
Ceng Hi totiang memberi isyarat dan berseru keras, "Iblispenakluk-
dunia menyerbu lagi, lekas mundur" kemudian
berpaling ke arah Pendekar Laknat, ujarnya; "Dalam
pertempuran tadi, telah jatuh beberapa korban sahabat kita,
menilik keadaan sekarang ini...." tiba-tiba ia menarik Siauliong
terus diajak loncat keujung sebuah batu karang, katanya
pula, "Menilik gelagatnya sekarang ini, Iblis-penakluk-dunia
dapat menggunakan kedua durjana Harimau Iblis dan Naga
Terkutuk serta Lam-hay Sin-ni...."
577 Gelombang teriak jeritan melengking disusul dengan bunyi
kereta berderak-derak. Beberapa barisan wanita dan pria dan
tiap barisan terdiri dari lima orang, muncul dari dalam mulut
jalanan itu seraya berteriak-teriak. Iblis-penakluk-dunia dan
Dewi Neraka duduk dalam kereta sambil tersenyum-senyum.
Kereta ditarik oleh kedua orang yang mukanya bertutupan
kain hitam dan dikanan kiri kereta dikawal oleh barisan baju
hitam. Tepat seperti yang dilihat Siau-liong ketika mereka
mengadakan persiapan dalam hutan itu.
Ceng Hi totiang dan rombonpan orang gagah segera
membentuk diri dalam formasi seperti sebuah jaring. Bersiap
kira2 20-an tombak jauhnya dari mulut jalanan itu.
Oleh karena pelengkapan alat-alat rahasia telah diledakkan
hancur maka tanah disitu tinggi rendah tak menentu. Kereta
Iblis-penakluk-dunia berhenti pada sebuah lekukan tanah.
Iblis-penakluk-dunia tertawa sinis lain berteriak nyaring,
"Hai, Ceng Hi totiang! Apakah engkau sudah
mempertimbangkan omonganku tadi?"
Ceng Hi totiang melangkah maju dan membentak, "Aku
telah menerima permintaan dari para sahabat persilatan untuk
memimpin gerakan ini. Selama engkau berdua durjana belum
lenyap, dunia persilatan tentu takkan aman. Dalam keadaan
seperti saat ini tiada lain pilihan lagi kecuali melanjutkan
gerakan ini. Atau kalian mau menyadari kesalahan dan
menyingkir jauh keluar perbatasan, gerakan ini akan segera
kuhentikan! "
Iblis-penakluk-dunia tertawa mengejek, "Imam hidung
kerbau, maut sudah di depan mata, mengapa engkau masih
jual lagak bermulut besar!"
578 Iblis itu menutup kata2nya dengan gerakkan tangan kiri
memberi komando, "Serang!"
Kedua barisan baju hitam yang di belakang kereta segera
maju. Salah seorang yang berada paling depan tanpa bicara
apa2, terus menyerang Ceng Hi totiang.
Gerakan orang itu luar biasa cepatnya. Pukulannya
menghamburkan deru angin yang tajam sekali. Dan pukulan
itu adalah ilmu pukulan sakti Merampas-jiwa-mengejar-nyawa.
Ceng Hi totiang tak berani ayal. Cepat ia menangkisnya.
"Plak". terdengar letupan keras. Penyerang itu dan Ceng Hi
totiang masing-masing menyurut mundur selangkah.
Kiranya baju hitam yang menyerang itu bukan lain adalah
salah seorang dari Lima Durjana yang termasyhur, yakni si
Harimau Iblis. Entah mengapa tokoh itu mau menjadi kaki
tangan Iblis-penakluk-dunia!
Tanpa menunggu komando Ceng Hi totiang lagi, belasan
orang gagah itu cepat loncat maju menghadang Harimau Iblis.
Serangan perlama tertahan. Harimau Iblis maju menyerang
lagi. Kain penutup mukanya dari sutera tipis. Tertiup angin,
dapatlah diketahui wajahnya yang agak aneh. Terutama
sepasang matanya yang ketolol-tololan tetapi sepasang alisnya
menampilkan nafsu pembunuhan yang menyala-nyala.
Memang Ceng Hi totiang sudah mengetahui perobahan
wajah Harimau Iblis yang tidak wajar itu. Ia berputar diri
menghindari pukulan Harimau Iblis.
Tetapi yang benar-benar mengejutkan orang adalah
rombongan barisan baju hitam itu. Diantaranya terdapat juga
It Hang totiang dan ketiga tokoh Kun-lun-sam-cu. Mereka
579 mengikuti di belakang Harimau Iblis untuk menyerang Ceng Hi
totiang. Iblis-penakluk-dunia barbangkit dan tertawa nyaring. Tibatiba
ia gerakkan tangan kanan memberi komando lagi,
"Serang!"
Kembali barisan baju hitam yang lain, menyerbu ke luar,
menerjang rombongan orang gagah.
Siau-liong diam-diam memperhatikan barisan baju hitam
itu. Yang menjadi pemimpin ternyata si Naga Terkutuk dan
anggautanya terdiri dari si Penebang-kayu dari Tiam jong-san
Shin Bu-seng, ketua Ji-tok-kau Tan It-hong, ketua Tong-thingpang
Cu Kong-leng bergelar Kipas-banci dan seorang yang tak
diketahui. Tokoh2 yang hilang dalam Lembah Semi tempo hari
ternyata kini menjadi kaki tangan Iblis"penakluk-dunia!
Karena fihak Iblis-penakluk-dunia mengeluarkan barisan
baju hitam yang kedua, maka rombongan orang gagah yang
mengepung diluar barisan pohon Bunga pun segera
berhamburan keluar, menyongsong mereka. Seketika
pecahlah pertempuran yang dahsyat.
Naga Terkutuk dan Harimau Iblis memang tak usah
dilukiskan kesaktiannya. It Hang totiang, Kun-lun-sam-cu pun
tergolong jago kelas satu dalam dunia persilatan Karena
pikiran mereka sudah tak normal lagi, mereka pun menyerang
dengan sekehendak hati. mengeluarkan jurus2 kepandaiannya
yang hebat. Maka dalam beberapa saat saja, difihak
rombongan orang gagah telah jatuh 20-an korban yang
binasa. 580 Ceng Hi totiang menyadari keadaan itu. Cepat ia mengatur
barisannya lagi. Dia bergerak kian kemari dalam pertempuran
yang kacau balau itu. Dengan demikian dapatlah keadaan
barisan orang gagah itu berkurang bahayanya.
Ceng Hi totiang memerintahkan belasan jago2 sjlat untuk
mengepung kedua durjana Harimau Iblis dan Naga Terkutuk.
Dengan demikian walaupun kedua durjana itu berkaok-kaok
seperti singa kelaparan tetapi untuk sementara ruang gerak
mereka dapat dibatasi.
Yang meresahkan pikiran Ceng Hi totiang adalah tentang
diri It Hang totiang dan beberapa tokoh lainnya. Jelas mereka
sudah hilang kesadaran pikirannya. Rombongan orang gagah
diperintahkan supaya hati2 menghadapi mereka. Jangan
sampai dibunuh, cukup kalau dikepung dan dapat ditawan
hidup-hidupan. Tetapi sulitnya, mereka memiliki kepandaian
yang tinggi. Tinju dan tutukan jari mereka, hebatnya bukan
alang kepalang. Untuk menangkap mereka, sukarnya melebihi
menangkap seekor harimau buas.
Oleh karena terpancang oleh perintah itu, rombongan
orang gagah menemui kesulitan juga. Bahkan ada beberapa
yang terkena pukulan dan tutukan jari mereka.
Selama itu Siau-liong masih tetap berdiri di pinggir belum
mau turun tangan. Ia sedang mencari akal untuk mengatasi
kekacauan itu. Setelah kekacauan fihak orang gagah dapat diredakan,
longgarlah pikiran Ceng Hi totiang. Tetapi ketika melihat It
Hang lotiang dan Kun-lun Sam-cu masih belum dapat diatasi,
mau tak mau Ceng Hi totiang gelisah juga hatinya.
Ceng Hi totiang sudah kerahkan barisan ko-jiu (tokoh sakti)
untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis dan Naga
581 Terkutuk, tetapi ternyata kekuatannya pun hanya berimbang
saja. Demikian pun dengan barisan dari tokoh-tokoh kelas
satu yang diperintahkan untuk menawan It Hang totiang dan
Kun-lun Sam-cu, juga masih belum berhasil. Jika kedua suami
isteri Iblis-penakluk-dunia itu menceburkan diri atau menyuruh
kedua penarik kereta yang misterius itu turun tangan,
bukankah akibatnya akan lebih menderita bagi fihak
rombongan orang gagah"
Ceng Hi totiang kerutkan alis berpikir keras. Tiba-tiba ia
memberi perintah secara rahasia agar rombongan yang
mengepung diluar barisan pohon Bunga siapkan obat pasang
dan bahan peledak. Setiap waktu, apabila perlu, akan diberi
perintah lagi. Setelah ketegangan mereda, barulah Siau-liong loncat
turun kesamping Ceng Hi totiang, serunya; "Adakah totiang
sudah mempunyai rencana yang lengkap untuk menghadapi
keadaan saat ini?"
Ceng Hi totiang terkesiap, sahutnya, "Aku telah berusaha
sekuat tenaga, berhasil atau gagal, tak dapat kupastikan.
Terserah kepada Allah!"
Dari nada penyahutannya, jelas kalau Ceng Hi totiang
bersikap dingin kepada Siau-liong. Kiranya memang sejak 20
tahun yang lalu, walau pun tak dipandang sejahat Iblispenakluk-
dunia dan isterinya, tetapi Ceng Hi totiang memang
tak mempunyai kesan baik terhadap Pendekar Laknat.
Adalah karena keterangan Toh Hun-ki yang memuji-muji
Pendekar Laknat sekarang ini, ditambah pula dengan
kenyataan bahwa Pendekar Laknat yang sekarang ini memang
telah menolong Ti Gong laysu, Toh Hun-ki dan rombongan To
Kin-kong dari Lembah Maut. Kemudian sikap Pendekar Laknat
yang terang-terangan memusuhi kedua suami isteri IblisTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
582 penakluk-dunia sehingga sampai bertempur dengan Lam-hay
Sin-ni, makin menguatkan kepercayaan Ceng Hi totiang bahwa
Pendekar Laknat yang sekarang ini benar sudah kembali ke
jalan yang terang.
Tetapi kepercayaan itu goyah pula ketika Ceng Hi totiang
sedang menyusun barisan, Siau-liong tiba-tiba lenyap dan
kemunculannya pada saat itu pun tak ubah hanya sebagai
penonton saja. Sama sekali tak mau ikut membantu.
Siau-liong menatap Ceng Hi totiang dan berkata dengan
suara tandas; "Aku hendak menghaturkan sepatah kata, entah
apakah totiang sudi mendengarkannya atau tidak?"
Samhil mengawasi jalannya pertempuran, tanpa berpaling
menyahutlah Ceng Hi totiang; "Jika anda mempunyai saran.
silahkan mengutarakan. Sudah tentu aku senang
mendengarkannya!"
Melihat sikap orang yang acuh tak acuh, Siau-liong
menghela napas, "Suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu belum
mengerahkan seluruh kekuatannya namun berpuluh-puluh
orang gagah telah mengorbankan jiwanya. Andaikata kedua
durjana itu benar-benar mengeluarkan seluruh kekuatannya
untuk menempur, mungkin nasib dari beratus-ratus tokoh
persilatan tentu akan ludas ditangan totiang!"
Mendengar itu serentak berpalinglah Ceng Hi totiang
kepada Siau-liong. Ia menghela napas. "Keadaan memang
begitu, lalu bagaimana kita harus berdaya?"
Berkata Siau-liong "Menangkap maling harus membekuk
benggolannya dulu! Jika tak dapat merencanakan siasat untuk
meringkus suami isteri durjana itu tetapi hanya mengadu
kekuatan secara begini saja, kita tentu akan menderita
kekalahan!"
583 "Lalu apakah anda mempunyai saran yang baik?" tanya
Ceng Hi totiang.
"Tak ada lain jalan kecuali menarik pulang barisan dulu dan
mengatur rencana yang lebih sempurna lagi!" sahut Siauliong.
Ceng Hi totiang terbeliak, "Adakah anda maksudkan supaya
aku memimpin rombongan Orang gagah meloloskan diri dari
sini?" Dengan nada serius Siau-liong menyahut, "Seorang ksatrya
harus mahir menggunakan kekuasaan dan pandai dalam
menghadapi perobahan. Sekalipun menderita sedikit hinaan
tetapi asal dapat membentuk dasar dari kemenangan....
Kemenangan akhir tak mungkin orang akan mencela tindakan
totiang karena hari ini telah menarik mundur barisan!"
Ceng Hi totiang kerutkan alis.... Setelah beberapa kali
mengeliarkan mata, ia menghela napas, "Saat ini sudah ibarat
orang naik dipunggung harimau. Beribu tokoh persilatan
sedang menyala semangatnya. Setiap orang tak menghiraukan
soal kehilangan jiwa. Sekalipun aku mempunyai kekuasaan
untuk menarik mundur barisan tetapi dikuatirkan mereka tak
mau tunduk pada perintah itu!"
Diam-diam Siau-liong mengakui kebenaran ucapan totiang
itu. Maka terpaksa ia tak mau buka mulut lagi.
Saat itu kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi
Neraka tetap duduk di atas kereta dan mengatasi kedua
barisan baju hitam serta berpuluh-puluh anak buahnya pria
dan wanita menempur barisan orang gagah. Iblis itu tak hentihentinya
tertawa. 584 Tetapi ketika menyaksikan Ceng Hi totiang dapat mengatasi
kekalutan barisannya dengan memerintahkan belasan tokoh2
sakti untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis, Naga
Terkutuk, Iblis-penakluk-dunia mulai gelisah.
Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia itu tertawa dan bicara
beberapa patah kata kepada Dewi Neraka lalu lontarkan
segulung api. Siau-liong terkejut dan cepat2 meneriaki Ceng Hi totiang,
"Totiang, hati-hatilah! dengan tipu muslihat mereka! "
Memang Ceng Hi totiang sudah dapat menduga bahwa api
pertandaan yang dilepas Iblis-penakluk-dunia itu tentu ada
tujuannya. Maka ia tumpahban perhatian untuk mengawasi
perobahan yang akan terjadi dalam mulut jalanan.
Tetapi sampai beberapa lama belum juga tampak tanda2
timbulnya suatu perobahan apa2.
Selang sepeminum teh lamanya, tiba-tiba angin berhembus
membawa bau yang harum. Bau harum itu bertebaran
kemana-mana. Siau-liong yang cepat dapat mencium bau harum itu,
banting2 kaki seraya menghela napas, "Celaka! Angin ini
mengandung bau harum. Tentulah anak buah Iblis-penaklukdunia
telah menghamburkan Racun penyesat pikiran! "
Buru-buru ia merogoh botol pil pemberian Poh Ceng-in
yang tinggal separoh isinya. Hanya tinggal 8 butir saja.
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah ia sendiri minum sebutir, sisanya lalu diberikan kepada
Ceng Hi totiang, "Tolong, pil ini berkhasiat menawarkan hawa
beracun. Sayang hanya tinggal sedikit!"
585 Setelah menerima, bermula Ceng Hi agak ragu2 tetapi
akhirnya ia minum juga sebutir. Sisanya ia bagikan kepada
beberapa tokoh yang sedang bertempur dengan Harimau Iblis
dan Naga Terkutuk.
Bau harum makin lama makin keras dan seketika terjadilah
perobahan dalam gelanggang pertempuran.
Barisan orang gagah itu mulai lemas. Kebalikannya
Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang
makin bersemangat. Serangan mereka makin dahsyat.
Kekuatan yang semula berimbang, saat itu berobah.
Seketika terdengar jerit pekikan ngeri ketika Harimau Iblis,
Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang mengamuk.
Mereka tak ubah seperti gerombolan harimau yang sedang
mengganas kawanan anak kambing, Ketika di fihak barisan
orang gagah makin bertambah menumpuk.
Untunglah karena barisan pohon Bunga itu sudah berobah
menjadi sebuah lapangan yang luas maka angin pun meniup
agak keras. Bau harum itu tak dapat berkerumun lama dan
terus hanyut dibawa tiupan angin.
Melihat barisannya banyak yang berguguran, marah dan
sedihlah Ceng Hi totiang. Dengan bersuit nyaring ia mencabut
kebut pertapaan yang diselipkan di punggungnya lalu loncat
melayang ke gelanggang pertempuran. Rupanya jago tua itu
tak tahan lagi melihat banyak jago2 persilatan yang menjadi
korban. Sampai saat itu Siau-liong tetap tak mau turun tangan. Ia
hanya memandang lekat2 ke arah kedua orang berkerudung
hitam yang menarik kereta Iblis-penakluk-dunia itu.
586 Iblis-penakluk-dunia tetap tertawa-tawa dengan
congkaknya. Dalam suasana pertempuran yang berhias pekik
jelitan ngeri dan gemerincing senjata beradu, suara ketawa
iblis itu makin menusuk telinga orang.
Pada lain saat Dewi Neraka yang berdri sambil mencekal
tongkat Kepala naga itu, tiba-tiba membentak suaminya,
"Tolol! Mengapa engkau hanya tertawa saja!"
Iblis-penakluk dunia hentikan tertawanya. Tiba-tiba ia
menarik sebatang kendali lalu memukul punggung salah satu
dari kedua orang yang menarik kereta itu.
Orang itu mengeluh pelahan lalu berpaling ke belakang dan
bertanya kepada Iblis-penakluk-dunia, "Apakah perintah Thian
cun!" Iblis-penakluk-dunia menunjuk dengan tangkai kendali ke
arah Ceng Hi totiang, serunya, "Apakah engkau melihat imam
tua yang memakai kebut pertapaan itu" Lekas tawan dia
hidup-hidupan!"
Orang berkerudung kain hitam itu mengiakan. lalu enjot
tubuhnya melambung ke udara. Setelah mencapai ketinggian
10-an tombak, ia segera menukik ke bawah. Dalam jurus
Menyelam ke dalam laut-menangkap-naga, ia meluncur ke
arah Ceng Hi totiang!
Semula Ceng Hi memang mencurahkan perhatian untuk
mengawasi gerak gerik kedua orang kerudung hitam yang
menarik kereta Iblis penakluk-dunia itu. Tetapi karena suasana
saat itu makin genting, terpaksa ia tak dapat bersabar lebih
lama lalu terjun kegelanggang pertempuran.
Memang tak kecewalah Ceng Hi totiang diangkat sebagai
pemimpin dari barisan orang gagah. Hanya dalam beberapa
587 gebrak saja, ia sudah dapat menolong keadaan dari belasan
orang gagah yang sedang terdesak oleh kedua durjana
Harimau Iblis dan Naga Terkutuk. Gerakan kebut pertapaan
totiang itu hampir saja berhasil merobohkan kedua durjana
itu. Ceng Hi totiang terkejut ketika melihat orang berkerudung
muka itu menukik hendak menyerang dirinya. Cepat ia
tinggalkan kedua durjana. Sebelum orang berkerudung itu
meluncur ke tanah, ia mendahului menyerangnya.
Orang berkerudung itu menggembor keras. Sepasang
tangannya yang bersikap hendak mencengkeram tadi tiba-tiba
diganti menjadi gerak tamparan.
"Plak".... terdengar letupan keras. Ceng Hi totiang terpental
sampai lima enam langkah ke belakang Darahnya bergolakgolak
dan dengan susah payah barulah ia dapat menjaga
keseimbangan tubuhnya jangan sampai rubuh.
Kebalikannya orang berkerudung muka itu enak-enak saja
meneruskan peluncurannya ke tanah. Secepat kilat ia
gerakkan kedua tangannya untuk menampar. Seketika
terdengarlah jeritan ngeri dan tiga imam dari Kun-lun pay
yang berada didekatnya pecah tulangnya dan mati seketika!
Gerakan menukik dari udara yang luar biasa dan sekali
pukul dapat melemparkan Ceng Hi totiang serta
membinasakan tiga tokoh Kun-lun-pay, benar-benar membuat
sekalian orang menjerit kaget.
Setelah mengambil napas beberapa saat, Ceng Hi totiang
maju menyerang lagi.
Dia seorang jago tua yang banyak pengalaman dan luas
pengetahuan. sekali pun orang itu seluruh mukanya ditutup
588 kain hitam, tetapi ia dapat mengetahui dari pukulannya tadi
bahwa orang itu bukan lain adalah tokoh yang sudah
menghilang selama berpuluh tahun yakni Jong Leng lojin,
pemilik ilmu tenaga-sakti Jit-hoa-sin kang.
Sekalipun menyadari bahwa ia bukan lawan orang tua itu,
tetapi ia tahu bahwa kecuali dirinya, tiada seorang pun yang
mampu menghadapi orang tua itu. Sekalipun dengan
keroyokan, juga sia-sia saja.
Mulut Jong Leng lojin mendesis desis mengeluarkan suara
aneh. Sepasang matanya yang tampak dari dua buah lubang,
berkeliaran kian kemari. lalu memandang lekat ke arah Ceng
Hi totiang. Tiba-tiba ia tebarkan kedua tangannya dalam sikap hendak
mencengkeram lalu selangkah demi selangkah maju
menghampiri. Gulungan asap harum sebentar menguap sebentar hilang.
Barisan orang gagah makin lemas. Kebalikannya Harimau lbiis
dan Naga Terkutuk makin mengganas. Segera terdengar jerit
pekikan ngeri dan korban pun makin lama makin banyak....
Jong Leng lojin walaupun ditahan oleh Ceng Hi totiang.
Tetapi jelas takkan dapat bertahan lama. Paling banyak dalam
tiga jurus Ceng Hi totiang tentu akan kalah.
Saat itu keadaan sudah jelas. Ceng Hi totiang terang tak
kuat berhadapan dengan Jong Leng lojin Dan Iblis penaklukdunia
masih mempunyai seorang jago lagi yang belum
diajukan, yakni orang baju hitam dan berkerudung muka yang
menarik kereta itu.
589 Menyaksikan keadaan rombongan orang gagah yang sudah
makin payah dan korban2 yang berjatuhan tak terhitung
banyaknya, Ceng hi totiang mengalirkan air mata....
Jong Leng lojin makin maju mendekati. Kedua tangannya
lurus dilempangkan ke muka. Sekali pun tiada seorangpun
yang tahu ilmu apa yang akan dilakukan orang tua itu, tetapi
diam-diam mereka mengucurkan keringat dingin karena
mencemaskan nasib Ceng Hi totiang Ceng Hi totiang pun
segera bersiap. Sepasang tinju digenggamnya erat2 dan
disaluri dengan sembilan bagian tenaga-dalam.
Diam-diam teringatlah Ceng Hi totiang akan kata-kata
Pendekar Laknat Siau-liong tadi....
"Hidup matinya dunia persilatan terletak di tangan
totiang...."
Ceng Hi totiang berpaling. Dilihatnya Pendekar Laknat Siauliong
masih tegak berdiri di tempatnya. Rupanya tengah
merenung sehingga tak mengacuhkan keadaan di
sekelilingnya....
Ceng Hi totiang menghela napas lalu kerahkan seluruh
semangat dan pikiran untuk menyambut serangan Jong Leng
lojin. Rupanya Jong Leng lojin kuatir kalau Ceng Hi totiang akan
meloloskan diri. Maka sengaja ia berjalan lambat2 sambil
mengawasi gerak gerik imam itu. Setelah kira2 dua langkah di
muka Ceng Hi totiang, dengan tiba-tiba Jong Leng lojin
menguak keras dan secepat kilat kedua tangannya
mencengkeram bahu Ceng Hi.
Dalam kalangan partai2 persilatan dewasa itu, Ceng Hi
totiang merupakan satu-satunya tokoh angkatan tua yang
590 masih tertinggal. Saat itu ia susupkan kebut pertapaan
kebahunya lagi lalu gerakkan kedua tangannya untuk
menghantam dada dan perut Jong Leng lojin.
Gerakan Ceng Hi itu benar-benar suatu gerakan yang amat
berbahaya. Karena ia menyadari bahwa cengkeraman Jong
Leng itu merupakan salah sebuah jurus istimewa dari iimu
sakti Jit-hoa-sin-kang. Kecuali tokoh yang kepandaiannya
setingkat dengan dia, jangan harap lain orang mampu
menghindari. Ceng Hi menyadari hal itu. Ia merasa jauh kalah sakti
dengan orang tua itu. Maka ia memutuskan untuk melakukan
serangan yang nekad. Biarlah dua-duanya sama terluka!
Tetapi ternyata Jong Leng tak mau lanjutkan
cengkeramannya. Cepat ia robah sasarannya, menyambar
lengan Ceng Hi. Cepat dan tak terduga sama sekali gerakan
itu sehingga Ceng Hi tak mampu menghindar lagi. Seketika ia
rasakan kedua lengannya tercengkeram oleh dua buah jepitan
besi. Ceng Hi kerahkan seluruh tenaga dalam untuk meronta.
Tetapi tetap tak berhasil. Bahkan tenaga dalamnya itu
berbalik mendampar ke dalam tubuhnya.
"Huak".... Ceng Hi totiang muntah darah.
Sepasang lengannya terasa kesemutan dan seketika
hilanglah daya perlawanannya
---ooo0dw0ooo---
Jilid 11 591 Telur di ujung tanduk
Melihat keadaan Ceng Hi totiang terancam sekalian orang
gagah terkejut. Mereka segera menyerbu Jong Leng lojin
dengin apa yang dapat dilakukan. Pukulan, senjata dan
senjata rahasia.
Saat itu Jong Leng lojin hendak mengepit tubuh Ceng Hi
totiang untuk ditawan. Melihat dirinya diserang kalang kabut
dari segala jurusan, ia lemparkan tubuh Ceng Hi lalu
tamparkan kedua tangannya ke arah rombongan orang gagah.
Serentak terdengar jeritan ngeri dari beberapa orang gagah
yang terkena tamparam orang tua itu. Ada yang rubuh
terluka. Ada yang remuk binasa. Ada pula yang terlempar
sampai setombak jauhnya....
Setelah berhasil menghalau rombongan orang gagah, Jong
Leng lojin kembali memutar tangan kiri lalu secepat kilat
diayunkan ke arah Ceng Hi totiang.
Tokoh tua dari Butong-pay itu sudah terluka dalam. Dia
masih belum mampu bangun dari bantingan Jong Leng lojin
tadi. Sudah tentu ia tak berdaya menghadapi hantamam Jong
Leng lojin. Rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang totiang
masih sibuk menghadapi amukan Harimau iblis dan Naga
terkutuk. Sedang rombongan orang gagah yang hendak
menolong Ceng Hi tadi pun sudah dihantam kocar kacir oleh
Jong Leng lojin. Tak mungkin mereka dapat menolong Ceng Hi
totiang lagi. Imam tua itu pasti binasa.
Pada saat maut hendak merenggut jiwa Ceng Hi, sekonyong2
dari celah2 sinar matahari yang sudah condong
592 kebarat, tampak sesosok tubuh melayang di udara. Dan belum
tiba di tanah, orang itu sudah lepaskan pukulan seraya
berseru membentak Jong Leng lojin, "Berhenti!"
Gerakannya yang luar biasa tangkasnya membuat sekalian
orang terperanjat.
Kiranya orang yang telah menolong Ceng Hi itu adalah
Siau-liong si Pendekar Laknat.
Selama memperhatikan jalannya pertempuran itu, Siauliong
diam-diam telah membuat perhitungan. Berdasarkan
pengalamannya ketika menerima pukulan Jong Leng lojin
dalam bilik terowongan dibawah barisan Tujuh Maut tempo
hari, ia menyadari bahwa pukulannya Thay-siang-ciang yang
dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, tetap kalah dengan
pukulan Jong Leng lojin. Apabila ia membantu Ceng Hi totiang
bukan saja sia-sia, pun dirinya sendiri juga pasti hancur.
Tetapi ia ingat dikala berhadapan dengan sipaderi kurus
Liau Hoan. Sekenanya saja ia gunakan jurus Sebatang-tiangmenyanggah-
langit, ialah sebuah jurus yang dilambari dengan
tenaga sakti Thian-kong-sin-kang yang sama sekali belum
difahaminya. Namun hasilnya sudah mengejutkan sekali.
Paderi Liau Hoan yang sakti dapat dihantam dadanya. Ah.
mengapa ia tak mau mencoba dengan ilmu pukulan itu lagi!
Begitu mendapat keputusan, diam-diam ia kerahkan
semangat dan pusatkan pikiran untuk mengingat-ingat ketiga
buah pukulan Thian-kong-sin-kang dengan perobahanperobahannya.
Tetapi ia tak dapat merenung lama karena saat itu
dilihatnya Ceng Hi totiang terancam bahaya maut dari Jong
Leng lojin. Maka tanpa membuang waktu lagi ia segera loncat
593 ke udara dan lepaskan salah sebuah dari ketiga pukulan
Thian-kong-ciang yang disebut Sapu-jagad.
Terdengar letupan keras. Jong Leng lojin tersurut mundur
dua langkah. Tetapi ketika Siau-liong tiba di tanah, iapun
terhuyung-huyung empat lima langkah jauhnya. Buru-buru ia
mengambil napas.
Didapatinya darah dalam tubuhnya hanya bergolak sedikit,
tak membahayakan.
Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Nerakapun tahu akan
kemunculan Pendekar Laknat itu. Tetapi mereka tenang saja
karena yakin Jong Leng lojin pasti dapat menghancurkannya.
Tetapi apa yang disaksikan saat itu, benar-benar membuat
mereka terbelalak kaget! Buru-buru Iblis-penakluk-dunia
mengangkat cambuk kuda lalu diayunkan ke arah punggung
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang berkerudung hitam yang satunya.
Ternyata orang baju dan berkerudung hitam itu bukan lain
adalah Lam-hay Sin-ni, pewaris dari ilmu sakti Cek-ci-sin-kang.
Karena tak mendengarkan nasehat Randa Bu-san dan
Pendekar Laknat Siau-liong, akhirnya Lam-hay Sin-ni pun
mengalami nasib serupa dengan Jong Leng lojin ialah diracuni
Iblis-penakluk-dunia hingga hilang kesadaran pikirannya!
"Apa perintah tuan!"seru Lam -hay Sin-ni.
Sambil menuding dengan tangkai cambuk, Iblis-penaklukdunia
memberi perintah. "Lekas tangkap hidup atau mati
Pendekar Laknat!"
Lam-hay Sin-ni mengiakan. Sekali kedua bahunya bergetar,
tahu2 tubuhnya meluncur ke udara dan menerjang Siau-liong.
594 Saat itu Jong Leng lojin gelagapan. Ia tak mengerti
mengapa ia sampai terpental dua langkah. Setelah biji
matanya berputar-putar, dengan suara yang parau ia
menggembur lalu maju menyerang lagi.
Siau-liong tahu juga kalau Lam-hay Sin-ni sedang
menyerbu dari udara. Diam-diam ia kerahkan tenaga dalam
Thian-kong-sin-kang lalu gunakan ilmu Menyusup suara
berseru kepada Jong Leng, "Lo-cianpwe, apakah engkau
masih ingat ketika dirantai dalam bilik dibawah tanah itu?"
Pada saat itu Lam-hay Sin-ni pun sudah tiba dan
menghantam kepada Siau-liong. Anak muda itu pun
menyambutnya dengan pukulan tangan kanan dalam jurus
Angin-awan-berobah-warna.
Kembali terdengar letupan dan baik Siau-liong maupun
Lam-hay Sin-ni sama2 terhuyung-huyung mundur beberapa
langkah. Sepanjang hidupnya, Lam-hay Sin-ni tinggal mengasingkan
diri dipedalaman gunung. Jarang ia bertempur dengan orang.
Dalam benaknya hanya terkilas suatu tujuan. Memperoleh
ilmu sakti Thian-kong-sin -kang dan menjadi tokoh yang tiada
tandingannya di dunia.
Serupa dengan Jong Leng lojin tadi, rahib itu pun terkejut
sekali karena dapat dipukul mundur oleh Pendekar Laknat.
Tetapi oleh karena kesadarannya hilang, maka setelah deliki
mata kepada Siau-liong, iapun terus hendak menyerang lagi.
Sesungguhnya Siau-liong tak kurang menderitanya. Adu
pukulan dengan Sin-ni itu menyebabkan matanya berkunangkunang,
kepala pusing tujub keliling, darah bergolak-golak
sehingga ia hampir tak kuat lagi berdiri tegak.
595 Ilmu sakti Thian-kong-sin-kang baru saja dipelajari. Boleh
dikata hanya kulitnya saja. Adalah berkat otaknya yang cerdas
dan pernah makan buah Im-yang-som serta minum darah
binatang purba dalam perut gunung, maka dapat ia
menggunakan tenaga sakti Thian-kong-sin-kang itu dengan
hasil yang mengejutkan. Dua tokoh yang memiliki dua dari
kelima tenaga sakti di dunia, sekaligus dapat dilawannya.
Tetapi bagaimanapun juga, karena baru lapisan luar saja yang
diketahuinya tentang ilmu Thian-kong-sin-kang itu, mau tak
mau ia harus menderita sekali.
Melihat Lam-hay Sin-ni hendak bergerak, dengan paksaan
diri ia gunakan ilmu Menyusup suara membentak rahib itu
"Sin-ni. Apakah engkau masih ingat tujuanmu datang
ketempat ini.... apakah engkau sudah tak menghendaki peta
Giok-pwe tempat penyimpan kitab pusaka Thian-kong-pit-kip
lagi?" Serupa dengan Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni tertegun
juga. Dipandangnya Siau-iong dengan mata berkeliaran dan
pandang keheranan.
Siau-liong tak banyak waktu untuk berpikir lagi. Ia tahu
bahwa Lam-hay Sin-ni tentu juga menderita pembiusan seperti
Jong Leng lojin. Untuk menyadarkan pikiran kedua tokoh itu,
harus memerlukan waktu yang panjang. Tak mungkin dalam
hanya beberapa detik saja. Pada saat Lam-hay Sin-ni
terlongong, Siau-liong cepat2 melakukan pernapasan untuk
memulihkan tenaga.
Pada saat Siau-liong adu pukulan dengan Jong Leng lojin
dan Lam-hay Sin-ni tadi, sambil duduk melakukan pernapasan
untuk mengobati luka dalam, Ceng Hi totiang pun
memperhatikan jalannya pertempuran itu. Ketika melihat Siauliong
tidak menggunakan pukulan Bu-kek-sin-kang tetapi
pukulan yang memancarkan kemilau emas dan berhasil
596 mengundurkan kedua tokoh lawannya, girang Ceng Hi bukan
kepalang. Serentak ia bangkit dan gunakan Ilmu Menyusup
Suara bertanya kepada Siau-liong.
"Pendekar Laknat, pukulanmu tadi.... apakah bukan....
tenaga sakti Thian-kong-sin-kang....?"
Sesungguhnya luka dalam yang diderita Ceng Hi totiang itu
amat parah. Terdorong oleh luapan rasa girang, darahnya pun
bergolak keras lagi. Buru-buru ia duduk kembali....
Siau-liong sendiri pun menderita luka dalam yang parah
juga. Ia terpaksa tak menyahut pertanyaan Ceng Hi,
melainkan terus laujutkan usahanya untuk memulangkan
tenaga guna menghadapi kedua tokoh itu lagi.
Sekalian orang gagahpun tertegun ketika menyaksikan
Siau-liong adu pukulan dengan kedua tokoh sakti itu. Tetapi
Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang
tak mengacuhkan segala apa. Mereka tetap menyerang
sehingga banyak dari rombongan orang gagah yang menjadi
korban lagi. Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni masih tetap tegak
ditempatnya sambil merenung. Melihat itu Iblis-penaklukdunia
segera tertawa nyaring lalu ayunkan cambuknya di
udara. Mendengar suara geletar cambuk yang nyaring baik Jong
Leng lojin maupun Lam-hay Sin-ni serempak berpaling ke arah
Iblis-penakluk-dunia seraya meraung-raung aneh. Tiba-tiba
mereka bergerak menghantam Siau-liong lagi!
Siau-liong terkejut. Dengan menggembor keras ia gerakkan
kedua tangannya, Tangan kiri dalam jurus Angin-awanberobah-
warna dan tangan kanan dengan jurus MenjungkirTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
597 balikkan-matahari-rembulan untuk menangkis pukulan Jong
Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni.
Tar.... tar.... terdengar letupan dahsyat. Debu dan pecahan
batu bertebaran keempat penjuru, angin menderu-deru keras.
Tampak tubuh Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin
bergoyang-goyang maju mundur beberapa kali. Sedang Siauliong
jungkir balik sampai sepuluhan langkah jauhnya. Tetapi
secepat itu ia dapat berdiri tegak lagi.
Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin tertegun. Tetapi pada
lain kejap, mereka mulai menyerang lagi.
Ceng Hi totiang cemas sekali. Tetapi ketika melirik ke arah
Siau-liong, dilihatnya muka Pendekar Laknat itu tetap tenang.
Hanya tubuhnya tidak henti-hentinya bergetar. Diam-diam Cen
Hi totiang kucurkan keringat dingin.
Tetapi ia sendiri sedang menderita luka parah, sukar untuk
memberi pertolongan. Sekalipun rombongan orang gagah
yang berkerumun disekitar barisan pohon Bunga itu berjumlah
banyak tetapi mereka tak mungkin dapat membantu Siauliong.
Apalagi mereka pun masih sibuk menghadapi amukan
Harimau Iblis, Naga terkutuk dan rombongan It Hang totiang.
Berturut-turut telah jatuh lagi beberapa korban pada
rombongan orang gagah itu. Diam-diam Ceng Hi totiang
menghela napas pedih. Ia tak dapat berbuat apa2 kecuali
meramkan mata menunggu apa yang akan terjadi.
Sebelum Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin bergerak,
Siau-liong cepat mendahului menyerang dengan jurus
Sebatang-tonggak-menyanggah-langit kepada Lam-hay Sin-ni.
Sedang Jong Leng lojin dihantamnya dengan jurus Anginawan-
berobah-warna. 598 Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin masing-masing telah
lepaskan lima kali pukulan. Dan Siau-liong menghadapinya
dengan ilmu pukulan sakti Thian-kong-ciang yang belum
difahami benar-benar.
Pertempuran itu amat dahsyat sekali. Sinar kemilau emas
dari pukulan Siau-liong itu bagai tebaran awan yang berarakarak
kian kemari. Habis memukul. Siau-liong pun rubuh menggeletak di
tanah. Sudut mulutnya mengumur darah. Keadaannya seperti
orang tengah meregang jiwa.
Kini kedua tokoh itu mulai menyerang lagi. Lam-hay Sin-ni
dari kiri, Jong Leng lojin dari kanan. Tetapi jelas kedua tokoh
itu terengah napas dan ge
Istana Pulau Es 10 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Kekaisaran Rajawali Emas 1
g itu menukas, "Aku Lu
Bu-ki, dunia persilatan menggelari dengan julukan Ruyungbesi-
pelor-sakti. Pemimpin dunia Rimba Hijau daerah
selatan...."
525 Kemudian sambil menunjuk kepada berpuluh orang yang
mengepung Siau-liong tadi, Lu Bu-ki menerangkan, "Mereka
adalah jago2 pilihan dari Rimba Hijau!"
Dalam membawakan kata2 itu, disertai juga dengan
gerakan tangan dan kaki.
"Hm, kiranya orang ini seorang benggolan penyamun!"
diam-diam Siau liong membatin.
"Bagaimana saudara kenal padaku?" tanyanya.
Jawab sitinggi besar. "Aku datang memenuhi undangan
Ceng Hi totiang dan tahu kalau Pendekar Laknat juga ikut
serta dalam gerakan membasmi Lembah Semi. Dengan begitu
kita ini sekarang menjadi orang sendiri...."
Dia berhenti sejenak, menatap wajah Siau-liong lalu
tertawa, "Dahulu aku tak sempat ikut dalam gerakan Ceng Hi
totiang untuk menindas Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka.
Sekalipun belum pernah bertemu dengan saudara, tetapi
sudah mendengar cerita orang. Maka sekali lihat aku sudah
dapat mengenal saudara...."
Ucapannya gamblang, nadanya nyaring dan tertawanya
lepas bebas. Ia maju menghampiri lalu menepuk bahu Siauliong,
"Aku paling kagum pada saudara. Membunuh manusia
yang harus dibunuh, sebagai suatu kesenangan. Selama
hidup. aku memang berpendirian begitu juga!"
Siau-liong diam-diam membatin, orang itu benar-benar
amat kasar tingkahnya.
Setelah keempat penyerangnya mundur, Mawar Putih
memandang dengan isyarat mata kepada Siau-liong.
526 Maksudnya suruh pemuda itu menyusulnya. Habis memberi
isyarat, ia terus loncat lari.
Tetapi karena terhalang oleh sitinggi besar Lu Bu-ki,
disamping ia memang masih suka membawa kemauan sendiri,
Siau-liong tak mau. Ia masih mengkal kepada dara itu.
Andaikata saat itu Mawar Putih mau membawanya keseberang
laut menemui ibunya, tentulah ia tak usah mengalami
penderitaan di Lembah Semi. Tak usah ia harus meminum
racun jong-tok dari Poh Ceng-in.
Sekarang dirinya sudah menjadi sedemikian rupa,
nyawanya tinggal setahun lagi, lalu dara itu bersedia
mengajaknya keseberang laut. Huh, apa perlunya"
Dengan mendendam perasaan mendongkol itu, Siau-liong
tak mempedulikan dara itu dan malah melanjutkan
percakapannya dengan Lu Bu-ki.
Karena ternyata Siau-liong tak menyusul, tak berapa
jauhnya, Mawar Putih pun berhenti dan beristirahat dibawah
sebatang pohon.
Dalam pada itu teringatlah Siau liong akan Lam-hay Sin-ni
dan rombongan Iblis-penakluk-dunia yang tiba- tiba
meninggalkan gua. Maka bertanialah ia kepada kepala begal
itu, "Apakah saudara sejak tadi terus tetap menjaga di tempat
ini?" "Benar, dilingkungan 50 tombak dari tempat ini semua
dijaga oleh anak buahku...." kata Lu Bu-ki.... Kemudian ia
menunjuk ke arah kiri, katanya, "Yang sebelah kiri itu adalah
rombongan Ang-cek-pang, sebelah kanan Siau-lim-pay.
Sekeliling Lembah Semi sudah dikepung rapat sekali,
Sekalipun seekor burung, tak mungkin dapat terbang keluar
dari lembah."
527 Kepala penyamun daerah selatan itu memang seorang yang
suka bicara secara blak-blalan. Dan sekali bicara tentu tak
kena disetop. Maka ia terus melanjutkan saja kata-katanya,
"Ceng Hi totiang telah mengeluarkan perintah rahasia. Akan
menggunakan api untuk membumi-hanguskan Lembah Semi.
Rasanya saat ini tentu sudah akan segera bergerak...."
Memandang jauh kemuka, memang Siau-liong melihat
dibalik semak dan tempat2 jang pelik, terdapat persiapan2
bahan pembakar serta berkarung-karung obat api.
Melihat Lu Bu ki itu seorang kasar yang agak ketololtololan,
Siau-liong tak mau mendesak pertanyaannya tentang
Lam-hay Sin-ni dan rombongan Iblis-penakluk-dunia lagi. Ia
anggap tak berguna.
Lalu ia alihkan pertanyaan, "Apakah saudara tahu dimana
tempat rombongan Kay-pang?"
Lu Bu-ki segera menuding, "Dari sini kekiri kira2 satu li,
melalui tempat rombongan Ang-cek-pang. Go-bi-pay, Tiamjong-
pay, Ji-tok-kau, disiiulah pos penjagaan rombongan Kaypang!"
Karena anggap tak perlu lebih lama berada disitu, Siauliong
segera pamit. Lu Bu-ki benar-benar amat menghormat
kepada Siau-liong. Dengan tersipu-sipu ia memberi hormat
dan mempersilahkan Siau-liong tinggalkan tempat itu.
Baru beberapa langkah Siau-liong berjalan, tiba-tiba dari
sebelah kanan hutan muncul seorang baju hitam dengan
memegang panji warna merah.
528 Lu Bu-ki cepat maju menyongsong. Orang baju hitam
membisiki kedekat telinga Lu Bu-ki lalu bergegas-gegas
melanjutkan berjalan kemuka lagi.
Sitinggi besar Lu Bu-ki tertawa nyaring. Wajahnya gembira,
semangatnya menyala. Sambil gerakkan kedua tangan ke
atas, ia berseru nyaring, "Anak-anak, kita segera akan
bergerak!"
Dari dalam hutan, berhamburan keluar berpuluh-puluh
lelaki berpakaian ringkas. Kebanyakan mereka berumur antara
30-an tahun. Dipimpin Lu Bu-ki, kawanan anak buah penyamun itu
segera membawa kayu bakar, obat pasang dan bahan2
pembakar, menuju kepuncak gunung dari Lembah Semi.
Siau-liong memandang cuaca. Saat itu diperkirakan sudah
jam 7 pagi. Ia duga Iblis-penakluk-dunia tentu tak mau
melepaskan It Hang totiang dan rombongannya. Maka Ceng Hi
totiang segera mengeluarkan perintah untuk menyerang
Lembah Semi. Tetapi pada saat memandang kepuncak gunung yang
mengelilingi Lembah Semi, diam-diam Siau-liong kerutkan alis.
Lembah itu luasnya tak kurang dari 10 li. Dengan api,
dikuatirkan tak dapat memberi hasil seperti yang diharapkan.
Dengan bahan peledak, mungkin dapat menghancurkan alatalat
jebakan dalam lembah itu. Tetapi kalau hendak
meratakan lembah itu menjadi karang api, benar-benar tak
mungkin. Tengah ia merenung, tampak ratusan batang kepala
manusia tengah bergerak masuk kemulut lembah. Dan
sepanjang kaki puncak gunung pun telah terbakar. Merupakan
sebuah gunung yang bersalur jalur api.
529 Apalagi kala itu sedang dalam pertengahan musim rontok.
Pohon dan tumbuh-tumbuhan kering semua. Api cepat sekali
meranggas besar.
Siau-liong memperhatikan dengan seksama. Kecuali
melepas api, pun segenap pelosok hutan penuh bersembunyi
ratusan tokoh2 anggauta rombongan Ceng Hi totiang yang
siap untuk bergerak. Mulut lembah itu merupakan satusatunya
jalanan masuk-keluar lembah. Dan mulut lembah itu
telah dijaga ketat sekali sehingga tak mungkin orang Lembah
Semi dapat terhindar dari sergapan mereka.
Diam-diam Siau-liong memuji kelihayan Ceng Hi totiang
mengatur barisan. Rasanya Lembah Semi pasti dapat
dihancurkan. Dalam pada itu pikiran Siau-liong masih melekat pada
peristiwa digua tadi. Mengapa Iblis-penakluk-dunia tak berani
memasuki gua itu dan hanya menunggu diluar saja. Lalu
apakah Lam-hay Sin--ni sudah dapat dipikat kedua suami isteri
iblis itu masuk ke dalam lembah"
Sambil berpikir, kaki Siau-liong tetap berjalan dan saat itu
hampir tiba ditempat Mawar Putih menunggu. Dara itu berdiri
menghadap kesebelah belakang, tak mau berpaling
menyambut Siau-liong.
Diam-diam Siau-liong tak puas melihat perangai Mawar
Putih yang mau menang sendiri. Maka sengaja ia tertawa
dingin dan menegur, "Ah, apakah nona masih belum
berangkat?"
Mawar Putih diam saja. Tetapi kedua bahunya bergetaran
seperti orang yang tengah menangis.
530 Melihat itu timbullah rasa penyesalan Siau-liong. Betapa
buruk perangai dara itu, namun dia sudah melayani ibu Siauliong
bertahun2. Atas dasar kenyataan itu, dapatlah sudah
dara itu dianggap sebagai adiknya sehdiri. Apalagi sekarang
Mawar Putih seorang diri mengembara di dunia persilatan
Tiong-goan, demi melaksanakan pesan ibu Siau-liong untuk
menuntut balas dan mencari jejak Siau-liong.
Ah, seharusnya ia membalas budi kepada Mawar Putih.
Mengapa dikarenakan sedikit percekcokan mulut saja. ia harus
memperlakukan dara itu dengan sikap yang dingin"
Makin merenungkan, Siau-liong makin berkabut sesal. Dan
terbayanglah sikap dan kebaikan, dara itu selama ini. Tanpa
disadari Siau-liong air mata berlinang-linang terharu.
"Adik Mawar....!" serunya pelahan.
Serentak dara itu berpaling diri. Tampak mukanya masih
membekas air mata.
"Adik Mawar, tak seharusnya kuperlakukan engkau begini,
aku...." Siau-liong menghela napas, "aku pantas dicincang!"
Sepasang mata dara itu berkilat-kilat menatap Siau-liong.
Sekonyong-konyong ia lari dan menubruk kedada Siau-liong.
"Akulah yang salah. Tak seharusnya kubikin panas
hatimu.Maafkanlah...."
Mawar Putih mengangkat muka memandang muka Siauliong,
"belasan tahun aku melayani suhu. Tiap kali suhu tentu
membicarakan dirimu. Dan tiap kali itu pula ia selalu
mengatakan bahwa beliau mengharapkan, kelak kita
berdua...."
531 Mawar Putih menghela napas, lalu melanjutkan, "Memang
aku sendiri yang salah. Jika tempo hari lekas2 kubawa engkau
pulang keseberang lautan, segala apa tentu beres! Ho.... aku
memang celaka!"
Sesaat Siau-liong pun tak dapat berkata apa2. Bayangan
maut tetap menghantui dirinya. Paling lama ia dapat hidup
setahun lagi. Dan pada saat itu ia masih memikul beban tugas
yang banyak dan berat. Sekalipun dapat berjumpa dengan
ibunya, tetapi hanya berapa lamakah ia dapat berkumpul
dengan ibunya itu"
"Segala sesuatu memang sudah diatur menurut garis hidup.
Ada beberapa hal yang kita manusia tak mampu merobah
garis perjalanan hidup itu. Karenanya terpaksa kita pasrah
saja," kata Siau-liong dengan rawan.
"Apakah kita tak dapat pergi sekarang?"
Siau-liong gelengkan kepala, "Sekarang aku masih
mempunyai beberapa kewajiban yang harus kuselesaikan lebih
dulu. Tetapi semua itu pun paling lama dalam empat hari
tentu sudah rampung...."
Berhenti sejenak. Siau-liong berkata pula, "Apakah nona
mau menunggu aku di siok-ciu?"
Mawar Putih deliki mata, "Ih, mengapa memanggil 'nona'
lagi" Apakah hubungan kita...."
"Adik Mawar" buru-buru Siau-liong menukas.
"Aku tak mau membiarkan engkau seorang diri menghadapi
bahaya disini. Jika engkau tak mau berangkat keseberang
laut, aku pun tetap akan menemani engkau disini!"
532 Siau-liong kerutkan alis, "Dalam waktu singkat lembah ini
akan menjadi gelanggang pertumpahan darah.... maaf, terus
terang kukatakan, jika engkau berada disini, bukan saja tak
dapat membantu bahkan kebalikannya malah menambah
bebanku!" Tetapi Mawar Putih tetap menolak....
---ooo0dw0ooo---
Jilid 10 "Apapun juga dan tak peduli engkau hendak pergi kemana,
aku tetap ikut. Sampai kita nanti ke seberang laut menjumpai
suhu!" kata Mawar Putih.
Siau-liong terpaksa mengiakan. Dilihatnya orang2 yang
berada dalam hutan itu menumpahkan perhatian ke arah api
yang sedang berkobar di atas gunung. Mereka tak
mempedulikan gerak gerik Siau-liong dan Mawar Putih.
Berkata pula Mawar Putih, "Mulai saat ini aku menurut saja
apa perintahmu. Apakah kita akan berangkat sekarang?"
Siau-liong tertawa hambar, menarik Mawar Putih terus
diajak lari ke arah kiri. Saat itu api makin berkobar besar.
Lembah Semi seolah-olah terbungkus oleh gumpalan asap
tebal. Tak dapat disangsikan lagi, gunung itu pasti akan gundul.
Adakah pembakaran itu akan dapat menjalar ke dalam
Lembah Semi atau tidak, tapi sekurang-kurangnya Iblispenakjuk-
dunia tentu akan getar nyalinya. Dan Lembah
Semipun akan terpencil menjadi semacam pulau tersendiri.
533 Dengan begitu mudahlah dikurung dari segenap penjuru oleh
barisan orang gagah yang dipimpin Ceng Hi totiang.
Apa yang dikatakan Lu Bu-ki tadi memang benar.
Sepanjang jalan, Siau-liong melihat rombongan orang2 Angcek-
pang, Go-bi-pay, Tiam-jong-pay dan Ji-tok-kau mengatur
barisan dengan ketat. Seolah-olah merupakan tembok
manusia.... Mereka bergerak dengan rapi. Baik melepas api,
melakukan penyelidikan, penjagaan dan pekerjaan koordinasi
satu sama lain.
Agaknya Ceng Hi totiang memang sudah memberitahukan
kepada sekalian rombongannya tentang ikut sertanya
Pendekar Laknat membantu gerakan mereka, Maka walaupun
tanpa membawa pertandaan apa2, hanya dengan melihat
wajahnya saja, orang2 itu sudah mengetahui Pendekar Laknat
dan membiarkan dia berjalan.
Tak berapa lama, tibalah Siau-liong dan Mawar Putih
ketempat penjagaan yang dijaga oleh anak buah Kay-pang.
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ternyata tempat itu terletak disamping kanan barisan pohon
Bunga, di belakang Lembah.
To Kiu-kong tampak bersemangat sekali memimpin orangorangnya,
menebang pohon dan mengangkuti batu, melepas
api membakar gunung. Mereka terkejut serta melihat Siauliong
dan Mawar Putih muncul.
Menurut anggapan To Kiu-kiong, dara itu mempunyai
hubungan istimewa dengan cousu-ya Kay pang yakni Kongsun
Liong. Sudah tentu mereka heran melihat Mawar Putih
muncul, pada hal jelas Kongsun Liong masih belum ketahuan
hasilnya dalam lembah.
Dan masih ada sebuah hal yang membuat To Kiu-kong tak
habis mengerti. Ketika kemarin malam Pendekar Laknat
534 berbaku hantam dengan Lam-hay Sin-ni, jelas dilihatnya
Pendekar Laknat telah menggunakan ilmu pukulan Thaysiang-
ciang. Pada hal ilmu pukulan itu adalah ajaran dari
ajaran Pengemis Tengkorak Song Thay kun.
Pengemis-tertayya Tio Tay-tong dan kedua pengemis
pincang segera menghampiri ke belakang To Kiu-kong.
Mereka memandang Siau-liong dan Mawar Putih dengan
penuh keheranan.
"Pendekar Laknat," tegur To Kiu-kiong dengan menekan
keheranan. Siau-liong cepat membalas hormat, "Semalam aku minta
tolong padamu untuk membelikan obat, entah apakah ,...."
To Kiu-kiong cepat menyambuti, "Malam itu juga telah
kusuruh orang untuk membelikan ke Siok-ciu.... ," ia kerutkan
dahi, katanya pula, "mungkin segera datang!"
Siau-liong mendesah lalu melanjutkan langkah kemuka.
Disebelah muka situ merupakan daerah barisan Pohon Bunga
yakni satu-satunya jalan keluar masuk Lembah Semi.
Disebelah muka barisan pohon Bunga itu. dijaga oleh para
imam tua yang mengenakan jubah warna kuning, menyanggul
pedang dipunggung.
Ternyata mereka adalah rombongan murid Kun-lun-pay
yang dipimpin sendiri oleh Ceng Hi totiang.
Ceng Hi totiang yang berperawakan tinggi kurus itu sedang
berdiri dimuka barisan pohon bunga. Dibelakangnya dikawal
oleh lima imam kecil-menyanggul pedang.
Siau-liong dan Mawar Putih segera menghampiri.
535 "Ah, Pendekar Laknat benar-benar menepati janji...." seru
Ceng Hi totiang seraya memberi salam.
Kemudian ia memandang mawar Putih, bertanya, "Dan
ini...." "Nona Putih, Mawar Putih, kenalan lama," buru-buru Siauliong
menyambutinya. Lalu tertawa.
Sambil mengurut jenggotnya, Ceng Hi totiang pun tertawa,
"Sungguh mengharukan sekali bahwa nona Putih yang masih
muda belia, bersedia ikut juga dalam gerakan membasmi
kaum durjana!-'
"Ah, totiang keliwat memuji, " Mawar Putih merendah lalu
tersenyum kepada Siau-liong. Tetapi pemuda itu batuk2 dan
cepat palingkan muka agar jangan sampai ketahuan Ceng Hi
totiang. Saat itu hutan disekeliling lembah sudah terbakar hanya
barisan pohon Bunga dimuka lembah itu yang masih utuh.
Sejenak merenung, berkatalah Ceng Hi totiang, "Mulut
lembah, amat sempit sekali. Hanya dapat untuk seorang
berjalan. Rasanya lebih baik mengambil jalan dari belakang
lembah!" Siau-liong membenarkan. Ceng Hi totiang segera suruh
seorang imam kecil untuk memberitahukan kepada bagian
penghubung. Semua pemimpin rombongan supaya datang
kesitu untuk berunding.
Tak berapa lama dari kepergian imam kecil itu, para
pemimpin dari rombongan partai2 datang bersama jago2nya
yang tangguh. Tak kurang dari seratus orang jumlahnya.
536 Kebanyakan mereka memang tak kenal dengan Pendekar
Laknat. Tetapi menilik dandanan Siau-liong yang aneh itu,
mereka dapat menduga tentulah Pendekar Laknat.
Menolong To Hun-ki, Ti Gong taysu dan beberapa tokoh
sehingga bentrok dengan Iblis-penakluk dunia serta Lam-hay
Sin-ni, cepat sekali membuat Pendekar Laknat dipuja oleh
seluruh orang gagah yang ikut dalam gerakan menyerbu
Lembah Semi itu.
Setelah para tokoh2 mengambil tempat duduk, maka
berkatalah Ceng Hi totiang dengan nada serius, "Setelah api
padam, rintangan disekelihng Lembah Semi menjadi lenyap.
Kedua durjana itu hendak menyerang dari sebelah mana, kita
tetap dapat mengetahui...."
Ceng Hi memandang ke arah hadirin, lalu melanjutkan
pula, "Kedua suami isteri itu licin sekali. Entah siasat apa yang
hendak mereka gunakan nanti tetapi yang jelas kita tentu
akan menghadapi suatu pertempuran yang menentukan mati
atau hidup!"
Kembali ketua dari Kun-lun-pay itu berhenti mengurut-urut
jenggotnya. Kemudian menyambung, "Menurut hematku,
betapapun tinggi ilmu hitam dari kedua suami isteri itu, tetapi
rasanya mereka tentu takkan menyerang keluar. Mereka tentu
hanya mengandalkan pada keadaan berbahaya dari lembah
untuk menghadapi serbuan kita. Menilik keadaan itu,
kuputuskan untuk mengambil jalan dari belakang lembah saja.
Tetapi kita gunakan api untuk menyerang masuk. Hancurkan
setiap rintangan dan alat-alat jebakan dalam lembah itu!"
Sekalian hadirin berdiam diri. Beberapa saat kemudian, Toh
Hun-ki melangkah maju kemuka Ceng Hi totiang, memberi
hormat berkata, "Usaha terakhir untuk menghancurkan sarang
537 durjana, terletak di tangan totiang. Silahkan saja totiang
memberi perintah. Para hadirin disini tentu akan menurut!"
Ketua Kong-tong-pay itu sejenak memandang sekalian
hadirin. Tampak sekalian pemimpin partai persilatan
mengangguk. Ti Gong taysu dan Lu Bu-ki hampir serempak berseru,
"Karena kami telah mengangkat totiang sebagai pemimpin,
sudah tentu kami akan mentaati perintah totiang!"
Ceng Hi totiang terhibur mendapat dukungan luas itu.
Dengan tersenyum ia segera mengatur persiapan untuk
menyerbu Lembah Semi.
Diam-diam Siau-liong memperhatikan cara imam tua itu
mengatur barisan. Ternyata Ceng Hi merupakan seorang
pucuk pimpinan yang cemerlang dan pandai. Selain
dibentuknya barisan pelopor, barisan bala bantuan, induk
barisan, barisan sayap kanan kiri serta barisan untuk
menjebak musuh. Barisan pelepas api kemudian regu
penghubung. Pendek kata, barisan itu telah diatur lengkap
dan rapi. Setelah menerima pembagian tugas, maka barisan2 itupun
segera mulai bergerak.
Ceng Hi totiang menghampiri Siau-liong katanya dengan
palahan, "Barisan pohon Bunga itu merupakan satu2nya jalan
di belakang lembah. Telah kuperintahkan orang untuk
melepaskan api. Setelah terbakar, dapat dipastikan tentu akan
terbuka jalan ke dalam lembah. Kukira Iblis-penakluk-dunia
dan Dewi Neraka tentu akan memimpin rombongannya keluar.
Tetapi jika tidak keluar, tentulah mereka mempunyai
persiapan lain dalam barisan pohon bunga itu...."
538 Ia berhenti sejenak lalu berkata pula, "Saudara telah
menolong Ti Gong taysu dan rombongannya dari lembah itu.
Tentulah saudara kenal baik keadaan lembah itu. Mengenai
barisan pohon Bunga...."
Berkat peta pemberian Jong Leng lojin maka Siau-liong
dapat mengetahui alat-alat perlengkapan Lembah Semi
dengan baik. Maka iapun anggukan kepala, "Selain tertanam
puluhan ribu batang pohon bunga yang dapat menyesatkan
pikiran orang, dalam barisan pohon Bunga itupun masih
terdapat pula Pagar Harimau, Pagar Singa dan Sarang Ular,
Liang Serangga beracun dan lain-lain. Tetapi...."
Siau-liong merenung sebentar lalu berkata pula; "Segala
perlengkapan itu hanya dapat digunakan terhadap musuh
yang berjumlah kecil. Kalau barisan besar seperti kali ini sama
melepas api, tentulah pohon2 bunga itu akan musnah semua.
Juga kalau dibakar dengan bahan peledak, kiranya kawanan
binatang buas itu tentu akan mampus juga. Maka menurut
hematku...."
Sejenak Siau-liong memandang pada Ceng Hi, lalu; "Jika
tak mengundurkan diri ke dalam barisan Tujuh Maut dan
Lembah Maut, setelah barisan bunga itu dimusnahkan, kedua
durjana itu tentu keluar bertempur!"
Ceng Hi totiang mengangguk, "Pandangan anda sungguh
tepat. Yang kukuatirkan adalah kekuatan kedua durjana itu.
Kita belum tahu jelas sampai dimana kekuatan mereka. Jika
kali ini kita kalah, dunia persilatan pasti akan menderita
kehancuran!"
Pada saat itu api sudah mulai berkobar ditengah barisan
pohon Bunga. Beberapa saat kemudian Ceng Hi berkata,
"Barisan bunga itu dalam beberapa waktu baru dapat musnah.
Selama itu kedua durjana tentu takkan menerobos keluar.
539 Silahkan saudara bersama nona Putih beristirahat dihutan
belakang,"
Memandang wajah Siau-liong, ketua Kun-lun-pay itu
menambah pula, "Dalam pertempuran untuk menentukan mati
hidupnya dunia persilatan ini, harap saudara suka membantu
sekuat tenaga!"
Habis berkata Ceng Hi totiang hendak mengantar Siau-liong
berdua ke belakang hutan tetapi Siau-liong minta imam itu
tinggal disitu saja karena masih mempunyai tugas penting.
Siau-liong bersama Mawar Putih menuju ke arah hutan.
Di dalam hutan terdapat sebuah kemah. Beberapa imam
kecil yang menjaga kemah itu, segera mempersilahkan Siauliong
dan Mawar Putih duduk di atas dua lembar permadani
dan menghidangkan dua cawan teh wangi.
Kedua muda mudi itu duduk beristirahat. Dalam pada itu
diam-diam Siau-liong merenung. Setelah barisan pohon bunga
itu terbakar habis, tentu akan timbul pertempuran dahsyat.
Sekali pun Ceng Hi totiang sendiri yang memimpin dan hampir
dikata seluruh tokoh2 persilatan ikut serta dalam barisan,
tetapi mengingat kedua suami isteri Iblis penakluk-dunia itu
sangat licik dan banyak tipu muslihat, ia masih belum dapat
memastikan apakah gerakan orang gagah itu akan berhasil.
Tokoh2 Harimau Iblis, Naga Laknat, Jong Leng lojin dan
Lam-hay Sin-ni. Jika mereka dapat digunakan oleh Iblis
penakluk-dunia, tentulah barisan orang gagah akan menemui
kesulitan besar.
Saat itu Siau-liong sudah memperoleh kitab pusaka Thian
Kong pit-kip. Jika dalam saat2 yang genting dan penting
seperti kala itu ia tak dapat memberi bantuan, bukankah ia
540 merasa malu terhadap pencipta kitap pusaka Thian-Kong-Sinkang"
Seketika ia kosongkan seluruh pikirannya dan mulai
melakukan pernafasan sesuai dengan petunjuk dari kitap
pusaka itu. Kemah ini kosong Setelah Siau-liong dan Mawar Putih
beristirahat, kawaran imam kecil itu pun segera
mengundurkan diri keluar. Mereka hendak melihat jalannya
peperangan ke Lembah Semi.
Saat itu.... Pada saat Siau-liong sedang asyik melakukan penyaluran
tenaga dalam, tiba-tiba ia mendengar suara mendesis tajam
melayang ke arahnya. Ia terkejut. Dengan gunakan ilmu
Mendengar-suara-membedakan-arah, ia menyambar benda
itu. Ah, kiranya bukan senjata rahasia melainkan secarik kertas.
Cepat ia loncat melesat keluar. Tetapi kecuali beberapa imam
kecil yang tengah menjaga kemah itu, ia tak melihat seorang
lain lagi. Terpaksa ia kembali masuk ke dalam kemah. Mawar Putih
menyambutnya dengan pandang penuh pertanyaan.... Tetapi
Siau-liong tak sempat memberi keterangan. Cepat ia
membuka kertas itu. Ah, ternyata tulisan dari gurunya, Tabibsakti-
jenggot-naga Kangsun Sin-tho. Bunyinya ringkas:
"Lekas mundur, jangan menyerang. Rencanakan lagi baru
bergerak."
Siau-liong tertegun. Ia yakin gurunya itu tak mungkin akan
bergurau menggertak dengan ancaman kosong. Jika gurunya
541 menyuruh ia mundur dan jangan lanjutkan penyerbuan,
tentulah keadaan tak menguntungkan. Kemungkinan besar
suami isteri Iblis penakluk-dunia itu tentu sudah siapkan
rencana untuk menghancurkan rombongan Ceng Hi totiang.
Ia merasa sulit. Barisan sudah mulai akan menyerang.
Bagaimana mungkin diperintahkan mundur dengan seketika.
Dan lagi, perintah penarikan mundur itu akan mengakibatkan
turunnya semangat para orang gagah. Kemungkinan pula,
akan menimbulkan pertikaian diantara sesama kawan sendiri.
Pemimpin barisan orang gagah itu adalah Ceng Hi totiang.
Dapatkah ia menasehatkan imam tua itu untuk menarik
barisannya" Ah.... Lama Siau-liong termangu memandang
surat dari gurunya itu. Demikian pun Mawar Putih.
Sekonyorg-konyong diluar terdengar suara langkah orang
berlari menghampiri. Dan pada lain saat terdengar suara itu
bertanya kepada imam kecil penjaga kemah; "Adakah
Pendekar Laknat berada di dalam kemah ini?"
Cepat Siau-liong melongok keluar. Ah, kiranya yang datang
itu adalah Pengemis tertawa Tio-Tay-tong.
Dia membawa sebuah bungkusan kecil. Melihat Siau-liong
buru-buru pengemis itu berkata, "Karena mendapat tugas
untuk menyerang Lembah Semi maka pemimpin kami tak
dapat datang kemari sendiri dan suruh aku menyerahkan obat
ini...." -ia terus menyerahkan bungkusan kecil itu kepada Siauliong.
Ia minta maaf kepada Siau-liong karena agak terlambat
membawa pulang obat.
Hal itu disebabkan karena ada beberapa macam ramuan
sukar didapat. 542
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Siau-liong menyambuti obat itu seraya mengucap terima
kasih.... Tiba-tiba terlintaslah dalam benaknya apa yang harus
dikerjakan saat itu. Ah, kemungkinan hal itu akan dapat
merobah kekalahan menjadi kemenangan.
"Paling sedikit memakan waktu tiga empat jam lagi barulah
barisan pohon Bunga itu terbakar habis. Jika dalam waktu
yang singkat itu, aku dapat menyelundup ke dalam Lembah
Semi untuk membebaskan Jong Leng lojin. Kemungkinan
sebelum rombongan orang gagah menyerang ke dalam
lembah, aku tentu sudah berhasil meringkus kedua suami
isteri durjana itu!" pikirnya.
Ya, hanya dengan siasat itulah kiranya ia dapat
menyumbangkan tenaga kepada rombongan orang gagah.
Karena sedang terbenam dalam renungan, Siau-liong tak
mendengar ucapan minta diri dari Pengemis tertawa Tio Taytong.
Setelah memasukkan bungkusan surat itu ke dalam
pinggangnya. ia berpaling ke arah Mawar Putih, "Harap adik
suka menunggu disini, aku hendak mengantarkan obat ini....
Setelah itu barulah kita pulang keseberang laut!"
Selesai memberi pesan, Siau-liong terus berputar diri dan
pergi. Sudah tentu Mawar Putih terkejut dan buru-buru
menghadangnya; "Hendak kemana engkau?"
"Menyerahkan obat kepada Ti Gong taysu!"
Karena tak biasa bohong, maka wajah Siau-liong tersipusipu
merah. Untung ia mengenakan kedok muka sehingga tak
dapat dilihat Mawar Putih.
543 "Bukankah hal itu dapat menyuruh orang lain yang
mengantarkan?" Mawar Putih deliki mata kepadanya.
"Obat ini amat berharga dan sukar dicari. Jika sampai
hilang...."
Mawar Putih mendengus dingin, "Jangan harap engkau
dapat mengelabuhi aku. Kalau mau pergi, aku tetap ikut!"
Siau-liong terpaksa tak dapat berbuat lain kecuali menghela
napas panjang. Terpaksa mengajak dara itu keluar dari kemah
dan membeluk kesamping kanan. Oleh karena sudah faham
keadaan lembah itu. maka Siau-liong tak ragu-ragu lagi.
Saat itu rombongan orang gagah sudah berpusat diluar
barisan pohon Bunga yang terletak di belakang Lembah.
Penjagaan disepanjang tempat yang dilaluinya, dijaga ketat
oleh anak buah partai2 persilatan. Karena lari pesat, tak
berapa saat tibalah Siau - liong dimuka jalanan rahasia ke
dalam Lembah Semi....
Semak pohon yang menutup mulut jalan, saat itu sudah
terbakar habis. Tetapi karena terowongan gua itu rendah
sekali, Siau-liong sukar mencari jalan.
Siau-liong berputar tubuh tertawa masam, ujarnya,
"Memang kepergianku ini amat berbahaya sekali tetapi pun
amat penting sekali.... Bagaimanapun, aku harus menempuh
bahaya itu!"
Mawar Putih kerutkan dahi. Tetapi ia menyadari bahwa
percuma saja ia akan mencegah pemuda yang keras kepala
itu. Maka sengaja ia tertawa, "Bukan maksudku hendak
mencampuri urusanmu. Tetapi, janganlah engkau
meninggalkan aku seorang diri!"
544 Habis berkata dara itu terus menerobos ke dalam
terowongan rahasia itu.
Karena terowongan itu melalui tempat yang sedang dilanda
kebakaran besar. maka terowongan itu pun amat panas sekali.
Ditambah pula dengan hawa lembab bercampur bau busuk,
setelah berjalan beberapa langkah saja, Mawar Putih rasakan
kepalanya pesing, perut mau tumpah.
Siau-long tak tahan melihat kelambatan langkah Mawar
Putih. Cepat ia mendahului dimuka. Sambil menutup hidung,
ia berjalan bersama dara itu.
Terowongan lembab basah dengan air sumber gunung.
Tanahnya makin berlumpur sehingga sukar dilalui.
Beberapa kali Mawar Putih hampir tergelincir jatuh.
Pakaiannya kotor berlumpuran lumpur. Tetapi sedikitpun ia tak
mengomel. Dengan tubuh terhuyung-huyung, ia kuatkan diri
berjalan disamping Siau-liong.
Kurang lebih setengah jam, mereka tiba dimulut Lembah
Maut. Tetapi kedaan pintu lembah itu gelap karena ditutup
oleh batu besar.
Diam-diam Siau-liong menimang. Tempo hari ia menolong
Toh Hun-ki dan kawan-kawannya dengan mengambil jalan
dari mulut terowongan, tentulah hal itu sudah diketahui oleh
Son-beng Ki-su, Iblis penakluk-dunia dan anak buah Lembah
Maut. Oleh karena itu maka pintu terowongan ditutup dengan
batu.... Dan kalau saat itu gerak geriknya diketahui orang
Lembah Semi tentu celakalah. Tak mungkin ia dapat melintasi
barisan Tujuh Maut untuk menolong Jong Leng lojin.
Setelah merenung beberapa saat, ia membisiki beberapa
patah kata ketelinga Mawar Putih. Setelah itu ia kerahkan
545 tenaga dalam lalu mulai mendorong batu penutup pintu
terowongan itu.
Batu besar berderak-derak bergerak keluar. Selekas batu
itu menggelinding keluar, Siau-liong cepat loncat keluar. Ah....
ternyata dugaannya benar. Dua samping pintu terowongan
telah dijaga oleh empat orang berpakaian hitam. Mereka
terkejut ketika melihat Pendekar Laknat muncul.
Siau-hong tak mau membuang waktu. Dengan kedua
tangannya ia gunakan jurus, Angin-meniup-daunberhamburan,
menyerang keempat penjaga.
Tiga orang baju hitam remuk tulangnya. Tanpa dapat
menjerit, mereka rubuh binasa.
Yang seorang rupanya agak cerdik. Pada saat Siau-liong
menghantam ketiga kawannya, ia loncat melarikan diri
sembari siapkan panah api untuk memberi tanda kepada
markas. Siau-liong terkejut. Jika orang itu sampai dapat melepaskan
panah api, tentulah Iblis penakluk-dunia dan rombongan anak
buahnya akan menyerbu kesitu.
Dengan gerak Harimau-lapar-menerkam-mangsa, ia loncat
membayangi orang itu. Sebelum orang itu berhasil
meluncurkan panah api, bahunya sudah dapat dicengkeram
Siau-liong. Orang itu menjerit ngeri lalu terkulai ke tanah
bersama anak panahnya.
Siau-liong masih belum puas. Ia tutuk tiga buah jalan darah
maut pada tubuh orang itu. Sesaat kemudian ia merasa
menyesal juga karena telah membunuh empat jiwa.
546 Saat itu Mawar Putih pun sudah keluar terowongan.
Pakaiannya berlumuran lumpur, tubuhnya mandi keringat.
Untunglah karena terlindung oleh jajaran gunung, maka
Lembah Maut itu tak menderita kebakaran. Hanya saja asap
api itu mengerumun penuh dalam lembah, ditambah pula
dengan tebaran kabut, lembah itu seolah-olah tertutup oleh
lautan asap tebal.
Hal itu malah menguntungkan Siau-liong karena jejaknya
tentu sukar diketahui orang Lembah Semi.
Siau-liong tak mau membuang waktu lagi.
Sebelum kebakaran pada barisan pohon bunga itu padam,
ia harus sudah dapat membebaskan Jong Leng lojin.
Segera ia menggandeng tangan Mawar Putih lalu melintasi
lembah yang penuh dengan hutan pohon dan lautan batu2
aneh. Berkat peta dari Jong Leng lojin dan pula tempo hari ia
pernah memasuki lembah itu untuk mencari jejak Mawar
Putih, maka saat itu ia sudah faham akan keadaan lembah.
Tak berapa lama dapat ia mencapai titik jalan yang
menghubungkan Lembah Maut dengan barisan Tujuh Maut.
Tanpa membuang waktu lagi, Siau-liong terus ajak Mawar
Putih menyusup ke dalam terowongan dibawah tanah yang
panjang dan dalam itu.
Saat itu agaknya Mawar Putih kumat lagi tabiatnya yang
manja. Sambil menarik lengan baju Siau-liong ia berseru
dengan nada beriba, "Engkoh Liong, apakah yang hendak
engkau lakukan" Terowongan ini penuh dengan alat jebakau
rahasia. Apakah engkau hendak mengantar jiwa?"'
Siau-liong berhenti, menghela napas menatap wajah dara
itu; "Memang kita sedang menempuh bahaya. Tetapi mudahTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
547 mudahan langkah kita ini dapat menghentikan pertumpahan
darah di dunia persilatan, menyelamatkan beribu jiwa.
Tentang alat-alat rahasia yang memenuhi terowongan ini...."
Ia berhenti dan tertawa, "Kini bagiku, tempat itu tak ubah
seperti jalan besar Yang-kwan saja!"
Mawar Putih memandangnya dengan heran tetapi tak mau
bertanya apa2 lagi. Dara itu sudah percaya penuh kepada
Siau-liong. Walaupun tahu bahwa pemuda itu sedang
menepuh jalan maut, namun Mawar Putih tetap mengikutinya
tanpa ragu2. Siau-liong merabah bungkusan obat yang disimpan dalam
pinggang bajunya ia hendak berjalan tetapi berhenti lagi.
Teringat ia ketika bertemu dengan Jong Leng lojin, ia tidak
menyamar sebagai Pendekar Laknat. Jika saat itu ia masih
menyamar sebagai Pendekar Laknat, bukankah akan
menimbulkan kecurigaan orang tua itu"
Segera ia melepas kedok muka dan pakaian
penyamarannya. Setelah itu baru ia ajak Mawar Putih
lanjutkan perjalanan.
Saat itu ia tiba didinding batu yang cekung ke dalam.
Tetapi apa yang dilihatnya dalam ruang itu, membuatnya
terkejut sekali!
Ruang itu kosong melompong. Jong Leng lojin lenyap....
Rantai besi yang mengikat kaki orang tua itu kutung
menjadi dua dan berhamburan di tanah. Rupanya telah
dipapas dengan pedang pusaka yang amat tajam. Disekeliling
ruang, tak terdapat djejak yang mencurigakan.
548 Siau-liong menimang. Menilik rantai besi yang putus itu,
kemungkinan besar long Leng lo-jin tentu ditolong orang.
Tetapi orang tua yang begitu sakti kepandaiannya, pun tak
manpu memutuskan rantai borgolannya, lalu siapakah tokoh
yang begitu sakti dan memiliki senjata begitu tajam hingga
dapat memutuskan rantai borgolan itu"
Pikiran Siau-liong melayang lebih jauh. Menurut
anggapannya, hanya dua orang yang ada kemungkinan telah
menolong Jong Leng lojin. Kesatu, gurunya sendiri ialah
Tabib-sakti-jenggot-naga Kongsun Sin-tho. Dan yang lain
adalah Randa Bu-san....
Tetapi Siau-liong tetap bersangsi. Karena ditilik dari sudut
manapun, kedua tokoh itu tak mungkin dapat mengetahui
tempat rahasia itu dan menolong Jong Leng lojin! Ah, lalu
siapakah orang itu"
Tiba-tiba bulu kuduk Siau-liong meremang tegang. Ia
mencemaskan kemungkinan yang ketiga. Jika kedua suami
isteri durjana itu dapat memenjarakan Jong Leng lojin disitu,
tentulah mereka mampu juga untuk melepaskan orang tua itu.
Dan kemungkinan itu memang bukan mustahil. Untuk
menghadapi serangan besar-besaran dari rombongan Ceng Hi
totiang kemungkinan Iblis-penakluk-dunia hendak
menggunakan orang tua itu untuk menghadapi mereka.
Menurut perhitungannya saat itu Sudah hampir sejam
lamanya barisan pohon Bunga dilanda api. Dua jam lagi,
setelah api padam, rombongm Ceng Hi totiang tentu akan
menyerbu dan tentulah akan terjadi pertempuran yang
dahsyat dan mengerikan!
Siau-liong makin gelisah tetapi tak dapat menemukan suatu
akal. Akhirnya ia memutuskan, karena sudah memasuki
tempat itu, lebih baik ia mengadakan penyelidikan seluasTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
549 luasnya. Maka ia segera ajak Mawar Putih lanjutkan
perjalanan menyusup terowongan dibawah tanah itu.
Pintu keluar dari terowongan itu. sebagian dibuat orang.
sebagian memang berasal dari gua alam. Letaknya persis
dimuka Barisan Tujuh Maut.
Disebelah muka gua yang menjadi pintu keluar dari
terowongan dibawah tanah itu, terbentang sebuah dataran
yang ditengahnya terdapat sebuah hutan pohon siong.
Pada saat Siau-liong hendak lanjutkan langkah, tiba-tiba
dari arah hutan iiu terdengar suara orang tertawa nyaring. Dia
tersentak kaget.
Tak salah lagi, suara tertawa itu adalah tertawa si Iblispenakluk-
dunia. Cepat Siau-liong mundur kembali. Tetapi gerumbul pohon
dan semak belukar yang mengaling mulut gua itu sedemikian
lebatnya hingga ia tak dapat melihat jelas siapa2 yang keluar
dari hutan itu.
Siau-liong mencari akal. Disebelah kiri gua itu terdapat
sebuah batu karang yang menjulang tinggi. Jika bersembunyi
disitu tentulah ia dapat melihat keadaan disekeliling penjuru.
"Adik Mawar, jagalah mulut terowongan ini. Jika musuh
muncul, lekas hubungi aku. Aku hendak meninjau keadaan
musuh dari atas karang itu!" ia memberi pesan kepada Mawar
Puiih lalu merayap ke atas. Setelah mencapai puncak dan
memandang ke arah hutan, kejutnya bukan kepalang.
Dalam hutan itu tampak berpuluh sosok tubuh manusia,
bergerak kian kemari. Ada lelaki ada pula wanitanya.
Jumlahnya tak kurang dari seratus orang.
550 Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Neraka duduk disebuah
tempat yang tinggi. Dibelakangnya dijaga oleh sepuluh gadis
baju merah. Iblis itu tengah mencekal sebatang pedang yang
berkilau-kilauan cahayanya.
Dihadapan iblis Itu tegak berjajar 20 barisan lelaki
perempuan yang mengenakan pakaian serba ringkas dan
menghunus senjata.
Disebelah kanan rombongan orang itu, tampak sebuah
kereta tetapi belum dirakit dengan kuda. Dimuka kereta, dua
orang baju hilam berdiri disebelah kanan dan kiri. Mereka
memegang poros kereta seperti orang yang menarik kereta
itu. Selain mengenakan baju hitam, pun kedua orang itu juga
membungkus kepalanya dengan kain sampai pada lehernya.
Hanya pada kedua matanya yang diberi lubang. Jika pada
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malam hari, orang tentu mengira mereka adalah setan2
kuburan yang keluyuran keluar.
Di belakang kereta dikawal oleh dua buah barisan orang
baju hitam. Tetapi kepalanya tidak dibungkus rapat dengan
kain hitam melainkan dengan sutera tipis. Setiap barisan
terdiri dari lima orang.
Kereta itu kosong tiada isinya. Tetapi menurut dugaan,
tentulah disediakan untuk Iblis-penakluk-dunia dan Dewi
Neraka. Sesungguhnya yang hendak dicari Siau-liong hanyalah Jong
Leng lojin. Diawasinya dengan penuh perhatian setiap orang
dan gerak-gerik mereka. Tetapi ia tak melihat kehadiran Jong
Leng lojin. Tiba-tiba Siau-liong melihat seorang lelaki baju kelabu
berlari-larian dari mulut gunung menuju ketempat Iblis -
551 penakluk-dunia. Begitu tiba di tepi hutan, orang itu hentikan
larinya lalu menghampiri kehadapan Iblis-penakluk-dunia dan
memberi hormat.
"Melaporkan pada bapak pemimpin, barisan pohon Bunga
sudah terbakar separoh bagian. Pagar Singa dan Pagar
Harimau, telah diledakkan oleh rombongan Ceng Hi totiang.
Kawanan binatang disitu mati hangus semua!" seru orang itu.
Iblis-penakluk-dunia bukannya terkeiut, kabalikannya malah
tertawa mengekeh, "Ah, hal itu memang sudah
kuperhitungkan...." -ia melirik ke arah isterinya lalu
membentak orang itu, "Bagaimana dengan tempat!"
"Empat penjuru lembah, api sudah padam. Sebagian besar
dari anak buah Ceng Hi totiang berkumpul diluar barisan
pohon Bunga. Rupanya begitu api padam, mereka tentu akan
menyerbu!" jawab orang itu.
Iblis-penakluk-dunia mendengus, "Hm, aku sudah tahu,
pergilah!"
Orang itu menjurah lalu angkat kaki. Sambil mengurut
jenggotnya yang menjulai sampai kelutut, Iblis-penakluk-dunia
gelengkan kepala dan merenung. Beberapa saat kemudian
berkatalah ia kepada isterinya, "Setelah pertempuran hari ini,
lihat saja siapakah tokoh persilatan yang berani menentang
aku lagi!"
"Tolol! Mereka telah kerahkan sejumlah besar tokoh2
persilatan dan mengumumkan hendak meratakan Lembah
Semi ini. Adakah engkau mempunyai keyakinan untuk
memenangkan mereka?" sahut Dewi Neraka.
552 Iblis-penakluk-dunia tertawa, "Sekalipun mereka benar
berjumlah puluban ribu orang, aku tetap dapat membereskan
mereka...."
Kemudian menunjuk pada ke 12 orang baju hitam yang
berada dimuka dan belakang Iblis-penakluk-dunia berkata pula
dengan beberapa orang itu saja kiranya dapat melayani
sepuluh ribu musuh!"
Siau-liong terkesikap. Dipandangnya kepada orang baju
hitam itu tak bergerak seperti patung.
Dewi Neraka mendengus lagi; "Sekalipun nanti akan
menang, tetapi bukan berarti tak ada yang perlu dicemaskan
lagi...." -ia menatap wajah suaminya lalu melanjutkan, "Paderi
Kurus dari gunung Thian-san, Manusia Aneh dan Pak-I-ciang,
Sepasang imam dari gunung Bu-san, Empat Seram dari
gunung Im-san, kelana dari gunung Hong-san, Randa gunung
Bu-san dan masih ada pula Pendekar Laknat...."
Iblis perempuan itu tak melanjutkan kata-katanya
melainkan hanya menghela napas.
Semula Iblis-penakluk-dunia tertegun juga tetapi pada lain
saat ia tertawa lepas; "Jangan kuatir, isteriku. Berkat
kepandaian dan kecerdasan kita berdua, adalah semudah
orang membalikkan telapak tangannya jika hendak menguasai
dunia persilatan!"
Ia lambaikan tangan dan dua orang tua yang masingmasing
berumur 50-an tahun segera maju kehadapannya dan
menjurah. "Beritahukan kepada anak buah kita di belakang barisan
panah. begitu api yang membakar barisan pohon bunga itu
553 padam, mereka suruh lepaskan anah panah!" tukas Iblispenakluk-
dunia. Kemudian kedua orang itu cepat melakukan perintah. tibatiba
Iblis-penakluk-dunia berbangkit lalu jalan menghampiri
kereta. Siau-liong sedang menumpahkan seluruh perhatian untuk
mengawasi gerak gerik Iblis-penakluk-dunia dengan anak
buahnya. Sedemikian asyiknya ia mengikuti mereka sehingga
tak ingat akan keadaannya sendiri. Tiba-tiba ia mendengar
Mawar Putih menjerit kaget.
Siau-liong terkejut dan berpaling. Hai....
Mawar Putih yang menjaga dimulut gua tadi, ternyata
sudah tak tampak disitu.
"Adik Mawar! Adik Mawar....!" serunya berbisik. Tetapi
tiada penyahutan sama sekali.
Cepat Siau-liong meluncur turun dan menghampiri gua.
Ternyata apa yang dikuatirkan memang benar. Ketika tiba
dimulut gua. sayup2 ia mendengar suara orang tertawa dingin
dan pada lain saat muncullah seorang baju merah menyala.
Ah.... Poh Ceng-in, nona pemilik Lembah Semi.
Mata Siau-liong berkunang-kunang dan hampir jatuh.
Tetapi wanita itu malah tertawa mengejek, "Merdu sekali
engkau memanggilnya. Sayang ia sekarang sudah tak dapat
menyahut lagi!"
Dada Siau-liong seraya meledak. ingin ia
menghancurkannya tetapi dia tahu bahwa hal itu akan
membawa akibat pada dirinya sendiri. Terpaksa ia menahan
kemarahan dan berseru agak ketus, "Engkau apakan dia!"
554 Poh Ceng-in tertawa dingin, "Lihatlah sendiri kesini....!" -ia
berputar diri dan berseru ke arah terowongan, "Suheng,
bawalah ia keluar!"
Siau-liong buru-buru menghampiri dan memandang ke
dalam mulut gua. Dilihatnya Mawar Putih berdiri beberapa
langkah dalam mulut gua tetapi punggung dan mulutnya
didekap oleh seorang aneh yang bertubuh amat kurus sekali.
Sekurus manusia yang tinggal tulang berbungkus kulit. Dan
orang itu bukan lain adalah Soh-beng Ki-su!
Marah Siau-liong bukan kepalang. Diam-diam ia kerahkan
tenaga dalam dan maju hendak menerjang. Tetapi Soh-beng
Ki-su tertawa sinis.
"Budak, jika engkau berani maju, budak perempuan ini
akan kujadikan mayat hidup dengan ilmu tenaga sakti Pekkut-
kang!" serunya mengancam.
Sekalipun Siau-liong mampu menghadapi 10 Soh-beng Kisu,
tetapi karena Mawar Putih berada ditangan pertapa itu,
terpaksa ia tak berani lanjutkan tindakannya.
"Hm, kiranya engkau seorang pemuda hidung belang." seru
Poh Ceng-in' "siapakah dia?"
Karena marahnya, gigi Siau-liong sampai bercaterukan,
sahutnya getus, "Tak perlu engkau tanya!"
"jangan lupa, engkau dan aku sehidup semati...."
Siau-liong marah dan mengkal. Melirik ke arah rombongan
Iblis-penakluk-dunia yang berada dalam hutan, ia membentak
wanita itu, "Sekali telah kululuskan janji untuk mati bersama
setahun nanti, tentu akan kulaksanakan!"
555 "Tetapi engkau sudah berjanji dalam setahun ini takkan
bergaul dengan perempuan lain!" tukas Poh Ceng-in.
Sekali tak dapat berkutik karena ditutuk jalan darahnya
oleh Soh-beng Ki-su, tetapi Mawar Putih dapat mendengar
pembicaraan Siau-liong dengan wanita baju merah itu dengan
jelas. Ia deliki mata kepada Siau-liong lalu meronta sekuat
tenaganya untuk melepaskan mulutnya dari dekapan tangan
Soh-beng Ki-Su, lalu berteriak, "Siau-liong, engkau...."
Tetapi belum sempat dara itu berteriak, punggungnya telah
ditutuk oleh Soh-beng Ki-su. Hati Siau-liong seperti disayat.
Untuk kedua kali ia nekad hendak menerjang lagi. Tetapi
dibentak Poh Ceng-in, "Diam!"
Dengan mata berkilat buas, Soh-beng Ki-su lekatkan
tangan kiri kepunggung Mawar Putih, sedang tangan kanan
ditebarkan mencengkeram dada dara itu. Rupanya ia hendak
melaksanakan rencana ganas.
Siau-liong menghela napas dan palingkan muka. Terdengar
Poh Ceng-in tertawa dingin, berkata kepada Soh-beng Ki-su,
"Suheng, bawalah pergi budak perempuan itu....!" -kemudian
menuding Siau-liong ia berseru, " Dia mempunyai peta
terperinci dari keadaan Lembah Semi. Engkau harus mencari
tempat lain yang sukar dicari."
Soh-beng Ki-su kerutkan dahi, ujarnya, "Budak itu hebat
sekali, sumoay engkau...."
Poh Ceng-in tertawa mengekeh, "Tak peduli dia bagaimana
saktinya tetapi tak mungkia dia berani membunuh diriku. dan
tak mungkin akan membunuhku,"
556 Soh-beng Ki-su tertawa menyeringai. Memanggul Mawar
Putih, ia terus menyusup ke dalam terowongan.
Dapat dibayangkan betapa perih dan pedih hati Siau-liong
melihat Mawar Putih dibawa Soh-beng Ki-su tanpa ia mampu
memberi pertolongan. Darahnya bergolak keras, hingga
hampir saja ia pingsan.
Setelah Soh-beng Ki-su pergi, barulah Poh Ceng-in
menghampiri kemuka Siau-liong, katanya, "Yang salah adalah
engkau sendiri, jangan sesalkan aku berhati kejam.... kini
hanya tinggal dua pilihan...."
Siau-liong memandang lekat kewajah wanita pemilik
lembah itu tetapi tak berkata apa2.
Dipandang begitu rupa oleh Siau-liong, bingung juga
wanita itu. Ia tak tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda itu.
"Jika engkau mau segera menjadi suami isteri dengan aku,
akan kubiarkan engkau sendiri yang melepaskan budak
perempuan iiu. Kalau tidak, kita bertiga akan segera mati
bersama!" Siau-liong tak mengacuhkan kata2 wanita itu. Ia tetap
tegak termangu-mangu memandangnya. Tiba-tiba wajahnya
berobah. "Apakah benar racun Jong-tok yang engkau berikan
kepadaku itu tiada obatnya lagi?" tanyanya.
"Tidak ada!" sahut Poh Ceng-in," sekalipun engkau makan
obat dewa, juga tak berguna!"
Dengan wajah beku, Siau-liong maju selangkah, serunya
dengan nada sarat, "Jika aku tak tahan lagi dan memukulmu
557 mati, lalu kuminum darahmu atau menggunakan darah anjing
hitam mulus untuk pengantar, mengorek hatimu lalu
kumakan, entah bagaimanakah akibatnya?"
Seketika pucatlah wajah Poh Ceng-in sehingga ia
teihuyung-huyung mundur dan berseru dengan nada gemetar,
"Engkau dengar dari siapa cara itu.... oh, engkau kejam
sekali.... engkau hendak membunuh aku agar dapat menolong
budak perempuan itu lalu engkau menikah dengannya,
engkau...."
Siau-liong menghela napas.
"Sayang, aku tak berhati buas seperti engkau. Mungkin
sukar melakukan hal semacam itu, Hanya...." Siau-liong
berhenti sejenak, sekali gerak cepat ia menutuk jalan darah
dibahu kanan Poh Ceng-in.
Tepat pada saat itu, dari bejauhan tampak tiga larik sinar
api yang cepat sekali mendekati. Dan dari arah hutan
terdengarlah Iblis-penakluk-dunia berteriak keras dan
serempak terdengarlah suara kereta berjalan berderak-derak.
Kereta yang dikawal oleh barisan orang hitam itu segera
berjalan menuju keluar mulut gunung.
Siau-liong terkejut. Diperhitungkannya saat itu api yang
membakar barisan pohon Bunga masih sejam lamanya. Tetapi
mengapa anak buah Lembah Semi sudah memberi pertandaan
lebih dulu. Tetapi dia tak sempat berpikir lagi. Sambil mencengkeram
bahu Poh Ceng-in, ia segera menyusup ke dalam terowongan.
558 Sekalipun ia faham akan jalan terowongan dan berjalan
secepat lari, tetapi ia harus menggunakan waktu setengah jam
juga baru dapat menyusur keluar dari terowongan.
Selekas keluar, cepat ia lari ke arah barisan pohon Bunga.
Sayup2 ia mendengar suara jeritan ngeri dari suatu
pertempuran dahsyat.
Memandang kemuka, tampak barisan pohon Bunga yang
penuh asap tebal itu diserbu oleb berpuluh-puluh sosok tubuh
manusia. Siau-liong arahkan larinya kesana. Tiba-tiba beberapa belas
orang bersenjata, menghadang jalan. Mereka terdiri dari kaum
imam dan orang biasa Kepalanya seorang imam mencekal
sebatang golok kwat-to, tanpa berkata apa2 terus menyerang
Siau-liong. Siau-liong terkejut dan cepat loncat kesamping seraya
membentak, "Hai, apakah tak kenal padaku!"
Tebasannya luput, imam itu maju membabat pinggang
Siau-liong seraya menghardik, "Budak keparat, aku tak kenal
padamu!" Melihat pemimpinnya menyerang, anak buahnya pun
segera ikut menyerang Siau-liong.
Siau-liong terkejut. Saat itu baru ia teringat kalau tak
menyamar sebagai Pendekar Laknat. Apa boleh buat, terpaksa
ia harus menghadapi mereka.
Sambil menyikap Poh Ceng -in dibawah ketiak, Siau-liong
tak mau balas menyerang, melainkan berloncatan menghindar
serangan mereka.
559 Sambil menghindar, berulang kali ia berteriak, "Berhenti
dulu! Aku membawa Surat Jalan dari Ceng Hi totiang!"
Mendengar itu, imam yang menjadi pemimpin rombongan
penghadang itu segera membentaknya, "Kalau membawa
surat jalan, mengapa dari tadi tak lekas mengeluarkan!"
Rombongan penyerang itupun hentikan serangannya.
Namun masih mengepung Siau-liong. Pemuda itu buru-buru
merogoh bajunya. Tetapi yang diketemukan hanya peta
pemberian Jong Leng lojin. Buru-buru ia masukan lagi. Lalu
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
merogoh saku. Tetapi yang diketemukan hanyalah beberapa
butir pil pemberian Poh Ceng-in.
Sudah tentu Siau-liong gugup tak keruan. Kemanakah
gerangan perginya Surat Jalan itu" Merenung sejenak, barulah
ia teringat kalau Surat Jalan itu disimpannya dalam baju
Pendekar Laknat. Tetapi baju Pendekar Laknat itu sudah
dilipat dan dililitkan pada pinggang. Jika mengambil dan
membuka pakaian itu tentulah diketahui orang. Berarti juga,
rahasianya tentu bocor. Ah....
Siau-liong benar-benar bingung. Apalagi saat itu di dalam
barisan pohon Bunga sudah berlangsung pertempuran
dahsyat. Jika rombongan Ceng Hi totiang sampai menderita
kekalahan, bukankah ia ikut bertanggung jawab karena tak
dapat membantu mereka"
"Dari partai manakah suhu ini?" segera ia bertanya kepada
imam itu. Imam bersenjata golok kwat-to mendengus dingin, "Akulah
yang seharusnya bertanya begitu kepadamu!"
Siau-liong paksakan tertawa, "Aku bernama Kongsun Liong,
juga hendak membantu gerakan Ceng Hi totiang untuk
560 membasmi kedua suami isteri durjana itu. Tentang Surat
Jalan.... mungkin karena terburu-buru, telah hilang dijalan!"
Ternyata imam itu tak pernah mendengar nama Kongsun
Liong. Dengan mata berkilat-kilat ia membentak, "Jangan coba
mengelabuhi orang! Ceng Hi totiang sudah mengeluarkan
perintah. Barang siapa yang tak membawa Surat Jalan, harus
diperlakukan sama seperti anak buah Lembah Semi...."
Kemudian mata imam itu memandang ke arah Poh Ceng-in
Ialu berkata, "Jika engkau masih ingin hidup, beritahukan
siapa dirimu sebenarnya!"
Pada saat Siau-liong mencari Surat Jalan tadi, terpaksa ia
letakkan tubuh Poh Ceng-in di tanah. Belasan orang yang
mengepungnya itu segera lekatkan ujung pedang keseluruh
jalan darah disekujur tubuh kedua anak muda itu. Semula hal
itu tak diacuhkan Siau-liong. Pikirnya, begitu mengambil keluar
Surat Jalan, segalanya tentu beres. Tak kira kalau Surat Jalan
itu disimpan dalam baju Pendekar Laknat.
Dalam gugup terpaksa ia berseru nyaring, "Aku adalah
murid pewaris dari Pengemis Tengkorak Song Thai-kun dan
kini diangkat menjadi ketua Kay-pang. Jika taysu tak percaya
silahkan suruh memanggil murid Kay-pang untuk dipadu!"
Imam itu tertawa memanjang. Kemudian bertanya kepada
rombongan, "Adakah salah seorang dan saudara yang kenal
akan Cousu-ya bayi ini."
Sekalian orang tertawa gelak2; "Jangan dengarkan
ocehannya! Anak umur 3 tahun pun takkan percaya!"
"Tuh dengarlah! Jangan lagi tiada seorang pun yang
percaya omonganmu. Sekalipun ada yang percaya. pun sukar
untuk mencari anak murid Kay-pang yang saat ini sedang ikut
561 Ceng Hi totiang menyerbu ke dalam Lembah Semi...." imam
itu berhenti sejenak lalu berkata pula, "Terpaksa engkau harus
kita tahan. Nanti setelah Lembah Semi beres, dan ternyata
engkau memang bukan anak buah Iblis penakluk-dunia,
barulah dapat kami lepaskan."
"Ikat dia dan perempuan baju merah lalu bawa ke markas
depan!" imam itu memberi perintah.
Selagi imam itu bicara, diam-diam Siau-liong mencari lirik
kesekeliling penjuru. Dilihatnya pada setiap puncak pohon dan
belakang batu terdapat orang yang siap dengan senjata
panah. Diam-diam ia memuji akan kelihayan Ceng Hi totiang
mengatur barisan untuk mengepung musuh.
Bukannya ia takut akan balasan orang yang mengepungnya
itu tetapi ia menyadari bahwa dalam pertempuran, tentu ada
korban yang jatuh. Disamping itu sukar dicegah kemungkinan
Poh Ceng-in akan terluka bahkan bisa mati. Kalau wanita itu
mati, bukankah ia juga akan ikut mati....
Siau-liong termenung gelisah. Tiba-tiba seorang paderi
berkepala dan telinga besar, menutuk dada Siau-liong. Ia
yakin karena Siau-liong sudah tak berdaya, tentu mudah untuk
ditutuk jalan darahnya.
Tetapi alangkah kejutnya ketika belum lagi jarinya
menyentuh dada Siau-liong, paderi itu sudah menjerit ngeri
dan terhuyung-huyung mundur lima enam langkah. la rasakan
jarinya seperti terbakar api panas.
Kawan-kawannya tersentak kaget. Tetapi karena peristiwa
itu berlangsung cepat dan mendadak sekali, mereka tak tahu
apa sebab paderi itu sampai pontang panting begitu macam!
562 Imam yang menjadi kepala rombongan pun tak tahu
peristiwa itu. Tetapi ia seorang yang banyak pengalaman. Ia
duga Siau-liong tentu memiliki kepandaian tinggi. Maka cepat
ia memberi perintah untuk menyerang pemuda itu. Bahkan dia
sudah mendahului untuk menebas dengan goloknya.
Melihat sikap keras kepala dari rombongan itu, terpaksa
Siau-liong melayani juga. Sebelumnya ia memang sudah
menjaga setiap kemungkinan. Setelah mengundurkan paderi
tadi, diam-diam ia salurkan tenaga sakti Bu-kek-sin-kang
ketangannya. Begitu belasan orang itu menyerbu, ia pun cepat
tamparkan kedua tangannya.
Pemimpin dan anggauta rombongan itu memang tak
memandang mata kepada Siau -iong. Tetapi alangkah kejut
mereka ketika tamparan tangan pemuda itu menghamburkan
tenaga dahsyat yang panas. Beberapa jeritan ngeri terdengar
dan empat orang telah terlempar menyusur tanah....
Untunglah rombongan pengroyok itu tak punya akal untuk
menyerang Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah.
Andaikata mereka bertindak begitu, tentu Siau-liong sudah
mati kutu. Setelah berhasil mengacau-balaukan musuh, dengan
menggembor keras, Siau-liong menyambar tubuh Poh Cengin.
Rencananya hendak dibawa lari menerjaug mereka.
Tetapi pada saat itu, serangkum angin tajam menyambar
punggunguya. Terpaksa ia lepaskan tubuh Poh Ceng-in dan
terus berputar diri untuk menghalau penyerangnya.
Imam kepala rombongan itu ternyata memang hebat.
Walaupun sudah dipukul mundur oleh Siau-liong, tetapi ia
tetap maju menyerang lagi.
563 Siau-liong mendongkol sekali. Setelah mendoroog golok
kesisih, dengan kerahkan tenaga-sakti Bu-kek-sin-kang ia
hendak menghantamnya.
Imam itu ternyata murid dari Go-bi-pay. Walaupun
kepandaiannya tak lemah tetapi tak mungkin ia dapat
menerima pukulan Bu-kek-sin-kang. Dia pasti hancur binasa
apabila Siau-liong gerakkan tangannya.
Pada saat Siau-liong sudah hendak ayunkan tangannya,
tiba-tiba terdengar suara orang membentak, "Berhenti."
Nada orang itu amat berwibawa. Apalagi Siau-liong
memang tak bermaksud hendak melukai orang. Maka cepat2
ia menarik kembali pukulannya.
Ketika sekalian orang mencari siapa yang berseru itu tibatiba
dari puncak sebatang pohon, melayang turun sesosok
tubuh yang kurus. Begitu kurus sehingga seperti daun yang
melayang ke tanah.
Pada saat tiba di tanah barulah dapat diketahui bahwa
orang itu ternyata seorang paderi bertubuh kurus kering.
Boleh dikata hanya sesosok kerangka tulang terbungkus
kulit.... Tetapi sepasang matanya memancarkan sinar berapiapi,
mengandung perbawa yang memaksa orang menaruh
keseganan. "Ah...." imam pemimpin rombongan tadi mendesus pelahan
dan buru-buru merangkap kedua tangan, menyebut
"Omitohud" lalu memberi hormat kepada paderi kurus itu
dengan khidmat, "Murid Li Hun menghaturkan hormat atas
kehadiran Seng-ceng!"
Paderi kurus itu tersenyum; "Telah kupesatkan jalanku
tetapi tetap terlambat sedikit...."
564 Sambil memandang ke arah barisan pohon Bunga, ia
bertanya pula: ,,Apakah pertempuran sudah berjalan lama?"
Imam kepala rombongan yang menyebut namanya Li Hun
itu buru-buru menyahut, "Baru beberapa saat saja."
Paderi tua kurus itu mengangguk lalu memandang Siauliong
dan Poh Ceng-in yang menggeletak di tanah. Tampak
wajahnya mengerut cemas.
Buru-buru Li Hun melangkah kehadapan paderi tua kurus
itu, katanya, "Budak ini telah keluar dari Lembah Semi sambil
membawa wanita baju merah itu. Enlah apa maksudnya.
Tetapi jelas tentu anak buah Iblis-penakluk-dunia. Murid telah
mendapat perintah dari Ceng Hi totiang supaya mengatakan
tempat ini, karena itu...."
"Biarlah kutanyainya," tukas paderi kurus itu. Li Hun
mengiakan, lalu memberi isyarat supaya rombongan yang
mengepung itu mundur.
Siau-liong tertegun memandang paderi kurus itu. Diamdiam
ia heran mengapa imam tadi begitu menghormat sekali
kepada paderi itu. Pula cara paderi itu muncul memang
menunjukan seorang yang sakti. Dan mendengar penibicaraan
mereka tadi, rupanya paderi kurus itu datang dari jauh.
Siau-liong tak tahu siapa paderi kurus itu. Pikirnya, lebih
baik ia tinggalkan tempat itu saja agar jangan terlambat
waktunya. Maka ia mundur dua langkah dan hendak
mengangkat tubuh Poh Ceng-in.
"Ah, jangan begitu tegang," tiba-tiba paderi kurus itu
berseru dengan tersenyum; "sekalipun engkau berada satu
565 tombak jauhnya dari tempatku, tetapi rasanya sukar kalau
engkau hendak meloloskan diri...."
Nadanya angkuh, jelas tak memandang mata pada Siauliong.
Siau-liong tertegun dan terpaksa batalkan rencananya.
"Kenalkah engkau padaku?" tegur paderi kurus itu pula.
Siau-liong tak kenal siapa paderi itu. Tetapi menilik dia
datang hendak membantu rombongan Ceng Hi totiang, ia
duga paderi itu tentu Seorang cianpwe dari sebuah partai
persilatan. Maka cepat ia memberi hormat. menjawab,
"Justeru aku hendak mohon tanya gelaran mulia dari losiansu."
"Aku Liau Hoan, selama ini mengasingkan diri digunung
Thian-san...." kata paderi itu dengan nada yang penuh welas
asih, "memang tak dapat dipersalahkan kalau engkau tak
kenal padaku, Menurut perhitungan, aku sudah 40 tahun tak
pernah menginjak dunia persilatan lagi. Dan umurmu itu tentu
belum seberapa...."
Siau-liong terkesiap. Sudah berulang kali ia mendengar
orang mengatakan tentang paderi Liau Hoan dari gunung
Thian-san itu. Setitik pun ia tak kira bahwa paderi yang
termasyhur itu ternyata paderi bertubuh kurus yang berdiri
dihadapannya saat itu. Ah, gelar Paderi Kurus yang diberikan
kepadanya, ternyata memang tak salah.
Beberapa saat Siau-liong tertegun gelisah. Suara teriak
jeritan dari barisan pohon Bunga, makin lama makin keras dan
gencar. Walaupun belum mengetahui siapa yang menang,
tetapi ia tetap teringat akan surat peringatan yang diberikan
Kongsun Sin-tho itu.... Jika berlangsung makin lama,
akibatnya tentu makin runyam.
566 Ia pikir, paderi kurus Liau Hoan itu tentu akan percaya
akan keterangan imam Li Hun, yang mengatakan dirinya
(Siau-liong) seorang-anak buah Iblis-penakluk-dunia. Ah, jika
ia menempur paderi kurus itu, tentu akan memakan waktu
dan tenaga. Dan kemungkinan bahkan akan menderita luka.
"Usiamu masih muda dan wajahmu juga tak sembarangan
tetapi mengapa rela menjadi kaki tangan kedua suami isteri
durjana itu?" tegur paderi Liau Hoan.
Buru-buru Siau-liong membantah, "Hal itu sama sekali tidak
benar, aku...."
"Bukankah engkau habis keluar dari Lembah Semi?" cepat
paderi itu menukas.
Terpaksa Siau-liong menyahut, "Benar, tetapi...."
Sambil kebutkan lengan jubahnya. Liau Hoan berkata,
"Sudahlah, tak perlu membantah...."
Kemudian menunjuk pada Poh Ceng-in yang menggeletak
di tanah, paderi itu berkata pula, "Apakah wanita itu engkau
bawa dari Lembah Semi?"
"Benar, tetapi...."
Wajah Liau Hoan mengerut gelap, bentaknya, "Apakah
hidupku begini tua hanya hidup perc-ma saja! Apakah perlu
engkau jelaskan baru aku dapat mengetahui keadaan yang
sebenarnya....?"
Mau tak mau Siau-liong mendidih juga darahnya karena di
bentak2 itu. ia pun menyahut dengan suara lantang, "Jika tak
kuterangkan. bagaimana lo-siansu dapat mengetahui
persoalannya yang berliku-liku itu...."
567 "Tutup mulutmu!" bentak Liau Hoan marah. Lengan jubah
paderi itu diangkat ke atas, seperti hendak menyerang.
Sudah tentu Siau-liong terkejut dan buru-buru bersiap-siap.
Tiba-tiba Liau Hoau tertawa; "Anak muda, engkau murid
Iblis-penakluk-dunia atau bukan, tetapi aku akan memberimu
kesempatan untuk menyerang aku sampai 30 jurus. Jika
dalam 30 jurus itu engkau sanggup mengundurkan aku satu
langkah saja, aku segera tinggalkan tempat ini!" seru paderi
kurus itu. Siau-liong tertawa dingin, "Kaki dan tangan tak bermata.
Jika berkelahi tentu takkan terhindari dari hal2 yang
menimbulkan derita luka!"
"Dalam 30 jurus aku takkan balas menyerang! Silahkan
engkau menyerang sesukamu saja!" bentak paderi itu.
Siau-liong anggap paderi kurus itu juga manusia yang
membawa kemauan sendiri dan angkuh sekali.
Diam-diam ia menimang, "Jangan lagi 3o jurus, dalam 3
jurus saja jika tak mampu mengudurkan engkau, aku pun
takkan muncul dalam dunia persilatan lagi!"
Maka menyahutlah ia dengan lantang, "Karena lo-cianpyye
yang memerintah, akupun terpaksa menurut saja. Silahkan locianpwe
bersiap!" Habis berkata ia terus mengangkat tangan kanan lalu
ditamparkan dengan jurus. Menurut-aliran-air-mendorongsampan,
kedada Liau Hoan.
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
568 Paderi itu tegak diam. Sepasang tangan dirangkapkan
kemuka dada. Tiba-tiba serangkum suara lembut seperti kapas
memancar dari tangannya, menghapus tenaga pukulan Siauliong,
seraya tertawa hambar.
"Pukulan semacam itu, banyak terdapat dipasar persilatan!"
Siau-liong tak mau menyahut melainkan lepaskan lagi
sebuah pukulan Tay-lo-kim-kang ke arah kepala paderi itu.
Liau Hoan agak terkejut. Cepat ia dorongkan kedua
tangannya kesamping untuk 'menarik' tenaga pukulan Siauliong
kesamping. Kedua bahunya pun ikut condong kesamping
tetapi secepat itu berayun kemuka lagi. Sepasang kakinya
tetap tak berkisar sedikitpun jua.
Tetapi mau tak mau wajah paderi itu berobah, kaget,
serunya, "Pukulan Thay-siang-ciang! Adakah engkau benarbenar...."
Tetapi tiba-tiba ia hentikan kata2nya dan berganti dengan
sebuah bentakan yang bengis "Masih ada 28 jurus, lekas
teruskan seranganmu!"
Diam-diam Siau-liong terkesiap dalam hati. Apa yang
disohorkan orang ternyata benar. Kepandaian Liau Hoan
memang hebat sekali. Sekali lawan bergerak, segera ia dapat
mengetahui nama jurus dan alirannya.
Semula Siau-liong mengira dalam 3 jurus,ia tentu dapat
mengalahkan paderi itu dengan pukulan Thay-siang-ciang
yang dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang. Tetapi apa yang
disaksikan, benar-benar membuatnya termangu-mangu.
Rupanya Liau Hoan tak sabar, ia membentak dengan
nyaring; "Lekas serang!"
569 Sejenak merenung, Siau-liong tiba-tiba lempangkan tangan
kanan mendorong lurus kemuka.
Gerakan itu memang aneh. Meninju bukan, tamparan pun
bukan. Dan lagi gerakannya amat pelahan sekali.
Liau Hoan kerutkan alis. Sesaat ia tak tahu jurus apakah
yang sedang dimainkan anak muda itu.
Ternyata jurus yang digunakan Siau-liong itu disebut
Sebatang-tonggak-menyanggah-langit. Salah sebuah jurus
dari apa yang disebut Satu pukulan-Tiga tamparan-Empat
tutukan. ialah pelajaran yang termasuk dalam kitap pusaka
Thian-kong-sin-kang.
Jurus itu mengandung perobahan yang rumit sekali. Oleh
karena Siau-liong baru saja satu kali melatih pelajaran itu dan
tak memiliki latihan dasar dari tenaga dalam Thian-kong-sinkang.
maka ia tak dapat menggunakannya dengan tepat.
Namun karena Liau Hoan sudah berjanji tak balas
menyerang, maka timbullah keinginan Siau-liong untuk
mencoba pelajaran itu. Maka tanpa menghiraukan adakah
latihannya sudah sesuai atau belum, ia segera menggunakan
jurus itu. Sambil lepaskan pukulan, diam-diam Siau-liong
menumpahkan pikirannya untuk menghafalkan gerak
perobahan selanjutnya. Oleh karena itu maka gerakannyapun
dilakukan dengan pelahan.
Liau Hoan kaget dan meragu. Pukulan Siau-liong dengan
ilmu Thay-siang-ciang tadi, sudah membuatnya tak berani
memandang rendah pada anak muda itu lagi.
570 Sepintas pandang pukulan anak itu memang tak berharga
dan lambat sekali. Tetapi anehnya, Liau Hoan benar-benar tak
tahu ilmu apakah pukulan Siau-liong itu. Maka ia terpaksa
diam-diam kerahkan semangat dan tenaga dalam untuk
bersiap-siap. Pada saat tangan Siau-liong mendorong lurus sekonyongkonyong
ia menggembor keras dan tiba-tiba tangan anak itu
bergerak cepat sekali. Tahu2 dada Liau Hoan termakan
tinju.... "Hai....!" mulut paderi kurus itu menjerit aneh dan
tubuhnya menyurut mundur selangkah.
Imam Li Hun dan anak buahnya terkejut menyaksikan
peritiwa itu. Mereka terkesiap memandang Siau-liong.
Liau Hoan tak menderita luka berat. Ia menatap Siau-liong
sambil mengusap keningnya lalu tundukkan kepala merenung.
Siau-liong sendiri juga termangu-mangu. Ia tak menyangka
bahwa pelajaran yang masih setengah matang itu ternyata
mempunyai perbawa yang sedemikian hebatnya.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras. Siau-liong
terkejut. Memandang ke arah barisan pohon Bunga. ternyata
tempat itu penuh dengan gulung asap tebal yang membubung
ke udara. Suara itu tentulah berasal dari gerakan rombongan
Ceng Hi totiang yang tengah meledakkan semua alat rahasia
dan rintangan dalam lembah.
Tetapi alangkah kejutnya ketika berpaling, ternyata Poh
Ceng-in yang menggeletak di tanah tadi sudah lenyap.
Dilihatnya imam Li Hun dan anak buahnya sedang
memandang dirinya seraya pelahan-lahan menyurut mundur.
571 Segera ia menduga, tentulah mereka yang melarikan Poh
Ceng-in. Kemudian mata Siau-liong beralih memandang ke arah
barisan pohon Bunga. Tanpa banyak pikir lagi, ia terus
gunakan gerak loncat Naga-berputar-18-kali, melesat ke arah
barisan pohon Bunga.
Setelah merenung beberapa saat, tiba-tiba Liau Hoan
tersadar dan berseru pelahan, "Thian-kong-sin-kang! Tentulah
ilmu sakti Thian-kong-sin-kang....!"
Memandang ke muka, ternyata Siau liong sudah lari. Paderi
itu menggembor keras lalu loncat mengejar.
Gerak Naga-berputar-18-lingkaran dari Siau-liong telah
mencapai tataran yang tinggi. Dalam dua gerak loncatan saja,
ia sudah mencapai belasan tombak jauhnya.
Ketika masih melayang di udara, tiba-tiba ia memperoleh
akal. Cepat ia meluncur ke arah sebuah semak yang tinggi,
terus berganti pakaian sebagai Pendekar Laknat.
Tepat pada saat ia selesai menyamar sebagai Pendekar
Laknat, paderi Liau Hoan pun tiba. Bagaikan seorang gila,
paderi itu memandang ke sekeliling penjuru seraya tak hentihentinya
mengingau seorang diri, "Thian-kong sin-kang!
Tentulah ilmu sakti Thian-kong-sin-kang....!"
Paderi itu melihat juga pada Siau-liong. Tetapi karena saat
itu Siau-liong sudah berganti dandanan sebagai Pendekar
Laknat maka Liau Hoan hanya memandangnya dengan tawar
terus menyusup ke dalam gerumbul untuk mencari pemuda
tadi. 572 Siau-liong tertawa dingin. Dia tak mau menghiraukan
paderi kurus itu melainkan terus melesat ke arah barisan
pohon Bunga. Dalam sekejab mata ia sudah berada di tengah
puing barisan pohon Bunga.
Saat itu suara teriakan, tidaklah sengeri tadi. Dan yang
tampak hanya berpuluh-puluh jago silat tengah lari kian
kemari. Entah apa yang terjadi dengan pertempuran di
sebelah muka. Juga kereta yang dinaiki Iblis-penakluk-dunia
dan Dewi Neraka tak tampak bayangannya.
Siau-liong menerjang di antara orang2 itu, melintas ke
muka Karena sudah menerima penerangan dari Ceng Hi
totiang, maka rombongan jago2 silat itu sama menyisih untuk
memberi jalan kepada Pendekar Laknat.
Tampak ketua Siau-lim-si Ti Gong taysu dengan 20-an
paderi lari menghampiri. Ketua Siau-lim-si itu agak tertegun
ketika melihat Pendekar Laknat Siau-liong. Buru-buru ia
memberi hormat dan berseru nyaring, "Pendekar Laknak...."
"Di mana Ceng Hi totiang dan rombongannya?" seru Siauliong
tegang. Sambil menunjuk ke arah lembah, ketua Siau lim-si itu
berseru, "Masih memimpin rombongan orang gagah
bertempur dengan kedua, durjana. Tetapi gelagatnya tidak
menguntungkan fihak kita, kedatangan saudara sungguh
kebetulan sekali...." berhenti sejenak ketua Siau-lim-si itu
berkata pula, "Tadi menerima laporan bahwa ada kaki tangan
musuh yang keluar dari terowongan rahasia. Maka aku
mendapat perintah untuk menangkapnya!"
Habis berkata, ia memberi salam terus lanjutkan perjalanan
lagi. 573 "Ti Gong taysu....!" cepat Siau-liong maju selangkah
meneriakinya. Ketua Siau-lim-si itu berhenti dan berpaling, "Saudara
mempunyai keperluan apa?"
Sejak ditolong dari Lembah Maut, ketua Siau-lim-si itu
bersikap baik kepada Pendekar Laknat.
"Cousu-ya dari Kay-pang yakni Kongsun Liong seorang diri
menyelundup ke dalam Lembah Semi dan berhasil menangkap
seorang wanita siluman baju merah, tetapi...." "ditatapnya
wajah paderi itu lalu berkata pula, "Kabarnya pada waktu dia
ke luar dari Lembah, telah salah faham dengan beberapa
rombongan paderi yang bertugas disitu. Wanita baju merah itu
disembunyikan oleh rombongan paderi.... ah, wanita baju
merah itu penting sekali. Dapatkah aku minta tolong pada
taysu untuk memintakan wanita baju merah itu dan serahkan
padaku" "
Ti Gong menatap wajah Siau-liong, tanyanya, "Entah
rombongan paderi dari fihak manakah yang menawan wanita
itu" Dan lalu kemana saja perginya ketua Kay pang itu?"
"Yang kuketahui nama dari kepala rombongan itu adalah
paderi Li Hun!"
Tay Gong merenung sejenak lalu berkata, "Li Hun adalah
paderi Go-bi-pay! Baiklah, permintaan saudara pasti akan
kulaksanakan...." habis berkata ketua Siau-lim-si itu terus
bergegas melangkah pergi dengan rombongannya.
Siau-lim-si pun lanjutkan langkahnya ke arah lembah.
Barisan pohon Bunga yang lebat, kini hanya tinggal tumpukan
puing yang asapnya masih bergulung-gulung tebal, Di sana
sini bertebaran mayat manusia dengan tubuh yang
574 mengerikan dan terbakar. Dan mayat berhamburan kemanamana.
Menilik keadaannya, pertempuran itu belum berselang
berapa lama. Pekik jeritan tak terdengar lagi. Binatang2 buas dan ular
beracun serta alat-alat perangkap rahasia dari Lembah Semi,
boleh dikata sudah hancur berantakan. Tetapi Ceng Hi totiang
pun harus membayar mahal dengan korban2 rombongan
orang gagah yang banyak berjatuhan. untuk penghancuran
itu. Saat itu menjelang petang hari. Rombongan Ceng Hi
totiang tengah menggempur pertahanan di belakang lembah
yang dijaga oleh suami isteri Iblis-penakluk-dunia.
Masuk dari jalan yang dipertahankan Iblis-penakluk-dunia
itu, akan mencapai pusat lembah. Bangunan betingkat dari
lembah itu, tampak menjulang jauh dimuka.
Siau-liong maju lagi. Dilihatnya Ceng Hi to-tiang sedang
memimpin rombongan untuk menyerbu pos jalanan itu. Jalan
itu berbentuk seperti sebuah pintu dari sebuah kota. Tetapi
terbuat dari pada batu alam. Hanya cukup dilewati beberapa
orang. Dari tempatnya, Siau-liong dapat melihat bahwa di dalam
jalan mulut jalan itu, Iblis-penakluk-dunia dan rombongannya
tak kelihatan. Rupanya mereka sudah mengundurkan diri.
Keadaan didepan mata sudah jelas. Ceng Hi totiang dan
rombongannya sudah bertekad untuk membobolkan setiap
rintangan. Jika dapat, membasmi kedua suami isteri durjana.
Jika gagal, sekurang-kurangnya dapat menghancurkan sarang
Lembah Semi. 575 Teringat akan surat peringatan dari gurunya (tabib sakti
Kongsun Sin-tho),makin gelisah. Tetapi jika menasehati Ceng
Hi totiang supaya menarik mundur rombongannya, jelas tak
mungkin. Ceng Hi totiang segera mendapat laporan tentang
kedatangan Pendekar Laknat. Cepat tokoh tua itu
menyambutnya; "Ah, kedatangan saudara sungguh kebetulan
sekali...."
Memandang kemuka, Siau-liong dapatkan Ceng Hi totiang
dikawal oleh berpuluh orang, paderi, imam dan beberapa
tokoh2 persilatan segala aliran. Antara lain Toh Hun-ki dan
keempat Su-lo dari Kong-tong-pay, ketua Kay-pang To Kiukong
serta kepala Rimba Hijau daerah selatan yakni setinggi
besar Lu Bu-ki. Dan masih ada lain-lainnya yang Siau-liong tak
kenal. Atas penyambutan Ceng Hi totiang. buru-buru Siau-liong
balas memberi hormat; "Karena ada sedikit urusan maka
sampai terlambat datang, maaf, maaf...."
Diam-diam Siau-liong heran. Kalau Ceng Hi totiang dan
rombongannya sudah memutuskan untuk menyerbu lembah,
mengapa mereka masih berada dimulut jalanan yang tiada
dijaga musuh situ".
Menurut peta dari Jong Leng lojin, pada mulut jalanan itu
tak terdapat alat-alat rahasia yang berbahaya. Karena alat-alat
dan perkakas2 rahasia itu kebanyakan dipasang dalam barisan
Tujuh Maut. Jika Iblis-penakluk-dunia tak mau bertempur mati-matian
dengan rombongan Ceng Hi, terang mereka tentu akan
mengundurkan diri kebarisan Tujuh Maut. Rupanya mereka
576 hendak menggunakan alat-alat jebakan dan perkakas2 maut
untuk menghancurkan rombongan orang gagah.
Toh Hun-ki maju menghampiri untuk memperkenalkan
tokoh2 yang hadir disitu kepada Pendekar Laknat. Ternyata
mereka kebanyakan pada 20 tahun yang lalu pernah melihat
Pendekar Laknat. Diam-diam mereka heran dan kagum atas
perobahan tingkah laku Pendekar Laknat sekarang. Sungguh
seperti langit dengan bumi beda Pendekar Laknat sekarang
dengan 20 tahun yang lalu!
Agar penyamarannya tak diketabui, terpaksa Siau-liong
bersikap sedapat mungkin untuk melayani mereka. Setelah itu
cepat2 ia alihkan perhatian kesekeliling penjuru dan bertanya
kepada Toh Hun-ki, "Iblis itu sudah mundur, mengapa kalian
tak menyerbu ke dalam lembah?"
Toh Hun-ki menghela napas pelahan, sahutnya, "Jika hanya
Iblis-penakluk-dunia dan anak buahnya, tentu mudah
dihancurkan. Paling tidak tentu terulang seperti peristiwa 20
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tahun yang lalu, yang mengusirnya dari wilayah Tiong-goan,
tetapi tak kira...."
Belum habis ia berkata, tiba-tiba dari dalam mulut jalanan,
terdengar sebuah suitan panjang yang nyaring. Wajah Toh
Hun-ki berobah seketika.
Ceng Hi totiang memberi isyarat dan berseru keras, "Iblispenakluk-
dunia menyerbu lagi, lekas mundur" kemudian
berpaling ke arah Pendekar Laknat, ujarnya; "Dalam
pertempuran tadi, telah jatuh beberapa korban sahabat kita,
menilik keadaan sekarang ini...." tiba-tiba ia menarik Siauliong
terus diajak loncat keujung sebuah batu karang, katanya
pula, "Menilik gelagatnya sekarang ini, Iblis-penakluk-dunia
dapat menggunakan kedua durjana Harimau Iblis dan Naga
Terkutuk serta Lam-hay Sin-ni...."
577 Gelombang teriak jeritan melengking disusul dengan bunyi
kereta berderak-derak. Beberapa barisan wanita dan pria dan
tiap barisan terdiri dari lima orang, muncul dari dalam mulut
jalanan itu seraya berteriak-teriak. Iblis-penakluk-dunia dan
Dewi Neraka duduk dalam kereta sambil tersenyum-senyum.
Kereta ditarik oleh kedua orang yang mukanya bertutupan
kain hitam dan dikanan kiri kereta dikawal oleh barisan baju
hitam. Tepat seperti yang dilihat Siau-liong ketika mereka
mengadakan persiapan dalam hutan itu.
Ceng Hi totiang dan rombonpan orang gagah segera
membentuk diri dalam formasi seperti sebuah jaring. Bersiap
kira2 20-an tombak jauhnya dari mulut jalanan itu.
Oleh karena pelengkapan alat-alat rahasia telah diledakkan
hancur maka tanah disitu tinggi rendah tak menentu. Kereta
Iblis-penakluk-dunia berhenti pada sebuah lekukan tanah.
Iblis-penakluk-dunia tertawa sinis lain berteriak nyaring,
"Hai, Ceng Hi totiang! Apakah engkau sudah
mempertimbangkan omonganku tadi?"
Ceng Hi totiang melangkah maju dan membentak, "Aku
telah menerima permintaan dari para sahabat persilatan untuk
memimpin gerakan ini. Selama engkau berdua durjana belum
lenyap, dunia persilatan tentu takkan aman. Dalam keadaan
seperti saat ini tiada lain pilihan lagi kecuali melanjutkan
gerakan ini. Atau kalian mau menyadari kesalahan dan
menyingkir jauh keluar perbatasan, gerakan ini akan segera
kuhentikan! "
Iblis-penakluk-dunia tertawa mengejek, "Imam hidung
kerbau, maut sudah di depan mata, mengapa engkau masih
jual lagak bermulut besar!"
578 Iblis itu menutup kata2nya dengan gerakkan tangan kiri
memberi komando, "Serang!"
Kedua barisan baju hitam yang di belakang kereta segera
maju. Salah seorang yang berada paling depan tanpa bicara
apa2, terus menyerang Ceng Hi totiang.
Gerakan orang itu luar biasa cepatnya. Pukulannya
menghamburkan deru angin yang tajam sekali. Dan pukulan
itu adalah ilmu pukulan sakti Merampas-jiwa-mengejar-nyawa.
Ceng Hi totiang tak berani ayal. Cepat ia menangkisnya.
"Plak". terdengar letupan keras. Penyerang itu dan Ceng Hi
totiang masing-masing menyurut mundur selangkah.
Kiranya baju hitam yang menyerang itu bukan lain adalah
salah seorang dari Lima Durjana yang termasyhur, yakni si
Harimau Iblis. Entah mengapa tokoh itu mau menjadi kaki
tangan Iblis-penakluk-dunia!
Tanpa menunggu komando Ceng Hi totiang lagi, belasan
orang gagah itu cepat loncat maju menghadang Harimau Iblis.
Serangan perlama tertahan. Harimau Iblis maju menyerang
lagi. Kain penutup mukanya dari sutera tipis. Tertiup angin,
dapatlah diketahui wajahnya yang agak aneh. Terutama
sepasang matanya yang ketolol-tololan tetapi sepasang alisnya
menampilkan nafsu pembunuhan yang menyala-nyala.
Memang Ceng Hi totiang sudah mengetahui perobahan
wajah Harimau Iblis yang tidak wajar itu. Ia berputar diri
menghindari pukulan Harimau Iblis.
Tetapi yang benar-benar mengejutkan orang adalah
rombongan barisan baju hitam itu. Diantaranya terdapat juga
It Hang totiang dan ketiga tokoh Kun-lun-sam-cu. Mereka
579 mengikuti di belakang Harimau Iblis untuk menyerang Ceng Hi
totiang. Iblis-penakluk-dunia barbangkit dan tertawa nyaring. Tibatiba
ia gerakkan tangan kanan memberi komando lagi,
"Serang!"
Kembali barisan baju hitam yang lain, menyerbu ke luar,
menerjang rombongan orang gagah.
Siau-liong diam-diam memperhatikan barisan baju hitam
itu. Yang menjadi pemimpin ternyata si Naga Terkutuk dan
anggautanya terdiri dari si Penebang-kayu dari Tiam jong-san
Shin Bu-seng, ketua Ji-tok-kau Tan It-hong, ketua Tong-thingpang
Cu Kong-leng bergelar Kipas-banci dan seorang yang tak
diketahui. Tokoh2 yang hilang dalam Lembah Semi tempo hari
ternyata kini menjadi kaki tangan Iblis"penakluk-dunia!
Karena fihak Iblis-penakluk-dunia mengeluarkan barisan
baju hitam yang kedua, maka rombongan orang gagah yang
mengepung diluar barisan pohon Bunga pun segera
berhamburan keluar, menyongsong mereka. Seketika
pecahlah pertempuran yang dahsyat.
Naga Terkutuk dan Harimau Iblis memang tak usah
dilukiskan kesaktiannya. It Hang totiang, Kun-lun-sam-cu pun
tergolong jago kelas satu dalam dunia persilatan Karena
pikiran mereka sudah tak normal lagi, mereka pun menyerang
dengan sekehendak hati. mengeluarkan jurus2 kepandaiannya
yang hebat. Maka dalam beberapa saat saja, difihak
rombongan orang gagah telah jatuh 20-an korban yang
binasa. 580 Ceng Hi totiang menyadari keadaan itu. Cepat ia mengatur
barisannya lagi. Dia bergerak kian kemari dalam pertempuran
yang kacau balau itu. Dengan demikian dapatlah keadaan
barisan orang gagah itu berkurang bahayanya.
Ceng Hi totiang memerintahkan belasan jago2 sjlat untuk
mengepung kedua durjana Harimau Iblis dan Naga Terkutuk.
Dengan demikian walaupun kedua durjana itu berkaok-kaok
seperti singa kelaparan tetapi untuk sementara ruang gerak
mereka dapat dibatasi.
Yang meresahkan pikiran Ceng Hi totiang adalah tentang
diri It Hang totiang dan beberapa tokoh lainnya. Jelas mereka
sudah hilang kesadaran pikirannya. Rombongan orang gagah
diperintahkan supaya hati2 menghadapi mereka. Jangan
sampai dibunuh, cukup kalau dikepung dan dapat ditawan
hidup-hidupan. Tetapi sulitnya, mereka memiliki kepandaian
yang tinggi. Tinju dan tutukan jari mereka, hebatnya bukan
alang kepalang. Untuk menangkap mereka, sukarnya melebihi
menangkap seekor harimau buas.
Oleh karena terpancang oleh perintah itu, rombongan
orang gagah menemui kesulitan juga. Bahkan ada beberapa
yang terkena pukulan dan tutukan jari mereka.
Selama itu Siau-liong masih tetap berdiri di pinggir belum
mau turun tangan. Ia sedang mencari akal untuk mengatasi
kekacauan itu. Setelah kekacauan fihak orang gagah dapat diredakan,
longgarlah pikiran Ceng Hi totiang. Tetapi ketika melihat It
Hang lotiang dan Kun-lun Sam-cu masih belum dapat diatasi,
mau tak mau Ceng Hi totiang gelisah juga hatinya.
Ceng Hi totiang sudah kerahkan barisan ko-jiu (tokoh sakti)
untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis dan Naga
581 Terkutuk, tetapi ternyata kekuatannya pun hanya berimbang
saja. Demikian pun dengan barisan dari tokoh-tokoh kelas
satu yang diperintahkan untuk menawan It Hang totiang dan
Kun-lun Sam-cu, juga masih belum berhasil. Jika kedua suami
isteri Iblis-penakluk-dunia itu menceburkan diri atau menyuruh
kedua penarik kereta yang misterius itu turun tangan,
bukankah akibatnya akan lebih menderita bagi fihak
rombongan orang gagah"
Ceng Hi totiang kerutkan alis berpikir keras. Tiba-tiba ia
memberi perintah secara rahasia agar rombongan yang
mengepung diluar barisan pohon Bunga siapkan obat pasang
dan bahan peledak. Setiap waktu, apabila perlu, akan diberi
perintah lagi. Setelah ketegangan mereda, barulah Siau-liong loncat
turun kesamping Ceng Hi totiang, serunya; "Adakah totiang
sudah mempunyai rencana yang lengkap untuk menghadapi
keadaan saat ini?"
Ceng Hi totiang terkesiap, sahutnya, "Aku telah berusaha
sekuat tenaga, berhasil atau gagal, tak dapat kupastikan.
Terserah kepada Allah!"
Dari nada penyahutannya, jelas kalau Ceng Hi totiang
bersikap dingin kepada Siau-liong. Kiranya memang sejak 20
tahun yang lalu, walau pun tak dipandang sejahat Iblispenakluk-
dunia dan isterinya, tetapi Ceng Hi totiang memang
tak mempunyai kesan baik terhadap Pendekar Laknat.
Adalah karena keterangan Toh Hun-ki yang memuji-muji
Pendekar Laknat sekarang ini, ditambah pula dengan
kenyataan bahwa Pendekar Laknat yang sekarang ini memang
telah menolong Ti Gong laysu, Toh Hun-ki dan rombongan To
Kin-kong dari Lembah Maut. Kemudian sikap Pendekar Laknat
yang terang-terangan memusuhi kedua suami isteri IblisTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
582 penakluk-dunia sehingga sampai bertempur dengan Lam-hay
Sin-ni, makin menguatkan kepercayaan Ceng Hi totiang bahwa
Pendekar Laknat yang sekarang ini benar sudah kembali ke
jalan yang terang.
Tetapi kepercayaan itu goyah pula ketika Ceng Hi totiang
sedang menyusun barisan, Siau-liong tiba-tiba lenyap dan
kemunculannya pada saat itu pun tak ubah hanya sebagai
penonton saja. Sama sekali tak mau ikut membantu.
Siau-liong menatap Ceng Hi totiang dan berkata dengan
suara tandas; "Aku hendak menghaturkan sepatah kata, entah
apakah totiang sudi mendengarkannya atau tidak?"
Samhil mengawasi jalannya pertempuran, tanpa berpaling
menyahutlah Ceng Hi totiang; "Jika anda mempunyai saran.
silahkan mengutarakan. Sudah tentu aku senang
mendengarkannya!"
Melihat sikap orang yang acuh tak acuh, Siau-liong
menghela napas, "Suami isteri Iblis-penakluk-dunia itu belum
mengerahkan seluruh kekuatannya namun berpuluh-puluh
orang gagah telah mengorbankan jiwanya. Andaikata kedua
durjana itu benar-benar mengeluarkan seluruh kekuatannya
untuk menempur, mungkin nasib dari beratus-ratus tokoh
persilatan tentu akan ludas ditangan totiang!"
Mendengar itu serentak berpalinglah Ceng Hi totiang
kepada Siau-liong. Ia menghela napas. "Keadaan memang
begitu, lalu bagaimana kita harus berdaya?"
Berkata Siau-liong "Menangkap maling harus membekuk
benggolannya dulu! Jika tak dapat merencanakan siasat untuk
meringkus suami isteri durjana itu tetapi hanya mengadu
kekuatan secara begini saja, kita tentu akan menderita
kekalahan!"
583 "Lalu apakah anda mempunyai saran yang baik?" tanya
Ceng Hi totiang.
"Tak ada lain jalan kecuali menarik pulang barisan dulu dan
mengatur rencana yang lebih sempurna lagi!" sahut Siauliong.
Ceng Hi totiang terbeliak, "Adakah anda maksudkan supaya
aku memimpin rombongan Orang gagah meloloskan diri dari
sini?" Dengan nada serius Siau-liong menyahut, "Seorang ksatrya
harus mahir menggunakan kekuasaan dan pandai dalam
menghadapi perobahan. Sekalipun menderita sedikit hinaan
tetapi asal dapat membentuk dasar dari kemenangan....
Kemenangan akhir tak mungkin orang akan mencela tindakan
totiang karena hari ini telah menarik mundur barisan!"
Ceng Hi totiang kerutkan alis.... Setelah beberapa kali
mengeliarkan mata, ia menghela napas, "Saat ini sudah ibarat
orang naik dipunggung harimau. Beribu tokoh persilatan
sedang menyala semangatnya. Setiap orang tak menghiraukan
soal kehilangan jiwa. Sekalipun aku mempunyai kekuasaan
untuk menarik mundur barisan tetapi dikuatirkan mereka tak
mau tunduk pada perintah itu!"
Diam-diam Siau-liong mengakui kebenaran ucapan totiang
itu. Maka terpaksa ia tak mau buka mulut lagi.
Saat itu kedua suami isteri Iblis-penakluk-dunia dan Dewi
Neraka tetap duduk di atas kereta dan mengatasi kedua
barisan baju hitam serta berpuluh-puluh anak buahnya pria
dan wanita menempur barisan orang gagah. Iblis itu tak hentihentinya
tertawa. 584 Tetapi ketika menyaksikan Ceng Hi totiang dapat mengatasi
kekalutan barisannya dengan memerintahkan belasan tokoh2
sakti untuk mengepung kedua durjana Harimau Iblis, Naga
Terkutuk, Iblis-penakluk-dunia mulai gelisah.
Tiba-tiba Iblis-penakluk-dunia itu tertawa dan bicara
beberapa patah kata kepada Dewi Neraka lalu lontarkan
segulung api. Siau-liong terkejut dan cepat2 meneriaki Ceng Hi totiang,
"Totiang, hati-hatilah! dengan tipu muslihat mereka! "
Memang Ceng Hi totiang sudah dapat menduga bahwa api
pertandaan yang dilepas Iblis-penakluk-dunia itu tentu ada
tujuannya. Maka ia tumpahban perhatian untuk mengawasi
perobahan yang akan terjadi dalam mulut jalanan.
Tetapi sampai beberapa lama belum juga tampak tanda2
timbulnya suatu perobahan apa2.
Selang sepeminum teh lamanya, tiba-tiba angin berhembus
membawa bau yang harum. Bau harum itu bertebaran
kemana-mana. Siau-liong yang cepat dapat mencium bau harum itu,
banting2 kaki seraya menghela napas, "Celaka! Angin ini
mengandung bau harum. Tentulah anak buah Iblis-penaklukdunia
telah menghamburkan Racun penyesat pikiran! "
Buru-buru ia merogoh botol pil pemberian Poh Ceng-in
yang tinggal separoh isinya. Hanya tinggal 8 butir saja.
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah ia sendiri minum sebutir, sisanya lalu diberikan kepada
Ceng Hi totiang, "Tolong, pil ini berkhasiat menawarkan hawa
beracun. Sayang hanya tinggal sedikit!"
585 Setelah menerima, bermula Ceng Hi agak ragu2 tetapi
akhirnya ia minum juga sebutir. Sisanya ia bagikan kepada
beberapa tokoh yang sedang bertempur dengan Harimau Iblis
dan Naga Terkutuk.
Bau harum makin lama makin keras dan seketika terjadilah
perobahan dalam gelanggang pertempuran.
Barisan orang gagah itu mulai lemas. Kebalikannya
Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang
makin bersemangat. Serangan mereka makin dahsyat.
Kekuatan yang semula berimbang, saat itu berobah.
Seketika terdengar jerit pekikan ngeri ketika Harimau Iblis,
Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang mengamuk.
Mereka tak ubah seperti gerombolan harimau yang sedang
mengganas kawanan anak kambing, Ketika di fihak barisan
orang gagah makin bertambah menumpuk.
Untunglah karena barisan pohon Bunga itu sudah berobah
menjadi sebuah lapangan yang luas maka angin pun meniup
agak keras. Bau harum itu tak dapat berkerumun lama dan
terus hanyut dibawa tiupan angin.
Melihat barisannya banyak yang berguguran, marah dan
sedihlah Ceng Hi totiang. Dengan bersuit nyaring ia mencabut
kebut pertapaan yang diselipkan di punggungnya lalu loncat
melayang ke gelanggang pertempuran. Rupanya jago tua itu
tak tahan lagi melihat banyak jago2 persilatan yang menjadi
korban. Sampai saat itu Siau-liong tetap tak mau turun tangan. Ia
hanya memandang lekat2 ke arah kedua orang berkerudung
hitam yang menarik kereta Iblis-penakluk-dunia itu.
586 Iblis-penakluk-dunia tetap tertawa-tawa dengan
congkaknya. Dalam suasana pertempuran yang berhias pekik
jelitan ngeri dan gemerincing senjata beradu, suara ketawa
iblis itu makin menusuk telinga orang.
Pada lain saat Dewi Neraka yang berdri sambil mencekal
tongkat Kepala naga itu, tiba-tiba membentak suaminya,
"Tolol! Mengapa engkau hanya tertawa saja!"
Iblis-penakluk dunia hentikan tertawanya. Tiba-tiba ia
menarik sebatang kendali lalu memukul punggung salah satu
dari kedua orang yang menarik kereta itu.
Orang itu mengeluh pelahan lalu berpaling ke belakang dan
bertanya kepada Iblis-penakluk-dunia, "Apakah perintah Thian
cun!" Iblis-penakluk-dunia menunjuk dengan tangkai kendali ke
arah Ceng Hi totiang, serunya, "Apakah engkau melihat imam
tua yang memakai kebut pertapaan itu" Lekas tawan dia
hidup-hidupan!"
Orang berkerudung kain hitam itu mengiakan. lalu enjot
tubuhnya melambung ke udara. Setelah mencapai ketinggian
10-an tombak, ia segera menukik ke bawah. Dalam jurus
Menyelam ke dalam laut-menangkap-naga, ia meluncur ke
arah Ceng Hi totiang!
Semula Ceng Hi memang mencurahkan perhatian untuk
mengawasi gerak gerik kedua orang kerudung hitam yang
menarik kereta Iblis penakluk-dunia itu. Tetapi karena suasana
saat itu makin genting, terpaksa ia tak dapat bersabar lebih
lama lalu terjun kegelanggang pertempuran.
Memang tak kecewalah Ceng Hi totiang diangkat sebagai
pemimpin dari barisan orang gagah. Hanya dalam beberapa
587 gebrak saja, ia sudah dapat menolong keadaan dari belasan
orang gagah yang sedang terdesak oleh kedua durjana
Harimau Iblis dan Naga Terkutuk. Gerakan kebut pertapaan
totiang itu hampir saja berhasil merobohkan kedua durjana
itu. Ceng Hi totiang terkejut ketika melihat orang berkerudung
muka itu menukik hendak menyerang dirinya. Cepat ia
tinggalkan kedua durjana. Sebelum orang berkerudung itu
meluncur ke tanah, ia mendahului menyerangnya.
Orang berkerudung itu menggembor keras. Sepasang
tangannya yang bersikap hendak mencengkeram tadi tiba-tiba
diganti menjadi gerak tamparan.
"Plak".... terdengar letupan keras. Ceng Hi totiang terpental
sampai lima enam langkah ke belakang Darahnya bergolakgolak
dan dengan susah payah barulah ia dapat menjaga
keseimbangan tubuhnya jangan sampai rubuh.
Kebalikannya orang berkerudung muka itu enak-enak saja
meneruskan peluncurannya ke tanah. Secepat kilat ia
gerakkan kedua tangannya untuk menampar. Seketika
terdengarlah jeritan ngeri dan tiga imam dari Kun-lun pay
yang berada didekatnya pecah tulangnya dan mati seketika!
Gerakan menukik dari udara yang luar biasa dan sekali
pukul dapat melemparkan Ceng Hi totiang serta
membinasakan tiga tokoh Kun-lun-pay, benar-benar membuat
sekalian orang menjerit kaget.
Setelah mengambil napas beberapa saat, Ceng Hi totiang
maju menyerang lagi.
Dia seorang jago tua yang banyak pengalaman dan luas
pengetahuan. sekali pun orang itu seluruh mukanya ditutup
588 kain hitam, tetapi ia dapat mengetahui dari pukulannya tadi
bahwa orang itu bukan lain adalah tokoh yang sudah
menghilang selama berpuluh tahun yakni Jong Leng lojin,
pemilik ilmu tenaga-sakti Jit-hoa-sin kang.
Sekalipun menyadari bahwa ia bukan lawan orang tua itu,
tetapi ia tahu bahwa kecuali dirinya, tiada seorang pun yang
mampu menghadapi orang tua itu. Sekalipun dengan
keroyokan, juga sia-sia saja.
Mulut Jong Leng lojin mendesis desis mengeluarkan suara
aneh. Sepasang matanya yang tampak dari dua buah lubang,
berkeliaran kian kemari. lalu memandang lekat ke arah Ceng
Hi totiang. Tiba-tiba ia tebarkan kedua tangannya dalam sikap hendak
mencengkeram lalu selangkah demi selangkah maju
menghampiri. Gulungan asap harum sebentar menguap sebentar hilang.
Barisan orang gagah makin lemas. Kebalikannya Harimau lbiis
dan Naga Terkutuk makin mengganas. Segera terdengar jerit
pekikan ngeri dan korban pun makin lama makin banyak....
Jong Leng lojin walaupun ditahan oleh Ceng Hi totiang.
Tetapi jelas takkan dapat bertahan lama. Paling banyak dalam
tiga jurus Ceng Hi totiang tentu akan kalah.
Saat itu keadaan sudah jelas. Ceng Hi totiang terang tak
kuat berhadapan dengan Jong Leng lojin Dan Iblis penaklukdunia
masih mempunyai seorang jago lagi yang belum
diajukan, yakni orang baju hitam dan berkerudung muka yang
menarik kereta itu.
589 Menyaksikan keadaan rombongan orang gagah yang sudah
makin payah dan korban2 yang berjatuhan tak terhitung
banyaknya, Ceng hi totiang mengalirkan air mata....
Jong Leng lojin makin maju mendekati. Kedua tangannya
lurus dilempangkan ke muka. Sekali pun tiada seorangpun
yang tahu ilmu apa yang akan dilakukan orang tua itu, tetapi
diam-diam mereka mengucurkan keringat dingin karena
mencemaskan nasib Ceng Hi totiang Ceng Hi totiang pun
segera bersiap. Sepasang tinju digenggamnya erat2 dan
disaluri dengan sembilan bagian tenaga-dalam.
Diam-diam teringatlah Ceng Hi totiang akan kata-kata
Pendekar Laknat Siau-liong tadi....
"Hidup matinya dunia persilatan terletak di tangan
totiang...."
Ceng Hi totiang berpaling. Dilihatnya Pendekar Laknat Siauliong
masih tegak berdiri di tempatnya. Rupanya tengah
merenung sehingga tak mengacuhkan keadaan di
sekelilingnya....
Ceng Hi totiang menghela napas lalu kerahkan seluruh
semangat dan pikiran untuk menyambut serangan Jong Leng
lojin. Rupanya Jong Leng lojin kuatir kalau Ceng Hi totiang akan
meloloskan diri. Maka sengaja ia berjalan lambat2 sambil
mengawasi gerak gerik imam itu. Setelah kira2 dua langkah di
muka Ceng Hi totiang, dengan tiba-tiba Jong Leng lojin
menguak keras dan secepat kilat kedua tangannya
mencengkeram bahu Ceng Hi.
Dalam kalangan partai2 persilatan dewasa itu, Ceng Hi
totiang merupakan satu-satunya tokoh angkatan tua yang
590 masih tertinggal. Saat itu ia susupkan kebut pertapaan
kebahunya lagi lalu gerakkan kedua tangannya untuk
menghantam dada dan perut Jong Leng lojin.
Gerakan Ceng Hi itu benar-benar suatu gerakan yang amat
berbahaya. Karena ia menyadari bahwa cengkeraman Jong
Leng itu merupakan salah sebuah jurus istimewa dari iimu
sakti Jit-hoa-sin-kang. Kecuali tokoh yang kepandaiannya
setingkat dengan dia, jangan harap lain orang mampu
menghindari. Ceng Hi menyadari hal itu. Ia merasa jauh kalah sakti
dengan orang tua itu. Maka ia memutuskan untuk melakukan
serangan yang nekad. Biarlah dua-duanya sama terluka!
Tetapi ternyata Jong Leng tak mau lanjutkan
cengkeramannya. Cepat ia robah sasarannya, menyambar
lengan Ceng Hi. Cepat dan tak terduga sama sekali gerakan
itu sehingga Ceng Hi tak mampu menghindar lagi. Seketika ia
rasakan kedua lengannya tercengkeram oleh dua buah jepitan
besi. Ceng Hi kerahkan seluruh tenaga dalam untuk meronta.
Tetapi tetap tak berhasil. Bahkan tenaga dalamnya itu
berbalik mendampar ke dalam tubuhnya.
"Huak".... Ceng Hi totiang muntah darah.
Sepasang lengannya terasa kesemutan dan seketika
hilanglah daya perlawanannya
---ooo0dw0ooo---
Jilid 11 591 Telur di ujung tanduk
Melihat keadaan Ceng Hi totiang terancam sekalian orang
gagah terkejut. Mereka segera menyerbu Jong Leng lojin
dengin apa yang dapat dilakukan. Pukulan, senjata dan
senjata rahasia.
Saat itu Jong Leng lojin hendak mengepit tubuh Ceng Hi
totiang untuk ditawan. Melihat dirinya diserang kalang kabut
dari segala jurusan, ia lemparkan tubuh Ceng Hi lalu
tamparkan kedua tangannya ke arah rombongan orang gagah.
Serentak terdengar jeritan ngeri dari beberapa orang gagah
yang terkena tamparam orang tua itu. Ada yang rubuh
terluka. Ada yang remuk binasa. Ada pula yang terlempar
sampai setombak jauhnya....
Setelah berhasil menghalau rombongan orang gagah, Jong
Leng lojin kembali memutar tangan kiri lalu secepat kilat
diayunkan ke arah Ceng Hi totiang.
Tokoh tua dari Butong-pay itu sudah terluka dalam. Dia
masih belum mampu bangun dari bantingan Jong Leng lojin
tadi. Sudah tentu ia tak berdaya menghadapi hantamam Jong
Leng lojin. Rombongan orang gagah yang dipimpin It Hang totiang
masih sibuk menghadapi amukan Harimau iblis dan Naga
terkutuk. Sedang rombongan orang gagah yang hendak
menolong Ceng Hi tadi pun sudah dihantam kocar kacir oleh
Jong Leng lojin. Tak mungkin mereka dapat menolong Ceng Hi
totiang lagi. Imam tua itu pasti binasa.
Pada saat maut hendak merenggut jiwa Ceng Hi, sekonyong2
dari celah2 sinar matahari yang sudah condong
592 kebarat, tampak sesosok tubuh melayang di udara. Dan belum
tiba di tanah, orang itu sudah lepaskan pukulan seraya
berseru membentak Jong Leng lojin, "Berhenti!"
Gerakannya yang luar biasa tangkasnya membuat sekalian
orang terperanjat.
Kiranya orang yang telah menolong Ceng Hi itu adalah
Siau-liong si Pendekar Laknat.
Selama memperhatikan jalannya pertempuran itu, Siauliong
diam-diam telah membuat perhitungan. Berdasarkan
pengalamannya ketika menerima pukulan Jong Leng lojin
dalam bilik terowongan dibawah barisan Tujuh Maut tempo
hari, ia menyadari bahwa pukulannya Thay-siang-ciang yang
dilambari tenaga sakti Bu-kek-sin-kang, tetap kalah dengan
pukulan Jong Leng lojin. Apabila ia membantu Ceng Hi totiang
bukan saja sia-sia, pun dirinya sendiri juga pasti hancur.
Tetapi ia ingat dikala berhadapan dengan sipaderi kurus
Liau Hoan. Sekenanya saja ia gunakan jurus Sebatang-tiangmenyanggah-
langit, ialah sebuah jurus yang dilambari dengan
tenaga sakti Thian-kong-sin-kang yang sama sekali belum
difahaminya. Namun hasilnya sudah mengejutkan sekali.
Paderi Liau Hoan yang sakti dapat dihantam dadanya. Ah.
mengapa ia tak mau mencoba dengan ilmu pukulan itu lagi!
Begitu mendapat keputusan, diam-diam ia kerahkan
semangat dan pusatkan pikiran untuk mengingat-ingat ketiga
buah pukulan Thian-kong-sin-kang dengan perobahanperobahannya.
Tetapi ia tak dapat merenung lama karena saat itu
dilihatnya Ceng Hi totiang terancam bahaya maut dari Jong
Leng lojin. Maka tanpa membuang waktu lagi ia segera loncat
593 ke udara dan lepaskan salah sebuah dari ketiga pukulan
Thian-kong-ciang yang disebut Sapu-jagad.
Terdengar letupan keras. Jong Leng lojin tersurut mundur
dua langkah. Tetapi ketika Siau-liong tiba di tanah, iapun
terhuyung-huyung empat lima langkah jauhnya. Buru-buru ia
mengambil napas.
Didapatinya darah dalam tubuhnya hanya bergolak sedikit,
tak membahayakan.
Iblis-penakluk-dunia dan Dewi Nerakapun tahu akan
kemunculan Pendekar Laknat itu. Tetapi mereka tenang saja
karena yakin Jong Leng lojin pasti dapat menghancurkannya.
Tetapi apa yang disaksikan saat itu, benar-benar membuat
mereka terbelalak kaget! Buru-buru Iblis-penakluk-dunia
mengangkat cambuk kuda lalu diayunkan ke arah punggung
Pendekar Laknat Pendekar 3 Jaman Karya S D Liong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orang berkerudung hitam yang satunya.
Ternyata orang baju dan berkerudung hitam itu bukan lain
adalah Lam-hay Sin-ni, pewaris dari ilmu sakti Cek-ci-sin-kang.
Karena tak mendengarkan nasehat Randa Bu-san dan
Pendekar Laknat Siau-liong, akhirnya Lam-hay Sin-ni pun
mengalami nasib serupa dengan Jong Leng lojin ialah diracuni
Iblis-penakluk-dunia hingga hilang kesadaran pikirannya!
"Apa perintah tuan!"seru Lam -hay Sin-ni.
Sambil menuding dengan tangkai cambuk, Iblis-penaklukdunia
memberi perintah. "Lekas tangkap hidup atau mati
Pendekar Laknat!"
Lam-hay Sin-ni mengiakan. Sekali kedua bahunya bergetar,
tahu2 tubuhnya meluncur ke udara dan menerjang Siau-liong.
594 Saat itu Jong Leng lojin gelagapan. Ia tak mengerti
mengapa ia sampai terpental dua langkah. Setelah biji
matanya berputar-putar, dengan suara yang parau ia
menggembur lalu maju menyerang lagi.
Siau-liong tahu juga kalau Lam-hay Sin-ni sedang
menyerbu dari udara. Diam-diam ia kerahkan tenaga dalam
Thian-kong-sin-kang lalu gunakan ilmu Menyusup suara
berseru kepada Jong Leng, "Lo-cianpwe, apakah engkau
masih ingat ketika dirantai dalam bilik dibawah tanah itu?"
Pada saat itu Lam-hay Sin-ni pun sudah tiba dan
menghantam kepada Siau-liong. Anak muda itu pun
menyambutnya dengan pukulan tangan kanan dalam jurus
Angin-awan-berobah-warna.
Kembali terdengar letupan dan baik Siau-liong maupun
Lam-hay Sin-ni sama2 terhuyung-huyung mundur beberapa
langkah. Sepanjang hidupnya, Lam-hay Sin-ni tinggal mengasingkan
diri dipedalaman gunung. Jarang ia bertempur dengan orang.
Dalam benaknya hanya terkilas suatu tujuan. Memperoleh
ilmu sakti Thian-kong-sin -kang dan menjadi tokoh yang tiada
tandingannya di dunia.
Serupa dengan Jong Leng lojin tadi, rahib itu pun terkejut
sekali karena dapat dipukul mundur oleh Pendekar Laknat.
Tetapi oleh karena kesadarannya hilang, maka setelah deliki
mata kepada Siau-liong, iapun terus hendak menyerang lagi.
Sesungguhnya Siau-liong tak kurang menderitanya. Adu
pukulan dengan Sin-ni itu menyebabkan matanya berkunangkunang,
kepala pusing tujub keliling, darah bergolak-golak
sehingga ia hampir tak kuat lagi berdiri tegak.
595 Ilmu sakti Thian-kong-sin-kang baru saja dipelajari. Boleh
dikata hanya kulitnya saja. Adalah berkat otaknya yang cerdas
dan pernah makan buah Im-yang-som serta minum darah
binatang purba dalam perut gunung, maka dapat ia
menggunakan tenaga sakti Thian-kong-sin-kang itu dengan
hasil yang mengejutkan. Dua tokoh yang memiliki dua dari
kelima tenaga sakti di dunia, sekaligus dapat dilawannya.
Tetapi bagaimanapun juga, karena baru lapisan luar saja yang
diketahuinya tentang ilmu Thian-kong-sin-kang itu, mau tak
mau ia harus menderita sekali.
Melihat Lam-hay Sin-ni hendak bergerak, dengan paksaan
diri ia gunakan ilmu Menyusup suara membentak rahib itu
"Sin-ni. Apakah engkau masih ingat tujuanmu datang
ketempat ini.... apakah engkau sudah tak menghendaki peta
Giok-pwe tempat penyimpan kitab pusaka Thian-kong-pit-kip
lagi?" Serupa dengan Jong Leng lojin, Lam-hay Sin-ni tertegun
juga. Dipandangnya Siau-iong dengan mata berkeliaran dan
pandang keheranan.
Siau-liong tak banyak waktu untuk berpikir lagi. Ia tahu
bahwa Lam-hay Sin-ni tentu juga menderita pembiusan seperti
Jong Leng lojin. Untuk menyadarkan pikiran kedua tokoh itu,
harus memerlukan waktu yang panjang. Tak mungkin dalam
hanya beberapa detik saja. Pada saat Lam-hay Sin-ni
terlongong, Siau-liong cepat2 melakukan pernapasan untuk
memulihkan tenaga.
Pada saat Siau-liong adu pukulan dengan Jong Leng lojin
dan Lam-hay Sin-ni tadi, sambil duduk melakukan pernapasan
untuk mengobati luka dalam, Ceng Hi totiang pun
memperhatikan jalannya pertempuran itu. Ketika melihat Siauliong
tidak menggunakan pukulan Bu-kek-sin-kang tetapi
pukulan yang memancarkan kemilau emas dan berhasil
596 mengundurkan kedua tokoh lawannya, girang Ceng Hi bukan
kepalang. Serentak ia bangkit dan gunakan Ilmu Menyusup
Suara bertanya kepada Siau-liong.
"Pendekar Laknat, pukulanmu tadi.... apakah bukan....
tenaga sakti Thian-kong-sin-kang....?"
Sesungguhnya luka dalam yang diderita Ceng Hi totiang itu
amat parah. Terdorong oleh luapan rasa girang, darahnya pun
bergolak keras lagi. Buru-buru ia duduk kembali....
Siau-liong sendiri pun menderita luka dalam yang parah
juga. Ia terpaksa tak menyahut pertanyaan Ceng Hi,
melainkan terus laujutkan usahanya untuk memulangkan
tenaga guna menghadapi kedua tokoh itu lagi.
Sekalian orang gagahpun tertegun ketika menyaksikan
Siau-liong adu pukulan dengan kedua tokoh sakti itu. Tetapi
Harimau Iblis, Naga Terkutuk dan rombongan It Hang totiang
tak mengacuhkan segala apa. Mereka tetap menyerang
sehingga banyak dari rombongan orang gagah yang menjadi
korban lagi. Jong Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni masih tetap tegak
ditempatnya sambil merenung. Melihat itu Iblis-penaklukdunia
segera tertawa nyaring lalu ayunkan cambuknya di
udara. Mendengar suara geletar cambuk yang nyaring baik Jong
Leng lojin maupun Lam-hay Sin-ni serempak berpaling ke arah
Iblis-penakluk-dunia seraya meraung-raung aneh. Tiba-tiba
mereka bergerak menghantam Siau-liong lagi!
Siau-liong terkejut. Dengan menggembor keras ia gerakkan
kedua tangannya, Tangan kiri dalam jurus Angin-awanberobah-
warna dan tangan kanan dengan jurus MenjungkirTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
597 balikkan-matahari-rembulan untuk menangkis pukulan Jong
Leng lojin dan Lam-hay Sin-ni.
Tar.... tar.... terdengar letupan dahsyat. Debu dan pecahan
batu bertebaran keempat penjuru, angin menderu-deru keras.
Tampak tubuh Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin
bergoyang-goyang maju mundur beberapa kali. Sedang Siauliong
jungkir balik sampai sepuluhan langkah jauhnya. Tetapi
secepat itu ia dapat berdiri tegak lagi.
Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin tertegun. Tetapi pada
lain kejap, mereka mulai menyerang lagi.
Ceng Hi totiang cemas sekali. Tetapi ketika melirik ke arah
Siau-liong, dilihatnya muka Pendekar Laknat itu tetap tenang.
Hanya tubuhnya tidak henti-hentinya bergetar. Diam-diam Cen
Hi totiang kucurkan keringat dingin.
Tetapi ia sendiri sedang menderita luka parah, sukar untuk
memberi pertolongan. Sekalipun rombongan orang gagah
yang berkerumun disekitar barisan pohon Bunga itu berjumlah
banyak tetapi mereka tak mungkin dapat membantu Siauliong.
Apalagi mereka pun masih sibuk menghadapi amukan
Harimau Iblis, Naga terkutuk dan rombongan It Hang totiang.
Berturut-turut telah jatuh lagi beberapa korban pada
rombongan orang gagah itu. Diam-diam Ceng Hi totiang
menghela napas pedih. Ia tak dapat berbuat apa2 kecuali
meramkan mata menunggu apa yang akan terjadi.
Sebelum Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin bergerak,
Siau-liong cepat mendahului menyerang dengan jurus
Sebatang-tonggak-menyanggah-langit kepada Lam-hay Sin-ni.
Sedang Jong Leng lojin dihantamnya dengan jurus Anginawan-
berobah-warna. 598 Lam-hay Sin-ni dan Jong Leng lojin masing-masing telah
lepaskan lima kali pukulan. Dan Siau-liong menghadapinya
dengan ilmu pukulan sakti Thian-kong-ciang yang belum
difahami benar-benar.
Pertempuran itu amat dahsyat sekali. Sinar kemilau emas
dari pukulan Siau-liong itu bagai tebaran awan yang berarakarak
kian kemari. Habis memukul. Siau-liong pun rubuh menggeletak di
tanah. Sudut mulutnya mengumur darah. Keadaannya seperti
orang tengah meregang jiwa.
Kini kedua tokoh itu mulai menyerang lagi. Lam-hay Sin-ni
dari kiri, Jong Leng lojin dari kanan. Tetapi jelas kedua tokoh
itu terengah napas dan ge
Istana Pulau Es 10 Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Kekaisaran Rajawali Emas 1