Amarah Pedang Bunga Iblis 6
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long Bagian 6
kau adalah putrinya."
Xie Xiao Yu terlihat lebih senang.
"Aku memang putrinya," tiba-tiba tawa Xie Xiao Yu berhenti, dia balik bertanya kepada Bai Tian Yu, "mengapa kau menanyakan hal ini" Apakah kau curiga kalau aku bukan putri Xie Xiao Feng?"
"Kau tidak mirip Xie Xiao Feng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak mirip?" tanya Xie Xiao Yu, "apakah bila menjadi putri ayahku harus mempunyai persyaratan khusus?"
"Tidak juga," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "dalam pikiran semua orang, putri Xie Xiao Feng seharusnya sebagai seorang pendekar perempuan."
"Apakah Kakak Bai lupa, orang pasti mempunyai sifat keturunan?"
"Sifat keturunan?"
"Waktu ayahku masih muda dulu dia seorang hidung belang."
"Berita mengenai hubungan ayahmu dengan perempuan-perempuan sangat terkenal, seperti juga dia terkenal karena pedangnya."
"Paling sedikit putrinya memiliki sifat yang diturunkan dari ayahnya," Xie Xiao Yu tertawa,
"kalau aku adalah putranya, banyak perempuan yang akan tertarik padaku."
Bai Tian Yu tidak bisa menyangkal untuk hal ini. "Tapi aku adalah putrinya, aku hanya bisa merayu laki-laki," kata Xie Xiao Yu, "kalau aku adalah gadis pendiam dan penurut malah terlihat tidak seperti putri Xie Xiao Feng."
Bai Tian Yu pun setuju dengan hal ini, kemudian Xie Xiao Yu berkata lagi, "Ayahku memang menyukai perempuan, tapi perempuan yang dia pilih pasti sangat cantik. Kecantikan perempuan ini benar-benar sulit dicari kekurangannya."
Bila Xie Xiao Feng menilai seorang perempuan lebih terkenal daripada pedangnya. Perempuan yang dia pilih pasti perempuan yang disukai oleh semua laki-laki.
Karena Xie Xiao Yu adalah putri Xie Xiao Feng, maka dia pun bisa menilai laki-laki. Laki-laki yang dia nilai baik adalah laki-laki paling terkenal.
Xie Xiao Yu tidak mengeluarkan kata-kata ini, tapi matanya telah memancarkan isyarat ini dan juga sudah menjawab pertanyaan yang belum sempat ditanyakan oleh Bai Tian Yu.
Bai Tian Yu tertawa, dia menikmati keberanian perempuan ini. Walaupun dia pernah bertemu dengan perempuan yang seperti ini, tapi itu pun hanya sikap mereka pada waktu mereka mengejar laki-laki yang mereka sukai.
Begitu mereka mengaku suka kepada laki-laki ini, maka mereka akan berpura-pura.
Tapi saat menikmati adalah menikmati. Ini adalah cerita yang berbeda lagi.
"Sepertinya kau sudah memilihku," kata Bai Tian Yu sambil tertawa.
"Kau adalah laki-laki istimewa," kata Xie Xiao Yu, "tidak ada seorang laki-laki pun yang bisa bersaing denganmu."
"Caramu memilih laki-laki sangat istimewa," kata Bai Tian Yu sambil melihatnya, "dan caramu melayani laki-laki ternyata lebih istimewa lagi."
"Karena aku adalah gadis istimewa, bila dia bukan laki-laki istimewa, aku tidak akan suka kepadanya," Xie Xiao Yu pun balas melihatnya, "walaupun dia laki-laki istimewa tapi jika dia tidak bisa melewati ujian tadi, aku tetap tidak akan suka kepadanya."
"Yang kau maksud tadi ujian khusus adalah dengan bajumu ini, yang bisa membuat pikiran laki-laki menjadi bermacam-macam."
"Itu hanya salah satunya," Xie Xiao Yu tertawa, "aku memakai baju ini hanya untuk menguji apakah mereka tahu seperti apa keindahan itu" Jika hanya gara-gara tubuhku ini lalu timbul rasa birahi, laki-laki semacam itu...."
Xie Xiao Yu tertawa dan menggelengkan kepalanya.
Bai Tian Yu melihatnya dengan lama, baru berkata, "Kau adalah gadis kecil, mengapa begitu mengerti....hal ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau kira aku sudah bukan...bukan...." segera Bai Tian Yu berkata, "Aku percaya kepadamu."
Xie Xiao Yu juga bisa marah, dia berkata, "Apakah kau benar-benar percaya?"
"Ya aku percaya."
"Apakah kau galak kepada seorang perempuan?"
"Belum tentu," Bai Tian Yu melihatnya, "kadang-kadang aku bisa sangat galak."
Wajah Xie Xiao Yu mengeluarkan cahaya merah. Dia menempel ke tubuh Bai Tian Yu. Dengan manja dia berkata, 'Aku tidak takut kalau kau galak, semakin galak aku semakin suka."
Bai Tian Yu tidak berkata apa-apa lagi. Dia sudah mulai bergerak.
Gerakan apalah yang dilakukan olehnya"
-ooodwooo- BAB 4 Bunga tidak dapat berbicara
Tempat tinggal Hua Yu Ren bernama Hua Sheng Xuan.
Bunga memang tidak bisa bicara, tapi mengapa bisa terdengar suaranya"
Kadang-kadang tidak ada suara kelihatannya lebih baik dari pada ada suara.
Sekarang di Hua Sheng Xuan tidak terdengar suara apa pun, ada 3 orang tapi sama sekali tidak ada suara. Mereka hanya diam melihat keadaan rumah yang berantakan.
Begitu melihat keadaan didalam rumah, siapa pun akan tahu kalau di dalam telah terjadi pertarungan.
Yang pertama buka suara adalah Zai Si.
'"Walaupun Hua Man Xue belum pernah memperlihatkan ilmu silatnya, tapi aku percaya kalau ilmu pedangnya sangat tinggi," kata Zai Si, "karena dia pernah tinggal di Nan Hai Xing Shuo selama 3 tahun."
Perkumpulan Duo Qing Men yang berada di Nan Hai Xing Shuo terkenal dengan ilmu
pedangnya. "Karena itu aku percaya kalau ilmu pedang Hua Yu Ren pun sangat baik," Zai Si berkata lagi,
"lihatlah bekas yang ada di kursi, itu adalah bekas sabetan sebuah pedang."
"Memang itu adalah bekas sabetan pedang, mengapa sabetannya ditinggalkan oleh Hua Yu Ren" Mengapa bukan orang lain?" Huang Fu Qing Tian bertanya.
"Karena bekas tebasan pedang itu tidak dalam, berarti orang itu kurang tenaga pada saat mengayunkan pedang," kata Zai Si, "orang yang datang untuk menculik Hua Yu Ren mempunyai ilmu silat yang tinggi, tenaganya pun pasti besar karena itu bekas yang tertinggal di sini pasti milik Hua Yu Ren."
"Bukankah tadi kau mengatakan kalau ilmu pedang Hua Yu Ren cukup tinggi, mengapa masih bisa kekurangan tenaga?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Lihatlah, bekas tebasan pedang yang pertama terlihat lebih dalam kemudian menipis, sepertinya dalam sekali tusuk tenaganya segera habis," kata Zai Si, "kalau bukan karena ilmu pedangnya sangat tinggi, mana mungkin dia bisa segera menarik tenaga kembali tenaga yang sudah dikeluarkan olehnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Melihat keadaan rumah ini, yang datang sekitar 4 orang," akhirnya Ren Piao Ling membuka suara, "kalau ilmu silat Hua Yu Ren tidak tinggi, keadaan rumah tidak akan seperti ini."
"Walaupun pertarungan mereka begitu seru tapi suara yang keluar pasti halus," kata Zai Si,
"kalau tidak, orang-orang yang di sini pasti akan langsung mengetahuinya."
"Dan pertarungan itu cepat selesai," kata Ren Piao Ling, "begitu cepat hingga membuat Hua Yu Ren tidak sempat berteriak."
Persoalan ini sangat penting, tapi sayang Ren Piao Ling telah lupa sebuah kalimat penting.
Adiknya Hua Yu Ren yaitu Zang Hua mengapa tidak bersama-sama datang dengan Ren Piao Ling"
Bukankah kemarin malam mereka bersama-sama mendengar tentang bunga yang tumbuh di sampah" Mengapa hari ini hanya Ren Piao Ling yang pergi ke sana"
Apakah dia tidak peduli dengan hidup dan matinya. Huang Fu Qing Tian"
Atau apakah dia mempunyai tujuan lain" ,
Atau apakah dia disuruh oleh Ren Piao Ling melaksanakan tugas yang lain"
-ooodwooo- Xie Xiao yu gadis yang memakai baju begitu berani, kepada seorang gadis yang begitu menarik, kalau kau menjadi Bai Tian Yu apa yang akan kau lakukan" Apakah kau akan diam saja" Atau tidak berbuat sesuatu" Apakah kau bisa bertahan dengan keadaan seperti ini"
Bai Tian Yu mulai bergerak, dia tidak diam lagi. Dengan kasar dia menarik Xie Xiao Yu, kemudian dia meletakkan Xie Xiao Yu di atas kedua kakinya.
Kemudian dia melakukan hal yang membuat Xie Xiao Yu membencinya seumur hidup.
Sewaktu Bai Tian Yu memeluk Xie Xiao Yu, mata Xie Xiao Yu dipejamkan. Dia sudah siap dengan apa yang akan terjadi.
Tapi dia tidak menyangka kali ini akan terjadi sesuatu pada pantatnya.
Dengan pedang yang masih berada di dalam sarung, Bai Tian Yu memukul pantatnya.
Awalnya Xie Xiao Yu masih bisa bertahan. Dia mengira Bai Tian Yu mempunyai penyakit menyiksa orang sebelum .melakukan hubungan seks, tapi setelah dia memukul untuk kelima kalinya, dia tahu kalau Bai Tian Yu bukan orang yang mempunyai penyakit seperti itu.
Kecuali Bai Tian Yu terus memukul pantatnya, Bai Tian Yu tidak melakukan hal lain.
Setelah dipukul untuk kesepuluh kalinya, Xie Xiao Yu tahu kecuali memukul pantatnya, tidak ada arti lain bagi Bai Tian Yu.
Karena itu dia mulai memberontak, ingin melepaskan diri dari tangan Bai Tian Yu. Tapi itu bukan hal yang mudah.
Karena itu Xie Xiao Yu mulai marah-marah, semua bahasa kotor sudah dilontarkan. Tapi jika Bai Tian Yu sudah mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu, hanya dengan perasaan marah saja tidak akan membuat dia berhenti.
Terpaksa Xie Xiao Yu harus pasrah menerima perlakuan ini, hingga Bai Tian Yu sendiri yang menginginkan untuk berhenti.
Untung Bai Tian Yu segera menghentikan perbuatannya, setelah memukul untuk kedua puluh kalinya, dia langsung berhenti.
Setelah itu dia mendorong Xie Xiao Yu, dengan dingin dia melihat Xie Xiao Yu dan berkata,
"Kalau saja kau bukan putri Xie Xiao Feng, sejak tadi aku sudah membelahmu dengan pedang,"
kata Bai Tian Yu, "karena kau adalah putri Xie Zioa Feng, maka aku hanya mewakilkan beliau untuk mengajarmu karena kau memang kurang diajar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Xie Xiao Yu tergeletak di bawah, dia hanya bisa memukul lantai. Kemudian dia marah, "Bai Tian Yu, kau keterlaluan, kau bukan orang, Kau adalah babi, kau anjing,...."
Tapi anjing atau babi ini tidak mendengar amarahnya.
Karena Bai Tian Yu sudah berjalan keluar.
Apakah Bai Tian Yu mendengarnya atau tidak, Xie Xiao Yu masih terus mencaci maki sampai merasa bosan baru dia berhenti.
Pastinya dia masih benci kepada Bai Tian Yu, tapi setelah itu tiba-tiba dia tertawa dengan senang.
Setelah dipukul demikian keras dia masih bisa tertawa, apakah dia mempunyai penyakit aneh"
Apakah dia senang dipukul"
Ada seseorang yang langsung mengajukan pertanyaan ini.
Seorang perempuan setengah baya dan terlihat sangat biasa dengan wajah tidak berekspresi masuk ke rumah itu. Dia melihat Xie Xiao Yu dengan lama, setelah itu dia baru bertanya, "Xiao Yu, apakah kau mempunyai penyakit aneh?"
"Tidak, Fang Fang, aku tidak mempunyai penyakit aneh," Xie Xiao Yu membalikkan kepala melihatnya.
Ternyata perempuan setengah baya itu bernama Fang Fang. Mendengar dia memanggil Xie Xiao Yu dengan begitu akrab, kelihatannya posisinya khusus, tidak seperti atasannya juga tidak seperti bawahan.
"Sejak tadi sebenarnya kau mempunyai banyak kesempatan membunuhnya," kata Fang Fang.
"Tidak ada kesempatan, orang itu terlalu pintar," kata Xie Xiao Yu sambil duduk, "panah bunga mawar belum digerakan tapi dia sudah tahu."
"Itu hanya satu macam serangan saja," kata Fang Fang, "di tempat ini ada 9 macam perangkap."
"Aku percaya tidak ada satu perangkap pun yang bisa membohonginya," kata Xie Xiao Yu, "kau pun melihatnya minum secangkir arak yang terbuat dari sari bunga, tapi dia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Racun itu tidak ada gunanya."
"Pemuda ini benar-benar seorang laki-laki yang dalam 100 tahun ini jarang ditemui, lebih sulit mengalahkan dia dibanding ayahmu sewaktu dia masih muda."
"Fang Fang, pada saat muda dulu ayahku seperti apa?"
"Hampir sama dengan Bai Tian Yu, hanya hatinya lebih lemah, apalagi bila sudah berhadapan dengan perempuan, hatinya akan lemah," Fang Fang tertawa, "tidak seperti dia, tega memukul pantatmu."
"Ini baru disebut laki-laki sejati," wajah Xie Xiao Yu bersinar,
"apakah kau senang dipukul?"
"Tidak ada orang yang senang dipukul," Xie Xiao Yu tertawa, "aku tidak mempunyai penyakit senang dipukul oleh seorang laki-laki."
"Tapi sepertinya kau sangat senang setelah dipukul olehnya," kata Fang Fang, "kau masih bisa tertawa."
"Setelah dia memukulku, aku memang merasa senang. Dia memukulku, ini membuktikan kalau dia senang kepadaku, dia perhatian kepadaku," kata Xie Xiao Yu, "dan aku memang pantas untuk dipukul."
Tiba-tiba Xie Xiao Yu menjadi sedih, suaranya berubah menjadi sedih, "kalau saja sejak kecil ada orang yang mengurus dan mengajariku, aku tidak akan menjadi seperti sekarang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Xiao Yu, ini juga salah ayahmu," kata Fang Fang, "kalau saja dia sering datang untuk menengok ibumu, keadaanmu tidak akan seperti sekarang ini."
Xie Xiao Yu hanya diam, tapi tiba-tiba dia bertanya, "Fang Fang, apakah benar ibuku mempunyai kemampuan untuk membuat laki-laki mabuk kepayang" Dan semua laki-laki rela berbuat dosa demi dirinya?"
"Benar," jawab Fang Fang mengangguk, "kecantikan ibumu tidak bisa ditolak begitu saja."
"Tapi dia tetap tidak bisa menggaet ayahku, seperti keadaamku yang tidak bisa menggaet Bai Tian Yu," kata Xie Xiao Yu, "berarti di dunia ini masih ada laki-laki yang tidak mau bertekuk lutut begitu saja oleh kecantikan perempuan."
"Benar, tapi laki-laki seperti ini jumlahnya terlalu sedikit, ibumu dalam hidupnya selalu susah dan ini semua karena ulah ayahmu," kata Fang Fang, "kalau kau ingin bahagia dan hidup senang, lebih baik kau lupakan Bai Tian Yu."
"Apakah aku bisa melupakannya?" Xie Xiao Yu menarik nafas.
Seorang perempuan cantik bisa membuat seorang laki-laki yang bertemu dengannya selalu ingat kepadanya. Tapi laki-laki yang bisa membuat hati perempuan tergerak pasti tidak akan pernah dilupakan.
"Banyak cerita seperti itu terjadi di dunia persilatan.
Perkumpulan apa yang diikuti ibunya Xie Xiao Yu
Pasti bukan Mu Rong Qiu Ying tapi mungkin saja adalah Mu Rong Qiu Ying kedua.
Mu Rong Qiu Ying ingin membalas dendam. Dia ingin menghancurkan diri Xie Xiao Feng.
Ibu Xie Xiao Yu seperti ingin menghancurkan Wisma Shen Jian, karena itu dia mengirim putrinya ke Wisma Shen Jian supaya menjadi dia nanti pemilik Wisma Shen Jian.
Apakah dia bisa menghancurkan Wisma Shen Jian"
-ooodwooo- Akhirnya Xie Xiao Yu mengganti bajunya dengan baju yang pantas. Dia mengeluarkan gelas dan gelas itu diisi dengan anggur dari luar negeri. Dia meneguk dan berkata, "Mana orangnya"
Apakah rencana kita berjalan lancar?"
"Sangat lancar," jawab Fang Fang, "dengan rencana kita seperti itu, orang kita sudah ada di Wu Xin An."
"Apakah orang-orang di rumah Huang Fu Qing Tian sudah mengetahuinya?"
"Tidak," jawab Fang Fang, "ilmu silat Hua Yu Ren begitu tinggi, kita hampir saja gagal."
Xie Xiao Yu minum araknya lagi dan berkata, "Selanjutnya apa yang harus kau lakukan, apakah kau sudah tahu?"
Fang Fang mengangguk.
-ooodwooo- Melihat rumah yang berantakan itu, Huang Fu Qing Tian ingin mencari tempat duduk pun sulit.
Dia menarik nafas, kemudian bertanya kepada Zai Si, "Apakah mereka akan membunuhnya?"
"Tidak akan," jawab Zai Si dengan cepat, "kalau mereka ingin membunuhnya, untuk apa membawanya pergi dari sini?"
"Sekarang sedikit jejak pun tidak ada, siapa lawannya pun kita tidak tahu," ucap Ren Piao Ling,
"tapi dalam 1-2 hari ini, mereka pasti akan mengajukan persyaratan yang mereka inginkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah mereka akan meminta uang?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Mungkin saja," Ren Piao Ling tertawa.
"Sepertinya mereka tidak akan meminta uang," kata Zai Si, "jangan lupa perhiasan yang mereka antarkan ke sini juga bukan barang murah."
Kata Zai Si lagi, "Apa yang mereka minta, satu-satunya cara adalah kau harus menurutinya."
"Dengan jalan apa?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Menuruti permintaan mereka," jawab Zai Si.
"Kalau aku tidak setuju?"
"Pasti kau akan setuju," Zai Si melihat Huang Fu Qing Tian, dengan ringan lalu berkata lagi,
"karena itu kau harus menyetujuinya."
"Benar, kau harus menyetujuinya."
"Tapi masih ada satu cara lagi," ucap Ren Piao Ling.
Begitu bicara seperti ini, Huang Fu Qing Tian dan Zai Si terpaku. Dengan sorot mata bertanya-tanya mereka melihat Ren Piao Ling. Dia tertawa dan mengulanginya lagi.
"Masih ada satu cara lagi."
"Cara apakah itu?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Mengeluarkan uang," Ren Piao Ling tertawa, "caranya adalah kau harus mengeluarkan uang."
"Mengeluarkan uang untuk apa?"
"Walaupun aku seorang pembunuh termahal tapi seringkali aku terlalu banyak aturan karena itu aku sering tidak mempunyai uang," kata Ren Piao Ling, "aku juga manusia biasa yang harus makan, harus minum arak, kadang-kadang harus mencari hiburan."
Dia tertawa lagi dan berkata lagi, "Karena itu aku sering menggunakan cara lain untuk mencari uang, mencari orang adalah salah satu pekerjaanku."
"Aku tahu mengenai hal itu," kata Huang Fu, "bila ingin menjadi pembunuh nomor satu, dia harus pandai mencari orang."
"Maksudmu, jika aku memberimu uang, maka kau akan mencari Hua Yu Ren." tanya Zai Si meminta kepastian.
"Benar!" jawab Ren Piao Ling, "dalam waktu satu hari, aku akan membawa kembali Hua Yu Ren."
"Dalam satu hari?"
"Ya, satu hari."
"Baiklah," kata Huang Fu Qing Tian, "kau meminta berapa?"
"Perutku tidak begitu besar," kata Ren Piao Ling, "aku hanya menginginkan 101 tail."
"101 tail?" kali ini Huang Fu Qing Tian benar-benar terkejut, "mengapa kau hanya meminta 101
tail?" "Aku mempunyai teman, untuk masalah seperti mi dia bisa mencari tahu. ongkos yang harus dibayar kepadanya pas 100 tail," jawab Ren Piao Ling, "sisa satu tail adalah untuk membayarku."
-ooodwooo- Mencari orang adalah pekerjaan seorang pembunuh, menguntit orang pun merupakan
pekerjaan seorang pembunuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun Zang Hua bukan seorang pembunuh, tapi dalam hal menguntit orang, dia sangat pandai.
Zhou Wu Ji tidak akan datang ke kota Ji Nan tanpa alasan. Jika dia datang pasti ada tujuannya.
Apa tujuannya" Tidak ada yang tahu.
Karena itu Ren Piao Ling menyuruh Zang Hua untuk menguntitnya, ke mana saja dia pergi. Dia bertemu dengan siapa saja" Dia melakukan apa saja" Dia harus mengetahui semuanya.
Zhou Wu Ji saat ini merasa sangat senang meminum araknya,, dia berada di penginapan.
Terpaksa Zang Hua hanya diam di luar dan tertiup angin dingin.
Untung Zhou Wu Ji hanya minum selama satu jam di penginapan itu, lalu dia keluar dari penginapan. Begitu keluar dari penginapan dia terus berjalan ke arah timur.
Zang Hua dari jauh selalu mengikutinya. Malam sudah larut, di jalanan sudah tidak ada orang, karena itu bila Zang Hua menguntitnya dia pasti akan merasa kesulitan.
Apalagi menguntit seorang pesilat tangguh seperti Zhou Wu Ji, jauh lebih sulit lagi. Malam ini tidak ada bulan juga tidak berbintang, bumi dan langit menjadi gelap, hanya lampu dari kejauhan tampak berkilau.
Tidak ada bulan tidak ada bintang, tapi angin berhembus sangat kencang. Angin yang membawa pasir menghembus ke wajah Zang Hua. Zhou Wu Ji seperti sedang berjalan-jalan juga seperti sedang pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang.
Kalau dia hanya berjalan-jalan dan menikmati pemandangan malam hari, gerakannya tidak seperti orang yang sedang berjalan-jalan. Apakah dia akan pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang" Tapi dia berjalan seperti itu.
Setelah meninggalkan penginapan, dia berjalan-jalan hampir ada satu jam lebih. Zang Hua tidak mengerti apa maksudnya.
Apakah dia tahu kalau Zang Hua sedang menguntitnya" Atau dia ingin mencari suatu tempat persembunyian dan ingin membunuh Zang Hua" Atau ada seseorang yang sudah berjanji dengannya tapi belum datang, maka terpaksa dia berjalan ke sini dan ke sana.
Zhou Wu Ji semakin berjalan semakin jauh dari kota. Dia berjalan ke sebuah tempat sepi yang berada di luar kota. Setelah tiba di tempat sepi, Zang Hua merasa lebih sulit menguntitnya lagi.
Karena di tempat yang sepi seperti itu tidak ada apa pun yang bisa menyembunyikan dirinya, hanya ada sebuah lapangan luas, jangankan orang, batu pun bisa dilihat dengan jelas bila muncul di tempat itu.
Karena itu terpaksa Zang Hua merangkak supaya tetap dapat menguntit Zhou Wu Ji. Untung tempat ini tidak begitu luas, dia menguntit dengan cara merangkak. Hanya dalam waktu satu jam, di depan sudah terbentang hutan.
Belum sampai di hutan, hari sudah mulai terang. Begitu masuk ke dalam hutan, di sebelah timur sudah muncul cahaya matahari.
Kabut muncul dari dalam hutan tampak berkumpul di kejauhan. Setelah berkumpul, melayang lagi, sesudah melayang berkumpul lagi, membuat udara terasa lembab.
Baju Zang Hua kotor dan kusut, rambut dan alisnya penuh dengan embun pagi. Udara dingin mengikuti hembusan angin pagi, dengan perlahan menerpanya. Dia menepuk-nepuk bajunya yang penuh dengan tanah dan merapikan bajunya, dia meneruskan perjalanan yang tidak berujung ini.
Daun bergerak-gerak dihembus angin pagi, kabut pagi pun ikut bergerak, angin berhembus, matahari pagi pun mulai terbit. Dari kejauhan terdengar suara kokok ayam jantan. Angin membawa suara lonceng yang terdengar rendah dan tua.
Zang Hua melihat ke tempat jauh. Di sana seperti ada sebuah kuil kuno. Suara lonceng kuno terdengar dari kuil kuno itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tujuan Zhou Wu Ji mungkin ke kuil kuno itu.
-ooodwooo- Di dunia ini kebanyakan kuil dan kelenteng dibangun di tempat sepi dan jarang ada orang.
Kalau bukan di daerah pegunungan, pasti di dalam hutan atau di sisi sungai.
"Mengapa tempat untuk sembahyang selalu dibangun di tempat seperti itu"
Pernah ada orang yang menjelaskan, kalau kuil dibangun di gunung tujuannya yaitu untuk menguji mental orang yang ingin bersembahyang di sana.
Jika kau ingin berdoa kepada Budha atau dewa, maka kau harus bisa menempuh perjalanan jauh dan melelahkan. Kalau hatimu tidak bersih dan tidak mempunyai niat kuat, maka kau tidak mau berjalan di jalan seperti itu.
Ada juga yang berkata, "Kuil yang dibangun di atas gunung atau hutan, atau bahkan di sisi sungai semuanya ini demi menjaga kemisteriusan kuil-kuil itu.
Wu Xin An berdiri tegak di tengah hutan. Kuil itu adalah kuil para biksuni. Kuil itu sangat terkenal di kalangan dunia persilatan.
Pengurus Wu Xin An bernama Xin Wu Shi Tai (Biksuni Hati Kosong). Hatinya telah mati, hidupnya pun seperti orang mati.
Bila dulu kau pernah melihatnya di dunia persilatan atau tahu apa julukannya di dunia persilatan, kau pasti tidak akan percaya kalau ternyata Xin Wu Shi Tai dahulu di dunia persilatan dijuluki si Ikan Duyung.
Orang-orang dunia persilatan memberikan kata-kata itu untuknya karena 'wajahnya yang seperti bidadari tapi lekukan tubuhnya seperti setan'.
Begitu melihat wajahnya, kau akan terkejut mengapa wajah yang begitu suci, lucu, cantik, dan lembut bisa dikatakan seperti itu.
Tapi begitu kau melihat lekukan tubuhnya, kau akan segera mengerti, sebagian orang lebih senang kalau dia menjadi seorang laki-laki saja.
Bila dia seorang laki-laki, begitu melihat lekukan badannya, tidak ada seorang pun yang tidak akan menangis.
Menangis ada beberapa macam.
Menangis karena sedih, senang. Menangis pun bisa salah, bila dimarahi kita pun bisa menangis, tapi begitu melihat badannya, menangisnya bukan tangisan semacam itu.
Tangisannya adalah tangisan penyesalan. "Merasa menyesal mengapa tidak lebih awal mengenalnya. Menyesal mengapa tidak bisa membuat perang antara laki-laki dan perempuan'.
Bila dia laki-laki, dia tidak akan pernah lolos dari perangkap wajah bidadari tubuh setannya.
Perempuan seperti itu mengapa bisa menjadi pengurus kuil untuk para biksuni"
Apakah dia telah dibuang laki-laki" Atau apakah dia sudah bosan hidup seperti itu" Selama 50
tahun ini, orang-orang dunia persilatan sering membicarakannya dan juga ingin mencari tahu jawaban-jawaban dari pertanyaan tadi.
Mengapa pada saat dia sangat terkenal, tiba-tiba dia mencukur rambutnya dan menjadi seorang biksuni" Sampai sekarang kejadian ini telah berlangsung 23 tahun.
Ikan Duyung Dunia Persilatan', sekali berubah telah menjadi pengurus kuil Wu Xin An, Xin Wu Shi Tai apa yang membuatnya mengambil keputusan seperti itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wu Xin An adalah sebuah kuil kecil. Semenjak dia berada di sana, kuil itu telah berubah dari sebuah kuil kecil menjadi sebuah kuil besar. Yang tadinya hanya ada 3 biksuni sekarang bertambah menjadi 70 orang biksuni.
Dari sebuah kuil yang tidak ternama, hanya dalam waktu singkat berubah menjadi kuil yang paling terkenal di dunia persilatan. Karena manusia maka kuil menjadi terkenal, manusia karena kuil menjadi tua, dan berubah.
Ikan duyung yang dulu sudah tidak ada lagi. Xin Wu Shi Tai sekarang ini apakah masih secantik dulu"
Matahari pagi menyorot ke dalam Wu Xin An, membuat kuil yang kuno dan megah itu
bertambah misterius.
Zhou Wu Ji telah berjalan semalaman, apakah tujuannya adalah ke Wu Xin An"
"Apakah dia berjanji untuk bertemu dengan seseorang di sini" Atau apakah dia ke sini untuk mengambil sesuatu"
"Atau dia ke sini hanya untuk bersembahyang"
Semua pertanyaan itu jika hanya dipikir tidak akan mendapat jawabannya. Bila Zang Hua ingin tahu keadaanya sebenarnya, maka dia harus masuk ke dalam kuil itu baru mengetahui apa yang terjadi.
Baru saja Zang Hua melangkah, dia melihat satu hal yang membuatnya merasa kaget.
Dia melihat seseorang yang tidak pantas untuk muncul di sini. Orang itu sedang berjalan pelan-pelan keluar dari kuil.
Yang dia lihat adalah Hua Man Xue.
Hua Man Xue sepertinya semalaman ini tidak tidur. Dia juga seperti baru menyelesaikan sebuah pertarungan sengit. Dia seperti lemah, dia keluar dari kuil kemudian masuk ke hutan, terus berjalan dalam kabut di pagi hari.
Zang Hua tahu kalau Hua Man Xue bukan gadis yang senang sembahyang. Hua Man Xue hanya percaya kepada uang yang ada di dalam kantongnya. Dia tidak pernah pergi ke kuil atau kelenteng, tapi hari ini mengapa dia bisa muncul di kuil Wu Xin An"
Zang Hua tidak bisa berpikir lama karena dia sudah melihat Zhou Wu Ji yang keluar dari Wu Xin An.
Sewaktu Zhou Wu Ji masuk ke dalam kuil, wajahnya tidak berekspresi apa pun tapi setelah dia keluar dari kuil, wajahnya seperti orang yang mendapatkan hadiah undian. Dia berjalan begitu bersemangat.
Dia keluar dari kuil dan berjalan masuk ke dalam hutan. Sekarang Zang Hua sulit untuk mengambil keputusan, apakah dia harus terus menguntit atau masuk ke dalam kuil untuk melihat-lihat.
Melihat arah Zhou Wu Ji pergi, dia pasti kembali ke kota. Semalam dia berjalan ke sini. Kalau Zang Hua tidak masuk ke dalam kuil untuk melihat-lihat, dia pasti akan terus merasa penasaran.
Zang Hua boleh mati karena marah atau mati karena kehausan atau bahkan dipukul sampai mati, tapi dia tidak bisa pergi dari sana karena dia bisa mati penasaran.
Kalau dia bisa menahan penasarannya, dia bukan Zang Hua, juga tidak akan terjadi sebuah cerita yang menggegerkan dunia persilatan dan ceritanya yang begitu sedih.
"Apakah keingintahuan adalah sifat manusia yang membawa masalah"
Pelajaran pagi selalu tidak berubah. Sembahyang, membaca kitab suci, dan berdoa. Setiap pagi harus dilakukan pada waktu pelajaran pagi setelah itu sarapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari dulu sampai sekarang selalu tersedia 4 macam sayur hijau, tahu, dan sepanci besar bubur.
Setelah sarapan para biksuni harus membersihkan kuil termasuk halamannya.
Sewaktu Zang Hua memasuki Wu Xin An, mereka baru saja selesai sarapan dan mulai
membersihkan kuil. Seorang biksuni yang agak tua melihat Zang Hua, segera berkata, "Nona, apakah Anda datang untuk bersembahyang?"
"Sembahyang?" Zang Hua sedikit kaget tapi dia segera tertawa dan berkata, "Benar! Aku datang untuk bersembahyang."
"Kalau begitu mari ikut aku masuk ke ruang tengah."
Dari halaman mereka berjalan melewati jalan kecil menuju ruang tengah. Sepanjang jalan mata Zang Hua sibuk melihat kekiri dan kanan.
Keadaan di sini sangat normal, tidak ada tempat yang bisa dicurigai. Zang Hua mengira dia telah salah menebak karena Zhou Wu Ji pun seperti orang biasa, datang ke sini untuk bersembahyang.
Sewaktu biksuni tua itu sedang membakar dupa, Zang Hua bertanya, "Guru, dengan sebutan apa aku harus memanggilmu?"
"Namaku Xin Wu ( Hati Kosong)."
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh!" kata Zang Hua, "Wu Xin An sangat terkenal. Orang yang datang untuk bersembahyang ke sini pasti banyak. Mengapa sampai sekarang belum ada seorang pun yang datang untuk bersembahyang?"
"Biasanya orang bersembahyang pada sore hari," kata Xin Wu Shi Tai, "kalau bertepatan pada hari hari raya dan hari istimewa lainnya, orang baru datang ke sini pada pagi hari."
Zang Hua dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Budha Sewaktu dia menancapkan dupa, matanya melihat Xin Wu Shi Tai dan dia berkata, "kalau begitu aku adalah orang pertama yang datang ke sini untuk bersembahyang?"
"Benar," jawab Xin Wu Shi Tai.
"Tidak ada yang datang" Bukankah tadi Zhou Wu Ji masuk ke kuil ini dan bukankah Hua Man Xie keluar dari kuil ini" Mengapa Xin Wu Shi Tai mengatakan tidak ada orang yang datang kemari?"
"Mungkin sudah ada yang datang dan Xin Wu Shi Tai tidak melihatnya," kata Zang Hua sambil tertawa.
"Hari ini aku mendapat bagian piket dan pagi-pagi aku sudah berada di ruang tengah membaca kitab suci," kata Xin Wu Shi Tai, "kalau ada orang yang datang untuk bersembahyang aku pasti akan tahu."
Dia melihat Zang Hua dan berkata, "Apakah Nona datang ke sini untuk mencari seseorang?"
"Mencari seseorang" Oh tidak, aku datang untuk bersembahyang," jawab Zang Hua sambil tertawa, "hanya saja sewaktu aku masuk ke sini, aku melihat ada yang keluar dari kuil ini."
"Kalau begitu, orang yang dimaksudkan oleh Nona pasti Hua Shan Ren," kata Xin Wu Shi Tai sambil tersenyum.
"Hua Shan Ren?" Zang Hua terpaku.
"Benar," jawab Xin Wu Shi Tai, "kuil dan kelenteng fungsinya sama, Walaupun banyak yang datang untuk bersembahyang tapi biaya kuil sangat besar, apalagi kuil kami sering menyumbangkan uang untuk amal."
Dia melihat Zang Hua, kemudian berkata lagi, "Karena itu kami selalu didukung oleh 1-2 orang kaya untuk mendukung kami."
"Orang kaya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar!" kata Xin Wu Shi Tai, "ada yang menyumbang uang tapi tidak ingin namanya dicatat.
Kadang-kadang sewaktu kami membutuhkan uang, mereka akan mengantarkannya kepada kami, ada juga yang setiap bulan menyumbangkan uangnya untuk kemajuan kuil ini. Hua Shan Ren termasuk orang seperti itu."
"Hua Shan Ren adalah ketua Zui Liu Ge, Hua Man Xue?" tanya Zang Hua.
"Aku tidak tahu," jawab Xin Wu Shi Tai, "yang mengurus masalah ini adalah ketua kuil. Aku hanya tahu kalau dia bernama Hua Shan Ren."
-ooodwooo- Setelah kembali ke kota hari sudah siang. Ren Piao Ling sudah menunggu dia di tempat yang telah mereka janjikan.
Belum juga duduk dengan benar, Zang Hua sudah makan 3 suap sayur kemudian minum 2
cangkir arak, setelah itu dia baru menghembuskan nafas. Ren Piao Ling melihatnya. Dengan senyum dia bertanya, "Kau kelihatannya sangat lelah?"
"Aku tidak seberapa lelah, hanya saja aku sudah makan banyak angin," jawab Zang Hua.
"Menguntit si licin, memang bukan hal mudah," kata Ren Piao Ling.
Zang Hua minum lagi secangkir arak kemudian melihat Ren Piao Ling dan berkata, "Coba kau tebak, si licin itu semalaman telah melakukan apa?"
"Dia mencari 30 perempuan untuk menemaninya minum arak."
"Kalau cuma begitu aku tidak perlu makan angin terus," kata Zang Hua, "jangan lupa aku pun seorang perempuan."
"Merampok orang kaya?" tanya Ren Piao Ling, "atau pergi ke suatu tempat untuk membunuh orang?"
"Bukan," jawab Zang Hua, "dia hanya berjalan-jalan semalaman, kemudian pergi ke kuil Wu Xin sambil berjalan dengan berputar-putar."
"Hanya itu saja?"
"Benar."
"Apakah sewaktu dia berjalan-jalan dia bertemu' dengan seseorang?"
"Tidak!"
Ren Piao Ling berpikir sebentar dan minum arak lagi lalu berkata, "Kalau begitu dia berjanji dengan seseorang di kuil Wu Xin."
"Aku pun mempunyai pikiran seperti itu. Begitu dia keluar dari kuil aku langsung masuk kuil Wu Xin," jelas Zang Hua sambil melihat Ren Piao Ling, "coba kau tebak, aku bertemu dengan siapa di sana?"
"Siapa?" mata Ren Piao Ling menjadi terang, "orang yang keluar dari kuil mungkin orang yang telah berjanji bertemu dengan Zhou Wu Ji?"
"Han Man Xue," jawab Zang Hua, "orang.yang keluar dari kuil adalah Hua Man Xue."
"Hua Man Xue?" Ren Piao Ling terkejut, "apakah Hua Man Xue yang berasal dari Zui Ge Lou."
"Apakah ada lain Hua Man Xue?" Zang Hua tertawa, "begitu aku masuk, aku langsung bersembahyang. Setelah selesai sembahyang aku bertanya kepada pengurus di sana apakah aku adalah orang pertama yang datang ke sana untuk bersembahyang?"
"Lalu apa jawaban biksuni kuil itu?" "Mereka mengatakan memang benar," kata Zang Hua, "aku melihat Zhou Wu Ji dan Hua Man Xue keluar dari kuil, tapi biksuni itu mengatakan kalau aku adalah orang pertama yang datang ke sana untuk bersembahyang. Apakah ini tidak aneh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ren Piao Ling mengerutkan dahi. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Segera saja aku mengatakan kalau aku melihat seseorang yang keluar dari kuil. Biksuni itu segera menjawab kalau orang yang kulihat adalah Hua Shan Ren," kata Zang Hua, "apakah arti Hua Shan Ren" Apakah kau tahu?"
Jawab Ren Piao Ling sambil mengangguk, "Artinya Hua Man Xue adalah orang kaya yang mendukung Wu Xin An."
"Tapi sejak kecil aku belum pernah melihat Hua Man Xue berbuat amal, apalagi datang ke kuil atau kelenteng untuk bersembayang," kata Zang Hua, "Kenapa sekarang dia tiba-tiba menjadi orang kaya yang menderma kepada kuil Wu Xin?"
"Mungkin dia sudah sadar."
"Bagi orang lain itu mungkin saja, tapi kalau untuk dia itu tidak mungkin," kata Zang Hua,
"biksuni hanya mengakui hanya Hua Man Xue yang masuk ke sana, sedangkan yang lainnya dia tidak mau mengakuinya."
Sambil memegang hidungnya Zang Hua berkata lagi, "Karena itu aku berpikir di kuil Wu Xin ini pasti terjadi sesuatu."
"Xin Wu Shi Tai yang ada di kuil Wu Xin, 30 tahun yang lalu adalah si Ikan Duyung terkenal di dunia persilatan, selain cantik ilmu silatnya pun tinggi. Saat dia sedang hebat-hebatnya, dia berubah menjadi pengurus Kuil Wu Xin," kata Ren Piao Ling, "mengapa dia melakukan semua ini, sampai sekarang pun tidak ada yang tahu jawaban dari rahasia ini."
Ren Piao Ling mengisi penuh gelasnya, kemudian dengan tersenyum dia melihat Zang Hua.
Kemudian dia mengeluarkan 100 tail perak dan diletakkan di depan Zang Hua. Zang Hua tidak mengerti apa maksud Ren Piao Ling. Dia bertanya, "Sepertinya kau meletakkan uang di depanku?"
Zang Hua melihat uang yang ada di atas meja, "Sepertinya jumlah uang itu adalah 100 tail perak?"
"Betul, jumlahnya memang 100 tail perak."
"Mengapa kau taruh di depanku?"
"Karena uang itu milikmu."
"Milikku?" Zang Hua melotot, "kapan kau meminjam uang 100 tail?"
"Aku belum pernah meminjam uang kepadamu," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "Ini adalah harga yang kubayar karena kemarin malam kau terus makan angin."
"Kau yang membayarnya?"
"Aku miskin seperti kura-kura, mana punya uang begitu banyak untuk membayarmu?"
"Siapa yang membayar semua ini?"
"Nan Jun Wang."
"Huang Fu Qing Tian?" Zang Hua terpaku, "mengapa dia harus membayarku 100 tail perak?"
"Karena kau adalah temanku dan aku telah berjanji dalam waktu satu hari aku bisa mengembalikan Hua Yu Ren kepadanya."
"Mencari Hua Yu Ren, apakah dia telah menghilang?"
"Benar."
"Mengapa dia bisa menghilang?"
"Ada yang menculiknya."
"Menculik?" kali ini Zang Hua yang terkejut, "siapa yang menculiknya" Mengapa menculiknya?"
"Aku tidak tahu," jawab Ren Piao Ling, "karena itulah maka Huang Fu mengeluarkan uang menyuruh kita untuk mencarinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau sanggup dalam waktu 1 hari mendapatkan kembali Hua Yu Ren?"
"Aku tidak yakin."
"Kalau kau tidak yakin mengapa kau berani berjanji kepada Huang Fu Qing Tian dalam waktu 1
hari bisa menemukan kembali Hua Yu Ren?" Zang Hua melihatnya.
"Aku tidak bisa tapi kau bisa," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa, "karena itu bayaranmu 100
tail perak."
"Bagaimana aku tahu siapa yang menculik Hua Yu Ren?" tanya Zang Hua kaget, "tidak, aku tidak tahu."
"Kau tidak tahu siapa yang menculik Hua Yu Ren, tapi kau tahu dia ada di mana," kata Ren Piao Ling.
Zang Hua ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia teringat sesuatu, segera dia berkata,
"Apakah dia dikurung di kuil Wu Xin?"
"90% betul."
"Kalau begitu yang menculik dia adalah para biksuni yang berada di kuil itu?" tanya Zang Hua.
"Setelah ke sana kita akan segera tahu."
Kata-kata Ren Piao Ling begitu enteng, seperti makan ikan goreng.
-ooodwooo- BAB 5 Perang kelelawar
Begitu kembali ke Ji Nan, orang pertama yang ingin ditemui Bai Tian Yu adalah Zang Hua, tapi dia malah bertemu dengan Hua Man Xue.
Dia bertemu dengan Hua Man Xue bukan di Zui Ge Lou tapi di jalan, sepertinya Hua Man Xue sengaja menunggunya di situ.
Begitu melihat Bai Tian Yu, Hua Man Xue segera menarik ke sisinya, kemudian dengan suara misterius dia berkata, "Di toko sana ada orang yang sangat aneh, dia sedang menunggumu," kata Hua Man Xue, "dia datang 2 hari berturut-turut. Dia terus diam di depan kamarmu."
"Untuk apa dia mencariku?"
"Dia tidak mengatakan apa-apa hanya menanyakan apakah kau sudah pulang, aku menjawab kau belum pulang. Dia terus menunggumu di sana."
"Seperti apa ciri-cirinya?"
"Tinggi, kira-kira berumur 60 tahun, tapi badannya seperti laki-laki berusia 40 tahun," jawab Hua Man Xue, "orangnya dingin apalagi sepasang matanya. Begitu melihatnya dia seperti cheetah yang kelaparan dan sedang menunggu mangsanya, membuat tubuh menjadi panas dingin."
"Apakah dia masih ada di sana?"
"Ya."
Bai Tian Yu membalikkan badannya ingin pergi dari sana, Hua Man Xue segera berkata, "Kau mau apa?"
"Aku akan menemuinya."
"Kau harus berhati-hati," Hua Man Xue sangat memperhatikannya, "kelihatannya...dia datang untuk mencari gara-gara."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooodwooo- Pohon besar lebih sering tertiup angin. Orang takut terkenal, babi takut gemuk, bila seseorang sudah terkenal pasti ada orang aneh yang mencarinya.
Kau terkenal karena nama orang lain. Orang lain pun akan mencarimu. Mereka berharap karena namamu maka bisa membuatnya terkenal.
"Kalau sudah terkenal lalu bagaimana" Pada suatu hari kau pasti akan mati karena namamu.
Mengapa tidak menjadi orang biasa saja"
Kalau terkenal apa gunanya"
Sebelum sampai di kamarnya, Bai Tian Yu sudah melihat orang yang disebut-sebut oleh Hua Man Xue.
Dia melihat orang itu duduk di tengah-tengah ruangan. Wajahnnya menghadap pintu, dia duduk tapi tidak minum arak juga tidak makan.
Tapi meja yang ada di depannya tersedia cangkir dan poci teh, ternyata dia sedang minum.
Begitu Bai Tian Yu masuk ke Zui Ge Lou, orang itu segera berkata, "Silakan duduk."
Di ruangan itu tidak ada orang lain hanya ada Bai Tian Yu yang masuk. Berarti kata-katanya tadi ditujukan kepada Bai Tian Yu.
Bai Tian Yu segera mendekat dan duduk di depannya. Dia berkata lagi, "Silakan minum teh."
Bai Tian Yu melihat poci teh dan berkata, "Biasanya jika ada arak aku tidak akan minum teh."
"Apakah arak ini tidak asli?"
"Apakah teh ini asli?"
Orang itu tidak menjawab. Dia tidak menjawab berarti dia setuju.
"Aku ingat, jika sembahyang selalu menggunakan arak, mengapa arak bisa tidak asli?" Bai Tian Yu tertawa.
Orang itu tetap diam.
Bai Tian Yu duduk di sana. Pelayan Zui Ge Lou sudah mengantarkan satu poci arak. Begitu cangkir diisi dengan arak, dia mengangkat cangkirnya dan berkata, "Kita bersulang," kata Bai Tian Yu pelan, "kau boleh memakai teh sebagai pengganti arak, jangan pedulikan orang lain minum apa."
Orang itu dengan cepat menghabiskan tehnya. Dia bukan orang yang suka bicara dan juga tidak rewel. Dia datang kemari untuk mencari Bai Tian Yu, dan entah dia mempunyai keperluan apa"
Melihat dia diam saja, terpaksa Bai Tian Yu minum secangkir arak lagi. Dia tertawa dan berkata,
"Sobat, siapa nama dan margamu" Ada apa Anda mencariku?"
"Yin akan membalas dendam."
Orang ini pasti sangat pelit, bicaranya pun begitu singkat. Jika bisa dalam satu kata dia ingin menjelaskan semua maksudnya.
"Balas dendam" Balas dendam apa?" tanya Bai Tian Yu, "demi siapa balas dendam?"
"Tie Yan."
"Tie Yan?" Bai Tian Yu melihatnya, kemudian tertawa dan berkata, "Kau pasti salah satu dari naga emas, harimau perak, burung tembaga Tie Yan, sepertinya kau adalah Yin Hu?" (Harimau Perak)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," wajah Yin Hu tidak berekspresi apa pun.
"Katanya Jin Long (Naga Emas) lah yang paling akrab dengan Tie Yan, mengapa dia tidak datang" Sedangkan yang datang malah dirimu?"
"Sama saja," suaranya seperti orangnya tidak ada perasaan.
Sama saja" Berarti siapa pun yang datang sama saja bisa membunuh Bai Tian Yu.
Bai Tian Yu mengerti maksud dari kata-kata itu. Jika dalam keadaan biasa dia pasti sudah mencabut pedang untuk bertarung Dia hanya diam tidak mencabut pedang karena Yin Hu adalah salah satu dari 4 tetua perkumpulan para durjana ( Mo Kau ), dan salah satu tetua yang mempuyai pandangan paling lurus.
Bai Tian Yu melihat Yin Hu. Pelan-pelan dia bertanya, "Kapan kita akan bertarung?"
"Sekarang."
"Di mana?"
"Wang Jia Ci."
-ooodwooo- Wang Jia Ci berada di sebelah timur Zui Ge Lou. Tempat itu adalah rumah besar yang tidak berpenghuni. Walaupun sekarang adalah siang, tapi begitu masuk ke dalam Wang Jia Ci seperti memasuki sebuah gunung es.
Gerbangnya tertutup oleh jaring laba-laba. Plakat yang berada di tengah rumah ada yang terjatuh, ada juga yang posisinya miring. Rumput liar tumbuh di sisi tembok setinggi tubuh orang.
Rumah ini memberi kesan seram dan dingin tapi juga memberi kesan bahwa tempat sangat cocok untuk membunuh orang.
Yin Hu yang pertama masuk ke sana. Begitu berjalan mendekati plakat-plakat yang diletakkan di atas meja, dia segera berhenti. Tapi dia tidak membalikkan badannya. Punggungnya menghadap Bai Tian Yu. Kedua tangannya diturunkan, sama sekali tidak ada persiapan untuk bertarung. Pastinya Bai Tian Yu terus melihat ke arah punggungnya.
Walaupun Yin Hu di dalam urutan perkumpulan para durjana menduduki posisi kedua, tapi ilmu silatnya tidak kalah dengan Lao Da Jin Long (saudara tertua naga emas). Dia juga pernah membunuh orang, tapi dengan senjata apa dia membunuh orang"
Menurut berita yang bisa dipercaya, Yin Hu memiliki banyak senjata rahasia yang tersembunyi di balik tubuhnya, kapan pun dan dengan cara apa pun senjata rahasia rahasia itu bisa menyerang.
Tangan kirinya bisa mengeluarkan 13 buah paku. Dari ketiak kanannya bisa menembak 26 bola besi. Sewaktu dia bicara denganmu, dia bisa menyemprotmu dengan 35 jarum besi dari mulutnya.
Kakinya pun bisa meloncat dan mengeluarkan 42 pasang pisau berbentuk daun. Terakhir dia bisa membalikkan badan dan dari punggungnya dia bisa menembakkan bola geledek.
Terhadap orang seperti itu tentu lebih menakutkan, Bai Tian Yu dengan teliti terus melihatnya.
Terlihat Bai Tian Yu dengan santai berdiri. Sama sekali tidak ada persiapan.
Tapi bila kau adalah orang yang berpengalaman, kau pasti akan tahu tentang 72 syaraf terpenting dan 116 syaraf kecil yang berada di atas tubuh. Semua tulang-tulang siap untuk digerakkan ke arah mana pun.
Matahari musim semi bersinar dan masuk melalui lubang-lubang atap, tepat menyinari punggung Yin Hu. Di bawah sinar matahari terlihat punggungnya yang sudah bungkuk. Dia sudah berusia 67 tahun, walaupun pinggangnya masih lurus dan keras tapi tetap tidak bisa menandingi kelincahan anak muda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Umur semakin tua, ini adalah hal yang menyedihkan juga hal yang tidak, bisa dipungkiri. Begitu lahir usia mulai menunggu.
Menunggu hingga batas akhir. Menunggu kematian.
Jika kematian adalah tahap terakhir, apakah kelahiran adalah permulaan"
Pernah ada orang bijak dari barat yang berkata kalau kematian bukan akhir, dari satu daratan pindah ke daratan lain.. Kau akan melihat bahwa hal yang terbentang di depanmu adalah sesuatu yang baru saja dimulai, semua akan menunggumu untuk memulai.
Kematian tidak perlu ditakuti juga tidak perlu merasa sedih.
Yang menyedihkan adalah manusia yang masih hidup tapi hidupnya seperti orang mati. Mereka hidup di jurang kesedihan, sehingga sama sekali tidak berarti apa-apa dalam hidupnya.
Bai Tian Yu masih terus melihat punggung Yien Hu. Dia harus terus melihat walaupun punggung Yin Hu sudah bungkuk karena tua, tapi dari punggungnya terasa ada hawa membunuh seperti sebilah golok walaupun sudah patah tapi benda itu tetap sebuah golok yang bisa membunuh. Kalau kita tidak berhati-hati maka kita akan mati karena golok yang patah itu.
Mereka berdua terus berdiri, tidak bergerak sama sekali. Waktu sudah berjalan lama, mereka harus berdiri berapa lama lagi" Apakah harus berdiri sampai dunia ini kiamat" Walaupun senjata mereka belum diadu tapi sebenarnya mereka sudah mulai bertarung.
Pertarungan yang tidak bergerak lebih sulit daripada harus bergerak.
Begitu bergerak akan terjadi sebuah lowongan dari salah satu dari mereka, lowongan sekecil apa pun akan membuat lawan mempunyai kesempatan menyerang. Kesempatan ini akan
membuatmu berjalan ke arah kematian.
Tapi kadang-kadang lowongan ini adalah suatu perangkap. Perangkap ini memancing kesalahan lawan.
Karena itu bergerak pun harus menggunakan jurus yang berobah-robah.
Tapi tidak bergerak hanya ada satu macam jurus yaitu mempertaruhkan kesabaran dan ketenangan.
Dari punggung terlihat Yin Hu, dari atas hingga bawahnya badannya terdapat lowongan. Jika Bai Tian Yu menganggapnya demikian, yang mati pasti Bai Tian Yu.
'Kosong bukan kosong, isi adalah kosong'. Ini adalah ilmu silat tertinggi yang ada di dunia persilatan. Yang ilmunya bisa mencapai tarap ini, bisa dihitung dengan jari.
Walaupun punggung Yin Hu menghadap Bai Tian Yu, tapi kalau Bai Tian Yu bergerak, dia tidak akan lolos dari serangan Yin Hu. Dilihat dari luar sepertinya Yin Hu berada dalam posisi yang merugikan karena dia tidak bisa melihat gerakan Bai Tian Yu, tapi sebenarnya dia berada di posisi yang menguntungkan.
"Semua hal ada untung dan rugi.
Walaupun Yin Hu tidak bisa melihat gerakan Bai Tian Yu, juga tidak bisa melihat wajah Bai Tian Yu yang tampak tenang. Kalau kau menghadapi wajah yang begitu tenang, mungkin sebelum bertarung pun kau sudah merasa kalah dulu.
Satu-satunya cara menghadapi Yin Hu"adalah dia tidak bisa melihatmu, kau juga tidak bisa melihatnya.
"Melihat seperti tidak melihat, tidak melihat seperti melihat'
Ini adalah ajaran agama Budha. Bai Tian Yu mengerti hal ini karena itu dengan cepat memejamkan matanya dan membuat dirinya merasakan Yin Hu.
Sebuah pertarungan hidup dan mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun kelelawar buta tapi pendengarannya sangat tajam. Mendengar membuatnya bisa membedakan arah dan posisi benda. Pertarungan Bai Tian Yu dan Yin Hu pun seperti perang kelelawar.
Sekarang Bai Tian Yu baru mengerti mengapa Yin Hu memilih tempat ini untuk bertarung, di sini tidak ada orang dan suasananya sangat sepi. Perang kelelawar harus dilakukan di tempat yang sangat sepi dan tidak ada benda yang bergerak.
Walau ada sedikit suara atau gerakan, maka hal ini akan mengganggu mereka yang sedang bertarung.
Suasana yang begitu sepi dan tidak ada bergerak, tiba-tiba mulai terasa ada udara yang bergerak.
Bukan Yin Hu yang bergerak juga bukan Bai Tian Yu bergerak, tapi yang bergerak adalah pedang yang datang dari belakang Bai Tian Yu.
Tusukan pedang ini sangat pelan dan ringan. Begitu pelan sampai kau tidak merasakan ada pedang yang bergerak, tapi Bai Tian Yu sejak tadi sudah merasakannya. Begitu dia mulai bergerak Bai Tian Yu sudah tahu.
Biasanya pedang yang bergerak begitu pelan, Bai Tian Yu pasti bisa menghindarinya.
Orang yang mempunyai pikiran seperti itu, pasti dia adalah orang yang paling bodoh di dunia persilatan.
Pedang ini yang paling lihai adalah pedang yang bergerak dengan pelan. Uniknya pedang itu bergerak dengan ringan.
Jika tusukan ini dilakukan dengan cepat dan menusuk Bai Tian Yu, Bai Tian Yu masih bisa menghindar atau memotong tangan orang yang memegang pedang itu.
Karena tusukan itu dilakukan dengan cepat, hal ini akan membangunkan perasaan Bai Tian Yu juga Yin Hu.
Bila perasaan Yin Hu terpancing, maka Bai Tian Yu bisa bergerak. Bila dia sudah bergerak, dia bisa membunuh orang yang berada di belakangnya dan masih bisa membalas serangan Yin Hu.
Tapi pedang itu menusuknya dengan sangat pelan dan ringan, pelan dan bisa. mengagetkan Bai Tian Yu, tapi Yin Hu tidak merasakannya.
Karena itu jika Bai Tian Yu bergerak, dia bisa langsung membunuh orang berniat
membunuhnya, tapi pada saat itu pun dia akan dibunuh oleh Yin Hu.
Tusukan pedang ini benar-benar sangat kejam. Pasti orang yang menyerang adalah seorang pesilat tanguh hingga baru bisa berpikir seperti itu.
Pertarungan ini benar-benar diperuntukkan bagi orang pintar karena orang-orang seperti mereka lah baru terpikir hal seperti ini. Semua ini adalah strategi tertinggi dalam dunia persilatan.
Dalam hidupnya, buat Bai Tian Yu saat paling menakutkan adalah dia takut dengan kematian dan hal ini lah yang dia rasakan sekarang.
Hanya saja saat ini dia merasa kematian datang terlalu cepat, begitu alami, tidak begitu terasa kalau hawa kematian sudah menjemputnya. Seperti angin musim semi yang berhembus melewati wajahnya.
Dulu dia sering mendengarkan perkataan orang lain, kalau perasaan itu seperti rasa dingin yang keluar dari tulang. Dia tidak mengerti mengapa rasa dingin bisa keluar dari tulangnya yang paling dalam"
Rasa dingin yang keluar dari dalam tulang itu entah bagaimana rasanya"
Sekarang dia sudah mengerti, rasa dingin itu sama sekali tidak bisa diungkapkan dengan bahasa. Hanya orang yang pernah mengalaminya, dia baru bisa merasakannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pasti ada seseorang yang mendengarkan percakapan tentang pertarungan antara Bai Tian Yu dan Yin Hu. Kemudian ada yang bertanya, "Kalau tidak bergerak dia akan mati mengapa tidak sekalian bergerak saja?"
"Kalau bergerak maka akan bagaimana?"
"Mungkin kalau bergerak kita bisa mencoba-coba."
"Mungkin malah akan membuat suatu mujizat."
"Tidak begerak pun akan mati, kalau bergerak maka dia akan mati lebih mengenaskan lagi."
"Mengapa?"
"Tidak begerak hanya akan membiarkan pedang itu menusuk dirinya hingga mati. Kalau bergerak tubuhnya akan berlubang-lubang."
"Karena itu jika Bai Tian Yu bergerak, apakah dia akan menjadi manusia berlubang-lubang?"
"Itu sudah pasti."
"Apakah senjata rahasia Yin Hu begitu lihai?"
"Senjata rahasia Yin Hu sudah tidak bisa dikatakan lihai lagi."
"Bergerak mati, tidak bergerak pun mati. Yang terpenting Bai Tian Yu pasti mati."
"Menurutmu bagaimana?"
"Apakah dia tidak akan mati?"
"Di dunia ini pesilat tangguh mana yang bisa tidak mati dalam situasi seperti ini" Tuan Muda Xie Xiao Feng pun tidak terkecuali."
"Bagaimana dengan Chu Liu Xiang (pendekar harum)?"
"Sama sajal"
"Apakah dia juga pasti akan mati?"
"Pasti."
-ooodwooo- Sore akan segera tiba.
Cahaya matahari masih bersinar sangat terang. Cahaya itu masuk melalui celah-celah pohon lalu masuk ke dalam hutan dan membentuk bayangan Ren Piao Ling dan Zang Hua.
Dari dalam hutan bisa melihat dengan jelas kuil Wu Xin An yang megah. Masih terdengar suara-suara para biksuni yang membaca kitab suci.
"Biasanya mata-mata akan mencari tahu, selalu dilakukan pada waktu malam hari, mengapa kita bergerak pada sore hati?" tanya Zang Hua kepada Ren Piao Ling.
"Tempat yang memiliki banyak rahasia, semakin malam tempat itu akan dijaga semakin ketat,"
Ren Piao Ling tertawa kepada Zang Hua, "tapi sore adalah saat mereka lengah."
"Mengapa?"
"Karena saat ini adalah saat di mana kita merasa paling lelah. Shift pagi diganti dengan shift malam. Penggantian dilakukan karena mereka sudah bergerak seharian sekarang mereka akan mulai bekerja, kau pikir apakah mereka akan bekerja dengan semangat?"
"Aku pun pasti tidak akan bersemangat bekerja," kata Zang Hua.
"Kalau tidak ada semangat untuk bekerja mereka akan menjadi kurang waspada," kata Ren Piao Ling, "karena itu aku ingin kita pergi ke kuil Wu Xin An sore hari untuk mencari tahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zang Hua melihat kuil Wu Xin An.
"Wu Xin An adalah tempat suci. Di dalamnya banyak dewa-dewa dan dewi, apakah dewa dewi itu akan mengijinkan orang berbuat jahat?"
"Di Pu Ti (nama tempat) memang tidak ada pohon, datang dari mana Budha dan dewa?" tanya Ren Piao Ling.
"Apa arti kalimat itu?"
"Maksudnya adalah dewa dan Budha pun mengatakan kalau di Pu Ti tidak ada pohon, mana ada dewa dan Budha?"
"Aku semakin tidak mengerti."
"Kau bukan semakin tidak mengerti melainkan waktunya belum tiba," kata Ren Piao Ling sambil tertawa,
"Bila waktunya sudah tiba, kau akan mengerti kata-kata ini."
Zang Hua memegang hidungnya lagi. Setiap kali begitu ada yang harus dipikirkannya, dia selalu seperti itu. Zang Hua sedang memikirkan kata-kata Ren Piao Ling. Tapi Ren Piao Ling malah tertawa melihatnya, kemudian dia berkata, "Jangan dipikirkan lagi, kau pasti tidak akan mengerti walaupun kau berpikir hingga kepalamu pecah."
Kebaikan Zang Hua adalah sewaktu ada pertanyaan yang tidak dimengerti olehnya dan ada yang menyuruhnya supaya jangan terus berpikir, maka dia akan segera menuruti kata-kata orang itu. Begitu Ren Piao Ling menyuruhnya supaya jangan terus berpikir, dia segera tidak memegang hidungnya lagi dan Zang Hua bertanya, "Kau berkata kepada Huang Fu Qing Tian bahwa dalam waktu 1 hari kau akan bisa membawa pulang Hua Yu Ren. Berarti waktunya adalah esok pagi, apakah kau sanggup melakukannya?" Zang Hua melihat dia, "apakah kau yakin kalau Hua Yu Ren ada di dalam kuil Wu Xin An?"
Ren Piao Ling tidak menjawab, dia hanya tertawa. Kadang-kadang tertawa bisa berarti dia mempunyai keyakinan kuat karena itu Zang Hua berkata lagi, "Sebenarnya aku tidak perlu mengkhawatirkan hal ini. Yang berjanji dengan Nan Jun Wang adalah kau, bukan aku, untuk apa aku harus mengkhawatirkanmu?"
Zang Hua melihat Ren Piao Ling, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Sebenarnya yang aku perhatikan adalah upahmu."
"Upahku?" Ren Piao Ling terpaku, "upah apa" Mengapa kau mengkhawatirkan upahku?"
"Aku khawatir," jawab Zang Hua, "upahku adalah 100 tail perak, kau pun harus sama. Berarti kita tanggung bersama suka dan duka. Jika kau mendapatkan lebih besar, maaf jika ada bahaya maka kau yang harus menghadapinya dulu. Ada kesulitan pun kau yang mendapatkannya dulu."
"Jika ada kesenangan bagaimana?"
"Pasti kau dulu yang menikmatinya."
"Kau benar-benar sangat adil."
"Itu pasti," Zang Hua tertawa dan berkata, "prinsipku adalah berapa pun uang yang kuambil, maka kerugian pun harus seimbang dengan uang yang diambilnya."
Dengan sorot mata senang, Ren Piao Ling melihat Zang Hua. Dengan nada yang senang dia bertanya, "Menurutmu, apakah upahku lebih banyak darimu atau lebih sedikit darimu?"
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita adalah teman dan bisnis ini kau yang terima,' menurut aturan dunia persilatan, kau harus mendapatkan lebih banyak dari diriku."
"Mengapa aku harus mengambil lebih banyak darimu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertama, Nan Jun Wang bukan orang pelit. Kedua, karena orang yang harus ditolong adalah putri Nan Jun Wang. Ketiga, masalah ini sangat berbahaya. Karena 3 alasan tersebut, maka itu upahmu lebih besar dariku."
Dalam keadaan seperti itu Zang Hua masih berpikiran untuk membanding-bandingkan upah mereka berdua.
Tapi dia melupakan satu hal.
Melupakan orang yang telah diculiknya, Hua Yu Ren adalah kakaknya. Walaupun bukan kakak kandung, dan mereka sama-sama anak angkat tapi mereka tumbuh besar bersama. Apalagi Hua Yu Ren sangat baik kepadanya. Mengapa dia tidak peduli pada hidup atau mati Hua Yu Ren"
Malah memperhatikan upah yang akan diterimanya"
Kecuali Zang Hua, siapa yang bisa melakukan hal seperti ini"
-ooodwooo- Pada saat pedang ditusuk dari belakang, hati Bai Tian Yu sudah merasa dingin, malah boleh dikatakan sudah mati.
Karena dia tahu, pedang itu membawa kematian.
Hanya kematian yang bisa melepaskan dia dari tusukan ini.
Ini adalah tusukan kematian.
Walaupun tusukan itu dilakukan dengan sangat lambat dan sangat ringan tapi yang pasti pada saat dagingnya ditusuk, Bai Tian Yu sudah merasakan tusukan pedang yang dingin itu, pedang ini menusuknya dari belakang dan masuk ke jantungnya. Dia mendengar suara pedang itu menembus ke badannya.
Jian (pedang) tidak memiliki perasaan.
Apakah dia bisa merasakan ketakutan manusia"
Jian memang tidak memiliki perasaan.
Apakah dia bisa mendengar jeritan hati manusia"
-ooodwooo- BAB 6 Biksu di dalam kuil biksuni
Walaupun Jian memiliki perasaan, dia pun tidak akan bisa merasakan ketakutan manusia. Dia juga tidak akan bisa mendengar jeritan hati manusia.
Seperti bunga jika dia bisa bicara, manusia tidak akan bisa mendengar jeritan kesedihan dan keluh kesahnya.
Pedang sudah menusuk ke punggung Bai Tian Yu.Darah seperti bunga yang mekar dan jatuh seperti air hujan.
Sore sudah tiba.
Matahari musim semi dengan malu-malu bersembunyi di balik gunung sebelah barat.
Cahaya matahari yang terbenam, menyinari wajah Zang Hua. Seperti cahaya lampu yang ada di depan Budha yang berada di dalam kelenteng. Zang Hua melihat matahari yang mulai terbenam dan kuil Wu Xin An yang berada di luar hutan. Tiba-tiba dia merasa ada yang tidak dimengerti olehnya. Dia seperti berkata sendiri, "Aneh?"
Ren Piao Ling membalikkan kepalanya dan bertanya, "Apa yang aneh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah sekarang sudah sore?"
"Benar."
"Apakah pada sore hari seperti ini, dapur mulai sibuk?" pertanyaan Zang Hua sangat aneh.
"Seharusnya seperti itu," Ren Piao Ling tiba-tiba tertawa dan berkata, "apakah kau sudah lapar"
sehingga tiba-tiba menanyakan hal itu?"
"Di kuil ada makanan vegetarian, seharusnya kuil Wu Xin An mulai menyiapkan makanan,"
Zang Hua melihat lubang asap kuil Wu Xin An dan berkata, "Kenapa lubang asap mereka tidak ada keluar asapnya?"
"Mungkin karena hari ini mereka mempunyai makanan kering."
"Bisa saja."
"Kalau hari ini mereka makan makanan kering, sekarang adalah saatnya mereka sekolah malam, tapi mengapa tidak terdengar sedikit pun suara?" tanya Zang Hua.
"Mungkin hari ini mereka sedang libur."
Zang Hua membalikkan kepala, dengan sikap marah dia melihat Ren Piao Ling, "Dalam otakmu kecuali diisi pikiran aneh, masih bisa diisi apalagi?"
"Masih bisa diisi dengan ide-ide yang bisa membuatmu marah," Ren Piao Ling tertawa.
"Kau.."
Zang Hua marah tapi Ren Piao Ling terus tertawa dan tawanya terlihat riang.
"Pada saat kau marah', kau terlihat sangat cantik dan sewaktu kau marah, kau baru mirip seorang perempuan," Ren Piao Ling masih tertawa kemudian dia berkata, "apa yang kau katakan tadi, sudah kuperhatikan."
"Kalau sudah tahu mengapa tidak bilang kepadaku?" Zang Hua masih marah, "harus aku yang bicara dulu, kau baru merasa puas."
"Gerakan kita ini apakah akan berhasil atau tidak, kita belum tahu. aku hanya ingin agar pikiran kita tenang dan santai," kata Ren Piao Ling, "tidak kusangka, kau tidak bisa diajak bersantai."
"Siapa bilang aku tidak bisa diajak bercanda" Aku hanya tidak mau ditipu," walaupun Zang Hua marah tapi dari sudut matanya terlihat ada tawa geli.
"Mengapa dari dulu kuil atau kelenteng selalu dibangun di tempat sepi?"
"Karena kuil bangun jika semakin jauh dan berada di tempat sepi, maka akan terlihat semakin misterius."
"Apakah betul ada perasaan misterius" Biasanya perasaan misterius membuat orang merasa aneh."
"Benar, manusia sering merasa takut kepada hal yang membuat mereka tidak mengerti."
"Jika mereka takut, maka mereka harus pergi bersembahyang."
"Dan manusia senang pergi ke tempat jauh untuk bersembahyang," kata Zang Hua, "hanya dengan cara seperti itu baru bisa terlihat sampai dimana kesetiaan mereka."
"Semua kata-katamu benar," kata Ren Piao Ling. "hanya kurang sedikit."
"Kurang di bagian mana?"
"Orang yang bersembahyang karena jarak yang ditempuh sangat jauh, maka mereka pasti akan merasa lapar, kalau perut terasa lapar, makanan yang dimakan pun pasti akan terasa lebih enak."
"Karena itu orang selalu merasa sayur vegetarian yang ada di kuil lebih enak rasanya," kata Zang Hua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akhirnya kau mengerti juga," kata Ren Piao Ling, "makanan vegetarian adalah daya tarik bagi mereka yang datang ke kuil."
Banyak orang yang bersembahyang ke kelenteng selayaknya orang yang bertamasya ke luar kota, karena itu jika biksu atau biksuni yang pintar mereka pasti akan membangun kuil dan kelenteng di tempat yang sangat jauh.
"Apakah kau tahu mengapa orang-orang pergi bersembahyang ke kuil atau kelenteng selalu pada sore hari?" tanya Ren Piao Ling.
"Mengapa?"
"Karena orang yang bersembahyang akan berangkat pada pagi hari, siang mereka baru tiba di kuil," kata Ren Piao Ling, "setelah selesai bersembahyang, hari sudah sore dan tiba waktunya untuk makan malam, karena itu kuil atau kelenteng pada sore hari mempunyai bisnis lebih ramai."
"Sekarang aku merasa kata-katamu masuk akal," kata Zang Hua, "tapi kalau ada biksu atau biksuni yang mendengar kau berkata mereka berbisnis, mereka pasti akan marah sampai mati."
"Mereka tidak akan mati."
"Mengapa?"
"Arak, wanita, uang, marah, semuanya adalah kosong," kata Ren I*iao Ling, "apakah kau tidak mengerti kalimat ini?"
"Betul, marah adalah kosong, tidak marah pun adalah kosong. Biksu dan biksuni pasti tidak akan mati karena marah."
"Kalau begitu, kita bisa masuk dan membuat mereka marah," kata Zang Hua.
"Mari kita masuk."
---ooo0dw0ooo---
Hutan yang sepi. Di ujung hutan ada kuil Wu Xin An. Zang Hua dan Ren Piao Ling sudah keluar dari hutan, tiba-tiba di langit tampak awan hitam menutupi matahari yang akan.terbenam. Di balik awan hitam itu terdengar suara guntur.
Zang Hua melihat langit dan berkata, "Sepertinya hujan besar akan segera tiba."
"Hari hujan adalah hari yang tepat untuk membunuh orang," kata Ren Piao Ling, "udara seperti itu sangat cocok untuk membunuh orang."
"Siapa yang ingin membunuh orang?"
"Orang yang ingin membunuh orang.
---ooo0dw0ooo---
Pintu besar kuil Wu Xin An ditiup oleh angin kencang, dan mengeluarkan suara besar. Di halaman Wu Xin An seperti ada kabut hitam besar yang digulung oleh angin dan menari-nari di udara.
Kalau mengatakan itu adalah kabut juga tidak mirip kabut, setelah dilihat dengan seksama lagi, tampak mirip sekali. Di hari yang begitu gelap, benar-benar terlihat sedikit misterius dan menakutkan.
Zang Hua sudah melihat keadaan di halaman itu
"Apa itu?"
Ren Piao Ling juga merasa curiga, tapi langkah kakinya tidak berhenti. Dia masuk ke halaman kuil.
Zang Hua juga ikut masuk. Dia bertanya, "Apa itu?"
Ren Piao Ling tidak menjawab, dia melemparkan barang yang ada di tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benda itu lembut, seperti sutra tapi seperti juga bukan sutra. Begitu dilihat dengan teliti, dia berteriak, "Rambut!"
"Betul, ini rambut."
"Darimana datangnya begitu banyak rambut?"
Di halaman banyak rambut yang terbang, benar-benar terasa sangat menakutkan.
Ren Piao ling melihat rambut yang memenuhi halaman. Dia tertawa dan berkata, "Mungkin kuil Wu Xin An akan berubah fungsi menjadi toko pemangkas rambut,"
---ooo0dw0ooo---
"Kau tidak akan kaget bila melihat banyak biksu di kuil."
"Tapi bagaimana jika menemukan biksu di kuil biksuni?"
Di sini adalah Wu Xin An. Wu Xin An adalah kuil untuk para biksuni yang terkenal di dunia persilatan.
Kalau di kuil biksuni tidak ada biksuni, lalu ada apa" Di Wu Xin An ternyata ada biksu.
Besar, kecil, tua, muda ada beberapa puluh orang biksu. Setiap biksu sedang duduk bersila di bawah. Sepasang tangannya dikepalkan, matanya melihat hidung. Mereka duduk di sebuah ruang tengah yang besar.
Dari jauh hanya terlihat kepala botak dan sangat licin seperti berminyak.
Sekarang Zang Hua baru mengerti, rambut di pekarangan tadi berasal dari mana tapi dia tetap tidak mengerti mengapa tiba-tiba mereka mencukur rambutnya menjadi biksu"
Pergi kemana semua biksuni yang ada di Wu Xin An"
Di dalam ruangan itu ada 20-30 orang, tapi sama sekali tidak terdengar suara dan tidak terdengar suara yang membaca kitab suci.
Biksu memang biksu tapi mereka tidak bisa membaca kitab suci, apakah mereka tidak pernah belajar membaca kitab suci"
Dengan pelan Zang Hua mendekati mereka, dia menyelidiki mereka satu per satu. Tiba-tiba pandangannya berhenti pada salah satu biksu yang ada di depannya. Dia melihat biksu itu.
Tapi biksu ini tetap melihat hidungnya. Hidungnya menghadap ke tubuhnya. Dia duduk bersila di bawah, kepalanya botak dan licin, wajahnya pun licin.
Zang Hua melihatnya, ekpresi wajah Zang Hua seperti sudah melihat setan. Dia memandang lagi kemudian dengan nada yang tidak percaya dia berkata, "Ketua Biao Wu?"
Biksu itu ternyata adalah ketua kantor Biao Zheng Xing yang bernama Wu Zheng Xing.
Ren Piao Ling juga melihat Wu Zheng Xing, tapi dia sama sekali tidak bergeming.
Zang Hua melihat Wu Zheng Xing dengan lama, kemudian menepuk pundaknya.
"Apakah kau sakit?"
Wu Zheng Xing mengangkat matanya dan melihat Zang Hua lalu berkata, "Nona sedang bicara dengan siapa?"
"Denganmu," jawab Zang Hua, "Wu Zheng Xing."
"A Mi Ta Ba," Wu Zheng Xing dengan tangan terkatup berkata, "Wu Zheng Xing sudah mati.
Mana bisa Nona bicara dengannya?"
"Apakah kau bukan Wu Zheng Xing?"
"Aku adalah Wu Kuang."
Kata Ren Piao Ling tiba-tiba, "Mengapa Wu Zheng Xing bisa mati dengan tiba-tiba?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang yang harus mati ya akan mati," kata Wu Zheng Xing.
"Bagaimana dengan orang yang tidak pantas mati?"
"Yang tidak pantas mati, akhirnya pasti akan mati juga."
Sejak tadi Wu Zheng Xing duduk bersila, wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi. Sekarang setelah melihatnya dengan seksama, dia sama sekali tidak mirip dengan ketua Biao Zheng Xing.
Sekarang dia mirip dengan biksu yang mempunyai ilmu silat tinggi.
Zang Hua melihatnya, matanya berputar, kemudian dia tertawa dan berkata, "Kalau ketua Biao Wu Zheng Xing sudah mati, bagaimana dengan istrinya"''
"Apakah dia mempunyai istri?" tanya Ren Piao Ling.
"Ada dan mereka baru saja menikah," Zang Hua tertawa dan berkata, "coba kau pikir apakah istri yang baru dinikahi akan pergi ke lain tempat?"
Biasanya orang yang baru menikah pasti sangat menyayangi istrinya, tapi mengapa dia tega meninggalkan istrinya" Dan mengapa secara tiba-tiba mencukur rambutnya dan memutuskan untuk menjadi biksu"
Wu Zheng Xing berusaha menguasai dirinya tapi dahinya sudah mulai berkeringat.
Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "Wu Zheng Xing sudah mati, istrinya pasti akan kawin lagi."
"Kawin lagi?" Zang Hua berkata, "begitu cepatkah?"
"Jika ingin menikah, segeralah menikah," kata Zang Hua, "dengan siapa dia akan menikah?"
"Mungkin saja dengan pelajar, atau mungkin dengan pendeta," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa, "bunga adalah merah, daun adalah hijau, mereka adalah satu keluarga."
Kata-katanya belum selesai, tiba-tiba Wu Zheng Xing meraung. Dia berdiri, baru saja dia berdiri tiba-tiba di tengah langit ada pemukul yang biasa dipakai mengetok ikan kayu, melayang dan jatuh tepat di atas kepalanya.
Pengetok itu sangat berat, walaupun kepalanya tidak pecah, tapi pasti akan benjol. Begitu kepalanya diketok sedikit, terasa menjadi pusing, sampai berdiri pun dia tidak sanggup. Dia mundur beberapa langkah kemudian dengan cepat duduk kembali di bawah.
"A Mi Ta Ba," orang yang membaca doa akhirnya muncul, tapi dia bukan biksu melainkan biksuni.
Seorang biksuni dengan perlahan mendekati mereka sambil membaca A Mi Ta Ba. Tangannya membawa ikan kayu tapi tidak membawa ketokan untuk memukul.
Begitu melihat biksuni ini muncul, Zang Hua terkejut. Dia berkata di dalam hati, "Xin Wu Shi Tai." Biksuni ini adalah orang yang menemani Zang Hua bersembahyang. Dengan perlahan dia berjalan mendekati Wu Zheng Xing. Dia menarik nafas dan berkata, "Perempuan adalah kosong, kosong adalah perempuan; Tahap ini saja tidak bisa kau lewati, bagaimana kau bisa menjadi seorang biksu?"
Begitu melihat Xin Wu Shi Tai keluar, Wu Zheng Xing langsung gemetar. Dia berkata,
"Aku...aku memang tidak ingin menjadi biksu, kau yang telah memaksaku?"
Kata-katanya belum selesai, kepalanya diketok lagi, tapi kali ini dipukul dengari tangan.
Tangan Xin Wu Shi Tai sepertinya lebih keras dari ketokan kayu. Dia berkata, "Siapa yang memaksamu menjadi biksu?"
Begitu tubuh Wu Zheng Xing diketok, dia segera merangkak di lantai. Pastinya kepalanya bertambah dengan satu benjolan lagi. Benjolan itu lebih besar dari benjolan sebelumnya.
"Tidak...tidak ada yang memaksaku."
"Apakah kau ingin menjadi biksu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ingin...aku sangat ingin menjadi biksu, ingin sampai aku mati."
Kepala Wu Zheng Xing diketok lagi. Xin Wu Shi Tai berkata, "Mengapa seorang biksu sekali membuka mulut langsung bicara kematian?"
"Aku tidak akan berkata seperti, itu lagi...tidak akan," suara Wu Zheng Xing seperti yang ingin menangis.
"A Mi Ta Ba. Kesulitan ada di mana-mana, palingkan lah kepala itu daratan, letakkan lah senjatamu, segera menjadi Budha...." Xin Wu Shi Tai mulai membaca kitab suci, "Na Mo A Mi Ta Ba.'
Suara yang membaca kitab suci semakin keras. Wu Zheng Xing yang merangkak di lantai semakin kencang menangis.
Zang Hua terpaku. Dia bengong setelah lama dia baru membalikkan kepala. Dengan tertawa kecut dia melihat Ren Piao Ling, "Biksuni itu sangat pintar memaksa orang untuk menjadi biksu.
Dia juga sangat pintar membaca kitab suci."
"Kecuali bisa membaca kitab suci, dia juga pintar mengetok kepala Orang," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "mengetok kepala orang lebih pandai dibandingkan membaca kitab suci."
"Dia tidak salah tempat membaca kitab suci," kata Zang Hua, "tapi salah mengetok kepala orang."
"Seharus dia mengetok kepala siapa?" tanya Ren Piao Ling.
"Dia sendiri."
Tiba-tiba Xin Wu Shi Tai berhenti membaca kitab sucinya, dia membalikkan kepalanya melihat Zang Hua. Kemudian dia menggelengkan kepalanya, "Ternyata kau!"
"Ya ini aku."
"Mengapa kau datang lagi?" "Aku bisa pergi, mengapa tidak bisa kembali ke sini lagi?"
"Kalau sudah pergi seharusnya kau tidak kembali."
"Siapa yang bilang seperti itu?" tanya Zang Hua.
"Biksuni yang bicara."
"Mengapa biksuni bisa berkata seperti itu?"
"Biksuni bisa mengetok kepala orang," kata Xin Wu Shi Tai.
"Kelihatannya biksuni ingin mengusirku?" tanya Zang Hua menarik nafas.
"Pagi tadi aku sudah menyuruhmu pergi, sekarang kau malah kembali lagi," kata Xin Wu Shi Tai.
Mata Zang Hua berputar, segera dia berkata, "Kalau sekarang aku pergi, apakah ada yang akan memberiku uang?"
"Tidak ada."
"Kalau begitu aku tidak akan pergi."
"Mengapa?"
"Aku ke sini karena ada seseorang akan memberiku uang," kata Zang Hua sambil tertawa,
"kalau tidak ada orang yang memberiku uang, bagaimana aku bisa pergi?"
Xin Wu Shi Tai mulai marah, dia berkata, "Apakah kau tahu tempat apa ini?"
"Kalau pagi hari tempat ini adalah kuil biksuni sekarang pun tetap kuil biksu," Zang Hua melihat biksu-biksu yang masih duduk bersila di bawah.
"Pagi adalah kuil sekarang adalah kelenteng," jawab Xin Wu Shi Tai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memangnya kenapa kalau kelenteng?" tanya Zang Hua, "pelacur pun boleh bersembahyang, mengapa aku tidak boleh?"
"Kau datang untuk apa?"
"Berjudi."
"Kelenteng bukan tempat perjudian."
"Biksuni bisa memaksa orang menjadi biksu, mengapa aku tidak boleh berjudi di kelenteng?"
"Di sini banyak biksu, siapa yang bisa berjudi denganmu?"
"Biksu."
"Biksu tidak boleh berjudi," kata Xin Wu Shi Tai.
"Sudahlah, kalau adu mulut terus kau tidak akan bisa menang darinya," tiba-tiba Ren Piao Ling bicara, "dia pasti yang akan menang. Budha Ru Lai pun berjudi, kenapa biksu tidak boleh berjudi?"
"Benar," timpal Zang Hua.
"Siapa yang mengatakan kalau Budha Ru Lai berjudi" Dengan siapa Budha Ru Lai berjudi?"
"Dengan Shun Wu Kong," jawab Zang Hua.
"Mereka bertaruh apa?"
"Taruhannya adalah Shun Wu Kong tidak bisa keluar dari telapak tangan Budha Ru Lai," jawab Zang Hua.
"Sekalipun kau mempunyai alasan, tapi biksu tidak mempunyai uang," kata Xin Wu Shi Tai.
"Biksu tidak mempunyai uang, tapi biksuni bisa meminta uang kepada orang biasa."
"Meminta uang" Meminta uang kepada siapa?"
"Setahuku, biksu-biksu ini tadi pagi hanya orang biasa," kata Zang Hua, "apalagi ketua Wu Zheng Xing. Kalau dia menjadi biksu, berarti kantungnya harus kosong. Harta benda yang begitu banyak secara otomatis akan disumbangkan kepada para biksuni."
"Katanya biksuni mempunyai cara lebih banyak untuk meminta sumbangan dibandingkan dengan para biksu," kata Ren Piao Ling.
"Kadang-kadang merampok uang lebih pintar dari pada perampok itu sendiri."
Tiba-tiba Xin Wu Shi Tai terdiam. Dia melihat Zang Hua dan Ren Piao Ling dengan lama, kemudian dia berkata, "Dengan apa kalian akan bertaruh?"
"Aku," kata Zang Hua.
"Mana bisa orang dijadikan sebagai barang taruhan?"
"Bisa, kalau aku kalah, aku akan mengikutimu menjadi biksuni. Dan dia tetap menjadi biksu,"
kata Zang Hua. "kalau kau kalah maka kuil ini akan menjadi milikku, biksu-biksu itu pun menjadi milikku."
"Dengan cara apa kau kan bertaruh?" tanya Xin Wu Shi Tai.
"Kau senang mengetok kepala orang, kita bertaruh dengan cara mengetok kepala orang," kata Zang Hua.
"Mengetok kepala siapa?"
"Kau mengetok kepalaku, aku akan mengetok kepalamu," Zang Hua tertawa dan berkata lagi,
"siapa yang pertama kali bisa mengetok kepala lawannya, maka dia lah yang menang."
"Kepala bukan ikan kayu, kepala diketok akan pecah," dengan dingin Xin Wu Shi Tai bicara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Zang Hua mengedipkan matanya kepada Xin Wu Shi Tai dan berkata, "Apakah kau tahu kepala seperti apa yang mudah diketok hingga pecah?"
Tidak perlu dijawab, kepala botak lebih mudah diketok sampai pecah.
Tiba-tiba Xin Wu Shi Tai tertawa terbahak-bahak. Diiringi tawanya, tiba-tiba dia menghilang.
---ooo0dw0ooo---
Begitu pedang menusuk, darah pun bercucuran. Ternyata pedang itu menembus hingga ke dalam daging. Tidak terasa sakit, yang ada hanya sedikit rasa bingung. Bai Tian Yu sekarang tidak merasa sakit juga tidak takut, hanya ada kebingungan. Dia tidak menyangka kalau ujung pedang yang menusuk ke dalam dagingnya terasa dingin.
Pedang yang ada di belakangnya telah menusuk hingga merobek bajunya dan masuk ke dalam punggungnya.
Darah seperti hujan musim semi. Bai Tian Yu sudah siap menyambut datangnya kematian, waktu ini lah dia merasakan satu hal.
Hal yang membuatnya merasa senang.
Pedang yang menusuk dari belakang pada saat akan menembus jantungnya tiba-tiba berhenti.
Hawa pembunuh yang terdapat di ujung pedang pun segera menghilang.
Yin Hu bergerak saat itu juga. Begitu dia bergerak, pedang Bai Tian Yu akan ikut bergerak.
Tangan kiri Yin Hu bergerak sedikit. Dia sudah menembakkan 20 senjata rahasia berbentuk Biao. Kemudian dia membalikkan badan dan menembakkan 20 lebih senjata jarum dan mulut mengeluarkan 10 jarum sakti.
Seratus senjata rahasia. Dari semua penjuru menembak keluar. Ada yang cepat, ada juga yang lambat, ada yang menembak ke belakang dan tiba terlebih dulu. Ada yang saling beradu, kemudian berganti arah. Semua senjata rahasia mengarah kepada Bai Tian Yu.
Sekalipun Bai Tian Yu mempunyai seribu tangan tetap tidak akan sempat menyambut senjata rahasia itu. Untungnya dia mempunyai sebilah pedang.
Pedang Chun Yu.
Pedang yang diukir, bercahaya seperti bulan melengkung.
Cahaya melengkung seperti bulan yang ada di dalam air.
Air seperti bergerak, seperti bergoyang juga seperti menyebar.
Hanya ada satu pedang. Hanya satu kali kelebatan.
Seratus macam senjata rahasia itu seperti hujan jatuh ke dalam danau, tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
Sewaktu Yin Hu melihat cahaya melengkung itu, dia juga melihat cahaya seperti bulan sabit itu ada di dadanya lalu menghilang.
Begitu cahaya itu menghilang, Yin Hu melihat hal aneh lainnya. Hal yang dalam hidupnya belum pernah dia lihat, karena mata kirinya bisa melihat mata kanan. Mata kanannya pun bisa melihat mata kirinya.
Seorang manusia mana bisa mata kirinya melihat mata kanannya"
---ooo0dw0ooo---
Melihat Xin Wu Shi Tai tertawa, dan melihat dia menghilang.
Mengapa dia bisa menghilang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di sebuah ruangan besar di kuil Wu Xin An, semua ditutupi oleh papan-papan hijau yang terbuat dari batu. Xin Wu Shi Tai berdiri di atas papan-papan batu itu, sewaktu dia tertawa terbahak-bahak, papan batu itu tiba-tiba terbelah dan terbuka.
Begitu papan batu itu terbuka, Xin Wu Shi Tai jatuh ke dalamnya kemudian papan itu segera menutup kembali.
Melihat keadaan ini Zang Hua sangat kaget.
Ren Piao Ling juga melihatnya, dia juga terpaku. Tapi kemudian dia tertawa, dia tertawa dan berkata kepada Zang Hua, "Sepertinya dia tidak ingin bertaruh denganmu."
"Dia tahu kalau kepalanya sangat mudah diketok hingga pecah," Zang Hua juga tertawa.
"Apakah kau benar akan mengetok kepalanya?" "Hanya satu ketokan saja kepalanya pasti akan sobek."
"Mengapa?" tanya Ren Piao Ling, "Xin Wu Shi Tai sangat terkenal, secara garis besar dia bukan orang yang sangat jahat."
"Tapi dia tidak boleh memaksa orang untuk menjadi biksu."
"Pengemis pun boleh menjadi biksu, yang membuka kantor Biao pun boleh menjadi biksu," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "mungkin mereka sendiri yang menginginkannya...."
Kalimat ini belum selesai, biksu-biksu yang ada di dalam ruangan itu berteriak, "Kami tidak ingin menjadi biksu."
"Kami mempunyai anak, istri, dan ibu. Kami hidup dengan bahagia, mengapa harus menjadi biksu?"
"Orang biasa mana mau menjadi biksu?"
Suara Wu Zheng Xing lah yang paling keras. Dia berlutut dan berkata, "Kami dipaksa menjadi biksu, kami berharap Pendekar Ren bisa menegakkan keadilan untuk kami."
"Hai!" Ren Piao Ling menarik nafas, "tadinya aku mengira kalau kau adalah laki-laki sejati, tapi nyatanya begitu dipaksa kau mau saja menjadi biksu."
"Kalau kami tidak mau menjadi biksu, dia akan mengambil nyawa kami," kata Wu Zheng Xing.
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian semua berjumlah 20-30 orang, masa takut dengan seorang biksuni?" tanya Zang Hua.
"Biksuni itu sangat galak dan jahat, ilmu silatnya pun tinggi," kata Wu Zheng Xing, "dan ada 2
orang yang wajahnya selalu ditutup, siap membantunya."
"Dua orang yang bertopeng?"
"Apakah dengan gabungan diri kalian masih tidak bisa melawan mereka?" tanya Zang Hua.
"Kalau bisa mengalahkan, kami tidak akan mau menjadi biksu," kata Wu Zheng Xing.
Zang Hua bertanya lagi, "Kenapa dia memaksa kalian menjadi biksu" Apakah dengan begitu dia mendapat kebaikan?"
"Yang pasti dia akan mendapatkan kebaikan."
"Apa kebaikannya?"
"Katanya jika kita menjadi biksu, semua hati akan menjadi kosong," kata Wu Zheng Xing,
"begitu kami menjadi biksu, harta kekayaan* kami akan menjadi miliknya."
"Kalau begitu aku juga ingin mengetok kepalanya," kata Ren Piao Ling sambil tertawa kecut.
"Bukan mengetok hingga pecah sedikit, melainkan membocorkan kepalanya," kata Zang Hua.
Ren Piao Ling berpikir sejenak lalu dia berkata, "Ke mana perginya Xin Wu Shi Tai" Kenapa dia mengijinkan Xin Wu An melakukan semua ini ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Manusia bisa berubah," kata Zang Hua, "mungkin kedua orang yang wajahnya bertopeng itu adalah salah satu adalah Xin Wu Shi Tai?"
"Benar," tanggap Wu Zheng Xing, "biksuni ini sepertinya sangat menurut kepada kedua orang yang wajahnya bertopeng itu."
"Para biksuni itu tidak akan melepaskan kami," wajah-wajah para biksu ini terlihat ketakutan.
"Kalian jangan takut, kalau dia berani mengejar kalian, masih ada Pendekar Ren yang bisa menghadangnya," kata Zang Hua.
"Betul, dengan adanya Pendekar Ren, jadi kami merasa tenang."
Kata-kata ini belum selesai, biksu-biksu yang ada di dalam sudah berebut ingin keluar. Ada yang berjalan melalui pintu, ada yang melalui jendela. Hanya dalam waktu sekejap mereka semua sudah lari keluar dari kuil.
Tidak ada yang mengerti, mengapa Xin Wu Shi Tai tidak menampakan diri. 2 orang yang wajahnya bertopeng itu pun tidak kelihatan muncul.
"Wibawamu sangat besar," kata Zang Hua tertawa, "biksu-biksu itu sudah melarikan diri, para biksuni pun tidak berani mengejar mereka."
Ren Piao Ling tertawa kecut, "Lain kali jika bertemu dengan hal-hal seperti ini, jangan mengangap itu adalah karena Pendekar Ren."
"Kalau bukan karenamu, lalu karena siapa?"
"Kau sendiri juga bisa! Bukankah ilmu silatmu juga tinggi?"
"Aku memang ingin mengatasinya sendiri, tapi wibawaku tidak cukup besar."
"Kau terlalu sungkan."
Zang Hua tertawa. Tiba-tiba dia bertanya, "Menurutmu biksuni yang jatuh ke bawah, kemana dia akan jatuh?"
"Kita ikuti saja kemana dia jatuh, bukankah kita akan segera tahu?"
Begitu selesai bicara, Ren Piao Ling pun menghilang.
Tempat Ren Piao Ling berdiri dan tempat Xin Wu Shi Tai jatuh, posisinya tidak sama. tapi tempat mereka berpijak tetap bisa dibuka. Karena itu Ren Piao Ling segera terjatuh ke bawah.
Tapi saat Zang Hua menendangnya, papan batu itu tetap tidak bisa dibuka karena itu dia merasa kaget.
Papan batu itu sangat tebal, sela-sela papan pun sangat padat, tidak ada yang tahu di mana tombol pembukanya.
Ruangan itu kembali sepi. Zang Hua melihat ruangan besar itu, dia mulai gemetar.
---ooo0dw0ooo---
BAB 7 Siapa pembunuh Xin Wu Shi Tai"
Pedang membawa cahaya bulat.
Darah bercipratan seperti angin yang lewat.
Angin musim semi berhembus, air mengalir. Bulan yang terpantul di atas permukaan air seperti menjadi besar dan lebar.
Semakin lebar... dan lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mata Yin Hu ikut melebar. Mata kirinya bisa melihat mata kanannya. Matanya semakin melebar, kemudian terbelah menjadi dua dan jatuh kepada kedua belah sisi.
Pedang bergerak begitu cepat, itulah pedang setan.
Sekali mengangkat pedang, dia bisa menepis senjata rahasia sebanyak 100 macam lebih, dan pada saat yang sama dia membelah tubuh Yin Hu menjadi dua dengan pedangnya.
Pedang itu tetap menancap di punggung Bai Tian Yu, begitu dia maju selangkah. Pedang itu segera terlepas, dengan perlahan-lahan dia membalikkan badannya.
Setelah dia membalikkan badan, dia melihat ada sepasang mata yang dipenuhi dengan air mata yang melihatnya.
Mata ini sarat dengan perasaan, tapi juga terlihat seperti menyesal dan ada kepasrahan di matanya.
Bai Tian Yu melihat sepasang mata itu. Wajahnya sama sekali tidak terlihat marah atau kaget, Bai Tian Yu terlihat mengerti dan juga sudah memaafkan orang itu.
Mereka saling memandang dengan diam dan lama. Akhirnya Bai Tian Yu menarik nafas dan berkata, "Aku tahu itu adalah perbuatanmu."
"Ya, memang perbuatanku."
"Hanya kau yang baru bisa membuat strategi seperti ini, hanya kau yang baru bisa mengeluarkan tusukan seperti ini, hanya kau yang baru bisa?"
"Baru bisa pada saat yang tepat berhenti," Matanya terlihat sarat dengan perasaan, "Apakah kau tahu, mengapa bisa seperti ini?"
Bai Tian Yu terdiam.
Laki-laki pintar dalam situasi seperti itu lebih baik memilih untuk berdiam diri. Tapi perempuan itu tidak puas dengan jawabannya, dia bertanya lagi, "Apakah kau tahu apa alasannya?"
Bai Tian Yu tidak bisa tidak menjawab lagi, dia menarik nafas dan berkata, "Pedang sudah masuk kedalam tubuhku, tapi mengapa kau malah menghentikannya?"
Jawaban apakah ini"
Hanya laki-laki pintar yang baru bisa menjawab seperti itu.
Perempuan itu sepertinya sangat puas dengan jawaban yang diberikan oleh Bai Tian Yu.
"Hanya karena kau dan hanya karena kau lah, aku bisa menghentikan tusukan pedangku."
Bai Tian Yu tetap mendengar, dia hanya bisa mendengar saja saat ini.
"Aku menghabiskan begitu banyak waktu dan tenaga, agar kau mati," dia berkata dengan lembut, "tapi sewaktu aku menusukkan pedang ke dalam tubuhmu, akupun malah merasa hatiku pun tertusuk oleh pedang."
Perasaan yang ada di matanya terlihat seperti kabut. Dia melihat Bai Tian Yu dan berkata lagi,
"Pedang itu ditusukkan ke tubuhmu tapi rasa sakitnya seperti pedang yang ditusuk ke dalam tubuhku. Apakah kau tahu apa penyebabnya?"
Bagaimana harus menjawab pertanyaan ini"
"Karena aku mencintaimu."
"Aku mencintaimu." ketiga kata ini terdengar begitu biasa kecuali kau pernah mendengarnya atau pernah menjawab tidak, maka kau tidak akan mengerti dengan arti 3 kata ini, tidak mengerti bagaimana pahit, manis, dan sedihnya perasan hati"
Untuk mengucapkan 3 kata ini yaitu *Wo Ai Ni', kadang-kadang kau harus melewati jalan yang panjang dan sulit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengucapkan ketiga kata ini, kau harus menerima masa depan yang belum kau ketahui, apakah masa depanmu akan manis atau akan .menyedihkan" Atau malah terasa lebih pedih"
Ribuan tahun yang lalu banyak orang yang telah mengungkapkan ketiga kata ini.
Setelah berlangsung selama ribuan tahun, sekarang pun tetap banyak orang yang
mengucapkan ketiga huruf ini.
Walaupun kau sendiri yang mengatakannya atau mendengarnya sendiri atau bahkan kau sendiri yang mengalaminya, kau tetap akan merasakannya sendiri.
"Karena aku mencintaimu.''
Menghadapi perempuan seperti ini, mendengar kata-kata itu, Bai Tian Yu tidak tahu apa yang harus dia jawab.
Dari kejauhan tampak awam hitam. Awan ini menutupi matahari yang akan terbenam.
Sore akan segera berlalu dan malam pun akan datang.
Hujan belum turun, tapi angin besar sudah berhembus ke tempat ini.
Angin besar meniup jendela. Jendela terus berderit, pintu pun ikut terus berbunyi. Di dalam Wu Xin An kecuali Zang Hua, yang terdengar adalah suara angin.
Zang Hua melihat patung Guan Yin yang berada di atas meja. Dia mundur selangkah demi selangkah, dia bukan takut hanya tidak suka dengan suasana yang begitu seram. Angin masih berhembus. Ruang besar yang kosong hanya ada Zang Hua. Tiba-tiba dia merasa kalau ruangan itu ternyata sangat besar. Rumah makin besar, maka penghuni akan merasa semakin kecil dan sendirian, semakin membuat orang merasa takut.
Tiba-tiba Zang Hua membalikkan badannya dan lari ke halaman. Di luar angin berhembus sangat besar. Begitu Zang Hua keluar dari ruangan itu, angin besar berhembus lagi. Angin meniup rambut-rambut dari kepala orang yang telah dicukur. Beribu-ribu helai rambut tiba-tiba menggulung ke arahnya, menggulung ke arah lehernya dan juga ke wajahnya.
Semua ini terasa sangat ringan, lembut, dan dingin seperti ada beribu-ribu pasang tangan setan yang meraba ke wajahnya dan mencoba mencekik tenggorokannya.
Zang Hua tidak- pernah merasa takut, tapi keadaan sekarang membuatnya menjadi sesak nafas. Tiba-tiba dia bersalto dan dengan cepat kembali ke ruangan besar itu.
Dengan cepat dia menutup pintu dan dihalangi oleh badannya. Setelah lama dia baru bisa bernafas dengan teratur. Angin masih bertiup. Sebuah jendela yang tertiup angin tampak terbuka kemudian terdengar suara petir, hujan pun turun.
Akhirnya hujan angin datang juga.
Zang Hua melihat ruangan besar ini, tiba-tiba dia berteriak, "Ren Piao Ling, di mana kau berada?"
Suasana begitu gelap, ruangan itu lebih gelap lagi.
Sewaktu Zang Hua ingin mencari lilin dan siap untuk dinyalakan, tiba-tiba dia mendengar di belakangnya ada suara aneh. Suara itu seperti suara tirai yang digulung.
Dengan cepat dia membalikkan badannya. Segera dia melihat tirai yang tadinya lurus, sekarang terguling dan sedang digulung oleh sepasang tangan setan yang tidak terlihat.
.. Walaupun Zang Hua bukan seorang yang penakut, tapi begitu melihat keadaan seperti itu, bulu kuduknya pun merinding.
Tirai tergulung, dari balik dinding terlihat sebuah pintu. Di balik pintu sangat gelap, tidak terlihat apa pun di sana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa di sana" Keluarlah!"
Tidak ada yang menjawab, bayangan orang pun tidak terlihat, Cang Hua melangkah mendekati pintu itu. Dia berjalan dengan pelan, akhirnya dia memberanikan diri masuk ke balik pintu itu.
Di balik pintu ternyata ada ruang rahasia. Tidak ada jendela di sana karena itu adalah ruang rahasia, terlihat lebih gelap lagi. Tapi Zang Hua masih bisa melihat bayangan seseorang yang sedang duduk bersila di bawah.
Seseorang dengan kepala botak.
Zang Hua mendekat dan dengan teliti melihat orang yang kepalanya botak ini.
Ternyata dia adalah seorang biksuni.
Zang Hua baru melihat kalau biksuni botak itu adalah biksuni yang tadi melarikan diri ke bawah, yaitu Xin Wu Shi Tai.
Dia berada di sini, tapi di manakah Ren Piao Ling"
"Hai! Mengapa kau ada di sini?" tanya Zang Hua.
Xin Wu Shi Tai tidak menjawab, juga tidak begerak. Matanya pun malas untuk dibuka, dia seperti orang tuli.
"Jangan berpura-pura menjadi bisu dan tuli!" teriak Zang Hua, "walaupun kau tidak menjawab, aku tetap ingin mengetok kepalamu."
Xin Wu Shi Tai tetap tidak menjawab, dia seperti berpura-pura menjadi bisu dan tuli.
"Apakah kau mengira aku tidak berani melakukan ancamanku?"
Kalau Zang Hua sudah marah, dia berani melakukan apa pun. Segera dia berjalan mendekari biksuni itu dan benar-benar akan mengetok kepala Xin Wu Shi Tai.
Karena kepalanya diketok, maka badan Xin Wu Shi Tai pun bergoyang kemudian dengan pelan-pelan dia roboh.
"Kau kenapa?" tanya Zang Hua dengan dingin, "kau masih ingin berpura-pura mati?"
Zang Hua menarik baju Xin Wu Shi Tai pada bagian depannya.
Wajah Xin Wu Shi Tai yang tadinya merah dan terang, sekarang berubah menjadi abu seperti mati.
Wajahnya berwarna abu, ada darah yang menetes dengan perlahan dari dahinya. Mengalir melalui alis, mata kemudian hidung dan masuk ke dalam mulutnya.
Xin Wu Shi Tai ternyata sudah mati.
Zang Hua kaget, dia mundur selangkah. Xin Wu Shi Tai pun segera jatuh ke depan.
Begitu dia terjatuh, Zang Hua baru tahu bahwa kepalanya sudah berlubang. Dan darah keluar dari lubang itu.
"Apakah karena aku yang mengetok kepala itu hingga berlubang?"
Tentu bukan. Mengenai ketokannya tadi, Zang Hua sangat yakin tidak akan terjadi seperti itu, apalagi tubuh Xin Wu Shi Tai sudah menjadi dingin dan kaku. Kelihatannya dia sudah mati sejak tadi.
Siapa yang telah membunuh Xin Wu Shi Tai"
Apakah Ren Piao Ling"
Sekarang dimana dia berada"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana pun dia harus segera meninggalkan rumah setan ini. Zang Hua membalikkan badannya bersiap akan pergi, sekarang dia baru menyadari satu-satunya pintu masuk ke ruangan ini sudah terkunci dan digembok dari luar.
Dengan cara apa pun pintu itu tetap tidak bisa dibuka. Akhirnya Zang Hua menendang pintu itu, tapi segera jari-jari kakinya terasa sakit seperti hampir putus.
Walaupun pintu ini tidak terbuat dari besi tapi papan pintu itu lebih kuat dari besi. Sekalipun Zang Hua memegang golok, belum tentu dia bisa membelah pintu itu. '
Dinding yang ada di sekeliling ruangan itu malah terlihat lebih tebal lagi.
Tiba-tiba Zang Hua merasa kalau dia seperti seekor binatang yang terkurung. Dia merasa marah, takut, dan juga sedih.
Yang paling menyedihkan adalah dia sama sekali tidak tahu siapa yang telah memasang perangkap ini.
---ooo0dw0ooo---
Air hujan masuk melalui atap yang telah bocor. Angin besar masuk dari pintu usang dan masuk ke Wang Cia Qi.
Angin dan hujan membasahi rambut, baju dan tubuhnya, tapi tidak bisa mencuci bersih perasaan sayang yang terlihat di matanya.
Melihat mata yang sarat dengan perasaan sayang, melihat mata yang dipenuhi dengan perasaan manis seperti madu, hati Bai Tian Yu dibuat mabuk dan juga sedih.
Siapa laki-laki di depan sepasang mata yang begitu penuh dengan perasaan sayang, tidak akan menjadi mabuk kepayang"
"Untuk apa?" Bai Tian Yu menarik nafas, "apakah ini pantas?"
"Bukan dengan kata-kata bertanya untuk apa" Apakah hal ini pantas untuk dijelaskan."
Perempuan itu berkata dengan setengah berbisik, "Aku tahu bahwa sejak awal kau tidak pernah memandangku, tapi aku tidak peduli dengan semua itu."
"Kalau...kalau di Wisma Shen Jian tadi kau tidak mengenakan baju seperti itu dan tidak berkata-kata seperti itu, mungkin...."
Ternyata mata perempuan yang terlihat lembut dan penuh dengan rasa sayang itu, dan yang telah menusuk Bai Tian Yu dari belakang tak lain adalah Xie Xiao Yu.
"Mungkin apa?" Xie Xiao Yu terus melihat Bai Tian Yu. "mungkin akhirnya akan sama saja."
"Mungkin," Bai Tian Yu tertawa, "mungkin juga tidak sama."
Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana jawabannya.
Peristiwa yang belum terjadi, siapa yang akan tahu akhir ceritanya"
Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu, dia bertanya, "Kalau kau ingin membunuhku, sewaktu di Wisma Shen Jian kau memiliki banyak kesempatan, mengapa kau tidak membunuhku?"
Di Wisma Shen Jian memang banyak kesempatan untuk membunuh Bai Tian Yu. Dan tidak perlu melibatkan Xie Xiao Yu.
"Bila di dalam Wisma Shen Jian aku membunuhmu, berarti secara otomatis menjelaskan kepada orang-orang dunia persilatan kalau kau sudah mati di Wisma Shen Jian?"
Mati di Wisma Shen Jian, berarti mati di tangan Xie Xiao Yu. Semua orang akan tahu kalau Tuan Xie Xiao Feng tidak membunuh Bai Tian Yu.
"Dan kami tidak akan mengijinkanmu mati di Wisma Shen Jian, kau harus mati di sini," jelas Xie Xiao Yu, "kalau kau mati di sini, rencana kami berikutnya baru bisa berjalan lancar."
"Rencana apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akans memberitahukannya kepadamu, tapi tidak saat ini."
"Kapan?"
"Saat kau telah pergi jauh."
"Pergi jauh?" Bai Tian Yu terpaku, "mengapa aku harus pergi jauh?"
"Karena aku," Xie Xiao Yu melihatnya, "hari ini aku tidak akan membunuhmu. Perkumpulanku tidak akan melepaskanku begitu saja. Mereka akan mencari orang lain untuk membunuhmu karena itu kau harus membawaku pergi dari sini. Membawaku meninggalkan orang-orang itu."
Mata Xie Xiao Yu dipenuhi dengan air mata dan terus melihat pada Bai Tian Yu.
"Mencari sebuah tempat di mana tidak ada seorang pun yang kenal dengan kita, kita akan membangun rumah, kita akan menanam sayur dan padi. Pagi kau akari bekerja di ladang, sedangkan aku akan memasak nasi dan sayur sambil menunggumu pulang. Aku juga akan menyiapkan arak yang kau sukai. Kemudian aku akan menemanimu minum."
Ini adalah gambaran sebuah keluarga yang begitu hangat dan manis. Bai Tian Yu sejak dulu sudah menginginkan hal ini tapi belum saatnya.
Dia harus menyelesaikan dulu hidupnya sekarang baru bisa menikmati kehidupan seperti itu.
Itulah tujuannya masuk ke dunia persilatan.
Apakah tujuannya"
Apakah ingin dikenal orang"
Kalau hanya ingin terkenal saja, sekarang dia sudah sangat terkenal. Kalau bukan karena ingin terkenal, jadi dia melakukannya karena apa"
Hujan terus turun. Hujan membasahi Xie Xiao Yu. Air hujan membasahi badannya, membuat lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas.
Tubuh seperti setan.
Tubuh seperti ini lah yang diinginkan oleh setiap laki-laki. Bisa mendapatkan seorang istri seperti Xie Xiao Yu merupakan suatu hal yang menyenangkan dan juga membanggakan.
Mata Xie Xiao Yu dipenuhi dengan air mata, semua ini malah menambah daya tarik
kecantikannya. Wajahnya seperti bidadari, lekukan badannya seperti setan.
Perempuan seperti ini, laki-laki mana yang bisa tahan menghadapinya"
"Di rumah kita nanti tidak akan ada pedang, golok, tidak akan ada dendam dunia persilatan, tidak ada kebencian, semua kejelekan dunia persilatan, tidak akan ada di rumah kita yang kedi,"
suara Xie Xiao Yu terdengar sangat lembut, "di sana hanya akan ada aku dan kau. Mungkin 2-3
tahun lagi" rumah kita akan bertambah 1 orang."
Bertambah satu orang" Ditambah dengan siapa"
Pastinya buah hasil perkawinan mereka.
"Hidup seperti itu alangkah baiknya," kata Xie Xiao Yu, "apakah kau menyukainya?"
Suka, yang pasti sangat suka. Ada perempuan seperti Xie Xiao Yu yang menemaninya. Asalkan dia adalah laki-laki normal dia pasti akan sangat menyukainya.
Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu yang berada di bawah siraman air hujan, tiba-tiba dia menarik nafas dan berkata, "Tapi sayang aku hanya Bai Tian Yu."
Kata-kata apakah ini" Apa maksud kata-katanya" Tapi Xie Xiao Yu mengerti apa yang dimaksud oleh Bai Tian Yu. Dia ikut menarik nafas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sudah tahu kalau kau tidak akan mau menemaniku pergi dan aku memang harus membunuhmu," kata Xie Xiao Yu, "bila menuruti sifatku, benda yang aku tidak dapat kuperoleh, orang lain jangan harap bisa mendapatkannya. Karena Aku tidak bisa mendapatkan cintamu tapi aku bisa membunuhmu."
Dia menarik nafas lagi dan berkata, "Tapi sayang walau aku tidak mendapatkan hatimu tapi aku juga tidak tega membunuhmu, sekarang aku harus bagaimana?"
Bagaimana" Bai Tian Yu harus bagaimana" Kecuali hanya bisa tertawa kecut, Bai Tian Yu tidak bisa melakukan apa pun. Membunuh Xie Xiao Yu.
Sebenarnya Bai Tian Yu harus membunuh Xie Xiao Yu, kalau dia tidak ingin membunuh Xie Xiao Yu, paling sedikit dia harus bertanya kepada Xie Xiao Yu, mengapa dia ingin membunuh Bai Tian Yu" Apakah sebenarnya rencana mereka" Seperti apakah perkumpulan mereka" Siapa saja yang ada didalam perkumpulan" Yang terpenting, siapakah ketua mereka" Tapi Bai Tian Yu tidak bertanya kepada Xie Xiao Yu dan juga tidak membunuh Xie Xiao Yu. Bai Tian Yu hanya tertawa kemudian berkata, "Aku harus bagaimana sekarang" Menurutmu aku harus melakukan apa?"
"Pergi, cepat pergi! Pergi ke tempat jauh. Kalau bisa jangan melihatku lagi," kata Xie Xiao Yu,
"aku tidak tega membunuhmu tapi orang lain pasti akan membunuhmu."
Kemudian Xie Xiao Yu melihat Chun Yu yang ada di tangan Bai Tian Yu. Dia berkata, "Walaupun kau mempunyai Chun Yu, dan bisa menggunakan jurus setan tapi begitu kau bertemu dengan ketua kami, jurusmu hanya akan terlihat seperti seorang anak kecil yang sedang bermain pedang."
"Ketua" Siapakah dia?"
"Tentu saja beliau adalah ketua perkumpulan kami," jawab Xie Xiao Yu, "hayo cepat pergi!"
---ooo0dw0ooo---
Di ruangan rahasia suasana lebih gelap dan lebih sempit. Zang Hua mulai merasa sesak nafas.
Darah yang berasal dari kepala Xin Wu Shi Tai mulai membeku. Mungkin saja dia tahu siapa yang telah membunuh Xin Wu Shi Tai. Mungkin juga dia tidak tahu siapa yang telah Xin Wu Shi Tai.
Siapakah yang tahu"
Tidak terdengar suara hujan, tidak terdengar suara angin, ruangan rahasia ini benar-benar seperti kuburan.
Apakah mereka memang berniat mengubur Xin Wu Shi Tai di sini"
Tapi bagaimanapun juga dia dan Xin Wu Shi Tai sudah ada di dalam kuburan ini. Dalam mimpi pun Zang Hua belum pernah berpikir kalau dia akan terkubur bersama-sama dengan seorang biksuni.
Ruang rahasia itu terasa semakin panas dan juga semakin membuat orang menjadi sesak nafas. Menurut perhitungan Zang Hua, dia hanya bisa bertahan setengah jam lagi. Jika dalam setengah jam ini tidak ada orang yang datang untuk menolongnya, maka selamanya dia akan tertidur di sini.
Begitu teringat tidur, Zang Hua baru sadar kalau dia merasa sangat lelah. Kedua kaki terasa kaku karena terus berdiri. Dia menggerakkan sepasang kakinya kemudian dia bersandar ke dinding dan duduk.
Baru saja dia duduk, dia mendengar suara aneh lagi. Suara ini berasal dari bawah tanah.
Dia belum bisa membedakan suara itu, tiba-tiba dia melihat papan batu itu terbalik, muncul kepala seseorang dari lubang itu.
"Ren Piao Ling.
Begitu melihat dia, Zang Hua merasa kaget dan juga senang, dia berteriak kegirangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ren Piao Ling melihat Zang Hua, dia juga kaget. Begitu melihat Xin Wu Shi Tai yang tergeletak di bawah, dia bertambah kaget lagi.
"Mengapa kau mengetok kepalanya hingga pecah?"
"Aku baru saja akan bertanya kepadamu, walaupun kau sangat ingin mengetok kepalanya, tidak perlu sampai mengambil nyawanya," kata Zang Hua.
"Siapa yang mengetok kepalanya" Dia ada di mana, aku juga tidak tahu."
"Bukankah saat dia menghilang, kau pun ikut menghilang?" tanya Zang Hua.
"Tapi sewaktu aku terjatuh, aku tidak melihatnya," jawab Ren Piao Ling.
Zang Hua terpaku, "Kau melihat apa saja di sana?"
"Apa pun tidak terlihat, di bawah sana ternyata tidak ada apa-apa," jelas Ren Piao Ling,
"walaupun ada, aku tidak bisa melihatnya."
"Mengapa?"
"Karena di bawah sana tidak ada lampu dan suasana sangat gelap. Aku bukan kelelawar, aku tidak bisa melihat apa pun."
"Mengapa kau bisa muncul di sini?"
"Karena di sana ada tangga, setelah aku meraba-raba dengan lama aku baru bisa sampai di sini," jawab Ren Piao Ling, "begitu menaiki tangga, papan batu itu terbalik. Aku mengira kau yang ada di atas ingin menolongku."
Zang Hua tertawa kecut, "Mana sanggup aku menolong Ren Piao Ling."
"Jangan bergurau. Sewaktu aku datang, dia memang sudah seperti itu."
"Siapa yang telah membunuhnya?"
"Hanya setan yang tahu."
Ren Piao Ling berpikir sebentar dan bertanya, "Mengapa kau di sini terus?"
"Kau mengira aku tidak ingin pergi dari sini?"
"Aku mengira kau sedang menungguku."
"Siapa yang menunggumu?" wajah Zang Hua memerah dan berkata lagi, "aku tidak tahu kalau kau bisa keluar dari sana."
"Kalau kau tidak sedang menungguku, mengapa kau tidak pergi dari sini?"
"Karena aku tidak bisa pergi."
"Mengapa?"
"Begitu aku masuk ke sini, pintu sudah dikunci dari luar."
"Siapa yang menutup pintu itu?" Zang Hua mengangkat bahunya. "Apakah kau tidak mencoba untuk mendorong pintu?"
"Aku sudah mencobanya."
"Mungkin kau
Pendekar Kelana 6 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Bentrok Para Pendekar 7
kau adalah putrinya."
Xie Xiao Yu terlihat lebih senang.
"Aku memang putrinya," tiba-tiba tawa Xie Xiao Yu berhenti, dia balik bertanya kepada Bai Tian Yu, "mengapa kau menanyakan hal ini" Apakah kau curiga kalau aku bukan putri Xie Xiao Feng?"
"Kau tidak mirip Xie Xiao Feng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak mirip?" tanya Xie Xiao Yu, "apakah bila menjadi putri ayahku harus mempunyai persyaratan khusus?"
"Tidak juga," kata Bai Tian Yu sambil tertawa, "dalam pikiran semua orang, putri Xie Xiao Feng seharusnya sebagai seorang pendekar perempuan."
"Apakah Kakak Bai lupa, orang pasti mempunyai sifat keturunan?"
"Sifat keturunan?"
"Waktu ayahku masih muda dulu dia seorang hidung belang."
"Berita mengenai hubungan ayahmu dengan perempuan-perempuan sangat terkenal, seperti juga dia terkenal karena pedangnya."
"Paling sedikit putrinya memiliki sifat yang diturunkan dari ayahnya," Xie Xiao Yu tertawa,
"kalau aku adalah putranya, banyak perempuan yang akan tertarik padaku."
Bai Tian Yu tidak bisa menyangkal untuk hal ini. "Tapi aku adalah putrinya, aku hanya bisa merayu laki-laki," kata Xie Xiao Yu, "kalau aku adalah gadis pendiam dan penurut malah terlihat tidak seperti putri Xie Xiao Feng."
Bai Tian Yu pun setuju dengan hal ini, kemudian Xie Xiao Yu berkata lagi, "Ayahku memang menyukai perempuan, tapi perempuan yang dia pilih pasti sangat cantik. Kecantikan perempuan ini benar-benar sulit dicari kekurangannya."
Bila Xie Xiao Feng menilai seorang perempuan lebih terkenal daripada pedangnya. Perempuan yang dia pilih pasti perempuan yang disukai oleh semua laki-laki.
Karena Xie Xiao Yu adalah putri Xie Xiao Feng, maka dia pun bisa menilai laki-laki. Laki-laki yang dia nilai baik adalah laki-laki paling terkenal.
Xie Xiao Yu tidak mengeluarkan kata-kata ini, tapi matanya telah memancarkan isyarat ini dan juga sudah menjawab pertanyaan yang belum sempat ditanyakan oleh Bai Tian Yu.
Bai Tian Yu tertawa, dia menikmati keberanian perempuan ini. Walaupun dia pernah bertemu dengan perempuan yang seperti ini, tapi itu pun hanya sikap mereka pada waktu mereka mengejar laki-laki yang mereka sukai.
Begitu mereka mengaku suka kepada laki-laki ini, maka mereka akan berpura-pura.
Tapi saat menikmati adalah menikmati. Ini adalah cerita yang berbeda lagi.
"Sepertinya kau sudah memilihku," kata Bai Tian Yu sambil tertawa.
"Kau adalah laki-laki istimewa," kata Xie Xiao Yu, "tidak ada seorang laki-laki pun yang bisa bersaing denganmu."
"Caramu memilih laki-laki sangat istimewa," kata Bai Tian Yu sambil melihatnya, "dan caramu melayani laki-laki ternyata lebih istimewa lagi."
"Karena aku adalah gadis istimewa, bila dia bukan laki-laki istimewa, aku tidak akan suka kepadanya," Xie Xiao Yu pun balas melihatnya, "walaupun dia laki-laki istimewa tapi jika dia tidak bisa melewati ujian tadi, aku tetap tidak akan suka kepadanya."
"Yang kau maksud tadi ujian khusus adalah dengan bajumu ini, yang bisa membuat pikiran laki-laki menjadi bermacam-macam."
"Itu hanya salah satunya," Xie Xiao Yu tertawa, "aku memakai baju ini hanya untuk menguji apakah mereka tahu seperti apa keindahan itu" Jika hanya gara-gara tubuhku ini lalu timbul rasa birahi, laki-laki semacam itu...."
Xie Xiao Yu tertawa dan menggelengkan kepalanya.
Bai Tian Yu melihatnya dengan lama, baru berkata, "Kau adalah gadis kecil, mengapa begitu mengerti....hal ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau kira aku sudah bukan...bukan...." segera Bai Tian Yu berkata, "Aku percaya kepadamu."
Xie Xiao Yu juga bisa marah, dia berkata, "Apakah kau benar-benar percaya?"
"Ya aku percaya."
"Apakah kau galak kepada seorang perempuan?"
"Belum tentu," Bai Tian Yu melihatnya, "kadang-kadang aku bisa sangat galak."
Wajah Xie Xiao Yu mengeluarkan cahaya merah. Dia menempel ke tubuh Bai Tian Yu. Dengan manja dia berkata, 'Aku tidak takut kalau kau galak, semakin galak aku semakin suka."
Bai Tian Yu tidak berkata apa-apa lagi. Dia sudah mulai bergerak.
Gerakan apalah yang dilakukan olehnya"
-ooodwooo- BAB 4 Bunga tidak dapat berbicara
Tempat tinggal Hua Yu Ren bernama Hua Sheng Xuan.
Bunga memang tidak bisa bicara, tapi mengapa bisa terdengar suaranya"
Kadang-kadang tidak ada suara kelihatannya lebih baik dari pada ada suara.
Sekarang di Hua Sheng Xuan tidak terdengar suara apa pun, ada 3 orang tapi sama sekali tidak ada suara. Mereka hanya diam melihat keadaan rumah yang berantakan.
Begitu melihat keadaan didalam rumah, siapa pun akan tahu kalau di dalam telah terjadi pertarungan.
Yang pertama buka suara adalah Zai Si.
'"Walaupun Hua Man Xue belum pernah memperlihatkan ilmu silatnya, tapi aku percaya kalau ilmu pedangnya sangat tinggi," kata Zai Si, "karena dia pernah tinggal di Nan Hai Xing Shuo selama 3 tahun."
Perkumpulan Duo Qing Men yang berada di Nan Hai Xing Shuo terkenal dengan ilmu
pedangnya. "Karena itu aku percaya kalau ilmu pedang Hua Yu Ren pun sangat baik," Zai Si berkata lagi,
"lihatlah bekas yang ada di kursi, itu adalah bekas sabetan sebuah pedang."
"Memang itu adalah bekas sabetan pedang, mengapa sabetannya ditinggalkan oleh Hua Yu Ren" Mengapa bukan orang lain?" Huang Fu Qing Tian bertanya.
"Karena bekas tebasan pedang itu tidak dalam, berarti orang itu kurang tenaga pada saat mengayunkan pedang," kata Zai Si, "orang yang datang untuk menculik Hua Yu Ren mempunyai ilmu silat yang tinggi, tenaganya pun pasti besar karena itu bekas yang tertinggal di sini pasti milik Hua Yu Ren."
"Bukankah tadi kau mengatakan kalau ilmu pedang Hua Yu Ren cukup tinggi, mengapa masih bisa kekurangan tenaga?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Lihatlah, bekas tebasan pedang yang pertama terlihat lebih dalam kemudian menipis, sepertinya dalam sekali tusuk tenaganya segera habis," kata Zai Si, "kalau bukan karena ilmu pedangnya sangat tinggi, mana mungkin dia bisa segera menarik tenaga kembali tenaga yang sudah dikeluarkan olehnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Melihat keadaan rumah ini, yang datang sekitar 4 orang," akhirnya Ren Piao Ling membuka suara, "kalau ilmu silat Hua Yu Ren tidak tinggi, keadaan rumah tidak akan seperti ini."
"Walaupun pertarungan mereka begitu seru tapi suara yang keluar pasti halus," kata Zai Si,
"kalau tidak, orang-orang yang di sini pasti akan langsung mengetahuinya."
"Dan pertarungan itu cepat selesai," kata Ren Piao Ling, "begitu cepat hingga membuat Hua Yu Ren tidak sempat berteriak."
Persoalan ini sangat penting, tapi sayang Ren Piao Ling telah lupa sebuah kalimat penting.
Adiknya Hua Yu Ren yaitu Zang Hua mengapa tidak bersama-sama datang dengan Ren Piao Ling"
Bukankah kemarin malam mereka bersama-sama mendengar tentang bunga yang tumbuh di sampah" Mengapa hari ini hanya Ren Piao Ling yang pergi ke sana"
Apakah dia tidak peduli dengan hidup dan matinya. Huang Fu Qing Tian"
Atau apakah dia mempunyai tujuan lain" ,
Atau apakah dia disuruh oleh Ren Piao Ling melaksanakan tugas yang lain"
-ooodwooo- Xie Xiao yu gadis yang memakai baju begitu berani, kepada seorang gadis yang begitu menarik, kalau kau menjadi Bai Tian Yu apa yang akan kau lakukan" Apakah kau akan diam saja" Atau tidak berbuat sesuatu" Apakah kau bisa bertahan dengan keadaan seperti ini"
Bai Tian Yu mulai bergerak, dia tidak diam lagi. Dengan kasar dia menarik Xie Xiao Yu, kemudian dia meletakkan Xie Xiao Yu di atas kedua kakinya.
Kemudian dia melakukan hal yang membuat Xie Xiao Yu membencinya seumur hidup.
Sewaktu Bai Tian Yu memeluk Xie Xiao Yu, mata Xie Xiao Yu dipejamkan. Dia sudah siap dengan apa yang akan terjadi.
Tapi dia tidak menyangka kali ini akan terjadi sesuatu pada pantatnya.
Dengan pedang yang masih berada di dalam sarung, Bai Tian Yu memukul pantatnya.
Awalnya Xie Xiao Yu masih bisa bertahan. Dia mengira Bai Tian Yu mempunyai penyakit menyiksa orang sebelum .melakukan hubungan seks, tapi setelah dia memukul untuk kelima kalinya, dia tahu kalau Bai Tian Yu bukan orang yang mempunyai penyakit seperti itu.
Kecuali Bai Tian Yu terus memukul pantatnya, Bai Tian Yu tidak melakukan hal lain.
Setelah dipukul untuk kesepuluh kalinya, Xie Xiao Yu tahu kecuali memukul pantatnya, tidak ada arti lain bagi Bai Tian Yu.
Karena itu dia mulai memberontak, ingin melepaskan diri dari tangan Bai Tian Yu. Tapi itu bukan hal yang mudah.
Karena itu Xie Xiao Yu mulai marah-marah, semua bahasa kotor sudah dilontarkan. Tapi jika Bai Tian Yu sudah mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu, hanya dengan perasaan marah saja tidak akan membuat dia berhenti.
Terpaksa Xie Xiao Yu harus pasrah menerima perlakuan ini, hingga Bai Tian Yu sendiri yang menginginkan untuk berhenti.
Untung Bai Tian Yu segera menghentikan perbuatannya, setelah memukul untuk kedua puluh kalinya, dia langsung berhenti.
Setelah itu dia mendorong Xie Xiao Yu, dengan dingin dia melihat Xie Xiao Yu dan berkata,
"Kalau saja kau bukan putri Xie Xiao Feng, sejak tadi aku sudah membelahmu dengan pedang,"
kata Bai Tian Yu, "karena kau adalah putri Xie Zioa Feng, maka aku hanya mewakilkan beliau untuk mengajarmu karena kau memang kurang diajar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Xie Xiao Yu tergeletak di bawah, dia hanya bisa memukul lantai. Kemudian dia marah, "Bai Tian Yu, kau keterlaluan, kau bukan orang, Kau adalah babi, kau anjing,...."
Tapi anjing atau babi ini tidak mendengar amarahnya.
Karena Bai Tian Yu sudah berjalan keluar.
Apakah Bai Tian Yu mendengarnya atau tidak, Xie Xiao Yu masih terus mencaci maki sampai merasa bosan baru dia berhenti.
Pastinya dia masih benci kepada Bai Tian Yu, tapi setelah itu tiba-tiba dia tertawa dengan senang.
Setelah dipukul demikian keras dia masih bisa tertawa, apakah dia mempunyai penyakit aneh"
Apakah dia senang dipukul"
Ada seseorang yang langsung mengajukan pertanyaan ini.
Seorang perempuan setengah baya dan terlihat sangat biasa dengan wajah tidak berekspresi masuk ke rumah itu. Dia melihat Xie Xiao Yu dengan lama, setelah itu dia baru bertanya, "Xiao Yu, apakah kau mempunyai penyakit aneh?"
"Tidak, Fang Fang, aku tidak mempunyai penyakit aneh," Xie Xiao Yu membalikkan kepala melihatnya.
Ternyata perempuan setengah baya itu bernama Fang Fang. Mendengar dia memanggil Xie Xiao Yu dengan begitu akrab, kelihatannya posisinya khusus, tidak seperti atasannya juga tidak seperti bawahan.
"Sejak tadi sebenarnya kau mempunyai banyak kesempatan membunuhnya," kata Fang Fang.
"Tidak ada kesempatan, orang itu terlalu pintar," kata Xie Xiao Yu sambil duduk, "panah bunga mawar belum digerakan tapi dia sudah tahu."
"Itu hanya satu macam serangan saja," kata Fang Fang, "di tempat ini ada 9 macam perangkap."
"Aku percaya tidak ada satu perangkap pun yang bisa membohonginya," kata Xie Xiao Yu, "kau pun melihatnya minum secangkir arak yang terbuat dari sari bunga, tapi dia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Racun itu tidak ada gunanya."
"Pemuda ini benar-benar seorang laki-laki yang dalam 100 tahun ini jarang ditemui, lebih sulit mengalahkan dia dibanding ayahmu sewaktu dia masih muda."
"Fang Fang, pada saat muda dulu ayahku seperti apa?"
"Hampir sama dengan Bai Tian Yu, hanya hatinya lebih lemah, apalagi bila sudah berhadapan dengan perempuan, hatinya akan lemah," Fang Fang tertawa, "tidak seperti dia, tega memukul pantatmu."
"Ini baru disebut laki-laki sejati," wajah Xie Xiao Yu bersinar,
"apakah kau senang dipukul?"
"Tidak ada orang yang senang dipukul," Xie Xiao Yu tertawa, "aku tidak mempunyai penyakit senang dipukul oleh seorang laki-laki."
"Tapi sepertinya kau sangat senang setelah dipukul olehnya," kata Fang Fang, "kau masih bisa tertawa."
"Setelah dia memukulku, aku memang merasa senang. Dia memukulku, ini membuktikan kalau dia senang kepadaku, dia perhatian kepadaku," kata Xie Xiao Yu, "dan aku memang pantas untuk dipukul."
Tiba-tiba Xie Xiao Yu menjadi sedih, suaranya berubah menjadi sedih, "kalau saja sejak kecil ada orang yang mengurus dan mengajariku, aku tidak akan menjadi seperti sekarang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Xiao Yu, ini juga salah ayahmu," kata Fang Fang, "kalau saja dia sering datang untuk menengok ibumu, keadaanmu tidak akan seperti sekarang ini."
Xie Xiao Yu hanya diam, tapi tiba-tiba dia bertanya, "Fang Fang, apakah benar ibuku mempunyai kemampuan untuk membuat laki-laki mabuk kepayang" Dan semua laki-laki rela berbuat dosa demi dirinya?"
"Benar," jawab Fang Fang mengangguk, "kecantikan ibumu tidak bisa ditolak begitu saja."
"Tapi dia tetap tidak bisa menggaet ayahku, seperti keadaamku yang tidak bisa menggaet Bai Tian Yu," kata Xie Xiao Yu, "berarti di dunia ini masih ada laki-laki yang tidak mau bertekuk lutut begitu saja oleh kecantikan perempuan."
"Benar, tapi laki-laki seperti ini jumlahnya terlalu sedikit, ibumu dalam hidupnya selalu susah dan ini semua karena ulah ayahmu," kata Fang Fang, "kalau kau ingin bahagia dan hidup senang, lebih baik kau lupakan Bai Tian Yu."
"Apakah aku bisa melupakannya?" Xie Xiao Yu menarik nafas.
Seorang perempuan cantik bisa membuat seorang laki-laki yang bertemu dengannya selalu ingat kepadanya. Tapi laki-laki yang bisa membuat hati perempuan tergerak pasti tidak akan pernah dilupakan.
"Banyak cerita seperti itu terjadi di dunia persilatan.
Perkumpulan apa yang diikuti ibunya Xie Xiao Yu
Pasti bukan Mu Rong Qiu Ying tapi mungkin saja adalah Mu Rong Qiu Ying kedua.
Mu Rong Qiu Ying ingin membalas dendam. Dia ingin menghancurkan diri Xie Xiao Feng.
Ibu Xie Xiao Yu seperti ingin menghancurkan Wisma Shen Jian, karena itu dia mengirim putrinya ke Wisma Shen Jian supaya menjadi dia nanti pemilik Wisma Shen Jian.
Apakah dia bisa menghancurkan Wisma Shen Jian"
-ooodwooo- Akhirnya Xie Xiao Yu mengganti bajunya dengan baju yang pantas. Dia mengeluarkan gelas dan gelas itu diisi dengan anggur dari luar negeri. Dia meneguk dan berkata, "Mana orangnya"
Apakah rencana kita berjalan lancar?"
"Sangat lancar," jawab Fang Fang, "dengan rencana kita seperti itu, orang kita sudah ada di Wu Xin An."
"Apakah orang-orang di rumah Huang Fu Qing Tian sudah mengetahuinya?"
"Tidak," jawab Fang Fang, "ilmu silat Hua Yu Ren begitu tinggi, kita hampir saja gagal."
Xie Xiao Yu minum araknya lagi dan berkata, "Selanjutnya apa yang harus kau lakukan, apakah kau sudah tahu?"
Fang Fang mengangguk.
-ooodwooo- Melihat rumah yang berantakan itu, Huang Fu Qing Tian ingin mencari tempat duduk pun sulit.
Dia menarik nafas, kemudian bertanya kepada Zai Si, "Apakah mereka akan membunuhnya?"
"Tidak akan," jawab Zai Si dengan cepat, "kalau mereka ingin membunuhnya, untuk apa membawanya pergi dari sini?"
"Sekarang sedikit jejak pun tidak ada, siapa lawannya pun kita tidak tahu," ucap Ren Piao Ling,
"tapi dalam 1-2 hari ini, mereka pasti akan mengajukan persyaratan yang mereka inginkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah mereka akan meminta uang?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Mungkin saja," Ren Piao Ling tertawa.
"Sepertinya mereka tidak akan meminta uang," kata Zai Si, "jangan lupa perhiasan yang mereka antarkan ke sini juga bukan barang murah."
Kata Zai Si lagi, "Apa yang mereka minta, satu-satunya cara adalah kau harus menurutinya."
"Dengan jalan apa?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Menuruti permintaan mereka," jawab Zai Si.
"Kalau aku tidak setuju?"
"Pasti kau akan setuju," Zai Si melihat Huang Fu Qing Tian, dengan ringan lalu berkata lagi,
"karena itu kau harus menyetujuinya."
"Benar, kau harus menyetujuinya."
"Tapi masih ada satu cara lagi," ucap Ren Piao Ling.
Begitu bicara seperti ini, Huang Fu Qing Tian dan Zai Si terpaku. Dengan sorot mata bertanya-tanya mereka melihat Ren Piao Ling. Dia tertawa dan mengulanginya lagi.
"Masih ada satu cara lagi."
"Cara apakah itu?" tanya Huang Fu Qing Tian.
"Mengeluarkan uang," Ren Piao Ling tertawa, "caranya adalah kau harus mengeluarkan uang."
"Mengeluarkan uang untuk apa?"
"Walaupun aku seorang pembunuh termahal tapi seringkali aku terlalu banyak aturan karena itu aku sering tidak mempunyai uang," kata Ren Piao Ling, "aku juga manusia biasa yang harus makan, harus minum arak, kadang-kadang harus mencari hiburan."
Dia tertawa lagi dan berkata lagi, "Karena itu aku sering menggunakan cara lain untuk mencari uang, mencari orang adalah salah satu pekerjaanku."
"Aku tahu mengenai hal itu," kata Huang Fu, "bila ingin menjadi pembunuh nomor satu, dia harus pandai mencari orang."
"Maksudmu, jika aku memberimu uang, maka kau akan mencari Hua Yu Ren." tanya Zai Si meminta kepastian.
"Benar!" jawab Ren Piao Ling, "dalam waktu satu hari, aku akan membawa kembali Hua Yu Ren."
"Dalam satu hari?"
"Ya, satu hari."
"Baiklah," kata Huang Fu Qing Tian, "kau meminta berapa?"
"Perutku tidak begitu besar," kata Ren Piao Ling, "aku hanya menginginkan 101 tail."
"101 tail?" kali ini Huang Fu Qing Tian benar-benar terkejut, "mengapa kau hanya meminta 101
tail?" "Aku mempunyai teman, untuk masalah seperti mi dia bisa mencari tahu. ongkos yang harus dibayar kepadanya pas 100 tail," jawab Ren Piao Ling, "sisa satu tail adalah untuk membayarku."
-ooodwooo- Mencari orang adalah pekerjaan seorang pembunuh, menguntit orang pun merupakan
pekerjaan seorang pembunuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun Zang Hua bukan seorang pembunuh, tapi dalam hal menguntit orang, dia sangat pandai.
Zhou Wu Ji tidak akan datang ke kota Ji Nan tanpa alasan. Jika dia datang pasti ada tujuannya.
Apa tujuannya" Tidak ada yang tahu.
Karena itu Ren Piao Ling menyuruh Zang Hua untuk menguntitnya, ke mana saja dia pergi. Dia bertemu dengan siapa saja" Dia melakukan apa saja" Dia harus mengetahui semuanya.
Zhou Wu Ji saat ini merasa sangat senang meminum araknya,, dia berada di penginapan.
Terpaksa Zang Hua hanya diam di luar dan tertiup angin dingin.
Untung Zhou Wu Ji hanya minum selama satu jam di penginapan itu, lalu dia keluar dari penginapan. Begitu keluar dari penginapan dia terus berjalan ke arah timur.
Zang Hua dari jauh selalu mengikutinya. Malam sudah larut, di jalanan sudah tidak ada orang, karena itu bila Zang Hua menguntitnya dia pasti akan merasa kesulitan.
Apalagi menguntit seorang pesilat tangguh seperti Zhou Wu Ji, jauh lebih sulit lagi. Malam ini tidak ada bulan juga tidak berbintang, bumi dan langit menjadi gelap, hanya lampu dari kejauhan tampak berkilau.
Tidak ada bulan tidak ada bintang, tapi angin berhembus sangat kencang. Angin yang membawa pasir menghembus ke wajah Zang Hua. Zhou Wu Ji seperti sedang berjalan-jalan juga seperti sedang pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang.
Kalau dia hanya berjalan-jalan dan menikmati pemandangan malam hari, gerakannya tidak seperti orang yang sedang berjalan-jalan. Apakah dia akan pergi ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang" Tapi dia berjalan seperti itu.
Setelah meninggalkan penginapan, dia berjalan-jalan hampir ada satu jam lebih. Zang Hua tidak mengerti apa maksudnya.
Apakah dia tahu kalau Zang Hua sedang menguntitnya" Atau dia ingin mencari suatu tempat persembunyian dan ingin membunuh Zang Hua" Atau ada seseorang yang sudah berjanji dengannya tapi belum datang, maka terpaksa dia berjalan ke sini dan ke sana.
Zhou Wu Ji semakin berjalan semakin jauh dari kota. Dia berjalan ke sebuah tempat sepi yang berada di luar kota. Setelah tiba di tempat sepi, Zang Hua merasa lebih sulit menguntitnya lagi.
Karena di tempat yang sepi seperti itu tidak ada apa pun yang bisa menyembunyikan dirinya, hanya ada sebuah lapangan luas, jangankan orang, batu pun bisa dilihat dengan jelas bila muncul di tempat itu.
Karena itu terpaksa Zang Hua merangkak supaya tetap dapat menguntit Zhou Wu Ji. Untung tempat ini tidak begitu luas, dia menguntit dengan cara merangkak. Hanya dalam waktu satu jam, di depan sudah terbentang hutan.
Belum sampai di hutan, hari sudah mulai terang. Begitu masuk ke dalam hutan, di sebelah timur sudah muncul cahaya matahari.
Kabut muncul dari dalam hutan tampak berkumpul di kejauhan. Setelah berkumpul, melayang lagi, sesudah melayang berkumpul lagi, membuat udara terasa lembab.
Baju Zang Hua kotor dan kusut, rambut dan alisnya penuh dengan embun pagi. Udara dingin mengikuti hembusan angin pagi, dengan perlahan menerpanya. Dia menepuk-nepuk bajunya yang penuh dengan tanah dan merapikan bajunya, dia meneruskan perjalanan yang tidak berujung ini.
Daun bergerak-gerak dihembus angin pagi, kabut pagi pun ikut bergerak, angin berhembus, matahari pagi pun mulai terbit. Dari kejauhan terdengar suara kokok ayam jantan. Angin membawa suara lonceng yang terdengar rendah dan tua.
Zang Hua melihat ke tempat jauh. Di sana seperti ada sebuah kuil kuno. Suara lonceng kuno terdengar dari kuil kuno itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tujuan Zhou Wu Ji mungkin ke kuil kuno itu.
-ooodwooo- Di dunia ini kebanyakan kuil dan kelenteng dibangun di tempat sepi dan jarang ada orang.
Kalau bukan di daerah pegunungan, pasti di dalam hutan atau di sisi sungai.
"Mengapa tempat untuk sembahyang selalu dibangun di tempat seperti itu"
Pernah ada orang yang menjelaskan, kalau kuil dibangun di gunung tujuannya yaitu untuk menguji mental orang yang ingin bersembahyang di sana.
Jika kau ingin berdoa kepada Budha atau dewa, maka kau harus bisa menempuh perjalanan jauh dan melelahkan. Kalau hatimu tidak bersih dan tidak mempunyai niat kuat, maka kau tidak mau berjalan di jalan seperti itu.
Ada juga yang berkata, "Kuil yang dibangun di atas gunung atau hutan, atau bahkan di sisi sungai semuanya ini demi menjaga kemisteriusan kuil-kuil itu.
Wu Xin An berdiri tegak di tengah hutan. Kuil itu adalah kuil para biksuni. Kuil itu sangat terkenal di kalangan dunia persilatan.
Pengurus Wu Xin An bernama Xin Wu Shi Tai (Biksuni Hati Kosong). Hatinya telah mati, hidupnya pun seperti orang mati.
Bila dulu kau pernah melihatnya di dunia persilatan atau tahu apa julukannya di dunia persilatan, kau pasti tidak akan percaya kalau ternyata Xin Wu Shi Tai dahulu di dunia persilatan dijuluki si Ikan Duyung.
Orang-orang dunia persilatan memberikan kata-kata itu untuknya karena 'wajahnya yang seperti bidadari tapi lekukan tubuhnya seperti setan'.
Begitu melihat wajahnya, kau akan terkejut mengapa wajah yang begitu suci, lucu, cantik, dan lembut bisa dikatakan seperti itu.
Tapi begitu kau melihat lekukan tubuhnya, kau akan segera mengerti, sebagian orang lebih senang kalau dia menjadi seorang laki-laki saja.
Bila dia seorang laki-laki, begitu melihat lekukan badannya, tidak ada seorang pun yang tidak akan menangis.
Menangis ada beberapa macam.
Menangis karena sedih, senang. Menangis pun bisa salah, bila dimarahi kita pun bisa menangis, tapi begitu melihat badannya, menangisnya bukan tangisan semacam itu.
Tangisannya adalah tangisan penyesalan. "Merasa menyesal mengapa tidak lebih awal mengenalnya. Menyesal mengapa tidak bisa membuat perang antara laki-laki dan perempuan'.
Bila dia laki-laki, dia tidak akan pernah lolos dari perangkap wajah bidadari tubuh setannya.
Perempuan seperti itu mengapa bisa menjadi pengurus kuil untuk para biksuni"
Apakah dia telah dibuang laki-laki" Atau apakah dia sudah bosan hidup seperti itu" Selama 50
tahun ini, orang-orang dunia persilatan sering membicarakannya dan juga ingin mencari tahu jawaban-jawaban dari pertanyaan tadi.
Mengapa pada saat dia sangat terkenal, tiba-tiba dia mencukur rambutnya dan menjadi seorang biksuni" Sampai sekarang kejadian ini telah berlangsung 23 tahun.
Ikan Duyung Dunia Persilatan', sekali berubah telah menjadi pengurus kuil Wu Xin An, Xin Wu Shi Tai apa yang membuatnya mengambil keputusan seperti itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wu Xin An adalah sebuah kuil kecil. Semenjak dia berada di sana, kuil itu telah berubah dari sebuah kuil kecil menjadi sebuah kuil besar. Yang tadinya hanya ada 3 biksuni sekarang bertambah menjadi 70 orang biksuni.
Dari sebuah kuil yang tidak ternama, hanya dalam waktu singkat berubah menjadi kuil yang paling terkenal di dunia persilatan. Karena manusia maka kuil menjadi terkenal, manusia karena kuil menjadi tua, dan berubah.
Ikan duyung yang dulu sudah tidak ada lagi. Xin Wu Shi Tai sekarang ini apakah masih secantik dulu"
Matahari pagi menyorot ke dalam Wu Xin An, membuat kuil yang kuno dan megah itu
bertambah misterius.
Zhou Wu Ji telah berjalan semalaman, apakah tujuannya adalah ke Wu Xin An"
"Apakah dia berjanji untuk bertemu dengan seseorang di sini" Atau apakah dia ke sini untuk mengambil sesuatu"
"Atau dia ke sini hanya untuk bersembahyang"
Semua pertanyaan itu jika hanya dipikir tidak akan mendapat jawabannya. Bila Zang Hua ingin tahu keadaanya sebenarnya, maka dia harus masuk ke dalam kuil itu baru mengetahui apa yang terjadi.
Baru saja Zang Hua melangkah, dia melihat satu hal yang membuatnya merasa kaget.
Dia melihat seseorang yang tidak pantas untuk muncul di sini. Orang itu sedang berjalan pelan-pelan keluar dari kuil.
Yang dia lihat adalah Hua Man Xue.
Hua Man Xue sepertinya semalaman ini tidak tidur. Dia juga seperti baru menyelesaikan sebuah pertarungan sengit. Dia seperti lemah, dia keluar dari kuil kemudian masuk ke hutan, terus berjalan dalam kabut di pagi hari.
Zang Hua tahu kalau Hua Man Xue bukan gadis yang senang sembahyang. Hua Man Xue hanya percaya kepada uang yang ada di dalam kantongnya. Dia tidak pernah pergi ke kuil atau kelenteng, tapi hari ini mengapa dia bisa muncul di kuil Wu Xin An"
Zang Hua tidak bisa berpikir lama karena dia sudah melihat Zhou Wu Ji yang keluar dari Wu Xin An.
Sewaktu Zhou Wu Ji masuk ke dalam kuil, wajahnya tidak berekspresi apa pun tapi setelah dia keluar dari kuil, wajahnya seperti orang yang mendapatkan hadiah undian. Dia berjalan begitu bersemangat.
Dia keluar dari kuil dan berjalan masuk ke dalam hutan. Sekarang Zang Hua sulit untuk mengambil keputusan, apakah dia harus terus menguntit atau masuk ke dalam kuil untuk melihat-lihat.
Melihat arah Zhou Wu Ji pergi, dia pasti kembali ke kota. Semalam dia berjalan ke sini. Kalau Zang Hua tidak masuk ke dalam kuil untuk melihat-lihat, dia pasti akan terus merasa penasaran.
Zang Hua boleh mati karena marah atau mati karena kehausan atau bahkan dipukul sampai mati, tapi dia tidak bisa pergi dari sana karena dia bisa mati penasaran.
Kalau dia bisa menahan penasarannya, dia bukan Zang Hua, juga tidak akan terjadi sebuah cerita yang menggegerkan dunia persilatan dan ceritanya yang begitu sedih.
"Apakah keingintahuan adalah sifat manusia yang membawa masalah"
Pelajaran pagi selalu tidak berubah. Sembahyang, membaca kitab suci, dan berdoa. Setiap pagi harus dilakukan pada waktu pelajaran pagi setelah itu sarapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari dulu sampai sekarang selalu tersedia 4 macam sayur hijau, tahu, dan sepanci besar bubur.
Setelah sarapan para biksuni harus membersihkan kuil termasuk halamannya.
Sewaktu Zang Hua memasuki Wu Xin An, mereka baru saja selesai sarapan dan mulai
membersihkan kuil. Seorang biksuni yang agak tua melihat Zang Hua, segera berkata, "Nona, apakah Anda datang untuk bersembahyang?"
"Sembahyang?" Zang Hua sedikit kaget tapi dia segera tertawa dan berkata, "Benar! Aku datang untuk bersembahyang."
"Kalau begitu mari ikut aku masuk ke ruang tengah."
Dari halaman mereka berjalan melewati jalan kecil menuju ruang tengah. Sepanjang jalan mata Zang Hua sibuk melihat kekiri dan kanan.
Keadaan di sini sangat normal, tidak ada tempat yang bisa dicurigai. Zang Hua mengira dia telah salah menebak karena Zhou Wu Ji pun seperti orang biasa, datang ke sini untuk bersembahyang.
Sewaktu biksuni tua itu sedang membakar dupa, Zang Hua bertanya, "Guru, dengan sebutan apa aku harus memanggilmu?"
"Namaku Xin Wu ( Hati Kosong)."
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh!" kata Zang Hua, "Wu Xin An sangat terkenal. Orang yang datang untuk bersembahyang ke sini pasti banyak. Mengapa sampai sekarang belum ada seorang pun yang datang untuk bersembahyang?"
"Biasanya orang bersembahyang pada sore hari," kata Xin Wu Shi Tai, "kalau bertepatan pada hari hari raya dan hari istimewa lainnya, orang baru datang ke sini pada pagi hari."
Zang Hua dengan sungguh-sungguh berdoa kepada Budha Sewaktu dia menancapkan dupa, matanya melihat Xin Wu Shi Tai dan dia berkata, "kalau begitu aku adalah orang pertama yang datang ke sini untuk bersembahyang?"
"Benar," jawab Xin Wu Shi Tai.
"Tidak ada yang datang" Bukankah tadi Zhou Wu Ji masuk ke kuil ini dan bukankah Hua Man Xie keluar dari kuil ini" Mengapa Xin Wu Shi Tai mengatakan tidak ada orang yang datang kemari?"
"Mungkin sudah ada yang datang dan Xin Wu Shi Tai tidak melihatnya," kata Zang Hua sambil tertawa.
"Hari ini aku mendapat bagian piket dan pagi-pagi aku sudah berada di ruang tengah membaca kitab suci," kata Xin Wu Shi Tai, "kalau ada orang yang datang untuk bersembahyang aku pasti akan tahu."
Dia melihat Zang Hua dan berkata, "Apakah Nona datang ke sini untuk mencari seseorang?"
"Mencari seseorang" Oh tidak, aku datang untuk bersembahyang," jawab Zang Hua sambil tertawa, "hanya saja sewaktu aku masuk ke sini, aku melihat ada yang keluar dari kuil ini."
"Kalau begitu, orang yang dimaksudkan oleh Nona pasti Hua Shan Ren," kata Xin Wu Shi Tai sambil tersenyum.
"Hua Shan Ren?" Zang Hua terpaku.
"Benar," jawab Xin Wu Shi Tai, "kuil dan kelenteng fungsinya sama, Walaupun banyak yang datang untuk bersembahyang tapi biaya kuil sangat besar, apalagi kuil kami sering menyumbangkan uang untuk amal."
Dia melihat Zang Hua, kemudian berkata lagi, "Karena itu kami selalu didukung oleh 1-2 orang kaya untuk mendukung kami."
"Orang kaya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar!" kata Xin Wu Shi Tai, "ada yang menyumbang uang tapi tidak ingin namanya dicatat.
Kadang-kadang sewaktu kami membutuhkan uang, mereka akan mengantarkannya kepada kami, ada juga yang setiap bulan menyumbangkan uangnya untuk kemajuan kuil ini. Hua Shan Ren termasuk orang seperti itu."
"Hua Shan Ren adalah ketua Zui Liu Ge, Hua Man Xue?" tanya Zang Hua.
"Aku tidak tahu," jawab Xin Wu Shi Tai, "yang mengurus masalah ini adalah ketua kuil. Aku hanya tahu kalau dia bernama Hua Shan Ren."
-ooodwooo- Setelah kembali ke kota hari sudah siang. Ren Piao Ling sudah menunggu dia di tempat yang telah mereka janjikan.
Belum juga duduk dengan benar, Zang Hua sudah makan 3 suap sayur kemudian minum 2
cangkir arak, setelah itu dia baru menghembuskan nafas. Ren Piao Ling melihatnya. Dengan senyum dia bertanya, "Kau kelihatannya sangat lelah?"
"Aku tidak seberapa lelah, hanya saja aku sudah makan banyak angin," jawab Zang Hua.
"Menguntit si licin, memang bukan hal mudah," kata Ren Piao Ling.
Zang Hua minum lagi secangkir arak kemudian melihat Ren Piao Ling dan berkata, "Coba kau tebak, si licin itu semalaman telah melakukan apa?"
"Dia mencari 30 perempuan untuk menemaninya minum arak."
"Kalau cuma begitu aku tidak perlu makan angin terus," kata Zang Hua, "jangan lupa aku pun seorang perempuan."
"Merampok orang kaya?" tanya Ren Piao Ling, "atau pergi ke suatu tempat untuk membunuh orang?"
"Bukan," jawab Zang Hua, "dia hanya berjalan-jalan semalaman, kemudian pergi ke kuil Wu Xin sambil berjalan dengan berputar-putar."
"Hanya itu saja?"
"Benar."
"Apakah sewaktu dia berjalan-jalan dia bertemu' dengan seseorang?"
"Tidak!"
Ren Piao Ling berpikir sebentar dan minum arak lagi lalu berkata, "Kalau begitu dia berjanji dengan seseorang di kuil Wu Xin."
"Aku pun mempunyai pikiran seperti itu. Begitu dia keluar dari kuil aku langsung masuk kuil Wu Xin," jelas Zang Hua sambil melihat Ren Piao Ling, "coba kau tebak, aku bertemu dengan siapa di sana?"
"Siapa?" mata Ren Piao Ling menjadi terang, "orang yang keluar dari kuil mungkin orang yang telah berjanji bertemu dengan Zhou Wu Ji?"
"Han Man Xue," jawab Zang Hua, "orang.yang keluar dari kuil adalah Hua Man Xue."
"Hua Man Xue?" Ren Piao Ling terkejut, "apakah Hua Man Xue yang berasal dari Zui Ge Lou."
"Apakah ada lain Hua Man Xue?" Zang Hua tertawa, "begitu aku masuk, aku langsung bersembahyang. Setelah selesai sembahyang aku bertanya kepada pengurus di sana apakah aku adalah orang pertama yang datang ke sana untuk bersembahyang?"
"Lalu apa jawaban biksuni kuil itu?" "Mereka mengatakan memang benar," kata Zang Hua, "aku melihat Zhou Wu Ji dan Hua Man Xue keluar dari kuil, tapi biksuni itu mengatakan kalau aku adalah orang pertama yang datang ke sana untuk bersembahyang. Apakah ini tidak aneh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ren Piao Ling mengerutkan dahi. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Segera saja aku mengatakan kalau aku melihat seseorang yang keluar dari kuil. Biksuni itu segera menjawab kalau orang yang kulihat adalah Hua Shan Ren," kata Zang Hua, "apakah arti Hua Shan Ren" Apakah kau tahu?"
Jawab Ren Piao Ling sambil mengangguk, "Artinya Hua Man Xue adalah orang kaya yang mendukung Wu Xin An."
"Tapi sejak kecil aku belum pernah melihat Hua Man Xue berbuat amal, apalagi datang ke kuil atau kelenteng untuk bersembayang," kata Zang Hua, "Kenapa sekarang dia tiba-tiba menjadi orang kaya yang menderma kepada kuil Wu Xin?"
"Mungkin dia sudah sadar."
"Bagi orang lain itu mungkin saja, tapi kalau untuk dia itu tidak mungkin," kata Zang Hua,
"biksuni hanya mengakui hanya Hua Man Xue yang masuk ke sana, sedangkan yang lainnya dia tidak mau mengakuinya."
Sambil memegang hidungnya Zang Hua berkata lagi, "Karena itu aku berpikir di kuil Wu Xin ini pasti terjadi sesuatu."
"Xin Wu Shi Tai yang ada di kuil Wu Xin, 30 tahun yang lalu adalah si Ikan Duyung terkenal di dunia persilatan, selain cantik ilmu silatnya pun tinggi. Saat dia sedang hebat-hebatnya, dia berubah menjadi pengurus Kuil Wu Xin," kata Ren Piao Ling, "mengapa dia melakukan semua ini, sampai sekarang pun tidak ada yang tahu jawaban dari rahasia ini."
Ren Piao Ling mengisi penuh gelasnya, kemudian dengan tersenyum dia melihat Zang Hua.
Kemudian dia mengeluarkan 100 tail perak dan diletakkan di depan Zang Hua. Zang Hua tidak mengerti apa maksud Ren Piao Ling. Dia bertanya, "Sepertinya kau meletakkan uang di depanku?"
Zang Hua melihat uang yang ada di atas meja, "Sepertinya jumlah uang itu adalah 100 tail perak?"
"Betul, jumlahnya memang 100 tail perak."
"Mengapa kau taruh di depanku?"
"Karena uang itu milikmu."
"Milikku?" Zang Hua melotot, "kapan kau meminjam uang 100 tail?"
"Aku belum pernah meminjam uang kepadamu," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "Ini adalah harga yang kubayar karena kemarin malam kau terus makan angin."
"Kau yang membayarnya?"
"Aku miskin seperti kura-kura, mana punya uang begitu banyak untuk membayarmu?"
"Siapa yang membayar semua ini?"
"Nan Jun Wang."
"Huang Fu Qing Tian?" Zang Hua terpaku, "mengapa dia harus membayarku 100 tail perak?"
"Karena kau adalah temanku dan aku telah berjanji dalam waktu satu hari aku bisa mengembalikan Hua Yu Ren kepadanya."
"Mencari Hua Yu Ren, apakah dia telah menghilang?"
"Benar."
"Mengapa dia bisa menghilang?"
"Ada yang menculiknya."
"Menculik?" kali ini Zang Hua yang terkejut, "siapa yang menculiknya" Mengapa menculiknya?"
"Aku tidak tahu," jawab Ren Piao Ling, "karena itulah maka Huang Fu mengeluarkan uang menyuruh kita untuk mencarinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah kau sanggup dalam waktu 1 hari mendapatkan kembali Hua Yu Ren?"
"Aku tidak yakin."
"Kalau kau tidak yakin mengapa kau berani berjanji kepada Huang Fu Qing Tian dalam waktu 1
hari bisa menemukan kembali Hua Yu Ren?" Zang Hua melihatnya.
"Aku tidak bisa tapi kau bisa," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa, "karena itu bayaranmu 100
tail perak."
"Bagaimana aku tahu siapa yang menculik Hua Yu Ren?" tanya Zang Hua kaget, "tidak, aku tidak tahu."
"Kau tidak tahu siapa yang menculik Hua Yu Ren, tapi kau tahu dia ada di mana," kata Ren Piao Ling.
Zang Hua ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba dia teringat sesuatu, segera dia berkata,
"Apakah dia dikurung di kuil Wu Xin?"
"90% betul."
"Kalau begitu yang menculik dia adalah para biksuni yang berada di kuil itu?" tanya Zang Hua.
"Setelah ke sana kita akan segera tahu."
Kata-kata Ren Piao Ling begitu enteng, seperti makan ikan goreng.
-ooodwooo- BAB 5 Perang kelelawar
Begitu kembali ke Ji Nan, orang pertama yang ingin ditemui Bai Tian Yu adalah Zang Hua, tapi dia malah bertemu dengan Hua Man Xue.
Dia bertemu dengan Hua Man Xue bukan di Zui Ge Lou tapi di jalan, sepertinya Hua Man Xue sengaja menunggunya di situ.
Begitu melihat Bai Tian Yu, Hua Man Xue segera menarik ke sisinya, kemudian dengan suara misterius dia berkata, "Di toko sana ada orang yang sangat aneh, dia sedang menunggumu," kata Hua Man Xue, "dia datang 2 hari berturut-turut. Dia terus diam di depan kamarmu."
"Untuk apa dia mencariku?"
"Dia tidak mengatakan apa-apa hanya menanyakan apakah kau sudah pulang, aku menjawab kau belum pulang. Dia terus menunggumu di sana."
"Seperti apa ciri-cirinya?"
"Tinggi, kira-kira berumur 60 tahun, tapi badannya seperti laki-laki berusia 40 tahun," jawab Hua Man Xue, "orangnya dingin apalagi sepasang matanya. Begitu melihatnya dia seperti cheetah yang kelaparan dan sedang menunggu mangsanya, membuat tubuh menjadi panas dingin."
"Apakah dia masih ada di sana?"
"Ya."
Bai Tian Yu membalikkan badannya ingin pergi dari sana, Hua Man Xue segera berkata, "Kau mau apa?"
"Aku akan menemuinya."
"Kau harus berhati-hati," Hua Man Xue sangat memperhatikannya, "kelihatannya...dia datang untuk mencari gara-gara."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooodwooo- Pohon besar lebih sering tertiup angin. Orang takut terkenal, babi takut gemuk, bila seseorang sudah terkenal pasti ada orang aneh yang mencarinya.
Kau terkenal karena nama orang lain. Orang lain pun akan mencarimu. Mereka berharap karena namamu maka bisa membuatnya terkenal.
"Kalau sudah terkenal lalu bagaimana" Pada suatu hari kau pasti akan mati karena namamu.
Mengapa tidak menjadi orang biasa saja"
Kalau terkenal apa gunanya"
Sebelum sampai di kamarnya, Bai Tian Yu sudah melihat orang yang disebut-sebut oleh Hua Man Xue.
Dia melihat orang itu duduk di tengah-tengah ruangan. Wajahnnya menghadap pintu, dia duduk tapi tidak minum arak juga tidak makan.
Tapi meja yang ada di depannya tersedia cangkir dan poci teh, ternyata dia sedang minum.
Begitu Bai Tian Yu masuk ke Zui Ge Lou, orang itu segera berkata, "Silakan duduk."
Di ruangan itu tidak ada orang lain hanya ada Bai Tian Yu yang masuk. Berarti kata-katanya tadi ditujukan kepada Bai Tian Yu.
Bai Tian Yu segera mendekat dan duduk di depannya. Dia berkata lagi, "Silakan minum teh."
Bai Tian Yu melihat poci teh dan berkata, "Biasanya jika ada arak aku tidak akan minum teh."
"Apakah arak ini tidak asli?"
"Apakah teh ini asli?"
Orang itu tidak menjawab. Dia tidak menjawab berarti dia setuju.
"Aku ingat, jika sembahyang selalu menggunakan arak, mengapa arak bisa tidak asli?" Bai Tian Yu tertawa.
Orang itu tetap diam.
Bai Tian Yu duduk di sana. Pelayan Zui Ge Lou sudah mengantarkan satu poci arak. Begitu cangkir diisi dengan arak, dia mengangkat cangkirnya dan berkata, "Kita bersulang," kata Bai Tian Yu pelan, "kau boleh memakai teh sebagai pengganti arak, jangan pedulikan orang lain minum apa."
Orang itu dengan cepat menghabiskan tehnya. Dia bukan orang yang suka bicara dan juga tidak rewel. Dia datang kemari untuk mencari Bai Tian Yu, dan entah dia mempunyai keperluan apa"
Melihat dia diam saja, terpaksa Bai Tian Yu minum secangkir arak lagi. Dia tertawa dan berkata,
"Sobat, siapa nama dan margamu" Ada apa Anda mencariku?"
"Yin akan membalas dendam."
Orang ini pasti sangat pelit, bicaranya pun begitu singkat. Jika bisa dalam satu kata dia ingin menjelaskan semua maksudnya.
"Balas dendam" Balas dendam apa?" tanya Bai Tian Yu, "demi siapa balas dendam?"
"Tie Yan."
"Tie Yan?" Bai Tian Yu melihatnya, kemudian tertawa dan berkata, "Kau pasti salah satu dari naga emas, harimau perak, burung tembaga Tie Yan, sepertinya kau adalah Yin Hu?" (Harimau Perak)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar," wajah Yin Hu tidak berekspresi apa pun.
"Katanya Jin Long (Naga Emas) lah yang paling akrab dengan Tie Yan, mengapa dia tidak datang" Sedangkan yang datang malah dirimu?"
"Sama saja," suaranya seperti orangnya tidak ada perasaan.
Sama saja" Berarti siapa pun yang datang sama saja bisa membunuh Bai Tian Yu.
Bai Tian Yu mengerti maksud dari kata-kata itu. Jika dalam keadaan biasa dia pasti sudah mencabut pedang untuk bertarung Dia hanya diam tidak mencabut pedang karena Yin Hu adalah salah satu dari 4 tetua perkumpulan para durjana ( Mo Kau ), dan salah satu tetua yang mempuyai pandangan paling lurus.
Bai Tian Yu melihat Yin Hu. Pelan-pelan dia bertanya, "Kapan kita akan bertarung?"
"Sekarang."
"Di mana?"
"Wang Jia Ci."
-ooodwooo- Wang Jia Ci berada di sebelah timur Zui Ge Lou. Tempat itu adalah rumah besar yang tidak berpenghuni. Walaupun sekarang adalah siang, tapi begitu masuk ke dalam Wang Jia Ci seperti memasuki sebuah gunung es.
Gerbangnya tertutup oleh jaring laba-laba. Plakat yang berada di tengah rumah ada yang terjatuh, ada juga yang posisinya miring. Rumput liar tumbuh di sisi tembok setinggi tubuh orang.
Rumah ini memberi kesan seram dan dingin tapi juga memberi kesan bahwa tempat sangat cocok untuk membunuh orang.
Yin Hu yang pertama masuk ke sana. Begitu berjalan mendekati plakat-plakat yang diletakkan di atas meja, dia segera berhenti. Tapi dia tidak membalikkan badannya. Punggungnya menghadap Bai Tian Yu. Kedua tangannya diturunkan, sama sekali tidak ada persiapan untuk bertarung. Pastinya Bai Tian Yu terus melihat ke arah punggungnya.
Walaupun Yin Hu di dalam urutan perkumpulan para durjana menduduki posisi kedua, tapi ilmu silatnya tidak kalah dengan Lao Da Jin Long (saudara tertua naga emas). Dia juga pernah membunuh orang, tapi dengan senjata apa dia membunuh orang"
Menurut berita yang bisa dipercaya, Yin Hu memiliki banyak senjata rahasia yang tersembunyi di balik tubuhnya, kapan pun dan dengan cara apa pun senjata rahasia rahasia itu bisa menyerang.
Tangan kirinya bisa mengeluarkan 13 buah paku. Dari ketiak kanannya bisa menembak 26 bola besi. Sewaktu dia bicara denganmu, dia bisa menyemprotmu dengan 35 jarum besi dari mulutnya.
Kakinya pun bisa meloncat dan mengeluarkan 42 pasang pisau berbentuk daun. Terakhir dia bisa membalikkan badan dan dari punggungnya dia bisa menembakkan bola geledek.
Terhadap orang seperti itu tentu lebih menakutkan, Bai Tian Yu dengan teliti terus melihatnya.
Terlihat Bai Tian Yu dengan santai berdiri. Sama sekali tidak ada persiapan.
Tapi bila kau adalah orang yang berpengalaman, kau pasti akan tahu tentang 72 syaraf terpenting dan 116 syaraf kecil yang berada di atas tubuh. Semua tulang-tulang siap untuk digerakkan ke arah mana pun.
Matahari musim semi bersinar dan masuk melalui lubang-lubang atap, tepat menyinari punggung Yin Hu. Di bawah sinar matahari terlihat punggungnya yang sudah bungkuk. Dia sudah berusia 67 tahun, walaupun pinggangnya masih lurus dan keras tapi tetap tidak bisa menandingi kelincahan anak muda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Umur semakin tua, ini adalah hal yang menyedihkan juga hal yang tidak, bisa dipungkiri. Begitu lahir usia mulai menunggu.
Menunggu hingga batas akhir. Menunggu kematian.
Jika kematian adalah tahap terakhir, apakah kelahiran adalah permulaan"
Pernah ada orang bijak dari barat yang berkata kalau kematian bukan akhir, dari satu daratan pindah ke daratan lain.. Kau akan melihat bahwa hal yang terbentang di depanmu adalah sesuatu yang baru saja dimulai, semua akan menunggumu untuk memulai.
Kematian tidak perlu ditakuti juga tidak perlu merasa sedih.
Yang menyedihkan adalah manusia yang masih hidup tapi hidupnya seperti orang mati. Mereka hidup di jurang kesedihan, sehingga sama sekali tidak berarti apa-apa dalam hidupnya.
Bai Tian Yu masih terus melihat punggung Yien Hu. Dia harus terus melihat walaupun punggung Yin Hu sudah bungkuk karena tua, tapi dari punggungnya terasa ada hawa membunuh seperti sebilah golok walaupun sudah patah tapi benda itu tetap sebuah golok yang bisa membunuh. Kalau kita tidak berhati-hati maka kita akan mati karena golok yang patah itu.
Mereka berdua terus berdiri, tidak bergerak sama sekali. Waktu sudah berjalan lama, mereka harus berdiri berapa lama lagi" Apakah harus berdiri sampai dunia ini kiamat" Walaupun senjata mereka belum diadu tapi sebenarnya mereka sudah mulai bertarung.
Pertarungan yang tidak bergerak lebih sulit daripada harus bergerak.
Begitu bergerak akan terjadi sebuah lowongan dari salah satu dari mereka, lowongan sekecil apa pun akan membuat lawan mempunyai kesempatan menyerang. Kesempatan ini akan
membuatmu berjalan ke arah kematian.
Tapi kadang-kadang lowongan ini adalah suatu perangkap. Perangkap ini memancing kesalahan lawan.
Karena itu bergerak pun harus menggunakan jurus yang berobah-robah.
Tapi tidak bergerak hanya ada satu macam jurus yaitu mempertaruhkan kesabaran dan ketenangan.
Dari punggung terlihat Yin Hu, dari atas hingga bawahnya badannya terdapat lowongan. Jika Bai Tian Yu menganggapnya demikian, yang mati pasti Bai Tian Yu.
'Kosong bukan kosong, isi adalah kosong'. Ini adalah ilmu silat tertinggi yang ada di dunia persilatan. Yang ilmunya bisa mencapai tarap ini, bisa dihitung dengan jari.
Walaupun punggung Yin Hu menghadap Bai Tian Yu, tapi kalau Bai Tian Yu bergerak, dia tidak akan lolos dari serangan Yin Hu. Dilihat dari luar sepertinya Yin Hu berada dalam posisi yang merugikan karena dia tidak bisa melihat gerakan Bai Tian Yu, tapi sebenarnya dia berada di posisi yang menguntungkan.
"Semua hal ada untung dan rugi.
Walaupun Yin Hu tidak bisa melihat gerakan Bai Tian Yu, juga tidak bisa melihat wajah Bai Tian Yu yang tampak tenang. Kalau kau menghadapi wajah yang begitu tenang, mungkin sebelum bertarung pun kau sudah merasa kalah dulu.
Satu-satunya cara menghadapi Yin Hu"adalah dia tidak bisa melihatmu, kau juga tidak bisa melihatnya.
"Melihat seperti tidak melihat, tidak melihat seperti melihat'
Ini adalah ajaran agama Budha. Bai Tian Yu mengerti hal ini karena itu dengan cepat memejamkan matanya dan membuat dirinya merasakan Yin Hu.
Sebuah pertarungan hidup dan mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun kelelawar buta tapi pendengarannya sangat tajam. Mendengar membuatnya bisa membedakan arah dan posisi benda. Pertarungan Bai Tian Yu dan Yin Hu pun seperti perang kelelawar.
Sekarang Bai Tian Yu baru mengerti mengapa Yin Hu memilih tempat ini untuk bertarung, di sini tidak ada orang dan suasananya sangat sepi. Perang kelelawar harus dilakukan di tempat yang sangat sepi dan tidak ada benda yang bergerak.
Walau ada sedikit suara atau gerakan, maka hal ini akan mengganggu mereka yang sedang bertarung.
Suasana yang begitu sepi dan tidak ada bergerak, tiba-tiba mulai terasa ada udara yang bergerak.
Bukan Yin Hu yang bergerak juga bukan Bai Tian Yu bergerak, tapi yang bergerak adalah pedang yang datang dari belakang Bai Tian Yu.
Tusukan pedang ini sangat pelan dan ringan. Begitu pelan sampai kau tidak merasakan ada pedang yang bergerak, tapi Bai Tian Yu sejak tadi sudah merasakannya. Begitu dia mulai bergerak Bai Tian Yu sudah tahu.
Biasanya pedang yang bergerak begitu pelan, Bai Tian Yu pasti bisa menghindarinya.
Orang yang mempunyai pikiran seperti itu, pasti dia adalah orang yang paling bodoh di dunia persilatan.
Pedang ini yang paling lihai adalah pedang yang bergerak dengan pelan. Uniknya pedang itu bergerak dengan ringan.
Jika tusukan ini dilakukan dengan cepat dan menusuk Bai Tian Yu, Bai Tian Yu masih bisa menghindar atau memotong tangan orang yang memegang pedang itu.
Karena tusukan itu dilakukan dengan cepat, hal ini akan membangunkan perasaan Bai Tian Yu juga Yin Hu.
Bila perasaan Yin Hu terpancing, maka Bai Tian Yu bisa bergerak. Bila dia sudah bergerak, dia bisa membunuh orang yang berada di belakangnya dan masih bisa membalas serangan Yin Hu.
Tapi pedang itu menusuknya dengan sangat pelan dan ringan, pelan dan bisa. mengagetkan Bai Tian Yu, tapi Yin Hu tidak merasakannya.
Karena itu jika Bai Tian Yu bergerak, dia bisa langsung membunuh orang berniat
membunuhnya, tapi pada saat itu pun dia akan dibunuh oleh Yin Hu.
Tusukan pedang ini benar-benar sangat kejam. Pasti orang yang menyerang adalah seorang pesilat tanguh hingga baru bisa berpikir seperti itu.
Pertarungan ini benar-benar diperuntukkan bagi orang pintar karena orang-orang seperti mereka lah baru terpikir hal seperti ini. Semua ini adalah strategi tertinggi dalam dunia persilatan.
Dalam hidupnya, buat Bai Tian Yu saat paling menakutkan adalah dia takut dengan kematian dan hal ini lah yang dia rasakan sekarang.
Hanya saja saat ini dia merasa kematian datang terlalu cepat, begitu alami, tidak begitu terasa kalau hawa kematian sudah menjemputnya. Seperti angin musim semi yang berhembus melewati wajahnya.
Dulu dia sering mendengarkan perkataan orang lain, kalau perasaan itu seperti rasa dingin yang keluar dari tulang. Dia tidak mengerti mengapa rasa dingin bisa keluar dari tulangnya yang paling dalam"
Rasa dingin yang keluar dari dalam tulang itu entah bagaimana rasanya"
Sekarang dia sudah mengerti, rasa dingin itu sama sekali tidak bisa diungkapkan dengan bahasa. Hanya orang yang pernah mengalaminya, dia baru bisa merasakannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pasti ada seseorang yang mendengarkan percakapan tentang pertarungan antara Bai Tian Yu dan Yin Hu. Kemudian ada yang bertanya, "Kalau tidak bergerak dia akan mati mengapa tidak sekalian bergerak saja?"
"Kalau bergerak maka akan bagaimana?"
"Mungkin kalau bergerak kita bisa mencoba-coba."
"Mungkin malah akan membuat suatu mujizat."
"Tidak begerak pun akan mati, kalau bergerak maka dia akan mati lebih mengenaskan lagi."
"Mengapa?"
"Tidak begerak hanya akan membiarkan pedang itu menusuk dirinya hingga mati. Kalau bergerak tubuhnya akan berlubang-lubang."
"Karena itu jika Bai Tian Yu bergerak, apakah dia akan menjadi manusia berlubang-lubang?"
"Itu sudah pasti."
"Apakah senjata rahasia Yin Hu begitu lihai?"
"Senjata rahasia Yin Hu sudah tidak bisa dikatakan lihai lagi."
"Bergerak mati, tidak bergerak pun mati. Yang terpenting Bai Tian Yu pasti mati."
"Menurutmu bagaimana?"
"Apakah dia tidak akan mati?"
"Di dunia ini pesilat tangguh mana yang bisa tidak mati dalam situasi seperti ini" Tuan Muda Xie Xiao Feng pun tidak terkecuali."
"Bagaimana dengan Chu Liu Xiang (pendekar harum)?"
"Sama sajal"
"Apakah dia juga pasti akan mati?"
"Pasti."
-ooodwooo- Sore akan segera tiba.
Cahaya matahari masih bersinar sangat terang. Cahaya itu masuk melalui celah-celah pohon lalu masuk ke dalam hutan dan membentuk bayangan Ren Piao Ling dan Zang Hua.
Dari dalam hutan bisa melihat dengan jelas kuil Wu Xin An yang megah. Masih terdengar suara-suara para biksuni yang membaca kitab suci.
"Biasanya mata-mata akan mencari tahu, selalu dilakukan pada waktu malam hari, mengapa kita bergerak pada sore hati?" tanya Zang Hua kepada Ren Piao Ling.
"Tempat yang memiliki banyak rahasia, semakin malam tempat itu akan dijaga semakin ketat,"
Ren Piao Ling tertawa kepada Zang Hua, "tapi sore adalah saat mereka lengah."
"Mengapa?"
"Karena saat ini adalah saat di mana kita merasa paling lelah. Shift pagi diganti dengan shift malam. Penggantian dilakukan karena mereka sudah bergerak seharian sekarang mereka akan mulai bekerja, kau pikir apakah mereka akan bekerja dengan semangat?"
"Aku pun pasti tidak akan bersemangat bekerja," kata Zang Hua.
"Kalau tidak ada semangat untuk bekerja mereka akan menjadi kurang waspada," kata Ren Piao Ling, "karena itu aku ingin kita pergi ke kuil Wu Xin An sore hari untuk mencari tahu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zang Hua melihat kuil Wu Xin An.
"Wu Xin An adalah tempat suci. Di dalamnya banyak dewa-dewa dan dewi, apakah dewa dewi itu akan mengijinkan orang berbuat jahat?"
"Di Pu Ti (nama tempat) memang tidak ada pohon, datang dari mana Budha dan dewa?" tanya Ren Piao Ling.
"Apa arti kalimat itu?"
"Maksudnya adalah dewa dan Budha pun mengatakan kalau di Pu Ti tidak ada pohon, mana ada dewa dan Budha?"
"Aku semakin tidak mengerti."
"Kau bukan semakin tidak mengerti melainkan waktunya belum tiba," kata Ren Piao Ling sambil tertawa,
"Bila waktunya sudah tiba, kau akan mengerti kata-kata ini."
Zang Hua memegang hidungnya lagi. Setiap kali begitu ada yang harus dipikirkannya, dia selalu seperti itu. Zang Hua sedang memikirkan kata-kata Ren Piao Ling. Tapi Ren Piao Ling malah tertawa melihatnya, kemudian dia berkata, "Jangan dipikirkan lagi, kau pasti tidak akan mengerti walaupun kau berpikir hingga kepalamu pecah."
Kebaikan Zang Hua adalah sewaktu ada pertanyaan yang tidak dimengerti olehnya dan ada yang menyuruhnya supaya jangan terus berpikir, maka dia akan segera menuruti kata-kata orang itu. Begitu Ren Piao Ling menyuruhnya supaya jangan terus berpikir, dia segera tidak memegang hidungnya lagi dan Zang Hua bertanya, "Kau berkata kepada Huang Fu Qing Tian bahwa dalam waktu 1 hari kau akan bisa membawa pulang Hua Yu Ren. Berarti waktunya adalah esok pagi, apakah kau sanggup melakukannya?" Zang Hua melihat dia, "apakah kau yakin kalau Hua Yu Ren ada di dalam kuil Wu Xin An?"
Ren Piao Ling tidak menjawab, dia hanya tertawa. Kadang-kadang tertawa bisa berarti dia mempunyai keyakinan kuat karena itu Zang Hua berkata lagi, "Sebenarnya aku tidak perlu mengkhawatirkan hal ini. Yang berjanji dengan Nan Jun Wang adalah kau, bukan aku, untuk apa aku harus mengkhawatirkanmu?"
Zang Hua melihat Ren Piao Ling, tiba-tiba dia tertawa dan berkata, "Sebenarnya yang aku perhatikan adalah upahmu."
"Upahku?" Ren Piao Ling terpaku, "upah apa" Mengapa kau mengkhawatirkan upahku?"
"Aku khawatir," jawab Zang Hua, "upahku adalah 100 tail perak, kau pun harus sama. Berarti kita tanggung bersama suka dan duka. Jika kau mendapatkan lebih besar, maaf jika ada bahaya maka kau yang harus menghadapinya dulu. Ada kesulitan pun kau yang mendapatkannya dulu."
"Jika ada kesenangan bagaimana?"
"Pasti kau dulu yang menikmatinya."
"Kau benar-benar sangat adil."
"Itu pasti," Zang Hua tertawa dan berkata, "prinsipku adalah berapa pun uang yang kuambil, maka kerugian pun harus seimbang dengan uang yang diambilnya."
Dengan sorot mata senang, Ren Piao Ling melihat Zang Hua. Dengan nada yang senang dia bertanya, "Menurutmu, apakah upahku lebih banyak darimu atau lebih sedikit darimu?"
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita adalah teman dan bisnis ini kau yang terima,' menurut aturan dunia persilatan, kau harus mendapatkan lebih banyak dari diriku."
"Mengapa aku harus mengambil lebih banyak darimu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pertama, Nan Jun Wang bukan orang pelit. Kedua, karena orang yang harus ditolong adalah putri Nan Jun Wang. Ketiga, masalah ini sangat berbahaya. Karena 3 alasan tersebut, maka itu upahmu lebih besar dariku."
Dalam keadaan seperti itu Zang Hua masih berpikiran untuk membanding-bandingkan upah mereka berdua.
Tapi dia melupakan satu hal.
Melupakan orang yang telah diculiknya, Hua Yu Ren adalah kakaknya. Walaupun bukan kakak kandung, dan mereka sama-sama anak angkat tapi mereka tumbuh besar bersama. Apalagi Hua Yu Ren sangat baik kepadanya. Mengapa dia tidak peduli pada hidup atau mati Hua Yu Ren"
Malah memperhatikan upah yang akan diterimanya"
Kecuali Zang Hua, siapa yang bisa melakukan hal seperti ini"
-ooodwooo- Pada saat pedang ditusuk dari belakang, hati Bai Tian Yu sudah merasa dingin, malah boleh dikatakan sudah mati.
Karena dia tahu, pedang itu membawa kematian.
Hanya kematian yang bisa melepaskan dia dari tusukan ini.
Ini adalah tusukan kematian.
Walaupun tusukan itu dilakukan dengan sangat lambat dan sangat ringan tapi yang pasti pada saat dagingnya ditusuk, Bai Tian Yu sudah merasakan tusukan pedang yang dingin itu, pedang ini menusuknya dari belakang dan masuk ke jantungnya. Dia mendengar suara pedang itu menembus ke badannya.
Jian (pedang) tidak memiliki perasaan.
Apakah dia bisa merasakan ketakutan manusia"
Jian memang tidak memiliki perasaan.
Apakah dia bisa mendengar jeritan hati manusia"
-ooodwooo- BAB 6 Biksu di dalam kuil biksuni
Walaupun Jian memiliki perasaan, dia pun tidak akan bisa merasakan ketakutan manusia. Dia juga tidak akan bisa mendengar jeritan hati manusia.
Seperti bunga jika dia bisa bicara, manusia tidak akan bisa mendengar jeritan kesedihan dan keluh kesahnya.
Pedang sudah menusuk ke punggung Bai Tian Yu.Darah seperti bunga yang mekar dan jatuh seperti air hujan.
Sore sudah tiba.
Matahari musim semi dengan malu-malu bersembunyi di balik gunung sebelah barat.
Cahaya matahari yang terbenam, menyinari wajah Zang Hua. Seperti cahaya lampu yang ada di depan Budha yang berada di dalam kelenteng. Zang Hua melihat matahari yang mulai terbenam dan kuil Wu Xin An yang berada di luar hutan. Tiba-tiba dia merasa ada yang tidak dimengerti olehnya. Dia seperti berkata sendiri, "Aneh?"
Ren Piao Ling membalikkan kepalanya dan bertanya, "Apa yang aneh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah sekarang sudah sore?"
"Benar."
"Apakah pada sore hari seperti ini, dapur mulai sibuk?" pertanyaan Zang Hua sangat aneh.
"Seharusnya seperti itu," Ren Piao Ling tiba-tiba tertawa dan berkata, "apakah kau sudah lapar"
sehingga tiba-tiba menanyakan hal itu?"
"Di kuil ada makanan vegetarian, seharusnya kuil Wu Xin An mulai menyiapkan makanan,"
Zang Hua melihat lubang asap kuil Wu Xin An dan berkata, "Kenapa lubang asap mereka tidak ada keluar asapnya?"
"Mungkin karena hari ini mereka mempunyai makanan kering."
"Bisa saja."
"Kalau hari ini mereka makan makanan kering, sekarang adalah saatnya mereka sekolah malam, tapi mengapa tidak terdengar sedikit pun suara?" tanya Zang Hua.
"Mungkin hari ini mereka sedang libur."
Zang Hua membalikkan kepala, dengan sikap marah dia melihat Ren Piao Ling, "Dalam otakmu kecuali diisi pikiran aneh, masih bisa diisi apalagi?"
"Masih bisa diisi dengan ide-ide yang bisa membuatmu marah," Ren Piao Ling tertawa.
"Kau.."
Zang Hua marah tapi Ren Piao Ling terus tertawa dan tawanya terlihat riang.
"Pada saat kau marah', kau terlihat sangat cantik dan sewaktu kau marah, kau baru mirip seorang perempuan," Ren Piao Ling masih tertawa kemudian dia berkata, "apa yang kau katakan tadi, sudah kuperhatikan."
"Kalau sudah tahu mengapa tidak bilang kepadaku?" Zang Hua masih marah, "harus aku yang bicara dulu, kau baru merasa puas."
"Gerakan kita ini apakah akan berhasil atau tidak, kita belum tahu. aku hanya ingin agar pikiran kita tenang dan santai," kata Ren Piao Ling, "tidak kusangka, kau tidak bisa diajak bersantai."
"Siapa bilang aku tidak bisa diajak bercanda" Aku hanya tidak mau ditipu," walaupun Zang Hua marah tapi dari sudut matanya terlihat ada tawa geli.
"Mengapa dari dulu kuil atau kelenteng selalu dibangun di tempat sepi?"
"Karena kuil bangun jika semakin jauh dan berada di tempat sepi, maka akan terlihat semakin misterius."
"Apakah betul ada perasaan misterius" Biasanya perasaan misterius membuat orang merasa aneh."
"Benar, manusia sering merasa takut kepada hal yang membuat mereka tidak mengerti."
"Jika mereka takut, maka mereka harus pergi bersembahyang."
"Dan manusia senang pergi ke tempat jauh untuk bersembahyang," kata Zang Hua, "hanya dengan cara seperti itu baru bisa terlihat sampai dimana kesetiaan mereka."
"Semua kata-katamu benar," kata Ren Piao Ling. "hanya kurang sedikit."
"Kurang di bagian mana?"
"Orang yang bersembahyang karena jarak yang ditempuh sangat jauh, maka mereka pasti akan merasa lapar, kalau perut terasa lapar, makanan yang dimakan pun pasti akan terasa lebih enak."
"Karena itu orang selalu merasa sayur vegetarian yang ada di kuil lebih enak rasanya," kata Zang Hua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akhirnya kau mengerti juga," kata Ren Piao Ling, "makanan vegetarian adalah daya tarik bagi mereka yang datang ke kuil."
Banyak orang yang bersembahyang ke kelenteng selayaknya orang yang bertamasya ke luar kota, karena itu jika biksu atau biksuni yang pintar mereka pasti akan membangun kuil dan kelenteng di tempat yang sangat jauh.
"Apakah kau tahu mengapa orang-orang pergi bersembahyang ke kuil atau kelenteng selalu pada sore hari?" tanya Ren Piao Ling.
"Mengapa?"
"Karena orang yang bersembahyang akan berangkat pada pagi hari, siang mereka baru tiba di kuil," kata Ren Piao Ling, "setelah selesai bersembahyang, hari sudah sore dan tiba waktunya untuk makan malam, karena itu kuil atau kelenteng pada sore hari mempunyai bisnis lebih ramai."
"Sekarang aku merasa kata-katamu masuk akal," kata Zang Hua, "tapi kalau ada biksu atau biksuni yang mendengar kau berkata mereka berbisnis, mereka pasti akan marah sampai mati."
"Mereka tidak akan mati."
"Mengapa?"
"Arak, wanita, uang, marah, semuanya adalah kosong," kata Ren I*iao Ling, "apakah kau tidak mengerti kalimat ini?"
"Betul, marah adalah kosong, tidak marah pun adalah kosong. Biksu dan biksuni pasti tidak akan mati karena marah."
"Kalau begitu, kita bisa masuk dan membuat mereka marah," kata Zang Hua.
"Mari kita masuk."
---ooo0dw0ooo---
Hutan yang sepi. Di ujung hutan ada kuil Wu Xin An. Zang Hua dan Ren Piao Ling sudah keluar dari hutan, tiba-tiba di langit tampak awan hitam menutupi matahari yang akan.terbenam. Di balik awan hitam itu terdengar suara guntur.
Zang Hua melihat langit dan berkata, "Sepertinya hujan besar akan segera tiba."
"Hari hujan adalah hari yang tepat untuk membunuh orang," kata Ren Piao Ling, "udara seperti itu sangat cocok untuk membunuh orang."
"Siapa yang ingin membunuh orang?"
"Orang yang ingin membunuh orang.
---ooo0dw0ooo---
Pintu besar kuil Wu Xin An ditiup oleh angin kencang, dan mengeluarkan suara besar. Di halaman Wu Xin An seperti ada kabut hitam besar yang digulung oleh angin dan menari-nari di udara.
Kalau mengatakan itu adalah kabut juga tidak mirip kabut, setelah dilihat dengan seksama lagi, tampak mirip sekali. Di hari yang begitu gelap, benar-benar terlihat sedikit misterius dan menakutkan.
Zang Hua sudah melihat keadaan di halaman itu
"Apa itu?"
Ren Piao Ling juga merasa curiga, tapi langkah kakinya tidak berhenti. Dia masuk ke halaman kuil.
Zang Hua juga ikut masuk. Dia bertanya, "Apa itu?"
Ren Piao Ling tidak menjawab, dia melemparkan barang yang ada di tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benda itu lembut, seperti sutra tapi seperti juga bukan sutra. Begitu dilihat dengan teliti, dia berteriak, "Rambut!"
"Betul, ini rambut."
"Darimana datangnya begitu banyak rambut?"
Di halaman banyak rambut yang terbang, benar-benar terasa sangat menakutkan.
Ren Piao ling melihat rambut yang memenuhi halaman. Dia tertawa dan berkata, "Mungkin kuil Wu Xin An akan berubah fungsi menjadi toko pemangkas rambut,"
---ooo0dw0ooo---
"Kau tidak akan kaget bila melihat banyak biksu di kuil."
"Tapi bagaimana jika menemukan biksu di kuil biksuni?"
Di sini adalah Wu Xin An. Wu Xin An adalah kuil untuk para biksuni yang terkenal di dunia persilatan.
Kalau di kuil biksuni tidak ada biksuni, lalu ada apa" Di Wu Xin An ternyata ada biksu.
Besar, kecil, tua, muda ada beberapa puluh orang biksu. Setiap biksu sedang duduk bersila di bawah. Sepasang tangannya dikepalkan, matanya melihat hidung. Mereka duduk di sebuah ruang tengah yang besar.
Dari jauh hanya terlihat kepala botak dan sangat licin seperti berminyak.
Sekarang Zang Hua baru mengerti, rambut di pekarangan tadi berasal dari mana tapi dia tetap tidak mengerti mengapa tiba-tiba mereka mencukur rambutnya menjadi biksu"
Pergi kemana semua biksuni yang ada di Wu Xin An"
Di dalam ruangan itu ada 20-30 orang, tapi sama sekali tidak terdengar suara dan tidak terdengar suara yang membaca kitab suci.
Biksu memang biksu tapi mereka tidak bisa membaca kitab suci, apakah mereka tidak pernah belajar membaca kitab suci"
Dengan pelan Zang Hua mendekati mereka, dia menyelidiki mereka satu per satu. Tiba-tiba pandangannya berhenti pada salah satu biksu yang ada di depannya. Dia melihat biksu itu.
Tapi biksu ini tetap melihat hidungnya. Hidungnya menghadap ke tubuhnya. Dia duduk bersila di bawah, kepalanya botak dan licin, wajahnya pun licin.
Zang Hua melihatnya, ekpresi wajah Zang Hua seperti sudah melihat setan. Dia memandang lagi kemudian dengan nada yang tidak percaya dia berkata, "Ketua Biao Wu?"
Biksu itu ternyata adalah ketua kantor Biao Zheng Xing yang bernama Wu Zheng Xing.
Ren Piao Ling juga melihat Wu Zheng Xing, tapi dia sama sekali tidak bergeming.
Zang Hua melihat Wu Zheng Xing dengan lama, kemudian menepuk pundaknya.
"Apakah kau sakit?"
Wu Zheng Xing mengangkat matanya dan melihat Zang Hua lalu berkata, "Nona sedang bicara dengan siapa?"
"Denganmu," jawab Zang Hua, "Wu Zheng Xing."
"A Mi Ta Ba," Wu Zheng Xing dengan tangan terkatup berkata, "Wu Zheng Xing sudah mati.
Mana bisa Nona bicara dengannya?"
"Apakah kau bukan Wu Zheng Xing?"
"Aku adalah Wu Kuang."
Kata Ren Piao Ling tiba-tiba, "Mengapa Wu Zheng Xing bisa mati dengan tiba-tiba?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang yang harus mati ya akan mati," kata Wu Zheng Xing.
"Bagaimana dengan orang yang tidak pantas mati?"
"Yang tidak pantas mati, akhirnya pasti akan mati juga."
Sejak tadi Wu Zheng Xing duduk bersila, wajahnya sama sekali tidak ada ekspresi. Sekarang setelah melihatnya dengan seksama, dia sama sekali tidak mirip dengan ketua Biao Zheng Xing.
Sekarang dia mirip dengan biksu yang mempunyai ilmu silat tinggi.
Zang Hua melihatnya, matanya berputar, kemudian dia tertawa dan berkata, "Kalau ketua Biao Wu Zheng Xing sudah mati, bagaimana dengan istrinya"''
"Apakah dia mempunyai istri?" tanya Ren Piao Ling.
"Ada dan mereka baru saja menikah," Zang Hua tertawa dan berkata, "coba kau pikir apakah istri yang baru dinikahi akan pergi ke lain tempat?"
Biasanya orang yang baru menikah pasti sangat menyayangi istrinya, tapi mengapa dia tega meninggalkan istrinya" Dan mengapa secara tiba-tiba mencukur rambutnya dan memutuskan untuk menjadi biksu"
Wu Zheng Xing berusaha menguasai dirinya tapi dahinya sudah mulai berkeringat.
Ren Piao Ling tertawa dan berkata, "Wu Zheng Xing sudah mati, istrinya pasti akan kawin lagi."
"Kawin lagi?" Zang Hua berkata, "begitu cepatkah?"
"Jika ingin menikah, segeralah menikah," kata Zang Hua, "dengan siapa dia akan menikah?"
"Mungkin saja dengan pelajar, atau mungkin dengan pendeta," jawab Ren Piao Ling sambil tertawa, "bunga adalah merah, daun adalah hijau, mereka adalah satu keluarga."
Kata-katanya belum selesai, tiba-tiba Wu Zheng Xing meraung. Dia berdiri, baru saja dia berdiri tiba-tiba di tengah langit ada pemukul yang biasa dipakai mengetok ikan kayu, melayang dan jatuh tepat di atas kepalanya.
Pengetok itu sangat berat, walaupun kepalanya tidak pecah, tapi pasti akan benjol. Begitu kepalanya diketok sedikit, terasa menjadi pusing, sampai berdiri pun dia tidak sanggup. Dia mundur beberapa langkah kemudian dengan cepat duduk kembali di bawah.
"A Mi Ta Ba," orang yang membaca doa akhirnya muncul, tapi dia bukan biksu melainkan biksuni.
Seorang biksuni dengan perlahan mendekati mereka sambil membaca A Mi Ta Ba. Tangannya membawa ikan kayu tapi tidak membawa ketokan untuk memukul.
Begitu melihat biksuni ini muncul, Zang Hua terkejut. Dia berkata di dalam hati, "Xin Wu Shi Tai." Biksuni ini adalah orang yang menemani Zang Hua bersembahyang. Dengan perlahan dia berjalan mendekati Wu Zheng Xing. Dia menarik nafas dan berkata, "Perempuan adalah kosong, kosong adalah perempuan; Tahap ini saja tidak bisa kau lewati, bagaimana kau bisa menjadi seorang biksu?"
Begitu melihat Xin Wu Shi Tai keluar, Wu Zheng Xing langsung gemetar. Dia berkata,
"Aku...aku memang tidak ingin menjadi biksu, kau yang telah memaksaku?"
Kata-katanya belum selesai, kepalanya diketok lagi, tapi kali ini dipukul dengari tangan.
Tangan Xin Wu Shi Tai sepertinya lebih keras dari ketokan kayu. Dia berkata, "Siapa yang memaksamu menjadi biksu?"
Begitu tubuh Wu Zheng Xing diketok, dia segera merangkak di lantai. Pastinya kepalanya bertambah dengan satu benjolan lagi. Benjolan itu lebih besar dari benjolan sebelumnya.
"Tidak...tidak ada yang memaksaku."
"Apakah kau ingin menjadi biksu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ingin...aku sangat ingin menjadi biksu, ingin sampai aku mati."
Kepala Wu Zheng Xing diketok lagi. Xin Wu Shi Tai berkata, "Mengapa seorang biksu sekali membuka mulut langsung bicara kematian?"
"Aku tidak akan berkata seperti, itu lagi...tidak akan," suara Wu Zheng Xing seperti yang ingin menangis.
"A Mi Ta Ba. Kesulitan ada di mana-mana, palingkan lah kepala itu daratan, letakkan lah senjatamu, segera menjadi Budha...." Xin Wu Shi Tai mulai membaca kitab suci, "Na Mo A Mi Ta Ba.'
Suara yang membaca kitab suci semakin keras. Wu Zheng Xing yang merangkak di lantai semakin kencang menangis.
Zang Hua terpaku. Dia bengong setelah lama dia baru membalikkan kepala. Dengan tertawa kecut dia melihat Ren Piao Ling, "Biksuni itu sangat pintar memaksa orang untuk menjadi biksu.
Dia juga sangat pintar membaca kitab suci."
"Kecuali bisa membaca kitab suci, dia juga pintar mengetok kepala Orang," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "mengetok kepala orang lebih pandai dibandingkan membaca kitab suci."
"Dia tidak salah tempat membaca kitab suci," kata Zang Hua, "tapi salah mengetok kepala orang."
"Seharus dia mengetok kepala siapa?" tanya Ren Piao Ling.
"Dia sendiri."
Tiba-tiba Xin Wu Shi Tai berhenti membaca kitab sucinya, dia membalikkan kepalanya melihat Zang Hua. Kemudian dia menggelengkan kepalanya, "Ternyata kau!"
"Ya ini aku."
"Mengapa kau datang lagi?" "Aku bisa pergi, mengapa tidak bisa kembali ke sini lagi?"
"Kalau sudah pergi seharusnya kau tidak kembali."
"Siapa yang bilang seperti itu?" tanya Zang Hua.
"Biksuni yang bicara."
"Mengapa biksuni bisa berkata seperti itu?"
"Biksuni bisa mengetok kepala orang," kata Xin Wu Shi Tai.
"Kelihatannya biksuni ingin mengusirku?" tanya Zang Hua menarik nafas.
"Pagi tadi aku sudah menyuruhmu pergi, sekarang kau malah kembali lagi," kata Xin Wu Shi Tai.
Mata Zang Hua berputar, segera dia berkata, "Kalau sekarang aku pergi, apakah ada yang akan memberiku uang?"
"Tidak ada."
"Kalau begitu aku tidak akan pergi."
"Mengapa?"
"Aku ke sini karena ada seseorang akan memberiku uang," kata Zang Hua sambil tertawa,
"kalau tidak ada orang yang memberiku uang, bagaimana aku bisa pergi?"
Xin Wu Shi Tai mulai marah, dia berkata, "Apakah kau tahu tempat apa ini?"
"Kalau pagi hari tempat ini adalah kuil biksuni sekarang pun tetap kuil biksu," Zang Hua melihat biksu-biksu yang masih duduk bersila di bawah.
"Pagi adalah kuil sekarang adalah kelenteng," jawab Xin Wu Shi Tai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memangnya kenapa kalau kelenteng?" tanya Zang Hua, "pelacur pun boleh bersembahyang, mengapa aku tidak boleh?"
"Kau datang untuk apa?"
"Berjudi."
"Kelenteng bukan tempat perjudian."
"Biksuni bisa memaksa orang menjadi biksu, mengapa aku tidak boleh berjudi di kelenteng?"
"Di sini banyak biksu, siapa yang bisa berjudi denganmu?"
"Biksu."
"Biksu tidak boleh berjudi," kata Xin Wu Shi Tai.
"Sudahlah, kalau adu mulut terus kau tidak akan bisa menang darinya," tiba-tiba Ren Piao Ling bicara, "dia pasti yang akan menang. Budha Ru Lai pun berjudi, kenapa biksu tidak boleh berjudi?"
"Benar," timpal Zang Hua.
"Siapa yang mengatakan kalau Budha Ru Lai berjudi" Dengan siapa Budha Ru Lai berjudi?"
"Dengan Shun Wu Kong," jawab Zang Hua.
"Mereka bertaruh apa?"
"Taruhannya adalah Shun Wu Kong tidak bisa keluar dari telapak tangan Budha Ru Lai," jawab Zang Hua.
"Sekalipun kau mempunyai alasan, tapi biksu tidak mempunyai uang," kata Xin Wu Shi Tai.
"Biksu tidak mempunyai uang, tapi biksuni bisa meminta uang kepada orang biasa."
"Meminta uang" Meminta uang kepada siapa?"
"Setahuku, biksu-biksu ini tadi pagi hanya orang biasa," kata Zang Hua, "apalagi ketua Wu Zheng Xing. Kalau dia menjadi biksu, berarti kantungnya harus kosong. Harta benda yang begitu banyak secara otomatis akan disumbangkan kepada para biksuni."
"Katanya biksuni mempunyai cara lebih banyak untuk meminta sumbangan dibandingkan dengan para biksu," kata Ren Piao Ling.
"Kadang-kadang merampok uang lebih pintar dari pada perampok itu sendiri."
Tiba-tiba Xin Wu Shi Tai terdiam. Dia melihat Zang Hua dan Ren Piao Ling dengan lama, kemudian dia berkata, "Dengan apa kalian akan bertaruh?"
"Aku," kata Zang Hua.
"Mana bisa orang dijadikan sebagai barang taruhan?"
"Bisa, kalau aku kalah, aku akan mengikutimu menjadi biksuni. Dan dia tetap menjadi biksu,"
kata Zang Hua. "kalau kau kalah maka kuil ini akan menjadi milikku, biksu-biksu itu pun menjadi milikku."
"Dengan cara apa kau kan bertaruh?" tanya Xin Wu Shi Tai.
"Kau senang mengetok kepala orang, kita bertaruh dengan cara mengetok kepala orang," kata Zang Hua.
"Mengetok kepala siapa?"
"Kau mengetok kepalaku, aku akan mengetok kepalamu," Zang Hua tertawa dan berkata lagi,
"siapa yang pertama kali bisa mengetok kepala lawannya, maka dia lah yang menang."
"Kepala bukan ikan kayu, kepala diketok akan pecah," dengan dingin Xin Wu Shi Tai bicara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Zang Hua mengedipkan matanya kepada Xin Wu Shi Tai dan berkata, "Apakah kau tahu kepala seperti apa yang mudah diketok hingga pecah?"
Tidak perlu dijawab, kepala botak lebih mudah diketok sampai pecah.
Tiba-tiba Xin Wu Shi Tai tertawa terbahak-bahak. Diiringi tawanya, tiba-tiba dia menghilang.
---ooo0dw0ooo---
Begitu pedang menusuk, darah pun bercucuran. Ternyata pedang itu menembus hingga ke dalam daging. Tidak terasa sakit, yang ada hanya sedikit rasa bingung. Bai Tian Yu sekarang tidak merasa sakit juga tidak takut, hanya ada kebingungan. Dia tidak menyangka kalau ujung pedang yang menusuk ke dalam dagingnya terasa dingin.
Pedang yang ada di belakangnya telah menusuk hingga merobek bajunya dan masuk ke dalam punggungnya.
Darah seperti hujan musim semi. Bai Tian Yu sudah siap menyambut datangnya kematian, waktu ini lah dia merasakan satu hal.
Hal yang membuatnya merasa senang.
Pedang yang menusuk dari belakang pada saat akan menembus jantungnya tiba-tiba berhenti.
Hawa pembunuh yang terdapat di ujung pedang pun segera menghilang.
Yin Hu bergerak saat itu juga. Begitu dia bergerak, pedang Bai Tian Yu akan ikut bergerak.
Tangan kiri Yin Hu bergerak sedikit. Dia sudah menembakkan 20 senjata rahasia berbentuk Biao. Kemudian dia membalikkan badan dan menembakkan 20 lebih senjata jarum dan mulut mengeluarkan 10 jarum sakti.
Seratus senjata rahasia. Dari semua penjuru menembak keluar. Ada yang cepat, ada juga yang lambat, ada yang menembak ke belakang dan tiba terlebih dulu. Ada yang saling beradu, kemudian berganti arah. Semua senjata rahasia mengarah kepada Bai Tian Yu.
Sekalipun Bai Tian Yu mempunyai seribu tangan tetap tidak akan sempat menyambut senjata rahasia itu. Untungnya dia mempunyai sebilah pedang.
Pedang Chun Yu.
Pedang yang diukir, bercahaya seperti bulan melengkung.
Cahaya melengkung seperti bulan yang ada di dalam air.
Air seperti bergerak, seperti bergoyang juga seperti menyebar.
Hanya ada satu pedang. Hanya satu kali kelebatan.
Seratus macam senjata rahasia itu seperti hujan jatuh ke dalam danau, tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
Sewaktu Yin Hu melihat cahaya melengkung itu, dia juga melihat cahaya seperti bulan sabit itu ada di dadanya lalu menghilang.
Begitu cahaya itu menghilang, Yin Hu melihat hal aneh lainnya. Hal yang dalam hidupnya belum pernah dia lihat, karena mata kirinya bisa melihat mata kanan. Mata kanannya pun bisa melihat mata kirinya.
Seorang manusia mana bisa mata kirinya melihat mata kanannya"
---ooo0dw0ooo---
Melihat Xin Wu Shi Tai tertawa, dan melihat dia menghilang.
Mengapa dia bisa menghilang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di sebuah ruangan besar di kuil Wu Xin An, semua ditutupi oleh papan-papan hijau yang terbuat dari batu. Xin Wu Shi Tai berdiri di atas papan-papan batu itu, sewaktu dia tertawa terbahak-bahak, papan batu itu tiba-tiba terbelah dan terbuka.
Begitu papan batu itu terbuka, Xin Wu Shi Tai jatuh ke dalamnya kemudian papan itu segera menutup kembali.
Melihat keadaan ini Zang Hua sangat kaget.
Ren Piao Ling juga melihatnya, dia juga terpaku. Tapi kemudian dia tertawa, dia tertawa dan berkata kepada Zang Hua, "Sepertinya dia tidak ingin bertaruh denganmu."
"Dia tahu kalau kepalanya sangat mudah diketok hingga pecah," Zang Hua juga tertawa.
"Apakah kau benar akan mengetok kepalanya?" "Hanya satu ketokan saja kepalanya pasti akan sobek."
"Mengapa?" tanya Ren Piao Ling, "Xin Wu Shi Tai sangat terkenal, secara garis besar dia bukan orang yang sangat jahat."
"Tapi dia tidak boleh memaksa orang untuk menjadi biksu."
"Pengemis pun boleh menjadi biksu, yang membuka kantor Biao pun boleh menjadi biksu," kata Ren Piao Ling sambil tertawa, "mungkin mereka sendiri yang menginginkannya...."
Kalimat ini belum selesai, biksu-biksu yang ada di dalam ruangan itu berteriak, "Kami tidak ingin menjadi biksu."
"Kami mempunyai anak, istri, dan ibu. Kami hidup dengan bahagia, mengapa harus menjadi biksu?"
"Orang biasa mana mau menjadi biksu?"
Suara Wu Zheng Xing lah yang paling keras. Dia berlutut dan berkata, "Kami dipaksa menjadi biksu, kami berharap Pendekar Ren bisa menegakkan keadilan untuk kami."
"Hai!" Ren Piao Ling menarik nafas, "tadinya aku mengira kalau kau adalah laki-laki sejati, tapi nyatanya begitu dipaksa kau mau saja menjadi biksu."
"Kalau kami tidak mau menjadi biksu, dia akan mengambil nyawa kami," kata Wu Zheng Xing.
Amarah Pedang Bunga Iblis Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalian semua berjumlah 20-30 orang, masa takut dengan seorang biksuni?" tanya Zang Hua.
"Biksuni itu sangat galak dan jahat, ilmu silatnya pun tinggi," kata Wu Zheng Xing, "dan ada 2
orang yang wajahnya selalu ditutup, siap membantunya."
"Dua orang yang bertopeng?"
"Apakah dengan gabungan diri kalian masih tidak bisa melawan mereka?" tanya Zang Hua.
"Kalau bisa mengalahkan, kami tidak akan mau menjadi biksu," kata Wu Zheng Xing.
Zang Hua bertanya lagi, "Kenapa dia memaksa kalian menjadi biksu" Apakah dengan begitu dia mendapat kebaikan?"
"Yang pasti dia akan mendapatkan kebaikan."
"Apa kebaikannya?"
"Katanya jika kita menjadi biksu, semua hati akan menjadi kosong," kata Wu Zheng Xing,
"begitu kami menjadi biksu, harta kekayaan* kami akan menjadi miliknya."
"Kalau begitu aku juga ingin mengetok kepalanya," kata Ren Piao Ling sambil tertawa kecut.
"Bukan mengetok hingga pecah sedikit, melainkan membocorkan kepalanya," kata Zang Hua.
Ren Piao Ling berpikir sejenak lalu dia berkata, "Ke mana perginya Xin Wu Shi Tai" Kenapa dia mengijinkan Xin Wu An melakukan semua ini ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Manusia bisa berubah," kata Zang Hua, "mungkin kedua orang yang wajahnya bertopeng itu adalah salah satu adalah Xin Wu Shi Tai?"
"Benar," tanggap Wu Zheng Xing, "biksuni ini sepertinya sangat menurut kepada kedua orang yang wajahnya bertopeng itu."
"Para biksuni itu tidak akan melepaskan kami," wajah-wajah para biksu ini terlihat ketakutan.
"Kalian jangan takut, kalau dia berani mengejar kalian, masih ada Pendekar Ren yang bisa menghadangnya," kata Zang Hua.
"Betul, dengan adanya Pendekar Ren, jadi kami merasa tenang."
Kata-kata ini belum selesai, biksu-biksu yang ada di dalam sudah berebut ingin keluar. Ada yang berjalan melalui pintu, ada yang melalui jendela. Hanya dalam waktu sekejap mereka semua sudah lari keluar dari kuil.
Tidak ada yang mengerti, mengapa Xin Wu Shi Tai tidak menampakan diri. 2 orang yang wajahnya bertopeng itu pun tidak kelihatan muncul.
"Wibawamu sangat besar," kata Zang Hua tertawa, "biksu-biksu itu sudah melarikan diri, para biksuni pun tidak berani mengejar mereka."
Ren Piao Ling tertawa kecut, "Lain kali jika bertemu dengan hal-hal seperti ini, jangan mengangap itu adalah karena Pendekar Ren."
"Kalau bukan karenamu, lalu karena siapa?"
"Kau sendiri juga bisa! Bukankah ilmu silatmu juga tinggi?"
"Aku memang ingin mengatasinya sendiri, tapi wibawaku tidak cukup besar."
"Kau terlalu sungkan."
Zang Hua tertawa. Tiba-tiba dia bertanya, "Menurutmu biksuni yang jatuh ke bawah, kemana dia akan jatuh?"
"Kita ikuti saja kemana dia jatuh, bukankah kita akan segera tahu?"
Begitu selesai bicara, Ren Piao Ling pun menghilang.
Tempat Ren Piao Ling berdiri dan tempat Xin Wu Shi Tai jatuh, posisinya tidak sama. tapi tempat mereka berpijak tetap bisa dibuka. Karena itu Ren Piao Ling segera terjatuh ke bawah.
Tapi saat Zang Hua menendangnya, papan batu itu tetap tidak bisa dibuka karena itu dia merasa kaget.
Papan batu itu sangat tebal, sela-sela papan pun sangat padat, tidak ada yang tahu di mana tombol pembukanya.
Ruangan itu kembali sepi. Zang Hua melihat ruangan besar itu, dia mulai gemetar.
---ooo0dw0ooo---
BAB 7 Siapa pembunuh Xin Wu Shi Tai"
Pedang membawa cahaya bulat.
Darah bercipratan seperti angin yang lewat.
Angin musim semi berhembus, air mengalir. Bulan yang terpantul di atas permukaan air seperti menjadi besar dan lebar.
Semakin lebar... dan lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mata Yin Hu ikut melebar. Mata kirinya bisa melihat mata kanannya. Matanya semakin melebar, kemudian terbelah menjadi dua dan jatuh kepada kedua belah sisi.
Pedang bergerak begitu cepat, itulah pedang setan.
Sekali mengangkat pedang, dia bisa menepis senjata rahasia sebanyak 100 macam lebih, dan pada saat yang sama dia membelah tubuh Yin Hu menjadi dua dengan pedangnya.
Pedang itu tetap menancap di punggung Bai Tian Yu, begitu dia maju selangkah. Pedang itu segera terlepas, dengan perlahan-lahan dia membalikkan badannya.
Setelah dia membalikkan badan, dia melihat ada sepasang mata yang dipenuhi dengan air mata yang melihatnya.
Mata ini sarat dengan perasaan, tapi juga terlihat seperti menyesal dan ada kepasrahan di matanya.
Bai Tian Yu melihat sepasang mata itu. Wajahnya sama sekali tidak terlihat marah atau kaget, Bai Tian Yu terlihat mengerti dan juga sudah memaafkan orang itu.
Mereka saling memandang dengan diam dan lama. Akhirnya Bai Tian Yu menarik nafas dan berkata, "Aku tahu itu adalah perbuatanmu."
"Ya, memang perbuatanku."
"Hanya kau yang baru bisa membuat strategi seperti ini, hanya kau yang baru bisa mengeluarkan tusukan seperti ini, hanya kau yang baru bisa?"
"Baru bisa pada saat yang tepat berhenti," Matanya terlihat sarat dengan perasaan, "Apakah kau tahu, mengapa bisa seperti ini?"
Bai Tian Yu terdiam.
Laki-laki pintar dalam situasi seperti itu lebih baik memilih untuk berdiam diri. Tapi perempuan itu tidak puas dengan jawabannya, dia bertanya lagi, "Apakah kau tahu apa alasannya?"
Bai Tian Yu tidak bisa tidak menjawab lagi, dia menarik nafas dan berkata, "Pedang sudah masuk kedalam tubuhku, tapi mengapa kau malah menghentikannya?"
Jawaban apakah ini"
Hanya laki-laki pintar yang baru bisa menjawab seperti itu.
Perempuan itu sepertinya sangat puas dengan jawaban yang diberikan oleh Bai Tian Yu.
"Hanya karena kau dan hanya karena kau lah, aku bisa menghentikan tusukan pedangku."
Bai Tian Yu tetap mendengar, dia hanya bisa mendengar saja saat ini.
"Aku menghabiskan begitu banyak waktu dan tenaga, agar kau mati," dia berkata dengan lembut, "tapi sewaktu aku menusukkan pedang ke dalam tubuhmu, akupun malah merasa hatiku pun tertusuk oleh pedang."
Perasaan yang ada di matanya terlihat seperti kabut. Dia melihat Bai Tian Yu dan berkata lagi,
"Pedang itu ditusukkan ke tubuhmu tapi rasa sakitnya seperti pedang yang ditusuk ke dalam tubuhku. Apakah kau tahu apa penyebabnya?"
Bagaimana harus menjawab pertanyaan ini"
"Karena aku mencintaimu."
"Aku mencintaimu." ketiga kata ini terdengar begitu biasa kecuali kau pernah mendengarnya atau pernah menjawab tidak, maka kau tidak akan mengerti dengan arti 3 kata ini, tidak mengerti bagaimana pahit, manis, dan sedihnya perasan hati"
Untuk mengucapkan 3 kata ini yaitu *Wo Ai Ni', kadang-kadang kau harus melewati jalan yang panjang dan sulit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengucapkan ketiga kata ini, kau harus menerima masa depan yang belum kau ketahui, apakah masa depanmu akan manis atau akan .menyedihkan" Atau malah terasa lebih pedih"
Ribuan tahun yang lalu banyak orang yang telah mengungkapkan ketiga kata ini.
Setelah berlangsung selama ribuan tahun, sekarang pun tetap banyak orang yang
mengucapkan ketiga huruf ini.
Walaupun kau sendiri yang mengatakannya atau mendengarnya sendiri atau bahkan kau sendiri yang mengalaminya, kau tetap akan merasakannya sendiri.
"Karena aku mencintaimu.''
Menghadapi perempuan seperti ini, mendengar kata-kata itu, Bai Tian Yu tidak tahu apa yang harus dia jawab.
Dari kejauhan tampak awam hitam. Awan ini menutupi matahari yang akan terbenam.
Sore akan segera berlalu dan malam pun akan datang.
Hujan belum turun, tapi angin besar sudah berhembus ke tempat ini.
Angin besar meniup jendela. Jendela terus berderit, pintu pun ikut terus berbunyi. Di dalam Wu Xin An kecuali Zang Hua, yang terdengar adalah suara angin.
Zang Hua melihat patung Guan Yin yang berada di atas meja. Dia mundur selangkah demi selangkah, dia bukan takut hanya tidak suka dengan suasana yang begitu seram. Angin masih berhembus. Ruang besar yang kosong hanya ada Zang Hua. Tiba-tiba dia merasa kalau ruangan itu ternyata sangat besar. Rumah makin besar, maka penghuni akan merasa semakin kecil dan sendirian, semakin membuat orang merasa takut.
Tiba-tiba Zang Hua membalikkan badannya dan lari ke halaman. Di luar angin berhembus sangat besar. Begitu Zang Hua keluar dari ruangan itu, angin besar berhembus lagi. Angin meniup rambut-rambut dari kepala orang yang telah dicukur. Beribu-ribu helai rambut tiba-tiba menggulung ke arahnya, menggulung ke arah lehernya dan juga ke wajahnya.
Semua ini terasa sangat ringan, lembut, dan dingin seperti ada beribu-ribu pasang tangan setan yang meraba ke wajahnya dan mencoba mencekik tenggorokannya.
Zang Hua tidak- pernah merasa takut, tapi keadaan sekarang membuatnya menjadi sesak nafas. Tiba-tiba dia bersalto dan dengan cepat kembali ke ruangan besar itu.
Dengan cepat dia menutup pintu dan dihalangi oleh badannya. Setelah lama dia baru bisa bernafas dengan teratur. Angin masih bertiup. Sebuah jendela yang tertiup angin tampak terbuka kemudian terdengar suara petir, hujan pun turun.
Akhirnya hujan angin datang juga.
Zang Hua melihat ruangan besar ini, tiba-tiba dia berteriak, "Ren Piao Ling, di mana kau berada?"
Suasana begitu gelap, ruangan itu lebih gelap lagi.
Sewaktu Zang Hua ingin mencari lilin dan siap untuk dinyalakan, tiba-tiba dia mendengar di belakangnya ada suara aneh. Suara itu seperti suara tirai yang digulung.
Dengan cepat dia membalikkan badannya. Segera dia melihat tirai yang tadinya lurus, sekarang terguling dan sedang digulung oleh sepasang tangan setan yang tidak terlihat.
.. Walaupun Zang Hua bukan seorang yang penakut, tapi begitu melihat keadaan seperti itu, bulu kuduknya pun merinding.
Tirai tergulung, dari balik dinding terlihat sebuah pintu. Di balik pintu sangat gelap, tidak terlihat apa pun di sana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa di sana" Keluarlah!"
Tidak ada yang menjawab, bayangan orang pun tidak terlihat, Cang Hua melangkah mendekati pintu itu. Dia berjalan dengan pelan, akhirnya dia memberanikan diri masuk ke balik pintu itu.
Di balik pintu ternyata ada ruang rahasia. Tidak ada jendela di sana karena itu adalah ruang rahasia, terlihat lebih gelap lagi. Tapi Zang Hua masih bisa melihat bayangan seseorang yang sedang duduk bersila di bawah.
Seseorang dengan kepala botak.
Zang Hua mendekat dan dengan teliti melihat orang yang kepalanya botak ini.
Ternyata dia adalah seorang biksuni.
Zang Hua baru melihat kalau biksuni botak itu adalah biksuni yang tadi melarikan diri ke bawah, yaitu Xin Wu Shi Tai.
Dia berada di sini, tapi di manakah Ren Piao Ling"
"Hai! Mengapa kau ada di sini?" tanya Zang Hua.
Xin Wu Shi Tai tidak menjawab, juga tidak begerak. Matanya pun malas untuk dibuka, dia seperti orang tuli.
"Jangan berpura-pura menjadi bisu dan tuli!" teriak Zang Hua, "walaupun kau tidak menjawab, aku tetap ingin mengetok kepalamu."
Xin Wu Shi Tai tetap tidak menjawab, dia seperti berpura-pura menjadi bisu dan tuli.
"Apakah kau mengira aku tidak berani melakukan ancamanku?"
Kalau Zang Hua sudah marah, dia berani melakukan apa pun. Segera dia berjalan mendekari biksuni itu dan benar-benar akan mengetok kepala Xin Wu Shi Tai.
Karena kepalanya diketok, maka badan Xin Wu Shi Tai pun bergoyang kemudian dengan pelan-pelan dia roboh.
"Kau kenapa?" tanya Zang Hua dengan dingin, "kau masih ingin berpura-pura mati?"
Zang Hua menarik baju Xin Wu Shi Tai pada bagian depannya.
Wajah Xin Wu Shi Tai yang tadinya merah dan terang, sekarang berubah menjadi abu seperti mati.
Wajahnya berwarna abu, ada darah yang menetes dengan perlahan dari dahinya. Mengalir melalui alis, mata kemudian hidung dan masuk ke dalam mulutnya.
Xin Wu Shi Tai ternyata sudah mati.
Zang Hua kaget, dia mundur selangkah. Xin Wu Shi Tai pun segera jatuh ke depan.
Begitu dia terjatuh, Zang Hua baru tahu bahwa kepalanya sudah berlubang. Dan darah keluar dari lubang itu.
"Apakah karena aku yang mengetok kepala itu hingga berlubang?"
Tentu bukan. Mengenai ketokannya tadi, Zang Hua sangat yakin tidak akan terjadi seperti itu, apalagi tubuh Xin Wu Shi Tai sudah menjadi dingin dan kaku. Kelihatannya dia sudah mati sejak tadi.
Siapa yang telah membunuh Xin Wu Shi Tai"
Apakah Ren Piao Ling"
Sekarang dimana dia berada"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana pun dia harus segera meninggalkan rumah setan ini. Zang Hua membalikkan badannya bersiap akan pergi, sekarang dia baru menyadari satu-satunya pintu masuk ke ruangan ini sudah terkunci dan digembok dari luar.
Dengan cara apa pun pintu itu tetap tidak bisa dibuka. Akhirnya Zang Hua menendang pintu itu, tapi segera jari-jari kakinya terasa sakit seperti hampir putus.
Walaupun pintu ini tidak terbuat dari besi tapi papan pintu itu lebih kuat dari besi. Sekalipun Zang Hua memegang golok, belum tentu dia bisa membelah pintu itu. '
Dinding yang ada di sekeliling ruangan itu malah terlihat lebih tebal lagi.
Tiba-tiba Zang Hua merasa kalau dia seperti seekor binatang yang terkurung. Dia merasa marah, takut, dan juga sedih.
Yang paling menyedihkan adalah dia sama sekali tidak tahu siapa yang telah memasang perangkap ini.
---ooo0dw0ooo---
Air hujan masuk melalui atap yang telah bocor. Angin besar masuk dari pintu usang dan masuk ke Wang Cia Qi.
Angin dan hujan membasahi rambut, baju dan tubuhnya, tapi tidak bisa mencuci bersih perasaan sayang yang terlihat di matanya.
Melihat mata yang sarat dengan perasaan sayang, melihat mata yang dipenuhi dengan perasaan manis seperti madu, hati Bai Tian Yu dibuat mabuk dan juga sedih.
Siapa laki-laki di depan sepasang mata yang begitu penuh dengan perasaan sayang, tidak akan menjadi mabuk kepayang"
"Untuk apa?" Bai Tian Yu menarik nafas, "apakah ini pantas?"
"Bukan dengan kata-kata bertanya untuk apa" Apakah hal ini pantas untuk dijelaskan."
Perempuan itu berkata dengan setengah berbisik, "Aku tahu bahwa sejak awal kau tidak pernah memandangku, tapi aku tidak peduli dengan semua itu."
"Kalau...kalau di Wisma Shen Jian tadi kau tidak mengenakan baju seperti itu dan tidak berkata-kata seperti itu, mungkin...."
Ternyata mata perempuan yang terlihat lembut dan penuh dengan rasa sayang itu, dan yang telah menusuk Bai Tian Yu dari belakang tak lain adalah Xie Xiao Yu.
"Mungkin apa?" Xie Xiao Yu terus melihat Bai Tian Yu. "mungkin akhirnya akan sama saja."
"Mungkin," Bai Tian Yu tertawa, "mungkin juga tidak sama."
Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana jawabannya.
Peristiwa yang belum terjadi, siapa yang akan tahu akhir ceritanya"
Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu, dia bertanya, "Kalau kau ingin membunuhku, sewaktu di Wisma Shen Jian kau memiliki banyak kesempatan, mengapa kau tidak membunuhku?"
Di Wisma Shen Jian memang banyak kesempatan untuk membunuh Bai Tian Yu. Dan tidak perlu melibatkan Xie Xiao Yu.
"Bila di dalam Wisma Shen Jian aku membunuhmu, berarti secara otomatis menjelaskan kepada orang-orang dunia persilatan kalau kau sudah mati di Wisma Shen Jian?"
Mati di Wisma Shen Jian, berarti mati di tangan Xie Xiao Yu. Semua orang akan tahu kalau Tuan Xie Xiao Feng tidak membunuh Bai Tian Yu.
"Dan kami tidak akan mengijinkanmu mati di Wisma Shen Jian, kau harus mati di sini," jelas Xie Xiao Yu, "kalau kau mati di sini, rencana kami berikutnya baru bisa berjalan lancar."
"Rencana apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akans memberitahukannya kepadamu, tapi tidak saat ini."
"Kapan?"
"Saat kau telah pergi jauh."
"Pergi jauh?" Bai Tian Yu terpaku, "mengapa aku harus pergi jauh?"
"Karena aku," Xie Xiao Yu melihatnya, "hari ini aku tidak akan membunuhmu. Perkumpulanku tidak akan melepaskanku begitu saja. Mereka akan mencari orang lain untuk membunuhmu karena itu kau harus membawaku pergi dari sini. Membawaku meninggalkan orang-orang itu."
Mata Xie Xiao Yu dipenuhi dengan air mata dan terus melihat pada Bai Tian Yu.
"Mencari sebuah tempat di mana tidak ada seorang pun yang kenal dengan kita, kita akan membangun rumah, kita akan menanam sayur dan padi. Pagi kau akari bekerja di ladang, sedangkan aku akan memasak nasi dan sayur sambil menunggumu pulang. Aku juga akan menyiapkan arak yang kau sukai. Kemudian aku akan menemanimu minum."
Ini adalah gambaran sebuah keluarga yang begitu hangat dan manis. Bai Tian Yu sejak dulu sudah menginginkan hal ini tapi belum saatnya.
Dia harus menyelesaikan dulu hidupnya sekarang baru bisa menikmati kehidupan seperti itu.
Itulah tujuannya masuk ke dunia persilatan.
Apakah tujuannya"
Apakah ingin dikenal orang"
Kalau hanya ingin terkenal saja, sekarang dia sudah sangat terkenal. Kalau bukan karena ingin terkenal, jadi dia melakukannya karena apa"
Hujan terus turun. Hujan membasahi Xie Xiao Yu. Air hujan membasahi badannya, membuat lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas.
Tubuh seperti setan.
Tubuh seperti ini lah yang diinginkan oleh setiap laki-laki. Bisa mendapatkan seorang istri seperti Xie Xiao Yu merupakan suatu hal yang menyenangkan dan juga membanggakan.
Mata Xie Xiao Yu dipenuhi dengan air mata, semua ini malah menambah daya tarik
kecantikannya. Wajahnya seperti bidadari, lekukan badannya seperti setan.
Perempuan seperti ini, laki-laki mana yang bisa tahan menghadapinya"
"Di rumah kita nanti tidak akan ada pedang, golok, tidak akan ada dendam dunia persilatan, tidak ada kebencian, semua kejelekan dunia persilatan, tidak akan ada di rumah kita yang kedi,"
suara Xie Xiao Yu terdengar sangat lembut, "di sana hanya akan ada aku dan kau. Mungkin 2-3
tahun lagi" rumah kita akan bertambah 1 orang."
Bertambah satu orang" Ditambah dengan siapa"
Pastinya buah hasil perkawinan mereka.
"Hidup seperti itu alangkah baiknya," kata Xie Xiao Yu, "apakah kau menyukainya?"
Suka, yang pasti sangat suka. Ada perempuan seperti Xie Xiao Yu yang menemaninya. Asalkan dia adalah laki-laki normal dia pasti akan sangat menyukainya.
Bai Tian Yu melihat Xie Xiao Yu yang berada di bawah siraman air hujan, tiba-tiba dia menarik nafas dan berkata, "Tapi sayang aku hanya Bai Tian Yu."
Kata-kata apakah ini" Apa maksud kata-katanya" Tapi Xie Xiao Yu mengerti apa yang dimaksud oleh Bai Tian Yu. Dia ikut menarik nafas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku sudah tahu kalau kau tidak akan mau menemaniku pergi dan aku memang harus membunuhmu," kata Xie Xiao Yu, "bila menuruti sifatku, benda yang aku tidak dapat kuperoleh, orang lain jangan harap bisa mendapatkannya. Karena Aku tidak bisa mendapatkan cintamu tapi aku bisa membunuhmu."
Dia menarik nafas lagi dan berkata, "Tapi sayang walau aku tidak mendapatkan hatimu tapi aku juga tidak tega membunuhmu, sekarang aku harus bagaimana?"
Bagaimana" Bai Tian Yu harus bagaimana" Kecuali hanya bisa tertawa kecut, Bai Tian Yu tidak bisa melakukan apa pun. Membunuh Xie Xiao Yu.
Sebenarnya Bai Tian Yu harus membunuh Xie Xiao Yu, kalau dia tidak ingin membunuh Xie Xiao Yu, paling sedikit dia harus bertanya kepada Xie Xiao Yu, mengapa dia ingin membunuh Bai Tian Yu" Apakah sebenarnya rencana mereka" Seperti apakah perkumpulan mereka" Siapa saja yang ada didalam perkumpulan" Yang terpenting, siapakah ketua mereka" Tapi Bai Tian Yu tidak bertanya kepada Xie Xiao Yu dan juga tidak membunuh Xie Xiao Yu. Bai Tian Yu hanya tertawa kemudian berkata, "Aku harus bagaimana sekarang" Menurutmu aku harus melakukan apa?"
"Pergi, cepat pergi! Pergi ke tempat jauh. Kalau bisa jangan melihatku lagi," kata Xie Xiao Yu,
"aku tidak tega membunuhmu tapi orang lain pasti akan membunuhmu."
Kemudian Xie Xiao Yu melihat Chun Yu yang ada di tangan Bai Tian Yu. Dia berkata, "Walaupun kau mempunyai Chun Yu, dan bisa menggunakan jurus setan tapi begitu kau bertemu dengan ketua kami, jurusmu hanya akan terlihat seperti seorang anak kecil yang sedang bermain pedang."
"Ketua" Siapakah dia?"
"Tentu saja beliau adalah ketua perkumpulan kami," jawab Xie Xiao Yu, "hayo cepat pergi!"
---ooo0dw0ooo---
Di ruangan rahasia suasana lebih gelap dan lebih sempit. Zang Hua mulai merasa sesak nafas.
Darah yang berasal dari kepala Xin Wu Shi Tai mulai membeku. Mungkin saja dia tahu siapa yang telah membunuh Xin Wu Shi Tai. Mungkin juga dia tidak tahu siapa yang telah Xin Wu Shi Tai.
Siapakah yang tahu"
Tidak terdengar suara hujan, tidak terdengar suara angin, ruangan rahasia ini benar-benar seperti kuburan.
Apakah mereka memang berniat mengubur Xin Wu Shi Tai di sini"
Tapi bagaimanapun juga dia dan Xin Wu Shi Tai sudah ada di dalam kuburan ini. Dalam mimpi pun Zang Hua belum pernah berpikir kalau dia akan terkubur bersama-sama dengan seorang biksuni.
Ruang rahasia itu terasa semakin panas dan juga semakin membuat orang menjadi sesak nafas. Menurut perhitungan Zang Hua, dia hanya bisa bertahan setengah jam lagi. Jika dalam setengah jam ini tidak ada orang yang datang untuk menolongnya, maka selamanya dia akan tertidur di sini.
Begitu teringat tidur, Zang Hua baru sadar kalau dia merasa sangat lelah. Kedua kaki terasa kaku karena terus berdiri. Dia menggerakkan sepasang kakinya kemudian dia bersandar ke dinding dan duduk.
Baru saja dia duduk, dia mendengar suara aneh lagi. Suara ini berasal dari bawah tanah.
Dia belum bisa membedakan suara itu, tiba-tiba dia melihat papan batu itu terbalik, muncul kepala seseorang dari lubang itu.
"Ren Piao Ling.
Begitu melihat dia, Zang Hua merasa kaget dan juga senang, dia berteriak kegirangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ren Piao Ling melihat Zang Hua, dia juga kaget. Begitu melihat Xin Wu Shi Tai yang tergeletak di bawah, dia bertambah kaget lagi.
"Mengapa kau mengetok kepalanya hingga pecah?"
"Aku baru saja akan bertanya kepadamu, walaupun kau sangat ingin mengetok kepalanya, tidak perlu sampai mengambil nyawanya," kata Zang Hua.
"Siapa yang mengetok kepalanya" Dia ada di mana, aku juga tidak tahu."
"Bukankah saat dia menghilang, kau pun ikut menghilang?" tanya Zang Hua.
"Tapi sewaktu aku terjatuh, aku tidak melihatnya," jawab Ren Piao Ling.
Zang Hua terpaku, "Kau melihat apa saja di sana?"
"Apa pun tidak terlihat, di bawah sana ternyata tidak ada apa-apa," jelas Ren Piao Ling,
"walaupun ada, aku tidak bisa melihatnya."
"Mengapa?"
"Karena di bawah sana tidak ada lampu dan suasana sangat gelap. Aku bukan kelelawar, aku tidak bisa melihat apa pun."
"Mengapa kau bisa muncul di sini?"
"Karena di sana ada tangga, setelah aku meraba-raba dengan lama aku baru bisa sampai di sini," jawab Ren Piao Ling, "begitu menaiki tangga, papan batu itu terbalik. Aku mengira kau yang ada di atas ingin menolongku."
Zang Hua tertawa kecut, "Mana sanggup aku menolong Ren Piao Ling."
"Jangan bergurau. Sewaktu aku datang, dia memang sudah seperti itu."
"Siapa yang telah membunuhnya?"
"Hanya setan yang tahu."
Ren Piao Ling berpikir sebentar dan bertanya, "Mengapa kau di sini terus?"
"Kau mengira aku tidak ingin pergi dari sini?"
"Aku mengira kau sedang menungguku."
"Siapa yang menunggumu?" wajah Zang Hua memerah dan berkata lagi, "aku tidak tahu kalau kau bisa keluar dari sana."
"Kalau kau tidak sedang menungguku, mengapa kau tidak pergi dari sini?"
"Karena aku tidak bisa pergi."
"Mengapa?"
"Begitu aku masuk ke sini, pintu sudah dikunci dari luar."
"Siapa yang menutup pintu itu?" Zang Hua mengangkat bahunya. "Apakah kau tidak mencoba untuk mendorong pintu?"
"Aku sudah mencobanya."
"Mungkin kau
Pendekar Kelana 6 Asmara Berdarah karya Kho Ping Hoo Bentrok Para Pendekar 7