Pencarian

Lencana Pembunuh Naga 12

Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung Bagian 12


dik Liong, lebih baik kalian menunggu aku disini saja, aku akan pergi kesana
sebentar ingin kulihat apa yang bisa dia lakukan atas diriku?"
Ji Cin peng mengerutkan dahinya, selapis rasa sedih dan murung segera menyelimuti
wajahnya, ia betul-betul merasa hatinya tak tenang, tapi akhirnya sambil menggertak gigi,
dia menarik Ji kiu liong untuk mengundurkan diri dari situ.
Kemudian dengan paras muka berubah hebat, ia menuding kearah gadis berbaju perak
itu seraya berseru.
"Kuserahkan dia kepadamu, jika sampai ada sesuatu hal yang tidak menguntungkan
menimpa dirinya, lihat saja nanti, kucabik-cabik tubuhmu menjadi berkeping atau tidak?"
Dengan suara dingin gadis berbaju perak itu menjawab, "Suhu udara dalam istana api
dapat menghancurkan semua benda, batu cadaspun dapat hancur menjadi abu apalagi
tubuh manusia" Kami berdua akan segera berangkat keakhirat, ingin kulihat bagaimana
caramu hendak membalas dendam terhadap diriku?"
Diiringi suara tertawanya yang merdu, dia lantas menarik tangan Gak Lam kun dan
menerjang masuk kedalam istana api.
Betapa terkesiapnya ji Cin peng ketika mengetahui bahwa batupun akan hancur
menjadi abu didalam istana api tersebut, jika Gak Lam kun sampai ikut masuk kedalam
istana tersebut, bukankah tubuhnya juga akan hancur menjadi abu"
Dengan suara yang amat memedihkan hati segera teriaknya, "Gak siangkong, kau
kembali!" Telapak tangannya segera diayunkan kedepan dengan jurus Oh jiau kui hun (mencakar
mampus sukma gentayangan), sasaran yang dituju adalah tiga malaikat dari See ih yang
berjaga diluar gua.
Menghadapi ancaman maut tersebut, ketiga orang malaikat dari wilayah See ih tersebut
segera melompat kesamping untuk menghindarkan diri dari ancaman tersebut.
Malaikat pedang Siang Ban im segera melepaskan sebuah tusukan kilat kedepan,
bentaknya, "Jika kau berani bertindak kasar lagi terhadap kami, jangan salahkan jika
kamipun akan bertindak kejam terhadap dirimu berdua!"
oooqooo Dengan suatu gerakan yang enteng Ji Cin peng menghindar kesamping, jari tangannya
segera menyentil kemuka sambil bentaknya, "Jika hari ini Gak Lam kun mengalami sesuatu
yang tidak menguntungkan, maka kalian tiga orang tua bangka pun jangan harap bisa
hidup lebih jauh didunia ini!"
Tak terlukiskan daya serangan yang terkandung dibalik sentilan jarinya itu, sudah
barang tentu Tiga malaikat dari See ih tak berani menyambut secara kekerasan, buru-buru
mereka melompat kesamping untuk menghindarkan diri.
Malaikat racun Lo Kay seng tertawa terbahak-bahak dengan seramnya, dia berseru,
"Nona, lebih baik kau jangan terlalu takabur lebih dulu, ketahuilah bahwa See ih sam seng
bukan type manusia yang boleh dipermainkan dengan sekehendak hatimu?"
"Kalau kalian bukan manusia yang bisa dipermainkan, memangnya kami adalah
manusia yang gampang dipermainkan!" seru Ji Kiu hong sambil menerjang maju kemuka.
Malaikat pukulan Nian Hau ing mendengus dingin.
"Hmm! Terlepas apakah dapat dipermainkan atau tidak, yang jelas hari ini kalian tak
boleh berbuat banyak ulah disini?"
"Hey, kalau berbicara lebih baik sedikitlah tahu diri" tukas Ji cin peng sambil tertawa
dingin, "jelek-jelek begini perguruan panah bercinta juga merupakan sebuah perkumpulan
besar dalam dunia persilatan, tak sedikit jumlah jagoan lihay yang kami miliki, sekalipun
See thian san terhitung pula sebagai suatu perguruan dalam dunia persilatan, namun
kalian itu masih terhitung seberapa?"
"Nona Ji!" kata malaikat pedang Siang Ban seng dengan dingin, "seperti apa yang kau
katakan barusan, perguruan panah bercinta boleh dihitung sebagai musuh tangguh yang
baru muncul dalam dunia persilatan, meski begitu, kami See thian san masih tidak
memandang sebelah matapun juga kepada kalian semua!"
Sementara mereka saling bersilat lidah dengan sengitnya tanpa ada salah satu pihak
yang mau mengalah, pada saat itulah tiba-tiba terdengar jeritan kaget berkumandang dari
dalam istana api, kemudian suasanapun pulih kembali dalam keheningan.
Tiba-tiba Ji Cin peng menerjang maju kedepan, teriaknya, "Minggir kalian, nonamu
akan masuk kedalam!"
Sebagaimana diketahui tiga malaikat dari See ih ditugaskan untuk menjaga pintu masuk
istana api tersebut, maka ketika dilihatnya gadis itu berusaha untuk menyerbu masuk
dengan kekerasan, serentak mereka meloloskan senjata untuk menghalanginya dengan
sepenuh tenaga.
Dengan suara angkuh malaikat racun Lo Kay seng berseru, "Istana api mempunyai
suhu udara yang tinggi dan amat beracun, sekalipun kalian masuk kedalam juga sia-sia
belaka?" "Apakah Siocia kalian tidak takut api?", jengek Ji Kiu liong sambil tertawa dingin.
"Siocia kami berani memasuki istana api, tentu saja diapun memahami cara, untuk
mematahkan serangan api tersebut, jika kalian bertindak gegabah, maka hal tersebut
hanya akan mempercepat proses kematian mereka berdua saja."
Sesudah mendengar perkataan itu, Ji Cin peng menjadi tertegun, mendadak ia
merasakan sekujur tubuhnya menjadi kaku.
Setelah tertegun sekian waktu, ia baru berkata, "Kau bilang mereka berdua bisa mati?"
"Benar!", malaikat racun Lo Kay seng mengangguk, api yang muncul dari dalam bumi
amat panas dan beracun, bila tiada suatu cara pencegahan yang jitu, siapapun jangan
harap bisa meloloskan diri dari tempat itu, tapi sebaliknya?"
"Tapi kenapa?", tanya Ji Cin peng dengan perasaan tegang.
Malaikat racun Lo Kay seng tertawa seram, terusnya.
"Seandainya istana api persis seperti apa yang telah diduga oleh Siocia kami, otomatis
mereka berdua pun tak akan menjumpai mara bahaya apa-apa lagi?"
"Maksudmu, majikan kalian sudah memiliki suatu cara yang baik untuk mengatasi
persoalan itu?", tanya Ji Cin peng setelah tertegun sesaat lamanya.
"Tentu saja!" jawab malaikat pedang Siang Ban seng dengan angkuhnya, "majikan
kami memiliki kecerdasan dan pengetahuan yang amat luas, tiada persoalan yang bisa
menyulitkan dirinya?"
Ketika didengarnya ia begitu angkuh dan memuji-muji kehebatan majikannya, Ji Cin
peng segera mengangkat bahunya sambil tertawa dingin.
Ji Kiu liong mendengus dingin, katanya, "Toakoku Gak Lam kun adalah manusia yang
luar biasa dari dunia persilatan, kecerdasan maupun pengetahuan yang dimilikinya tak
akan kalah daripada Thian san soat li?"
Oleh karena dia amat menghormati Gak Lam kun bagaikan menghormati malaikat maka
tanpa sadar pemuda itu telah balik menyindir ucapan See ih sam seng.
Kontan saja See ih sam seng berdiri tertegun, ditatapnya wajah Ji Kiu liong dengan
perasaan bingung dan kosong"
Makin berseri wajah Ji Kiu liong setelah dilihatnya ketiga orang lawannya itu dibikin
tertegun, ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" bagaimana" Apakah kalian merasa tidak percaya".
Malaikat pukulan Nian Hau ing tertawa seram.
"Kami tiga malaikat selalu hidup diwilayah See ih, boleh dibilang selama hidup belum
pernah takluk kepada siapapun, hanya majikan kami seorang yang pernah beradu
kepandaian dengan kami, tapi beradu secara sesungguhnya masih belum pernah satu
kalipun, dan kini?"
Sengaja ia berhenti sejenak, setelah tertawa kering, terusnya, "Asal kali ini Gak Lam
kun bisa keluar dari sini dalam keadan hidup, kami See ih sam seng pasti akan memohon
petunjuk darinya terlebih dahulu?"
"Tidak sulit kalau ingin bertarung dengan toakoku, tapi kau musti mencoba tiga jurus
lebih dulu diujung telapakku!" seru Ji Kiu liong sambil membalik telapak tangannya dan
bersiap-siap melancarkan sebuah serangan dahsyat.
Malaikat pedang Siang Ban seng maju selangkah lebar kedepan, katanya, "Kalau
begitu, kau pun seorang jagoan tangguh pula!"
Sebagai seorang jago yang termashur karena ilmu pedangnya, tanpa terasa pedang
yang tersoren dipunggung segera diloloskan keluar.
Diam-diam Ji Kiu liong agak terkesiap juga menghadapi musuh yang amat tangguh ini,
serunya, "Soal ini?"
Ji Cin peng segera mendorongnya kedepan seraya berkata, "Adik Liong, orang sedang
merasa gelisah setengah mati, kau masih punya kegembiraan untuk bergurau terus!"
Mendadak" muncul delapan jalur cahaya tajam yang menyilaukan mata ditengah
udara, kemudian secepat sambaran kilat meluncur keatas tubuh Ji Kiu liong.
Ji Cin peng yang melihat datangnya ancaman tersebut, dengan cepat membentak
keras, "Kau berani!"
Entah bagaimana caranya ia menghimpun tenaga, tahu-tahu segulung angin pukulan
yang maha dahsyat telah menerjang kedepan.
Menghadapi ancaman pukulan yang begitu dahsyat, malaikat pedang Siang Ban seng
merasa terkesiap, buru-buru ia menarik kembali pedangnya sambil melompat kebelakang.
Walau demikian, saking kagetnya peluh dingin telah membasahi sekujur badan Ji Kiu
liong. Setelah rasa kagetnya bisa ditenangkan kembali, si anak muda itu baru berseru dengan
gusar, "Kau benar-benar ingin bertarung?"
"Heeehh" heeehh" heeehh" kenapa musti sungkan-sungkan lagi?" jawab malaikat
pedang Siang Ban seng sambil tertawa seram.
Ji Kiu liong segera merentangkan sepasang telapak tangannya untuk bersiap-siap
membuka serangan, dia berkata, "Baik, kalau begitu mari kita bertempur dengan sebaikbaiknya!"
Ji Cin peng tak ingin Ji Kiu liong bertarung, ia lantas berkata, "Adik Liong dalam
keadaan seperti ini apakah kau masih punya minat untuk bergurau terus menerus?"
Ji Kiu liong tertegun, lalu sahutnya, "Lalu kau suruh berbuat apa?"
Ji Cin peng tertawa sedih.
"Adik Liong, seandainya Gak Lam kun menjumpai sesuatu musibah?"
Ji Kiu liong tertegun, buru-buru tukasnya, "Orang baik selalu dilindungi Thian, Gak
toako bukan manusia yang berumur pendek?"
Ji Cin peng gelengkan kepalanya berulangkali ia berkata, "Aku hanya berkata
seandainya saja, apa yang musti kita lakukan?""
Paras muka Ji Kiu liong berubah menjadi dingin beku bagaikan es, sahutnya, "Toako
sangat baik kepadaku, aku telah berhutang budi kepadanya, maka jika ia mati, akupun tak
ingin hidup lagi!"
"Adik Liong, kau tak boleh berbuat demikian!" seru Ji Cin peng dengan paras muka
berubah. "Kenapa?" tanya Ji Kiu liong setelah tertegun sejenak.
Tanpa terasa ia menaruh suatu perasaan yang aneh dan tidak habis mengerti terhadap
perkataan dari Ji Cin peng tersebut, ia merasa sikap gadis tersebut pada saat ini seakanakan
telah berubah menjadi seorang yang lain, tapi kenapa bisa demikian"
Ji Cin peng menghela napas panjang, katanya, "Jika kau dan aku telah mati semua,
bukankah keluarga Ji kita tiada keturunan lagi?"
Setelah perkataan itu diucapkan, ia baru merasa kalau sudah salah berbicara, buruburu
mulutnya dibungkamkan kembali.
Ji Kiu liong menjadi tertegun, serunya cepat, "Apa kau bilang" apakah kaucu she Ji?"
Haruslah diketahui, walaupun Ji Kiu liong telah diselamatkan jiwanya oleh Ji Cin peng,
dan mereka bergaul selama banyak waktu, namun selama ini dia hanya tahu kalau gadis
itu she Bwee, ia tidak tahu kalau diapun she Ji, tentu saja lebih-lebih tak menyangka kalau
gadis ini tak lain adalah encinya yang sudah hilang banyak tahun.
Sebaliknya Ji Cin peng sendiripun tak dapat memberitahukan kepada orang lain bahwa
dia adalah encinya Ji Kiu liong karena ia sendiri memiliki suatu kesulitan yang tak dapat
diucapkan keluar.
Walaupun begitu, dia sendiri telah mengetahui kalau Ji Kiu lioag sesungguhnya adalah
adik kandungnya sendiri yang sudah banyak tahun tak pernah bersua.
Begitu mengetahui kalau dirinya telah salah berbicara, buru-buru Ji Cin peng berseru
kembali, "Tidak! Tidak! Maksudku jika Gak Lam kun sampai mati, kita pasti akan merasa
sedih sekali?"
Jelas hingga saat ini dia masih belum ingin memberitahukan kepada Ji Kiu liong, siapa
gerangan dirinya ini"
Andaikata Ji Kiu liong mengetahui bahwa orang yang berada dihadapannya sekarang
adalah kakaknya yang telah mati mungkin dia tak akan percaya dengan penglihatan
sendiri, sebab oleh pelbagai alasan ia telah percaya kalau kakaknya benar-benar sudah
mati. Sebaliknya Ji Kiu liong merasa sikap Ji Cin peng hari ini sangat aneh, tanpa terasa
ditatapnya gadis itu lekat-lekat tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Lama" lama sekali, ia baru seperti menyadari akan sesuatu, katanya kemudian, "Kau
benar-benar mirip sekali dengan seseorang!"
"Sungguh?" Ji Cin peng tertawa ringan, "menurut anggapanmu, aku mirip siapa?"
Walaupun wajahnya masih tetap tenang dan wajar, namun kewaspadaannya sudah
ditingkatkan, ia kuatir pemuda itu berhasil mengenali kembali dirinya.
Ji Kiu liong menghela napas panjang panjang, katanya, "Kau terlalu mirip dengan
kakakku!" Ji Cin peng segera mendongakkan kepalanya dan tertawa sedih, ia berseru, "Adik
Liong, kau pandai amat mengajak aku bergurau!"
Meskipun dimulut ia berbicara enteng dan santai, namun butiran air mata tak bisa
dibendung lagi, bagaikan sebuah anak sungai segera meleleh kebawah.
Sekuat tenaga ia berusaha untuk menguasai diri, dia tahu masih banyak pekerjaan
yang harus dia lakukan dikemudian hari, jika rahasia tersebut sampai diutarakan sekarang
maka hal tersebut hanya akan menambah kesedihan diantara mereka saja, apa gunanya
kalau hanya mendatangkan kejelekan belaka"
See ih sam seng tak tahu apa yang sedang dibicarakan kedua orang itu, ketika
mendengar gelak tertawanya yang lengking, dengan perasaan kaget bercampur
tercengang mereka segera, mendongakkan kepalanya.
Tiba-tiba" dari tempat kejauhan sana melayang sesosok bayangan manusia, bagaikan
seekor burung elang raksasa, orang itu langsung meluncur mendekat.
Belum lagi menghentikan gerakan tubuhnya, dengan gelisah orang itu telah berseru,
"Buncu, sungguh sulit mencari dirimu!".
"Kwik To peristiwa apa yang telah terjadi?" tegur Ji Cin peng sambil mendongakkan
kepalanya. Dengan sorot mata dingin Kwik To melirik sekejap kearah See ih sam seng, kemudian
baru tanyanya lagi kepada Ji Cin peng, "Buncu kemana perginya Gak Lam kun?"
Melihat wajahnya yang gelisah, Ji Cin peng segera menuding kearah istana seraya
menjawab, "Dia sudah masuk kesitu!"
Buru-buru Kwik To membisikkan sesuatu disisi telinga Ji Cin peng mendengar itu paras
muka gadis tersebut segera berubah hebat.
"Sungguh?" serunya.
"Lohu tak berani berbohong!" dengan tangan lurus kebawah Kwik To memberi hormat.
"Cepat bawa aku kesana!" seru Ji Cin peng kemudian sambil melompat pergi
meninggalkan tempat itu.
Kemudian kepada Ji Kiu liong dia berpesan.
"Adik Liong, kau baik-baik menanti Gak Lam kun disitu, aku hanya pergi sebentar untuk
kembali lagi."
Belum habis perkataan itu Ji Cin peng serta Jit-poh-toan-hun Kwik To telah berangkat
meninggalkan tempat itu dengan kecepatan luar biasa, menanti Ji Kiu liong ingin bertanya
ternyata sudah tak sempat lagi.
Antara malaikat racun Lo Kay seng dengan Jit poh toan hun Kwik To terdapat
perselisihan yang mendalam, maka ketika dilihatnya orang itu pergi datang sekehendak
hatinya ia menjadi amat gusar, sambil mendengus dingin serunya, "Kalau bukan bapaknya
lagi mampus, kenapa begitu terbirit-birit larinya?"
Suara itu tidak terlalu keras pun tidak terlalu lirih, Kwik To yang sudah berada ditempat
kejauhanpun sempat mendengar perkataan itu dengan amat jelasnya.
Ia segera berpaling sambil serunya.
"Lo Kay seng, bila aku balik kemari nanti kita bikin perhitungan lagi atas hutang-hutang
lama kita!"
"Bagus sekali, lohu sekalian akan menantikan kedatanganmu!" jawab malaikat racun Lo
Kay seng sambil tertawa seram.
Dengan gerakan yang amat cepat, Ji Cin peng serta jit poh toan hun Kwik To berlarian
menelusuri jalan setapak sekejap mata kemudian sampailah mereka disuatu tebing yang
tinggi. Sambil menunjuk kebawah tebing, tanya Ji Cin peng.
"Disanakah?".
"Ehmm..!" Kwik To mengangguk, "disitulah letak sumber air dari istana air untuk
memadamkan api yang berada dalam istana api, pihak Thi eng pang telah bersiap-siap
mengalirkan air dalam istana air tersebut kedalam istana api, jika air dan api sampai saling
bersentuhan, akibatnya semua alat rahasia didalam istana Kiu-kiong akan hancur
berantakan?"
Mengikuti arah yang ditunjuk oleh Jit-poh toan hun Kwik To, Ji Cin peng dapat
menyaksikan ada puluhan sosok bayangan manusia sedang berjalan hilir mudik dibawah
tebing sana, seakan-akan telah terjadi suatu peristiwa besar ditempat itu.
Tiba-tiba Ji Cin peng tertawa, katanya, "Biarkan saja mereka repot-repot dulu, dalam
istana Kiu kiong boleh dibilang istana api merupakan istana yang paling hebat, kalau
mereka sanggup memadamkan api yang berada dalam istana api, hal ini justru akan
menguntungkan perguruan panah bercinta kita!"
"Tidak bisa demikian!" seru Kwik To dengan cemas, "jika sunber air itu sampai mereka
hancurkan, maka air dalam bumi pasti akan terpancing untuk meluap keatas permukaan
tanah, ruang rahasia pembunuh nagapun pasti akan terendam air dan musnah tak
berbekas, jika sampai demikian bukankah usaha perguruan panah bercinta kita selama ini
hanya akan sia-sia belaka?"
Kembali Ji Cin peng tertawa merdu.
"Kau masih berniat untuk beradu jiwa lantaran benda-benda tersebut..?" tegurnya.
Mendengar perkataan itu, Kwik To menjadi terkesiap, buru-buru sahutnya kembali,


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jikalau memang niat kita demikian, sewaktu datang kemari Buncu seharusnya tak usah
terlampau berambisi!"
Tiba-tiba Ji Cin peng nenghela napas sedih.
"Aaai" dulu aku memang memiliki niat untuk merajai dunia persilatan, tapi sekarang
niatku itu sudah berubah!"
"Apakah dikarenakan Gak Lam kun?" tanya Kwik To cepat, hatinya menjadi dingin
separuh. Ji Cin peng kembali menghela napas panjang.
"Aaai" mungkin juga demikian!" ia mengaku.
Tiba-tiba selapis hawa napsu membunuh menyelimuti wajah Kwik To, katanya
kemudian, "Kalau begitu, lohu harus membinasakan Gak Lam kun lebih dahulu sebelum
bertindak yang lain!"
"Kau berani?" teriak Ji Cin peng dengan perasaan tercekat.
"Aku berani!" jawab Kwik To dengan luapan emosi, "seandainya bukan disebabkan
Buncu, semenjak dulu-dulu aku telah membunuhnya sampai mati, coba bayangkan sendiri,
berapa banyak orang dari pihak kita yang sedang menunggu perjuanganmu untuk merajai
seluruh dunia persilatan, andaikata kau merubah tujuanmu secara tiba-tiba berapa banyak
pula yang akan bersedih hati" Bengcu! Perguruan panah bercinta didirikan belum lama,
apakah kau hendak membubarkannya hanya dikarenakan persoalan ini" Karena apakah
kami semua bersaudara mengikutimu selama ini" Bukankah dikarenakan ingin bersamasama
memperjuangkan diri untuk menguasai seluruh kolong langit?"
"Hmm"! Kau sedang memberi nasehat kepadaku?" tegur Ji Cin peng dengan nada
dingin. Kwik To menjadi amat terperanjat.
"Apa yang telah lohu katakan, harap jangan Bengcu terima dengan gusar"!" sahutnya
dengan cepat. Baru saja berbicara sampai disitu, mendadak ia seperti merasakan sesuatu.
Ketika sinar matanya mencoba untuk memperhatikan sekeliling tempat itu. dengan
cepat ia menjadi tertegun.
Ternyata delapan belas elang baja dari pasukan elang baja dengan busur yang
dipentangkan lebar-lebar, telah mengarahkan anak panahnya kearah mereka berdua.
Si Tiong pek berada dipaling muka, terdengar ia sedang membentak dengan suara
dingin, "Jangan bergerak!"
Ji Cin peng masih tetap bersikap santai, seakan-akan sama sekali tidak merasakan akan
kehadiran mereka, hanya ujarnya dingin, "Hmm, gagah amat kau hari ini!"
Si Tiong pek tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" mana" mana, kalau dibandingkan dengan Buncu
dari perguruan panah bercinta, aku masih kalah jauh sekali?"
Tiba-tiba nada suaranya berubah, katanya lebih lanjut dengan suara dingin, "Jangan
berkutik, walaupun aku kenal denganmu, tapi anak buahku tak ada yang kenal dengan
dirimu, panah tajam yang tak berperasaan lebih-lebih tak akan memilih orang, berani
berkutik hati-hati dengan serangan kami, jangan sampai menyesal setelah tiba dialam
baka nanti!"
Ji Cin peng tertawa dingin tiada hentinya, tiba-tiba ia memutar tubuhnya.
"Perguruan panah bercinta tak pernah tunduk dibawah ancaman orang lain?" katanya.
"Betul, betul, cuma kali ini adalah terkecuali!" Si Tiong pek masih juga mengejek
dengan sinis. Jit poh toan hun Kwik To segera menunjukkan rasa gusar yang amat tebal, serunya,
"Sedikitpun tiada terkecuali, tak sedikit pertarungan besar dan kecil yang pernah lohu
alami, situasi yang lebih gawat dan berbahaya daripada suasana saat inipun sudah banyak
yang kujumpai, jika kau cerdik lebih baik suruh saja mereka untuk menurunkan bendabenda
yang memuakkan itu!"
Agaknya Si Tiong pek sudah mempunyai rencana yang cukup matang dalam hatinya, ia
berkata, "Tidak sulit jika kalian berharap agar kami lepas tangan, tapi kamu berdua harus
menyanggupi pula sebuah permintaanku?"
"Tak usah membuang waktu dengan percuma" tukas Ji Cin peng sambil goyangkan
tangannya berulangkali, "nonamu tak akan mengabulkan satu permintaanpun!"
"Hmmm..! Bagus sekali, kalau begitu jangan salahkan kalau aku tidak berperasaan!"
Baru saja dia akan memberi tanda kepada anak buahnya untuk melepaskan panah,
mendadak dari arah belakang terdengar seorang berseru dengan suara dingin, "Untuk
menyelamatkan jiwa sendiripun tak mampu, masih beraninya berlagak sok gagah disini!"
Si Tiong pek amat terkesiap, dia tahu suara tersebut berasal dari belakang tubuhnya"
Ketika ia mencoba untuk berpaling ke belakang maka tampaklah dibelakang kedelapan
belas elang baja itu telah berdiri puluhan orang jago lihay dari perguruan panah bercinta
yang sama-sama mementangkan pula gendewanya, moncong anak panah tertuju
kepunggung mereka.
Tampaknya jika ia berani memberi tanda untuk melancarkan serangan sekalipun
mereka berhasil melukai Buncu dari perguruan panah bercinta, namun korban dipihaknya
lebih parah lagi, bahkan kemungkinan besar seluruh pasukannya akan musnah disitu"
Melihat gelagat berbalik tidak menguntungkan pihaknya, Si Tiong pek kembali tertawa
terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" kelabang menangkap comberet, tak tahunya sang
burung mengintai dari belakang, tampaknya tindakan dari aku orang she Si terlambat
selangkah!"
"Hmm, kau bisa lunak bisa keras, memang tak malu sebagai seorang lelaki!" kata Ji Cin
peng dingin. Seperti diketahui, Si Tiong pek adalah seorang pemuda yang licik dan berhati keji,
setelah mengetahui bahwa situasi tidak menguntungkan bagi pihaknya, dengan cepat dia
mengambil keputusan untuk bersikap ramah kepada lawannya, senyumanpun segera
menghiasi ujung bibirnya.
Mendengar sindiran tersebut, merah padam selembar wajahnya karena jengah,
sahutnya. "Kalau dibandingkan dengan perguruan panah bercinta, aku orang she Si masih kalah
jauh sekali!"
Ji Cin peng mendengus dingin, "Hmm! Kau masih belum suruh mereka menurunkan
benda-benda yang memuakkan itu"
"Oooh, tentu saja, tentu saja!" jawab Si Tiong pek buru-buru sambil tertawa.
Ketika ia memberi tanda dengan ulapan tangan, delapan belas elang baja tersebut
serentak menarik kembali anak panahnya.
Ji Cin peng tertawa dingin, katanya kemudian, "Barusan kau yang berlagak sok, maka
sekarang tibalah giliranku untuk menunjukkan kebolehan!"
Diam-diam Si Tiong pek merasa terkesiap setelah mendengar perkataan itu, katanya
lagi dengan lirih, "Mana, mana, sampai hari ini aku orang she Si belum pernah berlagak
sok kepada siapapun!"
"Aku hendak mengajukan beberapa buah pertanyaan kepadamu, aku minta kau
menjawab dengan sejujurnya!"
Senyum licik menghiasi ujung bibir Si Tiong pek.
"Kalau aku enggan menjawab?" dia bertanya.
"Hmm, aku pikir kau pasti bisa membayangkan sendiri akibatnya bukan..?"
Dalam keadaan yang terdesak begini Si Tiong pek tak berani membangkang lagi,
katanya dengan dingin, "Ajukanlah pertanyaanmu!"
Dalam hati diam-diam ia tertawa dingin pikirnya, "Perempuan sialan, kau tak usah
bermimpi disiang hari bolong kalau ingin mengorek keterangan dari mulut aku Si Tiong
pek, hal ini bukanlah suatu pekerjaan yang terlalu gampang!"
Ji Cin peng berpikir sejenak, kemudian katanya, "Air didalam istana air apakah bisa
dialirkan kedalam istana api?"
Terkesiap Si Tiong pek ketika mendengar pertanyaan itu jawabnya cepat-cepat, "Tidak
bisa, kamipun tak berani?"
"Kenapa?" tanya gadis itu tertegun.
Dengan berterus terarg Si Tiong pek menerangkan, "Sebab sebagian besar air yang
terkandung didasar tanah adalah air hitam, jika air hitam tersebut sampai berjumpa
dengan api, bukan saja tak akan memadamkan api didalam istana api, malahan akan
semakin menambah besarnya kobaran api ditempat itu, karena resikonya amat besar dan
lagi tiada manfaatnya, terpaksa pihak Thi eng pang kami harus urungkan niat ini!"
(Yang dimaksudkan air hitam disini, sekarang lazim dikenal sebagai minyak bumi)
"Sungguhkah perkataanmu itu?" seru Ji Cin peng dengan wajah tercengang, rupanya
dia kurang percaya.
"Setiap patah kataku adalah ucapan yang sejujurnya!" sahut Si Tiong pek dengan
serius. "Kalau begitu pergilah!"
Selesai berkata Ji Cin peng segera berlalu dari tempat itu, diikuti para jago lainnya dia
langsung berangkat menuju keistana api.
Sementara itu Si Tiong pek masih berdiri termangu-mangu ditempat semula, belum dia
sempat berlalu dari situ, mendadak dari tempat kejauhan terdengar suara senandung yang
amat keras, "Rumput nan hijau, hatiku murung.
Bukankah hanya kepadaku, tiada sanak tiada keturunan.
Rumput nan hijau, betapa rindu hatiku.
Tidak cinta padaku, tiada terkabul keinginanku.
Sehari tak bersuara, rasanya bagaikan tiga bulan.
Senandung itu membawa nada yang memedihkan hati, membuat siapapun yang
mendengar ikut merasa terharu.
Ketika Si Tiong pek mendongakkan kepalanya dan mengetahui siapa yang datang,
dengan perasaan ngeri bercampur takut, ia mundur beberapa langkah kebelakang.
Tampak seorang nyonya tua berbaju putih sambil membawa beberapa kerat tulang
manusia bergerak datang dari kejauhan dengan kecepatan luar biasa, ternyata dia bukan
lain adalah Hay sim li yang sudah sinting dan tidak waras otaknya itu.
Tiba-tiba Hay sim li tertawa terbahak-bahak, kemudian serunya, "Ooh Yo long! Kau
sungguh amat menderita"
Ketika dilihatnya Si Tiong pek berada disitu, dengan suara penuh kegusaran bentaknya,
"Bocah keparat, kau si bocah keparat yang telah membohongi diriku" kau keparat!"
Dengan ketakutan Si Tiong pek mundur beberapa langkah kebelakang, jeritnya,
"Locianpwe!"
"Kau adalah penipu ulung, heeehh" heeehh" heeehh" kau bilang kaulah murid Yo
long!" seru Hay sim li sambil tertawa seram, selangkah demi selangkah ia berjalan makin
mendekat. Si Tiong pek yang menyaksikan raut wajahnya makin menyeringai menakutkan, ia
semakin ketakutan lagi, serunya, "Aku?"
"Haaahh" haaahh" haaahh" kau bilang Yo Long belum mati, dimanakah dia
sekarang?"
Paras muka Si Tiong pek berubah bebat tapi ketika dilihatnya beberapa kerat tulang
yang berada dalam bopongannya itu, dengan cepat dia berseru, "Itu dia berada dalam
boponganmu!"
Hay sim li segera membelai tulang manusia itu dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" benarkah" Yo Long, benarkah kau berada dalam
boponganku?"
Jelaslah sudah hawa kesadaran otak perempuan ini sudah kacau dan tidak waras lagi,
sepanjang hari yang dia ingat hanya muridnya" tidak lebih tepat kalau dikatakan sebagai
kekasihnya Tok liong cuncu Yo Long"!
Buru-buru Si Tiong pek berseru kembali, "Yaa, benar, Yo Long berada didalam
boponganmu!"
Gelak tertawa Hay sim li semakin memekikkan telinga.
"Haaahh" haaahh" haaahh" kau baik sekali, tolong beritahu kepadaku, dia sudah
mati atau belum?"
Untuk sesaat lamanya Si Tiong pek tak tahu bagaimana harus menjawab, maka
jawabnya kemudian, "Dia belum mati!"
Tiba-tiba Hay sim li mendengus marah.
"Hmmm! Kau lagi-lagi membohongi aku, kalau dia belum mati, berada dimanakah dia
sekarang?"
Ketika dilihatnya perempuan itu menjadi gusar kembali, terpaksa sambil keraskan
kepala sahut Si Tiong pek, "Dia berada dalam hatimu!"
Dengan suatu gerakan yang sangat cepat. Hay sim li mencengkeram urat nadinya, lalu
berkata dengan lirih, "Kenapa aku tak melihat dirinya?"
Sekarang Si Tiong pek sudah yakin kalau dia benar-benar telah gila, satu ingatan
dengan cepat melintas dalam benaknya.
"Yo Long telah pergi kesuatu tempat yang jauh sekali" katanya, "ia tak akan kembali
lagi kesini, kecuali kalau kau pergi mencari dirinya"!"
"Dia telah kemana?" tanya Hay sim li setelah tertegun beberapa saat lamanya.
"Pergi ke langit barat yang penuh kebahagiaan!" sahut Si Tiong pek sambil menggertak
giginya kencang-kencang.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh?"
Menyusul gelak tertawa yang amat keras itu, Hay sim li melemparkan tubuh Si Tiong
pek ketengah udara"
"Aku akan pergi mencarinya" demikian ia berseru sambil berhenti tertawa, "kalau tidak
kutemukan, maka kau harus membantuku untuk mencarinya sampai ketemu!"
Si Tiong pek tidak menyangka kalau dia sudah segila ini mencintai kekasihnya, buruburu
serunya kembali.
"Untuk bisa menemukan kembali dirinya maka kau harus melakukan perjalanan yang
jauh, jauh sekali?"
Cepat-cepat dia merangkak bangun dari atas tanah dan menyingkir sejauh-jauhnya dari
situ. Ia kuatir dilemparkan kembali oleh Hay sim li ketengah udara"
Sekali lagi Hay sim li tertawa terbahak-bahak dengan suara yang lengking, tajam dan
mengerikan. "Haaahhh" haaahhh" haaahhh" aku tidak takut untuk melakukan perjalanan jauh,
aku pasti akan mencarinya sampai ketemu" aku pasti akan menemukannya kembali"
Seraya berkata dia lantas berkelebat pergi dari situ dan berangkat menuju kearah
barat. ooocooOooooooo ISTANA API! Istana tersebut merupakan tempat yang paling berbahaya dalam istana
Kiu ciong kiong.
Bara api yang membara, bisa membuat langit serasa berubah menjadi kota api.
Batu karang pun bisa hancur menjadi abu dan berubah menjadi air, bagaikan selokan
mengaliri kedasar tebing.
Kecuali kobaran api yang membakar, hakekatnya dalam istana api tidak dapat dijumpai
sesuatu benda apapun, berhubung api memancar keluar tiada hentinya dari dasar bumi,
hal mana membuat pemandangan disitu tampak indah tapi mengerikan.
(Kalau jaman sekarang, orang mengatakan tempat semacam itu sebagai gunung
berapi). Api! Api! Api! Itulah satu-satunya yang bisa ditemukan dalam istana tersebut.
Baru saja memasuki istana api, Gak Lam kun segera merasakan sekujur tubuhnya
kepanasan bagaikan mau terbakar saja, ia merasa dirinya mulai tak kuasa menahan
diri,sehingga tanpa terasa ia tak berani maju lebih kedalam selangkah lagi.
Padahal pada waktu itu mereka belum benar-benar mendekati tempat yang berapi
tempat itu baru tiga kaki jauhnya dari mulut gua, bila maju beberapa kaki lagi kedepan,
kepundan dimana api berkobar baru akan terlihat jelas.
Anehnya, ternyata gadis berbaju perak itu sama sekali tak nampak menderita, malahan
sambil tertawa cekikikan katanya.
"Kau masih sanggup mempertahankan diri
Jilid 20 Gak Lam-kun adalah seorang lelaki aneh dari dunia persilatan, bukan saja bakatnya
bagus, otaknya juga cerdas, hal mana menimbulkan sifat tinggi hati pada dirinya.
Ketika mendengar pertanyaan tersebut, ia segera tertawa dingin kemudian sambil
menggertak gigi dia maju beberapa kaki lagi kedepan.
Tapi gelombang udara panas yang berhembus datang kian lama kian bertambah kuat,
ia merasakan sekujur tubuhnya hampir musnah rasanya, peluh yang mengucur keluar
bagaikan hujan deras, ketika menetes ketanah segera berubah menjadi uap putih dan
lenyap tak berbekas.
Sambil menahan penderitaan, jawabnya, "Aku tidak takut!"
Mendadak gadis berbaju perak itu mendekati tubuhnya, lalu berkata, "Aku paling suka
dengan watak yang berjiwa seperti kau!"
Sambil berkata, dengan telapak tangannya yang putih mulus dicekalnya lengan Gak
Lam-kun. Segulung udara dingin yang menyegarkan dengan cepat mengalir keluar dari tubuhnya.
Gak Lam-kun segera merasakan udara panas yang menyerang tubuhnya lenyap
seketika itu juga, penderitaan yang menyiksa tubuhnya ikut pula berkurang, kenyataan ini
membuatnya menjadi terkejut bercampur keheranan.
Dengan cepat dia berpikir, "Heran, kenapa dia tidak takut panas" Kenapa pula dari balik
tubuhnya bisa berhembus keluar hawa sedingin ini?"
Ketika dilihatnya tangan sinona yang putih halus itu hendak memegang tangannya,
dengan cepat dia berkelit kesamping sambil serunya, "Antara laki-laki dan perempuan ada
batas-batasnya, lebih baik nona bisa eedikit menjaga diri!"
Gadis berbaju perak itu menghela napas sedih.
"Aaai" mengapa sikapmu begitu dingin dan sama sekali tidak berperasaan?" keluhnya.
"Aku sama sekali tidak bermaksud menghina atau memandang rendah diri nona!"
Gadis berbaju perak itu gelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang lagi.
"Aaai"! Kau memang seorang manusia aneh yang menyenangkan, tapi kaupun seorang
laki-laki yang menggemaskan!"
"Seperti apa yang kau katakan, mungkin aku adalah manusia macam begitu!"
Gadis berbaju perak itu segera tertawa cekikikan.
"Tapi aku amat suka denganmu!" tambahnya.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perkataan itu diucapkan dengan jujur dan terbuka, dari atas wajahnya sama sekali tidak
ditemukan kepalsuan atau kepura-puraan, bahkan sehabis mengucapkan kata tersebut
ditatapnya wajah Gak Lam-kun dengan sinar mata penuh rasa cinta.
Diam-diam Gak Lam-kun merasa terkesiap, sengaja dengan suara dingin dia berkata,
"Apakah tujuanmu mengajak aku memasuki istana api ini hanya untuk menyampaikan
kata-kata itu?"
"Bukan!" gadis berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulangkali. "aku hendak
menciptakan dirimu sebagai manusia yang paling tangguh didunia ini!"
Dengan cepat Gak Lam-kun menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Aku sama sekali tak berminat untuk menjadi manusia nomor satu dalam dunia ini, aku
hanya ingin cepat-cepat menyelesaikan budi dan dendam diantara kita berdua, asal ini
sudah beres maka hatiku pun merasa puas, maksud baik nona biar kuterima dalam hati
saja!" Seusai berkata dia lantas putar badannya dan siap pergi meninggalkan tempat itu.
"Tunggu sebentar!" seru gadis berbaju perak itu mendadak sambil menyambar
tangannya. Gak Lam-kun menjadi tertegun.
"Kau masih ada urusan apalagi?"
Pelan-pelan gadis berbaju perak itu menghela napas sedih.
"Apakah tujuan dari gurumu menyuruh kau datang kemari untuk menerima Lencana
pembunuh naga ini?" ia bertanya.
"Sekali lagi Gak Lam-kun tertegun.
"Suhu sama sekali tidak meninggalkan pesan apa-apa, karena dia keburu sudah mati
lebih dulu!"
Gadis berbaju perak itu segera tertawa sedih.
"Sungguh mengharukan dan kasihan, tapi ibuku jauh lebih mengenaskan lagi!"
Setelah gelengkan kepalanya berulangkali, tiba-tiba dua titik air mata jatuh berlinang
membasahi pipinya, ia berkata lebih jauh, "Ketika suhumu menyerahkan Lencana
pembunuh naga tersebut kepada ibuku dulu, dia pernah berkata bahwa dua puluh tahun
kemudian jika ada seorang Jago lihay yang tiada tandingannya muncul di kolong langit,
maka orang itu pasti adalah muridnya!"
"Ibu tidak percaya, setelah menerima Lencana itu dia bersumpah kepada gurumu
dengan menyatakan bahwa dua puluh tahun kemudian Lencana pembunuh naga ini pasti
akan terjatuh ketanganku, karena sumpah itu mereka berdua menjadi berselisih dan
akhirnya mengakibatkan pertengkaran hebat."
Baru untuk pertama kali ini Gak Lam-kun mendengar kisah tentang gurunya, buru-buru
dia berseru, "Jadi kalau begitu Lencana pembunuh naga ini adalah benda yang harus
diperebutkan diantara kita berdua?"
"Yaa, dalam kenyataan memang demikian, tapi agaknya aku sudah tiada harapan lagi!"
Gak Lam-kun tidak mengerti apa yang dimaksudkan sebagai tiada harapan lagi itu"
Tapi ia tahu bahwa hal ini pasti ada alasannya.
Pemuda ini tahu gurunya Tok liong Cuncu adalah manusia yang amat memandang
tinggi soal nama, maka jika dia pernah bersumpah demikian, itu berarti gurunya telah
memperhitungkan bahwa Lencana pembunuh naga itu pada akhirnya pasti akan menjadi
miliknya. Mendengar kisah tersebut Gak Lam-kun segera mengambil keputusan didalam hati,
pikirnya, "Suhu tewas dalam keadaan yang mengenaskan sebelum meninggal diapun
meminta kepadaku untuk mencemerlangkan kembali namanya serta membalaskan
dendam atas sakit hatinya, jikalau Lencana pembunuh naga memang benar merupakan
benda yang dipersengketakan antara suhu dengan Thian san soat li, maka bagaimanapun
juga aku harus berusaha untuk mendapatkan benda itu"
Berpikir sampai disitu, sambil tertawa terbahak-bahak dia lantas berkata, "Masa depan
nona masih terbentang luas, kenapa kau mengatakan kalau sudah tiada harapan lagi?"
Gadis berbaju perak itu menghela napas panjang.
"Sejak ibu melahirkan aku, ia sudah ditakdirkan untuk kalah, akupun telah bersiap-siap
untuk tidak berebut denganmu, tapi dipihak yang lain sudah dipastikan akulah yang bakal
menang, cuma dalam bagian apakah itu, maaf kalau aku tak bisa memberitahukan
kepadamu!"
Kata-kata yang mengandung maksud mendalam ini sungguh membuat orang merasa
bingung dan tercengang.
Dengan cepat Gak Lam-kun menjura.
"Terima kasih banyak atas kesediaan nona untuk memenuhi harapanku, aku
mengucapkan terima kasih lebih dulu!"
Gadis berbaju perak itu segera menangkap tangan pemuda itu, kemudian katanya,
"Sekarang aku boleh memegang tanganmu bukan?"
"Aku tidak tahu!" jawab Gak Lam-kun dengan wajah merah membara karena jengah.
Gadis berbaju perak itu menghela napas sedih, katanya lagi, "Kau jangan menganggap
aku ini rendah dan tak tahu malu sengaja hendak bermesraan denganmu, sebab jika aku
tidak berbuat demikian, maka jangan harap kau bisa memasuki istana api ini!"
Walaupun diluar Gak Lam-kun tidak berkata apa-apa lagi, namun dalam hatinya merasa
amat setuju dengan kata-kata tersebut"
Dengan sepasang biji matanya yang jeli, gadis berbaju perak, itu melirik sekejap
kearahnya, tiba-tiba ia tertawa merdu.
Agaknya ia telah berhasil menebak suara hatinya, maka sambil tertawa kembali
katanya, "Apakah kau tidak merasa heran kenapa aku tidak takut dengan hawa panas
disini?" Gak Lam-kun ikut tertawa.
"Semenjak tadi aku sudah merasa keheranan, hanya saja aku tak tahu bagaimana
harus bertanya!"
"Kesemuanya ini adalah disebabkan oleh khasiat Lencana pembunuh naga tersebut,
diatas lapisan Lencana itu terdapat selapis batu kemala dingin yang berasal dari tanah
bersalju, kemala dingin itu merupakan tandingan dari kobaran api disini, bila kau berada
dekat denganku, maka kau tak akan merasa takut lagi dengan panasnya kobaran api
ditempat ini?"
Begitulah, sambil bersenda gurau tanpa terasa mereka sudah masuk puluhan kaki lagi
kedalam istana api.
Sementara itu jilatan api sudah membara diempat penjuru, disetiap sudut ruangan
hanya gumpalan api yang membara saja yang dapat dijumpai, ini membuat pemandangan
disitu berubah menjadi merah membara"
Keajaiban alam memang tak bisa dibicarakan dengan kata-kata, oleh karena mereka
berdua memiliki kemala dingin yang merupakan tandingan hawa panas, maka kedua orang
itu bisa lewat dengan selamat. dimana mereka berjalan, disitu kobaran api menyingkir
dengan sendirinya, bahkan tanah yang mereka laluipun ikut terasa menjadi dingin.
Gak Lam-kun merasakan suatu keanehan yang luar biasa, ia hampir tak percaya kalau
dirinya masih bisa hidup segar bugar dalam istana api, tapi kenyataan berbicara demikian,
sekalipun merasa heran juga tak ada gunanya.
Mendadak" dari arah depan sana berkumandang suara auman yang aneh sekali.
Menyusul auman yang keras dan memekikkan telinga itu, terdengar suara gesekan
tanah yang keras diikuti getaran gempa yang kuat melanda dinding batu disekitar sana.
Paras muka gadis berbaju perak itu kontan saja berubah hebat, serunya tertahan,
"Aduh celaka, naga api telah munculkan diri!"
"Naga api?" ulang Gak Lam-kun tak kalah kagetnya.
Baru selesai mereka berkata, tiba-tiba dari depan sana muncul sebuah makhluk aneh
yang berbentuk mengerikan, empat buah mata raksasa yang menonjol keluar terpancang
pada dua buah kepala aneh yang besar, sambil bergerak maju betul lidahnya yang merah
tiada hentinya menyemburkan kobaran api besar.
Sejak dilahirkan didunia, belum pernah Gak Lam-kun menjumpai makhluk raksasa
seaneh ini, saking kagetnya dia sampai berdiri mematung disana.
Selapis hawa murung menghiasi pula wajah nona berbaju perak itu, katanya,
"Sepanjang hidupnya makhluk aneh ini hanya makan api, sekarang kita tak bisa maju
kedepan, entah bagaimana baiknya?"
"Apakah didunia ini tiada cara lain untuk menaklukkan mereka?" tanya Gak Lam-kun
dengan perasaan tercekat.
Gadis berbaju perak itu menggelengkan kepalanya berulangkali.
"Untuk sesaat aku masih belum berhasil menemukan suatu cara yang baik untuk
mengatasi hal ini!"
Mendadak naga api itu menjulurkan kepalanya yang besar dan menerjang kearah
mereka berdua. "Cepat mundur!" hardik Gak Lam-kun.
Sambil menarik tangan gadis berbaju perak itu mereka mundur kebelakang, dengan
cepat telapak tangan kanannya didorong kedepan"
"Blaam"!"
Oleh tenaga pukulan yang sangat dahsyat tersebut, tubuh naga api tersebut hanya
goncang sedikit saja, bukan saja tidak menjadi takut sebaliknya malah meraung keras,
mengikuti raungan yang amat dahsyat tersebut kobaran api yang membara dalam gua itu
makin menghebat.
Gak Lam-kun segera merasakan silaunya sinar yang amat menusuk pandangan mata.
Gadis berbaju perak itupun menjerit kaget.
"Aduh mataku sakit benar!"
Tanpa mereka berdua sadari, kedua orang itu sudah terkena racun panas yang luar
biasa dahsyatnya dalam dunia ini, untung saja tenaga dalam yang mereka miliki amat
sempurna, sehingga racun itu tak sampai bekerja cepat.
Pada saat yang kritis inilah, mendadak gadis berbaju perak itu mengeluarkan lencana
pembunuh naga dari sakunya, sambil menghela napas ia mengeluh, "Bisa atau tidak
melewati bencana ini, terpaksa kita harus tergantung pada tindakan ini!"
Lencana pembunuh naga itu segera diayunkan ketengah udara kemudian digoyangkan
berulangkali. Tiba-tiba suatu peristiwa aneh telah terjadi"
Tersorot oleh cahaya yang memancar keluar dari Lencana pembunuh naga tersebut,
mendadak naga api itu mundur kebelakang dengan ketakutan bahkan sikapnya tampak
mulai gugup. Sambil maju kedepan, gadis berbaju perak itu segera membentak, "Mengapa masih
belum enyah dari sini?"
Naga api itu menjerit sedih, tanpa membuang waktu lagi binatang tersebut memutar
badannya dan berlalu dari situ, dalam waktu singkat tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
Setelah naga api itu lenyap dari pandangan, Gak Lam-kun baru menghembuskan napas
lega keluhnya dihati, "Oooh, sungguh berbahaya!"
Mereka berdua tak berani berhenti lebih lama lagi disitu cepat-cepat kedua orang itu
angkat kaki dari sana dan melanjutkan perjalanannya masuk kedalam istana api.
Tiba-tiba" kedua orang itu sama-sama berdiri tertegun.
Pada ujung istana api itu terdapat sebuah selokan kecil yang melingkar kesana kemari
sebagai sungai, sungai itu telah menghadang merapatnya kobaran api lebih kedalam.
Tepat berseberangan dengan gua api itu, tampak rumput tumbuh dengan suburnya,
aneka warna bunga menyiarkan bau yang harum semerbak, ternyata disitu terdapat
sebuah tempat yang sangat indah bagaikan nirwana.
Diatas permukaan rumput nan hijau, lamat-lamat berlapiskan salju tipis yang
menambah segarnya suasana"
Kejadian aneh memang bisa dijumpai didalam dunia yang penuh keajaiban ini, siapa
yang akan menyangka kalau ditepi neraka yang panas bisa terdapat sebidang tanah yang
subur dengan udara yang segar"
Tidak mengalami sendiri, siapapan tak akan percaya kalau hal ini merupakan suatu
kenyataan. Dengan wajah berseri dan penuh kegembiraan, gadis berbaju perak itu berteriak.
"Oooh" tempat ini sungguh merupakan sebuah tempat yang sangat indah sekali!"
Gak Lam-kun tertegun pula menghadapi kejadian itu, tiba-tiba ujarnya.
"Coba kau lihat!"
Mengikuti arah yang ditunjuk, dari bawah bunga sakura yang sedang mekar tiba-tiba
muncul seorang gadis berbaju merah.
Dengan mengitari sungai kecil itu, dengan cepat mereka berdua lari mendekati gadis
itu. Gadis berbaju merah yang berdiri dibawah pohon bwe itu memiliki wajah yang cantik
jelita bagaikan bidadari dari kahyangan, ditambah suasana yang permai dan pemandangan
indah disitu, membuat siapapun merasa seolah-olah dirinya sudah tiba didalam
swargaloka. Semua keajaiban yang terbentang dihadapannya ini membuat Gak Lam-kun tertegun
dan berdiri termangu untuk beberapa saat, pikirnya.
Gadis berbaju perak ini sudah terhitung gadis cantik rupawan yang tiada keduanya
didunia ini, tapi bila dibandingkan dengan gadis berbaju merah ini, maka ibaratnya
kunang-kunang dengan rembulan, sungguh nyata sekali bedanya aku benar-benar tak
percaya kalau didunia ini benar-benar terdapat gadis secantik ini!
Mendadak terdengar suara yang dingin tapi lembut berkumandang disisi telinga
mereka" Kedengaran gadis berbaju merah itu berkata.
"Kalian jangan menyentuh aku"
"Kenapa?" tanya gadis berbaju perak itu tertegun.
Mencorong sinar tajam dari mata gadis berbaju merah itu, sahutnya pelan.
"Tubuh kasarku telah mati tapi sukmaku masih utuh, bila kau menyentuh diriku maka
sepanjang masa aku tak dapat menitis kembali."
Gadis berbaju perak itu menjadi bergidik.
"Kau ini manusia atau setan?" bisiknya.
Paras muka gadis berbaju merah itu sama sekali tanpa emosi, kecuali sepasang biji
matanya yang masih bisa bergerak, sekujur badannya seperti telah mati saja, berdiri kaku
disitu tanpa berkutik barang sedikitpun juga.
Setelah menghela napas panjang, ia menerangkan, "Sudah hampir enam puluh tahun
lamanya aku berdiri terus disini, karena melanggar pantangan aku dikirim kemari oleh
pemilik istana api, dan hari ini kalian telah datang kesini berarti aku bisa menitis
kembali?" "Enam puluh tahun" Apakah selama ini kau berdiri terus disitu?" tanya sang nona.
"Benar selama enam puluh tahun lamanya siang malam aku selalu berharap ada orang
yang membawa lencana pembunuh naga datang kemari, akupun selalu berharap
pendatang itu adalah seorang gadis kalau tidak?"
"Kenapa harus demikian tukas Gak Lam-kun keheranan.
"Hanya seorang gadis yang bisa membuatku menitis kembali, aku akan meletakkan
sukmaku yang masih utuh dan tak mau membuyar ini kedalam tubuh kasar gadis tersebut,
dengan demikian walaupun jasadku telah mati, sukmaku masih hidup?"
(Tentang apa sebabnya bisa demikian" Hingga kini para ahli ilmu sukma masih giat
melakukan penyelidikan).
"Jadi kalau begitu, kau hendak menggunakan tubuhku sebagai tempat penitipan
sukmamu?" seru gadis berbaju perak itu terperanjat.
"Yaa benar, inilah keberuntunganmu!" sahut gadis berbaju merah itu, pada enam puluh
tahun berselang aku Ang ih kim cha (tusuk kundai emas berbaju merah) adalah
perempuan paling cantik didunia ini, setelah sukmaku masuk kedalam tubuh kasarmu,
maka bukan saja kau akan menjadi gadis paling cantik didunia ini, kaupun akan menjadi
manusia yang paling tinggi ilmu silatnya diseantero jagad?"
Pada saat itulah mendadak Gak Lam-kun menyeka matanya dengan kesakitan sambil
mengeluh, "Aduh" kenapa dengan mataku?"
Gadis berbaju merah itu menjawab.
"Kalian sudah terkena serangan racun api yang menyusup kedalam tubuh kalian
berdua, walaupun lencana pembunuh naga bisa melawan pengaruh racun api itu, namun
hanya mata yang tak sanggup menahan diri, dalam satu jam mendatang kalian akan
menjadi buta!"
Habis-habislah sudah segala sesuatunya, kalau Gak Lam-kun benar-benar menjadi buta
maka segala sesuatunya benar-benar akan selesai"
"Oooh" tak mungkin?" keluh Gak Lam-kun sambil menggosok terus matanya yang
sakit. "Kalian tak usah panik" kembali gadis berbaju merah itu berkata, dibawah kakimu
terdapat sebuah bunga bwe merah, disitu terdapat dua lembar daun yang lebar, bunga itu
tumbuh oleh panasnya api dari dasar bumi, jika kalian berdua memakannya maka bukan
saja racun yang menyerang mata kalian akan sembuh dengan sendirinya, bahkan bisa
pula membuat kalian berdua selamanya memiliki tenaga yang melampaui siapapun dan
tiada tandingannya didunia ini?"
Ketika gadis berbaju perak itu menundukkan kepalanya dan memperhatikan tempat
yang dimaksud, benar juga, ia temukan disitu tumbuh sebuah pohon bunga bwe yang
berwarna merah membara, disisinya tumbuh dua lembar daun yang berwarna merah pula
seperti darah, daun itu tampak segar, merah dan menyenangkan.
Cepat-cepat mereka berdua memetik daun itu dan ditelannya, betul juga, tak lama
kemudian mata mereka yang sakit telah sembuh kembali seperti sedia kala.
Pelan-pelan gadis berbaju merah itu berkata lebih lanjut.
"Adapun tujuan adanya Lencana pembunuh naga dalam dunia adalah untuk menolong
diriku dari penderitaan, orang yang akan menolongku ini bisa memperoleh tambahan
tenaga dalam sebesar puluhan tahun hasil latihan, itulah yang diinginkan oleh setiap umat
persilatan yang berada didunia ini?"
Mendadak paras muka Gak Lam-kun berubah menjadi merah membara, dari balik
matanya tiba-tiba memancar keluar serentetan sinar yang aneh sekali.
Sedangkan gadis berbaju perak itupun memperlihatkan gejala yang sama, sepasang
pipinya berubah menjadi merah membara bagaikan buah tho yang masak merah diantara
putih yang menyelimuti pipinya membuat ia tampak lebih cantik.
Suatu gejolak api asmara yang tiba-tiba membara dalam dada Gak Lam-kun membuat
pemuda itu tak sanggup mengendalikan diri akhirnya seperti harimau kelaparan ia
menubruk kedepan lalu merangkul gadis berbaju perak itu erat-erat.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika tubuhnya disambar oleh pemuda itu ternyata gadis berbaju perak itupun
menjatuhkan diri kedalam pelukannya malah kemudian ia balas merangkul pemuda itu dan
menempelkan bibirnya yang mungil itu keatas bibir Gak Lam-kun.
Ketika empat lembar bibir saling menempel dan berciuman, tubuh mereka berdua
sama-sama bergetar keras.
Membutuhkan" membutuhkan" tiba-tiba muncul suatu kebutuhan mendadak dalam
hati mereka berdua.
Sambil memejamkan matanya, kata nona berbaju merah itu.
"Barang siapa mendapatkan Lencana pembunuh naga dia harus menjadi suami istri, ini
sudah ditakdirkan semenjak dulu. Ketahuilah bunga bwe merah yang kalian makan itu
adalah Yen yang bwe (bunga bwe perjodohan), jika birahi yang merangsang ditubuh
kalian tidak disalurkan, maka darah dalam tubuh kalian akan meledak yang mengakibatkan
kematian secara mengerikan!"
Kata-kata tersebut diucapkan dengan nada wajar, seakan-akan hal mana sudah pasti
akan terjadi. Namun kata-kata terakhirnya itu sudah tidak terdengar lagi oleh Gak Lam-kun maupun
gadis berbaju perak itu, mereka hanya merasakan pergolakan napsu birahi yang sangat
hebat didalam hatinya, membuat siapapun tak sanggup mempertahankan diri.
Api birahi telah berkobar dalam dada Gak Lam-kun, tiba-tiba ia berbisik lirih.
"Adikku sayang, aku ingin?"
"Ehmm" aku" akupun ingin?" sahut nona berbaju perak itu lirih.
"Bersediakah kau serahkan kesucianmu kepadaku!" bisik Gak Lam-kun lagi dengan
kesadaran makin punah.
Kesadaran si nona berbaju perakpun sudah makin pudar, dengan suara merayu
sahutnya, "Pintu kesucian telah lama menanti kedatangan kekasih, ooh engkoh Kun"
cepatlah labuhkan sampanmu dalam dermagaku?"
Dengan gerakan yang cepat, Gak Lam-kun mulai melepaskan pakaiannya satu
persatu" dari gaun, baju dalam, sampai celana dalamnya" kemudian membelai, meremas
dan merabanya dengan penuh kenikmatan"
Dalam waktu singkat, nona berbaju perak itu telah berada dalam keadaan bugil, tubuh
yang putih dan mulus bagaikan salju ternyata memiliki sepasang payudara yang montok
dan menggairahkan, pahanya yang setengah terbuka yang memperlihatkan sebuah jalur
merah yang menongol keluar disekeliling hutan bakau lebat"
Gak Lam-kun tak sanggup menguasai diri lagi, terutama sesudah menyaksikan belahan
"selokan" yang merah merekah itu" mendadak ia tanggalkan pula semua pakaiannya lalu
menubruk keatas tubuh gadis itu, menindihnya" merabanya" meremas payudaranya"
dan sampan pun melabuh dengan tenangnya memasuki dermaga.
Titik-titik merah menghiasi tanah rerumputan nan hijau"
Gak Lam-kun tak sanggup mengendalikan birahinya lagi, ia peluk tubuh gadis berbaju
perak itu erat-erat, menggerakkan tubuhnya dengan penuh gairah" matanya terpejam
rapat, sementara bibirnya merintih melagukan irama syahdu"
Tampaknya gadis berbaju perakpun tak sanggup mengendalikan kobaran napsu dalam
hatinya, dia imbangi gerakan kekasihnya dengan suatu permainan yang menawan hati"
Dengan napas yang memburu, tetesan keringat yang membasahi tubuh serta rintihan
kenikmatan menciptakan serangkaian pemandangan yang menawan hati"
Pada saat puncak kenikmatan inilah, mendadak" nona berbaju merah yang berdiri
kaku itu jatuh keatas tanah dengan memperdengarkan suara keras.
Menyusul kemudian gadis berbaju perak dan Gak Lam-kun tergetar keras tubuhnya,
dengan cepat mereka tersadar kembali dari pengaruh birahi masing-masing"
Nasi telah menjadi bubur, sampanpun telah berlabuh didermaga, sepasang muda mudi
itu hanya bisa saling berpandangan dengan mata terbelalak dan muka terheran-heran"
Akhirnya meledaklah isak tangis yang memilukan hati dari nona berbaju perak itu.
Ini semua membuat Gak Lam-kun merasa pikirannya makin kalut, ia merasa makin
bersedih hati. Isak tangis gadis berbaju perak itu sungguh memedihkan hati, ia merasa tidak
seharusnya keperawanannya hilang dengan begitu saja, atau paling tidak, ia harus dilamar
lebih dahulu secara resmi sebelum mempersembahkan kesucian tubuhnya kepada anak
muda tersebut. Dengan isak tangis yang tertahan, diapun berbisik, "Engkoh Kun, sejak kini tubuhku
sudah menjadi milikmu"!"
Gak Lam-kun merasa hatinya sakit sekali bagaikan diiris-iris dengan pisau, diam-diam ia
memaki diri sendiri, "Gak Lam-kun wahai Gak Lam-kun" kau telah merusak keperawanan
Ji Cin peng, sekarang merusak pula keperawanan gadis ini, begitu tegakah hatimu untuk
melakukan kesemuanya itu" Ingatlah, Ji Cin peng mati lantaran kau."
Dengan pikiran yang kalut, ia lantas mengangguk berulangkali.
"Aku tahu, aku dapat menjaga dirimu baik-baik!"
"Apakah kau hanya akan menjaga diriku saja?" tanya si nona berbaju perak itu dengan
wajah tak senang.
Tercekat hati Gak Lam-kun.
"Tidak!" buru-buru sahutnya, "aku dapat mencintaimu sedalam-dalamnya"!"
Setelah nasi sudah menjadi bubur, apalagi yang bisa dia lakukan kecuali mengakui
kenyataan tersebut"
"Semoga saja kau dapat berbuat demikian!" kata nona berbaju perak itu dengan sedih.
Tiba-tiba terdengar Gak Lam-kun menjerit kaget.
"Haah"! Kau telah berubah!"
Betul, paras muka nona berbaju perak itu mulai terjadi suatu perubahan besar.
Ia berubah menjadi jauh lebih cantik daripada semula, cantiknya seperti sekuntum
bunga mawar, berlipat-lipat kali lebih indah dan ayu daripada dahulu.
Ada satu hal lagi yang membuat Gak Lam-kun merasa tidak habis mengerti, yaitu raut
wajah gadis berbaju perak itu makin lama berubah semakin mirip dengan wajah gadis
berbaju merah itu, hakekatnya bagaikan pinang dibelah dua saja.
(Tentang mengapa bisa demikian, hingga kinipun kejadian tersebut masih berada
dalam penyelidikan para ahli).
Nona berbaju perak itu meraba pipinya sendiri dengan penuh rasa tak percaya katanya.
"Benarkah aku telah berubah?"
Ia mengira wajahnya telah berubah menjadi jelek, sehingga timbul rasa sedih dalam
hatinya. "Kau berubah lebih cantik!" kata Gak Lam-kun lagi dengan penuh rasa kagum.
Mereka berdua segera tertawa, tertawa yang muncul dari dasar hati masing-masing
kemudian saling berpelukan dengan penuh kemesraan.
OOOOfJOOOO OOO0O 100 000000000
Seperempat jam sudah lewat"
Seperempat jam kembali lewat"
Tiga perempat jam sudah berlalu dengan lambat.
Sudah hampir tiga jam lamanya Ji Cin peng menunggu diluar istana api.
Wajah yang murung dan sedih kian bertambah kesal, akhirnya titik air mata jatuh
bercucuran membasahi pipinya.
"Tak usah ditunggu lagi" bisiknya, "sudah pasti Gak Lam-kun telah habis riwayatnya."
"Tidak!" kata Ji Kiu liong sambil menggoyangkan tangannya berulangkali, "toako ku tak
nanti akan mati!"
Pelan-pelan Ji Cin peng menggelengkan kepalanya.
"Tenaga manusia ada batasnya, siapakah dapat melawan kobaran api dalam istana
tersebut" Adik Liong mari kita masuk!" katanya.
Seraya berkata, dengan langkah lebar dia masuk kedalam istana api tersebut.
Pada saat ini, tiga malaikat dari wilayah See ih sudah tak berani menghalangi mereka
lagi, terpaksa ketiga orang jago tersebut menyingkir kesamping untuk memberi jalan lewat
bagi Ji Cin peng.
"Buncu!" buru-buru si nenek berambut putih dari perguruan panah bercinta
membentak, "kobaran api didalam sana amat besar dan kuat, jika kau kesitu maka akan
musnah jiwamu!"
Ji Cin peng segera berpaling dan tertawa sedih.
"Apakah aku harus berpeluk tangan belaka" katanya.
Dengan sedih nenek berambut putih itu berkata.
"Aku tahu akan kesedihan yang mencekam hatimu, tapi perbuatan ini bukan perbuatan
yang bisa dilakukan dengan keberanian belaka, siapa yang sanggup melawan api alam
yang panas" Jika kau pergi seorang diri, itu sama pula artinya dengan membawa
perguruan panah bercinta menuju kejurang kehancuran?"
"Baik!" kata Ji Cin peng kemudian sambil bertepuk tangan, "mari kita pergi bersama!"
Ucapannya amat tegas sekali, kemudian dengan air mata bercucuran ia berjalan kearah
luar. Tiba-tiba Ji Kiu liong berteriak keras, "Kalian berangkatlah lebih dulu aku akan
menunggu sehari semalam lagi disini, jika toako belum juga keluar aku baru akan pergi
mencari kalian lagi?"
Hubungan batinnya dengan Gak Lam-kun memang mendalam sekali, ia merasa berat
hati untuk meninggalkan tempat itu.
Ji Cin peng manggut-manggut.
"Bagus sekali, kalau begitu akan kutunggu kedatanganmu didepan sana"!" katanya.
Para jago dari perguruan panah bercinta telah berlalu, Ji Cin peng dengan membawa
hatinya yang hancur pun terpaksa harus pergi dari situ untuk menyelesaikan lebih dulu
tugasnya yang belum selesai, tapi tak bisa dibayangkan betapa sedih dan menderitanya
gadis itu"
ooooOoooo ooooOoooo ooooOoooo
Dari kejauhan sana terdengar bunyi gema lonceng yang pelan, seakan-akan
menyambut datangnya kesedihan bagi setiap manusia didunia ini"
Mendadak kilat menyambar-nyambar, diikuti suara gemuruhnya guntur membelah
angkasa hujan turun dengan amat derasnya.
Diantara kilat yang menyambar-nyambar tiba-tiba tampaklah dua sosok bayangan
manusia sedang berlarian ditengah hujan yang amat deras.
Karena apa kedua orang itu melakukan perjalanan ditengah badai hujan begini" Dilihat
dari langkah mereka yang tergesa-gesa dapat diketahui bahwa suatu peristiwa besar tentu
telah terjadi disana.
ooooOoooo Sambil membuat air hujan yang bercampur dengan peluh, Kiu wi hou (rase berekor
sembilan) Kongsun po dari bukit Hoa san berkata, "Saudara Say, percayakah kau dengan
kejadian tersebut?"
Giok bin sin ang (kakek sakti berwajah pualam) Say khi pit segera tertawa seram.
"Tidak percaya pun juga apa boleh buat" jawabnya, "bukankah kita sudah menyaksikan
dengan mata kepala sendiri atas kemunculan Tok liong cuncu" Dulu Gak Lam-kun yang
menyamar sebagai Tok liong Cuncu, tapi sekarang" siapa pula yang menyamar?"
Kongsun Po tertawa dingin, katanya, "Menurut pendapatmu, mungkinkah Tok liong
Cuncu mempunyai seorang murid lagi?"
"Tidak mungkin, tidak mungkin, selamanya perguruan Tok liong pay tak pernah
mempunyai murid rangkap?" sahut Giok bin sin ang Say Khi pit dari bukit Siau ngo tay
sambil gelengkan kepalanya berulangkali.
Sebetulnya kedua orang itu masih berminat untuk mengincar Lencana pembunuh naga,
tapi sejak mendengar kabar tentang munculnya Tok liong Cuncu, setelah melakukan
penyelidikan secara diam-diam, masing-masing segera kabur karena ketakutan, tapi
sekarang mereka muncul kembali disana.
Kiu wi hou (si rase berekor sembilan) Kongsun Po terkekeh-kekeh dengan seramnya.
"Heeehh" heeehh" heeehh" perduli amat apakah Tok liong Cuncu asli atau palsu,
hari ini kita harus mencarinya sampai ketemu?"
Mendengar perkataan itu Kakek sakti berwajah pualam Say Khi phit segera tertawa
terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" tentu saja, tentu saja jika hari ini kita tak dapat
membuktikannya mungkin hati kita semua menjadi tak tenang, sekalipun Yan Lo-sat
(perempuan iblis cantik) Hong Im sendiripun tak akan merasa lega?"
"Benar, benar sekali" sambung Kongsun Po lagi sambil tertawa, "sehari Tok liong Cuncu
belum dilenyapkan dari muka bumi, berarti sehari pula kehidupan kita harus dilewatkan
dengan hati tak tenang, cuma" walaupun hari ini kita akan dibantu oleh Yan Lo-sat,
bagaimanapun juga harus lebih berhati-hati?"
Say Khi pit tertawa terbahak-bahak.
"Kedatangan nona Hong im kali ini meski diluaran seperti hendak menyelidiki jejak Tok
liong Cuncu, agaknya diam-diam bukan itu tujuan kedatangannya, agaknya dia datang
dengan membawa suatu rencana tertentu?"
Kongsun Po menjadi tertegun.
"Darimana kau bisa tahu?" tanyanya.
Say Khi pit segera tertawa dingin.
"Mungkin persoalan ini dapat mengelabuhi orang lain, tapi jangan harap bisa
mengelabuhi diriku.."
Mendadak" Dari balik hujan yang deras muncul sesosok bayangan manusia yang segera
menghadang jalan pergi kedua orang itu.
Dalam lamat-lamatnya cuaca, sulit bagi kedua orang itu untuk melihat jelas paras muka
lawan, mereka hanya merasa bahwa orang itu adalah sesosok bayangan hitam yang tinggi
besar. Dengan perasaan terkesiap, Say Khi pit segera membentak, "Siapa disitu?"
Orang itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haahh" haahh" haahh" pokoknya bukan Tok liong Cuncu..! Jangan kuatir?"
jawabnya latah.
Diam-diam Kongsun Po terkesiap.
"Apakah kau adalah sekomplotan dengan mereka?"
"Heehmm" Lui sim cian masih bukan terhitung manusia semacam itu?" jawab orang itu
seraya mendengus.
Orang itu bukan lain adalah Jit poh lui sim ciam (panah inti geledek yang mencabut
nyawa dalam tujuh langkah) Lui Seng thian adanya.
Pelan-pelan ia berjalan menghampiri kedua tokoh persilatan itu.
Lega hati Say Khi pit setelah mengetahui siapa yang datang, ia tertawa terbahak-bahak.
"Haahh" haahh" haahh" saudara Lui, kau menunggu kedatangan kami ditengah
hujan deras, tolong tanya ada urusan apa?"
Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian kembali tertawa seram.
"Kalian berdua melakukan perjalanan sendiri ditengah bukit yang gersang apakah tidak
merasa bahwa tindakanmu itu terlalu berbahaya?"
Begitu ucapan tersebut diutarakan seketika itu juga dua orang jago lihay tersebut
menjadi amat terperanjat, tanpa sadar masing-masing mundur selangkah kebelakang.
Kongsun Po memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya, "Saudara Lui
kau bukan sedang bergurau bukan?"
Lui Seng thian segera mendengus dingin.
"Hmmm! Tanggung aku bukan lagi beromong besar untuk menakut-nakuti kalian
dewasa ini pihak perguruan panah bercinta, pihak Thi eng pang dan See thian san tidak
melakukan pergerakan apa-apa, menunggu dengan tenang" haahh" haahh" saudara
berdua, coba kalian berpikirlah sendiri"
Sengaja ia menghentikan perkataannya itu dan tidak melanjutkan kembali, hal ini
membuat Say Khi pit dan Kongsun Po menjadi tak sabar untuk menanti, diam-diam
mereka gemas akan kekejaman orang.
Buru-buru Kongsun Po tertawa lalu katanya, "Saudara Lui, buat apa kau berlagak tuli
dan bisu" Bicaralah yang jelas dan terang!"
Lui Seng thian tertawa bangga, katanya, "Kalian berdua sama-sama terhitung seorang
tokoh persilatan, apakah kau sama sekali tak tahu akan peristiwa yang telah terjadi
belakangan ini"
Kongsun Po serta Say Khi pit segera gelengkan kepalanya berulangkali, mereka
termangu dan merasa tidak habis mengerti.
Lui Seng thian segera tertawa seram ujarnya, "Konon Gak Lam-kun serta Thian san
soat li telah masuk kedalam istana api?"
Mendengar kabar itu, Say Khi pit kontan saja membelalakkan sepasang matanya lebarlebar.
"Apakah mereka telah berhasil menemukan ruang rahasia penjagal naga?""
"Seperti yang kau duga, kemungkinan besar ruang rahasia pembunuh naga itu telah
mereka temukan?"
Kongsun Po menjadi cemas sekali, buru-buru katanya pula, "Saudara Lui, tahukah kau
benda-benda apa saja yang terdapat dalam ruangan itu?"
Sengaja Lui Seng thian gelengkan kepalanya berulangkali.
"Aku sendiri juga kurang begitu jelas, konon dalam ruang rahasia pembunuh naga
terdapat dua tiga macam benda mustika yang sangat langka didunia ini, siapa yang
berhasil menemukannya, dia akan menjadi seorang jago persilatan yang tiada taranya
didunia ini?"
Kata-kata yang diucapkan dengan serius melukiskan seakan-akan peristiwa itu sebagai
benar-benar telah terjadi.
Say Khi pit segera bertepuk tangan, teriaknya, "Kalau begitu kita harus pergi
menyaksikannya"
Diam-diam Lui Seng thian merasa girang, ujarnya.
"Jika kalian berdua mau bekerja sama dengan lohu, dalam perebutan mestika diruang
rahasia pembunuh naga nanti, mungkin saja masih ada beberapa bagian harapan?"
Kongsun Po tertawa seram, "Heeehh" heeehhh" heeehh" rupanya kau sedang
mengajak kami untuk berkomplotan"
Lui Seng thian tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahhh" haaahhh mungkin saja lohu memang berhasrat untuk berbuat
demikian, tapi sepenuhnya juga demi kalian berdua."
"Karena kami berdua" tanya Say Khi pit agak tertegun.
"Betul, coba kalian bayangkan, andaikata kita berhasil mendapatkan barang-barang itu


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

maka dunia persilatan sudah tidak terdapat seorang manusiapun yang bisa menandingi
kita, sedangkan kalian berduapun tak usah takut lagi kepada Tok liong Cuncu!"
Setelah berhenti sejenak katanya lebih jauh.
"Adapun tindakan lohu untuk mengajak kalian berkomplot adalah atas dasar dua
alasan, pertama kekuatan lohu seorang tidak cukup, belum mungkin bagiku untuk
bertarung melawan pihak Thi eng pang dan perguruan panah bercinta, kedua karena
tahun belakangan ini nasibku kurang mujur, lohu ingin sekali mengajak kalian berdua
untuk bersama-sama melakukan suatu usaha besar"
Haruslah diketahui, mereka bertiga semuanya merupakan gembong-gembong iblis yang
tiada taranya dalam dunia persilatan, meskipun diluaran kata-katanya merdu dan enak
didengar, padahal secara diam-diam mereka sedang saling beradu kecerdasan.
Kongsun Po segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" bagus sekali kalau begitu, kita tetapkan demikian
saja!" katanya.
"Lohupun tidak punya usul lain?" sambung Say Khi pit dengan suara menyeramkan.
Dengan mempunyai tujuan sendiri-sendiri, sudah barang tentu mereka bersepakat
untuk berkomplot.
Sambil tertawa dingin Lui Seng thian lantas berkata, "Seandainya kerja sama ini bisa
berhasil, maka dunia akan menjadi milik kita bertiga!"
"Besar amat kata-kata kalian itu!" mendadak seseorang berseru sambil tertawa ringan.
Ucapan yang muncul secara tiba-tiba itu membuat ketiga orang jago tersebut menjadi
tertegun, mereka tidak menyangka kalau masih ada orang yang bersembunyi disisi mereka
bertiga, mendengar ucapan itu, dengan perasaan terperanjat serentak mereka
memencarkan diri dan menubruk kearah tiga arah yang berlainan.
Tapi tak seorang manusiapun yang tampak disitu, merekapun tidak berhasil
mengetahui sumber datangnya ucapan itu.
Dengan gusar Lui Seng thian membentak, "Kiranya hanya manusia bangsa tikus yang
tak berani bertemu dengan manusia!"
Baru selesai ucapan tersebut diutarakan, mendadak orang yang bersembunyi dibalik
kegelapan itu tertawa dingin.
"Anjing bermata buta yang tak tahu diri!"
Mengikuti ucapan tersebut dari tengah udara melayang datang seorang perempuan
yang cantik jelita.
Menyaksikan kemunculan perempuan tersebut, kontan saja sekujur tubuh Say Khi pit
gemetar keras. "Nona Hong im"!" bisiknya.
Orang itu memang tak lain adalah Yan Lo-sat (iblis perempuan berwajah cantik).
Dengan wajah sedingin es Yan Lo-sat mendengus dingin, kemudian tubuhnya bergerak
maju kedepan. "Siapakah kalian berdua" Kenapa begitu takabur dan tak tahu diri?" tegurnya dengan
suara dingin. Buru-buru Kongsun Po maju kedepan seraya berkata.
"Kita semua adalah orang sendiri, nona Hong harap kau jangan marah-marah dulu"
Yan Lo-sat mengerling sekejap kearahnya kemudian mengejek, "Siapa yang sudi
menjadi orang sendiri denganmu!"
Tiba-tiba Kongsun Po merasa dibalik perkataannya ada penyakit tak kuasa lagi merah
padam wajahnya, ia menjadi tersipu-sipu.
"Nona, kenapa kau musti gusar?" katanya sambil tertawa jengah.
Dari ucapannya itu dapat ditangkap betapa jeri dan takutnya jago ini terhadap
perempuan tersebut, membuat Lui Seng thian yang menyaksikan kejadian itu merasa tidak
habis mengerti.
Ketika dilihatnya semua ucapan yang diutarakan perempuan itu amat menyudutkan
orang, Lui Seng thian menjadi naik pitam sambil tertawa seram katanya.
"Siapa kau?"
Yan Lo-sat Hong Im mendengus dingin.
"Hmm! Kalau cuma nyonya besar saja tidak kenal buat apa kau melakukan perjalanan
dalam dunia persilatan?" serunya.
Ucapan tersebut semakin menggusarkan Lui Seng thian ia segera membentak,
"Rupanya kau ingin mampus!"
Wees"! Sepasang tinjunya segera diayunkan kedepan melancarkan serangkaian
pukulan berantai.
Hong Im segera tertawa sinis.
"Hmm" tampaknya masih terhitung hebat juga tenaga pukulan itu"!" ejeknya.
Dengan suatu gerakan yang enteng ia mengegos kesamping, kemudian dengan
gesitnya meloloskan diri dari ancaman tersebut.
Dari kejauhan telapak tangannya diayunkan kedepan, segulung angin pukulan yang
sangat kuat bagaikan hembusan angin puyuh dengan cepat meluncur kedepan.
Terkesiap Lui Seng thian menghadapi serangan itu, pikirnya, "Waah" agaknya
perempuan ini mempunyai ilmu simpanan yang mengerikan hati!"
Dengan cepat ia berkelit pula kesamping lalu sepasang telapak tangannya diayunkan
kembali kedepan.
"Blaam"!" suatu benturan keras yang memekikkan telinga segera berkumandang
memecahkan keheningan.
Tubuh Lui Seng thian segera tergetar mundur sejauh puluhan langkah lebih, dadanya
naik turun, napasnya tersengal-sengal, hampir saja ia muntahkan darah segar"
Sebaliknya Yan Lo-sat Hong Im cuma tergetar sedikit tubuhnya, dari keadaan tesebut
dapat diketahui bahwa tenaga kekuatan yang dimiliki Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian
masih kalah setingkat bila dibandingkan dengan gadis tersebut.
Buru-buru Say Khi pit maju kedepan sambil melerai, katanya sambil tertawa.
"Kita semua adalah orang sendiri, harap kalian berdua jangan menganggap sungguhsungguh
pertarungan ini?"
Cepat Yan Lo-sat Hong Im mendorongnya kebelakang, katanya, "Jika manusia atau
semacam ini tidak diberi sedikit pelajaran, dia tentu tak akan tahu tingginya langit dan
tebalnya bumi?"
Tiba-tiba Lui Seng thian mendongakkan kepalanya dan tertawa seram"
Selama setengah abad melakukan perjalanan dalam dunia persilatan, belum pernah dia
mengalami kejadian seperti hari ini, bukan saja dipermainkan seorang perempuan bahkan
dihina, diejek dan dicemooh.
"Baik." katanya kemudian sambil tertawa seram, "lohu akan beradu jiwa denganmu!"
Paras mukanya segera berubah menjadi serius, senyuman yang semula menghiasi
wajahnya kontan saja lenyap tak berbekas.
Segenap tenaga dalam yang dimilikinya dihimpun menjadi satu dengan berdiri tegak
bagaikan pagoda, ia memang kelihatan lebih berwibawa dan gagah.
Yan Lo-sat agak tercekat juga menyaksikan sikap tenang lawan, pikirnya.
"Sungguh tak kusangka sewaktu tertawa maupun marah, ia masih dapat menjaga
ketenangan hatinya, dilihat dari sikap tenangnya yang begitu mantap, rasanya sulit untuk
menemukan beberapa orang yang bisa menandinginya dalam dunia persilatan?"
Meskipun dalam hati ia merasa tercekat, namun paras mukanya masih tetap seperti
sedia kala, katanya dengan dingin.
"Dalam dua puluh gebrakan, kau pasti akan menderita kekalahan total ditanganku!"
Siapa tahu bukan menjadi marah, Lui Seng thian malahan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" benarkah?"
Sikapnya ini sebaliknya malah mendatangkan perasaan makin tercekat dalam hati Yan
Lo-sat Hong Im, dalam anggapannya Lui Seng thian pasti akan menjadi gusar setelah
dihina olehnya, siapa tahu dia malahan sanggup untuk mempertahankan diri.
Dengan perasaan tercekat segera katanya, "Aku akan mengalah tiga jurus kepadamu,
nah sekarang silahkan turun tangan lebih dulu!"
Ucapan tersebut diutarakan dengan suara yang santai dan pelan, dari wajahnya juga
tidak menemukan rasa kaget atau takut, malahan terlintas selapis hawa dingin yang
tawar, seakan-akan sama sekali tidak memandang sebelah matapun kepadanya.
Lui Seng thian tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" daripada menolak lebih baik aku menurut saja, maaf
kalau lohu akan turun tangan lebih dahulu?"
Tiba-tiba tubuhnya bergerak maju kedepan telapak tangan kanan dan kirinya secepat
kilat menghajar jalan darah Ki sou hiat ditubuh Hong Im.
"Sebuah jurus Kim tui ki see (palu emas menghantam barat) yang sangat bagus!" puji
Yan Lo-sat sambil berkelit kesamping.
Gaya tubuhnya sangat indah tampaknya seakan-akan tidak menggunakan tenaga
barang sedikitpun ini membuat Say Khi pit dan Kongsun Po yang berada disisi kalangan
merasa makin takluk diam-diam mereka bersorak memuji didalam hati.
Gagal dengan serangannya, Lui Seng thian segera berubah jurus, tubuhnya berputar
kencang kemudian dari jurus Siau ci tham lam (sambil tertawa menuding langit selatan)
dia merubahnya menjadi jurus Muk ku ceng ciong (tambur senja lonceng pagi) serta San
tian lui beng (lari secepat sambaran kilat).
Ketiga jurus serangannya itu hampir boleh dibilang dilancarkan pada saat yang
bersamaan. Diam-diam terkesiap juga Hong Im menghadapi serangan lawan itu, serunya tertahan,
"Ooh" rupanya ada simpanan juga!"
Dengan kecepatan tinggi telapak tangannya dibalik, kemudian ia melepaskan sebuah
tendangan kilat.
Jurus serangan ini digunakan bukan saja dengan gerakan yang aneh dan sakti,
kekuatannya juga luar biasa, membuat Lui Seng thian menjadi termangu-mangu
dibuatnya. Dalam keadaan seperti ini, mau tak mau ia harus menarik kembali serangannya sambil
mundur, kalau tidak maka tendangan yang sangat aneh itu akan segera menghajar diatas
lambungnya. Dalam waktu singkat dua orang itu sudah bertarung sekitar dua puluh gebrakan lebih.
Mendadak Hong Im membentak keras, "Enyah kau dari sini!"
"Blaaam?" suatu benturan yang sangat keras berkumandang memecahkan
keheningan, tiba-tiba sesosok bayangan manusia terlempar ketengah udara.
Paras muka Lui Seng thian berubah menjadi mengenaskan sekali, noda darah mulai
meleleh membasahi bibirnya.
Setelah tertawa pedih, katanya, "Lohu akan beradu jiwa denganmu"
Seusai berkata, dengan suatu gerakan yang cepat dia menerjang kemuka, dengan
cepat suasana dalam gelanggangpun mengalami perubahan yang sangat besar.
Terdengar Hong Im menjerit kaget, "Haaah" jit poh lui sim ciam!"
Lui Seng thian segera mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" kau tahu kalau panah ini adalah jit poh lui sim ciam"
Sayang segala sesuatunya telah terlambat"!"
Pada saat yang kritis itulah tiba-tiba Kongsun Po melompat kedepan dan menghadang
dihadapan Lui Seng thian, ujarnya, "Saudara Lui apakah kau tidak merasa bahwa
tindakanmu ini adalah membesar-besarkan suatu persoalan yang kecil?"
Dengan anak panah inti geledek siap ditangan, Lui Seng thian menjawab dengan penuh
kebencian, "Aku tak akan memperdulikan hal-hal semacam itu lagi!"
"Apakah kau sudah lupa dengan apa yang kau katakan tadi?" buru-buru kongsun Po
berbisik kembali.
Mendengar ucapan tersebut, seperti baru sadar saja dari impian, Lui Seng thian
terperanjat, kemudian serunya dengan cepat, "Saudara Say, saudara Kongsun cepat ikuti
lohu!" Seusai berkata, dengan langkah lebar dia bergerak lebih dahulu meninggalkan tempat
itu. Hong Im segera tertawa terkekeh-kekeh, "Heeehhh" heeehhh" heeehhh" aku sudah
tahu kalau dia tak akan membidik diriku!"
Say Khi pit segera tertawa, umpaknya, "Sekalipun anak panah Jit poh lui sim ciam
sudah dibidikkan juga belum tentu bisa melukai seujung rambutmu!"
Sementara itu, Lui Seng thian yang menyaksikan Kongsun Po, serta Say Khi pit belum
juga mengikuti dari belakang, tanpa terasa segera berpaling sambil menegur.
"Saudara Say, saudara Kongsun, kalau kalian berdua enggan untuk berkomplot dengan
lohu, maka kita batalkan saja pembicaraan tadi sampai disini saja"
Say Khi pit segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahhh" haaaahhh" harap saudara Lui jangan banyak curiga, lohu segera
akan mengikuti dirimu!"
Jit poh lui sim ciam Lui Seng thian kembali mendengus dingin, kemudian melanjutkan
kembali perjalanannya.
Yan Lo-sat Hong Im tiba-tiba bertanya dengan suara dingin, "Sudahkah Tok liong cuncu
munculkan diri."
"Belum!" Kongsun Po segera menggelengkan kepalanya berulangkali.
Yan Lo-sat Hong Im menghela napas panjang, bisiknya kemudian, "Semoga saja malam
nanti kita bisa berjumpa kembali"!"
Berbicara sampai disitu dia menghela napas dan mendongakkan kepalanya memandang
awan diangkasa, untuk sesaat lamanya dia hanya termangu-mangu belaka terbuai
lamunan. Lama, lama sekali, dia baru menarik kembali lamunannya seraya berkata.
"Secara garis besarnya aku telah melakukan peninjauan kearah pulau ini, memang
tempat tersebut merupakan sebuah tempat yang sangat misterius?"
Say Khi pit menjadi tertegun sesudah mendengar perkataan itu, dengan cepat dia
bertanya, "Nona, jangan-jangan kaupun datang untuk mendapatkan Lencana pembunuh
naga?" Sambil menghela napas panjang Hong Im menggelengkan kepala berulangkali.
"Bukan, yang terutama kedatanganku kemari adalah untuk mencari susiokku"
"Susiokmu" Siapa namanya?" tanya Kongsun Po keheranan, Hong Im berpikir sejenak
kemudian ia menjawab.
"Hoa ih kim cha (tusuk konde emas berbaju merah)!"
Mendengar nama itu, Say Khi pit tampak sangat terkejut sehingga wajahnya berubah
serunya tertahan, "Apakah orang yang disebut sebagai perempuan paling cantik didunia
pada enam puluh tahun berselang?"
Hong Im segera mengangguk.
"Yaa, aku selalu curiga kalau dia bersembunyi ditempat ini, tapi hingga detik ini
jejaknya belum juga berhasil kutemukan?"
Mendadak" Dari kejauhan sana berkumandang suara tertawa panjang yang memekikkan telinga,
menyusul kemudian tampak sesosok bayangan putih berkelebat lewat dan lenyap kembali
dalam waktu singkat.
Paras muka Hong Im segera berubah sangat hebat serunya, "Orang ini sudah sehari
semalam menguntil terus dibelakangku sekarang lagi-lagi dia munculkan dirinya, aku harus
segera pergi dari tempat ini?"
Sekali berkelebat tubuhnya sudah berada puluhan kaki jauhnya dari tempat semula,
kemudian dalam waktu singkat tubuhnya sudah lenyap dibalik kabut dan hujan yang
deras. Dikala Yan Lo-sat sedang berangkat pergi itulah, tiba-tiba dari arah istana api
memancar keluar sebuah jalur sinar emas yang amat menyilaukan mata.
Dengan cepat Say Khi pit bergerak maju, serunya.
"Hayo cepat berangkat, kemungkinan besar pertarungan sudah berkobar disana.
Dengan kecepatan seperti anak panah yang terlepas dari busurnya, berangkatlah kedua
orang itu menuju kedepan, tak selang beberapa lama kemudian istana api telah berada
didepan mata. Dari kejauhan terlihatlah Thi eng sin siu Oh Bu hong dari perkumpulan Thi eng pang
sedang terlibat dalam suatu pertempuran yang amat seru melawan malaikat pedang Siang
Ban im dari See ih sam seng.
Ketika Jit poh lui sim ciam menyaksikan bala bantuannya telah tiba, dengan suara
lantang dia lantas berseru, "Saudara berdua cepat kemari! Pertunjukkan bagus segera
akan dimulai?"
Dengan pandangan mata yang dingin dan sinis Si Tiong pek memandang sekejap
kesekeliling gelanggang, kemudian jengeknya sambil tertawa dingin, "Oooh" rupanya
kalian adalah sekomplotan!"
Kongsun Po tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh" haaahh" haaahh" pertemuan semacam ini sulit dijumpai dalam dunia
persilatan sudah barang tentu kami harus manfaatkan kesempatan semacam ini untuk
menambah pengetahuan!"
Mendadak terdengar malaikat pedang Siang Ban im membentak nyaring, "Orang she
Oh, kau benar-benar sanggup untuk masuk kedalam?"
Oh Bu hong tertawa tergelak.
"Haaahhh" haaahhh" haaahhh" lohu sudah mempunyai cara yang praktis untuk
mengendalikan hawa panas didalam, asal kalian ijinkan diriku untuk masuk kedalam, lohu
yakin pasti dapat masuk kedalam dengan leluasa"
"Aku tidak percaya kalau didunia ini masih ada orang yang mampu?" bentak malaikat
pedang. Oh Bu hong segera menukas kata-katanya yang belum selesai itu, "Lohu telah berhasil
mendapatkan Lam-hay beng cu (mutiara mustika dari laut selatan), kalau tidak percaya
silahkan saja menyingkir dari sini"
Selesai berkata dengan langkah lebar dia lantas berjalan masuk kedalam istana api.
Mendadak" Dari dalam istana api berkumandang suara auman keras yang amat memekikkan
telinga" Mendengar suara pekikan yang mengerikan itu, Si Tiong pek menjadi terperanjat,
serunya. "Suhu, apaksh suara keras itu adalah suara dari naga api yang konon tersiar dalam
dunia persilatan.
"Benar!" jawab Oh Bu hong, "kalian cepat pertahankan tempat itu, kemungkinan besar
dia akan munculkan dirinya!"


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Belum habis perkataan itu diucapkan tiba-tiba dari balik istana api menyembur keluar
sebuah jalur api yang membara.
Begitu menyaksikan semburan api itu, See ih samseng cepat-cepat melayang keluar
dari tempat itu.
Sedangkan Oh Bu hong segera membentak gusar.
"Lohu akan masuk kedalam!"
Ternyata seperti apa yang dia katakan, ketika semburan api itu menyentuh tubuhnya
ternyata tidak menimbulkan kebakaran atas badannya, malahan begitu selesai berkata,
badannya segera menyerbu kedalam dan sekejap kemudian sudah lenyap dibalik kobaran
api yang membara tersebut.
Mendadak berkumandang jeritan ngeri dari dalam istana api itu"
"Auuuh celaka"!"
Menyusul kemudian tampaklah Oh Bu hong sambil menutupi wajah sendiri kabur keluar
dari balik istana"
Dari belakang tubuhnya tampak seekor makhluk raksasa mengikutinya dengan garang,
bahkan menerjang kedepan dengan membawa kekuatan yang luar biasa.
"Suhu, cepat mundur!" Si Tiong pek segera berteriak keras.
Tubuhnya bergerak cepat kedepan, buru-buru ia menurunkan perintah begitu komando
diturunkan, serentak para jago lihay dari perkumpulan Thi eng pang itu menyambitkan
serentetan bintang hitam kearah makhluk raksasa tersebut.
0000O0000 Naga api itu dengan membawa selapis cahaya api yang berkobar-kobar menerjang
keluar dari balik liang gua dan menubruk kearah kawanan jago dari Thi eng pang itu
dengan garangnya.
"Lepaskan senjata rahasia" bentak Si Tiong pek.
Para jago dari perkumpulan Thi eng pang segera mengayunkan kembali tangannya,
berpuluh-puluh titik cahaya bintang sekali lagi meluncur kearah tubuh naga raksasa
tersebut. Cahaya bintang begitu menyambar lewat, suara dentingan nyaring yang memekikkan
telingapun berkumandang memecahkan keheningan.
Begitu naga api tersebut menggetarkan tubuhnya senjata-senjata rahasia beracun yang
tajam dan kuat itupun serentak rontok keatas tanah.
Melihat kekebalan tubuh naga api tersebut atas senjata rahasia, para jago dari Thi eng
pang menjadi amat terperanjat, masing-masing segera mengundurkan diri keluar.
"Weeess"!" segulung kobaran api dahsyat menyembur keluar dari mulut naga api
tersebut dan menyapu tubuh kawanan jago yang tak sempat melarikan diri.
"Aduuuh" aduuuh?"
Jeritan-jeritan ngeri yang memilukan hati berkumandang memecahkan keheningan.
Beberapa jago dari Thi eng pang yang terlambat mengundurkan diri dari situ segera
tergulung dibalik kobaran api dahsyat itu dan terbakar hangus.
Lidah raksasa dari naga api itu kembali menggulung, dua sosok tubuh yang tergeletak
diatas tanah tersebut segera ditelannya kedalam perut.
Menyaksikan peristiwa itu, semua jago makin terkesiap dibuatnya, buru-buru mereka
mundur jauh lebih kebelakang.
Ji Cin peng kuatir anak buah perguruan panah bercintanya mengalami nasib yang naas,
buru-buru ia membentak.
"Semua anggota perguruan panah bercinta cepat mundur sejauh lima kaki dari sini!"
Terdengar suara ujung baju yang tersampok angin berkumandang memecahkan
keheningan, semua anggota perguruan panah bercinta segera meninggalkan gelanggang
sejauh lima kaki lebih.
Mendadak Oh Bu hong membentak keras, "Pek ji, lindungi aku, aku hendak membunuh
naga untuk diambil empedunya!"
Haruslah diketahui bahwa Oh Bu hong sudah lama tahu jika dalam istana api terdapat
seekor naga raksasa yang berusia sepuluh laksa tahun karena setiap hari menghirup sari
api sebagai bahan makanannya, ia telah membentuk sebutir mustika Lei hwe po wan
didalam tubuhnya.
Konon menurut cerita dongeng, barangsiapa dapat menelan pil Lei hwe po wan
tersebut, bukan saja dapat menyembuhkan luka beracun, dapat pula menambah usia
seseorang selain itu masih ada khasiat lain yang lebih berharga lagi, yakni bisa membuat
tenaga dalam yang dimiliki seorang jago silat menjadi enam puluh tahun hasil latihan lebih
hebat. Hanya saja, pil Lei hwe po wan tidak mudah diperoleh, apalagi naga raksasa berusia
sepuluh laksa tahunpun merupakan makhluk yang langka dalam dunia persilatan,
jangankan memang jarang dijumpai didunia ini orang yang mengetahui akan hal inipun
jarang sekali. Sejak Thi eng sin siu Oh Bu hong menyaksikan munculnya naga tersebut, diam-diam ia
sudah merasa amat girang, pikirnya, "Orang mengatakan rahasia mestika Lencana
pembunuh naga adalah mestika yang paling hebat didunia ini, darimana mereka tahu jika
pil mestika Lei hwe po wan justru merupakan benda mestika yang lebih berharga lagi
didunia ini" Sekalipun rahasia mestika Lencana pembunuh naga gagal didapatkan, asal
bisa mendapatkan pil mestika dari naga api inipun masih tidak terhitung sia-sia
perjalananku kali ini!"
JILID 21 BERPIKIR sampai disitu, tiba-tiba tubuhnya berkelebat maju ke depan.
Oleh karena dalam sakunya dia membawa batu kemala dingin, maka gelombang panas
yang menyengat tubuhnya itu sementara waktu tak berhasil menyerang badannya.
Telapak tangan kirinya segera melancarkan serangan dengan jurus Nuh-siau sam-kang
(badai keras melanda sungai), sedangkan toya baja ditangan kanannya menyapu datang
ke depan. Naga raksasa itu segera mengebaskan kepalanya, kemudian sepasang cakarnya yang
tajam menyambar tiba untuk mencengkeram toya bajanya itu.
Menghadapi ancaman tersebut, Oh Bu-hong merasakan hatinya tercekat. Sambil
melejit, ia mundur kebelakang. Diam-diam peluh dingin mengucur keluar membasahi
tubuhnya. Meski dia lihay namun dibikin apa boleh buat juga oleh naga raksasa yang berotak
cerdas tersebut.
Dengan cepat ia berpaling dan memandang sekejap ke arah kawanan jago, kemudian
serunya lantang. "Diantara saudara-saudara sekalian, siapakah yang berniat untuk
membantu lohu?"
Semua orang tetap membungkam dan tidak menggubris teriakannya itu. Ternyata para
jago hanya berniat untuk menjadi penonton belaka.
Sementara ia sedang merasa terdesak mundur bercampur malu" Mendadak terdengar
si Rase Berekor Sembilan Kongsun Po memperdengarkan suara tawa panjang yang
memekakkan telinga"
Kemudian sambil berhenti tertawa, dia berkata, "Membantumu tanpa memperoleh
kebaikan apa-apa. Siapa yang sudi menyerempet bahaya untuk menjual tenaga buat Thi
Eng-pang kalian".".
Tak bisa disangkal lagi, si Rase Berekor Sembilan Kongsun Po pun sudah mengetahui
akan kebaikan serta kegunaan naga api tersebut. Hanya saja lantaran pengetahuannya
yang terlampau cetek, sehingga ia belum menduga manfaat serta kemestikaannya pil Lei
hwe po wan yang dihasilkan naga tersebut.
Thi-eng siu Oh Bu-hong bukan manusia sembarangan yang berotak bebal. Dia sendiri
pun sadar bahwasanya kekuatan Thi-eng pang masih sangat lemah. Mustahil dengan
kekuatan yang dimilikinya itu dapat membunuh naga api dan mengambil Lei hwe po wan
nya. Oleh sebab itu dia harus mencari lagi beberapa orang pembantu.
Asal ada beberapa orang pembantu yang kosen, dapat menahan naga api itu agar
jangan kembali ke dalam gua, maka lama kelamaan naga tersebut pasti akan melemah
dan akhirnya mati karena tiada api disekitar sana.
Naga api menggunakan api sebagai bahan makanannya. Selama hidup, bila ia
meninggalkan sumber api, maka tubuhnya tak akan tahan menghadapi hembusan angin
dingin, serta merta kobaran api ditubuhnya akan makin melemah dan padam. Bila api
sudah padam maka kekuatan tubuhnya secara otomatis juga tak sanggup dikerahkan
kembali. Hal ini ibaratnya dengan sepotong besi yang membara karena dipanaskan, jika
potongan besi yang membara itu dikeluarkan dari tungku api dan diceburkan ke air maka
dia akan menjadi dingin.
Naga api tak dapat meninggalkan api, kejadian tersebut bersumber pula pada teori
tersebut. Ketika Thi-eng Siu Oh Bu-hong menyaksikan Kongsun Po telah angkat bicara, buru-buru
dia melayang mundur sejauh beberapa kaki dari tempat semula.
Agaknya naga berapi itupun cukup mengetahui akan titik kelemahannya. Ternyata
diapun tidak melakukan pengejaran lebih jauh.
Mengetahui kalau Kongsun Po sudah tertarik, Oh Bu-hong segera tertawa terbahakbahak,
katanya, "Saudara Kongsun, kau adalah seorang yang cerdik. Tentunya kau
ketahui bukan bahwa diantara terdapat banyak sekali kebaikan, Naga berapi ini bukan saja
telah menghasilkan Lei hwe cu yang langka dan luar biasa berharganya. Sepasang
matanya yang berapi pun merupakan mestika yang tak ternilai harganya. Asal saudara
Kongsun bersedia untuk membantu lohu, paling tidak satu bagian diantara barang-barang
tersebut akan menjadi bagianmu".
Tertarik juga Kongsun Po oleh kata-katanya itu. Dia lantas bertanya dengan cepat.
"Saudara Oh, benarkah naga berapi itu mempunyai begitu banyak kebaikan dan manfaat?"
Oh Bu-hong tertawa terkekeh-kekeh, "Selain daripada itu, masih banyak manfaat lain
yang tak bisa kuterangkan satu persatu pada saat ini. Tunggu saja setelah naga berapi itu
mati, lohu baru menerangkannya kepada Kongsun-heng"
"Kalau memang terdapat begitu banyak kegunaannya, lebih baik saudara Oh dapatkan
sendiri saja" seru Kongsun Po sambil tertawa dingin.
Oh Bu-hong kembali merasa terkesiap. Dia tidak menyangka kalau disaat yang terakhir
Kongsun Po kembali mengeluarkan tindakan seperti itu.
Buru-buru katanya lagi sambil tertawa terbahak-bahak, "Haa.. haa.. haa.. ada
kesenangan kita nikmati bersama, ada kesulitan kita tanggulangi bersama. Lohu bersedia
untuk menikmati bersama hasil yang kita peroleh nanti dengan saudara Kongsun?".
Perbagai ingatan dengan cepat melintas dalam benak Kongsun Po, ujarnya kemudian,
"Saudara Oh, kau memang cukup menarik hati orang, sedikit banyak lohu agak tertarik
juga dibuatnya".
Mendengar ini, diam-diam Oh Bu-hong mencaci maki dihati, sedangkan diluaran
katanya dengan cepat, "Lohu bermaksud sungguh-sungguh. Harap saudara Kongsun
jangan sampai menyia-nyiakan uluran tanganku ini".
Dalam pada itu, naga berapi tersebut tidak maju pun tidak mundur. Dengan empat
buah matanya yang besar dan aneh ia menatap buas setiap jago yang berada dalam
gelanggan tersebut.
Tiba-tiba Giok bin sin ang Say Khi-pit tampil pula ke depan, serunya sambil tertawa
dingin, "Saudara Oh, setelah mempunyai kesempatan yang begini baik untuk menjadi kaya
raya, mengapa kau tidak mengajak pula diri siaute?"
Diam-diam Oh Bu-hong merasa girang juga oleh keberhasilan siasatnya, segera ia
menjawab, "Aaah" mana" mana. Selama ini saudara Say tidak mengemukakan
pendapatnya. Lohu mana berani mengganggu ketenanganmu. Bila aku telah berbuat
kekeliruan, harap saudara Say suka memakluminya!".
"Hmm, Mana" Mana.." Say Khi-pit mendengus dingin.
"Apabila saudara Saya bersedia pula untuk memperkuat barisan kami untuk
mengepung naga tersebut, kekuatan lohu tentu akan jauh lebih tangguh lagi.
Orang ini memang betul-betul licik sekali. Dia tahu Kakek Sakti Berwajah Pualam Say
Khi-pit adalah seorang manusia yang suka diumpak. Asal disanjung-sanjung dengan
beberapa patah kata, mungkin nama marga sendiri pun akan dilupakan olehnya.
Siapa tahu Giok bin sin ang Saya Khi-pit yang sekarang jauh berbeda dengan Giok bin
sin ang Say Khi-pit yang dulu. Hanya dengan dua tiga patah kata sanjungan tersebut,
tentu saja belum sanggup untuk menggerakkan hatinya.
Dengan suara dingin, Say Khi-pit berkata, "Dalam perkumpulan anda oraang pintar
bertumpuk-tumpuk, sedangkan kami tak lebih hanya manusia kurcaci yang tak punya
kepandaian apa-apa. Mana mungkin kepandaian kami bisa menarik perhatian saudara
Oh?". "Betul!" timbrung Kongsun Po. "Dihari-hari biasa, saudara Oh selalu meletakkan
sepasang matanya di atas kepala. Mana mungkin kau anggap kami dalam pandangan".
Kata-kata tersebut dengan cepat membuat Oh Bu-hong menjadi tersipu-sipu.
Keadaannya berubah menjadi mengenaskan sekali.
Tapi Thi-eng-siu Oh Bu-hong adalah seorang manusia yang berotak tajam. Dia hanya
menanggapi kata-kata mereka dengan senyuman dikulum. Meski dihati kecilnya rasa benci
tersebut sudah merasuk sampai ke tulang sumsum, tapi dia tak ingin menimbulkan ribut.
Dalam suasana begini, maka sambil tertawa terbahak-bahak, katanya. "Saudara berdua
mengapa ingin mencari gara-gara dengan lohu" Persoalan semacam ini tak bisa ditunda
lagi. Lebih baik tinggalkan dulu perselisihan dimasa lalu untuk bekerjasama dengan loju.
Asal Lei hwe po wan berhasil didapatkan, kita semua pasti akan menarik manfaatnya"!.
Si Tiong-pek yang berjiwa muda dan biasanya selalu bertinggi hati, menjadi tak tahan
menyaksikan suhunya Oh Bu-hong selalu mengalah kepada orang lain. Sifat kasarnya
segera timbul dan rasa tak senangpun muncul di atas wajahnya. Sambil tertawa dingin
katanya kemudian, "Suhu! Kenapa sih kau orang tua" Mengapa selalu mengumpak orang
saja. Aku tak percaya kalau Thi-eng pang tak sanggup menghadapi seekor naga berapi
pun. Jika berita ini sampai tersiar diluaran, apakah orang lain tidak mentertawakan
ketidak-becusan kita"
"Tepat sekali" Tepat sekali!" sambung Kongsun Po sambil tertawa terkekeh-kekeh,
"Apa yang siaute ucapkan memang betul. Thi-eng pang kan perkumpulan yang paling
besar di dunia ini".
Dengan gusar Oh Bu-hong memandang sekejap ke arah Si Tiong-pek, kemudian
katanya, "Pek-ji, kau kiranya punya hak untuk ikut berbicara dalam keadaan seperti ini"
Kalau mengambil tindakan saja tidak mampu, tentu lebih banyak kegagalan yang dijumpai
daripada keberuntungan. Apa kau sudah lupa dengan masehat suhu dihari-hari biasa"
Hmmm?" Tak terlukiskan rasa gusar Si Tiong-pek setelah ditegur oleh Oh Bu-hong dihadapan
orang banyak. Rasa mangkel tersebut sukar dilukiskan dengan kata-kata.
Tapi diatas wajahnya ia tak berani menunjukkan rasa marah barang sedikitpun juga,
dia lantas tertawa getir.
Tiba-tiba sekulum senyuman menghiasi kembali wajah Oh Bu-hong, katanya kemudian.
"Saudara Kongsun, saudara Say, orang yang bijaksana tak akan mengingat-ingat
kesalahan orang rendah. Muridku masih muda dan tak tahu urusan. Jika sampai berbuat
salah, harap kalian berdua suka memakluminya. Aku pun berharap agar kalian berdua bisa
cepat-cepat mengambil keputusan tentang persoalan tadi, lohu?"
Belum habis ia berkata, mendadak dilihatnya kobaran api di tubuh naga berapi itu
sudah makin mengecil. Diantara aumannya yang keras makhluk raksasa tersebut sudah
mengebaskan ekornya sambil menundukkan kepala, tampaknya ia sudah bermaksud untuk
kembali ke dalam guanya.
Menyaksikan kejadian tersebut, tubuhnya segera bergerak ke depan dan maju
beberaopa langkah. Segenggam jarun beracun Yan-hwi tok ciam dipersiapkan ditangan
kirinya untuk bersiap sedia melancarkan serangan atas keempat buah mata naga berapi
tersebut. Say Khi-pit segera berbisik kepada Kongsun Po. "Saudara Kongsun, bagaimana menurut
pendapatmu?".
Dewasa ini, kawanan jago yang berkumpul disini amat banyak jumlahnya" kata
Kongsun Po. "Sekalipun kita sekalian berhasil mendapatkan Lei hwe wan tersebut juga
belum tentu bisa mengundurkan diri dengan selamat. Apakah tidak kau lihat orang-orang
dari perguruan Panah Bercinta sedang mengawasi kemari. Dengan mata melotot" Agaknya
mereka sedang menunggu kesempatan baik!"
"Kalau begitu kita tak usah membantu Oh Bu-hong lagi" kata Say Khi-pit setelah
memandang sekerjap ke arah para jago dari perguruan Panah Bercinta.
Kongsun Po berpikir sebentar, kemudian katanya, "Maksud tujuan Oh loji masih sukar
untuk diduga. Membantu dirinya juga tak menjadi soal. Tapi diapun dapat kita peralat?"
Sementara mereka berdua masih berbisik dengan suara lirih, tiba-tiba dari tengah arena
berkumandang suara dengusan tertahan karena kesakitan.
Rupanya si malaikat racun Lo Kay-seng dari See ih sam seng berdiri terlampau dekat
dengan naga berapi itu sehingga lengan kirinya kena disembur sampai terluka. Sambil
meringis kesakitan, buru-buru dia mengundurkan diri ke belakang.
Malaikat pedang Siang Ban-im yang menyaksikan kejadian itu menjadi gusar sekali,
bentaknya, "Binatang, kau berani!"
Sekilas cahaya tajam dengan cepat menyambar ke depan.
Auman keras yang memekakkan telinga berkumandang memenuhi angkasa.
Mendadak naga berapi itu mengangkat tubuhnya ke atas. Cakar mautnya direntangkan
dan diayun kemuka, kemudian menyambut datangnya cahaya pedang tersebut.
Melihat kesempatan baik telah berada didepan mata Oh Bu-hong segera membentak
keras, "Pek-ji, cepat serang sayap kanannya!".
Sejak tadi Si Tiong-pek sudah tidak dapat mengendalikan dirinya lagi, mendengar
perintah tersebut, segera sahutnya, "Baik!"
Dengan jurus Kan ku see gi (alam semesta bergeser ke barat), satu jurus pukulan yang
tercantun dalam kitab pusaka Ciong hay kun boh, dia melancarkan sebuah pukulan ke
depan. Dibawah kerubutan tiga orang jago tersebut, ternyata naga berapi itu sama sekali tidak
takut. Sambil meraung keras, ekornya yang panjang dan besar tiba-tiba disapu keluar
dengan menerbitkan deruan angin puyuh yang luar biasa.
"Sin liong pawi (naga sakti mengebaskan ekor)" tiba-tiba Si Tiong-pek teringat kalau
diantara jurus-jurus serangan yang tercantum dalam kitab pusaka Ciong bay kun boh
terdapat sebuah jurus sin liong pawi yang mirip-mirip dengan gerakan tubuh naga berapi
itu. Dia cukup mengeyahui akan kelihayan jurus serangan itu, buru-buru tubuhnya
melompat ke udara untuk menghindarkan diri.


Lencana Pembunuh Naga Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Suhu, cepat mundur!" teriaknya dari tengah udara.
Thi-eng-siu Oh Bu-hong tidak mengetahui akan kelihayan jurus serangan tersebut. Baru
saja dia hendak menyongsong datngnya ancaman tersebut dengan toya bajanya, tiba-tiba
ia mendengar bentakan dari Si Tiong-pek tersebut, segera sadarlah dia kalau keadaan
tidak beres. Dengan gerakan mendatar tubuhnya meluncur keluar dari situ.
"Blammm!" suatu benturan keras terjadi di udara, tahu-tahu sebuah liang yang amat
besar telah muncul di atas permukaan tanah.
Ketika sapuan ekornya gagal melukai orang, naga berapi itu semakin gusar. Sambil
meraung keras, kakinya dihentak-hentakkan di atas tanah. Ini mengakibatkan seluruh
permukaan tanah bergetae keras.
"Sungguh berbahaya".!" pekik Oh Bu-hong di dalam hati.
Saking kagetnya peluh dingin telah membasahi sekujur tubuhnya. Untuk sesaat
nyalinya menjadi pecah dan ia tak berani untuk menubruk ke depan lagi.
Dalam pada itu, Malaikat Pedang Siang Ban-im juga tak berani melancarkan serangan
secara gegabah lagi. Dia hanya mengawasi naga berapi itu dengan mata terbelalak karena
kaget. Untuk sesaat lamanya ia termangu-mangu dan tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun. Mendadak terdengar Kongsun Po tertawa terbahak-bahak, kemudian katanya lantang,
"Haa" haa" haa" Saudara Oh, mari biar lohu membantumu!"
"Haa" haa" haa" Bagus sekali. mari kita bekerjasama untuk membekuk naga itu!"
jawab Oh Bu-hong sambil tertawa terbahak-bahak pula.
Menyusul di belakang Rase Berekor Sembilan Kongsun Po, si Kakek Sakti Berwajah
Pualam Say Khi-pit pun ikut maju ke depam memberikan bantuannya.
Dengan demikian, para jago lihay serentak maju bersama untuk menghampiri naga
berapi itu. Ternyata naga berapi itu cukup cerdik. Kali ini ia bersikap lebih kalem dengan
mengawasi orang-orang itu menggunakan sinar matanya yang merah berapi-api. Oleh
karena ia memiliki empat buah mata maka gerak-gerik setiap orang tak ada yang lolos dari
pengawasannya. Kongsun Po menjadi amat terperanjat setelah menyaksikan kesemuanya itu. katanya,
"Saudara Oh, dimanakah letak titik kelemahan yang mematikan dari makhluk ini?"
"Lohu belum berhasil menemukannya" jawab Oh Bu-hong sambil tertawa seram.
Say Khi-pit segera menggerakkan sepasang telapak tangannya, lalu berkata, "Lohu
akan bertarung dari babak yang pertama. Harap saudara sekalian mau melindungi aku dari
samping!".
Kemudian sambil merendahkan tubuhnya, ia melancarkan sebuah pukulan yang sangat
kuat ke depan. Naga raksasa itu mendongakkan kepalanya, sambil meraung keras, menyusul kemudian
terjadi benturan yang memekakkan telinga.
Naga berapi itu sama sekali tidak menghentikan tubuhnya, tapi Say Khi-pit telah
merasakan separuh lengannya menjadi kaku dan agak tak sanggup untuk diangkat
kembali. Ia tidak menyangka kalau tubuh naga berapi itu memiliki daya lenting yang begini
kuat. Dengan hati tercekat ia mundur ke belakang, kemudian serunya, "Saudara Oh, aku lihat
makhluk ini luar biasa. Jika tidak diketahui cara untuk menaklukkannya, belum tentu kita
bisa menundukkannya hari ini. Untuk membunuh naga harus tahu dulu caranya
membunuh. Aku lihat lebih baik kita mencari dulu akal lain!"
"Oh Bu-hong segera mendengus dingin. "Hmmmm".! Kalau aku sudah tahu caranya,
tak nanti lohu sampai memohon bantuan orang lain"."
Mendengar ucapan tersebut Say Khi-pit menjadi naik pitam, teriaknya, "Lohu pun tak
sudi dengan benda mestika itu!"
Seusai berkata ia lantas putar badan dan berjalan keluar dari gelanggang, seakan-akan
ia hendak berlalu dari sana.
Buru-buru Kongsun Po berseru dengan lantang, "Saudara Say, setelah masuk kedalam
bukit mestika, masa kita akan pulang dengan tangan hampa".
Say Khi-pit agak tertegun, kemudian pikirnya, "Ya benar. Jika aku pergi dengan begini
saja, pihak Thi-eng pang pasti akan mentertawakan ketidak becus
Golok Halilintar 2 Rahasia Ciok Kwan Im Pendekar Harum Seri Ke 2 Karya Gu Long Pendekar Kelana 2
^