Pencarian

Misteri Bayangan Setan 12

Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 12


ih, perlahan-lahan ia hela napas panjang.
"Heeei! sekali lagi ia menolong diriku...."
Ia merasa budi yang diterimanya selama ini benar-benar sangat banyak dan entah di kemudian hari secara bagaimana bisa mengembalikannya, sembari berpikir tak terasa
gumamnya seorang diri, "Nona Gui! aku sudah banyak berhutang budi kepadamu tapi nasib dari aku Tan Kia-beng memang kurang bagus, banyak persoalan yang melibatkan diriku! kasih sayangmu, budi pertolonganmu aku rasa hanya bisa kubalas pada penjelmaanku yang akan datang.
Ia merandek, lalu dengan nada yang berbeda sambungnya lagi, "Tidak.... tidak bisa jadi. teringat aku Tan Kia-beng adalah seorang lelaki sejati mana boleh berhutang budi kepada seorang gadis" aku harus berusaha keras untuk mengembalikan hutang budi ini...."
Melihat pemuda itu bergumam dan berkemak kemik tiada hentinya Pek Ih Loo sat lama kelamaan tidak sabaran lagi, ia lantas maju menegur dengan nada cemas.
"Eeei kenapa kau" semua orang cemas atas punahnya tenaga dalammu sebaliknya setenagamu pulih kau malah enak-enakan bercokol disini, seharusnya cepatan dikit kau mengunjungi dusun Tau Siang CUng agar semua orang bisa berlega hati."
Setelah ditegur Tan Kia-beng baru terkembali dari impian, ia menghela napas panjang, putar badan dan berkata dengan aras-arasan, "Mari kita pergi!"
Sekonyong-konyong....
Beberapa bayangan manusia meluncur datang dengan
kecepatan bagaikan kilat, serunya tertawa seram teriaknya,
"Hee.... heee.... bangsat cilik, kau tidak usah bikin rencana untuk pergi lagi, masih kawan kawan karibmu yang sengaja datang menemui dirimu"
Tan Kia-beng melirik sekejap, kiranya orang-orang itu adalah Thay Heng Sing Mo serta Ngo Ih Koan cu dan Im Yang
Siauw-su berempat, alisnya kontan melentik lalu disambung dengan tertawa tergelak yang mendirikan bulu roma.
"Haaa.... haaa.... haaa.... aku kedatangan kalian adalah disebabkan pedang mustika yang tergantung pada pinggang siauw-yamu ini, tapi aku bisa berkata kepada kalian secara terus terang, ingin merebut padang mustika bukanlah suatu pekerjaan yang gampang."
Bicara sampai disitu sinar mata berkelebat memancarkan cahaya tajam, sambil melototi keempat orang itu tak berkedip lanjutnya, "Heee.... heee.... heee.... jika kalian benar-benar ngotot ingin dapatkan pedang ini, baiklah! tinggalkan dulu batok kepala kalian sebagai barang jaminan."
Tay Heng Siang Mo sebagai manusia yang berhati paling keji, ternyata kali ini kena digertak juga sehingga mundur dua langkah ke belakang dengan ketakutan.
Bagaimanapun Ngo Ih Koancu jauh lebih tebal imannya diantara orang-orang itu, ia maju dua langkah ke depan, seraya menuding kepada pemuda itu tegurnya gusar,
"Sombong benar kau manusia tak tahu diri, bicara terhadap angkatan tuapun berani tidak pakai aturan."
"Hee.... heee.... heee....mengandalkan keadaan raut muka kalian yang tiga bagian tidak mirip manusia, tujuh bagian mirip setan berani ngaku-ngakuan sebagai angkatan tua Hmmm!
tidak becus" sela Pek Ih Loo sat sambil tertawa dingin.
Mendadak ia menoleh dan sambil menarik tangan Tan Kia-beng ajaknya, "Engkoh Beng tak usah gubris mereka lagi, mari kita pergi!"
Thay Heng Siang Mo sudah terbiasa melakukan kejahatan, tadi merekapun hanya dibuat terperanjat dalam beberapa saat
saja, setelah hatinya berhasil ditenangkan napsa rakus pun mulai melintas seluruh wajahnya.
Masing-masing pihak setelah saling bertukar tanda, mendadak berbareng menubruk ke arah Tan Kia-beng.
"Setan hidup, mayat hidup, agaknya kalian sudah bosan hidup?" bentak Pek Ih Loo sat teramat gusar.
Dibawah berkibarnya ujung baju, itu maju menyongsong kedatangannya, telapak kiri jadi kanan secara tiba-tiba melancarkan tujuh buah serangan dahsyat sercara terpisah mengancam bagian bagian penting ditubuh sepasang setan itu.
Jurus serangannya ganas geraknya sebat memaksa
sepasang iblis itu harus menarik kembali serangan tubrukannya mentah mentah.
Ketika mereka dapat melihat bahwa orang yang berhasil mendesak mereka mundur ke belakang hanyalah seorang gadis cantik berbaju putih, watak buas kontan semakin berkorban, diiringi teriakan ganas sekali lagi mereka menubruk kemuka.
Si Iblis Tua menerjang Pek Ih Loo sat sedang si iblis kedua menubruk Tan Kia-beng.
Ketika itu tenaga dalam yang dimiliki Tan Kia-beng sudah pulih seperti sedia kala, walaupun terang terangan ia melihat datangnya serangan dari sepasang iblis itu teramat dahsyat, tapi ia beralagak pilon pura pura tidak merasa.
Menanti tubuh Jie mo hampir mendekati badan pemuda itulah, tiba-tiba terdengar suara bentakan merdu
berkumandang memecahkan kesunyian, segulung merah dengan membawa serentetan cahaya tajam yang menyilaukan
mata laksana sambaran petir menggulung tubuh Ong Kuang, hawa pedang mendesir dan di dalam sekejap mata sudah ada delapan buah serangan menggurat memekikkan telinga.
Si Jie Mo, Ong Kuang belum sempat melihat bayangan tubuh dari sang penyerang, ia sudah kena terdesak mundur berulang kali.
Ngo Ih Koancu serta Im Yang Siauw su yang melihat Thay Heng Siang Mo sama-sama sudah berjumpa dengan musuh tangguh, hatinya jadi kegirangan, masing-masing dengan kumpulkan seluruh tenaga lweekang yang dimiliki selangkah demi selangkah mendekati Tan Kia-beng....
Tiba-tiba.... Dari tempat kejauhan berkumandang datang suara
bentakan merdu yang sangat nyaring, "Engkoh Beng jangan cemas, ayahku sudah datang!"
Begitu suara manusia bergema datang, kembali serentetan cahaya keperak perakan yang amat tajam laksana pelangi menggulung seluruh tubuh Im Yang Siauw su serta Ngo Ih Koancu, serangan tersebut jauh lebih ganas dan lebih santar pada datangnya serangan pertama kali.
Seketika itu juga seluruh angkasa dipenuhi dengan cahaya keperak perakan, desiran pedang menderu deru menggidikkan hati, dalam keadaan gugup Ngo Ih Koancu serta Im Yang Siuw-su tidak berani menyambut datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.
Masing-masing pihak setelah mengirim sebuah babatan dahsyat buru-buru mengundurkan diri, cahaya keperak perakan itupun sirap dan muncullah seorang nona berkuncir dengan menenteng pedang pendek berdiri angker disisi tubuh pemuda she Tan itu.
Kiranya nona itu adalah "Leng Poo Sianci" Cha Giok Yong.
Selama ini ia terus menerus menguatirkan keselamatan dari Tan Kia-beng, karena itu tidak berani melakukan pengejaran.
Baik Ngo Ih Koancu maupun Im Yang Siuw su sama-sama tidak mengenali gadis ini, melihat mereka kena didesak mundur oleh seorang nona cilik sudah tentu tidak mau teruma begitu saja.
Tanpa memberinya kesempatan untuk bercakap-cakap
dengan Tan Kia-beng lagi, masing-masing pihak sekali lagi menerjang maju ke depan.
Ngo Ih Koancu yang mempunyai kedudukan tinggi dalam Bulim untuk menjaga nama baiknya sama sekali tidak menerjang gadis tersebut, tubuhnya yang ada di tengah udara mendadak menyingkir ke samping lalu mencengkeram
pergelangan tangan Tan Kia-beng.
Leng Poo Sianci menggetarkan pedang pendeknya, cahaya keperak perakan memencarkan keempat penjuru dan
memotong dari tengah jalan, bersamaan itu pula diiringi suara bentakan nyaring teriaknya, "Kau berani!"
"Heee.... heee.... heee.... budak busuk lebih baik kurangi saja lagakmu" seru Im Yang Siauw su seraya tertawa dingin.
Lima jari disentilkan ke depan memancarkan lima rentetan desiran angin serangan yang tajam masing-masing secara terputar menyerang jalan darah "Cing Cu", "Hong Wie", "Ih Sin" tiga buah jalan darah penting memaksa Leng Poo Sianci mau tak mau harus buyarkan serangan untuk melindungi diri sendiri.
Sedangkan telapak dari Ngo Ih Koancu dengan gerakan yang sama melanjutkan kembali serangannya mencengkeram Tan Kia-beng.
Tan Kia-beng yang melihat semua orang mengira malam ini dirinya mudah diganggu dan semua orang mengarah dirinya dengan serangan serangan gencar tak urung hawa gusar berkobar juga.
Sedikit pundaknya bergerak, sang tubuh bagaikan putaran gangsingan meloloskan diri dari kepungan dan dengan sangat mudah sekali ia berhasil meloloskan diri dari datangnya serangan Ngo Ih Koancu itu.
"Semuanya berhenti!" bentaknya keras.
Suara bentakan ini mengandung hawa lweekang yang maha dahsyat, setiap patah kata bergetar memenuhi angkasa membuat semua orang merasakan hatinya bergetar keras, jantung berdebar dan telinga berdengung.
Dengan hati melengak mereka sama-sama menghentikan gerakannya.
Dengan wajah penuh terkejut bercampur kegirangan Leng Poo Sianci melayang mundur kesisi tubuhnya.
Tenaga lweekangmu sudah pulih kembali?" serunya kaget.
Tan Kia-beng mengangguk, diikuti Pek Ih Loo sat serta gulungan bayangan merah itupun mengundurkan diri kesisi tubuh pemuda tersebut.
Kiranya bayangan merah tadi adalah Mo Tan-hong, itu Mo Cuncu.
Tetapi pada saat ini pemuda she Tan ini tiada waktu buat bercakap-cakap dengan mereka. dengan sebat badannya maju dua langkah ke depan, sinar matanya dengan tajam menyapu
empat penjuru kemudian berseru dengan nada mendalam,
"Aku tahu pada malam ini banyak kawan kawan karib datang melindungi aku orang she Tan, cuma sayang aku orang she Tan tidak memiliki ilmu membelah diri sehingga tak dapat menyambut kedatangan kalian satu persatu, aku rasa lebih baik kawan kawan yang bersembunyi di atas pohon serta dibelakang batu sama-sama unjukkan diri! pokoknya aku orang she Tan tentu akan memberi kesempatan agar semua orang bisa puas hati."
Ia merandek sejenak, kemudian diiringi suara gelak tertawa yang sangat menyeramkan katanya lagi, "Maksud kedatangan kalian semua aku sudah paham, bukankah kamu
menginginkan pedang bobrok ini" jikalau kalian merasa punya pegangan mari! silahkan ambil sendiri!"
Sreeet! pedang kumala dicabut keluar dari sarungnya lalu dilemparkan keluar....
Sreeet! Sreeeet! pedang kumala dengan meninggalkan serentetan cahaya kebiru biruan yang memanjang laksana seekor naga sakti meluncur tiga kaki keangkasa langsung menyambar ke arah serentetan pohon Yang Liuw yang berjajar disana.
Tindakannya ini jauh berada diluar dugaan para jago, Thay Heng Siang Mo sebagai manusia yang paling tamak
membarengi gerakan pemuda tersebut masing-masing orang dengan arah yang terpisah menubruk ke arah pedang tadi.
Diikuti bayangan manusia berkelebat lewat dari empat penjuru, dua tiga puluh sosok bayangan manusia dari arah yang bersama-sama unjukkan diri dengan tujuan sama.
Menanti pedang kumala itu hampir menggulung di atas pohon Yang liuw itu, tiba-tiba Tan Kia-beng menarik kembali suara gelak tertawanya.
"Kembali!" bentaknya keras.
Lengan tangan dengan dahsyat disabetkan ke belakang, daya luncur dari pedang kumala itupun secara mendadak bertambah cepat.
Cahaya pedang berkelebat lewat, diiringi suara ledakan keras berpuluh puluh batang pohon Yang liuw yang berdiri berjajar kena terbabat putus jadi dua bagian dan roboh ke atas tanah, sedang cahaya pedang itu laksana kilat meluncur balik lagi ke tempat semula.
Yang paling sial diantara jago-jago itu adalah Thay Heng Siang Mo, ketika mereka meluncur sampai di tengah jalan kebetulan berjumpa dengan cahaya pedang yang meluncur balik. Suara jeritan ngeri bergema memecahkan kesunyian hujan darah bermuncratan memenuhi empat penjuru, kedua orang itu sama-sama menemui ajalnya dengan pinggang terbabat putus jadi dua bagian.
Pedang kumala itu sendiripun dengan tenang sudah
meluncur balik lagi ketangan Tan Kia-beng.
Kiranya baru saja ia sudah melemparkan pedang kumalanya dengan jurus "Tan Kiauw Wuo Hong" atau jembatan Panjang Menghadang Pelangi dari ilmu pedang Sian Yan Ciet Can.
Dengan adanya kejadian ini kontan seluruh kalangan jadi gempar, masing-masing orang dengan serabutan melarikan diri terbirit birit, bahkan sampai Ngo Ih Koancu serta Im Yang Siuw Su yang mempunyai nama besar pun diam-diam
ngeloyor pergi.
Dalam waktu yang amat singkat suasana diempat penjuru kembali jadi sunyi senyap sesosok bayangan manusiapun tidak nampak.
Waktu itulah perlahan-lahan Tan Kia-beng memasukkan kembali pedangnya ke dalam sarung dan menggeleng dengan wajah sedih. sebenarnya ia tidak ingin pamerkan ilmu saktinya itu tapi berhubung dengan keadaan memaksa membuat ia harus turun tangan juga.
Leng Poo Sianci tidak pernah tahu sampai soal itu, terdengar ia mendengus dingin.
Jika berganti aku.... Hmmm! orang-orang itu satupun tak bakal kubiarkan hidup".
"Tapi apa perlunya kita berbuat begitu?" seru Tan Kia-beng serunya menghela napas panjang. "Orang-orang itu hanya dipengaruhi oleh napsu belaka, dan belum tentu merupakan iblis iblis yang sangat jahat, bisa berbuat bajik berbuatlah bajik kepada siapapun."
"Haaa.... haaa.... haaa.... Kiranya Loo ta bukan saja memiliki kepandaian ilmu silat yang melebihi orang-orang bahkan hatipun welas kasih, sungguh sungguh merupakan seorang jago berbakat alam yang susah dijumpai. Loolap betul-betul kagum! Loolap betul-betul kagum!" secara balik hutan.
Dan bersamaan dengan selesainya perkataan itu muncul pula sesosok bayangan manusia yang bukan lain adalah Hay Thian Sin Shu
Tak kuasa lagi merah padam selembar wajah Tan Kia-beng, buru-buru ia menjura dengan penuh penghormatan.
"Loocianpwee terlalu memuji, boanpwee tidak berani menerima!"
"Selamanya Loolap berbicara sesuai dengan kenyataan, kapan aku pernah memuji dirimu". selalu Hay Thian Sin Shu serius.
Ketika itu Pek Ih Loo Sat, Mo Tan-hong serta Leng Poo Sianci sama-sama sudah tiba disisi Tan Kia-beng, mendengar Hay Thian Sin Shu begitu memuji pemuda tersebut dalam hati kecil masing-masing kontan muncul suatu perasaan yang berbeda beda.
Yaitu kecuali mereka merasa bergirang hati secara samar-samar mulai merasa kuatir juga bahwasanya diri sendiri tak bakal berhasil mendapatkan hati pemuda itu.
Cuma saja rasa kuatir ini bukan muncul dengan sia-sia, adalah dikarenakan beberapa orang kawan gadis dari Tan Kia-beng masing-masing mempunyai syarat serta hubungan yang cukup meyakinkan.
Pek Ih Loo-sat adalah anggota perguruan Teh-leng-bun, apalagi ada Si Penjagal Selaksa Li pegang peranan, sedang Mo Tan-hong mempunyai hubungan yang paling erat dengan pemuda itu, diapun mempunyai Ui Liong Tootiang sebagai tulang punggung sebaliknya Leng Poo Sianci ada ayahnya yang pegang peranan, asalkan ia sudah merehat ke depan maka harapannya sangat besar
Oleh karena itu mereka semua tak terasa sama-sama dongakkan kepala memperhatikan sang pemuda, mereka mengharap dari perubahan wajah lawannya berhasil
menemukan hal hal yang kurang.
Perasaan kaum gadis semacam ini sudah tentu tak akan dirasakan oleh Tan Kia-beng. Hay Thian Sin Shu sendiripun
tidak ambil perhatian. hanya saja sewaktu melihat air muka pemuda itu rada berubah ia tidak berbicara lagi sebaliknya alihkan bahan pembicaraan.
"Loohu dengar dari siauw li katanya, sewaktu Loote bergebrak mati matian melawan Hu Sang Popo sudah
kehilangan seluruh tenaga murni yang dimiliki, lalu secara bagaimana kau bisa pulih kembali seperti sedia kala dalam waktu yang singkat?"
Pada saat ini Tan Kia-beng sudah mengetahui bahwa buah
"Touw" yang dimakannya sewaktu ada dirumah penginapan adalah pemberian dari si Si Dara Berbaju Hijau itu, dan justru tenaga dalamnya bisa pulih kembali seperti sedia kala dengan andalkan kemujaraban buah tersebut.
Sekalipun dia merasa tidak enak untuk menceritakan hal yang sebenarnya disamping itu iapun merasa kurang baik untuk berbohong dihadapan angkatan tua.
Setelah ditanyai oleh Hay Thian Sin Shu tak tertahan lagi merah padam selembar wajahnya, lama.... lama sekali ia baru menyahut, "Soal ini boanpwee sendirinyapun tak tercengang dibuatnya".
Hay Thian Sin Shu adalah seorang jago kawakan yang banyak pengalaman, melihat sang pemuda menunjukkan sikap semacam ini ia lantas tahu bila ia tentu ada perkataan yang terasa susah diucapkan, karenanya tidak mendesak lebih lanjut.
Loote bisa pulih kembali seperti sedia kala inilah suatu peristiwa yang patut digirangkan oleh kita semua" ujarnya seraya tertawa terbahak-bahak. "Loolap masih harus pergi ke gunung Bu-tongsan untuk merundingkan sesuatu urusan
dengan Thian Liong Tootiang, kita berjumpa lagi dilain kesempatan."
Setelah menjura ia tarik tangan Leng Poo Sianci dan dengan cepat berlalu dari sana.
sepeninggalnya Hay Thian Sin Shu, Tan Kia-beng baru punya waktu untuk berpaling dan berbicara dengan Mo Tan-hong.
Tidak menanti pemuda itu buka suara Mo Tan-hong sudah menceritakan kisahnya selama ini.
Kiranya setelah dia bersama-sama Ui Liong Tootiang berlalu dari gunung Ui san, di tengah jalan berjuma dengan Sam Kuang Sinnie.
Sam Kuang Sinnie lantas mengajak Ui Liong Tootiang bersama-sama pergi mencari beberapa obat obatan sekalian kembali ke gunung Ui san untuk menemukan kembali Tan Kia-beng.
Siapa nyana ketika tiba di kota Swan Jan mereka
mendapatkan kabar tentang punahnya tenaga lweekang yang dimiliki Tan Kia-beng. saking cemasnya mereka lantas melakukan pencarian siang malam dan sangat kebetulan sekali gadis ini berhasil menemui Tan Kia-beng disini.
Ketika Pek Ih Loo sat sambil membopong Tan Kia-beng keluar dari kota Swan Jan tadi, waktu menunjukkan kentongan kedua. Kini setelah mengalami pertempuran yang maha sengit dengan para penghadang jalan haripun telah terang tanah.
Seraya mendongakkan kepalanya memandang cuaca
mendadak Pek Ih Loo sat mencibirkan bibirnya dan mengomel panjang lebar.
"Huuu.... empek Su Gien betul-betul tolol, ia bilang mau kasih kabar kedusun Tau Siang Cung, kenapa sampai sekarang masih belum juga kelihatan munculnya seorang manusiapun, apakah ia lupa?"
Belum habis ia berkata mendadak....
Serentetan suara ujung baju tersampok angin bergema datang, dari tengah udara muncullah empat orang wanita setengah baya yang berwajah cantik melayang turun ke atas tanah.
"Eeei.... nona Cian, kau jangan sembarangan menuduh angkatan tua dengan tuduhan yang bukan bukan" seru mereka seraya tertawa. "Kabar sih sudah tiba sejak tadi, justru kami kakak beradik yang salah ambil jalan."
Habis berkata mereka berempat sama-sama menjura ke arah Tan Kia-beng sekalian mengundang ia mendatangi dusun Tau Siang Cung untuk merundingkan rencana berdirinya perkumpulan Teh Leng Kauw.
Tan Kia-beng merasa setelah urusan di gunung Ui san selesai, ia memang ada seharusnya mengunjungi dusun Tau Siang Cung untuk berjumpa dengan beberapa Tiang loo perguruan, karena ia lantas mengangguk tanda setuju.
Demikianlah, beberapa orang itu dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh bersama-sama meluncur ke arah dusun Tau Siang Cung.
Setelah Tan Kia-beng tiba didusun Tau Siang Cung, ia baru tahu bahwa di dalam dusun gunung yang amat kecil itu sudah berkumpul jago-jago perguruan Teh-leng-bun yang tidak sedikit jumlahnya, bahkan terhadap persiapan persiapan berdirinya perkumpulan Teh Leng Kauw sudah mereka atur sedemikian rapinya, dan kini satu satunya persoalan yang
belum dipecahkan adalah dibutuhkannya sejumlah modal pembangunan untuk mendirikan markas besar serta sebuah lapangan latihan silat.
Terhadap urusan ini baik Teh Leng Su Ci, Si Penjagal Selaksa Li maupun si kakek berbaju kuning Pek San yang telah lama mengikuti Han Tan Loojien sama-sama tidak
memperoleh suatu akal yang sempurna.
Menanti Tan Kia-beng sudah tiba, merekapun lantas memajukan persoalan ini untuk dibahas.
Tiba-tiba Mo Tan-hong teringat kembali dengan harta karun keluarganya segera ia ambil keluar dua lembar peta harta tersebut dan diserahkan ketangan Tan Kia-beng.
"Engkoh Beng!" ujarnya. "Tempo dulu Cau Phoa pernah menyerahkan sapu tangan berisikan peta ini kepadaku, asalkan kita gali harta karun ini berbukan tak perlu dirisaukan lagi untuk mencari modal pembangunan?"
Tan Kia-beng tidak menerima angsuran tersebut, dalam hati ia sudah hebatkan tekad tak akan menerima bantuan orang lain untuk mendirikan kembali partainya, sekalipun Mo Tan-hong adalah kawan seiring senasib tapi ia anggap persoalan ini merupakan persoalan lain.
Dengan cepat ia menggeleng.
"Harta karunmu ini seharusnya kau ambil untuk kau gunakan sendiri, haruslah kau ketahui bahwa kau pun punya masa depan dan aku tidak ingin merusak ataupun
mengganggu barang-barang berhargamu itu kita masih punya banyak akal untuk mengatasi persoalan ini!"
Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong jadi orang berwatak sombong, angkuh dan suka menyendiri, ia sebagai murid tertua dari Teh-leng-bun karena sedikit kesalah pahaman sehingga mendapatkan hukuman dari perguruan membuat ia selama ini merasa amat menyesal harapan untuk mendirikan kembali Teh Leng Kauw hanya terbentur pada soal melihat keuangan saja. Sudah tentu ia tak mau menyusahkan siauw sutenya lagi, dengan cepat timbrungnya dari samping, "Soal keuangan merupakan suatu persoalan yang sangat kecil, Hianti tidak perlu merasa kuatir. Percaya Ih heng pasti bisa mengatasinya".
"Perkataan dari Hu Hian tit sedikitpun tidak salah" sambung si kakek berbaju kuning Pek San pula, "Suasana dalam dunia kangouw saat ini penuh diliputi oleh manusia manusia iblis yang gemar membuat keonaran, keadaan sangat kacau. Inilah suatu kesempatan yang sangat baik bagi perguruan kita untuk memusnahkan iblis iblis pengacau itu seraya mempertahankan keutuhan serta keadilan dalam dunia persilatan dengan demikian tujuan kita tidak sampai menyimpang dari tujuan Loo Kauwcu kita tempo dulu....!"
Kata-kata yang bersemangat ini kontan saja
membangkitkan kembali semangat di hati pemuda she Tan ini dengan darah panas berkobar kobar dirongga dada ia meloncat bangun seraya berteriak keras, "Boanpwee rasa dihadapan kita saat ini masih ada beberapa persoalan yang harus diselesaikan terlebih dahulu kemudian baru
membicarakan lagi tentang didirikannya kembali perkumpulan Teh Leng Kauw. Pertama. Secepat mungkin kita sebarkan berita tentang akan didirikannya kembali perguruan Teh Leng Kauw keseluruh dunia persilatan, agar semua jago sealiran dapat tahu bahwa Teh-leng-bun masih utuh. Kedua. Kirim orang bersama-sama Mo Cuncu memasuki Chuan Tiong untuk
membinasakan Chuan Tiong Jie Kui, sekalian mengundang kawan kawan karib Mo Cun-ong tempo dulu atas nama partai kita untuk mengadakan perayaan peringatan atas kematian Raja muda she Mo yang gagah perkasa. Dan yang ketiga. Atas nama partai kita mengundang seluruh partai partai besar yang ada untuk bersama-sama sekali lagi memanggil Majikan Isana Kelabang Emas memasuki daerah Tionggoan lagi sekalian bikin penyelesaian yang terakhir. dengan demikian kitapun harus menjaga gelombang-gelombang yang ia timbulkan kembali dikemudian hari...."
Ketiga persoalan yang ia ajukan, kecuali persoalan yang pertama tak sebuahpun yang tidak menggirangkan hati semua orang, tapi disamping itu persoalan inipun merupakan suatu pekerjaan yang penuh bahaya.
Suasana di dalam ruangan penuh diliputi kesunyian yang mencekam. lama sekali Toa cie dari Su ci, yaitu Han Bwee pertama tama yang buka suara memecahkan kesunyian,
"Walaupun saat ini partai kita belum secara resmi mengumumkan tentang kepartaian kita tapi kau sebagai satu satunya ahli waris Kauwcu yang terakhir merupakan pula kita yang akan datang. setiap urusan yang kau usulkan boleh diusulkan dengan cepat kami semua pasti akan mendukung dengan sepenuh hati."
Saat ini Tan Kia-beng tidak sungkan lagi selanya.
"Walaupun perkataan tersebut tidak salah tapi ada seharusnya kita rundingkan dulu persoalan ini bersama-sama kemudian baru diambil keputusan"
Ia merandek sejenak, melihat semua orang tidak menolak, iapun lantas menyambung kembali, "Jikalau para cianpwee sekalian tidak menampik, maka aku akan putuskan persoalan ini sampai disini saja."
Pada saat itu tiba-tiba Mo Tan-hong bangun berdiri lalu berkata, "Siauw li tahu bahwa pada saat dan keadaan seperti ini aku tidak berhak untuk ikut berbicara, tapi perhatian yang diberikan partai kalian terhadap siauw li benar membuat siauw li merasa sangat berterima kasih, sedangkan mengenai soal memasuki daerah Chuan Tiong untuk mencari balas terhadap Chuan Tiong Jie Kowi, suhu maupun Ui Liong supek sudah punya rencana sendiri, siauw li tak berani merepotkan saudara sekalian lagi."
Habis berkata ia bangun berdiri untuk memberi hormat kepada sekeliling ruangan lalu bertindak keluar dari tempat itu.
---ooo0dw0ooo---
Jilid: 24 Ucapan ini jelas diutarakan karena penolakan Tan Kia-beng terhadap harta karunnya, dan pemuda itu sendiri sama sekali tidak menyangka kalau ia katakan mau pergi lantas berlalu, ia dibuat rada melengak.
Sedangkan para jago yang ada di dalam ruanganpun
sebagian besar tidak mengetahui hubungan diantara mereka berdua, oleh karena itu tak ada yang buka suara untuk mencegah.
Menanti Tan Kia-beng merasakan bahwa ada sedikit tidak beres, Mo Tan-hong sudah tiba diluar kebun. Terburu-buru ia bangun berdiri seraya mengejar keluar.
"Cuncu! Cuncu! tunggu dulu, kau kembalilah!" teriaknya keras keras.
Tapi bayangan dari Mo Tan-hong sudah lenyap dari
pandangan. tak terasa lagi ia menghela napas sedih, "Heee!
sungguh...."
Tiba-tiba dari belakang tubuhnya berkumandang datang suara tertawa dingin yang menyambung kata-katanya,
"Heee.... heee.... heee.... orang lain tidak suka menerima kebaikan hatimu mengapa kau harus gelisah?"
Walaupun terang terangan Tan Kia-beng mengetahui
bahwa Hu Siauw-cian sedang mengejek dirinya, tapi ia pura-pura tidak mendengar.
Waktu itu para jago yang ada di dalam ruangan pun bersama-sama sudah berjalan keluar Tan Kia-beng yang merasa dirinya sebagai seorang Kauwcu merasa tidak sepantasnya ia campurkan urusan muda mudi dalam
persoalan besar dengan paksa menahan golakan dihatinya ia putar badan seraya berkata lirih, "Kalau ia tidak suka menerima bantuan kita untuk membalaskan dendam musuh ayahnya, biarlah sudah! biar ia pergi sendiri...."
Semua orang tahu bahwa perkataan ini diucapkan dari dasar hati yang sedih, tapi tak seorangpun mengucapkan suara hanya Pek Ih Loo sat yang tertawa dingin tiada hentinya.
Demikianlah mereka semua lantas balik lagi ke dalam ruangan tengah, baru saja mereka melangkah masuk melalui pintu depan, mendadak orang-orang itu sama menghentikan langkahnya sembari menjerit kaget, "Iiih"!!!...."
Kiranya dalam waktu yang amat singkat itulah di atas meja ruangan entah sejak kapan kapan telah ada yang mengirim datang dua butir batok kepala lelaki dan perempuan yang
masih mengucurkan darah segar, keadaannya sangat
menyeramkan. Pertama-tama Tan Kia-beng yang mengenali dahulu bahwa kedua buti batok kepala tersebut berasal dari Bok Thian-hong suami isteri, tak kuasa lagi ia menjerit kaget diikuti hawa gusar langsung memuncak dalam otaknya.
Sreeet! badannya dengan cepat melesat masuk ke dalam ruangan. ia menemukan di bawah baki yang berisikan batok kepala itu tersisip secarik kain sapu tangan yang terukirkan beberapa tulisan dari darah segear, "Siapa yang mengikuti aku hidup, siapa yang menentang mati, berani merusak pekerjaan kami bunuh!"
Dibawahnya tertulis pula beberapa kata tulisan kecil, "Bok Thian-hong suami isteri berani berhianat, ia secepatnya mendapat hukuman potong kepala!"
Kecuali itu tak terdapat kata-kata lainnya lagi, dan yang paling menyolok dipaling akhir terlukiskan seekor kelabang sedang pentangkan cengeramnya.
Habis membaca surat itu dengan amat gusar Tan Kia-beng berteriak keras, "Tidak ada orang lain lagi, jelas perbuatan ini hasil kerja dari orang-orang Isana Kelabang Emas."
Walaupun Bok Thian-hong adalah murid murtad dari Teh-leng-bun tapi bagaimanapun juga ia adalah anggota perguruan Teh-leng-bun, apalagi ia sudah bertekad melakukan kebajikan, kontan saja peristiwa ini memancing rasa gusar dari semua orang.
Si Penjagal Selaksa Li, Hu Hong dengan rambut berdiri mata melotot bulat-bulat mendengus dingin.
"Hmmm! kalau memang pihak Isana Kelabang Emas ada maksud mencari gara gara dengan Teh-leng-bun, aku ingin lihat akhirnya siapa yang mati diantar siapa."
Teh Leng Su Ci pun sama-sama dibuat gusar oleh peristiwa tersebut, sambil tertawa dingin kata Han Bwee, "Dengan adanya peristiwa ini malah kebetulan sekali, kami kakak beradik sudah ada puluhan tahun lamanya tidak pernah mencampuri urusan dunia kangouw, kali ini kemungkinan besar kami akan membuka pantangan membunuh!"
Dalam hati Tan Kia-beng mengetahui bahwa tindakan dari Isana Kelabang Emas ini jelas hendak menunjukkan
kekuatannya di hadapan perguruan Teh-leng-bun.
Sejak permulaan antara ia dengan majikan Isana Kelabang Emas sudah ada ikatan dendam karena terbunuhnya Cu Swie Tiang Cing dan cepat atau lambat diantara mereka tentu akan dilakukan suatu penyelesaian mana boleh karena urusannya lantas menyeret persoalan tersebut ke dalam partai"
Setelah berpikir sebentar, akhirnya ia ambil keputusan untuk menyelesaikan persoalan ini secara pribadi, dengan wajah serius dan hati tenang ujarnya lambat lambat, "Tentang urusan in boanpwee sudah punya perhitungan sendiri di dalam hati dan besok segera akan terjun kembali ke dalam dunia kangouw. sedang Cianpwee sekalian silahkan meneruskan usaha kalian untuk mendirikan kembali kejayaan perguruan, tidak usah kalian repot repot memikirkan urusan ini."
"Soal ini mana boleh jadi?" buru-buru Han Bwee menggeleng. "Jikalau pihak Istana Kelabag Emas sudah melakukan tantangan secara terang terangan kepada pihak Teh-leng-bun kita, apakah kami semua masih bisa duduk sambil berpeluk tangan?"
Tiba-tiba Tan Kia-beng bangun berdiri kemudian tertawa panjang.
Keputusan Boanpwee sudah bulat, aku percaya masih punya kepandaian untuk menghadapi mereka".
Dengan langakah lebar ia lantas melangkah keluar dari ruangan tanpa menoleh lagi.
Han Bwee ada maksud hendak menasehati dirinya dengan beberapa patah kata, tapi maksudnya ini kena dicegah oleh Pek San seorang tua berbaju kuing itu.
Menanti Tan Kia-beng sudah pergi jauh Pek San baru berkata lambat lambat, "Walaupun diluaran pihak Isana Kelabang Emas menentang perang kepada Teh-leng-bun padahal tujuan yang paling utama hanya Kauwcu seorang, musuh gelap kita terang, jikalau kita semua harus bersama-sama mengiringinya bukan saja tidak berhasil menyelidiki keadaan musuh bahkan serangan tidak menguntungkan buat posisi kita lebih baik secara berpencar kita lindungi kauwcu secara diam-diam, pertama pada saat saat kritis kita bisa turun tangan menolong disamping itu sekalian bisa menyelidiki keadaan pihak musuh entah bagaimana menurut pendapat Su Ih?"
Teh Leng Su Ci bersama-sama mengangguk.
"Demikianpun baik juga!"
Dasar watak Si Penjagal Selaksa Lie kurang sabaran, mendengar perkataan itu ia lantas bangun mohon diri.
"Jika demikian adanya, boanpwee serta budak Cian akan berangkat selangkah terlebih dahulu"
Demikianlah Si Penjagal Selaksa Lie ayah beranak jadi satu rombongan, Teh Leng Su Ci empat orang jadi rombongan lain
dan Pak San seorang diri membentuk satu grop pada hari itu juga secara berpisah meninggalkan dusun Tau Siang Cung menyebar ke dalam dunia persilatan.
---ooo0dw0ooo---
Sekarang kita balik pada Tan Kia-beng sepeninggalan dari dusun Tau Siang Cung.
Seorang diri ia melakukan perjalanan dan tibalah disebuah kota kecil, dalam hati diam-diam pikirnya.
"Jika didengar dari ucapan si Si Dara Berbaju Hijau Gui Ci Cian agaknya majikan Isana Kelabang Emas masih berada di daerah Tionggoan dan belum kembali ke gurun pasir, sekarang aku harus pergi kemana untuk menemukan dirinya?"
Berpikir akan persoalan ini hatinya jadi bimbang, dan tanpa terasa ia sudah berjalan masuk ke dalam sebuah kedai makan kecil.
Sebenarnya pemuda ini tak dapat minum arak, karena hatinya sedang murung ia bermaksud menggunakan pengaruh arak untuk menyapu kerisauan tersebut.
Rumah makan ini walaupun berada disebuah kota kecil tapi perabotnya sangat bersih dan menarik, sipelayan melihat Tan Kia-beng masuk ke dalam kedai mereka dengan wajah tertawa tawa segera menyambut kedatangannya.
"Siangkong, kau ingin memesan sayur apa?"
"Apa saja boleh dibawa kemari, pokoknya beberapa macam cukuplah"
Sipelayan menyahut, baru saja ia putar badan mendadak dari sebelah dalam kedengaran seseorang berteriak keras,
"Eeei pelayan, ambilkan arak baik dua teko, ya ya mu sudah tidak tahan!"
Suaranya nyaring bagaikan genta bahkan kedengaran sangat dikenal, tak terasa hati pemuda ini rada bergerak dan segera menoleh ke arah mana berasalnya suara tersebut.
Ketika itulah ia menemukan bahwa suara tersebut muncul dari sebuah kamar tertutup dibalik kedai, jelas kedai inipun menyediakan sebuah ruangan makan yang tersendiri.
Sang pelayan yang sedang mendengar teriakan itu buru-buru menyahut dan menghantarkan dua teko arak kesana.
sedang Tan Kia-beng sendiripun sembari bersantap mulai ambil perhatian terhadap ruangan itu.
Mendadak terdengar suara keras yang nyaring bagaikan genta itu berkumandang lagi memecahkan kesunyian.
"Haaa.... haaa.... haaa.... sumoay! rahasia hatimu sudah Ih heng ketahui, hanya sayang perasaan hatimu itu bakal sia-sia belaka"
Kembali terdengar suara seorang gadis menyambung
dengan nada manja, "Suheng, kau kenapa" setelah minum tiga cawan arak lantas bicara tidak karuan aku melarang kau banyak bicara"
"Baik, baik.... tidak bicara aku tidak bicara. cuma saja kau harus tahu yang menjalankan bingung yang menonton jelas, aku cuma nasehati dirimu saja"
"Heeei...."
Gadis itu menghela nafas panjang, dan tidak banyak berbicara lagi.
Mendadak horden tersingkap dan muncullah lelaki dan seorang gadis dari ruangan tersebut, yang lelaki berjubah hijau dengan muka cambang perawakan tinggi kekar sedang
yang gadis berjubah panjang dan mempunyai selembar wajah yang sangat cantik.
Ketika mereka melihat Tan Kia-beng pun duduk disana wajahnya rada melengak, kemudian disusul silelaki bercambang itu tertawa tergelak dan buru-buru menjura.
"Selamat berjumpa, selamat berjumpa tidak disangka kita bisa berjumpa kembali di tempat ini"
Tan Kia-beng sendiripun tidak pernah menyangka kalau ia bisa berjumpa dengan "Ci Lan Pak" Kong Sun Su serta Gui Ci Cian disini, setelah tertegun beberapa waktu ia pun tertawa tergelak.
"Sungguh manusia hidup dimanapun dapat berjumpa, sejak kapan Kong Sun heng menginjakan kakinya didaratan Tionggoan?"
Air muka Kong Sun Su berubah serius, ia menggeleng berulang kali.
"Heeei.... bukankah dikarenakan dia."
Telapak tangannya yang gede ditabokkan ke atas pundak Gui Ci Cian, setelah itu sambil tertawa sambungnya, "Kawan lama berjumpa seharusnya dilanjutkan dengan pembicaraan, tempat ini tidak sesuai sebagai tempat perjumpaan, bagaimana kalau kita cari tempat lain saja?"
Sinar mata pemuda she Tan itu dengan cepat menyapu sekejap wajah Gui Ci Cian, kemudian ia lemparkan sekeping perak ke atas meja dan melangkah keluar.
"Hian Heng moay silahkan!"
Tiga orang bersama-sama keluar dari dusun dan tidak selang lama sudah tiba disamping hutan yang sunyi.
Walaupun mereka saling bersahabat dan diluaran berbicara sungkan tapi kenyataan kedudukan mereka memisahkan posisi kedua belah pihak sebagai musuh besar, oleh karena itu setengah harian lamanya masing-masing pihak tak berhasil menemukan perkataan yang rasanya sesuai untuk diucapkan keluar.
Setelah saling berdiam diri beberapa waktu, Kong Sun Su yang pertama tama memecahkan kesunyian terlebih dahulu, ia mendehem beberapa kali.
"Sumoayku ini memiliki otak yang cerdik dan watak yang jujur, polos, sejak kecil memperoleh kasih sayang dari suhu dan jarang memandang orang di dalam pandangnya...."
Ia adalah seorang lelaki kasar yang tak dapat bicara halus, walaupun ia berusaha membicarakan persoalan ini sehalus mungkin tapi maksudnya tak tercapai, oleh sebab itu setelah mengucapkan kata-kata itu dan tidak melihat Tan Kia-beng menimbrung, kembali sambungnya, "Sikapnya terhadap Tan heng boleh dikata.... boleh dikata...."
"Suheng, mungkin kau sudah dibuat mabok oleh air kata-kata" kenapa bicara tidak karuan"'
Silelaki kekar dan kasar dari gurun pasir ini tidak takut langit tidak takut bumi justru yang bikin pusing kepalanya adalah urusan siauw sumoay nya ini, kena ditegur kontan ia telan kembali kata-katanya, lalau tertawa tergelak.
"Ada pepatah mengatakan, orang yang mabok hati lebih tajam perkataan dari Ih heng adalah kata-kata yang sejujurnya"
Tan Kia-beng yang melihat sikap kedua orang suheng moay itu, dalam hati lantas mengerti apa yang akan mereka ucapkan, pura pura tidak paham mendadak katanya, "Apa
yang hendak Kong Sun heng bicarakan" jikalau tak ada urusan lain siauwte akan mohon diri."
Mendengar perkataan itu Kong Sun Su jadi melengak dibuatnya, belum sempat ia mengucapkan sesuatu Tan Kia-beng sudah menyambung kembali, "Pertemuan kita kali ini masih memperlihatkan sedikit persahabatan, tapi sejak ini hari kedudukan kita akan berubah bagaikan air dan api selama hidup tak akan bersatu kembali."
"Apa maksud dari perkataan Tan heng ini?" kembali Ci Lan Pak berseru dengan nada tertegun.
"Suhumu sudah menyatakan perang terhadap Teh-leng-bun bahkan tanpa sebab membinasakan suhengku Bok Thian-hong dendam ini aku orang she Tan bersumpah akan menuntutnya kembali."
"Haaa" ada urusan ini?" kontan saja air muka Kong Sun Su berubah hebat.
"Selamanya aku orang she Tan tidak pernah berbohong, terus terang saja aku katakan sekalipun tak ada peristiwa inipun dendam terbunuhnya ayahku pada suatu hari pasti akan kutuntut"
Kong Sun Su dasarnya adalah seorang lelaki kasar, berbicara selamanya blak-blakan dan tidak pernah pakai putar kayun, ia tidak tahu jika dendam Tan Kia-beng terhadap Isana Kelabang Emas sudah mencapai titik yang tak bisa dilepaskan lagi. Sebagai murid tertua sekalipun ia menaruh maksud persahabatan dengan sang pemuda tapi mencapai keadaan semacam ini mau tak mau ia pun tak bisa cuci tangan.
Oleh karena itu habis mendengar perkataan dari Tan Kia-beng yang sangat tegas ini ia manggut berulang kali.
"Jikalau perataan dari Tan heng adalah kenyataan sekalipun diantara kita ada ikatan persahabatan sampai waktunya tak terhindar lagi kita harus berjumpa pula di kalangan pertempuran, hanya saja siauwte tidak becus dan tidak berhasil menasehati suhuku semakin tidak leluasa lagi menasehati Heng thay untuk melepaskan dendam tersebut.


Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yaaa.... segalanya kita tunggu saja takdir yang menentukan".
"Mengungkap soal dendam ayahnya hawa amarah yang berkobar didada Tan Kia-beng tak terkendalikan lagi, ia tidak ingin banyak berbicara lagi dengan mereka, dengan cepat pemuda itu putar badan dan berkelebat pergi dengan kerahkan ilmu meringankan tubuhnya.
Dalam sekejap mata ia sudah berada berpuluh puluh kaki jauhnya.
Pada mulanya si Si Dara Berbaju Hijau, Gui Ci Cian merasa ada banyak ucapan yang hendak diutarakan keluar, cuma saja dikarenakan Kong Sun Su ada disisinya ia merasa kurang leluada untuk berbicara terus terang, selamanya ia hanya melirik pemuda itu dengan sepasang mata yang penuh kemurungan.
Siapa sangka Kong Sun Su tidak tahu keadaan dan bicara kaku sehingga menimbulkan rasa dendam lama maupun dendam baru di hati Tan Kia-beng dan mengakibatkan ia berlalu dengan membawa gusar, tak tertahan lagi gadis ini menghela napas sedih.
Dengan kejadian ini Kong Sun Su pun tak dapat
membendung hawa gusar di dalam dadanya, seraya tertawa tergelak serunya, "Kau tidak usah murung hati dikarenakan persoalan ini, pada suatu hari suheng tentu akan paksa bocah cilik itu menuruti perintah kita."
"Suheng kau pun tidak usah marah marah, soal ini tak bisa disalahkan dirinya, mari kita pergi!" Gui Ci Cian menggeleng dan menghela napas ringan.
"Hmmm! dahulu aku terlalu pandang tinggi dirinya, tidak kusangka ia adalah seorang manusia yang begitu sombong, sumoay sungguh sayang cinta kasihmu yang murni serta sebuah raja jinsommu yang sangat berharga harus diberikan kepada manusia macam begini"
"Heee....! urusan yang telah lewat apa gunanay dibicarakan kembali"...."
Pembicaraan berhenti sampai disitu, kedua orang itupun perlahan-lahan berkelebat menuju ke arah Timur dan akhirnya lenyap dari pandangan.
---ooo0dw0ooo---
Kita balik pada Tan Kia-beng yang meninggalkan Kong Sun Su dalam keadaan gusar setelah berlari beberapa waktu mendadak ia berhenti.
Dalam hati ia mulai merasa bahwa dengan kepergiannya ini maka sedikit banyak akan mempengaruhi gengsi Gui Ci Cian, dalam hati merasa sangat menyesal. Orang lain sudah ada dua kali menolong dirinya bahkan secara diam-diam sudah banyak membantu dia, sekalipun diri sendiri tiada minat untuk mempererat hubungan seharusnya jangan menyia nyiakan harapan orang lain yang datang dari ribuan li.
Semakin dipikir hatinya semakin tidak enak tapi dalam keadaan seperti ini iapun merasa tidak mungkin untuk balik mencari dirinya lagi, terpaksa sambil menghela nafas panjang gumamnya, "Nona Gui, aku Tan Kia-beng benar-benar telah menyia nyiakan harapanmu, tapi aku tak bisa apa apa...."
Dari Gui Ci Cian ia teringat pula akan Mo Tan-hong, ia merasa kali ini gadis tersebut meninggalkan dusun Tau Siang Cung dengan membawa amarah jikalau pergi mencari suhunya Sam Kuang Sin nie masih baikan, jikalau ia seorang diri pergi mencari Chuan Tiong Jie Kui bukankah keadaan akan berubah sangat berbahaya"
Bagaimanapun juga untuk beberapa saat majikan Isana Kelabang Emas tak mungkin bisa ditemukan, jauh lebih baik pergi ke daerah Chuan Tiong bantu ia selesaikan dulu Chuan Tiong Jie Kui kemudian baru balik kemari dan menghadapi majikan Isana Kelabang Emas dengan kekuatan seorang diri dengan demikian ia tak akan menjalani hubungan.
Setelah mengambil keputusan iapun mengubah perjalanan untuk berangkat ke daerah Chuan Tiong.
Pertarungan sengit antara jago-jago Bulim didaratan Tionggoan dengan pihak Isana Kelabang Emas kelihatannya sudah beres, dan suasanapun berubah menjadi tenang kembali.
Padahal Majikan Isana Kelabang Emas tidak pulang ke gurun pasir tapi tetap tinggal didaratan Tionggoan sembari secara diam-diam melakukan kegiatan kegiatannya bersamaan itu pula satu satunya partai yang terbesar diluar tujuh partai besar yaitu Kay-pang, sejak pertarungan tersebut kehilangan banyak sekali jago-jago lihaynya atau paling sedikit untuk sementara waktu tiada berkekuatan lagi untuk mencampuri urusan dunia kangouw.
Dengan demikian banyak sekali jago-jago dari kalangan Hek-to maupun iblis iblis sakti yang menggunakan kesempatan ini pada munculkan diri ke dalam dunia kangouw.
Dengan demikian partai partai yang semula terdesak lama kelamaan mulai melebarkan sayapnya kedaratan Tionggoan....
Disamping itu berita akan munculnya kembali partai Teh Leng Kauw yang pernah menggemparkan dunia persilatan pada lima puluh tahun berselang dengan cepat tersebar luas di dalam dunia kangouw.
Pada masa yang lalu, Teh Leng Kauw di bawah pimpinan Han Tan Loojien pernah menciptakan banyak sekali peristiwa peristiwa yang menggemparkan seluruh kolong langit dan kini secara tiba-tiba mengumumkan kembali munculnya partai tersebut kejadian ini segera menimbulkan banyak pendapat dikalangan Bulim.
Ada orang yang merasa serangkaian peristiwa
menguntungkan segera akan bermunculan ada pula yang merasa murung dengan berita itu. alasannya karena Si Penjagal Selaksa Lie serta Thay Gak Cungcu, Bok Thian-hong sama-sama merupakan anggota Teh Leng Kauw, dengan berdirinya kembali perguruan tersebut jelas tak akan melakukan perbuatan perbuatan yang baik.
Apalagi nama Tan Kia-beng sebagai Kauwcu Teh-leng-bun yang terbaru mempunyai julukan sianakan iblis dalam dunia persilatan, dibawah pimpinan manusia manusia semacam ini jelas tak akan menyenangkan, oleh seban itu reaksi yang ditimbulkan dari partai partai besarpun sangat hambar.
Pada waktu itulah Tan Kia-beng dengan seorang diri telah tiba di kota Wu Han sebagai salah satu kota yang terbesar disepanjang sungai Tian Kang, suasana dalam kota amat ramai dengan berbagai atraksi atraksi yang menarik.
Ketika pemuda itu memasuki kota tersebut ia lantas menemukan kalau suasana rada sedikit kurang beres, dengan
pengalaman Bulim yang dimilikinya saat ini ia merasa jago yang ditemuinya selama ini rasanya bukanlah manusia manusia dari kalangan lurus.
Cuma saja, sudah jelas pemuda she Tan ini tak akan memandang sebelah mata terhadap manusia manusia seperti ini, diam-diam ia mendengus dingin melirik sekejap ke arah mereka pun tidak.
Ia mencari sebuag losmen untuk beristirahat dan bersiap-siap besok harinya dengan menunggang perahu memasuki daerah Chuan Tiong.
Selama beberapa waktu ini karena sering menemui
pertarungan pertarungan sengit, jarang sekali pemuda ini memperoleh kesempatan untuk berlatih ilmunya.
Kota Wu Han terasa asing baginya dan orang yang
dikenalpun tak ada, seharian ini Tan Kia-beng tidak keluar dari kamar dan malam harinya setelah mengunci pintu lantas duduk bersemedi untuk atur pernafasan.
Dengan cepat ia menemukan kalau tenaga dalamnya
kembali memperoleh kemajuan yang amat pesat, sewaktu hawa murni disalurkan mengelilingi seluruh tubuh ia merasa badannya sangat nyaman.
Dalam sekejap mata pemuda ini sudah mengelilingi seluruh tubuh satu kali, dan keadaranpun perlahan-lahan mulai punah sehingga akhirnya berada dalam keadaan lupa diri.
Tiba-tiba.... Sreet! dari atas atap rumah seperti ada orang yang melayang datang, walaupun suara tersebut amat perlahan tapi di dalam pendengaran pemdua ini sangat jelas sekali, segera bentaknya nyaring.
"Kawan dari mana yang berada di atas atap?"
"Hee.... heee.... heee.... ternyata nama besarmu bukan kosong belaka. Kaupun punya sedikit simpanan!" jengek orang itu sambil tertawa dingin.
Dalam pada itu, orang tersebut sudah tiba di depan jendela.
"Jangan banyak bacot lagi, jikalau kedatangan saudra adalah bermaksud mencari gara gara dengan cayhe, ayoh cepat sebutkan namamu."
"Leng Lam It Sin Sam Sah sengaja datang berkunjung dan ingin minta petunjuk tentang ilmu sakti dari Teh Leng Kauwcu
"It Sin Sam Sah" diam-diam pikir Tan Kia-beng dalam hatinya. "Belum pernah aku dengar nama ini?"
Ketika sedang berpikir, jendela sudah terbuka disusul munculnya seorang lelaki kekar berbaju pendek, kaki telanjang dan kepala gundul.
"Kaukah yang bernama Tan Kia-beng, Kauwcu dari perguruan Teh-leng-bun"
"Tempat ini tak ada orang lain, sudah tentu aku"
"Harap saudara suka pergi ketepi sungai sebentar, berani?"
"Mengapa?"
"Leng Sam It Sin Sam Sah menantikan kedatangan saudara, jikalau kau tidak berani datang maka segera umumkan saja kepada seluruh Bulim dan bubarkan perguruan Teh Leng Kauw, sejak ini hari jangan menyombongkan diri lagi di dalam dunia kangouw."
Tan Kia-beng mendongak lalu tertawa dingin tiada
hentinya. "Hmmmm! jangan dikata cuma kalian beberapa orang siluman kecil, sekalipun Isana Kelabang Emas yang membuat orang merasa jeripun siauw ya berani terjang."
"Bagus, anggap saja kau punya simpanan"
Habis berkata kembali badannya berkelebat keluar dari jendela langsung meluncur ketepi sungai, ternyata gerak geriknya lincah kuat dan cepat laksana kilat.
Diam-diam Tan Kia-beng merasa amat terparanjat.
"Siapakah orang ini" sungguh lumayan kepandaian silat yang ia miliki...."
Agaknya orang itu ada maksud untuk mencoba kepandaian dari Tan Kia-beng, selama di dalam perjalanan ia kerahkan ilmu meringankan tubuhnya sehingga mencapai titik puncaknya. gerak gerik tubuhnya cepat laksana petir dan di dalam sekejap mata sudah berkelebat sejauh ratusan kaki.
Tan Kia-beng mendengus dingin, pikirnya, "Hmm! Bila cuma menghadapi kau makhluk aneh tiga bagian mirip manusia, tujuh bagian mirip setan saja aku tak sanggup menangkan apa gunanya aku berkelana lagi di dalam kolong langit?"
Hawa murni disalurkan mengelilingi seluruh tubuh, kemudian dengan kerahkan ilmu meringankan tubuhnya ia berkelebat sejajar dengan orang itu.
Dari kota menuju tepi sungai tidak ada seberapa jauh, tidak selang lama mereka sudah tiba ditepi sungai. Orang itu segera berhenti dan menoleh.
Melihat sang pemuda yang mengikuti dari sisinya telah berdiri dengan tenang tak terasa lagi ia menyingkir seram
"Sudah tiba!"
Teriak ini diucapkan dengan suara keras. diluaran sepertinya ia sedang memberi tahu kepada Tan Kia-beng padahal yang benar ia memberi tanda kepada kawan
kawannya. Belum sempat Tan Kia-beng mengucapkan sesuatu, dari tempat kejauhan tampaklah tiga sosok bayangan manusia laksana kilat menubruk datang.
Dua orang diantaranya mempunyai dan seperti seorang yang mengundang datang sang pemuda tadi, sedang orang yang ketiga mempunyai raut muka yang sangat bengis dengan cambang memenuhi seluruh wajah, badannya tinggi dengan jubat sutera yang kotor, sikapnya amat congkak.
Begitu menemui Tan Kia-beng, sambil menuding ia segera menegur.
"Kaukah yang dinamakan Teh Leng Kauwcu?"
"Kalau benar ada apa dan kalau bukan mau apa?"
"Terus terang aku beritahu kepadamu Loo hu bernama
'Leng Lam Shia Sin' atau si dewa sesat dari Leng Lam bersama mereka 'Hek Sah' atau Malaikat Hitam, 'Wen Sah' atau simalaikat wabah serta "Peng Sah" atau simalaikan penyakitan bersama-sama disebut "It Sin Sam San" atau satu dewa tiga malaikan. Kali in merupakan kali yang pertama memasuki daratan Tionggoan dan khusus ingin minta petunjuk dari ilmu silat partai partai besar. Aku dengar kabar kepandaian silat yang kau miliki sangat liehay dan dalam Bulim mempunyai sedikit nama, sengaja kami ingin datang untuk meminjam batok kepalamu sebagai kado dari pemunculan kembali kita orang didaratan Tionggoan."
Mendengar perkataan itu Tan Kia-beng baru tahu bahwa orang-orang ini hanya berharap bisa mengalahkan dirinya dan
menaikkan pamor sendiri di dalam daratan Tiongoan, tak terasa lagi ia tertawa panjang.
"Cara berpikir dari kalian berempat benar-benar luar biasa, tapi entah kami semua ingin maju satu persatu ataukah ingin maju berbareng" menurut penglihatanku lebih baik kalian maju bersama-sama saja, sehingga siauw-ya pun tidak usah repot repot lagi"
"Hmm! kau jangan pentang bacotmu yang bau." simalaikat Wabah mendadak meloncat maju ke depan seraya membentak kers. "Untuk menggebah remuk kau si bangsat cilik apa perlunya kita harus turun tangan bersama-sama, cukup Toa-ya seorang sudah lebih untuk membereskan dirimu."
Dengan pandangan dingin Tan Kia-beng melirik sekejap ke arahnya kemudian dongakkan kepalanya sambil tertawa dingin.
Simalaikan wabah jadi amat gusar, telapaknya dengan membawa deruan angin tajam kontan dibabat ke depan, bersamaan itu pula teriaknya kasar, "Bangsat cilik, apa yang kau sombongkan?"
Serangan yang ia lancarkan barusan ini teramat aneh, sedikitpun tidak membawa deruan angin tajam bahkan angin yang diserangpun jauh berbeda dari keadaan biasa.
"Iiih" ilmu silat aliran manakah ini" diam-diam teriak Tan Kia-beng dihatinya dengan nada tercengang.
Buru-buru pundaknya bergerak, sang badan dengan sebat menyingkir tiga depa kesamping.
"Bangsat cilik, coba bogem mentahku ini" teriak simalaikan wabah seraya tertawa seram.
Telapak tunggal diputar satu lingkaran kemudian digetar keras keras dan dibabat keluar sepasang kaki bagaikan titiran petir melancarkan delapan buah tendangan maut, dalam sekejap mata angin menderu deru, geledek menyambar taupan menggetar dan seketika itu juga jalan mundur bagi Tan Kia-beng empat penjuru sudah kena terhadang.
Pertempuran ini boleh dibilang merupakan suatu cara bertarung yang luar biasa, di tengah berkelebatnya bayangan telapak serta angin tendangan Tan Kia-beng tertawa terbahak-bahak, ilmu meringankan tubuh Ong Ho Sin Lie kontan dikerahkan keluar, sang tubuh laksana mengalirnya air sungai di dalam beberapa kali kelebatan saja telah berhasil meloloskan diri dari kepungan.
"Haaa.... haaa.... haaa.... ilmu sakti dari Leng Lam tidak lebih cuma begini saja, aku lihat lebih baik kalian maju berbareng saja."
Simalaikat wabah merah merasa terkejut bercampur gusar, ia membentak keras tubuhnya semakin menubruk ke depan telapak menyambar kaki menyepak laksana kilat kembali mengirim sebelas buah pukulan dan delapan buah tendangan.
Kali ini Tan Kia-beng tidak berani bergebrak sedikit berayal lagi, ilmu telapaknya dikerahkan keluar dan menyambut datangnya serangan lawan dengan keras lawan keras.
"Braaak! Bluuummm!" diiringi bentrokan keras, serangan simalaikat wabah sudah kena terhadang.
"Coba kaupun cicipi ilmu pukulan dari siauwya mu!"
Sreeet! Dengan menggunakan jurus "Jiet Ceng Tiong Thian"
ia balas melancarkan satu pukulan.
Segulung angin pukulan santer laksana ambruknya gunung Thay-san menggulung keluar dengan sangat dahsyat.
Untuk menghindarkan diri tidak sempat lagi, buru-buru simalaikat wabah angkat telapak tangannya membuat satu gerakan satu lingkaran lalu disorong kemuka.
Sekali lagi suara bentrokan keras memecahkan kesunyian dan memekikkan telinga semua orang.
Bagaikan orang yang mabuk oleh air kata-kata, tubuh simalaikat wabah mundur sempoyongan sejauh delapan depa dan akhirnya muntah darah segar.
Sebaliknya Tan Kia-beng hanya tergetar sedikit saja, pinggangnya segera menekuk dan ia sudah bisa berdiri tegak kembali.
Si Malaikat Hitam serta simalaikat berpenyakitan sewaktu melihat simalaikat wabah terluka, mereka bersama-sama membentak keras. Tubuhnya dengan cepat menubruk ke depan. Gerakannya santar bagaikan gulungan angin puyuh.
Hanya di dalam sekejap mata masing-masing sudah
mengirim sembilan buah pukulan dan mengirim tiga buah tendangan.
Serangan yang dipancarkan dalam keadaan gusar ini bukan saja amat dahsyat bahkan setiap gerakan amat ganas, dan keji. Satu juruspun tak ada yang terlepas dari jalan jalan darah penting, hal ini memaksa Tan Kia-beng terdesak mundur tiga langkah ke belakang.
Saat ini watak buas dari sepasang malaikat sudah berkobar, begitu mendapatkan posisi yang bagus serangan dilancarkan semakin gencar lagi laksana titiran air hujan. Dengan hati
gemas mereka keluarkan semua kepandaian yang dimilikinya untuk membabat hancur tuubh pemuda she Tan ini.
Dengan munculnya kejadian ini kontan saja memancing berkobarnya hawa gusar dalam dada Tan Kia-beng, ia tarik napas panjang panjang dan salurkan hawa murninya
mengelilingi seluruh tubuh satu kali. Ilmu pukulan "Tok Yen Mo Ciang" dipancarkan keluar dengan menggunakan tenaga pukulan yang luar biasa.
Seketika itu juga hawa dingin menyebar menggidikkan badan, hawa tekanan segulung demi segulung menekan dari empat penjuru, makin lama semakin mempersempit arena kalangan dan akhirnya kalangan pertempuran tinggal dua kaki belaka. Serangan serangan yang dilancarkan sepasang malaikat dalam gusar ternyata tak satupun yang berhasil memaksa pihak lawan mundur ke belakang setengah
langkahpun. Leng Lam Shia Sin adalah pentolan iblis nomor wahid di kalangan Hek-to sekitar daerah Leng Lam, sudah banyak tahun ia mengundurkan diri dari keramaian dunia persilatan, kali ini ia munculkan diri ke dalam tujuannya yang terutama tidak lain ingin merajai daratan Tionggoan.
Dan tujuan mereka yang paling utama adalah Tan Kia-beng, dan hal ini sudah mereka persiapkan sebelumnya.
Karena menurut anggapan mereka selama banyak tahun ini nama Tan Kia-beng di dalam dunia kangouw sudah sangat cemerlang dan ia merupakan satu satunya pemuda berbakat yang susah dicari keduanya selama ratusan tahun ini.
Asalkan mereka berhasi lmengalahkan dirinya maka ini berarti bahwa maksud mereka untuk merajai Bulim sudah separuh bagian terpenuhi.
Siapa sangka baru saja bergebrak beberapa jurus,
simalaikat wabah sudah kena dirubuhkan dengan menderita luka dalam yang parah, si Malaikat Hitam serta malaikat penyakitan yang turun tangan bersama-sama pun tak berhasil memperoleh kemenangan, saat itulah ia baru mulai merasa bahwa kepandaian silat dari pemuda ini benar-benar luar biasa dan kelihatannya jika ia tidak turun tangan sendiri urusan tak akan jalan.
Karena itu dengan cepat bentaknya keras, "Tahan!"
Mendengar suara bentakan tersebut, sepasang malaikat itu sama-sama menarik kembali serangannya seraya
mengundurkan diri ke belakang, sedang Tan Kia-beng sendiripun lantas menarik kembali serangannya.
Dilihatnya Leng Lam Shia Sin dengan langkah lambat sedang berjalan maju ke depan, sambil teriak ke arahnya.
"Tidak kusangka ternyata kaupun masih mempunyai beberapa bagian pegangan, selama ini Loohu tidak pernah bergebrak melawan orang-orang dari kalangan boanpwee, tapi mengingat kaupun merupakan seorang ketua dari suatu perguruan besar, maka jangan salahkan kalau aku hendak menggunakan tingkatan yang lebih besar mengusik yang kecil."
Sejak Tan Kia-beng mengetahui tujuan kedatangan mereka adalah ingin menggunakan dirinya mempertinggi nama mereka, dalam hati sudah amat mendongkol, apalagi tindak tanduk Leng Lam Shia Sin yang terlalu pandang enteng dirinya semakin membuat hawa amarahnya memuncak, dengan cepat ia meloncat maju ke depan.
"Eeei.... kalau mau bergerak ayo cepatan dikit, di tengah malam buta begini siauw ya tak punya banyak waktu lagi untuk banyak bacot dengan kalian."
Selembar wajah kuda dari Leng Lam Shia Sin jadi berengut, jenggotnya berkibar kibar tertiup angin.
"Haaa.... haaa.... haaa.... selama banyak tahun ini belum pernah aku menemui manusia yang berani kurang ajar terhadap loohu, kau jangan anggap setelah mengandalkan kepandaian Teh-leng-bun mu yang luar biasa lantas boleh pentang-pentang lagak seenaknya, jika tidak kuberi sedikit hajaran kau masih anggap dikolong langit tak ada manusia lain."
Di tengah suara tertawaan kalap jubah lebarnya berkelebat lewat sepasang tangan laksana kilat melancarkan serangan dari arah samping.
Buru-buru Tan Kia-beng menarik dadanya ke belakang lalu melayang mundur setengah depa ke belakang, bersamaan itu pula sepasang telapak tangannya bersama-sama didorong ke depan, satu melindungi dada yang lain mencengkeram pergelangan.
Menghindar menyerang dilakukan dalam sekejap mata dan dengan kecepatan yang sangat luar biasa.
Leng Lam Shia sin jadi sangat terperanjat, telapak tangannya yang melancarkan serangan segera ditekan ke bawah, dari sabetan berubah jadi babatan menghajar perut bagian bawah dari Tan Kia-beng, sedang badannya yang berputar santar langsung menubruk kemuka, lima jari disentilkan bersama-sama mengirim bokongan mengancam punggung musuh.
Serangan satu jurus dua gerakan ini benar-benar luar biasa, jikalau pihak lawan ada maksudnya menghindarkannya diri dari serangan muka pasti akan termakan oleh serangan jarinya.
Tan Kia-beng sebagai seorang jagoan yang sudah berkali kali menemui pertarungan sengit, pengalamannya amat luas.
Ketika melihat serangan lawan menggulung datang bagaikan tiupan angin taupan ia sama sekali tidak menghindar maupun berkelit. Di ringi suara bentakan keras telapak tangannya didorong ke depan menyambut datangnya serangan tersebut.
"Braaak!" Kembali dua gulung angin pukulan berbentur satu sama lainnya, mengakibatkan debu serta pasir beterbangan ke empat penjuru.
Dengan terjadinya bentrokan ini dalam hati masing-masing punya perhitungan sendiri dan siapapun tidak berhasil mengalahkan pihak yang lain.
Karena kejadian ini maka masing-masing pihak dengan kumpulkan hawa murninya diseluruh badan mulai bergeser menantikan kesempatan yang lebih baik untuk mengirim serangan berikutnya!
Di dalam hati seratus dua puluh bagian Leng Lam Shia Sin merasa tidak puas pihak lawan hanya seorang pemuda berusia dua puluh tahunan ternyata tidak berhasil dipukul rubuh oleh tenaga latihan puluhan tahunnya oleh karena itu sewaktu debu membuyar serangan yang kedua kembali menghajar datang
Bocah cilik kalau punya kepandaian beranikah kau
menerima tiga buah serangan loohu?"
"Haaa.... haaa.... haaa.... jangan dikata tiga jurus sekalipun seratus jurus apa salahnya?"
Telapak tangannya dibalik, ilmu sakti Pek Tiap Sin Kang diseluruh pengelilingi seluruh tubuh, segulung angin pukulan yang amat keras bagaikan putaran roda kereta menggulung keluar.
Suara bentrokan memecahkan kesunyian, pepohonan,
rerumput pada melayang dan memenuhi angkasa, tubuh Tan Kia-beng rada tergetar dan terdorong mundur beberapa langkah dengan sempoyongan.
Air muka Leng Lam Sia Sin berubah semakin hebat lagi, dengan wajah hijau membesi ia terdesak mundur lima langkah lebar ke belakang, darah dirongga dada terasa bergolak sangat keras, tapi dengan andalkan hawa murninya yang sempurna buru-buru ia tekan kembali golakan tersebut, sedang serangan ketigapun langsung dikirim keluar.
Tan Kia-beng menggertak gigi kencang-kencang, sepasang telapak didorong kemuka mengakibatkan bentrokan yang jauh lebih hebat.
Masing-masing pihak kena tergetar keras oleh pantulan hawa pukulan tersebut membuat sang badan terpelanting sejauh satu tombak lebih.
Bluuk! punggung Tan Kia-beng tertumbuk di atas sebatang pohon besar, beruntung tidak sampai jatuh tapi telinga terasa berdengung, darah segar hampir hampir muncrat keluar.
Sebaliknya Leng Lam Shia Sin kena ditolong oleh si Malaikat Hitam serta si Malaikat Penyakitan. Kedua orang manusia liar yang berhati keji ini melihat sang pemuda tersebut sudah menunjukkan keadaan tidak tahan oleh bentrokan bentrokan yang terjadi berulang kali, segera bersama-sama menubruk kemuka.
Satu dari kanan yang lain dari kiri dengan kumpulkan seluruh tenaga yang dimiliki mengirim satu pukulan gencar ke depan.
Leng Lam Shia Sin yang melihat kejadian itu segera membentak mencegah, tapi keadaan sudah terlambat satu tindak.
Terlihatlah angin pukulan dari mereka berdua sudah mengurung empat penjuru dari sekeliling tubuh pemuda itu.
Mendadak suara bentakan keras bergema memecahkan
kesunyian, tubuh kedua orang itu bagaikan layang layang putus terpental keudara dan mencelat balik ke belakang lalu terbanting jatuh ke atas tanah keras keras darah segar muncrat keluar bagaikan pancuran sehingga mengotori seluruh permukaan tanah.
Kiranya Tan Kia-beng membenci cara rendah yang
dilakukan kedua orang itu, dalam keadaan berbahaya ia sudah mengirim satu pukulan dengan menggunakan ilmu "Jie Khek Kun Yen Kan Kun So."
Leng Lam Shia Sin sendiri sama sekali tidak menyangka dalam keadaan napas serangan tengah pukulan Tan Kia-beng masih sebegitu dahsyatnya, dalam hati merasa amat terperanjat, dengan cepat ia menubruk maju ke depan.
"Kita masih ada satu jurus serangan yang belum selesai"
bentaknya keras.
Sepasang telapak dipentangkan lebar-lebar lantas dibabat ke depan, segulung angin pukulan yang sangat hebat dengan membawa suara desiran tajam laksana anak panah yang terlepas dari busur menerjang jalan jalan darah penting diseluruh tubuh Tan Kia-beng.
Waktu itu Tan Kia-beng masih bersandar di atas pohon untuk memulihkan kembali hawa murninya yang buyar, melihat Leng Lam shia Sin melancarkan serangan kembali, sepasang matanya kontan dipentangkan lebar-lebar, sambil tertawa panjang serunya, "Heee.... heee.... heee....
menggunakan nyawa dua ekor anjing untuk memulihkan tenaga murni. Hmmm! Apakah kau tidak merasa malu?"
Dimulut berbicara begitu, tangannya sudah kumpulkan tenaga dalam menyambut datangnya serangan tersebut dengan jurus "Jiet Ceng Tiong Thian"
"Braaak!" sekali lagi suara ledakan keras bergema serasa membelah bumi, diikuti robohnya dua buah benda ke atas tanah.
Masing-masing pihak kena terpukul pental sejauh tujuh, delapan depa dan roboh terjengkang di atas tanah, tapi dengan sebat mereka meloncat bangun lagi.
Sejak terjunkan diri ke dalam dunia kangouw, kali ini merupakan yang ketiga bagi Tan Kia-beng di dalam
menghadapi musuh tangguh dan melakukan suatu
pertarungan mati matian, diam-diam ia merasa sangat terperanjat, pikirnya, "Kelihatannya dalam dunia kangouw, dimana mana terdapat orang pinter, tidak disangka seorang manusia yang berwajah biasa pun bisa memiliki tenaga lweekang yang sangat luar biasa.
Ia terkejut, Leng Lam Shia Sin semakin terkejut. Sidewa sesat ini pada masa lalu sudah pernah menggetarkan dunia kangouw, apalagi setelah ia peroleh sejilid kitab "Sam Mey Cin keng" dari sebuah ruangan batu dan tutup pintu berlatih selama tiga puluh tahunan, di dalam anggapannya
kemunculannya untuk kedua kali dalam dunia kangouw pasti akan berhasil menguasahi seluruh daratan Tionggoan.
Siapa sangka di dalam dunia kangouw ternyata sudah muncul pula seorang pemuda lawan tangguhnya setelah masing-masing saling bentrok empat kali, siapapun tidak berani berlaku ceroboh lagi.
Mata dipejamkan hawa murni disalurkan mengelilingi satu kali, kurang lebih seperminum teh kemudian mereka baru selesai bersemedi.
"Tiga buah serangan sudah berlalu, sekarang seharusnya akulah yang mengirim beberapa serangan untukmu!" teriak Tan Kia-beng lantang.
Tubuhnya berkelebat maju ke depan, ilmu pukulan Siauw Siang Chiet Ciang dilancarkan bagaikan sambaran petir.
beruturut turut ia mengirim dua belas buah pukulan maut Sekejap mata dua belas gulung tenaga tekanan yang maha dahsyat dari dua belas sudut yang berlainan sama-sama menggulung datang, hawa tekanan berat bagaikan tindihan gunung Thay-san.
Seluruh rambut serta jenggot Leng Lam Shia Sin bangun berdiri. wajah berubah merah padam bagaikan orang mabok, tubuhnya yang berada di dalam kepungan bayangan telapak mengirim satu jeritan panjang yang sangat menyeramkan, telapak raksasanya dikebas kebaskan mengirim serentetan hawa serangan tajam menghela datangnya tekanan angin puyuh dari empat penjuru.
Dengan demikian suatu pertarungan yang maha sengitpun segera berlangsung ditepi hutan....
Angin pukulan menderu deru, suara bentakan bergema saling susul menyusul menambah keseraman serta kengerian di tengah malam buta.
Sewaktu kedua orang itu sedang melangsungkan suatu pertarungan antara mati hidup disamping hutan, dari tempat kejauhan secara tiba-tiba melayang datang sesosok bayangan hitam, sungguh indah gerakan badannya dan mirip dewi rembulan yang turun dari kahyangan, sekali melesat tubuhnya sudah berada sejauh tujuh, delapan kaki dan dalam sekejap mata setelah berada dibelakang pohon besar, sinar matanya dengan dingin memandang jalannya pertarungan tersebut, air mukapun secara samar-samar terlintas suatu senyuman dingin yang amat menyeramkan.
Waktu itu sudah mendekati kentongan ketiga, sinar rembulan menyoroti empat penjuru dengan remang remang, angin dingin berhembus santar membuat rerumputan dan daun bergoyang goyang dengan diiringi suara gemerisikan yang menambah suasana dalam kalangan semakin
menyeramkan. Si malaikat wabah yang kena terpukul luka oleh Tan Kia-beng tadi, setelah beristirahat beberapa waktu kesehatan pun telah pulih kembali seperti sedia kala, langkahnya perlahan-lahan mulai bergeser mendekati kalangan pertarungan.
Tapi sewaktu badannya tiba kurang lebih tiga tombak dari sisi kalangan ia kena dipaksa mundur terus oleh deruan angin pukulan yang menyambar nyambar di sekeliling kalangan.
Inilah suatu pertarungan sengit yang belum pernah ditemui selama ini, masing-masing pihak dengan mengandalkan cepat melawan cepat, sudah salingb ergebrak melampaui delapan ratus jurus, seranganpun makin lama semakin perlahan, tapi wajahnya jauh lebih tegang dari keadaan semula.
Satu kentongan kembali sudah lewat, jurus jurus serangan yang dikeluarkan kedua belah pihakpun semakin lambat lagi, setiap serangan yang hendak dikeluarkan agaknya mengalami
pemikiran dulu yang sangat matang, dan begitu jurus tersebut dikeluarkan maka serangan serangan berantai lainpun lantas menyusul datang.
Jurus jurus serangan yang digunakan Leng Lam Shia Sin kebanyakan merupakan serangan serangan aneh yang
dipancarkan diluar dugaan orang lain.
Sedangkan jurus jurus serangan yang digunakan Tan Kia-beng semuanya merupakan serangan serangan jujur yang mengutamakan sifat blak blakan, tapi dibalik kejujuran terkandung pula banyak perubahan yang susah diduga sebelumnya.
Ketika itu hawa murni yang digunakan masing-masing pihak sudah hampir habis dikerahkan keluar jurus jurus serangan yang digunakan pun hampir habis dipakai, jikalau semisalnya salah satu pihak diantara mereka berdua usulkan untuk menunda pertandingan ini kemungkinan besar segera akan memperoleh kesepakatan dari pihak lain, tapi mereka berdua tak ada yang berpikiran demikian, masing-masing pihak bertahan sampai titik darah penghabisan.
Mendadak.... "Bocah buyung, boleh dikata kau merupakan satu-satunya musuh tangguh yang pernah loohu temui selama ini" seru Leng Lam Shia Sin dengan suara parau.
"Haaa.... haaa.... haaa.... musuh tangguh semacam kaupun boleh dikata merupakan musuh nomor tiga yang paling tangguh selama ini" sambung Tan Kia-beng sambil tertawa terbahak-bahak dengan napas terengah engah.
Beberapa patah perkataan ini agaknya kembali memancing kemarahan dihati Leng Lam Shia Sin, ia tertawa seram.
"Bocah buyung! kau terlalu pandang tinggi dirimu! jikalau kedua orang itu mempunyai tenaga dalam seperti aku, apakah kau anggap kamu orang masih punya kekuatan untuk
bergebrak melawan diriku?"
"Tidak percaya ya sudahlah siapapun yang sudi pentang bacot setinggi tingginya dengan diriku?"
Bocah buyung, kau jangan keburu bangga loohu masih memiliki beberapa simpanan yang belum aku gunakan!"
"Haaa.... haaa.... haaa.... sama-sama.... sama...."
"Kau masih punya simpanan apa lagi yang belum kau keluarkan" ayoh tiada halangan sekalian keluarkan biar Loohu pun ikut mencicipi...."
"Beri tahu padamupun tiada halangan, dengan dasar kepandaian silat yang kau miliki aku rasa seharusnya kaupun tahu namanya itulah yang disebut sebagai 'Jie Khek Kun Yen Kan Kun So'!"
Leng Lam Shia Sin merasa amat terperanjat, ia mengetahui untuk bisa melatih ilmu pukulan Jie Khek Kun Yen Kan Kun So harus berlatih dulu ilmu berhawa Im serta ilmu berhawa Yang yang berbeda satu sama lainnya, dan orang yang berhasil memiliki kepandaian semacam ini dikolong langit amat jarang sekali. Bocah ini berkata bahwa ia pun bisa menggunakan ilmu macam begini bukankah sengaja ia menyombongkan diri.
Bersamaan itu pula yang dikuatirkan olehnya bukan terletak di dalam soal ini, melainkan ilmu tersebut justru merupakan lawan dari ilmu sakti "Lei Hwee Sin kang"nya yang mengandalkan tenaga Sian Im Cin khie oleh sebab itu di atas wajahnya kontan terlintas suatu perasaan kaget.
Tan Kia-beng yang melihat dia lama sekali tidak berbicara setelah mendengar perkataan tersebut, dalam hati lantas mengira pihak lawannya tidak kenal dengan kepandaiannya itu, kembali teriaknya, "Kepandaianku sudah aku jelaskan dan bagaimana dengan kepandaianmu" Kenapa tidak kau
utarakan?"
Leng Lam Shia Sin kerutkan alisnya rapat rapat, selintas hawa membunuh berkelebat di atas wajahnya.
"Kau ingin menjajal kepandaianku" nah ini terimalah!"
Mendadak tubuhnya meloncat ke tengah udara. sepasang telapak bersama-sama dibabat keluar, jurus serangan ini datangnya cepat, santar dan luar biasa, dalam sekejap mata telah berada di depan dada.
Tan Kia-beng tidak menyangka ia bisa melancarkan
serangan secara membokong, dalam jarak sedemikian dekatnya bagaimanapun juga ia tidak sempat untuk
meloloskan diri lagi, saking khekinya pemuda itu sampai menggertak gigi kencang kencang.
Sepasang telapak segera dibalik menyambut datangnya serangan tersebut....
Diiringi suara bentrokan keras, empat telapak menempel jadi satu dan terjadilah suatu pertarungan adu tenaga lweekang yang amat seru.
Inilah siasat licik dari Leng Lam Shia Sin karena ia dengar Tan Kia-beng sudah mempelajari ilmu sakti Jie Khek Kun Yen Kan Kun So, maka ia ada maksud untuk mencari kemenangan dengan beradu tenaga dalam, pertama, ia andalkan
kesempurnaan dari tenaga lweekangnya dan kedua dengan andalkan tenaga sakti "Lei Hwee Sin Kang"nya maka ia memperoleh banyak keuntungan dari pertarungan ini, karena
waktu semakin lama maka isi perut pihak lawan akan terbakar luka oleh daya panas yang dipancarkan.
Beradu tenaga dalam macam begini baru pertama kali ini dialami pemuda she Tan pada mulanya ia merasa agak tertegun, menanti dirasakan adanya segulung aliran naik melalui lengannya dan menyerang ke dalam badan, ia baru merasa terperanjat, cepat ilmu sinkangnya disalurkan keluar melindungi badan, akhirnya setelah mengandalkan
kesempurnaan tenaga lweekangnya ia berhasil juga
mengimbangi kekuatan lawan.
---ooo0dw0ooo---
Jilid: 25 Walaupun ilmu sakti Pek Tiap Sin Kang termasuk ilmu sakti bertenaga hawa Im, dan dengan paksa masih bisa digunakan untuk menahan datangnya serangan tenaga lweekang pihak lawan yang panas bagaikan baranya api tungku, tapi lama kelamaan pemuda tersebut tidak tahan juga, seluruh tubuhnya mulai dibasahi oleh peluh panas yang perlahan-lahan berubah jadi uap.
Leng Lam Shia Sin begitu merasakan bahwa lawanpun menggunakan tenaga lweekang berhawa panas, dalam hati merasa amat girang. ia mendengus dingin tenaga lwekang
"Lie Hwee Sin Kang"pun disalurkan semakin dahsyat lagi mendesak pihak lawannya.
Seketika itu juga tekanan semakin bertambah, terasa segulung aliran panas yang membara mengalir keluar melalui sepasang telapak tangannya menekan pemuda tersebut mati matian.
Bersamaan itu pula dari antara alisnya secara lambat lambat mengepul keluar selapis kabut tipis warna merah darah yang segar membungkus seluruh badannya membuat
selembar wajahnya berubah semakin menyeramkan.
Berhubung pengalaman Tan Kia-beng dalam soal ini masih begitu kurang, setelah kena dihalau oleh pihak lawan ia lantas terperosok ke dalam keadaan yang sangat kritis, apalagi tekanan tekanan hawa sakti Lie Hwee Sin kang begitu besar membuat badannya kering dan panas, tak urung hawa murninya kena terpukul juga oleh kejadian ini.
Lama kelamaan wajahnya mulai terdesak oleh tekanan Leng Lam Sin kang sehingga berubah merah padam, keringat mengucur keluar bagaikan curahan hujan, asalkan waktu berlangsung sedikit lebih lama lagi dia pasti akan menemui kekalahan.
Adu tenaga lweekang semacam ini merupakan pantangan besar bagi orang-orang Bulim, kebanyakan orang berusaha keras untuk menghindarkan kejadian ini dan tidak ingin melakukan suatu perbuatan menempuh bahaya, karena mereka tahu asalkan sudah terjadi suatu duel tenaga dalam maka satu pihak jika tidak mati tentu bakal terluka parah, bahkan dalam saat yang amat kritis keadaan masing-masing pihak sangat lemah. sekalipun didorong oleh seorang bocah berusia tiga tahun pun karena kaget atau tergelak segera akan kena terpukul hancur isi perutnya oleh pihak lawan.
Sewaktu kedua orang itu sedang saling bertahan itulah, si malaikat wabah yang berdiri tiga tombak dari kalangan pertarungan selangkah demi selangkah mendesak maju ke depan.
Di tengah tanah pegunungan yang sunyi dan tak
berpenghuni, watak kejinya mulai menyelimuti orang itu. Ia
tidak peduli terhadap peraturan Bulim lagi sepasang matanya melotot lebar-lebar memperhatikan pihak lawannya, sedang sang telapak diayunkan ke atas.
Tampak kakinya selangkah demi selangkah semakin
mendekati Tan Kia-beng, asalkan diayunkan telapak tangannya maka pemuda tersebut tentu akan menemui ajalnya.
Mendadak.... Sesosok bayangan manusia yang tinggi besar laksana sambaran kilat meluncur datang, melihat perbuatan rendah itu ia segera membentak keras dengan suaranya bagaikan genta,
"Kawanan tikus, kalian berani main bokong?"
Sreet! segulung angin pukulan menggulung datang
bagaikan puyuh. dalam keadaan terperanjat si malaikat wabah kontan putar badan sembari dorognan telapak tangannya keluar.
Suara jeritan ngeri berkumandang memenuhi angkasa, tubuh si malaikat wabah laksana sebutir batu ketepil kena terpukul pental oleh orang tersebut sehingga ia muntah darah segar berulang kali, badannya bagaikan layang layang putus mencelat sejauh dua tombak lebih.
Suara sampokan ujung baju terkena angin berkumandang datang disusul suara dengusan berat bergema memenuhi angkasa, orang itu sambil bertolak pinggang sudah berdiri diantara kedua orang itu disusul ujung baju tersampok angin.
kembali sesosok bayangan ramping melayang turun ke dalam kalangan
Tadi, sewaktu si malaikat wabah menunjukkan maksud tidak baik Tan Kia-beng pun sudah melihat dengan sangat jelas, tapi berada dalam keadaan yang apa boleh buat
walaupun terang terang ia tahu bahwa tindakan orang itu tidak akan mendatangkan maksud baik terhadap dirinya tapi iapun tak sanggup untuk melepaskan diri dari kalangan.
Pada saat yang kritis mendadak dari tengah jalan muncul bintang penolong dan membinasakan diri simalaikat wabah menolong dirinya lolos dari mara bahaya, pada mulanya ia masih menganggap orang yang menolong dirinya adalah anggota Teh-leng-bun menanti matanya berhasil melirik jelas siapakah orang itu ia baru paham.
Kiranya mereka adalah si Kong Sun Su beserta si Si Dara Berbaju Hijau Gui Ci Cian.
Terlihatlah keadaan mereka berdua penuh diliputi
ketegangan yang seorang berdiri dengan wajah serius sepasang mata melotot bulat bulat sedang yang lain mengerutkan alisnya, jelas keadaan mereka sangat
menguatirkan keselamatan pemuda tersebut.
Tak terasa lagi Tan Kia-beng merasa sangat berterima kasih tapi dalam keadaan seperti ini ia tak berani cabangkan pikiran untuk berpikir urusan lain, buru-buru tenaga lweekangnya disalurkan sekuat tenaga untuk bikin perlawanan yang terakhir.
Dalam keadaan demikian sekali lagi ia bertahan selama kurang lebih seperminum teh lamanya, dan perlahan-lahan pemuda ini mulai merasa sedikit tidak tahan, tak kuasa lagi diam-diam ia menghela napas panjang pikirnya, "Heeei! tidak kusangka nama besar Teh Leng Kauw akhirnya hancur ditanganku...."


Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Teringat akan Teh-leng-bun, suatu ingatan baikpun berkelebat di dalam benaknya kembali ia berpikir, "Tenaga lweekangku bukannya kalah dengan tenaga lweekang yang ia
miliki, hanya saja tenaga lweekangnya termasuk dalam golongan panas dan sangat mempengaruhi pengarahan tenagaku, mengapa aku tidak gunakan ilmu "Sian Im Kong Sah" untuk coba-coba melakukan perlawanan?"
Berpikir akan persoalan tersebut buru-buru hawa murni ditarik keluar dari pusar, sepasang telapak disusut didorong tenaga lweekang Pek Tiap Sin kangnya langsung ditarik masuk diikuti mengalir keluarnya serentetan tenaga lweekang berhawa dingin menyapu bersih sisa sisa panas yang masih tersisa di badan.
Kontan saja dari atas batok kepalanya menggulung keluar selapis kabut putih yang amat tipis menyegarkan kembali otaknya yang sudah dibikin bingung oleh hawa panas tadi Pemuda she Tan ini pernah menerima peninggalan hawa lweekang dari Han Tan Loojien yang berkekuatan hampir seratus tahun hasil latihan, dan selama ini tenaga tersebut tiada hentinya melumer dan menggabung dengan tenaga sendiri saat ini setelah kesadarannya pulih semangatpun berkobar, dengan cepat ia kerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya bagaikan mengamuknya ombak besar di tengah samudra menghajar kemuka.
Leng Lam Shia Sin yang sengaja menciptakan suatu
pertarungan adu lweekang dengan pihak lawan di dalam anggapannya ia pasti berhasil memperoleh hasil yang diinginkan. Siapa sangka pada saat pihak lawan hampir tidak kuat mempertahankan diri mendadak tenaga lweekangnya dari aliran Yang berubah jadi aliran tenaga tenaga Im yang mengutamakan dingin, tergulung hawa pukulan yang dingin membekukan darah laksana gulungan air sungai menggulung datang, dalam hati merasa sangat terperanjat.
Baru saja sedikit ia cabangkan pikiran pertahanan mulai bobol dan merasa tidak kuat menahan diri lagi ia baru merasa keadaan sangat tidak menguntungkan bagi dirinya.
Ketika itulah mendadak Tan Kia-beng kerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya, ia membentak keras sepasang lengan bersama-sama digetarkan keluar, ternyata tubuh Leng Lam Shia Sin yang tinggi itu berhasil digetarkan ke tengah udara setinggi dua tombak dan jatuh tak bisa bangun lagi.
Melihat musuhnya roboh Tan Kia-beng pun segera meloncat bangun, seraya menuding tubuh Leng Lam Shia Sin yang kaku ia tertawa tergelak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... saat ini seharusnya kau tahu bahwa di dalam dunia persilatan didaratan Tionggoan tak ada tempat lagi buat kalian manusia manusia iblis dari luar daerah untuk tancap kaki...."
Belum habis ia tertawa, badannya sudah terhuyung huyung dan akhirnya roboh ke atas tanah.
Melihat kejadian itu si Si Dara Berbaju Hijau Gui Ci Cian menjerit sedih tubuhnya langsung menubruk ke depan dan membimbing drinya bangun kemudian dari dalam sakunya mengambil keluar dua lembar buah seperti buah Touw, ia masukkan buah tersebut ke dalam mulutnya sendirinya untuk dihancurkan kemudian tanpa perduli suhengnya Kong Sun Su ada disana, dengan mulut menempel mulut ia masukkan hancuran buah tersebut ke dalam mulut pemuda tersebut.
Ci Lan Pak yang melihat kejadian ini dari sisi kalangan cuma bisa menghela napas panjang tubuhnya perlahan-lahan berputar dan melangkah menuju keluar.
Mendadak.... dari balik pohon melayang datang sesosok bayangan hijau kemudian disusul munculnya seorang wanita
cantik berusia setengah baya dengan wajahnya yang dingin menggidikkan.
"Su ji! bawa bangsat cilik itu kembali ke gurun pasir"
bentaknya dingin.
Dalam keadaan terperanjat "Ci Lan Pak" Kong Sun Su buru-buru bongkokkan badannya menyahut, "Turut perintah!"
Tubuhnya sekali berkelebat sudah tiba di hadapan si Dara Berbaju Hijau itu kemudian dengan nada memberat
bentaknya, "Suhu ada perintah untuk membawa Tan heng kembali ke gurun pasir, harap sumoay segera menyingkir kesamping."
Perlahan-lahan Gui Ci Cian membimbing bangun Tan Kia-beng, setelah itu mendadak ia meloncat bangun.
"Apakah kau ingin turun tangan menggunakan kesempatan sewaktu orang lain berada dalam keadaan bahaya?" tegurnya dengan alis menjengat.
Tapi sewaktu dilihatnya Majikan Isana Kelabang Emas berdiri disana dengan wajah membesi, tak terasa lagi kepalanya ditundukkan rendah-rendah dan tidak berani banyak berbicara lagi.
Dengan pandangan sangat dingin Liuw Lok Yen melirik sekejap kerah gadis tersebut lalu mendengus berat.
"Bagus, bagus sekali, kiranya dalam Isana Kelabang Emas pun ada manusia makan di dalam merangkak keluar. Hampir-hampir saja membocorkan rahasia perguruan".
Mendadak ia membentak kembali, "Gui Ci Cian, tahukan kau apa hukuman seseorang yang berani mengkhianati perguruan Isana Kelabang Emas dan mengadakan hubungan gelap dengan pihak musuh?"
"Kutungi seluruh anggota badan kemudian penggal kepala"
"Hmmm! jika kau sudah tahu itulah sangat bagus."
Mendadak entah dari mana datangnya suatu semangat jantan, tiba-tiba Gui Ci Cian membangkang dengan suara keras, "Tecu berani melanggar peraturan perguruan sudah seharusnya dijatuhi hukuman, tapi terhadap seorang yang sudah kehilangan daya tahan harap suhu suka membuka satu jalan...."
"Heee.... heee.... heee.... sungguh ringan benar perkataanmu" dengus Majikan Isana Kelabang Emas sambil tertawa dingin tiada hentinya. "Tahukan kau bahwa semua rencana kami sudah hancur berantakan ditangan dia seorang"
Hmmm! terhadap orang lain mungkin masih bisa
dirundingkan, tapi terhadap dirinya kami tak akan mengampuni."
Gui Ci Cian masih ada maksud untuk memohon lebih lanjut, tapi Liuw Lok Yen dengan gusar sudah kebaskan ujung jubahnya.
"Sudah! tidak usah banyak bicara lagi, segera ikuti aku pergi dari sini."
Kepada Kong Sun Su kembali bentaknya, "Cepat turun tangan, totok dulu jalan darahnya kemudian tawan dia dan bawa kembali ke gurun pasir."
Kong Sun Su menyahut, ia maju ke depan siap turun tangan.
Tiba-tiba.... Serentetan suara suitan panjang yang sangat menyeramkan berkumandang datang hal ini membuat semua orang merasa tergetar hatinya.
Ketika itulah dua sosok bayangan manusia laksana
sambaran kilat meluncur datang ke tengah kalangan.
"Mengambil kesempatan sewaktu orang lain terluka parah turun tangan, Hmmm terhitung perbuatan seorang Bulimkah macam begitu"
Orang yang baru saja datang bukan lain adalah si Penjagal Selaksa Li, Hu Hong ayah beranak.
Melihat Tan Kia-beng duduk bersila dengan wajah bersemu kuning, mereka jadi tersantap gusarnya, rambut pada berdiri mata melotot bulat bulat, sedang Pek Ih Loo sat pun telah mencabut keluar golok lengkungnya melindungi sisi tubuh Tan Kia-beng.
Sejak permulaan Ci Lan Pak memang tiada bermaksud untuk mencekalai Tan Kia-beng, kena dibentak oleh Si Penjagal Selaksa Li iapun lantas berhenti berjalan.
Liuw Lok Yen sama sekali tidak kenal Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong tapi dari jubah hitamnya yang dikenakan ia teringat akan seseorang yaitu majikan kereta maut yang sangat mengemarkan seluruh dunia kangouw sekalipun begitu ia tidak pandang sebelah matapun terhadap orang ini, walaupun mendengar Hu Hong berteriak tapi ia pura-pura berlagak pilon.
Mendadak sinar matanya dialih ke atas golok lengkung yang berada ditangan Pek Ih Loo sat, seraya kemudian tegurnya dingin.
"Coba tanya pada budak itu, dari mana ia dapatkan golok lengkung itu?"
Tidak menanti Ci Lan Pak mengajukan pertanyaan, Pek Ih Loo sat sudah menyahut dengan suara keras, "Golok ini aku
dapatkan setelah membinasakan Cui Toa Kongcu, kau mau apa?"
Air muka Liuw Lok Yen kontan berubah hebat, selintas napsu membunuh berkelebat di atas wajahnya.
"Sekalian tangkap budak itu, bersama si she Tan seret ke gurun pasir!" teriaknya melengkiing.
Pada saat ini Kong Sun Su tak bisa berlagak pilon lagi, sedang Gui Ci Cian dibawah perintah gurunya mau tak mau harus turun tangan juga.
Ia melayang kehadapan Hu Siauw-cian, lalu serunya lirih,
"Harap maafkan Siauw-moay terpaksa harus mengikuti perintah suhu."
Tangannya mendadak disambar keluar mencengkeram
pergelangan Pek Ih Loo sat.
Hu Siauw-cian mendengus dingin. tubuhnya menyingkir kesebelah kiri meloloskan diri dari datangnya serangan cengkeraman itu, golok lengkungnya lantas dimasukkan kembali kesisi pinggang kemudian dengan sepasang telapak tangannya berturut turut melancarkan tujuh buah serangan sekaligus.
Selamanya gadis ini belum pernah memberi kesempatan kepada pihak musuhnya, ketujuh buah serangan tersebut dilancarkan laksana curahan hujan deras disertai tiupan angin puyuh, segulung demi segulung menekan datang.
Si Si Dara Berbaju Hijau Gui Ci Cian kena terdesak sehingga mundur setengah langkah ke belakang, ujung bajunya dengan cepat dibentangkan dengan mengikuti tiupan angin melayang ke tengah udara kemudian dengan sebat iapun balas melancarkan sembilan buah serangan berantai. Gerakan tubuh
dari masing-masing pihak lincah cepat dan cekatan dan kedua-duanya menggunakan gerakan cepat untuk mengalahkan pihak lawan di dalam sekejap mata bayangan manusia bertumpukan sehingga sulit dibedakan lagi mana kawan mana lawan.
Pada waktu Gui Ci Cian saling bergebrak melawan Hu Siauw-cian itulah.
Ci Lan Pak Kong Sun Su pun ikut turun tangan. Mendadak tubuhnya mencelat ke tengah udara kemudian langsung menubruk ke arah Tan Kia-beng.
"Kau berani!" bentak Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong dengan suara keras. Sreeet! segulung angin pukulan dengan dahsyatnya dibabat keluar, hawa dingin serasa menusuk tulang menggulung datang bagaikan amukan ombak di tengah samudra.
Air muka Kong Sun Su kontan berubah hebat, iapun
mengirim satu pukulan menahan datangnya serangan lawan lawan lalu mundur sejauh lima depa lebih ke belakang. telapak tangan disilangkan di depan dada siap-siap menghadapi sesuatu.
"Jikalau saudara berusaha menghalangi usahaku lagi, Hmmm! jangan salahkan cayhe segera akan bertindak kurang sopan."
Si Penjagal Selaksa Li mendongakkan kepalanya tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... kalau begini urusan jadi sama tidak suka lepas tangan dengan begini saja sebaliknya malah memecah aku orang she Hu yang turun tangan menghadang, apa maksud perkataanmu ini...."
Di tengah suara gelak tertawanya secara samar-samar penuh diliputi oleh kesedihan, suaranya laksana jeritan burung hantu dan sangat menusuk telinga.
Ci Lan Pak yang kena terdesak oleh perintah suhunya, walaupun terang-terangan tahu bila perbuatannya ini sangat melanggar peraturan Bulim tapi berada dalam keadaan apa boleh buat dengan mulut membungkam sekali lagi menubruk maju ke depan.
Tangannya dengan sebat digerakkan mencengkeram tubuh pemuda she Tan yang sedang duduk bersila.
Si Penjagal Selaksa Li mendengus dingin, ilmu pukulan "Tok Yen Mo Ciang"nya segera disalurkan keluar mengirim satu pukulan dahsyat ke depan.
Kali ini Kong Sun Su sudah melakukan persiapan, ia tidak berkelit maupun menghindar tangannya yang sedang
melancarkan cengkeraman mendadak berubah jadi serangan tabokan.
"Braaak!!" dua telapak saling berbentur satu sama lainnya disusul bergemanya suara dengusan berat memenuhi
angkasa, masing-masing pihak saling mundur dua langkah ke belakang, dan dihati kedua orang tuapun mempunyai perhitungan bahwa tenaga lweekang mereka berada diantara keimbangan.
Setelah Si Penjagal Selaksa Li mengirim sebuah serangan sang tubuhpun ikut mendesak maju ke depan, ilmu Tok Yen Mo Ciang dikerahkan keluar dan secepat kilat ia mengirim delapan buah serangan berantai yang mengakibatkan munculnya hawa dingin serasa menusuk tulang melanda keluar segelombang demi segelombang.
Di dalam sekejap mata hawa tekanan tersebut sudah berubah menjadi selapis tembok hawa murni yang menekan keluar dengan kekuatan luar biasa.
Kong Sun Su sebagai murid tertua dari Majikan Isana Kelabang Emas, tenaga lweekangnya sangat sempurna, jadi orangpun berwatak jujur dan gagah, dalam keadaan terdesak terpaksa ia gerakkan badan salurkan tenaga saling berebut melancarkan serangan dengan Si Penjagal Selaksa Li.
Keadaan dari mereka berdua jauh berbeda dengan keadaan dari Pek Ih Loo sat yang bergebrak mengandalkan kelincahan, begitu melancarkan serangan mereka masing-masing
menggunakan gerakan yang paling lihay dan pukulan yang paling dahsyat untuk merubuhkan musuh.
Angin pusing berputar, pasir debu mengepul memenuhi seluruh angkasa bayangan manusia saling bergumul susah dibedakan mana yang menang mana yang kalah.
Liuw Lok Yen yang dengan tenang berdiri disisi kalangan melihat mereka berempat sudah melangsungkan suatu pertarungan yang sengit dalam hati mengerti dalam waktu singkat sukar bagi mereka untuk menentukan siapa menang siapa kalah, pikiran dengan cepat berputar.
Mendadak tubuhnya meloncat keudara kemudian laksana sambaran kilat meluncur ke arah Tan Kia-beng, kecepatannya luar biasa laksana sambaran kilat, kelima jarinya dengan sebat mencengkeram ke arah ulu hati pemuda tersebut.
Tindakannya ini jauh berada diluar dugaan Si Penjagal Selaksa Li ayah beranak. jangan dikata untuk turun tangan menolong sekalipun berpikirpun belum sempat kelima jari dari Majikan Isana Kelabang Emas sudah hampir menempel pada ujung baju Tan Kia-beng.
Mendadak.... Pemuda she Tan itu meloncat bangun kemudian dengan sebat menyingkir lima depa ke samping diikuti sambil menuding Liuw Lok Yen bentaknya gusar, "Menggunakan cara yang demikian rendah untuk hadapi seseorang, patutkah kau disebut sebagai seorang ketua partai besar?"
Waktu itu baik Si Penjagal Selaksa Li, Hu Hong maupun Hu Siauw-cian sama-sama sudah melepaskan lawan lawannya dan berburu datang, melihat pemuda itu sudah bisa meloncat bangun sang hati jadi tercengang bercampur gembira.
Dengan hati penuh rasa girang Pek Ih Loo sat berteriak keras, "Engkoh Beng, kau sudah sembuh seperti sedia kala?"
Tubuhnya dengan cepat menubruk maju ke depan.
Pada mulanya Gui Ci Cian yang melihat secara mendadak Liuw Lok Yen melancarkan serangan bokongan ke arah Tan Kia-beng dalam hati merasa amat terperanjat, dan kini melihat pemuda itu aman tenteram tak kekurangan apapun saking girangnya iapun lupa keadaan.
"Luka dalam sudah tidak mengapa?" teriaknya keras.
Tapi begitu kata-kata meluncur keluar ia baru merasa jika dirinya sudah salah berbicara, dengan cepat kata-kata selanjutnya dikatakan kembali.
Melihat Tan Kia-beng secara mendadak meloncat bangun Liuw Lok Yen sendiripun merasa urusan sedikit berada diluar dugaan tapi ia tidak malu disebut sebagai seorang pimpinan Bulim. keadaannya masih tetap tenang-tenang saja seperti keadaan semula.
Melihat Gui Ci Cian ikut berteriak kegirangan, dengan sinar mata dingin diiringinya sekejap gadis itu, dalam hati majikan Isana Kelabang Emas ia merasa sangat mendongkol sekali.
"Cian jie, kemarilah!" serunya sambil menggape.
Gui Ci Cian tidak mengerti apa sebabnya secara tiba-tiba Liuw Lok Yen memanggil dia kesana, terpaksa dengan langkah lambat ia melangkah juga ke depan.
"Suhu, kau memanggil Tecu ada perintah apa?" tanyanya lirih.
"Kau masih teringat punya suhu semacam diriku?"
Ujung baju mendadak dikebaskan ke depan segulung hawa pukulan yang maha dahsyat dengan cepat menekan ke arah depan.
Sudah tentu Gui Ci Cian sama sekali tidak menduga kalau suhunya bisa turun tangan sangat jahat kepadanya, kena digetarkan oleh pukulan tersebut ia menjerit ngeri, tubuhnya mencelat setinggi satu kaki lebih dan langsung terbanting jatuh ke tengah rerumputan
Kebetulan sekali arah daya lemparan itu tepat mengarah di mana Tan Kia-beng berdiri dengan cepat pemuda itu ulurkan tangan menerima datangnya badan gadis itu dan dengan halus diletakkan ke atas tanah.
Dengan kejadian ini hawa amarah dihati pemuda she Tan inipun tak terbendung lagi alisnya melentik lalu membentak gusar, "Liauw Lok Yen, kau tidak perlu cari gara gara lagi dengan orang lain, ini hari kita pun harus bereskan hutang hutang kita tempo dulu."
Liauw Lok Yen yang menghantam luka Gui Ci Cian, hawa amarah dihatinya belum padam, secara mendadak mendengar Tan Kia-beng menantang dirinya untuk bertempur bagaikan api bertemu bensin tubuhnya langsung menerjang maju ke depan.
"Perkataanmu sedikitpun tidak salah" serunya dingin.
"Memang sudah seharusnya kita selesaikan hutang hutang serta perhitungan perhitungan kita tempo dulu, kau boleh mulai melancarkan serangan."
Tan Kia-beng dongakkan kepalanya tertawa panjang.
"Siapa lemah mati siapa menang bertahan, masing-masing andalkan kekuatan yang dimiliki, buat apa harus bertanding dengan pakai aturan."
"Kalau begitu nih! terimalah seranganku"
Ujung bajunya digetarkan ke depan, dengan menggunakan jurus "Siu Liong Si Swie" atau tenaga Sakti Menyendok Air ia membabat ke arah tubuh pemuda tersebut.
Tapi, dengan mata kepala sendiri ia dapat melihat pertarungan sengit antara Tan Kia-beng dengan Leng Lam Shia Sin sehingga sebagian besar tenaga murninya rusak, apa lagi pertarungan adu tenaga yang sudah dihamburkan dengan percuma, sekalipun beruntung tidak sampai terluka dan memperoleh bantuan dua lembar raja jimsom kemudian beristirahat beberapa saat, tapi tenaga lweekangnya belum pulih seperti sedia kala bukannya.
Begitu melihat Liuw Lok Yen melancarkan serangan, ia membentak keras, telapak tangan bersama-sama digerakkan untuk menyambut datangnya serangan tersebut.
Ia sudah lama membenci dan mendendam majikan Isana Kelabang Emas saat ini dendam lama bercampur pula dengan dendam baru membuat ia jadi amat gusar sehingga mendekati kekalapan begitu melancarkan serangan seluruh kepandaian yang terdahsyat dikeluarkan semua.
Angin pukulan menderu demi laksana mengamuknya ombak dahsyat di tengah samudra diikuti memecahnya rentetan angin puyuh yang memecah ketepian, setiap jurus yang diarah adalah jalan darah pihak lawan.
Mereka berdua tanpa banyak berbicara lagi langsung melangsungkan suatu pertarungan sengit membuat seluruh orang yang hadir di tengah kalangan jadi tegang dibuatnya, seluruh raut muka Si Penjagal Selaksa Li berkerut kencang, wajahnya memberat dan melangkah demi selangkah ia bertindak maju ke depan.
Walaupun watak Pek Ih Loo sat berangasan dan kasar, tindak tanduk panas serta tajam, bagaimanapun dia adalah seorang gadis hatipun rada lembek jika dibandingkan anak pria.
Sekalipun Gui Ci Cian adalah musuh cintanya, tapi melihat gadis itu disebabkan urusan Tan Kia-beng akhirnya memperoleh hajaran yang keji dari Liuw Lok Yen tak urung hatinya tidak tega juga.
Perlahan-lahan ia membimbing dirinya bangun, lalu ambil keluar saputangan dan mengusap kering darah pada ujung bibirnya.
"Bagaimana dengan keadaan lukamu?" tanyanya lirih.
Gui Ci Cian menghela napas ringan, ia menggeleng.
Kebetulan Ci Lan Pak pun sedang menghampiri dirinya, ia lantas mengucapkan terima kasih kepada Hu Siauw-cian dan berjalan menyongsong kedatangan suhengnya.
Bagaimana hubungan antara guru dan murid jauh lebih erat, sepasang suheng moay ini dengan wajah tegang berlari ke samping kalangan pertempuran siap-siap melancarkan pertolongan apabila gurunya berada dalam keadaan bahaya.
Yang paling sedih menghadapi peristiwa semacam ini adalah Gui Ci Cian kerena kedua orang yang sedang melakukan pertarungan sengit di tengah kalangan pada saat ini satu pihak adalah gurunya dan lain pihak adalah kekasihnya, perduli siapapun yang terluka ia tidak ingin hal itu sampai terjadi tapi dalam suatu pertarungan sedemikian sengitnya mungkinkah kedua-duanya selamat"
Ketika itu masing-masing pihak sudah bergebrak sebanyak seratus jurus lebih, tapi belum juga berhasil menentukan urutan kemenangan.
Liauw Lok Yen pernah bergebrak melawan Tan Kia-beng dan ia pun tahu jika pemuda ini bukan manusia biasa bersamaan itu pula pertarungan ini menyangkut pula mati hidup serta sukses tidak nya usaha Isana Kelabang Emas untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Oleh karena itu serangan serangan yang dilancarkan sangat cermat dan berhati-hati, selama ini banyak bertahan dari pada menyerang, setiap melancarkan satu jurus serangan tentu merupakan suatu gerakan yang ganas dan keji.
Mendadak terdengar Tan Kia-beng berteriak keras, "Akan kupaksa kau merasakan bagaimanakah kelihayan dari ilmu silat Teh-leng-bun!"
Badannya meloncat maju ke depan dan secara kilat
mengirim sebuah serangan dahsyat.
Liuw Lok Yen segera merasakan datangnya serangan ini bukan totokan pula serangan babatan, anehnya luar biasa.
Kelihatannya tidak aneh padahal kecepatannya laksana kilat dan tahu-tahu seluruh jalan darah penting dibadannya sudah terkurung dibawah serangan serangan gencarnya, diam-diam dalam hati merasa sangat terperanjat.
Sepasang ujung bajunya segera ditari tarikan dengan gencar menciptakan berlapis lapis bayangan baju yang melindungi seluruh jalan darah dibadan bersamaan itu pula badannya melengkung bagaikan busur lalu dengan sekuat tenaga meloloskan diri dari lingkungan kepungan.
Begitu Tan Kia-beng berhasil merebut posisi yang
menguntungkan segera berlangsunglah suatu penyerangan secepat kilat seluruh kepandaian yang digunakan adalah jurus jurus serangan yang termuat di dalam kitab pusaka Teh Leng Cin keng ganas, telengas dan dahsyat.
Serangkai ilmu silat yang dimiliki Liauw Lok Yen kebanyakan mendapat bimbingan dari Hu Sang Popo, sejak mendirikan Isana Kelabang Emas ia menganggap tiada tandingan diseluruh kolong langit.
Saat ini ia baru merasa bahwa kepandaian silat yang dimiliki pemuda ini betul-betul campur aduk tiada habis habisnya, berkali ia kena didahului lima, enam belas jurus banyaknya baru berhasil mengirim sebuah serangan balasan. seketika air mukanya berubah hijau membesi, sepasang mata melotot bulat bulat, teriaknya melengking, "Jikalau malam ini Loo nio tidak berhasil membereskan dirimu, malu aku menjabat sebagai Majikan Isana Kelabang Emas".
Dendam membunuh ayahku, benci membinasakan
suhengku, ini hari juga akan kubereskan, iblis bangsat serahkan nyawamu!" Tan Kia-beng pun membentak keras.
Sreeet! Sreeet!! ilmu pukulan Siauw Sian Chiet Cian berturut turut dipancarkan secepat kilat, dalam sekejap mata dua puluh satu jurus puklan sudah dikerahkan semua setiap serangan penuh disertai hawa khei kang yang luar biasa membuat pasir dan debu mengepul memenuhi empat penjuru, pepohonan pada patah jadi dua bagian.
Watak buas didasar hati dari datangnya serangan tersebut, ujung baju berkibar kencang mendadak di tengah
berkelebatnya bayangan telapak suara bentrokan bergema saling susul menyusul. ternyata dengan keras lawan keras ia menerima datangnya kedua puluh satu buah serangan gencar itu.
"Manusia she Tan kau jangan berlahk dulu" jeritnya dengan suara setengah melengking. "Malam ini jika bukan kau adalah aku pokoknya salah satu harus pergi meninggalkan dunia yang
Golok Halilintar 6 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Naga Naga Kecil 2
^