Misteri Bayangan Setan 8

Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 8


baru tersadar kembali.
Ia membuka matanya dan pentang mulut hendak berbicara, tetapi keburu dicegah oleh Ui Liong-ci.
"Tiong heng! kau baru saja sembuh dari luka parah, lebih baik aturlah pernapasan setelah itu baru berbicara"
Leng-tiong It-koay menurut, ia memejamkan matanya untuk atur pernapasan setelah itu baru bangun berdiri dan menjura kepada Ui Liong-ci atas pertolongannya, demikian pula terhadap Tan Kia-beng.
Tiong heng! kau tiada ikatan dendam dengan orang-orang kangouw, kenapa harus menerjunkan diri ke dalam pihak Isana Kelabang Emas?" tanya Ui Liong-ci kemudian sambil tertawa.
"Heeei.... peristiwa ini amat panjang untuk diceritakan...."
perlahan-lahan Leng-tiong It-koay menghela napas panjang dengan wajah memberat.
"Apakah diantara Tiong heng dengan orang-orang Isana Kelabang Emas mempunyai hubungan yang sangat erat?"
"Boleh dikata memang begitu"
"Jika demikian adanya, tempo dulu Majikan Kelabang Emas pun merupakan orang-orang Bulim" Tetapi.... entah dendam sakit hati apakah yang terikat antara dirinya dengan partai besar yang ada didaratan Tionggoan" sehingga tiada sayang sayangnya ia sudah menggunakan tindakan yang kejam untuk menghadapi mereka"
"Soal ini tak bisa salahkan dirinya, negara yang hancur rumah tangga yang berantakan mana tidak membuat ia jadi mendendam?"
"Apa maksud dari perkataanmu itu?" tanya Ui Liong Tootiang kebingungan.
Perlahan-lahan Leng-tiong It-koay menghela nafas panjang.
"Jikalau kalian berdua tiada urusan, Loohu rela menceritakan keadaan yang sesungguhnya dari Majikan Isana Kelabang Emas sehingga berakibatkan peristiwa semacam ini"
Asal usul dari Majikan Isana Kelabang Emas adalah satu-satunya urusan yang ingin diketahui baik oleh Tan Kia-beng maupun Ui Liong-ci kini mereka mendengar Leng-tiong It-koay suka bercerita, sudah tentu tak akan ditolak kesempatan bagus ini.
"Jikalau Tiong-heng ada kegembiraan, pinto tentu akan pentang telinga lebar-lebar untuk mendengarkan! buru-buru Ui Liong-ci berseru.
Leng It Koay mendehem sejenak, sesudah itu ia mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya....
Kiranya, tempo dulu sewaktu Raja Muda she Mo bertugas di daerah perbatasan Cian Pian, banyak sekali jago-jago Bulim yang bergabung dan mengadakan hubungan erat dengan dirinya, saking banyaknya jago yang bergabung sehingga boleh dikata meliputi seantero dunia persilatan.
Raja muda tersebut bisa mendapatkan dukungan dan
bersahabat dengan sedemikian banyak jago tidak lebih karena sikapnya yang lapang dada dan ramah terhadap siapapun.
Walaupun ia merupakan seorang Raja Muda dari suatu daerah tetapi memiliki watak gagah, suka membantu yang miskin dan mengutamakan keadilan, barang siapa saja yang bersahabat dengan dirinya tentu dianggap sebagai tamu terhormat.
Pada waktu itulah Kiem Hoa Tong-cu di daerah suku Biauw karena mendapatkan hasutan dari seorang nenek dukun telah mengerahkan tentara untuk mengadakan pemberontakan bahkan melakukan penyerbuan ke daerah sekitar Cuan Cian.
Karena kejadian ini maka Raja Muda she Mo mendapatkan perintah untuk bertindak sebagai panglima di dalam pembasmian pemberontakan tersebut.
Dengan memperoleh bantuan yang sangat kuat dari jagojago tentara Bulim, tidak lama kemudian pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan sedang Kiem Hoa Tong Cu sendiripun menemui ajalnya di dalam pertempuran tersebut, sedangkan sang nenek dukun pun kena ditawan.
Satu satunya orang yang berhasil lolos dari pertarungan tersebut hanya seorang selir dari Kiem Hoa Tongcu yang bernama Liuw Lok Yen.
Disamping dia tidak termasuk seorang manusia penting di dalam pemberontakan ini, iapun merupakan seorang
perempuan suku Biauw yang tidak mengerti akan kepandaian silat, maka dari itu tidak mendatangkan banyak perhatian.
Siapa tahu, sang selir yang berhasil meloloskan diri dari mara bahaya itu ternyata berhasil memperoleh penemuan aneh dalam sebuah gunung yang sunyi dan berhasil memiliki serangkaian ilmu silat yang maha dahsyat.
Setelah berhasi lmencapai kesempurnaan, ia lantas balik ke daerah Biauw untuk mengumpulkan seluruh bawahannya tempo dulu guna menuntut balas bagi kematian dari Kiem Hoa Tongcu.
Tetapi karena takut jikalau tetap menetap di daerah suku Biauw akan mendatangkan perhatian orang, maka mereka lantas berpindah jauh di tengah gurun pasir dan membangun sebuah Isana Kelabang Emas.
Ia merasa walaupun Raja Muda she Mo itu bertindak sebagai panglimanya, tetapi hal ini adalah tugasnya, mana ada seorang panglima perang yang tidak pergi berperang"
Hanya saja jago-jago Bulim yang ikut dia berperang itulah merupakan musuh musuh besar yang sesungguhnya.
Jago-jago Bulim itu tidak makan gajih pemerintah, lalu apa maksud mereka campur tangan di dalam persoalan ini"
Karena itu ia lantas mencap orang-orang dari partai besar merupakan musuh besar yang sesungguhnya sedang Raja Muda she Mo merupakan musuhnya yang nomor dua.
Karena alasan inilah mengapa setelah Raja she Mo
menemui ajalnya, Mo Cuncu sama sekali tidak diganggu.
Sewaktu Leng-tiong It-koay selesai bercerita sampai disitu, Ui Liong-ci seperti baru saja tersadar dari impiannya ia tersentak bangun.
"Jikalau demikian adanya, Majikan Isana Kelabang Emas bukan lain adalah Liauw Lok Yen, itu selir dari Kiem Hoa Tongcu"
"Hmmm....! kalau bukan dia masih ada siapa lagi?"
"Tidak aneh kalau mereka berulang kali hendak menuntut daftar hitam tersebut" mendadak Tan Kia-beng menimbrung,
"Kiranya mereka hendak menuruti daftar tersebut melakukan pembasmian!"
Kembali Leng-tiong It-koay menghela nafas panjang.
Jikalau ditinjau dari penderitaan yang ia alami, kejadian ini memang sudah sepatutnya dituntut balas, tetapi berhubung kekuatannya kian hari semakin bertambah kuat, dan melihat pula diantara orang-orang Bulim tak seorangpun yang bisa menandingi kepandaian silatnya, mendadak suatu pikiran aneh berkelebat di dalam benaknya, secara samar-samar ia ada maksud untuk menguasahi seluruh dunia persilatan"
"Heee.... heee.... heee.... ia sedang bermimpi" dengan Tan Kia-beng sambil tertawa dingin.
"Ehmm.... dia memang sedang bermimpi" Leng-tiong It-koay mengangguk. "Tetapi hal ini pun bukan merupakan suatu kejadian yang tidak mungkin...."
Air muka Ui Liong Tootiang berubah semakin serius lagi.
"Tiong heng sudah lama berdiam di dalam Isana Kelabang Emas, tahukah kau pada saat ini Majikan Isana Kelabang Emas sedang menjalankan rencana keji apa lagi?"
"Walaupun ia bersikap tidak baik terhadap diriku, tetapi loolapu pun tidak mau membocorkan rahasianya" Leng-tiong It-koay menggeleng lalu menghela napas panjang. "Tentang soal ini harap kalian suka memaapkan berkata bantuan dari kalian berdua, dikemudian hari loolap tentu akan membalas budi kebaikan ini.
Selesai berkata ia lantas merangkap tangannya menjura dan lenyap di tengah kegelapan.
Menanti bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas Ui Liong-ci baru menghela napas panjang.
"Heeei.... orang-orang ini merupakan jago-jago yang memiliki nama sangat cemerlang disekitar daerah Thian Lam, tidak kusangka ternyata mereka sudah terikat semua oleh Majikan Isana Kelabang Emas, hal ini jelas memperlihatkan seberapa hebat pengaruhnya disekitar sana."
Tan Kia-beng mendongakkan kepalanya ke tengah angkasa, lama sekali ia termenung mendadak ujarnya, "Supek!
pengetahuanmu sangat luas, apakah kau sudah bisa menduga siapakah orang yang sudah membantu kita secara diam-diam itu?"
"Jika ditinjau dari angin pukulan yang berhawa lunak, aku rasa kepandaian tersebut mirip dengan ilmu Bu Siang Sian Kang dari kalangan Buddha, cukup ditinjau dari tenaga dalamnya aku hitung mungkin sudah ada ratusan tahun hasil latihan."
Mendengar perkataan tersebut Tan Kia-beng segera
teringat kembali akan perkataan yang pernah diucapkan orang itu sewaktu membuat dia sembuh dari luka racunnya di dalam rumah penginapan.
Ia pernah mengatakan bahwa:"Tenaga lweekang hasil latihan selama seratus dua puluh tahunnya hampir-hampir tak bisa menguasai diri" hal ini jelas memperlihatkan kalau dugaan dari Ui Liong Supeknya sedikitpun tidak salah.
"Boanpwee pun pernah dengar ia menyebutkan dirinya dari kalangan beragama, tetapi dari antara perguruan perguruan beragama saat ini ada siapa yang memiliki tenaga dalam sebegitu lihaynya?"
"Dikolong langit banyak terdapat jago-jago aneh yang berkepandaian luar biasa, untuk beberapa waktu pinto sendiripun tidak dapat menangkap siapakah yang memiliki kepandaian selihay itu. Tetapi bagaimanapun juga, pokoknya orang ini adalah kawan kita dan bukan lawan. akhirnya pada suatu hari kitapun bisa bertemu muka, buat apa dipikirkan tidak karuan pada saat ini...." hari sudah hampir terang tanah, kita pun harus kembali!"
Sewaktu mereka berdua kembali berkumpul di dalam gua tersebut, Pek Ih Loo Sat serta Mo Tan-hong pun masih tetap berada disana.
Melihat munculnya Tan Kia-beng tak terasa lagi mereka pada mengomel, "Eeei.... sebenarnya kau sudah pergi ke mana" kenapa tidak memberitahukan dulu kepada kami?"
Tan Kia-beng cuma tertawa tawar tidak memberikan
jawaban, ia benar-benar tak dapat mengalahkan mulut yang cerewet dari kawan juga merupakan keponakan muridnya ini, oleh sebab itu daripada ribut ia membungkam.
Pek Ih Loo Sat yang melihat ia tidak menjawab, hatinya semakin mendongkol lagi, ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Bagus sekali! kalau kau tidak suka berbicara akupun tidak mau bicara, tapi kalau sampai terjadi kesalahan kau jangan salahkan aku lagi...."
Tan Kia-beng yang mendengar diantara nada ucapannya masih terselip sebab-sebab yang lain, alisnya lantas dikerutkan.
"Aku tidak beritahukan keberangkatanku sudah tentu ada sebab sebabnya. buat apa kau harus mendongkol" eei....
sebenarnya urusan apa yang sudah terjadi" ayoh cepat beritahu kepadaku, jangan sampai membuat urusan jadi berantakan!"
Bagaimanapun Mo Tan-hong jauh mengerti keadaan, buru-buru sambungnya, "Tadi si pengemis aneh datang mencari dirimu, katanya situasi sudah terjadi suatu perubahan yang sangat besar. ia mengharapkan kau suka segera berangkat kemulut gunung sebelah Utara."
"Pergi kemulut gunung sebelah utara?"
Persoalan yang sama sekali membingungkan ini benar-benar membuat pemuda kita jadi melongo, dengan cepat ia mengalihkan sinar matanya ke atas wajah Hu Siauw-cian.
"Tahukah kau si pengemis aneh memanggil aku pergi kemulut gunung sebelah Utara untuk menemui siapa?"
"Terus terang aku beritahu kepadamu. Pihak Isana Kelabang Emas hendak turun tangan terhadap hweesio-hweesio dari partai Siauw-lim-pay, karena itu si pengemis aneh mengundang kau untuk bantu mereka. Hmm! kalau aku sih paling tidak suka mencampuri urusan orang lain, kalau tidak sejak semula aku serta enci Tan Hong sudah berangkat kesana."
"Aakh, ada kejadian semacam ini?" seru Ui Liong Tootiang mendadak dengan sinar mata berkilat.
Dengan cepat ia menoleh ke arah Tan Kia-beng.
"Bagaimana maksudmu?" tanyanya kemudian.
"Jikalau dibicarakan menurut keadaan yang sebenarnya kita harus bersatu padu untuk menghadapi serangan musuh, tetapi Yen Yen Thaysu dari partai Siauw-lim-pay terlalu sombong, belum tentu ia suka menerima bantuan kita...."
"Walaupun perkataan memang demikian, tetapi apa seharusnya kita pergi menengok sejenak" ujar Ui Liong Tootiang setelah termenung sejenak. "Bagaimanapun, pada saat ini kita orang tak ada urusan."
Selagi mereka berdua sedang berunding, mendadak....
Suara suitan yang amat nyaring berkumandang menembusi awan....
"Tia datang!" teriak Pek Ih Loo dengan cepat sambil meloncat bangun.
Sedikitpun tidak salah, suara suitan tesebut semakin lama semakin mendekat dan akhirnya muncullah dua sosok bayangan manusia meluncur datang.
Mereka bukan lain adalah Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong, serta Su Hay Sin Tou.
"Waaah.... majikan Isana Kelabang Emas betul-betul seperti orang gila.... teriak Su Hay Sin Tou setibanya di dalam gua.
Semua orang tidak mengerti peristiwa apakah yang sudah terjadi, tak terasa lagi sinar mata mereka sudah dialihakn ke atas wajahnya.
Setelah mengusap kering keringat yang membasahi
badannya, dengan perasaan bergolak si pencuri tua itu berkata, "Pihak Isana Kelabang Emas sudah mengubah rencana dan melaksanakan siasat mereka sebelum waktu yang telah ditentukan, mereka mulai melaksanakan pembunuhan besar besaran tanpa pakai aturan. Setiap orang yang berada di atas gunung Ui San mereka bunuh habis semua, bahkan hampir hampir saja aku si pencuri tuapun kena mereka jagal."
"Heee.... heee.... heee.... bagus sekali, dengan demikian suasana tentu amat ramai" sambung Pek Ih Loo Sat sambil tertawa dingin.
"Hmm! seorang gadis kenapa begitu tidak tahu aturan, jangan banyak bicara" bentak Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong dengan wajah membesi.
Pek Ih Loo Sat yang kena ditegor lantas menjulurkan lidah dan memperlihatkan muka setan pada Mo Tan-hong, setelah itu sikutnya menyenggol kawannya untuk diajak keluar gua.
Mo Tan-hong yang tidak mengerti ia hendak berbuat apa segera mengikuti dari belakangnya keluar dari gua.
Si Penjagal Selaksa Li sesudah menegur Siauw Cian, kembali melanjutkan perkataannya, "Situasi pada saat ini semakin berubah semakin kacau, Loohu kira rencana dari
pihak Isana Kelabang Emas tidak terbatas di atas gunung Ui San saja, kemungkinan sekali siasat licik lain sudah menyusul datang. Menurut berita yang dikirim oleh orang-orang Kay-pang, orang-orang Isana Kelabang Emas yang masuk keluar dari gunung Ui San amat banyak sekali, jika mereka cuma bergebrak di atas gunung Ui san saja lalu mengapa mengirim orang pula ke tempat luaran" hal ini patut kita curigai.
"Orang-orang dari tujuh partai besar terlalu memandang tinggi diri sendiri, di dalam anggapan mereka setelah munculnya beberapa pentolan dari partai-partai besarnya maka seluruh persoalan bakal dibikin beres dengan sendirinya bahkan dengan begitu bodoh sudah memancarkan seluruh kekuatan mereka. Menurut apa yang loohu ketahui pada saat ini kekuatan dari Bu-tong pay serta Kun-lun-pay berjaga dimulut gunung sebelah Selatan, partai Shian-cong pay serta Hong san Pay berjaga dimulut gunung sebelah Barat, partai Go-bie pay serta Ngo Thay Pay berjaga dimulut gunung sebelah Timur sedang Lio-lim Sin Ci serta partai Siauw-lim pay berjaga dimulut gunung Sebelah Utara. maksud tujuan mereka hendak menggnakan kesempatan sewaktu diadakannya
pertemuan puncak para jago digunung Ui San hendak membasmi seluruh kekuatan Isana Kelabang Emas yang ada dan mengalahkan Majikan Isana Kelabang Emas."
"Haaa.... haaa.... haaa....nah itulah sangat betul sekali"
seru Su Hay Sin Tou sambil tertawa terbahak-bahak. "Kini yang dituju pihak Isana Kelabang Emas adalah titik-titik tersebut, mereka hendak menghancurkan setiap mereka dengan jalan bergerilya. aku duga pertama-tama yang hendak terjang adalah partai Siauw-lim-pay, barusan saja aku si pencuri menemukan tanda-tanda tersebut."
"Urusan tak boleh terlambat lagi, kita segera berangkat."
seru Tan Kia-beng mendadak sambil meloncat bangun. "Kita
bantu dulu pihak Siauw-lim-pay meloloskan diri dari kesulitan kemudian baru berunding kembali".
"Heee.... heee.... heee.... Ih-heng tidak begitu berjodoh dengan pihak Siauw-lim-pay, aku tidak kegembiraan untuk menolong mereka" seru Si Penjagal Selaksa Li sambil tertawa dingin.
"Haaa.... haaa.... haaa.... aku si pencuri tuapun mempunyai perasaan yang sama" sambung si pencuri sakti sambil tertawa terbahak-bahak.
"Lebih baik kita berdua pergi main petak umpet dengan tamu tamu dari gurun pasir saja!"
Tan Kia-beng yang melihat mereka berdua tidak suka pergi, iapun tidak memaksa lebih lanjut.
"Sam ko serta suheng silahkan berlalu, biarlah Siauwte berangkat kesana seorang diri" katanya kemudian sambil tertawa tawar.
"Bagaimana kalau pinto menemani dirimu?" seru Ui Liong Tootiang dengan cepat
Jangan! situasi pada saat ini sangat kritis dan berbahaya, lebih baik Supek tetap berdiam disini, boanpwee sebentar lagi akan balik kemari.
Sehabis berkata ia lantas putar badan dan berlalu dari gua tersebut lansung menuju kemulut gunung sebelah Utara.
Dibawah kabut pagi yang tebal, bagaikan segulung asap ringan meluncur ke arah depan, dan hanya di dalam sekejap mata telah melewati empat-lima buah lembah semakin mendekati mulut gunung sebelah Utara.
Suasana di atas gunung Ui-san pada saat ini sudah kehilangan suasana tenang serta hening seperti tempo dulu, dimana-mana sudah diliputi hawa nafsu membunuh.
Setiap kali cengkeraman iblis dari pihak Isana Kelabang Emas menjulur ke arah ujung gunung Ui-san dan di tempat itulah maka orang-orang yang berada di gunung Ui san kemungkinan besar bakal menemui ajalnya ditangan mereka.
Hanya di dalam waktu yang amat singkat inilah berturut-turut ia sudah menemukan berpuluh-puluh sosok mayat menggeletak di atas tanah. hatinya merasa amat gusar bercampur mendongkol, pikirnya.
"Tidak kusangka Majikan Isana Kelabang Emas benar-benar kejam dan buas semacam ini, pada suatu hari aku akan suruh dia menelan akibat dari kejahatannya ini."
Pada waktu itulah mendadak tampak tiga sosok bayangan manusia berkelebat dihadapan matanya, gerakan mereka cepat bagaikan anak panah terlepas dari busur dan langsung meluncur masuk ke dalam hutan.
Arah yang mereka tuju adalah arah Timur laut, hal ini membuat hatinya rada bergerak.
"Jika dilihat dari gerakan mereka jelas kepandaian silat yang dimiliki tidak lemah, entah jagoan dari partai manakah?"
pikirnya di dalam hati.
Karena hatinya tertarik, maka secara diam-diam ia menguntit dari arah belakang.
Tenaga dalam yang dimilikinya pada saat ini sudah memperoleh kemajuan yang amat pesat, gerak geriknya lincah bagaikan sambaran angin, Tidak selang beberapa saat
kemudian ia sudah berhasi lmenyandak dibelakang tubuh mereka bertiga tidak seberapa jauh.
Ketika itulah pemuda kita baru dapat melihat jelas kalau orang-orang itu bukan lain adalah tiga orang hweesio berkepala gundul gerak gerik mereka sangat mencurigakan sekali agaknya sedang merundingkan sesuatu yang teramat rahasia.
Dengan cermat ia pentang telinganya lebar-lebar,
terdengarlah pada saat itu seorang hweesio kurus kering dengan sepasang mata mendelong ke dalam sedang berkata dengan suara lirih, "Sian Si suheng sudah perintah kau mengirim surat untuk kita, katanya semua persoalan sudah dipersiapkan masak masak, kini hanya menunggu pihak Isana Kelabang Emas, apabila mereka berhasil kita segera ambil tindakan"
Salah satu hweesio berusia pertengahan yang
berperawakan gemuk memperlihatkan satu senyuman yang amat misterius.
"Aku rasa tidak sampai besok pagi Ci Si sikeledai gundul ini sudah berangkat menuju kedunia Barat.
"Apakah maksud perkataanmu itu?"
"Bertemu itu sudah basi.... sekarang pihak Isana Kelabang Emas sudah berubah siasat, mereka segera akan turun tangan melaksanakan penyerbuan, dan mungkin sebentar lagi dunia akan terbalik, mayat bakal bertumpuk, buat apa harus menunggu kesuksesan yang dicapai setelah diadakan pertemuan puncak para jago digunung Ui san"
"Tapi, kenapa secara mendadak Majikan Istana Kelabang Emaas berubah rencana?"
"Menurut apa yang aku ketahui hal ini disebabkan bangsat cilik she Tan dari Teh Leng Kauw sudah bersekongkol dengan beberapa orang siluman tua untuk mengadakan pengacauan dari dalam, oleh sebab itu Majikan Isana Kelabang Emas terpaksa harus mengeluarkan siasat yang sangat bagus ini.
Sedangkan mengenai apa yang hendak dilakukan aku sendiri rada kurang jelas."
Sang hweesio kurus kering itu mendongakkan kepalanya memeriksa sejenak kesekeliling tempat itu, lalu dengan suara yang lirih bisiknya, "Kau mencari aku berdua apakah hanya disebabkan hendak laporkan berita ini?"
"Majikan Isana Kelabang Emas memberi waktu satu hari buat kita untuk mencuri dapat tasbeh seratus nol delapan mutiara yang berada ditangan Ciangbunjin!" ujar sang hweesio berusia pertengahan itu dengan wajah serius.
"Aaah....! benda tersebut merupakan barang kepercayaan dari ciangbunjin. Setiap hari tak pernah ditinggalkan barang setengah langkahpun Bagaimana kita bisa berhasil?" seru sang hweesio sambil menjulurkan lidahnya dan mengeleng.
Dengan seram Hwesio berusia pertengahan itu tertawa dingin.
"Jikalau kita tak berhasil mendapatkan benda tersebut mungkin bagi kita bertiga akan mendatangkan suatu malapetaka yang mengerikan" serunya.
Tan Kia-beng yang mendengarkan pembicaraan dari ketiga orang hwesio penghianat perguruannya sendiri, dalam hati merasa sangat terperanjat, pikirnya, "Partai Siauw-lim-pay merupakan sebuah perguruan kenamaan yang paling ketat peraturan perguruannya, bagaimana mungkin bisa muncul manusia manusia yang menghianati perguruannya sendiri?"
Ketiga orang hweesio itu setelah selesai berunding dengan mengambil jalan semula lantas berlalu menuju ke arah utara.
Tan Kia-beng tahu mereka tentu sedang kembali ke arah mulut gunung sebelah Utara karena itu secara diam-diam lantas menguntit dari belakang.
Akhirnya ia menemukan mereka berjalan masuk ke dalam sebuah kuil, hatipun segera tahu kalau hweesio hweesio dari partai Siauw-lim-pay tentu sedang beristirahat disana.
Untuk menghindari kesalah pahaman, dari tempat
kegelapan ia lantas munculkan diri dan perlahan-lahan melanjutkan kembali berjalan ke arah depan.
Selagi ia sedang berjalan di atas sebuah bukit, mendadak dari ujung sebelah utara tampaklah cahaya kebiru biruan berkelebat menyilaukan mata diiringi suara bentakan bentakan keras yang gegap gempita.
Cahaya kebiru biruan itu terasa sangat dikenal olehnya, dan sebentar kemudian ia sudah mengenali kalau cahaya itu bukan lain berasal dari pedang Kiem Ceng Giok Hun Kiam.
"Apakah Jie-ko sudah bertemu dengan musuh tangguh?"
diam-diam pikirnya dalam hati.
Dengan cepat ia mencelat ke tengah udara kemudian bagaikan sambaran kilat meluncur ke arah lembah tersebut.
Jika dilihat dari tempat ia berdiri rasanya lembah yang berada dihadapannya kelihatan sangat dekat, padahal jauh sekali.
Kendati Tan Kia-beng sudah mengerahkan seluruh tenaga murni yang dimilikinya ia harus membutuhkan waktu selama sepertanak nasi lamanya baru tiba di tempat tujuan.
Dari tempat kejauhan ia sudah dapat menangkap suara bentakan keras dari Pek-tok Cuncu si Rasul Selaksa Racun.
"Jikalau ini hari aku siular beracun berhasil membiarakan pedang pusaka ini terjatuh ketangan kalian, sejak ini hari aku tidak akan menyebut diriku sebagai si Pek-tok Cuncu."
"Omintohud! pedang inipun bukan milik sicu, sedang pincengpun tiada bermaksud untuk memilikinya. Kami hanya bermaksud untuk meminjama satu kali saja guna melenyapkan bencana iblis yang mengancam. Setelah itu dikembalikan lagi kepadamu, karena sicu begitu ngotot melarang," sahut suara seseorang lagi diiringi pujian kepada sang Buddha.
Karena mendengar suara orang itu terasa sangat dikenal olehnya, dengan cepat Tan Kia-beng memperkencang larinya.
Hanya di dalam sekejap mata ia sudah meluncur masuk ke dalam lembah tersebut.
"Untuk pinjam pedang tidak sukar, tetapi harus ditanyakan dulu kepada aku sipemilik dari pedang tersebut." bentak keras.
Karena gemas, gerakan badannya barusan ini cepat laksana sambaran kilat.
Hanya di dalam sekajap mata ia dapat melihat di tempat itu sudah berdiri delapan orang hweesio berkerudung yang berdiri dengan mengambil posisi Pat Kwa dan mengurung Pek-tok Cuncu rapat-rapat.
Kurang lebih tiga kaki dari kedelapan hweesio tersebut, duduklah bersila seorang tua yang berkerudung, dialah orang yang baru saja berbicara.
Munculnya Tan Kia-beng disana secara mendadak benar-benar membuat para Hweesio tersebut jadi tertegun.
Sebaliknya si Rasul Selaksa Racun yang melihat munculnya sang Toako, dalam hati jadi amat girang.
Ujung jubahnya segera dikebutkan ke depan, kemudian diiringi suara gelak tertawa yang amat keras ia sudah meloncat keluar dari dalam kepungan.
Setelah itu dengan gerakan yang cepat ia melemparkan pedang itu ke arah Tan Kia-beng.
"Masih beruntung pedang ini tidak sampai terjadi ditangan mereka" serunya keras, "Racun di atas pedang tersebut sudah aku hilangkan, dan saat ini rasanya merupakan waktu yang paling tepat bagimu untuk mencoba ketajaman dari pedang ini."
"Berkat jerih payah dari Jie-ko akupun tidak akan banyak berbicara sungkan-sungkan lagi" serunya Tan Kia-beng sambil menerima pedangnya. "Kenalkah kau dengan hweesio hweesio yang bermaksud hendak merebut pedangku ini?"
Sewaktu mereka sedang bercakap-cakap, kedelapan orang hweesio tersebut kembali sudah maju ke depan mengurung mereka berdua rapat-rapat.
Dengan sinar mata yang seram si Rasul Selaksa Racun melirik sekejap keempat penjuru kemudian tertawa dingin tiada hentinya.
"Aku siular beracun mana kenal dengan manusia-manusia yang tidak tahu diri semacam mereka?" serunya dingin.
"Toako, kau tidak usah menghadang diriku lagi, aku sudah mulai merasa tidak sabaran!"
"Jika dilihat dari gerak geriknya mereka agaknya bukan merupakan orang-orang jahat, Jie ko! untuk sementara kau bersabarlah dulu, biar aku tanyai dulu diri mereka."
Badannya lantas berputar, kemudian dengan suara yang lantang tanyanya, "Sebenarnya kalian berasal dari partai mana" harap kawan kawan suka memberi jawaban yang jelas untuk menerangkan asal usul serta maksud kedatangan kalian sehingga jangan sampai terjadi kesalah pahaman."
Siapa sangka kedelapan orang hweesio itu tetap berdidi mematung di tempat semula terhadap pertanyaan dari Tan Kia-beng sama sekali tidak menjawab, kepalapun tidak suka didongakkan.
Melihat sikap mereka ini Pek-tok Cuncu jadi amat gusar, ia tertawa dingin tidak hentinya.
"Hmmm! kalian sedang menakut nakuti siapa?" bentaknya.
Ujung jubahnya kontan dikebaskan ke depan mengirim satu pukulan angin dingin yang maha dahsyat segera menggulung ke arah seorang hweesio yang berdiri dipaling ujung.
Tenaga dalam yang dimiliki si orang tua ini benar-benar amat sempurna, kekuatannya tersebut kontan laksana sebuah baja seberat ribuan kati menekan ke arahnya.
Mendadak.... dua gulung angin pukulan meluncur keluar dari arah sebelah kiri serta arah kanan, seketika itu juga angin pukulan yang maha dahsyat tersebut kena dipunahkan tak berbekas.
Sedangkan sang hweesio yang diserang tadi tetap berdiri di tempat semula dengan sepasang mata dipejamkan rapat rapat dan kaki tidak bergeser setengah langkahpun.
Tan Kia-beng yang menonton dari samping kalangan segera dapat menemukan kalau pukulan tersebut berasal dari dua orang hweesio yang berada di kedudukan "Kan Kong" serta
"Liang Wie".
Tak terasa lagi ia mengangguk, pikirnya, "Jelas mereka adalah murid-murid partai kenamaan yang sudah memperoleh didikan keras!"
Si Pek-tok Cuncu yang melihat serangannya sama sekali tidak mendatangkan hasil, dalam hati jadi amat gusar.
"Heee.... heee.... heee.... aku tidak percaya kalau kalian bisa menahan sepuluh jurus, delapan jurus dari serangan aku siular beracun...."
Sembari berkata sepasang tangannya yang putih
dibentangkan ke depan, hawa murnipun segera disalurkan memenuhi seluruh badan.
"Jie ko! kau tidak usah repot repot turun tangan!" buru-buru Tan Kia-beng maju mencegah sambil tertawa. "Kalau memang mereka ada maksud terhadap pedang pusakaku, biarlah aku bertanya dulu kepada mereka sebetulnya orang-orang itu sudah menerima perintah dari siapa untuk melaksanakan tugas ini."
"Apa yang Loolap katakan selamanya tidak pernah berubah"
terdengar sang hweesio yang ada diluar garis kembali berseru.
"Aku cuma ingin pinjam pedangmu tiga hari saja, setelah tiga hari akan aku kembalikan lagi"
"Saudara! siapakah nama atau gelarmu?" seru Tan Kia-beng sambil tertawa keras, "Caramu hendak meminjam barang orang lain dengan menggunakan kekerasan baru aku temui kali ini!"
"Heee.... heee.... heee.... kau tidak berhak untuk mengetahui gelar loolap, kau suka pinjamkan pedang itu kepadaku atau tidak cepatlah jelaskan, kalau tidak jangan salahkan Loolap segera akan menggunakan kekerasan."
Diam-diam Tan Kia-beng mulai memperhitungkan jarak antara dirinya dengan sang hweesio tua berkerudung itu.
ketika ia merasa jikalau menggunakan jurus pedang terbang
"Tiang Kiauw Oh Hong" atau Jembatan Panjang pelangi berbaring dari ilmu pedang "Sian Yan Chiet Can" masih bisa tercapai tak kuasa lagi ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... jikalau kau ngotot mau pinjam juta, nah ambillah! asalkan kau punya kepandaian untuk menerimanya saja!"
Sreet! pedang pusakanya sudah dicabut keluar dari dalam sarung kemudian diiringi suara suitan nyaring ia melemparkan pedang tersebut ke arah depan.
Dengan disertai serentetan cahaya kebiru-biruan yang menyilaukan mata, laksana seekor naga sakti pedang tersebut langsung menggulung ke arah tubuh hweesio berkerudung itu.
Hawa pedang meggidikkan badan, deruan angin berdesis membuat suasana semakin bertambah tegang.
Sang hweesio berkerudung yang sejak kecil memperlajari kepandaian silat, selama hidup belum pernah melihat kepandaian ilmu pedang tingkat tinggi yang bisa terbang semacam ini kontan saja hatinya merasa amat terperanjat.
Badannya buru-buru mencelat ke tengah udara setinggi enam tujuh kaki kemudian melayang naik ke atas sebuah pohon Siong disisinya, gerakan tubuhnya sangat indah dan bukan lain merupakan jurus "Tat Mo It Wie Tok Kiang" dari aliran Siauw-lim-pay.
Terdengarlah suara ledakan laksana pekikan naga, batu besar yang diduduki sang hweesio berkerudung tadi sudah kena tersambar cahaya pedang sehingga hancur berantakan.
Sejak semula Tan Kia-beng memang tiada bermaksud untuk melukai orang, oleh sebab itu jurus serangan itupun tidak digunakan terlalu cepat.
Dengan menimbulkan serentetan cahaya pelangi, tahu-tahu pedang yang baru saja menghancurkan batu besar tersebut sudah melayang kembali ke atas tangannya.
"Hmmm! Taysu dapat menggunakan ilmu sakti dari aliran Siauw-lim, rasanya kau ornag tentu hweesio dari kuil Siauw-lim" katanya dengan wajah serius dan nada membentak
"Tidak kuduga mengapa kalian masih belum juga punah dari nafsu serakah" aku orang she Tan bukannya tiada bermaksud untuk meminjamkan pedang pusaka ini kepada kalian, justru karena cara yang kalian gunakan terlalu picik dan pakai aturan oleh karena itu aku tidak sanggup untuk memenuhi
permintaanmu itu."
Sang hweesio berkerudung yang melihat kepandaian ilmu pedangnya sudah mencapai taraf kesempurnaan, dan
mendengar pula ia berhasil memecahkan asal usul
perguruannya dalam hati merasa agak nyeri juga.
Setelah mendengar perkataan dari Tan Kia-beng barusan ini ia lantas mendengus dingin.
"Bubar!" mendadak teriaknya keras.
Bayangan abu abu berkelebat meninggalkan tempat itu, dan hanya di dalam sekejap mata hweesio hweesio tersebut telah lenyap tak berbekas.
Menanti bayangan dari hweesio hweesio tersebut sudah lenyap dari pandangan, si Rasul selaksa racun baru menepuk nepuk pundak Tan Kia-beng.
"Toako! Waah.... kau sungguh hebat" pujinya sambil tertawa keras. "Cukup mengandalkan kepandaianmu itu, aku siular beracun sudah benar-benar merasa takluk"
Dengan wajah serius Tan Kia-beng menggeleng berulang kali akhirnya menghela nafas panjang.
"Siapakah si hweesio berkerudung tersebut aku sudah berhasil menebak beberapa bagian, kemungkinan sekali disebabkan peristiwa ini bakal mendatangkan banyak kerepotan buat diri kita...." serunya perlahan.
"Eeei.... usiamu masih kecil, kenapa sikapmu meniru-niru macam anak gadis saja tidak suka berterus terang, perduli siapa dia, apakah kita tak dapat mengalahkan mereka?" teriak Pek-tok Cuncu sambil melototkan sepasang matanya. "Jikalau hweesio hweesio ini benar-benar adalah orang Siauw-lim pay, sekarang juga aku akan pergi cari Ci Sin si hweesio tua itu untuk bikin perhitungan"
"Haaa.... haaa.... haaa.... Aku orang she Tan bukan seorang yang takut banyak urusan, hanya saja aku ingin karena kejadian yang kecil merusak rencana besar" seru Tan Kia Bneg sembari tertawa terbahak-bahak.
Ia mendongak memeriksa keadaan cuaca, mendadak sambil depakkan kaki teriaknya, "Celaka! karena buang waktu disini mungkin aku sudah merusak suatu persoalan besar"
"Eeei.... urusan apa" kenapa kau begitu tegang"
"Kemungkinan sekali pihak Isana Kelabang Emas hendak menyerbu pihak Siauw-lim-pay, aku hendak pergi membantu"
"Haaa.... haaa.... haaa.... aku kira urusan apa yang begitu penting kiranya cuma soal ini! bukakah kita orang jauh lebih
enak duduk di atas gunung sambil nonton harimau
bertarung?"
"Persoalan bukannya begitu, Isana Kelabang Emas adalah musuh umum dari seantero Bulim, dan terhadap musuh yang sama kita harus saling tolong menolong"
Sekali lagi Pek-tok Cuncu tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... kalau memang Toako berkata begitu mari kita berangkat! setelah bertemu muka dengan Ci Si Loo Hweesio aku masih akan menegur pula soal perebutan pedang tadi"
Walaupun diluaran si ular beracun itu bicara sangat enteng, padahal dihatinya iapun mengerti jika urusan sangat mendesak dan kritis. Selesai berkata ia lantas meloncat dulu dan berkelebat menuju keluar lembah.
Dibawah sorotan sinar rembulan bagaikan sebuah peluru hitam sekali loncat sudah mencapai jarak tujuh, delapan kaki tingginya. dan di dalam sekejap meata sudah berada lima, enam kaki jauhnya.
Melihat kecepatan gerak Jie-ko nya ini diam-diam Tan Kia-beng memuji, nama betul-betul bukan nama kosong belaka.
Iapun segera mengerahkan ilmu meringankan tubuh "Nao Hoo Sin Lie"nya menyusul dari belakang, dengan kecepatan bagaikan kilat ia membuntuti dari belakang si Rasul Selaksa Racun itu.
Gerakan mereka berdua sama-sama cepatnya, hanya di dalam sekejap mata kuil kuno sudah berada di depan mata.
Mendadak Tan Kia-beng merasakan keadaan sedikit kurang beres. Kenapa sepanjang jalan tidak kelihatan seorang manusiapun atau menegur perjalanan mereka"
Hatinya lantas mengerti keadaan tidak beres, ia semakin mempercepat larinya.
"Aduuuh celaka! kedatangan kita agak terlambat"
Satu tombak sebelum tiba di depan pintu kuil, tampaklah seluruh permukaan tanah sudah dibasahi darah merah yang berceceran diempat penjuru, mayat-mayat hweesio, kutungan lengan potongan kaki berhamburan bagaikan gunung.
Sekali pandang keadaan disana dapatlah diketahui bila tak lama berselang di depan kuil tersebut sudah terjadi suatu pertarungan yang maha sengit.
Melihat kedatangan agak terlambat Tan Kia-beng merasa hatinya menyesal bercampur kuatir, dengan gusar bagaikan banteng terluka ia langsung menerjang masuk ke dalam kuil.
Keadaan di dalam kuil tersebut jauh lebih mengerikan lagi darah berceceran dimana-mana baik diluar kuil maupun di dalam ruangan, kurang lebih ada dua, tiga puluh sosok mayat bergelimpangan memenuhi permukaan tanah.
Jika ditinjau dari keadaan sang mayat, jelas sebagian besar menemui ajalnya karena pukulan hawa lweekang yang sangat dahsyat tak kelihatan seorang pun yang terluka karena senjata tajam.
Setelah seluruh kuil diperiksa, akhirnya ia menemukan bila kuil tersebut sebetulnya kosong, tak seorang hweesio pun yang tampak.
Diam-diam Tan Kia-beng mulai menyesali kedatangannya yang terlambat. hati merasa sedih dan memandang mayat tersebut dengan terpesona.... lama sekali tak sepatah katapun bisa diucapkan.
Wajah si Rasul Selaksa Racun pun sudah berubah hebat, mendadak ia mendongakkan kepalanya tertawa seram.
Nyali kecil bukan lelaki sejati, tidak kejam bukan seorang lelaki demi menuntut balas atas beberapa puluh lembar sukma gentayangan ini aku siular beracun terpaksa harus bertindak kejam.
Tan Kia-beng pun tahu jika saudara angkatnya ini
sebenarnya adalah seorang angkatan tua yang bersemangat jantan. kini setelah hawa gusarnya berkobar ia lantas bersumpah untuk menggunakan kembali racun racunnya dengan cepat ia menyambung, "Untuk menghadapi manusia-manusia yang sama sekali tidak berperi kemanusiaan kitapun tak perlu menggunakan perasaan. Aku mendukung penuh pendapat dari Jie ko!"
"Pihak Isana Kelabang Emas sudah mulai melancarkan serangannya, dan mereka pasti tak akan turun tangan terhadap satu partai saja, mungkin saat ini mereka telah berganti kepartai yang lain, mari kita berangkat menuju kemulut gunung sebelah barat"
Ketika itu Tan Kia-beng pun sudah diliputi emosi, tanpa pikir panjang lagi ia menyahut, "Bagus! sekarang juga kita berangkat! mungkin pedang Kiem Ceng Giok Hun Kiam pun ini hari harus dimandikan dengan siraman darah panas"
Selesai berbicara tubuhnya dengan cepat mencelat ke tengah udara dengan suatu gerakan yang sangat indah, dengan gesit ia langsung meluncur ke arah mulut gunung sebelah barat.
Belum sampai mereka berdua berkelebat sejauh seratus kaki mendadak Si Rasul Selaksa Racun sudah membentak keras, "Bagus sekali, mereka belum jauh berlalu"
Tan Kia-beng pusatkan seluruh perhatian iapun dengan cepat dapat menangkap suitan suara panjang bergema menembusi awan.


Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanpa banyak cakap lagi ia langsung melayang ke arah berasalnya suara suitan tersebut, kecepatannya laksana kilat.
Tidak selang beberapa saat kemudian ia sudah tiba di tengah kalangan pertempuran tampaklah banyak sekali hweesio hweesio ketika itu sedang mengurung Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong serta Su Hay Sin Tou dengan seluruh tenaga, Ci Si Sangjin serta Yen Yen Thaysu pun berada di tengah kalangan.
Melihat peristiwa tersebut pemuda kita lantas mengerti suatu kesalah pahaman pasti telah terjadi, ia segera membentak keras, "Tahan!"
Karena gusar suara bentakan pun dahsyat bagaikan ledakan bom atom, hal ini sangat menggetarkan seluruh jago yang hadir di tengah kalangan hati mereka terasa berdebar keras, telinga serasa berdengung, dengan terkesiap mereka bersama-sama menghentikan serangannya.
Su Hay Sin Tou melirik sekejap ke arah kalangan sewaktu dilihatnya Tan Kia-beng serta Si Rasul Selaksa Racun sudah tiba semua tak terasa lagi ia dongakkan kepala tertawa seram.
"toako! Jie ko! kalian semua sudah datang! Waaah.... jadi orang baik pun susah orang lain ternyata sudah menuduh kami adalah sang pembunuh"
"Heee.... jika mereka sungguh-sungguh tidak tahu diri, kami kakak beradikpun tidak perlu banyak bicara" sambung Pek-tok Cuncu sambil tertawa dingin.
Sewaktu berada dikuil tadi Ci Sin Sangjin sudah pernah bertemu satu kali dengan Tan Kia-beng, karena itu iapun tahu jika si pengemis cilik ini adalah hasil penyaruannya, buru-buru ia maju ke depan meyapa.
"Tan Siauw-hiap! aku sudah datang!"
"Cayhe dengar pihak Isana Kelabang Emas ada maksud hendak menyerang pihak partai kalian maka sengaja aku berangkat kemari untuk menyumbang sedikit tenaga, siapa sangka kedatangan kami ternyata sudah terlambat satu tindak sehingga partai kalian harus mengalami bencana yang besar"
Sinar matanya lantas dialihkan ke atas wajah Yen yen Thaysu.
"Entah disebabkan persoalan apa sehingga antara partai kalian sudah terjadi kesalah pahaman dengan suhengku berdua?"
Ci Si Sangjien selagi akan menjawab, Yen yen Thaysu keburu sudah menukas, "Berulang kali dia menyaru sebagai berkerudung yang menyerang jago-jago dari aliran lurus, bahkan kali ini bersekongkol dengan si pencuri Su Hay Sin Tou mencuri tasbeh "Jan Siang Liam Cu" dari Ciangbunjin kami serta membinasakan banyak sekali anak murid kami, jikalau tidak dikasi hukuman hal ini mana boleh jadi!"
Mendengar perkataan tersebut Tan Kia-beng merasakan hatinya rada bergerak.
"Apakah dari partai kalian punya bukti jika perbuatan ini dilakukan oleh berdua orang suhengku?"
Dari belakang tubuh Yen Yen Thaysu tampak berjalan keluar seorang hweesio tua yang matanya mendelong ke dalam.
"Pinceng melihat dengan mata kepala sendiri, apakah kau bisa salah melihat orang lain?"
"Siapakah gelar dari thaysu?"
"Pinceng Wu-Gong sekarang menjabat sebagai pengurus ruangan kitab!"
Mendadak Tan Kia-beng tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee.... heee.... hee.... sekarang ini memang banyak sekali orang yang menganggap Bajingan sebagai ayah sendiri, salah melihat orang adalah soal yang biasa"
"Apa maksud perkataanmu?" kontan saja air muka Wu Gong Thay berubah hebat.
Tan Kia-beng hanya tertawa dingin, ia lantas menoleh ke arah Ci Si Sangjien.
"Dibalik peristiwa ini tentu ada hal hal yang lebih mendalam artinya. Cayhepun pernah menemukan orang-orang Isana Kelabang Emas berbuat jahat dengan meyaru sebagai si kakek berkerudung berjubah hitam harap Sangjin suka melakukan penyelidikan yang lebih jelas lagi sebelum bertindak.
"Loolap pun tidak berani percaya penuh akan tuduhan ini"
Ci Si Sangjin mengangguk, "Tetapi peristiwa ini terjadi sangat kebetulan sekali, sehingga hal ini membuat kamipun mau tak mau harus menaruh curiga terhadap Hu Thayhiap serta Sin Tou Sicu"
"Hmmm! kecuali Su Hay Sin Tou siapa lagi yang bisa mencuri tasbeh Jan Siang Lian Cu yang selalu berada disisi tubuh ciangbunjin"...." tambah Yen Yen Thaysu dengan cepat.
Saat itulah mendadak hati Tan Kia-beng jadi terang kembali, sinar matanya lantas dialihkan ke atas wajah Yen Yen Thaysu.
"Sewaktu terjadi peristiwa di dalam kuil kuno apakah Thaysu pun ikut hadir dikalangan?"
"Hmm! jika pincengpun hadir disana tidak mungkin mereka berhasil dengan usahanya...."
Tan Kia-beng lantas tersenyum.
"Mungkin waktu itu Thaysu sedang berlatih ilmu meringankan tubuh 'Tat Mo It Wie Tok Kiong' bukan?"
Setelah merandek sejenak dengan wajah serius kembali ujarnya, "Keadaan situasi pada saat ini sangat berbahaya sekali, aku berharap untuk sementara kalian lepaskan dulu niat kalian untuk menemukan sang pembunuh karena urusan ini tak akan mendatangkan kebaikan buat kalian. Bahkan mungkin sekali kesempatan baik ini akan digunakan sebaik-baiknya oleh pihak lawan."
Air muka Yen Yen Thaysu pada saat ini sudah berubah hebat, ia hanya mendengus dingin tanpa menjawab.
Waktu itu Si Penjagal Selaksa Li, Hu Hong serta Su Hay Sin Tou pun sudah berjalan kesisi tubuh Tan Kia-beng.
---ooo0dw0ooo---
JILID: 16 Walaupun watak Hu Hong dingin, kaku kukoay dan congkak tetapi terhadap perguruannya sangat menghormat dan Tan Kia-beng memiliki seruling pualam putih hal ini berarti dialah Ciangbunjin dari perguruan. Oleh sebab itu sejak munculnya pemuda tersebut di tengah kalangan dia sama sekali tidak berbicara sepatah katapun. Ia sudah serahkan seluruh persoalan ini ke tangan siauw sute nya ini.
Sedangkan Su Hay Sin Tou walaupun menghormati Tan Kia-beng sebagai "Toako"nya, tetapi di dalam keadaan semacam ini ia tak dapat berdiam diri.
Mendadak badannya maju ke depan, kemudian kepada Ci Si Sangjin tegurnya dingin, "Aku si pencuri tua selamanya tidak akan mengganggu orang jika orang lain tidak mulai mengganggu aku dulu kedatanganku kali ini ke gunung Ui sampai tidak lebih karena memandang kepentingan Tan Kia-beng. Hmm! jangan kalian kira partai Siauw lim adalah sebuah partai besar lantas aku tidak berani cari gara-gara! jikalau sampai aku si pencuri tua sudah gusar.... Heee.... heee....
rasanya tidak akan mendatangkan banyak keuntungan buat kalian."
Sebelum Ci Si Sangjien memberikan jawabannya, si Pek-tok Cuncu sudah menyambung pula dengan nada yang seram,
"Kalian semua betul-betul tidak tahu diri dan menggigit kawan sendiri, aku siuler beracun bersama-sama Toako dari jauh datang kemari untuk bantu kalian mengusir musuh, tidak disangka ternyata kalian menganggap si pencuri tua serta Hu-heng sebagai musuh buyutan. Hmm! sekarang kita tidak usah banyak berbicara lagi, kini kau si hweesio gede boleh ambil keputusan dengan satu ucapan, jikalau kalian sungguh sungguh mau berkelahi.... haaa.... haaa.... haaa.... aku si ular beracun pun sudah seharusnya mencoba-coba kelihayan dari ilmu silat aliran Siauw lim-pay"
Keadaan dari Ci Si Sangjien pada saat ini benar-benar serba salah, ia tahu jika urusan tak akan segampang itu, tetapi iapun tak dapat berbuat apa apa terhadap tuduhan susioknya Yen Yen Thaysu serta sutenya Wu Gong Siansu, ditambah pula tasbeh seratus nol delapan buah mutiaranya kena dicuri, tiga puluh orang anak muridnya kena terbunuh menghadapi peristiwa besar semacam ini ia sebagai seorang ciangbunjin
tak akan dapat ambil keputusan begitu saja tanpa melakukan suatu penyelidikan yang teliti.
Ia sendiripun mengerti empat orang yang berada
dihadapannya rata rata tak gampang diganggu, sekali salah bertindak kemungkinan sekali akan mendatangkan bencana yang tak ternilai buat partainya.
Apalagi partai Siauw-lim pada saat ini masih menghadapi bayak urusan, ia tidak ingin banyak menahan bibit permusuhan lagi dengan orang lain.
Oleh karena itu setelah mendengar perkataan yang ketus dari kedua orang siluman tua tersebut ia menghela nafas panjang dan goyangkan kepalanya berulang kali.
"Pinceng pun tahu jika banyak urusan terjadi karena kesalah pahaman. Tetapi aku berharap kalian berdua suka menjawab secara terus terang apa maksud tujuan kalian dengan menyaru sebagai orang berkerudung dan lari lari digunung Ui san?"
"Soal ini cayhe sendiri yang perintahkan" jawab Tan Kia-beng dengan cepat. "Tujuannya hendak menolong mereka yang naik ke gunung untuk menonton keramaian"
Mendadak Wu Gong Siansu maju setindak kesisi Ci Si Sangjien kemudian tertawa dingin tiada hentinya.
"Heee.... heee.... heee.... usiamu masih kecil tapi berani benar pentang bacot bicara semaunya, manusia semacam kau apa berhak untuk memerintahkan mereka?"
Sejak tadi Tan Kia-beng sudah dapat mengenali kembali jika sang hweesio ini adalah salah seorang dari tiga orang hwesio yang mengadakan pembicaraan rahasia di tengah hutan, tak terasa iapun ikut tertawa dingin.
"Cayhe sedang berbicara dengan Siauw-lim ciangbunjin, apa kau punya hak untuk ikut menimbrung?"
Di dalam hati kecilnya Wu Gong siansu sudah ada maksud tertentu, ia mengerti jika Tan Kia-beng dan kawan-kawannya bukanlah manusia yang boleh diganggu, oleh sebab itu ia sengaja hendak membakar hati mereka supaya dengan bagitu tujuan mengusir mereka pergi dari sana bisa tercapai.
karenanya dengan air mukanya berubah hebat ia tertawa dingin.
"Heee.... heee.... sejak semula Hudya sudah tahu jika kalian manusia manusia dari perguruang Teh-leng-bun tak
seorangpun merupakan manusia baik. Si Penjagal Selaksa Li sudah penuh dosa dengan pembunuhannya yang mendekati kekalapan. Thay Gak Cungcu pun sudah membunuh orang tak ternilai jumlahnya, dan kini kau bersekongkol pula dengan pihak Isana Kelabang Emas untuk mengaco belo digunung Ui san. Hmm! Mungkin kau bisa mengelabui orang lain tapi jangan harap bisa meloloskan diri dari sepasang mata Hud yamu."
Tan Kia-beng yang mendengar ia menghina nama baik Teh-leng-bun, hawa gusar di hatinya tak dapat dikuasai lagi.
pikirnya. "Peristiwa ini ada delapan bagian tentu hasil karyanya, jikalau rencana kejinya tidak aku bongkar, mungkin urusan akan semakin tidak bisa diberekan lagi."
Pikiran berputar, lima jari mendadak dipentangkan lebar-lebar dan langsung menyambar pergelangan tangan dari Wu Gong Siansu.
"Bajingan penghianat perguruan, ini hari kau tak bakal lolos dari keadilan!" bentaknya keras.
Serangan yang dilancarkan ini cepat bagai kilat, tahu-tahu pergelangan tangan dari Wu Gong Siansu sudah tercengkeram kencang kencang.
Tetapi dengan kepandaian hasil latihan hampir mencapai puluhan tahun ini, mana dia suka menyerah dengan begitu saja" hawa murninya kontan disalurkan untuk meronta sekuat tenaga.
Tetapi cengkeraman dari Tan Kia-beng sangat kencang bagaikan japitan besi, ia merasakan separuh badannya sudah kaku sama sekali tak bertenaga.
Tindakan dari Tan Kia-beng ini kontan memancing rasa tak puas dari para hweesio Siauw-lim-pay lainnya, mereka bersama-sama membentak keras dan turun tangan untuk menolong.
Si Penjagal Selaksa Li membentak keras, telapak tangannya dipentangkan mengirim segulung angin pukulan hawa dingin yang merasuk ketulang sumsum menahan datangnya
terjangan para hweesio tersebut.
Diikuti suara tertawa seram bergema memecahkan
kesunyian, si Pek-tok Cuncu serta Su Hay Sin Tou pun sama-sama turun tangan.
Empat buah telapak tangan besi berkelebat memenuhi angkasa, masing-masing orang mengirim satu pukulan dahsyat ke depan.
Ketika orang itu adalah jago-jago yang terkenal diseluruh dunia kangous, tenaga lweekang mereka amat sempurna dan kecuali Yen Yen Thaysu serta Ci Si Sangjien tak ada yang bisa melawan.
Oleh karena itu setelah mereka turun tangan maka para hweesio lainnya kontan kena terdesak mundur ke belakang.
Setelah Tan Kia-beng berhasil menawan Wu Gong Siansu dengan cepat dibawanya ke hadapan Ci Si Sangjin. Teriaknya keras, "Hweesio ini bekerja sama dengan seorang hweesio gemuk berusia pertengahan telah menghianati perguruan, cayhe sudah wakili Sangjien untuk menawannya harap kau suka turun tangan memberi siksaan agar ia mau mengaku rasanya untuk menanyakan soal tasbeh thaysu yang hilangpun ia pasti mengetahui jelas."
Air muka Ci Si Sangjien berubah jadi dingin kaku, ia melirik sekejap ke arah Tan Kia-beng.
Mendesak dengan sepasang mata yang memancarkan
cahaya tajam ia melototi sekejap ke atas wajah Wu Gong Siansu, akhirnya sambil menghela napas panjang ujarnya,
"Sauw hiap, untuk sementara harap kau suka lepas tangan!"
Tan Kia-beng tertawa terbahak-bahak, selagi akan lepas tangan mendadak segulung angin pukulan yang maha dahsyat membokong dari samping badan tanpa menoleh lagi badannya dengan ringan sudah menyingkir tiga depa ke arah samping.
Setelah itu ia baru menoleh, tampaklah Yen Yen Thaysu dengan wajah kaku sudah muncul dihadapannya.
"Hmmm! sekalipun anak murid Siauw-lim-pay tidak becus, kaupun tidak usah banyak urusan untuk ikut campur, cepat lepaskan dia" bentaknya keras.
"Sebetulnya cayhepun tidak ingin banyak ikut campur dalam urusan partai kalian" seru Tan Kia-beng dingin "Hanya saja dikarenakan urusan ini menyangkut kepentingan maka harus menjelaskan dahulu persoalan ini, mau percaya atau tidak itu terserah padamu sendiri."
Kiranya Wu Gong Siansu ini adalah murid kesayangan dari Yen Yen Thaysu sedang sang hweesio inipun merupakan seorang yang membelai anak didiknya melihat Tan Kia-beng menuduh anak muridnya berhianat, hatinya jadi teramat gusar.
"Omong kosong! kau dapatkan berita ini dari mana?"
bentaknya kembali keras keras.
"Heee.... heee.... heee.... cayhe dengar mata kepala sendiri, tidak mungkin bisa salah lagi" dengan Tan Kia-beng sambil mendorong tubuh Wu Gong Siansu ke arah Ci Si Sangjien.
Si Penjagal Selaksa Li, Hu Hong yang selama ini tidak ikut ambil bicara, mendadak meloncat kehadapan Tan Kia-beng.
"Sute! tidak usah banyak bacot lagi dengan mereka, mari ikut pergi....!" ajaknya.
Watak Ci Si Sangjin kendati diluar kelihatan ramah sebetulnya dalam hati bersifat keras. Pada hari-hari biasa karena memandang di atas wajah Yen Yen Thaysu ia masih bisa bersabar tiga bagian.
Tetapi kini, sesudah menemukan peristiwa penghianatan perguruan, ia tak ingin berpeluk tangan dengan demikian saja.
Setelah Tan Kia-beng mendorong tubuh Wu Gong Siansu ke arahnya, ia lantas serahkan murid durhaka tersebut kepada anak buahnya.
"Jaga dirinya!"
Empat orang pelindung hukum segera melangkah Wu Gong Siansu dan dibawa ke samping kalangan.
"Sicu! tunggu sebentar, pinceng ada beberapa perkataan yang hendak ditanyakan" seru Sang Ciangbunjin dari Siauw-lim pay ini lagi.
"Sangjin ada urusan apa?" Tan Kia-beng menoleh.
"Sejak partai Siauw-lim didirikan oleh Couw-su belum pernah kuil kami menemui peristiwa penghianatan oleh murid murid durhaka, karena itu bilamana Sicu suka menceritakan keadaan yang sesungguhnya, pinceng merasa sangat
berterima kasih"
Tan Kia-beng melirik sekejap ke arah Yen Yen Thaysu, terlihatlah seluruh otot otot besar di atas keningnya sudah menonjol keluar sepasang matanya dengan memancarkan cahaya tajam berputar putar dan melototi dirinya dengan penuh kegusaran.
Tak terasa lagi pemuda kita tertawa tawar.
"Peristiwa inipun berhasil cayhe temui karena secara kebetulan saja, jikalau Sangjien ada maksud untuk mendengarkan sudah tentu akan cayhe ceritakan sejelas jelasnya"
Iapun mulai menceritakan apa yang sudah ditemuinya dalam hutan dan apa yang sudah dibicarakan ketiga orang hweesio durhaka tersebut tanpa ketinggalan sepatah katapun.
Ci Si Sangjien yang mendengar kisah tersebut tak kuasa lagi merasakan badannya merinding, bulu kuduk pada berdiri, sedang hweesio hweesio lain yang ada di sekeliling kalanganpun pada dibuat berubah wajah.
Sian Si Sangjien adalah Sute dari Ci Si Sangjien dan kini menjabat sebagai penguasa pendopo semedi, kepandaiannya tidak berada dibawah kepandaian silat Ci Si Sangjin.
Pada hari biasa ia mempunyai watak yang licik, kaku dan banyak akal, hal ini sudah diketahui oleh seantero isi kuil, oleh karena itu jikalau ia bisa bersekongkol dengan pihak Isana
Kelabang Emas untuk berhianat, kemungkinannya memang sangat besar.
Tetapi menghadapi persoalan yang demikian besarnya sudah tentu ia tidak ingin menceritakan kepada orang lain, persoalan ini hanya bisa diadukan kepada para Tiang-loo yang kedudukannya lebih tinggi untuk ambil keputusan hukuman.
Oleh karena itu kendati di dalam hati ia merasa terkesiap dan gusar, tetapi diluaran tetap tenang-tenang saja.
Sinar matanya lantas dialihkan ke atas wajah Yen Yen Thaysu.
"Walaupun urusan ini belum bisa dibuktikan benar tidaknya, tetapi demi menjaga segala kemungkinan terpaksa tecu menahan Wu Gong sute beberapa hari. bagaimana dengan maksud susiok?"
"Heee.... heee.... heee.... kau adalah Ciangbunjin, seluruh kekuasaan ada ditanganmu, buat apa kau menggubris aku yang jadi Susiok....?"
Ci Si Sangjien dalam hati ia merasa sangat tidak puas, tetapi iapun tidak ingin banyak menggubris urusan ini, kembali tangannya dirangkap di depan dada.
"Jikalau susiok tak ada pendapat, tencu pun akan mengambil tindakan tersebut."
Ia putar badan menghadap Tan Kia-beng wajahnya
berubah jadi amat serius.
"Pinceng mengerti Sicu mempunyai watak yang jujur dan bersifat kependekaran, apa yang diucapkan tak bakal merupakan kata-kata bohong belaka. Dan kini untuk mengadakan segala kemungkinan nama akan mengadakan
persiapan-persiapan. Jikalau kalian beberapa orang tiada urusan lain silahkan berlalu dari sini."
Tan Kia-beng pun tahu, setelah pihak Siauw-lim-pay menemui kejadian semacam ini sudah seharusnya
mengadakan persiapan-persiapan yang perlu, karena itu buru-buru ia mohon diri.
"Sangjien bisa mengambil tindakan yang benar, cayhe merasa amat kagum sekali. Kamipun harus melakukan pula kemulut gunung lainnya, maaf kami mohon diri terlebih dahulu."
Pemuda ini lantas putar badan mengajak Si Penjagal Selaksa Li sekalian untuk diajak berlalu.
Mendadak.... "Tunggu sebentar!" bentak Yen Yen Thaysu gusar, "Kalian kira bisa meninggalkan tempat ini dengan demikian gampang"
Hmmm! tidak akan segampang ini!"
"Jadi kau ada maksud menahan kami disini?" teriak Tan Kia-beng sambil putar badan dan tertawa dingin.
Yen Yen Thaysu mendengus dingin, sepasang matanya dengan memancarkan cahaya tajam mendadak dialihkan ke atas wajah Ci Si Sangjien.
"Kau terlalu percaya perkataan orang lain menuduh anak murid perguruan sendiri dengan semaunya. Hmmm! dosamu benar-benar tidak kecil."
"Walaupun urusan ada bukti dan Loolap tidak akan perduli terhadap anak muridku yang kau tahan, tapi dengan begitu mudah kau lepaskan si penbunuh anak murid kita! Apa kau kira tindakanmu ini benar" Tasbeh seratus nol delapan butir Jan Siang Liam Cu sebagai tanda kepercayaan paling tinggi
dari Ciangbunjin pun lenyap ditanganmu. Hmm! Belum pernah kejadian semacam ini pernah kutemui!"
Nadanya keras bersifat teguran dari seorang angkatan tua terhadap angkatan muda walaupun kedudukan Ciangbunjin Siauw-lim-pay sangat terhormat tapi iapun tak dapat bersifat kurang terhormat terhadap angkatan yang lebih tua.
Sikap serta tindakan dari Yen Yen Thaysu ini segera membuat Ci Si Sangjien merasa tidak tahan, tetapi dengan ketebalan imannya tidak malu ia menjabat sebagai seorang Ciangbunjin partai besar.
Sehabis mendengar teguran tersebut ia tetap bersikap tenang dan merangkap tangannya memberi hormat.
Nasehat dari Susiok akan tecu patuhi. Setelah peristiwa ini selesai tecu tentu akan minta ampun dihadapan arwah Couw su dan serahkan jabatan Ciangbujien kepada orang lain. Cuma saja tecu percaya penuh kedua orang kawan lama ini adalah kawan kita bukan lawan."
"Hmmm! Tahu muka tahu wajah, tak tahu bagaimana
hatinya, kau andalkan apa bisa percaya penuh terhadap mereka?"
"Tecu mengambil keputusan berdasarkan peristiwa ini, sama sekali tiada terikat maksud maksud pribadi atau nyeleweng."
Yen Yen Thaysu yang berulang kali menghadang jalan pergi mereka lama kelamaan membuat Si Penjagal Selaksa Li serta Su Hay Sin Tou tak dapat menahan sabar lagi.
Terdengar Pek-tok Cuncu tertawa seram.
"Heee heee.... TOako! Mari kita pergi. Jangan gubris situa bangka tolol itu lagi."
Tetapi baru saja perkataan tersebut diutarakan keluar, mendadak dari belakang tubuh Yen Yen Thaysu meloncat keluar delapan orang hweesio berjubah abu-abu membentak berbareng, "Siapa yang berani bergerak!"
Di tengah berkelebatnya ujung baju tersampok angin, mereka kedelapan sudah berdiri dalam posisi menurut kedudukan Pat Kwa mengurung empat orang itu rapat-rapat.
Melihat kurungan tersebut kontan Pek-tok Cuncu mengenali kembali jika kedelapan orang ini bukan lain adalah delapan orang hweesio yang merngurung dan hendak merampas pedang pusakanya dalam lembah tadi, tak kuasa lagi hawa amarahnya memuncak.
"Hmmm! Kiranya hweesio hweesio bangsat yang hendak merampas pedangku tadi adalah kalian. bagus.... bagus sekali!
dengan demikian kitapun harus membereskan pula piutang diantara kita."
Mendengar perkataan dari si Rasul Selaksa Racun, air muka Ci Si Sangjien berubah hebat.
Tadi, sewaktu tasbeh Jan Siang Liam Cu nya hilang, ia sudah perintahkan keempat orang pelingdung hukumnya untuk mengubar, siapa sangka ketika itulah anak muridnya kena dihantam dan dijagali oleh dua orang kakek berjubah hitam yang berkerudung.
Sedangkan Yen Yen Thaysu dengan memimpin delapan
orang anak murid angkatan ketiga yang memiliki kepandaian paling tinggi entah sudah lenyap kemana, hal ini
mengakibatkan kerugian yang sangat berat.
Kini setelah Si Rasul Racun memecahkan rahasia tersebut, tak kuasa lagi dengan sinar mata penuh kegusaran ia menoleh ke arah Yen Yen Thaysu.
Yen Yen Thaysu yang di dalam hati ada rencana busuk saat ini tidak berani memandang ciangbunjin sutit nya dengan pandangan mata, takut peristiwa ini diselidiki lebih lanjut.
Karena itu ia coba untuk mengeruhkan suasana terlebih dahulu, mendadak dengan alis dikerutkan tubuhnya
menerjang maju kehadapan si Pek-tok Cuncu.
"Omintohud! bangsat kau masih berani mungkir?"
Ujung bajunya dengan cepat dikebutkan keluar, segulung hawa pukulan lunak bagaikan angin taupan menghajar ke arah tubuh si Pek-tok Cuncu.
Si hweesio tua sebagai salah satu Tianglu dari Siauw-lim pay benar-benar memiliki tenaga lweekang yang luar biasa dahsyatnya, kebutannya ini seketika itu juga membuat pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa.
Pek-tok Cuncu yang selama ini terus menerus menahan hawa gusar, tidak akan memperlihatkan kelemahannya ia tertawa dingin. mendadak telapaknya dengan membentuk gerakan lingkaran menyambut datangnya angin pukulan tersebut.
Diiringi suara bentrokan yang sangat keras, dengan rambut pada berdiri Pek-tok Cuncu kena terpukul mundur dua langkah ke belakang.
Sedangkan Yen Yen Thaysu pun kena tergetar sehingga badannya terdesak mundur setengah langkah ke belakang.
Terhadap tindakan Yen Yen Thaysu yang sama sekali tak tahu sopan ini, Ci Si Sangjien merasa sangat tidak puas.
Mendadak tubuhnya bergerak maju ke depan.
"Barang siapa yang merasa anak murid Siauw-lim-pay segera mengundurkan diri dari kalangan," bentaknya berat.
Sang pendeta dari Siauw-lim-pay ini walaupun berwajah ramah tetapi setelah gusar dari wajahnya segera
memancarkan suatu daya kekuatan yang berpengaruh, delapan orang hweesio tersebut dengan cepat mengundurkan diri ke arah belakang.
Yen Yen Thaysu sebagai susiok dari Ci Si Sangjien pun ketika ini tak berani membangkang. Ujung jubahnya dikebut iapun mundur delapan depa jauhnya ke belakang, walaupun begitu air mukanya sudah berubah sangat hebat.
Ketika itulah mendadak....
Suara bentakan bergema memenuhi angkasa diikuti
munculnya puluhan orang jago-jago kangouw di tempat tersebut.
Orang pertama adalah seorang toosu berjubah panjang, berjenggot panjang dan berwajah murung, dialah Thian Kang Tootiang Ciangbunjin baru dari Heng-san-pay.
Sedang orang-orang lainnya berpakaian ringkas semua, mereka adalah anak buah dari "Thiam Lam Kiam Khek" atau si jagoan pedang dari Thiam Lam Mong Cong yang berasal dari Thiam cong pay.
Begitu orang-orang itu melayang turun ke tengah kalangan, dengan cepat langsung menerjang ke arah Si Penjagal Selaksa Li serta Su Hay Sin Tou. "Iblis terkutuk, tidak kusangka kalian masih belum melarikan diri dari tempat ini." bentaknya keras.
Senjata tajam dicabut keluar dari sarungnya, dengan dibawah pimpinan Thian Kang Tootiang, mereka segera bergerak maju ke depan.
"Sangjien! partai kalianpun sedang diserang oleh rombongan iblis terkutuk ini bukan?" serunya kepada Ci Si Sangjien sambil menjura.
Ci Si Sangjien sebagai seorang pendeta yang beriman tebal, walaupun berada dalam kesusahan ia tetap bersikap tenang.
Melihat kedatangan dengan membawa kegusaran, hatinya segera dapat menduga jika suatu peristiwa kembali telah terjadi.
"Partai kami memang pernah mengalami serangan dari pihak Isana Kelabang Emas, tetapi bukan perbuatan dari beberapa orang sicu ini apakah dimulut gunung sebelah barat pun sudah terjadi peristiwa?"
Dengan sinar mata penuh kebencian Thian Kang Tootiang melirik sekejap ke arah Si Penjagal Selaksa Li kemudian dengan sedih sahutnya, "Dua belas orang anak murid partai kami di dalam sekejap mata sudah dibinasakan oleh semacam tenaga pukulan dari aliran hitam, kedatangan boanpwee rada terlambat sehingga tidak berjumpa dengan kaum bajingan.
Menurut laporan dari anak murid kami bajingan bajingan itu sudah lari kemari."
Thian Lam Kiam Khek pun menggertak giginya kencang kencang.
"Pos penjagaan dari partai kami tidak jauh letaknya dengan pos dari orang-orang Heng-san-pay. setelah menerima laporan kami segera berangkat untuk memberi pertolongan, Siapa nyana di tengah jalan kami sudah dihadang oleh dua orang kakek berkerudung hitam. Kedatangan tecu terlambat satu tindak sehingga banyak anak buah kami yang sudah menemui ajalnya."
Bicara sampai disitu sambil menuding ke arah Su Hay Sin Tou serta Si Penjagal Selaksa Li menggunakan ujung pedangnya ia mendengus berat.
"Suhu beserta ketiga orang susiokku menemui ajalnya ditangan bajingan bajingan ganas Isana Kelabang Emas, aku orang she Mong bersumpah ini hari akan menuntut balas dendam tersebut."
"Eeei.... iblis tua, kau sudah merasa belum?" seru Su Hay Sin Tou sambil melirik sekejap ke arah Si Penjagal Selaksa Li.
"Manusia seperti kita orang yang disia-sia sana sini, siapapun kepingin mencari kerepotan dengan kita, mungkin kau masih bisa bersabar, tapi aku si pencuri tua sudah tidak bisa sabar lagi."
Si Penjagal Selaksa Li tertawa seram, selapis hawa napsu membunuh mulai melintasi wajahnya, sinar hijau yang sangat mengerikan pun memancar keluar dari sepasang matanya.
Ci Si Sangjien yang melihat kejadian ini dari samping, diam-diam merasa amat terperanjat.
"Sungguh dahsyat lwekang dari iblis tua ini!" pikirnya.
Ia mengerti watak sang iblis tua serta kedua orang manusia aneh itu sangat kukoay. jikalau sampai memancing kegusaran mereka dan pihak Heng-san pay serta Thiam-cong tanpa mencari tahu dulu duduknya persoalan hendak mencari persoalan gara-gara, maka mereka pasti akan kena disapu habis.
Pikiran dengan cepat berputar, akhirnya ia merangkap tangannya memuji keagungan sang Buddha.
"Beberapa sicu ini sudah lama datang ke mari, peristiwa yang terjadi dimulut gunung sebelah Barat pasti bukan perbuatan mereka. kalian jangan salah paham."
Thian Kang Tootiang serta Thian Lam Khek merupakan jago-jago kangouw, sudah tentu merupakan sudah lama mendengar nama busuk dari Si Penjagal Selaksa Li serta kekuoyan dari kedua orang siluman tersebut.
Tetapi berhubung malam ini jumlah mereka sangat banyak, ditambah pula kekuatan dari Siauw-lim pay berkumpul disana semua, maka ia merasa jika dirinya turun tangan maka mereka tentu berada dipihaknya.
Oleh sebab itu mereka sudah melupakan kelihayan dari lawannya.
Terdengar Thian Lam Kiam Khek menjerit keras.
"Sekalipun peristiwa yang terjadi ini hari bukan perbuatan mereka, tapi pihak Thiam Cong pay tak akan melepaskan bangsat-bangsat ini"
Para toosu dari Heng-san-pay yang teringat kematian dari Heng-san It-hok pun segera ikut berteriak, "Dendam sedalam lautan harus dituntut balas, kami Heng-san-pay bersumpah akan membalas sakit hati ini"
Suasana semakin tegang, para jago dari kedua partai besar pun mulai bersiap sedia melancarkan terjangan ke arah Si Penjagal Selaksa Li.
Tan Kia-beng sama sekali tidak menduga maksudnya untuk memberi bantuan hanya mendatangkan kerepotan belaka buat dirinya dalam hati merasa gusar bercampur mendongkol.
Bersamaan itu pula ia takut tindakan dari orang-orang dua partai besar itu menimbulkan nafsu gusar dari Si Penjagal
Selaksa Li sehingga memancing datangnya suatu pembunuhan secara besar besaran.
Dengan cepat ia tampil ke depan menjura kepada Thian Lam Kiam Khek.
"Aku pikir saudara tentu adalah pejabat ciangbunjin yang baru dari Thiam cong pay cayhe adalah Tan Kia-beng dari Teh Leng Kauw dan ada beberapa patah kata hendak disampaikan kepada saudara. Tujuan dari pihak Isana Kelabang Emas mendatangi Selatan kali ini adalah bermaksud membinasakan seluruh orang Bulim diseantero daratan Tionggoan. Karena itu dengan tiada sayang sayangnya mereka sudah menggunakan cara yang paling rendah untuk melakukan perbuatan terkutuk ini, kakek tua berkerudung yang kalian temui ini hari telah membokong pihak Siauw lim. Heng-san pay serta partai saudara tujuannya hanya untuk mengacaukan suasana. Aku nasehati kepada saudara harap untuk sementara waktu menyabarkan diri dan jangan sampai melenyapkan kekuatan kalian di tempat ini. Jikalau kalian sudah pastikan diri untuk turun tangan melawan suhengku, lebih baik dilaksanakan saja setelah selesai pertemuan puncak para jago di gunung Ui san besok pagi."
Di dalam anggapan pemuda tersebut, sesudah perkataan ini dijelaskan maka tentu akan mendatangkan hasil seperti yang diharapkan.
Siapa tahu Thian Lam Kiam Khek ini bukannya mau terima nasehat tersebut, bahkan jadi semakin gusar.
"Ooouw.... kiranya kau adalah si anakan iblis itu!!"
bentaknya keras. "Bagus sudah. Ketiga orang susiokku sudah kalian bunuh. Ini hari akan kami tuntut pula dendam tersebut.
Banyak bicara tak ada gunanya lagi kau siap-siaplah terima serangan!"
Tan Kia-beng yang melihat orang-orang itu semakin bicara semakin tidak pakai aturan, tak terasa wajahnya berubah hebat, selintas napsu membunuh berkelebat di atas wajahnya, sedang dari sepasang matapun memancarkan cahaya tajam.
"Haa haa haa aku orang she Tan suka menyelesaikan persoalan ini tidak lain karena tak kepingin merusak urusan besar. Hmm.... Kau anggap kami sekalian benar-benar takut cari urusan?" teriaknya sambil tertawa panjang. "Apa lagi tujuan dari pihak Isana Kelabang Emas kali inipun hanya partai partai besar Bulim, apa sangkut pautnya dengan diriku, jika kalian sungguh sungguh ada maksud untuk adu kepandaian di atas senjata tajam. mari, hayo turun tanganlah bersama-sama!"
"Haa haa haa betul, betul," sambung su Hay Sin Tou sambil tertawa terbahak-bahak "Terhadap manusia yang tidak tahu diri semacam mereka buat apa harus sungkan sungkan, aku si pencuri tua betul-betul tidak tahan lagi."
Mendadak ia melayang ke samping tubuh Tan Kia-beng dan melanjutkan kembali gelak tertawanya.
"Toako! aku dengan kau pergi menghadapi orang-orang Thian-cong pay sedang siular beracun serta si Iblis Tua biar pergi menghadapi orang-orang Heng-san pay, mereka sebelum bertemu dengan petimati agaknya tidak akan mengucurkan air mata, jikalau tidak kasi sedikit kelihayan buat mereka, tentu dianggapkan kami takut urusan."
Begitu mereka berempat jadi marah maka urusanpun
berubah jadi semakin tegang.
Menghadapi musuh yang sangat menakutkan ini, baik pihak Heng-san Pay maupun Thian-cong Pay sama-sama mulai merasa bergidik, terutama sekali Thian Kang Tootiang yang
mengetahui beberapa orang anak buah yang dibawanya saat ini bukan tandingan pihak lawan, tak terasa lagi sinar matanya dialihkan ke arah para hwesio dasri Siauw-lim-pay.
Siapa sangka para hweesio Siauw-lim-pay sejak dibentak mundur oleh ci Si sangjien tadi sama-sama menundukkan kepala rendah rendah. terhadap apa yang mereka bicarakan sama sekali tidak ambil gubris.
Ci Si Sangjien sendiri yang melihat sikap kedua partai besar tersebut kasar dalam hati lantas tahu jika sampai terjadi pertarungan maka yang rugi jelas kedua partai besar tersebut.
Tak terasa lagi ia menghela napas panjang.
Situasi yang kita hadapi di gunung Ui san saat ini sangat kritis, satu tindak kita salah melangkah maka seluruh kekuatan akan musnah harap hiantit berdua suka berpikir lebih serius lagi, janganlah kalian pandang kawan sebagai musuh. apalagi jika mereka benar-benar adalah musuh dengan kekuatan kalian saat inipun jangan harap bisa dapatkan kemenangan pertemuan puncak para jago digunung Ui san akan diadakan besok pagi, lebih baik kita bicarakan lagi persoalan ini setelah lewat besok."
Sang pendeta dari Siauw-lim pay ini sehabis mengucapkan perkataan tersebut tidak menanti jawaban dari Thian Lam Kiam Khek lagi, ujung jubahnya segera dikebutkan dan memimpin para hweesio lainnya berlalu dari tempat itu.
Dengan kejadian ini maka keadaan dari kedua partai besar itu semakin kepepet lagi.
Sekonyong-konyong tiga sosok bayangan manusia meluncur datang, mereka adalah Hong Jen Sam Yu.
Sang pengemis aneh yang melihat situasi di tempat tersebut ia rada tertegun, tetapi sebentar kemudian mengertilah sudah apa yang telah terjadi. tak terasa lagi telah tertawa tergelak.
"Haaa.... haaa.... haaa.... bagus, bagus sekali! aku si pengemis tua lari kemana mana untuk mencari kalian agar suka bantu partai lain, tidak disangka kalian sedang adu otot dengan orang lain disini. Hmm! sungguh-sungguh tolol!"
Mendengar teguran itu akhirnya Thian Kang Tootiang menghela napas panjang.
"Menurut perkataan dari Loocianpwee, apakah beberapa lembar nyawa dari partai kami harus didiamkan begitu saja?"
"Heee.... heee.... heee.... siapa yang suruh kau diamkan...."
ejek si pengemis aneh sambil tertawa dingin. "Jika punya kepandaian sama! cari perhitungan dengan orang-orang Isana Kelabang Emas! disini tak ada musuh besarmu dan anak ini aku si pengemis tuapun tak ada cukup waktu untuk banyak cingcong dengan kalian. Aku masih ada urusan penting yang harus diselesaikan"
Tidak menggubris mereka lagi, ia lantas mendekati Tan Kia-beng.
"Eeei saudara cilik, kau betul-betul membuat aku si pengemis tua harus mencari jejakmu dengan susah payah.
Ayoh cepat ikut aku! ada urusan penting yang harus dirundingkan dengan dirimu"
Tanpa banyak buang waktu lagi ia menarik lengan Tan Kia-beng dan diajak berlalu dari sana.
Tan Kia-beng tidak mengerti kejadian apa yang sudah berlangsung, melihat dirinya idtarik iapun segera menoleh ke arah Si Penjagal Selaksa Li.
"Suheng! mari kita pergi. Jangan sampai buang waktu sehingga menggagalkan urusan penting."
Orang-orang dari Thiam-cong pay serta Heng-san pay tidak turun tangan mencegah lagi, dan inilah suatu kesempatan yang sangat baik bagi mereka untuk melarikan diri.
Padahal jika dibicarakan sesungguhnya, di antara keempat orang itu siapapun diantara mereka susah untuk dilayani apalagi saat ini mereka berempat berkumpul jadi satu"
Melihat beberapa orang itu sudah berlalu bagaikan burung yang terbang ke angkasa akhirnya mereka menghela napas panjang dan menarik kembali anak buahnya untuk diajak berlalu dari sana.
Suatu badai hujan dahsyatpun dengan demikian puah tak berbekas, tetapi disebabkan kejadian ini maka rasa dendam dari dua tersebut pada Tan Kia-beng pun jadi semakin mendalam. Hal ini akan mendatangkan banyak kerepotan buat pemuda tersebut di dalam melakukan perjalanannya dalam dunia kangouw dikemudian hari.
---ooo0dw0ooo---
Kita balik pada si pengemis aneh yang menarik Tan Kia-beng meninggalkan orang-orang Thiam-cong pay serta Heng-san pay.
Setibanya disebuah kaki puncak terjal yang sunyi mereka baru barhenti, ketika itulah si pengemis aneh menghela napas panjang.
"Heeei.... baru-baru ini perkumpulan kami kembali memperoleh berita baru" ujarnya lirih. "Kiranya tindakan pihak Isana Kelabang Emas untuk menyerang jago-jago dari partai besar sehingga membuat suasana jadi kacau, tidak lain tujuannya hanya ingin menutupi suatu rencana busuk lainnya agar para partai sama sekali tidak menduga sampai disana....
aku rasa di dalam pertemuan puncak para jago digunung Ui san besok pagi bakal terjadi suatu perubahan yang sangat penting."
Setelah menemui kejadian tadi, niat Tan Kia-beng untuk membantu partai-partai besar sudah punah, mendengar perkataan dari si pengemis aneh ini ia tertawa dingin.
"Walaupun tujuh partai besar di daerah Tionggoan merupakan partai-partai besar dari kalangan lurus, tapi menurut penglihatanku tidak lebih hanya merupakan manusia-manusia tak genah, sekalipun mereka kena dibunuh mati semuapun tidak ada sangkut pautnya dengan urusanku, siauw-te sudah tidak ketarik lagi untuk mencampuri urusan orang lain"
"Heeei.... sejak tujuh partai besar kehilangan beberapa orang jagoan lihaynya memang satu angkatan tidak dapat menandingi angkatan yang lain," ujar si pengemis aneh sambil menghela napas panjang. "Tapi saudara tidak usah marah disebabkan persoalan ini, di dalam pertemuan puncak para jago besok pagi kita dapat membedakan dengan jelas mana yang lurus dan mana yang sesat. Malam ini aku si pengemis masih banyak urusan yang harus diselesaikan, kita berpisah sampai disini dulu."
Bersama-sama dengan hweesio berangasan serta toosu dengkil mereka segera berlalu dari sana.
Setelah si pengemis aneh pergi, Su Hay Sin Tou serta Pek-tok Cuncu pun mohon pamit.


Misteri Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Besok adalah saat pertemuan puncak. Kita harus pergi kesana untuk melihat lihat sehingga jangan sampai kena tertipu lagi oleh orang-orang Isana Kelabang Emas."
"Ehmm.... persoalan ini memang amat penting." Tan Kia-beng mengangguk. "Harap kalian berdua suka sedikit buang waktu untuk membereskan."
Setelah kedua orang siluman tua itu berlalu, si Penjagal Selaksa Li pun mohon diri kepada sang pemuda.
"Ih heng pun harus pergi menengok sejenak Siauw Cian si budak tersebut. Jangan sampai dalam keadaan seperti ini kembali terjadi urusan."
Hanya di dalam sekejap mata semua orang sudah berlalu tak berbekas, tinggal Tan Kia-beng seorang diri.
Mendadak ia teringat bila dalam situasi yang demikian berbahayanya ini, Mo Tan-hong adalah tujuan nomor satu dari pihak Isana Kelabang Emas, sudah seharusnya ia pergi kesana untuk menengok sehingga jangan sampai terjadi suatu peristiwa.
Karena itu dengan cepat ia mengerahkan hawa murninya berkelebat menuju kegua dimana mereka berkumpul tadi.
Ternyata keadaan disana sunyi senyap tak kelihatan seorang manusiapun, ia tahu Mo Tan-hong serta Hu Siauw-cian tentu sudah pergi keluar.
Dengan hati cemas pemuda ini cepat-cepat melon cat keluar dari gua mulai berteriak teriak memanggil nama gadis gadis itu diempat penjuru.
Akhirnya.... sesosok bayangan manusia pun tidak nampak.
Hatinya semakin kuatir lagi.
Mendadak.... Sesosok bayangan manusia dengan kecepatan bagaikan kilat berkelebat di tengah hutan.
"Siapa dalam hutan?" segera bentaknya keras.
Badannya dengan cepat meluncur masuk ke dalam hutan tersebut, terlihatlah serentetan cahaya putih tahu-tahu menyambar datang menyambut kedatangannya.
Dalam keadaan gugup ia tak sempat untuk berkelit lagi, jari tangannya segera berkelebat menjepit benda tersebut.
Di tengah suara getaran keras ia berhasil menangkap cahaya putih itu yang bukan lain adalah segulung kain putih.
Di atas kain putih itu tertulislah beberapa patah kata secara oret-oretan.
"Kawan anda berada dalam keadaan bahaya, cepat menuju kemulut gunung sebelah Timur, jangan sampai terlambat."
Dibawah kain tersebut tidak kelihatan tanda tangan atau gelar orang tersebut. Hal ini membuat pemuda kita jadi keheranan.
"Siapa yang menulis surat ini?" pikirnya.
Tetapi orang ini menulis surat memberi keterangan. jelas dia adalah kawan bukan lawan, yang dimaksudkan kawan anda sudah tentu Hu Siauw-cian serta Mo Tan-hong.
Karena hanya nona-nona nakal itu saja yang berani menempuh bahaya tersebut.
Setelah berpikir sejenak, ia segera kerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk meluncur ke arah mulut gunung sebelah Timur.
Waktu itu hampir mendekati kentongan pertama, tampaklah di tengah kegelapan bayangan manusia berkelebat tiada hentinya hingga menambah keseraman suasana waktu itu.
Suara bentakan bentakan keras mulai kedengaran bergema memenuhi angkasa, hal ini membuat pemuda itu mulai berpikir, "Aaakh.... ternyata benar-benar sudah terjadi peristiwa ini"
Setelah menembusi sebuah hutan, di atas sebuah bukit.
Dari tempat kejauhan tampaklah bayangan manusia seperti sedang bertempur, ia semakin mempercepat larinya lagi.
Akhirnya ia menemukan bila mereka bukan lain adalah Hu Siauw-cian serta Mo Tan-hong yang sedang bergebrak melawan dua orang kakek berkerudung hitam.
Disamping itu diluar kalangan berdiri pula beberapa orang yang tidak ikut di dalam pertarungan itu.
Tenaga lweekang kedua orang kakek berjubah hitam
tersebut benar-benar luar biasa sempurnanya, serangan serangan mereka amat gencar dan dahsyat.
Hu Siauw-cian kelihatan mulai keteter, dengan paksa ia masih berusaha untuk mempertahankan diri sedangkan keadaan dari Mo Tan-hong jauh lebih payah lagi, ia sudah terdesak hebat.
Melihat kedahsyatan dari kedua orang kakek berkerudung itu Tan Kia-beng lantas menduga kemungkinan sekali merekalah orang-orang yang menyerang partai Siauw lim
serta Heng-san-pay tadi cuma saja ia tidak tahu siapakah yang sedang menyaru sebagai orang tersebut.
"Hong Moay!" serunya kemudian diiringi suitan nyaring.
"Kalian beristirahatlah dahulu, biar aku yang hajar mereka."
Bersama dengan suara teriaknya ia langsung menerjang masuk ke dalam kalangan pertarungan.
Orang-orang berbaju hitam yang menonton jalannya
pertarungan dari samping kalangan sewaktu melihat pihak lawan kedatangan pembantu buru-buru turun tangan.
Tan Kia-beng membentak keras, telapak tangannya dengan disertai angin pukulan yang maha dahsyat dibabat ke arah depan.
Suatu angin pukulan serasa angin taupan dengan cepat menggulung dua orang yang berada dipaling depan sehingga kena terpental sejauh tujuh, delapan depa.
Hu Siauw-cian yang melihat Tan Kia-beng telah tiba, ia lantas berseru keras, "Kau cepat bantu enci Hong. Kedua orang ini betul-betul sangat jahat. Selama perjalanan mereka menguntit terus diri kami sehingga hampir-hampir saja kita kena terjebak."
Tan Kia-beng setelah berhasil memukul mundur orang-orang yang menghalangi perjalanannya segera melompat kehadapan Mo Tan-hong untuk pukul mundur si kakek berjubah hitam itu.
"Heee.... heee.... siapa kau" apa jabatan di dalam Isana Kelabang Emas" jikalau tidak kau tunjukkan wajahmu yang sebenarnya jangan salahkan siauw ya mu segera akan turun tangan kejam."
Si kakek tua berkerudung itu tanpa banyak cakap lagi segera melepaskan kerudung hitamnya kemudian tertawa seram.
"Heee heee heee bagaimanapun kalian beberapa orang jangan harap bisa lolos dari cengkeraman akmi pada malam ini, sekarang atau besok sama saja kalian harus pergi menghadap Raja Akhirat, biarlah aku kasih kesempatan buat kalian untuk mati dengan keadaan jelas siapa yang sudah membunuh kalian"
Dengan pandangan dingin Tan Kia-beng melirik sekejap ke arahnya, kiranya orang itu bukan lain adalah si Bangau Mata Satu Kwek Hweei yang mempunyai mata tunggal, rambut kuning dan gigi taring.
Tak terasa lagi ia dongakkan kepalanya tertawa dingin.
"Heee hee heee sejak tadi aku sudah menduga tentu kalianlah yang bertindak."
Mendadak senyumannya ditarik sama sekali, dengan
sepasang mata memancarkan cahaya tajam serunya kembali,
"Kalian berduakah yang menyaru seperti Si Penjagal Selaksa Li serta Su Hay Sin Tou untuk menyerang pihak Siauw-lim-pay serta Heng-san-pay?"
Si kakek berkerudung yang sedang bergebrak melawan Hu Siauw-cian pun telah melepaskan kerudung hitamnya, ia tertawa seram.
"Kalau benar kami yang berbuat, kau mau apa?" ejeknya dingin. "Apakah aku si kakek dewa bertangan setanpun bisa kena digertak oleh kalian beberapa orang bocah cilik?"
Setelah kedua orang ini menampakkan wajah aslinya, kontan memancing napsu membunuh dihati Tan Kia-beng.
"Haa haa haaa sungguh tak kuduga kalian punya nyali untuk mengaku terus terang, Siauw Cian kau cepat
menyingkir! Biar aku hantar mereka untuk melakukan perjalanan"
Hu Siauw-cian tidak mengerti seberapa lihay tenaga lweekang yang dimiliki dirinya tak terasa lagi dengan bibir dicibirkan ia goyangkan badannya berulang kali artinya tidak suka mundur.
Tapi sewaktu melihat wajah pemuda tersebut sudah diliputi keseraman, terpaksa ia menurut juga untuk menyingkir kesamping.
Kui So Sian Ong atau si kakek dewa bertangan setan ini sama sekali tidak dibuat gusar oleh perkataan tersebut, sebagai gantinya di atas air muka mereka mulai terlintas sikap tegang, karena ia mulai merasa bila sang pengemis cilik yang berada dihadapannya pada saat ini bukan lain adalah Tan Kia-beng yang paling ditakuti oleh pihak Isana Kelabang Emas.
Terdengar suara tulang bergemerutuk, mereka berdua sama-sama menyalurkan hawa murninya keseluruh badan kemudian selangkah demi selangkah mendekati ke arah pemuda tersebut.
Sedangkan Tan Kia-beng sendiri karena gusar kedua iblis ini sudah melakukan pembunuhan kejam iapun mulai
menyalurkan hawa murni Jie Khek Kun Yen Ci Khie nya kesepasang telapak tangan dua gulung asap hijau serta putih mulai mengumpul keluar dari ubun-ubunnya.
Ketika pertarungan tersebut hampir berlangsung....
mendadak.... "Awas! itulah ilmu pukulan Jie Khek Sian Thian Cin Khie, kalian dua orang manusia yang tidak tahu diri cepat mundur!"
suara bentakan merdu bergema datang.
Diikuti munculnya sesosok bayangan hijau yang langsing ramping berkelebat mendekat.
Bagaikan segulung asap hijau dengan cepatnya meluncur datang dari balik hutan sewaktu tiba dihadapan Tan Kia-beng ujung bajunya segera dikebut ke depan mengirim segulung hawa pukulan kabut hijau yang sangat tebal menekan ke arahnya.
Tan Kia-beng yang sedang dibuat terperanjat atas
kedahsyatan dari gerakan orang itu, mendadak merasakan segulung angin tekanan yang hebat menekan ke arahnya.
Sepasang telapak tangan yang sudah dipersiapkan segera didorong keluar diiringi suara bentakan keras.
Di tengah suara ledakan yang sangat keras berpuluh puluh jalur angin serangan tajam memecah keempat penjuru, pasir dan debu beterbangan memenuhi angkasa, pohon tercabut keakar akarnya keadaan benar-benar sangat mencekam.
Di dalam bentrokan kekerasan ini Tan Kia-beng kena dipukul pental sehingga mundur tiga, empat langkah ke belakang.
Buru-buru ia salurkan hawa murni untuk menahan
badannya kemudian menoleh ke arah mana berasalnya angin pukulan tersebut.
Tampaklah orang itu dengan meminjam kesempatan
tersebut sudah meluncur ke arah hutan diikuti kakek dewa bertangan setan beberapa orang.
Disebabkan hatinya masih diberati perikemanusiaan, maka di dalam serangannya tadi ia cuma menggunakan enam, tujuh bagian tenaga saja, sehingga akibatnya diri sendiri lah yang menderita rugi besar.
Sudah tentu pemuda tersebut tak mau terima, ia lantas meloncat melakukan pengejaran.
"Kawan!" bentaknya keras. "Kau ingin berlalu dengan begitu saja" Hmm.... terlalu pandang rendah aku orang she Tan!"
Badannya dengan cepat mencelat ke tengah udara setinggi sepuluh kaki kemudian melenting ke arah tengah hutan tersebut.
Siapa nyana, suasana di tengah hutan tetap sunyi senyap tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun dalam hati ia merasa sangat tak terima. "Aku tidak percaya dia memiliki kecepatan gerak yang demikian luar biasal...." pikirnya.
Sepasang telapak dilintangkan di depan dada lalu
meneruskan terobosannya ke tengah hutan.
Sekonyong konyong....
Dari tengah hutan muncullah seseorang sambil tertawa terbahak-bahak seraya berkata, "Tan heng kau sedang bergebrak melawan siapa" bagaimana kalau siauwte bantu?"
Ketika sang pemuda menoleh, terlihatlah si siucay muda Kiem Soat Lang yang pernah ditemuinya di kota Swan Jan sudah munculkan dirinya disana.
Pada saat ini Tan Kia-beng sudah mengerti jika dia adalah salah seorang manusia penting di dalam Isana Kelabang Emas, tak terasa lagi sahutnya dengan nada dingin, "Maksud baik saudara biarlah aku orang she Tan terima di dalam hati
saja, Kedatanganmu di tengah malam buta rasanya pasti ada maksud lain bukan?"
"Haaa.... haaa.... haaa.... siauwte tidak mungkir bila aku adalah orang dari pihak Isana Kelabang Emas" seru Kiem Soat Lang kembali sambil tertawa terbahak-bahak, "Tapi sama sekali tidak bermaksud jahat terhadap Tan-heng"
Mendengar perkataan tersebut Tan Kia-beng semakin gusar lagi.
"Sekalipun kau tiada maksud jahat terhadap kami, tapi aku orang she Tan punya ikatan dendam sedalam lautan dengan pihak Isana Kelabang Emas.
Mendadak air muka Kiem Soat Lang berubah hebat. tapi sebentar kemudian sudah pulih kembali seperti sedia kala, ia tertawa tawar.
"Jika Tan-heng punya ikatan permusuhan yang sedemikian dalamnya. hal ini memaksa siauwte tak bisa berbicara apa apa lagi Beruntung sekali pertemuan puncak para jago digunung Ui san akan diadakan besok pagi seluruh persoalan dendam sakit hatipun bisa segera diselesaikan dengan baik-baik, ini malam hawa begitu bagus, bagaimana kalau Heng thay temani Tan heng untuk bercakap-cakap sebentar?"
Tan Kia-beng berpikir sebentar, akhirnya ia mengangguk....
"Baiklah! jika Kiem-heng ada perkataan silahkan utarakan siauwte akan pentang telinga untuk mendengarkan
perkataanmu".
Kedua orang itupun lantas duduk di atas sebuah batu besar, ternyata Kiem Soat Lang sudah berbicara hal-hal yang bukan-bukan.
Apa yang hendak ia utarakan"
Tan Kia-beng yang menerjang masuk ke dalam hutan untuk menemukan sang dara yang melancarkan ilmu pukulan Hong Mong Ci Khie, bukan berhasil menemukan orang yang dicari ternyata sudah berjumpa dengan Kiem Soat Lang pernah meracuni dirinya di kota Swan Jan.
Ternyata Kiem Soat Lang tidak mungkir kalau dirinya orang Isana Kelabang Emas bahkan mengajak pula Tan Kia-beng untuk bercakap-cakap.
Sang pemuda yang lagi murung, akhirnya menyetujui ajakannya itu.
Setelah kedua orang itu duduk, Kiem Soat Lang pertama-tama yang buka suara dulu sambil tertawa.
"Tan-heng berusia sangat muda ternyata berhasil memiliki nama yang cemerlang dalam dunia kangouw, aku pikir tentu banyak gadis sudah dibuat kepincut oleh dirimu."
"Jadi kau ajak aku untuk membicarakan soal ini?" seru Tan Kia-beng tidak senang.
"Haaaa.... haaa.... haa.... Tan heng tak usah bergitu cemas, perkataan siauw-te kan belum selesai."
Dengan wajah serius kemudian ujarnya setelah merandek sejenak, "Orang yang bisa sungguh-sungguh memusuhi Tan heng rasanya tak bakal ditemukan beberapa orang. Bukankah begitu Tan heng?"
Sang pemuda yang mendengar apa yang sedang
dibicarakan orang itu tidak lebih cuma kata-kata sampingan dalam hati merasa tak sabaran lagi, ia segera meloncat bangun.
"Jikalau Kiem heng tiada urusan lain maaf siauwte akan mohon diri terlebih dahulu"
"Aku tahu pada pertemuan puncak digunung Ui san besok Tan heng adalah pemain utama, tapi rasanya kaupun tak perlu begitu tegang sejak sekarang" kata Kiem Soat Lang sambil tersenyum. "Majikan Isana Kelabang Emas kami benar-benar merasa kalau terhadap kegagahan dirimu dan mengajak Tan heng untuk bekerja sama, bagaimana kalau menurut
pandangan Tan heng sendiri?"
"Bukankah sejak tadi siauwte sudah berkata jika antara aku dengan pihak Isana Kelabang Emas ada ikatan dendam sedalam lautan" soal kerja sama lebih baik tidak usah kita bicarakan lagi.
"Di dalam Isana Kelabang Emas kami ada seorang Dara Berbaju Hijau yang bernama Gui CI Cian, bukankah antara Tan heng dengan dirinya sudah terjalin hubungan yang cukup intim" majikan Isana Kelabang Emas ada maksud untuk menyempurnakan maksud hati kalian berdua, karena hanya gadis ini saja rasanya paling pantas untuk dijadikan istri Tan heng. Aku berharap kau jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan yang sangat bagus ini...."
Pada waktu itulah Tan Kia-beng baru mengerti jika orang itu ajak ia bicara putar putar tidak lain hanya ingin menggunakan umpan gadis agar ia suka menggabungkan diri dengan pihak Isana Kelabang Emas.
Tak terasa lagi pemuda tersebut tertawa panjang.
"Harap Kiem heng suka mewakili diriku untuk sampaikan kepada Majikan Isana Kelabang Emas. Katakan saja maksud baiknya biar aku terima dalam hati saja. Semua urusan baiknya kita selesaikan dalam pertemuan puncak di atas gunung Ui san besok pagi sampai waktunya siauw-te pun kepingin menjajal bagaimana liehaynya kepandaian silat yang ia miliki."
Air muka Kiem Soat Lang berubah tidak menentu, lama sekali.... akhirnya ia menghela napas panjang.
"Tan-heng, kenapa kau begitu keras kepala?"
"Haaa.... haaa.... haaa.... Pihak Isana Kelabang Emas ada hutang membinasakan ayahku" teriak Tan Kia-beng sambil bangun berdiri.
Apalagi dengan tindakannya yang kalap dan kejam,
sekalipun tiada urusan apapun aku orang she Tan tak akan berpeluk tangan melihat orang-orang Bulim kena dijagali"
"Kapandaian ilmu silat majikan Isana Kelabang Emas dahsyat tiada bandingan, di bawah pimpinannya pun memiliki beratus ratus orang anak buah. Dengan kekuatan Tan heng seorang mungkinkah bisa menolong bencana tersebut....?"
"Aku orang she Tan pun mengerti bila pertemuan digunung Ui-san kali ini merupakan pertarungan mati hidup buat orang-orang Bulim didaratan Tionggoan. tetapi mati hidup sial untung tak dapat diduga mulai sekarang siauwte tak akan pikirkan soal ini dalam hati"
"Heeei.... tidak kusangka ternyata kawan kawan Bulim sudah menganggap Majikan Isana Kelabang Emas adalah seorang Raja Iblis Pembunuh Manusia" tak kuasa lagi Kiem Soat Lang menghela nafas panjang "Padahal iapun mempunyai hal yang pahit di dalam hatinya! Jikalau Tan heng mengetahui asal usulnya maka kaupun bakal ikut melelehkan air"
"Heee.... heee.... heee.... aku orang she Tan pun tahu jika hatinya merasa sedih karena kehancuran negerinya" Tan Kia-beng tertawa dingin tiada hentinya. "Tetapi cara pembalasan yang dilakukan sedikit keterlaluan, disamping itu katanya iapun mempunyai maksud luar biasa untuk menguasai
seantero dunia kangouw, maksud hati semacam ini betul-betul memaksa orang untuk tak bisa dibiarkan saja"
Mendengarkan diucapkannya kata-kata tersebut, air mukanya Kiem Soat Lang berubah hebat, agaknya ia tidak mengira kalau rahasia dari Majikan Isana Kelabang Emas bisa diketahui semua oleh sang pemuda yang ia dihadapannya.
Sekilas hawa napsu membunuh yang tebal pun dengan cepat berkelebat di atas wajahnya, kembali sang sastrawan tersebut tertawa dingin.
"Jikalau Tan heng sudah mengerti kepahit getiran yang pernah ia alami sudah seharusnya jangan menyusahkan lagi dirinya. Masing-masing orang punya pandangan sendiri.
siauwte pun tak dapat terlalu memaksa Tan heng untuk berubah pikiran. Kita berjumpa kembali besok di atas puncak Si Sim Hong"
Bicara sampai disitu ia lantas ulapkan tangannya dan menerobos kembali ke dalam hutan.
Pemuda ini paling mengutamakan budi yang luhur,
walaupun antara dirinya dengan Kiem Soat Lang tiada ikatan yang rapat tetapi jika dihitung-hitung masih mempunyai hubungan persahabatan.
Sekalipun jelas ia tahu pihak lawan sudah meracuni dirinya sewaktu berada di kota Swan Jan, tetapi disebabkan peristiwa tidak dilihat dengan mata kepala sendiri maka tak suka membicarakan persoalan tersebut. sebaliknya malah lepaskan dia untuk pergi.
Saat ini tengah malam sudah berlalu, mendadak teringat olehnya kenapa Hu Siauw-cian serta Mo Tan-hong tidak ikut datang" apakah mereka tidak berhasil menemukan dirinya lantas balik sendiri"
tetapi setelah dipikir beberapa waktu ia merasa hal ini tidak mungkin, terang-terangan mereka tahu jika dirinya mengejar musuh masuk ke dalam hutan, mana mungkin kedua orang gadis itu pergi meninggalkan diirnya"
Malah besar kemungkinan ia sudah menerobos masuk pula ke dalam hutan untuk mencari dia.
teringat akan soal ini hatinya jadi terasa amat cemas, dengan perkencang larinya ia ikut menerobos masuk ke dalam hutan.
Setelah melewati hutan lebat sampailah disebuah tanah pekuburan yang tak ada tumbuhan apapun angin dingin berhembus lewat memberikan suatu pemandangan yang sangat mengerikan.
---ooo0dw0ooo---
JILID: 17 Sesosok bayangan manusia tidak kelihatan, suasana sunyi senyap....
"Apa mungkin mereka sudah mengejar lebih jauh ke depan?" pikirnya kembali dalam hati.
Badannya baru saja hendak bergerak meninggalkan tanah pekuburan tersebut, tiba-tiba....
Bayangan hijau berkelebat lewat, si Dara Berbaju Hijau Gui Ci Cian tahu-tahu sudah berkelebat lewat dari sebuah tanah kuburan.
Melihat kejadian itu Tan Kia-beng rada melengak dibuatnya.
"Eeei"!! aku pun sudah mendatangi gunung Ui san...." tak terasa lagi ia berseru.
Dengan wajah sedih Gui Ci Cian menghela napas panjang.
"Sudah datang hampir dua hari, aku datang bersama-sama Supek couw"
"Bukankah suhumu melarang kau mendatangi daratan Tionggoan?"
"Benar, tetapi aku harus datang kemari"
"Kenapa?" tak kuasa lagi Tan Kia-beng bertanya keheranan.
Gui Ci Cian dongakkan kepalanya memandang sekejap ke arahnya, kemudian ia menunduk kembali sembari
mempermainkan ujung pakaiannya.
Dengan pandangan tajam Tan Kia-beng memperhatikan wajahnya, ia merasa gadis tersebut jauh lebih kurus dari tempo dulu, di atas raut muka yang cantik pun kelihatan begitu murung dan diliputi kesedihan, keadaannya jauh berbeda dengan sikap agung dan sombongnya tempo dulu.
Lama sekali mereka berdua saling berpandangan dengan mulut bungkam, akhirnya Gui Ci Cian dongakkan kepala menghela napas sedih.
"Heeei.... bukankah karena kau!"
"Karena aku?"
Dengan wajah kebingungan Tan Kia-beng berdiri tertegun, sebentar kemudian ia sudah tertawa tergelak.
"Apa kau anggap rencana buruk kali ini dari Majikan Isana Kelabang Emas bisa berhasil" menurut pandangan cayhe tak bakal bisa sukses seperti yang diharapkan" wajahnya berubah jadi serius kembali.
"Maksud baik dari nona terhadap cayhe pada suatu hari tentu akan kubalas. sedangkan mengenai syarat yang
diutaraka oleh Kiem Soat Lang tadi maaf.... aku betul-btul tak bisa manut, cayhe pun mengerti nona pasti paham maksud hatiku bukan."
Selamanya Gui Ci Cian belum pernah mendengar di dalam Isana Kelabang Emas mempunyai seorang jagoan yang bernama Kiem Soat Lang, jika ia dengar dari nada ucapan pemuda tersebut agaknya orang itu sudah mengajukan suatu permintaan yang menyangkut pula dirinya.
Gui Ci Cian yang merupakan seorang gadis berwatak keras di dalam halus diluar, dikarenakan setelah pertemuannya dengan Tan Kia Bneg hatinya terasa tertarik maka di dalam setiap persoalan ini coba membuat pemuda tersebut.
Tetapi kini setelah mendengar nada ucapan Tan Kia-beng yang agaknya kecuali menaruh rasa budi saja kepadanya sedikitpun tidak menunjukkan persahabatan yang lebih erat, di dalam hati merasa amat kecewa.
Tak kuasa lagi ia tertawa sedih.
"Gui Ci Cian mengaku bahwa aku terikat sendiri oleh persoalan persoalan yang aku kerjakan, tetapi aku bukan seorang perempuan murahan yang berambisi untuk merebut orang yang aku sukai, aku hanya tidak ingin melihat dirimu terjerumus ke dalam keadaan yang membahayakan jiwanya.
karena itu dengan tiada sayang sayangnya jauh jauh datangi gunung Ui san untuk memperlihatkan rasa kuatir ku ini, aku tahu pada saat ini kau sedang populer dan tak akan memikirkan di dalam hati aku si perempuan bernasib sial, tetapi aku tetap menganggap kau sudah mengetahui semua hal ini.
"Sedangkan mengenai Kiem Soat Lang yang kau sebut tadi, di dalam Isana Kelabang Emas tak ada manusia macam itu.
Aku Gui Ci Cian pun belum pernah membicarakan persoalan diantara kita kepada siapapun.
Tan Kia-beng yang mendengar dia menceritakan seluruh isi hatinya secara blak blakan tanpa dengan aling-aling, hatinya merasa tergetar bercampur terharu, tak kuasa lagi ia maju dua langkah ke depan.
"Aku orang she Tan hanyalah seorang budak silat yang kasar, bisa memperoleh rasa cinta kasih dari nona hatiku benar-benar merasa bangga dan gembira. Tetapi cayhe pun bukan seorang manusia yang tidak tahu lihay, pertarunganku dengan pihak Isana Kelabang Emas pun harus aku laksanakan karena keadaan yang terlalu memaksa. Aku tidak bisa melepaskan dendam kematian ayahku, tak dapat melihat orang-orang Bulim menemui ajalnya di dalam penjagalan secara besar besaran kali ini disamping itu aku pun belum pernah memikirkan persoalan mati hidup seseorang, sedangkan mengenai maksud hati nona...."
"Cukup! Cukup!" mendadak Gui Ci Cian berteriak memotong perkataan selanjutnya. "Kedatangan aku Gui Ci Cian kecuali untuk mengobati rasa rinduku dalam hati, masih ada lagi satu persoalan penting yang hendak dirundingkan dengan dirimu, asalkan kau mengangguk maka badai berdarah yang bakal terjadi digunung Ui san ini akan padam dengan sendirinya.
Jika kau tidak mau dengar maka bagaimana akibatnya aku sendiripun tak bisa bayangkan."
"Antara dirimu dengan aku mempunyai ikatan persahabatan yang sangat erat. Kita boleh bicarakan soal yang lain saja, kenapa kau terus menerus mengungkap soal ini" Apa lagi sekalipun aku orang she Tan suka lepas tangan, apakah majikan Isana Kelabang Emas suka melepaskan pula golok
pembunuhnya" Apakah pihak tujuh partai besar mau berpeluk tangan saja terhadap persoalan ini?"
"Heee heee heee.... walaupun tujuh partai besar punya nama kosong diluaran, tapi belum berhak untuk menduduki sebagai pemain utama di dalam peristiwa gunung Pei san kali ini." Dengan nada menghina Gui Ci Cian tertawa dingin. "Pihak Isana Kelabang Emas pada saat inipun sudah berada seperti menunggang punggung harimau, mau maju tak bisa mau mundurpun sungkan, satu satunya orang yang bisa
mengakibatkan pembunuhan secara besar besaran digunung Ui san kali ini hanya kau seorang."
"Haaa haa haa perkataan nona bukankah terlalu menganiaya orang lain?" seru Tan Kia-beng sambil tertawa terbahak-bahak. "Teringat aku orang she Tan cuma seorang angkatan muda yang tak ternama, sekalipun mendapatkan perlindungan dari beberapa orang loocianpwee, lalu dari manakah datangnya kekuatan untuk memaksa jago-jago kenamaan lainnya untuk menurut?"
Belum sirap suara tertawanya, mendadak serentetan suara yeng rendah dan berat sudah menyambung, "Sicu, kau jangan terlalu memandang rendah diri sendiri, perkataan dari budak Cian sedikitpun tidak salah."
Mendengar suara tersebut Tan Kia-beng jadi sangat terperanjat, tubuhnya segera berputar kencang.
Tampaklah sang hweesio tua "Hwe Huan" yang pernah ditemuinya di gurun pasir tempo dulu entah sejak kapan sudah muncul dibelakang tubuhnya dan saat ini berdiri disana dengan sepasang mata terpejam. kepala tunduk dan sepasang tangan dirangkap rapat-rapat.
Tanah pekuburan di tempat itu sama sekali tiada terdapat batang pohon atau semak sebagai tempat persembunyian, dengan tenaga lweekang yang dimiliki saat inipun pemuda tersebut bisa mendengar segala suara yang berada disekitar sepuluh kaki.
Tetapi kedatangan sang hweesio tua tersebut sama sekali tidak terdengar olehnya walaupun ketika itu ia sedang pecahkan perhatian
Pendekar Pemetik Harpa 25 Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Peristiwa Burung Kenari 5
^