Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang Bagian 2
di tangannya memegang sebuah tongkat besi, dialah Ang-hoa-kuibo
Gouw Ci-hiang yang sangat ditakuti oleh orang-orang dunia
persilatan! Setelah dia muncul, sofot matanya laksana mata pisau yang
menyapu semua orang, dia berkata:
"Dimana Sie Yong-ki dari perguruan Tiang-pek?"
Coan-hong Totiang tertawa dingin berkata:
"Gouw Ci-hiang kau datang kesini sebenarnya mencari siapa?"
Ang-hoa-kui-bo menghentakan tongkat besi-nya, berkata dingin:
"Aku mencari siapa saja!"
Habis bicara, dia menunjuk dengan tangannya pada Ho Koanbeng
dan Sun Cui-giok, memiringkan tubuh bertanya:
"Anak Toh, yang kau katakan itu dua bocah ini?"
Hati Ho Koan-beng dan Sun Cui-giok menjadi tegang, keduanya
sudah menghunus pedang.
Giok-siau-long-kun maju ke depan, menyahut: "Betul!"
"Kalau begitu, kedua orang ini kau yang urus!" Habis berkata,
tubuhnya berkelebat, tongkat besi sudah menyapu melintang!
Serangan tongkat ini kelihatannya menyerang Bu-tong-sam-kiam,
tapi yang dituju ujung tongkat malah menusuk Ciang-bun-jin Hoasan-
pai Cia Thian-cu.
Bu-tong-sam-kiam dan Tui-hong Tayhiap berempat, seumur
hidupnya tidak pernah bertarung bersama-sama melawan satu
orang, sekarang karena terpaksa oleh keadaan, empat orang ini jadi
bersatu melawannya. Pertama-tama Bu-tong-sam-kiam yang
bergerak, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai mengikutinya, ompat pedang
tajam begitu menyerang, hanya terlihat ribuan sinar perak berkilaukilau,
semua menyerang pada Ang-hoa-kui-bo.
Melihat itu Ang-hoa-kui-bo berkata dingin: "Cukup hebat, bisa
digolongkan ke dalam pesilat tinggi dunia persilatan!"
Selesai bicara, tongkat besinya bergerak, dengan jurus Ya-canpat-
hong (Bertarung malam dari delapan penjuru bertarung), dia
menggetarkan tongkatnya, menangkis keluar empat senjata
lawannya! Bu-tong-sam-kiam sangat marah, dalam sekejap mata ke tiga
orang itu sudah merubah beberapa jurus pedang, dalam kelebatan
sinar pedang, setiap jurusnya menyerang titik kematiannya Anghoa-
kui-bo! Ciang-bun-jin Hoa-san-pai pun mengeluarkan jurus pedang
pengejar angin, serangan pedangnya tidak ada celah, laksana air
sungai Tiang-kang mengalir ke bawah, dalam sekejap mengepung
rapat Ang-hoa-kui-bo!
Lima orang ini begitu bertarung, semuanya menggunakan jurus
menyerang, dalam sekejap mata lima-enam jurus sudah
terlewatkan! Di pihak lain, Giok-siau-long-kun Sang-toh pun sudah
menyerang, dalam kelebatan serulingnya, telah mendesak Ho Koanbeng
dan Sun Cui-giok sampai mundur terus ke belakang!
Semua orang di lapangan tidak ada satu orang pun yang
menganggur, semua orang tidak saja ber-tarung demi nama, juga
bertarung demi nyawa.
Di saat semua orang sedang tegang bertarung, mendadak
terdengar suara keras yang menggelegar, ternyata pohon besar di
sisi gunung sudah tumbang, terdengar siulan panjang yang
memekakan telinga menembus langit, di dalam bayangan rimba di
sisi gunung, laksana kilat melayang turun sesosok bayangan
manusia! Orang itu ternyata adalah anak muda pemetik kecapi itu, saat ini
ditangannya membawa pelana kuda, kelihatannya dia seperti siap
akan pergi! Kemunculannya yang mendadak, membuat orang-orang di
lapangan tidak peduli yang kenal atau tidak kenal, di dalam hatinya
semua jadi terkejut!
Lebih-lebih rasa terkejutnya Sun Cui-giok, gerakannya jadi
melambat, hampir saja terkena serangan Sang-toh!
Ang-hoa-kui-bo mengayunkan tongkat besinya, memaksa
mundur empat orang lawannya, lalu, berkata:
"Bocah, tenaga dalammu hebat juga" Apa kau ada selera
bermain-main?"
Anak muda pemetik kecapi itu melihat ke arah jauh, satu
bayangan merah dengan cepat sudah berlari mendekat, itu adalah
kuda yang dia tunggangi, dia dengan santai memasang pelananya,
berkata: "Walaupun aku belum lama turun gunung, tapi aturan dunia
persilatan masih tahu sedikit."
Perkataannya seperti tidak mengerti arah pembicaraan, orang
bertanya di timur, dia malah menjawab di barat, Giok-siau-long-kun
langsung berteriak:
"Guru, dialah orang yang 'dulu' menyelamatkan wanita hina itu!"
Kata 'dulu' yang dia katakan itu, tentu saja menunjuk pada
kejadian tadi malam, mengenai siapa wanita hina itu" tidak perlu
ditanyakan lagi, tentu saja mengarah pada Sun Cui-giok.
Setelah mendengar kata-kata ini, di dalam hati Bu-long-samkiam,
Ciang-bun-jin Hoa-san-pai dan Ho Koan-beng jadi tergetar,
apa lagi Ho Koan-beng, wajahnya tampak sangat gelisah.
Ang-hoa-kui-bo melihat anak muda pemetik kecapi, hatinya
sedikit tidak percaya, tanyanya:
"Anak Toh, yang kau katakan itu dia?"
Giok-siau-long-kun menganggukan kepala:
"Melihat bentuk tubuh dan bicaranya, sedikit pun tidak salah!"
Ang-hoa-kui-bo bersiul pelan, siapa sangka ketika melihat, dia
menjadi marah, katanya: "Bocah, kau sedang apa?"
Ternyata saat Ang-hoa-kui-bo bicara dengan muridnya, anak
muda pemetik kecapi itu dengan santai sedang membereskan
pelana kudanya, terhadap pembicaraan kedua orang itu, seperti
tidak mendengar.
Orang-orang yang ada di pinggir lebih-lebih jadi terkejut, dalam
hati semua orang tergerak, mereka berpikir:
'Dihadapan Ang-hoa-kui-bo kau berani melakukan perbuatan
begini, tentu sudah bosan hidup."
Saat itu, anak muda pemetik kecapi sudah selesai memasang
pelana kudanya, lalu pelan-pelan mengeluarkan satu potongan
perak, menimbang-nimbang di tangannya, dengan tidak
mempedulikan kata-kata Ang-hoa-kui-bo, dia berkata:
"Aku sudah menumbangkan pohon besar itu, inilah lima liang
perak, haay... akhirnya aku sudah bisa melunasi dan bisa bebas!"
Semua orang mendengar perkataannya, malah termasuk Anghoa-
kui-bo dan muridnya, tapi tidak tahu dia sedang bicara apa"
Ketika sedang keheranan.
Tampak seberkas sinar putih melesat, potongan perak itu dengan
utuh sudah jatuh di depan Sun Cui-giok.
Di hadapan musuh kuat, dia malah melakukan hal ini, tapi Sun
Cui-giok malah sangat sedih dan bersuara gemetar:
"Sin-hiong, kenapa kau memperlakukan aku begini rupa?"
Setelah berkata, air matanya sudah bercucuran di kedua pipinya.
Melihat keadaan ini, mendadak Ang-hoa-kui-bo tertawa lepas
katanya: "Bagus, dua-duanya datang demi wanita itu, bocah, kita jadi satu
keluarga!"
Semua orang yang mendengar perkataannya, di dalam hatinya
bertambah keheranan, hatinya berpikir, 'Ang-hoa-kui-bo malah ingin
berhubungan dengan dia" Bukankah ini berita yang menggemparkan
dunia" Siapa tahu, anak muda pemetik kecapi malah menggelengkan
kepala: "Aku tidak satu keluarga dengan siapa pun!" Kata-kata ini begitu
terdengar, hati semua orang kembali jadi tergetar!
Walaupun orang-orang di sana tidak banyak, tapi kedudukan
setiap orang cukup bisa menggetarkan dunia persilatan, tapi mereka
tidak menyangka, anak muda pemetik kecapi ini tidak memandang
terhadap siapapun, bagaimana tidak membuat orang yang sedang
keheranan jadi lebih heran lagi!
Selama hidupnya, Ang-hoa-kui-bo tidak pernah mengalah pada
orang lain, tapi malam ini setelah bertemu dengan seorang
pemuda asing yang sikapnya aneh, di dalam hati dia jadi merasa
keheran-an, saat itu dia bertanya:
"Bocah, aku tidak akan menguji ilmu silatmu lagi, dengan
mengandalkan keberanian seperti ini saja, sudah cukup membuat
kagum orang di seluruh dunia, siapa namamu?"
Tubuh anak muda pemetik kecapi tergetar, dengan nada dalam
dia berkata: "Terima kasih, aku hanya orang kecil yang tidak punya julukan,
namaku Sen Sin-hiong!"
"Sen Sin-hiong?" nama ini asing sekali, hampir bersamaan itu ada
beberapa orang berteriak keheranan, mereka pikir, kecuali Sun Cuigiok,
di wajah setiap orang tampak sinar keheranan.
Setelah Sin-hiong berkata, perlahan melangkah dua langkah,
berkata pada Sun Cui-giok:
"Ho-hujin, sejak kecil aku mendapat perlindunganmu, sekarang
aku sudah menumbangkan pohon besar itu dan sudah melunasi
utang lima liang perak itu, entah Hujin masih ada tugas apa lagi,
tugas apa pun asalkan aku mampu melaksanakannya walau harus
menempuh bahaya, aku pasti akan melakukan!"
Sun Cui-giok melihat, sampai saat ini Sin-hiong masih mengolok
dirinya, hatinya jadi merasa sakit, hampir saja dia pingsan karena
kesalnya. Sin-hiong pelan-pelan mundur kembali ke sisi kudanya,
mengangkat kepala berkata:
"Jika tidak ada tugas lagi, dan keinginanku pun sudah tercapai,
aku sudah harus pergi sekarang!"
Sesudah berkata, baru saja akan naik ke atas kuda, mendadak
terdengar seseorang berteriak dingin:
"Tunggu!"
Sin-hiong berhenti, tanpa memalingkan kepalanya dia berkata:
"Selain Ho-hujin, kata-kata siapa pun tidak akan kudengar!"
Ternyata yang teriak itu adalah Ang-hoa-kui-bo, melihat sikap
Sin-hiong, sekali ingin berhenti langsung berhenti, begitu ingin pergi
langsung pergi, tadinya dia masih bisa menahan diri, tapi sekarang
jika dia tidak bertindak, orang-orang di dunia persilatan pasti akan
mencemoohkan dia, takut pada seorang Boanpwee saja. Ang-hoakui-
bo tertawa dingin berkata: "Kau mau pergi tidak sulit, tapi harus
menerima lima jurus seranganku terlebih dulu."
Dengan kedudukan dia, menghadapi seorang anak muda yang
tidak bernama, seharusnya cukup mengatakan tiga jurus, tapi
karena melihat sikap Sin-hiong yang aneh, dia merasa lawannya
tentu punya kemampuan tinggi, maka dia mengatakan lima jurus.
Perlahan Sin-hiong menabahkan tubuh: "Aku dengan kau tidak ada
permusuhan juga tidak ada dendam, kenapa memaksa aku
bertarung?"
Melihat gurunya begitu sabar melayani Sin-hiong, Giok-siau-longkun
malah sudah tidak sabar lagi, teriaknya:
"Guru, biar aku yang mencoba dia!"
Ang-hoa-kui-bo setuju, maka dia mundur ke pinggir, sambil
berkata: "Anak Toh, dia sama sepertimu, kau jangan melukai dia!"
Sang-toh mendengus dingin, dia ingin sekali dengan satu tusukan
seruling menghabiskan nyawa Sin-hiong, tapi di wajahnya dia
menyahut: "Murid tahu!"
Sin-hiong melihat sekali, lalu menggelengkan kepala:
"Kau belum mampu!"
Sang-toh marah besar, memaki:
"Kau sombong sekali, Terima jurus ini!"
Begitu suaranya habis, orangnya sudah berada di depan, terlihat
bayangan hijau berkelebat, seruling di tangannya sudah menotok ke
arah tiga jalan darah mematikan Tiong-teng, Tan-tian, Kian-ki!
Serangannya cukup hebat, begitu jurusnya dilancarkan,
serulingnya mengeluarkan suara yang menusuk telinga, empat
orang pesilat tinggi yang di pinggir mendengarnya sampai
merinding. Sin-hiong hanya bergerak sedikit, lima jarinya mencengkram,
sambil membentak dingin:
"Dengan kemampuan yang hanya begini, mungkin harus belatih
lagi beberapa tahun!"
Cengkraman dia itu sangat cepat dan kuat, walaupun bergerak
belakangan, tapi tibanya lebih cepat dari pada Sang-toh, sekali
bergerak sudah hampir mencengkram pergelangan tangan Gioksiau-
long-kun! Giok-siau-long-kun sangat terkejut, tiba-tiba dia teringat jurus
yang digunakan oleh orang yang bercadar itu, bukankah gerakannya
sama dengan ini" Di saat terkejut, jurusnya dirubah menjadi jurus
Ciam-liong-cut-hai (Naga menyelam keluar dari laut.), ujung seruling
menotok pergelangan tangannya Sin-hiong.
Sin-hiong sekali lagi mengeluarkan keluhan:
"Kenapa kau masih tidak tahu diri?"
Habis bicara, tidak terlihat dia bergerak, tahu-tahu sudah berada
di belakang Giok-siau-long-kun, telapak tangannya diangkat, baru
saja akan meng-hantam, mendadak terdengar seseorang berkata:
"Anak Toh, mundurlah!"
Hantaman telapak tangan Sin-hiong itu hanya berpura-pura saja,
jika dia benar-benar menghantam, mungkin siapa pun tidak akan
bisa menghalanginya" Saat itu dia segera menarik tangannya,
sambil tertawa berkata:
"Sudah kubilang, kau tidak akan mampu?"
Dia berkata, bertindak, atau bertarung dengan orang, semua
sikapnya tampak pelan dan tenang, seperti orang pemalas saja, tapi
sekali jurusnya keluar, seperti kilat kecepatannya, mungkin di dunia
ini tidak ada orang yang bisa menandinginya"
Ciang-bun-jin Hoa-san-pai, Bu-tong-sam-kiam, Ho Koan-beng
dan Sun Cui-giok melihat dengan mata terkejut dan bengong!
Tadi Sun Cui-giok diperlakukan hingga menjadi sangat sedih, saat
ini dia malah jadi bersemangat, dia bergumam
"Sin-hiong, Sin-hiong, kau jangan melepaskan mereka yaa!"
Anak yang sepuluh tahun lalu pernah mengalami penghinaan
yang amat besar, akhirnya bisa merasa lega, mendengar suara Sun
Cui-giok yang mengandung daya tarik itu, mendadak semangatnya
jadi bergelora, tangan kanannya perlahan dia mengusap wajahnya,
terlihat bedak kuning di wajahnya berjatuhan, dalam sekejap mata,
di hadapan mereka tampak seorang pemuda yang sangat tampan
dan gagah! Sun Cui-giok berteriak: "Ini baru Sin-hiong yang sepuluh tahun
lalu!" Ho Koan-beng diam-diam terkejut, dalam harinya berpikir:
"Ternyata dia datang kesini dengan merubah wajahnya"'
membandingkan dengan dirinya, dia merasa kalah tampannya.
Perlahan Ang-hoa-kui-bo maju dua langkah ke depan, lalu
menghentakkan tongkatnya, berkata:
"Bocah, kau sudah merebut hati semua orang! Jika kau tidak
menerima lima jurusku, apa kau tidak merasa malu?"
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sin-hiong tertawa:
"Betulkah" Aku tidak bertarung tidak apa-apa, tapi jika
bertarung, maka tidak akan ada batasan lima jurus saja."
Setelah berkata, dengan tenang berjalan menuju kudanya,
mengambil kecapi kuno antik itu, dipukulnya pelan, terdengar suara
"Teng!", tahu-tahu di tangannya sudah memegang sebilah senjata
yang seperti kail tapi bukan kail, seperti pedang tapi bukan pedang.
Melihat itu, sorot mata Ho Koan-beng melihat ke atas pintu,
matanya jadi semakin membelalak lebar.
Ang-hoa-kui-bo terkejut dan berteriak:
"Kim-kau-kiam!" Bukan hanya dia yang berteriak, Ciang-bun-jin
Hoa-san-pai dan lain-lainnya pun ikut berteriak, di wajah masingmasing
orang tampak rasa terkejut, keheranan.
Sin-hiong menyentil batang pedangnya sekali, katanya:
"Terima kasih, kalian masih ingat pedang pusaka guruku, itu
menunjukan masih menghormati-nya, aku ucapkan sekali lagi
banyak terima kasih."
Diam-diam Ang-hoa-kui-bo menghela nafas, di dalam hatinya
berkata: 'Ternyata bocah ini adalah muridnya Khu Ceng-hong, kalau
begitu tidak mengherankan sifatnya aneh.'
Tapi dia berpikir lagi, dengan kepandaiannya yang telah terlatih
puluhan tahun, walaupun dia telah dilatih oleh Khu Ceng-hong,
tenaga dalamnya pasti tidak akan mampu menandingi dirinya,
dalam lima jurus walaupun mungkin dia tidak bisa menang, tapi
juga tidak akan kalah"
Berpikir sampai disini, dia memegang tongkat besinya erat-erat,
berkata: "Silahkan menyerang dulu, jika tidak, orang akan mengira aku
hanya berani pada anak kecil saja?"
"Baiklah, ini jurus pertamaku!"
Begitu perkataannya selesai, tubuhnya sudah berada di belakang
Ang-hoa-kui-bo, secepat kilat pedangnya menusuk!
Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin, tubuhnya berputar, tongkat
besinya menyapu ke belakang, angin yang dibawa oleh tongkat,
membuat baju orang-orang yang di pinggir berkibar, tenaga
dalamnya sungguh mengejutkan!
Siapa sangka, ketika tongkatnya menyapu, di depan sudah tidak
ada siapapun, saat Ang-hoa-kui-bo tertegun, mendadak dia merasa
di belakangnya ada angin dingin menyerang, dia tahu Sen Sin-hiong
kembali sudah ada di belakang tubuhnya, dia berteriak keras,
tongkat besinya laksana naga hitam, berturut-turut menyerang
sebanyak dua jurus.
Sin-hiong tertawa keras:
"Bagus, dua jurus menghadapi empat jurus, itu baru adil!"
Setelah kedua orang itu bertarung, Sin-hiong hanya
mengeluarkan dua jurus, tapi Ang-hoa-kui-bo sudah mengeluarkan
empat jurus, makanya begitu Sin-hiong mengatakannya, wajah Anghoa-
kui-bo pun dengan sendirinya menjadi merah.
Hanya saja jurus dia selain keras juga amat dahsyat, walau
hanya menyerang empat jurus, tapi orang yang melihat di pinggir,
tongkatnya sudah berubah menjadi puluhan banyaknya!
Ketika Sen Sin-hiong berkata, tubuhnya sudah dikurung dengan
rapat oleh angin pukulan tongkat Ang-hoa-kui-bo.
Sun Cui-giok terkejut dan berteriak:
"Sin-hiong, bereskan dulu pertarungannya baru bicara."
Dia mengira Sin-hiong hanya bisa bicara saja, siapa duga
teriakannya belum selesai, mendadak terlihat sinar pedang di
lapangan semakin besar, "Huut huut!" mengikuti angin pukulan
tongkat yang berputar-putar, begitu Ang-hoa-kui-bo menyerang
dua-tiga jurus, dia pun ikut membalas dua-tiga jurus! bergerak,
perubahan jurus Ang-hoa-kui-bo hampir bersamaan waktu sudah
tiba! Tampak di wajah Giok-siau-long-kun ada rasa bangga, dengan
sombongnya berkata:
"Tepat lima jurus!"
Sun Cui-giok melihat tubuh Sin-hiong sudah diangkat oleh angin
pukulan tongkat, hatinya jadi tergetar, hampir saja dia tidak berani
melihatnya. Ketika tubuh Sin-hiong diangkat oleh angin pukulan tongkat,
mendadak terlihat diatas udara dia menyabetkan pedangnya,
meminjam tenaga angin pukulan tongkat dia langsung meloncat,
dan orangnya sudah berada diatas kuda yang jauhnya tiga tombak.
Empat orang pesilat tinggi yang menonton di pinggir merasa
terkejut saling berpandangan, mereka mengira Sin-hiong sudah
kalah, saat mereka meneliti lagi, terlihat wajah dia berseri-seri, dan
berkata: "Gouw-cianpwee, terima kasih atas keramahannya!"
Setelah bicara, memandang lagi pada pada pesilat tinggi dari Butong
dan Hoa-san, di dalam hati berpikir di kemudian hari aku akan
mencari kalian.
Wajah Ang-hoa-kui-bo terlihat tidak enak di pandang, dia
menghentakkan kedua kakinya, berteriak:
"Anak Toh, kita kembali lagi ke gunung dan berlatih lima tahun
lagi!" Habis bicara, dia menarik Giok-siau-long-kun, Giok-siau-long-kun
tidak mengerti, di dalam hati berpikir:
'Guru tidak kalah, kenapa mau pergi dari tempat ini?"
Tapi tarikan Ang-hoa-kui-bo sangat kuat, dia pun tidak bisa
berbuat apa-apa, dua bayangan itu dalam sekejap menghilang di
lapangan liar, bersamaan datangnya sinar pagi.
Kejadian inipun membuat semua orang jadi lebih tidak mengerti!
Tapi Coan-kong Totiang dari Bu-tong-sam-kiam terlihat lebih
teliti, sambil melihat ke kiri dan kanan, mendadak dia melihat diatas
tanah ada sekuntum bunga merah yang mencolok mata, teriaknya:
"Kalian lihat, apa itu?"
Semua orang melihat ke arah yang ditunjuk, sekarang hati
mereka baru mengerti apa yang telah terjadi, tapi pada saat ini
terdengar suara derap kuda, suara kecapi mengalun di udara, Sinhiong
sudah melarikan kudanya, dalam sekejap mata sudah berlari
sejauh dua puluh tombak lebih!
Sun Cui-giok seperti baru bangun dari mimpi-nya, tubuhnya
meloncat, langsung mengejar ke depan!
Sambil mengejar, dia memanggil-manggil nama Sin-hiong.
Ho Koan-beng merasa sangat sedih, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai
melihat pada murid kesayangan-nya, berkata:
"Beng-ji, sudahlah, Ang-hoa-kui-bo pun harus berlatih lagi lima
tahun, sepuluh tahun lagi kau muncul ke dunia persilatan pun tidak
terlambat!"
Mereka tadi masih bisa melihat seekor kuda dan seseorang
berlari di atas lapangan liar, tapi setelah lewat sejenak, suara
kecapi, suara orang, dan dua titik hitam yang satu di depan yang
satu di belakang, pelan-pelan telah menghilang.
Ciang-bun-jin Hoa-san-pai menarik murid kesayangannya yang
sedang sedih dan marah, bengong sejenak, lalu menganggukan
kepala pada Bu-tong-sam-kiam berkata:
"Sobat-sobat, sampai jumpa lagi lima tahun kemudian!"
Dengan hati berat, Bu-tong-sam-kiam pun saling pandang, ambisi
mereka jadi terpukul, bersama-sama mereka berkata:
"Cia-tayhiap, sampai ketemu lagi lima tahun kemudian!"
Habis berkata, lima bayangan orang membagi arah, yang satu ke
timur yang satu ke barat meng-hilang dari lapangan liar.
Setelah lima orang itu pergi, dari dalam rumah muncul satu
orang, tentu saja dia adalah Sie Yong-ki dari perguruan Tiang-pek,
kejadian tadi dia menyaksikan dengan jelas, melihat empat pesilat
tinggi paling top di dunia persilatan masa kini semua meninggalkan
tempat dengan hati terpukul, dia sendiri bisa berkata apa lagi"
Sambil menggeleng-gelengkan kepala, lalu dia pun pergi dengan
lesu. Lapangan liar, kembali keasalnya, jadi tenang lagi.
Sen Sin-hiong berlari di depan, samar-samar dia mendengar di
belakangnya ada yang memanggil, beberapa kali dia ingin
menghentikan langkahnya, tapi setelah dia berpikir, Sun Cui-giok
adalah calon istri Ho Koan-beng, tidak pantas dia menjalin kembali
hubungan dengan dia"
Dia mengeraskan hati, di belakang Sun Cui-giok semakin
memanggil, dia berlari semakin cepat, sebentar saja dia sudah
berlari sejauh tiga lima li.
Matahari sudah tinggi, Sen Sin-hiong baru menghela nafas, di
dalam hati menanggung perasaan yang berat.
Keluar dari lapangan liar yang amat luas, di depan ada sebuah
kota kecil, sejak kecil Sin-hiong tumbuh disini, terhadap keadaan
disekitamya tentu saja sangat hafal, dia tahu kota kecil di depan
disebut kota Pek-yang, penduduknya tidak banyak, hatinya berpikir:
'Setelah makan, aku harus pergi ke Siauw-lim-si untuk
menyelesaikan persoalan pertama guru.'
Masuk ke dalam kota, dengan hafal sekali dia pergi ke satu
rumah makan, pelayan rumah makan melihat penampilan dia yang
tidak biasa, buru-buru menyambutnya:
"Tuan muda ingin makan apa" Di rumah makan kami segala
makanan ada."
Sin-hiong memperhatikan rumah makannya, karena waktunya
masih pagi, tamu di dalam rumah makan belum banyak, hanya meja
di sebelah timur, duduk seorang tua yang dandanannya lain dari
pada yang lain.
Orang ini berambut putih ikal, wajahnya hitam pekat, sepasang
matanya bengong memandang langit langit, entah sedang
memikirkan apa" Tangannya memegang gelas arak, tidak hentihentinya
minum arak, terhadap masuknya Sin-hiong, sedikit pun
tidak ada perhatian.
Sin-hiong menyahut:
"Siapkan makanan apa saja, setelah makan aku harus segera
berangkat lagi!"
Sambil berkata, dia memilih satu meja, tepat duduk berhadapan
dengan orang tua itu, terlihat orang tua itu setelah minum, lalu
minum lagi berturut-turut beberapa gelas arak.
Sin-hiong jadi keheranan, di dalam hati berpikir:
'Orang ini pasti sedang mendapat kesulitan besar, kalau tidak
bagaimana bisa begitu risau"'
Tidak lama kemudian, pelayan rumah makan sudah
mengantarkan makanannya, Sin-hiong dengan santai
menyantapnya, saat dia mengangkat kepala, mendadak terlihat dari
luar rumah makan berlari masuk seorang laki-laki setengah baya.
Orang itu tampak terburu-buni, setelah masuk langsung menuju
orang tua itu, dengan gugup berkata:
"Ho Lo-ianpwee, aku mendengar satu berita yang
menggemparkan!"
Orang tua itu menaruh gelas araknya diatas meja, lalu bertanya:
"Berita apa?"
Laki-laki setengah baya melihat dulu ke sekeliling, melihat di
dalam rumah makan tidak ada orang yang dicurigai, baru dengan
pelan berkata: "Aku mendengar perguruan Hoa-san dan Bu-tong-sam-kiam
sudah mengunci pedangnya!"
Orang tua membelalakan sepasang matanya, dengan keras
berkata: "Apa betul?"
"Tentu saja betul, dan aku mendengar Ang-hoa-kui-bo dan
muridnya pun dalam lima tahun ini tidak akan berkelana di dunia
persilatan!"
Di dalam rumah makan walaupun tidak ada orang, tapi berita ini
sungguh sangat mengejutkan, maka orang tua itu mendadak
bangkit berdiri, dengan keras berkata:
"Kau dengar dari siapa" He he he, berita ini mungkin tidak
benar!" Harus diketahui, orang-orang yang disebut oleh laki-laki setengah
baya itu, nama mereka tidak satu pun yang tidak menggemparkan
dunia persilatan, asalkan salah satu dari mereka berjalan di dunia
persilatan, sudah cukup membuat dunia persilatan bergejolak, tidak
diduga orang-orang ini hanya dalam satu malam bersama-sama
mengundurkan diri, kata-kata ini jika didengar orang, siapa yang
bisa percaya"
Laki-laki setengah baya berpikir sejenak:
"Sepertinya seorang pesilat dari perguruan Tiang-pek yang
mengatakannya, tentu saja itu tidak akan salah."
Mendengar ini, orang tua berwajah hitam lalu berjalan memutarmutar
di dalam ruangan, lalu cepat-cepat melemparkan satu tail
perak diatas meja, berkata:
"Saudara Tan, cepat ikuti aku!"
Tapi baru saja kedua orang itu akan melangkah keluar, terdengar
di luar pintu ada suara merdu berkata:
"Nona, kita beristirahat saja dulu di rumah makan ini?"
Sin-hiong melihat keluar pintu, terlihat ada dua orang remaja
gadis, satu berbaju putih yang satu lagi berbaju hijau sedang
berjalan masuk, gadis berbaju putih itu kulitnya putih bersih,
ditambah dia memakai baju putih, membuat orang yang melihatnya
merasa dia sangat anggun dan suci.
Sedangkan gadis berbaju hijau kelihatannya seorang pelayan,
usianya tidak besar, rambutnya digelung di atas kepala, saat bicara
meloncat-loncat sangat lincah sekali.
Gadis berbaju putih tidak bicara, hanya meng-anggukan kepala,
lalu pelan-pelan masuk kedalam.
Orang tua berwajah hitam dan silaki-laki setengah baya itu
tadinya mau pergi, melihat gadis berbaju putih masuk ke dalam, lalu
kedua orang itu lari kehadapan gadis berbaju putih, membungkuk
tubuh dan berkata:
"Nona Ong, kebetulan sekali kau datang!"
Gadis berbaju putih melayangkan tangannya, kata-nya tawar:
"Kalian sudah makan?"
"Sudah!" jawab kedua orang itu bersamaan.
Melihat ini Sin-hiong jadi merasa keheranan, dalam hatinya
berpikir: 'Gadis berbaju putih ini tampaknya lemah gemulai, kenapa kedua
orang ini begitu menghormati-nya"'
Setelah gadis berbaju putih duduk, gadis berbaju hijau baru pergi
memesan makanan. Orang tua berwajah hitam maju selangkah dan
berkata: "Nona Ong, Bu-tong-sam-kiam sudah mengundurkan diri!"
Gadis berbaju putih menganggukan kepala:
"Aku sudah tahu, apakah kalian berdua sudah mendapatkan
khabarnya Tong-goat-sin-kun (Orang tua sakti dari gunung timur)
dan Pak-goat-lo-lo (Nenek sakti dari gunung utara)?"
Orang tua berwajah hitam menelan air ludahnya baru berkata:
"Kami dengar mereka berdua sudah pergi ke utara, hanya saja
tidak tahu kapan sampainya?"
Gadis berbaju putih itu mendengus dingin, berkata lagi:
"Kalau begitu, kau tentu tahu apa sebabnya Bu-tong-sam-kiam
mengundurkan diri dari dunia persilatan?"
Cara bicaranya menunjukkan kedudukannya seperti yang paling
tinggi, tapi orang tua berwajah hitam dan laki-laki setengah baya itu
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bernafas pun tidak berani keras-keras, apa lagi terhadap pertanyaan
yang tadi dia tanyakan, membuat kedua orang itu tidak bisa
menjawab. Memang mereka berdua tadinya hanya tahu Bu-tong-sam-kiam
mengundurkan diri, mengenai apa sebabnya mengundurkan diri,
kedua orang itu tidak ada yang tahu"
Dengan sorot mata tajam seperti pisau, gadis berbaju putih
menyapu sekali, lalu tertawa dingin:
"Ho Tiong, kau sudah banyak pengalaman di dunia persilatan,
apa masalah sekecil ini pun kau tidak bisa mendapatkannya?"
Sin-hiong mendengar gadis berbaju putih itu menyebutkan nama
orang tua berwajah hitam, dalam hatinya berpikir:
'Nama Ho Tiong sepertinya pernah kudengar, kenapa bisa begitu
takut pada gadis berbaju putih itu"'
Karena di dalam hati tidak mengerti, diam-diam dia melirik sekali,
terlihat wajah Ho Tiong kejang-kejang, sebagian besar mabuknya
sudah hilang, sambil gagap dia berkata:
"Kabar ini baru saja aku dengar, mengenai..." Belum lagi dia
melanjutkan kata-katanya, tangan mulus gadis berbaju putih
diayunkan, memotong perkataannya:
"Sudah, sudah, masalah ini kau tidak perlu repot lagi, Tong-goatsin-
kun malam ini akan tiba, aku akan memberi sebuah tugas
padamu." Bagaimana Ho Tiong berani menolaknya, dia menyahut sekali,
sepasang mata membelalak besar, tidak tahu gadis ini akan
memberikan tugas apa"
Setelah berkata, gadis berbaju putih dengan tenang
mengeluarkan sebuah sapu tangan bersulam, mengibaskan di
depannya dan berkata lagi:
"Jika kali ini kau tidak bisa menyelesaikannya, kau pulang sendiri
ke Heng-san."
Sikap gadis berbaju putih itu dari awal sampai akhir tampak
bersikap tenang-tenang saja, tapi begitu Ho Tiong mendengarnya,
wajahnya langsung menjadi tegang, dengan suara gemetar berkata:
"Mengorbankan nyawa pun hamba pasti akan
menyelesaikannya!"
Kata-kata ini begitu terdengar, hati Sin-hiong menjadi tergetar,
dia berkata dalam hati:
'Apa" Ho Tiong sudah menjadi budak orang"' Karena didorong
oleh rasa ingin tahunya, saat ini dia jadi memperhatikan percakapan
mereka, dia memiringkan tubuhnya sedikit, ingin mendengar tugas
apa yang akan diberikan pada Ho Tiong "
Walaupun dadis berbaju putih ini tidak melihat ke arah Sin-hiong,
tapi ternyata sangat teliti sekali, dia melambaikan tangannya
berkata: "Kau kemari!"
Ho Tiong berjalan ke sisi meja, terlihat gadis berbaju putih itu
dengan tangannya yang seperti bawang itu menulis beberapa huruf
diatas meja, tanya:
"Apa kau sanggup melaksanakannya?"
Ho Tiong merasa berat, sambil gagap berkata:
"Ini, ini......"
Dia beberapa kali mengucap ini-ini, jelas tugasnya sangat berat,
makanya dia tidak bisa meneruskan kata-katanya, wajah gadis
berbaju putih jadi serius, sambil tertawa dingin berkata:
"Kalau begitu, kau terpaksa kembali lagi ke Heng-san."
Entah apa yang ditulis di atas meja itu" hingga membuat Ho
Tiong begitu kesulitan, Sin-hiong tadinya ingin mendengar apa yang
dibicarakan gadis berbaju putih itu, tidak diduga dia begitu licin,
menuliskan apa yang ingin dia katakan diatas meja, Sin-hiong jadi
memuji a tas ketelitannya.
Wajah Ho Tiong tidak karuan sekali, berkata:
"Ini......hamba pasti bisa melaksanakannya."
Gadis berbaju putih tertawa, tangan mulusnya menghapus habis
huruf di atas meja, berkata lagi:
"Aku tahu masalah ini sedikit sulit, supaya kau semangat,
sekarang kau boleh makan sepuasnya."
Habis bicara, tanpa mempedulikan Ho Tiong lagi, dia berkata
pada laki-laki setengah baya.
"Tan Tiong, kau kemari!"
Laki-laki setengah baya dengan gemetaran meng hampirinya,
berkata: "Hamba memberi hormat!"
Sambil tersenyum gadis berbaju putih berkata:
"Tugas kali ini kau cukup bagus melaksanakannya, tugas malam
ini kalian berdua bersama-sama melaksanakannya."
Laki-laki setengah baya yang dipanggil Tan Tiong ini masih tidak
tahu lugas apa yang harus dilaksanakan malam ini" Hanya saja
melihat warna wajah Ho Tiong kesulitan, saat itu buru-buru dia
menyahutnya, lalu bersama Ho Tiong duduk di meja lainnya.
Sin-hiong melihat gerak-gerik ke empat orang ini sangat
misterius, tidak tahan di dalam hari berkata:
'Mereka membicarakan orang lain aku tidak mau tahu, tapi Butong-
sam-kiam dan Ciang-bun-jin Hoa-san-pai aku pernah bertemu
dengan mereka, jika bukan karena perintah guru harus dilaksanakan
secepatnya, kemarin malam aku tidak akan melepaskan mereka/
Dia berpikir, mendengar mereka malam ini ada masalah, tapi
merasa tidak ada hubungannya dengan dirinya, dia jadi tidak ingin
melibatkan diri, saat akan memanggil pelayan untuk membayar
rekening dan meninggalkan tempat, mendadak dia melihat di luar
pintu ada seorang laki-laki besar bertubuh tegap, berjalan masuk ke
dalam rumah makan.
Orang ini dipunggungnya terselip sebilah pedang panjang, kedua
matanya bersinar, setelah masuk ke dalam rumah makan, matanya
melihat ke sekeliling, saat dia melihat gadis berbaju putih, sorot
matanya berhenti disana.
Gadis berbaju putih itu sedang makan, terhadap masuknya lakilaki
besar berbaju ringkas, dia sepertinya tidak melihat, setelah
makan sejenak, dengan pelan dia berkata pada gadis baju hijau
yang ada disisinya:
"Ceng-ji, kita berangkat sekarang!"
Gadis berbaju hijau menyahut, mengeluarkan satu potong perak
besar, menaruhnya diatas meja, lalu berteriak:
"Pelayan, rekeningnya!"
Pelayan rumah makan segera menghampiri, gadis berbaju hijau
sambil menunjuk potongan perak besar diatas meja berkata:
"Uang perak ini untuk membayar rekening kami berempat, apa
cukup" Potongan perak ini kelihatan nilainya lebih dari sepuluh liang,
jangan kata untuk makan empat orang ini, walau ditambah sepuluh
orang lagi pun cukup, wajah pelayan rumah makan berseri seri,
berkata: "Cukup, cukup."
Gadis berbaju putih pelan-pelan berdiri, Ho Tiong dan Tan Tiong
ikut berdiri mengantarnya, gadis berbaju putih melambaikan tangan,
lalu berjalan keluar bersama dengan gadis berbaju hijau.
Sin-hiong mengawasi terus gerak-gerik mereka berempat, dia
menilai mungkin ilmu silat gadis berbaju putih ini sangat tinggi, jika
tidak, penjahat besar seperti Ho Tiong, bagaimana mungkin mau
tunduk pada dia"
Laki-laki berbaju ringkas yang baru masuk, menatap bayangan
punggung gadis berbaju putih, setelah mendengus dingin, lalu
duduk di salah satu meja, terhadap Ho Tiong dan Tan Tiong
nampak mimik wajahnya sinis.
Selama ini Ho Tiong bergerak di daerah Hoa cong, terhadap
golongan hitam di utara, dia hanya mendengar dan yang kenal tidak
seberapa, melihat tingkah laku laki-laki berbaju ringkas ini amat
sombong, dia tidak tahu amarahnya harus dilampias-kan dimana,
dengan bengis dia melototinya, sambil berkata menyinggung:
"Saudara Tan, Bu-tong-sam-kiam sudah mengundurkan diri, apa
kau tahu golongan hitam di utara masih ada siapa lagi?"
Nama Bu-tong-sam-kiam terkenal di dunia, Ho Tiong mengangkat
dirinya dengan hanya menyebut Bu-tong-sam-kiam, tujuannya
adalah menyombongkan diri di hadapan orang itu, siapa tahu
setelah orang itu mendengar, mendadak dengan sinis mendengus
dingin berkata:
"Bu-tong-sam-kiam memang tidak begitu hebat, lalu apa
hebatnya Lam-goat-sian-ku" (Dewi kecil dari gunung selatan)"
Nada bicara orang ini hesar sekali, Sin-hiong yang mendengar,
dalam hati berkata:!
"Ternyata gadis berbaju putih itu adalah Lam-goat-sian-ku, lalu
siapa Pak-goat-lo-lo dan Tong-goat-sin-kun?"
Beberapa kali dia ingin membayar rekening dan pergi, tapi
setelah mendengar nama-nama ini, maka dia menduga orang-orang
ini adalah orangorang besar yang ternama, hatinya semakin
berpikir kadi semakin ingin tahu, apa yang sedang mereka lakukan"
Tiba-tiba Ho Tiong bangkit berdiri, dengan marah berkata:
"Kalau begitu di seluruh dunia ini, andalah yang paling hebat
bukan?" Orang itu tertawa keras:
"Tidak berani, aku Lang Tiong-sun jika bukan ada urusan
penting, malam ini ingin sekali mencoba kebisaanmu!"
Begitu orang ini menyebutkan namanya, Ho Tiong merasa
tubuhnya tergetar, teriaknya:
"Heh! Ternyata anda adalah ketua perguruan Tiang-pek!"
Lang Tiong-sun dengan sombongnya berkata:
"Kau juga tahu namaku?"
Melihat sikap Lang Tiong-sun amat sombong, Ho Tiong jadi
marah sekali, baru saja akan memaki, mendadak ditarik oleh Tan
Tiong di belakang, dengan pelan berkata:
"Ho Lo-cianpwee, lebih baik kita laksanakan tugas kita saja."
Ho Tiong memaksa diri untuk tenang, lalu duduk kembali.
Sin-hiong melihat sejenak, dalam hati berpikir: 'Tidak peduli
mereka malam ini akan melakukan apa" aku adalah orang luar,
lebih baik jangan melibatkan diri"'
Berpikir sampai disini, lalu memanggil pelayan, membayar
rekening dan meninggalkan tempat.
Kota Pek-yang adalah tempat yang sering dia kunjungi sejak
kecil, saat itu tidak seramai seperti sekarang, setelah sepuluh tahun
kembali mengunjunginya, keadaannya sudah berubah besar,
hatinya jadi ada satu perasaan tercengang.
Keluar dari mulut kota, dia berjalan pelan-pelan, mendadak dari
pinggir jalan muncul satu orang, Sin-hiong melihat, ternyata orang
ini adalah Lam-goat-sian-ku, dalam hati dia berpikir:
'Kenapa dia bisa muncul disini"'
Setelah tertawa, Lam-goat-sian-ku berkata:
"Hei, kenapa kau masih tidak turun dari atas kuda?"
Sin-hiong tidak kenal dengan dia, tidak tahu dia bicara dengan
siapa, dia membalikan kepala melihat ke belakang, saat itu
mendadak dia merasa ada angin lembut bertiup, lalu pinggang di
cengkram hingga merasa kaku, dan terdengar Lam-goat-sian-ku
berkata: "Didepanku, kau tidak bisa berpura pura!"
Sin-hiong tidak mau kemampuannya diketahui orang, hatinya
berpikir 'Sungguh cepat gerakannya!'
Dia tidak tahu kenapa Lam-goat-sian-ku memperlakukan dia
seperti ini, maka dengan nada dalam dia berkata:
"Nona bicara apa" Aku sedikit pun tidak mengerti!"
Lam-goat-sian-ku menambah tenaganya, Sin-hiong tetap tidak
bergerak, dia hanya merasa di atas pinggangnya terasa kaku, di sisi
telinga kembali terdengar suara merdu berkata:
"Hemm... hemm... ilmu silatmu ini di depan orang lain boleh
berpura pura tidak bisa, tapi didepan aku kau jangan harap!"
Sin-hiong lebih-lebih tidak mengerti, tanyanya:
"Aku tidak bisa satu jurus pun ilmu silat, nona salah lihat orang?"
Tadinya dia ingin memukul keluar senjata Lam-goat-sian-ku yang
menempel di pinggangnya, tapi setelah dipikir dengan teliti, dia
merasa kurang yakin, sebab dia sadar, tadi Lam-goat-sian-ku dari
mulai bicara sampai bergerak menyerang, kecepatan gerakannya,
baru kali ini dia melihatnya, jika sekali bergerak dia tidak berhasil,
maka itu akan merepotkan sekali.
Lam-goat-sian-ku tertawa dingin:
"Tadi di dalam rumah makan, kau diam-diam memperhatikan
apa" Jika kau sudah mengetahui rahasia aku, maka terpaksa aku
persilahkan kau tidur panjang disini."
Diam-diam Sin-hiong menghela nafas, di dalam hati dia berpikir:
'Kau menulis apa diatas meja" Bagaimana aku bisa Lihu, bicara
orang ini sungguh tidak beralasan sekali.'
Ketika dia berpikir, 'jika keadaan sangat mendesak, mungkin saja
dia akan bergerak melawan-nya,' tepat disaat ini, mendadak di
depan terdengar suara kuda berlari, sekejap sudah tampak ada
seekor kuda berlari dengan cepat menghampiri!
"Heh" Lam-goat-sian-ku terkejut berkata:
"Si tua ini cepat sekali datangnya!"
Baru saja selesai berkata, kuda itu sudah tiba di depannya, Lamgoat-
sian-ku tidak enak bicara lagi, lalu menarik lengannya dan
pedangnya pun telah ditarik kembali, orang diatas kuda itu sambil
berseri-seri dia berkata:
"Nona Ong, siapa dia ini?"
Wajah cantik Lam-goat-sian-ku menjadi merah:
"Dia hanya seorang kecoa, hemm... dia malah berani berniat
buruk padaku!"
Kata-katanya hanya berbasa basi, tapi hanya didengar oleh Sinhiong,
yang lainnya dia tidak merasa apa-apa" Hanya setelah
mendengar Lam-goat-sian-ku mengatakan dirinya berniat buruk
pada dia, diri jadi merasa di hina"
Wajah Sin-hiong jadi berubah, begitu dia akan bergerak, orang
yang barusan datang itu tertawa, lalu dua jarinya secepat kilat
menyerang Sin-hiong, menotok ke arah Ki-bun-hiatnya Sin-hiong,
sambil berkata:
"Berani tidak sopan pada Lam-goat-sian-ku dari Ngo-goat (Lima
orang gunung sakti), sama artinya dengan menghina aku Tonggoat-
sin-kun!" Tubuhnya belum turun dari atas kuda, dan masih berjarak cukup
jauh dengan Sin-hiong, siapa sangka begitu dia bergerak, bukan
saja sangat cepat sudah turun dari atas kuda, serangan kedua
jarinya pun sudah hampir mengenai jalan darahnya Sin-hiong.
Bagaimana pun Sin-hiong tidak bisa tinggal diam lagi.
Dalam saat sekejap ini, otak dia sudah berputar, di dalam hati
berkata: 'Dua-tiga hari akhir-akhir ini, berturut-turut aku telah berjumpa
dengan beberapa kelompok orang, dan orang-orang ini amat
sombong, entah dari mana akar masalahnya?"
Baru saja dia akan bertindak, tepat di saat ini, di depan matanya
mendadak terlihat sinar pedang berkelebat, Lam-goat-sian-ku
berteriak: "Ini masalahku, siapa yang mengijinkan kau ikut campur?"
Mereka berdua satu di depan satu di belakang bergerak bersamasama,
tapi karena di tangan Lam-goat-sian-ku memegang pedang
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pusaka, begitu pedangnya bergerak, sudah menyabet pergelangan
tangannya Tong-goat-sin-kun, satu arah lagi mengarah ke jalan
darah Ki-bun nya Sin-hiong!
Rupanya Lam-goat-sian-ku pun memaksa Sin-hiong terlibat di
dalamnya, hingga sebaik apa pun kesabarannya Sin-hiong, saat ini
amarahnya jadi timbul, mata dia menyapu sekali, melihat walaupun
pedang Lam-goat-sian-ku ditujukan pada dia, tapi gerakan lainnya
menyerang Tong-goat-sin-kun, di dalam hati pikir:
'Ada apa lagi ini"'
Pergelangan tangan Sin-hiong diputar, sambil membentak:
"Kalian ini mau apa?"
Tangan dia diputar, lima jarinya dibuka, jainya menyentil ujung
pedangnya Lam-goat-sian-ku, satu gerakan lagi mengunci
pergelangannya Tong-goat-sin-kun!
Maka Lam-goat-sian-ku hanya menghadapi satu pihak,
sedangkan Tong-goat-sin-kun dan Sinhiong berdua menghadapi
serangan dari dua pihak, pertarungan seperti ini, sungguh jarang
dilihat di dunia!
Walaupun Sin-hiong sembarangan memutar tangannya, tapi
pertahanan dan serangan dia tepat sekali, kedua orang itu tidak
terasa mengeluarkan suara dengusan, hampir bersamaan berteriak:
"Benar saja ada sedikit kemampuan!"
Setelah bicara, kedua orang itu merubah jurusnya, hanya terlihat
bayangan orang berkelebat, kedua orang itu sudah menyerang,
semuanya satu jurus dengan dua perubahan, kau serang aku, aku
juga serang kau, mereka bersama-sama menyerang Sin-hiong.
Hati Sin-hiong merasa bingung, pikirnya:
'Kedua orang ini sungguh tidak dimengerti, bertanya pun tidak
langsung melibatkan dirinya, di dunia ini mana ada aturan begini"
Sin-hiong masih duduk diatas kuda, bertarung dengan pesilat
tinggi kelas wahid seperti ini, salah sedikit saja akan berakibat fatal,
walaupun ketiga orang itu hanya menyerang dua tiga jurus, tapi
Sin-hiong sudah merasa amat terdesak!
Saat kedua orang itu menyerang dia, Sin-hiong tidak ingin
melawannya lagi, kedua kakinya menjepit perut kuda, tubuhnya
sudah berlari ke depan, Tong-goat-sin-kun yang melihat, langsung
berteriak: "Bocah, kau ingin melarikan diri!" Tangannya dibalikan,
secepat kilat menangkap rambut kuda.
Kuda Sin-hiong adalah kuda hebat, tenaga hentakannya besar
sekali, walau berhasil ditangkap oleh dia, kuda itu pun tidak akan
berhenti, tapi Sin-hiong takut kudanya terluka, di saat tangan Tonggoat-
sin-kun mengenai rambut kuda.
Sin-hiong tertawa dingin berkata: "Kau berani melukai kudaku?"
Telapak tangan kanannya laksana golok, disabetkan ke bawah,
samar-samar terdengar suara "Weet weet!", Tong-goat-sin-kun
terkejut sekali, di dalam hati pikir, orang ini tenaga dalamnya
sungguh tinggi sekali.
Dia terpaksa menarik kembali tangannya, mengambil
kesempatan ini Sin-hiong bersalto sejauh dua tombak lebih,
kudanya dengan dahsyat menerjang keluar.
Tong-goat-sin-kun tidak menduga Sin-hiong bisa lebih cepat dari
pada dia, menunggu Sin-hiong turun ke atas tanah, mata dia
membelalak besar sekali, sesaat tidak bisa bersuara.
Lam-goat-sian-ku pun tertegun, di dalam hati mereka berdua
berkata, pesilat tinggi di dunia persilatan hampir tidak ada satu pun
yang tidak mereka kenal, tapi mereka tidak pernah mendengar ada
orang yang menyebut diri pemuda ini"
Tong-goat-sin-kun lama tertegun dan menatap, lalu menggelenggelengkan
kepala berkata:
"He he he, terpaksa aku menggunakan senjata!" Habis bicara, dia
sudah mengeluarkan sebuah senjata yang bentuknya aneh, Sinhiong
tidak bereaksi apa-apa" Hanya Lam-goat-sian-ku yang
melihat, wajah cantiknya mendadak berubah.
Ternyata senjata dia adalah sebuah cambuk, di ujung cambuknya
ada sebuah bola besi, tadi dia mengikatnya di pinggang, maka
ketika Sin-hiong bertarung beberapa jurus dengan dia, masih belum
tahu dimana senjata dia disimpan"
Berbeda lagi buat Lam-goat-sian-ku, dia tahu kelihayan bola besi
itu, makanya dalam sekejap Tong-goat-sin-kun mengeluarkan
senjatanya, warna wajah dia sudah berubah beberapa kali.
Sin-hiong hanya tertawa dingin memandang mereka berdua,
berkata: "Kalian benar-benar ingin bertarung?"
Pikirnya didalam hati:
'Aku dengan kalian tidak ada dendam apa-apa, jika kalian benarbenar
ingin bertarung, aku pun harus menggunakan senjata.'
Tong-goat-sin-kun memelototkan sepasang matanya:
"Tadinya aku mengira bocah ini sedikit tidak pantas, sekarang
setelah melihatnya malah dia pantas bertarung dengan kami."
Kami yang dia katakan itu, tentu saja termasuk Lam-goat-sian-ku
di dalamnya, Sin-hiong baru saja turun gunung, karena mengemban
tugas berat, dia benar-benar tidak ingin menghabiskan waktu yang
tidak berguna, tapi tidak diduga justru di tengah jalan, dia bertemu
dengan masalah aneh ini.
Kata Sin-hiong:
"Sebenarnya, jika benar-benar bertarung aku pun tidak sanggup
menerima dua tiga jurus serangan kalian. Maka biarkanlah aku
pergi." Dia hanya ingin terlepas dari permasalahan ini, maka dia
terpaksa menahan diri, tidak ingin melanjut-kan permasalahannya
dengan mereka berdua.
Lam-goat-sian-ku berpikir:
'Orang ini di dalam rumah makan sudah mengetahui rahasiaku,
tadinya aku ingin membunuh dia, tidak diduga malah bertemu
dengan si tua Tong-goat, jika dia ingin pergi, lebih baik suruh dia
pergi jauh-jauh, supaya tidak membocorkan rahasiaku."
Berpikir sampai disini, dia segera memotong perkataannya:
"Tua Tong-goat, dalam pertemuan Ngo-goat kita kali ini,
sebenarnya dia tidak ada bagiannya, jika dia ingin pergi, lebih baik
biarkan saja dia pergi."
Tong-goat-sin-kun segera memainkan cambuk panjang di
tangannya hingga mengeluarkan suara "Weet weet!", rupanya
tangan dia sudah gatal sekali, jika tidak bertarung dengan Sinhiong,
maka dia tidak akan puas, berkata:
"Kau tadi bilang bocah ini berniat buruk pada-mu, sekarang kau
malah melepaskan dia pergi, hemm... hemm... kulihat kau lah yang
berniat buruk?"
Wajah Lam-goat-sian-ku menjadi merah, dia adalah seorang
wanita, pikirannya komplek sekali, kata-kata Tong-goat-sin-kun
tidak ada maksud apa-apa, siapa tahu malah tepat mengenai tujuan
hatinya, dengan sendirinya dia jadi naik pitam berkata:
"Bagus, bagus, bagus, jika kita tidak biarkan dia pergi, coba kau
katakan dengan cara apa kita bertarung?"
Kedua orang ini berkata kesana kesini, seperti menganggap Sinhiong
sebuah bola yang ditendang ke timur ditendang ke barat,
bagaimana Sin-hiong bisa menahan diri lagi, rubuhnya berputar
sekali, langsung berjalan ke depan.
Tong-goat-sin-kun melihatnya, lalu berteriak:
"Bocah, kami belum selesai bicara."
Sin-hiong tidak mempedulikan, sambil mengangkat kepala
dengan cepat berjalan ke depan.
Lam-goat-sian-ku merasa harga dirinya dilecehkan, tubuhnya
segera meloncat, menghadang di depan Sin-hiong, sambil tertawa
dingin berkata:
"Kau mau pergi" Harus mendapatkan persetujuan kami dulu."
Begitu kata kata ini terdengar, api amarah di dalam perut Sinhiong
hampir saja meledak, dia berusaha sekuatnya menahan,
berkata: "Nona adalah Lam-goat-sian-ku, yang itu pasti adalah Tong-goatsin-
kun." Lam-goat-sian-ku menganggukan kepala, berkata bangga:
"Tidak salah, kau juga tahu nama besar kami!"
Sin-hiong tidak mempedulikan dia, dia tertawa dingin berkata:
"Kalau begitu, masih ada seorang Pak-goat-lo-lo kenapa masih
belum tiba?"
Lam-goat-sian-ku tidak mengerti apa maksud dia tanyakan ini"
dia masih mengira Sin-hiong akan mengutarakan rahasia di dalam
rumah makan, saat itu dia siap menyerang, katanya marah:
"Masalah ini kau tidak pantas menanyakan-nya?"
Tubuh Sin-hiong tergetar, katanya tawar:
"Sudah lama kudengar di dunia ini ada lima nama gunung yang
ternama, di tempat ini sudah muncul tiga gunung, tapi tidak tahu
kapan See-goat (Gunung barat) dan Tiong-goat (tengah gunung)
bisa tiba?"
Setelah berkata, dia lalu bersiul pelan, kuda merahnya pelanpelan
menghampir dia, Sin-hiong mengambil kecapi kuno lima senar
dari pelana, asal mengeluarkan sedikit tenaga, maka Kim-kau-kiam
yang telah menggemparkan dunia itu akan keluar dari sarungnya.
Situasi di depan mata tampak segera akan terjadi pertarungan,
hanya saja Lam-goat dan Tong-goat melihat dia menanyakan Pakgoat,
malah juga menyebut Tiong-goat dan See-goat, di dalam hati
jadi tergerak, Tong-goat-sin-kun meloncat kedepan, bertanya:
"Untuk apa kau menanyakan mereka?"
Sin-hiong dengan keras berkata:
"Aku ingin sekaligus menghadapi jurus hebat Ngo-goat!"
Kata-kata ini begitu keluar, Lam-goat dan Tong-goat kembali
tergetar! Mereka tidak mengira, Sin-hiong bisa mengeluarkan perkataan
sebesar ini" setelah Tong-goat-sin-kun terkejut, cambuk
ditangannya dengan cepat menggulung keluar, teriaknya:
"Aku bereskan dulu, bocah sombong ini, baru memperebutkan
ketua Ngo-goat dengan mereka!"
Sin-hiong tertawa terbahak-bahak: "Aku siap menemani kalian
bermain-main!"
Begitu tubuhnya bergerak, sudah berada disisi Tong-goat-sinkun,
jarinya yang seperti kail sudah mencengkram ke arah
cambuknya. Tong-goat-sin-kun marah sekali, dia menggetarkan pergelangan
tangannya, tiba-tiba cambuknya menjadi lurus, bola besi di ujung
cambuk sampai mengeluarkan suara "Trang trang!", jelas dia sudah
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, Sin-hiong memutar
tangannya, berteriak:
"Benda apa ini?"
Gerakannya sangat cepat, perubahan jurusnya pun sangat cepat,
tapi baru saja tubuh Sin-hiong mendekat, dia merasa kecapi kuno
yang dipeluk di tangan kirinya, seperti dihisap oleh satu tenaga yang
amat kuat, hampir saja terlepas dari tangannya.
Sin-hiong jadi terkejut, untung reaksinya cepat, tenaga di tangan
kiri ditambah, memeluknya dengan lebih erat, pergelangan tangan
kanan diputar tetap menangkap ujung cambuk Tong-goat-sin-kun.
Dua jurus berturut-turut yang digunakan Sin-hiong, semuanya
bukan cengkeraman biasa-biasa saja, tidak peduli Tong-goat-sin-kun
menggunakan jurus sehebat apapun, tampaknya tidak akan lolos
dari cengkeraman dia!
Lam-goat dan Tongrgoat tadinya menganggap enteng pada Sinhiong,
sekarang setelah menyaksi-kan kepandaiannya, hati kedua
orangini jadi menciut.
Yang paling mengejutkan Tong-goat-sin-kun, adalah saat dia tadi
menyerang, bola besi di ujung cambuknya malah tidak bisa
menghisap kecapi kuno di tangan Sin-hiong. Harus diketahui, bola
besi di ujung cambuknya, sesungguhnya terbuat dari besi magnit
yang amat kuat, tidak peduli bertarung dengan siapapun, asalkan
dia mengerahkan tenaga dalam, jarak seberapa jauh pun, bisa
menghisap senjata lawan.
Tadi Lam-goat-sian-ku di dalam rumah makan, menugaskan Ho
Tiong dan Tan Tiong berusaha mencuri senjata Tong-goat-sin-kun,
supaya di saat pertarungan memperebutkan kedudukan ketua Ngogoat,
dia bisa menghindar dari kerugian senjata, saat ini Tong-goatsin-
kun malah tidak bisa berbuat apa apa terhadap kecapi kunonya
Sin-hiong, dalam keadaan terkejut ini dia merasakan suatu
keanehan. Tong-goat-sin-kun tertegun sejenak, melihat cambuknya sudah
hampir tertangkap oleh Sin-hiong, tubuhnya segera berputar, lalu
meloncat kebelakang.
Sin-hiong tertawa:
"Bagaimana" Masih ingin bertarung?"
Habis bicara, kedua matanya melihat pada Lam-goat-sian-ku,
jarinya memetik-metik senar kecapi, hingga terdengar suara
nyaring, lalu berkata lagi:
"Haay! ilmuku hanya bisa ini saja, jika kalian sampai ini pun tidak
bisa melawannya, walau berhasil mendapatkan kedudukan ketua,
apa gunanya?"
Kata-kata dia ini tampaknya ditujukan pada Tong-goat-sin-kun,
tapi samar-samar ditujukan pada Lam-goat-sian-ku juga, Tong-goat
dan Lam-goat selama hidupnya tidak pernah menyerah pada siapa
pun, tapi kejadian hari ini sungguh membuat mereka terkejut sekali,
maka walaupun Sin-hiong menyindir mereka dengan kata-kata,
mereka berdua sesaat tidak bisa menjawabnya.
Tapi Tong-goat-sin-kun tidak bisa menerima kekalahan ini,
mendadak dia maju selangkah, cambuknya dipegang erat-erat, siap
bertarung kembali dengan Sin-hiong.
Sekarang sudah tengah hari, walaupun cuaca di utara matahari
teriknya tetap terasa panas, tapi udara di sekeliling mendadak
seperti terhenti, Tong-goat dan Lam-goat sudah menyiapkan tenaga
dalam sepenuhnya, tapi pada saat ini tiba-tiba terdengar derap kaki
kuda, diatas jalan raya datang lagi seekor kuda.
Kuda ini pelan-pelan mendekat, terdengar orang di atas kuda
berteriak: "Mmm, sedang apa kalian?"
Di atas kuda duduk seorang nyonya tua, rambutnya sudah
beruban, punggung dia sedikit menonjol, duduk di atas kuda,
orangnya tidak lebih tinggi dari kepala kuda, tapi di tangannya
memegang tongkat yang besarnya sebesar mulut mangkuk,
kelihatannya sangat tidak serasi.
Dia berteriak sekali, melihat Tong-goat dan Lam-goat tidak
menyahut, dia berkata lagi:
"Kalian sudah bertarung sebelum aku datang" Itu tidak bisa
dihitung!"
Sesudah kata-katanya habis, dia mengawasi, terlihat Tong-goat
dan Lam-goat berdua seperti sedang menghadapi lawan tangguh,
dia tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Walaupun kalian ingin bertarung pun tidak seharusnya
memperlihatkan penampilan seburuk ini?"
Habis bicara, pelan-pelan dia turun dari atas kudanya, ketika
lewat di samping Sin-hiong, melihat pun tidak, dia lalu berdiri di
tengah lapangan, menggoyangkan tongkatnya dua kali, berkata:
"Baiklah, jika kalian berdua sudah gatal tangannya, bertarunglah
terlebih dulu, biar aku nenek tua yang menjadi wasitnya."
Dia berkata begitu banyak, tapi tidak ada seorang pun yang
mempedulikannya, sekarang dia baru merasa heran, kedua matanya
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyapu, melihat Sin-hiong memandang dia sambil tersenyum, dia
jadi merasa lebih heran lagi.
Tong-goat-sin-kun dengan nada dalam berkata:
"Nenek tua, sementara kau minggirlah dulu."
Hati Sin-hiong tergerak, bertanya:
"Apakah dia ini Pak-goat-lo-lo?"
Nyonya tua bungkuk ini menganggukan kepala:
"Betul, saudara kecil, siapa namamu?"
Sin-hiong tidak menjawab pertanyaannya, sambil tertawa
berkata: "Anda sudah datang, dimana Tiong-goat dan See-goat?"
Dia melihat Pak-goat-lo-lo sangat ramah, maka perkataannya pun
menjadi lebih ramah, Pak-goat-lo-lo tidak bisa berpikir banyak, dia
menjawabnya: "Sudah dekat! Sudah dekat!"
Sin-hiong pelan-pelan mengangkat kepalanya:
"Kalau begitu baguslah."
Dia hanya berkata sedikit, Pak-goat-lo-lo jadi tertegun, tepat di
saat ini, cambuknya Tong-goat-sin-kun diam-diam sudah datang
menggulung. Begitu tubuh Tong-goat-sin-kun bergerak, Lam-goat-sian-ku pun
ikut bergerak, sekarang mereka berdua menghadapi musuh secara
bersama-sama, Pakgoat-lo-lo yang melihat, di dalam harinya
bertambah bingung lagi, pikirnya:
'Kenapa mereka bersama-sama menyerang seorang anak muda?"
Dia mendengus, baru saja akan melayangkan tangan
memisahkan mereka, mendadak dia melihat tubuh Sin-hiong
berkelebat, berputar kesampingnya, berkata:
"Lo-lo, mohon anda tegakan keadilan, bagaimana?"
Begitu rubuhnya bergerak, serangan Tong-goat dan Lam-goat
jadi tidak mengenai sasaran, mereka bersama-sama mendengus
sekali, bentaknya:
"Mau lari kemana?"
Setelah berkata, dua macam senjata hampir bersamaan waktu
menyerang lagi.
Pak-goat-lo-lo memutar tongkatnya, mendadak menyerang kedua
orang itu, sambil berteriak:
"Urusan bisa dirundingkan, jangan gunakan kekerasan, biar aku
nenek tua jadi orang penengah!"
Tong-goat dan Lam-goat kedua menyerang dengan sekuat
tenaga, jurusnya sangat ganas, siapa sangka mereka kembali
dihalangi oleh Pak-goat-lo-lo, jika kedua orang itu tidak menarik
tangannya, maka serangan yang dahsyat ini akan menuju ke arah
Pak-goat-lo-lo.
Sifat Tong-goat-sin-kun lebih cepat emosi melihat Pak-goat-lo-lo
mau menjadi orang penengah, dalam keadaan marah dia tidak bisa
berpikir panjang lagi, tanpa sadar memakinya:
"Kau nenek tua semakin tua malah semakin linglung,
mengandalkan apa kau mau menjadi orang penengah?"
Tenaga di tangannya masih belum dikurangi, terdengar
cambuknya bersuara "Weet weet!", jelas dia telah menggunakan
tenaga dalam sepenuhnya.
Gerakan Lam-goat-sian-ku lincah sekali, jurus pedangnya ganas,
saat Pak-goat-lo-lo menangkisnya, dia berturut-turut sudah
merubah tiga jurus yang berbeda.
Melihat mereka bertingkah seolah mau menghabisi nyawanya,
tidak tahan Pak-goat-lo-lo menjadi naik pitam, tongkat besinya
diayunkan beberapa putaran, sambil berteriak:
"Kalian mau bertarung dulu, ini tepat dengan keinginanku."
Dalam sekejap, ketiga orang itu malah saling menyerang satu
sama lain, tapi cara pertarungan mereka lain dari pada yang lain,
ketika permulaan, Pak-goat-lo-lo masih melawan Tong-goat dan
Lam-goat, tapi semakin bertarung, ketiga orang itu jadi tidak peduli
lagi siapa lawannya, mereka bertiga saling bertukar menyerang,
malah membiarkan Sin-hiong berdiri di pinggir.
Sin-hiong yang menyaksikan, jadi merasa geli, di dalam hati
berpikir: 'Kalian bertarung seperti ini, aku malah jadi orang penengah, dia
lalu mengeser dirinya mendekat sedikit, saat ini Tong-goat dan Lamgoat
sedang menyerang satu jurus pada Pak-goat-lo-lo, keduanya
pun saling menyerang satu jurus, begitu Sin-hiong melihat, dia
berteriak: "Lo-lo, ujung tongkat tiga kiri empat kanan, jurus ini kau akan
mendahului mereka."
Pak-goat-lo-lo sedang sengitnya bertarung, tidak peduli siapa
yang mengatakannya, ujung tongkatnya segera bergerak menekan
ke kanan, dilanjutkan pelan balik menyapu, benar saja Tong-goat
dan Lam-goat terdesak oleh jurusnya.
Pak-goat-lo-lo gembira sekali, berteriak: "Saudara kecil, sekarang
harus bagaimana?"
Sin-hiong memperhatikan lalu, lalu tertawa: "Bagaimana kalau
tiga di depan empat di belakang?"
Pak-goat-lo-lo tertegun, di dalam hati berpikir:
'Tiga di depan masih bagus, empat di belakang bukankah akan
menghadap pada dirinya" tapi karena petunjuk dari Sin-hiong tadi
tepat dan hasilnya bagus sekali, saat ini dia tidak berpikir panjang
lagi, dia membalikkan pergelangan tangannya, menghantam ke
depan tiga kali, lalu membalikkan ujung tongkat ke belakang
kembali menyapu empat kali!
Ternyata hasilnya sangat bagus, sebab jurus ini kembali telah
mendesak Tong-goat dan Lam-goat, kedua orang itu terdesak ke
depan dan ke belakang, belum sempat balik menyerang, ujung
tongkat Pak-goat-lo-lo menghantam tiga kali di depan empat di
belakang sudah datang menyerang, kembali didahului olehnya.
Tong-goat dan Lam-goat tergetar keras, dalam hatinya berpikir:
'Dari mana asalnya dia, bagaimana bisa tahu terlebih dulu?"
Kedua orang itu mendadak mundur ke belakang, Tong-goat-sinkun
berteriak: "Celaka, bocah itu melarikan diri!"
Pak-goat-lo-lo yang mendengar lalu melihat-nya, benar saja Sinhiong
sudah berada di pinggir hutan.
Tadinya dia tidak memikirkan banyak hal, saat ini dia jadi sedikit
mengerti, tubuhnya bergerak dan berteriak:
"Saudara kecil kau tidak boleh pergi!"
Tong-goat dan Lam-goat pun membuntuti berlari dari belakang,
baru saja mereka bertiga tiba di pinggir hutan, terdengar satu siulan
panjang, bayangan tubuhnya yang aneh itu berkelebat dua kali ke
dalam hutan, dengan keras berkata:
"Lo-lo, aku permisi dulu!"
Habis berkata, suara kecapi yang sangat merdu terdengar dari
dalam hutan, pelan-pelan menyebar keluar, setelah sampai di
telinga ketiga orang, Sin-hiong sudah berlari sejauh sepuluh tombak
lebih. Ketiga orang itu tergetar, mereka saling pandang sekali, lalu
bersama-sama bertanya:
"Kau tahu siapa dia?"
Begitu kata-kata ini keluar, ketiga orang itu saling pandang lagi,
semua merasa wajahnya menjadi merah, jelas sekali kata-kata ini
begitu keluar, di dalam hati mereka bertiga, semua merasa malu.
Harus diketahui, kedudukan Ngo-goat sangat tinggi, tidak diduga
tiga dari mereka sudah terjungkal di tangan seorang anak muda
yang tidak punya nama, jika kabar ini sampai tersebar, bagaimana
mereka masih bisa bercokol di dunia persilatan"
Tong-goat-sin-kun mengeluh:
"Kita berlima tidak perlu bertarung lagi untuk memperebutkan
kedudukan ketua, lebih penting kita selidiki dulu asal-usul orang ini."
Ada perasaan yang sama di dalam hatinya Lam-goat dan Pakgoat,
Lam-goat-sian-ku seperti teringat sesuatu, di dalam hatinya
berkata: 'Apakah orang ini ada hubungannya dengan pengunduran diri
Bu-tong-sam-kiam dan Ang-hoa-kui-bo" Heh, jika benar dia, itu
tidak mengherankan lagi."
Berpikir sampai disini, dalam keadaan reflek hati Lam-goat-sianku
sepertinya samar-samar ada perasaan putus asa.
Setelah berkata tubuh Tong-goat-sin-kun sudah meloncat keatas!
dia lebih dulu mengejar ke depan.
Sin-hiong sekaligus berlari sejauh enam tujuh li, lalu membalikan
kepala melihat ke belakang, setelah tahu di belakang tidak ada
orang yang mengejar, baru dia melonggarkan tali kudanya,
melanjutkan berjalan ke depan, tidak lama kemudian matahari
sudah condong ke barat, dari kejauhan terlihat ada satu rumah
petani, dalam hatinya berpikir:
'Di depan sudah tidak ada kota lagi, lebih baik aku menginap satu
malam di rumah petani itu saja.'
Maka dia berjalan ke'sana, pelan mengetuk pintu.
Tidak lama, pintu dibuka lebar, seorang petani tua keluar dan
bertanya: "Siauya, apa kau tersesat?"
Sin-hiong menggelengkan kepala, menjelaskan tujuannya, petani
tua itu memperhatikan lagi pada Sin-hiong dari atas sampai ke
bawah, seperti berkata pada dirinya sendiri:
"Hari ini sungguh kebetulan sekali, di tempat ku ini sudah
kedatangan tiga orang tamu, bagusnya ada dua orang guru yang
akan berangkat, tuan muda silahkan masuk."
Habis berkata begitu dia mengangkat tangan-nya
mempersilahkan tamunya masuk.
Mendengar kata-katanya petani tua, Sin-hiong menjadi sedikit
ragu, tapi kemudian hatinya berpikir:
'Tidak peduli didalam itu siapa orangnya" Aku baru saja turun
gunung mereka pasti tidak mengenal aku."
Masuk ke dalam rumah, Sin-hiong melihat ada seorang hweesio
yang gemuk besar dan seorang tosu yang kurus kering sedang
berhadapan minum arak, kedua orang itu melihat pada petani tua
yang membawa Sin-hiong masuk ke dalam, tapi mereka
mengacuhkan, dan meneruskan perbincangan mereka.
Sin-hiong pun tidak merasa tersinggung, terdengar hweesio
gemuk itu berkata:
"Hal ini sungguh di luar dugaan semua orang, selain Bu-tongsam-
kiam dan Cia Thian-cu dari Hoa-san-pai, kenapa Ang-hoa-kuibo
dan muridnya pun lima tahun tidak mau keluar rumah?"
Tosu yang kurus kering, minum araknya seteguk, memotong
perkataan: "Kabarnya mereka dikalahkan oleh seorang anak muda, dan anak
muda itu ada hubungan dengan Khu Ceng-hong."
Mendengar itu, Hweesio gemuk besar merasa terkejut tanyanya:
"Apakah Khu Ceng-hong yang dua puluh tahun lalu, dalam waktu
setengah tahun berturut-turut melabrak sembilan perguruan besar
itu?" Tosu kurus kering menganggukan kepala: "Betul, jika anak muda
ini ada hubungannya dengan dia, maka sembilan perguruan besar
itu harus bersiap-siap."
Dua orang itu berbincang-bincang sendiri. Petani tua itu
menempatkan Sin-hiong disisi, mereka juga tidak mempedulikan,
Sin-hiong dengan tenang-nya duduk, tapi dia memalingkan
kepalanya ke tempat lain, di dalam hati dia berpikir:
'Sebelum aku pergi ke Siauw-lim-si, lebih baik aku tidak
menonjolkan diri dulu.'
Walaupun kedua orang ini sedang membicara-kan dirinya, tapi di
dalam kepalanya sedang memikirkan hal lain. Ketika petani tua
mengantarkan makan malam, dia bangkit berdiri mengucapkan
terima kasih, lalu kembali duduk dan menyantap makan malamnya.
Hweesio gemuk dan tosu kurus makan lagi sejenak, tiba-tiba
hweesio gemuk menepuk perutnya sambil tertawa berkata:
"Kita Ngo-goat setiap tahun kumpul satu kali, setiap kali
berkumpul tidak ada hasilnya, aku lihat kedudukan ketua, tahun ini
harus ada yang menduduki."
Sambil bicara dia bangkit berdiri, menghentakkan sekali tongkat
hweesionya, tampangnya seperti yakin bisa merebut kedudukan
ketua. Tosu kurus ikut tertawa:
"Betul, kulihat tahun ini harus ada keputusan." Habis berkata, dia
mengayun-ayun kebutan di langannya, sikapnya sombong sekali,
seperti tidak mau kalah oleh hweesio gemuk itu.
Hati Sin-hiong tergerak, mendengar nada bicara mereka, rupanya
mereka adalah Tiong-goat dan See-goat, lapi Sin-hiong merasa
heran kenapa mereka tadi bisa berbincang dengan ramah, setelah
bicara mengenai kedudukan ketua, wajah mereka berubah jadi
bermusuhan. Lalu kedua orang itu masing-masing mengeluarkan satu tail uang
perak, kelihatannya mereka pun membayar masing-masing, diamdiam
Sin-hiong jadi merasa lucu. Begitu mereka menaruh uang
peraknya di atas meja, terdengar "Weet weet!" dua bayangan orang
bersama-sama melayang keluar, dalam sekejap sudah pergi entah
kemana. Menyaksikan iru, tidak tahan Sin-hiong jadi menggelenggelengkan
kepala, diam-diam mengeluh:
"Mereka sudah setua itu, malah sampai berangkat pun mau
saling mendahului, jadi tidak aneh mereka begitu berambisi dengan
kedudukan ketua."
Dia makan pelan-pelan, petani tua itu berjalan keluar, sambil
berkata pada Sin-hiong:
"Siauya, kamarmu sudah disiapkan."
Sin-hiong cepat-cepat berdiri:
"Lopek berbuat begini, sungguh membuat aku malu."
Beberapa kali dia mengucapkan terima kasih-nya.
Memang, sejak kecil dia bekerja pada orang, sepanjang hidupnya
sering mendapat penghinaan, sekarang melihat petani tua
memperlakukan dia seperti ini, hatinya sungguh merasa tidak enak
sekali. Setelah beberapa kali mengucapkan terima kasihi selesai makan,
dia sendiri membereskan piring mangkuk, tapi petani tua itu buruburu
mencegahnya, Sin-hiong dengan emosi berkata:
"Lopek jangan salah paham, sepuluh tahun lalui aku adalah anak
yatim piatu yang sering dihina orang."
Petani tua itu seperti tidak mengerti apa yang dia bicarakan, dia
hanya membelalakan sepasang matanya, bengong memandang Sinhiong,
tapi, Sin-hiong tidak menyalahkan, kembali dengan sabar dia
mengatakannya sekali lagi, mata petani tua itu membelalak jadi
lebih besar lagi.
Sin-hiong tersenyum, berkata lagi:
"Lopek, apa kau mengerti maksudku?"
Dia tidak tahu kenapa dirinya membicarakan ini pada petani tua
yang kurang pengertian, dia hanya merasakan, dirinya adalah orang
yang rendahan, selama sepuluh tahun, dia apa pun tidak
menanyakan, apa pun tidak dikatakan, hanya giat belajar ilmu silat
pada gurunya, tapi hari ini setelah sepuluh tahun kemudian, dia
telah berhasil melatih ilmu silatnya dan turun gunung, saat ini dia
seperti berdiri di atas puncak gunung yang paling tinggi,
memandang ke bawah gunung, ingin mengerjakan apa. Maka dia
bisa mengerjakannya"
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Petani tua itu menggeleng-gelengkan kepala seperti masih tidak
mengerti, dia mengulurkan tangan ingin merebut piring mangkuk di
tangan Sin-hiong, tapi Sin-hiong hanya sedikit mengangkat
tangannya, bagaimana mungkin petani tua itu bisa merebut dari
tangannya, Sin-hiong membawa piring mangkuk masuk ke dalam.
Petani tua itu dengan terkejut memandang Sin-hiong, dalam
pikirannya, Sin-hiong adalah orang yang paling aneh dari banyak
orang yang pernah dia temui.
Matahari tenggelam di barat, malam telah menutupi bumi. Di
atas gunung di timur, sudah muncui bulan purnama.
Di sekeliling terasa tenang sekali, Sin-hiong membawa kecapi
kuno, berjalan ke sisi sebuah pohon besar, duduk di atas tanah, dua
jarinya dengan lembut memetik, alunan suara kecapi dari dua
jarinya menyebar ke sekeliling tempat itu, semakin menyebar ke
tanah liar. Dia tenggelam dalam alunan suara kecapi yang merdu itu, tapi
pada saat ini, mendadak dari kejauhan terdengar teriakan:
"Ada disini!"
Sin-hiong tersenyum, dia sudah menebak yang datang ini siapa,
dia tetap memeramkan mata memetik kecapi, terhadap hal yang
ada di luar, sedikit pun tidak diperhatikan.
Tidak lama setelah suara itu berhenti, lima bayangan orang
dengan cepat menghampirinya.
Terdengar salah seorang bertanya:
"Siapa yang lebih dulu tiba?"
Terdengar lagi empat suara orang bersamaan menjawab:
"Tentu saja aku!"
Salah satunya berkata:
"Tunggu, tunggu, bocah ini dulu berkata ingin bertarung dengan
kita, Ngo-goat, siapa yang duluan maju?"
Orang yang bicara adalah Tong-goat-sin-kun, mereka lima orang
begitu berkumpul, biasanya masing-masing tidak mau mengalah,
selalu ingin lebih dulu, tapi terhadap Sin-hiong, di dalam hati dia
baru ada sedikit gentar.
Setelah dia mengatakan ini, Lam-goat-sian-ku dan Pak-goat-lo-lo
jadi ragu-ragu sejenak, hweesio gemuk dan tosu kurus yang tadi
karena tidak tahu kehebatan Sin-hiong, dengan keras berkata:
"Tentu saja harus aku!"
Setelah berkata, dua macam senjata sudah menyerang kepada
Sin-hiong! Orang-orang ini lucu sekali, demi kemenangan, mereka membuat
Sin-hiong sebagai sasarannya, hweesio gemuk itu adalah Tionggoat-
cui-seng (Hweesio mabuk dari tengah gunung), tongkat
hweesio di tangannya seberat seratus lima puluh kati lebih, sekali
disapukan, hampir bisa menghancurkan batu, membuka gunung.
Yang satunya lagi adalah See-goat-cin-jin (Tosu alim gunung
barat), kebutan di tangan dia walaupun ringan, tapi dialiri dengan
tenaga dalam, rambut kebutannya dihentaknya sampai menjadi
lurus, jika sampai tersapu oleh dia, aneh jika tubuh tidak terjadi
ratusan lubang.
Saat itu Sin-hiong sedang asyik memetik kecapi, serangan dua
macam senjata yang mendadak itu, dia seperti tidak merasakan,
suara "Ting tung!" masih terus mengalun, sedangkan jurus dari dua
pesilat tinggi ini sangat cepat! Tong-goat, Lam-goat dan Pak-goat
melihat Sin-hiong masih tidak gerak, semua jadi mengkhawatirkan
dia. Baju dia sudah berkibar oleh angin pukulan, tongkat hweesio dan
kebutan hampir saja menyentuh bajunya, tiba-tiba Sin-hiong bersiul,
secepat kilat dia meloncat terbang ke atas, saat tubuhnya berada di
atas udara, dia menepuk pelan kecapi kunonya, terdengar suara
"Pang!", pedang emas berkaitnya sudah berada dii tangannya,
sekali tangannya mengayun, orang dan pedang sudah menjelma
menjadi kelebatan sinar, dari atas udara melesat ke bawah.
Kecepatan jurusnya sungguh tiada duanya, dua orang yang
menyerang hanya merasa angin dingin menyapu wajahnya, di saat
tertegun, hawa dingin dari pedang sudah hampir menusuk
pergelangan tangannya!
Maka jangan dikatakan pada dua orang yang menyerang, walau
Tong-goat, Lam-goat dan Pak-goat yang berdiri di pinggir pun, jadi
terkejut sekali!
Tiong-goat dan See-goat menarik tangannya, Sin-hiong tidak
melanjutkan serangannya, tubuhnya dengan entengnya turun di
samping Pak-goat-lo-lo tidak sampai lima kaki, sambil mengusap
pedangnya, dia berkata:
"Lo-lo, bagaimana jika aku mewakili kau bertanding dengan
mereka berempat?"
Dia tersenyum ramah, tapi di wajahnya tersirat sinar
keangkuhan. Mata Ngo-goat semua membelalak besar, tidak tahu siapa yang
bersuara, mendadak ada berteriak:
"Heh,Kim-kau-kiam!"
Hati kelima orang itu menjadi ciut, ketika mereka melihat dengan
jelas di tangan Sin-hiong adalah Pedang kait emas, mereka baru
sadar, apa lagi Tiong-goat dan See goat, mereka tadi mereka masih
membicarakan masalah Khu Ceng-hong, tapi saat itu Sin-hiong tidak
mempedulikannya, melihat dari hal kecil ini saja, ilmu menahan
dirinya sudah bukan lawan orang biasa"
Pak-goat-lo-lo menegakan tubuhnya yang bungkuk, bertanya:
"Saudara kecil, apa hubunganmu dengan Liong-koan-hong?"
"Guruku!" jawab Sin-hiong dengan serius.
Begitu kata-kata terdengar, lima orang itu menghela nafas
panjang, di atas tanah segera terdengar jejakan kaki, ke lima orang
ini dalam situasi terpaksa, telah membentuk satu barisan kecil,
mengurung Sin-hiong di tengah-tengah.
Khu Ceng-hong adalah orang yang paling aneh di dunia
persilatan puluhan tahun lalu, dia tidak ada dendam apa pun
dengan sembilan perguruan besar dunia persilatan, tapi karena satu
perselisihan kecil, malah dalam waktu setengah tahun telah
bertarung dengan ke sembilan perguruan besar, akhirnya kalah
karena dikeroyok oleh para ketua sembilan perguruan besar itu,
sejak itu, tidak terlihat lagi jejaknya di dunia persilatan, orang-orang
mengira dia sudah meninggal, tidak diduga dia malah telah
mendidik seorang murid yang hebat begini"
Sifat Khu Ceng-hong begitu aneh, bagaimana dengan muridnya,
tidak perlu ditanyakan lagi, maka begitu Ngo-goat melihat Sin-hiong
membeberkan jati dirinya. Dengan kedudukan mereka, malah tanpa
sadar telah mengurung Sin-hiong, besarnya nama Khu Ceng-hong,
bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan pesilat tinggi biasa
dari dunia persilatan"
Sin-hiong seperti melihat keperkasaan gurunya di waktu dulu,
dengan bangga dia berkata:
"Kalian mau apa?"
Setelah berkata, Kim-kau-kiamnya diayun-ayunkan di depan
tubuh, entah dia mau menyerang atau tidak, tapi bagi mata Ngogoat,
semua orang jadi meningkatkan kewaspadaannya, sebab
gerakan Sin-hiong tadi, dulu adalah awal penyerangan Kim-kaukiam
sebelum bertarung.
Lima orang bersiap-siap bertempur.
Mata Sin-hiong menyapu, melihat sikap mereka, dia tahu malam
ini pertarungan sudah tidak bisa di hindarkan lagi, tapi dia tidak ada
dendam dengan mereka, maka dalam hatinya berpikir:
'He he he, tidak apa, aku akan menunjukan sedikit
kemampuanku!' Sesudah berpikir begitu, Kim-kau-kiamnya berkelebat, menusuk
ke Tong-goat, See-goat dan Tiong-goat.
Ketika dia mulai bergerak terlihat perlahan, tusukan pedangnya
terlihat jelas, tapi ketika pedang-nya sudah di tengah jalan, malah
secepat kilat datang menusuk!
Untungnya ketiga orang ini sudah ada persiap-an, jika tidak,
mungkin mereka sejurus pun tidak bisa menahannya.
Ketiga pesilat tinggi ini di desak oleh keadaan, kelihatannya
mereka mau tidak mau harus bersatu menghad apinya.
Ketiga orang itu bersama-sama mendengus dingin, begitu
bergerak, tiga macam senjata bersamaan datang menggulung.
Lam-goat-sian-ku perlahan menghela nafas, lalu berkata pada
Pak-goat-lo-lo:
"Nenek tua, demi nama baik Ngo-goat, mereka bertiga sudah
bertarung, kenapa kau masih diam saja?"
Pak-goat-lo-lo menganggukan kepala, mengayunkan tongkat
besinya dan berteriak:
"Saudara kecil, maafkan aku!"
Sin-hiong menghindar, teriaknya:
"Lo-lo, tidak perlu sungkan."
Lam-goat-sian-ku juga tidak mau ketinggalan, tubuhnya bergerak
sambil melayangkan pedangnya, sekarang ke lima orang ini
bergabung bersama-sama, kekuatannya jadi berlipat ganda, terlihat
sinar pedang laksana kilat, bayangan tongkat laksana gunung,
dalam sekejap, Ngo-goat sudah menyerang sebanyak lima enam
jurus! Semangat Sin-hiong jadi timbul, dia tertawa terbahak-bahak dan
berkata: "Ini baru pertarungan!"
Begitu dia menggetarkan tangannya, ribuan bayangan pedang
telah terbentuk, hanya terdengar suara "Ssst ssst!", dalam sekejap
menyerang sebanyak tujuh-delapan belas jurus!
Ngo-goat menyerang sekuatnya, apa lagi Tiong-goat-cui-seng
dan Tong-goat-sin-kun berdua, mereka menggunakan jurus
dahsyat, kebutannya See-goat-cin-jin menyerang diantara celahcelah
serangan, setiap jurusnya menyerang ke titik yang mematikan
di seluruh tubuh Sin-hiong, Lam-goat dan Pak-goat membantu di
samping, walaupun jurus pedang Sin-hiong hebat sekali, jika dia
ingin keluar dari gempuran lawan, kelihatannya tidak begitu mudah.
Malam begitu tenang, tapi hawa pembunuhan menggelora,
setelah Sin-hiong bertarung sesaat, melihat kelima orang ini matimatian
menyerang terus, tidak tahan di dalam hati berkata:
'Bertarung seperti ini terus, entah kapan baru bisa selesai"'
Setelah berpikir begitu, dia segera merubah jurusnya, mendadak
hawa pedangnya memancar, dia telah mengerahkan jurus-jurus
terhebat dari Kim-kau-kiam-hoat, pedangnya bergulung-gulung
menyerang, pertarungan jadi berubah, tadi ke lima orang itu
berebut menyerang, tapi sekarang di depan Ngo-goat seperti ada
belasan pedang yang berkelebatan, yang pertama terdesak mundur
adalah See-goat-cin-jin, diikuti oleh Tong-goat, Tiong-goat, Lamgoat
dan Pak-goat pun terdesak mundur ke belakang, hanya kurang
lebih tiga puluh jurus, Sian-souw-ngo-goat (Lima dewa menguasai
benua) yang menggemparkan dunia, semua terdesak mundur oleh
dia sejauh kurang lebih satu tombak!
0ooodeooo0 BAB 3 Suara kecapi, kecapi yang bersuara
Warna wajah Ngo-goat jadi berubah besar!
Ketika ke lima orang ini datang mengejar, mereka sudah sepakat
siapa yang bisa mengalahkan Sin-hiong, maka dialah yang menjadi
ketua Ngo-goat, tadinya mereka ingin bertarung satu lawan satu,
tapi karena keadaan terpaksa, mereka berlima malah jadi bersamasama
menghadapinya. Tapi walaupun demikian mereka tetap saja
kalah. Di dalam hati mereka diam-diam mengeluh, ketika mereka
kecewa, tidak terasa mereka mengeluar-kan keluhan "Haay!", di
malam begitu tenang suara keluhan ini terdengar sangat jelas, tapi,
mereka tidak mempedulikannya lagi.
Sin-hiong berjalan pelan-pelan di dalam radius lima tombak,
mengangkat kepala melihat cuaca langit, bulan purnama Sudah
tinggi di atas, angin meniup lembut, lalu dia menyelipkan
pedangnya, menggeleng-gelengkan kepala berkata:
"Kalian berlima, aku pamit dulu!"
Setelah berkata, dia bersiul pelan, dari kejauhan satu bayangan
merah berlari mendekat, dia adalah kuda merah hebatnya, Sinhiong
tidak membuang waktu lagi, sekali menghentakan ujung
kakinya, tubuhnya sudah melayang ke atas udara, saat tubuh-nya
turun ke bawah, tepat di atas punggung kuda merah itu,
gerakannya indah sekali.
Di dalam pikiran Ngo-goat, masing-masing mempunyai pikiran
yang berbeda, semua orang masih ingin bertarung sekali lagi, tapi,
sekarang siapa pun tidak ingin berebut lebih dulu, perasaan hati
yang aneh ini erat-erat mengikat hati mereka, walaupun melihat
Sin-hiong sudah naik ke atas kuda, mereka masih tetap diam tidak
bergerak. Sin-hiong masih belum pergi, dia berputar mengelilingi rumah
petani yang sederhana ini dua putaran, lalu memanggil-manggil:
"Lopek, Lopek!", begitu petani tua itu keluar, dia baru
menghentikan kudanya.
Perbuatannya ini, membuat Ngo-goat yang melihat di pinggir
membelalakan matanya, mereka tidak tahu apa maksud dia
memanggil keluar petani tua itu" sehingga ke lima orang itu
membelalakan matanya besar-besar, wajahnya penuh dengan ke
tidak mengertian.
Ternyata petani tua itu sudah mengetahui pertarungan mereka
tadi, saat ini dia masih ketakutan, begitu melihat Sin-hiong, dengan
gemetaran berkata:
"Siauya,kau......"
Tadinya dia ingin berkata, 'Kau mau menyuruh aku apa"'
mungkin karena ketakutannya, kata-kata selanjutnya tidak bisa
keluar dari mulutnya.
Sin-hiong tersenyum ramah, dia mengeluarkan sepotong perak
yang harganya satu tail dari dalam dadanya, berkata:
"Lopek, ini uang perak seberat lima liang, aku tadi sudah makan
nasi paman, maka terimalah perak ini."
Di saat dia mengatakan "ini uang perak seberat lima liang", di
dalam hati mendadak timbul rasa haru, hampir dia menggunakan
dua tangan memberikannya, petani tua itu tidak mau menerimanya,
dan berkata: "Siauya, jangan begitu!"
Sin-hiong mengeluh, mendadak dengan emosi berkata:
"Lopek, mohon bagaimana pun Lopek harus menerimanya,
sepuluh tahun yang lalu, demi uang lima liang perak nyawaku
hampir saja hilang, sekarang, haay! Walau lima puluh liang pun
tidak seberapa?"
Ini adalah kata-kata di lubuk hatinya, setelah mengatakan ini,
tidak peduli petani tua itu mengerti atau tidak, dia memaksa
memasukan ke dalam dadanya petani tua itu, lalu kedua kakinya
menjepit perut kuda, dengan tenangnya meninggalkan tempat itu.
Dia sudah pergi, tidak peduli wajah Ngo-goat seburuk apa,
pokoknya, malam ini dia sangat gembira sekali.
0odwo0 Tiga hari kemudian, di penyeberangan Huang-ho muncul seorang
anak muda dengan wajah penuh debu, orang ini tentu saja Sinhiong.
Sepanjang jalan dia terus memacu kudanya, hari ini dia sudah
tiba di Pa-li-cung di pantai utara Huang-ho.
Pa-li-cung adalah sebuah kampung yang amat besar, walaupun
dikatakan kampung tapi melihat luasnya malah lebih besar dari kota
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecil, saat ini sudah hampir malam, Sin-hiong sudah merasa letih
dan lapar, tapi dia memutuskan untuk menyeberang sungai terlebih
dulu. Pelan-pelan dia memacu kudanya, berjalan menuju
penyeberangan sungai. '
Tiba di penyeberangan sungai, terlihat ombak kuning mengalir
dengan deras, perahu-perahu ditambatkan disisi sungai, di tengah
sungai tidak terlihat satu perahu pun.
Melihat keadaan ini, tidak tahan hati Sin-hiong menghela nafas,
kelihatannya malam ini dia terpaksa tidak bisa beristirahat di Pa-licung.
Saat itu dengan terpaksa dia memacu kudanya kembali ke
jalan semula. Berjalan tidak jauh, mendadak dari belakang terdengar derap
kaki kuda, Sin-hiong membalikan kepala, terlihat ada tiga ekor kuda
sedang berlari dengan cepat.
Di atas kuda duduk tiga orang laki-laki, sekejap saja sudah
melewati dia. Sin-hiong tertegun, pada saat ini ada lagi dua ekor kuda lewat
dengan cepatnya!
Ke lima orang itu semua memakai baju ringkas, tampangnya
terburu-buru, Sin-hiong bukan orang bodoh, sekali melihat, dia
sudah menerka di depan mungkin akan terjadi sesuatu keramaian!
Siapa duga pikirannya belum tetap, kembali ada beberapa ekor
kuda berlari dengan cepat melewati nya. Dia sedikit menghitung,
dalam sekejap ini sudah ada puluhan kuda yang melewatinya!
Sin-hiong jadi keheranan, di dalam hati berkata: 'Tidak peduli apa
yang mereka lakukan" Asal tidak ada sangkut pautnya dengan
diriku, setelah makan nanti aku langsung tidur saja, sebab besok
pagi-pagi aku harus melanjutkan perjalanan.'
Berpikir sampai disini, maka berjalan masuk ke dalam kampung.
Sekarang matahari sudah terbenam, ketika Sin-hiong hampir
masuk ke mulut kampung, terlihat di depan pintu sebuah rumah
besar di sisi jalan raya, terikat dua-tiga puluh ekor kuda.
Puluhan kuda ini tadi melewatinya, bahkan masih ada orang yang
sedang turun dari kudanya, hati Sin-hiong tergerak, tapi dia tidak
bisa menerka apa yang sedang terjadi di dalam rumah besar itu"
Rumah besar ini adalah tempat yang harus dilalui jika masuk ke
dalam kampung, Sin-hiong dengan tenangnya berjalan pelan-pelan,
siapa sangka baru saja tiba di depan pintu. Mendadak salah satu
dari dua orang laki-laki besar yang berdiri diluar pintu, berlarian
mendekatinya dan berteriak:
"Bagus, bagus, bukankah ini pemusik kecapi yang diperlukan?"
Ternyata ketika Sin-hiong sedang memeluk kecapi kunonya,
orang ini melihatnya, tanpa banyak tanya lagi langsung
menganggap dia adalah pemusik kecapi yang diundang, Sin-hiong
jadi marah men-dengar hal ini, tapi setelah dia pikir-pikir, dia
merasa di dalam rumah pasti ada yang tidak beres, kenapa dia tidak
mengambil kesempatan ini masuk ke dalam dan melihatnya.
Berpikir sampai disini, kemarahannya jadi reda, tapi dia tetap
berpura-pura dan berkata:
"Saudara, aku hanya lewat disini, bukan pemetik kecapi yang
kalian undang?"
Laki-laki besar itu melotot, dia berkata:
"Hei hei hei, kau sungguh tidak tahu diuntung, kau masuk saja
ke dalam, nanti kau pasti mendapat keuntungan."
Sin-hiong tersenyum, berkata lagi: "Boleh saja aku masuk ke
dalam, tapi aku ada syaratnya?"
Wajah orang itu jadi serius, dengan gusar tanya: "Syarat apa?"
Dua jari Sin-hiong memetik kecapi, lalu berkata: "Satu laguku
harganya lima liang perak, apa kalian bersedia membayarnya?"
Mendengar ini, laki-laki itu jadi tertawa keras dan berkata:
"Kukira ada syarat apa, ternyata hanya karena lima liang perak,
asalkan ketua perkumpulan puas, walau lima puluh liang atau lima
ratus liang, itu masalah kecil bagi kami?"
Sin-hiong jadi tergerak, dalam hati berkata: Ternyata rumah ini
adalah markas suatu perkumpulan, walaupun rumahnya besar, tapi
tampak nya tidak seperti itu"'
Setelah berkata, orang itu buru-buru memanggil seorang laki-laki
kampung, menunggu Sin-hiong turun dari kudanya, dia sudah
mendesak Sin-hiong supaya segera masuk ke dalam.
Dua orang itu berjalan satu di depan satu lagi di belakang,
setelah melewati dua pekarangan, mata menjadi terang, terlihat di
satu pekarangan besar, telah ada ratusan orang yang sedang
duduk, saat ini hampir tidak ada tempat yang kosong.
Di pekarangan itu ada puluhan meja, di atas meja sudah siap
makanan, daging ayam dan bebek, semua tersedia, hanya saja
orang-orang di sana semua diam tidak menggerakan sumpitnya,
seperti sedang menunggu seseorang.
Saat ini perut Sin-hiong memang sedang lapar, setelah melihat
ke sekeliling, orang yang membawa jalan berbisik padanya:
"Saudara, disini tidak ada bagian buatmu dan aku, kau ikut aku
ke belakang."
Sin-hiong diam-diam mengeluh, tanyanya:
"Kita mau ke tempat apa?"
Orang itu mencubit dia sekali, lalu menepuk-nepuk bahunya
berkata: "Hari ini majikan kami sedang mengadakan upacara pembukaan
perkumpulan, para tamu dari segala penjuru sudah datang, kau dan
aku adalah orang bawahan, jika ingin makan harus makan di dalam
dapur." Rupanya orang ini sudah melihat tampang kelaparannya, maka
dapat menerka isi hatinya, Sin-hiong yang mendengar, di dalam hati
merasa tidak rela, tapi dia sekarang ini hanyalah seorang pemetik
kecapi, ilmu seorang pemetik kecapi hanya untuk dinikmati orang
saja, mau berbuat apa lagi"
Sin-hiong tidak enak bertindak, terpaksa menganggukkan kepala,
berkata: "Benar kata saudara, aku ingin mengisi perut lebih dulu saja."
Walau pun berkata demikian, tapi di dalam hati dia berpikir,
kalian terlalu memandang rendah orang, tiba saatnya aku ingin
melihat, apakah disini ada bagian aku atau tidak"
Orang yang membawa jalan itu tertawa dan berkata:
"Ini baru benar, nanti akan ada kesibukan buat kita lha!"
Sin-hiong tidak bicara lagi, dua orang itu pelan pelan berjalan
masuk ke dalam.
Setelah masuk ke pekarangan belakang, di dalam sedang sibuk
sekali, untungnya orang yang membawa jalan itu sangat gesit,
diam-diam meng-ambil dua piring besar masakan matang, tanpa
basa-basi lagi Sin-hiong sekaligus makan tiga mangkok besar.
Setelah makan, dia melihat ke sekeliling, dalam hatinya berkata:
'Walaupun seorang pemetik kecapi tidak ada kedudukan makan
di pekarangan besar depan, tapi ada kebebasan melihat-lihat di
belakang pekarangan kecil."
Sorot mata dia melihat sekelilingnya, tampak para pegawai
berlalu lalang, seperti sebuah kota saja, semua orang sibuk, ada
yang membawa masakan, ada yang mengambil arak, terlihat sangat
sibuk. Dia melihat-lihat ke kiri, lalu melihat-lihat lagi ke kanan,
mendadak ada orang yang menepuk bahu-nya, lalu berteriak:
"Hey, setelah kenyang harus pergi!" Sin-hiong tidak berkata,
sambil membawa kecapi mengikuti orang itu berjalan keluar.
Tiba di pekarangan depan, keadaan disini ramai sekali, suaranya
terdengar ribut sekali, pembicaraan orang-orang ini, semua tertuju
dengan munculnya Kim-kau-kiam di dunia persilatan hari-hari
terakhir ini. Diam-diam Sin-hiong merasa heran, di dalam hati pikir, 'kabar
yang mereka dengan sangat cepat!'
Orang yang membawa jalan menunjuk ke sisi sebuah dinding,
lalu berkata: "Kau duduk dulu di sana, tiba saatnya aku akan memanggilmu!"
Sesudah berkata begitu, dia lalu pergi melaku-kan kesibukannya.
Pelan-pelan Sin-hiong berjalan ke sisi dinding, tempat ini kurang
di perhatikan orang, hanya ada dua tiga orang yang duduk disana,
setelah dia duduk, terdengar salah seorang dari tiga orang itu
berkata: "Lo-tiang, mereka mengatakan orang yang menggunakan Kimkau-
kiam itu adalah seorang anak muda, kulihat bukan begitu."
Orang lainnya bertanya:
"Bagaimana kau tahu bukan?"
Orang yang berkata tadi, belum sempat bicara, orang yang
duduk disebelah kiri sudah melanjutkan perkataannya:
"Tentu saja bukan, Kim-kau-kiam adalah senjata yang biasa
digunakan Liong-koan-hong, jika dia masih hidup, paling tidak
sudah berusia delapan-sembilan puluh tahun, bagaimana mungkin
bisa seorang anak muda?"
Pada saat ini, mendadak orang yang pertama bicara bersuara
heran, sambil terkejut berkata:
"Apa" San-lam-siang-siong pun datang kemari (Sepasang
penjahat dari San-lam)!"
Sin-hiong melihat ke arah yang ditunjuk, terlihat di gerbang
pintu, masuk dua orang, dua orang ini yang satu memakai baju
hitam yang satunya lagi memakai baju putih, wajahnya bengis
sekali, mereka adalah Lai-ta dan Lai-sun bersaudara yang sangat
ternama dari golongan hitam.
Ketiga orang yang sedang berbincang-bincang itu melihat Lai
bersaudara masuk ke dalam ruangan, wajah mereka jadi sedikit
berubah, yang lainnya bertanya:
"Siapa nenek tua buruk rupa yang duduk di meja utama itu?"
Dua orang itu menggeleng-gelengkan kepala, salah satunya
berkata: "Nenek tua ini wajahnya jelek sekali, aku tidak pernah
mendengar orang mengatakannya."
Ketika tiga orang ini berbincang-bincang, Sin-hiong duduk di
pinggir dengan tenang mendengarkan sambil melihat-lihat, tapi
orang yang dibicarakan mereka, satu pun dia tidak ada yang kenal.
Tidak lama kemudian, terdengar suara gemu-ruh tepuk tangan,
lalu ada orang berteriak:
"Oey-pangcu sudah tiba!"
Sin-hiong melihat dari ruang belakang jalan keluar saru orang,
perawakan orang ini gemuk pendek, usianya sekitar empat puluhan,
wajahnya terlihat pintar dan gesit.
Saat ini Oey-pangcu ini sudah tiba di kursi utama, dia memberi
hormat ke sekeliling, dengan logat Suchuan berkata:
"Hari ini adalah peresmian pembukaan Hui-hong-pang kami
(Perkumpulan burung Hong terbang) sahabat-sahabat banyak yang
datang dari berbagai tempat, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk
menghormat, aku bersulang dulu tiga gelas besar."
Sesudah berkata, dia langsung minum habis dulu tiga gelas arak,
semua orang pun ikut minum araknya sampai habis.
Diam-diam Sin-hiong merasa heran, di dalam hati berpikir:
'Orang ini jelas orang Suchuan, kenapa lari kemari menjadi ketua
sebuah perkumpulan"
Begitu dia melirik, terlihat orang yang membawa jalan tadi berlari
menghampiri, teriaknya:
"Saudara, giliranmu, giliranmu, nanti kau alunkan lagu
keberuntungan."
Sin-hiong menganggukan kepala, bangkit berdiri lalu dengan
langkah besar berjalan menuju lapangan.
Di tengah lapangan disediakan sebuah kursi sandaran,
kelihatannya khusus untuk pemetik kecapi, saat ini puluhan pasang
mata berfokus pada dia. Setelah Oey-pangcu berkata, lalu
menyambung lagi:
"Hari ini tidak ada acara untuk menyambut tetamu, aku sengaja
mengundang seorang pemetik kecapi, sambil dia memetik
kecapinya, kita makan-makan, untuk menambah selera kalian."
Di lapangan kembali terdengar suara gemuruh tepuk tangan,
setelah Oey-pangcu berkata, lalu melambaikan tangannya,
mengisyaratkan Sin-hiong untuk mulai memetik kecapinya, Sinhiong
menghirup nafas panjang, dalam hatinya berpikir:
'Dalam situasi seperti ini, aku tidak akan mengatakan jati diriku,
entah kalian akan mengeluarkan permainan apa lagi"
Saat dia memetik kecapinya, terdengar suara "Ting ting!", suara
kecapi sudah keluar dari jari nya.
Nada yang dia petik adalah nada yang rendah sekali, ternyata dia
hanya menggunakan satu senar, keadaan yang tadinya terasa
gembira, setelah suara kecapi dia keluar, suasana mendadak
berubah besar! Begitu suara kecapi pelan-pelan mengalun, semua orang jadi
menahan nafas, tadinya orang-orang masih bisa tenang
mendengarkan, tapi kebelakangan, telinga mereka seperti berubah
jadi mata, di depan mata mereka tampak sebuah gambar.
'Di malam hujan salju, angin bertiup kencang, seorang anak kecil
sendirian sempoyongan berjalan di atas salju, bajunya tipis,
sepasang matanya berlinang air mata, dunia yang semuanya putih
ini, tidak tahu dirinya harus pergi kemana"'
Musik mengalun, karena gambarannya sangat mengharukan, hati
semua orang di lapangan jadi terkunci erat-erat oleh suara kecapi
yang amat melangsa ini, malah ada yang mencucurkan air mata.
Kira-kira lewat sekitar seperminuman segelas teh panas, suara
kecapi mendadak berhenti, orang-orang di seluruh lapangan yang
mendengarkan dengan tenang, semuanya mengeluarkan suara
keluh-an, di dalam hati sangat bersimpati pada kejadian yang
menimpa anak ini, mereka lupa bertepuk tangan, juga lupa pada
dirinya sekarang berada dalam situasi bagaimana, dalam sesaat,
kau pandang aku, aku pandang kau, diam tidak bergerak sambil
memegang gelas arak, wajahnya nampak seperti sudah
terpengaruhi oleh suara kecapi.
Sin-hiong tertawa tawar, berkata:
"Pangcu, apa perlu sebuah lagu lagi?"
Begitu kata-kata ini keluar, semua orang baru sadar, seperti baru
bangun dari tidur, hati setiap orang menjadi terkejut!
Harus diketahui, seorang yang berilmu tinggi, biasanya tidak
memerlukan senjata apa pun, hanya dengan suara kecapi sudah
bisa mempengaruhi jiwa lawan, jika suara kecapi melantunkan lagu
gembira, maka orang yang mendengarkan akan terus tertawa
terbahak-bahak tidak henti-hentinya, jika yang dilantunkan adalah
lagu sedih, semua orang akan menjadi sedih karenanya, tadi Sinhiong
sudah menunjukan ilmunya ini.
Belum sempat Oey-pangcu menjawab, terlihat di meja utama
melayang keluar dua orang, salah satunya berteriak:
"Saudara Tiong-koan jangan terkena tipunya!"
Semua orang melihat, orang yang berkata ini adalah Lai-ta
saudara tua dari San-lam-siang-siong, dan yang satu lagi adalah
adiknya Lai-sun, saat ini dua bersaudara itu sudah melepaskan
senjata San-ciat-kun (tongkat tiga bagian), yang satu tangan kiri
yang satu tangan kanan, pelan-pelan mendesak ke arah Sin-hiong.
"He he he!" Lai-sun tertawa, "Siapa kau bocah" Apa tidak melihat
dulu tempat apa ini, aku akan menghukummu karena lancang
memamerkan ilmu silatmu di depan pesilat tinggi."
Sin-hiong tidak mempedulikan, dia hanya melirik dengan sudut
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
matanya, dua jarinya memetik kecapi dengan pelan, tidak
menunggu orang menyuruh, dia kembali melantunkan lagu.
Kali ini, nada yang dilantunkannya sangat menusuk telinga,
semua orang setelah mendengarnya, jadi gelisah, orang yang ilmu
silatnya kurang tinggi sudah tidak bisa duduk dengan tenang,
mereka berjalan berputar-putar di tempat itu.
Melihat itu, San-lam-siang-siong tidak tahan jadi naik pitam, dua
orang itu bersamaan terbang, San-ciat-kun (pemukul 3 ruas) dari
kiri dan kanan menyapu ke arah kecapi kuno Sin-hiong!
Lai bersaudara tidak percuma disebut orang paling hebat di aliran
hitam, begitu senjata mereka menyerang, tidak ada celah
sedikitpun, walaupun Sin-hiong menghindar ke arah mana,
tampaknya tidak akan lolos dari sapuan senjata kedua orang itu!
Orang yang tadi membawa Sin-hiong sudah ketakutan sampai
wajahnya pucat pias, di dalam hati berpikir:
'Celaka, bagaimana aku bisa membawa masuk orang yang
membawa mala petaka ini"
Sin-hiong dengan tenang masih memetik kecapinya, ketika dua
senjata datang menyapu, dia seperti tidak melihatnya, tiba-tiba
irama kecapi berubah, berubah berirama peperangan.
Di saat dua senjata San-ciat-kun itu hampir mengenai kecapi
kunonya, terlihat tubuh dia sedikit mengangkat, suara kecapi belum
putus, orangnya sudah meloncat ke atas, dua jurus yang dahsyat
ini, tepat melewati bawah tubuhnya!
Semua orang-orang di lapangan juga jadi terkejut kerenanya!
Begitu serangan San-lam-siang-siong tidak mengenai sasaran,
kedua orang itu menarik lengannya dan merubah jurus, baru saja
tubuh Sin-hiong turun ke bawah, kedua orang itu sudah
menghantam dengan dahsyat!
Sin-hiong tetap tenang, dia tidak membalas serangan, tampaknya
tugas dia sebagai pemetik kecapi masih belum selesai, jarinya terus
memetik senar, irama peperangan yang keluar bertambah keras.
Jurus kedua dari Lai bersaudara sudah diperhitungkan dengan
tepat, tempat mundurnya Sin-hiong, maka begitu mereka
menyerang, tidak tahan bersama-sama berteriak:
"Kau mau lari kemana lagi?"
Sin-hiong tidak bergerak, menunggu angin yang dibawa San-ciatkun
tiba, terlihat tubuhnya kembali terangkat, malah menerobos
keluar dari celah kedua senjata itu, serangan kedua orang itu
kembali tidak mengenai sasaran.
San-lam-siang-siong berteriak "Heh!", di dalam hati kedua orang
itu merasa penasaran sekali, sebelum tubuh Sin-hiong turun,
senjata kedua orang itu sudah kembali datang menyerang!
Kecapi masih tetap mengalun, nadanya tambah cepat dan
menusuk telinga, begitu dua senjata datang menyapu, bayangan
Sin-hiong berkelebat dua kali di udara, ujung kaki dihentakan di atas
senjatanya Lai bersaudara, orangnya sudah melayang ke samping,
tepat turun di atas kursi utama.
Wajah Pangcu Hui-hong-pang berubah, dia membalikkan tangan
mencoba mencengkram sambil berteriak:
"Siapa kau sebenarnya!"
Sin-hiong menghentikan memetik kecapinya, sambil tersenyum
dia berkata: "Pemetik kecapi!"
Setelah berkata, orang berikut kursinya mundur ke belakang,
sehingga Oey Tiong-koan tidak berhasil menangkapnya!
Ketika Sin-hiong mundur, tepat ke samping si nenek tua yang
buruk rupa itu, terlihat keriput di wajah dia bergerak-gerak, dengan
suara seperti bebek liar dia membentak:
"He he he, kau tentu Kim-kau-kiam-khek yang disebut-sebut itu
bukan" aku Thian-ku-nio-nio ingin mencobamu (Nenek langit
cacad)!" Setelah berkata, dia menjulurkan tangan kiri, berturut-turut tiga
kali menghantam Sin-hiong!
Ternyata orang ini hanya punya sebelah tangan, hanya saja
ketika dia menyebut julukannya, semua orang jadi tergetar, setan
besar dari gunung Kiu-hoa sudah datang, bakal ramailah
pertunjukan ini!
Sekarang Sin-hiong diserang dari dua arah, tapi dia tidak gentar,
tangan kanan sambil menangkis balik menyerang, juga dengan
dahsyat membalas tiga jurus, dia tertawa sambil berkata: "Permisi!"
Setelah berkata, tubuhnya sudah melayang ke arah pintu!
Di dalam hati Sin-hiong berkata, 'tidak peduli orang-orang ini dari
aliran lurus atau aliran sesat mereka sedikit pun tidak ada
hubungannya dengan dirinya, setelah tugasnya sebagai pemetik
kecapi selesai, berarti diapun harus meninggalkan tempat itu!'
Baru saja dia melayang ke samping pintu, mendadak satu
bayangan merah berkelebat masuk, orang ini seperti terburu-buru,
hampir saja menabrak-nya.
Semua orang melihat, orang yang masuk ini ternyata adalah
seorang nona berbaju merah berusia tujuh-delapan belas tahun,
tapi tidak ada seorang pun yang mengenalnya. Mata besar nona
berbaju merah itu berputar, tubuhnya sudah melesat ke samping,
gerakannya gesit sekali.
Sin-hiong sudah turun ke bawah, diapun melihatnya sekali, lalu
berkata: "Hebat sekali gerakan nona, hampir saja kita bertabrakan!"
Nona berbaju merah melototi dia sekali, sorot matanya tertuju
pada kecapi kuno Sin-hiong, tanyanya:
"Kau tadi yang memetik kecapi?"
Sin-hiong menganggukkan kepala, mendadak dia teringat satu
hal, dia berjalan kehadapan Pangcu Hui-hong-pang, Oey Tiong-koan
dan berkata: "Ketua, aku tadi melantunkan dua lagu, sebelumnya sudah
sepakat harga satu lagu lima liang perak, kau masih belum
membayar aku lho?"
Wajah Oey Tiong-koan terlihat buruk sekali, tapi tubuh Thian-kunio-
nio yang duduk disisinya sudah bergerak, teriaknya:
"Tidak apa, asalkan kau bisa mengalahkan aku, lima puluh liang
perak pun akan diberikan padamu!"
Dengan kesal Sin-hiong melihat dia, lalu berjalan ke depan orang
yang tadi membawa dia masuk dan berkata:
"Saudara, bukankah tadi kita sudah sepakat, kenapa majikan
kalian tidak mau membayar?"
Orang yang ditanya olehnya, tidak tahu harus berbuat
bagaimana, saat ini di belakang tubuhnya terdengar ada dua
bentakan keras dan ada bayangan orang berkelebat, Sin-hiong
membalikan tubuh melihat, terlihat di udara ada dua orang sedang
saling serang sejurus, lalu bayangan orang itu terpisah, dia seperti
tidak mengerti apa yang telah terjadi, wajah orang-orang yang
menonton pun tampak bengong.
Ternyata kedua orang yang barusan saling serang adalah Thianku-
nio-nio dengan gadis berbaju merah yang baru saja datang.
Nafas Thian-ku-nio-nio terlihat sedikit terengah-engah, sedangkan
gadis berbaju merah itu sedikit pun tidak terlihat kelelahan, semua
orang yang melihat keadaan ini, kembali memperlihatkan wajah
yang terkejut. Nama Thian-ku-nio-nio sangat termasyur, walau pun sepanjang
tahun dia berada di gunung Kiu-hoa, tapi bayangannya seperti ada
dimana-mana, apa lagi perbuatannya sangat kejam, maka orangorang
di dunia persilatan hampir tidak ada seorang pun yang tidak
tahu nama besarnya, tidak diduga hari ini dia malah dikalahkan oleh
seorang gadis muda yang belum punya nama, bagaimana hal ini
tidak membuat semua orang terkejut"
Bulu mata panjang gadis itu berkedip sekali, dengan dingin
berkata: "Aku belum selesai bicara dengan dia, siapa yang suruh kau
bertindak dulu, heh heh!"
'Dia' yang ditunjuknya tentu saja Sin-hiong, dan Sin-hiong yang
mendengar jadi tertegun, dalam hatinya berpikir:
'Aku tidak kenal denganmu, apa yang ingin kau tanyakan"
tampaknya masalah di dunia persilatan ini sangat aneh-aneh.'
Tampaknya Thian-ku-nio-nio masih tidak bisa menerima
kekalahannya, tapi di dalam hati dia tahu, dalam bentrokan tadi,
untung gadis berbaju merah itu tidak sungguh-sungguh menyerang
dia, kalau tidak mungkin diri sendiri sudah mendapat luka.
Pengalaman dia di dunia persilatan sudah banyak sekali, tapi dia
justru tidak tahu siapa gadis ini"
Hari ini adalah peresmian Hui-hong-pang, Oey Tiong-koan tidak
terduga bisa muncul dua orang muda-mudi yang ilmu silatnya
begitu hebat, sekarang semua orang jadi tidak ingat akan maksud
kedatangan nya, walau pun dia adalah tuan rumah, saat ini dia
malah seperti menjadi seorang peran pembantu. Wajahnya menjadi
sangat kesal dan tidak dapat ditutupinya.
Sin-hiong berjalan dua langkah, tanyanya:
"Nona, kau mau bertanya apa, cepatlah, aku masih harus
mengejar waktu."
Dengan wajah tersenyum manis gadis berbaju merah itu berkata:
"Permainan kecapimu bagus, bagaimana kalau kau mainkan satu
lagu lagi?"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku tidak mau main lagi, walaupun nona bersedia membayar
sepuluh liang perak."
Setelah berkata, baru saja dia melangkah mau meninggalkan
tempat itu, mendadak ada sinar perak berkelebat, sebilah pedang
panjang sudah meng-hadang jalannya, gadis berbaju merah itu
tertawa dan berkata:
"Boleh saja kau tidak memetik kecapi lagi, tapi tinggalkan
kecapinya disini, biar di saat kesal aku bisa menghibur diri."
Sin-hiong memperhatikan dia sekali, dia merasa wajahnya sedikit
mirip dengan Lam-goat-sian-ku, hatinya jadi tergerak, lalu dengan
tenang dia berkata:
"Nona jangan main-main, aku adalah seorang pemetik kecapi dan
kecapi adalah nyawaku, jika nona mau mengambil kecapi ini,
bukankah sama dengan mengambil nyawaku?"
Gadis berbaju merah itu menggetarkan pedang panjangnya:
"Betul, kecapi atau nyawa, pokoknya kau harus tinggalkan salah
satunya, jika tidak, aku sendiri yang akan mengambilnya!"
Kedua orang ini tadinya berbicara berjauhan, setelah berkatakata
jadi semakin mendekat, semua orang yang mendengar, baru
sadar, ternyata gadis berbaju merah ini datang khusus untuk anak
muda ini" Dalam hati Sin-hiong pun sekarang tahu, gadis berbaju merah ini
pasti ada hubungannya dengan Lam-goat-sian-ku, jika bukan
begitu, dia tidak akan ada alasan mencari dirinya"
Tapi, dia tetap memaksa menahan diri, berkata
"Aku tidak ada dendam apa pun dengan nona!"
Mendadak gadis berbaju merah itu merubah nada bicaranya,
dengan dingin berkata:
"Kau berturut-turut telah mengalahkan Ang-hoa-kui-bo dan Siansouw-
ngo-goat, kenapa dihadap-an aku, kau begitu pelit?"
Kata-kata ini begitu keluar, orang-orang di lapangan menjadi
gempar! Tadinya orang-orang hanya mendengar saja kabar bahwa Anghoa-
kui-bo dikalahkan oleh Kim-kau-kiam-khek, semua orang masih
sedikit tidak percaya, tidak diduga Sian-souw-ngo-goat yang namanya
menggemparkan dunia pun ternyata telah dikalahkannya, katakata
ini laksana guntur di siang hari bolong, menggetarkan hati
puluhan pesilat tinggi di seluruh lapangan.
Sin-hiong menghela nafas panjang:
"Nona salah melihat orang, mana aku ada kemampuan sebesar
itu?" Sifat gadis berbaju merah seperti tidak sabaran, dia mendengus,
Kitab Pusaka 12 Ksatria Negeri Salju Karya Sujoko Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 8
di tangannya memegang sebuah tongkat besi, dialah Ang-hoa-kuibo
Gouw Ci-hiang yang sangat ditakuti oleh orang-orang dunia
persilatan! Setelah dia muncul, sofot matanya laksana mata pisau yang
menyapu semua orang, dia berkata:
"Dimana Sie Yong-ki dari perguruan Tiang-pek?"
Coan-hong Totiang tertawa dingin berkata:
"Gouw Ci-hiang kau datang kesini sebenarnya mencari siapa?"
Ang-hoa-kui-bo menghentakan tongkat besi-nya, berkata dingin:
"Aku mencari siapa saja!"
Habis bicara, dia menunjuk dengan tangannya pada Ho Koanbeng
dan Sun Cui-giok, memiringkan tubuh bertanya:
"Anak Toh, yang kau katakan itu dua bocah ini?"
Hati Ho Koan-beng dan Sun Cui-giok menjadi tegang, keduanya
sudah menghunus pedang.
Giok-siau-long-kun maju ke depan, menyahut: "Betul!"
"Kalau begitu, kedua orang ini kau yang urus!" Habis berkata,
tubuhnya berkelebat, tongkat besi sudah menyapu melintang!
Serangan tongkat ini kelihatannya menyerang Bu-tong-sam-kiam,
tapi yang dituju ujung tongkat malah menusuk Ciang-bun-jin Hoasan-
pai Cia Thian-cu.
Bu-tong-sam-kiam dan Tui-hong Tayhiap berempat, seumur
hidupnya tidak pernah bertarung bersama-sama melawan satu
orang, sekarang karena terpaksa oleh keadaan, empat orang ini jadi
bersatu melawannya. Pertama-tama Bu-tong-sam-kiam yang
bergerak, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai mengikutinya, ompat pedang
tajam begitu menyerang, hanya terlihat ribuan sinar perak berkilaukilau,
semua menyerang pada Ang-hoa-kui-bo.
Melihat itu Ang-hoa-kui-bo berkata dingin: "Cukup hebat, bisa
digolongkan ke dalam pesilat tinggi dunia persilatan!"
Selesai bicara, tongkat besinya bergerak, dengan jurus Ya-canpat-
hong (Bertarung malam dari delapan penjuru bertarung), dia
menggetarkan tongkatnya, menangkis keluar empat senjata
lawannya! Bu-tong-sam-kiam sangat marah, dalam sekejap mata ke tiga
orang itu sudah merubah beberapa jurus pedang, dalam kelebatan
sinar pedang, setiap jurusnya menyerang titik kematiannya Anghoa-
kui-bo! Ciang-bun-jin Hoa-san-pai pun mengeluarkan jurus pedang
pengejar angin, serangan pedangnya tidak ada celah, laksana air
sungai Tiang-kang mengalir ke bawah, dalam sekejap mengepung
rapat Ang-hoa-kui-bo!
Lima orang ini begitu bertarung, semuanya menggunakan jurus
menyerang, dalam sekejap mata lima-enam jurus sudah
terlewatkan! Di pihak lain, Giok-siau-long-kun Sang-toh pun sudah
menyerang, dalam kelebatan serulingnya, telah mendesak Ho Koanbeng
dan Sun Cui-giok sampai mundur terus ke belakang!
Semua orang di lapangan tidak ada satu orang pun yang
menganggur, semua orang tidak saja ber-tarung demi nama, juga
bertarung demi nyawa.
Di saat semua orang sedang tegang bertarung, mendadak
terdengar suara keras yang menggelegar, ternyata pohon besar di
sisi gunung sudah tumbang, terdengar siulan panjang yang
memekakan telinga menembus langit, di dalam bayangan rimba di
sisi gunung, laksana kilat melayang turun sesosok bayangan
manusia! Orang itu ternyata adalah anak muda pemetik kecapi itu, saat ini
ditangannya membawa pelana kuda, kelihatannya dia seperti siap
akan pergi! Kemunculannya yang mendadak, membuat orang-orang di
lapangan tidak peduli yang kenal atau tidak kenal, di dalam hatinya
semua jadi terkejut!
Lebih-lebih rasa terkejutnya Sun Cui-giok, gerakannya jadi
melambat, hampir saja terkena serangan Sang-toh!
Ang-hoa-kui-bo mengayunkan tongkat besinya, memaksa
mundur empat orang lawannya, lalu, berkata:
"Bocah, tenaga dalammu hebat juga" Apa kau ada selera
bermain-main?"
Anak muda pemetik kecapi itu melihat ke arah jauh, satu
bayangan merah dengan cepat sudah berlari mendekat, itu adalah
kuda yang dia tunggangi, dia dengan santai memasang pelananya,
berkata: "Walaupun aku belum lama turun gunung, tapi aturan dunia
persilatan masih tahu sedikit."
Perkataannya seperti tidak mengerti arah pembicaraan, orang
bertanya di timur, dia malah menjawab di barat, Giok-siau-long-kun
langsung berteriak:
"Guru, dialah orang yang 'dulu' menyelamatkan wanita hina itu!"
Kata 'dulu' yang dia katakan itu, tentu saja menunjuk pada
kejadian tadi malam, mengenai siapa wanita hina itu" tidak perlu
ditanyakan lagi, tentu saja mengarah pada Sun Cui-giok.
Setelah mendengar kata-kata ini, di dalam hati Bu-long-samkiam,
Ciang-bun-jin Hoa-san-pai dan Ho Koan-beng jadi tergetar,
apa lagi Ho Koan-beng, wajahnya tampak sangat gelisah.
Ang-hoa-kui-bo melihat anak muda pemetik kecapi, hatinya
sedikit tidak percaya, tanyanya:
"Anak Toh, yang kau katakan itu dia?"
Giok-siau-long-kun menganggukan kepala:
"Melihat bentuk tubuh dan bicaranya, sedikit pun tidak salah!"
Ang-hoa-kui-bo bersiul pelan, siapa sangka ketika melihat, dia
menjadi marah, katanya: "Bocah, kau sedang apa?"
Ternyata saat Ang-hoa-kui-bo bicara dengan muridnya, anak
muda pemetik kecapi itu dengan santai sedang membereskan
pelana kudanya, terhadap pembicaraan kedua orang itu, seperti
tidak mendengar.
Orang-orang yang ada di pinggir lebih-lebih jadi terkejut, dalam
hati semua orang tergerak, mereka berpikir:
'Dihadapan Ang-hoa-kui-bo kau berani melakukan perbuatan
begini, tentu sudah bosan hidup."
Saat itu, anak muda pemetik kecapi sudah selesai memasang
pelana kudanya, lalu pelan-pelan mengeluarkan satu potongan
perak, menimbang-nimbang di tangannya, dengan tidak
mempedulikan kata-kata Ang-hoa-kui-bo, dia berkata:
"Aku sudah menumbangkan pohon besar itu, inilah lima liang
perak, haay... akhirnya aku sudah bisa melunasi dan bisa bebas!"
Semua orang mendengar perkataannya, malah termasuk Anghoa-
kui-bo dan muridnya, tapi tidak tahu dia sedang bicara apa"
Ketika sedang keheranan.
Tampak seberkas sinar putih melesat, potongan perak itu dengan
utuh sudah jatuh di depan Sun Cui-giok.
Di hadapan musuh kuat, dia malah melakukan hal ini, tapi Sun
Cui-giok malah sangat sedih dan bersuara gemetar:
"Sin-hiong, kenapa kau memperlakukan aku begini rupa?"
Setelah berkata, air matanya sudah bercucuran di kedua pipinya.
Melihat keadaan ini, mendadak Ang-hoa-kui-bo tertawa lepas
katanya: "Bagus, dua-duanya datang demi wanita itu, bocah, kita jadi satu
keluarga!"
Semua orang yang mendengar perkataannya, di dalam hatinya
bertambah keheranan, hatinya berpikir, 'Ang-hoa-kui-bo malah ingin
berhubungan dengan dia" Bukankah ini berita yang menggemparkan
dunia" Siapa tahu, anak muda pemetik kecapi malah menggelengkan
kepala: "Aku tidak satu keluarga dengan siapa pun!" Kata-kata ini begitu
terdengar, hati semua orang kembali jadi tergetar!
Walaupun orang-orang di sana tidak banyak, tapi kedudukan
setiap orang cukup bisa menggetarkan dunia persilatan, tapi mereka
tidak menyangka, anak muda pemetik kecapi ini tidak memandang
terhadap siapapun, bagaimana tidak membuat orang yang sedang
keheranan jadi lebih heran lagi!
Selama hidupnya, Ang-hoa-kui-bo tidak pernah mengalah pada
orang lain, tapi malam ini setelah bertemu dengan seorang
pemuda asing yang sikapnya aneh, di dalam hati dia jadi merasa
keheran-an, saat itu dia bertanya:
"Bocah, aku tidak akan menguji ilmu silatmu lagi, dengan
mengandalkan keberanian seperti ini saja, sudah cukup membuat
kagum orang di seluruh dunia, siapa namamu?"
Tubuh anak muda pemetik kecapi tergetar, dengan nada dalam
dia berkata: "Terima kasih, aku hanya orang kecil yang tidak punya julukan,
namaku Sen Sin-hiong!"
"Sen Sin-hiong?" nama ini asing sekali, hampir bersamaan itu ada
beberapa orang berteriak keheranan, mereka pikir, kecuali Sun Cuigiok,
di wajah setiap orang tampak sinar keheranan.
Setelah Sin-hiong berkata, perlahan melangkah dua langkah,
berkata pada Sun Cui-giok:
"Ho-hujin, sejak kecil aku mendapat perlindunganmu, sekarang
aku sudah menumbangkan pohon besar itu dan sudah melunasi
utang lima liang perak itu, entah Hujin masih ada tugas apa lagi,
tugas apa pun asalkan aku mampu melaksanakannya walau harus
menempuh bahaya, aku pasti akan melakukan!"
Sun Cui-giok melihat, sampai saat ini Sin-hiong masih mengolok
dirinya, hatinya jadi merasa sakit, hampir saja dia pingsan karena
kesalnya. Sin-hiong pelan-pelan mundur kembali ke sisi kudanya,
mengangkat kepala berkata:
"Jika tidak ada tugas lagi, dan keinginanku pun sudah tercapai,
aku sudah harus pergi sekarang!"
Sesudah berkata, baru saja akan naik ke atas kuda, mendadak
terdengar seseorang berteriak dingin:
"Tunggu!"
Sin-hiong berhenti, tanpa memalingkan kepalanya dia berkata:
"Selain Ho-hujin, kata-kata siapa pun tidak akan kudengar!"
Ternyata yang teriak itu adalah Ang-hoa-kui-bo, melihat sikap
Sin-hiong, sekali ingin berhenti langsung berhenti, begitu ingin pergi
langsung pergi, tadinya dia masih bisa menahan diri, tapi sekarang
jika dia tidak bertindak, orang-orang di dunia persilatan pasti akan
mencemoohkan dia, takut pada seorang Boanpwee saja. Ang-hoakui-
bo tertawa dingin berkata: "Kau mau pergi tidak sulit, tapi harus
menerima lima jurus seranganku terlebih dulu."
Dengan kedudukan dia, menghadapi seorang anak muda yang
tidak bernama, seharusnya cukup mengatakan tiga jurus, tapi
karena melihat sikap Sin-hiong yang aneh, dia merasa lawannya
tentu punya kemampuan tinggi, maka dia mengatakan lima jurus.
Perlahan Sin-hiong menabahkan tubuh: "Aku dengan kau tidak ada
permusuhan juga tidak ada dendam, kenapa memaksa aku
bertarung?"
Melihat gurunya begitu sabar melayani Sin-hiong, Giok-siau-longkun
malah sudah tidak sabar lagi, teriaknya:
"Guru, biar aku yang mencoba dia!"
Ang-hoa-kui-bo setuju, maka dia mundur ke pinggir, sambil
berkata: "Anak Toh, dia sama sepertimu, kau jangan melukai dia!"
Sang-toh mendengus dingin, dia ingin sekali dengan satu tusukan
seruling menghabiskan nyawa Sin-hiong, tapi di wajahnya dia
menyahut: "Murid tahu!"
Sin-hiong melihat sekali, lalu menggelengkan kepala:
"Kau belum mampu!"
Sang-toh marah besar, memaki:
"Kau sombong sekali, Terima jurus ini!"
Begitu suaranya habis, orangnya sudah berada di depan, terlihat
bayangan hijau berkelebat, seruling di tangannya sudah menotok ke
arah tiga jalan darah mematikan Tiong-teng, Tan-tian, Kian-ki!
Serangannya cukup hebat, begitu jurusnya dilancarkan,
serulingnya mengeluarkan suara yang menusuk telinga, empat
orang pesilat tinggi yang di pinggir mendengarnya sampai
merinding. Sin-hiong hanya bergerak sedikit, lima jarinya mencengkram,
sambil membentak dingin:
"Dengan kemampuan yang hanya begini, mungkin harus belatih
lagi beberapa tahun!"
Cengkraman dia itu sangat cepat dan kuat, walaupun bergerak
belakangan, tapi tibanya lebih cepat dari pada Sang-toh, sekali
bergerak sudah hampir mencengkram pergelangan tangan Gioksiau-
long-kun! Giok-siau-long-kun sangat terkejut, tiba-tiba dia teringat jurus
yang digunakan oleh orang yang bercadar itu, bukankah gerakannya
sama dengan ini" Di saat terkejut, jurusnya dirubah menjadi jurus
Ciam-liong-cut-hai (Naga menyelam keluar dari laut.), ujung seruling
menotok pergelangan tangannya Sin-hiong.
Sin-hiong sekali lagi mengeluarkan keluhan:
"Kenapa kau masih tidak tahu diri?"
Habis bicara, tidak terlihat dia bergerak, tahu-tahu sudah berada
di belakang Giok-siau-long-kun, telapak tangannya diangkat, baru
saja akan meng-hantam, mendadak terdengar seseorang berkata:
"Anak Toh, mundurlah!"
Hantaman telapak tangan Sin-hiong itu hanya berpura-pura saja,
jika dia benar-benar menghantam, mungkin siapa pun tidak akan
bisa menghalanginya" Saat itu dia segera menarik tangannya,
sambil tertawa berkata:
"Sudah kubilang, kau tidak akan mampu?"
Dia berkata, bertindak, atau bertarung dengan orang, semua
sikapnya tampak pelan dan tenang, seperti orang pemalas saja, tapi
sekali jurusnya keluar, seperti kilat kecepatannya, mungkin di dunia
ini tidak ada orang yang bisa menandinginya"
Ciang-bun-jin Hoa-san-pai, Bu-tong-sam-kiam, Ho Koan-beng
dan Sun Cui-giok melihat dengan mata terkejut dan bengong!
Tadi Sun Cui-giok diperlakukan hingga menjadi sangat sedih, saat
ini dia malah jadi bersemangat, dia bergumam
"Sin-hiong, Sin-hiong, kau jangan melepaskan mereka yaa!"
Anak yang sepuluh tahun lalu pernah mengalami penghinaan
yang amat besar, akhirnya bisa merasa lega, mendengar suara Sun
Cui-giok yang mengandung daya tarik itu, mendadak semangatnya
jadi bergelora, tangan kanannya perlahan dia mengusap wajahnya,
terlihat bedak kuning di wajahnya berjatuhan, dalam sekejap mata,
di hadapan mereka tampak seorang pemuda yang sangat tampan
dan gagah! Sun Cui-giok berteriak: "Ini baru Sin-hiong yang sepuluh tahun
lalu!" Ho Koan-beng diam-diam terkejut, dalam harinya berpikir:
"Ternyata dia datang kesini dengan merubah wajahnya"'
membandingkan dengan dirinya, dia merasa kalah tampannya.
Perlahan Ang-hoa-kui-bo maju dua langkah ke depan, lalu
menghentakkan tongkatnya, berkata:
"Bocah, kau sudah merebut hati semua orang! Jika kau tidak
menerima lima jurusku, apa kau tidak merasa malu?"
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sin-hiong tertawa:
"Betulkah" Aku tidak bertarung tidak apa-apa, tapi jika
bertarung, maka tidak akan ada batasan lima jurus saja."
Setelah berkata, dengan tenang berjalan menuju kudanya,
mengambil kecapi kuno antik itu, dipukulnya pelan, terdengar suara
"Teng!", tahu-tahu di tangannya sudah memegang sebilah senjata
yang seperti kail tapi bukan kail, seperti pedang tapi bukan pedang.
Melihat itu, sorot mata Ho Koan-beng melihat ke atas pintu,
matanya jadi semakin membelalak lebar.
Ang-hoa-kui-bo terkejut dan berteriak:
"Kim-kau-kiam!" Bukan hanya dia yang berteriak, Ciang-bun-jin
Hoa-san-pai dan lain-lainnya pun ikut berteriak, di wajah masingmasing
orang tampak rasa terkejut, keheranan.
Sin-hiong menyentil batang pedangnya sekali, katanya:
"Terima kasih, kalian masih ingat pedang pusaka guruku, itu
menunjukan masih menghormati-nya, aku ucapkan sekali lagi
banyak terima kasih."
Diam-diam Ang-hoa-kui-bo menghela nafas, di dalam hatinya
berkata: 'Ternyata bocah ini adalah muridnya Khu Ceng-hong, kalau
begitu tidak mengherankan sifatnya aneh.'
Tapi dia berpikir lagi, dengan kepandaiannya yang telah terlatih
puluhan tahun, walaupun dia telah dilatih oleh Khu Ceng-hong,
tenaga dalamnya pasti tidak akan mampu menandingi dirinya,
dalam lima jurus walaupun mungkin dia tidak bisa menang, tapi
juga tidak akan kalah"
Berpikir sampai disini, dia memegang tongkat besinya erat-erat,
berkata: "Silahkan menyerang dulu, jika tidak, orang akan mengira aku
hanya berani pada anak kecil saja?"
"Baiklah, ini jurus pertamaku!"
Begitu perkataannya selesai, tubuhnya sudah berada di belakang
Ang-hoa-kui-bo, secepat kilat pedangnya menusuk!
Ang-hoa-kui-bo tertawa dingin, tubuhnya berputar, tongkat
besinya menyapu ke belakang, angin yang dibawa oleh tongkat,
membuat baju orang-orang yang di pinggir berkibar, tenaga
dalamnya sungguh mengejutkan!
Siapa sangka, ketika tongkatnya menyapu, di depan sudah tidak
ada siapapun, saat Ang-hoa-kui-bo tertegun, mendadak dia merasa
di belakangnya ada angin dingin menyerang, dia tahu Sen Sin-hiong
kembali sudah ada di belakang tubuhnya, dia berteriak keras,
tongkat besinya laksana naga hitam, berturut-turut menyerang
sebanyak dua jurus.
Sin-hiong tertawa keras:
"Bagus, dua jurus menghadapi empat jurus, itu baru adil!"
Setelah kedua orang itu bertarung, Sin-hiong hanya
mengeluarkan dua jurus, tapi Ang-hoa-kui-bo sudah mengeluarkan
empat jurus, makanya begitu Sin-hiong mengatakannya, wajah Anghoa-
kui-bo pun dengan sendirinya menjadi merah.
Hanya saja jurus dia selain keras juga amat dahsyat, walau
hanya menyerang empat jurus, tapi orang yang melihat di pinggir,
tongkatnya sudah berubah menjadi puluhan banyaknya!
Ketika Sen Sin-hiong berkata, tubuhnya sudah dikurung dengan
rapat oleh angin pukulan tongkat Ang-hoa-kui-bo.
Sun Cui-giok terkejut dan berteriak:
"Sin-hiong, bereskan dulu pertarungannya baru bicara."
Dia mengira Sin-hiong hanya bisa bicara saja, siapa duga
teriakannya belum selesai, mendadak terlihat sinar pedang di
lapangan semakin besar, "Huut huut!" mengikuti angin pukulan
tongkat yang berputar-putar, begitu Ang-hoa-kui-bo menyerang
dua-tiga jurus, dia pun ikut membalas dua-tiga jurus! bergerak,
perubahan jurus Ang-hoa-kui-bo hampir bersamaan waktu sudah
tiba! Tampak di wajah Giok-siau-long-kun ada rasa bangga, dengan
sombongnya berkata:
"Tepat lima jurus!"
Sun Cui-giok melihat tubuh Sin-hiong sudah diangkat oleh angin
pukulan tongkat, hatinya jadi tergetar, hampir saja dia tidak berani
melihatnya. Ketika tubuh Sin-hiong diangkat oleh angin pukulan tongkat,
mendadak terlihat diatas udara dia menyabetkan pedangnya,
meminjam tenaga angin pukulan tongkat dia langsung meloncat,
dan orangnya sudah berada diatas kuda yang jauhnya tiga tombak.
Empat orang pesilat tinggi yang menonton di pinggir merasa
terkejut saling berpandangan, mereka mengira Sin-hiong sudah
kalah, saat mereka meneliti lagi, terlihat wajah dia berseri-seri, dan
berkata: "Gouw-cianpwee, terima kasih atas keramahannya!"
Setelah bicara, memandang lagi pada pada pesilat tinggi dari Butong
dan Hoa-san, di dalam hati berpikir di kemudian hari aku akan
mencari kalian.
Wajah Ang-hoa-kui-bo terlihat tidak enak di pandang, dia
menghentakkan kedua kakinya, berteriak:
"Anak Toh, kita kembali lagi ke gunung dan berlatih lima tahun
lagi!" Habis bicara, dia menarik Giok-siau-long-kun, Giok-siau-long-kun
tidak mengerti, di dalam hati berpikir:
'Guru tidak kalah, kenapa mau pergi dari tempat ini?"
Tapi tarikan Ang-hoa-kui-bo sangat kuat, dia pun tidak bisa
berbuat apa-apa, dua bayangan itu dalam sekejap menghilang di
lapangan liar, bersamaan datangnya sinar pagi.
Kejadian inipun membuat semua orang jadi lebih tidak mengerti!
Tapi Coan-kong Totiang dari Bu-tong-sam-kiam terlihat lebih
teliti, sambil melihat ke kiri dan kanan, mendadak dia melihat diatas
tanah ada sekuntum bunga merah yang mencolok mata, teriaknya:
"Kalian lihat, apa itu?"
Semua orang melihat ke arah yang ditunjuk, sekarang hati
mereka baru mengerti apa yang telah terjadi, tapi pada saat ini
terdengar suara derap kuda, suara kecapi mengalun di udara, Sinhiong
sudah melarikan kudanya, dalam sekejap mata sudah berlari
sejauh dua puluh tombak lebih!
Sun Cui-giok seperti baru bangun dari mimpi-nya, tubuhnya
meloncat, langsung mengejar ke depan!
Sambil mengejar, dia memanggil-manggil nama Sin-hiong.
Ho Koan-beng merasa sangat sedih, Ciang-bun-jin Hoa-san-pai
melihat pada murid kesayangan-nya, berkata:
"Beng-ji, sudahlah, Ang-hoa-kui-bo pun harus berlatih lagi lima
tahun, sepuluh tahun lagi kau muncul ke dunia persilatan pun tidak
terlambat!"
Mereka tadi masih bisa melihat seekor kuda dan seseorang
berlari di atas lapangan liar, tapi setelah lewat sejenak, suara
kecapi, suara orang, dan dua titik hitam yang satu di depan yang
satu di belakang, pelan-pelan telah menghilang.
Ciang-bun-jin Hoa-san-pai menarik murid kesayangannya yang
sedang sedih dan marah, bengong sejenak, lalu menganggukan
kepala pada Bu-tong-sam-kiam berkata:
"Sobat-sobat, sampai jumpa lagi lima tahun kemudian!"
Dengan hati berat, Bu-tong-sam-kiam pun saling pandang, ambisi
mereka jadi terpukul, bersama-sama mereka berkata:
"Cia-tayhiap, sampai ketemu lagi lima tahun kemudian!"
Habis berkata, lima bayangan orang membagi arah, yang satu ke
timur yang satu ke barat meng-hilang dari lapangan liar.
Setelah lima orang itu pergi, dari dalam rumah muncul satu
orang, tentu saja dia adalah Sie Yong-ki dari perguruan Tiang-pek,
kejadian tadi dia menyaksikan dengan jelas, melihat empat pesilat
tinggi paling top di dunia persilatan masa kini semua meninggalkan
tempat dengan hati terpukul, dia sendiri bisa berkata apa lagi"
Sambil menggeleng-gelengkan kepala, lalu dia pun pergi dengan
lesu. Lapangan liar, kembali keasalnya, jadi tenang lagi.
Sen Sin-hiong berlari di depan, samar-samar dia mendengar di
belakangnya ada yang memanggil, beberapa kali dia ingin
menghentikan langkahnya, tapi setelah dia berpikir, Sun Cui-giok
adalah calon istri Ho Koan-beng, tidak pantas dia menjalin kembali
hubungan dengan dia"
Dia mengeraskan hati, di belakang Sun Cui-giok semakin
memanggil, dia berlari semakin cepat, sebentar saja dia sudah
berlari sejauh tiga lima li.
Matahari sudah tinggi, Sen Sin-hiong baru menghela nafas, di
dalam hati menanggung perasaan yang berat.
Keluar dari lapangan liar yang amat luas, di depan ada sebuah
kota kecil, sejak kecil Sin-hiong tumbuh disini, terhadap keadaan
disekitamya tentu saja sangat hafal, dia tahu kota kecil di depan
disebut kota Pek-yang, penduduknya tidak banyak, hatinya berpikir:
'Setelah makan, aku harus pergi ke Siauw-lim-si untuk
menyelesaikan persoalan pertama guru.'
Masuk ke dalam kota, dengan hafal sekali dia pergi ke satu
rumah makan, pelayan rumah makan melihat penampilan dia yang
tidak biasa, buru-buru menyambutnya:
"Tuan muda ingin makan apa" Di rumah makan kami segala
makanan ada."
Sin-hiong memperhatikan rumah makannya, karena waktunya
masih pagi, tamu di dalam rumah makan belum banyak, hanya meja
di sebelah timur, duduk seorang tua yang dandanannya lain dari
pada yang lain.
Orang ini berambut putih ikal, wajahnya hitam pekat, sepasang
matanya bengong memandang langit langit, entah sedang
memikirkan apa" Tangannya memegang gelas arak, tidak hentihentinya
minum arak, terhadap masuknya Sin-hiong, sedikit pun
tidak ada perhatian.
Sin-hiong menyahut:
"Siapkan makanan apa saja, setelah makan aku harus segera
berangkat lagi!"
Sambil berkata, dia memilih satu meja, tepat duduk berhadapan
dengan orang tua itu, terlihat orang tua itu setelah minum, lalu
minum lagi berturut-turut beberapa gelas arak.
Sin-hiong jadi keheranan, di dalam hati berpikir:
'Orang ini pasti sedang mendapat kesulitan besar, kalau tidak
bagaimana bisa begitu risau"'
Tidak lama kemudian, pelayan rumah makan sudah
mengantarkan makanannya, Sin-hiong dengan santai
menyantapnya, saat dia mengangkat kepala, mendadak terlihat dari
luar rumah makan berlari masuk seorang laki-laki setengah baya.
Orang itu tampak terburu-buni, setelah masuk langsung menuju
orang tua itu, dengan gugup berkata:
"Ho Lo-ianpwee, aku mendengar satu berita yang
menggemparkan!"
Orang tua itu menaruh gelas araknya diatas meja, lalu bertanya:
"Berita apa?"
Laki-laki setengah baya melihat dulu ke sekeliling, melihat di
dalam rumah makan tidak ada orang yang dicurigai, baru dengan
pelan berkata: "Aku mendengar perguruan Hoa-san dan Bu-tong-sam-kiam
sudah mengunci pedangnya!"
Orang tua membelalakan sepasang matanya, dengan keras
berkata: "Apa betul?"
"Tentu saja betul, dan aku mendengar Ang-hoa-kui-bo dan
muridnya pun dalam lima tahun ini tidak akan berkelana di dunia
persilatan!"
Di dalam rumah makan walaupun tidak ada orang, tapi berita ini
sungguh sangat mengejutkan, maka orang tua itu mendadak
bangkit berdiri, dengan keras berkata:
"Kau dengar dari siapa" He he he, berita ini mungkin tidak
benar!" Harus diketahui, orang-orang yang disebut oleh laki-laki setengah
baya itu, nama mereka tidak satu pun yang tidak menggemparkan
dunia persilatan, asalkan salah satu dari mereka berjalan di dunia
persilatan, sudah cukup membuat dunia persilatan bergejolak, tidak
diduga orang-orang ini hanya dalam satu malam bersama-sama
mengundurkan diri, kata-kata ini jika didengar orang, siapa yang
bisa percaya"
Laki-laki setengah baya berpikir sejenak:
"Sepertinya seorang pesilat dari perguruan Tiang-pek yang
mengatakannya, tentu saja itu tidak akan salah."
Mendengar ini, orang tua berwajah hitam lalu berjalan memutarmutar
di dalam ruangan, lalu cepat-cepat melemparkan satu tail
perak diatas meja, berkata:
"Saudara Tan, cepat ikuti aku!"
Tapi baru saja kedua orang itu akan melangkah keluar, terdengar
di luar pintu ada suara merdu berkata:
"Nona, kita beristirahat saja dulu di rumah makan ini?"
Sin-hiong melihat keluar pintu, terlihat ada dua orang remaja
gadis, satu berbaju putih yang satu lagi berbaju hijau sedang
berjalan masuk, gadis berbaju putih itu kulitnya putih bersih,
ditambah dia memakai baju putih, membuat orang yang melihatnya
merasa dia sangat anggun dan suci.
Sedangkan gadis berbaju hijau kelihatannya seorang pelayan,
usianya tidak besar, rambutnya digelung di atas kepala, saat bicara
meloncat-loncat sangat lincah sekali.
Gadis berbaju putih tidak bicara, hanya meng-anggukan kepala,
lalu pelan-pelan masuk kedalam.
Orang tua berwajah hitam dan silaki-laki setengah baya itu
tadinya mau pergi, melihat gadis berbaju putih masuk ke dalam, lalu
kedua orang itu lari kehadapan gadis berbaju putih, membungkuk
tubuh dan berkata:
"Nona Ong, kebetulan sekali kau datang!"
Gadis berbaju putih melayangkan tangannya, kata-nya tawar:
"Kalian sudah makan?"
"Sudah!" jawab kedua orang itu bersamaan.
Melihat ini Sin-hiong jadi merasa keheranan, dalam hatinya
berpikir: 'Gadis berbaju putih ini tampaknya lemah gemulai, kenapa kedua
orang ini begitu menghormati-nya"'
Setelah gadis berbaju putih duduk, gadis berbaju hijau baru pergi
memesan makanan. Orang tua berwajah hitam maju selangkah dan
berkata: "Nona Ong, Bu-tong-sam-kiam sudah mengundurkan diri!"
Gadis berbaju putih menganggukan kepala:
"Aku sudah tahu, apakah kalian berdua sudah mendapatkan
khabarnya Tong-goat-sin-kun (Orang tua sakti dari gunung timur)
dan Pak-goat-lo-lo (Nenek sakti dari gunung utara)?"
Orang tua berwajah hitam menelan air ludahnya baru berkata:
"Kami dengar mereka berdua sudah pergi ke utara, hanya saja
tidak tahu kapan sampainya?"
Gadis berbaju putih itu mendengus dingin, berkata lagi:
"Kalau begitu, kau tentu tahu apa sebabnya Bu-tong-sam-kiam
mengundurkan diri dari dunia persilatan?"
Cara bicaranya menunjukkan kedudukannya seperti yang paling
tinggi, tapi orang tua berwajah hitam dan laki-laki setengah baya itu
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bernafas pun tidak berani keras-keras, apa lagi terhadap pertanyaan
yang tadi dia tanyakan, membuat kedua orang itu tidak bisa
menjawab. Memang mereka berdua tadinya hanya tahu Bu-tong-sam-kiam
mengundurkan diri, mengenai apa sebabnya mengundurkan diri,
kedua orang itu tidak ada yang tahu"
Dengan sorot mata tajam seperti pisau, gadis berbaju putih
menyapu sekali, lalu tertawa dingin:
"Ho Tiong, kau sudah banyak pengalaman di dunia persilatan,
apa masalah sekecil ini pun kau tidak bisa mendapatkannya?"
Sin-hiong mendengar gadis berbaju putih itu menyebutkan nama
orang tua berwajah hitam, dalam hatinya berpikir:
'Nama Ho Tiong sepertinya pernah kudengar, kenapa bisa begitu
takut pada gadis berbaju putih itu"'
Karena di dalam hati tidak mengerti, diam-diam dia melirik sekali,
terlihat wajah Ho Tiong kejang-kejang, sebagian besar mabuknya
sudah hilang, sambil gagap dia berkata:
"Kabar ini baru saja aku dengar, mengenai..." Belum lagi dia
melanjutkan kata-katanya, tangan mulus gadis berbaju putih
diayunkan, memotong perkataannya:
"Sudah, sudah, masalah ini kau tidak perlu repot lagi, Tong-goatsin-
kun malam ini akan tiba, aku akan memberi sebuah tugas
padamu." Bagaimana Ho Tiong berani menolaknya, dia menyahut sekali,
sepasang mata membelalak besar, tidak tahu gadis ini akan
memberikan tugas apa"
Setelah berkata, gadis berbaju putih dengan tenang
mengeluarkan sebuah sapu tangan bersulam, mengibaskan di
depannya dan berkata lagi:
"Jika kali ini kau tidak bisa menyelesaikannya, kau pulang sendiri
ke Heng-san."
Sikap gadis berbaju putih itu dari awal sampai akhir tampak
bersikap tenang-tenang saja, tapi begitu Ho Tiong mendengarnya,
wajahnya langsung menjadi tegang, dengan suara gemetar berkata:
"Mengorbankan nyawa pun hamba pasti akan
menyelesaikannya!"
Kata-kata ini begitu terdengar, hati Sin-hiong menjadi tergetar,
dia berkata dalam hati:
'Apa" Ho Tiong sudah menjadi budak orang"' Karena didorong
oleh rasa ingin tahunya, saat ini dia jadi memperhatikan percakapan
mereka, dia memiringkan tubuhnya sedikit, ingin mendengar tugas
apa yang akan diberikan pada Ho Tiong "
Walaupun dadis berbaju putih ini tidak melihat ke arah Sin-hiong,
tapi ternyata sangat teliti sekali, dia melambaikan tangannya
berkata: "Kau kemari!"
Ho Tiong berjalan ke sisi meja, terlihat gadis berbaju putih itu
dengan tangannya yang seperti bawang itu menulis beberapa huruf
diatas meja, tanya:
"Apa kau sanggup melaksanakannya?"
Ho Tiong merasa berat, sambil gagap berkata:
"Ini, ini......"
Dia beberapa kali mengucap ini-ini, jelas tugasnya sangat berat,
makanya dia tidak bisa meneruskan kata-katanya, wajah gadis
berbaju putih jadi serius, sambil tertawa dingin berkata:
"Kalau begitu, kau terpaksa kembali lagi ke Heng-san."
Entah apa yang ditulis di atas meja itu" hingga membuat Ho
Tiong begitu kesulitan, Sin-hiong tadinya ingin mendengar apa yang
dibicarakan gadis berbaju putih itu, tidak diduga dia begitu licin,
menuliskan apa yang ingin dia katakan diatas meja, Sin-hiong jadi
memuji a tas ketelitannya.
Wajah Ho Tiong tidak karuan sekali, berkata:
"Ini......hamba pasti bisa melaksanakannya."
Gadis berbaju putih tertawa, tangan mulusnya menghapus habis
huruf di atas meja, berkata lagi:
"Aku tahu masalah ini sedikit sulit, supaya kau semangat,
sekarang kau boleh makan sepuasnya."
Habis bicara, tanpa mempedulikan Ho Tiong lagi, dia berkata
pada laki-laki setengah baya.
"Tan Tiong, kau kemari!"
Laki-laki setengah baya dengan gemetaran meng hampirinya,
berkata: "Hamba memberi hormat!"
Sambil tersenyum gadis berbaju putih berkata:
"Tugas kali ini kau cukup bagus melaksanakannya, tugas malam
ini kalian berdua bersama-sama melaksanakannya."
Laki-laki setengah baya yang dipanggil Tan Tiong ini masih tidak
tahu lugas apa yang harus dilaksanakan malam ini" Hanya saja
melihat warna wajah Ho Tiong kesulitan, saat itu buru-buru dia
menyahutnya, lalu bersama Ho Tiong duduk di meja lainnya.
Sin-hiong melihat gerak-gerik ke empat orang ini sangat
misterius, tidak tahan di dalam hari berkata:
'Mereka membicarakan orang lain aku tidak mau tahu, tapi Butong-
sam-kiam dan Ciang-bun-jin Hoa-san-pai aku pernah bertemu
dengan mereka, jika bukan karena perintah guru harus dilaksanakan
secepatnya, kemarin malam aku tidak akan melepaskan mereka/
Dia berpikir, mendengar mereka malam ini ada masalah, tapi
merasa tidak ada hubungannya dengan dirinya, dia jadi tidak ingin
melibatkan diri, saat akan memanggil pelayan untuk membayar
rekening dan meninggalkan tempat, mendadak dia melihat di luar
pintu ada seorang laki-laki besar bertubuh tegap, berjalan masuk ke
dalam rumah makan.
Orang ini dipunggungnya terselip sebilah pedang panjang, kedua
matanya bersinar, setelah masuk ke dalam rumah makan, matanya
melihat ke sekeliling, saat dia melihat gadis berbaju putih, sorot
matanya berhenti disana.
Gadis berbaju putih itu sedang makan, terhadap masuknya lakilaki
besar berbaju ringkas, dia sepertinya tidak melihat, setelah
makan sejenak, dengan pelan dia berkata pada gadis baju hijau
yang ada disisinya:
"Ceng-ji, kita berangkat sekarang!"
Gadis berbaju hijau menyahut, mengeluarkan satu potong perak
besar, menaruhnya diatas meja, lalu berteriak:
"Pelayan, rekeningnya!"
Pelayan rumah makan segera menghampiri, gadis berbaju hijau
sambil menunjuk potongan perak besar diatas meja berkata:
"Uang perak ini untuk membayar rekening kami berempat, apa
cukup" Potongan perak ini kelihatan nilainya lebih dari sepuluh liang,
jangan kata untuk makan empat orang ini, walau ditambah sepuluh
orang lagi pun cukup, wajah pelayan rumah makan berseri seri,
berkata: "Cukup, cukup."
Gadis berbaju putih pelan-pelan berdiri, Ho Tiong dan Tan Tiong
ikut berdiri mengantarnya, gadis berbaju putih melambaikan tangan,
lalu berjalan keluar bersama dengan gadis berbaju hijau.
Sin-hiong mengawasi terus gerak-gerik mereka berempat, dia
menilai mungkin ilmu silat gadis berbaju putih ini sangat tinggi, jika
tidak, penjahat besar seperti Ho Tiong, bagaimana mungkin mau
tunduk pada dia"
Laki-laki berbaju ringkas yang baru masuk, menatap bayangan
punggung gadis berbaju putih, setelah mendengus dingin, lalu
duduk di salah satu meja, terhadap Ho Tiong dan Tan Tiong
nampak mimik wajahnya sinis.
Selama ini Ho Tiong bergerak di daerah Hoa cong, terhadap
golongan hitam di utara, dia hanya mendengar dan yang kenal tidak
seberapa, melihat tingkah laku laki-laki berbaju ringkas ini amat
sombong, dia tidak tahu amarahnya harus dilampias-kan dimana,
dengan bengis dia melototinya, sambil berkata menyinggung:
"Saudara Tan, Bu-tong-sam-kiam sudah mengundurkan diri, apa
kau tahu golongan hitam di utara masih ada siapa lagi?"
Nama Bu-tong-sam-kiam terkenal di dunia, Ho Tiong mengangkat
dirinya dengan hanya menyebut Bu-tong-sam-kiam, tujuannya
adalah menyombongkan diri di hadapan orang itu, siapa tahu
setelah orang itu mendengar, mendadak dengan sinis mendengus
dingin berkata:
"Bu-tong-sam-kiam memang tidak begitu hebat, lalu apa
hebatnya Lam-goat-sian-ku" (Dewi kecil dari gunung selatan)"
Nada bicara orang ini hesar sekali, Sin-hiong yang mendengar,
dalam hati berkata:!
"Ternyata gadis berbaju putih itu adalah Lam-goat-sian-ku, lalu
siapa Pak-goat-lo-lo dan Tong-goat-sin-kun?"
Beberapa kali dia ingin membayar rekening dan pergi, tapi
setelah mendengar nama-nama ini, maka dia menduga orang-orang
ini adalah orangorang besar yang ternama, hatinya semakin
berpikir kadi semakin ingin tahu, apa yang sedang mereka lakukan"
Tiba-tiba Ho Tiong bangkit berdiri, dengan marah berkata:
"Kalau begitu di seluruh dunia ini, andalah yang paling hebat
bukan?" Orang itu tertawa keras:
"Tidak berani, aku Lang Tiong-sun jika bukan ada urusan
penting, malam ini ingin sekali mencoba kebisaanmu!"
Begitu orang ini menyebutkan namanya, Ho Tiong merasa
tubuhnya tergetar, teriaknya:
"Heh! Ternyata anda adalah ketua perguruan Tiang-pek!"
Lang Tiong-sun dengan sombongnya berkata:
"Kau juga tahu namaku?"
Melihat sikap Lang Tiong-sun amat sombong, Ho Tiong jadi
marah sekali, baru saja akan memaki, mendadak ditarik oleh Tan
Tiong di belakang, dengan pelan berkata:
"Ho Lo-cianpwee, lebih baik kita laksanakan tugas kita saja."
Ho Tiong memaksa diri untuk tenang, lalu duduk kembali.
Sin-hiong melihat sejenak, dalam hati berpikir: 'Tidak peduli
mereka malam ini akan melakukan apa" aku adalah orang luar,
lebih baik jangan melibatkan diri"'
Berpikir sampai disini, lalu memanggil pelayan, membayar
rekening dan meninggalkan tempat.
Kota Pek-yang adalah tempat yang sering dia kunjungi sejak
kecil, saat itu tidak seramai seperti sekarang, setelah sepuluh tahun
kembali mengunjunginya, keadaannya sudah berubah besar,
hatinya jadi ada satu perasaan tercengang.
Keluar dari mulut kota, dia berjalan pelan-pelan, mendadak dari
pinggir jalan muncul satu orang, Sin-hiong melihat, ternyata orang
ini adalah Lam-goat-sian-ku, dalam hati dia berpikir:
'Kenapa dia bisa muncul disini"'
Setelah tertawa, Lam-goat-sian-ku berkata:
"Hei, kenapa kau masih tidak turun dari atas kuda?"
Sin-hiong tidak kenal dengan dia, tidak tahu dia bicara dengan
siapa, dia membalikan kepala melihat ke belakang, saat itu
mendadak dia merasa ada angin lembut bertiup, lalu pinggang di
cengkram hingga merasa kaku, dan terdengar Lam-goat-sian-ku
berkata: "Didepanku, kau tidak bisa berpura pura!"
Sin-hiong tidak mau kemampuannya diketahui orang, hatinya
berpikir 'Sungguh cepat gerakannya!'
Dia tidak tahu kenapa Lam-goat-sian-ku memperlakukan dia
seperti ini, maka dengan nada dalam dia berkata:
"Nona bicara apa" Aku sedikit pun tidak mengerti!"
Lam-goat-sian-ku menambah tenaganya, Sin-hiong tetap tidak
bergerak, dia hanya merasa di atas pinggangnya terasa kaku, di sisi
telinga kembali terdengar suara merdu berkata:
"Hemm... hemm... ilmu silatmu ini di depan orang lain boleh
berpura pura tidak bisa, tapi didepan aku kau jangan harap!"
Sin-hiong lebih-lebih tidak mengerti, tanyanya:
"Aku tidak bisa satu jurus pun ilmu silat, nona salah lihat orang?"
Tadinya dia ingin memukul keluar senjata Lam-goat-sian-ku yang
menempel di pinggangnya, tapi setelah dipikir dengan teliti, dia
merasa kurang yakin, sebab dia sadar, tadi Lam-goat-sian-ku dari
mulai bicara sampai bergerak menyerang, kecepatan gerakannya,
baru kali ini dia melihatnya, jika sekali bergerak dia tidak berhasil,
maka itu akan merepotkan sekali.
Lam-goat-sian-ku tertawa dingin:
"Tadi di dalam rumah makan, kau diam-diam memperhatikan
apa" Jika kau sudah mengetahui rahasia aku, maka terpaksa aku
persilahkan kau tidur panjang disini."
Diam-diam Sin-hiong menghela nafas, di dalam hati dia berpikir:
'Kau menulis apa diatas meja" Bagaimana aku bisa Lihu, bicara
orang ini sungguh tidak beralasan sekali.'
Ketika dia berpikir, 'jika keadaan sangat mendesak, mungkin saja
dia akan bergerak melawan-nya,' tepat disaat ini, mendadak di
depan terdengar suara kuda berlari, sekejap sudah tampak ada
seekor kuda berlari dengan cepat menghampiri!
"Heh" Lam-goat-sian-ku terkejut berkata:
"Si tua ini cepat sekali datangnya!"
Baru saja selesai berkata, kuda itu sudah tiba di depannya, Lamgoat-
sian-ku tidak enak bicara lagi, lalu menarik lengannya dan
pedangnya pun telah ditarik kembali, orang diatas kuda itu sambil
berseri-seri dia berkata:
"Nona Ong, siapa dia ini?"
Wajah cantik Lam-goat-sian-ku menjadi merah:
"Dia hanya seorang kecoa, hemm... dia malah berani berniat
buruk padaku!"
Kata-katanya hanya berbasa basi, tapi hanya didengar oleh Sinhiong,
yang lainnya dia tidak merasa apa-apa" Hanya setelah
mendengar Lam-goat-sian-ku mengatakan dirinya berniat buruk
pada dia, diri jadi merasa di hina"
Wajah Sin-hiong jadi berubah, begitu dia akan bergerak, orang
yang barusan datang itu tertawa, lalu dua jarinya secepat kilat
menyerang Sin-hiong, menotok ke arah Ki-bun-hiatnya Sin-hiong,
sambil berkata:
"Berani tidak sopan pada Lam-goat-sian-ku dari Ngo-goat (Lima
orang gunung sakti), sama artinya dengan menghina aku Tonggoat-
sin-kun!" Tubuhnya belum turun dari atas kuda, dan masih berjarak cukup
jauh dengan Sin-hiong, siapa sangka begitu dia bergerak, bukan
saja sangat cepat sudah turun dari atas kuda, serangan kedua
jarinya pun sudah hampir mengenai jalan darahnya Sin-hiong.
Bagaimana pun Sin-hiong tidak bisa tinggal diam lagi.
Dalam saat sekejap ini, otak dia sudah berputar, di dalam hati
berkata: 'Dua-tiga hari akhir-akhir ini, berturut-turut aku telah berjumpa
dengan beberapa kelompok orang, dan orang-orang ini amat
sombong, entah dari mana akar masalahnya?"
Baru saja dia akan bertindak, tepat di saat ini, di depan matanya
mendadak terlihat sinar pedang berkelebat, Lam-goat-sian-ku
berteriak: "Ini masalahku, siapa yang mengijinkan kau ikut campur?"
Mereka berdua satu di depan satu di belakang bergerak bersamasama,
tapi karena di tangan Lam-goat-sian-ku memegang pedang
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pusaka, begitu pedangnya bergerak, sudah menyabet pergelangan
tangannya Tong-goat-sin-kun, satu arah lagi mengarah ke jalan
darah Ki-bun nya Sin-hiong!
Rupanya Lam-goat-sian-ku pun memaksa Sin-hiong terlibat di
dalamnya, hingga sebaik apa pun kesabarannya Sin-hiong, saat ini
amarahnya jadi timbul, mata dia menyapu sekali, melihat walaupun
pedang Lam-goat-sian-ku ditujukan pada dia, tapi gerakan lainnya
menyerang Tong-goat-sin-kun, di dalam hati pikir:
'Ada apa lagi ini"'
Pergelangan tangan Sin-hiong diputar, sambil membentak:
"Kalian ini mau apa?"
Tangan dia diputar, lima jarinya dibuka, jainya menyentil ujung
pedangnya Lam-goat-sian-ku, satu gerakan lagi mengunci
pergelangannya Tong-goat-sin-kun!
Maka Lam-goat-sian-ku hanya menghadapi satu pihak,
sedangkan Tong-goat-sin-kun dan Sinhiong berdua menghadapi
serangan dari dua pihak, pertarungan seperti ini, sungguh jarang
dilihat di dunia!
Walaupun Sin-hiong sembarangan memutar tangannya, tapi
pertahanan dan serangan dia tepat sekali, kedua orang itu tidak
terasa mengeluarkan suara dengusan, hampir bersamaan berteriak:
"Benar saja ada sedikit kemampuan!"
Setelah bicara, kedua orang itu merubah jurusnya, hanya terlihat
bayangan orang berkelebat, kedua orang itu sudah menyerang,
semuanya satu jurus dengan dua perubahan, kau serang aku, aku
juga serang kau, mereka bersama-sama menyerang Sin-hiong.
Hati Sin-hiong merasa bingung, pikirnya:
'Kedua orang ini sungguh tidak dimengerti, bertanya pun tidak
langsung melibatkan dirinya, di dunia ini mana ada aturan begini"
Sin-hiong masih duduk diatas kuda, bertarung dengan pesilat
tinggi kelas wahid seperti ini, salah sedikit saja akan berakibat fatal,
walaupun ketiga orang itu hanya menyerang dua tiga jurus, tapi
Sin-hiong sudah merasa amat terdesak!
Saat kedua orang itu menyerang dia, Sin-hiong tidak ingin
melawannya lagi, kedua kakinya menjepit perut kuda, tubuhnya
sudah berlari ke depan, Tong-goat-sin-kun yang melihat, langsung
berteriak: "Bocah, kau ingin melarikan diri!" Tangannya dibalikan,
secepat kilat menangkap rambut kuda.
Kuda Sin-hiong adalah kuda hebat, tenaga hentakannya besar
sekali, walau berhasil ditangkap oleh dia, kuda itu pun tidak akan
berhenti, tapi Sin-hiong takut kudanya terluka, di saat tangan Tonggoat-
sin-kun mengenai rambut kuda.
Sin-hiong tertawa dingin berkata: "Kau berani melukai kudaku?"
Telapak tangan kanannya laksana golok, disabetkan ke bawah,
samar-samar terdengar suara "Weet weet!", Tong-goat-sin-kun
terkejut sekali, di dalam hati pikir, orang ini tenaga dalamnya
sungguh tinggi sekali.
Dia terpaksa menarik kembali tangannya, mengambil
kesempatan ini Sin-hiong bersalto sejauh dua tombak lebih,
kudanya dengan dahsyat menerjang keluar.
Tong-goat-sin-kun tidak menduga Sin-hiong bisa lebih cepat dari
pada dia, menunggu Sin-hiong turun ke atas tanah, mata dia
membelalak besar sekali, sesaat tidak bisa bersuara.
Lam-goat-sian-ku pun tertegun, di dalam hati mereka berdua
berkata, pesilat tinggi di dunia persilatan hampir tidak ada satu pun
yang tidak mereka kenal, tapi mereka tidak pernah mendengar ada
orang yang menyebut diri pemuda ini"
Tong-goat-sin-kun lama tertegun dan menatap, lalu menggelenggelengkan
kepala berkata:
"He he he, terpaksa aku menggunakan senjata!" Habis bicara, dia
sudah mengeluarkan sebuah senjata yang bentuknya aneh, Sinhiong
tidak bereaksi apa-apa" Hanya Lam-goat-sian-ku yang
melihat, wajah cantiknya mendadak berubah.
Ternyata senjata dia adalah sebuah cambuk, di ujung cambuknya
ada sebuah bola besi, tadi dia mengikatnya di pinggang, maka
ketika Sin-hiong bertarung beberapa jurus dengan dia, masih belum
tahu dimana senjata dia disimpan"
Berbeda lagi buat Lam-goat-sian-ku, dia tahu kelihayan bola besi
itu, makanya dalam sekejap Tong-goat-sin-kun mengeluarkan
senjatanya, warna wajah dia sudah berubah beberapa kali.
Sin-hiong hanya tertawa dingin memandang mereka berdua,
berkata: "Kalian benar-benar ingin bertarung?"
Pikirnya didalam hati:
'Aku dengan kalian tidak ada dendam apa-apa, jika kalian benarbenar
ingin bertarung, aku pun harus menggunakan senjata.'
Tong-goat-sin-kun memelototkan sepasang matanya:
"Tadinya aku mengira bocah ini sedikit tidak pantas, sekarang
setelah melihatnya malah dia pantas bertarung dengan kami."
Kami yang dia katakan itu, tentu saja termasuk Lam-goat-sian-ku
di dalamnya, Sin-hiong baru saja turun gunung, karena mengemban
tugas berat, dia benar-benar tidak ingin menghabiskan waktu yang
tidak berguna, tapi tidak diduga justru di tengah jalan, dia bertemu
dengan masalah aneh ini.
Kata Sin-hiong:
"Sebenarnya, jika benar-benar bertarung aku pun tidak sanggup
menerima dua tiga jurus serangan kalian. Maka biarkanlah aku
pergi." Dia hanya ingin terlepas dari permasalahan ini, maka dia
terpaksa menahan diri, tidak ingin melanjut-kan permasalahannya
dengan mereka berdua.
Lam-goat-sian-ku berpikir:
'Orang ini di dalam rumah makan sudah mengetahui rahasiaku,
tadinya aku ingin membunuh dia, tidak diduga malah bertemu
dengan si tua Tong-goat, jika dia ingin pergi, lebih baik suruh dia
pergi jauh-jauh, supaya tidak membocorkan rahasiaku."
Berpikir sampai disini, dia segera memotong perkataannya:
"Tua Tong-goat, dalam pertemuan Ngo-goat kita kali ini,
sebenarnya dia tidak ada bagiannya, jika dia ingin pergi, lebih baik
biarkan saja dia pergi."
Tong-goat-sin-kun segera memainkan cambuk panjang di
tangannya hingga mengeluarkan suara "Weet weet!", rupanya
tangan dia sudah gatal sekali, jika tidak bertarung dengan Sinhiong,
maka dia tidak akan puas, berkata:
"Kau tadi bilang bocah ini berniat buruk pada-mu, sekarang kau
malah melepaskan dia pergi, hemm... hemm... kulihat kau lah yang
berniat buruk?"
Wajah Lam-goat-sian-ku menjadi merah, dia adalah seorang
wanita, pikirannya komplek sekali, kata-kata Tong-goat-sin-kun
tidak ada maksud apa-apa, siapa tahu malah tepat mengenai tujuan
hatinya, dengan sendirinya dia jadi naik pitam berkata:
"Bagus, bagus, bagus, jika kita tidak biarkan dia pergi, coba kau
katakan dengan cara apa kita bertarung?"
Kedua orang ini berkata kesana kesini, seperti menganggap Sinhiong
sebuah bola yang ditendang ke timur ditendang ke barat,
bagaimana Sin-hiong bisa menahan diri lagi, rubuhnya berputar
sekali, langsung berjalan ke depan.
Tong-goat-sin-kun melihatnya, lalu berteriak:
"Bocah, kami belum selesai bicara."
Sin-hiong tidak mempedulikan, sambil mengangkat kepala
dengan cepat berjalan ke depan.
Lam-goat-sian-ku merasa harga dirinya dilecehkan, tubuhnya
segera meloncat, menghadang di depan Sin-hiong, sambil tertawa
dingin berkata:
"Kau mau pergi" Harus mendapatkan persetujuan kami dulu."
Begitu kata kata ini terdengar, api amarah di dalam perut Sinhiong
hampir saja meledak, dia berusaha sekuatnya menahan,
berkata: "Nona adalah Lam-goat-sian-ku, yang itu pasti adalah Tong-goatsin-
kun." Lam-goat-sian-ku menganggukan kepala, berkata bangga:
"Tidak salah, kau juga tahu nama besar kami!"
Sin-hiong tidak mempedulikan dia, dia tertawa dingin berkata:
"Kalau begitu, masih ada seorang Pak-goat-lo-lo kenapa masih
belum tiba?"
Lam-goat-sian-ku tidak mengerti apa maksud dia tanyakan ini"
dia masih mengira Sin-hiong akan mengutarakan rahasia di dalam
rumah makan, saat itu dia siap menyerang, katanya marah:
"Masalah ini kau tidak pantas menanyakan-nya?"
Tubuh Sin-hiong tergetar, katanya tawar:
"Sudah lama kudengar di dunia ini ada lima nama gunung yang
ternama, di tempat ini sudah muncul tiga gunung, tapi tidak tahu
kapan See-goat (Gunung barat) dan Tiong-goat (tengah gunung)
bisa tiba?"
Setelah berkata, dia lalu bersiul pelan, kuda merahnya pelanpelan
menghampir dia, Sin-hiong mengambil kecapi kuno lima senar
dari pelana, asal mengeluarkan sedikit tenaga, maka Kim-kau-kiam
yang telah menggemparkan dunia itu akan keluar dari sarungnya.
Situasi di depan mata tampak segera akan terjadi pertarungan,
hanya saja Lam-goat dan Tong-goat melihat dia menanyakan Pakgoat,
malah juga menyebut Tiong-goat dan See-goat, di dalam hati
jadi tergerak, Tong-goat-sin-kun meloncat kedepan, bertanya:
"Untuk apa kau menanyakan mereka?"
Sin-hiong dengan keras berkata:
"Aku ingin sekaligus menghadapi jurus hebat Ngo-goat!"
Kata-kata ini begitu keluar, Lam-goat dan Tong-goat kembali
tergetar! Mereka tidak mengira, Sin-hiong bisa mengeluarkan perkataan
sebesar ini" setelah Tong-goat-sin-kun terkejut, cambuk
ditangannya dengan cepat menggulung keluar, teriaknya:
"Aku bereskan dulu, bocah sombong ini, baru memperebutkan
ketua Ngo-goat dengan mereka!"
Sin-hiong tertawa terbahak-bahak: "Aku siap menemani kalian
bermain-main!"
Begitu tubuhnya bergerak, sudah berada disisi Tong-goat-sinkun,
jarinya yang seperti kail sudah mencengkram ke arah
cambuknya. Tong-goat-sin-kun marah sekali, dia menggetarkan pergelangan
tangannya, tiba-tiba cambuknya menjadi lurus, bola besi di ujung
cambuk sampai mengeluarkan suara "Trang trang!", jelas dia sudah
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, Sin-hiong memutar
tangannya, berteriak:
"Benda apa ini?"
Gerakannya sangat cepat, perubahan jurusnya pun sangat cepat,
tapi baru saja tubuh Sin-hiong mendekat, dia merasa kecapi kuno
yang dipeluk di tangan kirinya, seperti dihisap oleh satu tenaga yang
amat kuat, hampir saja terlepas dari tangannya.
Sin-hiong jadi terkejut, untung reaksinya cepat, tenaga di tangan
kiri ditambah, memeluknya dengan lebih erat, pergelangan tangan
kanan diputar tetap menangkap ujung cambuk Tong-goat-sin-kun.
Dua jurus berturut-turut yang digunakan Sin-hiong, semuanya
bukan cengkeraman biasa-biasa saja, tidak peduli Tong-goat-sin-kun
menggunakan jurus sehebat apapun, tampaknya tidak akan lolos
dari cengkeraman dia!
Lam-goat dan Tongrgoat tadinya menganggap enteng pada Sinhiong,
sekarang setelah menyaksi-kan kepandaiannya, hati kedua
orangini jadi menciut.
Yang paling mengejutkan Tong-goat-sin-kun, adalah saat dia tadi
menyerang, bola besi di ujung cambuknya malah tidak bisa
menghisap kecapi kuno di tangan Sin-hiong. Harus diketahui, bola
besi di ujung cambuknya, sesungguhnya terbuat dari besi magnit
yang amat kuat, tidak peduli bertarung dengan siapapun, asalkan
dia mengerahkan tenaga dalam, jarak seberapa jauh pun, bisa
menghisap senjata lawan.
Tadi Lam-goat-sian-ku di dalam rumah makan, menugaskan Ho
Tiong dan Tan Tiong berusaha mencuri senjata Tong-goat-sin-kun,
supaya di saat pertarungan memperebutkan kedudukan ketua Ngogoat,
dia bisa menghindar dari kerugian senjata, saat ini Tong-goatsin-
kun malah tidak bisa berbuat apa apa terhadap kecapi kunonya
Sin-hiong, dalam keadaan terkejut ini dia merasakan suatu
keanehan. Tong-goat-sin-kun tertegun sejenak, melihat cambuknya sudah
hampir tertangkap oleh Sin-hiong, tubuhnya segera berputar, lalu
meloncat kebelakang.
Sin-hiong tertawa:
"Bagaimana" Masih ingin bertarung?"
Habis bicara, kedua matanya melihat pada Lam-goat-sian-ku,
jarinya memetik-metik senar kecapi, hingga terdengar suara
nyaring, lalu berkata lagi:
"Haay! ilmuku hanya bisa ini saja, jika kalian sampai ini pun tidak
bisa melawannya, walau berhasil mendapatkan kedudukan ketua,
apa gunanya?"
Kata-kata dia ini tampaknya ditujukan pada Tong-goat-sin-kun,
tapi samar-samar ditujukan pada Lam-goat-sian-ku juga, Tong-goat
dan Lam-goat selama hidupnya tidak pernah menyerah pada siapa
pun, tapi kejadian hari ini sungguh membuat mereka terkejut sekali,
maka walaupun Sin-hiong menyindir mereka dengan kata-kata,
mereka berdua sesaat tidak bisa menjawabnya.
Tapi Tong-goat-sin-kun tidak bisa menerima kekalahan ini,
mendadak dia maju selangkah, cambuknya dipegang erat-erat, siap
bertarung kembali dengan Sin-hiong.
Sekarang sudah tengah hari, walaupun cuaca di utara matahari
teriknya tetap terasa panas, tapi udara di sekeliling mendadak
seperti terhenti, Tong-goat dan Lam-goat sudah menyiapkan tenaga
dalam sepenuhnya, tapi pada saat ini tiba-tiba terdengar derap kaki
kuda, diatas jalan raya datang lagi seekor kuda.
Kuda ini pelan-pelan mendekat, terdengar orang di atas kuda
berteriak: "Mmm, sedang apa kalian?"
Di atas kuda duduk seorang nyonya tua, rambutnya sudah
beruban, punggung dia sedikit menonjol, duduk di atas kuda,
orangnya tidak lebih tinggi dari kepala kuda, tapi di tangannya
memegang tongkat yang besarnya sebesar mulut mangkuk,
kelihatannya sangat tidak serasi.
Dia berteriak sekali, melihat Tong-goat dan Lam-goat tidak
menyahut, dia berkata lagi:
"Kalian sudah bertarung sebelum aku datang" Itu tidak bisa
dihitung!"
Sesudah kata-katanya habis, dia mengawasi, terlihat Tong-goat
dan Lam-goat berdua seperti sedang menghadapi lawan tangguh,
dia tertawa terbahak-bahak dan berkata:
"Walaupun kalian ingin bertarung pun tidak seharusnya
memperlihatkan penampilan seburuk ini?"
Habis bicara, pelan-pelan dia turun dari atas kudanya, ketika
lewat di samping Sin-hiong, melihat pun tidak, dia lalu berdiri di
tengah lapangan, menggoyangkan tongkatnya dua kali, berkata:
"Baiklah, jika kalian berdua sudah gatal tangannya, bertarunglah
terlebih dulu, biar aku nenek tua yang menjadi wasitnya."
Dia berkata begitu banyak, tapi tidak ada seorang pun yang
mempedulikannya, sekarang dia baru merasa heran, kedua matanya
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menyapu, melihat Sin-hiong memandang dia sambil tersenyum, dia
jadi merasa lebih heran lagi.
Tong-goat-sin-kun dengan nada dalam berkata:
"Nenek tua, sementara kau minggirlah dulu."
Hati Sin-hiong tergerak, bertanya:
"Apakah dia ini Pak-goat-lo-lo?"
Nyonya tua bungkuk ini menganggukan kepala:
"Betul, saudara kecil, siapa namamu?"
Sin-hiong tidak menjawab pertanyaannya, sambil tertawa
berkata: "Anda sudah datang, dimana Tiong-goat dan See-goat?"
Dia melihat Pak-goat-lo-lo sangat ramah, maka perkataannya pun
menjadi lebih ramah, Pak-goat-lo-lo tidak bisa berpikir banyak, dia
menjawabnya: "Sudah dekat! Sudah dekat!"
Sin-hiong pelan-pelan mengangkat kepalanya:
"Kalau begitu baguslah."
Dia hanya berkata sedikit, Pak-goat-lo-lo jadi tertegun, tepat di
saat ini, cambuknya Tong-goat-sin-kun diam-diam sudah datang
menggulung. Begitu tubuh Tong-goat-sin-kun bergerak, Lam-goat-sian-ku pun
ikut bergerak, sekarang mereka berdua menghadapi musuh secara
bersama-sama, Pakgoat-lo-lo yang melihat, di dalam harinya
bertambah bingung lagi, pikirnya:
'Kenapa mereka bersama-sama menyerang seorang anak muda?"
Dia mendengus, baru saja akan melayangkan tangan
memisahkan mereka, mendadak dia melihat tubuh Sin-hiong
berkelebat, berputar kesampingnya, berkata:
"Lo-lo, mohon anda tegakan keadilan, bagaimana?"
Begitu rubuhnya bergerak, serangan Tong-goat dan Lam-goat
jadi tidak mengenai sasaran, mereka bersama-sama mendengus
sekali, bentaknya:
"Mau lari kemana?"
Setelah berkata, dua macam senjata hampir bersamaan waktu
menyerang lagi.
Pak-goat-lo-lo memutar tongkatnya, mendadak menyerang kedua
orang itu, sambil berteriak:
"Urusan bisa dirundingkan, jangan gunakan kekerasan, biar aku
nenek tua jadi orang penengah!"
Tong-goat dan Lam-goat kedua menyerang dengan sekuat
tenaga, jurusnya sangat ganas, siapa sangka mereka kembali
dihalangi oleh Pak-goat-lo-lo, jika kedua orang itu tidak menarik
tangannya, maka serangan yang dahsyat ini akan menuju ke arah
Pak-goat-lo-lo.
Sifat Tong-goat-sin-kun lebih cepat emosi melihat Pak-goat-lo-lo
mau menjadi orang penengah, dalam keadaan marah dia tidak bisa
berpikir panjang lagi, tanpa sadar memakinya:
"Kau nenek tua semakin tua malah semakin linglung,
mengandalkan apa kau mau menjadi orang penengah?"
Tenaga di tangannya masih belum dikurangi, terdengar
cambuknya bersuara "Weet weet!", jelas dia telah menggunakan
tenaga dalam sepenuhnya.
Gerakan Lam-goat-sian-ku lincah sekali, jurus pedangnya ganas,
saat Pak-goat-lo-lo menangkisnya, dia berturut-turut sudah
merubah tiga jurus yang berbeda.
Melihat mereka bertingkah seolah mau menghabisi nyawanya,
tidak tahan Pak-goat-lo-lo menjadi naik pitam, tongkat besinya
diayunkan beberapa putaran, sambil berteriak:
"Kalian mau bertarung dulu, ini tepat dengan keinginanku."
Dalam sekejap, ketiga orang itu malah saling menyerang satu
sama lain, tapi cara pertarungan mereka lain dari pada yang lain,
ketika permulaan, Pak-goat-lo-lo masih melawan Tong-goat dan
Lam-goat, tapi semakin bertarung, ketiga orang itu jadi tidak peduli
lagi siapa lawannya, mereka bertiga saling bertukar menyerang,
malah membiarkan Sin-hiong berdiri di pinggir.
Sin-hiong yang menyaksikan, jadi merasa geli, di dalam hati
berpikir: 'Kalian bertarung seperti ini, aku malah jadi orang penengah, dia
lalu mengeser dirinya mendekat sedikit, saat ini Tong-goat dan Lamgoat
sedang menyerang satu jurus pada Pak-goat-lo-lo, keduanya
pun saling menyerang satu jurus, begitu Sin-hiong melihat, dia
berteriak: "Lo-lo, ujung tongkat tiga kiri empat kanan, jurus ini kau akan
mendahului mereka."
Pak-goat-lo-lo sedang sengitnya bertarung, tidak peduli siapa
yang mengatakannya, ujung tongkatnya segera bergerak menekan
ke kanan, dilanjutkan pelan balik menyapu, benar saja Tong-goat
dan Lam-goat terdesak oleh jurusnya.
Pak-goat-lo-lo gembira sekali, berteriak: "Saudara kecil, sekarang
harus bagaimana?"
Sin-hiong memperhatikan lalu, lalu tertawa: "Bagaimana kalau
tiga di depan empat di belakang?"
Pak-goat-lo-lo tertegun, di dalam hati berpikir:
'Tiga di depan masih bagus, empat di belakang bukankah akan
menghadap pada dirinya" tapi karena petunjuk dari Sin-hiong tadi
tepat dan hasilnya bagus sekali, saat ini dia tidak berpikir panjang
lagi, dia membalikkan pergelangan tangannya, menghantam ke
depan tiga kali, lalu membalikkan ujung tongkat ke belakang
kembali menyapu empat kali!
Ternyata hasilnya sangat bagus, sebab jurus ini kembali telah
mendesak Tong-goat dan Lam-goat, kedua orang itu terdesak ke
depan dan ke belakang, belum sempat balik menyerang, ujung
tongkat Pak-goat-lo-lo menghantam tiga kali di depan empat di
belakang sudah datang menyerang, kembali didahului olehnya.
Tong-goat dan Lam-goat tergetar keras, dalam hatinya berpikir:
'Dari mana asalnya dia, bagaimana bisa tahu terlebih dulu?"
Kedua orang itu mendadak mundur ke belakang, Tong-goat-sinkun
berteriak: "Celaka, bocah itu melarikan diri!"
Pak-goat-lo-lo yang mendengar lalu melihat-nya, benar saja Sinhiong
sudah berada di pinggir hutan.
Tadinya dia tidak memikirkan banyak hal, saat ini dia jadi sedikit
mengerti, tubuhnya bergerak dan berteriak:
"Saudara kecil kau tidak boleh pergi!"
Tong-goat dan Lam-goat pun membuntuti berlari dari belakang,
baru saja mereka bertiga tiba di pinggir hutan, terdengar satu siulan
panjang, bayangan tubuhnya yang aneh itu berkelebat dua kali ke
dalam hutan, dengan keras berkata:
"Lo-lo, aku permisi dulu!"
Habis berkata, suara kecapi yang sangat merdu terdengar dari
dalam hutan, pelan-pelan menyebar keluar, setelah sampai di
telinga ketiga orang, Sin-hiong sudah berlari sejauh sepuluh tombak
lebih. Ketiga orang itu tergetar, mereka saling pandang sekali, lalu
bersama-sama bertanya:
"Kau tahu siapa dia?"
Begitu kata-kata ini keluar, ketiga orang itu saling pandang lagi,
semua merasa wajahnya menjadi merah, jelas sekali kata-kata ini
begitu keluar, di dalam hati mereka bertiga, semua merasa malu.
Harus diketahui, kedudukan Ngo-goat sangat tinggi, tidak diduga
tiga dari mereka sudah terjungkal di tangan seorang anak muda
yang tidak punya nama, jika kabar ini sampai tersebar, bagaimana
mereka masih bisa bercokol di dunia persilatan"
Tong-goat-sin-kun mengeluh:
"Kita berlima tidak perlu bertarung lagi untuk memperebutkan
kedudukan ketua, lebih penting kita selidiki dulu asal-usul orang ini."
Ada perasaan yang sama di dalam hatinya Lam-goat dan Pakgoat,
Lam-goat-sian-ku seperti teringat sesuatu, di dalam hatinya
berkata: 'Apakah orang ini ada hubungannya dengan pengunduran diri
Bu-tong-sam-kiam dan Ang-hoa-kui-bo" Heh, jika benar dia, itu
tidak mengherankan lagi."
Berpikir sampai disini, dalam keadaan reflek hati Lam-goat-sianku
sepertinya samar-samar ada perasaan putus asa.
Setelah berkata tubuh Tong-goat-sin-kun sudah meloncat keatas!
dia lebih dulu mengejar ke depan.
Sin-hiong sekaligus berlari sejauh enam tujuh li, lalu membalikan
kepala melihat ke belakang, setelah tahu di belakang tidak ada
orang yang mengejar, baru dia melonggarkan tali kudanya,
melanjutkan berjalan ke depan, tidak lama kemudian matahari
sudah condong ke barat, dari kejauhan terlihat ada satu rumah
petani, dalam hatinya berpikir:
'Di depan sudah tidak ada kota lagi, lebih baik aku menginap satu
malam di rumah petani itu saja.'
Maka dia berjalan ke'sana, pelan mengetuk pintu.
Tidak lama, pintu dibuka lebar, seorang petani tua keluar dan
bertanya: "Siauya, apa kau tersesat?"
Sin-hiong menggelengkan kepala, menjelaskan tujuannya, petani
tua itu memperhatikan lagi pada Sin-hiong dari atas sampai ke
bawah, seperti berkata pada dirinya sendiri:
"Hari ini sungguh kebetulan sekali, di tempat ku ini sudah
kedatangan tiga orang tamu, bagusnya ada dua orang guru yang
akan berangkat, tuan muda silahkan masuk."
Habis berkata begitu dia mengangkat tangan-nya
mempersilahkan tamunya masuk.
Mendengar kata-katanya petani tua, Sin-hiong menjadi sedikit
ragu, tapi kemudian hatinya berpikir:
'Tidak peduli didalam itu siapa orangnya" Aku baru saja turun
gunung mereka pasti tidak mengenal aku."
Masuk ke dalam rumah, Sin-hiong melihat ada seorang hweesio
yang gemuk besar dan seorang tosu yang kurus kering sedang
berhadapan minum arak, kedua orang itu melihat pada petani tua
yang membawa Sin-hiong masuk ke dalam, tapi mereka
mengacuhkan, dan meneruskan perbincangan mereka.
Sin-hiong pun tidak merasa tersinggung, terdengar hweesio
gemuk itu berkata:
"Hal ini sungguh di luar dugaan semua orang, selain Bu-tongsam-
kiam dan Cia Thian-cu dari Hoa-san-pai, kenapa Ang-hoa-kuibo
dan muridnya pun lima tahun tidak mau keluar rumah?"
Tosu yang kurus kering, minum araknya seteguk, memotong
perkataan: "Kabarnya mereka dikalahkan oleh seorang anak muda, dan anak
muda itu ada hubungan dengan Khu Ceng-hong."
Mendengar itu, Hweesio gemuk besar merasa terkejut tanyanya:
"Apakah Khu Ceng-hong yang dua puluh tahun lalu, dalam waktu
setengah tahun berturut-turut melabrak sembilan perguruan besar
itu?" Tosu kurus kering menganggukan kepala: "Betul, jika anak muda
ini ada hubungannya dengan dia, maka sembilan perguruan besar
itu harus bersiap-siap."
Dua orang itu berbincang-bincang sendiri. Petani tua itu
menempatkan Sin-hiong disisi, mereka juga tidak mempedulikan,
Sin-hiong dengan tenang-nya duduk, tapi dia memalingkan
kepalanya ke tempat lain, di dalam hati dia berpikir:
'Sebelum aku pergi ke Siauw-lim-si, lebih baik aku tidak
menonjolkan diri dulu.'
Walaupun kedua orang ini sedang membicara-kan dirinya, tapi di
dalam kepalanya sedang memikirkan hal lain. Ketika petani tua
mengantarkan makan malam, dia bangkit berdiri mengucapkan
terima kasih, lalu kembali duduk dan menyantap makan malamnya.
Hweesio gemuk dan tosu kurus makan lagi sejenak, tiba-tiba
hweesio gemuk menepuk perutnya sambil tertawa berkata:
"Kita Ngo-goat setiap tahun kumpul satu kali, setiap kali
berkumpul tidak ada hasilnya, aku lihat kedudukan ketua, tahun ini
harus ada yang menduduki."
Sambil bicara dia bangkit berdiri, menghentakkan sekali tongkat
hweesionya, tampangnya seperti yakin bisa merebut kedudukan
ketua. Tosu kurus ikut tertawa:
"Betul, kulihat tahun ini harus ada keputusan." Habis berkata, dia
mengayun-ayun kebutan di langannya, sikapnya sombong sekali,
seperti tidak mau kalah oleh hweesio gemuk itu.
Hati Sin-hiong tergerak, mendengar nada bicara mereka, rupanya
mereka adalah Tiong-goat dan See-goat, lapi Sin-hiong merasa
heran kenapa mereka tadi bisa berbincang dengan ramah, setelah
bicara mengenai kedudukan ketua, wajah mereka berubah jadi
bermusuhan. Lalu kedua orang itu masing-masing mengeluarkan satu tail uang
perak, kelihatannya mereka pun membayar masing-masing, diamdiam
Sin-hiong jadi merasa lucu. Begitu mereka menaruh uang
peraknya di atas meja, terdengar "Weet weet!" dua bayangan orang
bersama-sama melayang keluar, dalam sekejap sudah pergi entah
kemana. Menyaksikan iru, tidak tahan Sin-hiong jadi menggelenggelengkan
kepala, diam-diam mengeluh:
"Mereka sudah setua itu, malah sampai berangkat pun mau
saling mendahului, jadi tidak aneh mereka begitu berambisi dengan
kedudukan ketua."
Dia makan pelan-pelan, petani tua itu berjalan keluar, sambil
berkata pada Sin-hiong:
"Siauya, kamarmu sudah disiapkan."
Sin-hiong cepat-cepat berdiri:
"Lopek berbuat begini, sungguh membuat aku malu."
Beberapa kali dia mengucapkan terima kasih-nya.
Memang, sejak kecil dia bekerja pada orang, sepanjang hidupnya
sering mendapat penghinaan, sekarang melihat petani tua
memperlakukan dia seperti ini, hatinya sungguh merasa tidak enak
sekali. Setelah beberapa kali mengucapkan terima kasihi selesai makan,
dia sendiri membereskan piring mangkuk, tapi petani tua itu buruburu
mencegahnya, Sin-hiong dengan emosi berkata:
"Lopek jangan salah paham, sepuluh tahun lalui aku adalah anak
yatim piatu yang sering dihina orang."
Petani tua itu seperti tidak mengerti apa yang dia bicarakan, dia
hanya membelalakan sepasang matanya, bengong memandang Sinhiong,
tapi, Sin-hiong tidak menyalahkan, kembali dengan sabar dia
mengatakannya sekali lagi, mata petani tua itu membelalak jadi
lebih besar lagi.
Sin-hiong tersenyum, berkata lagi:
"Lopek, apa kau mengerti maksudku?"
Dia tidak tahu kenapa dirinya membicarakan ini pada petani tua
yang kurang pengertian, dia hanya merasakan, dirinya adalah orang
yang rendahan, selama sepuluh tahun, dia apa pun tidak
menanyakan, apa pun tidak dikatakan, hanya giat belajar ilmu silat
pada gurunya, tapi hari ini setelah sepuluh tahun kemudian, dia
telah berhasil melatih ilmu silatnya dan turun gunung, saat ini dia
seperti berdiri di atas puncak gunung yang paling tinggi,
memandang ke bawah gunung, ingin mengerjakan apa. Maka dia
bisa mengerjakannya"
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Petani tua itu menggeleng-gelengkan kepala seperti masih tidak
mengerti, dia mengulurkan tangan ingin merebut piring mangkuk di
tangan Sin-hiong, tapi Sin-hiong hanya sedikit mengangkat
tangannya, bagaimana mungkin petani tua itu bisa merebut dari
tangannya, Sin-hiong membawa piring mangkuk masuk ke dalam.
Petani tua itu dengan terkejut memandang Sin-hiong, dalam
pikirannya, Sin-hiong adalah orang yang paling aneh dari banyak
orang yang pernah dia temui.
Matahari tenggelam di barat, malam telah menutupi bumi. Di
atas gunung di timur, sudah muncui bulan purnama.
Di sekeliling terasa tenang sekali, Sin-hiong membawa kecapi
kuno, berjalan ke sisi sebuah pohon besar, duduk di atas tanah, dua
jarinya dengan lembut memetik, alunan suara kecapi dari dua
jarinya menyebar ke sekeliling tempat itu, semakin menyebar ke
tanah liar. Dia tenggelam dalam alunan suara kecapi yang merdu itu, tapi
pada saat ini, mendadak dari kejauhan terdengar teriakan:
"Ada disini!"
Sin-hiong tersenyum, dia sudah menebak yang datang ini siapa,
dia tetap memeramkan mata memetik kecapi, terhadap hal yang
ada di luar, sedikit pun tidak diperhatikan.
Tidak lama setelah suara itu berhenti, lima bayangan orang
dengan cepat menghampirinya.
Terdengar salah seorang bertanya:
"Siapa yang lebih dulu tiba?"
Terdengar lagi empat suara orang bersamaan menjawab:
"Tentu saja aku!"
Salah satunya berkata:
"Tunggu, tunggu, bocah ini dulu berkata ingin bertarung dengan
kita, Ngo-goat, siapa yang duluan maju?"
Orang yang bicara adalah Tong-goat-sin-kun, mereka lima orang
begitu berkumpul, biasanya masing-masing tidak mau mengalah,
selalu ingin lebih dulu, tapi terhadap Sin-hiong, di dalam hati dia
baru ada sedikit gentar.
Setelah dia mengatakan ini, Lam-goat-sian-ku dan Pak-goat-lo-lo
jadi ragu-ragu sejenak, hweesio gemuk dan tosu kurus yang tadi
karena tidak tahu kehebatan Sin-hiong, dengan keras berkata:
"Tentu saja harus aku!"
Setelah berkata, dua macam senjata sudah menyerang kepada
Sin-hiong! Orang-orang ini lucu sekali, demi kemenangan, mereka membuat
Sin-hiong sebagai sasarannya, hweesio gemuk itu adalah Tionggoat-
cui-seng (Hweesio mabuk dari tengah gunung), tongkat
hweesio di tangannya seberat seratus lima puluh kati lebih, sekali
disapukan, hampir bisa menghancurkan batu, membuka gunung.
Yang satunya lagi adalah See-goat-cin-jin (Tosu alim gunung
barat), kebutan di tangan dia walaupun ringan, tapi dialiri dengan
tenaga dalam, rambut kebutannya dihentaknya sampai menjadi
lurus, jika sampai tersapu oleh dia, aneh jika tubuh tidak terjadi
ratusan lubang.
Saat itu Sin-hiong sedang asyik memetik kecapi, serangan dua
macam senjata yang mendadak itu, dia seperti tidak merasakan,
suara "Ting tung!" masih terus mengalun, sedangkan jurus dari dua
pesilat tinggi ini sangat cepat! Tong-goat, Lam-goat dan Pak-goat
melihat Sin-hiong masih tidak gerak, semua jadi mengkhawatirkan
dia. Baju dia sudah berkibar oleh angin pukulan, tongkat hweesio dan
kebutan hampir saja menyentuh bajunya, tiba-tiba Sin-hiong bersiul,
secepat kilat dia meloncat terbang ke atas, saat tubuhnya berada di
atas udara, dia menepuk pelan kecapi kunonya, terdengar suara
"Pang!", pedang emas berkaitnya sudah berada dii tangannya,
sekali tangannya mengayun, orang dan pedang sudah menjelma
menjadi kelebatan sinar, dari atas udara melesat ke bawah.
Kecepatan jurusnya sungguh tiada duanya, dua orang yang
menyerang hanya merasa angin dingin menyapu wajahnya, di saat
tertegun, hawa dingin dari pedang sudah hampir menusuk
pergelangan tangannya!
Maka jangan dikatakan pada dua orang yang menyerang, walau
Tong-goat, Lam-goat dan Pak-goat yang berdiri di pinggir pun, jadi
terkejut sekali!
Tiong-goat dan See-goat menarik tangannya, Sin-hiong tidak
melanjutkan serangannya, tubuhnya dengan entengnya turun di
samping Pak-goat-lo-lo tidak sampai lima kaki, sambil mengusap
pedangnya, dia berkata:
"Lo-lo, bagaimana jika aku mewakili kau bertanding dengan
mereka berempat?"
Dia tersenyum ramah, tapi di wajahnya tersirat sinar
keangkuhan. Mata Ngo-goat semua membelalak besar, tidak tahu siapa yang
bersuara, mendadak ada berteriak:
"Heh,Kim-kau-kiam!"
Hati kelima orang itu menjadi ciut, ketika mereka melihat dengan
jelas di tangan Sin-hiong adalah Pedang kait emas, mereka baru
sadar, apa lagi Tiong-goat dan See goat, mereka tadi mereka masih
membicarakan masalah Khu Ceng-hong, tapi saat itu Sin-hiong tidak
mempedulikannya, melihat dari hal kecil ini saja, ilmu menahan
dirinya sudah bukan lawan orang biasa"
Pak-goat-lo-lo menegakan tubuhnya yang bungkuk, bertanya:
"Saudara kecil, apa hubunganmu dengan Liong-koan-hong?"
"Guruku!" jawab Sin-hiong dengan serius.
Begitu kata-kata terdengar, lima orang itu menghela nafas
panjang, di atas tanah segera terdengar jejakan kaki, ke lima orang
ini dalam situasi terpaksa, telah membentuk satu barisan kecil,
mengurung Sin-hiong di tengah-tengah.
Khu Ceng-hong adalah orang yang paling aneh di dunia
persilatan puluhan tahun lalu, dia tidak ada dendam apa pun
dengan sembilan perguruan besar dunia persilatan, tapi karena satu
perselisihan kecil, malah dalam waktu setengah tahun telah
bertarung dengan ke sembilan perguruan besar, akhirnya kalah
karena dikeroyok oleh para ketua sembilan perguruan besar itu,
sejak itu, tidak terlihat lagi jejaknya di dunia persilatan, orang-orang
mengira dia sudah meninggal, tidak diduga dia malah telah
mendidik seorang murid yang hebat begini"
Sifat Khu Ceng-hong begitu aneh, bagaimana dengan muridnya,
tidak perlu ditanyakan lagi, maka begitu Ngo-goat melihat Sin-hiong
membeberkan jati dirinya. Dengan kedudukan mereka, malah tanpa
sadar telah mengurung Sin-hiong, besarnya nama Khu Ceng-hong,
bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan pesilat tinggi biasa
dari dunia persilatan"
Sin-hiong seperti melihat keperkasaan gurunya di waktu dulu,
dengan bangga dia berkata:
"Kalian mau apa?"
Setelah berkata, Kim-kau-kiamnya diayun-ayunkan di depan
tubuh, entah dia mau menyerang atau tidak, tapi bagi mata Ngogoat,
semua orang jadi meningkatkan kewaspadaannya, sebab
gerakan Sin-hiong tadi, dulu adalah awal penyerangan Kim-kaukiam
sebelum bertarung.
Lima orang bersiap-siap bertempur.
Mata Sin-hiong menyapu, melihat sikap mereka, dia tahu malam
ini pertarungan sudah tidak bisa di hindarkan lagi, tapi dia tidak ada
dendam dengan mereka, maka dalam hatinya berpikir:
'He he he, tidak apa, aku akan menunjukan sedikit
kemampuanku!' Sesudah berpikir begitu, Kim-kau-kiamnya berkelebat, menusuk
ke Tong-goat, See-goat dan Tiong-goat.
Ketika dia mulai bergerak terlihat perlahan, tusukan pedangnya
terlihat jelas, tapi ketika pedang-nya sudah di tengah jalan, malah
secepat kilat datang menusuk!
Untungnya ketiga orang ini sudah ada persiap-an, jika tidak,
mungkin mereka sejurus pun tidak bisa menahannya.
Ketiga pesilat tinggi ini di desak oleh keadaan, kelihatannya
mereka mau tidak mau harus bersatu menghad apinya.
Ketiga orang itu bersama-sama mendengus dingin, begitu
bergerak, tiga macam senjata bersamaan datang menggulung.
Lam-goat-sian-ku perlahan menghela nafas, lalu berkata pada
Pak-goat-lo-lo:
"Nenek tua, demi nama baik Ngo-goat, mereka bertiga sudah
bertarung, kenapa kau masih diam saja?"
Pak-goat-lo-lo menganggukan kepala, mengayunkan tongkat
besinya dan berteriak:
"Saudara kecil, maafkan aku!"
Sin-hiong menghindar, teriaknya:
"Lo-lo, tidak perlu sungkan."
Lam-goat-sian-ku juga tidak mau ketinggalan, tubuhnya bergerak
sambil melayangkan pedangnya, sekarang ke lima orang ini
bergabung bersama-sama, kekuatannya jadi berlipat ganda, terlihat
sinar pedang laksana kilat, bayangan tongkat laksana gunung,
dalam sekejap, Ngo-goat sudah menyerang sebanyak lima enam
jurus! Semangat Sin-hiong jadi timbul, dia tertawa terbahak-bahak dan
berkata: "Ini baru pertarungan!"
Begitu dia menggetarkan tangannya, ribuan bayangan pedang
telah terbentuk, hanya terdengar suara "Ssst ssst!", dalam sekejap
menyerang sebanyak tujuh-delapan belas jurus!
Ngo-goat menyerang sekuatnya, apa lagi Tiong-goat-cui-seng
dan Tong-goat-sin-kun berdua, mereka menggunakan jurus
dahsyat, kebutannya See-goat-cin-jin menyerang diantara celahcelah
serangan, setiap jurusnya menyerang ke titik yang mematikan
di seluruh tubuh Sin-hiong, Lam-goat dan Pak-goat membantu di
samping, walaupun jurus pedang Sin-hiong hebat sekali, jika dia
ingin keluar dari gempuran lawan, kelihatannya tidak begitu mudah.
Malam begitu tenang, tapi hawa pembunuhan menggelora,
setelah Sin-hiong bertarung sesaat, melihat kelima orang ini matimatian
menyerang terus, tidak tahan di dalam hati berkata:
'Bertarung seperti ini terus, entah kapan baru bisa selesai"'
Setelah berpikir begitu, dia segera merubah jurusnya, mendadak
hawa pedangnya memancar, dia telah mengerahkan jurus-jurus
terhebat dari Kim-kau-kiam-hoat, pedangnya bergulung-gulung
menyerang, pertarungan jadi berubah, tadi ke lima orang itu
berebut menyerang, tapi sekarang di depan Ngo-goat seperti ada
belasan pedang yang berkelebatan, yang pertama terdesak mundur
adalah See-goat-cin-jin, diikuti oleh Tong-goat, Tiong-goat, Lamgoat
dan Pak-goat pun terdesak mundur ke belakang, hanya kurang
lebih tiga puluh jurus, Sian-souw-ngo-goat (Lima dewa menguasai
benua) yang menggemparkan dunia, semua terdesak mundur oleh
dia sejauh kurang lebih satu tombak!
0ooodeooo0 BAB 3 Suara kecapi, kecapi yang bersuara
Warna wajah Ngo-goat jadi berubah besar!
Ketika ke lima orang ini datang mengejar, mereka sudah sepakat
siapa yang bisa mengalahkan Sin-hiong, maka dialah yang menjadi
ketua Ngo-goat, tadinya mereka ingin bertarung satu lawan satu,
tapi karena keadaan terpaksa, mereka berlima malah jadi bersamasama
menghadapinya. Tapi walaupun demikian mereka tetap saja
kalah. Di dalam hati mereka diam-diam mengeluh, ketika mereka
kecewa, tidak terasa mereka mengeluar-kan keluhan "Haay!", di
malam begitu tenang suara keluhan ini terdengar sangat jelas, tapi,
mereka tidak mempedulikannya lagi.
Sin-hiong berjalan pelan-pelan di dalam radius lima tombak,
mengangkat kepala melihat cuaca langit, bulan purnama Sudah
tinggi di atas, angin meniup lembut, lalu dia menyelipkan
pedangnya, menggeleng-gelengkan kepala berkata:
"Kalian berlima, aku pamit dulu!"
Setelah berkata, dia bersiul pelan, dari kejauhan satu bayangan
merah berlari mendekat, dia adalah kuda merah hebatnya, Sinhiong
tidak membuang waktu lagi, sekali menghentakan ujung
kakinya, tubuhnya sudah melayang ke atas udara, saat tubuh-nya
turun ke bawah, tepat di atas punggung kuda merah itu,
gerakannya indah sekali.
Di dalam pikiran Ngo-goat, masing-masing mempunyai pikiran
yang berbeda, semua orang masih ingin bertarung sekali lagi, tapi,
sekarang siapa pun tidak ingin berebut lebih dulu, perasaan hati
yang aneh ini erat-erat mengikat hati mereka, walaupun melihat
Sin-hiong sudah naik ke atas kuda, mereka masih tetap diam tidak
bergerak. Sin-hiong masih belum pergi, dia berputar mengelilingi rumah
petani yang sederhana ini dua putaran, lalu memanggil-manggil:
"Lopek, Lopek!", begitu petani tua itu keluar, dia baru
menghentikan kudanya.
Perbuatannya ini, membuat Ngo-goat yang melihat di pinggir
membelalakan matanya, mereka tidak tahu apa maksud dia
memanggil keluar petani tua itu" sehingga ke lima orang itu
membelalakan matanya besar-besar, wajahnya penuh dengan ke
tidak mengertian.
Ternyata petani tua itu sudah mengetahui pertarungan mereka
tadi, saat ini dia masih ketakutan, begitu melihat Sin-hiong, dengan
gemetaran berkata:
"Siauya,kau......"
Tadinya dia ingin berkata, 'Kau mau menyuruh aku apa"'
mungkin karena ketakutannya, kata-kata selanjutnya tidak bisa
keluar dari mulutnya.
Sin-hiong tersenyum ramah, dia mengeluarkan sepotong perak
yang harganya satu tail dari dalam dadanya, berkata:
"Lopek, ini uang perak seberat lima liang, aku tadi sudah makan
nasi paman, maka terimalah perak ini."
Di saat dia mengatakan "ini uang perak seberat lima liang", di
dalam hati mendadak timbul rasa haru, hampir dia menggunakan
dua tangan memberikannya, petani tua itu tidak mau menerimanya,
dan berkata: "Siauya, jangan begitu!"
Sin-hiong mengeluh, mendadak dengan emosi berkata:
"Lopek, mohon bagaimana pun Lopek harus menerimanya,
sepuluh tahun yang lalu, demi uang lima liang perak nyawaku
hampir saja hilang, sekarang, haay! Walau lima puluh liang pun
tidak seberapa?"
Ini adalah kata-kata di lubuk hatinya, setelah mengatakan ini,
tidak peduli petani tua itu mengerti atau tidak, dia memaksa
memasukan ke dalam dadanya petani tua itu, lalu kedua kakinya
menjepit perut kuda, dengan tenangnya meninggalkan tempat itu.
Dia sudah pergi, tidak peduli wajah Ngo-goat seburuk apa,
pokoknya, malam ini dia sangat gembira sekali.
0odwo0 Tiga hari kemudian, di penyeberangan Huang-ho muncul seorang
anak muda dengan wajah penuh debu, orang ini tentu saja Sinhiong.
Sepanjang jalan dia terus memacu kudanya, hari ini dia sudah
tiba di Pa-li-cung di pantai utara Huang-ho.
Pa-li-cung adalah sebuah kampung yang amat besar, walaupun
dikatakan kampung tapi melihat luasnya malah lebih besar dari kota
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecil, saat ini sudah hampir malam, Sin-hiong sudah merasa letih
dan lapar, tapi dia memutuskan untuk menyeberang sungai terlebih
dulu. Pelan-pelan dia memacu kudanya, berjalan menuju
penyeberangan sungai. '
Tiba di penyeberangan sungai, terlihat ombak kuning mengalir
dengan deras, perahu-perahu ditambatkan disisi sungai, di tengah
sungai tidak terlihat satu perahu pun.
Melihat keadaan ini, tidak tahan hati Sin-hiong menghela nafas,
kelihatannya malam ini dia terpaksa tidak bisa beristirahat di Pa-licung.
Saat itu dengan terpaksa dia memacu kudanya kembali ke
jalan semula. Berjalan tidak jauh, mendadak dari belakang terdengar derap
kaki kuda, Sin-hiong membalikan kepala, terlihat ada tiga ekor kuda
sedang berlari dengan cepat.
Di atas kuda duduk tiga orang laki-laki, sekejap saja sudah
melewati dia. Sin-hiong tertegun, pada saat ini ada lagi dua ekor kuda lewat
dengan cepatnya!
Ke lima orang itu semua memakai baju ringkas, tampangnya
terburu-buru, Sin-hiong bukan orang bodoh, sekali melihat, dia
sudah menerka di depan mungkin akan terjadi sesuatu keramaian!
Siapa duga pikirannya belum tetap, kembali ada beberapa ekor
kuda berlari dengan cepat melewati nya. Dia sedikit menghitung,
dalam sekejap ini sudah ada puluhan kuda yang melewatinya!
Sin-hiong jadi keheranan, di dalam hati berkata: 'Tidak peduli apa
yang mereka lakukan" Asal tidak ada sangkut pautnya dengan
diriku, setelah makan nanti aku langsung tidur saja, sebab besok
pagi-pagi aku harus melanjutkan perjalanan.'
Berpikir sampai disini, maka berjalan masuk ke dalam kampung.
Sekarang matahari sudah terbenam, ketika Sin-hiong hampir
masuk ke mulut kampung, terlihat di depan pintu sebuah rumah
besar di sisi jalan raya, terikat dua-tiga puluh ekor kuda.
Puluhan kuda ini tadi melewatinya, bahkan masih ada orang yang
sedang turun dari kudanya, hati Sin-hiong tergerak, tapi dia tidak
bisa menerka apa yang sedang terjadi di dalam rumah besar itu"
Rumah besar ini adalah tempat yang harus dilalui jika masuk ke
dalam kampung, Sin-hiong dengan tenangnya berjalan pelan-pelan,
siapa sangka baru saja tiba di depan pintu. Mendadak salah satu
dari dua orang laki-laki besar yang berdiri diluar pintu, berlarian
mendekatinya dan berteriak:
"Bagus, bagus, bukankah ini pemusik kecapi yang diperlukan?"
Ternyata ketika Sin-hiong sedang memeluk kecapi kunonya,
orang ini melihatnya, tanpa banyak tanya lagi langsung
menganggap dia adalah pemusik kecapi yang diundang, Sin-hiong
jadi marah men-dengar hal ini, tapi setelah dia pikir-pikir, dia
merasa di dalam rumah pasti ada yang tidak beres, kenapa dia tidak
mengambil kesempatan ini masuk ke dalam dan melihatnya.
Berpikir sampai disini, kemarahannya jadi reda, tapi dia tetap
berpura-pura dan berkata:
"Saudara, aku hanya lewat disini, bukan pemetik kecapi yang
kalian undang?"
Laki-laki besar itu melotot, dia berkata:
"Hei hei hei, kau sungguh tidak tahu diuntung, kau masuk saja
ke dalam, nanti kau pasti mendapat keuntungan."
Sin-hiong tersenyum, berkata lagi: "Boleh saja aku masuk ke
dalam, tapi aku ada syaratnya?"
Wajah orang itu jadi serius, dengan gusar tanya: "Syarat apa?"
Dua jari Sin-hiong memetik kecapi, lalu berkata: "Satu laguku
harganya lima liang perak, apa kalian bersedia membayarnya?"
Mendengar ini, laki-laki itu jadi tertawa keras dan berkata:
"Kukira ada syarat apa, ternyata hanya karena lima liang perak,
asalkan ketua perkumpulan puas, walau lima puluh liang atau lima
ratus liang, itu masalah kecil bagi kami?"
Sin-hiong jadi tergerak, dalam hati berkata: Ternyata rumah ini
adalah markas suatu perkumpulan, walaupun rumahnya besar, tapi
tampak nya tidak seperti itu"'
Setelah berkata, orang itu buru-buru memanggil seorang laki-laki
kampung, menunggu Sin-hiong turun dari kudanya, dia sudah
mendesak Sin-hiong supaya segera masuk ke dalam.
Dua orang itu berjalan satu di depan satu lagi di belakang,
setelah melewati dua pekarangan, mata menjadi terang, terlihat di
satu pekarangan besar, telah ada ratusan orang yang sedang
duduk, saat ini hampir tidak ada tempat yang kosong.
Di pekarangan itu ada puluhan meja, di atas meja sudah siap
makanan, daging ayam dan bebek, semua tersedia, hanya saja
orang-orang di sana semua diam tidak menggerakan sumpitnya,
seperti sedang menunggu seseorang.
Saat ini perut Sin-hiong memang sedang lapar, setelah melihat
ke sekeliling, orang yang membawa jalan berbisik padanya:
"Saudara, disini tidak ada bagian buatmu dan aku, kau ikut aku
ke belakang."
Sin-hiong diam-diam mengeluh, tanyanya:
"Kita mau ke tempat apa?"
Orang itu mencubit dia sekali, lalu menepuk-nepuk bahunya
berkata: "Hari ini majikan kami sedang mengadakan upacara pembukaan
perkumpulan, para tamu dari segala penjuru sudah datang, kau dan
aku adalah orang bawahan, jika ingin makan harus makan di dalam
dapur." Rupanya orang ini sudah melihat tampang kelaparannya, maka
dapat menerka isi hatinya, Sin-hiong yang mendengar, di dalam hati
merasa tidak rela, tapi dia sekarang ini hanyalah seorang pemetik
kecapi, ilmu seorang pemetik kecapi hanya untuk dinikmati orang
saja, mau berbuat apa lagi"
Sin-hiong tidak enak bertindak, terpaksa menganggukkan kepala,
berkata: "Benar kata saudara, aku ingin mengisi perut lebih dulu saja."
Walau pun berkata demikian, tapi di dalam hati dia berpikir,
kalian terlalu memandang rendah orang, tiba saatnya aku ingin
melihat, apakah disini ada bagian aku atau tidak"
Orang yang membawa jalan itu tertawa dan berkata:
"Ini baru benar, nanti akan ada kesibukan buat kita lha!"
Sin-hiong tidak bicara lagi, dua orang itu pelan pelan berjalan
masuk ke dalam.
Setelah masuk ke pekarangan belakang, di dalam sedang sibuk
sekali, untungnya orang yang membawa jalan itu sangat gesit,
diam-diam meng-ambil dua piring besar masakan matang, tanpa
basa-basi lagi Sin-hiong sekaligus makan tiga mangkok besar.
Setelah makan, dia melihat ke sekeliling, dalam hatinya berkata:
'Walaupun seorang pemetik kecapi tidak ada kedudukan makan
di pekarangan besar depan, tapi ada kebebasan melihat-lihat di
belakang pekarangan kecil."
Sorot mata dia melihat sekelilingnya, tampak para pegawai
berlalu lalang, seperti sebuah kota saja, semua orang sibuk, ada
yang membawa masakan, ada yang mengambil arak, terlihat sangat
sibuk. Dia melihat-lihat ke kiri, lalu melihat-lihat lagi ke kanan,
mendadak ada orang yang menepuk bahu-nya, lalu berteriak:
"Hey, setelah kenyang harus pergi!" Sin-hiong tidak berkata,
sambil membawa kecapi mengikuti orang itu berjalan keluar.
Tiba di pekarangan depan, keadaan disini ramai sekali, suaranya
terdengar ribut sekali, pembicaraan orang-orang ini, semua tertuju
dengan munculnya Kim-kau-kiam di dunia persilatan hari-hari
terakhir ini. Diam-diam Sin-hiong merasa heran, di dalam hati pikir, 'kabar
yang mereka dengan sangat cepat!'
Orang yang membawa jalan menunjuk ke sisi sebuah dinding,
lalu berkata: "Kau duduk dulu di sana, tiba saatnya aku akan memanggilmu!"
Sesudah berkata begitu, dia lalu pergi melaku-kan kesibukannya.
Pelan-pelan Sin-hiong berjalan ke sisi dinding, tempat ini kurang
di perhatikan orang, hanya ada dua tiga orang yang duduk disana,
setelah dia duduk, terdengar salah seorang dari tiga orang itu
berkata: "Lo-tiang, mereka mengatakan orang yang menggunakan Kimkau-
kiam itu adalah seorang anak muda, kulihat bukan begitu."
Orang lainnya bertanya:
"Bagaimana kau tahu bukan?"
Orang yang berkata tadi, belum sempat bicara, orang yang
duduk disebelah kiri sudah melanjutkan perkataannya:
"Tentu saja bukan, Kim-kau-kiam adalah senjata yang biasa
digunakan Liong-koan-hong, jika dia masih hidup, paling tidak
sudah berusia delapan-sembilan puluh tahun, bagaimana mungkin
bisa seorang anak muda?"
Pada saat ini, mendadak orang yang pertama bicara bersuara
heran, sambil terkejut berkata:
"Apa" San-lam-siang-siong pun datang kemari (Sepasang
penjahat dari San-lam)!"
Sin-hiong melihat ke arah yang ditunjuk, terlihat di gerbang
pintu, masuk dua orang, dua orang ini yang satu memakai baju
hitam yang satunya lagi memakai baju putih, wajahnya bengis
sekali, mereka adalah Lai-ta dan Lai-sun bersaudara yang sangat
ternama dari golongan hitam.
Ketiga orang yang sedang berbincang-bincang itu melihat Lai
bersaudara masuk ke dalam ruangan, wajah mereka jadi sedikit
berubah, yang lainnya bertanya:
"Siapa nenek tua buruk rupa yang duduk di meja utama itu?"
Dua orang itu menggeleng-gelengkan kepala, salah satunya
berkata: "Nenek tua ini wajahnya jelek sekali, aku tidak pernah
mendengar orang mengatakannya."
Ketika tiga orang ini berbincang-bincang, Sin-hiong duduk di
pinggir dengan tenang mendengarkan sambil melihat-lihat, tapi
orang yang dibicarakan mereka, satu pun dia tidak ada yang kenal.
Tidak lama kemudian, terdengar suara gemu-ruh tepuk tangan,
lalu ada orang berteriak:
"Oey-pangcu sudah tiba!"
Sin-hiong melihat dari ruang belakang jalan keluar saru orang,
perawakan orang ini gemuk pendek, usianya sekitar empat puluhan,
wajahnya terlihat pintar dan gesit.
Saat ini Oey-pangcu ini sudah tiba di kursi utama, dia memberi
hormat ke sekeliling, dengan logat Suchuan berkata:
"Hari ini adalah peresmian pembukaan Hui-hong-pang kami
(Perkumpulan burung Hong terbang) sahabat-sahabat banyak yang
datang dari berbagai tempat, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk
menghormat, aku bersulang dulu tiga gelas besar."
Sesudah berkata, dia langsung minum habis dulu tiga gelas arak,
semua orang pun ikut minum araknya sampai habis.
Diam-diam Sin-hiong merasa heran, di dalam hati berpikir:
'Orang ini jelas orang Suchuan, kenapa lari kemari menjadi ketua
sebuah perkumpulan"
Begitu dia melirik, terlihat orang yang membawa jalan tadi berlari
menghampiri, teriaknya:
"Saudara, giliranmu, giliranmu, nanti kau alunkan lagu
keberuntungan."
Sin-hiong menganggukan kepala, bangkit berdiri lalu dengan
langkah besar berjalan menuju lapangan.
Di tengah lapangan disediakan sebuah kursi sandaran,
kelihatannya khusus untuk pemetik kecapi, saat ini puluhan pasang
mata berfokus pada dia. Setelah Oey-pangcu berkata, lalu
menyambung lagi:
"Hari ini tidak ada acara untuk menyambut tetamu, aku sengaja
mengundang seorang pemetik kecapi, sambil dia memetik
kecapinya, kita makan-makan, untuk menambah selera kalian."
Di lapangan kembali terdengar suara gemuruh tepuk tangan,
setelah Oey-pangcu berkata, lalu melambaikan tangannya,
mengisyaratkan Sin-hiong untuk mulai memetik kecapinya, Sinhiong
menghirup nafas panjang, dalam hatinya berpikir:
'Dalam situasi seperti ini, aku tidak akan mengatakan jati diriku,
entah kalian akan mengeluarkan permainan apa lagi"
Saat dia memetik kecapinya, terdengar suara "Ting ting!", suara
kecapi sudah keluar dari jari nya.
Nada yang dia petik adalah nada yang rendah sekali, ternyata dia
hanya menggunakan satu senar, keadaan yang tadinya terasa
gembira, setelah suara kecapi dia keluar, suasana mendadak
berubah besar! Begitu suara kecapi pelan-pelan mengalun, semua orang jadi
menahan nafas, tadinya orang-orang masih bisa tenang
mendengarkan, tapi kebelakangan, telinga mereka seperti berubah
jadi mata, di depan mata mereka tampak sebuah gambar.
'Di malam hujan salju, angin bertiup kencang, seorang anak kecil
sendirian sempoyongan berjalan di atas salju, bajunya tipis,
sepasang matanya berlinang air mata, dunia yang semuanya putih
ini, tidak tahu dirinya harus pergi kemana"'
Musik mengalun, karena gambarannya sangat mengharukan, hati
semua orang di lapangan jadi terkunci erat-erat oleh suara kecapi
yang amat melangsa ini, malah ada yang mencucurkan air mata.
Kira-kira lewat sekitar seperminuman segelas teh panas, suara
kecapi mendadak berhenti, orang-orang di seluruh lapangan yang
mendengarkan dengan tenang, semuanya mengeluarkan suara
keluh-an, di dalam hati sangat bersimpati pada kejadian yang
menimpa anak ini, mereka lupa bertepuk tangan, juga lupa pada
dirinya sekarang berada dalam situasi bagaimana, dalam sesaat,
kau pandang aku, aku pandang kau, diam tidak bergerak sambil
memegang gelas arak, wajahnya nampak seperti sudah
terpengaruhi oleh suara kecapi.
Sin-hiong tertawa tawar, berkata:
"Pangcu, apa perlu sebuah lagu lagi?"
Begitu kata-kata ini keluar, semua orang baru sadar, seperti baru
bangun dari tidur, hati setiap orang menjadi terkejut!
Harus diketahui, seorang yang berilmu tinggi, biasanya tidak
memerlukan senjata apa pun, hanya dengan suara kecapi sudah
bisa mempengaruhi jiwa lawan, jika suara kecapi melantunkan lagu
gembira, maka orang yang mendengarkan akan terus tertawa
terbahak-bahak tidak henti-hentinya, jika yang dilantunkan adalah
lagu sedih, semua orang akan menjadi sedih karenanya, tadi Sinhiong
sudah menunjukan ilmunya ini.
Belum sempat Oey-pangcu menjawab, terlihat di meja utama
melayang keluar dua orang, salah satunya berteriak:
"Saudara Tiong-koan jangan terkena tipunya!"
Semua orang melihat, orang yang berkata ini adalah Lai-ta
saudara tua dari San-lam-siang-siong, dan yang satu lagi adalah
adiknya Lai-sun, saat ini dua bersaudara itu sudah melepaskan
senjata San-ciat-kun (tongkat tiga bagian), yang satu tangan kiri
yang satu tangan kanan, pelan-pelan mendesak ke arah Sin-hiong.
"He he he!" Lai-sun tertawa, "Siapa kau bocah" Apa tidak melihat
dulu tempat apa ini, aku akan menghukummu karena lancang
memamerkan ilmu silatmu di depan pesilat tinggi."
Sin-hiong tidak mempedulikan, dia hanya melirik dengan sudut
Pendekar Pedang Kail Emas Karya Liu Can Yang di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
matanya, dua jarinya memetik kecapi dengan pelan, tidak
menunggu orang menyuruh, dia kembali melantunkan lagu.
Kali ini, nada yang dilantunkannya sangat menusuk telinga,
semua orang setelah mendengarnya, jadi gelisah, orang yang ilmu
silatnya kurang tinggi sudah tidak bisa duduk dengan tenang,
mereka berjalan berputar-putar di tempat itu.
Melihat itu, San-lam-siang-siong tidak tahan jadi naik pitam, dua
orang itu bersamaan terbang, San-ciat-kun (pemukul 3 ruas) dari
kiri dan kanan menyapu ke arah kecapi kuno Sin-hiong!
Lai bersaudara tidak percuma disebut orang paling hebat di aliran
hitam, begitu senjata mereka menyerang, tidak ada celah
sedikitpun, walaupun Sin-hiong menghindar ke arah mana,
tampaknya tidak akan lolos dari sapuan senjata kedua orang itu!
Orang yang tadi membawa Sin-hiong sudah ketakutan sampai
wajahnya pucat pias, di dalam hati berpikir:
'Celaka, bagaimana aku bisa membawa masuk orang yang
membawa mala petaka ini"
Sin-hiong dengan tenang masih memetik kecapinya, ketika dua
senjata datang menyapu, dia seperti tidak melihatnya, tiba-tiba
irama kecapi berubah, berubah berirama peperangan.
Di saat dua senjata San-ciat-kun itu hampir mengenai kecapi
kunonya, terlihat tubuh dia sedikit mengangkat, suara kecapi belum
putus, orangnya sudah meloncat ke atas, dua jurus yang dahsyat
ini, tepat melewati bawah tubuhnya!
Semua orang-orang di lapangan juga jadi terkejut kerenanya!
Begitu serangan San-lam-siang-siong tidak mengenai sasaran,
kedua orang itu menarik lengannya dan merubah jurus, baru saja
tubuh Sin-hiong turun ke bawah, kedua orang itu sudah
menghantam dengan dahsyat!
Sin-hiong tetap tenang, dia tidak membalas serangan, tampaknya
tugas dia sebagai pemetik kecapi masih belum selesai, jarinya terus
memetik senar, irama peperangan yang keluar bertambah keras.
Jurus kedua dari Lai bersaudara sudah diperhitungkan dengan
tepat, tempat mundurnya Sin-hiong, maka begitu mereka
menyerang, tidak tahan bersama-sama berteriak:
"Kau mau lari kemana lagi?"
Sin-hiong tidak bergerak, menunggu angin yang dibawa San-ciatkun
tiba, terlihat tubuhnya kembali terangkat, malah menerobos
keluar dari celah kedua senjata itu, serangan kedua orang itu
kembali tidak mengenai sasaran.
San-lam-siang-siong berteriak "Heh!", di dalam hati kedua orang
itu merasa penasaran sekali, sebelum tubuh Sin-hiong turun,
senjata kedua orang itu sudah kembali datang menyerang!
Kecapi masih tetap mengalun, nadanya tambah cepat dan
menusuk telinga, begitu dua senjata datang menyapu, bayangan
Sin-hiong berkelebat dua kali di udara, ujung kaki dihentakan di atas
senjatanya Lai bersaudara, orangnya sudah melayang ke samping,
tepat turun di atas kursi utama.
Wajah Pangcu Hui-hong-pang berubah, dia membalikkan tangan
mencoba mencengkram sambil berteriak:
"Siapa kau sebenarnya!"
Sin-hiong menghentikan memetik kecapinya, sambil tersenyum
dia berkata: "Pemetik kecapi!"
Setelah berkata, orang berikut kursinya mundur ke belakang,
sehingga Oey Tiong-koan tidak berhasil menangkapnya!
Ketika Sin-hiong mundur, tepat ke samping si nenek tua yang
buruk rupa itu, terlihat keriput di wajah dia bergerak-gerak, dengan
suara seperti bebek liar dia membentak:
"He he he, kau tentu Kim-kau-kiam-khek yang disebut-sebut itu
bukan" aku Thian-ku-nio-nio ingin mencobamu (Nenek langit
cacad)!" Setelah berkata, dia menjulurkan tangan kiri, berturut-turut tiga
kali menghantam Sin-hiong!
Ternyata orang ini hanya punya sebelah tangan, hanya saja
ketika dia menyebut julukannya, semua orang jadi tergetar, setan
besar dari gunung Kiu-hoa sudah datang, bakal ramailah
pertunjukan ini!
Sekarang Sin-hiong diserang dari dua arah, tapi dia tidak gentar,
tangan kanan sambil menangkis balik menyerang, juga dengan
dahsyat membalas tiga jurus, dia tertawa sambil berkata: "Permisi!"
Setelah berkata, tubuhnya sudah melayang ke arah pintu!
Di dalam hati Sin-hiong berkata, 'tidak peduli orang-orang ini dari
aliran lurus atau aliran sesat mereka sedikit pun tidak ada
hubungannya dengan dirinya, setelah tugasnya sebagai pemetik
kecapi selesai, berarti diapun harus meninggalkan tempat itu!'
Baru saja dia melayang ke samping pintu, mendadak satu
bayangan merah berkelebat masuk, orang ini seperti terburu-buru,
hampir saja menabrak-nya.
Semua orang melihat, orang yang masuk ini ternyata adalah
seorang nona berbaju merah berusia tujuh-delapan belas tahun,
tapi tidak ada seorang pun yang mengenalnya. Mata besar nona
berbaju merah itu berputar, tubuhnya sudah melesat ke samping,
gerakannya gesit sekali.
Sin-hiong sudah turun ke bawah, diapun melihatnya sekali, lalu
berkata: "Hebat sekali gerakan nona, hampir saja kita bertabrakan!"
Nona berbaju merah melototi dia sekali, sorot matanya tertuju
pada kecapi kuno Sin-hiong, tanyanya:
"Kau tadi yang memetik kecapi?"
Sin-hiong menganggukkan kepala, mendadak dia teringat satu
hal, dia berjalan kehadapan Pangcu Hui-hong-pang, Oey Tiong-koan
dan berkata: "Ketua, aku tadi melantunkan dua lagu, sebelumnya sudah
sepakat harga satu lagu lima liang perak, kau masih belum
membayar aku lho?"
Wajah Oey Tiong-koan terlihat buruk sekali, tapi tubuh Thian-kunio-
nio yang duduk disisinya sudah bergerak, teriaknya:
"Tidak apa, asalkan kau bisa mengalahkan aku, lima puluh liang
perak pun akan diberikan padamu!"
Dengan kesal Sin-hiong melihat dia, lalu berjalan ke depan orang
yang tadi membawa dia masuk dan berkata:
"Saudara, bukankah tadi kita sudah sepakat, kenapa majikan
kalian tidak mau membayar?"
Orang yang ditanya olehnya, tidak tahu harus berbuat
bagaimana, saat ini di belakang tubuhnya terdengar ada dua
bentakan keras dan ada bayangan orang berkelebat, Sin-hiong
membalikan tubuh melihat, terlihat di udara ada dua orang sedang
saling serang sejurus, lalu bayangan orang itu terpisah, dia seperti
tidak mengerti apa yang telah terjadi, wajah orang-orang yang
menonton pun tampak bengong.
Ternyata kedua orang yang barusan saling serang adalah Thianku-
nio-nio dengan gadis berbaju merah yang baru saja datang.
Nafas Thian-ku-nio-nio terlihat sedikit terengah-engah, sedangkan
gadis berbaju merah itu sedikit pun tidak terlihat kelelahan, semua
orang yang melihat keadaan ini, kembali memperlihatkan wajah
yang terkejut. Nama Thian-ku-nio-nio sangat termasyur, walau pun sepanjang
tahun dia berada di gunung Kiu-hoa, tapi bayangannya seperti ada
dimana-mana, apa lagi perbuatannya sangat kejam, maka orangorang
di dunia persilatan hampir tidak ada seorang pun yang tidak
tahu nama besarnya, tidak diduga hari ini dia malah dikalahkan oleh
seorang gadis muda yang belum punya nama, bagaimana hal ini
tidak membuat semua orang terkejut"
Bulu mata panjang gadis itu berkedip sekali, dengan dingin
berkata: "Aku belum selesai bicara dengan dia, siapa yang suruh kau
bertindak dulu, heh heh!"
'Dia' yang ditunjuknya tentu saja Sin-hiong, dan Sin-hiong yang
mendengar jadi tertegun, dalam hatinya berpikir:
'Aku tidak kenal denganmu, apa yang ingin kau tanyakan"
tampaknya masalah di dunia persilatan ini sangat aneh-aneh.'
Tampaknya Thian-ku-nio-nio masih tidak bisa menerima
kekalahannya, tapi di dalam hati dia tahu, dalam bentrokan tadi,
untung gadis berbaju merah itu tidak sungguh-sungguh menyerang
dia, kalau tidak mungkin diri sendiri sudah mendapat luka.
Pengalaman dia di dunia persilatan sudah banyak sekali, tapi dia
justru tidak tahu siapa gadis ini"
Hari ini adalah peresmian Hui-hong-pang, Oey Tiong-koan tidak
terduga bisa muncul dua orang muda-mudi yang ilmu silatnya
begitu hebat, sekarang semua orang jadi tidak ingat akan maksud
kedatangan nya, walau pun dia adalah tuan rumah, saat ini dia
malah seperti menjadi seorang peran pembantu. Wajahnya menjadi
sangat kesal dan tidak dapat ditutupinya.
Sin-hiong berjalan dua langkah, tanyanya:
"Nona, kau mau bertanya apa, cepatlah, aku masih harus
mengejar waktu."
Dengan wajah tersenyum manis gadis berbaju merah itu berkata:
"Permainan kecapimu bagus, bagaimana kalau kau mainkan satu
lagu lagi?"
Sin-hiong menggelengkan kepala:
"Aku tidak mau main lagi, walaupun nona bersedia membayar
sepuluh liang perak."
Setelah berkata, baru saja dia melangkah mau meninggalkan
tempat itu, mendadak ada sinar perak berkelebat, sebilah pedang
panjang sudah meng-hadang jalannya, gadis berbaju merah itu
tertawa dan berkata:
"Boleh saja kau tidak memetik kecapi lagi, tapi tinggalkan
kecapinya disini, biar di saat kesal aku bisa menghibur diri."
Sin-hiong memperhatikan dia sekali, dia merasa wajahnya sedikit
mirip dengan Lam-goat-sian-ku, hatinya jadi tergerak, lalu dengan
tenang dia berkata:
"Nona jangan main-main, aku adalah seorang pemetik kecapi dan
kecapi adalah nyawaku, jika nona mau mengambil kecapi ini,
bukankah sama dengan mengambil nyawaku?"
Gadis berbaju merah itu menggetarkan pedang panjangnya:
"Betul, kecapi atau nyawa, pokoknya kau harus tinggalkan salah
satunya, jika tidak, aku sendiri yang akan mengambilnya!"
Kedua orang ini tadinya berbicara berjauhan, setelah berkatakata
jadi semakin mendekat, semua orang yang mendengar, baru
sadar, ternyata gadis berbaju merah ini datang khusus untuk anak
muda ini" Dalam hati Sin-hiong pun sekarang tahu, gadis berbaju merah ini
pasti ada hubungannya dengan Lam-goat-sian-ku, jika bukan
begitu, dia tidak akan ada alasan mencari dirinya"
Tapi, dia tetap memaksa menahan diri, berkata
"Aku tidak ada dendam apa pun dengan nona!"
Mendadak gadis berbaju merah itu merubah nada bicaranya,
dengan dingin berkata:
"Kau berturut-turut telah mengalahkan Ang-hoa-kui-bo dan Siansouw-
ngo-goat, kenapa dihadap-an aku, kau begitu pelit?"
Kata-kata ini begitu keluar, orang-orang di lapangan menjadi
gempar! Tadinya orang-orang hanya mendengar saja kabar bahwa Anghoa-
kui-bo dikalahkan oleh Kim-kau-kiam-khek, semua orang masih
sedikit tidak percaya, tidak diduga Sian-souw-ngo-goat yang namanya
menggemparkan dunia pun ternyata telah dikalahkannya, katakata
ini laksana guntur di siang hari bolong, menggetarkan hati
puluhan pesilat tinggi di seluruh lapangan.
Sin-hiong menghela nafas panjang:
"Nona salah melihat orang, mana aku ada kemampuan sebesar
itu?" Sifat gadis berbaju merah seperti tidak sabaran, dia mendengus,
Kitab Pusaka 12 Ksatria Negeri Salju Karya Sujoko Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 8