Pencarian

Pahlawan Harapan 10

Pahlawan Harapan Karya Tang Fei Bagian 10


senja, saat inilah baru terlihat di depan mukanya sebuah
perahu yang sangat besar tengah berlabuh di sana. Orang
setengah umur segara melepas anak panah 'siuuuuut*
memberi tanda. Dengan cepat terlihat tanda balasan dari
perahu besar yang mengirimkan mereka. Sedangkan
perahu yang dipakai Djin Liong menambah kecepatannya
maju ke muka Kebesaran dari Thau Ouw ini membuat
perasaan orang melayang layang sewaktu waktu terlihat
gumpalan awan berkisar, jauh jauh tertampak gunung
gunung menghijau Panorama yang menyegarkan ini
membuat perasaan tegang Wan Djin Liong berkurang
banyak. Tiba tiba dari perahu besar memancar sinar api
tengloleng yang besar besar, tanpa berkata kata orang
setengah umur mengayuhkan perahunya secepat mungkin
tanpa berkata kata. Perlahan lahan jarak mereka menjadi
dekat, kini dapat terlihat dengan tegas bahwa perahu itu
demikian besar dan indah sinar terang yang terdapat di
perahu membuat suasana malam seperti siang saja. Di atas
511 perahu terlihat sebilah papan dengan huruf 'Tiau In' yang
berarti menyepi.
Orang setengah umur kembali melepaskan tiga batang
anak panah yang nyaring. Begitu suara panah hilang semua
teng teng yang terang benderang menjadi padam.
Perubahan ini demikian cepat membuat suatu istana dewi
yang gilang gemilang mendadak hilang dari pandangan
mata dan menjeLma menjadi benda gelap, dalam keadaan
malam benda itu tak ubahnya seperti segugusan pulau kecil
Diam diam Djin Liong mengeluarkan pujian tertahan: "Tak
heran orang orang Kang ouw menamakan Si raja Thay Ouw
tidak ketentuan tempat tinggalnya, sehingga sukar untuk
menemuinya. Kiranya sarangnya adalah sebuah perahu
yang bisa berpindah ke mana mana.
Tiba tiba dari atas perahu besar terdengar suara anak
perempuan. "Tamu dari mana?"
"Dari keluarga Louw di Pak Kia. ia membawa surat untuk
Oig Toa ya." jawab laki-laki setengah umur.
Anak perempuan itu segera mewartakan kedalam, tak
lama kemudian di atas perahu menyala empat teng yang
besar sekali, teng itu sebelah bercat hitam, sehingga yang
terang hanya sebagian saja. Bagian yang terang menyorot
ke luar, membuat orang yang datang terlihat jepas
sedangkan bagian yang hitam membelakangi si pemegang,
sehingga tak terlihat wajahnya.
Pada saat ini Wan Djin Liong menenangkan debaran
jantungnya, dari dalam sakunya di keluarkan sepucuk surat,
dengan gagah ia berdiri di atas perahu dan berkata:
"Aku menerima tugas dari Louw Toa ya, guna
menyampaikan dengan lengan sendiri surat ini pada Ong
Toa ya." "Silahkan!" kata seseorang dari perahu besar, menyusul terlihat sebilah papan turun membuat suatu jembatan pada
perahu kecil, dua pelayan wanita yang masih muda muda
turun membawa teng.
512 "Tju djin mempersilahkan tuan masuk!" Djin Liong
perlahan lahan menyalurkan tenaga dalam pada kedua
kakinya, kemudian meloncat pada sebuah papan jembatan.
Pelayan membuka jalan sambil berkata: "Silahkan jalan
di sebelah sini!" Wan Djin Liong ceiingukan ke empat
penjuru ia merasa kagum pada perahu besar yang
merupakan istana duyung ini. Tapi yang mengherankan
bahwa perahu yang demikian besar tidak ada orangnya,
hanya dua pelayan ini saja yang tengah berjalan maju ke
muka. Sesudah bulak belok beberapa tikungan, sampailah
ia di ruangan tengah dari perahu. Pelayan wanita segera
menghentikan kakinya dan mengetuk pintu perlahan-lahan.
"Tamu sudah tiba." Pintu terbuka, keadaan sangat gelap, terdengar jawaban dari dalam.
"Silahkan masuk!" Dari pintu besar terlihat sedikit sinar terang, sedangkan pelayan yang mengiringi segera
memadamkan lampu mereka! Dalam sekejap waktu
sekeliling menjadi suram, pemegang sinar lampu kecil
mengajak Wan Djin Liong kehadapan sebuah kursi terukir,
"silahkan duduk." katanya, sedangkan lampu itu ditaruh di samping, kemudian ia berlalu.
Tiba-tiba dari dalam kegelapan berkelebat sesosok
tubuh, yang berpakaian sangat indah sekali. sedangkan
mukanya menunjukkan penuh wibawa, seorang yang benar-
benar berkedudukan tinggi. Ia maju ke muka sambil
berkata. "Majikan kami tengah berada di kamar tidur, surat
itu berikan saja kepadaku." Djin Liong mengepal Keras
suratnya perasaannya sedikit gugup, karena surat adalah
palsu. kalau diserahkan pasti dapat diketahui lawan.
Dengan cepat diberanikan dirinya, surat itu diserahkan.
Orang itu menyambut surat dan mencelat mundur, gerak
geriknya sangat lincah dan mengagumkan, sedangkan
tubuhnya hilang dalam kegelapan.
Sesaat kemudian dari depan terdengar suara parau dari
orang tua yang didahului dengan dehemannya.
"Siapa nama tuan yang mulia?" Wan Djin Liong
memandang kepada arah suara, dalam kegelapan ia tak
513 berhasil melihat wajah orang dengan tegas. Hatinya
berpikir. "Mungkinkah orang ini Ong Hie Ong adanya?"
dengan cepat ia menjawab. "Yang rendah adalah Pang Kia,
menjalankan tugas dari Louw Toa ya untuk menyampaikan
salam hangat pada Ong Toa-ya."
"Dalam suratnya majikanmu mengatakan bahwa kau
akan menetap beberapa hari di sini, sekedar untuk
menyelidiki hasil hasil kenamaan dari daerah Kiang Tjek,
kemudian baru kembali ke kota raja pada bulan tujuh
dengan benda yang berharga itu dan menyerahkannya pada
hari ulang tahun dari sri baginda."
"Atas ini kuminta bantuan yang berharga dari Toa ya "
Jawab Djin Liong.
"Apakah majikanmu tidak mengirimkan kabar lisan?"
Sebelumnya Wan Djin Liong sudah mempunyai
persiapan, dengan cepat ia menjawab: "Majikanku berkata,
sesudah menghadiri ulang tahun dari sri baginda segera
akan bertandang menemui Ong Toa ya guna merundingkan
sesuatu hal yang maha penting." Tanya jawab ini, memang
sudah disiapkan oleh Kie Sau sewaktu masih berada di Hoa
San. Kita tahu seturunnya Kie Sau dan kawan kawan dari
Oey San segera menyembunyikan diri selama enam bulan
di Hoa San. Dalam waktu setengah tahun, dihubungi nya Ho
Kiat ( para satrya ) dari empat penjuru, untuk mencari jejak
dari Louw Eng. karena pengetahuan dan pandangan yang
luas serta banyak kawannya Kie Sau segera mendapat
kabar bahwa "Louw Tiau berada di kota raja, tetap
menggunakan nama Louw Eng untuk menjalankan aksinya,
sedangkan kabar tentang Louw Eng sampai saat ini masih
belum terdengar, Kie Sau mengetahui bahwa Louw Tiau
pada suatu hari pasti akan datang mencari mereka untuk
membalas dendam, sedangkan hal bagaimana ia kehilangan
sebelah lengannya dan bagaimana Hek Liong Lo Kuay
meninggal pasti ia dapat mengarang sebuah ceritera burung
untuk mengelabui kawan-kawannya sendiri. Louw Tiau
mempunyai penjagaan keras di kota raja dan sukar untuK
orang orang Kie Sau membekuknya, karenanya tukang
514 catur ini menyebarkan orang orangnya ke segala penjuru
untuk mengendus di mana rimbanya Louw Eng.
Di dunia Kang ouw tersiar luas tentang Tjui Tjing Kong
(istana air) dari Ong Hie Ong yang luar biasa, katanya
waktu turun Salju tetap hangat waktu musim panas tetap
sejuk. Akan tetapi istana ini sangat gaib sekali dan sukar
diketemukan orang, sedangkan orang yang pernah
melihatnya jumlahnya terlalu sedikit, walaupun sudah
melihat mereka tidak tahu istana ini letaknya di mana, Hoa
San Kie Sau berpikir. "Mungkinkah perkataan tiada musim
rontok dan musim panas.' Yang terdapat di peta rahasia
Louw Eng menunjuk Thay Ouw." karena berpikir begitu ia
memutuskan untuk menyelidik! Thay Ouw
Ong Hie Ong berdiam di dalam telaga yang luas dan
tidak tetap tempat tinggalnya, karenanya harus bagaimana
menyelidikinya" Orang banyak segera berunding, dan
memutuskan Djin Liong menyamar menjadi suruhan Louw
Tiau menghantarkan surat pada Oig Hie Ong. Sedangkan
Kie Sau mengetahui Louw Tiau tengah sibuk dengan hari
lahir dari srt baginda dan ingin mengumpuikan barang
barang berharga untuk bingkisan. sebab itu bunyi suratpun
disesuaikan dengan keadaan dan ditulis oleh ahli sehingga
serupa betul dengan tulisan sang jahanam. Sedangkan
tanya jawab pun sudah disiapkan kalau berjumpa dengan si
raja sungai. Karenanya Wan Djin Liong dapat melakukan
tanya jawab tanpa menimbulkan kecurigaan lawan.
Suara parau dari orang itu berhenti sejenak, kemudian
tertawa sekali. Wan Djin Liong merasakan suara tawa ini
demikian berat dan membuatnya merasa tidak tenang
orang itu kembali bertanya : "Majikanmu mungkin terlalu
sibuk dengan hari ulang tahun sri baginda dan menetap di
kota raja."
"Ya." jawab Djin Liong.
Orang itu berdeham dua kali, kemudian terdengar suara
gembreng yang keras seperti geledek membelah bumi
menyambut dehemannya itu. Tiba-tiba di empat penjuru
terlihat sinar api menyala, membuat keadaan malam
515 menjadi terang benderang dan tak ubahnya seperti siang
hari. Wan Djin Liong menjadi terkejut sekali, matanya
celingukan ke empat penjuru, tampak olehnya ruangan
yang tiga tumbak persegi. Ia sendiri duduk di tengah-
tengah ruangan sedangkan di hadapannya berdiri seseorang
yang kate dan hitam tapi tegap dan gagah, usianya kira kira
lima-puluh tahun. Sedangkan di tiap sudut berdiri seorang
menyandar dengan angkarnya. Sekeliling dinding penuh
dihiasi segala alat senjata tajam yang beraneka ragamnya.
ada yang terbuat dari tulang ikan. ada yang dari buntut
ikan. semuanya mengeluarkan sinar yang berkelat kelit.
Orang yang berdiri di hadapannya mengeluarkan jerijinya
menunjuk nunjuk pada Djin Liong dengan suara bentakan
menggeledek. "Kau terlalu bernyali besar!"
Djin Liong tahu bahwa dirinya bukan berhadapan dengan
Ong Hie Ong, hatinya berkata 'celaka* dan tidak tahu ia
berada di tempat siapa.
Orang itu dengan dingin berkata: "Kau sudah datang di
sini. biar bagaimana tinggi kepandaianmu jangan harap
dapat ke luar pula, sebaiknya berterus terang saja, apa
maksudmu datang ke sini, kau dari mana" Lekas katakan!"
"Yang rendah Pang Kia dari kota raja, menerima titah
dari Louw Toa-ya. untuk mengirimkan surat dan salam
hangat pada Ong Toa ya, kini aku tidak tahi apakah Ong
Toa ya berada di sini atau tidak."
"Hai, badak yang tidak takut mati, kalau tidak kubuka
kedokmu mungkin kau masih penasaran. dengarlah! Bahwa
majikan kami saat ini tengah minum - minum arak dengan
Louw Toa-ya! adalah utusannya masa tidak mengetahui hal
ini" Hee he!" Wan Djin Liong bukan main kagetnya, sama
sekali tidak menduga usahanya bisa kebentur soal yang di
luar dugaan sekali Otaknya berputar. akalnya segera
timbul. tubuhnya segera bangkit dan jalan ke luar:
"Kalau benar majikanku berada di sini kau harus
mengantarkan aku untuk menemuinya..!" Orang kate itu
agak bingung sebentar, dalam waktu sekejap tidak bisa ia
menahan langkah kaki dari tamunya. Djin Liong sudah
516 berada di ambang pintu masuk.
'Berhenti"!" bentak si kate, Seiring dengan suara
bentakan dari dalam ke luar seorang yang berkepala besar
dsn berdagu lancip, lagaknya serupa benar dengan seekor
kera. Ia tertawa "Kawan, kau adalah tamu dari keluarga
Ong. kini sudah berada di sini untuk apa tergesa gesa
berlalu." Dengan cepat Djin Liong mengangkat lengan
kirinya ke atas bahu kanan dan memukulnya pada dada
penghadang. Dengan cepat orang itu menarik dadanya,
sedangkan lengan kanannya melakukan serangan balasan.
Djin Liong membalik lengannya dan merangkap lengan
lawan sambil menekan jalan darahnya. lengan kanannya
berbareng dengan cepat menghunus pedang Naga.
"Kalau ingin selamat lekas kau minggir!" Pedang itu
diputarnya ke depan menggertak, membuat penghadang di
muka lari meninggalkan ruangan. Djin Liong mengangkat
kakinya untuk merat tapi sial baginya baru sang kaki
terangkat sedikit, pintu sudah tertutup dengan
menimbulkan suara keras, sedangkan di belakang
kepalanya berkesiur angin diri senjata lawan. Berbareng
dengan ini dari kiri kanan mendatang beberapa orang.
Djin Liong mendorong orang yang berwajah kera
membendung orang dari Sebelah kirinya, menggunakan
kesempatan orang repot kakinya, maju melangkah dan
balik badan menangkis serangan di belakang kepalanya
dengan bertenaga. "Trang." bunyinya sekali, kedai orang masing-masing merasakan tergetar lengannya, mereka
sadar bahwa kekuatan masing-masing tidak berjauhan satu
sama lain. Djin Liong sebenarnya berniat memutarkan
pedangnya membuat suatu lingkaran perlindungan, siapa
tahu pedangnya tidak dapat digerakkan dengan bebas,
seolah olah seperti terjepit semacam benda.
Wan Djin Liong melirik melihat, kiranya Senjata si kate
aneh sekali, panjangnya seperti pedang biasa, di kiri
kanannya berduri. tak ubahnya seperti ikan yang tinggal
tulangnya. Pedang pemuda kita Justeru terjepit di antara
duri dari itu Si kate mengerahkan pedang tulang ikannya
517 menjepit dengan keras, sehingga membuat pedang Djin
Liong menjadi miring, walaupun pedang mustika dalam
keadaan begini tidak terlalu banyak bisa berbuat.
Djin Liong mengerahkan tenaga dalamnya sekuat
mungkin dan berdaya untuk membebaskan pedangnya dari
pedang tulang ikan yang aneh itu. Pedang tulang ikan
sudah aneh, jurus ilmunya pun aneh pula. Djin Liong
berdaya untuk membebaskan dan menarik pedangnya, apa


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mau pedang tulang ikanpun dikerahkan pemiliknya
menekan dari atas ke bawah dengan cepat. Dari gerakan
yang hebat ini, membuat pedang lawan terkunci dan berbau
pula hawa serangan maut menjurus pada kepala lawan.
Andaikata serangannya berhasil, kepala orang itu entah
bagaimana jadinya!
Menampak gerakan lengan lawan yang demikian cepat,
Djin Liong menjadi terkejut, ia tak berani memandang
enteng lagi, pedang yang sebenarnya akan ditarik
diubahnya secara tiba- tiba menjurus keatas. Gerak sekali
tarik sekali lepas ini dilakukan cukup cepat sekali, membuat
orang luar tidak dapat melihat dengan tegas dari perubanan
jurusnya. Kemudian Wan Djin Liong mengendurkan sedikit
pegangannya pura-pura tergetar, tiba tiba d cekalnya
pedangrya lagi dengan keras. Si kate mengetahui bahwa
lawannya berilmu lihay dan cepat gerak tipunya serta
dilengkapi tenaga lunak dan keras secara ia berbareng di
setiap jurusnya. Sebenarnya akan menggunakan
keahliannya uniuk menjepit terus pedang lawannya, tapi
segala pikirannya itu menjadi buyar kena tipu silat lawan
yang nanti kendur dan nanti keras, tanpa diketahui lagi
terdengar bunyi "trak... trik......trik nyatanya duri duri ikan pedangnya sudah putus dibabat pedang dari mustika lawan.
Tak ayal lagi si kate mencelat ke belakang,sedangkan
orang-orang yang berada di ruangan itu segera mancabut
senjatanya secara serempak. Djin Liong memutarkan
matanya menyapu ke sekeliling, tampak olehnya aneKa
senjata aneh yang belum pernab dilihatnya memenuhi
ruang matanya. Orang yang berdiri di pojok selatan
bsrsenjata toya yang di kedua ujungnya memakai buntut
518 ikan, orang yang berada di sudut barat ke dua lengannya
bersenjata panjang dan lengkung seperti tulang ikan, orang
yang menduduki sudut utara bersenjata ikan ikanan yang
terbuat dari besi. ikan ikanan ini membuka mulutnya
mengeluarkan giginya yang runcing, orang yang diam di
nojok timur menggenggam tumbak, tapi ujung tumbak
bukan dari besi vang tajam melainkan dari sisik ikan besar
yang tajam. Diam diam Djin Liong menjadi gentar hatinya ia kuatir
senjata senjata aneh dari lawan itu mempunyai tipu
jurusnya yang aneh pula, sehingga membuat orang mudah
terpedaya Dengan cepat dan cekatan ia mundur ke tengah
tengah ruangan, dengan pikiran menggunakan kursi tempat
duduknya tadi sebagai sandaran, agar tidak kena dihajar
diri empat penjuru. Ia mundur, lima orang lawannya maju
mengurung. Asal saja ia ada kesempatan untuk mereka
menurunkan lengan, pasti Djin Liong akan dijadikan mangsa
dari mereka yang sudah merupakan serigala lapar.
DjinLiong mundur secara perlahan lahan, tangannya
memegang kursi itu kemudian tubuhnya mencelat naik,
membuat dirinya berada di tempat tinggi, pedangnya
mengeluarkan cahaya putih yang angker merantikan setiap
serangan dari musuh orang orang itu aneh pula. mereka
tidak maju menyerang melainkan membuat suatu lingkaran
mengurung, kurungan ini dibuatnya semakin lama semakin
kecil. Djin Liong memusatkan perhatiannya menantikan
segala kemungkinan, ia tidak berani sembarangan bergerak
terlebih dahulu takut menderita rugi.
Mereka saling pandang dengan penuh perhatian. asal
saja ada yang berani bergerak senjata, pertarungan hebat
pasti terjadi. Perhatian semua orang tengah terbenam
kedalam lawannya masing masing, satu sama lain tidak
mau menyerang terlebih dahulu. Dalam kesunyian yang
mendadak ini membuat suasana perkelahian bertambah
seram.Tiba tiba terdengar bunyi ' Aaaak . . Oooo . . .
Aaaaa" yang mengejutkan mereka, agaknya ada orang
menarik sesuatu benda besar, secara berbareng dengan
berseru "Aaaa Oooo Aaaa". ( di Jakarta umum
519 menggunakan perkataan Rambati rata hayo ). Seiring
dengan seruan ini Djin Liong merasakan kursi tempat
berdirinya agak bergoyang, tak lama kemudian disusul
dengan berputarnya kursi membuatnya merasakan dunia
terbalik. Tak sempat untuknya berpikir dan mengetahui apa
yang sudah terjadi, tubuhnya sudah mendahului terjungkal
masuk ke dalam liang yang hitam dan gelap. Baru kaki Djin
Liong memijak bumi, segera ia dongak ke atas, tampak
olehnya liang di atas kepalanya sudah ditutup orang dengan
semacam benda yang menimbulkan suara 'Brukk'. Membuat
pemuda kita yang gagah terkurung di dalamnya.
Kisah beralih ke warung arak yang berada di tepi Thay
Ouw. Djie Hai yang tengah meneguk arak menjadi kaget
mendengar seruan dari Thian Hong yang menyebutkan
celaka. "Kenapa" tanya Djie Hai dengan cepat, sambil
meletakkan cawan araknya. Pada saat yang bersamaan
tamu tamu lain yang berada di ruangan itu menunjukkan
paras berubah, semua mata ditujukan kepada gadis kita
dengan penuh perhatian. Beberapa orang ini kiranya tidak
lain dari Tju Sie Hong dan Tjiu Piau serta Gwat Hee,
sedangkan Kie Sau dan Tju Hong pun berada di situ pula.
Sebenarnya mereka menyamar sebagai orang yang tidak
mengenal satu sama lain dan duduk terpisah, sekadar
menghindarkan kecurigaan orang. Tapi waktu mendengar
seruan celaka dari Thian Hong, mau tak mau para muda-
mudi menunjukkan perasaan kekuatirannya, hanya Kie Siu
vang sudah ulung dalam dunia Kang ouw tetap tidak
menunjukkan perubahan wajahnya, matanya tetap
memandang ke tempat lain seperti tengah menikmati
keindahan alam diri telaga yang terkenal itu. Tapi diam
diam semuanya mengawasi gerak gerik dari seorang Lo Yi
(sebutan untuk wanita tua), wanita ini walaupun berpakaian
tua yang sudah pecah pecah dan seperti nelayan umumnya
tapi sinar matanya demikian tajam, dan bukan orang
sembarangan. Lo Yi itu mengerlingkan matanya menyapu
sekalian wajah dari anak anak muda kita. Kie Sau tahu
bahwa Lo Yi itu tengah memperhatikan anak buahnya, saat,
520 saat itu juga ia berlaku terlebih hati hati.
Tanpa sadar Wan Thinn Hong membuka mulut : "Toa ko,
kiranya ada hal tidak benar atas diri kakakku, mungkin
dirinya itu sudah menemui ..."Djie Hai mengetahui bahwa
rumah makan ini bukan tempat yang baik untuk berunding.
dengan cepat ia mengangkat cawannya sambil berkata:
"Moy tju, marilah kita keringkan cawan ini dan pulang untuk istirahat!" Thian Hong dengan cepat sudah mengerti
maksud saudaranya, dengan cepat kata katanya ditelan
lagi. Dengan cepat mereka membayar lekening sesudah itu
segera turun dari loteng. Tak lama kemudian Tju Sie Hong,
Tjiu Piau dan Gwat Hee pun turun ke bawah. Kesemua ini
diawasi di dalam mata Lo Yi itu. Kie Sau mengetahui bahwa
urusan menjadi tidak benar, tapi dalam saat ini biar
bagaimana ia harus berada dalam keadaan tenang, untuk
menghindarkan kecurigaan orang ia menuang arak penuh
penuh dan meneguknya menjadi kering ; "Arak yang baik!"
pujinva, kemudiaii ia berpaling pada pelayan: "Bawakanlah
satu kati lagi!" Tju Hong pun adalah orang Kang ouw yang
sudah berpengalaman sekali, ia tahu maksud Kie Sau,
karenanya iapun menuang arak menemani Kie Sau minum
minum seenaknya seperti tidak kejadian sesuatu apa.
Baru mereka minum kering dua cawan tampak oleh
mereka Lo Yi itu berdiri diri tempat duduknya, kemudian
berlalu sesudah melemparkan perak hancur kepada
pelayan, Sekali lihat saja Tju Hong sudah mengetahui
bahwa langkah wanita tua itu demikian ringan dan berilmu
tinggi. Dengan cepat mereka pun turun dari loteng
membuntuti Lo Yi tersebut.
Saat ini keadaan gelap sekali, walaupun demikian wanita
tua itu dapat berjalan dengan langkah pesat. Ia bsrjilan
terus sedang Ke Sau dan Tju Hong membayanginya dari
belakang. Kie Sau merasa heran sekali, karena Lo Yi itu
berjalan menuju ke tempat di mana para anak anak muda
berkumpul. Sebenarnya Wan Thian Hong dan saudara
saudaranya sudah berjalan jauh, tapi mengherankan sekali
bahwa Lo Yi itu dapat membuntutinya dengan tak salah.
521 Sambil membayangi Kie Sau tetap merasa heran, ia
berpikir : "'Djie Hay sudah berlalu demikian jauh dan tidak meninggatkan jejak sama sekali, tapi kenapa Lo Yi ini dapat
mengikuti mereka terus?" Sesudah mereka melewati
beberapa belokan. Tju Hong yang matanya awas sudah
mulai melihat sesuatu yang mencurigakan, kiranya di setiap
sudut terdapat seseorang dengan kepala digubet kain putih.
Kalau orang itu berdiri di sebelah kiri, Lo Yi itupun berjalan
sebelah kiri. kalau orang itu ada di sebelah kanan, Lo Yi pun
menepi ke kanan
Jilid 17 Orang yang menggubet kepalanya itu terdiri dari laki
laki. wanita wanita dan orang tua dan anak kecil. Tampak-
nya mereka berdiam di tepi jalan dengan menganggur
sekali seperti tengah mengadam atau bermain-main dan
mengobrol, menunjukkan kewajaran yang sukar diketahui
kekurangannya. Tapi untuk Tju Hong hal ini menarik
perhatiannya sekali. Dengan keadaan begini kita bisa
menarik kesimpulan bahwa orang orang yang menggubet
kepalanya dengan kain l putih adalah anggota, anggota dari
sesuatu perkumpulan yang besar, tempat ini pasti sudah
berada dalam kekuatannya. Lo Yi itu asalnya adalah
pemimpin dari mereka. Tju Hong tak berani menentukan
orang-orang ini kawan atau lawan. Kalau benar benar
merupakan lawan, berarti mereka sudah berada di dalam
lengan musuh, karenanya bahaya dapat mengancam pada
setiap detik. Jalan punya jalan, kota sudah dilewati, mereka mulai
masuk ke daerah yang sepi. Lo Yi itu dengan cepat
membentangkan ilmu mengentengkan tubuh maju ke depan
seperti terbang. Kie Sau dan Tju Hong tetap membuntuti
dengan jarak yang tertentu. Akhirnya mereka sampai pada
suatu tempat yang sunyi sekali, di situ hanya berdiri
beberapa rumah gubuk yang mengeluarkan sinar pelita
yang berkelap kelip. Dengan cepat Lo Yi itu masuk ke dalam
salah satu rumah dan hilang dari pandangan mata, orang
522 yang membayangi di belakangnya segera berteriak:
"Celaka!" melihat keadaan ini, kedua jago tua kita tanpa menunjukkan diri segera bertiarap di atas tanah, sedangkan
mata mereka tak lepas lepas memandang ke depan
menantikan sesuatu gerakan. Mereka berkuatir karena
rumah yang dimasuki Lo Yi adalah tempat berkumpul diri
sekalian anak muda kita.
Tiba tiba Kie Sau melihat salah satu pelita dari rumah
gubuk menjadi padam, dalam keadaan gelap dilihatnya lima
anak muda mencelat ke luar dari dalam rumah dan bersikap
mengurung rumah gubuk itu, menyusui terdengar suara
bencakan dari Ong Djie Hai: "Manusia macam apa yang
berani mencari dengar perkataan kami, lekas turun!"
Tiba tiba dari atas wuwungan rumah berkelebat sesosok
tubuh, yakni Lo Yi tersebut. Tampak ia berdiri dengan
tenang dan tertawa besar: "Kawan kawan kecil, kamu ingin
pergi mengacau di Thay Ouw. hal ini kuanggap terlalu gila
sekali!" Belum suaranya habis, kembali terdengar suara Tjiu Piau berkata. "Kau dari golongan apa. turunlah untuk
bicara!" kata-katanya ini ditutup dengan melayangnya
sebuah batu dari kakinya menyerang Lo Yi itu.
"Hai. bocah jangan berlaku kurang ajar!" bentak Lo Yi itu sambil memiringkan tubuhnya menghindarkan batu itu.
kemudian tubuhnya turun ke bawah seperti walet yang
ringan, lengannya digapaikan. "Mari...mari. ... mari dekatan sedikit, untuk saling mengenal dan menjadi kawan,
kemudian baru bicara." Mendengar dari nada suaranya yang
berlainan dengan yang diucapkan tadi sewaktu ia berada di
atas wuwungan, membuat para anak muda tidak dapat
meraba Lo Yi itu dari golongan mana, karenanya mereka
tidak berani datang mendekat. Djie Hai pun mengubah nada
suaranya terlebih halus dari semula.
"Siapa sebenarnya engkau ini"Untuk apakah engkau
mencuri pembicaraan kami?"
"Ha., .ha . .ha," ia tertawa,
523 "Dasar bocah juga, bicara tidak melalui otak sama sekali"
Sembarangan saja menggoyang lidah memaki orang
mencuri dengar pembicaraan. Kalian harus tahu,
seharusnya aku yang berhak menegur kamu, kenapa berari
sembarang mencuri bicara di tempatku ini?" Sekalian anak
muda tak menjadi mengerti, terang terang perkataan
mereka sudah dicuri dengar wanita tua ini. sebaliknya
wanita tua ini tidak mengaku dan berbalik mencap mereka
'mencuri bicara.'
"Lo Thai Po (sebutan untuk wanita tua, tapi tidak
seberapa hormat) kau bicara asal enak untuk diri sendiri
saja. segala perkataan 'mencuri bicaralah' ke luar dari
mulutmu. semata mata untuk membenarkan dirimu yang
salah! Terkecuali itu tempat ini kau sebut sebagai milikmu,
apa alasannya" Katakanlah lekas agar kami tidak salah
sangka pada dirimu!"
"Siapa yang menyangkal dan meragukan tempat ini
bukan milik kami" Kau dengarlah penjelasanku ! Thai Ouw
yang luas beserta dengan pulau pulau dan gunung
gunungnya semua termasuk milik kami kaum Pek Tau Pehg
(tentara bergubet putih)! Kalian tanpa ijin membicarakan
hal penyerangan ke sarang Ong Hie Ong di tempatku sama
dengan .mencuri bicara! Kami tidak mengijinkan setiap
manusia berani mencuri bicara di dalam wilayah kami!"
Waktu mendengar perkataan Pek Tau Peng tiga huruf
Djie Hai agaknya mengingat dan kenal nama itu, tapi dalam
waktu sejenak ia tak dapat mengingatnya dengan terang.
Kala ia mengingat-ingat, Ong Gwat Hee Suaah melanjutkan
lagi perang lidah dengan serunya. "Apa yang kami
rundingkan kau sudah tahu, tapi kenapa kau tidak mau
mengaku mencuri dengar" Bukti sudah ada masih tidak
mengaku tandanya tidak tahu malu!"
Lo Yi tertawa tertahan, agaknya ia tidak mau bertengkar
dengan segala bocah. Tampak ia mengawasi kepada
sekalian anak muda dengan suatu sapuan mata yang luar
biasa tajam. Tiba tiba ia berkata dengan halus dan sabar
tapi mengandung perintah yang tidak dapat ditawar lagi:


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

524 "Benar, perkataan kamu sudah kudengar. Kamu ingin
menyerbu sarang Ong Hie Ong bukan" Aku tidak setuju,
kularang kalian berbuat begitu! Pokoknya tanpa persetujuan
dari Pek Tau Peng kalian tidak boleh bergerak!"
Mendengar larangan dari wanita tua ini, Thian Hong
menjadi gelisah, dengan gusar ia membentak,
"Apa hubungannya antara kau dan Ong Hie Ong?"
"Musuh besar," jawab Lo Yi sambil mengenakkan gigi
tanda dan gusarnya. Cukup dengan beberapa patah ini,
sekalian anak muda sudah mengetahui bahwa orang tua ini
mempunyai dendam kesumat yang besar sekali pada Ong
Hie Ong. "Kalau benar sebagai musuh besarmu, kenapa kau
melarang kami untuk melakukan penyerbuan pada sarang
orang jahat itu" Kau harus tanu kamipun adalah seteru
besar dari Oag Hie Ong!"
"Kalau kataku tidak boleh, tidak boleh! Bukan saja tidak
boleh bahkan kamu tidak boleh meninggalkan tempat ini
barang setindak mulai dari saat ini jaga! Kalian boleh
istirahat selama tiga hari di dalam rumah"
Wan Thian Hong merasakan dadanya seperti dibakar,
mendengar perkataan jumawa dari Lo Yi itu, mulutnya
segera membentak dengan keias:
"Hai Lo Tnai Po, dirimu ini pasti komplotan dari Ong Hie
Ong! JagalaH pedang ini!" Dalam keadaan gelap gulita,
tampak sinar pedang berkilat putih seperti perak mendesak
perasaan orang beigeraK datang dari lengannya dan
langsung menyerang wanita tua itu. Dengan cepat Lo yi
memutarkan sedikit bagian atas dari tubuhnya, kepalanya
sedikit miring menghindarkan serangan. Dengan cepat
Thian Hong mengubah arah serangannya, pedang berbalik
ke kiri dan memarah tengtorokan lawan secara mendatar,
"Ilmu pedang yang cukup lihay," seru Lo Yi itu.
Sedangkan kaki kanannya terangkat tinggi menjurus ke
lengan sang gadrs Thian Hong tidak berani berayal lagi
525 pedangnya kembali beralih menyerang perut lawannya
dengan cepat sesudah membuat suatu lingkaran yang
cukup besar Kaki Lo Yi yang masih berada di tengah udara
belum dapat ditarik pulang, demi dilihatnya serangan
kembali tiba, dengan terpaksa kaki kirinya ditotolkan ke
bumi dan tubuhnva mencelat ke sebelah kiri sejauh dua
tumbak. Tnian Hang terlalu dikuasai perasaannya yang
ingin menolong kakaknya dengan cepat cepat, sehingga Lo
Yi yang merintangi kemauannya ini mendapat serangan
ganas bertubi tubi Kinipun pedangnya tidak memberi
kelonggaran barang sedikit, lagi lagi sudah mendekat pada
dada lawannya. "Bagus!" seru Lo Yi tanpa merasa, sebenarnya Win Thian Hong yang dianggap bocah oleh dirinya ini dianggap tidak
mempunyai ilmu kepandaian yang lihay, karenanya ia
berhasrat menaklukkan gadis kita dengan tangan kosong,
siapa tahu pikirannya segera menjadi kandas sesudah
menerima empat serangan berangkai yang ganas dari sang
gadis. Sesudah ia memuji bagus, lengannya segera
menghunus senjatanya yang terdiri dari dua bilah golok
mengkilap, lengan kanannya menyampok ke sebelah kanan
dengan cepat dan membarengi menghantamkan goloknya
pada pedang Thian Hong dengan bagian yang tumpulnya.
Thian Hong merasakan suatu tenaga yang mana berat
menindih datang dan tidak sanggup untuknya menangkis,
dengan cepat lengannya dikendurkan, menghindarkan
bentrokan keras dan kerugian. Dengan cepat Lo Yi menarik
pulang goleknya ke sebelah atas untuk melancarkan
serangan lain kearah pangkal lengan kanan lawannya.
Untuk menghindarkan ancaman ini Thian Hong tidak merasa
gugup barang sedikit, dengan cepat dan lincah
dikeluarkannya ilmu silat pedangnya yang paling ampuh
untuk menandingkan serangan-serangan golok lawan yang
tidak termakan pedangnya, serangan yang menuju pangkal
lengannya itu disambut dengan satu geprakan dahsyat,
pedang dan golok kembali bentrok, tapi kali ini lain dengan
yang semula, pedang Tnian Hong menimbulkan suara yang
526 merdu luar biasa sehingga membuat pendengarnya
terpesona tidak keruan.
Lo Yi itu menjadi heran dan ia mencelat ke belakang
sejauh satu tombak, dengan keras ia herknra:
"Bukankah pedangmu itu bernama Hong?" kata-katanya
bergetar bercampur nada girang dan heran. Sekalian anak
muda yang mendengar Lo Yi tu menyebutkan nama pedang
Hong. segera menjadi heran, mereka menduga duga orang
yang dihadapinya tapi sia sia. Sedangkan Wan Thian Hong
pun menjadi heran, dengan menegakkan tubuh segera
berkata. "Kalau benar bagaimana" Sebaliknya kalau tidak
bagaimana?"
"Dua bilah pedang mustika Jia Hong dan Keng Liong,
selama delapan belas tahun terjatuh di tangan bangsat
Louw Eng. Kenapa bisa berada di dalam lenganmu?" tanya
Lo Yi dengan penuh rasa heran.
"Memang dan mau mau pedang ini terjatuh ke dalam
tanganku! Jangan kau anggap Louw Eng saja yang lihay" Ia
biasa merampas pedang dari lengan orang lain, masakan
aku tidak?"
"Perkataanmu terlalu terkebur dan berbau kecongkakan!"
kata Lo Yi dengan dingin, sedangkan hatinya berpikir keras.
"Sudah lama kudengar bahwa Louw Eng mempunyai
seorang anak perempuan yang pintar dan cerdas. bocah ini
barang kali adalah puterinya! Tak mungkin orang luar bisa
merampas pedangnya! Bocah-bocah ini merundingkan
penyerbuan pada sarang Oag Hie Ong mungkin hanya
pelabi saja, yang sebenarnya mereka tengah menyelidiki
kedudukan dari Pek Tiu Peng. Kalau begini aku harus
meringkusnya dahulu dan meneriksa kemudian!"
Sesudah pikirannya tetap, tiba - tiba pedangnya
diputarkan di atas kepalanya, sedangkan mulutnya
mengeluarkan siulan panjang dan berkaok keras. "Siapppp !
Tangkap mata-mata musuh ini!"' Seiring dengan hilang
sunyi suaranya, tampak keluar dari kaki gunung, dari dalam
danau, dari bawah pohon dan dari balik batu, beratus-ratus
527 orang Dengan bersenjatakan lengkap menerjang laksana air
bab membobol tanggul, dalam waktu sekejap saja sekalian
anak muda sudah dalam kurungan yang rapat sekali, Lo Yi
tetap mencekal sepasang goloknya dan menyerang dengan
cepat pada Tnian Hong. Dji Hai pun sedari tadi sudah
memberikan isyarat pada saudara saudaranya, mereka
berkumpul sambil punggung membelakangi punggung siap
menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Tnian
Hong didesak oleh lawannya dengan gerak serangan ganas
beracun yang luar biasa hebatnya, sehingga hatinya
menjadi gentar. dengan cepat saudara saudaranya
menyambut masuk ke dalam benteng pertahanan yang
mereka buat. Sekalian anak muda ini sudah lain dengan
dahulu, sepulangnya dari Oey San mereka sudah melatih
lagi ilmunya dan menetapkan senjata pegangannya yang
khusus. Tju Hong sudah membuat lagi senjatanya yang
baru, Ong Djie Hai kini menggunakan Sam Tjiat Kun (toya
yans terbuat dari tiga ruas), Tjiu piau mempelajari lagi
beberapa macam ilmu melepaskan senjata rahasia dan
membuat pula mutiara beracun tanpa bisa ular, Ong Gwat
Hee kini bersejata tongkat bambu yang berporos besi yang
berat. Kini mereka menghadapi musuh secara bersatu padu
tanpa gentar barang sedikit. Senjata Tju Sie Hong sering-
sering berhasil mendesak lawannya yang merangsak, Sam
Tjiat Kun dari Djie Hai mengandung tenaga Im Yang Kang
dan membingungkan lawan! Tongkat Gwat Hie yang
kelihatannya ringan, jurus demi jurus dirasakan berat oleh
musuhnya senjata rahasia dari Tjiu Piau demikian ampuh
dan keras serta tepat ditambah dengan pedang Thian Hong
yang dapat menabas besi seperti tanah membuat setiap
pedang atau senjata lawan yang biasa saja menjadi putus
berantakan. Dalam waktu singkat pertahanan mereka tetap
lihay dan tak dapat ditembus para lawannya. Lo Yi merasa
gelisah dan bingung, berapa kali di cobanya menyerang
dengan kekerasan untuk membobolkan garis pertahanan
anak anak mudi. tapi hasilnya selalu nihil.
528 Tapi walaupun bagaimana kuat pertahanan beberapa
orang mana bisa melawan musuh yang demikian banyak,
kalau berlangsung terus perkelahian semacam ini akhirnya
pasti pihak Djie Hai yang menderita rugi. Diam diam Djie Hii
menjadi gelisah, hatinya berpikir: "Pertarungan ini tidak
jelas sebab - sebabnya. andaikata terjadi salah tangan dan
terjadi pertumpahan darah, urusan akan bertambah kacau."
Terkecuali itu ia merasa heran bahwa gurunya belum juga
datang, andai kata gurunya berada di situ, mungkin juga
bisa mengetahui bahwa Pek Tau Peng daii golongan apa. Ia
sendiri mengingat Pek Tau Peng tiga huruf tapi tidak dapat
mengingatnya dari kalangan apa.
Tengah ia berpikir, Lo Yi itu sudah mengebutkan
lengannya memberikan tanda ranasia, orang orang yang
mengurung mundur ke belakang membuat lingkaran besar,
sehingga Ong Djie Hai dan saudaia Saudaranya terkurung
ditengah tengahnya. Tiba tiba dan empat penjuru
mendatang orang orang Pek Tau Peng, jengannya
membawa semacam benda, mereka menghampiri dengan
langkah perlahan lahan. Dalam waktu sebentar saja tempat
kosong yang ditinggaikan empat orang tadi. sudah diisi oleh
empat orang yang baru. empat orang yang barupun maju
perlahan lahan sambil membawa semacam benda pula.
Delapan orang ini mengambil tempat di delapan penjuru
angin. Lo Yi bersiul secara tiba tiba memberikan tanda, empat
orang yang duluan segera menggoyangkan lengannya,
benda yang berada di lengannya terbang menjurus ke arah
sekalian anak-anak muda kita. Benda itu dengan cepat
berkembang di udara dan menegrap turun, kala ditegasi
benda itu tak lain dari jala ikan yang teramat besar. Kalau
anak anak muda berpencar pasti satu satu akan kena
tangkap, kalau tetap tidak bergerak sama dengan
tertangkap juga. Tengah mereka tidak tahu apa yang harus
dilakukan, keempat orang yang datang belakangan sudah
menebarkan lagi jalanya, sehingga jala menjadi dua lapis.
Seiring dengan ini Lo Yi itu kembali bersiul panjang
memberikan tanda barisan pengurung kembali merapat
529 menjadi kecil, dengan kegagahan yang hebat mereka
menerjang untuk menangkap sekalian anak muda yang
sudah dalam jaringan. Sekalian pemuda kita sebenarnya
siap membobolkan jala langit dan bumi yang lain dari jalan
ikan biasa, tapi usaha mereka semua gagal, sehingga kena
diringkus. Lo Yi itu bergelak gelak tertawa dengan girang
sekali. "Bagaimana?" tanyanya mengejek, "anak anak bawalah kurcaci itu ke hadapanku, guna kuperiksa satu
persatu!" Baru suara Lo Yi itu habis terbawa angin, seruan suara
yang menggema segera memenuhi setiap telinga yang
berada di situ.
"Numpang tanya, kalau pemimpin Pek Tau Peng yang
bernama Tjek Kak (berkaKi telanjang) Thio Sam pernah apa
dengan Toa so" suara ini sudah cukup dikenal sekalian anak
muda, mereka tahu bahwa Kie Sau sudah datang, sehingga
perasaan dukanya berubah menjadi girang, masing-masing
merasa lega. Lo Yi menjadi kaget mendengar suara yang tidak dikenal
ini. Ke satu orang ini datang secara tiba-tiba tanpa
diketahuinya, menandakan ilmu silatnya berada di
atasannya. Kedua orang ini menanyakan tentang Tjek Kak
Thio Sam. sehingga menjadi goncang. Tanpa terasa lagi la
berpaling kebelakang sambil mengangkat sepasang
goloknya, matanya segera melotot mengawasi orang yang
datang sedangkan mulutnya segera bertanya: "Siapa?"
"Yang rendah adalah Hoa San Kie Nio Tjay kenalan lama
dari Taio loa ko."
"Ah." ke luar seruan tertahan dari Lo Yi. karena hal ini di luar perkiraannya sama sekali, dengan cepat kakinya maju
melangkah sebanyak dua tindak
"Kiranya Hoa San Kie Sau! Maafkan atas kelalaianku dan
terimalah hormatku ini!" nada suaranya penuh diliputi
perasaan girang yang meluap luap. Kie Sau segera
membalas hormat Sambil berkata.
"Mohon tanya siapa nama besar dari Toa so?"
530 "Tje Kak Thio Sam adalah mendiang suamiku! Sedang-
kan aku bernama Thio Sam Nio "
"Ah, tak heran kalau ilmu golok yang Toaso mainkan tadi
serupa betul dengan ilmu Thio Toa ko," baru Kie Sau
berkata sampai di sini, tiba tiba ia ingat bahwa Thio Sam
sudah meninggal dunia, tak baik untuk disebut sebut, takut
kalau kalau Thio Sam Nio menjadi sedih, dengan cepat ia
mengubah perkataannya ke jurusan lain sambil menunjuk
jaring yang berlapis lapis, "Anak anak ini mengganggu Toa
so saja, harap dimaafkan saja atas tindak tanduknya yang
kurang sopan."
Kemudian ia menoleh pada sekalian anak muda sambil
berkata. "Anak anak lekas haturkan maafmu pada Thio Sen
sen (bibi)!"
"Oh, kiranya Tju wie adalah murid dari loheng" Dalam
dunia Kang ouw tersiar berita bahwa Kie Sau
menyembunyikan diri di pegunungan yang sepi. Kini entah
angin apa yang bisa membawa Loheng datang dengan
sekalian Tju wie ini?"
"Hal ini tidak dapat diceriterakan habis dalam waktu
singkat!" Kata Kie Sau. Kemudian ia menceriierakan
kejadian Oey San sepintas lalu. Saat ini Thio Sam Nio sudah
membebaskan Djie Hai dan saudara saudaranya, sesudah
mendengar penuturan dari Kie Sau iapun berkata:
"Oh, kiranya puteranya Wan Tie No Toa ko terjatuh di
tangan Oag Hie Ong. tak heran kalau barusan Tju wie ingin
lekas lekas menerjang sarang si raja sungai."


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, hal ini dilakukan karena terpaksa."
"Nio Toa-ko, kuminta hal ini sebaiknya ditunda dulu."
sedangkan matanya melihat wajah bingung dari sekalian
anak muda. "kita adalah orang sendiri, karenanya tidak
halangan untuk kuterangkan rahasia dari Pek Tau Peng."
tambahnya. Saat ini Djie Hai sudah mengingat tentang permulaan
tentara Tjeng masuk ke Tiongkok di sana sini ditentang
531 rakyat. Saat itu tentara rakyat yang berada di Thay Ouw
menggubet kepalanya dengan kain putih dan menemani diri
Pek Tau Peng (tentara berkepala putih). Adapun
pemimpinnya yang paling terkenal ialah Tje Kak Thio Sam.
Terkecuali itu mereka merupakan suami isteri yang pandai
menggunakan sepasang golok dan pandai bermain di dalam
air. Belakangan Tnio Sam kena dijebak Han Sim Kang, mula
mula diajaknya berdamai, sewaktu sampai di medan
perundingan segera diloloh arak dan ditangkap, kemudian
dibunuh. Sejak itulah Ong Hie Ong menghantam kaum Pek
Tau Peng yang kehilangan pemimpin dan menjadikan diri
Sebagai Pa Ong di Thay Ouw. ,
Djie Hai mengetahui hal ini dari gurunya, kini ia tahu
bahwa Lo Yi yang tengah dihadapinya adalah Thio Sam Nio.
tanpa terasa timbul rasa hormatnya dan mendengari
perkataan orang tua itu dengan penuh perhatian.
Thio Sam Nio memandang jauh ke tengah tengan danau
dengan lama, tiba tiba ia berkata: ."Sam Ko! Lima belas
tahun aku meninggalkan Thay Ouw, akhirnya aku dapat
kembali! 'Ia menoleh pada Kie Sau menyambung
perkataannya: 'Tak perlu kiranya aku merahasiakan tentang
kami, mereka mengira aku sudah meninggal pada tahun-
tahun yang lampau! Sebenarnya hal itu ada salah aku tetap
tidak meninggal, bahkan pada tahun yang lalu secara diam
- diam aku kembali membentuk tentara Pek Tau Peng
dengan berhasil. Kini sudah kuputuskan untuk bangkit
kembali guna menghancurkan anjing anjing pemerintah
asing dan menghilangkan penghisap rakyat sekalian!
Tiga hari yang lalu kami sudah mengetahui kedatangan
kalian ke tempat kami ini, sebaliknya kalian tetap tidak
mengetahui tentang adanya Pek Tau Peng! Sekalian
perduduk kota sudah menggabungkan diri untuk bersama-
sama menuntut balas atas kejahatan Ong Hie Ong,
sehingga tiada kabar yang bocor. Walaupun demikian
terhadap orang luar kami berlaku hati hati, karena itu kami
minta maaf kalau tindak tanduk dari saudara selalu
mendapat pengawasan dari kami!"
532 Mendengar ini Kie San menjadi berpikir. "Kenapa aku
tidak mengetahui ada orang mengawasi kami" Ah. tak perlu
heran, karena setiap pelosok kota sudah dikuasai sekalian
Pek Tau Peng!" Sesudah berpikir ia tersenyum sendiri,
mendengari terus, apa yang dikatakan Thio Sam Nio.
"Tadi kudengar beberapa kawan kecil ini akan menerjang
Thay Ouw. Hal ini kalau dilakukan sama dengan memukul
rumput mengejutkan ular, sehingga merugikan rencana
besar dari kami. Terkecuali itu Tju wie tidak mengenal
keadaan Thay Ouw, biar bagaimana lihay kepandaian yang
Tju-wie miliki akan sia sia belaka, malahan seperti ikan
masuk ke dalam bubu. Karena hal ini aku tak ragu ragu
untuk melarang, tapi bukan berarti bermusuhan.. Wan Tie
No terkenal sebagai pahlawan bangsa. setiap orang dari
rimba persilatan semuanya menaruh hormat. Kini anaknya
terjatuh di tangan Ong He Ong. biar bagaimana Pek Tau
Peng akan turun tangan untuK menolongnya.. Sebaliknya
kamipun membutuhkan bantuan dari saudara saudara
untuk melaksanakan cita cita dari Pek Tau Peng. Nio Heng
bagaimana pendapatmu?"
Terhadap Thio Sam Nio yang jujur, membangkitkan rasa
syukur pada Kie Sau. dengan gembira ia berkata :
"Apa yang di katakan Toaso benar semuanya, kami siap
membantu dan mendengar perintah dari Toa so dengan
patuh!" Thio Sam Nio menjadi girang, tanpa ragu ragu ia
mengucapkan banyak terima kasih. Lengannya digapaikan
memanggil dua laki laki gagah:
"Kuminta kalian segera berangkat untuk menyelidiki
keadaan Wan Kong tju. pada jam dua belas malam harus
sudah kembali membawa kabar!"
Tanpa ragu ragu dua orang Pek Tau Peng itu menerima
perintah, mereka melepaskan ikatan kepalanya dan
melangkah Ke tepi danau. Dengan suatu loncatan indah
mereka hilang ke dalam air dalam waktu yang singkat.
533 "Marilah kita bicara dalam rumah sambil menantikan
kabar!" kata Sam Nio sambil mendahului yang lain
menindak masuk. Kie Sau dan sekalian yang lain mengikuti
dari belakang. Sesudah dengan tenang segera anak anak
muda yang dibawa diperkenalkan satu satu pada Sam Nio,
mereka merasa girang dan mengobrol untuk menantikan
kabar. Tepat jam dua belas tengah malam, dua orang Pek Tau
Peng yang menyelidiki tentang Wan Djin Liong sudah
kembali. Dengan bahasa rahasia mereka bicara dengan
Sam Nio tanpa dimengerti orang luar. Kemudian Sam Nio
baru berkata pada Kie Sau;
"Segala hal sudah diselidiki dengan jelas. Wan Djin Liong
sudah kena dilocoti kedoknya dan dipenjarakan di dalam
kurungan air, sementara waktu pasti tidak akan terjadi apa
apa pada dirinya, saudara saudara tidak perlu kuatir. Dalam
tiga hari pasti kami dapat membebaskannya." Kie Sau
merasa kagum sekali atas gerak cepat dari penyelidik
penyelidik Pek Tau Peng, iapun tahu bahwa di sarang
musuhnya pun sudah ada kawanan mereka. Sehingga
hatinya, merasa lega benar benar.
la berkata. 'Dalam beberapa hari lagi Pek Tau Peng akan
mengadakan perlawanan pada musuh, sekali lagi
kutegaskan bahwa diriku dan sekalian anak anak yang tak
berguna ia siap menantikan perintah dari Toa-so!"
"Sudah kukatakan untuk mencapai usaha mulia ini kami
mengharapkan bantuan dari Tju wie Pek Tau Peng memang
berjumlah besar, tapi yang mempunyai kepandaian silat
tinggi tiada sama sekali, sebaliknya pihak musuh
mempunyai pembantu-pembantu yang lihay. Kedatangan
saudara saudara sungguh menggirangkan kami karenanya
bantuan saudara saudara sangat dibutuhkan." Kata Thio
Sam Nio dengan jujur.
Sehari dua hari sudah berlalu, Thio Sam Nio bukan main
sibuknya mengurus sesuatu persiaoan untuk bangkit
menyerang musuh. Saatnya sampai pada hari ketiga, Sam
Nio bertandang pada Kie Sau untuk menawarkan rencana
534 penyerangan pada malam hari dan mengharap para
tamunya siap sedia Tiga hari lamanya sekalian anak muda
merasa betah berdiam diri, kini mendengar berita akan
bergerak hatinya menjadi panas dan semangatnya
bertambah meluap-luap Hidangan malam luar biasa terasa
enaknya, sesudah semua mengisi perut dengan kenyang,
malam yang dinanti nantikan sudah tiba. Sam Nio mengajak
Kie Sau dan sekalian anak muda ke sebuah rumah makan
untuk berkumpul dan berunding sekali lagi kemudian naik
perahu yang sudah disiapkan.
Dengan perlahan Sam Nio mengeluarkan sebuah
perintah: "Nyalakan panah api periksa barisan air!" Dengan cepat panah api terbang ke angkasa sambil memancarkan
sinar putih yang terang benderang. Sekalian anak muda
mengarahkan matanya pada sinar api, sehingga tidak
diketahuinya lagi pada saat mi di atas danau
menggambarkan suatu pemandangan yang luar biasa.
Dalam kegelapan di tengah malam buta, tiba tiba di
permukaan air timbul banyak sekali api yang kelap kelip,
memenuhi Tnay Ouw yang maha luas. Api yang kelap kelip
ini bukan sinar dari bintang, melainkan dari satu barisan
perahu yang teratur. Tiba tiba, terbang lagi sinar dari panah
api menerjang angkasa. Ribuan dari sinar api segera
berderak melihat tanda itu. Ada yang terus mengambil ke
arah kanan ada juga yang ke kiri Sisi ini sinar api itu sudah
merupakan empat baris dari satu Tin. Tiap - tiap satu tin
entah berapa banyak tentaranya tidak dapat dihitung lagi.
Agaknya semakin dilihat semakin banyak. Semua orang
memuji bagus, saat ini kembali sinar dari panah api terbang
ke angkasa secara miring-miring. Pada detik itu pulalah
ribuan titik dari sinar api di atas telaga menjurus ke sebelah
selatan secara teratur.
Menurut pertanda dari panah api, ribuan dari perahu
nelayan ini berubah menjadi beberapa tin. Akhirnya
membentuk delapan bulatan yang merupakan rantai,
berputar-putar ditengah tengah danau, indahnya bukan
main. Pada saat inilah Thio Sam Nio mengeluarkan perintah
lagi, tak lama kemudian di angkasa terlihat tiga batang
535 sinar panah berapi yang terbang menjurus ke tiga tempat
Spontan dari arah timur dan barat tampak titik titik sinar
api dari perahu nelayan, jumlahnya tidak kurang dari yang
terdahulu, agaknya adalah tentara bersembunyi. Tentara
bay bok ini segera ber jalan dan merapat ujung timur dan
baratnya merupakan lingkaran yang besar, menjadikan titik
titik api yang berlapis dua.
Thio Sam Nij mengawasi dengan perasaan puas, dengan
tertawa dingin ia berkata sendiri:
"Hemmm! Ong Hie Ong walaupun kau adalah raja
sungai, kali ini jangan harap dapat meloloskan diri dari
tangan Pek Tau Peng!"
Kembali ia mengeluarkan perintah, yang disusul oleh
tanda api berwarna kuning. Begitu sinar api kuning terlihat,
segera juga ribuan titik sinar api dari perahu nelayan hilang
padam dalam kegelapan, sehingga keadaan yang indah
menjadi hilang, kembali keadaan menjadi sepi, seolah-olah
kejadian tadi belum pernah ada, melainkan suatu impian
manis saja. Sekalian anak muda seperti tersadar dari
impiannya, sepatah katapun tidak ke luar dari mulutnya,
masing-masing menahan napas sambil merenungkan
ingatannya pada kejadian barusan. Gwat Hee yang sedari
tadi diam di dekat Tjiu Piau baru bisa membuka mulutnya.
"Piau koko. aku belum pernah melihat kekuatan tentara
yang demikian besar, sungguh mengagumkan, bukan."
"Ya. akupun tidak pernah melihat dan memikirnya !"
"Tin yang demikian besar ini pasti dapat mengalahkan
pihak musuh yang bagaimana kuatpun. Coba katakan benar
tidak?" "Apa yang kau katakan semuanya benar. Sebaliknya aku
jadi beipikir melihat kekuatan ini, coba kalau kira mendapat
bantuan semacam ini waktu di Oey San, biar sepuluh Hek
Liong Lo Kuay, sepuluh Louw Tiau, sepuluh Bok Tiat Djin,
Kim Dju Kie, Lauw Tjiok Sim . . . pasti tidak dapat melarikan
diri diri tangan kita!"
536 "Ya. tapi kapan kita baru bisa mendapat pembantu yang
demikian besar seperti sekarang!"
Tengah mereka asyik bicara. Thio Sam Nio sudah
mengeluarkan perintah lagi, untuk mengurung Ong Hie Ong
dan sekalian kambratnya di waktu subuh. Sedangkan Kie
Sau dan tujuh pengikutnya berpisah naik ketiga perahu
kecil yang menempatkan diri di kiri dan Kanan dari Thio
Sam Nio. Saat ini di sekeliling sangat gelap, sesuatu benda
tidak terlihat dengan tegas, seolah olah perahu yang dinaiki
masing-masing seperti sendirian saji di tengah danau yang
luas! Walaupun demikian sekalian anak muda mempunyai
perasaan yang sama dengan sekalian kaum Pek Tau Peng,
yakni untuk membasmi penghianat bangsa. Mereka
merasakan tenaga mereka cukup besar dan tak dapat
ditentang pihak musuh!
Di antara sekalian banyak orang, dapat dikatakan
perasaan Wan Thian Hong yang paling bersemangat,
pikirnya tak lama lagi kakaknya segera tertolong. Saudara
kembar yang selalu bersama-sama dan belum pernah
berpisah sejak kecil, dalam beberapa hari ini merasakan hal
yang tidak enak. dikarenakan berpisah. Saat ini Wan Thian
Hong merasakan denyutan jantungnya demikian tenang, ia
tahu bahwa kakaknya tidak mengalami sesuatu yang
berbahaya. Ia berpikir: "Kakakku mungkin tengah tidur
dengan nyenyak, sehingga tidak mengetahui adanya
tentara yang demikian besar menyerbu dengan gagah
untuk menolong dirinya!"
Air danau sancat tenang, perahu-perahu kecil maju
dengan anteng. Di tengah perjalanan sering - sering
terdengar suara pertarungan, sewaktu waktu di sebelah
kanan, sewaktu-waktu di sebelah kiri. sewaktu di depan
sewaktu di belakang Thio Sam Nio menganjurkan kepada
Kie Siu agar tak menghiraukan suara suara itu kapan
tenaga mereka dbutuhkan segera akan membuka mulut.
Kiranya perahu perahu dan Pek Tau Peng menemui juga
kaki tangan Ong Hie Ong di tengah perjalanan, sehingga
saling bUnuh tidak dapat dihindarkan.. Sam Nio duduk di
atas perahu dengan wajah tenang, rencana penyerangan
537 tetap tidak berubah, menangkap nangkapi tentara musuh
yang kecil, seorang pun tidak diberi lolos untuk melaporkan
pada Ong He Ong sehingga lawan tidak dopat membuat
persiapan. Setiap bentrokan dari perkelahian di tengah perjalanan
dan suara ributnya, hanya berlangsung sepemasangan
batang hio segera reda kembali. Danau Thay Ouw sangat
luas dan sudah lama di bawah kekuasan Ong Hie Ong. hal
ini membuat si raja sungai menjadi agak besar kepala dan
mengakibatkan penjagaan yang tidak teratur baik,
walaupun penjagaan berada di mana mana, perhubungan
satu sama lain masih kurang sekali. Setiap Pek Tau Peng
sampai di suatu tempat, peronda dari pasukan Ong Hie Ong
menjadi Hilang pegangan dan lena dikalahkan secara
mudah. Bintang utara semakin terang, malam semakin larut
dan berakhir mendekat terang terbang lalat.. Thio Sam Nio


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menghentikan perahunya tidak bergerak gerak d; tengah
danau, sedangkan Kie Sau dan lain lain pun diam tidak
bergerak. "Ong Hie Ong adalah manusia yang licin sekali," kata
Thio Sam Nio pada Kie Sau. Gugusan pulau dari danau ini
sangat banyak, ditambah dengan gunung gunungnya yang
sangat baik letaknya, walaupun di tempat-tempatnya yang
kusebutkan terhadat penjagaan musuh yang kuat. Ong Hie
Ong sendiri tidak terdapat di sana! Menurut penyelidikan
anak buahku gembong dari Thay Ouw yang sangat ditakuti
rakyat, membuat tiga perahu besar. sekalian dari
pembantunya yang berkepandaian tinggi berkumpul di
dalamnya. Perahu itu tidak tetap kediamannya, hari ini
berlabuh di sini hari lainnya berlabuh di tempat lain
sehingga sukar diketahui dan diraba perjalanannya. Hari ini
kami sudah dapat menyelidiki banwa perahu perahu ini
akan berlabuh tidak berjauhan dari tempat ini. untuK
sementara waktu tidak perlu kita bergerak, biarlah mereka
mengantarkan diri masuk perangkap kita."
Perkataan itu baru selesai diucapkan, benar saja dari
tempat jauh mendatang teng (semacam lampu) yang besar.
Sam Nio tertawa dingin demi melihat -sinar api yang
538 datang. "Hem! Anjing keparat! kejahatanmu sudah sampai
di akhirnya! Anak anak siap!" Hari belum berapa terang,
anak anak muda belum dapat melihat tegas bentuk dari
perahu besar, mereka hanya menampak sinar terang dari
perahu besar yang tak ubahnya seperti mata iblis raksasa.
Gwat Hee yang seperahu dengan Tjiu Piau bertanya pada
sang kakak. "Piau Koko, coba kau terka berapa besar perahu itu?"
"Kau duga bagaimana?" Tjiu Piau balik tanya
"Kutebak, ' kutebak . .. . Ah, kau lihat perahu itu sudah
akan dekat, sinar teng yang terang melukiskan bayangan
kelam dari tubuh perahu, benda hitam itu benar- benar
merupakan sebuah bukit kecil atau pulau yang kecil."
Tiba-tiba. panah api yang bersinar putih mencelat ke
udara. Ribuan dari perahu kecil berbareng bersinar terang
drn mengeluarkan suara teriakan teriakan yang menggema
dan menggoncang sukma. Seluruh Tray Ojw menjadi seperti
bergolak-golak dalam waktu sekejap!
Orang yang berada di perahu besar tentu saja melihat
kejadian ini mau tak mau mereka menjadi repot tidak
keruan. Dengan cepat mereka menyalakan lentera. Di
haluan perahu yang di tengah tengah berdiri seseorang
sambil mengeluark an bentakan keras "Apa yang terjadi!
Hari beium terang sudah berkumpul untuk apa," suara
orang ini cukup keras dan dapat didengar dari tempat jauh.
Mendengar perkataannya ia masih mengira, perahu-perahu
kecil yang mengurung ini adalah hamba-hamba dari Ong
Hie Ong. Sam Nio mengayuh perahunya perlahan-lahan maju ke
muka, ia membuKa mulut menjawab pertanyaan orang:
"Ong Hie 0ng dan sekalian anjing anjing yang berada di
atas perahu bukalah telingamu lebar- lebar! Hari ini adalah
Kematian dari kalian" Pek Tiu Peng adalah tentara yang tak
mungkin dibunuh habis. Lihat! Sepuluh tahun berselang
kami dibunuh kalian kini hidup lagi dan datang untuk
menuntut balas!" Orang orang yang berada di atas perahu
539 menjadi kaget, dengan cepat memberikan tanda dengan
lengannya, seluruh dari lentera yang berada di perahu
segera menjadi padam, mereka membungkam tak
bersuara.. "Hati hati dan siap." seru Sam Nio sambil mengayuh
mundur perahunya, dalam seketika kedua belah pihak tidak
bergerak, membuat keadaan menjadi sunyi dan
menyesakkan dada
"Akal bulusrnya Ong Hie Ong banyak sekali, kita tak
perlu tergesa - gesa melakukan serangan, sebaiknya
menjaga dan menghindarkan diri dari perangkap mereka.
Nanti kaulah sampai mereka tidak sabar dan ingin
melarikan diri, baru kita bergerak Ong Hie Ong mempunyai
lima belas pembantu yang lihay, kalangan Kang Ouw
menggelari mereka sebagai Thay Ouw Tjap go Sat (lima
belas iblis dari Thay Ouw), setiap perahu besar mempunyai
lima iblis. Misalnya tidak ada saudara-saudara yang datang
membanru, agaknya sukar untuk kami menundukkan lima
belas iblis itu. terkecuali itu pihak kamipun pasti mengalami
kerugian yang lebih b^sar. tapi segalanya tak Perlu kukuatir
lagi berkat kedatangan dari saudara saudara."
Kie Sau sudah lama mendengar Tjap Go Sit dari Thay
Ouw Orang yang berteriak tadi nasti adalah oring pertama
dari lima belas iblis yang bernama Tan Toa Kau (berarti Si
mulut Besar)"
"Betul."
"Hari ini mulut besar diri iblis kepala itu PaSti berakhir
untuk memakan orang lagi!"
Percakapan belum selesai terpaksa harus dihentikan,
karena diputus suari yang riuh dari teriakan teriakan
nyaring. Tampak dari tiga perahu besar beterbangan ribuan
titik titik sinar api memecahkan malam yang gelap Kaum
Pek Tau Peng masing masing berteriak :
"Musuh melepas panah api! Panah api! Awas!" Kiranya
sinar api itu menang adalah panah api! yang dilepas perahu
besar guna membakar perahu perahu pengurung. B3gitu
540 sinar api mencelat ke udara segera jatuh berpencar ke
empat penjuru seperti hujan. Begitu perahu dari Pek Tau
Peng kena api segera berkobar terbakar. Dalam sekejap
saja Tnay Ouw mandi api dengan hebatnya. Tiga perahu
besar menggunakan kekacauan ini untuk menurunkan enam
perahu kecil yang bermuatan dua orang, seorang mengayuh
perahu seorang lagi berdiri di haluan perahu dengan
senjatanya yang aneh aceh. Perahu perahu yang baru turun
melesat maju seperti terbang menerjang perahu nelayan
yang terbakar dengan tujuan urtuk membasmi dan
mengacaukan barisan Pek Tau Peng. Keenam orang yang
berada di perahu kecil berkepandaian sangat tinggi, begitu
perahu mereka merapat segera berlompatan ke perahu
lawan tanpa memandang mata sama sekali.
Dalam waktu sekejap saja banyak kaum Pek Tau Peng
yang kecebur dan luka parah. Orang yang berada di perahu
besar berteriak teriak menambah semangat kawannya.
sedang suara Tan Toa Kaupun tertawa dengar paling nyata
ia berkata sambil terbesar : "Pek Tau Peng! Belasan tahun
yang lalu Kalian sudah kami bunuh habis, apakah kalian
tidak ingat" Inginkah nasib seperti dahulu"!"
Baru enam dari Lima Belas Iblis Thay Ouw Yang turun
tangan, sudah cukup membuat sekalian Pek Tau Peng
kalang kabut melihat keadaan ini, sekalian pemuda kita
sudah siap untuk turun tangan, mata mereka mendolong
mengawasi Kie Sau menantikan perintah.
"Enam Iblis sudah turun tangan, sisanya masih ada
sembilan orang di perahu. Yang enam ini dapat kami
bereskan sendiri sedangkan yang sembilan kami minta
bantuan saudara saudara untuk menghancurkannya!" kata
Sam Nio terburu buru, kemudian ia mengeluarkan perintah
pada bawahannya secara bersiul panjang.
Perahu perahu nelayan berpencar dan berkumpul lagi
menjadi beberapa regu, begitu mendengar tanda, tiap dua
puluh tiga perahu menjadi satu regu dan mengurung satu
perahu Iblis. Perahu perahu nelayan terkecuali melayani
setiap serangan lawan, merekapun tidak hentinya bergeser
541 kesebelah barat untuk berkumpul, sehingga tampak dengan
tegas satu jalanan air yang terbentang luas. Sekalian
pemuda kita tidak mengetahui dan menduga apa yang akan
diperbuat oleh Thio Sam Nio. mereka hanya mendengar lagi
suara siulan panjang dari pemimpin Pek Tau Peng, yang
Kemudian mendapat sambutan dari ratusan siulan balasan,
suara siulan yang saling sambut terus bergelombang dari
perahu ke perahu, suara ini membuat pendengar menjadi
tegang, sedangkan suasana menjadi semakin genting.
Pada saat inilah, perahu perahu nelayan yang terbakar,
terkayuh terbang maju ke muka, seperti awan merah turun
dari angkasa. Sedangkan pengemudi dari perahu perahu
nelayan ini cukup kawakan. mereka dapat menjalankan
perahunya, asal saja masih ada tempat untuk
menempatkan salah satu dari kakinya, bahkan ada yang
turun ke dalam air untuk mendorong perahu mereka yang
sudah terbakar. Sekalian pemuda kita baru tahu bahwa
jalan air yang dibuat semata- mata untuk memberi jalan
pada perahu yang terbakar. Dalam waktu yang tidak
seberapa lama. perahu yang berapi itu sudah mendekati
ketiga perahu besar dari musuhnya.
Orang orang yang berada di perahu besar tetap
melepaskan panah apinya. tapi melihat keadaan begini
mereka mengetahui gelagat juga, dan berpikir bahwa cara
ini tidak dapat diteruskan, karena setiap perahu yang kena
api berbalik mengurung perahu mereka sendiri. Mereka
menjadi gugup menghadapi perahu perahu berapi yang
sudah semakin mendesak mereka menghentikan hujan
panah berapinya. Tapi agak terlambat, karena seratus buah
lebih dari perahu nelayan yang berkobar berpencar dan
berhasil mengurung setiap kapal besar dengan tiga puluh
lebih perahu perahu terbakar, asap api dan cahaya api
membuat keadaan hebat luar biasa dan sukar dilukiskan
dengan kata kata.
Kie Sau bengong melihat keadaan yang luar biasa
hebatnya, tanpa terasa ia menepak pahanya sendiri sambil
berseru. 542 "Aduh, cara yang baik sekali, inilah yang dinamai senjata
makan tuan!" Sedangkan sekalian anak mudapun merasa
kagum, mereka menyaksikan kejadian dan peristiwa ini
dengan mata mendelong bahna asyiknya!
Thio Sim Nio memusatkan sekalian perhatiannya pada
keadaan dan jalannya pertarungan, sehingga telinganya
tidak mendengar perkataan Kie Sau. Tiba tiba ia berdiri dan
berkata dengan bahasa rahasia sambil menggoyang
goyangkan lengannya, apa yang dikatakan sedikitpun tidak
di mengerti orang luar. Sekalian orang bawahan itu segera
mewartakan ke depan, dalam waktu sebentar saja sekalian
Pek Tau Peng sudah menerima tugas baru. Perahu perahu
yang terbakar dengan cepat sudah bergerak lagi ke sebelah
kanan berkumpul menjadi satu mengurung sebuah perahu
besar lawannya. Saat ini banyak perahu yang sudah
terbakar tinggal separuh, tapi kaum Pek Tau Peng tetap
gagah berani dan tinggi daya tempurnya. Perahu besar
yang di kurung seratus lebih perahu terbakar, menjadi
kalang kibut, dengan tergesa gesa mereka membanjiri
panah, mencegah perahu perahu kecil dapat merapat, tapi
sekalian Pen Tau Peng tidak engindahkan bahaya ini,
mereka terus maju ke muka untuk membakar lawannya.
Ketiga perahu besar terbuat dari kayu yang baik
mutunya keras dan tak mudah di makan api tapi sesudah
kena api, sukar untuk memadamkannya, dalam waktu
sekejap saja perahu besar yang terkurung perahu berapi
menjadi terbakar, api berkobar dengan hebatnya. Orang
orang yang berada di atas perahu segera ke luar dan
berkumpul ke dalam lambung kapal kemudian menyendok
air dengan tong yang besar dan menyiramkannya kepada
api yang tengah mengamuk. Dalam cahaya yang terang
benderang itu tampak tiga orang sedang memerintahkan
sekalian orang itu memadamkan api. Sedangkan mereka
bergerak dengan lincah dan gesit, tenaganya pun besar dan
lebih hebat dari yang lain. Thio Sam Nio menunjuk kepada
orang orang ini sambil berkata
"Tiga orang itu termasuk diantara Lima Belas Iblis pula.
pada hari hari biasa sudah menjadi adat mereka untuk
543 berlaku sewenang wenang menindas dan berbuat kejam
pada para nelayan. Kali ini habislah laganya, marilah kita
tonton bagaimana caranya ia meloloskan diri dari kurungan
api!" Orang orang yang berada di kapal besar sudah semakin
gugup, usaha mereka sia sia belaka, sudah ada diantaranya
menerjunkan diri untuk menyelamatkan nyawanya sejadi-
jadinya, manusia yang tamak hidup dan takut mati ini
malang nasibnya, mereka tidak sadar bahwa perahu yang
demikian banyak itu sudah bermuatan api, begitu tubuhnya
melompat ke luar, segera terpanggang hangus dan masuk
ke dalam laut. Sedangkan yang takut untuk terjun diam
saja di atas kapal menantikan ajal. Mereka hanya dapat
berteriak secara mengeneskan dan menyedihkan, tapi siapa
suruh mereka berlaku jahat pada hari-hari yang lalu, inilah
yang dinamai doa tidak berampun!
Api semakin panas dan besar. perahu besar dapat
dikatakan sudah tidak dapat tertolong lagi. Tiga iblis yang
menjadi pemimpin dari sekalian anak buahnya, saat ini
sudah tak memperdulikan lagi anak buahnya, mereka
berlarian secara cepat dan hilang di balik asap yang tebal.
Sesaat kemudian kembali terlihat tiga bayangan sudah
berada di tempat yang tertinggi dari kapal yang hampir
musnah. Melihat ini Tbio Sarn Nio segera berseru : "Siapkan panah ! Jangan di beri ampun tenggelamkan mereka ke
dasar danau, satupun jangan dikasih lolos!"
Begitu suaranya habis segera terdengar sambutan dari
perahu kecil yang berada di samping. Tjiu Piau melihat dua
orang laki laki, masing masing sudah membentangkan
busurnya dan membidikkan panahnya. Ketiga orang yang
berada di atas kapal, melongok ke kanan kiri mencari
tempat yang lebih aman untuk menerjunkan dirinya.
Seorang diantaranya segera berseru sambil menjejakkan
dirinya meloncat ke jurusan selatan. Dari lompatan yang
demikian jauh dapat dinilai bahwa kepandaian orang ini
cukup tinggi. Tapi malang baginya belum tubuhnya
menyentuh air. dua batang anak panah sudah merapung ke
udara menyongsong tubuhnya, dalam sinar api yang
544

Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

demikian terang dapat terlibat sebatang menembus
dadanya. satu lagi menaicap di perutnya, iblis itu menjerit
sekali dan hilang tenggelam ke dalam air.
"Sungguh lihay." puji Kie Sau tanpa terasa, ia tidak
mengira akan menjumpai tukang panah yang lihay dalam
barisan Pek Tau Peng, sehingga kepalanya manggut
manggut tanpa terasa pula.
Dua kawannya yang masih berada di atas perahu saat ini
sudah menerjunkan dirinya, tubuh mereka melayang di
udara, sedangkan tukang panah belum siap untuk
melepaskan anak panah yang kedua. Agaknya dua iblis itU
akan dapat meloloskan diri, tapi dasar nasib lagi merosot
ditambah sudah sampai ajal, sebelum tubuhnya sampai di
air terlebih dahulu tubuhnya sudah dikenai dua sinar kuning
yang gemerlapan secara cepat. Tak perlu dijelaskan lagi
siapa yang berbuat. Tjiu Piau yang menolong dua tukang
panah untuk membereskan dua iblis itu. Biar bagaimana
tinggi ilmu mereka sukar menolong dari mutiara beracun,
lebih-lebih tubuh mereka berada di udara, sehingga sampai
meninggal mereka tidak mengetahui disebabkan Bwee Hoa
Tok Tju yang sangat lihay!
Kapal besar lambat laun sudah musnah dan karam ke
dasar danau secara perlahan-lahan, perubahan yang sangat
cepat ini membuat sekalian anak muda mengingat pada
beberapa jam yang lalu perahu itu masih bersinar secara
megah, kini sudah hilang ditelan air. Kejalian yang jarang
ini membuat orang menarik napas bahna heran entah
bagaimana...... Dua kapal yang besar saat ini sudah
mengetahui bahwa pemimpin dari Pek Tu Peng berada di
perahu kecil yang terletak di barisan belakang ratusan
perahu kecil. Tiba tiba saja perahu besar itu datang dengan
cepat menuju kepada perahu yang diduduki Taio Sam Nio,
perahu perahu kecil yang merintang habis diterjang hancur,
agaknya mereka napsu sekali untuk meringkus pemimpin
ini. Sam Nio menjadi bulat matanya melibat apa yang
dilakukan musuh, dengan gusar ia berteriak keras. "Hei
bangsat berani betul kau menghantarkan diri!" Ia menoleh
pada Kie Sau. "Sampailah saatnya untuk kalian turun
545 taogan, naiklah ke perahu yang sebelah kanan, sapu bersih
sekalian bangsat bangsat yang berada di situ, kemudian
baru mengejar yang di sebelah kiri! Cara ini pasti membuat
mereka tidak sempat untuk melarikan diri!"
"Kami siap!" jawab Kie Sau dengan bersemangat.
Perahu Sam Nio dengan cepat meluncur maju ke muka,
menyongsong perahu musuh.. Anak anak panah yang
seperti hujan datang menyerang, sepasang golok berputar
seperti titiran, sehingga tidak dapat ditembus hujan panah,
setiap anak panah kena disampok jatuh ke dalam air. Kini
jarak mereka lebih kurang tinggal satu tumbak. Sam Nio
berjongkok sedikit mengumpulkan semangatnya, tiba tiba
tubuhnya mencelat ke perahu besar.
Gerak dan caranya lompat cepat dan luar biasa, siapa
tahu begitu tubuhnya sampai di atas kapal musuh, terlebih
dahulu sudah ada dua orang lain yang sampai terlebih
dahulu. Kedua orang ini bukan orang lain melainkan Tju
Hong dan anaknya. Dua ayah beranak ini. masing masing
sudah mempunyai senjata baru yang panjangnya liga
tumbak. senjata ini dibuat sewaktu mereka berada di Hoa
San. Sedari tadi mereka sudah gatal untuk mempertunjuk-
kan kelihayannya, tak heran begitu menerima perintah dari
Sam Nio tubuhnya mencelat sambil menggerakkan tangan-
nya mengeluarkan ilmu tambangnya yang tiada duanya di
atas dunia. Musuh tidak mengira ada orang yang dapat naik
ke atas kapal secara kilat karena heran dengan sendirinya
persiapan yang harus dilakukan tidak dapat dikerjakan
dengan baik, dalam sekejap saja sudah ada beberapa orang
yang kena ditendang roboh oieh Tju Hong dan anaknya.
Sedangkan senjata tambang yang berkaitan itu segera
berputar-putar seperti ular putih menyerang keempat
penjuru dengan hebatnya, di mana yang tidaK hati-hati
segera tersabet jatuh atau terkait, beberapa korban jatuh
dalam tangan ayah beranak.
Sementara itu Kie Sau, Djie Hai dan lain-lain sudah
mengenjot tubuhnya naik perahu. Orang orang yang berada
di atas peranu hanya sebagai lawan yang terlalu empuk,
546 karenanya dalam sekejap waktu saja habislah pasukan
musuh diubrak abrik. Tapi sebelum orang gagah kita
berhasil meuyerang masuk ke dalam ruangan kapal
terdengar suatu tertawa dingin: "Siapa yang ingin mati
terlebih dahulu kupeisilahkan masuK"
Kie Sau dan kawan kawannya berpaling ke arah suara,
tampak pintu tengah dari perahu dibanting dengan keras
dan terkunci dengan rapat. Menyusul "biet" bunyi terbuka dari jendela kecil yang ada disamping pintu. Diri bulatan
jendela tampak kepala orang yang berkata secara
mengejek: "Hayo. maju, kalau benar benar jago boleh
maju!" "Oi, kiraku siapa," kata Thio Sim Nio "tak tahunya adalah Iblis Kuning Kim Li! Hei bangsat biasanya Kau dan kawan
kawan mu sangat terberang dan berlaku gagah terhadap
para nelayan, kini kenapa bersembunvi seperti kura kura
yang tak berguna!" Baru suara ini selesai diucapkan dari
luar jendela berkelebat sesosok tubuh orang sambil
melepaskan senjata rahasia, saat ini cuaca belum terang,
segala benda tidak terlihat dengan tegas, tapi semua orang
berkepandaian tinggi tiada seorang pun yang menderita
rugi. walaupun demikian serangan itu cukup membuat
seseorang menahan napas.
"Oh kiranya, lagi lagi kita kedatangan Iblis Putih Ka Tjin, kau jangan harap dapat mencelakakan kami secara
menggelap! Itu berarti mimpi!" sambil bicara lengannya
turun ke bawah memungut beberapa butir benda berwarna
putih. "Segala mata ikan semacam begini untuk apa
dipertontonkan" Terimalah kembali!" Lengan Sam Nio
bergerak, beberapa butir mata ikan melesat ke dalam pintu
jendela. Kiranya orang tadi itu menyebarkan senjata rahasia
yang berupa mata ikan "Ha. . ha . . " tertawa lantang
terdengar dari dalam jendela. "Hey bini Thio Sam! Apa kau
berani maju" Aku menyediakan semacam masak kuah dari
ular untuk kau makan!" Thio Sam Nio mengangguk
anggukkan kepalanya beberapa kali, lalu berpaling pada Kie
Sau sambil berkata: "Lagi lagi satu iblis lain, orang orang menjuluki Ular Air Yan Kia. Orang ini berkepandaian sangat
547 kukuay . . . Nyata sudah bahwa perahu ini dijaga oleh tiga
iblis, untuk menghalaunya agak sukar juga. Pintu masuk
satu satunya ialah dari jendela, tapi hal inipun sukar dilalui
karena dijaga musuh. Terkecuali itu kalau seorang saja
yang bisa menerjang masuk sama dengan mencari bencana
untuk diri sendiri, siapa tahu Ong Hie Ong ada di dalam dan
kawan-kawannyapun berada bersama sama orang yang
tentu sukar dapat dilawan oleh tenaga seorang bukan" Tapi
kalau untuk sekalian maju menerjang tidak mungkin dapat
dilaksanakan."
Tju Hong dan anaknya berbisik-bisik, kemudian mencelat
ke depan secara mendadak, tambangnya dilempar
menggaet wuwungan kapal.sedangkan tubuhnya seperti
dua burung besar melayang dan berada di atas wuwungan.
Mereka segera mencabut pisau belati yang dibawa bawa di
pinggangnya, wuwungan kapal didobrak dengan pisau
mereka. "Bagus!"sera Kie Siu, "Djie Hai, Gwat Hee kalianoun harus naik ke atas buatlah empat liang dan sekalian masuk
ke dalam. Sedangkan kami akan membarengi masuk
melalui jendela!" Dua saudara Ong segera memberi tanda
pada Tju Hong dan anaknya, tambang yang berkaitan
segera kena di pegang, mereka segera kena ditarik naik.
Enpat belati segera bekerja dengan cepat dengan
mengeluarkan suara "krakas krekes," dilara waktu sebentar segera terbuat empat liang yang cukup untuk badan Tiga
Iblis yang berada di sebelah bawah mengetahui ada musuh
di sebelah atas tengah membuat liang mereka harus
menjaga jendela, sehingga tidak bisa berbuat apa apa uatuk
merintangi Mereka hanya menunggu, begitu melihat
berkelebatnya musuh segera menyerang dengan senjata
rahasia. Tju Hong bertiarap di atas wuwungan, matanya
mengintai ke bawah, tampak olehnya di dalam hanya dijaga
tiga musuh. Diberikan tanda kepada Ong Djie Hai, Ong
Gwat Hee dan Tju Sie Hong untuk turun. Sedangkan ia
sendiri memasukkan sebagian senjatanya ke bawah,
lengannya bekerja perlahan-lahan tambang dibuatnya
548 berputar dengan cepat. Semakin lama semakin keras, apa
yang terlihat hanya sinar putih saja, orang orang yang
berada di bawah berdaya sekuat tenaga menyerang dengan
seniata rahasia. "Sie Hong, terjang!" perintahnya. Sang anak mengangguk dan terus mencelos ke bawah, waktu
tubuhnya akan memijak lantai, tampak sinar putih dari
senjata musuh membabat datang. Sie Hong menggeliat
sebentar menghindarkan serangan, kemudian tubuhnya
berdiri di lantai sambildemikian banyak menghalau lagi
rangkaian serangan musuh, malang baginya, kakinya yang
nemijak lantai entah bagaimana tidak dapat terus berdiri
dengan baik. agaknya ia memijak semacam Denda yang
licin, tak ampun lagi tUbUhnya ambruk dengan keras,
menggelogo di lantai! Kiranya ia terkena perangkap musuh.
benda yang licin adalah mata mata ikan yang sudah
disebarkan Si ular Air Ka Tjin dengan banyaknya. Hal ini
dilakukan waktu musuh turun dibarengi dengan senjatanya.
Sehingga lawan bukan memijak lantai tapi senjatanya yang
licin ditamban waktu ini keadaan masin gelap, sehingga Sie
Hong tidak dapat melihat dengan tegas senjata lawan dan
tidak mengetahui apa yang membuatnya ambruk seperti
gedebong rubuh! Begitu dilihatnya lawan jatuh. Ka Tjin
segera menyerang dengan Hie Kut Kiam ( pedang tulang
ikan) pada daaa lawan. "Celaka." keluh Sie Hong sambil berusaha membalik badan untuk menerima serangan
dengan punggungnya. Dalam Keadaan yang sangat genting,
tampak si ular emas secepat kilat dan mendadak menyapu
datang serta mengait pedang Ka Tjin. Hal ini membuat sang
Iblis kaget buru buru pedangnya ditarik dan dipakai
menyampok senjata musuh, kemudian baru nenyerang Sie
Hong kembali Tapi lawannya yang masih muda belia itu
sangat Iincah sekali, demi melihat suatu ketika baik,
tubuhnya sudah mencelat berdiri sedangkan lengannya
sudah memutarkan senjatanya dengan hebat sehingga
lawan tak bisa mendekat untuk melukakannya. Dilain waktu
sebentar mereka segera bertarung dengan sengitnya, untuk
sementara belum dapat diketahui siapa yang menang siapa
yang kalah. 549 Pada saat ini Gwat Hee dan Djie Hai sudah turun ke
bawah. Djie Hai disambut oleh Kim Li, sedangkan Gwat Hee
diserang Jan Kia. Sehingga pertarungan terjadi di tiga
tempat. Jang Kia tidak bersenjata apa apa, ia memakai baju yang
lengannya panjang, sedangkan kakinya tidak bersepatu.
Lengannya bergerak ke kiri dan ke kanan, lengan baju
meletak meletik seperti menari dengan gerak serangan
yang sangat ganas dan kukuay. Gwat Hee melayani dengan
bertangan kosong pula, ilmunya yang di keluarkan ialah
Bukit Berantai, tindakan pertama yang dilakukan ialah
melindungi dahulu tubuhnya dengan rapat kemudian baru
melancarkan serangan. Jan Kia melindungi dadanya dengan
lengan kiri, sedangkan jeriji kanannya terjulur ke luar
menyerang mata lawan, Gwat Hee mengeluarkan jurus
Awan Pagi Ke luar Dari Celah celah Bukit jerijirya berbentuk
garu menggaet jalan darah musuh. Jan Kia menurunkan
lengannya, lengan bajunya mengebut secara mendadak
menyampok serangan. Jurus ini tidak bertenaga terlalu
besar, sehingga lengan Gwat Hee kena dilibat. Gwat Hee
menjadi kaget sekali, waktu lengannya kena memegang
lengan baju lawan telapak lengannya merasakan semacam
benda dingin yang licin sekali dan bisa bergerak, gerak.
Setiap orang akan bergidik dan terbangun bulu romanya
kalau kena memegang benda semacam ini, Gwat Hee
menarik benda yang berada di tangannya, sekedar untuk
dilihat. Alangkah terkejutnya demi dilihat benda yang
dipegang itu ada seekor ular!
Anak gadis ini berteriak teriak sambil melepaskan
lengannya dan mencelat ke belakang. Si Ular Air Jan Kia
tertawa terbahak-bahak, lengan bajunya digoyangkan lagi
lagi seekor ular ke luar dan dilemparkan kepada sang gadis.
"Nona, benda ini kuberikan untuk permainanmu!" Gwat Hee mana berani menyambut, tubuhnya mengegos sambil
berjingkrakan. Andaikata dalam saat ini Gwat Hee diganti
Tjen Tjen, tentu ia akan merasa kesenangan sekali, tapi
sayang sekali gadis yang nakal itu sudah lama tidak ada
kabar ceritanya.
550 Jan Kia sudah bisa menggunakan ular sebagai senjata
rahasia, lengan bajunya yang gedombrongan penuh dengan
ular ular air, karena inilah ia mendapat julukan Si Ular Air.
Kini terlihat lengan kirinya di gebeskan. sedangkan lengan
kanannya digoyangkan, ular ular air tidak hentinya ke luar
dan dilemparkan pada lawannya. Gwat Hee menjadi sibuk,
untunglah ia bertubuh kecil dan lincah, sehingga tidak kena
diserang lawan. Ilmu melepas ular dari Jan Kie ada dua
macam, satu dengan bertenaga keras. semacam lagi
dengan tenaga keras berlipat ganda, kalau saja orang kena
terserang ilmunya yang tersebut belakangan pasti akan
menderita luka, semacam lagi adalah dengan tenaga
ringan, ular itu seperti melayang layang di udara, kalau
mengenai tubuh lawannya segera melibat, musuh musuh
pasti akan hilang daya perhatiannya, saat inilah baru ia
melakukan serangan.
Gwat Hee berkepandaian lebih tinggi dari lawannya,
ditambah sangat lincah gerak geriknya. sehingga beberapa
ular yang dilemparkan lawannya belum seekorpun yang
berhasil mengenai tubuhnya, walaupun di lancarkan dengan
bertubi tubi. Tapi ular dan senjata rahasia biasa berlainan
sekali, kalau senjata rahasia lain dapat dihindarkan berarti
sudah selamat, sedangkan ular ular ini begitu jatuh ke
lantai segera bergerak dan merayap ke arah Gwai Hee. Yan
Kia menunjuk ke lanta: sambil berkata
"Nona kau lihat! menyenangkan bukan!" Tanpa terasa


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gwat Hee memalingkan matanya, tampaklah olehnya
puluhan dari ular air yang tengah menggeleser, sungguh
menjijikkan, kepalanya dialihkan ke tempat lain, sedangkan
lengannya menutupi sang mata: "Lekas kaubuang benda
benda yang menjijikkan ini, tak suka aku melihatnya!"
belum suaranya habis terbawa angin, tiba tiba ia merasakan
samberan angin di belakang punggungnya. Inilah kesalahan
untuknya menutup mata. membuat suatu kesempatan baik
yang tidak dibuang percuma oleh lawannya.
Sang gadis dalam bahaya sekali, ia tak sempat untuk
berkelit atau mengegos untuk menghindarkan serangan
yang secara tiba tiba. terkecuali itu hatinya penuh diliputi
551 rasa takut digigit ular. Tepatlah pada waktunya, ia
merasakan semacam tenaga pukulan seorang lewat di
samping tubuhnya maju kemudian menangkis serangan
yang tengah mengancam jiwanya. Keampuhan pukulan
penolongnya tidak tertahan oleh Jan Kia. yang tersebut
belakangan ini terpaksa mencelat mundur. Kiranya orang
yang mengeluarkan tenaga membantu Gwat Hee adalah
Hoa San Kie Sau. Mereka sekelompok kiranya sudah
mencelos masuk melalui jendela kecil sewaktu ke tiga iblis
sibuk melayani orang orang yang masuk melalui wuwungan
atas. Dan berdiam diri di samping menyaksikan jalan
pertandingan.. Gwat Hee menjadi girang mendapat
pertolongan gurunya, hatinya bertambah besar, sambil
berbalik badan lengannya menunjuk nunjuk pada sang
lawan: "Tidak tahu malu, beraninya mengandalkan binatang
kotor ini untuk melawanku, kalau kau benar-benar
mempunyai kepandaian yang sejati. Ehhh ehhh, datang
lagi?" Katanya baru diucapkan sebagian, tampak olehnya
ular ular air sudah datang kembali menujunya, membuat
hatinya menjadi bergidik, sehingga ia berkaok kaok tanpa
terasa. "Sie moy lekas kau loncat!" seru Sie Hong yang berada di samping tubuhnya. Gwat Hee dalam keadaan takut, dengan
cepat kakinya terangkat naik menurut kata kata
saudaranya. Baru kaki Gwat Hee terangkat dari lantai segera
terdengar suara 'sreet lewat di bawah kakinya dengan
cepat. Kepalanya tunduk melihat, kiranya adalah tambang
Sie Hong yang lewat menyapu Sekali sapu ini membuat
lantai menjadi bersih sekali, seekor ularpun tiada satu yang
tertinggal semuanya sudah kena disapu ke dekat tubuh Jin
Kia sendiri. Orang yang berada di samping memuji sambil
bertepuk tangan. Gerakan Sie Hong yang luar biasa ini
diluar perkiraan Jan Kia, sehingga ia bengong tak mengerti.
Gwat Hee sangat girang dan merasa puas, dengan jurus.
'Bukit Aneh Terbang Mendatang' kepalanya menindih sang
lawan secara ganas. Dalam waktu sekejap saja. kembali
kedua orang ini melanjutkan perkelahiannya secara seru.
552 Tiga pasangan bersutet terus uncuk merobohkan
lawannya, sehingga pertarungan sukar diramalkan siapa
yang menang siapa yang kalah, tengah asyiknya mata
mengikuti jalannya pertandingan, tiba tiba terdengar suara
seruan dari Kim Li. "Awas!" Kiranya ia sedang berkelahi dengan Djie Hai, dengan didahului oleh seruannya
lengannya ke luar menghajar pada lawan 'bung' terdengar
seseorang jatuh ke atas lantai dan menerbitkan suara
berisik. Waktu semua orang menggunakan matanya
mengawasi, kiranya yang jatuh adalah Kim Li sendiri.
Berikutnya Djie Hai sudah maju ke muka. Begitu Kim Li
mengangkat kepala segera dihajarnya, kakinya bergerak,
Djie Hai menghantam lagi dengan keras. Tiga pukulan yang
terbagi pada kepala- pinggang dan paha, membuat Kim Li
terkapar di lantai tanpa mengeluarkan engak engek lagi.
Dari wajahnya yang menunjukkan kepucatan dapat
dipastikan lagi ia sudah sekarat.
Kim Li mendapat gelaran Iblis Bintang Mas, dikarenakan
mukanya berwarna kuning Di antara Kelima Belas Iblis ia
terkenal akan keganasannya, lebih lebih ilmu telapak
tangannya dapat dibanggakan. Tapi kalau dibanding
tentang tenaga dalam, ia adalah yang terlemah dari Tiga
Iblis yang tengah berkelahi, dasar lagi sial boleh boleh ia
ketemu lawan yang terkuat dari tiga lawan yang berkelahi
dengan kawannya. Djie Hai melayani Kim Li dengan ilmu Im
Yang Kang. maka tak heranlah dalam waktu sebentar saja
lawannya sudah dibuat tidak berdaya.
Kim Li bergerak gerak sebentar, kemudian dari mulutnya
ke luar darah segar, berikutnya napasnya menjadi putus
dan mati. Djie Hai mengangkat tubuh orang dan dipertontonkan
kepada dua Ibtis lainnya; "Lihat, inilah karma seorang yang jahat!" Kan Tjin dan Yang Kia mencolong colong dapat
melihat juga nasib kawannya, lubuk hatinya terasa ciut dan
jeri. sedangkan kaki tangannya semakin kendur dan kalut.
Ka Tjin memutar otaknya terlebih cepat dari biasa sepuluh
kali. ia tahu keadaan sangat buruk untuk pihaknya. ia
berpikir larilah jalan yang terbalak, tanpa berdamai lagi
553 dengan kawannya, mata ikan disebarkan saat itu juga.
terlihat benda benda seperti bintang bintang bertaburan di
cakrawala. Dengan menyebar mata ikannya Ka Tjin
bermaksud mendesak Sie Hong mundur, kemudian baru
lari. Tapi ia tidak berpikir bahwa orang orang yang tengah
dihadapinya adalah berilmu tinggi, satupun tiada yang
menakuti mata ikannya. Tampak olehnya sekalian lawan
menggoyangkan lengan bajunya, sehingga seKalian senjata
rahasianya yang berupa mata ikan kena disampok jatuh..
Ka Tjin yang akan melarikan diri. menjadi bengong seperti
patung, berikutnya kakinya bergoyang dan jatuh berlutut di
atas lantai. Kiranya Tjiu Piau sudah menghajar dengan mata
ikan Ka Tjin sendiri pada lututnya, sehingga membuatnya
tidak kabur! Sebenarnya ilmu Ka Tjin untuk melepas senjata rahasia
yang berupa mata ikan cukup lihay. biasanya ia
menggunakan kedua lengannya secara bergantian melepas
serangan terangkai tak putus putusnya. Tapi ia tidak
mengira ia berhadapan dengan seorang pelepas senjata
rahasia yang lihay sekali. Sehingga dirinya kena
dilumpuhkan tanpa mengetahui diserang siapa. Berikutnya
Tjiu Piau sudah melangkah ke depan dan menendangnya
sehingga membuat lawannya menjadi mati kutu, terkecuali
itu Djie Hai sudah melangkah maju sambil mencekek leher
musuhnya, membuat Ka Tjin tidak bisa bergerak dan
berteriak barang sedikit.
Jilid 18 Dalam keadaan kalut sedemikian rupa. Yan Kia bukan
saja tidak menolong kawannya, sebaliknya berniat lari.
Tampak ia melancarkan beberapa serangan yang lihay
untuk mendesak lawannya, sehingga Gwat Hee terpaksa
mundur sebanyak dua langkah, ia membalik badan
kemudian mencelat ke Jendela kecil.
Thio Sam Nio yang "mengawasi ke empat penjuru,
segera membentak: "Jangan lari!"
554 Tubuhnya berkelebat dan sudah berada di depan jendela
kecil menghadang perjalanan yang dilalui musuh sedangkan
goloknya sudah bekerja menyerang Yan Kia menundukkan
kepalanya, hal ini dilakukan secara terpaksa, karena jalan
mundur dan maju tiada sama sekali. Tengah ia ragu ragu
kembali terasa angin dingin menyerang datang, pada
tnbuhnya secara luar biasa. Jan Kia adalah seorang Kang
ouw yang cukup berpengalaman dan dapat mengetahui
atau membedakan segala macam senjata rahasia, tapi
sekali ini ia tak mengetahui senjata apa yang menyerang
bahkan tak mengetahui dari mana datangnya serangan.
Hatinya menjadi kaget, dan berpikir untuk kabur, tapi
sebelum usahanya berhasil terasa pinggangnya menjadi
sakit, seolah olah seperti kena dilibat semacam benda,
seterusnya seluruh tubuhnya sudah terikat secara keras.
Dengan cepat tubuhnya berputar secara gugup, dilihatnya
seluruh tubuhnya sudah terikat seperti lepet. sedangkan
ujung tambang satunya lagi berada di lengan seorang tua
kurus, orang ini bukan lain dari Tju Hong adanya.
Ilmu tambangnya yang luar biasa hebatnya, sekali
dikeluarkan sudah berhasil berhasil meringkus Jan Kia
secara mudah. D antara tiga Iblis ada yang mati ada yang kena ditawan
hidup hidup. Thio Sam Nio maju ke muka ingin
mengompres tawanannya, tapi secara tiba tiba terdengar
suara jeritan susul menyusul dari sebelah luar, ia menoleh
dan memandang ke luar, tanpa terasa lagi alisnya berkerut
dan mendeluh serta berteriak celaka. Kiranya sewaktu
mereka naik ke atas perahu besar, musuh sudah mengatur
barisannya lagi. Enam Iblis yang turun menghajar kaum Pek
Tau Peng cakup ganas dan hebat sehingga tiada sedikit
kaum Pek Tau, Peng yang kena dilakukan atau dibinasakan,
walaupun demikian kaum Pek Tau Peng bukan bangsa takut
mati, mereka mengandalkan kekuatannya tetap mengurung
terus secara rapat, sedikitpun tidak memberikan musuh
musuhDya bergerak bebas.
Enam Iblis tidak kuasa lagi untuk menahan serangan
musuh musuhnya yang berjumlah besar, ditambah sebuah
555 perahu besar sudah, kandas sedangkan sebuah lagi tengah
dikurung rapat, mereka segera kembali ke perahu besar
situnya lagi. Sesudah mereka naik ke atas peiahu, dengan
cepat perahu besar itu menerjang dan membobolkan
sekalian rerintangnya. Perahu besar ini berkekuatan
sembilan Iblis, ditambah sekalian pengikutnya yang
berjumlah lumayan, sehingga kekuatannya cukup besar.
Tak heran setiap perahu kecil yang ingin mendekat kena
diterjang hancur! Dilihat arahnya perahu besar ini menuju
pada perahu besar yang kena kurung, mereka berteriak
teriak dengan keras sambil mendekat pada lawan lawannya
yang sudah berhasil menguasai perahu kawannya. Keadaan
sudah demikian hebatnya, tapi Ong Hie Ong belum
kelihatan mata hidungnya sehingga membuat Thio Sam Nio
merasa heran sekali. Ia mengerutkan alisnya melihat
keadaan ini. "Sembilan Iblis ini mengantarkan mati sendiri! Marilah
kita ulangi kemenangan kita pada mereka!" kata Djie Hai
dengan bersemangat.
"Sabarlah, lantai di bawah cukup luas sekali, kalau kita
turun untuk berkelahi, mungkin tenaga kita bisa berpencar,
hal ini tidak kutakuti yang perlu dikuatirkan adanya alat alat
rehasia yang dapat menjebak kita!" kata Thio Sarn Nio
menjelaskan. "Marilah kita tipu mereka!" kata Kie Sau. Sehabis bicara ia maju melangkah kepada Kan Tjin dan Jan Kia, lengannya
masing masing mencekal seorang kemudian maju ke dekat
jendela, kedua orang tawanannya di goyang goyangkan ke
luar, sedangkan mulutnya berseru keras: 'Wahai Lima Belas
Iblis dari Thay Ouw dengarlah baik baik! Kalian hanya
tinggal sembilan orang, empat sudah kena kami binasakan,
dua kami tawan hidup hidup! Kalau kalian ingin hidup
lekaslah lari,tapi kalau ingin mati boleh diam menanti ajal!"
seruan ini agaknya berhasil juga, karena suara ribut ribut
yarg membisingkan telinga segera reda sebagian.
556 Melihat keadaan ini Kie Sau berpaling pada sekalian
orangnya, "Marilah kita berdamai, bagaimana cara untuk
membereskan jiwanya sembilan Iblis itu!"
"Kalau diadu tenaga, pasti kita menang, Karena kitapun
terdiri dari delapan orang..., Iehhhh Wan Thian Hong ke
mana?" kata Thio Sam Nio dengan keras. Semua orang
menjadi kaget, kala mereka membuka mata untuk
memperhatikan sekeliling, benar saja tidak melihat bayang
bayang dari Thian Hong, sehingga kekuatirannya menjadi
jadi. "Wah. celaka." keluh Thio Sam Nio. "rupanya anak itu tidak turut dengan kita naik ke atas loteng, dengan
sendirian berdiam di bawah pasti besar bahayanya. Kalau
begini biar bagaimana kita harus lekas lekas turun untuk
menolong padanya.'* Sehabis berkata kakinya menendang
pintu kapal sehingga menimbulkan suara pang. yang keras.
Sam Nio memutarkan pedangnya dengan keras, mendahului
yang lain menerjang turun ke bawah. Yang lainpun menurut
jejaknya mengikuti dari belakang.. Kie Sau membereskan
dahulu kedua Iblis yang ada di kedua lengannya, kemudian
baru turun. Sehingga terjadilah pertarungan yang luar biasa
hebatnya di lambung kapal dalam waktu sakejap. Sewaktu
Thio Sam Nio dan lain lain sibuk menyerang ke ruangatn
atas. Wan Thio Hong berfirasat bahwa kakaknya tidak
berada di sana. Matanya terpaku pada sisi lambung kapal
yang berpintu besi serta ter
kunci rapat. Beberapa gundal dari keluarga Ong yang
berparas kejam kejam terdapat menjaganya dengan keras.
Thian Hong hatinya bergerak, ia berpikir; "Mungkin kakak
ku berada di situ."
Penjaga penjapa itu tidak dipandang sebelah mata
olehnya, dengan gerakan yang lincah diserangnya secara
nekad pedang yang terrunus diputarkan, mendesak tiga
lawannya yang berada di sebelah kanan, seiring dengan itu
kakinya terangkat mendupak seseorang yang berada di
sebelah, kanan. Dengan gerakan yang berangkai dan cepat
ini. membuat sekalian para penjaga pintu menjadi kucar
557 kacir Pintu besi yang berkelotok besi ditabas putus dan
jatuh ke lantai sambil menerbitkan suara berkelotak. Thian
Hong mendupak pintu besi terbuka tubuhnya seperti
terbang mencelat masuk. Lima penjaga lain tidak sempat
mengedipkan matanya lagi sudah kehilangan lawannya.
Selanjutnya terdengar suara berkelotak di dalam dan pintu
besi segera tertutup Mereka menjadi kaget menyaksikan
kelihayan orang, dengan cepat perundingan diadakan untuk
melaporkan pada atasannya.
Begitu Thian Hong masuk tidak menampak apa apa,
karena keadaan di dalam teramat gelap. Sang gadis
merebahkan diri, sambil menahan napas, berjaga dari
bokongan musuh. Sesudah ia berdiam seketika dan
memperhatikan keadaan secara teliti, ia tahu dalam jarak
dua tumbak persegi tidak ada orang, perlahan lahan hatinya


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjadi besar, tubuhnya masuk ke muka dengan
merangkang, telinga dan matanya dibuka lebar lebar untuk
memperhatikan sesuatu gerakan dari musuh dengan
waspada. Heran, sedikitpun tidak ada gerakan mau pun
suara yang mencurigakan, keadaan tetap sunyi. Sesudah ia
merangkang beberapa lama ia menemui jalan buntu,
terkecuali itu ruangan yang dimasukkan ini kosong
melompong tiada kursi tidak pula meja. Thian Hong
berpikir* "Biar bagaimana aku harus membenarkan hati untuk
menyelidiki terus!"
Dengan pedang di lengan kanan dan tangan kiri
melindungi dada. segera ia bangun berdiri sambil meraba
raba ke sekeliling. Dalam keadaan gelap, apa pun tidak
dapat terlihat, sampai dari mana tadi ia masuk sudah tidak
ingat lagi! Akibat dari raba sana raba sini lenaan kirinya memegang
semacam benda yang dingin sekali, la menjadi kaget dan
melepaskan buru buru. Ia berpikir sebentar kemudian ia
ingat bahwa benda itu seperti palang pintu yang
dipergunakannya tadi untuK menutup, dengan cepat
lengannya meraba kembali, benar saja dugaannya. benda
558 yang dingin itu palang pintu adanya. Palang itu terbuat dari
logam yang sangat berat, tadi tidak diperhatian karena
tergesa gesa. Gadis kita kembali berpikir:
"Haruskah aku balik lagi keluar" Ah. tidak, biar
bagaimara aku tidak boleh ke luar lagi, sekali masuk tetap
masuk, biar masus ke pintu neraka pantang untuk berbalik
lagi!" Palang dilepaskan untuk meraba tempat yang lain.
Sesudah meraba ke sana ke mari lengannya yang halus
berhasil memegang sebuah gelang pintu yang bundar
secara mendadak. Tanpa berpikir panjang lagi Trian Hong
menariknya dengan sekuat tenaga. Terdengarlah suara
berkeretek yang disusul suara berkerotok, dari sebelah kiri
pintu tampak sedikit sinar terang menembus ke dalam
melalui pintu kecil yang sepas badan.
"Aku tak mengira pintu ini dilengkapi dengan segala
macam rahasia." pikir Thiin Hong.
"andaikata mengandalkan dua tiga orang untuk
menyerang masuk kebanyakan bahayanya dari untungnya."
Pikirannya ini memang cukup beralasan, misalkan orang
orang yang berada di perahu tidak sibuk melayani lawan -
lawannya yang gagah perkasa, siang siang Thian Hong
sudah mengalami celaka!
Kembali Thian Hong berpikir: "Kini aku sudah menerjang
sampai di sini. untukku hanya ada maju dan tidak ada
mundur!" Saat itu jaga ia menghirup napas panjang-
panjang untuk menenangkan pikirannya, dengan ilmu
mengentengkan tubuh yang luar biasa lincahnya, tubuhnya
mencelos pada liang kecil yang bahara diketemukan itu. Ia
berjalan demikian cepatnya, tapi baru ia melangkah
beberapa tindak, tiba-tiba kakinya merasakan lantai papan
menjadi miring dan terjungkit. Kekagetannya tidak alang
kepalang, ingin hatinya balik kembali ke tempat semula.
tapi sudah tidak keburu, kini lantai sudah miring benar dan
sangat licin, tidak kuasa lagi untuk mempertahankan diri
lagi, dengan cepat tubuhnya merosot turun dan jatuh ke
tempat gelap. Untunglah sebelum tubuhnya sampai di
559 bawah, sudah mempunyai persiapan terlebih dahulu,
sehingga ia darat mencapai lantai tanpa menderita luka.
Kala ia dongak ke atas pintu masuKnya sudah tidak terlihat
lagi. Dengan perasaan heran Thian Hong mengawasi ke
sekeliling, empat penjuru terbuat dari papan yang tebal dan
kuat, dinding kayu itu dipenuhi dengan liang liang kecil
yang berkaca, sehingga dari liang - liang ini dapat melihat
keadaan warna air yang kehijau-hijauan. Tempat ini luasnya
lebih kurang tujuh delapan meter. Walaupun tempat itu
tidak terlalu besar, akan perabotnya bukan main
menyenangkannya. Kamar ini terkecuali bersih hawanya
pun sangat sejuk sekali, andai kata pada musim panas
masuk ke sini membuat seseorang enggan
meninggalkannya lagi.
Thian Hong tergerak hatinya, ia berpikir. "Bukankah
tempat ini berada di.-dalam air" Mungkinkah aku
menerjang sampai di Istana Air Ong Hie Ong tanpa
merasa?" Dengan cepat telinganya ditempelkan pada
dinding kayu, untuk mendengari suara di luar, sesudah ia
mendekam sesaat lamanya, telinganya belum juga
menangkap sesuatu suara, keadaan di situ maupun di
luarnya agaknya sangat sunyi sekali. Matanya segera
memandang ke luar melalui liang liang yang berkacanya,
dari dalam Istana Air memandang ke luar, terkecuali warna
air yang tampak kehijaU hijauan masih dapat terlihat ikan
ikan besar maupun kecil, udang, kepiting yang tengah
berenang-renang ke sana kemari dengan bebasnya.
Pemandangan di dalam air y^ng luar biasa menyenangkan
ini menbuatnya lupa daratan, sehingga sesuatu yang
mengenai dirinya terlupakan seketika.
Tiba tiba telinganya mendengar rentetan suara yang
aneh 'pung - - - - pung' beberapa kali dengan kerasnya,
agaknya seperti ribuan palu besi yang diketokkan pada
sesuatu benda. Terkecuali itu masih terdengar suara
berkerontang yang mengiringinya, tak ubahnya seperti
suara dari bentrokan senjata. Thian Hong memusatkan
pendengarannya secermat-cermatnya. sayang suara itu
560 sudah hilang dibawa udara dan tidak kembali lagi sehingga
keadaan menjadi
sunyi kembali. Hatinya merasa kaget dan takut, tanpa
terasa lagi bulu romanya bangun berdiri dan ke luar
keringat dinginnya. Kenapa di dalam air semacam ini bisa
terdengar suara semacam itu" Ah, jangan jangan suara
setan" Pikir hatinya. Perlahan lahan Thian Hong
memalingkan kepalanya, guna memeriksa dengan teliti.
Sesaat kemudian ia baru mendapatkan dan mengetahui,
bahwa sebagian dari dinding perahu ada yang tidak
berkasa. Hatinya sang gadis tergerak dan berpikir: "Dapat
mungkin dinding sebelah ini tidak menembus ke dalam air,
tapi berhubungan dengan kamar lain. Sedangkan suara tadi
barangkali datangnya dari jurusan ini!" Dengan cepat
telinganya ditempelkan ke atas dinding. Sesudah
mendengari sedemikian lamanya telinganya tiada
menangKap sedikit suarapun. Hatinya mulai tak sabar untuk
mendengari terus, telinganyapun segera diangkat dari
dinding, saat inilah terdengar semacam suara yang
membuat hatinya menjadi berdenyut kaget!
Kiranya suara yang didengarnya itu, adalah bentrokan
senjata tajam yang mendebarkan jantung, dan ia dapat
memastikan suara itu adalah pedang Naga sang kakak..
Dengan begini ia dapat memastikan dan tak perlu
meragukan lagi bahwa kakaknya berada di balik dinding.
Karena berpikir begini hatinya jadi dak . . . dik . . . duk,
.sedangkan napasnya ditahan terus untuk mendengari
suara itu terlebih lanjut, ingin hatinya me nangkap semua
suara itu, sayang sesaat kemudian suara itu hilang tak
terdengar, sebagai gantinya hanya terdengar suara air yang
tidak diingini.
Waktu berlalu lagi sedemikian lamanya, lagi-lagi suara
bentrokan senjata terdengar nyata, bahkan lebih hebat dari
yang sudah. Dan rentetan suara senjata jni. Thian Hong
seperti melihat dua orang sedang bertarung mati-matian,
sesudah pertarungan berjalan beberapa jurus, suara itu
561 kembali berhenti. Demikianlah suara pertarungan itu. nanti
terdengar nanti berhenti Dalam kegelapan seorang diri
membuat gadis kita menjadi girang bercampur kaget
girangnya ia dapat mengetahui di mana adanya sang kakak,
sedangkan yang membuat hatinya gelisah, takut kalau
kakaknya mengalami bahaya Ingin hatinya untuk
membantu, tapi tiada jalan untuk ke sana, sehingga
kegelisahannya bertambah tambah. Dengan cepat
lengannya mengetuk ngetuk dinding sambil berteriak teriak:
"Koko, koko kau berada di mana, aku datang
membantumu!" Sambil berteriak lengaannya tidak henti
hentinya meraba raba dinding untuk mencari jendela. Tapi
usahanya ini sia sia belaka, karena dinding itu sangat licin
dan tiada suatu jendela maupun pintu yang dapat
menembus ke ruangan di mana sang kakak berada.
Kegelisahannya menjadi beikurang kala ia ingat akan
pedang Tjendrawasihnya yang dapat memotong besi seperti
tanah. Dengan cepat pedangnya sudah dihunus dan
dibacokkan keatas dinding, dengan harapan sekaligus dapat
membuat suatu jalan tembusan untuk menemukan
kakaknya. Siapa kira. begitu pedangnya mengenai dinding, hanya
terdengar suara. "Tring." kata ditegasi pedangnya itu
menembus dinding kayu. tapi terhalang oleh semacam
benda yang keras. Nampaknya di dalam dinding kayu
terlapis besi plat yang sangat kuat. Walaupun pedang
Tjendrawasih dapat memotong besi seperti tanah,
memutuskan pedang atau pisau secara mudah, karena
benda benda itu ada kecil dan tipis, sedangkan lapisan
papan ini sangat lebar dan tebal sehingga sukar untuk
dipapasnya. Thian Hong mencabut pedangnya sambil
termenung ia tidak tahu bagaimana baiknya. Saat inilah
telinganya kembali mendengar suara pedang Naga" sang
kakak, sehingga semangatnya terbangun meluap luap,
tanpa banyak pikir lagi pedangnya dikerjakan secara keras
untuk membobolkan dinding.
Sesudah ia bekerja sesaat lamanya, baru berhasil
menghilangkan kayunya yang tebal, sedangkan lapis besi
562 yang hitam segera tertampak dengan nyata. Dengan
semangat yang menyala nyala, besi itu sedikit demi Sedikit
dipapasnya, ia tak mau mengerjakan pedangnya secara
sembarangan, karena takut merusak pedangnya sendiri,
sesudah ia berdenging sekian lamanya, ia merasakan
napasnya sedikit sesak sedangkan tubuhnya dirasakan
sangat letih sekali. Ia berpikir: "Jangan - jangan tempat ini tertutup rapat, sehingga udara di dalamnya tidak mengalir.
kalau lama lama begini bisa bisa aku mati sesak."
Sedangkan lengannya bekerja terus, mencungkil memapas.
Plat besi sepotong demi sepotong kena dipapas putus,
sekian lamanya ia bekerja, baru berhasil membuat sebuah
liang yang sangat kecil, lengannya segera dimasukkan ke
dalam liang, dan ia baru tahu bahwa besi itu tebalnya tidak
kutang dari dua dim.
Thian Hong beristirahat sebentar untuk mengatur napas,
baru saja hatinya ingin melanjutkan lagi pekerjaannya,
kepalanya sudah terlebih dahulu merasakan pusing.
Ia memaksakan dirinya untuk bertahan. tapi seluruh
anggotanya sudah lemas terkulai dan tidak menurut
perintahnya lagi. Dengan terpaksa ia mendeprok di pinggir
dinding. Sesudah ia dapat bernapas sebentar keadaannya
segera menjadi baik lagi Kiranya sang gadis bukannya
pening, melainkan tidak dapat bernapas, sehingga merasa
engap. Dengan hati hati Thian Hong mengatur jalan
pernapasannya. Saat inilah telinganya kembali mendengar
suara bentrokan senjata di kamar sebelah. Sedangkan
suara pedang Naga sudah demikian kacau sekali, seolah
olah hanya bisa bertahan saja sedangkan untuk
mengadakan serangan balasan sudah tidak bisa sama
sekali- Tanpa terasa lagi Thian Hong mengeluarkan suara
seruan: "Koko!" Sedangkan tubuhnya menjadi bersemangat sekali, ia bangun berdiri untuk melanjutkan lagi usahanya
guna mencungkil dinding kapal yang sangat kokoh itu.
Entah dari mana datangnya kekuatan yang demikian besar
pada gadis kita ini sehinpga ia bisa bertahan untuk berdiri
terus, sedangkan pedangnya dimasukkan ke dalam liang
kecil itu, diputarkan dengan tenaga yang penghabisan,
563 alhasil sebuah liang yang cukup dimasukkan tubuh orang
terjadi dibuatnya. Dengan girang Thian Hong mencoba
memasukkan tubuhnya untuk mencelos masuk ke kamar
sebelah. apa mau tubuhnya segera menjadi lemas. karena
terlalu banyak mengeluarkan tenaga dengan tubuh
berduduk, diawasinya liang yang sudah di buatnya itu
secara tak berdaya. Tiba-tiba dari ruangan sebelah
terdengar suara serak yang terputus - putus: "Hweesio
......hwee......sio. sesaat matimu sudah sampai. Aku . . .
akan mempersiepkan kau pulang ke akhirat!" Thian Hong
dapat mendengar dengan tegas bahwa suara itu adalah
suara, kakaknya, hanya agak berbeda dengan hari-hari
biasa. Suaranya demikian lemah, seperti orang yang
menderita penyakit sudah lama saja. Ia tidak tahu kenapa
kakaknya dapat mengalami nasib demikian, tapi hatinya
tidak terlalu gelisah Jagi karena ia tahu kakaknya belum
meninggal. Baru saja tubuhnya akan berdiri, telinganya
kembali mendengar suara jawaban dari seseorang.
"Bocah! Tutup bacotmu! Kalau tidak di sebabkan pintu
angin di atas tertutup dan membuat engap. jiwa kecilmu
siang-siang sudah berhadapan dengan malaikat Jibrail!"
Suara orang ini walaupun sangat kecil dan bergemetar, tapi
kalimatnya dapat diucapkan tanpa putus putus, dari hal ini
dapat diambil kesimpulan bahwa orang ini mempunyai ilmu
dalam yang tinggi sekali dan berada di sebelah atas Wan
Djin Liong. Sesudah Thian Hong mendengar hweesio itu bicara satu
kalimat, segera mendengar suara dari napas memburu dan
suara Hweesio itu meloncat bangun serta mendengar
kembali suara senjata beradu. Djin Liong menggunakan
ilmu pedangnya yang luar biasa mengadakan perlawanan
sebisa bisanya untuk menjaga diri.
Tnian Hong tidak bisa tinggal diam, dengan kedua
lengannya tubuhnya diangkat bangun, kepalanya nelongok
ke kamar sebelah dalam kegela-an ia melihat kakaknya
sedang berkelahi dengan seorang hweesio yang sudah
dikenalnya, yakni bukan lain dari Tong Leng Hwees'o! Ia


Pahlawan Harapan Karya Tang Fei di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merasa heran kenapa Hweesio ini bisa beradi di sini" Thian
564 Hong mengetahui, bahwa untuk mengadu tenaga seorang
lawan seorang, ia maupun kakaknya bukan tandingaa dari
sang Hweesio. Ia heran kenapa kakaknya bisa melawan
Hweesio itu demikian lamanya, ia berpikir demikian
sedangkan tubuhnya segera mencelos ke dalam liang
sambil memanggil: "Koko aku datang untuk membantu!"
Sesudah empas empis sekian lamanya, tubuhnya
berhasil juga masuk ke dalam kamar di mana kakaknya
berada. Tapi hal ini rupanya sangat melelahkannya, terbukti
ia tidak bisa dengan segera bangun berdiri untuk membantu
kakaknya melainkan hanya duduk mendeprok sambil
memelihara jalan pernapasannya. Sementara itu
pertarungan antara Tong Leng dan Djin Liong sudah
bernenti lagi. mereka bertiga berduduk di tiga bagian sambil
menirik napas empas- empes. Tong Leng menjadi gelisah
sekali melihat kedatangan Thian Hong. dengan ini u tahu
keadaan sangat buruk untuk dirinva, tanpa merasa ia
mengeluh di dalam hati: "Habislah jiwaku hari ini! Ah, _
kenapa bocah perempuan ini bisa masuk ke dalam!"
Sedangkan hatinya merasa menyesal sekali sudah
memasuki istana air ini secara gegabah, kalau tahu
akibatnya begini tidak nanti ia sembarangan memasukinya,
ya tapi apa mau dikata sesuatu sudah demikian jadinya. Ia
boleh menyesal. , .
Kiranya beberapa hari ini Tong Leng menjadi tamu dari
Ong Hie Oag. Kedatangannya ini semata mata untuk
menyampaikan kabar rahasia dari Louw Tiau yang teramat
penting. Sedangkan Ong Hie Ong segera meninggalkan
kapalnya untuk menyampaikan kabar kepada orang lain lagi
Tong Leng terpaksa berdiam di kapal untuk menantikan
kedatangan dari tuan rumah.., kemudian baru berangkat
bersama sama untuk bertemu dengan Louw Tiau.
Karena hal ini kedok Djin Liong yang menyamar sebagai
utusan dan Louw Tiau kena dibocoti. Thai Ouw Tjap Go Sat
segera berunding dengan Tong Leng. sehingga mereka
mengetahui kedatangannya Djin Liong mengandung hal
yang tidak baik. Tersebab itu ketua dari Tjap Go Sat segera
memancing Djin Liong sehingga yang tersebut belakangan
565 kena dijebloskan didalam istana air, dan akan menyerahkan
pada Ong Hie Ong uutuk diadili. Sedangkan Tong Leng
hanya sebagai tamu, biar hatinya sangat gemas dan ingin
mengecek Djin Liong, tetap tiada bisa berbuat apa. Thai
Ouw Tjap Go Sat tahu akan ada orang datang menyelidiki
sarang mereka dengan tertangkapnya Wan Djin Liong.
Walaupun demikian mereka sedikitpun tidak mengira dan
menduga sama sekali, nelayan nelayan Thai Ouw bisa
berjuang untuk memerangi mereka. Sehingga membuat
mereka sibuk untuk melayaninya, sedangkan hal Wan Djin
Liong dikesampinginya atau terlupakan. Hanya Tong Leng
seoranglah yang masih ingat pada sang tawanan tambahan
ia melihat suasana perkelahian bertambah buruk untuk
pihaknya, hatinya segera berpikir:
"Kalau aku dapat menangkap bocah she Wan itu dan
melarikannya untuk diserahkan kepada Louw Toako, jasaku
tidak sedikit." Karena berpikir begini ia menyelidiki rahasia istana air seorang diri untuk menanggap Wan Djin Liong.
Hweesio ini beradat sembrono. Tanpa mengetahui
dengan jelas rahasia dari jebakan jebakan yang berada di
dalam istana air, sudah berani sembarangan
memainkannya, sehingga membuainya terjeblos jatuh di
Bentrok Para Pendekar 6 Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Darah Dan Cinta Di Kota Medang 2
^