A Garland For Girls 4

A Garland For Girls Karya Louisa May Alcott Bagian 4


Tawaran menyenangkan ini membuat Rosi bertepuk tangan dan berteriak, Itu ide bagus! Aku yakin Bibi Penny akan menyukainya dan mengizinkanku. Mungkin dia sendiri akan datang. Ia begitu ramping. Ia pasti bisa masuk. Ia menyayangi
~235~ ibumu dan ingin menemuinya. Hanya saja, Bibi Henny tidak mengizinkan kami bersikap baik dan ramah. Mungkin Bapak bisa mengirimkan ceri untuk BIBI HENNY. Ia suka makanan enak. Mungkin ia akan berkata ya jika Bapak mengirimkan ceri yang banyak.
Tuan Dover tertawa mendengar usul polos itu. Nona Henny juga tersenyum mengingat akan mendapatkan ceri black-heart lezat yang sudah lama ia inginkan. Dengan bijak Roxy memilih bagian percakapan tertentu yang tidak akan membuat wanita itu marah.
Entah karena mata tajam Tuan Dover melihat sepintas sebuah wajah di antara semak gooseberry dan menduga ada penguping, atau apakah hatinya tersentuh oleh keinginan tulus anak itu untuk berdamai, tak ada yang bisa menduga. Yang jelas, mata pria tua itu berkilau seperti mata anak lelaki, lalu ia berkata dengan agak keras, dengan nada yang paling ramah, Aku akan senang sekali mengirimkan sekeranjang buah untuk Nona Henrietta. Dulu ia adalah wanita muda yang menawan. Sayang ia menutup dirinya, tapi aku rasa kisah cinta kecil yang menyedihkan itu menyebabkan hidupnya menjadi kelam. Yah, aku turut bersimpati untuknya!
Rosy terbengong melihat perubahan sikap mendadak itu. Ia agak bingung karena lelaki itu berbicara dengan cara orang dewasa. Namun karena bertekad untuk mendapatkan sesuatu yang bagus untuk dibawa pulang, Rosy hanya memusatkan perhatian pada ceri yang BISA ia pahami. Ia menunjuk ke
~236~ arah teras dan berkata dengan nada yang menunjukkan bahwa ia tengah melakukan misi penting, Di sana ada keranjang, jadi kita bisa memetik ceri sekarang juga. Aku ingin memanjat pohon dan melemparkan ceri ke bawah. Aku tahu Bibi Henny akan menyukai ceri itu dan tidak akan membentak sedikit pun jika aku membawakan ceri untuknya.
Ayo, seru Tuan Thomas sambil kembali bersikap sungguhsungguh seperti yang disukai Rosy. Maka Tuan Thomas berjalan dengan cukup cepat di jalan itu dengan baju kuningnya yang melambai-lambai tertiup angin, diikuti oleh Rosy yang meloncat dengan gembira.
Mereka benar-benar SEDANG memetik ceri, Nona, di atas pohon seperti sepasang burung robin yang berkicau dan tertawa dengan gembira, lapor Roxy dari lubang intipnya.
Lepaskan sisa papan itu agar aku bisa melihat, bisik Nona Henny, badannya bergetar karena merasa tertarik. Ia sudah mendengar kata-kata Tuan Dover dan kemarahannya reda mendengar apa yang pria itu katakan mengenai dirinya.
Sisa papan itu dilepaskan. Dari jendela yang setengahnya tertutup oleh tanaman menjalar woodbine, ia bisa melihat melalui semak-semak ke taman sebelah. Lubang intip itu memberikan pandangan menyeluruh dari pohon itu. Dengan gembira Nona Henny memperhatikan mereka mengisi keranjang yang akan diberikan kepadanya sambil merencanakan untuk membuat surat ucapan terima kasih yang
~237~ indah. Lihatlah, Nona. Sekarang mereka beristirahat, dan Rosy duduk di pangkuan pria itu. Indah sekali, ya" bisik Roxy, tidak mempedulikan cocopet, semut, dan daddy long legs sejenis laba-laba berkaki panjang yang merayapi tubuhnya saat ia membungkuk di sudut berlumut itu dan memperhatikan pemandangan di balik pagar.
Sangat cantik! Pria itu telah kehilangan beberapa anak di India. Aku rasa Rosy mengingatkannya kepada mereka. Ah, pria malang! Aku bisa bersimpati untuknya karena AKU juga pernah mencintai dan kehilangan, desah Nona Henny sambil memandang kedua orang yang duduk itu sambil termenung.
Mereka bermain dengan buah ceri. Tawa si anak terdengar bagai musik menyenangkan di tempat yang biasanya sepi itu. Pria tua itu tidak lagi terlihat sedih dan kaku. Ia tampak senang dan lembut saat menarik Rosy dekat-dekat dan memasukkan buah matang ke dalam mulut merahnya yang sedang tertawa.
Saat butir ceri terakhir lenyap, Rosy berkata sambil menarik napas panjang karena sangat senang, Rasanya HAMPIR seasyik bermain dengan Papa. Aku harap bibi-bibi AKAN mengizinkanku datang lagi! Hatiku pasti hancur jika mereka tidak mengizinkanku. Aku selalu merasa kangen rumah di sana dan menghadapi banyak masalah. Lagipula tidak ada yang pernah memelukku selain Bibi Penny.
~238~ Berkatilah ia! Kita akan mengiriminya bunga untuk itu. Katakan kepadanya keadaan Nyonya Dover kurang baik dan sangat ingin bertemu dengannya. Begitu juga dengan Tuan Thomas, yang sangat suka dengan keponakan kecilnya. Bisakah kau mengingat itu"
Setiap kata! DIA sangat baik kepadaku, dan aku menyayanginya, aku rasa dia juga akan senang untuk datang. Ia menyukai sutera Bombay, seperti aku, tambah peminta-minta kecil yang tak tahu malu itu saat Tuan Thomas mengeluarkan pisaunya dan mulai membuat buket bunga untuk melunakkan hati Nona Penny. Tuan Thomas tidak tega mengecewakan teman main kecilnya itu yang pantang menyerah untuk membantunya berdamai.
Apakah Bapak akan mengirimkan sesuatu untuk Cis" Ia memang tidak bisa membuatku tetap diam di rumah, tapi mungkin hadiah bisa menyenangkan hatinya. Jadi ia bisa berhenti mengacak-ngacak rambutku dengan bidalnya jika aku bertanya dan memukul jariku jika aku menyentuh barangbarang indah miliknya, usul Rosy saat bunga itu diletakkan di atas buah sehingga terlihat indah.
Aku tidak pernah mengirimkan hadiah untuk wanita MUDA, kata Tuan Thomas singkat. Lalu dengan kedua tangan direntangkan sambil tersenyum menawan, ia menambahkan, Tapi aku SELALU mencium gadis kecil yang manis jika mereka mengizinkanku.
~239~ Rosy mengalungkan kedua tangannya di leher pria tua itu dan menghujaninya dengan kecupan terima kasih yang terasa lebih manis bagi pria tua kesepian itu daripada semua ceri yang pernah tumbuh atau pun bunga terbaik di tamannya. Lalu Nona Rosamond pulang ke rumah dengan bangga, tidak menemukan tanda-tanda adanya pengintip karena kedua pengintip tadi sudah lari saat mereka berpelukan. Dengan sangat mawas diri Roxy menyiapkan meja untuk makan malam. Nona Henny ada di ruang tamu, terengah di balik sebuah surat kabar. Nona Penny dan Cicely sedang pergi, jadi bunga-bunga mawar itu harus menunggu. Namun keranjang berisi buah itu diterima dengan senang hati, begitu juga dengan pesan yang disampaikan dengan hati-hati itu. Hati anak itu bahagia karena mendapatkan izin untuk pergi dan menemui tetangga kita yang baik hati jika Kakak tidak keberatan.
Karena Nona Henny menjadi ramah, saat mereka menikmati makan malam Rosy bersemangat dan berceloteh serta mengajukan berbagai pertanyaan. Beberapa pertanyaan agak membuat Nona Henny malu dan membuat Roxy yang mendengarkan di dekat lemari porselen tersenyum.
Aku harap AKU menderita gangguan pencernaan, ujar Rosy tiba-tiba saat piring berisi paha ayamnya diangkat dan puding disajikan bersama-sama dengan ceri.
Kenapa, Sayang" tanya Nona Henny, sibuk menata piring kecil berisi penganan enak, dan hanya menyisakan sedikit tulang ayam panggang.
~240~ Karena aku bisa mendapat potongan ayam paling enak, bersendok-sendok saus untuk puding, banyak mentega untuk roti, dan SEMUA krim untuk teh, seperti Bibi. Itu bukan penyakit yang SANGAT buruk, kan" tanya Rosy dengan begitu polos. Pertanyaan itu menyebabkan wajah Nona Henny mendadak memerah dan Roxy bergegas masuk ke kamar samping. Namun Rosy tidak sadar ia telah menyinggung kelemahan wanita itu dengan sangat terbuka.
Ya, Nak. Ini sakit yang SANGAT parah. Kau seharusnya berterima kasih karena aku berusaha menjagamu agar tidak terkena penyakit itu dengan memberimu makanan yang sederhana. Jika kau seumurku dan menderita sepertiku, maka kau akan memerlukan semua makanan terbaik untuk menjaga kekuatanmu, kata Nona Henny ketus. Namun hari itu Rosy mendapatkan piring berisi potongan puding terbesar dengan bersendok-sendok saus. Dan saat buah dihidangkan, tidak seperti biasanya si penderita penyakit mendapatkan porsi kecil yang membuatnya harus menahan keinginannya untuk sering makan di sepanjang siang dan malam.
Aku terkejut karena Bibi sangat menderita, Bibi Henny. Ternyata Bibi sangat berani karena tidak menangis dan malah berjalan-jalan walaupun sangat sakit. Bibi juga berdandan dengan sangat manis, bertemu orang-orang, mengerjakan sulaman, dan mengunjungi orang! Aku harap aku bisa seberani itu jika MENGALAMI gangguan pencernaan. Tapi aku rasa aku tak perlu begitu karena Bibi sudah mengurusku dengan
~241~ selalu memberikan potongan kecil.
Dengan kata-kata ceria itu Rosy menutup percakapan dan kembali ke taman teman barunya yang menyenangkan. Namun sejak hari itu, di antara perubahan-perubahan lain yang mulai terjadi, cangkir dan piring anak itu selalu terisi penuh. Selain itu nafsu makan berlebihan si penderita gangguan pencernaan tampaknya berkurang karena khawatir penyakitnya bertambah parah. Seorang anak berada di antara mereka dan memperhatikan, dan setiap orang tanpa sadar takut akan mata jernih dan lidah jujur yang mengamati dan mencela semua yang terjadi dengan polosnya. Cicely diingatkan akan tugas yang ia abaikan karena Rosy membacakan buku untuk Nona Penny. Wanita muda itu mencoba untuk lebih sungguh-sungguh melakukan tugas itu dan juga tugas lain yang seharusnya ia lakukan untuk Nona Penny. Jadi misionaris kecil itu melakukan banyak hal, walaupun ia sendiri tidak menyadari apa yang ia lakukan di rumah itu. Ia begitu bersungguh-sungguh melakukan misi di tempat lain, mirip dengan misionaris lainnya mengurusi masalah di tempat yang jauh terasa lebih menarik daripada mengurusi jiwa-jiwa egois, malas, atau terlantar di rumah.
Nona Penny merasa tersanjung dengan kiriman bunga dan pesan bersahabat yang dikirimkan untuknya. Esok harinya ia memakai gaun dan topi terbaik, yang membuat Rosy sangat gembira, untuk mengunjungi Nyonya Dover yang keadaannya kurang baik, karena permintaan ini tidak bisa ditolak. Untuk menghormati peristiwa penting ini, Rosy pun mengenakan topi
~242~ dan baju rok putih terbaik MILIKNYA. Baju rok itu dikanji hingga sangat kaku sehingga Rosy mirip dengan seorang penari opera kecil saat kaki berstoking hitamnya melompat-lompat di sepanjang jalan. Kunjungan itu terlalu resmi untuk dilakukan melalui sebuah lubang di pagar.
Mereka membawa keranjang berisi beberapa makanan lezat untuk wanita tua itu dan telah mempersiapkan sebuah kartu dengan nama Nona Carey dan Nona Rosamond Carey yang ditulis dengan indah oleh Cis. Cis sendiri sangat ingin ikut tapi tidak berani setelah Rosy mengatakan apa kata Tuan Dover mengenai wanita-wanita muda.
Saat kedua orang itu berhenti di depan pintu, jantung mereka sedikit berdebar. Ini adalah langkah pertama menuju perdamaian sehingga mereka tidak ingin melakukan kesalahan sekecil apa pun. Sang pelayan terbelalak, namun dengan sopan ia mempersilakan tamu tak terduga ini masuk dan membawa kartu itu ke dalam. Nona Penny duduk di sebuah kursi besar dan memandang sekeliling ruangan yang telah ia kenal itu dengan penuh minat. Namun Rosy langsung berjalan ke kulit harimau besar itu. Tanpa ingat dengan baju roknya yang bersih, ia berbaring untuk memeriksa kepala harimau itu. Harimau itu memelototi Rosy dengan mata kuningnya dan memperlihatkan gigi-gigi tajam dengan cara yang sangat alami.
Tuan Thomas masuk ke ruang tamu sambil membungkuk hormat. Namun Nona Penny merentangkan kedua tangannya dan dengan suara tuanya yang manis ia berkata, Mari
~243~ berteman kembali demi ibumu.
Maka perdamaian pun terjadi. Tuan Thomas sangat bersemangat untuk berdamai sehingga ia tidak hanya menjabat tangan itu dengan penuh semangat. Ia bahkan terus memegang tangan itu dan berkata dengan tulus, Tetanggaku yang baik, aku minta maaf! AKU yang salah. Namun aku tidak bangga dengan itu dan aku ingin berkata yang sudah berlalu biarlah berlalu demi semuanya. Mari masuk dan menemui ibuku. Ia sangat merindukanmu.
Rosy tidak tahu dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di ruang sebelah karena Tuan Thomas segera kembali. Pria tua itu menghiburnya dan memperlihatkan harta bendanya sehingga Rosy lupa di mana ia berada hingga si pelayan masuk dan berkata bahwa teh sudah siap.
Apa kita akan tinggal di sini" seru gadis kecil itu dengan wajah berseri-seri dari balik topi bulu Fiji. Dengan rambutnya yang keriting, ia tampak begitu menggelikan dengan topi bulu, kalung gigi hiu di leher gemuknya, serta kipas perang Jepang besar di tangannya.
Ya. Kita akan minum teh pada pukul lima. Mari. Aku sudah memesankan cangkir kecil khusus untukmu, kata tuan rumahnya seraya menyulap anak Amazon itu menjadi gadis cantik kembali. Lalu ia membawa Rosy ke meja. Di sana sudah tersedia peralatan perak dan porselen unik berikut kue cantik dan roti serta mentega.
~244~ Rosy belum pernah menikmati makanan seenak itu. Teh sedap dituangkan dari teko berbentuk melon perak ke dalam cangkir setipis cangkang telur dengan gula yang dimasukkan menggunakan jepitan berbentuk cakar dan juga krim yang kental. Selain itu masih ada kue buah plum yang lezat dan mencair di dalam mulut. Semua itu terlalu indah untuk diungkapkan dengan kata-kata.
Pelayan kecil itu begitu serius dengan tugas barunya tidak memperhatikan apa yang dibicarakan oleh para orang tua. Akhirnya piring-piring kosong, isi teko habis, dan tidak ada yang bisa meminum teh lagi. Lalu Rosy bersandar di kursinya dan berkata dengan puas sambil memandang semua orang dan tersenyum dengan senyuman memikatnya, Bukankah berteman jauh lebih baik daripada bertengkar dan melempar kucing melewati tembok dan saling memanggil dengan sebutan yang jelek"
Tidak mungkin untuk tidak tertawa. Suara gembira itu tampaknya menyelaraskan semua orang dalam harmoni yang indah. Juru damai kecil itu pun berkeliling seolah perlu memberikan kecupan untuk mereka semua.
Lalu mereka pun bubar. Tuan Thomas menemani tamutamunya hingga pintu gerbang. Pemandangan itu membuat para tetangga terpesona dan membuat Rosy bangga. Gadis kecil itu berjalan dengan kepala mendongak seolah rangkaian bunga aster di kepala kecilnya adalah mahkota seorang penakluk.
~245~ Langkah pertama sudah dilakukan. Perdamaian akan berjalan lancar andai Cicely, yang tersinggung karena Tuan Thomas tidak memperhatikan DIRINYA, tidak mengingatkan Nona Henny mengenai asal-muasal pertengkaran yang terjadi antara Nona Henny dengan tetangga mereka. Tidaklah bermartabat untuk berdamai jika Tuan Dover belum datang dan memohon maaf kepada NONA HENNY dan juga Nona Penny. Wanita tua bodoh itu termakan kata-kata Cicely. Ia tidak bisa melupakan kata-kata yang diucapkan dengan terus terang saat mereka bertengkar walaupun kata-kata manis yang baru-baru ini ia dengar telah melunakkan hatinya.
Tidak, aku tidak boleh melupakan martabatku atau pun merendahkan diriku sendiri dengan pergi ke sana dan meminta maaf seperti Penelope. PENELOPE bisa melakukan apa yang ia mau. Sekarang, setelah pria itu meminta maaf, maka tidak ada masalah bagi PENELOPE untuk menemui ibu tua itu. Tapi aku tidak seperti itu. AKU tersinggung. Sebelum Thomas Dover kemari dan memohon maaf kepadaku dengan sungguhsungguh, aku TIDAK akan pergi ke tempatnya, tak peduli sogokan seperti apa yang ia kirimkan, kata Nona Henny dengan teguh dan gagah.
Namun hati Nona Henny sakit setiap kali kakaknya pergi dan minum teh dengan ibu tua itu serta pulang dengan ceritacerita menyenangkan. Hatinya juga sakit setiap kali Rosy mengoceh mengenai benda-benda indah yang ia lihat, makanan sedap yang ia makan, dan tidak pernah lupa untuk membawa
~246~ hadiah untuk dibagi atau dipertunjukkan kepada mereka. Namun mereka tetap memakan sogokan itu. Mereka juga mengagumi mainan dan perhiasan indah dan ingin terlibat dalam kegembiraan di rumah yang menyenangkan itu, tapi tetap bersikukuh dengan pendirian mereka tanpa mempedulikan bujukan Rosy. Sampai akhirnya sesuatu yang tak terduga menyentuh hati mereka dan menaklukkan kesombongan mereka sehingga upaya juru damai kecil itu berhasil.
Pada suatu sore di bulan Agustus, Cicely memandangi koleksi perhiasan kecilnya dengan perasaan sedih saat bersiap untuk pergi ke suatu pesta. Wanita itu suka bersenang-senang dan sering pergi untuk itu. Ia melalaikan tugas-tugasnya atau meminta Rosy mungil untuk melakukan tugasnya. Namun Cicely lupa untuk memperlihatkan rasa terima kasih atas bantuan Rosy.
Saat Cicely duduk dan menutup kotak perhiasannya, Rosy masuk dengan tampang lelah dan lesu. Hari itu panas dan ia sudah ke luar dua kali untuk melakukan tugas bagi Cicely. Ia mondar-mandir menanti kedua bibinya sementara Cicely memasangkan pita baru di bajunya dan mengeriting rambutnya untuk acara malam itu.
Boleh aku berbaring di sofamu, Cis" Kepalaku sakit dan kakiku SANGAT lelah, kata Rosy saat ketukannya dijawab dengan Kau ingin apa, Nak" yang diucapkan dengan nada tajam.
~247~ Tidak. Aku akan berbaring di sana dan tidur sebentar setelah selesai dengan ini. Di sofa lebih dingin daripada di tempat tidur dan aku harus segar untuk acara nanti malam, kata Cicely, begitu serius dengan apa yang ia lakukan sehingga tidak melihat bagaimana tampang Rosy.
Kalau begitu, bolehkan aku melihat perhiasanmu yang indah jika aku tidak menyentuhnya" tanya anak itu, sangat ingin mengintip kotak-kotak menarik yang bertebaran di atas meja.
Tidak boleh! Aku sibuk dan aku tidak mau kamu bertanya dan merecokiku. Pergi dan biarkan aku sendiri, kata Cicely kasar sambil melambaikan tangannya dengan keras sehingga kalung yang akan ia pakai putus dan manik-maniknya berhamburan.
Nah! Lihat apa yang kau lakukan! Pungut semuanya! Cepat! Aku buru-buru!
Tapi aku tidak menyentuhnya, jawab Rosy malang sambil merangkak untuk memungut semua manik-manik hitam dan putih yang terlihat seperti kelereng yang sangat jelek.
Jangan menjawab! Pungut semua dan pergi! Kau selalu membuat masalah! bentak Cis, jengkel dengan dirinya sendiri, panas, peristiwa itu, dan seluruh dunia. Rosy tidak berkatakata lagi, tapi tetes air mata yang besar jatuh di atas karpet saat ia meraba-raba di sudut, di bawah tempat tidur, dan di belakang kursi untuk memungut manik-manik itu. Saat manik-
~248~ manik terakhir ditemukan, Rosy meletakkannya di tangan Cicely dan berkata dengan wajah sedih, Aku minta maaf karena menyusahkanmu. Jika AKU memiliki sepupu kecil, aku akan senang jika ia bermain dengan barang-barangku. Aku tidak akan marah kepadanya. Sekarang aku akan pergi dan mencoba MENGHIBUR diriku dengan Bella. IA selalu baik terhadapku.
Pergilah. Untung ada boneka itu. Aku bosan menghibur anak kecil juga wanita tua, kata Cis, sibuk dengan manikmaniknya. Sebenarnya ia menyesal telah marah kepada Rosy kecil, yang jarang mengganggunya, ceria, dan bertabiat baik.
Rosy merasa tidak bersemangat untuk bermain. Jadi ia bercerita kepada Bella boneka Inggris itu mengenai masalah yang ia hadapi dan menghibur dirinya dengan mengecup pipi pucat boneka itu. Setelah itu Rosy pergi ke pondok musim panas, yang dingin dan sepi, berharap ada orang yang memeluknya. Hatinya merindukan rumah dan kepalanya sangat sakit.
Lubang mungil sudah dibuat, lorong itu sudah disapu laba-laba, cocopet, dan katak yang sedih pun pergi meninggalkan tempat tinggal yang sepi itu. Rosy sudah sering datang dan pergi sesuka hatinya jika Tuan Thomas tidak keberatan. Pria itu tidak pernah keberatan. Rosy sangat senang berjalan-jalan di taman yang indah itu sesuka hatinya dan selalu berharap untuk bertemu pemilik taman yang ramah karena sekarang mereka telah menjadi sahabat baik. Hari ini Rosy
~249~ terlalu sibuk sehingga tidak bisa pergi ke sana. Sekarang, saat ia mengintip, tempat itu tampak begitu teduh dan mengundang. Rasanya wajar jika Rosy mencari pria misionaris untuk mendapatkan hiburan. Maka ia pun pergi ke jendela ruang kerja Tuan Thomas dan mengintip ke dalam.
Pria itu pun tampaknya merasa kepanasan di sore yang panas itu. Ia duduk dan menyandarkan kepala di atas tangannya di meja yang penuh dengan tumpukan surat lama. Perasaan Rosy yang lembut langsung tersentuh. Ia masuk melalui jendela panjang yang terbuka dan menghampiri pria itu seraya berkata dengan nada suara paling lembut, Apakah kepala Bapak sakit" Izinkan aku menghilangkannya seperti yang biasa kulakukan untuk Papa. Papa bilang aku selalu membuat kepalanya lebih baik. Bolehkah" Aku akan melakukannya dengan senang hati.
Ah, Rosy sayang. Aku harap kau bisa. Tapi sakit ini ada di hatiku dan tidak ada yang bisa menyembuhkannya, desah Tuan Thomas sambil menarik Rosy dan menempelkan pipi kuningnya yang berkeriput di pipi Rosy yang lembut dan tampak mirip dengan mawar merah.
Aku rasa Bapak juga sedang punya masalah. Aku sendiri punya masalah hari ini, jadi aku kemari untuk menemui Bapak. Apakah sebaiknya aku pergi" tanya Rosy sambil mendesah dan kembali muram.
Tidak. Tinggallah di sini. Kita akan saling menghibur.
~250~ Ceritakan masalahmu, Rosy, mungkin aku bisa membantu, kata pria tua baik hati itu sambil mendudukkan Rosy di lututnya dan membelai kepalanya dengan sentuhan kebapakan.
Maka Rosy menceritakan kesedihannya dan tidak melihat senyuman yang perlahan-lahan mengembang di bibir si pria tua. Tuan Dover bertanya dengan nada tertarik, Jadi, apa yang ingin kau lakukan terhadap Cicely yang kejam itu"
Awalnya aku ingin balas memukulnya waktu ia mencoba memukul tanganku. Lalu aku ingat Mama bilang lebih baik membalas pukulan dengan kecupan. Jadi aku memungut manikmanik dan berniat untuk menciumnya. Tapi Cis tampak SANGAT marah sehingga aku tidak berani melakukannya. Jika aku memiliki sebuah kalung yang cantik, aku akan memberikannya untuk Cicely. Lalu mungkin ia akan lebih menyayangiku.
Misionaris kecilku sayang. Kau BOLEH memiliki manikmanik untuk memenangkan hati orang itu. Lihatlah. Ambil apa yang kau sukai dan berikan kepadanya dengan kecupan. Sambil berkata begitu, Tuan Thomas menarik sebuah laci di meja itu dan memperlihatkan kumpulan perhiasan menarik, unik, dan cantik yang ia kumpulkan di luar negeri.
Cuantiknya! seru Rosy, yang sering kali berbicara seperti bayi jika senang. Ia memasukkan tangannya ke dalam laci dan untuk beberapa saat bergembira dengan kotak dari kayu cendana, kipas gading berukir, gelang perak, bros etnik, dan
~251~ kalung dari koral, kulit kerang, batu amber, dan koin emas yang bergemirincing merdu.
Apa SEBAIKNYA yang aku bawa untuknya" seru gadis kecil yang bingung melihat harta karun itu. Pilihlah satu, Pak Thomas. Itu akan membuat Cis senang karena Bapak tidak pernah memberikan apa pun untuknya dan ia tidak menyukai itu, kata Rosy, takut citarasanya tidak bisa dipercaya. Ia sendiri sangat menyukai perhiasan dari kulit kerang dan gigi hiu.
Tidak. Aku akan memberikan satu UNTUKMU. Kau boleh melakukan apa pun yang kau sukai seperti, misalnya, memberikan perhiasan ini kepadanya. Nah, ini adalah perhiasan yang sangat berharga dan cantik. Setiap wanita muda akan senang memakainya. Perhiasan ini mengingatkanku kepadamu, Rosy-ku, karena tampak seperti sinar matahari. Selain itu kata yang tertulis di hati kecil ini berarti damai.
Tuan Dover memegang seuntai kalung manik-manik dari batu amber dengan azimat berukir dan mengayunkannya ke depan dan ke belakang. Cahaya matahari menembusnya sehingga setiap manik-manik tampak bagaikan tetesan berwarna emas.
Ya. Ini memang cantik dan baunya juga enak. Cicely pasti senang. Aku akan pergi dan membawa perhiasan ini kepadanya sekarang juga, seru Rosy, lupa meminta sesuatu untuk dirinya sendiri karena senang mendapatkan hadiah yang cantik untuk Cis.
~252~ Setelah pria itu memasangkan kalung di lehernya, Rosy mengangkat kepala. Raut wajah pria itu kembali muram seperti saat Rosy masuk ke kamar itu.
Sambil meletakkan kedua tangannya di atas bahu pria itu, Rosy berkata dengan caranya yang manis, Bapak telah membantu menyelesaikan masalahku. Bisakah aku melakukan yang sama dengan masalah Bapak" Bapak SANGAT baik kepadaku. Aku ingin membantu jika aku bisa.
Kau bisa, anakku. Lebih dari yang kau tahu. Saat aku memelukmu, rasanya seolah salah satu anakku yang malang kembali kepadaku. Untuk sesaat aku lupa dengan tiga makam kecil jauh di India sana.
Tiga! seru Rosy, bagai gema lembut nan menyedihkan. Lalu Rosy memeluk pria malang itu seolah ingin mengisi tangan kosong Tuan Thomas dengan cinta dan belas kasih yang melimpah di jiwa kekanakannya walaupun tubuhnya kecil.
Ini hiburan yang diinginkan Tuan Thomas. Jadi selama beberapa waktu ia menimang Rosy untuk mengisi hatinya yang kosong sambil menyenandungkan lagu nina bobo Hindustan dan air mata pun menetes dari kepala kuning itu. Sudah lama ia menahan rasa sedih akan anak-anaknya yang telah meninggal. Sekarang ia telah kembali dari masa lalu yang indah yang diingatkan oleh surat lama itu. Ia mengusap matanya, juga mata Rosy, dengan sapu tangan sutra ungu besar. Lalu ia memberikan kecupan terima kasih di pipi merahnya dan
~253~ berkata gembira, Tuhan memberkatimu, Nak. Aku merasa lebih baik! Tapi janganlah bersedih. Lupakan semua ini dan jangan ceritakan pada siapa pun bahwa aku adalah orang tua bodoh yang sentimentil.
Aku tak akan pernah menceritakannya! Tapi, saat Bapak merasa sedih mengingat bayi-bayi kecil malang itu, izinkan aku datang dan memeluk Bapak. Pelukan membuat orang merasa lebih baik. Aku juga sangat suka dipeluk tapi sekarang aku tidak pernah dipeluk karena orang-orang yang kusayangi berada di tempat yang jauh.
Maka kedua orang itu membuat rencana untuk menghibur satu sama lain saat hati mereka sedih karena merindukan orang-orang yang mereka sayangi. Lalu mereka berpisah di gerbang kecil itu. Keduanya lebih ceria dan semakin akrab satu sama lain.
Rosy bergegas masuk dengan barang yang ia bawa untuk berdamai. Ia lupa dengan sakit kepala atau rasa sepi yang tadi ia rasakan. Dengan sabar ia duduk di kursi dekat jendela masuk yang lebar sambil mendengarkan suara di kamar Cicely. Jika Cicely sudah bangun, pasti ia akan mendengar suara-suara. Namun Rosy malang jatuh tertidur karena rumah itu sepi semua orang sedang tidur siang.
Suara orang menguap membangunkan Rosy. Ternyata Cis mengintip keluar dari pintu kamarnya untuk melihat jam kuno yang berdiri di lantai. Rosy segera bangkit, merasa kepalanya
~254~ pusing dan matanya berat. Namun ia sangat ingin memberikan hadiah itu secepat mungkin sambil mengayunkan kalung di bawah sinar matahari dan berkata, Lihat! Ini untukmu jika kau lebih menyukai ini daripada kelereng guntur dan halilintar begitu Bibi Penny menyebut apa yang akan kau pakai tadi.
Cantiknya! Dari mana kau dapatkan benda ini, Nak" seru Cis. Ia langsung terjaga sepenuhnya dan berlari menuju cermin untuk melihat seperti apa perhiasan baru itu di leher putihnya.
Pak Thomas memberikannya kepadaku. Tapi ia bilang aku bisa memberikannya kepada orang lain jika aku mau dan aku ingin kau memilikinya. Benda ini jauh lebih cantik daripada benda lain yang kau miliki.
Kau baik sekali, Chicken. Tapi mengapa kau tidak menyimpannya untuk dirimu sendiri" Kau juga menyukai bendabenda indah sepertiku, kata Cicely, terkesan dengan nilai hadiah itu karena perhiasan itu terbuat dari batu amber asli dan jepitannya terbuat dari emas.
Yah. Aku banyak berbicara dengan Pak Thomas mengenai pekerjaan misionaris. Ia bercerita bagaimana ia membuat orang-orang itu menjadi baik dengan memberikan mereka manik-manik, makanan, dan juga sabar dan ramah kepada mereka. Jadi aku pikir aku bisa pura-pura jadi misionaris dan menganggap rumah ini adalah Afrika, dan mencoba membuat orang-orang di rumah ini bertingkah laku lebih baik, jawab Rosy, dengan sungguh-sungguh dan terus terang.
~255~ Cis tertawa dan berkata, Dasar anak tidak sopan, menyebut kami orang jahat dan mencoba memperbaiki kami! Bagaimana kau melakukannya"
Oh, aku melakukannya dengan cukup baik. Hanya saja kau tidak BERUBAH secepat orang-orang itu. Aku akan menceritakannya. Lalu Rosy bercerita dengan penuh semangat. Bibi Penny adalah orang tua yang baik, tapi ia agak cerewet dan lamban. Jadi aku baik dan sabar terhadapnya. Sekarang ia menyukaiku dan membiarkanku melakukan apa yang kusuka. Bagiku ia adalah yang terbaik. Bibi Henny seperti kanibal karena ia makan sangat banyak. Aku membuat BIBI HENNY senang dengan membawa makan enak dan menyiapkan bantalnya. Lalu bagiku kau adalah yang terburuk karena kau marah kepadaku, bertengkar denganku, mengacakngacak rambutku, dan memukul tanganku. Jadi aku pikir manik-manik bagus untukmu dan aku membawakan manikmanik yang bagus ini untukmu. Pak Thomas memberikan ini kepadaku saat aku menceritakan masalahku.
Cicely tampak marah, geli, dan malu, saat mendengarkan permainan kecil yang lucu namun menyedihkan yang Rosy lakukan untuk menghibur dirinya sendiri dan memikat hati orang-orang di sekitarnya. Dengan sopan dan malu Cicely mengembalikan kalung itu dan berkata dengan nada menyalahkan diri sendiri, Simpan manik-manikmu, misionaris kecil. Aku akan menjadi orang yang lebih baik tanpa manikmanik itu dan berusaha untuk lebih ramah kepadamu. Aku
~256~ ADALAH orang egois. Tapi kau boleh berpura-pura menjadi adik kecilku dan kau tidak perlu lagi pergi ke orang asing untuk mendapatkan penghiburan jika menghadapi masalah. Ayo, cium aku, Sayang. Kita mulai dari sekarang.
Rosy segera memeluknya dengan erat dan berkata, sambil tersenyum, Ini yang aku inginkan! Aku pikir aku bisa memperbaikimu jika aku berusaha dengan SANGAT keras. Tetaplah baik kepadaku. Aku akan menjadi adik kecil yang terbaik di dunia.
Mengapa kau tidak pernah memberitahuku soal ini" tanya Cicely, sambil membelai kepala yang lelah dan bersandar di bahunya dengan lembut. Pengakuan terakhir yang begitu polos itu menyentuh hati Cicely dan juga nuraninya.
Kau sepertinya tidak peduli dengan rencanaku dan selalu berkata, Jangan ribut, Nak. Pergi sana dan urus dirimu sendiri. Jadi aku melakukan itu. Tapi rasanya membosankan. Pak Thomas bilang orang-orang di sini tidak suka anak kecil. Dan ternyata memang tidak. PAK THOMAS suka anak kecil, jadi aku pergi menemuinya. Tapi sekarang aku menyukaimu karena kau lembut dan baik kepadaku.
Pipimu panas sekali! Sini. Biarkan aku mendinginkan pipimu dan menyisir rambutmu sebelum minum teh, kata Cis saat ia menyentuh kulit anak yang demam itu dan melihat betapa berat mata anak itu.
~257~ Aku merasa kepanasan. Kepalaku rasanya SANGAT aneh. Aku tidak mau teh. Aku ingin berbaring di sofamu dan tidur lagi. Bolehkah" tanya Rosy, merasa pusing memandang ruangan itu dan bergidik mendengar gagasan untuk makan.
Ya, Sayang. Aku akan menyelimutimu dan membuatmu nyaman. Nanti aku akan membawakan air dingin karena bibirmu sangat kering.
Sambil berbicara begitu, Cicely mondar-mandir di kamar. Segera Rosy telah berbaring dengan botol parfum dan kipas. Lalu Cicely bergegas turun untuk melaporkan bahwa ada yang salah. Ada rasa takut di hatinya, jika terjadi sesuatu dengan Rosy maka itu sepenuhnya adalah kesalahannya. Beberapa hari yang lalu Cicely menyuruh Rosy pergi membawa surat ke rumah temannya. Ia tahu di rumah temannya itu anak-anak kecil sedang sakit. Kemudian ia mendengar mereka terkena penyakit jengkering. Namun, walaupun waktu itu Rosy menunggu jawaban surat selama beberapa saat dan menjenguk salah satu anak yang sakit, Cis tidak memberi tahu siapa pun. Ia malu mengakui kecerobohannya dan berharap Rosy tidak tertular. Sekarang ia pikir Rosy TELAH tertulari penyakit itu. Karena itu ia menemui Bibi Penny yang baik untuk memberitahunya sambil menangis penuh sesal.
Betapa besar penyesalan mereka saat dokter, yang dipanggil dengan tergesa-gesa, mengatakan Rosy terkena penyakit jengkering. Kedua wanita tua itu begitu menyalahkan diri mereka sendiri karena tidak memperhatikan anak yang
~258~ tidak bernafsu makan serta murung itu. Namun Cicely-lah yang paling menyesal. Ia menyesal karena selalu berkata dengan ketus, mengacak-ngacak rambut Rosy dengan bidal penuh kebencian, dan juga menerima setiap bantuan Rosy tanpa mengucapkan terima kasih. Semua orang mencurahkan perhatian kepada anak itu. Nona Henny yang malas pun rela mengorbankan waktu tidur siangnya untuk duduk selama berjam-jam menemani Rosy. Nona Penny menunggu dekat tempat tidur kecil itu seperti seorang nenek. Cicely juga tidak ingin bersenang-senang hingga bahaya itu lewat.
Penyakit Rosy kecil semakin parah sehingga para penghuni rumah tua itu dihantui rasa takut jika kematian merampasnya dari mereka. Mereka semakin menyayangi Rosy dan pikiran akan kehilangannya membuat hati mereka sakit. Bagaimana bisa mereka hidup tanpa mendengar suara manis berceloteh di rumah itu" Juga tanpa mendengar suara kaki berjalan naik dan turun" Atau tangan-tangan yang diulurkan untuk membantu" Atau wajah ceria yang selalu tersenyum ke semua orang walaupun kadang-kadang ia pergi ke tempat sepi untuk menyembunyikan air mata yang terkadang meredupkan sinarnya"
Bagaimana bisa mereka menghibur seorang ibu yang kehilangan anak kesayangannya" Juga bagaimana mereka menjelaskan kepada sang ayah mengenai kecerobohan yang menyebabkan nyawa anak itu hilang karena melakukan tugas yang diperintahkan si wanita muda" Tidak ada yang berani
~259~ memikirkan itu. Semua orang berdoa dengan sungguh-sungguh agar Rosy tetap hidup sambil mengawasi dan menunggu di dekat tempat tidur kecil itu. Rosy berbaring tenang hingga demamnya semakin tinggi dan mulai bercoleteh mengenai berbagai hal. Ia berceloteh mengenai masalah-masalah kekanakannya, kerinduan terhadap Mama yang tidak bisa digantikan oleh siapa pun, kritikan terhadap orang-orang di sekitarnya, dan rencana perdamaian yang ia buat. Kebenaran yang diungkapkan dengan polos ini menimbulkan banyak air mata dan menyebabkan perubahan pada orang-orang yang mendengarnya. Nona Penny lupa akan penyakitnya sendiri dan tinggal di kamar anak yang sakit itu sebagai perawat paling berpengalaman dan penjaga paling baik hati. Nona Henny memasak bubur yang paling enak, merebus minuman yang paling sedap, dan berat badannya turun karena tanpa kenal lelah ia naik turun untuk melayani keinginan si sakit yang sering berubah-ubah.
Cicely dijauhkan dari si sakit agar tidak tertular. Namun penebusan dosanya IA lakukan dengan menyibukkan diri di rumah besar itu, yang semakin sepi, untuk menjawab pertanyaan dan kekhawatiran para tetangga. Para tetangga sering berkunjung untuk menawarkan bantuan dan menyampaikan rasa simpatinya. Semua orang menyayangi Rosy dan sedih memikirkan gadis kecil yang ceria itu tertimpa penyakit. Untuk menghabiskan waktu, Cicely membersihkan debu di ruangan-ruangan kosong, merapikan lemari dan lacilaci, dan menjaga agar semua hal tetap segar dan bersih. Ini
~260~ melegakan para bibi, yang merasa rumah itu akan hancur jika mereka tidak mengurusnya. Ia membaca dan menjahit dan juga tidak bersemangat untuk bepergian. Saat membuat pakaian untuk Rosy, yang telah lama diabaikannya, ia sering memikirkan gadis kecil yang mungkin tidak akan pernah memakai baju-baju itu.
Sementara itu demam terus berlanjut, dan akhirnya tibalah hari penentuan. Dalam waktu beberapa jam, pertanyaan hidup dan mati akan terjawab. Demam panas itu menyebabkan pipi Rosy tidak lagi lembut dan gemuk, bibirnya pecah-pecah, matanya sayu bagai bunga violet yang lesu, dan rambut keriting indahnya tergeletak kusut di atas bantal. Rosy tidak lagi bernyanyi untuk Bella, berbicara mengenai tiga wanita kecil tersayang dan Tuan Thomas, harimau dan gelang, Cis dan kalung, ayam dan gerbang. Ia berhenti memanggil Mama, tidak lagi bertanya mengapa pria misionaris -nya tidak pernah datang, dan tidak memperhatikan wajah-wajah tua yang cemas dan membungkuk ke arahnya. Ia berbaring dalam keadaan tidak sadar.
Dokter memegang tangan kecil yang lemah itu dan memandang wajah pasiennya dengan mata disipitkan sambil menghitung denyut nadi yang lemah, lalu berbisik khidmat, Sekarang kita hanya bisa berdoa dan menunggu. Hanya tidur yang bisa menyelamatkannya. Saat kedua wanita tua itu duduk, masing-masing di tepi ranjang sempit itu, Cicely berjalan naik turun tanpa henti di lorong panjang di bawah.
~261~ Saat matahari terbenam, terdengar langkah-langkah cepat namun pelan di tangga. Tuan Thomas masuk tanpa mengetuk pintu. Selama ini pria itu pergi. Ia baru pulang satu jam yang lalu dan mendengar kabar sedih itu. Tanpa menyia-nyiakan waktu, ia bergegas untuk bertanya bagaimana keadaan Rosy kecilnya. Wajahnya memperlihatkan betapa besar rasa sayang dan rasa takutnya. Sambil berbisik dengan terbata ia berkata, Apa ia akan hidup" Ibuku tidak mengatakan seberapa serius penyakitnya atau menyuruhku pulang secepatnya.
Kami harap begitu, Pak. Tapi kata-kata Cicely berhenti di situ, ia menyembunyikan wajahnya dan menangis.
Anakku sayang, jangan putus asa. Tetaplah yakin, berharap, berdoa, semoga Rosy TETAP hidup, dan semoga itu yang terbaik. Kita tak bisa membiarkannya! Kita tak akan melepaskannya! Izinkan aku melihatnya. Aku tahu penyakitpenyakit yang lebih parah daripada ini. Mungkin aku bisa memberikan saran, pinta Tuan Thomas sambil mengipasi Cis sehingga Cis merasa terhibur. Cicely segera menunjukkan jalan ke atas dan lupa akan permusuhan besar, begitu juga dengan Tuan Thomas.
Pria itu berhenti di ambang pintu hingga gadis itu membisikkan namanya. Nona Penny yang baik hati segera berdiri dan menemui Tuan Dover, namun Nona Henny tidak ingin menemui pria itu. Pada saat itu, seolah merasakan temannya ada di dekatnya, Rosy bergerak dan menghela napas panjang.
~262~ Tanpa bicara ketiga orang itu berdiri dan memandang makhluk kecil kesayangan mereka yang terbaring di bawah bayang-bayang kematian. Mereka tidak berdaya untuk mempertahankannya jika waktu kematian tiba.
Tuhan, tolong kami! keluh Nona Penny.
Sepertinya ia mulai pergi, kata Nona Henny sambil mencondongkan tubuh lebih dekat untuk mendengar napas lemah dari bibir anak itu.
Tidak. Kita akan menahannya. Memohonlah kepada Tuhan! Jika kita bisa membuatnya tidur nyenyak selama beberapa jam, ia akan selamat. Biar kucoba. Coba kipasi Rosy pelan-pelan dengan ini, Nona Henrietta. Lalu kau, Nona Penelope, berdoalah agar nyawa anak kecil yang berharga ini selamat.
Sambil berkata begitu, Tuan Thomas memberikan kipas besar itu kepada Nona Henny. Ia duduk di tepi tempat tidur sambil menggenggam tangan itu dengan tangan besarnya yang hangat, seolah mencoba mengalirkan kehidupan dan kekuatan ke dalam tubuh yang lemah itu. Ia menatap mata kecil yang setengah terbuka itu seolah memanggil kembali jiwa tak berdosa yang melayang-layang di dekat tubuhnya seperti kupu-kupu yang bertengger di kepompongnya sebelum terbang pergi.
Nona Penny berlutut di dekatnya dan meletakkan kepala
~263~ berambut putihnya di atas bantal yang lain. Ia memohon kepada Tuhan untuk mengampuni jiwa anak itu demi ayah dan ibunya di seberang lautan. Mereka tidak menyadari berapa lama mereka melakukan itu. Semua diam dan tak bergerak. Hanya kipas yang bergerak tanpa suara ke atas dan ke bawah seperti sayap seekor burung putih besar, seolah tangan gemuk Nona Henny tidak bisa lelah. Nona Penny tidak bergerak sehingga ia seolah tertidur. Tuan Thomas tidak bergeser sedikit pun, namun ia semakin lama semakin pucat. Cicely, yang sesekali mengendap-ngendap untuk mengintip keadaan di dalam, melihat kekuatan aneh di mata hitam yang seolah menahan jiwa si anak dengan rasa sayang dan rasa rindu sehingga tampak begitu lembut dan juga berkuasa. Akhirnya sinar matahari pagi menembus tirai dan menyinari rambut pirang yang kusut itu sehingga berwarna seperti emas. Nona Henny bangkit untuk menutup tirai. Seolah gerakannya mematahkan keheningan di tempat itu, Rosy menarik napas panjang, membalikkan badan, dan meletakkan satu tangannya di bawah pipi seperti kebiasan tidurnya saat sehat. Nona Penny melihatnya dan menyentuh dahi anak itu. Lalu ia berbisik, dengan wajah penuh syukur, Dahinya lembab! Dia benarbenar tidur! Oh, sayangku! Oh, sayangku! Lalu wajah tua itu kembali menunduk dengan isakan tertahan karena matanya yang berpengalaman memberi tahu bahwa bahaya telah lewat dan Rosy selamat.
Doa orang saleh memang sangat membantu, gumam Tuan Dover sambil berbalik ke arah Nona Henny, yang tengah
~264~ berdiri di samping kakaknya dan menunduk menatap tubuh kecil yang sekarang terbaring dengan tenang di antara mereka.
Bagaimana cara kami berterima kasih" bisik Nona Henny sambil mengulurkan tangan dan tersenyum. Dulu senyuman itu membuatnya tampak cantik, namun saat ini senyuman itu membuatnya lebih daripada sekadar cantik.
Tuan Dover menyambut tangan itu dan menjawab, sambil memandang anak itu dengan penuh perasaan, Biarkan sinar matahari membakar semua kemurkaan kita. Maafkan aku. Mari berteman kembali, demi dia.
Tentu saja! Lalu tangan gemuk itu menjabat tangan yang kurus dengan sepenuh hati. Permusuhan besar mereka berakhir selamanya di tempat tidur si juru damai kecil. Permainan kanak-kanak si juru damai pun berakhir dengan sangat indah. []
1 Nama tokoh dalam fabel The Sky is Falling atau, jika diterjemahkan secara bebas, Langit Runtuh . Tokoh-tokoh lainnya bernama Henny Penny, Goosey Loosey, Turkey Lurkey, Cocky Locky, Ducky Lucky, dan Foxy Loxy.
2 Rumput liar yang sering dimakan ayam
3 Portulaca grandiflora. Dikenal juga dengan nama bunga pegawai tinggi, kembang tabuh delapan, apulaka, sesudu, dan cantik manis. ll
4 Tanaman yang disukai kucing.
~265~ ~266~ Bunga Laurel Gunung dan Suplir
Table of Content I ni sarapanmu, Nona. Kuharap aku membuatnya
dengan benar. Ibumu yang mengajariku cara membuatnya, dan katanya aku bisa menemukan cangkir di atas sini.
Ambil yang biru. Aku tidak berselera makan, dan tidak bisa makan kalau makanannya tidak cantik dan indah. Aku suka bunga. Sejak melihat bunga semalam, aku sangat menginginkan bunga.
Yang pertama berbicara tadi adalah seorang gadis berambut merah dengan wajah berbintik-bintik. Ia mengenakan baju dari kain mori berwarna cokelat dan celemek putih. Ia memegang nampan serta bersikap sangat ramah. Gadis kedua adalah seorang gadis cantik dengan pakaian putih dan topi rajut biru. Ia duduk di sebuah kursi besar, memandang sekelilingnya
~267~ dengan kurang berminat seperti seorang pesakitan di tempat baru. Matanya menjadi cerah saat memandang gelas berisi bunga laurel indah dan suplir cantik yang berdiri di antara roti dan telur serta stroberi dan krim di atas nampan.
Bunga laurel kami baru saja mekar. Aku sangat senang kau tiba di sini pada saat yang tepat sehingga bisa melihatnya. Aku membawakan banyak untukmu begitu aku punya waktu untuk mengambilnya.
Sambil berbicara, si gadis sederhana mengganti cangkir dan cawan tembikar yang jelek itu dengan keramik cantik yang ia bawa. Ia juga menata makanan dan menanti jika si pasien membutuhkan sesuatu yang lain.
Siapa namamu" tanya si gadis cantik sambil menyegarkan diri dengan minum susu segar.
Rebecca. Ibu pikir sebaiknya aku menungguimu. Adik-adik perempuanku sangat berisik dan sering lupa. Apa kau mau aku meletakkan bantal di punggungmu" Tampaknya kau perlu ditopang sedikit.
Ada rasa kasihan dan niat baik di wajah dan suara itu sehingga Emily menerima tawarannya dan mengizinkan Rebecca mengatur bantal di punggungnya. Lalu, saat yang satu makan dengan anggun dan yang satu lagi mondar-mandir di ruangan dalam, mereka mengobrol. Jarang ada dua gadis yang saling diam saat bersama.
~268~ Aku rasa udara di sini cocok untukku. Aku tidur sepanjang malam tanpa terbangun. Saat aku bangun, Mama sudah lama bangun dan semua sudah rapi, kata Emily dengan syukur melihat makanannya sudah habis.
Aku senang kau menyukainya. Sebagian besar orang suka tempat ini, jika mereka tidak keberatan dengan tempat yang sederhana dan sepi. Suasana di hotel di bawah lebih ceria, tapi udaranya tidak sebagus di sini. Orang-orang yang mudah sakit lebih suka tempat tua kami, jawab Becky sambil membalikkan kasur dan mengibaskan seprai dengan cepat dan terampil sehingga enak dilihat.
Aku ingin ke hotel, tapi dokter bilang tempat itu terlalu berisik untukku. Jadi Mama senang saat mendapatkan kamar di sini. Aku tidak tahu sebuah rumah pertanian BISA semenyenangkan ini. Pemandangan di sini luar biasa indah! Emily duduk untuk memandang ke luar jendela dengan senang. Di bawah, tampak dataran luas yang dilalui sungai dengan padang rumput yang mengapit kedua sisinya. Di lereng hijau bebukitan, berdiri rumah-rumah pertanian dengan petak-petak kebun dan gudang besar menanti musim panen. Di belakangnya, terdapat padang rumput dengan pohon dan bebatuan dihiasi hewan ternak dan bunyi lonceng sapi, gemericik air dari anak sungai, dan kicau burung.
Angin sepoi-sepoi memberikan sedikit warna ke pipi yang pucat itu. Matanya yang lesu menjadi cerah. Bibir yang masam itu pun tersenyum tanpa sadar saat alam menyambutnya untuk
~269~ beristirahat, bermain, bersenang-senang, dan bergembira di pangkuannya yang tentram.
Becky memandang Emily dengan penuh minat. Ia senang melihat si pendatang baru dengan cepat merasakan daya tarik tempat itu. Becky mencintai rumah gunungnya dan merasa rumah pertanian tua itu adalah tempat paling indah di muka bumi.
Saat kau lebih kuat, aku bisa menunjukkan pemandanganpemandangan indah di sini. Di belakang rumah ada tempat seperti hutan yang sangat indah. Tempat kesukaanku ada di dekat semak-semak laurel. Lalu di antara bebatuan, ada sebuah gua tempat aku menyimpan barang saat aku bisa beristirahat dan menginginkan kesunyian. Di rumah selalu berisik karena ada penyewa dan lima anak kecil pada saat liburan.
Becky tertawa saat berbicara. Ada paras keibuan di wajahnya yang sederhana saat melihat sekilas ke tiga kepala berambut merah di dekat pintu pagar di bawah. Di sana ayamayam berkotek, seekor anak biri-biri makan, dan seekor anjing putih tua berbaring di bawah matahari.
Aku suka anak kecil. Di rumah tidak ada anak kecil dan Mama sering memperlakukanku seperti bayi sehingga kadangkadang aku malu. Aku ingin Mama beristirahat. Ia perlu istirahat karena sudah mengurusku sepanjang musim dingin. Kau bisa menjadi perawatku jika aku membutuhkan perawat. Tapi kuharap aku cepat sehat sehingga bisa mengurus diriku sendiri.
~270~ Sakit itu membosankan! desah Emily sambil bersandar ke bantal dan melirik ke cermin kecil serta melihat wajah kurus dan rambutnya yang dipangkas.
Pastilah! Aku tidak pernah sakit. Namun aku sudah sering mengurus orang sakit dan merasa kasihan kepada mereka. Ibu bilang aku ini perawat yang baik karena kuat dan tidak berisik, jawab Becky sambil menepuk bantal dan melipat handuk dengan cekatan. Si sakit merasa sangat senang karena ia pernah memiliki pelayan yang canggung dan berisik.
Tidak pernah sakit! Menyenangkan sekali! Aku selalu terkena pilek dan sakit kepala, dan penyakit lainnya. Apa yang kau lakukan agar selalu sehat, Rebecca" tanya Emily sambil memandang Becky dengan penuh minat saat gadis sederhana itu masuk untuk mengangkat nampan.
Hanya bekerja. Aku tidak punya waktu untuk sakit. Saat kehabisan napas , aku pergi dan beristirahat di sebelah sana. Lalu aku kembali sehat dan bekerja keras lagi dengan tangkas, setiap bintik di wajah ceria Becky seolah bercahaya karena kekuatan dan keberaniannya yang ceria.
Aku kehabisan napas hanya dengan tidak melakukan apaapa, kata Emily, senang dengan kata-kata baru itu. Ia bersemangat untuk mencoba pengobatan yang terbukti manjur itu. Aku akan mengunjungi tempat-tempat kesukaanmu dan bekerja sedikit begitu bisa. Aku ingin melihat apakah itu bisa membuat aku sehat. Saat ini aku hanya bisa berleha-leha, tidur,
~271~ dan membaca sedikit. Tolong letakkan buku-buku itu di meja ini. Aku mungkin ingin membacanya sesekali, ujar Emily sambil menunjuk tumpukan buku bersampul biru dan emas yang ada di dalam koper.
Becky membersihkan debu dari tangannya lalu mengambil buku-buku itu. Ia membaca nama yang tertulis di belakang buku itu dan matanya pun bersinar.
Apa kau suka puisi" tanya Emily, kaget melihat wajah dan tingkah Becky.
Tentu saja! Aku jarang membaca puisi kecuali yang aku gunting dari surat kabar dan kusuka. Aku menempelkan puisipuisi itu di buku besar dan menyimpannya di tempat penyimpananku di antara batu-batu. Aku suka puisi karya pria ini. Aku rasa puisinya sangat mengena di hati. Becky pun tersenyum membaca nama Whittier seolah penyair itu adalah teman lamanya.
Aku lebih suka Tennyson. Kau tahu dia" tanya Emily dengan sombong karena kenyataan seorang anak petani ini tahu mengenai puisi membuatnya heran.
Oh, ya. Aku punya beberapa karyanya di bukuku, dan aku menyukainya. Tapi pria yang ini membuat syair yang jujur dan wajar sehingga aku merasa seolah berada di rumah dengan DIRINYA. Lagipula sudah lama aku ingin membaca puisi yang ini, walaupun aku rasa aku tak akan mengerti. Bumble Bee
~272~ karyanya sangat indah, dengan rumput dan bunga columbine, serta perut kuning lebah. Aku tak pernah bosan dengan puisi itu. Wajah Becky tampak begitu cantik saat menatap nama Emerson dengan bersemangat sambil membersihkan debu dari sampulnya.
Aku tidak terlalu suka dengannya, tapi Mama suka. Aku suka puisi-puisi romantis, balada, juga lagu-lagu. Aku tidak suka puisi yang melukiskan awan dan ladang, serta lebah, dan juga petani, kata Emily. Ia belum bisa memahami karya Emerson yang sederhana karena ia lebih menyukai keromantisan daripada alam.
Aku suka karena aku lebih mengenal alam daripada cinta dan hal-hal romantis yang banyak dituliskan dalam puisi. Tapi aku tidak bisa menilai. Aku hanya senang dengan apa pun yang kudapatkan. Sekarang, jika kau tidak membutuhkanku, aku akan mengangkat piring dan bekerja.
Lalu Becky pergi, meninggalkan Emily beristirahat dan merenungkan pemandangan yang lebih indah daripada puisi dalam buku yang dipegangnya. Ia bercerita tentang gadis aneh itu kepada ibunya dan yakin Becky bisa menghiburnya selama gadis itu tidak lupa akan posisinya atau mencoba berteman.
Dia anak yang baik, Sayang. Ia tulang punggung ibunya dan aku yakin ia bekerja melebihi kekuatannya sendiri. Baik-baiklah dengan gadis malang itu dan berikan sedikit hiburan baginya jika kau bisa, jawab Nyonya Spenser sambil mondar-mandir
~273~ dan membuat si sakit nyaman.
Aku TERPAKSA berbicara dengannya karena tidak ada lagi yang seusiaku di rumah ini. Bagaimana dengan ibu-ibu di sekolah" Apa Mama berhubungan dengan mereka" Pasti kita berdua kesepian di sini jika tidak berteman dengan seseorang.
Ketiga wanita itu sangat pintar dan ramah. Aku yakin kita berdua juga akan bersenang-senang. Kau bisa berteman dengan Becky. Nyonya Taylor berkata Becky adalah gadis yang sangat cerdas, walaupun ia tidak terlihat seperti itu.
Yah. Lihat saja nanti. Tapi aku tidak suka bintik-bintik dan tangan merah yang besar, juga bahu yang tegap. Aku rasa ia tidak bisa mengubahnya, tapi aku gemas melihatnya.
Ingat, ia tidak punya waktu untuk berdandan. Bersyukurlah karena ia sangat rapi dan ringan tangan. Kita membaca sekarang, Sayang" Aku sudah siap.
Emily setuju dan mendengarkan selama satu atau dua jam. Suara menyenangkan di sampingnya menghiburnya dengan kisah-kisah Ewing yang memesona.
Rumput sudah kering dan aku ingin berjalan-jalan di halaman berumput yang hijau sebelum makan siang. Istirahatlah, Mama sayang. Biar aku menjelajah sendiri, usul Emily saat matahari bersinar dengan hangat. Naluri untuk menghirup udara segar dan berjalan-jalan membuatnya ingin keluar.
~274~ Maka, dengan mengenakan topi dan selendang serta membawa buku dan payung, Emily mulai menjelajahi tempat baru yang ia temukan.
Emily berjalan menuruni tangga lebar yang berderik dan keluar di sebuah pintu batu. Ia diam sebentar untuk memutuskan ke mana ia pergi. Suara nyanyian seseorang di belakang rumah menuntunnya ke sana. Saat berbelok di sudut, ia menemukan tempat yang indah. Di belakang rumah pertanian itu ada sebuah bukit dengan sebuah pohon apel tua tumbuh miring di sisinya dan menaungi sebuah kolam mata air. Air dari mata air itu keluar dari bebatuan dan menetes di tempat berlumut di bawahnya. Di atas pohon itu tumbuh pohon anggur liar yang menaungi sebuah batang kayu besar di bawahnya yang dapat digunakan sebagai tempat duduk. Seseorang menanam suplir di dekat tempat duduk dan mata air itu untuk menghiasi tempat yang lembab dan teduh itu.
Oh, cantiknya! Aku akan duduk di sana. Tempat duduk itu tampak bersih. Aku juga bisa melihat apa yang terjadi di dapur besar dan mendengar nyanyian itu. Mendengar keributannya, aku rasa itu adik-adik Becky.
Dengan menginjak batu, Emily naik ke batang kayu berselimut lumut itu. Ia duduk menikmati tetes air yang merdu sambil memandang suplir lembut yang tertiup angin dan mendengarkan lagu perkalian yang dinyanyikan anak-anak dengan ceria.
~275~ Lalu dua gadis kecil dengan sebuah panci besar berisi kacang keluar untuk melakukan pekerjaan mereka di teras belakang. Gadis ketiga tampak sedang mencuci piring di dekat jendela. Gaun berbintik cokelat Becky melambai di dapur itu seolah dikenakan oleh seorang gadis yang sangat enerjik. Terdengar suara seorang wanita berbicara karena orangnya sendiri sedang membului ayam dan tidak terlihat.
Emily bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Ia merasa geli sekaligus jengkel karena terbukti orang desa tidaklah sebodoh yang terlihat.
Yah, kita harus sabar jika ia MEMANG aneh dan agak menjengkelkan. Ia sakit dan perlu waktu untuk menghilangkan kerewelannya. Yang penting kau tetap ramah dan pura-pura tidak memperhatikan. Ibunya akan membuat semuanya baik, kata wanita itu.
Aku tidak mengerti bagaimana semua orang bisa menyukai orang yang membuatku terus marah itu. Tadi malam ia rewel mengenai bantal, kursi, koper, dan makanan serta membiarkan wanita lelah yang malang itu mondar-mandir hingga aku merasa marah. Namun pagi ini ia bersikap menyenangkan dan tampak cantik bagai lukisan dengan gaun lipit dan benda biru di kepalanya, jawab Becky dari dapur sambil mengeluarkan piring pie. Ia tidak mengira ada orang yang duduk di balik pohon anggur yang menaungi tempat di dekat mata air itu. Yah, rambutnya lebih merah daripada rambut kita. Jadi dia
~276~ tidak perlu sok mulia dan menyembunyikannya di bawah rajutan biru itu, tambah satu suara kecil.
Ya. Lagipula rambutnya lebih pendek daripada rambut kita dan melingkar-lingkar di atas kepalanya seperti kumpulan bunga Aster. Aku pikir gadis yang sudah besar akan malu jika rambutnya tidak dikelabang, kata anak yang lain sambil mengamati rambut panjangnya yang berwarna cokelat-oranye dan menjuntai di bahunya.
Aku rasa rambutnya cantik. Pasti rambutnya terpaksa dipotong saat ia terkena penyakit itu. Kuharap aku bisa menyingkirkan kain pel milikku. Rasanya merepotkan, kata Becky sambil mengikat sebuah handuk bersih di kepalanya sehingga kepalanya menjadi mirip belanga besar dari tembaga.
Bergegaslah, Sayang. Buatkan pie untuk mereka. Aku akan menyelesaikan ayam ini sebentar lagi, lalu membuat mentega. Anak-anak, setelah kalian selesai dengan kacang itu, pergilah dan lihat apakah kalian bisa mendapatkan stroberi liar untuk gadis itu. Kita harus memanjakannya hingga selera makannya kembali, kata sang ibu.
Percakapan itu pun berakhir. Segera gadis-gadis kecil itu pergi dan meninggalkan Becky yang memipihkan kulit pie di dekat jendela dapur sendirian. Bibir Becky bergerak-gerak saat ia bekerja. Emily, yang masih mengintip dari balik dedaunan, bertanya-tanya apa yang Becky katakan.
~277~ Aku ingin masuk dan mencari tahu. Jika aku berdiri di bangku cuci itu, aku bisa mengintip ke dalam dan melihatnya bekerja. Akan kutunjukkan pada mereka semua bahwa AKU tidak rewel dan bisa bersikap menyenangkan jika aku mau.
Setelah membulatkan tekad, Emily menuruni jalan kecil itu. Setelah berhenti sebentar untuk memeriksa tong susu yang sedang dikeringkan dan deretan panci bersih di rak di dekatnya, Emily pun berjalan menuju jendela. Ia kemudian berdiri di atas bangku saat Becky berbalik. Emily menyingkirkan bunga morning glory dan kacang merah yang tumbuh di samping jendela lalu mengintip ke dalam sambil tersenyum sehingga koki yang paling pemarah pun tak bisa menganggapnya pengganggu.
Boleh aku melihatmu bekerja" Aku tidak bisa makan pie, tapi aku suka melihat orang membuat pie. Apa kau keberatan"
Tidak. Aku bisa mengajakmu masuk ke sini, tapi di sini sangat panas dan sempit, jawab Becky sambil menata kulit pie di atas loyang sebelum menuangkan puding susu manis. Aku akan membuat puding yang enak untukmu. Ibumu bilang kau suka puding. Atau mungkin kau lebih suka makan whipped cream dengan sedikit selai di dalamnya" tanya Becky, bersemangat untuk menyenangkan penyewa kamarnya.
Yang mana saja yang paling gampang dibuat. Aku tidak peduli dengan apa yang aku makan. Coba ulangi lagi apa yang tadi kau katakan. Kedengarannya seperti puisi, kata Emily,
~278~ meletakkan kedua sikunya di atas birai jendela. Bunga morning glory yang harum dan berwarna merah muda pucat menyentuh pipinya.
Oh, aku hanya menggumamkan beberapa sajak. Aku sering melakukannya saat bekerja karena membantu meringankan pekerjaanku. Tapi pasti itu terdengar sangat aneh, kata Becky dengan wajah merona seolah terpergok melakukan kesalahan besar.
Aku juga suka melakukan itu. Rasanya menyenangkan melakukannya saat berbaring. Aku rasa kau PASTI ingin melakukan sesuatu untuk meringankan pekerjaanmu. Kau sudah bekerja sangat keras. Apa kau suka bekerja, Becky"
Panggilan akrab dan nada ramah membuat wajah sederhana itu bersinar gembira. Lalu Becky berkata, sambil mengisi sebuah mangkuk cantik dengan adonan telur dan susu segar berwarna keemasan, Tidak. Aku tidak suka. Tapi aku harus. Ibu tidak sekuat dulu, dan banyak yang harus dikerjakan. Membesarkan anak-anak dan membayar uang gadai rumah. Kalau bukan AKU yang melakukannya, siapa lagi" Kami hidup berkecukupan sekarang karena Tuan Walker mengurus pertanian dan membagi hasilnya dengan kami. Pada musim panas orang-orang datang untuk menyewa kamar dan pada musim dingin aku bekerja di sekolah. Itu sangat membantu. Lalu setiap tahun anak laki-laki bisa melakukan lebih banyak hal. Aku akan berdosa jika mengeluh karena harus bekerja dengan giat sepanjang hari. Becky tersenyum saat berbicara.
~279~ Kau bekerja di sekolah" Berapa usiamu, Becky" tanya Emily, sangat terkesan dengan penemuan baru itu.
Delapan belas tahun. Aku menggantikan guru yang sakit pada musim gugur yang lalu, dan aku tetap mengajar di musim dingin. Tampaknya orang-orang menyukaiku. Jadi tahun ini aku akan menduduki jabatan yang sama. Aku sangat senang karena tidak perlu pergi dan bayarannya juga sangat bagus. Sekolah itu besar dan anak-anaknya belajar dengan giat. Kau bisa melihat bangunannya di lembah sana. Bangunan dengan tembok merah di persimpangan jalan itu, ujar Becky bangga, sambil menunjuk dengan jari berlumur tepung.
Emily memandang ke arah rumah merah kecil itu. Pada musim panas, matahari menyinari bangunan itu. Lalu pada musim dingin, angin meniupnya dengan ganas. Bangunan itu berdiri di tempat paling terbuka dan tidak menarik, seperti sekolah-sekolah pedesaan lainnya.
Seperti apa tempat itu di musim dingin" tanya Emily sambil bergidik membayangkan menghabiskan waktu berharihari terkurung di tempat menyedihkan itu bersama anak-anak pedesaan yang kasar.
Cukup dingin. Tapi kami memiliki banyak kayu. Lagipula kami terbiasa dengan salju dan angin kencang di atas sini. Kami semua biasa meluncur ke bawah dan rasanya sangat menyenangkan. Beberapa saudara laki-lakiku berbadan besar dan lebih tua daripadaku. Mereka membersihkan jalan dan
~280~ menyalakan api dan juga menjaga kami. Kami sangat senang bersama-sama.
Emily sulit membayangkan kebahagiaan dalam keadaan seperti itu. Ia mengganti topik dan tanpa ia sadari bertanya dengan nada yang lebih hormat setelah mengetahui apa saja yang bisa Becky lakukan, Jika kau bekerja dengan baik, mengapa kau tidak mencoba bekerja di sekolah yang lebih besar di tempat yang lebih baik"
Oh, aku belum bisa meninggalkan ibu. Aku memang berharap suatu saat nanti bisa pergi, jika anak-anak perempuan sudah lebih besar dan anak-anak laki-laki bisa mengurus dirinya sendiri. Tapi sekarang aku tidak bisa pergi. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Lagipula ibu selalu terbaring karena rematik saat cuaca dingin. Membuat mentega di ruang bawah tanah tidak baik bagi kesehatannya. Tapi ibu tidak mengizinkanku membuat mentega di musim panas. Jadi aku mengurus ibu di musim dingin. Aku bisa bekerja pada pagi dan malam hari. Ibu tidak bekerja di siang hari dan hanya duduk membuat permadani dan beristirahat hingga musim semi berikutnya. Kami membuat dan menenun semua permadani di rumah ini, kecuali permadani di ruang tamu. Nyonya Taylor yang memberikan permadani itu, dan juga tirai, serta kursi empuk kepada kami. Ibu senang melihatnya.


A Garland For Girls Karya Louisa May Alcott di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nyonya Taylor pernah menyewa kamar di sini dan memberi tahu kami dan teman-temannya mengenai tempat ini, kata Emily.
~281~ Ya. Ia wanita terbaik di dunia! Aku akan menceritakan semua tentangnya suatu hari nanti. Ceritanya sangat menarik. Tapi sekarang aku harus memanggang pie dan menyiapkan sayuran, jawab Becky sambil melihat jam dinding dengan wajah cemas.
Aku tak akan mengganggu waktumu yang berharga. Boleh aku duduk di tempat indah itu" Atau apakah itu tempat pribadimu" tanya Emily saat turun dari bangku itu.
Tentu saja boleh. Itu tempat istirahat ibu saat pekerjaan sudah selesai. Dulu ayah membuat kolam itu dan aku menanam suplir di sana. Ibu tidak bisa bepergian jauh padahal ia suka dengan hal-hal yang indah. Jadi kami membuat tempat itu untuk ibu dan ia beristirahat di sana pada malam hari.
Becky bergegas menuju oven dengan pie-nya. Emily berjalan ke gudang besar untuk berbaring di atas jerami, menikmati pemandangan ke arah lembah. Gadis itu memikirkan kembali apa yang ia lihat dan ia dengar. Ia membandingkan kehidupannya yang mewah dan terjamin dengan kehidupan Becky yang begitu keras dan membosankan. Becky bekerja di sepanjang musim panas. Becky juga mengajar di sepanjang musim dingin di bangunan sekolah kecil yang menyedihkan tanpa melakukan hal lain selain mengurus rumah dan membuat permadani! Semua itu tampak mengerikan bagi Emily yang suka bersenang-senang dan hidup tanpa rasa khawatir seperti gadisgadis golongannya. Masa depannya tampak cerah dengan kemewahan dan berbagai macam kesenangan.
~282~ Emily merasa terganggu memikirkan ada orang yang bisa bahagia dengan kehidupan mereka yang sederhana sementara ia sendiri selalu merasa tidak puas walaupun hidup bergelimang kemewahan. Ia tidak dapat memahami itu dan jatuh tertidur sambil berharap agar semua orang dapat hidup dengan nyaman. Ia tidak suka melihat mereka sibuk di dapur, mengajar di gedung sekolah yang suram di bawah timbunan salju, dan mengenakan gaun dari kain mori yang jelek.
Satu atau dua minggu tinggal di desa yang sepi dengan udara gunung yang segar sangat baik bagi si sakit. Pipinya yang pucat kembali berisi dan merona. Matanya yang redup kembali ceria. Dan gadis lemah yang biasa berbaring di sofa selama setengah hari sekarang sering berjalan-jalan dengan tongkat pendaki gunungnya, bersemangat untuk menjelajahi semua ceruk indah di bebukitan. Ibu sang gadis sangat berterimakasih kepada Nyonya Taylor yang telah mengusulkan tempat bermanfaat itu.
Emily merasa bagaikan seorang ratu di kerajaan kecil itu. Semua orang juga merasa demikian karena kesehatannya yang telah pulih menyebabkan ia tidak rewel lagi. Selain itu, karena hidup bersama orangorang yang sederhana, Emily pun segera lupa dengan sikap genit dan sombongnya. Ia menjadi gadis yang sangat manis dan ramah terhadap orang-orang di sekitarnya. Anak-anak menganggap Emily adalah semacam peri baik yang mengabulkan permintaan dengan kemampuan sihirnya, dan ia memang sering memberikan hadiah. Para pemuda di sana menjadi pelayannya yang setia, siap untuk
~283~ melakukan tugas, menemaninya berkendara kapan pun, atau diam mendengarkan saat Emily memainkan gitar dan bernyanyi di senja musim panas itu.
Tapi bagi Becky, Emily adalah anugerah dan pelipur lara khusus karena sebelum bulan pertama itu berakhir, mereka berdua sudah menjadi teman baik. Sekitar tiga minggu setelah kedua gadis itu bertemu, pada suatu malam Emily pergi ke tempat kesukaan mereka tempat persembunyian Becky di antara bunga-bunga laurel. Tempat itu adalah tempat indah di bawah naungan batu abu-abu besar di dekat puncak lembah hijau yang membentang hingga ke padang rumput di bawah. Terdengar suara gemericik air sungai yang mengalir di antara bebatuan, rumput, dan pakis-pakisan. Lereng itu tampak cerah karena bunga-bunga laurel dengan semaknya yang kokoh tumbuh lebat di sisi bukit, lembah, dan hutan. Bunga-bunga berwarna merah muda dan putih itu menyajikan pemandangan indah seolah dilukis oleh alam.
Emily menyukai tempat ini. Sejak cukup kuat untuk mencapai tempat itu, ia sering mendaki dan duduk di sana dengan buku dan pekerjaannya, menikmati panorama indah di hadapannya. Kabut melayang menyajikan rangkaian pemandangan-pemandangan indah di mata Emily. Ia melihat kilasan cahaya matahari di danau di kejauhan, puncak menara gereja yang mengintip di atas bukit, sekelompok biri-biri yang sedang merumput di padang rumput, arak-arakan peziarah muda menaiki gunung, serta awan hitam yang berat dan
~284~ menandakan badai yang disambut dengan senang hati karena pelangi yang agung akan mengakhiri peristiwa itu.
Tanpa sadar gadis itu bukan hanya menikmati keindahan pemandangan itu, ia juga menghargai waktu-waktu sepi untuk mendapatkan ketenangan, kesegaran, dan kebahagiaan. Semua itu meluap di hatinya seperti mata air yang meluap keluar di antara bebatuan berlumut dan mengalir sambil berbunyi merdu melewati padang rumput dan kebun, juga jalan berdebu, hingga akhirnya bertemu sungai dan mengalir ke laut. Diam-diam sesuatu menggugah Emily. Ia sekarang melihat hidup tidaklah sempurna tanpa pengorbanan dan cinta serta kerja keras dan kebahagiaan. Ia juga menyadari bahwa kebahagiaan sejati berasal dari dalam dan bukan dari luar.
Pada malam itu, Emily pergi ke tempat istimewa mereka dan menunggu Becky, yang akan bergabung dengannya begitu pekerjaan setelah makan malam selesai. Di dalam gua kecil itu Becky menyimpan beberapa buah buku, gayung, dan sebuah keranjang untuk buah beri. Emily sendiri menyimpan buku gambar dan satu kotak pensil dan sering menyenangkan dirinya sendiri dengan mencoba memindahkan pemandangan indah di depannya ke atas kertas. Usahanya itu biasanya berakhir dengan gambar sederhana, gambar pohon oak yang bagus, sedikit batu, atau rumpun suplir. Pada malam itu, matahari terbenam tampak sangat indah sehingga ia tidak bisa menggambarnya. Emily ingat di dalam buku kliping Becky ada syair indah mengenai saat-saat seperti itu yang ditulis seorang
~285~ penyair. Maka Emily pun mengeluarkan buku tua yang lusuh itu dan mulai membalik-balik halamannya.
Sebelumnya Emily hanya membaca buku itu satu kali karena sudah pernah membaca puisi-puisi terbaik di buku yang lebih menarik. Jadi Becky membiarkan buku itu tersimpan jauh di dalam tempat penyimpanan dan merasa tempat itu aman untuk menyembunyikan rahasia kecil yang sekarang terungkap oleh Emily. Saat Emily membalikkan halaman yang dipenuhi dengan berbagai syair, ia melihat selembar kertas. Di atas kertas itu tertulis, dengan tulisan tangan gadis sekolahan:
BUNGA LAUREL GUNUNG Kembang cantik, pelipur lara hatiku, Saat kulihat wajah ceriamu,
Dunia lebih cerah di mataku,
Musim panas pun datang bersamamu. Kau temani hari-hari sepiku,
Setelah hari yang berat, Kuberjalan-jalan di gunung,
Beristirahat, bernyanyi, atau berdoa. Seluruh lereng berbatu tertutupi,
~286~ Mantel merah muda ceriamu, Di lembah dan di tepi sungai, Mekar bunga indahmu.
Hutan belantara tandus jadi indah, Dengan keindahan dirimu,
Mata manusia dan hati Ibu alam, Gembira akan dirimu.
Setiap tahun kunanti kehadiranmu, Sayang, Setiap tahun aku semakin mencintaimu, Hidup semakin susah dan semakin kubutuhkan Manismu untuk kusimpan.
Bagai lebah lapar kureguk Petuah manis dari cangkirmu, Duduk di akarmu,
Jiwaku pun belajar untuk tegar. Tak kuinginkan kejayaan, Atau pun kemegahan,
~287~ Namun penuh syukur kuterima dan kugunakan Cahaya dan udara karunia Tuhan;
Dan walau hidupku susah, Au tetap senang dan bahagia, Menjadikan tempat tandus lebih ceria,
Agar hidupku berguna. Ia menulis ini sendiri! Aku tidak percaya! kata Emily sambil menurunkan kertas itu. Ia tampak agak terkejut, tetapi ia BENAR-BENAR percaya. Ia merasa seolah melihat ke dalam hati temannya. Kupikir ia hanya seorang gadis biasa. Namun ternyata ia penyair dan menulis sajak yang membuatku ingin menangis! Aku rasa puisi ini tidaklah SANGAT bagus, tapi seolah datang dari hatinya dan menyentuh hatiku dengan kerinduan, kesabaran, serta kebajikan di dalamnya. Wah, aku BENAR-BENAR terkejut! lalu Emily membaca syair itu lagi. Kesalahan yang ada tampak lebih jelas daripada sebelumnya. Namun ia tetap merasa Becky mencurahkan segenap isi hatinya ke dalam puisi itu dan berusaha mengutarakan betapa berartinya bunga liar itu bagi dirinya yang kesepian.
Haruskah aku mengatakan kepadanya aku telah menemukan rahasianya" Harus! Aku juga akan mencoba mencari puisi-puisinya yang lain. Pasti ia punya puisi lain yang disimpan entah di mana. Ini puisi yang ia gumamkan saat ia
~288~ bekerja, dan ia tak mau memberitahuku saat aku menanyakannya. Dasar pemalu! Mengapa ia malu dan merahasiakan bakatnya" Aku akan menggodanya dan melihat reaksinya. Oh, Tuhan. Andai AKU bisa membuat puisi! Mungkin ia akan jadi terkenal suatu hari nanti, dan aku akan berjasa karena menemukannya.
Sambil menghibur diri seperti itu, Emily membalik halaman buku itu dan menemukan beberapa sajak lain. Beberapa di antaranya sangat bagus untuk seorang gadis yang kurang terpelajar sedangkan beberapa puisi yang lain sangat aneh. Namun semua puisi itu memancarkan perasaan kuat tertentu dan bahasa sederhana yang biasanya muncul dari diri seorang gadis muda di usia yang sentimentil.
Emily selalu mengagumi bakat apa pun, dan ia sangat suka dengan puisi. Ia sangat senang mengetahui temannya yang rendah hati memiliki kemampuan menulis puisi. Tentu saja ia melebih-lebihkan bakat Becky. Sambil menunggu Becky tiba, Emily merasa yakin ia telah menemukan seorang Burn wanita di antara bukit-bukit New Hampsire karena semua sajak itu berkisah mengenai alam dan hal-hal sederhana yang disusun dalam kata-kata indah. Kemudian Becky muncul perlahan-lahan di lereng dengan cahaya matahari tenggelam menyinari wajahnya yang lelah namun tenang.
Duduk di sini dan istirahatlah sementara aku berbicara, kata Emily, bersemangat untuk memerankan adegan dramatis yang telah ia rencanakan. Becky duduk di atas bantal merah
~289~ yang telah disiapkan dan memandang Emily. Emily berdiri di sebuah batu berlumut di depan Becky dan mulai berbicara.
Becky, apa kau pernah mendengar mengenai anak-anak Goodale" Mereka tinggal di desa dan menulis puisi dan akhirnya menjadi terkenal.
Oh, ya. Aku pernah membaca puisi-puisi mereka dan aku menyukainya. Kau kenal mereka" tanya Becky dengan penuh minat.
Tidak, tapi aku pernah bertemu seorang gadis yang berbakat seperti mereka. Hanya saja hidup gadis ini tidak semudah anak-anak Goodale itu. Mereka memiliki seorang ayah yang mau membantu, pertanian yang besar, dan juga keberuntungan. Aku sendiri pernah mencoba menulis syair, tapi syairku selalu berantakan, jadi aku menyerah. Aku mau menolong temanku yang BISA menulis puisi. Aku YAKIN ia memiliki bakat. Aku sangat ingin membantunya walaupun aku tak tahu bagaimana caranya. Akan kubacakan sebuah puisi karyanya. Aku ingin mendengar pendapatmu.
Baiklah! Lalu Becky melemparkan topinya, memeluk lututnya, dan mengatur duduknya untuk mendengar puisi itu. Ia tidak menyadari apa yang terjadi sehingga Emily tertawa melihatnya sekaligus merasa malu karena mengetahui rahasia yang Becky sembunyikan dengan rapat itu.
Becky yakin Emily akan membacakan puisi milik Emily
~290~ sendiri setelah berpidato seperti itu. Ia mulai tersenyum saat Emily mengeluarkan kertas dan membaca empat baris pertama dengan nada setengah malu dan setengah bangga. Lalu sambil berteriak ia merampas dan meremas kertas itu, dan dengan sengit berkata, Ini milikku! Dari mana kau memperolehnya" Beraninya kau menyentuhnya!
Emily berlutut dengan wajah dan suara penuh sesal, rasa senang, simpati, dan puas, sehingga kemarahan Becky pun mereda sebelum penjelasan temannya itu berakhir. Emily berkata dengan kata-kata yang menenangkan dan menyenangkan,
Begitulah, Sayang. Aku minta maaf. Tapi aku yakin kau akan menjadi terkenal jika kau terus menulis puisi dan aku akan melihat buku kumpulan puisi karya Rebecca Moor dari Rocky Nook, New Hampsire.
Becky menutup muka. Ia merasa malu, terkejut, heran, dan sangat senang sehingga meneteskan air mata bahagia di atas tangannya. Tangan yang lelah karena bekerja keras, terasa sakit saat memegang pena dan berusaha menuliskan syair yang ada di benaknya. Syair yang mengalir tanpa henti bagai desir angin di antara pohon pinus atau riak air di sungai yang berbisik di telinganya saat ia duduk sendirian. Ia tak dapat mengungkapkan keinginan samar dalam hatinya. Ia hanya bisa merasa dan berusaha untuk memahami dan mengeluarkannya. Ia tidak memikirkan kejayaan atau kekayaan karena ia hanyalah seorang gadis sederhana.
~291~ Lalu Becky menengadah, tersentuh oleh kata-kata dan belaian Emily. Mata birunya bersinar bagai bintang dan wajahnya bercahaya karena rahasia hatinya telah diketahui oleh sahabatnya dan ia merasa senang menerima pujian dan dukungan.
Aku tidak keberatan, tapi tadi aku merasa takut. Tidak ada yang tahu soal puisi itu kecuali ibu. Dan dia menertawakanku, walaupun ia tidak peduli selama puisi itu membuatku senang. Aku senang kau menyukai tulisanku. Tapi aku benar-benar tidak pernah berpikir atau berharap menjadi orang hebat. Aku tidak bisa, kau tahu! Tapi aku senang mendengar kau berkata aku BISA dan meyakini itu untuk sesaat.
Tapi kenapa tidak, Becky" Gadis-gadis Goodale itu bisa. Lagipula kau tahu, sebagian penyair di dunia ini dulunya miskin dan tidak berpengetahuan. Hanya diperlukan waktu dan bantuan sehingga bakat itu menjadi besar dan orang-orang melihatnya. Lalu kejayaan dan uang akan datang, seru Emily Penuh semangat.
Apa aku bisa mendapat uang dari puisi" tanya Becky.
Tentu saja bisa, Sayang! Berikan beberapa puisi kepadaku dan akan aku tunjukkan kepadamu bahwa aku tahu puisi yang bagus saat melihatnya. Aku harap kau akan percaya jika menerima uang saat syair-syair ini dimuat di surat kabar!
~292~ Tanpa mengetahui bahaya apa yang akan terjadi karena terbakar semangat untuk menghibur dan membantu, tanpa pikir panjang Emily mengajukan usul itu. Ia berniat untuk membayar sendiri jika tidak ada editor yang menerima puisi-puisi Becky.
Becky tampak agak bingung dengan kemungkinan baik itu. Ia menarik napas panjang. Keinginannya sendiri didasarkan pada rasa sayang terhadap keluarganya, dan kemungkinan untuk membantu mereka terasa lebih indah daripada impian kejayaan mana pun.
Ya, tentu saja. Oh, andai aku BISA, aku akan menjadi gadis paling bahagia di muka bumi! Tapi aku sulit mempercayainya, Emily. Nyonya Taylor pernah berkata hanya puisi-puisi TERBAIK yang dibayar. Puisiku jelek, aku tahu itu.
Tentu saja puisimu perlu diperhalus dan kau perlu banyak berlatih. Tapi aku yakin puisimu jauh lebih baik daripada sebagian besar omong kosong sentimentil yang kita baca di surat kabar. Lagipula aku TAHU puisi-puisi semacam itu JUGA dibayar karena aku punya teman yang bekerja di kantor surat kabar, dan ia berkata begitu kepadaku. Puisimu unik, sederhana, dan begitu orisinil. Aku yakin puisi balada mengenai rumah tua itu bagus, dan aku ingin mengirimkannya ke Whittier. Mama mengenalnya. Ia menyukai puisi semacam itu dan ia juga sangat baik kepada semua orang. Ia akan memberikan kritik dan pasti tertarik jika Mama menceritakan tentangmu kepadanya. Izinkan aku!
~293~ Aku tidak bisa! Rasanya terlalu berani dan Ibu akan berpikir aku gila. Aku suka Tuan Whittier. Tapi aku tidak berani menunjukkan puisi omong kosongku kepadanya, walaupun membaca puisinya yang indah sangat membantuku, kata Becky, merasa takut sekaligus berharap.
Ayo kita tanya Mama. Ia akan memberi tahu apa yang sebaiknya kita lakukan terlebih dahulu. Ia kenal banyak sastrawan dan tidak akan mengatakan apa pun yang tidak kau izinkan. Aku bertekad untuk mewujudkan ini, Becky. Semakin kau bersikap rendah hati, semakin aku yakin kau adalah seorang jenius. Orang yang benar-benar jenius BIASANYA pemalu. Jadi kau hanya perlu memutuskan untuk memberikan karya-karya terbaikmu kepadaku dan aku akan membuktikan aku benar.
Sulit menolak bujukan seperti itu. Segera Becky menyerah terhadap bujuk rayu Emily. Mereka pun menjadikannya rahasia terbesar. Tidak ada seorang pun kecuali Nyonya Spenser yang tahu peristiwa penting apa yang sedang terjadi. Kedua gadis itu duduk dan sibuk dengan rencana hebat mereka sampai hari mulai gelap, sehingga mereka terpaksa berjalan pulang dengan meraba-raba sambil bergandengan tangan.
Kedua gadis itu tidak pernah lupa pembicaraan yang mereka lakukan pada malam itu di kamar Emily. Gadis itu langsung membawa tawanannya kepada ibunya dan menceritakan rencana dan cita-cita mereka tanpa menunggu sedikit pun.
~294~ Nyonya Spenser menyesali niat baik anak gadisnya yang terburu-buru. Namun dengan bijak ia mencoba meredakan kegembiraan kedua gadis itu dengan mengingatkan mereka tentang kenyataan yang ada. Setelah mendengar penjelasan Emily dan membaca syair yang diberikan Becky, ia berkata dengan lembut dan tegas, Ini bukan puisi, Anak-anakku sayang, walaupun setiap baris terdengar begitu itu indah dan terasa begitu manis. Puisi ini tidak akan menghasilkan ketenaran atau pun uang. Kebenaran, keindahan, dan keanggunan yang Rebecca masukkan ke dalam kehidupan sehari-harinya jauh lebih indah daripada syair yang ia tulis.
Kami memiliki rencana bagus bagi Becky untuk ikut ke kota denganku, melihat dunia, menulis, dan menjadi terkenal. Mengapa Mama merusak rencana itu"
Anakku yang bodoh, aku harus mencegahmu merusak hidup gadis baik hati ini dengan rencanamu yang gegabah. Becky akan melihat bahwa aku bijaksana sedangkan kamu tidak. Ia juga akan memahami bait dari penyair kesukaanku dan mengingatnya dalam hati:
Betapa dekat kemuliaan dengan Kematian kita, Begitu dekat Tuhan dengan manusia,
Ketika Kewajiban berbisik, Kau harus! Para pemuda menjawab, Aku bisa! 1
~295~ Saya mengerti! Saya akan melakukannya! Lanjutkanlah! Mata Becky yang gelisah menjadi jernih dan mantap saat ia meresapi kata-kata itu, bertekad untuk berbuat sesuai dengan syair itu.
Oh, Mama! seru Emily, berpikir ibunya sangat kejam karena merusak harapan mereka dengan cara seperti itu.
Aku tahu sekarang kau tidak akan percaya atau memahami maksudku. Namun waktu akan membuktikan kepada kalian berdua bahwa aku benar, dan mengajari kalian untuk lebih menghargai kenyataan daripada angan-angan, lanjut Nyonya Spenser. Banyak gadis yang menulis syair dan berpikir mereka adalah penyair. Sebenarnya itu hanyalah kegairahan sementara. Untungnya bagi dunia dan juga mereka kegairahan itu segera padam dan tergantikan oleh pekerjaan atau keinginan yang lebih murni. Hanya sedikit orang yang benar-benar berbakat. Bagi mereka yang MENDAPATKAN karunia itu, sebaiknya mereka menunggu dan bekerja agar perlahan-lahan mencapai kemampuan puncak mereka. Banyak orang menipu diri sendiri dan mencoba meyakinkan dunia mereka bisa menulis puisi. Namun mereka hanya menyia-nyiakan waktu dan berujung pada kekecewaan. Kita semua melihat buktinya dengan begitu banyak puisi berisi omong kosong sentimentil.
Tulislah syair kecilmu saat hatimu tergerak. Puisi adalah hiburan yang tidak berbahaya, kesenangan hidup sejati, dan juga mengajarkan hal baik bagimu. Tapi jangan melalaikan kewajiban atau menipu dirimu sendiri dengan harapan palsu dan
~296~ impian samar. Mula-mula jalanilah, kemudian tuliskanlah, adalah moto yang bagus untuk anak muda yang ambisius. Lalu sebuah nasihat yang lebih baik untuk kita semua adalah, Lakukan pekerjaan yang terdekat. Melaksanakannya dengan sungguh-sungguh, tak peduli betapa kecilnya pekerjaan itu. Itu sangat bermanfaat bagi bakat apa pun yang ada di dalam diri kita. Ingatlah ini. Jangan biarkan rencana dan ramalan anak gadisku yang bagus namun sembrono mengganggumu dan membuatmu merasa tak pantas melakukan pekerjaan mulia yang saat ini sedang kau lakukan.
Terima kasih, Bu! Saya AKAN mengingatnya. Saya tahu Ibu benar dan saya tidak akan terganggu dengan gagasangagasan bodoh. Sebelum ini saya tidak pernah membayangkan saya BISA menjadi penyair. Namun gagasan itu terdengar menakjubkan dan saya pikir MUNGKIN itu akan terjadi pada saya suatu saat nanti, seperti yang terjadi pada orang lain. Saya tak akan mengharapkannya. Saya akan tetap bekerja dengan giat dan gembira.
Saat mendengarkan nasihat Nyonya Spenser, wajah Becky menjadi pucat dan serius, bahkan sedikit sedih. Namun saat ia menjawab, matanya berbinar, bibirnya menjadi tegas, dan wajah polosnya tampak cantik karena keberanian dan keyakinan yang muncul dari dirinya. Ia melihat kearifan dalam nasihat Nyonya Spenser. Becky juga merasakan niat baik wanita itu karena menunjukkan kesalahannya dengan gamblang dan ia bersyukur karenanya.
~297~ Nyonya Spenser terkejut sekaligus tersentuh dengan wajah, kata-kata, dan sikap gadis itu. Ia semakin menghormati Becky karena memiliki keberanian dan sikap yang baik saat menyadari angan-angannya lenyap ditiup angin.
Nyonya Spenser berbicara lama dengan kedua gadis itu dan memberikan mereka nasihat yang dibutuhkan semua anak muda namun sulit mereka terima hingga pengalaman mengajarkan nilainya. Sebagai teman dari banyak sastrawan sukses, Nyonya Spenser selalu menerima karya dari penulis tak berpengalaman. Mereka semua yakin mereka memiliki hal berharga untuk menambah kekayaan dunia sastra. Nasihatnya selalu sama, bekerjalah dan tunggulah. Lalu Mula-mula jalanilah, kemudian tuliskanlah, dan lakukan pekerjaan yang terdekat . Jadi, berkat wanita yang baik dan bijaksana ini, banyak pemuda dan pemudi yang berhenti bermimpi dan mulai bekerja. Dunia pun terselamatkan dari syair-syair tak bermutu dan roman picisan.
Setelah malam itu, Becky lebih banyak menggunakan waktunya untuk membaca dengan Emily. Nyonya Spenser membantu mereka menandai bagian dalam buku, mengusulkan penulis yang karyanya patut mereka baca, dan menjelaskan apa pun yang membuat mereka bingung. Tempat favorit mereka adalah di gudang besar, di teras depan, atau di tepi mata air. Tepi mata air itu adalah ruang sekolah Emily dan ia belajar dan mengajar banyak pelajaran berguna di sana. Suatu hari saat Becky datang untuk istirahat sebentar sambil
~298~ mengupas kacang, Emily meletakkan bukunya untuk membantu Becky. Saat kulit kacang itu berjatuhan, Emily berkata sambil mengangguk ke arah suplir halus yang tumbuh lebat di tepi sungai yang berbatu dan berumput, Kami memiliki suplir di rumah kaca kami, tapi aku belum pernah melihat mereka tumbuh secara alami di sini dan aku tidak bisa menemukan tumbuhan itu di atas sini. Bagaimana cara kau memperoleh suplir indah itu dan membuatnya tumbuh dengan baik"
Oh, tumbuhan itu tumbuh di ceruk pegunungan, tersembunyi di bawah pakis-pakisan yang lebih tinggi dan tempat-tempat tersembunyi lainnya. Biasanya suplir tidak tumbuh seperti ini, dan akan segera mati jika tidak dicangkok dan dirawat dengan baik. Tumbuhan ini selalu mengingatkanku kepadamu begitu anggun dan lemah, dan cocok untuk tumbuh bersama-sama mawar teh di rumah kaca dan pergi ke pestapesta di dalam buket yang dibawa wanita-wanita cantik, jawab Becky.
Terima kasih! Aku rasa aku tidak akan pernah bisa menjadi sangat kuat atau melakukan banyak hal. Jadi aku MEMANG seperti suplir dan hidup di rumah kaca sepanjang musim dingin karena aku tidak bisa keluar. Tak berguna, Becky! Emily mendesah. Namun desahan itu berubah menjadi senyuman saat ia menambahkan, Kalau aku seperti suplir, kau seperti bunga laurel-mu. Kuat, ceria, dan bisa hidup di mana pun. Aku ingin membawa akar pohon itu ke rumah dan melihat apakah pohon itu bisa tumbuh di kebunku. Jadi kau memiliki aku dan aku
~299~ memilikimu. Aku harap tumbuhan-MU bisa tumbuh sebaik tumbuhanku di sini.
Tidak akan! Sudah banyak orang yang mengambil akarnya, tapi laurel tidak bisa tumbuh subur di kebun-kebun seperti saat laurel itu hidup di bukit tempat mereka berasal. Jadi aku bilang kepada mereka untuk membiarkan semak-semak itu dan menikmati keindahan bunga laurel di tempat ini saja. Kau bisa membawa tumbuhan itu untuk ditumbuhkan di rumah kacamu, dan aku berani berkata tumbuhan itu akan berbunga tapi bunganya tidaklah seindah bunga-bunga yang ada di sini. Aku rasa itu hanya akan membuatmu sedih, melihat bunga itu begitu jauh dari rumah, pucat, dan merana, jawab Becky, dengan mata memandang lereng hijau tempat bunga laurel gunung bertahan dengan gagah melawan salju musim dingin dan berbunga dengan segar dan cepat di musim semi.
Kalau begitu aku akan membiarkannya sampai aku kembali lagi pada musim panas tahun depan. Tapi apa kau tidak pernah membawa suplir ke dalam rumah saat cuaca dingin" Aku pikir suplir itu akan tumbuh di jendelamu yang terkena sinar matahari, kata Emily, senang mengingat suplir itu mirip dengan dirinya.
Aku pernah mencobanya, tapi suplir itu butuh tempat lembab dan tidak kuat cuaca dingin. Tidak. Tumbuhan itu tidak bisa tumbuh di rumah tua kami. Tapi aku menutupinya dengan dedaunan, lalu tunas-tunas hijau kecil bermunculan seperti jika tumbuhan itu diletakkan di luar. Naungan, mata air, dan batu-
~300~ batu yang melindungi membuat suplir itu tumbuh, kau lihat. Jadi tidak perlu memindahkannya.
Kedua gadis itu duduk diam selama beberapa menit. Tangan mereka terus bekerja sambil memikirkan dunia mereka yang begitu berbeda. Cahaya matahari yang ingin tahu mengintip mereka, menyentuh rambut Becky hingga bersinar seperti emas kemerahan. Sinar yang sama menyilaukan mata Emily. Ia mengangkat tangan untuk menurunkan tepi topinya dan menyentuh rambut keriting di dahinya. Ini membuatnya teringat kesedihannya. Dengan tidak sabar ia berkata sambil mendorong rambut pendeknya yang tebal ke bawah topi itu, Rambutku SANGAT mengerikan! Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan saat terjun ke masyarakat nanti. Warna rambutku sangat tidak indah. Cokelat merah keemasan dan aneh.
Warna rambutmu bagus. Lagipula aku pikir rambut keriting itu lebih cantik daripada rambut kampung ini, kata Becky, tidak sadar rambutnya indah karena benar-benar berwarna cokelat kemerahan dan sangat dikagumi oleh mata yang artistik.
Aku tidak merasa begitu! Aku akan mengirimnya ke Paris untuk menyamakan warna rambutku, lalu aku akan memakai kepangan di kepalaku seperti yang kadang-kadang kau lakukan. Pasti harganya mahal, tapi jika tidak aku TIDAK AKAN memiliki rambut yang sangat indah. Temanku memperoleh rambut emas yang cantik dengan membayar lima
~301~ puluh dolar. Ya ampun! Apa orang membayar sebanyak itu untuk rambut palsu" tanya Becky takjub.
Tentu saja. Kalau tidak salah, rambut berwarna putih harganya seratus dolar, jika panjang. Kau bisa mendapat uang sebanyak itu untuk rambutmu jika kau mau menjualnya. Aku akan membeli sebagian, karena kadang-kadang rambutku juga segelap punyamu. Lagipula aku ingin mengenakan rambutmu, Becky.
Pasti ibu tidak akan mengizinkanku. Ia sangat bangga dengan rambut merah kami. Jika aku memotong rambutku, kau boleh memiliki sebagian rambutku. Mungkin aku juga akan senang menjualnya. Astaga! Aku mencium bau kue gosong! lalu Becky berlari pergi dan lupa dengan percakapan kecil itu.
Namun Emily tidak lupa dan berharap Becky akan tergoda karena ia sangat iri dengan kepangan yang cantik itu. Namun ia terlalu malu untuk memintanya.
Bulan Juli dan Agustus berlalu dengan menyenangkan bagi kedua gadis itu. Mereka akan berpisah pada bulan September. Pada satu sore yang berangin, saat Emily dan ibunya duduk beristirahat di tepi sungai setelah berjalan-jalan, mereka melihat Becky menaiki bukit dengan sebuah keranjang di lengannya. Ia berjalan dengan pelan, seolah sedang melamun. Namun ia tidak pernah lupa menyingkirkan setiap batu yang menghalangi
~302~ jalannya dengan kakinya. Ada banyak batu di jalan berbatu itu, tapi Becky membuat jalan itu menjadi lebih mulus saat ia berjalan naik. Sering kali ia berhenti untuk melemparkan batu yang tajam atau besar ke parit berumput di tepi jalan itu.
Ia menakjubkan bukan, Mama" Walaupun lelah setelah berjalan jauh ke kota, ia tetap bersemangat untuk membersihkan jalan itu dari batu, kata Emily.
Bagiku ia sangat menarik, Sayang. Di balik penampilannya yang bersahaja, ia memiliki kepribadian yang baik dan kuat. Tampaknya ia terbiasa membersihkan jalan, walaupun bukit berdebu dan hujan akan membuat batu kembali ke jalan itu. Ayo kita tanya mengapa ia melakukan itu. Sudah lama aku mengamati kebiasaannya dan berniat untuk bertanya, jawab Nyonya Spenser.
Ini dia! Ayo duduk di sini sebentar, Becky. Beri tahu kami mengapa kau memperbaiki jalan seperti juga hal-hal lainnya, seru Emily memanggil Becky sambil tersenyum saat gadis sederhana itu mendongak dan melihat mereka.
Oh, hanya kebiasaan. Aku melihat Ayah melakukan ini saat aku masih kecil, lalu aku sering melakukannya tanpa sadar, kata Becky sambil mendudukkan diri di atas sebuah batu berlumut, senang karena bisa beristirahat.
Mengapa ia melakukannya" tanya Emily.
Yah, kebiasaan keluarga, mungkin. Ayahnya juga
~303~ melakukan hal yang sama, hanya saja KAKEK melakukan itu di pertaniannya dan bukan di jalan. Dulu tanah di sini dipenuhi bebatuan, kau tahu, dan petani harus menyingkirkan bebatuan itu dari tanah jika mereka ingin menanam. Itu perjuangan yang berat. Perlu banyak waktu dan kesabaran untuk mencabut rumput dan menghancurkan batu besar dan juga memungut batu-batu yang tampaknya selalu datang dan datang lagi. Tapi mereka terus melakukannya, dan, sekarang, lihatlah!
Sambil berbicara, Becky menunjuk ladang besar di depan mereka yang baru dibersihkan dari rumput dan gandum. Di atasnya penuh dengan jagung dan tanaman kebun yang matang untuk persediaan musim dingin. Di mana-mana terdapat bidang-bidang tanah berbatu yang belum digarap, seolah memperlihatkan apa yang telah dilakukan. Dinding batu besar mengelilingi padang rumput, ladang, dan kebun.
Ini pelajaran yang baik mengenai kesabaran dan ketekunan, Sayang. Mereka berjasa karena mengubah alam liar berkembang seperti mawar, kata Nyonya Spenser.
Jadi tak perlu heran mengapa kami mencintai tempat ini. Ibu akan merasa sedih jika tanah ini di jual. Kami semua bekerja keras untuk membayar uang gadai rumah. Lalu kami akan menjadi keluarga paling bahagia di New Hampshire, kata Becky.
Kau tidak perlu takut kehilangan tempat ini. Kami akan membantumu jika kau mengizinkan, kata Nyonya Spenser,
~304~ yang kaya dan juga dermawan.
Oh, terima kasih! Tapi aku rasa kami tidak memerlukan bantuan. Jika kami perlu bantuan, Nyonya Taylor telah membuat kami berjanji untuk meminta tolong kepadanya, seru Becky. Ia menemukan kami saat kami sedang mengalami masa-masa paling sulit, dan ia ingin membantu. Tapi kami memiliki harga diri dan Ibu bilang lebih baik ia bekerja sampai mati jika bisa. Lalu wanita baik hati itu berbicara dengan orangorang di sekitar sini dan menunjukkan jika ada jalan menuju Peeksville, maka nilai tanah di sini akan meningkat. Ia juga menunjukkan lembah ini bagus untuk ditanami stroberi dan asparagus dan untuk gerobak kebun sehingga kami bisa membawanya ke pasar. Beberapa lelaki kaya menjalankan rencana itu, dan kami harap rencana itu akan selesai pada musim gugur tahun ini. Anak-anak juga bisa membantu. Jika ada gudang di dekat sini, pasti usaha itu lebih mudah. Itu yang kusebut dengan orang-orang yang menolong dirinya sendiri. Bukankah itu rencana hebat"
Becky tampak sangat bergairah sehingga Emily tidak bisa bersikap tidak berminat, walaupun memasarkan hasil kebun tidak terdengar romantis.
Semoga itu terwujud dan tahun depan kami bisa melihat kalian semua bekerja keras. Betapa baiknya Nyonya Taylor!
Benar, kan" Sayangnya ia tidak bisa menikmati semua hal yang ia inginkan, karena kesehatannya sangat buruk. Dulu
~305~ Nyonya Taylor adalah gadis desa dan pergi bekerja di kota sebagai pelayan di sebuah rumah sewa. Seorang lelaki kaya jatuh cinta kepadanya lalu menikahinya. Ia mengurus lelaki itu dan bertahun-tahun lalu lelaki itu meninggalkan seluruh kekayaannya untuk Nyonya Taylor. Nyonya Taylor sangat sedih, tapi ia ingin agar nama suaminya dicintai dan dihormati setelah ia meninggal karena suaminya tidak melakukan hal baik saat masih hidup. Maka ia menyumbangkan banyak uang dan tidak pernah lelah membantu orang-orang miskin dan melakukan banyak hal besar untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Menurutku itu menakjubkan!
Menurutku juga begitu. Tapi kau juga melakukan hal yang sama, Becky, walaupun lebih kecil, kata Nyonya Spenser saat Becky berhenti untuk menarik napas. Nyonya Taylor menyingkirkan batu dari jalan hidup orang lain, membuat mereka lebih mudah mendaki jalan itu daripada jalannya dulu. Ia meninggalkan ladang penuh buah untuk dipanen orang lain. Itu pekerjaan yang lebih baik daripada membuat syair, karena itulah puisi kehidupan yang sejati. Orang yang mengabdikan diri untuk itu, tak peduli betapa sederhananya, akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada kejayaan dan juga lebih tahan lama daripada kekayaan.
Ya, benar! Aku mengerti sekarang. Aku juga mengerti mengapa kami menyayangi Ayah dan ingin menjaga apa yang telah ia upayakan untuk kami. Ia pernah berkata setiap batu yang disingkirkan akan sangat membantu saudara-saudara
~306~ lelakiku. Ia juga memberitahuku rencana-rencananya saat aku mengikutinya di pertanian, karena aku yang tertua dan mirip dengannya, begitu katanya.
Becky berhenti dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak akan pernah bisa menceritakan, bahkan kepada teman baiknya, mengenai perubahan dan perjuangan yang ia pikul dengan berani pada masa-masa berat yang menyebabkan mereka harus menggadaikan rumah kecil di bukit berbatu itu.
Bunyi jam di kejauhan mengingatkan Becky waktu makan malam sudah dekat. Ia berdiri dan mengeluarkan sapu tangan. Segulung kecil pita berwarna biru pucat jatuh dari sakunya. Emily mengambilnya dan berseru nakal, Apa kau akan berdandan untuk hari Minggu yang akan datang, saat Moses Pennel berkunjung, Becky"
Gadis itu tertawa dan mukanya memerah saat menjawab, sambil melipat pita itu hati-hati, Aku akan melakukan sesuatu yang lebih aku sukai daripada berdandan. Aku rasa Moses malang tidak akan datang lagi. Aku tidak akan meninggalkan Ibu hingga adik-adik perempuanku bisa menggantikan posisiku. Lalu aku akan mengajar, jika aku bisa mendapatkan pekerjaan di sekolah yang tidak jauh dari sini.
Lihat saja nanti! dan Emily menggangguk dengan bijak.
Lihat saja nanti! dan Becky mengangguk dengan mantap sambil berjalan dengan susah payah di bukit yang curam di
~307~ samping Nyonya Spenser. Sementara itu Emily berjalan di belakang dengan pelan, menendang setiap batu yang ia lihat ke rumput tanpa mempedulikan kerusakan di sepatunya. Ia begitu terserap ke dalam gagasan baru dan menyenangkan untuk mencoba mengikuti apa yang Nyonya Taylor lakukan dengan cara yang lebih sederhana.
Seminggu kemudian, malam terakhir tiba. Saat mereka berpisah untuk tidur, seorang anak laki-laki masuk dengan berita gembira. Pengukur tanah kereta api ada di kota. Orangorang berbicara mengenai perusahaan besar dan keuntungan yang akan berlangsung selamanya di tempat itu.
Semua orang di rumah pertanian tua itu sangat gembira. Para anak laki-laki bersorak, para gadis menari, dan kedua ibu itu meneteskan air mata bahagia sambil saling berpegangan tangan. Emily memeluk Becky dan berseru lembut, Sahabatku, sebuah batu besar disingkirkan dari jalanmu. Akhirnya jalan menuju kekayaan sudah mulus. Aku akan memberi tahu semua temanku untuk membeli mentega dan telurmu, juga buah dan ternakmu, serta semua yang kau kirim ke pasar dengan jalur kereta itu.
Sebuah tong berisi mentega musim dingin kami yang terbaik akan dikirim besok. Lalu saat apel kami berbuah, kami tidak memerlukan jalur kereta untuk mengirimkannya kepadamu, Sahabatku sayang, jawab Becky sambil memeluk gadis lemah itu dengan penuh rasa sayang dan syukur.
~308~ Saat Emily masuk ke kamarnya, ia menemukan lebih daripada sekadar mentega dan apel sebagai ungkapan terima kasih atas semua hadiah yang pernah ia berikan kepada keluarga itu.
Di atas meja, dengan sampul dari pohon birch yang cantik, terdapat salinan beberapa puisi terbaik Becky karena Emily pernah mengutarakan ia ingin menyimpannya. Di dekat buku itu, bagaikan sebuah cincin berwarna emas kemerahan, tergeletak satu kepang rambut Becky yang diikat dengan pita berwarna piru pucat. Becky berjalan enam setengah kilometer untuk membelinya karena ingin agar hadiahnya tampak sangat bagus.
Tentu saja ada banyak acara peluk cium, ucapan terima kasih dan ungkapan sayang sebelum mereka berpisah. Namun mereka bukanlah sekadar teman pada musim panas. Mereka tidak saling melupakan walau jalan hidup mereka sangat berbeda. Emily menemukan sesuatu yang menyebabkan hidupnya lebih senang obat baru untuk memperkuat jiwa dan raga. Saat menolong orang lain, ia juga menolong dirinya sendiri.
Becky menjalani kehidupannya yang penuh kerja keras dengan mantap, hingga rumah itu berhasil ditebus, para anak lelaki bisa mengerjakan sawah tanpa bantuan, para anak perempuan sudah cukup dewasa untuk menggantikan posisinya, dan sang ibu akhirnya bersedia untuk beristirahat. Setelah itu Becky mengabdikan diri untuk mengajar. Ia merasa bahagia dapat memimpin murid-muridnya di jalan yang telah ia
~309~ bersihkan dari batu . Jadi, setiap tumbuhan simbolis hidup di tempatnya masingmasing dan menjalani kehidupannya yang telah ditetapkan. Suplir yang lemah itu tumbuh di rumah kaca bersama mawar teh dan kamelia. Ia memang lemah, namun memiliki akar yang kokoh dan batang yang kuat, dan dipelihara dengan ingatan mengenai ceruk berbatu tempat ia belajar dengan baik. Bunga laurel gunung tumbuh di lereng bukit yang suram, menghadapi angin musim dingin dan salju. Cabang-cabangnya yang kokoh menyebar setiap tahun, dengan daun yang selalu hijau untuk memeriahkan Natal dan bunganya yang indah untuk menceriakan musim semi. Tumbuhan itu menyelimuti lembah liar dengan pesona yang memperindah tempat cantik itu. Tempat pinus berbisik, burung hutan bernyanyi, dan sungai rahasia yang menceritakan kisah dari puncak gunung tempatnya berasal. []
~310~ ~311~ Tentang Penulis L ouisa May Alcott lahir di Germantown, Pennsylvania,
pada 29 November 1832. Ketika berumur hampir 2 tahun, keluarganya pindah ke Massachusetts. Atas dorongan sang ayah, ia rajin menulis di buku hariannya, dan sejak itulah bakat menulisnya mulai terlihat. Saat remaja, ia menulis naskah drama, puisi, dan cerita pendek. Puisinya yang pertama kali dipublikasikan berjudul Sunlight (1851), dan cerita pendek pertamanya berjudul The Rival Painters: A Tale of Rome (1852). Sementara buku pertamanya yang dipublikasikan adalah The Flower Fables (1854), berupa sebuah kumpulan dongeng dan puisi pendel yang awalnya ia ciptakan untuk menghibur putri Ralph Waldo Emerson Ellen.
Louisa May Alcott menulis novel pertamanya, The Inheritance , pada usia tujuh belas tahun, namun karyanya yang paling fenomenal adalah novelnya yang berjudul Little Women, yang ia tulis dalam dua bagian. Jilid pertama, berjudul Meg, Jo, Beth, dan Amy, diterbitkan pada tahun 1868, dan jilid kedua, Good Wives, diterbitkan pada tahun 1869. Seperti halnya
~312~ tokoh Jo dalam Little Women, Louisa memiliki tiga saudara perempuan: kakaknya, Anna Bronson Alcott, dan adikadiknya Elizabeth Lizzie Sewall Alcott dan Abba May Alcott. Dan, seperti kakak Jo, yaitu Beth, Lizzie meninggal pada usia 22 tahun akibat komplikasi demam berdarah. Namun, sedikit berbeda dengan Jo, Louisa sempat memiliki seorang adik yang kemudian meninggal ketika masih bayi.
~313~ LENGKAPI KOLEKSI E-BOOKMU! Seri Klasik Noura Books
Black Beauty Penulis Anna Sewell http://bit.ly/1VtdcfE
~314~ Pria Merangkak 1 The Heroes Of Olympus 5 Darah Olympus Blood Of Olympus Pendekar Elang Salju 1
^