Anne Of Avonlea 4

Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery Bagian 4


Anne akan menyisakan tulang ayam yang enak untukku, iya
kan, Anne" Kau tahu, aku nggak bermaksud jatuh ke atas
pai-pai itu. Dan Anne, mumpung pai-pai itu Telah rusak,
boleh kubawa ke atas untuk kumakan?"
"Tidak, tidak ada pai lemon untukmu, Master Davy,"
kata Marilla, mendorongnya ke arah lorong.
"Apa yang akan kita hidangkan untuk makanan
penutup?" tanya Anne, menatap merana ke arah pai-painya
yang porak-poranda. "Keluarkan sepiring manisan stroberi," kata Marilla
penuh simpati. "Masih banyak krim kocok tersisa di
mangkuk untuk dihidangkan dengan stroberi."
Waktu menunjukkan pukul satu " tetapi Priscilla atau
Mrs. Morgan tidak juga muncul. Anne sangat sedih.
Semuanya telah dia siapkan dengan cermat dan supnya
seperti sup pada umumnya tidak akan bisa bertahan lama.
"Kurasa mereka tak jadi datang," kata Marilla kesal.
Anne dan Diana bertatapan, berusaha saling
menghibur. Pukul setengah dua, Marilla lagi-lagi muncul dari ruang
tamu. "Anak-Anak, kita Harus makan siang. Semua orang
lapar dan tidak ada gunanya menunggu lebih lama lagi.
~201~ Priscilla dan Mrs. Morgan tidak akan datang, itu sudah
jelas, dan tidak ada gunanya kita menunggu."
Anne dan Diana mulai mempersiapkan makan siang,
meskipun sudah kehilangan seluruh antusiasme mereka.
"Rasanya aku tak bisa makan sesuap pun," kata Diana
dengan pedih. "Aku juga begitu. Tapi, kuharap semuanya akan terasa
nikmat, demi Miss Stacy serta Mr. dan Mrs. Allan," sahut
Anne lemah. Saat Diana mewadahi kacang polong, dia mencicipinya
dulu dan suatu ekspresi yang sangat ganjil tampak di
wajahnya. "Anne, apakah KAU menambahkan gula ke
kacang polong ini?" "Ya," jawab Anne, sambil melumatkan kentang dengan
ekspresi seseorang yang sudah patuh menjalankan
tugasnya. "Aku menambahkan sesendok gula ke dalamnya.
Kami selalu melakukannya. Apa kau tidak menyukainya?"
"Tapi aku menambahkan sesendok gula juga, saat
memasukkannya ke dalam tungku," kata Diana.
Anne menjatuhkan pelumat kentangnya dan mencicipi
kacang polong itu. kemudian, dia mengerenyit.
"Tidak enak sekali! Aku tidak mengira kau akan
menambahkan gula, karena aku tahu ibumu tidak pernah
melakukannya. Kebetulan aku ingat, padahal aku selalu
lupa, jadi aku memasukkan sesendok penuh gula."
"Karena terlalu banyak juru masaknya, kukira," kata
Marilla, yang mendengarkan dengan ekspresi bersalah.
"Kupikir kau tidak ingat menambahkan gulanya, Anne,
karena aku sangat yakin kau tidak pernah melakukan itu
sebelumnya " jadi aku menambahkan sesendok gula juga."
Para tamu di ruang tamu mendengar rentetan gelak
tawa dari dapur, dan bertanya-tanya apa yang lucu. Namun,
~202~ akhirnya tidak ada hidangan kacang polong hijau di meja
makan hari itu. "Yah," kata Anne, setelah berhasil menguasai diri lagi,
sambil mendesah saat mengingat kekonyolan itu,
"bagaimanapun kita masih memiliki salad, dan kupikir tidak
ada apa-apa yang terjadi dengan hidangan kacang
tanahnya. Ayo kita bawa hidangan-hidangan ini dan segera
menyelesaikan makan siangnya."
Jamuan makan siang itu tidak bisa dikatakan berhasil
secara sosial. Pasangan pendeta Allan dan Miss Stacy
sendiri berusaha keras untuk menyelamatkan keadaan dan
Marilla tetap tenang. Tetapi, Anne dan Diana, yang sangat
kecewa dan mengingat kegairahan mereka sebelumnya,
sama sekali tidak bisa berbicara atau makan. Dengan tabah
Anne berusaha beramah tamah dengan tamu-tamunya,
tetapi seluruh keceriaan telah menghilang dari dirinya. Dan,
meskipun dia sangat menyayangi Keluarga Allan dan Miss
Stacy, dia tidak bisa menahan diri untuk berpikir, betapa
menyenangkannya jika semua orang telah pulang karena dia
bisa mengubur kelelahan dan kekecewaannya di atas
bantal-bantal loteng timurnya.
Ada suatu pepatah lama yang tampaknya terinspirasi
dari saat-saat seperti itu "Sudah jatuh tertimpa tangga".
Kekacauan hari itu belum juga usai. Tepat saat Mr. Allan
selesai mengucapkan terima kasih, ada suara yang
mengejutkan dari tangga, seperti ada benda keras dan berat
terjatuh menggelinding di atas anak tangga, kemudian
berakhir dengan suara pecah yang keras di lantai dasar.
Semua orang berlari ke lorong. Anne memekik dengan
khawatir. Di dasar tangga tergeletak sebuah cangkang kerang
besar merah muda berbentuk kerucut, di antara kepingan-
~203~ kepingan yang tadinya adalah piring willow ware Mrs.
Barry. Dan di puncak tangga berlutut seorang Davy yang
ketakutan, menatap ke arah kekacauan di bawah dengan
terbelalak. "Davy," kata Marilla dengan nada mengancam,
"apakah kau melemparkan cangkang kerang itu Dengan
sengaja?" "Tidak, aku tidak sengaja," Davy menjawab dengan
gemetar. "Aku hanya berlutut di sini, diam-diam melihat
kalian dari balik pagar tangga, tapi kakiku tersandung
cangkang itu dan menjatuhkannya .... aku lapar banget ...
moga-moga kalian mau maafin anak kecil dan ngelupain
kesalahannya, bukannya selalu nyuruh dia ke atas dan
nggak ikut semua kesenangannya."
"Jangan salahkan Davy," kata Anne, sambil memunguti
semua kepingan dengan gemetaran. "Ini salahku. Aku
menyimpan piring itu di sana dan sama sekali
melupakannya. Aku sudah mendapat hukuman untuk
kecerobohanku; tapi oh, apa yang akan dikatakan Miss
Barry?" "Yah, kau tahu dia membelinya dan bukan warisan, jadi
mungkin tak akan terlalu buruk," kata Diana, berusaha
menghibur Anne. Para tamu segera berpamitan setelah itu, merasa
bahwa itu adalah hal terbaik yang bisa mereka lakukan.
Anne dan Diana mencuci piring, bicara seperlunya saja.
Kemudian, Diana pulang dengan kepala sakit dan Anne
naik ke loteng timur dengan kepala yang juga sakit. Dia
tetap berada di sana hingga Marilla pulang dari kantor pos
saat matahari terbenam, membawa sepucuk surat dari
~204~ Priscilla, yang ditulis sehari sebelumnya. Pergelangan kaki
Mrs. Morgan terkilir sangat parah sehingga dia tidak bisa
meninggalkan kamarnya. "Dan oh, Anne Sayang," tulis Priscilla. "aku minta
maaf sebesar-besarnya, aku khawatir kami sekarang sama
sekali tidak bisa mampir ke Green Gables, karena saat
pergelangan kaki Bibi sudah sembuh, dia pasti harus
kembali ke Toronto. Dia harus berada di sana pada tanggal
yang sudah ditetapkan."
"Yah," desah Anne, meletakkan surat itu di tangga batu
paras merah di beranda belakang, tempat dia duduk,
sementara senja menyeruak menyelimuti langit yang
bersemburat penuh warna, "aku selalu berpikir jika Mrs.
Morgan benar-benar datang, itu adalah suatu peristiwa yang
terlalu indah untuk menjadi kenyataan. Tapi " pikiran itu
terdengar sama pesimistisnya dengan Miss Eliza Andrews,
dan aku malu karena telah memikirkannya. Lagi pula, itu
Tidak terlalu indah untuk menjadi kenyataan " peristiwaperistiwa yang sama indahnya dan jauh lebih baik terus
kualami sepanjang waktu. Dan kupikir, ada sisi yang lucu
dalam peristiwa-peristiwa hari ini juga. Mungkin saat Diana
dan aku sudah tua dan beruban, kami bisa menertawakan
hari ini. Tapi, kurasa aku tidak bisa melakukannya sebelum
tua, karena ini benar-benar suatu kekecewaan yang pahit."
"Kau mungkin akan mengalami lebih banyak
kekecewaan dan juga yang lebih parah daripada ini sebelum
kau bisa mencapai usia itu," kata Marilla, yang sejujurnya
berpikir bahwa dia mengucapkan kata-kata yang
menenangkan. "Tampaknya bagiku, Anne, kau tidak akan
pernah bisa mengubah caramu mencurahkan segenap
jiwamu dalam berbagai hal, mengharapkan hasil yang
terbaik, kemudian hancur karena kecewa, karena kau tidak
~205~ berhasil mendapatkannya."
"Aku tahu akan terlalu sulit mengubahnya," Anne
menyetujui dengan penuh sesal. "Saat memikirkan sesuatu
yang menyenangkan akan terjadi, tampaknya aku langsung
terbang melayang karena membayangkannya. Kemudian
tiba-tiba aku terempas keras ke bumi. Tapi, betul, Marilla,
bagian melayang itu Memang sangat menyenangkan selama
aku merasakannya " seperti terbang saat matahari
terbenam. Kupikir, perasaan itu sebanding dengan empasan
yang keras." "Yah, mungkin memang begitu," Marilla mengakui.
"Aku lebih suka berjalan dengan tenang untuk menyambut
peristiwa menyenangkan itu, tanpa mengalami melayang
dan terempas keras. Tapi, setiap orang memiliki jalan
hidupnya masing-masing aku terbiasa berpikir hanya ada
satu cara yang benar tapi sejak aku memilikimu dan si
kembar, aku tidak merasa terlalu yakin akan hal itu. Apa
yang akan kau lakukan dengan piring Miss Barry?"
"Aku akan membayar dua puluh dolar untuk
menggantinya, kupikir. Aku sangat bersyukur karena piring
itu bukan suatu barang warisan yang sangat berharga,
karena uang sebesar apa pun tidak akan bisa
menggantikannya." "Mungkin kau bisa mencari sebuah piring yang mirip
dengan piring itu dan membelikannya untuk Miss Barry."
"Aku khawatir tidak bisa. Piring-piring setua itu sangat
langka. Mrs. Lynde juga tidak bisa menemukan sebuah
piring seperti itu untuk jamuan makan malam. Aku hanya
berharap bisa melakukannya, karena tentu saja Miss Barry
pasti bersedia segera memiliki sebuah piring seperti
miliknya sebelumnya, jika keduanya sama kuno dan
berharga. Marilla, lihatlah bintang besar di atas gerumbul
~206~ pohon mapel Mr. Harrison itu, dengan semburat langit
keperakan yang berkesan suci di sekelilingnya.
Pemandangan itu membuatku merasa bahwa itu bagaikan
sebuah doa. Lagi pula, saat seseorang bisa melihat bintangbintang dan langit yang seperti itu, seluruh kekecewaan dan
kecelakaan kecil tidak akan begitu terasa penting baginya,
bukan?" "Di mana Davy?" tanya Marilla, sambil menatap
bintang itu dengan tidak acuh.
"Di kamarnya. Aku telah berjanji mengajaknya
bersama Dora ke tepi danau untuk piknik besok. Tentu saja,
perjanjian awalnya, dia harus bersikap baik. Tapi, dia
memang telah Berusaha bersikap baik " dan aku tidak
tega untuk mengecewakannya."
"Kau akan membuat dirimu atau si kembar tenggelam
jika mendayung di danau itu," gerutu Marilla. "Aku telah
tinggal di sini selama enam puluh tahun dan belum pernah
mendayung di sana." "Yah, belum terlalu terlambat untuk diubah," kata Anne
geli. "Kupikir kau harus ikut bersama kami besok. Kita
akan mengunci Green Gables dan menghabiskan sepanjang
hari di tepi danau, melupakan dunia nyata untuk
sementara." "Tidak, terima kasih," kata Marilla, menekankan katakatanya dengan kesal. "Yah pasti lucu sekali, aku mengayuh
sampan danau, yang benar saja" Rachel pasti akan
mengomentariku. Apakah kau pikir gosip Mr. Harrison
berhubungan dengan Isabella Andrews benar?"
"Tidak, aku yakin itu tidak benar. Dia datang ke sana
suatu malam untuk berbisnis dengan Mr. Harmon Andrews,
dan Mrs. Lynde melihatnya. Mrs. Lynde lalu berkata, dia
~207~ sedang mendekati Isabella Andrews karena Mr. Harrison
memakai kemeja berkerah putih. Aku tidak yakin Mr.
Harrison akan menikah. Tampaknya dia memiliki suatu
prasangka buruk terhadap pernikahan."
"Yah, kau tidak akan pernah tahu apa yang terjadi pada
bujangan-bujangan tua itu. Dan jika dia memakai kemeja
berkerah putih, aku setuju dengan Rachel bahwa itu tampak
mencurigakan, karena aku yakin dia tidak pernah terlihat
memakai pakaian seperti itu sebelumnya."
"Kupikir dia hanya memakainya karena ingin membuat
suatu kesepakatan bisnis dengan Harmon Andrews," kata
Anne. "Aku pernah mendengarnya berkata, itulah satusatunya saat yang tepat bagi seorang lelaki untuk
memedulikan penampilannya, karena jika dia tampak kaya
dan sukses, pihak kedua tidak akan berusaha berbuat
curang kepadanya. Aku benar-benar iba kepada Mr.
Harrison; kupikir dia tidak merasa puas dengan kehidupannya. Pasti dia merasa sangat sepi tanpa ada yang
menemaninya selain seekor burung beo, bukankah begitu,
Marilla" Tapi aku menyadari bahwa Mr. Harrison tidak
mau dikasihani. Memang tidak ada orang yang bersedia
dikasihani, menurutku."
"Itu Gilbert sedang jalan ke sini," kata Marilla. "Jika dia
ingin mengajakmu pergi mendayung di danau, sebaiknya
kau pakai mantel dan sepatu karetmu. Malam ini pasti akan
sangat berembun." ~208~ Petualangan di

Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jalan Tory Anne sedang berlutut di jendela loteng barat untuk
mengamati matahari terbenam yang mirip bunga raksasa
dengan kelopak-kelopak bunga krokus dengan bagian
tengahnya berwarna kuning kemerahan. Dia memalingkan
muka ketika mendengar pertanyaan Davy dan menjawab
sambil menerawang. "Di atas gunung-gunung di bulan, di bawah lembahlembah bayangan."
Paul Irving pasti mengerti arti perkataannya, atau
membuat suatu pengertian sendiri. Namun, Davy yang
praktis, yang sering kali Anne sadari dengan pedih, sama
sekali tidak memiliki sedikit pun imajinasi, malah bingung
dan sebal. "Anne, kau main-main aja pasti."
"Tentu saja, Davy Sayang. Tidakkah kau tahu hanya
orang-orang bodoh yang bicara masuk akal sepanjang
waktu?" "Yah, kupikir kau akan memberiku jawaban yang
masuk akal jika aku memiliki pertanyaan yang masuk akal,"
kata Davy tersinggung. ~209~ "Oh, kau terlalu kecil untuk bisa mengerti," kata Anne.
Tetapi, dia juga merasa malu mengatakannya, karena
mengenang banyak komentar pedas sama, yang dia alami
pada masa kecilnya. Dan karena itulah, diam-diam dia
berjanji tidak akan pernah mengatakan kepada seorang
anak bahwa anak itu terlalu kecil untuk mengerti. Namun,
dia melakukannya juga kadang-kadang jurang antara teori
dan kenyataan begitu lebar.
"Yah, aku udah berusaha untuk tumbuh dewasa," kata
Davy, "tapi, itu nggak bisa kita lakukan dengan cepat. Jika
Marilla tidak terlalu pelit dengan selainya, aku pasti tumbuh
jauh lebih cepat." "Marilla tidak pelit, Davy," tukas Anne. "Kau tidak tahu
terima kasih karena telah mengatakan hal seperti itu."
"Ada satu kata lain yang sama artinya, tapi kedengaran
lebih baik, tapi aku nggak ingat," kata Davy, sambil
mengerutkan kening. "Aku pernah dengar Marilla berkata
begitu, kemarin." "Jika maksudmu Hemat, itu adalah hal yang Sangat
berbeda dari pelit. Jika seseorang bersifat hemat, berarti dia
bertindak sangat bijaksana. Jika Marilla pelit, dia tidak akan
merawatmu dan Dora setelah ibumu meninggal. Apakah
kau lebih senang tinggal bersama Mrs. Wiggins?"
"Nggak dong!" Perasaan empati Davy muncul saat
Anne menyinggung hal itu. "Aku juga nggak mau tinggal
dengan Paman Richard. Aku jauh lebih suka tinggal di sini,
bahkan kalaupun Marilla bersifat seperti yang kau katakan
dengan selainya. Soalnya, Kau ada di sini, Anne. Anne, kau
mau bercerita sebelum aku tidur" Aku nggak mau cerita
peri. Kisah-kisah seperti itu cuma untuk anak-anak
perempuan, aku mau yang menarik " banyak pembunuhan
dan tembak-tembakan, rumah terbakar, dan hal-hal
menegangkan seperti itu."
~210~ Untung bagi Anne, saat itu juga Marilla memanggil dari
kamarnya. "Anne, Diana memberi isyarat beberapa kali.
Sebaiknya kau mencari tahu apa yang dia inginkan."
Anne berlari ke loteng timur dan melihat kilatan cahaya
di keremangan senja dari jendela Diana sebanyak lima kali,
yang berarti berdasarkan kode mereka sejak kanak-kanak
"Datanglah segera karena aku memiliki sesuatu yang
penting untuk dikatakan." Anne menyampirkan syal
putihnya di atas kepala dan berlari melalui Hutan Berhantu
dan menyeberangi sudut lapangan penggembalaan milik Mr.
Bell menuju Orchard Slope.
"Aku memiliki berita baik untukmu, Anne," kata Diana.
"Ibu dan aku baru pulang dari Carmody, dan aku bertemu
dengan Mary Sentner dari Spencervale di toko Mr. Blair.
Dia berkata bahwa gadis-gadis tua Keluarga Copp di Jalan
Tory memiliki sebuah piring willow-ware dan menurutnya
piring itu benar-benar mirip piring yang kita gunakan saat
jamuan makan malam. Dia berkata, mereka pasti ingin
menjualnya, karena Martha Copp dikenal sebagai orang
yang mau menjual apa pun yang bisa laku. Tapi, jika
mereka tidak akan menjualnya, ada sebuah piring di rumah
Wesley Keyson di Spencervale dan dia tahu mereka akan
menjualnya, tapi dia tidak yakin apakah piring itu sama
dengan milik Bibi Josephine."
"Aku akan langsung pergi ke Spencervale besok," kata
Anne penuh tekad, "dan kau harus ikut bersamaku. Ini
sangat memberati pikiranku, karena aku harus pergi ke kota
lusa dan bagaimana aku bisa menemui Bibi Josephine-mu
~211~ tanpa sebuah piring willow-ware" Keadaan pasti akan
lebih buruk daripada ketika aku harus mengakui tentang
melompat di atas tempat tidur kamar tamu."
Kedua gadis itu tertawa mengingat kenangan lama itu
jika ada pembaca yang belum mengetahui dan penasaran,
aku harus memberi tahu bahwa kisah itu ada di buku Anne
sebelumnya. Siang berikutnya, kedua gadis itu berangkat untuk
menempuh ekspedisi perburuan piring mereka. Jarak ke
Spencervale enam belas kilometer dari Avonlea, dan hari itu
tidak begitu menyenangkan untuk bepergian. Hawa sangat
hangat dan angin tidak bertiup, debu di jalan juga begitu
tebal karena kekeringan melanda selama enam minggu.
"Oh, aku benar-benar berharap hujan segera turun,"
desah Anne. "Segalanya begitu kering. Ladang-ladang yang
malang tampak mengibakan bagiku, dan pepohonan tampak
bagaikan mengulurkan tangan mereka, memohon hujan
turun. Dan tamanku sendiri, oh, aku sangat terluka setiap
kali pergi ke sana. Kupikir seharusnya aku tidak mengeluh
tentang sebuah taman saat ladang para petani juga
menderita. Mr. Harrison berkata, padang penggembalaannya begitu gersang sehingga sapi-sapinya
yang malang sedikit sekali mendapatkan makanan. Dan dia
merasa bersalah pada hewan-hewan itu setiap kali menatap
mata mereka." Setelah perjalanan kereta yang melelahkan, kedua gadis
itu tiba di Spencervale dan berbelok ke Jalan "Tory" sebuah
jalan utama tunggal yang hijau, dengan baris-baris rumput di
antara jejak kereta, menandakan bahwa jalan itu jarang
ditempuh. Sepanjang jalan itu dipagari oleh pohon-pohon
spruce muda besar, yang bergerombol di dekat jalan,
~212~ dengan celah di sana-sini, yang menampakkan bagian
belakang ladang-ladang pertanian Spencervale dari balik
pagar atau lapangan terbuka penuh tunggul-tunggul pohon
yang bagaikan membara dengan tanaman fireweed dan
goldenrod. "Mengapa jalan ini disebut Jalan Tory?" tanya Anne.
"Kata Mr. Allan, penamaan jalan ini sama tidak masuk
akalnya dengan kalau orang bilang rerimbunan padahal tak
ada hutan sama sekali," jawab Diana, "tak ada yang tinggal
di sepanjang jalan ini kecuali gadis-gadis Keluarga Copp
dan Martin Bovyer tua di ujung terjauhnya, yang pendukung
Liberal. Partai Konservaif Tory membuat jalan ini saat
mereka berkuasa, hanya untuk menunjukkan bahwa mereka
melakukan sesuatu." Ayah Diana adalah seorang Liberal, dan karena alasan
itulah dia dan Anne tidak pernah mendiskusikan politik.
Para penghuni Green Gables selalu mendukung Partai
Konservatif. Akhirnya, kedua gadis itu tiba di rumah tua Keluarga
Copp " sebuah tempat yang tampak sangat rapi, sehingga
Green Gables sekalipun akan menderita saking kontrasnya.
Rumahnya sangat kuno, dibangun di sebuah lereng, dan
salah satu ujung ruangan bawah tanahnya terbuat dari batu
gunung. Rumah dan bangunan-bangunan luarnya dikapur
putih menyilaukan mata, dan tidak ada sebatang pun rumput
liar yang tampak di halaman yang tertata rapi, dikelilingi
pagar putih. "Semua tirainya tertutup," kata Diana kesal.
"Sepertinya tidak ada orang di rumah."
Itu memang benar. Kedua gadis
itu saling berpandangan bingung. "Aku tidak tahu harus bagaimana," kata Anne. "Jika
~213~ aku yakin piringnya benar-benar yang kucari, aku tidak
berkeberatan menunggu hingga mereka pulang. Tapi, pasti
akan terlambat untuk pergi ke rumah Wesley Keyson
setelah itu." "Kurasa itu adalah jendela dapur," katanya, "karena
rumah ini tepat seperti rumah Paman Charles di Newbridge,
dan seperti itulah jendela dapur mereka. Tirainya tidak
tertutup, jadi jika kita memanjat ke atap rumah kecil itu, kita
bisa mengintip ke dapur dan mungkin dapat melihat
piringnya. Apakah menurutmu itu tidak masalah?"
"Tidak, kupikir itu tak masalah," Anne memutuskan,
setelah berpikir sejenak, "kita mengintip kan, bukan karena
iseng." Setelah masalah etika penting ini diputuskan, Anne
bersiap-siap memanjat "rumah kecil" yang tadi disebutkan
suatu konstruksi balok-balok kayu, dengan atap runcing,
yang dulunya digunakan sebagai kandang bebek. Gadisgadis Copp telah menyerah memelihara bebek "karena
mereka adalah unggas yang sangat tidak rapi" dan kandang
itu sudah tidak digunakan selama beberapa tahun, kecuali
beberapa kali untuk kandang ayam. Meskipun dikapur putih
dengan rapi, kandang itu sudah goyah, dan Anne merasa
tidak yakin saat dia merayap naik dari drum yang diletakkan
di atas sebuah kotak. "Aku khawatir rumah kecil ini tidak akan bisa menahan
berat badanku," katanya melangkah dengan hati-hati di
atap. "Berpeganganlah ke ambang jendela," Diana
menyarankan, dan Anne langsung berpegangan. Dan dia
sangat senang, karena saat mengintip dari kaca jendela, dia
melihat sebuah piring willow-ware, tepat seperti yang dia
inginkan, di atas rak di depan jendela. Tapi tiba-tiba
~214~ bencana datang. Dalam kegembiraannya, Anne lupa untuk
berhati-hati memijakkan kakinya, dengan ceroboh
melepaskan pegangannya ke ambang jendela, dan secara
impulsif melompat kecil gembira. Dan saat berikutnya, dia
terjatuh menembus atap dan ketiaknya tersangkut. Dia
tergantung-gantung di sana, tidak mampu melepaskan diri.
Diana langsung berlari masuk ke kandang dan memegang
pinggang temannya yang malang, berusaha menarik Anne
ke bawah. "Ow " jangan!" pekik Anne. "Ada serpihan kayu
panjang menusukku. Coba lihat apakah kau bisa meletakkan
sesuatu di bawah kakiku " mungkin aku bisa menarik
tubuhku ke atas." Dengan terburu-buru Diana menyeret drum yang tadi
digunakan Anne untuk naik, dan untungnya drum itu cukup
tinggi untuk menahan kaki Anne sehingga posisinya aman.
Tetapi, dia tetap tak bisa melepaskan diri.
"Bisakah aku menarikmu keluar jika aku memanjat
naik?" Diana mengusulkan.
Anne menggelengkan kepala dengan putus asa.
"Tidak " serpihan kayu ini membuatku sangat
kesakitan. Tapi, jika kau bisa menemukan sebuah kapak,
kau bisa membebaskanku. Oh, ya ampun, sepertinya aku
lahir di bawah bintang sial."
Diana mencari-cari dengan saksama, tetapi tidak ada
kapak yang bisa ditemukan.
"Aku harus mencari pertolongan," dia berkata, menoleh
ke Anne yang terjepit dan tak bisa bergerak.
"Tidak, sungguh, jangan lakukan itu," pinta Anne. "Jika
kau melakukannya, kisah ini akan menyebar ke mana-mana,
dan aku pasti malu sekali. Tidak, kita harus menunggu
~215~ gadis-gadis Copp pulang ke rumah dan memohon agar
mereka merahasiakannya. Mereka pasti tahu di mana
tempat penyimpanan kapak dan bisa membebaskanku. Aku
merasa nyaman, selama aku tetap diam tak bergerak "
Tubuhku yang tetap nyaman, maksudku. Aku bertanyatanya berapa nilai kandang ini bagi gadis-gadis Copp. Aku
harus membayar kerusakan yang telah kulakukan, tapi aku
tidak berkeberatan jika mereka mengerti alasanku mengintip
ke jendela dapur mereka. Setidaknya aku lega karena
piringnya benar-benar sama dengan yang kucari, dan jika
Miss Copp mau menjualnya kepadaku, aku akan menerima
segala yang telah terjadi."
"Bagaimana jika gadis-gadis Copp baru pulang pada
malam hari " atau besok?" tanya Diana.
"Jika mereka tidak kembali saat matahari terbenam,
kau harus pergi untuk meminta bantuan, kupikir," jawab
Anne ragu, "tapi kau tidak boleh pergi hingga kecuali sangat
terpaksa. Oh, ya ampun, ini situasi yang mengerikan sekali.
Aku tidak berkeberatan mendapatkan kesialan jika itu
romantis, seperti yang selalu dialami oleh tokoh-tokoh
utama Mrs. Morgan, tapi situasi-situasi itu selalu konyol.
Apa yang akan gadis-gadis Copp pikirkan saat kereta
mereka memasuki pekarangan dan melihat kepala seorang
gadis nongol di atas atap kandang bebek mereka" Dengar
" apakah itu kereta" Tidak, Diana, aku yakin itu guntur."
Dan memang benar, itu adalah suara guntur. Dan
Diana, yang menjelajahi sekeliling rumah itu dengan
terburu-buru, kembali untuk mengatakan segumpal awan
yang sangat hitam berarak dengan cepat di langit barat.
"Aku yakin sebentar lagi akan hujan deras," teriaknya
khawatir. "Oh, Anne, apa yang akan kita lakukan?"


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita harus bersiap-siap," kata Anne tenang. Hujan
~216~ badai tampaknya tidak terlalu penting dibandingkan dengan
peristiwa yang telah terjadi. "Sebaiknya kau memindahkan
kuda dan kereta buginya ke kandang yang terbuka itu.
Untungnya payungku ada di kereta bugi. Ini " ambillah
topiku. Marilla berkata aku benar-benar konyol karena
memakai topi terbaikku ke Jalan Tory dan dia benar, seperti
biasanya." Diana melepaskan tambatan kuda poni dan
menuntunnya ke kandang, tepat saat tetes hujan pertama
turun. Dia duduk di sana dan mengamati curah hujan yang
deras, tebal dan rapat sehingga dia tidak dapat melihat
Anne dengan jelas. Anne memegang payung dengan berani
di atas kepalanya yang tak tertutup. Gemuruh guntur
terdengar sering sekali, dan hujan turun deras sekitar satu
jam. Kadang-kadang, Anne memiringkan payung hitamnya
dan melambai untuk menenangkan temannya. Namun,
percakapan pada jarak sejauh itu sulit untuk dilakukan.
Akhirnya, hujan berhenti, matahari muncul lagi, dan Diana
menyeberangi genangan air di pekarangan.
"Kau basah kuyup ya?" tanyanya gugup.
"Oh, tidak," jawab Anne ceria. "Kepala dan bahuku
cukup kering dan rokku hanya sedikit lembap, karena hujan
menembus balok-balok kayu. Jangan mengasihaniku, Diana,
karena aku sama sekali tidak berkeberatan. Aku terus
berpikir bahwa hujan ini terasa sangat indah dan betapa
senangnya tamanku, dan membayangkan apa yang
dipikirkan oleh bunga-bunga dan kuncup-kuncup saat tetes
pertama hujan turun. Aku membayangkan dialog ceria
antara bunga-bunga aster, kacang-kacang manis, dan
kenari-kenari liar di semak ungu, serta ruh-ruh penjaga
~217~ taman. Saat aku pulang, aku akan menuliskannya. Kuharap
aku memiliki pensil dan kertas untuk menuliskannya
sekarang, karena aku yakin, aku akan melupakan bagian
terbaiknya sebelum tiba di rumah."
Diana yang setia membawa sebatang pensil dan
menemukan sehelai kertas pembungkus di kotak yang ada
di kereta bugi. Anne melipat payungnya yang basah,
memakai topinya, merentangkan kertas pembungkus di
genteng yang diulurkan Diana, lalu menuliskan dialog
dramatis tamannya di dalam kondisi yang paling tidak sesuai
untuk menulis sebuah karya sastra. Meskipun begitu,
hasilnya cukup indah, dan Diana "terkesima" saat Anne
membacakan tulisan itu kepadanya.
"Oh, Anne, sungguh manis " benar-benar manis. Ayo
kirimkan tulisanmu ke Canadian Woman."
Anne menggelengkan kepala.
"Oh, tidak, sama sekali tidak layak. Tidak ada Plot di
dalam tulisan ini, kau tahu. Ini hanya rangkaian kata-kata
indah. Aku senang menulis hal-hal demikian, tapi tentu saja
hal-hal semacam itu tidak akan pernah bisa dipublikasikan,
karena para editor bersikeras untuk menemukan plot,
seperti yang Priscilla katakan. Oh, itu dia Miss Sarah Copp.
Tolong, Diana, pergilah dan jelaskan kepadanya."
Miss Sarah Copp adalah seorang perempuan mungil,
terbungkus gaun berwarna hitam kumal, dengan sebuah topi
yang dipilih karena keindahannya, bukan karena kualitasnya
agar bisa tahan lama. Dia tampak terkejut seperti yang
sudah diduga saat melihat pemandangan ganjil di
pekarangannya. Namun, setelah mendengar penjelasan
~218~ Diana, dia bersimpati. Dengan cepat dia membuka pintu
belakang, mengambil sebuah kapak, dan dengan beberapa
kali ayunan yang terampil, dia membebaskan Anne. Anne,
yang lelah dan kaku, merunduk ke bawah penjaranya dan
dengan penuh syukur menyambut kebebasannya.
"Miss Copp," katanya sepenuh hati. "Aku meyakinkan
Anda bahwa aku mengintip dapur Anda hanya untuk
mencari tahu apakah Anda memiliki sebuah piring willowware. Aku tidak melihat hal lain aku tidak Mencari hal-hal
lain." "Tenang saja, tidak apa-apa," kata Miss Sarah maklum.
"Kau tidak perlu khawatir itu bukan kejahatan. Syukurlah,
kami Keluarga Copp selalu membiarkan dapur kami rapi
sepanjang waktu dan tidak peduli siapa yang melihat ke
dalamnya. Dan tentang kandang bebek tua itu, aku senang
karena kandang itu rusak, dan mungkin sekarang Martha
akan setuju kandang itu dirobohkan. Dia tidak pernah mau
karena khawatir kandang itu bisa berguna suatu saat nanti,
dan aku harus melaburnya dengan kapur putih setiap musim
semi. Kau memang tak bisa mendebat Martha. Dia pergi ke
kota hari ini aku tadi mengantarnya ke stasiun. Dan kau
ingin membeli piringku. Nah, kau akan menawar berapa
untuk piring itu?" "Dua puluh dolar," jawab Anne, yang tidak pernah
bermaksud untuk meliciki Copp bersaudara, sehingga dia
tidak berpikir untuk menawar lebih rendah daripada yang
bisa dia bayarkan pada permulaan.
"Yah, aku akan memikirkannya," jawab Miss Sarah
hati-hati. "Untungnya, piring itu adalah milikku. Jika tidak,
aku tidak akan berani menjualnya saat Martha tidak ada di
sini. Dan tentang itu, aku yakin dia tidak akan memberikan
harga semurah itu. Martha adalah penguasa rumah ini, kau
~219~ tahu. Aku benar-benar lelah tinggal di bawah ketiak
perempuan lain. Tapi, ayo, silakan masuk, silakan masuk.
Kalian pasti lelah dan lapar. Aku akan membuatkan
hidangan minum teh senikmat mungkin, tapi kuperingatkan
kalian, jangan harapkan apa-apa selain roti dan mentega,
serta beberapa timun. Martha mengunci semua kue, keju,
dan manisan sebelum pergi. Dia selalu begitu, karena dia
berkata aku terlalu murah hati dengan hidangan-hidangan
itu jika ada tamu." Kedua gadis itu cukup lapar untuk memikirkan hal
tersebut, dan mereka menikmati roti, mentega, dan "timun"
Miss Sarah yang nikmat. Saat selesai makan, Miss Sarah
berkata, "Aku tidak tahu apakah aku berkeberatan untuk
menjual piring itu. Tapi harganya dua puluh lima dolar. Itu
adalah piring yang sangat kuno."
Diana menendang Anne perlahan di bawah meja, yang
berarti, "Jangan dulu setuju dia akan melepaskannya
seharga dua puluh dolar jika kau bersikeras." Tetapi, Anne
sama sekali tidak berkeberatan untuk membayar berapa
pun untuk piring yang berharga itu. Dia langsung setuju
dengan harga dua puluh lima dolar itu dan Miss Sarah
terlihat kecewa karena tidak meminta harga tiga puluh
dolar. "Yah, kupikir kau bisa mengambilnya. Aku ingin uang
itu untuk kugunakan saat ini juga. Sebenarnya " Miss Sarah
mengangkat kepalanya dengan sikap penting, dengan rona
bangga di pipinya yang kurus "Aku akan menikah dengan
Luther Wallace. Dia menginginkanku dua puluh tahun yang
lalu. Aku benar-benar menyukainya, tapi saat itu dia miskin,
dan Ayah menolaknya. Seharusnya aku tidak membiarkan
dia begitu, tapi aku malu dan takut terhadap Ayah. Lagi
pula, saat itu aku belum tahu kalau lelaki ternyata "susah
~220~ didapat"." Saat kedua gadis itu sudah berada jauh dari rumah
Keluarga Copp, dengan Diana yang mengemudi kereta dan
Anne memegang piring berharga itu dengan hati-hati di
pangkuannya, keheningan Jalan Tory yang hijau dan segar
karena hujan terdengar hidup karena tawa keduanya.
"Aku akan membuat Bibi Josephine-mu geli dengan
"peristiwa ganjil bersejarah" siang ini saat aku pergi ke kota
besok. Kita mengalami saat-saat yang menegangkan, tapi
semua sudah berlalu. Aku mendapatkan piringnya, dan
hujan telah mengusir debu dengan indah. Jadi, semua yang
baik akan berakhir dengan baik."
"Kita belum tiba di rumah," kata Diana pesimistis, "dan
kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi sebelum
tiba di rumah. Kau benar-benar seorang gadis yang selalu
mengalami petualangan, Anne."
"Mengalami petualangan sudah biasa bagi beberapa
orang," kata Anne dengan tenang. "Kau bisa menganggap
itu adalah anugerah, atau mungkin juga tidak."
~221~ ~222~ Hari Yang Bahagia Kehidupan di Green Gables penuh dengan hari-hari
seperti itu, karena kegembiraan dan kesedihan Anne. Dan
seperti yang dialami orang lain, semua tidak berlangsung
sekaligus, tetapi tersebar sepanjang tahun, dengan rentang
panjang hari-hari menyenangkan dan bahagia di antaranya,
dipenuhi dengan tugas-tugas, mimpi-mimpi, tawa, dan
pelajaran berharga. Suatu hari seperti itu terjadi pada akhir
bulan Agustus. Siang sebelumnya, Anne dan Diana
mengayuh sampan dengan sepasang anak kembar yang
kegirangan di danau, menuju pantai pasir, untuk memetik
"rumput manis". Mereka mengayuh di antara riak air
danau, di antara angin yang membisikkan lirik kuno yang dia
pelajari saat dunia masih muda.
Sore harinya, Anne berjalan ke rumah tua Keluarga
Irving untuk menemui Paul. Dia menemukan Paul sedang
berbaring di atas rumput di sebelah segerumbul pohon
cemara rapat, yang membatasi rumahnya dari arah utara,
tenggelam dalam buku tentang kisah-kisah fantasi. Paul
langsung berdiri gembira saat melihat Anne.
"Oh, aku sangat senang kau datang, Ibu Guru," Paul
berkata penuh semangat, "karena Nenek sedang pergi. Kau
harus tinggal dan minum teh bersamaku, mau ya" Sungguh
sepi harus minum teh sendirian. Kau tahu, Ibu Guru, aku
sempat memikirkan dengan serius untuk meminta Mary Joe
~223~ Muda agar mau duduk dan makan bersamaku, tapi kupikir
Nenek tidak akan menyetujuinya. Nenek bilang, orangorang Prancis sebaiknya tetap berada di tempat mereka.
Dan lagi pula, sungguh sulit untuk berbicara dengan Mary
Joe Muda. Dia hanya tertawa dan berkata, "Yah, kau lebih
hebatzz darrripada anak-anak yang kukenal." Itu bukan
percakapan yang kuinginkan."
"Tentu saja, aku akan tinggal untuk minum teh," sahut
Anne ceria. "Aku sangat ingin mendapatkan undangan.
Mulutku sudah berliur membayangkan kue krim buah lezat
buatan nenekmu yang kucicipi saat minum teh di sini dulu."
Paul tampak serius. "Kalau menurutku, Ibu Guru,"
katanya, berdiri di hadapan Anne dengan kedua tangan di
saku dan wajah mungilnya yang tampan tiba-tiba tampak
serius, "meski kau hanya dapat kue tawar kau harus tetap
bersyukur. Tapi, itu bergantung pada Mary Joe. Aku
mendengar Nenek berkata kepadanya sebelum pergi bahwa
dia tak boleh memberiku kue krim buah apa pun karena
terlalu lezat untuk perut seorang anak kecil. Tapi mungkin
Mary Joe akan mengambilkan sedikit untukmu jika aku
berjanji tidak akan memakan sepotong pun. Kita berharap
saja pada kemungkinan yang terbaik."
"Ya, kita harus berharap," Anne menyetujui, benarbenar menyenangi filosofi ceria ini, "dan jika Mary Joe
terbukti keras hati dan tidak mau memberiku kue krim buah
sepotong pun, itu sama sekali tidak masalah, jadi kau tidak
perlu mengkhawatirkannya."
"Ibu yakin tidak apa-apa jika dia tidak mau memberimu
kue?" tanya Paul gelisah.
"Benar-benar yakin, Sayang."
"Kalau begitu aku tidak akan khawatir," kata Paul,
~224~ mendesah lega, "terutama karena aku berpikir Mary Joe
akan mau mendengarkan alasan yang masuk akal. Dia
bukan seseorang yang tidak bertanggung jawab, tapi dia
telah belajar dari pengalaman bahwa dia tidak boleh
melanggar perintah Nenek. Nenek adalah seorang perempuan hebat, tapi orang-orang harus patuh terhadap
perintahnya. Dia sangat puas kepadaku pagi ini karena aku
akhirnya berhasil menghabiskan sepiring penuh bubur. Itu
butuh usaha keras, tapi aku berhasil. Nenek bilang aku akan
segera tumbuh dewasa. Tapi, Ibu Guru, aku ingin
menanyakan sesuatu yang sangat penting. Kau akan
menjawabnya dengan jujur, kan?"
"Aku akan berusaha," Anne berjanji.
"Apakah kau pikir aku salah karena sering mengarang
cerita khayalan?" tanya Paul sangat menantikan jawaban
Anne. "Ya Tuhan, tidak, Paul," seru Anne takjub. "Tentu saja
tidak. Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"
"Mary Joe " tapi dia tidak tahu aku mendengarnya.
Gadis pekerja Mrs. Peter Sloane, Veronica, datang untuk
menemui Mary Joe tadi malam dan aku mendengar mereka
berbicara di dapur saat aku berjalan di lorong. Aku
mendengar Mary Joe berkata, "Paul itu, dia anak lelakiii
yang ganjiil. Dia bicara aneh. Kupikir ada sezuatu yang
zalah dengan otaknya." Aku tidak bisa tidur tadi malam
hingga lama sekali, memikirkannya, dan bertanya-tanya
apakah Mary Joe benar. Aku tidak berani bertanya kepada
Nenek, tapi aku bertekad bertanya kepadamu. Aku sangat
~225~ senang karena Ibu Guru kau berpikir tidak apa-apa kalau
aku suka mengarang cerita khayalan."
"Tentu saja begitu. Mary Joe adalah seorang gadis
yang konyol dan tidak sopan, dan kau tidak perlu khawatir
dengan apa pun yang dia katakan," kata Anne yakin, diamdiam bertekad untuk memberi tahu Mrs. Irving agar nenek
Paul itu menegur Mary Joe yang berlidah tajam.
"Yah, kalau begitu aku tidak lagi terbebani," kata Paul.
"Aku benar-benar gembira sekarang, Ibu Guru, berkat
dirimu. Pasti tidak menyenangkan jika ada sesuatu yang
salah dalam otakmu, kan, Ibu Guru" Kupikir alasan Mary
Joe membayangkan begitu karena aku sering kali
mengatakan kepadanya apa yang kupikirkan tentang segala
hal."

Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu memang tindakan berbahaya," aku Anne yang
telah belajar dari pengalamannya sendiri.
"Yah, sebelum aku memberi tahu apa yang telah
kukatakan pada Mary Joe agar Ibu Guru bisa tahu apakah
ada yang ganjil dalam otakku," kata Paul, "tapi, aku akan
menunggu hingga hari mulai gelap. Saat itulah aku ingin
sekali bercerita kepada orang lain, dan saat tidak ada orang
yang bisa mendengarkan, aku Harus bercerita kepada Mary
Joe. Tapi, setelah ini aku tidak akan melakukannya, jika itu
membuatnya membayangkan ada yang salah dalam otakku.
Aku hanya akan menahan derita saja karena tidak
bercerita." "Dan jika deritamu terlalu berat, kau bisa datang ke
Green Gables untuk memberi tahu pikiran-pikiranmu,"
Anne menyarankan, dengan daya tarik yang membuatnya
disayangi oleh anak-anak, karena pada umumnya mereka
benar-benar senang dianggap serius.
~226~ "Ya, aku akan pergi ke sana. Tapi kuharap Davy tidak
akan ada di sana karena dia sering meledekku dengan
mengerenyitkan wajahnya. Aku tidak Terlalu berkeberatan
karena dia adalah seorang anak kecil dan aku lebih besar,
tapi tetap saja itu tidak menyenangkan. Dan Davy benarbenar ahli mengerenyitkan wajahnya menjadi jelek.
Kadang-kadang, aku khawatir wajahnya tidak akan kembali
seperti semula lagi. Dia melakukannya kepadaku di gereja
saat aku harus memikirkan hal-hal mulia. Tapi, Dora
menyukaiku, dan aku menyukainya, tapi itu sebelum dia
berkata kepada Minnie May Barrie jika dia bermaksud
menikah denganku saat aku sudah besar. Aku mungkin
akan menikah dengan seseorang saat sudah dewasa, tapi
aku masih terlalu kecil untuk memikirkan itu, iya bukan, Ibu
Guru?" "Memang terlalu kecil," sang Ibu Guru menyetujui.
"Omong-omong soal menikah, aku teringat hal lain yang
membebani pikiranku akhir-akhir ini," Paul melanjutkan.
"Mrs. Lynde sedang berkunjung ke sini suatu hari minggu
lalu untuk minum teh dengan nenek, dan Nenek
menyuruhku menunjukkan foto ibuku yang mungil " yang
Ayah kirim untukku sebagai hadiah ulang tahun. Aku tidak
terlalu ingin menunjukkannya kepada Mrs. Lynde. Mrs.
Lynde adalah perempuan yang baik dan sopan, tapi dia
bukan jenis orang yang ingin kita tunjukkan foto ibu kita.
Kau tahu maksudku kan, Ibu Guru. Tapi tentu saja aku
mematuhi Nenek. Mrs. Lynde berkata ibuku sangat cantik,
tapi dandanannya agak berlebihan, dan pasti jauh lebih
muda daripada Ayah. "Lalu, Mrs. Lynde berkata, "Suatu hari, Pa-mu akan
menikah lagi. Seperti apa Ma baru yang ingin kau miliki,
Master Paul?" Yah, ide itu nyaris membuatku sesak napas,
Ibu Guru, tapi aku tidak akan membiarkan Mrs. Lynde
~227~ mengetahuinya. Aku hanya menatap wajahnya lekat-lekat
seperti ini dan berkata, "Mrs. Lynde, Ayah telah berhasil
sangat baik untuk memilih ibuku yang pertama, dan aku
harus memercayainya untuk memilih ibu yang sama baiknya
untuk kedua kalinya." Dan aku Bisa memercayai Ayah, Ibu
Guru. Tapi tetap saja, kuharap, jika Ayah akan memberiku
seorang ibu baru, dia akan menanyakan pendapatku
sebelum terlambat. Itu dia Mary Joe muncul, akan
memanggil kita untuk minum teh. Aku akan pergi dan
berkonsultasi dengannya tentang kue krim buahnya."
Sebagai hasil "konsultasi" itu, Mary Joe memotong kue
krim buah dan menambahkan satu hidangan manisan dalam
menu. Anne menuangkan teh dia dan Paul sangat
menikmati makanan lezat di ruang duduk tua yang redup,
dengan jendela terbuka menyambut angin pantai sepoisepoi. Mereka juga membicarakan begitu banyak "omong
kosong" yang diam-diam dibicarakan oleh Mary Joe kepada
Veronica malam berikutnya, bahwa "ibu guru sekolah"
ternyata seganjil Paul. Setelah minum teh, Paul mengajak
Anne naik ke kamarnya untuk menunjukkan foto ibunya,
yang merupakan hadiah ulang tahun misterius dan disimpan
oleh Mrs. Irving di rak buku.
Kamar mungil Paul yang berlangit-langit rendah dihiasi
oleh gelombang lembut cahaya kemerahan matahari yang
terbenam di atas laut dan bayangan-bayangan pohon
cemara berayun-ayun, yang tumbuh di dekat jendela
berbentuk bujur sangkar. Di antara kilauan lembut yang
berkesan mewah ini, seraut wajah manis yang tampak
sangat muda, dengan mata keibuan yang lembut, bersinarsinar dari foto yang tergantung di dinding, di dekat kaki
tempat tidur. "Itu ibuku yang mungil," kata Paul dengan kebanggaan
~228~ bercampur kasih sayang. "Aku meminta Nenek
menggantungnya di sana karena aku akan melihatnya
segera setelah aku membuka mata pada pagi hari. Aku
tidak berkeberatan untuk tidur dengan lampu padam
sekarang, karena sepertinya ibuku yang mungil berada
bersamaku di sini. Ayah benar-benar tahu apa yang ingin
kusukai untuk hadiah ulang tahun, meskipun dia tidak
pernah bertanya kepadaku. Bukankah menakjubkan karena
para ayah Benar-Benar tahu?"
"Ibumu sangat cantik, Paul, dan kau sedikit mirip
dengannya. Tapi mata dan rambutnya lebih gelap daripada
mata dan rambutmu." "Warna mataku sama dengan warna mata Ayah," kata
Paul, berlari di ruangan untuk menumpuk seluruh bantal
yang ada di tempat duduk depan jendela, "tapi rambut Ayah
berwarna kelabu. Dia memiliki rambut yang lebat, tapi
sudah beruban. Kau tahu, umur Ayah hampir lima puluh
tahun. Itu adalah usia yang cukup lanjut, bukan" Tapi, dia
hanya tampak tua Di Luar. Di Dalam hatinya, dia semuda
siapa pun. Sekarang, Ibu Guru, silakan duduk di sini, dan
aku akan duduk di dekat kakimu. Bolehkah aku
menyandarkan kepala di lututmu" Seperti itulah ibuku yang
mungil dan aku biasa duduk. Oh, ini benar-benar
menyenangkan, kupikir."
"Sekarang, aku ingin mendengar pikiran-pikiran yang
menurut Mary Joe ganjil," kata Anne, menepuk lembut
rambut ikal tebal di sampingnya. Paul tidak pernah harus
dibujuk untuk menceritakan pikirannya " setidaknya, bagi
orang-orang yang sejiwa dengannya.
"Aku memikirkannya di lapangan pohon cemara suatu
malam," Paul berkata sambil menerawang. "Tentu saja aku
tidak Memercayainya, tapi aku Memikirkannya. Kau tahu,
Ibu Guru. Kemudian, aku ingin menceritakannya kepada
~229~ seseorang, tapi tidak ada siapa pun kecuali Mary Joe. Mary
Joe ada di dapur bersih, sedang membuat roti, dan aku
duduk di bangku di sampingnya dan berkata, "Mary Joe,
tahukah kau apa yang kupikirkan" Kupikir bintang malam
itu adalah sebuah mercu suar di tanah tempat para peri
berada." Dan Mary Joe berkata, "Yah, kau memang anak
ganjil. Peri itu tak ada." Aku sangat kesal. Tentu saja, aku
tahu peri-peri itu tidak ada; tapi tidak perlu diucapkan
hingga aku tidak bisa berpikir lagi. Kau pasti tahu, Ibu
Guru. Tapi, aku mencoba lagi dengan sabar.
"Aku berkata, "Kalau begitu, Mary Joe, tahukah kau
apa yang kupikirkan" Kupikir seorang malaikat berjalan
mengelilingi dunia setelah matahari terbenam " sesosok
malaikat putih tinggi besar, dengan sayap-sayap perak
terlipat " dan dia bernyanyi untuk meninabobokan bungabunga serta burung-burung. Anak-anak bisa mendengarnya
jika mereka tahu bagaimana cara mendengarkannya."
Kemudian, Mary Joe mengangkat tangannya yang
belepotan tepung dan berkata, "Yah, kau anak kecil ganjil.
Kau membuatku zaangat takut." Dan dia benar-benar
tampak ketakutan. Lalu, aku keluar dan membisikkan
pikiran-pikiranku yang lain ke taman. Ada sebatang pohon
birch kecil di taman yang sudah meranggas. Nenek bilang
cipratan air garam yang membuatnya mati; tapi kupikir
dryad yang ada di pohon itu adalah sesosok dryad yang
konyol, yang menjelajah untuk melihat dunia, lalu tersesat.
Dan pohon kecil itu begitu kesepian sehingga dia mati
karena hatinya hancur."
~230~ "Dan saat dryad mungil yang malang dan konyol itu
sudah lelah menjelajah dunia, lalu kembali ke pohonnya,
Hatinya yang akan hancur."
"Ya, tapi jika para dryad berlaku konyol, mereka harus
menerima konsekuensinya, seperti orang-orang biasa," kata
Paul dengan muram. "Apakah kau tahu apa yang
kupikirkan tentang bulan sabit, Ibu Guru" Kupikir itu adalah
sebuah perahu emas kecil yang penuh impian."
"Dan saat perahu itu oleng karena menabrak awan,
beberapa impian tumpah dan jatuh ke dalam tidurmu."
"Tepat sekali, Ibu Guru. Oh, kau Benar-Benar tahu.
Dan kupikir bunga-bunga violet adalah kepingan-kepingan
kecil angkasa yang jatuh saat para malaikat membuat
lubang agar bintang-bintang bisa bersinar. Dan bunga-bunga
buttercups terbuat dari sinar matahari yang sudah tua; dan
kupikir bunga sweet pea akan menjadi kupu-kupu saat
mereka pergi ke surga. Nah, Ibu Guru, apakah kau melihat
ada sesuatu yang sangat ganjil dalam pikiran-pikiran itu?"
"Tidak, Sayang, pikiran-pikiran itu sama sekali tidak
ganjil; pikiran-pikiran itu hanya aneh sekaligus indah bagi
seorang anak lelaki kecil, jadi orang-orang yang tidak bisa
memikirkan apa pun seperti itu bahkan meskipun mereka
berusaha selama seratus tahun akan menganggapnya ganjil.
Tapi, teruslah memikirkan itu, Paul. Suatu hari kau akan
menjadi seorang penyair, aku yakin."
Saat Anne pulang, dia menemukan sesosok anak lelaki
yang sangat berbeda sedang menunggunya untuk diantar ke
tempat tidur. Davy merengut, dan saat Anne sudah
mengganti bajunya, dia melemparkan diri ke tempat tidur
dan membenamkan wajah ke bantal.
"Davy, kau lupa mengucapkan
~231~ doamu," Anne mengingatkan. "Nggak, aku nggak lupa," sahut Davy bandel, "tapi aku
nggak akan berdoa lagi. Aku nyerah bersikap baik, karena
kau pasti lebih suka Paul Irving walaupun aku sudah
berusaha jadi anak paling baik. Jadi, aku akan nakal saja
dan senang-senang sekalian."
"Aku tidak Lebih menyukai Paul Irving," kata Anne
serius. "Aku menyukaimu sama besarnya, hanya saja
dengan cara berbeda."
"Tapi, aku ingin kau suka aku dengan cara yang sama,"
Davy merengut. "Kau tidak bisa menyukai orang berbeda dengan cara
yang sama. Kau tidak menyukai Dora dan aku dengan cara
yang sama, kan?" Davy duduk dan berpikir. "Ng ... nggak, sih," akhirnya dia mengakui, "aku suka
Dora karena dia kembaranku, tapi aku suka kau karena kau
adalah Kau." "Dan aku menyukai Paul karena dia adalah Paul dan
menyukai Davy karena dia adalah Davy," kata Anne ceria.
"Baiklah, kalau begitu aku berdoa," kata Davy merasa
yakin lagi. "Tapi, aku terlalu kesal buat berdoa sekarang.
Aku akan berdoa dua kali besok pagi, Anne. Sama saja,
kan?" Tidak, Anne merasa yakin bahwa itu tidak sama. Jadi,
Davy turun dari tempat tidur dan berlutut. Setelah selesai
berdoa, dia duduk bersimpuh di atas kaki cokelatnya yang
mungil dan telanjang, lalu menatap Anne.
"Anne, aku lebih baik daripada biasanya."
"Ya, kau memang begitu, Davy," kata Anne, yang tidak
pernah ragu untuk memberikan pujian kapan pun dia harus
memuji. ~232~ "Aku Tahu aku lebih baik," kata Davy percaya diri,
"dan aku akan kasih tahu bagaimana aku bisa tahu. Hari ini,
Marilla memberiku dua potong roti selai, sepotong buatku,
sepotong buat Dora. Yang satu lebih besar daripada yang
lain, tapi Marilla tidak berkata roti yang mana buat aku.
Tapi, aku memberi roti yang besar buat Dora. Aku baik,
bukan?" "Sangat baik, dan sangat sopan, Davy."
"Tentu saja," aku Davy, "Dora nggak terlalu lapar dan
dia hanya memakan setengah rotinya, lalu sisanya dia
berikan buat aku. Tapi, aku tidak tahu dia akan melakukan
itu saat aku ngasih roti itu, jadi aku Memang baik, Anne."
Di keremangan senja, Anne berjalan-jalan santai ke
Buih-Buih Dryad dan melihat Gilbert Blythe datang dari
arah Hutan Berhantu yang gelap. Dia tiba-tiba menyadari
bahwa Gilbert bukan lagi seorang anak sekolah. Dan betapa
gagahnya dia seorang pemuda tinggi berwajah tulus, dengan
mata tajam jernih dan bahu lebar. Anne berpikir bahwa
Gilbert adalah seorang pemuda yang sangat tampan,
meskipun dia sama sekali bukan tipe pemuda idaman Anne.
Sudah lama sekali Anne dan Diana memutuskan pemuda
seperti apa yang mereka sukai dan selera mereka
tampaknya sangat persis. Pemuda itu harus sangat tinggi
mengesankan, dengan sorot mata melankolis sekaligus
misterius, serta suara yang menggetarkan dan menarik
simpati. Sama sekali tidak ada hal yang melankolis maupun
misterius dalam penampilan fisik Gilbert, tetapi tentu saja itu
tidak berpengaruh dalam persahabatan mereka!
Gilbert merunduk saat keluar dari pohon-pohon pakis di
samping Buih-Buih Dryad dan menatap Anne bahagia. Jika
Gilbert diminta untuk menggambarkan perempuan
idamannya, poin demi poin deskripsinya pasti persis dengan
diri Anne, bahkan juga tujuh bintik kecil di hidung yang
~233~ mengusik hati Anne. Gilbert memang belum dewasa
sepenuhnya, tetapi seorang pemuda pasti memiliki impian
seperti para pemuda lainnya. Dan dalam bayangan Gilbert
akan masa depannya, selalu ada seorang gadis dengan
mata bening besar dan kelabu, dengan wajah sehalus dan


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

secantik bunga. Dia juga telah membulatkan tekad bahwa
masa depannya harus layak untuk menghidupi sang dewi.
Bahkan, di Avonlea yang tenang ada banyak godaan yang
harus dia hadapi. Anak-anak muda White Sands cukup
"cepat" bertindak jika menyukai seseorang, dan ke mana
pun dia pergi, Gilbert benar-benar populer. Tetapi, dia
bermaksud untuk tetap menjaga dirinya agar layak
mendapatkan uluran persahabatan Anne dan mungkin suatu
hari cintanya; dan dia berhati-hati dengan kata-kata, pikiran,
dan tindakannya, tetapi juga merasa cemburu jika mata
bening Anne tidak memerhatikan dirinya.
Daya pikat Anne bagi Gilbert adalah sebuah sikap
alami gadis-gadis yang idealismenya tinggi dan murni, serta
berpengaruh pada teman-temannya; pengaruh yang akan
terus terasa selama Anne tetap menjaga idealismenya dan
akan hilang jika Anne tidak lagi mampu menjaganya. Di
mata Gilbert, daya tarik Anne yang paling besar adalah
gadis itu tidak pernah menurunkan standar moralnya dengan
memikirkan hal-hal remeh seperti sekian banyak gadis
Avonlea kecemburuan-kecemburuan kecil, kelicikan atau
persaingan diam-diam, atau memanfaatkan orang lain.
Anne sama sekali tidak pernah melakukan itu, bukan secara
sadar atau sengaja, tetapi karena semua hal tersebut benarbenar asing bagi jiwanya yang bening dan impulsif, dengan
motif-motif dan aspirasi sejernih kristal.
Namun, Gilbert tidak berusaha mengungkapkan pikiran
itu dalam kata-kata, karena dia terlalu mengenal Anne
sehingga sadar bahwa Anne akan menolak dengan pedas
~234~ dan dingin seluruh usaha sentimentilnya untuk bicara atau
malah menertawakannya, yang rasanya sepuluh kali lebih
buruk. "Kau benar-benar tampak seperti dryad sejati di
bawah pohon birch itu," Gilbert menggoda.
"Aku sangat menyukai pohon birch," sahut Anne,
menempelkan pipinya ke permukaan batang pohon birch
ramping halus dan berwarna krem lembut, dengan gerakan
luwes penuh kasih sayang yang dia lakukan dengan sangat
alamiah. "Kalau begitu, kau akan senang jika mendengar bahwa
Mr. Major Spencer telah memutuskan untuk menanam
sebaris pohon birch putih di sepanjang jalan di depan lahan
pertaniannya, untuk mendukung Kelompok Pengembangan
Desa Avonlea," kata Gilbert. "Dia bicara tentang itu
kepadaku hari ini. Major Spencer adalah orang yang paling
progresif dan mendukung kepentingan umum di Avonlea.
Dan Mr. William Bell juga akan menanam sebaris pohon
spruce di sepanjang jalan di depan lahan pertaniannya,
hingga jalan kecil yang mengarah ke sana.
"Kelompok kita telah berhasil dengan baik, Anne. Kita
sudah melewati tahap ujian dan sudah diterima. Para
penduduk yang lebih tua mulai tertarik juga, dan orangorang White Sands sudah membicarakan kemungkinan
mendirikan kelompok seperti ini juga. Bahkan Elisha Wright
pun terpengaruh sejak orang-orang Amerika dari hotel
berpiknik di pantai. Orang-orang Amerika itu sangat
mengagumi sisi jalan kita dan berkata bahwa bagian itu jauh
lebih indah daripada bagian lain di pulau ini. Dan, ketika
pada saatnya para petani lain mengikuti contoh baik Mr.
~235~ Spencer dan menanam pohon-pohon dan semak-semak
hiasan di sepanjang jalan depan lahan masing-masing,
Avonlea akan menjadi daerah yang paling indah di provinsi
ini." "Kelompok Penggalangan Dana Amal sedang
berencana untuk merawat pemakaman," kata Anne, "dan
kuharap mereka melakukannya, karena pasti masyarakat
harus menyumbang untuk itu, dan tidak ada gunanya bagi
Kelompok Pengembangan kita untuk mengumpulkan dana
setelah peristiwa aula. Tapi, Kelompok Penggalangan Dana
Amal tidak pernah bergerak jika Kelompok Pengembangan
kita tidak memicu pemikiran itu pada diri mereka. Pohonpohon yang ditanam di pekarangan gereja tumbuh dengan
subur, dan dewan sekolah berjanji kepadaku bahwa mereka
akan memasang pagar di sekeliling halaman sekolah tahun
depan. Jika mereka telah memasangnya, aku akan
mengadakan satu hari berkebun dan setiap murid harus
menanam sebatang pohon, dan kami akan memiliki sebuah
taman di sudut dekat jalan."
"Sejauh ini kita berhasil melakukan hampir seluruh
rencana kita, kecuali memindahkan rumah tua Keluarga
Boulter," kata Gilbert, "dan aku telah Menyerah
mengusahakannya. Levi tidak akan merobohkannya hanya
karena permintaan kita. Seluruh anggota Keluarga Boulter
memiliki sifat keras kepala, dan sifat itu mengalir deras
dalam diri Levi." "Julia Bell ingin mengirimkan perwakilan lagi untuk
membujuknya, tapi kupikir lebih baik kita membiarkannya
saja," kata Anne bijak.
"Dan serahkan saja kepada Tuhan, seperti kata Mrs.
Lynde," Gilbert tersenyum. "Sudah pasti, tidak akan ada
lagi utusan. Utusan-utusan perwakilan hanya membuat Levi
~236~ semakin kesal. Julia Bell berpikir kita bisa melakukan
segalanya, jika kita memiliki utusan untuk melakukannya.
Musim semi depan, Anne, kita harus memulai kampanye
untuk halaman dan pekarangan yang lebih baik. Kita akan
menyebar benihnya musim dingin ini. Aku memiliki tulisan
panjang tentang halaman dan perawatannya, dan aku akan
mempersiapkan makalah tentang hal itu segera. Yah,
kupikir liburan kita hampir selesai. Sekolah akan dibuka
kembali Senin depan. Apakah Ruby Gillis diterima di
Sekolah Carmody?" "Ya; Priscilla menulis surat bahwa dia telah bekerja di
sekolah di daerah tempat tinggalnya sendiri, jadi dewan
sekolah Carmody memberikan posisinya kepada Ruby. Aku
sedih Priscilla tidak akan kembali, tapi aku senang Ruby
bisa bekerja di sekolah itu. Dia akan pulang setiap Sabtu
dan kami akan menikmati saat-saat seperti masa lalu,
dengan dia, Jane, Diana, dan aku bersama-sama lagi."
Marilla, yang baru pulang dari rumah Mrs. Lynde,
sedang duduk di tangga beranda belakang saat Anne
kembali ke rumah. "Rachel dan aku memutuskan untuk jalan-jalan ke kota
besok," dia berkata. "Mr. Lynde merasa lebih baik minggu
ini dan Rachel ingin pergi sebelum Mr. Lynde sakit lagi."
"Aku berencana untuk bangun pagi-pagi sekali besok,
karena aku memiliki banyak sekali pekerjaan yang harus
dilakukan," kata Anne. "Salah satunya, aku akan
memindahkan bulu-bulu dari kasurku yang lama ke kasur
yang baru. Seharusnya aku sudah lama melakukannya, tapi
aku terus menunda-nunda " itu adalah suatu tugas yang
sangat menyebalkan. Menunda ~237~ pekerjaan yang menyebalkan memang kebiasaan buruk, dan aku tidak
pernah bermaksud melakukannya lagi, karena itu artinya
aku tidak akan bisa menasihati murid-muridku agar tidak
melakukannya dengan hati tenang. Itu tidak konsisten
namanya. Lalu, aku akan memangang kue untuk Mr.
Harrison dan menyelesaikan makalahku tentang tamantaman untuk Kelompok Pengembangan Desa Avonlea, dan
menulis surat kepada Stella, lalu mencuci dan mengelantang
gaun muslinku, kemudian membuat celemek baru untuk
Dora." "Kau tidak akan bisa menyelesaikan setengahnya,"
kata Marilla pesimistis. "Aku selalu berencana melakukan
banyak hal, tetapi sesuatu pasti terjadi dan menghalangiku."
~238~ Seperti yang Sudah Sering Terjadi Setelah sarapan pagi, Marilla bersiap-siap untuk
melakukan perjalanan. Dora akan ikut bersamanya, karena
sudah lama dijanjikan sebagai hadiah atas sikapnya yang
baik. "Nah, Davy, kau harus berusaha menjadi anak baik dan
tidak mengganggu Anne," dengan tegas Marilla berkata
kepada Davy. "Jika kau bersikap baik, aku akan
membawakanmu sebatang permen lolipop."
Sayang sekali, Marilla telah menurunkan standar
moralnya dengan melakukan tindakan buruk, yaitu
menyogok seorang anak agar bersikap baik!
"Aku nggak akan nakal dengan sengaja, tapi gimana
kalau aku nggak sengaja?" Davy ingin tahu.
"Kau harus menjaga agar tidak terjadi kecelakaan,"
Marilla berpesan. "Anne, jika Mr. Shearer datang hari ini,
belilah sebongkah daging panggang yang bagus dan
beberapa steik. Jika tidak, kau harus menyembelih ayam
untuk makan siang besok."
~239~ Anne mengangguk. "Aku tidak akan memasak
hidangan makan siang untuk Davy dan aku hari ini,"
katanya. "Tulang ham dingin cukup untuk makan siang dan
aku akan menggoreng beberapa steik untukmu saat kau
pulang nanti malam."
"Aku mau bantu Mr. Harrison membajak," gumam
Davy. "Dia minta aku menolongnya, dan kupikir dia akan
ngajak aku makan siang juga. Mr. Harrison adalah lelaki
yang baik. Dia benar-benar murah hati. Aku ingin jadi Mr.
Harrison kalau besar nanti. Maksudku, aku akan Bersikap
kayak dia " aku tidak ingin Keliatan seperti dia. Tapi itu
nggak masalah, karena Mrs. Lynde bilang, aku ini anak
yang sangat tampan. Apa aku akan terus tampan, Anne"
Aku mau tahu." "Aku jamin kau akan terus tampan," kata Anne serius.
"Kau Memang anak lelaki yang tampan, Davy," Marilla
melayangkan tatapan tidak setuju "tapi kau harus
mengimbanginya dengan kebaikan, yaitu bersikap manis dan
sopan agar cocok dengan penampilanmu."
"Tapi kemarin kau bilang ke Minnie May Barry yang
nangis karena diejek jelek, kalau kau baik, sopan, dan penuh
kasih, orang-orang nggak akan keberatan dengan
wajahmu," kata Davy tak puas. "Sepertinya, bagaimanapun
rupamu kau harus bersikap baik di dunia ini. Kau harus
Tetap baik." "Apa kau tak ingin menjadi anak baik?" tanya Marilla,
yang meski banyak belajar dalam menghadapi Davy tetap
belum mengerti betapa sia-sianya mengajukan pertanyaan
seperti itu. "Ya, aku sih mau jadi anak baik, tapi nggak Terlalu
baik," kata Davy hati-hati. "Kita nggak perlu jadi terlalu
baik kalau mau jadi pengawas Sekolah Minggu. Mr. Bell
~240~ pengawas sekolah minggu, dan dia lelaki yang jahat."
"Tentu saja tidak," bantah Marilla.
"Dia jahat " dia sendiri yang bilang," Davy balas
membantah. "Dia bilang begitu saat berdoa di Sekolah
Minggu, Minggu lalu. Mr. Bell bilang dia adalah seekor
cacing nakal dan pendosa besar, dan benar-benar banyak
melakukan kesalahan. Kenakalan apa yang dia lakukan,
Marilla" Apakah dia membunuh" Atau mencuri uang
sumbangan" Aku ingin tahu."
Untungnya kereta Mrs. Lynde muncul di jalan kecil,
dan Marilla memutuskan untuk pergi, lega karena bisa lolos
dari perangkap berbahaya. Diam-diam, dia juga berharap
agar Mr. Bell tidak memilih kata-kata yang terlalu sulit dan
mengandung arti kiasan saat berdoa bersama, terutama di
depan seorang anak lelaki kecil yang selalu "ingin tahu
segalanya". Anne, yang ditinggal sendirian dalam kegembiraannya,
bekerja dengan rajin. Lantai rumah disapu, tempat tidur
dibereskan, ayam-ayam diberi makan, gaun muslin dicuci
dan digantung di jemuran. Kemudian, Anne bersiap-siap
memindahkan bulu. Dia memanjat ke loteng dan memakai
gaun tua pertama yang dia pegang gaun kasmir warna biru
terang yang dia miliki saat berusia empat belas tahun. Gaun
itu sudah pendek dan "sempit", tidak seperti saat Anne
kenakan pada acara debutnya di Green Gables; tetapi
setidaknya tak masalah bila gaun itu kena debu dan bulu.
Anne melengkapi penampilannya dengan mengikatkan
saputangan lebar berbintik-bintik merah putih milik Matthew
di kepalanya, dan setelah itu, pergi ke dapur. Sebelum pergi,
Marilla telah membantunya mengangkut kasur dari atas.
Sebuah cermin retak tergantung di dekat jendela dapur
dan tanpa sengaja Anne memandangnya. Ada tujuh bintik
di hidungnya, lebih jelas daripada biasanya, atau seperti
~241~ itulah tampaknya di bawah sorotan cahaya jendela yang
tidak bertirai. "Oh, aku lupa menggosokkan losion tadi malam," pikir
Anne. "Sebaiknya aku melakukannya sekarang."
Anne telah berusaha melakukan banyak hal untuk
mencoba menghilangkan bintik-bintik itu. Pada suatu ketika,
seluruh kulit hidungnya terkelupas, tetapi bintik-bintiknya
tetap ada. Beberapa hari yang lalu, dia menemukan suatu
resep losion antibintik di sebuah majalah dan, karena bahanbahannya mudah didapatkan, dia langsung meramunya. Hal
ini membuat Marilla sebal, karena dia berpikir, jika Tuhan
telah meletakkan bintik-bintik di hidung seseorang, maka
orang itu wajib membiarkannya di sana.
Anne berjalan cepat ke pantri yang selalu redup karena
pohon dedalu besar yang tumbuh dekat jendela. Saat ini
ruangan itu nyaris gelap karena tirainya ditarik agar lalat
tidak masuk. Anne mengambil botol yang berisi losion dari
rak dan mengoleskannya banyak-banyak ke hidungnya
dengan sebuah spons kecil. Tugas penting sudah selesai
dilakukan; dan dia kembali bekerja. Semua orang yang
pernah memindahkan bulu dari sebuah kasur ke kasur lain
tidak akan perlu diberi tahu jika saat Anne selesai
melakukannya, penampilannya berantakan. Gaunnya
berwarna putih karena bulu-bulu dan benang-benang halus,


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan rambut bagian depannya, yang menyelinap keluar dari
balik saputangan, sudah dihiasi suatu lingkaran yang mirip
halo dari bulu-bulu. Pada saat yang tidak menguntungkan
ini, terdengar ketukan di pintu depan.
"Itu pasti Mr. Shearer," pikir Anne. "Aku benar-benar
berantakan, tapi aku harus cepat-cepat membuka pintu,
karena dia selalu terburu-buru."
~242~ Berlarilah Anne ke pintu depan. Jika saja lantai bisa
menganga untuk menelan seorang gadis malang yang penuh
bulu, maka lantai beranda Green Gables pasti sudah
menelan Anne saat itu juga. Di pintu depan berdiri Priscilla
Grant, keemasan dan cantik dalam gaun sutranya, seorang
perempuan montok berambut penuh uban dalam setelan wol
kasar, dan seorang perempuan lain, tinggi, bergaun
memesona, dengan wajah cantik dan anggun serta mata
ungu yang dibingkai bulu mata hitam, yang menurut "naluri"
Anne"seperti yang dia katakan beberapa hari sebelumnya
pastilah Mrs. Charlotte E. Morgan.
Dalam situasi yang tidak menguntungkan itu, satu
pikiran muncul dari kebingungan yang Anne rasakan, dan
dia berusaha mencari jalan keluarnya. Seluruh tokoh utama
di buku Mrs. Morgan terkenal karena "selalu bisa mencari
jalan keluar". Tak peduli kesulitan apa pun yang dihadapi,
mereka selalu bisa mengatasi masalah dan menunjukkan
superioritas mereka menghadapi seluruh kesulitan karena
waktu, ruang, dan jumlah. Saat itu, Anne merasa bahwa
mengatasi masalah adalah Tugasnya dan dia berhasil
melakukannya, begitu sempurna sehingga setelah itu,
Priscilla menyatakan bahwa dia mengagumi sikap Anne
Shirley pada saat itu. Tak peduli betapa kacau perasaannya, Anne tidak
menunjukkan itu. Dia menyambut Priscilla dan
diperkenalkan dengan dua tamu lainnya dengan tetap
bersikap tenang dan sopan, bagaikan dia mengenakan gaun
linen berwarna ungu indah. Sebetulnya, dia terkejut
setengah mati saat tahu bahwa perempuan yang dia kira
Mrs. Morgan ternyata sama sekali bukan Mrs. Morgan,
tetapi Mrs. Pendexter yang belum dia kenal, sementara
perempuan mungil yang montok dan beruban itu ternyata
~243~ Mrs. Morgan. Tetapi, dalam kejutan yang lebih besar atas
kedatangan tamu yang tak diharapkan, kejutan kecil itu
tidak terlalu berpengaruh. Anne mempersilakan para
tamunya menuju kamar tidur tamu untuk menyimpan topi
mereka dan menuju ruang tamu, lalu meninggalkan mereka
di sana sementara dia keluar untuk membantu Priscilla
menambatkan kuda-kudanya.
"Aku sungguh menyesal harus menemuimu pada saat
yang tak terduga seperti ini," Priscilla meminta maaf, "tapi
aku tidak tahu hingga tadi malam jika kami akan datang.
Bibi Charlotte akan pergi hari Senin dan dia telah berjanji
untuk menghabiskan hari ini bersama seorang temannya di
kota. Tapi, tadi malam temannya menelepon agar Bibi
Charlotte tidak usah datang, karena temannya dikarantina
akibat demam merah. Jadi, aku menyarankan agar kami
datang saja ke sini, karena aku tahu kau sangat ingin
bertemu dengannya. Kami pergi ke Hotel White Sands dan
mengajak Mrs. Pendexter kemari. Dia adalah teman Bibi,
tinggal di New York, dan suaminya adalah seorang jutawan.
Kami tidak bisa tinggal terlalu lama, karena Mrs. Pendexter
harus kembali ke hotel pada pukul lima."
Beberapa kali saat mereka memindahkan kuda, Anne
memergoki Priscilla mencuri-curi menatapnya dengan
kebingungan. "Dia tidak perlu menatapku begitu," Anne berpikir
dengan sedikit kecewa. "Jika dia tidak Tahu bagaimana
caranya untuk memindahkan bulu-bulu di kasur, seharusnya
dia bisa Membayangkannya."
Saat Priscilla masuk ke ruang tamu, dan sebelum Anne
bisa naik ke lantai atas, Diana memasuki dapur.
Anne menyambar lengan temannya yang sangat
~244~ terkejut. "Diana Barry, kau pikir siapa yang berada di ruang
tamu pada saat ini" Mrs. Charlotte E. Morgan dan seorang
istri jutawan New York dan aku berpenampilan seperti Ini
" dan Tdak apa-apa dirumah ii untuk makan siang kecuali
tulang ham dingin, Diana!"
Saat itu, Anne menyadari bahwa Diana menatapnya
persis seperti cara Priscilla menatapnya dengan bingung.
Dia sudah tidak mampu menahannya.
"Oh, Diana, jangan tatap aku seperti itu," dia memohon.
"Kau, setidaknya, pasti tahu bahwa orang paling rapi di
dunia ini pun tidak akan mampu mengosongkan bulu-bulu
dari satu kasur dan memasukkannya ke kasur lain dengan
penampilan yang tetap rapi saat melakukannya."
"Bukan " bukan bulu-bulunya," Diana ragu-ragu.
"Tapi " tapi hidungmu, Anne."
"Hidungku" Oh, Diana, tentu saja tidak ada yang salah
dengan hidungku!" Anne terburu-buru berjalan ke cermin kecil di atas
wastafel. Satu lirikan sekilas saja menampakkan kenyataan
yang mengerikan. Hidungnya berwarna merah terang!
Anne terduduk di sofa, semangatnya akhirnya
menguap. "Ada apa dengan hidungmu?" tanya Diana, rasa
penasaran mengalahkan sopan santunnya.
"Kupikir aku mengoleskan losion untuk bintik-bintik di
hidungku, tapi pasti aku mengoleskan pewarna merah milik
Marilla untuk menandai polanya di karpet," Anne
menjawab dengan sedih. "Apa yang harus kulakukan?"
"Cuci hidungmu," jawab Diana praktis.
"Mungkin tidak akan bisa hilang. Dulu aku mewarnai
rambutku, lalu aku mewarnai hidungku. Marilla memotong
rambutku saat aku mewarnainya, tapi tindakan itu sulit
~245~ dilakukan dalam kasus ini. Yah, ini adalah hukuman lain
untuk kegenitanku dan kupikir aku layak mendapatkannya
" meskipun aku tidak terlalu Senang menerimanya.
Hukuman ini nyaris cukup untuk membuat seseorang yakin
bahwa dia selalu sial, meskipun Mrs. Lynde berkata tidak
ada hal seperti itu, karena segalanya telah diatur oleh
Tuhan." Untunglah pewarna itu hilang dengan mudah dan Anne,
yang sedikit lebih tenang, pergi ke loteng timur sementara
Diana berlari pulang. Anne lalu turun kembali, sudah
berpakaian rapi dan merasa tenang. Gaun muslin yang
benar-benar dia harapkan bisa dikenakan menggembung
dengan ceria di jemuran luar, jadi dia terpaksa harus puas
dengan gaun linen hitamnya. Anne menyalakan api dan teh
sudah mendidih saat Diana kembali setidaknya Diana
mengenakan gaun muslin Miliknya, dan membawa sebuah
piring tertutup di tangannya.
"Ma mengirimkan ini," katanya, membuka penutupnya
dan menunjukkan hidangan ayam yang sudah dipotongpotong dan dibentuk dengan apik di depan mata Anne yang
sangat berterima kasih. Hidangan ayam itu, disertai roti baru yang ringan,
mentega dan keju yang nikmat, kue buah Marilla dan
sepiring manisan plum, mengambang di dalam sirup
keemasan bagaikan berenang di tengah sinar matahari
musim panas yang kental. Ada semangkuk besar bunga
aster berwarna merah muda dan putih juga, untuk menghias
meja, meskipun rangkaian itu tampak sangat biasa
dibandingkan rangkaian bunga yang mereka siapkan
sebelumnya untuk Mrs. Morgan.
Namun, tamu-tamu Anne yang kelaparan, tampaknya
~246~ tidak berpikir bahwa ada sesuatu yang kurang. Mereka
menyantap hidangan sederhana itu dengan sangat nikmat.
Namun, setelah beberapa saat, Anne tidak lagi memikirkan
hal yang penting, dan tidak lagi memedulikan menu
sajiannya. Penampilan Mrs. Morgan mungkin sedikit
mengecewakan, bahkan para pemujanya yang setia pun
terpaksa mengakui; tetapi terbukti bahwa dia adalah
seseorang yang ramah dan baik hati. Dia telah melakukan
perjalanan ke banyak tempat dan merupakan seorang
pencerita yang pandai. Dia telah banyak bertemu dengan
para lelaki dan perempuan, dan saat dia menuangkan
pengalamannya dalam kalimat-kalimat dan frasa-frasa
singkat yang lucu, para pendengarnya merasa bagaikan
mereka sedang mendengarkan salah seorang tokoh dalam
buku-buku yang bagus. Namun, di balik kecerdasannya, ada suatu rasa simpati
khas perempuan yang nyata dan terasa kuat, serta kebaikan
hati yang memikat kasih sayang semudah kecemerlangannya yang mengundang pujian. Dia juga tidak
memonopoli pembicaraan. Dia bisa membuat orang lain
berbicara dengan terampil dan sepenuh hati seperti katakatanya sendiri, dan Anne serta Diana menyadari bahwa
mereka bisa berceloteh dengan riang kepadanya.
Mrs. Pendexter tidak banyak berbicara; dia hanya terus
tersenyum dengan mata dan bibirnya yang indah, dan
menyantap ayam, kue buah, serta manisannya dengan sikap
anggun yang penuh pesona sehingga mengesankan bahwa
dia sedang menyantap hidangan di tengah bunga-bunga
ambrosia dan honeydew. Tetapi, seperti yang Anne
~247~ katakan kepada Diana jauh setelah itu, seseorang yang
kecantikannya setara dengan Mrs. Pendexter tidak perlu
berbicara; dia cukup mengesankan hanya dengan
Memandang. Setelah makan siang, mereka semua berjalan-jalan ke
Kanopi Kekasih, Permadani Violet, dan Jalan Birch,
kemudian kembali melewati Hutan Berhantu menuju BuihBuih Dryad, dan mereka duduk di sana untuk berbincangbincang selama setengah jam terakhir yang menyenangkan.
Mrs. Morgan ingin tahu bagaimana tempat itu dinamai
Hutan Berhantu, dan dia tertawa hingga berurai air mata
saat mendengar kisahnya serta peristiwa dramatis yang
Anne alami saat berjalan menyusurinya saat matahari
terbenam. "Sungguh suatu perayaan bagi pikiran dan jiwa,
bukan?" tanya Anne, saat para tamunya sudah pulang dan
dia hanya berdua dengan Diana. "Aku tidak tahu mana
yang lebih kusukai " mendengarkan Mrs. Morgan atau
menatap Mrs. Pendexter. Aku yakin kita akan mengalami
saat-saat yang lebih menyenangkan jika kita tahu mereka
akan datang dan siap dengan semua hidangan. Kau harus
tinggal untuk minum teh bersamaku, Diana, dan kita akan
membicarakannya." "Priscilla berkata bahwa adik ipar Mrs. Pendexter
menikah dengan seorang earl di Inggris, tapi dia mengambil
manisan plum dua kali," kata Diana, bagaikan dua fakta itu
berhubungan dan bisa diterima.
"Aku yakin, bahkan seorang earl Inggris pun tidak akan
mampu menjauhkan hidung aristokratnya dari manisan plum
Marilla," kata Anne bangga.
Anne tidak menyebut-nyebut kesialan yang terjadi
~248~ dengan hidungnya saat dia menceritakan kejadian hari itu
kepada Marilla pada malamnya. Namun, dia mengambil
botol losion itu lalu membuang isinya ke luar jendela.
"Aku tidak akan pernah mencoba ramuan-ramuan
untuk mempercantik diri lagi," dia berkata penuh tekad.
"Mungkin ramuan-ramuan itu bisa berhasil untuk orangorang yang berhati-hati dan terencana, tapi untuk orangorang yang sering kali membuat kesalahan sepertiku,
tampaknya itu hanya menyebabkan kesialan semata."
~249~ Miss Lavendar yang Manis "Sekolah sangat menyenangkan," Davy bercerita
kepada Marilla saat dia pulang sore itu. "Kau bilang aku
akan sulit duduk diam, tapi aku berhasil lho kau memang
benar, susah duduk diam tapi aku bisa menggoyangkan kaki
di bawah meja dan itu sangat membantu. Senang sekali
banyak anak lelaki yang bisa diajak main. Aku duduk sama
Milty Boulter dan dia baik. Dia lebih panjang dariku, tapi
aku lebih lebar. Senang banget kalau bisa duduk di kursi
belakang, tapi aku belum boleh duduk di sana kalau kakiku
belum cukup panjang dan menyentuh lantai.
"Milty bikin gambar Anne di batu tulisnya dan
gambarnya sangat jelek, jadi aku bilang kalau dia
menggambar Anne seperti itu, aku akan menghajarnya saat
istirahat. Aku bisa saja balas menggambar Milty dengan
tanduk dan ekor, tapi aku nggak mau buat dia terluka, Anne
kan, bilang kita nggak boleh bikin orang lain terluka
perasaannya. Mengerikan sekali kalau perasaanmu terluka.
Kalau kau terpaksa, lebih baik kau pukul seorang anak
daripada melukai perasaannya. Milty bilang dia nggak takut
~250~ padaku, tapi dia mengubah gambarnya. Dia menghapus
nama Anne dan menulis nama Barbara Shaw di bawahnya.
Milty nggak suka Barbara karena Barbara memanggilnya
anak lelaki mungil yang manis, dan sekali waktu Barbara
pernah menepuk kepalanya."
Dora hanya berkata dengan sopan bahwa dia menyukai
sekolah, tetapi dia sangat diam, bahkan untuk dirinya yang
sudah pendiam. Saat matahari terbenam dan Marilla
mengantarnya ke atas untuk tidur, dia ragu-ragu dan mulai
menangis. "Aku " aku takut," dia terisak. "Aku " aku tak mau
pergi ke atas sendirian saat gelap."
"Kenapa lagi kau ini?" Marilla mendesak. "Kau tidur
sendirian sepanjang musim panas dan tidak pernah takut
sebelumnya." Dora masih terus menangis, jadi Anne memangkunya,
memeluknya penuh simpati, lalu berbisik, "Ceritakan kepada
Anne, sayang. Apa yang kau takuti?"


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku takut " aku takut kepada paman Mirabel
Cotton," isak Dora. "Mirabel Cotton bercerita kepadaku
tentang keluarganya hari ini di sekolah. Hampir semua
orang di keluarganya telah meninggal " seluruh kakek,
nenek, dan jauh lebih banyak paman serta bibinya. Mereka
memiliki kebiasaan untuk meninggal, kata Mirabel. Mirabel
sangat bangga karena memiliki banyak sekali kerabat yang
meninggal, dan dia bercerita apa sebab mereka meninggal,
dan apa yang mereka katakan, dan bagaimana penampilan
mereka di dalam peti mati. Mirabel juga bilang salah
seorang pamannya terlihat berjalan di sekeliling rumah
setelah dia dikubur. Ibunya yang melihat. Aku tidak
keberatan mendengar yang lain, tapi aku tidak bisa
~251~ melupakan pamannya."
Anne pergi ke atas bersama Dora dan duduk di
sampingnya hingga Dora tertidur. Keesokan harinya,
Mirabel Cotton ditahan di kelas saat istirahat dan secara
"lembut, tetapi tegas" diberi pengertian bahwa jika dia
sangat sial karena memiliki seorang paman yang bersikeras
untuk berjalan-jalan di sekitar rumah setelah dimakamkan,
namun sungguh suatu tindakan yang tidak sopan untuk
membicarakan lelaki terhormat yang eksentrik itu kepada
teman sebangku yang berusia jauh lebih muda. Mirabel
memikirkan hal ini dengan serius dan agak kesal. Keluarga
Cotton tidak banyak memiliki hal yang bisa mereka gembargemborkan. Bagaimana Mirabel bisa menjaga gengsinya di
antara teman-teman sekolah jika dia dilarang menceritakan
hantu keluarga" Bulan September berlalu menjadi bulan Oktober yang
penuh keindahan keemasan dan kemerahan. Jumat malam,
Diana mampir ke Green Gables.
"Aku mendapat surat dari Ella Kimball hari ini, Anne,
dan dia ingin kita minum teh bersamanya besok sore untuk
menjumpai sepupunya, Irene Trent, dari kota. Tapi, kita
tidak bisa memakai kuda keluargaku besok, karena
semuanya akan digunakan, dan kuda ponimu tidak kuat "
jadi kupikir kita tidak bisa pergi."
"Mengapa kita tidak berjalan saja?" Anne
menyarankan. "Jika kita berjalan lurus menembus hutan,
kita akan tiba di Jalan Grafton Barat tidak jauh dari rumah
Keluarga Kimball. Aku pernah lewat sana musim dingin
yang lalu, dan aku mengenal jalan itu. Jaraknya tidak lebih
~252~ dari enam kilometer dan kita tidak perlu berjalan pulang,
karena Oliver Kimball pasti akan mengantar kita. Dia pasti
sangat senang melakukannya, karena dia berpacaran
dengan Carrie Sloane dan mereka bilang ayahnya jarang
mengizinkannya memakai kereta."
Sudah diputuskan bahwa mereka akan berjalan, dan
esok sorenya mereka pergi, melewati Kanopi Kekasih
menuju bagian belakang lahan pertanian Keluarga Cuthbert.
Di sana mereka menemukan sebuah jalan menuju jantung
hutan beech dan mapel berkilauan seluas beberapa acre,
yang semua berwarna merah keemasan indah, di antara
keheningan ungu yang luas dan damai.
"Sepertinya sang tahun sedang berlutut untuk berdoa di
sebuah katedral besar yang bercahaya redup, bukankah
begitu?" tanya Anne sambil melamun. "Tampaknya kurang
tepat jika kita terburu-buru, bukan" Sepertinya sungguh
tidak sopan, bagaikan berlari di dalam gereja."
"Tapi, kita Harus buru-buru," kata Diana, melirik jam
tangannya. "Kita hanya memiliki sedikit waktu."
"Yah, aku akan berjalan cepat, tapi jangan ajak aku
bicara," kata Anne, mempercepat langkahnya. "Aku hanya
ingin meneguk keindahan hari ini " aku merasa bagaikan
hari ini mengulurkannya ke bibirku bagaikan segelas
minuman anggur tak kasatmata, dan aku akan
menyesapnya dalam setiap langkahku."
Mungkin karena Anne begitu terhanyut dalam
"meneguk keindahan" sehingga dia berbelok ke kiri saat
mereka tiba di jalan bercabang. Seharusnya dia mengambil
jalan ke kanan, tetapi setelah itu, dia menganggap itu adalah
kesalahan yang paling menguntungkan dalam hidupnya.
~253~ Mereka akhirnya keluar di jalan sepi yang berumput, tanpa
ada pemandangan apa pun, kecuali barisan-barisan pohon
spruce muda. "Wah, di mana kita?" seru Diana bingung. "Ini bukan
Jalan Grafton Barat."
"Bukan, ini adalah jalan yang sejajar dengan jalan
utama di Grafton Tengah," kata Anne malu. "Aku pasti
salah belok. Aku tidak tahu di mana kita berada, tapi kita
pasti masih lima kilometer dari kediaman Keluarga
Kimball." "Kalau begitu, kita tidak akan bisa tiba di sana pukul
lima, karena sekarang sudah pukul setengah lima," kata
Diana, sambil melirik jam tangannya dengan putus asa.
"Kita akan tiba saat mereka sudah selesai minum teh, dan
mereka pasti terganggu jika mempersiapkan hidangan lagi
untuk kita." "Sebaiknya kita kembali dan pulang saja," Anne
menyarankan dengan rendah hati. Tetapi Diana, setelah
menimbang-nimbang, menentang hal ini.
"Tidak, sebaiknya kita pergi dan menghabiskan malam,
karena kita sudah pergi sejauh ini."
Beberapa meter ke depan, kedua gadis itu tiba di suatu
jalan bercabang lagi. "Ke mana kita harus berbelok?" tanya Diana ragu.
Anne menggelengkan kepala.
"Aku tidak tahu dan kita tidak bisa mengambil risiko
salah jalan lagi. Ada sebuah gerbang dan jalan sempit yang
mengarah tepat ke hutan. Pasti ada sebuah rumah di
baliknya. Ayo kita pergi dan mencari tahu."
"Sungguh jalan sempit tua yang romantis," kata Diana,
saat mereka berjalan menyusuri kelokan-kelokan dan
~254~ tikungan-tikungannya. Jalan sempit itu terbentang di bawah
pohon-pohon cemara jantan yang sudah tua, dahandahannya saling bertemu di atas, menciptakan keremangan
tanpa jeda sehingga tidak ada tanaman apa pun kecuali
lumut yang bisa tumbuh. Di sisi lain, permukaan tanah hutan
itu berwarna cokelat, bersilang di sana-sini dengan lariklarik sinar matahari yang jatuh. Semuanya sangat beku dan
hening, bagaikan dunia dan seluruh isinya berada jauh dari
sini. "Aku merasa bagaikan kita sedang berjalan menyusuri
sebuah hutan ajaib," kata Anne sambil berbisik. "Apakah
kau pikir kita akan menemukan lagi jalan pulang ke dunia
nyata, Diana" Kita mungkin saja tiba di sebuah istana
dengan seorang putri yang dikutuk oleh mantra di
dalamnya." Di balik tikungan berikutnya, mereka menemukan
sesuatu bukan sebuah istana, tetapi sebuah rumah kecil
yang sama mengejutkannya dengan istana di daerah yang
penuh rumah pertanian dari kayu, yang karakteristik
umumnya sangat mirip, bagaikan tumbuh dari bibit yang
sama. Anne langsung berhenti karena gembira dan Diana
berseru, "Oh, aku tahu di mana kita berada saat ini. Itu
adalah rumah batu kecil tempat Miss Lavendar Lewis
tinggal " Echo Lodge Pondok Gema, dia menyebut
rumahnya, kurasa. Aku sering mendengarnya, tapi belum
pernah melihatnya sebelum ini. Tempat yang romantis
sekali, ya?" "Itu adalah tempat yang paling manis dan indah yang
pernah kulihat atau kubayangkan," kata Anne terpesona.
"Rumah itu tampaknya merupakan bagian dari sebuah buku
cerita atau impian."
~255~ Rumah itu berstruktur atap rendah yang dibangun dari
bongkahan-bongkahan batu paras merah pulau itu yang
tidak dilapisi semen, dengan atap berpuncak kecil yang
menampakkan dua jendela ruangan di bawah atap, dengan
segi tiga kayu kuno di atasnya, serta dua cerobong asap
besar. Seluruh rumah ditutupi oleh tanaman rambat lebat,
yang menemukan pijakan kuat di permukaan kasar batu dan
hawa dingin musim gugur telah mengubah warnanya
menjadi semburat tembaga dan merah anggur yang sangat
indah. Di depan rumah itu ada sebuah taman berbentuk
persegi empat. Jalan sempit tempat kedua gadis itu berdiri
terhubung ke sana dengan sebuah gerbang terbuka.
Rumahnya berdiri di salah satu sisinya; di ketiga sisi lain
taman itu tertutup oleh pagar batu tebal kuno, ditumbuhi
lumut, rumput, dan tanaman pakis yang lebat sehingga
tampak bagaikan sebuah bendungan tinggi kehijauan. Di
sebelah kanan dan kiri rumah, pohon-pohon spruce yang
tinggi dan gelap merentangkan dahan-dahannya, tetapi di
bawahnya ada sebuah padang rumput kecil, hijau karena
dipenuhi tanaman semanggi, menurun ke arah warna biru
Sungai Grafton yang melingkar. Tidak ada rumah atau
lapangan lain yang terlihat hanya ada bukit-bukit dan
lembah-lembah yang tertutup oleh cemara-cemara muda
berdaun lebat. "Aku ingin tahu seperti apa Miss Lewis itu," Diana
berspekulasi saat mereka membuka gerbang menuju taman.
"Orang-orang bilang dia sangat ganjil."
"Kalau begitu, dia pasti menarik," Anne memutuskan.
"Setidaknya, orang-orang ganjil selalu tampak menarik,
~256~ meskipun mungkin tidak menarik dalam hal-hal lain.
Bukankah aku tadi berkata kepadamu bahwa kita akan tiba
di suatu tempat penuh keajaiban" Aku tahu para peri tidak
merajut keajaiban di jalan sempit itu tanpa tujuan."
"Tapi Miss Lavendar Lewis sama sekali bukan putri
yang dikutuk mantra," Diana tertawa. "Dia adalah seorang
perawan tua " umurnya empat puluh lima tahun dan sudah
beruban, kudengar." "Oh, itu hanya bagian dari mantranya," Anne
bersikeras. "Di dalam hatinya, dia masih muda dan cantik
" dan jika saja kita tahu bagaimana melepaskan kutukan
agar dia kembali muda dan cantik. Tapi, kita tidak tahu
bagaimana caranya " hanya seorang pangeran yang
mengetahui hal itu, dan pangeran Miss Lavendar belum
tiba. Mungkin ada suatu musibah fatal yang menahannya "
meskipun Itu melawan hukum semua kisah fantasi."
"Aku khawatir dia sudah lama datang dan pergi lagi,"
kata Diana. "Orang-orang bilang dia dulu bertunangan
dengan Stephen Irving ayah Paul saat masih muda. Tapi
mereka bertengkar dan berpisah."
"Hus," Anne mengingatkan. "Pintunya terbuka."
Kedua gadis itu berhenti di beranda, di bawah
kerindangan tanaman rambat, dan mengetuk pintu yang
terbuka. Ada suara langkah kaki di dalam dan seseorang
yang mungil dan tampak aneh muncul seorang gadis berusia
sekitar empat belas tahun, dengan wajah berbintik, hidung
mencuat, mulut yang sangat lebar sehingga benar-benar
tampak terentang "dari telinga kiri ke telinga kanan", dan
dua kepang rambut yang panjang, diikat dengan dua pita
besar warna biru. "Apakah Miss Lewis ada di rumah?" tanya Diana.
"Ya, Ma"am. Masuklah, Ma"am. Aku akan memberi
tahu Miss Lavendar kalian ada di sini, Ma"am. Dia ada di
~257~ atas, Ma"am." Saat pelayan kecil itu menghilang, kedua gadis itu
memandang berkeliling dengan mata berbinar. Bagian
dalam rumah mungil yang indah itu sama menariknya
dengan bagian luar. Ruangan itu memiliki langit-langit rendah dan dua
jendela kaca bujur sangkar kecil, dihiasi tirai muslin
berimpel. Semua perabotnya kuno, tetapi sangat indah dan
apik dan dijaga dengan selera tinggi. Tetapi, harus diakui,
yang paling menarik bagi dua gadis sehat yang baru saja
berjalan sejauh tujuh kilometer dalam hawa musim gugur
adalah sebuah meja. Di atas meja itu ada berjajar piringpiring keramik biru pucat berisi hidangan-hidangan nikmat,
dengan motif-motif pakis kecil keemasan tersebar di
taplaknya, yang menurut Anne memberikan "aura perayaan
istimewa". "Miss Lavendar pasti menunggu tamu untuk minum
teh," Anne berbisik. "Ada enam kursi yang disiapkan. Tapi,
pelayannya benar-benar gadis kecil yang lucu. Dia tampak
bagaikan seorang pembawa pesan dari dunia pixy dan peri.
Dia pasti bisa memberi tahu kita jalan mana yang harus
ditempuh, tapi aku penasaran ingin bertemu dengan Miss
Lavendar. S " sst " dia datang."
Miss Lavendar Lewis berdiri di ambang pintu. Kedua
gadis itu sangat terkejut sehingga melupakan sopan santun
dan hanya melongo. Tanpa sadar, mereka menduga akan
melihat seorang perempuan tua yang biasa mereka kenal
dari pengalaman seseorang yang gemuk, dengan rambut
kelabu yang rapi, dan kacamata. Bayangan mereka tentang
Miss Lavendar sama sekali salah.
Miss Lavendar adalah seorang perempuan mungil
~258~ dengan rambut seputih salju bergelombang indah dan tebal,
dan dengan hati-hati diatur agar mengembang dan ikal. Di
bawahnya tampak seraut wajah yang nyaris kekanakkanakan, dengan pipi merona merah dan bibir yang manis,
juga mata besar berwarna cokelat lembut dan lesung pipit
" benar-benar lesung pipit. Dia mengenakan gaun muslin
berwarna krem yang sangat rumit dengan motif bunga
mawar pucat gaun yang tampaknya konyol dan kekanakkanakan bagi kebanyakan perempuan seusia Miss
Lavendar, tetapi gaun itu terlihat sangat cocok untuknya.
"Charlotta Keempat berkata kalian ingin bertemu
denganku," dia berkata, dengan suara yang sesuai dengan
penampilannya. "Kami ingin menanyakan jalan yang tepat untuk menuju
Grafton Barat," kata Diana. "Kami diundang minum teh di
rumah Mr. Kimball, tapi kami salah berbelok di hutan dan
muncul di jalan kecil ini, bukannya di Jalan Grafton Barat.
Apakah kami harus berbelok ke kiri atau ke kanan dari
gerbang Anda?" "Ke kiri," jawab Miss Lavendar, sambil melirik ragu ke


Buku 2 Anne Of Avonlea Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arah meja minum tehnya. Lalu, dia berseru, bagaikan tibatiba mendapatkan gagasan.
"Tapi oh, maukah kalian tinggal dan minum teh
bersamaku" Tolonglah, semoga kalian bersedia. Keluarga
Mr. Kimball pasti sudah selesai minum teh sebelum kalian
tiba di sana. Charlotta Keempat dan aku akan sangat
senang menerima kalian."
Diana menatap Anne, bertanya tanpa suara.
"Kami akan senang sekali," jawab Anne tegas, karena
dia telah memutuskan bahwa dia ingin mengetahui lebih
~259~ banyak tentang Miss Lavendar yang mengejutkan ini, "jika
kami tidak membuat Anda repot. Tapi, Anda menunggu
tamu-tamu lain, bukan?"
Miss Lavendar menatap meja minum tehnya lagi,
kemudian tersipu. "Aku tahu kalian akan menganggapku sangat konyol,"
katanya. "Aku Memang konyol " dan aku malu saat
menyadarinya, tapi aku tidak pernah malu kecuali saat Aku
ketahuan. Aku tidak menunggu siapa pun " aku hanya
berpura-pura. Kalian lihat, aku sangat kesepian. Aku
senang menerima tamu " tentu saja tamu yang cocok.
Tapi, sangat sedikit orang datang kemari karena sangat jauh
dari jalan. Charlotta Keempat juga kesepian. Jadi, aku
hanya berpura-pura mengadakan pesta minum teh. Aku
memasak untuk itu " dan menghias meja " lalu menyusun
peralatan keramik pernikahan ibuku " dan aku berganti
pakaian yang lebih pantas." Diam-diam, Diana berpikir
bahwa Miss Lavendar memang seganjil seperti yang
selama ini dia dengar. Seorang perempuan berusia empat
puluh lima tahun pura-pura mengadakan pesta minum teh,
bagaikan anak kecil! Namun, Anne dengan mata berbinar
berseru dengan gembira, "Oh, apakah Anda
membayangkan banyak hal juga?"
Kata "juga" memberi tahu Miss Lavendar bahwa dia
menemukan seorang belahan jiwa.
"Ya, aku memang begitu," dia mengakui dengan jujur.
"Tentu saja itu konyol bagi orang seusiaku. Tapi, apa
gunanya menjadi seorang perawan tua yang mandiri jika
kita tidak bisa bersikap konyol saat menginginkannya, dan
jika itu tidak menyakiti siapa pun" Seseorang harus memiliki
kompensasi. Aku tidak yakin aku bisa bertahan hidup
hingga saat ini jika tidak berpura-pura melakukan banyak
hal. Namun, aku tidak sering ketahuan, dan Charlotta
~260~ Keempat tidak pernah membocorkannya. Tapi, aku senang
karena hari ini ketahuan, karena kalian benar-benar datang
dan aku telah mempersiapkan hidangan minum teh untuk
kalian. Maukah kalian naik ke kamar tidur tamu dan
menaruh topi kalian di sana" Pintu putih di ujung tangga.
Aku harus berlari ke dapur dan memeriksa apakah
Charlotta Keempat membiarkan tehnya mendidih. Charlotta
Keempat adalah gadis yang sangat baik, tapi dia Akan
membiarkan tehnya mendidih."
Miss Lavendar nyaris tersandung saat menuju dapur
karena merasa senang menerima tamu, dan kedua gadis itu
menemukan jalan mereka ke ruang penyimpanan, sebuah
kamar yang seputih pintunya, diterangi jendela mungil
dengan tanaman rambat bergelantungan dan tampak,
seperti yang Anne katakan, bagaikan sebuah tempat
tumbuhnya impian-impian gembira.
"Ini adalah suatu petualangan menarik, bukan?" tanya
Diana. "Dan bukankah Miss Lavendar manis, meskipun dia
Memang sedikit ganjil" Dia sama sekali tidak tampak
seperti seorang perawan tua."
"Dia seperti musik," jawab Anne.
Saat mereka turun, Miss Lavendar sedang membawa
masuk sebuah poci teh, dan di belakangnya, tampak sangat
gembira, Charlotta Keempat berjalan membawa sepiring
biskuit panas. "Sekarang, kalian harus memberi tahu nama kalian,"
kata Miss Lavendar. "Aku sangat senang kalian adalah
gadis-gadis muda. Aku sangat menyukai gadis-gadis muda.
Sungguh mudah untuk berpura-pura aku sendiri adalah
seorang gadis muda jika sedang bersama mereka. Aku
benci," dia sedikit menyeringai "mengakui bahwa aku sudah
tua. Sekarang, untuk memenuhi adat kesopanan .... siapa
kalian" Diana Barry" Dan Anne Shirley" Bolehkah aku
~261~ berpura-pura jika aku telah mengenal kalian selama ratusan
tahun dan memanggil kalian Anne dan Diana saja?"
"Tentu saja boleh," kedua gadis itu menjawab
serempak. "Kalau begitu, ayo kita duduk dengan nyaman dan
menyantap segalanya," kata Miss Lavendar dengan
gembira. "Charlotta, kau duduk di ujung meja dan bantu
memotong ayam. Sungguh beruntung aku membuat kue
busa dan donat. Tentu saja, sungguh konyol melakukannya
untuk tamu-tamu khayalan " aku tahu Charlotta Keempat
juga berpikir begitu, kan, Charlotta" Tapi kalian bisa lihat,
bagaimana menyenangkan akhirnya. Tentu saja, makanan
ini tidak akan sia-sia, karena Charlotta Keempat dan aku
akan menghabiskannya nanti. Tapi kue busa bukan
makanan yang tahan lama."
Hidangannya nikmat dan melekat dalam kenangan, dan
setelah mereka selesai minum teh, mereka keluar ke taman,
berbaring di bawah cahaya matahari terbenam yang
tampak mewah. "Aku benar-benar berpikir bahwa Anda memiliki
tempat yang paling indah di sini," kata Diana, menatap
sekelilingnya dengan penuh kekaguman.
"Mengapa Anda menyebutnya Pondok Gema?" tanya
Anne. "Charlotta," kata Miss Lavendar, "masuklah ke rumah
dan bawa keluar terompet kaleng kecil yang tergantung di
atas lemari jam." Charlotta Keempat pergi dan kembali dengan sebuah
terompet. "Tiuplah, Charlotta," perintah Miss Lavendar.
~262~ Dengan patuh Charlotta meniupnya, mengeluarkan
suara yang keras dan kasar. Ada jeda keheningan sesaat "
kemudian dari hutan di balik sungai, terdengar beberapa kali
gema lembut, yang terdengar manis, memesona, dan merdu,
bagaikan seluruh "terompet di dunia elf" sedang bertiup
menyambut matahari terbenam. Anne dan Diana berseru
takjub. "Sekarang tertawalah, Charlotta " tertawalah yang
keras." Charlotta, yang mungkin akan tetap menurut jika Miss
Lavendar menyuruhnya berdiri di atas kepala, naik ke atas
bangku batu dan tertawa keras, sepenuh hati. Gema
kembali terdengar, bagaikan sekelompok pixy membalas
tawanya di hutan yang ungu dan di sepanjang titik-titik yang
dibatasi pohon cemara. "Orang-orang selalu mengagumi gema-gemaku," kata
Miss Lavendar, bagaikan gema-gema itu adalah milik
pribadinya. "Aku sendiri sangat menyukainya. Mereka
adalah teman yang sangat baik " dengan sedikit purapura. Pada malam-malam yang tenang, Charlotta Keempat
dan aku sering duduk di sini dan menghibur diri dengan
gema-gema itu. Charlotta, bawa kembali terompetnya dan
gantungkan dengan hati-hati di tempatnya."
"Mengapa Anda memanggilnya Charlotta Keempat?"
tanya Diana, yang hampir meledak karena penasaran
tentang hal ini. "Hanya agar tidak tertukar dengan Charlotta-Charlotta
lain di dalam pikiranku," kata Miss Lavendar serius.
"Mereka semua tampak sangat mirip sehingga sulit untuk
~263~ membedakannya. Namanya sama sekali bukan Charlotta.
Namanya " coba kuingat-ingat " siapa ya" Kupikir
Leonora " ya, namanya Leonora. Nah, begini ceritanya.
Saat ibuku meninggal sepuluh tahun yang lalu, aku tidak bisa
tinggal di sini sendirian " dan aku tidak mampu membayar
seorang gadis pekerja yang sudah dewasa. Jadi, aku
mengambil Charlotta Bowman kecil untuk tinggal
bersamaku dengan imbalan tempat tinggal dan pakaian.
Namanya memang Charlotta " dia adalah Charlotta
Pertama. Umurnya tiga belas tahun. Dia tinggal bersamaku
hingga berusia enam belas, lalu pergi ke Boston untuk
mencari pekerjaan. "Adiknya datang untuk tinggal bersamaku setelah itu.
Namanya Julietta " Kupikir Mrs. Bowman agak sok saat
memilih nama anak-anaknya " tapi Julietta sangat mirip
dengan Charlotta, jadi aku terus memanggilnya begitu
sepanjang waktu, dan dia tidak berkeberatan. Jadi, aku
menyerah berusaha mengingat nama aslinya. Dia adalah
Charlotta Kedua. Dan saat dia pergi, Evelina datang, dan
dia menjadi Charlotta Ketiga. Sekarang aku memiliki
Charlotta Keempat, tapi saat berumur enam belas tahun
sekarang dia empat belas tahun dia pasti ingin pergi ke
Boston juga, dan aku tidak tahu harus bagaimana nanti.
"Charlotta Keempat adalah anak perempuan terakhir
Keluarga Bowman, dan dia yang terbaik. CharlottaCharlotta lain selalu membiarkanku mengetahui bahwa
mereka berpikir aku konyol karena berpura-pura, tetapi
Charlotta Keempat tidak pernah begitu, tak peduli apa pun
yang sebenarnya dia pikirkan. Aku tak peduli dengan
pendapat orang lain tentangku selama mereka tidak
membiarkanku tahu." "Yah," kata Diana, menatap matahari yang terbenam
~264~ dengan menyesal. "Kami harus pergi jika kami ingin tiba di
rumah Mr. Kimball sebelum gelap. Kami sangat menikmati
jamuan Anda, Miss Lewis."
"Maukah kalian datang lagi untuk menemuiku?" Miss
Lavendar memohon. Anne melingkarkan lengannya di tubuh perempuan
mungil itu. "Tentu saja kami mau," dia berjanji. "Sekarang kami
telah mengenal Anda, dan kami akan sangat senang bisa
berkunjung untuk menemui Anda. Ya, kami harus pergi "
Badik Buntung 1 Tangis Darah Cinta Dan Keringat Ini Karya Ekky Sayap Sayap Terkembang 21
^