House Of Dreams 3

Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery Bagian 3


pertemuan, dan pada akhir pertemuan kedua puluh tujuh itu, sama sekali
tidak ada kesimpulan di mana gereja akan didirikan, tidak maju-maju dari
saat mereka mulai sama sekali tidak ada kemajuan, sebenarnya, dan karena
terburu-buru, mereka sudah mulai bekerja merobohkan gereja tua. Jadi,
begitulah keadaan kita saat itu, tanpa gereja, dan tanpa tempat beribadah
selain di aula desa."
"Kaum Methodis tawarkan gereja mereka kepada kita, Cornelia."
"Gereja Glen St. Mary tidak akan dibangun hingga saat ini," Miss
Cornelia melanjutkan, tidak memedulikan Kapten Jim, "jika kami kaum
perempuan tidak ikut campur dan mulai bekerja. Kami berkata, KAMI
benar-benar bertekad memiliki sebuah gereja, dan para lelaki itu berniat
untuk bertengkar hingga kiamat, dan kami lelah menjadi bahan tertawaan
kaum Methodis. Kami mengadakan SATU kali pertemuan, membentuk
satu komite, lalu meminta sumbangan. Kami juga mendapatkannya. Saat
ada lelaki yang berusaha untuk menghina kami, kami berkata, mereka
berusaha selama dua tahun untuk membangun sebuah gereja dan kali ini
116 giliran kami. "Kami menutup mulut mereka rapat-rapat, percayalah padaku, dan
dalam waktu enam bulan, kami sudah mendapatkan gereja kami. Tentu
saja, ketika para lelaki melihat kami bertekad agar mereka berhenti
bertengkar dan mulai bekerja, seperti lelaki pada umumnya, dengan segera
mereka mengetahui bahwa mereka harus melakukannya,atau berhenti
mengatur. Oh, kaum perempuan tidak bisa berkhotbah atau menjadi kaum
yang dituakan; tapi mereka bisa membangun gereja-gereja dan
mengumpulkan uang untuk itu."
"Kaum Methodis izinkan kaum perempuan berkhotbah," kata Kapten
Jim. Miss Cornelia menatapnya tajam.
"Aku tidak pernah mengatakan bahwa Kaum Methodis tidak memiliki
akal sehat, Kapten. Yang kukatakan adalah, aku ragu apakah mereka
memiliki keimanan yang cukup."
"Kupikir Anda mendukung hak pilih untuk kaum perempuan, Miss
Cornelia," kata Gilbert.
"Aku tidak menginginkan hak pilih, percayalah padaKU," kata Miss
Cornelia dengan tajam. "Aku tahu repotnya membereskan masalah yang
dibuat para lelaki. Tapi, pada masa kini, ketika para lelaki menyadari
bahwa mereka membuat dunia ini berantakan dan tidak dapat
membereskannya, mereka akan senang untuk memberikan kami hak dalam
pemungutan suara, dan membagi beban mereka kepada kita. Itu adalah
siasat Mereka. Oh, untung saja kaum perempuan sabar, percaya padaku!"
"Bagaimana dengan Nabi Ayub?" tanya Kapten Jim.
"Nabi Ayub! Menemukan seorang lelaki yang sabar adalah hal yang
langka, saat ada pria yang benar-benar sabar, kaum lelaki langsung
bertekad agar ia tidak akan dilupakan," tukas Miss Cornelia penuh
kemenangan. "Bagaimanapun, sifat sabar itu tidak berhubungan dengan
nama Ayub atau Job yang sama saja artinya. Belum pernah ada seorang
lelaki yang lebih tidak sabaran seperti Job Taylor tua di seberang
pelabuhan." "Yah, kau tahu, dia alami banyak hal, Cornelia. Bahkan kau pun tidak
dapat hadapi istrinya. Aku selalu mengingat kata-kata William MacAllister
tua pada pemakaman istrinya, "Tak diragukan lagi, dia adalah perempuan
Kristen, tapi dia punya temperamen seperti iblis.?"
"Kupikir almarhum istrinya memang agak sulit," Miss Cornelia
mengakui dengan ragu, "tapi, itu tidak membenarkan kata-kata Job saat
117 istrinya meninggal. Dia pulang naik kereta dari pemakaman hari itu
bersama ayahku. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun hingga mereka
tiba di dekat rumah. Kemudian, dia mendesah dengan keras dan berkata,
"Kau mungkin tidak akan memercayainya, Stephen, tapi ini adalah hari
paling bahagia dalam hidupku!" Khas lelaki sekali, bukan?"
"Menurutku, Mrs. Job tua membuat kehidupan sedikit tidak mudah
bagi suaminya," Kapten Jim mengenang.
"Yah,tapi tetap saja ada adab kesopanan, bukan"Bahkan jika seorang
lelaki merasakan hatinya gembira karena istrinya meninggal, dia tidak
perlu mengungkapkannya ke empat penjuru mata angin di surga. Dan tak
peduli itu adalah harinya yang paling bahagia, tak berapa lama kemudian
Job Taylor menikah lagi, kau pasti tahu. Istri keduanya bisa mengaturnya.
Dia berhasil membuat Job takluk, percayalah padaku! Hal pertama yang
dia lakukan adalah membuat Job menjual hartanya dan mendirikan sebuah
monumen peringatan bagi Mrs. Job pertama lalu istri keduanya meminta
Job Taylor menyiapkan nisan untuknya juga. Dia bilang, tidak ada orang
yang membuat Job mendirikan sebuah monumen untuknya nanti."
"Omong-omong soal Keluarga Taylor, bagaimana keadaan Mrs. Lewis
Taylor di Glen, Dokter?" tanya Kapten Jim.
"Dia pulih dengan lambat tapi dia bekerja terlalu keras," jawab Gilbert.
"Suaminya bekerja dengan keras juga memelihara babi-babi untuk
dipertandingkan," timpal Miss Cornelia. "Dia begitu memerhatikan babi-
babinya yang cantik. Dia jauh lebih bangga terhadap babi-babinya
daripada anak-anaknya. Tapi, memang benar, babi-babinya adalah babi-
babi yang terbaik, sementara anak-anaknya tidak begitu berharga. Dia
memilih seorang ibu yang malang bagi mereka, dan membuat istrinya
kelaparan selagi hamil dan membesarkan mereka. Babi-babinya
mendapatkan krim dan anak-anaknya mendapatkan susu skim."
"Ada saat-saat tertentu, Cornelia, ketika aku harus setuju denganmu,
meskipun itu menyakitiku," kata Kapten Jim. "Memang itulah yang
sebenarnya terjadi dengan Lewis Taylor. Saat aku melihat anak-anaknya
yang malang dan menderita, tanpa apa pun yang harus dimiliki oleh semua
anak kecil, itu membuatku tidak bisa menikmati makanan dan supku
selama berhari-hari setelahnya."
Gilbert keluar menuju dapur karena Anne memanggilnya. Anne
menutup pintu dan memberinya ceramah khas seorang istri kepada
suaminya. "Gilbert, kau dan Kapten Jim harus berhenti memancing-mancing Miss
118 Cornelia. Oh, aku mendengarkan pembicaraan kalian dan aku tidak mau
itu terjadi." "Anne, Miss Cornelia sendiri sangat menikmatinya. Kau tahu dia
begitu." "Yah, lupakan saja. Kalian berdua tidak perlu mendesaknya seperti itu.
Makan siang sudah siap sekarang, dan Gilbert, Jangan biarkan Mrs. Rachel
mengiris angsanya. Aku tahu, dia bermaksud menawarkan diri untuk
melakukannya karena dia berpikir bahwa kau tidak bisa melakukannya
dengan baik. Tunjukkan kepadanya kau bisa."
"Aku pasti bisa. Aku telah mempelajari diagram abcd untuk mengiris
angsa selama sebulan terakhir," kata Gilbert. "Hanya saja, jangan bicara
padaku saat aku melakukannya, Anne, karena jika kau mengacaukan
konsentrasiku, aku akan lebih kesulitan daripada kau saat harihari
pelajaran geometrimu dulu."
Gilbert mengiris angsa dengan rapi. Bahkan Mrs. Rachel pun harus
mengakuinya. Dan semua orang menyantap dan menikmatinya. Makan
siang Natal Anne yang pertama adalah keberhasilan besar dan dia
tersenyum lebar dengan kebanggaan seorang ibu rumah tangga. Perayaan
itu meriah dan lama, dan setelah makan siang selesai, mereka berkumpul
untuk bercengkerama di depan api perapian yang merah, dan Kapten Jim
menceritakan kisah-kisah kepada mereka hingga matahari yang merah
tergantung rendah di atas Four Winds Harbor, dan bayangan-bayangan
biru pohon-pohon Lombardy yang panjang jatuh di atas salju di jalan kecil.
"Aku harus balik ke mercusuar," akhirnya Kapten Jim berkata. "Aku
hanya punya waktu untuk berjalan pulang sebelum matahari terbenam.
Terima kasih untuk perayaan Natalmu yang indah, Mistress Blythe.
Bawalah Master Davy ke mercusuar suatu malam, sebelum dia pulang."
"Aku ingin melihat dewa-dewa batu itu," kata Davy dengan sangat
gembira. 119 16 MALAM TAHUN BARU DI MERCUSUAR Para penghuni Green Gables pulang setelah Natal, dan Marilla berjanji
dengan sungguh-sungguh untuk kembali ke Four Winds dan tinggal
sebulan pada musim semi. Lebih banyak salju turun sebelum malam tahun
baru, dan pelabuhan alam membeku, tetapi teluknya masih bebas, di
seberang padang-padang rumput putih. Hari terakhir tahun ini adalah salah
satu hari musim dingin yang cerah, dingin, dan memesona, yang
membombardir kita dengan kecerlangannya, dan memancing kekaguman
kita, tetapi tidak pernah membuat kita mencintainya. Langit tampak tajam
dan biru; kristal-kristal salju berkilauan cemerlang; pepohonan yang
gundul tampak telanjang, menampilkan semacam keindahan yang jujur;
bukit-bukit melontarkan tombak-tombak kristal yang mengancam. Bahkan
bayangan-bayangan pun tampak tajam, kaku, dan tegas, bagaikan bukan
bayangan yang sebenarnya.
120 Segalanya yang indah bagaikan sepuluh kali lebih indah, tetapi tidak
terlalu menarik dalam keelokan alam yang tampak jelas terlihat; dan
segalanya yang jelek bagaikan sepuluh kali lebih jelek. Segalanya tampak
jelek sekaligus indah. Tidak ada bauran yang lembut, kegelapan yang
ramah, atau keremangan memikat dalam kilauan yang menyilaukan itu.
Satu-satunya hal yang tetap memiliki sifat individualnya sendiri adalah
pohon-pohon cemara karena cemara adalah pohon misteri dan bayangan,
dan tidak pernah terlingkupi oleh meluasnya kecerlangan yang kejam.
Namun, akhirnya hari mulai menyadari bahwa ia semakin menua.
Setelah itu, kemurungan menyelimuti keindahannya, meredupkan
sekaligus memperjelasnya; sudut-sudut tajam, titik-titik berkilau, berbaur
menjadi lengkungan-lengkungan dan cahaya-cahaya yang menarik.
Pelabuhan alam yang putih menampilkan warna kelabu dan merah muda
yang lembut; bukit-bukit di kejauhan berubah menjadi keunguan.
"Tahun ini berlalu dengan indahnya," kata Anne.
Dia beserta Leslie dan Gilbert sedang dalam perjalanan menuju Four
Winds Point, karena bersama Kapten Jim mereka berencana untuk
merayakan tahun baru di mercusuar. Matahari telah terbenam dan di langit
barat daya planet Venus tergantung, begitu molek dan keemasan, berada
dalam jarak terdekat ke planet saudaranya, Bumi. Untuk pertama kalinya,
Anne dan Gilbert melihat bayangan yang terbentuk oleh bintang
cemerlang petang hari, bayangan samar dan misterius, yang tidak pernah
terlihat kecuali jika ada salju putih menampakkannya. Kemudian, hanya
dengan mengalihkan pandangan, bayangan itu menghilang jika kita
menatapnya langsung. "Seperti ruh bayangan, ya?" bisik Anne. "Kita bisa melihatnya begitu
jelas menghantui di samping kita saat kita menatap ke depan, tapi saat kita
menoleh dan menatapnya bayangan itu menghilang."
"Aku pernah mendengar jika kita hanya bisa melihat bayangan Venus
sekali seumur hidup, dan pada tahun saat kita melihatnya, kita akan
mendapatkan hadiah yang paling menakjubkan dalam kehidupan kita,"
kata Leslie. Namun, dia juga tidak banyak berbicara; mungkin dia berpikir,
bahkan bayangan Venus pun tidak akan bisa memberikan hadiah untuk
kehidupannya. Anne tersenyum dalam cahaya petang yang lembut; dia
merasa cukup yakin tentang yang dijanjikan oleh bayangan mistik itu
kepadanya. Mereka mendapati Marshall Elliott di mercusuar. Awalnya, Anne
merasa agak kesal karena kehadiran seorang eksentrik berambut dan
121 berjanggut panjang di dalam lingkaran kecil akrab mereka. Tetapi, dengan
segera Marshall Elliott membuktikan klaimnya sebagai anggota golongan
manusia yang mengenal Yusuf. Dia lucu, cerdas, banyak membaca buku,
dan menyaingi Kapten Jim dalam keterampilan menyampaikan cerita yang
bagus. Mereka semua senang saat dia setuju untuk menikmati malam
pergantian tahun bersama mereka. Cucu-keponakan kecil Kapten Jim, Joe,
datang untuk menghabiskan malam tahun baru dengan kakeknya, dan
tertidur di sofa dengan si Kelasi Pertama yang meringkuk seperti bola
besar keemasan di kakinya.
"Bukankah dia lelaki kecil yang menyenangkan?" tanya Kapten Jim
bangga. "Aku senang perhatikan seorang anak kecil tertidur, Mistress
Blythe. Itu adalah pemandangan yang paling indah di dunia, kupikir. Joe
memang senang berada di sini untuk menginap, karena aku biarkan dia
tidur bersamaku. Di rumah, dia harus tidur dengan dua anak lelaki lain,
dan dia tak suka. "Mengapa aku tak bisa tidur dengan ayah, Kakek Jim?"
dia tanya. "Semua orang di Alkitab tidur dengan ayah mereka."
Pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan pasti tak akan bisa dijawab oleh
sang pendeta sendiri. Pertanyaan-pertanyaan itu jadi membanjiriku.
"Kakek Jim, bagaimana kalau aku tidak menjadi DIRIKU sendiri?" dan
"Kakek Jim, apa yang akan terjadi jika Tuhan meninggal?" Dia lontarkan
dua pertanyaan itu kepadaku malam ini, sebelum dia pergi tidur.
"Dan imajinasinya selalu melayang-layang dari segala hal. Dia bikin
kisah-kisah yang paling memukau kemudian ibunya kurung dia di lemari
karena membual. Dan dia duduk di sana, mengarang satu lagi cerita, dan
siap untuk sampaikan itu kepada ibunya saat diizinkan keluar. Dia punya
satu cerita untukku saat datang malam ini. "Kakek Jim," dia bilang, tenang
bagaikan sebuah batu nisan, "Aku mengalami petualangan di Glen hari
ini." "Ya, apa itu?" tanyaku, mengharap sesuatu yang cukup mengejutkan,
tapi tak siap dengan apa yang akan kudengarkan. "Aku ketemu seekor
serigala di jalan," dia bilang, "seekor serigala yang sangaaaat besar, dengan
mulut besar yang merah dan gigi-gigi panjang MENGERIKAN, Kakek
Jim." "Aku tak tahu jika ada serigala di Glen," aku bilang. "Oh, ia datang
dari jauh, jauh sekali," kata Joe, "dan aku melawannya karena ia akan
memakanku, Kakek Jim." "Apakah kau takut?" aku tanya. "Tidak, karena
aku punya senjata besar," kata Joe, "dan aku menembak serigala itu sampai
mati, Kakek Jim mati kaku kemudian ia pergi ke surga dan menggigit
Tuhan," dia bilang. Yah, aku sangat terkesima, Mistress Blythe."
Waktu berlalu dengan penuh keceriaan di sekeliling perapian kayu
122 yang terbawa ombak. Kapten Jim menceritakan kisah-kisah, dan Marshall
Elliott menyanyikan lagu-lagu balada Skotlandia tua dengan suara
tenornya yang merdu; akhirnya Kapten Jim mengambil biola tuanya yang
berwarna cokelat dari dinding dan mulai bermain. Dia memiliki
keterampilan bermain biola yang lumayan, yang diapresiasi oleh semua
kecuali si Kelasi Pertama, yang melonjak dari sofa bagaikan ditembak,
mengeluarkan pekikan memprotes, lalu berlari liar menaiki tangga.
"Aku tak bisa biasakan telinga kucing itu untuk dengar musik dengan
cara apa pun," kata Kapten Jim. "Dia tak mau diam cukup lama untuk
belajar suka suara biola. Saat kami dapat organ di gereja tua Glen, Elder
Richards tua melompat dari kursinya pada saat pemain organ mulai
bermain, berjalan terseok-seok di lorong gereja, lalu keluar dari gereja
dengan buru-buru. Ini sangat bikin aku ingat pada si Kelasi Pertama yang segera
kabur kalau aku mulai bermain biola, hingga aku nyaris saja tertawa
terbahak-bahak di gereja, yang belum pernah kualami sebelum atau
sesudah peristiwa itu."
Ada sesuatu yang menular dengan sangat cepat dalam nada-nada ceria
yang dimainkan Kapten Jim, sehingga dengan segera kaki Marshall Elliott
mulai bergoyang. Dia adalah seorang penari yang terkenal pada masa
mudanya. Akhirnyadia mulai berdiri dan mengulurkan tangannya kepada
Leslie. Leslie langsung merespons. Mengitari ruangan yang diterangi
cahaya perapian, mereka berputar-putar dengan gerakan anggun berirama
yang mengagumkan. Leslie menari bagaikan seseorang yang terinspirasi; alunan musik yang
liar dan manis sepertinya merasuki dan menguasainya. Anne
mengamatinya dengan penuh kekaguman dan takjub. Dia tidak pernah
melihat Leslie seperti ini. Seluruh kecantikan, warna, dan pesona alamiah
dari dalam dirinya tampaknya terbebas dan mengalir dalam pipi yang


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merona merah, mata yang berbinar-binar, dan keanggunan gerakannya.
Bahkan, kehadiran Marshall Elliott, dengan janggut dan rambutnya yang
panjang, tidak bisa merusak pemandangan itu. Sebaliknya, kehadiran
lelaki itu membuatnya lebih unik. Marshall Elliott tampak seperti seorang
Viking dari masa lalu, yang sedang berdansa dengan salah seorang putri
negeri-negeri Utara yang bermata biru dan berambut keemasan.
"Tarian paling indah yang pernah kulihat, dan aku telah banyak
saksikan tarian seumur hidupku," kata Kapten Jim, ketika akhirnya
penggesek biola terlepas dari tangannya yang lelah. Leslie menjatuhkan
123 diri ke kursinya, tertawa, kehabisan napas.
"Aku senang menari," dia berkata kepada Anne. "Aku belum pernah
menari lagi sejak berusia enam belas tahun tapi aku sangat menyukainya.
Musik bagaikan mengalir di pembuluh darahku bagaikan air raksa dan aku
melupakan semuanya segalanya kecuali kesenangan pada saat itu. Rasanya
tidak ada lantai di bawahku, dinding-dinding di sekelilingku, atau atap di
atas kepalaku aku melayang di antara bintang-bintang."
Kapten Jim menggantung biola di tempatnya, di sebelah sebuah bingkai
besar berisi beberapa helai uang kertas.
"Apakah ada kenalanmu yang lain yang mampu menggantung uang
kertas sebagai hiasan di dindingnya?" dia bertanya. "Ada dua puluh helai
uang sepuluh dolar di sana, tapi tidak sebanding dengan harga kaca yang
tutupi uang itu. Itu adalah uang lama Bank Pulau Prince Edward. Aku
dapatkan itu saat bank bangkrut, dan aku membingkai dan
menggantungnya, sebagian sebagai pengingat agar tidak simpan uangmu
di bank, dan sebagian untuk beri aku perasaan seperti jutawan yang benar-
benar kaya. Halo, Kelasi, jangan takut. Kau bisa kembali sekarang. Musik
dan keributan sudah selesai untuk malam ini. Tahun baru hanya tinggal
satu jam lagi. Aku telah melihat enam puluh tujuh kali tahun baru datang
di seberang teluk itu, Mistress Blythe."
"Kau akan melihat yang keseratus," kata Marshall Elliott.
Kapten Jim menggelengkan kepala. "Tidak, dan aku tak ingin
setidaknya, kupikir aku tak akan alami itu. Kematian akan semakin akrab
jika kita semakin tua. Tapi, bukan karena salah satu dari kita benar-benar
ingin mati, Marshall. Tennyson ungkapkan kejujuran saat dia katakan itu.
Ada Mrs. Wallace tua di Glen sana. Dia punya banyak sekali masalah
sepanjang hidupnya, sungguh jiwa yang malang, dan dia kehilangan
hampir semua orang yang dia sayangi. Dia selalu berkata, dia akan bahagia
jika ajalnya tiba, dan dia tak ingin mengembara lebih lama lagi dalam
lembah air mata ini. Tapi, saat dia tiba-tiba sakit, ada kehebohan! Para
dokter dari kota, dan seorang perawat terlatih, serta obat yang cukup untuk
membunuh seekor anjing dikerahkan. Kehidupan mungkin adalah lembah
air mata, tapi ada beberapa orang yang menikmati meratap, menurutku."
Mereka menghabiskan jam terakhir menunggu tahun baru itu
mengelilingi perapian. Beberapa menit sebelum pukul dua belas, Kapten
Jim berdiri dan membuka pintu. "Kita harus biarkan tahun baru masuk,"
dia berkata. Di luar, malam begitu biru dan cerah. Sehelai pita dari sinar bulan yang
124 berkilauan menghiasi teluk. Di dalam pita warna itu, pelabuhan berkilauan
bagaikan sebuah pelataran dari mutiara. Mereka berdiri di depan pintu dan
menunggu Kapten Jim dengan pengalamannya yang penuh dan matang,
Marshall Elliott dalam kehidupan usia matangnya yang penuh energi
namun hampa, Gilbert dan Anne dengan kenangan-kenangan indah dan
harapan-harapan mereka yang besar, Leslie dengan ingatannya akan tahun-
tahun penuh kehampaan dan masa depannya yang tanpa harapan. Jam di
rak kecil di atas perapian berdentang dua belas kali.
"Selamat datang, Tahun Baru," kata Kapten Jim, membungkuk rendah
saat dentangan terakhir berakhir. "Semoga kalian semua alami tahun
terbaik dalam kehidupan kalian, Teman-Teman. Kupikir, apa pun yang
dibawa tahun baru ini kepada kita akan jadi yang terbaik yang digariskan
Kapten Agung di atas sana bagi kita dan dengan suatu cara, kita semua
akan berlabuh di dermaga yang bagus."
125 17 MUSIM DINGIN DI FOURWINDS Musim dingin berlangsung dengan hebat setelah tahun baru. Butiran-
butiran salju yang besar dan putih bertumpuk di sekeliling rumah kecil itu,
dan lapisan-lapisan kristal salju melapisi jendela-jendelanya. Es di
pelabuhan alam semakin keras dan tebal, sehingga para penduduk Four
Winds memulai perjalanan musim dingin mereka yang biasa dengan
melintas di atasnya. Jalan-jalan es yang aman "ditandai" oleh pemerintah
yang baik, dan siang malam dentingan ceria lonceng kereta salju bergema
di atasnya. Pada malam-malam terang bulan, Anne mendengar dentingan
itu dari dalam rumah impiannya, bagaikan lonceng-lonceng peri. Teluk
sudah membeku, dan cahaya mercusuar Four Winds tidak lagi bersinar.
Selama berbulan-bulan, saat navigasi tidak diperlukan, kantor Kapten Jim
tidak berfungsi. "Si Kelasi Pertama dan aku tak akan punya kegiatan apa-apa hingga
126 musim semi kecuali menjaga diri kami tetap hangat dan menyenangkan
diri sendiri. Penjaga mercusuar yang terakhir biasanya selalu pindah ke
Glen pada musim dingin, tapi aku memilih tinggal di Point. Si Kelasi
Pertama mungkin bisa diracun atau diserang oleh anjing-anjing di Glen.
Aku akan agak kesepian, pasti, tanpa ada cahaya atau air untuk
menemaniku, tapi kalau teman-teman kami sering berkunjung, kami pasti
bisa lalui musim dingin."
Kapten Jim memiliki sebuah kapal es, dan Gilbert, Anne, serta Leslie
sering berputar-putar dengan liar dan gembira di pelabuhan es yang keras
bersamanya. Anne dan Leslie juga membawa sepatu salju panjang mereka
bersama-sama, di atas ladang-ladang, atau menyeberangi pelabuhan
setelah badai, atau menyusuri hutan di luar Glen. Mereka menjadi sahabat
karib dalam penjelajahan-penjelajahan dan pertemuan-pertemuan mereka
di depan perapian. Masing-masing memiliki sesuatu untuk diberikan
kepada yang lain masing-masing merasakan hidup lebih kaya karena
pertukaran pikiran yang akrab dan keheningan yang akrab; masing-masing
menatap ke seberang padang-padang rumput yang memutih di antara
rumah mereka masing-masing, dengan suatu kesadaran menyenangkan
akan keberadaan seorang teman di seberang. Namun, meskipun demikian,
Anne merasa bahwa selalu ada suatu penghalang di antara Leslie dan
dirinya sendiri suatu ketegangan yang tidak pernah menghilang
sepenuhnya. "Aku tidak tahu mengapa aku tidak bisa lebih dekat kepadanya," Anne
berkata pada suatu malam kepada Kapten Jim. "Aku sangat menyukainya
aku sangat mengaguminya aku Ingin mengajaknya memasuki hatiku dan
menyelinap ke dalam hatinya. Tapi, aku tidak pernah bisa menyeberangi
pembatas itu." "Kau selalu bahagia sepanjang hidupmu, Mistress Blythe," kata Kapten
Jim penuh pemikiran. "Kupikir itulah sebabnya jiwamu dan jiwa Leslie tak
bisa benar-benar dekat. Penghalang di antara kalian adalah pengalamannya
akan kesedihan dan masalah. Dia tak bertanggung jawab atas penghalang
itu dan kau pun tidak; tapi penghalang itu ada di sana dan tak ada satu pun
di antara kalian berdua yang bisa seberangi itu."
"Masa kecilku juga tidak terlalu bahagia sebelum aku datang ke Green
Gables," kata Anne, menatap dengan tajam ke luar jendela, ke arah
keindahan beku bayangan-bayangan pepohonan tak berdaun yang mati dan
sedih, di atas salju yang disinari bulan.
"Mungkin tidak tapi itu hanya ketidakbahagiaan seorang anak yang
127 biasa, yang tak punya seorang pun untuk jaga ia dengan baik. Tak ada
TRAGEDI apa pun dalam kehidupanmu, Mistress Blythe. Dan Leslie yang
malang telah alami nyaris SEMUA tragedi. Dia merasa, kupikir meskipun
mungkin dia tak menyadarinya bahwa ada banyak sekali hal dalam
kehidupannya yang tak bisa kau masuki atau kau mengerti dan dia harus
menjagamu untuk tidak rasakan itu menjaga jarak denganmu, bisa dibilang
begitu, agar tidak lukai dia. Kau tahu, kalau kita terluka di salah satu
bagian tubuh, kita akan menghindar agar orang lain tak sentuh luka itu
atau daerah di dekatnya. Hal yang sama pun terjadi pada jiwa kita, seperti
pada tubuh kita, kupikir. Jiwa Leslie pasti nyaris hancur itulah sebabnya
dia sembunyikan itu."
"Jika memang semua itu benar, aku tidak akan keberatan, Kapten Jim.
Aku akan mengerti. Tapi, ada saat-saat tidak selalu, tetapi cukup sering
saat aku nyaris memercayai bahwa Leslie tidak tidak menyukaiku.
Kadang-kadang aku terkejut melihat tatapan di matanya yang tampak
menunjukkan kebencian dan ketidaksukaan dan menghilang begitu cepat
tapi aku melihatnya, aku yakin. Dan itu menyakitiku, Kapten Jim. Aku
tidak biasa dibenci dan aku berusaha begitu keras agar bisa bersahabat
dengan Leslie." "Kau telah berhasil, Mistress Blythe. Jangan kau pedulikan pikiran
konyol apa pun bahwa Leslie tak suka kau. Jika begitu, dia pasti tidak
ingin lakukan apa-apa denganmu, tidak seakrab ini denganmu seperti
sekarang. Aku kenal baik Leslie Moore sehingga bisa yakini itu."
"Saat pertama aku melihatnya, menggiring angsa-angsanya menuruni
bukit pada hari kedatanganku ke Four Winds, dia menatapku dengan
ekspresi yang sama," Anne bersikeras. "Aku merasakannya, bahkan di
tengah kekagumanku akan kecantikannya. Dia menatapku dengan penuh
kebencian memang begitu, Kapten Jim."
"Kebenciannya pasti tentang suatu hal lain, Mistress Blythe, dan kau
hanya dapatkan sebagian kebencian itu karena kau datang belakangan.
Leslie Memang sering bersikap muram, gadis malang itu. Aku tidak bisa
salahkan dia, karena aku tahu apa yang harus dia hadapi. Aku tak tahu
kenapa itu terjadi. Dokter dan aku berbicara banyak tentang asal-usul
kejahatan, tapi kami belum cukup mengerti tentang hal itu.Ada banyak
sekalihal yang tak bisa dimengerti dalam kehidupan, bukan, Mistress
Blythe" Kadang-kadang, semua tampak berjalan sebagaimana mestinya,
seperti kau dan Dokter. Tapi, kemudian semua tampak berantakan.
"Dan ada Leslie, yang begitu pintar dan cantik sehingga kau pikir dia
128 ditakdirkan jadi ratu, tapi dia terjebak di sana, nyaris segala hal yang
bernilai bagi kaum perempuan terenggut darinya, tanpa ada prospek apa
pun kecuali tunggui Dick Moore seumur hidupnya. Tapi, maaf saja,
Mistress Blythe, aku berani berkata bahwa dia lebih pilih kehidupannya
sekarang, seperti apa adanya, daripada kehidupan yang dia jalani bersama
Dick sebelum Dick pergi. ITU adalah sesuatu yang seharusnya tidak boleh
diucapkan oleh seorang kelasi tua yang lancang. Tapi, kau banyak bantu
Leslie dia jadi sesosok makhluk yang berbeda sejak kalian datang ke Four
Winds. Kami, teman-teman lamanya, bisa lihat perbedaan pada dirinya,
meskipun kau tak bisa. Miss Cornelia dan aku bicarakan itu kemarin, dan
itu adalah salah satu dari segelintir hal yang bisa kami sepakati. Jadi,
janganlah pedulikan pikiran apa pun tentang dia yang tak suka dirimu."
Anne sulit mengabaikan hal itu sepenuhnya, karena tidak diragukan
lagi, ada beberapa kesempatan saat dia merasa, dengan satu insting yang
tidak bisa dipertanyakan alasannya, bahwa Leslie menyimpan suatu
kebencian ganjil yang tak terungkapkan kepadanya. Kadang-kadang,
kesadaran rahasia ini menodai keindahan pertemanan mereka; bagi orang
lain, itu nyaris terlupakan, tetapi Anne selalu merasa ada duri yang
tersembunyi di dalam sana, dan bisa menusuknya kapan saja. Dia
merasakan suatu sengatan tajam dari duri itu pada suatu hari, ketika dia
memberi tahu Leslie tentang sesuatu yang dia harapkan datang pada
musim semi ke rumah impian kecilnya. Leslie menatapnya dengan mata
yang tajam, pahit, dan tidak ramah.
"Jadi, kau akan memiliki Itu, juga," dia berkata dengan suara tercekat.
Dan tanpa sepatah kata pun lagi, dia berbalik dan menyeberangi padang-
padang rumput menuju rumahnya. Anne sangat tersinggung; untuk sesaat,
dia merasa bahwa dia tidak akan pernah menyukai Leslie lagi. Namun,
saat Leslie datang beberapa malam kemudian, dia begitu menyenangkan,
begitu ramah, begitu tulus, dan lucu, serta ceria, sehingga Anne begitu
terkesima dan segera memaafkan serta melupakannya. Hanya saja, dia
tidak pernah menyebut-nyebut harapan indahnya kepada Leslie lagi; Leslie
pun tidak pernah menyinggungnya lagi.
Namun, suatu malam, saat angin akhir musim dingin sedang
menunggu-nunggu untuk mendengarkan kata"musim semi", Leslie datang
ke rumah kecil itu untuk mengobrol pada petang hari, dan saat pulang, dia
meninggalkan sebuah kotak kecil putih di atas meja. Anne menemukannya
setelah Leslie pulang dan membukanya dengan penasaran. Di dalamnya,
ada sebuah gaun putih kecil yang dibuat dengan sangat terampil bordiran
129 yang cantik, lipit-lipit yang mengagumkan, serta keindahan yang halus.
Setiap tisikan di gaun itu dikerjakan dengan tangan; dan rimpel-rimpel
kecil berenda di leher dan lengan bajunya adalah renda Valenciennes asli.
Di atasnya, ada sebuah kartu "dengan cinta dari Leslie".
"Berapa jam kerja yang dia butuhkan untuk menyelesaikannya?" tanya
Anne. "Dan bahannya pasti berharga lebih tinggi daripada yang dia
mampu. Leslie sangat baik hati."
Namun, Leslie bersikap kaku dan sedikit kasar saat Anne berterima
kasih kepadanya, dan lagi-lagi, Anne merasa ditolak.
Hadiah dari Leslie bukan satu-satunya yang hadir di rumah kecil itu.
Miss Cornelia, yang saat itu telah selesai menjahit untuk bayi-bayi
kedelapan yang tidak diinginkan dan tidak ditunggu-tunggu, sekarang
menjahit untuk bayi pertama yang sangat diinginkan, yang kedatangannya
memang ditunggu-tunggu. Phillipa Blake dan Diana Wright masing-
masing mengirimkan sebuah baju yang indah; dan Mrs. Rachel Lynde
mengirimkan beberapa baju, dengan bahan yang bagus dan tisikan-tisikan
rapi menggantikan bordir-bordir dan rimpel-rimpel. Anne sendiri membuat
banyak baju, meskipun kesulitan karena tidak ada bantuan mesin jahit, dan
menghabiskan waktu untuk mengerjakannya pada jam-jam gembira musim
dingin bahagia itu. Kapten Jim adalah tamu yang paling sering datang ke rumah kecil itu,
dan merupakan tamu yang paling ditunggu-tunggu. Setiap hari, Anne
semakin menyayangi pelaut tua berjiwa sederhana dan berhati tulus itu.
Kapten Jim menyegarkan bagaikan angin laut, menarik bagaikan suatu
kronik kuno. Anne tidak pernah lelah mendengarkan kisah-kisahnya, dan
kata-kata serta komentar-komentarnya yang unik selalu menimbulkan
perasaan senang bagi Anne. Kapten Jim adalah salah seorang manusia
yang langka dan menarik, yang "tidak pernah berbicara tetapi mereka
mengungkapkan sesuatu". Kebajikan umat manusia dan kebijakan seekor
ular berbaur dalam komposisi jiwa Kapten Jim, dengan proporsi yang
tepat. Tampaknya, tidak ada yang pernah bisa menghentikan Kapten Jim atau
membuatnya sedih dengan cara apa pun. "Aku sepertinya menderita suatu
kebiasaan menikmati segala sesuatu," dia pernah berkata begitu, saat Anne
berkomentar tentang keceriaannya yang tidak pernah redup. "Kebiasaan
yang sangat kronis hingga aku percaya, bahkan aku menikmati hal-hal
yang tidak kusukai. Sungguh aku senang untuk berpikir bahwa hal-hal tak
berlangsung selamanya. "Rematik tua," aku pernah berkata, saat penyakit
130 itu serang aku dengan kejam, "kau HARUS berhenti sakiti aku suatu saat.
Semakin kau serang aku dengan hebat, semakin cepat kau akan berhenti,
mungkin. Aku harus kalahkan kau dalam waktu lama, baik dalam tubuhku
atau kalau sudah berada di luar tubuhku."
Suatu malam, di sisi perapian di mercusuar, Anne melihat "buku-
kehidupan" Kapten Jim. Dia tidak perlu dibujuk untuk menunjukkannya,
dan dengan bangga memberikannya kepada Anne untuk dibaca.
"Aku tulis itu untuk kutinggalkan bagi Joe kecil," dia berkata. "Aku tak
suka pikiran kalau segala yang telah kulakukan dan kulihat benar-benar
terlupakan setelah aku berlayar dalam perjalananku yang terakhir. Joe, dia
akan ingat itu, dan ceritakan kisah-kisah itu kepada anak-anaknya."
Buku itu adalah sebuah buku tua bersampul kulit yang dipenuhi catatan
perjalanan-perjalanan dan petualangan-petualangan Kapten Jim. Anne


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpikir, betapa catatan itu akan sangat berharga bagi seorang penulis.
Setiap kalimat adalah bongkahan emas. Di dalam buku itu sendiri tidak
ada kalimat-kalimat yang bermutu; pesona Kapten Jim dalam bercerita
menghilang jika dia memegang pena dan tinta; dia hanya bisa
menuliskannya dengan sederhana dalam garis besar kisah-kisahnya yang
terkenal, dan baik ejaan maupun kosakatanya begitu menyedihkan.
Namun, Anne merasa bahwa jika ada seseorang yang memiliki bakat
menulis, ia akan bisa memindahkan catatan sederhana kehidupan yang
berani dan penuh petualangan itu, membaca di antara kisah-kisah
sederhana akan bahaya yang mengancam dan tugas kemanusiaan yang
harus dilakukan. Sebuah kisah yang hebat pasti bisa ditulis dari catatan itu.
Komedi yang lucu dan tragedi yang menggetarkan sama-sama tersembunyi
di dalam "buku-kehidupan" Kapten Jim, menunggu sentuhan tangan yang
ahli untuk membangunkan tawa, ratapan, dan kengerian ribuan orang.
Anne menyinggung hal ini kepada Gilbert saat mereka berjalan pulang.
"Mengapa kau tidak mencoba tanganmu sendiri untuk menuliskannya,
Anne?" Anne menggelengkan kepala.
"Tidak. Seandainya saja aku bisa. Tapi, aku tidak memiliki kelebihan
itu di antara bakatku. Kau tahu hal yang biasa kutulis, Gilbert kisah-kisah
menyenangkan, laksana peri, dan cantik. Untuk menuliskan buku-
kehidupan Kapten Jim dengan baik, seseorang harus menguasai gaya yang
penuh energi tapi samar, seorang psikolog yang ahli, seorang humoris
sekaligus penikmat tragedi yang alamiah. Suatu kombinasi langka dari
bakat-bakat itu yang dibutuhkan. Paul mungkin bisa melakukannya jika
131 dia sudah lebih tua. Meskipun begitu, aku akan memintanya datang musim
panas depan untuk menemui Kapten Jim."
"Datanglah ke pantai ini," Anne menulis kepada Paul. "Aku khawatir,
di sini kau tidak akan menemukan Nora atau Perempuan Keemasan atau si
Kelasi Kembar, tapi kau akan menemukan seorang pelaut tua yang bisa
menceritakan kisah-kisah menakjubkan kepadamu."
Namun, Paul membalas suratnya, dengan menyesal mengatakan bahwa
dia tidak bisa datang tahun ini. Dia akan pergi ke luar negeri untuk belajar
selama dua tahun. "Saat aku kembali, aku akan datang ke Four Winds, Guruku Sayang,"
dia menulis. "Tapi, sementara itu, Kapten Jim akan semakin tua," kata Anne dengan
muram, "dan tidak ada orang yang bisa menuliskan buku-kehidupannya."
132 18 HARI-HARI MUSIM SEMI Es di pelabuhan alam menjadi hitam dan membusuk di bawah matahari
bulan Maret; pada bulan April, mereka berubah menjadi air yang biru dan
kembali menjadi teluk berangin yang berbuih putih; dan sekali lagi
mercusuar Four Winds menemani lembayung senja.
"Aku sangat senang bisa melihatnya sekali lagi," kata Anne, pada
malam pertama kemunculan sinar suar kembali. "Aku sangat
merindukannya sepanjang musim dingin. Langit barat laut tampak kosong
dan sepi tanpa kehadirannya."
Tanah begitu lembut dengan daun-daun muda yang baru dan hijau
keemasan. Ada kabut berwarna zamrud di hutan-hutan di luar Glen.
Lembah-lembah tepi laut penuh dengan halimun bagaikan di dunia peri
kala fajar. Angin yang kencang datang dan berlalu dengan butiran-butiran
garam dalam embusannya. Laut tertawa, berkilau, bersolek, dan bergaya,
bagaikan seorang perempuan cantik nan genit. Ikan-ikan herring berenang
berkelompok dan desa nelayan hidup kembali. Pelabuhan alam begitu
133 hidup dengan layar-layar putih yang akan melaju ke selat. Kapal-kapal
mulai berlayar keluar dan masuk pelabuhan alam lagi.
"Di hari musim semi seperti ini," kata Anne, "aku tahu pasti apa yang
akan dirasakan oleh jiwaku pada pagi saat hari kebangkitan."
"Ada saat-saat dalam musim dingin saat aku agak merasa kalau aku
mungkin bisa jadi seorang penyair, andai diasah sejak muda," kata Kapten
Jim. "Aku sadar kalau baris-baris dan bait-bait puisi lama yang kudengar
dideklamasikan oleh kepala sekolah enam puluh tahun yang lalu sekarang
masih terngiang-ngiang di telingaku. Puisi-puisi itu tak sulitkan aku pada
masa lalu. Sekarang, aku rasa bagaikan harus keluar menuju bebatuan atau
ladang-ladang atau laut dan membahasnya."
Kapten Jim datang suatu sore membawakan Anne cangkang kerang
untuk taman, dan sedikit rumput manis sejenis rumput tinggi yang
beraroma harum yang dia temukan saat berjalan-jalan ke bukit-bukit pasir.
"Ini sudah sangat langka di sepanjang pantai ini sekarang," dia berkata.
"Saat aku masih kecil, banyak yang tumbuh di sini. Tapi, sekarang jarang
sekali kita akan menemukan petaknya dan jika kita mencarinya, kita tak
akan temukan itu. Kita hanya bisa temukan itu dengan tak sengaja kalau
sedang berjalan di bukit-bukit pasir, jangan pernah pikirkan rumput manis
dan dengan segera, udara penuh dengan keharumannya dan ada rumput ini
di bawah kakimu. Aku sangat suka aroma rumput manis. Baunya selalu
bikin aku pikirkan ibuku."
"Apakah dia sangat menyukainya?" tanya Anne.
"Aku tak tahu. Bahkan aku tak tahu apakah dia pernah lihat rumput
manis. Tidak, itu karena rumput manis punya semacam aroma keibuan tak
terlalu muda, kau mengerti suatu aroma yang sudah jalani beberapa masa,
utuh, dan bisa diandalkan seperti seorang ibu. Pengantin kepala sekolah
selalu simpan rumput manis di antara saputangan-saputangannya. Kau bisa
simpan beberapa helai di antara saputanganmu, Mistress Blythe. Aku tak
suka parfum dari toko tapi sedikit harum rumput manis akan cocok bagi
seorang perempuan dalam kesempatan apa pun."
Anne tidak terlalu antusias dengan ide mengelilingi petak-petak
bunganya dengan cangkang quahog sejenis kerang mutiara; sebagai
dekorasi, awalnya benda itu tidak menarik baginya. Namun, dia pasti akan
melukai perasaan Kapten Jim; jadi dia menyembunyikan perasaan yang
sebenarnya, dan berterima kasih kepada Kapten Jim dengan sepenuh hati.
Dan saat Kapten Jim dengan bangga mengitari setiap petak bunganya
dengan barisan cangkang kerang yang besar dan seputih susu itu, Anne
134 merasa terkejut karena menyukai penampilannya. Di suatu taman kota,
atau bahkan di Glen, cangkang-cangkang itu pasti tidak cocok berada di
sana, tetapi di sini, di sebuah taman bergaya kuno yang dikelilingi laut, di
rumah impian yang mungil, kerang-kerang itu menemukan tempat mereka
Berada. "Cangkang-cangkang kerang itu tampak bagus," Anne berkata jujur.
"Pengantin kepala sekolah selalu atur kerang cowhawk kelilingi petak-
petak bunganya," kata Kapten Jim. "Dia sangat ahli merawat bunga. Dia
TATAP mereka dan sentuh mereka dengan AHLI dan mereka tumbuh
bagaikan gila. Beberapa orang punya keahlian itu kupikir kau punya itu
juga, Mistress Blythe."
"Oh, aku tak tahu tapi aku menyayangi tamanku, dan aku sangat suka
bekerja di sana. Bekerja dengan santai dengan benda-benda hijau yang
tumbuh, mengamati benih-benih baru yang menyenangkan tumbuh setiap
hari, seperti terlibat dalam suatu penciptaan, kupikir. Saat ini, tamanku
bagaikan iman suatu inti dari hal-hal yang diharapkan. Tapi, tunggu saja
kehadiran pucuk-pucuk tanaman muda."
"Aku selalu takjub kalau lihat benih-benih cokelat yang kecil dan
keriput, dan pikirkan pelangi di dalam diri mereka," kata Kapten Jim.
"Saat aku pikirkan benih-benih itu, aku sama sekali tidak sulit untuk
percaya kalau kita punya jiwa-jiwa yang akan hidup di dunia-dunia lain.
Kita akan sulit percaya bahwa ada kehidupan di dalam benda-benda
mungil itu, beberapa tak lebih besar daripada butiran debu, apalagi tanpa
warna dan aroma, jika kita tak lihat keajaibannya, bukan?"
Anne, yang sedang menghitung hari-harinya bagaikan menghitung
butir-butir perak rosario, saat ini tidak dapat melakukan perjalanan panjang
ke mercusuar atau menuju Jalan Glen. Namun, Miss Cornelia dan Kapten
Jim sangat sering berkunjung ke rumah kecil itu. Miss Cornelia adalah
tamu yang sangat menyenangkan bagi Anne dan Gilbert. Mereka
menertawakan kata-katanya setiap Miss Cornelia sudah pulang. Saat
Kapten Jim dan dia tidak sengaja mengunjungi rumah kecil itu pada waktu
yang bersamaan, ada banyak hal menarik untuk didengarkan. Mereka
selalu berdebat, Miss Cornelia menyerang, Kapten Jim bertahan. Anne
sekali waktu menegur Kapten Jim karena selalu menggoda Miss Cornelia.
"Oh, aku benar-benar senang menyulutnya, Mistress Blythe," si
pendosa tak tahu malu itu terkekeh. "Itu adalah kesenangan yang paling
besar dalam hidupku. Lidahnya bisa membakar sebongkah batu. Dan kau
serta si dokter muda senang mendengarkannya, sama seperti diriku."
135 Kapten Jim datang suatu malam untuk membawakan Anne beberapa
bunga mayflower. Taman Anne dipenuhi dengan udara lembap yang
harum khas malam musim semi di tepi laut. Ada kabut seputih susu di tepi
laut, dengan bulan muda yang mengecupnya, dan cahaya keperakan
bintangbintang di atas Glen. Lonceng gereja di seberang pelabuhan alam
berdentang dengan manis. Lonceng-lonceng sendu itu terbawa menembus
kegelapan langit untuk bergabung dengan erangan lembut musim semi
sang laut. Bunga-bunga mayflower dari Kapten Jim menambahkan
sentuhan terakhir yang melengkapi pesona malam itu.
"Aku tidak pernah melihat bunga mayflower musim semi ini, dan aku
merindukannya," kata Anne, sambil membenamkan wajah ke dalam ikatan
bunga itu. "Bunga-bunga itu tak bisa ditemukan di sekitar Four Winds, hanya di
padang-padang gersang yang jauh, di belakang Glen sana. Aku lakukan
perjalanan singkat hari ini ke Tanah-Tak-Berguna, dan berburu bunga-
bunga ini untukmu. Kupikir ini adalah bunga-bunga terakhir yang bisa kau
lihat musim semi ini, karena musim ini hampir berakhir."
"Betapa baik dan penuh perhatiannya dirimu, Kapten Jim. Tidak ada
orang lain bahkan Gilbert" Anne menggelengkan kepala kepada Kapten
Jim "ingat jika aku selalu merindukan bunga-bunga mayflower pada
musim semi." "Yah, aku juga punya urusan lain aku ingin bawakan beberapa ikan
trout untuk Mr. Howard di sana. Dia kadangkadang ingin ikan trout, dan
hanya itulah yang bisa kulakukan untuk balas kebaikan yang pernah dia
lakukan kepadaku. Aku tinggal di sana sepanjang sore dan mengobrol
dengannya. Dia senang bicara denganku, meskipun dia adalah orang yang
berpendidikan sangat tinggi, dan aku hanya seorang pelaut tua yang tak
berpendidikan, karena dia adalah salah satu dari orang-orang yang
HARUS berbicara, dan jika tidak, mereka akan menderita. Dan dia jarang
temukan pendengar di sekitar sini. Para penduduk Glen merasa malu
dengan kehadirannya karena mereka pikir dia seorang kafir.
"Dia sebenarnya tidak sejauh itu beberapa orang memang begitu,
kupikir tapi, dia adalah seorang pemberontak agama. Para pemberontak
memang berdosa, tapi mereka sangat menarik. Hanya saja, mereka agak
tersesat saat mencari Tuhan, dan mendapat kesan kalau Dia sulit
ditemukan biarpun tidak pernah begitu. Kebanyakan dari mereka berpaling
dari-Nya selama beberapa saat, kupikir. Menurutku, mendengarkan
argumen-argumen Mr. Howard tak akan bikin aku sulit. Karena, aku yakin
136 bahwa aku ditakdirkan untuk percaya Tuhan. Itu selamatkan aku dari
banyak sekali kesulitan dan di balik itu semua, Tuhan itu Maha Pemurah.
"Masalah Mr. Howard adalah dia sedikit Terlalu pintar. Dia pikir dia
terikat pada kehidupan ini karena kepandaiannya, dan dia merasa lebih
pintar jika coba beberapa cara baru untuk masuk ke surga daripada
lakukan cara lama yang biasa, yang dijalani oleh orang-orang tak
berpendidikan. Tapi, dia pasti akan tiba di sana suatu saat, kemudian dia
akan tertawakan dirinya sendiri."
"Mr. Howard awalnya adalah seorang Methodis," kata Miss Cornelia,
bagaikan dia berpikir bahwa Mr. Howard mudah memberontak dari agama
karena fakta itu. "Apakah kau tahu, Cornelia," kata Kapten Jim dengan serius,"aku
sering pikir,kalau aku bukan seorang Presbyterian, aku akan jadi seorang
Methodis." "Oh, baiklah," tukas Miss Cornelia, "jika kau bukan seorang
Presbyterian, tak jadi soal apa pun agama yang kau anut. Omong-omong
soal pemberontakan agama, itu mengingatkan aku, Dokter aku
mengembalikan buku yang kau pinjamkan kepadaku Hukum Alam dalam
Dunia Spiritual aku tidak mau membaca lebih dari sepertiganya. Aku bisa
membaca hal-hal yang masuk akal, dan aku bisa membaca hal-hal omong
kosong, tapi buku itu tidak termasuk ke dalam keduanya."
"Buku itu Memang agak memberontak dalam beberapa bagiannya,"
Gilbert mengakui, "tapi aku sudah memberi tahu Anda sebelum Anda
membawanya, Miss Cornelia."
"Oh, aku tidak akan keberatan jika memang begitu. Aku bisa tahan
terhadap keanehan, tapi aku tidak bisa tahan terhadap kekonyolan," kata
Miss Cornelia dengan tenang, dengan sikap seperti telah menyudahi
pembahasan tentang Hukum Alam.
"Omong-omong soal buku, Cinta yang Gila sudah tamat dua minggu
yang lalu, akhirnya," kata Kapten Jim dengan geli. "Panjangnya seratus
tiga bab. Saat mereka menikah, buku itu langsung tamat, jadi kupikir
masalah mereka selesai sepenuhnya. Sungguh menyenangkan bahwa itu
terjadi dalam buku-buku kebanyakan. Kalau tidak, di mana lagi hal itu bisa
terjadi?" "Aku tidak pernah membaca novel," kata Miss Cornelia. "Apakah kau
mendengar bagaimana keadaan Geordie Russell hari ini, Kapten Jim?"
"Ya, aku sedang dalam perjalanan pulang ketika dipanggil untuk temui
dia. Dia memang tambah sukses tapi terlibat dalam suatu masalah, seperti
137 biasa, lelaki malang itu. Tentu saja, dia sendiri yang bikin masalah itu, tapi
kupikir itu tidak buat dia jadi lebih mudah untuk diatasi."
"Dia adalah seorang pesimis yang parah," kata Miss Cornelia.
"Yah, bukan, dia sama sekali bukan seorang pesimis, Cornelia. Dia
hanya tak pernah temukan apa pun yang bikin dia puas."
"Dan bukankah itu seorang pesimis?"
"Bukan, bukan. Seorang pesimis adalah orang yang tak pernah
berharap temukan apa-apa yang puaskan dirinya. Geordie belum sejauh
Itu." "Kau akan menemukan sesuatu untuk dikatakan mewakili iblis itu
sendiri, Jim Boyd." "Yah, kau pernah dengar kisah tentang seorang perempuan tua yang
berkata bahwa iblis tak pernah berhenti berusaha menggoda manusia.
Tapi, tidak, Cornelia, aku sama sekali tak ahli bicara wakili iblis."
"Apakah kau benar-benar memercayainya?" tanya Miss Cornelia
dengan serius. "Bagaimana bisa kau bertanya begitu jika kau tahu bahwa aku adalah
seorang Presbyterian yang taat, Cornelia" Bagaimana seorang Presbyterian
bisa bertahan hidup tanpa iblis?"
"Percayakah kau?" Miss Cornelia mendesak.
Tiba-tiba, Kapten Jim menjadi murung. "Aku percaya apa yang pernah
kudengar dari seorang pendeta bahwa "suatu kekuatan jahat yang dahsyat,
berbahaya, dan CERDAS memang bekerja dalam alam semesta"," dia
berkata dengan tenang. "Aku percaya ITU, Cornelia. Kau bisa sebut itu
iblis, atau "prinsip kejahatan", atau setan, atau nama apa pun yang kau
sukai. Kekuatan itu ada di SANA, dan seluruh kekafiran serta
pemberontakan di dunia tidak dapat melawannya, seperti mereka juga
tidak mampu melawan Tuhan. Kekuatan itu ada di sana dan bekerja. Tapi,
tentu saja, Cornelia, aku yakin bahwa kekuatannya akan memuncak dalam
waktu lama." "Aku yakin, aku juga berharap begitu," kata Miss Cornelia, tetapi
tampak tidak terlalu yakin. "Tapi, omong-omong soal iblis, aku benar-
benar yakin bahwa Billy Booth dikuasai oleh iblis saat ini. Kau sudah
mendengar kelakuan terakhir Billy?"
"Belum, apa itu?"
"Dia mengamuk dan membakar gaun wol baru istrinya yang berwarna


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cokelat, yang dibeli istrinya seharga dua puluh lima dolar di
Charlottetown, karena dia berpendapat bahwa para lelaki menatap istrinya
138 terlalu kagum saat istrinya pertama kali memakai baju itu ke gereja.
Tidakkah itu seperti lelaki pada umumnya?"
"Mistress Booth MEMANG sangat cantik, dan cokelat adalah
warnanya," kata Kapten Jim sambil merenung.
"Apakah ada alasan bagus mengapa dia harus memasukkan setelan
baru istrinya ke tungku dapur" Billy Booth adalah seorang pencemburu
bodoh, dan dia membuat hidup istrinya menderita. Istrinya menangisi
bajunya sepanjang minggu. Oh, Anne, kuharap aku bisa menulis seperti
dirimu, percayalah padaku. Aku akan menulis tentang beberapa lelaki di
sekitar sini!" "Keluarga Booth itu memang sedikit ganjil," kata Kapten Jim. "Billy
tampaknya adalah yang paling waras hingga dia menikah, kemudian
kecemburuannya yang aneh menyerang dan menguasainya. Saudara
lelakinya, Daniel, selalu aneh."
"Mengamuk setiap beberapa hari dan tidak mau bangkit dari tempat
tidur," kata Miss Cornelia dengan pedas. "Istrinya harus melakukan semua
pekerjaan di kandang hingga dia selesai marah-marah. Saat dia meninggal,
orang-orang menuliskan surat turut berbelasungkawa kepada istrinya; tapi
yang akan kutuliskan hanyalah ucapan selamat. Ayah mereka, Abram
Booth tua, adalah bajingan tua yang menjijikkan. Dia mabuk saat
pemakaman istrinya, dan terus berjalan berputar-putar sambil cegukan
"Aku tidak mi-ii-num banyak, tapi aku merasa sa-a-angat a-a-a-ne-e-eh."
Aku memukul punggungnya dengan keras memakai payung saat dia
mendekatiku, dan itu membuatnya tersadar hingga mereka mengeluarkan
peti matinya dari rumah. Johnny Booth baru saja menikah kemarin, tapi
dia tidak bisa karena dia pergi dan terjangkit gondongan. Tidakkah itu
seperti lelaki pada umumnya?"
"Bagaimana dia bisa menghindar agar tidak terjangkit gondongan,
lelaki malang itu?" "Aku akan membuatnya menjadi lelaki malang, percayalah padaKU,
jika aku adalah Kate Sterns. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa
menghindari penyakit gondongan, tapi aku Tahu makan malam perayaan
pernikahan sudah dipersiapkan, dan semua akan rusak sebelum dia sembuh
lagi. Sungguh suatu pemborosan! Dia seharusnya terkena gondongan saat
masih kecil." "Ayolah, ayolah, Cornelia, tidakkah kau pikir kau sedikit tidak
beralasan?" Miss Cornelia menolak untuk menjawab dan menoleh ke arah Susan
139 Baker, seorang perawan tua berwajah muram tetapi berhati baik dari Glen,
yang dipekerjakan untuk membantu semua pekerjaan di rumah kecil itu
selama beberapa minggu. Susan baru dari Glen menengok kerabatnya yang
sakit, dan baru saja kembali.
"Bagaimana kabar Bibi Mandy tua yang malang malam ini?" tanya
Miss Cornelia. Susan mendesah. "Sangat mengibakan sangat mengibakan, Cornelia.
Aku khawatir dia akan segera pergi ke surga, perempuan yang malang!"
"Oh, pasti tidak seburuk itu!" seru Miss Cornelia penuh simpati.
Kapten Jim dan Gilbert saling pandang. Kemudian, mereka berdua tiba-
tiba bangkit dan keluar. "Ada masanya," kata Kapten Jim, di antara kedutan wajahnya, "saat
Tidak tertawa adalah suatu dosa. Mereka berdua adalah perempuan-
perempuan yang hebat!"
140 19 FAJAR DAN SENJA Pada awal Juni, saat bukit-bukit pasir tertutup oleh keindahan luas bunga-
bunga mawar liar berwarna merah muda, dan Glen tertutup oleh bunga-
bunga pohon apel yang mekar, Marilla tiba di rumah kecil itu. Dia
membawa sebuah peti hitam yang dilapisi surai kuda, berpola paku-paku
kuningan, yang sudah tidak diusik selama setengah abad di loteng Green
Gables. Susan Baker, yang selama beberapa minggu kehadirannya di
rumah kecil itu telah memuja "Mrs. Dr. muda" begitu dia memanggil
Anne dengan membabi buta, awalnya tampak cemburu kepada Marilla.
Namun, Marilla tidak mencoba mencampuri urusan dapur, dan tidak
menunjukkan hasrat untuk menginterupsi bantuan Susan terhadap Mrs. Dr.
muda. Jadi, sang pembantu menjadi lega dengan kehadiran Marilla, lalu
bercerita kepada teman-temannya di Glen bahwa Miss Cuthbert adalah
seorang perempuan tua yang sopan dan mengetahui posisinya.
Pada suatu malam, saat bola langit yang transparan dipenuhi oleh
kemegahan warna merah, dan burung-burung robin menggetarkan
141 lembayung keemasan dengan himne-himne ceria bagi bintang-bintang
malam, ada suatu kehebohan tiba-tiba di rumah impian kecil itu. Pesan-
pesan telepon dikirimkan ke Glen, Dr. Dave dan seorang perawat bertopi
putih datang terburu-buru, Marilla mondar-mandir di taman, di antara
cangkang-cangkang quahog, dan Susan duduk di dapur dengan kapas wol
di telinganya, serta celemek menutupi kepalanya. Leslie, melongok ke luar
dari rumah di atas anak sungai, melihat bahwa semua jendela rumah kecil
itu terang, dan tidak tertidur malam itu.
Satu malam di bulan Juni itu singkat; tetapi terasa bagaikan selamanya
bagi semua orang yang menunggu dan mengamati.
"Oh, apakah ini TIDAK AKAN PERNAH berakhir?" tanya Marilla,
kemudian dia melihat betapa muramnya sang perawat dan Dr. Dave, dan
dia tidak berani melontarkan pertanyaan apa pun lagi. Mungkinkah Anne
tetapi Marilla tidak mampu membayangkannya.
"Jangan beri tahu aku," kata Susan dengan tajam, menjawab
penderitaan di mata Marilla, "bahwa Tuhan bisa saja sangat kejam dengan
mengambil domba kesayangan itu dari kita saat kita semua sangat
menyayanginya." "Dia mengambil makhluk-makhluk lain yang juga kesayangan," kata
Marilla serak. Namun, saat fajar, ketika matahari terbit membelah kabut yang
menggantung di atas bukit pasir dan membuatnya menjadi berwarna
pelangi, kegembiraan datang ke rumah kecil itu. Anne selamat, dan
seorang bayi perempuan mungil yang putih, dengan mata besar ibunya,
berbaring di sampingnya. Gilbert, dengan wajah kelabu dan sangat lelah
karena penderitaan sepanjang malam, keluar untuk memberi tahu Marilla
dan Susan. "Terima kasih, Tuhan," Marilla gemetar.
Susan berdiri dan melepaskan kapas wol dari telinganya. "Sekarang,
untuk sarapan," dia berkata dengan tegas. "Aku berpendapat jika kita
semua butuh makanan dan sup panas saat ini. Tolong katakan kepada Mrs.
Dr. agar tidak usah khawatir Susan yang akan mengurusnya. Katakan saja
kepadanya agar memikirkan bayinya."
Gilbert tersenyum agak sedih saat dia berlalu. Anne, dengan wajah
pucat setelah melalui upacara pembaptisan penuh rasa sakit, serta mata
yang berbinar dengan hasrat keibuan yang suci, tidak perlu diberi tahu
untuk memikirkan bayinya. Dia tidak memikirkan hal lain. Selama
beberapa jam, dia merasakan kebahagiaan yang begitu langka dan dahsyat,
142 sehingga dia bertanya-tanya apakah para malaikat di surga tidak merasa iri
kepadanya. "Joyce kecil," dia bergumam, saat Marilla masuk untuk melihat
bayinya. "Kami berencana memanggilnya begitu jika dia perempuan.
Begitu banyak nama yang kami sukai, kami tidak dapat memilihnya, jadi
kami memutuskan memilih Joyce kita bisa memanggilnya Joy saja Joy itu
sangat cocok. Oh, Marilla, kupikir aku pernah merasa bahagia
sebelumnya. Sekarang, aku tahu bahwa aku baru saja memimpikan suatu
impian menyenangkan tentang kebahagiaan. Ini adalah kenyataannya."
"Kau tidak boleh berbicara, Anne tunggu hingga kau lebih kuat,"
Marilla memperingatkan. "Kau tahu betapa sulitnya bagiku untuk Tidak berbicara," Anne
tersenyum. Awalnya, dia terlalu lemah dan terlalu bahagia untuk menyadari bahwa
Gilbert dan para perawat tampak muram, serta Marilla begitu sedih.
Kemudian, bagaikan kabut lautan yang samar, dingin, dan tanpa ampun
menutupi daratan, ketakutan merayap ke dalam hatinya. Mengapa Gilbert
tidak tampak gembira" Mengapa dia tidak berbicara tentang bayi itu"
Mengapa mereka tidak mengizinkannya menimang bayi itu setelah jam
bahagianya bagaikan melambung ke surga yang pertama" Apakah apakah
ada yang salah" "Gilbert," bisik Anne dengan gelisah, "bayinya baikbaik saja bukan"
Katakan padaku katakan padaku."
Gilbert membutuhkan waktu lama untuk berbalik; kemudian dia
membungkuk di atas tubuh Anne dan menatap matanya. Marilla, yang
mendengarkan dengan ketakutan di luar pintu, mendengar erangan patah
hati yang pedih, lalu berlari ke dapur, tempat Susan sedang meratap.
"Oh, domba yang malang domba yang malang! Bagaimana dia bisa
menghadapinya, Miss Cuthbert" Aku takut ini akan membunuhnya. Dia
telah bersiap-siap dan gembira, menunggu-nunggu bayi itu, dan membuat
rencana-rencana. Apakah ada yang bisa dilakukan sekarang, Miss
Cuthbert?" "Aku khawatir tidak ada, Susan. Gilbert berkata tidak ada harapan. Dia
tahu sejak awal jika makhluk kecil itu tidak dapat hidup."
"Dan dia adalah seorang bayi yang manis," isak Susan. "Aku tidak
pernah melihat bayi seputih itu kebanyakan mereka berkulit merah atau
kuning. Dan dia membuka matanya yang besar bagaikan sudah berumur
beberapa bulan. Makhluk mungil, sangat mungil! Oh, Mrs. Dr. muda yang
143 malang!" Pada saat matahari terbenam, jiwa makhluk kecil itu pun pergi seiring
senja, meninggalkan hati yang hancur di belakangnya. Miss Cornelia
mengambil bayi mungil itu dari tangan perawat yang baik hati, lalu
memakaikan gaun indah buatan Leslie ke tubuh mungil tak bernyawa itu.
Kemudian, dia mengembalikannya dan membaringkannya di sebelah ibu
muda yang malang, patah hati, dan berurai air mata.
"Tuhan yang memberi, dan Tuhan yang mengambil, Sayang," dia
berkata di antara air matanya sendiri. "Terberkati atas nama Tuhan."
Kemudian, dia pergi, meninggalkan Anne dan Gilbert untuk berdua
saja bersama bayi mereka.
Keesokan harinya, Joy yang kecil dan putih dibaringkan dalam peti
mati beludru yang tepi-tepinya dihiasi Leslie dengan bunga-bunga apel
yang mekar, lalu dibawa ke pemakaman di gereja, di seberang pelabuhan.
Miss Cornelia dan Marilla menyimpan semua pakaian mungil yang dibuat
dengan penuh cinta, bersama dengan keranjang berimpel yang telah dihiasi
lipit-lipit dan renda-renda untuk tangan-tangan serta kaki-kaki mungil. Joy
mungil tidak pernah tidur di sana; dia telah menemukan sebuah tempat
tidur yang lebih dingin dan sempit.
"Ini adalah suatu kekecewaan besar untukku," desah Miss Cornelia.
"Aku menunggu-nunggu bayi ini dan aku juga ingin dia perempuan."
"Aku hanya bisa bersyukur karena Anne selamat," kata Marilla, sambil
bergidik, mengingat jam-jam kegelapan saat gadis yang dia sayangi itu
melalui lembah kegelapan.
"Domba yang malang, sungguh malang! Hatinya hancur," kata Susan.
"Aku IRI kepada Anne," kata Leslie tiba-tiba dengan keras, "dan aku
tetap iri kepadanya meskipun dia meninggal! Dia adalah seorang ibu
selama satu hari yang indah. Aku akan rela memberikan hidupku untuk
Itu!" "Aku tidak akan berbicara seperti itu, Leslie, Sayang," kata Miss
Cornelia dengan tidak setuju. Dia khawatir jika Miss Cuthbert yang sangat
sopan akan berpikir bahwa Leslie kurang ajar.
Masa duka-cita Anne begitu panjang, dan terasa pahit olehnya karena
banyak hal. Bunga-bunga mekar dan sinar matahari di dunia Four Winds
membuatnya sangat terusik; tetapi, saat hujan turun dengan deras, dia
membayangkan bahwa hujan menerpa tanpa ampun di atas makam kecil di
seberang pelabuhan; dan saat angin berembus di sekitar tepian atap, dia
mendengar suara-suara sedih di sana, yang belum pernah dia dengar
144 sebelumnya. Para pengunjung yang baik hati juga membuatnya sakit, dengan
pernyataan-pernyataan yang mereka usahakan untuk memperhalus ucapan
belasungkawa mereka. Sepucuk surat dari Phil Blake juga menjadi
sengatan tambahan. Phil telah mendengar berita kelahiran bayi Anne,
tetapi tidak mendengar berita kematiannya, dan dia menuliskan surat
ucapan selamat mendapatkan kebahagiaan yang manis kepada Anne, yang
sangat menyakiti hati Anne.
"Aku akan menertawakan semua itu dengan sangat gembira jika aku
masih memiliki bayiku," dia terisak kepada Marilla. "Tapi, saat aku tidak
memiliki bayiku, sepertinya itu adalah kekejaman yang jahat meskipun
aku tahu Phil sama sekali tidak berniat untuk menyakitiku. Oh, Marilla,
aku tidak tahu bagaimana aku BISA bahagia lagi Segalanya akan
menyakitiku sepanjang hidupku."
"Waktu akan menyembuhkan,"kata Marilla,yang penuh simpati, tetapi
tidak pernah bisa belajar mengekspresikannya dalam cara selain pepatah-
pepatah kuno. "Rasanya tidak Adil," kata Anne dengan penuh pemberontakan. "Bayi-
bayi terlahir dan hidup saat mereka tidak diinginkan dan mereka akan
ditelantarkan tetapi tidak memiliki kesempatan. Aku akan sangat
mencintai bayiku dan menyayanginya dengan cara yang sangat lembut dan
berusaha mengusahakan segala kesempatan bagus baginya. Tapi, aku tidak
diizinkan membesarkannya."
"Itu adalah kehendak Tuhan, Anne," kata Marilla, tak berdaya
menghadapi teka-teki terbesar alam semesta Alasan kepedihan yang tidak
layak diterima. "Dan Joy kecil lebih baik pergi."
"Aku tidak bisa percaya Itu," Anne menangis pedih. Kemudian,melihat
Marilla tampak terkejut, dia menambahkan dengan penuh semangat,
"Kalau begitu mengapa dia harus terlahir mengapa semuanya harus
terlahir jika dia lebih baik mati" Aku TIDAK percaya jika seorang anak
lebih baik meninggal saat dilahirkan, daripada menjalankan kehidupan ini
serta mencintai dan dicintai bergembira dan menderita dan melakukan
tugasnya dan mengembangkan suatu karakter yang akan memberinya
suatu kepribadian untuk selamanya. Dan bagaimana kau tahu itu adalah
kehendak Tuhan" Mungkin itu hanya perlawanan KEKUATAN JAHAT
terhadap kehendak Tuhan. Kita tidak akan mampu menyerah kepada HAL
itu." "Oh, Anne, jangan bicara begitu," tegur Marilla, dengan tegas
145 mencegah Anne semakin tenggelam ke dalam perairan dalam dan
berbahaya. "Kita tidak dapat mengerti tapi kita harus memiliki iman kita
Harus percaya jika semua ini adalah yang terbaik. Aku tahu kau merasa
sulit berpikir begitu, saat ini. Tapi, cobalah untuk kuat demi Gilbert. Dia
sangat mengkhawatirkan dirimu. Kau tidak bertambah kuat secepat
seharusnya." "Oh, aku tahu aku sangat egois," desah Anne. "Aku lebih mencintai
Gilbert daripada sebelumnya dan aku ingin hidup demi dirinya. Tapi,
sepertinya sebagian dari diriku terkubur di sana, di pemakaman kecil
pelabuhan sana dan itu sangat menyakitiku sehingga aku takut untuk
hidup." "Rasanya tidak akan selalu sesakit itu, Anne."
"Pikiran bahwa itu tidak akan lagi menyakitiku kadang-kadang lebih
menyakitiku daripada hal apa pun, Marilla."
"Ya, aku tahu, aku juga merasakannya, tentang hal-hal lain. Tapi, kami
semua mencintaimu, Anne. Kapten Jim datang setiap hari untuk
menanyakan kabarmu dan Mrs. Moore menghantui tempat ini dan Miss
Bryant menghabiskan sebagian besar waktunya, kupikir, untuk memasak
makanan-makanan enak untukmu. Susan tidak terlalu menyukainya. Dia


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpikir dia bisa memasak seenak Miss Bryant."
"Susan Sayang! Oh, semua orang begitu manis, baik, dan murah hati
kepadaku, Marilla. Aku tidak tahu terima kasih dan mungkin saat rasa
sakit yang hebat ini sedikit berkurang aku akan berusaha mencari tahu
apakah aku bisa melanjutkan hidup."
146 20 MARGARET YANG HILANG Anne menemukan bahwa dia bisa melanjutkan hidup; hari itu tiba saat dia
bahkan tersenyum lagi mendengar salah satu pidato Miss Cornelia.
Namun, ada sesuatu di dalam senyuman itu yang belum pernah ada di
dalam senyum Anne sebelumnya, dan tidak akan pernah menghilang lagi
dari sana. Pada hari pertama dia mampu naik kereta, Gilbert membawanya ke
Four Winds Point, dan meninggalkannya di sana, sementara Gilbert
menyeberangi selat untuk memeriksa seorang pasien di desa nelayan.
Angin ribut menerpa pelabuhan alam dan bukit-bukit pasir, mengocok air
hingga berbuih putih dan membasahi pantai berpasir dengan garis-garis
panjang ombak keperakan. "Aku sangat bangga bisa lihat kau lagi di sini, Mistress Blythe," kata
Kapten Jim. "Duduklah-duduklah. Aku khawatir di sini sangat berdebu
hari ini tapi tak perlu pedulikan debu saat kita bisa melihat pemandangan
seperti itu, bukan?"
147 "Aku tidak keberatan dengan debu," kata Anne, "tapi Gilbert berkata
aku harus banyak berada di udara terbuka. Kupikir aku akan pergi dan
duduk di bebatuan di bawah sana."
"Apakah kau mau ditemani, atau lebih suka sendirian?"
"Jika teman yang kau maksud adalah kau sendiri, aku lebih
menyukainya daripada harus sendirian," kata Anne sambil tersenyum.
Kemudian dia mendesah. Sebelumnya, dia belum pernah keberatan
sendirian. Sekarang, dia merasa takut. Saat dia sendirian sekarang, dia
merasa sangat kesepian. "Di sini adalah tempat kecil menyenangkan, dan angin bisa berembus
ke arahmu," kata Kapten Jim, saat mereka mencapai bebatuan. "Aku
sering duduk di sini. Ini adalah tempat yang hebat hanya untuk duduk dan
bermimpi." "Oh impian-impian," desah Anne. "Aku tidak bisa bermimpi sekarang,
Kapten Jim impian-impianku sudah tamat."
"Oh, tidak, tidak begitu, Mistress Blythe oh, tidak, kau tidak begitu,"
kata Kapten Jim menenangkan. "Aku tahu bagaimana perasaanmu saat ini
tapi kalau kau terus jalani hidup, kau akan kembali merasa senang, dan hal
pertama yang akan kau tahu adalah kau akan bermimpi lagi bersyukurlah
kepada Tuhan untuk itu! Jika bukan karena impian-impian, mereka
seharusnya mengubur kita juga. Bagaimana kita bisa bertahan hidup jika
bukan karena impian kita untuk hidup selamanya" Dan itu adalah suatu
impian yang PASTI akan menjadi nyata, Mistress Blythe. Kau akan
bertemu dengan Joyce kecilmu lagi suatu hari."
"Tapi, dia tidak akan menjadi bayiku," kata Anne dengan bibir
bergetar. "Oh, mungkin saja begitu, seperti yang dikatakan oleh
Longfellow, "seorang perawan cantik berbalut busana keanggunan
surgawi" tapi dia pasti akan jadi orang asing bagiku."
"Tuhan akan mengatur lebih baik daripada Itu, aku yakin," kata Kapten
Jim. Mereka berdua terdiam selama beberapa menit. Kemudian, Kapten Jim
berkata dengan sangat pelan: "Mistress Blythe, bolehkah aku bercerita
padamu tentang Margaret yang hilang?"
"Tentu saja," jawab Anne lembut. Dia tidak mengetahui siapa
"Margaret yang hilang" itu, tetapi dia merasa jika akan mendengar
romansa dalam kehidupan Kapten Jim.
"Aku sering ingin ceritakan tentang dia padamu," Kapten Jim
melanjutkan. "Apakah kau tahu alasannya, Mistress Blythe" Karena, aku
148 ingin seseorang untuk ingat dan pikirkan dia suatu saat nanti, setelah aku
wafat. Aku tak tahan jika namanya harus dilupakan oleh semua makhluk
hidup. Dan sekarang, tak ada yang ingat Margaret yang hilang kecuali
aku." Kapten Jim menceritakan kisahnya suatu kisah lama, yang sudah
terlupakan, karena sudah lebih dari lima puluh tahun sejak Margaret
tertidur suatu hari di dalam sampan ayahnya dan hanyut atau seperti itulah
yang diduga, karena tidak ada yang pernah benar-benar mengetahui
nasibnya ke selat sana, di seberang pantai berpasir, dan menghilang ke
dalam angin topan hitam yang datang begitu cepat pada sore musim panas
yang sudah lampau itu. Tapi, bagi Kapten Jim, lima puluh tahun lalu itu
rasanya bagaikan baru kemarin.
"Aku berjalan di pantai berbulan-bulan setelah itu," dia berkata dengan
sedih, "untuk mencari tubuh mungilnya yang manis dan rapuh; tapi laut
tidak pernah kembalikan dia kepadaku. Tapi, aku akan temukan dia suatu
saat, Mistress Blythe aku akan temukan dia suatu saat. Dia menungguku.
Kuharap aku bisa ceritakan padamu seperti apa dia, tapi aku tidak bisa.
Aku melihat suatu kabut indah keperakan yang tergantung di atas pantai
saat matahari terbenam yang tampak mirip dia kemudian, lagi-lagi aku
melihat sebatang pohon birch putih di hutan sana yang bikin aku ingat dia.
Dia punya rambut cokelat pucat dan seraut wajah manis yang mungil dan
putih, serta jari-jari panjang dan ramping seperti jari-jarimu, Mistress
Blythe. Hanya saja lebih cokelat, karena dia adalah seorang gadis pantai.
"Kadang-kadang, aku terbangun malam hari dan dengar laut panggil-
panggil aku dengan caranya yang biasa, dan bagiku sepertinya Margaret
yang hilang panggil aku dalam suara laut. Dan saat ada badai dan ombak
terisak dan mengerang, aku dengar tangisannya di antara suara-suara itu.
Dan saat ombak tertawa-tawa dalam satu hari yang ceria, aku dengar
tawanya tawa kecil, manis, menyenangkan, khas Margaret yang hilang.
Laut renggut dia dariku, tapi suatu hari aku akan bertemu lagi dengannya,
Mistress Blythe. Laut tidak dapat pisahkan kami selamanya."
"Aku senang kau menceritakan dirinya kepadaku," kata Anne. "Aku
sering bertanya-tanya mengapa kau menjalani kehidupan ini sendirian."
"Aku tidak pernah bisa suka pada orang lain. Margaret yang hilang
membawa hatiku bersamanya jauh ke sana," kata sang pencinta tua, yang
sudah setia selama lima puluh tahunkepada kekasihnya yang tenggelam.
"Kau tidak keberatan jika aku banyak bicarakan dia, Mistress Blythe" Itu
bikin aku senang karena seluruh kepedihan berlalu bersama kenangannya
149 beberapa tahun, dan hanya meninggalkan hikmahnya. Aku tahu, kau tidak
akan pernah melupakan bayimu, Mistress Blythe. Dan jika tahun-tahun
yang akan datang, seperti yang kuharap, membawa manusia-manusia
mungil lainnya ke rumahmu, aku ingin kau berjanji padaku bahwa kau
akan ceritakan kepada MEREKA tentang kisah Margaret yang hilang, agar
namanya tidak akan dilupakan di antara umat manusia."
150 21 PENGHALANG YANG RUNTUH "Anne," kata Leslie, tiba-tiba memecahkan keheningan yang singkat, "kau
tidak tahu betapa MENYENANGKAN duduk di sini bersamamu lagi
bekerja dan berbicara dan terdiam bersama-sama."
Mereka berdua duduk di antara rumput-rumput berbunga biru di tepi
anak sungai yang ada di pekarangan rumah Anne. Air berkilauan dan
berkecipak melewati mereka; pohon-pohon birch menjatuhkan bayangan
dengan bercak-bercak warna di atas tubuh mereka; bunga mawar
bermekaran di sepanjang jalan. Matahari mulai merendah, dan udara
penuh dengan musik yangterjalin. Ada suatu musik dalam angin yang
menerpa pohon-pohon cemara di belakang rumah, dan musik lain dari
lonceng gereja di kejauhan di dekat bayi perempuan kecil yang putih itu
tertidur. Anne sangat menyukai lonceng itu, meskipun suaranya membawa
pikiran-pikiran sedih saat ini. Dia menatap Leslie dengan penasaran, yang
151 telah meletakkan jahitannya dan berbicara bebas, yang tidak biasa terjadi
pada dirinya. "Pada malam mengerikan ketika kau sakit parah," Leslie melanjutkan,
"aku terus berpikir jika mungkin kita tidak akan lagi bisa mengobrol dan
berjalan-jalan dan BEKERJA bersama. Dan baru saat itu aku menyadari,
arti persahabatanmu untukku tepat seperti arti persahabatan ini bagimu dan
aku benar-benar monster kecil yang penuh kebencian."
"Leslie! Leslie! Aku tidak pernah mengizinkan ada orang untuk
menjuluki teman-temanku dengan sebutan mengerikan itu."
"Memang benar. Itulah aku yang sebenarnya monster kecil yang penuh
kebencian. Ada sesuatu yang HARUS kukatakan kepadamu, Anne.
Kupikir itu akan membuatmu membenciku, tapi aku HARUS
mengakuinya. Anne, ada beberapa saat pada musim dingin dan musim
semi lalu, saat aku MEMBENCIMU."
"Aku Tahu itu," kata Anne dengan tenang.
"Kau TAHU?" "Ya, aku melihatnya di matamu."
"Tapi kau terus menyukaiku dan menjadi temanku."
"Yah, hanya kadang-kadang saja kau membenciku, Leslie. Pada saat-
saat lain, kau menyayangiku, kupikir."
"Memang begitu. Tapi, perasaan mengerikan lain itu selalu ada,
merusaknya, jauh di dalam hatiku. Aku terus menyembunyikannya
kadang-kadang aku melupakannya" tapi kadang-kadang, perasaan itu
akan muncul di permukaan dan menguasaiku. Aku membencimu karena
aku IRI kepadamu oh, aku begitu sakit karena iri kepadamu pada beberapa
saat. Kau memiliki rumah mungil yang kau sayangi dan cinta dan
kebahagiaan dan impian-impian menyenangkan segalanya yang
kuinginkan dan tidak pernah kumiliki dan tidak akan pernah kudapatkan.
Oh, tidak akan pernah kudapatkan! Itu yang sangat memedihkan.
"Aku tidak akan iri kepadamu, jika aku memiliki HARAPAN bahwa
hidup ini akan bisa berbeda bagiku. Tapi, aku tidak memilikinya tidak ada
dan itu sepertinya tidak ADIL. Itu membuatku memberontak dan itu
menyakitiku jadi aku membencimu kadang-kadang. Oh, aku begitu malu
karenanya aku ingin mati karena malu saat ini tapi aku tidak bisa
mengendalikannya. "Malam itu, saat aku takut kau tidak bisa bertahan hidup kupikir aku
akan dihukum karena kekejianku danaku saat itu sangat menyayangimu.
Anne, Anne, aku tidak pernah punya apa pun yang bisa kusayangi sejak
152 ibuku meninggal, kecuali anjing tua Dick dan sungguh mengerikan jika tidak memiliki apa-
apa untuk dicintai hidup ini begitu Hampa dan Tidak ada yang lebih buruk
daripada kehampaan padahal aku sangat menyayangimu dan hal
mengerikan itu merusaknya "
Leslie bergetar dan nyaris tak mampu berkata-kata karena dahsyatnya
guncangan emosinya. "Jangan, Leslie," bujuk Anne, "oh, jangan. Aku mengerti jangan
membicarakan itu lagi."
"Aku harus aku harus. Saat aku tahu kau akan hidup, aku bersumpah
akan memberitahumu segera setelah kau sehat bahwa aku tidak akan terus
bisa menerima uluran persahabatan dan pertemanan darimu tanpa
memberitahumu betapa tidak layaknya aku mendapatkannya. Dan aku
sangat ketakutan itu akan membuatmu berbalik membenciku."
"Kau tidak perlu takut akan hal itu, Leslie."
"Oh, aku sangat senang sangat senang, Anne." Leslie mengatupkan
kedua tangannya yang berkulit cokelat dan terbiasa bekerja keras dengan
erat untuk menghentikan getarannya. "Tapi, aku ingin memberitahumu
segalanya, sekarang aku akan mulai. Kau tidak ingat saat pertama kali aku
melihatmu, kupikir bukan malam ketika kita bertemu di pantai "
"Memang, saat itu adalah malam ketika Gilbert dan aku tiba di rumah.
Kau sedang menggiring angsa-angsamu menuruni bukit. Aku harus
berpikir aku Memang mengingatnya! Menurutku kau sangat cantik selama
bermingguminggu setelahnya, aku ingin sekali mencari tahu siapa kau
sebenarnya." "Aku tahu siapa KAU, meskipun aku belum pernah melihat kalian
berdua. Aku telah mendengar seorang dokter baru dan pengantinnya akan
datang untuk tinggal di rumah kecil Miss Russell. Aku aku membencimu
saat itu juga, Anne."
"Aku merasakan kebencian di matamu kemudian aku meragukannya
kupikir aku pasti salah karena APA alasannya?"
"Itu karena kau tampak sangat gembira. Oh, kau akan setuju denganku
sekarang, jika aku MEMANG monster yang penuh kebencian karena
membenci perempuan lain karena dia bahagia dan kebahagiaannya itu
tidak membuatku mendapatkan kerugian apa pun! Karena itulah aku tidak
pernah datang untuk menemuimu. Aku cukup sadar jika aku harus
melakukannya bahkan adat-istiadat Four Winds kami yang sederhana pun
menuntut hal itu. Tapi, aku tidak bisa.
153 "Aku biasa memerhatikanmu dari jendelaku aku bisa melihatmu dan
suamimu berjalan-jalan di pekarangan pada malam hari atau kau berlari di
jalan kecil yang dipagari pohon-pohon poplar itu untuk menyambutnya.
Dan itu menyakitiku. Tapi, perasaanku yang lain menyatakan bahwa aku
ingin mengunjungimu. Aku merasa, jika aku tidak begitu menderita, aku
akan bisa menyukaimu dan menemukan sesuatu yang tidak pernah
kumiliki dalam hidupku pada dirimu seorang teman SEJATI yang akrab,
yang sebaya denganku. Kemudian, kau ingat malam saat kita bertemu di
pantai" Kau khawatir jika aku menganggapmu gila. Kau pasti berpikir aku
yang gila." "Tidak, tapi aku tidak dapat mengerti dirimu, Leslie. Suatu saat, kau
menarikmu kepadaku saat berikutnya, kau mendorongku menjauhimu."
"Aku sangat tidak bahagia malam itu. Aku mengalami hari yang sulit.
Dick sangat sangat sulit diatur hari itu. Biasanya dia bersikap cukup baik
dan mudah dikendalikan, kau tahu, Anne. Tapi, kadang-kadang dia sangat
berbeda. Hatiku sangat sakit aku berlari ke pantai segera setelah dia
tertidur. Tempat itu adalah satu-satunya pengungsianku. Aku duduk di
sana, memikirkan bagaimana ayahku yang malang mengakhiri hidupnya,
dan bertanya-tanya apakah aku akan mengikuti caranya suatu hari. Oh,
hatiku begitu penuh pikiran-pikiran suram! Lalu, kau datang sambil menari
di sepanjang teluk kecil bagaikan seorang anak yang gembira dan berhati
riang. Aku aku lebih membencimu daripada sebelumnya. Tapi, aku ingin
bersahabat denganmu. Suatu perasaan menyapuku satu ketika; perasaan
lain menguasaiku saat berikutnya.
"Waktu aku pulang malam itu, aku menangis karena malu akan
anggapanmu padaku. Tapi, itu selalu terulang saat aku datang kemari.
Kadang-kadang, aku merasa bahagia dan menikmati kunjunganku. Dan
pada saat-saat lain, perasaan mengerikan akan merusaknya. Ada saat-saat
ketika segalanya tentang dirimu dan rumahmu membuatku sakit. Kau
memiliki begitu banyak benda kesayangan kecil yang tidak bisa kumiliki.
Apakah kau tahu ini menggelikan tapi aku merasakan kebencian yang
sangat kepada anjing-anjing keramikmu. Kadang-kadang aku ingin
mengangkat Gog dan Magog, lalu membenturkan hidung mungil mereka
yang hitam! "Oh, kau tersenyum, Anne tapi itu tidak pernah terasa lucu bagiku. Aku
datang kemari, melihatmu dan Gilbert, bersama buku-buku dan bunga-
bungamu, perabotanmu yang bagus, dan lelucon-lelucon ringan
keluargamu dan kasih sayang yang kalian tunjukkan dalam setiap tatapan
154 dan kata-kata, bahkan saat kau tidak menyadarinya dan aku akan pulang ke
kau tahu ke mana aku akan pulang! Oh, Anne, aku tidak percaya aku
cemburu dan iri begitu saja. Saat aku masih kecil, aku tidak memiliki
banyak benda yang dimiliki teman-teman sekolahku, tapi aku tidak pernah
peduli aku tidak pernah membenci mereka karenanya. Tapi, sepertinya aku
telah berubah menjadi semakin penuh kebencian "
"Leslie, Sayang, berhentilah menyalahkan dirimu. Kau Tidak penuh


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kebencian atau cemburu atau iri. Kehidupan yang harus kau jalani sedikit
mengubahmu, mungkin tapi itu memang akan merusak sesosok jiwa yang
tidak sebaik dan seterhormat dirimu. Aku membiarkan kau menceritakan
semuanya kepadaku karena aku yakin, lebih baik bagimu untuk
mengungkapkannya dan membebaskan jiwamu dari seluruh perasaan itu.
Tapi, jangan lagi menyalahkan dirimu."
"Baiklah, aku tidak akan menyalahkan diriku lagi. Aku hanya ingin kau
mengenal diriku apa adanya. Saat kau menceritakan kepadaku tentang bayi
tersayang yang kau harapkan datang pada musim semi adalah saat yang
terburuk, Anne. Aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku atas
sikapku saat itu. Aku membencinya hingga berurai air mata. Dan aku
Benar-benar mencurahkan banyak sekali perasaan lembut dan penuh kasih
kepadamu dalam gaun kecil yang kubuat. Tapi, aku seharusnya tahu,
segala yang kubuat akhirnya hanya akan menjadi kafan."
"Nah, Leslie, itu MEMANG pahit dan kelam singkirkan pikiran-pikiran
seperti itu. Aku sangat senang saat kau membawa gaun kecil itu; dan
karena aku harus kehilangan Joyce mungilku, aku senang memikirkan
bahwa gaun yang dia kenakan adalah gaun yang kau buat untuknya saat
kau membiarkan dirimu menyayangiku."
"Anne, kau tahu, aku yakin aku akan selalu menyayangimu setelah ini.
Kupikir aku tidak akan pernah lagi mengalami perasaan mengerikan
tentangmu lagi. Membicarakan semuanya sepertinya telah menyelesaikan
semuanya, entah bagaimana. Ini sangat aneh dan kupikir ini begitu nyata
meskipun pahit. Rasanya seperti membuka pintu sebuah ruangan gelap
untuk menunjukkan suatu makhluk mengerikan yang kauyakini ada di
sana dan saat cahaya menyorot ke dalam, monster itu berubah menjadi
sesosok bayangan semata, menghilang saat cahaya datang. Itu tidak akan
pernah terjadi lagi di antara kita."
"Tidak, kita adalah teman sejati sekarang, Leslie, dan aku sangat
senang." "Kuharap kau tidak salah memahamiku jika aku mengatakan satu hal
155 lagi. Anne, aku sangat berduka hingga lubuk hatiku yang terdalam saat kau
kehilangan bayimu; dan jika aku bisa menyelamatkan dia untukmu dengan
memotong sebelah tanganku, aku akan melakukannya. Tapi, kesedihanmu
telah membuat kita lebih dekat. Kegembiraanmu yang sempurna tidak lagi
menjadi pembatas. Oh, jangan salah paham, Sayang aku Tidak senang
karena kebahagiaanmu tidak lagi sempurna aku bisa mengatakannya
dengan tulus; tapi karena kebahagiaanmu tidak lagi sempurna, tidak ada
lagi selat pemisah di antara kita."
"Aku BENAR-BENAR mengerti itu juga, Leslie. Sekarang, kita akan
menutup lembaran lama dan melupakan semua yang tidak menyenangkan
di dalamnya. Semua akan berbeda. Kita berdua adalah golongan manusia
yang mengenal Yusuf sekarang. Kupikir kau hebat benar-benar hebat. Dan
Leslie, aku tidak bisa berhenti percaya bahwa kehidupan menjanjikan
sesuatu yang baik dan indah untukmu kelak."
Leslie menggelengkan kepalanya. "Tidak," dia berkata dengan muram.
"Tidak ada harapan apa pun. Dick tidak akan pernah pulih dan bahkan jika
ingatannya kembali oh Anne, itu akan lebih buruk, jauh lebih buruk,
daripada saat ini. Itu adalah sesuatu yang tidak dapat kau mengerti, sebagai
pengantin yang berbahagia. Anne, apakah Miss Cornelia pernah bercerita
kepadamu bagaimana aku bisa menikahi Dick?"
"Ya." "Aku senang aku ingin kau tahu tapi aku tidak bisa membuat diriku
membicarakannya jika kau tidak tahu. Anne, sejak aku berusia dua belas
tahun, aku merasa jika kehidupan ini begitu suram. Sebelumnya, aku
mengalami masa kecil yang bahagia. Kami memang sangat miskin tapi
kami tidak keberatan. Ayah begitu hebat begitu pintar, penuh kasih, dan
penuh simpati. Kami sangat dekat, sejauh yang bisa kuingat. Dan Ibu juga
sangat manis. Dia sangat, sangat cantik. Aku mirip dengannya, tapi aku
tidak secantik ibuku."
"Miss Cornelia berkata jika kau jauh lebih cantik."
"Dia salah atau berprasangka. Kupikir tubuhku MEMANG lebih baik --
- ibuku kurus dan bungkuk karena kerja keras tapi dia memiliki seraut
wajah malaikat. Aku biasa mendongak menatap wajahnya dengan memuja.
Kami semua memujanya Ayah, Kenneth, dan aku."
Anne ingat bahwa Miss Cornelia memberikan kesan yang sangat
berbeda kepadanya tentang ibu Leslie. Tetapi, bukankah cinta bisa
mengaburkan pandangan orang" Tetap saja, Rose West Memang egois
karena membuat putrinya harus menikahi Dick Moore.
156 "Kenneth adalah adikku," Leslie melanjutkan. "Oh, aku tidak bisa
mengungkapkan kepadamu, betapa aku menyayanginya. Dan dia tewas
dengan sangat tragis. Kau tahu kenapa?"
"Ya." "Anne, aku melihat wajah mungilnya saat roda itu menggelengnya. Dia
terjatuh menelentang. Anne Anne aku bisa melihatnya sekarang. Aku akan
selalu melihatnya. Anne, satu-satunya hal yang kumohon dari Tuhan
adalah agar ingatan itu tidak akan menodai pikiranku lagi. Oh, Tuhanku!"
"Leslie, jangan bicarakan itu. Aku tahu ceritanya tidak perlu
menceritakan secara detail karena itu hanya akan mengorek luka lama di
jiwamu tanpa ampun. Itu Akan selalu menodai ingatanmu."
Setelah berusaha keras sesaat, Leslie bisamengendalikan lagi dirinya.
"Lalu, kesehatan Ayah semakin buruk dan dia jadi putus asa pikirannya
jadi tidak waras kau sudah mendengar itu semua juga?"
"Ya." "Setelah itu, aku hanya hidup bersama ibuku. Tapi, aku sangat
ambisius. Aku bermaksud untuk mengajar dan mencari uang untuk
biayaku masuk perguruan tinggi. Aku bertekad untuk mendaki hingga ke
puncak oh, aku tak akan membicarakan itu juga. Tidak ada gunanya. Kau
tahu apa yang terjadi. Aku tidak dapat melihat ibuku yang mungil dan
tersayang patah hati, yang telah menjadi budak sepanjang hidupnya terusir,
keluar dari rumahnya. Tentu saja, aku bisa mencari uang cukup banyak
bagi kami berdua untuk hidup. Tapi, Ibu Tidak dapat meninggalkan
rumahnya. Dia datang ke sana sebagai seorang pengantin dan dia sangat
mencintai ayahku dan seluruh kenangannya ada di sana. Jadi, Anne, saat
kupikir aku bisa membahagiakannya di akhir usianya, aku tidak menyesal
dengan apa yang kulakukan.
"Dan tentang Dick aku tidak membencinya saat aku menikah
dengannya aku hanya mengalami perasaan acuh tak acuh dan biasa-biasa
saja, seperti yang kurasakan pada hampir semua teman sekolahku. Aku
tahu dia suka minum tapi aku tidak pernah mendengar cerita tentang
seorang gadis di desa nelayan itu. Jika aku mendengarnya, aku TIDAK
akan menikahinya, bahkan demi ibuku. Setelah itu aku MEMANG
membencinya tapi Ibu tidak pernah tahu. Ibu meninggal dan aku sendirian.
Aku baru berusia tujuh belas tahun, dan aku sendirian.
"Dick pergi dengan Four Sisters. Kuharap dia tidak akan sering pulang.
Jiwa pelaut selalu ada di dalam darahnya. Aku tidak memiliki harapan
lain. Yah, Kapten Jim membawanya pulang, seperti yang kau ketahui dan
157 hanya itulah yang bisa kuceritakan. Kau mengenalku sekarang, Anne
sifatku yang paling buruk seluruh pembatas antara kita sudah runtuh. Dan
kau masih mau menjadi temanku?"
Anne menatap ke atas, ke arah lampion putih bulan sabit di antara
pohon-pohon birch yang bergerak turun ke arah teluk yang berhias
matahari terbenam. Wajahnya sangat manis.
"Aku adalah temanmu dan kau adalah temanku, untuk selamanya," dia
berkata. "Kau adalah seorang teman yang tak pernah kumiliki sebelumnya.
Aku memiliki banyak teman yang manis dan kusayangi tapi ada sesuatu
dalam dirimu, Leslie, yang tidak pernah kutemui pada orang lain. Kau
memiliki lebih banyak hal yang bisa kau berikan kepadaku dari sifatmu
yang kaya, dan aku memiliki lebih banyak hal yang bisa kuberikan
kepadamu daripada yang kuberikan selama masa remajaku yang begitu
mudah. Kita sama-sama perempuan dan teman untuk selamanya."
Mereka berpegangan tangan dan bertukar senyum di antara air mata
yang membasahi sepasang mata kelabu dan sepasang mata biru.
158 22 RENCANA MISS CORNELIA Gilbert bersikeras agar Susan tetap ada di rumah kecil itu selama musim
panas. Awalnya Anne memprotes.
"Kehidupan di sini, dengan hanya kita berdua, sudah sangat manis,
Gilbert. Jika ada orang lain di sini, itu akan sedikit merusaknya. Susan
adalah seseorang yang baik, tapi dia adalah orang luar. Aku tak akan apa-
apa jika harus bekerja di sini."
"Kau harus menuruti nasihat doktermu," kata Gilbert. "Ada sebuah
peribahasa lama yang menyebutkan bahwa istri-istri tukang sepatu akan
bertelanjang kaki dan istriistri dokter akan mati muda. Aku tidak ingin
peribahasa itu menjadi kenyataan di rumahku. Kau akan ditemani Susan
hingga langkahmu kembali ceria dan cekungan kecil di pipimu terisi
kembali." "Anda tenang saja, Mrs. Dr., Sayang," kata Susan, tiba-tiba masuk.
"Nikmati waktu Anda dan jangan khawatirkan dapur. Susan yang akan
mengurusnya. Tidak ada gunanya memelihara anjing sementara kita
159 sendiri yang menggonggong. Aku akan membawakan sarapan untuk Anda
setiap pagi." "Tentu saja tidak," Anne tertawa. "Aku setuju dengan Miss Cornelia
jika seorang perempuan yang menyantap sarapannya di tempat tidur
adalah skandal, dan nyaris menyamai kaum lelaki dalam kasus kejahatan
mana pun." "Oh, Cornelia!" seru Susan, dengan sikap meremehkan. "Kupikir Anda
memiliki akal sehat yang lebih baik, Mrs. Dr., Sayang, daripada menuruti
kata-kata Cornelia Bryant. Aku tidak tahu mengapa dia harus selalu
membenci para lelaki, bahkan meskipun dia adalah seorang perawan tua.
Aku adalah seorang perawan tua, tapi Anda tidak akan pernah
mendengarKU menyerang para lelaki. Aku menyukai mereka. Aku
mungkin akan menikahi seseorang jika bisa. Sungguh tidak lucu jika tidak
ada orang yang pernah memintaku menikahinya bukan, Mrs. Dr., Sayang"
Aku tidak cantik, tapi penampilanku sebaik kebanyakan perempuan
menikah yang Anda kenal. Tapi, aku tidak pernah memiliki kekasih.
Menurut Anda, apa alasannya?"
"Mungkin saja itu adalah takdir," jawab Anne serius.
Susan mengangguk. "Itu juga yang sering kupikirkan, Mrs. Dr.,
Sayang, dan itu sangat membuatku nyaman. Aku tidak keberatan tidak ada
orang yang menginginkanku jika Tuhan menggariskan begitu untuk
tujuan-tujuan bijaksana-Nya sendiri. Tapi, kadang-kadang keraguan
merasukiku, Mrs. Dr., Sayang, dan aku bertanya-tanya apakah mungkin
setan ikut campur dalam hal ini. Kalau iya aku tidak bisa merasa tenang.
Tapi, mungkin," tambah Susan ceria. "Aku memang belum mendapatkan
kesempatan menikah. Aku sering sekali memikirkan bait puisi kuno yang
sering diulangi oleh bibiku:
Seekor angsa betina lama kelamaan pasti jadi kelabu
Tapi suatu saat, cepat atau lambat
Seekor angsa jantan yang jujur akan menemukan angsa itu
Dan mengambilnya sebagai pasangan jiwa!
Seorang perempuan tidak bisa merasa yakin tidak akan menikah hingga
dia dikubur, Mrs. Dr., Sayang, dan sementara itu, aku akan membuat pai
ceri. Aku tahu dokter menyukainya, dan aku Senang senang memasak bagi
seorang lelaki yang menghargai makanan dan minumannya."
160 Miss Cornelia mampir siang itu, sedikit terengah-engah. "Aku tidak
terlalu keberatan terhadap dunia atau iblis, tapi tubuh ini BENAR-BENAR
menggangguku," dia mengakui. "Kau selalu terlihat sedingin mentimun,
Anne, Sayang. Apakah aku mencium pai ceri" Jika benar, tolong minta
aku tinggal untuk minum teh. Aku belum merasakan segigit pun pai ceri
selama musim panas ini. Semua buah ceriku dicuri oleh berandal-berandal
cilik anak-anak Keluarga Gilman dari Glen."
"Nah, nah, Cornelia," protes Kapten Jim, yang sedang membaca sebuah
novel tentang samudra di sudut ruang keluarga, "kau tak boleh bicara
seperti itu tentang dua anak lelaki Gilman malang yang piatu, kecuali jika
kau punya bukti yang nyata. Hanya karena ayah mereka tidak terlalu jujur,
tidak ada alasan bagimu untuk sebut mereka pencuri. Sepertinya burung-
burung robin yang mencuri ceri-cerimu. Buah-buahmu sangat lebat tahun
ini." "Burung-burung robin!" kata Miss Cornelia dengan meremehkan.
"Huh! Burung-burung robin berkaki dua, percayalah padaku!"
"Yah,kebanyakan burung robin Four Winds Memang diciptakan Tuhan
berdasarkan prinsip itu," kata Kapten Jim dengan serius.
Miss Cornelia menatapnya sesaat. Kemudian, dia bersandar ke kursi
goyangnya, lalu tertawa panjang dan tanpa ragu-ragu.
"Yah, akhirnya kau BERHASIL mengalahkanku, Jim Boyd, aku akan
mengakuinya. Lihat saja betapa senangnya dia, Anne, Sayang,
menyeringai bagaikan kucing liar. Dan tentang kaki burung-burung robin
itu, jika mereka memiliki kaki-kaki yang kuat, besar, telanjang, dan kulit
terbakar matahari, dengan celana usang membalut mereka, seperti yang
kulihat di atas pohon ceriku suatu sore saat matahari terbenam minggu
lalu, aku akan memohon maaf kepada anak-anak lelaki Gilman. Saat aku
tiba di sana, mereka sudah pergi. Aku tidak dapat mengerti bagaimana
mereka bisa menghilang secepat itu, tapi Kapten Jim memberikan
pencerahan kepadaku. Mereka terbang, tentu saja."
Kapten Jim tertawa dan berlalu, dengan menyesal menolak undangan
agar tinggal untuk makan malam dan mencicipi pai cerinya.
"Aku sedang dalam perjalanan menemui Leslie untuk bertanya
kepadanya apakah dia mau menerima seorang penyewa," Miss Cornelia
melanjutkan. "Aku mendapat sepucuk surat kemarin dari Mrs. Daly di
Toronto, yang menyewa kamar di rumahku dua tahun yang lalu. Dia ingin
aku menerima temannya musim panas ini. namanya adalah Owen Ford,
dan dia adalah seorang penulis di surat kabar, dan sepertinya dia adalah
161 cucu dari kepala sekolah yang membangun rumah ini.
"Anak perempuan John Selwyn yang tertua menikah dengan seorang
lelaki Ontario bernama Ford, dan ini adalah putranya. Dia ingin melihat
rumah tua tempat kakeknya tinggal. Dia terserang tifus parah musim semi
ini dan belum pulih sepenuhnya, jadi dokter menyuruh dia pergi ke laut.
Dia tidak ingin tinggal di hotel dia hanya menginginkan sebuah rumah
yang tenang. Aku tidak bisa menerimanya, karena aku harus pergi bulan
Agustus. Aku ditugaskan untuk menjadi delegasi konvensi W.F.M.S di
Kingsport dan aku akan pergi. Aku juga tidak tahu apakah Leslie mau
diganggu olehnya, tapi tidak ada tempat lain. Jika Leslie tidak mau
menerimanya, dia harus pergi ke seberang pelabuhan.
"Jika Anda telah bertemu dengannya, kembalilah dan bantulah kami
menyantap pai-pai ceri ini," kata Anne. "Ajaklah Leslie dan Dick juga,
jika mereka bisa datang. Jadi, Anda akan pergi ke Kingsport" Pasti Anda
akan mengalami saat-saat yang menyenangkan. Aku harus menitipkan
sepucuk surat untuk seorang temanku di sana Mrs. Jonas Blake."
"Aku membujuk Mrs. Thomas Holt untuk pergi bersamaku," kata Miss
Cornelia dengan puas. "Sudah waktunya dia mendapatkan sedikit liburan,
percayalah padaku. Dia kecapekan bekerja sendirian hingga nyaris mati.
Tom Holt bisa membuat rajutan yang indah, tapi dia tidak bisa menghidupi
keluarganya. Tampaknya dia tidak pernah mampu bangun cukup pagi
untuk melakukan pekerjaan apa pun, tapi kuperhatikan dia selalu bisa
bangun pagi untuk memancing. Khas lelaki sekali, bukan?"
Anne tersenyum. Dia telah belajar untuk tidak terlalu menganggap
serius pendapat-pendapat Miss Cornelia tentang para lelaki Four Winds.
Jika tidak, dia harus memercayai bahwa mereka adalah sekelompok orang
tak bermoral dan tak berguna yang paling tidak bisa diharapkan di dunia
ini, dengan para istri sebagai budak dan martir bagi mereka.
Tom Holt ini, contohnya, Anne tahu bahwa dia adalah seorang suami
yang baik, seorang ayah yang penuh cinta, dan seorang tetangga yang baik.


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jika dia cenderung malas, lebih menyukai memancing karena terlahir dari
keluarga nelayan daripada bertani yang tidak biasa dia kerjakan, dan jika
dia memiliki suatu sifat eksentrik yang tidak berbahaya karena senang
melakukan hal-hal remeh, tidak ada orang selain Miss Cornelia yang
tampaknya tidak setuju. Istrinya adalah seorang "sok sibuk", yang sangat
menikmati menyibukkan diri bekerja; keluarganya hidup nyaman dari hasil
pertanian; dan putra-putra serta putri-putri yang kuat, mewarisi energi
ibunya. Kehidupan mereka lumayan makmur. Tidak ada keluarga yang
162 lebih bahagia di Glen St. Mary dibandingkan dengan Keluarga Holt.
Miss Cornelia kembali dengan puas dari rumah di atas anak sungai.
"Leslie mau menerimanya," dia berkata. "Dia langsung menyetujuinya.
Dia ingin mencari sedikit uang untuk memperbaiki atap rumahnya musim
gugur ini, dan dia tidak tahu bagaimana dia harus mencari biayanya.
Kukira Kapten Jim akan lebih daripada sekadar tertarik jika mendengar
bahwa seorang cucu Keluarga Selwyn datang kemari. Leslie berkata
kepadamu jika dia sangat menginginkan pai ceri itu, tapi dia tidak dapat
datang untuk minum teh karena dia harus pergi memburu kalkun-
kalkunnya. Mereka kabur. Tapi, dia bilang, jika masih ada seiris yang
tersisa, dia minta agar kau menyimpannya di dapur. Dia akan berlari
secepat kucing dan menyambarnya diam-diam.
"Kau tak tahu, Anne, Sayang, betapa senangnya hatiku mendengar
Leslie mengirimkan pesan seperti itu kepadamu, sambil tertawa seperti
yang biasa dia lakukan pada masa lalu. Ada perubahan besar yang terjadi
padanya akhir-akhir ini. Dia tertawa dan bercanda seperti seorang gadis,
dan dari kata-katanya, kukira dia sering datang ke sini."
"Setiap hari jika tidak, aku yang datang ke sana," kata Anne. "Aku
tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa Leslie, terutama sekarang saat
Gilbert begitu sibuk. Dia jarang di rumah kecuali beberapa jam pada dini
hari. Dia benar-benar bekerja setengah mati. Begitu banyak orang di
seberang pelabuhan yang mencarinya sekarang."
"Mereka sebaiknya puas dengan dokter mereka sendiri," kata Miss
Cornelia. "Meskipun tentunya aku tidak bisa menyalahkan mereka, karena
dokter itu seorang Methodis. Sejak Dr. Blythe menyembuhkan Mrs.
Allonby, orang-orang berpikir bahwa dia bisa membangkitkan orang mati.
Aku yakin Dr. Dave sangat iri khas lelaki pada umumnya. Dia berpikir Dr.
Blythe memiliki terlalu banyak ide baru yang aneh! "Yah," aku berkata
kepadanya, "salah satu ide baru yang aneh itu menyelamatkan Rhoda
Allonby. Jika KAU yang mengobatinya, dia mungkin saja sudah mati dan
memiliki sebuah nisan yang berkata Tuhan merasa senang menerima
jiwanya." "Oh, aku Benar-Benar ingin mengutarakan pikiranku kepada Dr. Dave!
Dia begitu sombong di Glen selama bertahun-tahun, dan dia berpikir dia
telah lebih banyak menoleransi orang-orang dari yang sebenarnya.
Omong-omong soal dokter, kuharap Dr. Blythe bisa mampir dan melihat
borok di leher Dick Moore. Leslie sudah tidak mampu mengobatinya. Aku
yakin, aku tak tahu apa yang diinginkan Dick Moore dengan memiliki
163 borok-borok itu bagaikan masalahnya tidak cukup tanpa penderitaan
seperti itu!" "Apakah Anda tahu, Dick menyukaiku," kata Anne. "Dia selalu
membuntutiku seperti seekor anjing, dan tersenyum bagaikan seorang anak
yang senang saat aku memerhatikannya."
"Apakah itu membuatmu ketakutan?"
"Sama sekali tidak. Aku malah menyukai Dick Moore yang malang.
Dia sangat mengibakan dan menarik simpati."
"Kau tidak akan berpikir dia sangat menarik simpati jika kau
melihatnya pada hari-harinya saat masih pemarah, percayalah padaku.
Tapi, aku senang kau tidak keberatan dengan kehadirannya itu lebih
menyenangkan bagi Leslie. Dia akan memiliki lebih banyak pekerjaan saat
penyewa rumahnya tiba. Kuharap orang itu sopan. Kau mungkin
menyukainya dia adalah seorang penulis."
"Aku bertanya-tanya, mengapa orang-orang biasanya menduga jika dua
orang sama-sama penulis, maka mereka pasti saling menyukai," kata
Anne, sedikit tidak percaya. "Tidak ada orang yang akan mengharapkan
dua pandai besi untuk saling tertarik dengan sangat kuat hanya karena
mereka berdua adalah sepasang pandai besi."
Meskipun begitu, Anne menunggu-nunggu kedatangan Owen Ford
dengan penasaran. Jika Owen masih muda dan menyenangkan, mungkin
dia akan menjadi seorang tambahan yang sangat menyenangkan bagi para
penghuni Four Winds. Gerendel pintu rumah kecil itu selalu terbuka untuk
golongan manusia yang mengenal Yusuf.
164 23 OWEN FORD DATANG Suatu malam, Miss Cornelia menelepon Anne. "Lelaki penulis itu sudah
tiba di sini. Aku akan mengantarnya ke tempatmu, dan kau bisa
menunjukkan jalan ke rumah Leslie. Itu lebih singkat daripada berjalan
memutar ke jalan lain, dan aku sangat terburu-buru. Bayi Keluarga Reese
terjatuh ke dalam sebuah ember air panas di Glen, dan terbakar hingga
nyaris mati, dan mereka menginginkan aku di sana untuk menempelkan
kulit baru pada bayi itu, kupikir. Mrs. Reese selalu sangat ceroboh,
kemudian mengharapkan orang lain membetulkan kesalahannya. Kau tidak
akan keberatan, kan, Sayang" Kopernya bisa dibawa besok."
"Baiklah," kata Anne. "Seperti apa dia, Miss Cornelia?"
"Kau akan melihat seperti apa penampilan luarnya saat aku
mengantarnya. Dan seperti apa dia di dalamnya, hanya Tuhan yang
menciptakannya yang tahu. Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi,
karena setiap telepon di Glen mendengarkan saat ini."
"Ternyata Miss Cornelia tidak bisa menemukan banyak masalah
165 dengan penampilan Mr. Ford. Jika tidak, dia pasti akan
mengungkapkannya, tak peduli dengan semua penyadap telepon itu," kata
Anne. "Karena itu aku menyimpulkan, Susan, bahwa Mr. Ford lebih
tampan daripada kebanyakan orang."
"Yah, Mrs. Dr., Sayang, aku MEMANGsuka melihat seorang lelaki
yang tampan," kata Susan dengan jujur. "Apakah sebaiknya aku
menyediakan penganan untuknya" Ada pai stroberi yang akan meleleh di
mulut." "Tidak, Leslie menunggunya dan dia sudah makan malam. Selain itu,
aku ingin pai stroberi itu untuk priaku sendiri yang malang. Dia tidak akan
pulang hingga larut malam, jadi tolong sediakan saja pai dan segelas susu
untuknya, Susan." "Itu akan kulakukan, Mrs. Dr., Sayang. Susan akan mengurusnya. Lagi
pula, lebih baik memberikan pai itu kepada priamu sendiri daripada
kepada orang asing, yang mungkin hanya akan menyantapnya habis tanpa
ada pengaruhnya, dan dokter sendiri adalah seorang lelaki tampan."
Ketika Owen Ford tiba, diam-diam Anne mengakui, seperti yang
diungkapkan Miss Cornelia tentangnya, bahwa dia memang sangat
"tampan". Dia tinggi dan berbahu lebar, dengan rambut cokelat tebal,
hidung dan dagu yang berpotongan bagus, serta mata kelabu gelap yang
cemerlang. "Dan apakah Anda menyadari telinga dan giginya, Mrs. Dr., Sayang?"
tanya Susan setelah itu. "Dia memiliki bentuk telinga paling indah yang
pernah kulihat melekat di kepala seorang lelaki. Aku sangat pemilih akan
telinga. Saat aku masih muda, aku khawatir aku akan menikah dengan
seorang lelaki dengan telinga bagaikan sayap. Tapi, aku tidak perlu
khawatir, karena ternyata aku tidak pernah memiliki kesempatan memilih
jenis telinga apa pun."
Anne tidak memerhatikan telinga Owen Ford, tetapi dia memang melihat
gigi lelaki itu, saat bibirnya terbuka dan menampakkan gigi-gigi itu dalam
suatu senyuman yang tulus dan ramah. Tanpa senyuman, wajahnya agak
murung dan tidak memiliki ekspresi, seperti seorang pahlawan melankolis
yang menyembunyikan ekspresinya dalam impian masa lalu Anne; tetapi
kegembiraan, rasa humor, dan pesona memancar dari wajahnya saat dia
tersenyum. Memang, dari penampilan luarnya, seperti yang Miss Cornelia
katakan, Owen Ford adalah lelaki yang berpenampilan sangat menarik.
"Anda tidak akan menyadari betapa senangnya aku berada di sini, Mrs.
Blythe," dia berkata, memandang berkeliling dengan mata yang penuh
166 gairah dan ketertarikan. "Aku memiliki perasaan ganjil bagaikan pulang ke
rumah. Ibuku lahir dan menghabiskan masa kecilnya di sini, Anda tahu.
Dia sering sekali membicarakan banyak hal tentang rumah lamanya
kepadaku. Aku mengetahui geografi rumah ini seperti mengenal rumah
yang kutinggali, dan tentu saja, dia menceritakan kisah pembangunan
rumah ini, dan penantian kakekku yang penuh derita akan Royal William.
Aku berpikir karena usianya sangat tua, rumah ini bisa saja menghilang
bertahun-tahun yang lalu. Jika tidak, pasti aku akan datang menengoknya
sebelum ini." "Rumah-rumah tua tidak menghilang dengan mudah di pantai ajaib
ini," Anne tersenyum. "Ini adalah sebuah "tanah tempat semua hal selalu
tampak sama" nyaris selalu, setidaknya. Rumah John Selwyn tidak terlalu
banyak berubah, dan di luar, semak mawar yang ditanam kakekmu untuk
mempelainya sedang bermekaran menit ini juga."
"Betapa pikiran itu menghubungkan aku dengan mereka! Dengan izin
Anda, aku harus menjelajahi seluruh tempat ini sekarang."
"Pintu kami akan selalu terbuka bagi Anda," Anne berjanji. "Dan
apakah Anda tahu kapten pelaut tua yang menjaga mercusuar Four Winds
mengenal baik John Selwyn dan pengantinnya saat dia masih muda" Dia
menceritakan kisahnya kepadaku pada malam kedatanganku kemari
sebagai pengantin ketiga yang datang ke rumah tua ini."
"Mungkinkah itu" Itu Adalah suatu penemuan. hebat Aku harus
memburunya." "Itu tidak akan sulit; kami semua teman-teman Kapten Jim. Dia pasti
akan sama bergairahnya untuk menemui Anda sama seperti Anda ingin
menemuinya. Nenek Anda bersinar bagaikan bintang dalam kenangannya.
Tapi, kupikir Mrs. Moore sedang menunggu Anda. Aku akan
menunjukkan jalan "pintas" kami."
Anne berjalan bersamanya ke rumah di atas anak sungai, melintasi
sebuah lapangan yang seputih salju karena ditumbuhi bunga-bunga aster.
Sebuah kapal penumpang bernyanyi jauh di seberang pelabuhan. Suaranya
terbawa air bagaikan suatu musik samar yang misterius, yang ditiup angin
menyeberangi lautan bertaburan cahaya bintang. Lampu mercusuar besar
berkelebat dan menuntun jalan. Owen Ford menatap sekelilingnya dengan
puas. "Jadi, inilah Four Winds," dia berkata. "Aku tidak menduga akan
melihat tempat secantik ini, meskipun sudah mendengar pujian-pujian
ibuku. Warna-warna itu pemandangan-pemandangan itu pesona itu! Aku
167 akan sekuat kuda sebentar lagi. Dan jika inspirasi datang dari keindahan,
aku pasti bisa memulai novel Kanadaku yang hebat di sini."
"Anda belum memulainya?" tanya Anne.
"Sayang sekali, belum. Aku tidak pernah bisa mendapatkan ide utama
yang tepat untuk novelku.Idenya mengintai di sekelilingku menarikku
memanggil-manggil dan menghilang lagi aku nyaris bisa menyambarnya,
tapi pasti segera menghilang. Mungkin, di antara kedamaian dan
kecantikan ini, aku akan bisa menangkapnya. Miss Bryant memberitahuku
jika Anda juga menulis."
"Oh, aku menulis kisah-kisah pendek untuk anak-anak. Aku tidak
banyak melakukannya sejak menikah. Dan aku tidak memiliki bayangan
tentang sebuah novel Kanada yang besar," Anne tertawa. "Itu di luar
kemampuanku." Owen Ford pun tertawa. "Aku pun berani berkata bahwa itu di luar
kemampuanku. Meskipun begitu, aku bermaksud mencobanya suatu hari,
jika aku bisa mendapatkan waktu. Seorang pekerja surat kabar tidak
memiliki banyak kesempatan untuk melakukan hal-hal semacam itu. Aku
telah menulis banyak cerita pendek untuk majalah-majalah, tapi tidak
pernah memiliki waktu luang yang diperlukan untuk menulis sebuah buku.
Tapi, dengan tiga bulan penuh kebebasan, aku mungkin bisa memulainya
jika aku bisa mendapatkan motif yang penting untuk itu Jiwa buku itu."
Suatu ide berkelebat dibenak Anne dengan kecepatan yang
membuatnya terlonjak.Namun,dia tidak mengungkapkannya, karena
mereka sudah tiba di rumah Keluarga Moore. Saat mereka memasuki
pekarangan, Leslie keluar ke beranda dari pintu samping, mengintip di
antara keremangan cahaya, mencari tanda-tanda kedatangan tamu yang
sudah dia tunggu-tunggu. Dia berdiri tepat di tempat cahaya kuning yang
hangat membanjirinya dari pintu yang terbuka. Dia mengenakan sebuah
gaun sederhana dari kain pual yang berbahan ringan murah berwarna
krem, dengan sabuk berwarna merah tua.
Leslie tidak pernah tampil tanpa sentuhan warna merah tuanya. Dia
pernah memberi tahu Anne bahwa dia tidak pernah puas tanpa ada
sentuhan warna merah di suatu bagian tubuhnya, bahkan meskipun hanya
sekuntum bunga. Bagi Anne, itu selalu tampak sebagai simbol kepribadian
Leslie yang berkilauan tetapi tidak dapat terungkapkan, Gaun Leslie
berpotongan agak lebar di bagian lehernya dan berlengan pendek. Kedua
lengannya berkilauan bagaikan marmer berwarna gading. Setiap lekuk
tubuhnya yang indah tampak jelas dalam keremangan lembut di balik
168 cahaya. Rambutnya berkilauan dalam sinar terang bagaikan api. Di atasnya
ada langit keunguan, berhias bintang-bintang di atas pelabuhan alam. Anne
mendengar orang di sampingnya terkesiap. Bahkan saat matahari terbenam
pun, Anne bisa melihat ketakjuban dan kekaguman di wajah Owen.
"Siapa makhluk cantik itu?" Owen bertanya.
"Itu adalah Mrs. Moore," jawab Anne. "Dia sangat cantik, bukan?"
"Aku aku belum pernah melihat seseorang sepertinya," Owen
menjawab, masih terkesima. "Aku tidak siap aku tidak menduga astaga,
Tidak seorang pun mengharapkan sesosok dewi sebagai nyonya
rumahnya! Yah, jika dia memakai gaun seungu samudra, dengan untaian
ametis di rambutnya, dia akan menjadi seorang ratu laut yang sangat
memikat. Dan dia menerima penyewa di rumahnya!"
"Bahkan para dewi pun harus hidup," kata Anne. "Dan Leslie bukan
seorang dewi. Dia hanya seorang perempuan yang sangat cantik, sama
manusiawinya seperti kita semua. Apakah Mrs. Bryant menceritakan
tentang Mr. Moore kepada Anda?"
"Ya mentalnya terganggu, atau sesuatu semacam itu, bukan" Tapi,
Miss Cornelia tidak mengatakan apa-apa tentang Mrs. Moore, dan kukira
dia hanyalah seorang ibu rumah tangga pedesaan penuh kesibukan yang
biasa, yang menerima para penyewa untuk mencari sedikit tambahan
uang." "Yah, itulah yang memang Leslie lakukan," kata Anne dengan tajam.
"Dan itu sama sekali tidak menyenangkan baginya juga. Kuharap Anda
tidak terganggu oleh Dick. Jika kau terganggu, tolong jangan biarkan
Leslie melihatnya. Itu akan sangat menyakitinya. Dick hanyalah seorang
bayi besar, dan kadang-kadang cukup mengganggu."
"Oh, aku tidak akan terganggu olehnya. Kupikir aku tidak akan banyak
berada di rumah, kecuali untuk makan. Tapi, betapa menyedihkannya ini!
Hidup Mrs. Moore pasti berat."
"Memang. Tapi, dia tidak suka dikasihani."
Leslie sudah masuk kembali ke rumahnya dan sekarang menyambut
mereka di pintu depan. Dia menyapa Owen Ford dengan sikap sopan yang
dingin, lalu memberitahunya dengan nada resmi bahwa kamar dan makan
malam sudah siap untuknya. Dick, dengan seringai puas, berjalan terseok-
seok menaiki tangga dengan tas pakaian Owen, dan Owen Ford telah resmi
menjadi penghuni rumah tua di antara pohon-pohon dedalu.
169 24 BUKU-KEHIDUPAN KAPTEN JIM Aku memiliki sebuah kepompong cokelat kecil berisi ide yang mungkin
saja berkembang menjadi seekor kupu-kupu lengkap yang mengagumkan,"


Annes House Of Dreams Buku 5 Karya Lucy Maud Montgomery di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anne memberi tahu Gilbert saat dia kembali ke rumah. Gilbert kembali
lebih cepat daripada yang Anne duga, dan sedang menikmati pai ceri
buatan Susan. Susan sendiri telah mundur ke latar belakang, bagaikan
sesosok ruh penjaga yang muram namun murah hati, dan mendapatkan
kepuasan yang sama dengan kepuasan yang didapatkan oleh Gilbert
sendiri, hanya dengan mengamati Gilbert menyantap pai cerinya.
"Apa idemu?" Gilbert bertanya.
"Aku belum bisa memberitahumu belum, hingga aku tahu jika aku bisa
mengaturnya." "Orang seperti apa Ford itu?"
"Oh, sangat menyenangkan, dan cukup tampan."
170 "Dengan telinga yang indah, Dokter, Sayang," Susan menimpali ceria.
"Dia berumur sekitar tiga puluh hingga tiga puluh lima tahun, kupikir,
dan dia sedang bermeditasi untuk menulis sebuah novel. Suaranya
menyenangkan dan senyumnya indah, dan dia tahu bagaimana caranya
berpakaian. Tapi entah bagaimana, dia tampak seperti orang yang pernah
Pedang Asmara 18 Pendekar Rajawali Sakti 186 Pesanggrahan Telaga Warna Kisah Membunuh Naga 3
^