Pencarian

Full Moon 4

Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne Bagian 4

Bibirnya sangat mirip dengan tatapannya: hangat dan

221

lembut, penuh kepastian dan oh-sangat-bergairah. Aku tak

tahan memikirkan apakah, seperti aku, dia takut bahwa

kami mungkin tidak akan pernah lagi punya kesempatan

lain untuk ini, jadi kami ingin membuat ini yang terbaik.

Dia menangkupkan telapak tangannya ke wajahku, mendongakkan kepalaku dengan lembut dan memperdalam

ciumannya, sampai jari-jari kakiku, tanganku, seluruh

tubuhku hanya ingin bergelung di dalam dan menikmati

setiap momen ini.

Semuanya berlalu begitu cepat, dan dia pun bergegas

masuk ke semak-semak sebelum aku bisa memohon padanya

untuk memikirkan rencana lain. Aku menyentuhkan

jari-jariku pada bibirku yang bergetar.

Beberapa menit kemudian, aku melihat cahaya bulan

menyinari bulunya saat dia menyelinap pergi ke sisi yang

jauh dari perkemahan, ke tempat yang sedang dituju oleh

seorang penjaga dan seekor anjing. Penjaga yang lain sedang

dalam perjalanan kembali ke ujung perkemahan tempatku

berada, tempat para tawanan diikat.

Tiba-tiba, pada waktu bersamaan, kedua anjing itu

terdiam dan menegakkan kepalanya. Telinga mereka berdiri,

dan aku mendengar geraman mereka yang menakutkan.

Aku tahu seekor Rottweiler dapat bergerak cepat. Aku

hanya bisa berharap Rafe bergerak jauh lebih cepat. Mereka

akan merobeknya kalau berhasil menancapkan gigi mereka

padanya.

Tiba-tiba saja kedua anjing itu berlari, menggonggong,

mengeram, menarik pawangnya. Penjaga itu akhirnya

222

melepaskan tali pengikat mereka dan hanya mengikuti

sebisa mereka. Aku berlari cepat keluar dari tempat

persembunyianku. Kayla yang pertama melihatku, dan

senyumnya sangat cerah seakan dia menyambutku yang

hendak tidur.

"Astaga, Lindsey, kamu sudah gila apa?" tanya Connor,

mengembalikanku pada kenyataan.

Aku mengabaikan saja sambutannya yang tak berterima

kasih?dan tahu itu lebih karena ketakutan atas keselamatanku

yang membuatnya begitu?aku sudah berada di pohon,

tengah memotong tali pengikat Kayla bahkan sebelum

para penjaga pergi menjauhi perkemahan.

"Cepat," kata Lucas, dan aku mendengar dalam suaranya

betapa bersemangatnya dia untuk dapat terjun ke dalam

pertarungan sengit itu.

"Aku sedang berusaha."

Begitu Kayla terbebas, aku memotong ikatan Lucas.

Sebuah cahaya menyala dari tenda.

"Aku akan membebaskan Connor," kata Lucas begitu

terbebas. Dia mengambil pisau itu dariku. "Cepat pergi

dari sini."

"Connor, temui aku di motor Rafe," perintahku sebelum

berlari menuju tempat motor itu disembunyikan. Aku tahu,

aku akan menjadi yang paling lamban dari kami semua.

Kayla meraih tanganku dan kami berlari, hidup kami

bergantung pada kecepatan kami.

"Hei! Mereka melarikan diri!" aku mendengar teriakan

Mason. "Sialan! Semuanya! Bangun, kejar mereka!"

223

Aku tak tahu apakah mereka berdua akan berubah wujud

dan menyelamatkan diri atau hanya mengandalkan tinju

mereka, aku harus percaya apa pun yang mereka putuskan,

mereka akan berhasil. Walaupun akulah yang paling

lemah, aku mendapat dorongan yang kuat untuk berbalik,

menghadapi mereka, dan bertarung.

"Bisakah kau menaiki motor itu kalau Connor tidak

sampai ke sana?" tanya Kayla di sela napasnya yang

terengah-engah.

"Ya, tapi aku tidak mau pergi sebelum tahu semuanya

selamat. Kurasa kita tidak punya kesempatan lain untuk

melarikan diri."

"Aku tidak percaya kami bisa bebas. Kau memang

hebat."

Aku mendengar suara langkah kaki yang cepat. Aku

menoleh dan melihat itu adalah Connor dan Lucas?jadi

kelihatannya kami para Shifter tidak selalu tanpa suara,

tidak ketika hidup kami terancam bahaya dan kami harus

melarikan diri dengan cepat.

"Motornya di sini," teriakku sambil menuju ke

semak-semak.

"Aku akan menjaga Lindsey," kata Connor,menghampiriku

dan meraih motor itu lalu menaikinya.

"Kayla dan aku akan pergi dari sini," kata Lucas sambil

berbalik dan berlari.

"Ayo, naik," perintah Connor sambil menghidupkan

motor dan memutar gasnya.

224

Aku naik dan melingkarkan lenganku ke pinggangnya.

"Bagaimana dengan Mason?"

"Biarkan dia dan teman-temannya pingsan."

Pingsan. Bukan mati. Aku berharap keputusan itu tidak

akan kembali menghantui kami?walaupun membunuh

seseorang juga punya efek membayangi.

Mesin meraung, dan kami melaju menembus hutan.

Tiba-tiba terdengar suara geraman rendah dan salah

satu Rottweiler itu keluar entah dari mana. Anjing itu

melompat dan menggigit pahaku. Aku menjerit. Connor

segera membelokkan motor dan menabrakkan anjing itu

ke pohon.

"Kamu nggak apa-apa?" tanyanya tanpa mengurangi

kecepatan.

"Ya." Namun kemudian aku mendengar suara ledakan

seperti tembakan senapan dari kejauhan. Aku merasakan

panas di bahuku, dan aku berpegangan lebih erat pada

Connor.

Aku mendengarnya merutuk dan merasakan sesuatu yang

hangat dan lengket merembes di bajuku.

"Bertahanlah, Lindsey," aku mendengar teriakannya,

walaupun kata-kata itu seolah terdengar seperti berasal

dari dalam air atau terhalang sesuatu. "Jangan tidur! Tetap

waspada!"

Bagaimana dia bisa tahu kalau aku ingin tidur? Oh ya,

dia bisa membaca pikiranku. Bukan, dia tidak bisa. Rafe

yang bisa.

225

"Tetaplah bersamaku, Lindsey!"

Aku mau. Sungguh. Tapi bahuku rasanya panas dan

pahaku sakit. Aku ingin sakit ini tak terasa. Bagaimanapun,

sepertinya memang nggak boleh tidur?lalu aku sadar jika

aku menyerah pada kegelapan yang melayang-layang di

ujung pandanganku, aku akan terjatuh dari motor.

Ya. Itu dia. Itu yang akan terjadi. Aku harus tetap sadar

dan berpegangan. Kalau aku melepaskan Connor, aku akan

menambahkan sakit kepala ke dalam daftar sakitku.

"Bicaralah padaku, Lindsey. Katakan apa yang

kaurasakan."

"Bahuku sakit."

"Bahuku juga. Kurasa kau tertembak. Pelurunya

tembus."

Oh, masuk akal, pikirku lamat-lamat. Aku mengalami

kesulitan untuk memusatkan pikiran dan menganalisa

keadaan. Tapi kalaupun aku tertembak, dan itu adalah alasan

aku bisa merasakan rasa panas tadi berubah menjadi dingin

di punggungku. Namun kalau peluru itu mengenaiku.

"Apakah pelurunya mengenaimu?" tanyaku, dan kaget

sendiri mendapati bahwa kata-kataku terdengar sedikit

melantur.

"Ya, tapi aku akan segera pulih begitu kita berhenti

nanti."

"Kapan itu? Aku benar-benar ingin tidur."

"Aku tahu, Sayang. Bertahanlah."

Sebelumnya dia tak pernah memanggilku sayang.

Tak pernah menggunakan kata-kata yang menunjukkan

226

kasih sayangnya padaku. Manis sekali dia sekarang

melakukannya. Aku ingin mengatakan padanya kalau

aku sangat mengkhawatirkan dia, tapi sangat sulit untuk

menyusun kata-kata. Mulutku tidak mau bekerja. Aku

menyandarkan kepalaku ke bahunya. Dia terasa sangat

nyaman.

"Lindsey?"

Aku mendengar dia memanggil namaku, tapi kegelapan

memanggilku lebih keras, jadi aku menjawabnya.

"Seharusnya kau menjaga dia!"

"Yah, kalau kau bisa mencegah penjaga-penjaga dan

anjingnya itu untuk berbalik kembali, dia tidak akan terluka!"

Terdengar suara teriakan dan saling menuduh. Ketika

perlahan aku berhasil keluar dari kabut ketidaksadaran, aku

mengenali suara-suara itu: Rafe dan Connor. Mereka berdua

selamat, terima kasih Tuhan, dan sangat jelas merasa lebih

bersemangat daripada aku.

"Hei, berhenti!" pinta Kayla. "Jangan membuatku mengusir

kalian semua!"

Aku menyadari bahwa aku tengah terbaring di atas tanah

dan Kayla duduk di sampingku. Kami berada dalam salah

satu sarang kami yang lebih kecil. Jadi kami sudah berhasil

melarikan diri. Kami semua selamat, kan?

"Lucas?" kataku pelan

"Kau sadar," kata Kayla sambil meremas tanganku.

"Lucas?" ulangku.

227

"Dia berjaga di luar. Dia menebarkan sesuatu ke sekeliling

tempat ini agar anjing-anjing itu kehilangan jejak kita. Kami

rasa kita aman di sini. Setidaknya untuk sementara waktu.

Kami harus membawamu pulang."

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Connor saat dia berlutut

di sampingku.

Aku melihat Rafe berdiri agak jauh di samping, tatapannya

yang khawatir tertuju padaku. Memiliki dua orang yang

menginginkanmu mungkin menjadi fantasi setiap gadis,

tapi ini mendatangkan begitu banyak kerumitan?terutama

ketika kita harus memilih salah satu. Segera.
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sakit. Walaupun tidak terlalu parah." Sakitnya tidak

separah yang kubayangkan.

"Kami menemukan kotak P3K," jelas Connor. "Bisa

mengobati lukamu. Pahamu yang robek digigit anjing itu

terinfeksi, dan bahumu berlubang tertembus peluru. Kami

akan membalut lukamu untuk menghentikan pendarahan,

tapi Kayla benar. Kami harus membawamu pulang. Kami

berpikir untuk mengikatmu di boncengan motor."

Aku memaksakan seulas senyuman. "Itu bukan jenis

kendaraan yang pernah kunaiki di taman hiburan."

"Bukan." Dia menyingkirkan rambut dari keningku. "Kita

harus bergerak cepat, sebelum infeksi mulai menjalar."

Aku mengerutkan hidungku. "Lukanya akan berbekas."

Dalam beberapa hari lagi, ketika aku sudah bisa berubah,

luka-luka itu akan sembuh tanpa bekas, tapi sekarang?

"Mungkin tidak. Atau nggak terlalu parah. Dan kalaupun

kau punya bekas luka yah, kurasa bekas luka itu seksi."

228

Aku tertawa kecil. "Tidak."

"Tentu, kurasa begitu. Cobalah untuk minum dan

makan sedikit. Lalu kalau kau sudah merasa cukup kuat,

kita berangkat."

Aku tahu bahwa walaupun aku tidak merasa cukup kuat,

kami tetap harus pergi dari sini. Karena aku tidak akan pulih

tanpa perawatan medis.

Connor menjauh. Sejauh yang kutahu, Rafe ingin

mendekat, tapi tidak dilakukannya. Itu bukan haknya.

Sampai aku membuat keputusan, sampai aku memberi tahu

Connor kalau aku tidak memilihnya, sebagai cowokku.

Mereka berdua keluar. Mungkin untuk memeriksa

motornya atau Lucas. Mungkin juga untuk melanjutkan

pertengkaran agar aku tak bisa mendengarnya.

"Mereka berdua sangat mengkhawatirkanmu," kata Kayla

saat dia memutar tutup botol air sebelum menyerahkannya

kepadaku.

Aku mengangguk, mengetahui bahwa Kayla berusaha

menunjukkan satu hal: mereka sama rata dalam memberikan

kasih sayang dan perhatiannya padaku. Mungkin dia

juga mengakui bahwa dia memahami kesulitanku dalam

membuat keputusan.

"Beberapa malam lagi purnama," katanya pelan.

Aku mengerang. "Aku tahu."

"Kalau kau sedang dalam proses penyembuhan, akankah

tubuhmu menunda perubahan itu?"

Aku menggeleng pelan. "Tidak seperti itu. Bulan

memiliki jenis kekuatan mistis pada kita. Lebih kuat

229

daripada apa pun yang kita hadapi di Bumi. Ketika dia

memanggil, kita harus menjawab."

Dia mengulurkan sepotong biskuit selai kacang. "Kau

butuh protein," katanya, lalu katanya dengan melantur,

"Itu aneh sekali?tentang bulan, maksudku. Aku sudah

merasakannya. Aku sudah melalui perubahan dan rasanya

tidak seperti apa pun yang pernah kurasakan sebelumnya.

Kau tidak bisa menyiapkan diri untuk itu, dan mungkin

itulah alasannya para lelaki tidak membicarakan soal

perubahan itu. Aku tahu aku berusaha untuk menjelaskannya, tapi rasanya seolah dalam waktu singkat tubuhmu

bukan milikmu, tapi tetap milikmu. Rasanya asing tapi juga

akrab. Semuanya dikarenakan bulan purnama."

"Begitulah caranya," kataku, sambil memakai air dari

botol untuk menyiram biskuit yang kering itu. Kurasa

bagiku lebih mudah menerima semua ini karena aku

tumbuh dalam lingkungan ini.

"Bagaimana kalau kau memilih orang yang salah?" tanyanya

pelan.

"Entahlah. Aku sudah lama mengenal Connor. Baru

akhir-akhir ini aku menyadari perasaanku terhadap Rafe.

Bagaimana kalau semua kebingungan dan keraguan ini

hanya berawal karena dia terlarang bagiku? Bagaimana kau

tahu dengan Lucas?"

"Aku hanya tahu. Nggak banyak membantu, ya?"

"Sama sekali tidak."

Mendengar suara langkah kaki, aku melirik ke arah pintu

masuk. Connor berdiri di sana. "Fajar sudah menjelang. Kita

harus meneruskan perjalanan setelah kau cukup kuat."

230

Aku mengangguk. "Aku siap."

Dia mendekat dan membantuku berdiri. "Kau akan

baik-baik saja, Lindsey."

Aku mengangkat ibu jariku untuk meyakinkannya.

Sacara fisik mungkin aku akan baik-baik saja. Tapi hatiku

masih terlibat dalam pergulatan dan aku tak tahu bagaimana

akhirnya.

231

Aku terus-terusan membuka dan menutup mata. Dan

setiap kali membuka mata, ada pemandangan baru di

hadapanku.

Mata terbuka: Hutan berkelebatan.

Mata tertutup: Connor dan aku membuat istana pasir.

Mata terbuka: Punggung Connor.

Mata tertutup: Connor dan aku bermain ski untuk

pertama kalinya.

Mata terbuka: Wajah khawatir Rafe.

Mata tertutup: Connor mengaku bersalah saat aku

memecahkan vas kristal kesayangan ibuku.

Mata terbuka: Kayla membantuku minum.

Mata tertutup: Connor sedang menggenggam tanganku

waktu nenekku meninggal.

ENAM BELAS

232

Mata terbuka: Lucas memerintahku untuk berjuang.

Mata tertutup: Connor memberiku ciuman pertama.

Mata terbuka: Dr. Rayburn menyinari mataku.

Mata tertutup: Connor dan aku bermesraan di baris

belakang bioskop.

Mata terbuka: Cahaya terang, sebuah meja yang keras,

dan orang-orang memandangku yang ada di bawah

mereka.

Mata tertutup: Connor berdansa denganku di pesta

dansa sekolah.

Mata terbuka: Ibuku menangis dan menyisirkan

jari-jarinya ke rambutku.

Mata tertutup: Connor mengumumkan aku sebagai

pasangannya.

Mata terbuka: Ayahku, ayahku yang kuat, dengan air

mata di pelupuk matanya.

Mata tertutup: Connor dan aku di bawah bulan purnama.

Mata terbuka: Connor berbaring di sebuah ranjang di

sampingku.

Kali ini mataku tetap terbuka. Aku memicingkan mata

ke arah Connor, dan samar-samar teringat peluru yang

menembusku. "Apakah kamu ini nyata?"

Dia tersenyum padaku. "Ya."

"Di mana kita?" suaraku seolah terdengar dari ruangan lain

atau dimensi lain, seolah tidak berada di sini bersamaku.

"Wolford. Di bangsal kesehatan."

Aku mengerutkan wajah. "Ini nggak lucu. Seharusnya

kau hanya perlu berubah dan sembuh."

233

"Sudah kulakukan." Dia mengangkat lengannya dan aku

bisa melihat sebuah jarum dengan sejenis tabung tertusuk

di sana. "Ini untukmu. Kamu kehilangan terlalu banyak

darah."

"Kau sedang mendonorkan darah untukku?"

"Ya, golongan darah kita sama."

Kurasa aku mengucapkan terima kasih sebelum melayang

kembali ke alam damai yang terlupakan. Aku mendengar

Connor menjawab, "sama-sama."

Saat aku sadar kembali, ibuku sedang duduk di samping

tempat tidur. Dia memasukkan sedotan ke dalam mulutku

dan memerintahku untuk menyesap. Itu air terbaik yang

pernah kurasakan.

"Aku lelah," bisikku, nggak tahu kenapa aku bisa lelah

padahal hanya tidur sepanjang waktu.

"Kau sudah melewati siksaan yang cukup berat. Kau

akan merasa senang meninggalkan tempat tidur sehari atau

dua hari lagi." Dengan jari-jarinya, dia menyisir rambutku

ke belakang. "Kau tahu, Connor telah menyelamatkan

nyawamu."

Aku mengerutkan alis. "Benarkah? Kupikir dokter yang

menyelamatkanku."

"Connor tidak membiarkan yang lain berhenti selama

perjalanan kembali ke sini. Dia mendonorkan darahnya

untukmu. Dia memeriksa keadaanmu, beberapa kali

sehari."

"Apakah Ibu sedang memengaruhiku?" tanyaku.

234

Ibu menghela napas tidak sabar. Aku menutup mata dan

kembali tidur.

Ibuku benar. Kekuatanku pulih. Menjelang malam hari

berikutnya, aku sudah siap untuk berpetualang.

"Aku benar-benar merasa cukup kuat untuk meninggalkan

tempat tidur sekarang," kataku pada ibuku. Aku mendorong

selimutku. Ibu terus menariknya kembali sampai ke daguku.

Sungguh menjengkelkan kalau dia terus menungguiku.

"Kurasa kau perlu istirahat sehari lagi."

"Bu." Aku memutar bola mataku. "Aku benar-benar

harus pergi dari sini sebelum menjadi gila."

"Ini sudah mendekati bulan purnamamu, badanmu

mungkin lebih cepat pulih. Kurasa kalau kau menghadapinya

dengan santai, tidak mencoba apa pun yang terlalu berat,

semuanya akan baik-baik saja."

"Baiklah. Aku hanya akan duduk-duduk, tapi aku

harus melakukannya di luar ruangan ini." Aku mendorong

selimutnya ke bawah; dia menariknya kembali.

"Aku mau bicara dulu padamu tentang

perubahanmu."

Kami belum pernah membicarakan perubahan ataupun seks.

"Bu, Ibu agak telat. Aku sudah membicarakannya

dengan Kayla. Dia mengatakan semuanya padaku. Aku

tidak takut."
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Seharusnya begitu," katanya tegas, membuatku kaget.

Wajahnya melembut dan dia menyisir ke belakang rambut

235

yang jatuh di keningku. "Kau tahu bagaimana ayahmu dan

aku memikirkan dunia Connor."

"Aku tahu."

"Dan aku tahu kau sudah pergi bersama Rafe. Sekarang

bukan saatnya memberontak, Lindsey. Sebuah ikatan terbina

selama perubahan. Cinta semakin mendalam. Perjanjian

telah disegel. Janji sampai mati."

"Aku tahu itu, Bu. Kenapa Ibu pikir aku sangat ketakutan

sampai-sampai mungkin aku akan melakukan kesalahan

dengan Connor."

"Kau tidak melakukan kesalahan dengan Connor. Rafe-lah

yang akan menjadi kesalahan."

"Bagaimana Ibu bisa begitu yakin?"

"Karena aku mengenalmu. Dan aku kenal kedua laki-laki

itu. Connor adalah orang yang tepat bagimu."

Dengan kata lain, mereka tidak akan menerima

Rafe. Brittany sangat benar. Tradisi kami dibatasi oleh

kekolotan.

"Terima kasih atas sarannya, Bu." Kali ini ketika aku

menyibakkan selimut, dia tidak menariknya kembali.

"Aku hanya ingin kau bahagia," katanya.

Aku segera turun dari tempat tidur dan mulai berjalan

terpincang-pincang ke kamar mandi, pahaku masih sakit.

"Aku juga ingin bahagia."

Di kamar mandi, aku melepaskan perbanku dan

mengamati lukaku. Sembuh dengan baik. Dokter telah

melakukan tugas dengan baik, menutup lukaku dengan

jahitan-jahitan kecil, sehingga aku tak akan mendapatkan

236

bekas luka yang mengerikan. Kalaupun luka-luka itu tidak

pulih sepenuhnya, perubahan wujudku nanti yang akan

menyembuhkannya.

Aku membersihkan diri, menyisir rambutku, dan

membubuhkan make-up tipis. Aku memakai celana pendek

dan atasan tak bertali agar tak ada yang akan menggesek

lukaku. Kurasa lukaku membutuhkan udara segar seperti

halnya aku. Lalu aku pergi mencari yang teman-temanku

yang lain.

Aku menemukan mereka semua di perpustakaan,

berdiri mengelilingi meja, mengamati sebuah peta

besar hutan lindung. Brittany juga ada di sana. Namun

perhatianku jatuh pada Connor dan Rafe. Connor dengan

rambut terangnya, Rafe dengan rambut gelapnya. Connor

yang murah senyum, Rafe yang jarang tersenyum. Connor,

yang selalu ada dalam hidupku. Rafe, unsur yang baru dan

menggairahkan.

"Hei, kau masih hidup," seru Brittany tiba-tiba dengan

kegembiraan yang tulus.

"Berkat orang-orang ini," kataku canggung sambil

mendekati meja.

"Aku nggak percaya kalian semua mengejar

Bio-Chrome sementara aku tengah berurusan dengan

para pengunjung."

"Sebenarnya kami tidak mengejar mereka: kami hanya

mengikuti mereka, berusaha mencari tahu di mana letak

lab mereka. Kau mungkin bisa bersenang-senang lebih lama

bersama Daniel."

237

Dia menggeleng. "Dia bukan pecundang atau sejenisnya,

tapi aku benar-benar nggak tertarik dengan perjodohan."

"Tapi Brittany?"

"Aku akan baik-baik saja."

Baik, jadi dia tidak ingin membicarakannya. Kurasa tak

ada lagi hal yang penting untuk dibicarakan.

"Jadi apakah kalian sedang membicarakan tentang cara

membereskan lab itu?" tanyaku.

"Itu yang sedang kami putuskan," kata Lucas.

"Tidakkah menurut kalian lebih baik menunggu sampai

setelah purnama berikutnya " saranku.

Connor bersandar ke bangku. "Sebenarnya kami baru

saja mengatakan tidak ada alasan untuk buru-buru. Mereka

tidak akan memberitahukan pada dunia tentang keberadaan

kita, karena mereka ingin tetap merahasiakan keberadaan

kita selama mungkin."

"Ingin tetap merahasiakan penelitian mereka," Kayla

menambahkan.

"Jadi bagaimana rencananya?" tanyaku.

Lucas menghela napas. "Masih belum yakin. Mereka

tidak berada di tanah hutan lindung, tapi masih dikelilingi

hutan. Membakar tempat itu tidak akan berhasil karena bisa

membakar hutan juga."

"Jadi kita harus menemukan cara untuk memusnahkannya

tanpa menghancurkan rumah kita juga."

"Tepat sekali."

238

"Aku akan bicara dengan para tetua. Apa pun keputusan

kita, melakukannya ketika bulan gelap berikutnya mungkin

adalah langkah yang tepat."

"Dalam kegelapan membuat semuanya seperti Mission

Impossible," kata Connor.

"Akan seperti itu," tegas Lucas. "Kita menginginkan

rencana yang matang, bukan hanya untuk menghancurkan

bangunan itu, tapi untuk membuat pernyataan agar

Bio-Chrome membiarkan kita hidup dengan damai."

"Apakah menurutmu mereka sadar kalau semua sherpa

adalah Shifter?" tanya Rafe. "Apakah menurutmu semua

orang dalam bahaya?"

Aku mengalihkan perhatianku padanya, dan dia menatapku. Aku membaca sebuah tantangan di dalamnya:

Tentukan pilihanmu. Sebenarnya, aku telah memutuskan.

"Kurasa mereka belum tahu," kata Lucas. "Mereka belum

tahu betapa kita tersebar luas. Selain itu, mereka belum

punya bukti. Mereka tidak pernah melihat salah satu dari

kita berubah wujud. Kalaupun mereka menemukan pakaian

kita, memangnya kenapa? Mungkin mereka sedikit lebih

yakin bahwa apa pun yang dikatakan kakakku soal Shifter

adalah benar. Tapi mereka adalah ilmuwan. Mereka harus

punya fakta."

"Bagaimana kau akan membuat mereka tidak mengejar

kita lagi?" tanya Kayla.

Lucas menggeleng. "Aku tidak punya perunjuk. Tapi kita

akan memikirkannya. Kita punya waktu."

239

Dia menutup pertemuan. Dia dan Kayla pergi untuk

menemui para tetua. Brittany juga pergi, begitu pula Rafe,

walaupun dengan enggan.

"Apakah menurutmu kita bisa meyakinkan mereka untuk

meninggalkan kita?" tanyaku pada Connor.

"Mungkin tidak, tapi kita bisa mencobanya." Dia

memutari meja dan meraih tanganku. "Kau sudah merasa

baikan?"

Secara fisik atau emosi? pikirku.

"Hanya agak lelah," aku memutuskan untuk mengatakan

kondisi fisikku. Itu lebih mudah dijelaskan.

"Kau mau jalan-jalan?"

Aku tidak mau. Tingkat energiku menurun drastis, tapi

aku mengangguk. Aku harus menjelaskan sesuatu pada

Connor. Dia adalah sahabat baikku, selain Kayla. Dia adalah

sahabatku yang paling lama.

Kami berjalan-jalan di luar dan menuju ke pepohonan

yang tumbuh rapat. Walaupun Wolford dikelilingi pagar

besi tempa, tanahnya cukup luas sehingga kami bisa masuk

ke dalam hutan yang masih dilindungi oleh pagar?atau

sedapat mungkin terlindungi dengan mempertimbangkan

bahwa peluru masih bisa menembusnya. Aku selalu

menganggap diriku tidak terlihat, namun kini aku tahu

bahwa kematian mungkin datang dengan cepat dan tak

terduga.

"Aku punya kado ulang tahun untukmu," kata

Connor pelan, "tapi itu harus menunggu sampai setelah

perubahanmu."

240

Ulang tahunku sudah lewat saat aku masih dalam

perawatan. Aku bahkan tidak mengingatnya. "Kamu nggak

perlu memberiku apa-apa," kataku.

"Aku tahu tidak perlu, tapi aku mau."

Dia menghentikan langkahnya, merogoh ke dalam saku

jinsnya dan mengeluarkan sebuah kotak beludru. Jantungku

berdetak kencang.

"Oh, Connor."

"Bukalah."

Dengan tangan gemetar, aku membukanya. Di dalamnya

terdapat seuntai kalung emas dengan bandul mutiara kecil

berbentuk bulat utuh. "Indah sekali."

"Kurasa itu mewakili bulan purnama," katanya.

Aku menatapnya. "Ini sempurna. Terima kasih."

"Aku tahu kau akan menyukainya."

Dia tahu banyak tentang aku. Aku tak percaya betapa

kado itu membuatku bahagia. Mungkin karena aku hampir

mati, semuanya terlihat jauh lebih penting. Ketika dia

meraih tanganku, jemariku menggenggam tangannya.

Kami melangkah dalam hening. Kami bisa menghabiskan

berjam-jam bersama tanpa bicara, dan itu kelihatannya

merupakan hal yang paling alami di dunia. Kini nampaknya

banyak pikiran yang tak terucapkan menggelayuti kami

berdua.

Aku menjauhkan pikiran itu dan memusatkan diri

pada khasiat penyembuhan dari hutan. Aku sudah mulai

merasakan kekuatanku kembali, yang merupakan hal baik,

241

karena saat purnama tiba, aku akan menghadapi siksaan

yang menguras semua tenaga yang bisa kukumpulkan.

Namun sebelum itu, aku membuatuhkan jawaban dari

sebuah pertanyaan.

"Apakah kau pernah merasa kalau kau terlalu cepat

menyatakan aku sebagai pasangan?" tanyaku.

Connor menelengkan kepala seolah dengan melihatku

dari sudut yang berbeda bisa membantunya membaca

suasana hatiku yang ganjil. "Tidak. Aku selalu tahu
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kaulah orangnya. Aku mencintaimu, Lindsey. Aku selalu

mencintaimu."

Inilah dia. Kata-kata yang bisa diucapkannya dengan

sangat mudah. Sesuatu yang tak pernah diucapkan Rafe.

Jujur saja, aku tak bisa melihat Rafe mengucapkan kata-kata

itu?tapi itu tidak berarti dia tidak merasakannya. Itu hanya

berarti bahwa dia tidak sebebas Connor dalam menyatakan

perasaannya.

Connor menatapku, dan aku melihat betapa keraguanku

telah melukainya. Tapi dia tidak pernah menyerahkan; dia

selalu mengutamakan aku.

"Bulanmu sudah hampir tiba, Lindsey. Kau harus

menentukan pilihan."

Aku menggeleng. "Tidak, aku tidak harus melakukannya.

Aku sudah memutuskan." Aku menghela napas dalam. "Itu

kau, Connor. Aku mencintaimu."

Dia tertegun. "Bagaimana dengan Rafe? Bagaimana

dengan keraguanmu?"

242

Aku menggeleng. "Kamulah orangnya. Dan keraguanku

hilang sudah. Memang kedengarannya aneh, tapi kurasa

tertembak kemarin adalah kejadian terbaik yang bisa terjadi

padaku. Memberikan kesempatan padaku untuk berpikir

kembali. Aku melihat kaleidoskop kehidupanku dan tak

peduli bagaimana aku memutarnya, aku melihatmu."

Senyum lebar tersungging di wajahnya. "Kamu serius?"

Aku tersenyum. "Aku serius."

Dia menarikku ke dalam pelukannya dan menciumku

dengan senang dan penuh semangat. Ketika akhirnya kami

berhenti untuk mengambil napas, aku merasa pusing.

"Aku sedang berpikir kita akan pergi ke sarang di belakang

air terjun untuk perubahanmu," katanya.

Perubahan pertama selalu terjadi di dalam hutan, jauh

dari Shifter lainnya. Seorang lelaki melaluinya sendirian. Dia

pergi begitu saja?dan ketika kembali, dia telah berubah.

Seorang gadis selalu pergi ke tempat terpencil bersama

pasangannya. Daerah di sekitar air terjun adalah salah satu

yang terindah di dalam hutan. Sarang kami tersembunyi di

belakang air terjun. Itu menjadi tempat favorit bagi banyak

pasangan. Ayahku dulu membawa ibuku ke sana. Tempat itu

menyediakan lebih banyak romansa untuk peristiwa ini.

"Kedengarannya menakjubkan."

"Kalau mau pergi ke air terjun, kita harus berangkat

pagi-pagi. Itu kalau kau sudah merasa cukup kuat,"

tambahnya.

Aku mengangguk. "Aku akan siap." Tiba-tiba aku merasa

sangat lelah. "Tapi sekarang, aku ingin berbaring."

243

Dia meraih tanganku dan kami mulai berjalan kembali ke

rumah induk. Mengapa aku merasa seolah sedang diawasi?

Diam-diam aku melirik ke samping. Dan di sana, serigala

hitam yang indah itu, tengah mengawasi.

Ketika terbangun dari tidur siangku, Brittany tengah duduk

di kursi dekat jendela, memandang keluar pada senja yang

sedang turun. Aku sudah kembali ke kamar yang biasanya

kutempati bersama dia dan Kayla. Aku sudah merasa cukup

kuat sehingga tak perlu dirawat lagi?dan sejenak menjauh

dari ibuku adalah bonus yang menyenangkan.

Sambil menguap, aku duduk dan mendorong bantal di

punggungku. "Jadi ke mana kau akan pergi untuk menjalani

perubahanmu?"

"Bukan air terjun." Dia sama sekali tidak menoleh.

"Brittany, kamu mau pergi dengan siapa?"

Dia tak menjawab. Dia hanya duduk. Aku turun dari

tempat tidurku, melangkah ke jendela, dan duduk di atas

bantal tebal. "Kau tidak bisa melalui ini sendirian."

"Itu hanyalah cerita tua para istri."

"Bagaimana kalau bukan?"

Dia memandangku, ada sesuatu yang berat di dalam

mata birunya. "Berarti itu adalah siasat evolusioner yang

benar-benar kacau. Maksudku, sungguh, ini seutuhnya

masalah gender. Kalau laki-laki bisa melaluinya sendirian,

kita juga bisa."

"Kau bisa mengajak Rafe."

244

Matanya meredup oleh kesedihan. "Jadi kau memilih

Connor?"

"Dia selalu ada untukku."

"Apakah itu alasan yang cukup baik? Apakah kau

mencintainya?"

"Ya, aku mencintainya."

"Tapi apakah kau cukup mencintainya?"

"Astaga, Brittany. Ada apa denganmu? Apakah kau

mencintainya? Apakah semua ini dikarenakan hal itu?" aku

sudah pernah bertanya padanya sebelum ini, tapi dia tak

pernah memberiku jawaban yang jelas.

Dia memandang keluar jendela lagi. "Nggak masalah.

Kaulah satu-satunya yang membuat dia tertarik. Aku hanya

akan menjadi serigala perempuan yang kesepian. Aku akan

menjadi legenda. Mungkin aku akan memulai tren baru,

dan kita akan menyingkirkan semua persoalan pasangan

takdir ini menjadi omong kosong."

"Apakah kau benar-benar berpikir bahwa ini omong

kosong?"

"Kupikir kita terperangkap untuk melakukan cara kuno.

Kurasa kita perlu masuk ke abad dua satu." Dia mengalihkan

tatapannya padaku. "Kau juga selalu bisa melaluinya sendiri.

Pilih pasanganmu nanti saja."

Aku menggeleng. "Aku sudah memilih pasanganku."

Dia bangkit berdiri. "Mungkin seharusnya kita turun

untuk makan malam."

Aku memandang keluar jendela dan melihat Rafe sedang

berdiri di tepi hutan. "Aku akan turun sebentar lagi."

245

Aku menunggunya sampai aku tahu Brittany sudah

hampir sampai ke ruang makan, lalu aku menyelinap keluar

dari kamar dan menuruni tangga belakang yang menuju

keluar. Buru-buru aku menyeberangi rerumputan menuju

hutan, yang dengan segera menghilang dalam bayangan saat

matahari terbenam dan bulan mulai naik.

Aku menyelinap di antara pepohonan. "Rafe?"

Dalam keheningan seperti biasa, tiba-tiba dia telah berada

di hadapanku. Aku bersandar pada sebatang pohon.

Rafe menaruh lengannya di atas kepalaku, menekankan

tangannya ke pohon. Dia menggerakkan jarinya di pipiku.

"Jadi kau tahu aku ada di luar sini. Itu berarti kau datang

untuk menemuiku."

Sambil mengangguk, aku menatap ke dalam mata

cokelatnya yang indah. Aku tak mau melakukan ini, tak

ingin menyakitinya, tapi dia harus mendengarnya sendiri

dariku. "Connor dan aku akan berangkat ke air terjun

besok." Oh, ini sulit. "Aku hanya ingin kau tahu aku

pergi bersamanya."

"Jadi kau telah memilih dia," katanya dengan ketenangan

yang luar biasa. Kata-kata itu adalah pernyataan, bukan

pertanyaan.

"Memang seharusnya aku memilih dia," kataku.

"Kenapa? Karena itu yang diinginkan oleh

orangtuamu?"

"Bukan, karena itu yang kuinginkan," aku mengatakannya

dengan jelas, jengkel karena kelihatannya semua orang

246

mengira orangtuaku-lah yang bertanggung jawab atas

pilihanku. "Dia orang yang baik."

"Ya." Dia tertawa parau. "Membuat ini sulit."

"Biar kutebak, kalau dia bukan orang baik, kau akan

menantang dan membunuhnya, kan?"

"Kalau dia adalah bajingan?akan kubunuh dia dalam

satu denyut jantung."

Jantungku sendiri berpacu. "Yah, jangan," kataku tegas.

"Aku tidak mau dia terluka. Dan kalau kau sedang mencari

pasangan, Brittany masih sendiri, tuh."

"Aku nggak punya rasa terhadap Brittany seperti apa yang

kurasakan padamu. Tidakkah kamu mengerti?"

"Rafe, mungkin kalau kita saling mengenal lebih

cepat?"

Dia tergelak parau sekali lagi. "Aku sudah

memperhatikanmu sejak SMP, tapi kau selalu ke mana-mana

bersama Connor. Kau tidak pernah memberikan kesempatan

pada orang lain."

Sampai musim panas ini aku bahkan tidak

mempertimbangkan orang lain, tidak menginginkan orang

lain. Apa yang salah denganku? Dari dulu selalu Connor.

"Kau mengatakan padaku kalau kau baru memperhatikanku musim panas ini," aku mengingatkannya.

"Perasaan kuat yang kumiliki untukmu tidak kurasakan

musim panas ini, tapi aku selalu memperhatikanmu. Saat

purnama tiba, dan kau bersama Connor, pikirkan apa yang

mungkin kaumiliki," katanya.

247

Lalu dia menciumku dengan dalam dan penuh kesungguhan. Aku tahu seharusnya aku menolak, seharusnya aku

mendorongnya menjauh. Namun aku malah mengalungkan

lenganku ke bahunya, tahu kalau ini akan menjadi ciuman

terakhir kami. Aku menginginkan ini selamanya, walaupun

aku tahu aku tidak bisa.

Saat dia menarik diri, aku merasakan apa yang selalu

kurasakan bersama Rafe: bingung. Mungkin seharusnya aku

melakukan seperti yang disarankan Brittany, pikirku. Lewati

saja perubahan itu sendirian dan putuskan nanti saja siapa

yang akan menjadi pasanganku. Lalu aku ingat apa yang

pernah dikatakan Kayla bahwa betapa menakjubkannya

melalui ini bersama seseorang yang kaukasihi, seseorang

yang kaucintai.

"Selamat tinggal, Rafe," kataku pelan dan melangkah

meninggalkannya.

Dia tidak berusaha menghentikanku. Dan kupikir itu

mungkin menjawab semuanya.

Karena aku tahu jauh di lubuk hatiku, bahwa Connor

akan berusaha untuk mencegahku melangkah pergi.

248

"Ayahmu dan aku akan berada di sini saat kau kembali," kata

ibuku sambil memelukku erat. "Kau tidak akan menyesali
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keputusanmu," bisiknya di dekat telingaku.

Aku benar-benar bisa melewati seumur hidupku tanpa

komentar itu. Hal itu mulai membangkitkan keraguan

bodoh itu lagi, bahwa Connor adalah pilihannya dan bukan

pilihanku.

Ayah memelukku. "Gadis kecilku." Lalu dia menjabat

tangan Connor, dan Ibu memeluk Connor.

Ketika Connor dan aku akhirnya berjalan ke hutan, aku

berkata, "Senangnya itu sudah berlalu."

"Mereka hanya mengkhawatirkanmu. Bagaimana

lukamu?"

TUJUH BELAS

249

"Nggak parah, kok." Aku agak pincang dan bahuku sakit,

tapi aku akan pulih selama perubahan. Aku merasa jauh

lebih kuat, tapi baik Connor maupun aku tidak memaksakan

diri sampai batas kemampuan kami.

Kami berjalan tanpa berkata-kata, dan tetap waspada.

Sekali-sekali, dia akan menyerahkan ransel dan pakaiannya

padaku, berubah wujud sementara aku menutup mata, dan

memeriksa sekeliling kami. Walaupun kepekaan indranya

meningkat dalam wujud manusia, dalam wujud serigala

justru lebih tajam lagi.

Malam itu kami bergantian jaga malam. Pada malam

kedua seekor rusa mendekati perkemahan kami?itulah

satu-satunya tamu yang kami temui.

Pada siang hari, kami sampai ke tujuan. Kami mendaki

lereng gunung yang terjal dan menyusuri jalan berkelok-kelok

menuju lembah kecil yang diapit dua gunung. Di satu sisi

tanah terbuka terdapat air terjun. Di sisi lain terdapat hutan

yang membentang sampai ke gunung lain. Ini adalah tempat

yang tersembunyi dengan baik, tak mudah ditemukan kecuali

seseorang benar-benar tahu jalan. Kami tidak khawatir Mason

dan kelompoknya akan menemukan kami. Mereka tidak

punya alasan untuk mencari kami di sini.

Dan hanya dalam beberapa jam, setelah bulan purnama

naik ke langit malam, aku akan memiliki kemampuan untuk

berubah dan meloloskan diri secepat yang bisa dilakukan

Connor.

Connor meraih tanganku dan membimbingku mengitari

kolam menuju air terjun yang tumpah dengan arus deras.

250

Suaranya sangat berisik, dan saat kami semakin dekat,

kekuatan air menciptakan embusan keras yang meniup

jalinan rambutku ke bahuku. Kami menyelinap ke belakang

air terjun menuju sebuah gua.

Ini adalah sarang favorit di antara semua sarang. Makanan

dan keperluan lain tersimpan dalam peti-peti. Connor

menyalakan lampu bertenaga baterai. Sambil melepaskan

ransel, aku berjalan berkeliling untuk menikmati nyamannya

tempat ini. Rasanya seperti ada seribu hal yang harus kami

bicarakan, tapi kami hampir-hampir tidak mengobrol

sepanjang perjalanan.

Aku memikirkan Brittany dan penasaran ke mana dia

pergi untuk mengalami perubahan pertamanya. Apakah dia

merasa takut karena sendirian. Kurasa aku tidak akan takut,

tapi pastilah aku akan menjadi gugup.

"Apa yang sedang kaupikirkan?" tanya Connor.

"Soal Brittany. Dia akan melaluinya sendirian." Sekilas

aku memandang berkeliling. "Apakah menurutmu dia akan

baik-baik saja? Apakah seharusnya dia datang bersama kita?

Bisakah kau juga membantunya?"

"Kurasa kita tidak bisa terikat dengan dua orang."

Perutku mengejang. Aku tahu seharusnya aku

berkonsentrasi pada perubahanku sendiri, keperluanku

sendiri, tapi sesuatu yang terjadi pada Brittany itu

mengangguku. Aku benar-benar mengkhawatirkannya.

Aku ingin tahu apakah mungkin Rafe bersamanya, lalu

dengan egois berharap dia tidak bersamanya. Kalau Rafe

251

tidak bisa menjadi milikku, pikirku, aku tidak mau dia

terikat dengan siapa pun. Dan itu membuatku menjadi

perempuan jalang berdarah dingin. Bagaimana kalau aku

sudah melakukan kesalahan dengan memilih Connor? Aku

tidak yakin melakukan kesalahan, tapi tiba-tiba saja muncul

kekhawatiran itu mungkin hanya ketegangan ketika

bulan purnama telah dekat.

"Ini semua yang kita butuhkan," kata Connor

sambil menggeser sebuah peti besar dari tumpukan. Dia

membukanya.

Begitu aku berjalan mendekat, dia mengeluarkan sebuah

jubah hitam dan menyerahkan padaku sebuah jubah putih

keperakan yang indah. Jubah itu seperti yang dipakai oleh

ratu peri dalam film-film.

"Memudahkan kita ketika berubah. Kita tidak akan

direpotkan oleh pakaian," katanya.

"Aku pernah dengar soal itu," kataku sambil meraih jubah

itu. Terasa lembut dan seperti sutra; betapa menyenangkan

rasanya di kulitku.

"Kita masih punya waktu beberapa jam. Apa yang ingin

kaulakukan?" tanyanya.

"Aku benar-benar capek. Bolehkan aku tidur sebentar?"

"Mungkin kita berdua harus tidur. Malam ini akan

melelahkan."

Aku mengamati saat dia menata kantong tidur dan

melapisinya dengan selimut supaya empuk. Kami hanya

akan tidur, dan tetap saja aku merasa gugup. Kulitku tibatiba terasa sangat peka, seolah aku akan bisa merasakan

252

setitik debu yang mendarat di atasnya. Aku tahu mungkin

itu karena tubuhku yang bersiap untuk perubahan yang

akan segera tiba, tapi itu adalah sensasi yang aneh, dan aku

membayangkan Connor memelukku, tangannya mengelus

punggung atau wajahku. Kupikir aku bisa merasakan setiap

gerakan ujung jarinya.

"Apa yang paling kau sukai ketika berwujud serigala?"

tanyaku begitu saja, penasaran kenapa aku tiba-tiba menjadi

sangat gugup. Ini Connor. Pasanganku. Takdirku. Bukankah

kami sudah bersama selamanya?"

Dia menghentikan kegiatannya. Masih berjongkok, dia

meletakkan tangan di atas lututnya dan mendongak padaku.

"Aku suka betapa semuanya terlihat lebih hidup. Suara

terdengar lebih jelas; warna lebih cerah. Aku bisa mendengar

gemuruh jantungku sendiri. Itu seperti khayalan?mungkin

seperti melayang, seperti itulah. Bukan karena aku pernah,

lho."

"Kau nggak pernah pakai obat-obatan?"

"Nggak, lah. Buat apa? Kenapa kaum kita harus

melakukannya kalau kita bisa berubah? Ada gejolak

tersendiri yang tak bisa dijelaskan."

"Apakah kau pernah kehilangan arah tentang siapa

dirimu?"

"Tidak. Kau masih punya pikiran manusia; hanya ada

kecenderungan yang sedikit lebih liar. Dalam wujud manusia,

kalau aku diserang, aku akan berpikir untuk mengalahkan

orang itu. Dalam wujud serigala, mungkin aku akan berpikir

253

untuk membunuhnya. Ketika berwujud binatang, semua

yang ada berkisar pada mempertahankan hidup."

Aku menyilangkan lengan di dadaku, merasa canggung

memikirkan tidur dalam pelukan Connor, yang menjadi hal

bodoh karena sebelumnya aku sudah pernah tidur dalam

pelukannya. "Aku tak pernah membicarakan ini dengan

orangtuaku."

"Aku juga." Dia menepuk-nepuk selimut. "Ayo.

Kelihatannya kau sudah hampir roboh."

Aku berbaring di atas lapisan itu dan dia berbaring di

sampingku, membiarkan aku memakai bahunya sebagai

bantal.

"Rasanya aku mau merangkak keluar dari kulitku,"

kataku.

"Itu reaksi tubuhmu yang bersiap diri untuk berubah."

"Apakah rasanya seperti peka setiap saat?"

"Ya, tapi nanti lama-lama kau akan terbiasa."

Aku tidak bisa membayangkannya, tapi aku percaya pada

Connor.

"Maukah kau membangunkanku saat matahari terbenam

nanti?" tanyaku. "Aku butuh waktu untuk bersiap-siap."

"Ya."

Kelopak mataku menjadi berat dan otot-ototku mulai

rileks menuju tahap tidak-mau-bergerak-lagi yang datang

tepat sebelum tidur. Dengan lemah, aku bertanya, "Connor,

haruskah aku takut?"

Dia mempererat pelukannya. "Tidak, Lindsey."

254

Aku melayang tertidur dan bermimpi bahwa ketika terbangun, aku telah menjadi serigala yang cantik.

Connor menepati janjinya dan membangunkan aku sesaat

setelah matahari terbenam. Besok, ketika matahari terbit

kembali, aku telah berubah. Dalam diriku berharap-harap

cemas ketika menikmati makanan sederhana yang seharusnya

disajikan di pesawat luar angkasa. Kami menata sarang kami

seakan kami ini orang-orang yang bertahan hidup, termasuk

bahan makanan yang tanggal kadaluarsanya masih lama.

Siapa yang tahu kapan kami akan membutuhkannya atau

berapa lama kami harus bersembunyi?

Connor telah menyalakan senter di antara kami, cahayanya

mengarah ke atas, yang diselubungi selendang biru tipis di

atasnya. Aku tak tahu di mana dia mendapatkan selendang

itu, yang jelas itu membuat cahayanya redup, menjadikan

suasana agak remang dan romantis.

"Aku tahu biru adalah warna kesukaanmu," katanya.

Memang. Dia tahu segalanya tentang aku.

"Mungkin kita akan pergi ke restoran mewah minggu

ini, untuk merayakan ulang tahunmu," katanya.

Pikiranku melayang kembali pada Rafe yang mengajakku

keluar makan malam, tapi buru-buru kusingkirkan ingatan

itu.

"Ingat saat ibu kita memaksa kita untuk mengikuti

pelajaran tata krama?"

Dia nyengir. "Ya."

Saat itu umurku baru dua belas; dia empat belas. Mereka

255
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berpikir kami perlu tahu garpu mana yang harus kami

gunakan kalau kami menghadiri makan malam mewah di

rumah seseorang.

"Dan kau terus bersendawa," aku mengingatkannya.

"Hei! Bukan cuma aku. Kau yang menyuruhku

bersendawa ?Somewhere Over the Rainbow.?"

Aku tertawa, ingat bagaimana kami berdua mendapat

masalah karena tidak memperhatikan pelajaran dengan

sungguh-sungguh.

"Maksudku, sungguh, kenapa makan malam resmi

memerlukan begitu banyak peralatan?" tanyaku.

"Jangan tanya aku. Aku lebih sering makan pizza waktu

di perguruan tinggi, jadi apa masalahnya?"

"Aku merindukanmu saat kau di sekolah," kataku.

"Aku juga merindukanmu. Satu tahun lagi."

"Aku mungkin lulus lebih awal, mungkin Desember."

"Benarkah? Baguslah kalau begitu."

Aku mengangguk. "Ya, bagus." Dan aku menghentikan

ocehanku sekarang, berusaha untuk menenangkan

perutku.

Connor memunguti sampah kami. "Aku akan keluar.

Temui saja aku di luar setelah kamu siap."

Aku melihatnya meraih jubah hitamnya. Setelah dia

pergi, aku duduk bersila dan melakukan latihan pernapasan.

Aku melenturkan otot-ototku, melakukan peregangan, dan

mendengar sendi-sendiku berderak. Lalu aku berdiri dan

mulai bersiap-siap.

256

Aku berusaha keras untuk tidak memikirkan Rafe, untuk

tidak bertanya-tanya apa yang sedang dilakukannya malam

ini.

Connor adalah takdirku.

Aku melepaskan jalinan rambutku dan menyikatnya

sampai mengilat putih halus, seperti gula-gula yang pernah

kulihat tertimpa cahaya. Aku menggerainya dan berusaha

keras untuk tidak memikirkan Rafe yang memintaku untuk

menggerai rambutku. Aku mengoleskan lotion kelap-kelip di

lengan dan kakiku, berpikir bahwa lotion itu akan mengendap

dalam kulit manusiaku dan membantu peregangan tubuhku.

Aku memandang bayanganku di cermin. Aku hanya

memakai jubah putih yang halus. Dalam beberapa hal aku

terlihat lebih tua; dalam hal lain aku terlihat sama. Terlihat

sama adalah diriku yang sebenarnya saat aku berubah.

Aku berbalik dari cermin dan berjalan ke pintu masuk

gua, menyelinap keluar dari balik tirai air, dan mengitari

kolam yang tenang yang akan segera memantulkan bulan

yang sedang naik.

Connor berdiri di sana, sedang menungguku, rambut

pirangnya yang gelap disisir ke belakang, mata biru safirnya

memancarkan ketenangan. Dia memakai jubah hitam. Dia

mengulurkan tangannya padaku, dan aku menempatkan

telapak tanganku di atas telapak tangannya. Jari-jarinya,

dengan sangat yakin dan mantap, menggenggam tanganku.

"Gugup, Lindsey?" tanyanya.

"Ya, sedikit." Aku mengembuskan napas canggung

257

dari mulutku. "Aku sudah menunggu saat ini seumur

hidupku."

"Aku juga."

"Tapi kau sudah berubah."

"Tidak bersamamu."

Sambil merunduk, dia menyapukan bibirnya ke bibirku.

Jantungku berdegup kencang, dan aku berjuang untuk tidak

memikirkan Rafe. Connor adalah sahabatku, aku sayang

padanya.

"Kita harus pergi," kataku, sebelum pikiranku mengembara

ke tempat yang akan membawa petaka.

Sambil menggenggam tanganku, dia membimbingku

ke tengah-tengah tanah lapang. Aku bisa melihat bulan

purnama: sangat besar, sangat terang, dan sangat kuning.

Perubahanku belum akan dimulai sebelum bulan mencapai

titik puncaknya.

Connor dan aku saling berhadapan, menunggu saatnya.

Aku menarik napas dalam, mencoba untuk menenangkan

jantungku yang berpacu.

Lalu aku mendengar suara geraman?rendah, dalam,

dan menantang.

Connor dan aku sama-sama mengalihkan perhatian ke

hutan. Dekat dengan pepohonan, seekor serigala hitam

menggeram. Aku akan selalu mengenali mata cokelat itu

di mana pun.

"Jangan lakukan ini, Rafe," perintah Connor tegas.

258

Serigala itu merunduk dan memamerkan giginya. Sebuah

keberanian. Sebuah tantangan.

Connor memandangku. "Yang mana dari antara kami

yang kauinginkan untuk menang?"

Dia hanya ragu sesaat sebelum melepaskan jubahnya

dan berlari ke arah serigala itu. Lalu Connor melompat

dan, dalam sekejap mata, berubah menjadi seekor serigala

keemasan. Serigala hitam itu menerjangnya. Mereka

bertubrukan di udara: terang dan gelap.

Aku mengawasi dengan ketakutan, menyadari apa yang

ditanyakan Connor padaku dengan sungguh-sungguh: yang

mana dari antara kami yang kauinginkan untuk mati?

Kami adalah manusia, tapi kami juga binatang buas, dan

dalam dunia kami tantangan tidak boleh dianggap enteng.

Tantangan adalah pertarungan sampai mati.

Aku berlutut di atas rumput dan merasakan air mata

membasahi wajahku. Aku belum bisa memberikan jawaban

kepada Connor. Pergulatan yang tengah berkecamuk di

hatiku sepanjang musim panas telah menjelma menjadi

kenyataan.

Malam ini, di bawah bulan purnama, seseorang yang

kucintai akan mati.

259

Mereka saling tubruk, mereka menggeram, mereka

memamerkan gigi mereka. Mereka tidak main-main. Mereka

berdua adalah lelaki alfa yang berusaha untuk menyatakan

pasangannya. Pada saat ini aku benci dengan keadaan kami

ini, benci bahwa kami bisa merendahkan diri menjadi binatang

buas yang dikuasai oleh naluri dan bukannya oleh hati dan

pikiran kami.

"Jangan lakukan ini!" teriakku, tapi mereka tak

mengindahkan.

Ini lebih buruk daripada perkelahian mereka di gua. Aku

akan mendapatkan lebih dari sekadar mata lebam kalau

berusaha memisahkan mereka. Mungkin aku akan berakhir

dengan sebuah lubang menganga di leher.

DELAPAN BELAS

260

Mereka memisahkan diri dan bergumul lagi, menggeram

dan menggigit. Shifter lebih besar dan lebih kuat daripada

serigala-serigala di alam liar. Connor dan Rafe adalah lawan

yang seimbang, dan mereka tidak takut untuk bertarung,

dan saling merobek.

Aku bangkit berdiri. Aku harus menghentikan semua ini.

Aku telah mencintai Connor selamanya dan baru mencintai

Rafe baru-baru ini. Mana yang lebih penting: lamanya waktu

atau kedalaman perasaan?

Mereka memisahkan diri, dan serigala yang berwarna

keemasan itu perlahan mengitari serigala hitam. Agaknya

Rafe terluka. Ketika kami digigit oleh sesama kami, luka

yang timbul tidaklah sembuh secepat gigitan binatang lain.

Suatu zat dalam air liur kami bisa menghentikan proses

penyembuhan yang biasanya muncul saat kami terluka

ketika berwujud serigala. Aku ingin tahu apa bisa hendak

dilakukan Mason kalau tahu informasi itu. Kalau kau tidak

punya titik lemah, kau tak akan pernah bisa dimusnahkan.

Bagaimanapun, kami ini tetap bisa dimusnahkan.

Menilik napas berat Rafe, betapa diamnya dia, bagaimana

cara dia menilai Connor dan menunggu aku tahu dia

terluka. Di bawah cahaya bulan, aku bisa melihat sebuah

bercak gelap di bulunya. Asalnya dari dekat lehernya, bagian

yang paling mudah diserang ketika dia berwujud serigala.

Kalau Connor bisa memutuskan pembuluh nadi kepala

Rafe, darahnya pasti sudah bercucuran. Namun itu tidak

terjadi, tapi sepertinya lukanya cukup parah.

261

Aku mengenal Connor, pernah melihatnya bertarung,

serangannya mematikan. Aku tahu dia punya kebiasaan

untuk mengukur kemampuan lawan dan menentukan

kelemahannya?lalu menyerang. Tiba-tiba saja dia berhenti

bergerak, menumpukan berat badan ke pinggangnya, dan

aku tahu dia bersiap untuk membunuh.

Aku juga tahu bahwa naluri utama Connortelahmengambil

alih. Dia selalu berusaha keras untukmengendalikannya, untuk

menjadi lebih manusiawi daripada binatang liar, untuk menjadi

lebih beradab. Ketika Connor telah sadar dari kelakuannya

yang barbar, kalau Rafe mati, Connor tidak akan pernah

memaafkan dirinya sendiri. Aku menyangka kalau Rafe

keluar sebagai pemenang, dia juga akan hidup dalam

penyesalan karena telah membunuh Connor. Aku juga tahu,

siapa pun yang mati, aku akan selalu menyalahkan diriku

karena tidak cukup kuat untuk membuat pilihan sebelum

semuanya terlambat.

"Tidak!" jeritku sambil berlari ke arah mereka.

Cahaya bulan menyinariku dan rasa sakit menghujam

tubuhku. Rasa sakit ini lebih hebat daripada yang

kubayangkan. Aku berjuang sekuat tenaga dan jatuh

berlutut.

Connor menerjang Rafe.

Rafe balas menerjangnya. Aku mendengar suara tulang

dan daging beradu. Aku berusaha berdiri dan terhuyunghuyung ke arah mereka. Aku merasa seakan tulang-tulangku

telah berubah menjadi pecahan kaca.

262

Aku harus melakukan ini. Aku harus sampai ke tempat

mereka. Sejak awal musim panas aku mulai menyimpan

keraguan. Aku sudah membagi keraguanku dengan mereka

dan membuat mereka merasa memiliki kekurangan. Ini

bukan pertempuran mereka. Ini pertempuranku.
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku memikirkan kebahagiaan yang kurasakan saat bersama

Rafe. Aku memikirkan betapa aku selalu menginginkan

sentuhannya, betapa aku sangat ingin menyentuhnya.

Aku ingat bagaimana dia mengakui bahwa dirinya lapar

akan diriku. Hasrat padanya juga hidup dalam diriku, dan

intensitasnya membuatku takut. Aku ketakutan untuk

menyerah, untuk meraihnya. Aku takut bahwa itu hanyalah

sementara.

Namun kini aku tahu bahwa itu adalah panggilan untuk

pasanganku, daya tarik takdirku. Kalau aku tidak menerima

dan berjuang untuk itu sekarang, aku akan kehilangan daya

tarik itu selamanya.

Rafe dan Connor sedang berguling-guling di tanah,

menggertak dan saling menyerang. Dua ekor binatang

buas, memamerkan kealamiannya yang paling tak bisa

dijinakkan?tapi di dalamnya masih ada sebersit kemanusiaan

yang membedakan kami dari serigala betulan. Saat ini aku

hanya bisa mengandalkan hal itu.

Aku jatuh berlutut dan berteriak, "Aku memilih Rafe!

Dengan seluruh jiwaku dan apa pun yang akan terjadi

padaku, aku memilih Rafe sebagai pasanganku."

Seketika mereka berdua berhenti. Aku memandang ke

dalam mata cokelat yang dimiliki oleh orang, yang hanya

263

dalam waktu singkat ini, kucintai melebihi apa pun. Di

kedalaman mata cokelatnya, aku tidak melihat kemenangan

atau kepuasan. Sebaliknya, aku melihat cinta yang sangat

dalam, sangat kuat, yang jika aku tidak sedang berlutut, aku

akan jatuh berlutut.

Aku mengalihkan tatapanku ke sepasang mata biru

itu. Aku melihat harga diri yang terluka di sana?tapi

tanpa kehilangan yang mendalam, tanpa kehancuran yang

benar-benar.

"Maafkan aku, Connor," kataku lembut. Rasa sakit

mengoyakku dan aku menjerit. "Aku ingin memilihmu.

Kau sudah bersamaku dalam setiap momen penting

dalam hidupku?tapi momen ini milik Rafe. Aku sangat

mencintainya sampai membuatku takut. Kau adalah pilihan

yang paling mudah, tapi pilihan yang salah."

Serigala hitam itu menarik diri menjauhi serigala pirang

dan bergerak menjauh dari pandanganku. Serigala pirang itu

berguling perlahan lalu berdiri. Dia menatap terakhir kalinya

ke arahku, lalu berlari menghilang masuk hutan.

Penderitaan yang mendalam merasuki diriku bagai api

yang melumatkan. Aku membungkuk, berusaha untuk

tidak berteriak.

Tiba-tiba, Rafe berlutut di sampingku, dengan jubah

hitam membungkus tubuhnya, tangannya memegangi

lenganku. "Lindsey, apakah kau menerimaku sebagai

pasanganmu?"

Aku memandang ke dalam mata cokelatnya yang

indah, kulihat darah mengalir dari bahunya tempat

264

Connor tadi menancapkan taringnya ke dalam daging

Rafe. Aku mengangguk. "Ya, Rafe. Aku mencintaimu."

Dia menarikku, memelukku erat, dan menciumku. Aku

memusatkan pikiran pada kekuatan lengannya, kekuatan

ciumannya. Itulah yang kubutuhkan untuk mengalihkan perhatianku. Rasa sakitku mulai berkurang, seperti

gelombang yang menyapu pantai. Itu terlihat sangat kuat,

sangat meluap-luap, namun sekarang mulai mereda dan

semua yang mengelilingiku adalah Rafe?Rafe dan apa pun

yang dirasakannya padaku.

Dia bertarung untukku. Itu seperti yang dilakukan oleh

para leluhur, namun sejauh yang kutahu tidak ada yang

melakukannya pada zaman modern ini. Aku takluk karena

dia mau ambil risiko sedemikian besar untukku, takluk

karena Connor menerima tantangannya?lalu melangkah

pergi. Aku tak punya waktu untuk memikirkan itu atau

apa pun artinya.

Hal yang mampu kupikirkan hanyalah Rafe dan sensasi

aneh yang menghinggapiku, seakan darahku mengandung

seribu bintang gemerlap. Rafe memperdalam ciumannya.

Tubuhku dijalari sensasi antara senang dan sakit, dan

kemudian aku merasa seolah aku telah menyembunyikan

kembang api yang tiba-tiba meledak dari diriku.

Rafe tidak lagi menciumku, tapi menyentuhkan hidungnya

yang dingin ke hidungku. Dia telah berwujud serigala.

Begitu pula aku.

Aku melirik ke bawah. Aku sama seperti yang selama

265

ini kubayangkan. Seekor serigala putih yang indah, seperti

serigala kutub.

Kamu cantik sekali.

Kata-kata itu muncul di kepalaku, dan aku sadar itu

bukan pikiranku. Itu pikiran Rafe.

Aku bisa mendengar pikiranmu.

Kalau saja serigala bisa menyengir, dia pasti sedang

nyengir.

Maafkan aku karena menantang Connor, tapi aku tidak

bisa menyerahkanmu begitu saja, tidak tanpa pertarungan.

Kamu bisa saja mati.

Biasanya aku bukan orang yang berpikiran dangkal, tapi

kalau aku tidak bisa menjadi pasanganmu, aku tak peduli lagi

dengan apa pun yang akan terjadi.

Jangan pernah melakukan itu lagi.

Tidak akan.

Aku memandang berkeliling. Di mana Connor? Dia akan

selalu menjadi temanku. Aku harus mencarinya.

Percayalah padaku. Dia ingin sendirian saat ini. Kau

bisa mencarinya nanti. Dia menyundul leherku dengan

hidungnya. Aku ingin menunjukkan dunia padamu melalui

mata serigala.

Dia mulai melompat pergi, dan aku mengejarnya. Aneh

sekali bahwa hatiku kini tak lagi menyimpan keraguan.

Sekarang aku baru bisa merasakan bahwa tadi aku begitu

bodoh karena tidak bisa mengetahui keinginan hatiku

sendiri.

Rafe adalah orangnya. Orang yang kucintai dengan

266

mendalam, orang yang kuinginkan selalu bersamaku

melewati semua tantangan dalam hidupku. Sekarang aku

tahu itu, bisa merasakannya seperti aku merasakan jantungku

memompakan darah ke seluruh tubuh serigalaku.

Kami mendaki ke sebuah tempat di atas gunung yang

membuat kami bisa memandang ke segala penjuru hutan

lindung dan ke dalam luasnya langit yang terbentang. Dalam

wujud serigala, aku merasakan ikatan yang lebih kuat pada

semuanya, seakan aku lebih sadar akan alam.

Sebagian diriku merasa sedih karena Connor tidak berada

di sini bersamaku. Dia telah melalui begitu banyak saat-saat

penting bersamaku?tapi sekarang aku mengerti bahwa

aku tak pernah ditakdirkan untuk berbagi saat ini bersama

Connor. Ini adalah momen milik Rafe. Dari dulu selalu

miliknya.

Aku memandang Rafe. Aku mencintaimu.

Dalam keheningan malam, aku mendengar

jawabannya.

Aku juga mencintaimu.

267

Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana rasanya berwujud

lain. Di satu sisi, semuanya sangat berbeda: caraku bergerak,

caraku berpikir, caraku memandang dunia. Di sisi lain, tidak

ada yang aneh. Ini masih diriku.

Setelah apa yang sudah pasti berjam-jam tapi kelihatannya

seperti hanya satu menit, Rafe dan aku kembali ke tanah

lapang. Aku memejamkan mata dan membayangkan

diriku selama ini?walaupun aku tidak akan pernah lagi

menjadi diriku yang dulu sebelum perubahan ini. Tapi aku

melihat diriku sebagai seorang gadis. Aku merasa tergelitik,

seperti tersengat listrik, menjalari tubuhku?dan saat aku

membuka mata, aku telah berwujud manusia kembali.

Aku menjangkau ke bawah, memungut jubah putih yang

SEMBILAN BELAS

268

kupakai sebelum perubahan dan menyampirkannya ke

pundak.

Aku memandang berkeliling, dan melihat Rafe keluar

dari hutan. Dia telah memakai celana jinsnya sambil

memegang kaus di satu tangan dan sepatu di tangan yang

lain.

Tiba-tiba aku merasa sangat lelah melebihi yang

kuperkirakan. Aku goyah. Tiba-tiba saja dia sudah ada di

sampingku, melingkarkan lengannya padaku, menarikku

agar bertopang padanya. Aku merasakan ikatan jiwa yang

dalam dengannya yang belum pernah kualami bersama

Connor. Sebagian diriku merasa sedih, berharap bahwa

teman masa kecilku itu akan baik-baik saja. Sebagiandiriku

bahkan merindukannya. Namun sebagian besar diriku masih

melayang-layang oleh semua yang terjadi malam ini. Aku

akhirnya tahu siapa pasanganku yang sebenarnya. Aku

menyandarkan kepalaku ke dalam lekukan bahunya.

"Perubahan pertama bisa menguras tenagamu," kata Rafe

pelan, menempelkan sebuah ciuman ke pelipisku.

"Hanya yang pertama?"

"Berikutnya akan lebih mudah."

Seiring perubahan pertamaku, aku telah pulih dari lukaku.

Baik luka di kaki dan lubang di bahuku sudah hilang, yang

tersisa hanyalah bekas luka kecil. Luka yang didapat Rafe

malam ini, akibat gigitan Shifter, pulih lebih lambat tapi

tidak sampai merenggut nyawa; luka itu akan berbekas, tapi

aku juga punya beberapa bekas luka. Dan harus kuakui:

269

kurasa bekas lukanya itu seksi karena menjadi pengingat

pada apa yang ingin diserahkannya padaku.

Dia membimbingku ke gua di belakang air terjun. Begitu

masuk, dia melepaskan pegangannya padaku, melemparkan

kaus dan sepatunya ke samping, dan mulai menyiapkan

tempat tidur kami. Aku duduk di tanah dan menarik kakiku.

Aku mengamatinya bekerja, menata hanya satu tempat tidur.

Malam ini tanpa pertanyaan lagi, kami akan tidur bersama.

Untuk pertama kalinya tanpa rasa bersalah, tanpa perasaan
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seolah aku telah mengkhianati Connor.

Aku sudah membuat pilihan?dan dengan melangkah

pergi, dia telah menerimanya.

Aku berpikir untuk memakai bajuku, tapi kulitku

masih sangat sensitif. Aku jadi teringat ibuku yang selalu

memakai bahan sutra; mungkin peningkatan sensitivitas ini

merupakan efek sampingnya.

Aku beranjak bangkit. "Biar kubantu."

Rafe yang tengah berjongkok di samping gundukan

selimut dan bantal mendongak memandangku. Kurasa aku

tak akan pernah bosan memandangi mata cokelatnya yang

hangat itu; melihat kelembutan yang terpancar di sana.

"Nggak usah. Ini bagian dari ritual."

Tiba-tiba aku sedikit gugup. Gadis-gadis selalu

membicarakan tentang perubahan dan kebersamaan dengan

pasangan mereka, tapi mereka tidak pernah benar-benar

membicarakan tentang apa yang terjadi setelahnya. Aku

berlutut di depannya. "Benarkah?"

270

"Ya. Sejak jaman dulu ini akan menjadi malam pertama

bagi sebuah pasangan yang akan tidur bersama."

"Bagaimana kau tahu itu?"

"101 Cara Berpasangan."

Aku tertawa, dan keteganganku pun mengendor.

"Hei, aku nggak bercanda," katanya dengan suara serius

dan tersenyum hangat. "Para tetua mendudukkan kami

dan memberi pelajaran tentang bagaimana kami seharusnya

memperlakukan pasangan kami."

Aku mendongakkan kepala dan mengeram. "Brittany

benar sekali. Kita ini benar-benar kolot."

Perutku menegang begitu teringat padanya. Aku

mengalihkan perhatianku ke air terjun.

"Dia akan baik-baik saja," kata Rafe.

Aku tidak yakin. "Kalau saja aku telah membuat pilihan

yang tepat lebih awal, Connor mungkin bisa bersamanya."

Apakah keraguanku itu telah membunuh Brittany?

"Tidak, Connor tidak akan bersamanya. Dan sejauh

mengenal Brittany, dia tidak akan menerima yang buangan."

"Kurasa Brittany akan menerimanya. Dia yah, kurasa

dia mencintai Connor. Atau setidaknya begitulah yang

dipikirkannya. Maksudku, bagaimana kita bisa benar-benar

tahu kalau belum pernah menghabiskan waktu berdua saja

dengan seeorang?"

"Jadi mungkin mereka akan jadian setelah malam ini?"

Kalau dia selamat.

Dia harus selamat. Dia harus baik-baik saja.

271

Rafe yang duduk di atas selimut bergeser mendekat

padaku dan mengelus pipiku dengan jemarinya. "Dia akan

baik-baik saja. Dia sudah menyiapkan diri menghadapi

malam ini?latihan, makan teratur. Dia dalam kondisi

bugar. Dia akan menangani perubahan dengan baik."

Rafe benar. Aku harus percaya itu. Aku tak mau ada

yang merusak malam pertama kami sebagai pasangan. Aku

mengesampingkan semua pikiran soal Bio-Chrome dan

Brittany serta dunia luar ke sudut yang paling jauh dalam

benakku. Malam ini adalah milikku?milikku dan Rafe.

Dia menciumku, dan aku menghentikannya dengan

menempelkan tangan ke bahunya. "Kau bisa membaca

pikiranku," kataku. "Saat kau tidak dalam wujud serigala."

"Ya. Pasangan sejati selalu selaras, tanpa menghiraukan

wujud mereka. Pusatkan perhatianmu dan kau akan tahu

apa yang kupikirkan."

Agak sulit untuk berkonsentrasi pada pikirannya saat

mulutnya tengah melakukan hal yang nakal terhadap

mulutku. Dia menciumku lebih dalam daripada yang

pernah dilakukannya. Seolah dia hendak memberi cap

bahwa aku adalah miliknya?tapi bulan purnama telah

menyempurnakannya. Bulan telah memaksaku untuk memilih, dan aku telah memilih dia.

Kami roboh ke atas tumpukan selimut. Dengan begitu

banyaknya tumpukan, selimut itu lebih nyaman daripada

yang kubayangkan. Rafe memelukku erat, lengan dan

kaki kami saling bertaut. Jubah yang sedang kukenakan

272

menjadi tak lebih dari selimut yang menutupi kami. Aku

menggerakkan jari-jariku ke dada dan bahunya yang terbuka,

aku ingin tahu apakah kulitnya sesensitif kulitku.

"Ya," bisiknya sebelum dia menciumku lagi.

Sekali lagi aku mencoba untuk fokus pada pikirannya

daripada ciumannya.

Selembut sutra hangat milikku selamanya.

Dia tenggelam ke dalam semua pesona itu, keajaiban

di antara kami, aku melepaskan pikiranku, membiarkan

semuanya pergi sampai tak ada yang tersisa kecuali kami

berdua.

Aku merasa jauh lebih kuat keesokan harinya saat Rafe dan

aku berkemas dan memulai perjalanan pulang ke Wolford.

Dia yakin para Dark Guardian akan berkumpul di sana.

Lucas telah mengirimkan kabar. Kami harus mulai mempersiapkan diri untuk bertempur dengan Bio-Chrome.

Kami berjalan lambat-lambat, menikmati perjalanan

kami. Kami ingin tetap berada di dunia kebahagiaan

selama mungkin, karena kami tahu neraka akan segera

menggigit tumit kami begitu kami menghadapi Mason

dan ayahnya. Aku tahu orangtuaku akan ada di Wolford,

menunggu untuk menyambut Connor secara resmi menjadi

anggota keluarga.

Kejutan! Akhirnya aku mendengarkan suara hatiku dan

bukan hati kalian.

Orangtuaku mungkin tidak akan senang dengan pilihanku,

tapi sesuatu telah terjadi sebagai akibat dari perubahanku?

273

atau mungkin telah terjadi sebelumnya, ketika akhirnya aku

mendapatkan keberanian untuk menentukan pilihan. Aku

merasa seolah mampu menunjukkan kemampuanku. Aku

menyayangi orangtuaku dan ingin membuat mereka bangga

padaku?tapi tidak dengan mengorbankan kebahagiaanku.

Jika mereka tidak menerima Rafe sebagai pasanganku, yah,

mereka akan kehilangan aku.

Ini adalah daya tarik takdir, panggilan binatang liar kepada

binatang liar, tapi aku tahu tempatku adalah bersama Rafe.

Hari hampir senja beberapa hari berikutnya, sampailah

kami di Wolford. Kami memasuki pintu depan menuju

serambi rumah besar itu. Aku merasa tegang begitu melihat

ibu dan ayahku muncul dari lorong.

"Hai, Bu. Ayah. Ibu dan Ayah sudah kenal Rafe, kan?"

Ibuku melakukan tindakan yang paling aneh. Dia

tersenyum dan memeluk Rafe, seolah dia anggota keluarga

yang sudah lama tak bertemu. Setelah Ibu melangkah

mundur, Ayah menjabat tangan Rafe.

"Connor sudah menjelaskan semuanya." kata ibuku

ragu.

Ayah menyelesaikannya. "Dia bilang yah, dia mengakui

bahwa dia tidak benar-benar mencintai Lindsey. Tak bisa

dimengerti! Selama bertahun-tahun ini dia terlihat

seolah memujamu. Kadang kita tak pernah tahu tentang

seseorang."

Kadang-kadang kita bahkan tak tahu tentang diri kita.

"Ngomong-ngomong soal Connor, apakah Ayah dan Ibu

274

tahu di mana dia?" aku ingin bertemu dengannya, sebentar,

agar tahu kalau dia baik-baik saja.

"Dia dan Lucas sedang di perpustakaan, membicarakan

situasi Bio-Chrome dengan para tetua."

"Bagaimana dengan Brittany? Apakah dia sudah

kembali?" tanyaku.

Ibu mengulurkan tangannya, membetulkan kerah

bajuku, seolah aku perlu berpakaian rapi untuk

mendengarkan berita yang akan disampaikannya.

"Belum, belum ada yang mendengar berita darinya."

Aku merasakan sakit yang perih seolah Ibu baru saja

menamparku. "Apakah mereka sudah mengirimkan orang

untuk mencarinya?"

"Mereka tidak akan tahu harus mencari ke mana."

Suaranya luar biasa tenang?seolah aku hanya memintanya

untuk mengganti pakaian.

"Itu bukan alasan." Suatu kebodohan karena tak satu

pun yang mencarinya. Ibunya pun tidak? Lalu aku baru

ingat kalau ibunya pergi ke Eropa. Waktu yang sangat tidak

tepat. Betapa sulit bagiku untuk menahan diri agar tidak

berteriak; mungkin perubahan telah membuatku dewasa.

"Dia pasti ada di hutan. Kita bisa mulai mencarinya dari

ujung yang satu lalu menyisir menuju ujung yang lain. Dia

bisa saja terluka, menderita karena dia melalui perubahan

ini sendirian. Atau, amit-amit, Bio-Chrome mungkin

menangkapnya."

Aku tak mau mengatakan bahwa mungkin saja dia mati.

Sudah barang tentu aku tak mau hal itu terjadi.

275

Rafe melingkarkan lengannya padaku dan menarikku

merapat padanya. Ada kekuatan dan kenyamanan dalam

sikapnya. "Aku akan bicara pada Lucas, barangkali ada

yang bisa kita lakukan untuk mencarinya. Kita akan

menemukannya."

Dengan lembut dia menyapukan bibirnya ke bibirku untuk

meyakinkan sebelum berpamitan pada orangtuaku dan

berjalan menuju perpustakaan untuk menemui Lucas.

"Kelihatannya dia pemuda yang baik," kata ibuku.

"Memang," aku meyakinkannya. "Dia sungguh

mengagumkan. Dan aku mencintainya lebih dari yang

kupikirkan untuk mencintai seseorang."

"Kami selalu berpikir kau dan Connor?"

"Aku tahu, Ayah," selaku. "Tapi lihatlah, ini sudah menjadi

keputusanku, pilihanku. Aku memilih Rafe."

Ayah tersenyum hangat padaku. "Yah, setidaknya

sekarang aku punya orang yang bisa memperbaiki

mobilku."

"Kau mendapat lebih dari itu, Sayang," kata Ibu tegas.

"Kau mendapat seseorang yang bisa membuat anak kita

sangat bahagia."

Aku tidak akan lebih kaget lagi kalau tiba-tiba saja Ibu

menyatakan bahwa dirinya bukanlah Shifter.
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh, jangan kaget begitu," katanya. "Aku juga pernah

muda. Suatu hari, aku akan menceritakan padamu tentang

semua lingkaran yang harus dilompati ayahmu untuk

memenangkan aku."

276

"Aku sudah tidak sabar." Tapi aku juga sudah tidak sabar

menunggu untuk melihat Kayla atau Connor?atau untuk

memecahkan apa yang akan kami lakukan untuk Brittany.

Setelah memeluk kedua orangtuaku dan membuat

rencana untuk makan malam bersama mereka, aku

membawa ranselku ke lantai atas menuju kamar yang

kutempati bersama Kayla dan Brittany. Kayla tengah duduk

di kursi dekat jendela ketika aku masuk. Dia melompat

bangkit, berlari menghampiri, dan memelukku.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu."

Aku tersenyum padanya. "Aku baik-baik saja."

"Jadi kau memilih Rafe."

Aku tidak berpikir soal kemungkinan lagi, dan cengiranku

melebar. "Ya. Aku sangat mencintainya, Kayla. Kalaupun

dia tidak merasa aku sempurna, aku tak peduli, karena

menurutku dia itu sempurna."

Dia meremas tanganku. "Aku ikut senang, Lindsey. Aku

selalu merasa dialah pasanganmu."

"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa?"

"Karena itu harus pilihanmu, keputusanmu."

Untuk ukuran seseorang yang baru bergabung dengan

perkumpulan kami, dia belajar dengan cepat.

Senyumku memudar. "Apakah kau melihat Connor?"

Dia mengangguk. "Dia akan baik-baik saja. Jadi

ceritakan padaku, apakah perubahanmu terasa seperti

yang kaubayangkan?"

Aku mengangguk. "Lebih dari itu." Aku menaruh

277

ranselku di atas ranjang. "Tapi, aku juga mengkhawatirkan Brittany."

"Ya, aku juga. Dia menghilang begitu saja. Tidak ada

yang tahu ke mana dia pergi."

"Mereka bahkan tidak berusaha mencarinya."

Kayla meringis. "Nggak sepenuhnya benar. Mereka

hanya tidak mengumumkannya karena orang-orang saat

ini sangat tegang akibat kekacauan yang ditimbulkan oleh

Bio-Chrome. Mereka mengirimkan beberapa Guardian

untuk mencarinya. Tapi mereka menyisakan sebagian besar

orang di sini untuk berjaga-jaga kalau kita diserang."

"Seharusnya kita semua mencarinya."

"Dan meninggalkan Wolford tanpa perlindungan?"

Dia benar?para tetua ada di sini, sejarah kami ada di

sini?tapi aku tidak menyukai ini.

"Selain itu, waktu berselang belum terlalu lama. Mungkin

dia sedang dalam perjalanan kemari."

"Mungkin saja." Tapi bagiku terasa ada yang aneh. Ada

yang salah. Aku tahu itu.

Aku melangkah mendekati jendela dan memandang

keluar. Connor sedang berjalan menuju hutan. Apakah

kehadiran Rafe membuatnya meninggalkan perpustakaan?

"Aku harus bicara dengan Connor."

Aku bergegas keluar dan menuju hutan. Aneh, namun

aku bisa mencium bau Connor sekalipun aku tidak sedang

berwujud serigala. Aku mengikutinya sampai ke sebuah

sungai kecil. Dia sedang berdiri di pinggir sungai itu.

"Hai," sapaku pelan saat aku mendekat.

278

Dia menoleh. "Hai, juga. Bagaimana rasanya setelah

resmi menjadi Dark Guardian?"

"Menakjubkan." Aku berhenti di sampingnya. "Connor?"

"Kumohon jangan minta maaf lagi," potongnya. "Aku

sudah memikirkannya baik-baik malam itu. Kau sudah

menjadi sahabatku selama ini. Aku hanya selalu berpikir kalau

kita ditakdirkan untuk bersama, tapi nyatanya apa yang

kurasakan padamu?aku sendiri tak yakin itu adalah cinta.

Bukan seperti yang dirasakan oleh Lucas pada Kayla. Dan

bukan apa yang kau rasakan terhadap Rafe. Percaya atau

tidak, aku benar-benar ikut bahagia untuk kebahagiaanmu.

Aku senang kau menemukannya."

Sambil berusaha menahan air mata, aku memeluknya

erat-erat. Aku harus melakukannya agar benar-benar bisa

melepaskannya. Aku mundur dan menatapnya. "Aku

benar-benar menyayangimu, Connor."

"Dan Rafe."

"Tentu saja, aku menyayanginya juga. Dengan cara yang

berbeda. Tapi kau tetap sahabatku. Kau akan selalu menjadi

sahabatku."

"Kau juga akan selalu menjadi sahabatku."

Kami berjalan kembali ke pemukiman. "Aku

mengkhawatirkan Brittany," kataku.

"Tidak perlu. Kalau ada orang yang bisa selamat melalui

perubahannya sendiri. Dialah orangnya."

"Asal kau tahu, dia menyukaimu."

Dia menggeleng. "Jangan menyinggungnya. Kurasa aku

tidak akan punya pacar untuk sementara ini."

279

"Oh, jangan lakukan itu," aku memohon. "Ada seseorang

untukmu."

"Kita lihat saja nanti. Tapi pasti bukan Brittany."

Aku tidak berkata apa-apa, tapi aku tahu Brittany bisa

sangat keras kepala. Kalau dia menginginkan Connor, aku

tidak yakin Connor bisa menghindar.

Itu, tentu saja, bergantung apakah dia masih hidup atau

tidak.

Malam harinya, setelah tidur, aku terbangun lagi. Entah

kenapa. Aku tidak tahu apa yang mengagetkanku. Tapi aku

merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Aku memejamkan mata dan memusatkan pikiran pada

Rafe. Lalu aku merasakan diriku terhubung saat pikirannya

memanggilku: aku merindukanmu.

Aku juga rindu padamu. Kamu di mana?

Menjaga perbatasan, di sisi utara. Temani aku.

Aku akan datang.

Aku tunggu.

Aku turun dari tempat tidurku. Kami tidak menutup tirai

jendela. Cahaya bulan menerobos masuk melalui jendela di

seberang tempat tidur. Aku melihat Kayla tidur, tapi tempat

tidur Brittany masih kosong. Di manakah dia? Apa yang

terjadi padanya? Aku tidak bisa menghilangkan perasaan

bahwa dia sedang dalam masalah. Masalah besar.

Dengan memakai tank top dan celana pendek, aku

melangkah keluar dari kamar dan menuruni tangga.

280

Begitu berada di luar, aku mulai berlari menuju

perbatasan utara. Aku tidak berubah wujud, karena apa

yang kubutuhkan adalah pelukan manusia.

Rafe pasti sudah menyadap pikiranku, karena dia dalam

wujud manusia, memakai celana jins ketika aku melihatnya.

Aku menghambur ke arahnya dengan tenaga yang cukup

kuat untuk merobohkannya kalau dia tidak cukup kuat. Dia

memelukku, dan aku merasa nyaman dalam pelukannya.

"Brittany baik-baik saja. Kau harus berhenti

mengkhawatirkannya," katanya sebelum aku sempat berkata-kata.

"Apakah kau membaca pikiranku?" tanyaku.

"Ya. Maaf. Sebenarnya aku berusaha untuk tidak

membacanya, tapi emosimu sangat kuat dan pikiranmu

terus menghujaniku."

Aku mendongakkan kepala.

"Aku tak tahan, Rafe. Ada yang nggak beres. Kalau

Brittany baik-baik saja, dia pasti sudah kembali sekarang.

Dia pasti mau pamer. Dia akan bangga. Dia selamat ketika

semua orang berpikir dia tak akan bisa bertahan. Jadi kalau

dia tidak di sini, dia pasti dalam masalah."

"Kau tidak tahu itu. Bisa saja ada seratus alasan kenapa

dia tidak di sini."

"Sebut salah satunya."

"Bisa saja dia butuh waktu lebih lama untuk memulihkan

diri. Ketika aku mengalami perubahan pertamaku, badanku

sakit semua. Aku tidak mau bergerak sampai tiga hari."

281

Kata-katanya masuk akal dan mengurangi kepanikanku.

Mungkin dia benar. Mungkin aku hanya terlalu khawatir.

Dia mengelus pipiku. "Kau sangat peduli. Itu adalah

salah satu hal yang kusukai darimu."

Aku memutuskan untuk menyingkirkan kekhawatiranku.

Brittany akan kembali kepada kami dan setelah itu kami akan

tahu apa yang terjadi. Aku akan memberinya kesempatan

beberapa hari lagi dan kemudian aku akan mendesak untuk

mencarinya dengan lebih giat?bahwa kami harus mengirim

lebih banyak orang untuk melakukan pencarian.

Tapi untuk saat ini, dengan egoisnya, aku ingin fokus

pada Rafe. Sudah saatnya mendahulukan dia, untuk memberinya perhatian penuh. Aku berkata padanya, "Aku menyukai semua yang ada padamu."

Senyumnya mengembang dalam cahaya bulan tepat

sebelum dia menciumku.

Aku tahu bahaya yang harus kami hadapi masih belum

berakhir, tapi dalam detak jantung ini, bersandar dalam

pelukannya, dengan bibirnya menari-nari di atas bibirku,

aku tahu apa pun yang harus kami hadapi, akan kami hadapi

bersama.

Aku bahkan tak ingat lagi mengapa aku pernah meragukan

Rafe sebagai pasangan sejatiku. Aku sangat menginginkan

Connor dapat menemukan pasangannya sendiri suatu

hari nanti. Sekarang aku menganggapnya sebagai cinta

pertamaku. Ada yang manis dalam kenangan itu.

Namun perasaan itu tidak sedalam atau sekuat ikatan

yang kurasakan pada Rafe.

282

Rafe dan aku berubah ke dalam wujud serigala. Bulu

hitamnya sangat kontas dengan bulu putihku.

Kami berjaga di perbatasan saat bulan memulai fase

surutnya. Akhirnya bulan akan sepenuhnya gelap. Setelah itu

kami harus menghadapi musuh kami, selama bulan baru.

Hanya sedikit yang benar-benar kusadari saat itu bahwa

musuh bisa saja datang dari dalam.

Hal yang benar-benar kuketahui sekarang adalah Rafe

menjadi milikku dan aku menjadi miliknya. Dia akan selalu

menjadi takdirku. Tak ada yang mampu mengubahnya.
Full Moon Dark Guardian 2 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bersama-sama kami akan menghadapi apa pun yang terjadi

di masa mendatang.

Tamat


Dewi Sri Tanjung Mencari Ayah Kandung Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Pendekar Rajawali Sakti 81 Ratu Bukit
^