Pencarian

Shadow of The Moon 1

Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne Bagian 1



RACHEL HAWTHORNE

SHADOW

OF THE MOON

SEBUAH NOVEL DARK GUARDIAN

Penerbit

PT ELEX MEDIA KOMPUTINDO

iv

Dark Guardian: Shadow of he Moon

Copyright ? 2010 Jan L. Nowasky

Published by arrangement with HarperCollins Publishers.

Dark Guardian: Shadow of he Moon

188110743

ISBN: 978-979-27-9822-7

Alih bahasa: Kartika Sari

Hak cipta terjemahan Indonesia pada PT Elex Media Komputindo

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Diterbitkan pertama kali tahun 2011 oleh PT Elex Media Komputindo,

Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta.

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau

seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab percetakan.

v

Untuk Anna Claire W.

Seorang penggemar yang sangat istimewa.

Semoga kamu selalu menjadi pembaca setia.

ebook by

http://facebook.com/indonesiapustaka

bacaan-indo.blogspot.com

PROLOG

Ketakutan menghujam dan mengguncangku sampai membuatku terbangun. Keringat membanjiriku dan aku menggigil. Bahkan menarik napas pun terasa sulit. Dadaku sesak

dan sakit. Darah yang berdesir di antara kedua telingaku

hampir menenggelamkan suara angin yang menderu.

Ini terjadi lagi. Lebih parah dari apa pun yang pernah

kualami.

Aku terlahir dengan kemampuan berempati. Saat aku

berada di dekat Shifter lain, aku dibombardir dengan apa

pun yang mereka rasakan. Kalau seseorang takut, aku akan

merasakan ketakutannya. Kalau ada yang sedang jatuh cinta,

aku akan merasakan kerinduan dan hasratnya. Kemarahan

bergelora dalam diriku, padahal aku tidak sedang marah.

viii

Rasa malu membuat pipiku merona, walaupun bukan aku

yang melakukan sesuatu yang memalukan. Diserbu dengan

begitu banyak emosi dari para Shifter terasa seperti hidup

dalam kaleidoskop yang terus berputar, hanya saja beraneka

ragam warna yang ada di dalamnya adalah emosi. Hal ini

membuatku sulit mengetahui yang mana sesungguhnya

emosiku sendiri.

Tapi aku kebal terhadap manusia, atau yang kami sebut

Static.

Para tetua?orang-orang bijak kaum kami?telah menjadi pelindungku sejak kematian orangtuaku. Menyadari

pergumulanku yang terus-menerus dengan hadiah-ku dan

kesulitan yang kualami saat berada di sekeliling ShifterShifter lain, mereka mengirimku ke sebuah sekolah asrama,

tempat seluruh muridnya adalah Static. Aku aman di sana

dan menjalani kehidupan yang kurang lebih normal.

Selama tinggal di sana, satu-satunya emosi yang kurasakan

adalah milikku sendiri.

Tapi para tetua bersikeras setiap musim dingin dan

musim panas, aku harus kembali ke Wolford, tempat

rahasia kami yang tersembunyi jauh di dalam hutan lindung. Mereka pikir waktu singkat untuk membiarkan

diriku merasakan emosi Shifter lain akan membuatku

menyesuaikan diri dengan pengalaman empati itu sendiri

dan memberiku kesempatan untuk belajar melindungi diri

saat aku tidak mau mengetahui apa yang mereka rasakan

atau untuk merangkul perasaan itu tanpa membiarkannya

menguasai diriku, untuk kepentinganku sendiri. Aku sama

ix

sekali tidak tahu kenapa aku harus menyambut emosi orang

lain di dalam diriku. Itu seperti pelanggaran privasi besarbesaran?privasi mereka dan privasiku. Aku tak pernah

merasa nyaman akan hal itu.

Sudah dua minggu aku tiba di Wolford. Dari seminggu

yang lalu, banyak keluarga yang sudah datang untuk

perayaan titik balik matahari musim dingin. Itu merupakan

waktu untuk berkumpul, untuk merayakan keberadaan

kami. Begitu banyak perasaan yang memuncak di manamana. Dan walaupun sebagian besar adalah perasaan

bahagia dan dipenuhi kegembiraan, tetap saja hal itu bisa

membuatku kewalahan.

Keluarga-keluarga itu sudah pergi dari beberapa hari

yang lalu, tapi banyak para Dark Guardian?pelindung

elit kaum dan tempat persembunyian kami?yang tetap

tinggal. Saat ini sedang libur semester. Sebagian dari

kehadiranku merupakan ujian, sebuah tantangan, sebuah

usaha untuk menentukan apa aku sudah siap untuk hidup

di antara kaumku sendiri.

Dari apa yang kualami saat ini, jawabannya adalah

tidak.

Belum pernah emosi-emosi itu menghantamku dengan

intensitas yang begitu kuat seperti ini sebelumnya. Belum

pernah juga aku mengenal seseorang yang begitu ketakutan.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Rasa panik yang mengerikan ini menolak melepaskan

cengkeramannya, tidak bersedia membiarkanku menjernihkan otak untuk bisa berpikir secara rasional. Sambil

x

menarik napas dalam-dalam, aku berusaha membentuk pelindung di antara emosi-emosi yang menyerangku dengan emosi yang benar-benar milikku. Aku

membayangkan gambaran-gambaran yang menyenangkan: kupu-kupu, anak-anak anjing, dan es krim. Jalanjalan di taman selama musim semi?bayangan itu sungguh nyata sampai aku hampir merasa bisa mencium

harumnya bunga mawar.

Tapi tak ada yang berhasil. Aku terperangkap di dalam

pusara gelap ketakutan paling kelam orang lain. Aku tak

bisa mengendalikan satu pun dari perasaan ini. Yang bisa

kulakukan hanya merasakannya. Tak ada apa pun dan

siapa pun yang bisa membebaskanku dari penderitaan

yang harus kualami.

Cahaya bulan purnama menerobos masuk dari jendela

kamarku. Aku berjuang untuk turun dari tempat tidur dan

jatuh berlutut, kakiku lemas karena ketakutan orang lain.

Apa yang dia?entah laki-laki atau perempuan?takutkan?

Apa yang begitu mengerikan? Aku tidak tahu milik siapa

perasaan ini. Aku hanya tahu perasaan ini ada. Secara

umum, aku bisa merasakan dari mana perasaan ini berasal.

Orang itu ada di luar.

Aku memaksa diriku berdiri dan terhuyung-huyung ke

jendela, lalu menempelkan keningku di kaca yang dingin.

Rembulan putih yang bersinar terang menebarkan cahaya

keperakan di atas tanah yang tertutup salju. Ada yang

sedang mengalami bulan purnama pertamanya. Justin.

Aku ingat merasakan kegembiraan dan penantiannya

xi

selama makan malam. Masuk akal kalau perasaannyalah

yang sedang kurasakan.

Malam ini dia akan bergabung dengan mereka yang

memiliki kemampuan untuk berubah wujud menjadi

serigala. Pengalaman pertama akan sangat menyakitkan

dan menakutkan?bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Walaupun sudah tidak ada lagi kejadian seperti itu, tidak

dalam beratus-ratus tahun. Dulu, beberapa kali, aku pernah

merasakan perasaan seseorang yang melewati transformasi

pertamanya.

Tapi apa yang dialami Justin ini berbeda. Ini tidak

alami. Ada yang salah.

Tanpa memedulikan cuaca yang menggigit di luar dan

tanpa menyambar mantel, aku bergegas menuju lorong dan

berlari ke tangga sambil berteriak sekuat tenaga, "Justin

dalam masalah! Dia butuh bantuan! Sekarang!"

Pintu-pintu terbanting membuka. Aku mendengar

langkah-langkah yang berderap. Beberapa Dark Guardian

menyusul dan berlari melewatiku. Hanya ada sekitar enam

orang Dark Guardian yang ada di Rumah Besar. Yang

lain ada di luar untuk berpatroli, menjaga sarang kami

yang tercinta. Aku dihantam iring-iringan emosi dari

mereka yang mengelilingi dan yang melewatiku: khawatir,

prihatin, takut, keinginan untuk berburu, kesediaan untuk

bertarung.

Tapi di atas semua itu, lebih kuat dari emosi siapa

pun adalah emosi Justin. Karena aku sudah merasakan

perasaannya sebelum yang lain bergabung, aku masih

xii

bisa mengenali perasaan mana yang datang darinya. Aku

terkungkung di dalam dirinya.

Aku bahkan tidak ingat aku keluar dari rumah. Tibatiba aku sudah di luar, salju yang dingin menyengat

kakiku yang tidak beralas. Butiran-butiran salju tiba-tiba

menghujaniku. Di halaman, pakaian tersebar di sana sini

dan aku terkagum-kagum saat menyaksikan para Dark

Guardian, tanpa mengurangi kecepatan lari mereka, berubah wujud menjadi serigala?bergegas masuk ke dalam

hutan, angin membelai bulu mereka. Semua, kecuali

Brittany Reed. Dia adalah satu-satunya manusia di antara

kami. Tapi dia benar-benar terlatih, sehingga dia berhasil

melewatiku tanpa kesulitan.

Mengikuti jejak mereka, aku terjatuh karena hebatnya tekanan ketakutan Justin dengan wajah menghantam salju. Sekali lagi, ketakutan menghujam dan

melumpuhkanku?

Dan kemudian, semuanya hilang. Tak ada apa-apa lagi

yang bisa kurasakan dari Justin.

Tidak, tidak, tidak!

Aku bisa merasakan ketakutan dan kegelisahan yang

lain. Aku tahu mereka belum menemukan Justin karena

mereka belum merasakan duka mendalam seperti yang

kurasakan. Aku tahu apa yang akan kami lihat saat menemukan Justin. Kami terlambat.

Aku memaksa diriku berdiri dan mulai berlari lagi.

Mendadak, serbuan emosi kembali menyerangku: ketakutan, ketidakpercayaan, kegeraman, kemarahan, kebuxiii

latan tekad. Kemudian, aku sampai di tempat terbuka

itu. Rembulan yang tengah berada pada puncaknya

menyediakan penerangan yang sempurna. Aku tidak ingin

memikirkan tentang bagaimana Justin mungkin pada

awalnya menyambut kedatangan sang bulan, bagaimana

dia merasakan cahaya bulan membelai kulitnya.

Sekarang?dalam wujud serigala?dia berbaring tak

bergerak di atas tumpukan salju. Tepat di belakangnya,

ada binatang buas paling mengerikan yang pernah kulihat.

Aku tahu apa itu. Aku tahu apa yang sudah dilakukannya.

Harvester. Dengan cakar-cakar panjang dan gigi yang

tajam, makhluk itu berdiri dengan dua kaki dan terlihat
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti manusia yang luar biasa aneh, menjulang tinggi

di atas semua orang. Para Dark Guardian menyerangnya,

erangan mereka berubah menjadi dengkingan saat mereka

terjatuh, mulut mereka melepuh oleh hawa panas jahat saat

mencoba menggigit Harvester dan tubuh mereka berdarah

di tempat makhluk itu menyerang mereka dengan cakar

atau giginya. Dia adalah makhluk dunia lain. Dan pada

saat itu, kelihatannya dia tidak bisa dikalahkan.

"Cukup!" teriakan keras yang penuh wibawa bergema

di antara pepohonan dan meruntuhkan salju dari cabangcabangnya. Aku melirik dan melihat ketiga tetua, semuanya

mengenakan jubah panjang, berdiri di sana dengan Tetua

Wilde berada sedikit di depan. Dialah yang memberikan

perintah tadi.

Para serigala?luka-luka mereka sembuh dengan sendirinya?menunduk di tanah, siap untuk menyerang

xiv

lagi, menyiagakan taring dengan geraman rendah keluar

dari tenggorokan mereka. Makhluk itu mengabaikannya

seakan mereka hanya mainan belaka. Lalu tatapannya

mengarah tepat padaku dan jantungku berpacu.

"Hayden Holland." Harvester bukan manusia, tapi

dia masih punya kemampuan untuk bicara dan suaranya

seperti datang dari balik dinding lendir. Baunya seperti

telur busuk. "Kita akan bertemu lagi saat bulan purnama

berikutnya."

"Apa dirimu sebenarnya? Penulis ilm horor jelek?"

Aku tak tahu dari mana aku mendapat keberanian untuk

bicara. Aku harus menggertak untuk menunjukkan dia

tidak akan meredupkan semangatku, bahwa aku tidak akan

kalah dengan mudah, dan sama seperti Justin, aku akan

bertarung dengan setiap napas yang tersisa dalam diriku.

Makhluk itu roboh ke dalam awan kabut dan merayap

mundur menembus pepohonan, menunduk di atas tanah

seperti ular yang kembali ke sarangnya. Untuk sesaat

ketika Harvester berkonsentrasi padaku, aku merasakan

ketakutan dan penderitaan luar biasa dari ribuan jiwa: para

Shifter yang sudah direnggut dan dipanennya.

Dalam wujud serigala, semua kecuali Brittany Reed,

para Dark Guardian mengelilingi Justin. Aku tahu dia sudah

tiada. Aku tahu jiwanya menjadi salah satu yang berada

dalam genggaman Harvester. Air mata jatuh di pipiku dan

mengkristal di bulu mataku. Andai saja aku menyadari

ketakutannya lebih cepat, bisakah kami melakukan lebih

dari ini? Bisakah kami menyelamatkannya?

xv

Brittany melangkah mundur dan saat berada di sampingku, dia berbisik, "Dia mati sebagai serigala. Harusnya

dia kembali menjadi wujud manusia."

Aku mengangguk. Seharusnya memang begitu.

Tapi tidak ketika makhluk yang baru saja kami lihat itu

menghalanginya.

Saat aku mengunjungi Wolford, dan berurusan dengan

emosi orang lain mulai membuatku kewalahan, kadangkadang aku menyelinap pergi ke ruang penyimpanan, tempat

banyak artefak kaum kami disimpan dan diawasi oleh para

tetua. Mereka mengikutsertakan aku sebagai pengawas.

Bahkan mengizinkanku menyentuh dan membaca naskahnaskah kuno dan mengajariku bagaimana mengartikan

simbol-simbol kuno itu. Jadi aku tahu sedikit lebih banyak

tentang Harvester daripada yang diketahui Brittany.

Harvester bangkit dari isi perut neraka selama bulan

purnama untuk merampas kekuatan dan jiwa seorang

Shifter selama masa puncak transformasinya dan meninggalkan tubuh Shifter tanpa bisa lagi berubah menjadi

wujud manusia. Dia hidup dari ketakutan dan memeroleh

kekuatan dari kemampuan kami. Mereka sudah tidak

terlihat selama berabad-abad. Beberapa bahkan mulai

berpikir Harvester hanyalah sebuah mitos dan legenda.

Sayangnya, mereka salah.

Hutan begitu sunyi sampai aku bisa mendengar daun

cemara yang jatuh.

Tetua homas maju dan berlutut di samping Justin.

Dia membenamkan tangannya di bulu Justin. Para tetua

xvi

cukup kuat untuk menyembunyikan emosi mereka

dariku, jadi aku tidak tahu apa yang mereka rasakan,

tapi aku tahu perasaan mereka semua sama. Duka yang

mendalam tergambar jelas di wajahnya. Walaupun usianya

hampir seratus tahun, Tetua homas mengangkat Justin

ke dalam pelukannya, berdiri dan membawanya menuju

Rumah Besar. Yang lain mengikuti. Semua, kecuali Tetua

Wilde, yang mendekatiku, matanya tampak seperti sumur

kesedihan.

"Kami akan memastikan kamu tidak akan mengalami

nasib yang sama," katanya pelan.

Dan bagaimana tepatnya kalian akan melakukan itu?

aku hampir menanyakannya. Tapi aku sudah diajari untuk

bersikap sopan kepada para tetua.

Seakan mengetahui pikiranku, dia meletakkan tangannya di atas bahuku. Aku selalu mendapat kenyamanan dari

sentuhannya. Tapi, malam ini aku tidak merasakan apaapa.

"Kami akan meneliti naskah kuno. Kami akan menemukan cara untuk menghancurkan Harverster. Semuanya

akan baik-baik saja, Hayden," kata Tetua Wilde padaku

saat dia membimbingku kembali ke Rumah Besar.

Sama sekali tidak membuatku lebih tenang mengetahui bahwa dirinya, yang paling bijak di antara yang bijak,

tidak tahu bagaimana cara menghancurkan Harvester. Satu

bulan bukanlah waktu yang terlalu panjang untuk mencari

jawabannya di dalam buku-buku tua.

xvii

Wolford adalah rumah kami, tempat kami berlindung,

tapi kami tidak sanggup melindungi Justin, tidak bisa

menyelamatkannya. Sang Harvester datang untuk mendapatkannya. Bulan purnama berikutnya, dia akan datang

untukku.

Dan bukan hanya untukku, tapi juga untuk pasanganku.

Sementara para cowok melewati transformasi pertama

mereka sendirian, legenda menyatakan para cewek memerlukan pasangan untuk membimbing mereka melalui

proses itu, supaya mereka bisa bertahan hidup. Merendahkan memang, tapi begitulah keadaannya, sebuah

tradisi yang dimulai jauh sebelum perempuan menuntut

persamaan hak. Kedatangan terakhirku di Wolford

juga seharusnya menjadi kesempatan untuk mencari

pasangan sebelum bulan purnama pertamaku. Sejauh ini,

pencarian itu gagal total. Cowok waras mana yang mau

bersama seorang cewek yang bisa merasakan semua yang

dirasakannya, yang mengalami perasaan itu tepat seperti

yang dirasakannya?

Tapi aku tidak lagi percaya bahwa tidak memiliki

pasangan adalah hal yang buruk. Dia akan bertransformasi

tepat pada waktu aku bertransformasi. Sebuah paket istimewa bagi Harvester. Dua jiwa untuk harga satu orang.

Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi, aku tidak bisa

mempertaruhkan hidup orang lain. Walaupun itu artinya

mengorbankan hidupku sendiri. Aku tahu para tetua dan

Dark Guardian tidak akan menyetujui rencanaku. Tapi

xviii

aku tidak melihat kenapa mereka yang harus memutuskan

tentang masalah ini.

Aku tidak boleh tinggal di Wolford. Aku harus

melarikan diri. Malam ini. Aku akan berlari secepat dan

sekuat tenagaku. Aku akan bersembunyi. Sampai bulan

purnama berikutnya?

1

SATU

Hampir tiga minggu kemudian

"Silakan," kataku, tersenyum cerah sambil menyerahkan

secangkir sari apel panas pada seorang cowok imut di konter.

"Terima kasih" dia mencondongkan badannya ke

depan, membaca tanda pengenal yang tersemat di sweter

merahku dan mengedip. "Hayden."

Aku tidak repot-repot memalsukan namaku. Itu tidak

akan memberiku keuntungan apa-apa. Kalau para Dark

Guardian mencariku, mereka akan melacak aromaku?

bukan namaku?untuk menemukanku. Itulah alasan

kenapa aku belum mengubah warna atau model rambut

2

pirang pasirku. Aku mengikatnya ke atas saat bekerja, tapi

selain itu, aku membiarkannya tergerai melewati bahuku.

Tak ada penyamaran yang bisa membodohi kaumku.

Bahkan parfum tidak akan menutupi inti aromaku yang

sesungguhnya. Dan serigala dengan otak manusia adalah

pelacak terbaik di dunia. Aku merasa taktik bersembunyi

apa adanya adalah pertahanan terbaikku. Malah, pertahananku satu-satunya.

"Matamu sangat nggak biasa," lanjutnya. "Mengingatkanku pada karamel."

Mataku memang agak berbeda. Tidak cukup gelap

untuk dibilang cokelat, tapi juga bukan hazel. Karamel

adalah deskripsi yang sama bagusnya dari yang mana pun.

"Terima kasih," kataku. Dia tampan tapi bukan benarbenar tipeku?karena dia adalah manusia dan segalanya.

"Kamu sekolah di mana?" tanyanya.

Itu adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan,

yang akan segera diikuti dengan apa jurusanmu, dan apa

kamu sudah punya pacar. Aku selalu menjawab dengan

gurauan yang sama?yang diajarkan Lisa, salah satu

karyawan lain di sini: kalau aku memberitahumu, aku harus

membunuhmu. Aku berharap senyumku yang menggoda

akan menyamarkan maksudku untuk mengusirnya.

Kalimat itu pasti berhasil. Dia sama sekali tidak terlihat

tersinggung karena dia tertawa saat aku memberinya

kesempatan. Tapi kalimat berikutnya membuatku waspada,

sayangnya dia tidak benar-benar mengerti maksudku

sebenarnya.

3

"Hei, ayolah," bujuknya. "Mungkin kita satu sekolah."

Karena aku sudah lulus pertengahan tahun lalu dari

sebuah sekolah asrama putri, aku meragukannya.

"Maaf," bohongku, "bos bakal memotong gaji kami

kalau ketahuan ngobrol sama pengunjung." Yang sebenarnya tidak akan dilakukan bosku. Spike tidak menganggap itu masalah, tapi ini adalah cara yang paling cepat

untuk menghindari perangkap jaring godaan. Aku sudah

berada di Athena selama hampir tiga minggu dan aku tidak

bermaksud tinggal lama. Aku tidak tertarik hubungan

jangka pendek?dan yang pasti tidak dengan Static. Itu

tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali masalah. Selain

itu, kaumku hidup berpasangan. Kami mencari satusatunya belahan jiwa, jelas tidak terbuai oleh sesuatu yang

sementara. Dikarenakan susunan genetikaku, aku tidak

merasa Static seseksi itu. Mereka mungkin terlihat seperti

kami, tapi di baliknya, mereka sangat mudah dibaca. Aku

menatap orang di belakangnya. "Berikutnya."

Cowok imut itu mengerti dan menyingkir dari antrean,

berhenti untuk menggoda seorang cewek yang sedang

mengantre. Kuharap dia lebih beruntung dengan cewek
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Cowok itu kelihatannya baik, tapi dia hanya bukan

tipeku.

Saat seorang cowok kurus mengambil tempatnya di

depan antrean dan mengangkat pandangannya ke menu

yang tertempel di dinding belakangku, aku menahan diri

untuk tidak memutar bola mataku. Semua akan berjalan

jauh lebih cepat kalau mereka mempelajari menu saat

4

mengantre dan memutuskan apa yang mereka inginkan

sebelum mereka sampai di hadapanku. Tapi kebanyakan

dari mereka hanya berdiri dan ngobrol tentang lereng yang

menakjubkan, atau salju, atau ramalan cuaca besok.

Restoran sibuk saat senja, saat matahari turun ke balik

gunung yang tertutup salju dan memaksa para pemain

ski meninggalkan lereng. Mereka berkerumun di depan

konter, mencoba mendapat minuman panas?kopi, cokelat, teh, sari apel?untuk menghangatkan tubuh mereka.

Keriuhan tawa dan suara mereka menenggelamkan

lagu-lagu yang kami putar, yang diputar berulang-ulang

untuk mengingatkan mereka betapa dinginnya di luar

sana dan menggoda mereka untuk memesan minuman

dengan ukuran bigfoot. Aku menikmati kenyataan kalau

semua orang ini tidak menggangguku. Mereka hampir

memenuhiku dengan perasaan tenang karena aku tidak

bisa merasakan ketakutan atau kerinduan terbesar mereka.

Satu-satunya emosi yang kurasakan adalah emosiku sendiri.

Pintu terbuka, seperti yang terjadi lusinan kali hari

ini, tapi untuk beberapa alasan, kali ini hal itu menarik

perhatianku. Menarik perhatian setiap orang, seakan

mereka semua menahan napas bersamaan dalam satu detakan jantung sebelum mulai bicara satu dengan yang

lainnya lagi. Cowok itu hampir memenuhi lebar pintu saat

melewatinya. Tinggi, berkulit gelap, dan ?tampan? adalah

kata yang klise, tapi sangat tepat untuknya. Jantungku

melonjak. Aku langsung mengenalinya.

5

Daniel Foster.

Seorang Shifter.

Seorang Dark Guardian.

Sialan. Apa yang dilakukannya di sini?

Sampai dia melangkah masuk, aku tidak menyadari

keberadaan satu Shifter pun di daerah ini. Dan kenyataan

bahwa aku tidak tahu dia ada di tempat ini sampai aku

melihatnya sangat menggangguku. Aku tidak pernah

menguji batas kemampuanku, tapi aku tahu aku bisa

dengan mudah merasakan emosi seorang Shifter kalau dia

berada di dalam jarak satu blok atau sekitarnya dariku.

Kalau emosinya mencapai tingkat ekstrem seperti Justin di

malam dia meninggal, aku bisa merasakannya lebih jauh

dari jarak itu. Jadi aku seharusnya merasakan kehadiran

Daniel sebelum dia melangkah masuk dari pintu kafe. Aku

seharusnya tahu dia ada di dekat sini, jadi aku bisa lari.

Kenapa dia mengejutkanku seperti ini? Apa dia memiliki

kemampuan untuk menutupi emosinya? Bahkan sekarang

saat aku melihatnya, aku tidak bisa merasakan emosinya.

Kenyataan itu membuatku sama terganggunya dengan

kehadirannya?yang cukup kuyakini tidak mungkin pertanda baik untukku.

Aku tidak tahu banyak tentang Daniel. Dia baru

bergabung dengan kami musim panas yang lalu. Aku sudah

melihatnya beberapa kali dari jauh saat aku mengunjungi

Wolford bulan Juni yang lalu. Tapi aku tidak menaruh

perhatian besar kepadanya. Kurasa dia sudah punya pilihan

untuk menjadi pasangannya, dan aku tak pernah masuk

6

dalam daftar Cewek Shifter yang Paling Mungkin Diajak

Kencan.

Dia mengenakan jaket hitam tebal yang dibiarkannya

terbuka, jadi aku bisa melihat sweter abu-abu gelap yang

dia kenakan di balik jaketnya. Rambut hitamnya dipotong

pendek. Raut wajahnya keras, seakan dipahat dari batu

granit kasar. Di tengah-tengah musim dingin, kulitnya

menggelap?seperti cowok mana pun yang punya harga

diri, yang hidup di alam terbuka. Pangkal janggut yang

membayangi rahangnya yang kuat memberinya kesan

berbahaya.

Cowok-cowok lain yang berkeliaran di Hot Brew

Caf? juga tidak bercukur. Athena merupakan salah satu

resort liburan musim dingin yang paling populer di

negara bagian ini, dan beberapa orang berdandan untuk

itu. Tapi tak satu pun dari mereka yang terlihat memiliki

kemampuan?atau keinginan?untuk melindungi wilayah mereka. Daniel memancarkan aura bahwa dia menandai wilayahnya dan akan dengan sukarela menghajar

siapa saja yang melanggar batas dari apa yang dia anggap

sebagai miliknya. Dia bukan jenis orang yang mau kamu

ajak cari gara-gara.

Bahkan matanya?hijau paling menakjubkan dan

memesona, seperti batu zambrud?adalah mata pemburu

andal. Dia hanya berdiri di sana, tubuhnya bergeming,

amat sangat bergeming, seperti hewan pemangsa yang

menunggu waktu yang tepat untuk menerkam mangsanya.

Satu-satunya gerakan yang dia buat adalah tatapannya

7

yang dengan pelan menyapu seisi kafe. Lalu, tatapan kami

beradu dan aku dihantam gelombang rasa takut.

Di dalam matanya, aku melihat dia mengenaliku dan

dia merasa menang karenanya?tapi aku tidak merasakannya. Yang lebih penting, aku sadar aku-lah mangsanya.

Seperti yang kutakutkan, aku-lah alasan dia berada di sini.

Dia berjalan dengan santai ke ujung meja panjang

tempat kursi-kursi tinggi?yang semuanya sudah ditempati. Dia berhenti di belakang sebuah kursi di sudut. Cowok

pucat yang duduk di situ terkesiap, seakan seseorang telah

menusuknya. Dia melirik ke belakang bahunya dan melihat

Daniel, lalu meraih cangkir kopinya dan menyelinap pergi.

Kekuatan Daniel untuk mengintimidasi tanpa konfrontasi

sungguh sangat luar biasa, tapi jauh di dalam hatiku, aku

merasa tidak tenang karena aku masih tidak bisa menyentuh

emosinya?walaupun dengan keberadaannya yang semakin

dekat. Aku seharusnya sudah merasakan sesuatu.

Aku memaksa diriku untuk menepis perasaan itu, untuk

mengalihkan perhatianku dari Daniel dan kembali pada

cowok yang sedang mempelajari menu. Setelah menerima

pesanannya, aku beralih ke meja belakang, tempat kami

menyimpan semua kebutuhan untuk minuman yang

kami jual. Aku memusatkan perhatian pada tugasku. Dua

sendok bubuk cokelat. Sedikit krim marshmallow. Air

panas. Diaduk cepat. Aku memperhatikan isinya yang

berputar-putar mencair. Fokus. Fokus. Jangan melihat ke

mana-mana. Jangan biarkan dia tahu kalau kamu sadar dia

sedang mengawasimu.

8

Tapi aku teramat sangat sadar dia sedang mengawasiku,

seperti seekor binatang di hutan yang tahu dirinya sedang

diincar. Bulu kuduk di tengkukku meremang dan berdiri,

mengirimkan getaran dingin penuh teror di sepanjang

tulang punggungku. Aku menyerahkan cangkir cokelat itu

pada si pembeli dan menerima uangnya.

Walaupun dengan usaha terbaikku untuk tidak melakukannya, aku melirik ke samping. Daniel duduk tidak

bergerak, matanya tertuju padaku. Dia adalah badai, dia

adalah petir dan halilintar yang mengubah langit biru

menjadi kelabu. Tidak secara hariah, tentu saja. Hanya

kiasan. Tapi kalau memang ada seorang pria yang bisa

memancarkan bahaya, dialah orangnya.

"Hei, Hayden?"

Aku nyaris terkena serangan jantung saat Lisa meletakkan tangannya dengan lembut ke atas bahuku. Rambut

hitamnya yang dipotong pendek berdiri dari berbagai

sudut, seakan baru saja bangun tidur. Eye liner hitam

membingkai mata biru kobaltnya. Hidungnya ditindik

dengan anting berlian. Saat pertama bertemu, aku menganggapnya kasar dan radikal. Tapi dia sebenarnya manis

dan menyenangkan. Orang paling dekat yang bisa kuanggap sebagai sahabat. Dan yang lebih bagusnya lagi,

seperti semua orang di sini, dia menyimpan perasaannya

untuk dirinya sendiri.

"Kuperhatikan kamu dan cowok keren itu sepertinya

saling mengenal," katanya. "Aku akan menangani pesanan

di sini kalau kamu mau melayaninya."

9

Lisa melayani pengunjung yang duduk di konter dan

meja lain. Aku menerima pesanan satu cokelat mint dan

satu cokelat moka mint dari cowok tinggi yang merangkulkan lengannya di atas bahu seorang cewek pendek.

Bahkan sebelum aku berbalik ke meja belakang untuk

mulai mencampur minuman, dia menempelkan bibirnya

ke bibir gadis itu.

"Nggak apa-apa, aku sibuk di sini," gumanku pada

Lisa.

Matanya membelalak seakan dia berpikir aku adalah

pecundang terbesar karena tidak meraih kesempatan ini.

"Apa kamu nggak lihat cara dia memandangmu? Dan

kelihatannya dia sendirian. Halo? Ini mungkin kesempatanmu untuk melakukan sesuatu selain meringkuk

dengan sebuah buku di malam hari."

Aku suka meringkuk dengan sebuah buku bagus. Lisa

cenderung lebih suka meringkuk dengan cowok mana pun

yang lowong setelah kerja.

"Aku nggak mau merusak rutinitasku," kataku, berusaha menjaga suaraku tetap datar. Aku menyalakan mesin

frother susu, memusatkan perhatian pada pekerjaanku, dan

mencoba menenggelamkan godaan Lisa. Aku menarik

napas dalam-dalam, bingung dengan perasaanku sendiri.

Aku sedikit bersyukur mengetahui para tetua cukup peduli

untuk mengutus seseorang mencariku, tapi terganggu

dengan kenyataan bahwa dia berhasil menemukanku.

Kepanikan membuatku ingin menjerit. Aku benci itu.

Dengan susu yang sudah cukup berbusa, aku mematikan

10

mesin frother. "Kalau kamu mau cowok itu, sana datangi

dia," kataku pada Lisa.

"Serius?"

"Tentu saja."

Dia nyengir, mata birunya berbinar-binar. Dia melonjak seakan-akan ada pegas di sepatunya. Kadang-kadang

melihatnya saja bisa membuatku lelah. Dari mana dia

mendapat begitu banyak energi? Lisa adalah mahasiswa

tingkat pertama di perguruan tinggi dan bekerja di sini

selama libur musim dingin. Resort ini merupakan tempat

liburan populer bagi para mahasiswa?untuk bermain

atau bekerja. Aku mengarang latar belakang yang mirip

kisah setiap orang, sebagai mahasiswa sebuah universitas

yang mencari kerja selama libur musim dingin. Saat para

mahasiswa ini pergi, aku mungkin juga akan pergi.
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Spike mempekerjakanku tanpa meminta surat referensi.

Mungkin karena tampangku jujur. Atau mungkin karena

dia sangat butuh bantuan untuk melayani para mahasiswa

yang datang berduyun-duyun untuk menikmati lereng

gunung ini. Karena dia bergantung pada pekerja musiman,

dan kebanyakan mereka yang dia pekerjakan tidak tinggal

di kota ini, Spike menyediakan kamar di beberapa kondominium yang dimilikinya. Lisa dan aku tinggal bersama,

kamar kami berseberangan. Itulah alasan kami menjadi

dekat. Kami terlalu sering bertemu.

"Doakan aku," katanya sambil berkedip. "Aku benarbenar menginginkan romansa musim dingin dan dia

kelihatannya seperti cowok yang bisa membuat cewek bersenang-senang."

11

Lucu banget bagaimana Lisa melihat Daniel sebagai

senang-senang dan aku memandangnya sebagai perjalanan

langsung menuju neraka. Ada kemungkinan dia di sini

untuk menikmati lereng gunung, tapi dilihat dari caranya

mengawasiku, irasatku bilang dia berada di sini untuk

meyakinkanku supaya kembali ke Wolford.

Aku menyerahkan minuman kepada Romeo dan Juliet.

Tiga cewek cekikikan yang memandang Daniel seakan

dia adalah rasa cokelat kesukaan mereka berjalan maju ke

depan dan dengan terengah-engah menyebutkan pesanan

mereka kepadaku: cokelat putih, cokelat pekat, dan cokelat

susu panas.

Saat aku berbalik untuk mempersiapkan minuman

mereka, diam-diam aku melirik ke arah Lisa yang sedang

bicara dengan Daniel. Dia bersandar di konter seakan

bertujuan untuk menempel di sana. Dan aku tidak bisa

menyalahkannya. Daniel memiliki mata magnetis dan

senyum nakal, jenis senyum yang membuatku ingin tersenyum bersamanya. Tapi aku menolak godaan itu. Aku

tidak percaya penampilannya atau kenyataan aku tidak bisa

merasakan emosinya. Kenapa dia menutupi perasaannya?

Bagaimana dia bisa melakukannya?

Di balik jendela yang berdiri dari lantai sampai langitlangit, yang menyediakan pemandangan tak terbatas dari

jalan utama dengan toko-tokonya yang unik dan berlatar

belakang pegunungan yang menjulang dan diselimuti

salju, bayangan ungu dan biru senja mulai tampak. Bulan

sabit sudah naik, tapi masih redup, membuatnya tampak

12

menakutkan dan tidak menyenangkan. Tiba-tiba rasa

dingin menjalari tubuhku.

Sambil mengangkat alisnya, Lisa berjalan kembali ke

arahku. "Dia memesan satu cokelat chunky. Kamu tahu apa

artinya itu. Dan aku sangat tergoda untuk menguji teoriku

dengan dia. Apa kamu melihat senyum pembunuhnya?"

Lisa berteori bahwa semakin banyak cokelat yang

diinginkan seorang cowok dalam cokelat panasnya, semakin

baik juga ciumannya. Dan kalau tidak terbukti, dia akan

berdalih kalau cokelatnya akan membuat bibir si cowok

terasa enak. Daniel adalah Serigala Besar Jahat dan Lisa

tidak tahu itu. Bibir bawahnya yang penuh akan menjadi

alas yang empuk bagi bibirku. Aku ingin menendang

diriku sendiri karena penasaran seperti apa rasanya ciuman

dengan Daniel karena aku curiga dia adalah masalah.

"Dan ternyata," lanjut Lisa dengan kening berkerut,

"yang sebenarnya dia inginkan adalah kamu. Dia bilang

kalian adalah teman dan kamu sedang menunggunya?"

Lisa menyelesaikan pernyataannya dengan nada tinggi,

mempertanyakan apa yang dikatakan Daniel padanya dan

menungguku untuk menjelaskan atau menyangkalnya.

Rasa takut menyebar dalam diriku. Dia di sini untukku.

Mungkin para tetua mengutusnya. Aku tahu mereka

ingin aku berada di Wolford saat aku menghadapi bulan

purnama pertamaku. Dan saat legenda menyatakan aku

harus melewati transformasi pertamaku dengan seorang

pasangan, aku tidak bisa mempertaruhkan hidup orang

lain jika Harvester menepati janjinya dan datang untukku.

13

Tapi aku tidak bisa menjelaskan hal itu pada Lisa, jadi aku

hanya bisa berbohong. "Belum pernah melihatnya sebelum

ini dalam hidupku."

Aku membawa gelas-gelas yang mengepul kepada

ketiga cewek tadi. Saat mereka membayar, aku berkata,

"kalian lihat cowok yang ada di ujung konter itu?"

"Dia agak sulit untuk nggak dilihat," kata si cokelat

putih. "Bahkan dengan jaket tebal itu, kamu bisa tahu

badannya pasti berotot. Dan dengan wajah itu, harusnya

dia ada di papan iklan Calvin Klein."

"Aku nggak keberatan dia menghangatkanku sepanjang

malam," kata si cokelat susu sambil cekikikan.

"Kalau begitu, ini hari keberuntungan kalian," bohongku dengan lancar. "Dia lagi mencari seseorang untuk diajak

kencan. Dan dia punya dua teman yang sama seksinya."

"Beneran?"

"Di mana mereka?" tanya si cokelat pekat curiga.

"Lagi markir Hummer mereka."

"Mereka punya Hummer?"

"Oh ya." Aku mencondongkan badan, seolah mengajak

bersekongkol. "Orangtua mereka kaya banget. Mereka

baru tiba hari ini dan nggak kenal siapa pun. Tadi mereka

menggodaku, tapi well, aku sudah punya pacar." Aku

jadi luar biasa pintar berbohong sekarang. Sebelum aku

kabur dari Wolford, aku tidak pernah berbohong, tapi aku

terkejut dengan betapa mudahnya kata-kata palsu bergulir

keluar dari lidahku akhir-akhir ini.

Cewek-cewek itu bahkan tidak menunggu kembalian

mereka dan menghambur ke pojok untuk menggoda

14

Daniel, jadi aku memasukkannya ke dalam stoples tip.

Uang yang terkumpul di situ akan dibagi rata di antara

semua karyawan di akhir shift kami. Tak pernah banyak

memang, tapi kebutuhanku sederhana: sebuah buku

bagus, api yang hangat, secangkir cokelat panas, dan

ketenangan di dalam diriku. Inilah salah satu alasan

kenapa aku mencintai musim dingin dan betah di resort

ini. Salju menyerap begitu banyak suara dan menciptakan

keheningan yang lebih sunyi dari apa pun.

Tapi dengan kedatangan Daniel, tempat berlindungku

yang kecil ini tak lagi memberi kenyamanan. Aku harus

pergi. Semakin cepat semakin baik. Dengan ketiga cewek

itu mengalihkannya, sekarang adalah kesempatanku.

"Apa kamu mau membawakan pesanannya?" tanya

Lisa padaku.

"Nggak, aku mau ke gudang untuk mengambil gelas

kertas." Sebelum dia bisa berkomentar, aku menyelinap

melalui pintu ayun yang menuju lorong, tempat kantor

bos. Aku merasa sedikit bersalah kabur dari Spike seperti

ini, setelah dia memberiku kesempatan?dan dia sangat

protektif.

"Kalau perlu bantuan, gadis kecil, beri tahu aku,"

katanya waktu itu. Dengan tinggi dua meter lebih sedikit,

semua orang terlihat kecil di sampingnya, apalagi aku

yang cuma seratus enam puluh dua senti. Dan kendati

aku menghargai tawarannya untuk membantu, aku tahu

aku tidak akan pernah melibatkannya. Spike tidak akan

memiliki kesempatan melawan orang yang bisa berubah

menjadi serigala kapan pun dia mau.

15

Aku bersyukur pintu kantornya tertutup saat aku

melewatinya. Aku tidak mau sampai harus menjelaskan

apa yang terjadi atau mungkin membuat kesalahan dengan

memutuskan kalau dia bisa membantu. Saat aku menyelinap melewati lorong, aku marah karena dipaksa pergi

sebelum aku siap. Aku berharap untuk mengumpulkan

sedikit lebih banyak uang, jadi aku bisa pergi jauh dengan

lebih mudah. Aku tidak benar-benar memiliki tujuan

pasti di dalam benakku. Kupikir aku punya lebih banyak

waktu untuk bersiap-siap. Aku membiarkan kebahagiaan

dan kesenangan membuatku terbuai dalam perasaan aman

yang salah. Hayden bodoh.

Aku bergegas melalui lorong dan melewati gudang.

Aku meraih parka putihku dari kait di dekat pintu

belakang. Melepaskan sepatu ketsku, aku memasukkannya

ke dalam ransel dan mengeluarkan sepatu bot saljuku.

Aku bergegas mengenakan topi rajut merah-putihku dan

menyembunyikan poniku di dalamnya dan kemudian

memakai sarung tanganku.

Aku melirik ke belakang. Aku tidak mau meninggalkan

kehangatan dan keamanan yang ditawarkan tempat ini.

Aku benar-benar tidak mau meninggalkan ketenangan dan

kedamaian yang kurasakan di sini. Tapi aku tahu aku tak

punya pilihan. Aku harus lari. Secepatnya. Saat ini juga.

Aku tidak mungkin kembali ke Wolford.

Aku mendorong pintu hingga terbuka dan melangkah

keluar, ke dalam salju dan rasa dingin. Bahkan sebelum

pintu tertutup di belakangku, aku berbalik menuju hutan,

16

tempat bayangan tampak lebih panjang dari seharusnya

dan bisa menyembunyikan?

"Mau pergi ke suatu tempat, Hayden?" suara yang

dalam bergema di sekelilingku.

Jantungku melompat, aku langsung berbalik.

Daniel berdiri di sana, bersandar di dinding, lengannya

tersilang di depan dadanya yang bidang. Dia bahkan tidak

mengenakan topi. Celana jeans hitamnya memperlihatkan

bentuk kakinya yang panjang. Jaket hitam tebalnya,

masih dibiarkan terbuka, menambah daya tariknya yang

berbahaya?seakan cuaca bukan ancaman baginya. Sosok

dan pakaiannya yang gelap membuat mata hijaunya

semakin memikat. Keren sungguh bukan kata yang tepat

untuk menggambarkannya. Membara, mungkin?

Dengan percaya diri dia melangkah ke arahku, meninggalkan jejak kaki di atas salju. Matanya memerangkap

dan menahan mataku. Aku ingin berlari ke arah pepohonan,

tapi aku tahu dia hanya akan mengikuti dengan satu

lompatan mudah.

Dia mengulurkan tangan untuk menyentuhku dan

aku bergeming, bersiap untuk merasakan sentakan rasa

bangga?aku yakin kebanggaan memenuhi dirinya karena

berhasil menemukanku?yang akan menghantamku.

Walaupun aku tidak bisa merasakan emosinya karena

jarak yang ada di antara kami, aku tahu tidak ada yang

akan menghalangi perasaannya mencapaiku saat dia

menyentuhku. Merasakan emosi orang lain selalu lebih
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tajam dan berlimpah saat melibatkan sentuhan isik. Itulah

17

salah satu alasan kanapa aku selalu menghindari kontak

isik sebisa mungkin.

Harusnya aku melangkah mundur, hanya saja aku

penasaran. Aku tidak terbiasa berada di dekat seorang

Shifter dan tidak tahu apa yang mereka rasakan. Tapi saat

tangan Daniel yang tidak berbalut apa-apa menyentuh

pipiku, yang kurasakan hanyalah kehangatan kulit pada

kulit. Jari-jarinya yang kasar dengan lembut menelusuri

pipiku yang halus.

Bahkan dengan sentuhan seintim ini, aku tetap tidak

bisa merasakan apa yang dirasakannya. Aku tidak tahu

emosi apa yang sedang menari di dalam dirinya. Ini tidak

masuk akal. Dia adalah seorang Shifter. Aku seharusnya

merasakan perasaannya jauh sebelum dia sedekat ini

denganku. Dan ketika dia menyentuhku, aku seharusnya

terguncang dengan begitu kuatnya sampai emosiku sendiri

harus mundur.

Tapi aku hanya merasakan perasaanku sendiri. Ketakutan bodoh itu lagi, berpacu hingga menjadi kepanikan

sekarang. Tapi ada yang lebih. Jauh lebih banyak.

Kemarahan, keheranan, kekecewaan, kejengkelan, kesedihan. Dan pesona, ketertarikan. Seakan aku baru saja

memutar roda keberuntungan yang berisi emosi?dan

bukannya uang?dan emosi-emosi itu menerjangku. Di

mana roda itu akan berhenti? Apa yang akan kurasakan

saat semua ini berakhir?

"Kenapa bersusah payah lari, Hayden?" tanya Daniel

tenang.

18

Dia mencondongkan badannya mendekat, sangat

dekat, sampai aku tidak bisa lagi melihat matanya, pipinya

hampir menyentuh pipiku. Aku terlalu kaget dengan

keintiman yang mendadak ini untuk bisa bergerak. Aku

mendengar dia menarik napas dalam-dalam, tahu dia

sedang menghirup aromaku?sebuah pernyataan akhir

akan keberhasilannya menemukanku dan yang tidak

diucapkannya dengan kata-kata. Aku heran kenapa hal

itu membuat lututku lemas. Setelah transformasi pertama

kami, semua indra kami akan menajam, tapi penciuman

selalu menjadi yang terkuat.

"Aku akan menemukanmu lagi," katanya dengan suara

yang hampir seperti bisikan.

Dia membuatku merasakan hal-hal gila. Aku tidak

mengenali beberapa emosi yang tengah berkecamuk ini

dan isyarat apa yang disampaikan mereka. Roda emosi itu

akhirnya berhenti berputar, memilih satu emosi yang tidak

asing bagiku.

Teror berkekuatan penuh.

19

"Aku?aku nggak la-lari," aku tergagap, lalu mengutuk

dalam hati karena aku tidak pernah tergagap sebelumnya.

Dia sudah membuatku terguncang dan itu membuatku

marah. Ketakutan yang kurasakan memudar dan diambil

alih oleh kegeraman. Kemudian, aku menyerang dengan

nada tegas. "Itu bukan urusanmu, tapi aku sedang istirahat."

"Uh-huh." Dengan mata hijaunya yang bersinar, dia

mengulurkan tangan dan menepuk bola merah putih kecil

di atas topi rajutku. Aku menepuk tangannya?yang hanya

membuatnya nyengir semakin lebar dan membuatku

merasa tidak berdaya. Aku terlalu akrab dengan perasaan

ini. Aku tidak pernah menyukainya dan semakin tidak

DUA

20

suka karena kelihatannya dia sangat terhibur. "Pakaianmu

lengkap banget untuk istirahat."

Aku melangkah mundur untuk keluar dari jangkauannya. "Kalau-kalau kamu belum menyadarinya, ini musim

dingin! Salju, hujan salju, es, suhu yang membekukan.

Lupakan saja. Aku nggak punya waktu untuk memberimu

pelajaran sains. Aku harus kembali kerja."

Aku mulai berjalan dengan susah payah melewatinya.

"Kamu harus kembali ke Wolford."

Kata-katanya membuatku berhenti tak bergerak di

tengah-tengah langkahku dan aku berbalik. Aku tidak

mau berdalih atau memohon, dan aku berjuang untuk

tetap berkata dengan tenang, tapi sedikit keputusasaan

menembus kata-kataku. "Aku nggak aman di sana."

"Dan kamu pikir kamu aman di sini? Sendirian?"

Dia menggelengkan kepalanya. "Apa yang kamu pikirkan

waktu kamu meninggalkan Wolford?"

Bahwa keselamatanku tergantung pada pelarianku. "Apa

kamu nggak sadar kita dikunjungi Harvester?" tanyaku.

"Aku berpatroli malam itu. Aku nggak melihatnya, tapi

aku melihat hasil perbuatannya."

Aku baru menyadari, sampai sekarang, Daniel tidak

termasuk salah satu Dark Guardian yang ada di tanah

terbuka itu pada malam Justin meninggal.

"Kudengar dia memberitahumu kalau kamu adalah

korban berikutnya. Kami bisa melindungimu di Wolford."

Aku menggeleng tegas. "Nggak, nggak bisa. Keamanan

di sana cuma ilusi. Harvester akan mencariku di sana. Dia

tidak akan mencariku di sini."

21

Aku tahu aku melakukan kecerobohan. Melewati transformasi pertamaku sendirian bisa menyebabkan kematian.

Tapi aku sudah mempelajari naskah-naskah kuno dan

kupikir aku mungkin sudah menemukan jalan keluarnya.

Aku sudah merasakan apa yang dialami Shifter lain saat

mereka bertransformasi. Yang perlu kulakukan hanya

meniru emosinya dan mengikuti tahap-tahap yang sudah

mereka lalui.

Daniel ragu sesaat dan aku merasakan secercah harapan

kalau dia mungkin mau mengalah, tapi kemudian dia

menghancurkan harapanku dengan jawabannya. "Maaf,

Hayden, tapi para tetua mengutusku untuk membawamu

pulang. Itu kewajibanku."

Tidak bersedia untuk menyerah dengan begitu mudahnya, serta berusaha untuk mengulur waktu, aku melipat

lenganku di depan dada dan menegakkan daguku. "Aku

tahu segalanya tentang kewajiban dan tanggung jawab.

Waktu aku menerima pekerjaan ini, aku bilang aku akan

bekerja di sini selama libur musim dingin. Ini adalah akhir

pekan terakhir. Kamu lihat sendiri, kan, di dalam ramai

banget. Besok bakal lebih parah. Aku nggak bisa pergi

begitu saja. Nggak adil untuk bosku; nggak adil buat

karyawan lain juga."

Aku tahu mereka mungkin bisa mengatasinya tanpaku,

tapi itu adalah alasan untuk mengulur waktu sampai aku

berhasil memikirkan langkahku selanjutnya. Aku belum

siap kembali ke Wolford. Dan pastinya, aku tidak punya

keinginan untuk dikawal kembali ke sana, seakan aku

sudah melakukan suatu kesalahan.

22

Seolah mengerti benar apa yang sedang kupikirkan, dia

mengangkat bahu tak acuh. "Setelah malam minggu, kan?

Kebanyakan sekolah dimulai lagi hari Senin, jadi mereka

akan pergi hari Minggu. Kenapa kita nggak membicarakan

ini setelah pekerjaanmu selesai?"

Yang menjengkelkan, kata-katanya terdengar sangat

masuk akal. Aku ingin dia pergi dan meninggalkanku. Aku

tidak pernah mengoda cowok dan tidak pernah berusaha

membuatnya melakukan apa yang kuperintahkan. Tapi

bahkan jika aku melakukannya, aku tidak melihat Daniel

sebagai tipe yang mudah dimanipulasi. "Oke, kamu mau

bertemu di mana?"

"Aku akan menunggumu di dalam."

"Kafe baru akan tutup jam sembilan. Itu masih lama

banget."

"Di dalam hangat dan nyaman, kok," katanya. "Aku

bakal baik-baik saja selama beberapa jam."

"Terserah," jawabku mengerang.

Aku berbalik dan mengentak masuk ke dalam kafe,

jengkel karena salju membuatku tidak benar-benar bisa

mengentak-entakkan kakiku untuk menekankan maksudku. Saat aku dengan marah melepaskan jaket dan

sepatu botku, aku mulai mempertimbangkan rencana B

di dalam otakku. Dan tentu saja, ide tentang cara terbaik

menyingkirkan Daniel membuatku memikirkan cowok

itu. Dan aku mendadak berhenti.

Kenapa emosinya tidak sampai padaku? Apa karena dia

tidak punya emosi? Apa dia seorang psikopat? Sosiopat?

Tak punya perasaan?

23

Aku belum pernah bertemu Shifter yang emosinya

tidak menghantamku. Aku adalah magnet bagi apa pun

yang sedang mereka rasakan. Jadi kenapa tidak dengan

Daniel?

Ketidakmampuan untuk merasakan emosinya seharusnya menenangkan, tapi itu malah menakutkan. Ini tidak

alami. Apa yang salah dengannya?

Ataukah perubahan telah terjadi di dalam diriku? Saat

bulan purnamaku mendekat, apa kemampuan empatiku

menghilang? Kemampuanku rasanya semakin menguat

dari dua minggu yang lalu. Jadi kenapa hal itu sepertinya

hilang sekarang?

Semua ini sangat aneh. Tapi aku tidak benar-benar

punya waktu untuk merenungkan kemungkinan dan ke

mana masalah ini menuju. Aku harus kembali bekerja.

Aku mampir ke gudang dan meraih kantong plastik yang

berisi gelas kertas dan tutupnya.

Saat aku kembali ke konter, Lisa menatapku heran.

"Lama banget. Kamu ngapain? Nyasar?"

Aku hampir menjawab, nggak, kepergok. Tapi aku hanya

bilang, "istirahat sebentar."

Setelah menyusun gelas-gelas itu di rak supaya mudah

diambil, aku kembali ke tempatku di konter. Di tengahtengah kafe ada perapian batu besar yang terbuka di keempat sisinya. Tempat-tempat duduk disusun mengelilinginya. Aku melihat Daniel bersandar di kursi empuk besar,

mencari posisi yang tepat, jadi sekali lagi aku berada dalam

garis pandangnya.

24

"Cowok keren itu pergi waktu kamu pergi," bisik Lisa.

"Apa ada yang nggak kamu ceritakan padaku?"

"Ternyata aku memang mengenalnya."

"Gimana kamu bisa melupakan cowok seseksi itu?

Siapa namanya?

"Daniel."

"Dit. Aku perlu dit."
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tampangku pasti seperti seekor-rusa-yang-tertangkaplampu-sorot karena Lisa memutar bola matanya. "Detail.

Aku perlu detail. Aku berani sumpah kadang-kadang

kupikir kamu dibesarkan di gua."

Hampir.

"Aku akan menjelaskan semuanya nanti," kataku padanya, tahu itu tidak akan pernah terjadi.

Aku mulai menerima pesanan, tapi aku merasakan

tatapan Daniel tertuju padaku sepanjang hari. Bagaimana

dia bisa duduk tidak bergerak dengan begitu sabar? Dan

masih ada sesuatu yang terpendam tentang dirinya, seakan

dia sepenuhnya waspada, sadar akan segala sesuatu yang

terjadi di sekitarnya, dan bisa menyerang dalam satu detak

jantung.

Para Shifter memiliki sifat binatang dalam diri mereka.

Ketika kamu bisa bertranformasi menjadi seekor serigala,

sifat sang serigala tidak pernah jauh darimu. Kamu

memiliki seluruhnya di dalam dirimu. Sang alfa, yang

berkuasa, yang patuh. Itu aturan alami bagi kami. Kami

hidup berpasangan. Kami bergerak dalam kelompok. Tapi

saat duduk di sana, Daniel memberi kesan sebagai seorang

penyendiri.

25

Hal itu membuatku ingin mendekatinya karena aku

selalu merasa seperti seorang penyendiri di antara kaumku.

Shifter tidak merasa aman di dekat seseorang yang tahu

apa yang mereka rasakan. Hanya dengan manusia, aku

merasa seakan diterima?tapi aku juga sadar kalau aku

tidak sungguh-sungguh masuk dalam lingkungan mereka.

Mereka tidak akan pernah menerima makhluk yang bisa

berubah wujud. Aku tidak memiliki tempat di mana aku

benar-benar diterima. Aku berada di antara dua dunia:

dunia yang memberiku kedamaian dan dunia yang penuh

bahaya yang menjadi takdirku.

Tapi Daniel adalah bagian dari dunia Shifter. Apa dia

hanya menunjukkan penampilan seperti seorang penyendiri

saat dikelilingi Static? Dia tidak terlihat tidak nyaman. Dia

terlihat sangat santai. Tapi, dia tetap tampak sendirian.

Yang kuketahui tentang dirinya sangat sedikit dan aku

tidak bisa menyangkal kalau aku terpesona olehnya. Tapi

aku sadar kekagumanku adalah hal yang berbahaya.

"Saat dia pergi mengikutimu, dia meninggalkan cokelat panasnya di konter dan tumpah," kata Lisa sambil

mengangkat sebuah cangkir. "Aku membuatkan yang baru

untuknya. Apa kamu mau membawakannya untuk dia?"

Oke, usahanya untuk memcomblangi kami mulai menjengkelkan. Aku tahu dia bermaksud baik, tapi berapa

banyak cara yang bisa kupakai untuk mengatakan kalau

aku tidak tertarik pada Daniel? "Nggak. Kalau dia mau,

dia bisa ke sini untuk mengambilnya sendiri."

"Kamu benar-benar nggak menyukainya, ya? Memangnya apa yang sudah dilakukannya?"

26

"Dia datang ke sini."

"Oke, itu nggak masuk akal. Dia seksi dan dia baik.

Kedatangannya ke sini adalah hal yang luar biasa."

"Bawa sana cokelatnya untuk dia," hardikku?sesuatu

yang belum pernah kulakukan di sini, di Athena. Aku bisa

merasakan kemarahan orang lain dan tidak pernah merasa

nyaman dengan hal itu, jadi aku berusaha keras untuk

membuat diriku setenang yang kubisa di antara mereka.

Mata Lisa membelalak, tapi kemudian dia mengangkat

bahu dan pergi mengitari konter ke arah Daniel. Daniel

tersenyum padanya. Dia duduk di meja kopi dekat Daniel

dan aku ingin tahu apa Daniel membuat lututnya lemas.

Aku jengkel sekali karena Lisa bisa dikuasai daya tariknya.

Pikiran itu membuatku tersentak. Apa aku merasa cemburu

karena Lisa begitu tertarik padanya?

Sebenarnya, ketertarikan Lisa pada Daniel bisa berarti

hal baik. Mungkin Lisa bisa mengalihkannya. Tapi saat

tatapan Daniel kembali kepadaku, aku sadar dia tidak bisa

dengan mudah dialihkan.

"Hei, apa aku bisa dilayani di sini?"

Aku mengalihkan perhatianku pada seorang cowok

yang terbakar matahari dengan begitu parah. Orang-orang

selalu menyepelekan apa yang bisa dilakukan matahari

pada musim dingin. Mereka pikir mereka hanya bisa

terbakar saat di luar tengah panas-panasnya. "Maaf,"

kataku padanya. "Kamu mau pesan apa?"

Kegelapan sudah turun jauh sebelum kami mulai

beres-beres untuk tutup. Spike keluar dari kantornya dan

27

mematikan lampu, memberi tanda bagi para pelanggan

kalau sekarang sudah saatnya pergi. Spike adalah sebuah

kontradiksi. Dengan kepala yang botak, serta tato di leher

dan lengannya, dia tidak terlihat seperti tipe orang yang

akan menghidupi diri dari menjual minuman panas.

Saat semua orang sudah pergi kecuali Daniel, Spike

menghampirinya. "Sori, dude, kami mau tutup."

"Aku menunggu Hayden," jawab Daniel.

Spike melirik ke belakang padaku dan aku tahu kalau

aku menggelengkan kepalaku, Spike akan mengawal

Daniel keluar. Atau dia akan mencoba melakukannya.

Firasatku mengatakan walaupun Spike berukuran seperti

raksasa, Daniel bisa mengalahkannya dengan mudah. Jadi

aku mengangguk.

"Ayo maju, sayang," kata Lisa sambil menyenggolkan

pinggulnya padaku.

Aku merasa pipiku menghangat oleh rasa malu, jadi

aku mengalihkan perhatianku untuk mengelap konter.

Aku sangat sadar saat Daniel berjalan mendekat.

"Katakan padaku, apa yang bisa kulakukan untuk

membawamu keluar dari sini lebih cepat," katanya.

Aku tidak punya keinginan untuk pergi dengannya,

tapi aku juga tidak suka bersih-bersih. Dua-duanya sama

buruknya. Aku melempar kain lap padanya. "Lap semua

meja dan letakkan kursi-kursi di atasnya."

Dengan bantuan Daniel, kami membuat rekor beresberes sebelum tutup. Aku kembali mengenakan parkaku

dan melangkah keluar dari pintu belakang bersama semua

orang, lebih cepat dari yang kuharapkan.

28

"Jangan lupa ini Kamis Kelap-Kelip. Sampai ketemu

nanti di Out of Bounds," kata Lisa sambil mengedip dan

nyengir sebelum dia menuntun yang lain pergi.

"Kamis Kelap-Kelip?" tanya Daniel dengan sebelah alis

gelapnya terangkat.

"Ya, Lisa memberi nama untuk setiap hari dalam

seminggu. Senin Sinting, Selasa Senang, Rabu Racun.

Kamu ngerti, kan, maksudnya?"

"Sayang aku melewatkan Rabu Racun."

Sulit untuk tetap merasa kesal dengan seorang cowok

yang bisa mengulas senyum seperti senyum Daniel, tapi

aku menolak untuk balas tersenyum dan bahkan berhasil

memicingkan mata. "Jadi sudah berapa lama kamu di

sini?"

"Aku tiba pagi ini. Ceritakan padaku tentang Out of

Bounds."

"Nggak banyak yang bisa diceritakan. Itu sebuah

klub. ?Out of bounds? adalah istilah ski bagi tempat yang

dilarang untuk main ski Well, itu seperti tempat untuk

para pemberontak."

"Dan kamu adalah seorang pemberontak?"

"Ada kalanya, iya," kataku, sedikit tersinggung karena

dia mempertanyakan hal itu padaku. Aku kabur, kan, dari

Wolford?

"Aku melihat restoran burger?yang dinamai Restoran

Burger?di ujung jalan," kata Daniel saat kami berjalan

mengitari bangunan, kembali ke arah desa. "Makan daging

bagus juga untukku saat ini."

29

"Aku vegetarian."

Dia menoleh dan tatapan hijaunya tertuju padaku,

seakan dia pikir aku sedang bercanda. Atau menduga aku

sedang berbohong.

"Tapi aku pernah makan di sana sebelumnya," kataku.

"Mereka punya sandwich keju bakar, jadi kita masih bisa

makan di sana."

Saat kami melangkah di trotoar yang mengapit jalan,

dia membenamkan tangannya ke dalam saku jaketnya

dan berkata, "Aku nggak pernah dengar ada Shifter yang

vegetarian."

"Well, aku bukan Shifter sembarangan."

"Begitulah yang kudengar."

Aku melirik, ingin tahu tepatnya apa yang dikatakan

para Dark Guardian lain tentang diriku dan kemampuanku.

"Aku lebih memilih menjadi normal."

Aku tidak bisa menyembunyikan harapan dari suaraku.

Mungkin itu alasannya dia tidak bicara saat kami melangkah di sepanjang jalan. Atau mungkin dia sedang berusaha

mengenalku sebanyak aku berusaha untuk melihat kenapa

sebuah dinding muncul di antara emosinya dan emosiku.

Para tetua mampu memblokir emosi mereka dariku,

tapi mereka adalah tetua. Mereka bisa melakukan apa saja.

Mereka mencoba mengajariku untuk menghalangi emosiemosi yang datang padaku, tapi aku sama sekali tidak

pernah sukses melakukannya. Aku ingin tahu apa mereka

sudah memberi Daniel kursus kilat cara untuk menahan

emosinya dan yang berhasil dikuasainya dengan baik.

30

Kadang-kadang di sekolah, seorang guru bisa menjelaskan

sebuah konsep berulang kali dan aku tidak bisa memahami

apa yang berusaha diajarkannya, tapi murid yang duduk di

sebelahku bisa mencondongkan badannya ke mejaku dan

menjelaskannya?dan tahu-tahu hal itu menjadi sangat

masuk akal. Aku penasaran apa Daniel juga merasa seperti

itu. Mungkin dia bisa menjelaskan pemblokiran perasaan

dengan cara yang bisa membutku malu. Kalau Daniel bisa

memblokir perasaannya, apa aku juga bisa melakukannya?

tapi dengan cara sebaliknya? Dia mempertahankan

emosinya di dalam. Bisakah aku melakukan apa pun yang

dilakukannya untuk menahan emosi-emosi itu tetap berada

di luar?

* * *

"Jadi apa yang kamu ketahui tentangku?" tanyaku.

Kami duduk berhadapan di meja yang ada di sudut

restoran. Aku memutuskan untuk memesan garden salad

alih-alih keju bakar. Dia memesan double-meat cheeseburger

dan onion ring. Penyempitan pembuluh darah bukan
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

masalah bagi kami. Saat kami bertransformasi, dengan

alami tubuh kami menyembuhkan semua penyakit,

termasuk semua efek samping dari makan makanan yang

tidak sehat.

"Aku tahu kamu punya berkah," katanya.

Aku menusuk roti garing yang dipotong kecil-kecil.

"Itu bukan berkah."

31

Sambil menggigit burger-nya, dia mengamatiku untuk

sesaat. Dia menelan makanannya dan berkata, "Ya, aku

bisa melihat bagaimana itu bukan sebuah berkah."

Aku tidak mau menyukai cowok ini, tapi empatinya

merupakan pengalaman baru yang lain bagiku. Dia terdengar seakan benar-benar mengerti beban apa yang

kupikul. Pada dasarnya, tak seorang pun di asrama sekolah

yang tahu aku adalah seorang empatis karena aku tidak

bisa merasakan emosi mereka, jadi kelihatannya tak ada

gunanya juga menjelaskan apa yang tidak bisa kutunjukkan

pada mereka. Mereka semua Static. Aku jelas tidak akan

menjelaskan tentang para Shifter kepada mereka. Itu akan

menimbulkan kesulitan lain. Jadi di sekolah, aku sangat?

dengan amat bersyukur?normal.

"Itulah alasan aku mencari tempat di mana cuma

ada Static. Perasaan mereka nggak menyentuhku. Aku

hanya harus menghadapi perasaanku sendiri." Dia tidak

mengatakan apa-apa, jadi aku mencondongkan dudukku ke depan. "Emosimu juga nggak menyentuhku.

Bagaimana kamu bisa melakukannya? Bagaimana kamu

menutupinya? Apa para tetua mengajarimu bagaimana

membuat perasaanmu tetap berada di dalam sana?"

"Nggak, mereka nggak mengajariku apa-apa dan sejauh

yang aku tahu, aku juga nggak melakukan apa pun untuk

menutupi emosiku."

Aku mendelik padanya dengan ragu. "Tapi aku nggak

merasakan sedikit pun apa yang kamu rasakan. Emosimu

nggak menyentuhku?sama sekali. Aku belum pernah

32

berada di dekat seorang Shifter yang perasaannya nggak

menyentuhku."

"Jadi kamu nggak tahu apa yang sedang kupikirkan?"

Aku menggelengkan kepalaku. Ini terlalu sulit untuk

dijelaskan. "Aku nggak bisa masuk ke dalam pikiran orang.

Aku hanya bisa merasakan emosinya: takut, marah, malu,

penerimaan, nafsu?"

"Nafsu?" selanya. "Itu pasti aneh. Jadi kalau ada cowok

yang tertarik sama seorang cewek atau seorang cewek yang

tertarik?"

"Aku nggak tahu siapa yang membuat mereka bernafsu,"

potongku. Terima kasih Tuhan untuk itu, tapi kalau hasrat

mereka memuncak hal itu bisa sangat tidak tertahankan

dan seperti pelanggaran privasi. "Karena sekali lagi, aku

nggak tahu pikiran mereka. Itu seperti bagaimana aku

menjelaskannya, ya? Sebuah bola energi. Bukan, sebuah

balon air. Balonnya menghantamku dan membuatku basah

kuyup, jadi aku mengalaminya seakan itu adalah bagian

dari diriku. Semua reaksi isik yang dialami tubuh saat

merasa takut atau cemas atau jatuh cinta tubuhku akan

menanggapinya seakan emosi itu milikku. Kalau beberapa

Shifter ada di tempat itu, aku bisa dihantam berbagai

emosi campur aduk di dalam diriku. Kecuali ada seorang

yang mengalami ledakan emosi yang sangat kuat?dan

mungkin emosi yang lebih lemah akan tersingkir. Kalau

kamu menambahkannya dengan emosiku sendiri, itu

benar-benar membuatku setengah mati dan bingung. Tapi

aku nggak merasakan semua itu waktu berada di tempat

yang hanya ditinggali manusia."

33

Entah dia tidak tahu harus berkata apa untuk menanggapi uraianku yang begitu panjang tentang bagaimana

rasanya menjadi diriku atau dia sedang memikirkan

dan mencoba mencernanya. Aku mengamatinya selama

semenit. Menurut ceritanya, dia datang kepada kami

dari kelompok Shifter lain, tapi aku tidak tahu apa seseorang pernah memastikan ceritanya. Aku berpikir tentang

betapa mudahnya aku meyakinkan Spike dan yang lainnya

bahwa aku adalah seorang mahasiswa yang sedang libur

musim dingin?dan hanya mencari pekerjaan sementara.

Mungkin Daniel sama sekali bukan Shifter. Seperti

Brittany. Ayah Brittany seorang manusia dan ibunya seorang Shifter, jadi kurasa dia adalah bagian dari Shifter,

tapi sisi manusianya lebih dominan. Dia tidak punya

kekuatan untuk bertransformasi dan emosinya tidak pernah

menyentuhku. Apa Daniel juga campuran antara Shifter

dan manusia? Atau dia mungkin manusia seutuhnya yang

berbohong untuk menyusup ke dalam kaum kami? Kalau

begitu pertanyaannya adalah, kenapa? Dan dia berhasil

menemukanku, jadi artinya dia punya kemampuan melacak yang hebat. Aku tidak bisa tidak terkesan.

Musim panas yang lalu, saat aku berada di Wolford

selama dua minggu, aku tidak sengaja mendengar cewekcewek lain bergosip dan cekikikan saat mereka berbisik

tentang para cowok dan membandingkan sifat serigala

mereka, tapi aku tidak pernah mengerti ketertarikan

mereka. Sampai sekarang. Untuk pertama kalinya dalam

hidupku, aku penasaran tentang bulu Shifter lain.

34

Bulu serigala kami berbeda-beda, walaupun biasanya

cocok dengan rambut kami sampai taraf tertentu. Seperti

rambut pirang pasirku, yang berarti aku akan menjadi

seekor serigala dengan bulu berwarna terang. Daniel

dengan rambut hitamnya akan memiliki bulu hitam. Tapi

tetap ada perbedaan. Mungkinkah akan ada sedikit warna

kebiruan? Atau kelam seperti lubang hitam? Seperti langit

malam?

Tapi aku tidak bisa mengingat pernah mendengar

siapa pun berbicara tentang bagaimana Daniel dalam

wujud serigalanya. Dan aku tidak melihatnya malam itu di

tanah terbuka. Betapa kebetulannya. Dan kalau aku terus

memikirkannya: itu mencurigakan. Aku mengernyitkan

keningku. "Tapi aku nggak merasakan apa-apa darimu.

Dan aku nggak ingat ada yang pernah menggambarkanmu

dalam wujud serigala. Apa kamu Static?"

Dia tertawa, suaranya dalam dan merdu. "Bukan.

Apa menurutmu para tetua dan Shifter lain nggak akan

merasakannya kalau aku Static?"

Itu masuk akal. Shifter bisa merasakan Shifter lain,

tapi hanya setelah transformasi pertama kami. Segalanya

berubah saat kami disentuh bulan purnama pertama

kami. Aku tidak mau memikirkan semua itu tengah

menungguku?bahkan kemungkinan kematian yang akan

kualami.

"Ya, kurasa begitu," gumamku, mengharapkan penjelasan yang mudah. "Tapi kalau kamu Shifter, kenapa

emosimu tertahan?"

35

"Kurasa mereka nggak tertahan." Dia mencelupkan

onion ring ke dalam saus tomat dan mulai memakannya

seakan aku tidak sedang berurusan dengan keadaan

yang memusingkan. Bagaimana dia bisa begitu tidak

terpengaruh? Aku jengkel sekali dia tidak bersedia membantuku memecahkan teka-teki ini.

"Kenapa emosimu nggak menghantamku?" desakku.

"Aku nggak tahu."

"Apa kamu melakukan sesuatu untuk menahannya?"

"Kalau aku melakukannya, itu di alam bawah sadarku.

Atau mungkin karena kita nggak berada di Wolford. Apa

kamu pernah merasakan emosi Shifter lain saat kamu

nggak lagi di Wolford?"

"Pernah." Aku pernah tinggal di Tarrant bersama orangtuaku, sebelum mereka meninggal. Manusia dan Shifter

bermukim di sana, walaupun para manusia tidak menyadari

kemampuan kami. Kota kecil itu terletak dekat dengan

hutan lindung yang kami anggap sebagai rumah kami yang

sebenarnya. Dari kecil, aku sudah merasakan emosi para

Shifter?bahkan saat kami tengah berlibur. Orangtuaku

berusaha membawaku ke tempat yang kemungkinan

hanya akan ada manusia, tapi keluarga-keluarga Shifter

menikmati Disney World seperti keluarga manusia. Aku

beruntung dengan Athena.

Daniel mengalihkan pikiranku saat dia meletakkan

sikunya ke atas meja dan menjulurkan lengannya sampai

jarinya menyentuh helaian rambutku. Aku mengurai

rambutku dari jepitnya sebelum meninggalkan tampat

36

kerja. Sekarang rambutku tergerai melewati bahu. "Jadi

kamu nggak tahu apa yang kurasakan saat ini?" tanyanya.

Sambil menelan ludah dengan susah payah, kurasa terlena dalam sorot matanya bukan hal yang sulit, terutama

saat dia bersikap seakan menyentuhku adalah hal yang paling alami di dunia ini baginya. Kenapa dia bisa begitu nyaman di dekatku ketika aku sangat tidak nyaman berada di

dekatnya? Aku tidak pernah mendekati cowok sebelumnya.

Aku sudah memperhatikan Lisa dan memperoleh beberapa

petunjuk, tapi aku tidak pernah mencobanya. Walaupun

aku ingin mencobanya dengan Daniel, aku tahu dia di sini

dalam misi untuk membawaku kembali ke Wolford. Aku

tidak mau jatuh ke dalam pesonanya. Aku memalingkan

tatapanku darinya. "Kurasa kamu mempermainkanku."

Tangannya tidak bergerak, jari-jarinya tidak menyentuh

apa-apa kecuali udara sekarang, tatapannya menjelajah

wajahku dengan lambat. "Pasti sulit menjadi dirimu."

"Kamu terlalu meremehkan."

Dengan perlahan, dia menyandar ke kursinya. "Aku

tahu apa yang kamu rasakan padaku. Marah. Benci. Kamu

nggak terlalu pintar menyembunyikannya. Tapi aku cuma

pembawa pesan, Hayden."

"Nggak, kamu bukan pembawa pesan. Kamu pemburu

hadiah." Aku mencondongkan badanku ke depan lagi,

menginginkan dirinya untuk melihat keputusasaan di

dalam mata cokelatku. "Kenapa kamu nggak pulang saja

dan katakan pada mereka kalau kamu nggak bisa menemukanku?"

37

"Karena tiga hari yang lalu kamu berusia tujuh belas

tahun. Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun. Dan

dalam sembilan hari, bulan purnamamu akan bersinar di

langit dan kamu akan mengalami transformasi pertamamu.

Kamu tahu ada risiko kematian kalau seorang Shifter cewek

mencoba melewati transformasinya tanpa pasangan. Dan

belum lagi ada Harvester. Kamu nggak bisa menghadapinya

sendirian."

"Aku harus menghadapinya sendiri," aku bersikeras.

"Harvester merenggut jiwa tepat pada saat transformasi.

Untuk menuntunku melewatinya, seorang pasangan harus

bertransformasi tepat pada saat aku bertransformasi?dan
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bam!" aku menggebrak meja untuk menekankan maksudku, bukannya tindakanku bisa membuatnya terkejut.

Matanya tidak membelalak seperti orang yang kaget.

"Harvester akan mendapatkan kami berdua."

Dia menunjukkan ketenangan yang kulihat dari dirinya

saat di kafe tadi. Hanya ada satu gerakan: kedipan pelan.

"Kamu lihat, kan, sekarang?" tanyaku. "Kamu mengerti,

kan?"

"Para tetua bersikeras aku harus membawamu kembali.

Jelaskan pada mereka apa yang menurutmu akan terjadi."

"Akan lebih baik kalau aku tetap di sini, tempat di

mana hanya ada Static. Ada harapan Harvester bahkan

nggak bisa menemukanku di sini. Aku mempelajari proses

transformasi seperti yang dijelaskan di naskah-naskah

kuno. Aku benar-benar percaya aku bisa menahan rasa

sakit itu."

38

"Hayden." Daniel meraih tanganku. Sekali lagi aku

terkejut dengan kehangatan dan sengatan sentuhannya

yang menjalari tubuhku. Tapi tidak satu iota emosi pun

yang bisa kurasakan. "Walaupun aku nggak membawamu kembali ke Wolford, pasanganmu nggak akan

membiarkanmu melewati transformasi pertamamu sendirian."

Sambil memutar bola mataku, aku mengejeknya.

"Dengar, semua ini omong kosong. Aku bahkan nggak

punya pasangan."

"Ya, kamu punya. Para tetua memilihkan pasangan

untukmu."

Astaga! Mereka bahkan lebih parah daripada tantetante mak comblang tua yang mencampuri semua urusan

yang ada. Kenapa mereka tidak bisa membiarkan semua

yang sudah cukup baik? "Mereka nggak punya hak?"

"Mereka punya hak. Mereka nggak akan membiarkan

seorang cewek melewati transformasinya sampai mati.

Mereka pernah memilihkan pasangan-pasangan sebelumnya untuk yang lain saat nggak ada cowok yang mengajukan

diri."

Dengan kecewa aku menggelengkan kepalaku. "Aku

nggak akan menerimanya. Kenapa aku harus menempatkannya dalam bahaya untuk menghadapi Harvester

dan menghadapi kemungkinan mati tanpa jiwanya berada

di tempat yang aman? Kenapa mereka mau aku melakukan

ini? Mereka nggak bisa mengendalikan semuanya. Mereka

harus melepaskan yang ini."

39

Aku gelisah, bingung. Kami duduk di sana dalam keheningan selama semenit, sementara ibu jarinya membelai

buku-buku jariku. Maju mundur. Hampir menghipnotis.

Aku merasa keteganganku mereda dan mendapati diriku

jatuh ke dalam pesonanya. Dengan panik aku mungkin

menyadari dia mungkin bisa meyakinkanku kembali ke

Wolford dengannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Dengan ketenangannya, dengan keyakinan akan misinya,

dengan keberadaannya yang menenangkan, dia luar biasa

meyakinkan. Tapi, semua ini sangat tidak menenangkan

saat aku berhenti memikirkannya karena pada dasarnya

kami tidak saling mengenal. Kami tidak pernah bicara

di Wolford dan dia jelas tidak pernah menunjukkan

ketertarikan padaku.

Dan kemudian rasa penasaranku menang. "Jadi siapa

yang sudah mereka pilih untuk jadi pasanganku?"

Dia melepaskan tanganku dan menyentuh pipiku,

matanya tak pernah lepas dari mataku.

"Aku."

40

"Apa kamu sudah benar-benar gila?" tanyaku, memaksa diri

untuk tidak menjerit dan menarik perhatian orang-orang.

"Kamu setuju dengan ide gila mereka? Apa kamu nggak

diberi tahu aku ada dalam daftar buruan Harvester?"

Dia hanya memandangku seakan merasa aku sangat

lucu.

Aku tidak mengerti bagaimana seorang cowok bisa

membiarkan orang-orang yang cukup tua untuk menjadi

kakeknya memilihkan pasangannya. Mereka pernah

mencoba memasangkannya dengan Brittany musim panas

lalu, tapi Brittany mencampakkannya karena Connor.

Oke, mencampakkan mungkin terlalu kasar. Brittany

sudah mencintai Connor sejak dulu, tapi Connor sudah

TIGA

41

menyatakan Lindsey sebagai pasangannya, tapi kemudian

Lindsey jatuh cinta pada Rafe. Boleh dibilang kami

memiliki opera sabun harian sendiri di Wolford.

Karena Daniel sekali lagi tak punya pasangan, kurasa

para tetua memutuskan aku bisa menjadi pasangannya.

Aku tidak mengerti kenapa belum ada yang tertarik

padanya. Kalau aku seorang Shifter normal, aku pasti tidak

akan mengeluh mereka memilihkan Daniel untukku.

Tapi aku tidak normal. Dan ada monster yang tengah

mengejarku. Aku tidak bisa melakukan ini padanya?

menempatkannya pada bahaya seperti ini. Kenapa dia

pikir aku mau melakukannya?

Seakan membaca pikiranku, dia berkata, "Para tetua

sedang memeriksa naskah-naskah kuno. Mereka akan

menemukan cara untuk mengalahkan Harvester. Tapi

kamu harus ada di Wolford supaya pengetahuan mereka

bermanfaat untukmu. Lebih aman di sana."

"Kamu nggak tahu itu. Mereka juga nggak tahu itu.

Kenapa? Kenapa kamu mau menjadi pasanganku? Selama

proses itu nanti, semua pertahananmu akan menurun.

Kamu akan sama rapuhnya denganku. Kenapa kamu mau

melakukannya?" Aku tahu aku hanya mengulangi katakataku, tapi aku tidak tahu harus dengan cara apa lagi menyatakan maksudku.

"Aku suka hidup dalam bahaya," katanya.

"Nah, kalau begitu, bungee jumpin sana."

Aku bangkit pergi dari meja dan menuju pintu,

sadar sepenuhnya dia mengikutiku. Otakku langsung

42

memperingatkan untuk kembali ke kondominium dan

bersiap kabur.

Tapi ini bisa jadi merupakan kesempatan terakhirku

untuk berbaur dengan keramaian dan tidak meledak

karena emosi semua orang yang menyerangku. Jadi

walaupun aku tahu ini bukan langkah yang bijaksana,

saat kami melangkah keluar dari Restoran Burger, aku

berkata, "Sampai ketemu nanti," dan berbalik dari arah

kondominium. Selain itu, aku berharap dengan bersikap

biasa-biasa saja untuk melepaskan diri dari Daniel, dia

tidak akan curiga. Aku harus membuatnya kurang waspada

kalau aku mau melarikan diri sebelum malam ini berakhir.

Orang-orang lalu lalang di trotoar, beberapa menuju ke

rumah, beberapa pergi ke arah yang sama denganku.

"Aku akan mengantarmu pulang," kata Daniel sambil

menyejajarkan langkahnya di sampingku.

"Aku bukan mau pulang, kok."

"Pada akhirnya kamu akan pulang juga."

Aku langsung berbalik. Dia bahkan tidak terkejut

dengan gerakanku, seakan sudah menduganya. Dan itu

membuatku jengkel. "Dengar, aku mengerti. Kamu ada

di sini untuk membawaku kembali ke Wolford. Kamu

memberiku penangguhan sampai hari Minggu, jadi sampai

saat itu aku akan terus hidup dengan normal." Atau yang

hampir normal untukku.

"Aku nggak akan ikut campur."

"Kamu akan melakukannya. Kehadiranmu saja sudah

seperti campur tangan."

43

"Aku nggak akan meninggalkanmu sendiri, Hayden.

Cuma untuk jaga-jaga kalau kamu memutuskan untuk"?

dia menyeringai?"istirahat" lagi.

"Apa itu masalah? Kamu, kan, bisa mencariku ke mana

pun."

Ketika tiga orang melewati kami, kami berdua melangkah lebih dekat ke bangunan. Entah bagaimana

aku berakhir dengan punggung menempel di dinding

dan Daniel meletakkan lengannya di atas kepalaku.

"Jangan membuatku susah," katanya pelan. "Aku sudah

berkompromi dengan memberimu beberapa hari lagi di

sini. Sekarang kamu yang harus berkompromi dan menerima kalau hari dan malam-malam itu akan ada aku."

Jantungku perpacu pada pemikiran dia akan menghabiskan sepanjang malam denganku. Jujur saja aku tidak

pernah sedekat ini dengan seorang cowok?sampai aku

bisa mencium aromanya. Itu salah satu kerugian masuk

sekolah putri. Daniel tercium seperti udara alam terbuka,

kayu yang terbakar, dan daun cemara. Aku menelan ludah.

"Nggak sepanjang malam."

"Itu keputusanmu. Tapi sampai kamu berada di tempat

yang aman, aku ada di sampingmu."

Gambaran Daniel berbaring bersamaku di tempat

tidur melintas di benakku. Ada apa denganku? Aku merasa

tidak seperti diriku. Aku mendorongnya menjauh dan

yang mengejutkan, itu lebih mudah dilakukan dari yang

kubayangkan, tapi aku curiga itu hanya karena dia bersedia

bergeser. "Oke, baik. Aku mau ke Out of Bounds."

44

"Sudah kuduga."

"Kamu itu menjengkelkan, tahu nggak?" tanyaku saat

aku mulai berjalan menuju trotoar.

"Kamu cuma berpikir begitu karena kita punya tujuan

yang bertentangan."

"Oh, jadi supaya kita jelas, ya, para tetua mungkin

memilihmu untuk menjadi pasanganku, tapi sampai aku

menerimamu, kamu bukan pasanganku. Berdasarkan apa

yang sudah kulihat dari sikapmu yang memaksa sejauh ini,

kamu belum akan mendapatkan tato itu."

Tradisi menyatakan bahwa seorang Shifter cowok

akan mengumumkan atau menyatakan pasangannya dan

kemudian mendapatkan simbol yang mewakili nama

cewek itu ditato di bahunya.

Daniel tertawa. Suaranya dalam dan menyenangkan.

"Para tetua nggak mengenalmu sebaik yang mereka pikir,"

katanya. "Mereka bilang kamu patuh."

"Patuh?" Terbiasa dengan para tetua dan kata-kata

mereka yang pelik, aku ingin tertawa terbahak-bahak. Aku

tak bisa menahan diri. Mereka jelas tidak mengenalku.

"Apa masih ada yang menggunakan kata itu sekarang?"

"Kalau kamu tanya aku, para tetua selalu bicara seolah

mereka tinggal di abad yang berbeda."

"Memang iya, terkubur dalam tumpukan naskah kuno,

berkonsentrasi pada masa lalu. Mereka menyerahkan masa
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depan di tangan para Dark Guardian."

"Itu perpaduan yang aneh. Dan ngomong-ngomong

tentang perpaduan yang aneh."

45

Kami sudah tiba di Out of Bounds. Bangunan

kuno itu adalah tempat terakhir yang kamu pikir bisa

mendentumkan lagu rock dari dalamnya.

"Suara itu nggak mengganggumu?" tanya Daniel.

"Aku bisa mengatasi stimulus dari luar. Yang dari

dalam yang membuatku susah. Tapi kalau kamu nggak

suka musik ini?"

"Kamu nggak bisa menyingkirkanku semudah itu."

Dia memamerkan cengiran yang sudah memikat Lisa dan

membuka pintu.

Di dalam, orang-orang sudah mengantre dalam tiga

barisan panjang di bar. Hampir semua meja terisi. Beberapa

pasangan berdansa di depan band. Aku melihat Lisa berdiri

di kursi dan melambai pada kami.

"Sebelah sana," kataku sambil menyeruak ke arah Lisa

di antara meja dan para pengunjung.

Ketika tiba di sana, kami melepaskan jaket dan menyampirkannya ke punggung kursi ketika Lisa mengenalkan

cowok di sampingnya. Cowok itu bernama Eric. Aku

tidak pernah melihatnya sebelum ini, tapi Lisa menempel

padanya seakan mereka sudah pacaran bertahun-tahun.

"Eric mendapat satu pitcher bir untuk kita, tapi kita

harus berbagi gelas," jelas Lisa.

"Kita masih di bawah umur," aku mengingatkannya.

"Itu sebabnya kita harus berbagi gelas." Dia mencondongkan badannya ke depan. "Jadi, Daniel, ceritakan

padaku tentang dirimu."

"Nggak banyak yang bisa diceritakan." Dia berbalik

padaku. "Satu gelas di meja berempat bisa membuat kita

46

diusir. Aku akan pergi mengambil soda supaya mereka

nggak curiga. Kamu mau apa?"

"Sama."

Saat berdiri, dia menunduk dan berbisik, "Jangan ke

mana-mana."

Dia berlalu dan Lisa mencekal tanganku. "Oke, kalian

jelas punya chemistry. Apa?"

"Chemistry seperti apa?" selaku untuk bertanya.

"Letupan cinta. Seksual. Kamu tahulah. Jadi dia pacar

lama atau apa?"

"Apa."

Dia mulai berteriak lebih keras. "Apa dia pacar?"

aku menghentikannya dengan tawa. "Bukan, dia bagian

apa-nya. Bukan pacar lama. Cuma seseorang dari tempat

asalku."

"Dan tepatnya di mana itu? Spike berpikir kamu lagi

ada dalam program perlindungan saksi atau sesuatu seperti

itu karena kamu nggak bilang apa-apa pada kami tentang

dirimu. Kamu itu nona misterius."

"Aku cuma ingin nggak dikenal."

"Dengan kata lain, urus saja urusanmu sendiri."

"Kalau kamu nggak keberatan."

Dia tertawa. "Kamu terlalu sopan."

Dan kemudian, syukurlah, dia mengalihkan perhatiannya kembali kepada Eric. Dan dua detik berikutnya, aku

berharap dia tidak melakukannya, karena mereka tenggelam

dalam pertautan bibir yang membara. Aku menyelinap

pergi dari meja dan menuju ruang permainan, tempat

47

meja-meja biliar berjejer rapi. Kebanyakan meja-meja itu

dipakai, jadi aku berdiri bersandar di dinding, pura-pura

menonton. Di seberang ruangan ada lorong yang menuju

kamar kecil. Aku sudah pernah datang sebelumnya, jadi

aku tahu di ujung sana ada pintu yang menuju ke luar. Aku

tengah mempertimbangkan berapa besar peluangku untuk

kabur saat sebuah gelas muncul di depanku.

"Usaha bagus," kata Daniel.

"Kalau aku berencana kabur, aku nggak akan berdiri di

sini. Aku pasti sudah pergi."

"Ngomong-ngomong, bagaimana kamu melakukannya?" tanyanya. "Melarikan diri dari Wolford."

Sambil mengangkat bahu, aku menyesap sodaku.

"Badai salju yang muncul setelah kejadian itu membantu

menutupi jejakku. Dan semua orang disibukkan dengan

apa yang terjadi pada Justin." Aku berusaha untuk tidak

memikirkannya, tapi aku tidak tahan untuk tidak mengatakannya, "Itu mengerikan."

"Aku bahkan nggak bisa membayangkannya. Mereka

bilang kamu merasakan?"

"Benar," potongku.

"Aku menyesal kamu harus mengalaminya. Aku menyesal Justin juga harus mengalaminya. Aku menyukai dia.

Kita semua terpukul dengan apa yang terjadi pada Justin.

Kebanyakan dari kita sudah begitu yakin kalau Harvester

cuma sebuah dongeng."

"Aku bisa merasakan jiwa-jiwa itu." Aku menggelengkan kepalaku. "Aku nggak mau membicarakan ini,

nggak di sini, nggak sekarang."

48

Dia mengangguk seakan dia benar-benar mengerti.

Lalu dia bertanya, "Jadi, kamu bisa main biliar?"

"Lisa mengajariku."

"Ayo, kita main satu ronde."

Itu adalah pengalihan, dan memang benar, aku butuh

pengalih perhatian?teramat sangat.

"Kita akan bertaruh apa?" tanyaku saat mengikutinya

ke arah rak tongkat.

"Kamu mau bertaruh untuk apa?"

"Kalau aku menang, kamu pergi tanpa aku."

Daniel tengah meraih sebuah tongkat biliar ketika

kata-kataku menghantamnya. Berhenti, dia mengamatiku.

"Apa kamu sehebat itu?"

"Mungkin."

Dia mengangkat bahu. "Oke, kalau aku menang, kamu

harus menerimaku sebagai pasanganmu."

"Itu konyol. Kamu nggak bisa memilih pasangan dari

hasil taruhan biliar."

"Tapi kamu bersedia mempertaruhkan nyawamu.

Kamu sepertinya nggak mengerti, Hayden. Kamu dalam

bahaya di sini. Aku adalah kesempatan terbaik yang kamu

miliki untuk bertahan dari apa yang akan terjadi."

Nada bicaranya tidak congkak atau sombong. Dia

benar-benar memercayainya. Sayangnya, aku percaya kesempatan terbaiknya untuk bertahan hidup sampai usia

tua adalah dengan aku harus mengambil jalanku sendiri.

Ketika mengambil sebuah tongkat, aku menggerakkan

tanganku di sepanjang tongkat kayu itu. Dan mendadak,

aku merasakan sesuatu yang tajam menusukku. "Ouch!"

49

"Kenapa?" tanya Daniel sambil meraih tanganku.

Aku mencoba menarik lepas tanganku, tapi cengkeramannya kuat.

"Cuma serpihan kayu, kurasa. Coba kulihat," perintahku.

"Aku melihatnya."

Aku menyentak. Dia merenggut.

"Diamlah," pintanya.

"Aku bisa mengurusnya."

Kali ini, dia mendongak dan menusukku dengan

tatapannya. "Diamlah. Please?"

Pada saat itu, aku sadar bahwa dia tidak pernah mundur. Aku juga curiga dia tidak pernah kalah. Dia seperti

kekuatan besar yang tidak bisa digeser. Beberapa orang

melihat ke arah kami. Aku tidak mau jadi tontonan. Aku

menelan ludah dengan susah payah dan mengangguk.

Dia mengalihkan perhatiannya kembali pada serpihan bodoh itu. Tangannya besar dengan jari-jari yang

ramping dan panjang. Aku terkejut dia bisa memegang

serpihan itu dan menariknya keluar. Setitik darah muncul di telapak tanganku. Aku menatapnya terkaget-kaget

saat dia mengangkat tanganku dan mengendusnya.

Kemudian, dia menjulurkan lidahnya dan menjilat

darahku.

Panas langsung menyebar sampai ke telapak kakiku

dan jari-jari kakiku melengkung dengan begitu hebatnya

sampai aku tidak yakin mereka akan lurus lagi seperti

semula.

50

"Bau darah," katanya, suaranya hanya berupa geraman

dan tatapannya kembali padaku, membuatku mendadak

begitu hangat sampai kupikir rasanya aku harus melepaskan

sweterku kalau tidak ingin mendidih. "Aroma paling kuat.

Sekarang aku akan selalu menemukanmu?ke mana pun

kamu pergi."

Aku menyentak lepas tanganku. "Memangnya kamu

itu apa?vampir?" jantungku hampir melompat keluar.

"Apa itu benar? Apa itu alasannya aku nggak bisa merasakan

emosimu? Kenapa kamu pikir kamu kebal terhadap

Harvester?"

"Jangan konyol. Vampir dan Shifter nggak cocok."

"Itu bukan jawaban. Ini pertanyaan iya apa bukan."

Dia memicingkan matanya dan menghela napas tak

sabar. "Bukan. Aku bukan vampir."

"Jadi kamu ini apa?"

Dia melirik ke samping. Orang-orang yang tadi

menonton sudah mengalihkan perhatian mereka kembali

pada permainan masing-masing. Dia mengalihkan matanya

kembali padaku. "Shifter."

"Kamu nggak seperti satu Shifter pun yang pernah

kutemui."

"Dan berapa banyak yang sudah kamu temui? Selain

dari yang ada di Wolford, maksudku. Ada klan yang

berbeda, suku yang berbeda. Mungkin kamu hanya bisa

merasakan emosi Shifter yang berasal dari Wolford."

Aku mengerutkan kening saat mempertimbangkan

kata-katanya. "Kenapa tempat asal seseorang membuat

perbedaan?"

51

"Aku nggak tahu. Mungkin karena sesuatu dari airnya."

"Oke, itu nggak masuk akal. Dan aku pernah dekatdekat Shifter yang nggak berasal dari Wolford." Kami bicara

dengan pelan supaya tak seorang pun di ruangan itu yang

bisa mendengar. "Waktu aku berlibur dengan orangtuaku,

ada Shifter-Shifter yang nggak kukenal. Dan aku tetap

merasakan emosi mereka. Cuma kamu. Ada sesuatu yang

lain tentang kamu."

Untuk pertama kalinya sejak Daniel tiba, dia terlihat

tidak nyaman. Dia mengalihkan tatapannya sesaat dariku.

"Ayo ganti taruhannya. Gimana kalau kamu kalah, kamu

akan membuatkanku sarapan?"

Kenapa dia mengganti topik? Apa tebakanku benar?
Shadow of The Moon Dark Guardian 4 Karya Rachel Hawthorne di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ruangan itu menjadi semakin ramai dan aku tahu ini

bukan tempat yang cocok untuk curhat. Tapi reaksinya

layak direnungkan dan dipertimbangkan. "Dan kalau aku

menang?" tanyaku.

"Aku akan membuatkanmu sarapan."

"Aku sudah harus ada di tempat kerja jam enam pagi."

"Nggak masalah."

"Sebenarnya ada. Nggak ada meja yang kosong sekarang."

Dia mengedip padaku?aku marah gerakan yang sesederhana itu bisa membuat lututku lemas?dan meraih

sebuah tongkat. Aku memperhatikan saat dia mengamati

ruangan dengan perlahan-lahan, lalu melangkah ke arah

meja di ujung dan hanya berdiri di sana. Aku yakin

52

dua orang yang tengah bermain menjadi sangat tidak

nyaman, walaupun Daniel tidak melakukan apa-apa.

Dia tidak mengancam mereka, tidak bicara pada mereka.

Keberadaannya di situ, ketenangan, dan kewaspadaan

tatapannya sudah cukup. Mereka meninggalkan permainan mereka yang belum selesai.

Terkesan, aku berjalan ke sana dan bergabung dengannya ketika dia mulai menyusun bola-bolanya. "Kamu

melakukan hal yang sama waktu kamu mau duduk di

bangku tinggi di kafe. Bagaimana kamu melakukannya?"

tanyaku.

"Ada Static yang patuh, sama seperti ada serigala patuh.

Kamu cuma perlu mengenali mereka."

"Dan kamu alfa-nya."

"Semua Dark Guardian adalah alfa," jawabnya pelan.

"Itu agak jahat, deh."

Dia mengangkat bahu tidak peduli. "Yang perlu mereka

lakukan cuma mempertahankan tempat mereka dengan

tidak meninggalkannya. Aku nggak akan berkelahi dengan

mereka untuk minta meja biliar ini." Dia mundur. "Kamu

duluan."

Kurasa aku tidak bisa benar-benar menyalahkan caranya untuk mandapat meja biliar. Dia tidak agresif, tapi

dia memancarkan pengaruh yang kuat?walaupun hanya

berdiri diam. Dia bisa menjadi pemimpin perkumpulan.

Walaupun Dark Guardian sudah memiliki pemimpinnya: Lucas Wilde. Tapi Daniel benar: semua Dark

Guardian memiliki kecenderungan untuk menjadi alfa.

53

Mereka tidak mundur dari sebuah pertarungan. Tapi

mereka juga mengakui dan menghormati ketua yang

memimpin. Aku selalu berpikir rasa percaya diri yang besar

yang harus dimiliki seseorang untuk tidak merasa terancam

saat mendapat perintah pasti sangat besar. Aku harus

mengagumi Daniel karena bergabung dengan kelompok

kami dan berbaur tanpa menimbulkan konlik. Para tetua

pasti percaya pada kemampuannya sehingga mengutusnya

mencariku sendirian.

Aku menyodok bola?bola itu, memperhatikannya

menggelinding tersebar di meja dan karena tidak ada yang

masuk, aku senang kami mengubah taruhannya.

Dengan cengiran yang hampir tampak angkuh, Daniel

melangkah maju dan membungkuk di atas meja. Aku

melangkah mundur.

"Apa kamu satu?satunya yang diutus para tetua untuk

mencariku?" tanyaku.

Dia melihat ke belakang melewati bahunya. "Ya.

Kenapa?"

Aku mengangkat bahu. "Mereka menaruh kepercayaan

besar padamu."

"Kamu nggak begitu sulit ditemukan, kok, begitu aku

mengenal aromamu." Dia menyodok sebuah bola yang

berakhir masuk ke lubang yang ada di ujung.

"Gimana kamu tahu seperti apa aromaku?"

Dia ragu?ragu, menyodok sebuah bola, dan gagal masuk

ke lubang samping. "Aku memeriksa tempat tidurmu."

Oke, sekarang pipiku merah padam. Seharusnya aku

sudah menduga jawaban itu. Di situlah tempat aromaku

54

yang paling tajam tertinggal, tempat aku berbaring,

berbalik, dan berguling di seluruh sepreinya. Aku

penasaran apa Daniel juga melakukan hal yang sama?

dalam wujud serigala?menyelubungi dirinya dengan

aromaku. Tiba?tiba aku menjadi sangat hangat, seakan

seseorang sudah membuat api unggun tepat di sebelahku.

Mengenyahkan gambaran tempat tidur itu, aku bersiap

untuk bermain?

"Kamu pernah mengalahkan Lisa?" tanyanya.

"Sejauh ini nggak. Kenapa?"

"Kamu salah memegang tongkatnya." Sebelum aku bisa

menjawab, dia bergerak ke belakangku dan meletakkan

lengannya di sekelilingku dan membungkusku dengan

tubuhnya. Kedekatan itu lagi, dia bertindak seakan kami

sudah menjadi pasangan. Aku tidak bisa menjelaskan

betapa nyaman, tapi tidak menenangkannya hal itu.

Bagaimana mungkin aku merasakan dua hal pada waktu

bersamaan?

"Kamu belum jadi pasanganku, kamu tahu itu, kan?"

kataku, suaraku tidak terlalu terdengar yakin.

"Apa kamu nggak nyaman dengan kedekatan ini?"


Roro Centil 29 Dendam Dan Cinta Gila Pendekar Mabuk 96 Tawanan Bermata Nakal Sapta Siaga 14 Membela Teman
^