Pencarian

Pendekar Gurun Neraka 4

Pendekar Gurun Neraka Karya Batara Bagian 4


Lie Lan tidak segera menjawab. Gadis ini memandang tosu tua itu penuh selidik dan akhirnya berkata.

"Totiang, sebelum aku menjawab pertanyaanmu, sebaiknya kau dulu yang menjawab pertanyaanku. Untuk meyakinkan hatiku, apakah kau ini yang disebut Kim-sin San- jin dan menjadi ketua Kong-thong-pai?"

"Benar, nona. Aku adalah ketua Kong-thong-pai yang kaumaksudkan,"

Tosu itu mengangguk.

"Hemm, kalau begitu kau pula orangnya yang dulu telah dipecundangi oleh suhu di puncak Beng-san?"

Gadis itu mengejek dan sedetik wajah ketua Kong-thong-pai ini menjadi merah.

Murid Cheng-gan Sian-jin ini benar-benar kurang ajar dan liar seperti gurunya.

Membuka- buka dan membeberkan kekalahan seorang ketua partai di depan puluhan anak muridnya! Kalau saja kakek ini tidak memiliki kekuatan batin yang tinggi, tentu dia merasa marah sekali mendengar kata-kata yang amat menusuk itu.

Akan tetapi Kim-sin San-jin segera menarik249 napas panjang menenangkan gejolak hatinya, dan kakek ini menjawab pertanyaan atau ejekan itu dengan suara sabar.

"Nona, tidak ada gunung yang dapat menandingi tingginya awan, dan tidak ada awan yang dapat menandingi tingginya langit. Kalah menang dalam pertandingan adalah sesuatu yang wajar, mengapa harus diherankan atau dibanggakan? Memang pinto akui bahwa dulu pinto telah roboh di tangan Cheng-gan Sian-jin yang berkepandaian lebih tinggi daripada pinto. Akan tetapi diapun akhirnya roboh pula di tangan orang lain. Ada kalah tentu ada menang. Bukankah hal ini biasa saja? Apakah kau muridnya?"

Gadis itu tiba-tiba tertawa geli.

"Hi-hi-hikk! Totiang, kau yang sudah kalah di tangan suhu, ternyata merupakan manusia yang tebal muka !"

"Eh, apa maksudmu, nona ?"

Kim-sin San-jin bertanya heran dan tidak mengerti, dan gadis itupun menjawab.

"Yang kumaksudkan adalah tentang dirimu sendiri itu, totiang. Sudah jelas, pernah dirobohkan suhu ternyata masih berani memimpin orang-orang tolol ini dan tetap menjabat sebagai ketua sebuah partai. Kalau seorang ketua hanya seperti ini macammu, bagaimana sebuah partai dapat maju pesat? Uhh, kalau aku yang jadi kau, tentu aku sudah mengundurkan diri dari dunia ramai!"

Hebat kata-kata ini dan merupakan penghinaan yang tiada taranya bagi ketua Kong -thong- pai yang dicaci habis-habisan itu.

Wajah Kim-sin San-jin sampai menjadi pucat dan sepasang250 mata kakek ini berkilat menakutkan, akan tetapi hanya sebentar saja karena begitu kesadarannya timbul, kakek ini telah mampu mengendalikan perasaannya seperti biasa lagi.

"Nona, lidahmu amat tajam dan agaknya watak liar gurumu benar-benar telah kau warisi pula. Sekarang, baiklah kau berterus terang saja. Apakah maksud kedatanganmu kemari menemui pinto?"

Tosu itu berkata dengan suara penuh wibawa. Lie Lan melangkah maju dan bertolak pinggang.

"Kim-sin San-jin, aku diutus suhu ke sini bukan lain adalah untuk menjajal ilmu silatmu itu!"

Kakek itu batuk-batuk kecil dan pada saat itu San Kok Tojin muncul dari ruang belakang.

Ang I Tojin dan Yang Ih Tojin yang mendengar tantangan gadis liar ini, sudah dari tadi menahan amarah mereka.

Kini mendengar betapa suhu mereka ditantang seorang bocah sekurang ajar itu, dua orang ini tak dapat menahan diri dan melompat bangun.

"Suhu, biarlah teecu yang menghajar adat bocah tak tahu diri ini !"

Ang I Tojin berseru.

"Tunggu, suheng, biarlah aku saja !"

Yang Ih Tojin mendahului dan sudah mencabut pedang- nya dan tosu ini siap menerjang dengan mata berapi. Akan tetapi Kim-sin San-jin mengulapkan lengannya ke depan.

"Murid-murid Kong-thong-pai, dengar perintahku. Harap kalian semua masuk ke bangsal agung dan berkumpul di sana!"251 tosu ini berseru, lalu menoleh ke arah murid Cheng-gan Sian-jin dan melanjutkan.

"Nona, tidak enak bicara di luar. Kalau kau mau mencari onar, ikuti pinto ke ruang belakang di bangsal agung!"

Tubuh ketua Kong-thong-pai itu berkelebat dan lenyap memasuki kuil.

Ang I Tojin dan Yang Ih Tojin tampak penasaran, namun mereka tidak berani membantah dan bersama San Kok Tojin mereka lalu menyuruh para sute yang lain untuk memenuhi perintah Kim -sin San-jin.

Sebentar saja, puluhan murid Kong-thong-pai yang berada di luar berbondong-bondong me- masuki kuil.

Gadis ini berdiri sendirian di tengah halaman, akan tetapi tubuhnya segera berkelebat mengikuti lenyapnya Kim-sin San-jin tadi.

Ternyata bahwa bangsal agung yang disebutkan oleh ketua Kong-thong-pai ini adalah sebuah ruangan yang amat luas dan bersih, terletak di belakang agak ke samping rumah.

Di situ ter- lihat murid-murid Kong-thong-pai duduk bersila di atas lantai dan di depan sendiri, dekat dengan sebuah lorong yang tidak berdaun pintu, Kim-sin San-jin bersila di atas sebuah bantal bersulam merah dikelilingi tiga orang murid kepalanya yang masih tinggal.

Jenazah Pek Bin Tojin dan Ui Bin Tojin yang terluka, sedang dirawat di tempat lain dan tadi K im-sin San-jin telah melakukan beberapa totokan sebagai pertolongan darurat.252 Melihat masuknya gadis itu, semua orang memandang penuh kebencian, akan tetapi karena di situ terdapat sang ketua, maka mereka diam saja dan menunggu perintah Ki m-sim San-jin lebih lanjut.

Karena perhatian semua orang sedang tercurahkan ke arah gadis itu, maka mereka tidak melihat betapa sebuah bayangan tinggi besar yang luar biasa cepatnya memasuki bangsal agung dan bersembunyi di balik pilar raksasa yang melindungi tubuhnya.

Hanya sepasang mata yang luar biasa tajam dan awasnya dari Kim-sin San-jin sajalah yang sempat melihat berkelebatnya bayangan ini dan sekali lihat, saja ketua Kong-thong-pai ini telah tahu siapa orang itu.

Cheng-gan Sian-jin! Hal itu mudah dikenal dari rambut kemerahan yang tadi sedikit berkibar tertiup angin ketika tokoh sesat itu bergerak.

Dan inilah sebabnya mengapa Kim-sin San-jin mengundang gadis itu memasuki bangsal agung.

Memang sebenarnya ketua Kong-thong-pai ini telah bercuriga.

Tidak mungkin gadis ini berani datang seorang diri di partainya kalau tidak ada sesuatu andalan kuat.

Dan dia menduga bahwa jangan-jangan Cheng-gan Sian-jin sendirilah yang diam-diam selalu mengikuti sepak terjang muridnya itu.

Dan tadi, ketika berada di luar, dia melihat se suatu yang mencurigakan.

Sebuah bayangan yang amat luar biasa gesitnya berkelebat di dekat semak belukar, dan kini setelah berhasil memancing murid gembong iblis itu, Kim-sin San-jin kembali melihat253 bayangan yang tadi berada di luar itu sekarang memasuki bangsal agung secara luar biasa lihainya.

Karena ketua Kong-thong-pai ini sebelumnya memang telah bercuriga, maka ketika bayangan itu datang ke ruangan luas ini, diapun sempat melihat lebih jelas lagi dan dia m-diam hati Kim- sin San-jin berdetak kencang.

Rambut kemerahan itu! Siapa lagi kalau bukan Cheng-gan Sian- jin si gembong iblis? Kalau saja dia tidak bercuriga sebelumnya, sukar menangkap sebuah bayangan yang demikian gesit dan cepatnya.

Sebenarnya, di dalam hati kakek ini terdapat suatu rencana yang tidak diketahui oleh siapapun.

Melihat munculnya murid Cheng-gan Sian-jin ini yang diikuti oleh datuk iblis itu, di dalam hati Kim-sin San-jin telah terdapat sebuah tekad bulat, yaitu dia hendak melenyapkan ancaman bahaya dari dua orang suhu dan murid yang akan mengguncangkan dunia kang- ouw ini.

Di bangsal agung terdapat beberapa jebakan rahasia, dan kalau toh musuh terlalu kuat, apa boleh buat, jebakan-jebakan rahasia itulah yang akan membantunya! Demikianlah, ketika gadis itu melangkah masuk, Kim-sin San-jin bersikap tenang dan wajah kakek tua ini bahkan sedikit berseri girang.

Murid Cheng -gan Sian-jin telah mulai menginjakkan kakinya di lantai tertentu, tinggai dia menunggu si gembong iblis sendiri!254

"Nona, setelah kau masuk kemari, tetap bulatkah tekadmu untuk mengadakan pibu dengan pinto?"

Kakek itu bertanya dengan suara halus namun sepasang matanya selalu awas untuk mengikuti bayangan tinggi besar yang bersembunyi di pilar besar. Gadis itu tersenyum mengejek.

"Kim-sin San-jin, apakah kaukira aku takut setelah memasuki ruanganmu ini? Walaupun kau nanti melakukan kecurangan sekalipun aku tidak takut!"

"Baiklah, tidak rugi suhumu mengambilmu sebagai murid. Akan tetapi, sebelum pinto sendiri yang maju, lebih baik kaulayani dulu murid tertua pinto, San Kok Tojin. Dia biasanya mewakili pinto dalam banyak hal dan baru kalau dia tidak sanggup, pintolah yang akan menyelesaikannya."

"Hemm, kau licik. Dengan begitu bukankah berarti kau ada kesempatan untuk meneliti ilmu silat lawan? Hi-hikk, Kim-sin San-jin, jangan kau-kira aku seorang bodoh!"

"Terserah pendapatmu, nona. Akan tetapi itulah syaratnya,"

Kim-sin San-jin menoleh ke arah San Kok Tojin dan berkata.

"San Kok, layanilah gadis itu main-main. Hati-hati terhadap benderanya dan pergunakan Silat Empat Pedang yang baru saja pinto ajarkan !"

"Baik, suhu !"

San Kok Tojin berkata dan melompat maju dengan sikap tenang. Begitu ber- hadapan dengan lawan, tosu ini bertanya.

"Nona, kita bertangan kosong ataukah bersenjata? Kalau menghendaki pertandingan senjata, keluarkan bendera keramatmu itu!"255 Tosu ini berkata demikian namun dia sendiri telah mencabut pedangnya. Terdengar suara ber- dencing dan tiba-tiba semua murid Kong-thong-pai dibuat silau oleh pedang kembar di tangan San Kok Tojin. Aneh dan ganjil bentuk pedang itu, dan Lie Lan sendiri baru kali ini melihat pedang yang sedemikian anehnya. Pedang di tangan San Kok Tojin itu adalah dua batang jumlahnya, akan tetapi tiap-tiap batang memiliki dua mata pedang! Jadi, dengan dua gagang pedang, semuanya ada empat buah mata pedang yang putih gemerlapan tertimpa cahaya.

"Siang-po-kiam (sepasang pedang pusaka) yang indah.........!"

Gadis itu mengeluarkan pujian dan sinar matanya berkilat. Kalau dia dapat merampas pedang itu, tentu suhunya akan senang menerima hadiah ini. Maka cepat gadis itu mencabut senjatanya, yakni sebuah bendera biru bergambar naga! "Bendera Iblis!"

Ang I Tojin dan Yang Ih Tojin berseru perlahan dan mereka teringat akan peristiwa pada tigapuluh tahun yang lampau ketika Cheng -gan Sian-jin membuat kegemparan.

Dua orang ini memandang suhu mereka, akan tetapi Kim-sin San-jin tampak tenang sekali sikapnya.

"Kalian diamlah, lihat saja segala kejadian dan berhati-hatilah dengan munculnya seseorang yang tidak kita duga!"

Kakek itu berbisik kepada dua orang muridnya ini dan Ang I Tojin serta Yang Ih Tojin berdebar tegang.

Kalau suhu mereka memperingatkan sesuatu, tentu akan terjadi sebuah peristiwa penting.

Maka merekapun cepat memandang ke tengah gelanggang di mana twa-suheng mereka berhadapan dengan Tok-sim Sianli.256

"Nona, sebagai penantang, harap kau mulai dulu!"

San Kok Tojin berseru dan sepasang pedang bermata kembar itu diluruskan di depan keningnya.

Inilah jurus pembukaan dari Sila t Empat Pedang.

Ilmu silat ini baru San Kok Tojin seorang yang diberi pelajaran oleh ketua Kong- thong pai, karena hanya tosu pertama inilah yang memiliki kepandaian paling tinggi diantara saudara-saudaranya.

Melihat lawan memasang kuda-kuda pembukaan, Lie Lan yang tidak berani bersikap sem- brono itupun lalu juga bersikap waspada.

Benderanya dikebutkan ke udara dan sekali mengeluarkan teriakan nyaring, gadis ini telah melompat ke depan dan benderanya menyambar kepala tosu itu.

"Whirrrrr....!"

Ujung kain bendera berkibar dari atas dan tiba-tiba turun hendak melingkupi kepala San Kok Tojin. Tosu ini menggerakkan pedang kanannya, dan dua mata pedang membabat bendera itu.

"Bretttttt!"

Pedang kembar di tangan San Kok Tojin bertemu dengan Bendera Iblis dan tosu ini mengira bahwa bendera itu tentu akan terobek.

Namun, San Kok Tojin merasa heran bahkan kaget257 karena bendera yang dibabat pedangnya itu sama sekali tidak sobek, malah tiba-tiba telah menggubat pedang di tangan kanannya! "Ahhh.....!"

Tosu ini mengeluarkan seruan dan secepat kilat pedang di tangan kirinya bergerak dari samping, langsung membacok tangan gadis itu dengan kecepatan kilat.

"Singgg.....!"

Lie Lan melepaskan gubatannya dan bacokan pedang di tangan kiri tosu itu mendesing di dekat tubuhnya.

Gadis ini tertawa mengejek dan tubuhnya tiba-tiba berkelebatan seperti burung walet, menyambar-nyambar dan bendera di tangan kanannya menderu menciptakan angin puyuh.

Mulailah San Kok Tojin diserang oleh gadis itu dan kini tangan kiri Lie Lan melancarkan pukulan-pukulan Tok-hiat-jiu yang amat ganas dan berbahaya ! Tosu itu mengelak dan balas menyerang dan dalam gebrakan-gebrakan berikutnya, dua orang ini telah terlibat dalam pertandingan yang amat seru dan mendebarkan.

Bendera di tangan Lie Lan berkibar cepat naik turun, dan tangan kiri gadis itu mengeluarkan hawa panas yang dapat dirasakan dalam jarak tiga meter.

San Kok Tojin terkejut, apalagi ketika melihat betapa perlahan-lahan tangan kiri lawannya berobah menjadi merah panas dan berkilauan seperti darah!258 Maka tosu ini lalu mengeluarkan seruan keras dan sepasang pedang kembarnya diputar membentuk gulungan segi empat.

Aneh dan luar biasa permainan ini, karena pedang di tangan tosu itu bukannya membentuk gulungan sinar melingkar seperti kebanyakan ahli-ahli pedang lainnya.

San Kok Tojin membuat sepasang pedang di tangannya menggores gores tajam di udara, menuju ke satu sudut untuk kemudian menarik garis ke kanan atau kiri dan dilanjutkan dengan goresan tajam ke atas atau ke bawah, dan dari tiap-tiap sudut inilah ujung pedang di tangan tosu itu mencuat-cuat ke arah lawan secara tiba-tiba dengan serangan kilat.

Itulah Silat Empat Pedang yang baru saja diciptakan oleh Kim-sin San-jin.
Pendekar Gurun Neraka Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Jurus-jurus serangan dari ilmu pedang ini selalu dimulai dari sebuah sudut tertentu dan setiap serangan mempunyai belasan macam pecahan yang tidak terduga oleh lawan.

Ilmu pedang ini banyaknya hanya delapanbelas jurus saja, akan tetapi karena setiap jurus dapat dipecah menjadi belasan macam dan merupakan "kembang api"

Dan letikan jurus ini, maka tentu saja hebatnya bukan main.

Lie Lan yang mainkan bendera keramatnya, sejenak merasa kebingungan melihat ilmu pedang yang amat ganjil ini.

Berkali-kali sudah, pada saat dia melihat sebuah lowongan dan menyerang, selalu benderanya tertangkis tepat oleh gerakan pedang yang dilakukan dari sudut-sudut tertentu di tangan tosu itu.259 Tentu saja gadis ini menjadi gemas dan mendongkol dan tiba-tiba dia melancarkan sebuah serangan yang amat berani.

Lie Lan memekik nyaring seperti seekor rajawali dan tiba-tiba tubuhnya melesat ke atas dan secepat kilat menukik turun.

Kain bendera keramat berkibar menutupi pandang mata lawan dan pada saat itulah gagang benderanya bergerak cepat, menghantam ubun-ubun lawannya dan tangan kirinya membarengi dengan tamparan Tok-hiat-jiu.

"Trang-cringg desss!"

San Kok Tojin berseru kaget.

Sambaran gagang bendera yang mengancam ubun ubunnya dapat ditangkis tepat oleh pedang di tangan kanan, sedangkan untuk pukulan Tok-hiat-jiu yang meluncur ke arah dadanya, disambut dengan bacokan pedang di tangan kiri.

Akan tetapi, tosu ini terkejut setengah mati karena ketika pedang di tangan kirinya itu membacok, ternyata bertemu dengan gelang besi yang entah kapan telah dipakai oleh lawannya dan tangan gadis itu masih terus meluncur mengenai dadanya! "Dukkk......!"

Tanpa ampun lagi tubuh tosu ini terlempar ke belakang dan baju di bagian dadanya terdapat cap lima jari tangan berwarna semerah darah!260 Kim-sin San-jin terkejut dan melompat bangun dan duduknya, apalagi ketika dia melihat betapa gadis itu tertawa nyaring dan berkelebat cepat mengejar tubuh San Kok Tojin yang bergulingan untuk melancarkan susulan Tok-hiat jiu ke arah kepala muridnya! Ketua Kong-thong-pai ini terbelalak marah melihat keganasan gadis itu dan secepat kilat tu- buhnya mencelat ke depan.

"Nona, tidak boleh kau membunuh murid pinto!"

Kim-sin San-jin membentak dan meng- hantam punggung gadis itu dari belakang.

Lie Lan dapat mendengar desir angin tajam di belakangnya ini dan karena d ia maklum betapa berbahayanya serangan yang dilancarkan oleh ketua Kong-thong-pai itu, maka secepat kilat dia memutar tubuh dan mengibaskan lengan kirinya.

Pukulan Tok-hiat-jiu yang sedianya dilakukan untuk menyerang San Kok Tojin kini diputar ke samping dan menangkis pukulan kakek itu.

"Bresss..........!"

Kim-sin San-jin bergoyang tubuhnya akan tetapi lawannya terpelanting roboh! Lie Lan me- lengking marah dan tubuhnya berjungkir balik empat kali untuk memunahkan tenaga tangkisan yang amat dahsyat dari ketua Kong-thong-pai dan gadis ini sudah melompat bangun dengan sinar mata berapi-api.261

"Tua bangka curang!"

Gadis itu mendelik penuh kemarahan dan menudingkan telunjuknya ke hidung kakek itu, akan tetapi Kim-sin San-jin sudah berdiri dengan sikap keren di depannya.

"Bukan aku yang curang, nona, namun kaulah. Kau sendiri telah mengatakan bahwa per- tandingan ini sifatnya adalah pibu, akan tetapi mengapa kau tadi hendak membunuh murid pinto? Kau memang seorang gadis yang kejam dan pinto hendak memberi hukuman kepadamu. Bersiaplah!"

Kim sin San-jin memang merasa marah terhadap murid Cheng-gan Sian-jin ini dan dia akan memberi hajaran keras.

Juga selain itu, melihat sepak terjangnya dan melihat kenyataan betapa San Kok Tojin dapat dirobohkan oleh gadis ini, agaknya tidak ada lain jalan kecuali dia sendiri yang harus membekuknya.

Itulah sebabnya mengapa kakek ini lalu maju ke depan dan menghadapi gadis yang amat ganas itu.

Dan sebagai seorang ketua partai yang telah banyak pengalaman dan selalu bersikap waspada, kekek ini tidak melupakan perhatiannya kepada bayangan tinggi besar yang bersembunyi di belakang pilar.

Dia hendak memancing agar orang itu semakin masuk ke dalam dan begitu tiba saatnya yang tepat, dia hendak menginjak sebuah tombol tertentu yang terdapat di ruangan itu untuk men- jebak musuh! Lie Lan sama sekali tidak tahu akan maksud ketua Kong-thong-pai ini.

Gadis ini yang merasa marah akibat bantingan tadi, sudah siap menerjang lawan untuk merobohkan Kim-sin San-262 jin.

Dia tahu bahwa kali ini dia harus bekerja berat, bahwa lawannya bukanlah orang sembarangan karena yang dihadapinya ini adalah seorang ketua partai besar! Akan tetapi, karena dia tahu bahwa secara diam-diam suhunya berada di belakangnya, maka sama sekali dia tidak merasa gentar untuk melawan kakek ini.

"Nona, majulah, pinto sudah siap untuk menjajal kepandaian yang kauwarisi dari gurumu itu. Hendak pinto lihat, apakah kau benar-benar patut menjadi ahli warisnya,"

Kim-sin San jin berkata dengan sikap tenang dan sepasang matanya menyorot tajam.

Ketua Kong-thong-pai ini sama sekali tidak mengeluarkan senjatanya, bersikap acuh tak acuh seperti orang tidak perdulian, namun justeru sikap seperti inilah yang membuat Lie Lan tidak berani memandang rendah.

"Cabut senjatamu, Kim-sin San-jin!"

Gadis itu berseru.

"Pinto belum melihat waktunya,"

Kakek itu menjawab dan mengebut-ngebutkan jubah lebarnya membuat gadis itu panas hatinya.

"Hemm, kau sombong, kalau begitu hati-hatilah !"

Lie Lan mendongkol dan cepat mengatur sikap. Ketenangan kakek ini bahkan membuat hatinya waswas akan tetapi sebelum dia mulai menyerang, tiba-tiba telinganya mendengar suara peringatan yang dilakukan orang dari jauh.263

"Lie Lan, jangan tergesa-gesa menyerang dengan ilmu silat. Pergunakan Sin gan-i-hun-to untuk mempengaruhi lawanmu itu, terutama murid-murid tua bangka yang berada di ruangan ini. Aku hendak mendekatimu untuk menjaga kelicikan tosu kambing itu. Hayo, cepat lakukan......!"

Mendengar suara ini, tiba-tiba gadis itu berseri wajahnya dan Kim-sin San-jin merasa heran, apalagi ketika tiba-tiba gadis itu tertawa! "Eh, mengapa kau tertawa?"

Kim-sin San-jin menegur, namun Lie Lan bahkan tertawa semakin nyaring dan kakek itu terkejut.

Suara ketawa yang dilakukan oleh gadis ini tidak wajar.

Dia dapat merasakan betapa suara tawa itu mengandung getaran khikang tingkat tinggi, membuat dinding-dinding ruangan tergetar halus dan tiba-tiba semua murid Kong- thong-pai yang berada di ruangan itu juga ikut tertawa! Terkejutlah kakek ini dan tahulah dia bahwa gadis itu sebenarnya sudah mulai melancarkan serangan ! Akan tetapi bukannya serangan berdasarkan ilmu silat, melainkan serangan berdasarkan kekuatan hitam dan dia teringat akan ilmu hitam Cheng-gan Sian-jin yang disebut Sin-gan-i-hun-to yang mengandung kekuatan mujijat itu.

Marahlah kakek ini dan karena gadis itu sama sekali tidak menyerangnya, hanya berdiri sambil mengeluarkan tawa yang penuh kekuatan hawa khikang dan yang telah mempengaruhi murid-muridnya, tosu ini cepat bertindak.

"Diammm.....!"264 Kim-sin San-jin mengeluarkan bentakan menggeledek dan suaranya ini menggelegar dahsyat. Suara tawa nyaring gadis itu buyar oleh bentakan mengguntur dari ketua Kong-thong-pai ini dan seketika murid-murid Kong-thong-pai yang tadinya ikut tertawa, sirap seperti jengkerik terpijak. Terkejutlah tosu-tosu Kong-thong pai itu dan mereka ini saling pandang. Mengapa mereka tadi tertawa seperti orang gila? Tidak ada yang mampu menjawab dan hati mereka mengkirik. Mereka tadi hanya merasakan betapa suara ketawa gadis itu menggelitik telinga me reka dan tahu-tahu tanpa disadari merekapun telah ikut-ikut tertawa.

"Gadis siluman.........!"

Seorang tosu berseru perlahan dengan mata terbelalak dan yang lain- lain juga menggumam dengan muka pucat.

Pada saat itu, Kim-sin San-jin yang telah membuyarkan pengaruh hitam yang dikeluarkan oleh gadis ini telah melangkah maju dengan muka merah.

Lie Lan bersiap-siap, namun sama sekali belum mau menyerang.

Gadis ini telah menghentikan pengaruh Sin-gan-i-hun-to dan menatap kakek itu dengan wajah berseri.

"Nona, kalau kau mau menghadapi pinto, cepat gerakkan senjatamu. Mengapa diam saja? Pinto memberimu kelonggaran sebanyak sepuluh jurus dan kau boleh menyerang pinto sesuka hatimu. Majulah!"

Ketua Kong-thong-pai ini membentak marah.

Dia menghendaki agar gadis265 itu cepat menyerangnya dan karena dia sebagai angkatan tua, maka dia seng aja memberi kesempatan pada gadis itu untuk menyerangnya tanpa membalas.

Kim-sin San-jin hendak merobohkan gadis itu secepat mungkin agar orang yang bersembunyi di belakang pilar itu maju menolong.

Dan kalau hal ini terjadi, berarti Cheng-gan Sian-jin telah memasuki ruangan semakin dalam dan dia dapat menjalankan rencananya semula.

Teringat kepada bayangan tadi, Kim-sin San-jin segera melirik dengan sudut matanya.

Akan tetapi, betapa kagetnya hati tosu ini karena bayangan tinggi besar yang tadi jelas di- lihatnya bersembunyi di belakang pilar raksasa itu, sekarang sudah tidak tampak lagi ! Dan selagi tosu ini secara diam-diam memperhatikan sekeliling, tiba-tiba terdengar suara ketawa bergelak yang amat dahsyat dan tiba-tiba di pintu bangsal agung telah berdiri seorang manusia berkulit hitam bermata lebar! Anak murid Kong-thong-pai terkejut melihat kehadiran orang berkulit hitam yang tahu-tahu telah muncul bagaikan iblis di depan pintu itu, akan tetapi Kim-sin San-jin lebih terkejut lagi.

Kakek ini mengeluarkan seruan kaget dan wajahnya berobah.

"Hek-mo-ko............!"266 Teriakan yang keluar tanpa disadari oleh Kim-sin San-jin ini membuat Ang I Tojin dan Yang Ih Tojin serentak melompat bangun dan dua orang tosu ini terkejut bukan main. Akan tetapi, belum lagi kejutan pertama ini reda, muncul kejutan kedua yang lebih hebat lagi. Sementara orang orang sedang terbelalak memandang laki-laki sehitam arang dengan matanya yang membelalak itu, tiba-tiba saja kembali terdengar suara ketawa bergelak seperti tadi. Kali ini suara tawa itu lebih dahsyat daripada yang pertama karena suaranya bergemuruh seperti suara air terjun. Hebatnya, tidak ada seorangpun yang tahu dan mana asal suara ini. Tadinya mereka menyangka bahwa suara ketawa yang luar biasa itu tentu berasal dari Hek-mo-ko yang masih tegak di muka pintu, akan tetapi agaknya bukan. Hek-mo-ko masih berdiri seperti arca di tempatnya dan sedikitpun juga orang itu tidak mem- buka mulutnya. Suara ketawa ini bergemuruh dan melingkar -lingkar, sambung-menyambung menggetarkan dinding ruangan dan beberapa orang murid Kong -thong-pai dari tingkat rendahan satu-persatu mulai roboh terguling sambil menjerit-jerit dan menekan dada. Agaknya suara ketawa yang amat dahsyat ini mengguncang jantung tosu-tosu itu dan yang lain-lainpun kini sudah bersila sambil mengerahkan tenaga batin mereka untuk bertahan dari serangan yang amat dahsyat ini. Kin-sim San-jin sendiri menjadi pucat mukanya dan kakek ini dapat merasakan betapa hebat pengaruh tawa yang penuh tenaga sakti itu. Jantungnya terguncang hebat akan tetapi tosu ketua Kong-thong-pai yang memiliki lweekang kuat ini dapat menahan diri. Hanya dia merasa267 cemas Ketika melihat betapa anak-anak muridnya yang bersila di atas lantai itu sekarang sudah mulai mencucurkan keringat. Agaknya, kalau suara tawa itu diteruskan, mesti tosu-tosu itu akan tewas dengan jantung pecah! Bahkan, Ang I Tojin dan Yang lh Tojin sendiri kini telah duduk bersila dan memejamkan matanya. Pada saat Kim-sin San-jin cemas dan marah atas serangan lawan yang tidak diketahuinya siapa itu karena suara tawa ini melingkar-lingkar sukar ditangkap asalnya, tiba-tiba saja, seperti datangnya tadi yang amat tiba-tiba, suara ketawa yang dahsyat penuh tenaga sakti itu lenyap! Kejadian ini amat mendadak, seperti sebuah kereta kuda yang sedang cepat-cepatnya berlari mendadak direm sekuat tenaga, maka tentu saja akibatnya fatal sekali. Seperti kuda yang ditarik sekuat tenaga oleh kusirnya yang sedang berpacu cepat, begitu dihentikan membuat kuda terkejut dan "stress". Kuda terlonjak dengan bibir terluka, dan sekali kuda itu meronta kuat, kereta berikut kendalinya dibuat patah. Begitu pula halnya dengan keadaan tosu-tosu ini. Pada saat mereka sedang sekuat tenaga mempertahankan diri dari guncangan yang dahsyat itu, tiba-tiba saja guncangan lenyap dan mereka ini seperti dilempar oleh suatu tenaga yang tak terlawan lagi. Tenaga mereka seketika membalik dan memukul diri sendiri dan duapuluhan tosu Kong-thong pai yang bersila di atas lantai ini menjerit ngeri dan roboh sambil muntahkan darah segar!268 Hebat bukan kepalang peristiwa ini dan Kim-sin San-jin menjadi marah sekali. Wajah yang biasanya tenang dari tosu tua itu kini merah menyala dan sepasang matanya berapi-api dan mendelik! Tidak sukar baginya untuk menebak siapa biang keladi perbuatan ini. Tentu Cheng- gan Sian-jin, siapa lagi? "Cheng-gan Sian-jin manusia iblis! Keluarlah dari tempat persembunyianmu, jangan berlaku pengecut! Pinto siap mempertaruhkan nyawa untuk menghadapimu sampai detik269 terakhir......!"

Kim-sin San-jin memekik penuh kemarahan dan memandang ke depan dengan sinar mata beringas.

Akan tetapi, kakek itu dibuat terkejut ketika dia mendengar suara tawa tepat di atasnya! Tidak seperti tadi, suara ketawa ini dikeluarkan tanpa pengaruh khikang tingkat tinggi dan terdengar biasa seperti orang ketawa pada umumnya.

"Ha-ha-ha, tosu jenggot kambing! Untuk apa kau berteriak-teriak tidak karuan? Kalau kau mencari aku, mengapa harus melotot ke depan? Aku di sini, lihatlah. Ha-ha-ha.....!"

Kim-sin San-jin mendongak ke atas dan......di atas sebuah tiang melintang, duduk seorang kakek tinggi besar berjubah kuning berambut kemerahan dengan sepasang matanya yang biru kehijauan.

Cheng-gan Sian-jin, si peranakan Bangsa Arya! Tentu saja tosu ketua Kong-thong-pai itu terperanjat, dan kakek ini sudah siap untuk me- lompat ke atas menerjang gembong iblis yang entah kapan tahu-tahu telah berada di atas tiang melintang itu.

Akan tetapi, sebelum dia bergerak, Tok-sim Sianli yang sejak tadi diam saja memandang kejadian yang menimpa anak murid Kong-thong-pai ini dengan mulut tersenyum-senyum, sudah mengeluarkan bentakan dan menyerangnya dengan bendera di tangan kanan dan pukulan Tok-hiat-jiu di tangan kiri.270

"Tosu tua bangka, hayo layani aku dulu....!"

Gadis itu berteriak dengan wajah berseri dan ben- dera keramat itu mengebut menghantam dadanya.

"Gadis siluman, kau dan gurumu patut dilenyapkan dari permukaan bumi!'' Kim-sin San-jin membentak marah dan ujung jubahnya dikebutkan ke depan.

"Plakk!"

Bendera di tangan gadis itu bertemu dengan jubah Kim-sin San-jin dan kedua-duanya merasa terkejut.

Lie Lan kaget karena tubuhnya terdorong satu langkah ke belakang, sedangkan ketua Kong-thong-pai itu tergeser kudanya-kudanya! Inilah hebat dan Kim-sin San-jin sejenak terbelalak.

Kalau muridnya saja sudah sedemikian kuat, apalagi Cheng-gan Sian jin sendiri! "Ha-ha, bagus muridku.

Lawan dan tandingi tosu jenggot kambing ini! Pukul dadanya, ta rik jenggotnya sampai putus dan jewer telinganya, ha-ha-ha.........!"

Cheng-gan Sian-jin tertawa keras dan terpingkal-pingkal di atas tiang, mengejek ketua Kong- thong-pai itu sambil bertepuk-tepuk tangan.

Tentu saja Kim sin San-jin marah bukan main dan tosu ini menggereng seperti biruang dan menerjang Toksim Sianli dengan serangan maut.

Lie Lan terkejut dan melompat cepat ke samping kiri dan gadis inipun tidak tinggal diam.

Senjatanya digerakkan dan kini secara bertubi-tubi diapun membalas serangan-serangan271 ketua Kong-thong-pai itu dengan hebatnya.

Terjadilah serang-menyerang dan tangkis- menangkis diantara dua orang ini, dan Kim-sin San-jin yang merasa lebih tua, menghadapi gadis itu dengan tangan kosong, mengandalkan kedua jubahnya yang gerombyongan dan juga kedua tangannya yang bersembunyi di balik lengan jubah yang lebar itu.

Seperti tadi yang dijanjikannya, dalam gebrakan-gebrakan pertama ini Kim-sin San-jin berlaku ringan sela- ma sepuluh jurus dan setelah itu tosu ini bersikap keras.

Ang I Tojin dan Yang lh Tojin yang merupakan murid-murid paling tinggi tingkatnya, sudah membuka mata.

Dua orang ini yang memiliki kepandaian jauh di atas para sute -sute yang lain, dapat menyelamatkan diri dari pukulan lweekang yang membalik tadi.

Pada saat suara ketawa yang amat dahsyat itu berhenti secara tiba-tiba, dua orang inipun hampir saja mengalami celaka.

Lweekang yang sudah mereka dorong ke bagian dada untuk melindungi jantung pada saat mereka diserang oleh suara gembong iblis itu, mendadak membalik seperti sebuah pegas ketika secara tiba-tiba ketawa itu lenyap.

Dan hanya dengan cara mengempos semangat dan cepat membuka mulut untuk mengeluarkan hawa lweekang sajalah dua orang tosu ini selamat dari kematian.

Sedikit saja terlambat, tentu nyawa mereka telah meninggalkan tubuh.

Maka, ketika mereka melihat betapa suhu mereka telah bertanding dengan gadis iblis itu, dua orang tosu ini melompat berdiri dengan sikap beringas.

Gara-gara gadis inilah maka Kong- thong-pai harus menerima nasib buruk.

Dan mereka harus membalas sakit hati ini.

Yang Ih Tojin berteriak parau dan hendak menyerang, akan tetapi Kim-sin San-jin membentaknya.272

"Jangan maju! Biarkan pinto melayaninya! Kalian tolong saudara -saudara yang lain dan ke- pung iblis hitam di muka pintu itu!"

Teriakan ini menyadarkan dua orang tosu itu bahwa selain gadis ini, di luar masih terdapat orang lain! Ang I Tojin dan sutenya cepat menengok dan betul saja, laki-laki hitam yang disebut Hek-mo-ko oleh suhu mereka tadi kini telah melangkah masuk dengan tindakan lebar.

Pendekar Gurun Neraka Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua orang tosu ini meloncat dan menolong sute-sute mereka yang roboh bergelimpangan, dan setelah itu Ang I Tojin dan sute-sutenya menerjang Hek-mo-ko yang memasuki bangsal agung ini.

"Hehh, kalian kambing-kambing dungu berani menyerangku?"

Hek-mo-ko berseru mengejek.

"Kalau begitu, kalian berarti mencari mati. Kim-sin San-jin, saksikanlah roh-roh muridmu ini terbang ke alam baka, ha ha-ha-hahh!"

Iblis hitam itu tertawa menyeramkan dan tiba-tiba berkelebat ke depan.

Cepat bukan main gerakan laki-laki ini dan Ang I Tojin yang menerjang paling muka, terkejut melihat lawannya lenyap.

Dan baru dia kaget ketika Hek-mo-ko tertawa-tawa sambil menangkap dua orang sutenya dengan cengkeraman maut di belakang tubuhnya.

Ang I Tojin membalik dan memukul untuk menolong dua orang sutenya dari bahaya, akan tetapi pertolongannya datang terlambat.

Hek-mo-ko yang berhasil menangkap dua orang273 tosu Kong-thong-pai ini, sambil tertawa-tawa sudah mencengkeram tengkuk mereka dan sekali tangan setan hitam ini bergerak, dua buah kepala telah saling beradu.

"Prokkk!"

Dua orang tosu Kong-thong-pai itu berteriak ngeri dan kepala mereka pecah, otak dan darah berhamburan dari tulang tengkorak yang hancur itu.

Tentu saja Ang I Tojin marah sekali dan bersama Yang Ih Tojin yang mendelik penuh kebencian terhadap laki-laki hitam itu, mereka menyerbu dengan pedang di tangan! Tosu-tosu lain yang merasa marah melihat kekejaman Hek mo-ko yang telah membasahi lantai bangsal agung dengan darah saudara mereka, meluruk ke depan dan mengeroyok si iblis hitam sambil berteriak-teriak marah! Terjadilah pertandingan di dua tempat.

Satu adalah sang ketua sendiri melawan murid Cheng- gan Sian-jin, sedang yang ke dua adalah pertempuran tidak seimbang antara Hek-mo-ko dengan anak-anak murid Kong-thong-pai.

Dikatakan tidak seimbang karena disini Hek-mo-ko yang berkepandaian jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tosu-tosu itu jelas mempermainkan lawan-lawannya.

Hanya Ang I Tojin serta Yang Ih Tojin saja yang dipandang oleh setan hitam ini.

Yang lain-lain dianggapnya seperti rumput belaka.

Hari itu partai besar ini mengalami hal yang amat mengenaskan sekali.

Kim sin San jin sendiri terpukul batinnya.

Dia dapat melihat betapa anak-anak muridnya dibuat bulan-bulanan oleh Hek-mo-ko dan satu demi satu mereka itu roboh binasa.

Kakek ini marah bukan main dan ia mulai memaki-maki Cheng-gan Sian-jin yang masih nongkrong di atas tiang sambil tertawa- tawa melihat Hek-mo-ko membunuh-bunuhi murid-murid Kong-thong-pai.274 Ketua Kong-thong-pai ini diam-diam berharap agar gembong iblis itu turun.

Kalau hal ini terjadi, dia telah bertekad untuk mati bersama-sama dengan manusia iblis itu.

Dia tahu bahwa agaknya dia sudah tidak ada harapan lagi.

Dan sama sekali tidak diduganya bahwa di samping Cheng-gan Sian-jin, masih terdapat pula Hek-mo-ko yang agaknya menjadi pembantu datuk sesat itu.

Inilah kejadian di luar perhitungan, akan tetapi yang sebenarnya bagus pula untuk melaksanakan niatnya, yaitu membunuh musuh-musuhnya ini dengan bantuan jebakan maut di bangsal agung ini.

Yang diam-diam amat diherankan oleh Kim-sin San-jin adalah kapan beradanya Cheng-gan Sian-jin di atas tiang melintang itu.

Kakek ini tidak tahu bahwa tadi, ketika Lie Lan mem- pengaruhi murid-murid Kong-thong-pai dengan Sin-gan-i-hun-to dan dia sendiri membentak gadis itu untuk diam, pada saat itulah Cheng-gan Sian-jin bergerak.

Kakek berambut kemerahan ini dengan kepandaiannya yang luar biasa telah berkelebat dari pilar besar untuk berpindah ke atas tiang melintang itu.

Karena semua orang sedang dipengaruhi Sin- gan-i-hun-to, maka tentu saja kakek ini dapat bergerak lebih leluasa dan terhindar dari perhatian ketua Kong-thong-pai.

Dan Cheng-gan Sian-jin sendiri sebetulnya sudah tahu bahwa ketua Kong-thong-pai itu agak- nya telah mencium kehadirannya.

Oleh sebab itu, untuk menjaga murid perempuannya dari bahaya, maka gembong iblis ini lalu maju mendekati dengan jalan melayang di atas tiang di dekat dua orang itu.275 Demikianlah, dengan siasatnya yang cerdik, kakek tinggi besar berambut kemerahan ini dapat mengawasi semua gerak-gerik Kim-sin San-jin dari dekat.

Tentu saja Kim-sin San-jin mendongkol amat marah sekali, namun rangsekan-rangsekan Tok-sim Sianli membuatnya tidak berani membagi perhatian.

Ternyata, setelah dia sendiri bertanding dengan gadis itu, diam-diam hati kakek ini terkejut.

Murid Cheng-gan Sian-jin ini benar-benar hebat sekali kepandaiannya, tidak di bawah tingkatannya sendiri! Baik dalam hal ginkang maupun lweekang, gadis itu benar -benar mengejutkan.

Kecepatan ginkangnya luar biasa, gerakannya seperti burung walet menyambar, dan pukulan lweekangnya juga betul-betul hebat.

Satu kali, kebutan bendera menyambar dadanya dan tiba-tiba dengan gerakan licik gagang bendera di tangan gadis itu melakukan "sontekan"

Cepat ke arah matanya.

Serangan ini hebat dan tak tersangka-sangka karena tertutup oleh kain bendera, dan kalau saja kakek itu tidak awas, tentu matanya akan tercokel oleh sontekan maut ini.

Kim-sin San-jin mendengus dan menyampok dengan lengan bajunya yang lebar, dan secepat kilat kaki ketua Kong -thong pai ini menendang pusar lawan.

"Wuttt-dukk!"276 Gadis itu terkekeh dan Kim-sin San-jin terkejut. Tendangan ke pusar lawan disambut oleh lutut gadis itu dan tiba-tiba Lie Lan menampar dengan tangan kirinya yang penuh racun darah! Angin panas menyambar dan hidung kakek ini mencium bau amis. Kim-sin San-jin yang sudah meledak kemarahannya, melakukan gerakan cepat. Melihat sera- ngan Tok-hiat-jiu yang telah merobohkan dua orang muridnya ini membuat kakek itu menjadi panas. Tangan kanannya diangkat dan didorongkan ke depan dan angin tajam bersiut menyambut telapak tangan kiri gadis itu. Inilah pukulan Tong-san-ciang yang dilancarkan oleh Kim-sin San-jin. Kehebatannya jauh me- lampaui Tong san-ciang yang dikeluarkan oleh Pek Bin Tojin ataupun anak murid lainnya. Dari lengan kakek ini keluar angin dahsyat dan Lie Lan terkejut melihat hebatnya hawa pukulan ketua Kong-thong-pai itu.

"Plakk....!"

Kedua tangan mereka bertemu dan sejenak tosu itu menyeringai.

Kim sin San-jin merasakan betapa hawa panas dan gatal memasuki telapak tangannya tanda bahwa pukulan lawan mengandung racun.

Akan tetapi karena kakek ini memang telah bertekad untuk segera menyelesaikan pertempuran maka dia tidak memperdulikan rasa gatal panas ini dan langsung menangkap jari-jari tangan gadis itu dan meremas sekuat tenaga!277

"ihhh.....!"

Lie Lan berseru kaget dan gadis ini merasa betapa tangan kirinya yang digenggam oleh tangan kanan kakek itu seperti digencet oleh tenaga raksasa.

Dia meronta akan tetapi Kim-sin Sian-jin mempertahankan.

Beberapa detik mereka bersitegang akan tetapi Lie Lan yang maklum bahwa kakek itu agaknya hendak meremas hancur tangan kirinya, terpaksa berlaku nekat juga dan gadis ini mengerahkan tenaga Tok-hiat-jiu semakin hebat sehingga seluruh lengan kirinya berwarna merah berkilauan seperti darah.

Tidak berhenti sampai di situ saja, gadis ini telah menggerakkan benderanya menghantam muka ketua Kong-thong- pai itu.

"

W h i r r r r - b r e t t t t ! "

Kim-sin San-jin menggerakkan tangan kirinya dan bendera itupun ditangkapnya! Tosu ini ter- senyum mengejek dan jari-jari tangan kirinya merayap seperti ular dengan gerakan cepat dan........diapun telah menangkap tangan kanan gadis itu! Kini, kedua tangan mereka telah saling tangkap dan masing-masing mengerahkan tenaga untuk saling menghancurkan tangan lawan.

Terjadilah adu tenaga lweekang diantara dua orang ini dan sebentar saja gadis itu telah berkeringat dengan wajah pucat.

Tok-hiat-jiu memang berhasil mempengaruhi kakek itu, akan tetapi gencetan yang penuh tenaga sakti dari ketua Kong-thong-pai inipun sebaliknya juga mempengaruhi keadaan murid Cheng-gan Sian-jin ini.278 Dan dari adu tenaga lweekang ini, sedikit demi sedikit Lie Lan harus mengakui keunggulan lawan.

Tenaga sakti kakek itu hebat sekali.

Tangannya yang dicengkeram oleh Kim -sin San-jin serasa remuk seperti digencet seekor gajah.

Racun Tok-hiat-jiu ysng menjalar sampai di pergelangan tangan tosu itu, kini perlahan-lahan turun kembali dan ada kemungkinan untuk memukul gadis itu sendiri.

Kalau hal ini terjadi, tentu saja nyawa gadis itu berada di ambang pintu kematian, apalagi tenaga Kim-sin San-jin akan merupakan pendorong paling cepat untuk segera membalikkan racun darah itu ke tubuh gadis ini! Sejenak wajah Lie Lan menjadi pucat dan hampir dia berteriak minta tolong suhunya.

Akan tetapi gadis ini segera teringat kepada kakinya dan secepat kilat iapun lalu menotok lutut tosu itu dengan ujung sepatunya.

Akan tetapi, sungguh sial Kim-sin San-jin yang banyak pengalaman itu kiranya telah mendahuluinya.

Berbeda dengan lawan yang mulai diliputi kecemasan sehingga pikirannya menjadi kacau, adalah kakek ini dapat bersikap tenang dan pikirannya bekerja tepat.

Sebelum gadis itu mengangkat kakinya, Kim-sin San-jin telah mendahului menotok lutut lawannya dengan gerakan cepat! "Cett........

auhhh!"

Kim-sin San-jin berteriak kesakitan dan tendangan kakinya gagal.

Kiranya Cheng-gan Sian-jin yang melakukan kecurangan itu! Kakek ini tadi telah menyambitkan sekeping kayu kecil ke279 kaki ketua Kong-thong-pai itu dan menggagalkan serangannya terhadap Lie Lan.

Tentu saja Kim-sin San-jin marah bukan main, akan tetapi pada saat itu, Lie Lan yang melihat kesempatan bagus, tidak mau menyia-nyiakannya.

"Tosu bau, robohlah..........!"

Gadis ini berteriak dan kakinya bergerak. Terdengar suara "tukk!"

Dan kaki ketua Kong-thong- pai itu menjadi lemas dan tanpa dapat ditahan lagi, Kim-sin San jin roboh berlutut! Hebat kejadian ini, namun lebih hebat lagi perbuatan kakek itu.

Begitu tubuhnya jatuh berlutut, ketua Kong-thong-pai ini menggereng seperti harimau lapar dan secepat kilat bergulingan menjauhkan diri.

Kakinya yang sebelah masih tertotok lemas akan tetapi begitu dia telah menjauhkan diri dari lawan, ketua Kong-thong-pai ini menggerakkan jarinya dan menyembuhkan akibat totokan tadi.

Kemudian, sekali kedua tangannya menekan lantai, Kim-sin San-jin telah melompat bangun dan sebatang pedang kekuningan telah berdesing di tangan kakek ini! "Cheng-gan Sian-jin, majulah! Jangan berlaku curang......!"

Kim-sin San-jin membentak penuh kemarahan dan mendelik ke arah gembong iblis yang masih tertawa-tawa di atas tiang melintang itu.

Pedang di tangannya menggigil dan sepasang mata ketua Kong -thong-pai ini berapi-api.

Ingin dia melihat Cheng-gan Sian-jin turun menginjakkan kakinya di lantai, namun280 betapa gemas hatinya karena kakek iblis itu hanya tertawa-tawa mengejek di atas tiang.

Kalau Cheng-gan Sian jin tidak turun, tentu saja sukar baginya untuk menjebak k a k e k i t u .

L i e L a n y a n g m e l i h a t l a w a n n y a t e l a h m e m e g a n g s e b a t a n g p e d a n g , m e l e n g k i n g n y a r i n g d a n t i b a - t i b a m e l o n c a t k e d e p a n m e n e r j a n g K i m - S i n S a n - j i n .

"

T o su b a u , b a g u s b a h w a k a u s e k a r a n g m e m e g a n g s e n j a t a . H a y o k i t a l a n j u t k a n p e r m a i n a n k i t a ! "

K i m - s i n S a n - j i n y a n g s u d a h m a r a h i n i t i d a k m a u b a n y a k c a k a p l a g i .

M e l i h a t g a d i s i t u k e m b a l i m e n y e r a n g n y a , k a k e k y a n g g a g a h p e r k a s a i n i m e n g e l u a r k a n b e n t a k a n d a n t i b a - t i b a p e d a n g n y a memb e n t u k c o r e t a n - c o r e t a n s e g i e m p a t d i u d a r a .

G a d i i i t u t e r k e j u t k e t i k a m e n d e n g a r s u a r a m e n d e n g u n g t a j a m d a n t i b a - t i b a p e d a n g d i t a n g a n K i m - s i n S a n - j i n m e n g e l u a r k a n s i n a r b e r k i l a u t e r a n g d a n p e c a h m e n j a d i e m p a t m a t a p e d a n g y a n g s e c a r a s u s u l - m e n y u s u l m e l a k u k a n g e r a k m e m o t o n g k e t u b u h n y a ! "

T r a n g - t r a n g g ......! "

P e r t e m u a n p e d a n g d e n g a n g a g a n g b e n d e r a m e n i m b u l k a n b u n g a a p i i n d a h d i u d a r a d a n t i b a - t i b a L i e L a n b e r s e r u k a g e t .

P e d a n g d i t a n g a n k e t u a K o n g - t h o n g - p a i i t u s e c a r a l u a r b i a s a m e n d a d a k m e n g g e s e r d i g a g a n g p e d a n g n y a d a n s e c e p a t k i l a t t e l a h m e n g a n c a m j a r i - j a r i t a n g a n n y a ! T e n t u s a j a L i e L a n t e r k e j u t m e l i h a t k e c e p a t a n p e d a n g d i t a n g a n k e t u a K o n g - t h o n g - p a i i n i d a n k a r e n a d i a t i d a k s e m p a t m e l o m p a t m u n d u r , g a d i s ini tiba-tiba melemparkan bendera di tangan kanannya ke281 tangan kiri dan tubuhnya mendoyong ke samping.

Dan pada saat itulah Kim-sin San-jin mengeluarkan suara dari hidung dan pedang yang tadi siap membabat jari-jari lawan tiba-tiba menyeleweng arahnya dan membacok leher gadis itu yang sedang mendoyongkan tubuh ! Perubahan ini amat cepat dan luar biasa sekali, di luar dugaan orang.

Kiranya Kim-sin San-jin telah mengeluarkan sebuah tipu yang amat lihai, yaitu dengan serangan pancingan ke jari-jari lawannya padahal sebenarnya pedang itu berputar memancung leher.

Inilah gerak tipu yang disebut Memenggal Kepala Iblis Betina, sebuah serangan maut yang jarang ada tandingannya ! "Aiiihhhhhhhh.............!"

Lie Lan berteriak ngeri dan Cheng-gan Sianjin yang tadi tertawa-tawa di atas tiang, menghentikan tawanya dan terkejut setengah mati melihat bahaya maut mengancam muridnya.

Sama sekali282 dia tidak mengira bahwa ketua kong-thong-pai ini agaknya telah menciptakan sebuah ilmu pedang yang hebat luar biasa.

"Lontarkan bendera dan banting tubuh.......!"

Cheng-gan Sian-jin berteriak dan tubuhnya mela- yang ke bawah dengan kecepatan kilat.
Pendekar Gurun Neraka Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Kakek ini menghantam kepala Kim-sin San-jin dari belakang dengan telapak tangan terbuka.

Hebat sekali apa yang terjadi dalam gebrakan-gebrakan yang amat cepat ini.

Lie Lan telah melontarkan bendera keramatnya untuk menangkis sambaran kilat pedang tosu itu dan membanting tubuh ke bawah, sedangkan Cheng-gan Sian-jin membokong Kim-sin San-jin dari belakang dengan pukulan sinkangnya.

"Brett-plakk!"

Dua suara ini terdengar hampir berbareng dan ketua Kong-thong-pai itu mengeluh tertahan.

Lie Lan masih kurang cepat membanting tubuh dan bendera yang dilontarkanpun ternyata tidak banyak menolongnya.

Kecepatan jurus maut tadi memang amat luar biasa dan bendera gadis itu terbacok putus, sedangkan pedang terus meluncur ke arah lehernya.

Hanya berkat283 bantingan tubuh sajalah yang membuat lehernya selamat dan masih utuh, akan tetapi tidak semuanya.

Leher bajunya masih sempat dicium pedang Kim-sin San-jin dan menggores kulit sehingga berdarah, sedangkan ketua Kong-thong-pai sendiri yang dibokong oleh Cheng-gan Sian-jin dari belakang, juga merasakan akibatnya.

Punggung kakek itu terhantam telapak tangan Cheng-gan Sian-jin dan ketua Kong thong-pai ini terlempar tubuhnya sambil muntahkan darah segar! Untung tadi Kim-sin San-jin cepat menundukkan kepalanya, kalau tidak, bukannya punggungnya yang kena pukulan, melainkan batok kepalanya yang tentu akan hancur berantakan tersentuh telapak tangan datuk sesat itu! Cheng-gan Sian jin yang marah menyaksikan betapa muridnya hampir saja celaka di tangan ketua Kong-thong-pai itu, mengeluarkan pekik menyeramkan dan melompat mengejar Kim- sin San-jin yang sudah terluka.

Namun tosu itu ternyata tidak percuma menjadi ketua Kong- thong-pai.

Pukulan Cheng-gan Sian-jin dihindarkan dengan jalan bergulingan kesana-sini dan kakek tinggi besar itu menyerang bertubi-tubi tanpa memberi kesempatan lawan untuk melompat bangun.

"Murid-murid Kong-thong-pai, keluar........!!"

Tiba-tiba Kim-sin San-jin berteriak keras dan ketika Cheng-gan Sian-jin memukulnya, kakek ini menggelinding ke sebuah pot bunga.

Tangannya bergerak cepat menyambar benda itu dan284 memutarnya sekali lalu menyendal dan terdengarlah ledakan yang amat dahsyat di ruangan bangsal agung ini.

"Blarrrr...!"

Bumi seperti dilanda gempa dan tiba-tiba lantai ruangan itu terbuka lebar merupakan lubang sumur yang besar dan dalam! Belum lagi peristiwa ini berhenti, mendadak terdengar suara bergemuruh dan tiba-tiba saja bangsal agung itu ambruk dengan amat hebatnya.

Tentu saja hal ini amat menggemparkan semua orang.

Teriakan-teriakan ngeri terdengar di sana- sini dan anak-anak murid Kong thong-pai yang tidak sempat melompat keluar, terjungkal dalam sumur maut itu dan kalau toh mereka sempat melompat ke pinggir, tosu-tosu ini tidak dapat mengelak dari ambruknya gedung bangsal agung.

Akibatnya, tosu- tosu Kong-thong-pai ini mengalami nasib yang mengenaskan sekali.

Yang jatuh terjungkal di dalam sumur maut terbanting hancur di dasar sumur yang berlantai batu dan amat dalam, sedangkan yang tertimpa ambruknya bangunan juga tidak mengalami nasib yang lebih baik dari yang tewas di285 sumur maut.

Kepala dan tubuh mereka terhantam balok-balok besar atau reruntuhan dinding batu dan tosu-tosu ini terpelanting dengan kepala pecah.

Kim-sin San-jin sendiri yang menggerakkan jebakan maut ini, terjungkal ke dalam sumur yang amat dalam itu dan sudah tidak ingat apa-apa lagi.

Cheng-gan Sian-jin bersama muridnya juga tidak terluput dari kejadian yang di luar dugaan ini.

Begitu pula halnya Hek-mo-ko.

Tiga orang ini sama sekali tidak mengira seujung rambutpun bahwa Kim-sin San-jin, seorang ketua partai persilatan yang besar dan ternama itu ternyata memiliki "kecurangan"

Semacam ini yang biasanya hanya dilakukan oleh orang-orang golongan sesat saja! Kakek tinpgi besar berambut kemerahan itu telah terperosok ke dalam lubang sumur, akan tetapi gembong iblis ini memang benar-benar hebat sekali.

Begitu merasa tubuhnya terjeblos, Cheng-gan Sian-jin menjejak dinding sumur sekuatnya sehingga tubuhnya membal seperti bola dan sambil mengeluarkan286 teriakan mengguntur, tokoh sesat ini berjungkir balik di udara dan selamat keluar dari sumur maut ! Akan tetapi celakanya, baru saja dia berhasil meloloskan diri dari sumur itu, gedung bangsal agung yang ambruk tiba-tiba menimpa tubuhnya dari atas! Reruntuhan gedung mengebulkan debu tebal dan kakek ini tidak dapat melihat ke depan dengan jelas.

Tiang melintang yang tadi didudukinya, tiba-tiba patah ke bawah dan menghantam kepalanya.

Terdengar suara "bluk!"

Dan kakek tinggi besar ini menggeram.

Kepalanya terpukul balok sebesar kepala orang, akan tetapi karena dia sebelumnya telah mengerahkan lweekang me- lindungi tubuh untuk menjaga segala kemungkinan, maka hantaman itu tidak melukainya hanya me- ngejutkannya saja.

Kakek yang marah ini meng- gerakkan lengannya dan sekali tampar, balok itu hancur berkeping-keping ! Cheng-gan Sian-jin lalu mengeluarkan pekik menggeledek dan tubuhnya mencelat ke atas, menyalurkan hawa lweekang terutama ke arah kepalanya.

Hebat perbuatannya287 ini, tubuhnya terbang ke atas menerjang rumah yang ambruk itu dan kepalanya membentur-bentur bermacam benda.

Batu-kayu-genteng dan lain-lain benda bertemu dengan kepala kakek tinggi besar itu dan semuanya terpental berhamburan dan akhirnya kakek ini muncul di atas runtuhan gedung dengan muka penuh debu! "Suhu, tolong...........!"

Cheng-gan Sian-jin menoleh dan kakek ini terbelalak, kira-kira lima tombak jauhnya, tampak Lie Lan di antara tumpukan puing-puing rumah, terpendam sebatas leher! Kakek itu melompat dekat dan sekali tarik, tubuh muridnya terbetot keluar dengan selamat.

Sejenak guru dan murid ini saling pandang, dan akhirnya Cheng gan Sian-jin tertawa bergelak.

"Ha-ha-ha, sungguh lucu permainan Kim-sin San-jin ini. Tua bangka itu agaknya mengira bahwa kita pasti mampus dalam jebakannya, tidak tahunya kita masih hidup dengan selamat! Ha-ha-ha, tosu bau, perbuatanmu ini bahkan mencelakakan murid-muridmu sendiri dan permainanmu ini hanya bisa dilaksanakan untuk menjebak tikus dan binatang hutan!"

Cheng-gan San-jin tertawa bergelak sampai perutnya berguncang, akan tetapi gadis itu tidak dapat meniru suhunya.

Wajahnya masih pucat dan diam-diam ia bergidik ngeri.

Teringat olehnya tadi betapa pedang ketua Kong-thong-pai itu hampir saja membabat putus lehernya, dan kalau hal itu terjadi, tentu dia hanya tinggal sebagai mayat yang tiada guna!288 Tiba-tiba Lie Lan memandang ke sebelah kanan.

Gadis ini melihat betapa tumpukan puing di tempat itu bergerak-gerak aneh.

Tentu saja penglihatan ini mengejutkan hatinya dan gadis itu bersiap dengan muka ngeri.

Jangan-jangan roh tosu-tosu Kong-thong-pai yang gentayangan untuk membalas dendam! Kalau hal ini terjadi, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Bagaimana mungkin melawan arwah penasaran? "Suhu, lihat itu....."

Gadis ini berbisik dan Cheng-gan Sian-jin menghentikan tawanya. Mereka berdua melihat betapa timbunan tanah itu bergerak semakin keras dan tiba-tiba muncul dua buah tangan berkulit hitam.

"Hek-mo-ko.....!"

Cheng-gan Sian-jin berseru dan benar saja, setelah kedua tangan itu muncul dan menggapai-gapai di udara, menyusullah sebuah kepala yang aneh warnanya seperti kepala setan.

Kiranya itu adalah kepala Hek-mo-ko yang kotor terkena timbunan puing rumah dan coreng-moreng tidak karuan, dan setelah kepala itu nongol sebatas leher, Lie Lan menjadi tenang lagi dari ketegangannya.

"Mo-ko, hayo lompat, ha-ha-ha, kau persis iblis yang bangkit dari kubur!"

Cheng-gan Sian-jin tertawa geli dan melihat betapa dengan susah payah iblis hitam itu menggerakkan tubuhnya membebaskan diri dari timbunan gedung.

Hek-mo-ko akhirnya berhasil289 meloloskan diri dan iblis hitam ini mengumpat caci dengan kata-kata kotor.

"Keparat, anjing hina-dina tua bangka jahanam itu! Kalau aku tadi tewas, tentu kukejar rohnya dan kucabik-cabik hatinya yang busuk melebihi tahi kerbau itu!"

"Ha-ha-ha, kau miring otakmu, Mo-ko. Mana ada roh punya hati? Jangan-jangan hatimu nanti malam yang akan diganyang oleh ketua Kong-thong-pai itu!"

Cneng-gan Sian-jin berkata dengan muka geli dan mengejek setan hitam itu.

Hek-mo-ko tidak menjawab dan Lie Lan yaag melihat keadaan laki-laki ini, mau tak mau juga ikut tertawa geli.

Cheng-gan Sian-jin yang merasa puas dengan pekerjaannya yang pertama ini, lalu mengajak dua orang itu untuk melanjutkan pekerjaan mereka yang kedua, yakni membuat kegemparan di Go-bi-pai! Seperti pula halnya di Kong-thong-pai, Cheng-gan Sian-jin bersama Hek-290 mo-ko menyembunyikan diri dan menyuruh gadis cantik itu maju duluan.

Gembong iblis ini memang sengaja hendak memperkenalkan murid perempuannya itu pada dunia, dan baru jika muridnya itu mengalami kesukaran, barulah dia sendiri muncul.

Tentu saja sepak terjang murid Cheng-gan Sian-jin ini menggegerkan dunia kang-ouw dan sebentar saja, gadis itu telah mendapatkan dua nama julukan.

Di dunia pendekar dia disebut Tok-sim Sianli sedangkan di dunia hitam dia bahkan dijuluki Cu-sim Sianli.

Dua nama julukan yang amat kontras menempel dalam diri gadis itu.

Leng Kong Hosiang, hwesio ketua Go-bi-pai yang amat sabar dan rendah hati, roboh di tangan Tok- sim Sianli yang secara diam-diam dibantu gurunya dari tempat persembunyiannya.

Hwesio itu tidak tewas, akan tetapi mengalami luka-luka yang cukup parah dan kedua kakinya remuk! Dan seperti juga ketika meninggalkan Kong-thong-pai, gadis ini291 menancapkan sebuah bendera keramat bergambar naga bermata hijau.

Itulah Bendera Iblis, tanda pengenal yang dimiliki Cheng-gan Sian-jin si pentolan hitam! Kegemparan demi kegemparan dilakukan gadis ini atas perintah gurunya, dan sebentar saja nama Tok- sim Sianli amat dikenal orang.

Apalagi ketika orang tahu bahwa gadis itu adalah murid Cheng-gan Sian- jin si datuk iblis yang sekarang bahkan menjabat sebagai koksu di Kerajaan Wu ! Golongan pendekar benar-benar dicekam kegelisahan hebat dengan munculnya dua orang manusia jahat ini dan diam-diam diantara mereka terjadi isyarat rahasia untuk mencari jalan bagaimana mereka dapat mengenyahkan dua orang itu.

Suatu hal yang amat sulit, bahkan agaknya tidak mungkin dilakukan.

Dahulu, pada tigapuluh tahun yang lampau saja tidak ada seorang ketua partai manapun yang mampu merobohkan Cheng gan Sian-jin.

Padahal pada waktu itu manusia iblis itu bisa dibilang hidup sendiri, tidak terlindung oleh pasukan kerajaan seperti sekarang ini ! Bagaimana mereka bisa memenuhi maksud mereka itu? Tiba-tiba mereka teringat kepada Yap-goanswe, itu bekas jenderal muda dari Kerajaan Yueh yang gagah perkasa dan memiliki kepandaian tinggi, akan tetapi betapa kagetnya hati para292 pendekar ini ketika mendengar berita bahwa pemuda itu telah ditawan Cheng-gan Sian-jin! Kalau sudah begini, siapa lagi yang akan maju? Dan pada saat mereka kebingungan inilah muncul berita baru yang menggirangkan hati mereka, yaitu tentang munculnya Malaikat Gurun Neraka yang kini keluar dari tempat pertapaannya untuk menghadapi Cheng-gan Sian- jin dan membebaskan murid tunggalnya, Yap-goanswe yang gagah perkasa itul Demikianlah, dunia kang-ouw kembali mengalami ketegangan dan diam-diam mereka ini lalu satu-persatu secara menyamar pergi ke kota raja untuk menyaksikan terjadinya peristiwa yang tentu amat bersejarah itu, dan diam-diam orang-orang inipun juga bersiap-siap untuk menyingsingkan lengan membantu pendekar besar itu dari ancaman bahaya yang tentu dipasang oleh Cheng- gan Sian-jin si raja kaum sesat yang terkenal cerdik dan banyak akal itu.

Dan atas keberhasilannya dalam melakukan tugas yang diperintahkan gurunya, Lie Lan gadis cantik murid Cheng-gan Sian-jin ini lalu meminta semacam "balas jasa"

Dari gurunya, yakni untuk merangkapkan Yap-goanswe baginya.

Itulah sebabnya mengapa Cheng-gan Sian-jin lalu mengajak Hek-mo-ko mencari jenderal muda yang gagah perkasa itu dan akhirnya berhasil menawan pemuda itu akibat kecurangan Hek-mo-ko seperti yang telah diceriterakan dalam

Jilid terdahulu.

*** Pemuda itu mengeluh dan membuka mata.

Mula-mula matanya silau ketika melihat sorot lampu yang terang-benderang di kamar besar itu.

Pemuda ini tertegun dan mengingat -ingat293 bagaimana dia bisa tiba-tiba berada di tempat ini.

Matanya berputar dan mendadak dia melompat bangun.

"Uhhh.......!"

Bu Kong berseru tertahan dan tubuhnya kembali roboh.

Baru sekarang dia tahu bahwa tubuhnya diikat erat dengan dadung sebesar ibu jari tangan! Pemuda ini terkejut akan tetapi dia sama sekali tidak merasa cemas.

Teringatlah dia sekarang akan semua yang telah terjadi.

Mula-mula dia berada di tepi Laut Tunghai yang sedang bergemuruh dilanda badai, bersama Bwee Li, wanita cantik selir Yun Chang.

Di mana Bwee Li ? Inilah pertanyaan pertama yang masuk di otaknya.

Pemuda ini tidak memperdulikan diri sendiri dan yang digelisahkannya pada saat itu adalah Bwee Li, wanita malang yang terkena tipu muslihat musuh.

Sementara matanya meliar ke sekeliling kamar, tiba-tiba dari luar terdengar langkah kaki yang halus perlahan.

Cepat dia memejamkan mata dan berpura-pura masih pingsan, akan tetapi pendengarannya dipasang tajam dan sedikit bulu matanya bergerak untuk melihat siapa pendatang ini.

Pintu kamar besar itu terbuka dari luar dan tiga orang wanita berpakaian pelayan memasuki kamar ini.

Mereka tertawa-tawa genit dan membawa penampan yang penuh makanan dan yang menyiarkan bau harum yang sedap.294

"Hi-hi-hikk, siocia memang aneh wataknya. Ia menyuruh kita memasak Daging Naga Arak Merah! Bukankah hidangan begini biasanya baru dikeluarkan kalau ada pengantin baru? Aihh, agaknya siocia malam ini ingin berpengantin baru dengan Yap -goanswe, hi-hikkk! Sayang, kalau saja akupun diperkenankan siocia untuk melayani Yap -goanswe, ahhh, betapa menyenangkan !"

"Huhh, pelayan seperti kita ini mana bisa bersenang-senang dengan pemuda tampan gagah perkasa seperti Yap-goanswe itu? A-moi, jangan berangan-angan terlalu muluk, pasanganmu adalah tukang kebun di belakang. Hok Siu telah mengincarmu selama ini dan kaupun harus tahu diri, hi-hikk !"

"Cihh, siapa suka melayani Hok Siu? Mukanya penuh bopeng bekas dimakan cacar, kalau kau mau, A-liu, ambil saja dia dan gantikan aku nanti malam!"

Pendekar Gurun Neraka Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dua pelayan wanita ini saling berolok dan mereka tertawa -tawa genit dan Bu Kong yang mendengarkan kata-kata itu, menjadi merah mukanya karena jengah.

Pelayan-pelayan wanita ini agaknya bukan pelayan-pelayan yang baik.

Mereka lebih pantas disebut wanita- wanita yang cabul dan tidak tahu malu.

Dan kalau pelayannya saja seperti ini macamnya, tentu "siocia"

Yang dibicarakan itu akan melebihi para pelayannya ini! Diam-diam dalam hati pemuda itu timbul rasa tidak enak.

Entah mengapa, terdapat firasat buruk di dalam hatinya, perasaan yang membuat pikirannya tiba-tiba gelisah tidak karuan.295 Pemuda ini mengerahkan lweekang untuk mematahkan belenggu, namun betapa kagetnya ketika dia mendapat kenyataan bahwa hawa sakti yang berpusat di pusarn ya tidak dapat digerakkan, lumpuh akibat suatu totokan lihai! Tentu saja kenyataan ini membuatnya kecut dan terpaksa dia tidak berani banyak bergerak agar tidak meNARIKperhatian tiga orang pelayan wanita itu.

"A-moi, A-liu, tepat kalian keluar dan ambil Arak Sorga di dapur dalam !"

Tiba-tiba pelayan ketiga yang berpakaian kuning berkata kepada dua orang temannya.

"Tinggalkan hidangan kalian di sini dan biar aku yang mengaturnya. Cepat, sebelum siocia datang."

"Hi-hi-hikk, A-cheng, kau agaknya ingin menikmati wajah ganteng Yap-goanswe seorang diri di sini, ya? Hemm, siapa tidak tahu akalmu ini? Dengan menyuruh kami berdua pergi, berarti kau mendapat kesempatan untuk mendekati pemuda itu dan siapa tahu kau dapat......hmm.....hmm.....dengannya......"

"A-moi, tutup mulutmu! Sekali lagi kau membuka mulut mengejek, jangan salahkan aku untuk menampar pecah mulutmu yang kurang ajar itu! Hayo kalian keluar dan ambil Arak Sorga sebelum siocia datang !"

Pelayan ketiga yang dipanggil A-cheng ini membentak dengan pipi merah dan rupanya dia adalah pelayan kepala, buktinya A-moi dan A-liu tidak berani main- main dengan pelayan yang satu ini.296 Dua orang pelayan itu bersungut-sungut dan mereka keluar kamar untuk memenuhi perintah pelayan kepala ini, A cheng berdiri dengan muka merah dan Bu Kong melihat betapa pelayan ini memiliki tubuh yang ramping menggiurkan.

Karena pelayan ini membelakanginya, maka pemuda itu berani membuka mata lebih lebar dan pada saat itulah tiba-tiba A-cheng membalikkan tubuh ke arahnya.

"Yap goanswe, kalau kau sudah sadar, harap jangan berpura -pura lagi. Siocia telah mengetahui keadaanmu ini dan tidak perlu lagi kau menyembunyikan diri. Bersiaplah, sebentar lagi siocia datang mengunjungimu!"

Bukan main kagetnya pemuda ini mendengarkan kata-kata itu dan tanpa disadarinya lagi dia telah membelalakkan matanya. Bukan main! Siapakah pelayan wanita ini ? Bagaimana bisa tahu bahwa dia sebenarnya sudah sadar kembali? (Bersambung

Jilid ke VI) Pendekar Gurun Neraka-

Jilid 5297 Pendekar Gurun Neraka ? Batara

Jilid 5298 PENDEKAR GURUN NERAKA

Jilid 6 Karya BATARA Pelukis YANES Penerbit/Pencetak C. V.

"G E M A"

Jln. Mertokusuman 761 RT. 14 RK IIl Telepon No. 5801 SOLO Tahun 1978 Credit Ebook. Sumber buku Aditya Indra Jaya Djvu Mukhdan Editor Hendradinata Sugiyanto Finishing Pdf Team Kolektor EBook299 PENDEKAR GURUN NERAKA Karya BATARA

Jilid 6 MERASA bahwa tidak ada gunanya lagi berpura-pura, pemuda itu lalu beringsut duduk dan dengan sukar akhirnya dia berhasil menyandarkan tubuh di tepi pembaringan.

Tubuhnya terikat kuat seperti babi yang siap dipotong dan diam-diam pemuda ini mendongkol sekali.

Kalau saja lweekangnya dapat dikerahkan, tentu tidak sukar baginya untuk mematahkan belenggu ini.

"Kau.....siapakah, nona?"

Bu Kong bertanya dan memandang tajam penuh selidik ke arah wanita berpakaian kuning ini.

"Mengapa aku bisa berada di sini dan siapa pula yang mengikatku seperti binatang sembelihan begini? Sungguh terlalu, di samping melumpuhkan tenaga sinkang, juga masih300 memperlakukan orang seperti seekor binatang!"

Pemuda itu bersungut- sungut dengan muka merah. A-cheng tersenyum manis akan tetapi juga setengah mengejek.

"Yap- goanswe, lebih baik simpan saja kemarahanmu yang tiada guna itu. Koksu yang menawanmu dan dialah yang membawamu kemari. Ini gedung siocia dan hanya berkat siocia sajalah maka Koksu tidak memperlakukan dirimu dengan perbuatannya yang lebih mengerikan lagi. Kau patut berterima kasih terhadap siocia kami, kalau saja kau tahu diri..."

Bu Kong memandang wanita itu dengan sinar mata tajam dan diam-diam dia terkejut.

Koksu? Siapakah yang dimaksudkan? Apakah........? Ah, benar, tentu Cheng-gan Sian-jin yang dimaksudkan oleh wanita ini! Teringatlah dia sekarang dan diam-diam Bu Kong merasa bergidik.

Gembong iblis itu benar-benar hebat kesaktiannya dan ilmu silatnya jauh lebih kuat dan berpengaruh dibandingkan dengan Ang-i Lo-mo yang telah tewas di tangannya.

Sedangkan mengenai "siocia"

Itu sendiri, siapakah yang dimaksudkan oleh wanita itu?301

"Nona, siapakah siocia kalian yang baik hati itu?"

Pemuda ini bertanya sambil menduga-duga.

"Dan kalau siocia kalian benar-benar baik, tentunya tidak akan membiarkan aku tetap terikat begini......."

"Hi-hikk, harap jangan membujuk aku untuk melepaskan belenggumu, goanswe. Hanya siocialah yang akan memutuskan keadaanmu ini. Kalau kau dapat bersikap manis terhadap siocia kami, tentu siociapun akan melepaskan ikatanmu itu. Akan tetapi kalau kau bersikap keras kepala, mana ada harapan bagimu untuk melepaskan diri? Sudahlah, jangan kau bertanya tentang siocia kami. Sebentar lagi dia akan datang dan kaupun akan segera mengerti dan mengenalnya."

A-cheng tidak memperdulikan pemuda itu lagi dan mengatur semua hidangan di atas meja dengan rapi dan tak lama kemudian, muncullah A- moi dan A-liu sambil tertawa-tawa genit ke dalam kamar.

Mereka membawa seguci kecil arak yang luar biasa harumnya dan dua buah sloki yang terbuat dari emas.

Melihat betapa pemuda itu sudah sadar kembali302 dan menyandarkan tubuh di tepi pembaringan dalam keadaan terbelenggu, A-moi terkekeh.

"Ihh, Yap-goanswe sudah bangun. Agaknya A-cheng tadi yang membangunkannya. Hi-hikk, usapan jari-jari yang halus lembut seperti milik A-cheng mana ada pria yang dapat tahan?"

Pelayan ini tertawa-tawa dan A-liu juga terkekeh.

Dua orang pelayan ini dengan sikap centil sekali lalu meletakkan guci kecil itu di atas meja berikut dua buah slokinya yang kecil mungil.

Tiga orang wanita ini tampak sibuk dan Bu Kong yang tidak mengerti untuk apa semuanya itu, hanya memandang mereka bergantian.

Hanya diam- diam dia merasa mendongkol sekali kepada pelayan yang dipanggil A-moi itu dan godaannya tadi membuat mukanya menjadi merah.

Sungguh terlalu pelayan-pelayan ini dan dia ingin sekali melihat siapa gerangan siocia yang menjadi majikan tiga orang pelayan itu.303 Akhirnya, kesibukan tiga orang itu berakhir.

Mangkok sumpit dan segala macam hidangan telah mereka atur dengan rapi di atas meja besar itu, bau masakan yang masih mengebul membuat perut pemuda ini terasa lapar.

Akan tetapi, agaknya yang paling keras baunya adalah arak di guci kecil itu.

Keharuman yang aneh dan khas keluar dari mulut guci yang tidak tertutup dan A-moi serta A-liu berkali-kali mengembangkempiskan hidung mereka di dekat bibir guci itu.

"Aihh, benar-benar sedap sekali Arak Sorga ini. Kalau saja aku boleh mencicipinya, apalagi bersama Yap-goanswe yang ganteng dan gagah perkasa itu, ahh, badan tentu akan menjadi lebih segar, hi-hikk!"

A-moi berkata sambil tertawa.

"Ihh, A-moi, mana siocia akan memberimu? Sekali diberi tentu kau akan mabok tidak karuan dan jangan-jangan semua pria akan kautubruk, hi- hikk!"

A-liu terkekeh.304 Dua orang ini tertawa-tawa dan muka mereka tampak merah dengan pipi mangar- mangar.

Bu Kong yang melihat dari jauh keadaan mereka ini, diam-diam merasa heran dan terkejut.

Agaknya karena tadi berkali-kali mengendus bau arak di guci kecil itu, dua orang pelayan ini telah kena pengaruhnya.

Hemm, benar-benar arak yang keras, pikirnya.

Dan namanyapun juga benar-benar hebat.

Arak Sorga! Luar biasa sekali dan baru sekarang ini dia mendengar nama arak yang seperti itu.

Sementara itu, A-cheng yang melihat betapa dua orang temannya ini tertawa-tawa genit dan melirak-lirik ke arah Yap-goanswe, berkata mem- peringatkan.

"A-moi, A liu, jangan main-main. Pekerjaan kita telah selesai dan kita harus melapor kepada siocia. Hayo kita pergi dan jangan kalian membuat siocia marah."

Dua orang itu tampak terkejut dan kecewa akan tetapi mereka tidak berani banyak membantah. Bersama A-cheng mereka lalu keluar dan A-moi masih305 sempat menggoda pemuda itu di ambang pintu.

"Yap-goanswe, selamat bermalam pengantin, hi-hikk!"

Dan pelayan ini melambaikan tangannya sambil tertawa penuh arti.

Bu Kong kembali menjadi merah mukanya dan dia mengepal tinjunya dengan gemas.

Pelayan yang satu ini sungguh keterlaluan menggodanya, dan sikapnya juga terlalu genit.

Dia merasa marah dan muak melihat semuanya ini, akan tetapi karena dalam keadaan tidak berdaya, apa yang bisa dilakukannya? Satu-satunya pekerjaan baginya ialah menunggu dan setelah tiga orang pelayan itu keluar, tinggallah dia seorang diri di tempat itu.

Diam-diam dia berpikir dan merenungkan kejadian ini.

Apa yang akan menimpanya? Terbunuh? Dia tidak takut.

Akan tetapi kalau diingatnya betapa fitnah keji masih melekat di tubuhnya dan dia sendiri belum berhasil mencuci noda ini, penasaran juga rasanya kalau mati di tangan musuh.

Dia mengingat-ingat semuanya dan satu-persatu semua peristiwa pahit manis bermunculan di benaknya.306 Teringatlah dia ketika dulu masih menjadi jenderal muda di Kerajaan Yueh.

Betapa Raja Muda Yun Chang amat menghargai dan menghormati dia sebagai seorang pembantu istana yang cakap dan pandai.

Semua orang amat menyeganinya dan tidak ada satupun yang berani bersikap kurang ajar.

Dia mengalami ketenangan yang menenteramkan hati di tempat itu sampai pada suatu hari, sebuah peristiwa membuat ketenangannya terguncang.

Kejadian itu diawali dengan datangnya seorang gadis yang cantik jelita dan membayangkan wajah gadis ini, mukanya seketika menjadi merah.

Siapakah dara yang dibayangkan oleh bekas jenderal muda ini? Bukan lain adalah Lie Lan, itu keponakan Lie-thaikam! Semenjak gadis itu meng- injakkan kakinya di halaman rumahnya, sejak saat itu pulalah guncangan ini menggoyahkan kesenangannya.

Gadis cantik itu datang ke gedungnya bukan lain hanyalah dengan maksud untuk memikatnya, merayunya dan menyatakan perasaan hatinya terhadap dirinya.

Kalau saja sebelumnya dia tidak tahu akan watak-watak kotor gadis itu, agaknya307 kedatangan gadis itu akan membawa kesan baik.

Sayang, dia telah mengetahui sebenarnya bahwa gadis cantik keponakan Lie-thaikam itu adalah seorang gadis cabul yang tidak tahu malu, mengobral cinta ke sana- sini seperti orang menjajakan makanan.

Itulah sebabnya mengapa dengan tegas diapun lalu menolak gadis itu, bahkan mengusirnya pergi setelah gadis cantik itu melakukan perbuatan- perbuatan yang baginya dianggap tidak tahu malu dan melanggar susila karena gadis itu berani merayunya sedemikian rupa dengan jalan menanggalkan semua pakaian yang menempel di tubuhnya.

Gadis cantik jelita itu pernah berdiri telanjang bulat di depannya untuk merobohkan keteguhan hatinya! Bu Kong tersenyum pahit.

Kenangan ini sedikit banyak membekas kuat di hatinya.

Belum pernah selama hidupnya dia menyaksikan tubuh seorang wanita dalam keadaan seperti apa yang pernah dilakukan keponakan Lie- thaikam itu.

Walaupun berkat kekerasan kemauannya dia berhasil menindas hawa nafsunya, akan tetapi, sedikit banyak peristiwa itu308 mengguncangkan lingkaran berahi pada jiwa mudanya.

Betapa kadang- kadang timbul hasrat menyala yang menyesakkan dadanya, sebuah dorongan berahi yang amat kuat untuk mencari jalan pelepasan.

Dan ini terasa amat mengganggunya sekali dan dia kadang-kadang kebingungan sendiri.

Dalam keadaan seperti itu, apa yang harus dilakukannya? Dia tidak tahu dan masih belum banyak pengetahuannya tentang ini.

Minta pendapat suhunya? Ah, memalukan sekali.

Tidak sanggup rasanya kalau dia membicarakan masalah sex ini dengan gurunya! Diam-diam dia mengutuk keponakan Lie-thaikam itu.

Gadis itulah awal pengobar nafsu berahinya dan hanya berkat kekuatan lweekangnya sajalah dia selama ini berhasil menindas semua pikiran-pikiran buruk ini.

Dan sekarang, pusat lweekangnya dilumpuhkan Cheng-gan Sian-jin! Keparat, pikirnya dengan hati gelisah.
Pendekar Gurun Neraka Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tanpa bantuan tenaga sakti itu, kedudukannya tentu saja amat lemah dan diam-diam pemuda ini menjadi cemas.309 Pikirannya jauh menerawang tidak karuan dan membayangkan keponakan Lie-thaikam itu, teringatlah dia akan Lie-thaikam sendiri.

Pembesar kebiri ini telah melakukan sebuah dosa tak berampun.

Kalau keponakannya yang cantik itu mengguncang jiwa mudanya, adalah Lie-thaikam sendiri mengguncang istana Yueh tentang pengkhianatannya! Paman dan keponakannya itu dua-duanya adalah manusia-manusia setan dan teringat betapa kini Yueh dikabarkan orang telah roboh di tangan Kerajaan Wu, sedikit banyak dia merasa marah.

Betapapun Yun Chang telah memperlakukannya tidak pantas, namun jiwa kesetiaannya terhadap negara tidak dapat dihapuskan begitu saja.

Dan kini Yun Chang telah tewas, Yueh telah roboh dan banyak panglima-panglima pembantunya binasa.

Dan bagaimana dengan Fan Li? Teringat kepada Fan Li atau Fan-ciangkun yang merupakan wakil dan sekaligus sahabat dekat baginya ini membuat hati pemuda itu gelisah.

Tewaskah Fan Li? Kalau tidak, di manakah sekarang adanya pemuda itu?310 Perang memang keji dan melukai jiwa manusia.

Dan diapun tidak terkecuali.

Perang membuat para pemimpin-pemimpinnya menemukan siasat-siasat curang dan amat menyakitkan bagi pihak lawan.

Dan inipun dialaminya.

Dalam perang itulah dia terobek hatinya oleh siasat musuh yang melepaskan ikan segar berupa gadis cantik jelita yang membuatnya tergila-gila.

Dia telah terjebak perangkap musuh.

Dia telah jatuh cinta terhadap seseorang dara jelita berkepandaian tinggi, murid Mo-i Thai- houw akan tetapi yang juga sekaligus merupakan puteri Ok ciangkun, tokoh nomor satu dari Wu-sam-tai-ciangkun yang merupakan musuh besar Kerajaan Yueh! Bagi para pembaca cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan", tentu telah mengetahui semua pahit getir bekas jenderal muda ini.

Betapa hatinya robek dan berdarah dan betapa dia mengalami pukulan batin yang tidak sedikit akibat kecurangan lawan itu.

Betapa hampir saja pemuda ini terguncang otaknya, menjadi gila karena pukulan asmara!311

"Siu Li........"

Bu Kong merintih dengan hati perih dan pemuda ini memejamkan matanya sambil menggigit bibir.

Terbayanglah di depannya wajah seorang gadis yang luar biasa cantiknya, kejelitaan yang menandingi kecantikan para bidadari dan puteri-puteri istana yang manapun.

Bahkan Lie Lan sendiri masih tidak nempil menandingi kecantikan Siu Li yang cemerlang, gadis pujaannya yang amat dicinta akan tetapi yang juga sekaligus amat dibencinya itu! Gadis itu ternyata mempermainkannya, merobek-robek hatinya setelah mengibulinya dengan sikap dan kata-kata mesra! Teringat sampai di sini, Bu Kong mengepal tinjunya dengan hati sakit bukan main.

Betapa hancur perasaannya, betapa tertikam jantungnya dengan adanya kenyataan ini.

Dia memang merasa amat marah dan benci sekali kepada Siu Li yang telah mempermainkannya, akan tetapi, di samping itu, diam-diam diapun mengeluh dalam batin karena dia melihat betapa benih cinta kasihnya terhadap gadis itu tidak dapat dihilangkan.

Sebenci-bencinya dia kepada gadis itu, namun tetap dia tidak312 dapat merobah bibit cinta kasihnya yang telah ditanam dengan bibit kebencian! Inilah kenyataan pahit yang amat memukul batinnya dan tak terasa lagi, teringat keadaan hatinya sendiri ini, pelupuk mata pemuda itu menjadi basah.

"Siu Li....... Li-moi...... mengapa tidak kau bunuh saja aku? Kau membuat hatiku berdarah......kau membuat aku seperti orang gila...... aduh, Li-moi, bisakah aku membencimu dalam arti kata yang sebenarnya......?"

Pemuda ini merintih dengan suara pilu dan beberapa tetes air mata turun memba- sahi pipinya, tanpa dapat diusapnya karena tangannya terikat.

Sungguh hal ini merupakan kejadian yang amat langka.

Yap-goanswe, pemuda yang terkenal gagah perkasa dan keras hati itu, ternyata tidak kuat menahan himpitan asmara ini dan menangis tanpa suara! Kalau tidak melihat dengan mata kepala sendiri, mana bisa mempercayai kejadian ini? Akan tetapi, memang begitulah kenyataannya! Pada saat murid Malaikat Gurun Neraka ini tenggelam ke dalam kesedihannya, tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar dan seorang gadis313 cantik jelita memasuki kamar itu dan tersiarlah keharuman minyak wangi yang luar biasa.

Bu Kong mengangkat muka memandang dan..........kecamuk di dalam batinnya.

Dan melihat betapa gadis itu dengan jari-jari tangan menggigil melepaskan ikatan belenggunya, pemuda ini mengeluarkan keluhan panjang.

"Li-moi, kekasihku......... pujaan hatiku........Siu Li........!"

Pemuda ini mengeluarkan pekik kaget, terbelalak lebar dan mengejap-ngejapkan matanya seakan-akan tidak percaya akan pandangan sendiri.

Akan tetapi, melihat betapa gadis itu mengangguk dan tersenyum penuh314315 kedukaan, pemuda ini mengeluarkan erangan aneh dari tenggorokannya dan meronta dari atas pembaringan.

"Siu Li....... Li-moi........ aduh, Li-moi......"

Murid Takla Sin-jin ini mengeluarkan suara menyayat hati dan karena dia lupa tubuhnya masih terikat, maka begitu dia hendak melompat turun, tubuhnya terbanting dari atas pembaringan dan berdebuk di atas lantai! "Yap-koko........."

Gadis itu terisak dan melompat maju, menghampiri pemuda itu dan menangis mengguguk.

"Aduh, Yap-koko, maafkan aku, koko.........maafkan semua kesalahan-kesalahanku yang telah lalu....... duh, Thian Yang Maha Agung, mengapa Kau membuat nasib kami menjadi seperti ini? Yap-koko...aku masih mencintaimu, koko........ mencintaimu sampai kita mati bersama, huh-huh-hukk......."

Gadis itu mengguguk dengan amat sedihnya dan merangkul pemuda ini yang menjadi bengong dan terbelalak tak mampu mengeluarkan suara.

Kejutan yang amat tiba-tiba ini membuat pemuda itu dipenuhi bermacam316 perasaan.

Ada rasa girang, haru, sedih, kecewa dan lain-lainnya lagi yang berkecamuk di kepalanya.

"Tidak salahkah penglihatanku ini? Kau datang kemari dan menolongku? Ya Thian Yang Maha Kuasa, terima kasih atas kemurahan-Mu ini. Li- moi.......!"

Pemuda itu mendekap kekasihnya dengan erat seolah-olah tak hendak melepaskannya lagi dan setelah mengeluarkan erangan pilu, pemuda yang dikagetkan oleh peristiwa yang tak disangka-sangkanya ini roboh pingsan! "Koko........"

Siu Li menjerit kecil dan kembali menangis sedih, mengguncang-guncang tubuh pemuda itu yang telah roboh tak sadarkan diri.

Guncangan yang amat tiba-tiba ini memang telah mengejutkan hati pemuda itu, apalagi dalam keadaan tubuh lemah seperti itu.

Maka, melihat munculnya gadis yang baru saja direnungkannya ini, pemuda itu terlalu kaget dan girang bercampur kecewa susul-menyusul dan akibatnya diapun roboh tak sadarkan diri.317 Akhirnya gadis itu reda kembali dari tangisnya dan melihat betapa pemuda itu pingsan karena terlampau kaget, cepat dia menotok beberapa jalan darah dan tak lama kemudian Bu Kong siuman kembali.

"Koko, maafkan semua kesalahan-kesalahanku........"

Bisikan yang penuh getaran perasaan ini membuat pemuda itu membuka matanya lebih lebar dan dia melihat betapa Siu Li merebahkan kepalanya di atas dadanya.

Rambut yang hitam halus dan lebat itu mengeluarkan bau harum memabokkan dan tanpa disadarinya lagi, jari-jari tangannya mengusap lembut kepala gadis ini.

Jantungnya berdegup semakin cepat ketika dia merasa betapa jari-jari halus mungil dari kekasihnya itu menyelusup ke balik baju dan mengelus dadanya penuh getaran menggigil.

Sejenak murid Takla Sin-jin ini tak mampu mengeluarkan suara.

Kegirangan yang luar biasa dapat berjumpa kembali dengan sang pujaan hati membuat pemuda itu dipenuhi kebahagiaan dan matanya memandang langit-langit kamar tanpa berkedip.318

"Koko, mengapa kau diam saja? Masihkah kau marah kepadaku?"

Suara yang menggetar penuh perasaan ini terdengar amat memelas sekali dan pemuda itu memejamkan matanya.

"Li-moi, perlukah kau meminta maaf dariku kalau kau memang telah melakukan perbuatan dengan sengaja? Kau telah sengaja melukai hatiku, sengaja merobek jantungku, dan sekarang kau hendak memohon maaf atas semua perbuatan-perbuatanmu yang kau sengaja. Perlukah ini, Li- moi...perlukah?"

Kata-kata yang diucapkan dengan suara pahit ini membuat gadis itu menangis lagi.

"Koko, kalau begitu......... kalau begitu.........bunuhlah aku, huh-huh- hukk.......!"

Siu Li menangis sedih dan Bu Kong menggigit bibirnya.

Betapa tangis ini amat melumpuhkan kemarahannya, melumpuhkan semua sendi di tubuhnya dan tanpa terasa lagi dia mencengkeram rambut yang lebat dan harum itu.

Matanya menjadi basah dan hatinya mencair seketika oleh kekerasan dan kebenciannya semula.319 Diangkatnya kepala yang indah itu, ditatapnya sepasang mata yang penuh air mata itu dan terdengarlah bisikan dari mulutnya.

"Li-moi, keka- sihku.....jangan menangis lagi. Marilah kita lupakan semuanya yang telah terjadi dan kita pergi jauh dari kekotoran dunia ini. Kau telah diperalat ayahmu dan menjadi korban dari kekejaman watak manusia. Dan aku... akupun juga menjadi korban fitnahan orang. Li-moi, tidakkah kaudengar betapa aku dikabarkan orang melakukan perjinaan dengan seorang wanita.....?"

Gadis itu mengangguk-angguk sambil menangis lagi.

"Aku tahu, koko.....aku tahu.... dan aku tidak percaya akan berita bohong itu. Aku tahu watakmu yang segigih batu karang yang tak tergoyahkan oleh derunya ombak samudera dan akupun tahu siapa sebenarnya pelaku kejahatan ini !"

"Apa......?"

Bu Kong terkejut bukan main dan melompat bangun.

"Kau tahu, Li-moi? Kau tahu siapa biang keladi kebusukan ini? Li-moi, katakanlah320 kepadaku, siapakah gerangan iblis jahanam itu dan akan kuhancurkan kepalanya!"

Pemuda ini mengepal tinjunya dan sinar matanya berapi-api. Akan tetapi Siu Li menggelengkan kepalanya dan gadis ini tersenyum aneh.

"Jangan sekarang, koko. Bersabarlah, tubuhmu masih lemah. Luka akibat kecurangan Hek-mo-ko baru saja sembuh. Kalau kau banyak gerak, bukankah akan mengambuhkan luka itu kembali?"

"Eh, kaupun tahu pula bahwa aku pernah dilukai Hek-mo-ko ?!"

Bu Kong berseru heran dan memandang kekasihnya ini dengan mata terbelalak.

Siu Li tersenyum dan jantung pemuda ini berdetak.

Bukan main manisnya senyum itu, mengundang sayang dan berahi.

Tak tahan lagi dia dan diraihnya pinggang yang ramping itu dan dipeluknya kekasihnya ini.

"Li-moi, betapa rinduku kepadamu, sayang..."

Pemuda itu menundukkan mukanya dan diciumnya mulut gadis itu dengan sepenuh perasaan hatinya.321 Siu Li menggelinjang dan tubuh gadis ini menggigil.

"Koko.........."

Gadis itu terisak dan suaranya tertahan di kerongkongannya terganti sedu sedan ketika pemuda itu mencium bibirnya.

Sejenak mereka saling berciuman dengan napas terengah dan setelah mereka saling melepaskan diri, keduanya saling pandang dengan sinar mata penuh kebahagiaan.

"Li-moi, betapa cantiknya wajahmu,"

Bu Kong mengeluarkan kata pujian dan menatap wajah jelita itu dengan sinar mata kagum.

Ditelusurinya wajah ini dari atas ke bawah dan tiba-tiba dia sedikit terkejut melihat betapa tiga buah kancing baju gadis itu terlepas.

Karena ini, dia dapat melihat betapa bukit dada yang putih halus itu tersembul keluar dan darahnya berdesir.

Agaknya karena mereka berciuman tadi yang membuat kancing baju kekasihnya ini terlepas.

"Li-moi, bajumu....."

Dia berkata dan wajahnya agak merah, memperingatkan gadis itu agar menutup bajunya.322 Akan tetapi Siu Li bahkan tersenyum.

"Koko, kenapa dengan bajuku? Ada apakah? Apakah ada sesuatu yang tidak beres? Kalau benar begitu, kau harus membetulkannya, koko......!"

Kata-kata ini membuat pemuda itu seperti disengat kalajengking.

Dia terbelalak memandang kekasihnya ini akan tetapi disambut oleh senyum penuh tantangan dari gadis itu.

Tentu saja dia menjadi heran dan kaget.

Tidak biasanya kekasihnya ini bersikap agak "berani"

Seperti itu dan mau tak mau jantungnya berdebur tidak karuan.

"Li-moi, jangan begitu..... aku tidak berani...aku takut kalau..... kalau....."

"Kalau apa, koko? Baik sekarang maupun besok jiwa dan ragaku adalah milikmu! Apa yang harus kita takutkan? Koko, aku sepenuh hati dan tubuhku dan aku tidak ingin berpisah lagi denganmu !"

Pendekar Gurun Neraka Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gadis itu melangkah maju dan tiba-tiba merangkul dan bibirnya telah mencium mulut pemuda itu, jari-jari tangannya menyelusup ke balik baju Bu Kong dan tubuh323 keduanya sudah menggigil tidak karuan, kali ini condong ke arah berkobarnya nafsu berahi.

Sejenak bekas jenderal muda itu hanyut dalam gelombang yang memabokkan ini, akan tetapi ketika tiba-tiba jari tangan kekasihnya merayap turun, pemuda ini terkejut sekali dan cepat dia menangkap tangan yang menggigil itu.

"Li-moi, jangan! Aku tidak ingin mengotori cinta kasih kita dengan perbuatan yang belum waktunya kita lakukan!"

Suara tegas ini membuat gadis itu tertegun dan sedetik wajahnya berobah merah karena malu. Akan tetapi Siu Li telah dapat menetapkan hatinya lagi dan mengangguk.

"Benar, koko....... kau benar. Maafkan aku, agaknya aku memang selalu condong untuk melakukan sesuatu yang tidak menyenang- kan hatimu......"

Gadis itu menarik napas panjang dan menunduk.324 Bu Kong merasa kasihan dan mendekap tubuh yang ramping menggairahkan ini dengan penuh kasih sayang.

"Li-moi, jangan salah mengerti. Percayalah, aku hanya menginginkan agar kelak kita berdua dapat mengecap kebahagiaan ini seutuhnya, hati dan jasmani. Kekasihku, apakah kau marah?"

Siu Li mengangkat mukanya dan pemuda itu melihat betapa wajah yang cantik ini berlinang air mata.

Dia memegang kepala itu dengan kedua tangannya, lalu perlahan-lahan dan lembut dia mengecup dua butir air mata yang menggantung di bulu mata yang lentik itu.

"Koko......"

Siu Li terisak dan merebahkan kepalanya di atas dada pemuda itu dan keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Akhirnya, Bu Kong menarik napas panjang dan merenggangkan tubuh.

"Li moi, kau tadi belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku dilukai Hek mo-ko dan di mana sekarang adanya iblis hitam itu?"325 Gadis ini mengangkat mukanya dan tersenyum manis.

"Bagaimana aku tidak akan tahu kalau Hek-mo-ko itu adalah anak buah Cheng-gan Sian-jin yang menjadi koksu di Kerajaan Wu mendampingi ayah? Aku tahu tentang keadaanmu ini dari ayah, koko. Cheng-gan Sian-jin orang yang amat sakti dan kejam, aku mengkhawatirkan dirimu di tangan kakek itu. Dan itulah sebabnya aku lalu minta kepada ayah agar kau disembunyikan di sini, bukan di tempat koksu........"

"Hmm, disembunyikan ?"

Bu Kong berkata dengan suara pahit.

"Tidak, Li- moi, menurut kenyataannya aku adalah ditawan, bukan disembunyikan, dan koksu itu telah melumpuhkan pusat lweekangku pula, keparat dia itu!"

Pemuda ini mengepal tinju dengan hati panas.

"Ah, begitukah?"

Siu Li berseru kaget. Bu Kong mengangguk.

"Demikianlah, dan aku membutuhkan waktu paling tidak dua atau tiga hari untuk menghimpun sinkang."326

"Ah, dan sementara itu koksu tentu akan mengantarmu ke hadapan sri baginda!"

Siu Li berkata dengan muka pucat.

"Koko, kalau begitu, kita harus cepat bertindak!"

"Hemm, apa maksudmu, Li-moi? Bertindak bagaimana ?"

Tanya pemuda itu tidak mengerti. Siu Li memandang pemuda ini, memegang kedua lengannya yang tegap lalu mendekatkan mulutnya ke telinga pemuda itu dan berbisik perlahan.

"Koko, meskipun koksu telah menyerahkan dirimu ke tempat ini, namun secara diam-diam dia selalu memasang kaki tangannya untuk menjagamu. Dan agaknya diapun telah mengetahui tentang hubungan kita berdua dan menaruh curiga kepadaku. Sekarang tubuhmu masih lemah dan kaupun belum dapat mengerahkan tenaga lweekang. Akan tetapi, jangan khawatir, koko. Aku telah menyiapkan segalanya untukmu. Hari ini aku menyuruh para pelayan membuatkan masakan Daging Naga Arak Merah yang akan sanggup memulihkan tenagamu kembali. Juga di samping itu, akupun telah mencuri Arak Sorga dari gudang sri baginda! Ketahuilah, arak327 itu akan mampu menembus semua jalan darah yang tersumbat untuk menjadi lancar kembali."

Bu Kong terbelalak.

"Arak Sorga?"

"Ya, Arak Sorga, begitulah namanya menurut apa yang kudengar,"

Siu Li menganggukkan kepalanya dan wajah gadis ini berseri girang.

"Dan dengan adanya arak itu, kau tentu akan dapat berbuat banyak, koko, setidak-tidaknya kau akan mampu melawan Cheng-gan Sian-jin jika koksu itu menghalangimu."

Pemuda ini tidak menjawab dan diam-diam dia melirik ke guci kecil di atas meja itu.

Tadi dia melihat betapa A-moi dan A-liu mencium-cium bau arak itu dan tertawa-tawa genit dan sekarang dia hendak disuguhi arak itu! Kalau bukan kekasihnya yang membujuk, tentu dia tidak akan begitu mudah menerima.

Akan tetapi, karena tidak tega menolak setelah sekian lama mereka berpisah dan dapat berjumpa kembali, diapun tidak berkata apa-apa.328

"Sesukamulah, moi-moi,"

Katanya sambil menarik napas panjang.

"Akan tetapi, tidakkah arak itu mengandung sesuatu yang membahayakan? Tadi kulihat dua orang pelayanmu itu mencium-cium bau arak dan mereka seperti orang mabok. Eh ya, bukankah tiga orang yang tadi masuk ke kamar ini adalah pelayan-pelayanmu?"

Siu Li memandang pemuda itu dan melihat betapa sinar mata kekasihnya ini menunjukkan rasa tidak senang hati, ia menjawab dengan suara halus.

"Koko, mereka adalah pelayan-pelayan ayah. Kalau mereka itu telah melakukan perbuatan yang kurang ajar, biarlah nanti aku menghukum mereka. Kenapakah?"

"Tidak apa-apa, hanya mereka tadi, terutama si A-moi itu.....ia....ia mengatakan .....ah, sudahlah, aku sebal terhadap para pelayanmu itu!"

Bu Kong bersungut dan tidak melanjutkan kata-katanya. Sebenarnya dia hendak bertanya kepada gadis ini apa maksud kata-kata A-moi tadi yang mengatakan "selamat bermalam pengantin"

Kepadanya.

Akan tetapi,329 karena dia merasa jengah, kata-kata ini tidak jadi diucapkannya dan mukanya saja yang berobah merah.

Melihat kekasihnya bersikap murung, Siu Li segera mengajak pemuda itu duduk di meja besar menghadapi hidangan yang masih mengebul.

Bau masakan yang lezat membuat perut Bu Kong terasa lapar dan dia memandang masakan-masakan yang dihidangkan ini dengan lahap.

"Koko, inilah masakan Daging Naga Arak Merah,"

Gadis itu berkata dan sumpitnya bergerak menjepit sepotong daging besar yang tampak empuk dan gurih.

"inilah masakan termahal di istana dan hanya apabila sri baginda sedang mendapat kunjungan tamu agung sajalah masakan semacam ini disajikan. Cobalah, lihat sausnya yang penuh sari madu dan tomat jingga, betapa sedapnya. Dan coba kau rasakan daging ini, empuk bukan main dan lezatnya melebihi semua masakan-masakan yang paling terkenal di restoran manapun karena inilah daging naga asli yang didapatkan oleh para pengawal istana di Bukit Kepala Naga!"330 Gembira oleh sikap kekasihnya yang dengan suara bangga memperkenalkan masakan istimewa ini, juga karena perutnya memang terasa lapar, tanpa sungkan-sungkan lagi Bu Kong menggigit sepotong daging itu yang disodorkan oleh kekasihnya ini dan benar saja, dia merasakan suatu kelezatan yang luar biasa sekali. Pula, daging itupun amat empuk dan enak dikunyah sehingga sebentar saja, pemuda ini lalu makan apa yang disodorkan oleh gadis itu dengan lahap. Siu Li tampak girang sekali dan gadis inipun lalu makan bersama, sebentar- sebentar ia menjumput masakan-masakan di sana-sini dan memberikannya kepada pemuda itu sambil menerangkan nama masakannya dan Bu Kong merasakan betapa hebatnya hidangan yang disajikan oleh kekasihnya ini. Akan tetapi, dari semua masakan yang ada, benar-benar hanya Daging Naga Arak Merah itulah yang paling hebat rasanya.331

"Li moi, benar-benar luar biasa sekali masakan istimewa ini!"

Bu Kong berkata memuji.

"Belum pernah aku merasakan masakan yang sehebat dan selezat ini rasanya."

Gadis itu tertawa.

"Tentu saja, koko, karena inilah masakan istimewa yang paling disukai sri baginda. Tidak sembarang koki tahu resepnya, dan hanya koki-koki istana sajalah yang dapat membuat masakan seperti ini,"

Katanya sambil tersenyum gembira.

"Akan tetapi, apakah daging ini benar-benar daging naga? Jangan-jangan daging ular!"

Bu Kong menggoda.

"Ihh, kau tidak tahu, koko, itu betul-betul daging naga!"

Gadis itu mencela.

"Aku sendiri yang melihat para pengawal membelek kulit naga itu yang berkaki empat. Tanduknya kuat bukan main dan amat keras. Darahnya oleh para koki lalu digodok bersama rempah-rempah tertentu kemudian disaring sehingga terciptalah arak merah yang manis dan harum. Dan bersama dagingnya yang amat alot luar biasa itu, para koki istana itu lalu332 membuat masakan baru ini yang dinamakan Daging Naga Arak Merah yang kini kaucicipi sendiri kehebatannya."

"Ah, begitukah? Akan tetapi, daging ini empuk sekali dan gurih!"

"Tentu saja, karena sebelum dimasak, daging itu telah dicacah selama tiga hari dan dijemur selama sepuluh hari sehingga menjadi empuk !"

"Ahh, hebat sekali, pantas kalau begitu !"

Pemuda ini berkata kagum dan karena masakan itu memang amat luar biasa, sebentar saja separuh lebih Daging Naga Arak Merah itu telah memasuki perutnya sehingga dia merasa kenyang.

Bu Kong tampak puas sekali, mukanya berkeringat dan dia mengusap ujung bibirnya yang berminyak.

"Hebat....... hebat....... sungguh belum pernah seumur hidupku aku menikmati masakan yang seperti ini, moi-moi. Luar biasa sekali. Lihat, tubuhku berkeringat kepanasan, ha-ha, dan aku merasakan bahwa tenagaku benar-benar pulih kembali."333 Siu Li tersenyum manis dan sepasang mata gadis itu bersinar-sinar. Mereka telah selesai makan dan mangkok piring yang kosong mereka singkirkan ke pinggir meja.

"Koko, tidakkah kau ingin tidur setelah perutmu kenyang? Kau perlu istirahat mengumpulkan tenaga agar tubuhmu benar-benar segar kembali,"

Gadis itu berkata dan memandang pemuda ini dengan sinar mata tajam yang mengeluarkan pengaruh aneh. Pemuda itu tampak terkejut, akan tetapi seperti tanpa disadarinya lagi dia mengangguk dan menjawab.

"Benar, moi-moi, aku perlu tidur, aku harus istirahat, ahh.......aku mengantuk sekali......."

Dan pemuda ini tiba-tiba menguap panjang. Gadis itu bangkit berdiri, merangkul dan berbisik.

"Koko, kalau kau ingin tidur, tidurlah, biar aku menjagamu di sini. Kau perlu istirahat mengumpulkan tenaga dan agar supaya jalan darahmu yang tertotok lancar kembali, minumlah Arak Sorga ini satu sloki dulu......"334 Dengan gerakan cepat Siu Li mengambil guci kecil B erisi arak yang luar biasa harumnya itu, lalu dengan jari agak gemetar gadis ini menuangkan arak itu ke dalam sloki emas. Bau yang luar biasa sedap dan kerasnya segera memenuhi kamar itu dan gadis ini dengan tangan agak menggigil menyodorkan arak itu ke mulut kekasihnya.

"Minumlah, koko....."

Karena dia merasa mengantuk sekali dan tidak ingin diganggu, tanpa banyak cakap lagi pemuda ini menerima arak itu dengan sekali tenggak, lenyaplah Arak Sorga ke dalam perutnya. Gadis itu tertawa aneh dan berkata.

"Tidurlah, koko..... istirahatlah, sayang, dan kumpulkan tenagamu agar kita nanti dapat bersenang-senang sepuas hati, hi-hikk!"

Suara tawa yang aneh dan amat ganjil ini sejenak membuat Bu Kong terperanjat dan terbelalak, akan tetapi rasa kantuk yang luar biasa membuat pemuda ini tidak ingat apa-apa lagi dan akhirnya pulas di atas meja seperti orang terbius!335 Dan sesungguhnyalah bahwa murid Malaikat Gurun Neraka ini memang benar-benar telah dibius dan terjebak oleh sebuah perangkap yang amat berbahaya dan akan berekor panjang di kelak kemudian hari bagi dirinya sendiri! Mungkin para pembaca merasa heran, bagaimana Siu Li sampai membius kekasihnya sendiri dan di saat pemuda itu sudah di ambang pingsan, gadis ini mengeluarkan suara ketawa seperti iblis betina.

Inilah hal yang sebenarnya tidak akan aneh lagi kalau kita ketahui bahwa sesungguhnya gadis yang disangka Siu Li oleh bekas jenderal muda itu bukanlah Siu Li adanya, melainkan........Lie Lan murid Cheng gan Sian-jin yang telah mempengaruhi Bu Kong dengan ilmu sihirnya yang disebut Sin gan i-hun- to itu! Inilah kenyataan yang tentu akan mengguncang hati pemuda gagah perkasa itu kalau saja dia tahu.

?kan tetapi, seperti kita ketahui bersama, pemuda ini sedang menjadi tawanan Cheng-gan Sian-jin dan pusat lweekangnya dilumpuhkan oleh kakek iblis itu dan Lie Lan yang menaruh336 dendam dan penasaran terhadap pemuda ini hendak membalas sakit hatinya yang selama ini belum terlampiaskan.

Seperti yang telah diceritakan dalam cerita "Hancurnya Sebuah Kerajaan"

Dalam

Jilid pertama, betapa gadis ini mengalami kegagalan total ketika ia mencoba merayu jenderal muda yang tampan dan gagah perkasa itu, betapa gadis ini mengalami pukulan batin yang amat hebat dan menaruh dendam besar terhadap Yap Bu Kong karena semua rayuan mautnya yang sedemikian hebat itu sama sekali tidak mempan terhadap pemuda ini! Gadis itu benar-benar tertampar mukanya dan api dendam berkobar di dalam dadanya.

Padahal biasanya, hanya dengan senyum memikat dan kerling mata menyambar setajam gunting saja ia telah sanggup merobohkan pemuda-pemuda tamoan yang lain.

Akan tetapi, Yap- goanswe yang satu ini ternyata merupakan pemuda istimewa yang tidak dapat dirobohkannya dengan cara apapun!337 Wanita adalah mahluk yang amat peka perasaannya.

Begitu pula halnya dengan gadis ini.

Peristiwa yang terjadi dan kegagalan mutlak yang dialaminya ini menggores hatinya dan membuat luka dalam yang parah.

Gadis itu telah bersumpah bahwa pada suatu hari ia akan menaklukkan pemuda itu di bawah kakinya, dan kalau perlu, segala macam cara akan ditempuhnya! Inilah sebabnya mengapa ia lalu minta kepada suhunya untuk menangkapkan pemuda yang gagah perkasa itu.

Gadis ini tahu betapa lihainya Yap-goanswe, betapa sukar merobohkan murid Malaikat Gurun Neraka yang memiliki kepandaian tinggi itu.

Dia sendiri ragu-ragu untuk menandingi pemuda luar biasa ini dan khawatir gagal.

Maka agar apa yang dicita-citakan hatinya berhasil, gadis itu minta bantuan gurunya yang ia tahu pasti akan mampu menundukkan pemuda she Yap itu.

Demikianlah, ketika pada suatu hari Cheng-gan Sian-jin datang membawa tawanannya, gadis ini merasa girang bukan main.

Dia minta kepada338 suhunya agar pemuda itu diserahkan kepadanya supaya dia dapat membalas semua sakit hatinya yarg selama ini dipendam.

"Akan tetapi jangan bunuh dia, kita masih memerlukan tenaganya dan aku hendak membuatnya menjadi boneka hidup, muridku,"

Kakek iblis itu berkata memperingatkan muridnya ini.
Pendekar Gurun Neraka Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Aku tahu, suhu, dan aku memang tidak akan membunuhnya. Aku hendak melihat pemuda ini bertekuk lutut dan hendak kupermainkan dia sepuasnya dalam permainan cinta dan hendak kubakar tubuhnya dengan nafsu berahi !"

Lie Lan menjawab dengan sinar mata berkilat dan tinjunya dikepal gemas.

"Ha-ha, bagus! Dan aku hendak menonton pertunjukan yang menggembirakan ini!"

Cheng gan Sian-jin tertawa bergelak, menyambar tubuh muridnya dan mengambungi wajah cantik itu dengan sikap kasar sementara jari-jari tangannya menggerayangi tubuh yang menggairahkan ini.339 Lie Lan lalu membawa tubuh pemuda yang masih pingsan itu ke dalam kamarnya, menyuruh para pelayan mempersiapkan masakan Daging Naga Arak Merah yang telah dicampur obat bius untuk menjalankan rencananya.

Sementara itu, di dalam kamar, gadis ini duduk di tepi pembaringan, memandang wajah yang tampan dan gagah perkasa itu dengan bermacam-macam perasaan.

Ada rasa girang dan puas di hatinya melihat betapa pemuda itu telah berada di bawah kekuasaannya.

Sekali ia telah menguasai pemuda ini, mudah baginya untuk berbuat apa saja yang disenanginya.

Diam-diam cinta kasihnya yang lama timbul kembali dan betapa inginnya ia bermesraan dengan pemuda ini, betapa nikmatnya kalau ia berhasil memikat hati jenderal muda itu dan bermain asmara.

Akan tetapi, teringat betapa teguhnya iman pemuda ini yang tidak gampang dirobohkan dengan segala macam tipu daya, hatinya menjadi gemas dan penasaran.

Belum pernah ia menghadapi peristiwa yang semacam ini.

Bahkan dahulu ketika ia masih berada di Kerajaan Yueh dan340 menggoda pemuda itu sampai berdiri tanpa sehelai benangpun, pemuda ini tidak berhasil dirobohkan dan dibujuk untuk menuruti nafsu berahinya! "Pemuda luar biasa!"

Bibirnya mendesis dan mau tak mau gadis ini merasa kagum bukan main.

Cinta kasihnya semakin menghebat dan dia betul-betul tergila-gila kepada pemuda yang gagah perkasa ini, seorang pendekar muda yang tahan uji dan amat kuat batinnya.

Kalau saja dia dapat menjatuhkan hati pemuda itu, ahhh.....alangkah bahagia hidupnya sebagai isteri pemuda yang menjadi murid tunggal Malaikat Gurun Neraka ini! "Lan-moi, apa yang kaulamunkan? Eh, siapa pemuda itu?"

Tiba-tiba dari luar kamar muncul seorang pemuda yang langsung menegur gadis ini dan dia tampak terkejut melihat Bu Kong terikat di atas pembaringan.

Lie Lan menengok dan seketika lamunannya buyar.

Pedang Siluman Darah 8 Pembalasan Dewi Lambang Naga Panji Naga Sakti Karya Wo Trio Detektif 55 Bintang Bola Basket
^