Pencarian

Playgirl Dari Pak King 16

Playgirl Dari Pak King Karya Batara Bagian 16


"Kalau begitu biar kuselidiki, kalau perlu langsung kugempur. Hm, aku tak senang mendengar semuanya ini, taijin. Biar sekarang juga kuselidiki mereka dan kakek jahanam itu!"

Bu-goanswe bangkit dan langsung mengepal tinju dengan muka merah.

"Nanti dulu,"

Rekannya menyambar dan menahan jenderal purnawirawan ini, tahu keberangasannya.

"Kalau taijin sudah memberi tahu kita tentang kelihaian pemuda itu tentu berbahaya untuk gegabah begitu saja, goanswe. Sabar dan tahan dulu kemarahanmu karena Sam-taijin belum selesai bercerita!"

"Benar,"

Sam-taijin mengangguk dan tersenyum.

"Aku belum habis bicara, goanswe, masih banyak hal yang harus kita rundingkan. Duduklah dan dengarkan rencanaku."

"Rencana apalagi,"

Jenderal itu bersungut.

"Terlalu lama mendiamkan itu hanya memberi kesempatan mereka berbuat lebih jauh, taijin. Aku pribadi ingin menyerang dan langsung menangkap!"

"Kau terbawa watak kemiliteranmu,"

Pembesar ini tertawa.

"Kalau belum apa-apa menggebrak ular yang966 baru bangun hanya akan membuatnya lari, goanswe, nemberinya kesempatan untuk berlindung dan menyelamatkan diri. Justeru kita membiarkannya menyerang dan menangkapnya hidup-hidup. Ini lebih baik!"

"Tapi rakyat bisa menjadi korban!"

"Tidak kalau kita sudah mempersiapkan segalanya, dan aku ada rencana!"

Lalu ketika pembesar itu menyuruh duduk dan bekas jenderal ini masih bersungut maka ia menarik napas dan berkata dengan mata bersinar bahwa untuk menghadapi kakek gundul itu ia telah menyuruh orang mencari Dewa Mata Keranjang atau Fang Fang.

"Tak ada jalan lain menemukan dua orang ini guna menghadapi orang-orang seperti Siang Lun Mogal dan sekutunya itu. Untuk yang lain aku dapat mengaturnya dari sini, berjaga-jaga. Sekarang yang belum kuketahui kapan mereka akan bergerak dan masuk dari mana!"

"Hm, benar. Lalu bagaimana? Taijin sudah memanggil Dewa Mata Keranjang dan muridnya itu?"

"Benar, goanswe, tapi aku tak tahu kapan mereka datang. Maksudku kalau sampai terlambat tentu celaka juga. Nah kuminta bantuan kalian berdua untuk memikirkan ini. Paling tidak goanswe. dapat memberi petunjuk kepada komandan pasukan bagaimana menghadapi bahaya calon serbuan lawan!"

Jenderal itu mengangguk-angguk.

akhirnya ia sadar bahwa tak semudah itu menghantam dan menangkap pemberontak, apalagi kalau masih baru gejala-gejala saja.

Maka ketika ia mendengarkan dan pembicaraan menjadi serius, Kok-taijin juga memecahkan persoalan malam itu didapat empat keputusan penting.967 Pertama mereka membantu secepatnya mencari dan menemukan Fang Fang atau Dewa Mata Keranjang.

Dengan utusan atau orang-orang mereka diharap dua orang itu secepatnya dapat ditemukan.

Kedua ikut membantu mengawasi gerak-gerik calon pemberontak, menyusupkan pelayan atau siapa saja ke wisma Liong- ongya itu.

Dan karena Liong-ongya sendiri harus diawasi gerak-geriknya, di sini Sam-taijin tampak bingung maka Bu-goan swe akhirnya mencarikan jalan keluar dengan memasang seorang perwira menengah di luar istana pangeran itu.

"Sebenarnya lebih baik kalau ada seseorang yang langsung mendekati dan mengawasi gerak-gerik pangeran itu. Tapi siapa yang dapat melakukan ini? Biarlah dipasang seorang perwira di luar istana itu untuk mengawasi keluar masuknya pangeran ini, juga teman- temannya!"

"Hm, sebenarnya ada seorang gadis yang dapat melakukan itu, tapi sayang, ia tak ada!"

Sam-taijin teringat Kiok Eng dan membuang napas sesal.

"Siapa yang kaumaksud?"

"Kiok Eng, puteri Fang Fang. Dulu gadis ini membuat Liong-ongya tergila-gila dan timbul onar. Tapi gadis ini sekarang sudah pergi, dan tak baik tentunya membawa dia. Fang Fang marah sekali!"

"Hm, sebaiknya perwira itu saja. Di dalam sana terdapat orang-orang berbaha ya, taijin. Kalaupun ada tentu gadis itu bakal repot, sewaktu-waktu bahaya mengancamnya. Biarlah orang lain saja dan orang ini cukup mengamati gerik-gerik dari luar istana Liong-ongya."

"Ya, aku sependapat. Ini tugas ketiga. Sekarang bagaimana dengan yang ter akhir, bagaimana968 menyiapkan pasukan dan sebaiknya berapa jumlah mereka."

"Jumlahnya tergantung dari kekuatan musuh. Kalau mereka hanya seratus dua ratus orang tak usah banyak- banyak, taijin. Lima ratus atau seribu orang saja cukup. Sebaiknya siapkan mereka secara diam-diam mengelilingi hutan itu dan yang separoh berkumpul menjaga di sini. Aku dapat memberi petunjuk kepada komandan pasukan dan serahkan ini kepadaku!"

"Baiklah, terima kasih. Besok kita dapat bekerja dan secepatnya tentu lebih baik!"

Tiga orang ini akhirnya bubaran.

Kok-taijin merenung dengan wajah sedih sementara Bu-goanswe berapi-api.

Lain rekannya itu lain jenderal ini.

Bu-goanswe memang orang yang tak sabaran, maunya menghantam dan langsung menyelesaikan persoalan.

Tapi karena situasi tidak seperti dulu dan mereka juga sudah pensiun, tak ada hak memimpin pasukan maka jenderai ini hanya akan memberi petunjuk dan strategi kepada komandan pasukan yang nanti akan didekati Sam-taijin secara hati- hati.

Rencana pemberontakan itu belumlah terbukti dan ini tak boleh dihadapi secara gegabah, apalagi Liong-ongya adalah orang yang dikenal cukup dekat dengan sri baginda.

Gerak-gerik pangeran ini justeru lembut dan ramah hati, dia termasuk salah satu yang disayang sri baginda.

Maka ketika pertemuan itu bubar dan Sam-taijin juga sudah menyusun rencana, tak tahu kelicikan pangeran ini maka sesuatu yang tak diduga bakal menghantam lelaki tua ini di depan kaisar.

Sebuah ke curangan yang benar-benar di luar perhitungan pembesar ini!969 Ada dua kesukaan kaisar yang tak dapat dihalangi semua orang pada waktu-waktu tertentu, yakni memancing di tepi laut atau berburu di hutan lebat.

Dua kesukaan ini sudah dilakukan belasan tahun yang lalu dan untuk itupun dipilih bulan-bulan yang baik.

Memancing misalnya, selalu dilakukan kaisar pada minggu pertama setelah musim dingin berlalu.

Biasanya kaisar akan dikawal pasukan khusus dengan pengawal- pengawal pribadi pula, pengawal pilihan.

Tapi karena kaisar suka memancing di saat bulan purnama, ini yang repot maka dibuatlah sebuah perahu besar yang tahan di saat air laut pasang, perahu yang tingginya lima meter dan tahan bocor! Bulan purnama memang kebanyakan membuat air laut pasang.

Pemandangan memang indah tapi bahaya dari laut pasang mengharuskan pengawal bekerja keras.

Untunglah, karena sebuah teluk ditemukan dan kaisar senang memancing di sini, daerah itu akhirnya dijadikan wilayah khusus yang tak boleh dimasuki sembarang orang maka teluk ini, Seng-hoa namanya dijadikan areal memancing bagi kaisar yang suka mengail ini.

Kesukaan kedua, berburu, juga tak kalah repot membuat pengawal bekerja keras.

Musim semi adalah musim yang paling tepat dan dipilih kaisar untuk melepas kegemarannya.

Sekali kaisar berburu maka semuanyapun sibuk.

Mereka mengoprak-oprak calon buruan dan akhirnya menggiring ke tempat yang sudah ditentukan, sebuah perangkap di mana harimau atau kijang buruan ini terjeblos.

Dengan sebatang tombak biasanya kaisar lalu menghunjamkan ujungnya yang runcing membunuh binatang itu.

Lalu ketika semuanya tertawa dan bersorak gembira kaisarpun mencabut tombaknya dan perburuan dilakukan lagi.

Biasanya sekali970 berburu begini menghabiskan waktu tiga hari atau lebih.

Dan waktu itu adalah musim semi.

Bunga dan segala tanaman mekar dengan gembira.

Botan ataupun mawar berkembang riang dan segala kuncup menguak lebar.

Inilah waktu berburu yang indah.

Dan ketika kebiasaan itupun tak dilewatkan kaisar, tanda-tanda pemberontakan masih disimpan Sam-taijin maka pembesar ini berdebar karena sampai saat itu baik Dewa Mata Keranjang maupun Fang Fang belum datang ke gedungnya.

"Celaka, ke mana utusan itu. Kenapa belum kembali!"

Untunglah, di saat itu muncullah seteguk air penawar berupa Tan Hong. Pemuda ini tahu-tahu muncul dan berkelebat di depan kamar Sam-taijin.

"Maaf, ada yang membuatmu gelisah, taijin? Bolehkah kutahu apakah ibuku atau ayahku pernah ke mari? Dan juga suheng?"

"Ah-ah, kau, Tan Hong! Ah, syukur kau datang. Kuperlukan bantuanmu!"

Lelaki ini girang dan langsung memeluk pemuda ini.

Tan Hong terheran-heran tapi segera dia disuruh duduk, pertanyaannya tak dijawab.

Dan ketika dengan tergesa pembesar itu juga menyambar kursi dan duduk di depan pemuda ini maka Tan Hong terkejut mendengar luncuran seruan pertama.

"Akan ada makar, akan ada pemberontakan. Kusuruh datang ayah dan suhengmu tapi mereka tak ke sini juga, Tan Hong, kebetulan kau ada dan wakililah ayahmu. Ada berita penting, keselamatan negara terancam!"

Tan Hong membelalakkan mata.

Ia mencari ayah ibunya tapi malah diberi-tahu berita mengejutkan.

Belum juga bercakap-cakap sudah diberitahu akan adanya pemberontakan.

Dan ketika ia tertegun dan971 mendengarkan serius maka apa yang telah didengar Bu- goanswe disampaikan juga kepada pemuda ini.

Terhadap Tan Hong pembesar itu tak ragu-ragu lagi, sama kalau dia menghadapi ayah pemuda ini atau Fang Fang.

"Nah, lihatlah, berbahaya atau tidak. Aku sudah mengundang ayah ibumu tapi mereka tak datang, Tan Hong, mungkin utusanku tak bertemu ayahmu. Baiklah, kau sudah di sini dan tolonglah kami menyelesaikan persoalan ini. Pagi ini kaisar akan berangkat, dia membawa pula putera mahkota Bing Yu. Jaga mereka dan awasi dengan ketat. Biar kubawa kau kepada Heng- ciangkun dan menyamar menjadi anak buahnya!"

"Siapa itu Heng-ciangkun....."

"Komandan pengawal pribadi. Dia dipilih kaisar menyertai rombongan ini. Sri baginda akan berburu!"

"Baik, kukerjakan tugas ini, taijin, tapi apakah Kiok Eng tak bersama Wi Tok! "Tidak, tak ada. Pemuda itu kembali bersama gurunya dan sendirian saja, tak ada Kiok Eng di situ. Cepat menemui Heng-ciangkun dan mari ke sana sebelum berangkat!"

Keadaan memang serba buru-buru.

Sam-taijin begitu gelisah akan keselamatan junjungannya, tak tahu bahwa sasaran pertama adalah dirinya sendiri! Maka ketika Tan Hong ditemukan komandan itu dan Heng-ciangkun mengangguk-angguk maka perwira ini justeru gembira.

"Bagus, aku semakin senang. Kalau Tan-siauwhiap ada di sini tentu penjagaanku lebih meyakinkan, taijin, jangan khawatir dan terima kasih. Tapi kenapa kau kelihatan tegang dan tampak serius!"972

"Tak apa, aku hanya merasa tak enak. Kali ini jangan sebut Tan Hong sebagaimana biasanya, ciangkun, dia menyamar dan menjadi anak buahmu. Panggil saja dengan nama lain dan jangan membuat orang mengenalnya!"

"Sebaiknya panggil saja aku Ahong,"

Tan Hong meminta.

"Memang orang lain tak perlu mengenalku, ciangkun. Ini tugas khusus yang diberikan Sam-taijin kepadaku, aku ingin menjaga keselamatan sri baginda."

"Baiklah,"

Perwira itu masih tertawa.

"Maaf kalau aku menyebutmu begitu, Tan-siauwhiap. Mulai sekarang kupanggil kau Ahong."

"Dan tambah jumlah pasukan,"

Sam-taijin menukas.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Bawa seribu orang tapi persiapkan mereka di luar rombongan!"

"Seribu orang?"

Heng-ciangkun terkejut.

"Kenapa begitu banyak, taijin, seakan hendak menghadapi serangan musuh saja. Negara kita aman!"

"Sudahlah jangan membantah atau kau menerima akibatnya. Siapkan seribu orang di luar rombongan, ciangkun, suruh secara diam-diam saja mengelilingi kaisar. Aku tak mau ada apa-apa dan kau dihukum berat!"

Komandan ini terbelalak.

Kalau saja yang bicara bukan Sam-taijin tentu dia membantah, mungkin malah memaki.

Tapi karena pembesar itu adalah penasihat kaisar dan semua demi kaisar akhirnya dengan berat hati dan sedikit tak senang ia mengangguk.

Perintah itu dianggapnya berlebih-lebihan.

Pagi itu rombongan sudah dipersiapkan.

Seperti biasa, menuruti yang sudah-sudah maka hanya lima puluh973 orang mengiringi kaisar.

Sebuah kereta indah dipersiapkan di halaman istana dan tak lama kemudian muncullah kaisar.

Berpakaian ringkas bertopi besi sri baginda melangkah menuruni anak tangga, di kiri kanan dan belakangnya mengiring Heng-ciangkun dan sepuluh pengawal.

Tan Hong berada di belakang perwira itu dan menjaga.

Tapi ketika kaisar sudah sampai di kereta dan semua menjatuhkan diri berlutut ternyata putera mahkota Bing Yu dilaporkan tak dapat ikut.

"Pangeran sakit, tiba-tiba. Mohon sri baginda ampunkan karena putera mahkota tak dapat menyertai. Apakah paduka melanjutkan perjalanan ataukah menunggu pangeran!"

Sang kaisar mengerutkan kening.

Sudah menjadi kebiasaannya untuk tetap berburu apapun yang terjadi.

Maka ketika berita itu diterimanya dengan alis terangkat dan sejenak saja dia terkejut, sri bagindapun menarik napas kecewa maka ia menyerukan agar perjalanan tetap dilanjutkan.

"Kita tetap pergi, suruh putera mahkota menyusul kalau sudah sembuh!"

"Baik, baginda."

Lalu ketika kaisar masuk dan Tan Hong bertukar isyarat dengan Heng-ciangkun, pemuda itu tertegun maka Tan Hong diam-diam merasa lega bahwa yang diawasi sekarang tinggal satu orang saja.

Tak mau diketahui rakyat dan menutup tirai kereta sri baginda sudah menyuruh kusirnya berangkat.

Sepanjang perjalanan tentu saja dijaga pengawal-pengawal preman dan mereka yang berpakaian seperti orang biasa itu tak menimbulkan kecurigaan.

Banyak juga pembesar lain atau keluarganya melakukan perjalanan santai.

Maka ketika kereta berderap dan gerbang istana dibuka,974 pengawalpun mengikuti dan menjaga di muka belakang maka di dalam kereta kaisar duduk sendiri dengan tenangnya.

Kaisar tak perduli kepada tempat duduk kosong di sebelahnya.

Dalam kebiasaannya kalau berburu tak pernah kaisar membawa selir.

Ia selalu ingin sendiri dan hanya waktu itu saja sial membawa putera mahkota.

Dan ketika kereta terus berderap dan lari dengan irama tetap maka perjalanan dilakukan dengan santai namun diam- diam Tan Hong berdebar!

Jilid XXVII TAK ada yang mencurigakan sepanjang jalan.

Kereta berderap sampai akhirnya memasuki hutan, kota raja sudah mulai ditinggalkan dan kaisar mulai gembira.

Hal ini tampak dari melongoknya kaisar bertanya apakah hutan buruan sudah dekat, dijawab masih setengah jam lagi karena mereka baru memasuki hutan kecil.

Hutan yang besar dan lebat masih di depan.

Dan ketika perjalanan dilanjutkan sampai akhirnya tiba di hutan yang dimaksud maka di sini rombongan berhenti karena hutan itu terasa gelap dan lebat serta penghuninya tiba-tiba mengeluarkan suara gaduh- disusul cecowetan monyet dan pekik atau aum harimau.

"Ha-ha, menyegarkan,"

Kaisar tertawa dan keluar.

"Sudah lama tubuhku kaku tak pernah berburu, ciangkun. Kali ini ingin kulemaskan dengan membunuh buruanku. Hayo, mana pelana dan kudaku si Putih!"

Rombongan sudah berhenti.

Pengawal dan lainnya ikut tertawa melihat kaisar tertawa.

Mereka membungkuk dan memberi hormat begitu junjungan keluar.

Lalu ketika seekor kuda putih besar berbulu mengkilap dikeluarkan975 dari belakang, inilah tunggangan kaisar dalam berburu maka Heng-ciangkun berlutut menyerahkan tombak.

"Kami siap mengiringi, tapi biarlah paduka bersabar sebentar hamba hendak memerintahkan agar menghalau dulu binatang buruan."

"Tidak, kali ini tak perlu. Kita sama-sama mengoprak dan mengejar buruan kita, ciangkun. Aku ingin berlomba dengan kalian pengawal-pengawal muda. Ayo siapa dapat menandingi aku dan membunuh lebih dulu!"

Heng-ciangkun terkejut, tapi tersenyum.

"Paduka hendak menghalau sendiri binatang buruan? Kalau begitu kami mengiringi, siap mendampingi paduka."

"Bagus, singkirkan kereta dan kita masuk!"

Heng-ciangkun memberi isyarat diam-diam kepada Tan Hong.

Kalau kaisar sudah bicara seperti itu maka percuma saja membujuk.

Biasanya mereka mencari dan menjebak dulu binatang buruan, baru sri baginda diajak masuk dan membunuh.

Tapi karena kali ini ingin terjun langsung dan menghalau sendiri maka satu-satunya yang dilakukan adalah melindungi dan mengawal seketat mungkin junjungan mereka ini jangan sampai terkena bahaya.

Getar aum singa mulai terdengar menciutkan nyali.

"Ha, itu kesukaanku. Kepung dan jangan sampai ia lolos, ciangkun. Sergap dia!"

Tan Hong kagum.

Kaisar yang sudah melompat dan menyingsetkan pakaiannya ini tak kenal takut atau gentar.

Tombak di tangan tampak gagah mengancam.

Lalu ketika semua mengikuti dan melompat ke dalam segera hutan menjadi hiruk-pikuk oleh seruan atau pekik pengawal.

Kegembiraan terdapat di situ.976

"Hati-hati, cari singa itu. Berpencar tapi lindungi sri baginda!"

Heng-ciangkun adalah pengawal yang paling bertanggung jawab atas keselamatan kaisar.

Begitu kaisar meloncat dan memacu kudanya maka si Putih melesat ke depan.

Yang lain mengikuti dan hanya Tan Hong yang mempergunakan kedua kakinya mengiringi si Putih.

Pengawal yang lain terkejut dan bisik-bisik tentu saja pecah di sana-sini.

Kaisar menoleh dan kagum kepada pemuda itu, berseru dan tertawa serta mencambuk si Putih lebih kencang.

Namun karena hutan mulai lebat dan akar pepohonan melintang di sana-sini, si Putih meringkik akhirnya kuda ini berhenti mengangkat kedua kaki depan tinggi-tinggi.

Bau lawannya diendus.

"Awas, si Putih mencium bahaya. Kepung dan jaga sri baginda!"

Tan Hong tak pernah lepas memasang kewaspadaan.

Ia bukan hanya memandang sekeliling hutan melainkan juga pengawal-pengawal itu.

Siapa tahu seorang di antaranya tiba-tiba menyerang secara gelap, melontar tombak umpamanya.

Tapi karena tak ada gerak mencurigakan di situ dan para pengawal ini adalah orang-orang pilihan Heng-ciangkun, anak buah yang dapat dipercaya maka ia lega dan saat itu sepasang mata kebiruan mengintai dari celah dedaunan.

Bau seekor singa jantan telah dicium hidung si Putih yang tajam.

Kaisar menarik tali kekang kuat-kuat.

Sepuluh pengawal berada di kiri kanannya tapi dia malah mengusir.

Mata kaisar yang tajam melihat pula kilatan cahaya itu.

Dan ketika ia membentak dan melempar tombaknya maka senjata ini meluncur menyambar mahluk yang bersembunyi di balik dedaunan itu.977

"Mampus kau!"

Cahaya itu lenyap. Sebuah cakar yang kuat menangkis, singa jantan mengelak dan rupanya tahu bahaya. Lalu ketika ia meloncat dan mengaum di situ barulah pengawal melihatnya dan sorak-sorai tentu saja menggegap-gempita.

"Awas, ini dia!"

"Bunuh!"

Akan tetapi kaisar mengambil sebatang anak panah.

Dengan kecepatan dan kesigapan yang mengagumkan sri baginda membidik.

Anak panah meluncur dan menghantam pantat binatang itu.

Singa ini hendak menubruk tapi sorak-sorai membingungkannya, ia diserang dari mana-mana.

Dan ketika anak panah menancap dan binatang itu kesakitan maka ia mencakar seorang pengawal dan lari memutar tubuh.

"Kepung, jangan sampai lolos. Awas, tangkap dia!"

Pengawal tak mau mendahului kaisar.

Kalau mereka mau tentu saja puluhan tombak akan menyelesaikan binatang itu.

Sekali keroyok atau membidik panah tentu buruan akan roboh.

Tapi karena kegembiraan kaisar harus dijaga dan mereka hanya menghalau atau menyakiti binatang itu, memberi kesempatan hingga panah kaisar menancap maka binatang itu meloncat terbang dan lari ketakutan.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi di sebelah sana Heng-ciangkun menunggu.

Perwira ini bersama kelompoknya membentak, menghalau dan membuat singa jantan Itu mengaum, lari dan membelok ke kiri namun pengawal di sini mengangkat tombaknya.

Dan ketika kaisar tertawa dan melepaskan panahnya lagi maka binatang itu meraung978 terkena matanya.

"Cep!"

Semua bersorak namun Tan Hong terkejut.

Binatang itu bisa gila oleh kesakitan yang sangat, mengamuk dan benar saja meloncat dan menggigit sana-sini dengan marah.

Cakarnya menangkis senjata-senjata pengawal hingga yang bersangkutan terpekik.

Tapi ketika sekali lagi kaisar melepaskan panahnya dan tepat mengenai lambung maka robohlah si raja hutan disusul sorak-sorai gegap gempita.

Tan Hong lega, kagum.

Hampir saja ia tadi berkelebat menangkis bahaya.

Untunglah kaisar pandai melepaskan panah, semua memuji dan beramai-ramai membacok binatang ini.

Lalu ketika dua pengawal melempar buruan ini ke gerobak khusus, perburuan dilanjutkan lagi maka wajah kaisar tampak berseri-seri.

"Ayo, siapa dapat menandingi aku!"

Heng-ciangkun tertawa gembira.

Pengawal yang lain tentu saja tak menjawab karena tabu menandingi kaisar.

Biarlah sri baginda menang duluan dan mereka mengiringi.

Justeru mengumpak dan memuji kaisar adalah hal yang paling baik.

Maka ketika perjalanan dilanjutkan lagi dan Heng-ciangkun sudah mengoprak sana-sini, mencari dan mendapatkan binatang-binatang lain maka kijang dan seekor harimau kumbang menjadi korban berikut.

Bahkan seekor ular besar dipanah pula oleh kaisar, roboh dan tepat menancap di kepala.

Lalu ketika berturut-turut kaisar dan rombongannya mendapatkan yang lain, kerbau liar dan babi hutan maka hari itu benar-benar dilewatkan dengan penuh kegembiraan hingga Tan Hong sendiri terbawa.

Sehari itu dua puluh binatang hutan dirobohkan.

Kaisar akhirnya beristirahat dan puas.

Tapi ketika hari kedua979 hendak dilanjutkan lagi dan kaisar sudah memasang panah dan tombaknya tiba-tiba berlari seekor kuda yang berderap amat kencang.

Seseorang di atasnya mengibas-ngibaskan bendera putih.

"Heng-ciangkun, celaka. Putera mahkota hendak dibunuh. Istana geger!"

Gemparlah semua orang.

Mereka yang sudah bersiap dan memasang perlengkapan berburu tiba-tiba menyongsong berlari menyambut pendatang ini.

Dia adalah pengawal istana yang berjaga di kota raja, Siong Houw.

Lalu ketika semua menyambut dan Heng- ciangkun berkelebat di depan pengawal ini, disusul Tan Hong maka pengawal itu roboh terguling di atas kudanya yang kelelahan, wajahnya pucat ketakutan.

"Celaka, putera mahkota kesakitan he bat, ciangkun, diracun. Ada dugaan bahwa yang melakukan adalah Sam-taijin!"

"Apa?"

Heng-ciangkun tersentak.

"Sam taijin?"

"Benar, ada saksi hidup. Mohon menghadap baginda dan ampunkan kami!"

Heng-ciangkun bergetar.

Ia kaget sekali dan pengawal itu menutupi mukanya.

Sedu-sedan atau ketakutan membayang di situ, pengawal ini tak dapat bicara lagi.

Tapi ketika ia diangkat bangun dan kaisar berdiri di situ, semuanya menjatuhkan diri berlutut maka Heng- ciangkun mewakili dengan laporan tersendat, masih tak percaya.

"Ampun...... mohon ampun, sri baginda. Putera mahkota, beliau...... beliau hendak dibunuh orang....!"

"Hm, sudah kudengar,"

Kaisar berubah dan jelas kaget.

"Bangunkan dan suruh ia bicara lagi, ciangkun. Laporkan980 apa yang terjadi dan bagaimana duduk persoalannya."

"Hamba...... hamba tak tahu banyak. Hamba diutus untuk secepatnya memberi tahu ini, sri baginda. Sam-taijin dilaporkan meracun putera mahkota. Sampai sekarang belum sadar. Hamba...... hamba diminta menunggu perintah paduka!"

"Pulang!"

Seruan pendek itu tegas dan terdengar berwibawa.

"Kita kembali ke istana, ciangkun. Kita lihat keadaan di sana!"

Gemparlah pagi itu.

Utusan membungkuk-bungkuk dan menangis.

Ia ketakutan dan juga bingung.

Tapi ketika berkesiur angin dingin dan bayangan putih berkelebat lenyap, itulah Tan Hong yang tak sabar lagi maka kaisar tertegun dan saat itu pemuda ini berseru.

"Ciangkun, aku pergi dulu. Maaf tak dapat kutemani kalian dan jagalah sri baginda!"

"Siapa itu,"

Sri baginda membelalakkan mata.

"Bukankah anak buahmu, ciang kun. Bagaimana berani lancang mendahului kita."

"Ampun....."

Heng-ciangkun tak perlu menutupi lagi.

"Dia adalah Tan Hong, sri baginda, putera Dewa Mata Keranjang. Ada di sini semata perintah Sam-taijin. Kami tak tahu apa yang akan dilakukan tapi tentu melihat laporan ini."

"Putera Dewa Mata Keranjang?"

Kaisar tertegun.

"Sute Fang Fang?"

"Benar."

"Kalau begitu kejar, aku juga ingin menyusul!"

Lalu ketika rombongan bergerak dan peralatan berburu dibuang semua, diganti senjata tajam maka kuda meringkik dan keretapun dipasang lagi untuk membawa sri baginda.981 Pagi itu juga kaisar terburu pulang dengan wajah memerah.

Ia marah sekali namun juga heran.

Tak disangkanya penasihat utamanya itu meracun putera mahkota.

Jahat benar.

Tapi ketika rombongan keluar hutan mendadak bermunculan orang-orang bertopeng yang menyerang dan membentak baginda.

"Turun dan serahkan kaisar lemah atau kalian mampus!"

Terkejutlah Heng-ciangkun.

Tak disangkanya pula di luar hutan ini rombongannya bertemu dengan orang-orang bertopeng.

Melihat gerak mereka yang ringan dan gesit- gesit maklumlah perwira ini bahwa musuh bukanlah orang-orang sembarangan.

Dan karena sebagian di antara mereka mengenakan pakaian pengawal pula, bergambar garuda maka perwira ini membentak memutar goloknya.

"He, kalian Hek-eng-busu. Bagaimana tiba-tiba berkhianat dan menyerang sri baginda. Berani mati benar!"

Namun orang-orang bertopeng itu tertawa.

Mereka sudah menerjang dan menyerang perwira ini beserta rombongannya.

Denting senjata beradu membuat kaisar terkejut, melongok dan betapa kagetnya melihat penghadang-penghadang itu.

Lalu ketika semua bertempur namun sekejap kemudian pengawal roboh berteriak, musuh amatlah tangguh maka Heng-ciangkun terluka dan terpelanting dari atas kudanya.

Pertempuran begitu gaduh hingga kaisar meloncat turun dan menyelinap bersembunyi.

Terjadilah kepanikan di pihak kaisar.

Musuh berdatangan lagi dan jumlahnya tak kurang dari seratus orang, padahal di pihak Heng-ciangkun hanya lima puluh orang saja.

Lalu ketika lima pengawal berteriak lagi, roboh982 terpelanting maka sekejap pihak istana tinggal separohnya.

"Ha-ha, bunuh perwira itu. Ia Heng-ciangkun!"

Sang perwira pucat.

Ia memutar goloknya dengan cepat tapi dua lawan di depannya ini amat lihai sekali.

Mereka bertubuh langsing dan mau perwira ini percaya bahwa lawan yang dihadapi adalah wanita.

Tapi karena ia terdesak sementara tiga laki-laki bertopeng di sana terbahak membabati anak buahnya, heranlah dia kenapa Tan Hong tak melihat musuh-musuh ini maka pedang yang menyambarnya membuat daging pundaknya robek.

"Hi-hik, ini harus dibasmi. Eh, jangan kasih hati lagi, enci. Robohkan dan bunuh dia!"

Sang perwira bergulingan melempar tubuh.

Benar saja lawannya seorang wanita karena kini terkekeh.

Tadi mereka masih diam dan tahu-tahu menyerang.

Maka bergulingan meloncat bangun dan memutar senjatanya lagi, Heng-ciangkun pucat maka kembali anak buahnya dirobohkan dan satu di antara lelaki bertopeng menghampiri kereta, meloncat cepat.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Heh-heh, sekarang mana kaisar lemah itu. Heii, keluar!"

Heng-ciangkun tak dapat menahan diri. Di antara tugas yang paling berat adalah melindungi kaisar. Kalau ada apa-apa yang mengganggu kaisar tentu ia celaka. Maka membentak dan menyambitkan goloknya ia rela menghadapi dua lawannya dengan tangan kosong.

"Keparat, mampuslah kau!"

Akan tetapi lawan mengelak dan golok menancap di dinding kereta.

Tertawa aneh laki-laki itu membalik, golok dicabut.

Lalu ketika ia membalas dan melontarkan itu maka Heng-ciangkun melempar tubuh bergulingan983 karena saat itu juga dua pedang lawannya menyerang ganas.

"Kaisar tak ada!"

Seruan ini mengejutkan semua orang.

Heng-ciangkun yang bergulingan dan mendengar itu menjadi girang.

Orang bertopeng itu rupanya sudah meloncat ke dalam kereta dan melongok.

Kaisar memang telah menghilang.

Dan ketika rombongan penyerbu tampak terkejut namun marah, mereka berteriak maka Heng-ciangkun dan sisa anak buahnya inilah yang menjadi sasaran.

"Bunuh semua, basmi cecunguk-cecunguk ini!"

Heng-ciangkun bergulingan susah payah. Ia heran tapi juga girang bahwa junjungannya tak ada di kereta, tentu bersembunyi di hutan yang lebat itu. Maka tertawa dan teringat panah berapi iapun melepaskan itu dan berseru kepada lawan-lawannya.

"Bagus, ha-ha. Kalian tak dapat menemukan sri baginda, tikus-tikus busuk. Dan lihat hukuman untuk kalian nanti!"

"Kami tak perduli!"

Satu di antara lelaki itu berseru, rupanya pemimpin.

"Sebelum menerima hukuman kaulah yang mampus lebih dulu, orang she Heng. Dan betapapun kami akan tetap mencari kaisar. Sam-taijin akan marah kalau kami gagal!"

Heng-ciangkun menyambar tombak dan menangkis serangan dengan susah payah.

Ia telah meluncurkan panah api dan meledak di udara.

Perbuatannya ini mengejutkan lawan dan mereka membentak.

Lalu ketika Heng-ciangkun meloncat dan bersembunyi di balik pohon-pohon, anak buahnya diserukan berlindung sambil menangkis serangan tiba-tiba terdengar bentakan dan seorang gadis berpakaian hitam-hitam muncul dengan984 amat gagah.

"Siapa berani mengancam kaisar. Aku akan membantu kalian, Heng-ciangkun, jangan takut..... tar-tar!"

Ujung saputangan meledak disusul gerakan rambut hitam yang menyabet dan menghajar orang-orang bertopeng.

Munculnya gadis ini benar-benar mengejutkan siapapun tapi Heng-ciangkun gembira bukan main.

Itulah Kiok Eng! Maka ketika ia berteriak dan memanggil gadis itu, yang sudah ber kelebatan dan menghajar lawan-lawannya maka pihak penyerbu menjadi tercengang tapi juga marah.

Lelaki bertopeng yang tadi memasuki kereta berseru keras.

Ia memungut sebatang tombak meluncurkannya ke arah gadis itu.

Tapi ketika dengan rambutnya tombak itu patah, Kiok Eng menangkis cepat maka tiga orang bertopeng menjadi sasarannya dan berteriak mengaduh.

"Plak-plak-plak!"

Ujung saputangan mengenai tengkuk.

Hantaman atau lecutan ini bukanlah main-main, terdengar suara berkeratak dan tiga orang itu roboh.

Tengkuk mereka pa tah.

Lalu ketika Kiok Eng berkelebat dan membalas lelaki itu maka orang bertopeng ini menangkis namun ia mencelat terbanting.

"Dukk!"

Bukan main kagetnya lelaki ini.

Ia berteriak dan yang lain terkejut, Kiok Eng mengejar dan melepas satu serangan lagi, tendangan menyamping.

Dan ketika sambil bergulingan ia menangkis itu, terlempar dan berseru keras maka dua bayangan hitam membentak dan menyambar gadis ini.

"Lepaskan saudara kami!"985 Kiok Eng membalik dan mengibaskan lengannya. Dari belakang empat cakar baja menyambar punggungnya, tajam bercuit. Tapi ketika Kiok Eng mengerahkan Kiam- ciang (Tangan Pedang) dan menangkis cakar-cakar baja itu maka lawan terhuyung namun gadis ini juga terdorong mundur.

"Bagus, kiranya penjahat bertopeng. Lepaskan kedok kalian dan tunjukkan muka burukmu, tikus busuk. Terimalah hajaranku dan lihat pukulan ini!"

Dua orang itu terbelalak.

Mereka terkejut oleh tangkisan tadi dan marah.

Lengan yang menangkis cakar baja serasa pedang ampuh yang amat kuat, padahal lengan itu tampak begitu halus dan lunak.

Tapi menerjang marah menyambut gadis itu segera Kiok Eng dikeroyok dan Heng-ciangkun bangkit semangatnya menyuruh sisa anak buahnya bertahan.

"Jangan lari, berlindung dan hadapi mereka secara gagah. Bantuan akan datang!"

Benar saja, tak lama kemudian terdengar derap kuda meringkik.

Suara riuh di kejauhan disusul debu-debu mengepul di udara.

Pasukan berkuda datang, tak kurang dari dua ratus orang.

Lalu ketika penyerbu tampak terkejut dan gentar nyalinya, terbukti dari suitan dan aba- aba maka dua wanita yang menghadapi Heng-ciangkun itu tiba-tiba melepas gemas dengan menyambitkan jarum-jarum hitam ke perwira ini.

"Cici, rupanya cukup. Mari kita kembali tapi hajar perwira ini!"

Heng-ciangkun berkelit dan berlindung di balik pohon.

Belasan sinar hitam menyambar namun mengenai pohon itu, amblas dan perwira ini pucat.

Jarum-jarum halus dilontarkan begitu kuat, penuh tenaga.

Tapi ketika ia986 terkesima dan girang melihat bantuan datang, muncullah orang-orang yang digerakkan Bu-goanswe itu mendadak ia menjerit karena di saat lengah sebatang jarum menyambar pipinya, jarum terakhir.

"Aduh!"

Robohlah perwira ini.

Heng-ciangkun terkena serangan gelap dan pipinya menghitam.

Wajah perwira itu seketika bengkak.

Tapi ketika ia roboh dan pingsan, bantuan sudah datang maka dua wanita ini membalikkan tubuh dan meloncat pergi.

Berteriaklah sisa-sisa pengawal dengan marah.

Setelah bantuan datang dan musuh cerai-berai maka keberanian mereka meluap dan berapi-api.

Musuh dikejar namun jarum-jarum hitam menahan, tiga lelaki di sana juga meloncat dan meninggalkan Kiok Eng.

Pertempuran sekejap itu selesai.

Dan ketika semua mengumpat caci dan dua ratus pasukan berkuda ini berlompatan turun maka kaisar muncul dan membuat girang hati semua orang.

"Sri baginda selamat!"

"Heng-ciangkun terluka!"

Semua menjatuhkan diri berlutut.

Hadirnya kaisar membuat mereka memberi hormat, tapi ketika sri baginda mengangkat tangan menyuruh berdiri, yang luka ditolong dan yang tewas dihitung ternyata dari lima puluh pengawal tinggal tujuh belas saja yang sehat.

Dua puluh tewas terbunuh, begitu cepatnya.

"Keadaan darurat, tak perlu membuang-buang waktu. He, siapa pemimpin kalian, pengawal. Sebutkan dan bagaimana tiba-tiba ada di sini!"

"Hamba Lu Cin, bawahan jenderal muda Go. Hamba datang ke sini melihat panah berapi Heng-ciangkun, sri987 baginda, ampun apabila lancang."

Seorang menjatuhkan diri dan berlutut kembali.

"Berdirilah, bagaimana begitu cepat datang. Bukankah Go-siauw-goanswe (jenderal muda Go) berada di istana!"

"Benar, sri baginda, tapi yang terhormat purnawirawan Bu-goanswe memerintahkan kami. Ini semua atas rencananya. Konon keselamatan paduka sudah diketahui dalam keadaan bahaya, kami diperintahkan siap!"

"Astaga, Bu-goanswe. Mana dia!"

"Bu-goanswe berada di kota raja, bersama Go-siauw- goanswe. Marilah paduka kami antar kembali karena kota raja dalam keadaan darurat. Tiga ratus teman kami yang lain menuju ke sana."

Kaisar terguncang kaget. Segera dia mendengar bahwa kota raja katanya juga diserbu. Sekelompok pemberontak menguasai istana. Lalu ketika dia bergegas dan memasuki keretanya mendadak ia teringat sesuatu dan keluar lagi.

"Gadis itu, mana gadis itu...!"

"Siapa yang paduka maksudkan..."

"Kiok Eng! Heh, tidakkah kalian melihat gadis baju hitam itu, Lu-ciangkun? Dia tadi menolongku, menyuruhku bersembunyi di dalam hutan. Mana gadis itu!"

"Maaf, gadis itu berkelebat meninggal kan kita,"

Seorang perwira berlutut dan menjawab.

"Hamba yang melihatnya tadi, sri baginda, katanya mengejar tiga Iaki-laki bertopeng itu. Katanya ia juga hendak ke kota raja."

Kaisar tertegun.

"Begitukah? Baiklah, kita kejar dan kembali ke istana!"

Kereta berputar arah.

Sri baginda tampak terburu hingga988 melupakan Heng-ciangkun, kuda yang lain meringkik dan berderap mengiringi kereta ini.

Lalu ketika hutan ditinggalkan dan semua kembali ke kota raja maka di sana memang terjadi sesuatu yang menggegerkan semua orang.

Hari pertama keberangkatan kaisar memang tidak terjadi apa-apa.

Putera mahkota Bing Yu tinggal di istana karena sakit, perutnya melilit, pertama dikira mulas biasa tapi segera menjadi berkepanjangan setelah pangeran muntah-muntah.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mulutnya berbusa.

Dan ketika istana menjadi sibuk sementara tabib-tabib dikerahkan, Yok-su si tabib paling pandai diminta keahliannya maka tabib ini tertegun karena tanda-tanda pangeran adalah keracunan.

"Celaka, pangeran keracunan. Isi perutnya harus dimuntahkan semua!"

Jadilah tabib ini sibuk.

Bersama dua rekannya yang lain Yok-su mencekoki pangeran dengan obat yang amat amis.

Obat ini diminumkan dan muntahlah semua isi perut, lantai menjadi kotor.

Tapi ketika Bing Yu kejang- kejang dan pucat mukanya maka sang tabib berlarian menjadi bingung.

Ia melihat bahwa gejala itu ada lah tanda-tanda kena tenung.

"Mana Guru Agama Ui-totiang. Celaka, ada yang tidak beres. Pangeran kena tenung!"

Istana menjadi gempar.

Segera ibu-suri menengok dan melihat sang putera mahkota berkelojotan.

Bibirnya menahan sakit dan aneh sekali lengan dan lututnya berdarah, padahal tak ada luka di situ.

Lalu ketika sang pangeran mengaduh seakan ditusuk-tusuk, ibu-suri menjerit maka Yok-su dimintai agar secepatnya menghentikan perdarahan itu.

Sekarang di tujuh tempat989 tampak lubang-lubang kecil meneteskan cairan hitam.

"Hamba..... hamba tak dapat mengobati, ini pengaruh tenung. Ampun, ibu-suri, hanya Ui-totiang yang mampu. Harap paduka panggil karena hamba tak menemukannya!"

"Tenung? Siapa yang menenung?"

"Hamba tak tahu, harap paduka panggil Ui-totiang. Ini perbuatan tenung!"

Ibu-suri menjerit dan mendorong tabib itu.

Yok-su terjengkang dan semua menjadi panik.

Pangeran merintih-rintih dan matanya mendelik.

Dari mulutnya ke luar jarum dan paku-paku hitam.

Aneh! Lalu ketika pangeran pingsan mengaduh tak kuat maka Guru Agama dipanggil akan tetapi tak ada.

"Ampun, Ui-totiang pergi, tak ada yang tahu. Ampun, ibu- suri, kami sudah mencari-cari namun tak diketemukan!"

"Bodoh, tolol dan goblok! Cari sampai keluar istana dan selamatkan anakku. atau kalian kuhukum dan tak ada yang se lamat!"

Pucatlah semua orang.

Yok-su begitu gugupnya hingga jarum di tangan mencoblos ibu-suri, tentu saja kena tampar dan roboh terbanting.

Dan ketika tabib itu mengeluh merangkak bangun, berita ini menjalar cepat di lingkungan istana maka muncullah Sam-taijin tergopoh- gopoh, disusul kemudian oleh Liong-ongya yang mendengar berita itu.

Tapi begitu pembesar ini muncul maka seseorang menyelinap dan berlari.

Seorang dayang.

"He!"

Liong-ongya membentak.

"Ada apa lari dan menghindar. Siapa kau!"

Dayang itu ketakutan.

Dia disuruh berhenti akan tetapi990 malah mempercepat langkahnya, berputar dan hendak bersembunyi di pilar besar.

Namun ketika Liong ongya menunjuk dan pengawal melompat maka dayang itu ditangkap dan kejadian ini menarik perhatian ibu-suri, juga yang lain.

"Bawa dia ke sini, apa yang dibawanya itu!"

Dayang itu menggigil. Sebuah mangkok kecil berada di tangannya dan ia hendak membuang isinya. Tapi ketika dengan sigap pengawal kedua merampas dan memukul pergelangannya maka dayang ini tiba-tiba menangis tersedu-sedu, menjerit.

"Ampun, hamba tidak melakukan apa-apa..... ampun....!"

Yang berubah mukanya adalah Sam-taijin.

Dayang itu adalah dayangnya sendiri bernama Kui-hwa, cantik dan masih muda dan tubuhnya yang ranum padat cukup menggairahkan mata lelaki normal.

Begitu ditangkap ia cepat maju, membentak dan bertanya kenapa dayangnya itu di situ.

Tapi ketika Liong-ongya meloncat maju dan seakan menghalanginya agar tidak terlalu dekat maka pangeran ini berseru agar si dayang dibawa ke depan.

"Harap taijin mundur, biar pemeriksaan dilakukan Jaksa We!"

Lelaki tua ini mundur.

Jaksa We yang tiba-tiba muncul di situ justeru membuat keningnya berkerut.

Entah kenapa tiba-tiba firasatnya menjatuhkan sesuatu yang buruk.

Bagaimana jaksa ini secepat itu datang.

Dan ketika Kui- hwa didorong dan dimintai keterangan, gadis itu tersedu- sedu maka seolah tak sengaja sebagian dari isi mangkok tumpah.

"Cesss!"991 Permadani terbakar dan lantaipun hangus. Bau harum yang keras menyengat hidung, seorang pelayan tiba-tiba berseru dan menuding, berkata bahwa itulah minuman yang diberikan putera mahkota. Lalu ketika semua menjadi gempar dan Yok-su terbelalak, ribut-ribut semakin menjadi maka maklumlah semua orang bahwa dayang ini terlibat dalam penderitaan kaisar.

"Racun, kau membawa racun. Kalau begitu sakitnya putera mahkota adalah perbuatanmu!"

Jaksa We membentak.

"Ampun...... hamba..... hamba tidak bersalah!"

"Benar,"

Seseorang tiba-tiba teringat.

"Kemarin malam Kui-hwa memberikan minuman kepada putera mahkota, We-taijin, hamba saksinya!"

"Nah, apa katamu,"

Jaksa We beringas dan memerah.

"Kau yang menjadi biang kerusuhan, Kui-hwa. Siapa yang menyuruhmu atau kau melakukan ini atas kehendak sendiri!"

"Ampun.... tidak, hamba..... hamba hanya melaksanakan perintah....!"

"Bagus, siapa yang memerintahmu."

"Sam-taijin!"

Berubahlah wajah pembesar ini. Senyum kemenangan dilihatnya di wajah pangeran Liong, kebetulan saat itu ia memandang dan juga dipandang. Tapi ketika ia sadar dan menjadi marah tentu saja lelaki tua ini membentak.

"Bohong, itu tidak benar. He, kau memfitnah aku, Kui- hwa, jahat benar mulutmu. Dusta, itu dusta!"

Namun Liong-ongya sudah memberi tanda kepada pengawal.

Ketika Sam-taijin melompat dan hendak menampar dayang ini maka tujuh orang menghadang.

Sam-taijin tak tahu bahwa tentu saja Kui hwa berkhianat992 karena bujukan Liong-ongya, berkata bahwa ia akan diangkat selir kalau mau menjatuhkan majikannya.

Dan karena semalam dayang ini telah dibelai manis dan dicumbu sayang, hanyutlah Kui hwa oleh angan-angan yang muluk selangit maka hari itu ia diperintahkan hadir dengan membawa mangkok racun.

Pangeran berkata bahwa ia tetap dilindungi.

"Jangan khawatir, lakukan semua itu dengan sungguh- sungguh. Di belakang nanti aku akan membebaskanmu, Kui-hwa, apalagi malam nanti kau harus melayaniku lagi. Ah, kau memberiku kepuasan luar dalam!"

Wanita mana tak bangga pujian.

Kui-hwa berhasil diyakinkan bahwa semua harus dilakukan seperti sungguh-sungguh, setelah ditangkap ia akan dibebaskan lagi, di belakang.

Dan karena ia dicium begitu mesra dan mendapat leontin berlian, begitu berharganya pemberian ini maka ia percaya saja dan kedudukan Liong-ongya yang begitu kuat membuatnya tak curiga.

Janji diangkat selir adalah anugerah luar biasa bagi dirinya yang hanya seorang dayang.

Dan begitulah, hari itu ia melaksanakan tugas.

Menarik perhatian dan berlari menyelinap pergi membuat dayang ini sebenarnya takut-takut tegang.

Betapapun ia harus mengkhianati majikannya sendiri, orang yang telah merawatnya sejak kecil.

Tapi karena janji Liong-ongya begitu besar dan nikmat semalam yang diterimanya sungguh tak terlupakan, itulah pengalaman hidupnya yang paling indah maka terjebloslah dayang muda cantik ini dalam tipu daya Liong-ongya.

Ia diseret dan dihadapkan ibu-suri, kini Jaksa We mengamatinya dengan tajam.

Dan karena beberapa orang juga mengepung Sam-taijin, tak mungkin pembesar itu lolos maka perhatian kepadanyapun di993 tujukan.

"Hamba tak melakukan apa-apa, hamba hanya melaksanakan perintah. Ampun dan lepaskan hamba!"

Kui-hwa meronta-ronta akan tetapi sepasang lengan pengawal yang kuat menahannya.

Kalau saja Liong- ongya tak berkedip kepadanya tentu dayang ini ketakutan hebat.

Memang ia tegang dan berdebar tapi hadirnya pangeran membuat ia sedikit tenang.

Betapapun ia masih berharap.

Tapi ketika ia dihadapkan ibu-suri dan mnta yang melotot itu membuatnya gemetar, dayang ini panas dingin maka ia ketakutan juga dan pandang matanya menengok Liong-ongya.

"Kau kiranya yang melakukan itu. Bagus, akui sekali lagi perbuatanmu, dayang hina. Siapa yang menyuruhmu dan jangan menjatuhkan fitnah kepada orang lain!"

Jaksa We membentak dan tentu saja pura-pura melotot juga.

Ia adalah pembantu Liong-ongya dan jaksa inilah yang biasanya bakal menuduh seorang pesakitan dengan gencar.

Dia pandai mencari-cari kesalahan dan gadis macam Kui-hwa bisa ketakutan.

Maka ketika gadis itu mengguguk dan menggeleng kuat-kuat maka sekali lagi ia berseru bahwa yang menyuruhnya adalah Sam-taijin.

"Hamba tidak bersalah, hamba hanya melaksanakan perintah. Hamba disuruh Sam-taijin!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Pembesar itu merah padam. Sam-taijin bagai terbakar mendengar kata-kata itu, ia menyeruak tapi pengawal menjaganya. Dan ketika ia membentak menyangkal tuduhan, Kui-hwa tak berani mengangkat mukanya maka pembesar ini berseru dengan penuh geram.

"Kui-hwa, kau melancarkan fitnah buta. Kau bohong. Coba angkat wajahmu dan pandang aku. Iblis dari mana yang ada di hatimu itu!"994

"Hm,"

Liong-ongya mengedip dan memberi isyarat orang- orangnya.

"Kau sudah dikaitkan urusan ini, taijin, benar tidaknya biarlah diperiksa lagi. Tak kusangka kau hendak membunuh putera mahkota."

"Bohong, dusta. Aku tidak melakukan apa-apa, ongya. Justeru gadis itu memfitnah aku. Dia...... dia......"

Liong-ongya tersenyum mengejek, membalik menghadapi ibu-suri.

"Orang seperti ini hendak diapakan. Kejahatan harus dihukum setimpal, ibu-suri, dan secepatnya puteranda Bing Yu ditolong."

Ibu-suri tak dapat menahan marah.

Melihat puteranya diancam seperti itu kemarahannya tentu saja meledak, iapun memiliki kekuasaan cukup besar.

Maka ketika tanpa pikir panjang ia memekik menyuruh bunuh, Liong- ongya tersenyum maka pengawal mencabut pedang dan siap menusuk pembesar ini.

Wajah Sam-taijin pucat pasi.

"Bunuh dia, tak ada yang lebih tepat kecuali bunuh. Bunuh....!"

Untunglah di saat seperti itu muncullah bayangan Kok- taijin.

Membentak berseru keras bekas menteri ini mendorong semua orang, dia meloncat dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

Dan ketika Liong-ongya dan lain- lain terkejut maka tokoh yang masih disegani ini melengking menggetarkan ruangan.

"Tahan, siapapun tak berhak mengadili tanpa diketahui sri baginda. Urusan ini bukan sekedar urusan kecil, ibu- suri, melainkan urusan yang harus diketahui junjungan kita. Sri bagindalah yang paling berkepentingan dan siapa berani mendahuluinya!"

Mundurlah semua orang.

Di saat bahaya hampir mengancam lelaki tua itu maka munculnya menteri ini995 tepat sekali.

Kok-taijin terkejut mendengar itu dan cepat datang, sahabatnya hampir saja diadili tanpa keadilan.

Dan karena ucapannya memang benar dan ibu-suri tertegun, mendahului kaisar berarti kelancangan maka wanita itu terbelalak tapi menangis tersedu-sedu.

"Kalau begitu bagaimana dengan puteraku. Ia diracun dan ditenung, taijin. Kalau kau membela keparat itu harap sembuhkan puteraku. Hayo, sembuhkan puteraku"

Kok-taijin terkejut. Ibu-suri tiba-tiba memojokkannya dengan urusan yang sulit, sekarang dia dimintai tanggung jawab, persoalan dilimpahkan kepadanya. Tapi ketika ia mengepal tinju dan menggigit bibir maka menteri ini berkata.

"Hamba akan berusaha menyembuhkan putera mahkota, meskipun bukan tanggung jawab hamba sepenuhnya untuk urusan ini. Baiklah hamba terima, ibu-suri, dan sekarang juga pangeran hamba bawa!"

Semua terkejut.

Dengan keberanian dan kesigapannya Kok-taijin menyambar tubuh putera mahkota.

Jelek-jelek menteri ini adalah seorang ahli silat yang semua orang tahu.

Dan ketika ia melompat dan hendak pergi iapun meminta ibu-suri untuk bertanggung jawab menjaga keselamatan Sam-taijin.

"Hamba bertanggung jawab menyembuhkan putera mahkota, tapi paduka harap bertanggung jawab pula atas keselamatan Sam-taijin. Nah, sebelum sri baginda datang siapapun tak berhak menjatuhkan hukuman, ibu- suri. Paduka tentu tahu dan mengerti ini!"

Semua membelalakkan mata.

Kok-taijin sudah berkelebat membawa putera mahkota dan ganti menyerahkan Sam-taijin kepada ibu-suri.

Omongan menteri itu memang masuk akal dan tepat.

Maka ketika996 ia lenyap di luar istana dan siapapun tak berani menghalang, Liong-ongya terkejut dan sadar tiba-tiba pangeran ini berseru dan lompat mengejar.

"He, tunggu, taijin. Ini penculikan!"

Pengawal terkejut. Mereka bergerak dan mengikuti pangeran itu, di bawah Kok-taijin tiba-tiba berhenti. Lalu ketika wajah menteri ini menjadi merah dan menahan gusar, hampir saja omongan itu termakan ibu-suri maka menteri ini berkata dingin.

"Aku tak menculik siapapun di sini, justeru aku hendak menyembuhkan putera mahkota. Kalau kau takut aku meninggalkan istana silakan kerahkan ribuan orang, pangeran. Aku hanya ke gedung Sam-taijin!"

Ibu-suri juga mendengar.

Wanita ini turut mengejar dan berdiri di tangga istana, wajahnya gemetar merah padam.

Dan karena ia mengenal siapa menteri itu dan Liong-ongya kembali tak berkutik mendapat jawaban ini mendadak dari ruang dalam terdengar jerit dan pekik kesakitan.

"Aduh!"

Ibu-suripun menghambur.

Kok-taijin juga meloncat dan Liong-ongya berlari ke dalam.

Terdengar ribut-ribut dan bentakan pengawal.

Dan ketika mereka melihat sesosok bayangan merah berkelebatan menghajar pengawal, tiga di antaranya terbanting dan merintih-rintih maka bayangan itu berhenti ketika sisa pengawal yang lain meloncat mundur dan meringis kesakitan.

Senjata di tangan mencelat tak keruan.

"Nah,"

Bayangan itu, gadis baju merah yang cantik jelita berkacak pinggang.

"Siapa lagi yang mau coba membunuh Sam-taijin, tikus-tikus busuk. Bukankah sudah diberitahukan bahwa kalian tak boleh mendahului sri baginda. Hukuman apa yang tepat untuk kalian!"997 Terkejutlah ibu-suri.

"Siapa kau!"

Kok-taijin melompat maju, menyambar lengan gadis ini.

"Dia Beng Li, ibu-suri, keponakanku. Apa yang terjadi dan kenapa kau meroboh-robohkan pengawal!"

"Mereka hendak membunuh Sam-taijin,"

Gadis itu berjebi.

"Aku melihat gerakan mereka, paman. Lihat lengan Sam- taijin terluka!"

Ibu-suri semakin terkejut.

Di sana, terhuyung dengan muka pucat tampak Sam-taijin memegangi lengannya.

Sebatang tombak menusuk dan menyerang perutnya tapi tiba-tiba berkelebat gadis baju merah ini, menangkis dan tombak meleset mengenai lengannya.

Selanjutnya gadis itu membentak marah dan berkelebat menghajar penyerang itu, dikeroyok dan menghadapi pengawal yang lain dan akibatnya itulah yang terjadi.

Mereka diroboh-robohkan.

Dan ketika lelaki tua itu tampak gusar dan merah padam, memandang Liong-ongya namun pangeran itu membuang muka maka pengawal itulah yang ditatapnya benci karena kegagalannya.

Diam-diam memang pangeran inilah yang memberi isyarat, menyuruh bunuh ketika tadi ia mengejar Kok-taijin! "Nah,"

Kok-taijin menghadapi ibu-suri.

"Bagaimana kalau begini, ibu-suri. Paduka tak dapat menjaga keselamatan Sam-taijin. Hamba minta agar pengawal itu ditangkap dan diadili, siapa yang menyuruhnya. Tidakkah paduka curiga bahwa ada seseorang di balik layar!"

Ibu-suri gemetar.

Ternyata tiba-tiba banyak hal berlangsung cepat.

Mula-mula adalah sakitnya putera mahkota, lalu tuduhan terhadap Sam-taijin dan kini rencana pembunuhan terhadap pembesar itu.

Kalau Sam-taijin bersalah tak mungkin ada penyerangan itu, sudah diberi tahu bahwa semua harus menunggu kaisar.998 Maka ketika ia bingung dan mengeluh mengepalkan tinju, sungguh ia dibuat penasaran maka ia balik bertanya bagaimana dengan pendapat menteri itu.

"Hamba melihat paduka tak dapat melindungi Sam-taijin, jelas ia menjadi incaran pembunuhan. Sebaiknya biarkan hamba membawanya dan bersama putera mahkota sama-sama tinggal di gedungnya. Paduka dapat mengerahkan pengawal pribadi menjaga kami!"

"Baik,"

Ibu-suri akhirnya mengangguk.

"Aku percaya padamu, taijin, kuserahkan keselamatan"

Puteraku kepadamu. Akan ku perintahkan pengawal menjaga kalian!"

"Pengawal pribadi,"

Kok-taijin mengulang.

"Bukan pengawal dari kesatuan lain, ibu-suri. Ini semata untuk kebaikan semua!"

Ibu-suri mengangguk. Akhirnya membawa Sam-taijin bergegaslah menteri ini meninggalkan ruangan. Beng Li, gadis itu menjaga di belakang. Tapi ketika Sam-taijin meronta dan melepaskan dirinya tiba-tiba lelaki itu berseru.

"Tunggu, Kui-hwa harus ikut bersamaku, taijin. Ia pengkhianat. Biar kukorek keterangan dari siapa ia memfitnah itu!"

"Hm,"

Liong-ongya tiba-tiba tertawa mengejek.

"Gadis itu tak bisa bersamamu, taijin, ia seorang pesakitan. Kaupun tertuduh. Mana mungkin kalian dibiarkan berdua dan nanti di belakang membuat persekongkolan."

Pembesar ini mendelik.

Ia hendak bicara keras tapi Kok- taijin menyambar lengannya kembali.

Dengan tekanan di urat nadi segera menteri ini memberi isyarat, apa yang dikata Liong-ongya betul.

Dan karena tak ingin bercekcok999 mulut lagi Kok-taijin membalikkan tubuh dan buru-buru menuruni anak tangga.

"Liong-ongya benar, jangan membuat kecurigaan semakin tebal. Kalau kau benar tak bersalah semuanya akan beres belakangan, taijin. Sudahlah tak perlu mengurus dayang pengkhianat itu karena ia akan menerima hukumannya nanti!"

Pergilah dua pembesar ini dengan perasaan masing- masing.

Ibu-suri akhirnya memerintahkan sepuluh pengawal pribadinya menjaga gedung Sam-taijin.

Di sana keselamatan anaknya dan calon tertuduh dipertahankan.

Namun ketika ia hendak menyuruh tangkap pengawal pemberontak ternyata Liong-ongya maju dan berkata.

"Mereka ini biarlah menjadi tanggung jawabku, begitu pula Kui-hwa. Harap ibunda beristirahat dan tenangkan hati, aku akan menyelesaikannya sampai tuntas! Mengangguklah ibu-suri yang kena tipu daya ini. Yang paling girang adalah Kui-hwa, gadis itu dibawa dan segera diamankan Liong-ongya. Sang pangeran menepati janji. Tapi karena datangnya Kok-taijin membuyarkan segalanya dan pangeran ini menjadi gelisah, diam-diam marah dan kembali ke gedungnya maka di situ dipanggilnya Wi Tok dan gurunya. Pembicaraan darurat dilakukan.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Celaka, ada yang meleset. Aku hampir saja membunuh Sam-taijin, Wi Tok, tapi Kok-taijin si keparat itu datang. Ia tak kuduga!"

"Hm, siapa ini,"

Wi Tok tak mengenal.

"Paman belum pernah menceritakannya."

"In bekas menteri di sini, sudah pensiun. Tapi karena ia1000 sahabat baik Sam-taijin dan pernah berjasa besar kepada negara maka ia masih disegani dan ibu-suripun mundur. Sekarang Sam-taijin dibawanya beserta putera mahkota!"

"Kemana?."

"Ke gedung tua bangka itu, ke tempat Sam-taijin!"

"Mudah,"

Wi Tok tersenyum.

"Paman tak usah terlalu tegang karena aku dapat membunuhnya."

"Jangan gegabah. Ada seorang gadis lihai di situ, Wi Tok, dan gadis inilah yang menggagalkan usahaku lagi. Pengawal yang kuperintahkan membunuh Sam-taijin digagalkan gadis ini. Ia keponakan Kok-taijin!"

"Cantikkah dia?"

Wi Tok membelalakkan mata, langsung bersinar-sinar.

"Kalau cantik justeru kebetulan, paman, sekali tepuk dua lalat tercapai. Ha-ha, jangan khawatir!"

Namun Liong-ongya menggoyang gemas, marah.

"Jangan main-main untuk urusan ini. Kok-taijin seorang lihai yang ilmu kepandaiannya cukup tinggi. Gara-gara dia aku tak banyak berkutik, tahu begini kubawa kalian!"

Wi Tok masih tak cemas.

Ia masih tertawa juga ketika pamannya tampak begitu gelisah.

Memang urusan Sam- taijin diatasi pamannya sendiri, tak mengajak dia maupun gurunya.

Tapi ketika gurunya yang meram-melek memegang boneka tampak berseru terkejut, sejak tadi menyeringai dan duduk menusuk-nusuki boneka mendadak jarum di tangan kakek gundul ini patah.

Siang Lun Mogal sedang asyik dengan permainannya menenung putera mahkota, boneka di tangannya itu adalah boneka yang rupanya mirip pangeran Bing Yu! "Huwaduh, celaka.

Siapa yang melindungi pemuda itu.....

tak!"

Kakek ini terbeliak dan membuka matanya lebar-1001 lebar.

Jarum yang tadi dipakai menusuk-nusuki boneka tiba-tiba berdenting dan patah.

Boneka yang terbuat dari tanah liat itu mendadak keras seperti besi.

Jarumpun tak dapat menusuk.

Dan ketika kakek ini terkejut meloncat bangun, matanya terbelalak marah maka Wi Tok juga terkejut karena boneka itu tak hancur ketika dibanting.

"Keparat, ada seseorang melindungi. Hah!"

Siang Lun Mogal merah padam.

Ia tadinya tak mendengarkan laporan sekutunya itu, mau dibawa karena diajak muridnya.

Di dalam kamar ia sedang berkomat-kamit membaca mantra, menusuki boneka dan kakek inilah yang sebenarnya menenung putera mahkota.

Bau dupa dan wewangian asing menempel di tubuh kakek itu.

Tapi ketika tiba-tiba jarumnya berdenting dan patah, boneka itu mengeras seperti besi maka kagetlah kakek ini karena di sana seseorang sedang melindungi korbannya.

"Keparat, kau harus melihat siapa itu, Wi Tok. Jahanam dari mana menggagalkan maksudku ini!"

"Apa yang suhu rasakan."

"Tenungku hancur, seseorang melindungi pangeran Bing Yu. Coba kau lihat dan wakili aku!"

Siang Lun Mogal mencelat dan menghilang.

Ia kembali ke kamarnya memperkuat alat-alat tenung.

Dupa dipertebal dan wewangianpun diperbanyak.

Bau yang aneh keluar dari lubang pintu.

Dan ketika Wi Tok terkejut dan menjadi tak nyaman, inilah untuk pertama dia berdebar maka Liong-ongya bangkit berdiri berkata tergopoh-gopoh.

"Agaknya rencana kita dihalangi seseorang. Pergi dan lihatlah siapa orang itu, Wi Tok, tapi secepatnya kau1002 kembali ke sini. Agaknya kita harus mempergunakan pasukan, istana harus cepat dilumpuhkan!"

Wi Tok berkelebat dan tak menunggu waktu lagi.

Kebetulan ia melihat bayangan Siu Hwa dan Siu Lin, kakak beradik yang genit cabul itu.

Maka minta mereka menemaninya dan menuju ke gedung Sam taijin langsung saja tiga orang ini berjungkir balik di atas wuwungan.

Alangkah kagetnya Wi Tok melihat Dewa Mata Keranjang.

Kakek itu, yang dulu pernah bertanding dengannya dikeroyok Kiok Eng tiba-tiba berada di dalam gedung terkekeh-kekeh.

Di ruang dalam yang luas dan besar tampak berbaring tubuh pangeran Bing Yu.

Putera mahkota ini dipegangi ubun-ubunnya dan berkali-kali Dewa Mata Keranjang meniup.

Dari telapaknya keluar hawa sinkang dan sekujur tubuh pangeran terlindung uap putih.

Uap inilah yang membuat boneka di tangan gurunya berubah, keras seperti besi dan jarum penyiksapun tak mampu mencoblos, patah.

Dan ketika ia tergetar dan ragu meloncat turun, matanya tiba-tiba menumbuk sosok cantik gadis baju merah maka Wi Tok melirik temannya.

Sebenarnya, melihat gadis di ruangan itu Wi Tok ingin meloncat turun.

Jantungnya berdebar kencang karena itulah Beng Li! Bersama gadis inilah dia membakar Liang-san.

Tapi karena di situ ada Dewa Mata Keranjang dan ia heran kenapa kakek dan gadis itu berkumpul bersama, padahal Beng Li memusuhi Dewa Mata Keranjang maka teka-teki ini tak ingin dijawab Wi Tok di saat seperti itu.

Dewa Mata Keranjang adalah kakek lihai dan gurunyalah yang harus turun tangan.

Ia telah merasakan benar kehebatan kakek ini, apalagi di situ ada pula wanita1003 empatpuluhan yang bukan lain isteri Dewa Mata Keranjang.

Maka menekan perasaannya dan memberi isyarat turun tiba-tiba Wi Tok kembali ke gedung Liong- ongya memberi laporan.

"Ada Dewa Mata Keranjang di sana, pantas suhu tak mampu menjalankan ilmu hitamnya. Biarlah kuberi tahu suhu dan atur rencana selanjutnya, paman. Aku akan mengumpulkan kawan-kawan dan bagaimana kakek itu ada di sana!"

"Tunggu!"

Liong-ongya berseru.

"Jangan gegabah bertindak sendiri, Wi Tok. Rupanya sudah waktunya mulai bekerja. Kita menghadap gurumu dan biar sekarang juga gerakan dimulai!"

Wi Tok mengerutkan kening.

Ia melihat pamannya bergegas melompat dan Iari ke kamar gurunya.

Di sini tampak kakek gundul bermandi keringat, duduk bersila dan siap mengadu kekuatan batin tapi gagal ketika pintu diketuk dan dibuka.

Dan ketika kakek itu membuka matanya dan bergegas Liong-ongya menutup kembali, Wi Tok tampak jerih maka kakek ini menghentikan tenungnya terheran-heran, kaget juga.

"Apa yang kau lihat, siapa di sana."

"Dewa Mata Keranjang!"

Wi Tok berseru.

"Kakek jahanam itu melindungi putera mahkota, suhu, pantas kalau kau gagal. Paman hendak memutuskan untuk bergerak sekarang juga."

"Benar,"

Liong-ongya duduk dan menghadapi kakek ini, diam-diam ngeri oleh alat-alat di lantai ruangan, gunting dan jarum serta bulu ayam jago, juga dupa.

"Tak ada waktu lagi untuk berlama-lama, locianpwe. Gerakan harus segera dimulai. Kita pecah gerakan kita1004 dan bunuh kaisar sekarang juga!"

"Hm,"

Kakek itu berdiri, tubuhnya yang jangkung serasa mengenai langit-langit.

"Sudahkah kauperhitungkan masak-masak, ongya. Tepatkah waktunya merebut kedudukan."

"Tak bisa ditunda lagi,"

Liong-ongya gelisah.

"Rencanaku untuk memfitnah dan menjebloskan Sam-taijin gagal, locianpwe. Tak kusangka hadir Kok-taijin di sini. Kita harus bergerak, bunuh kaisar dan kuasai istana. Secepatnya!"

"Baik,"

Kakek itu menyeringai.

"Tak sia-sia aku menunggu, ongya. Sekarang siapa yang mengerjakan tugas itu dan bagaimana rencanamu."

"Kita pecah kekuatan kita. Kau menghadapi Dewa Mata Keranjang dan muridmu menyusul sri baginda membunuh di sana!"

"Tidak,"

Wi Tok berseru.

"Sebaiknya aku mendampingi suhu, paman, siapa tahu tenagaku diperlukan di sini. Biarlah Siu Hwa dan Siu Lin mengejar ke hutan. Tugas mereka membunuh kaisar!"

"Hm, kami tak ingin gagal,"

Siu Hwa mengerling.

"Tugas ini tugas berat, Wi-koko. Berdua saja mana mungkin. Usulmu tak masuk akal."

"Ah, bukan begitu. Maksudku kalian di temani kawan- kawan yang lain, bawa saja seratus orang. Hung- wangwe dan kawan-kawannya cukup!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Dan Wei-ho Sam-eng?"

"Tiga kakek itu di sini, membantu suhu!"

"Tidak,"

Siang Lun Mogal menggeleng, watak sombongnya muncul.

"Menghadapi Dewa Mata1005 Keranjang bukan hal sulit bagiku, Wi Tok. Biarlah Wei-ho Sam-eng menemani kakak beradik ini. Aku sanggup sendiri."

"Nah!"

Siu Hwa girang.

"Itu baru cocok. Kalau begitu aku setuju!"

Liong-ongya mengangguk asal jadi.

Kekuatan orang- orang kang-ouw ini Wi Tok dan kakek gundul itulah yang tahu.

Ia sendiri bergerak mengatur pasukan dari dalam, masing-masing telah mempunyai pekerjaan sendiri- sendiri.

Maka ketika hari itu juga diambil keputusan kilat, istana dikuasai maka pecahlah geger baru di lingkungan istana ini.

Melalui jenderal Couw Yang digerakkanlah kudeta itu.

Seluruh istana ditutup dan tahu-tahu pengawal setia ditangkapi.

Bagi yang melawan langsung dibunuh.

Dan ketika jerit dan ketakutan terdengar di sana-sini, keputren juga panik maka gedung Sam-taijin adalah sasaran utama! Kok-taijin waktu itu datang secara kebetulan saja dengan Dewa Mata Keranjang.

Seperti diketahui menteri ini telah mengutus orang-orangnya mencari kakek lihai ini, membantu Sam-taijin yang belum juga menemukan Dewa Mata Keranjang.

Dan ketika hari itu seorang utusannya menemukan Dewa Mata Keranjang, membawa dan langsung menghadapkan majikannya maka Kok-taijin mendengar berita putera mahkota itu.

"Sam-taijin ditangkap, dituduh meracun putera mahkota. Harap paduka bergerak cepat dan jangan sampai didahului musuh."

Berita ini bagai geledek di siang bolong.

Kok-taijin begitu terkejut dan buru-buru menuju ke gedung sahabatnya, Dewa Mata Keranjang tentu saja ikut.

Tapi ketika kakek1006 itu tak mau ke istana dan pengalamannya yang luas memberi tahu sesuatu maka Dewa Mata Keranjang berkata biarlah dia di situ saja.

Bersama kakek ini tampaklah Beng Li yang berkerut kening.

"Sebaiknya taijin ke sana sendiri, Beng Li menjaga diam- diam. Aku dan isteriku di sini dan berangkatlah cepat ada sesuatu yang pasti tidak beres!"

Kok-taijin tak dapat berpikir panjang.

Dia mengangguk dan berkelebat ke istana, kebetulan kedatangannya begitu tepat hingga ia mampu mencegah hukuman sepihak itu.

Hampir saja Sam-taijin menjadi korban.

Dan karena diam-diam ia selalu berhubungan dengan gadis baju merah itu, mempergunakan ilmu mengirim suara dari jauh maka ia tampak seolah begitu tenang meninggalkan Sam-taijin di dalam istana, membawa putera mahkota.

Padahal tentu saja Beng Li telah mendapat tugas melindungi lelaki tua itu.

Benar saja, usaha pembunuhanpun nyaris mencelakai pembesar ini.

Meskipun sudah disepakati bahwa semuanya harus menunggu kaisar namun Liong-ongya tak sabar membiarkan Sam-taijin selamat.

Bersembunyinya Beng Li di luar dugaannya.

Dan ketika kini didengar laporan bahwa Dewa Mata Keranjang ada di gedung itu, menyelamatkan putera mahkota maka Liong-ongya mengadakan gerakan kilat melumpuhkan pengawal-pengawal setia.

Melalui Couw-goanswe yang sebelumnya sudah dihubungi mudah saja melucuti penjaga.

Mereka secara kilat dilumpuhkan.

Tapi begitu menyerang gedung Sam-taijin maka di sini Liong-ongya bertemu batunya.

Alot! Tidak seperti penjaga yang gampang ditangkapi dan dilucuti adalah di gedung ini Liong-ongya hampir gagal.

Ini karena Dewa Mata Keranjang bertanding hebat,1007 begitu seru hingga Siang Lun Mogal hampir kehabisan akal.

Mien Nio, isteri Dewa Mata Keranjang bersama Kok-taijin menghadapi Wi Tok.

Beng Li dikeroyok pasukan pemberontak yang dibantu orang-orang kang- ouw.

Kalau saja tak muncul empat orang di situ membantu Dewa Mata Keranjang dan kawan-kawannya ini barangkali kakek lihai itu roboh.

Pertarungan memang sengit.

Tapi ketika muncul dua pemuda dan dua wanita cantik, menyerbu dan membuyarkan kepungan maka Beng Li tertolong dan akhirnya Wi Tok ganti terdesak.

Berkali-kali pemuda itu membujuk Beng Li agar mundur.

Gadis ini mula-mula juga terkejut melihat munculnya Wi Tok, maklum mereka dahulu sama-sama memusuhi Dewa Mata Keranjang dan menjadi sahabat.

Namun karena telah terjadi perobahan besar dan ini tak diketahui pemuda itu, justeru gadis ini melengking-lengking dan memaki Wi Tok sebagai pemuda tak tahu malu maka Beng Li yang mengamuk dan menghajar musuh- musuhnya melenyapkan nafsu Wi Tok yang tadinya ingin menarik gadis ini sebagai kekasihnya.

Memang bukan tiada maksud kalau Wi Tok menyuruh Siu Lin dan Siu Hwa mengejar kaisar membunuh di hutan.

Keberadaan Beng Li menggetarkan birahi pemuda ini, diam-diam Wi Tok ingin melampiaskan nafsu dan rindunya kepada gadis cantik ini.

Ia masih belum tahu bahwa Beng Li adalah puteri Fang Fang, dari isteri lain.

Maka ketika Siang-ang-boh-tan meninggalkan istana dan bebas baginya bermain mata, kurang enak kalau di situ masih ada Siu Lin dan Siu Hwa maka Wi Tok berharap dapat membujuk dan memikat gadis ini.

Akan tetapi yang terjadi sebaliknya.

Begitu bertemu tiba- tiba sepasang mata Beng Li berkilat, api kemarahan menyambar di situ.

Wi Tok tak tahu bahwa dari Kok-taijin1008 inilah gadis itu tahu segala sepak terjangnya, termasuk membunuh cucu dan puteri Tiong-taijin yang sesungguhnya menjadi kekasih-kekasihnya.

Rasa muak dan benci tiba-tiba membakar gadis itu.

Namun karena saat itu Dewa Mata Keranjang sudah meloncat dan bertanding dengan Siang Lun Mogal, pengawal dan orang-orang knng-ouw mengeroyok gadis ini sementara Kok-taijin menyerang pemuda itu maka Beng Li tak dapat memperhatikan lawannya lagi setelah harus berkelit dan membalas musuh-musuhnya.

Mien Nio mula-mula berlompatan dan mengelak sana-sini melihat pertandingan suaminya, berdebar dan merasa kaget karena tak menyangka kakek gundul itu Siang Lun Mogal yang amat ganas.

Baru setelah Wi Tok mendesak dan memukul mundur Kok-taijin wanita ini berkelebat membantu, di sana suaminya dapat bertahan dan masing-masing menyerang dan menangkis sama hebatnya.

Tapi ketika Beng Li menjadi kewalahan dan berteriak keras, sekian banyak pengeroyok membuat gadis itu terdesak mundur maka wanita ini harus pulang balik membantu Kok-tai jin dan gadis itu.

Hal ini membuat pertandingan berjalan lama namun betapapun pihak wanita ini kalah kuat.

Mien Nio tak mungkin memecah perhatiannya terus-menerus, Wi Tok mulai mengeluarkan Ang-mo-kangnya yang hebat itu.

Dan ketika mereka terdesak tapi muncullah empat orang baru, dua wanita dan dua pemuda maka perobahanpun terjadi dan para pengawal berteriak ketika mereka terlempar dan terbanting.

Dua pemuda yang baru datang itu menangkap dan melempar mereka lewat pundak dengan gaya banting seorang pegulat, terutama pemuda berambut pirang yang datang bersama gadis asing yang juga rambutnya pirang! Terbelalaklah Wi Tok.

Seorang gadis kulit putih1009 memainkan cambuk melempar-lempar pengawal dengan suaranya yang nyaring merdu.

Sementara di sebelahnya, tak kalah garang dan cukup mengejutkan berkelebat wanita empatpuluhan berbaju hijau.

Wanita ini menggerakkan sepasang lengannya mendorong ke sana-sini, menyerang dengan pukulan sinar biru dan pengawal menjerit terkena pukulan itu.

Mereka terjengkang dan bergulingan.

Dan ketika tak jauh dari situ seorang pemuda gagah juga mengamuk dan menggerakkan sepasang lengannya yang berwarna kebiruan maka maklumlah Wi Tok bahwa pemuda itu dan wanita di sana merupakan ibu dan anak, apalagi baju pemuda itu juga sama-sama hijau.

Dan mereka sama- sama gagah perkasa! "Kong Lee, bunuh saja mereka ini.

Sikat habis!"

Wi Tok mengerutkan kening.

Dari seruan wanita itu ia maklum bahwa lawan seorang yang amat keras dan telengas.

Tiga pengawal terjengkang dan retak, wanita itu mulai mencari korban.

Tapi ketika pemuda di sana itu hanya meroboh-robohkan lawan dan berseru tak usah membunuh, cukup merobohkan saja maka Beng Li tertegun memandang pemuda baju hijau ini karena persis ayahnya Fang Fang! Kalau saja wanita di sana itu tak menyebut dan memanggil pemuda ini sebagai Kong Lee tentu Beng Li akan berteriak mengira itu adalah ayahnya.

Wajah pemuda itu memang persis ayahnya di waktu muda.

Tapi sadar bahwa ayahnya sudah mulai tua, juga berkacamata maka Beng Li berdebar dan maklumlah dia bahwa wanita di sana itu tentu Eng Eng! Beng Li telah mendengar cerita Kiok Eng akan sepak terjang ayahnya di waktu muda, juga pengakuan ayahnya sendiri ketika mereka terakhir kali bertemu,1010 bahwa ayahnya itu beristeri tiga orang.

Dan karena sebelum perpisahan ia juga mendengar akan saudaranya yang lain, laki-laki maka gadis ini berdetak karena pemuda itulah saudaranya.

Kong Lee! Akan tetapi tak ada waktu untuk bertegur sapa.

Banyaknya pengawal dan pengeroyok membuat gadis ini sibuk.

Meski pun datang bala bantuan namun betapapun ia harus menjaga diri, memutar pedang dan rambutnya yang meledak-ledak.

Beng Li mainkan Sin-mauw-sut karena itulah warisan ibunya.

Maka ketika ia berhasil melepaskan diri dan kepungan menjadi longgar maka di sana Dewa Mata Keranjang terbahak-bahak.

Kakek itupun sebenarnya cemas melihat keadaan pihaknya yang kurang menguntungkan.

"Ha-ha, ilmu kepandaianmu semakin hebat. Ah, semakin tua kau semakin menjadi-jadi, Siang Lun Mogal. Luar biasa sekali daya tahanmu sekarang, pukulanmu juga terasa ampuh. Tapi datang orang-orang muda yang mengganggu ini. He, lain kali saja kita bertanding lagi!"

Kakek itu menangkis sebuah pukulan dan terpental.

Berkali-kali ini ia beradu tenaga dan harus mengakui bahwa daya tahan lawan kuat sekali, atau mungkin dirinya yang sudah mulai loyo karena sesungguhnya akhir-akhir ini ia sering sakit-sakitan.

Banyaknya persoalan membuat kakek ini lemah, apalagi karena sebelas isterinya yang lain selalu memusuhinya, terakhir menggembleng Kiok Eng dan mengacau Liang-san.

Maka ketika ia mengakui dirinya kalah kuat dan telapak lawan yang mulai kehijauan mengeluarkan bau amis, ia tak tahan akhirnya kakek ini berpikir mundur untuk menyelamatkan diri, apalagi isterinya berganti-ganti menolong Kok-taijin dan Beng Li.

"Kau mau lari ke mana?"

Akan tetapi Siang Lun Mogal1011 tentu saja membentak. Tiga puluh tahun tak bertemu kakek ini membuat si gundul menjadi girang, tokoh utara itu melihat bahwa dalam gempuran terakhir Dewa Mata Keranjang mulai bergoyang-goyang, sering terpental.

"Kau mengaku kalah dan cium lututku atau mampus, Dewa Mata Keranjang. Cukup kesabaranku menunggu tiga puluh tahun ini. Menyerahlah atau kau mampus!"

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Heh-heh, kita sudah sama-sama tua, tapi kau lebih muda. Belasan tahun ini tenagaku digeragoti habis isteri- isteriku, Mogal. Kalau kau ingin bertanding sungguh- sungguh sebaiknya tunggu beberapa minggu lagi. Aku akan menyiapkan diri."

"Tidak bisa, kau tak boleh pergi...... dukk!"

Dan sepasang telapak kakek itu yang ditangkis Dewa Mata Keranjang membuat kakek ini terdorong dan hampir jatuh, terhuyung namun saat itu Mien Nio melengking membantu suaminya.

Dari belakang wanita ini menyambar.

Tapi ketika Siang Lun menangkis dan Mien Nio terpekik maka wanita itu terpelanting berjungkir balik menyelamatkan diri.

"Heh-heh, jangan celakai isteriku!"

Dewa Mata Keranjang tiba-tiba meraup pasir, menyerang kakek itu.

"Sudah kubilang lain kali bertemu, Mogal, dan cukup sampai di sini!"

Siang Lun Mogal membentak.

Sekepal pasir menyambar mukanya dan ia menghantam, pasir itu pecah tapi celakanya menyambar Wi Tok dan lain-lain.

Dan ketika Dewa "'Mata Keranjang terkekeh dan menyambar isterinya, menendang batu-batu kecil dan pasir lain maka kakek itu berjungkir balik meninggalkan gelanggang, berseru pada Beng Li dan lain-lain.1012

Jilid XXVIII "HEI, menyingkir. Lain kali kita main-main di sini lagi!"

Beng Li dan lain-lain terkejut.

Kakek itu menyambar ke arahnya mengebut pengawal dan orang-orang lain.

Wi Tok sen diri terlempar dan bergulingan.

Lalu ketika kakek itu menyambar bajunya dan menyuruh yang lain pergi, semua mengangguk dan berlompatan maka kakek itu menendangkan ujung kakinya menghambur kan tanah dan pasir berdebu.

"Ha-ha, bagus, ayo munafcir!"

Kok-taijin tahu bahaya. Bersama kakek ini ia berkelebat memukul sisa-sisa pengawal. Sekejap mereka berlompatan dan melayang naik ke tembok pagar. Tapi teringat sesuatu mendadak menteri ini berhenti menoleh belakang.

"Sam-taijin dan pangeran masih ada di dalam!"

Dewa Mata Keranjang juga terkejut. Siang Lun Mogal memaki kalang-kabut atas perbuatan lawannya, pasir dan debu itu menghalang pandangannya. Tapi ketika kakek ini terkekeh dan menyambar temannya maka Kok- taijin ditarik dan dibawa lari lagi.

"Jangan pikirkan mereka, Sam-taijin dan pangeran telah memasuki kamar rahasia!"

Menteri ini terbelalak.

Dewa Mata Ke ranjang telah membawanya berjungkir balik dan keluar tembok gedung, di sana kawan-kawan yang lain juga melayang turun dan meneruskan larinya.

Dan karena ia lega mendengar kata-kata itu, Dewa Mata Keranjang terkekeh-kekeh maka menteri inipun teringat keselamatannya lagi dan mau meneruskan larinya bersama kakek ini.1013 Dewa Mata Keranjang tidak berbohong.

Setelah lawan semua pergi dan gedung Sam-taijin dimasuki ternyata pembe sar itu dan putera mahkota Bing Yu tak ditemukan.

Wi Tok dan gurunya mengobrak-abrik namun lelaki tua itu tak diketahui di mana beradanya.

Batang hidungnya tak tampak.

Dan ketika dengan marah Wi Tok hendak membakar gedung ini maka Liong-ongya muncul dan mencegah.

"Jangan, kita cari sampai dapat. Tangkap hidup-hidup putera mahkota dan Sam taijin, mereka dapat dijadikan sandera. Ada kamar rahasia di setiap tokoh-tokoh penting, Wi Tok, jangan dibakar hingga kita rugi sendiri. Biarlah, cari dan kerahkan pengawal dan hancurkan setiap dinding yang dicurigai!"

Demikianlah gedung itu selamat tak dibakar.

Memang Sam-taijin telah diminta untuk bersembunyi begitu Dewa Mata Keranjang melihat munculnya Siang Lun Mogal.

Kakek ini dapat merasakan tingginya tingkat bahaya.

Dan ketika pembesar itu menyelinap dan memasuki sebuah kamar rahasia, lorong bawah tanah di balik kamar pribadinya maka selamatlah laki-laki tua itu dari bahaya.

Akan tetapi mungkinkah pembesar ini menyembunyikan diri terus-menerus? Dapatkah dia menyelamatkan diri bersama putera mahkota yang dalam keadaan tidak sadar itu? Melihat betapa beberapa tembok mulai digempur dan dirusak maka cepat atau lambat pembesar ini pasti tertangkap, apalagi ketika Kui-hwa tiba-tiba muncul di situ.

Bekas pelayan yang telah berkhianat ini sekali lagi diminta bantuannya oleh Liong-ongya.

Dan karena gadis itu cukup dekat dengan bekas majikannya, Kui-hwa terbujuk pula oleh janji dan peluk mesra pangeran pemberontak maka keadaan Sam-taijin betul-betul bagai1014 telur di ujung tanduk! ***** Marilah kita tinggalkan sejenak keadaan pembesar tua itu.

Dewa Mata Keranjang melindungi kawan-kawannya menerobos kepungan.

Di depan bergerak Beng Li dan Kong Lee, juga Eng Eng.

Dan karena belum seluruh kota raja dikuasai pemberontak, baru bagian dalam istana saja maka kakek ini dan kawan-kawannya tak begitu sulit melepaskan diri, apalagi ketika tiba-tiba bayangan putih berkelebat di situ.

Tan Hong! "Ibu, apa yang terjadi.

Ayah, kenapa kalian melarikan diri!"

"Heh-heh, kau baru muncul. Bagus, apa yang kaulakukan di luar, Tan Hong, kenapa tak membantu ayah ibumu yang hampir mampus dihajar orang. Heii, bantu kami dan jangan banyak tanya dulu. Lindungi teman-teman dan saudaramu ini!"

Tan Hong bergerak mengibas ke kiri kanan.

Ia baru saja datang setelah meninggalkan kaisar di hutan, menyambar memasuki pintu gerbang dan membuat penjaga melongo.

Mereka mengira iblis yang lewat di depan matanya itu, bayangan putih yang menyambar dan lenyap.

Dan ketika pemuda itu melihat ayah ibunya, juga beberapa orang lain yang meroboh-robohkan pengawal maka iapun membentak dan ikut mengibas musuh-musuhnya namun tertegun mendengar jawaban ayahnya.

Pemuda ini tegang dan berdebar.

Kok taijin yang berada di samping ayahnya kelihatan kusut, sesekali menteri itu menoleh juga ke belakang.

Dan ketika akhirnya mereka mendekati pintu gerbang sebelah barat, siap keluar dan lewat dengan cepat mendadak pintu itu ditutup dan1015 belasan penjaga menodongkan tombak.

Mereka ini adalah anak buah Couw Yang goanswe yang sudah tahu berita istana.

"Berhenti, kami mendapat perintah untuk menutup pintu gerbang!"

Akan tetapi Beng Li dan Kong Lee membentak.

Bagai berlomba saja keduanya berkelebat ke kiri kanan, Eng Eng melepaskan pukulan jarak jauhnya menghantam empat orang yang menutup pintu besi.

Dan ketika terdengar teriakan dan jeritan ngeri, Bhi-kong-ciang mengenai empat orang itu maka mereka terbanting dan Eng Eng sudah menahan dan mendorong balik pintu raksasa ini.

"Kalian tikus-tikus busuk, enyahlah!"

Mien Nio tersenyum.

Sebenarnya ia hendak menotok dan merobohkan empat penjaga itu ketika Eng Eng mendahului.

Ia bergerak menyambar penjaga yang lain dan robohlah pengawal-pengawal itu, apalagi ketika puteranya dan Dewa Mata Keranjang tak mau kalah dan mematahkan tiga tombak yang meluncur ke arah mereka.

Dan ketika sebentar kemudian para pengawal itu berteriak tak keruan, terpelanting ke kiri kanan maka cepat sekali mereka berkelebat dan lolos di celah pintu gerbang.

Eng Eng sudah melepaskan pintu itu dan kebetulan terdengar derap pasukan mengejar.

"Heii, berhenti. Kalian orang-orang pemberontak!"

Tan Hong menoleh.

Dialah yang berada paling belakang dan melihat perwira di atas kuda hitam itu, tinggi besar dengan wajah garang sementara golok dan tameng besi di kedua tangan.

Tepat pintu gerbang menutup menyambarlah sebatang anak panah, menancap dan amblas di kusen pintu namun pemuda ini dan kawan-1016 kawannya lenyap.

Mendongkol oleh perwira itu Tan Hong malah mengganjal pintu dari luar, tertawa dan menyusul ayah ibunya sementara pasukan di belakang berteriak- teriak.

Tampaknya mereka turun dan mendobrak-dobrak, sebatang kayu besar terpalang di luar.

Dan ketika mereka mampu membuka pintu secara paksa, mengejar dan memaki-maki lagi ternyata pemuda ini sudah menghilang di balik hutan melindungi teman-temannya.

Dewa Mata Keranjang terkekeh.

Tak ada yang tahu betapa tiga kali kakek ini mengusap dada kanannya, menyeringai dan lari lagi namun tiba-tiba terbatuk.

Dan ketika di dalam hutan mereka terlin dung, bahaya sudah jauh tertinggal di belakang maka kakek ini tiba-tiba mengeluh dan roboh.

"Ayah!"

Tan Hong terkejut dan menyambar ayahnya ini.

Ia paling belakang sehingga paling dulu tahu.

Dan ketika yang lain berhenti dan menoleh, kakek itu pucat dan duduk bersila maka Tan Hong segera meletakkan tangannya di punggung ayahnya ini.

Sang ayah kiranya terluka.

"Apa yang terjadi!"

Mien Nio berkelebat dan melihat suaminya ini.

"Kenapa dengan ayahmu, Tan Hong. Ada apa!"

"Ayah terluka,"

Tan Hong berkerut.

"Ia rupanya pandai menyembunyikan diri, ibu. Bantulah kerahkan sinkang dan letakkan di pundak kiri!"

Sang ibu tak banyak bicara.

Bersila dan cepat meletakkan tangannya di pundak kiri suaminya segera wanita ini menolong khawatir.

Dewa Mata Keranjang rupanya tak tahan oleh benturan Hoat-lek-kim-ciong-ko, tergetar dan sesak napasnya tapi harus melindungi teman-temannya.

Hanya berkat ketahanan dan1017 pandainya menyembunyikan perasaan maka Siang Lun Mogal sendiri terkelabuhi mengira lawannya ini tangguh, padahal tiga kali Dewa Mata Keranjang menahan lontakan dahak.

Dan ketika isteri dan anaknya menyalurkan sinkang, hawa sakti itu menerobos daerah gempuran maka kakek ini merasa ringan dan sesak napasnya berkurang, wajah yang tadi pucat itu mulai merah kembali.

"Cukup, terima kasih. Aku sudah sehat!"

Namun segumpal darah terlontak juga.

Kakek ini tertawa dan bangkit terhuyung dan sang isteri cepat memberikan obat penawar.

Tan Hong khawatir melihat ayahnya itu.

Tapi ketika sang ayah terkekeh dan mengusap sudut bibirnya maka tampak bahwa ayahnya ini selamat.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Untung dia dan ibunya cepat menolong.

"Ayah tak boleh bertanding lagi, luka mu mengguncang dada. Siapa yang kauhadapi hingga membuatmu seperti ini, ayah. Bagaimana kau terluka tapi diam-diam saja!"

"Ha-ha, Siang Lun Mogal si gundul itu, siapa lagi. Wah, ia masih hebat, Tan Hong, dan agaknya lebih lihai daripada dulu. Ugh, seharusnya aku beristirahat tapi mana mungkin!"

Kok-taijin berkerut khawatir.

"Kiranya musuh terlalu kuat, Dewa Mata Keranjang. Istana telah mereka duduki. Hmm, bagaimana sekarang dan apa kabarnya sri baginda kaisar. Kenapa kau tiba-tiba muncul di sini!"

Pertanyaan ini jelas ditujukan kepada Tan Hong.

Pemuda itu memandang menteri ini dan semua orang memandangnya.

Tan Hong juga tampak gelisah.

Dan ketika ia bercerita bahwa kaisar ditinggalkan, datang laporan bahwa putera mahkota diancam bahaya maka ia minta maaf terpaksa meninggalkan tugasnya.1018

"Sam-taijin dilaporkan meracun putera mahkota, aku terkejut dan meninggalkan rombongan. Maaf kalau aku tak melaksanakan tugasku, taijin. Berita itu bagai geledek di siang bolong dan mana mungkin Sam-taijin melakukan itu. Aku tak percaya!"

"Benar, dan kenyataannya fitnah sudah mulai terbuka. Sam-taijin justeru tertangkap dan terjebak di gedung istana, Tan Hong. Putera mahkota Bing Yu juga ada di sana. Akulah yang membawa dan Beng Li menemaniku!"

Tan Hong terkejut.

Seolah baru sadar dan ingat gadis baju merah ini iapun menoleh.

Sebenarnya sejak tadi iapun terheran dan kaget bahwa gadis itu ada di situ.

Bukankah gadis ini memusuhi dirinya dan ayah ibunya, bahkan membakar Liang san! Tapi ketika gadis itu menunduk dan tersipu malu, gugup merasa bersalah maka ayahnya tertawa berkata, batuk menekan dada.

"Heh-heh, tak usah heran atau terkejut. Gadis ini menyadari semua kesalahannya, Tan Hong, telah meminta maaf kepadaku dan ibumu. Ia puteri suhengmu dengan Ming Ming, cucu murid May-may. Dan karena ia sudah berbalik haluan dan menyadari kekeliruannya maka semua perbuatannya yang lalu tak perlu diingat- ingat lagi. Anggap saja kenangan pahit!"

"Dan..... dan ini sahabatku Yuliah."

Beng Li memperkenalkan temannya menghapus gugup.

"Kalau aku bersalah maafkan aku, Tan Hong. Dulu aku digosok enci Kiok Eng dan merasa dipermainkan ayah!"

"Ha-ha, dan itu siapa,"

Dewa Mata Keranjang menunjuk Franky.

"Terima kasih bahwa kalian tiba-tiba menolongku!"

"Kami kakak beradik, Franky dan Yuli. Kami datang ke1019 Tiong-goan untuk mencari dan menemukan paman Fang Fang, locianpwe, telah ketemu dan melihat segalanya. Kami putera-puteri dari ayah Leo dan ibu Sylvia."

"Hah, keturunan orang-orang Inggeris itu? Jadi kalian ini cucu Tuan Smith? Ha ha, pantas kalau serasa kukenal wajah kalian ini, anak-anak, terutama adikmu Yuliah. Mirip benar dengan ibumu. Wah, ibumu itu yang membuat muridku tergila-gila!"

Yuliah tersenyum geli, sementara Beng Li semburat memerah dadu.

Kalau saja Mien Nio tidak menginjak kaki suaminya ini barangkali Dewa Mata Keranjang akan bicara ceplas-ceplos, kakek itu memang tak terlalu banyak peradatan.

Tapi ketika terdengar derap kuda dan semua menoleh kaget, mengira musuh maka muncullah Bu-goanswe dan seribu pasukannya.

Jenderal itu tampak gagah dan garang sekali di samping seorang lain bertopi besi.

"Heii, kau, Kok-taijin. Kiranya kalian yang dikejar-kejar pasukan pemberontak itu. Ha, Dewa Mata Keranjang ada pula di sini. Bagus, mana sri baginda dan bagaimana dengan Sam-taijin!"

Tapi melihat Tan Hong tiba-tiba jenderal ini terbelalak, kudanya sudah mendekat dan berhenti, meringkik.

"Tan Hong kau di sini pula? Kau meninggalkan sri baginda?"

Jenderal itu meloncat turun dan kaget.

Ia begitu terburu- buru dan marah hingga menghambur dan mencengkeram, leher baju Tan Hong diguncang- guncang.

Tapi ketika Kok-taijin menarik tangannya dan bicara sabar maka menteri ini membujuk dengan kata- kata perlahan, seribu pasukan itu sudah tiba dan memenuhi hutan.

"Sebaiknya kau tak perlu marah-marah dulu. Ada kabar1020 mengejutkan yang di terima Tan Hong. Ia mendengar Sam-taijin meracun putera mahkota. Lepaskan tanganmu dan lihat betapa semua mata memandang ke sini."

Bu-goanswe sadar, tapi masih melotot.

"Apapun yang didengar tak seharusnya meninggalkan sri baginda. Ketahuilah bahwa sri baginda diserang penjahat- penjahat licik yang hampir saja membunuhnya. Untung ada Kiok Eng, baginda selamat!"

"Kiok Eng?"

Tan Hong berubah, ganti merasa kaget.

"Apa yang terjadi dengan baginda, goanswe. Maafkan kalau aku meninggalkannya. Aku terkejut oleh berita Sam-taijin ini!"

"Sri baginda diserang orang-orang jahat, bahkan pasukan Hek-eng-busu (Garuda Hitam) sendiri. Untunglah Kiok Eng datang dan tanyalah pada Go- siauw-goan-swe (jenderal muda Go) ini!"

Tan Hong menjadi pucat.

Go-siauw-goanswe, pendamping Bu-goanswe yang berdiri di situ sudah menarik napas panjang dan mengangguk kepada semua orang.

Jenderal muda ini seorang laki-laki empatpuluh lima tahun yang bekas anak buah Bu-goanswe sendiri, menceritakan betapa sri baginda hampir celaka oleh serangan orang-orang berkedok hitam.

Dan ketika semua menjadi terkejut sementara Tan Hong sendiri tersirap darahnya, lupalah kepada kelicikan musuh maka pemuda ini tiba-tiba berkelebat dan menuju di mana sri baginda berada.

"Kalau begitu akan kulihat beliau, siapa tahu musuh berbuat licik lagi!"

"Heii, tak perlu. Kita juga akan menuju ke sana, Tan Hong, tunggu!"1021 Akan tetapi pemuda itu tak menghiraukan seruan ini. Bu- goanswe berteriak namun Tan Hong telah lenyap di luar hutan, jenderal itu membelalakkan mata. Dan ketika semua orang memandang ke situ maka Kok-taijin tiba- tiba berseru di mana gerangan Kong Lee dan ibunya.

"He, mana mereka. Ke mana pemuda baju hijau dan ibunya itu!"

Ternyata Kong Lee dan Eng Eng diam-diam meninggalkan teman-temannya setelah Bu-goanswe muncul.

Mempergunakan kesempatan selagi Tan Hong ditegur jenderal itu maka Eng Eng menarik tangan puteranya, berkelebat dan pergi.

Maka ketika Kok-taijin sadar dan tak melihat mereka otomatis Beng Li dan lain- lain terkejut.

"Benar, dia Kong Lee dan ibunya Eng Eng. Mereka meninggalkan kita!"

"Kau tahu pemuda baju hijau itu?"

"Tentu, locianpwe. Itu tadi bibi Eng Eng, pemuda itu Kong Lee!"

"Ah, pantas, aku terlalu sibuk dengan urusanku sendiri. Ayahmu bisa repot kalau Eng Eng di sini. Ha-ha, Fang Fang menerima sial dariku!"

Dewa Mata Keranjang akhirnya tertawa bergelak, geli dan baru ingat akan ibu dan anak setelah mereka pergi.

Dalam kesibukan tadi tak mungkin ia memperhatikan semuanya, apalagi bekas Hoat-lek-kim-ciong-ko menggetarkan dadanya.

Dan ketika ia ingat dan terkekeh-kekeh, Beng Li mengerutkan kening maka Franky, pemuda kulit putih itu mengedip padanya.

"Sebaiknya kita sendiri lagi, biarkan orang-orang tua ini berkumpul bersama. Mari pergi dan kita susul Tan Hong,1022 Beng Li. Siapa tahu kaisar membutuhkan pertolongan kita."

"Benar,"

Yuliah setuju.

"Urusan kita di kota raja jadi berantakan, Beng Li. Biarlah kita bergabung lagi setelah orang-orang tua ini menyusun rencana!"

Beng Li mengangguk.

Sesungguhnya tak senang juga kalau ia mendengar ayahnya dijadikan gelak tawa.

Kakek itu benar-benar sinting dan tak perduli kepada orang lain.

Maka berkelebat dan meninggalkan tempat itu gadis inipun menyusul Tan Hong, diikuti pula oleh Franky dan adiknya.

"Baiklah, aku akan melihat sri baginda juga, locianpwe. Nanti aku kembali lagi dan silakan kalian susun rencana!"

"He, ke mana kalian!"

Kakek itu berseru.

"Kenapa semuanya meninggalkan kami!"

"Kami akan membantu Tan Hong,"

Franky tersenyum.

"Siapa tahu ia perlu bantuan tenaga, locianpwe. Maafkan dan nanti kami kembali."

"He, kalian jangan bohong. Betul-betul mau mencari kaisar atau pacaran secara diam-diam!"

Franky memerah. Ceplas-ceplos Dewa Mata Keranjang membuatnya tersipu juga, sesungguhnya ia memang ingin berdekatan dengan Beng Li. Tapi lenyap dan tak menghiraukan itu maka adiknya justeru tertawa.

"Hi-hik, kakek itu pandai menebak. Ia menusuk langsung maksud hatimu, Franky Benar-benar kakek luar biasa yang ceplas-ceplos!"

"Apa maksudmu."

"Tak usah pura-pura. Bilang terus terang saja bahwa sesungguhnya kau ingin berdekatan dengan Beng Li!"1023

"Dan kau tampaknya pemuda baju putih itu. Kau mulai naksir!"

"Apa?"

"Ha-ha, tak usah bohong, Yuliah. Matamu memandang kagum putera Dewa Mata Keranjang itu. Kau tampak terpikat!"

"Iihhh....!"

Dan sang adik yang mencubit dan memerah diolok kakaknya ini tiba-tiba membuat Franky tertawa bergelak, diam-diam memperhatikan adiknya itu dan tak dapat disangkal bahwa Yuliah kagum memandang Tan Hong.

Pemuda baju putih itu dengan lihainya mendorong dan merobohkan pengawal.

Geraknya jauh lebih hebat daripada Kong Lee.

Dan karena semuanya itu diperhatikan sang kakak, Yuliah tak sadar maka tentu saja ia menjadi malu namun sebagai gadis kulit putih sejenak saja ia merasa jengah.

Selanjutnya ia tersenyum bangga dan senang, tak dapat disangkal bahwa diam- diam hatinya tergetar oleh wajah tampan gagah itu.

Pribadi Tan Hong mirip ibunya yang lembut, bukan seperti Dewa Mata Keranjang yang ugal-ugalan dan ceplas-ceplos itu.

Dan karena ia mulai jatuh hati secara diam-diam, tak tahu bahwa sesungguhnya Tan Hong masih mencintai dan hancur oleh sepak terjang Kiok Eng maka gadis ini tak tahu betapa di lain pihak sepasang mata Kong Lee memandangnya kagum! Kong Lee ditarik ibunya ketika bengong memandang gadis kulit putih ini.

Pemuda itu dibuat kaget ketika sang ibu meloncat dan membawanya pergi.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan karena pertemuan mereka memang kebetulan saja, ia melihat dua orang muda itu dan terjun membantu pertempuran maka sang ibu yang sesungguhnya diajak puteranya ini mulai tahu bahwa Kong Lee jatuh cinta.

.1024 Akan tetapi orang-orang muda ini berpisah.

Tan Hong kembali ke tempat kaisar setelah dengan kaget mendengar cerita Bu-goanswe.

Jenderal itu mendengar cerita ini dari Go-siauw-goanswe, sementara jenderal muda itu mendapat laporan dari Lu-ciangkun yang datang atas panggilan panah api Heng-ciangkun, menolong kaisar.

Dan ketika semuanya menyebar dengan cepat dan peristiwa di istana itu benar-benar menggegerkan maka kaisar akhirnya terkejut mendengar cerita Tan Hong.

Pemuda ini akhirnya menemui kaisar dan lega.

Tapi melihat Heng-ciangkun tak sadarkan diri di belakang kereta, mukanya kehitaman maka iapun terkejut dan lupa kepada Kiok Eng, gadis yang sebenarnya menjadi tujuan utamanya.

"Maaf, hamba hendak menolong Heng-ciangkun, sri baginda. Laporan serba singkat telah hamba berikan. Biarlah sekarang hamba memeriksa Heng-ciangkun dan paduka akan bertemu dengan rombongan Bu-goanswe. Istana telah dikuasai pemberontak!"

Kaisar tertegun.

Pemuda baju putih itu bergerak dan menolong Heng-ciangkun yang masih tak sadarkan diri.

Pipi perwira ini bengkak.

Itulah senjata rahasia milik Siang-ang-boh-tan.

Dan ketika sejenak Tan Hong mengerutkan kening namun menotok dan mengeluarkan obat penawar racun, menjejalkannya ke mulut perwira itu maka pemuda ini tak perduli lagi keadaan sekelilingnya di mana kaisar dan rombongannya terus bergerak maju, keluar hutan.

Tan Hong akhirnya berhasil menyadarkan perwira ini dengan usaha keras.

Kalau saja ia terlambat kemungkinan perwira itu tak akan tertolong.

Maka begitu mengeluh dan membuka matanya segera Heng-ciangkun1025 melihat pemuda ini.

"Kau....?"

"Tenang, beristirahatlah. Semuanya berjalan baik, ciangkun. Kau selamat."

"Bagaimana dengan sri baginda....!"

"Ada di depan, kita bersama rombongannya. Syukurlah aku dapat menolongmu dan jangan pikirkan hal-hal lain."

"Tunggu,"

Tan Hong hendak meninggalkan perwira ini.

"Bagaimana dengan istana, Tan Hong. Apa kabarnya!"

"Pahit,"

Pemuda itu menarik napas dalam.

"Pemberontak menguasai istana, ciangkun. Dan hampir saja ayah dan ibuku menjadi korban."

"Ah, ayahmu Dewa Mata Keranjang ada di sana? Ibumu juga melawan pemberontak?"

"Mereka sekarang berkumpul dengan Bu-goanswe dan lain-lain, sebentar lagi kita akan bertemu. Sudahlah kau tenangkan hati dan aku keluar sebentar."

Perwira ini membelalakkan mata.

Ia mengangguk-angguk bahwa kaisar selamat, juga girang bahwa Bu-goanswe ada di situ.

Tapi karena ia baru sadar dan tak boleh banyak bergerak, Heng-ciangkun berbaring lagi maka Tan Hong melihat dua bayangan berkelebat.

Franky dan adiknya muncul.

"Maaf, kami menyusul. Kami khawatir kalau ada apa-apa dengan kaisar, saudara Tan Hong. Mana Beng Li kenapa ia tak kelihatan."

"Hm, kalian kiranya,"

Tan Hong melemaskan syarafnya lagi.

"Aku tak melihat Beng Li di sini, Franky. Apakah ia pergi."1026

"Benar, ia menyusulmu, dan kami menyusulnya. Kalau ia tak ada di sini mungkin di tempat lain, biarlah kucari!"

Franky, yang sengaja membiarkan adiknya berdua dengan Tan Hong lalu berkelebat dan pura-pura mencari Beng Li.

Tentu saja ia ingin membantu adiknya ini berkenalan dengan Tan Hong, tahu bahwa bibit-bibit cinta mulai bersemi di hati adiknya itu.

Dan ketika Tan Hong tertegun dibiarkan berdua saja dengan gadis cantik ini, likat maka Yuliah yang juga gugup dan sedikit jengah tampak kikuk di depan pemuda yang dikaguminya ini.

Untunglah gadis itu adalah keturunan Sylvia dan Leo yang tak mempunyai budaya serba kikuk.

Tan Hong yang masih juga terpaku dan canggung menghadapi lawannya tiba-tiba ditegur secara halus oleh gadis ini.

Yuliah bertanya bolehkah ia bercakap-cakap di situ, tidakkah putera Dewa Mata Keranjang ini keberatan.

Dan ketika Tan Hong mengangguk dan tumbuh ketenangannya maka pemuda itu-pun hilang canggungnya melihat gadis ini bersikap bebas, wajar.

"Aku telah mendengar sepak terjangmu di sini, terus terang aku kagum. Kau telah menyelamatkan pula Heng- ciangkun dari bahaya yang mengancamnya, Tan Hong. Begitu banyak hal-hal mengagumkan yang kulihat pada dirimu. Kau pantas sebagai putera ayahmu yang lihai!"

"Ah, aku tak banyak melakukan apa-apa, justeru hampir saja aku membahayakan nasib kaisar. Kalau tak ada Kiok Eng menolongnya"

Entahlah seberapa besar dosaku, Yuliah. Jangan terlalu memujiku karena betapapun sewaktu-waktu aku juga bodoh!"

"Aku melihat sebaliknya,"

Gadis itu tersenyum.

"Kau bertanggung jawab dan memperhatikan tugasmu, Tan Hong. Ternyata kau kembali ke sini melihat1027 junjunganmu."

"Aku sebenarnya ingin bertemu Kiok Eng,"

Tan Hong tiba-tiba bicara tanpa sadar, jujur.

"Aku heran dan merasa aneh bagaimana tiba-tiba ia berbalik seperti ini. Karena selama ini tak sedikitpun ia perduli kepada orang lain!"

"Kau ingin menemui Kiok Eng?"

Yuliah menahan perasaannya yang tertusuk.

"Diakah puteri paman Fang Fang dari bibi Ceng Ceng?"

"Benar, Yuliah, kau rupanya sudah banyak tahu. Ia gadis yang hebat, keras kepala dan berkepandaian tinggi tapi sesungguhnya berwatak dasar baik!"

"Hm,"

Yuliah semakin tertusuk lagi, Tan Hong semakin terang-terangan memuji.

"Aku mendengar ini dari Beng Li, Tan Hong. Tapi bukankah ia tadinya memusuhi dirimu dan ayah ibumu."

"Itulah yang aneh. Ia bahkan hampir membunuhku, membenciku sampai ke urat daging. Tapi sekarang, ah..... apa yang terjadi dan kenapa tiba-tiba ia menolong kaisar, padahal ia dulu tangan kanan Liong-ongya!"

"Si pemberontak itu?"

"Benar, dan ia akhirnya galang-gulung dengan Wi Tok. Teringat pemuda ini aku benci setengah mati. Wi Tok itu jahat, dan dulu curang mengeroyokku!"

Yuliah menarik napas dalam.

Cerita ini sudah didengarnya dari mulut Beng Li.

Sejak Beng Li menjalin cinta dengan kakaknya dan mereka selalu bertiga maka iapun banyak tahu akan kisah Dewa Mata Keranjang dan murid serta keturunannya ini, apalagi setelah Beng Li bertemu ibunya dan Fang Fang, ayah kandungnya itu.

Dan ketika ia mengangguk dan ikut muram, cerita Kiok1028 Eng belum banyak diketahui maka iapun diam saja ketika Tan Hong bicara tentang itu.

Dua anak muda ini memang belum tahu kejadian Kiok Eng setelah bertemu ayahnya, betapa gadis itu disadarkan setelah ditolong Sin-kun Bu-tek dan cucu serta menantunya, setelah hampir saja menjadi korban Hoat-lek-kim-ciong-ko yang dilepas Siang Lun Mogal.

Maka ketika Kiok Eng menolong kaisar padahal sebelumnya tampak dekat dengan Liong-ongya, juga Wi Tok maka Tan Hong tak tahu bahwa sekarang gadis itu membenci orang-orang itu setelah ibunya diculik.

Tan Hong memang belum mendengar ini.

Ia merasa kaget dan terheran-heran ketika gadis itu menyelamatkan kaisar.

Ia tak mengerti bahwa Kiok Eng sekarang bukan Kiok Eng dulu lagi.

Gadis ini sudah menemukan kesadarannya setelah "disembuhkan"

Sin-kun Bu-tek.

Berkat kakek itulah, dan juga Nagi maka Kiok Eng tak membenci ayahnya lagi.

Ia melihat betapa sang ayah menerima keadaannya pula dan memaklumi segala sepak terjangnya yang lalu.

Namun karena di bukit Angsa gadis ini menemukan ibunya diculik, dan penculik itu bukan lain si kakek gundul dan muridnya Wi Tok maka kemarahan Kiok Eng meledak dan saat itu ketika berlari menuju ke kota raja secara kebetulan saja Kiok Eng melihat kaisar dan rombongannya diserang.

Tan Hong memang tak mengetahui perobahan yang terjadi pada gadis baju hitam itu.

Cintanya yang masih melekat membuat Tan Hong sering sedih.

Tapi ketika pemuda itu tahu betapa Kiok Eng meninggalkan Liong- ongya, tak lagi berada di istana diam-diam timbul harapan baru di hati pemuda ini.

Akan tetapi harapan itu dihancurkan oleh kehadiran Wi Tok di sisi Kiok Eng.

Tan Hong kembali terguncang! Namun untunglah, berkat1029 kekuatan batin yang dimiliki putera Dewa Mata Keranjang ini tak sampai hancur total.

Tan Hong tak sampai bunuh diri umpamanya, atau menjadi pendeta dan bertapa.

Maka ketika ia tetap mengikuti segala peristiwa dari jauh, termasuk di istana itu maka iapun bertemu utusan Sam taijin dan segera menjadi pengawal rahasia di dalam pasukan Heng-ciangkun, melindungi kaisar.

Tan Hong masih diam saja setelah bicara tentang Kiok Eng.

Yuliah juga termenung dan tidak banyak tanya.

Dan ketika rombongan itu terus bergerak membawa kaisar, menjelang malam bertemu atau dijemput pasukan Bu- goanswe maka di luar kota raja ini kaisar berhenti.

Terjadi pembicaraan serius di kalangan tokoh-tokoh itu.

Kok-taijin menemani rekannya dan berkali-kali kaisar menahan gigi yang gemeretak.

Akhirnya pengkhianatan Liong-ongya diketahui.

Wi Tok putera tirinya itu juga tak luput dari kemarahannya dan diambillah keputusan bahwa pemberontak harus ditumpas.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tapi karena istana dikuasai dan Sam-taijin serta putera mahkota juga terjebak di sana, kaisar tertegun maka dipandangnya Bu- goanswe jenderalnya yang setia itu.

"Kau ahli strategi, bekas panglimaku yang amat ulung. Aku tak tahu bagaimana memecahkannya, goanswe, tapi betapa pun harapan ini kuletakkan di pundakmu. Kau aturlah semuanya dan kuberi wewenang penuh menumpas pemberontak. Kau pemimpin darurat di sini!"

"Tapi hamba sudah pensiun, ada Go-siauw-goanswe di sini!"

"Aku bekas anak buahmu,"

Jenderal muda itu buru-buru berseru.

"Betapapun kau bekas atasanku, goanswe. Kalau sekarang sri baginda menetapkan begitu aku-pun girang. Kau lebih berpengalaman daripada aku, bukti1030 bahwa cepat-cepat kau mengeluarkan pasukan memisahkan dengan anak buah Couw Yang-goanswe tepat sekali. Aku bakal terbunuh kalau kau tidak membawaku keluar!"

"Benar,"

Kok-taijin mengangguk dan menyambung pula.

"Kau adalah bekas Menteri Pertahanan, goanswe. Kau lebih tahu dan berpengalaman Sri baginda sudah menunjuk, ini darma baktimu kepada negara."

"Baiklah, tapi betapapun tak mungkin aku bekerja sendiri, taijin. Kau harus membantuku pula. Biasanya keberhasilanku adalah atas bantuanmu juga. Kau harus di depan pula!"

"Aku mengiringi kalau kau menghendaki. Tentu saja aku tak keberatan, hanya kaulah yang memegang pucuk pimpinan."

Bu-goanswe mengangguk. Akhirnya ia menerima juga keputusan kaisar itu, lagi-lagi dirinya memegang pucuk pimpinan. Dan ketika sri baginda beristirahat dan malam itu pembicaraan dilanjutkan sendiri maka jenderal ini memandang Dewa Mata Keranjang.

"Tanpa bantuan orang sepertimu tak mungkin Siang Lun Mogal dan kawan-kawannya dapat kuhadapi. Mereka bukan tandingan pasukan yang hanya berkepandaian biasa, Dewa Mata Keranjang. Bagaimana pendapatmu kalau Wi Tok dan gurunya itu kuserahkan kepadamu!"

"Heh-heh, ini tugasku sebagai warga negara yang baik. Kalau tidak sekarang mau kapan lagi, goanswe? Aku sanggup, tak menolak!"

Pendekar Rajawali Sakti 195 Petaka Pendekar Mata Keranjang 9 Neraka Asmara The Proposal Proposition 2 Karya Katie
^