Pencarian

Playgirl Dari Pak King 5

Playgirl Dari Pak King Karya Batara Bagian 5


Tangkisan Im- bian-kunnya itu sungguh hebat sekali.

"Kiu-wi locianpwe, maafkan aku sekali lagi. Menepilah kalian dan biarkan aku menemui anak isteriku!"

"Bedebah!"

Itu jawaban mereka.

"Anak isterimu tak ada di sini, Fang Fang. Mereka adalah keluarga dan murid- murid kami. Pergilah, atau kau mampus!"

Fang Fang menerima dan menolak serangan ini.

Pukulan Kilat Biru menyambar tapi dengan sinkangnya yang luar biasa ia menolak, nenek itu menjerit dan terbanting.

Dan ketika yang lain menerjang dan ia menghela napas, betapapun tak marah maka tiba-tiba pria ini bergerak luar259 biasa cepat mendorong ke empat penjuru.

"Kiu-wi locianpwe, maaf. Aku hendak ke lembah!"

Sembilan nenek terlempar.

Mereka memekik dan bergulingan dan semua terbanting.

Untuk kesekian kalinya lagi murid Dewa Mata Keranjang itu menunjukkan ke lihaiannya, mereka marah dan terhina.

Tapi karena mereka tak terluka dan dapat meloncat bangun, Fang Fang selalu bersikap lembut maka semua membentak dan menerjang lagi tapi pemuda yang sudah berusia empatpuluhan itu berkelebat meluncur ke lembah.

"Heiii...!"

May-may meledakkan rambut "Jangan pergi, Fang Fang. Berhenti!"

"Benar,"

Bhi-kong-ciang Lin Lin Juga melepaskan pukulan Kilat Birunya, menyambar dan pecah di depan, meledak.

"Berhenti, anak muda. Atau kau mampus ..... dar!"

Namun sejnua itu dapat dielak atau ditangkis.

Dua nenek menjadi marah tapi lawan meluncur ke depan, cepat luar biasa tahu-tahu sudah di lembah dan Fang Fang tak menghiraukan bentakan atau seruan di belakang.

Tapi ketika dia memasuki mulut lembah dan empat bayangan berkelebatan muncul maka Kiok Eng dan ibunya sudah berdiri di situ, juga dua nenek lain yang merupakan nenek kesepuluh dan kesebelas, nenek-nenek terakhir.

"Kiok Eng, cegat dia. Tangkap. Itu si jahanam Fang Fang!"

"Benar, itu Fang Fang, Kiok Eng. Dia penipu. Awas, tangkap dan bunuh jahanam itu!"

Kiok Eng tertegun.

Dia telah bertemu dengan ibunya dan bercerita tentang semua yang dialami.

Dua gurunya membayangi namun gadis ini cuek.

Dia heran meskipun260 tak perduli, tak senang.

Dan ketika semua selesai diceritakan dan ribut-ribut di atas bertepatan dengan keinginan ibunya untuk mengetahui orang she Yong itu, Ceng Ceng keluar dan diikuti dua nenek yang lain maka sampai di mulut lembah mereka melihat bayangan laki- laki itu meluncur dan bergerak amat cepatnya.

Ceng Ceng terkejut namun Kiok Eng girang, berbisik kepada ibunya bahwa itulah paman Yong, laki-laki gagah yang ilmu kepandaiannya demikian luar biasa.

Maka ketika dia berhenti dan menunggu, tak tahunya subonya berteriak dan melengking turun, mengejar dan menyebut laki-laki itu sebagai Fang Fang maka paman Yong ini sudah berhadapan dan tiba-tiba ibunya terhuyung mundur, menjerit, menuding dan mengamati wajah pria gagah itu dengan muka pucat.

"Kau.... kau....?"

Kiok Eng terkejut.

Ibunya tiba-tiba roboh namun paman Yong bergerak dan menangkap, menggigil dan mengeluarkan suara-suara tak jelas mendekap ibunya.

Dan ketika ibunya mengguguk namun bayangan May- may dan nenek lain sampai di situ maka langsung saja nenek ini menghantam dan lecutan rambutnya mengenai kepala Ia wan.

"Fang Fang, kau keparat pengecut. Lepaskan Ceng Ceng... tar!"

Laki-laki itu terhuyung.

Fang Fang, yang baru saja bertemu dengan kekasihnya ini tiba-tiba tak dapat menahan perasaan hati yang bergolak.

Ceng Ceng, wanita itu, seperti kelinci ketakutan melihat harimau besar.

Wanita itu terkejut dan seketika mengenal laki-laki ini sebagai kekasihnya dulu.

Wajah itu boleh berubah tapi mata dan sikap laki-laki itu tak mungkin berubah.

Fang Fang langsung mendekap dan mencium wajah ini,261 wajah cantik yang gemetar dan seperti kelinci ketakutan itu.

Ciumanpun langsung diberikan di belakang telinga dan Ceng Ceng mengeluh.

Itulah ciuman yang biasa dilakukan Fang Fang.

Namun begitu rambut menjeletar dan laki-laki ini melepaskan pelukannya, terhuyung maka Ceng Ceng menjerit dan ganti menubruk pria itu.

Tapi Fang Fang sudah diserang dan dihujani serangan- serangan rambut dengan amat gencar.

Nenek yang lain juga datang dan meledaklah pukulan-pukulan lain ke arah pria ini.

Dan ketika Fang Fang mengelak dan berlompatan, kian lama kian cepat sementara Kiok Eng tertegun dan menjadi pucat, ibunya mengguguk dan menunjukkan sikap mesra kepada laki-laki itu maka gadis ini menyambar dan sang ibu-pun sudah dicengkeram.

Ceng Ceng tertahan di tengah jalan.

"Ibu... kau, apa arti sikapmu ini? Dia ..... dia Fang Fang?"

"Oohh, ibu.... ah, aku... ahh!"

Ceng Ceng bingung, gagap menjawab pertanyaan puterinya dan saat itu Fang Fang sudah berkelebatan dikeroyok sebelas nenek lihai.

Pria ini tak diberi kesempatan untuk bertemu dengan Ceng Ceng lagi dan dua nenek terakhir yang tadi di sebelah Kiok Eng juga menerjang dan membentak.

Mereka itu marah bahwa ini adalah Fang Fang.

Tadi mereka juga tertegun dan lupa-lupa ingat akan wajah pemuda itu namun begitu yakin segeralah mereka menerjang.

May- may dan nenek-nenek lainnya tak dapat mengendalikan perasaan lagi.

Mereka menjadi memuncak melihat sambutan Ceng Ceng tadi.

Tampak jelas bahwa ibu Kiok Eng itu masih mencintai Fang Fang, hal inilah yang membuat naik pitam.

Dan ketika Fang Fang diterjang se mentara Kiok Eng terbelalak dan pucat serta merah berganti-ganti mendengar semuanya ini, tersentak dan terpukul dan entah perasaan apalagi yang262 menggoncangnya maka gadis ini menarik ibunya dengan mata berputar liar, menggigil, bibir yang gemetar itu kembali bertanya.

' Ibu, dia Fang Fang? Dan kau tadi mau saja dipeluk- peluk? Ah, apa artinya ini, ibu.

Siapa dia sesungguhnya dan jawablah pertanyaanku!"

"Dia... ooh, aku... ah, tidak!"

Wanita ini tiba-tiba menjerit.

"Dia... dia memang Fang Fang, Eng-ji. Dia... dia musuh ibu. Aku, ah.... balaskan sakit hati ibumu!"

Dan Ceng Ceng yang menjerit dan lari memutar tubuh tiba-tiba bergerak dan masuk kembali ke dalam lembah.

Tadi wanita ini terpukul dan terguncang.

Sama sekali tak disangkanya bahwa paman she Yong itu adalah suaminya sendiri, Fang Fang, pria yang seumur hidup tak bakal dilupakannya dan amat dicintainya.

Dia harus mengaku bahwa betapapun bencinya kepada laki-laki ini namun sesungguhnya cintanya tak bakal padam.

Ada sesuatu yang amat gagah pada diri murid Dewa Mata Keranjang itu.

Ada sesuatu yang penuh pesona yang membuatnya jatuh cinta berat.

Betapapun dia kagum dan bangga akan laki-laki ini, apalagi setelah puterinya lahir.

Kiok Eng adalah buah cinta mereka dan keturunan pria hebat itu.

Dia bangga.

Namun karena kebanggaannya dirobek oleh perbuatan Fang Fang yang main gila dengan gadis-gadis lain, seperti Ming Ming dan Eng Eng dan entah siapa lagi wanita-wanita yang pernah dipacari murid Dewa Mata Keranjang itu maka Ceng Ceng menjadi marah sekali dan benci.

Namun di balik kebencian itupun sesungguhnya ada cinta.

Bagaimana dia harus selalu membenci kalau pria ini selalu mengagumkan? Lihat saja sekarang itu.

Fang Fang dengan mudah menghadapi sebelas lawan-lawan lihai tanpa membalas.

Pria itu berkelebatan dan berkali-263 kali berseru agar semua nenek-nenek itu menahan serangan.

Dia ingin bicara sebentar dengan Ceng Ceng.

Tapi ketika semua nenek menjadi gusar dan meluap kemarahannya, memperhebat dan memaki pria itu maka Ceng Ceng lari meninggalkan tempat itu dan memasuki lembah.

Ada beberapa hal yang membuat wanita ini harus pergi.

Pertama, dia harus menetralkan dulu perasaannya yang terguncang.

Lalu dia harus menghindari pertanyaan- pertanyaan puterinya yang tentu semakin banyak dan dia semakin bingung.

Dan karena Fang Fang berkali-kali menyatakan ingin bicara, padahal di situ banyak orang dan ia khawatir roboh, tak kuat, maka Ceng Ceng melarikan diri dan sambil tersedu-sedu ia menyuruh puterinya menangkap dan membantu guru-gurunya.

Kiok Eng terbelalak dan bingung.

Ia benar-benar dilempar ke keadaan yang begitu cepat berubah.

Tadi ia membawa pria ini dan masih menganggapnya sebagai sahabat, bahkan tamu.

Tapi begitu pria itu adalah Fang Fang dan ini berarti musuh, gadis itu merah padam akhirnya ia melengking dan memasuki pertempuran dengan melepas pukulan-pukulan berat, merasa tertipu! "Bagus, kau kiranya Fang Fang, orang she Yong? Kau menipu aku habis-habisan? Keparat, aku kau tipu mentah-mentah! Dan kau memeluk-meluk ibuku pula, membuatnya bingung.

Kau rupanya menyihir dan merobohkan hatinya dengan ilmu siluman.

Keparat!"

Dan Kiok Eng yang menerjang membantu subonya akhirnya bergerak dan berkelebatan dengan amat marahnya.

Dia masih tak tahu bahwa ini adalah ayahnya, semua berlangsung begitu cepat dan tiba-tiba.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tapi begitu dia masuk dan sang ayah terkejut, Fang Fang melihat larinya Ceng Ceng maka pria ini menerima gempuran dan Fang264 Fang terhuyung oleh pukulan Kiok Eng yang dahsyat.

"Dess!"

Pria itu terbelalak.

Fang Fang menghalau semua serangan nenek-nenek sakti dan ia berhadapan sendiri dengan puterinya itu.

Tapi karena tak mungkin ia melukai puterinya dan bukan maksudnya untuk menghadapi puterinya dan nenek-nenek itu, yang hendak didekatinya adalah Ceng Ceng sementara Ceng Ceng sudah lari ke dalam lembah maka ketika Kiok Eng terlempar berjungkir balik dan ia terhuyung siap menghadapi sebelas nenek- nenek lagi maka Fang Fang berseru keras dan mendorongkan kedua tangannya ke kiri kanan.

"May-may locianpwe, tahan. Aku tak perlu dengan kalian lagi setelah Ceng Ceng di sini. Maaf, aku harus menemui isteriku!"

Sebelas nenek terjengkang.

Mereka telah menangkis tapi tetap saja roboh.

Fang Fang menambah tenaganya hingga tak satupun kuat.

Memang pria itu hebat.

Dan ketika semua berjengkangan dan bergulingan meloncat bangun, May-may dan lain-lain memaki pria itu maka Fang Fang sudah menerobos dan mengejar Ceng Ceng, cepat sekali.

"Ceng Ceng, tunggu. Aku hendak bicara!"

Ceng Ceng lenyap di dalam lembah.

Wanita itu mengguguk tapi Fang Fang adalah laki-laki luar biasa.

Dengan ilmunya yang mengejutkan laki-laki ini terbang mengejar lawan, tahu-tahu di belakang dan sudah menangkap Ceng Ceng.

Bahu wanita itu dicengkeram dan semua melotot lebar melihat gerak cepat ini.

Fang Fang dan Ceng Ceng berjarak ratusan meter tapi tahu- tahu seperti siluman terbang pria itu sekejap sudah menangkap bahu lawan.

Dan ketika Ceng Ceng roboh265 dan disambar pria ini, Kiok Eng terkejut mendengar ibunya disebut "isteriku"

Maka subonya terbang menyusul dan masing-masing sudah membentak dan memaki-maki pria itu.

"Fang Fang, lepaskan wanita itu!"

"Fang Fang, jangan sentuh Ceng Ceng!"

Kiok Eng berkelebat dan menyusul guru-gurunya.

Gadis ini jadi pucat dan merah berganti-ganti mendengar itu.

Fang Fang memanggil ibunya sebagai isteri, berarti dia anaknya.

Tapi karena semua yang membingungkan ini membuatnya semakin marah, ia merasa dipermainkan maka Kiok Eng melejit dan melesat mendahului subo- subonya.

Jilid VIII "FANG FANG, lepaskan ibuku!"

"Eh!"

Fang Fang terkejut.

Dia menoleh dan melihat gadis itu sudah menghantamnya dengan pukulan dahsyat.

Kiok Eng memanggil namanya begitu saja dan ada kesan tak hormat lagi.

Wajah dan pipi gadis itu merah terbakar.

Tapi karena Fang Fang mengelak dan membawa Ceng Ceng melompat ke kiri, pukulan itu luput maka gadis ini menerjang lagi dan Kiok Eng membentak penuh kemarahan.

"Kembalikan ibuku.... des-plak!"

Fang Fang terpaksa menangkis dan membuat gadis itu terlempar berjungkir balik.

Kali ini laki-laki itu tak dapat menerima perlakuan gadis ini dan Fang Fang membentak agar puterinya berlaku sopan.

Dia adalah ayahnya.

Dan ketika Kiok Eng berjungkir balik sementara sebelas gurunya sudah datang dan menjeletarkan rambut maka Fang Fang266 berseru kepada orang-orang tua itu, terutama May-may, nenek berambut sakti.

"Locianpwe, harap biarkan aku bicara dulu dengan isteriku ini. Jangan menyerang dan tahan, atau aku akan membawa pergi Ceng Ceng dan kalian tak akan dapat mengejarku!"

"Keparat!"

Si nenek melengking-lengking.

"Kau dan gurumu selalu sama, Fang Fang. Kau selalu mengancam. Keparat, apa yang hendak kaubicarakan dan mau apa lagi membujuk ibu anak itu!"

"Hm, aku ingin bicara sebentar. Ini isteriku, keluargaku. Tahan kemarahan kalian dan berikan kesempatan untuk bicara sejenak!"

Sebelas nenek bingung.

Mereka melotot dan masing- masing memberi isyarat mata.

Kalau Fang Fang bicara tentu rahasia terbongkar.

Mau bicara apalagi pria itu kalau bukan untuk mengaku diri sebagai ayah Kiok Eng, murid mereka.

Maka membentak dan tidak menghiraukan kata-kata itu mereka sudah menerjang dan May-may melecutkan rambutnya kembali.

"Bagus, kau boleh bicara sambil berloncatan seperti monyet, Fang Fang. Kau mau bicara apalagi kalau bukan untuk ngibul dan bohong belaka... haiittt!"

May-may dan lain-lain bersatu pendapat.

Mereka tak mau Kiok Eng mendengar kata-kata pria itu dan mau atau tidak mereka harus menyerang.

Maka begitu bergerak dan semua menggerakkan pukulan lagi, Kiok Eng diminta membantu mereka maka nenek May May berseru.

"Kiok Eng, bantu kami membunuh lawan licik ini. Dia telah menipumu dan tak ada gunanya mendengarkan267 omongannya!"

Kiok Eng mengangguk.

Pada dasarnya dia sudah dibuat marah dan merasa dipermainkan laki-laki ini.

Paman Yong yang semula disangkanya orang baik-baik itu ternyata adalah Fang Fang, musuh besarnya.

Dan karena ia tak mau perduli kepada panggilan itu, ibunya disebut isteri dan guru-gurunya membentak menyerang lagi iapun tak mau perduli apa-apa dan menerjang pula, rambut dan ujung saputangannya ikut meledak.

"Bagus, kau benar, subo. Laki-laki ini menipuku dan ia mempermainkan aku habis-habisan. Bagus, bunuh dan robohkan dia!"

May May dan lain-lain terkekeh.

Mereka girang melihat serangan gadis itu dan ini memperkuat kedudukan.

Fang Fang amat lihai dan kalau murid mereka maju dapat diharap memperoleh kemenangan.

Dan ketika benar saja Fang Fang terkejut dan terdesak, Ceng Ceng telah ditotoknya dan dibawa melompat ke sana ke mari maka pria itu berkerut memandang puterinya, sekali lagi membentak.

"Kiok Eng, aku bukan musuh. Ibumu adalah isteriku, kau puteriku sendiri. Jangan dengarkan kata-kata subomu karena mereka memang sengaja menyebarkan racun!"

"Heh-heh, racun apa. Kaulah yang mengumpan racun hingga muridku dan ibunya terpengaruh, Fang Fang. Kau laki-laki cerdik namun licik yang membuat orang lain bingung. Kau bukan suami Ceng Ceng. Mana surat nikahnya dan buktikan itu kalau ada!"

"Hm,"

Fang Fang marah.

"Kalian kejam dan tak berperasaan, locianpwe. Bukti bahwa Kiok Eng anakku sudah lebih dari sekedar surat nikah. Kalian mencari-cari dan sengaja menyuruh puteriku sendiri memusuhiku.268 Kalian tak berjantung. Kalian takut aku bicara kepada ibu anak itu dan menyuruhnya mengaku apakah benar aku ayahnya!"

"Cerewet! Tak usah banyak cakap, Fang Fang. Serahkan wanita itu atau kau mampus.... wiiirrrr!"

Rambut menyambar dan meledak, cepat menghantam kepala lawan dan di saat itu dari arah lain menyambar pula pukulan nenek Lin Lin dan Bhi Cu.

Kiok Eng juga melepas pukulannya dan di antara semua ini adalah gadis itu yang paling hebat.

Rambut Kiok Eng menggumpal kaku sementara jari-jarinya bercuit menyambar tenggorokan.

Fang Fang tahu kelihaian puterinya ini dan ganasnya serangan itu.

Dan kecewa bahwa ia tak diberi kesempatan, betapapun Ceng Ceng adalah segalanya maka ia menangkis dan pukulan yang tak dapat dielakkan diterima dengan tubuhnya.

"Plak- plak!"

Sebelas nenek menjerit dan terjengkang Mereka tertolak tenaga yang amat dahsyat dan Kiok Eng sendiri yang menusuk tenggorokan merasa jarinya seakan patah.

Tenggorokan lawan sekeras baja dan ia menjerit sambil terhuyung.

Hanya gadis inilah yang tidak roboh! Dan ketika semua terlempar dan bergulingan, terbuka jalan untuk melompat maka Fang Fang berkelebat dan meninggalkan lembah.

"Cap-it locianpwe (sebelas nenek gagah), maaf bahwa Ceng Ceng kupinjam sebentar. Nanti atau besok kukembalikan dan harap kalian tak perlu mengejar!"

Fang Fang berkelebat dan tahu-tahu di atas bukit.

Ia sudah bergerak naik dan ke mudian meluncur turun di punggung bukit sebelah, cepat luar biasa dan hanya Kiok Eng itulah yang mampu mengejar.

Nenek-nenek yang lain masih merintih dan mengeluh, tangkisan Fang Fang269 benar-benar luar biasa hingga mereka tak dapat bangun.

Dan ketika mereka dapat berdiri namun Fang Fang sudah lenyap dari lembah, Kiok Eng mengejar dan hanya murid mereka itulah yang tidak apa-apa maka Fang Fang meluncur dan menuju ke hutan di luar bukit Angsa.

Pria ini tak mau diganggu lagi dan Ceng Ceng dikempit di bawah ketiaknya.

Ada rasa gemas kepada nenek-nenek itu tapi juga ada rasa kasihan.

Pria ini tahu benar apa sebabnya nenek-nenek itu membencinya, juga membenci gurunya.

Tapi begitu memasuki hutan dan lembah sudah jauh di belakang maka Fang Fang membebaskan totokan isterinya dan berhenti di situ.

"Maaf, kita sekarang bebas untuk bicara, Ceng-moi. Berdirilah dan katakan kenapa kau menceritakan Kiok Eng ayahnya dibunuh aku!"

"Ooh, huu-huuu..."

Ceng Ceng menangis, wanita ini tak mau berdiri dan langsung menjatuhkan diri duduk di rumput, menutupi muka.

"Aku... kau... tak perlu kita bicara lagi, Fang Fang. Kau.... kau laki-laki kejam yang menyakiti hatiku!"

"Hm, berdirilah. Anak kita Kiok Eng sudah dewasa, Ceng-moi. Tak pantas kita membohonginya dan mari kita bicara secara jujur,"

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Fang Fang mengangkat dan menyentuh halus pundak isterinya itu.

Ceng Ceng tak mau dan akhirnya laki-laki inipun duduk.

Memaksa tentu hanya membuat kemarahan saja.

Dan ketika dia menghela napas dan mengambil saputangan, mengusap halus air mata itu maka Ceng Ceng mengguguk dan tahu-tahu sudah dipeluk laki-laki ini, pria yang sesungguhnya amat dicintainya.

i "Ceng Ceng, aku tahu bahwa sepak terjangku duapuluh tahun yang lalu salah.

Tetapi kini semua itu sudah terjadi,270 lewat.

Kita sudah sama-sama menginjak usia tua dan tak sepantasnya berwatak seperti anak-anak muda lagi.

Apakah kau masih membenciku dan tak berani mengatakan kepada Kiok Eng bahwa aku adalah ayahnya, ayah kandungnya?"

Wanita itu tersedu-sedu, masih tak menjawab.

"Jangan kaukira akupun tak menderita batin, Ceng-moi. Akupun juga menyesali tapi sesal tanpa tobat tak akan berguna. Yang lewat biarlah lewat dan kita menghadapi yang sekarang dengan pikiran baru dan penuh kedewasaan. Aku ingin memperbaiki watakku dan siap menerima apa saja dari hasil perbuatanku dulu. Tapi bicaralah dengan jujur dan katakan kepada anak kita bahwa aku adalah ayah kandungnya!"

Wanita itu tak menjawab.

Ceng Ceng masih bingung tapi juga girang dan marah bahwa Fang Fang datang kepadanya.

Girangnya adalah bahwa dia dapat bertemu dengan laki-laki yang dicintanya ini, ingin memandang dan menerima lagi getar-getar lembut dari cinta kasih lelaki itu.

Dapat dirasakannya betapa jari-jari Fang Fang amat lembut dan masih hangat seperti dulu.

Tapi karena dia marah bahwa laki-laki ini tidak mencintanya seorang, masih ada wanita lain yang juga menuntut dan bakal mencari maka Ceng Ceng yang marah tapi bingung oleh kepandaian laki-laki yang jelas bukan tandingannya ini diam saja mendengar semua kata-kata itu.

Ia ingin menangis dan biarlah menangis dulu melepas kesalnya.

Ia ingin merasakan lagi belaian Fang Fang kalau ia menangis begitu.

Jari-jari itu membuatnya rindu dan ingin dibelai-belai.

Aneh, ada benci tapi juga rindu di hati wanita ini! Dan ketika tangisnya dibiarkan dan benar saja Fang Fang mengusap-usap wanita itu, pundaknya dan punggungnya akhirnya Ceng Ceng menghentikan tangis271 dan tiba-tiba dagunya diangkat dan sepasang matanya diajak ber adu pandang.

Fang Fang begitu lembut dan mesra memandangnya.

Mata itu juga basah! "Ceng-moi, kau masih membenciku? Kau ingin membunuhku? Lakukanlah, moi-moi, kalau nanti kita selesai bicara.

Aku tak akan menghindar dan percayalah bahwa aku masih mencintaimu!"

"Oohh... tidak., tidak!"

Ceng Ceng tak kuat dan menubruk, kini tak ada orang di situ dan tak perlu dia takut-takut.

"Aku, ah... aku... aku - hanya benci kenapa kau menyakiti hatiku, Fang Fang. Dan kau.... kau... benarkah masih mencintaiku!"

"Hm, kenapa tidak? Aku bersumpah masih mencintaimu, Ceng-moi. Dan bukti bahwa aku mencari dan menemukanmu di sini adalah bukti cintaku ini! Apakah kau ragu?"

"Tapi.... tapi ada Ming Ming dan Eng Eng di sana. Kau... kau mempermainkan mereka pula!"

"Hm, tak ada yang mempermainkan. Aku bertanggung jawab atas semua sepak terjangku, Ceng-moi. Aku siap menghadapi semua ini dengan cara yang jantan. Aku memang bersalah, tapi kau dan Ming Ming serta Eng Eng juga salah."

"Kau...?"

"Benar, marilah kita bicara baik-baik. Sesungguhnya kita semua salah. Kau, aku Ming Ming dan Eng Eng juga salah...."

"Plak-plak!"

Ceng Ceng melompat dan menampar pipi Fang Fang, kuat sekali, dua kali. Lalu menjerit dan mencengkeram leher baju pria itu wanita ini membentak.

"Fang Fang, kau menyalahkan kami para wanita yang272 menjadi korban rayuanmu? Kau tak mau memikul sendiri dosa perbuatanmu ini hingga mengikutsertakan kami supaya kau mendapat ringan hukuman? Ke parat, kau licik dan curang, Fang Fang. Ingin aku membunuhmu!"

"Bunuhlah, aku tak mengelak. Kau boleh tampar dan bunuh aku di sini, Ceng-moi, tapi dengarlah dulu apa yang hendak kukatakan ini. Kau tak sabar? Kau ingin segera menumpahkan benci? Baik, pegang pisau ini, moi-moi, tusuk dadaku dan percayalah aku takkan melawan!"

Fang Fang mengusap pipinya dan mencabut pisau belati.

Dia membalik gagang pisau dan menyerahkannya kepada wanita itu.

Ceng Ceng terbelalak dan merah mukanya.

Tapi ketika pisau disambar dan dibanting ke atas tanah, menancap, maka Ceng Ceng tersedu dan melempar tubuh di tempat lain.

Fang Fang mengerutkan kening namun berdiri perlahan, menghampiri dan duduk di samping isterinya ini.

Lalu ketika dia berbisik sambil memegang bahu itu, mengusapnya maka terdengar kata-katanya lembut disusul ciuman mesra di belakang telinga wanita itu, menyibak anak rambut.

"Moi-moi... Ceng-moi, dengarlah kata-kataku. Aku bersungguh-sungguh dan ingin mengajak bicara dari hati ke hati, secara jujur. Apakah kau masih mencintaiku dan mau mendengar kata-kataku? Aku tidak licik dan curang, Ceng-moi. Aku masih seperti Fang Fang dulu yang siap bertanggung jawab dan tak akan lari dari tuntutan. Kau dengarlah kata-kataku dan lihat apakah aku mau menang sendiri."

Ceng Ceng tersedu namun bahagia diusap bahunya.

Seperti itulah dahulu kalau mereka berasyik mesra.

Fang Fang memang lembut dan sesungguhnya berjiwa romantis.

Pria ini tak pernah kasar.

Dan karena sudah273 lama ia merindukan belaian lelaki, kini Fang Fang melakukannya dan sesungguhnya ia mencinta pria ini maka wanita itu menghentikan tangis dan Fang Fang menarik napas dalam-dalam.

"Aku hendak bicara tentang persoalan ini. Aku rindu kau... rindu Kiok Eng. Sudah lama aku mencari kalian, Ceng-moi, tapi baru sekarang mendapatkan kesempatan ini. Hm, aku memang menyakiti hatimu tapi sekarang kita bukanlah anak-anak muda lagi yang harus selalu hanyut dalam emosi. Maukah kau mendengarkan kata-kataku?"

"Kalau tidak apakah aku masih sudi di sini?"

"Hm, kau masih galak, masih seperti Ceng Cengku duapuluh tahun yang lalu,"

Fang Fang tersenyum, menggenggam dan mengusap punggung tangan wanita itu, yang tiba-tiba direnggut. Dan ketika ia menarik napas sekali lagi dan, bicara dengan pandangan sayu maka pria ini mulai.

"Nafsu dan pikiran luhur rupanya saling tindih, kalah- mengalahkan. Kita manusia sering terbawa perasaan ini, Ceng-moi, dan aku sebagai pelaku utama telah timbul tenggelam dalam gejolak muda yang tak terkendali. Hm, aku terbawa suhu. orang tua itulah yang mengajariku secara tidak langsung tentang cinta yang salah, nafsu birahi..."

"Aku tak mau mendengar khotbah seorang pendeta. Aku ingin kau bicara langsung dan menuju titik persoalan!"

"Baik, aku juga menuju ke situ, Ceng-moi, dan maaf kalau kini kata-kata dan pembawaanku terlalu kalem, lamban. Aku memang rupanya sudah berobah dan inilah barangkali namanya orang yang sudah mulai menerima kesadarannya."274

"Hm!"

Bibir itu berjebi, mengejek.

Ceng Ceng gemas namun harus diakuinya bahwa orang yang dicintanya ini memang berobah.

Fang Fang dulu nakal dan riang sementara sekarang begitu kalem dan tenang, pembawaannya seperti pendeta atau orang yang mendalami pelajaran agama.

Dan ketika dengus atau suaranya itu disambut senyum tenang, sama sekali pria ini tak marah maka Ceng Ceng mendengar kembali kata- kata itu.

"Aku memang salah, tapi sesungguhnya kau dan Ming Ming serta yang lain-lain itu juga salah,"

Lalu melihat wanita itu hendak melancarkan protes buru-buru Fang Fang menyambung.

"Nanti dulu, dengarkan dulu. Jangan kau potong omonganku, Ceng moi. Nanti kalau sudah selesai silahkan bicara. Aku memiliki pendapat dari kejadian ini, dan pendapat itu sederhana karena tanpa menerimanya kalian tak mungkin aku atau laki-laki berbuat lebih jauh!"

"Maksudmu?"

"Maaf, laki-laki tak akan menyusahkan wanita kalau cinta atau hasrat birahi laki-laki itu tak disambut, Ceng-moi. Kau tak mungkin melahirkan Kiok Eng kalau dulu tak menerima cintaku. Kau terbawa berahimu pula!"

"Apa?"

"Nanti dulu, sabar. Aku bicara untuk membuka kesadaranmu pula, Ceng-moi, bahwa kau dan aku sebenarnya sama-sama salah. Aku salah karena mulai lebih dulu tapi kau juga salah karena hanyut dalam berahimu itu. Dalam rayuan lelaki memang timbul getar berahi yang memabokkan kaum wanita. Dan kau terkena ini!"

Mata yang indah itu terbelalak.

Ceng Ceng, meskipun275 empatpuluhan namun harus diakui bahwa masih cantik.

Kecantikannya cukup menonjol dan laki-laki biasa mampu digetarkannya.

Ia terkejut dan merah mendengar itu karena malu dan marah.

Namun karena Fang Fang bicara begitu sungguh-sungguh dan tak ada maksud menghina, atau main-main maka dia terhenyak dan pria ini menarik napas lagi.

"Berahi menguasai orang-orang muda macam kita dulu, kuat. Berahi ini bekerja dengan amat baiknya di kalangan orang-orang muda yang tidak dibentengi iman, keteguhan hati. Dan karena suhu dan gurumu juga tak mengajari norma-norma yang baik, kepada kita, maka kita yang masih termasuk anak-anak muda dan yang sedang hangat-hangatnya dibuai cinta berahi lalu roboh dan melakukan apa yang seharusnya tak perlu dilakukan. Kita juga terpengaruh oleh lingkungan sekitar kita sendiri, orang yang terdekat menjadi guru dan watak suhu menempel di watakku. Dan ketika semua itu terjadi namun penyesalan yang harus ditanggung, maka kau maupun aku sama-sama terjerumus dan inilah hasil dari kecerobohan kita sendiril"

"Hm, kau enak sekali bicara seperti ini. Lalu apa maksudmu dengan mengatakan semua ini? Minta agar dosa ini dipikul berdua? Kau meminta keringanan dan supaya hidup enak?"

"Tidak begitu. Enak tidak enak tergantung penerimaan kita, Ceng-moi. Tidak enak bisa dianggap enak kalau kita memiliki kesadaran untuk menerima dan menebus kesalahan kita. Aku tidak minta keringanan hukuman karena apapun yang kaulakukan aku siap menerimanya!"

"Meskipun aku membunuhmu?"

"Tak akan kuelak, Ceng-moi, kalau garis nasibku sudah276 begitu. Tapi bagaimanakah pendapatmu apakah tidak benar bahwa dari kejadian ini kaupun bersalah, sedikit atau banyak!"

Ceng Ceng semburat.

Tiba-tiba ia berdiri dan merah padam memandang laki-laki ini.

Harus diakui bahwa sedikit atau banyak memang ia bersalah.

Wanita, betapapun kecilnya adalah tetap bersalah menerima rayuan lelaki sampai memberikan tubuhnya.

Adalah kesalahan wanita itu kalau sampai jatuh.

Laki-laki adalah "hewan"

Jalang yang memang biasanya akan merayu dan coba mendapatkan wanita yang diminatinya.

Bukankah lazim bahwa laki-laki lebih dulu dan yang meminta? Justeru wanitalah yang harus tangguh dan kuat imannya.

Sekali bobol tentu malapetaka dan itu resiko.

Wajar! Laki- laki tak boleh sepenuhnya disalahkan karena wanita juga salah, mau menerima.

Dan bahwa berahi memang nikmat, dia atau wanita memang harus mengakuinya maka ketika dulu dia "bobol"

Maka biang keladi itulah yang menjerumuskannya.

Tapi adalah lucu kalau sekarang dia marah-marah kepada berahi.

Nafsu itu ada di dalam diri setiap orang dan menyalahkan nafsu ini adalah orang gila.

Dialah yang harus waspada dan jangan sampai kebobolan.

Dia juga bersalah! Maka terkejut tapi juga gemas, semua kata-kata ini tak dapat disanggahnya tiba-tiba wanita itu merah padam memandang Fang Fang, laki-laki yang juga memandangnya dengan pandangan lembut, sinar matanya tajam menusuk tapi penuh cinta kasih, bukan berahi.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Kau... kau.... apa maksudmu sekarang dengan semua ini, Fang Fang? Kalau kau memang tak hendak membagi dosa lalu apa maksudmu dengan semua kata-katamu ini?"277

"Hm,"

Fang Fang tersenyum, bangkit berdiri pula.

"Aku memang tidak bermaksud untuk membagi dosa, Ceng Ceng. Aku hanya hendak berkata kepadamu bahwa sedikit atau banyak kaupun bersalah, seperti juga wanita- wanita lain yang tertipu oleh pria atau laki-laki hidung belang. Aku siap menerima dosa, bertanggung jawab. Tapi kalau kau menyuruh anakmu memusuhi ayah kandungnya, aku, tentu kau tidak benar karena sesungguhnya kita berdua sama-sama salah di waktu itu. Adilnya adalah kalau dia memusuhi aku maka ibu kandungnyapun harus dimusuhi, karena kau dan aku sama-sama salah!"

"Apa?"

"Maaf, kita bicara tentang yang tidak benar, Ceng-moi. Kau ataupun aku harus dikritik kalau tidak benar, salah. Kita adalah manusia dan kukira wajar kalau kita bersalah dan kemudian mencoba memperbaiki kesalahan itu."

"Tapi... tapi..."

"Dendam berasal dari aku, ego. Sakit hati berasal dari sini dan aku tidak merasa aneh kalau kau membenciku. Aku bersalah, Ceng-moi, tapi adalah tidak benar kalau kau menceritakan kepada Kiok Eng bahwa aku membunuh ayahnya padahal ayahnya itu adalah aku. Bagaimana mungkin kau mengarang cerita bohong? Aku boleh kauhukum, Ceng-moi, tapi hukuman harus adil dan tidak dibuat-buat. Aku siap mempertanggungjawabkan perbuatanku!"

Wanita itu tiba-tiba mengguguk.

Fang Fang yang bicara begitu gagah dan jantan sungguh memukul perasaannya.

Tak dapat disangkal bahwa ia mengarang cerita bohong kepada Kiok Eng, puterinya.

Ia bingung kalau ditanya tentang ayah kandung dan karena ia278 memang membenci pria ini maka dikatakanlah bahwa Fang Fang itulah pembunuh ayah kandungnya.

Hal itu dapat dilakukan karena waktu itu Kiok Eng masih kecil dan belum berangkat dewasa.

Anak itu belum tahu persoalan orang tua dan kerumitan peristiwa-peristiwa begini tentu saja sukar diceritakan.

Tapi setelah sekarang gadis itu dewasa dan ayah kandungnya muncul menemui mereka, kesalahan tak bisa ditimpakan kepada satu orang saja maka Fang Fang yang menegur kebohongannya tiba-tiba membuat wanita ini pedih dan tertusuk-tusuk.

Dari sikap Fang Fang dapat diketahui bahwa ia masih dicinta.

Tapi karena Fang Fang yang lama masih membekas kuat di ingatannya, Fang Fang yang hidung belang dan suka membagi cinta maka Ceng Ceng tak dapat menerima sepenuhnya dan ia masih ragu.

Fang Fang yang ini memang lembut dan menunjukkan kematangan berpikir, jauh berbeda dengan Fang Fang duapuluh tahun yang lalu.

Tapi karena Fang Fang dua puluh tahun lalu adalah Fang Fang yang tak dapat dipercaya, pandai merayu dan membujuk wanita-wanita cantik maka Ceng Ceng yang sakit teringat itu tiba-tiba membentak dan menerjang.

"Fang Fang, coba buktikan bahwa kau benar-benar bertanggung jawab. Baik, aku mengingini jiwamu dan coba kaubuktikan kepadaku bahwa kau siap menebus dosa!"

Fang Fang terkejut.

Ceng Ceng berkelebat dan pisau yang menancap di atas ta nah itu disambar kembali.

Tangan wanita ini bergerak dan ada niatan di matanya untuk membunuh.

Ceng Ceng begitu beringas! Tapi sadar dan tenang lagi, Fang Fang menarik napas dalam maka diterimanya tusukan pisau itu dan Fang Fang279 benar-benar menyerahkan dirinya.

"Crep!"

Fang Fang tak mengelak atau menghindar.

Kalau dia mau, tentu dengan sinkangnya dia dapat menahan tusukan itu.

Tapi tidak, pria ini tak mau melakukannya dan Ceng Ceng yang semula menangis dan sekonyong- konyong membentak dan menyerang dibiarkannya saja.

Biarlah wanita itu tahu bahwa dia bersungguh-sungguh.

Maka ketika pisau menancap namun Ceng Ceng melencengkannya sedikit, wanita itu juga terkejut karena Fang Fang benar-benar tak menghindar maka wanita ini tersentak dan menarik kembali pisaunya itu.

Dada kiri Fang Fang terluka dan darah mengucur keluar.

"Kau... kau...?"

Wanita ini pucat.

"Bunuhlah, teruskanlah tikaman pisaumu itu. Aku bersungguh-sungguh membuktikan kata-kataku, Ceng Ceng. Aku masih belum roboh dan lihat darah ini masih sedikit."

Fang Fang terhuyung, maju mengusap luka di dadanya dan Ceng Ceng tiba-tiba menjerit.

Tadi dia memang marah dan ingin menguji, Fang Fang yang sekarang tak boleh dipercayanya begitu saja tapi ternyata pria itu mengalah.

Padahal, kalau mau, dengan kepandaiannya yang tinggi pria itu tentu dapat menahan tusukannya.

Bahkan pisau itu bisa patah bertemu dada Fang Fang yang penuh tenaga sinkang, kalau pria itu mau melindungi dirinya.

Maka melihat Fang Fang tak melindungi dirinya dan kalau tadi ia betul-betul menusuk tentu Fang Fang akan tewas, Ceng Ceng mengguguk tiba-tiba wanita ini menubruk dan melempar pisaunya.

"Ooh.. ah, kau... kau tak mengelak, Fang Fang? Kau gila? Kau membiarkan aku benar-benar ingin membunuhmu? Aduh, aku berdosa, Fang Fang. Aku280 hampir membunuh ayah dari puteriku sendiri. Ah, dadamu mengucurkan darah!"

Fang Fang terhuyung dan jatuh terduduk.

Akhirnya ia girang melihat sikap wanita ini dan mumpung ada kesempatan iapun pura-pura mengeluh.

Darah yang mengucur di dadanya didorong sedikit keras dan Ceng Ceng tentu saja terkejut.

Wanita itu terbelalak dan menjeritlah dia mendekap luka.

Dan ketika dia merobek ujung baju sendiri dan membalut luka itu, Fang Fang batuk-batuk maka disentuhnya pundak wanita itu dengan usapan jari-jari gemetar.

"Ceng-moi, kau... kenapa tidak meneruskan tikamanmu? Aku akan lega mati di tanganmu, moi-moi, aku dapat menebus dosa dan tenang di akherat. Kau boleh ambil pisau itu lagi dan tancapkan di dadaku kalau mau!"

"Tidak... oh tidak! Aku, ah... aku gila, Fang Fang. Aku marah karena benci. Aku ... aku menyesal...!"

"Hm, kau masih membenciku? Kau masih marah kepadaku?"

"Tidak, kau... ah, kau ayah Kiok Eng. Aku isterimu. Aku., aku berdosa telah mengarang cerita bohong kepada puteriku. aduh, bagaimana luka ini, Fang Fang. Darahnya tak mau berhenti!"

"Kau mau menolongku? Mampatkan dengan bibirmu, pasti berhenti."

"Apa?"

"Benar, dekatkan bibirmu, Ceng-moi, mampatkan dengan bibirmu. Darah pasti berhenti dan luka itu bakal sembuh!"

Ceng Ceng terbelalak, Ia tak tahu bahwa Fang Fang main-main, bahwa pria itu ingin menguji cintanya dan memberikan sesuatu yang mesra.

Dan ketika ia281 merunduk dan mendekatkan bibirnya, memampatkan luka itu dengan bibirnya yang merah basah maka Fang Fang menarik dorongan sinkangnya dan darah itu tentu saja berhenti mengucur.

Tadi ia memang mendorong luka itu dengan pengerahan tenaga dari dalam.

"Lihat, darah itu berhenti seketika. Dengar detak jantungku, moi-moi.... dengar betapa rindu dada ini ingin kaudekap!"

Ceng Ceng terkejut.

Ia dipeluk dan dirangkul dan tiba-tiba mukanya merah padam.

Darah berhenti mengucur dan benar saja dia mendengar detak jantung penuh kerinduan.

Ia kaget, semburat! Dan ketika Fang Fang tertawa dan menarik bangun tubuhnya, menyambar wanita itu maka bisikan mesra terdengar menggetar.

"Ceng-moi, aku mencintaimu.... masih mencintaimu. Tidakkah kau rindu seperti aku yang belasan tahun menderita dan tersiksa? Aku suamimu, Ceng-moi, aku ayah dari anak kita Kiok Eng. Lihat, aku masih mencintaimu!"

Ceng Ceng mengguguk dan tersedak.

Ia dicium dan duapuluh tahun tak bersentuhan dengan lelaki sungguh membuatnya panas dingin.

Fang Fang mendekap dan menciumnya penuh sayang dan getar cinta kasih dari bibir pria itu membuai sukmanya.

Jelek-jelek lelaki ini adalah ayah dari puterinya.

Dan karena sesungguhnya ia juga mencinta dan menyayang pria ini, Fang Fang adalah pria yang amat dikaguminya maka ketika ia roboh dan Fang Fang memeluknya erat tiba-tiba iapun membalas dan suami isteri yang sudah lama berpisah ini bercucuran air mata.

Fang Fang pun akhirnya tak dapat menahan haru.

"Moi-moi, aku mencintaimu.... masih mencintaimu...!"282

"Dan aku... aku.... ah, akupun lama menunggu-nunggu saat ini, Fang Fang. Kau... kau ayah dari puteriku....!"

"Benar, ia anak perempuan kita, Ceng-moi, buah cinta kita. Aku menyayangnya dan kau harus memberi tahu bahwa akulah ayah kandungnya!"

Ceng Ceng tersedu dan memeluk erat-erat pria yang dikasihinya itu.

Benci dan amarahnya hilang terganti rindu birahi.

Ia ingin menumpahkan semua itu dan menikmatinya berdua.

Tapi ketika terdengar bentakan dan sebelas nenek muncul, Kiok Eng juga tampak keluar dari balik sebatang po hon dengan muka pucat maka gadis yang menggigil dan gemetar itu memandang ibu dan ayahnya dengan jari bergerak-gerak, tak mampu bicara.

"Ceng Ceng, apa yang kaulakukan ini!"

"Benar, apa yang kaulakukan ini, Ceng Ceng. Di mana bakti dan kesetiaanmu kepada suami. Fang Fang adalah pembunuh suamimu! Wanita itu terkejut. Sekarang dia melepaskan diri dan luka di dada Fang Fang sudah dibalut. Muka wanita ini merah karena adegan tadi ditonton sekian banyak orang. Tapi karena dia merasa mendapatkan kembali cintanya dan Fang Fang sudah tidak seperti dulu maka wanita in menggigil dan berkata dengan suara rendah, yang dihadapi adalah gurunya sendiri Lui-pian Sian-li Yan Bwee Kiok, nenek berbaju hitam.

"Subo, maafkan aku. Aku... aku telah berbaik dengan Fang Fang. Dia... dia sudah tidak seperti dulu lagi. Fang Fang su'dah berobah, subo. Fang Fang sudah bertobat. Dia tidak mata keranjang dan hidung belang lagi. Dia sudah baik!"

Lui-pian Sian-li Yan Bwee Kiok berkerut kening.

Di antara sebelas nenek sesungguhnya nenek ini283 adalah yang paling penyabar dan mudah diajak bicara.

Nenek t ini sesungguhnya juga paling bijaksana dan mau mengerti.

Maka melihat betapa muridnya sudah berbaik dengan Fang Fang, dia juga pernah muda dan mengerti bagaimana rasanya dikacau asmara maka nenek itu berdehem dan batuk-batuk.

Ceng Ceng adalah muridnya sendiri dan tentu saja dia terharu.

Adegan itu sudah disaksikan dan sesungguhnya dia hampir menitikkan air mata.

Siapapun tahu bahwa Fang Fang itulah ayah dari Kiok Eng, pria yang memberi benih di rahim muridnya dan kini sudah berputera.

Tapi sebelum dia bicara atau memberi komentar mendadak Bi Giok nenek yang paling berangasan membentak, melompat maju.

"Ceng Ceng, kau tak perlu mencari perlindungan kepada gurumu Lui-pian Sian-li. Kami adalah pengganti orang tuamu dan puterimu Kiok Eng adalah murid kami. Kau telah melakukan pelanggaran berat dengan berbaik terhadap musuh. Kemarilah dan terimalah hukuman rangket seratus kali!"

"Locianpwe....!"

"Tidak, ke sini, wanita hina. Kau membuat malu kami dan harus dihajar!"

Dan Bi Giok yang tak sabar meloncat maju tiba-tiba menarik Ceng Ceng dan menamparnya dengan kepretan lima jari yang bakal membuat wajah wanita itu merah biru.

Sebagai pengganti rotan dipakailah jari tangan ini untuk menghajar.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi ketika Ceng Ceng menjerit dan Lui-pian Sian-li juga akan bergerak sekonyong-konyong Fang Fang berkelebat dan menarik kembali tubuh isterinya, tamparan atau pukulan itu ditangkis.

"Locianpwe, kau tak layak memberikan hukuman. Ceng Ceng isteriku, kalau dia salah maka akulah yang menerima hukuman.... plak-plak!"

Jari nenek itu bertemu284 lengan Fang Fang, baru dua kali tapi si nenek menjerit dan sudah berteriak terlempar.

Dan ketika Fang Fang bergerak dan melindungi isterinya, Ceng Ceng tersedu- sedu maka nenek itu melompat bangun sementara saudaranya, nenek Bi Hwa, melotot dan gusar bukan main, menolong dan membantu adiknya itu.

"Cici, Ceng Ceng berkhianat. Ia mempermalukan kita. Hajar dan bunuh anak itu!"

"Benar,"

Nenek yang lain berseru dan May-may meledakkan rambut.

"Ceng Ceng mempermalukan kita, Bi Giok. Mari kita hajar dan rangket dia!"

"Dan Fang Fang adalah biang keladinya Keparat, anak ini selalu membuat onar dan mari kita bunuh!"

May May dan lain-lain menerjang maju.

Setelah tadi mereka panas melihat adegan itu maka kemarahan tertumpah kepada Ceng Ceng dan Fang Fang.

Mereka harus menghajar dua orang itu.

Maka ketika mereka bergerak dan Ceng Ceng maupun Fang Fang diserang, Fang Fang berkerut kening maka pria ini bergerak dan dialah yang menangkis serangan-serangan itu, Ceng Ceng dilindungi.

"Ceng-moi, mundurlah. Minta bantuan anak kita Kiok Eng dan biar orang-orang tua ini kuberi pelajaran secukupnya... plak-plak!"

Ceng Ceng disuruh mundur dan didorong ke arah Kiok Eng.

May May dan nenek- nenek lain marah dan mereka itu sudah menerjang, hanya Lui-pian Sian-li Yan Bwee Kiok yang tidak ikut maju.

Dan ketika Fang Fang mengerahkan tenaganya dan dua nenek terbanting, rambut May May malah berodol maka nenek-nenek itu menjerit dan mereka terbanting dan May May seakan terkupas kulit kepalanya.

"Aduh..!"285 Nenek-nenek itu menjadi pucat. Mereka terpelanting dan Fang Fang sudah berkelebatan menghadapi nenek- nenek yang lain. Im-bian-kun, pukulan Kapasnya menyambar dan tak kuat ditahan nenek-nenek itu. Sesungguhnya mereka memang masih bukan tandingan pria ini. Fang Fang terlampau hebat. Maka ketika semua roboh terjengkang dan mengaduh-aduh, kali ini Fang Fang memberi pelajaran lebih berat maka semua tumpang tindih dan malah ada yang retak tangannya. Fang Fang berhenti setelah semua merintih tapi ketika ia mengusap keningnya mendadak terdengar jerit dan teriakan Ceng Ceng. Cepat ia menoleh dan alangkah kagetnya Fang Fang melihat isterinya itu terbanting, dikibas Kiok Eng! Dan ketika ia tertegun namun berkelebat ke sini ternyata gadis itu membalik dan melengking melompat pergi! "Ibu, kau... kau pembohong. Kau penipu!"

Ceng Ceng tersedu-sedu.

Ia tadi mendekati puterinya namun tak disangka bahwa puterinya mendelik! Kiok Eng, yang terpukul dan melihat adegan itu jauh lebih dulu dibanding subo-subonya hampir menahan napas melihat betapa ibunya mengguguk dan berciuman dengan Fang Fang.

Paman Yong itu, orang yang semula dianggapnya begitu, ternyata adalah Fang Fang dan lebih hebat lagi adalah ayah kandungnya sendiri.

Ia telah mendengar percakapan itu dan melihat semuanya, betapa ibunya akhirnya menyerah dan roboh di pelukan laki-laki ini, setelah tadi melukai atau hampir membunuh pria gagah itu.

Dan ketika subonya muncul dan ia memperlihatkan diri, adegan demi adegan disaksikannya jelas maka Kiok Eng merasa bumi seakan berputar dan ia terbelalak serta tak berkedip-kedip melihat semuanya itu.

Subonya akhirnya bergerak menyerang Fang Fang dan ibunya286 berlari kepadanya, setelah tadi didorong pria yang ternyata ayahnya itu.

Dan ketika pertempuran berjalan di sana tapi pria itu terlampau hebat, subo-subonya tak ada yang mampu menandingi maka dia terkejut dan sadar setelah tangan ibunya mengguncang-guncang bahunya.

"Kiok Eng.... Eng-ji, kau... kau sudah tahu ayah kandungmu? Kau sudah melihat dia? Maafkan ibu, nak... aku... aku memang bohong. Aku benci kepada ayahmu dulu, aku sakit hati. Tapi... tapi dialah sesungguhnya ayah kandungmu. Sekarang tak perlu ibu menutup- nutupi!"

Gadis ini terkejut dan sadar, Ia merah pucat berganti- ganti memandang ibunya itu.

Ada rasa marah dan geram, ada rasa malu tapi juga bangga.

Pria yang hebat dan gagah serta tampan dan bijak itu ternyata ayahnya.

Sungguh tak disangka! Tapi karena ia merasa dipermainkan, ibunya ini membohonginya habis-habisan mendadak timbul benci dan sakit hatinya terhadap ibunya sendiri.

Kiok Eng merasa dipermalukan dan marah.

Maka ketika ibunya mengguncang-guncang bahunya dan ia sadar, sang ibu terkejut melihat mata puterinya yang merah mendadak gadis itu mengibas dan Ceng Ceng pun terjengkang.

"Ibu, puas benar rasanya kau mempermainkan aku!"

Lalu berkelebat dan pergi dengan lengking menyayat, Kiok Eng tersedu-sedu maka ibunya berteriak dan teriakan atau jerit itulah yang membuat Fang Fang menoleh, melihat isterinya terbanting sementara puterinya berkelebat pergi.

Ada sesuatu di antara ibu dan anak! Dan ketika dia menolong Ceng Ceng dan bertanya apa yang terjadi, Ceng Ceng menuding-nuding maka Fang Fang berkelebat dan mengejar puterinya, sekali mengembangkan lengan saja sudah meluncur dan287 berjungkir balik di hadapan gadis itu.

Gerakannya seperti garuda menyambar.

"Kiok Eng, berhenti. Apa yang kaulakukan kepada ibumu!"

Kiok Eng terkejut.

Ia sedang meluncur dan keluar hutan ketika tiba-tiba bayangan ayahnya itu menyambar dan turun di depannya.

Kalau ia tidak berhenti maka tentu ia menabrak.

Dan karena ia memang marah dan sedang dipermalukan, Kiok Eng menggigit bibir tiba-tiba ia menabrak dan meneruskan larinya seolah kerbau tak bermata.

Namun sang ayah mengelak dan menangkap bahunya.

Gerakan ini juga amat cepat hingga diam-diam gadis itu kagum.

Kalau orang lain, tentu tak sempat dan pasti ditabrak, paling tidak berjengkangan! Tapi ketika ayahnya mengelak dan kelima jari itu mencengkeram bahunya maka Kiok Eng tertangkap tapi secepat itu pula rambut gadis itu meledak dan menyambar wajah ayahnya ini.

"Lepaskan!"

Fang Fang melihat kebinalan puterinya.

Apa boleh buat ia menyendal bahu yang dicengkeramnya itu sehingga tubuh gadis ini terjongkok.

Kiok Eng menjerit dan sambaran rambutnya otomatis luput, menghantam angin kosong.

Dan ketika cengkeramannya dilepas dan ia didorong, gadis ini terlempar maka Kiok Eng bergulingan melocat bangun dan sang ayah sudah berdiri lagi di depannya dengan mata bersinar-sinar.

"Kiok Eng, apa yang kaulakukan terhadap ibumu. Tak pantas kau bersikap kasar!"

"Keparat!"

Gadis ini memaki.

"Apa apa maumu, orang she Yong. Apakah kau menghendaki aku mengadu jiwa!"288

"Hm,"

Fang Fang tertegun dan berkedip, sinar matanya berkilat.

"Kau memanggilku apa? She Yong? Bukankah kau tahu aku adalah suami ibumu? Eh, jangan kurang ajar, Kiok Eng. Aku ayahmu, ayah kandungmu. Bersikaplah sopan dan aku bukan Yong Lip!"

"Terserah, aku tak mau tahu. Kau dan ibu sama-sama mempermainkan aku. Kalian... kalian sama-sama kejam!"

"Hm, semua bukan disengaja, Eng-ji. ibumu dan aku sama-sama dalam posisi yang sulit. Sekarang sudah jelas, rahasia ini tak perlu disembunyikan lagi. Temuilah ibumu,"

Dan maju memegang pundak itu.

Kiok Eng menangis tiba-tiba Fang Fang sudah memeluk puterinya dan gadis ini tiba-tiba tersedu.

Namun sejenak saja sedu-sedan itu.

Kiok Eng merasa belaian seorang ayah dan Fang Fang merangkulnya, rambut harum itupun dicium.

Tapi ketika gadis ini sadar dan tersentak, meronta, sekonyong-konyong ia melepaskan dirinya dan berseru keras.

"Jangan pegang diriku! Jangan, atau... nanti kau kubunuh!"

Dan membalik serta melepas isak tangisnya tiba-tiba gadis ini berkelebat dan terbang lagi.

Fang Fang hendak memanggil dan bergerak ketika tiba-tiba Ceng Ceng ada di situ, menarik dan mencekal lengannya.

Dan ketika ibu itu juga menangis dan menahan sedu-sedan maka Ceng Ceng menubruk dada pria ini dan mencegah Fang Fang mengejar.

"Jangan kejar... biarkan, jangan tahan dia. Dia... dia keras hati, Fang Fang... dia ... anak kita itu bisa berangasan...!"

"Hm,"

Fang Fang tertegun dan tak berkedip.

"Dia marah kepadamu, Ceng-moi.289 Dia tampaknya dendam. Aku yang salah dalam hal ini." ? "Tidak, akulah yang salah. Aku salah membohonginya dalam hal ini. Aku, ah..... aku tahu wataknya, Fang Fang. Dia akan kembali kalau nanti sudah dingin. Sudahlah, biarkan dia. Aku... aku ingin kau kembali bersamaku ke lembah!"

Fang Fang tersentak.

Mendengar disebutnya lembah mendadak dia sadar, menengok dan melihat bahwa sebelas nenek sudah tak ada di situ lagi.

Dan ketika dia bertanya ke mana nenek May-may dan lain-lain, Ceng Ceng terisak maka wanita itu menjawab bahwa mereka semua pergi.

"Pulang? Maksudmu pergi ke lembah?"

"Tidak, mereka marah kepadaku, Fang Fang. Mereka pergi entah ke mana. Yang jelas aku sendiri dan ingin kau menemani aku di sana. Kau mau?"

Fang Fang menarik napas dalam-dalam.

"Ceng-moi, agaknya dalam hal ini aku lagi-lagi mungkin akan mengecewakanmu. Hm, agaknya tak dapat kupenuhi permintaan ini karena aku masih sibuk dengan urusan lain."

"Kau... kau mau pergi?"

Fang Fang menyambar dan memeluk wanita ini.

Ceng Ceng sudah siap menangis dan mengguguk lagi karena muka dan matanya sudah memerah.

Sekali tangis itu meledak sukar agaknya ditenangkan lagi.

Mungkin, hubungan baik ini akan pecah lagi.

Fang Fang tak mau itu dan karena itu cepat-cepat dia memegang isterinya dan memeluk lembut.

Dan ketika dia berbisik bahwa kepergiannya tidaklah lama, mereka sewaktu-waktu dapat bertemu maka pria yang sudah matang ini290 mengecup dahi yang halus lebar itu.

"Ceng-moi, jangan salah paham. Aku tidak bermaksud meninggalkanmu. Aku hanya pergi untuk urusan penting... urusan, hm, anak-anakku yang lain. Maaf, aku mau kauajak ke lembah, Ceng-moi, biarlah kuluangkan waktuku sehari dua untukmu. Betapapun aku rindu, aku mencintaimu,"

Dan ketika bibir itu terisak dan gemetar lirih maka Fang Fang pun sudah melumat bibir isterinya mesra.

"Ceng-moi, aku masih mencintaimu!"

Naik sedu-sedan di tenggorokan wanita itu.

Ceng Ceng tak dapat menahan dirinya lagi dan lemaslah dia di pelukan pria ini.

Fang Fang pandai merobah keadaan.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Jelek-jelek dia adalah bekas penakluk wanita, murid Dewa Mata Keranjang! Dan karena kemarahan itu harus dilenyapkan dan kepentingan diri sendiri harus dikesampingkan maka pria ini telah memeluk isterinya dan sekali dia bergerak kembalilah dia ke lembah.

Ceng Ceng yang semula kecewa dan hampir marah sekarang tak jadi melepas kemarahannya.

Pria yang tahu keadaan ini pandai melihat keadaan.

Dan ketika dia di bawa terbang dan kembali ke lembah, di situ Ceng Ceng bahagia dan menangis menyusupkan dadanya maka Fang Fang yang hendak bicara tentang anak-anaknya yang lain tak jadi bicara dulu, membelai dan menciumi isterinya ini dan wanita yang sudah duapuluh tahun tak pernah disentuh pria itu panas dingin dibuat menggigil.

Fang Fang masih pandai dalam hal yang satu ini meskipun sekarang bukan untuk mencari mangsa.

Dia bahkan lebih mahir daripada duapuluh tahun yang lalu karena pria ini telah matang.

Dan ketika di lembah dia291 langsung membawa isterinya ke kamar dan mencumbu, lengkaplah sudah apa yang harus dilakukan maka Ceng Ceng luluh lantak dalam madu cinta kasih yang amat memabokkan.

Dia benar-benar dibuai pria idamannya ini dan Fang Fang menundukkan isterinya luar dalam.

Ceng Ceng sampai mabok dan tak ingat puterinya lagi.

Dia telah dibasahi dari kekeringannya yang lama.

Tapi ketika pada hari ketiga Fang Fang berpamit, sang isteri terkejut dan membelalakkan mata maka wanita ini menahan dan langsung menyambar lengan kokoh itu.

"Kau... kau mau pergi? Tidak, kau tak boleh meninggalkan aku, Fang Fang. Atau aku ikut kalau kau pergi!"

"Hm, dengarlah,"

Fang Fang. tersenyum sabar, membujuk.

"Aku harus pergi seorang diri, Ceng-moi. Aku harus mencari anak-anakku yang lain dan menemukan mereka. Aku belum memberi tahu padamu bahwa satu di antara mereka telah kutemukan!"

Wajah itu memerah gelap.

Bicara tentang anak-anak yang lain dari suaminya sungguh membuat perasaan mudah mendidih, dia terbakar! Maka ketika mata itu bersinar-sinar sementara wajah menjadi hitam gelap maka dia berdiri dan langsung bertolak pinggang di depan orang yang telah memberinya buaian cinta memabokkan ini.

"Kau mau mencari anak-anakmu itu atau ibunya? Kau mau sendirian saja supaya enak berduaan dengan pacar-pacarmu yang lain? Tidak, kau tak boleh pergi, Fang Fang. Kau harus di sini atau aku ikut!"

Hm, repot! Wanita kalau sudah bangkit cemburunya memang bisa membuat laki-laki bingung, apalagi kalau seperti murid Dewa Mata Keranjang ini, yang kekasihnya292 memang banyak! Dan menyadari bahwa waktunya tidak tepat maka Fang Fang pun menarik napas dalam dan sinar lembut memancar dari wajahnya itu menembus sinar gelap dari wajah isterinya.

"Ceng-moi, agaknya kau masih seperti gadis remaja saja, tidak ingat bahwa kita sudah orang-orang yang cukup berumur. Apakah salah kalau aku mencari anak- anakku dari Ming Ming dan Eng Eng? Satu di antara mereka sudah kutemukan, tapi yang lain belum. Dan aku justeru hendak bicara tentang ini karena betapapun mereka butuh ayah kandungnya, kasih sayangku Apakah kau dapat kuajak bicara tanpa letupan emosi? Ingat, betapapun hal ini telah terjadi, Ceng-moi. Betapapun nasi telah menjadi bubur dan aku sebagai bapaknya harus mencari anak-anakku, seperti halnya Kiok Eng yang kutemukan itu!"

"Aku tak mau tahu tentang ini. Pokoknya kau tak boleh pergi atau aku ikut!"

"Baiklah, kau siap ribut-ribut dengan Ming Ming atau Eng Eng? Kau siap berhadapan dengan guru-guru mereka yang juga guru dari puterimu Kiok Eng?"

Wanita itu tertegun.

"Hm, wanita selalu mendahulukan emosinya, Ceng-moi, lain dengan lelaki yang selalu mendahulukan akalnya. Wanita memakai perasaan, sementara lelaki otaknya. Apakah kau siap membuat ribut dan bentrok dengan nenek May-may atau Bhi-kong-ciang Lin Lin?"

Ceng Ceng terisak.

Disebutnya dua nama ini membuat dia tersedu.

May-may dan Lin Lin adalah nenek-nenek guru dari Ming Ming dan Eng Eng.

Dua dua nenek itu menjadi guru puterinya pula.

Bertempur dengan Ming Ming berarti akan berhadapan dengan nenek May-may293 atau Lin Lin.

Dan karena Ming Ming maupun Eng Eng adalah wanita-wanita yang juga sependeritaan dengannya, terjeblos dalam permainan cinta nikmat maka sesungguhnya tak pantas dia memusuhi dua wanita itu.

Yang patut dimarahi adalah Fang Fang.

Tapi Fang Fang telah mengakui kesalahannya.

Dan, yang lebih penting, juga menunjuk kesalahan pihak wanita kenapa dulu mau mengikuti bujukan pemuda ini.

Mereka juga bersalah karena tidak menolak ajakan pemuda itulah mereka terjerumus.

Hasil dari semua ini adalah kesalahan mereka juga, sedikit atau banyak.

Maka membalik dan melempar tubuh di pembaringan segera wanita ini mengguguk dan hancur lagi hatinya digerus- gerus perasaan menyakitkan itu.

"Fang Fang, kenapa kau tidak bunuh aku? Kenapa kau membiarkan aku hidup? Ah, kau merobek-robek hatiku lagi, Fang Fang. Kau membuka-buka luka lama!"

"Maafkan aku,"

Pria ini menarik napas dalam dan memeluk pundak itu.

"Aku sudah berulang-ulang menyatakan maafku, Ceng-moi. Kalau kau merasa sakit hati bunuhlah aku saja dan habis perkara. Persoalan tak akan selesai dengan tangis dan air mata. Persoalan tak akan habis dengan sumpah dan segala caci maki. Kita sudah dewasa, kita sudah cukup umur. Hadapilah kenyataan ini dengan hati dan pikiran jernih, Ceng-moi. Aku sudah menyatakan salahku dan hukuman apapun yang akan kauberikan kepada kuterima. Kau tak mau membunuhku, berarti kau masih mencintaiku. Dan cinta yang tulus harus tak bersyarat, moi-moi, mau menerima kelebihan dan kekurangan orang yang kaucinta. Bangunlah, pikirlah dengan jernih karena kita bukan anak-anak remaja lagi!"

Wanita itu mengguguk dan menggeleng-gelengkan294 kepala.

Fang Fang harus sabar dan menyadari keadaan ketika untuk sehari penuh wanita itu menangis.

Apa boleh buat, dia harus menunggu dan melihat keadaan lebih tenang.

Dan ketika tengah malam wanita itu tertidur dan dia duduk bersila, keesokannya mempersiapkan kopi dan bubur hangat maka Ceng Ceng tampak tertegun, meloncat dari tempat tidurnya, kusut namun cantik tidak dibuat-buat.

"Kau...., tidak tidur?"

"Aku menjagamu, Ceng-moi, takut masuk angin. Semalam kau membiarkan jendela terbuka."

"Dan ini.... ini..."

"Benar, moi-moi, kusiapkan untukmu, itu air hangat untuk cuci muka!"

Fang Fang berdiri dan mengambil air di baskom itu, telah menyiapkannya di atas meja dan mau tak mau wanita ini tergetar juga.

Wajah Fang Fang agak kuyu namun dibuat berseri-seri.

Semalam pria inipun tidak tidur.

Dan ketika dengan lembut dan halus dia menyuruh wanita itu mencuci muka, handuk juga disiapkan dan diberikan wanita ini maka Ceng Ceng tersedak dan iapun roboh di pelukan pria ini.

"Fang Fang, kau... kau benar-benar mencintaiku?"

"Aku tulus mencintaimu, Ceng-moi, seperti dulu. Hanya cintaku tak bersyarat, apapun boleh!"

"Ooh, kau... kau kejam. Pagi-pagi sudah menyindir aku. Ah, aku belum dapat memutuskan yang kemarin, Fang Fang. aku... aku masih terbakar'"

"Cemburu memang begitu. Tapi tak ada cemburu bukan tandanya cinta, moi-moi, aku tahu. Sudahlah, aku mengerti dan minumlah serta makanlah sarapan ini. Aku hanya membuat bubur sekedarnya."295 Ceng Ceng melepaskan diri dan bingung memandang pria di hadapannya ini. Duapuluh tahun tak berjumpa sungguh banyak sekali perobahan yang tampak pada diri lelaki ini. Fang Fang sekarang sungguh jauh bedanya dengan Fang Fang dulu. Pria ini begitu lembut dan matang, pandang matanya begitu bijak dan meskipun tidak sepanas dulu namun sikap dan tutur katanya mampu membuat jantungnya berdetak-detak. Usapan dan rabaannya lebih mapan dan tenang, tidak seberingas dulu di waktu muda namun tak kalah membuat bulu tubuhnya berdiri. Pria di hadapannya sekarang ini benar-benar matang dan penuh kharisma. Ia kagum! Dan ketika ia merasa tunduk namun bayangan wanita-wanita lain masih terasa mengganjal dan mengganggunya, ia mundur dan menjatuhkan diri duduk di kursi maka pria itu melayaninya makan minum.

"Ambillah, minumlah. Kau tentu lapar dan haus..."

Ceng Ceng terharu.

Ia merasa seakan seorang ratu dilayani hambanya.

Fang Fang begitu lembut dan penuh perhatian.

Dan ketika dua pasang mata mereka beradu dan tatapan pria itu tak kuat ditentang, ia menunduk maka jari-jari Fang Fang sudah meremas jarinya.

"Ceng-moi, maafkan aku. Tapi agaknya kita harus bicara. Nanti atau besok atau kapan saja kita tak mungkin mengelak hal ini. Kalau kau mau ikut baiklah, aku tak berkeberatan dan silahkan minum dan habiskan sarapan ini."

Ceng Ceng tersedu.

Sejenak ia menunduk dan dibiarkannya jari-jari itu meremas tangannya.

Usapan itupun membuatnya panas dingin namun ia berusaha bertahan.

Dan ketika Fang Fang mengangkat mangkok buburnya dan akan menyuapi, ia malu dan jengah akhirnya disambarnya makanan itu dan dimakannya.296 Fang Fang tersenyum dan mendorong gelas kopi di meja, lembut menatap wanita itu dan berkali-kali dia mendecak.

Ceng Ceng dilihatnya masih cantik dan menawan.

Wanita ini seolah tak berubah seperti duapuluh tahun yang lalu.

Dan ketika wanita itu tersedak dan bertanya apa yang dilihat pria itu maka Fang Fang tersenyum menjawab, bubur di tangan wanita itu tinggal separoh.

"Aku mengagumi wajahmu, Ceng-moi, seolah tak berubah. Entah mana Ceng Ceng mana puteri kita Kiok Eng!"

"Kau... merayu?"

"Tidak, moi-moi. Kau lihat cermin itu dan tanyalah kepadanya. Apakah bohong!"

"Hm, kau... kau selamanya begitu. Kau mata keranjang, Fang Fang. Kau hidung belang!"

"Dulu memang begitu. Sekarang tidak lagi, Ceng-moi, sumpah aku tak mau main-main lagi dengan wanita. Aku kapok!"

"Hm!"

Bibir itu mencibir.

"Kapok lombok? Sekarang kapok besok akan diulang lagi?"

"Inilah resikonya orang yang pernah berbuat cela. Kepercayaan tak mudah lagi tumbuh di hati orang lain, Ceng-moi, dan aku maklum. Tapi percaya atau tidak aku sudah tak mau main-main lagi dengan perempuan, bahkan ketika aku belum mengetahui siapa dirimu maka bujukan anakmu Kiok Eng kutolak!"

"Apa katanya?"

Ceng Ceng menghentikan suapan bubur, berkerut, wajah tiba-tiba memerah karena iapun tiba-tiba ingat cerita puterinya. Betapa paman Yong ini susah dibujuk dan katanya tak mempan wanita cantik!297

"Bayangkan, siapa tidak mendongkol,"

Begitu puterinya berkata ketika dua hari yang lalu mereka bertemu, bercakap-cakap dan menceritakan tentang paman Yong ini.

"Dia hebat dan luar biasa, ibu, tahan godaanku dan rupanya tidak mempan dibujuk wajah cantik! Aku sudah menggambarkan bayangan dirimu tapi orang she Yong itu ganda ketawa saja dan dingin-dingin seperti lelaki tidak tergerak, kayak pendeta! Aku gemas dan penasaran sekali tapi aku suka dan tertarik padanya. Ia gagah dan tampan, hebat luar dalam. Aku merasa dialah pria tepat untuk mendampingimu. Ibu harus menikah!"

"Apa?"

Sang ibu terbelalak.

"Kau menawar-nawarkan aku kepada lelaki?"

"Sst, ini lain, ibu. Ini istimewa! Ini calon ayahku yang paling cocok. Aku suka dia dan diapun pasti suka kau. Kau dan dia cocok!"

"Amburadul, ngawur! Ibumu bukan barang bekas yang dapat kautawar-tawarkan kepada orang lain, Kiok Eng. Aku tak mau menikah, tak sudi menikah! Aku tetap setia kepada ayahmu dan tiada orang sehebat ayahmu biarpun ditandingkan dewa sendiri!"

"Ah-ah, ibu belum tahu. Kau boleh setia kepada mendiang ayah, ibu. Tapi aku butuh hadirnya seorang laki-laki di tempat ini, pengganti ayah. Kalau kau dapat menarik hatinya maka ia tentu akan menurunkan ilmu- ilmunya yang tinggi dan kita dapat membalas kepada musuh besar kita Fang Fang!"

Ibu dan anak berdebar.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ceng Ceng marah sekali tapi herannya anak perempuannya itu seakan tak perduli.

Kiok Eng tetap membujuk-bujuk dan ditamparnyalah anaknya itu.

Tapi ketika Kiok Eng bangkit terdiri dan tetap bersikeras, ibunya harus melihat dulu laki-laki itu maka298 akhirnya mereka bertemu dan ya Tuhan...

pria itu kiranya adalah Fang Fang sendiri, ayah lari Kiok Eng anaknya itu! Dan kini, mendengar Fang Fang akan menceritakan itu tiba-tiba iapun tak dapat menahan senyumnya dan Fang- Fang heran melihat sikapnya ini.

"Kau.., ada apa? Kenapa tersenyum?"

Ceng Ceng sadar. Ia terbawa lamunannya tadi dan tentu saja cepat-cepat memasang sikap semula, cemberut. Tapi karna Fang Fang adalah laki-laki yang luas pengalaman dan pria ini berotak encer maka Fang Fang dapat menduga dan diam-diam ia geli.

"Hm, Kiok Eng tentu telah menceritakan kepada ibunya. Dasar wanita, masih saja suka berpura-pura!"

Tapi seolah tidak tahu dan heran akan senyum Ceng Ceng ia lalu menarik napas dalam.

"Kau,"

Wanita itu berkata.

"apa yang diceritakan Kiok Eng kepadamu? Apa yang dia bilang?"

"Hm,"

Fang Fang juga berpura-pura tak tahu isi hati wanita ini, wanita memang aneh.

"Dia membujuk-bujukku untuk menikah denganmu, Ceng-moi. Bahwa ibunya katanya cantik tapi kubilang bahwa aku tak mau menikah. Betapapun cantik ibunya aku tetap menduda!"

"Dan apa yang diperbuatnya?"

"Anakmu itu memaksa, dan akibatnya aku datang!"

"Cih, sekarang bagaimana jawabmu? ibunya memang jelek?"

"Ha-ha!"

Fang Fang tertawa bergelak.

"Kalau ini lain, moi-moi. Kau tetap manis dan cantik bagiku. Kau, hmm... tetap menarik!"

Berkata begini Fang Fang meraih lengan isterinya dan meremas.

Jeng Ceng merenggut dan kopi di atas meja tersenggol, isinya muncrat.

Dan ketika299 kebetulan Fang Fang terkena cipratan ini maka dengan sabar sambil menarik napas dalam-dalam pria ini membersihkan bajunya.

Ia bersungguh-sungguh dan serius bicara.

"Sudahlah, aku tak ingin bergurau lagi, moi-moi. Aku ingin serius. Apakah kau siap mendengar kata-kataku dan kita bicara sebagaimana layaknya orang dewasa."

"Aku.... aku tak mau kau tinggal,"

Wanita itu terisak.

"Aku ingin kau bersamaku di sini, Fang Fang. Aku tak mau berpisah!"

"Baik, aku berjanji. Tapi aku harus mencari anakku yang lain. Satu di antaranya sudah ketemu, dan aku justeru ingin memberi tahu ini. Kau siap mendengarnya?"

Wanita itu memejamkan mata.

Lagi-lagi ia merasa sakit hatinya mendengar betapa pria yang dicintanya ini akan mencari anaknya yang lain, anak dari hasil hubungan dengan wanita lain pula.

Tapi karena hal itu tak perlu ditunda-tunda lagi, besok atau kapan tentu dia mendengar juga maka Ceng Ceng mengangguk dan legalah Fang Fang melihat itu.

"Aku sudah bertemu dengan Kong Lee, anak dari Eng Eng..."

"Hm, lalu?"

"Lalu aku ingin membawanya pergi, Ceng-moi, tapi anak itu tak mau meninggalkan ibunya..."

"Bagus, dan kau memaksa?"

"Tidak, kau tahu bahwa aku selamanya tidak suka memaksa orang. Dan karena ia tak mau bersamaku maka kutinggalkan dia. Aku hendak mencari anakku yang lain dari Ming Ming."300 Mata wanita itu bersinar-sinar.

"Kau.... kau sudah ketemu Eng Eng?"

Tanyanya, tajam, penuh selidik! "Tidak,"

Fang Fang menjawab wajar.

"Aku tidak ingin ketemu Eng Eng dan cukup dengan puteraku itu saja. Kenapakah?"

Aneh, wajah itu berseri.

Ceng Ceng menggeleng dan menjawab tidak apa-apa, lega bahwa diam-diam dia ternyata orang pertama yang berhasil mendapatkan suaminya ini.

Mereka sudah sempat memadu cinta, dia orang pertama! Tapi Fang Fang yang tentu saja tidak mengerti ini dan tak dapat menangkap jalan pikiran wanita itu, wanita memang aneh maka Ceng Ceng hanya tertawa mengejek menutupi kegirangan hatinya itu.

"Tidak, tak apa-apa. Aku kira kau sudah bertemu dan rindu pula akan Eng Eng!"

"Hm,"

Fang Fang menghela napas, tak mau bicara tentang ini yang hanya akan membangkitkan kecemburuan wanita lain belaka.

"Aku betul-betul hanya ingin mencari dan menemukan anak-anakku, Ceng-moi, bukan mencari atau menemukan ibunya. Kalau kau dapat mengerti ini dan mau melepaskan aku sebentar tentu aku akan kembali dan berkumpul di sini lagi. Aku ingin mencari anakku yang lain dari Ming Ming!"

"Baik, tapi harap kau berjanji bahwa kau betul-betul mencari anak-anakmu itu, Fang Fang, bukan ibunya. Kalau kau mencari ibunya tentu aku... aku mengusirmu dari sini!"

"Inipun sebenarnya tak perlu terjadi,"

Pria itu menjawab tawar, hatinya menjadi getir.

"Kau dan aku harus sama- sama dapat berpikir dewasa, Ceng-moi, jangan seperti anak kecil. Sudahlah, apakah boleh aku pergi sekarang dan apakah kau juga ikut."301

"Hm, kau... kau tak boleh pergi sekarang. Kalau kau pergi sekarang berarti kau sudah rindu kepada Ming Ming dan bukan mau mencari anakmu!"

Fang Fang tertegun.

"Kau dengar?"

Wanita itu melanjutkan.

"Pergilah kalau mau pergi, Fang Fang. Hanya jangan kembali kalau kau sekarang pergi!"

Pria ini tersenyum pahit.

Akhirnya ia mengerti dan tersenyum.

Ceng Ceng masih rindu kepadanya dan tak boleh ia cepat-cepat pergi.

Perpisahan yang demikian lama tak cukup dihapus dengan pertemuan yang hanya sehari dua.

Dan karena ia tak ingin menyakiti perasaan isterinya itu, betapapun ini adalah sebuah kemajuan maka ia bangkit dan memegang pundak wanita itu, didiamkan dan akhirnya ia menunduk, mencium pipi itu.

Dan ketika Ceng Ceng tak menolak dan ia bergerak lebih jauh, mengangkat dan memondong isterinya ini maka seminggu kemudian baru Fang Fang meninggalkan lembah.

Seminggu ini dia telah memberikan kepuasan batin kepada isterinya itu.

Ceng Ceng adalah wanita pertama yang memberinya keturunan, dan Ceng Ceng inilah yang dulu pertama kali menerima cintanya.

Dan ketika seminggu kemudian Fang Fang meninggalkan tempat itu, Ceng Ceng membiarkannya sendirian maka wanita yang sudah mendapat kebahagiaan ini melepas pria itu dengan mengusap dua titik air mata yang betapapun tak dapat disembunyikan.

"Kau... kau boleh kembali kalau masih mencintaiku. Aku menunggumu di sini, Fang Fang, seperti selama duapuluh tahun ini aku menantimu. Kalau... kalau kau ingin menemui Ming Ming dan Eng Eng silahkan, aku tak mungkin menahanmu."302

"Hm, kau dan mereka sama saja. Sebenarnya aku tak membeda-bedakan, Ceng-moi. Diterima atau tidak kalian semua isteriku, wanita yang telah memberikan keturunan untukku. Semua kesalahan yang lewat sebaiknya tak perlu ditambah lagi dan mudah-mudahan merekapun sadar. Ini adalah kesalahan kita bersama."

"Sudahlah, pergilah... aku menunggumu, Fang Fang. Dan... dan ingat anak kita Kiok Eng. Temukanlah dia dan suruh pulang ke sini. Aku khawatir dia melakukan sesuatu yang di luar dugaan. Anak itu keras, ia sedang marah!"

"Aku mengerti, Ceng-moi, akan kucari dia. Selamat tinggal dan tunggulah aku di sini!"

Merunduk memberikan ciuman pria itupun akhirnya berkelebat pergi.

Ia melambai dan lenyap di atas bukit untuk akhirnya meluncur turun, terbang meninggalkan tempat itu.

Dan ketika Ceng Ceng mengusap air matanya namun seberkas kebahagiaan tampak di wajahnya yang memerah maka Fang Fang sudah mencari anak-anaknya lagi dan juga Kiok Eng.

Sama sekali tak diduganya bahwa seminggu tinggal di lembah telah terjadi ke gemparan besar di dunia kang- ouw.

Kiok Eng, yang marah dan merasa dipermainkan ayah ibunya melakukan sesuatu yang maut, binal menggoda lelaki-lelaki yang dianggapnya punya nama dan berpengaruh, terutama para pria yang sudah beristeri dan mempunyai anak-anak.

Dan ketika dunia gempar karena para isteri itu mengamuk, mencari dan bertanding dengan Kiok Eng tapi dikalahkan maka Kiok Eng menuju kota raja membuat kegemparan baru.

Gadis ini menumpahkan kesal dan marahnya dengan mendatangi istana, mengobrak-abrik hati para pangeran bahkan kaisar sendiri, yang cepat tergila-gila dan jatuh303 hati kepadanya.

Dan karena gadis ini memang berkepandaian tinggi, siapapun dirobohkan dan ditantangnya maka tak seorangpun mampu mengalahkannya dan Kiok Eng benar-benar merajalela.

Seminggu setelah meninggalkan lembah gadis yang sedang frustrasi ini menumpahkan dendam dan sakit hatinya kepada ayah ibunya.

Dia benar-benar terpukul dan entah perasaan apalagi yang mengguncang jiwanya.

Sama sekali tak disangkanya bahwa itulah ayahnya.

Dan teringat betapa dia pernah menggoda dan merayu ayahnya itu, dengan sikap dan tingkah laku maka mukanya menjadi merah dan ia kagum tapi juga malu kepada diri sendiri.

Hanya ayahnya itulah yang benar-benar tangguh bentengnya, padahal dulu masing-masing sama tak tahu bahwa mereka adalah ayah dan anak.

Dan malu serta marah dan kecewa serta bermacam perasaan yang mengaduk, gadis ini jatuh dalam suasana tak menentu maka semua kemarahan dan kekecewaannya itu ditumpahkan keluar.

Apa yang dia lakukan? Sesuatu yang berani, hebat.

Ayah ibunya tentu terbeliak melihat sepak terjang puterinya ini.

Kiok Eng benar-benar agresip.

Dan untuk melihat apa yang dilakukan gadis cantik yang sedang marah itu marilah kita ikuti!

Jilid IX PAGI itu, meninggalkan ayah ibunya da lam geram dan malu gadis ini tak mau lagi kembali ke Bukit Angsa.

Ia berkelebat meluncur turun dan langsung saja terbang ke kota.

Ia hendak melampiaskan marahnya.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Ia akan menumpahkan semua malu dan kecewanya terhadap kejadian yang menimpanya ini.

Dan ketika pagi itu juga304 Kiok Eng berkelebat dan memasuki kota An-tien, kota di mana Hung-wangwe dan pembantunya tinggal maka di sini kedatangan gadis itu membuat hartawan she Hung terbeliak.

Kiok Eng tahu-tahu telah berdiri di ruang tamunya dengan tangan berkacak pinggang.

Kacamata hitam itu masih menempel dan lekat di atas kening dengan manis, menyembunyikan sepasang bola mata indah yang saat itu sedang berkobar-kobar penuh geram! "Hung-wangwe, selamat pagi.

Mana para pembantumu dan apakah pagi ini kau repot!"

"Ah-ah!"

Sang hartawan terkejut dan berjingkrak girang, tentu saja girang bahwa gadis ini datang.

"Kau dari mana Bu Beng Siocia, bagaimana pagi-pagi datang ke sini dan mencari aku. Aduh, bintang rejeki apa yang sedang menimpaku ini!"

"Hm, aku mau pesta. Kau dapat mengumpulkan semua sahabatmu di sini? Kau mau kuajak bersenang-senang?"

"Ah-ah, bersenang-senang? Ha-ha, tentu.... tentu sekali, Bu Beng Siocia. Aku suka kauajak bersenang-senang! Aih, sejak kau meninggalkan aku di Liang-san dulu aku jadi tak keruan. Aku selalu teringat dirimu, aku tak dapat melupakanmu. .Ah, apakah pesta ini pesta pernikahan kita, siocia? Kau menerima cintaku?"

"Hm!"

Kiok Eng melihat laki-laki tua itu tergopoh maju, hendak memeluk.

"Tahan tanganmu dulu, wangwe, atau nanti kutabas buntung. Aku mau menerima cintamu kalau malam nanti kau menjadi pasanganku yang paling cocok. Undang semua sahabatmu dan juga pembesar- pembesar kota ini!"

Hartawan itu tertegun, tak jadi memeluk.

Tapi karena kata-kata gadis itu memberi harapan dan dia dinyatakan akan diterima kalau menjadi pasangan yang cocok,305 malam nanti, maka dia menyeringai dan mengangguk tapi heran juga kenapa pembesar-pembesar kota An-tien harus juga diundang.

"Untuk apa pembesar-pembesar itu. Mereka hanya cacing-cacing penggeragot uang rakyat, siocia. Apakah tidak sahabatku dari kalangan orang-orang kang-ouw saja. Pesta bisa ramai!"

"Hm, kau tak usah banyak mulut. Kau dapat memenuhi permintaanku atau tidak, atau aku mencari di lain tempat!"

"Ah-ah, tentu bisa, siocia, bisa! Kenapa kau marah- marah dan seperti kambing kebakaran jenggot begini. Apakah Dewa Mata Keranjang...."

"Stop! Tak usah menyebut-nyebut nama itu. Aku benci Dewa Mata Keranjang dan muridnya. Nah, dapatkah kau memenuhi permintaanku dan malam nanti berpesta semeriah-meriahnya!"

"Tentu... tentu, siocia. Kubuat semeriah-meriahnya!"

"Dan panggil penari dan pemusik yang paling pandai. Juga pelacur-pelacur, kelas tinggi atau rendah!"

"Hahh?!?"

"Kau tidak tuli, bukan? Kuulangi sekali lagi, panggil penari dan pemusik paling pandai, juga pelacur kelas tinggi atau rendah!"

Hung-wangwe menjublak.

Ia seakan tak percaya kepada telinganya sendiri tapi kemudian mengangguk-angguk.

Sekarang ia berdebar melihat kemarahan gadis itu.

Bu Beng Siocia ini sedang gusar, entah oleh sebab apa.

Dan ketika gadis itu berkelebat menuju ke samping rumah, ke bekas kamarnya dulu maka hartawan ini mengangguk dan menggeleng kepala berulang-ulang.

Ia306 bingung tapi juga senang oleh perintah itu.

Ia akan mengumpulkan pemusik dan penari paling pandai, juga pelacur kelas teri atau kakap, hal yang aneh juga.

Tapi ketika malam itu semua sudah diatur, Hung-wangwe dan pembantunya sibuk mengurus persiapan pesta maka musik dan lagu-lagu mulai didendangkan ketika para tamu mulai berdatangan.

Kiok Eng masih di kamarnya dan Hung wangwe ini berkali-kali mengetuk pintu.

Gadis itu mengunci diri tapi ketika malam mulai tiba iapun menyatakan siap.

Kiok Eng bertanya siapa saja yang datang dalam undangan pesta.

Dan ketika Hung-wangwe menyebut beberapa nama, dua di antaranya adalah komandan kota An-tien dan walikota maka Kiok Eng mengangguk-angguk puas.

"Dan para pemusik sudah siap?"

"Sudah, siocia. Sebentar lagi akan kusuruh mendendangkan lagu."

"Berikut penarinya?"

"Benar."

"Dan para pelacur itu, kau juga sudah mengumpulkannya?"

"Sudah, siocia, semua siap. Hanya aku merasa heran kenapa pelacur dikumpulkan juga!"

"Hm, mereka untuk suguhan tamumu itu. Kaum lelaki sama saja, paling suka menikmati daging segar!"

Hung-wangwe meleletkan lidah.

Semenjak pagi gadis ini selalu bersikap ketus, dingin dan tak bersahabat.

Tapi karena ia terlanjur tergila-gila dan sejak kepulangan mereka dari Liang-san selalu dia terkenang-kenang gadis ini, yang kini tiba-tiba datang dan seolah siap menyerahkan diri maka hartawan itu tak mau banyak307 membantah dan apa yang diingini Kiok Eng disiapkan begitu saja.

Dia hendak menyenangkan gadis ini dan apapun akan dilakukannya.

Belum pernah seumur hidup dia melihat gadis sehebat dan secantik ini.

Tapi karena gadis itu juga dapat bersikap galak dan tamparan atau pukulannya dapat membuat telinga panas, ia tak berani main-main maka ketika malam itu dia mengetuk dan menyapa gadis ini maka baru kali itu gadis ini membukakan pintu kamarnya dan gadis luar biasa ini ternyata juga sudah siap.

Pakaian hitamnya lebih ketat sementara kacamata hitam juga tetap menyembunyikan sinar marah yang tak diketahui hartawan sekaligus ahli silat ini.

"Kau boleh berangkat duluan. Katakan bahwa pesta ini untuk menyambut kedatanganku!"

"Eh, kita tidak bersama?"

"Aku masih ada perlu sebentar, kau keluar dulu dan laksanakan perintahku!"

Hung-wangwe mengangguk dan berseri.

Ia tak merasa janggal diperintah gadis ini, meskipun ia tuan rumah.

Dan ketika ia bergegas sementara Kiok Eng berkelebat ke belakang rumah, melompat dan naik ke wuwungan paling tinggi untuk mengintai para tamu maka gadis itu memeriksa apakah benar kata-kata tuan rumah.

Ternyata memang benar.

Di situ duduk dua orang yang dikenal Kiok Eng sebagai Ce-taijin dan Lu-ciangkun, walikota dan komandan kota yang dulu pernah dikenalnya sekilas.

Lalu orang-orang gagah sahabat Hung-wangwe termasuk para pembantunya, seperti si Tangan Guntur dan Kaki Selatan, juga Trisula Sakti Kek Cong, orang-orang yang merupakan pembantu terdekat hartawan itu dan yang dulu pergi ke Liang-san308 bersamanya.

Dan ketika Kiok Eng berseri karena selain orang-orang itu juga tampak para penari dan pemain musik, juga wanita-wanita genit bergincu tebal maka Kiok Eng berkelebat turun dan memasuki ruangan itu dengan lenggang memukau ia menuju ke tuan rumah yang saat itu sedang bercakap-cakap dengan para tamunya termasuk Ce-taijin dan Lu-ciangkun itu.

Dan serentak semua orang menoleh! "Ah-ah, ini tamu agungku, cuwi sekalian.

Inilah Bu Beng Siocia yang malam ini hendak memberi kebahagiaan kepadaku!"

Hung-wangwe, yang melihat lebih dulu kontan berseru girang.

Ia sudah menunggu-nunggu gadis ini sementara minuman dan makanan kecil dihidangkan.

Para tamu juga sudah dihibur alunan musik yang melantun lembut, diiring senyum dan hentakan kaki-kaki kecil dari para penari dan wanita bergincu tebal.

Dan ketika Hung-wangwe berseru sekaligus menyibak tamunya, maju bergegas menyambut gadis ini maka Kiok Eng menjadi bintang perhatian dan semua lelaki berdecak kagum.

Malam itu Kiok Eng mengenakan gaun hitamnya yang aduhai.

Belahan dadanya sengaja dibuka dan siapapun pasti melotot.

Gadis itu terlampau berani mempertontonkan belahan dadanya yang bulat membusung.

Kiok Eng membuat para lelaki menjadi kagum, mendecak dan menelan ludah.

Ini bagian yang paling syur bagi lelaki, Kiok Eng rupanya tahu betul akan itu.

Dan ketika dia tersenyum disambar Hung-wangwe, membiarkan diri digandeng dan menuju ke panggung maka gadis yang sengaja ingin membuat suasana panas dingin segera diperkenalkan kepada semua tamu, terutama mereka yang belum pernah melihat Kiok Eng.

"Cuwi sekalian, inilah juwita malamku yang malam ini309 membuatku bahagia bukan kepalang. Perkenalkan, ia adalah Bu Beng Siocia yang berkepandaian tinggi. Tak ada para pembantuku yang mampu menandingi, bahkan akupun tidak. Pesta malam ini diadakan untuk menyambut kedatangannya karena Bu Beng Siocia siap menerima cintaku!"

"Hm, tidak,"

Kiok Eng tertawa mengejek dan melepaskan diri, suaranya merdu dan empuk.

"Aku tidak berkata begitu, wangwe. Yang aku katakan adalah malam ini aku ingin mengajakmu senang-senang. Tentang cinta, hmm.... siapa yang pantas dialah yang akan menjadi pendampingku. Malam ini aku memang ingin memilih, sementara kau tentu saja adalah calon utama, meskipun bukan berarti dapat kuterima karena masih ada beberapa syarat yang ingin kuberitahukan!"

"Ah, kenapa begitu, siocia? Bukankah ."

"Sst, kau tak usah banyak cakap. Yang menentukan adalah aku, bukan kau. Kalau kau dapat memenuhi beberapa syaratku ini tentu saja cintamu kuterima. Kenapa khawatir?"

Lalu membiarkan hartawan itu terbelalak dan berubah mukanya Kiok Eng berkata lagi.

"Aku tidak hendak mengajukan syarat yang berhubungan dengan ilmu kepandaian silat. Siapapun tentu tak akan dapat mengalahkan aku. Nah, aku hendak bicara yang lain dan itu adalah di luar silat!"

"Ah, begitukah?"

Hartawan ini girang.

"Kalau begitu kau adil, siocia. Sebab kalau bicara tentang silat tentu kau unggul. Nah, katakan apa syaratmu itu dan bagaimana supaya dapat menjadi pilihanmu!"

"Mudah saja, aku hendak menguji siapa yang kuat mengiringiku menari dan menyanyi. Aku malam ini ingin mengajak kalian bergembira dan sama-sama menari dan310 menyanyi!"

"Menari? Menyanyi?"

Hartawan ini melongo, para tamu juga tercengang.

"Ah, kau ini aneh-aneh saja, siocia. Tapi boleh! Boleh aku coba syaratmu itu. Ha-ha, aku akan menyanyi dan menari bersamamu semalam suntuk!"

Para tamu tiba-tiba bertepuk riuh.

Kiok Eng lalu memberitahukan bahwa ia ingin mengajak para tamu menari dan menyanyi.

Mereka boleh menari dan menyanyi bersamanya berjam-jam, siapa betah dialah yang unggul.

Dan karena menari atau menyanyi bersama gadis ini berarti juga memegang-megang, siapa tidak girang luar biasa maka para tamu bangkit berdiri dan serentak hendak menghambur ke arah Kiok Eng.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka sudah ingin cepat-cepat berpegangan tangan dan merasakan lembutnya tubuh dara itu! Tapi Kiok Eng tertawa mengelak.

Ia telah berhasil membuat jantung para lelaki berloncat-loncatan.

Mereka itu seakan srigala yang lagi haus birahi.

Bagi gadis ini pemandangan itu amat menggelikan.

Betapa lemahnya laki-laki.

Mereka itu gampang benar dibujuk dan dirayu dengan kata-kata gombal.

Tubuh dan kecantikan seorang wanita ternyata benar-benar kuat pengaruhnya, kuat daya tariknya.

Dan ketika ia mengelak mundur dan berseru agar para tamu mundur, bicaranya belum selesai maka gadis ini mengangkat tangan tinggi-tinggi.

Dua pembesar kota juga tampak bangkit nafsunya! "Cuwi sekalian, inti pesta belum dimulai.

Itu tadi barulah kata-kata pertamaku.

Kalian mundur dan harap makan minum dulu menikmati musik.

Di sini masih ada penari dan pemusik yang akan menghibur kalian dulu sebelum aku sendiri maju.

Nah, harap tenang dan mari mengambil arak masing-masing minum seteguk!"

Kiok Eng meraih311 dan menyambar secawan arak, meneguknya lincah dan para tamu berebutan mencontoh perbuatannya.

Melihat girang dan lucunya tingkah para lelaki itu menjadikan Kiok Eng semakin geli saja.

Kaum lelaki sungguh mudah dijebak! Dan ketika Kiok Eng duduk dan menyuruh tuan rumah mendampinginya, Hung-wangwe bangga dan duduk bersanding gadis itu maka Kiok Eng tersenyum- senyum menyuruh barisan musik memainkan lagu-lagu rancak.

Ia menyebut satu demi satu jenis-jenis lagu dan para tamu kagum.

Ternyata, dalam kesenian inipun gadis itu hebat.

Dan ketika para penari juga disuruh maju dan mereka berlenggak-lenggok di depan tamu, Kiok Eng meloncat dan mengambil seruling maka irama panas ditiup dan para penari disuruh menari ular! "Hayo, kalian mainkan tari Ular Kobra.

Liukkan tubuh dan hangatkan para tamu dengan tarian kalian yang indah!"

Para penari terkejut.

Mereka ada enam orang dan Kiok Eng meniup sulingnya dengan nada gencar.

Tiupan suling itu meliak-liuk dan para pemusik terbawa tiupan sulingnya ini, hanyut dan jebol dan akhirnya Kiok Eng menjadi pemimpin suara.

Semua tamu tertegun dan kaget, mereka tiba-tiba dibuat riang dan berjingkrak.

Dan ketika mereka juga menari-nari dan beberapa di antaranya bahkan bangkit berdiri, menari bersama penari ular maka ulah atau hebatnya Kiok Eng mempengaruhi para tamu membuat kagum yang lain karena gadis yang luar biasa itu benar-benar hebat dan pandai menghanyutkan sukma lelaki! Kiok Eng menghabiskan tiupan sulingnya dengan hentakan tajam.

Hal ini membuat para penari berhenti tiba-tiba dan para tamupun jatuh terduduk.

Hung-wangwe terbahak-bahak.

Dan ketika semua kagum karena tak mereka sangka bahwa gadis yang berkepandaian tinggi312 itu juga pandai bermain musik, hanya kepandaiannya menari belum mereka lihat maka Kiok Eng menancapkan sulingnya di tempatnya tadi dan duduk lagi dengan wajah berseri-seri, tertawa karena tingkahnya telah benar-benar membetot para tamu.

"Cuwi telah melihat kepandaianku meniup suling. Nah, aku juga dapat bermain yang-khim (sejenis kecapi) tapi biarlah aku mengaso dulu dan cuwi dihibur pemusik biasa ini."

Para tamu berteriak.

Mereka tak puas gadis itu duduk lagi namun Kiok Eng telah memberi tanda.

Gadis itu ingin mengaso, tempat diberikan kepada pemain musik biasa.

Dan ketika pemain musik itu menggetarkan alat tetabuhan mereka sementara mereka rata-rata mengeluarkan keringat dingin, apa yang dilakukan Kiok Eng sungguh membuat mereka terkejut maka mereka memainkan alat musik mereka dan sadar bahwa ada gadis itu di situ mereka tak berani main-main khawatir ditegur si ratu seniman! Kiok Eng tertawa-tawa.

Ia geli melihat ketakutan para pemain itu dan tadi memang telah menunjukkan keahliannya.

Kalau dia mau, para pemusik itu dapat diseretnya untuk ikut menari ular pula.

Tapi karena dia tidak melakukan hal itu sebab bukan maksudnya menyeret mereka kecuali sekedar menggiring dan menyuruh mereka mengikuti tiupan sulingnya maka ketika kini para pemain musik itu menggetarkan alat tetabuhan mereka Kiok Eng melihat betapa seriusnya mereka menyentak-nyentak senar musik atau kendang mereka.

Sebuah lagu habis disusul lagu yang lain.

Para penari bersiap ketika mendapat kedipan Hung-wangwe.

Tapi ketika mereka maju dan Kiok Eng tak bangkit bergerak,313 menyuruh mereka menari bersama iringan pemain musik maka para tamu bertepuk meminta gadis itu maju lagi.

"Kalau aku memimpin kalian bisa teler. Sudahlah, biarkan mereka main diiring pemain musik dan setelah ini aku akan melantunkan sebuah lagu dengan irama yang- khim!"

Para tamu bersorak.

Mereka telah mendapat janji dan tarian para penari tak sabar ditunggu habis.

Mereka jemu melihat tarian para penari itu, yang tak sehebat dan sepanas kalau dipimpin Kiok Eng.

Para pemain musik tiba-tiba terasa rendah dibandingkan gadis itu.

Dan ketika tarian selesai dan Kiok Eng bangkit berdiri maka dia menuju ke tengah pemain duduk menyambar yang-khim.

Kiok Eng menjentik dan para tamu terkejut.

Bunyi "ting"

Yang nyaring itu seakan menggetarkan jantung di dada mereka.

Kiok Eng mengerahkan sinkangnya dalam menjentik senar yang-khim ini.

Dan ketika ia mulai membunyikan alat musik itu dan duduk bersimpuh lutut, sebuah lagu sedih diperdengarkan sendu maka sekejap kemudian para tamu menangis! Mereka tak tahu bahwa Kiok Eng sedang teringat persoalannya sendiri, menuangkan itu dalam lagu sedihnya dan para tamu hanyut.

Dan karena setiap bunyi "ting"

Tentu membuat jantung pendengar seakan meloncat, tenaga jentikan berisi sinkang ini membuat mereka seakan robek-robek maka ketika Kiok Eng mengalunkan lagu pedih dengan irama menyayat-nyayat tak pelak lagi para tamu di ruangan itu mengusap mata mereka yang berulang-ulang basah.

Semua menangis dan Hung-wangwe terkejut.

Dia sendiri juga menangis dan Kiok Eng sendiri tampak menangis! Dan ketika akhir dari lagu itu dilepas dengan jentikan lembut yang tidak berdasar, suaranya mengaung dan mengiang di anak314 telinga maka para tamu masih tak sadar bahwa lagu sudah habis! Mereka baru sadar setelah Kiok Eng melepaskan alat musiknya dan bangkit ber diri, mengusap air mata di pipi tapi tersenyum manis sekali.

Dan ketika gadis itu menarik napas dalam-dalam dan berjalan ke tempat duduknya lagi maka para tamu berdecak tapi masing-masing menuding geli bahwa teman dekatnya berlelehan air mata.

''Heii, kau menangis!"

"Kau juga...!"

"Dan kau... kau... eh, kita semua menangis!"

Para tamu ribut dan saling tuding.

Mereka malu tapi juga gembira bahwa semuanya sama.

Tapi ketika mereka kagum bahwa semua ini adalah hasil perbuatan gadis itu, Kiok Eng disambut decak dan uluran tangan kagum maka Hung-wangwe mengambil saputangannya dan masih mengembeng! "Siocia, lagu apa itu.

Aihh, sedih benar.

Seolah anak ditinggal mati orang tuanya!"

"Atau mirip anak yang berpisah dengan ayah ibunya karena bertengkar. Ah, lagumu menyayat-nyayat, siocia, tapi indah!"

Kiok Eng tersenyum.

Ia memandang Lu-ciangkun yang bicara terakhir tadi.

Komandan kota An-tien ini adalah seorang laki-laki berperawakan gagah berusia sekitar empatpuluh lima tahun, wajahnya persegi dengan kumis rapi di bibir, gagah, tapi mata itu berminyak.

Dan ketika Kiok Eng mengangguk dan mengucap terima kasih, lagu itu adalah lagu Anak Buangan maka para tamu sudah sadar sepenuhnya dan minta gadis ini memainkan musik315 lagi.

"Eh, aku hanya bintang tamu saja, bukan pemain musik atau penari yang harus mengikuti perintah kalian. Di sini sudah ada orang-orangnya, cuwi sekalian. Cukup dua itu saja dan nanti kalian boleh menari bersamaku!"

"Ah, begitukah, siocia? Bagus, kita akan menunggu, ha- ha...!"

Pemusik dan penari disuruh lagi bermain bergantian.

Mereka lagi-lagi kuncup melihat Kiok Eng memainkan yang-khim.

Kalau gadis ini pandai menari tentu tak perlu diragukan lagi.

Merekapun jadi ingin melihat Kiok Eng menari! Tapi karena Kiok Eng sudah berkata nanti dan tak mungkin mereka memaksa, gadis itu adalah tamu kehormatan bagi Hung-wangwe maka penari dan pemusik menghibur mereka dengan lagu-lagu rancak.

Mereka coba menandingi Kiok Eng namun tetap saja kalah.

Harus diakui bahwa gadis itulah primadonanya.

Dan ketika malam semakin larut sementara para tamu kian banyak meneguk arak, mereka ada yang mulai mabok dan bicara ngalor-ngidul maka Kiok Eng berkata pada tuan rumah agar wanita-wanita bergincu menemani atau menolong para tamu mabok itu.

"Sekarang tugas mereka. Biarkan mereka maju dan menolong yang mabok-mabok itu."

"Dan kau?"

Hung-wangwe tak dapat menahan gairah berdekatan terus dengan si cantik ini.

"Kapan mulai menari, siocia? Bukankah kau telah berjanji kepada para tamu?"

"Hm, aku memang akan menari, tapi tak mungkin harus dengan seluruh tamu!"

"Eh, kenapa begitu?"316

"Hi-hik, kau ini bodoh! Di mana otakmu, wangwe? Memangnya orang-orang biasa begitu boleh gampang- gampang menyentuh aku? Ciss, aku hanya mau dengan orang-orang yang kuanggap pantas. Yang tidak pantas adalah mereka yang cepat-cepat roboh oleh pengaruh arak. Tuangkan lagi dan biar mereka mabok!"

Hung-wangwe terkejut dan sadar.

Tiba-tiba dia sadar bahwa sebenarnya gadis ini menyeleksi.

Pantas sejak tadi dia disuruh melolohi para tamu dengan arak, tak tahunya agar mereka itu tak tahan dan roboh, dan yang roboh berarti kalah! Dan karena hanya mereka yang kuat saja yang akan dapat melanjutkan pesta, semakin lama tentu semakin sedikit orang yang tinggal maka Hung- wangwe tertawa bergelak dan ia menyambar serta mencium telapak tangan gadis itu, hal yang membuat Kiok Eng terkejut tapi kemudian membenarkan.

"Ha-ha, tak kusangka kau demikian cerdik, siocia. Kalau begitu, ah... kau tentu membiarkan aku menjadi pemenang!"

"Hm,"

Kiok Eng tertawa sinis.

"Kalau kau tidak roboh dan mabok oleh arakmu tentu kau menang, wangwe. Tapi kalau kau roboh dan tertidur tentu kau kalah!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Ha-ha, aku kuat minum arak. Segentongpun dapat kuhabiskan!"

Dan ketika Hung-wangwe itu meneguk dan menambah araknya lagi, membuktikannya kepada Kiok Eng maka gadis ini kagum karena tuan rumah ternyata orang yang benar-benar kuat minum.

Hung-wangwe inipun sebenarnya orang berkepandaian tinggi namun karena dia tak dapat menandingi Kiok Eng maka diapun merasa rendah berhadapan dengan gadis ini.

Kini menunjukkan kelebihannya dalam hal minum iapun merasa mendapat kesempatan, minum dan menambah araknya lagi berkali-kali dan tak tampak tanda-tanda317 akan mabok.

Bahkan, semakin banyak rupanya malah semakin kuat! Dan ketika Kiok Eng kagum sementara para tamu sudah ada yang dibopong dan dibawa masuk, wanita-wanita penghibur itulah yang meladeni dan mengurus ini akhirnya dari sekian banyak orang tinggal beberapa saja termasuk Lu-ciang-kun! "Hm, siocia sungguh cerdik.

Dengan begini tak bakalan menghadapi banyak lawan.

Apakah aku bisa mendapat kesempatan menari bersama siocia?"

Kiok Eng tersenyum, memandang Lu-ciangkun ini.

"Tergantung kau, ciangkun. Kalau kuat tentu dapat, kalau tidak tentu gagal. Minumlah, coba tandingi Hung- wangwe!"

Komandan itu berseri.

Dia tertawa dan menyambar cawan araknya pula, melirik dan menandingi Hung- wangwe.

Dan ketika ia inipun kuat dilolohi arak, Lu- ciangkun juga seorang jago minum maka dua orang ini berlomba di depan Kiok Eng sementara yang lain mulai lagi berjatuhan kecuali tiga pembantu hartawan Hung yang cukup hebat itu, yakni si Tangan Guntur dan si Kaki Selatan serta si Trisula Sakti Kek Cong.

Tiga orang ini ternyata dapat bertahan dan akhirnya lima orang inilah yang kuat menemani minum.

Para pemusik, juga penari akhirnya mulai doyong oleh pengaruh arak pula.

Mereka juga ikut minum meskipun tidak sebanyak para tamu.

Permainan musik mereka mulai kacau karena di samping pengaruh arak juga karena malam semakin larut.

Mereka diperintahkan untuk terus menghibur sampai sisa orang benar-benar tak kuat.

Dan ketika tinggal lima orang itu saja sementara Kiok Eng menjadi kagum oleh kekuatan Hung-wangwe minum arak, juga U-ciangkun318 dan tiga yang lain maka tiba-tiba Kiok Eng minta huncwe si tuan rumah agar diisi tembakau, bangkit berdiri.

"Aku siap menari, dan kalian berlima boleh menemani aku. Siapa kuat bertahan dialah yang menang. Pasang pipa tembakaumu, wangwe. Aku juga ingin mengisapnya!"

"Apa?"

Hung-wangwe terkejut.

"Tembakau, siocia? Kau mau mengisap tembakau? "Hi-hik, boleh bukan? Eh, cepat pinjamkan huncwemu, wangwe. Dan mari bangkit berdiri temani aku menari!"

Lima laki-laki itu hampir berlompatan berbareng.

Kiok Eng telah berseru pada pemain musik agar membunyikan irama panas, para penari juga digapai untuk menari sementara Hung-wangwe sudah meloncat dan memasang pipa tembakaunya.

Dengan seruan heran tapi juga girang ia telah mengisi pipa tembakaunya itu, menyulut dan mengisapnya tiga kali untuk akhirnya mengepulkan asap memberikan pipa tembakaunya kepada Kiok Eng.

Dan ketika gadis itu menerima lalu menyedot dan mengepulkan asap tembakau, Kiok Eng harus mengerahkan sinkang untuk tidak terbatuk dan tersedak-sedak maka ia membuat gulungan sinar bundar ketika membuang asap tembakau itu lewat mulutnya.

Musik mulai dipukul panas.

"Ayo, kalian ikuti aku menari, wangwe Siapa yang tidak roboh dialah yang menang!"

Kiok Eng melempar pinggul.

Berbareng dengan kepulan asap tembakau lewat bibirnya yang mungil maka gadis inipun sudah menghentak dan menaikturunkan pinggang mengikuti irama musik.

Lima lelaki terbelalak karena tarian patah-patah sudah diperlihatkan gadis itu.

Dada dan pinggul Kiok Eng mulai digoyang.

Bukan main! Dan319 ketika gadis itu menghentak-hentakkan pula ujung sepatunya di atas lantai, tak-tik-tok mengiringi irama musik maka huncwe kembali disedot dan Hung-wangwe gembira bukan main karena untuk pertama kalinya huncwenya itu bertemu dengan bibir yang merah basah dari gadis yang membuat jantungnya berdenyut-denyut lebih cepat itu, tak tahu betapa diam-diam Kiok Eng menjentik-jentikkan abu tembakau ke arah lima cawan milik lima ofang laki-laki yang kuat minum ini.

"Hayo, menari, wangwe.... menari! Goyang pantat kalian dan busung-busungkan dada!"

Hung-wangwe tertawa bergelak dan menggoyang- goyangkan pantatnya seperti yang diminta gadis ini.

Lu- ciangkun juga melakukan hal yang sama dan Kiok Eng menyambar tangan mereka satu persatu, meliuk dan melenggok dan seketika maboklah lima laki-laki itu disambar dan diajak bergantian menari bersama Kiok Eng.

Gadis itu mengepul-ngepulkan asap tembakaunya dan siapapun tak menyangka bahwa dari asap tembakau ini menyambar abu-abu panas ke wajah dan tubuh mereka.

Lalu ketika Kiok Eng minta agar masing-masing menyambar cawan arak mereka, menari sambil minum arak maka gerakan dan goyangan gadis ini dalam mengikuti irama musik membuat Hung-wangwe dan kawan-kawannya lupa daratan dan abu tembakau yang tadi dijentikkan Kiok Eng memasuki arak mereka membuat lima laki-laki itu mabok dan kehilangan kesadaran mereka.

Bukan mabok oleh liuk dan tubuh indah Kiok Eng tapi benar-benar mabok oleh pe ngaruh arak! "Ha-ha, indah sekali gerak tubuhmu, Bu Beng Siocia.

Dan aku tiba-tiba merasa sebagai anak muda kembali! Aih, lenggangmu lembut sekali, dan pinggulmu, hmmmm320 .....

aku ingin mengusap dan merabanya!"

Hung-wangwe mabok arak dan mabok cinta.

Ia meraih namun luput, mencoba lagi namun tiba-tiba Lu-ciangkun mendorong dan membuatnya terhuyung ke belakang.

Lalu ketika komandan itu yang tertawa-tawa dan mendekati Kiok Eng maka laki-laki inilah yang memuji dan berseru.

"Siocia, kau cantik dan menawan sekali. Aih, kalau aku berhasil mempersuntingmu tentu aku rela menukar kedudukanku dengan kebahagiaan ini. Ke sinilah, anak manis. Jauhilah Hung-wangwe itu karena aku lebih muda, ha-ha...!".

"Tidak!"

Kaki Selatan tiba-tiba membentak dan berseru, maju terhuyung, ia inipun tak mampu menghindari pengaruh arak yang sudah dimasuki abu tembakau.

"Kau dan aku lebih muda aku, Lu-ciangkun. Akulah yang lebih pantas dari kau mundurlah!"

Komandan itu terjengkang dan kaget.

Ia didorong begitu keras sementara Hung-wangwe terbahak-bahak.

Ia tadi marah namun puas melihat pembantunya membuat jatuh komandan itu.

Tapi ketika si Tangan Guntur dan Trisula Sakti maju mencengkeram, Kaki Selatan didorong dan disuruh minggir maka dua laki-laki itu berebut Kiok Eng yang berkelit dan menyelinap di bawah ketiak dua orang ini.

"Hei, kaupun tak pantas. Ada aku di sini, Kaki Selatan. Siocia tentu lebih senang aku!"

"Tidak, aku yang paling pantas, Tangan Guntur. Pergilah atau nanti kubunuh!"

Dua orang itu akhirnya saling dorong dan pukul.

Mereka sama-sama mabok dan akibatnya masing-masing juga321 sama-sama jatuh.

Pukulan dan dorongan mereka mengenai angin.

Dan ketika Hung-wangwe maju lagi namun dicegah Lu-ciangkun, komandan itupun berseru dan menjadi marah maka Kiok Eng sendiri yang tertawa- tawa di tengah orang-orang ini mengipasi dengan seruan-seruan keras.

"Heii, kalau ingin berebut jatuhkan lawan kalian, wangwe. Siapa yang roboh dia lah yang kalah!"

"Baik, aku robohkan si tengik she Lu ini, siocia. Dan setelah itu kita bersenang-senang..!"

Namun Lu-ciangkun mengelak dan membalas.

Mereka akhirnya memukul dan saling memaki tapi lucunya tak ada pukulan atau tendangan yang telak.

Semua sama mengenai angin.

Pukulan atau tendangan orang mabok tak mungkin kena! Dan ketika Lu-ciangkun marah dan memanggil pengawal, Hung-wangwe marah memanggil pembantu- pembantunya maka Kiok Eng menjadi geli karena segera orang-orang pengikut dua orang itu saling serang! Trisula Sakti dan dua temannya dikeroyok pengawal.

Lu- ciangkun memang datang bersama belasan orangnya.

Dan ketika suasana pesta menjadi arena baku hantam, penari dan pemain musik menjerit-jerit maka mereka itupun tunggang-langgang namun roboh disambar pengawal atau orang-orangnya Hung-wangwe.

Lu- ciangkun dan Hung-wangwe sendiri akhirnya roboh karena pengaruh arak bercampur abu tembakau amatlah berat.

Rasa pening yang hebat dan mata yang berputar- putar menjadikan dua orang ini roboh dan tak sadarkan diri.

Dan ketika para pembantunya sama-sama terkejut melihat majikan mereka, berhenti serang-menyerang namun butir-butir kacang menotok dan merobohkan mereka maka Kiok Eng yang malam itu puas mempermainkan seisi gedung meninggalkan tempat itu seraya tertawa-tawa geli membayangkan Hung-wangwe322 dan orang-orangnya itu.

Kiok Eng memang tidak bersungguh-sungguh menerima cinta Hung-wangwe, justeru ia mempermainkan dan menghina laki-laki ini berikut laki-laki lain seisi kota, para tokoh atau pimpinan An-tien.

Dan ketika malam itu ia berhasil menghambur-hamburkan uang si hartawan, geli- muak melihat tingkah pembesar-pembesar yang begitu mudah tergoda wajah cantik dan tubuh menggiurkan maka pada malam-malam berikut gadis ini mencari sasaran lain dengan maksud dan tujuan yang sama pula.

Kiok Eng melihat betapa mudahnya laki-laki dirobohkan.

Dia melihat bahwa hampir sebagian besar lelaki adalah mahluk-mahluk garang yang kosong dalamnya.

Lelaki memang kuat namun luarnya saja.

Batinnya, imannya, amatlah rapuh dan menggelikan.

Trio Detektif 40 Misteri Reuni Berandal Kisah Cinta Karya Sherls Astrella Lady Susan Karya Jane Austen
^