Pencarian

Playgirl Dari Pak King 7

Playgirl Dari Pak King Karya Batara Bagian 7


Tiga hari kemudian datanglah pasukan Hok- goanswe itu, melihat betapa sikap dan gerak jenderal itu memang mencurigakan.

Datang-datang langsung berkaok agar Pok-ciangkun menyerah! Dan ketika panglima itu tentu saja menjadi marah, memaki dan membentak Hok-goanswe maka sang jenderal tak sabar dan diserbulah Pok-ciangkun dan pasukannya itu.

Hok-goanswe melihat bahwa apa yang dikata Liong- ongya benar.

Sementara Pok-ciangkun juga melihat386 bahwa berita yang diterima adalah juga benar, yakni Hok-goanswe itu coba-coba memberontak, mau menundukkan dan menguasai pasukannya.

Dan karena masing-masing sudah memiliki sangkaan jelek, masing- masing juga melihat bahwa apa yang didengar ternyata betul, mereka termakan hasutan cerdik dan licik dari pangeran itu maka keduanya saling serbu dan akhirnya bunuh-membunuh! Hok-goanswe adalah jenderal fiktif, semu.

Artinya dia bukanlah seorang jenderal yang lahir dan dibesarkan dalam alam kemiliteran.

Dia adalah orang sipil yang berkat "kebaikan"

Liong-ongya kini menjadi orang penting, lain dengan Pok-ciang kun itu yang memang seorang militer sejati.

Panglima ini adalah orang lapangan dan seluk-beluk peperangan dipahami.

Tapi karena jenderal itu dibantu orang-orang pandai macam Ngo-houw-busu, pengawal bayangan Liong-ongya yang sengaja disusupkan di situ maka berkat adanya Ngo- houw-busu (Lima Perwira Harimau) inilah jenderal itu menjadi kuat dan sanggup menggempur musuh.

Ngo- houw-busu sebenarnya adalah orang-orang persilatan yang diambil pangeran ini demi menjaga keselamatan dirinya.

Mereka adalah orang-orang dari Ngo-lian-pai yang sohor di Kwang-tung, senjatanya adalah trisula bergagang pendek.

Meskipun pendek namun ampuhnya bukan kepalang.

Senjata rahasia mereka ngo-lian-hwa (bunga lima teratai) juga bukanlah sembarang senjata rahasia mainan.

Sekali dilepas dapat menewaskan lima orang sekaligus, karena senjata ini memiliki lima "gigi"

Di tepiannya.

Maka ketika Ngo-houw-busu itu maju menggempur pasukan Pok-ciangkun, yang tentu saja jatuh bangun menghadapi orang-orang lihai ini maka panglima itu dan pasukannya tunggang-langgang.

Pintu gerbang ditutup dan serbuan musuh ditahan.

Keyakinan387 Hok-goanswe semakin kuat bahwa Pok-ciangkun itu memang hendak berbuat makar.

Dan karena di sana panglima she Pok juga semakin kuat keyakinannya bahwa Hok-goanswe melakukan pemberontakan, dia melawan mati-matian maka pada hari kedua panglima ini coba melawan lagi namun tetap kena gempur.

Dia terdesak dan larilah panglima ini ke tembok besar sebelah selatan.

Di sana ada temannya Swi-ciangkun.

Dan ketika dengan Swi-ciangkun ini dia melawan Hok- goanswe, tapi musuh masih lebih kuat maka gegerlah wilayah perbatasan oleh serbuan dan peperangan ini.

Pok-ciangkun akhirnya lari ke sana-sini mencari bantuan lagi.

Wilayah timur dan barat didatangi.

Gouw-ciangkun dan Heng-ciangkun dimintai tolong.

Dan ketika empat panglima akhirnya bergabung dan melawan Hok- goanswe, yang diperkuat Ngo-houw-busu itu maka permusuhan pecah dan peristiwa ini akhirnya masuk ke telinga kaisar.

"Apa? Hok-goanswe melakukan makar? Dia pergi bersama pasukannya menyerang perbatasan? Keparat, kenapa tidak kaulaporkan ini, adik Liong. Kenapa baru sekarang dan apa maunya Hok-goan swe itu!"

"Maaf, ampun...."

Liong-ongya buru-buru membungkuk dan memberi hormat, akal liciknya kembali jalan.

"Hal ini tak segera hamba laporkan karena menunggu betul tidaknya, kanda kaisar. Hamba masih harus memastikan diri sebelum menyatakan benar. Dan sekarang semuanya betul. Ini saksi mata utusan Pok-ciangkun dan Gouw-ciangkun serta Heng-ciangkun. Tapi yang lebih dapat hamba percaya lagi adalah utusan hamba sendiri Eng-lihiap ini."

Kaisar tertegun.

Seorang dara jelita, berpakaian serba hitam dan berkacamata hitam ditunjuk adiknya itu.

Gadis388 ini tadi tak tampak tapi tahu-tahu muncul di situ, ketika adiknya bertepuk dan menoleh ke belakang.

Dan ketika gadis itu tersenyum dan memberi hormat sekedarnya, kacamata itu masih menutupi muka maka sri baginda benar-benar terkejut dan kekagumannya tiba-tiba timbul.

Gadis yang gagah dan luar biasa! Pemberani dan sedikit urakan namun harus diakui memiliki daya betot dan pesona menggetarkan! "Ah, siapa ini, adikku.

Dari mana ia dan bagaimana cara datangnya!"

Liong-ongya tersenyum.

"Sahabat hamba, kanda kaisar, kebetulan saja bertemu dan sekarang ia membantu hamba. Ngo-houw-busu pergi bersama Hok-goanswe dan rupanya kena hasut pemberontak. Hamba dapat pengganti dan Eng-lihiap inilah yang telah pergi ke perbatasan dan melaporkan segalanya kepada hamba!"

"Ck-ck..... luar biasa sekali. Cantik jelita dan gagah!"

Kaisar tak dapat menahan kekagumannya, berdecak.

"Siapa nama lengkapnya, adik Liong. Dan apakah kepandaiannya benar-benar meyakinkan!"

"Hm, tentu meyakinkan, kanda. Ngo-houw-busu bukan apa-apa bagi Eng-lihiap ini. Nama lengkapnya Eng Kiok. Hamba kira tak ada orang di istana ini yang mampu menandinginya!"

Liong-ongya bangga dan tak menahan kegembiraannya pula.

Di seluruh istana tak mungkin ada jagoan yang mampu me nandingi Eng-siocia ini, dia yakin benar.

Dan karena kata-kata pangeran itu diucapkan sungguh- sungguh dan kaisar percaya, adiknya ini orang yang tahu seluk-beluk istana maka kaisar semakin kagum dan memuji.

Pandang matanya tak lepas menyambar Kiok Eng dan Kiok Eng berdebar-debar girang.

Pandang mata389 itu jelas pandang mata seperti laki-laki umumnya, kagum dan menahan birahi.

Kalau dia dapat menundukkan kaisar ini alangkah gembiranya.

Puncak dari cita-citanya berhasil! Tapi ketika seorang laki-laki tua terbatuk dan menjura di depan kaisar, mengalihkan pandang atau perhatian kaisar itu maka laki-laki tua ini berkata, tenang namun penuh wibawa.

"Sri baginda, agaknya urusan harus diarahkan dulu kepada Hok-goanswe itu. Puji-memuji orang lain biarlah nanti dulu. Apakah sri baginda tak akan mengerahkan orang menumpas atau menangkap pemberontak itu? Hamba pikir urusan ini harus diutamakan, dan Hok- goanswe harus ditangkap atau dibekuk hidup-hidup. Kalau Eng-lihiap ini memang benar berkepandaian tentunya dia dapat melaksanakan tugas itu dengan mudah. Liong-ongya tentu datang dengan maksud yang sama."

"Ha-ha, benar,"

Sang baginda berseru dan tertawa pada laki-laki tua ini.

"Kau selalu mengingatkan aku pada hal- hal yang lebih penting, Sam-taijin. Terima kasih! Aku juga ingin bertanya pada adikku apakah sanggup dia menangkap dan membawa ke mari Hok-goanswe itu. Seingatku jenderal Hok ini orang yang tak banyak tingkah, lagi pula patuh pada atasan. Tentunya kepada Liong-te dia cepat tunduk dan mudah diatasi!"

"Hamba juga heran,"

Liong-ongya mengangguk dan berkerut kening.

"Tak biasanya Hok-goanswe itu membangkang, kanda kaisar. Mungkin ada apa-apa yang membuat pikirannya berobah. Siapa tahu ada orang luar menghasut. Hamba akan tangkap dan bawa orang itu ke sini. Paduka boleh mengorek keterangannya!"

Kiok Eng terkejut.

Dia kaget dan tercengang oleh jawaban Liong-ongya ini.

Jawaban itu begitu tegas dan390 mantap, padahal bukankah dulu pangeran itu berkata bahwa jenderal Hok itu harus dibunuh.

Bakal konangan (ketahuan) kalau nanti jenderal itu ditangkap hidup-hidup.

Bahwa semua ini pangeran itulah dalangnya.

Liong- ongya itulah arsitek pemberontakan ini.

Betapa berani kalau menangkap dan membawa Hok-goanswe hidup- hidup! Tapi karena dia tak mungkin mencampuri karena kaisar bicara dengan Liong-ongya maka gadis ini hanya mendengarkan saja dan akhirnya pembicaraan ditutup dengan harapan ditujukan kepadanya.

"Hamba berjanji akan menyerahkan Hok-goanswe kepada paduka. Eng-lihiap inilah harapan hamba. Semua kiranya jelas, kanda kaisar. Sekarang hamba mohon pamit untuk segera melaksanakan tugas. Hamba akan menangkap hidup-hidup dan membawa ke mari si pemberontak itu!"

Kaisar berseri dan mengangguk-angguk Janji dan kata- kata Liong-ongya itu begitu mantap.

Sam-taijin, penasihat kaisar paling cerdas juga berkerut kening.

Laki-laki tua ini adalah orang berpengalaman dan amat cerdik.

Peristiwa pemberontakan dulu yang sesungguhnya juga didalangi Cun-ongya membuat laki-laki tua itu curiga akan hal yang sama.

Dia menduga bahwa jangan-jangan pangeran ini mencontoh kakaknya, karena Hok-goanswe itu adalah orangnya Liong-ongya.

Tapi mendengar bahwa Liong- ongya akan menangkap dan membawa hidup-hidup jenderal itu, segala curiganya tiba-tiba lenyap maka laki- laki tua ini tertegun dan tak dapat berprasangka apa-apa setelah pangeran itu begitu mantap menyajikan janji.

Ini membuat mata tua itu sayu dan Sam-taijin menarik napas dalam-dalam.

Mentallah semua kecurigaannya.

Dan ketika laki-laki tua itu memandang kepergian Liong- ongya dengan pandangan kosong, bingung, maka kaisar391 justeru mendecak dan menepuk lengannya melihat pinggul Kiok Eng bergoyang naik turun.

Kali ini Kiok Eng mengawal Liong-ongya turun meniti tangga istana.

"Sst, lihat itu. Hebat dan menggairahkan sekali gadis itu, taijin. Potongan tubuhnya menggiurkan dan pinggulnya itu berani bertaruh tentu berukuran 36. Ck-ck..... ini ukuran paling ideal karena pinggul dan dadanya sama. Bukan main.... bukan main.... cuma seorang dewi yang mampu menandingi itu. Ah, Liong-ongya sungguh beruntung!"

"Hm, negara sedang gelisah,"

Sam-taijin menegur dan tersenyum kecut.

"Urusan wanita belakangan dulu, sri baginda Di sini banyak selir-selir paduka yang cantik dan tak kalah dengan gadis itu. Harap paduka alihkan dulu dan buang bayangan gadis itu."

"Tapi aku kagum!"

"Hamba juga kagum, hamba pernah muda. Tapi yang penting harus didahulukan, sri baginda. Dan hamba, hmm... hamba jadi pusing!"

"Pusing soal apa?"

"Soal ini, kenapa Hok-goanswe tiba-tiba memberontak dan membawa pasukan keluar kota raja!"

"Ah, biar Liong-ongya itu yang mengurus. Kalau jenderal itu tertangkap tentu semuanya jelas. Hm.. hmm.... aku masih kagum dan terpana oleh gadis baju hitam-hitam itu!"

Dan sang kaisar yang bersinar dan tampak jatuh hati akhirnya tak menghiraukan Sam-taijin itu lagi.

Dia terbayang-bayang wajah Kiok Eng dan gerak-gerik gadis itu sungguh mempesona baginya.

Kedatangannya dan caranya seperti gadis liar tak mengurangi nilainya kepada Kiok Eng.

Sri baginda adalah orang yang sudah kerap392 bertemu orang-orang kang-ouw, baik Dewa Mata Keranjang dan muridnya Fang Fang, orang-orang aneh yang sikap dan sepak terjangnya juga seenaknya, termasuk cara berpakaiannya.

Dan ketika kaisar terkagum-kagum sementara Sam-taijin berkerut-kerut, coba memasuki sebuah tabir rahasia maka di gedungnya terjadi debat kecil antara gadis ini dengan Liong-ongya, setelah dua orang itu sama-sama kembali.

"Sialan, bagaimana omonganmu ini, ongya. Dulu kau menugaskan untuk membunuh pemberontak sekarang malah kau berjanji untuk menangkap hidup-hidup dan membawa Hok-goanswe ke hadapan kaisar. Apakah kau tidak gila!"

"Ha-ha!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Liong-ongya tertawa dan mulai terbiasa dengan segala makian Kiok Eng.

"Apa yang gila, Eng Kiok. Apa yang aneh. Kenapa kau bingung dan marah!"

"Aku tidak marah, tapi heran dan tak mengerti sepak terjangmu ini. Berani mati benar kau ini menyuruh Hok- goanswe berhadapan dengan baginda. Bukankah kedokmu bakal terungkap!"

"Ha-ha, terungkap bagaimana? Masa kau tidak mengerti?"

"Eh,"

Gadis ini melengak.

"Bukankah kau menanggung resiko dengan menangkap dan membawa jenderal Hok itu? Bukankah dia akan mengaku bahwa semua ini adalah kau yang menyuruh?"

"Ha-ha, siapa akan membawa Hok-goanswe itu. Siapa yang bilang aku bakal membuka kedokku sendiri. Eh, kau harus cerdik dan cerdas mencerna kata-kata, Eng Kiok, juga harus tahu situasi dengan siapa kita berhadapan. Kau salah besar kalau mengira aku betul-betul akan melakukan itu!"393

"Jadi kau bohong? Jadi kau menipu kaisar?"

"Nanti dulu, jangan memberondong. Pertama siapa yang akan menjadi penentu bagi terlaksananya tugas ini. Lalu masuk akalkah aku mencelakakan diriku sendiri. Ha-ha, dalam hal begini kita harus pandai bersilat lidah, Eng Kiok. Apa lagi dengan adanya Sam-taijin itu. Wah, aku harus ekstra hati-hati!"

"Maksudmu?"

"Jangan bodoh. Yang aku katakan adalah janji, tapi yang mengerjakan adalah kau. Kalau kau tidak mampu dan membunuh mampus Hok-goanswe itu bukankah sri baginda tak bisa berbuat apa-apa? Aku boleh janji, boleh bersumpah segala. Tapi karena bukan aku yang menangkap dan membekuk jenderal itu maka sri baginda tentu dapat maklum kalau akhirnya Hok-goanswe itu terbunuh. Ha-ha, kau harus pintar sedikit. Ini urusan negara, bukan keluarga!"

Kiok Eng tertegun, tapi masih belum mantap. Dan karena pandang matanya masih penuh tanda tanya dan ragu maka pangeran itu menyambar lengannya, diajak duduk, meremas dan memeluk lembut lengan hangat itu.

"Eng Kiok, kau sudah bergaul dengan para bangsawan. Kau sudah berkenalan dan bertemu dengan aku. Dan karena kau telah berdekatan dengan orang-orang berpengaruh maka kau harus tahu jalannya permainan istana dan lika-liku kata-kata. Aku adalah orang besar, pengaruh dan kekuasaanku luas. Dan karena sebagai orang besar aku harus dipandang masyarakat, hanya hal-hal baik yang boleh dilihat mereka sementara yang busuk-busuk harus kutanam dan kusembunyikan jauh- jauh maka di depan kaisar dan orang lain tadi aku harus menunjukkan sikap agung dan patriotik. Sam-taijin tahu394 bahwa Hok-goanswe adalah orangku, begitu juga kaisar. Kalau aku berjanji bahwa mayat dan jenasah Hok- goanswe yang akan kubawa bukankah mereka mudah curiga bahwa aku sengaja membungkam suara? Mereka mudah menyangka bahwa ada apa-apa antara aku dengan Hok-goanswe itu. Sam-taijin itu orang cerdik yang otak dan matanya awas sekali. Dan karena aku harus mengecoh dan membuang curiga, tak boleh mereka tahu maka kujanjikan dengan mantap dan penuh keyakinan bahwa jenderal itu akan kubekuk dan kubawa hidup-hidup. Biarlah kaisar yang mengorek bertanya dan kata-kataku ini tentu saja melenyapkan kecurigaan. Sam- taijin itu orang berotak encer. Berhadapan dengan dia jauh harus lebih berhati-hati bila berhadapan dengan sri baginda. Nasihat dan kata-katanya berpengaruh sekali. Maka untuk tidak menduga yang jelek-jelek, aku harus dapat menunjukkan sikap dan kata-kata meyakinkan maka kubuat semuanya itu tapi tentu saja jenderal itu tetap harus dibunuh. Kaulah pelaksananya, aku hanya pemberi perintah. Kalau kaubunuh Hok-goanswe itu bukankah segalanya tetap tertutup? Ha-ha, pintarlah sedikit, Eng Kiok. Dalam dunia orang-orang besar seperti kita ini semuanya tak pernah ada yang benar. Semua dapat dijungkir balik!"

"Jadi akhirnya aku harus membunuh Hok-goanswe itu?"

"Tentu saja!"

"Kalau begitu menyalahi janjimu kepada sri baginda!"

"Ah, ha-ha.... masih tolol juga! Yang berjanji adalah aku, Eng Kiok, tapi yang melaksanakan adalah kau. Kalau kau gagal mempertahankan Hok-goanswe itu hidup- hidup maka aku tak bersalah apa-apa kepada sri baginda..."395

"Dan kesalahan berarti tertimpa kepadaku!"

Kiok Eng tiba-tiba memotong, mata tiba-tiba marah.

"Kau licik, ongya. Bersih diri sendiri tapi kotor orang lain. Kau mencemarkan aku!"

"Ah, goblok juga, ha-ha! Kau dan aku sama-sama bersih, Eng Kiok. Aku tak mencemari dirimu barang secuwilpun. Kau bersih, tetap bersih. Dan kaisar tak akan marah kepadamu karena ada pihak lain yang harus kumasukkan. Namaku dan namamu tetap putih, bersih. Ha-ha...!"

Kiok Eng jadi bingung.

Berhadapan dengan orang secerdik ini tiba-tiba membuat dia pening.

Ada perasaan seram bahwa orang seperti ini memiliki kekuasaan begitu tinggi.

Nasib atau mati hidup orang lain seolah begitu enak ditentukan.

Mau dibalik atau dibuka.

Dan ketika dia terbelalak dan merasa heran, belum dapat menangkap seluruhnya maka pangeran ini berhenti tertawa dan menjelaskan, kini tuntas.

"Begini, kau masih bodoh juga. Kau ternyata masih hijau dan nol besar mengikuti peristiwa-peristiwa negara. Kalau aku dapat mengatur pemberontakan itu kenapa tak dapat mengatur kelanjutannya? Pergi dan datanglah ke perbatasan, Eng Kiok. Bantu Pok-ciangkun dan lain- lainnya itu. Tangkap hidup-hidup Hok-goanswe, bawa pulang. Perlihatkan kepada semua orang bahwa kau benar-benar menangkap jenderal itu hidup-hidup. Tapi begitu kau membawanya pulang maka di tengah jalan tentu saja jenderal ini harus dibunuh...."

"Enak saja, kalau begitu tak ada perbedaan. Orang dapat menduga bahwa aku juga yang membunuh Hok- goanswe itu!"

Kiok Eng memotong, terbelalak. Tapi ketika Liong-ongya tertawa dan mengulap-kan lengan maka pangeran ini geli.396

"Kau pemarah dan suka sekali memotong pembicaraan orang. Bukankah tak kusebut bahwa jenderal itu harus mati di tanganmu? Aku hanya berkata bahwa jenderal ini harus dibunuh, dan pembunuhnya tentu saja orang lain, bukan kau!"

Kiok Eng tertegun.

"Mau dengar kelanjutannya?"

Gadis itu mengangguk.

"Nah, bersabarlah,"

Pangeran itu tertawa lagi.

"Jangan buru-buru menyergap orang, Eng Kiok. Bicaraku belum selesai. Aku justeru akan membuat alibimu kuat sekali. Tak ada yang menuduh bahwa Hok-goanswe akhirnya mati di tanganmu."

"Tapi aku yang membawanya pulang!"

"Benar, tapi kau tidak sendiri. Pok-ciangkun atau Gouw- ciangkun boleh menyertaimu. Mereka ini saksi mata. Tapi karena di tengah jalan bakal ada serangan tiba-tiba, orang ketiga inilah yang menyergap dan menyerang Hok- goanswe maka kau yang sengaja melepasnya akan membiarkan Hok-goanswe itu terbunuh. Dengan begini Pok-ciangkun bersaksi bahwa kau betul-betul telah menangkap hidup-hidup Hok-goanswe itu. Tapi karena ada serangan mendadak yang mengakibatkan Hok- goanswe terbunuh maka janji dan kata-kata kita tetap bersih di mata kaisar. Nasib jenderal itu memang lagi buruk, ha-ha!"

"Tapi penyergap itu, penyerang gelap itu....?"

"Ah, tentu saja orangku, Eng Kiok. Buatlah keadaan sedemikian rupa agar jenderal itu memang mudah diserang. Dan begitu dia terbunuh maka orang ini harus kaubunuh agar tak ketahuan kalau dia orangku!"397 Kiok Eng terbelalak lebar-lebar. Sekarang dia mengerti dan bulu kuduknya tiba-tiba terasa dingin. Begitu mudah dan gampangnya pangeran ini mengatur nasib orang lain. Tangannya benar-benar dingin! Dan ketika ia tergetar dan kagum namun juga muak, orang besar seperti Liong-ongya ini ternyata keji maka Kiok Eng mengangguk-angguk dan sudut bibirnya mengeluarkan senyum tawar.

"Hm-hm, kau cerdik, tapi kejam. Akal muslihatmu ini bagus dan licin, ongya. Tapi sebutkan kenapa kau demikian takut terhadap Sam-taijin!"

"Takut? Ah, aku tidak takut. Aku hanya berhati-hati. Orang tua itu cerdik dan sudah makan banyak pengalaman. Kalau aku tidak berjanji seperti itu di hadapan sri baginda tentu kecurigaan mudah melekat kepadaku dan buyarlah harapan untuk menjadikanmu beroleh gelar bangsawan!"

"Hm, gelarku adalah untuk kepentinganmu. Jangan seolah aku yang butuh, ong ya. Kaulah yang amat berkepentingan karena ingin memperoleh aku!"

"Ha-ha, jujur saja. Tapi akupun karena kau, Eng Kiok. Kalau kau mau menjadi isteri biasa dan tidak macam- macam tak mungkin aku mencari akal begini. Sudahlah, kaupun akan beruntung dengan mendapat gelar kehormatan, karena bukankah kaupun ingin menyaingi Fang Fang dan membenci orang itu. Kita sama-sama!"

Kiok Eng menjadi dingin dengan disebutnya Fang Fang.

Memang, dia tiba-tiba bersinar marah kepada ayahnya itu.

Dan ketika dia mengepal tinju dan mengetokkan kepalan tangannya di atas meja maka permukaan meja remuk dan gadis itu bangkit berdiri meninggalkan Liong- ongya, yang terbelalak dan meleletkan lidah melihat398 wajah terbakar itu.

Dan begitu rencana dijalankan maka semuanya berjalan hampir mulus ketika tiba-tiba saja di tengah jalan ada batu sandungan! ****** Perbatasan memang ramai.

Sejak datangnya pasukan Hok-goanswe yang meluruk dan menyerbu pasukan Pok- ciangkun maka kesalahpahaman menjadi-jadi.

Ini bukan lain akal bulus Liong-ongya.

Karena ketika Hok-goanswe menjadi yakin bahwa Pok-ciangkun akan melakukan makar, bersiap dan memaki dirinya untuk akhirnya menyambut dan bertempur dengan pasukannya maka jenderal itu percaya betul bahwa omongan Liong-ongya terbukti.

Pok-ciangkun benar-benar telah menyiapkan pasukan ketika dia datang.

Di mana-mana dijaga ketat tapi untunglah ada Ngo-houw-busu.

Lima perwira inilah yang mengobrak-abrik pasukan lawan.

Ngo-houw-busu benar-benar perwira tangguh.

Dan ketika musuh digempur tapi lari mencari bantuan, Swi-ciangkun dan Gouw-ciangkun akhirnya membantu Pok-ciangkun maka Hok-goanswe menganggap bahwa Pok-ciangkun itu benar-benar merupakan ular berbisa yang telah memelet teman-temannya.

Jenderal ini marah sekali dan diserangnya tiga panglima itu.

Dan karena sikapnya menjadi ekspansif dan sikap ini dianggap betul oleh tiga panglima itu, bahwa Hok-goanswe demikian penuh nafsu untuk menundukkan dan mengalahkan mereka maka tiga panglima itu gusar dan berita dari Liong-ongya benar- benar menguatkan bukti bahwa jenderal itu hendak memberontak dan kini mengumpulkan kekuatan untuk ambisi pribadi! Kecerdikan Liong-ongya benar-benar seperti setan dan karena dia yang mengatur maka tak ada yang tahu bahwa sesungguhnya mereka diadu domba.

Pangeran399 itu sedang tergila-gila kepada Kiok Eng dan kini menjalankan siasat agar bisa mendapatkan gadis itu.

Kiok Eng tak mau menjadi isteri biasa melainkan isteri utama, dan untuk ini gadis itu harus "dijadikan"

Bangsawan dulu. Dan karena pangeran itu memang memiliki kekuasaan besar dan kebetulan dia orang dekat kaisar, mudah saja dia membalik tangan untuk membunuh atau "menghidupkan"

Orang lain maka terjadilah peristiwa di tembok besar itu.

Hok-goanswe saling gempur dengan lawan-lawannya.

Pok-ciangkun dan pasukannya dibuat cerai-berai, begitu pula Swi-ciangkun dan Gouw-ciangkun.

Dan ketika akhirnya mereka tunggang-langgang meninggalkan bentengnya, utusan dikirim untuk melapor ke istana maka geger di perbatasan ini didengar banyak orang dan rakyat terheran-heran bahwa Hok-goanswe begitu berani melakukan pemberontakan.

Di kota raja telah disiarkan bahwa jenderal itu berbuat makar.

Yang paling terkejut tentu saja keluarga jenderal ini.

Dun puteranya, laki-laki, ditangkap dan langsung diamankan.

Dan ketika sang isteri menjerit dan berteriak- teriak histeris, keluarga itu digiring masuk tahanan maka Hok-goanswe semakin mendapat nama buruk di istana, kecuali Sam-taijin! Lelaki tua ini justeru terkejut dan seakan mendapat lelatu api.

Dia heran dan kaget bahwa jenderal itu meninggalkan anak dan isterinya di kota raja.

Masuk akalkah ini bahwa seseorang yang akan memberontak meninggalkan keluarganya di rumah? Maka ketika keluarga jenderal itu ditangkap dan pembesar ini berkerut-kerut kening akhirnya dia bangkit dari kursinya menulis surat untuk Dewa Mata Keranjang.

Bagi istana, dan juga penasihat kaisar ini maka Dewa400 Mata Keranjang adalah alternatif terakhir.

Tiada persoalan yang tak mungkin dipecahkan kalau kakek itu sudah masuk.

Sam-taijin merasa ganjil dengan peristiwa ini.

Ternyata sepandai-pandainya tupai melompat suatu waktu jatuh juga.

Liong-ongya lupa memperhitungkan itu.

Seng-ciangkunlah yang menangkap dan mengamankan keluarga Hok-goanswe ini, karena mungkin tawanan itu dapat dipakai untuk memaksa dan menekan Hok- goanswe.

Dan ketika Sam-taijin mengutus orangnya untuk pergi ke Liang-san, Dewa Mata Keranjang bertempat tinggal di sana maka dia berpesan bahwa guru atau murid sama saja.

"Serahkan surat ini kepada kakek itu. Atau, kalau yang ada muridnya berikan saja karena tak ada bedanya. Bagiku dua-duanya sama penting dan beritahulah bahwa yang mengundang adalah aku. Ada peristiwa penting di istana!"

Pembawa surat itu mengangguk dan berangkat. Dewa Mata Keranjang akan di cari dan tugasnya menemukan kakek itu, atau muridnya. Dan ketika petugas ini berangkat maka Kiok Engpun meninggalkan gedung Liong-ongya setelah mendapat pesan wanti-wanti.

"Ingat, tangkap hidup-hidup Hok-goanswe itu. Tunjukkan kepada semua orang bahwa kau tidak membunuhnya. Dan tentang Ngo-houw-busu, hmm.... habisi saja mereka, Eng Kiok. Tutup sekalian agar tidak banyak mulut!"

Kiok Eng mengangguk.

Di dalam hati dia semakin tahu kekejaman pangeran ini.

Kian berkumpul kok kian ketahuan jahatnya.

Pangeran ini tak segan-segan menyuruh orang untuk dibunuh atau dilenyapkan.

Sikapnya tiada ubahnya dewa maut.

Tapi karena dia juga punya kepentingan pribadi, yakni gelar bangsawan itu401 untuk menandingi gelar ayahnya yang dibenci maka gadis itu berangkat dan Liong-ongya tentu saja memberinya bekal cukup, bahkan berlebihan, termasuk pula surat buat tiga panglima itu memperkenalkan Kiok Eng.

"Gadis ini adalah orang yang akan menolong kalian. Sambut dia baik-baik seperti kalian menyambut aku sendiri. Percayalah, dia akan menangkap hidup-hidup Hok-goanswe itu!"

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Benar saja, Kiok Eng disambut gembira dan hangat oleh tiga panglima itu.

Gadis itu diantar penjaga tapi karena tak mau diawasi sekian banyak pasukan maka tiba-tiba Kiok Eng berkelebat lenyap.

Dan ketika penjaga itu celingukan namun Kiok Eng sudah tahu mana tenda pimpinan maka di situ ia bertemu dan mencengangkan tiga panglima yang sedang berunding.

Penjaga tergopoh dan berlari-lari cepat melapor namun melongo melihat gadis itu sudah ada di situ.

Seperti siluman! "Ampun...

maaf, eh....

gadis ini...

gadis ini utusan Liong- ongya, ciangkun.

Hamba mengantar namun tiba-tiba ia lenyap.

Hamba....

hamba hendak melapor tapi ia sudah di sini!"

Tiga panglima berlompatan.

Tentu saja mereka mula- mula kaget karena Kiok Lng mampu menerobos penjagaan.

Hati siapa tak tercekat melihat tenda tahu- tahu dimasuki orang.

Bagaimana kalau gadis ini musuh! Tapi ketika Kiok Eng tersenyum memberikan surat pangeran, membiarkan sejenak tiga panglima itu terkejut maka wajah para panglima ini tiba-tiba berobah girang membaca surat itu.

Seketika mereka bersikap hormat dan Kiok Eng mendapat perhatian istimewa.

Gadis ini seakan Liong-ongya sendiri.

Dan ketika hari itu Kiok Eng dijamu kedatangannya namun tak mau menerima sorot402 banyak laki-laki maka gadis ini berkata bahwa besok pasukan supaya disiapkan dan ia diberi seekor kuda yang bagus.

"Besok akan kutangkap dan kubekuk Hok-goanswe itu. Kalian boleh mengiringi aku tapi biarkan aku bergerak sendiri. Dan begitu Hok-goanswe kuserahkan kalian harap kalian bawa ke tempat aman dan Ngo-houw-busu akan kuladeni!"

Tiga panglima ini terkagum-kagum.

Kalau saja sebelumnya mereka tak melihat kelihaian gadis itu masuk tanpa diketahui barangkali mereka masih ragu.

Tapi begitu Kiok Eng berkelebat dan lenyap lagi maka tiga panglima ini mendecak namun Pok-ciangkun tiba- tiba berseru.

"Hei, kau mau ke mana, lihiap. Tunggu dulu!"

Kiok Eng muncul dan tahu-tahu berada di depan panglima ini lagi, membuat panglima itu mundur kaget.

"Kau mau bi cara apa? Apa yang mau kaukatakan?"

"Ini, eh.... aku, eh.... aku mau bertanya ke mana kau pergi. Bukankah baru saja kau datang dan kami menyiapkan tenda untukmu, kalau istirahat!"

"Hm, aku datang bukan untuk melemaskan urat, Pok- ciangkun. Aku datang untuk bekerja. Aku mau ke tempat Hok-goanswe itu menyelidiki pasukannya."

"Seorang diri?"

"Memangnya kenapa? Kau cerewet amat. Jangan ganggu aku!"

Dan Kiok Eng yang kembali berkelebat dan memutar tubuhnya lalu membuat panglima itu bengong sementara dua temannya yang lain yang juga melompat keluar tampak tertegun. Dua kali unjuk kesaktian ini membuat mereka berdecak.403

"Bukan main, seperti iblis! Ah, ini benar-benar tenaga bantuan yang luar biasa, Pok-ciangkun. Dan tampaknya besok semuanya akan berjalan begitu mudah!"

"Ya, dan dia utusan Liong-ongya. Kalau bukan Liong- ongya barangkali tak akan memiliki pembantu sehebat ini!"

"Dan sikapnya begitu penuh percaya diri. Ah, besok kita lihat bagaimana caranya membekuk Hok-goanswe, ciangkun, terutama bagaimana mengalahkan Ngo-houw- busu itu!"

Pasukan gempar.

Mereka segera mendengar datangnya utusan dari kota raja ini namun Kiok Eng tak menampakkan diri.

Dia sudah menjadi buah bibir dan ribuan orang tentu saja ingin melihat.

Laki-laki mana tak suka menikmati wajah cantik, apalagi kalau lihai dan tinggi kepandaiannya.

Tapi ketika Kiok Eng benar-benar tak muncul lagi dan tiga panglima kecewa menyiapkan makan malam, duduk dengan sabar namun akhirnya menanti sia-sia maka malam itu Kiok Eng benar-benar tak memperlihatkan diri sehingga tiga panglima ini gelisah.

Bagaimana tidak gelisah kalau mereka harus membicarakan strategi! "Celaka, apakah gadis ini waras.

Masa ia tak datang lagi untuk bicara dengan kita.

Bagaimana kita menghadapi musuh besok!"

"Hm, memang aneh. Tapi gadis-gadis kang-ouw memang rata-rata aneh dan berwatak luar biasa, Pok- ciangkun. Sabar lah dan kita tunggu sampai besok. Aku percaya bahwa sebagai utusan Liong-ongya tak mungkin dia main-main!"

"Tapi kita harus tahu bagaimana siasatnya. Masa harus dadakan dan baru diketahui besok!"404

"Sabarlah, yang penting kita menaruh kepercayaan, ciangkun. Gadis seperti dia barangkali tak suka harus ditatap sekian banyak lelaki. Mungkin ini penyebabnya. Sudahlah, kita sabar dan makan sendiri saja."

Pok-ciangkun mengangguk.

Sebagai tuan rumah tentu saja dia paling gelisah.

Tapi begitu kawan-kawannya menyuap ma kanan iapun mengisi perut dan tak menunggu nasi basi.

Malam terasa lewat dengan lambat dan tiga panglima terantuk-antuk.

Sampai tengah malampun gadis itu tak menemui mereka.

Dan ketika masing-masing tertidur lelah, jatuh di kursi masing- masing maka keesokannya terdengar tawa merdu dan gadis luar biasa itu menepuk pundak mereka.

"Heii, bangun. Mana kewaspadaan kalian sebagai pimpinan pasukan!"

Tiga orang itu meloncat geragapan.

Mereka tak mendengar ayam jantan berkokok saking lelahnya, tahu- tahu sudah pagi dan gadis itu muncul seperti iblis.

Mereka terkejut.

Tapi menyeringai dan tertawa senang, kegembiraan muncul maka Kiok Eng minta pesanannya kemarin.

"Seekor kuda untukku, yang paling bagus. Kalian bertiga mengikuti aku dan biarkan pasukan di belakang, berjaga- jaga. Hayo cepat mandi dan siapkan diri kalian!"

Pok-ciangkun bersinar-sinar.

Mereka berlompatan ke belakang dan membersihkan diri.

Datangnya gadis itu membuat semangat menggebu.

Entah kenapa mereka memiliki kepercayaan besar.

Barangkali sikap tenang gadis itulah yang menular, mereka bersiul! Dan ketika pasukan disiapkan dan genderang perang juga dipukul, di sana juga terdengar terompet dan alat-alat perang maka barulah pasukan Pok-ciangkun ini melihat Kiok405 Eng, gagah duduk di atas kuda putihnya, tenang tersenyum-senyum sementara pakaiannya masih khas seperti dulu, hitam-hitam dengan kacamata hitamnya juga.

Bak bidadari atau dewi sakti yang siap berlaga di medan perang! "Itu...

itu dia! Ah, cantik jelitanya! Astaga, copot jantungku ini rasanya melihat senyumnya itu.

Aduh, lihat, kawan- kawan.

Dia melambai dan memberi salam kepada kita!"

Pasukan Pok-ciangkun tiba-tiba bersorak riuh.

Kiok Eng mengibaskan kepalanya ke belakang dan gerakan indah ini di susul lambaian tangan.

Siapa tidak tergila-gila oleh tegur salam itu.

Dan ketika mereka melotot takjub dan baru percaya maka suara nyaring Kiok Eng bergetar sampai ke delapan penjuru.

"Sobat-sobat, aku datang dan hendak melindungi kalian. Pagi ini kita menangkap Hok-goanswe tapi tak satupun di antara kalian boleh menyerang tanpa ijin dariku. Pasukan Hok-goanswe adalah kawan-kawan kita juga. Mereka terhasut dan masuk dalam kekuasaan jenderal itu. Maka jangan menyerang kalau tidak atas perintahku, atau siapa membangkang bakal menemui hajaranku..... tarr!"

Dan ujung saputangan yang bergerak menggelegar di udara mengejutkan pasukan besar itu yang tiba-tiba seakan mendengar ledakan halilintar.

Kiok Eng sengaja mengerahkan kepandaiannya hingga ledakan saputangannya menggetarkan jantung.

Tujuh perajurit di depan gadis itu roboh! Dan ketika yang lain meleletkan lidah dan untuk kesekian kalinya lagi tiga panglima merasa kagum maka mereka mengangguk-angguk dan tampak bahwa masing-masing merasa jerih.

Bukan semata karena gadis itu adalah utusan Liong-ongya.

"Nah, kita berangkat!"

Kiok Eng tiba-tiba menjepit perut kuda.

"Biarkan pasukan mengikuti kita, ciangkun. Mari406 kejar dan susul aku!"

Gadis itu melejit dan sudah terbang di depan.

Ia membuat perut binatangnya kesakitan dan hal ini tentu saja membuat binatang itu meringkik.

Bagai disentak saja kuda putih itu melesat.

Dan ketika ia meluncur bagai terbang sementara Kiok Eng tertawa di atas kudanya maka gadis itu membuat pasukan menyibak tak mau diterjang.

Kiok Eng tampak gagah dan cantik di atas punggung kudanya.

Pakaian gadis ini yang serba hitam membuat warna kontras dengan kuda tunggangannya.

Dan ketika ia bergerak sementara Pok-ciangkun mengejar berseru keras, membedal dan membuat dua rekannya mengikuti maka Kiok Eng meluncur di depan tak terkejar.

Tiga panglima berteriak-teriak tapi ini mencambuk pasukannya.

Ribuan orang itu bersorak dan tiba-tiba lari pula mengikuti.

Lalu ketika semua berderap dan pasukan bersorak riuh maka di padang luas, di balik tembok besar yang kokoh meluncur datang seribu pasukan Hok-goanswe, memapak! "Bagus, cepat, sain-wi-ciangkun.

Ayo balap dan jepit perut kuda kalian!"

Kiok Eng menoleh dan meledakkan saputangannya.

Benda ini dilepas penggaiti cambuk, menjeletar dan nyaring memekakkan telinga.

Dan ketika tiga panglima itu tertegun tapi maju mengejar, mereka malu tak mampu mengejar seorang nona maka Kiok Eng tersenyum gembira dan tiga kali ledakannya membuat pasukan di depan berhenti.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Seribu kuda meringkik mengangkat dua kaki depan tinggi-tinggi.

Padang rumput seakan dihantam bunyi riuh dari neraka.

"Berhenti!"

Kiok Eng mengeluarkan seruan nyaring jauh menindih gegap-gempita itu.

Semalam ia telah menemui Hok- goanswe dan mengatur akal.

Hok-goanswe adalah407 pembantu Liong-ongya dan dulu jenderal itu pernah melihatnya pula.

Dan karena jenderal itu tak menduga jelek sementara Kiok Eng bersiasat licik, kini ia "ketularan"

Otak pintar dari Liong-ongya maka gadis itu menghentikan kudanya tepat di depan barisan lawan.

Hok-goanswe dan lima perwira gagah menahan kuda masing-masing dengan mata terbelalak.

Hok-goanswe tampak berseri-seri karena Kiok Eng datang bersama tiga panglima itu.

"Jangan khawatir, urusanmu kubantu menyelesaikan. Aku mendapat tugas untuk menumpas pemberontakan, Hok-goanswe, mempercepat peperangan yang berhari- hari ini. Besok aku datang membawa Pok-ciangkun dan percayalah bahwa pemberontak dapat kubujuk!"

Dan kini, tepat seperti yang dijanjikan gadis itu datang bersama Pok-ciangkun dan kawan-kawan.

Kiok Eng menghubunginya semalam dan karena gadis ini menunjukkan kepandaian tinggi, lagi pula teman dekat Liong-ongya maka dia percaya saja dan girang.

Sudah seminggu ini dia coba menumpas pemberontak namun Pok-ciangkun dan kawan-kawannya itu berputaran.

Mereka menyerang dan mundur untuk kemudian bergerak lagi.

Pertahanan mereka cukup kuat sementara persembunyiannyapun berpindah-pindah.

Kiok Eng menjanjikan untuk membawa dan menangkap pemberontak.

Siapa pemberontak tidak disebutkan, karena tentu saja bagi jenderal itu adalah Pok-ciangkun dan kawan-kawannya.

Maka ketika pagi itu Kiok Eng datang bersama tiga panglima, jenderal ini tertawa bergelak maka Hok-goanswe yang mengira betapa mudahnya gadis itu membujuk dan membawa lawan segera berseru keras.

"Ha-ha, Pok-ciangkun sudah mau sadar? Kalian bertiga408 mau tunduk dan baik-baik bersama kami? Bagus, menyerahlah dan kita hentikan permusuhan ini, ciangkun. Jelek-jelek kita adalah bekas kawan!"

Tiga panglima itu melotot dan mengepal tinju.

Kiok Eng memberi isyarat kepada mereka sementara pasukan di belakang dihentikan.

Kiok Eng telah memberi tahu tiga panglima ini bahwa mereka tak boleh menjawab atau berkata apa-apa sebelum dia bertindak.

Maka ketika tiga panglima melotot sementara gadis itu tersenyum, Kiok Eng membalik melihat pasukan di belakang berhenti dalam jarak seratus meter maka gadis itu berseru, mendekat dan langsung di sisi jenderal ini.

Tak perduli pada Ngo-houw-busu di dekat Hok-goanswe.

yang mundur memberi jalan.

"Pok-ciangkun, Hok-goanswe. Kalian semua tahu bahwa pada mulanya kita semua adalah kawan. Pasukan dan kalian telah saling gontok-gontokan, akibat kesalahpahaman. Nah, kini aku datang untuk melepas tongkat keadilan. Liong-ongya atasan kalian memberi mandat penuh kepadaku. Baik Hok-goanswe maupun Pok-ciangkun sama-sama tahu. Karena itu, demi keadilan dan sesama teman sendiri ku perintahkan peperangan ini dihentikan. Kalian semua adalah saudara. Dan karena awal pertikaian ini disulut Hok- goanswe biarlah dia kubawa ke kota raja dan kalian semua turunkan senjata!"

Kiok Eng bergerak dan tahu-tahu menotok jenderal itu.

Kata-katanya diucapkan dengan cepat dan karena kehadirannya membawa pengaruh besar maka apa yang dilakukan sungguh tak disangka Hok-goanswe dan kawan-kawannya.

Semua orang sedang terpana oleh wajah jelita dan suara merdu nyaring ini.

Sikap Kiok Eng yang juga tampaknya bersahabat membuat semua409 lengah, termasuk Ngo-houw-busu yang berada di dekat jenderal itu.

Maka begitu gadis itu menotok Hok-goanswe lalu melemparnya ke tiga panglima, kejadian berlangsung begitu cepat maka lima perwira berseru keras dan tiba- tiba mereka membentak dan menerjang Pok-ciangkun bertiga, yang kontan membalik dan melarikan kuda berlindung di pasukan.

Kiok Eng memang telah memberi tahu ini.

"Heii, kalian apakan Hok-goanswe, Pok-ciangkun. Serahkan kembali, atau kalian mampus!"

Kiok Eng tertawa.

Kecantikan dan pintarnya bicara membuat semua lengah.

Begitu mudah dia menangkap dan menotok jenderal itu.

Tapi ketika lima perwira membentak lawan mereka karena secepat itu juga Pok- ciangkun memutar tubuh, tahu kelihaian lima orang ini maka Kiok Eng menggerakkan kuda menghadang jalan, saputangan meledak membuat geger.

"Heii, kau berhenti di situ, Ngo-houw busu. Aku hanya menitipkan Hok-goanswe kepada mereka. Berhenti, dan hadapi aku!"

Lima orang ini terkejut.

Mereka menerjangkan kuda ketika tiba-tiba gadis itu juga menggerakkan kuda dengan cepat.

Kuda itu meringkik dan melompat panjang, persis menghalang jalan.

Dan karena ujung saputangan juga meledak dan menyambar mereka, menuju belakang tengkuk maka lima orang ini merunduk dan mereka menoleh serta membentak dengan kaget bahwa Kiok Eng tiba-tiba menyerang.

"Kau, apa maumu, nona? Kenapa menyerang dan membantu musuh? Dan kau menyerahkan Hok-goanswe kepada mereka. Keparat, mereka itu pemberontak- pemberontak!"410

"Hi-hik, justeru Hok-goanswe inilah yang dituduh memberontak. Kalian semua terhasut kata-katanya, Ngo- houw-busu, pulang dan mari ke kota raja melapor sri baginda. Atau kalian kuhajar dan kulapor kan sengaja melindungi pemberontak yang membuat hukuman kalian berat!"

"Kami? Kaulaporkan pemberontak? Jahanam, jangan main-main, perempuan muda. Semalam kau datang baik- baik tapi kini mencelakai Hok-goanswe. Kembalikan jenderal itu atau kau kulaporkan pada ongya membantu pemberontak!"

Kiok Eng terkekeh dan menjadi geli.

Dia melihat bahwa Pok-ciangkun bertiga telah kembali selamat di tengah pasukannya.

Gerak cepat tadi memang sudah diatur.

Tapi ketika bentakan dan suara marah terdengar di kubu Hok-goanswe, perwira atau pasukan lain menabuh genderang mereka maka Kiok Eng mengangkat tangan tinggi-tinggi tak mau dua pasukan itu bertempur.

Betapapun mereka adalah sahabat dan bekas teman.

"Stop, dengar kata-kataku. Hentikan genderang dan bunyi-bunyi riuh itu, saudara-saudara. Aku membawa panji istana sebagai utusan penting. Lihat, ini bendera kerajaan!"

Kiok Eng mengelebatkan bendera hitam bergambar naga.

Lukisan itu jelas berwarna merah dan stempel kerajaan di bawahnya terlihat jelas.

Stempel itu terbuat dari tinta emas yang cahayanya memantul sampai jauh ke sana.

Siapapun dapat melihat.

Lalu ketika semua menghentikan suara dan masing-masing tampak terkejut, terbelalak.

Kiok Eng mempergunakan kesempatan ini menguasai keadaan.

"Hok-goanswe dituduh melakukan makar. Kalian terhasut dan dijungkirbalikkan para pimpinan. Dan karena ia harus ditanya dan kubawa ke kota raja maka kalian tak ada411 gunanya lagi saling gempur. Pok-ciangkun dan Gouw- ciangkun juga akan kubawa serta, di sini kalian kembali sebagai teman-teman lagi yang sudah tidak saling bermusuhan. Kalau Hok-goanswe terbukti tak bersalah maka ia akan kembali di sini. Dan kalau Pok-ciangkun atau Gouw-ciangkun juga bersih maka mereka berhak kembali dan memimpin kalian. Nah, berhenti dan semua tak boleh saling serang, baik anak buah Pok-ciangkun maupun Hok-goanswe!"

Semua mata terbelalak.

Mereka terkejut dan bingung ketika tiba-tiba saja Hok goanswe dituduh melakukan pemberontakan, padahal mereka datang justeru untuk menumpas pemberontak.

Tapi karena yang berkata begitu adalah utusan kerajaan dan jelas gadis itu juga berkepandaian tinggi, pasukan Hok-goanswe mendesah satu sama lain maka mereka saling pandang sementara di barisan Pok-ciangkun diam-diam kagum dan memuji gadis itu karena cerdiknya menguasai keadaan.

Musuh yang semula beringas mendadak bingung.

Mereka dibingungkan oleh kata-kata gadis itu bahwa Hok- goanswe memberontak.

Jenderal itu menipu dan menghasut mereka dengan menjungkirbalikkan kenyataan.

Dan karena sang jenderal sendiri tak dapat menjawab atau menyangkal, Kiok Eng menotok urat gagunya maka keterangan gadis itu bahwa pimpinan mereka akan dibawa ke kota raja untuk dimintai keterangan masuk akal juga.

Gadis itu menunjukkan kepada mereka bahwa Hok-goanswe tidak diapa-apakan.

Pimpinan mereka itu hanya dilumpuhkan, dan gadis ini adalah utusan kota raja! Tapi Ngo-houw-busu yang membentak dan tak mau menerima kata-kata Kiok Eng berseru.

"Nona, kau telah menunjukkan diri sebagai utusan istana, berarti kau adalah orang yang di atas kami. Tapi kenapa412 kau menangkap dan merobohkan jenderal itu? Kenapa sikapmu demikian curang dan licik?"

"Hi-hik, jadi kau minta aku memberi tahu baik-baik Hok- goanswe agar ia menyerah? Kaukira pimpinanmu itu mau kubawa ke kota raja seperti anak kecil yang penurut? Bodoh sekali. Kau seperti tak tahu watak Hok- goanswe, Ngo-houw-busu. Tak mungkin ia memberikan tangannya untuk kubelenggu. Eh, tanya siapa saja yang ada di sini. Jangan berotak tumpul!"

Lima orang itu saling pandang.

Sebenarnya mereka penasaran bahwa Kiok Eng menangkap dan memberikan Hok-goanswe kepada musuh.

Betapapun mereka tak percaya tiga panglima itu.

Tapi ketika satu di antaranya maju dan mengerutkan kening maka Kiok Eng mendapat pertanyaan yang sukar.

"Baik, kalau begitu kami ikut, nona. Biarkan Hok- goanswe dan kami berada di tengah-tengah pasukan Pok-ciangkun. Kau bertanggung jawab untuk keselamatan kami sampai tiba di kota raja!"

"Hm!"

Kiok Eng jadi bingung.

"Ikut? Kalian tidak menjaga saja di sini pasukan kalian itu? Sebenarnya yang dikehendaki hanyalah Hok-goanswe, Ngo-houw-busu. Kalian hanya pembantunya yang terhasut. Aku membawanya dan biar kalian di sini saja. Tapi, kalau kalian hendak ikut tentu saja aku tidak keberatan. Hanya kalian tak boleh mendekat Hok-goanswe!"

"Tak adil! Kami di tengah-tengah pasukan musuh, nona. Kenapa tak boleh bersama. Apa alasanmu!"

"Mudah saja, kalian dikhawatirkan meloloskan pimpinan kalian itu dan membuat aku repot. Pokoknya turuti ketentuanku atau kalian di sini saja!"413 Lima orang itu terbelalak. Mereka merasa heran dan aneh bahwa tak boleh mendekati Hok-goanswe. Kalaupun mereka meloloskan jenderal itu maka banyak kemungkinan gagal. Mereka berada di tengah-tengah musuh, mana mungkin lolos! Dan ketika dua yang lain meloncat maju dan penasaran akan ini maka mereka berseru.

"Nona, kalau begitu aku curiga maksud baikmu. Betapapun kami menolong Hok-goanswe tapi kalau kalian mengurung dan menjaga kami tak mungkin kami dapat. Kami jadi curiga, kau utusan betul atau malah mencuri bendera kerajaan itu!"

"Benar,"

Yang lain tiba-tiba berseru, maju dengan kuda masing-masing. Anak buah bingung karena yang bicara adalah para tokoh.

"Kalau kami tak diijinkan mendampingi Hok-goanswe maka maksud baikmu kuragukan, nona. Betapapun yang pemberontak adalah Pok-ciangkun. Liong-ongya sendiri yang bicara, bukan kami!"

Kiok Eng terkejut.

Dia sudah dikurung dan ganti diancam lima perwira ini.

Sebenarnya kalau Kiok Eng tak dikenal sebagai orangnya Liong-ongya lima orang itu sudah menyerangnya sejak tadi.

Semalam Kiok Eng datang secara baik-baik dan disambut hangat Hok-goanswe, tak menyangka bahwa kini tiba-tiba saja gadis itu menangkap dan merobohkan pimpinan mereka.

Dan karena mereka merasa ada sesuatu yang tidak beres dan kini sengaja menentang maka mereka sudah mengepung gadis itu dan Kiok Eng tiba-tiba terkekeh.

"Hi-hik, kalian tidak percaya kepadaku? Kalian menganggap aku pencuri bendera kerajaan? Bagus, boleh kalian curiga begitu, Ngo-houw-busu, tapi betapapun aku adalah utusan resmi kota raja. Liong414 ongya tak pernah memberi tahu bahwa Pok-ciangkun dan kawan-kawan adalah pemberontak. Itu adalah kata- kata Hok-goanswe sendiri yang menghasut padamu! "Tidak mungkin. Hok-goanswe bukan pengkhianat!"

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baiklah, tak usah banyak cakap. Kali an hanya mendengar kata-kata itu dari Hok-goanswe, bukan Liong- ongya sendiri. Dan kalau ini tidak kalian akui aku akan menghajarmu dan kubuat jungkir balik di sini.... tar-tar!"

Ujung saputangan meledak empat kali, nyaring memekakkan telinga dan Ngo-houw-busu terbelalak.

Mereka harus mengakui bahwa kata-kata itu mereka dengar dari Hok-goanswe, bukan Liong-ongya.

Dan ketika pasukan juga mengangguk-angguk karena semuanya dari jenderal itu, kebingungan dan keheranan membuat mereka diam di tempat maka Ngo-houw-busu yang mendapat tantantangan tiba-tiba tak dapat menahan marah.

Mereka adalah orang-orang besar di tempatnya sendiri.

Mereka adalah orang-orang yang ditakuti dan berkali-kali Pok-ciangkun dan kawan-kawannya cerai-berai.

Maka ketika kini gadis itu berani menghinanya dan ini membuat mereka gusar tiba-tiba mereka membentak maju dan trisula senjata andalan mereka itu bergerak menusuk.

Betapapun mereka ingin menguji kepandaian gadis ini.

"Nona, kau merendahkan kami. Kau menghina. Baik coba kauhajar kami seperti kata-katamu itu atau kami yang akan menghajarmu!"

Dan lima tusukan cepat yang mengancam di kiri kanan tubuh Kiok Eng tiba-tiba membuat gadis itu lenyap di tengah-tengah kurungan.

Orang tak melihat Kiok Eng lagi karena tertutup gerakan lima orang ini.

Ngo-houw-busu menderapkan kuda mereka gemas, kuda Kiok Eng terjepit dan hilang di tengah-tengah.

Tapi ketika terdengar tawa merdu dan415 sosok hitam berkelebat tinggi tiba-tiba denting lima senjata disusul teriakan kaget lima orang ini.

"Heii.... crang-cring-cringg!"

Kiok Eng menghilang dari kudanya.

Gadis yang diserang dan diancam lima senjata itu tahu-tahu bergerak luar biasa cepatnya.

Saputangan meledak dan mendorong senjata-senjata itu, saling berbenturan.

Lalu ketika semuanya terkejut dan berseru keras maka Kiok Eng sudah meninggalkan kudanya dan berdiri di belakang orang-orang ini, tertawa.

Jilid XII "NGO-HOUW-BUSU, aku di sini. Apa yang kalian lakukan dan lihatlah!"

Lima orang itu terkejut.

Mereka sudah membalik dan melihat Kiok Eng dan semua .terkesiap.

Kecepatan dan gerak ga dis itu luar biasa sekali.

Senjata mereka malah saling bentur.

Tapi ketika mereka mengeprak kuda dan mengurung gadis itu maka orang tertua yang mukanya merah turun dari kuda, betapapun malu karena gadis itu tak di atas kudanya lagi.

"Nona, kau hebat. Tapi kami belum apa-apa. Nah, mari kita bertempur satu lawan satu dan lihat apakah betul aku tak mampu menandingi!"

Orang itu sudah menerjang dan menggerakkan trisulanya.

Kiok Eng kagum dan simpatik karena lawan ternyata gagah.

Orang pertama dari Ngo-houw-busu itu meninggalkan, kudanya pula untuk menyerang dan mulai bertempur.

Sikapnya jantan dan perwira, diam-diam membuat Kiok Eng memaki Liong-ongya bahwa orang seperti ini hendak dibunuh.

Maka ketika dia mengelak416 dan melompat mundur, trisula lewat namun dibalik dan menusuk lagi maka dua kali berturut-turut ia menyelamatkan diri dan tertawa.

Lawan menjadi merah padam.

"Twa-houw (Harimau Pertama), kau tak nempil melawanku. Sudahlah letakkan senjatamu dan baik-baik kau menunggu Hok-goanswe di sini."

"Tidak, kau atau aku roboh, nona. Seorang perwira tak mungkin menyerah sebelum darah mengalir!"

"Hm, kau keras kepala? Baik, kalau begitu lihat ini. Aku membalas dan boleh saudara-saudaramu maju kalau tidak puas!"

Kiok Eng tidak mengelak dan kali ini tiba-tiba malah maju ke depan.

Ia harus menundukkan lawan kalau tak ingin wibawanya turun.

Betapapun orang itu harus diberi pelajaran.

Maka ketika ia membentak dan maju menggerakkan lengan, jarinya menangkis trisula maka senjata itu patah dan Twa-houw-busu ini menjerit.

Tamparan atau tangkisan Kiok Eng masih membuat telapaknva berdarah.

"Aduh!"

Semua terbelalak.

Orang pertama Lima Harimau itu terguling-guling sementa ra Kiok Eng berdiri tegak, tak mengejar.

Gadis ini mengerahkan sinkangnya hingga trisula bertemu Kiam-ciang (Tangan Pedang), begitu kuat hingga senjata di tangan perwira itu patah.

Dan karena Kiok Eng memiliki kelebihan dan tentu saja gadis itu bukan lawan maka orang pertama dari Ngo-houw-busu itu mengeluh dan ketika ia meloncat bangun tampak betapa ia pucat dan gemetar.

Telapak tangannya pecah! "Nah, bagaimana.

Apakah kurang cukup dan boleh kalian berempat maju lagi.

Kalian boleh mengeroyok aku dan lihat bahwa kalianpun akan aku robohkan.

Semua!"

Empat dari Ngo-houw-busu itu merah-hitam berganti-417 ganti.

Mereka telah melihat di depan muka sendiri betapa saudara tua mereka dihajar.

Trisula di tangan patah bertemu jari-jari gadis itu.

Tapi karena tantangan ini membakar kemarahan dan di depan ribuan orang mereka seakan anak kecil yang tak berkutik, harga diri lebih besar dari segalanya maka keempatnya tiba-tiba berloncatan dan satu di antaranya menolong kakak mereka itu.

Merekapun meninggalkan kuda masing- masing.

"Gadis lihai, kau benar-benar hebat. Tapi kami belum merasakan secara berbareng. Nah, karena kau menantang kami berlima dan apakah kau tidak menjilat ludah biarkan kami menghadapimu dan kalau kami kalah kami akan tunduk luar dalam kepadamu!"

"Bagus, siapa ingin pelajaran. Hi-hik, aku tak biasa menjilat ludah, Ngo-houw-busu. Majulah berbareng dan keroyoklah aku. Kalian cukup jantan, jangan khawatir kubunuh. Aku menghargai kalian dan mari kuperlihatkan kepada kalian bagaimana nonamu memberi pelajaran!"

Kiok Eng menjeletarkan rambut terkekeh, senang bahwa pekerjaannya akan segera diselesaikan dan tentu saja ia sengaja membakar orang-orang ini.

Bukan tiada maksud kalau ia bersikap sombong.

Semua itu semata agar yang lain-lain jerih.

Ia utusan istana, ia harus dihargai, dan karena mereka itu orang-orang gagah yang hanya tunduk oleh kepandaian, mereka tak akan tunduk oleh kata-kata maka ia bergerak dan tahu-tahu melepaskan saputangannya yang tadi dibelitkan ke leher, melilit manja.

Lima Perwira Harimau itu terbakar dan mereka benar- benar merasa direndahkan.

Gadis ini congkak, nama mereka seakan diinjak-injak begitu saja.

Padahal selama ini merekalah yang paling ditakuti hingga Pok-ciangkun418 dan kawan-kawan gentar.

Nama mereka bakal ambruk kalau tidak cepat ditegakkan.

Maka ketika saudara mereka memberi aba-aba dan kakak yang kehilangan trisula sudah diberi senjata baru sekonyong-konyong mereka berkelebat dan menyerang Kiok Eng.

Tan pa banyak bicara lagi lima orang ini mengeroyok.

Kiok Eng menyuruh begitu.

Tapi begitu mereka bergerak begitu pula Kiok Eng berkelebat menghilang.

"Cranggg...!"

Lima senjata berbenturan lagi di udara.

Mereka terkejut dan mendengar kekeh tawa di belakang.

Sama seperti ketika dikurung di atas kudanya tadi gadis itu mampu melepaskan diri dari kepungan senjata.

Lima trisula yang bergetar saling memuncratkan bunga api.

Dan ketika terdengar sorak di pihak pasukan Pok-ciangkun, mukapun menjadi merah padam maka lima orang ini menerjang lagi dan Kiok Eng menangkis serta meliak-liuk di antara sambaran senjata.

"Lihat, aku tak hanya-pandai mengelak, Ngo-houw-busu. Akupun dapat menangkis dan melayani kalian. Hati-hati, jangan sampai senjata kalian lepas.... plak-plak!"

Dan Kiok Eng yang menampar serta mengerahkan Kiam- ciang di tangannya tiba-tiba membuat lima orang lawannya berseru keras dan kaget.

Telapak terasa pedih sementara senjata benar-benar hampir terlepas.

Bukan main terkejutnya lima orang itu.

Tapi karena mereka menjadi penasaran dan tawa serta sorak di pihak lawan semakin riuh, orang-orang Pok-ciangkun itu mentertawakan mereka maka lima perwira ini menjadi nekat dan menyerang membabi-buta.

Hal ini malah membuat Kiok Eng gampang mengelak dan menangkis karena lawan kehilangan kontrol-diri.

Gadis itu tertawa- tawa dan sengaja mempermainkan.

Ia tak mau cepat-419 cepat merobohkan lawan.

Lima perwira ini cukup gagah.

Dan ketika duapuluh jurus berlalu dengan cepat dan Kiok Eng kian menambah tenaganya, lima orang itu bukan hanya meringis melainkan mulai berteriak kesakitan maka gadis itu lalu berkelebatan dan kini mengiringi gerak tubuhnya yang bagai walet menyambar-nyambar ia berseru.

"Awas, sekarang aku menyelesaikan pertandingan. Siapa yang tidak segera mundur senjatanya patah akan aku hajar! Lima orang itu pucat. Kiam-ciang di tangan gadis ini jauh lebih hebat daripada pedang biasa dan tiba-tiba terdengar lima kali berturut-turut patahnya senjata. Lima trisula menjadi sepuluh potong. Dan ketika lima tubuh bergulingan pucat untuk kemudian gemetar meloncat bangun, dua di antaranya roboh dan bangun lagi maka Kiok Eng bertolak pinggang dan sorak atau pekik pasukan Pok-ciangkun meledak gegap-gempita. Gadis itu lagi-lagi tegak berdiri tak mengejar lawan.

"Nah,"

Kiok Eng tersenyum.

"Bagaimana, ngo-wi-busu (lima perwira). Masihkah kalian tak tahu diri dan ingin bertanding lagi!"

Lima orang itu menggigil.

Sebagai orang-orang gagah mereka harus tahu diri.

Gadis itu luar biasa, mereka jelas bukan tandingan.

Dan ketika orang tertua mengeluh dan menjatuhkan diri berlutut, menyerah maka empat yang lain terbungkuk dan berlutut pula di depan Kiok Eng.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Sorak riuh membahana menggetarkan pintu gerbang.

"Nona benar-benar lihai, kami bukan tandingan. Terserah nona apa yang hendak dilakukan dan kami menepati janji untuk tunduk!"420

"Bagus!"

Kiok Eng meledakkan ujung saputangannya, menyuruh anak buah Pok-ciangkun berhenti bersorak- sorak.

"Aku mengampuni kalian, Ngo-houw-busu, dan aku menaruh penghargaan kepada kalian yang berani bersikap jantan dan gagah. Bangkitlah dan tetaplah di pasukan kalian sementara Hok-goanswe kubawa ke kota raja!"

Lima orang itu menarik napas dalam-dalam.

Mereka tak dapat berbuat apa-apa lagi setelah kalah.

Hok-goanswe tak dapat didekati, biarlah gadis itu menjadi penawannya.

Dan ketika mereka berlima bangkit dan kembali ke pasukannya, pembelaan tak mungkin diteruskan maka Kiok Eng menggabung dua pasukan besar itu seperti rencananya semula.

Ia memerintahkan semua bersatu.

Masing-masing adalah kawan dan dilarang untuk saling bermusuhan.

Hok- goanswe, biangnya, akan ditangkap dan diselidiki di kota raja.

Dan karena gadis itu utusan istana dan kata- katanya bagai kaisar sendiri maka Hok-goanswe melotot dan tak habis geram kenapa fakta dijungkirbalikkan.

Bukankah dulu sewaktu di depan ongya sendiri gadis itu juga mendengarkan bahwa Pok-ciangkun adalah pemberontak, dia penumpasnya! Namun melotot tinggal melotot- Hok-goanswe menjadi korban dari suatu kekuatan lalim- Kekuatan ini demikian penuh kekuasaan hingga mati hiduppun tak dapat ditentukan sendiri.

Yang menentukan adalah pucuk pimpinan.

Dan ketika hari itu Kiok Eng berhasil mendamaikan dua pasukan dan kemudian pergi meninggalkan tempat itu maka Pok-ciangkun dan Gouw- ciangkun mengiringi.

Sesuai "skenario"

Dua orang ini dibawa untuk saksi mata.

Semua orang melihat bahwa Hok-goanswe ditangkap421 hidup-hidup.

Gadis itupun memperlakukan tawanan baik- baik.

Dan ketika hari itu Kiok Eng membawa dan disertai pengawal, resmi menangkap Hok-goanswe maka di tengah jalan jenderal ini mengomel panjang pendek.

Sama sekali tak merasa takut karena menghadap Liong- ongya sama dengan menghadap majikan sendiri.

Aman! "Kau aneh, licik sekali.

Bukankah kau tahu bahwa ongya mengutus aku untuk menumpas pemberontak- pemberontak ini, nona? Bukankah kau dengar sendiri bahwa aku ditugaskan di utara? Kau dan aku sama-sama ada di situ.

Kau dan aku sama-sama dengar omongan ongya.

Aneh bahwa kau menjungkirbalikkan kenyataan dan kini menangkap aku.

Mereka berdua itulah yang seharusnya ditangkap, bukan aku!"

"Hm, diam atau kucabut lidahmu nanti. Kau tak perlu banyak omong, goanswe. Liong-ongya akan mengadili dan memeriksamu nanti. Salah atau tidak aku hanya pelaksana perintah, utusan. Kau boleh membela diri kalau nanti di kota raja!"

Kiok Eng membentak.

"Baik, dan aku akan melapor sepak terjangmu ini. Kau nanti kuwalat!"

Kiok Eng menjengek.

Ia tak mau lagi mendengar ocehan jenderal itu dan menyerahkan pada dua panglima.

Hal ini berjalan demikian wajar dan tak kentara.

Padahal Kiok Eng sengaja melepaskan diri agar seseorang dapat bebas menyerang dan membunuh jenderal itu.

Kiok Eng hendak beristirahat setelah tadi bertanding dengan Ngo- houw-busu.

Ia capai.

Mereka telah tiba di suatu hutan dan sedikit lagi memasuki kota kecil We-lou.

Pok- ciangkun mau meneruskan perjalanan tapi melihat gadis itu tampak lelah iapun tak berani.

Apa boleh buat, merekapun berhenti di hutan dan membuat api unggun, mengelilingi atau menjaga Hok-goan swe yang mereka422 masukkan kerangkeng! Jenderal ini panas dan marah sekali namun iapun tak dapat berbuat apa-apa.

Seandainya dulu ia tak begitu penjilat dan gagah di mata Kiok Eng tentu gadis ini akan menghormat atau menghargai seperti halnya Ngo-houw-busu.

Tapi karena Kiok Eng terlanjur muak dengan orang semacam ini, betapa rendahnya Hok-goanswe dengan mau menggosok sepatu Liong ongya maka antipati dan rasa tak suka yang sebelumnya sudah tertanam menjadikan Kiok Eng acuh dan membiarkan saja tawanannya itu dimasukkan kerangkeng.

Hok-goanswe melotot tapi lagi-lagi apa boleh buat.

Dia tak berdaya.

Dan ketika Kiok Eng tidur sementara penjagaan diberikan kepada pengawal, siapapun tak menduga bahwa sesuatu bakal terjadj maka tengah malam terdengar jeritan dan pekik Hok-goanswe.

Semua terkejut dan terkesiap.

Seratus pengawal, yang berjaga dan agak lengah dibuat berlompatan oleh jerit itu.

Mereka meletakkan tawanan di tengah-tengah kurungan namun karengkeng sudah berpindah tempat.

Entah bagaimana tangkapan mereka itu lolos.

Hok- goanswe tak ada di situ lagi.

Tapi ketika jerit atau pekik itu tak jauh dari situ, berjarak sekian tombak dari bawah pohon besar maka me reka memburu ke sini dan.....

Hok- goanswe sudah menggelepar dengan sebuah pisau menancap jantung.

Dan beberapa di antara mereka melihat berkelebatnya sesosok bayangan melarikan diri, keluar hutan.

"Heii, itu dia. Awas, itu penjahatnya!"

Serentak mereka membentak.

Yang lebih dulu menuding sudah berseru sambil mengejar, yang lain menyusul Tapi ketika sesosok bayangan berkelebat dan itulah Kiok Eng, gadis yang tegang-tegang berdebar maka gadis ini423 sudah mendahului dan orang di depan itu dihardik.

"Berhenti,, siapa kau!"

Orang itu terkejut.

Dia seorang laki-laki tinggi kurus berperawakan tegap.

Gerak kakinya gesit namun melihat Kiok Eng berjungkir balik di depannya tiba-tiba iapun terkejut.

Dan ketika gadis itu menghadang sementara pengawal sudah berlarian, bulan sepotong kebetulan menerangi tempat itu maka laki-laki ini gagap berseru.

"Siocia, ini aku, utusan Liong-ongya. Aku membunuh Hok-goanswe sesuai perintahnya. Kau harus membantuku lolos dan jangan di situ!"

"Hm!"

Kiok Eng ragu, orang ini tampak memelas.

"Kau siapa?"

"Aku Hin Cong, dari Kwang-tung. Cepat minggir dan biarkan aku lari!"

Laki-laki itu akhirnya mendorong dan minta jalan.

Ia tampak cemas dan hal ini dapat dimaklumi.

Ia tak mau tertangkap.

Ia baru saja melaksanakan tugas besar.

Dan karena ongya memberi tahu bahwa gadis itu adalah kawan, ia bisa minta tolong maka tak mau dicegah lagi ia melompat dan melewati sisi Kiok Eng.

Namun dari depan tiba-tiba muncul tiga pengawal membentak.

"Berhenti, kau membunuh Hok-goanswe!"

Laki-laki itu mendengus.

Ia sudah lega bahwa Kiok Eng tak mengganggu.

Datangnya tiga pengawal ini tak membuatnya takut, ia mencabut golok yang masih berlumuran darah dan begitu tiga pengawal itu menyerang iapun menangkis.

Begitu hebat tangkisannya hingga tiga pengawal berteriak.

Tombak di tangan mereka patah.

Dan ketika laki-laki itu tertawa dan meliuk ke depan tahu-tahu dengan buas ia sudah menusuk dan424 membabat perut tiga pengawal itu tanpa kasihan.

"Crat-crat-crat!"

Tiga orang itu roboh dan tewas seketika.

Kiok Eng melihat sikap dingin lawan yang kejam, menoleh dan tertawa kemudian melompat keluar hutan.

Tapi ketika Kiok Eng tiba-tiba menjadi marah dan berkelebat mengejar mendadak gadis ini menyambar patahan tombak dan menyambitkannya ke punggung laki-laki itu, para pengawal sudah berhamburan dan Pok-ciangkun maupun Gouw-ciangkun juga berkelebat datang.

"Manusia busuk, robohlah!"

Laki-laki itu tak menduga. Tadi Kiok Eng memberinya jalan dan ia menoleh menyatakan terima kasih. Maka begitu ia diserang dan sambitan mata tombak ini begitu cepat, tentu saja ia tak mungkin mengelak maka kontan ia terjungkal dan menjerit.

"Aduh!"

Ujung tombak itu menancap tembus.

Kiok Eng benar- benar mengerahkan tenaganya hingga tak mungkin laki- laki itu selamat.

Bayangan Pok-ciangkun dan Gouw ciangkun sudah tiba pula.

Dan tepat laki-laki itu roboh merekapun berhenti dan terbelalak.

Laki-laki itu tewas! "Siapa dia!"

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pok-ciangkun berseru, melotot.

"Ia tewas, nona. Sayang kau membunuhnya!"

"Hm, kenapa tak dibunuh? Memangnya ia harus diampuni setelah membabat tiga pengawal? Jahanam itu membunuh Hok-goanswe, ciangkun. Dan kita terlambat mencegah. Sayang kita semua lengah!"

"Ah, lihiap tak usah kecewa,"

Gouw-ciangkun menghibur.

"Kitalah yang tak hati-hati, lihiap. Kalau saja seratus425 pengawalku siaga dan bermata tajam tentu pembunuh itu tak dapat melaksanakan niatnya. Kau capai, kami yang salah. Sedikit mendapat tugas saja teledor dan tidak sanggup bekerja. Ah, sudahlah. Kita lapor Liong-ongya sebagaimana adanya ini."

Pok-ciangkun akhirnya sadar.

Iapun mengangguk- angguk dan menyesali pengawalnya sendiri.

Kalau saja gadis itu tak pergi tidur tentu pembunuhan ini tak terjadi.

Mereka yang mendapat tugas ternyata kurang cakap.

Pembunuh itu lihai.

Kalau tidak dibunuh mungkin pihaknya akan jatuh korban lagi.

Lihat tiga pengawal yang demikian mudah dibantai.

Maka ketika dia menyesali diri sendiri dan menganggap itu kebodohan pihaknya maka mereka pulang ke kota raja tanpa Hok- goan swe.

Jenderal itu dimakamkan di hutan itu juga dan tewasnya tawanan cukup menggemparkan.

Tapi karena Hok-goanswe dinilai pemberontak dan kematiannya tidak disambut sedih maka Pok-ciangkun dan teman-temannya ini bersikap tawar, saja dan keesokannya mereka berangkat! lagi.

Sama sekali tak ada yang tahu bahwa sepasang mata terbelalak menyaksikan itu, terutama ketika penjahat berseru kepada Kiok Eng dan menyatakan diri sebagai utusan Liong-ongya.

Jadi penjahat dan gadis itu adalah sesama teman! Dan ketika gadis itu akhirnya membunuh dan or ang ini mengamati tanpa bergerak, tubuhnya menggigil sementara matanya melotot lebar maka ketika penjahat dibunuh dan rombongan itu baru melanjutkan perjalanan keesokan harinya bayangan atau orang ini buru-buru menyelinap dan....

lari seperti setan.

Mendahului ke kota raja! Siapakah bayangan ini? Bukan lain Twa-houw-busu, orang pertama dari Ngo-houw-busu itu.

Orang ini tak426 berani meng halang-halangi Kiok Eng dan ketika dia dan empat saudaranya roboh ia tunduk saja ketika tak diperbolehkan ikut.

Ngo-houw-busu ini akhirnya berkumpul bersama pasukannya lagi namun mereka sebenarnya tak dapat diam.

Penasaran dikalahkan Kiok Eng terganti oleh penasaran kenapa tak boleh ikut.

Betapapun mereka orang-orang berpengalaman yang mudah menaruh curiga.

Maka ketika gadis itu berangkat dan mereka tinggal bersama pasukan, menunggu, maka orang tertua dari Ngo-houw-busu ini bergerak.

"Aneh bahwa Hok-goanswe seakan disendirikan. Aku akan mengikuti rombongan itu dan biarlah kalian berempat di sini saja. Aku tak akan dekat-dekat, hanya mengamati dari jauh saja. Kalian jagalah pasukan kita dan jangan beri tahu siapa pun bahwa aku pergi!"

Empat saudaranya mengangguk.

Memang mereka juga memiliki rasa penasaran kenapa tak boleh mengawal Hok-goan swe.

Bukankah mereka lebih berhak.

Kalaupun mereka hendak mengacau ada gadis itu di situ, kenapa tak boleh? Dan karena mereka tak tahu bahwa semua ini demi kebaikan mereka, Kiok Eng tak sampai hati mencelakai lima orang gagah itu yang berwatak cukup perwira itu maka Kiok Eng juga tak menduga bahwa satu di antara Lima Perwira Harimau ini akhirnya membuntuti perjalanannya.

Dan yang lebih tak diduga, justeru mendengar percakapannya dengan pembunuh! Sebagaimana diketahui, Liong-ongya sendiri sudah memberi perintah agar lima orang ini dibunuh.

Mereka akan dilibatkan dalam pembunuhan Hok-goanswe nanti dengan tuduhan mencobalepaskan jenderal itu.

Tapi karena Kiok Eng tak tega karena lima orang itu ternyata orang-orang gagah, Kiok Eng tak ingin - melibatkan Ngo- houw-busu ini maka sengaja ia menahan lima orang itu427 agar jangan turut dalam perjalanan.

Nanti ada peristiwa dan lima orang itu biarlah aman di tempatnya sendiri.

Kalau mereka ikut tentu mereka harus dibunuh pula.

Maka ketika gadis ini mengambil kebijaksanaan dan melarang lima orang itu ikut tak disangka sama sekali bahwa satu di antara mereka tetap melanggar dan malah membayangi! Kiok Eng tak tahu ini dan tentu saja tak menduga.

Inilah awal batu sandungan itu.

Dan ketika keesokannya dia berangkat bersama rombongan maka Twa-houw, perwira itu sudah menghadap Sam-taijin.' * * * "Begitulah,"

Perwira ini terengah-engah "Hamba menyaksikan dan mendengarkan sendiri, taijin. Hok- goanswe terbunuh dan gadis itu komplotan si pembunuh. Mereka ada main di belakang nama Liong-ongya!"

"Hm, coba ceritakan sekali lagi, yang jelas. Atur napasmu dan jangan seperti dikejar setan, Twa-houw. Ceritakan sekali lagi dan coba yang urut."

"Hamba.... hamba mendengar pembicaraan itu. Gadis itu rupanya sudah menyetel keadaan dan membiarkan temannya masuk. Hok-goanswe terbunuh. Hamba.... hamba tak dapat berbuat apa-apa!"

Perwira ini lalu duduk dan mengatur napasnya.

Ia masih tegang oleh peristiwa itu dan menggigil.

Wajahnya pucat sementara Sam-taijin mengangguk-angguk.

Cahaya mukanya bersinar.

Setitik dugaan meletup lagi lebih besar.

Dan ketika perwira itu bercerita lagi dari awal, mulai pertemuannya dengan Kiok Eng dan betapa dia dan empat saudaranya dirobohkan maka Sam-taijin mengurut jenggotnya dan berkata.

"Baiklah, kau termasuk berani dan mempertaruhkan nyawamu, Twa-houw. Diamlah di sini dan jangan ke428 mana-mana. Ketahuilah bahwa kau dan Hok-goanswe sudah terlanjur dicap pemberontak oleh-istana. Kalau kau ketahuan tentu celaka. Biarlah kutunggu mereka dan kulihat perkembangannya."

"Ampun... taijin.... taijin tentu percaya keteranganku, bukan? Bukankah taijin dapat memberi perlindungan dan menyelamatkan hamba? Hamba khawatir gadis itu melihat hamba di sini, taijin. Jangan-jangan ia marah dan membunuh hamba!"

"Aku sudah mengutus orang ke Liang-san. Sudah kusuruh datang Dewa Mata Keranjang atau muridnya itu. Kalau keadaan terlampau membahayakan bolehlah kau pergi."

"Dewa Mata Keranjang? Ah, benar. Ia yang dapat kita mintai tolong, taijin. atau hamba pergi saja sekarang!"

"Tapi kau baru datang..."

"Tak apa. Hamba dapat mengaso di tempat lain, taijin, atau kembali ke saudara-saudara hamba dan melapor bahwa hamba sudah bertemu paduka?"

Sam-taijin mengangguk-angguk.

Ia mengernyitkan kening namun akhirnya menyuruh laki-laki itu tinggal dulu di gedungnya.

Betapapun Twa-houw telah memberi keterangan penting dan ini harus ditelusur.

Memang dia.

sudah curiga bahwa ada yang tidak beres, yakni ketika Hok-goanswe itu meninggalkan keluarganya di rumah padahal dia hendak memberontak.

Tak masuk akal kiranya seseorang mencelakai keluarganya sendiri, tanpa alasan tertentu.

Maka ketika dia menetapkan bahwa sebaiknya perwira itu tinggal sehari dua dulu, dia yang akan melindungi maka perwira itu bersembunyi di tempat Sam-taijin ini sementara utusan dari Liang-san tiba secara kebetulan pada malam harinya, bersama seorang429 pemuda gagah cakap berpakaian putih sederhana yang memiliki langkah kaki bagai seekor harimau muda.

"Ampun...!"

Utusan itu berlutut.

"Hamba pulang membawa kabar, taijin. Gagal menemui Dewa Mata Keranjang maupun muridnya tapi digantikan Tan- siauwhiap ini. Hamba bertemu di tengah jalan dan kini membawanya ke hadapan paduka!"

"Hm, siapa kau?"

Sam-taijin bertanya, tidak mengenal, diam-diam memaki kenapa utusannya membawa orang lain.

Dia berdebar karena celakalah kalau surat jatuh di tangan pemuda itu.

Tapi ketika pemuda ini tersenyum dan mengangguk, sikapnya sopan maka dia menjadi lega mendengar kata-kata halus ramah.

"Maafkan, aku Tan Hong, taijin. Dewa Mata Keranjang adalah ayahku. Ibuku adalah Mien Nio. Karena kebetulan bertemu di tengah jalan dengan utusan taijin maka aku datang ke mari dan mewakili ayah atau suhengku Fang Fang. Harap taijin tidak kecil hati atau kecewa kalau aku yang datang."

"Ah-ah, jadi ini Tan-kongcu? Putera Dewa Mata Keranjang? Ha-ha, bagus, anak muda. Bagus. Sama saja kalau kau yang datang. Ah, aku lupa bahwa Dewa Mata Keranjang sudah berputera. Betul, kau gagah dan cakap seperti ayahmu di waktu muda. Aduh, kebetulan sekali kalau begini. Istana sedang ada urusan penting!"

Pembesar tua itu tak jadi marah, menyambut dan cepat mengusir utusan untuk kemudian membawa anak muda ini ke ruangan tengah.

Malam itu ia sedang makan ketika diganggu.

Maka begitu duduk dan mengajak tamunya kontan ia mempersilakan makan dan mengambil arak dan bertepuk tangan menyuruh pelayan membawa ini-itu.

"Tak usah repot-repot. Aku masih kenyang, taijin....430 masih kenyang. Terima kasih dan biar kutemani minum saja."

Tan Hong likat, jengah melihat tuan rumah melayani sendiri karena kemudian pelayanpun diusir.

Ia mendapat kehormatan berlebih.

Namun ketika lelaki tua itu batuk-batuk dan memintanya makan bersama apa boleh buat iapun tak dapat menampik dan harus menerima.

"Taijin rupanya ada sesuatu yang benar-benar penting. Di surat taijin tidak menjelaskan. Apakah sekarang aku boleh tahu dan bantuan apa yang kira-kira diperlukan taijin?"

"Ah-ah, makan dulu, Tan-kongcu, makan dulu. Nanti selesai makan kita bicara sepuasnya!"

"Baiklah, kalau begitu terima kasih,"

Dan Tan Hong yang menikmati hidangan lezat lalu bicara kecil tentang ini-itu, menjawab bahwa secara kebetulan saja ia bertemu utusan, yang rupanya begitu tergesa dan ingin mendaki Liang-san sementara ayah ibunya tak ada di sana.

Dan karena ia juga dapat menjawab pertanyaan, tentang keluarga atau suhengnya, meyakinkan pembesar ini bahwa ia betul-betul putera Dewa Mata Keranjang maka Sam-taijin tak ragu lagi dan sehabis makan ia mengajak pemuda ini ke ruang belakang.

Sejenak penasihat kaisar ini menghilang ke dalam untuk kemudian sudah keluar lagi.

"Hm, kongcu rupanya perlu kutanya sebentar. Apakah kongcu mendengar keributan di luar istana? Maksudku di perbatasan?"

"Ya, aku mendengar, taijin. Kalau tidak salah ada seorang jenderal yang hendak memberontak. Aku juga sedikit mendengar dari utusan taijin tapi belum banyak yang kuketahui. Barangkali taijin dapat menerangkan."431

"Peristiwa lama rupanya akan terulang lagi, entah apa alasannya. Memang benar yang kaudengar, kongcu, dan justeru inilah aku lalu mengutus orangku untuk, menjemput ayah atau suhengmu. Ini, hmm..... ini rahasia besar!"

"Maksud taijin?"

"Panggillah aku paman. Aku dan ayah atau suhengmu cukup akrab, Tan-kongcu. Jangan sebut taijin (pembesar) seolah aku orang lain bagimu. Nah, aku akan bercerita sebagaimana aku akan menerangkan kepada ayahmu pula kalau ia yang datang."

Lalu ketika si pemuda agak semburat merah, Tan Hong kikuk tapi kagum maka Sam-taijin menceritakan dugaannya bahwa pemberontakan itu semu, dibuat-buat.

"Artinya bahwa ada seseorang yang mengatur dan mengendalikan. Aku mulai curiga ini ketika keluarga Hok- goanswe ditangkap, diamankan!"

"Hm, maksud paman?"

"Begini, kongcu. Mungkin kau pernah mendengar dari ayahmu akan peristiwa belasan tahun yang lalu, hampir duapuluh tahun yang lalu. Waktu itu juga timbul pemberontakan tapi semua itu ternyata diatur orang dalam. Seorang kerabat kaisar menjadi tokoh di balik layar dan dia inilah yang menggerakkan api pemberontakan itu. Waktu itu alasannya semata menumpuk kekayaan, karena ia menjadi tokoh jual-beli senjata api. Nah, karena peristiwa itu sudah lewat dan pemberontakan juga dapat dipadamkan, ayah dan suhengmulah yang berjasa paling besar maka ada gejala-gejala bahwa sekarang ada kemungkinan seperti itu lagi namun terus terang aku tidak tahu apa alasannya! Kali ini aku si tua masih buta, dapatnya hanya meraba-432 raba. Tapi karena semua itu masih gelap dan aku bingung maka satu-satunya jalan hanya minta bantuanmu atau ayahmu itu untuk memecahkan teka-teki ini. Orang yang kucurigai sudah ada, tapi kita tak boleh gegabah menuduhnya karena di sana ada seorang wanita lihai yang melindungi dan menjadi tangan kanan orang ini!"
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Hm, seorang wanita lihai? Ada orang yang sudah paman curigai namun tak berani meneruskannya?"

"Benar. Coba lihat keganjilan ini, kongcu. Masa seorang pemberontak meninggalkan anak isterinya di kota raja. Teori gila mana itu yang dipakai. Aku tak percaya kepada pemberontakan Hok-goanswe karena kuduga ia sebagai alat dari seseorang yang amat cerdik dan licik!"

"Hm, benar juga. Dan orang itu, yang kaucurigai itu, siapakah dia, paman? Apakah kerabat kaisar juga?"

"Dia justeru orang berpengaruh. Orang yang mengatur keamanan dalam negeri!"

"Ah, seorang panglima?"

"Tidak, bukan begitu. Tapi kedudukannya melebihi panglima, Ia adalah Liong-ongya, adik atau saudara dekat dari mendiang Cun-ongya!"

"Hm, Liong-ongya? Aku belum mendengar nama ini. Orang-orang istana tak banyak yang kukenal. Tapi baiklah lanjutkan ceritamu, paman. Menarik juga bahwa seorang yang sudah begitu berpengaruh masih berbuat macam-macam. Apa maunya!"

"Sst, ini baru dugaan. Aku juga tak tahu apa maunya, kongcu. Tapi dugaan semakin kuat setelah Twa-houw- busu datang memberi laporan. Ia tangan kanan Hok- goanswe yang kini dibunuh!"433

"Hok-goanswe terbunuh?"

"Baru saja, semalam. Dan perwiranya itu datang kepadaku menceritakan apa yang dia lihat. Diapun menangkap sesuatu yang tidak beres dan kini ada di tempatku!"

Tan Hong mengerutkan kening. Dia pemuda gunung yang baru sekarang ini turun. Itupun karena mengejar Kiok Eng! Maka ketika tiba-tiba dia dibawa ke istana dan mendengar peristiwa macam-macam, betapa ada orang berpengaruh masih juga "kelaparan"

Dan mencari kedudukan maka dia terhenyak tak habis mengerti, berpikir dan menarik napas dalam-dalam untuk mendapatkan satu kesimpulan pendek.

bahwa manusia memang rakus! Dan ketika dia menjadi gelap dan tak senang, Sam-taijin menggoyang tungannya maka pembesar itu berkata lagi bahwa semua ini baru dugaan.

"Bukti masih belum cukup, kami baru meraba-raba. Namun semua ini dapat dipakai sebagai jalan, kongcu. Dari sini kita dapat mulai dan kau bantulah aku menyelidiki Liong-ongya itu."

"Apu yang mesti kulakukan?"

"Kongcu selidiki dulu gadis baju hitam-hitam itu. Lalu Liong-ongya dan segala pembicaraannya....."

"Eh, nanti dulu! Gadis baju. hitam-hitam? Maksud paman adalah seorang gadis sekitar duapuluhan tahun berkacamata hitam bersaputangan putih? Cantik dan berkesan binal? Urukan....?"

"Eh-eh, dari mana kongcu tahu? Benar itu orangnya, kongcu. Gadis cantik jelita berkacamata hitam dengan pakaian seronok. Gerak-geriknya memang berkesan binal tapi kabarnya ia tak gampang jatuh di tangan lelaki.434 la...."

"la Kiok Eng!"

Tan Hong melompat bangun, memotong.

"Ia gadis yang kucari-cari dan lihai bukan main. Ia murid nenek May-may dan isteri-isteri ayah-yang lain!"

"Apa?"

"Ah, betul. Itu pasti! Ia Kiok Eng, paman. Ia gadis yang baru saja menyerang Liang-san dan hampir merobohkan ayah. Ah, itu gadis yang masih terhitung sumoiku juga!"

"Tapi, eh.... nanti dulu. Namanya Eng Kiok, kongcu, seingatku Eng Kiok. Bukan Kiok Eng. Aku tak tahu dari mana ia berasal tapi jelas ia lihai bukan main!"

"Eng Kiok? Ah, ia menukar nama. Bukan..., bukan Eng Kiok, paman, melainkan Kiok Eng. Celaka, ia keras hati dan keras kemauan. Angkuh, tapi sebenarnya tidak sombong. Aku harus menemuinya dan dimana gedung Liong-ongya itu!"

Sam-taijin bangkit dan cepat menerkam lengan pemuda ini.

Putera Dewa Mata Keranjang itu tampak girang- girang cemas, ia malah khawatir.

Dan karena masalah ini masalah penting, bukan sekedar masalah keluarga maka ia mendudukkan pemuda itu menahan perasaan.

"Kongcu, ingat. Yang akan kita selidiki adalah biang pemberontakan itu. Kalau benar gadis itu sumoimu maka kau harus menahan diri karena kita ingin tahu benarkah Hok-goanswe pemberontak atau bukan. Dugaanku ia hanya diperalat. Aku tak tahu apa maksud Liong-ongya memperalat Hok-goanswe. Dan karena inilah kita harus menyelidiki, kau tak boleh gegabah melaksanakah tugas ini biarlah lupakan sejenak asal-usul gadis itu karena kita akan melihat latar belakang kenapa Liong-ongya bermain di belakang layar. Aku meminta bantuan dirimu bukan435 untuk merusak jalan yang sudah terlihat ini, melainkan meluruskannya dan mencari tahu apa penyebabnya. Tahanlah dirimu dan jangan gegabah ke gedung ongya!"

Pemuda itu sadar.

Tan Hong terduduk lagi dan wajah yang semula berseri dan gembira itu mendadak berubah lesu.

Benar, ia datang bukan untuk sekedar mendapatkan Kiok Eng.

Sekarang ada tugas baru yang lebih daripada itu.

Ada sesuatu yang harus diselidiki.

Ada kecurigaan kepada Liong-ongya! Maka ketika ia tertunduk dan lesu, bayangan Kiok Eng seketika bercampur dengan bayangan pemberontakan maka ia mengeluh dan menggigit bibir.

"Kalau begitu, apa yang harus kulakukan, paman? Aku sekarang yakin bahwa gadis yang kaumaksud itu adalah Kiok Eng, sumoiku. Tapi kalau ia terlibat dengan Liong- ongya tentu saja repot bagiku melepaskannya dari peristiwa ini. Hm, apa saja yang telah ia lakukan? Permainan apa yang ia kerjakan?"

"Menurutku semuanya bersumber pada ongya, kongcu. Gadis itupun hanya alat. Tapi, entahlah.... dorongan apa yang membuat Liong-ongyu melakukan semuanya ini, menyuruh Hok-goanswe memberontak...."

"Apakah kekuasaannya kurang besar?"

"Tidak."

"Apakah harta kekayaannya kurang menumpuk?"

"Tidak, semuanya tidak, kongcu. Dan justeru inilah yang membuat aku bingung. Apa yang mendorong pangeran itu harus mengatur kekacauan ini. Aku tak mengerti!"

Tan Hong tertegun.

Tentu saja dia dan Sam-taijin tak mungkin mengerti karena maksud tujuan utama adalah untuk mendaputkan gelar bangsawan bagi Kiok Eng.436 Gadis itulah penyebabnya dan inilah sumber dari segala dorongan.

Orang lain tak mungkin tahu karena itu hanya milik Liong-ongya berdua.

Saking tergiln-gila dan ngebetnya terhadap gadis luar biasa ini Liong-ongya kemudian melakukan segala tindakan jahat.

Ia mengorbankan Hok-goanswe dan orang-orang lain, termasuk pasukan yang bertempur dan bersabung nyawa di perbatasan.

Aneh, hanya untuk urusan begini seseorang bisa menyebrkan penyakit pada orang lain, bisa mengadu dan membuat satu sama lain saling bermusuhan.

Tapi karena di balik semuanya ini terdapat yang namanya kekuasaan, dan kekuasaan dapat seperti pedang tajam dan beracun di tangan orang seperti Liong- ongya maka pedang itulah kini yang bermain dan membunuh-bunuhi orang-orang tak berdosa yang menjadi korban.

Sam-taijin maupun Tan Hong tak menduga sama sekali bahwa gara-gara kecantikan gadis itulah Liong-ongya sampai menjalankan siasat busuk.

Ia menciptakan pemberontakan sekaligus "mengamankannya"

Dari meja kerjanya.

Dengan begitu mudah pangeran ini memati- hidupkan orang lain.

Dengan begitu gampang ia mengatur bidak-bidak yang harus dipasang atau dilepas.

Semuanya berkat kekuasaan! Dan karena pangeran itu memang memiliki segala-galanya, pengaruh dan kekuasaan maka gampang saja baginya mengatur ini-itu untuk mendapatkan cita-citanya.

Padahal, kalaupun nanti Kiok Eng mendapat gelar bangsawan itu belum tentu gadis itu mau dikawini! Kiok Engpun punya cita-cita sendiri dalam rangka membalas ayahnya.

Ia hanya tak mau kalah.

Ia merasa disakiti.

Maka ketika kelak kalau pangeran itu tahu betapa sebenarnya usahanya sia-sia belaka, iapun bakal menjadi korban dari dendam di hati Kiok Eng maka selama ini perjalanan mereka seolah437 seiring padahal begitu mencapai puncaknya tentu mereka bentrok! Kiok Eng maupun Liong-ongya sama-sama orang yang dapat menjungkirbalikkan dunia.

Yang satu dengan kecantikannya sedang yang lain dengan kekuasaannya.

Mana yang lebih besar tergantung mana yang lebih diutamakan.

Masing-masing dapat memberikan pengaruhnya bagi orang di sekelilingnya.

Dan ketika masing-masing itu bergabung demi cita-cita di kepala, Liong-ongya mentertawakan kebodohan Hok-goanswe sementara Kiok Eng mentertawakan kebodohan pangeran itu, mereka saling memiliki rencana maka akibat yang ditimbulkan tak mereka sadari bahwa masing-masing sudah menjatuhkan korban di pihak- pihak tak berdosa.

Malam itu, memanggil Twa-houw-busu untuk menceritakan kisahnya di depan Tan Hong pemuda ini benar-benar terkesiap bahwa Kiok Eng ada "main"

Dengan si pembunuh.

Twa-houw -busu tak takut-takut lagi berhadapan dengan Tan Hong.

Begitu diketahuinya bahwa pemuda ini adalah putera Dewa Mata Keranjang mendadak ia bersemangat.

Segala diceritakan secara berapi-api.

Dan ketika Tan Hong mendengarkan sementara lawan menghabiskan cerita muka perwira itu menutup dengan makian.

"Gadis siluman itu keji. Ia sengaja membunuh agar pembunuh itu tak dapat membuka mulutnya. Kalau saja aku selihai Tan-kongcu tentu kucegah dia, tapi apa daya, dia benar-benar gadis iblis berkepandaian tinggi. Dan ini sudah diatur Liong-ongya dan aku akan membawa saudara-saudaraku pergi menjauh!"

"Hm-hm!"

Sam-taijin batuk-batuk dan mengerling pada Tun Hong, mendinginkan pemuda itu agar tak marah438 sumoinya dimaki-maki.

"Semua sudah didengar Tan- kongcu, Twa-houw, dan cukup kulau kau berhenti di sini. Beristirahatlah, masuk kembali. Besok boleh kau pulang dan pergi saja bawa teman-temanmu."

Perwira itu menarik napas dalam.

Sakit juga rasanya bahwa dia yang sudah bertahun-tahun bekerja di tempat Liong-ongya tiba-tiba saja harus diperlakukan seperti itu.

Ia diperhina dan dipermalukan.

Liong-ongya memakai tangan gadis itu untuk merendahkannya.

Dan ketika malam itu ia mundur kembali sementara Tan Hong duduk terhenyak, berkedip-kedip maka Sam-taijin menyuruh pemuda itu beristirahat karena besok mendapat tugas baru, tugas permulaan.

"Kongcu beristirahat saja sekarang. Besok kongcu selamatkan keluarga Hok-goanswe itu dan bawa mereka keluar kota raja."

"Keluarga Hok-goanswe?"

"Ya, mereka, kongcu. Mereka tak bersalah. Tak seharusnya mereka ditangkap dan besok tolong kaubebaskan mereka untuk menjauhi tempat ini."

Tan Hong mengangguk.

Akhirnya ia bangkit berdiri ketika tuan rumah menepuk pundaknya.

Sebuah kamar besar telah disiapkan untuknya.

Dan ketika malam itu Tan Hong beristirahat, tak habis pikir akan sepak terjang Kiok Eng maka keesokannya ia membuat gempar meloloskan tawanan.

Seng-ciangkun, yang menangkup dan merasa bertanggung jawab akan tawanan terkejut sekali, Ia melihat tujuh penjaga penjara roboh malang-melintang.

Mereka merintih-rintih dan menuding ke luar.

Seorang pemuda baju putih, yang lihai dan berkecepatan luar biasa membawa lari tawanan dan meloloskan mereka.439 Kagetlah perwira itu dan meloncat keluar, tak melihat apa-apa dan akhirnya kembali lagi menanyai bawahannya.

Dan ketika mereka tak tahu siapa pemuda itu kecuali kepandaian dan kelihaiannya yang luar biasa, menotok mereka dan membawa lari tawanan maka perwira ini lari ke gedung Liong-ongya.

"Celaka!"

Perwira itu pucat, ngos-ngosan.

Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Celaka, ongya.... celaka. Tawanan lari. Mereka.... mereka dibawa antek pemberontak!"

"Hm, apa maksudmu ini,"

Liong-ongya tertegun dan tak mengerti, perihal tawanan memang belum dilaporkan. Inilah lubang kelemahan itu.

"Siapa yang kaumaksud, ciangkun. Dan ada apa kau tampak begini pucat, datang berlari-lari menemui aku!"

"Hamba.... tawanan, eh.... hamba kehilangan tawanan, pangeran. Mereka itu adalah keluarga Hok-goanswe yang kami tangkap. Hamba belum melaporkan ini dan baru sekarang mau bicara!"

"Keluarga Hok-goanswe?"

"Benar, anak isterinya, ongya. Hamba tangkap agar Hok- goanswe tak bisa berbuat macam-macam kalau nanti dibawa ke mari!"

Wajah Liong-ongya berubah.

Tiba-tiba dia berdesir karena itu tak diperhitungkan.

Dia lupa bahwa Hok- goanswe meninggalkan anak isterinya di sini.

Lubang kelemahannya bisa dilihat orang! Maka ketika Seng- ciangkun itu terbata-bata sementara dia terkejut dan membelalakkan mata, ia bangkit dan menerkam perwira ini maka bentakannya terdengar di antara desis.

"Ciangkun, kau sudah menangkap anak isteri pemberontak? Tapi kau tidak melaporkannya440 kepadaku?"

"Ampun, hari ini... eh, hari ini maksud hamba untuk melapor, ongya. Tapi keburu didahului penculik. Hamba belum melaporkan karena paduka masih sibuk!"

"Dan kau tahu siapa penculiknya? Ke mana sekarang?"

"Hamba tak tahu, pangeran, dan inilah celakanya. Pengawal hanya mengatakan bahwa penculik itu seorang pemuda baju putih yang lihai dan bergerak amat cepatnya. Dia merobohkan tujuh pengawal hamba dan selebihnya tak tahu ke mana pemuda itu pergi!"

Liong-ongya terkesiap.

Tiba-tiba dia sadar bahwa dia lupa ini.

Hal kecil itu tak diingat.

Tak seharusnya dia melalaikan celah kecil ini.

Masa seorang pemberontak meninggalkan anak isterinya! Tapi karena pangeran itu seorang cerdik dan berotak cemerlang, diapun pandai menguasai perasaan maka ketika dia pulih dan mengangguk-angguk diapun berkata.

"Tak apa. Justeru itu baik bagiku, ciangkun. Dugaan semakin kuat bahwa Hok-goanswe benar-benar memberontak. Sekarang ia menyuruh orang menyelamatkan anak isterinya. Bagus, kejahatannya semakin tampak. Biar saja dan tenang-tenanglah dan buat laporan bahwa hari ini jenderal itu membawa anak isterinya!"

"Paduka tak marah?"

"Ha-ha, kerjamu bagus, ciangkun. Aku lupa. Justeru aku berterima kasih bahwa kau telah mengamankan keluarga pemberontak itu. Tapi Hok-goanswe telah mengambilnya kembali. Tak apa, biar dan kembalilah ke tempatmu dan buat laporan untuk menguatkan ini!"

Seng-ciangkun berseri-seri.

Ia lega tak kena marah dan441 kejadian itu justeru menambah runyam kejahatan Hok- goanswe.

Penculikan itu justeru menguatkan tuduhan bahwa jenderal Hok benar-benar pemberontak.

Keadaan yang seharusnya merugikan pangeran ini malah dibuatnya untung dan kebetulan.

Liong-ongya tak menyangka bahwa penculikan itu dilakukan Tan Hong, atas suruhan Sam-taijin! Tapi karena ini jelas menunjukkan kecerdikan pangeran itu, betapa keadaan berbahaya dapat dirobahnya menjadi keadaan menguntungkan maka Seng-ciangkun dan kawan-kawan justeru semakin benci kepada Hok-goanswe.

Dakwaan itu semakin tebal, Hok-goanswe memang pemberontak! Dan karena rupanya hanya "kesialan"

Saja yang mampu mengalahkan pangeran itu maka ketika istana dan orang- orang lain memaki-maki jenderal itu di sana Tan Hong telah menyelamatkan isteri dan putera jenderal itu dengan sebuah kereta yang telah disiapkan Sam-taijin.

Tan Hong membawa mereka ini keluar kota raja.

Sais kepercayaan Sam-taijin mengendalikan kereta itu.

Tak mungkin bagi Tan Hong membawa tiga orang sekaligus di pundaknya.

Maka ketika derap kereta telah jauh meninggalkan istana, pemuda itu melompat turun di suatu tempat sunyi maka ibu dan anak keluar dan dipersilakan meneruskan perjalanan sendiri.

Kereta harus kembali sementara Tan Hong masih mempunyai tugas lain, yakni menunggu datangnya Kiok Eng! Hari itu diperkirakan gadis itu muncul.

"Cukup, kalian tak perlu menangis lagi. Pergilah yang jauh dan selamatkan diri kalian masing-masing. Cari saudara kalian di tempat yang paling aman dan pergilah. Kami tak mungkin mengantar terus!"

Hok-hujin (nyonya Hok) mengguguk meratap-ratap.

Tak henti-hentinya ia mengucap terimakasih dan bertanya442 nama penolongnya namun Tan Hong tak mau memperkenalkan diri.

Dua putera Hok-goanswe menggigil di sana, pucat dan ada kesan bahwa mereka ini orang-orang cengeng.

Tan Hong agak tak senang karena tak ada pancaran kegagahan di wajah pemuda- pemuda itu.

Mereka juga menangis dan mengguguk seperti wani ta, berulang-ulang minta diantar ke Hok- kian, tempat saudara yang hendak mereka tuju.

Tapi karena Tan Hong merasa cukup dan tak seharusnya dua pemuda itu begitu penakut, mereka harus berdiri di depan maka Tan Hong tak mau lagi banyak berbantah dengan memutar tubuh dan berkelebat lenyap.

Kusir kereta telah memutar keretanya dan pergi meninggalkan keluarga itu.

"Hok-kongcu, tak perlu merengek-rengek lagi. Bantuanku sudah cukup dan ka lian aman sampai di sini. Pergi sendirilah ke Hok-kian dan lindungi ibu kalian itu karena tugasku yang lain masih belum selesai!"

Ibu dan anak akhirnya tak dapat memaksa.

Tan Hong lenyap dan kepandaian pemuda itu membuat mereka kagum.

Tapi karena mereka berada di hutan dan harus secepatnya pergi, untung sekantung uang emas menjadi bekal mereka maka dua anak laki-laki Hok-goanswe itu mengajak ibu mereka pergi dan di sebuah kota kecil mereka membeli kereta dan kuda, membedal dan membawa ibu mereka ke tempat yang jauh sebelum malapetaka baru muncul.

Betapapun mereka harus bersyukur telah diselamatkan pemuda gagah itu.

Dan ketika mereka jauh meninggalkan tempat itu sementara Tan Hong kembali ke kota raja muka pemuda ini tidak memasuki gerbang melainkan menunggu dan berjaga di luar.

"Menurut perkiraan gadis itu akan datang hari ini.443 Buntutilah, jangan tergesa memanggilnya dulu. Biarkan ia menemui Liong-ongya dan dengarkan apa yang mereka bicarakan!"

Tan Hong mengangguk-angguk.

Nasihat dan kata-kata Sam-taijin itu diingatnya baik-baik.

Dia akan bertemu dengan gadis yang sudah lama dicari-carinya itu.

Dia akan bertemu dengan Kiok Eng! Dan berdebar membayangkan gadis itu, juga pengalaman-pengalaman mereka di masa lalu maka Tan Hong seakan tak sabar menanti datangnya gadis itu.

Dan akhirnya siang itu serombongan pasukan berkuda mengepulkan debunya di sebelah barat.

Seorang gadis cantik, berada paling depan tampak mencongklang kudanya yang berbulu putih bersih.

Kontras dengan pakaiannya yang serba hitam maka gadis itu tampak gugah dan jelita sekali.

Siapa lagi kalau bukan Kiok Eng! Dan ketika Tan Hong melompat dan bersembunyi di sebuah batu besar, terbelalak, maka rombongan datang dengan cepat dan dua panglima gagah tampak mengiring di kiri kanan gadis itu, agak di belakang.

"Hyehh! Perlambat lari kudamu, lihiap. Kita sudah sampai, tak usah terburu-buru ..... her-herrr!"

Panglima di sebelah kiri, gagah dengan topi besinya berseru kepada Kiok Eng.

Gadis berkacamata hitam itu tersenyum dan Tan Hong seakan jungkir balik melihat senyum ini.

Sudah tiga bulan ia tak bertemu tapi gadis itu masih membawa sesuatu yang hebat.

Pesonanya terasa sampai jauh ratusan tombak dan ketika gadis itu memperlambat larinya kuda maka penjaga pintu gerbang menyibak dan berbaris rapi di pinggir, berdiri tegak dan menyambut dan sebuah kereta tiba-tiba meluncur dari dalam.

Kiranya datangnya rombongan ini juga sudah ditunggu.

Liong- ongya kiranya mengutus penyambut.

Dan ketika Kiok444 Eng berhenti di luar pintu gerbang sementara teman temannya juga berhenti, dua panglima gagah itu melompat turun maka seorang laki-laki berusia tigapuluhan tahun membungkuk dan sudah maju di depan tiga orang ini, menjura.

"Eng-siocia, ongya menyuruh kami menunggumu di sini. Tak baik membiarkan diri kotor berdebu di udara terbuka. Silakan naik dan kami antar perjalananmu ke tempat ongya,"

Lalu membungkuk dan berkata kepada Pok- ciangkun maupun Gouw-ciangkun utusan itu juga berkata.

"Dan ji-wi ciangkun silakan naik pula kalau mau. Kami mengiring dan sekedar melaksanakan perintah."

"Ha-ha, tak usah. Kami tetap di atas kuda kami, kapten Teng. Biar lihiap saja di atas keretamu dan kami tetap mengiring!"

Orang itu lega.

Dia tak enak kepada dua panglima itu kalau tidak mempersilakan.

Ongya sendiri hanya memberi tahu bahwa kereta khusus buat Eng-siocia.

Maka ketika dua panglima itu menolak dan rupanya mereka tahu diri, betapapun yang diagungkan adalah gadis itu maka pintu dibuka dan Kiok Engpun tak segan- segan melompat masuk, lenyap.

Tan Hong membelalakkan mata dan benar dia melihat pasukan itu tak membawa Hok-goanswe.

Utusan dari Liong-ongya inipun tak menanyakan Hok-goanswe.

Jadi pihak pangeran itu rupanya tahu bahwa Hok-goanswe terbunuh, padahal rombongan ini baru tiba.

Maka ketika pemuda itu mengangguk-angguk dan matanya bersinar- sinar, apa yang diduga kian membuktikan maka kereta diputar dan kembalilah rombongan penyambut itu ke kota raja.

Kini Kiok Eng tidak duduk di atas kudanya lagi melainkan bersembunyi di dalam kereta.

Tan Hong harus semakin445 berhati-hati lagi kalau begitu.

Ia dapat diintai sementara gadis itu tidak.

Dan ketika kereta berderap dan rombongan diiring pasukan Pok-ciangkun, masuk dan berdetak membelah jalanan kota raja maka di sepanjang jalan banyak orang berhenti namun tak tahu siapa penumpang kereta indah itu.

Kiok Eng terus dibawa ke tempat Liong-ongya dan baru sampai di halaman ternyata pangeran itupun sudah menyambut.

Pangeran ini tampak berseri-seri dan turun dari tangga dengan cepat.

Pintu di buka dan muncullah dara jelita itu.

Kiok Eng tersenyum sementara pangeranpun tersenyum.

Masing-masing bertemu muka dan pangeran tiba-tiba tertawa bergelak.

Dan ketika Tan Hong mengintai dari luar dan pangeran rupanya tak memperdulikan Pok-ciangkun dan rombongan, baru kali itu dia melihat pangeran ini maka Kiok Eng yang tak ingin pangeran lupa kepada persoalan cepat-cepat berbisik, bisikan yang ditangkap telinga Tan Hong karena pemuda itu sengaja mengerahkan pendengarannya untuk menangkap semua pembicaraan.

"Ongya, ingat yang lain. Jangan terlampau memperhatikan aku sementara melupakan tugas dan tujuanku. Ada Pok-ciangkun dan Gouw-ciangkun di sini!"

"Ha-ha, ini mereka?"

Sang pangeran ingat, menoleh dan baru memandang dua panglima itu.
Playgirl Dari Pak King Karya Batara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Gembira melihat kalian datang, ciangkun. Kudengar pemberontakan sudah selesai namun mana pengkhianat Hok-goanswe itu. Mana dia!"

Dua panglima memberi hormat.

"Ampun, kami gagal membawa Hok-goenswe, ongya. Dia.... dia tak bersama kami..."

Liong-ongya pura-pura membelalakkan mata, terkejut.446

"Maksud kalian dia lolos? Pemberontak itu lari dan kalian pulang dengan tangan kosong?"

"Tidak, tidak begitu. Maksud kami, eh ..... silakan ongya tanya saja Eng-lihiap ini!"

Pok-ciangkun bicara dan cepat-cepat memandang Kiok Eng.

Dia merasa gadis itu lebih berhak bicara daripada mereka.

Gadis itulah yang menyelesaikan pekerjaan.

Dan ketika pangeran menoleh heran kepada Kiok Eng, gadis itu pura-pura mengerutkan kening dan menarik napas dalam maka sesuai sandiwara gadis ini-pun menunjukkan mimik sedih, menyesal.

"Kami sudah menangkap dan membawa pemberontak itu. Namun di tengah jalan terbunuh. Maaf, kami lengah menjaganya, ongya. Hok-goanswe dibunuh seseorang yang rupanya tak ingin jenderal itu membuka mulut."

"Terbunuh? Tewas di tengah jalan? Celaka, bagaimana ini, Eng Kiok. Bukankah kita sudah berjanji di hadapan sri baginda untuk membawanya hidup-hidup. Bagaimana ini. Apa kataku kepada baginda!"

"Hamba yang akan bicara. Pok-ciangkun dan Gouw- ciangkun dapat menjadi saksi. Tak perlu khawatir, ongya. Semuanya di luar dugaan. Tapi kami sudah membunuh keparat itu dan perhitungan impas!"

"Benar,"

Dua panglima itu mengangguk "Eng-lihiap sudah bekerja sesuai tugasnya, ongya.

Dan terbunuhnya Hok- goanswe sebenarnya bukanlah salahnya, melainkan salah kami.

Waktu itu dia beristirahat dan menyerahkannya kepada kami tapi kami tak becus menjaga tawanan!"

"Hm-hm, sudahlah. Kalau begitu kalian laporkan kepada baginda dan jangan sampai baginda menyalahkan aku. Baiklah, mari masuk dan kita adakan pesta. Aku ingin menyambut keberhasilan kalian dengan sedikit makan447 minum!"

Dua panglima memperlihatkan muka lega.

Mereka mengikuti pangeran ketika pangeran itu mengajak memasuki gedung.

Dari jauh Tan Hong melihat semuanya itu.

Dan ketika empat orang itu lenyap di dalam sementara yang lain memutar tubuh, ongya sudah mendengar tumpasnya pemberontak dan kini menjamu pahlawan-pahlawannya maka Tan Hong berkelebat dan dengan kepandaiannya yang tinggi ia berhasil mengintai pembicaraan, dengan menggantolkan kakinya di sebuah belandar di mana di bawah sana Liong-ongya makan minum dengan tamu-tamunya dalam suasana riang gembira.

Kiok Eng dipuji-puji setinggi langit oleh dua orang ini.

Gadis itu tersenyum dan berulang kali menerima secawan kecil arak sebagai ungkapan kagum.

Mereka berempat tampak begitu gembira.

Dan ketika suasana semakin hangat dan dua panglima itu mulai mabok, siangpun terganti malam maka Pok-ciangkun dan Gouw- ciangkun dibawa ke kamar mereka karena mabok atau teler.

Dan Kiok Eng maupun Liong-ongya akhirnya berpindah tempat! "Ha-ha, bagus.

Segalanya berhasil.

Kita dapat meminta hadiahnya, Eng Kiok.

Dan besok bersama dua orang itu kita melapor kaisar dan menceritakan seperti apa mulanya.

Tak akan ada yang curiga.

Tapi kau kuat benar minum arak!"

"Hm,"

Kiok Eng tersenyum, melirik pangeran ini.

"Kau nakal, ongya. Kau main-main dengan memberi obat pengantuk ke dalam cawanku. Apa maumu?"

"Eh!*' pangeran itu terkejut, membelalakkan mata.

"Kau tahu? Ha-ha, kau lihai, Eng Kiok. Kau benar-benar gadis448 luar biasa hingga tahu perbuatanku. Ah, kau memang hebat!"

Dan menyambar serta memegang lengan gadis itu, pangeran ini tiba-tiba menggigil iapun berkata terus terang.

"Aku, hmm.... aku ingin menikmati malam pengantinku. Aku tak sabar. Kau tentu tak marah kepadaku bukan, Eng Kiok? Kau tentu tak menarik janjimu untuk menjadi isteriku?"

Kiok Eng hampir menampar.

Kalau saja pangeran ini bohong tentu dia sudah menggerakkan tangannya itu.

Dalam cawan araknya tadi dia merasakan sesuatu yang pahit, tidak begitu keras namun Pok-ciangkun dan Gouw- ciangkun menjadi mabok, waspada dan cepat dia mengerahkan sinkang hingga pengaruh itu tak membiusnya.

Ia melihat bahwa itu bukan sesuatu yang berbahaya benar, hanya obat pengantuk agar ia tertidur.

Tapi mendongkol bahwa pangeran itu berterus terang ingin menguasai dirinya, menikmati malam pengantin maka ia melepaskan diri mendorong pangeran itu, kasar.

Naked Karya Raine Miller Pendekar Rajawali Sakti 60 Badai Di Pendekar Naga Putih 43 Darah Perawan
^