Pencarian

Bentrok Rimba Persilatan 2

Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 2


" Boen heng tentunya baru pertama kali berkelana di dunia kangouw, sehingga tidak heran kalau engkau tidak
mengenalnya. Dia adalah Tok Thian coen- atau si Raja racun.
Siapa yang bertemu dengannya, tentu dibunuh mati olehnya."
Mendengar nama itupun Boen ching belum pernah
mendengar, ia menganggukkan kepalanya dan berpikir
didalam hati. Dalam dunia ini apa ada orang yang demikian
menakutkan" Meskipun ilmu silat Thian Jan shu waktu itu
masih terhitung nomor wahid, juga tidak sampai demikian
menakutkan- Tak lama kemudian datang pula tiga orang penunggang
kuda, dua orang lelaki dan seorang perempuan- Boen ching
memperhatikan tiga orang itu. Dua orang laki2 itu yang satu kecil kurus dan yang seorang lagi tinggi besar, sedang yang perempuan berusia kira-kira 27 - 29 tahun, meskipun
wabahnya sudah mulai berkerut tetapi masih terlihat nyata
kecantikan wajahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ong Kang memandang sejenak kepada tiga orang itu dan
kemudian berkata.
"Samte semua juga sudah datang." ia menghela napas kemudian memperkenalkan mereka itu kepada Boen ching.
orang yang kurus itu adalah "Lu Yun Liong" atau Si Naga menembus mega cie chen, yang tinggi besar adalah "Thiat Liong" atau Si Naga besi oeipauw, sedang yang perempuan adalah kakak dari "Siauw Hek Liong" Hoa Suan yang bernama
"Glok Liong" atau si Naga kumala, Hoa Goat Ku.
Sebenarnya Boen ching ingin mengetahui apakah sebabnya
hingga mereka menaruh dendam kepada Tok Thian coen, tapi
ia tak dapat membuka mulut. Setelah berpikir sejenak, ong
Kang berkata kepada Boen ching.
"Kami berlima bukannya tak mengharapkan bantuanmu, ini disebabkan oleh karena kepandaian Tok Thian coen sangat
lihat, sehingga lebih banyak seorangpun juga tak ada
gunanya" Diam2 Boen ching membatin, "Apakah Tok-Thian coen itu
sungguh demikian lihaynya?"
Hoan Gwat Ku mengerti kalau Boen ching tak puas "Jika
engkau mau, empat hari kemudian datanglah ke puncak Pak
sek di gunung Yi san, tapi sedikitpun kau tak boleh ikut turun tangan juga tak boleh muncul sebab jika dia melihatmu tentu kau pun akan dibunuh olehnya."
Boen ching menganggukkan kepala dan berkata: "Terima
kasih Hoan Liehiap."
Si naga besi oei Pauw berteriak dengan tiba-tiba.
"Aku tak percaya kalau kita semua tentu akan terbunuh
mati, Ngo Liong Tin atau barisan Lima naga kita selamanya
belum pernah mengalami kekalahan- Mengapa harus takut
kepada seorang Tok coen saja?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ong Kang melihat tiga orang yang lainpun bermuram durja,
dia tertawa terbahak-bahak dan berkata.
"omongan Sam te memang benar, Kitapunjangan terlalu
takut kepada Tok Thian coen-"
Semangat kelima orang itu lalu terbangun kembali dan
masing2 berpamitan dengan Boen ching.
Sesudah kelima orang itu pergi Boen ching memandang
bangkai kuda putih yang menggeletak pikirnya.
"Pukulan Tok Thian coen ini sungguh sangat beracun-
Mengapa sudah setengah harian ini aku belum juga
mengetahui sebab-sebab kematiannya" Aku harus datang ke
puncak Pak Sek. akan kulihat bagaimana tingginya kepandaian Tok Thian coen itu.. Setelah berpikir demikian, ia mengambil buntalannya dan meneruskan perjalanannya.
Setelah berjalan setengah harian, telinganya mendengar
suara tertawa yang sangat ramai. Tampak dua ekor kuda yang
berjalan berdampingan datang mendekati. Diatasnya duduk
seorang gadis cantik dan seorang lelaki yang berusia 40
tahun. Mereka berjalan sambil bergurau.
Gadis cantik itu melihat pedang Boen ching yang
tergantung di pinggangnya itu, ia mengeluarkan suara
tertahan dan berkata pada lelaki itu:
"Tia engkau lihat, bukankah orang ini menyerupai dengan apa yang dikatakan oleh couw Suheng ?"
orang lelaki itu mengerutkan alisnya dan bertanya kepada
Boen ching. "Tolong tanya, apakah saudara ini she Boen?"
Mendengar orang lelaki itu bertanya kepadanya, hati Boen
ching menjadi tertegun. Dalam hati ia berpikir.
"cou Suheng" Bukankah itu adalah Khong Tong Siang Kiam cou Tiong Ku ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ia memandang kedua orang itu, tampak orang lelaki itu
meskipun tersenyum, kedua mulutnya memancarkan sinar
yang sangat berwibawa. Pikirnya, kedua orang ini tentunya
orang2 Kong Tong pay.
Berpikir sampai di sini, dengan tenang dia menganggukkan
kepalanya. Ketika melihat Boen ching menganggukkan kepalanya,
gadis itu segera membentak.
"Engkau ternyata sangat lihay, lihat nona- mu akan
memberi pelajaran".
Ia mencabut pedangnya dan menyerang Boen ching.
Boen ching menduga dua orang itu adalah orang-orang
Keng Tong Pay, pikirnya. "Bagus, aku akan membikin malu kamu berdua. Aku mau lihat ciangbunjin mu, Bu Kie chie akan keluar atau tidak".
Ia juga tidak banyak bicara lagi, tangan kanannya diangkat
dan menyambar pedang gadis itu. Gadis itu segera menarik
kembali pedangnya. Tak menunggu sampai gadis itu
melancarkan tendangan berantai.
Gadis itu terkejut dan segera menghindar, dua tendangan
yang mengancam dirinya, tetapi tendangan ketiga tepat
mengenai pergelangan tangannya, yang menyebabkan peda n
ditangan gadis itu terlepas.
orang laki-laki yang berusia pertengahan itu akan
menolong, tetapi sudah terlambat, ketika melihat pedangnya
terlepas, mata gadis itu menjadi merah, air matanya jatuh
berlinang sedang mulutnya segera berteriak. "Tia . . . "
Sambil berbicara ia menangis, tetapi melihat Boen ching
berada di situ ia menjadi malu lalu membalikkan tubuhnya dan menangis terisak-isak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketika nampak putri kesayangannya terhina, wajah orang
laki-laki itu berubah menjadi merah padam, sambil mendengus ia berkata.
"Sungguh suatu kepandaian yang sangat hebat, aku Pek
Hong Siang ingin minta pelajaran dari mu".
Belum selesai ia berkata, badannya telah menubruk maju,
kedua belah telapak tangannya menyerang ke tubuh Boen
ching dengan disertai angin yang kencang.
Ketika mendengar kalau orang laki2 itu adalah Pek Hong
Siang. Boen ching menjadi terkejut bukan buatan, bagaikan
disambar petir disiang hari bolong. Sungguh tak dia sangka
bila orang laki2 itu ternyata ciangbunjin dari Thian San Pay, Thian San Thay-hiap Pek Hong Siang.
Tadi ketika mendengar gadis itu menyebut cou Tiong Ku
sebagai cou Suheng, tak dapat diragukan lagi kalau dua orang itu adalah orang-orang Kong tong pay.
Dia tidak mengetahui kalau pada waktu itu Boe Kie chie
sendiri yang mengembalikan senjata rahasia Thian Liong Suo"
kepada pihak Thian San Pay, juga mengusulkan agar 300 lie
antara gunung Thian San dengan perkampungan Sie Shia
Liang kawan2Bulim dilarang membawa senjata dan iapun
mendapat persetujuan dari enam partai besar yang lain, Pek
Hong Siang sangat berterima kasih pada Bu Kie chie sehingga anak murid Thian Sanpay pun sangat baik sekali hubungannya
dengan anak murid Khong Tong pay. Boe Kie chie juga tak
segan-segan menurunkan ilmu silatnya kepada anak murid
Thian San pay dengan demikian anak murid kedua belah pihak
saling memanggil sebagai Suhengte.
Boen ching ingin bicara tapi tak dapat karena Pek Hong
Siang terus menerus melancarkan serangan dengan gencar,
Boen ching mana berani memandang ringan pada Pek Hong
Siang yang menjabat sebagai ciangbunjin suatu partai besar"
Tapi urusan ini harus dijelaskan terlebih dulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia tak berani bertempur berhadap-hadapan dengan Pek
Hong Siang. Ia segera mengeluarkan ilmu pukulan ajaran Ie
Bok Tocu yaitu "Sie Liu Eng Hong" atau pohon Liu menahan angin, ilmu pukulan ini sengaja diciptakan untuk menghadapi pertarungan keras kedua tangannya dengan sangat ringan
melancarkan pukulan, satu demi satu, hal ini menyebabkan
semua pukulan Pek Hong Siang satupun tiada yang mengenai
tubuh Boen ching dan semuanya melewati di samping
tubuhnya. Pek Hong Siang menjadi sangat terkejut, ketika ia
memperhatikan maka tampak kaki Boen ching menggunakan
langkah Kioe Keng Pat Kwa, setiap pukulan yang dikerahkan
meskipun kelihatannya sangat ringan tapi ketika dipadukan
dengan langkah kakinya, ternyata merupakan jurus-jurus yang sangat sempurna kerja sama antara tiap pukulan dan tiap
langkah itu sungguh tak dapat dikira sebelumnya.
Ketika melihat serangan Pek Hong Siang makin lama makin
perlahan, Boen ching mengangkat kedua kakinya dan segera
melancarkan ilmu tendangan "cing Po chiet Yau" atau ikan paus melompat tujuh kali, begitu kakinya melancarkan
serangan tujuh kali, Pek Hong Siang terdesak mundur tujuh
tindak. Boen ching segera mundur sesaat. Pek Hong Siang
memikirkan ilmu pukulan "Sie Lu Eng Hong" atau pohon Liu menahan angin dan ilmu langkahnya Boen ching sehingga
pikirannya bercabang tak terkira ia telah didesak mundur
sebanyak tujuh tindak, hatinya jadi gusar.
Waktu ia akan mulai menyerang lagi. Tiba2 Boen ching
berteriak. "Tahan"
Dengan dingin Pek Hong Siang memandang pada Boen
ching. Kemudian dengan gusar ia berkata.
"Engkau ingin bicara apa ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada saat ini meskipun dalam hatinya panas, tapi dia juga
harus bersabar sejenak untuk mendengarkan apa yang akan
dikatakan oleh Boen ching. Sejak sepuluh tahun yang lalu
orang Bulim sangat menghormati kematian Thian San chiet
Kiam, tiada seorangpun yang mau bentrok dengannya tapi ini
hari ternyata dipaksa berada di bawah angin oleh seorang
pemuda yang masih hijau, mana mungkin tak membuatnya
menjadi gusar " Tapi mau tak mau dia harus menjaga harga
diri dan bersabar untuk mendengarkan Boen ching. Gadis
yang berdiri di samping itu berteriak.
"Tia, buat apa banyak bicara dengan orang ini " bunuh saja beres."
Boen ching memandang sekejap pada gadis itu, kemudian
berkata pada Pek Hong Siang dengan sikap hormat.
"cayhe tadi telah salah menganggap kamu berdua sebagai orang2 Khong Tong Pay, sehingga bergebrak dengan kamu
berdua, mohon kalian suka memaafkan". Pek Hong Siang
mendengus, katanya.
"Tak usah banyak bicara, engkau juga pernah berkata
kalau aku tak bisa mengajar dan mendidik anak muridku
sehingga mereka berbuat tak karuan dan berbuat jahat
diluaran. Betulkah hal itu ?"
Boen ching tersenyum, katanya.
"Boanpwe ada urusan penting yang akan dibicarakan
dengan Pek cianpwe".
Pek Hong Siang tertawa dingin, tetapi dalam hatinya ia
berpikir. "Pemuda ini berasal dari partai manakah " Mengapa aku
tak dapat menerkanya ?"
Boen ching mengetahui bahwa hati Pek Hong Siang hingga
kini masih tidak senang, dalam hati ia berpikir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Pek Hong siang ini sungguh sangat licik, hanya karena urusan kecil begitu saja sudah demikian gusarnya, jika ia
mengetahui sebab-sebab kematian Thian San ciet Kiam yang
sebenarnya, bukankah akan mati saking gusarnya?" Dia
tertawa dan berkata.
"Tetapi urusan ini menyangkut mati hidupnya orang2 Bu-
lim, pihak ketiga tak boleh mendengar".
Gadis itu mendengar Boen ching berbicara selamanya
setengah harian, tetapi ia tak boleh ikut mendengar, hatinya menjadi tak senang dan berkata kepada Pek Hong Siang. "Tia, orang ini sangat licik, kita jangan mau mendengar
perkataannya".
Pek Hong Siang mengerti apa ang dipikirkan putri
kesayangan itu, kemudian ia berkata kepada Boen ching.
"Selama hidupku belum pernah berbuat sesuatu yang tak
boleh diketahui oleh orang lain, kalau ada urusan lebih baik terus terang saja dan dibicarakan di sini". Gadis itu
mencibirkan bibirnya dan berkata.
"Benar, mengapa harus bersembunyi2 ?" Boen ching
tertawa pahit, pikirnya:
"Setelah urusan ini diketahui mungkin tujuh partai akan bersama-sama mencari aku, Thian Sanpay pun akan
disingkirkan, bahwa tujuh partai besar dapat membunuh
orang untuk menutup mulut. Bukannya kamu merasa
khawatir, malahan aku yang mewakili kalian khawatir" Pikirnya menjadi melayang-layang, Pek Hong Siang berkata. "Jika memang tak ada urusan, aku tak akan sungkan-sungkan lagi"
Boen ching mengangkat kepalanya, kini dia terdesak dan
berkata. "Pek cianpwe, sepuluh tahun yang lalu telah terjadi
peristiwa yang menggetarkan Bu lim, apakah cianpwe
mengetahui sebab-sebab kematian Thian San ciet Kiam ?" Pek Hong Siang menjadi tertegun, katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Tujuh orang Suhengku mati ditangan Thian Jan shu,
semua itu adalah orang sudah mengetahui hal ini, buat apa
kau kini membicarakan lagi ?" Boen ching tersenyum, sambil menggoyangkan kepalanya ia berkata.
"Salah Sebab2 kematian Thian San ciet Kiam hanya kami
delapan orang yang mengetahuinya, ciangbunjin dari Tujuh
partai besar dan aku sendiri".
-oo0dw0oo- MATA Pek Hong Siang bersinar, sebab2 kematian Than San
ciet Kiam sudah sangat jelas, setiap orang terkena pukulan
Thian Jan Shu. Di dunia ini hanya Thian Jan Shu yang memiliki pukulan yang demikian dahsyat.
Meskipun sebab kematian tujuh orang itu tak dapat
diragukan lagi, tetapi ciangbunjin tujuh partai besar
mengatakan kalau masih ada seorang murid Thian Jan Shu
yang telah dibunuh oleh mereka. Tetapi waktu dirinya pergi
sendiri ke puncak Hwee Ing hanya tinggal mayat dari Thian
San ciet Kiam dan mayat Thian Jan Shu saja yang terdapat,
sedang mayat murid Thian Jan Shu itu telah lenyap tanpa
bekas. Setelah dia menanyakan ciangbunjin dari Siau limpay baru
diketahuinya bila anak laki-laki itu belum putus napasnya.
Berpikir sampai di sini dia tidak ragu2 lagi kalau Boen ching yang berdiri dihadapannya itu adalah anak kecil yang lolos dari kematian pada sepuluh tahun yang lalu. Murid Thian Jan Shu.
Hawa amarah Pek Hong Siang tak dapat ditahan lagi,
dengan sangat gusar dia melancarkan serangan ke arah Boen
ching. Tubuh Boen ching bergerak dan mengelak ke samping,
kemudian dia berkata. "Pek cianpwejangan turun tangan"
Pek Hong Siang teringat akan dendam kematian tujuh
orang suhengnya, mana dia mau mendengar perkataan Boen
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ching, Boen ching adalah murid Thian Jan Shu, dengan
demikian maka semua perkataannya adalah bohong.
Berpikir sampai di situ, segera dia mencabut pedangnya
dan melancarkan serangannya dengan menggunakan ilmu
pedang "Tui Yun Toan Jiet cap Sah Sih" atau Tiga belas jurus ilmu mengejar mega memotong matahari, bagaikan harimau
terluka ia menyerang Boen cing, ilmu "Tui Yun Toan Jiet cap Sah Sih" yang dimainkan di tangannya kehebatannya jauh melebihi ketika dimainkan oleh Pek How. Tampak suatu sinar
pedang yang menyilaukan mata menyerang Boen ching.
Boen ching tak menyangka kalau sifat Pek Hong Siang
demikian berangasan, perkataannya belum habis diucapkan ia
telah menyerang dengan pedang sehingga ia tak dapat


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbuat apa-apa.
Dengan menggunakan ilmu pukulan "Sie Liu Beng Hong"
atau pohon liu menahan angin ia menerima setiap serangan
lawan, terhadap ilmu "Tui Yun Toan Jiet cap Sah Sih" ia telah hapal betul-betul sehingga tidak berbahaya lagi baginya.
Setelah menerima beberapa jurus tiba-tiba Boen ching
berteriak. "Pek cianpwe, Thian San chiet Kiam dibunuh oleh
ciangbunjin dari tujuh partai besar."
Pek Hong Siang bagaikan tak mendengar perkataan itu,
serangannya makin lama makin bertambah hebat, tetapi
gerakan dan ilmu pukulan Boen ching pun sangat aneh,
sehingga dalam waktu singkat dia tak dapat berbuat apa-apa.
Ketika melihat Pek Hong Siang tidak mau
memperdulikannya dalam hati Boen ching menjadi jengkel,
pikirnya. " Dengan maksud baik aku akan memberitahukan padamu,
apa kau kira aku harus minta bantuan dari pihak Thian San
pay." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dengan tiba-tiba tangan kanannya dibalik untuk
menghindari serangan Pek Hong Siang sedang tangan kirinya
menyambar kearah Pek Hong Siang. Pek Hok Siang menjadi
sangat terkejut, dia dipaksa mundur setindak.
Ketika melihat ayahnya dalam keadaan bahaya, gadis itu
segera membentak dan melancarkan serangan sehingga Boen
ching dikerubuti oleh dua orang.
Sebenarnya Pek Hong Siang adalah Sute dari Thian San
chiet Kiam, tetapi kepandaiannya jika dibandingkan dengan
tujuh suhengnya itu tertinggal jauh sekali, kepandaian tiap orang dari Thian San chiet Kiam tidak di bawah kepandaian
ciangbunjin dari partai manapun, apalagi tujuh orang itu
bergabung menjadi satu sehingga mereka disegani oleh
semua orang. Tetapi setelah Thian San chiet Kiam tewas,
maka kedudukan ciangbunjin jatuh ke tangan Pek Hong Siang
sampai sekarang ini kepandaian Pek Hong Siang jika
dibandingkan dengan kepandaian ciangbunjin lainnya, maka
kepandaiannya masih lebih rendah setingkat.
Dan kini menghadapi Boen ching sudah tentu bukan
tandingannya. Demi nampak gadis itupun ikut mengambil bagian, dalam
hatiBoen-ching berpikir.
"Jika demikian banyak bicarapun tak ada gunanya."
Kedua tangannya segera melancarkan ilmu sakti ajaran
gurunya, Ie Bok tocu yaitu. "Na yun cao Hoat" atau ilmu cakar menurut mega untuk mengimbangi ilmu tendangan nya.
Tampak ilmu cakarnya dikerahkan bagai kan angin topan
dan kedua kakinya menendang kiri kanan bagaikan kilat.
Pek Hong Siang ayah dan anak terdesak sehingga mundur
terus menerus, pedang hampir2 tertendang lepas oleh Boen
ching. Dengan lantang Boen ching berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"cayhe selamanya tak pernah berbohong, ini hari tak dapat lama-lama melayani kamu berdua, jika ada jodoh dilain
kesempatan kita bertemu kembali.
Habis bicara ia mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
"Sen Au Ban Lie" atau suara meraung selaksa lie. Bagaikan seekor Rajawali raksasa tubuhnya melayang sejauh sepuluh
kaki lebih, kemudian lari pergi.
Pek Hong Siang menjadi berdiri terpaku, Boen ching yang
memiliki ilmu meringankan tubuh yang demikian tingginya itu, bukan saja orang-orang dari tujuh partai tak dapat
menandingi nya bahkan pada waktu itu sukar sekali untuk
mencari tandingannya.
Mana dia tahu kalau ilmu meringankan tubuh dari Ie Bok
Tocu adalah nomor satu. Boen ching telah mendapat pelajaran langsung dari Ie Bok Tocu, pada waktu ini selain Ie Bok Tocu seorang yang telah dapat menandinginya, kiranya hanya Thian Jan Shu yang telah tewas dipuncak Hwee Ing pada sepuluh
tahun yang lalu itu saja yang dapat mengalahkannya.
Pek Hong Siang memandang tubuh Boen ching hingga
lenyap dari pandangan mata, ia menghela napas kemudian
tangan kanannya melemparkan pandangannya kesuatu pohon
besar. "crinnnng - . .."pedang tersebut patah menjadi dua potong.
Melihat hal tersebut, gadis itu menjadi terkejut, teriaknya: "Tia mengapa engkau ini hari begitu murah hati.?"
Mana dia tahu Pek Hong Siang sebagai seorang ciangbunjin
dari suatu partai hari ini ternyata dapat dikalahkan dengan tangan kosong oleh Boen ching. Bagaimana hal ini tidak
membuatnya menjadi malu.
Dengan mempergunakan ilmu "Shen Au Ban Lie " suara meraung selaksa lie, Boen ching telah dapat lolos dari tangan Pek Hong Siang, hatinya menjadi mendelu, pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Pek Hong Siang ini sungguh sangat aneh, mengapa
terhadap kematian Thian San chiet Kiam di atas Puncak Hwee
Ing, ia tidak menaruh curiga sedikitpun, Kepandaian Thian San chiet Kiam jika dibandingkan dengan kepandaian Thian Jan
Shu bagaikan langit dan bumi, meskipun nyali mereka
bertambah besar sekalipun belum tentu berani melawan Thian
Jan Shu sendirian"
Mana dia tahu kalau Pek Hong Siang sangat menghormati
ke tujuh orang Suhengnya, ternyata Thian Jan Shu pun telah
tewas, ini membuktikan kalau kematian Thian San chiet Kiam
juga ada harganya hingga tidak menaruh curiga apa-apa. .
Dengan perlahan2 Boen ching melanjutkan perjalanannya,
tak terasa dia telah tiba di gunung Yi San- Tiba-tiba hidungnya mencium bau wangi yang sangat aneh, dalam hatinya ia
merasa sangat heran dan tanpa terasa ia berjalan menuju
kearah asal dari bau wangi itu.
Setelah berjalan sejenak. tampak bau wangi itu ternyata
berasal dari suatu goa yang tingginya tidak lebih dari tiga depa. dalam hatinya timbul rasa ingin tahu dan ia mendekati goa itu.
Baru saja dia merendahkan tubuhnya untuk melihat
keadaan didalam goa itu, tiba-tiba sebuah tangan menjulur
keluar dari goa dan mencengkeram punggungnya, Boen ching
menjadi sangat terkejut.
Ia tak sempat melawan lagi, terasa punggungnya menjadi
kaku dan dirinya telah dibawa masuk ke dalam goa itu.
Setelah berada didalam goa, tangan orang itu segera
melepaskan cengkeramannya. Goa itu luasnya tak lebih dari
tiga depa dan sangat gelap. Boen ching memandang
sekelilingnya, dengan samar-samar dia melihat seseorang
yang sedang memperhatikan dirinya dengan ter-tawa2
Di atas tanah tampak tumbuh2an aneh yang sedang
dibakar dan mengepulkan asap. Bau harum tadi ternyata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
berasal dari barang itu, orang aneh itu menggoyangkan
tangannya dan asap putih itu segera tersebar.
Asap putih itu sebenarnya sangat tipis, setelah tersebar,
dengan sendirinya Boen ching dapat melihat keadaan
sekitarnya. Dalam keadaan yang remang-remang itu, ingin sekali dia
melihat wajah orang aneh itu, tetapi biar bagaimanapun juga tak dapat melihatnya dengan terang. Dalam hati Boen ching
berpikir. "orang aneh ini entah siapa, kepandaiannya sungguh
sangat tinggi, meskipun kepandaianku sendiri tak dapat
dihitung rendah, tapi ternyata dapat juga ditangkap oleh
orang aneh itu dengan sangat mudah meskipun boleh dikata
dirinya tidak siap tetapi kepandaian orang aneh itupun tak
dapat dipandang ringan"
Baru saja Boen ching akan membuka mulut untuk bertanya,
orang aneh itu telah menggoyang-goyangkan tangannya
melarang Boen ching bertanya, hati Boen ching menjadi
mendelu, terpaksa dia berdiam diri, kedua tangan orang aneh itu tetap bergerak membubarkan asap putih itu, melihat ilmu pukulan orang aneh itu Boen ching diam-diam merasa sangat
terkejut. Pukulan itu seperti memukul benda yang sangat berat,
tetapi ditengah goa segera berhenti. Ilmu pukulan yang
dilancarkan sesuai dengan kehendak hatinya itu, belum
pernah dilihat sebelumnya.
Sejenak kemudian dari luar gua tiba-tiba terdengar suara
mengerikan- Boen ching terkejut dalam hati dia berpikir.
"Bukankah itu suara dari ular?"
Baru saja dia berpikir sempat di situ, tampak seekor ular menerobos masuk ke dalam goa. Begitu melihat ular tangan
kanan orang itu segera menjambret dan tepat mengenai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tempat kelemahan dari ular itu. Kedua jarinya segera
menekan dan kepala ular itu telah hancur terkena tekanan
orang aneh itu, badan ular itu segera dibuang keluar goa.
Kemudian menyusul belasan ular yang masuk ke dalam goa
itu dan semuanya dibunuh dengan cara yang sama oleh orang
aneh itu. Melihat hal ini Boen ching diam2 merasa heran, ular-ular itu semuanya berbisa tetapi orang aneh itu ternyata dengan
mudah dapat membunuhnya, kepandaiannya sungguh sukar
diukur. Tetapi apakah dia hanya membunuh ular-ular itu saja"
Ataukah masih ada tujuan lain-
Sejenak kemudian terdengar lagi suara mengerikan, orang
aneh itu memperhatikan dan gerakan pukulannyapun
bertambah cepat.
Sesaat kemudian, seekor ular berwarna merah mengkilat
muncul didalam gua itu.
Gerakan pukula n orang aneh itu banyak ditarik kembali,
sepasang matanya memandang tajam pada ular berwarna
merah itu. Setelah ragu-ragu sejenak. ular merah itu akhirnya menerjang masuk ke dalam goa, sepanjang tubuhnya
berwarna merah darah, sepasang matanyapun berwarna
merah bagaikan dua buah intan yang memancarkan sinar
berkilauan- Setelah nampak ular merah itu berada di dalam goa,
telunjuk tangan si orang aneh itu segera diangkat, asap putih itu segera mengikuti arah tempat yang ditunjuk dan
menerjang kearah ular itu.
Ular merah itu menentang mulutnya untuk menerima asap
itu, lidahnya yang seperti api diletakkan keluar, asap putih itu dengan kencang memasuki ke dalam mulut ular merah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ular merah itu mengangkat tubuhnya dengan ujung ekor
untuk menahan berat badannya ia menyedot asap itu.
Tidak sampai seperminuman teh, ular merah itu tak tahan
lagi, mulutnya tertutup dan jatuh ke atas tanah dengan lemas.
orang aneh itupun kelihatannya sangat lelah setelah
menghembuskan napas lega, ia memadamkan tumbuhan aneh
itu dan dimasukkan ke dalam saku, kemudian mengambil ular
merah itu dan dimasukkan nya ke dalam kantong yang
terdapat dibelakang punggungnya. Setelah itu ia memejamkan
matanya untuk bersemedi.
Seperempat jam kemudian, ia membuka kedua matanya,
melihat Boen ching masih duduk di sana, dan memperhatikan
dirinya, ia mengeluarkan suara tertahan dan berkata. "orok kecil, engkau masih belum pergi?" Tanpa menunggu jawaban Boen ching tambahnya.
"ooh" dalam hatimu engkau tentu merasa heran bukan"
ular itu namanya Raja Ular dan merupakan raja dari segala
raja ular, bisanya tanpa tandingan, hanya dengan asap kayu
Gigi Naga ini saja sangat mudah aku seorang tua yang
mengerjakannya, sungguh merasa sangat repot."
Boen ching tertawa, katanya.
"Boanpwe ingin mengetahui nama dari Locianpwe."
orang aneh itu melototkan matanya sambil berkata:
"Bagaimana" Apakah setelah melihat ilmu silatku yang
sangat baik engkau anak kecil ini lalu ingin mengangkat aku sebagai guru?" Sambil tertawa Boen cheng menjawab:
"Boanpwe telah punya guru, bagaimana dapat mengangkat
Locianpwe sebagai suhu" Aku hanya ingin mengetahui nama
besar dari Locianpwe"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"oh," kata orang aneh itu. "Aku lupa kalau engkau telah mempunyai guru, coba bandingkan dengan kepandaianku
mana yang lebih tinggi ?" Boen ching tertegun, pikirnya.
"Engkau juga tidak mengetahui siapa suhuku, bagaimana
dapat membanding- bandingkan?" Sambil tertawa Boen ching berkata.
"Boanpwe tak dapat membandingkannya"
Orang aneh itu tertawa ter-bahak2, katanya.
"Aku kira kepandaian suhumu tak dapat menandingi
kepandaianku sehingga kau malu untuk mengatakannya"
Kedua alis Boen ching berdiri, budi dari Ie Bok Tocu bukan
saja telah menolong jiwanya tetapi dia juga telah menurunkan ilmu silatnya, kasih sayang pada dirinya bagaikan kasih sayang dari dua orang tuanya sendiri, kini mendengar orang aneh itu berkata demikian, hati Boen ching jadi tak senang, dengan
gusar dia berkata. "Ilmu silat suhuku lebih tinggi itu dari kepandaianmu"
orang itu segera berhenti tertawa tangan nya segera
mencengkeram tangan Boen ching. Dalam gua yang hanya
seluas tiga depa itu mana Boen ching dapat menghindari
serangan itu. Sambil mencengkeram tangan Boen ching, orang
aneh itu berkata.
"Engkau bilang apa " coba ulangi sekali lagi ?"
Sambil menahan rasa sakit, dengan gusar Boen ching
berkata. "Aku bilang kepandaian suhuku ratusan kali lipat lebih tinggi dari kepandaianmu."
orang aneh itu dengan geram mendengus, katanya.
"Mengapa tak kau katakan sejak tadi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching juga mendengus, dengan sekuat tenaga ia coba
untuk meronta, tetapi tak berhasil melepaskan diri dari
cekalan orang aneh itu, hatinya menjadi bertambah gusar.
katanya. "Tadi aku takut engkau menjadi merasa malu sehingga tak aku katakan"
Tangan kanan orang aneh itu sedikit bergetar, ia
melepaskan cekalannya, pandangan nya mendelong atap goa,
sejenak kemudian, tiba2 kedua tangannya mencengkeram
kedua tangan Boen ching lagi. sambil teriaknya: "Engkau sedang menipu aku, siapakah suhumu?"
cengkeramannya kali ini lebih keras dari tadi Boen ching
merasa sakitnya sampai terasa ke dalam tulang sumsum. Dia
mendengus dan katanya. "Engkau menanyakan siapakah
Suhuku lalu siapa kau ini?"
orang aneh itu melepaskan cengkeraman nya mulutnya
kemak- kemik perkataan yang diucapkan Boen ching itu
seperti tidak didengar semua olehnya, sedang apa yang
diucapkannya Boen ching tak paham. Sejenak kemudian orang
aneh itu berkata.
"Aku tidak perduli siapakah suhumu, pokoknya
kepandaiannya tak dapat menandingi kepandaianku"
Dengan dingin Boen ching menjawab. "Dari mana kau
dapat tahu?" orang aneh itu berkata.
"Apakah kau sedang berbohong" Kau tentu sedang
membohongi aku"
Hati Boen ching tergetar ia tak mengerti mengapa orang
aneh ini tetap akan merebut kedudukan sebagai jagoan nomor
satu. Tapi segera suara dari Ie Bok Tocu terlintas di benaknya.
Dengan sembarangan ia men-jawab. "Aku tidak berbohong"
orang aneh itu mendengus katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Kalau hanya berbicara tak ada gunanya lebih baik kita berdua coba-coba kepandaian kita"
Boen ching tertawa tawar, kemudian katanya:
"Meskipun orang tua dapat mengalahkan aku juga tidak
ada gunanya, kepandaian suhuku lebih tinggi beribu-ribu kali lipat dari aku, meskipun engkau dapat mengalahkan aku juga
belum bisa mengalahkan suhuku".
orang aneh itu pikir benar juga perkataan itu, dapat
menangkan anak kecil dihadapannya itupun tak ada gunanya,
tetapi dia tetap tidak percaya kalau Suhu dari anak kecil ini kepandaiannya lebih tinggi dari kepandaian dirinya. Dalam hati Boen ching diam-diam merasa geli pikirnya.
"Aku bilang kepandaian suhuku lebih tinggi dari
kepandaianmu. Sekarangpun suhuku tidak berada di sini,
engkau mau berbuat bagaimanapun tak ada gunanya".


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian dia menjauhkan badannya dan bersandar pada
dinding gua itu.
orang aneh itu setelah berpikir setengah harian tiba2
bertepuk tangan katanya. "sudah ada"
Boen ching terkejut. Dia segera bangunkan tubuhnya,
dalam hatinya diam-diam berpikir.
"Orang ini juga sangat aneh entah dia telah mendapatkan cara aneh yang bagaimana, asal saja jangan memaksa aku
untuk pergi mencari suhuku saja." Berpikir sampai di situ, dia membuka mulutnya dan berkata.
"Boanpwe masih ada urusan tak dapat lama tinggal di sini..
Suhuku bertempat tinggal jauh laksa lie . . ."
Orang aneh itu menggoyangkan tangannya dan berkata:
"Bukan, bukan" kemudian ia tertawa terbahak-bahak lanjutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Aku mana dapat sebodoh kau, memaksa untuk membawa
aku menemui suhumu, aku orang tua juga tak ada sedemikian
banyak waktu" Habis berkata dia tertawa terbahak-bahak katanya.
"Aku ada suatu cara suhumu tentu telah mewariskan
seluruh kepandaiannya kepadamu, kita hanya perlu mengaku
kelihaian dari jurus-jurus itu saja, engkau menyebut satu jurus aku akan mengembalikan satu jurus, dengan demikian dapat
diketahui siapa yang menang engkau kira bagaimana?"
Selesai bicara ia mempersilahkan sikapnya yang seolah-olah
sangat bangga atas usulnya yang baru saja diutarakan itu.
Boen ching menjadi sangat terkejut pikirnya:
"Kalau begini terus aku bisa runyam" pikirannya segera berputar dengan tertawa dia berkata:
"Engkau orang tua juga jagoan dariBulim, tentu
mengetahui ada jurus2 ilmu silat yang tidak terlihat
kelihaiannya jika tidak dimainkan, Lwekang suhuku jauh lebih hebat dari aku, pun jurus-jurus ilmu silatnya tak dapat aku pergunakan seluruhnya" orang aneh termenung sejenak
pikirnya. "Itu juga benar" kemudian katanya. "Kalau begitu, engkau menyebutkan saja akan kudengar satu persatu".
Boen ching menjadi tertegun, orang aneh itu berkata pula.
"Kalau engkau tidak dapat menangkan aku, engkau tidak
boleh meninggalkan gua ini." Mendengar hal ini, dalam hati Boen ching diam-diam merasa mendelu.
---ooo0dw0ooo---
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ORANG ANEH DAERAH TANDUS
DALAM hati Boen ching merasa berat, gerakan aneh dari
orang itu belum pernah ia lihat. Ilmu silat Ie Bok Tocu jika dikatakan lebih lihay daripadanya masih mungkin, tetapi jika dikatakan lebih hebat berlaksa kali hal itu tidaklah mungkin terjadi karena ilmu silat Ie Bok Tocu lebih mengutamakan
dalam hal Ginkang, dan tadi dia melihat gerakan pukulan-
pukulan orang aneh itu sangat aneh sekali, mungkin ia dapat salah melancarkan serangan jika sampai kalah dan tidak
diijinkan untuk meninggalkan gua itu. Bukankah itu akan
bertambah runyam.
orang aneh itu meskipun berada ditempat yang agak
remang2, tetapi dia dapat melihat dengan jelas, sambil
tertawa terbahak-bahak ia berkata: "sekali ini engkau tak dapat menolak lagi." Mata Boen ching berputar, katanya.
"Aku baru saja tiga hari meninggalkan perguruan,
pengalaman menghadapi musuh masih sangat dangkal,
mungkin dapat salah melancarkan serangan, tetapi untuk
mengalahkan engkau juga masih dapat."
orang aneh itu tertawa besar dan tidak menjawab,
bagaikan tidak mendengar apa yang di ucapkan oleh Boen
ching. Tanya Boen ching. "Apakah kita bertanding didalam gua ini
?" Setelah berpikir sejenak orang aneh itu mencengkeram
lengan baju Boen ching dan dibawa keluar dari gua, lalu lari naik ke atas gunung.
Boen ching sangat terkejut, tangan yang dicengkeram
orang aneh itu menjadi kaku, tapi dalam hati ia ingin
mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh orang aneh itu,
matanya memperhatikan orang aneh itu, rambutnya tidak
karuan, wajahnya penuh dengan kerutan dan bajunya
compang camping.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
orang aneh itu terus lari ke atas dan tak lama kemudian
tibalah mereka di sebuah gua yang besar yang tingginya dua
kaki. Sambil melepaskan tubuh Boen ching orang aneh, itu
berkata. "Kalau di sini bagaimana ?"
Boen ching melemaskan tangan kirinya sambil meletakkan
buntalan dan pedangnya di atas tanah. Kemudian ia
menganggukkan kepalanya.
orang aneh itu begitu nampak Boen ching menganggukkan
kepalanya, tanpa banyak bicara lagi tangan kanannya
melancarkan serangan ke arah Boen ching.
Boen ching terkejut, buru2 kaki kanannya mundur
selangkah ke belakang dan tangan kirinya melancarkan satu
jurus Liu Siu cuen Hong atau dengan tertawa melawan angin,
jurus ini adalah salah satu jurus dari ilmu pukulan "Sin Liu Eng Hong" atau pohon liu menahan angin.
Belum habis orang aneh itu melancarkan serangannya tiba-
tiba mulutnya mengeluarkan suara tertahan segera dia
mundur selangkah ke belakang matanya memandang pada
Boen ching bagaikan sedang memikirkan sesuatu hal.
Melihat sikap aneh dari orang itu Boen ching menjadi
ragu2, ia menarik kembali serangan nya dan mundur ke
belakang. Sedang dalam hatinya dia berpikir.
"Agaknya otak orang ini sedikit tidak beres, mulut orang aneh itu berkemak-kemik ketika Boen ching
memperhatikannya terdengar dia berkata.
"jurus ini pernah aku mengenalnya entah pernah melihat dimana" mengapa aku sekarang tidak ingat lagi."
Hati Boen ching menjadi ragu2 pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"ia bilang pernah mengenal jurus itu" Apakah mungkin dia adalah sahabat suhu ku?" Tetapi dalam hati ia tetap tidak percaya.
Setelah lama berpikir, orang aneh itu tiba2 melancarkan
satu kali serangan kearah Boen ching, Boen ching segera
menggunakan jurus "Liu Siau Tong Hong" atau dengan tersenyum menahan angin Timur untuk mematahkan
serangan orang aneh itu. orang aneh itu dengan tiba2
membuka mulutnya dan berkata.
"Benar, jurus selanjutnya adalah "Liu Sai Sie Yau" atau pohon Liu dan benang sutera bergoyang."
Sambil berkata dia melanjutkan serangan nya, Boen ching
sangat terkejut, tanpa sadar badannya bergoyang, kaki
kanannya mundur selangkah dan menginjak kedudukan
"Koan", sedang kedua tangannya melancarkan serangan, inilah jurus " Liu Sai Sie Yau" atau pohon Liu dan benang sutera bergoyang.
Sehabis melancarkan serangan orang aneh itu berdiri
tertegun di sana, mulutnya dibuka lebar-lebar seperti sedang memikirkan sesuatu. Tiba2 ia menderita dan menutup
mukanya dengan kedua belah tangannya dan lari pergi. Dan
Boen ching menjadi kaget. Pikirnya.
"Entah siapa orang aneh ini, ternyata ia mengenal ilmu silat perguruanku, ilmu silat dari Ie Bok To selamanya tak ada
orang dari Tionggoan yang mengenal, mengapa orang ini
dapat mengenalnya".
Makin berpikir dia makin bertambah heran tangannya
mengambil buntalan dan pedang dan segera keluar dari goa
untuk mengejar orang aneh itu tadi menghilang. Dia masih
dapat melihat bayangan orang aneh itu lari menjauh.
Budi yang diterima Boen ching dari Ie Bok Tocu adalah
sangat besar, terhadap urusan Ie Bok Tocu dia lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
memperhatikan daripada urusannya sendiri, apalagi orang
aneh itu ada hubungannya dengan Ie Bok Tocu.
Setelah mengejar sejenak. tampak orang aneh itu
membelok pada beberapa tikungan di gunung itu dan
kemudian lenyap.
Boen ching tertegun. Belum sempat ia mengejar, dari ujung
tikungan gunung itu tampak mendatangi dua orang
penunggang kuda.
Begitu melihat Boen ching. Dua orang itu segera turun dari
kudanya. Kedua orang itu kiranya adalah Si Elang Emas dari
Gurun Pasir dan Pek-How. Kong Sun Sek tertawa keras dan
katanya. "Siau-cu, aku menanyakan perguruanmu sampai setengah
harian tapi engkau tak mau menjawab, ternyata engkau
adalah murid Thian Jan Shu"
Boen ching tahu mengajar orang aneh itu tak ada gunanya
lagi, sambil tersenyum dia berkata.
"Aku bukan murid dari Thian Jan Shu segala macam."
Kong Sun Sek kembali tertawa besar dan berkata.
"Ini hari aku akan mencoba kepandaian dari murid Thian Jan shu."
Pek How yang berdiri disamping juga sudah mencabut
pedangnya, se-akan2 dia takut kalau Boen ching bisa lolos.
Boen ching tertawa ter-bahak2, kemudian berkata.
"Kong Sun cianpwe, aku kira pikiranmu lebih terang,
apakah Locianpwe tidak merasa curiga, apa sebabnya Thian
San Tjiet Kiam dapat binasa ditangan Thian Jan Shu?"
Sebenarnya Kong Sun Sek hendak turun tangan, tapi
setelah mendengar perkataan Boen ching, ia membatalkan
niatnya, kemudian berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Anak muda, apakah engkau ingin mengatakan kalau
mereka itu dibunuh oleh ciangbunjin dari tujuh partai besar?"
Boen ching tersenyum, dalam hati dia sudah tahu kalau
Kong Sun Sek tidak akan percaya, tetapi ia tetap berkata
"Tepat..."
Baru saja dia habis berkata, tiba-tiba dari belakang
tubuhnya terdengar suatu suara yang sangat dingin.
"orang she Boen, kini engkau tak dapat lolos lagi, selama sepuluh tahun orang-orang Bulim mencari engkau ternyata
hari ini engkau datang untuk mengantarkan kematian"
Boen ching menoleh ke belakang, yang baru berbicara itu
ternyata adalah ciangbunjin dari Thian San Pay. Thian San
Tayhiap Pek Hong Siang yang datang bersama putrinya.
Baru saja dia menoleh, Si elang emas dari Gurun Pasir
tertawa keras, tubuhnya meloncat ke udara dan melancarkan
ilmu pukulan tunggalnya yaitu cay Tong cap Pwe San atau
elang raksasa berjungkir delapan belas kali.
Melihat serangan Kong Sun Sek yang demikian hebatnya,
Boen ching tak berani memandang rendah, dia segera saja
melancarkan ilmu pukulan "Sia Liu Eng Hong" atau Pohon Liu menahan angin untuk menyambut serangan itu.
Kong Sun Sek disebut elang emas dari Gurun pasir, sudah
tentu ia mahir dalam ilmu meringankan tubuh, sedangkan
seluruh kepandaiannya juga dikeluarkan semua melalui ilmu
"Thay Hong cap Pwe San" atau elang raksasa berjungkir delapan belas kali.
Melihat serangannya tidak mengenai sasaran dengan
meminjam tenaga pukulan Boen ching badannya naik ke atas
dan melancarkan serangannya kembali.
Dua orang itu saling melancarkan serangan, yang satu
jurus serangannya menitik beratkan pada ganasnya serangan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sedangkan yang lain lebih menitik beratkan pada ringannya
tubuh. Sekitar gelanggang pertempuran itu segera diliputi oleh
angin pukulan yang menderu- deru. Si elang emas dari gurun
pasir telah berkali-2 melancarkan serangan, akan tetapi
gerakan Boen ching sangat aneh sehingga tiap serangannya
tidak mencapai sasaran-
Pek Hong siang yang berdiri di luar gelanggang diam-diam
merasa sangat terkejut, gerakan tubuh Boen ching yang
sangat aneh itu belum pernah dilihatnya. Ketika sedang
bertempur dengan Boen ching tempo hari, dia tak dapat
merasakan, tetapi setelah melihat hal ini hatinya menjadi
bertambah terkejut. Kaki Boen ching menggunakan langkah
Kiu Kong Pat Kwa, meskipun kelihatannya tidak karuan tapi
gerakan badan dan langkahnya sangat tepat, sehingga setiap
serangan lawan yang ingin menyerang atau mendesak
kepadanya, dapat digagalkan semuanya bahkan dapat
dibinasakan- Si elang emas dari gurun pasir sudah melancarkan seluruh
jurus dari ilmu "Thay Hong cap Pwe San" atau elang raksasa berjungkir delapan belas kali, tetapi tetap tak bisa
mengalahkan Boen ching, hatinya kaget tetapi dia belum
dapat menerka gerakan apa yang digunakan oleh Boen ching.
Meskipun jurus- jurus dari ilmu pukulan "Sie Liu Eng Hong"
atau pohon liu menahan angin sangat hebat, tapi masih ada
kekurangannya, yaitu tidak dapat untuk menyerang musuh,
tetapi hanya dapat untuk bertahan, sekalipun orang yang
berilmu tinggi juga tak dapat menembusinya.
Setelah berkali-kali pukulannya tak dapat mengenai
musuhnya, Kong Sun Sek segera menghentikan serangannya
dan berkata pada Boen ching:
"orang muda, janganlah engkau selalu hanya menghindar
saja, kalau berani terimalah satu kali pukulanku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching mendengar perkataan ini, sambil tersenyum dia
berkata. "Mengapa tidak berani," dengan kepandaian yang
dimilikinya itu mengapa dia harus takut kepada Kong Sun Sek.
Kong Sun Sek melihat Boen ching membuka mulut, tidak
menunggu sampai dia habis bicara, sambil tertawa sekaligus
dia melancarkan delapan kali pukulan-
Boen ching tak berani berayal lagi, sebab jika sedikit lengah saja maka akan terjadi perubahan pada dirinya. Segera dia
membalas dengan melancarkan dua belas kali pukulan, begitu
dua orang mulai bertanding ditengah gelanggang itu segera
diliputi oleh angin yang kencang sehingga menyebabkan pasir dan batu disekitar tempat itu beterbangan.
Sejenak kemudian angin pukulan mulai mereda, nampak
Kong Sun Sek terdesak mundur sebanyak lima-enam langkah
ke belakang, wajahnya berubah menjadi merah padam.
sebaliknya Boen ching masih kelihatan biasa saja berdiri
ditengah gelanggang sambil tersenyum.
Dengan pertempuran ini maka masing2 pihak dapat
mengetahui tinggi rendahnya Lwekang pihak lawan- Nampak
keadaan begini Pek Hong Siang segera mencabut pedangnya
dan maju menyerang.
Sambil membentak tubuh Kong Sun Sek melayang ke udara
dan sekali lagi melancarkan ilmu "Thay Hong cap pwe san-"
atau Elang raksasa berjungkir delapan belas kali menyerang
ke tubuh Boen ching, Pek Hong Siang pun mengerahkan ilmu
pedang Thay-san-paynya yang terhebat yaitu "chieh Sian chiet Kiam" atau Tujuh pedang Dewa Sakti. Dengan demikian dua orang itu bersama-sama mengerubuti Boen ching seorang diri.
Pek How kakak beradik berdiri di pinggir sambil memegang
kencang pedangnya, seolah-olah sedang mengawasi Boen
ching takut kalau dia melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching nampak dua orang itu mengerubuti dirinya
seorang, dalam hatinya menjadi terkejut, pikirnya.
"Lama tinggal di sini tak ada gunanya, dengan Ginkang
yang kumiliki sekarang ini, kiranya empat orang itu tak dapat menahan aku di sini"
Segera dia mengeluarkan ilmu meringankan tubuh ajaran
Ie Bok Tocu yakni "Hui Sie Yu Seh" atau terbang melayang mengitari selat, Ditengah sambaran dua sinar pedang dia
berkelebat kesana kemari, jurus ilmu silat kedua orang itu
meskipun digunakan sangat ganas, tetapi tak dapat berbuat
sesuatu terhadap dirinya.
Tak lama kemudian, seluruh jurus dari ilmu pukulanThay
Hong cap Pwe san- atau elang raksasa berjungkir delapan
belas kali telah dimainkan habis seluruhnya, nampak hal ini Boen ching tidak menunggu sampai dia mengganti dengan
jurus yang lain, tubuhnya berkelebat secepat kilat menerjang keluar dan mengerahkan ginkangnya yang paling lihay, "shen Au Ban Lie" atau suara meraung laksa Lie dan tubuhnya
melayang pergi.
Gadis itu segera membentak. badannya melayang dan


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melaburkan satu kali tusukan ke arah tubuh Boen ching.
Kedua kali Boen ching tidak tinggal diam, segera
melakukan serangan tendangan berantai dan menendang
terbang pedang di tangan gadis itu, sedang badannya masih
tetap melayang dan lari turun gunung.
Si Elang emas dari Gurun Pasir berdiri tertegun melihat
bayangan Boen ching yang mulai menghilang dari
pandangannya, Selama hidupnya belum pernah dia dikalahkan
secara demikian mengenaskan seperti hari ini. Ilmu silat yang dimiliki pemuda ini dengan usia yang demikian mudanya itu
sungguh merupakan suatu hal yang sangat mengejutkan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Gadis itupun berdiri tertegun di sana, dalam hatinya dia
ingin menangis, tetapi tak enak kalau ditangiskan hingga
mengeluarkan suara, pikirnya.
"Kalaupada hari-hari yang akan datang dapat bertemu lagi dengannya, tentu akan kuberi hajaran hingga dia tak dapat
bangun berdiri lagi".
Pek Hong Siang menghela napas, sedang Kong Sun Sek
malah tertawa ter-bahak2 sambil berkata.
"Pek Lote, tak usahlah menghela napas, pemuda ini juga sangat aneh, mungkin kejadian pada sepuluh tahun yang lalu
memang ada sedikit tidak beres". Pek Hong Siang dengan dingin mendengus, katanya.
"Diantara tujuh partai besar, partai mana yang bukan
merupakan suatu partai dari golongan murni. Sedangkan tujuh orang Suhengku adalah dikarenakan terkena pukulan Thian
Jan Shu sehingga mereka mengalami kematian, apakah hal ini
masih ada yang diragukan lagi?".
Kong Sun Sek tahu kalau Pek Hong Siang itu keras kepala.
Dia tertawa besar dan tak ambil bicara lagi.
Pek Hong Siang sekali lagi mendengus, kemudian katanya.
"Sayang senjata rahasia "Thian Liong Suo" tidak kubawa, kalau tidak. Hm......Hm....sekalipun- Boen ching mempunyai
tiga kaki enam tanganpun tak dapat meloloskan diri".
Sementara itu Boen ching setelah lolos dari empat orang
itu, dalam hatinya dia berpikir.
"Aku kira kalau keadaan demikian terus, perjalananku
selanjutnya diBulim akan menjadi bertambah sulit. Dari tujuh partai besar itu, partai manakah yang tidak menginginkan aku dibunuh mati ?"
Baru berpikir sampai di sini, matanya tiba2 nampak pada
jarak kira-kira sepuluh kaki dari dirinya berkelebat sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
bayangan merah, dengan cepat dia bersembunyi dibalik suatu
batu yang besar, sedang dalam hatinya dia berpikir. "Di daerah yang tandus seperti ini, siapa lagi yang datang
kemari?" Bayangan merah itu bagaikan kilat berkelebat menuju ke
belakang bukit itu, ternyata bayangan tadi adalah bayangan
dari seorang wanita, dalam hati Boen ching jadi terkejut,
gerakan wanita itu ternyata demikian gesitnya. Dalam hatinya diam2 menggerutu, pikirnya.
"Mengapa aku selalu bertemu dengan orang-orang yang
berilmu tinggi" Baru saja tadi lolos dari orang aneh itu,
ternyata sekarang di sini bertemu lagi dengan seorang wanita berbaju merah juga memiliki kepandaian yang demikian
tingginya. Entah diantara dua orang itu mempunyai hubungan
apa " Berpikir sampai di sini, dia segera akan lari menguntitnya, tiba-tiba punggungnya dicengkeram oleh seorang, hatinya
menjadi sangat terkejut, terasa badannya menjadi kaku
seluruhnya, Sedikitpun tak ada tenaga, dengan kepandaian
yang dimilikinya itu dengan mudah dibekuk oleh orang lain
tanpa bisa berkutik, hal ini membuktikan kalau orang ini
memiliki ilmu silat yang sangat tinggi. orang itu sambil
mengangkat tubuhnya, dia berteriak.
"orang kecil, baru saja aku orang tua pergi, ternyata kau dapat lolos dengan demikian cepatnya, kitakan belum
menyelesaikan pertandingan kita tadi?"
Hati Boen ching menjadi lega, ternyata yang datang orang
aneh berkumis lebat itu, orang ini itu ternyata telah lari
mengitari bukit dan berhenti di sini menanti dirinya, sehingga sekali tangkap dia telah dapat ditangkap olehnya dengan
mudah dan dibawa kembali ke gua tadi.
Sesampainya didalam gua, orang aneh itu, melepaskan
Boen ching ke atas tanah dan memperhatikannya, dia hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tersenyum-senyum saja kepada Boen ching tanpa
mengeluarkan sepatah katapun-
Hati Boen ching menjadi bertambah heran, pikirnya segera
diliputi oleh bermacam- macam pertanyaan, siapakah
sebenarnya orang aneh itu.
Entah apa tujuan sebenarnya, ternyata setelah pergi dia
kembali lagi dan kini tak henti-hentinya memperhatikan
dirinya, semuanya ini sungguh sangat mengherankan dan
membingungkan pikiran Boen ching .
Setelah termenung sejenak. tetap juga dia tak dapat
menemukan sebab2nya, dia tak mau banyak berpikir lagi,
segera dia meletakkan buntalan dan pedangnya ke atas tanah.
orang aneh itu memandang dirinya sambil tertawa, tiba-
tiba dia menggerakkan dua tangan kakinya memainkan suatu
jurus serangan, kepada Boen cing dia berkata.
"coba engkau lihat jurusku ini bagaimana" lebih hebat dari suhumu atau tidak?"
Boen ching setelah memperhatikan setengah harian, dia
hanya tahu letak kaki dan tangan orang aneh itu sangat aneh sekali, kelihatannya bagaikan untuk menahan tubuhnyapun
tak kuat, jika dikatakan mau jatuh tetapi tidak jatuh, tak ada dapat dilihat dimana terletak keistimewaan dari jurus ini.
Setelah melihat sejenak lagi sambil menggoyang-
goyangkan kepala dia berkata.
"Locianpwe entah jurus ini apa namanya" Aku tak dapat
melihat keistimewaan dari jurus ini terletak dimana."
orang aneh ini nampaknya seperti sangat marah dia
mendengus dan berkata: "Tak ada keistimewaan apa" engkau boleh coba-coba."
Habis berkata dia meng gerakan tangan dan kakinya
menerjang Boen ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Baru saja Boen ching akan menghindar, dia melihat tangan
dan kaki diajukan sedemikian anehnya sehingga membuatnya
tak tahu harus menghindar kearah mana.
"Plak....." tanpa terasa dia telah melemparkan ke atas tanah oleh orang aneh itu, masih untung orang aneh itu tidak menggunakan tenaga penuh, kalau tidak dia tentu akan
terjungkal lebih hebat lagi dari sekarang ini.
Orang aneh itu setelah menjungkalkan Boen ching ke atas
tanah dalam hatinya merasa sangat bangga, sambil tertawa
dia berkata. "Bagaimana" coba, kau lihat kepandaianku, jika
dibandingkan dengan kepandaian suhumu, siapa yang lebih
lihay?" Boen ching berdiri tertegun di sana, didalam hatinya dia
berpikir. "Sungguh sangat aneh sekali, jurus dari orang aneh itu"
Sesaat dia menjadi bingung, entah harus menggunakan
cara apa untuk menghindari dari jurus itu. Tanpa terasa dia menirukan jurus tadi tapi setelah dicoba berkali-kali tetap tak dapat menirukannya.
Orang aneh itu nampak Boen ching coba menirukan jurus
itu, pada matanya terlintas suatu pandangan yang sangat
aneh, lalu dia berkata. "Salah bukan demikian"
Sambil berkata ia memainkan jurus tadi sekali lagi dan
lanjutnya. "ini adalah jurus yang hebat di dunia ini, apakah jurus ilmu silat yang dilancarkan dari suhumu dapat lebih lihay dari jurus- jurus ini?"
Boen ching melihat orang itu memainkan dia lihat hatinya
menjadi tergetar pikirnya. "Ternyata orang aneh itu akan mewariskan suatu ilmu silat yang aneh kepadaku"
Berpikir sampai di sini hatinya sangat gembira, tetapi dalam hatinya pun segera timbul keragu-raguan mengapa orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
aneh itu akan mewariskan suatu ilmu silat aneh itu
kepadanya"
Setelah beberapa kali dia menirukan orang aneh itu, tiba-
tiba orang aneh itu berkata Sambil tertawa.
"Benar, benar demikian Bagaimana" Apa jurus dari ilmu
silat suhumu ada yang dapat memecahkan jurusku ini?"
Hati Boen ching segera berputar, dia tertawa sambil
berkata. "Tentu saja ada, suhuku adalah jagoan nomor satu di dunia ini, mana mau mengurusi jurusmu yang tak karuan itu" Dia berhenti sejenak kemudian lanjutnya.
"Coba kau lihat dengan cara begini maka jurus mu itu
sudah dapat kupecahkan"
Sambil berkata kaki kirinya melakukan tendangan
sedangkan tangan kanannya melakukan gerakan memotong
kemudian katanya.
" Kepandaian dari suhuku sangat tinggi sebelum engkau
melancarkan serangan tadi maka suhuku akan melancarkan
serangan dengan cara ini maka jurusmu tadi apa ada
gunanya?" selesai dia berbicara dia tertawa terbahak-bahak.
Padahal mana dapat sedemikian mudah untuk
memecahkan jurus tersebut, tetapi Boen ching berkata
demikian, orang aneh itu hanya tersenyum saja, kemudian
lakukan lagi satu jurus sekarang pada Boen ching dia berkata.
"jurus tadi boleh dihitung dapat kau pecahkan, tetapi jurus ini aku mau lihat dengan cara bagaimana suhumu akan
memecahkannya lagi".
Boen ching setelah memperhatikan sejenak. jurus inipun ia
merasa sangat aneh, segera dia menirukannya. Setelah itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dengan sembarangan dia menjemput salah satu jurus untuk
memecahkan jurus itu.
orang aneh itu seperti sungguh-sungguh ingin menurunkan
ilmu tersebut kepada Boen ching, diapun tak mau
memperdulikan hal itu, satu jurus demi satu jurus diturunkan kepada Boen ching.
Ber-turut2 dia menirukan sebanyak sembilan jurus pada
saat itupun mulai gelap.. Setelah tertawa besar orang aneh itu berkata kepada Boen ching.
"Aku hanya mempunyai sembilan jurus itu saja, tetapi
semuanya dapat kau pecahkan dengan mudah, lain kali kita
bertanding lagi"
selesai bicara dia berjungkir balik keluar dari gua dan
lenyap dari pandangan-
Boen ching melihat orang aneh itu pergi, dalam hatinya
sedikit terkejut, orang itu jika dilihat sepertinya ada yang tidak beres otaknya, entah karena apa dia menurunkan suatu ilmu
yang aneh itu kepadanya, sungguh orang itu merupakan suatu
manusia yang sangat aneh.
Setelah sendirian berada didalam gua itu, segera ia
mengulangi lagi sembilan jurus tadi, semakin berlatih dia
merasa sembilan jurus itu mempunyai pecahan yang sangat
dalam artinya bukanlah dapat dipahami dalam waktu yang
sangat singkat, bagaimanapun juga dia berusaha tetap tak
berhasil menyatukan sembilan jurus itu menjadi satu.
Berhubung hari semakin larut malam, diapun berhenti
berlatih dan tertidur didalam gua itu.
Begitu dia sadar tampak sang matahari telah jauh
meninggi, dengan cepat dia keluar dari gua dan turun gunung, sehari tidak mengisi perut, dia sangat lapar, segera dia
memetik buah2an yang ada di gunung itu untuk menangsal
perutnya yang terus berbunyi, kemudian berjalanlah dia ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
suatu sungai, baru saja akan minum tiba2 telinganya
menangkap suara beradunya senjata tajam.
Hati Boen ching diam2 merasa terkejut, di tempat yang
demikian liarnya itu bagaimana ada orang yang bertempur"
hatinya merasa sangat heran dengan diam2 dia pergi
mengintip untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Tampak seorang pemuda sedang bertempur dengan putri
dari Pek Hong Siang, kelihatannya mereka bertempur dengan
serunya. Pemuda itu tampak sangat ceriwis dengan tangan kosong
dia bertempur melawan gadis itu dan memaksa gadis itu
mundur berulang kali.
Dalam hati Boen ching diam-diam merasa terkejut dalam
hati dia berpikir. "Siapakah pemuda itu" kalau dilihat kepandaian pemuda itu tak berada di bawahnya, entah anak
murid dari partai mana, sungguh tak disangka ditempat yang
demikian liarnya itu ternyata terdapat banyak sekali orang2
aneh." Tampak pemuda berpakaian putih itu dengan sangat
ceriwis sedang menggoda gadis itu, katanya:
"Nona kecil, jangan bertempur lagi, dengan kepandaianmu yang demikian itu masih tertinggal jauh sekali, bukannya aku tak dapat menangkan kau, adalah takut kalau sampai melukai
badanmu yang sangat halus itu, lebih baik eng kau turut
padaku saja, tanggung kau tak salah memilih, dalam tiga
tahun saja, kepandaianmu akan lebih tinggi dari suhumu
sekarang."
Gadis itu mencibirkan bibirnya, dengan gusar ia
membentak. "Tak tahu malu, bila kau bicara sekali lagi, akan kuhajar kau."
Tangan pemuda berpakaian putih itu menangkis pedang
gadis itu, sambil tertawa dia mengeluarkan kepalanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
mendekat ke muka gadis itu sambil berkata. "Nona baik, pukullah aku sampai mati."
Dengan sangat gusar gadis itu melancarkan serangan
kearah kepala pemuda berpakaian putih itu.
Pemuda itu tertawa besar tangan kirinya menyambar dan
menangkap tangan gadis itu sambil godanya.
"Sungguh halus sekali tanganmu ini "
Gadis itu meronta tapi tak berhasil melepaskan diri dari
cekalan itu, segera dia melancarkan tendangan tangan kanan
pemuda berpakaian putih itu menyambar lagi sambil mulutnya
memperdengarkan suara memuji katanya:
"Tangan dan kaki yang demikian halus, sungguh sangat
sayang kalau dipergunakan untuk berlatih ilmu silat."
Gadis itu sungguh gusar dia mengetahui dirinya tak dapat
melawan pemuda itu dan kini ternyata tangan dan kakinya
tertangkap pula, dengan menahan rasa malu dan menetesnya
air mata dia membentak.
"Lekas kau lepaskan aku, jika kau tak mau lekas
melepaskan diriku, aku akan segera teriak"
Pemuda berpakaian putih itu memejamkan matanya sambil
tertawa dia berkata:
"Engkau mau berteriak " Itu sangat kebetulan sekali. ibuku sekarang berada disekitar tempat ini jika kau teriak tentu
ibuku akan datang dan sekalian untuk melihat istriku yang
baru." Sambil berkata dia mendekatkan mukanya ke wajah gadis
itu. Boen ching nampak hal ini segera membentak, pemuda
berpakaian putih itu sangat terkejut, ke dua tangannya segera melepaskan gadis itu, wajahnya berubah menjadi merah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
menahan rasa gusarnya dan berkata: "Siapa yang teriak tidak karuan"
Dengan tersenyum Been cing berjalan mendekat.
Gadis itu nampak yang datang adalah Boen ching, semula
hatinya masih gusar terhadap nya tapi waktu itu dia merasa
tak ada orang lain yang melindunginya kecuali Boen ching,
segera larilah dia ke arahnya.
Pemuda berbaju putih itu yang melihat gadis itu lari kearah Boen ching, menjadi amat gusar bentaknya.
"BERHENTI" Sambil berbicara ia lari mengejar ke arahnya.
Badan Boen ching segera berkelebat, kedua tangannya
melancarkan serangan ke arah pemuda itu. Melihat dirinya
diserang, pemuda itu pun melancarkan satu serangan-
Kedua tangan itu dengan cepat bertemu dan
mengakibatkan kedua orang itu jatuh ke tanah dengan
kerasnya. Pemuda berpakaian putih itu dengan gusar mendengus,
nampak kepandaian Boen ching tidak di bawah dirinya, dalam
hatinya segera timbul rasa jeri. Tatkala gadis itu lari ke arah Boen ching, dia mengira gadis itu tentu adalah kekasih Boen ching, kepada Boen ching dia membentak.
"cepat kau serahkan nona kecil itu kepada ku, kalau tidak jika ibuku datang engkau jangan harap engkau dapat
meloloskan dari sini"
Gadis itu begitu nampak Boen ching muncul, segera


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melupakan peristiwa tadi dengan tertawa dia berkata.
"Sungguh tidak tahu malu, sudah sedemikian besarnya
masih seperti bayi saja yang ingin menyusu dan selalu
memanggil-manggil ibu" Dalam hati Boen ching pun diam-
diam ingin tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Mendengar hal itu, pemuda berpakaian serba putih itu
menjadi sangat gusar, segera ia membentak dan menubruk ke
arah gadis itu.
Melihat pemuda itu mulai menyerang, Boen ching segera
menarik gadis itu ke belakang tubuhnya, sedang tangannya
melancarkan ilmu pukulan "Sie Liu Eng Hong" atau pohon Liu menahan angin, dan kakinya menggunakan langkah Kioe Kong
pat Kwa untuk menahan serangan pemuda berpakaian putih
itu. Pemuda berpakaian putih itu berturut-turut melancarkan
tiga kali serangan, tetapi satupun tak ada yang berhasil, tiba-tiba ia mengeluarkan suara tertahan, badannya segera
mundur ke belakang sedang mulutnya memaki. "Aku kira
siapa, tak tahunya adalah murid dari perempuan hina itu."
Boen ching menjadi tertegun, pemuda berpakaian putih itu
ternyata memaki gurunya sebagai perempuan hina. Sampai
saat ini ia menerima budi dari Ie Bok Tocu yang sangat besar sekali. Kini mendapat perkataan yang demikian menghina
gurunya, amarahnya tak tertahan lagi, badannya melayang ke
samping pemuda itu dan tanpa sadar ia telah menggunakan
jurus aneh yang baru saja dipelajarinya itu.
Ia mengajukan tangan dan kakinya ke depan sangat lincah.
Tiba-tiba terdengar suara, "Bluk...."
Ternyata pemuda itu telah terpelanting di atas tanah, hati
Boen ching sangat gusar, jurus itu telah digunakan dengan
tenaga yang besar sehingga menyebabkan pemuda yang
berpakaian putih itu jatuh ke atas tanah dengan kerasnya,
sedang dari hidungnya keluar banyak darah.
Gadis yang berdiri disamping itu saking gembiranya sampai
bertepuk tangan-
Pemuda berpakaian putih itu setelah terjungkir jatuh, ia
menjadi termangu-mangu, mulutnya memaki kalang kabut,
katanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Bangsat ternyata murid perempuan hina itu dapat
menggunakan ilmu hitam"
Sambil memaki dia bangun berdiri, Boen ching mendengar
pemuda berpakaian putih itu masih memaki suhunya sebagai
perempuan hina, amarahnya memuncak lagi, tidak menunggu
sampai pemuda itu berdiri tegak. segera ia melancarkan lagi jurus aneh itu yang mengakibatkan pemuda itu terjungkir balik lagi, kali ini ia menggunakan tenaga yang lebih besar lagi.
Pemuda itu terbanting jatuh hingga menyebabkan mukanya
menjadi matang biru seluruhnya Boen ching membentak,
katanya. "Engkau masih memaki tidak?"
Pemuda berpakaian putih itu sejak kecil selalu disayang dan dimanjakan, mana ia tahan untuk menerima penderitaan
semacam ini, dia ber-teriak2 dan men-jerit2 seperti anak kecil.
katanya. "Perempuan hina aku akan terus memaki, jika ibuku telah datang kalian jangan menyesal."
Perkataannya belum selesai, Boen ching telah maju dan
melanjutkan tendangan lagi, sehingga mengakibatkan pemuda
itu babak-belur tak karuan-
Gadis yang berdiri disamping itu nampak keadaan yang
lucu ini, tertawa ter-pingkal2 hingga susah bernapas dan
bertepuk tangan saking gembiranya.
Pemuda berpakaian putih itu menjadi takut dijungkir lagi,
saking takutnya hingga ia duduk di atas tanah tak berani
berkutik. Dalam hati Boen ching diam2 berpikir.
"Siapakah sebenarnya pemuda itu" serta kenal akan ilmu silat Ie Bok To, kalau hanya demikian masih tidak
mengherankan ternyata ia masih mengetahui kalau suhuku
adalah seorang perempuan, malah memaki suhuku sebagai
perempuan hina, didalamnya tentu masih ada sebab2 nya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Berpikir sampai di sini, ia segera berjalan mendekati
pemuda berpakaian putih itu, hatinya ingin bertanya
kepadanya, mengapa ia mengetahui akan hal itu.
Siapa tahu pemuda berpakaian putih itu setelah tadi
melihat jurus aneh yang digunakan Boen ching, kini menjadi
sangat takut kepadanya, nampak Boen ching datang
mendekat, pikirnya tentu Boen ching akan memberi
hajarannya lagi, saking takutnya dia menjadi ber-teriak2. "Ibu
. . . Tolong?"
Boen ching menjadi tertegun, sedang gadis tadi tertawa
ter-pingkal2 dibuatnya.
Tiba-tiba dari samping gunung itu muncul suatu baangan
merah, bagaikan terbang datang mendekat.
Boen ching menjadi sangat terkejut, pikirnya.
"Kira nya wanita berbaju merah itu adalah ibunya, jika dilihatnya dari gerakan tubuh nya, kepandaianku masih jauh di bawahnya dan bukan tandingannya, tak disangka pemuda
berpakaian putih itu ternyata demikian tak punya nyali,
sehingga berteriak minta tolong kepada ibunya."
Dalam hatinya diam2 menggerutu saking mangkelnya, ia
dengan keras mendamprat ke arah pemuda itu hingga
menyebabkan tubuhnya ter-guling2 di tanah.
Nampak wanita berpakaian merah itu makin mendekat,
dengan terburu-buru ia menarik tangan gadis itu dan lari ke atas gunung.
Wanita berpakaian merah itu mengeluarkan siulan yang
sangat nyaring dan terus datang mengejar.
Boen ching yang harus menarik tangan gadis itu tak dapat
lari cepat, dalam hatinya ia berpikir.
"Tentu wanita berbaju merah itu akan menolong anaknya
dahulu baru akan mengejar aku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tetapi sungguh tak disangka ia mengejar ke arah Boen
ching tanpa memperdulikan putranya yang babak-belur itu,
hatinya menjadi terperanjat, segera ia menarik tangan gadis itu dan terus lari dengan kencangnya.
Suara siulan itu, makin lama makin mendekat, hati Boen
ching makin terperanjat. ia tahu kalau sampai tersusul wanita berbaju merah itu, sudah jelas dirinya bukanlah tandingannya, tetapi iapun tak dapat meninggalkan gadis itu sendirian di
sana. Setelah berbelok pada suatu tikungan, di hadapannya
terbentuk suatu celah yang sangat sempit, dimuka celah itu
terdapat sarang laba-laba, segera ia menarik gadis itu masuk ke dalam celah tersebut dan bersembunyi didalamnya, celah
sempit itu luasnya tidak lebih tiga depa, sehingga terpaksa dua orang itu hanya dapat berdiri berhadap-hadapan-Gadis itu memegangi lengan kirinya yang sakit, karena
terlalu lama dicekal kencang oleh Boen ching. Ia mengerutkan alisnya, sedang matanya melirik ke arah Boen ching, diapun
berdiam diri tak berani membuka mulut.
Siulan itu dengan cepat berlalu dari mulut celah itu, gadis itu melotot ke arah Boen ching dan membuka mulut akan
memaki, melihat hal ini hati Boen ching menjadi terkejut,
buru2 dengan tangannya ia menutupi mulut gadis itu.
Gadis itu melihat Boen ching menutupi mulutnya, segera
tangannya memukul ke arah punggung Boen ching.
Pukulan ini membuat Boen ching kesakitan, dia
mengerutkan alisnya, tetapi tak dapat berbuat apa-apa.
Siulan itu tiba2 berhenti dan kemudian balik kembali, Boen
ching tahu tentu wanita berbaju merah itu telah mengetahui
kalau mereka telah bersembunyi, lalu kembali mencari lagi.
segera dia melepaskan tangannya dari mulut gadis itu dan
tersenyum ke arah gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Gadis itu mendengar siulan itu balik kembali ia menjadi
tertegun, kini nampak Boen ching tersenyum kepadanya,
matanya menjadi melotot dan kakinya menginjak kaki Boen
ching. Boen ching menjadi kesakitan tetapi sekali lagi ia tak dapat berbuat apa2, terpaksa hanya menggigit bibir menahan sakit.
Gadis itu melihat keadaan Boen ching yang demikian
lucunya itu, tak dapat tahan lagi ia tertawa cekikikan. Melihat gadis itu tertawa Boen ching dengan cepat menutupi mulut
gadis itu lagi.
Tiba2 siulan itu berhenti dengan celah itu, gadis itu tak
berani berkutik lagi, segera ia melepaskan tangannya, tetapi pada telapak nya itu timbul rasa gatal2, dalam hatinya segera timbul perasaan yang sangat aneh.
Di luar celah, terdengar suara wanita berbaju merah itu
mendengus, katanya. "Aku tak percaya kalau dua setan kecil itu bisa lolos".
Terdengar suara dengusan yang lain, ternyata suara dari
pemuda berpakaian putih itu, kemudian tanyanya.
"lbu, apakah engkau berhasil menangkap dua orang itu ?"
Wanita berbaju merah itu melihat pemuda itu demikian
mengenaskan, dalam hati timbul perasaan gusar dan ia
merasa sakit hatinya, dengan gusar katanya:
"Mengapa engkau demikian bodoh, usiamu telah tak kecil lagi, kepandaian yang kau pelajari selama sembilan belas
tahun itu kau taruh dimana, mengapa dapat dihajar orang
sampai sedemikian rupa " Sungguh kau membuat aku
kehilangan muka". Pemuda berpakaian putih itu mendengus, katanya. "Yang laki itu adalah murid dari perempuan hina itu"
. Wanita berbaju merah itu mendengar hal ini, lalu katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Apa" Kiranya adalah murid dari perempuan hina itu, dia ternyata berani mencari aku, kalau sampai tertangkap pasti
takkan diampuni".
Boen ching yang berada didalam celah, mendengar dua
orang itu terus memaki suhunya sebagai perempuan hina,
ingin sekali ia keluar untuk mengadu jiwa dengan mereka,
tetapi kepandaiannya tak dapat menandinginya, membuat dia
hampir menangis saking mendongkolnya, tetapi nampak gadis
itu sedang memperhatikannya terpaksa dia menarik alisnya
dan berdiam diri.
Terdengar pemuda berpakaian putih itu berkata lagi.
"lbu, cepat engkau pergi menangkapnya, bila tidak. mereka akan lari jauh, jika sampai waktu itu kita tak dapat
menangkapnya lagi".
Wanita berbaju merah itu mendengus, katanya:
"Kedua setan cilik yang licin itu tak dapat lari jauh dari sini, tadi ketika aku mengejarnya tetapi pada suatu ketika ternyata mereka telah lenyap. tentu mereka bersembunyi dibalik
karang-karang ini, mari kita mencari mereka." Habis berkata dia mendengus kemudian lanjutnya.
Boen ching saking mendongkolnya hingga terasa pening
kepalanya, sedang dalam hatinya ia berpikir.
"Aku Boen ching pada suatu hari tentu akan memberi
hajaran setengah mati pada kamu orang, kemudian
memotong lidah kalian, aku mau melihat apakah kamu masih
dapat memaki lagi atau tidak."
Selesai bicara, wanita berbaju merah itupun lari mencari,
dengan cepat pemuda itu berkata.
"ibu, jangan demikian bodoh, mana mereka mau tinggal
diam di dalam gua sekitar tempat ini untuk menunggu engkau
pergi menangkap mereka, waktu engkau mengajarnya tadi
mungkin mereka telah pergi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Wanita berbaju merah itu berpikir sebenak. kemudian
katanya. "Tidak mungkin, aku pergi datang hanya dalam sekejap
saja, mereka mana dapat pergi dengan demikian cepatnya,
pasti mereka berada di sekitar tempat ini."
Pemuda berpakaian putih itu sebenarnya hanya
sembarangan berkata, tetapi setelah perkataannya diucapkan
keluar, dipikir kembali ucapannya itu juga beralasan, dan kini mendengar wanita berbaju merah itu tidak dapat memastikan
kalau ada orang itu masih bersembunyi di sekitar tempat ini, dengan cepat ia berkata.
"Ibu, Pemuda itu memiliki ilmu meringankan tubuh yang
sangat tinggi, dalam sekejap mata saja mereka tentu telah
pergi jauh2 meninggalkan tempat ini." Wanita berpakaian merah itu mendengus, pikirnya.
"Suhu pemuda itu memiliki ginkang yang sangat tinggi,
mungkin pada saat ini mereka telah melarikan diri. Ketika
dirinya sedang lewat mereka tentu segera sembunyi di
belakang batu dan kemudian melarikan diri."
Berpikir sampai di situ matanya menyapu tempat itu,
nampak sarang laba-laba yang ada di depan celah didekatnya
itu masih tetap utuh, sambil berpikir dia mendengus, segera ia menarik tangan pemuda berpakaian putih itu dan berkata:
"Mari kita kejar"
Dua orang itu segera kembali ke jalan semula dan lari
mengejar Boen ching dan gadis itu.
Setelah tidak mendengar suara dari dua orang itu lagi,
Boen ching baru dapat bernapas lega matanya melirik ke arah gadis itu, nampak gadis itu sedang melototkan matanya ke
arahnya. Suatu bau harum yang aneh menusuk hidungnya, dia
sebenarnya ingin menghindar, tetapi juga merasa sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sayang, ingin sekali dia membaui sekali lagi. Tiba-tiba gadis itu membuka mulut pelan berkata. " Hei. . . mereka telah pergi. "
Jarak antara dua orang itu tidak lebih dari sedepa saja,
begitu gadis itu mengembus ke arahnya membuat dia
mengangguk kepalanya. Gadis itu berkata lagi:
"Bagaimana" Siapa sebenarnya suhumu" mengapa mereka
memaki suhumu sebagai wanita hina"
Boen ching mendengar gadis itu mengatakan suhunya
sebagai perempuan hina, hatinya menjadi tidak senang, tanpa menjawab ia segera membalikkan tubuhnya dan keluar dari
celah-celah sempit itu.
Gadis itupun mengikuti dari belakangnya, dengan nada
yang tidak senang ia berkata.
"Engkau ini bagaimana toh" apakah engkau tidak
mendengar apa yang sedang diucapkan?" Boen ching tidak perduli, setelah sampai di luar celah, dengan tawarnya dia
berkata. "Mereka berdua telah pergi dan kini sudah tidak ada urusan lagi, engkaupun boleh meninggalkan tempat ini."
Gadis itu menjadi tertegun, sejak kemudian katanya.
"Apa?" Baru saja dia membuka mulut nampak Boen ching telah memutarkan tubuhnya dan berjalan pergi, hatinya
menjadi kaget. Tiba-tiba ia tersadar mengapa Boen ching tak senang hati, segera ia berkata.
"Hey, apakah engkau akan pergi" engkau ini tahu aturan atau tidak?"
Boen ching menjadi melongo, hatinya merasa heran, sambil
balikkan tubuh dia berkata:
"Engkau bilang apa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Gadis itu mencibirkan bibirnya yang mungil itu sambil
berkata. "Aku bilang kau tahu aturan atau tidak?"
Pada saat ini hari Boen ching sedang memikirkan usaha
lain, dengan sembarangan dia berkata.
"Engkau bilang aturan apa?" Sedang dalam hatinya dia berpikir.
"Wanita baju merah dengan putranya tadi itu entah berasal dari mana, sepertinya ada dendam terhadap suhuku,
sedangkan suhu sudah lama sekali tidak menginjakkan
kakinya di Tionggoan lagi, urusan beliau seharusnyalah kalau aku yang mewakili beliau untuk membereskannya . "
Sejak kecil gadis itu selalu disayang dan dimanjakan oleh
ayahnya dan kini Boen ching tidak memperhatikan padanya,
bagaimana ia dapat tahan terhadap hal ini, berpikir sampai di situ tak tertahan lagi hatinya menjadi sedih, sambil menangis terisak dia berkata.
"Jika engkau pergi dan meninggalkan aku seorang diri di sini, nanti kalau aku bertemu dengan mereka lagi, apa yang
harus ku perbuat"
Habis berkata hatinya semakin bertambah sedih, tak
tertahan lagi air matanya jatuh berlinang.
Boen ching yang nampak hal ini segera mengerutkan
alisnya, sejak kecil dia selalu berada disamping Ie Bok tocu, sehingga dia diberi pelajaran untuk tahan segala ujian, tetapi demi melihat air mata ia menjadi bingung, sekalipun menurut anggapannya gadis itu tak tahu aturan, tapi hatinya menjadi lunak juga katanya.
"Kalau begitu lalu, aku harus berbuat apa?" Gadis itu melihat sikap Boen ching berubah hatinya menjadi gembira
pikirnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Aku tak percaya kalau kau tak menurut aku" Sambil mendengus dia berkata.
"Kalau kau tak mau tinggal di sini, pergilah aku tak
membutuhkanmu."
Boen ching mana tahu kalau gadis itu sedang berpura-pura,
mendengar perkataan itu dalam hatinya segera berpikir.
"Kalau aku tinggal di sini terus tentu dia tak kan senang, apa lagi ayahnya mencari aku untuk dibunuh." Berpikir sampai di sini lalu katanya. "Kalau begitu aku lebih baik pergi saja."
"Pergi kau, pergi kau dari sini, aku selamanya takkan mau bertemu dengan kau lagi."
Boen ching melihat gadis itu menangis saja jadi bingung
sekali, dengan cepat ia berkata.


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona, engkau mau aku berbuat bagaimana?"
Gadis itu melihat Boen ching menjadi bingung tak dapat
tertahan lagi tertawalah ia, dengan tertawanya ini maka ia tak dapat meneruskan untuk berpura-pura lagi maka dengan
pura2 gusar ia berkata.
"Kau harus mengantarkan aku ke rumah ayahku."
Boen ching dengan kaget berteriak.
"Nona ayahmu akan membunuh aku."
Gadis itu tertawa cekikikan, kemudian katanya.
"Kalau mengenai hal itu, aku tak mau mengurus."
Boen ching menjadi melongo, ia tak mengetahui mengapa
gadis itu sebentar menangis sebentar kemudian tertawa lagi, biasanya ia adalah seorang yang cerdas, entah mengapa ini
hari dapat menjadi demikian bodohnya. Gadis itu telah
mengetahui kalau ayahnya akan membunuh dia tapi dia malah
menyuruh dia mengantar dirinya pulang ke rumah, entah ia
akan berbuat apa lagi "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Gadis itu melihat Boen ching jadi kebingungan dibuatnya
tak tertahan tertawalah dia sambil berkata.
"Apakah ayahku tak boleh melihat kau ?"
Boen ching tanpa sadar menggelengkan kepalanya, ia juga
tak tahu ia sekarang ini sedang memikirkan apa, dia hanya
merasa gadis itu sangat menarik hatinya, tetapi juga kadang-kadang sangat nakal sehingga menjengkelkan hatinya.
---oooo0dw0ooo---
ILMU SEMBILAN JURUS JUNGKIR BALIK
GADIS itu berkata lagi. "Aku bernama Pek Hian Liang,
sebenarnya aku sangat benci padamu. Telah dua kali engkau
menendang terbang pedangku, tetapi sekarang engkau telah
menolong aku. Kini aku tidak akan membenci padamu lagi."
Sambil tersenyum Boen ching berkata.
"Mari cepat kita pergi dari sini, kalau wanita berbaju merah itu datang lagi, kita bisa runyam."
Hati Pek Hian Ling sebenarnya juga sedikit merasa
khawatir, tetapi pada mulutnya dia berkata.
"Bukankah ilmu silatmu sangat tinggi" Mengapa kita harus takut kepada mereka ?" sambil berkata, dua orang itupun turun gunung.
Setelah melakukan perjalanan kira-kira satujam, Boen ching
bertanya kepada Pek Hian ling.
"Ayahmu sekarang berada dimana ?"
Pek Hian Ling sejak tadi berdiri berdempetan dan
berhadap-hadapan di celah yang sempit itu, dalam hatinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
segera timbul suatu perasaan yang aneh terhadap Boen ching
yang dia sendiri tak tahu bagaimana rasanya, pikirnya.
"Aku harus mengetahui rahasia yang sebenarnya
terkandung pada Boen ching ini." Sambil tersenyum dengan cepat dia berkata: "Aku sendiri juga tidak mengetahui kini ia berada dimana."
Boen ching menjadi tertegun, dia menghentikan
langkahnya sambil berkata. "Nona, aku sendiri masih
mempunyai banyak urusan"
Pek Hian Ling tahu kalau hati Boen ching kini sangat lunak.
dalam hatinya ia ingin tertawa tetapi pada wabahnya dia
menampilkan sikap yang minta dikasihani, katanya.
"Aku telah terpencar dengan ayahku, engkau tentu tak tega bukan, kalau aku sampai tertangkap lagi oleh wanita berbaju merah itu"
Boen ching tak dapat berbuat apa-apa, dia hanya
menganggukkan kepalanya kemudian katanya.
"Kalau begitu aku akan mengantarkan kau turun gunung,
setelah keluar dari gunung itu, wanita berbaju merah itu tentu tak dapat menangkapmu lagi"
Pada saat itu, diam2 dalam hati Pek Hian Ling telah
mengatur siasat, kini mendengar perkataan Boen ching
dengan cepat ia menganggukkan kepalanya. Setelah keluar
dari gunung Yi San Pek Hian Ling berkata lagi:
"Aku sudah lama tak makan dan kini perutku mulai merasa lapar, mari kita makan dulu, maukah kau?"
Dalam hati Boen ching diam-diam berpikir.
"Peristiwa sepuluh tahun yang lalu di puncak Hwee Ing, jika aku ceritakan kepada Pek Hong siang sudah tentu mereka tak
mau percaya. lebih baik aku ceritakan saja pada Pek Hian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ling, agar dia yang menyampaikan hal ini kepada Pek Hong
Siang." Setelah berpikir sampai di sini, lalu ia berkata.
"Akupun sudah merasa lapar, setelah makan kenyang aku
akan kembali ke atas gunung, aku kira usulmu itupun sangat
baik." Pek Hian Ling berkata. "Engkau bersembunyipun tak ada
gunanya, semua orang mau membunuhmu. "
Boen ching tertawa tawar, pikirnya.
"Mana aku mau bersembunyi, aku kembali ke atas gunung
hanya ingin mengetahui orang aneh dan wanita berbaju
merah serta putra nya itu mempunyai hubungan apa dengan
suhuku, lagipula ada perjanjian dipuncak Pak Sek tiga hari
lagi, lima orang jago Liong Hwee atau perkumpulan lima naga itu kelihatannya bukan orang-orang jahat, aku ingin pergi lihat yang disebut , Tok Thian coen" atau Si raja racun itu
sebenarnya orang macam apa sehingga menyebabkan banyak
orang jeri terhadapnya."
Pek Hian Liang melihat Boen ching tidak menjawab, lalu
tambahnya. "Hei, bolehkah engkau beritahu padaku siapa kau
sebenarnya suhumu itu?"
Sambil tersenyum Boen ching berkata .
"Suhuku telah berpesan tak memperkenankan aku
memberitahukan nama beliau kepada siapa saja, sebab
setelah tahu akan namanya maka akan mendatangkan banyak
kesulitan bagiku, kau telah mengetahui kalau suhuku itu
adalah seorang wanita, itu sudahlah cukup," Pek Hian Ling telah berpikir sejenak lalu katanya:
"Tetapi kepandaian begitu tingginya, kalau begitu aku kira kepandaian suhumu tentu jauh lebih tinggi dari kau, aku tak dapat menerka siapakah dia, engkau beri tahu saja padaku
tentu aku tak akan memberitahukan kepada orang lain,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
maukah?" Boen ching memandang Pek Hian Ling sejenak
pikirnya. "Anak perempuan ini mengapa demikian senang
mengurusi urusan orang lain?" Kemudian sambil tersenyum ia berkata.
"Hal itu tak berguna bagimu, akan kuberitahukan padamu suatu rahasia yang amat besar, maukah engkau untuk
mendengarkan nya?"
Pek Hian Ling mencibirkan bibirnya yang kecil mungil itu,
kemudian katanya dengan nada tidak senang.
"Kau tidak mau memberitahukan padaku juga tidak
mengapa, siapa yang sudi mendengarkan segala macaw
rahasia, sedikit pun aku tidak menginginkan untuk mendengar kan"
Boen ching tak dapat berbuat apa-apa lagi, nampak di
depan jalan itu ada sebuah rumah makan, segera ia berkata.
"Mari kita masuk kesana"
Pek Hian Ling sebenarnya tak mau masuk. ketika dia
dongakkan kepalanya nampak di atas loteng dekat di jendela
itu duduk dua orang Tosu tua, hatinya menjadi tergerak, lalu katanya. "Mari kita ke loteng saja"
Sesampainya di atas loteng. Pek Hian Ling segera lari ke
arah dua orang Tosu tua itu sambil berteriak.
"Paman Boe Loei ci, paman Boe cing ci, mengapa kau dua orang dapat berada di sini?"
Dua orang Tosu tua itu nampak yang berteriak adalah Pek
Hian Ling, sambil tertawa dia berkata.
"Kau" apakah ayahmu baik-baik saja?"
Pek Hian Ling tidak menjawab, ia menarik tangan Boen
ching dan berkata padanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Dua orang ini adalah Sutenya ciangbunjin dari Khong Tong Pay, teman baik ayahku, Paman Ben Loei ci dan Paman Bu
cing ci" "Aku mau lihat engkau sekarang akan berbuat apa".
Boen ching memandang sekejap pada dua orang Tosu tua
itu, kepada Pek Hian Ling ia berkata:
"Kini kau telah bertemu dengan kedua pamanmu, kau
suruh mereka saja yang mengantarkan kau pulang ke tempat
ayahmu." Habis berkata ia membalikkan tubuhnya dan pergi.
Ben Loei ci menjadi gusar, segera dia mendengus mereka
sungguh tak nyana kalau Boen ching memberi hormat kepada
mereka pun tidak. lalu tinggal pergi kalau menurut wataknya, ia akan memberi hajaran kepada Boen ching, tetapi melihat ia datang bersama dengan Pek Hian Ling pikirnya tentu ia masih ada hubungannya dengan Thian San Pay terpaksa dia hanya
mendengus saja. Kepada Bu cing ci ia berkata.: " Kawanan tikus ini sungguh tidak tahu aturan"
Pek Hian Ling nampak Boen ching akan pergi, hatinya
menjadi marah. Sebenarnya dia mau menyuruh Boen ching
pura-pura menjadi kawan karibnya dan menemui dua orang
pamannya itu dan pada waktu Boen ching telah berhadapan
dengan Ben loei ci dan Bu cing ci, dia akan menyuruh dua
orang pamannya itu mengeroyok Boen ching seorang. Siapa
tahu sikapnya yang lemah lembut waktu di atas gunung,
setelah turun gunung menjadi demikian ketusnya, dia teringat kembali waktu Boen ching dua kali menendang terbang
pedangnya, hingga kini ia masih belum minta maaf
kepadanya. Kepada Ben Loei ci, Bu cing ci segera ia berteriak.
"Dia adalah Boen ching"
Ben Loei ci dan Bu cing ci sebenarnya akan pergi ke
gunung Thay San, ditengah jalan mereka sudah mendengar
berita tentang Boen ching dan kini mendengar Pek Hian Ling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
berteriak bahwa pemuda itu adalah Boen ching. Mereka
bersama-sama menjadi kaget, dan tanyanya. "Apa?"
Ternyata Boen ching dapat datang bersama-sama dengan
Pek Hian Ling, mana mungkin bisa terjadi"
Pek Hian Ling ingin melihat keramaian, sambil tertawa ia
berkata. "Dia adalah Boen ching."
Pada waktu itu Boen ching telah sampai di tangga loteng.
Kini dia telah berkenalan dengan Pek Hian Ling, sudah tentu dia tak mau mencari banyak urusan dengan mereka lagi.
Bu cing ci mendengar perkataan Pek Hian Ling tadi segera
membentak. "orang she Boen tunggu sebentar"
Begitu ia membentak. membuat tamu-tamu yang sedang
berada di atas loteng itu menjadi terperanjat dan lari
ketakutan, sedang dua orang segera bangun berdiri.
Boen ching melihat dirinya tak mau mencari urusan,
ternyata ada juga orang yang mencari gara-gara padanya,
sambil tersenyum ia membalikkan tubuhnya memandang dua
orang itu. Pek Hian Ling nampak Boen Ching membalikkan tubuhnya,
ia tahu bakal ada tontonan yang sangat menarik untuk dilihat terhadap Boen ching sambil tersenyum dia berkata.
"Ilmu barisan "im Yang Liang Ie Tin" atau barisan Im dan Yang dari dua paman ku ini tanpa tandingan di dunia ini,"
habis berkata dia tertawa dan duduk disamping.
Bu ching ci dengan dingin mendengus, kepada Boen chin ia
berkata. "Apakah dua orang murid keponakanku itu
dikalahkan di tanganmu?"
Pikir Boen ching. "Aku kini membalikkan tubuhku, akan
kulihat kepandaian dari Khong Tong Pay itu macam apa ?"
Berpikir sampai di sini, sambil tertawa dia berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Mereka berdua tak dapat menahan satu pukulanku, dan
kini kau dua orang, aku kira sama."
Boen Loei ci tertawa dingin, pada saat ini dua orang itu
belum mendengar kalau ketua Thian Shan pay pun juga
dikalahkan ditangan pemuda ini bahkan bersama-sama si
elang emas dari gurun pasir, Kong Sun Sek
mengeroyoknyapun tak ada gunanya, mereka hanya
mendengar kalau Boen ching adalah murid dari Thian Jan Shu
sehingga mereka tak berani berayal lagi.
Dua orang Tosu tua itu bersama-sama mencabut
pedangnya, mata Boen ching menyapu dua orang Toosu tua
itu pikirnya. "Tidak leluasa kalau bergebrak dengan dua orang tosu tua itu di atas loteng ini".
Dua tangannya segera mengangkat sebuah kursi dan
dilemparkannya ke arah dua orang tosu tua itu.
Bu cing ci dan Ben Loei ci segera menghindar.
"Bruk....." kursi itu telah jatuh di sebuah meja yang menyebabkan cangkir dan mangkok yang berada di atas meja
itu menjadi hancur berantakan, dua orang tosu tua itu segera mengangkat senjata bersama pedangnya dan mengejar ke
arah Boen ching sambil membentak. "Bangsat, jangan
mencoba untuk mengangkat kaki dari sini."
Pek Hian Ling mengerti kalau Boen ching ingin pergi dari
loteng itu, ia tidak ingin kalau Boen ching meninggalkan
tempat ini sebab kalau bertempur di atas loteng itu
kesempatan baginya untuk menonton masih ada, ia segera
melemparkan dua buah kursi untuk menghalangi jalan mundur
Boen ching. Boen ching sebenarnya ingin turun dari loteng, tapi jalan
mundurnya kini tertutup hal ini membuatnya mengerutkan
alisnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada saat itu Ben Loie cie dan Bu cing cle telah datang
menubruk ke arahnya, segera tangannya menyambar sebuah
meja dan dilemparkan ke arah Boen ching.
Kedua orang Tosu tua itu dengan cepat mengangkat
pedangnya untuk menangkis datang nya meja itu, tubuh Boen
ching segera berkelebat ke arah luar loteng sambil mulutnya berkata.
"Mari kita bertempur di luar saja".
Pek Hian Ling nampak Boen ching ingin meninggalkan
tempat itu, hatinya mendongkol, pikirnya. "Aku tak percaya kalau aku tak dapat menahannya".
Tangannya segera menyambar sebuah mangkok yang ada
di atas meja dan di lemparkan ke arah Boen ching.
Boen ching tidak mengira kalau Pek Hian Ling dapat turun
tangan untuk mencegah dirinya keluar dari loteng, badannya
yang masih ditengah udara itu segera melayang turun, baru
saja ia akan menggerakkan tubuhnya lagi pedang kedua tosu
tua itu telah datang menyambar, nampak Boen ching tak
berhasil keluar dari loteng itu, Pek Hian Ling menjadi amat gembira katanya:
"jangan lepaskan dia, nanti dilemparkan saja dari atas loteng ini".
Boen ching nampak serangan kedua tosu itu datangnya
sangat ganas dan mengancam ke sembilan hiat to, di
tubuhnya ia tak berani memandang rendah, kakinya mundur
ke belakang satu tindak sedang kaki dan tangannya
melancarkan satu rangkaian serangan untuk menangkis
datangnya serangan pedang itu, jurus yang baru digunakan
itu adalah salah satu jurus dari ilmu pukulan "Sie Liu Eng Hong" atau pohon Liu menahan, angin Ben Loei ci dan Bu cing ci segera memisahkan diri, mereka tahu bahwa hari ini mereka telah bertemu dengan lawan tangguh sehingga membuat
mereka tak berani berayal lagi, segera mereka mengeluarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ilmu barisan yang paling diandalkan yakni, "im Yang Liang to Tin atau barisan Im dan Yang untuk mengurung Boen ching.
Berturut-turut Boen ching mematahkan beberapa jurus,
dengan tersenyum mengejek ia bertanya.
"Apakah ini yang disebut barisan im Yang Lian to Tin?"
Dua orang tosu tua itu sangat terkejut melihat gerakan
Boen ching yang demikian anehnya, sekalipun mereka telah
melancarkan jurus-jurus mereka yang paling lihay tetapi tetap tak dapat memaksa Boen ching untuk mundur ke belakang
setindakpun. Tiba2 Boen ching tertawa panjang, badannya melayang ke
tengah udara dengan indahnya membuat kedua tosu tua itu
menjadi kagum dan ter-heran2, Yang ditangan Boen ching
telah memegang sebilah pedang yang memancarkan sinar
yang kehijau-hijauan sehingga menyilaukan mata.
Begitu kakinya menginjak tanah sambil tersenyum
mengejek Boen ching melancarkan suatu serangan kilat
dengan menggunakan jurus "cang Siang ThianSuat," atau pohon Siong menutul salju, terlihat suatu sinar yang
menyilaukan mata berkelebat mengurung tubuh dua orang
tosu tua itu, yang menyebabkan kedua orang tosu tua itu
terhuyung-huyung mundur ke belakang dengan wajah pucat.
Pedang yang berada ditangan Boen ching itu adalah Ie Bok
Kiam milik suhunya, kali ini adalah untuk pertama kali keluar dari sarungnya sejak suhunya mengundurkan diri dari dunia
kangouw, begitu melihat pedang Ie Bok Kiam, ia teringat


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kembali waktu suhunya malang melintang di dunia kangouw,
tanpa terasa semangatnya menjadi berkobar-kobar.
Ben Loei ci dan Bu cing ci yang dipaksa mundur oleh
serangan kilat dari Boen ching, hatinya menjadi sangat
terperanjat dan saling memandang, mereka sebagai seorang
jagoan silat yang telah lama berkelana di dunia kangouw,
selamanya belum pernah melihat jurus yang aneh ini, mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tidak mengetahui kalau jurus yang digunakan Boen ching baru ini adalah salah satu jurus dari "ieBok Kiam Hoat" yang telah lama hilang dari Bu Lim.
Belum habis heran mereka, tubuh Boen ching telah
berkelebat dan melancarkan serangannya ke arah dua orang
tosu itu. Hati Ben Loei ci dan Bu cing ci sebenarnya sudah jeri, kini nampak dirinya diserang, segera mengangkat pedang mereka
untuk menangkis, Boen ching menggunakan ginkangnya "Hui lie Ya Seh" atau terbang melayang mengitari selat untuk mengimbangi permainan Ie Bok Kiam Hoatnya.
Kedua orang tua tosu itu segera menangkis tetapi tetap
meleset, Boen ching memutarkan pedang ie Bok Kiamnya
sedemikian rupa sehingga sekeliling tempat itu terasa amat
dingin sedang kedua kakinya melancarkan tendangan berantai
sebanyak tujuh kali yang menyebabkan dua tosu tua itu
terhuyung mundur.
Tahu2 nampak Boen ching dengan pedangnya telah berdiri
di atas meja sambil tertawa mengejek memandang pada
mereka. Pek Hian Ling yang berdiri disamping tak dapat menahan
gelinya, kiranya baju yang dipakai kedua tosu tua itu telah robek berkeping keping terkena sambaran pedang Boen ching.
Mereka merasa sangat malu dan gusar tetapi tak dapat
berbuat apa2, baru Boen ching akan memberi hajaran lagi
pada dua orang tosu itu tiba-tiba berkelebat suatu bayangan merah di atas loteng itu. Hati Boen ching menjadi sangat
terkejut, kiranya bayangan merah itu adalah wanita berbaju
merah yang datang bersama dengan pemuda berbaju putih.
Begitu sampai di loteng, pemuda berpakaian putih itu
segera menunjuk padaboen ching sambil berkata "Itu --- dia orangnya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching memperhatikan wanita berbaju merah itu,
nampak dia mempunyai alis dan mata yang mirip sekali
dengan milik suhunya, dalam hati segera timbul suatu rasa
yang aneh. Begitu nampak pemuda berpakaian putih itu Pek Hian Ling
menjadi sangat terkejut, saking takutnya hingga tubuhnya
gemetar. Wanita berbaju merah itu memperhatikan Boen ching dari
kepala hingga ujung kakinya dengan dingin ia mendengus dan
berkata. " Dimana perempuan hina itu?"
Boen ching mendengar wanita berbaju merah memaki
suhunya, hatinya menjadi sangat gusar, ia pura2 tidak
mendengar apa yang dikatakan oleh wanita berbaju merah itu
dengan per-lahan2 dia memasukkan pedang ke dalam
sarungnya dan balikkan tubuh untuk bersiap-siap
meninggalkan loteng itu.
Wanita berbaju merah itu nampak pertanyaannya tidak
digubris oleh Boen ching menjadi sangat gusar.
Tiba-tiba Boen ching merasa berdesirnya angin disamping
tubuhnya, ia mengetahui bahwa wanita berbaju merah itu
telah mendekatinya. Baru saja ia akan membalikkan tubuhnya
tangan wanita itu telah datang menyambar dan
mencengkeram pergelangan tangan kanannya.
Boen ching menjadi sangat terkejut, sungguh tak disangka
gerakan dari wanita berbaju merah itu demikian gesit
Kedua kakinya segera melancarkan tendangannya dengan
ilmu "ching Po chiet Yau" atau Ikan paus meloncat tujuh kali yang semuanya mengancam hiat-to terpenting di tubuh
wanita berbaju merah itu. Wanita itu terdesak mundur sedang tangannya dikibaskan ke belakang sehingga tubuh Boen ching
terbawa maju sebanyak dua langkah, tetapi cekalannyapun
menjadi terlepas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching merasa bekas cengkeraman tadi sangat nyeri,
ketika ia memandang tangannya itu, nampakpada tempat itu
tertera bekas telapak tangan yang berwarna ke-abu2-an. Boen ching menjadi sangat terkejut, pikirnya. Sungguh kejam
wanita berbaju merah itu.
Wanita berbaju merah itu nampak Boen ching telah terkena
^