Bentrok Rimba Persilatan 22
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 22
hkan untuk mengucapkannya." Sin Tek Thaysu tertawa pula, ujarnya.
"Kuil Pie Lu Si ini sekalipun bukanlah merupakan suatu kuil yang besar, tetapi juga bukanlah kuil kecil, oleh sebab itu didalam kuil kami ini mempunyai suatu urusan, barang siapa
yang masuk ke dalam kuil ini haruslah menuruti aturan
tersebut."
Sinar mata Boen Ching menjadi sayu, sambil tersenyum
sahutnya. "Coba Thaysu sebutkan."
Sin Tek Thaysu mundur dua langkah ke belakang,
sepasang tangannya berturut-turut melancarkan serangan,
sedang disekitar tempat itu pun segera bermunculan berpuluh puluh pendeta kecil.
Boen Ching memandang sekejap ke sekelilingnya, tampak
pendeta-pendeta kecil itu berjumlah kurang lebih ratusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
banyaknya dan mengepung dengan rapatnya di sekitar tempat
itu. Tubuh Sin Tek Thaysu dengan cebpat mundur
kebdelakang, sambila tertawa mengejbek, ujarnya.
"Kepandaian silat didalam dunia ini banyak macamnya dan banyak yang telah mencapai pada kesempurnaan, didalam kuil
Pie Lu Si kami ini hanya terdapat sedikit permainan kecil,
silahkan Boen Siauwhiap untuk mencobanya.'
Sinar mata Boen Ching berkedip tak hentinya, dia segera
mengetahui maksud dari perkataan Sin Tek Thaysu itu, dia
tersenyum dan tidak mengucapkan kata-kata lagi.
Sin Tek Thaysu melanjutkan perkataannya lagi.
"Sejak dari jaman dahulu kala, dari kuil Pie Lu Si kami hanyalah diwariskan sebuah barisan semacam ini saja, barang siapa yang berhasil memecahkan barisan ini barulah dapat
masuk kedalam kuil ini."
Pada saat ini Sin Tek Thaysu telah mengundurkan diri
keluar dari ruangan kuil tersebut, tampak para hweesio kecil itu berdiri tegak ditempatnya masing-masing, dengan perlahan memejamkan matanya tak mengucapkan kata-kata lagi.
Boen Ching memandang sekejap kesekeliling tempat itu,
dan berdiri tegak diatas tangga dari ruangan kuil itu.
Pikirannya dengan cepat bergerak, entah dimanakah
terletak keistimewaan dari barisan ini, dengan perlahan dia menarik napas panjang, dan berdiri dengan tenangnya. Sin
Tek Thaysu juga berdiri diatas tangga pintu kuil, kedua orang itu saling berhadapan beberapa saat lamanya, terlihat Sin Tek Thaysu tersenyum, ujarnya.
"Setelah berhasil memecahkan barisan ini, jejak dari
suhumu pun dapat kau ketahui."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching memandang sekejap ke sekeliling tempat
tersebut, dia tetap tak bergerak sedikit pun juga.
Kedua belah pihak tak ada yang mulai bergerak terlebih
dulu, sedang cuacapun semakin lama makin gelap, didalam
gedung itu mulai bertiup angin malam dengan perlahan.
Sekeliling tempat itu mulai bermunculan obor yang
menerangi disekitar tempat itu, sinar api ditengah malam yang mulai menggelap itu bergerak tak henti-hentinya.
Ujar Sin Tek Thaysu lagi kepada Boen Ching.
"Jejak dari suhrumu dapatlah katu lihat dengan qjelas
setelah krau berhasil memecah kan barisan ini dan melewati
ruangan besar ini, suhumu telah terkurung sangat lama sekali.
Sehabis berkata dia tersenyum.
Boen Ching pun tertawa, mendadak tubuhnya bagaikan
ular gesitnya berkelebat ditengah kalangan tersebut.
Hweesio-hweesio kecil disekitarnya dengan cepat
mengangkat sepasang telapak tangan nya menyambut, Boen
Ching segera siap memunahkan serangan tersebut, tetapi
baru saja dia mengerahkan tenaganya, dalam hati nya tak
terasa lagi menjadi sangat terkejut sekali, kehebatan serta kedahsyatan dari tenaga pukulan hweesio-hweesio kecil itu
ternyata sangat sempurna sekali dan selama nya dia belum
pernah menemuinya.
Bersamaan pula dari belakang tubuhnya terasa segulung
angin pukulan yang sangat keras dan hebat menekan
tubuhnya. Dalam hati Boen Ching menjadi sadar kembali, berita yang
tersebar didalam dunia kangouw mengatakan bahwa kuil Pie
Lu Si sangat sukar sekali untuk diterobos, kiranya Hweesio-
hweesio didalam kuil Pie Lu Si ini semuanya telah paham akan ilmu meminjam tenaga untuk menyerang musuh yang
merupakan ilmu tingkat paling atas dari ilmu tenaga dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Barisan ini seluruhnya mempergunakan orang sebanyak
seratus dua puluh delapan orang banyaknya yang dibagi
menjadi dua rombongan, satu rombongan berjumlah enam
puluh empat orang bersama-sama menahan serangan musuh,
dengan demikian sekalipun orangnya berjumlah ratusan,
tetapi jika dirasakan seolah-olah sedang bertempur dengan
dua jago berkepandaian tinggi saja.
Pikiran ini dengan sangat cepat sekali berkelebat didalam
benaknya, dalam hatinya segera mengambil keputusan cara
untuk menghadapi serangan dari pihak musuh ini.
Satu didepan yang lain dibelakang, pikiran ini segera
bergerak didalam benaknya, sepasang telapak tangannya
dengan cepat dilancarkan kedepan dengan masing-masing
menyerang kesebelah kanan serta ke sebelah kiri.
Begitu telapak tangan masing-masing terbentur satu
dengan yang lainnya, dua buah rombongan manusia naga
yang berada disebelah depan dan disebelah belakang itu
dengan cepat terlempar ketengah udara.
Pada saat ini Boen Ching telah mengguna kan ilmu yang
paling tinggi didalam ilmu tenaga dalam yaitu meminjam
tenaga untuk menyerang musuh, pada saat telapak tangan
kanan serta kirinya berbareng dilancarkan keluar itu, segera dia berhasil mendesak kembali gerangan yang sedang
menerjang tubuhnya itu.
Tubuhnya segera berkelebat dengan cepatnya keluar dari
dalam kepungan barisan tersebut.
Hweesio-hweesio yang berada didalam barisan ini
semuanya melekatkan satu telapak tangannya dipinggang
kawannya, pada saat tubuhnya tergetar dengan hebatnya itu,
bagai seutas tali saja, yang ujung terlempar pergi, sedang
yang ujung lainnya masih berada di atas tanah.
Ketika tubuh Boen Ching yang sedang melayang itu, tiga
orang hweesio yang bereda didalam barisan itu dengan cepat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
melancar kan serangannya secara berbareng membabat tubuh
Boen Ching. Dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut sekali, jika
dilihat keadaannya yang seperti ini, kehebatan dari barisan ini sungguh diluar dugaannya, ternyata mereka dapat
melancarkan serangan dengan sekehendak hatinya, dengan
demikian bukankah ke seratus dua puluh delapan orang itu
berubah menjadi seratus dua puluh delapan orang jago-jago
berkepandaian tinggi "
Tubuhnya yang masih berada ditengah udara itu, ketika
diserang secara demikian, dia tak dapat menggunakan cara
meminjam tenaga untuk nenerjang musuh seperti yang biasa
nya digunakan, sudah tentu dia tak akan berhasil
menggetarkan tubuh musuh.
Sepasang telapak tangan Boen Ching segera di gerakkan ke
depan secara berbareng sedang tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" nyapun mengikuti serangan tersebut menerjang kedepan.
Dimana serangan telapak tangan itu tiba, barisan naga
yang berada disebelah tengah segera berhasil dipukul mundur, sedang tubuh Boen Ching segera tertahan dan jatuh kembali
keatas permukaan tanah.
Sin Tek Thaysu yang berdiri dibluar garis dan dmelihat hal
itua, sinar matanyab berkelebat, ketinggian serta
kesempurnaan kepandaian yang dimiliki Boen Ching ini sama
sekali berada diluar dugaan Sin Tek Thaysu, bahkan selama
hidupnya dia pun belum pernah melihat kepandaian silat yang demikian sempurnanya.
Ketika tubuh Boen Ching yang sedang melayang turun itu,
didalam hatinya dia tahu bahwa pada saat ini apabila
tubuhnya mencapai tanah, kemungkinan sekali, sekali lagi dia akan berhasil dikepung dengan rapatnya, dia tak berani
menempuh bahaya tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Saat tubuhnya yang masih berada ditengah udara itu,
dengan cepat dia menarik napas panjang-panjang, tubuhnya
sekali lagi melayang naik keatas dan berkelebat kedepan.
Ditengah barisan manusia naga itu tampak seorang
melancarkan serangan kearah tubuh nya, sedang dibelakang
tubuhnya diantara orang-orang didalam barisan itupun melan-
carkan serangan ketubuhnya, dan mengan-cam bahu kanan
dari tubuh Boen Ching.
Sin Tek Thaysu tertawa dingin, asalkan ke dua belah pihak
tidak mengerahkan tenaganya didalam satu garis yang
bersamaan Boen Chin bagaimana dapat menggunakan siasat
meminjam tenaga untuk memukul musuh yang digunakan
selama pertempuran ini.
Dengan demikian, Boen Ching segera dapat terjerumus
kembali kedalam kepungan barisan tersebut pikir Sin Tek
Thaysu. Pada saat ini didalam hati Boen Ching saja sebelumnya
telah mengadakan persiapan bagaimana cara menghadapinya,
dia terha-dap serangan yang mengancam belakang tubuh itu
sama sekali tidak menggubrisnya, sepasang telapak tangannya menerima serangan yang mengancam tubuhnya dibagian
depan itu dengan menggunakan seluruh tenaga dan segera
dia melancarkan pula jurus 'Lian Coa Thien Siang' dari ilmn Thay Thien Kioe Sih' dengan cepat dia berhasil melemparkan
barisan naga itu kearah belakang.
Tetapi tenaga lemparannya kali ini baru saja dikarenakan
segera dia merasakan bahwa dengan menggunakan tenaga
yang dimilikinya sekarang ini mungkin sekali tak dapat dengan mudahnya berhasil mencapai sasaran nya, keantepan dari
barisan manusia naga itu ternyata jauh diluar dugaannya
semula. Pada saat itu pula serangan teblapak tangan yadng
mengancam bealakang tubuhnyab itu telah tiba, Boen Ching
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
segera bersuit nyaring tenaga khiekang ' Tjiet Kong Kang Khie'
dia ditarik kembali, tubuhnya berputar "setengah lingkaran ditengah udara, sedang jurus 'Shia Thien Song Gwat" dari ilmu
"Thay Thien Kioe Sih" pun dikerahkan keluar.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat menghindarkan diri dari
serangan yang mengancam dari sebelah samping itu,
rombongan barisan naga tersebut segera berhasil dilemparkan ke depan yang dengan sangat cepat sekali menerjang tubuh
orang yang berada di samping itu.
Didalam sekejap saja barisan tersebut menjadi kacau balau,
sedang Boen Ching meminjam kesempatan ini pula
melayangkan tubuhnya menuju ke depan pintu ruangan.
Sin Tek Thaysu yang tampak hal ini, air mukanya berubah
dengan hebatnya, dia sama sekali tidak pernah menyangka
kalau kepandaian yang dimiliki Boen Cning dapat demikian
sempurnanya, hanya di dalam sekejap
mata saja dia telah berhasil meloloskan diri dari kepungan
barisan yang sangat aneh ini.
Segera timbul suatu siasat di dalam ingatannya, dia ingin
menggunakan kesem-patan pada saat tubuh Boen Ching
belum mencapai diatas tanah segera melukai tubuh Boen
Ching dihawah serangan telapak tangannya, tapi ...
Apabila satu kali serangannya ini tidak mencapai pada
sasarannya, entah bagaimana selanjutnya "
Dia sama sekali tak berpikir lebih mendalam lagi, setelah
ragu-ragu sejenak, dia mendongakkan kepalanya memandang,
tampak pada saat ini tubuh Boen Ching telah melayang
mendekat. Pikiran Sin Tek Thaysu dengan cepat berputar, sekalipun
dia tak berhasil melukai tubuh Boen Ching, sedikit-dikitnya juga dapat mendesak tubuh Boen Ching masuk kembali ke
dalam satu barisan. Kehebatan dari barisan ini masih belum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dilancarkan keluar tetapi ternyata hasilnya hanya begitu,
sebenarnya di dalam hatinya dia sangat merasa tidak puas.
Pada saat pikiran tersebut berkelebat di dalam benaknya,
dengan gusar dia memben-tak, sepasang telapak tangannya
dengan menggunakan sekuat tenaga menyerang tubuh Boen
Ching. Angin pukulan yang sangat santar segera berkelebat
memenuhi seluruh ruangan, Boen Ching menjadi sangat
rterkejut, sebentarnya dia hendaqk melayangkan trubuh
dihadapan tubuh Sin Tek Thaysu, tetapi sama sekali tak
terduga olehnya kalau Sin Tek Thaysu ternyata tak
memperdulikan kedudukannya sebagai angkatan tua telah
melancarkan serangan membokong dirinya.
Dia yang telah mengerahkan tenaga berkali-kali, pada saat
ini tenaga dalam yang mengalir didalam tubuhnya dimana
telah digunakan untuk melayangkan tubuhnya di tengah udara
masih belum buyar, apa bila sekali lagi harus mengerahkan
tenaga dia sendiri sadar bahwa hal ini tak mungkin dapat
terjadi, satu-satunya yang dihadapkan dirinya adalah jangan sampai tubuhnya sekali lagi terdesak masuk kedalam barisan
lagi. Boen Ching menarik napas panjang- panjang, tenaga
khiekang "Chiet Kong Kang Khie" nya segera dipancarkan keluar mengelilingi tubuhnya.
Baru saja tubuhnya melayang turun diatas tanah, serangan
telapak dari Sin Tek Thaysu telah tiba, Boen Ching dengan
menggunakan seluruh tenaganya menahan, tetapi kekuatan
serangan itu memaksa tubuhnya berturut-turut mundur lima
langkah kebelakang, barulah berhasil berdiri tegak kembali.
Dia menghembuskan napas lega, tampak dirinya belum
sampai terdesak masuk kembali kedalam barisan. Dan segera
membungkuk kan tubuhnya memberi hormat dihadapan Sin
Tek Thaysu, ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Terima kasih cianpwee telah tidak menurunkan tangan
berat kepada diriku !"
Sin Tek Thaysu tampak serangannya tidak mencapai pada
sasarannya, dia tak dapat berbuat apa-apa lagi, segera
mendepakkan kakinya ke atas tanah dia segera membalik kan
tubuhnya lagi kedalam ruangan kuil.
Boen Ching membalikkan tubuhnya dan merangkap
tangannya memberi hormat pada kawanan hweesio itu,
tubuhnya dengan cepat berkelebat dan menyerbu masuk ke
dalam ruangan kuil itu.
Baru saja memasuki ruangan kuil itu, tampa:k
dihadapannya duduk bersila tiga orang hweesio serta seorang berpakaian biasa, sinar mata Boen Ching dengan sangat tajam berkelebat, Sin Tek Thaysu serta Sin Hoat Thaysu dia telah
pernah menemuinya, sisanya seorang hweesio itu pastilah
merupa kan pimpinan dari "Mo Pak San Ceng" Sin Eng Thaysu adanya.
Sedang orang yang memakai pakaian biasa itu tak lain
pastilah "le Way It Shia," Cioe Kioe Gwat adanya.
Boen Ching dengan tenang berdiri didepan pintu kuil itu,
dan menyapu sekejap kearah empat orang itu, dengan
perlahan dia berjalan ke depan, sambil membungkukkan
dirinya memberi hormat ujarnya.
"Cayhe Boen Ching ! memberi hormat kepada cianpwee
berempat."
Ke empat orang itu sebenarnya sedang memejamkan
matanya duduk bersila, pada saat ini tampak Sin Eng Thaysu
membuka sedikit matanya, kemudian dipejamkan lagi.
Boen Ching tersenyum masam, dia memandang sekejap
kesekeliling tempat tersebut, tampak ruangan kecil itu
terdapat dua buah jalan kecil yang menghubungkan ruangan
itu dengan ruangan belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boen Ching tersenyum lagi, sambil memberi hormat
ujarnya: "Cianpwee berempat apabila tidak mempunyai minat untuk menemui diriku, boanpwee disini mohon bertindak setindak
terlebih jaurh".
Sehabis berkata dia tersenyum dan siap meninggalkan
tempat itu. "Ie Way It Shia" Cioe Kioe Gwat mendadak membuka
matanya, dia mendengus dingin ujarnya.
"Boen Ching ! Apabila kau berani melewati kami berempat, aku segera akan menyuruh kau binasa ditempat ini juga."
Boen Ching tersenyum, dia mempunyai niat untuk bertaruh
dengan "Sam Ceng It Shia" ini, dia tidak percaya kalau dirinya setelah berhasil melintasi keempat orang itu dapat
mendapatkan bahaya yang lebih besar.
Segera dia mengangkat bahunya, dengan langkah yang
perlahan dia berjalan maju ke depan.
Cioe Kioe Gwat dengan perlahan memejam kan kembali
matanya, terhadap gerak gerik dari Boen Ching itu sama sekali dia tak menggubrisnya, seakan-akan perkataan yang telah
diucapkan terhadap diri Boen Ching itu ia merasa sangat
menyesal. Boen Ching setelah melewati belakang tubuh kedua orang
itu, mendadak di dalam ruangan besar kuil itu terdengar suara yang sangat aneh sekali berkumandang datang.
Ruangan tengah dari kuil tersebbut dengan cepadt berpisah
menjaadi dua bagian bdan berputar dengan cepatnya, Boen
Ching yang mengalami hal itu menjadi sangat terkejut sekali tubuhnya dengan cepat melayang naik ketengah udara.
Tempat duduk dari "Sam Ceng It Shia" itu tampak dengan perlahan bergerak keruangan belakang, keempat orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
segera duduk secara terpencar, dua orang memenuhi
disebuah lorong kecil di samping ruangan itu, agaknya mereka mempunyai maksud untuk tidak membiarkan Boen Ching
masuk ke belakang ruangan dengan melewati lorong itu.
Sinar mata Boen Ching dengan cepat berkelebat, tampak di
samping ruangan kuil itu tak terlihat ikut berputar, tubuhnya dengan kecepatan bagaikan kilat melayang ke samping
ruangan tersebut.
Pada dinding ruangan kuil itu tampak dengan cepat muncul
tiga buah gelang yang melayang dengan cepatnya mengitari
dinding ruangan itu.
Boen Ching menarik napas panjang- panjang tubuhnya
melayang turun ke tengah ruangan itu, ujung kakinya sedikit menutul tanah, tubuhnya segera melayang dengan cepatnya
menubruk ke arah lorong di sebelah kiri.
Orang yang menjaga dilorong di sebelah kiri itu ternyata
adalah Sin Eng Thaysu dua orang.
Sin Eng Thaysu serta Sin Hoat Thaysu tampak Boen Ching
menubruk mendekat ke arahnya, kedua orang itu segera
mengayun kan telapak tangannya, tampak berpuluh puluh
jarum "Toh Ming Sin Cin" meluncur ke tubuh Boen Ching diikuti tubuhnya dari dua orang itu dengan cepat melayang
kedepan, satu dari kanan dan yang lain dari kiri menyerang
tubuh Boen Ching.
Sinar mata Boen Ching berkelebat tak henti-hentinya,
tangan kanannya digerakkan, pedang Cing Hong Kiamnya
telah dicabut keliuar cari dalam sarungnya.
Dimana pedang Cing Hong Kiam itu berkelebat, jarum "Toh Ming- Sin Cin" itu segera terpukul runtuh keatas tanah.
Boen Ching setelah berhasil memukul jatuh jarum-jarum
itu, segera dia melancarkan jurus pedangnya menyambut
datangnya serangan dari kedua orang hweesio tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tetapi ketika sinar matanya berkelebat, dia tampak
diantara serangan hawa pukulan yang dilancarkan dua orang
itu tampbak didalamnya tdernyata berkeleabat pula bebe-
rbapa batang jarum Toh Ming Sin Cin itu, tampak hal ini dia menjadi sangat terkejut sekali, segera ia menarik kembali
serangan nya. Kedua orang yang melancarkan serangan dengan mengikut
sertakan jarum Toh Ming Sin Cin itu dengan cepatnya telah
menerjang mendekat, Boen Chiap segera mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan melayang ke udara berguling
kesebelah kanan sejauh enam kaki lebih.
Jarum "Toh Ming Sin Cin" tersebut dengan mengikuti gerakannya dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur ke
arahnya, Boen Ching segera menggerakkan pedang Cing Hong
Kiamnya diobat-abitkan dengan hebat nya memukul jatuh
jarum tersebut, sedang sepasang kakinya melancarkan
tendangan berantai mengancam tubuh kedua orang hweesio
itu. Sin Eng Thaysu serta Sin Hoat Thaysu tampak serangannya
tidak mencapai pada sasaran, segera dia kembali ketenpat
asalnya. Karena ruangan kuil yang terus menerus berputar itu, Boen
Ching mana berani melayang turun ketepi ruangan, pada saat
ini hampir-hampir dia tak mempunyai tempat untuk
menginjakkan kakinya, dalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat bingung dan kacau.
Air muka Sin Hoat Thaysu tampak menampilkan perasaan
yang sangat bangga sekali, tak henti-hentinya dia tertawa
dingin. Boen Ching mengerutkan alisnya, pikirannya menjadi
bergerak, dalam hati pikirnya:
"Apakah dengan kepandaian yang kau miliki sekarang ini tak dapat menahan perputaran dari ruangan kuil ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jika dilihat dari sikap Sin Hoat Thaysu ini agaknya dirinya harus dan pasti akan menemui ajalnya ditempat ini.
Dengan situasi dihadapannya saat ini terpaksa dia hanyalah
dapat mengumpulkan hawa murninya sekali lagi menerjang
keluar, atau dengan menempuh bahaya melayang turun
ketengah ruangan dari kuil ini.
Setelah berpikir beberapa kali, dia segera mengambil
keputusan dan dengan menem-puh bahaya melangkah
tubuhnya turun ke bawah dan berdiri dengan tenangnya di
tengah ruangan kuil tersebut.
rSam Ceng It Shita menjadi sangaqt terkejut, keermpat
orang itu tak ada yang berani mencapai kalau Boen Ching
ternyata demikian beraninya melayang turun kedalam ruangan
kuil itu. Tetapi dalam sekejap saja mereka saling bertukar
pandangan, dari matanya meman-carkan sinar yang sangat
bangga sekali, dengan perbuatan dari Boen Ching ini,
sekaliuan dapat mempertahankan hidupnya untuk sementara
waktu, tetapi dia pun akan menemui ajalnya ditempat ini juga.
Dengan tenaga putaran yang demikian cepatnya dari
ruangan kuil itu, sekalipun Boen Ching berhasil melayang
turun didalam ruangan tersebut, tapi dia tak mungkin dapat
melenyapkan tenaga yang menekan didalam tubuhnya itu,
dengan demikian dia pun sangat sukar untuk meloloskan diri
dari ruangan kuil ini, coba lihat dia dapat bertahan beberapa lamanya didalam ruangan kuil tersebut. Bukan ! Apabila Boen Ching sekali lagi berputar menuju kehadapan keempat orang
itu, mereka pastilah dapat menggunakan jarum "Toh Ming Sin Cin" untuk menghadapi Boen Chirg, sampai saat ini mereka akan melihat Boen Ching dengan menggunakan cara apa
untuk menghadapi nya.
Tetapi Boen Ching sendiri mana tidak mengetahui urusan
ini, tubuhnya baru saja melayang turun, menanti setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ruangan kuil itu berputar seperempat dari putaran, segera dia bersuit nyaring dan melompat keatas.
Tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busur
dengan sangat cepat sekali menerjang naik ke atas membobol
atas dari ruangan kuil itu.
Dibawah lindungan tenaga khiekang "Ciet Kong Kang Khie", atas ruangan kuil itu dengan mengeluarkan suara yang sangat keras telah terbobol sebuah lubang besar, sedang tubuhnya
masih melanjutkan meluncur kearah depan.
Boen Ching yang telah terdesak sedemikian rupa itu,
segera dia mencabut keluar pedang Cing Hong Kiamnya, dan
melancarkan jurus "Shia Thien Song Gwat", setelah menenang kan tubuhnya, dia melayang turun diatas atap ruangan kuil.
"Sam Ceng It Shia" yang tampak hal ini dalam hati merasa terkejut sekali, merekapun dengan cepat menguntit
dibelakangnya mengejar keluar.
Boen Ching sekali melirik tampak pedang Cing Hong
Kiamnya terpaku diatas sebuah pohon besar dengan
kencangnya, sedang pada saat itu empat orang musuh
tangguh telah mengepung dirinya, mana dia berani pergi
mencabut kembali pedang panjangnya.
Sin Eng Thaysu tertawa dingin, ujarnya.
"Boen Ching ! Selama sepuluh tahun ini boleh dihitung
kaulah yang pertama-tama berhasil meloloskan diri dari dalam ruangan kuil ini, kau sungguh sangat untung."
Boan Ching mundur satu langkah ke belakang dan
tersenyum, segera dia menengok kebelakang ruangan kuil itu.
Ditengah antara dua lorong kecil itu tampak sebuah kebun
yang besar dan luas, kebun bunga yang demikian besarnya
itu, hampir-hampir dia tak pernah menemuinya, dia sama
sekali tidak pernah menyangka kalau dengan tenaga manusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dapat membuat sebuah kebun bunga yang demikian besar
serta luasnya ini.
"Ie Way It Shia." Cioe Kioe Gwat tertawa terbahak-bahak, segera dia mendesak maju kedepan sambil melancarkan
serangannya mengancam dada Boen Ching.
Boen Ching yang telah berhasil keluar dari dalam ruangan
kuil itu, mana dia masih takut pula terhadap empat orang itu, hanyalah dia mempunyai niat untuk bertanya kepada empat
orang itu sebenarnva bagai mana kah berita daripada jejak
suhunya Ie Bok Tocu.
Tubuhnya dengan cepat melayang mundur ke belakang,
sambil membungkukkan diri memberi hormat, ujarnya.
"Boen Ching kini berhasil lolos dari ruangan kuil itu, harap Cianpwee sekalian mau memberi tahu berita mengenai jejak
suhuku le Bok Tocu !"
Cioe Kioe Gwat tertawa dingin, sahutnya.
"Tetapi kita belum mencoba kekuatannya masing-masing "'
Boen Ching menyapu sekejap kearah empat orang itu,
sambil tertawa, ujarnya.
"Dengan nama serta kedudukan dari cian pwee berempat,
bagaimana mau mengurusi seorang angkatan muda seperti
boanpwee ini, berita mengenai suhu ku apa bila tak
diberitahukan kepada diri boanpwee sekalipun dari cianpwae
sekalipun cianpee sekalian mendapatkan kemenangan juga
bukanlah kemenangan yang gemilang, kare-na dalam hatiku
sedang risau dan bingung didalam melawan cianpwee
sekalian."
Cioe Kioe Gwat dengan dingin tertawa besar sahutnya.
"Tak kusangka kau ternyata menggunakan siasat untuk
memancing kami !"
Boen Ching pun tertawa, ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Sekalipun boanpwee mempunyai maksud untuk
memancing diri ciaipwee sekalian, tetapi didalam pikiran
cianpwep sekalian, apakah boleh dikata segala perkataan yang diucapkan oleh boanpvee ini adalah ucapan yang palsu ?"
Cioe Kioe Gwat dengan dingin mendengus, dengan ucapan
Boen Ching sekarang ini, hal ini membuktikan kalau dia
mengatakan bahwa segala ucapannya itu adalah siasat yang
dipasang olehnya, sedang kau mau memberi tahu atau tidak
?" Dia mengerutkan alisnya, ujarnya.
"Memberitahukan kepadamu, buat dirimu pun tak ada
gunanya, suhumu terkurung didalam kebun yang besar
tersebut, hanyalah kau tidak mudah untuk memasukinya."
Sepasang mata Boen Ching menyapu sekejap kedalam
kebun yang sangat luas itu, dalam hatinya diam-diam merasa
sangat terkejut, jika dilihat dari perkataan yang diucap kan Cioe Kioe Gwat ini, kebun bunga ini pastilah merupakan
sebuah barisan yang aneh.
Baru saja dia berpikir sampai disana. tubuh Cioe Kioe Gwat
telah melayang datang, sepasang telapak tangannya dengan
sekuat tenaga menerjang tubuh Boen Ching.
Sepasang mata Boen Ching berkelebat dengan tak henti-
hentinya, dia tidak ingin untuk bergebrak mati- matian
melawan Sam Ceng It Shia ini, tubuhnya sekali lagi mundur
kearah belakang.
Pedang Cing Hong Kiamnya terpaku dengan kencangnya
disebuah pohon kurang lebih lima puluh kaki dari tempat
dimana dia sekarang berdiri, tetapi hanya terpaut kurang lebih dua puluh kaki saja dari tubuh Sin Tek Thaysu, dia tak dapat membiarkan pedang Cing Hong Kiam tersebut jatuh ke tengah
pihak musuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia mundur dua langkah lagi kebelakang, sedang Cioe Kioe
Gwat makin mendesak mendekat, ujarnya.
"Kau terus menurus mundur kebelakang apa gunanya "
apakah kau tidak mengetahui kalau suhumu terkurung
didalam kebun di hadapanmu itu "
Sambil berkata dia mendesak maju lagi ke arah depan
mendekati tubuh Boen Ching.
Boen-Boen kembali mundur lagi satu langkah kebelakang,
segera dia melancarkan serangan menyambut serangan yang
dilancar kan oleh Ie Way It Shia tersebut sinar matanya
berkelebat tak henti-hentinya, ujarnya.
"Suhuku tak pernah berbuat salah terhadap kalian,
mengapa kalian malah mengurung dia orang tua ?"
Dengan dingin sahut Cioe Kioe Gwat.
'Sumoaymu mengacau kuil Pie Lu Si kami, berturut-turut
melukai sebelas orang, apakah boleh dikata ini bukanlah
merupakan alasan yang cukup kuat ?"
Sambil berkata sekali lagi dia melancarkan serangan hebat
ke depan. Boen Ching merasa kesempatannya telah tiba, dia tak ragu-
ragu lagi, segera ia menarik napas panjang-panjang, tenaga
khiekang Chiet Kong Kang Khie" nya dikerahkan melindungi seluruh tubuh, pada saat tubuh nya berkelebat dengan
cepatnya itu, tangan nya dengan cepat menyambut tubuh
Cioe Kioe Gwat dan melemparkannya kesebuah pohon besar
yang berada disebelah kiri.
Sin Eng Thaysu, Sin Tek Thaysu serta Sin Hoat Thaysu
yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut sekali, tak terasa lagi tubuh mereka bersama-sama melayang ke depan, dan
mengejar tubuh Cioe Kioe Gwat, siap untuk menerima
tubuhnya yang meluncur dengan cepatnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketika tubuh Cioe Kioe Gwat yang meluncur dengan
cepatnya di tengah udara tersebut, dengan cepat dia bersalto beberapa kali dan cepat melayang turun dihadapan pohon
besar itu. Ketiga orang hweesio itupun bersamaan waktunya
melayang turun ke atas tanah, empat orang bersama-sama
berdiri tepat di depan pohon besar, sepasang matanya dengan sangat gusar sekali memandang kearah Boen Ching.
Pada saat ini Boen Ching telah berhasil mencekal pedang
Cing Hong Kiamnya di tangan, sambil tersenyum dia
memandang tajam ke arah empat orang tersebut.
Dia yang selalu tak pernah melancarkan serangan balasan
itu, didalam satu kali balas menyerang saja telah mencapai
pada sasarannya, oleh sebab itu pada saat tubuh Cioe Kioe
Gwat berhasil dilempar ke depan dengan hebatnya itu, ketiga orang hweesio itu bersama-sama menjadi sangat terkejut
sekali, dengan tenaga dalam yang sedemikian sempurnanya
itu sudah tentu tenaga lemparan dari Boen Ching juga sama
dahsyat, sehingga tak terasa lagi dalam hati mereka pada saat ini telah timbul rasa jeri.
Boen Ching tersenyum, sambil memasuk kan kembali
pedangnya kedalam sarung ujarnya:
"Boanpwee mohon diri terlebih dahulu".
Sehabis berkata tubuhnya berkelebat dan melayang turun
ke dalam halaman dalam dari ruangan kuil itu.
Tubuhnya belum saja melayang turun keatas permukaan
tanah, terdengar suara dari Sin Eng Thaysu telah
berkumandang datang dari belakang tubuhnya, ujarnya.
'Boen Ching! Kau kira hanya dengan demikian mudahnya
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat menerjang masuk kedalam ruangan kuil kami?"'.
Pada saat Boen Ching mengalihkan pandangannya untuk
melihat, tampak dalam kebun itu telah tampak ratusan orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
hweesio yang menyekal pedang dengan sangat cepat sekali
mengepung tempat dimana dia melayang turun ketanah.
Dia menjadi sangat terkejut, kelihatannya "Sam Ceng It Shia "itu mempunyai maksud untuk menggunakan barisan
aneh dari kuil "Pi Lu Si" untuk mengurung dirinya lagi.
Baru saja pikiran Boen Ching bergerak Sin Eng Thaysu telab
berkata lagi. "Sedikitnya kau harus berhasil menerjang barisan ini
terlebih dahulu barulah dapat memasuki barisan didalam
kebun bunga itu".
Sehabis berkata dia tertawa dingin tak henti-hentinya.
Boen Ching yang masih berada ditengah udara segera dia
menarik napas panjang- panjang, tubuhnya sekali lagi
melayang dan menerjang ke arah depan.
Tetapi dengan barisan yang terdiri dari beratus-ratus orang ini mana dia dapat meloloskan dirinya hanya dengan satu kali lompatan saja, pada saat tubuhnya melayang turun keatas
tanah itu, pedang panjang dari sebelah kanan dan sebelah
kirinya telah bersamaan waktu menerjang kearah tubuh nya.
Boen Ching tidak ingin dengan keras lawan keras,
pedangnya sedikit digetarkan kedepan menahan seluruh
serangan yang mengancam tubuhnya itu.
Tetapi tenaga serangan pedang yang dilancarkan dari
samping kiri dan kanan sangat berbeda sekali, tak terasa lagi dia terdesak mundur satu langkah kebelakang dan masuk
kedalam kepungan barisan tersebut.
Baru saja kedua bilah pedang panjang itu dipunahkan,
mendadak terlihat dua buah serangannya lagi mengancam
tubuhnya. Sinar mata Boen Ching berkelebat tak henti-hentinya, dia
sama sekali tak pernah menyangka kalau perubahan dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
barisan ini dapat demikian banyaknya, tak dapat disalahkan
lagi kalau orang-orang dari kuil Piu Lu Si berani
menyombongkan barisannya ini, dan tak memandang sebelah
matapun kepada seluruh jago-jago dari Bu lim.
Jika demikian seterusnya, bukankah dirinya seperti
melawan seratus dua puluh delapan orang jago pedang secara
bergilir " Jika demikian suasananya malah sebaliknya lebih
baik melawan dengan menggunakan kekerasan, tetapi apakah
dia akan berhasil menahannya dengan menggunakan keke-
rasan" Beberapa ingatan ini dengan cepat berkelebat didalam
benaknya, bersamaan pula seriangan pedangnya terdesak,
sekali lagi dia bergeser dua langkah ketengah barisan.
Sam Ceng It Shia yang tampak hal ini, tak henti-hentinya
mereka tertawa dingin.
Boen Ching kalau memangnya dengan resmi telah
terjerumus kedalam kepungan barisan itu, keempat orang
tersebut mengira bahwa Boen Ching tak mungkin akan
berhasil mencapai kemenangan dari dalam barisan tersebut.
Sekalipun keempat orang itu sudah menduga kalau Boen
Ching yang memasuki barisan aneh didalam kebun bunga itu
pasti-lah akan kehilangan arah tujuannya tetapi keempat
orang itu sebenarnya mengharap kan kalau Boen Ching
menemui kekalahan nya sebelum menginjakkan kaki nya
kedalam barisan didalbam kebun bunga ditu.
Boen Chinga yang terdesak bhingga menggeserkan
tubuhnya masuk kedalam barisan tersebut, mulutnya ditutup
rapat- rapat, sedang dalam hatinya diam-diam memikirkan
cara untuk memecahkan barisan ini.
Makin lama dia makin terdesak masuk ke tengah barisan
itu, sedang dalam hati Sam Ceng It Shia tersebut makin
merasa sangat girang sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dalam hati diam-diam Boen Ching berpikir, apabila dirinya
hendak berhasil memenang kan barisan ini, pertama-tama
dirinya harus berhasil membabat dan menghancurkan kerja
sama yang sangat erat diantara mereka itu, kemudian barulah dapat mencari cara yang lain untuk memecahkan keampuhan
dari barisan ini.
Mendadak hatinya menjadi terang, dia bersuit panjang
dengan nyaringnya, pada saat dua buah pedang yang
menyerang dirinya dari sebelah kiri dan kanan itu menerjang ketubuhnya, pedang Cing Hong Kiamnya mengikuti arah yang
dituju menyerang kedepan, ke tiga buah pedang panjang itu
dengan cepat menempel menjadi satu dengan kuatnya.
Sam Ceng It Shia yang tampak hal ini menjadi sangat
terkejut sekali, dengan tenaga dalam yang dimiliki oleh Boen Ching saat ini apabila hendak mengadu tenaga dalam dengan
keseratus dua puluh delapan orang yang bergabung menjadi
satu itu, hal itu bukankah sedang bermimpi.
Apakah boleh dikata kalau dia hendak menggunakan
'Melekat' dari ilmu tenaga dalamnya menghadapi barisan ini "
Jika dilihat dari keadaan pedang yang saling melekat satu
dengan lainnya dari pedang masing-masing itu, dia tak takut kalau Boen Ching hendak berbuat demikian.
Tetapi apakah boleh dikata kalau Boen Ching hendak
bunuh diri "
Suara suitan panjang dari Boen Ching belum selesai
dikeluarkan, ilmu memantul tenaga dari tenaga khiekang 'Ciet Kong Kang Khie' nya telah dikerahkan keluar, pada tubuh
pedang Cing Hong Kiam itu segera terlihat sebuah sinar
pedang yang berwarna putih memancarkan keluar memenuhi
sekeliling tempat itu.
Kakinya sedikit diangkat, pedang Cing Hong Kiam ditangan
kanannya mendadak di getarkan, telapak tangan dari orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
terakhir didalam barisan itu segera terasa tangannya menjadi panas dan tergetar lepas dari pegangan kawan-kawan lainnya.
Boen Ching dengan menggunakan cara 'menempel' dari
ilmu tenaga dalamnya melenyapkan tenaga getaran tersebut,
pedanbg Cing Hong Kiadmnya berturut-taurut digetar kabn,
satu demi satu dari orang-orang dalam barisan itu segera
tergetar-hingga mundur ke samping, sedang abu serta pasir
yang berkelebat memenuhi angkaia itu, makin lama makin
tinggi dan makin luas.
Pedang Cing Hong Kiamnya makin menggetar makin
bertambah cepat, Sam Ceng It Shia yang tampak hal yang tak
terduga itu menjadi sangat terkejut sekali.
Suitan nyaring dari Boen Ching itu makin lama makin sirap,
sedang pedang Cing Hong Kiamnya dari menggetar berubah
menjadi menyontek, dimana pedangnya menyambar segera
terlihat sinar pedang berkilauan memenuhi angkasa, dimana
tubuhnya berkelebat, terlihat pedang panjang disekelilingnya segera berhasil disontek kesamping.
Barisan aneh itu dengan cepat menerjang keluar dari
kepungan barisan pedang itu.
Wajah dari ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat
berubah dengan hebatnya, tak terasa lagi mereka bersama-
sama melayangkan tubuhnya kedepan tubuh Boen Ching.
Agaknya mereka mempunyai maksud untuk bertarung
menahan terjangan dari Boen Ching ini.
Boen Ching tersenyum kearah empat orang itu sambil
memasukkan pedangnya kedalam sarungnya, dia
membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Setelah boanpwee berhasil melampaui barisan ini,
cianpwee berempat masih mempunyai perintah apa lagi ?"
Wajah dari Sin Eng Thaysu berubah menjadi masam, untuk
sesaat dia tak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Diam-diam dia berpikir, dirinya berempat apabila
bergabung belum tentu dapat berhasil menahan terjangan dari Boen Ching ini, apabila dirinya sekali lagi dikalahkannya,
bukankah hal ini malah memalukan nama baik dirinya saja.
Apabila demikian adanya. lebih baik melepaskan diri Boen
Ching ini masuk kedalam barisan didalam kebun bunga itu
saja, berpikir sampai disini, ia tertawa tawar ujarnya.
"Tak mengapa, hanyalah kau haruslah sedikit berhati-hati didalam perjalananmu memasuki barisan tersebut."
Sehabis berkata tubuhnya berkelebat ke samping
memberikan jalan kepadanya.
Wajah Sin Hoat rThaysu berubah tdengan hebatnyaq, dia
mengira arpabila dengan demikian saja melepaskan diri Boen
Ching, bukanlah hal ini sangat memalukan sekali, apalagi
setelah Boen Ching memasuki barisan tersebut juga belum
tentu akan menemui ajalnya.
Wajahnya baru saja berubah dengan hebat, Sin Eng Thaysu
telah mengetahuinya, segera dia mengedipkan matanya,
ujarnya kepada diri Boen Ching.
'Setelah kau memasuki barisan ini sudah tak akan binasa,
didalam barisan tersebut sangat banyak sekali bunga serta
tumbuh- tumbuhan yang sangat aneh, ditambah lagi kami
berempat pun akan menempatkan diri didalam barisan
tersebut, aku kira lebih baik kau berhati-hatilah sedikit"
Dalam hati Sin Hoat Thaysu menjadi sadar kembali. Kiranya
Sin Eng Thaysu akan membiarkan Boen Cning memasuki
barisan itu terlebih dahulu, barulah menghadapi dirinya, jika dilihat cara demikian ini, hal ini bukanlah suatu siasat yang bagus sekali.
Boen Ching tersenyum, dia mendongakkan kepala
memandang keadaan cuaca, ditengah udara tak tampak
bintang-bintang maupun bulan, dalam hati diam-diam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
pikirnya. tak perduli bagaimanapun juga, dirinya harus
mencoba masuk kedalam barisan itu, tidak perduli dia akan
mendapat rintangan- rintangan yang lebih hebat lagipun.
Dia menundukkan kepalanya, baru saja dia hendak berjalan
masukr kedalam barisan tersebut, mendadak sinar matanya
tertumbuk sesuatu, tak terasa lagi dia menjadi termangu-
mangu. Ketiga hweesio dan Cioe Kioe Gwat pun turut memandang,
tak terasa lagi saking kagetnya merekapun mengeluarkan
suara tertahan.
Tidak jauh dari barisan tersebut, tampak Ie Bok Tocu, Shie
Yun Ku, serta diri Shie Siauw In berdiri tegak disana, sedang seorang lagi adalah diri Lie Hwee Yu She, Lam Kong Hun
adanya. ooxoo ( !i !I ) ooxoo
"TABIB SAKTI RAJA RACUN"
BOEN CHING tampak secara mendadak Ie Bok Tocu
muncul ditempat itu, saking terkejut dan girangnya dia
menjadi termangu-mangu disana. Mo Pak Sam Ceng serta Ie
Way It Shia pun saking terkejutnya berdiri termangu-mangu
ditempat. Ie Bok Tocu telah terkurung beberapa lamanya,
bagaimana secara mendadak kini dia dapat berjalan keluar
dari dalam barisan tersebut.
Sesaat kemudian tampak muncul kembali dua orang, orang
itu tak lain adalah Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen, serta Bwee
Giok, Boen Ching dengan termangu-mangu memandang
kelima orang itu, saking girangnya jantungnya berdebar
dengan kerasnya.
Kioe Thian Bu Sin selamanya adalah terkenal dikarenakan
ilmu meramalnya, kalau memangnya dia mau munculkan
dirinya, janganlah dikata hanya sebuah barisan kecil saja
mana dia memandang dengan sebelah mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Kelima orang itu dengan perlahan berjalan keluar dari
barisan itu, Boen Ching dengan cepat berlutut memberi
hormat kepada diri Ie Bok Tocu.
Shie Yun Ku menghela napas dengan perlahan, dia
mengusap rambut Boen Ching, sambil ujarnya.
"Nak ! Beberapa waktu itu aku selalu melelahkan dirimu saja.''
Sehabis berkata dengan perlahan memejamkan matanya.
Boen Ching dengan perlahan mengangkat kepalanya
memandang diri Ie Bok Tocu, tampak dia telah menjadi kurus
sekali, teringat kembali olehnya segala peristiwa yang telah terjadi selama setelah berpisah dengan Ie Bok Tocu.
Ketiga orang hweesio itu ditambah dengan Cioe Kioe Gwat
yang tampak hal itu menjadi tertegun dan berdiri mematung
disana, kuil Pie Lu Si adalah tempat mereka tetapi Boen Ching sekalian sekarang telah demikian kuatnya, apakah diri mereka masih dapat menahan sekarang serempak dari diri mereka"
Keempat orang itu tak dapat pergi, tetapi mereka tak dapat
tinggal lebin lama lagi di tempat itu, untuk sesaat masing-
masing mereka berpikir keras, entah bagaimana harus
mengambil keputusan "
Setelah lewat beberapa saat lamanya, ujar Shie Yun Ku
kepada diri Boen Ching.
"Nak kau bangunlah"
Boen Ching segera bangkit berdbiri, ujarnya kedpada Shie
Yun Kau. "Suhu, Yuan bsusiok telah. . . !"
Shie Yun Ku mengangguk dengan perlahan, sahutnya.
"Urusan ini aku telah mengetahuinya !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sehabis berkata dia mengangkat kepalanya, di dalam
pikirannya merasa bahwa nyawanya serta nyawa dari Boen
Ching hampir sama bergantung selalu dan tak menentu.
Kepandaian yang dimiliki Yuan Cong Chie tidaklah rendah,
tetapi didalam sekejap mata saja telah lenyap dari dalam
dunia ini, sebenarnya diapun mengira bahwa dirinya sangat
sukar sekali untuk meloloskan diri dari kurungan barisan
tersebut, dan hanya menanti saat putus napas saja.
Ternyata tak disangka sama sekali dengan demikian
mudahnya dia berhasil meloloskan dirinya dari kurungan
tersebut, kesemuanya ini hampir-hampir bukanlah merupakan
hal yang pernah diduga oleh orang lain.
Sinar mata Boen Ching berhenti diatas wajah Bwee Giok,
tampak wajahnya pada saat ini telah berubah menjadi ke
merah- merahan, dan menunduk kebawah, dalam hati Boen
Ching merasa geli, tetapi hal ini tak berani di tampilkan diatas wajahnya.
Dia membalikkan tubuhnya dan memberi hormat kepada
Lam Kong Hun serta diri Jen Ceng.
Sejak Shie Siau In lolos dari dalam barisan itu dia terus
menerus memandang tajam ke arah Boen Ching.
Boen Ching sctelah selesai memberi hormat kepada Jen
Cen, dia mengangkat kepalanya, tampak Shie Siauw In
sedang memandang tajam kearahnya, dalam hatinya terasa
tergetar dengan hebatnya, teringat olehnya perkataan yang
diucapkan oleh Sek Liong Suthay.
"Janganlah kau banyak menanamkan rasa cinta pada setiap orang, hal ini malah akan mencelakai dirimu sendiri. '
Dalam hati dia menjadi sangat terkejut sekali, dengan
perlahan dia menundukkan kepalanya, pada Shie Siauw In
ujarnya. "Sumoay selama berpisah ini apakah baik-baik saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Shie Siauw In yang tampak Boen Ching demikian dingin
terhadap dirinya, dalam hatinya dia terasa sangat berduka
sekali, setelah tertegun beberapa saat barulah sahut nya
sambil menundukkan kepalanya.
"Terima kasih atas perhatian sbuheng."
Ie Bok dTocu yang tampaak hal ini sinarb matanya
berkelebat tak henti-hentinya, dalam hati diam-diam pikirnya.
"Jika dibandingkan dengan dahulu, sekarang Boen Ching
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jauh lebih mengerti banyak urusan, pada saat ini berbuat
demikianlah yang paling baik, apabila dia tak mengambil
keputusan yang pasti, kiranya pada hari-hari kemudian dia
akan mengaki-batkan keruwetan-keruwetan yang tak
terhingga oleh karena Siauw In ini.
Dia yang berpikir demikian itu tetapi didalam hatinya dia
pun tak dapat menghilangkan rasa kecewanya.
Pada saat ini juga, menyangka Ie Way It Shia, Cioe Kioe
Gwat yang berada dibelakang tubuhnya telah berkata dengan
dinginnya. "Ini hari kalian mau tak mau haruslah menerobos barisan ini barulah dapat keluar dari dalam kuil ini."
Boen Ching membalikkan tubuhnya, tampak tiga orang
hweesio serta Cioe Kioe Gwat itu telah menggerakkan
tubuhnya, memasuki barisan tersebut, bersiap hendak
bergabung dengan seratus dua puluh delapan orang hweesio
itu membentuk barisan sekali lagi guna menahan keenam
orang tersebut.
Boen Ching mengerutkan alisnya dia tahu barisan ini
sebenarnya sangat sukar sekali untuk diterobos, tadi dia
berusaha urtuk meloloskan diri dari kepungan barisan itu saja telah menggunakan seluruh tenaganya, kini ditambah lagi
dengan empat orang, dirinya tidak mempunyai pegangan yang
kuat untuk memenangkan pertempuran ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketiga orang hweesio beserta Cioe Kioe Gwat itu
memandang dengan tajam ke arah ke enam orang itu,
sepatah katapun tak diucapkan keluar.
Tetapi keempat orang itu telah menaruh tiga bagian rasa
jerinya terhadan Jen Cen. Jen Cen telah memahami seluruh
ajaran kuno yang terdapat didalam dunia ini, barisan macam
apakah yang dia tidak mengetahuinya, apabila dia turun
tangan memecankan barisan ini, kiranya sangat sulit sekali
untuk dipertahankan.
Kioe Thian Bu Sin tersenyum ujarnya kepada Bwee Giok.
"Anak, kau pergilah bersama Boen Ching memecahkan
barisan ini."
Bwee Giok menjardi tertegun, sahutnya.
"Gi hu"q" Kau orang tuar menyuruh aku pergi memecahkan barisan itu ?"
Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, dengan
cepatnya dia menoleh, dalam hati pikirnya.
"Gi hu?"?""
Kiranya Bwee Giok telah mengangkat Kioe Thian Bu Sin,
Jen Cen sebagai ayah angkatnya, tak dapat disangka lagi
kalau dia bilang mempunyai cara untuk memaksa Lieh Yu
menyembuhkan penyakit Bwee Giok tersebut.
Jen Cen tersenyum, kemudian ujarnya.
"Kau pergilah aku sebagai Gi-hu mu sudah tentu tak akan mencelakai dirimu, apabila mempunyai persoalan, aku sendiri juga berada di sini, apakah kalian takut rugi?"?"
Bwee Giok tersenyum, dia menggerakkan bibirnya hendak
berbicara, tetapi kemudian membatalkan niatnya tersebut,
dengan perlahan dia mencabut pedang panjangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat nampak hal ini
dalam hati merasa tak tenteram, jika didengar dari perkataan Jen Cen ini, telah mempunyai pegangan yang sangat kuat
dalam memecahkan barisan ini, tetapi entah dia hendak
menggunakan cara apakah untuk memecahkan barisan ini. .
Bwee Giok berjalan mendekati tubuh Boen Ching, sepasang
mata Boen Ching dengan sangat tajam memandang
kearahnya, Bwee Giok yang membelakangi orang-orang lain
dia tersenyum manis kearah Boen Ching, dan menggelengkan
kepalanya dengan perlahan.
Boen Ching dengan cepat menarik kembali sinar matanya,
dibawah pandangan orang yang demikian banyaknya, ternyata
dia demikian lupa diri, tak terasa lagi dia merasa wajahnya sedikit panas.
Ujar Jen Cen pada diri Bwee Giok.
"Giok Jie, kau masuklah terlebih dahulu!"
Boen-Ching menjadi tertegun, dengan cemas, ujarnya.
"Bagaimana dapat membiarkan dia seorang diri menerjang masuk kedalam barisan ?"
Bwee Giok yang melihat sikap Boen Ching demikian,
sahutnya. "Perkataan yang diucapkan oleh Gi hu ku tak akan salah."
Sehabis berkata dia tertawa, sambil mencekal erat pedang
panjangnya dia berjalan memasuki kedalairn barisan pedang
itu. Boen Ching pun dengan cepat melepaskan pedang Cing
Hong Kiam dari sarungnya, sambil memutarkan tubuhnya dia
meman-dang tajam ke wajah Bwee Giok.
Mo Pak Sam Ceng serta Ie Way Shia yang tampak Bwee
Giok memasuki barisan terse-but, untuk sesaat mereka tak
mengetahui bagaimana seharusnya, menyerangkah " Atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tidak menyerang " Mereka takut tertipu, tetapi juga takut
kehilangan kesempatan baik itu..
Keempat orang itu saling bertukar pandangan sekejap,
barisan pedang itu segera mulai bergerak dengan perlahan
menyambut diri Bwee Giok.
Dalam hati keempat orang itu berpikir bahwa dengan
demikian disamping dapat menahban serangan Boen Ching,
dapat juga mereka menahan diri Bwee Giok.
Kioe Thian Bu Sin tertawa besar, ujarnya kepada Boen
Ching. "Boen Siauw hiap, seranglah samping kedepan mereka."
Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, tubuhnya
dengan cepat melayang ke depan pedang Cing Hong Kiamnya
berkelebat tak henti-hentinya hingga sinar pedang memancar
keluar memenuhi angkasa, sedang tubuhnya dengan cepat
menerjang kesampng depan menyerang orang yang berdiri
disamping depan.
Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat baru saja siap
hendak mengurung tubuh Bwee Giok, mendadak mendapat
serangan yang demikian hebatnya, dalam hati merasa sangat
terkejut sekali, di dalam sekejap mata saja, tenaga pukalannya dirubah dan dialirkan menuju ke dalam tubuh orang yang di
serang oleh Boen Ching itu.
Tubuh Bwee Giok yang terjerumus ditengah barisan itu,
pada saat ini dia tersenyum, tubuhnya dengan cepat bergeser ke arah Boen Ching, pedang panjangnya menyerang orang
yang sedang di desak oleh Boen Ching itu.
bBoen Ching yangd melihat hal inai dalam hatinyab segera
menjadi sadar kembali.
Barisan "Swan Liong Ho Pie" ini keistimewaannya adalah meminjam benda untuk menyerang musuh serta mengandal
kan kecepatan perubahan di dalam mengerahkan tenaga, hal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ini dapat memaksa seorang sukar sekali untuk
mempertahankan serangannya, tenaga gabungan yang
disalurkan dan dikumpulkan di dalam tubuh satu orang itu
sebenarnya sangat lihay sekali, hanya sayang di dalam
mengubah arah, gerakan sangat lambat sekali.
Pikiran Boen Ching menjadi tergerak, telapak tangannya
segera melancarkan serangan ke depan, orang yang diserang
itu adalah orang ketiga dari orang yang diserang dengan
menggunakan pedang Cing Hong Kiam nya itu.
Tampak hal ini ke empat orang itu menjadi sangat terkejut
sekali, sama sekali tak pernah mereka sangka kalau hanya
didalam satu kali pandang sja Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen
ternyata telah berhasil menemukan titik kelemahan dari
barisan pedang "Swan Liong Ho Pie" nya ini. .
Boen Ching dan Bwee Giok bersama-sama menyerang
sebuah rombongan orang-orang itu saja, sedang rombongan
lainnya untuk sesaat tak berhasil menggeser mendekati, tak
terasa lagi diantara mereka sendiri menjadi gagup dan kacau balau.
Dimana serangan pedang serta pukulam yang di lancarkan
Boen Ching sera Bwee Giok berkelebat, barisan tersebut
segera terputus menjadi beberapa bagian, sedang barisan
"Swang Liong Ho Pie Tie" itupun menjadi kacau balau dan hancur.
Dalam hati Boen Ching merasa sangat girang sekali,
gerakan pedangnya berubah tak hentinya, segera dia berhasil membuat berpuluh-puluh bilah pedang menjadi beter-bangan
memenuhi angkasa.
Ratusan orang hweesio itu dengan cepat berhasil didesak
buyar, sedang wajah dari Sam Ceng It Shia itu berubah
menjadi pucat kehijau-hijauan, berturut-turut mereka mundur puluhan langkah kebelakang baru lah berhasil berdiri tegak, ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
empat orang itu selamanya belum pernah merasakan keka-
lahan yang demikian mengenaskan.
Boen Ching serta Bwee Giok dengan cepat mundur
kebelakang, dan berdiri di samping tubuh Ie Bok Tocu.
Jen Cen tersenyum, kepada Sam Ceng It Shia itu, ujarnya.
"Bagaimana " kalian masih mempbunyai niat untudk
mencobanya laagi ?".
Dia berhbenti sejenak kemudian sambil tertawa terbahak-
bahak, lanjutnya lagi.
"Apabila hendak mencobanya kita akan menanti, tetapi
apabila tak berani lagi, kita pun harus berangkat."
Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat berdiam diri tak
mengucapkan sepatah katapun.
Mendadak dari atas ruangan kuil itu berkumandang datang
suaranya yang sangat dingin sekali berkumandang datang.
"Kalian mau pergi silahkan cepat pergi, asalkan tinggalkan Boen Ching ditempat ini."
Boen Ching menjadi sangat terkejut sekali, dia
mendongakkan kepalanya memandang, tampak diatas atap
ruangan kuil itu berdiri seseorang memakai jubah panjang,
dengan sangat dingin sekali dia memandang kearah nya orang
itu tak lain adalah Kioe Thian Ie Sin, Lieh Yu adanya.
Lieh Yu yang berdiri diatas ruangan kuil itu, sedikit pun tak bergerak.
Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen baru saia hendak membuka
mulut, terdengar Lieh Yu dengan sangat dingin sekali berkata.
"Jen Cen, apabila kau masih menganggap antara kita
belum terjadi bentrokan, aku harap kau janganlah ikut campur dalam urusan ini."
Jen Cen mengerutkan alisnya, ujarnya kepada Boen Ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Syaratku untuk meminta dia menyembuhkan diri Bwee
Giok adalah melarang diriki ikut campur dalam urusan ini, aku lihat urusan ini lebih baik kau selesaikan sendiri"
BOEN CHIENG tersenyum ia membungkuk kan tubuhnya
memberi hormat kepada Jen Cen, sahutnya.
"Terima kasih cianpwee !"
Ie Bok Tocu yang berdiri disamping memandang sekejap ke
arah Boen Ching, ujarnya kemudian kepada Lieh Yu:
"Lieh cianpwee mencari muridku entah mempunyai urusan
apa ?" Dapatkah aku mengetahuinya ?"
Lieh Yu memandang sekejap ke arah Ie Bok Tocu, dia
tertawa tawar, tanyanya.
"Apakah kau putri dari Shie So Pek ?"
Air muka Ie Bok Tocu tak menampilkan sedikit
perasaannyapun, sahutnya.
"Tidak salah, erntah cianpwee mtempunyai maksudq
apakah ?" Liehr Yu menarik napas panjang-panjang, kepada Ie Bok
Tocu dengan dingin ujarnya:
"Kau kalau memangnya suhu dari Boen Ching, tahukah kau Boen Ching telah melakukan pekerjaan-pekerjaan apa " '
Dengan perlahan sahut Ie Bok Tocu:
'Aku telah mengetahui semuanya, tetapi dihadapan
cianpwee masih mengharapkan cianpwee mau membicarakan
sedikit lebih jelas kepada diriku"
Lieh Yu tertawa besar, ujarnya:
"Boen Ching telah melakukan pekerjaan apa, kau sendiri yang mengucapkan atau aku yang mengucapkan adalah sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
saja, aku harap di dalam urusan ini kau tak perlu ikut
campur." Sehabis berkata dia tertawa dingin tak hentinya.
Suara tertawanya secara sangat mengan-dung nada yang
sangat mengejek sekali, bagaikan terhadap diri Tan Coe Coen pun dia tak memandang sebelah mata pun, kau adalah
muridnya, sudah tentu didalam mata nya masih terpaut
sangat jauh sekali.
Mendadak dari tempat kejauhan terdengar suara suitan
yang sangat nyaring sekali berkumandang datang, dan
terlihatlah dua bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa berkelebat lewat mendekati ruangan kuil itu.
Dalam hati Lieh Yu diam-diam merasa sangat terkejut
sekali, pikirnya:
"Entah siapakah yang datang, ternyata memiliki kepandaian yang demikian tingginya" Sedang Boen Ching sekali pun diam-diam dalam hatinya merasa terkejut sekali.
Terlihat bayangan tersebut makin lama makin mendekat,
dan akhirnya dapatlah dilihat dengan jelas wajah orang itu
yang tak lain dan tak bukan adalah Tok Thian Choen atau si
Raja Racun, Liauw Hoa Liong beserta putri dari Thian Jan Shu, Han Cing Yu adanya.
Tampak hal itu Lieh Yu tertawa dingin, ujarnya.
"Hm kiranya adalah murid buangan dari Thian Jan Shu."
Sekalipun Liauw Hoa Liong adalab murid buangan dari
Thian Jan Shu, kecuali tenaga khiekang 'Chiet Kong Kang Khie'
kebanyakan telah dikuasai seluruhnya oleh dia, tampak Lieh
Yu tertawa dingin dalam mengucapkan kata-kata tersebut
tadi, Liauw Hoa Liong menoleh memandang Han Cing Yu,
sambil tertawa ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Orang-orang kenamaan sekarang ini kebanyakan hanyalah mempunyai nama kosong belaka, tak dapat disalahkan kalau
subu tak memandang sebelah matapun kepada orang-orang
ini" Wajah Lieh Yu berubah dengan hebatnja, dia membalikkan
tangannya mencabut ke luar pedang panjangnya, ujarnya.
"Sejak aku berkelana didunia kangouw, sangat jarang aku menggunakan pedang, ini hari aku hendak mengubah
kebiasaanku ini akan kulihat bagaimana kelihayan murid
buangan Thian Jan Shu"
Liauw Hoa Liong tersenyum, ujarnya.
"Kau sedang menggunakan telapak tangan ku ini
menyambut seranganmu itu, cepatlah kau mulai membuka
serangan" Sehabis berkata dia tersenyum lagi.
Lieh Yu menyapu sekejap kesekeliling tem-pat itu, dengan
dingin dia mendengus, pedang panjang ditangan kanannya
mendadak disambitkan ke depan sehingga terpaku dalam
sekali pada sebuah pohon besar, sedang tubuhnya dengan
cepat bergerak, sepasang telapak tangannya dengan
kecepatan yang luar biasa menerjang tubuh Liauw Hoa Liong.
Liauw Hoa Liong tertawa lebar, tubuhnya melayang keatas,
dan melancarkan sembilan kali serangan gencar sekaligus
mengancam tubuh Lieh Yu.
Air muka Lieh Yu berubah dengan hebatnya, dia terus
menerus menghindarkan dirinya ke belakang.
Liauw Hoa Liong sambil tertawa terus menerus
menghajarnya, sepasang telapak tangannya dengan perlahan-
lahan ditekan kebawah dari tengah udara, dan melancar kan
satu serangan yang sangat aneh sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dalam hati Boen Ching ketika melihat hal ini pikirannya
menjadi tergerak, dengan cepat dia mengalihkan matanya
memandang bdengan cara bagdaimana Liauw Hoaa Liong
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melancbarkan serangannya, agaknya dia mempunyai maksud
untuk menurunkan ilmu nya yang paling lihay ini kepada
dirinya. Pada saat ini Liauw Hoa Liong telah melancarkan ilmu "Jien Sia Ciang yang sangat lihay dari merupakan ilmu andalan dari Thian Jan Shu, ketika dia mencoba menyerang Ie Bok Tocu
didalam rimba bambu pada waktu itupun juga mengguna kan
ilmu telapak ini.
Pada waktu Thian Jan Shu bertanding melawan Tan Coe
Coen, sekalipun Thian Jan Shu telah menduduki diatas angin, tetapi ilmu meringankan tubuh "Hwie Sio Yu She' dari Tan Coe Coen sangat lihay sekali, sehingga Thian Jan Shu tak dapat
berbuat apa-apa terhadap dirinya.
Terakhir setelah Thian Jan Shu berpikir dan berjuang mati-
matian barulah dia berhasil menciptakan ilmu "lien Sin Ciang"
dan berhasil mendesak Tan Coe Coen melepaskan pedangnya.
Sekalipun Liuw Hoa Liong belum pernah mempelajari
tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie." tetapi pada saat itu Thian Jan shu telah mewariskan kepandaian perguruan nya
yang lihay "She Liong Sin Kang" kepadanya.
Ilmu "She Liong Sin Kang" ini sekali pun tak dapat menandingi kehebatan dari ilmu tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" tetapi apabila dibandingkan dengan ilmu tenaga khiekang biasanya, kehebatannya jauh melebihi bahkan jauh
lebih dahsyat. Lieh Yu yang terdesak menerus, dalam hatinya merasa
sangat gusar sekali, dia tak mengetahui kalau ilmu "lien Sin Ciang" ini hanya pernah digunakan satu kali saja oleh Thian Jan Shu, sedang Liuw Hoa Liong pun baru menggunakan
pertama kali ini juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Napsu untuk membunuh didalam hatinya mulai berkobar,
tubuhnya dengan cepat berkelebat, terpikir olehnya hendak
mencari suatu sudut yang baik guna menghadapi serangan
dari Liauw Hoa Liong serta Ie Bok Tocu sekalian.
Liauw Hoa Liong sambil tergelak dia mengundurkan dirinya
kebelakang. Lieh Yu menjadi tertegun, dengan termangu-mangu dia
berdiri mematung disana.
Liuw Hoa Liong tertawa, ujarnya.
"Orang lain menyebut dirimu sebagai Kioe Thian Ie Sin, mungkin ilmu ketabiban sangat tinggi sekali, tetapi aku pun pernah mendengar orang berkata bahwa kau pun sangat
banyak sekali menyelediki ilmu mengenal racun bukan "'
Lieh Yu dengan dingin mendengubs, kegusaran diddalam
hatinya maakin lama makinb memuncak, dia tahu Liuw Hoa
Liong telah mengetahui kalau dirinya hendak menggunakan
senjata rahasia beracun, tubuh nya dengan cepat melayang ke ujung atap ruangan kuil.
Liauw Hoa Liong tertawa tawar, ujarnya lagi.
"Suhuku pada waktu itu sudah tentu juga telah mengetahui kalau memangnya dia orang tua berani mencari kau, sudah
tentu dia pun mempunyai asalan serta pegangan yang cukup
kuat untuk mengalahkan dirimu."
Sinar mata Lieh Yu berkelebat memandang sekeliling
tempat itu, tampak kedudukan dirinya pada saat ini baik
sekali, dalam hatinya diam-diam berpikir.
"Tidak perduli kau mengatakan apa saja, lebih baik aku turun tangan terlebih dahulu barulah berbicara lagi, selamanya aku belum pernah menemui kegagalan, ini hari aku akan
melihat kau dapat berbuat bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap ke arah
lima orang itu, terdengar Liuw Hoa Liong dengan dingin
mendengus, bentaknya.
"Tahan ! coba kau lihatlah ini terlebih dahulu."
Sehabis berkata tangan kanannya diayunkan, terlihat
sebuah benda dengan cepat meluncur ke arah tubuh Lieh Yu.
ooo0ooo "ADA SEBAB ADA AKIBAT"
LIEH YU menjadi sangat terkejut, tubuhnya dengan cepat
mundur kebelakang, dan mengulurkan tangannya menyambut
benda yang dilempar ke arahnya oleh Liuw Hoa Liong itu,
ternyata benda tersebut adalah sejilid kitab, dia menjadi
tertegun, sekali lagi dia memandang halaman muka dari kitab tersebut.
Tampak didepan kitab itu tertera empat buah huruf yang
sangat jelas sekali. "Pak Tok Chian Kiem" atau kitab rahasia beracun, dengan perlahan dia membalik selembar demi
selembar, tak terasa lagi dalam hatinya diam-diam merasa
sangat terkejut sekali, kesempurnaannya di dalam pembuatan
racun, penggunaannya serta obat penawarnya semuanya
membuat dirinya sukar-sekali unrtuk mempercayait, tak
disangka qkitab "Pak Tok rChian Kiem' ini dapat demikian sempurna nya.
Dia yang disebut orang sebagai Kioe Thian Ie Sin, sudah
tentu didalam hal ilmu ketabiban dia telah sangat
memahaminya, didalam satu kali pandang saja terhadap kitab
"Pak Tok Chian Kiem" ini ada telah dapat memahaminya sebagian besar.
Air muka Lieh Yu sedikit berubah menjadi kepucat pucatan,
pada saat ini dia barulah mengetahui mengapa pada waktu itu Thian Jan Shu berani mencari dirinya, pada saat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sebenarnya dia sedikit tidak memandang sebelah matapun
kepada diri Thian Jan Shu, jika dipikir sekarang ini, apabila waktu berjumpa dirinya, kiranya untuk mendapat kan
kemenangan masih sangat sulit sekali.
Thian Jan Shu yang disebut sebagai jagoan nomor wahid
didalam dunia kangouw selama puluhan tahun lamanya ini,
kiranya masih mempunyai alasan-alasan lain yang kuat.
Liuw Hoa Lioag tertawa-tawa, ujarnya.
"Aku kira kaupun mengetahui kalau orang-orang menyebut diriku sebagai Tok Thian Coen !"
Sinar mata Lieh Yu berkelebat tak henti-hentinya dalam
hati diam-diam pikirnya.
'Aku merasa diriku sebagai jago nomor wahid didalam Bu-
lim, bagaimana dengan demikian saja harus mengundurkan
diri, sekalipun situasi serta keadaan bagiku jauh lebih buruk pun juga tak dapat diselesaikan dengan demikian saja"
Berpikir sampai disitu, napsu untuk membunuh didalam
hatinya mulai timbul kembali, sinar matanya tampak dengan
dingin nya memandang kearah Liuw Hoa Liong.
Liuw Hoa Liong dengan dingin mendengus, kaki kirinya
digeserkan kesebelah kiri, dengan tajam dia memandang diri
Lieh Yu. Lieh Yu yang mempunyai niat untuk siap mengadu jiwa
sudah tentu dia tak mungkin tidak mengetahui.
Boen Ching yang berada disamping, segera ujarnya.
"Liaw Cianpwee, urusan ini merupakan urusan boanpwee
dengan dirinya, bagaimana kalau boanpwee sendiri yang
membereskan dengan dirinya?"
"Liuw Hoa Liong dengan tajam memandang diri Lieh Yu,
dengan perlahan dia me noleh dan memandang tajam pala
kearah Boen Ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Didalam hatinya dia tahu bahwa dengan kepandaian yang
dimiliki Boen Ching saat ini, jika dibandingkan dengan dia
sudah tentu jauh lebih tinggi satu tingkat, didalam ilmu
pedangpun dia jauh lebih lihay lagi, Liauw Hoa Liong yang
mengikuti Thian Jan Shu selama beberapa waktu lamanya,
kehebatan dari tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"
hanyalah dia sendiri yang mengetahuinya dengan jelas, dia
tertawa dan mengangguk.
Ie Bok Tocu menggerakkan bibirnya siap hendak berbicara
tetapi dibatalkan, dia tahu selamanya Liauw Hoa Liong
melakukan pekerjaan selalu sangat teliti dan dipikir masak-
masak terlebih dahulu, kalau memang nya dia berbuat
demikian, sudah tentu tak dapat salah lagi.
Lieh Yu dengan sangat dingin sekali memandang ke arah
Boeng Ching, sebenarnya dia mempunyai niat untuk menahan
ucapan Liauw Hoa Long itu, tetapi pikirannya mendadak
menjadi bergerak, didalam hal obat-obat racun sudah tentu
Liaw Hoa Liong telah mencapai pada taraf kesempurnaan dan
jauh lebih tinggi dari pada dirinya, dirinya mengapa berbuat demikian, mengapa tidak memenuhi niatnya terlebih dulu,
yaitu membunuh Boen Ching kemudian barulah menghadapi
Liauw Hoa Liong sekalian?"`
Berpikir sampai disini, dia berdiri tegak tak bergerak lagi, dengan sangat dingin sekali dia memandang Boen ChLng serta
Liuw Hoa Liong sekalian.
Boen Ching tampak Liauw Hoa Liong menganggukkan
kepalanya, dia dengan perlahan membungkukkan badannya
mem-beri hormat kepada diri Liuw Hoa Liong, kemudian
barulah berjalan mendesak ke tubuh Lieh Yu.
Tangan kanan Lieh Yu dengan perlahan dikendorkan, dan
melemparkan kitab 'Pek Tok Chian Kiem' keatap ruangan kuil, dengan sangat dingin sekali ia memandang ke arah Boen
Ching. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching denran seenaknya menggerak kan pedang Cing
Hong Kiam nya ke tengah udara, kemudian sambil tersenyum
ujarnya. "Silahkan cianpwee mencabut pedang !"
Lieh Yu tertawa dingin, sahutnya.
"Menghadapi dirimu mengapa harus menggunakan pedang
!" Boen Ching mengerutkan alisnya, sambil
tertawt ujarnya lagi:
"Kalau begitu harap cianpwee memaafkan boanpwea akan
berlaku kurang hormat lagi." Perkataannya baru saja selesai diucapkan, segera dia melipat pedangnya memberi hormat,
setelah itu pedang Cing Hong Kiam nya ditusukkan kedepan
dengan hebatnya.
Tubuhnya dengan sangat ringan sekali bagaikan bertiupnya
angin berkelebat diatas ruangan kuil mendesak ke arah Lieh
Yu, pedang Cing Hong Kiam nya dengan sangat cepat sekali
menusuk ke arah dada Lieh Yu, Lieh Yu dengan gusar
mendengus, jari tengah dan telunjuk dari tangan kanannya
dikeraskan membentur tubuh pedang di tangan Boen Ching,
sedang kaki kirinya maju kedepan, tangan kirinya dengan
kecepatan bagaikan kilat menepuk dada Boen Ching.
Sinar mata Boen Ching berkelebat, jurus pedangnya tidak
berubah, menanti dua jari tangan kanan Lieh Yu membentur
tubuh pedangnya, tubuhnya barulah dengan cepat mendesak
maju kedepan, pedang Cing Hong Kiamnya diputar sedemikian
rupa ditengah udara, sedang gagang pedangnya menghan-
tam jalan darah "Chie Ce Hiat" dipergelangan tangan Lieh Yu.
Kegesitan serta kecepatan gerak tubuh Boen Ching sama
sekali diluar dugaan Lieh Yu, dalam hatinya diam-diam dia
merasa sangat terkejut sekali, dengan serangan yang
dilancarkan oleh Boen Ching ini. apabila jalan darah "Chie Ce Hiat" nya benar-benar terkena benturan gagang pedang Cing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Hong Kiam tersebut, tubuhnya segera akan berhasil di pukul
rubuh keatas tanah.
Lieh Yu yang melihat keadaan seperti ini, dia tak berani
lama bertahan lagi tubuhnya, dengan cepat mundur
kebelakang. Boen Ching yang tampak Lieh Yu mundur kebelakang,
segera menubruk maju kedepan berturut-turut melancarkan
beberapa kali serangan pedang, setiap serangan pedang itu
semuanya mengancam jalan darah terpenting bagian depan
tubuh Lieh Yu. Serangan pedang tersebut belum mencapai sasarannya,
hawa pedang dengan dahsyat sekali telah menekan tubuhnya,
dalam hati Lieh Yu menjadi sangat terperanjat, dengan tenaga dalam yang dimiliki Boen Ching saat ini, tak mungkin dia akan berbasil melawan Boen Ching dengan menggunakan tangan
kosong. Sinar matanya berkelebat tak henti-hentinya, dalam hati
diam-diam pikirnya apabila dirinya dengan menggunakan
tangan kosong mundur kebelakang, sedang Boen Ching tak
henti-hentinya melancarkan serangan pedang nya, sama sekali tak terpikir kan olehnya bagaimana akibatnya ?"
Tubuh Lieh Yu terus menerus melayang mundur
kebelakang bagaikan sebuah daun kering yang tertiup angin
kencang, tubuhnya dengan cepat melayang tiga kali lebih
kebelakang. Sinar pedang Boen Ching berubah bagai kan pelangi yang
memenuhi angkasa, tubuh pedangnya dengan cepat
dilancarkan ke depan, segera terlihatlah sinar kehijau-hijauan yang menyilaukan meliputi sekeliling tempat iersebut dan
mengitari tengah udara dengan kencangnya, dari arah atas
menerjang ke bawah tak henti-hentinya menumbuk tubuh
Lieh Yu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tangan kanan Lieh Yu mendadak di getarkan dengan
hebatnya, "Crinngg .. " diantara berkelebatnya sinar putih, pedang panjangnya telah dicabut keluar dari sarungnya,
dengan cepat pedangnya diputar balik dari atas ke bawah
balas menyerang tubuh Boen Ching.
Boen Ching mengerutkan alisnya, dia menarik napas
panjang-panjang, pada saat tangan kanannya digetarkan,
gerakan pedang nya telah berubah.
Gerakan pedangnya dari serentetan sinar ke hijau-hijauan
yang berputar dengan hebatnya itu berubah menjadi suatu
gunung pedang yang sangat kokoh sekali, ditengah
menyambarnya pedang tersebut samar- samar terdengar
suara menyambarnya angin taupan serta menggeletar
menyerupai suatu guntur sekitar gunung pedang itu terlihat
sinar pedang berkelebat membuat orang yang melihatnya
menjadi silau dan jeri.
Lieh Yu yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut,
dengan gerakan Boen Ching saat ini kiranya dia telah
memahami seluruh rahasia tenaga khiekang "Chiet Kong Kang khie" dan bukanlah dapat dihadapi dengan demikian
mudahnya seperti dahulu.
Pada saat ini pikiran pasti menang telah lenyap dari dalam
hatinya, perasaan ragu-ragu memancar keluar meliputi
seluruh tubuhnya, dalam hatinya dia mempunyai niat untuk
sekali lagi mundur kearah belakang.
Tetapi sebelum dia sempat mengambil keputusan terakhir,
mendadak dia merasa kan bahwa gerakan pedang Boen Ching
yang seperti dinding pedang itu secara samar- samar terasa
mempunyai suatu tenaga menyedot yang sangat dahsyat
sekali. Pikirannya dengan cepat berputar, untuk menarik kembali
pedangnya sudah tentu tak akan mungkin bisa terjadi,
terpaksa dia menggigit kencang bibirnya, dengan sekuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tenaga balas melancarkan serangan mengancam seluruh
tubuh Boen Ching.
Ditengah berkelebatnya sinar pedang yang sangat
menyilaukan mata itu, terlihatlah sebelah pedang panjang
melayang keatas udara.
Tubuh Lieh Yu terus menerus mundur ke arah belakang,
wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dengan termangu-
mangu dia berdiri mematung disana.
Tubuh Boen Ching dengan sangat ringan sekali melayang
turun keatas atap ruangan kuil tersebut, air mukanya
sedikitpun tak memperlihatkan perasaan hatinya, dengan
tegak dia berdiri disana.
Lieh Yu menjadi sangat malu sekali dengan gusar dia
mendengus, tangan kanannya dikibaskan. terlihat segulung
asap berwarna kemerah-merahan bertiup menyebar ke
seluruh penjuru tempat tersebut, dan melayang menerjang
kearah Boen Ching sekalian.
Liuw Hoa Liong menjadi sangat terkejut, sama sekali dia
tidak pernah menyangka kalau Lieh Yu ternyata masih tidak
memikirkan tentang mati hidup bagi dirinya.
Dengan keras teriaknya.
?sap ini adalah Ban Nien Touw Hoa Uh, kalian berhati-
hatilah !"
Sambil berkata dia siap melayangkan tubuhnya menerjang
ke arah depan, tetapi untuk sesaat dia menjadi termangu-
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mangu dan berdiri mematung ditempat.
Sekarang telapak tangan Boen Ching didorong sejajar
dengan dada, dari ternyata dia telah menahan majunya asap
"Ban Nien Touw Hoa Uh' tersebut.
Liauw Hoa Liong untuk beberapa saat lamanya berdiri
tertegun ditempat, selama nya dia belum pernah melihat ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sakti yang demikian aneh dan hebatnya, jika dilihat secara
demikian, kesempurnaan Boen Ching didalam ilmu tenaga
khiekang "Chiet Kong Kang Khie" ini telah mencapai pada taraf sejajar dengan Thian Jan Shu waktu itu.
Sepasang telapak tangan Boen Ching dengan mendatar
didorong ke arah depan pada kurang lebih lima kaki dari
tubuhnya segera terbentuklah suatu tembok hawa murni yang
sangat kuat sekali, asap "Ban Nien Touw Hoa Uh" itupun dengan cepat dapat ditahan gerakan selanjutnya.
Terlihatlah segulung asap berwarna merah terus menerus
mendorong kearah atas dan sekeliling tempat itu.
Asap berwarna merah itu makin bertumpuk dan makin
berat, tumpukan asap berwarna merah itu telah memenuhi
seluruh udara disekitar tempat itu hingga mencapai kurang
lebih sepuluh kaki persegi.
Liauw Hoa Liong setelah berdiri termangu-mangu untuk
beberapa saat lamanya itu, mendadak menjadi sadar kembali,
ketika memandang Boen Ching lagi, tampak sepasang telapak
tangannya dengan perlahan lahan didorong kearah depan,
sedang kening Boen Chingpun tampak telah mengucurkan
keringat dingin sehingga membasahi tubuh nya.
Liauw Hoa Liong menjadi cemas bercampur gusar, dengan
sangat cepat sekali dia mengambil berpuluh-puluh butir pil
dari dalam tubuhnya dan dilemparkan seorang sebutir, dengan keras teriaknya.
'Cepat masukkan kedalam mulutmu !''
Pada saat ini asap berwarna merah itu telah bertumpuk
mencapai beberapa puluh kaki tingginya, disekeliling puluhan kaki itu terlihat asap berwarna merah bergerak tak henti-hentinya, bagaikan hendak melampaui batas daerah yang
dikelilingi oleh tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" itu.
Liuw Hoa Liong dengan keras berteriak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Boen Ching, tak usah kau tahan lagi, cepat kau pukul
buyar asap yang demikian tebalnya itu, asalkan dengan
menggunakan tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"
melindungi tubuhnya saja sudahlah cukup"
Boen Ching berpikir dengan cepat, dibawah ruangan kuil itu
masih terdapat banyak manusia, apabila asap "Ban Nien Touw Hoa Uh" ini buyar, bukankah orang yang berada dibawah
ruangan kuil itu akan menemui bencana?""
Sepasang telapak tangannya terasa makin lama makin
berat dan sukar sekali untuk dipertahankan lagi.
Tetapi apabila dia tak dapat mempertahan kan dirinya lagi,
akhirnya bukan saja dia tidak mungkin akan berhasil
menahannya, pada saat itu apabila dirinya sangat lelah,
kiranya jiwanya pun sukar sekali untuk dipertabhankan.
Pikiradn Boen Ching seagera bergerak, bsepasang matanya
dipejamkan, dan menarik napas panjang dia siap hendak
menggunakan seluruh tenaga dalamnya untuk memukul buyar
asap "Ban Nien Tou Hoa-Hoa Uh" itu.
Pada saat itu juga, mendadak terdengar suara pujian
kepada Budha berkumandang datang, suara pujian tersebut
baru saja lenyap dari pendengaran terbuatlah suara asap dupa yang sangat harum sekali tersebar masuk ke dalam tengah
kalangan, sedang asap "Ban Men Touw Hoa. Uh" itupun dengan perlahan lahan berubah menjadi angin yang bertiup
berlalu dari tempat itu.
Ditengah menyebarkan asap berwarna merah itu, tampak
seorang nikouw berbaju putih dengan sangat tenang sekali
berdiri ditempat itu.
Begitu Boen Ching melihat nikouw berbaju putih itu tak
terasa lagi dia menjadi termangu-mangu, nikouw berbaju
putih itu ternyata adalah Thian Jan Lie, Jien Muh Nio adanya, sama sekali tak terduga olehnya kalau Jien Muh Nio dapat
menjadi demikian rupa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada saat ini seluruh tubuh Jien Muh Nio memakai jubah
berwarna putih, wajahnya sangat ramah sekali, kelihatannya
bukan saja membuat orang lain mengagumi kecantikan
wajahnya, bahkan membuat dalam hati setiap orang timbul
perasaan menghormatinya.
Lieh Yu pun dengan termangu-mangu memandang ke arah
diri Jien Muh Nio, dia berdiri mematung disana, sepatah kata pun tak diucapkan keluar.
Terlihat Jien Muh Nio mengangkat tangannya memberi
hormat kepada seluruh orang yang berada didalam kalangan
itu, ujarnya. "Pinnie Thiat Shu, menerima pesan terakhir dari suhuku, untuk datang mengakhiri percekcokkan ini."
Boen Ching merasakan sangat kaget diluar dugaan, kiranya
didalam waktu yang demikian pendeknya ini ternyata Sek
Liong Suthay telah wafat, sedang Jien Muh Nio pun telah
masuk menjadi nikouw dengan gelar Thiat Shu.
Jien Muh Nio tampak memutarkan tubuhnya dan ujarnya
kepada diri Lieh Yu.
''Lieh sicu, perpisahan yang telah lewat puluhan tahun
lamanya, entah Lieh sicu selama ini baik-baik saja dan masih ingatkah terhadap diri pinnie ?"
Lieh Yu rrenjadi termangu-mangu, untuk sesaat dia lupa
untuk memberikan jawabannya, sejenak kemudian barulah
sahutnya. 'Mubh Nio --- ---apdakah kau tidak amengetahui "
bbagaimana aku dapat melupakan diri mu "'
Jien Muh Nio tertawa tawar, sahutnya.
'Lieh sicu, lepaskanlah golok penjagalmu, dan masuklah
menjadi murid Buddha, kali ini dapatkah Lieh sicu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
memandang wajah suhu serta wajah dari pinnie untuk
menghabiskan persoalan ini ?"
Lieh Yu dengan sangat tajam sekali memandang ke arah
diri Jien Muh Nio, peristiwa puluhan tahun yang lalu sekali lagi berkelebat diaalam benaknya, tak terasa lagi air matanya
bercucuran membasahi seluruh wajahnya, setelah menghela
napas panjang dan memandang ujung langit yang sangat jauh
itu. Jien Muh Nio tersenyum, ujarnya lagi.
"Waktu selama puluhan tahun lamanya hanya dalam
sekejap mata saja telah lewat, segala urusan yang terdapat
didalam dunia ini tak lebih hanyalah khayalan belaka, apakah sicu masih belum jelas ?"
Lieh Yu yang mendengar perkataan tersebut, didalam
hatinya bagaikan mendapat pukulan yang sangat keras sekali, peristiwa yang telah lewat segera terbayang kembali, tetapi mendadak teringat olehnya perkataan yang diucapkan oleh
Jien Muh Nio, peristiwa yang telah silam tak lebih hanyalah khayalan belaka, dia menghela napas lagi pikir nya.
'Urusan yang telah lewat biarkanlah lewat, urusan yang
sekarang pun dengan cepat akan berlalu, urusan yang akan
datang pun dengan cepat pula akan melewati."
Tak mengucapkan sepatah kata pun segera dia memutar
tubuhnya dam lari dengan cepatnya kearah depan.
Jien Muh Nio memandang tajam ke arah bayangan
punggung Lieh Yu hingga lenyap dari pandangan, kemudian
sambil merang-kap kedua tangannya memberi hormat kepada
semua orang, "Pinnie mohon diri terlebih dahulu!
Sehabis berkata dia mengangkat kepalanya memandang
sekejap kearah Boen Ching kemudian barulah memutarkan
tubuhnya meninggalkan tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Chingpun mremandang tajam tkearah diri Jieqn Muh
Nio, didarlam sekejap saja dia sudah melihat sinar mata yang dipancarkan oleh Jien Muh Nio itu penuh diliputi oleh ramah tamah dan cinta dari seorang ibu, dalam hatinya tak terasa
lagi timbullah suatu perasaan menghormat yang tak pernah
timbul selamanya dari dalam hatinya.
Pada saat Jien Muh Nio sebelum meninggalkan tempat itu
dia telah memandang beberapa saat lamanya kepada dirinya,
hal tersebut terasa olehnya merupakan suatu hawa segar
sekali bertiup didalam hatinya, dia merasa bahwa dengan
mengampuni orang lain ternyata adalah demikian
mengagumkan, sekali pun orang yang lebih jahatpun apabila
telah sadar kembali dari salahnya, pastilah akan menebus
dosanya dengan perbuatan- perbuatan mulia.
Boen Ching lama sekali baru menghembus kan napasnya,
dia menoleh ke belakang tampak sinar mata semua orang
sedang memandang tajam kearahnya, Jien Muh Nio sejak tadi
telah meninggalken tempat itu, dia merasa bahwa dirinya
telah kurang sopan, segera ia tersenyum.
Liuw Hoa Liong menghela napas. ujarnya.
''Aku rasanya mengetahui cara mencegah nya saja, tetapi
tak kusangka didalam dunia ini ternyata terdapat orang yang dapat mengubah asap Ban Nien Touw Hoa Uh tersebut
menjadi hilang tanpa bekas".
Ujar Pula Ie Bok Tocu terhadap diri Boen Ching.
"Anak Ching! agaknya dia kenal dirimu"'
Boen Ching tersenyum, sahutnya.
"Dia adalah Thian Jan Lie !"
Ie Bok Tocu menjadi sangat terkejut sekali, kiranya dia
adalah Thian Jan Lie, dia seharusnya mengetahuinya, orang
yang harus dicari atas pesan terakhir ayahnya Tan Coe Coen
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
baru saja muncul didepannya ternyata dia sama sekali tak
mengenalnya. Boen Ching menghembuskan napas lega, dalam hati
pikirnya urusan ini dapatlah diselesaikan, dan kini dia dapat pergi dari tempat ini.
Baru saja dia berpikir sampai disitu, mendadak dari ujung
langit terdengar suara yang sangat menderu-deru
berkumandang datang, Boen Ching menjadi sangat terkejut
sekali, segera dia mendongakkan kepalanya memandang.
Diujung langit tampak segulung angin yang berputar
dengan sangat cepatnya dengan kecepatan bagaikan kilat
makin mendesak mendekat kearah kuil Pie Lu Si itu.
Orang yang berada diujung atap ruangan kuil menjadi
sangat terkejut sekali, sekalipun kuil Pie Lu Si ini didirikan dipinggiran gurun pasir, tetapi dikarenakan perbedaan cuaca ditempat tersebut sehingga selamanya tak terlihat adanya
angin, pada saat ini ternyata terdapat angin yang bertiup
mendatang, sudah tentu hal ini membuat mereka menjadi
bingung dan gugup.
Tetapi pada saat ini gerakan angin itu, agaknya telah
malampaui tengah gurun pasir beberapa puluh orang itu
dengan cepat melayang turun masuk kedalam ruangan kuil.
Sin Eng Thaysu melihat wajah beberapa orang itu
kelihatannya sangat aneh sekali, segera tanyanya.
"Ada urusan apa?"
Sahut Liuw Hoa Liong dengan cepat.
''Angin taufan telah datang".
Air mukanya Sam Ceng It Shia itu dengan cepat berubah
hebat, dengan cemas sahut nya.
"Tak mungkin bisa terjadi".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sekalipun keempat orang itu berbicara secara demikian,
tapi suara menderunya angin secara samar-samar telah dapat
didengar, tetapi suara angin itu kedengarannya sangat aneh
sekali, dalam hati keempat orang itu berpikir kemungkinan
terjadinya perubahan secara mendadak, dengan cepat
ujarnya. "Kita lebih baik bersembunyi kedalam ruangan saja".
Dengan dingin mendadak teriak Kioe Thian Bu Sin, Jen
Cen. "Tahan!"
Semua orang segera menghentikan langkah kakinya, tetapi
hwesio sekalian telah berturut-turut menerjang masuk ke
dalam ruangban kuil.
Jen Cedn mengerutkan aalisnya, dia terbtawa tawar,
ujarnya. "Kalian jangan pergi, bukan angin taufan, aku kira ada kawan yang sedang menuju ke tempat ini."
Sehabis berkata dia tersenyum.
Perkataan ini begitu keluar dari mulutnya Liuw Hoa Liong
segera menjadi sadar kembali, dia membalik tubuhnya dan
ujarnya kepada Han Cing Yu.
"Benar, aku kira tentunya kawan-kawan dari partai Mie
Cong Bun yang datang berkunjung !"
Perkataan Liuw Hoa Liong baru saja selesai diucapkan,
suara angin itu mendadak menjadi lenyap, sedang diatas
permukaan tanah pun terdengar terinjaknya batu kerikil
terkena kaki manusia.
Dalam hati Boen Chirg segera menjadi sadar, teringat
olehnya ketika pemuda berbaju putih yang disebut sebagai
Cap Sah Lang itu ketika muncul untuk pertama kalinya pun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
juga terlihat pasir dan debu melayang memenuhi angkasa,
orang yang datang ini pasti sedang mencari dirinya.
Suara angin dan pasir segera berhenti, terlihat seorang
lelaki berusia pertengahan yang memakai baju berwarna
hitam telah berdiri diatas atap ruangan kuil dan dengan sangat dinginnya memandang kearah semua orang yang hadir
ditempat itu, Liuw Hoa Liong tertawa dingin ujarnya.
"Partai Mi Cong Bun kiranya juga hanya demikiar saja,
hanya dapat bermain ilmu siluman saja."
Lelaki berbaju hitam itu dengan sangat dingin sekali
memandang sekejap ke arah orang itu kemudian ujarnya.
"Siapakah Boen Ching ?"
Boen Chinga maju satu langkah kedepan, dia tertawa
tawar, ujarnya.
'Cianpwee mencari diriku entah mempunyai urusan penting
apakah?" Lelaki berbaju hitam itu dengan dingin mendengus,
sepasang matanya memperhati kan seluruh tubuh Boen Ching
sejenak kemudian barulah dia tertawa dingin, ujarnya.
"Kiranya yang disebut sebagai BoenChing adalah kau ".
Suara ucapannya terdengar mengandung nada yang sangat
memandang rendah terhadap diri Boen Ching.
"Liuw Hoa Liong mengerutkan albisnya. tanyanyad.
"Aku akan beratanya kepadamu,b siapakah kau ?"
Lelaki berbaju hitam itu memandang sekejap kearah Liuw
Hoa Liong, air mukanya sedikitpun tidak menampilkan
perasaan apa-apa.
Liuw Hoa Liong tertawa tawar sahutnya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Benar ! Aku lupa untuk memberitahukan namaku
kepadamu, aku adalah Liuw Hoa Liong anak murid dari Thian
Jan Shu" Dengan dingin lelaki berbaju hitam itu memandang kearah
Liuw Hoa Liong, agaknya dia sedang menimbang berharga
atau tidak memberitahukan namanya kemulian kepada diri
Liuw Hoa Liong "
Sejenak kemudian barulah sahutnya dengan sangat tawar
sekali. Aku adalah Pek In Khek, Shu Kiam Hoan, kau kalau
memangnya anak murid dari Thian Jan Shu sudah tentu
mengetahui namaku bukan ?"
Liuw Hoa Liong begitu mendengar orang yang baru saja
datang adalah jago yang paling diandalkan dari partai Mi Cong Bun Pek In Khek. Shu Kiam Hoan ini masih merupakan suheng
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari Nie Han Yu Sheng, Siang Yang Seng. waktu ini ketika
Siang Yang Seng memasuki daerah Tiongoan, dia barulah
dapat dibawa pulang kembali setelah Shu Kiam Hoan itu turun sendiri.
Dia tersenyum, diam-diam pikirnya dengan orang yang
demikian banyaknya mengapa harus takut pada Pek In Khek
seorang, segera dengan tawar sahutnya.
"Sungguh maaf sekati, aku tidak pernah mendengar nama
besarmu" Pek In Khek, Shu Kiam Hoan begitu mendengar perkataan
tersebut, dalam hatinya merasa sangat terkejut sekali, dia
mengerutkan alisnya, tetapi diapun tahu bahwa sangat sukar
sekali dia melawan musuh yang demikian banyaknya apabila
dirinya mengalami kekalahan, nama dari partai Mie Cong Bun
pun akan segera jatuh dimata jago-jao Bulim.
Orang-orang yang hadir ditempat itu sebagian besar
merupakan jago-jago nomor wahid didalam Bu-lim, dia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
bahwa dirinya seorang tak mungkin dapat menahan serangan
gabungan demikian banyak orang.
Dengan sangat dingin sekali dia memandang sekejap
kearah Liuw Hoa Liong, kemudian Boen Ching sambil tertawa
dingin ujarnya.
"Kau telah memarpas putus pedantg anak muridku qCap
Sah Lang, dran merebut pula kitab rahasia Hay Thian Kiam
Boh, bagai mana harus memberikan hukuman terhadap dirimu
aku kira kaupun tentunya juga mengetahui",
Sehabis berkata dia tertawa dingin tak henti-hentinya dan
melirik sekejap kearah Liuw Hoa Liong ini.
Boen Ching menjadi tertegun dia memapas putus pedang di
tangan Cap Sah Lang adalah peristiwa yang benar-benar
terjadi, tetapi merusak kitab Hay Thian Kiam Boh bukanlah dia yang melakukannya.
Pada saat pikirannya berputar itu, segera terpikir olehnya
akal seseorang, Lok Yang Hong, kalau dia memang dapat
menguasai Cap Sah Lang serta Law Cing Ce, sudah tentu dia
dapat pula menakuti mereka didalam urusan ini.
Lelaki berbaju hitam itu tertawa dingin, dia menyapu
sekejap ke tengah kalangan, dan ujarnya:
"Kalian mempunyai hubungan apa dengan Boen Ching "
Kawan atau lawan " Lekas beri jawaban:
Liuw Hoa Liong tertawa dingin, ujarnya:
"Dengan kepandaianmu itu kau mengingin kan melawan
berapa orang sekaligus ?"
Pek In Lhek, Shu Kiam Moan tertawa dingin, dia
mengerutkan alisnya.
Sahutnya kemudian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Kawan Boen Ching adalah merupakan lawan partai Mie
Cong Bun, sedang kalau lawan Boen Ching merupakan kawan
partai Mie Cong Bun kami, harap yang merupakan lawan dari
Boen Ching segera berdiri kesamping." -
Sehabis berkata dia menyapu sekejap ke arah orang-orang
itu, tampak orang-orang yang hadir ditempat tersebut,
sampaipun Mo Pak Sam Ceng serta le Way It Shia juga tidak
ada yang menggerakkan tubuhnya.
Liuw Hoa Liong tertawa besar, sahutnya.
"Kalau memangnya lawan partai Mie Cong Bun lalu
bagaimana " Apakah boleh dikata partai Mie Cong Bun kalian
berani melawan kawan-kawan Bu lim secara berbareng?"
Pek In Khek, Shu Kiam Hoan yang tampak hal ini
mengerutkan alisnya, sambil tertawa besar ujarnya.
'Dari tempat ini berjalan kearah Tenggara sejauh seratus
duapuluh lie terdapat sebuah puncak gunung yang disebut
sebagai Ban Liong Ling, cayhe Pek Khek akan menanti
kedatangan saudara sekalian."
Sehabis berkata dia membalikkan tubuh nya berlari kearah
depan. Boen Ching dengan sangat tajam sekali memandang Pek In
Khek yang berlari meninggalkan tempat itu,
Puncak gunung Ban Liong Ling adalah merupakan tempat
kediaman dari para jago pedang dari partai Mie Cong Bun,
selamanya jago-jago pedang dari daerah Tionggoan di larang
memasuki daerah mereka, tak disangka ini hari Shu Kiam
Hoan sendiri secara resmi telah mengundang mereka untuk
mengunjungi tempat kediaman mereka itu'
Ditengah gurun pasir yang sangat luas itu, di empat
penjurunya hanya terlihat pasir yang berwarna kuning saja,
sedang panas matahari dengan hebatnya menyinari empat
penjuru tempat tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tampak berpuluh puluh gundukan pasir menghubungkan
yang satu dengan gunduk-kan lainnya.
Seorang pemuda berbaju hijau dengan tenangnya
menunggang seekor kuda berjalan mendatang, ditangan
satunya lagi tampak pula membawa seekor kuda dengan
sangat perlahan sekali melintasi permukaan gurun yang
sangat panas serta kering itu.
Pemuda itu adalah Boen Ching, dia baru saja berpisah
dengan Ie Bok Tocu sekalian. seorang diri lebih dahulu
berangkat menuju kepuncak gunung Ban Liong Ling, sedang
Ie Bok Tccu sekalian tinggal didalam kuil Pie Lu Si menanti beberapa orang suhengnya untuk kemudian bersama-sama
berangkat menuju keatas puncak gunung Ban Liong Ling
memenuhi janji.
Boen Ching mengerutkan alisnya, dia memandang sekeliling
tempat tersebut, tampak di empat penjuru hanyalah pasir
berwarna kuning saja, sedikit pun tak tampak adanya jejak
seorarg manusia pun.
Didalam hati diamb-diam pikirnya,d bila urusan puancak
gunung "Babn Liong Ling ini dapat diselesaikan dengan
mudah, dengan demikian dapat pula menyelesaikan urusan
yang mengganjel didalam hatinya, Shie Siauw In telah
memahami perasaan hatinya, sudah tentu pada hari-hari
kemudian tak akan terjadi persoalan-persoalan lagi.
Matahari dengan cepat berpindah ke arah Barat, di ujung
langit hanya tampak warna merah memenuhi angkasa, yang
tertinggal hanyalah beberapa jalur sinar matahari yang sedang tenggelam saja.
Boen Ching dengan membawa kudanya berjalan menuju
kesebuah gundukan pasir untuk menghindarkan diri dari
tiupan angin dan kemudian berhenti dari perjalanannya.
Melakukan perjalanan ditengah gurun pasir yarg demikian
luasnya dalam satu hari tak lebih hanyalah mencapai kurang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
lebih tiga puluh lie saja, kelihatannya untuk melakukan
perjalanan selebihnya, jugalah harus menanti matahari lagi
barulah tiba dipuncak gunung Ban Liong Ling tersebut.
Tetapi Ie Bok Tocu telah memesan wanti-wanti kepadanya
untuk melakukan perjalanan dengan perlahan didalam tiga
hari lagi Cu Kek Ci Yun sekalipun juga telah tiba di dalam kuil Pie Lu Si, pada saat itu pula barulah dapat menggunakan
barisan "Ngo Heng Kiam Tin' menghadapi jago-jago pedang dari partai Mie Cong Bun.
Boen Ching sendiri juga mengetahui kalau ilmu pedang
orang-orang partai Mie Cong Bun telah mencapai pada taraf
kesempur-naan, dan bukanlah dapat dilawan dengan mudah.
Segera dia turun dari kuda dan sekalian menurunkan
barang-barang yang terdapat pada punggung kudanya,
agaknya dia siap untuk beristirahat ditempat tersebut.
Mendadak telinganya menangkap suara tergelincirnva batu-
batu kerikil serta pasir di tempat itu.
Sinar mata Boen Ching dengan cepat berkelebat, dia
memandang kesekeliling tempat itu, dalam hatinya dia sadar
bahwa pasti ada orang yang telah datang, sekali lagi dia
memandang sekejap kesekeliling tempat itu, tetapi tetap tak terlihat gerakan apa-apa lagi.
Dia tak dapat memikirkan siapakah orang itu, yang pada
saat ini seperti ini dapat munculkan dirinya ditengah gurun pasir yang demikian luasnya ini, apakah diri Bwee Giok" Bwee Giok mengikuti diri Kioe Thian Bu Sin, dan tak dapat
dibandingkan pula dengan gadis-gadis lainnya, dia jauh lebih maju dari pandabngan orang leladki, tak mungkina
dikarenakan sboal cinta dia mau mengejar sampai disini.
Kalau begitu siapakah dia " untuk sesaat dia sangat sukar
sekali untuk menduga orang tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sekonyong-konyong disamping gundakan pasir itu tempak
muncul sebuah wajah yang sedang menyengir, Boen Ching
yang didalam sekali pandang itu segera dia dapat melihat jelas wajahnya, tak terasa lagi dia menjadi tertegun, kiranya orang yang baru saja datang itu adalah Cong Lam Lok Yang Hong
adanya. Lok Yang Hong masih tetap memakai baju berwarna
kuning, sedang pada bibirnya terlihat tersungging suatu
senyuman yang sangat aneh sekali.
Boen Ching dengan tajam memandang ke arah diri Lok
Yang Hong, dia tak mengetahui kedatangan Lok Yang Hong di
tempat ini mempunyai maksud baik atau jahat, Lok Yang Hong
ini jika dibandingkan diri Goei Lam Yu kelicikannya memang
berimbang, tetapi Lok Yang Hong jadi orang sangat licik
apabila dia mengetahui tak akan sanggup segera tak sampai
melawan telah melarikan diri, sedang Goei Lam Yu jadi orang suka menang sendiri dan tak mau mengalah, sehingga
akibatnya dia harus menemui ajalnya dengan sangat
mengenaskan. Kedua orang itu jika dibandingkan, memang hanyalah
terpaut sedikit saja, Lok Yang Hong jauh lebih licik sedikit dari Goei Lam Yu, dia telah berhasil mendapatkan kitab rahasia
Hay Thian Kiam Boh, entah pada saat ini mengapa dengan
sendirinya munculkan dirinya ditempat tersebut.
Lok Yang Hong samb
hkan untuk mengucapkannya." Sin Tek Thaysu tertawa pula, ujarnya.
"Kuil Pie Lu Si ini sekalipun bukanlah merupakan suatu kuil yang besar, tetapi juga bukanlah kuil kecil, oleh sebab itu didalam kuil kami ini mempunyai suatu urusan, barang siapa
yang masuk ke dalam kuil ini haruslah menuruti aturan
tersebut."
Sinar mata Boen Ching menjadi sayu, sambil tersenyum
sahutnya. "Coba Thaysu sebutkan."
Sin Tek Thaysu mundur dua langkah ke belakang,
sepasang tangannya berturut-turut melancarkan serangan,
sedang disekitar tempat itu pun segera bermunculan berpuluh puluh pendeta kecil.
Boen Ching memandang sekejap ke sekelilingnya, tampak
pendeta-pendeta kecil itu berjumlah kurang lebih ratusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
banyaknya dan mengepung dengan rapatnya di sekitar tempat
itu. Tubuh Sin Tek Thaysu dengan cebpat mundur
kebdelakang, sambila tertawa mengejbek, ujarnya.
"Kepandaian silat didalam dunia ini banyak macamnya dan banyak yang telah mencapai pada kesempurnaan, didalam kuil
Pie Lu Si kami ini hanya terdapat sedikit permainan kecil,
silahkan Boen Siauwhiap untuk mencobanya.'
Sinar mata Boen Ching berkedip tak hentinya, dia segera
mengetahui maksud dari perkataan Sin Tek Thaysu itu, dia
tersenyum dan tidak mengucapkan kata-kata lagi.
Sin Tek Thaysu melanjutkan perkataannya lagi.
"Sejak dari jaman dahulu kala, dari kuil Pie Lu Si kami hanyalah diwariskan sebuah barisan semacam ini saja, barang siapa yang berhasil memecahkan barisan ini barulah dapat
masuk kedalam kuil ini."
Pada saat ini Sin Tek Thaysu telah mengundurkan diri
keluar dari ruangan kuil tersebut, tampak para hweesio kecil itu berdiri tegak ditempatnya masing-masing, dengan perlahan memejamkan matanya tak mengucapkan kata-kata lagi.
Boen Ching memandang sekejap kesekeliling tempat itu,
dan berdiri tegak diatas tangga dari ruangan kuil itu.
Pikirannya dengan cepat bergerak, entah dimanakah
terletak keistimewaan dari barisan ini, dengan perlahan dia menarik napas panjang, dan berdiri dengan tenangnya. Sin
Tek Thaysu juga berdiri diatas tangga pintu kuil, kedua orang itu saling berhadapan beberapa saat lamanya, terlihat Sin Tek Thaysu tersenyum, ujarnya.
"Setelah berhasil memecahkan barisan ini, jejak dari
suhumu pun dapat kau ketahui."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching memandang sekejap ke sekeliling tempat
tersebut, dia tetap tak bergerak sedikit pun juga.
Kedua belah pihak tak ada yang mulai bergerak terlebih
dulu, sedang cuacapun semakin lama makin gelap, didalam
gedung itu mulai bertiup angin malam dengan perlahan.
Sekeliling tempat itu mulai bermunculan obor yang
menerangi disekitar tempat itu, sinar api ditengah malam yang mulai menggelap itu bergerak tak henti-hentinya.
Ujar Sin Tek Thaysu lagi kepada Boen Ching.
"Jejak dari suhrumu dapatlah katu lihat dengan qjelas
setelah krau berhasil memecah kan barisan ini dan melewati
ruangan besar ini, suhumu telah terkurung sangat lama sekali.
Sehabis berkata dia tersenyum.
Boen Ching pun tertawa, mendadak tubuhnya bagaikan
ular gesitnya berkelebat ditengah kalangan tersebut.
Hweesio-hweesio kecil disekitarnya dengan cepat
mengangkat sepasang telapak tangan nya menyambut, Boen
Ching segera siap memunahkan serangan tersebut, tetapi
baru saja dia mengerahkan tenaganya, dalam hati nya tak
terasa lagi menjadi sangat terkejut sekali, kehebatan serta kedahsyatan dari tenaga pukulan hweesio-hweesio kecil itu
ternyata sangat sempurna sekali dan selama nya dia belum
pernah menemuinya.
Bersamaan pula dari belakang tubuhnya terasa segulung
angin pukulan yang sangat keras dan hebat menekan
tubuhnya. Dalam hati Boen Ching menjadi sadar kembali, berita yang
tersebar didalam dunia kangouw mengatakan bahwa kuil Pie
Lu Si sangat sukar sekali untuk diterobos, kiranya Hweesio-
hweesio didalam kuil Pie Lu Si ini semuanya telah paham akan ilmu meminjam tenaga untuk menyerang musuh yang
merupakan ilmu tingkat paling atas dari ilmu tenaga dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Barisan ini seluruhnya mempergunakan orang sebanyak
seratus dua puluh delapan orang banyaknya yang dibagi
menjadi dua rombongan, satu rombongan berjumlah enam
puluh empat orang bersama-sama menahan serangan musuh,
dengan demikian sekalipun orangnya berjumlah ratusan,
tetapi jika dirasakan seolah-olah sedang bertempur dengan
dua jago berkepandaian tinggi saja.
Pikiran ini dengan sangat cepat sekali berkelebat didalam
benaknya, dalam hatinya segera mengambil keputusan cara
untuk menghadapi serangan dari pihak musuh ini.
Satu didepan yang lain dibelakang, pikiran ini segera
bergerak didalam benaknya, sepasang telapak tangannya
dengan cepat dilancarkan kedepan dengan masing-masing
menyerang kesebelah kanan serta ke sebelah kiri.
Begitu telapak tangan masing-masing terbentur satu
dengan yang lainnya, dua buah rombongan manusia naga
yang berada disebelah depan dan disebelah belakang itu
dengan cepat terlempar ketengah udara.
Pada saat ini Boen Ching telah mengguna kan ilmu yang
paling tinggi didalam ilmu tenaga dalam yaitu meminjam
tenaga untuk menyerang musuh, pada saat telapak tangan
kanan serta kirinya berbareng dilancarkan keluar itu, segera dia berhasil mendesak kembali gerangan yang sedang
menerjang tubuhnya itu.
Tubuhnya segera berkelebat dengan cepatnya keluar dari
dalam kepungan barisan tersebut.
Hweesio-hweesio yang berada didalam barisan ini
semuanya melekatkan satu telapak tangannya dipinggang
kawannya, pada saat tubuhnya tergetar dengan hebatnya itu,
bagai seutas tali saja, yang ujung terlempar pergi, sedang
yang ujung lainnya masih berada di atas tanah.
Ketika tubuh Boen Ching yang sedang melayang itu, tiga
orang hweesio yang bereda didalam barisan itu dengan cepat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
melancar kan serangannya secara berbareng membabat tubuh
Boen Ching. Dalam hati Boen Ching merasa sangat terkejut sekali, jika
dilihat keadaannya yang seperti ini, kehebatan dari barisan ini sungguh diluar dugaannya, ternyata mereka dapat
melancarkan serangan dengan sekehendak hatinya, dengan
demikian bukankah ke seratus dua puluh delapan orang itu
berubah menjadi seratus dua puluh delapan orang jago-jago
berkepandaian tinggi "
Tubuhnya yang masih berada ditengah udara itu, ketika
diserang secara demikian, dia tak dapat menggunakan cara
meminjam tenaga untuk nenerjang musuh seperti yang biasa
nya digunakan, sudah tentu dia tak akan berhasil
menggetarkan tubuh musuh.
Sepasang telapak tangan Boen Ching segera di gerakkan ke
depan secara berbareng sedang tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" nyapun mengikuti serangan tersebut menerjang kedepan.
Dimana serangan telapak tangan itu tiba, barisan naga
yang berada disebelah tengah segera berhasil dipukul mundur, sedang tubuh Boen Ching segera tertahan dan jatuh kembali
keatas permukaan tanah.
Sin Tek Thaysu yang berdiri dibluar garis dan dmelihat hal
itua, sinar matanyab berkelebat, ketinggian serta
kesempurnaan kepandaian yang dimiliki Boen Ching ini sama
sekali berada diluar dugaan Sin Tek Thaysu, bahkan selama
hidupnya dia pun belum pernah melihat kepandaian silat yang demikian sempurnanya.
Ketika tubuh Boen Ching yang sedang melayang turun itu,
didalam hatinya dia tahu bahwa pada saat ini apabila
tubuhnya mencapai tanah, kemungkinan sekali, sekali lagi dia akan berhasil dikepung dengan rapatnya, dia tak berani
menempuh bahaya tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Saat tubuhnya yang masih berada ditengah udara itu,
dengan cepat dia menarik napas panjang-panjang, tubuhnya
sekali lagi melayang naik keatas dan berkelebat kedepan.
Ditengah barisan manusia naga itu tampak seorang
melancarkan serangan kearah tubuh nya, sedang dibelakang
tubuhnya diantara orang-orang didalam barisan itupun melan-
carkan serangan ketubuhnya, dan mengan-cam bahu kanan
dari tubuh Boen Ching.
Sin Tek Thaysu tertawa dingin, asalkan ke dua belah pihak
tidak mengerahkan tenaganya didalam satu garis yang
bersamaan Boen Chin bagaimana dapat menggunakan siasat
meminjam tenaga untuk memukul musuh yang digunakan
selama pertempuran ini.
Dengan demikian, Boen Ching segera dapat terjerumus
kembali kedalam kepungan barisan tersebut pikir Sin Tek
Thaysu. Pada saat ini didalam hati Boen Ching saja sebelumnya
telah mengadakan persiapan bagaimana cara menghadapinya,
dia terha-dap serangan yang mengancam belakang tubuh itu
sama sekali tidak menggubrisnya, sepasang telapak tangannya menerima serangan yang mengancam tubuhnya dibagian
depan itu dengan menggunakan seluruh tenaga dan segera
dia melancarkan pula jurus 'Lian Coa Thien Siang' dari ilmn Thay Thien Kioe Sih' dengan cepat dia berhasil melemparkan
barisan naga itu kearah belakang.
Tetapi tenaga lemparannya kali ini baru saja dikarenakan
segera dia merasakan bahwa dengan menggunakan tenaga
yang dimilikinya sekarang ini mungkin sekali tak dapat dengan mudahnya berhasil mencapai sasaran nya, keantepan dari
barisan manusia naga itu ternyata jauh diluar dugaannya
semula. Pada saat itu pula serangan teblapak tangan yadng
mengancam bealakang tubuhnyab itu telah tiba, Boen Ching
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
segera bersuit nyaring tenaga khiekang ' Tjiet Kong Kang Khie'
dia ditarik kembali, tubuhnya berputar "setengah lingkaran ditengah udara, sedang jurus 'Shia Thien Song Gwat" dari ilmu
"Thay Thien Kioe Sih" pun dikerahkan keluar.
Tubuhnya dengan cepat berkelebat menghindarkan diri dari
serangan yang mengancam dari sebelah samping itu,
rombongan barisan naga tersebut segera berhasil dilemparkan ke depan yang dengan sangat cepat sekali menerjang tubuh
orang yang berada di samping itu.
Didalam sekejap saja barisan tersebut menjadi kacau balau,
sedang Boen Ching meminjam kesempatan ini pula
melayangkan tubuhnya menuju ke depan pintu ruangan.
Sin Tek Thaysu yang tampak hal ini, air mukanya berubah
dengan hebatnya, dia sama sekali tidak pernah menyangka
kalau kepandaian yang dimiliki Boen Cning dapat demikian
sempurnanya, hanya di dalam sekejap
mata saja dia telah berhasil meloloskan diri dari kepungan
barisan yang sangat aneh ini.
Segera timbul suatu siasat di dalam ingatannya, dia ingin
menggunakan kesem-patan pada saat tubuh Boen Ching
belum mencapai diatas tanah segera melukai tubuh Boen
Ching dihawah serangan telapak tangannya, tapi ...
Apabila satu kali serangannya ini tidak mencapai pada
sasarannya, entah bagaimana selanjutnya "
Dia sama sekali tak berpikir lebih mendalam lagi, setelah
ragu-ragu sejenak, dia mendongakkan kepalanya memandang,
tampak pada saat ini tubuh Boen Ching telah melayang
mendekat. Pikiran Sin Tek Thaysu dengan cepat berputar, sekalipun
dia tak berhasil melukai tubuh Boen Ching, sedikit-dikitnya juga dapat mendesak tubuh Boen Ching masuk kembali ke
dalam satu barisan. Kehebatan dari barisan ini masih belum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dilancarkan keluar tetapi ternyata hasilnya hanya begitu,
sebenarnya di dalam hatinya dia sangat merasa tidak puas.
Pada saat pikiran tersebut berkelebat di dalam benaknya,
dengan gusar dia memben-tak, sepasang telapak tangannya
dengan menggunakan sekuat tenaga menyerang tubuh Boen
Ching. Angin pukulan yang sangat santar segera berkelebat
memenuhi seluruh ruangan, Boen Ching menjadi sangat
rterkejut, sebentarnya dia hendaqk melayangkan trubuh
dihadapan tubuh Sin Tek Thaysu, tetapi sama sekali tak
terduga olehnya kalau Sin Tek Thaysu ternyata tak
memperdulikan kedudukannya sebagai angkatan tua telah
melancarkan serangan membokong dirinya.
Dia yang telah mengerahkan tenaga berkali-kali, pada saat
ini tenaga dalam yang mengalir didalam tubuhnya dimana
telah digunakan untuk melayangkan tubuhnya di tengah udara
masih belum buyar, apa bila sekali lagi harus mengerahkan
tenaga dia sendiri sadar bahwa hal ini tak mungkin dapat
terjadi, satu-satunya yang dihadapkan dirinya adalah jangan sampai tubuhnya sekali lagi terdesak masuk kedalam barisan
lagi. Boen Ching menarik napas panjang- panjang, tenaga
khiekang "Chiet Kong Kang Khie" nya segera dipancarkan keluar mengelilingi tubuhnya.
Baru saja tubuhnya melayang turun diatas tanah, serangan
telapak dari Sin Tek Thaysu telah tiba, Boen Ching dengan
menggunakan seluruh tenaganya menahan, tetapi kekuatan
serangan itu memaksa tubuhnya berturut-turut mundur lima
langkah kebelakang, barulah berhasil berdiri tegak kembali.
Dia menghembuskan napas lega, tampak dirinya belum
sampai terdesak masuk kembali kedalam barisan. Dan segera
membungkuk kan tubuhnya memberi hormat dihadapan Sin
Tek Thaysu, ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Terima kasih cianpwee telah tidak menurunkan tangan
berat kepada diriku !"
Sin Tek Thaysu tampak serangannya tidak mencapai pada
sasarannya, dia tak dapat berbuat apa-apa lagi, segera
mendepakkan kakinya ke atas tanah dia segera membalik kan
tubuhnya lagi kedalam ruangan kuil.
Boen Ching membalikkan tubuhnya dan merangkap
tangannya memberi hormat pada kawanan hweesio itu,
tubuhnya dengan cepat berkelebat dan menyerbu masuk ke
dalam ruangan kuil itu.
Baru saja memasuki ruangan kuil itu, tampa:k
dihadapannya duduk bersila tiga orang hweesio serta seorang berpakaian biasa, sinar mata Boen Ching dengan sangat tajam berkelebat, Sin Tek Thaysu serta Sin Hoat Thaysu dia telah
pernah menemuinya, sisanya seorang hweesio itu pastilah
merupa kan pimpinan dari "Mo Pak San Ceng" Sin Eng Thaysu adanya.
Sedang orang yang memakai pakaian biasa itu tak lain
pastilah "le Way It Shia," Cioe Kioe Gwat adanya.
Boen Ching dengan tenang berdiri didepan pintu kuil itu,
dan menyapu sekejap kearah empat orang itu, dengan
perlahan dia berjalan ke depan, sambil membungkukkan
dirinya memberi hormat ujarnya.
"Cayhe Boen Ching ! memberi hormat kepada cianpwee
berempat."
Ke empat orang itu sebenarnya sedang memejamkan
matanya duduk bersila, pada saat ini tampak Sin Eng Thaysu
membuka sedikit matanya, kemudian dipejamkan lagi.
Boen Ching tersenyum masam, dia memandang sekejap
kesekeliling tempat tersebut, tampak ruangan kecil itu
terdapat dua buah jalan kecil yang menghubungkan ruangan
itu dengan ruangan belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Boen Ching tersenyum lagi, sambil memberi hormat
ujarnya: "Cianpwee berempat apabila tidak mempunyai minat untuk menemui diriku, boanpwee disini mohon bertindak setindak
terlebih jaurh".
Sehabis berkata dia tersenyum dan siap meninggalkan
tempat itu. "Ie Way It Shia" Cioe Kioe Gwat mendadak membuka
matanya, dia mendengus dingin ujarnya.
"Boen Ching ! Apabila kau berani melewati kami berempat, aku segera akan menyuruh kau binasa ditempat ini juga."
Boen Ching tersenyum, dia mempunyai niat untuk bertaruh
dengan "Sam Ceng It Shia" ini, dia tidak percaya kalau dirinya setelah berhasil melintasi keempat orang itu dapat
mendapatkan bahaya yang lebih besar.
Segera dia mengangkat bahunya, dengan langkah yang
perlahan dia berjalan maju ke depan.
Cioe Kioe Gwat dengan perlahan memejam kan kembali
matanya, terhadap gerak gerik dari Boen Ching itu sama sekali dia tak menggubrisnya, seakan-akan perkataan yang telah
diucapkan terhadap diri Boen Ching itu ia merasa sangat
menyesal. Boen Ching setelah melewati belakang tubuh kedua orang
itu, mendadak di dalam ruangan besar kuil itu terdengar suara yang sangat aneh sekali berkumandang datang.
Ruangan tengah dari kuil tersebbut dengan cepadt berpisah
menjaadi dua bagian bdan berputar dengan cepatnya, Boen
Ching yang mengalami hal itu menjadi sangat terkejut sekali tubuhnya dengan cepat melayang naik ketengah udara.
Tempat duduk dari "Sam Ceng It Shia" itu tampak dengan perlahan bergerak keruangan belakang, keempat orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
segera duduk secara terpencar, dua orang memenuhi
disebuah lorong kecil di samping ruangan itu, agaknya mereka mempunyai maksud untuk tidak membiarkan Boen Ching
masuk ke belakang ruangan dengan melewati lorong itu.
Sinar mata Boen Ching dengan cepat berkelebat, tampak di
samping ruangan kuil itu tak terlihat ikut berputar, tubuhnya dengan kecepatan bagaikan kilat melayang ke samping
ruangan tersebut.
Pada dinding ruangan kuil itu tampak dengan cepat muncul
tiga buah gelang yang melayang dengan cepatnya mengitari
dinding ruangan itu.
Boen Ching menarik napas panjang- panjang tubuhnya
melayang turun ke tengah ruangan itu, ujung kakinya sedikit menutul tanah, tubuhnya segera melayang dengan cepatnya
menubruk ke arah lorong di sebelah kiri.
Orang yang menjaga dilorong di sebelah kiri itu ternyata
adalah Sin Eng Thaysu dua orang.
Sin Eng Thaysu serta Sin Hoat Thaysu tampak Boen Ching
menubruk mendekat ke arahnya, kedua orang itu segera
mengayun kan telapak tangannya, tampak berpuluh puluh
jarum "Toh Ming Sin Cin" meluncur ke tubuh Boen Ching diikuti tubuhnya dari dua orang itu dengan cepat melayang
kedepan, satu dari kanan dan yang lain dari kiri menyerang
tubuh Boen Ching.
Sinar mata Boen Ching berkelebat tak henti-hentinya,
tangan kanannya digerakkan, pedang Cing Hong Kiamnya
telah dicabut keliuar cari dalam sarungnya.
Dimana pedang Cing Hong Kiam itu berkelebat, jarum "Toh Ming- Sin Cin" itu segera terpukul runtuh keatas tanah.
Boen Ching setelah berhasil memukul jatuh jarum-jarum
itu, segera dia melancarkan jurus pedangnya menyambut
datangnya serangan dari kedua orang hweesio tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tetapi ketika sinar matanya berkelebat, dia tampak
diantara serangan hawa pukulan yang dilancarkan dua orang
itu tampbak didalamnya tdernyata berkeleabat pula bebe-
rbapa batang jarum Toh Ming Sin Cin itu, tampak hal ini dia menjadi sangat terkejut sekali, segera ia menarik kembali
serangan nya. Kedua orang yang melancarkan serangan dengan mengikut
sertakan jarum Toh Ming Sin Cin itu dengan cepatnya telah
menerjang mendekat, Boen Chiap segera mengerahkan ilmu
meringankan tubuhnya dan melayang ke udara berguling
kesebelah kanan sejauh enam kaki lebih.
Jarum "Toh Ming Sin Cin" tersebut dengan mengikuti gerakannya dengan kecepatan bagaikan kilat meluncur ke
arahnya, Boen Ching segera menggerakkan pedang Cing Hong
Kiamnya diobat-abitkan dengan hebat nya memukul jatuh
jarum tersebut, sedang sepasang kakinya melancarkan
tendangan berantai mengancam tubuh kedua orang hweesio
itu. Sin Eng Thaysu serta Sin Hoat Thaysu tampak serangannya
tidak mencapai pada sasaran, segera dia kembali ketenpat
asalnya. Karena ruangan kuil yang terus menerus berputar itu, Boen
Ching mana berani melayang turun ketepi ruangan, pada saat
ini hampir-hampir dia tak mempunyai tempat untuk
menginjakkan kakinya, dalam hatinya tak terasa lagi menjadi sangat bingung dan kacau.
Air muka Sin Hoat Thaysu tampak menampilkan perasaan
yang sangat bangga sekali, tak henti-hentinya dia tertawa
dingin. Boen Ching mengerutkan alisnya, pikirannya menjadi
bergerak, dalam hati pikirnya:
"Apakah dengan kepandaian yang kau miliki sekarang ini tak dapat menahan perputaran dari ruangan kuil ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Jika dilihat dari sikap Sin Hoat Thaysu ini agaknya dirinya harus dan pasti akan menemui ajalnya ditempat ini.
Dengan situasi dihadapannya saat ini terpaksa dia hanyalah
dapat mengumpulkan hawa murninya sekali lagi menerjang
keluar, atau dengan menempuh bahaya melayang turun
ketengah ruangan dari kuil ini.
Setelah berpikir beberapa kali, dia segera mengambil
keputusan dan dengan menem-puh bahaya melangkah
tubuhnya turun ke bawah dan berdiri dengan tenangnya di
tengah ruangan kuil tersebut.
rSam Ceng It Shita menjadi sangaqt terkejut, keermpat
orang itu tak ada yang berani mencapai kalau Boen Ching
ternyata demikian beraninya melayang turun kedalam ruangan
kuil itu. Tetapi dalam sekejap saja mereka saling bertukar
pandangan, dari matanya meman-carkan sinar yang sangat
bangga sekali, dengan perbuatan dari Boen Ching ini,
sekaliuan dapat mempertahankan hidupnya untuk sementara
waktu, tetapi dia pun akan menemui ajalnya ditempat ini juga.
Dengan tenaga putaran yang demikian cepatnya dari
ruangan kuil itu, sekalipun Boen Ching berhasil melayang
turun didalam ruangan tersebut, tapi dia tak mungkin dapat
melenyapkan tenaga yang menekan didalam tubuhnya itu,
dengan demikian dia pun sangat sukar untuk meloloskan diri
dari ruangan kuil ini, coba lihat dia dapat bertahan beberapa lamanya didalam ruangan kuil tersebut. Bukan ! Apabila Boen Ching sekali lagi berputar menuju kehadapan keempat orang
itu, mereka pastilah dapat menggunakan jarum "Toh Ming Sin Cin" untuk menghadapi Boen Chirg, sampai saat ini mereka akan melihat Boen Ching dengan menggunakan cara apa
untuk menghadapi nya.
Tetapi Boen Ching sendiri mana tidak mengetahui urusan
ini, tubuhnya baru saja melayang turun, menanti setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ruangan kuil itu berputar seperempat dari putaran, segera dia bersuit nyaring dan melompat keatas.
Tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busur
dengan sangat cepat sekali menerjang naik ke atas membobol
atas dari ruangan kuil itu.
Dibawah lindungan tenaga khiekang "Ciet Kong Kang Khie", atas ruangan kuil itu dengan mengeluarkan suara yang sangat keras telah terbobol sebuah lubang besar, sedang tubuhnya
masih melanjutkan meluncur kearah depan.
Boen Ching yang telah terdesak sedemikian rupa itu,
segera dia mencabut keluar pedang Cing Hong Kiamnya, dan
melancarkan jurus "Shia Thien Song Gwat", setelah menenang kan tubuhnya, dia melayang turun diatas atap ruangan kuil.
"Sam Ceng It Shia" yang tampak hal ini dalam hati merasa terkejut sekali, merekapun dengan cepat menguntit
dibelakangnya mengejar keluar.
Boen Ching sekali melirik tampak pedang Cing Hong
Kiamnya terpaku diatas sebuah pohon besar dengan
kencangnya, sedang pada saat itu empat orang musuh
tangguh telah mengepung dirinya, mana dia berani pergi
mencabut kembali pedang panjangnya.
Sin Eng Thaysu tertawa dingin, ujarnya.
"Boen Ching ! Selama sepuluh tahun ini boleh dihitung
kaulah yang pertama-tama berhasil meloloskan diri dari dalam ruangan kuil ini, kau sungguh sangat untung."
Boan Ching mundur satu langkah ke belakang dan
tersenyum, segera dia menengok kebelakang ruangan kuil itu.
Ditengah antara dua lorong kecil itu tampak sebuah kebun
yang besar dan luas, kebun bunga yang demikian besarnya
itu, hampir-hampir dia tak pernah menemuinya, dia sama
sekali tidak pernah menyangka kalau dengan tenaga manusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dapat membuat sebuah kebun bunga yang demikian besar
serta luasnya ini.
"Ie Way It Shia." Cioe Kioe Gwat tertawa terbahak-bahak, segera dia mendesak maju kedepan sambil melancarkan
serangannya mengancam dada Boen Ching.
Boen Ching yang telah berhasil keluar dari dalam ruangan
kuil itu, mana dia masih takut pula terhadap empat orang itu, hanyalah dia mempunyai niat untuk bertanya kepada empat
orang itu sebenarnva bagai mana kah berita daripada jejak
suhunya Ie Bok Tocu.
Tubuhnya dengan cepat melayang mundur ke belakang,
sambil membungkukkan diri memberi hormat, ujarnya.
"Boen Ching kini berhasil lolos dari ruangan kuil itu, harap Cianpwee sekalian mau memberi tahu berita mengenai jejak
suhuku le Bok Tocu !"
Cioe Kioe Gwat tertawa dingin, sahutnya.
"Tetapi kita belum mencoba kekuatannya masing-masing "'
Boen Ching menyapu sekejap kearah empat orang itu,
sambil tertawa, ujarnya.
"Dengan nama serta kedudukan dari cian pwee berempat,
bagaimana mau mengurusi seorang angkatan muda seperti
boanpwee ini, berita mengenai suhu ku apa bila tak
diberitahukan kepada diri boanpwee sekalipun dari cianpwae
sekalipun cianpee sekalian mendapatkan kemenangan juga
bukanlah kemenangan yang gemilang, kare-na dalam hatiku
sedang risau dan bingung didalam melawan cianpwee
sekalian."
Cioe Kioe Gwat dengan dingin tertawa besar sahutnya.
"Tak kusangka kau ternyata menggunakan siasat untuk
memancing kami !"
Boen Ching pun tertawa, ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Sekalipun boanpwee mempunyai maksud untuk
memancing diri ciaipwee sekalian, tetapi didalam pikiran
cianpwep sekalian, apakah boleh dikata segala perkataan yang diucapkan oleh boanpvee ini adalah ucapan yang palsu ?"
Cioe Kioe Gwat dengan dingin mendengus, dengan ucapan
Boen Ching sekarang ini, hal ini membuktikan kalau dia
mengatakan bahwa segala ucapannya itu adalah siasat yang
dipasang olehnya, sedang kau mau memberi tahu atau tidak
?" Dia mengerutkan alisnya, ujarnya.
"Memberitahukan kepadamu, buat dirimu pun tak ada
gunanya, suhumu terkurung didalam kebun yang besar
tersebut, hanyalah kau tidak mudah untuk memasukinya."
Sepasang mata Boen Ching menyapu sekejap kedalam
kebun yang sangat luas itu, dalam hatinya diam-diam merasa
sangat terkejut, jika dilihat dari perkataan yang diucap kan Cioe Kioe Gwat ini, kebun bunga ini pastilah merupakan
sebuah barisan yang aneh.
Baru saja dia berpikir sampai disana. tubuh Cioe Kioe Gwat
telah melayang datang, sepasang telapak tangannya dengan
sekuat tenaga menerjang tubuh Boen Ching.
Sepasang mata Boen Ching berkelebat dengan tak henti-
hentinya, dia tidak ingin untuk bergebrak mati- matian
melawan Sam Ceng It Shia ini, tubuhnya sekali lagi mundur
kearah belakang.
Pedang Cing Hong Kiamnya terpaku dengan kencangnya
disebuah pohon kurang lebih lima puluh kaki dari tempat
dimana dia sekarang berdiri, tetapi hanya terpaut kurang lebih dua puluh kaki saja dari tubuh Sin Tek Thaysu, dia tak dapat membiarkan pedang Cing Hong Kiam tersebut jatuh ke tengah
pihak musuh. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dia mundur dua langkah lagi kebelakang, sedang Cioe Kioe
Gwat makin mendesak mendekat, ujarnya.
"Kau terus menurus mundur kebelakang apa gunanya "
apakah kau tidak mengetahui kalau suhumu terkurung
didalam kebun di hadapanmu itu "
Sambil berkata dia mendesak maju lagi ke arah depan
mendekati tubuh Boen Ching.
Boen-Boen kembali mundur lagi satu langkah kebelakang,
segera dia melancarkan serangan menyambut serangan yang
dilancar kan oleh Ie Way It Shia tersebut sinar matanya
berkelebat tak henti-hentinya, ujarnya.
"Suhuku tak pernah berbuat salah terhadap kalian,
mengapa kalian malah mengurung dia orang tua ?"
Dengan dingin sahut Cioe Kioe Gwat.
'Sumoaymu mengacau kuil Pie Lu Si kami, berturut-turut
melukai sebelas orang, apakah boleh dikata ini bukanlah
merupakan alasan yang cukup kuat ?"
Sambil berkata sekali lagi dia melancarkan serangan hebat
ke depan. Boen Ching merasa kesempatannya telah tiba, dia tak ragu-
ragu lagi, segera ia menarik napas panjang-panjang, tenaga
khiekang Chiet Kong Kang Khie" nya dikerahkan melindungi seluruh tubuh, pada saat tubuh nya berkelebat dengan
cepatnya itu, tangan nya dengan cepat menyambut tubuh
Cioe Kioe Gwat dan melemparkannya kesebuah pohon besar
yang berada disebelah kiri.
Sin Eng Thaysu, Sin Tek Thaysu serta Sin Hoat Thaysu
yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut sekali, tak terasa lagi tubuh mereka bersama-sama melayang ke depan, dan
mengejar tubuh Cioe Kioe Gwat, siap untuk menerima
tubuhnya yang meluncur dengan cepatnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketika tubuh Cioe Kioe Gwat yang meluncur dengan
cepatnya di tengah udara tersebut, dengan cepat dia bersalto beberapa kali dan cepat melayang turun dihadapan pohon
besar itu. Ketiga orang hweesio itupun bersamaan waktunya
melayang turun ke atas tanah, empat orang bersama-sama
berdiri tepat di depan pohon besar, sepasang matanya dengan sangat gusar sekali memandang kearah Boen Ching.
Pada saat ini Boen Ching telah berhasil mencekal pedang
Cing Hong Kiamnya di tangan, sambil tersenyum dia
memandang tajam ke arah empat orang tersebut.
Dia yang selalu tak pernah melancarkan serangan balasan
itu, didalam satu kali balas menyerang saja telah mencapai
pada sasarannya, oleh sebab itu pada saat tubuh Cioe Kioe
Gwat berhasil dilempar ke depan dengan hebatnya itu, ketiga orang hweesio itu bersama-sama menjadi sangat terkejut
sekali, dengan tenaga dalam yang sedemikian sempurnanya
itu sudah tentu tenaga lemparan dari Boen Ching juga sama
dahsyat, sehingga tak terasa lagi dalam hati mereka pada saat ini telah timbul rasa jeri.
Boen Ching tersenyum, sambil memasuk kan kembali
pedangnya kedalam sarung ujarnya:
"Boanpwee mohon diri terlebih dahulu".
Sehabis berkata tubuhnya berkelebat dan melayang turun
ke dalam halaman dalam dari ruangan kuil itu.
Tubuhnya belum saja melayang turun keatas permukaan
tanah, terdengar suara dari Sin Eng Thaysu telah
berkumandang datang dari belakang tubuhnya, ujarnya.
'Boen Ching! Kau kira hanya dengan demikian mudahnya
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat menerjang masuk kedalam ruangan kuil kami?"'.
Pada saat Boen Ching mengalihkan pandangannya untuk
melihat, tampak dalam kebun itu telah tampak ratusan orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
hweesio yang menyekal pedang dengan sangat cepat sekali
mengepung tempat dimana dia melayang turun ketanah.
Dia menjadi sangat terkejut, kelihatannya "Sam Ceng It Shia "itu mempunyai maksud untuk menggunakan barisan
aneh dari kuil "Pi Lu Si" untuk mengurung dirinya lagi.
Baru saja pikiran Boen Ching bergerak Sin Eng Thaysu telab
berkata lagi. "Sedikitnya kau harus berhasil menerjang barisan ini
terlebih dahulu barulah dapat memasuki barisan didalam
kebun bunga itu".
Sehabis berkata dia tertawa dingin tak henti-hentinya.
Boen Ching yang masih berada ditengah udara segera dia
menarik napas panjang- panjang, tubuhnya sekali lagi
melayang dan menerjang ke arah depan.
Tetapi dengan barisan yang terdiri dari beratus-ratus orang ini mana dia dapat meloloskan dirinya hanya dengan satu kali lompatan saja, pada saat tubuhnya melayang turun keatas
tanah itu, pedang panjang dari sebelah kanan dan sebelah
kirinya telah bersamaan waktu menerjang kearah tubuh nya.
Boen Ching tidak ingin dengan keras lawan keras,
pedangnya sedikit digetarkan kedepan menahan seluruh
serangan yang mengancam tubuhnya itu.
Tetapi tenaga serangan pedang yang dilancarkan dari
samping kiri dan kanan sangat berbeda sekali, tak terasa lagi dia terdesak mundur satu langkah kebelakang dan masuk
kedalam kepungan barisan tersebut.
Baru saja kedua bilah pedang panjang itu dipunahkan,
mendadak terlihat dua buah serangannya lagi mengancam
tubuhnya. Sinar mata Boen Ching berkelebat tak henti-hentinya, dia
sama sekali tak pernah menyangka kalau perubahan dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
barisan ini dapat demikian banyaknya, tak dapat disalahkan
lagi kalau orang-orang dari kuil Piu Lu Si berani
menyombongkan barisannya ini, dan tak memandang sebelah
matapun kepada seluruh jago-jago dari Bu lim.
Jika demikian seterusnya, bukankah dirinya seperti
melawan seratus dua puluh delapan orang jago pedang secara
bergilir " Jika demikian suasananya malah sebaliknya lebih
baik melawan dengan menggunakan kekerasan, tetapi apakah
dia akan berhasil menahannya dengan menggunakan keke-
rasan" Beberapa ingatan ini dengan cepat berkelebat didalam
benaknya, bersamaan pula seriangan pedangnya terdesak,
sekali lagi dia bergeser dua langkah ketengah barisan.
Sam Ceng It Shia yang tampak hal ini, tak henti-hentinya
mereka tertawa dingin.
Boen Ching kalau memangnya dengan resmi telah
terjerumus kedalam kepungan barisan itu, keempat orang
tersebut mengira bahwa Boen Ching tak mungkin akan
berhasil mencapai kemenangan dari dalam barisan tersebut.
Sekalipun keempat orang itu sudah menduga kalau Boen
Ching yang memasuki barisan aneh didalam kebun bunga itu
pasti-lah akan kehilangan arah tujuannya tetapi keempat
orang itu sebenarnya mengharap kan kalau Boen Ching
menemui kekalahan nya sebelum menginjakkan kaki nya
kedalam barisan didalbam kebun bunga ditu.
Boen Chinga yang terdesak bhingga menggeserkan
tubuhnya masuk kedalam barisan tersebut, mulutnya ditutup
rapat- rapat, sedang dalam hatinya diam-diam memikirkan
cara untuk memecahkan barisan ini.
Makin lama dia makin terdesak masuk ke tengah barisan
itu, sedang dalam hati Sam Ceng It Shia tersebut makin
merasa sangat girang sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dalam hati diam-diam Boen Ching berpikir, apabila dirinya
hendak berhasil memenang kan barisan ini, pertama-tama
dirinya harus berhasil membabat dan menghancurkan kerja
sama yang sangat erat diantara mereka itu, kemudian barulah dapat mencari cara yang lain untuk memecahkan keampuhan
dari barisan ini.
Mendadak hatinya menjadi terang, dia bersuit panjang
dengan nyaringnya, pada saat dua buah pedang yang
menyerang dirinya dari sebelah kiri dan kanan itu menerjang ketubuhnya, pedang Cing Hong Kiamnya mengikuti arah yang
dituju menyerang kedepan, ke tiga buah pedang panjang itu
dengan cepat menempel menjadi satu dengan kuatnya.
Sam Ceng It Shia yang tampak hal ini menjadi sangat
terkejut sekali, dengan tenaga dalam yang dimiliki oleh Boen Ching saat ini apabila hendak mengadu tenaga dalam dengan
keseratus dua puluh delapan orang yang bergabung menjadi
satu itu, hal itu bukankah sedang bermimpi.
Apakah boleh dikata kalau dia hendak menggunakan
'Melekat' dari ilmu tenaga dalamnya menghadapi barisan ini "
Jika dilihat dari keadaan pedang yang saling melekat satu
dengan lainnya dari pedang masing-masing itu, dia tak takut kalau Boen Ching hendak berbuat demikian.
Tetapi apakah boleh dikata kalau Boen Ching hendak
bunuh diri "
Suara suitan panjang dari Boen Ching belum selesai
dikeluarkan, ilmu memantul tenaga dari tenaga khiekang 'Ciet Kong Kang Khie' nya telah dikerahkan keluar, pada tubuh
pedang Cing Hong Kiam itu segera terlihat sebuah sinar
pedang yang berwarna putih memancarkan keluar memenuhi
sekeliling tempat itu.
Kakinya sedikit diangkat, pedang Cing Hong Kiam ditangan
kanannya mendadak di getarkan, telapak tangan dari orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
terakhir didalam barisan itu segera terasa tangannya menjadi panas dan tergetar lepas dari pegangan kawan-kawan lainnya.
Boen Ching dengan menggunakan cara 'menempel' dari
ilmu tenaga dalamnya melenyapkan tenaga getaran tersebut,
pedanbg Cing Hong Kiadmnya berturut-taurut digetar kabn,
satu demi satu dari orang-orang dalam barisan itu segera
tergetar-hingga mundur ke samping, sedang abu serta pasir
yang berkelebat memenuhi angkaia itu, makin lama makin
tinggi dan makin luas.
Pedang Cing Hong Kiamnya makin menggetar makin
bertambah cepat, Sam Ceng It Shia yang tampak hal yang tak
terduga itu menjadi sangat terkejut sekali.
Suitan nyaring dari Boen Ching itu makin lama makin sirap,
sedang pedang Cing Hong Kiamnya dari menggetar berubah
menjadi menyontek, dimana pedangnya menyambar segera
terlihat sinar pedang berkilauan memenuhi angkasa, dimana
tubuhnya berkelebat, terlihat pedang panjang disekelilingnya segera berhasil disontek kesamping.
Barisan aneh itu dengan cepat menerjang keluar dari
kepungan barisan pedang itu.
Wajah dari ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat
berubah dengan hebatnya, tak terasa lagi mereka bersama-
sama melayangkan tubuhnya kedepan tubuh Boen Ching.
Agaknya mereka mempunyai maksud untuk bertarung
menahan terjangan dari Boen Ching ini.
Boen Ching tersenyum kearah empat orang itu sambil
memasukkan pedangnya kedalam sarungnya, dia
membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Setelah boanpwee berhasil melampaui barisan ini,
cianpwee berempat masih mempunyai perintah apa lagi ?"
Wajah dari Sin Eng Thaysu berubah menjadi masam, untuk
sesaat dia tak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Diam-diam dia berpikir, dirinya berempat apabila
bergabung belum tentu dapat berhasil menahan terjangan dari Boen Ching ini, apabila dirinya sekali lagi dikalahkannya,
bukankah hal ini malah memalukan nama baik dirinya saja.
Apabila demikian adanya. lebih baik melepaskan diri Boen
Ching ini masuk kedalam barisan didalam kebun bunga itu
saja, berpikir sampai disini, ia tertawa tawar ujarnya.
"Tak mengapa, hanyalah kau haruslah sedikit berhati-hati didalam perjalananmu memasuki barisan tersebut."
Sehabis berkata tubuhnya berkelebat ke samping
memberikan jalan kepadanya.
Wajah Sin Hoat rThaysu berubah tdengan hebatnyaq, dia
mengira arpabila dengan demikian saja melepaskan diri Boen
Ching, bukanlah hal ini sangat memalukan sekali, apalagi
setelah Boen Ching memasuki barisan tersebut juga belum
tentu akan menemui ajalnya.
Wajahnya baru saja berubah dengan hebat, Sin Eng Thaysu
telah mengetahuinya, segera dia mengedipkan matanya,
ujarnya kepada diri Boen Ching.
'Setelah kau memasuki barisan ini sudah tak akan binasa,
didalam barisan tersebut sangat banyak sekali bunga serta
tumbuh- tumbuhan yang sangat aneh, ditambah lagi kami
berempat pun akan menempatkan diri didalam barisan
tersebut, aku kira lebih baik kau berhati-hatilah sedikit"
Dalam hati Sin Hoat Thaysu menjadi sadar kembali. Kiranya
Sin Eng Thaysu akan membiarkan Boen Cning memasuki
barisan itu terlebih dahulu, barulah menghadapi dirinya, jika dilihat cara demikian ini, hal ini bukanlah suatu siasat yang bagus sekali.
Boen Ching tersenyum, dia mendongakkan kepala
memandang keadaan cuaca, ditengah udara tak tampak
bintang-bintang maupun bulan, dalam hati diam-diam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
pikirnya. tak perduli bagaimanapun juga, dirinya harus
mencoba masuk kedalam barisan itu, tidak perduli dia akan
mendapat rintangan- rintangan yang lebih hebat lagipun.
Dia menundukkan kepalanya, baru saja dia hendak berjalan
masukr kedalam barisan tersebut, mendadak sinar matanya
tertumbuk sesuatu, tak terasa lagi dia menjadi termangu-
mangu. Ketiga hweesio dan Cioe Kioe Gwat pun turut memandang,
tak terasa lagi saking kagetnya merekapun mengeluarkan
suara tertahan.
Tidak jauh dari barisan tersebut, tampak Ie Bok Tocu, Shie
Yun Ku, serta diri Shie Siauw In berdiri tegak disana, sedang seorang lagi adalah diri Lie Hwee Yu She, Lam Kong Hun
adanya. ooxoo ( !i !I ) ooxoo
"TABIB SAKTI RAJA RACUN"
BOEN CHING tampak secara mendadak Ie Bok Tocu
muncul ditempat itu, saking terkejut dan girangnya dia
menjadi termangu-mangu disana. Mo Pak Sam Ceng serta Ie
Way It Shia pun saking terkejutnya berdiri termangu-mangu
ditempat. Ie Bok Tocu telah terkurung beberapa lamanya,
bagaimana secara mendadak kini dia dapat berjalan keluar
dari dalam barisan tersebut.
Sesaat kemudian tampak muncul kembali dua orang, orang
itu tak lain adalah Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen, serta Bwee
Giok, Boen Ching dengan termangu-mangu memandang
kelima orang itu, saking girangnya jantungnya berdebar
dengan kerasnya.
Kioe Thian Bu Sin selamanya adalah terkenal dikarenakan
ilmu meramalnya, kalau memangnya dia mau munculkan
dirinya, janganlah dikata hanya sebuah barisan kecil saja
mana dia memandang dengan sebelah mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Kelima orang itu dengan perlahan berjalan keluar dari
barisan itu, Boen Ching dengan cepat berlutut memberi
hormat kepada diri Ie Bok Tocu.
Shie Yun Ku menghela napas dengan perlahan, dia
mengusap rambut Boen Ching, sambil ujarnya.
"Nak ! Beberapa waktu itu aku selalu melelahkan dirimu saja.''
Sehabis berkata dengan perlahan memejamkan matanya.
Boen Ching dengan perlahan mengangkat kepalanya
memandang diri Ie Bok Tocu, tampak dia telah menjadi kurus
sekali, teringat kembali olehnya segala peristiwa yang telah terjadi selama setelah berpisah dengan Ie Bok Tocu.
Ketiga orang hweesio itu ditambah dengan Cioe Kioe Gwat
yang tampak hal itu menjadi tertegun dan berdiri mematung
disana, kuil Pie Lu Si adalah tempat mereka tetapi Boen Ching sekalian sekarang telah demikian kuatnya, apakah diri mereka masih dapat menahan sekarang serempak dari diri mereka"
Keempat orang itu tak dapat pergi, tetapi mereka tak dapat
tinggal lebin lama lagi di tempat itu, untuk sesaat masing-
masing mereka berpikir keras, entah bagaimana harus
mengambil keputusan "
Setelah lewat beberapa saat lamanya, ujar Shie Yun Ku
kepada diri Boen Ching.
"Nak kau bangunlah"
Boen Ching segera bangkit berdbiri, ujarnya kedpada Shie
Yun Kau. "Suhu, Yuan bsusiok telah. . . !"
Shie Yun Ku mengangguk dengan perlahan, sahutnya.
"Urusan ini aku telah mengetahuinya !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sehabis berkata dia mengangkat kepalanya, di dalam
pikirannya merasa bahwa nyawanya serta nyawa dari Boen
Ching hampir sama bergantung selalu dan tak menentu.
Kepandaian yang dimiliki Yuan Cong Chie tidaklah rendah,
tetapi didalam sekejap mata saja telah lenyap dari dalam
dunia ini, sebenarnya diapun mengira bahwa dirinya sangat
sukar sekali untuk meloloskan diri dari kurungan barisan
tersebut, dan hanya menanti saat putus napas saja.
Ternyata tak disangka sama sekali dengan demikian
mudahnya dia berhasil meloloskan dirinya dari kurungan
tersebut, kesemuanya ini hampir-hampir bukanlah merupakan
hal yang pernah diduga oleh orang lain.
Sinar mata Boen Ching berhenti diatas wajah Bwee Giok,
tampak wajahnya pada saat ini telah berubah menjadi ke
merah- merahan, dan menunduk kebawah, dalam hati Boen
Ching merasa geli, tetapi hal ini tak berani di tampilkan diatas wajahnya.
Dia membalikkan tubuhnya dan memberi hormat kepada
Lam Kong Hun serta diri Jen Ceng.
Sejak Shie Siau In lolos dari dalam barisan itu dia terus
menerus memandang tajam ke arah Boen Ching.
Boen Ching sctelah selesai memberi hormat kepada Jen
Cen, dia mengangkat kepalanya, tampak Shie Siauw In
sedang memandang tajam kearahnya, dalam hatinya terasa
tergetar dengan hebatnya, teringat olehnya perkataan yang
diucapkan oleh Sek Liong Suthay.
"Janganlah kau banyak menanamkan rasa cinta pada setiap orang, hal ini malah akan mencelakai dirimu sendiri. '
Dalam hati dia menjadi sangat terkejut sekali, dengan
perlahan dia menundukkan kepalanya, pada Shie Siauw In
ujarnya. "Sumoay selama berpisah ini apakah baik-baik saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Shie Siauw In yang tampak Boen Ching demikian dingin
terhadap dirinya, dalam hatinya dia terasa sangat berduka
sekali, setelah tertegun beberapa saat barulah sahut nya
sambil menundukkan kepalanya.
"Terima kasih atas perhatian sbuheng."
Ie Bok dTocu yang tampaak hal ini sinarb matanya
berkelebat tak henti-hentinya, dalam hati diam-diam pikirnya.
"Jika dibandingkan dengan dahulu, sekarang Boen Ching
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
jauh lebih mengerti banyak urusan, pada saat ini berbuat
demikianlah yang paling baik, apabila dia tak mengambil
keputusan yang pasti, kiranya pada hari-hari kemudian dia
akan mengaki-batkan keruwetan-keruwetan yang tak
terhingga oleh karena Siauw In ini.
Dia yang berpikir demikian itu tetapi didalam hatinya dia
pun tak dapat menghilangkan rasa kecewanya.
Pada saat ini juga, menyangka Ie Way It Shia, Cioe Kioe
Gwat yang berada dibelakang tubuhnya telah berkata dengan
dinginnya. "Ini hari kalian mau tak mau haruslah menerobos barisan ini barulah dapat keluar dari dalam kuil ini."
Boen Ching membalikkan tubuhnya, tampak tiga orang
hweesio serta Cioe Kioe Gwat itu telah menggerakkan
tubuhnya, memasuki barisan tersebut, bersiap hendak
bergabung dengan seratus dua puluh delapan orang hweesio
itu membentuk barisan sekali lagi guna menahan keenam
orang tersebut.
Boen Ching mengerutkan alisnya dia tahu barisan ini
sebenarnya sangat sukar sekali untuk diterobos, tadi dia
berusaha urtuk meloloskan diri dari kepungan barisan itu saja telah menggunakan seluruh tenaganya, kini ditambah lagi
dengan empat orang, dirinya tidak mempunyai pegangan yang
kuat untuk memenangkan pertempuran ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketiga orang hweesio beserta Cioe Kioe Gwat itu
memandang dengan tajam ke arah ke enam orang itu,
sepatah katapun tak diucapkan keluar.
Tetapi keempat orang itu telah menaruh tiga bagian rasa
jerinya terhadan Jen Cen. Jen Cen telah memahami seluruh
ajaran kuno yang terdapat didalam dunia ini, barisan macam
apakah yang dia tidak mengetahuinya, apabila dia turun
tangan memecankan barisan ini, kiranya sangat sulit sekali
untuk dipertahankan.
Kioe Thian Bu Sin tersenyum ujarnya kepada Bwee Giok.
"Anak, kau pergilah bersama Boen Ching memecahkan
barisan ini."
Bwee Giok menjardi tertegun, sahutnya.
"Gi hu"q" Kau orang tuar menyuruh aku pergi memecahkan barisan itu ?"
Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, dengan
cepatnya dia menoleh, dalam hati pikirnya.
"Gi hu?"?""
Kiranya Bwee Giok telah mengangkat Kioe Thian Bu Sin,
Jen Cen sebagai ayah angkatnya, tak dapat disangka lagi
kalau dia bilang mempunyai cara untuk memaksa Lieh Yu
menyembuhkan penyakit Bwee Giok tersebut.
Jen Cen tersenyum, kemudian ujarnya.
"Kau pergilah aku sebagai Gi-hu mu sudah tentu tak akan mencelakai dirimu, apabila mempunyai persoalan, aku sendiri juga berada di sini, apakah kalian takut rugi?"?"
Bwee Giok tersenyum, dia menggerakkan bibirnya hendak
berbicara, tetapi kemudian membatalkan niatnya tersebut,
dengan perlahan dia mencabut pedang panjangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat nampak hal ini
dalam hati merasa tak tenteram, jika didengar dari perkataan Jen Cen ini, telah mempunyai pegangan yang sangat kuat
dalam memecahkan barisan ini, tetapi entah dia hendak
menggunakan cara apakah untuk memecahkan barisan ini. .
Bwee Giok berjalan mendekati tubuh Boen Ching, sepasang
mata Boen Ching dengan sangat tajam memandang
kearahnya, Bwee Giok yang membelakangi orang-orang lain
dia tersenyum manis kearah Boen Ching, dan menggelengkan
kepalanya dengan perlahan.
Boen Ching dengan cepat menarik kembali sinar matanya,
dibawah pandangan orang yang demikian banyaknya, ternyata
dia demikian lupa diri, tak terasa lagi dia merasa wajahnya sedikit panas.
Ujar Jen Cen pada diri Bwee Giok.
"Giok Jie, kau masuklah terlebih dahulu!"
Boen-Ching menjadi tertegun, dengan cemas, ujarnya.
"Bagaimana dapat membiarkan dia seorang diri menerjang masuk kedalam barisan ?"
Bwee Giok yang melihat sikap Boen Ching demikian,
sahutnya. "Perkataan yang diucapkan oleh Gi hu ku tak akan salah."
Sehabis berkata dia tertawa, sambil mencekal erat pedang
panjangnya dia berjalan memasuki kedalairn barisan pedang
itu. Boen Ching pun dengan cepat melepaskan pedang Cing
Hong Kiam dari sarungnya, sambil memutarkan tubuhnya dia
meman-dang tajam ke wajah Bwee Giok.
Mo Pak Sam Ceng serta Ie Way Shia yang tampak Bwee
Giok memasuki barisan terse-but, untuk sesaat mereka tak
mengetahui bagaimana seharusnya, menyerangkah " Atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tidak menyerang " Mereka takut tertipu, tetapi juga takut
kehilangan kesempatan baik itu..
Keempat orang itu saling bertukar pandangan sekejap,
barisan pedang itu segera mulai bergerak dengan perlahan
menyambut diri Bwee Giok.
Dalam hati keempat orang itu berpikir bahwa dengan
demikian disamping dapat menahban serangan Boen Ching,
dapat juga mereka menahan diri Bwee Giok.
Kioe Thian Bu Sin tertawa besar, ujarnya kepada Boen
Ching. "Boen Siauw hiap, seranglah samping kedepan mereka."
Boen Ching yang mendengar perkataan tersebut, tubuhnya
dengan cepat melayang ke depan pedang Cing Hong Kiamnya
berkelebat tak henti-hentinya hingga sinar pedang memancar
keluar memenuhi angkasa, sedang tubuhnya dengan cepat
menerjang kesampng depan menyerang orang yang berdiri
disamping depan.
Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat baru saja siap
hendak mengurung tubuh Bwee Giok, mendadak mendapat
serangan yang demikian hebatnya, dalam hati merasa sangat
terkejut sekali, di dalam sekejap mata saja, tenaga pukalannya dirubah dan dialirkan menuju ke dalam tubuh orang yang di
serang oleh Boen Ching itu.
Tubuh Bwee Giok yang terjerumus ditengah barisan itu,
pada saat ini dia tersenyum, tubuhnya dengan cepat bergeser ke arah Boen Ching, pedang panjangnya menyerang orang
yang sedang di desak oleh Boen Ching itu.
bBoen Ching yangd melihat hal inai dalam hatinyab segera
menjadi sadar kembali.
Barisan "Swan Liong Ho Pie" ini keistimewaannya adalah meminjam benda untuk menyerang musuh serta mengandal
kan kecepatan perubahan di dalam mengerahkan tenaga, hal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ini dapat memaksa seorang sukar sekali untuk
mempertahankan serangannya, tenaga gabungan yang
disalurkan dan dikumpulkan di dalam tubuh satu orang itu
sebenarnya sangat lihay sekali, hanya sayang di dalam
mengubah arah, gerakan sangat lambat sekali.
Pikiran Boen Ching menjadi tergerak, telapak tangannya
segera melancarkan serangan ke depan, orang yang diserang
itu adalah orang ketiga dari orang yang diserang dengan
menggunakan pedang Cing Hong Kiam nya itu.
Tampak hal ini ke empat orang itu menjadi sangat terkejut
sekali, sama sekali tak pernah mereka sangka kalau hanya
didalam satu kali pandang sja Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen
ternyata telah berhasil menemukan titik kelemahan dari
barisan pedang "Swan Liong Ho Pie" nya ini. .
Boen Ching dan Bwee Giok bersama-sama menyerang
sebuah rombongan orang-orang itu saja, sedang rombongan
lainnya untuk sesaat tak berhasil menggeser mendekati, tak
terasa lagi diantara mereka sendiri menjadi gagup dan kacau balau.
Dimana serangan pedang serta pukulam yang di lancarkan
Boen Ching sera Bwee Giok berkelebat, barisan tersebut
segera terputus menjadi beberapa bagian, sedang barisan
"Swang Liong Ho Pie Tie" itupun menjadi kacau balau dan hancur.
Dalam hati Boen Ching merasa sangat girang sekali,
gerakan pedangnya berubah tak hentinya, segera dia berhasil membuat berpuluh-puluh bilah pedang menjadi beter-bangan
memenuhi angkasa.
Ratusan orang hweesio itu dengan cepat berhasil didesak
buyar, sedang wajah dari Sam Ceng It Shia itu berubah
menjadi pucat kehijau-hijauan, berturut-turut mereka mundur puluhan langkah kebelakang baru lah berhasil berdiri tegak, ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
empat orang itu selamanya belum pernah merasakan keka-
lahan yang demikian mengenaskan.
Boen Ching serta Bwee Giok dengan cepat mundur
kebelakang, dan berdiri di samping tubuh Ie Bok Tocu.
Jen Cen tersenyum, kepada Sam Ceng It Shia itu, ujarnya.
"Bagaimana " kalian masih mempbunyai niat untudk
mencobanya laagi ?".
Dia berhbenti sejenak kemudian sambil tertawa terbahak-
bahak, lanjutnya lagi.
"Apabila hendak mencobanya kita akan menanti, tetapi
apabila tak berani lagi, kita pun harus berangkat."
Ketiga orang hweesio serta Cioe Kioe Gwat berdiam diri tak
mengucapkan sepatah katapun.
Mendadak dari atas ruangan kuil itu berkumandang datang
suaranya yang sangat dingin sekali berkumandang datang.
"Kalian mau pergi silahkan cepat pergi, asalkan tinggalkan Boen Ching ditempat ini."
Boen Ching menjadi sangat terkejut sekali, dia
mendongakkan kepalanya memandang, tampak diatas atap
ruangan kuil itu berdiri seseorang memakai jubah panjang,
dengan sangat dingin sekali dia memandang kearah nya orang
itu tak lain adalah Kioe Thian Ie Sin, Lieh Yu adanya.
Lieh Yu yang berdiri diatas ruangan kuil itu, sedikit pun tak bergerak.
Kioe Thian Bu Sin, Jen Cen baru saia hendak membuka
mulut, terdengar Lieh Yu dengan sangat dingin sekali berkata.
"Jen Cen, apabila kau masih menganggap antara kita
belum terjadi bentrokan, aku harap kau janganlah ikut campur dalam urusan ini."
Jen Cen mengerutkan alisnya, ujarnya kepada Boen Ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Syaratku untuk meminta dia menyembuhkan diri Bwee
Giok adalah melarang diriki ikut campur dalam urusan ini, aku lihat urusan ini lebih baik kau selesaikan sendiri"
BOEN CHIENG tersenyum ia membungkuk kan tubuhnya
memberi hormat kepada Jen Cen, sahutnya.
"Terima kasih cianpwee !"
Ie Bok Tocu yang berdiri disamping memandang sekejap ke
arah Boen Ching, ujarnya kemudian kepada Lieh Yu:
"Lieh cianpwee mencari muridku entah mempunyai urusan
apa ?" Dapatkah aku mengetahuinya ?"
Lieh Yu memandang sekejap ke arah Ie Bok Tocu, dia
tertawa tawar, tanyanya.
"Apakah kau putri dari Shie So Pek ?"
Air muka Ie Bok Tocu tak menampilkan sedikit
perasaannyapun, sahutnya.
"Tidak salah, erntah cianpwee mtempunyai maksudq
apakah ?" Liehr Yu menarik napas panjang-panjang, kepada Ie Bok
Tocu dengan dingin ujarnya:
"Kau kalau memangnya suhu dari Boen Ching, tahukah kau Boen Ching telah melakukan pekerjaan-pekerjaan apa " '
Dengan perlahan sahut Ie Bok Tocu:
'Aku telah mengetahui semuanya, tetapi dihadapan
cianpwee masih mengharapkan cianpwee mau membicarakan
sedikit lebih jelas kepada diriku"
Lieh Yu tertawa besar, ujarnya:
"Boen Ching telah melakukan pekerjaan apa, kau sendiri yang mengucapkan atau aku yang mengucapkan adalah sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
saja, aku harap di dalam urusan ini kau tak perlu ikut
campur." Sehabis berkata dia tertawa dingin tak hentinya.
Suara tertawanya secara sangat mengan-dung nada yang
sangat mengejek sekali, bagaikan terhadap diri Tan Coe Coen pun dia tak memandang sebelah mata pun, kau adalah
muridnya, sudah tentu didalam mata nya masih terpaut
sangat jauh sekali.
Mendadak dari tempat kejauhan terdengar suara suitan
yang sangat nyaring sekali berkumandang datang, dan
terlihatlah dua bayangan manusia dengan kecepatan yang luar biasa berkelebat lewat mendekati ruangan kuil itu.
Dalam hati Lieh Yu diam-diam merasa sangat terkejut
sekali, pikirnya:
"Entah siapakah yang datang, ternyata memiliki kepandaian yang demikian tingginya" Sedang Boen Ching sekali pun diam-diam dalam hatinya merasa terkejut sekali.
Terlihat bayangan tersebut makin lama makin mendekat,
dan akhirnya dapatlah dilihat dengan jelas wajah orang itu
yang tak lain dan tak bukan adalah Tok Thian Choen atau si
Raja Racun, Liauw Hoa Liong beserta putri dari Thian Jan Shu, Han Cing Yu adanya.
Tampak hal itu Lieh Yu tertawa dingin, ujarnya.
"Hm kiranya adalah murid buangan dari Thian Jan Shu."
Sekalipun Liauw Hoa Liong adalab murid buangan dari
Thian Jan Shu, kecuali tenaga khiekang 'Chiet Kong Kang Khie'
kebanyakan telah dikuasai seluruhnya oleh dia, tampak Lieh
Yu tertawa dingin dalam mengucapkan kata-kata tersebut
tadi, Liauw Hoa Liong menoleh memandang Han Cing Yu,
sambil tertawa ujarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Orang-orang kenamaan sekarang ini kebanyakan hanyalah mempunyai nama kosong belaka, tak dapat disalahkan kalau
subu tak memandang sebelah matapun kepada orang-orang
ini" Wajah Lieh Yu berubah dengan hebatnja, dia membalikkan
tangannya mencabut ke luar pedang panjangnya, ujarnya.
"Sejak aku berkelana didunia kangouw, sangat jarang aku menggunakan pedang, ini hari aku hendak mengubah
kebiasaanku ini akan kulihat bagaimana kelihayan murid
buangan Thian Jan Shu"
Liauw Hoa Liong tersenyum, ujarnya.
"Kau sedang menggunakan telapak tangan ku ini
menyambut seranganmu itu, cepatlah kau mulai membuka
serangan" Sehabis berkata dia tersenyum lagi.
Lieh Yu menyapu sekejap kesekeliling tem-pat itu, dengan
dingin dia mendengus, pedang panjang ditangan kanannya
mendadak disambitkan ke depan sehingga terpaku dalam
sekali pada sebuah pohon besar, sedang tubuhnya dengan
cepat bergerak, sepasang telapak tangannya dengan
kecepatan yang luar biasa menerjang tubuh Liauw Hoa Liong.
Liauw Hoa Liong tertawa lebar, tubuhnya melayang keatas,
dan melancarkan sembilan kali serangan gencar sekaligus
mengancam tubuh Lieh Yu.
Air muka Lieh Yu berubah dengan hebatnya, dia terus
menerus menghindarkan dirinya ke belakang.
Liauw Hoa Liong sambil tertawa terus menerus
menghajarnya, sepasang telapak tangannya dengan perlahan-
lahan ditekan kebawah dari tengah udara, dan melancar kan
satu serangan yang sangat aneh sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Dalam hati Boen Ching ketika melihat hal ini pikirannya
menjadi tergerak, dengan cepat dia mengalihkan matanya
memandang bdengan cara bagdaimana Liauw Hoaa Liong
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
melancbarkan serangannya, agaknya dia mempunyai maksud
untuk menurunkan ilmu nya yang paling lihay ini kepada
dirinya. Pada saat ini Liauw Hoa Liong telah melancarkan ilmu "Jien Sia Ciang yang sangat lihay dari merupakan ilmu andalan dari Thian Jan Shu, ketika dia mencoba menyerang Ie Bok Tocu
didalam rimba bambu pada waktu itupun juga mengguna kan
ilmu telapak ini.
Pada waktu Thian Jan Shu bertanding melawan Tan Coe
Coen, sekalipun Thian Jan Shu telah menduduki diatas angin, tetapi ilmu meringankan tubuh "Hwie Sio Yu She' dari Tan Coe Coen sangat lihay sekali, sehingga Thian Jan Shu tak dapat
berbuat apa-apa terhadap dirinya.
Terakhir setelah Thian Jan Shu berpikir dan berjuang mati-
matian barulah dia berhasil menciptakan ilmu "lien Sin Ciang"
dan berhasil mendesak Tan Coe Coen melepaskan pedangnya.
Sekalipun Liuw Hoa Liong belum pernah mempelajari
tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie." tetapi pada saat itu Thian Jan shu telah mewariskan kepandaian perguruan nya
yang lihay "She Liong Sin Kang" kepadanya.
Ilmu "She Liong Sin Kang" ini sekali pun tak dapat menandingi kehebatan dari ilmu tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" tetapi apabila dibandingkan dengan ilmu tenaga khiekang biasanya, kehebatannya jauh melebihi bahkan jauh
lebih dahsyat. Lieh Yu yang terdesak menerus, dalam hatinya merasa
sangat gusar sekali, dia tak mengetahui kalau ilmu "lien Sin Ciang" ini hanya pernah digunakan satu kali saja oleh Thian Jan Shu, sedang Liuw Hoa Liong pun baru menggunakan
pertama kali ini juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Napsu untuk membunuh didalam hatinya mulai berkobar,
tubuhnya dengan cepat berkelebat, terpikir olehnya hendak
mencari suatu sudut yang baik guna menghadapi serangan
dari Liauw Hoa Liong serta Ie Bok Tocu sekalian.
Liauw Hoa Liong sambil tergelak dia mengundurkan dirinya
kebelakang. Lieh Yu menjadi tertegun, dengan termangu-mangu dia
berdiri mematung disana.
Liuw Hoa Liong tertawa, ujarnya.
"Orang lain menyebut dirimu sebagai Kioe Thian Ie Sin, mungkin ilmu ketabiban sangat tinggi sekali, tetapi aku pun pernah mendengar orang berkata bahwa kau pun sangat
banyak sekali menyelediki ilmu mengenal racun bukan "'
Lieh Yu dengan dingin mendengubs, kegusaran diddalam
hatinya maakin lama makinb memuncak, dia tahu Liuw Hoa
Liong telah mengetahui kalau dirinya hendak menggunakan
senjata rahasia beracun, tubuh nya dengan cepat melayang ke ujung atap ruangan kuil.
Liauw Hoa Liong tertawa tawar, ujarnya lagi.
"Suhuku pada waktu itu sudah tentu juga telah mengetahui kalau memangnya dia orang tua berani mencari kau, sudah
tentu dia pun mempunyai asalan serta pegangan yang cukup
kuat untuk mengalahkan dirimu."
Sinar mata Lieh Yu berkelebat memandang sekeliling
tempat itu, tampak kedudukan dirinya pada saat ini baik
sekali, dalam hatinya diam-diam berpikir.
"Tidak perduli kau mengatakan apa saja, lebih baik aku turun tangan terlebih dahulu barulah berbicara lagi, selamanya aku belum pernah menemui kegagalan, ini hari aku akan
melihat kau dapat berbuat bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap ke arah
lima orang itu, terdengar Liuw Hoa Liong dengan dingin
mendengus, bentaknya.
"Tahan ! coba kau lihatlah ini terlebih dahulu."
Sehabis berkata tangan kanannya diayunkan, terlihat
sebuah benda dengan cepat meluncur ke arah tubuh Lieh Yu.
ooo0ooo "ADA SEBAB ADA AKIBAT"
LIEH YU menjadi sangat terkejut, tubuhnya dengan cepat
mundur kebelakang, dan mengulurkan tangannya menyambut
benda yang dilempar ke arahnya oleh Liuw Hoa Liong itu,
ternyata benda tersebut adalah sejilid kitab, dia menjadi
tertegun, sekali lagi dia memandang halaman muka dari kitab tersebut.
Tampak didepan kitab itu tertera empat buah huruf yang
sangat jelas sekali. "Pak Tok Chian Kiem" atau kitab rahasia beracun, dengan perlahan dia membalik selembar demi
selembar, tak terasa lagi dalam hatinya diam-diam merasa
sangat terkejut sekali, kesempurnaannya di dalam pembuatan
racun, penggunaannya serta obat penawarnya semuanya
membuat dirinya sukar-sekali unrtuk mempercayait, tak
disangka qkitab "Pak Tok rChian Kiem' ini dapat demikian sempurna nya.
Dia yang disebut orang sebagai Kioe Thian Ie Sin, sudah
tentu didalam hal ilmu ketabiban dia telah sangat
memahaminya, didalam satu kali pandang saja terhadap kitab
"Pak Tok Chian Kiem" ini ada telah dapat memahaminya sebagian besar.
Air muka Lieh Yu sedikit berubah menjadi kepucat pucatan,
pada saat ini dia barulah mengetahui mengapa pada waktu itu Thian Jan Shu berani mencari dirinya, pada saat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sebenarnya dia sedikit tidak memandang sebelah matapun
kepada diri Thian Jan Shu, jika dipikir sekarang ini, apabila waktu berjumpa dirinya, kiranya untuk mendapat kan
kemenangan masih sangat sulit sekali.
Thian Jan Shu yang disebut sebagai jagoan nomor wahid
didalam dunia kangouw selama puluhan tahun lamanya ini,
kiranya masih mempunyai alasan-alasan lain yang kuat.
Liuw Hoa Lioag tertawa-tawa, ujarnya.
"Aku kira kaupun mengetahui kalau orang-orang menyebut diriku sebagai Tok Thian Coen !"
Sinar mata Lieh Yu berkelebat tak henti-hentinya dalam
hati diam-diam pikirnya.
'Aku merasa diriku sebagai jago nomor wahid didalam Bu-
lim, bagaimana dengan demikian saja harus mengundurkan
diri, sekalipun situasi serta keadaan bagiku jauh lebih buruk pun juga tak dapat diselesaikan dengan demikian saja"
Berpikir sampai disitu, napsu untuk membunuh didalam
hatinya mulai timbul kembali, sinar matanya tampak dengan
dingin nya memandang kearah Liuw Hoa Liong.
Liuw Hoa Liong dengan dingin mendengus, kaki kirinya
digeserkan kesebelah kiri, dengan tajam dia memandang diri
Lieh Yu. Lieh Yu yang mempunyai niat untuk siap mengadu jiwa
sudah tentu dia tak mungkin tidak mengetahui.
Boen Ching yang berada disamping, segera ujarnya.
"Liaw Cianpwee, urusan ini merupakan urusan boanpwee
dengan dirinya, bagaimana kalau boanpwee sendiri yang
membereskan dengan dirinya?"
"Liuw Hoa Liong dengan tajam memandang diri Lieh Yu,
dengan perlahan dia me noleh dan memandang tajam pala
kearah Boen Ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Didalam hatinya dia tahu bahwa dengan kepandaian yang
dimiliki Boen Ching saat ini, jika dibandingkan dengan dia
sudah tentu jauh lebih tinggi satu tingkat, didalam ilmu
pedangpun dia jauh lebih lihay lagi, Liauw Hoa Liong yang
mengikuti Thian Jan Shu selama beberapa waktu lamanya,
kehebatan dari tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"
hanyalah dia sendiri yang mengetahuinya dengan jelas, dia
tertawa dan mengangguk.
Ie Bok Tocu menggerakkan bibirnya siap hendak berbicara
tetapi dibatalkan, dia tahu selamanya Liauw Hoa Liong
melakukan pekerjaan selalu sangat teliti dan dipikir masak-
masak terlebih dahulu, kalau memang nya dia berbuat
demikian, sudah tentu tak dapat salah lagi.
Lieh Yu dengan sangat dingin sekali memandang ke arah
Boeng Ching, sebenarnya dia mempunyai niat untuk menahan
ucapan Liauw Hoa Long itu, tetapi pikirannya mendadak
menjadi bergerak, didalam hal obat-obat racun sudah tentu
Liaw Hoa Liong telah mencapai pada taraf kesempurnaan dan
jauh lebih tinggi dari pada dirinya, dirinya mengapa berbuat demikian, mengapa tidak memenuhi niatnya terlebih dulu,
yaitu membunuh Boen Ching kemudian barulah menghadapi
Liauw Hoa Liong sekalian?"`
Berpikir sampai disini, dia berdiri tegak tak bergerak lagi, dengan sangat dingin sekali dia memandang Boen ChLng serta
Liuw Hoa Liong sekalian.
Boen Ching tampak Liauw Hoa Liong menganggukkan
kepalanya, dia dengan perlahan membungkukkan badannya
mem-beri hormat kepada diri Liuw Hoa Liong, kemudian
barulah berjalan mendesak ke tubuh Lieh Yu.
Tangan kanan Lieh Yu dengan perlahan dikendorkan, dan
melemparkan kitab 'Pek Tok Chian Kiem' keatap ruangan kuil, dengan sangat dingin sekali ia memandang ke arah Boen
Ching. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching denran seenaknya menggerak kan pedang Cing
Hong Kiam nya ke tengah udara, kemudian sambil tersenyum
ujarnya. "Silahkan cianpwee mencabut pedang !"
Lieh Yu tertawa dingin, sahutnya.
"Menghadapi dirimu mengapa harus menggunakan pedang
!" Boen Ching mengerutkan alisnya, sambil
tertawt ujarnya lagi:
"Kalau begitu harap cianpwee memaafkan boanpwea akan
berlaku kurang hormat lagi." Perkataannya baru saja selesai diucapkan, segera dia melipat pedangnya memberi hormat,
setelah itu pedang Cing Hong Kiam nya ditusukkan kedepan
dengan hebatnya.
Tubuhnya dengan sangat ringan sekali bagaikan bertiupnya
angin berkelebat diatas ruangan kuil mendesak ke arah Lieh
Yu, pedang Cing Hong Kiam nya dengan sangat cepat sekali
menusuk ke arah dada Lieh Yu, Lieh Yu dengan gusar
mendengus, jari tengah dan telunjuk dari tangan kanannya
dikeraskan membentur tubuh pedang di tangan Boen Ching,
sedang kaki kirinya maju kedepan, tangan kirinya dengan
kecepatan bagaikan kilat menepuk dada Boen Ching.
Sinar mata Boen Ching berkelebat, jurus pedangnya tidak
berubah, menanti dua jari tangan kanan Lieh Yu membentur
tubuh pedangnya, tubuhnya barulah dengan cepat mendesak
maju kedepan, pedang Cing Hong Kiamnya diputar sedemikian
rupa ditengah udara, sedang gagang pedangnya menghan-
tam jalan darah "Chie Ce Hiat" dipergelangan tangan Lieh Yu.
Kegesitan serta kecepatan gerak tubuh Boen Ching sama
sekali diluar dugaan Lieh Yu, dalam hatinya diam-diam dia
merasa sangat terkejut sekali, dengan serangan yang
dilancarkan oleh Boen Ching ini. apabila jalan darah "Chie Ce Hiat" nya benar-benar terkena benturan gagang pedang Cing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Hong Kiam tersebut, tubuhnya segera akan berhasil di pukul
rubuh keatas tanah.
Lieh Yu yang melihat keadaan seperti ini, dia tak berani
lama bertahan lagi tubuhnya, dengan cepat mundur
kebelakang. Boen Ching yang tampak Lieh Yu mundur kebelakang,
segera menubruk maju kedepan berturut-turut melancarkan
beberapa kali serangan pedang, setiap serangan pedang itu
semuanya mengancam jalan darah terpenting bagian depan
tubuh Lieh Yu. Serangan pedang tersebut belum mencapai sasarannya,
hawa pedang dengan dahsyat sekali telah menekan tubuhnya,
dalam hati Lieh Yu menjadi sangat terperanjat, dengan tenaga dalam yang dimiliki Boen Ching saat ini, tak mungkin dia akan berbasil melawan Boen Ching dengan menggunakan tangan
kosong. Sinar matanya berkelebat tak henti-hentinya, dalam hati
diam-diam pikirnya apabila dirinya dengan menggunakan
tangan kosong mundur kebelakang, sedang Boen Ching tak
henti-hentinya melancarkan serangan pedang nya, sama sekali tak terpikir kan olehnya bagaimana akibatnya ?"
Tubuh Lieh Yu terus menerus melayang mundur
kebelakang bagaikan sebuah daun kering yang tertiup angin
kencang, tubuhnya dengan cepat melayang tiga kali lebih
kebelakang. Sinar pedang Boen Ching berubah bagai kan pelangi yang
memenuhi angkasa, tubuh pedangnya dengan cepat
dilancarkan ke depan, segera terlihatlah sinar kehijau-hijauan yang menyilaukan meliputi sekeliling tempat iersebut dan
mengitari tengah udara dengan kencangnya, dari arah atas
menerjang ke bawah tak henti-hentinya menumbuk tubuh
Lieh Yu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tangan kanan Lieh Yu mendadak di getarkan dengan
hebatnya, "Crinngg .. " diantara berkelebatnya sinar putih, pedang panjangnya telah dicabut keluar dari sarungnya,
dengan cepat pedangnya diputar balik dari atas ke bawah
balas menyerang tubuh Boen Ching.
Boen Ching mengerutkan alisnya, dia menarik napas
panjang-panjang, pada saat tangan kanannya digetarkan,
gerakan pedang nya telah berubah.
Gerakan pedangnya dari serentetan sinar ke hijau-hijauan
yang berputar dengan hebatnya itu berubah menjadi suatu
gunung pedang yang sangat kokoh sekali, ditengah
menyambarnya pedang tersebut samar- samar terdengar
suara menyambarnya angin taupan serta menggeletar
menyerupai suatu guntur sekitar gunung pedang itu terlihat
sinar pedang berkelebat membuat orang yang melihatnya
menjadi silau dan jeri.
Lieh Yu yang tampak hal ini menjadi sangat terkejut,
dengan gerakan Boen Ching saat ini kiranya dia telah
memahami seluruh rahasia tenaga khiekang "Chiet Kong Kang khie" dan bukanlah dapat dihadapi dengan demikian
mudahnya seperti dahulu.
Pada saat ini pikiran pasti menang telah lenyap dari dalam
hatinya, perasaan ragu-ragu memancar keluar meliputi
seluruh tubuhnya, dalam hatinya dia mempunyai niat untuk
sekali lagi mundur kearah belakang.
Tetapi sebelum dia sempat mengambil keputusan terakhir,
mendadak dia merasa kan bahwa gerakan pedang Boen Ching
yang seperti dinding pedang itu secara samar- samar terasa
mempunyai suatu tenaga menyedot yang sangat dahsyat
sekali. Pikirannya dengan cepat berputar, untuk menarik kembali
pedangnya sudah tentu tak akan mungkin bisa terjadi,
terpaksa dia menggigit kencang bibirnya, dengan sekuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tenaga balas melancarkan serangan mengancam seluruh
tubuh Boen Ching.
Ditengah berkelebatnya sinar pedang yang sangat
menyilaukan mata itu, terlihatlah sebelah pedang panjang
melayang keatas udara.
Tubuh Lieh Yu terus menerus mundur ke arah belakang,
wajahnya berubah menjadi pucat pasi, dengan termangu-
mangu dia berdiri mematung disana.
Tubuh Boen Ching dengan sangat ringan sekali melayang
turun keatas atap ruangan kuil tersebut, air mukanya
sedikitpun tak memperlihatkan perasaan hatinya, dengan
tegak dia berdiri disana.
Lieh Yu menjadi sangat malu sekali dengan gusar dia
mendengus, tangan kanannya dikibaskan. terlihat segulung
asap berwarna kemerah-merahan bertiup menyebar ke
seluruh penjuru tempat tersebut, dan melayang menerjang
kearah Boen Ching sekalian.
Liuw Hoa Liong menjadi sangat terkejut, sama sekali dia
tidak pernah menyangka kalau Lieh Yu ternyata masih tidak
memikirkan tentang mati hidup bagi dirinya.
Dengan keras teriaknya.
?sap ini adalah Ban Nien Touw Hoa Uh, kalian berhati-
hatilah !"
Sambil berkata dia siap melayangkan tubuhnya menerjang
ke arah depan, tetapi untuk sesaat dia menjadi termangu-
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mangu dan berdiri mematung ditempat.
Sekarang telapak tangan Boen Ching didorong sejajar
dengan dada, dari ternyata dia telah menahan majunya asap
"Ban Nien Touw Hoa Uh' tersebut.
Liauw Hoa Liong untuk beberapa saat lamanya berdiri
tertegun ditempat, selama nya dia belum pernah melihat ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sakti yang demikian aneh dan hebatnya, jika dilihat secara
demikian, kesempurnaan Boen Ching didalam ilmu tenaga
khiekang "Chiet Kong Kang Khie" ini telah mencapai pada taraf sejajar dengan Thian Jan Shu waktu itu.
Sepasang telapak tangan Boen Ching dengan mendatar
didorong ke arah depan pada kurang lebih lima kaki dari
tubuhnya segera terbentuklah suatu tembok hawa murni yang
sangat kuat sekali, asap "Ban Nien Touw Hoa Uh" itupun dengan cepat dapat ditahan gerakan selanjutnya.
Terlihatlah segulung asap berwarna merah terus menerus
mendorong kearah atas dan sekeliling tempat itu.
Asap berwarna merah itu makin bertumpuk dan makin
berat, tumpukan asap berwarna merah itu telah memenuhi
seluruh udara disekitar tempat itu hingga mencapai kurang
lebih sepuluh kaki persegi.
Liauw Hoa Liong setelah berdiri termangu-mangu untuk
beberapa saat lamanya itu, mendadak menjadi sadar kembali,
ketika memandang Boen Ching lagi, tampak sepasang telapak
tangannya dengan perlahan lahan didorong kearah depan,
sedang kening Boen Chingpun tampak telah mengucurkan
keringat dingin sehingga membasahi tubuh nya.
Liauw Hoa Liong menjadi cemas bercampur gusar, dengan
sangat cepat sekali dia mengambil berpuluh-puluh butir pil
dari dalam tubuhnya dan dilemparkan seorang sebutir, dengan keras teriaknya.
'Cepat masukkan kedalam mulutmu !''
Pada saat ini asap berwarna merah itu telah bertumpuk
mencapai beberapa puluh kaki tingginya, disekeliling puluhan kaki itu terlihat asap berwarna merah bergerak tak henti-hentinya, bagaikan hendak melampaui batas daerah yang
dikelilingi oleh tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie" itu.
Liuw Hoa Liong dengan keras berteriak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Boen Ching, tak usah kau tahan lagi, cepat kau pukul
buyar asap yang demikian tebalnya itu, asalkan dengan
menggunakan tenaga khiekang "Chiet Kong Kang Khie"
melindungi tubuhnya saja sudahlah cukup"
Boen Ching berpikir dengan cepat, dibawah ruangan kuil itu
masih terdapat banyak manusia, apabila asap "Ban Nien Touw Hoa Uh" ini buyar, bukankah orang yang berada dibawah
ruangan kuil itu akan menemui bencana?""
Sepasang telapak tangannya terasa makin lama makin
berat dan sukar sekali untuk dipertahankan lagi.
Tetapi apabila dia tak dapat mempertahan kan dirinya lagi,
akhirnya bukan saja dia tidak mungkin akan berhasil
menahannya, pada saat itu apabila dirinya sangat lelah,
kiranya jiwanya pun sukar sekali untuk dipertabhankan.
Pikiradn Boen Ching seagera bergerak, bsepasang matanya
dipejamkan, dan menarik napas panjang dia siap hendak
menggunakan seluruh tenaga dalamnya untuk memukul buyar
asap "Ban Nien Tou Hoa-Hoa Uh" itu.
Pada saat itu juga, mendadak terdengar suara pujian
kepada Budha berkumandang datang, suara pujian tersebut
baru saja lenyap dari pendengaran terbuatlah suara asap dupa yang sangat harum sekali tersebar masuk ke dalam tengah
kalangan, sedang asap "Ban Men Touw Hoa. Uh" itupun dengan perlahan lahan berubah menjadi angin yang bertiup
berlalu dari tempat itu.
Ditengah menyebarkan asap berwarna merah itu, tampak
seorang nikouw berbaju putih dengan sangat tenang sekali
berdiri ditempat itu.
Begitu Boen Ching melihat nikouw berbaju putih itu tak
terasa lagi dia menjadi termangu-mangu, nikouw berbaju
putih itu ternyata adalah Thian Jan Lie, Jien Muh Nio adanya, sama sekali tak terduga olehnya kalau Jien Muh Nio dapat
menjadi demikian rupa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pada saat ini seluruh tubuh Jien Muh Nio memakai jubah
berwarna putih, wajahnya sangat ramah sekali, kelihatannya
bukan saja membuat orang lain mengagumi kecantikan
wajahnya, bahkan membuat dalam hati setiap orang timbul
perasaan menghormatinya.
Lieh Yu pun dengan termangu-mangu memandang ke arah
diri Jien Muh Nio, dia berdiri mematung disana, sepatah kata pun tak diucapkan keluar.
Terlihat Jien Muh Nio mengangkat tangannya memberi
hormat kepada seluruh orang yang berada didalam kalangan
itu, ujarnya. "Pinnie Thiat Shu, menerima pesan terakhir dari suhuku, untuk datang mengakhiri percekcokkan ini."
Boen Ching merasakan sangat kaget diluar dugaan, kiranya
didalam waktu yang demikian pendeknya ini ternyata Sek
Liong Suthay telah wafat, sedang Jien Muh Nio pun telah
masuk menjadi nikouw dengan gelar Thiat Shu.
Jien Muh Nio tampak memutarkan tubuhnya dan ujarnya
kepada diri Lieh Yu.
''Lieh sicu, perpisahan yang telah lewat puluhan tahun
lamanya, entah Lieh sicu selama ini baik-baik saja dan masih ingatkah terhadap diri pinnie ?"
Lieh Yu rrenjadi termangu-mangu, untuk sesaat dia lupa
untuk memberikan jawabannya, sejenak kemudian barulah
sahutnya. 'Mubh Nio --- ---apdakah kau tidak amengetahui "
bbagaimana aku dapat melupakan diri mu "'
Jien Muh Nio tertawa tawar, sahutnya.
'Lieh sicu, lepaskanlah golok penjagalmu, dan masuklah
menjadi murid Buddha, kali ini dapatkah Lieh sicu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
memandang wajah suhu serta wajah dari pinnie untuk
menghabiskan persoalan ini ?"
Lieh Yu dengan sangat tajam sekali memandang ke arah
diri Jien Muh Nio, peristiwa puluhan tahun yang lalu sekali lagi berkelebat diaalam benaknya, tak terasa lagi air matanya
bercucuran membasahi seluruh wajahnya, setelah menghela
napas panjang dan memandang ujung langit yang sangat jauh
itu. Jien Muh Nio tersenyum, ujarnya lagi.
"Waktu selama puluhan tahun lamanya hanya dalam
sekejap mata saja telah lewat, segala urusan yang terdapat
didalam dunia ini tak lebih hanyalah khayalan belaka, apakah sicu masih belum jelas ?"
Lieh Yu yang mendengar perkataan tersebut, didalam
hatinya bagaikan mendapat pukulan yang sangat keras sekali, peristiwa yang telah lewat segera terbayang kembali, tetapi mendadak teringat olehnya perkataan yang diucapkan oleh
Jien Muh Nio, peristiwa yang telah silam tak lebih hanyalah khayalan belaka, dia menghela napas lagi pikir nya.
'Urusan yang telah lewat biarkanlah lewat, urusan yang
sekarang pun dengan cepat akan berlalu, urusan yang akan
datang pun dengan cepat pula akan melewati."
Tak mengucapkan sepatah kata pun segera dia memutar
tubuhnya dam lari dengan cepatnya kearah depan.
Jien Muh Nio memandang tajam ke arah bayangan
punggung Lieh Yu hingga lenyap dari pandangan, kemudian
sambil merang-kap kedua tangannya memberi hormat kepada
semua orang, "Pinnie mohon diri terlebih dahulu!
Sehabis berkata dia mengangkat kepalanya memandang
sekejap kearah Boen Ching kemudian barulah memutarkan
tubuhnya meninggalkan tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Chingpun mremandang tajam tkearah diri Jieqn Muh
Nio, didarlam sekejap saja dia sudah melihat sinar mata yang dipancarkan oleh Jien Muh Nio itu penuh diliputi oleh ramah tamah dan cinta dari seorang ibu, dalam hatinya tak terasa
lagi timbullah suatu perasaan menghormat yang tak pernah
timbul selamanya dari dalam hatinya.
Pada saat Jien Muh Nio sebelum meninggalkan tempat itu
dia telah memandang beberapa saat lamanya kepada dirinya,
hal tersebut terasa olehnya merupakan suatu hawa segar
sekali bertiup didalam hatinya, dia merasa bahwa dengan
mengampuni orang lain ternyata adalah demikian
mengagumkan, sekali pun orang yang lebih jahatpun apabila
telah sadar kembali dari salahnya, pastilah akan menebus
dosanya dengan perbuatan- perbuatan mulia.
Boen Ching lama sekali baru menghembus kan napasnya,
dia menoleh ke belakang tampak sinar mata semua orang
sedang memandang tajam kearahnya, Jien Muh Nio sejak tadi
telah meninggalken tempat itu, dia merasa bahwa dirinya
telah kurang sopan, segera ia tersenyum.
Liuw Hoa Liong menghela napas. ujarnya.
''Aku rasanya mengetahui cara mencegah nya saja, tetapi
tak kusangka didalam dunia ini ternyata terdapat orang yang dapat mengubah asap Ban Nien Touw Hoa Uh tersebut
menjadi hilang tanpa bekas".
Ujar Pula Ie Bok Tocu terhadap diri Boen Ching.
"Anak Ching! agaknya dia kenal dirimu"'
Boen Ching tersenyum, sahutnya.
"Dia adalah Thian Jan Lie !"
Ie Bok Tocu menjadi sangat terkejut sekali, kiranya dia
adalah Thian Jan Lie, dia seharusnya mengetahuinya, orang
yang harus dicari atas pesan terakhir ayahnya Tan Coe Coen
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
baru saja muncul didepannya ternyata dia sama sekali tak
mengenalnya. Boen Ching menghembuskan napas lega, dalam hati
pikirnya urusan ini dapatlah diselesaikan, dan kini dia dapat pergi dari tempat ini.
Baru saja dia berpikir sampai disitu, mendadak dari ujung
langit terdengar suara yang sangat menderu-deru
berkumandang datang, Boen Ching menjadi sangat terkejut
sekali, segera dia mendongakkan kepalanya memandang.
Diujung langit tampak segulung angin yang berputar
dengan sangat cepatnya dengan kecepatan bagaikan kilat
makin mendesak mendekat kearah kuil Pie Lu Si itu.
Orang yang berada diujung atap ruangan kuil menjadi
sangat terkejut sekali, sekalipun kuil Pie Lu Si ini didirikan dipinggiran gurun pasir, tetapi dikarenakan perbedaan cuaca ditempat tersebut sehingga selamanya tak terlihat adanya
angin, pada saat ini ternyata terdapat angin yang bertiup
mendatang, sudah tentu hal ini membuat mereka menjadi
bingung dan gugup.
Tetapi pada saat ini gerakan angin itu, agaknya telah
malampaui tengah gurun pasir beberapa puluh orang itu
dengan cepat melayang turun masuk kedalam ruangan kuil.
Sin Eng Thaysu melihat wajah beberapa orang itu
kelihatannya sangat aneh sekali, segera tanyanya.
"Ada urusan apa?"
Sahut Liuw Hoa Liong dengan cepat.
''Angin taufan telah datang".
Air mukanya Sam Ceng It Shia itu dengan cepat berubah
hebat, dengan cemas sahut nya.
"Tak mungkin bisa terjadi".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sekalipun keempat orang itu berbicara secara demikian,
tapi suara menderunya angin secara samar-samar telah dapat
didengar, tetapi suara angin itu kedengarannya sangat aneh
sekali, dalam hati keempat orang itu berpikir kemungkinan
terjadinya perubahan secara mendadak, dengan cepat
ujarnya. "Kita lebih baik bersembunyi kedalam ruangan saja".
Dengan dingin mendadak teriak Kioe Thian Bu Sin, Jen
Cen. "Tahan!"
Semua orang segera menghentikan langkah kakinya, tetapi
hwesio sekalian telah berturut-turut menerjang masuk ke
dalam ruangban kuil.
Jen Cedn mengerutkan aalisnya, dia terbtawa tawar,
ujarnya. "Kalian jangan pergi, bukan angin taufan, aku kira ada kawan yang sedang menuju ke tempat ini."
Sehabis berkata dia tersenyum.
Perkataan ini begitu keluar dari mulutnya Liuw Hoa Liong
segera menjadi sadar kembali, dia membalik tubuhnya dan
ujarnya kepada Han Cing Yu.
"Benar, aku kira tentunya kawan-kawan dari partai Mie
Cong Bun yang datang berkunjung !"
Perkataan Liuw Hoa Liong baru saja selesai diucapkan,
suara angin itu mendadak menjadi lenyap, sedang diatas
permukaan tanah pun terdengar terinjaknya batu kerikil
terkena kaki manusia.
Dalam hati Boen Chirg segera menjadi sadar, teringat
olehnya ketika pemuda berbaju putih yang disebut sebagai
Cap Sah Lang itu ketika muncul untuk pertama kalinya pun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
juga terlihat pasir dan debu melayang memenuhi angkasa,
orang yang datang ini pasti sedang mencari dirinya.
Suara angin dan pasir segera berhenti, terlihat seorang
lelaki berusia pertengahan yang memakai baju berwarna
hitam telah berdiri diatas atap ruangan kuil dan dengan sangat dinginnya memandang kearah semua orang yang hadir
ditempat itu, Liuw Hoa Liong tertawa dingin ujarnya.
"Partai Mi Cong Bun kiranya juga hanya demikiar saja,
hanya dapat bermain ilmu siluman saja."
Lelaki berbaju hitam itu dengan sangat dingin sekali
memandang sekejap ke arah orang itu kemudian ujarnya.
"Siapakah Boen Ching ?"
Boen Chinga maju satu langkah kedepan, dia tertawa
tawar, ujarnya.
'Cianpwee mencari diriku entah mempunyai urusan penting
apakah?" Lelaki berbaju hitam itu dengan dingin mendengus,
sepasang matanya memperhati kan seluruh tubuh Boen Ching
sejenak kemudian barulah dia tertawa dingin, ujarnya.
"Kiranya yang disebut sebagai BoenChing adalah kau ".
Suara ucapannya terdengar mengandung nada yang sangat
memandang rendah terhadap diri Boen Ching.
"Liuw Hoa Liong mengerutkan albisnya. tanyanyad.
"Aku akan beratanya kepadamu,b siapakah kau ?"
Lelaki berbaju hitam itu memandang sekejap kearah Liuw
Hoa Liong, air mukanya sedikitpun tidak menampilkan
perasaan apa-apa.
Liuw Hoa Liong tertawa tawar sahutnya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Benar ! Aku lupa untuk memberitahukan namaku
kepadamu, aku adalah Liuw Hoa Liong anak murid dari Thian
Jan Shu" Dengan dingin lelaki berbaju hitam itu memandang kearah
Liuw Hoa Liong, agaknya dia sedang menimbang berharga
atau tidak memberitahukan namanya kemulian kepada diri
Liuw Hoa Liong "
Sejenak kemudian barulah sahutnya dengan sangat tawar
sekali. Aku adalah Pek In Khek, Shu Kiam Hoan, kau kalau
memangnya anak murid dari Thian Jan Shu sudah tentu
mengetahui namaku bukan ?"
Liuw Hoa Liong begitu mendengar orang yang baru saja
datang adalah jago yang paling diandalkan dari partai Mi Cong Bun Pek In Khek. Shu Kiam Hoan ini masih merupakan suheng
Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari Nie Han Yu Sheng, Siang Yang Seng. waktu ini ketika
Siang Yang Seng memasuki daerah Tiongoan, dia barulah
dapat dibawa pulang kembali setelah Shu Kiam Hoan itu turun sendiri.
Dia tersenyum, diam-diam pikirnya dengan orang yang
demikian banyaknya mengapa harus takut pada Pek In Khek
seorang, segera dengan tawar sahutnya.
"Sungguh maaf sekati, aku tidak pernah mendengar nama
besarmu" Pek In Khek, Shu Kiam Hoan begitu mendengar perkataan
tersebut, dalam hatinya merasa sangat terkejut sekali, dia
mengerutkan alisnya, tetapi diapun tahu bahwa sangat sukar
sekali dia melawan musuh yang demikian banyaknya apabila
dirinya mengalami kekalahan, nama dari partai Mie Cong Bun
pun akan segera jatuh dimata jago-jao Bulim.
Orang-orang yang hadir ditempat itu sebagian besar
merupakan jago-jago nomor wahid didalam Bu-lim, dia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
bahwa dirinya seorang tak mungkin dapat menahan serangan
gabungan demikian banyak orang.
Dengan sangat dingin sekali dia memandang sekejap
kearah Liuw Hoa Liong, kemudian Boen Ching sambil tertawa
dingin ujarnya.
"Kau telah memarpas putus pedantg anak muridku qCap
Sah Lang, dran merebut pula kitab rahasia Hay Thian Kiam
Boh, bagai mana harus memberikan hukuman terhadap dirimu
aku kira kaupun tentunya juga mengetahui",
Sehabis berkata dia tertawa dingin tak henti-hentinya dan
melirik sekejap kearah Liuw Hoa Liong ini.
Boen Ching menjadi tertegun dia memapas putus pedang di
tangan Cap Sah Lang adalah peristiwa yang benar-benar
terjadi, tetapi merusak kitab Hay Thian Kiam Boh bukanlah dia yang melakukannya.
Pada saat pikirannya berputar itu, segera terpikir olehnya
akal seseorang, Lok Yang Hong, kalau dia memang dapat
menguasai Cap Sah Lang serta Law Cing Ce, sudah tentu dia
dapat pula menakuti mereka didalam urusan ini.
Lelaki berbaju hitam itu tertawa dingin, dia menyapu
sekejap ke tengah kalangan, dan ujarnya:
"Kalian mempunyai hubungan apa dengan Boen Ching "
Kawan atau lawan " Lekas beri jawaban:
Liuw Hoa Liong tertawa dingin, ujarnya:
"Dengan kepandaianmu itu kau mengingin kan melawan
berapa orang sekaligus ?"
Pek In Lhek, Shu Kiam Moan tertawa dingin, dia
mengerutkan alisnya.
Sahutnya kemudian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Kawan Boen Ching adalah merupakan lawan partai Mie
Cong Bun, sedang kalau lawan Boen Ching merupakan kawan
partai Mie Cong Bun kami, harap yang merupakan lawan dari
Boen Ching segera berdiri kesamping." -
Sehabis berkata dia menyapu sekejap ke arah orang-orang
itu, tampak orang-orang yang hadir ditempat tersebut,
sampaipun Mo Pak Sam Ceng serta le Way It Shia juga tidak
ada yang menggerakkan tubuhnya.
Liuw Hoa Liong tertawa besar, sahutnya.
"Kalau memangnya lawan partai Mie Cong Bun lalu
bagaimana " Apakah boleh dikata partai Mie Cong Bun kalian
berani melawan kawan-kawan Bu lim secara berbareng?"
Pek In Khek, Shu Kiam Hoan yang tampak hal ini
mengerutkan alisnya, sambil tertawa besar ujarnya.
'Dari tempat ini berjalan kearah Tenggara sejauh seratus
duapuluh lie terdapat sebuah puncak gunung yang disebut
sebagai Ban Liong Ling, cayhe Pek Khek akan menanti
kedatangan saudara sekalian."
Sehabis berkata dia membalikkan tubuh nya berlari kearah
depan. Boen Ching dengan sangat tajam sekali memandang Pek In
Khek yang berlari meninggalkan tempat itu,
Puncak gunung Ban Liong Ling adalah merupakan tempat
kediaman dari para jago pedang dari partai Mie Cong Bun,
selamanya jago-jago pedang dari daerah Tionggoan di larang
memasuki daerah mereka, tak disangka ini hari Shu Kiam
Hoan sendiri secara resmi telah mengundang mereka untuk
mengunjungi tempat kediaman mereka itu'
Ditengah gurun pasir yang sangat luas itu, di empat
penjurunya hanya terlihat pasir yang berwarna kuning saja,
sedang panas matahari dengan hebatnya menyinari empat
penjuru tempat tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tampak berpuluh puluh gundukan pasir menghubungkan
yang satu dengan gunduk-kan lainnya.
Seorang pemuda berbaju hijau dengan tenangnya
menunggang seekor kuda berjalan mendatang, ditangan
satunya lagi tampak pula membawa seekor kuda dengan
sangat perlahan sekali melintasi permukaan gurun yang
sangat panas serta kering itu.
Pemuda itu adalah Boen Ching, dia baru saja berpisah
dengan Ie Bok Tocu sekalian. seorang diri lebih dahulu
berangkat menuju kepuncak gunung Ban Liong Ling, sedang
Ie Bok Tccu sekalian tinggal didalam kuil Pie Lu Si menanti beberapa orang suhengnya untuk kemudian bersama-sama
berangkat menuju keatas puncak gunung Ban Liong Ling
memenuhi janji.
Boen Ching mengerutkan alisnya, dia memandang sekeliling
tempat tersebut, tampak di empat penjuru hanyalah pasir
berwarna kuning saja, sedikit pun tak tampak adanya jejak
seorarg manusia pun.
Didalam hati diamb-diam pikirnya,d bila urusan puancak
gunung "Babn Liong Ling ini dapat diselesaikan dengan
mudah, dengan demikian dapat pula menyelesaikan urusan
yang mengganjel didalam hatinya, Shie Siauw In telah
memahami perasaan hatinya, sudah tentu pada hari-hari
kemudian tak akan terjadi persoalan-persoalan lagi.
Matahari dengan cepat berpindah ke arah Barat, di ujung
langit hanya tampak warna merah memenuhi angkasa, yang
tertinggal hanyalah beberapa jalur sinar matahari yang sedang tenggelam saja.
Boen Ching dengan membawa kudanya berjalan menuju
kesebuah gundukan pasir untuk menghindarkan diri dari
tiupan angin dan kemudian berhenti dari perjalanannya.
Melakukan perjalanan ditengah gurun pasir yarg demikian
luasnya dalam satu hari tak lebih hanyalah mencapai kurang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
lebih tiga puluh lie saja, kelihatannya untuk melakukan
perjalanan selebihnya, jugalah harus menanti matahari lagi
barulah tiba dipuncak gunung Ban Liong Ling tersebut.
Tetapi Ie Bok Tocu telah memesan wanti-wanti kepadanya
untuk melakukan perjalanan dengan perlahan didalam tiga
hari lagi Cu Kek Ci Yun sekalipun juga telah tiba di dalam kuil Pie Lu Si, pada saat itu pula barulah dapat menggunakan
barisan "Ngo Heng Kiam Tin' menghadapi jago-jago pedang dari partai Mie Cong Bun.
Boen Ching sendiri juga mengetahui kalau ilmu pedang
orang-orang partai Mie Cong Bun telah mencapai pada taraf
kesempur-naan, dan bukanlah dapat dilawan dengan mudah.
Segera dia turun dari kuda dan sekalian menurunkan
barang-barang yang terdapat pada punggung kudanya,
agaknya dia siap untuk beristirahat ditempat tersebut.
Mendadak telinganya menangkap suara tergelincirnva batu-
batu kerikil serta pasir di tempat itu.
Sinar mata Boen Ching dengan cepat berkelebat, dia
memandang kesekeliling tempat itu, dalam hatinya dia sadar
bahwa pasti ada orang yang telah datang, sekali lagi dia
memandang sekejap kesekeliling tempat itu, tetapi tetap tak terlihat gerakan apa-apa lagi.
Dia tak dapat memikirkan siapakah orang itu, yang pada
saat ini seperti ini dapat munculkan dirinya ditengah gurun pasir yang demikian luasnya ini, apakah diri Bwee Giok" Bwee Giok mengikuti diri Kioe Thian Bu Sin, dan tak dapat
dibandingkan pula dengan gadis-gadis lainnya, dia jauh lebih maju dari pandabngan orang leladki, tak mungkina
dikarenakan sboal cinta dia mau mengejar sampai disini.
Kalau begitu siapakah dia " untuk sesaat dia sangat sukar
sekali untuk menduga orang tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Sekonyong-konyong disamping gundakan pasir itu tempak
muncul sebuah wajah yang sedang menyengir, Boen Ching
yang didalam sekali pandang itu segera dia dapat melihat jelas wajahnya, tak terasa lagi dia menjadi tertegun, kiranya orang yang baru saja datang itu adalah Cong Lam Lok Yang Hong
adanya. Lok Yang Hong masih tetap memakai baju berwarna
kuning, sedang pada bibirnya terlihat tersungging suatu
senyuman yang sangat aneh sekali.
Boen Ching dengan tajam memandang ke arah diri Lok
Yang Hong, dia tak mengetahui kedatangan Lok Yang Hong di
tempat ini mempunyai maksud baik atau jahat, Lok Yang Hong
ini jika dibandingkan diri Goei Lam Yu kelicikannya memang
berimbang, tetapi Lok Yang Hong jadi orang sangat licik
apabila dia mengetahui tak akan sanggup segera tak sampai
melawan telah melarikan diri, sedang Goei Lam Yu jadi orang suka menang sendiri dan tak mau mengalah, sehingga
akibatnya dia harus menemui ajalnya dengan sangat
mengenaskan. Kedua orang itu jika dibandingkan, memang hanyalah
terpaut sedikit saja, Lok Yang Hong jauh lebih licik sedikit dari Goei Lam Yu, dia telah berhasil mendapatkan kitab rahasia
Hay Thian Kiam Boh, entah pada saat ini mengapa dengan
sendirinya munculkan dirinya ditempat tersebut.
Lok Yang Hong samb