Pencarian

Bentrok Rimba Persilatan 5

Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung Bagian 5


i, tak kalah dengan putra sendiri, sungguh tidak mengecewakan jerih
payahku selama bertahun-tahun mendidik dan membesarkan
dia" Sedang dia melamun Boen ching berkata lagi.
"Suhu apakah kau tidak melihat adanya perubahan pada
wajah Siauw In Sumoay" dia tentu telah mengenali suhu,
tetapi takut suhu memakinya, hingga dia lari pergi" Ie Bok Tocu menjadi tenggelam dengan tertawa ia berkata. "Anak ching, semoga apa yang kau katakan itu memang benar"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sehabis berkata ia termenung sejenak kemudian tambahnya.
"Anak ching, aku akan pulang"
Tubuhnya melayang dan turun kebawah loteng dengan
cepatnya. Boen ching menjadi tertegun, sungguh tak di sangka Ie Bok
Tocu, mengatakan akan pergi dengan cepat iapun pergi dari
loteng itu, segera ia mengejar ke bawah untuk menahan
suhunya, tetapi mana dia dapat mengejar Ie Bok Tocu, ia tak melihatnya hatinya menjadi agak berduka.
Ia dongakkan kepalanya memandang dilangit nampak bulat
yang melengkung itu memancarkan sinar yang redup2 dia
berdiri berpikir sejenak, pikirnya:
"Kalau begitu lebih baik aku melanjutkan perjalananku
kearah Timur, malam ini juga untuk mencari Hoa Suan,
sebelum meninggal kakak nya telah menitipkan dia kepadaku,
bagaimana aku tidak menjaga keselamatannya?"
Setelah berpikir sedemikian segera Boen ching melanjutkan
perjalanannya menuju kegunung Yi San.
setengah malaman berjalan dengan cepatnya, sekejap
mata fajarpun mulai.
Boen ching sudah merasa sangat lelah, karena telah
melakukan perjalanan semalaman kini fajarpun sudah mulai
menyingsing, ia mulai bersembunyi kedalam hutan, untuk
beristirahat pada siang hari seperti ini ia tak dapat melakukan perjalanan cepat oleh sebab itu pada siang harinya ia
beristirahat dan bersiap untuk pada petangnya melanjutkan
perjalanan guna mencari jejak Hoa Suan-
Ia berkelebat masuk kedalam hutan dan mulai duduk
bersemedi untuk mengatur pernapasan, tiba2 terdengar suatu
jeritan ngeri dari dalam hutan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching mendengar suara jeritan itu berasal dari arah
sebelah kirinya, tubuhnya segera berkelebat dan menuju
kearah suara jeritan itu berasal.
Sekali pandang saja pada orang itu ia telah dapat
mengenalinya, hatinya jadi sangat terkejut. orang itu ternyata adalah Thian Pek Tok cau, atau sipunggung baja cakar
beracun, Mo cing yang baru saja berpisah beberapa hari
dengannya. Tampak kedua tangannya memegang anak kecil dan
sedang menghisap darahnya dengan lahapnya, jeritan ngeri
itu ternyata datang dari mulut anak kecil itu. Melihat keadaan yang mengerikan itu tanpa terasa hatinya jadi merasa ngeri
dan keder. Segera ia memusatkan pikirannya, pada saat ini ia berada
ditempat itu dan melihat kejadian yang mengerikan itu mana
dapat ia hanya berpeluk tangan saja membiarkan hal ini
terjadi dengan leluasa tanpa ada yang merintanginya
pedangnya segera dicabut.
Baru saja akan menerjang keluar, tahu2 sebuah bayangan
berkelebat memasuki hutan, begitu melihat orang yang baru
datang itu hati Boen ching sekali lagi menjadi terkejut. orang itu ternyata adalah si iblis wanita berwajah cantik yang baru saja berpisah kemarin malam, begitu ia muncul kedua
pelayannya pun ikut muncul pula ditempat itu.
"Thian Peh Tok Tian" Mo cing nampak kehadiran tiga orang gadis itu bagaikan tak mengetahui atas kehadiran tiga orang gadis itu, dengan lahap tetap menghisap darah anak itu.
Si iblis wanita berwajah cantik itu sekalipun adalah seorang yang ganas dan kejam, tapi selama hidupnya belum pernah ia
melihat orang yang menghisap darah manusia dengan cara
demikian, dia segera membentak sedang kedua tangannya
melancarkan serangan kearah Mo cing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Mo cing yang nampak datangnya serangan dari si iblis
wanita berwajah cantik itu menjadi sangat terkejut, tingginya lweekang yang dimiliki orang itu sungguh tak disangka
sebelumnya tangannya melemparkan mayat itu kearah iblis
wanita berwajah cantik, sedang tubuhnya melayang secepat
kilat dengan menggunakan cakar beracunnya ia melancarkan
serangan kearah iblis Wanita berwajah cantik.
Pek bian Lo Sat atau iblis wanita berwajah cantik sedikit
memiringkan tubuhnya menghindar, ketika ia melihat jurus
yang digunakan Mo cing itu, tanpa sengaja setelah
mengeluarkan suara tertahan-
Dua orang saling balas menyerang sebanyak satu jurus,
sayang dalam serangan ini tiada satupun yang dapat
mengenai sasaran kedua belah pihak telah mengetahui kalau
lawannya adalah berasal dari satu perguruan dengan dirinya
karena jurus2 yang digunakannya itu semuanya telah mereka
kenal. Pek bian Lo Sat dengan dingin mendengus berturut-turut
melancarkan lima kali serangan gencar, lima serangan ini
semuanya dilakukan dengan sangat cepat dan ganas, MO cing
pun mempunyai niat akan memperlihatkan kelihayannya,
sebenarnya dia dapat menghindari dari serangan ini, tapi ia tak mau melakukannya bahkan menyambut dengan
punggungnya. Serangannya dengan cepat mengenai pihak lawan tapi dia
tak menderita sedikitpun bahkan balas melancarkan serangan
bertubi-tubi kearah Pek bin Lo Sat.
Pek bian Lo Sat nampak serangan dengan tepat mengenai
sasarannya tapi Mo cing sepertinya tak merasakan sedikitpun, diam2 merasa terperanjat, dia tak tahu kalau Mo cing karena racun yang dilatihnya membalik menyerang tubuhnya sendiri,
menyebabkan punggungnya malah berubah menjadi keras,
saking kagetnya keringat dinginpun telah membasahi bajunya, dengan terburu-buru ia menghindari serangan Mo cing itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Mo cing dengan dingin tertawa panjang, ia turut
melancarkan serangannya sedang Pek bian Lo Sat terus
mundur kebelakang sedang tangan kanannya diluar dan tahu2
pada tangannya telah menyambar dan bertambah dengan
sebilah pedang dari pelayannya.
Setelah Pek bian Lo Sat berhasil mencabut keluar
pedangnya segera kedudukannyapun menjadi berubah, dari
sikap bertahan menjadi sikap menyerang, pedangnya segera
melancarkan serangan hebat, tiap jurus yang dilancarkan
semuanya diarahkan kepada jalan darah penting ditubuh Mo
cing, serangan pedangnya makin lama makin kencang dan
makin menghebat, memaksa Mo cing berkali-kali terdesak
mundur ke belakang.
Mana pernah Mo cing didesak sedemikian rupa, dengan
gusar ia bersuit nyaring tangannya merogoh kedalam
pinggangnya, sebilah pedang panjang yang berwarna hitam
gelap telah ada ditangannya, segera pula ia balas mendesak
dan memaksa Pek Bian Lo Sat mundur sejauh tiga depa lebih.
Dua orang yang bergebrak secara demikian itu pihak Pek
bian Lo Sat mengalami kerugian karena pedangnya terlalu
pendek. sedangkan Mo cing karena luka parah yang
dideritanya belum sembuh seluruhnya menyebabkan dia sukar
untuk mengerahkan seluruh tenaganya.
Setelah lewat seratus jurus lebih, sudah dapat dilihat siapa yang menang dan siapa yang kalah.
Karena Pek bian Lo Sat tak dapat memusatkan pikirannya,
disebabkan pikiran nya sedang kacau telah dipaksa berada
dibawah angin. Kedua orang pelayannya nampak hal ini segera mencabut
keluar pedangnya, tiga orang bersama-sama mengerubuti Mo
cing seorang. Mo cing menjadi sangat gusar, jurus serangannya makin
lama makin ganas, dua orang itu sekalipun berasal dari satu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
perguruan, tapi dalam hati masing-masing telah mempunyai
perhitungan yang masak. pokoknya mereka tak dapat hidup
bersama bagaikan api dengan air,
sedang jurus-jurus serangannya itupun sedikit-sedikit
terselip jurus-jurus aneh yang pernah dilihat oleh Pek bian Lo Sat, tiga gadis itu nampak jurus-jurus yang aneh itu terpaksa hanya dapat menghindar dan berkelit saja. Sekejap mata saja ratusan jurus telah berlalu, Mo cing bagaikan tidak sabar lagi, tangan kirinya melancarkan serangan dengan menggunakan
cakar beracun nya, sedang tangan kanannya menyerang
dengan pedangnya, Pek bian Lo Sat pun merasa tak sabar
lagi, beberapa kali ia menerjang masuk kedalam lingkaran
pedang Mo cing.
Tiba2 pada tubuh Mo cing terlihat adanya suatu lubang
kelemahan, Pek bian Lo Sat tidak mau membuang kesempatan
ini, ia segera membentak dengan nyaring dan mendesak
maju, pedangnya mengancam dahi dengan sangat cepat dan
lincah, diam-diam pikirnya.
"Sekali seranganku ini meskipun tak dapat mengenai kau juga, sedikit-sedikitnya dapat memaksa kau berada dibawah
angin." Tapi dia mana tahu kalau hal ini adalah siasat dari Mo cing untuk memancing musuh, begitu Pek bian Lo Sat itu
mendesak mendekat kelihatannya serangan pedang ini takkan
dapat dihindarkan lagi oleh Mo cing tapi siapa tahu, tubuh Mo cing dengan cepat telah berputar dan menahan serangan
pedang itu dengan menggunakan punggung nya, Pek bian Lo
Sat segera mengerahkan segenap tenaganya, pedangnya
ditusukkan dengan keras sehingga menancap setengah bagian
kedalam punggung Mo cing.
Pedang Mo cing segera mendesk mundur kedua orang
pelayan itu, tangan kirinya menyambar dan mencekam
dengan keras pergelangan tangan Pek bian Lo Sat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Hati Pek bian Lo Sat terasa berdesir dengan cepat ia
mengerahkan seluruh tenaganya ketangan kirinya, dengan
sekuat tanaga ia menyerang belakang kepala Mo cing.
Kedua orang pelayan itu nampak majikannya dalam
keadaan bahaya, dua orang ber-sama2 membentak keras dan
menubruk maju kedepan-
Mo cing tertawa seram, tangan kirinya melontarkan tubuh
Pek bian Lo Sat hingga sejauh tiga kaki, diikuti dengan
melancarkan serangan yang begitu gesit dengan pedang dan
cakar beracunnya dengan berbareng bagaikan harimau terluka
ia menubruk kearah kedua pelayan itu.
Kedua pelayan itu nampak Mo cing balas menubruk kearah
mereka, wajah dua orang itu sangat berubah, mereka tak
berani menyambut serangan tersebut, tetapi pedang Mo cing
telah tiba dan menyontek terbang pedang ditangan mereka,
ketika tangan kirinya menyambar, terdengar suatu jeritan
ngeri, seorang pelayan telah kena cakar beracun tepat
diwajahnya dan mati seketika itu juga.
Ketika tubuh Pek bian Lo Sat tadi dilontarkan ketengah
udara, ia segera mengerah kan tenaganya dan memegang
kencang pedangnya, kini nampak pelayannya dibunuh dengan
sangat kejam, tangan kanannya segera disabetkan,
pedangnya secepat kilat mengancam jalan darah "Ling Tay To" dipunggung Mo cing.
Sungguh tak disangka oleh Boen ching hanya dalam
sekejap mata saja keadaan bisa berubah demikian cepatnya,
tubuhnya segera berkelebat, sambil membentak ketas pedang
nya melancarkan serangan gencar mengancam belakang
kepala Mo cing.
Sekalipun kepandaian Mo cing sangat tinggi, tetapi kedua
tempat itu merupakan tempat yang sangat penting dan
bahaya, ia tak berani berlaku ayal meskipun dari suara
bentakan Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching itu tak tahu yang datang adalah Boen ching,
tetapi iapun mengetahui bila ia telah kedatangan seorang jago yang berilmu tinggi jika bukannya tadi ia telah berhasil
membunuh mati seorang pelayan yang paling lemah ilmunya,
tiba-tiba terasa kaki kanannya sangat sakit, ternyata pedang Boen ching berhasil dengan tepat mengenai sasarannya dan
menusuk sekali pada kakinya. Jurus pedang yang digunakan
Boen ching baru ini adalah salah satu jurus dari ilmu pedang
"Huan Ie Bok Kiam Hoat" jurus pedangnya ini jika
dibandingkan dengan jurus pedang yang biasanya
penggunaannya ternyata sangat berbeda, selama hidupnya ia
belum pernah melihat jurus aneh semacam ini dan pada saat
ini Boen ching berhasil berdiri dibelakang tubuhnya, dengan sendirinya sukar baginya untuk menghindarkan diri dari
serangan ilmu pedang tersebut.
Meskipun serangan Boan ching dengan tepat mengenai
sasarannya, tetapi tampak pelayan itupun mati ditangan Mo
cing, diam2 ia merasa sangat terkejut bercampur gusar,
berturut-turut ia melancarkan tiga kali serangan, Mo cing
nampak jurus pedang yang digunakan Boen ching itu sangat
aneh, ia tak berani menyambutnya, berturut-turut mundur
kebelakang sebanyak dua tindak.
Pek bian Lo Sat membentak nyaring, tubuhnya menubruk
maju, sedang tangan kiri melancarkan pukulan ketubuh Mo
cing. Kaki kanan Mo cing telah terluka oleh tusukan pedang, hal
ini menjadikan kegesitannya darinya pun menjadi tidak seperti semula, dia balikkan tubuhnya dan melancarkan serangan
pedang panjang berwarna hitam gelapnya itu disertai angin
yang tajam menyapu kearah dua orang itu.
Boen ching nampak serangan itu sangat ganas, ia tak
berani menyambutnya, tubuhnya mundur kebelakang.
Tetapi baru saja ia mundur selangkah tampak Pek bian Lo
Sat dengan kalap telah menerjang maju dan menubruk kearah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Mo cing, dia menjadi sangat terkejut, pada saat itu tangan
kanannya Pek bian Lo Sat telah terluka ditambah lagi dia pun puteri kesayangan suhunya Ie Bok Tocu, mana ia bisa
membiarkan dia seorang diri menghadapi maut, dengan
disertai bentakan yang nyaring, tubuhnya menjadi maju lagi
kearah Mo cing. Mo cing tahu kalau tangan kanan Pek Bian Lo Sat itu baru saja terkena cengkeramannya.
sekalipun dia telah mengerahkan tenaga untuk melawan-
tetapi lukanya yang diderita pun tak ringan, apalagi setelah terluka ia masih mencabut pedang dan melancarkan serangan,
dua kali dengan paksa ia harus menggunakan tenaga, kiranya
pada saat ini iapun sukar untuk bergerak. tangan kirinya
bagaikan angin cepatnya menyambar tangan kanan Pek bian
Lo Sat. Pek bian Lo Sat tidak mau ambil perduli atas datangnya
serangan, tangan kirinya tetap melancarkan serangan
kedepan wajah Mo cing.
Mo cing nampak Pek Dia n Lo Sat hendak mengadu jiwa
dengannya. mana dia mau berbuat demikian, pedang ditangan
kanan nya sambil menangkis setiap serangan dari Boen ching, tubuhnya melayang ketengah udara, dalam keadaan yang
sangat repot itu ia masih tidak lupa berusaha untuk melukai lawannya, dia sadar jika ini hari dia tak berhasil membunuh gadis itu, selamanya dia akan tak enak makan dan tidak enak tidur, dengan serangan cakar beracunnya segera dirubah
menjadi pukulan telapak tangan yang dengan cepat mengenai
tangan kanan Pek bian Lo Sat, tetapi begitu timbul
keinginannya untuk melukai diapun tidak dapat lolos diri
pukulan yang dilancarkan Pek bian Lo Sat, pukulan ini dengan tepat mengenai dadanya.
Kedua orang itu didalamBulim dapat dihitung sebagai
Tokoh kelas tinggi, kini kedua orang itu ber sama2 telah
terkena situ kali pukulan dan masing2 terhuyung mundur dua
langkah kebelakang, tetapi luka yang diderita Pek bian Lo Sat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
jauh lebih berat, setelah mundur dua langkah kebelakang ia
jatuh pingsan diatas tanah.
Boen ching menjadi sangat terkejut, nampak Mo cing telah
mengangkat pedangnya menyerang Pek bian Lo Sat yang
keadaan dalam pingsan itu, dengan cepat dia menangkis
serangan itu sekalipun pada waktu ini Mo cing menderita luka parah, tetapi kekuatan pedangnya itu tetap membuat pedang


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Boen ching mencelat, tidak menanti Mo cing melancarkan
semua serangannya untuk kedua kalinya dengan cepat, ia
memungut kembali pedangnya sambil menggendong Pek bian-
Lo Sat lari masuk kedalam hutan.
Mo cing dengan gusar bersuit nyaring segera ia
mengenjotkan tubuhnya lari mengejar, sekalipun Boen ching
membawa seorang pada pundaknya, tetapi Pek bian Lo Sat
adalah seorang wanita sehingga tak seberapa beratnya,
apalagi ginkangnya adalah ajaran langsung dari Ie Bok Tocu, ditambah lagi Mo Cing sedang terluka parah, dan kaki
kanannya pun terluka akibat tusukan pedang Boen ching,
setelah mengejar melewati dua buah bukit, Mo cing telah
kehilangan jejak bayangan dari Boen ching.
Boen ching yang menggendong tubuh Pek bian Lo Sat, ber-
turut2 lari sejauh sepuluh li lebih, setelah sampai disuatu tempat yang sempit ia baru mencari tempat yang bersih dan
meletakkan tubuh gadis itu keatas tanah.
Baru saja ia meletakkan tubuh Pek bian Lo Sat, keatas
tanah tiba2 ia teringat sesuatu hal tangan Mo cing
mengandung racun yang sangat ganas, siapa saja yang
terkena tentu akan mati, sedang Pek Bien Lo Sat kini telah
kena pukulan beracun, ternyata dirinya dengan tanpa berpikir panjang telah menolong nya, jika tidak mempunyai daya
untuk memunahkan racunnya lalu apa gunanya?""
Dipandangnya wajah Pek bian Lo Sat dengan tajam, pada
saat ini dia mau menangispun tak akan dapat mengeluarkan
air matanya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tiba2 dia menjadi tertegun wajah Pek bian Lo Sat tetap
memancarkan sinar seperti tak pernah terkena racun yang
ganas, hatinya terasa sangat heran, dengan cepat dia
mengangkat tangan kanan Pek bian Lo Sat, tampak pada
pergelangannya meskipun berwarna hijau kehitam-hitaman
tetapi tak menyebar keatas, hatinya menjadi terkejut dengan gemetar bercampur girang, pikirnya:
"Mungkin karena suhu dua orang itu adalah Suheng moay
sehingga Mo cing tak berani turun tangan jahat".
Boen ching nampak Pek bian Lo Sat tak mempan terhadap
racun, ia baru mendapat menghela napas lega, dengan
terburu-buru diangkatnya tangan kanannya dengan
menggunakan pedangnya perlahan2 ia membuat luka kecil
pada daerah yang berubah menjadi hijau kehitam- hitamam
itu, darah hitam segera memancar ke luar, dia menanti supaya darah hitam segera berubah menjadi merah lagi, baru
mengunyah sebutir pil "Liong HiatSinTan" pemberian suhunya dan dibubuhkan keatas luka itu, kemudian dengan robekan
bajunya ia membalut luka tersebut.
Setelah selesai membalut luka ditangannya itu, ia baru
menggunakan pedangnya merobek pakaian dipundak Pek bian
Lo Sat, tampak pada pundak itupun terdapat sebuah telapak
tangan yang berwarna hijau kehitam2an seperti halnya
dengan luka pada pergelangannya itu, maka mula-mula
mengeluarkan darah hitam dari luka itu, akhirnya ia menutup kembali pakaian dipundak Pek bian Lo Sat dan mengambil
sebutir pil "Long Hian Sin Tan" yang dimasukkan kedalam mulut Pek bian Lo Sat setelah selesai semuanya ia baru dapat menghela napas lega dengan perlahan ia duduk disamping
tubuhnya. Wajah Pek bian Lo Sat ini jika dibandingkan dengan wajah
dari ie Bok Tocu boleh dikata bagaikan pinang di belah dua, tetapi tindakan dari Pek bian Lo Sat ini ternyata dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
demikian ganas dan kejam nya, berpikir sampai disini tanpa
merasa dia menghela napas.
Pek bian Lo Sat dengan perlahan-lahan membuka kedua
matanya, Boen ching melihat dia telah siuman kembali dengan sangat girang teriaknya "Siaw in Sumoay kau telah siuman kembali."
Padahal Pek bian Lo Sat telah siuman dari pingsannya sejak
Boen ching mengeluarkan darah hitam dipundaknya tetapi
karena sangat malu ia tak berani membuka kedua matanya
setelah nampak Boen ching merawatnya dengan penuh rasa
sayang pun mendengar dia menghela napas, ia baru
membuka matanya, tampak pada wajah Boen ching
menampilkan rasa terkejut bercampur girang, sebenarnya ia
akan membuka mulutnya untuk memaki padanya, tetapi kini
tak tahu mengapa dia menjadi tak tega untuk memakinya,
setelah berkemak kemik sebentar barulah ia membuka
mulutnya dan berkata. "Mengapa kau menolong aku ?"
Boen ching menjadi tertegun dengan tertawa sahutnya.
"Sekalipun kau bukan putri kesayangan suhuku, kalau
bertemu kau ditengah jalan dengan menderita luka, aku juga
harus menolongnya."
Pek bian Lo Sat menjadi melamun kemarin malam dirumah
makan "Lay Hong Lo" ia bertemu dengan ie Bok Tocu, pada saat itu dia juga tak tahu apa yang harus dilakukannya,
ternyata hatinya dapat berobah menjadi demikian jerinya dan tak berani mengucapkan sepatah katapun, tetapi setelah pergi ia ingin pula kembali lagi untuk melihat orang itu, tetapi
akhirnya dia tetap tak kembali.
Kini mendengar Boen ching mengungkap kembali ke adian
itu, setelah termemung sejenak lalu katanya:
"Apakah orang itu adalah suhumu?" Jawab Boen ching sambil tersenyum:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Benar, suhuku telah mencarimu selama belasan tahun
lamanya, setelah aku menjumpai kau dirumah makan itu,
segera aku kembali untuk mencari suhuku dan mengajaknya
kesana". Terdengar Pek bian Lo Sat bertanya lagi. "Kau bilang dia apaku?"
Dengan tertawa sahut Boen ching. "Dia adalah ibumu^
la berhenti sejenak setelah tertawa, lanjutnya:
"Suhuku selamanya menyaru sebagai seorang pria, aku
ternyata telah lupa untuk memberitahukan hal itu kepadamu"
Pek bian lo Sat menjadi tertegun, dengan suara tawar
ujarnya: "Aku tak senang engkau mengungkap hal ini dihadapanku, aku masih mempunyai ibu, engkau sangat baik terhadapku,
lain kali jika aku bertemu lagi denganmu, tentu aku tak akan membunuhmu."
Boen ching menjadi tertegun pikirnya, ini apa artinya.
Setelah termenung sejenak kemudian katanya.
"Aku kira kau tentu belum mau percaya pada omonganku,
engkau tentu mengira puteri dari Thuan Jan Shu itu adalah
ibumu, benarkah?"
"ia sebenarnya bukanlah ibumu, ibumu yang sebenarnya
telah mengalami banyak penderitaan karena kau"
Pek bian Lo Sat sebenarnya akan membuka mulut, tetapi
mendengar ucapan Boen ching yang terakhir ini, perkataan
yang diucapkan itu ditelannya kembali, sedang dalam
hatinyapun sedikit bergerak. wajah dari ie Bok Tocu terbayang kembali pada benaknya, dengan perlahan-lahan ia menutup
matanya, katanya:
"Aku sudah sangat lelah dan ingin beristirahat, engkau menyingkirlah kesana sedikit"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching sambil tersenyum, katanya. "Kau beristirahatlah baik-baik,"
Sehabis berkata tubuhnya, menggeser sedikit kesamping
matanya memandang kearah air sungai yang sedang
mengalir, sedangkan pikirannya melayang entah sampai
dimana. Sebenarnya Pek bian Lo sat tidak ingin beristirahat, banyak urusan terbayang kembali dibenaknya, mau tak mau dengan
perlahan ia membuka matanya kembali, dipandangnya
bayangan punggung Boen ching, didalam ingatannya belum
pernah ada orang yang demikian baiknya terhadap dirinya,
dengan diam-diam ia menghela napas tetapi pikirannya lagi.
"Tetapi itu, semua apa gunanya?"
Dengan perlahan-lahan ia bangun berdiri, maksudnya akan
dengan diam-diam meninggalkan tempat itu. tetapi sekalipun
racun dari pukulan itu telah lenyap tetapi pukulan yang
dilancarkan Mo cing itu telah menggunakan tenaga yang besar sekali, sehingga luka dalamnya yang diderita itu cukup parah baru saja ia berdiri, matanya berkunang-kunang dan jatuh
ketanah lagi. Boen ching yang sedang melamun, tiba-tiba terdengar
suara yang sangat aneh dan ketika ia menoleh kebelakang
tampak tubuh Pek bian Lo Sat rubuh keatas tanah, dengan
terburu-buru ia memandangnya sambil berkata.
"Siauw in kau jangan mau cepat-cepat berdiri, jika ada keperluan panggillah aku saja, luka dalam mu masih belum
sembuh" Pek bian Lo Sat yang bersandar dibahu Boen ching, terasa
tubuhnya menjadi hangat, ia juga tak tahu mengapa dapat
menjadi demikian, tetapi Boen ching yang menganggap
karena dia adalah puteri kesayangan dari suhunya pun pula ia menganggap ie Bok Tocu sebagai ibunya sendiri, maka
terhadap Pek bian Lo Sat pun ia merawat dan mengasihinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
seperti halnya terhadap adiknya sendiri, tetapi ia tidak
menduga dengan sikapnya yang seperti itu pada akhirnya
telah menimbulkan kerusakan bagi dirinya.
Boen ching dengan tersenyum memandang tubuh Pek bian
Lo Sat, katanya. "Duduklah dengan baik2 jangan bergerak"
Pek bian Lo Sat menuudukkan kepala dan berdiam diri,
sekalipun biasanya dia sangat kejam, tetapi itu hanya
terhadap orang lain, terhadap Boen ching ia tak sanggup lagi berhadapan dengan wajah yang keren. Boen ching
memandang wajahnya, kemudian tanyanya. "Maukah engkau
mendengarkan cerita mengenai suhuku"
Memang dalam hati Pek bian To Sat ingin mengetahui
cerita mengenai Ie Bok Tocu, kini mendengar Boen ching
bertanya demikian, ia tidak menjawab.
Boen ching tersenyum, dengan perlahan ia menceriterakan
hal-hal mengenai Ie Bok Tocu kepada Pek bian Lo Sat, ia
mendengarkannya dengan menundukkan kepalanya, sedang
tubuhnya kadang-kadang terlihat agak gemetar.
Boen ching setelah selesai menceritakan kisah itu, dalam
hatinyapun terasa sedikit keras sejenak. kemudian dengan
perlahan ia menghela napas, lalu katanya. "Siauw In, apakah engkau masih tidak percaya?"
Pek bian Lo Sat termenung sejenak. kemudian jawabnya.
"Menurut kau seharusnya aku bernama Shie Siauw In?"
Boen ching yang mendengar perkataan ini ia berpikir
sejenak. la tahu diapun tak puas terhadap Seh TU Hoa dengan tersenyum jawabnya. "Benar..."
Pek Bian Lo Sat dongakan kepalanya memandang mega
yang melayang diudara, semua urusan ini tak dapat pulih,
tetapi apakah dia mempunyai hak untuk menjadi putri Ie Bok
Tocu" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ibunya lemah lembut, dan dia...." Seorang yang
mempunyai julukan sebagai iblis wanita berwajah cantik yang ditakuti oleh setiap orang.
Berpikir sampai disini dengan tawar katanya:
"Kalau begitu engkau mengambil aku sebagai Shie Siauw in saja."
Mendengar perkataan ini Boen cing menjadi tercengang,
dia masih belum mau mengakui Ie Bok Tocu sebagai ibunya,
diapun berdiam diri. Pek bian Lo Sat nampak Boen ching
berdiam diri, matanya memancarkan sinar tanpa terasa
katanya.: "Hal ini aku katakan dengan sungguh-sungguh"
Boen ching tertawa, diapun merasa apa arti dari pada
perkataan itu, setelah termenung sejenak sahutnya.
"Siauw In jangan kbawatir engkau masih mempunyai
semangat seperti ibumu."
Shie Siauw In menundukan kepalanya dan berdiam diri.
Sejak itu diantara dua orang itu tak ada yang bercakap-
cakap lagi, dengan berdiam diri mereka duduk disana, tak
lamapun hari mulai berganti malam, dengan berpisah tempat
mereka mulai beristirahat..
Tengah malam tiba-tiba telinga Boen ching menangkap
suara tindakan yang sangat perlahan ia segera membuka
matanya, tampak shie Siauw in seorang diri sedang bangkit
berdiri, dan berjalan menuju ketepi sungai kemudian duduk
sedang matanya memandang terpesona pada air sungai yang
sedang mengalir dengan tenang itu.
Dalam hati Boen ching merasa heran, dengan perlahan-
lahan iapun berjalan menuju kesana. tetapi Shie siaw In
seperti tidak merasa ada yang datang mendekat kearah nya,
dia berhenti dibelakang tubuh Shie Siauw In, pada waktu
itulah Shie Siauw In baru menoleh memandang setelah dalam
air sungai ia tampak adanya bayangan Boen ching. Boen ching
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
tersenyum kemudian duduk di sampingnya. Shie Siauw In
sambil memandang wajah Boen ching katanya.
"ching Toako, besok pagi kau temani aku berpesiar dahulu kearah Kang Lam, kemudian, baru kita bersama-sama pulang
kepulau Ie Bok To, maukah kau mengantar aku" "
BOEN CHING menjadi sangat girang, sungguh tak terpikir
olehnya kalau Shie Siauw In maupergi kepulau Ie Bok To,
menemani dia berpesiar ke daerah Kang Lam tidaklah
merupakan suatu tugas yang berat, dia tentu tak mau segera
pulang, berpikir sampai disini dia menganggukkan kepalanya
tanda menyetujui usul tersebut.
Shie Siauw In tertawa dan menghela napas lega, dia sendiri
juga merasa sangat heran, mengapa kalau berada disamping
Boen ching dia dapat berubah menjadi demikian lemah
lembut, pikirnya, inipun juga ada baiknya, cepat atau lambat dia tentu akan bertemu dengan Ie Bok Tocu dan sebelumnya
dia harus berusaha untuk merubah sifat2nya, mungkin jika ia selalu bersama-sama dengan Boen ching sifat2nya dapat
berubah menjadi baik dan lemah lembut.
Kedua orang itu berdiam diri hingga fajar menyingsing,
mereka bersama-sama meman-dang mengalirnya air sungai,
sedang dalam hatinya memikirkan urusan mereka masing2.
Boen ching teringat kembali pada Hoa Suan, dirinya telan
menerima pesan terakhir dari kakaknya, tetapi ternyata ia tak dapat menjaganya.
Haripun telah mulai menjadi terang, Boen ching segera
bebenah sebentar dan memayang tubuh Shie Siauw In turun
gunung, setelah membeli dua ekor kuda berjalanlah mereka
menuju kedaerah Kang Lam.
Setelah mereka berjalan seharian penuh, entah karena ada
apa tujuh partai besar ternyata tidak mengirimkan orang2nya untuk mencegat perjalanan mereka itu, tetapi dalam hati,
Boen ching mengerti, ini hanyalah saat2 tenang di kala hujan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
badai, mungkin tak sampai tiga hari lagi kalau jago-jago dari tujuh partai besar telah tiba semuanya maka pada saat itulah tak dapat dihindarkan lagi harus mengadakan pertempuran
mati- matian- Tetapi setelah hari ketiga keadaan tetap tenang-tenang
saja, seperti tak akan terjadi sesuatu apapun juga.
Dalam hati Boen ching merasa agak heran, tetapi dalam
hatinya pun menjadi agak lega, beberapa hari lagi luka dalam Shie Siauw in akan sembuh seluruhnya, dia tak usah kuatir
lagi akan kerubutan dari mereka2 itu.
Hari keempat. Dua orang itu tetap meneruskan
perjalanannya ke Selatan, jalan gunung mulai menjadi sempit dan ber-liku2, Shie Slauw in yang bersama-sama dengan Boen
ching selama beberapa hari ini sifatnya berubah menjadi
lemah lembut, dalam hati Boen ching pun telah timbul suatu
perasaan yang sangat aneh, tetapi perasaan ini tetap
tersimpan didalam hatinya dia tak berani untuk mengutarakan keluar.
Hari telah mulai gelap. ditengah jalan gunung yang sunyi
senyap itu tiba2 .... tertancap delapan buah hio. Tiap hio itu panjangnya tiga cun dan semuanya disulut ditengah jalan
dengan kedudukan Pat Kwa.
Boen ching yang nampak delapan batang hio itu wajahnya
segera berubah menjadi pucat.
Shie siauw In belum pernah melihat wajah pemuda itu
berubah menjadi sedemikian rupa, dia menjadi termangu-
mangu, tanya nya.
"ching Toako, engkau kenapa" Delapan batang hio ini apa artinya ?"
Boen ching setelah berhasil menguasai perasaannya dan
menenangkan diri barulah berkata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Musuh besar pembunuh kedua orang tuaku Pat Huang Sin
Mo telah tiba. Delapan buah hio ini adalah tandanya yang


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melambangkan dia telah menggetarkan daerah Pat Huang."
"ooh .... " sahut Shie Siauw In, dia juga baru saja terjun didalam dunia kangouw, sedang Pat Huang Sin Mo sejak Boen
ching pada sepuluh tahun yang lalu berhasil meloloskan diri dari tangannya, dia menganggap hal ini merupakan tanda
yang tak baik bagi dirinya, sehingga Shie Siauw In tak pernah mendengar selama ini.
Boen ching segera turun dari kudanya dan melihat
kedelapan batang hio itu, ia tahu begitu hio dari Pat Huang Sin Mo itu muncul, jika belum berhasil membunuh musuhnya ia
takkan berhenti, sedangkan kepandaian yang dimilikinya pada saat ini belum cukup untuk melawannya, sedang Shie Siauw
Inpun masih terluka dalam, setelah berpikir bolak balik tetap dia tak dapat mengambil keputusan-Shie Siauw In yang nampak sikap Boen ching demikian, lalu
berkata. " ching toako, apakah kepandaiannya sangat tinggi ?"
Boen ching menganggukkan kepalanya, dia nampak Shie
Siauw in bukan bertanya mengenai hal ini, lalu diceritakannya sebab2 hingga ia bermusuhan dengan Pat Huang Sin Mo.
Ayah Boen ching waktu itu adalah seorang jagoan didunia
kangouw, ia mengangkat nama diBulim dengan julukan "Pek Houw Kiam atau sijago pedang macan putih, Boen ci Pek
Houw Kiam Hoat yang diandalkan itu sebenarnya berasal dari
partai cing chen, sedang pada saat itu anak murid dari partai tersebut hampir punah seluruhnya, padahal ilmu silatnya jauh lebih tinggi dari ilmu silat tujuh partai besar.
Pat Huang Sin Mo, cie Un chan adalah salah satu murid dari
partai cing chen ini, jadi antara Boen cie dengan ci Uh chan masih merupakan Suheng-te dengan Boen ching, tetapi ketika
mengadakan pertandingan pedang Boen cie telah menang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
setingkat dan berhasil melukai cie un chan, sejak itu pula cie un chan lenyap dari dunia kangouw.
Waktu itu Boen ching baru berusia sembilan tahun, nama
Pat Huang Sin Mo telah mengetarkan sungai telaga dan Boen
cie pun pada waktu itu telah mengasingkan diri, mereka tidak tahu kalau Pat Huang Sin Mo sebenarnya adalah cie un chan,
sampai delapan batang hic itu disulut daripada tengah
malamnya cie uh chan muncul, ia baru tahu kalau Pat Huang
Sin Mo itu adalah suhengnya sendiri, tetapi kepandaian cie un chan waktu itu sangat tinggi, Boen cie suami isteri tewas
ditangan cie uh chan, hanyalah Boen ching seorang yang bisa meloloskan diri.
Shie Siauw in diam tak berbicara, terhadap Pat Huang Sin
Mo dia tidak menganggap apa2 tetapi luka dalamnya kini
belum sembuh seluruhnya, jika ingin memaksa untuk
mengerahkan tenaga hanya juga tak akan dapat membantu
banyak pada boen ching.
Sepuluh tahun yang lalu Boen ching pernah melihat Pat
Huang sin Mo, bayangannya hingga kini belum lenyap dari
benaknya, sepuluh tahun sekejap mata saja telah berlalu,
kepandaian Pat Huang Sin Mo tentulah mendapat kemajuan
yang sangat pesat, dan kini sekali lagi dia menyadari dirinya, entah nanti siapa yang akan binasa.
Shie siauw in turun dari kudanya, tanyanya. "Apakah dia tentu pada tengah malam baru datang?"
Boen ching memandang ke langit kemudian, jawabnya.
"Kebiasaannya selalu demikian, jika delapan batang hio telah disulut kecuali dia tak dapat mencari aku, kalau tidak sampaipun keujung langit dia juga akan datang mambunuh
aku" Shie Siauw in tertawa, ujarnya:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Dia tentu dapat mengejar kita, Tiga hari kemudian luka dalamkupun akan sembuh dan pada waktu dia kalau datang
lagi adalah ia yang mencari penyakit sendiri, pada waktu itu aku akan membantu kau untuk membunuh dia."
Boen ching menjadi tertegun, pikirnya.
"Benar, mengapa aku tidak berpikir sampai kesitu, begitu luka Shie Siauw in sembuh, aku tak perlu takut lagi kepada Pat Huang Sin Mo."
Berpikir sampai disitu dengan mendadak Shie Siauw in
mereka naik keatas kuda dan melarikan kedepan dengan
kencang. Luka dalam Shie siauw in masih belum sembuh benar, kini
kudanya melarikan dengan kencang, mau tak mau membuat
dia mengerutkan alisnya, tetapi dia tak mau membuka mulut
untuk mencegah dengan Boen ching ia tetap melarikan
kudanya dengan lebih kencang.
Sekejap mata tengah malam telah tiba, dua ekor kuda itu
baru saja membelok di suatu tikungan, Shie Siauw in telah tak tahan lagi dan terjatuh dari atas kudanya. Boen ching yang
nampak hal ini menjadi sangat terkejut, tubuhnya segera
melayang dan menyambar tubuh Shie Siauw in sembari
tangannya menyambar menahan tali les dari dua ekor kuda
itu, baru dia mendongakkan kepalanya, tampak delapan
batang hio yang telah disulut itu kembali terbentang
dihadapannya dan ber-goyang2 tertiup angin malam, ditengah
malam seperti ini, hal itu hanya menambah kengerian dan
keseraman dan suasana ditempat itu saja.
0oo0dw0ooo0 ANGIN REDA HUJAN BERHENTI
BOEN CHING yang kembali nampak munculnya delapan hio
itu menjadi sangat terkejut, tak dapat diragukan lagi kali ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Pat Huang Sin Mo telah sejak tadi menguntitnya. bahkan
memilih tempat ditengah pegunungan yang sangat sunyi,
sekalipun dirinya berdua mempunyai kuda juga tak ada
gunanya. Kini hio ini muncul lagi, tetapi Shie siauw in malah pingsan didalam pelukannya, tetapi jika dilihat dari keadaan ini, Pat Huang Sin Mo tentu akan datang kemari dengan berjalan kaki, kalau begitu dirinya masih mempunyai kesempatan untuk
meloloskan diri. Asal dapat lolos dari jalanan pegunungan ini dan mencapai jalan raya, dengan ginkangnya yang sedemikian
tinggi itu belum tentu ia dapat menyusul.
Ingatan ini terlintas dalam benaknya, tangan nya dengan
kencang memegang pada tali les kudanya.
Suatu tertawa nyaring yang sangat dingin berkumandang
ditengah malam buta yang sun itu, Boen ching yang
memandang wajah Pat Huang Sin Mo, tampak wajahnya
meskipun jauh bertambah tua, tetapi suara dan wajahnya
sedikitpun tak ada perubahan, tetap seperti dahulu.
Boen ching merasa kedua tangannya menjadi panas sekali,
baru saja ingin maju menubruk kearah Pat Huang Sin Mo
untuk mengadu jiwa, merasa tubuh Shie Siauw in masih
tersandar di bahunya, dengan perlahan ia mengangkat Shie
Siauw in keatas kuda, sedang dalam hatinya memikirkan
dengan cara apa ia harus melakukan untuk meloloskan diri.
Pat Huang sin Mo tertawa dingin, ia telah tahu bahwa Boen
ching memiliki kepandaian yang tinggi, dia tak dapat menanti Boen ching yang datang mencari padanya, dia harus
membunuhnya sebelum kepandaiannya bertambah tinggi, dia
percaya Boen ching masih belum dapat menandinginya pada
saat ini, maka dia datang untuk mendahului membereskannya.
Boen ching segera mencabut pedangnya, Pat Huang Sin Mo
dengan dingin mendengus, tubuhnya melayang menubruk
kearah Boen ching.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Maksud Pat Huang Sin Mo adalah ingin dengan gerakan
yang cepat untuk melawan gerakan yang lambat, sekaligus ia
melancarkan delapan kali serangan. Boen ching nampak
pukulan Pat Huang Sin Mo datangnya cepat, dia tak mau
menangkis dengan kekerasan, kakinya menggunakan langkah
"Kioe Kong Pat Kwa" berturut-turut tiga langkah mundur kebelakang, sedang pedangnya ditusukkan kedepan dengan
menggunakan ilmu "Sie Liu Eng Hong" atau pohon Liu menahan angin.
Pat Huang Sin Mo yang sekaligus melancar kan delapan kali
serangan, meskipun tidak satupun yang mengenai tubuh Boen
ching, pukulan tersebut tetap membuat pohon yang berada
dibelakang tubuh Boen ching mengeluarkan suara gemuruh,
dan mengakibatkan dua ekor kuda itu menjadi kaget, sambil
meringkik larinya dua ekor kuda itu kedepan-
Tampak hal ini, Boen ching menjadi terkejut Pat Huang Sin
Mo setelah melancarkan delapan kali serangan itu nampak
Boen ching berturut-turut mundur tiga langkah kebelakang,
dalam hatinya merasa tidak tenteram, meskipun dia tidak
memperhatikan gerakan kaki Boen ching yang menggunakan
langkah "Kioe Kong Pat Kwa"
tetapi dia merasa tubuh Boen ching yang mundur
kebelakang itu bukanlah karena terdesak oleh pukulannya, kini nampak dua ekor kuda itu telah lari pergi, hatinya menjadi
girang segera ia melancarkan sepuluh kali serangan berturut-turut, pikirnya.
"Akan kudesak Boen cing ini hingga dia tak sempat untuk mengejar dua ekor kudanya itu."
Boen ching adalah murid kesayangan dari ie Bok Tocu, dan
untuk pertama kali terjun ke dunia kangouw, sehingga
pengalaman tidak cukup dan kepandaiannya yang
dimilikinyapun baru dapat dipergunakan dengan baik
sebanyak lima enam bagian saja sampai kini ia berkelana
didunia kangouw baru belasan hari saja tetapi berturut-turut ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
mengalami pertempuran yang dahsyat, dengan kecerdasan
yang dimilikinya, ia telah mendapatkan kemajuan yang sangat berharga sekali. .
Kini nampak dua ekor kudanya lari dari sana dan Pat Huang
sin Mo cie uh chan mendesak mendekat, meskipun dalam
hatinya merasa agak gugup, tetapi nampak cie Uh can
demikian memandang rendah musuhnya, sehingga ia
melakukan serangan tanpa mengadakan persiapan terhadap
diri sendiri, hatinya menjadi bergerak. ingatan untuk balas menyerang timbul, kakinya berturut-turut menggeser
kesamping sebanyak tiga empat tindak. dari kedudukan
"Koen" dengan cepat menggeser kedudukan "Khan" sedang pedangnya dimainkan secara terbalik dan melancarkan ilmu
pedang "IHuan leBok Kiam Hoat" jurus-jurus pedangnya itu dimainkan secepat kilat, sekaligus ia melancarkan tiga kali serangan.
Dahulu Tan coe coen juga memiliki Lweekang yang
sempurna, keCerdasanpun tak ada yang dapat
menandinginya, leBok Tocu Shie Yun Ku adalah puterinya
yang paling disayangi, sehingga ia menurunkan ilmu pedang
"IwBok Kiam Hoat yang paling lihay kepandaiannya, jika "Ie Bok Kiam Hoat" itu dipadukan dengan ilmu langkah Sie Liau Eng Hong, diantara lima orang itu ia dapat menduduki
kedudukan yang tak terkalah kan, sedang jurus2 dari "Huan Ie Bok Kiam Hoat" jika dipadukan dengan Sie Liu Eng Hong"
maka jurus pedang yang mempunyai jurus penjagaan yang
sempurna berubah menjadi jurus seraangan yang sempurna,
tetapi hanya sayang tak ada penjagaan terhadan dirinya
sendiri. tetapi tehnik penyerangannya ini, tak dapat ditandingi oleh ilmu pedang manapun juga.
Hati Boen ching diam-diam menjadi bergerak, bagaimana ia
harus menundukkannya sehingga dapat sesuai dengan
maksud dari Tan Coe coen tempo hari, pedangnya dimainkan
bagaikan angin badai, serangan cie Uh chan segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
terbendung, dengan serangan pedang Boen ching yang
pertama ini, ia telah memaksa dia terpaksa menarik kembali
tangannya untuk menjaga diri, sedang serangan pedang yang
kedua telah dilancarkan, membuat dia mau tak mau harus
mundur kebelakang.
Serangan yang ketiga dilancarkan, sebenarnya jurus
pedang ini harus dilancarkan dengan lemah lembut, segera
akan dapat memaksa Pat Huang Sin Mo, cie Uh can jatuh
dibawah angin, tetapi pikirannya belum sampai disitu, setelah serangan pedang yang ketiga dilancarkan, tubuhnya segera
melayang untuk mengejar kearah dua ekor kudanya itu.
cie Uh chan yang didesak mundur dua langkah oleh jurus
pedang Boen ching ini, dalam hatinya merasa berdesir, tak
disangka jurus ilmu pedang Boen ching dapat demikian
anehnya, karena terlalu memandang rendah terhadap pihbak
musuh sehingga dirinya hampir saja jatuh di bawah angin, tapi setelah tiga kali serangan pedang Boen ching itu, dia malah dapat lari mengejarnya, dia melihat jurus2 ilmu pedang Boen ching ini meskipun sangat aneh, tetapi kepandaiannya masih
belum dapat menandingi dirinya. Waktu ini dia masih dapat
mengalahkan Boen ching, tetapi jika menanti beberapa waktu
lagi, mungkin kepandaian Boen ching akan jauh melebihinya,
pikiran ini segera berkelebat didalam benaknya, dia segera
mengerahkan tubuhnya mengejar kearah Boen ching.
Ginkang Boen ching di dapat langsung dari Ie Bok Tocu,
begitu tubuhnya menginjak tanah dia telah berada didekat
kudanya tetapi pikirannya tiba2 bergerak pikirnya.
"Aku berhasil menangkap kuda itu juga tak ada gunanya, Pat Huang Sin Mo segera akan mengejar sampai disini".
Dia percaya ginkangnya lebih tinggi setingkat dirinya, kalau bertempur dengannya mungkin masih ada kesempatan
baginya untuk berusaha melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Berpikir sampai disini dia hanya mengejar hingga sisi
kudanya, tetapi tak jadi menarik tali les kudanya, saat itu Pat Huang Sin Mopun telah mengejar sampai dibelakang
tubuhnya, Pat Huan Sin Mo tahu kepandaian Boen ching tak
rendah dan tak dapat dipandang ringan, segera ia
mengeluarkan senjata yaitu Pecut geledek yang telah lama tak dipergunakan olehnya.
-oo0dw0oo- UNDANGAN DARI ENG HONG PANG
Pecut geledek ini panjangnya delapan depa, di atas pecut
itu penuh dengan kaitan yang tajam, ketika tubuh pecut itu
saling menggesek satu sama lain, segera terdengar suara
letusan. Meskipun Boen Ching lari kedepan, Cie Uh Chan yang
dibelakang tubuhnya bukannya dia tidak tahu, suara letusan
membuat dia paham kalau dia telah mengeluarkan senjata
tunggalnya, waktu Boen Ching bertempur dengan Mo Cing,
panjangnya pedang Mo Cing tiga kaki lebih, sehingga dia tahu kelemahan dari senjata yang panjang, tetapi pecut geledek Cie uh chan ini meskipun panjangnya hanya delapan depa, tetapi
karena pecut itu penuh dengan kaitan yang tajam,
menyebabkan pedangnya tak dapat bersentuh dengan pecut
tersebut,jika dibandingkan dengan racun dipedang Mo Cing,
boleh dibilang masing-masing senjata mempunyai
kelihayannya masing-masing pula.
Boen Ching tak berani menyambut pedang, dengan cepat
dia berkelit kesamping, akan tetapi Cie uh chan telah tahu
kalau Boen Ching tentu tak berani menyambut pecutnya itu
dengan pedangnya, terlihat pecutnya sedikit digetarkan.
Boen Ching menjadi sangat terkejut, senjatanya yang
dipergunakan Cie uh chan itu terlalu ganas,jika demikian
halnya masih lumayan kalau melawannya dengan tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kosong saja, serangan Cie uh chan dilancarkan demikian hebat dan ganasnya, mau tak mau ia harus mencoba menangkis
dengan pedangnya.
Pedang danpecut dengan cepat bertemu, Cie uh chan
tertawa dingin, tangannya dibentangkan keatas dan dengan
paksa menarik pedang ditangan Boen Ching tetapi Boen Ching
yang menangkis dengan pedangnya itu, dia juga telah
memperhitungkan akibatnya, Cie uh chan baru saja
mengerahkan tenaganya, tubuhnya telah melayang menglkuti
tarikan itu, sedang kakinya melancarkan tendangan berantai
sebanyak tujuh kali mengancam seluruh tubuh Cie uh chan-
Cie uh chan yang nampak hal demikian, ia mengetahui
karena lagi-lagi ia telah memandang rend ah musuhnya
sehingga ia terdesak, tangannya segera menarik kembali
pecutnya sambil tubuhnya mundur ke belakang, pecut
geledeknya itu kembali menyapu lagi kearah Boen Ching.
Sungguh tak disangka oleh Boen Ching, serangan Cie Un
Chan ini dapat dilancarkan demikian cepatnya belum ia
mengambil keputusan apakah yang harus dilakukan untuk
menyambut serangan pecut ini. Tahu-tahu dalam sekejap saja
pecut itu telah tiba, dengan tergesa-gesa ia menyingkir, tetapi tak urung pundak kirinya tetap terkena serangan pecut itu,
saking sakitnya tubuhnya menjadi menggigil, pecut geledek itu bukan sembarangan senjata yang dapat dilawan dan tempat
yang terkenapun bukannya hanya satu luka saja, Boen Ching
meskipun hanya terkena sedikit sambaran pecut itu saja,
tetapi pada tubuhnya telah terdapat tiga tempat luka akibat kaitan yang ada pada tubuh pecut itu.
Cie Uh Chan nampak hal ini ia tertawa bergelak, pecutnya
kembali melancarkan serangan gencar.
Meskipun Boen Ching telah terkena serangan pecut itu,
tetapi dia tetap tidak mundur, pada saat ia terkena serangan pecut itu, terbayang kembali peristiwa sepuluh tahun yang lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ketika ayahnya terkena serangan pecut itu, tetapi dia tetap tidak mundur, bahkan menyuruh dia melarikan diri.
Boen Ching bagaikan harimau terluka, pedangnya menusuk
kedada Cie Uh chan dengan keras Cie Uh Chan yang nampak
hal ini menjadi terkejut, dia tak mau mengadu jiwa dengan
Boen Ching, ternyata sangat hebat, meskipun ia dalam
keadaan bahaya tetapi serangannya tetap tak menjadi kacau
balau. Dengan memainkan ilmu "Ie Bok Kiam Hoat" selangkah demi selangkah ia mendesak maju dan memakea dia terdesak
mundur tiga langkah. Cie Uh Chan dengan gusar mendengus,
pecutnya ditarik kembali yang mengakibatkan pedang Ie Bok


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kiam ditangan Boen Ching terlepas. Ketika pedang dan pecut
itu beradu, Boen Ching segera tersadar, tetapi pedangnya
telah teriepas, dia teringat kemhali pada Shie Siauw In dan suhunya Ie Bok Tocu, pikirnya.
"Aku tak dapat mengadu jiwa dengannya" Dengan keadaan yang ter-gesa2 itu, ia segera mengeluarkan ilmu "Thay Thien Kio- Sih" atau sembilan jurus jungkir balik.
pada saat ia mengeluarkan tangan dan kakinya, tubuh Cie
Uh Chan telah terlontar sejauh satu kaki lebih dan jatuh ke tanah dengan keras.
Tubuh Boen Ching melayang turun sambil menerima
kembali pedangnya, dia takut Shia Siauw In belum teriepas
dari bahaya, sehingga tak berani lari kearahnya, dia malah lari kearah jalan gunung.
Cie Uh Chan menjadi terkejut karena jurus aneh yang
digunakan Boen Ching ini, dia menjadi tertegun dan berdiri
mematung, ia baru sadar kembali ketika melihat Boen Ching
melarikan diri dengan ia meraung keras dan lari mengejar.
Boen Cing segera mengerahkan ginkangnya "Shen Au Ban
Li" atau suara meraung laksa li, dengan cepat Cie Uh Chan tertinggal jauh sekali, tetapi sakit didada kirinya tak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
ditahan lagi, dari tiga tempat luka itu setiap lukanya panjang sampai beberapa inci, saking sakitnya keringatnya mengalir
membasahi seluruh tubuhnya. pada saat itu diufuk timur sinar matahari mulai terbit, sakitnya Boen Ching tak kuat lagi untuk berjalan, tetapi untung dalam sakunya masih terdapat pil
"Liong Hiat Sin Tan" dengan perlahan-lahan dia maju kedepan, kerena terlalu banyak darah yang hilang, kepalanya terasa agak pening sedang matanyapun mulai berkunang-kunang. Didepan matanya terbentang sebuah sungai kecil,
menjadi girang, pikirnya.
"Aku akan mencuci lukaku disungai itu baru kemudian
membalut lukaku ini." Segera ia mempercepat langkahnya menuju kesungai kecil itu, baru saja Boee Ching sampai
didekat tempat itu, tiba2 didekatnya terdengar suara yang
perlahan. dan terdengar seperti suara orang yang sedang
mencabut pedangnya, tangan kanannya mengencang,
diantara kabut yang tebal itu terdengar suara yang tertahan:
"Siapa ..."
Dua buah bayangan berkelebat didepan matanya, ternyata
orang itu adalah si elang emas dari gurun pasir, Kong Sun Sek dan Pek Hian Ling.
Pek Hian Ling nampak dia dalam keadaan demikian
menjerit tertahan Kong Sun Sek juga menampilkan wajah
yang keheranan, Boen Ching yang nampak dua orang itu tak
mengandung maksud jahat, hatinya menjadi lega, karena tak
tahan terlalu banyak darah yang mengalir keluar ia jatuh
pingsan ketanah.
Ketika siuman kembali nampak dirinya telah bersandar
dipinggir satu pohon besar dekat sungai itu.
Wajah Kong Sun Sek dan Pek Hian Ling menunjukan rasa
yang gembira, dia tak tahu mengapa mereka berbuat
demikian pada saat ini tampak sungai kecil itu ia teringat
kembali ketika ia merawat luka shia Siauw In.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Tiba-tiba teringat kembali kini ia berada ditempat mana,
tanpa terasa dia menghela napas. Kepada Kong Sun sek dan
Pek Hian Ling ia mengucapkan terima kasih atas budi
pertolongannya yang telah menolong jiwanya. Mendengar
ucapan itu Kong Sun sek tertawa besar dan katanya.
"Boen Siauwhiap, tak usahlah kau sungkan-sungkan.
Didalam bu lim saling menolong adalah soal yang jamak, pada kemudian hari aku orang tua mungkin malah akan minta
bantuan darimu."
Pek Hian Ling memandang tajam pada Boen Ching sejenak,
kemudian katanya.
"Mengapa kau menghela napas" darahmu telah banyak
mengalir keluar, aku saja yang melihat jadi sedikit takut,
siapakah sebenarnya yang telah melukaimu ?"
dalam hati Kong Sun sek juga ingin cepat mengetahui hal
ini, dia tak dapat menebak di antara tujuh partai besar
siapakah yang dapat melukainya dan menurunkan tangan
sedemikian ganas dan kejamnya. Mata Boen Ching melirik
kesamping, tampak pundak kirinya telah dibalut rapi sedang
pakaian sebelah atasnya telah penuh dengan bekas darah
yang kini telah mengering semuanya.
Dengan pelan ia menghela napas dan ujar nya: "Pat Huang Sin Mo"
Dengan terkejut Kong Sun sek menegaskan. "Iblis itu "
Dia tak dapat mengetahui mengapa Boen Ching dapat
bentrok dengan Pat Huang Sin Mo, Cie Uh Chan selama
sepuluh tahun dia tak terjun dalam dunia kangouw tak nyana
ternyata dia dapat bentrok dengannya. Boen Ching tertawa
tawar katanya. "Dia adalah musuh besar pembunuh kedua
orang tuaku."
Kong Sun sek menjadi tertegun dia menggeleng-gelengkan
kepala, pikirnya. "Tak nyana pemuda ini dapat mempunyai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
demikian banyak dendam permusuhan" Pek Hian Ling
bertanya lagi kepada Boen Ching. "Lalu mengapa engkau
menghela napas?"" Boen Ching teringat kembali pada Shie Siauw In, lalu katanya. "Aku masih ada seorang kawan yang terluka, tapi entah dimana dia sekarang berada dimana."
Pek Hian Ling memandang Boen Ching dengan tajam
ujarnya. "Apakah dia seorang gadis?""
Boen Ching menjadi tertegun, pikirnya mengapa dia tak
menebak pada Hoa Suan melainkan menebak pada seorang
gadis" dengan cepat sahutnya. "Mengapa, kau dapat
mengetahuinya apakah kau melihatnya ?" Pek Hian Ling
mengeluarkan suara dihidung, lalu katanya. "Aku belom
pernah melihatnya."
Boen Ching menjadi sangat heran tanya nya. "Lalu
mengapa kau dapat mengetahui. . ."
Tidak menanti sampai Boen Ching selesai berbicara Pek
Hian Ling telah mencibirkan bibirnya dan katanya.
"Mengapa heran melihatnya, melihat wajahmu yang sedih
dan lemah itu, aku sudah dapat mengetahuinya"
Boen Cing terpaksa tertawa pahit, Kong Sun sek yang
berada dipinggir sejak tadi telah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Pek Hian Ling, dia tersenyum kepada Boen
Ching lalu katanya.
"Boen Siauwhiap, waktu terjadi peristiwa dipuncak Hwee Ing, hanya delapan orang yang hadir melihat dengan kepala
mata sendiri, selain ciangbunjin2 dari tujuh partai besar,
hanyalah kau seorang hadir ketika Thian Jan Shu bertempur
dengan Thian San Chiet Kiam, kau pun hadir disana, Dapatkah Boen Siauwhiap menceritakan peristiwa yang terjadi waktu itu kepada kami, untuk menghindari tuduhan2 yang bukan2
terhadap Boen siauwhiap" Setelah berpikir sejenak, katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Sebenarnya suhuku melarang aku untuk menceritakan
tentang urusan ini,jika urusan tujuh hioloo kuno itu diceritakan maka tak dapat di hindarkan lagi tentu banyak iblis2 dari luar lautan yang sekali lagi turun gunung dan teejun kedalam
dunia kangouw, pada waktu itu Thian Jan Shu pernah berkata
bahwa siapa saja yang dapat memahami ilmu silat yang
tertera pada tujuh buah hioloo kuno itu, maka dia akan
mendapatkan seluruh ilmu silat yang dimilikinya itu."
Kong Sun Sek diam2 juga berpikir, selama puluhan tahun
ini kepandaian Thian Jan Shu adalah nomor wahid, kini dia
meninggalkan ilmu silatnya, sudah tentu banyak orang yang
mengincarnya Sebenarnya dalam hati Peh Hian Ling merasa hal ini, tanpa
terasa semangatnya pun bangun kembali untuk
mendengarkan. Boen Ching tertawa, setelah memandang dua orang itu
sejenak, katanya. "Sekarang aku akan menceritakan hal ini kepada kalian, tetapi aku kini diantara tujuh partai besar tak ada satu partaipun yang akan mengakuinya"
Setelah itu berbicaralah ia akan peristiwa-peristiwa yang
terjadi ketika ia naik gunung untuk mohon belajar ilmu silat hingga ciangbunjin dari tujuh partai memukul padanya dan
merampas tujuh buah hioloo tersebut.
Dua orang itu memperhatikannya dengan sungguh2,
sampai Boen Ching selesai bercerita dua orang itu baru
menghela napas lega.
Setelah selesai mendengarkan cerita itu, tanpa terasa Pek
Hian Ling telah bertanya kepada Boen Ching.
"Mengapa suhumu tidak turun gunung untuk
membantumu" Setelah selesai ia menjadi menyesal, pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Baru saja aku marah kepadanya, kini malah aku yang lebih dahulu mengajak dia untuk berbicara" Boen Ching sambil tertawa berkata.
"Suhuku karena masih mempunyai urusan yang lain telah
kembali teriebih dahulu kepulau Ie Bok To."
Dia tak mau menceritakan kalau suhunya karena sedih
terhadap Shie Siauw In baru pulang kepulau Ie Bok To. Pek
Hian Ling nampak Boen Ching tidak berbicara sesungguhnya,
dia mendengus, katanya.
"Omong kosong, suhumu demikian baik dan sayangnya
terhadap kau, mana sampai hati meninggalkan kau seorang
diri berkelana didunia kangouw".
Pada saat itu dalam hati Boen Ching sedang memikirkan
Shie Siauw Ini ternyata dirinya tak dapat pergi mencarinya, dia menjadi menghela napas.
Pek Hian Ling yang mendengar Boen Ching menghela
napas lagi, dengan nada yang tidak senang katanya:
"Hey, apakah engkau teringat kembali akan kawanmu yang telah berpisah dengan kau itu hingga bersedih hati?"
Kong Sun Sek yang mendengar soal ini mengerutkan
alisnya, dia nampak Pek Hian Ling bertanya secara demikian, dalam hatinya diam2 membatin.
"Keponakan perempuanku ini sungguh taksungkan2, aku
kira pandangan Boen Ching terhadapnya malah akan menjadi
buruk." Boen Ching mendengar Pek Hian Ling bertanya demikian, ia
menjadi tertegun, kemudian dengan tertawa sahutnya: "Dia adalah peteri suhuku dan telah terluka berat, apalagi dalam keadaan pingsan" Meskipun dia berkata sambil tertawa, tetapi tetap tak dapat menutupi wajahnya yang sedang muram itu.
Pek Hian Ling berkata lagi-"Kalau begitu dia adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sumoaymu, tentunya kalian menjadi satu sejak kecil
benarkah?"
"Mengapa dahulu aku tak pernah melihatnya?"
Boen Ching berpikir sejenak kemudian baru berkata: "Dia sejak kecil telah diculik orang, baru saja aku bertemu muka dengannya"
"Ooh --- -- "Kata Pek Hian Ling, dia sendiri tak dapat mencari tahu apa sebabnya dia sampai demikian
memperhatikan pada Shie Siauw Ini mungkinkah hal ini
disebabkan waktu mereka berdua berdiri berhadapan dicelah
yang sempit itu. Dari sakunya Boen Ching mengeluarkan
sebuti rpil "Liong Hiat Sin Tan" dan ditelannya, kemudian mulai menjalankan semedinya. Kong Sun Sek tahu dia telah
kehilangan darahnya terlalu banyak, dalam waktu singkat tak mungkin dapat sembuh kembali, ditambah lagi ia telah
mengeluarkan banyak tenaga untuk berbicara, tentu sangat
berat baginya, yang banyak membuang tenaga dengan
percuma. Hati Pek Hian Ling pun mendelu, sambil duduk
dipinggiran ia berpikir dengan menundukkan kepalanya.
Setelah beberapa waktu, disekitar tempat itu tiba2
terdengar mengalunnya genta yang mendatang dari tempat
jauh, Kong Sun Sen mengerutkan alisnya, dia tak dapat
menerka suara apakah itu, dia hanya merasa suara genta itu
kedengarannya agak aneh.
Ketika pertama kali mendengar suara2 genta itu, Boen
Ching segera membuka kedua matanya, pada wajahnya
menampilkan rasa yang sangat terkejut, tetapi ketika suara
genta itu terdengar lagi untuk kedua kalinya, wajahnya segera berubah menjadi sangat serius, kedua matanya dipejamkan
dan segera menenangkan pikirannya.
Pek Hian Ling mementangkan matanya besar2 memandang
pada Boen Ching, baru saja ingin membuka suara pada Kong
Sun Sek, Kong Sun Sek nampak wajah Boen Ching berubah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
menjadi agak aneh, segera menggoyangkan tangannya
mencegah Pek Hian Ling untuk berbicara, dalam hati Pek Hian Ling menjadi mendelu dan duduk disana tak berbicara lagiBoen Ching yang sedang bersemedi menenangkan pikirannya
merasakan setiap suara genta itu timbul ia segera merasa
seluruh darahnya bergolak, agaknya orang yang membunyikan
genta itu sedang menyerangnya dengan menggunakan suara
genta itu, dia tak berani berayal lagi, segera ia memusatkan pikirannya, dengan lweekang nya ia melawan suara genta itu.
Pek Hian Ling yang hatinya sedang mendelu tiba2 melihat
pada jidat Boan Ching penuh dengan keringat yang menetes
keluar, dia menjadi ter-menung2 dengan cepat ia
mengeluarkan sapu tangannya dan diusapkan pada jidat Boen
Ching yang penuh dengan keringat itu.
Sebenarnya Boen Ching yang sedang melawan suara genta
itu, dengan lwekangnya sudah merasa sangat berat, ditambah
lagi Pek Hian Ling mengusapkan sapu tangannya pada
jidatnya segera ia merasa ada suatu perasaan yang sangat
aneh yang meliputi seluruh tubuhnya, tanpa terasa tubuhnya
menjadi tergetar, suara genta itu segera menyerang kedalam
tubuhnya. dalam sekejap mata saja telah menyerang hati dan
jantungnya, Boen Ching menjadi sangat terkejut, segera ia
berusaha memusatkan seluruh lweekangnya untuk menooba
melawan suara genta itu, tetapi suara genta itu dengan tiba-tiba telah berhenti.
Dengan terkejut Boen Ching segera membuka matanya
nampak Pek Hian Ling bagaikan mau tertawa tetapi tak dapat
tertawa memandangnya, kini dia nampak membuka matanya
lalu menegornya. "Hey, kenapa engkau?"
Tetapi suara genta itu timbul lagi Boen Ching tak sempat
untuk berbicara dengan Pek Hian Ling, dengan cepat dia
menutup kedua matanya tetapi suara genta kali ini datangnya ternyata sangat lunak dan halus, dengan perlahan membantu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dan menjalankan hawa murninya keseluruh tubuh Boen Ching
segera sadar dengan cepat ia menjalankan hawa murninya
keseluruh tubuh mengikuti irama dari genta itu.
Tempat-tempat yang biasanya tidak dapat dilalui oleh hawa
murninya itu telah terbuka semuanya, atas bantuan dari suara genta itu, hanya anehnya orang yang membunyikan genta itu
se-olah2 sangat hapal terhadap ilmu silat perguruannya,
sebenarnya untuk melatih ilmu tenaga dalam, setiap partai
dan perguruan mempunyai cara yang ter-sendiri2 meskipun
garis besarnya adalah sama, tetapi bagian-bagian kecilnya
adalah sangat berbeda, tetapi kini tempat yang ditunjuk oleh suara genta itu, ternyata dapat mengetahui ilmu dari partai atau perguruan manakah yang dia pelajari.
Setelah menjalankan hawa murninya tiga putaran, Boen
Ching merasa seluruh tubuhnya sangat ringan dan nyaman,
sedang suara genta itupun berhenti. Tanpa terasa wajahnya
menampilkan senyuman dia tak tahu siapakah orang yang
telah menyembunyikan suara genta itu, sepertinya dia sangat baik terhadap dirinya. Pek Hian Ling yang berada disisinya itu segera menegurnya.
"Hey kali ini kau sedang menertawakan apa?" Kata Kong Sun Sek.
"Anak Ling, biariah tunggu dia sampai membuka matanya
baru kita tanyai padanya."
Boen Ching menjalankan hawa murninya sekali lagi- terasa
tenaga dalamnya mendapatkan kemajuan yang pesat, baru
saja akan membuka matanya, suara genta itu kembali timbul
lagi- Boen Ching segera memusatkan pikirannya untuk
mendengarkan-Kali ini suara genta itu ternyata tidak
membimbing hawa murninya keseluruh tubuhnya melainkan
menambah rumus-rumus ilmu tenaga dalam yang sebenarnya
belum pernah dia terima dan rumus-rumus itu sangat
membantu dalam melatih ilmu tenaga dalamnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Setelah itu suara genta itu membantu hawa murninya
berputar keseluruh tubuhnya sebanyak tiga kali putaran dan
kemudian berhenti- Boen Ching segera membuka kedua
matanya, setelah duduk tenang sebentar kemudian pikirnya..
"Mungkin orang ini tak mau bertemu dengan aku, baru
berbuat demikian- kalau tidak, tak mungkin ia memberi
pelajaran dan petunjuknya melalui suara genta itu." berasaL
Boen Ching segera bangkit berdiri dan menyembah tiga kali
kearah suara genta itu berasaL
Kong Sun Sek dan Pek Hian Ling yang nampak wajah Boen
Ching menampilkan kegembiraan, bahkan bagaikan
lukanyapun telah sembuh dan telah segar kembali- diam2
kedua orang itu merasa sangat terkejut pikirnya. "Entah siapakah orang yang telah membunyikan genta itu,
kepandaiannya ternyata demikian tingginya, entah jika


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dibandingkan dengan Thian Jan Shu waktu itu, bagaimana?"
Pek Hian Ling segera berkata kepada Boen Ching. "Hey,
tahukah kau siapakah orang yang telah membunyikan genta
itu?" Boen Ching sambil tertawa menggeleng-gelengkan kepala,
sahutnya. "Mana aku dapat mengetahuinya"
Pek Hian Ling bertanya lagi-"Aku lihat kau agaknya sangat gembira, mungkin ada kebaikan bagimu benarkah?"
Boen Ching menganggukkan kepala, katanya. "Ciaspwee ini telah mewariskan aku rumus-rumus ilmu tenaga dalam
kepadaku, bahkan membantu aku membuka seluruh jalan
darah terpenting ditubuhku, tapi aku tak tahu siapakah dia
sebenarnya."
Kong Sun sek menghela napas katanya. " Boen siauwhiap
sungguh sangat beruntung, pada saat ini orang yang dapat
membuka seluruh jalan darahnya hanya ada beberapa orang,
sedang orang2 yang berusia seperti Boen siauw hiap jarang
sekali terdapat." Boen Ching termenung sejenak, kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
katanya. "Orang itu mungkin angkatan tua dari perguruanku, dia sangat hafal terhadap cara melatih tenaga dalam dari
perguruanku."
Dia teringat pada Toa supeknya Wu Tu sincoen dan Jie
supeknya, Lie Hwee Yu She, tapi sekejap saja terpikir olehnya.
"Lweekang orang itu sangat tinggi melebihi Seh Tu Hoa, tak mungkin dia adalah supek-supekku itu tapi lalu siapakah
dia?"" Dia tak mengetahui dalam perguruannya masih ada siapa yang demikian tinggi ilmu silatnya. Terdengar Pek Hian Ling bertanya. "Apakah lukamu kini telah sembuh ?"" Boen Ching sambil tertawa anggukkan kepalanya, katanya.
"Masih harus mengucapkan banyak terima kasih atas budi pertolongan kalian berdua." Pek Hiang Ling mendengus
dengan tidak wajar katanya lagi-"Eagkau berterima kasih padaku, tapi aku takkan berterima kasih kepadmu atas
pertolongan padaku dahulu, karena setelah menolong aku
akhirnya kau juga meninggalkan aku seorang diri."
Boen Ching nampak Pek Hian Ling berkata demikian, tanpa
sadar ia membantah katanya. "Nona Pek, kakek cebol waktu itu adalah Supekku, aku bagaimana tak pergi- ditambah lagi
pedang pemberian suhuku. . ."
Pek Hian Ling memotong katanya. "Sudah, sudahlah tak
usah kau teruskan. pokoknya selamanya kau yang benar."
Kong Sun sek nampak Pek Hiang Ling ngambek, dia takut
Boen Ching tak dapat menghindari. sambil tertawa tergelak
ujarnya . "Boen Siauwhiap, kaponakanku ini sejak kecil telah
dimanjakan oleh ayahnya, harap Boen Siauwhiap jangan
menyalahkannya."
Sambil tertawa jawab Boen Ching: "Tak mengapa, tak
mengapa" Pek Hian Ling memandang pada Boen Ching, dalam hatinya
dia juga tak dapat mengatakan apa sebabnya, hanya ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
merasa agak canggung, pikirnya. "Engkau tentu tak akan menyenangi aku, karena kau telah mempunyai Sumoay, jika
kau tak senang biariah kau tak senang padaku saja"
Dalam hati Boen Ching sebenarnya agak takut pada Pek
Hian Ling yang kalau berbicara tak pernah melihat gelagat,
apalagi ia seorang gadis, dirinya juga tak baik berlaku kasar padanya, lalu katanya . "Sumoayku sedang terluka parah, boanpwee akan berangkat lebih dahulu, budi kalian berdua
lain kali tentu akan kubalas"
Hati Pek Hian Ling menjadi mendelu, ia tak menjawab.
Kong Sun Sek sambil tertawa terbahak, sahutnya: " Boen Siauwhiap tak usah sungkan-sungkan, semoga dalam
peejalanan selanjutnya tak akan terjadi sesuatu hal atas
dirimu" Boen Ching segera berpamitan pada dua orang itu dan melanjutkan perjalanannya.
Kong Sun Sek memandang pada Pek Hian Ling, sambil
tertawa katanya. "Keponakanku yang baik,janganlah
ngambek, orang ini sangatlah mudah untuk dikuasai asal saja kau tak galak terhadapnya, lihatlah cara-cara dari kau punya Kong Sun loopek."
"Paman Kong dan engkau bicara apa, aku tidak mengerti"
Sambil tertawa Kong Sun Sek berkata.
"Tak usah malu-malu, ini adalah urusan penting, hanya
ayahmu masih menganggapnya sebagai murid Thian Jan Shu,
tak baik jalan bersama dengannya, coba engkau bilang mau
atau tidak bantuan dari paman Kong Sun mu ini,jika kau
bilang tak mau, aku akan segera pergi- pasti tidak menambah lagi sepatah katapun juga"
Sebenarnya Pek Hian Ling sudah kecewa kini dan diam tak
menjawab. Kong Sun Sek menjadi tertawa besar, sambil
membangkitkan kakinya, teriak Pek Hian Ling. "Paman Kong Sun, jika kau berbuat demikian lagi, aku marah lho" Kong Sun Sek memandang sekejap padanya, ia tak takut kalau dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
menjadi marah tak tertahan ia menjadi tertawa terbahak-
bahak. Boen Ching setelah berpisah dari dua orang itu merasa
menjadi bingung, dia sesungguhnya juga tidak mengetahui
Shia Siauw In sekarang ini berada dimana. Setelah berjalan
setengah harian, ia merasa sangat berduka, tiba-tiba dari jauh nampak dua ekor kuda lari mendatang, hatinya menjadi
sangat gembira, segera ia memapak maju, tak salah, dua ekor kuda itu adalah miliknya, tetapi ternyata Shie Siauw In telah tidak berada diatas kuda itu lagi- Boen Ching menjadi
termangu-mangu, Shie Siauw In telah menderita luka dalam
meskipun hanya pingsan saja. Kalau hanya terjatuh dari atas kuda saja masih tak mengapa, karena tak akan
mengakibatkan lukanya bertambah pa rah, tetapi didunia
kangouw dia mempunyai banyak sekali musuh, seandainya
jika ia bertemu dengan musuhnya, entah bagaimana harus
diperbuatnya. Dia tak dapat berbuat apa-apa, segera naik keatas kudanya
sendiri dan menuntun kuda yang satunya melanjutkan
perjalanannya .
Tetapi setelah mengelilingi gunung itu selama sehari
penuh, belum juga ia mendapatkan jejak dari shie Siauw In.
Pat Huang Sin Mo agaknya juga pernah mengejar sampai
ditempat itu. tetapi tak mendapatkan jejaknya. Segera ia turun dari kuda dan duduk beristirahat.
Semalam telah lewat dengan cepatnya, Boen Ching segera
berganti pakaian, sedang hatinya diam-diam berpikir.
"Sebenarnya aku dan Shie Siauw In akan pergi kedaerah
Kang-lam, meskipun kini tidak berhasil mencarinya, setelah
luka nya sembuh tentu ia juga akan pergi kesana. Disamping
mencari Siauw In juga aku datang melatih Iweekang terlebih
dahulu sebelum menyatroni ke Khong tong."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Baru saja ia sampai dijalan raya, nampak dua orang
hweesio tua datang menghampirinya.
Sebenarnya Boen Ching juga tidak mengambil perhatian
apa-apa terhadap mereka, nampak dua orang hweesio tua itu
ternyata berhenti di hadapannya, mau tak mau ia harus turun dari kudanya.
Terdengar hweesio tua yang berdiri disebelah kiri berkata.
"Apakah sicu ini bernama Boen Ching, Boen sicu ?"
Boen Ching diam-diam berpikir, mungkin Siauw lim pay
telah mengirimkan orangnya untuk menangkap dirinya dengan
diam-diam, dia mengadakan persiapan, kemudian dengan
perlahan ia menganggukkan kepalanya.
Terdengar hweesio tua itu berkata lagi-"Pinceng Hay Hoat Thaysu mendapat perintah dari ciangbunjin untuk
mengundang Boen Ching untuk naik kegunung Siong San.
ciangbunjin ada sesuatu hal yang akan disampaikan"
Boen Ching menjadi tertegun, dia mengetahui bahwa dua
orang hweesio tua itu adalah hweesio dari angkatan "Hay"
yang merupakan angkatan tertinggi didalam Siauw lim si-
kelihatannya dua orang hweesio tua ini tidak mengandung
maksud jahat, lalu katanya: "Cayhe Boen Ching masih
mempunyai urusan hendak pergi ke daerah Kanglam,
kebaikan dari Hay Gwat Thaysu lain hari tentu akan kupenuhi"
Hay Hoat Thaysu dan Hay Gong Thaysu saling tukar
pandangan, kata Hay Hoat Thaysu dengan nada perlahan-
"Ciangbunjin ada urusan untuk dibicarakan dengan Boen
sicu, katanya mengenai peristiwa sepuluh tahun yang lalu
dipuncak Hwee Ing, apalagi. . . Ia berhenti sejenak, kemudian dengan suara yang sangat perlahan sekali lanjutnya.
"Ciangbunjin telah bersiap untuk meninggalkan dunia yang fana ini- tapi harus bertemu dulu dengan Boen sicu. jika Boen sicu dapat tak bercuriga harap sudi mengikuti kami pergi ke Siauwlim si untuk menemuinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching setelah menunggu-nunggu sejenak kemudian,
kemudian mengangguk kan kepalanya, ujarnya. "Kalau begitu aku Boen Ching hanya mengikuti perintah kalian-"
Jika ciangbunjin dari tujuh partai besar mau dia pergi untuk menemui mereka, dia tentu takkan mau pergi tapi peristiwa
sepuluh tahun yang lalu dipuncak Hwee Ing terbayang
kembali di benaknya di antara tujuh orang ciangbunjin itu
hanyalah Hay Gwat Thaysu yang paling suci- sedang Ie Bok
Tocupun memberitahukan padanya, diantara tujuh orang
ciangbunjin dari tujuh partai besar, hanyalah pukulan Hay
Gwat thaysu yang telah dikurangi tiga bagian tenaganya,jika tidak dia tentu telah tewas, apalagi pada mulutnya masih
terdapat sebutir pil, "Cie Kiam Tan" dari Siauw Lim pay yang telah menyelamatkan jiwanya.
Meskipun Hay Gwat Thaysu juga melancarkan serangan
sekali pada tubuhnya dan mengambil pergi sebuah hioloo
kuno, tapi terbukti jika dibandingkan dengan ciangbunjin
enam partai yang lainnya adalah jauh lebih baik. pun di dalam dunia Kangouw nama Hay Gwat Thaysu paling tersohor.
Diantara tujuh partai itu Ie Bok Tocu hanya memandang
hormat pada Hay Gwat Thaysu seorang, sehingga
mengharapkan padanya jangan menurunkan tangan kejam
terhadap Siauw limpay.
Lima hari kemudian, tiga orang itu telah tiba digunung
Siong San Hay Hoat Thaysu dan Hay Cong Thaysu langsung
membawa Boen Ching ke dalam Siauw lim sie.
Bangunan Siauw lim sie ini sangat kokoh dan angker, Boen
Ching nampak hweesio2 yang berada didalam kelenteng itu
semuanya memakai pakaian yang sangat ketat, dalam hatinya
diam-diam membatin.
"Nama tujuh partai besar ternyata bukanlah nama kosong, dengan kekuatan yang demikian hebat dan kokoh nya, kiranya
dirinya kalau berani bermusuhan dengan mereka itu agaknya
juga sedikit tak tahu kekuatan sendiri".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Hay Hoat dan Hay Cong Thaysu membawa Boen Ching
masuk kedalam setelah mengitari sebuah ruangan yang
sangat megah, langsung menuju kependopo tempat pinjaman
kitab. Setelah sampai dipendopo tempat pinjaman kitab tersebut,
dua orang hweesio tua itu naik ke atas loteng melaporkan diri, baru kemudian mengundang Boen Ching naik keatas.
Boen Ching dengan perlahan naik ke loteng pendopo itu,
tampak diatas loteng itu hanya terhadap Hay Gwat Thaysu
seorang yang sedang duduk bersila disana, setelah berpisah
selama sepuluh tahuni meskipun wajahnya masih seperti
sediakala, tetapi jika dibandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu, kini kelihatannya jauh lebih tua.
Boen Ching nampak Hay Gwat Thaysu telah berubah
menjadi seperti ini, mendengar pula dari Hay Hoat Thaysu
bahwa dia akan wafat, tanpa terasa dia maju kedepan dan
memberi hormat sambil berkata. "Boanpwee Boen Ching
memberi hormat pada Thaysu" pada wajah Hay Gwat Taysu
terlintas suatu senyuman, katanya.
"Pinceng tak dapat menerima penghormatan demikian
tinggi dari Siauw sicu, cepatlah Siauw sicu bangun berdiri".
Boen Ching dengan perlahan-lahan bangkit berdiri. Hay
Gwat Thaysu mempersilahkan dia untuk duduk, setelah
memperhatikan sekejap pada Boen Ching, ia baru berkata.
"Kita telah berpisah selama sepuluh tahuni apakah Siauw sicu selama ini baik-baik saja, selama sepuluh tahun ini pinceng selalu menunggu saat seperti hari ini".
"Terima kasih banyak kepada Thaysu telah tidak
menurunkan tangan jahat kepadaku pada sepuluh tahun yang
lalu". Sahut Boen Ching. Hay Gwat Thaysu tanpa terasa
menghela napas katanya.
"Sungguh menyesal- sepuluh tahun yang lalu karena suatu saat tak dapat menahan napsu sendiri, sehingga ikut serta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
dalam pembunuhan itu, pada waktu itu Siauw sicu tak sampai
menjadi tewas, hal ini telah membuat pinceng berlega hati".
Boen Ching nampak Hay Gwat Thaysu berkata dengan
sungguh-sungguh, sambil tertawa sahutnya.
"Sepuluh tahun telah lewat, aku mendengar katanya
Thaysu tidak menyetujui tujuh partai besar bersama-sama
mengerubuti aku seorang, asal Siauw limpay tak ikut serta,
aku Boen Ching juga tidak akan menurut balas dendam satu
kali pukulan yang dilancarkan Thaysu tempo hari. Hay Hwat
Thaysu termenung sejenak, kemudian ujarnya: "Aku dengar Siauw sicu telah mengangkat Ie Bok Tocu sebagai suhu, entah benarkah urusan ini ?"
Boen Ching menganggukkan kepalanya tanda
membenarkan. Hay Gwat Thaysu berdiam sejenak kemudian
terusnya. "Berita tentang tujuh buah hioloo kuno peninggalan Thian Jan Shu telah tersiar didunia kangouw. Tujuh partai besar
masing2 telah menyusun rencana, sementara ini tak mungkin
akan ada terjadi persoalan, tetapi jika orang2 aneh dari luar lautan datang kembali ke daerah Tionggoan, itu sukar
dibicarakan" Ia berhenti sejenak kemudian lanjutnya. "Selama sepuluh tahuni Pinceng telah menyesali perbuatan gegabah
yang aku lakukan tempo hari sedang, hiloo kuno itu setelah
aku bawa pulang kedalam kuil segera pula aku buang kedalam
Telaga Naga Dingin dibelakang gunung Siong San ini- aku kira selamanya tak akan dapat diambil kembali. Thian Jan Shu
sebelum meninggal telah menghadiahkannya kepadamu,
kiranya Pinceng tak mungkin akan dapat mengembalikannya
kepada Boen Sicu."
Sambil tertawa jawab Boen Ching. "Terima kasih atas
pemberitahuan Thaysu,jika ada waktu boanpwee tentu akan
datang kemari untuk mencoba mengambilnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Terdengar Hay Gwat Thaysu berkata lagi-"Tiga hari yang lalu Ciangbunjin dari Butong pay telah mengirimkan orang
kemari, mereka akan mempersiapkan diri untuk
mengumpulkan tujuh orang Ciangbunjin dari tujuh partai
besar untuk ber-sama2 keluar membereskan urusan ini, aku
kira sementara mungkin tidaklah akan berbuat apa-apa
terhadapmu, tetapi urusan ini telah berialu sepuluh tahun,
enam partai lainnya mungkin masih akan muncul bersama-
sama lagi untuk membereskan dirimu"
"Boanpwee telah berani muncul kembali- sudah tentu tidak akan takut bersama mereka" Jawab Boen Ching.
Dengan tertawa ujar Hay Gwat Thaysu. "Sejak tadi aku
memperhatikan dirimu, telah mengetahui kalau lweekangmu
pun telah mencapai tingkat tertinggi- bahkan kecerdasanmu
aku percaya tidak dibawah Thian Jan Shu waktu itu, kalau
tidak tak mungkin dia akan menghadiahkan tujuh buah hiolo
kuno itu kepadamu, meskipun demikian, kau harus rajin
beriatih tenaga dalammu sehingga bisa melebihi ciangbunjin2
dari enam partai besar, sampai saat itu aku harap Boen Siauw sicu dapat mengingat kebaikan dan keagungan Thian,
janganlah terlalu banyak turun tangan jahat.
Boen Ching termenung sejenak, kemudian sahutnya. "
Boen Ching akan berusaha keras untuk memenuhi permintaan
dari Thaysu ini" Hay Gwat tersenyum dalam hatinya ia
berpikir. "Kiranya waktu ini boleh dikata aku telah tidak berbuat salah, hati Boen Ching ini ternyata demikian welas
kasih.jika lain orang tentu ia akan mengadu jiwa dengan aku, mana mau mendengar perkataanku sedemikian banyaknya"
Dari dalam sakunya ia mengambil keluar sebuah bungkusan
berwarna kuning dan diserahkan pada Boen Ching sambil
berkata. "Pinceng tak mempunyai barang untuk diberikan padamu, barang-barang ini anggaplah sebagai hadiah Pinceng
kepada Boen sicu, harap Boen sicu mau menerimanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen Ching menjadi tertegun, dia menerimanya, sambil
tersenyum Hay Gwat Thsysu meminta dia membuka
bungkusan kuning tersebut, tampak didalamnya terdapat
sejilid kitab dan sebuah tanda pengenal yang terbuat dari batu giok putih.
Kata Hay Gway Thaysu: "Kitab itu adalah kitab "Tat Mo Kiem Ceng" seluruh ilmu silat dari Siauwlim Pay tertera di dalamnya, selamanya semua orang tak boleh membacanya
selain Ciangbunjin, ilmu silat yang terhebat yang tertera
didalam kitab tersebut ciangbunjin- ciangbunjin yang
terdahulu belum ada seorangpun yang berhasil
mempelajarinya,jika kau benar-benar dapat memahami isinya
maka aku kira kepandaian mu tak akan dibawah kepandaian
Thian Jan Shu waktu itu, aku telah menghilangkan hioloo kuno milikmu itu, maka sebagai gantinya aku berikan kitab ini
kepadamu sebagai hadiah dan sebagai balas ganti.
Boen CHING mencoba untuk menolak pemberian yang itu.
Tetapi terdengar Hay Gwat Thaysu telah berkata lagi-"Engkau tak dapat menolak, kitab ini hanya salinannya saja yang


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pinceng tulis sendiri,jika engkau menginginkan pinceng
menjadi tenteram engkau harus mau menerimanya." Boen
Ching berdiam diri, terdengar Hay Gwat Thaysu melanjutkan
ucapannya: "Tanda pengenal dari batu Giok putih itu adalah tanda kepercayaan dari Siauw lim Si Kami- Pinceng sungguh
sangat menyesal pada waktu itu tak dapat mencegah
perbuatan dari enam partai lainnya, malah dirinya sendiri juga ikut serta, setelah satu kali berbuat salah tak dapat lagi
pinceng berbuat kesalahan yang lain, sejak hari ini Siauw lim Pay harus melindungi kau dimanapun juga."
Dalam hati Boen Ching merasa sangat berterima kasih,
sambil memberi hormat ujarnya: "Terima kasih atas
pemberian dari Thaysu." Hay Gwat Thaysu sambil tertwa
sahutnya. "Beban berat sejak sepuluh tahun yang lalu kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
telah dapat dihilangkan, pinceng juga sudah merasa tenteram kini-"
Sehabis berkata ia menundukkan kepalanya tak berbicara
lagi- Boen Ching menanti sesaat, tampak dia masih juga tidak mengadakan gerakan-gerakan lain, sedang dia menjadi
bingung dibuatnya, tampak Hay Hoat Thaysu dan Hay Gong
Thaysu telah naik keatas loteng sambil merangkapkan kedua
tangannya, ujarnya: "Ciangbunjin telah wafat, Boen Siaw sicu dapat meninggalkan tempat ini"
Boen Ching menjadi tertegun, ternyata Hay Gwat Thaysu
telah wafat, tanpa terasa dengan perlahan ia bangkit berdiri, tampak Hay Hoat Thaysu dan Hay Gong Thaysu telah
memberi hormat yang penghabisan pada jenazah
Ciangbunjinnya, sedang didalam ruangan penyimpanan kitab
itu mulai terdengar nyanyian Pujian kepada buddha yang
maha kasih, dalam hatinya diam2 terasa sedikit bimbang. Baru saja Hay Gwat Thaysu berbicara sangat baik dengannya
dengan wajah yang penuh senyuman, ternyata ia hanya
menundukkan kepalanya saja telah menghembuskan napas
nya yang terakhir.
Seorang hwesio kecil berjalan menghampirinya, tangannya
dirangkapkan kedepan dadanya kemudian, membalikkan
tubuhnya membimbing Boen Ching berjalan keluar dari Siauw
lim Sie, Hweesio kecil itu terus menghantar sampai dibawah
gunung baru berpamitan kembali ke dalam kuiL
Boen Ching segera naik keatas kudanya, dengan perlahan
ia menjalankan kudanya menuju ke daerah Kang Lam.
Kematian Hay Gwat Thaysu ini membuat sikapnya terhadap
Ciangbunjin dari enam partai lainnya di kemudian hari banyak memberi kelonggaran.
Boen Ching berjalan menuju kedaerah Kang Lam, selama
peejalanan ini ia selalu mencari kabar serta mengenai diri Shie Siauw Ini disamping itu juga memperdalam ilmu silatnya tetapi jejak dari Shie Siauw In selamanya tak pernah dijumpai-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
sedang diapun tak dapat menanyakan kepada orang lain,
karena Shie siauw In telah menanam banyak permusuhan
didalam dunia kangouw.
Sepuluh hari kemudian, dia telah tiba ditepi danau Thay
ouw tetapi belum juga menemukan jejak dari Shie-siauw In.
Tiba2 ia teringat pada tanda pengenal dari batu giok putih
pemberian Hay Gwat Thaysu, pikirnya. "Entah dapatkah aku menggunakan tanda pengenal ini untuk mencari jejaknya?"
Sedang ia berpikir, seekor kuda putih telah berhenti
dihadapannya, dia segera dongakkan kepalanya memandang,
tampak yang datang ternyata adalah orang lelaki pertengahan yang berusia kira2 empat puluh tahun, sekilas pandang saja ia telah mengetahui bahwa orang itu adalah seorang jagoan dari Bu Lim, entah orang ini mengandung maksud apa,
mungkinkah ia adalah satu orang dari enam partai lainnya.
pada saat itu ia perbuat terhadap orang ini-Orang lelaki
berusia pertengahan itu dengan tertawa berkata. "Saudara mungkin adalah Boen Ching, Boen siauwhiap yang
menggentarkan sungai telaga." Boen Ching tersenyum,
sahutnya. "Tidak berani, Cayhe benar adalah Boen Ching, entah
saudara mencari diriku mempunyai urusan apa?"
Orang lelaki berusia pertengahan itu tertawa katanya.
"Cayhe adalah Hwee Ci Ling atau Si Trenggiling api, Cahye dari Eng Hong Pang atau perkumpulan Elang Sakti didaerah
sungai Tiangkang yang mendapat perintah dari Siauw Touwcu
untuk mengundang Boen Siauwhiap berpesiar ditelaga Thay
ouw." Boen Ching diam-diam merasa terkejut, dia pernah
mendengar nama "Eng Hong Pang" sebagai suatu
perkumpulan yang paling besar disaat ini, sepanjang pantai
sungai Tiang Kang seluruhnya merupakan daerah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
kekuasaannya, kini mereka mengundang dirinya entah dengan
maksud tujuan apa.
Si Trenggiling api, dengan tertawa, ujarnya.
"Cahye tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Boen Ching, Boen Siauwhiap tak usah banyak bercuriga, Siauw Touwcu
kami sangat kagum terhadap diri Boen Siauwhiap, maka
sengaja perintahkan aku datang kemari untuk mengundang
saudara, tidak ada tujuan lain selain itu."
Boen ching menganggukkan kepalanya, pikirnya.
"Ini hari tidak mengikuti dia sudah tentu tidak mungkin, lebih baik aku ikut pergi lihat orang macam apakah Siauw
Touwcu dari perkumpulan Elang Sakti ini, aku dengar Pangcu
dari perkumpulan ini adalah Siauw Siang Kiam Khek atau si
jago pedang dari daerah Siauw Siang, Bwee Hong. orang ini
adalah seoraog yang jujur, bahkan kepandaiannya sangat
tinggi dan menguasai tujuh puluh dua perkumpulan di
sepanjang sungai Tiang kang. Siauw Touwcu itu tentu nya
adalah puteranya, aku dengar Bwee Hong hanya berusia
sekitar empat puluhan tahun, kiranya usia puteranya juga
tidak akan lebih besar dari belasan tahun, tidak ada salahnya kalau aku pergi melihat-lihat." Ia segera menganggukkan kepalanya menyetujui.
---ooo0dw0ooo---
TUJUH TINDAK PENCABUT NYAWA
BOEN CHING mengikuti Si Trenggiling api cah We menuju
ketepi telaga Thay-ouw, dua orang itu baru saja sampai ditepi telaga, tampak sebuah perahu dengan sangat cepat datang
mendekati mereka. cah We dan Boen ching segera naik keatas
perahu itu. Setelah cah We memberi tanda pada orang-orang
di perahu itu, perahu tersebut segera putar haluan dan
berlayar menuju ke tengah telaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Boen ching memandang terpesona ke tengah telaga,
selama sepuluh tahun ia dibesarkan dipulau Ie Bok To. tiap
hari yang nampak hanyalah ombak yang besar, jika
dibandingkan dengan telaga yang tenang seperti kaca ini
sungguh sangat berbeda. cah We dengan tersenyum berkata
kepada Boen ching:
"Kami dengar Boen Siaw hiap dibesarkan dipulau Ie Bok To dilautan Timur, entah benarkah berita itu ?"
Dengan tertawa jawab Boen ching. "Suhuku memang benar
adalah Ie Bok Tocu dari lautan Timur"
cah We tertawa, setelah termenung sejenak. ujarnya:
"Siauw Toweu kami dengar katanya semangat dan
kejantanan Boen Siawhiap sangat jarang yang dapat
menandingi didalam Bulim, dia sangat kagum dengan Boen
Siauwhiap. waktu ini yang berani melawan tujuh partai besar berbareng, kiranya hanyalah Boen Siauwhiap seorang"
Boen ching tertawa tawar dan tidak menjawab, sedang
dalam hatinya diam2 membatin-
"Pengaruh dari tujuh partai besar sungguh tak dapat
dipandang rendah, cah We ini kelihatannya tidak rendah di
dalam perkumpulan Elang Sakti, ternyata juga masih
mempunyai rasa jeri terhadap Tujuh Partai besar"
Sementara itu perahu tersebut masih melintasi diatas
telaga yang tenang itu, tampak dari jauh sebuah perahu besar menghampiri mereka dengan perlahan-Seorang pemuda yang sangat tampan wajahnya dan
memakai pakaian berwarna abu-abu muncul diujung perah
sambil memberi hormat kepada Boen ching, ujarnya.
"Tak tahu kalau Boen Heng datang berkunjung, sehingga
aku tak menyambut dari jauh, harap suka dimaafkan"
Boen ching sambil tertawa membalas hormat, sahutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Aku kira saudara tentunya adalah Siaw Tocu, aku Boen
ching ini hari dapat bertemu dengan saudara, sungguh merasa sangat beruntung."
Hwee cie Ling atau Trenggiling api, cah We segera
meloncat keperahu besar itu disusul Boen ching
dibelakangnya, sesampainya diatas perahu besar itu, cah We
segera memberi hormat kepada pemuda itu sambil berkata.
"Ketua cabang dari perkumpulan Elang Sakti menunggu
perintah selanjutnya dari Siauw Touwcu"
Pemuda itu sambil tersenyum ujarnya. "cah Touwcu itu
silahkan beristirahat "
Boen ching setelah berada diatas perahu itu, segera dapat
memandang dengan jelas wajah pemuda itu, dia
memperhatikan pemuda itu sejenak. sedang dalam hatinya
diam2 berpikir.
"Sungguh tampan pemuda ini, jika dia seorang gadis aku kira kecantikannya juga tidak kalah dari kecantikannya Siauw In sumoay" Berpikir sampai disitu dia menjadi tertawa sendiri, pikirnya lagi. "orang itu adalah seorang pria, mengapa aku harus memikirkan yang bukan-bukan" Terdengar pemuda itu sambil tersenyum memperkenalkan diri pada Boen ching,
ujarnya. "cayhe Bwee Giok, sungguh sangat bangga dapat
mengundang Boen heng datang kemari, siauw-te telah lama
mengagumi kejantanan dari Boen- heng, ini hari dapat
bertemu muka dengan saudara membuat aku sangat puas"
Boen ching sambil tertawa tanyanya.
"Bwee heng mengundang aku, entah ada urusan penting
apa ?" Sedang mata Bwee Giok memancarkan sinar tajam, sambil
menunjuk ketengah telaga katanya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"Boen dibesarkan dilautan Timur, entah pandangan
dilautan Timur jika dibandingkan dengan pandangan ditelaga
ini mana yang lebih indah ?"
Boen ching nampak Bwee Giok menghindarkan diri tak mau
mengatakan urusan yang sebenarnya, sambil tersenyum
jawabnya. "ombak dilautan Timur lebih besar dan lebih hebat daripada telaga ini" Bwee Giok menjadi tertawa, ujarnya.
"Apakah sungguh " jika lain kali ada kesempatan tentu aku akan berpesiar ke lautan Timur, entah Boen hong mau
membawaku tidak?"
"Bwee heng kalau sungguh datang kelautan Timur, Siauw
te tentu akan berusaha melayani dengan sebaik mungkin"
Jawab Boen ching.
Pada saat itu perahu telah membelok kearah gunung cun
San dan berlayar maju dengan pesatnya.
Bwee Giok memandang terpesona pada telaga itu,
sepertinya sedang memikirkan sesuatu urusan yang rumit,
Boen ching yang berdiri berdekatan dengan dia juga tak mau
banyak berbicara, kedua orang itu bersama-sama memandang
ketengah telaga. Tak lama kemudian sampailah mereka dikaki
gunung coen San-
Sambil tertawa ujar Bwee Giok.
"Jika Boen heng tidak menolak. silahkan bersama-sama
Siaw te mengunjungi markas kami digunung cung san untuk
membicara kan sesuatu hal."
Begitu dua orang itu turun dari perahu, ditepi pantai itu
sudah ada orang yang datang menyambut, yang berdiri
disamping depan adalah seorang kakek tua yang rambutnya
telah beruban menjadi putih seluruhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Bwee Giok setelah turun dari perahu segera
memperkenalkan kepada Boen ching kakek tua itu, ujarnya.
"Ini adalah kawan akrab ayahku, "Wu San Weu Pauw" atau Si macan tutul dari gunung Wu San, Tong Yun Siauw"
Boen ching ketika mendengar orang yang berdiri
dihadapannya itu adalah si macan tutul dari gunung Wu San,
diam-diam dia merasa sangat terkejut, pada waktu dulu
pernah Tong Yun Siauw digunung Wu San dengan sepasang
cakarnya telah membunuh mati "Wu San ciet Koay" atau tujuh manusia aneh dari gunung Wu-san sehingga namanya
menggetarkan sungai telaga, kini ternyata dia adalah tamu
terhormat dari perkumpulan Elang sakti, hal ini merupakan
suatu hal yang tak diduga olehnya. Dengan cepat ia memberi
hormat, sambil tersenyum ujarnya.
"Nama besar dari Tong cianpwee, boanpwee telah sejak
dahulu mendengarnya, ini hari dapat bertemu dengan
cianpwee sungguh membuat aku sangat gembira."
Wu san Wen pauw atau si Macau tutul dari gunung Wu
san, Tong Yun siauw tertawa besar, sahutnya.
"Loote, tak usah sungkan2 pada saat ini orang-orang Bulim yang masih memuji aku selain Bwee Hong, dapat dihitung
adalah kau."
Boen ching segera mengucapkan kata2 merendah, tiga
orang itu kemudian bersama-sama memasuki ruangan tengah.
Pada ruangan itu telah disediakan sayur dan arak, Boen
ching dipersilahkan menduduki tempat atas dengan Tong Yun
siauw mengapit Bwee Giok di tengah.
Pada perjalanan tadi dia telah nampak sikap ramah tamah
dari Bwee Giok membuat dalam hatinya diam2 memuji tingkah
laku serta sikapnya yang sangat simpatik itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
Setelah semua menduduki pada tempatnya masing2, Bwee
Giok sambil tersenyum mengangkat cawan araknya ujarnya
kepada Boen ching.
"Boen heng, ini hari kita berdua dapat bertemu muka, aku menghormati kau satu cawan"
Boen ching segera mengangkat cawannya, sekali teguk
menghabiskan isinya, tetapi segera dia nampak sinar mata
Tong Yun Siauw yang memandang pada Bwee Giok dengan
sinar mata yang sangat mencurigakan.
Ketika ia memandang kearah Bwee Giok, tampak dia baru
saja minum araknya satu tegukan, wajahnya telah berubah
menjadi merah padam, agaknya dia tak tahan terhadap
kekerasan arak itu. Sambil tertawa kata Tong Yun siauw.
"Keponakanku ini selamanya tak dapat minum arak, ini hari entah mengapa ternyata timbul keinginannya untuk minum
arak" Dalam hati Boen ching diam-diam juga merasa curiga tetapi
tak enak untuk di utarakannya.
Hwee cie Ling atau si Trenggiling api cah We segera
bangun dan berkata pada Boen ching.
"Kami dengar kepandaian Boen siauw hiap sangat hebat, ini hari dapat bertemu muka, kami mengharapkan Boen siauw
hiap mau mendemonstrasikan kepandaiannya kepada kami."
Ruangan itu segera menjadi ramai oleh sorakan para
penonton dan menyetujui usul itu, Bwee Giok segera menoleh
sambil tertawa, iapun berkata pada Boen ching dengan nada
halus: "Saudara2 itu semuanya sungguh tak tahu aturan, harap
Boen heng jangan merasa tersinggung"
Boan ching segera bangun berdiri, sambil tersenyum
sahutnya: Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ ***file google dokumen ini published by Saiful Bahri situbondo seletreng ***
"chayhe Boen ching baru saja pertama kali berkelana
didunia kangouw, saudara-saudara yang berada disini
kebanyakan adalah cianpwee- cianpwee, aku mana berani
memamerkan kejelekanku dihadapan saudara-saudara, tetapi
cay Toauweu telah membuka mulut, aku Boen ching terpaksa
turut perintah saja"
Dia tahu Bwee Giok ingin mencoba kepandaiannya, jika dia
tak memamerkan sedikit kepandaiannya juga tak mungkin,
sejak dia terjun kedalam dunia kangouw selamanya belum
pernah menggunakan senjata rahasia, tetapi dia tahu jika
membicarakan tentang senjata rahasia, Suhunya Ie Bok Tocu
dapat dihitung sebagai nomor satu, waktu berlatih Ie Bok
Kiam Hoat, banyak jurus yang harus menggantungkan
kekuatan jari tangan, sehingga kalau dilihat, maka kehebatan menggunakan kekuatan jari dapat dihitung Ie Bok Tocu lah
paling lihay. Pada waktu itu Tan coe coen sangat sayang pada Shie Yun
Ku tetapi Shie Yun Ku adalah seorang gadis sehingga sangat


Bentrok Rimba Persilatan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lemah, Tan coe coen tak dapat berbuat apa2, maka dia
menurunkan kepandaian- kepandaian yan
^