Pencarian

Dewi Ular 1

Dewi Ular Karya Kho Ping Hoo Bagian 1


( Seri " 02 dari Gelang Kemala )
di http://cerita-silat.mywapblog.com
Karya : Asmaraman S Kho Ping hoo Dewi Ular Editor oleh : aaa dan Muk San Ebook oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ http://dewikz.byethost22.com/
http://cerita-silat.co.cc/ http://ebook-dewikz.com
Jilid 01 Tidak dapat di sangkal pula , seperti terbukti dalam catatan sejarah bahwa di antara semua kaisar bangsa Mancu yang memerintah seluruh Cina , Kaisar Kian Liong merupakan seorang pemimpin yang pandai mengambil hati rakyat Cina . Biarpun bangsa Mancu menjajah Cina , namun kenyataannya , mereka itu mencontoh semua peradaban dan kebudayaan Cina , bahkan berusaha untuk bersikap lebih Cina daripada bangsa Cina sendiri .
Kaisar Kian Liong merupakan seorang pemuda yang suka membaur dengan rakyat di waktu masih menjadi pangeran , bahkan memasuki dunia kang-ouw sehingga dia popular sekali di kalangan dunia persilatan , disenangi dan di hormati banyak pendekar karena sikapnya yang baik . Namun , sejak masih menjadi pangeran , Kaisar Kian Liong diam-diam juga merupakan kaisar yang romantis , bahkan dapat di bilang mata keranjang . Namun , karena sikapnya yang baik dan bijaksana dan karena keahliannya dalam kesusasteraan dan kesenian , dia di puji banyak orang , bahkan di juluki Pangerang Mulia ! .
Agaknya memang tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna . Betapa banyak sifat-siaft baik yang di miliki seseorang , pasti dia memiliki kelemahan dan cacat . Agaknya , satu di antara kelemahan yang dimiliki Kian Liong adalah wanita cantik . Matanya selalu silau oleh kecantikan wanita , dan dia akan mengejar dan merayunya dengan segala cara untuk memiliki wanita itu . Hanya , karena pandainya dia menyimpan rahasia dan kesenangannya ini dilakukan secara rahasia , banyak orang yang tidak mengetahuinya . Bahkan di waktu keluyuran ke rumah-rumah pelesiran , bersenang-senang dengan wanita-wanita pelacur yang tercantik . Tentu saja semua ini di lakukan dengan rahasia , dengan menyamar sebagai seorang pemuda hartawan biasa , seorang kongcu ( tuan muda ) yang tampan dan royal .
Ketika dia masih muda , sebagai Pangeran Mulia yang tidak lama lagi akan menggantikan kedudukan Kaisar Yung Ceng , pada suatu hari Pangeran Kian Liong bertemu dengan seorang wanita di istana yang membuat dia tergila-gila . Akan tetapi setelah dia mendengar bahwa wanita itu adalah Nyonya Fu Heng , isteri dari salah seorang kakaknya , kakak tiri yang terlahir dari selir . Nyonya Fu Heng dalam pandang mata Kian Liong nampak demikian cantiknya sehingga setelah pertemuan itu , dia tidak dapat tidur karena bayangan nyonya cantik itu selalu terbayang di depan matanya ! . Kian Liong menjadi bingung dan menderita rindu dendam yang tidak dapat di obati dengan wanita-wanita cantik lainnya . Keinginannya hanya satu , yaitu memiliki Nyonya Fu Heng yang wajahnya cantik jelita dan bentuk tubuhnya denok menggairahkan itu ! .
Tentu saja tidak mudah bagi Pangeran Kian Liong untuk mendapatkan bunga impiannya itu sehingga dia tidak enak makan dan tidak nyenyak tidur , membuat tubuhnya menjadi kurus dan mukanya pucat . Untung baginya bahwa seorang pembantu pribadinya , Thaikam ( sida-sida ) Siau Hok Cu yang sangat setia kepadanya , amat memperhatikannya dan thaikam itu tahu bahwa majikannya sedang berada dalam keadaan prihatin . Dengan berani dia menghadap majikannya yang sedang duduk menunjang dagu dan berulang kali menghela napas panjang itu .
" Ah , paduka junjungan hamba , Hamba melihat dalam beberapa hari ini nampak gelisah dan berduka , kalau malam tidur gelisah dan kalau makan selalu tersisa banyak di mangkok . Sudikah paduka memberitahu kepada hamba apa gerangan yang menggelisahkan paduka sehingga hamba dapat berusaha mencarikan obatnya " Apakah paduka berduka karena Yang Mulia Kaisar sedang menderita penyakit berat ?" .
" Aih , Hok Cu . Tentu saja aku bersedih karena Sri Baginda Kaisar sakit , akan tetapi kenyataan itu sudah dapat ku terima dengan wajar . Bukan, bukan karena Sri Baginda Kaisar sakit , Hok Cu " .
" Kalau begitu , apa gerangan yang membuat tuanku berduka dan gelisah " Percayalah , hamba akan berusaha sekuat tenaga untuk mencarikan obatnya " .
Pangeran Kian Liong memandang pembantunya yang usianya sudah lima puluh tahun lebih itu dengan penuh harapan . " Benarkah engkau akan dapat mencarikan obatnya , Hok Cu ?" .
" Kalau saja paduka sudi memberitahukan sebabnya saya akan berusaha sekuat kemampuan saya untuk mencarikan obatnya " .
" Begini Hok Cu . Beberapa hari yang lalu aku melihat seorang wanita di istana ini dan sejak itu aku tidak mampu melupakannya , bayangannya selalu bermain di depan mata sehingga tidurku terganggu dan selera makan ku lenyap . Hok Cu , kalau aku tidak bisa mendapatkan wanita itu , aku akan merasa sengsara hidupku " .
Siau Hok Cu tersenyum memperlihatkan deretan gigi yang sudah ompong .
" Ah , kalau Cuma wanita yang membuat paduka gelisah , apa sih sukarnya " Wanita mana di dunia ini yang tidak akan membuka lengan dan hatinya untuk menyambut cinta kasih paduka " Katakanlah , pangeran . Siapa wanita yang telah mengusik hati paduka itu ?" .
" Inilah yang membingungkan hatiku , Hok Cu . Setelah ku selidiki , wanita itu bernama Nyonya Fu Heng dan ia adalah iparku sendiri , isteri dari kakakku Pangeran Kian Ki " .
Siau Hok Cu mengangguk-angguk dan mengusap dagunya yang tidak berambut .
" Pangeran Kian Ki adalah kakak tiri paduka , kalau memang paduka menghendaki isterinya , apa sih sukarnya " " kata Thaikam itu sambil tersenyum .
" Benarkah , Hok Cu " Akan tetapi bagaimana caranya " Tidak mungkin aku berterang menyatakan cintaku kepadanya !" .
" Tentu saja tidak demikian caranya , tuanku . Serahkan saja urusan ini kepada hamba dan hamba akan mengatur agar tuanku dapat bertemu berdua saja dengannya " .
Pangeran Kian Liong girang bukan main dan menjanjikan hadiah yang besar kepada Siau Hok Cu kalau keinginannya terkabul . Thaikan itu lalu memutar otaknya yang licik dan cerdik , mengatur siasatnya untuk membantu junjungannya .
Pada suatu senja , Nyonya Fu Heng menerima undangan dari Puteri Ting Ci untuk berkunjung kepadanya di Taman Musim Semi Bahagia . Nyonya Fu Heng tidak merasa aneh dengan undangan ini karena sang puteri itu merupakan saudara perempuan suaminya dan seringkali mengundangnya untuk bersenang-senang di taman . Sang puteri Ting Ci telah menjalin persahabatan dengannya . Maka , menerima panggilan atau undangan ini , iapun tergesa-gesa pergi memenuhi undangan . Taman Musim Semi Bahagia itu letaknya di sebelah barat istana pusat dan berada di bagian dari Istana Musim Panas . Perjalanan dilakukan dengan duduk di dalam joli yang di gotong oleh empat orang .
Setelah tiba di taman itu , Nyonya Fu Heng turun di sebuah pondok indah yang berdiri di antara pohon-pohon bamboo yang terawatt , daun-daun bamboo berbisik-bisik di goda angina sepoi . Beberapa gadis dayang cekatan dan lincah menyambutnya .
" Selamat datang , Nyonya . Tuan Puteri baru akan tiba di sini setelah satu jalm lagi , maka Nyonya dipersilahkan menanti di dalam kamar , dan kalau Nyonya menghendaki , hamba akan menyediakan air hangat untuk mandi " .
Perjalanan dari istana ke tempat ini cukup melelahkan dan panas , maka Nyonya Fu Heng dengan senang hati menerima tawaran itu . Para dayang itu dengan hormat mempersilahkan ia masuk ke kamar mandi dan membantu nyonya cantik itu mandi sehingga tubuhnya terasa segar . Air yang di campur dengan minyak bunga itu membuat seluruh tubuhnya segar dan harum . Setelah selesai mandi , para dayang mengantarnya memasuki kamar dan meninggalkannya seorang diri .
Dengan hanya mengenakan pakaian yang longgar dan tembus pandang , Nonya Fu Heng duduk di depan cermin besar dan menyisiri rambutnya yang di biarkan terurai lepas . Rambut itu hitam dan subur , indah sekali dan panjang sampai ke bawah perutnya . Baunya harum ketika ia menyisiri rambut yang mengkilap itu .
Akan tetapi , ia mengangkat muka memandang ke dalam cermin . Pintu yang nampak melalui cermin itu terbuka perlahan dan seorang laki-laki muncul memasuki kamar itu .
Alangkah terkejut rasa hati Nyonya muda itu . Hampir ia menjerit , akan tetapi ketika melihat bahwa yang muncul itu Pangeran Kian Liong , ia tidak jadi menjerit akan tetapi sibuk menutupi tubuhnya yang terbungkus pakaian tipis yang tidak sanggup menutupi tubuhnya dengan sempurna .
Ketika Nyonya Fu Heng membalikkan tubuh dan siap untuk menegur sang pangeran , Pangeran Kian Liong cepat menjatuhkan dirinya berlutut di depannya dan menghunus pedangnya .
" Kalau engkau menjerit , aku akan membunuh diri di depan kakimu !" kata sang pangeran sambil menempelkan pedang di lehernya sendiri . Tentu saja Nyonya Fu Heng menjadi ketakutan . Kalau pangeran itu mati di depan kakinya , tentu ia sendiri juga akan di hokum mati . Dan ia pun teringat bahwa pemuda tampan yang berlutut di depannya itu adalah calon Kaisar , dan tak lama lagi pemuda tampan itu tentu di angkat menjadi kaisar , mengingat bahwa Kaisar yang sekarang sedang rebah dan menderita sakit parah . Maka dengan seluruh muka dan lehernya berubah kemerahan , wanita muda itu berbisik .
" Ssshhhh " jangan begitu , pangeran . Simpan kembali pedangmu yang menakutkan itu ?".." .
Pangeran Kian Liong adalah seorang pemuda yang sudah lama bergaul dengan banyak wanita , maka dia tahu bahwa sikap dan kata-kata Nonya Fu Heng itu menandakan bahwa dia telah memperoleh kemenangan berkat kepintaran Thaikam Siau Hok Cu mengatur siasat ini . Maka , tanpa banyak cakap lagi dia menyimpan pedangnya dan bangkit lalu memondong tubuh Nyonya Fu Heng .
Bunga curian dari kebun orang memang selalu harum , buah curian dari kebun orang memang selalu manis . Kedua orang muda itu tenggelam dalam lautan nafsu asmara yang memabokkan . Di pondok itu hanya mereka berdua karena memang Puteri Ting Ci tidak hendak pergi ke situ . Mereka berdua bermain-main terbang ke angkasa sampai semalam suntuk .
Sejak malam itu , Nyonya Fu Heng tidak pernah mau di dekati suaminya dan pertemuannya dengan Pangeran Kian Liong berlangsung terus . Thaikam Siau Hok Cu yang mengatur pertemuan-pertemuan itu , dan andaikata ada yang tahu sekalipun , siapa berani menegur Sang Pangeran calon kaisar " Andaikata Pangeran Kian Ki mendengar tentang penyelewengan isterinya dengan Pangeran Kian Liong , apa pula yang dapat dia lakukan " Dia hanya seorang pangeran beribu selir , tentu saja kalah pengaruh dan kalah kuasa dibandingkan Pangeran Kian Liong .
Pada suatu hari selagi Pangeran Kian Liong dan Nyonya Fu Heng menikmati anggur pelepas dahaga mereka yang tidak mengenal kepuasan , di siang hari yang dingin , karena musim dingin sudah tiba . Thaikam Siau Hok Cu memasuki kamar itu tergesa-gesa dan memberitahukan kepada Pangeran Kian Liong bahwa Kaisar Yung Chen baru saja meninggal dunia ! Pangeran itu cepat bangkit , berpakaian , dan cepat menuju ke istana induk .
Demikianlah ,satu di antara kelemahan Pangeran Mulia itu adalah wanita dan kegemaran ini di lanjutkan setelah dia menjadi kaisar Kian Liong . Dia memiliki banyak selir dan dayang . Setiap malam dia berganti wanita . Akan tetapi , di samping kegemaran yang yang menggambarkan kelemahannya ini , harus di akui bahwa Kaisar Kian Liong berjasa besar dalam mengembangkan Kerajaan Ceng . Dia pandai mengambil hati para pendekar dan sastrawan , menghargai mereka sehingga banyak pendekar masuk menjadi panglima atau perwira dan banyak sastrawan memegang jabatan penting . Karena Kaisar Kian Liong mementingkan kebutuhan rakyat , maka tidak ada rakyat yang memberontak . Tidak dapat di sangkal bahwa di antara para pendekar dan sastrawan tetap saja ada yang tidak sudi membantu dan bekerja untuk kerajaan penjajah , akan tetapi mereka tidak ada kekuatan dan tidak berani mengadakan gangguan .
Setelah memegang jabatan kaisar selama lima belas tahun , dalam tahun 1750 Kaisar Kian Liong mencapai puncak kejayaannya . Setiap ada pemberontakan di perbatasan yang dilakukan oleh suku-suku bangsa selalu pemberontakan dapat di padamkan . Dia memiliki banyak panglima yang tangguh , di antaranya Jendral Cao Hui . Jendral inilah yang berjasa besar menundukkan para kepala suku di perbatasan dan menindas pemberontakan " pemberontakan yang timbul .
*** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )***
Sebuah puncak di pegunungan Hong-san di sebut Bukit Ular . Di sebut demikian karena memang daerah itu kaya akan binatang ini . Dari jenis ular yang besar dan tidak beracun , sebesar paha orang dewasa sampai jenis kecil namun beracun dan berbahaya sekali walaupun besarnya hanya seberar kelingking orang dewasa . Di sini tanahnya tidak subur , banyak mengandung batu-batu padas dan di sana sini terdapat rumpun bamboo yang liar dan lebat . Di seputar bukit itu terdapat banyak hutan yang lebat dank e hutan-hutan itu lah ular-ular mencari mangsanya akan tetapi selalu kembali ke puncak ini . Karena tempat itu terkenal berbahaya , maka jarang atau hamper tidak pernah ada manusia berani mendaki puncak Bukit Ular .
Pada suatu pagi , di puncak Bukit Ular itu terdapat seorang manusia . Tentu bukan manusia sembarangan yang berani berada di situ seorang diri . Kalau orang tidak memiliki ilmu kepandaian tinggi , sungguh teramat berbahaya berada di situ . Sekali tergigit ular beracun akan dapat membunuhnya , belum lagi kalau bertemu ular besar yang akan dapat membelit , menggigit dan menelannya .
Orang akan merasa lebih terkejut dan heran kalau melihat bahwa orang yang berada di puncak itu adalah seorang gadis yang cantik jelita . Usianya kurang lebih sembilan belas tahun . Pakaiannya berwarna cerah berkembang-kembang . Wajah itu memang manis sekali . Mukanya berbentuk bulat telur , mulutnya yang kecil mungil itu berbibir manis , merah membasah selalu dan seolah tersenyum terus , hidungnya mancung dengan ujung arah menjungat ke atas . matanya mencorong seperti mata Burung Hong , lembut namun amat tajam kalau ia tertawa atau bicara , muncul lesung pipit di kanan kiri mulutnya . Di punggungnya tergantung sepasang pedang dengan ronce merah dan di pinggang terselip sebatang suling .
Dara jelita itu melangkah dengan perlahan dan hati-hati di antara batu-batu padas . Kalau melihat ada lubang , ia lalu berjongkok di dekat lubang kecil itu , mencabut sulingnya dengan tangan kiri dan meniup suling itu yang mengeluarkan suara lembut dan bernada tinggi mengalun . Sambil meniup suling dengan tangan kiri , matanya dengan penuh perhatian menatap lubang kecil di depannya . Tak lama kemudian , sebuah kepala ular yang kecil , sebesar ibu jari , muncul dari dalam lubang , agaknya tertarik oleh suara lengkingan suling . Begitu ular itu muncul sepanjang jari tangan dari lubang , secepat kilat tangan kanan gadis itu menyambar dan tahu-tahu ia telah menjepit leher ular itu dengan ibu jari dan telunjuk kanannya . Ia meletakkan sulingnya ke atas tanah , lalu mengambil sebuah bumbung bambu dari ikat pinggangnya . Ia membuka tutup bamboo itu dengan giginya , lalu menggunakan jari tangan kanan untuk membuka mulutnya . Ia mendekatkan kepala ular di atas lubang bamboo dan ketika ia memperkuat jepitannya pada leher dan kepala ular , maka cairan hijau menghitam keluar dari taring ular itu dan jatuh ke dalam bumbung bamboo . Kiranya gadis itu sedang memaksa ular mengeluarkan bisanya dan di tampung ke dalam bumbung bamboo ! Setelah dari mulut ular tidak menetes racun lagi , ia melepaskan ular yang dengan lemah lalu merayap kembali ke dalam lubangnya . Kemudian ia menutup bumbung , menyelipkan kembali ke ikat pinggangnya dan ia berjalan lagi seperti tadi , meneliti ke bawah untuk mencari liang ular yang di kehendakinya .
Dari bentuk liangnya , gadis itu dapat mengetahui jenis ular yang menjadi penghuninya dan agaknya ia hanya mencari ular tertentu seperti yang di tangkapnya tadi . Ular belang-belang hitam kuning yang amat berbahaya , dan sekali menggigit orang akan sukarlah bagi orang itu untuk dapat hidup . Kalau bertemu dengan liang yang di kehendakinya , gadis itu berhenti dan mengulang perbuatannya yang tadi , menangkap ular belang hitam kuning setelah ular itu di pancing keluar dengan bunyi sulingnya untuk di perah racunnya dan di tampung dalam tabung bambunya .
Agaknya jenis ular yang di carinya itu merupakan ular yang langka dan tidak banyak terdapat di Bukit Ular itu . Ia melangkah terus sampai tiba di bawah sebatang pohon besar . Di atas pohon itu terdapat ular-ular besar yang melingkar di cabang-cabang pohon . Agaknya seekor di antara ular-ular itu , yang terbesar , sedang lapar . Maka , begitu gadis itu duduk di atas pohon yang menonjol di permukaan tanah , ular itupun bergerak perlahan menuruni cabang dimana tadinya dia melingkar . Sama sekali tidak ada suara terdengar ketika tubuhnya merayap turun . Kulitnya yang berwarna kuning kehijauan itu tampak sangat indah , bagaikan lukisan bunga-bunga yang beraneka bentuk . Memang ular itu di sebut Bunga Ular karena lukisan di kulitnya itu . Kulit seperti ini berharga mahal dan di kehendaki banyak orang untuk dijadikan barang-barang dari kulit seperti tas , dompet dan sebagainya lagi .
Gadis itu bukan tidak tahu bahwa pohon itu menjadi tempat tinggal banyak ular besar , akan tetapi ia seperti tidak peduli . Biarpun ia tidak mendengar gerakan ular yang mendekatinya , naum hidungnya dapat menangkap bau yang dikeluarkan ular itu , penciumannya amat tajam . Tanpa menengok ke atas dari mana bahaya maut mengacamnya , gadis ini mengeluarkan suling dari ikat pinggangnya . Padahal ular itu sudah dekat dengan kepala nya dan sekali terkam saja , kepala gadis itu akan masuk ke moncongnya kemudian perlahan-lahan seluruh tubuh gadis itu akan di telan memasuki perutnya yang besar ! .
Begitu gadis itu menempelkan lubang suling pada bibirnya yang merah basah , terdengarlah suara lengkingan suling yang aneh dan merdu . Suaranya mengalun , kadang tinggi kadang rendah akan tetapi bukan sejenis lagu yang enak di dengar , melainkan amat aneh dan asing bagi pendengaran manusia . Akan tetapi , terjadilah keanehan yang akan membuat orang bengong terlongong menyaksikan akibat dari permainan suling itu . Ular besar tadi lalu melorot ke bawah sama sekali tidak kelihatan buas dan liar lagi , melainkan merayap mendekati gadis itu dengan sikap seolah ketakutan . Dan bukan ular itu saja yang menjadi seperti setengah lumpuh . Bahkan ular-ular lain yang masih berada di atas pohon , semua merayap ke bawah dan mengepung gadis itu dalam jarak dua meter , lalu mendekam dan diam saja seperti tertidur !.
Setelah melihat ular-ular yang jumlahnya tidak kurang dari dua puluh lima ekor itu seolah berlutut menyembah kepadanya , gadis itu menghentikan tiupan sulingnya dan bangkit berdiri . Ia tersenyum dan sekali menggerakkan kedua kakinya ia sudah melompat jauh melampaui kepungan ular . Setelah tidak terdengarlagi suara suling , ular-ular itu pun perlahan-lahan mulai bergerak dan merayap naik lagi ke atas pohon .
Siapakah gadis cantik jelita yang dapat menguasai ular-ular itu " Ia seperti seorang pawang ular yang pandai ! Memang demikianlah . Gadis itu bernama Souw Lee Cin yang tinggal berdua saja dengan ayahnya di Puncak Hong-san . Bukan saja ia pandai menguasai ular , dari ular kecil beracun sampai ular besar , namun ia pandai pula bermain silat .
Ayahnya pun bukan orang sembarangan . Ayahnya bernama Souw Tek Bun yang dua tahun lalu di angkat oleh para tokoh kang-ouw sebagai Beng-cu ( Pemimpin ) ! Ayahnya di kenal orang sebagai Souw-taihiap dan pendekar ini amat di segani karena selain ilmu pedangnya terkenal sebagai ilmu pedang keluarga Souw , juga watak dan sikapnya yang gagah perkasa , dapat dipercaya dan selalu menegakkan kebenaran dan keadilan . Karena watak inilah maka dia di pilih menjadi bengcu , walaupun masih banyak datuk persilatan yang tingkat kepandaian lebih tinggi darinya . Untuk menjadi bengcu , orang harus memenuhi tiga syarat , yaitu berilmu tinggi , gagah perkasa dan adil . Souw Tek Bun memenuhi semua syarat itu .
Souw Lee Cin ini , baru dua tahun tinggal bersama ayahnya . Bahkan baru dua tahun ia tahu bahwa Souw Tek Bun adalah ayah kandungnya ! Sejak kecil Lee Cin tinggal bersama subonya ( ibu gurunya ) yang berjuluk Ang-tok Mo-li ( Iblis Betina Racun Merah ) yang tinggal di Bukit Ular Merah di Lembah Huang-ho .
Sejak kecil ia di gembleng ilmu-ilmu yang tinggi oleh gurunya itu yang memiliki ilmu kepandaian luar biasa . Setelah Lee Cin berusia tujuh belas tahun , ia di perintahkan oleh gurunya itu untuk pergi mencari Souw Tek Bun dan membunuh musuh besar gurunya itu ! Lee Cin berhasil bertemu dengan Souw Tek Bun dan menantangnya , akan tetapi pendekar itu dapat menduga bahwa Souw Lee Cin yang ketika itu memakai nama marga Bu , menjadi Bu Lee Cin , bukan lain adalah puterinya sendiri yang di lahirkan Bu Siang atau yang berjuluk Ang-tok Mo-li itulah ! Setelah ibunya atau gurunya muncul dan memaksanya menyerang Souw Tek Bun , baru Lee Cin percaya bahwa pendekar itu adalah ayah kandungnya dan gurunya itu bukan lain adalah ibu kandungnya ! .Melihat betapa jahat ibunya , Lee Cin bahkan membantu ayah kandungnya dan berhasil keduanya mengusir Ang-tok Mo-li . Semenjak itulah Lee Cin tinggal bersama ayahnya dan mengubah namanya menjadi Souw Lee Cin bukan marga Bu lagi .
Kalau ia teringat akan ibunya , bermacam perasaan menggetarkan hatinya . Ia mencinta gurunya itu sebelum ia tahu akan rahasia antara ayah dan ibunya . Dan tentu saja ia mencinta wanita itu setelah mengetahui bahwa gurunya adalah ibunya . Akan tetapi ia pun merasa penasaran dan menyesal sekali mengapa ibunya demikian jahat , hendak mengadu domba antara ia dan ayahnya sendiri , ingin melihat ia membunuh ayahnya atau di bunuh ayahnya ! Ia merasa menyesal mengapa ibunya demikan jahatnya sehingga ayahnya dahulu tidak mau menikahinya setelah melihat betapa ibunya adalah seorang tokoh sesat di dunia persilatan .
Akan tetapi , semua ilmu yang dimilikinya adalah gemblengan ibunya . Ibunya memiliki ilmu kepandaian yang lebih tinggi dari pada ayahnya . Dari ibunya dia memiliki keahlian sebagai pawing ular . Selain ilmu aneh ini , ia pun menguasai ilmu-ilmu silat yang tinggi dari ibunya , di antaranya yang dahsyat adalah Ang-tok-ciang ( Tangan Racun Merah ) yaitu ilmu silat tangan kosong dengan pukulan tangan mengandung hawa beracun , dan juga Ang-coa-kiamsut ( Ilmu Pedang Ular Merah ) yang dimainkan dengan pedangnya yang bersinar merah dan tipis sekali dapat di pakai sabuk dan bentuknya seperti ular , di sebut Ang-co-kiam ( Pedang Ular Merah ) . Baru dua macam ilmu silat itu saja sudah membuat Lee Cin menjadi seorang gadis yang sukar di cari tandingnya , apalagi dara perkasa ini pernah menerima ilmu totokan It-yang-ci dari In Kong Thaisu , ketua Siauw-lim-pai di Kwi-cu . Tingkat kepandaiannya demikian tinggi sehingga ayahnya sendiri , Souw Tek Bun yang menjadi Bengcu , masih kalah olehnya ! .
Pada pagi hari itu , Lee Cin mengumpulkan racun ular belang hitam kuning untuk dibuat obat penawar racun dari gigitan binatang beracun lain . Racun dari ular hitam kuning ini selain mengandung racun yang amat kuat , juga kalau di campur dengan beberapa macam rempah-rempah tertentu , racun ini dapat menjadi obat yang menawarkan segala macam bisa . Pengetahuan ini ia dapatkan dari ayahnya yang menyetujui kalau ia mencari dan mengumpulkan bisa itu .
Setelah melepaskan diri dari ular " ular besar , Lee Cin melangkah perlahan hendak menuruni Puncak Bukit Ular itu . Tiba-tiba ia melihat bayangan tiga orang mendaki puncak dari arah lain dan melihat betapa tiga orang itu dapat bergerak cepat ketika mendaki , tahulah ia bahwa mereka adalah orang-orang yang memiliki ilmu berlari cepat . Ia melihat betapa mereka bertiga itu dengan ringan meloncati batu-batu dan melihat pakaian mereka yang ringkas , masing-masing membawa tongkat panjang dan karung , ia dapat menduga bahwa mereka tentulah sebangsa pemburu binatang . Tadinya ia tidak memperdulikan . Akan tetapi ia teringat akan sesuatu . Kalau mereka itu pemburu binatang hutang , mengapa naik ke puncak Bukit Ular ini " Seharusnya mereka memburu binatang di dalam hutan . Ah , tidak salah lagi , mereka pasti akan memburu ular-ular ! .
Lee Cin mengerutkan alisnya yang kecil hitam dan ia pun lalu mempergunakan keringanan tubuhnya untuk kembali mendaki puncak itu . Kini ia melihat betapa tiga orang tadi sudah berkumpul di bawah pohon besar yang menjadi tempat tinggal ular-ulang besar . Mereka memegang tongkat panjang yang ternyata adalah semacam tombak yang ada kaitannya . Ketika mereka menggerakkan tombak di tangan dan di lontarkan ke atas , jatuhlah tiga ekor ular besar yang kepalanya telah tertancap tombak-tombak itu ! .
" Wahhh , yang ini besar sekali !" kata seorang .
" Kulitnya indah lagi , tentu akan laku mahal ! " seru orang kedua .
" Dagingnyapun perlu di bawa , daging ular sebesar ini akan menjadi santapan lezat dan berharga mahal ! kata orang ke tiga .
Melihat dan mendengar ini , Lee Cin sudah marah sekali . Ia melihat tiga orang itu sudah mencabut tombak mereka dari kepala tiga ekor ular yang menggeliat-geliat sekarat dan sudah siap untuk melontarkan tombak mereka kepada korban lain .
" Tahan ?". ! " Ia membentak dan sekali melompat ia telah tiba di belakang orang-orang itu . Tiga orang itu terkejut dan cepat membalikkan tubuh , terbelalak melihat seorang gadis yang cantik jelita di tempat itu .
" Nona , kenapa engkau menahan kami ?" Tanya seorang .
" Seorang gadis muda seperti engkau , mau apa berada di tempat seperti ini ?" kata orang ke dua .
" Tempat ini berbahaya sekali bagi seorang gadis seperti engkau !" kata orang ke tiga .
Kini Lee Cin melihat betapa tiga orang itu memakai sepatu yang tinggi sampai ke lutut . Kulit kering yang kuat melindungi kaki mereka dari bahaya gigitan ular-ular berbisa .
" kalian bertiga tidak boleh membunuhi ular-ular itu !" kata Lee Cin dengan suara ketus .
" Kenapa tidak boleh ?" Tanya seorang .
" Kami sudah membunuh tiga ekor !" kata orang ke dua .
" Kami memang pemburu ular , ada hak apakah engkau melarang kami ?" kata orang ke tiga .
" Tidak perlu banyak cakap . Pokoknya , kalian tidak boleh berburu ular di Bukit Ular ini ! Aku berhak melarang karena ini termasuk wilayah kekuasaanku !" .
Tiga orang itu saling pandang dan merasa lucu . Mereka adalah orang-orang yang usianya kurang lebih empat puluh tahun dan sudah belasan tahun mereka menjadi pemburu ular . Baru sekali ini bertemu dengan seorang gadis cantik yang melarang mereka berburu ular .
Setelah saling pandang , ketiganya tertawa . Mereka adalah orang-orang yang memiliki kepandaian silat tinggi , tidak gentar menghadapi binantang hutan yang bagaimana pun buasnya . Tentu saja mereka tidak takut menghadapi seorang gadis begitu cantik .
" Bagaimana kalau kami melanjutkan perburuan kami dan membunuh sebanyak mungkin ular ?" Tanya mereka hamper berbareng .
Sepasang mata Lee Cin mencorong . " Kalau begitu kalian pilih mati di tanganku atau mati di keroyok ular !" .
Mendengar ini , tiga orang itu menjadi marah sekali . Selama hidup mereka baru sekali ini ada orang melarang mereka berburu ular dengan ancaman akan di bunuh pula ! " .
" Eh , nanti dulu , nona ! Apa kau kira kami bertiga ini anak-anak kecil yang takut mendengar ancamanmu yang tidak masuk di akal " Orang selemah engkau ini bagaimana akan dapat membunuh kami " Dan ular-ular itu bagaimana pula dapat mengeroyok kami ?" .
" Hemmm , dengan mudah sekali aku akan membunuh kalian bertiga " , kata Lee Cin dengan mulut tersenyum dingin .
Tiga orang itu memegang tombak mereka di tangan kanan dan kembali mereka saling pandang lalu tertawa . Mereka anggap gadis cantik ini lucu sekali .
" Eh eh , dengan apa engkau akan membunuh kami , nona manis ?" ejek orang kedua .
" Dengan ini !" kata Lee Cin dan begitu ia menggerakkan tangan ke pinggang , ia telah meloloskan " ikat pinggang" hitam yang kemudian ternyata adalah seekor ular hitam yang panjang ! Ketika tadi melilit pinggang gadis yang ramping itu , semua orang mengira bahwa hitam-hitam itu adalah sabuk ikat pinggang . Siapa kira benda itu adalah seekor ular hitam yang hidup ! .
" Wah , jangan main-main , nona . Biarpun engkau menggunakan seekor ular sebagai senjata , kau tidak akan mampu menandingi kami . Dengan memiliki sedikit ilmu silat , jangan engkau menggertak dan menakut-nakuti kami ! " .
" Majulah kalian bertiga dan dalam waktu singkat kalian bertiga akan mati !" .
Tiga orang itu kini menjadi marah sekali dan menganggap bahwa gadis itu seorang yang tidak waras otaknya atau seorang gadis yang sombong sekali . Mereka tidak berniat mencelakai gadis cantik itu , akan tetapi panas perut mereka mendengar tantangan itu .
" Mari kita beri hajaran kepadanya !" kata orang pertama . Tiga orang itu mengepung Lee Cin , tersenyum-senyum seperti tiga orang dewasa mempermainkan seorang anak kecil yang nakal . Akan tetapi Lee Cin berdiri saja dengan tenang , sama sekali tidak bergerak walaupun dua orang berdiri di belakangnya dan siap untuk menyerangnya . Karena tiga orang pemburu ular itu menganggap gadis itu hanya menggertak saja dan juga karena mereka tidak ingin mencelakai Lee Cin , maka mereka bertiga melepaskan tombak mereka dan bermaksud menyerang gadis itu dengan tangan kosong saja .
" Lihat serangan kami !" . Orang yang berhadapan dengan Lee Cin membentak dan mulai menyerang dengan cengkraman tangan ke depan . Berbareng pada saat itu , dua orang temannya yang berada di belakang Lee Cin juga sudah menyerang . Seorang mencengkram kea rah pundak kiri dan seorang lagi menampar kea rah punggung .
Dengan gerakan tenang namun lincah sekali , Lee Cin mengelak dari tiga serangan itu dengan jalan meloncat ke kiri membalik dan menangkis penyerang yang menampar punggungnya . Ia sudah melibatkan ular hitam di lehernya dan melihat tiga orang itu tidak menggunakan senjata ia pun tidak ingin menggunakan ular hitamnya .
" Dukkk !" Orang yang tertangkis pukulannya itu terpelanting . Bukan main kagetnya ketika bahwa lengannya seperti bertemu dengan baja yang amat kuat . Akan tetapi dia dapat berjungkir balik dan tidak sampai terbanting roboh .
Tiga orang itu menyerang , kini lebih berhati-hati . Akan tetapi Lee Cin bergerak cepat , dan tiba-tiba mereka hanya melihat bayangan berkelebat dan tahu-tahu gadis itu lenyap dari tengah kepungan mereka . Sebelum mereka sempat membalikkan tubuh , dua kali tangan Lee Cin menampar dan dua orang dari mereka terjengkang dan terbanting dengan keras ke atas tanah berpadas . Yang seorang lagi cepat membalikkan tubuh , akan tetapi hanya untuk menerima sebuah tendangan yang mengenai dadanya dan diapun terpelanting roboh ! .
Baru terbukalah mata tiga orang pemburu ular ini bahwa mereka berhadapan dengan seorang gadis yang amat lihai , yang mampu merobohkan mereka bertiga hanya dalam dua gebrakan saja ! Mereka menjadi marah dan menyambar tombak masing-masing , kini mengepung lagi dengan tombak di tangan . Akan tetapi gadis itu hanya tersenyum mengejek . Kini telah mengukur kepandaian mereka dan maklum bahwa baginya tiga orang itu merupakan lawan yang lunak sehingga tidak perlu ia harus menggunakan senjata maupun ularnya . Tiga batang tombak menyerangnya dengan ganas dari tiga jurusan , akan tetapi tubuh Lee Cin mencelat ke atas sehingga tiga ujung mata tombak tidak mengenai sasaran . Ketika tiga orang itu mengejarnya dengan tombak menyerang ke atas , bagaikan seekor burung Lee Cin hinggap dengan kakinya menginjak tiga ujung tombak yang runcing , lalu melompat lagi ke atas berjungkir balik dan dalam keadaan kepala di bawah kini ia menukik ke bawah , berhasil menampar dua orang dengan kedua tangannya .
" Pla-plak !" Dua orang itu kembali terjungkal . Yang seorang menusukkan tombaknya , namun tombak itu dapat di tangkap Lee Cin dari samping dan sekali membuat gerakan menekuk , tombak itu patah pada tengahnya dan sebuah tendangan membuat orang ke tiga ini terjengkang .
Sekali ini tamparan dan tendangan Lee Cin lebih kuat lagi sehingga tiga orang itu tidak dapat segera bangkit . Lee Cin tersenyum mengejek .
" tiga orang macam kamu berani melawan nonamu " Sekarang hadapilah kematianmu di keroyok ular !" Gadis itu lalu mencabut sulingnya , meniup suling sehingga terdengar suara melengking-lengking . Tiga orang itu tadinya tidakmengerti mengapa gadis yang lihai itu meniup suling , akan tetapi mereka tidak bertahan mendengar lengkingan suling yang seolah-olah akan memecahkan telinga mereka . Ketiganya lalu menggunakan kedua tangan untuk menutupi telinga mereka . Akan tetapi kini mereka terbelalak dengan wajah pucat . dari mana-mana berdatangan ular yang banyak sekali . Semua ular yang berada di pohon itu merayap turun dan dari empat penjuru juga berdatangan ular-ular besar kecil dan banyak ular yang memiliki bisa yang jahat sekali ! .
Melihat betapa ular-ular itu makin mendekat dan mengepung mereka sedangkan gadisi cantik itu tetap berdiri meniup suling , tiga orang ini menjadi ketakutan dan segera menjatuhkan diri berlutut .
" Nona , ampunkan kami " ampunkan kami ?".. ! " Mereka meratap dan menangis saking ngeri dan takutnya melihat banyak ular mendesis-desis marah .
Sejak kecil Lee Cin di gembleng oleh gurunya yang juga ibu kandungnya sendiri , Ang-tok Mo-li . Wanita ini merupakan seorang datuk sesat dunia kang-ouw yang berwatak keras dan kejam . Karena di gembleng oleh wanita seperti itu , Lee Cin menjadi dewasa dengan watak yang keras pula , dan kalau perlu dapat bertindak kejam terhadap musuh-musuhnya . Akan tetapi begitu melihat tiga orang itu berlutut dan merayap minta ampun , ia teringat akan nasehat ayahnya dengan siapa ia hidup bersama selama dua tahun ini .
" Jangan sembarangan membunuh orang , kecuali kalau terpaksa untuk membela diri sendiri . Jangan membunuh lawan yang sudah tidak mampu melawan lagi dan jangan sekali-kali membunuh orang yang sudah minta ampun " , demikian ayahnya pernah menasehatinya . Pada saat itu , ia pun membayangkan wajah seorang pendekar muda yang pernah menjatuhkan hatinya , Pendekar muda yang kini telah menjadi seorang panglima besar di kota raja dan telah menikah dengan seorang pendekar wanita pula . Pendekar itu adalah seorang pendekar budiman yang bijaksana yang tidak pernah berlaku kejam biarpun terhadap musuh besarnya . Teringat akan ayahnya dan pemuda bekas pujaan hatinya itu , seketika Lee Cin menjadi lemah lunglai . Kebekuan hatinya mencair , dan ia merasa malu kepada diri sendiri yang sedang hendak menyiksa dan membunuh tiga orang pemburu ular itu .
Tiba "tiba ia mengubah suara sulingnya . Kini terdengar seperti orang marah dan mengancam dan sungguh mengagumkan sekali , mendengar lengkingan suara suling ini , ular-ular itu berhenti bergerak , nampak ketakutan lalu melarikan diri cerai berai , pergi bersembunyi sehingga sebentar saja di tempat itu sudah tidak nampak ada ular seekorpun , kecuali yang masih bergantung di leher Lee Cin .
Tiga orang yang berlutut itu terbelalak dan merasa lega . Mereka menatap gadis yang berdiri di depan mereka . Seorang gadis cantik jelita dengan seekor ular hitam panjang membelit lehernya ! Menyeramkan sekali ! Bagaikan seorang Dewi Ular yang cantik menarik namun menyeramkan .
" Kalian boleh pergi , akan tetapi lebih dulu kalian harus berlutut minta ampun kepada ular-ular di pohon itu , kemudian menguburkan tiga bangkai ular yang kalian bunuh itu dengan baik . Laksanakan !" .
Tanpa banyak cakap cakap lagi tiga orang pemburu itu lalu berlutut menghadap ke arah pohon yang menjadi sarang banyak ular besar itu , mereka berlutut dan mengucapkan permintaan ampun . Kemudian , mereka sibuk membuat lubang yang cukup besar untuk mengubur bangkai tiga ekor ular yang tadi mereka bunuh . Lee Cin masih berdiri tegak dan mengamati pekerjaan mereka .
Setelah mereka selesai mengubur bangkai tiga ekor ular itu , Lee Cin menghardik , " Sekarang pergilah dan jangan sekali-kali berani mendaki bukit ini kalau kalian ingin selamat !" .
Saking girangnya karena mereka yang nyaris tewas mengerikan itu mendapat pengampunan , tiga orang yang masih berlutut itu menghadap Lee Cin dan berkata seperti di komando , " Terima kasih , Sian-li ". !" .
Lee Cin tersenyum geli mendengar mereka menyebutnya Sian-li ( Dewi ) dan segera membentak , " Pergilah !" .
Tiga orang itu bangkit dan setelah membungkuk-bungkuk melewati Lee Cin mereka lalu berlari secepatnya menuruni bukit itu . Setelah mengalami peristiwa menakutkan itu , Tiga orang pemburu itu bercerita kepada siapa saja bahwa di Bukit Ular mereka bertemu dengan Bi-Coa Sian-li ( Dewi Ular Cantik ) yang memiliki kecantikan dan menguasai semua ular ! Para penghuni dusun-dusun di kaki pegunungan Hong-san adalah orang-orang dusun yang sederhana dan tahyul . Mendengar cerita ubu mereka lalu mempunyai pujaan baru yang mereka sembahyangi dan di mintai berkah , yaitu Dewi Ular yang di anggap sebagai penjaga Bukit Ular ! .
*** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )***
Lee Cin sudah merasa cukup mengumpulkan racun ular belang hitam kuning . Ia lalu menuruni Bukit Ular . Pemandangan di pagi hari itu teramat indahnya . Matahari telah naik agak tinggi di timur , tersenyum menebarkan cahayanya yang masih lembut dan mempunyai daya hidup . Lee Cin merasa kagum dan ia berhenti melangkah , memandang penglihatan di bawah yang amat indah . Terhampar persawahan yang tiada batasnya . Daerah pegunungan Hong-san memang terkenal bertanah subur , kecuali tentu saja Bukit Ular . Sawah lading luas dengan tanaman padi-padian yang masih menghijau karena belum berkembang . Bagaikan permadani hijau yang menyejukkan mata , kalau angin bertiup , permadani hijau itu berubah menjadi lautan hijau yang berombak . Amat mempesonakan Sekumpulan burung pipit terbang lalu , tidak menghiraukan padi-padian yang belum menumbuhkan padi . Di musim seperti itu , burung-burung itu harus terbang sampai jauh untuk memperoleh makanan . Nanti kalau sudah dekat masa panen , ketika padi-padian telang menguning , ribuan burung pipit akan berpesta pora di swah-sawah , berlomba dengan para petani yang berusaha mengusir mereka dengan orang-orangan yang di gerakkan dengan tali yang di tarik-tarik .
Lee Cin menghela napas panjang . Seringkali ia merasa tenggalam kalau sedang mengamati keindahan alam , tenggalam kedalam keindahan itu sendiri sehingga tidak ada batas ruang antara ia dan pemandangan itu . Ia juga menjadi satu dengan alam di sekelilingnya . Kalau sudah begitu , ia merasa dirinya tidak ada lagi , tidak ada lagi si aku yang mengaku-ngaku , yang ada hanyalah keutuhan alam itu . Kembali ia menghela napas panjang . Begitu pikirannya bekerja , lenyap perasaan bersatu itu dan ia kembali menjadi Lee Cin yang sedang memandangi keindahan alam dan timbul rasa kehilangan yang aneh , yang membuatnya menghela napas panjang berulang kali .
Lee Cin menuruni lereng terakhir dari Bukit Ular dan tibalah ia di daerah pegunungan yang bertanah subur . Mulailah ia bertemu dengan orang-orang . Ketika melihat sepasang suami isteri tua sedang membersihkan rumput-rumput liar yang yang tumbuh di dekat batang-batang padi , bekerja sama dengan rukun dan nampak asyik , ia termenung . Pria itu sebaya dengan ayahnya dan wanita itu tentu isterinya . Mereka berusia kurang lebih lima puluh tahun . Begitu rukun bekerja sama . Keakraban yang nampak tanpa kata . Dan hati Lee Cin merasa terenyuh . Ia teringat akan ayah dan ibunya .
Ayahnya Souw Tek Bun yang kini berusia empat puluh tujuh tahun . Sudah menyadari akan kesalahan nya ketika dia dahulu meninggalkan ibunya . Ayahnya ingin berkumpul lagi dengan ibunya , namun ibunya mendendam sakit hati yang berlebihan . Padahal ia sudah membunuh isteri ayahnya . Akan tetapi ibunya masih juga penasaran dan sakit hatinya itu hanya akan dapat terobati kalau sudah dapat membunuh ayahnya ! Ah , betapa akan bahagia rasa hatinya kalau ayah dan ibunya dapat hidup bersama sebagai suami isteri , seperti sepasang petani itu . Ayahnya sudah merasa bersalah dan hendak menebus kesalahannya dengan membahagiakan ibunya kalau ibunya mau hidup bersama .
" Ayah , kasihan engkau " , Lee Cin berbisik membayangkan betapa ayahnya sering kali duduk melamun seperti orang kehilangan akal . Ia tahu benar betapa ayahnya amat merindukan ibunya . Mengingat keadaan ayahnya ini , Lee Cin segera berlari pulang ke lereng Hong-san yang sudah nampak dari situ .
Setelah tiba di pondok tempat tinggal ia dan ayahnya , sebuah pondok kayu yang sederhana namun kokoh kuat dan bersih , di kelilingi taman bunga yang di rawat oleh Lee Cin sendiri , gadis itu melihat keadaan di situ sunyi sekali , tidak seperti biasanya . Biasanya ayahnya bangun pagi-pagi sekali , berlatih silat untuk menjaga kesehatannya , kemudian ayahnya akan membelah kayu atau mencari air di pancuran air belakang rumah mereka atau kalau tidak ada sesuatu yang dikerjakan , ayahnya tentu akan duduk di taman bunga , menghirup hawa segar . Jarang ayahnya berdiam di dalam rumah saja . Akan tetapi , ketika ia tiba di pekarangan rumah mereka , tidak nampak bayangan ayahnya .
" Ayah "..!" Ia memanggil . Sepi saja . Dengan heran Lee Cin berlari ke pintu depan yang terbuka , lalu masuk ke dalam ia mendengar rintihan dan cepat ia memasuki kamar ayahnya . Dan ayahnya berada di kamarnya , rebah telentang sambil merintih lirih .
" Ayahhhhhh ". !! Engkau kenapa ?"..?"
Lee Cin cepat menghampiri ayahnya , duduk di tepi pembaringan dan segera memeriksa tubuh ayahnya . Ia melepaskan ular hitam yang melilit pinggangnya dan melemparkannya ke bawah . Ular itu , bagaikan binatang peliaharaan yang telah jinak , merayap ke sudut kamar dan melingkar di sana.
Setelah memeriksa dengan kaget Lee Cin melihat ada tanda telapak jari di dada ayahnya . Pukulan yang mengandung sinkang kuat telah melukai ayahnya .
" Ayahh ". !" Ia memanggil lagi . Akan tetapi agaknya Souw Tek Bun masih setengah pingsan , hanya dapat merintih sedikit akan tetapi belum membuka matanya .
Lee Cin tahu apa yang harus di lakukannya . Ia merobek baju ayahnya , kemudian duduk bersila di dekat ayahnya , menempelkan kedua telapak tangannya di dada ayahnya , lalu mengerahkan sinkang untuk melawan pengaruh pukulan tangan hitam itu . Ia merasa betapa ada hawa panas menyambut kedua tangannya , akan tetapi ia melawan dan mengerahkan tenaganya untuk mengusir hawa panas dari pukulan telapak hitam itu . Setelah ia berkeringat dan melawan sampai setengah jam , barulah ayahnya kembali merintih , kini agak kuat rintihannya dan ia melihat ayahnya membuka matanya .
" Ayah ". !" Souw Tek Bun memandang puterinya dan memanggil lirih , " Lee Cin ?"". "
" Ayah , siapa yang telah melakukan ini kepadamu " Katakanlah siapa orangnya ?" Tanya Lee Cin hamper menangis . Tanda telapak tangan hitam itu masih belum lenyap , menandakan bahwa pukulan itu memang hebat sekali .
" Lee Cin ". Aku tidak mengenal dia siapa ?". Mengaku siapa ". "
Melihat ayahnya harus mengerahkan kekuatan untuk bicara , Lee Cin kembali menaruh kedua tangannya ke dada ayahnya sambil berkata , " Ayah jangan bergerak atau bicara dulu . Akan ku coba mengusir hawa pukulan itu !" .
Souw Tek Bun membiarkan puterinya melawan hawa pukulan itu sampai satu jam lamanya . Dahi dan leher gadis itu sudah penuh keringat . Warna telapak tangan itu tidak begitu hitam lagi , akan tetapi masih belum hilang .
" Cukup Lee Cin . Jangan memaksakan dirimu , engkau bisa terluka " . Bengcu itu mencoba untuk bangkit duduk , di bantu puterinya . Dia dapat duduk bersandar bantal .
" Pukulannya hebat sekali . Pukulan itu merusak otot-otot di tubuhku . Masih terasa nyeri sekali , jaringan otot-ototku seperti di gigiti ribuan semut ?".. ahhh ?".. " . Dia menekan dadanya menahan nyeri .
" Nanti dulu ayah . Aku pernah mempelajari It-yang-ci , dan menurut locianpwe In Kong Thaisu , ketua Siauw-lim-pay yang mengajarkan ilmu itu , dapat mengobati luka-luka dalam yang hebat . Akan ku cobakan kepadamu " .
Souw Tek Bun mengangguk , lalu duduk bersila tegak , Lee Cin menghimpun tenaganya kemudian ia mengisi jari-jari tangannya dengan tenaga sakti itu , mengerahkan ilmu totokan It-yang-ci dan menotok beberapa bagian di pundak dan dada ayahnya .
" Uhh ". !" Souw Tek Bun muntah darah menghitam , akan tetapi dadanya terasa lega dan tidak begitu nyeri lagi .
" Cukup , Lee Cin . Agak enakan sekarang , tidak begitu nyeri lagi . Akan tetapi , aku harus minum obat pembersih darah dan penguat badan . Kau ambilkan bungkusan obat itu dan cepat masak , ku rasa sekarang tidak ada lagi bahaya maut bagiku " .
Lee Cin melaksanakan permintaan ayahnya . Ia memberi obat itu kepada ayahnya untuk di minum , kemudian ia mengambilkan ganti pakaian ayahnya karena bajunya sudah robek . Ia memakaikan baju itu , lalu menyuruh ayahnya rebah kembali , menyelimutinya .
" Ayah , apakah ayah telah merasa nyaman " Kalau belum kuat benar , jangan ayah banyak bicara dulu " .
" Sudah enakan sekarang , tidak ada yang menusuk-nusuk dan menggigiti lagi . Ku rasa nyawaku telah dapat di selamatkan . Ilmu totokan It-yang-ci darimu itu memang ampuh . Sungguh beruntung engkau dapat menerima ilmu itu dari In Kong Thaisu " .
Mendengar kata-kata ayahnya sudah keluar dengan lancer dan tidak perlu menggunakan banyak tenaga , Lee Cin lalu bertanya . " Ayah , apa yang telah terjadi ?" .
Souw Tek Bun menghela napas panjang . " Sejak dahulu , aku sudah tidak begitu suka di angkat menjadi seorang bengcu . Memang benar bahwa sebagai bengcu aku di hormati orang seluruh dunia kang-ouw karena mereka memandang aku sebagai pemimpin yang akan mengadili kalau terjadi suatu kesalah pahaman atau permusuhan di antara orang kang-ouw . Akan tetapi , kedudukan inipun membuat banyak orang kangouw menjadi iri hati . Ketika terjadi pemilihan Bengcu beberapa tahun yang lalu , sudah ada saja datuk kangouw yang merasa tidak setuju dan hendak menguji kepandaianku sehingga terjadi pertandingan . Semenjak itu aku selalu merasa khawatir kalau kedudukanku sebagai bengcu membuat banyak orang tidak senang , dan hari ini kekhawatiranku itu terbukti " .
" Ayah , siapakah datuk yang merasa tidak setuju ketika ayah di angkat menjadi bengcu ?" .
" Dia adalah Jeng-Ciang-Kwi ( Iblis Bertangan Seribu ) " .
Dengan alis berkerut Lee Cin bertanya , " Di mana adanya iblis itu , ayah ?" .
" Dia tinggal di Guha Tengkorak di Lembah Iblis Pegunungan Kwi-san . Akan tetapi mengapa engkau menanyakan itu , Lee Cin ?" .
" Aku akan mencarinya . Kalau benar dia yang melukai ayah , aku akan mengadakan perhitungan dengan dia !" .
" Jangan , Lee Cin . Aku hampir bahwa penyerangku itu bukan Jeng-ciang-kwi . Iblis itu sekarang sudah berusia tujuh puluh tahun lebih , sedangkan orang berkedok hitam itu , melihat tubuhnya yang ramping , tentu muda . Pula punggungnya tidak bongkok seperti punggung Jeng-ciang-kwi " .
" Bagaimana sih terjadinya , ayah ?" .
Souw Tek Bun bercerita . Pagi tadi , seperti biasa , dia bangun pagi lalu berlatih silat di taman bunga sebelah kiri pondoknya . Taman di bagian ini memang di lengkapi dengan sepetak tanah berumput yang memang di sediakan untuk berlatih silat di alam terbuka . Souw Tek Bun dan puterinya selalu berlatih silat di tangan kosong selama setengah jam , lalu bermain silat pedang selama setengah jam pula sehingga tubuhnya sudah berkeringat di pagi hari itu . Baru saja dia menyelesaikan silat pedangnya , terdengar orang berseru .
" Hemmm , kiranya begini saja beng-cu antek Kaisar Mancu itu !" .
Souw Tek Bun terkejut bukan main . Kalau orang dapat datang ke tempat itu tanpa dia ketahui , hal itu sudah menunjukkan bahwa orang itu memiliki gin-kang yang lihai . Apa lagi mendengar sebutan " antek kaisar Mancu " dia menjadi kaget dan cepat memutar tubuh menghadapi orang itu . Dia mengerutkan alisnya melihat seorang yang memakai kedok hitam di mukanya , rambutnya juga tertutup topi hitam . Melihat pakaian yang ringkas dan pedang di punggung orang itu , dia dapat menduga bahwa yang datang ini tentu seorang kalangan kang-ouw .
" Sobat " , katanya dengan tenang . " Kalau engkau hendak bicara dengan aku , silahkan membuka kedok . Hanya orang pengecut saja yang tidak berani memperkenalkan mukanya dan aku yakin engkau bukan seorang pengecut !" .
" Ha-ha-ha !" Orang itu tertawa dan dari suaranya , Souw Tek Bun menduga bahwa dia adalah seorang pria muda . " Souw Tek Bun eh ".. Beng-cu , kau boleh mengoceh apa pun juga selagi engkau masih bernapas . Aku datang untuk membunuh seorang antek Kaisar Mancu yang tidak tahu malu seperti engkau !" .
Souw Tek Bun menduga bahwa orang ini tentu seorang pejuang patriot yang membenci kaisar penjajah . Memang banyak di antara pendekar yang membenci pemerintah Mancu yang menjajah tanah air . Akan tetapi , dia sendiri biarpun bukan seorang pembenci Kaisar Mancu , bahkan yang pernah membantu Pemerintah Kerajaan Mancu dengan membasmi kawanan perusuh sehingga dia mendapat hadiah Pedang Ceng-liong-kiam dari kaisar Kian Liong , namun tidak sudi di sebut antek Kaisar Mancu . Kaisar itu hendak menganugerahkan pangkat besar kepadanya , namun hal itu di tolaknya . Dan selama ini , dia menghormati para patriot yang hendak berjuang membebaskan tanah air dan bangsa dari penjajahan orang Mancu .
" Sobat , engkau salah duga kalau mengira aku seorang antek Mancu , walaupun aku tidak pernah menentang pemerintah Mancu . Aku bukan anteknya dan aku tidak membenci Kaisar karena dia seorang yang baik dan tidak menindas rakyat " .
" Hemmm , pandai engkau bersilat lidah ! Engkau mau menjadi bengcu karena yang memilih adalah Panglima utusan Kaisar . Padahal , kepandaianmu tidak pantas untuk menjadikan engkau seorang bengcu . Coba buktikan kalau engkau seorang bengcu dan hadapi pedangku ini !"
Orang berkedok hitam itu meraih ke belakang punggungnya dan tampak sinar berkelebat ketika dia mencabut pedangnya .
Souw Tek Bun masih memegang Ceng-Liong-Kiam , akan tetapi dia tidak mengangkat pedangnya . " Sobat , ku kira engkau seorang patriot yang membenci pemerintah Mancu . Aku tidak pernah menghalangi perjuangan para patriot dan aku tidak ingin bermusuhan dengan kalian " .
" Souw Tek Bun , beginikah sikap seorang bengcu dunia kangouw " Percuma saja engkau di pilih dan mau menjadi bengcu kalau engkau hanya seorang pengecut yang tidak berani melawan kalau di tantang orang ! Kalau engkau jantan , hayo lawan aku atau aku akan membunuh engkau begitu saja seperti cacing !" Orang itu mengelebatkan pedangnya terus menusuk kea rah dada Souw Tek Bun . Bengcu ini miringkan tubuhnya mengelak , akan tetapi pedang orang itu membalik dan membacok kea rah lehernya . Souw Tek Bun masih mengalah dengan loncatan ke belakang , akan tetapi orang berkedok itu tidak menghentikan penyerangannya , bahkan menyerang lagi dengan lebih dahsyat . Karena serangan selanjutnya merupakan serangan maut yang dahsyat sekali , Souw Tek Bun tidak dapat mengelak terus dan menangkis dengan Ceng-liong-kiam sambil mengerahkan tenaga sinkangnya .
" Traanngggg ". !" Akan tetapi Souw Tek Bun kecelik kalau mengira bahwa pedang lawan akan patah bertemu pedang pemberian Kaisar itu . Dia bahkan merasa betapa seluruh lengannya tergetar hebat , tanda bahwa orang itu pun memiliki singkang yang amat kuat . Tahu bahwa lawannya bukan orang sembarangan , Souw Tek Bun lalu balas menyerang dan terjadilah perkelahian yang seru dan standing .
Souw Tek Bun memainkan ilmu pedang keluarganya yang membuat dia pernah di juluki Sin-kiam Hok-mo ( Pedang Sakti Penakluk Iblis ) . Pedangnya lenyap menjadi segulung sinar . Akan tetapi alangkah kaget hati bengcu ini ketika lawannya juga memainkan pedang secara hebat . Dua gulungan sinar pedang saling belit dan saling desak dengan hebatnya . Mereka saling serang bergantian dan Souw Tek Bun mendapat kenyataan betapa lawannya itu memang lihai bukan main . Katakanlah dia masih menang sedikit dalam ilmu pedang , akan tetapi dia harus mengaku bahwa dalam hal tenaga sakti , dia masih kalah setingkat . Tenaga sakti orang berkedok itu kuat bukan main sehingga setiap kali beradu lengan kiri , dia yang terdorong ke belakang sampai dua tiga langkah .
Mereka bertanding sampai seratus jurus lebih ! Saling desak dan saling mengeluarkan jurus-jurus terampuh menjadi serangan maut . Pada suatu saat , ketika lengan kiri mereka beradu dan Souw Tek Bun terhuyung ke belakang , lawannya mendesak dengan tusukan pedang kea rah dada . Souw Tek Bun sudah memperhitungkan hal ini , maka dia miringkan tubuh ke samping dan dari samping dia mengelebatkan pedangnya yang mengenai lengan kanan lawan sehingga baju dan kulitnya terobek berdarah ! Akan tetapi , dengan tiba-tiba tanpa di duga-duga oleh Souw Tek Bun , tangan kiri orang itu memukul dadanya dengan kekuatan hebat sekali .
" Desss ".. !!" Tubuhnya terpental sampai tiga meter dan dia terbanting jatuh ke atas tanah . Pukulan itu demikian hebatnya sehingga Souw Tek Bun merasa dadanya panas dan seperti pecah , terasa nyeri bukan main .
Si kedok hitam itu tertawa bergelak . " Cukup sekali pukulan itu saja , Souw Tek Bun . Pukulan yang sekali itu kalau tidak membunuhmu , sedikitnya akan melenyapkan tenaga sinkangmu selama bertahun-tahun . Itulah ilmu pukulan merontokan Jalan darah ! Selamat tinggal dan selamat mampus ha-ha-ha !" . Si Kedok hitam itu lalu meloncat dan lenyap dari taman itu .
Souw Tek Bun menghela napas panjang sambil memandang Lee Cin yang sejak tadi mendengarkan penuturan ayahnya dengan penuh perhatian . " Demikianlah , Lee Cin . Aku sendiri tidak tahu siapa orang itu , berapa usianya . Hanya yang ku ketahui , bicaranya teratur baik , tidak kasar dan bentuk tubuhnya sedang saja . Mungkin dia seorang pria muda yang terpelanjar dan ilmu silatnya sungguh hebat , terutama sekali tenaga saktinya . Ucapannya itu bukan sekedar bualan belaka . Aku merasa bahwa aku telah terkena pukulan istimewa biarpun andaikata tidak membuat aku mati , akan tetapi mungkin sekali aku tidak akan dapat menggunakan tenaga sinkang lagi sampai lama sebelum aku sembuh benar " .
Lee Cin bangkit dengan marah . Kedua tangannya di kepal dan dengan muka merah ia berkata , " Aku tidak terima ! Aku akan mencari dia sampai dapat dan aku akan membuat perhitungan dengannya ! " . Matanya mencorong dan ia membanting-banting kaki , cuping hidungnya berkembang-kempis . Souw Tek Bun memandang dengan bengong . Dia seperti melihat ibu gadis itu , Bu Siang yang di waktu masih gadis persis seperti Lee Cin .
" Jangan , Lee Cin . Selain amat sukar mencari seorang yang belum kita ketahui mukanya , juga apa artinya " Dia seorang patriot yang membenci penjajah Mancu , membenci Kaisar mancu yang di anggap membelenggu rakyatnya " .
" Kalau dia membenci Kaisar mancu , mengapa bukan Kaisar mancu saja yang dia serang atau bunuh " Mengapa harus ayah yang menjadi tumpahan marahnya " Aku tetap tidak mau terima dan harus mencarinya sekarang juga ! Gadis itu melangkah hilir mudik dalam kamar ayahnya , seperti seekor singa betina dalam kerangkeng .
" Aku tidak mungkin tinggal diam saja . Akan tetapi ayah ".. bagaimana kalau ku tinggal seorang diri " Ah , aku akan mencari seseorang di dusun bawah lereng sana , akan ku minta dia untuk melayani ayah . Sekarang juga aku akan mencari seorang pembantu , ayah !" . Setelah berkata demikian , tanpa menanti jawaban ayahnya , gadis itu sudah berlari keluar . Souw Tek Bun hanya menghela napas panjang . Dia mengerti betapa keras hati puterinya dan akan celakalah orang itu kalau dapat di temukan puterinya . Biarpun si kedok hitam itu lihai , akan tetapi kalau melawan puterinya , sukar baginya untuk dapat menang . Bertanding melawan dirinya saja sampai lebih dari seratus jurus baru mendapatkan kemenangan . Itu pun dengan lengan terluka pedangnya . Padahal , ilmu silat yang di miliki Lee Cin jauh lebih tinggi daripada tingkatnya .
Tak lama kemudian , Lee Cin datang kembali di ikuti seorang laki-laki berusia kurang lebih lima puluh tahun . Dia seorang petani yang hidup sebatang kara di dusun berdekatan dan segera menyatakan kesediannya ketika di minta tolong oleh Lee Cin untuk merawat ayahnya , tentu saja dengan menerima uang pembayaran secukupnya .
Melihat kekerasan hati puterinya untuk mencari orang yang telah menyerang dan melukainya . Souw Tek Bun memesan kepada puterinya . " baiklah , kalau kukuh keinginanmu untuk mencari si Kedok Hitam itu , aku pesan agar engkau berkunjung ke Kun-lun-pai atau Siuw-lim-pay , temui Im Yang Sengcu atau Hui Sian Hwesio dan laporkan kepada seorang di antara mereka bahwa aku mengundurkan diri dari kedudukan bengcu " .
Lee Cin mengerutkan alisnya . ia tidak keberatan akan keputusan ayahnya ini karena menjadi bengcu banyak tidak enaknya . Keuntungannya tidak ada , bahkan kerugian yang di derita karena banyak orang menjadi iri hati .
Akan tetapi ia tidak tahu mengapa harus mengunjungi Kun-lun-pai atau Siauw-lim-pai "
" Ayah mengapa ayah harus melapor kepada mereka berdua kalau ayah mengundurkan diri " Apa hubungannya dengan mereka " "
" Kedua orang tokoh itulah yang dahulu menolak kedudukan bengcu dan mengalihkan kepadaku . Karena di desak dan di minta banyak orang , aku tidak dapat menolak dan mau menjadi bengcu dengan syarat bahwa kedua orang tokoh itu mau menjadi penasehat dan pembantuku . Karena itu , sekarang aku mengembalikan kedudukan itu kepada mereka berdua atau seorang di antara mereka ".
" Baik , ayah . Akan tetapi karena Siauw-lim-pai di Kwi Cu lebih dekat dari pada Kun-lun-pai , aku hendak mencarinya ke Kwi-cu dan kalau Hui Sian Hwesio tidak berada di sana , aku akan melapor saja kepada ketua Siauw-lim-pay yang sudah ku kenal , yaitu In Kong Thaisu " .
-oo0dw0oo- Jilid 2 SETELAH berkemas, berangkatlah Lee Cin meninggalkan ayahnya , emnuruni pegunungan Hong-san dimana ia telah tinggal bersama ayahnya selama dua tahun lebih . Pagi hari itu Lee Cin menuruni pegunungan . Ada perasaan gembira di hatinya , seperti seekor burung yang baru terlepas dari sangkarnya dan terbang melayang di angkasa bebas merdeka . Selama tinggal di Hong-san , Lee Cin telah kehilangan rasa bebas lepas ini , karena ia harus melayani ayahnya . Ia sudah rindu akan alam kebebasan , rindu akan petualangan di dunia kang-ouw seperti yang pernah ia lakukan sebelum ia tinggal bersama ayahnya . Banyak yang harus ia lakukan . Selain mencari si Kedok hitam yang telah melukai ayahnya , pekerjaan yang sukar karena ia tidak tahu bagaimana macamnya si Kedok hitam tahu namanya dan tidak tahu pula dimana ia bisa menemukannya . Ia harus pula menghadap Hui San Hwesio atau Im Yang Sengcu dan ia ingin pula mencari ibu kandungnya , yaitu Ang-tok Mo-li yang tinggal di Bukit Ular Merah di Lembah Huangho .
Orang tidak akan mengira bahwa gadis cantik jelita yang berlenggang menuruni pegunungan Hong-san itu adalah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi . Ia masih membawa Ang-tok-kiam ( Pedang Racun Merah ) pemberian ibunya . Pedang itu tidak nampak dari luar karena ia belitkan di pinggang menjadi semacam sabuk merah yang indah . Sulingnya terselip di ikat pinggang ini dan sekali ini ia tidak membawa ular hitamnya . Ia melepaskan ular hitam yang jinak itu di Bukit Ular . Ini adalah karena ia menuruti nasehat ayahnya . kata ayahnya , kalau ia pergi membawa-bawa ular hitam , orang tentu akan menyangka buruk kepadanya , mengira ia seorang tokoh sesat dari dunia kang-ouw . Juga ayahnya berpesan kepadanya agar ia tidak mencari permusuhan di luar dan sama sekali tidak boleh mengumbar nafsu membunuhi orang-orang .
" Orang-orang yang tersesat dalam dunia kejahatan , tidak semestinya kalau di benci , bahkan patut di kasihani , Mereka itu tiada bedanya dengan orang yang sedang sakit , sakit jiwanya karena di cengkram nafsu . Akan tetapi orang sakit , bagaimana beratpun akan sewaktu-waktu sembuh . Demikian pula orang yang jahat itu sewaktu-waktu dapat menyadari kesalahannya dan bertaubat . Sebaliknya , yang waras dan sehat tidak selamanya demikian , sekali waktu bisa saja terserang penyakit dan jatuh sakit seperti orang yang berbudi baik belum tentu selamanya akan tetap baik , sekali waktu bisa saja ia tergoda dan melakukan kejahatan . Tidak ada gading yang tak retak , tidak ada manusia sempurna sepenuhnya di dunia ini , pasti ada kelemahannya . Akan tetapi Tuhan Maha Pengampun dan orang yang merasa berdosa dan mohon pengampunan dari dosanya kepada Tuhan , dia pun harus dapat mengampuni kesalahan orang lain !" .
Pesan itu masih terngiang di dalam telinganya ketika Lee Cin menuruni lereng terakhir dari pegunungan Hong-san . Kini ia menyadari sepenuhnya betapa gurunya atau juga ibu kandungnya itu hidup dalam kesesatan . Ibu nya berhati baja , amat keras dan kejam , tidak pernah mau mengampuni siapa saja yang di anggapnya musuh , dapat membunuhi orang tanpa berkedip . Dan sejak kecil ia di didik seperti itu oleh ibunya . Akan tetapi kini kini ia menyadari betapa kelirunya watak seperti watak ibunya itu betapa jauh bedanya dengan watak ayahnya . Akan tetapi ayahnya mengatakan bahwa betapa jahatnya seseorang , seperti juga betapa hebat sakit yang di deritanya , orang itu akan dapat menjadi sadar dan bertaubat , seperti juga orang sakit akan dapat menjadi sembuh . Adakah harapan bagi ibunya untuk menjadi sadar akan kekeliruannya dan kembali ke jalan bersih " Ia akan mencoba menyadarkannya ! .
Menghadapi beberapa tugas penting itu , Lee Cin menjadi bersemangat dan timbul kegembiraannya . Setidaknya ada tujuan-tujuan tertentu dalam hidupnya .
*** (file google dokumen published by Saiful Bahri ...situbondo seletreng )****
Kita tinggalkan dulu Lee Cin yang menuruni pegunungan Hong-san untuk melaksanakan tugas yang diberikan ayahnya dan mari kita melihat peristiwa hebat yang terjadi di bagian lain dari daerah kota raja , dua tahun yang lalu .
Dua tahun yang lalu , terjadu usaha pemberontakan yang di pimpin oleh mendiang Pangeran Tang Gi Lok yang di kenal dengan sebutan Pangeran Tua , di bantu oleh banyak datuk dan tokoh kang-ouw ( baca kisah Gelang kemala ) . Akan tetapi usaha pemberontakan itu gagal oleh para pendekar yang di pimpin oleh pendekar Song Thian Lee yang kini di angkat menjadi Panglima Besar oleh Kaisar Kian Liong . Dan Lee Cin juga ikut pula membantu Song Thian Lee , pendekar muda yang pernah menjatuhkan hati dara perkasa itu , akan tetapi kemudian Lee Cin terpaksa mundur ketika mendapat kenyataan bahwa Thian Lee mencinta gadis lain bernama Tang Cin Lan , puteri dari Pangeran Tang Gi Su , yang kini telah menjadi isteri Panglima Besar Song Thian Lee ( semua ini terjadi dalam kisah Gelang Kemala ) .
Banyak tokoh sesat yang membantu Pangeran Tang Gi Lok atau Pangeran Tua yang tewas dalam penggebrekan pasukan kerajaan , sama pula nasibnya dengan Pangeran Tua yang membunuh diri setelah melihat usaha pemberontakannya gagal sama sekali . Ada pula yang tertawan dan di hokum , sebagian besar di hokum mati karena memberontak merupakan dosa yang paling besar . Ada pula yang di hokum buang , yaitu mereka yang masih masuk sanak keluarga Kaisar yang ikut-ikutan memberontak atau mereka yang tadinya telah melakukan jasa besar dalam pemerintahan .
Di antara mereka yang tidak di hukum mati itu terdapat seorang datuk sesat bernama Thian-te Mo-ong Koan Ek . Thian-te Mo-ong terbawa dalam pemberontakan karena janji-janji muluk dari Pangeran Tua dan mengingat bahwa dia seorang tokoh kang-ouw yang terkenal dan bahwa dia hanya ikut-ikutan saja , diapun di hokum buang ke luar tembok besar , Thian-te Mo-ong yang ikut pula bertempur ketika pusat para pemberontak di serbu pasukan kerajaan , dapat di tangkap ketika dia di hadapi oleh Lee Cin dan Tang Cin Lan yang kini menjadi isteri Song Thian Lee . Dua orang pendekar wanita yang lihai ini akhirnya dapat merobohkan Thian-te Mo-ong dan pasukan lalu menelikung dan menawannya .
Akan tetapi terjadi hal yang di luar dugaan semua orang . Pada saat bekas datuk besar ini di buang , di masukkan ke dalam kerangkeng dan di belenggu kaki tangannya , seperti seekor binatang buas yang berbahaya , dan kerangkeng yang beroda di dorong oleh para perajurit , di kawal oleh seregu perajurit berjumlah dua lusin orang , datuk besar ini memberontak . Ketika kerangkeng itu tiba di dekat Tembok Besar yang sunyi , tiba-tiba saja Thian-te Mo-ong meronta , belenggu kaki tangannya patah-patah dan sekali ia bergerak , dia telah menjebol kerangkeng itu ! Para perajurit tentu saja menjadi kaget dan mengepungnya , akan tetapi apa artinya dua lusin perajurit bagi seorang datuk besar seperti Thian-te Mo-ong " . Biarpun tubuhnya yang tinggi kurus itu tidak nampak kokoh kuat , akan tetapi begitu dia menggerakkan kaki tangannya banyak senjata golok terlempar dan banyak perajurit terpelanting . Kemudian dengan mudahnya dia lari seperti terbang cepatnya , tidak dapat di kejar lagi oleh para perajurit dan diapun lenyap di dalam hutan belukar di pegunungan yang luas dan liar itu .
Akan tetapi , karena ketika berada dalam tahanan dia menerima penyiksaan berat sehingga sekujur tubuhnya luka-luka dan nyeri semua , ketika dia memaksakan diri melarikan diri , rasa nyeri tubuhnya makin menjadi dan akhirnya dia terpelanting roboh pingsan di tengah hutan dengan kaki tangan masih di lingkari belenggu yang rantainya sudah dia putuskan ketika meronta tadi . Kedua kaki dan tangannya masih terikat belenggu yang belum sempat dia lepaskan .
Ketika Thian-te Mo-ong menggeletak di hutan itu selama lebih dari satu jam , seekor harimau hitam melangkah perlahan-lahan mendekatinya dan mencium-cium dengan hidungnya yang mendengus-dengus . Agaknya harimau itu tidak percaya bahwa ada mangsa yang demikian saja berada di depannya , tanpa dapat melarikan diri atau melawan . Harimau itu menggunakan kaki depannya yang kokoh kuat , mengguling-gulingkan tubuh Thian-te Mo-ong . Orang tua yang usianya sudah lima puluh lima tahun ini mengerang dan merintih . Ketika dia membuka matanya , dia terbelalak kaget melihat moncong harimau begitu dekat dengan mukanya ! Agaknya sudah tidak ada harapan lagi baginya untuk hidup . Bagaimanapun lihainya , pada saat itu dia kelelahan dan kesakitan , dan harimau itu sudah tinggal menerkam saja dengan kuku-kukunya yang runcing dan menggigitnya dengan taring yang kuat .
Pada saat yang amat gawat baginya keselamatan Thian-te Mo-ong itu , tiba-tiba saja berkelebat sesosok bayangan putih . Begitu berkelebat datang bayangan putih itu menggunakan kakinya menendang perut harimau hitam ! .
" Desss ". ! " Harimau itu terlempar sampai tiga tombak . Akan tetapi dia adalah seekor binatang yang kuat sekali . Begitu tubuhnya terbanting jatuh , dia sudah bangkit lagi dan menggereng-gereng memperlihatkan taringnya , memandang dengan marah kepada seorang pemuda berpakaian serba putih yang sudah berdiri dekat Thian-te Mo-ong yang masih rebah .
Sekali lagi harimau itu mengaum dan tubuhnya sudah siap untuk lari maju dan menerkam , akan tetapi pemuda baju putih itu dengan tenang menggerekkan tangan kanannya dan tiga pucuk sinar kilat menyambar kea rah harimau itu . Binatang itu tidak sempat mengelak dan tiga batang pisau belati telah mengenai leher , muka dan lambungnya !" .
" Craatt-craatt-crrattt ?".!"
Sabitan pisau terbang itu tepat sekali , terutama yang mengenai muka . Pisau menancap di antara kedua mata binatang itu . Yang mengenai leher dan lambung juga menancap sampai ke gagangnya . Binatang itu melompat ke atas lalu jatuh lagi berdebuk di atas tanah menggeram-geram dan berkelonjotan sekarat . Pemuda itu tidak memperdulikan lagi harimau yang sekarat itu dan dia berjongkok dekat tubuh Thian-te Mo-ong untuk memeriksa keadaan orang tua yang hampir saja menjadi mangsa harimau hitam yang kelaparan itu .
Tiba-tiba pemuda itu terbelalak dan terkejut bukan main ketika tanpa di duga-duga kedua tangan orang yang di tolongnya itu bergerak dan tahu-tahu tubuhnya telah menjadi kaku terkena totokan yang kuat sekali . Biarpun dia tidak mampu menggerakkan kaki tangannya , namun dia masih dapat bicara dan pemuda itu berkata dengan suara mengandung penasaran .
" Kenapa engkau lakukan ini kepadaku " Aku telah menolongmu ?"."
Thian-te Mo-ong bangkit duduk , mengamati wajah pemuda itu . Seorang pemuda yang kurang lebih dua puluh dua tahun usianya , bertubuh tinggi besar berkulit putih dan berwajah tampan . Rambutnya yang subur dan tebal di kuncir ke belakang dan sepasang matanya mencorong .
" Hayo katakana siapa engkau dan mengapa engkau berada di sini ! Awas , sekali engkau berbohong dan menimbulkan kecurigaanku , engkau tentu ku bunuh !" Thian-te Mo-ong memandang ke arah pakaian pemuda itu yang terbuat dari sutera putih bersih dengan garis kuning dan di punggungnya terdapat sebatang pedang . Pemuda ini nampak gagah dan ganteng sekali .
" Aku bernama Ouw Kwan Lok , locianpwe " , kata pemuda itu yang baru menyadari bahwa kakek yang di tolongnya itu ternyata lihai bukan main . Hanya seorang yang berilmu tinggi saja yang dapat menotoknya dan membuat dia tidak mampu bergerak . Kalau hanya ilmu totokan biasa saja , jangan harap akan dapat membuat tubuhnya yang kebal dengan sinkang itu menjadi tidak berdaya seperti itu.
" Mengapa engkau berada di sini " Dan engkau hendak pergi kemana ?" Thian-te Mo-ong mencabut pedang yang berada di belakang punggung pemuda itu dan mengancam pemuda itu dengan menempelkan pedang di lehernya . " Hayo jawab sejujurnya kalau engkau tidak ingin lehermu ku penggal dengan pedangmu sendiri !" .
Pemuda itu tenang saja dan tersenyum . " Locianpwe , tidak perlu lagi locianpwe menggertak aku karena aku sudah tidak bergerak , dan aku percaya sepenuh keyakinanku bahwa seorang tua sakti seperti locianpwe tidak akan membunuh seorang pemuda tanpa kesalahan dan tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri !" .
Pemuda itu bicara dengan sikap halus dan wajahnya tersenyum . Hal ini diam-diam mengejutkan dan mengagumkan hati Thian-te Mo-ong . Pemuda ini memiliki kecerdikan dan juga ketenangan yang luar biasa . Dalam keadaan terancam nyawanya seperti itu masih bersikap tabah dan sedikitpun tidak kelihatan takut .
" Cepat jawab pertanyaanku tadi !" bentaknya .
" Aku datang dari luar Tembok Besar di utara , sengaja datang ke selatan untuk mencari guruku yang sudah hampir setahun pergi ke selatan dan tidak ada beritanya . Dalam perjalanan ke utara itu ini hari aku lewat di sini dan melihat locianpwe dan harimau hitam tadi " .
" Siapa gurumu itu ?" . "Locianpwe seorang sakti tentu sudah mendengar tentang guruku. Dia adalah datuk dari utara yang berjuluk Pak-thian-ong."
Thian-te Mo-ong membelalakkan matanya. Tentu saja dia mengenai pak-thian-ong (Raja Dunia Utara) yang bemama Dorhai dan bahkan mereka berdua telah bekerja sama membantu Pangeran Tua dalam pemberontakannya yang gagal. Pak-thian-ong adalah rekan dan sahabatnya
"Murid Pak-thian-ong?" Thian-te Mo-ong melepaskan pedangnya dan menggerakkan tangan membebaskan totokannya sehingga pemuda yang bernama ouw Kwan Lok itu dapat bergerak kembali. Pemuda itu menggerak-gerakkan kedua lengannya yang tadi menjadi kaku, lalu mengambil pedangnya dan memasukkannya ke dalam sarung pedangnya kembali.
"Agaknya Locianpwe mengenai baik guruku," kata pemuda itu sambil mengamati wajah Thian-te Mo-ong dan memandang ke arah pakaiannya yang serba hitam dari kain kasar itu
Thian-te Mo-ong menghela napas panjang. "Bukan hanya mengenal. Gurumu dan aku adalah rekan seperjuangan menentang Kerajaan Ceng. Akan tetapi perjuangan kami gagal dan gurumu tewas dalam pertempuran. "
ouw Kwan Liok mengerutkan alisnya dan memandang wajah Mo-ong dengan penuh perhatian- "suhu tewas....?"
"Gerakan kami gagal, gurumu tewas dan aku sendiri tertawan. Ketika akan dihukum buang, aku memberontak di perjalanan dan melarikan diri sampai di hutan ini. Karena tubuh luka-luka dan kehabisan tenaga, aku agaknya jatuh pingsan di sini dan hampir saja menjadi mangsa harimau. Baiknya engkau datang dan membunuh harimau itu. Bagus, bagaimanapun juga persahabatanku dengan Pak-thian-ong tidak percuma. Ketahuilah ouw Kwan Lok, aku adalah Thian-te Mo-ong Koan Ek."
Mendengar nama ini, Kwan Lok lalu menjatuhkan diri bertutut di depan kakek itu "Maafkan aku yang tidak mengenal Locianpwe sehingga bersikap tidak hormat. sudah lama aku mendengar akan nama besar Locianpwe disebut-sebut oleh suhu."
Thian-te Mo-ong mengangguk-angguk dan hatinya semakin tertarik dan senang. seorang pemuda yang tabah, tenang, ramah dan juga tahu diri, pandai membawa diri
"sudah,jangan memakai banyak peradatan. Tubuhku lemah dan perutku lapar sekali. Apakah engkau tidak membawa bekal makanan?" tanpa malu-malu kakek itu bertanya, sambil memandang buntalan kain kuning yang tadi diletakkan di atas tanah oleh pemuda itu ketika memeriksa tubuhnya.
"Aku tidak membawa bekal makanan, Locianpwe. Akan tetapi di sini terdapat daging harimau yang tentu akan lezat sekali. Tunggu akan kupanggangkan daging harimau yang dapat menyehatkan kembali tubuh Locianpwe."
Tanpa menanti jawaban, dengan cekatan Kwan Lok lalu menghampiri bangkai harimau hitam dan menggunakan pisau yang menancap di leher harimau untuk memotong bagian yang mengandung daging dari binatang itu. Tak lama kemudian dia sudah membuat api unggun dan memanggang daging harimau yang ditusuknya dengan kayU yang banyak terdapat di situ. Dia pun memberi garam dan bumbu yang diambilnya dari buntalannya sehingga daging itu berbau sedap ketika dipanggang.
"silakan, Locianpwe. silakan makan daging pang gang ini dan kebetulan sekali aku masih mempunyai persediaan anggur yang baik."
Dengan lahap Thian-te Mo-ong makan daging harimau panggang dan minum anggur itu dan tubuhnya terasa segar dan sehat kembali. Pemuda itu pun ikut makan dan keduanya merasa akrab satu sama lain.
setelah selesai makan, ouw Kwan Lok bertanya, "Locianpwe Thian-te Mo-ong...."
"Jangan sebut-sebut lagi Thian-te Mo-ong. Nama itu sudah menjadi buronan pemerintah Kerajaan Ceng. Namaku Koan Ek. sebut saja namaku, tanpa julukan apapun."
"Baiklah, Koan- locianpwe. setelah Locianpwe berhasil meloloskan diri dari hukuman, lalu apa yang akan Locianpwe lakukan selanjutnya" Apakah Locianpwe akan kembali selatan?"
"Dan engkau sendiri, bagaimana" setelah kau ketahui bahwa Pak-thian-ong tewas, apa yang akan kau lakukan?"
"Aku belum tahu, Locianpwe. Aku menjadi bingung kehilangan pegangan. Apakah Locianpwe akan kembali ke selatan" Bukankah Locianpwe terkenal sebagai Datuk selatan?"
"Tidak. aku tidak bisa kembali ke sana."
"Kalau begitu, mengapa Locianpwe tidak tinggal saja di utara" Locianpwe dapat tinggal bersamaku, menjadi pengganti suhu."
Thian-te Mo-ong atau yang sekarang menggunakan nama aselinya, Koan Ek. bangkit berdiri dan berjalan hilir-mudik seperti seekor singa dalam ruangan tertutup, Dia harus berpikir keras. Dia tahu bahwa perbUatannya meloloskan diri dari para perajurit yang mengantarnya ketempat pembuangannya, tentu akan tersebar luas dan dia menjadi buronan pemerintah yang mengerahkan banyak perwira yang pandai dan tangguh, akhirnya dia tidak akan dapat menyelamatkan dirinya lagi. Kembali ke selatan sama dengan ular mendekati pemukul, sama dengan mencari penyakit atau menyerahkan diri sebaliknya, kalau dia memenuhi usul pemuda ini, dia akan bersembunyi di utara. Tidak akan ada orang menyangka sedikitpun bahwa Datuk selatan itu kini berada di utara, di luar Tembok Besar. Dan pemuda ini menarik, hatinya. seorang pemuda yang akan menyenangkan sekali kalau menjadi murid. Pemuda ini sudah cukup lihai sebagai murid Pak-thian-ong, kalau kini dia ajarkan ilmu-ilmunya, pemuda ini kelak akan dapat membalaskan sakit hatinya kepada musuh-musuhnya. Dia masih ingat benar bahwa kejatuhannya sampai dia tertawan pasukan adalah ketika dia melawan dua orang gadis. Yang seorang adalah murid Ang-tok Mo-li dan puteri Bengcu yang bernama souw Tek Bun. Gadis itu sendiri bernama souw Lee Cin. Dan gadis ke dua bernama Tang cin Lan, puteri dari Pangeran Tang Gi su. Kalau ouw Kwan Lok menjadi muridnya, dia tentu akan dapat pergi dengan leluasa ke selatan, mencari dua orang gadis itu dan membunuh mereka
"Baik, ouw Kwan Lok. aku mau tinggal bersamamu asalkan engkau suka menjadi muridku" akhirnya Koan Ek mengambil keputusan. Mendengar ucapan ini, Kwan Lok lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kaki kakek itu dengan wajah girang sekali.
"suhu, harap jangan khawatir. Teecu akan melayani semua keperluan suhu can teecu akan belajar dengan tekun dan memenuhi semua perintah suhu dengan patuh."
"Bagus Aku percaya kepadamu seperti aku percaya kepada Pak-thian-ong. Aku akan mengajarkan semua ilmuku kepadamU dan mengingat bahwa engkau pernah menjadi murid Pak-thian-ong sejak kecil, tingkat kepandaianmu tentu sudah tinggi dan dalam waktu dua tahun saja engkau akan dapat mempelajari semua ilmuku dengan baik, Akan tetapi aku memberikan semua ilmuku kepadamu dengan maksud agar kelak engkau dapat mewakili aku untuk membunuh musuh- musuhku yang telah mencelakakan aku."
ouw Kwan Lok adalah seorang pemuda yatim piatu yang sejak kecil menjadi murid Pak-thian-ong. Dia lihai dan cerdik sekali, pembawaannya menyenangkan, lembut dan sopan maka dahulu Pak-thian-ong juga sayang sekali kepadanya dan telah mewarisi semua ilmunya. Mendengar ucapan gurunya yang baru itu, dia cepat berkata, "Teecu siap sebutkan saja nama dan tempat tinggal musuh-musuh suhu dan kelak teecu (murid) akan membasmi mereka membalaskan sakit hati suhu."
"Bagus, duduklah." setelah pemuda itu duduk di atas batu berhadapan dengan Koan Ek, bekas datuk selatan yang tadinya berjuluk Thian-te Mo-ong (Raja lblis Langit Bumi), menceritakan dengan singkat nama musuh-musuhnya.
"Para musuhku ini juga menjadi musuh Pak-thian-ong pula, yang membuat gurumu yang pertama sampai tewas dan membuat aku celaka. orang pertama yang harus kau binasakan adalah seorang muda bernama song Thian Lee. Hati-hatilah kalau menghadapi orang ini karena dia lihai sekali. Akan tetapi setelah engkau mewarisi ilmu-ilmu Pak-thian-ong ditambah dengan ilmu-ilmu darikupula, aku yakin engkau akan mampu menandinginya. Bunuhlah song Thian Lee itu Adapun orang ke dua dan ke tiga adalah dua orang gadis."
"Dua orang gadis?" tanya Kwan Lok seolah dia merasa heran meniapa gurunya dapat mendendam kepada dua orang gadis.
"Mereka pun bukan orang-orang sembarangan- Yang seorang bernama souw Lee Cin- ia ini murid Ang-tok Mo-li maka lihai sekali, dan gadis kedua bernama Tang cin Lan, puteri Pangeran Tang Gisu. Nah, tidak perlu kusebutkan yang lain-lain, karena musuh-musuh utamaku adalah tiga orang ini. Dan engkau harus berhasil membunuh mereka."
"Akan teecu catat dan ingat nama- nama itu, suhu. Dan teecu berjanji akan menaati perintah Suhu, membunuh tiga orang itu."
Giranglah hati Koan Ek. Setelah melepaskan lelah, dia lalu mengikuti muridnya pergi ke utara. Mendiang Pak-thian-ong mempunyai sebuah rumah besar di sebuah kampung orang-orang Hui dan di tempat tersembunyi itulah Koan Ek tinggal bersama ouw Kwan Lok, dengan tekun mengajarkan semua ilmunya kepada pemuda itu. Bukan main girangnya ketika dia mendapat kenyataan bahwa Kwan Lok memiliki bakat yang besar dalam ilmu silat, juga amat ralin berlatih.
Setelah dua tahun tinggal bersama, Kwan Lok sudah dapat menguasai semua ilmu silat yang diajarkan gurunya. Pada suatu pagi, Koan Ek memanggil muridnya untuk menghadap.
"Semua ilmuku telah dapat kau kuasai dengan baik, murid ku. sekarang tibalah saatnya engkau membalas budi kepadaku dengan mencari dan membunuh tiga orang musuh besarku itu."
Kwan Lok mengangguk-angguk dan berkata, "Teecu juga pikir begitu, Suhu. Sudah tiba waktunya bagi teecu untuk berkecimpung di dunia kang-ouw dan melaksanakan perintah Suhu. Apalagi kalau diingat bahwa tiga orang musuh besar Suhu itu pun musuh besar Suhu Pak-thian-ong, hal ini menambah semangat kepada teecu. Akan tetapi, teecu masih asing di dunia kang-ouw, tidak mengetahui keadaan di dunia kang-ouw, siapa yang boleh diajak berkawan dan siapa yang harus dilawan-"
Koan Ek bercerita kepada muridnya. Dia mengatakan bahwa dua tahun yang lalu, dunia kang-ouw mengenal empat orang datuk besar. sebagai datuk besar selatan adalah dia sendiri dengan julukan Thian-te Mo-ong, sebagai datuk besar utara adalah mendiang Pak-thian-ong Dorhai, datuk besar barat adalah Thian-tok GU Kiat Seng dan datuk besar dari timur adalah siangkoan Bhok.
"sekarang, setelah namaku sebagai datuk besar selatan telah terhapus, dan Pak-thian-ong sebagai datuk utara sudah tewas, yang tinggal hanya datuk timur siangkoan Bhok yang berjuluk Tung ong tinggal sebagai majikan di Pulau Naga, dan Thian-tok Gu Kiat seng yang tinggal di daerah sin-kiang sebagai datuk barat."
"Di samping kedua datuk timur dan barat itu, siapa lagi di antara tokoh dunia persilatan yang berilmu tinggi, suhu?"
"Memang hal ini amat renting bagimu yang baru akan terjun ke dunia kangouw. Ada tokoh yang berjuluk Liok-te Lo-mo (lblis Bumi Tua) yang tinggal di kaki Pegunungan Tai-hang-san- Ada pula yang lebih lihai, yaitu Jeng-ciang-kwi (setan tangan seribu) yang tinggal di Guha Tengkorak di lembah iblis Pegunungan Kwi-san-"
"Apakah hanya ada empat orang itu, suhu?"
"Empat orang itu yang sealiran dengan kita, bebas dan berkuasa di wilayah masing-masing, sering kali dimusuhi oleh para ahli silat yang menyebut diri mereka sendiri pendekar"
"Dan di antara para pendekar itu, apakah tidak ada yang lihai dan perlu dikenal namanya?"


Dewi Ular Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wah, banyak sekali Akan kuperkenalkan nama- nama yang kukenal saja, pertama adalah Im-yang seng-cu Ketua Kun-lun-pai yang juga berjuluk Pek bi Lojin (Kakek Beralis Putih). Ke dua adalah Hui sian Hwesio wakil Ketua siauw-lim-pai. Ke tiga adalah Tan Jeng Kun yang bertapa di pegunungan Thai-san. Ke empat adalah Pek I Lo-kai yang perantau dan tidak tentu tempat tinggalnya dan jangan dilupakan orang ke lima bernama Im Keng Thaisu Ketua siauw-lim-pai di Kwi-cu. Lima orang ini adalah orang-orang sakti dan engkau harus berhati-hati kalau berjumpa dengan mereka. Ada lagi wanita yang lihai berjuluk Ang-tok Mo-li yang wataknya aneh, tidak berpihak kepada kita juga tidak berpihak kepada para pendekar."
"Teecu akan ingat nama-nama besar itu, suhu, dan tidak akan bertindak sembarangan-"
setelah menerima banyak petunjuk gurunya, Kwan Lok lalu berangkat meninggalkan gurunya diperkampungan suku Hui itu dan membawa bekal uang sekadarnya, pakaian yang dibuntal kain kuning, pisau-pisau terbangnya dan sepasang pedang yang diterimanya dari suhunya. Kemudian dia melakukan perjalanan ke selatan, seorang diri dengan pakaian serba putih. Dia melakukan perjalanan cepat, bagaikan seekor bUrung rajawali putih yang keluar dari sarangnya, lembut namUn garang dan berbahaya.
ooo0ooo PulaU itu kalau dilihat dari kejauhan, memang kelihatan seperti seekor naga. Karena bentuknya ini, maka pulau itu disebut Pulau Naga. setiap orang nelayan dan tukang perahu di seluruh pantai Lautan Timur, tentu mengenal pulau ini. Akan tetapi mereka tidak berani terlalu keras membicarakan tentang Pulau Naga. Apa lagi, tidak ada yang berani mendekati pulau itu.Bahkan apa bila perahu mereka berlayar, mereka menghindari agar jangan terlalu dekat dengan pulau yang mereka takuti itu.
Ada apakah di Pulau Naga" Pulau itu menjadi tempat tinggal seorang datuk besar golongan sesat yang berjuluk Tung- hai-ong (Raja Lautan Timur). Bahkan dia menjadi majikan pulau itu, karena pulau itu sudah dianggap sebagai miliknya sendiri. Pulau itu tidak terlalu besar, akan tetapi memanjang seperti bentuk tubuh naga. Luasnya sekitar dua puluh hektar dan pulau ini mempunyai tanah yang subur, dengan bukit kecil di tengah-tengah. Karena pulau ini menjadi milik perorangan, maka penghuni pulau itu semua adalah anak buah datuk itu. Merupakan sebuah perkampungan besar dan Tang-hai-ong siangkoan Bhok menjadi majikannya atau raja keciinya. Anak buah datuk ini kurang dari seratus orang banyaknya, dan semua tinggal dipulau itu bersama keluarganya.
Para penghuni Pulau Naga itu rata- rata memiliki ilmu silat yang cukup tangguh. Dan bagi semua bajak laut, siangkoan Bhok dianggap sebagai datuknya, dan para bajak laut selalu memberi semaCam upeti kepada keluarga siangkoan, tanda taluk. siapa berani melanggar tentu akan mengalami malapetaka. selain menerima upeti dari para bajak laut yang membuat keluarga siangkoan menjadi kaya-raya, juga para anak buah Pulau Naga bekerja sebagai nelayan di laut dan petani di darat. Keadaan Pulau Naga menjadi makmur.
Keluarga macam apakah siangkoan itu" Keluarga siangkoan terdiri dari siangkoan Bhok yang berusia lima puluh tujuh tahun, seorang isteri dengan seorang putera, dan belasan orang selir. siangkoan Bhok seorang laki-laki yang tinggi besar dan gagah perkasa bermuka merah seperti Kwan Keng (tokoh dalam kisah sam Kek). Ilmu silatnya tinggi sekali dan senjata dayungnya amat ditakuti lawan disegani kawan. Dia merupakan seorang datuk besar dunia kang-ouw yang jarang memasuki daratan dan hidup dipulau itu seperti seorang raja. Untuk menjaga keamanan pulau yang dikuasainya, siangkoan Bhok mengadakan peraturan sendiri, yaitu bahwa wilayahnya yang tidak boleh dilanggar orang luar mencapai satu mil dari pantai ke laut. Karena siapa pun orangnya yang melanggar, perahunya tentu ditenggelamkan dan orangnya dibunuh, maka tidak ada lagi tukang perahu berani mendekatkan perahunya ke pulau itu.
Tidak ada yang usil dan berani menentang kekuasaan siangkoan Bhok. bukan hanya karena anak buahnya banyak, akan tetapi terutama sekali karena kelihaian datuk besar ini. siangkoan Bhok menguasai bermacam-macam ilmu silat, bahkan pernah mempelajari ilmu silat Jepang dari seorang pendekat samurai ketika dia masih muda. Dan yang terkenal di antara ilmu-ilmunya adalah ilmu tongkat swe-kut-pang (Tongkat Penghancur Tulang) yang dimainkan dengan dayung bajanya, ilmu silat Kui-liong-kun (silat Naga setan) yang dirangkainya sendiri, juga ilmu tangan beracun Ban-toksciang (Tangah selaksa Racun).
Datuk tinggi besar yang tampan dan gagah ini mempunyai seorang Isteri yang cantik, lembut dan di balik kelembutannya itu tersembunyi kekerasan hati yang mengerikan. siangkoan Hujin (Nyonya siangkoan) ini berusia lima puluh dua tahun, masih tampak cantik menarik dalam usianya yang banyak itu, selalu berpakaian sutera halus dan indah. Nyonya siangkoan juga bukan wanita lemah, ilmu pedangnya indah dan berbahaya dan ia amat terkenal dengan senjata rahasia yang disebut Toat-beng-tok-ciam (Jarum Beracun Pencabut Nyawa). Biarpun hatinya keras, namun agaknya ia penyabar menghadapi suaminya yang di waktu mudanya merupakan seorang pria mata keranjang. Bahkan setelah berusia lima puluh tujuh tahun, siangkoan Bhok mempunyai belasan orang selir. Nyonya siangkoan agaknya tidak peduli akan hal ini, akan tetapi dengan satu syarat bahwa apabila ada selir suaminya yang mempunyai anak. maka anak itu akan dibunuhnya Karena keputusan yang mengerikan dari isterinya ini, siangkoan Bhok tidak mempunyai anak lain kecuali yang dilahirkan isterinya.
Anak itu adalah seorang anak laki-laki yang kini telah berusia dua puluh dua tahun dan bernama siangkoan Tek. siangkoan Tek bertubuh tinggi besar dan berwajah tampan gagah seperti ayahnya. Gerak-geriknya lembut seperti ibunya, akan tetapi wataknya seperti ayahnya. Dia seorang pemuda mata keranjang. Karena tinggal diperkampungan anak buah Pulau Naga, maka yang menjadi korbannya tentu saja adalah gadis-gadis anak para anggauta Pulau Naga sendiri Tidak ada gadis puteri anak buah yang berwajah cantik terlewat. semua menjadi korban pengumbaran nafsu siangkoan Tek. Dan tidak ada gadis pulau itu yang menolak karena selain berwajah tampah gagah siangkoan Tek juga merupakan majikan muda mereka. Para anak buah Pulau Naga juga tidak ada yang berani menghalangi bahkan mereka bangga bahwa puteri mereka disukai majikan muda itu.
sebagai putera tunggal siangkoan Bhok dan isterinya, tentu saja sejak kecil siangkoan Tek digembleng ilmu silat oleh ayah ibunya dan dalam usia dua puluh dua tahun, kini dia telah menguasai semua ilmu yang dimiliki ayah dan ibunya. Akan tetapi dia memilih pedang sebagai senjatanya, seperti ibunya. Walaupun dia pandai pula memainkan swe-kut-pang, akan tetapi dia tidak suka kalau ke mana- mana harus membawa dayung atau tongkat seperti ayahnya. Membawa pedang dipunggungnya lebih gagah baginya.
Nafsu itu sifatnya seperti api. Kalau dibiarkan berkobar makin lama semakin menjadi. segala apa dilalapnya, tidak pernah mengenal puas, bahkan makin banyak yang dimakannya, makin lapar dan hauslah dia Dan sudah menjadi sifat nafsu, kalau dituruti lambat atau cepat dia akan menjadi bosan dengan yang sudah didapatkannya dan selalu haus akan "makanan" yang baru.
Demikian pula dengan siangkoan Tek yang dikuasai nafsu sejak dia masih amat muda, kini telah menjadi bosan dengan gadis-gadis diperkampungan pulau Naga, bosan dengan anak-anak perempuan para anggauta Pulau Naga sendiri. Demikianlah setelah berusia dua puluh dua tahun, siangkoan Tek mulai suka keluyuran keluar dari Pulau Naga, pergi ke daratan untuk bersenang-senang. Dia adalah seorang pemuda yang tampan gagah, berpakaian indah bersikap lembut memiliki banyak uang. Tentu saja amat mudah baginyak uang. Tentu saja amat mudah baginya untuk menjatuhkan hati para gadis di daratan. Beberapa tahun yang lalu ayahnya pernah mengajaknya merantau selama setengah tahun dan dalam perantauannya ini siangkoan Tek mendapatkan banyak pengalaman dan bertemu dengan para pendekar dan tokoh kang-ouw (baca kisah Gelang Kemala).
Pada suatu hari, siangkoan Tek meninggalkan Pulau Naga, berperahu seorang diri menuju kepantai daratan. sedikitnya sebulan sekali dia pergi ke daratan untuk bersenang-senang. Dengan harapan akan mendapatkan kesenangan luar biasa dan dapat menemukan mangsa-mangsa baru, Siangkoan Tek mendayung perahunya sambil bersenandung. Pakaiannya mewah, sepatunya baru, kepalanya memakai topi yang biasa dipakai orang-orang muda golongan bangsawan atau hartawan, di sakunya banyak uang, dia mendayung perahu seenaknya.
setelah tiba dipantai daratan, dia mengikatkan perahunya dipantai, mengambil sehelai bendera kecil bertuliskan "Pulau Naga" dan menancapkan tangkai bendera di kepala perahunya. Tak seorang pun akan berani mencuri perahu itu kalau melihat bendera ini yang menunjukkan bahwa perahu itu milik Pulau Naga.
setelah itu, dia meninggalkan perahunya, yakin bahwa tidak ada orang akan berani mengganggu perahu itu. Dia tidak mempedulikan dusun-dusun yang dilewatinya, melainkan langsung menuju ke kota Yen-tai yang tidak jauh dari tempat itu.
Akan tetapi, di tengah perjalanan ini dia menyusul serombongan orang yang mengiringkan sebuah joli yang digotong dan rombongan ini diramaikan oleh bunyi alat-alat musik yang dimainkan di sepanjang perjalanan dengan gembira juga wajah orang-orang yang mengiringkan joli itu nampak cerah gembira. siangkoan Tek segera mengetahui bahwa rombong an itu adalah orang-orang yang mengantar mempelai wanita ke rumah mempelai pria dan melihat bahwa mempelai wanita yang diantarkan ke rumah mempelai pria, mudah diduga bahwa mempelai prianya tentu seorang bangsawan atau setidaknya seorang yang kaya-raya dan terpandang.
siangkoan Tek tidak peduli akan hal itu dan hatinya sudah tertarik sekali. Kalau ada gadis dusun yang dipilih oleh seorang bangsawan atau hartawan yang tinggal di kota, maka mudah diduga bahwa gadis itu pasti seorang yang cantik sekali. Dia lalu berjalan cepat mendahulu rombongan itu sambil menengok ke arah joli untuk melihat mempelai wanita itu. Akan tetapi jolinya tertutup tirai merah dan dia tidak dapat melihat ke dalamnya. siangkoan Tek cepat mengambil dua buah batu kerikil dan tanpa ada yang mengetahuinya dia melontarkan dua buah batu itu ke arah pemikul joli. Dua dari empat orang pemikul joli itu mengaduh dan terguling sehingga joli itupun miring. cepat dua orang pemikul yang lain menurunkan joli agar tidak sampai terpelanting dan gegerlah semua orang, ingin mengetahui apa yang terjadi. suara suling dan tambur dihentikan dan semua orang merubung dua orang pemikul tandu yang tadi mengaduh dan terguling. Tirai joli disingkap oleh sebuah tangan yang mungil dan tampaklah seorang gadis yang cantik jelita dirias sebagai mempelai muncul dari balik tirai. Mempelai wanita itu pun agaknya tertarik dan hendak melihat apa yang terjadi. Inilah yang dikehendaki siangkoan Tek dan begitu melihat wajah mempelai wanita, jantungnya berdebar dan seluruh, tubuhnya tergetar. Alangkah cantiknya mempelai wanita itu
Keadaan menjadi semakin gempar ketika tiba-tiba ada sesosok bayangan orang melompat dekat joli dan menyambar tubuh mempelai wanita lalu wanita itu dipanggulnya dan dibawa lari, cepat sekali. semua orang hanya melihat bahwa penculik itu seorang pemuda yang berpakaian indah, akan tetapi tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena siangkoan Tek bergerak dengan cepat sekali. Mempelai wanita itu menjerit-jerit akan tetapi lalu bungkam ketika siangkoan Tek cepat menotoknya dan membuatnya pingsan.
Tentu saja para pengantar mempelai itu menjadi terkejut dan marah. Di siang bolong ada orang berani menculik mempelai wanita, sungguh peristiwa ini luar biasa. Mereka lalu melakukan pengejaran, bahkan dua orang di antara mereka yang sejak tadi menunggang kuda dan menjadi semacam "pengawal" bagi rombong an mempelai itu, lalu membalapkan kudanya melakukan pengejaran.
Akan tetapi, biarpun memanggul tubuh seorang gadis dewasa, siangkoan Tek dapat lari cepat sekali sehingga tidak dapat dikejar dua orang penunggang kuda itu. Akan tetapi siangkoan Tek juga tidak dapat meninggalkan jauh.
setelah tiba di tepi pantai, siangkoan Tek cepat melepaskan tali pengikat perahunya dan membawa gadis itu meloncat ke dalam perahunya yang sudah ditariknya ke air. Dua orang penunggang kuda itu masih sempat melihat bendera bertuliskan Pulau Naga di kepala perahu dan mereka mendadak berhenti dengan muka pucat. Pulau Naga Mereka berdua tidak berani mengejar lagi, apa pula perahu itu sudah mulai didayung ke tengah lautan oleh siangkoan Tek.
Keluarga mempelai wanita menjadi geger setelah mendengar bahwa mempelai wanita diculik orang Pulau Naga. Pihak mempelai pria segera diberitahu akan peristiwa itu.
Keluarga mempelai pria adalah seorang pejabat tinggi di kota Yen-tai, merupakan komandan pasukan penjaga keamanan di daerah pesisir dan kota Yen-tai. Komandan pasukan itu bernama su Tian Ho dan yang menikah adalah puteranya bernama su Keng Bi. Ketika menerima laporan bahwa calon mantu perempuannya diculik oleh orang Pulau Naga, Panglima su menjadi marah sekali. Dia memang tidak pernah bentrok dengan Pulau Naga dan tidak mau mengganggu Pulau Naga karena tidak pernah ada laporan bahwa orang-orang Pulau Naga melakukan kekacauan. Di samping itu, dia pun segan bermusuhan dengan penghuni Pulau Naga yang ditakuti orang itu. Asal orang-orang Pulau Naga tidak membikin kerusuhan, dia pun tidak ambil peduli.
Akan tetapi sekali ini dia yang terpukul. Mantunya dilarikan orang Pulau Naga, hal itu berarti penghinaan besar baginya. Kalau dia tidak bertindak, apa akan kata orang"
Dia adalah komandan pasukan keamanan!!
Dengan geram Komandan su lalu mengumpulkan seratus orang perajurit, mempergunakan belasan buah perahu dan memimpin pasukannya itu menyeberang ke Pulau Naga dengan persenjataan lengkap sebelum mereka tiba di Pulau Naga, orang-orang Pulau Naga dengan kaget melihat datangnya belasan buah perahu yang mendekati pulau itu. Mereka cepat memberi laporan kepada siangkoan Bhok. Majikan pulau ini menjadi marah mendengar pelaporan anak buahnya bahwa ada belasan buah perahu penuh dengan penumpangnya menghampiri pulau.
"Kenapa kalian melapor kepadaku" Bukankah sudah kuperintahkan untuk membinasakan semua orang yang berani mendekati pulau?" bentak siangkoan Bhok.
"Ampunkan kami, To-cu (Majikan atau Ketua Pulau), kami tidak berani sembarangan bertindak karena perahu-perahu itu memakai bendera pemerintah. Mereka adalah para perajurit kerajaan yang dipimpin oleh seorang perwira bertubuh tinggi besar. Kami menunggu perintah dari To-cu, baru berani kami bertindak."
Mendengar ini, siangkoan Bhok terkejut. Memang bukan main-main kalau harus menyerang dan membinasakan banyak perajurit kerajaan. selama ini dia sudah bersikap hati-hati, menjauhkan perbuatan yang akan dapat mencelakakan diri sendiri, yaitu bermusuhan dengan pemerintah. Ini pula yang menyebabkan dia tidak mau ikut campur ketika beberapa orang datuk mendukung pemberontakan yang dilakukan Pangeran Tua. Maka, ketika pemberontakan itu dihancurkan, namanya tetap bersih dan dia tidak dimusuhi pemerintah. Kenapa sekarang ada perajurit-perajurit mendatangi pulaunya" siangkoan Bhok segera berganti pakaian yang mewah, kemudian memimpin orang-orangnya menuju ke pantai pulau ke arah mana perahu-perahu itu berlayar menghampiri. Dia memerintahkan anak buahnya agar jangan sembarangan bergerak sebelum mendapat perintah darinya.
Perahu-perahu itu kini merapat ke pantai pulau dan semua penghuni pulau Naga memandang dengan hatitegang. Haruskah mereka bertempur melawan pasukan pemerintah" Namun siangkoan Bhok bersikap tenang saja, seperti tuan rumah yang menanti datangnya tamu kehormatan.
su-ciangkun melompat dari atas perahunya ke darat. Dia sudah pernah berjumpa dengan siangkoan Bhok dalam undangan pesta-pesta di kota Yen-tai, karena orang-orang penting di kota itu tidak melupakan majikan pulau Naga itu kalau merayakan sesuatu dan mengundang orang-orang kalangan atas. Maka, begitu su-ciangkun melompat ke daratan pulau itu, siangkoan Bhok yang segera mengenalnya mengangkat kedua tangan depan dada dan bertanya dengan suara lantang,
"Kunjungan su-ciangkun membawa pas ukan, sungguh mengejutkan. Ada urusan apakah gerangan yang membuat Ciangkun datang seperti hendak melakukan pertempuran?"
Dalam suaranya, biarpun cukup sopan akan tetapi ada nada mengejek. seolah-olah dia tidak memandang sebelah mata kepada pasukan yang seratus orang banyaknya itu. "Agaknya ada urusan yang sangat penting yang dibawa Ciangkun"
Agak tergetar juga perasaan hati su-ciangkun melihat sikap majikan pulau itu dan melihat puluhan orang anak buah Pulau Naga berjaga-jaga dan tidak bergerak bagaikan barisan patung. sungguh besar wibawa majikan pulau Naga ini. Maka diacun mengangkat kedua tangan depan dada sambil berkata, "Tepat sekali dugaan To-cu bahwa kami datang membawa urusan yang amat penting. Ketahuilah bahwa hari ini putera kami hendak menjemput calon isterinya, akan tetapi di tengah perjalanan, calon mantuku itu diculik orang. Penculiknya seorang pemuda dan melihat dia melarikan calon mantuku dengan perahu yang ada bendera Pulau Naga, maka kami sengaja datang ke sini untuk minta agar mantu perempuan kami itu dikembalikan dan pelakunya dihukum"
Tanpa diberi keterangan dua kali, siangkoan Bhpk sudah menduga bahwa pelaku penculikan wanita itu tentu puteranya siapa lagi yang berani melakukan hal itu kalau bukan puteranya" Dia sudah mengenal watak puteranya dan biasanya dia mendiamkan saja semua ulah siangkoan Tek yang gila wanita itu. Akan tetapi sekali ini lain, Yang diculik adalah calon mantu su-ciangkun. Pasti akan terjadi malapetaka besar kalau gadis itu tidak dikembalikan. Kalau hanya menghadapi su- ciangkun dan seratus orang perajurit saja, dia sama sekali tidak gentar. Akan tetapi bagalmana kalau pasukan kerajaan menyerbu pulau itu dengan ribuan orang perajurit"
"Hemm, memang ucapan ciangkun benar. Kalau ada anak buah kami yang melakukan perbuatan, pasti akan kami hukum seberat-beratnya dan calon mantu Ciangkun kami kembalikan. Berilah waktu kepada kami sampai besok pagi, akan kami selidiki lebih dulu dan besok akan kami serahkan kepada Ciangkun dipantai daratan"
Mendengar jawaban ini, su- ciangkun terpaksa menahan kemarahannya. Ucapan majikan Pulau Naga itu memang masuk di akal, pelakunya harus diselidiki lebih dulu. Maka dia lalu dengan suara lantang,
"Kami dapat menerima usul To-cu. Kami akan menarik diri dan menanti dipantai daratan sampai besok pagi. Kalau sampai besok pagi tidak ada berita ketentuan dari To-cu, jangan salahkan kami kalau terpaksa kami bertindak"
siangkoan Bhok juga menahan rasa dongkolnya. Dia saling memberi hormat dengan su-ciangkun yang segera memasuki perahunya kembali dan dia memerintahkan pasukannya untuk kembali ke daratan.
siangkoan Bhok melihat betapa dalam menyambut pasukan pemerintah itu, semua anggauta Pulau Naga keluar, kecuali siangkoan Tek. Dugaannya semakin kuat dan setelah keadaan pulih kembali, dia lalu cepat menuju ke rumah puteranya itu. sejak berusia dua puluh tahun, siangkoan Tek memang minta tinggal di rumah terpisah dari orang tuanya sehingga dia dapat leluasa melakukan apa saja yang dikehendakinya.
setelah tiba di rumah puteranya, siangkoan Bhok langsung saja menuju ke kamar puteranya yang pintunya tertutup dan dari luar kamar dia sudah mendengar isak tangis seorang wanita. Dia marah sekali, bukan marah karena siangkoan Tek menculik seorang wanita, melainkan karena perbuatan puteranya itu mengandung permusuhan dengan pasukan kerajaan. sekali tendang pintu kamar itu jebol dan siangkoan Bhok melangkah masuk.
Dia mengerutkan alisnya melihat siangkoan Tek sedang merangkul seorang gadis cantik yang menangis terisak-isak. Pemuda itupun terkejut dan cepat meloncat ketika melihat ayahnya memasuki kamarnya dengan menjebol daun pintu.
"Ada apakah, Ayah?" tanyanya heran karena belum pernah ayahnya marah melihat dia mempermainkan wanita. biasanya ayahnya tidak peduli bahkan pura-pura tidak tahu kalau dia membawa gadis-gadis ke dalam kamar rumahnya.
siangkoan Bhok memandang kepada puteranya dengan mata marah. Lalu dia memandang kepada gadis itu yang nampak ketakutan dan turun dari pembaringan lalu berjongkok di sudut kamar.
"Inikah gadis yang menjadi pengantin dan kau culik?" tanya siangkoan Bhok.
siangkoan Tek tersenyum, masih tidak percaya bahwa ayahnya akan marah kepadanya hanya karena soal kecil itu. Dia mengangguk dan menjawab, "Benar, Ayah. Apakah Ayah menghendaki?"
"Goblok!! Tolol!! Tidak tahukah engkau siapa ia" Ia adalah calon mantu su-ciangkun. Tadi dia membawa pasukan mendarat ke Pulau Naga dan hendak menggunakan kekerasan."
"Ah, takut apa, Ayah" Kita lawan saja" kata siangkoan Tek penasaran.
"Dasar bodoh tak pandai menggunakan otak" siangkoan Bhok memaki marah. "Dapatkah engkau melawan kalau kerajaan mengirim ribUan pasukan ke sini?"
Mendengar ucapan ayahnya itu, siangkoan Tek terkejut, matanya terbelalak dan dia menundukkan mukanya. Tak disangkanya kalau perbuatannya itu dapat berakibat luas.
"Ah, maafkan, Ayah. Aku tidak menyangka akan berakibat begitu. Aku tidak tahu bahwa ia calon mantu su- ciangkun-" Pemuda itu menoleh ke arah gadis yang masih mendekam di sudut. "Kalau begitu, kita kembalikan saja gadis itu kepada su- ciangkun-"
"Tolol Hal itu bahkan akan membuat su- ciangkun semakin marah. Mengembalikan gadis setelah semalam engkau keram di sini"jangan kata kan bahwa engkau belum mengganggunya, karena aku tidak akan percaya."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Ayah?" kini siangkoan Tek menjadi kebingungan dan gugup,
siangkoan Bhok menudingkan telunjuknya ke arah pedang yang tergantung di dinding kamar itu, "Bunuh ia, cepat"
siangkoan Tek mengerti apa yang dikehendaki ayahnya. Cepat dia meloncat, mencabut pedangnya dan di lain saat, gadis yang malang itu telah tewas dengan dada tertusuk pedang dan tidak sampai berteriak lagi.
"sekarang cepat cari seorang yang dianggap menculik gadis itu, bunuh dia dan bawa ke sini" Kembali siangkoan Bhok memerintahkan kepada puteranya.
siangkoan Tek adalah seorang pemuda yang cerdik dan licik. Tanpa diberi penjelasan tahulah dia sudah apa yang akan dilakukan ayahnya. Dia berkelebat lenyap dari situ, berlari keluar dan di lain saat dia sudah mendayung perahunya menjauhi Pulau Naga. Yang diincarnya adalah sebuah perahu nelayan yang sedang mencari ikan, di luar wilayah perairan pulau Naga. Nelayan itu seorang yang masih muda dan perawakannya seperti siangkoan Tek. Inilah yang dicarinya.
Nelayan itu terkejut dan heran ketika perahu siangkoan Tek mendekatinya. Akan tetapi hanya sebentar dia terheran karena di lain saat dia sudah menggeletak tewas dan dipindahkan ke perahu siangkoan Tek. Pemuda ini mendayung perahunya kembali ke Pulau Naga, meninggalkan perahu nelayan yang terapung-apung tanpa pemiliknya. setelah tiba di pantai, dia memondong mayat itu menuju ke rumahnya, di mana siangkoan Bhok masih menunggu. sementara itu, hari telah hampir gelap karena senja telah tiba.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi benar siangkoan Bhok telah naik perahunya yang cukup besar, dikawal oleh belasan orang anak buahnya yang mengemudikan perahu. Tujuan mereka ke pantai daratan- Setelah dekat dengan pantai dia melihat belasan perahu yang kemarin mendatanginya masih berada di tepi pantai dan tampak pasukan itu masih bergerombol di pantai.
Perahunya tiba di pantai dan siangkoan Bhok melihat Su-ciangkun sendiri yang maju menyambutnya. siangkoan Bhok meloncat ke daratan menjumpai Su-ciangkun.
"Bagaimana, To-cu" Sudahkah engkau berhasil menemukan calon mantuku dan jahanam yang menculiknya itu?"
siangkoan Bhok tersenyum. "Sudah kami temukan dan sudah kami hukum pelakunya." Dia memberi tanda kepada anak buahnya dan beberapa orang anak buah Pulau Naga menggotong dua mayat yang sudah dimasukkan peti mati terbuka. Dua peti mati itu diletakkan di depan Su-ciangkun yang memandang dengan mata terbelalak!! Dia melihat gadis calon mantunya sudah tewas, dan seorang pemuda yang berpakaian mewah mati pula di dalam peti mati itu.
"Bagaimana calon mantuku sampai tewas?" tanya per
Bentrok Para Pendekar 5 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung
^