Pencarian

Kisah Dua Saudara Seperguruan 13

Kisah Dua Saudara Seperguruan Karya Liang Ie Shen Saduran Okt Bagian 13


orang-orang kenamaan semua, dari golongan
tetua, bukannya kita hendak ambil pengaruh dari jumlah yang
banyak, kau harus tenangkan diri, kau berdiam di sini, ikuti
soepehmu untuk berlatih.?
Teng Hiauw berdiam hatinya tidak enak. Selang beberapa
hari benar-benar Thaykek Tan berangkat dengan ajak hanya
Poo Beng, untuk sambangi Han Koei Liong, guna penuhkan
undangannya Tjoe Hong Teng.
Selama jago Thaykek-pay ini lakukan pcrjalanannya,
baiklah kita tengok Siangkoan Kin, yang telah berangkat
scorang diri akan kunjungi Ong Tjoe Beng, Ketua dari Toatoohwee.
Lebih dahulu daripada itu, setelah berpisahan dari Lie
Lay Tiong dan Thio Tek Seng, akan laporkan putusannya
Ketua Giehoo-toan. Ia bekal karcis nama yang memuat
namanya Tjoe Hong Teng berikut namanya sendiri. Ia pergi
sendirian ke Shoatang Utara, ke Gunung Sengtjoe-san di
mana Ong Tjoe Beng bermarkas.
Seng Tjoe San ada sebuah gunung yang bagus
keadaannya, penuh dengan rimba dan tanjakan, tetapi
lembahnya bisa dipakai bercocok-tanam, untuk dirikan rumahrumah
tinggal. Di sini Toatoo-hwee pusatkan diri,
bentengannya kuat. Ke sarang Toatoo-hwee ini Siangkoan Kin
pergi tanpa jerih sedikit juga, malah ketika ia sudah
menghadapi muka curam Sengtjoe-gam, ia maju terus tanpa
cari lagi orang Toatoo-hwee untuk minta dikabarkan hal
kedatangannya itu.
Ia ncrobos di tempat-tempat lebat dan sukar dengan
Tengpeng touwsoei ilmunya cntcngi tubuh dan lari cepat
sepcrti mclcsat bebcrapa kali ia lewari tempat-tempat
penjagaan, ia lewat terus tanpa kasih dirinya terlihat para
penjaga. Ia telah lintasi bclasan pos penjagaan itu, lantas ia
sampai di muka ben teng, markas besar dari Ong Tjoe Beng.
Pernah beberapa penjaga lihat bayangan berkelebat lantas
lenyap, karena menyangka mata mereka lagi kabur, mereka
tidak berani bunyikan suitan pertandaan.
Dengan thungsanya yang panjang dan gerombongan, yang
memain antara siurannya angin, sembari goyang-goyang
kipasnya Biauwkim sietjoe, Siangkoan Kin bertindak lebar
menghampirkan pintu markas, sama sekali ia tidak perdulikan
belasan serdadu yang jalan mondar-mandir menjaga di situ.
Adalah dua pengawal di muka pintu markas yang heran
hingga mereka berseru: ?Eh! ? Kau siapa? Adaurusan apa
pagi-pagi begini kau datang kemari?? Tapi mereka mengawasi
dengan mendelong. Sebenamya mereka merasai hawa pagi
ada dingin, akan tetapi orang tak dikenal ini justru lagi kipasi
diri..-. Siangkoan Kin berdiri diam, lalu ia tertawa.
?Aku adalah guru sekolah,? ia jawab seraya ia tunjuk
dirinya sendiri, suaranya pelahan dan sabar. ?Tjong-totjoemu
telah undang aku untuk aku ajarkan sekolah pada anaknya??
Serdadu itu heran, ia sangsi.
?Eh. Loodjie,? kata ia pada kawannya, ?kau sudah tinggal
lebih lama di sini, apakah kau ketahui, ada anaknya Tjongtotjoe
yang hendak disekolahkan??
Kawan itu berpikir.
?Putera Tjong-totjoe ada dua,? ia jawab kcmudian. ?Putera
pertama, umurnya sudah dua puluh lebih, tidak ada di sini.
Yang kedua baharu berumur dua atau tiga betas tahun, apa
mungkin baharu sekarang dia mau bersekolah??
?Anak umur dua atau tiga bclas tahun baru disekolahkan,
apa anehnya?? kata Siangkoan Kin. ?Dia ada terlalu dogoi, kau
tahu atau tidak??
Thiebian Sieseng goyang kepalanya, juga kipasnya, ia bawa
lagak benar-benar mirip dcngan satu guru sekolah.
Loo Djie bercuriga, ia awasi orang,
akan tiba-tiba tanya:
?Kalau kau benar diundang Tjong-totjoe, surat keterangan apa
kau ada punya? Jikalau orang asing datang kemari, dia mesti
diantar oleh tauwbak atau dia membawa lengtjhie, atau kalau
dia ada orang undangannya Tjong-totjoe. Mana surat
keteranganmu? Mari kasih aku lihat!?
Siangkoan Kin tertawa, ia mengipas pula berulang-ulang.
?Kau inginkan bukti?? ia balik tanya, sembari tertawa.
?Langit kuning, bumi kuning, bertemu sama orang Ouw.disapu
bersih, Kedua serdadu itu melengak. ?Oh, kau kctahui
pertandaan kita hari ini?? mereka tegasi.
?Kau orang lihat, bukankah aku tidak perdayakan kau
orang?? Siangkoan Kin bilang tanpa perdulikan pcrtanyaan
orang. ?Kemarin aku diundang oleh Tjong-totjoenya, dia beri
tahukan aku tanda mulut hari ini. Karena aku ketahui
pertandaan, sudah tentu aku tak mcmbutuhkan pengantar
tauwbak atau surat keterangan lainnya.?
Kedua serdadu itu percaya keterangan ini, memang markas
mereka sering kedatangan tetamu-tetamu orang kenamaan,
mclainkan Siangkoan Kin ini, lebih aneh daripada yang
kebanyakan, tetapi karena orang
tahu tanda rahasia itu hari,
mereka tidak berani berayal atau berlaku kurang hormat.
?Silakan!? mcrcka mcngundang. Demikian Thiebian Sieseng
diantar ke dalam. Sccara kcbetulan saja tadi, di tengah jalan,
ia dengar tanda rahasia orang, sekarang ia gunai itu. Tapi ia
tidak sangka, karena ia permainkan kedua serdadu itu,
mereka ini apes, mereka masing-masing telah diganjar dua
puluh rotan, sedang Ong Tjoe Beng pun mendongkol bukan
main, sebab di luar sangkaannya, markasnya orang bisa
memasukinya secara demikian leluasa, ia merasa sangat
terhina.
Siangkoan Kin tertawa di dalam hatinya selagi ia diantar
masuk, karena secara gampang saja ia dapat perdayakan
kedua serdadu itu. Buat sementara ia diminta menantikan di
muka markas. Ia berdiri helum lama atau segera ia dengar
suara riuh di dalam markas itu dari suara orang, dari tambur
dan gembreng yang dipalu nyaring. Pintu besar dari markas
pun segera dipentang lebar-lebar. Satu orang,
yang tubuhnya
besar, bertindak keluar dengan cepat, di depannya Siangkoan
Kin ia memberi hormat secara militer, lalu ia kata dengan
nyaring: ?Tjong-totjoe kita dengan hormat menanya
Siangkoan Sianseng, Tjoe Hong Teng sendiri datang atau
tidak??
Inilah ada perbuatan sengaja dari Ong Tjoe Beng. Ia
terkejut ketika tadi ia dikabarkan datangnya ?si guru sekolah?
secara tiba-tiba itu, ia sampai berpikir sambil kerutkan alis,
lalu dengan tiba-tiba ia gaplok serdadunya itu, yang lebih jauh
ia perintah ringkus, untuk dihukum rangket dua puluh rotan,
hukuman mana sudah lantas dijalankan. Itulah sebab dari
suara tambur dan gembreng, dari suara berisik barusan.
?Thiebian Sieseng menghinaaku, dia menghina Toatoohwee!?
ketua ini berseru dalam gusamya. Tadinya ia mau
segera keluar sendiri. akan terjang si guru sekolah itu, baiknya
hampir berbareng dengan itu, ia dapat pikiran lain, maka ia
jadi sabar pula, sctclah Berpikir, ia perintah pentang pintu
markas dan k i rim wakilnya akan minta keterangan, Tjoe
Hong Teng sendiri datang atau tidak.
Siangkoan Kin tidak puas me lihat Ong Tjoe Beng tidak
muncul sendiri, ia sebal atas cara agung-agungan orang
itu,
ia pun gusar atas pertanyaan orang itu. Ia mengerti, teranglah
Ong Tjoe Beng sudah tidak melihat mata terhadapnya. Ia
awasi wakil itu, lalu ia tertawa besar.
?Giehoo-toan kita bukanlah urusannya Tjoe Hong Teng
seorang!? berkata ia. ?Giehoo-toan adalah Giehoo-toan!
Tolong kauberitahukan kepada Tjong-totjoe, aku telah
wakiikan Tjoe Hong Teng, maka urusan bagaimana besar
juga, aku berhak untuk mewakilkan sepenuhnya!?
?Hm, kiranya Tjoe Hong Teng tidak mau muncul sendiri!?
berkata orang itu. ?Jadinya dia kirim kau sebagai wakilnya!
Mari kasihkan aku karcis namamu, nantt aku tolong
mengabarkannya kepada Tjong-totjoe. Tentang Tjong-totjoe
sudi terima kau atau tidak, itulah urusan Tjong-totjoe sendiri!?
Belum pernah Siangkoan Kin terima hinaan semacam ini,
coba tidak Tjoe Hong Teng telah pesan ia untuk bersabar.
hampir ia tak sanggup kendalikan diri lagi. Untuk bisa ketemu
sama Ong Tjoe Beng. ia berlaku sabar luar biasa. Tapi, ketika
ia serahkan karcis namanya, ia kata dengan nyaring: ?Aku
mau ketemu sama Ong Tjong-totjoe, bukan sama kau, Tuan
mengenai ucapan kau ini, apabiia ini keluar dari hatimu
sendiri, sebentar saja sehabisnya aku bertemu sama Ong
Tjong-totjoe, kita nanti perhitungkan. tetapi jikalau itu ada
pesan ketuamu, sekarang juga aku akan segera kembali!?
Sambil mengucap demikian, dengan kipasnya. Thiebian
Sieseng tuding muka orang pada arah hidungnya.
Orang itu mundur dua tindak, ia tahu siapa adanya si
Mahastswa Muka Besi, sembari putar tubub, untuk bertindak
ke dalam, ia kata: ?Aku nanti kabarkan kedatangan kau ini!
Jikalau kau hendak umbar adatmu, scbentar saja di depan
ketua kita, jikalau kau berani kau baharulah satu hoohan!*?
Orang ini masuk belum lama, lamas Siangkoan Kin lihat
munculnya belasan orang yang berbans mengiring satu orang,
siapa bukannya Ong Tjoe Beng, dia ini dandan scbagai satu
tauubak.
?Silakan masuk? dia mengundang sambil memberi hormat.
Siangkoan Km menyahuti sambil bertindak. akan ikuti orang
itu, barisan siapa lantas mengiringi ia dengan mengapit di kiri
dan kanan, di mana pun ada terpajang pelbagai macam alat
senjata. bukan ditaruh di atas para-para, hanya dicekal oleh
dua barisan serdadu, antaranya ada barisan panah, semuanya
sudah bersiap sedia.
Meskipun ia lihat markas yang angker itu, Siangkoan Kin
tidak jerih sedikit jua. Ia bertindak dengan tenang, kipasnya
digoyang-goyang pergi-datang, ia menoleh ke kiri dan kanan,
dengan roman agung-agungan.
Sebentar saja mereka sampai di ruangan markas, yang
besar dan luas, tctapi orang yang berduduk di situ
menghadapi meja cuma sepuluh orang
lebih, yang duduk di
tengah ada seorang tua kate dan kurus, kumisnya pendek,
sebelah tangannya mencekal sebatang liongtauw koay-thung,
tongkat bcrukiran kepala naga, sikapnya jumawa sekali.
Siangkoan Kin mengawasi, juga keempat penjuru, di situ ia
tidak lihat Ong Tjoe Beng, lantas saja ia tanya dengan suara
keras: ?Mana dia Ong Tjong-totjoe? Aku sengaja perlukan
datang berkunjung kemari, untuk menemui dia, dari itu, perlu
aku bertemu dengannya!?
Si orang tua kate dan kurus itu tertawa besar, dengan
tongkatnya, ia menunjuk pada scbuah kursi kosong di
sampingnya.
?Silakan, silakan duduk!? ia mengundang. ?Nanti kita orang
bicara!?
Ia mengundang, akan tetapi ia tidak bergerak dari
kursinya, sikapnya tetap jumawa.
Siangkoan Kin menahan sabar, ia masih saja mengipasngipas,
tanpa menoleh lagi pada orang tua itu, ia duduk di
kursi yang ditunjuk itu, kemudian baharulah ia putar
tubuhnya, akan tanya dengan suara keras: ?Sebenarnya ke
mana perginya ketuamu??
Orang tua itu tertawa mengejek.
?Kau hendak menemui Tjong- totjoe?? ia tegaskan. ?Dia
ada di sini, tetapi dia tidak sempat untuk menemui kau!
Urusan Toatoo-hwee bukannya urusan Ong Tjoe Beng satu
orang, karena aku telah bisa duduk di sini mewakilkan dia,
biar urusan sebesar langit, aku sanggup untuk mengurusnya!
Sahabat, kau ada punya urusan apa, cobalah kau lekasan
utarakan itu kepada kita.?
Ini adalah ucapan dengan lagu suaranya Siangkoan Kin
tadi, ketika ia ditanya kenapa Tjoe Hong Teng tidak datang
bersama. Nyatalah sekarang orang telah pakai itu, untuk ajoki
dia. Dan si orang tua bicara dengan tidak sungkan-sungkan
lagi.
Siangkoan Kin ada seorang yang berpengalaman, walaupun
sikapnya orang itu ada menjemukan, ia tidak hunjuk
kemurkaannya. Ia pernah hadapi orang dari segala macam
tingkah-polah, ia tidak merasa aneh. Malah tanpa berpikir lagi,
ia buka mulutnya.
?Maafkan aku, aku berlaku kurang hormat!? ia menyindir
?Aku masih belum tahu kau ada pernah apa dengan Ong
Tjong-totjoe? Aku wakilkan Tjoe Tjong-totjoe, tentang
persahabatanku, derajatku, dengannya, kaum Rimba
Persilatan telah mengetahuinya, tetapi kau, yang mewakilkan
Ong Tjong-totjoe, persahabatan kau, derajatmu, tentulah
tidak berbeda dengan aku dengan Tjoe Tjong-totjoe, akan
tetapi aku malu sekali, pemandanganku, pendengaranku, ada
menyedihkan, hingga aku tidak ketahui she dan namamu yang
besar!?
Ucapan itu merendah akan tetapi suara diucapkannya ada
menyindir, ada berupa penghinaan untuk si orang
tua serta
kedudukannya dalam Toatoo-hwee. Tentu saja orang tua itu
insyaf atas ejekan orang, akan tetapi dia pun seperti tak
gubris itu, malah sengaja dia tertawa berkakakan, tongkatnya
diketruki ke jubin.
?Kau Tuan Thiebian Sieseng, namamu sungguh tepat, tak
nama belaka!? demikian katanya. ?Bukan cuma kau ?bermuka
besi?. Aku dengar. tangannya juga keras, sayang aku belum
pernah saksikan itu. Bahwa mulut kau tajam, sekarang aku
dapatkan buktinya.? Terima kasih! -Sahabat, kau sebenarnya
bicara sembarangan saja!? Tiba-tiba ia tambahkan dengan
nyaring, air mukanya pun berubah menjadi bengis. ?Sahabat,
tentang perhubunganku dengan Ong Tjong-totjoe, orang luar
tidak punya sangkutannya. kau juga tidak ada perlunya untuk
mencari tahu, hanya tentang she dan namaku, aku boleh
jelaskan kepada kau. bahwa itu tidak ada terlebih nyaring
daripada nama Thiebian Sieseng. Namaku itu tidak ada
hubungannya dengan urusan pertemuan ini hari. Aku adalah
satu boebeng siauwtjoet di bawahnya Ong Tjong-totjoe, tetapi
ini hari, aku ada punya hak kekuasaan untuk mewakilkan
Toatoo-hwee, untuk bicara sama kau. Berapa usiamu
sekarang? Aku pcrcaya, aku ada terlebih tua beberapa tahun
daripadamu. Dengan usiaku ini, aku pernah lihat beberapa
beruang yang namanya kosong belaka!?
Kata-katanya orang tua itu makin lama jadi semakin tajam,
maka keagungannya Siangkoan Kin kena terbentur. Maka
sekarang Thiebian Sieseng ketemu lawannya!
Usianya Siangkoan Kin belum lanjut, akan tetapi derajatnya
ada tinggi, dan dengan boegeenya yang liehay. selama
merantau belum pemah dia ketemu tandingan, dari itu, ia jadi
semakin kepala besar, apabila dia bicara, kadang-kadang dia
tidak mikir-mikir lagi, sekarang untuk pertama kalinya, dia
bentrok sama mi orang tua yang ridak dikenal; dia jadi
tetcengang, dia kalah bicara. Tapi dia tidak diam lama-lama.
Dia buka matanya lebar-lebar. dia tertawa dingin.
?Aku yang rendah termasuk dalam kalangan Rimba
Persilatan, sebenarnya aku tidak punyakan kepantasan, tidak
ada halangannya untuk aku membawa-bawa golok! Tjoe
Tjong-totjoeku scrta Ong Tjong-totjocmu tidak bersahabat
kekal, akan tetapi mereka ada dari satu kalangan, sama-sama
mencntang bangsa Boan, memusnahkan bangsa asing, jadi
maksud tujuannya sama, dari itu tidak ada harganya kudanya
bentrok untuk urusan kecil sebagai bulu ayam atau kulit
bawang ini. Begitulah ini hari aku wakilkan Tjoe Tjong-totjoe
datang kemari untuk mohon pelajaran dari Ong Tjong-totjoe,
baiklah, tak usah kita jalan mutar atau adu mulut, kau boleh
bicara langsung padaku!?.?
Orang tua itu tidak tunggu sampai orang berhenti bicara, ia
sudah memotong.
?Kalau begitu, kau sebutkanlah!? demikian katanya. ?Cara
boen, cara boe. aku selamanya siap untuk menemani!? ,
Siangkoan Kin melirik, lantas ia beri kan jawabannya: ?Aku
minta kau orang serahkan kita punya Totjoe Touw Kanlouw
dari Djimpeng untuk aku ajak pulang. Aku datang bukan untuk
unjuk kegagahan atau buat pieboe, maka jikalau kau,
Lauwhia, ada keinginan akan memberi pengajaran kepadaku,
kau bisa lakukan itu sesudah selesai urusan kita ini ? kau
tunjuki saja tanggal-harinya, aku Siangkoan Kin siap sedia
untuk melayani!?
Orang tua kate-kurus itu tertawa cekikikan.
?Enak sekali kau bicara!? katanya. ?Kau toh tahu, orang
Kangouw ada aturannya sendiri, orang Rimba Hijau ada
caranya sendiri juga. Pihak kita Toatoo-hwee sudah lama
tancap kaki di Dj impeng, lantas di sana Touw Totjoemu
memaksa merampas daerah kita, ia membuka rumah
perguruan, dari itu tidaklah heran jikalau ketua kita tangkap
dan tahan padanya. Jangan kata baharu kau yang datang,
umpama Tjoe HongTeng yang datang sendiri, tak gampanggampang
kita nanti serahkan dia!?
Siangkoan Kin tertawa berkakakan.
?Apakah aturan dan caranya kaum Kangouw dan Rimba
Hijau?? ia mengejek. ?Pihak kita, belum pemah kita anggap
Toatoo-hwee sebagai kaum Kangouw dan Rimba Hijau yang
kebanyakan! Mengapa kau sebut-sebut kaum atau golongan?
Kita hendak bangunkan bangsa Han, untuk tolong rakyat, kita
bukannya tukang rampas, bukan tukang kangkangi tanah
daerah, tetapi kau orang, janganlah kau orang terbitkan
kerenggangan karena urusan sekecil itu, perbuatan itu bisa
membikin puas pihak musuh!? .
Walaupun Siangkoan Kinrbicara dengan caranya
sendiri$aiigjurriawa, akan tetapi dia pakai at uran, dari itu,
pihak Toatoo-hwee itu berubah air mukanya masing-rnasing.
Cuma si orang tua kate-kurus, yang matanya belalakan, ia
tertawa cekikikan secara menghina, ?Siangkoan Kin, kau
bersemangat, kau satu enghiong!? begitu ejekannya ?Bagus
sekali omongan kau! Karena kau bicara dari arah besar,
baiklah, aku pun hendak omong terus terang, jikalau kau
bersedia untuk nyatakan setuju, dengan segcra aku nanti
merdekakan saudaramu!?
?Aku suka dengar keterangan kau!? jawab Siangkoan Kin
dengan cepat.
?Syarat kita sedikit pun tidak sulit,? ia kata kemudian.? ?Kau
mewakilkan Tjoe Hong Teng, sekarang aku silakan kau
menjura kepadaku untuk menghaturkan maaf, sctclah itu,
lantas kau sampaikan kepada Tjoe HongTeng agarGiehoc-toan
selanjutnya ditaruh di bawah penilikannya Toatoo-hweef*
Bukan mam gusarnya Siangkoan Kin akan dengar syarat
itu. Segala apa mengenai dirinya pribadi, ia rnasih bisa sabar,
tetapi ini ada kehormatannya Giehbo-toan. Kedua matanya
mendelik.
?Bagaimana jikalau kita menolak?? ia itanya; la tertawa
menghina. ?.?Menolakpun tidak apa-apa? jawab si orangtua.?
Kau ada sangat kesohor. Laiiwhia, dengan Tjoe Hong Teng
kau punya persahabatan untuk hidup dan mati, tetapi aku
yang rendah tak tahu diri, selagi aku merasa sangat
beruntung dengan pertemuan kita ini, biar bagai mana aku
mesti bisa belajar kenal dengan kepandaianmu!?
Siangkoan Kin segera berbangkit, kipasnya dipakai
melambai-lambai. ?Mari?, mari!? ia menantang dengan
bentakannya. ?Walaupun kau berada di kedung naga dan
guha harimau, aku. Siangkoan Kin ingtn sekali mendapatkan
kcputusan! Bilang kau orang hendak main keroyok-keroyokan
atau satu sama satu??
Si orang tua menekan tongkatnya, untuk bangkit berdiri
secara pelahan-lahan, sambil miringkan kepala, ia
memandang, ia tertawa.
Itu artinya pertandingan satu sama satu.
Tapi Siangkoan Kin masih menegaskan: ?Ini artinya kita
orang akan putuskan siapa jantan siapa bctina! Jikalau aku
kalah, dengan kedua tanganku, aku nanti angsurkan Giehootoan
kcpadamu. Umpama kau yang kalah, bagaimana??
?Jikalau aku kalah, dengan kedua tanganku, aku nanti
serahkan Touw Kanlouw,? sahut orang tua itu.
Thiebian Sieseng tertawa, ia lantas bertindak ke medan.
?Perkataan kita telah menjadi penetapan, secara begini
aku nanti terima peiajaran dari kau,? ia bilang. ?Senjataku
adalah ini kipasku. Kau sendiri, kau hendak pilih senjata atau
tidak??
Orang tua kate-kurus itu menghampirkan.
?Gegamanku juga ini tongkatku,? ia menyahuti. ?Untuk
mengajar anak-cucuku, aku gunai tongkat ini, demikian di
waktu bertempur, aku gunai ini juga, tidak ada harganya
untuk memilih lain senjata!?
Siangkoan Kin telah sampai di medan di mana dengan tibatiba
ia putar tubuhnya.
?Sudah, jangan mainkan lidah!? ia berseru. ?Silakan
keluarkan kepandaian kau!?
Si orang tua berlompat maju, akan mendekati.
?Menghunjuk hormat adalah tak terlebih sopan daripada
menerima perintah,? kata ia sambil tertawa, sambil manggut.
Thiebian Sieseng, kau awaslah untuk menyambut scrangan!?
Dengan ?Taypeng tiantjie? atau ?Burung garuda pentang
sayap?, orang
tua itu membabat pinggang dengan
tongkatnya, senjata itu sambil perdengarkan suara angin yang
nyaring.
?Bagus!? berseru si Mahasiswa Muka Bcsi seraya ia
berloncat, hingga tongkat lewat di bawahan kakinya.
Tubuhnya seperti ada di tengah udara, tetapi tangannya tidak
diam saja, dengan kipasnya, dengan tipu ?Pekhong koandjit?,
atau ?Bianglala putih menggelung matahari?, ia totok jalan
darah ?Hoakay-hiat?.
Si orang tua egos kepalanya, berbareng dengan itu, ia
teruskan tongkatnya, untuk menyodok orang punya perut di
bagian jalan darah ?Tanthian-hiat?. Dengan ini cara, ia pun
berbareng menangkis kipas lawan.,
Siangkoan Kin lompat, sebelah kakinya menjejak ujung
tongkat, dengan itu jalan ia menekan, hingga tubuhnya terus
mencelat tinggi, loncat melewati si orang tua.
Orang tua itu segera putar tubuhnya, tidak tunggu sampai
sudah melihat nyata, ia terus menyerang ke arah belakang,
tubuhnya dimajukan, untuk merangsang.
Thiebian Sieseng telah perlihatkan keentengan tubuhnya,
tapi karena gerakan ini, ia kena didesak. Bcgitulah ujung
tongkat mengarah kakinya. Atas ini, ia taruh tubuhnya, tangan
kirinya menangkis, kaki kanannya maju, menyusul mana,
kipasnya mencari jalan darah ?Kintjeng-hiat? di pundak lawan.
Orang tua itu berkelit sambil berseru, tetapi dia bukannya
mundur, hanya dari samping, ia balas menyerang sambil
berseru pula: ?Kena!? Gcrakannyaini ada gesit sekali,
tujuannya adalah muka. Dia telah berseru, karena dia
mengira, kecepatannya ada istimewa dan musuh tak bakal
lolos.
Thiebian Sieseng tidak kalah gesitnya, dalam keadaan sulit
seperti itu, ia masih sempat mengegos tubuh, lalu dengan
satu gerakan Ngoheng-kiam, ia pakai kipasnya untuk
membabat lengan orang.
Dan pihak penyerang, si orang tua jadi pihak terserang,
tapi ia tidak gentar dengan ancaman babatan kipas itu. Malah
ia pun tidak mundur atau berkelit, dengan berani ia menusuk
jalan darah orang ?Kieboen-hiat?.
Insyaf pada bahaya, Siangkoan Kin loncat mundur, hingga
dengan demikian, si orang tua pun jadi lolos dari bahaya
Mereka berdua adalah tandingan setimpal, dua-duanya
mengerti ilmu menotok jalan darah. Cuma sebentar saja
mereka renggangkan diri, lantas mereka merangsang pula,
mendekati satu pada lain, akan lanjuti pertempuran mereka.
Sekarang, walaupun mereka saling menyerang, keduanya
sama-sama waspada terhadap pembelaan diri. Kipasnya si
mahasiswa bergerak tanpa juntrungan, tempo-tempo scbagai
alat penotok, di Iain saat bagaikan pedang saja, tapi semua
arah adalah jalan darah. Di sebelah ia, demikian juga si orang
tua kate-kurus dengan tongkatnya
Semua hadirin di ruangan itu menjadi kagum, apa pula
berselang sctengah jam, kedua pihak masih sama unggulnya.
Mereka semua menonton dengan ternganga.
Kedua pihak yang lagi berkelahi juga berkelahi sambil
mengasah otak.
?Benar-benar dia wariskan kepandaiannya Soekong
Tjiauw,? pilar si orang tua ?Dia belum berumur empat puluh
tahun, dia sudah begini liehay?.? .
?Drang tua ini liehay sekali,? Siangkoan Kin pun berpikir.
?Di scbclah ilmu silatnya, dia pandai Tiamhiat-hoat. Siapakah
dia? Dia sudah berusia lanjut. mengapa aku belum pemah
dengar ten tang dia??
Memang juga, Thiebian Sieseng tetap tidak mengetahui
siapa musuh ? tua yang liehay ini, hingga ia mesti berkelahi
dengan sungguh-sungguh.
Lagi tiga puluh jurus telah lewat tatkala Siangkoan Kin,
dalam penasarannya, perdengarkan scruan panjang, yang
disusul sama serangannya yang seru, hingga ia nampaknya
jadi gesit luar biasa, kipasnya mencari dengan bengis jalan
darah orang. gerakannya mirip dengan walet menyambar
gelombang atau garuda menerkam kelinci.
Si orang tua juga melayani dengan sungguh-sungguh,
gerakannya jadi tidak kurang gesitnya, akan tetapi sekali ini,
belum terlalu lama, pcrubahan mulai nampak. Yaitu si orang
tua, dengan pelahan-lahan, mulai terdesak. agaknya ia repot
berkelit atau menangkis, sebab lawannya berkelebatan di kiri
dan kanannya.
Orang-orang Toatoo-hwee juga lihat pcrubahan itu, mereka
terkejut, diam-diam mereka segera siapkan senjatanya
masing-masing, begitupun pelbagai senjata rahasia mereka,
hingga sekarang mereka tinggal menanti ketika akan turun
tangan, untuk bantu kawan itu.
Beberapa jurus masih dilewatkanj apabila kemudian,
dengan sckonyong-konyong Siangkoan Kin perdengarkan pula
seruannya, yang nyaring: ?Awas!?
Menyusul seruan itu, si orang tua kate-kurus berkelit,
tubuhnya sempoyongan beberapa tindak. Dan justru itu,
pelbagai senjata rahasia lantas saja menyambar saling susul
ke arah Siangkoan Kin!
Seperti juga orang yang telah dapat menduga terlebih
dahulu, tubuhnya Siangkoan Kin sudah mencelat begitu lekas
ia bikin lawannya sempoyongan. la telah desak si orang tua,
kipasnya mencari jalan darah orang. Si orang tua bisa loloskan
diri dari bahaya cuma sambil berkelit dan menangkis, tetapi
karena ini, kipas lawan mengenai lengan kanannya yang
dipakai menangkis itu, karena mana, tubuhnya jadi tidak
dapat imbangan pula.
Thiebian Sieseng bukan mencelat ke belakang atau ke
samping, hanya ke depan, begitu tinggi dan jauh, ia telah
loncati kepalanya beberapa hadirin yang ada menjadi tauwbak
atau pemimpin sebawahan dari rombongannya si orang tua
kate-kurus itu, dengan begitu, ia jadi luput dari seranganserangan
curang. Ia pun tidak berhcnti dengan sekali loncat
melesat saja. Dengan bengis ia robek bajunya yang
gerombongan, dengan tangan kirinya, ia mengibas terhadap
dua serdadu pengawal pmtu, yang ia terus rubuhkan dengan
totokannya. Kemudian, sesampainya di luar, ia loncat naik ke
atas rumah. Masih ada senjata-senjata rahasia, yang
menyambar kepadanya, karena orang menyusul mengejar
keluar tetapi dengan robekan bajunya, ia saban-saban
menyampok, membikin pelbagai senjata itu meluruh jatuh ke
tanah.
Benar di saat Thiebian Sieseng sampai di luar benteng, si
orang tua sudah menyusul padanya.
Muridnya Soekong Tjiauw tidak sudi layani musuh itu, ia lari
terus. Ia sengaja ambil jalanan yang bukan jalanan, yang
lebat dengan pepohonan dan sukar; dalam tempo yang
pendek. ia telah lewatkan beberapa pos penjagaan dan
tanjakan. Oleh karena kegesitannya, ia bikin pengejarnyapun,
yang pun liehay sekali, kctinggalan di belakang ia kira-kira
tujuh tumbak.
?Bangsat, hentikan tindakanmu!? Thiebian Sieseng
membentak apabila ia saksikan orang masih ngotot, mengejar
ia. ?Kau sudah kalah, kau langgar janji kita! Bagaimana kau
berani bokong aku? Jikalau kau tetap masih kejar aku, nanti
terpaksa aku tak dapat berlaku sungkan-sungkan lagi!?
Si orang tua tidak jawab teguran itu, hanya ia
perdengarkan seruan panjang dan keras sekali: ?Shako, pegat
dia!?
AKan tetapi, walaupun seruan itu mengagetkan burungburung?
dan menggetarkan rimba?, tidak ada penyahutannya,
tidak ada bayangan sekalipun yang muncul, akan pegat
Siangkoan Kin.
?Kau gunai akal, untuk bikin orang
curiga dan bingung,?
piker Thiebian Sieseng, yang terus gunai ketika selagi si orang
tua hentikan tindakannya, ia loncat pula, melesat sampai jauh,
apabila ia telah ulangi itu sampai tiga kali, ia lantas pisahkan
diri jauh dari si orang tua, hingga di lam saat, ia bisa
menghilangdari matanyasi pengejar. Siangkoan Kin telah
memasuki daerah yang berbahaya dari tubir Seng Tjoe Gam,
jalanan ada sangat tidak rata; di depan ia ada puncak yang
tinggi menjulang langit,di samping ia ada jurang yang dalam.
Pepohonan di situ juga sangat lebat Maka itu, kendatipun
langit sudah mendekati tengah hari, sinar matahari tak
sanggup menembusi cabang-cabang dan dedaunannya yang
sarat. Melainkan di sana-sini saja, cahaya Batara Surya bisa
juga menembus sedikit
Tanpa perdulikan jalanan yang sukar itu, Siangkoan Kin
maju terus, untuk cari jalan keluar. Selagi ia lewati sebuah
pohon, mendadak ia dengar suara tertawa aneh. seperti
suaranya burung alas, hingga ia terperanjat, dan berpaling,
tetapi berbareng dengan itu, satu bayangan orang, yang
warnanya abu-abu, sudah berlompat kedepannya, gesitnya
bagaikan melesatnya sebuah bintang, tahu-tahu bayangan itu
menyerang padanya. Ia masih sempat lihat orang, ada
memakai topeng.
Terkejut unluk itu macam serangan menggelap, Siangkoan
Kin masih bisa gunai robekan bajunya untuk mcnangkis, di lain
pihak, dengan kipasnya, ia barengi menyerang jalan darah
?Kiauwim-hiat?.
Dengan mcncrbitkan satu suara yang nyaring, robekan
bajunya Thiebian Sieseng kena dibikin pecah besar, menyusul
mana, jari tangannya penyerang gelap itu menyambar ke
tubuh sasarannya.
Dalam kagetnya, Siangkoan Kin lompat berkelit, tapi ia
segera disusul dengan berkelebatnya bebcrapa benda
berkeredepan bagaikan bintang, dari mana ia tak sempat
menyingkir pula, bingga ia mcrasakan kaku dan sakit, tapi
karena ia tetap sadar, ia pun ayun tangannya, di mana telah
siap scnjata gelap yang tadinya hendak dipakai menyerang si
orang tua.
Penyerang gelap itu, yang bertopcng, terdengar tertawa
aneh, tubuhnya lompat maju pula, akan tetapi gerakannya
tidak lagi segesit tadi, malah begitu lekas kedua kakinya
menginjak tanah, ia berkaok, ia menjerit ?Aduh!? disusul sama
rubuh tubuhnya!
Dalam hal ilmu entengi tubuh, penyerang gelap yang
bertopcng itu terang ada iebih atas satu tingkat
daripada kepandaiannya Siangkoan Kin, maka itu justni ia
muncul dari tempatnya Sembunyi secant di luar dugaan, tidak
heran apabila ia berhasil dengan pembokongannya itu.
Siangkoan Kin scbaliknya sangat tangkas, dalam ancaman
bahaya itu, ia masih sempat menangkis dengan kipasnya.
Begitulah, kedua pihak sama-sama kena tcrserang, tetapi
sama-sama juga mereka terluput dari bahaya maut langsung.
Penyerang gelap itu ada liehayj sckali, sudah tak berhasil
dengan serangan dengan tangan, ia menyusul dengan scnjata
rahasianya, dalam hal mana, ia peroleh hasil, tetapi di lain
pihak, Thiebian Sieseng juga balas ia dengan scnjata rahasia.
Maka mcrcka masing-masing mendapati sasaran mereka.
Karena totokan kipas, kegesitannya si pembokong ada jadi
berkurang, ini lah sebab utama kenapa ia tak Iolos dari
senjata rahasia.
Seumurnya, tidak biasanya Siangkoan Kin gunai scnjata
rahasianya, kalau sekarang ia gunai itu, itu lah karena amat
terpaksa. Laginya sangat kebetulan bagi ia, senjata rahasianya
itu sebenarnya disediakan untuk si orang tua kate-kurus yang
tingkah-lakunya menjemukan. Senjata rahasianya ada jarum
Bweehoa Touwkoct-tjiam, cuma lebih besar sedikit daripada
jarum biasa, tetapi ada jauh Iebih kecil bila dipadu dengan
lainnya macam senjata rahasia. Jarum ini diperuntukkan
menyerang jalan darah. Beruntun tiga kali, Siangkoan Kin
menyerang dengan jarumnya itu, yang satu lolos, yang dua
mengenai sasarannya.
Bukan main lega hatinya Siangkoan Kin apabila ia dengar
lawannya menjerit dan rubuh, iabelum tahu siapa musuh itu,
tapi karena orang curang, ia niat bikin habis jiwa orang-
Begitulah ia paksa kuatkan diri, untuk hampirkan musuh itu,
tetapi justru itu, ia rasai matanya berkunang-kunang,
kepalanya pusing, tenaganya habis dengan tiba-tiba, tubuhnya
terguling. Menyusul itu, ia segera dengar pertanyaan keras
dari si orang tua tadi: ?Shako, apa kau sudah berhasil?? .
Suara itu datangnya dari luar rimba, terang si orang tua
lagi mendatangi.
Thiebian Sieseng kaget, hatinya mencelos. Karena ia tetap
sadar, dengan tiba-tiba, ia empos semangatnya, ia kumpul
sisa tenaganya, tetapi sebab ia tidak mampu berbangkit,
terpaksa ia gulingkan tubuhnya, hingga di lain saat, ia telah
jatuh bergelindingan ke dalam jurang, apabila ia rasai
tubuhnya terbanting, sakitnya bukan kepalang, lantas ia tak
sadar akan dirinya.
Berapa lama ia pingsan, Siangkoan Kin tidak ingat, ia tahu
ia telah jaga, ketika hidungnya dapat cium bau harum yang
halus, yang membikin perasaannya lega, apabila ia geraki
tubuhnya, ia pun dapat kenyataan ia sedang rebah atas kasur
yang empuk dan hawanya hangat. Ia berada di atas
pembaringan, di dalam kelambu kembang serta di atas seprei
bersulam?. Ia jadi terperanjat, ia geraki kedua tangannya,
akan singkap kelambu, akan memandang ke sekitamya.
Segera ia tampak suatu kamar yang terperabot lengkap dan
indah, ialah kamarnya seorang perempuan! Di atas meja di
mana ada pedupaan ada juga bunga segar. Di tembok ada
tergantung sebuah khim. Di samping tembok ada satu meja
rias lengkap dengan kacanya. Jendela, yang mcmakai kaca,
menerbitkan smar terang. Di kedua daun jendela ada
sepasang Han yang indah tulisannya. bagus artinya.
lnilah sepasang lian itu:
Dengan hati tawar mengantari matahari dan rembulan,
Dengan hati sepi memandang orang satu zaman.
Diam-diam si mahasiswa kepalang memuji dalam hatinya,
kepalanya dimanggut-mangguti.
?Mesti ini kamarnya satu siotjia?? pikir ia. ?Atau dia satu
nyonya muda yang terpelajar??
Melihat semua itu, Siangkoan Kin sangsi apa ia bukannya
sedang mimpi. Ia terus rebah, sambil melamun terus.
Tiba-tiba kesunyiannya sang kamar terganggu oleh suara
bunyinya gelang, lantas moeilie tersingkap, disitu, berbareng
sama bau wangi. muncul satunyonya muda yang elok sekali,
umurnya mendekati tiga puluh tahun, dia nampaknya seperti
satu gadis remaja saja.
Siangkoan Kin gigit satu jari langannya. ia merasakan sakit.
Nyonya itu bertindak menghampirkan dengan perlahanlahan,
air mukanya bercahaya dengan senyuman berseri-seri.
?Telah dua hari kau pingsan, maka janganlah kau
bergerak,? katanya dengan man is. suaranya merdu.
?Beristirahatlah lagi beberapa hari, setelah itu baharu kau
boleh bangkiL?? Ia lantas hampirkan meja, akan isikan
sebuah cangkir teh, yang mana ia sodorkan padasi
mahasiswa. ?Kau minum ini teh In-boe dari Koen San. teh ini
akan bantu menyegarkan padamu.??
Siangkoan Kin sambuti cawan itu, ia menghirup sampai dua
kali, Ia sampai lupa mengucapkan terima kasih, karena segera
ia tanya: ?Kau siapa, Nyonya? Apakah lian di jendela itu ada
buah kalam kau sendiri?..v
Nyonya muda itu tertawa, hingga tertampaklah sepasang
sujennya.
Tak kecewa kau menjadi satu anak sekolah, Sianseng!?
berkata ia dengan jawabannya. ?Baharu kau tersadar, laotas
kau omong perihal lian Ya, benar, itu adaiah tulisanku sendiri.
Ada apakah yang aneh?? Ditanya begitu, Siangkoan Kin jadi
ternganga.
?Sejak suami menutup mata, demikianlah ada perasaan
hatiku, sepi sunyi?? si nyonya tambahkan. Itu lian memang
ada menyebut hal kesunyian hidup, hal lewatnya sang hari
dan bulan?.
Siangkoan Kin terkejut
?Oh, kau pernah punyakan suami?? ia tanya.
Nyonya itu tertawa geli.
Thiebian Sieseng insyaf ia sudah kesalahan omong, ia jadi
jengah hingga mukanya menjadi merah. Ia berlega hati orang
tidak gusar.
VIII
Dengan toapan, nyonya itu ambil tempat duduk di depan si
mahasiswa.
?Apakah yang kau anggap aneh, Sianseng?? ia tanya
sambil bersenyum. ?Suamiku telah meninggai dunia sejak
beberapa tahun yang lalu. Aku harap Sianseng tidak
berpendapat bahwa aku tak tahu malu. Jangan kita sebutsebut
orang alami purbakala, ambil saja yang terdekat Lihatlah
Aug Soan Kiauw, Siauw Sam Nio dan lainnya, apa mereka pun
bukannya pernah jadi janda, tetapi yang sanggup mclakukan
sesuatu apa yang menggemparkan??
Siangkoan Kin tcrtarik hatinya. Ia mulanya sangka si
nyonya ada sebangsa Lie Tjeng Tjiauw dan Tjoe Siok Tjin,
tidak tahunya dia adaiah sebangsa pendekar-pendekar wanita
dari Thaypeng Thiankok. Karena ini, ia mengawasi sambil
ternganga.
?Sianseng tentu kenal Lie Tjeng Tjiauw dari Zaman Song,?
nyonya itu melanjuti. ?Pandangannya Lie Tjeng Tjiauw terlalu
tinggi, scdikit sasterawan di zamannya, yang ia hargakan. Akli
tak dapat dibanding dengan Lie Tjeng Tjiauw, tetapi aku pun
tawar melihat orang-orang Kangouw di zaman ini. Inilah
sebabnya aku tulis syairku itu. Begitu sadar, kau tanya hal
syairku itu, Sianseng, apakah itu disebabkan kau anggap aku
terlalu tinggi??
Thiebian Sieseng kecewa mendengar anggapannya nyonya
ini, yang memandang enteng kaum Kangouw.
?Kalau begitu, kenapa kau tolongi aku?? ia lalu tanya.
Ditanya begitu, si nyonya tertawa tanpa merasa.
?Untuk tolong satu orang, apa perlu ditanya dahulu dia ada
satu enghiong atau bukan?? ia balik tanya. ?Ditanya dengan
menolong kau, aku bukannya menolong secara sembrono.
Iniiah sebab aku tahu kau bukannya seorang busuk!?
Jawaban ini ada menarik hati, kegembiraannya si
mahasiswa timbul dengan tiba-tiba.
?Kita orang tidak kenal satu sama lain, cara bagaimana kau
ketahui hal diriku?? ia tanya. Ia mengira si nyonya ketahui ia
ada Thiebian Sieseng dan karenanya ia ditolong.
Nyonya itu kembali tertawa.
?Itulah sebab aku dapat lihat kipasmu dan pada kipasirm
itu ada tulisannya Ek-ong,? dia jawab. ?Jikalau kau seorang
busuk, cara bagaimana kau bisa punyakan kipas semacam
itu??
Jawaban mi membuat Siangkoan Kin melengak puia.
Nyonya itu minum teh satu teguk, lantas ia bersenyum.
?Kau telah terkena senjata rahasia yang beracun,? ia kata
pula. ?Kau telah jatuh ke dalam jurang. Syukur untukmu,
cabang pohon telah menampa tubuhmu, hingga kau tidak
sampai jatuh ke tanah dan remuk karenanya. Lebih beruntung
lagi, aku kebetulan mengerti obat untuk punahkan racun, dari
itu jiwamu jadi ketolongan. Hanya satu hal membuat aku
heran. Kau bukannya seorang penjahat, mengapa kau
berseteru dengan kita pihak Toatoo-hwee??
Siangkoan Kin terperanjat, sampai hampir ia berjingkrak
bangun.
?Kau sebenarnya siapa?? ia tanya Orang toh sebutkan
dirinya ?orang Toatoo-hwee?.
?Aku?? jawab si nyonya, dengan suara sungguh-sungguh,
jawabannya pun dibcrikan dengan segera. ?Aku ada Tjongtauwbak
dari tangsi wanita dari Toatoo-hweel?
Siangkoan Kin kaget tak terkira, karena baharu ia lolos dari
mulut harimau, sekarang ia berada di kedung naga, scdang ia
lagi sakitdan tak punya tenaga sama sekali. Akan tetapi ia
dapat kendalikan diri. Ia mau pasrah kepada Thian. Lantas ia
jadi tenang sendirinya.
?Jikalau begitu, kenapa kau tidak kirim aku pada Ong Tjoe
Beng?? ia tegaskan.
Nyonya muda itu tertawa.
?Sebelum aku ketahui jelas tentang dirimu, cara
bagaimanabisa aku lantas kirim kau pada Ong Tjoe Beng?? ia
bilang. ?Coba kau terangkan padaku, bukankah kau ada
utusannya Giehoo-toan??
Siangkoan Kin sudah pasrah kepada nasib, ia tidak mau
mendusta, maka ia pun tuturkan tugasnya, yang dibenkan
olch Tjoe Hong Teng.
?Hanya aku menyesal, aku kecewa tak dapat jalankan
tugas itu,? kata ia akhirnya.
Keterangan Thicbian Sieseng ada bcrharga, karena nyonya
itu jadi dapat tahu Tjoe Hong Teng ada orang dari golongan
apa. Ia manggut.
?Dengan begitu nyatalah Tjoe Hong Teng ada scorang
besar,? ia nyatakan.
?Tentang dinku, aku sudah tuturkan semua,? kemudian
Siangkoan Kin balik tanya. ?Sekarang apa kau suka
beritahukan aku sedikit perihal kau scndiri? Umpama nama
kau aku masih belum tahu?.?
?Apakah kau pernah dengar namanya Touw Tjin Nio?? itu
nyonya tanya.
?Oh, kiranya kau ada Losat-lie Touw Tjin Nio?? kata
Siangkoan Kin, dengan sikap menghormat. Ia sampai bangun
untuk berdiri. Ia tahu tujuh atau delapan tahun yang lalu,
dalam kalangan Kangouw, ada pasangan Bok Thian Bin dan
Touw Tjin Nio, kedua kesohor dan bersahabat rapat dengan
Ong Tjoe Beng, belakangan Bok Thian Bin dibokong
musuhnya, lukanya tak keburu diobati, ia menutup mata.
Touw Tjin Nio sudah menuntut balas untuk suaminya, habis
itu, ia menghilang dari dunia Kangouw. Ia tidak sangka,
nyonya ini adalah nyonya gagah itu.
Touw Tjin Nio manggut, lalu ia menambah penjelasah
tentang dirinya.
Bok Thian Bin tidak melainkan sahabatnya Ong Tjoe Beng,
dia adalah saiidara angkatnya Ketua Toatoo-hwee itu. Setelah
Bok Thian Bin menutup mata, Touw Tjin Nio lantas bantui Ong
Tjoe Beng mendidik pasukan perang wanita Toatoo-hwee.
Karena ini, ia tidak lagi hidup merantau. Ong Tjoe Beng ada
satu hoohan, tapi ia tctap tak bebas dari sifatnya kebanyakan
pemimpin pcrkumpulan rahasia, pandangannya kurang jauh,
hatinya kurang lapang. Ia tidak taruh kepercayaan besar
kepada orang perempuan. Ketika mulanya ia bangunkan
pasukan wanita, maksudnya adalah untuk bikin tetap dan
tenang hatinya sckalian anggota, agar tak ada perbedaan
antara hak lelaki dan perempuan. Tapi Touw Tjin Nio bisa
buktikan dirinya berharga. Sejak ia yang pimpin, barisan
wanita Toatoo-hwee jadi maju dan rapi. Markasnya adalah di
puncak utara dari Seng Tjoe San. Kemudian Touw Tjin Nio
lihat apa-apa yang tidak mencocoki dia dalam dirinya Ong
Tjoe Beng, umpama mengenai siasatnya ketua itu terhadap
Giehoo-toan. Itu hari Tjin Nio meronda ketika dengan
kebetulan ia dapati Siangkoan Kin pingsan di cabang pohon di
dalam lembah, ia pun lihat kipas dengan tulisan Ek-Ong Tjio
Tat Kay, ia menduga siapa adanya ini mahasiswa, yang terluka
parah, tidak sangsi-sangsi lagi, ia bawa orang ke markasnya,
untuk ditolongi.
Kapan Siangkoan Kintelah dengar itu penjelasan, lagi sekali
ia haturkan tcrima kasihnya.
Habis itu Touw Tjin Nio tanyakan jalannya pertempuran si
mahasiswa dengan si orang tua kate-kurus, bagaimana ia
dibokong oleh scorang tidak? dikenal, yang memakai topeng.
?Kembali dial? kata Tjin Nio sambil kerutkan alis. ?Mesti
ada apa-apa..,.?
?Apakah Nyonya kenal mereka itu?? Siangkoan Kin tanya.
?Kenapa mereka demikian jumawa? Mereka ada punya
kepandaian luar biasa.?
Ditanya begitu, nyonya muda itu berpikir keras. .
?Orang tua kate-kurus itu baharu tahun yang sudah
datang kepada Toatoo-hwee,? ia jawab kemudian. ?Tidak ada
orang yang ketahui hal-ihwalnya, yang terang adalah dia
pandai bekerja, ilmu silatnya tinggi, pengalamannya luas,
terhadap Tjong-totjoe, dia sangat memerlukan, hingga dengan
lekas, segala kata-katanya senantiasa diturut. Dia telah
perkenalkan beberapa orang lain, yang sekarang semuanya
telah jadi toa-tauwbak.?
Siangkoan Kin berdiam berhubung dengan keterangan itu.
?Ong Tjoe Beng ada berkepala besar, dia biasa ambil
putusan scndiri,? kata pula Tjin Nio kemudian, ?sekarang telah
datang itu beberapa orang, aku kuatir di belakang hari mereka
bakal jadi biang bencana?.?
Siangkoan Kin dengari saja, ia terus diam.
Berdua mereka duduk berhadapan. sampai sekian lama.
?Apakah kamar ini kamarmu sendiri?? tiba-tiba Thicbian
Sieseng tanya, dengan rada likat, hingga kata-katanya pun
kurang lancar. ?Sebenarnya cukup kau perintah dua orang
untuk layani aku. Aku jadi bikin kau banyak susah?.?
Nyonya manis itu tersenyum.
?Kenapa kau pun berpandangan sebagai orang biasa
saja?? tanya dia. ?Jantan dan wanita toh sama saja, bukan?
Memang kamar ini ada kamarku sendiri, perabotannya
lumayan saja. Kau terluka, kau perlu benstirahat, maka itu,
aku mengalah kasih kamar ini padamu, dalam tangsiku,
melainkan aku seorang yang mengerti obat dan perawatan
orang yang terluka senjata beracun, maka itu, apabiia bukan
aku, siapa lagi bisa rawati kau? Juga kau sckarang ada
musuhnya Toatoo-hwee, aku telah tolong kau, dan itu, kecuaii
beberapa orang kepercayaanku, siapa pun aku tak nanti
izinkan dia ketahui tentang halmu ini. Apabiia rahasia sampai
di kupingnya Ong Tjoe Beng, sungguh berbahaya untuk kau.
Kau tinggal di sini dengan tenang, aku percaya, iagi setengah
bulan, kau bakal sembuh. Jangan kau pikiri yang tidaktidak?.?
Touw Tjin Nio tertawa pula, kemudian ia bcrbangkit, untuk
singkap moeilie, akan bcrlalu dari kamamya itu di mana masih
ketinggaian baunya yang harum semerbak?.
Kusut pikirannya Siangkoan Kin. Ia sudah merantau tetapi
belum pernah ia ketemu satu nyonya muda yang demikian
cantik dan ramah-tamah, yang toapan sekali. Sampai umur
hampir empat puluh tahun, belum pernah ia memikir tentang
orang perempuan, tapi bertemu sama Tjin Nio sckarang,
pikirannya melayang-layang, tanpa merasa, ia ketarik pada si
nyonya manis. Tapi segera ia damprat dirinya sendiri.
?Orang ada demikian sopan-santun, mengapa kau pikir
yang bukan-bukan terhadap dirinya! Apakah dengan timbulnya
pikiranmu ini, kau masih bisa namakan dirimu satu orang
gagah? Apakah kau tidak bakal terbitkan tertawaan orang??
Ingat ini, Thiebian Sieseng bisa tenangkan diri, maka
dengan tenteram juga ia bisa berdiam terus di dalam kamar
yang indah itu.
Kadang-kadang Tjin Nio datang, untuk pasang omong,
perihal ilmu sastera, tentang ilmu silat, hingga berdua mereka
lantas saja menjadi sahabat-sahabat kekal, karena temyata,
pendapat mereka ada cocok satu dengan lain, kegemaran
mereka pun sama. Pelahan-lahan, bayangannya si nyonya
senantiasa memain di depan matanya si mahasiswa, sukar
baginya untuk halau itu?.
Tanpa merasa, setengah bulan telah lewat. Benar seperti
dugaan Tjin Nio, si Mahasiswa Muka Besi sembuh dari
lukanya. Walaupun demikian, si nyonya muda masih larang
dia munculkan diri, apapula di waktu siang. Tapi dia telah
coba tenaganya, dia rasakan kesehatannya sudah pulih
seluruhnya, maka itu pada suatu hari dia nyatakan bahwa
besok dia hendak berlalu secara diam-diam.
?Ya, kau boleh lakukan itu,? Tjin Nio berikan perkenan.
Malam itu, malam dari besoknya mereka bakal berpisahan,
Siangkoan Kin sukar meramkan matanya, ia tak dapat pulas,
pikirannya bckerja, ia senantiasa bimbang. Untuk tenangkan
diri, ia coba nyanyikan satu syair.
Baharu Thiebian Sieseng berhenti menyanyi atau dari luar
jendela ia dengar suara tertawa pelahan disusul sama katakata:
?Sungguh berbahagia, di saat mcnghadapi ancaman
malapetaka masih bisa bersyair?.? Suara itu ia kenal baik
sekali. Maka ia jadi terperanjat berbareng girang, hingga ia
mencelat bangun dari kursinya.
?Ah, kenapa kau bisa datang kemari?? ia tanya seraya
berseru.
Pertanyaan itu belum habis diucapkan, atau daun jendela
telah tertolak terpentang, dari luar segera loncat masuk
beberapa orang. Yang jalan di depan ada scorang yang
romannya gagah, ialah Tjoe Hong Teng, Ketua dari Giehootoan!
Ketua ini masuk sambil tertawa. Di belakangnya, ada tiga
orang, di antara siapa, dua orang yang Siangkoan Kin tidak
kenal, akan tetapi ia bisa duga bahwa orang bukannya orang
sembarangan.
Orang pertama setelah Ketua Giehoo-toan ada scorang tua
dengan kumis ubanan bagaikan perak, usianya sudah lanjut,
akan tetapi kesehatannya scmpurna. Thiebian Sieseng kenali
orang tua ini ialah Thaykek Tan, kepada siapa ia pernah
dititipkan Soekong Tjiauw di saat pertama kali ia mulai
merantau, hingga keduanya, walaupun ini adalah pertemuan
yang pertama kali, toh seperti sudah bersahabat lama.
Urang yang kedua, mukanya merah, alisnya gomplok,
matanya besar, berumur hampir lima puluh dan yang ketiga,
bajunya gerombongan, pun ada seorang tua. Dua-dua mereka
ini ia tidak kenal, tapi setelah Tjoe Hong Teng
memperkenalkannya, mereka temyata ada Boesoe Han Koei
Liong dari Liangouw dan Tjian Djie Sianseng, Ketua dari
Golongan Ilmu Silat Ouwtiap-tjiang, Tangan Kupu-kupu. Yang
belakangan ini lebih ternama lagi daripada guru silat dari
Liangouw itu.
Dua-dua jago itu, Siangkoan Kin pernah dengar namanya,
tapi baharu hari ini ia dapat bertemu dengan mereka. Kalau
Han Koei Liong bersenjatakan gaetan Ginhoa Bandjie-toat,
adalah Tjian Djie Sianseng tidak punyakan senjata apa juga,
sebab dia senantiasa andali tangan kosongnya! Nyatalah
Thaykek Tan, setelah ia sambangi Han Koei Liong, sudah
lantas menuju ke Anpeng, di mana mereka mengunjungi Tjoe
Hong Teng, kebetulan sekali, Tjian Djie Sianseng pun baharu
sampai, maka jumlah mereka jadi berempat Sebenarnya
masih ada beberapa orang yang harus ditunggu, tetapi
anggap jumlah mereka sudah cukup, Ketua Giehoo-toan lantas
ajak tiga kawan itu berangkat. Laginya mereka pun hendak
terlebih dahulu melakukan penyelidikan kenapa Thiebian
Sieseng lenyap dan ke mana lenyapnya, setelah itu,
baharulah mereka hendak ambil tindakan terhadap Toatoohwee,
untuk mcncari penyeiesaian. Telah temyata, sejak
hilangnya Siangkoan Kin, Toatoo-hwee bersikap semakin
garang.
Semasa htdupnya Bok Thian Bin, suaminya Touw Tjin Nio,
Han Koei Liang bcrsahabat kekal dengannya, malah pcrnah
satu kali, setelah Thian Bin menutup mata, ia sambangi janda
itu. Karena ini, Han Koei Liong kctahui, Tjin Nio ada jadi tjongtauwbak,
pemimpin umum, dari barisan wanita dan Toatoohwee.
Hal aneh telah ditemui mereka berempat selagi mereka
bikin penyelidikan di Sengtjoe-gam, sebab mana Han Koei
Liong utarakan pikiran akan lihat dulu Tjin Nio, guna mohon
keterangan. Koei Liong percaya, walaupun Tjin Nio ada di
pihak Ong Tjoe Beng, tidak nanti nyonya itu jual mereka,
apapula mereka pun mau datang dengan secara beraturan.
Demikian sudah terjadi, kapan Han Koei Liong telah
bertemu sama Touw Tjin Nio, nyonya itu sambut mereka
dengan manis, setelah mana, Nyonya Bok juga sampaikan
warta mengagetkan-menggirangkan kepada mereka, ialah
tentang adanya Siangkoan Kin di dalam markasnya sedang
berobat. Inilah warta yang mereka harap-harap.
Setelah itu, Tjoe Hong Teng berempat menuju ke
kamarnya Siangkoan Kin, lebih dahulu mereka memasang
kuping, lantaran mana, mereka jadi dengar nyanyiannya si
Mahasiswa, hingga mereka lantas menggoda.
Selaginya memberikan keterangan, dengan menggoda,
sambil tertawa. Ketua Giehoo-toan tambahkan: ?Aku-lihat,
dengan beristirahat di sini, kau seperti lupa rumah tangga!
Kalau tidak, mengapa sedikit warta juga kau tidak kasih molos
keluar??
Siangkoan Kin jengah, ia hendak membantah, tetapi belum
sempat ia buka mulut, di luar kamar sudah terdengar suara
tertawa geli disusul sama tersingkapnya moeilie, lalu Tjin Nio
muncul bersama dua serdadu perempuan pengawalnya yang
ia percaya. Nyonya ini pun kata: ?Kau orang mirip dengan
bocah-bocah cilik saja! Lihat, begitu bertemu, kau orang-orang
sudah kegirangan begini rupa!?.? Kemudian, setelah perintah
pengiringnya menyuguhkan teh, ia tambahkan: ?Di waktu
malam yang dingin, kalau tetamu datang, dia harus
disuguhkan arak, akan tetapi sekarang, silakan kau orang
minum teh pahit saja!?
Tjoe Hong Teng tak leluasa mendengar kata-katanya
nyonya rumah itu yang toapan dan ramah-tamah.
Tapi Siangkoan Kin ingat keterangan kawannya barusan,
perihal pengalamannya yang katanya luar biasa tadi, ia lantas
tanyakan itu pada Tjoe Hong Teng.
Ketua Giehoo-toan itu tidak segera jawab sahabatnya ini, ia
hanya tanya dahulu pada Touw Tjin Nio, kalau-kalau si nyonya
ketahui siapa adanya scorang tua kate-kurus serta beberapa
kawannya. Mereka itu, katanya, tadi sudah memancing dia
orang.
Siangkoan Kin tidak mengerti, ia pasang kuping saja.
Touw Tjin Nio berikan jawaban pada Tjoe Hong Teng,
sebelum ketua ini bilang apa-apa, Tjian Djie Sianseng telah
berlompat bangun sambil keprak meja dan berseru: ?Nah, apa
aku kata! Benar-benar mataku belum Iamur, betul-betul
mereka ada itu dua binatang!?
?Siapakah mereka?? tanya Siangkoan Kin, yang hatinya
sangat tergerak.
?Apakah kau kenal See Beng Wan?? Tjian Djie Sianseng
balik tanya.
?See Beng Wan?? Lantas saja Thiebian Sieseng mclcngak.
Segera ia ingat kcjadian itu ketika pertama kali ia ikut
gurunya, Poei Hok Han, pergi ke Seegak Hoa-san, untuk cari
Soekong Tjiauw, di sana ia saksikan Soekong Tjiauw asyik
dikepung tiga pahlawan Boantjioe, bagaimana Sim Djie Sinnie
muncul dan hajar tiga pahlawan itu, hingga dua antaranya
terbinasa dan yang ketiga kabur. Dan orang yang ketiga ini,
turut gurunya, adalah Tjianlie Twiehong See Beng Wan. Ketika
itu, ia tidak lihat jelas orang itu, ia ingat samar-samar, maka
menurut rasanya, si orang tua kate-Kurus tak mirip dengan si
orang she See itu.
?Aku tahu See Beng Wan itu,? ia kata pada Tjian Djie
Sianseng. ?Si orang tua kate-kurus bukannya dia. Aku tahu,
See Beng Wan ada terlebih kosen daripada si orang tua katekurus
itu. Jikalau dia ada di dalam Toatoo-hwee, mengapa dia
tidak muncul akan ketemui sendiri padaku??
Tjian Djie Sianseng, ketua Ouwtiap-tjiang, urut-urut kumis
jenggotnya.
?Memang si orang tua kate-kurus bukannya See Beng
Wan,? kata ketua ini. ?Aku percaya, See Beng Wan itu pcrnah
bertempur dengan kau. Mcnurut dugaanku, orang yang
bertopeng yang bokong kau, sembilan dalam sepuluh, dialah
adanya! Kenapa dia pakai kedok? Past ilah dia kuatir kau nanti
kenali padanya!?
Siangkoan Kin manggut. Lantas ia tanya Tjoe Hong Teng,
apa ini adalah urusan yang ketua itu anggap aneh.
Tjoe Hong Teng manggut la lantas minta Tjian Djie
Sianseng yang tuturkan pengalaman mereka.
Menurut keterangan Ketua Ouwtiap-tjiang, mereka datang
berempat dan lantas memecah dirt dalam empat jurusan,
jikalau perlu, mereka akan saling memben tanda. Tcrutama
mereka jaga akan tidak berpisahan terlalu jauh satu dengan
lain. Ketika Tjian Djie Sianseng baharu sampai di mulut
Sengtjoe-gam, scgcra satu bayangan abu-abu muncul di
depannya, bayangan itu gcsit luar| biasa; di dalam kaum
Kangouw, langka orang dengan kcgcsitan sebagai itu. Tjian
Djie Sianscng tidak mau perlihatkan diri, maka itu, ia tidak
kasih dirinya berhadapan muka dengan dia itu, akan sabansaban
jauhkan diri. Dalam hal ini, Tjian Djie Sianscng ada
liehay sekali. Golongannya pun ada Ouwtiap-tjiang, Ahli Silat
Kupu-kupu, tidak heran apabila ia gesit bagaikan binatang itu.
Ketika ia yakin ilmu kegesitan mi, ia sengaja berlompatan di
antara pohon-pohon bunga. Ia bergerak bagaikan cecapung
memain di muka air, hingga sia-sia saja See Beng Wan hendak
serang padanya, sampai bajunya saja, sukar untuk dilanggar.
Berbareng dengan itu, Tjian Djie Sianseng seperti kenali ini
bayangan abu-abu, karena pada tiga puluh tahun yang lalu,
pernah ia ketemu sama Tjianlie Twiehong si Pengejar Angin.
Ia melayani sambil terus perdengarkan tanda, untuk kawankawannya
undurkan diri. Tapi di
lain pihak See Beng Wan juga tahu diri, ia sudah lantas
mundur sendirinya.
Setelah Tjian Djie Sianseng mundur keluar mulut Tjoe Seng
Gam, dimana ia lantas berkumpul sama tiga kawannya, nyata
bahwa juga Thaykek Tan dirintangi oleh satu orang tua katekurus,
siapa ia pukul mundur dengan ancaman tujuh batang
Kimtihie-piauw. Orang tua itu dapat loloskan diri, sebab selain
tahu diri, dia pun pandai mendengar dan membedakan angin
senjata rahasia. Sesudah Thaykek Tan berikan penuturannya,
Tjian Djie Sianseng lantas pastikan si orang bertopeng benar
See Beng Wan adanya.
Siangkoan Kin heran, ia tegaskan Tjian Djie Sianseng
kenapa Ketua Ouwtiap-tjiang baharu pastikan si orang
bcrpakaian abu-abu itu See Beng Wan adanya setelah dia
mengetahui halnya si orang tua kate-kurus.
Tjian Djie Sianseng tertawa, ?Saudara Siangkoan, maafkan
aku omong terus terang,? jawab ia. ?Meskipun boegee
Saudara ada liehay, akan tetapi usiamu masih muda, dari itu
mengenai hal-ihwalnya See Beng Wan dan kawan-kawannya
itu, kau masih belum ketahui jelas. Di waktu mudanya,
mereka itu adalah cabang-cabang atas, disaat pengaruhnya
Thaypeng Thiankok mulai merosot, mereka sebaliknya
terpengaruh oleh kepangkatan dan nama, bukannya mereka
persatukan diri dengan Kaum Thay Peng, mereka justru pergi
berhamba kepada pemerintah Boan, mereka musuhkan
Thaypeng Thiankok.
Demikianlah, ketika Thaypeng Thiankok runtuh, mereka
telah diangkat jadi Tekteng Patouwlouw, boesoe atau
pahlawan istimewa, yang tugasnya di dalam istana. Menurut
cerita, jumlahnya Tekteng Patouwlouw itu ada delapan orang,
tetapi sekarang ketmggalan lima lagi. di antara siapa ada See
Beng Wan, pek Tjeng It serta Tang Siauw Tong.. Yang
belakangan ini adalah pengkhianat bagi Thaypeng
Thiankok. Mereka bertiga adalah yang orang-orang tua kaum
Rimba persilatan namakan Taylwee Samhiong atau tiga
penjahat besar dari Istana Boan. Semua mereka sudah lama
pisahkan diri dari kaum Kangouw, dari itu usia mcrcka sudah
ada di atas lima puluh tahun, hingga kaum muda sekarang
hampir tidak ada yang tahu tentang mereka. Si orang tua
kate-kurus bukannya satu Tekteng Patouwlouw, akan tetapi
dia pun ada wiesoe istimewa Istana Boan, kedudukannya
melainkan lebih rendah setingk at dari pada See Beng Wan.
Dia adalah adik tjintong dari See Beng Wan, namanya See
Sioe Gie, diapun ada murid Keluarga Low yang kesohor dari
Shoasay, cuma kalau See Beng Wan telah mewariskan bor
SamlengTjouwkah-tjoei, See Sioe Gie utamakan tongkat
Liongkoay-thung. Sang adik ada lebih rendah sedikit daripada
engkonya itu. Dua-dua Saudara See itu aku pernah
ketemukan, adalah karenamalam agak guram, aku cuma
sangsikan See Beng Wan. Saudara Tan telah ketemui si orang
tua kate-kurus, aku percaya dia ada See Sioe Gie. Dengan See
Sioe Gie ada di sini, tidak salah lagi, orang dengan pakaian
abu-abu itu tentu See Beng Wan adanya. Gerakan tubuhnya
yang pesat pun menunjukkan warisan dari Keluarga Low dari
Shoasay.?
Siangkoan Kin cuma berpikir sebentar, lantas ia tertawa
berkakakan.
?Tjian Djie Sianseng, aku kagum untuk penjelasan kau ini,?
kata ia. ?Akan tetapi, sebenamya, masih ada satu hal yang
bagimu pun belum terang. Kau bilang bangsa Boan punya
Tekteng Patouwlouw tinggai lima, di antaranya ada Pek Tjeng
It dan Tang Siauw Tong, tapi menurut apa yang aku tahu, dua
orang ini sudah mati sejak sebelas tahun yang lalu.? Tjian Djie
Sianseng heran. ?Cara bagaimana kau ketahui itu?? ia
tegaskan.
- Siangkoan Kin menjawab dengan terangkan halnya tiga
penjahat satroni Soekong Tjiauw di Hoa-san, tetapi mereka
semuadihajar oleh Sim Djie Sinnie, hingga keduanya terbinasa
dan See Beng Wan lolos.
Mendengar ini, semua orang bersyukur. Tapi ketua
Ouwtiap-tjiang lantas merasa tak enak sendirinya, karena
barusan saja ia sombongkan usianya yang tinggi dan
pendengaran banyak?. Touw Tjin Nio ada sangat eerdik, ia
mengerti kelikatannya ketua itu, ia lantas campur bicara
dengan simpangkan jurusan. Ia kata: ?Kalau begitu dengan
datangnya kemari dimana ia pun tak sudi perlihatkan
mukanya, See Beng Wan itu mesti ada kandung maksud
tersembunyi aku kuatir ttu bukanlah suatu alamat balk bagi
Toatoo-hwee.?
Tjoe Hong Teng berpikir, kemudian tiba-tiba ia pentang
kedua matanya, yang memperlihatkan sinar tajam. Tiba-tiba
juga, iakeprak meja! Tidak saiah lagi, kesulitan di antara
Toatoo-hwee dan Giehoo-toan juga tentu ada buatannya
rombongan mereka itu!? ia berseru.
Tjian Djie Sianscng menduga benar, demikian juga Ketua
Giehoo-toan itu.
Si orang tua bcrpakaian abu-abu dan si kate-kurus benarbenar
ada See Beng Wan dan See Sioe Gie, dengan menerima
tugas dari pemerintah Boan, mereka menyelundup masuk
dalam Toatoo-hwee, untuk terbitkan kekusutan dalam
perkumpulan rahasia ttu, kemudian mereka jadi cumi-cumi
untuk adu dombakan Toatoo-hwee dengan Giehoo-toan..
Memangnya Ong Tjoe Beng tidak puas terhadap Giehoo-toan,
dari itu, gampang ia kena dilagui. See Beng Wan liehay, licik,
ia suruh si orang tua kate-kurus yang maju di muka, akan
tempel Ong Tjoe Beng, lalu dengan pelahan-lahan. mereka
menyelusupkan orang-orang mereka. Ia sendiri terus main di
beiakang layar.
Ketika hari itu Siangkoan Kin datang, See Beng Wan sudah
lantas dapat tahu, ia kenali murid dari Sockong Tjiauw, dari itu
ia sungkan menemui secara berterang, ia sembunyi di
beiakang kedok, ia
majukan See Sioe Gie. Malah ia sengaja sembunyi di dalam
rimbsu Dalam hal latihan, ia menangkan Siangkoan Kin, akan
tetapi ia?tidak lihat mata akan muridnya Soekong Tjiauw, ia
terlalu andalkan kegagahannya sendiri. Maka itu
kesudahannya, walaupun ia berhasil mclukai Thicbian Sieseng,
ia sendiri pun tidak luput dari senjata rahasia. Syukur untuk ia.
ia ada satu ahli,, ketika iainsyaf terkena totokan jalan darah,
segcra ia rebah sambil tahan jalan napasnya, sampai See Sioe
Gie datang padanya, untuk uruti ia dengan ilmu ?Twiehiat
kweekiong?. Dengan begitu, ia jadi tertolong lebih ccpat
daripada Siangkoan Kin. Dan untung buat Thicbian Sieseng,
sebab See Sioe Gie repot tolongi kandanya, ia jadi tidak
sampai dicari ubek-ubekan.
Berhubung dengan kedatangannya rombongan dari Tjoe
Hong Teng setelah bentrokan tidak berarti, See Beng Wan dan
See Sioe Gie undurkan diri. Mereka insyaf bahwa ini
rombongan musuh pasti liehay semua. Dasar mereka ada
bangsa ccrdik dan licik, lantas saja timbul kecurigaan mereka.
Puncak utara dari Sengtjoe-gam ada markasnya Touw Tjin
Nio. Mereka tidak puas terhadap itu nyonya janda, kctua dari
bansan wanita, sebab si nyonya tidak pemah kasih hati pada
mereka. Sekarang pihak musuh: muncul dengan tiba-tiba,
segera mereka curigai tjong-tauwbak perempuan itu. Mereka
lantas bertukar pikiran, lantas mereka dapat suara pikiran
busuk, karena mana, terus saja ? malam-malam juga -mereka
cari Ong Tjoe Beng.
Pada waktu itu, Tjoe Hong Teng beramai juga sudah lantas
berembuk. Di mana sudah ada kepastian halnya dua Saudara
she See itu, perlu mereka ambil tindakan.Telahdiambil putusan
besok pagi, Tjoe Hong Teng akan bikin kunjungan resmi
kepada Ong Tjoe Bcng, untuk bereskan persengketaan sambil
berbareng bongkar rahasianya See Beng Wan. Mereka ingin
ketahui, bagaimana nanti sikap atau putusannya Ong Tjoe
Beng.
Nyatalah pihak Giehoo-toan kalah sebat dalam hal
tindakannya.
Besoknya pagi, belum Tjoe Hong Teng pergi, untuk bikiri
kunjungan, malah baharu saja ia mendusin dari tidumya, atau
Ong Tjoe Beng sudah mendahului datang cari dia. Memang
malam itu, atas undangannya Touw Tjin Nio, mereka
bermalam di markasnya Nyonya Janda Bok itu.
Dengan tiba-tiba terdengar suara berisik di luar markas,
segera Touw Tjin Nio datang dengan tcrgesa-gesa, wajahnya
nampak berkuatir, akan. tetapi, waktu Tjoe Hong Teng
menemui ia dan tanya apa terjadi apa, ia paksakan diri untuk
tertawa.
?Ong Tjoe Beng datang bersama belasan orangnya, untuk
menemui aku,? sahut nyonya janda itu. ?Dia sekarang berada
di luar markas. Ini ada hal yang dulunya belum pemah terjadi
Aku kuatir hal ini ada hubungannya dengan kau orang, oleh
karena itu, aku minta kau orang siap sedia. Sekarang juga aku
hendak pergi keluar akan temui mereka itu.?
Tjoe Hong Teng tak kaget atau gentar dengan warta itu.
?Aku justru hendak menemui dia,? dia kata dengan tenang.
?Dia telah datang kemari, inilah kebetulan. Biar di sini aku
ketemui dia. Kau akur??
?Jangan!? Touw Tjin Nio mencegah seraya goyangi tangan.
?Masih belum ketahuan, dia datang untuk maksud apa, kau
orang dari itu belum perlu lantas menemui dia. Umpama dia
bukan cari kau orang, habis kau orang muncul di depannya,
apa itu tidak janggal nampaknya? Tidakkah dengan dcmikian
mereka bakal curigai aku??
Tjoe Hong Teng tidak berpikir lama akan nyatakan setuju
pada nyonya rumah itu. Memang kedudukannya Tjin Nio
sulit. Benar Han Koei Liong ada sahabat kekal dari Almarhum
Bok Thian Bin, akan tetapi Ong Tjoe Beng adalah Pemimpin
Umum dari Toatoo-hwee, ada punya aturan sendiri. Tak dapat
Tjin Nio jual kawan suamlnya, tapi juga tak boleh dia
khianati perkumpulannya sendiri. Maka ia antap Tjin Nio
keluar sendiri,. ia bersama Thaykek Tan berempat segera siap
sedia di belakang pin-hong.
Dengan titahnya Tjin Nio, pintu markas sudah lantas
dipentang, ia sendiri muncul akan sambut Ong Tjoe Beng,
siapa benar ada berjumlah belasan orang, kecuali See Beng
Wan dan See SioeGie, sebagian besar ada konco-konconya
dua orang she See itu. Ia merasakan alamat jelek, akan tctapi
ia berlaku tenang. Ia mcnyambut dengan aturan, ia undang
pemimpin itu duduk.
?Tjong-totjoe datang beramai-ramai, apa ada pengunjukan
apa-apa untuk pihak kita Barisan Wanita?? tanya Tjin Nio.
Wajahnya Tjoe Beng berubah dengan tiba-tiba.
?Tee-hoe!? kata ia sambil mengawasi, ?aku bersama Thian
Bin Hiantee ada hidup bersama-sama, senang dan susah, kita
punyakan persahabatan mati dan hidup, sedang icrhadap kau,
aku rasa bclum pernah melakukan suatu apa yang tak
seharusnya, aku anggap kau sebagai orang scndiri, maka itu,
aku ingin tanya, dalam hal apa kau merasa tidak puas
terhadap toapehmu ini? Kenapa kau tidak mau jelaskan segala
apa padakur
Kcdua matanyaTjin Nio menjadi merah.
Tjong-totjoe, apakah artinya kata-katamu ini?? ia tanya,
romannya sungguh-sungguh. ?Ada apa yang tak seiayaknya
dari aku? Tolong kau tunjuki! Aku masih muda dan cetek
pandanganku Jikalau aku tidak harap pengunjukan dari kau
yang menjadi toapeh, dari siapa lagi??
Ong Tjoe Beng perdengarkan suara dihidung.
?Tjin Nio!? berkata ia. ?Umpama kau tidak pandang
persahabatan Thian Bin denganku, kau harus hargakan
kepentingan Toatoo-hwee. Kau adalah Pemimpin Umum dari
Barisan Wanita, tetapi kenapa kau terima datangnya musuh
dari Toatoo-hwee, kau menjadi kawan dalam dari mereka??
Nyonya janda Bok terkejut, tetapi ia tenangkan diri.
?Kau dengar dari siapa, Tjong-totjoe?? ia tanya seraya
memberi hormat. ?Siapa musuhnya Toatoo-hwee? Cara
bagaimana aku berani membantu diam-diam kepada musuh??
Anggap orang berpura-pura, Tjoe Beng jadi gusarsekali.
?Tjin Nio!? ia berseru. ?Aku pandang persahabatan kita, aku
tidak ingin gunai aturan perkumpuIan kita, tetapi kenapa kau
tidak kenal salatan? Kenapa kau masih berpura-pura? Apakah
kau hendak tunggu sampai aku beber rahasia?? Lalu ia
berseru pula: ?Bawa dia kemari?
Dengan lantas muncul orangnya ketua ini menggusur satu
serdadu perempuan, satu tauwbak kecil yang kemarin ini
menyambut Koei Liong beramai, yang menyampaikan warta
kedatangan mereka pada pemimpinnya.
See Beng Wan sudah lantas bekerja sebat sekali, pagi-pagi
ia sudah can tahu, tauwbak mana yang giliran menjaga tadi
malam, maka begitu lekas ia iringi Ong Tjoe Beng ke markas
wanita, paling dulu ia titahkan bekuk tauwbak itu, akan
dihadapkan pada ketua itu. Di depan ketua umum itu, si
tauwbak kecil tidak berani mendusta.
Sambil menangis, dengan terpaksa, tauwbak itu lantas
berkata: ?Tadi malam ada empat orang yang datang
menyambangi Totjoe kita. Aku tidak tahu kalau mereka itu ada
musuhnya Tjong-torjoe?.?1
Tjoe Beng tidak perdulikan tauwbak kecil itu, ia hanya
dengan bengis awasi Tjin Nio
?Tjin Nio, apa lagi kau hendak bilang?? ia menegur,
suaranya bengis. Tan pa tunggu jawaban nyonya janda itu, ia
membentak pula, dengan titahnya: ?Mari! Bekuk dial?
Suaranya Tjoe Beng bclum berhenti, atau dari luar
terdengar soman: ?Tahan!? Itulah suara yang keras dan
berpengaruh, menyusul mana muncuI lah Tjoe HongTeng,
yang datangnya sambil bcrloncat, di scbclah belakangnya, ia
diikuti oleh ThaykekTan, Tjian Djie Sianseng dan Han Koei
Liong. Dan orang yang kelima, yang Ketua Toatoo-hwee tidak
pernah sangka-sangka, ada. Thiebian Sieseng Siangkoan Kin,
si Mahasiswa Muka Besi!
Selagi Tjoe Beng terperanjat, orang-orangnya segera
siapkan alat senjatanya masing-masing, malah mereka hendak
segera turun tangan dengan senjata-senjata rahasia mereka
Mereka pun tercengang tetapi tak terkejut!
?Tahan!? Tjoe Hong Teng berseru pula dengan suaranya
yang berpengaruh. ?Apa yang Tjin Nio bilang benar adanya!
Kita orang buk an I ah musuh-musuh dari Toatoo-hwee,
malah kita sedikit jua tidak bemiat untuk musuhkan Ong
Tjong-torjoe! Aku Tjoe Hong Teng, sengaja aku datang ini hari
untuk mengunjungi Ong Tjong-totjoe. Tjin Nio melainkan
menjadi orang perantaraan. ? Ong Tjoe Beng, di sini adalah
kalangan pengaruhmu. Jikalau kau pakai aturan Kangouw,
sebelumnya omong jelas kau hendak turun tangan, aku nanti
pasrah, kau boleh bacok aku Tjoe Hong Teng dengan tiga
bacokan dan tusuk dengan enam tikaman, pasti aku tak nanti
kerutkan alis sekalipun!.?? Hong Teng bicara seraya maju ke
depan, ia bicara dengan tetap.
Ong Tjoe Beng tertegun, meskipiin ia sebenamya ada
sangat mendongkol dan gusar. Biar bagaimana, ia ada
orang Kangouw sejati, satu ketua perkumpulan besar. maka
terhadap satu orang dengan siapa ia ada sama derajat, tidak
dapat ia tak pakai aturan Kangouw juga. Dua tjong-totjoe lagi
berhadapah, mana bisa ia bertindak sembrono? Maka ia
kendalikan dirinya.
?Tjoe Tjong-totjoe, kau teiah datang sendtri, inilah bagus!?
kata ia, dengan suara nyaring. ?Tjong-totjoe, kau hendak
omong apa? Aku bersedia untuk mendengarkan?.?
Ia scngaja bicara dengan keren, tapi ia pun pakai aruran.
Ia harap dengan bed tu ia bisa mempengaruhkan pihak
saingan itu.
Tjoe Hong Teng tidak segera jawab Ketua Toatoo-hwee itu,
sebaliknya ia bertindak ke arah See Beng Wan dan See Sioe
Gie, dua saudara licik itu. Ia awasi mereka dengan matanya
dipentang lebar-lebar dan cahayanya tajam. la pun lantas saja
tertawa terbahak-bahak.
?Ong Tjong-totjoe ada satu cnghiong, kenapa kau kasih
dirimu dipermainkan segala manusia licik?? kemudian ia kata
pada Ong Tjoe Beng: ?Apa Ong Tjong-totjoe kctahui dua
orang ini ada orang macam apa- hal-ihwal mereka, asal-usul
dan derajat??
Dengan mata terbuka lebar, Ong Tjoe Beng mengawasi dua
Saudara See itu. Ia jadi sangat he ran. Kenapa orang ini,
bukannya omong tcntang Toatoo-hwee dan Gichoo-toan,
hanya mendahului bicara tentang dua kawannya itu? la duga,
pada ini tentu ada suatu rahasia. Ia pikir hendak menegaskan
tetamunya itu, atau mendadakan See Sioe Gie banting hancur
satu cawan teh, kemudian sambil tertawa mengejek, ia kata
dengan nyaring: ?Benar-benar Tjoe iong-totjoe ada satu
enghiong, secara
diam-diam kau bisa menyelusup masuk ke dalam kamamya
teehoe orang
di mana kau telah bermalam! Lalu sekarang kau
mencoba akan merenggangkan kita! Akan tetapi Ong Tjongtotjoe
bukannya Touw Tjin. Nio, yang bisa dengari obrolanmu,
yang bisa kau gunai sebagai . perkakas!?
Itulah kata-kata jahat. Dengan itu Tjoe Hong Teng dituduh
sudah berzinah dengan Touw Tjin Nio! Dengan itu Ong Tjoe
Beng sendiri turut terpukul, sebab ia mestinya malu yang
sanaknya perempuan berlaku serong. Betul-betul Ketua
Toatoo-hwee merasa tersinggung. Memang bisamenjadi Tjin
Nio main gila sama musuh dan kasih tempatnya dipakafsebagai
markas gelap. Tetapi, biair bagaimana, ia masih
sangsi.
Selagi Ketua Toatoo-hwee ragu-ragu, ia segera dengar
tertawa nyaring dan berpengaruh dari seorang tua yang terus
berkata kepadanya:
?Ong Tjong-totjoe, masihkan kau kenali aku si orang tua??
demikian suara itu. ?Padatigapuluh tahun yang lampau, aku
pemah pergi ke Shoasay, di mana aku telah bcrtcmu sama
gurumu yang mulia. Ketika itu Ong Tjong-totjoe sedang
belajar silat. Bisa jadi Tjong-totjoe sudah tak ingat pula
padaku. Hanya, apabila disebut namanya Tjian Djie yang
rendah, aku percaya Tjong-totjoe masih mempunyai kesan.
Seumurku, aku si orang tua belum pemah mendusta, dan kau
pun seharusnya percaya aku rjdak nanti menuduh orang.
Dengan kedua tetamu yang mulia dari Tjong-totjoe ini, aku
ada punya sedikit urusan, yang belum sempat dibereskan.
Sungguh adalah suatu kehormatan dari Ong Tjong-totjoe yang
kau telah gunakan satu orang sebawahan yang sebetulnya
ada satu Tekteng Patouwlouw dari Sri Baginda Raja yang
sekarang!? -
Mendengar perkataan itu, Ong Tjoe Beng berjingkrak. Ia
memang tahu siapa adanya Tjian Djie Sianseng, satu
tjianpwee dari kalangan Kangouw yang tersohor untuk
kejujurannya. Ia tak dapat lantas percaya orang tua ini, tetapi
mau atau tidak, urusan Tjin Nio mesti ditunda dahulu, ia mesti
segera padu dia dengan si orang she See itu.
Segala kejadian menyusul dengan cepat. Baharu Ketua
Toatoo-hwee bcrjingkrak dan mengawasi See Sioe Gie, atau
suara senjata beradu segera terdengar, sebab See Beng Wan
sudah lantas keluarkan sepasang Samleng Touwkah-tjoei,
dengan apa ia hajar Tjian Djie Sianseng. Akan tetapi
ThaykekTan yang berada di samping ahli Ouwtiap-tjiang
sudah gunai pedangnya Tjengkong-kiam untuk tangkis
serangan tiba-tiba itu. Demikian kedua senjata beradu dengan
keras dan nyaring.
Setelah mcnangkis, Thaykek Tan hendak balas menyerang,
tetapi di saat ia baharu hendak bergerak, See Beng Wan
sudah hunjuk kegesitannya dengan dului ia, kedua senjatanya
menyerang pula berbareng, ke arah muka dan dada. Maka itu,
terpaksa ahli Thaykek-koen itu batal maju, dengan tenang ia
menangkis kedua serangan bareng itu, sambil geser tubuhnya
ke samping.
See Beng Wan hunjuk benar-benar kegesitannya, ia seperti
tidak mau berikan kesempatan kepada musuh, lagi-lagi ia
mendahului maju, mendesak dengan serangan susulannya,
kalau tangan kirinya menyapu ke bawah, tangan kanannya ke
arah pinggang.
Thaykek Tan tetap berlaku tenang tetapi tidak kalah
gesitnya, dengan sabar tetapi cepat, ia halau kedua serangan
itu. Tenang atau tidak bergerak, adalah pokoknya ilmu silat
Thaykek-koen ? tenang bagaikan satu nona remaja, gesit
laksana seekor kelinci. Habis menangkis, ia melejit ke
samping, terus ke belakang lawan! ?Celaka!? pikir See Beng
Wan apabila ia dapati serangannya gagal dan musuhnya
menggeser ke belakangnya. Cepat sekali, ia putar tubuh
dengan gerakan ?Souw Tjin pweekiam? atau ?Souw Tjin
menggendol pedang?. Ia putar tubuh sambil menangkis
dengan sepasang senjatanya yang aneh dan liehay.
Kedua jago jadi bertempur dengan hebat, masing-masing
perlihatkan kepandaian mereka; beberapa kali senjata mereka
bentrok, sampai menerbitkan lelatu api.
Menyusul pertempuran itu, yang hebat, ruangan itujadi
kalut. See Sioe Gie serta konco-konconya sudah lantas turun
tangan, akan bantui kawan mereka.
Han Koci Liang menjadi gusar, sambil berseni keras, ia
ceburkan diri dalam pertempuran itu, ia kerjakan gaetan
Ginhoa Bandjie-toatnya, scdang Siangkoan Kin telah mainkan
kipasnya, untuk menotok setiap musuh.
Ong Tjoe Beng dan Touw Tjin Nio tcrcengang karena
bentrokan itu, sampai mercka tidak bisa scgcra bertindak.
Tjoe Hong Teng sendiri tidak diam saja, seraya hunus
pedang Lionggim-kiam dari Ek-Ong Tjio Tat Kay, ia tangkis
dan babat kutung sebatang Tjittjial-pian yang menyambar
padanya, sambil berbuat demikian, ia berlompat kesamping.
Kaget Ong Tjoe Beng melihat gerakannya Ketua Giehootoan
itu, ia menyangka orang hendak serang ia, ia pun sudah
lantas hunus goloknya, golok Tan-too.
Sekonyong-konyong terdengar seruannya Tjoe Hong Teng:
?Tahan! Katanya, Tapi ia beium sempat tutup mulutnya, atau
dua orang serang ia nya, hingga terpaksa ia mesti menangkis,
untuk membcla din. Dalam kekalutan itu, Tjian Djie sianseng
bertempur sambil lari, ke kiri dan kanan, akan jauhkan diri
dari beberapa orang yang mencoba rnembokong padanya.
Kemudian, tiba-tiba ia berseru dengan tegurannya: ?Ong
Tjong-totjoe! Kau ada Ketua Toatoo-hwee, kenapa kau tidak
atasi orang-orangmu? Apa mungkin kau jerih untuk dipadu,
kau beniiat lindungi segala budak-budak hina-dina ini??
Ong Tjoe Beng terpengaruh oleh teguran itu, yang ada
bagaikan ejekanj juga. Biar bagaimana, ia curiga, ia mengerti,
mesti ada sebabnya kejadian ini. Maka tak dapat ia antap
kekalutan.
?Orang-orang Toatoo-hwee, berhenti semua!? lalu ia
berteriak sambil ia lompat maju. ?Jangan bertempur dulu!?t
Sia-sia ini titah, tidak ada orang Toatoo-hwee yang taati
itu. Kedua Saudara See, berikut semua kambratnya,
bertempur terus.
Di waktu begitu, terdengarlah tertawa dingin dari Tjian Djie
Sianseng.
?Kau lihat bukan, Ong Tjong-totjoe?? iabilang. ?Jikalau kau
masih tidak percaya mereka adalah budak-budak hina, aku
bisa kasih lihat juga buktinya!?
Ong Tjoe Beng jadi sangat gusar.
?See Sioe Gie!? ia membentak, seraya dengan bengis ia
hadapi orang she See itu. ?Jikalau kau tetap tidak hendak
berhenti, aku nanti serang padamu!?
Ketua Toatoo-hwee ini hendak pengaruhkan Sioe Gie, yang
ia pandang sebagai biang keladinya.
Selagi Ong Tjoe Beng belum tutup mulutnya, matanya See
Beng Wan berjelilatan, atas itu dua orang, yang berada di
dampingnya Ong Tjoe Beng, dengan mendadak, serang Ketua
Toatoo-hwee itu.
Bukan kepalang kagetnya Ong Tjoe Beng. la segera
berkelit. Tapi serangan ada hebat, ujung tombak telah
mengenai ia. Syukur ia ada gesit, selain telah tembusi
bajunya, ujung tombak cuma menyebabkan ia terlecet. Tapi
senjata itu membuat ia merasai hawa dingin dan sakit, hingga
ia menjadi sangat gusar.
?Kurang ajar!? ia berseru, seraya tangkis tombak itu.
Menyusul itu, satu toya turun dengan hebat
Tjoe Beng bisa tangkis tombak, yang ada tombak bcrantai,
karena itu, goloknya terlibat, sia-sia ia mencoba, akan loloskan
senjatanya itu, di waktu mana, toya mengancam ia. Tidak ada
daya lain, dia menjerit keras, dia apungi tubuh, loncat tinggi,
melewati dua penyerangnya.
Berbareng dengan itu, Tjoe Hong Teng serang orang yang
bersenjatakan toya. Dia ini terperanjat, tak sempat dia kejar
Ong Tjoe Beng, lekas-lckas dia berkelit, akan selamatkan diri.
Karena ini, Tjoe Hong Teng segera terusi menyerang orang
yang bergegaman tombak bcrantai, iagunai sabetan ?Sinliong
tauwbwee? atau ?Naga suci menggoyang ekor? dari ilmu silat
pedang Bweehoa-kiam.
Musuh itu tak keburu menarik pulang tombaknya,
senjatanya itu kena ditabas!
Lionggim-kiam benar-benar Iiehay, tombak musuh kena
terbabat kutung, karena mana, musuh lantas lompat
menyingkir.
Ong Tjoe Beng dapat tertolong, ia bisa tarik pulang
goloknya, lalu sambil berdiri diam, ia hunjuk hormat pada Tjoe
Hong Teng. Tapi kekalutan masih bcrl angsung, ia segera
melihat ke sekitarnya, hingga ia dapatkan Touw Tjin Nio lagi
dikepung dua orang.
?Oh, kawanan tikus, sungguh kau orang berani!? Ketua
Toatoo-hwee ini berseru dalam gusarnya. Bagaikan kalap, ia
menyerbu, ia gunai ilmu goloknya Tangpay Too-hoat, iaiah
ilmu golok Kaum She Tang dari Shoasay. Berbareng dengan
itu, di samping terdengar jeritan hebat, apabila ia berpaling, ia
dapati dua orangnya rubuh di tangan orang jahat!
Ong Tjoe Beng datang menyergap Touw Tjin Nio bersama
enam belas orang, kecuali dua Saudara See, dari sisanya
cmpat belas orang, cuma tiga yang terhitung orang-orang
kepcrcayaannya, yang sebelas adalah konconya dua Saudara
See itu, malah enam antaranya ada wiesoc atau pahlawan
kelas satu dan lima wiesoe kelas dua dari Istana Boan, yang
semuanya liehay. KetuaToatoo-hwee ini terlalu percaya Sioe
Gie dan Beng Wan, dia sampai kena dikelabui, dia tak kenali
pahlawan-pahlawan Kerajaan Tjeng itu. Begitulah, bencana
telah menimpa dia.
Sebenamya dua Saudara See tidak pikir untuk gulingkan
Ong Tjoe Beng secara lekas. hanya dengan akal-muslihatnya,
mereka hendak gunai Ketua Toatoo-hwee ini sebagai alat
untuk satrukan Gichoo-toan; di luar dugaan mereka sekarang,
selagi sergap Touw Tjin Nio, mereka bersomplokan sama
pemimpin-pemimpin Gichoo-toan dan justru bertemu sama
Tjian Djie Sianscng, yang bongkar rahasia; mereka sudah
terlanjur, mereka terpaksa turun tangan. Tcntu saja mereka
tak berani dipadu, maka mereka serbu sckalian pada Ong Tjoe
Beng sendiri. Karcna 1 ihat jumlahnya bcsar, mereka percaya
akan nanti peroleh hasil. Apa lacur, dua tauwbak dari Ong
Tjoe Beng ada lemah, mereka ini sudah mendahului rubuh
sebagai korban.
Tapi setelah ini, matanya Ong Tjoe Beng jadi terbuka,
sekarang ia insyaf kepalsuannya dua saudara itu dan ketahui
baik-baik yang Tjoe Hong Teng adalah satu sahabat sejati,
berbareng bersyukur kepada Ketua Giehoo-toan itu, ia benci
sangat dua Saudara See. Begitulah ia berseru:
?Ya, anggap saja matanya Ong Tjoe Beng buta, sehingga
dia kena kau orang kelabui! Ini hari aku nanti jual Jwaku
kepada kau orang! Mari kita orang adu jiwa!? Ia lantas tertawa
panjang, lantas ia tambahkan pada Tjoe Hong Teng: ?Tjoe
Lauwhia, syukur kawanan jahanam ini turun tangan hari ini,
maka tidaklah sampai aku terjeblos benar-benar, hingga aku
tidak pandang sahabat sebagai musuh besar!? Kemudian ia
serukan: ?Pundak rata, man kita basmi dulu kawanan
pengkhianat ini!?
?Pundak rata? ada kata-kata rahasia kaum Kangouw yang
berarti ?sahabat baik?..
Sambil bertempur.Tjoe Hong Teng jawab seruan itu:
?Sudah, Ong Tjong-totjoe, jangan
gusarP?demikianjawabannya. ?Tak nanti mereka ini dapat
capai maksud jahat mereka! Ya, mari, kita basmi lebih dahulu
pada mereka!?
Pertempuran berjalan dengan masing-masing telah
dapatkan lawanan, Ong Tjoe Beng bertuj.uh telah bertempur
dalam enam rombongan.
Thaykek Tan telah layani See Beng Wan, Han Koci Liong
lawan See Sioe Gie. Siangkoan Kin, Ong Tjoe Beng dan Tjoe
Hong Teng hadapi masing-masing dua pah lawan Boan kelas
satu. Touw Tjin Nio sendirian, dengan sebatang goloknya,
menghadapi dua pahlawan Boan kelas dua. Adalah Tjian Djie
Sianseng sendiri, yang layani tiga pahlawan kelas dua bangsa
Boan, dan ia mclayani bagaikan bocah-bocah main petak. Ia
tidak tempur mereka secara sungguh-sungguh, ia hanya awasi
mereka dan merintangi ? jikalau mereka hendak maju untuk
bantu kawan-kawan mereka mengepung masingmasing
lawannya. Dalam hal ini ia berhasil karena dengan
gerak-gerakan ilmu silat Ouwtiap-tjiang, ia ada sangat gesit.
Ia telah bikin tiga pahlawan itu jadi kewalahan! Oleh karena
pertempuran tcrjadi dalam beberapa rombongan dan berjalan
sera, tidak heran kalau pelbagai alat senjata sering bentrok
satu dengan lain, hingga suaranya jadi berisik sekali.
Kebetulan lapangan ada luas, mereka itu jadi bisa bergerak
dengan merdeka.
Dua wiesoe yang kepung Tjoe Hong Teng ada memegang
senjata bcrat, mereka tahu Ketua Tjoe Hong Teng punyakan
pedang mustika, maka itu, merekalah yang maju. Dengan
memakai senjata berat, teranglah sudah yang mereka ada
bertenaga besar. Senjata mereka ada sepotong toya besi dan
sepasang ruyung besi juga. maka itu, mereka berani
menyampok dan mengemplang secara sengit. Tjoe Hong Teng
gunai kegesitannya akan layani kedua musuh ini, tak mau ia
sembarangan bentroki senjatanya.
Dua wiesoe tandingannya Siangkoan Km adalah orangorang
yang pandai ilmu mengentengi tubuh, satu
bersenjatakan golok Teetong-too, hingga dia bisa berkelahi
sambil bergulingan di lantai dan goloknya menyambar tak
henti-hentinya,
Tubuhnya jadi seperti bola yang bergelindingan mondarmandir,
dan yang satunya lagi bergegaman dua macam
senjata, talah Djoan-pian di? tangan kanan dan Liantjoc-tjhio
di tangan kiri, sebab tadi tombak berantainya kena dibabat
Tjoe Hong Teng, sekarang tombak itu tinggal sepotong. Duadua
mereka ada punya kepandaian sempurna, dari itu, repot
juga Siangkoan Kin menghadapi mereka bcrdua. Yang ia awasi
benar adalah yang bersenjatakan golok itu. Dalam
keadaannya yang sulit itu, Siangkoan Kin masih punyakan
kesempatan akan pentang mata kc sekitarnya, akan lihat
kawan-kawan ny a. la dapat kenyataan. meskipun Thaykek
Tan liehay, ahii Thaykek-koen itu tidak gampang-gampang
menang di atas angin. karena liehaynya sang lawan, walaupun
demikian, ia tidak bcrkuatir. maka ia perhatikan betul-betul
pada Touw Tjin Nio, boegee siapa ia masih belum tahu. Akan
tetapi kemudian, di luar sangkaannya, justru adalah Tjin Nio
yang mendahului membuka jalan, yang merebut angin.
Dua lawannya Tjin Nio yang ada pahlawan-pahlawan kelas
dua, asalnya ada murid-muridnya beramlal besar Touw Toa
Hoe-tjoe dari Kwangwa, mereka sebenamya liehay, tapi dalam
rombongannya dua Saudara Sec, merekalah yang terhitung
terlemah. Pihak See anggap Tjin Nio adalah yang terlemah,
maka dua pahlawan itu yang ditugaskan melawan pemimpin
wanita itu. Apa lacur, dugaan ini nyata mclesct.
Dua pahlawan itu bersenjata masing-masing sebatang
gaetan Houwtauw-kauw dan arit Kecdjiauw-ham. dua-dua ada
gegaman buat menaklukkan pedang, mereka percaya, tidak
nanti Touw Tjin Nio sanggup bertahan lama terhadap mereka,
dengan lantas keduanya mendesak dengan seru, bagaikan
taufan dan hujan deras. Mereka tidak pcmah menyangka
bahwa si nona adalah muridnya Boctong Tan-pay, Kauwsoe
Tan Soe Lam dari Boetong-nay, dan telah berhasil meyakinkan
golok Ngobie Liocyap-ioo. Dengan golok

^