Kisah Si Bangau Merah 13
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo Bagian 13
dahulu ketika Yo Han pergi, hampir
setiap hari ia menangis dan menanyakannya, dan ia pun teringat akan pembelaan Yo Han
kepadanya ter-hadap Ang I Moli.
"Han-ko, jadi engkau telah menjadi murid iblis betina itu?"
"Tidak, Li-moi. Ia jahat bukan main, jahat dan kejam. Aku tidak suka menjadi muridnya.
Aku berhasil lolos darinya dan aku mendapatkan seorang guru di tempat rahasia. Guruku itu
kini telah tiada, dan aku merantau ke sini adalah untuk me-menuhi pesan terakhir guruku."
"Mencari mutiara hitam itu?"
"Benar, Li-moi. Benda mustika itu dahulu milik guruku yang hilang dicuri orang. Aku hanya
ingin merampasnya kembali untuk memenuhi pesan mendiang Suhu."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
358 "Dan engkau malang melintang di daerah barat ini sebagai Sin-ciang Tai--hiap?"
Yo-Han menarik napas panjang. Sela-ma bertahun-tahun dia berhasil menyim-pan rahasia
dirinya, akan tetapi, sekali ini rahasianya terbuka, bukan oleh orang lain, bahkan oleh Sian Li!
"Ternyata tidak mudah mencari mutiara hitam seperti yang menjadi pesan terakhir Suhu," dia
bercerita. "Suhu ha-nya mengatakan bahwa benda pusaka itu berada di daerah barat ini.
Sampai ham-pir lima tahun aku berkeliaran di sini, bahkan sudah menjelajah sampai ke
dae-rah Tibet, namun belum berhasil. Dalam penjelajahan itulah aku bertemu dengan hal-hal
yang menggerakkan hatiku untuk turun tangan menentang kejahatan. Aku tidak ingin dikenal
orang, maka aku selalu menyembunyikan mukaku dan tidak memperkenalkan diri. Orang-
orang mem-beri julukan Sin-ciang Tai-hiap. Aku membiarkan saja dan tidak ada seorang pun
tahu bahwa akulah Sin-ciang Tai-hiap. Baru hari ini ada yang tahu, yaitu engkau Li-moi."
Sian Li tertawa dan suasana menjadl akrab sekali ketika dara itu tertawa. Yo Han teringat
akan masa lalu. Suatu tawa Sian Li seperti bunyi musik merdu yang mendatangkan perasaan
bahagia dalam hatinya. Seperti tetesan air hujan pada hatinya yang selama ini seperti tenah
kering. Terasa demikian sejuk den segar dan dia pun tak dapat menahan timbul-nya senyum
lebar penuh kebahagiaan yang membuat wajahnya berseri.
"Hi-hi-hik, heh-heh, engkau ini sung-guh aneh dan lucu, Han-koi. Engkau ingin
menyembunyikan diri, tidak ingin dikenal orang, ataukah engkau bahkan ingin memopulerkan
julukanmu atau penyamaran-mu itu" Dengan penyamaranmu itu, maka semakin terkenallah
Sin-ciang Tai-hiap sebagai seorang pendekar yang rambutnya riap-riapan, bercaping yang
ditutupi tirai! Sebaliknya, kalau engkau tidak menyamar lagi, tidak menyembunyikan diri,
siapa yang akan tahu bahwa engkau adalah Sin-ciang Tai-hiap" Kenapa mesti menya-mar
lagi, Han-ko?"
Yo Han mengangguk-angguk. "Engkau benar, Li-moi. Aku sudah begitu khawa-tir untuk
dikenal orang maka aku bahkan membuat Sin-ciang Tai-hiap semakin terkenal karena
dipenuhi rahasia. Mulai sekarang aku akan menanggalkan penyamaran sebagai Sin-ciang Tai-
hiap, dan aku akan menjadi Yo Han biasa saja...." Setelah berkata demikian, Yo Han yang
sudah menanggalkan capingnya itu lalu menggelung rambutnya, tidak lagi dibiarkan riap-
riapan. Dia menggelung rambut, tidak dikuncirnya karena dia tidak senang harus mentaati
peraturan pemerintah Mancu agar semua orang Han menguncir rambutnya. Peraturan itu
dianggapnya menghina.
"Tapi jangan dibuang caping itu, Han-ko. Pertama, benda itu memang berguna untuk
melindungi kepalamu dari panas dan hujan, dan ke dua, siapa tahu ka-dang-kadang
kauperlukan juga tokoh Sin-ciang Tai-hiap itu."
"Li-moi, sudah cukup aku mencerita-kan pengalamanku, sekarang kaulah yang harus
menceritakan padaku keadaanmu. Semenjak kita saling berpisah. Engkau kini telah menjadi
seorang gadis dewasa yang cantik jelita, lincah dan juga lihai ilmu silatnya. Tentu sekarang
usiamu sudah dewasa, Li-moi."
"Ketika engkau pergi, usiaku empat tahun, Han-ko. Kita saling berpisah sela-ma tiga belas
tahun lebih, Jadi usiaku sekarang hampir delapan belas tahun. Aku belajar ilmu silat dari
Ayah dan Ibu, kemudian aku menerima gemblengan dari Paman Kakek Suma Ceng Liong
dan is-terinya di dusun Hong-cun dekat kota Cin-an. Di sana aku bertemu dengan Suheng
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
359 Liem Sian Lun, murid mereka. Selain itu, juga aku belajar ilmu pengo-batan dari Yok-sian
Lo-kai." "Wah, engkau beruntung sekali, Li-moi, mendapat ilmu-ilmu dari banyak orang sakti. Akan
tetapi bagaimana eng-kau dan suhengmu itu dapat berada di sini, amat jauh dari tempat
tinggal orang tuamu?"
"Aku dan Suheng Sian Lun sedang da-lam perjalanan pulang. Kami baru saja berkunjung ke
Bhutan, Han-ko."
"Bhutan" Kenapa pergi ke tempat yang demikian jauh?"
Sian Li lalu bercerita tentang Gangga Dewi dan paman kakeknya Suma Ciang Bun, tentang
perjalanan mereka yang jauh, juga tentang pengalamannya ketika bertemu dan bertentangan
dengan Lulung Lama dan sekutunya.
Dua orang muda yang merasa amat berbahagia dalam pertemuan yang sama sekali tak pernah
mereka sangka-sangka itu, bercakap-cakap sampai larut tengah malam. Mereka makan malam
secara amat sederhana sekali, dari persediaan makan-an yang disimpan Yo Han di dalam
guha. Mereka saling menceritakan pengalaman masing-masing, menjawab semua
perta-nyaan. Setelah lewat tengah malam, ba-rulah mereka istirahat dan tidur saling
mengetahui hampir semua keadaan diri masing-masing. Hanya ada sebuah hal yang masih
membuat Yo Han sangsi dan ragu, yaitu tentang hubungan batin arata-ra Sian Li dan
suhengnya. Mereka adalah kakak beradik seperguruan, akan tetapi apakah tidak lebih
daripada itu" Mereka adalah seorang pemuda dan seorang gadis tidak ada hubungan darah,
dan keduanya tampan dan cantik, melakukan perjalanan berdua saja. Tidak aneh kalau mereka
itu saling mencinta, bahkan agaknya tidak wajar kalau tidak ada perasaan cinta di antara
mereka. Yo Han tidak berani ber-tanya akan hal itu, akan tetapi dia men-duga bahwa Sian Li
agaknya amat men-cinta suhengnya itu. Dan dia pun tidak akan merasa heran, suheng Sian Li
itu memang seorang pemuda yang tampan dan gagah, sudah sepatutnya kalau men-jadi jodoh
Sian Li. Hanya, dia merasa heran dan tidak enak mengapa hatinya menjadi pedih
membayangkan kakak ber-adik seperguruan itu saling mencinta dan menjadi jodoh.
Bahkan bayangan ini menghantuinya, membuat dia gelisah dan tidak dapat pu-las. Baru
setelah jauh lewat tengah ma-lam, dia dapat mengusir gangguan itu dan tidur pulas.
*** file google dokumen ini published by Saiful Bahri ....situbondo seletreng***
Pada keesokan harinya, Yo Han menunjukkan kepada Sian Li anak sungai berair jernih yang
mengalir tak jauh dari guha itu, di mana dara itu dapat mem-bersihkan diri. Mereka mandi
bergantian dan dengan badan segar mereka sarapan pagi seadanya, hanya roti kering dan
daging kering yang dihangatkan di atas api ungun, kemudian mereka meninggal-kan guha.
"Kita harus menolong suheng, Han-ko," kata Sian Li ketika mereka keluar dari hutan.
"Tentu saja, Li-moi." Dia menepuk buntalan pakaiannya. "Aku sudah mem-persiapkan
capingku. Kalau aku mengha-dapi para Lama, aku harus berperan se-bagai Sin-ciang Tai-
hiap. Aku akan minta dengan hormat kepada mereka untuk membebaskan suhengmu."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
360 "Akan tetapi bagaimana mungkin, Han-ko" Bagaimana kalau mereka tidak menuruti
permintaanmu?"
"Aku tidak pernah bermusuhan dengan para Lama itu, dan mereka adalah orang-orang yang
menghargai kegagahan. Kalau perlu, aku akan menantang mereka dengan taruhan bahwa
kalau aku menang, mereka harus memenuhi permintaanku."
"Kalau kau kalah?"
"Hemm, kita harus bertanggung jawab dan tidak lari dari kenyataan, Li-moi. Kalau aku
kalah, mereka boleh melaku-kan apa saja terhadap diriku."
"Tapi.... itu berbahaya sekali, Han-koi"
Yo Han tersenyum. "Aku tahu, Li-moi, sejak aku mempelajari ilmu silat, tahulah aku bahwa
aku telah terjun ke dalam dunia kekerasan di mana terdapat penuh bahaya. Akan tetapi, hidup
seperti apakah yang tidak berbahaya" Hidup itu sendiri Sudah merupakan suatu bahaya, Li-
moi. Hidup adalah perjuangan, suatu perjuangan orang tiada hentinya melawan bahaya yang
datang dari segala jurusan.
Hidup merupakan suatu tantangan yang harus kita perjuangkan, kita hadapi, dan perjuangan
itu adalah untuk mengatasi semua tantangan itu, semua bahaya itu!"
Sian Li mengerutkan alisnya dan saking tertarik, ia menghentikan langkahnya, memandang
kepada pemuda itu. "Eh" Apa maksudmu, Han-ko" Kehidupan se-orang dari dunia persilatan
seperti kita memang menghadapi banyak tantangan, banyak bahaya, akan tetapi kehidupan
seorang biasa, apakah bahaya dan tan-tangannya?"
Yo Han tersenyum, "Tiada bedanya, Li-moi. Apakah kehidupan seorang petani miskin itu
tidak penuh tantangan yang harus mereka hadapi dan atasi tantang-an itu dapat datang dari
kemiskinannya, dari kesehatan yang terganggu, dari ke-sejahteraan keluarganya, dari
kerukunan keluarganya. Orang dapat ditentang oleh kekurangan makan pakaian dan tempat
tinggal, oleh gangguan kesehatan oleh percekcokan rumah tangga, dan seribu satu tantangan
lagi. Semua itu mau tidak mau, harus dihadapi dan diatasi, kita tidak mungkin dapat lari
darinya, karena itulah isi kehidupan ini, urusan jasmani, urusan duniawi."
"Hemm, kalau orang kaya dan orang berpangkat tentu tidak menghadapi se-mua tantangan
dan kesulitan...."
"Siapa bilang" Mereka pun dapat sa-kit, dapat cekcok dengan keluarga. Bah-kan ditambah
lagi. Orang kaya harus mempertahankan kekayaannya, menjaga-nya agar tidak berkurang atau
lenyap, selalu khawatir akan kehilangan. Demi-kian pula orang berkedudukan selalu ingin
mempertahankan kedudukannya, takut kehilangan. Pendeknya, selagi hidup seba-gai manusia,
kita tidak akan dapat bebas dari tantangan dan bahaya. Justeru itulah isi kehidupan, itulah
romantikanya kehi-dupan. Dan menghadapi semua itu, berusaha mengatasinya.
Perjuangannya me-lawan semua tantangan, itulah seninya, seni kehidupan! Betapa akan
membosan-kan kalau hidup ini tidak ada tantangan yang harus ditanggulangi, dihadapi dan
diatasi. Senang baru akan terasa senang kalau kita pernah merasakan susah. Kepuasan yang
sebenarnya hanyalah terasa kalau kita pernah merasa kecewa. Bukankah begitu, Li-moi?"
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
361 Sian Li terbelalak, kemudian tertawa. "Wah-wah-wah, bicaramu seperti seorang guru besar
kebatinan saja, Han-ko. Me-nurut Ayah dan Ibuku, dahulu engkau tidak suka akan kekerasan,
tidak suka belajar silat, akan tetapi sekarang malah menjadi seorang pendekar sakti dan
bica-ramu seperti seorang pendeta!"
"Li-moi, mengenai kehidupan, apakah hanya para pendeta saja yang harus me-ngetahuinya"
Kehidupan adalah kita sendi-ri, Li-moi. Sudah sewajarnya, bahkan sepatutnya kalau setiap
orang tahu dan mengerti akan kenyataan dalam hidup ini. Sampai sekerang pun aku tidak suka
akan kekerasan, Li-moi, karena aku tahu dan yakin benar bahwa kekerasan bukan-lah cara
terbaik untuk hidup. Namun, menghadapi tantangan dalam kehidupan, sekali waktu kita
membutuhkan juga kekuatan untuk menanggulanginya, dan seperti juga semua ilmu, ilmu
silat pun amat berguna kalau saja dipergunakan melalui garis yang benar, bukan sebagai alat
mengumbar nafsu. Nah, kurasa eng-kau pun tentu sudah mengerti akan se-mua itu, karena aku
tahu bahwa orang tuamu adalah sepasang suaml isteri yang bijaksana. Apalagi engkau telah
digem-bleng oleh paman kakekmu dan isterinya, juga oleh seorang tokoh besar seperti Yok-
sian Lo-kai."
Sian Li mengangguk-angguk kagum. "Cara mereka bicara tidak jauh bedanya dengan apa
yang kaukatakan semua tadi, Han-ko...."
"Hemmm, ada orang-orang datang ke sini, Li-moi. Jangan katakan bahwa aku adalah Sin-
ciang Tai-hiap...."
Sian Li mengangkat muka memandang ke depan dan benar saja. Ada enam orang datang
dengan langkah lebar. Dari jauh saja, sudah nampak bahwa lima orang di antara mereka
adalah para pendeta Lama Jubah Hitam, dapat dilihat dari kepala mereka yang gundul dan
ju-bah hitam mereka yang lebar. Yang se-orang lagi adalah seorang pemuda. Sete-lah mereka
datang lebih dekat dan Sian Li mengenal siapa pemuda itu, wajahnya berubah merah dan ia
menjadi marah. Pemuda itu bukan lain adalah Cu Ki Bok murid Lulung Lama yang kurang
ajar itu. Dan lima orang gundul itu adalah lima orang anggauta Hek I Lama.
"Jahanam busuk! Akan kubunuh kalian!" Sian Li sudah meraba gagang pe-dangnya, akan
tetapi Yo Han menyentuh lengannya,
"Sabarlah, Li-moi, biarkan mereka mengatakan dulu apa maksud mereka mencari kita."
Kini Cu Ki Bok sudah tiba di depan mereka. Pemuda yang tinggi tegap dan tampan gagah itu
tersenyum, dan lima orang pendeta Lama yang berdiri di be-lakangnya, diam tak bergerak
seperti patung. "Selamat pagi, Nona Tan Sian Li. Senang sekali bertemu denganmu, karena
Nona tentu akan dapat memberi tahu kepada kami di mana kami dapat bertemu dengan Sin-
ciang Tai-hiap."
Sian Li tersenyum mengejek. "Hemm, keparat busuk, andaikata aku tahu seka-lipun tak akan
sudi aku memberitahukan kepadamu!"
"Hemm, Nona jangan berlagak. Kalau tidak ada Sin-ciang Tai-hiap, apa kaukira akan mampu
lepas dari tangan kami" Sekarang kami menginginkan Sin-ciang Tai-hiap, untuk
menyampaikan pesan dari ketua kami. Katakan di mana aku dapat bertemu dengan dia, dan
aku tidak akan mengganggumu lagi, melihat muka pen-dekar itu."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
362 "Sobat, katakan saja kepada kami apa yang akan kausampaikan kepada Sin-ciang Tai-hiap,
dan kamilah yang akan me-nyampaikan kepadanya," kata Yo Han dengan suara tenang dan
lembut. Cu Ki Bok memandang kepada Yo Han dengan alis berkerut, jelas bahwa dia memandang
rendah kepada pemuda itu, tidak mengenalnya, akan tetapi me-rasa tidak senang karena
pemuda ini berdua dengan gadis yang dirindukannya.
"Siapa kamu" Dan mengapa aku harus menyampaikan pesanku untuk Sin-ciang Tai-hiap
kepada kamu?"
Sian Li marah sekali melihat sikap dan mendengar ucapan yang nadanya menghina dan
memandang rendah itu. Akan tetapi Yo Han tersenyum, girang bahwa kini dia dapat
menghadapi orang tanpa menyembunyikan wajah aselinya dan orang itu tidak mengenalnya.
Benar juga pendapat Sian Li semalam. Sin-ciang Tai-hiap yang harus dirahasiakan, bukan Yo
Han! "Namaku Yo Han, dan aku orang bia-sa saja, akan tetapi aku telah dipesan oleh Taihiap
bahwa jika ada orang yang mencarinya, boleh menyampaikan kepada kami berdua. Kalau
engkau percaya ke-pada kami, nah, katakan apa yang kau ingin sampaikan kepadanya. Kalau
tidak percaya, sudahlah, kau cari saja sendiri."
Sian Li mengeluarkan suara tawa mengejek. "Huh, mana pengecut ini bera-ni mencari Sin-
ciang Tai-hiap" Baru me-lihatnya saja, dia akan lari terbirit-birit!" Lalu dilanjutkannya
dengan nada suara marah, "Kawanan srigala ini licik dan pengecut, beraninya hanya main
keroyok-an. Buktinya, Suheng ditawan karena keroyokan. Jahanam Cu Ki Bok, kalau kalian
mengganggu Suhengku, aku akan membasmi kalian semua, tak seorang pun kubiarkan
hidup!" Mendengar ucapan yang keras itu, Cu Ki Bok tidak menjadi marah, bahkan dia tertawa geli.
"Ha-ha-ha, kau kira su-hengmu itu kami ganggu, Nona" Nona masih saja salah sangka. Kami
bukanlah penjahat. Kami adalah pejuang-pejuang yang bercita-cita mengusir penjajah
Man-cu. Kami membutuhkan kerja sama de-ngan para pendekar. Bukankah ketua kami
tadinya juga menawarkan kerja sama dengan Nona dan suheng Nona itu" Dan sekarang
suhengmu dengan suka rela membantu kami, dan dia hidup berse-nang-senang. Hemm,
suhengmu memang pandai mempergunakan kesempatan, aku sendiri sampai iri melihat dia
bersenang-senang seperti itu...."
"Kau bohong!" Sian Li membentak, akan tetapi diam-diam ia ingin sekali tahu kesenangan
apa yang dimaksudkan oleh orang itu.
"Sudahlah, aku pun datang bukan un-tuk membicarakan urusan Liem Sian Lun. Aku diutus
oleh ketua kami untuk bicara dengan Sin-ciang Tai-hiap. Kuharap saja dia akan muncul
menemui kami."
"Orang macam engkau tidak berharga untuk bertemu dengan Sin-ciang Tai-hiap," kata Sian
Li. "Sampaikan saja ke-padaku atau kau boleh minggat dari sini."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
363 Wajah Cu Ki Bok berubah merah. Dia merasa direndahkan dan dihina oleh gadis itu, akan
tetapi harus diakuinya bahwa dia memang merasa jerih untuk berha-dapan dengan pendekar
sakti itu. "Baik-lah, akan kusampaikan kepadamu, Nona Tan Sian Li, akan tetapi tidak kepada
cacing tanah itu." Cu Ki Bok mengge-rakkan kepala ke arah Yo Han dengan sikap amat
merendahkan sehingga wajah Sian Li berubah, merah karena marahnya.
"Cu Ki Bok, kalau engkau menghina kami berdua, berarti engkau menghina Sin-ciang Tai-
hiap karena Taihiap telah memberi kuasa kepada kami berdua un-tuk mewakilinya bicara
dengan siapa saja! Nah, katakan kepada kami berdua apa keperluanmu tanpa menghina orang,
atau aku akan mewakilinya membunuhmu di sini juga!"
Cu Ki Bok tidak gentar terhadap Sian Li, akan tetapi dia takut kalau Sin-ciang Tai-hiap
muncul membantu nona itu. "Baik, dengarlah pesan kami. Ketua kami, Dobhin Lama
mengundang Sin-ciang Tai-hiap untuk mengadakan pertan-dingan adu ilmu...."
"Huh, dan kalian tentu akan menje-baknya dan mengeroyoknya dengan mengandalkan
banyak orang, bukan?" Sian Li mengejek. Ia sengaja memanaskan hati pihak lawan.
"Sama sekali tidak!" bantah Cu Ki Bok penasaran. "Nona, engkau belum mengenal siapa
adanya Supek (Uwa Gu-ru) Dobhin Lama! Beliau adalah seorang tokoh besar di Tibet yang
memiliki ke-dudukan tinggi. Tidak mungkin Supek menggunakan siasat. Supek telah lama
mendengar akan nama besar Sin-ciang Tai-hiap dan kini ingin mengadu ilmu dengan Sin-
ciang Tai-hiap. Kalau Sin-ciang Tai-hiap mampu menandingi Supek Dobhin Lama, maka
mutiara hitam akan dikembalikan kepadanya."
"Hemm, tidak cukup dengan itu! Ka-lau dia dapat mengalahkan Dobhin Lama, selain mutiara
hitam diserahkan kepada-nya, juga Suheng Liem Sian Lun harus dibebaskan!" kata Sian Li.
"Kalau syarat ini tidak dijanjikan, aku tidak sudi me-nyampaikan kepadanya."
"Ha-ha-ha, sekarang juga dia sudah bebas, akan tetapi mana mungkin dia mau meninggalkan
segala kesenangan itu" Akan tetapi baiklah, aku yang tanggung bahwa syarat ke dua itu dapat
diterima dan disetujui oleh Supek. Kalau Supek kalah, Liem Sian Lun akan dibebaskan dan
mutiara hitam akan diserahkan kepa-da Sin-ciang Tai-hiap. Akan tetapi sebaliknya, kalau
Supek yang menang, Sin-ciang Tai-hiap harus membantu perjuangan untuk menentang
penjajah Mancu."
Tentu saja Sian Li tidak beranilancang menerima syarat itu, ma-ka ia menoleh kepada Yo
Han dan ber-kata, "Han-ko, bagaimana pendapatmu"Biarpun Taihiap sudah menyerahkan
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke-putusannya kepadaku, akan tetapi akuingin tanya pendapatmu sebelum menerima syarat
itu." YoHanmengangguk-angguk."Sin-ciang Tai-hiap adalah seorang pendekaryang menjunjung
tinggi keadilan dan ke-benaran. Bangsa Mancu menjajah, hal itu jelas tidak adil dan tidak
benar, makatentu saja dia tidak akan berkeberatanuntuk menentang penjajah Mancu."
Sian Li mengangguk-angguk. "Tepatsekali, aku pun berpikir demikian, Han-ko. Nah, Cu Ki
Bok, akan kusampaikanpesanitu
kepadaSin-ciangTai-hiap.Kuulangitaruhannya.Kalau
diamenang,mutiara hitamharus diserahkankepada-nyadanSuhengkuharus dibebaskan.Ka-lau
Dobhin Lama yang menang, Sin-ciang Tai-hiap harus membantuperjuangan menentang
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
364 penjajahMancu.Kalaudiamenerima tantangan itu, lalu kapan per-tandingun itu diadakan dan
di mana?" CuKiBoktersenyum."Dalamhalini, Supek ingin memperlihatkan iktikad baiknya dan
kejujurannya ketika menga-jakSin-ciangTai-
hiapuntukmengaduilmu.Supekmenyerahkankepada Sin-ciang Tai-hiap untuk menentukan
waktudan tempat."
"Kalaubegitusekarangjuga!"SianLi berkata dengan cepat. Dara yang cer- dik ini segera
mengambil keputusan yang dianggapnya menguntungkanpihaknya. "Dan tempatnya, di
puncak bukit sebelahsana itu!" Ia menunjuk ke arah bukit disebelah kiri. Ia tahu bahwa tempat
yangmenjadi sarang Hek I Lama berada disebelah kanan, maka bukit itu tentu me-rupakan
tempat bebas dari pengaruh ke-kuasaan Hek I Lama sehingga kalau di-adakanpertandingan di
sana, maka pihakmusuh tidak akan sempat mengatur sia-satuntuk menjebakataumengeroyok.
Cu Ki Bok memandang ke arah bukititudanmengangguk-angguk."Baiklah.Kami akan
melapor kepada ketua kami.Sebentar lagi, menjelang tengah hari, tentuSupek telah berada di
puncak bukit itu. Harap saja janji kalian bukan merupakanbual kosong belaka. Selamat
tinggal!" CuKi Bok lalu pergi dari situ diikuti limaorang pendeta Lama.
"Kenapa engkau memilih tempat per-tandingan di puncak bukit itu, Li-moi?"
"Akusengajamemilihtempatyangjauh
dari mereka agar kita dapat menda-huluimerekaketempatitu sehinggamereka tidak sempat membuat jebakan.Sebaiknya
kalau kita sekarang jugapergi ke sana, Han-ko, untuk mengenal medandan mempersiapkan
diri." Yo Han kagum. Kiranya Sian Li, SiBangau Merah yang dahulu sering digen-dongnyadandiajakbermain-mainitu,kinitelahmenjadiseorang
gadis yangcantik jelita,lihai,pemberani dan jugacerdik sekali. Cara gadis itu tadi meng-hadapi Cu Ki Bok saja
sudah menunjuk-kan kecerdikannya. Diam-diam dia mera-sa bangga.
Mereka lalu berangkat mendaki bukityang tadi ditunjuk oleh Sian Li. Bukitituternyatamerupakan sebuah bukityang sunyi, penuh dengan hutan belukar dan tidak
nampak ada dusun di atas bu-kit. Dusun-dusun hanya terdapat di kaki bukit, begitu mereka
mendaki ke atas, ternyata tidak terdapat dusun di lereng-lereng bukit itu yang penuh hutan
liarbelukar dan rawa-rawa. Bahkan mendakike puncak pun tidak mudah walaupunbukit itu
tidak terlalu besar. Karena kinidia sudah berada di tempat di manaditentukan adu kepandaian
itu, untukmenjaga kalau-kalau ada pihak musuhyang melihatnya. Yo Han sudah mengenakan
caping berikut tirai sutera hitam-nya,danmembiarkan rambutnya jugaterlepas riap-riapan.
Akantetapi, betapa heran mereka ketika tiba di puncak, mereka melihatsebuah pondok berdiri
di situ! Sebuahpondok kayu yang nampaknya masih baru,mungkinhanyabeberapabulansajaumurnya. Kecil namun kokoh kuat. Dandi belakang dan
kanan kiri pondok itunampak ditanami sayur-sayuran, di depanpondok, sebuah taman yang
penuh bungaindah amat menyedapkan pandang mata.Tentu saja Sian Li dan Yo Han
tertegunsejenak dan saling pandang. Sungguh diluar dugaan mereka bahwa di tempatsunyi itu
terdapat pondok tempat tinggalorang! Siapa orangnya yang tinggal didi tempat sunyi seperti
ini" Tentu hanyapertapa atau pendeta yang sengaja me-ngasingkan diri dari dunia ramai.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
365 Ketika dengan ragu-ragu mereka me-masuki pelataran rumah itu yang meru-pakansebuahtamandikelilingi pagarbambu, tiba-tiba terdengar bentakan ha-lus suara
wanita, "Berhenti! Siapa kalian beranilancangmemasukipekaranganrumah orang tanpa
diundang!"
Yo Han dan Sian Li berhenti, lalumemandang ke arah suara yang keluardari pinggir pondok.
Ketika pemilik suaramuncul,merekamemandangheran.Wani-taituberusialima
puluh tahunlebih,namunmasihnampakcantik manis.Pa-kaiannyasederhananamunbersih danringkas,
tubuhnya masih padat dan tegak, sikapnya gagah dan sebatang pedang yangtergantung di
pinggang menunjukkan bah-wa wanita iniseorangahli silat yangtidak lemah. Rambut panjang
yang sudahdihias uban itu digelung ke atas, denganhiasan tusuk sanggul dari perak berben-tuk
bunga seruni. Wanita itu dengan alisberkerut dan sinar mata tajam menyeli-dik,mengamati Yo
Handan Sian Li.Jugaiamerasa heranmelihatbahwatamu-tamuyangtidakdiundangnyaituseorang
pemuda tampan bermata tajammencorong, dan seorang gadis yang jelita.
Sian Li yang lincah jenaka itu sudahdapat menguasai keheranannyadaniapun tersenyum
manis. "Aih, Bibi ini ma-nusia ataukah peri" Bibi kelihatan seper- tiseorangwanitasetengahtuayangcantik dan gagah, agaknya memang se-orang manusia dari
darah daging. Akantetapikalaumanusia,kenapahidup dipuncak bukit yangamat sepi ini
seorangdiri?"Wanita
ituterbelalakdanmatanyabersinar
marah. "Kau bocah lancang mu-lut!"Wanita itumenggerakkanlengan bajunyadantiba-tibatubuhnyasudahmeloncat dan
melayang ke depan SianLi.Gerakannya demikian ringannya se-perti terbang saja.Begitu tiba
di depanSianLi,ia menggerakkantanganmenam-par ke arah pundak gadisitu. Tamparan-nya
nampaklembut dan tidak mengan-dung tenaga, akan tetapi ada angin yangdingin
menyambarke arah pundak SianLi.Gadisiniterkejut,mengenalpukulanyangmengandung sin-
kang (tenaga sakti)dingin.Cepat ia pun mengelak dan sam-baran tangan wanita itu luput.
Kinita-ngan kanan wanita itu menyambar dankembalitangan itu menamparke arahpundak kiri
Sian Li. Kalau tadi tangankiri wanita itu mendatangkan angin yangdingin sekali, sekarang
tangan kanannyayang menyambar itumembawa anginpukulan yang amat panas sehingga
tela-pak tangan itu beruap! Kembali Sian Literkejutdancepatiamenggeserkaki,menarikdirikebelakangsehingga
pukul-ankeduaitupunluput.
"Ehh....?"Wanitaitunampakterkejutdanheran.Tak
disangkanya samasekalibahwagadisremajayang
lancangmulutitumampu
menghindarkandiridaridua
tamparannyayanghebat!Iamerasapenasarandan
siapuntukmenyerang
sung-guh- sungguhakantetapipadasaatituterdengarsuaramencegahnya.
"Ibu,harapjanganpukulorang....!"
Wanitasetengahtua
ituterkejutdanmembalikkantubuh,danketika
iameli-hatseorangpemudakeluar daripintupondok,iamengangkat kedua tangannyake atas dan
memandang penuh kekhawa-tiran. "Ciang Hun, kenapa engkau bangun.Seharusnya engkau
melanjutkan pengobat-an dengan menghimpun hawa murni agarengkau sembuh benar!"
Pemuda itu tersenyum, "Ibu,aku sudahsembuh." Mendengar ini, wanita itu ber-lari
menghampiri dan merangkul pundakpemuda itu dengan pandang mata yangmembuat Sian Li
terharu. Pandang matawanita itu terhadap puteranya sungguhpenuhkasihsayang mendalam!
Wanitaitu seorang ibu yang teramat besar kasihsayangnya kepada puteranya. Ia pun se-perti
Yo Han, kini memperhatikan pemu-da yang baru muncul dari dalam pondok itu.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
366 Pemuda itu bertubuh tinggi besar dantegap sehingga nampak gagah perkasa,namun wajahnya
membayangkan kelem-butan dan ketenangan. Usianya sekitardua puluh delapan tahun. Pada
saat itu,wajahnya agak pucat, wajah yang tampandengan alis tebal dan hidung mancungbesar.
Matanya seperti mata ibunya, jelidan bersinar tajam.
Pemudaitukinimenghampiri SianLi dan Yo Han. Pandang matanya me-nyelidik, akan tetapi
mulutnya tersenyumramah dan dengan rendah hati dia mengangkat kedua tangan di depan
dada seba-gai penghormatan. Tentu saja Yo Hansegera membalasnya, dan Sian Li yangmasih
mendongkol karena tadi diserangsecara membabi-buta, mengikuti Yo Handengan setengah
hati. "HarapJiwi(AndaBerdua)memaaf-kanibukuyangmenyambutJiwidengansikapkasar.Hendaknya
Jiwiketahuibah-wadisinibanyakberkeliaranorangja-hat,makaibukumenjadipemarahdanmencuri
gaisemuaorang.Kalaubolehkamimengetahui,siapakah.JiwidanapapulamaksudkunjunganJiwike
sini?" Selainsuaranyalembut,wajahnyace-rahdandihiassenyum,jugakata-
katanyateratur,tandabahwapemudatinggibe-sar itu seorangyangterpelajar. YoHan segera
merasatertarikdandia
punme-rasasungkansekali,
ingat betapadiadanSian
Litelahlancangmemasuki
peka-ranganorangtanpaijin.Wanita,
setengahtuaitutidak
bersalah,apalagiagaknyaucapanjenakadariSian
Litadiagaknyamembuatwanitayangsedangrisaudanpemarahitusalahsangkaatau salah tampa.
"Kamilahyangseharusnyamintamaafsobat,"kataYoHandengansikapsopan."Kamitelahlancang
memasukipekarang-anini,bukandenganniatburukdihati,melainkan
karenakeinginantahusiapapenghunirumahditempatyang
sunyiini.SayabernamaYoHandanadikinibernama TanSianLi."
Pemudatinggibesaritumenerimaperkenalandenganramah.
"NamakuGak
CiangHun,danini
adalahibuku.Barubeberapabulankamimemilihtempatinisebagaitempattinggalyang
baru.Kamikiratempatinitenteramdanpenuhke-damaian,siapakira,barusebulanyanglaludikakibu
kitkami bertemudengan orang-orangjahat
yang mengeroyokse-hingga
biarpunkami berhasilmengusirmereka,akumenderitalukadanibumenjadipemarah,
selalu mencurigaise-tiaporangasing."
"Apakah orang-orangjahatituparaLama berjubah hitam, ataukah orang Ne- pal, atau
pengemis-pengemis bertongkathitam?" tanya Sian Li.
Gak CiangHunmemandangkepadaSian Li denganmataterbelalak lebar.Baru sekarang dia
memandanggadisitusepenuhnyadan diam-diamdia merasakagum dan terpesona.Gadis ini
bukansaja lincah jenaka, akan tetapi mampumenyambutduakalipukulan ibunya,dan
ternyataamatcantikjelitadanjuga nampaknyacerdikbukanmain.
"Nona,bagaimanaNonabisamenge-tahuinyadengantepat"
Memang dianta-raparapengeroyok,terdapat tigamacamorangitu!"
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
367 "Tentusajaakutahu!"
kata Sian Lisambiltersenyumdanmembusungkanda-dayangsudahmenonjolitu."Bahkanakutahulebihbany
aklagi!Setidaknya,akutahubahwaBibiGakinitentupernahmempelajariilmu Hui-yang Sin-kang
danSwat-im Sin-kang dari keluarga pendekarPulau Es."
Wanita itu mengeluarkan seruan kagetdan dengan gerakan cepat sekali ia telahmeloncatmendekati Sian Li, sepasangmatanya seperti berapi ketika ia meman-dang
kepada gadis itu.
"Hemm, bagaimana kau tahu tentangilmu-ilmu dari Pulau Es" Hayo cepatkatakan!"
Sian Li sendiri adalah seorang
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gadisyang galak dan pemberani. Ia tersenyummengejek."Bibi,engkauterlalu galak! Aku bukan apa-apamu, kenapa main ben-tak
saja" Kalap seperti ini sikapmuda-lam bertanya, aku pun tidak jadi men-jawab. Nah, kau mau
apa?" Sebelum ibunya marah-marah, pemuda tinggi besar itu cepatmenengahi danberkata, "Harap
Nona suka memaafkanIbuku. Seperti kukatakan tadi, Ibu menja-di pemarah karena gangguan
orang-orangjahatitu.Akantetapi,sungguh
kami berdua merasa terkejut dan heran sekalimendengar Nona mengenal ilmu-ilmu da-ri Pulau Es. Bagaimanakah Nona
dapatmengetahuibahwaIbuku mempelajariilmu-ilmu Pulau Es?"
Sian Li tersenyum. "Apa sukarnya"Ibumu tadi menamparku dengan Swat-imSin-
kang,kemudiantamparankeduamenggunakan tenaga Hui-yang Sin-kang.Setahuku, para murid
pendekar Pulau Estidaklah jahat dan galak, main bentakdan main pukul saja."
Mendengar ini, Gak Ciang Hun cepatmemberihormat."Kalau
begitu, Nonaadalahmuridkeluarga pendekar PulauEs?"
"Katakandulu,darisiapakahibumumempelajariilmuPulau
Es"Baru akuakanmenerangkantentangdiriku,"kataSianLi
dengansikap"jualmahal"untukmelepaskan
kedongkolanhatinya karena tadidiserangdandibentak-bentakolehibu pemuda itu.
"Nona Tan Sian Li, ketahuilah bahwakamimempelajariilmu keluarga PulauEs darimendiang
kakek kami," jawabCiang Hun.
"Siapa nama mendiang kakekmu itu?"
"Mendiang kakek adalah Bu Beng Lo-kai (Pengemis Tua Tanpa Nama)."
Kini Sian Li terbelalak."Aihh...."Bu-kankah Locianpwe itu yang berhama GakBun Beng?" Ia
teringat akan cerita pa-man kakeknya, yaitu Suma Ceng Liongyang memperkenalkan nama
para pende- karyang mempunyaihubungandengankeluarga PulauEs dan yangmewarisiilmu-
ilmu dari Pulau Es.
"Benar, Nona. Kedua orang Ayahku, Beng-san Sian-eng, juga telah meninggaldunia pula
kurang lebih setahun yang laluSetelah Ayah meninggal, Ibu tidak betah lagi tinggal di Beng-
san, maka kami per-gi meninggalkanBeng-sandan merantausampai ke sini, lalu
memilihtempatsu-nyiini sebagai tempat tinggal sementara."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
368 Kini Sian Li tidak berani main-maindan tidak berani bersikap galaklagi. Iamengangkat kedua
tangan memberi hor-mat kepada wanitasetengah tua yangmasih cantik namun galak
itu."Kalaubegitu, maafkanlah aku, bibi yang baik.Kiranya bibi bukan orang lain dan di an-tara
kita masih ada hubungan yang cukupdekat...."
"Hemm,cukuplahbermaaf-maafanini,"
kataNyonyaGakatau
Souw Hui Lan"Engkau
sudahmengetahuiSiapa kami,akan tetapi kami belum tahu siapa eng-kau dan apa hubunganmu
dengan keluarga Pulau Es."
"Bibi, aku dapat dikatakan murid Pu-lau Es, akan tetapi juga keluarga PulauEs. Nenekku
bernama Suma Hui adalahcucuPendekar Super Sakti dari PulauEs, dan aku pundiambil murid
oleh Pa-man Kakekku sendiri, yaitu KakekSumaCeng Liong."
Wanitaitumembelalakkan matanyadan wajah yang tadinya masam itu kinimenjadi cerah
berseri. "Ahhh.... kiranya engkau cucu Enci Suma Hui dan bahkanmurid pendekar benar
Suma CengLiong"Kalau
begitu, samasekali tidak aneh kalauengkaumengenalduatamparankutadi!
Engkau benar, kita masih ada ikat-an yangdekat.Maafkan sikapku tadi,Sian Li. Kakakmu CiangHun benar, akumenjadi pemurung
dan pemarah,bukanhanya karena sikap orang-orang jahat dikaki bukit,melainkan sejak kedua
pa- manmu meninggal dunia...."
SianLi sudah mendengar dari pamankakeknyabahwawanitainibernama Souw Hui Lian dan
menikah dengan duaorang suami, yaitu pendekar kembar GakJit Kong dan Gak Goat Kong,
puteraGak Bun Beng.
"SudahlahBibi. Yang sudah mening-gal tidak perlu disedihkan. Kita semua pun akan
mengalaminya, dan kata PamanKakek Suma Ceng Liong, kematianhanya merupakan
perjalanan pulang yangabadi,setelah orang merantau di dunia yangpenuh sengketa ini. Kalau
Bibi terlalu bersusahhati,akibatnyahanya akanmengganggu kesehatan sendiri."
"Bukan main!" Ciang Hunyang biasa-nya tenang dan lembut itu kini berserudenganmata
bersinar-sinar.
"Masih begi-ni muda namun telah memiliki pengertiandemikianmendalamtentangkematian. Dan siapakah saudara Yo Han ini" Apa-kah
juga murid atau anggauta keluargaPulau Es?"
"CiangHun,sekarangengkauyang
kurang sopan.Kenapa dua orang tamuterhormatdiajakbicaradi pekarangansaja" Anak-anak yang baik,marilah kitabicara
didalam pondok. Silakan masuk!"kataNyonya Gak atau Souw Hui Lian.Sian Li tertawadan
mereka pun memasuki pondok.
Siapakah ibu dan anak itu" Nyonyaitu dahulu bernama SouwHui Lian, muriddari sepasang
pendekar Gak JitKongdan Gak Goat Kong.Kemudian, murid itu jatuh cinta kepadakedua
orang gurunya, dan demikiansebaliknya,
maka iamenjadiisterikedua
orangpendekaritu.Dariperjodohanyangagak
ganjilini,yaitu
seorang isteridengan duasuami,lahirlah seoranganak laki-laki yang dibe-rinamaGak Ciang Hun. Sepasang
Pen-dekarGak yang kemudian berjuluk Beng-san Sian-eng (Sepasang Pendekardari Beng-san)
itu adalah putera tinggal GakBun Beng, seorang pendekar yang pernah digembleng oleh
PendekarSuper Saktisehingga mewarisi ilmutenagasakti dariPulau Es, dan yang setelah tua
berjuluk Bu Beng Lokai. Pada akhir hayatnya, BuBeng Lokaiini masih sempatmengoper- kan
tenaga sakti Hui-yang Sin-kang danSwat-im Sin-kangkepada cucunya, yaituGak Ciang
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
369 Hunyangkini telah menjadiseorang pemuda perkasa berusia dua pu-luh delapan tahun dan
belum menikah.Keluarga ini tinggal di Pegunungan Beng-san. Setelah dua orang pendekar
kembaritumeninggal dunia karena usia tua,Souw Hui Lian menjadi sedih sekali, tidak betah
lagi tinggal di Beng-san dan mengajak puteranyamerantau sampai kebarat,dan memilih bukit
itu sebagaitempat tinggal.
Mereka kini duduk di dalampondok,dimanaterdapatbangku-bangku
batubuatanCiangHunsendiri.Sederhana namun kokoh.
"Nah, sekarang ceritakan tentangdi-rimu, Saudara Yo Han. Engkau she(ber-marga) Yo, tentu
bukan keluarga PulauEs. Apakah murid Pulau Es pula?"
Yo Han menggeleng dan saling pan-dang dengan Sian Li. Gadis ini maklumakan perasaan
hati Yo Han. "Han-ko,Bibi Gak dan Kakak Ciang Hunini bukanorang lain. Kurasa sebaiknya
kalau eng-kau berterus terang saja, bahkan kitadapat saling bantu dengan mereka
meng-hadapi gerombolan jahat itu."
Mendengar ucapan Sian Li Itu, YoHan mengangguk-angguk. Dia dikenalse-bagai pendekar
bertopeng atau yang se-lalu menyembunyikan muka dan disebutSin-ciang Tai-hiap, bukan
karena sengaja.Dia merantau dan berkeliaran di daerah perbatasan Tibet ini karena
menunaikantugas, mentaati pesan mendiang gurunya,Kakek Ciu Lam Hok, yaitu mencari
danmerampaskembalimustikamutiarahi-tam.Karenabertahun-
tahundiatidakdapatmenemukanpusaka
itu,makase-pakterjangnyamenentangkejahatanmembuatnamaSin-ciangTai-
hiapterke-nal.Kalaumustikaitu
sudahdapatdi-rampasnya,tentudiaakanmeninggalkandaerahitudanSin-ciang Tai-hiap punakan
lenyap bersama dia. Terhadap orangorang segolongan sendiri, memang tidakperlu
menyembunyikanrahasianyaitu,apalagi saat ini dia sedang menghadapiancaman musuh yang
selain lihai, jugabanyak jumlahnya dan mungkin merekaakan melakukan kecurangan. Dia
tidakkhawatir akandirisendiri,melainkankhawatir karenaSianLi terlibat. Kalauada dua orang
Ibu dan anak ini yangjuga berkepandaian tinggi dapat salingbantu dengan mereka, tentu
keselamatanSian Li lebih terjamin.
"Bibi dan Saudara Gak Ciang Hun,sesungguhnya saya tidak mempunyai hu-bungan sama
sekali dengankeluarga Pu-lau Es yang terhormat dan yang berilmutinggi. Akan tetapi di waktu
saya kecil,saya pernah menerima pertolongan orangtua AdikTanSian Li, bahkan saya yang
sudah yatim piatu ditampung oleh mere-ka. Saya diakusebagai murid, maka hu-bungan saya
dengan Adik Sian Li sepertisaudara saja." Dia berhenti, tidak tahuharus menceritakan apalagi.
Melihat ini, Sian Li membantunya.
"Kakak Yo Han ini tiga belas tahunyang lalu berpisah dariku, Bibi. Dia me-ngorbankan diri,
menggantikan aku men-jadi tawanan seorang iblis betina, dansejak itu kami saling berpisah.
Ketikaitu usiaku baru empat tahun. Sekarang,tiga belas tahun kemudian, kita salingbertemu di
tempat ini! Bukankah hal ituamat mengherankan dan membahagiakan"
Souw HuiLianmengangguk-angguk."Sungguhmengherankansekali. Kalian yang keduanya
datang dari timur, bagai-mana dapat secara aneh saling jumpadi sini" Tentu menarik sekali
ceritanya!"
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
370 "Nanti dulu, Ibu. Sebaiknya SaudaraYo Han menceritakan dulu siapa gurunya kalau bukan
keluarga Pulau Es," kataCiang Hun.
"Ah,gurusayaseorangyangtidakterkenaldanmenyembunyikandiri,dansayatidak
dapatdibandingkandenganparamuridPulau Es...."kata YoHanmerendah.
SikapinimembuatSianLimengerut-kan alisnya. "Bibi, Gak-toako (Kakak Gak)belum lama
tinggal di sini, akan tetapidalam perjalanan ke barat, kurasa pernahmendengar nama Sin-ciang
Tai-hiap, bu-kan" Ataukah belum pernah?"
"Pendekaryangpenuhrahasiaitu,yang
bersikap lembut terhadap para penjahat,yangmenundukkan
banyak tokohdan datuk jahat itu" Kami pernah men-dengarnya,dantak mengetahui siapa sebetulnya pendekar itu karena selalu
me-nyembunyikan mukanyadibaliktiraicaping lebarnya," kata Ciang Hun.
"Nah, inilah orangnya!" kata Sian Lidengan bangga sambil menunjuk kepada Yo Han.
Pemuda ini mengerutkan alisnyadan mukanya berubah kemerahan.
"Saya tidak sengaja menggunakan na-majulukan seperti itu...."katanya. Dansayamohon
JiwisetelahmendengarpembukaanrahasiadariAdik SianLi, akan menyimpannya sebagai
rahasia. Sayatidakingin dikenalsebagai Sin-ciangTai-hiap."
Ibu dan anak itu tercengang. Merekasudahmendengar
bahwa pendekar yangpenuhrahasiaitumemiliki
kesaktianyang luar biasa, dan kini orangnya bera-dadidepanmereka,seorangpemudayang sederhana,ramah bahkan pemalu!Kalau bukan
Sian Li yang memberitahu,tentu mereka tidak akan percaya.
Ciang Hun cepat bangkit dan membe-ri hormat kepada Yo Han. "Ah, kiranyakami
berhadapan dengan seorang pende-kar besar, maafkan kami dan terimalahhormatku, Taihiap!"
Yo Han cepat membalas. "Gak-toako,harap jangan bersikap seperti itu kalaumemang Jiwi
(Kalian Berdua) menghen- daki bersahabat dengan saya."
"Gak-toako,bersikaplah biasasaja.Biarpun Han-ko ini memiliki ilmu silatyang tinggi, namun
dia tidak suka diton-jolkan. Itulah sebabnya dia menyembunyi-kan keadaan dirinya dan selalu
menutupimukadengantiraicapingdanrambut.
Dan biarpundiapenentangkejahatan
yanggigih,namundia tidaksukaakankekerasan. Apalagi membunuh manusia,membunuhseekor
ayam pun dia tidaktega!"
"Ih, Li-moi, jangan goda aku," kata Yo Han.Ibu dan anak itu memandangpenuh kagum.
"Sekarang, ceritakan apa yang mem-bawa kalian ke bukit ini, dan bagaimana kalian dapat
saling jumpa di tempat ter-asing ini," kata Nyonya Gak.
"Bibi, aku bersama seorang Suhengku,murid Paman Kakek Suma Ceng Liongbernama
SianLun...."
"Ah, kakakmu?" tanya Ciang Hun.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
371 "Bukan, Toako, biarpun namanya mirip. Diabernama Liem Sian Lun dan menjadi suhengku.
Kami berdua ikut Paman Ka-kek Suma Ciang Bun dan Nenek GanggaDewi pergi ke Bhutan."
"Aku tahu Suma CiangBun, akan te-tapi siapa Gangga Dewi?" tanya Nyo nya Gak.
"NenekGanggaDewiadalahputerimendiangKakekWanTekHoatdanPu-teriSyantiDewi."SianLi
menjelaskan. "Aihhh...!Kiranyabegitu"Menarik sekali. Lalu, di mana sekarang suhengmuitu?"
"Inilahpersoalan yang kami hadapi,Bibi Gak. Aku dan Suheng, dalam perja-lanan
dariBhutanhendakkembali ketimur, bertemu dengan gerombolan per-sekutuan orang Nepal,
orang-orang HekI Lamadanparaanggautapengemistongkathitam.
Kamibentrok denganmereka,danSuhengtertawan.KalautidakmunculSin-ciangTai-hiap
yangkemudiankukenalsebagaiHan-koini,tentu aku pun telah mereka tawan."
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, kalau begitu kita harus cepatmenolongsuhengmuitu!Kitaharusmembebaskannya
daritanganmereka!"seruCiangHundanmendengarini, diam-diam Yo Han merasa girang
dankagum. Gak Ciang Hun ini seorang pe-muda yang gagah berani.
"Benar, kita harus cepat membebas-kan suhengmu, Sian Li!" kata pula Nyo-nya Gak.
"Itulahpersoalannya,Bibi,"kataSianLi
sambilmenghelanapas."Jumlah
me-rekabanyaksekali,merupakanperseku-tuan,dandiantarapara
pimpinanHekILamaterdapatbanyak orang yang ber-kepandaian tinggi."
Mendengar suaragadis itu penuh ke-gelisahan, Yo Han merasaiba dan diasemakin yakin
bahwagadis yangketikakecildiasuhnya dandigendongnyainiagaknya memang jatuhcinta
kepada su-hengnya sendiri. "Li-moi, jangan khawatir.Aku pasti akan berusaha sekuat
tenagauntukmembebaskansuhengmu," katanya dengan nada suarapenuh keyakinan.
"Kebetulankita dapat saling jumpadi sini," kata pula Nyonya Gak. "Marikita serbu sarang
mereka. Dengan tenagakita berempat, kita paksa mereka membebaskan suhengmu itu, Sian
Li." "Terima kasih atas uluran tangan Bibidan Gak-toako. Akan tetapi, Ketua Hek I Lama
telahmenantangSin-ciang Tai-hiap untukmengadu ilmu dipuncak bukitini, dengan taruhan
bahwa kalau dia ka- lah, dia akan membebaskan Suheng danmenyerahkanmutiara hitam
milikguruHan-ko. Sebaliknya kalau Sln-ciang Tai-hiap kalah,dia harus membantu perjuangan
gerombolan itu menentang penjajahMancu."
"Ah,jadimerekaakandatangkepuncak ini?" tanya Ciang Hun.
"Benar,Toako.Han-kokomemilih puncak ini untuk tempat mengadu kepan-daian, tentu saja
kami tidak tahu bahwaBibi dan Toako berada di sini. Dan untukmenghadapi Ketua Hek I
Lama, Han-kokoakanmenyamar sebagai Sin-ciang Tai-hiap."
"Kapanpertandinganitudiadakan?"tanya Nonya Gak.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
372 "Hari ini juga. Kami sengaja menda-hului mereka untuk melihat keadaan disini, jangan
sampai kamiterjebak danterkepung."
Nyonya Gak bangkit dari bangkunyadan ia nampak penuh gairah dan sema-ngat, seolah
lenyap semua bayangan dukadan kemuraman dari wajahnya, bagaikanseorangpemimpinmengatursiasat,iaberkata
kepada puteranya yang juga su-dahbangkitberdiridansiap
siaga."CiangHun,cepatkauperiksakeadaansekelilingpuncakdanpersiapkan
tanggataliyangkitabuatituditepijurang!Kau tahu apa yang harus kaulakukan!"
"Baik, Ibu!"kata Ciang Hundan pe-muda tinggi besar itusekalimelompatsudah keluar dari
dalam pondok untukmelaksanakan perintah ibunya.
"Kita harus siapsiaga,bukan hanyabagaimana harus melawan mereka, akan tetapi juga
mempersiapkan diri agar da-patterhindar daribahaya. Ciang Hun sudahmembuatpersiapan
sehingga se-waktu-waktu kita dapat meloloskan diridaribahaya," wanita gagahitu
mene-rangkan. "Aih, Bibi Gak, kenapa begitu" Han-ko dan aku tidak akan melarikan diri! Memalukan sekali
kalau harus melarikandiri, apalagi kita sudah berjanji bahwaini sebuah pertandingan dengan
taruhan. Yang ada bagi kami hanyalah kalahataumenang. Kalau menang, suheng akan di-
bebaskandanmutiara hitamdiberikankepada Han-ko, kalau kalah, terpaksa ka-mi harus
memenuhi atau membayar ke-kalahan kita dengan menepati janji untukmembantu perjuangan
melawan pemerin-tah penjajah Mancu."
Wanita itu terbelalak. "Akan tetapimana mungkin itu" Kalian adalah ketu-runan atau murid-
murid pendekar sakti,kalian adalah pendekar yang harus me-nentangkejahatan.Bagaimanamungkinkalian akan bekerja sama dengan orang- orang jahat
dansesatitu" Bukankah halituberartikalian akanmencemarkannama baik leluhur dan guru-guru
kalian?" Sian Limenoleh kepadaYo Han. "Bi-bi Kakak Yo Han yangsudah menentukansyarat atau
taruhan itu."
"Memang benar, Bibi yangbaik. Akan tetapi taruhan sayaadalah kalau sayakalah,saya
akanmembantu perjuanganmelawan atau menentang penjajah Mancubukan bekerjasama
dalam hal melakukankejahatan!Kalaumereka melakukan ke-jahatandan sayamengetahuinya,
tentuakan saya tentang kejahatan merekaitu!Dan saya kira, berjuang melawan
penja-jahMancubukanlahperbuatan
jahat. Karena itulahsaya menerimataruhan
itu. Merekahanyamengatakanmembantu
perjuanganmenentangpenjajah,bukan
bekerjasamamelakukankejahatan."
SianLitersenyum. "Bagus!Akupunmemangberpendapat demikian,makaakumenyetujuitaruhan
itu.Nah,BibiGak,
tidakadapermasalahanlagidantidakperlulagikitamempersiapkandiriuntuklari,bukan?"
"Hemm,kalianmemangcerdik,akantetapikalianmasihkurangpengalamandantidakcukupberhati-
hatimakasu-hengmusampai
dapattertawan.Didalamduniakang-ouw,
kalianakanbertemude-nganorang-
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
373 orangyangbukansajalihaiilmusilatnya,akantetapijugacerdikdanlicikbukanmain,penuhtipumusli
-hatdankecurangan.
Menghadapiorang-orangmacamini,tidak
dapat kalianhadapihanyadenganmengandalkan ilmusilatsaja.Haruskitahadapidengansia-satpula."
"Akantetapi,Bibi,bukankahpendapatitubertentangandengankehormatanse-orang
pendekaryangmenjunjungtinggi
kebenaran, keadilandankegagahan"Seorangpendekar
lebihbaiktewassebagai
seekorharimauyangmelawandengangagah
beranidaripadahidupsebagaise-
ekorbabiyang menguik-nguik melarikandiridenganpengecut!Kamiakanmeng-hadapilawan
sampaikalah ataumati,tidakakanmelarikandiri.Bukankahbe-gitu,Han-ko?"
"Memang benarbegitu,Li-
moi,akantetapisebaiknyadengarkanpendapatBibiGakyangterhormatini,"kataYoHanyangmelih
atbetapanyonyasetengahtuaitumemandangdengan sinarmataberki-lat.
"Pendapatmuitumemangbenar.Apa
kaukiraakutidakmemilikikegagahandansudi
melarikandirisepertiseekoranjingdigebukatau,seekorbabiyanghendakdisembelih"
Engkausalahsangka, SianLi.Kalau bertandingsecarajantandangagah,memangseorangpendekar
pantang melarikandiridanakanmelawansampaikalahatautewas.Akantetapi,
kalaupihak lawanmenggunakankecu-rangan,misalnya
menjebakmuataume-ngeroyokmudenganjumlahyangbesardantak
mungkinkautandingi,makaber-lakunekatmelawansampaimatihanya
merupakanperbuatantolol,akanmati
konyoldansamasekalibukanperbuatan
gagah! Menyelamatkan diri dari ancaman lawanyangmenggunakan kecurangan, bukanpertandingan
jantan, menandakankecerdikan, bukan ketakutan atau sikappengecut. Engkau harus dapat
membeda-kan kedua hal itu!"
Sian Li mengerutkanalisnya. Ia se-orang gadis yang cerdik, maka tentu sajaia dapat mengerti,
dan ia pun mengang-guk-angguk. "Ah, benar sekali pendapatBibi itu. Menghadapi
kecurangan musuh dengan nekat sampai mati, hanya menun-jukkan ketololan dan juga
kesombonganyang sia-sia belaka. Baiklah Bibi, terimakasih atas persiapan itu. Mudah-
mudahansaja Ketua Hek I Lama tidak menggunakankecuranganagarkitatidakperlumelarikan
diri." Sian Li teringat bahwa Yo Han jugamengajaknya melarikan diriketika dike- royok oleh
gerombolan itu dan Yo Hanterluka. Andaikata mereka gagah-gagahandan nekat melawan
terus sampai mati,maka akan sia-sialah kegagahan merekaitu, mereka akan mati konyol dan
su-hengnya tentu tidak ada yang akan me-nolongnya lagi.
Tiba-tiba Ciang Hun masuk ke pondokdan wajahnya nampak tegang. "Ibu, me-reka sudah
naik ke puncak!"
"Apayangkaulihat?"tanyanyonyaitu.
"Ada dua orang pendeta jubah hitambersama seorang pemuda naik ke sini melalui jalan
depan." "Hanyaitu"Kautidakmenyelidikikemungkinan lain?"
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
374 "Dari jalan kiri dan jalan kanan nam-pak puluhan orang naik secara sembunyidan menyusup-
nyusup." "Jahanam!" Sian Li mengepal tinju."Ternyata mereka memang hendak me-lakukan
kecurangan!"
Nyonya Gak bersikap tenang. "Sudahkudugademikian.Ingat,kalaumerekamulaimemperlihatkan
kecurangan, hen-dakmengeroyokdenganjumlahbesar,kalian harus lari ke belakang pondok, lu-rus saja dan
kalian akan tiba di tepijurang. Di sanasudah terpasangtanggatali dan kitadapat melarikandiri
darisitu tanpa dapat dikejar musuh. Sekarangbiar Sin-ciang Tai-hiapyangkeluar me-nandingi
Ketua Hek I Lamasesuai de-ngan perjanjian.Kita bertigaakan turuntangan apabilamereka
bersikapcurang.Kitabersembunyidalampondokuntukmembuat mereka terkejut dan kacau
ka-lau kita muncul tiba-tiba nanti. YoHan,kausambut merekadipekarangan pondokdi mana
engkau tidak mungkin diserangsecara menggelap."
Yo Han dan Sian Li kagum. NyonyaGakmemangseorangkang-ouwyangberpengalaman.
Bersikap tenangdan da-pat mengatur segalanyadenganteliti dantegas. Sementara itu, Yo Han
sudah ce-patmengurairambut, mengenakan ca-pingnya yang bertirai dan dia punkeluardari
pondok denganlangkahtenang,
di-ikutipandangmata
penuhkagumdariibudan
anakitu yangbarusekarang melihat kenyataan yang tadi membuat mereka hampir tidakdapat percaya.
Ini-lahSin-ciangTai-hiapyangnamanyamenggetarkan dunia perbatasan itu!
Yang datangmenuju ke pondok itudariarahdepanadalahDobhin Lamayang berjalan dibantu
tongkatnya, LulungLama, dan Cu Ki Bok. Biarpun DobhinLama berjalan dibantu tongkatnya
yangpanjang, namun ternyata mereka bertiga dapat tiba di pekarangan itu dengan ce-pat
seolah mereka berlari saja! Dengansikap tenang,Yo Han yang kini telahmenjadi Sin-ciang
Tai-hiap berdiri di te-ngahpekarangan,menantikedatangantiga orang itu.
Biarpun dia sudah menyamar sebagai Sin-ciang Tai-hiap, Yo Han tidak melu-pakansikapnyayang selalu sopan danmenghormatiorang lain.Apalagi yangmuncul di
depannya adalah Ketua HekI Lama dan wakilnya, dua orangpendetaLama yang sudah tua. Dia
menyambut dengan kedua tangan depan dada, mem- beri hormat dan membungkuk.
"Selamatdatang,Jiwi Locianpwe."Dia hanya memberi hormat kepada duaorang pendetatua
itu,tidakkepadaCuKiBokyangberdiridengansikapnyayangangkuh!Pemudaitumemandang
kearahpondokdanpandang matanya men-cari-cari. YoHantahubahwapemuda itumencariSian
Lidandirinya,karenatentu mengirabahwadia adalahSin-ciangTai-hiap!
LulungLamayangmemegangduabuahgelangatauradabesarbersiripdengantangankirinya,tertawa
bergelakdandialahyangmewakilisuhengnyabi-cara.
"Ha-ha-ha-ha!Omitohud,kiranyaSin-ciang
Tai-hiap,selain
lihaiilmusilatnya,jugamengenalaturan.Kamiakanmerasabanggadansenangsekalikalaudapatbek
erjasamadenganmu!"
"Nantisajakitabicaratentangkerjasama,Locianpwe.Sekarang,
kita bicara tentangtantanganKetuaHekILamakepadaku.Siapakahyangakanmaju
memberipelajarankepadasaya?"DiamenatapkearahwajahDobhin
Lamayang sudah tua Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
375 itu.Kakek tinggi kurusyang usianya sudahtujuhpuluhlima ta-hun ini nampaknya saja lemah,
akan te-tapi Yo Han dapatmenduga bahwa diantara mereka semua, Ketua Hek I Lamainilah
yang paling lihai sehingga dia ha-rus berhati-hati kalau bertanding mela-wan kakek tua ini.
Dan yang palingliciktentu saja LulungLama dan muridnyaitu.
Pandang mata Sin-ciangTai-hiap yangnampak di baliktirai itu mencorongdanjelas kelihatan
betapa Cu Ki Bok menja-digentar.Bahkan LulungLama yangsaktiitu pun kelihatan tegang
karenatokohinimaklumbahwamenghadapipendekar yang satu ini, dia tidak bolehmemandang
rendah sama sekali. Andaika-ta dia tidak kalah sekalipun, kiranya ti-dak akanmudahbaginya
untuk menga-lahkanpendekaritu, maka dia diamsajamenanti perintah suhengnya.
Dobhin Lamayang tua ini memanginginsekalimengujiilmukepandaianSin-ciang Tai-hiap.
Tantangan ini merupakan siasat dariLulung Ma, dan dia menyetujui pertandingan itu, bahkan
me-mesan agar sutenya itu jangan melakukanapa-apasebelumdia
berkesempatanme-ngujikepandaianSin-ciangTai-
hiap.Kinidiasudahberhadapandenganpendekaranehitu,dantimbul
kegembiraannya.Sudahbertahun-
tahun,DobhinLamatidakpernahpernahbertemulawanyangdi-anggapnyacukuptangguhdanpanta
smenjadilawannya.Bertahun-
tahundiatidakpernahturuntangansendiri,mera-sadirinyaterlalupandaidanterlalu
tinggiuntukmelawanorang-orangyangdianggapnya tidakpatut menjadi lawan-nya.Dankini,dia
merasagembiradantimbul
semangatnya. Pertandinganseper-tiini,
melawanmusuhyangtangguhdanterkenal,membuatlatihannyaselamainitidaksia-sia.
"Omitohud....!"DobhinLamaberseru,suaranyalirihdangemetar
sepertisuaraseorangkakektuapikunyanglemah."Pinceng(Aku)yangmenantangmu,Sin-ciangTai-
hiap.Nah,majulahdanmarikitamain-mainsebentar."
YoHanmelangkahmajumenghadapikakek
bertongkatpanjangitudandia
punmemberi hormat."Merupakansuatuke-hormatanbesarsekalibagi saya,Locian-pwe,untukdapat menerima
pelajarandarimu.
Akantetapisebelumkitamulai,sayainginmendengardulujanjiLocian-pwebahwakalau
sayaberhasilmenangdalamadukepandaianini,LocianpweakanmembebaskanLiemSianLundanm
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
enyerahkankembalimutiarahitamyangLocianpweterimadariThong Namitukepadasaya."
"Heh-heh,tentusaja.Akantetapi ba-gaimanakalauengkauyangkalah,orangmuda?"
"Sesuaidenganjanji,kalausayakalahsayaakanmembantu perjuangan menen-tang penjajah
Mancu!" "Bagus, janji seorang pendekar pastidapat dipegang teguh dan dipercaya. Nahsekarangmajulah,Sin-ciangTai-hiap,
pinceng ingin sekali membuktikanapakahkepandaianmu
samatingginyadengannama
besarmu.."Kakekitu
berdiritegak,tangan kiri tegak lurus dengan jari ter-bukamenempelmiring di depan dahi,lengan
kanan menjepit tongkat panjang-nya di bawah ketiak.YoHan tidakberanimemandang ren-dah
lawan. Pernah dia mendengar dari Kakek Ciu Lam Hok bahwa tokoh-tokoh
dariTibetdapatmenjadilawan yangamatberbahayakarenakekuatan sihirmereka. Dalam hal ilmu
silat, tokoh-to-kohTibet
hanyamengandalkan
tenagasaktiyangmengandung
kekuatan sihir,sedangkanmengenaigerakansilatnya,tidak berapa hebat. Gerakan tokoh Tibettidaklah
selincah ilmu silat dari timur.Akan tetapi karena setiap gerakan me- ngandalkan sin-kang
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
376 yang diperkuat olehilmusihir,makagerakan itu menjadi amatkuatdan berbahaya sekali. Oleh
karena itu, diam-diam dia pun menghim-pun tenaga sakti yang pernah dipelajari-nyadariilmuBu-kek-hoat-keng, yaituilmukesaktianyang menjadi andalanmendiang
gurunya. Sesuai dengan watak-nya, Yo Han tidak pernah mau memper-gunakan senjata dari
baja, karena diatidak maumelukai orang,bahkandia pantang membunuh orang. Senjata
pelin-dung diri hanya kaki tangan dan ilmu-ilmunya. Namun, dengan menguasai Bu--kek-
hoat-keng, memang dia tidak mem-butuhkanlagisegalamacamsenjata.Tenaga sin-kang yang
ditimbulkan olehilmu itumembuat tubuhnya,terutamakedua lengannya, menjadi kebal dan
da-pat menangkis senjata tajam yang bagai- mana ampuh pun. Tentu saja kekebalanini hanya
pada bagian tubuh di mana diamenyalurkansin-kangnya.Bagianyangtidak dilindungi sin-kang
yang dia salur-kan, tentu saja tidak kebal. Kekebalannya bukan karena ilmu hitam,
melainkankarena lindungan tenaga sakti dari dalam yang dikerahkan ke bagian tubuh itu.
"Locianpwe, saya sudah siap," katanyadan dia pun berdiri dengan sikap tenang,kedua kaki
terpentang dan tubuhnya agakmiring menghadapi lawan, kedua tangandirangkap seperti
menyembah di depandada kiri. Inilah jurus yang oleh gurunyadinamakan jurus "Menyembah
Tuhan de-ngan Hati Tulus".
"Sin-ciangTai-hiap, pincenghendakmempergunakan tongkat. Keluarkan sen-jatamu!"
YoHanmenggelengkepala."Locian-pwe,senjata dibuat hanya untuk membu-nuh orang. Saya
tidak ingin membunuhsiapapun,danuntukmelindungi diri,Tuhan telah melengkapi tubuh saya
inidengan lengkap dan sempurna. Saya su-dah siap, silakan Locianpwe."
"Omitohud, engkau seorang pendekaryang hebat,ataukah yang tinggi hati"Nah, pinceng telah
mendengar ucapanmu.Sambut serangan pinceng ini!"
Kakekberjubahhitam itumulaimenggerakkan tongkat yang tadinya di-jepit di bawah ketiak
dan terdengarlah sambaran angin yang terdengung seperti ada ratusan ekor kumbang terbang
me-nyerang! Yo Han sudah menduga bahwakakek itu tentu mengandalkan tenaga
dankekuatan sihir untuk menyerangnya, makadia pun sudah siap siaga. Tubuhnya ber-gerak
ke kiri ketika kakinya digeser dansambaran tongkat itu lewat dan luput,namun angin
pukulannya yang menyambarterasa olehnya amat kuat dan mengan-dung hawa panas.
Dia harus menghormati lawannya yang sudah tua, yang pantas menjadi kakeknya Maka, Yo
Han membiarkan Dobhin Lamamenyerangnya sampaitigakali tanpamembalas. Serangan itu
datang bertubi,makin lama semakin kuat dan berbahayasekali.Namun,YoHantetaphanyamenggunakan
kelincahan tubuhnya untukmengelak. Sambaran tongkat yang ke ti-gakalinyahampirsajamembuatdiaterpelanting,
karena hawa pukulan tong-katitusedemikiankuatnya,membuat rambutnyayangpanjang
berkibardanhampir saja capingnya yang lebar itu di-terbangkan!Dengan terhuyung Yo
Hanmasih sempat memegang capingnya se-hinggatidak sampai terbuka dan mem-perlihatkan
mukanya. Setelah tiga kali serangannya dapatdielakkan lawan tanpa membalas, DobhinLamamengerutkanalisnyayangputihdan dia merasa penasaran. Apakah pen-dekar
muda ini berani memandang rendahkepadanya sehingga hanya mengalah saja,tidak
membalas" Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
377 "Sin-ciang
Tai-hiap, balaslah seranganpinceng!
Apakah engkau menganggap pin-cengseoranglawanyangterlalulemahbagimu?"
"Samasekalitidak,Locianpwe.Kalausayaselamatiga
j urustidak melawan,halitusayalakukanuntukmenghormatiLocianpweyangmerupakangolonganjauhlebihtu
adaripadasaya.Sekarangsayaakan membalas, Locianpwe."
"Bagus!Nah,sambutlahini!"Kakekitukembalimenyerang,
tongkatnyamem-buat
gerakanterputar,ujungnyamem-bentuklingkaranlebar,makinlamase-makincepatdanmengecillal
uujung itumeluncurkearahdada Yo Han!
Sekaliini YoHantidak mengelak,melainkan
menggunakanilmu
Bu-kek-hoat- kenguntukmemutarlengankanandanmenangkis
luncurantongkatkearahdadanyaitu,
ilmuiniadalahilmukesak-tianyang
amathebat.Satudiantara
keampuhannyaadalahhadirnyatenagamujijatyangmenolak semuahawake-bencian yangdatang
darilawan,terkan-dungdalamseranganlawan.
Betapakuatdantinggiilmu
lawan, kalau lawanme-nyerangdengankandunganhatimemben-ci,makaserangannya
ituakanmembalikdanmungkinmengenaidirisendiri!
"Plakkk!"
Tangkisanyangdisertaitenagasin-kangamatkuatitu
ternyatatidakmem-buattongkatitumembalikdanmenye-rang
pemiliknyasendiridaninimerupa-kanbuktibahwa
tidak adakebencianterkandungdalam
seranganitu!Akantetapi,akibatbenturan
keduatenagasaktimembuat
YoHanterhuyungke
belakang,danDobhinLamajugaterdo-rongke
belakangbeberapa
langkah!Ke-duanyasalingpandangdengankagum.BagiDhobinLama,barusekarangadaseorangm
udayangmampumenangkistusukantongkatnyatadi,danbagi
YoHan,jugapendetaitumerupakanlawanyangpalingtangguhyangpernahdilawannya.Tangguhda
ntidakadakebenci-andihatinya!Diam-diam
diamerasagirangdan
diapunmengerahkanseluruhtenaga,mengeluarkansemuakepandaian-nyauntukmenandingi
lawanyang hebatitu.
Pertandinganitumemanghebatbukan
main.Kadang berjalancepat,kadanglambat.Bumidipekaranganitutergetar,
daun-daunpohonyang
beradadidekatsitu
rontok.LulungLamadanmuridnya,CuKiBok,menonton
denganmatater- belalak dan penuh kagum. Mereka merasaberuntung bahwa mereka tadi tidak maju melawan
Sin-ciang Tai-hiap, karena kalauhal itu terjadi, mereka pasti kalah. Apa-lagi Cu Ki Bok,
bahkan gurunya, LulungLama, setelah menyaksikan pertandingan itu,maklum bahwa dia
takkan menang melawan pendekar aneh yang amat lihaiitu.
Makin lama, kedua orang yang ber-tanding itu menjadi semakin kagum ke-pada lawan. Yo
Han juga kagum bukanmain. Biarpun lawannya sudah tua sekali,akan tetapi semua serangan
balasannyasepertimembenturtembokbaja yangamat kuat, yang sukar ditembus. Merekasaling
serang dan saling desak, namuntidak pernah dapat membobolkan bentengpertahanan lawan
sehingga tanpa terasalagi, seratus jurus lebih telah terlewat! Dan selama itu, keduanya tidak
pernahmengendurkan tenaga, karena siapa yangmengendur pasti akan kalah. Karena
se-muajurus yang mereka mainkan tidak mampumenembusbentengpertahananlawan, maka
mereka kini tidak lagi mengandalkan jurus silat, melainkan lebihmengandalkan kekuatan sin-
kang. Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
378 Akhirnya, keadaan usia menguntung-kanYo Han. Kalau dia hanya merasalelahsaja,lawannya
kini sudah mandikeringatdannapasnyaagakterengahsakingkehabisantenaga.Bahkandarikepalayangtidak
berambut itu sudahmengepul uapputihyang agaktebal,tanda
bahwa tubuhnyatelahmenjadipanas sekali.
Maklum bahwa dirinya berada dalambahaya kalau dilanjutkan, maka Dobhin Lama lalu
mengeluarkan jurusnya yangpaling hebat, yaitu Jurus Gunung Runtuh!Diamengeluarkanpekik
yangdahsyat, tongkatnya menyambar dari atas ke arahkepala Yo Han dengan tenaga
sepenuhnyayang masih tersisa.
Melihat ini, Yo Han juga mengerah-kan seluruh tenaganya, menangkis dengankedualengannya,mendorongkeatas.Bertemulahtongkat dengan kedua lengan pendekar
itu. "Brakkkk....!" Yo Han terhuyung, akantetapitongkat di tangan Dobhin Lamapatahmenjaditiga
potong! Kakek itunampak pucat dan dia menghela napaspanjang sambil melempar potongan
tong-katnya keatas tanah.
"Omitohud....pinceng mengaku ka-lah....!"Dia lalu duduk bersila di atastanah, berkata
kepada Lulung Lama. "Su- te....bebaskanpemuda itu...."Dia menge-luarkan sebuah kalung
darisaku jubahnyakalungdenganmainansebuahmutiarahitamdanmelemparkanbendaitu
kepadaYo Han. "Nah, terimalahmutiara hitamini!"
Yo Han menerima sambaran mutiarahitam itudan dia pun memberi hormat,hatinya
merasaterharu dan juga kagum."Banyak terima kasih bahwaLocianpwetelah mengalahdan
menepati janji."
Lulung Lama bertepuktangan dan da-ri lereng bukit itumuncullahSian Lunyang diiringkan
dua orangpendeta Lamajubahhitam.SianLunagaknya dalamkeadaan tertotok dan dia
dibimbing duaorangpendetaitu.LulungLamalalu mendorong tubuh Sian Lun sehingga
pe-muda ini roboh tertelungkup.
Dari dalam pondok,munculSianLiyang dengan sekali lompatan berada didekat Yo Han.
Melihat munculnya sumoi-nya, Sian Lun berkata lirih, "Sumoi, to-longlahaku...."
Sian Li menghampiri Sian Lun, berlu-tutdanmerabapundak
suhengnya ituuntukmemulihkankesehatannya,mem-bebaskannyadaritotokan. Akan tetapipada saat itu,
Sian Lun tiba-tiba sajamenggerakkan tangan dan menotok jalandarah di punggung sumoinya!
Gerakkan-nya ini sama sekali tidak terduga oleh Sian Li sehingga gadis itu sama sekalitidak
dapat menjaga dirinya. Tahu-tahuia sudah tertotok dan lemas, dan SianLunsudahmerangkulpinggangnya danmembawanya meloncat ke belakang Lu-lung Lama
dan Cu Ki Bok! Dari dalam pondok, Nyonya Gak danputeranya,GakCiang
Hun,sejak tadimengintaidanbegitumelihatSian Lidi-tangkapolehsuhengnyasendiri, seperti jugaYo Han,
merekatertegunheran.AkantetapiNyonya Gaklalumeloncatkeluar,diikutiputeranya.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
379 "Sin-ciangTai-
hiap,merakabertindakcurang!"teriaknyonyaitu.YoHanme-mangtertegundanbingungmelihatbe-
tapa Sian Lun tiba-tiba malah menangkapsumoinya.Akantetapipada saatitu,muncullah
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
puluhan orang dari depan, ka-nan dan kiri. Mereka adalah para pende-ta Lama Jubah hitam,
dibantu oleh paraanggautapengemistongkathitamdanbeberapa
orangNepal. Bahkan nampakpula Badhu dan Sagha, dua orang Nepalyang kuat itu, bahkan muncul pula tigaorang
wanita cantik dari Pek-lian-kauw,yaitu Pek-lian Sam-li yang lihai.
"Lulung Lama, kalian curang! Bebas-kan mereka berdua itu!" Yo Hanberserudan tubuhnya
sudah berkelebat ke depanuntuk menolong Sian Li dan Sian Lun, karena dia masih bingung
dan mengirabahwa Sian Lun tentu dipaksa oleh me-reka. Akan tetapi, betapa kagetnya keti-ka
dia melihat Sian Lun membawa SianLi meloncat ke belakang para penyerbudanlenyap.Terpaksadiamenyambutpengeroyokan banyak orang itu, dibantu oleh
Nyonya Gak dan Gak Ciang Bun yang sudah mengamuk.
"Locianpwe Dobhin Lama, apakah Lo-cianpwe hendak melanggar janji sendiri?"teriak Yo
Han penasaran. Akan tetapi,DobhinLamayangdudukbersila dan memejamkan mata itu tidak
menjawab, juga tidak bergerak.
Terpaksa Yo Han mengamuk, namun dia tidak membiarkan diri dikuasai den-damdankemarahan.Dia tetap hanyamerobohkan para pengeroyok tanpa membunuh
mereka. Tidak seperti Nyonya Gakdan puteranyayangmengamukdenganpedangmereka,menewaskan beberapa orang pengeroyok.
Akan tetapi, di pihaklawan terdapat banyak orang pandai, danjumlah mereka semakin
bertambah ba-nyak sehingga bagaimanapun juga,tigaorang itu mulai terdesak.
"Marikitapergi!" tiba-tiba NyonyaGak berserukepada puteranya dan YoHan.YoHanmaklum
bahwa melanjutkanperkelahiantidakada
gunanya,bahkanamatberbahaya.Padahal,diaharusda-lam
keadaansehatdan
selamatuntukdapatmenolongSianLikemudian.Kalausekarangdia
nekatsekalipun,
belumten-tudiaakandapatmenemukan Sian Li yang telah dilarikan Sian Lun.Pula,dia
belumtahuapayangtelahterjadi,danmengapaSianLunbersikapsepertiitu.Siapatahu
itu merupakansiasatpemudaituuntukmenolongsumoinya.Yangpenting,diaharusmenyelamatkandir
i."Baik,BibiGak!"katanyadandiapun
membuka jalandenganberkelebatandiantaraparapengeroyokyangroboh
satudemisatu.NyonyaGakdanputeranyajugamemutarpedangsedemikianrupasehinggatidakadap
engeroyokberanimendekatimereka.Merekaberlarike
belakangpondok,dipimpinolehNyonyaGakdanbenarsepertiketerangannyatadi,merekatibadi
tepijurangyangamatdalamsehinggatidakdapatdilihatdasarnya.Nyonya
Gakdanputeranyate-lahmengambiltangga-tanggatalidaribalik
semakbelukardancepatmemasang tangga-tangga taliitu, mengikatkan padaakar pohon
dibelakang semak di tepijurang.
"Mari, kita lari melalui tangga ini!Yo Han, kauikutilahaku!" kata NyonyaGak, sedangkan
Ciang Hun sudah menu-runi tanggatali yang lain.Yo Han tidakmempunyai pilihan lainkecuali
mengikutiNyonya Gakmenurunitangga tali menu-runi tebing jurang yangamatterjal dandalam
itu. Tangga tali itu panjangnya ada duapuluhmeter dan ternyatamereka men-darat di sebuah guha
besar. Setelah me-reka bertigatiba diguha, ibu dan anakitu segera menarik tangga-tangga
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
380 taliitu dengan sentakan tiba-tiba yang mem-buat kaitan di ujung tangga pada akarpohon
terlepas. "Tidak ada seorang pun manusia yangdapatmenurunitebing ini tanpa tanggatali, kecuali kalau
dia mampu terbangseperti burung," kata Nyonya Gak. "Dariguha ini terdapat jalan setapak
melaluitepi tebing menuju ke lereng bukit. Jalanini kami temukan dan kami buatkan
lo-rongmenembus guhasehinggakecuali kami berdua, tidak ada yang mengetahui-nya."
Yo Han duduk di atas batu dalam gu-ha,termenung."Akantetapi,merekamenawanadik Tan
SianLi,"suaranyamengandung kekhawatiran.
Ciang Hun berkata dengan suara ma-rah."Tentu kita akan berusaha sekuattenaga untuk
menolongnya! Yang kuhe-rankan, kenapa suheng dari adik Sian Li bersikap seperti itu" Jelas
bahwa dia ta-di berpura-pura ketika didorong dan ter-sungkur. Ketika adik SianLihendak
me-nolongnya,diamalah menotoknya, danmenawannya. Apa artinya ini?"
Nyonya Gak juga berkata, "Pemudaitu tidak dapat dipercaya! Yo Han, ba-gaimana
sihhubungan Sian Lidengansuhengnya dan orang macam apa suheng- nya itu?"
Yo Han menggeleng kepalanya. "Sayasendiri belummengenalnya dengan baik,Bibi. Ketika
Li-moi dan suhengnya itu dikeroyokolehpersekutuan gerombolan itu, saya menolong mereka,
akan tetapihanya dapat melarikan Li-moi, sedangkansuhengnya yang bernama Liem Sian
Lunitu tertawan. Kalaumengingatbahwapemuda itu adalah suheng Li-moi, muriddari
Locianpwe Suma Ceng Liong, rasa-nya tidakmungkin kalau dia memiliki watak palsu dan
jahat." NyonyaGakmengerutkan alisnya."Pasti ada sesuatu yang tidak beresde-nganpemudaitu.Para
pendeta Lamaitulihai dan di antara mereka banyakyangmemilikiilmusihir.Siapatahupemuda
itu berada di bawah pengaruh sihir."
"Bagaimanapun juga, saya harus cepatmelakukanpenyelidikandanmenolong mereka,
terutama adik Tan Sian Li, Bi-bi."
"Yo Han, aku percaya bahwa engkauadalah seorang pendekar sakti yang me-miliki
kepandaian tinggi. Hal itu sudah kubuktikan tadi ketika engkau berhasilmengalahkan Ketua
Hek I Lama," kataCiang Hun dengan kagum. "Akan tetapiperlukauingatbahwa bagaimanapun
juga,kepandaianmu ada batasnya. Bagaimanamungkin engkau akan melawan merekayang
memiliki anak buah sebanyak itu"Ibu dan aku akan membantumu, kalauperlu dengan taruhan
nyawa, akan tetapikita harus berhati-hati dan menggunakansiasat yang baik."
"Benarucapananakku,Yo Han.Menghadapigerombolan yangdemikianbanyak, kita harus
menggunakan siasat.Kalau hanya nekat, kita akhirnya tidakakanberhasilmenolong Sian Lun
danSian Li, sebaliknya malah tertawan atautewas konyol," kata Nyonya Gak.
"Saya akan minta bantuan beberapatokoh kang-ouw di perbatasan yang telahsadar dan kini
menjadi orang baik-baik.Mereka mempunyai banyak kawan dan saya yakin mereka suka
membantu saya,"kata Yo Han. Ibu dan anak itu meman-dang kagum. Mereka sudah
mendengarakansepakterjang Sin-ciang Tai-hiapyang tidak pernah membunuh para penja-hat,
melainkan menalukkan mereka danmenasehati, dengan kasar maupun halusberhasil membuat
banyak penjahat mengambil cara hidup yang sama sekaliberubah, dari jalan sesat ke jalan
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
381 yangbenar. Merekalalumengatursiasat,membagitugassebelummeninggalkanguhaitu,melaluisebuahterowo
ngan bawah tanah pendek yang dibuat olehibu dan anak itu. Terowongan ini me-nembus ke
lereng bukit melalui pinturahasia yang dari luar nampak sepertibatu besar biasa.
*** file google dokumen ini published by Saiful Bahri ....situbondo seletreng***
Apakah yang terjadi dengan diri SianLun" Kenapa dia yang akan ditolong Sian Li, bersikap
sepertiitu, berbalik menotokdan menawan Sian Li, dan menghilangdi antara para anak buah
gerombolan"
Liem Sian Lun telah terjatuh ke ta-ngan Pek-lian Sam-li! Tiga orang wanitaPek-lian-kauw ini
adalah tiga orang to-koh Pek-lian-kauw yang berwatak cabul. Pek-lian Sam-li sudah terkenal
sebagaikakak beradik yang genit, mata keran-jang danmesum. Setiap kali bertemudengan pria
tampan mereka tidak pernahmelewatkan kesempatan untuk merayunyabahkan kalau pria itu
menolak, memak-sanya.Mereka selain lihai sekali ilmusilatnya, juga mereka pandai ilmu
sihir,ahli racun sehingga dengan berbagai caratidak ada pria yang akhirnya tidak tun-duk
kepada mereka. Ketika mereka ber-hasil menawan Liem Sian Lun, tentu sajasudah terbakar
gairah mereka untuk me-nguasai pemuda tampan dan gagah itu,apalagimengingatbahwapemuda itu adalahmuridPulauEs!Mereka akanmendapat banyak
keuntungan kalau ber-hasil menguasaipemudaini.Pertama,pemuda ini masih muda, baru
berusia duapuluh tahun, seorang perjaka tulen, tam-pan dan bertubuh kuat. Ke dua,
denganmenundukkan pemuda itu, berarti merekadapat membalas semua dendam dan
ke-bencianmerekaterhadapmusuhbesarPek-lian-kauw, yaitu para pendekar Pulau Es karena
pemuda itu merupakan muridPulau Es. Dan ke tiga, mereka dapatmenyenangkan hati sekutu
mereka, yaituparapendeta Lama jubah hitam yanghendak mengumpulkan orang-orang
yangmemiliki kepandaian silat tinggi sepertipemudaitu,karenasetelahmenguasai Sian Lun,
tentu pemuda itu akan sukamenjadi sekutu mereka pula.
Sian Lun pada dasarnya bukanlah se-orang pemuda yang berhati teguh. Se-menjak dewasa,
sudah seringkali dia ter-menung,membayangkanhal-halyangmenimbulkan berahinya. Dia pun
sudahseringkali
memandang kepada sumoinya,SianLi,denganpandangmatapenuhgairah
berahi. Apalagi setelah dia men- dengarpercakapansuhu dan subonya, yang ingin
menjodohkan dia dengan SianLi, seringkali dia membayangkan betapasenangnya kalau dia
bermesraan dengansumoinya yang cantik itu sebagai suamiisteri! Dia jatuh cinta kepada Sian
Li,dan makin dibayangkan, semakin dalamdia tenggelam dalam cinta. Bahkan
se-ringkaliterbawadalammimpi.Ketikamerekamelakukan perjalanan bersama, kalau saja dia
tidak takut kepada sumoi-nyayangdalamhalilmukepandaian silat lebih tangguh darinya, tentu
sudahdinyatakanperasaan
hatinyaitudenganperbuatan.Rasanyaamatmenyiksabagi-nya,sepertiseorangkelaparanmelihat
makanan lezat tanpa bolehmemakannya,atau seorang kehausan melihat air jernihtanpaboleh
meminumnya. Berkobarnya nafsu berahi yang seringkali menggodanyaitu masih dapat
dilawan dengan dua ke-yakinan, yaitu pertama bahwa menurutinafsunya itu adalah tidak
benar, dan kedua menuruti nafsunya itu tentu dia akancelaka karena sumoinya yang cantik
ituamat galak dan lihai!
Nafsu berahi, seperti segala macamnafsu yang dimiliki manusia, adalah se-suatu yang wajar,
bahkan yang terbawalahir, merupakan alat bagi manusia hidup di dunia. Nafsu berahi
merupakan sesuatuyang teramat penting, bahkan mutlak se- bagai pendorong agar manusia
tidak akanmusna, agardapatberkembangbiak.Segala macam ciptaan Tuhan yang ter-dapat di
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
382 dunia ini, disertai nafsu sepertiini, yaitu nafsu yang mendorong bersatu-nya dua kelamin yang
berlawanan untukbersatu dan dari persatuan ini terciptalahmanusia atau mahluk sejenis yang
baru,yang dinamakan anak bagi manusia danhewan,dinamakanbuahbagitumbuh-
tumbuhan.Anak menjadimanusia barudan buah-buah menjadi calon bibit tum-buhan baru.
Tuhan Maha Kasih! Di dalam nafsu berahi, disertakan rasa nikmat sehinggasemua mahluk
termasuk manusia terdo- rong untuk melakukan persatuan itu de-ngan suka rela. Dan di
dalamrasa nik-mat inilah setan menyusup! Rasa nikmat ini yang dijadikan alat oleh setan
untukmenggodamanusiasehinggamanusiamenjadi lupa diri. Karena mengejar pera-saan
nikmat itu maka bukan lagi manusiamemperalatnafsu,melainkanterjadikebalikannya,
nafsuyangmemperalatmanusia! Bukan manusia menjadi majikandaripada nafsu berahi, malah
nafsu bera-hiyangmenjadi majikan dan manusiamenjadi budak nafsunya sendiri. Dan ka-lau
sudahbegini,terjadilahperbuatansesat
atau perbuatan yang sifatnya me-rusak dan merugikanoranglain ataubahkan yang akibat panjangnyaakan me-rusakdirinyasendiri.Semua
agamadanfilsafatyangdicetuskan orang-orang bu-diman, pelajaran agama yang diwahyukan
olehTuhan, semuabertujuan untuk mengingatkan manusia agar sadar akan bahayanya
pengaruh nafsu sendiri dalamdiri. Namun,jarangadaorang yang mampu menguasai nafsunya
sendiri, kare-na hati dan akal pikiran kita pun sudahdicengkeram nafsu sehingga usaha apapun
yang klta lakukan, di situ terkandungkeinginan nafsu. Kenyataan ini dapat kitalihat buktinya
dalam kehidupan ini, kalaukita melihat dan meneliti keadaan dirikita sendiri.
Betapa banyaknya kebiasaan-kebi-asaan kecil atau besar yang kita lakukan, kita ketahui dan
mengerti benar bahwa perbuatan itu tidak benar atau tidak baik, namun kita tidak berdaya
un-tuk mengubahnya! Kita tahu benar bahwa amarah itu tidak benar dan tidak baik, akan
tetapi sekali kemarahan muncul, kita tidak berdaya untuk mengatasinya dan kita terseret oleh
kemarahan kita. Demikian pula dengan permainan nafsu yang lain, keterikatan kita kepada
benda, kepada makanan, kepada orang lain. Se-mua itu menimbulkan kesenangan yang selalu
dikejar-kejar nafsu, yang menjadi pemikat bagi kita sehingga sukarlah bagi kita untuk
mengubahnya. Nafsu merupakan pembawaan yang diikutsertakan ketika kita lahir, dan naf-su merupakan
alat yang teramat penting bagi kehidupan kita. Tanpa adanya nafsu, kita tidak akan dapat
hidup seperti ma-nusia yang wajar. Namun, disamping ke-pentingannya yang mutlak, nafsu
juga merupakan bahaya yang akan menyeret kita ke dalam kesesatan, yang akan menjauhkan
kita dari kewajiban utama manusia, yaitu mendekati Tuhan yang menciptakan kita dan
seluruh keadaan di alam maya pada ini. Nafsu penting bagi kita, akan tetapi juga berbahaya
bagi kita. Lalu bagaimana" Sudah sejak jaman pra sejarah, manusia sadar akan bahayanya
nafsu, dan sejak itu manusia sudah berusaha untuk menalukkan nafsu, mengekang dan
mengendalikan nafsu. Ada yang dengan cara bertapa menjauhkan diri dari dunia ramai, ada
yang dengan jalan menyiksa diri, dan seribu satu ma-cam cara lagi. Namun, semua cara itu
adalah usaha hati dan akal pikiran, maka terjadilah pertentangan sendiri di dalam batin, tarik
menarik antara keinginan, bersenang-senang menuruti gejolak nafsu, dan keinginan menolak
gejolak nafsu karena sadar akan akibatnya yang akhir-nya tidak menyenangkan. Jelaslah
bahwa pada dasarnya, di antara kedua keinginan itu sama, timbul dari hati akal pikiran yang
sudah bergelimang nafsu, yaitu ke-inginan mengejar kesenangan, dan keingin-an menjauhi
kesusahan yang timbul kare-na pengejaran itu! Dan pertempuran ini tidak ada habisnya
selama kita hidup. Kadang nafsu yang menang dan berkobar membakar, kadang nafsu dapat
ditunduk-kan untuk sementara, seperti api di da-lam sekam yang setiap waktu akan ber-kobar
lagi. Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
383 Lalu apa yang dapat kita lakukan" Kita tidak mungkin dapat menundukkan nafsu, karena
"kita" inilah nafsu itu sen-diri. Kita adalah hati akal pikiran yang sudah bergelimang nafsu,
maka apa pun yang kita usahakan, pada dasarnya hanya untuk mengabdi kepada nafsu, untuk
pe-muasan nafsu dengan segala cara, ada yang kasar, ada yang halus, bahkan ada cara yang
dipulas seolah-olah cara itu bukan buatan nafsu. Setan memang ter-amat licik dan pandai,
penuh tipu musli-hat dan memang sudah menjadi tugasnya untuk menggoda kita. Kalau kita
manusia hanya mengandalkan hati akal pikiran saja, takkan mungkin kita dapat menga-lahkan
setan! Jalan satu-satunya hanyalah berpaling kepada Sang Maha Pencipta! Hanya kekuasaan
Tuhan sajalah yang akan dapat menundukkan segala yang ada yang nampak dan yang tidak
nampak oleh mata kita, termasuk setan. Betapa tidak" Setan dan nafsu pun diciptakan oleh
Tuhan! Jalan satu-satunya bagi kita hanyalah menyerah kepada Tuhan Maha Kasih! Menyerah tanpa
syarat, menyerah dengan total, mutlak, menyerah dengan sabar, tawakal dan ikhlas. Hanya
kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu mem-bersihkan seluruh batin kita, hanya
kekuasaan Tuhan saja yang akan mampu mengembalikan nafsu dalam tugas yang sebenarnya,
yaitu menjadi abdi jiwa ma-nusia, membantu kehidupan manusia di dunia dan tidak lagi
majikan yang kejam, tidak lagi menjadi pemikat dan pembujuk yang menyeret kita ke dalam
kesesatan. Menyerah tanpa syarat, bukan "menyerah demi memperoleh sesuatu" karena kalau
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
demikian halnya, maka yang dinamakan penyerahan ini pun hanya tipu muslihat dari nafsu
belaka dan kita akan tetap berada dalam lingkaran setan permainan nafsu daya rendah!
Menyerah tanpa pa-mrih, dengan ikhlas dan tawakal sa-ja!
Sian Lun yang masih, hijau itu, tidak kuat menghadapi rayuan tiga orang wa-nita cantik
seperti Pek-lian Sam-li. Apa-lagi tiga orang wanita cabul itu bukan sekedar merayu biasa.
Mereka pun men-campurkan racun pembius dan perangsang dalam minuman yang
disuguhkan kepada Sian Lun, bahkan ditambah lagi dengan kekuatan sihir mereka! Sian Lun
jatuh dalam pelukan mereka. Bahkan Pangeran Gulam Sing yang kini menjadi sahabat baik
dan rekan pengumbar nafsu berahi dari tiga orang tokoh Pek-lian-kauw itu, juga membantu
dengan ilmu sihirnya, membuat Sian Lun menjadi kehilangan kesadaran sama sekali. Pemuda
itu benar benar runtuh dan kalau tadinya dia se-perti seekor harimau jantan yang ganas, kini di
tangan tiga orang wanita itu dia berubah menjadi seperti seekor domba jinak! Dia merasa
seolah-olah dia telah mendapatkan kebahagiaan hidup yang selama ini didambakan dan
diimpikannya. Dia percaya bahwa tiga orang wanita kakak beradik itu amat mencintanya dan
memanjakannya sehingga dia dengan amat mudahnya melupakan Sian Li, gadis yang biarpun
pernah membuatnya tergila-gila namun yang tak terjangkau olehnya itu!
Dalam waktu satu malam saja, Sian Lun telah berubah sama sekali. Dia kini telah menyerah,
dan di dalam pelukan tiga orang wanita itu, dia bersumpah untuk bekerja sama dengan
mereka, men-taati semua keinginan tiga orang wanita yang dianggapnya amat mencintanya
dan yang dapat membuat dia seperti terbuai dalam kemesraan dan kenikmatan yang tanpa
batas. Dalam keadaan seperti ini, Pangeran Gulam Sing mendekatinya dan menjanjikan
kedudukan tinggi, pangkat yang besar di Nepal kalau perjuangannya kelak berhasil! Dan Sian
Lun menganggap ini sebagai suatu cita-cita yang teramat besar dan mulia.
Demikianlah, ketika dia dalam keada-an terpengaruh sihir, diperintah oleh Pek-lian Sam-li
untuk berpura-pura men-jadi tawanan dan agar dia menawan su-moinya sendiri, dia
melakukannya dengan rela dan senang hati. Dia ingin membuat jasa untuk menyenangkan hati
Pek-lian Sam-li dan juga para pimpinan Hek I La-ma dan Pangeran Gulam Sing.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
384 Sian Li tentu saja merasa terkejut bukan main, juga merasa heran ketika tiba-tiba suhengnya
menotoknya. Karena sama sekali tidak menyangka bahwa su-hengnya yang hendak
ditolongnya itu malah menotoknya, gadis itu dapat diro-bohkan dengan mudah dan Sian Li
hanya dapat merasa heran dan penasaran sekali ketika tubuhnya yang sudah lemas tak berdaya
itu dipondong dan dilarikan Sian Lun.
Makin besar keheranan Sian Li ketika ia dibawa oleh suhengnya ke sarang Hek I Lama!
Dalam perjalanan tadi, ketika suhengnya melarikannya, ia masih diam saja karena mengira
bahwa suhengnya tentu bermaksud menyelamatkannya, me-ngira bahwa suhengnya akan
melarikan-nya ke tempat yang aman. Akan tetapi, alangkah heran dan kagetnya ketika ia
melihat Sian Lun membawanya masuk ke pintu gerbang sarang perkumpulan pendeta Lama
Jubah hitam itu!
"Suheng, apa yang kaulakukan ini?" tanyanya dengan suara lemah karena to-tokan itu selain
melumpuhkan kaki ta-ngannya, juga membuatnya lemah sehing-ga untuk mengeluarkan suara
pun tidak dapat keras.
"Diam sajalah, Sumoi. Semua ini ku-lakukan demi kebaikan kita," jawab Sian Lun. Anehnya,
para pendeta Lama yang berada di situ, ketika melihat Sian Lun masuk memondong tubuh
gadis yang le-mas itu, hanya menonton saja, bahkan ada di antara mereka yang tersenyum
atau menyeringai. Dan agaknya Sian Lun sudah hafal akan tempat di situ. Dia langsung saja
membawa sumoinya ke se-buah kamar dan merebahkan tubuh gadis itu ke atas sebuah
pembaringan dalam kamar itu.
Sian Li membelalakkan matanya keti-ka melihat suhengnya mengambil sehelai tali sutera
dan mulai mengikat perge-langan kaki dan kedua tangannya.
"Suheng, apa yang kaulakukan ini?" kembali ia bertanya dan kini suaranya mulai menguat,
tanda bahwa pengaruh totokan itu mulai mengendur, juga ia mulai dapat menggerakkan kaki
tangan walaupun masih lemah. Namun, ikatan tali sutera itu kuat bukan main dan ia pun tidak
mampu melepaskan diri.
Sian Lun tidak menjawab, melainkan melanjutkan pekerjaannya. Setelah dia merasa yakin
bahwa ikatan kaki tangan sumoinya itu kuat, barulah dia berkata, suaranya datar saja, seperti
tanpa pera-saan. "Sumoi, terpaksa aku mengikat ka-ki tanganmu agar kalau sudah pulih dari
totokan, engkau tidak melakukan kebo-dohan dan memberontak."
"Suheng, lepaskan aku! Sudah gilakah engkau" Apa artinya semua ini, Suheng?"
Pemuda itu menundukkan muka, tidak berani menentang pandang mata sumoi-nya dengan
langsung! Bagaimanapun juga, masih tertinggal kesan lama, dan dia merasa canggung dan
salah tingkah, wa-laupun di dalam hatinya dia membenar-kan tindakannya ini.
"Sumoi, tidak ada pilihan lagi bagi kita. Kita harus membantu perjuangan mereka menentang
penjajah Mancu. Tidak percuma kita sejak kecil mempelajari ilmu silat kalau kita pergunakan
untuk membela negara dan bangsa."
Sian Li membelalakkan matanya. Kini totokan itu sudah pulih, jalan, darahnya telah normal
kembali. Akan tetapi tentu saja ia tidak mampu menggerakkan kaki tangannya yang
terbelenggu. Dicobanya mengerahkan tenaga untuk membikin putus belenggu pergelangan
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
385 kaki tangan itu, namun sia-sia. Sian Lun maklum ba-gaimana harus membuat sumoinya tidak
berdaya. Tali sutera itu lentur, tidak mudah dibikin putus. Andaikata belenggu itu dari rantai
baja yang tidak terlalu kuat saja, mungkin Sian Li dapat mema-tahkannya. Akan tetapi tali
sutera yang lentur" Tidak mungkin dibikin putus, kecuali dengan senjata tajam. Dan
senjata-nya juga sudah dilucuti suhengnya.
Pada saat itu, terdengar langkah kaki dan masuklah tiga orang wanita yang bu-kan lain adalah
Pek-lian Sam-li, yaitu tiga kakak beradik tokoh Pek-lian-kauw. Ji Kui yang hitam manis, yang
paling tua, tersenyum dan menepuk pundak Sian Lun.
"Bagus, engkau telah berhasil baik, Sian Lun."
"Tentu saja berhasil, kalau tidak, per-cuma dia menjadi kekasihku," kata pula Ji Hwa yang
putih mulus, orang ke dua, dan dengan mesra ia lalu merangkul Sian Lun dan mencium pipi
pemuda itu penuh gairah dan dengan sikap genit.
"Nih upah untuk kekasih yang gagah!" kata pula Ji Kim yang termuda, cantik jelita dan ia
pun dengan sikap genit mencium Sian Lun pada bibirnya. Sian Li terbelalak, akan tetapi gadis
yang cerdik ini sekarang tahu atau dapat menduga apa yang kiranya telah terjadi. Suhengnya
telah jatuh ke tangan tiga orang wanita genit mesum ini. Suhengnya yang selama ini sebagai
murid paman kakeknya bagaikan seekor srigala berbulu domba, kini meninggalkan kulit
domba dan nampaklah keasliannya! Ia pun me-mandang kepada Sian Lun dengan mata
melotot. "Jahanam busuk! Liem Sian Lun, kira-nya engkau hanyalah seorang murid mur-tad, seorang
keparat berhati busuk yang selama ini berpura-pura menjadi pende-kar! Phuh, muak aku
melihat mukamu!" Dan Sian Li membuang muka, tidak sudi lagi memandang wajah
suhengnya yang merupakan pria pertama yang hampir menjatuhkan hatinya.
"Sian Lun, sudah jangan pedulikan bo-cah ingusan ini!" kata Ji Kui sambil menggandeng
tangan Sian Lun, "Biarkan saja Pangeran Gulam Sing yang menji-nakkannya." Tiga orang
wanita itu ter-kekeh genit dan mereka bertiga meng-gandeng Sian Lun, diajak meninggalkan
kamar. Ketika Sian Li melirik ke arah pintu, ternyata kini nampak beberapa orang bertubuh
tinggi hitam, orang-orang Nepal, berjaga di luar pintu kamar.
Sian Li berusaha sekuatnya untuk melepaskan ikatan pada pergelengan tangan dan kakinya,
namun hasilnya sia-sia bela-ka. Akhirnya, ia maklum bahwa usahanya itu hanya akan
menghabiskan tenaga, maka ia pun diam saja, bahkan mengatur pernapasan untuk
mengumpulkan tenaga dan ia termenung. Hal yang amat me-nyakitkan hatinya adalah kalau ia
ter-ingat kepada Sian Lun. Suhengnya telah menyeleweng! Kalau paman kakeknya
mendengar, tentu dia dan isterinya akan marah sekali. Akan tetapi bagaimana mereka akan
dapat mendengar akan hal ini" Hanya ia seorang yang tahu dan dapat melaporkan, dan untuk
itu ia harus dapat membebaskan diri. Akan tetapi ba-gaimana"
Sian Li tidak merasa gentar, tidak merasa putus asa. Sebagai seorang gadis yang cerdik, ia
pun tahu bahwa gerom-bolan itu tidak ingin membunuhnya. Ka-lau demikian halnya, tentu ia
sudah sejak tadi dibunuh. Tidak, mereka tidak akan membunuhnya, dan yang jelas, mereka
akan membujuknya agar ia suka membantu mereka, bekerja sama dan menjadi sekutu mereka.
Seperti Sian Lun! Akan tetapi ia tidak sudi! Hanya ada satu hal yang membuat hatinya terasa
cemas dan ngeri juga, yaitu ucapan tiga orang wa-nita Pek-lian-kauw tadi bahwa ia akan
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
386 diserahkan kepada Pangeran Gulam Sing untuk dijinakkan! Bergidik juga ia kalau teringat
kepada pangeran Nepal itu. Me-mang seorang pria yang tinggi besar, brewok dan gagah,
nampak jantan. Akan tetapi matanya sungguh menyeramkan, seperti mata seekor harimau
kelaparan melihat domba!
Sian Li menghela napas panjang. Ia tidak perlu membayangkan hal-hal yang tidak-tidak.
Membayangkan hal-hal me-ngerikan yang belum datang hanya akan menimbulkan rasa cemas
saja. Ia masih memiliki kemampuan untuk membela diri, dan di sana masih ada Yo Han! Yo
Han dibantu oleh Nyonya Gak dan juga Gak Ciang Hun. Mereka bertiga adalah orang--orang
sakti, tidak mungkin kalau sampai tertawan musuh. Bukankah Bibi Gak te-lah mengatur
pelarian untuk mereka ka-lau bahaya mengancam" Pula, ia percaya sepenuhnya kepada Yo
Han! Dobhin Lama sendiri yang demikian sakti masih tidak mampu menandinginya! Sungguh
manghe-rankan sekali kenyataan itu. Yo Han, yang dahulu tidak pernah mau belajat silat,
yang membenci kekerasan, kini tiba-tiba saja muncul sebagai Sin-ciang Tai-hiap yang
demikian saktinya.
Terdengar suara laki-laki di depan pintu bicara dalam bahasa asing yang tidak dimengertinya
dan beberapa orang Nepal itu meninggalkan pintu kamar. Jantungnya berdebar tegang.
Apakah pa-ngeran itu yang muncul" Ketika orang itu berdiri di ambang pintu, ternyata bu-kan
pangeran Nepal yang datang melainkan Cu Ki Bok, pemuda peranakan Han Tibet, murid
Lulung Lama. Pemuda yang tinggi tegap dan tampan itu berdiri di situ memandang
kepadanya. Sian Li yang menghadap ke arah pintu juga meman-dang kepadanya dengan sinar
mata penuh kemarahan dan kebencian. Pemuda itu tersenyum, melirik ke kanan kiri lalu
melangkah memasuki kemar dengan ringan dan cepat. Dia duduk di tepi pem-baringan lalu
berbisik. "Nona, dengarkan baik-baik dan jangan membantah. Dengar, engkau telah tertawan dan aku
akan melepaskan ikat-an tangan kakimu. Akan tetapi, engkau harus bersikap damai, tidak
memberontak karena percuma saja kalau engkau hen-dak melarikan diri. Di sini terjaga kuat
dan kami berjumlah banyak. Engkau tidak akan diganggu, dan aku bertugas menga-wasimu.
Nah, kalau engkau berjanji tidak akan memberontak atau lari, aku akan melepaskan ikatanmu.
Maukah engkau berjanji?"
Sian Li mengerutkan alisnya. Ia tahu akan benarnya ucapan pemuda itu, walaupun ia tidak
dapat percaya sepenuhnya karena menduga bahwa sikap dan ucapan ini tentu sebuah
tipumuslihat. Ia harus berhati-hati. Akan tetapi, tentu saja le-bih baik kalau kaki tangannya
tidak ter-ikat. Setidaknya ia dapat leluasa dan dapat membela diri lebih baik kalau ter-ancam
bahaya. Melihat keraguan gadis itu, Cu Ki Bok melanjutkan bisikannya. "Nona tentu mencurigaiku.
Akan tetapi ingatlah, kalau Nona dalam keadaan terbelenggu, bagaimana engkau akan dapat
membela diri kalau Pangeran Gulam Sing datang dan mengganggumu" Pula, dalam keadaan
terbelenggu, bagaimana mungkin engkau akan membebaskan diri" Berjanjilah bah-wa engkau
tidak akan memberontak atau lari, dan aku akan melepaskan ikatan tangan kakimu dan kau
akan diperlakukan sebagai seorang tamu terhormat."
Sian Li mengangguk. "Aku berjanji, akan tetapi janjiku ini bukan berarti bahwa aku tidak
akan membebaskan diri dan lari dari sini kalau ada kesempatan."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
387 Cu Ki Bok memandang kagum. Gadis ini terlalu gagah untuk berbohong, maka berjanji pun
dengan terus terang karena tidak ingin melanggar janjinya sendiri. Bukan main!
"Tentu saja, Nona. Dan aku sendiri akan membantumu kalau kesempatan itu tiba. Untuk itu
engkau harus memperli-hatkan sikap lunak agar para pimpinan percaya bahwa kau tidak akan
membe-rontak dan lari." Pemuda itu lalu mele-paskan ikatan tali sutera dari kaki dan tangan
gadis itu. Sian Li bangkit duduk, mengurut-urut pergelangan tangan dan kakinya untuk memperlancar
jalan darah sambil menga-mati wajah Cu Ki Bok dengan tajam dan penuh selidik. Karena
merasa tidak enak bicara dengan pemuda itu selagi ia duduk di atas pembaringan, gadis itu
lalu ber-pindah duduk di atas kursi yang terdapat di kamar itu.
"Cu Ki Bok, apa artinya ini", Katakan terus terang, mengapa engkau menolong-ku" Dengan
pamrih apakah" Kalau ini merupakan siasat busukmu, lebih baik aku mengamuk sekarang dan
tewas di tangan kalian!"
"Sabar dan tenanglah, Nona. Percaya-lah, sekali ini aku tidak bersiasat. Apa perlunya
bersiasat dan membebaskanmu dari belenggu kalau tadi engkau sudah tidak berdaya?"
"Lalu, kenapa engkau membebaskan aku dari ikatan kaki tanganku?"
Tentu saja Cu Ki Bok tidak berani menyatakan secara terang bahwa sejak pertama kali
berjumpa, dia sudah jatuh hati kepada gadis muda perkasa ini. Tak mungkin dia mengaku
cinta begitu saja, karena selain hal itu mentertawakan, juga sudah pasti gadis itu tidak akan
percaya dan menganggap dia merayu atau bersiasat.
"Ada dua hal yang memaksa aku ti-dak dapat membiarkan engkau tertawan dalam keadaan
tersiksa dalam belenggu, Nona. Pertama, engkau seorang pendekar gagah perkasa, bukan
penjahat, bahkan tenagamu dibutuhkan oleh rakyat untuk membebaskannya dari belenggu
penjajah-an. Kalau pun menjadi tawanan, engkau patut diperlakukan dengan hormat dan tidak
dibelenggu seperti itu. Dan ke dua, terus terang saja aku merasa muak dan tidak suka melihat
cara engkau ditawan oleh Liem Sian Lun."
Bagaimanapun juga, hati Sian Li ma-sih merasa curiga dan ia tetap waspada terhadap
pemuda tampan murid Lulung Ma itu. "Apa yang terjadi dengan Liem Sian Lun" Kenapa dia
bersikap seperti itu, berpihak kepada kalian dan mengkhianatiku?"
Cu Ki Bok menghela napas panjang. "Ia bukan seorang jantan. Dia lemah dan bertekuk lutut
terhadap rayuan Pek-lian Sam-li yang bekerja sama dengan Pangeran Gulam Sing. Berjuang
menen-tang penjajah Mancu memang tugas se-orang gagah dan boleh saja dia berga-bung
dengan kami untuk bersama-sama menentang penjajah Mancu. Akan tetapi dia bukan orang
gagah, dia menaluk ka-rena terbujuk rayuan tiga orang wanita itu."
"Hemmm, kau sendiri, orang baik-baik-kah" Kenapa engkau menjadi antek para Lama dan
juga bekerja sama dengan Pek-lian-kauw dan orang Nepal?"
"Aku murid Suhu Lulung Lama, tentu saja aku membantu Suhu. Kami memang pejuang,
akan tetapi bukan penjahat. Kerja sama dengan Pek-lian-kauw dan orang Nepal hanya kerja
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
388 sama di bidang menghadapi musuh, bukan untuk urusan lain. Aku tidak suka cara-cara
pengecut dan curang."
Sian Li mengamati wajah pemuda itu dengan tajam penuh selidik, Ada benarnya pula ucapan
pemuda itu. Jujurkah dia dalam usahanya menolongnya" Me-mang benar juga bahwa tidak
ada gunanya mempergunakan muslihat. Ia tadi sudah tidak berdaya. Andaikata ter-dapat
muslihat di balik pertolongan pemuda ini tentu hanya untuk menyenagkan hatinya agar ia mau
bekerja sama, membantu mereka dalam perjuangan melawan penjajah Mancu. Dan seperti
juga Yo Han, ia tidak melihat sesuatu yang buruk dalam urusan membantu menentag
pemerintah Mancu.
"Hemm, kalau begitu, sekarang aku menjadi tawanan, dan tidak boleh keluar dari tempat ini"
Apakah aku boleh ke-luar dari kamar ini dan dengan bebas melihat-lihat keadaan di dalam
sarang kalian ini?"
"Nona, akulah yang bertugas menjaga dan mengamatimu, dan aku sudah memberitahu
kepada semua anggauta Hek I Lama agar engkau dibiarkan tinggal di sini dengan bebas, asal
engkau tidak membikin ribut, tidak pula berusaha me-larikan diri. Akulah yang bertanggung
jawab atas dirimu, maka kalau Nona melarikan diri, berarti membikin susah padaku. Aku
sudah berusaha menghindar-kan dirimu dari keadaan yang tidak enak, maka kuharap engkau
juga suka menjaga agar aku tidak sampai mendapat kesu-sahan karena engkau lari."
Sian Li mengangguk-angguk. "Baiklah, Cu Ki Bok. Akan tetapi aku ingin berte-mu dengan
Liem Sian Lun, jahanam itu. Aku harus membuat perhitungan dengan dia!" Sian Li mengepal
tinju, marah se-kali kalau teringat kepada suhengnya itu.
Cu Ki Bok meng
dahulu ketika Yo Han pergi, hampir
setiap hari ia menangis dan menanyakannya, dan ia pun teringat akan pembelaan Yo Han
kepadanya ter-hadap Ang I Moli.
"Han-ko, jadi engkau telah menjadi murid iblis betina itu?"
"Tidak, Li-moi. Ia jahat bukan main, jahat dan kejam. Aku tidak suka menjadi muridnya.
Aku berhasil lolos darinya dan aku mendapatkan seorang guru di tempat rahasia. Guruku itu
kini telah tiada, dan aku merantau ke sini adalah untuk me-menuhi pesan terakhir guruku."
"Mencari mutiara hitam itu?"
"Benar, Li-moi. Benda mustika itu dahulu milik guruku yang hilang dicuri orang. Aku hanya
ingin merampasnya kembali untuk memenuhi pesan mendiang Suhu."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
358 "Dan engkau malang melintang di daerah barat ini sebagai Sin-ciang Tai--hiap?"
Yo-Han menarik napas panjang. Sela-ma bertahun-tahun dia berhasil menyim-pan rahasia
dirinya, akan tetapi, sekali ini rahasianya terbuka, bukan oleh orang lain, bahkan oleh Sian Li!
"Ternyata tidak mudah mencari mutiara hitam seperti yang menjadi pesan terakhir Suhu," dia
bercerita. "Suhu ha-nya mengatakan bahwa benda pusaka itu berada di daerah barat ini.
Sampai ham-pir lima tahun aku berkeliaran di sini, bahkan sudah menjelajah sampai ke
dae-rah Tibet, namun belum berhasil. Dalam penjelajahan itulah aku bertemu dengan hal-hal
yang menggerakkan hatiku untuk turun tangan menentang kejahatan. Aku tidak ingin dikenal
orang, maka aku selalu menyembunyikan mukaku dan tidak memperkenalkan diri. Orang-
orang mem-beri julukan Sin-ciang Tai-hiap. Aku membiarkan saja dan tidak ada seorang pun
tahu bahwa akulah Sin-ciang Tai-hiap. Baru hari ini ada yang tahu, yaitu engkau Li-moi."
Sian Li tertawa dan suasana menjadl akrab sekali ketika dara itu tertawa. Yo Han teringat
akan masa lalu. Suatu tawa Sian Li seperti bunyi musik merdu yang mendatangkan perasaan
bahagia dalam hatinya. Seperti tetesan air hujan pada hatinya yang selama ini seperti tenah
kering. Terasa demikian sejuk den segar dan dia pun tak dapat menahan timbul-nya senyum
lebar penuh kebahagiaan yang membuat wajahnya berseri.
"Hi-hi-hik, heh-heh, engkau ini sung-guh aneh dan lucu, Han-koi. Engkau ingin
menyembunyikan diri, tidak ingin dikenal orang, ataukah engkau bahkan ingin memopulerkan
julukanmu atau penyamaran-mu itu" Dengan penyamaranmu itu, maka semakin terkenallah
Sin-ciang Tai-hiap sebagai seorang pendekar yang rambutnya riap-riapan, bercaping yang
ditutupi tirai! Sebaliknya, kalau engkau tidak menyamar lagi, tidak menyembunyikan diri,
siapa yang akan tahu bahwa engkau adalah Sin-ciang Tai-hiap" Kenapa mesti menya-mar
lagi, Han-ko?"
Yo Han mengangguk-angguk. "Engkau benar, Li-moi. Aku sudah begitu khawa-tir untuk
dikenal orang maka aku bahkan membuat Sin-ciang Tai-hiap semakin terkenal karena
dipenuhi rahasia. Mulai sekarang aku akan menanggalkan penyamaran sebagai Sin-ciang Tai-
hiap, dan aku akan menjadi Yo Han biasa saja...." Setelah berkata demikian, Yo Han yang
sudah menanggalkan capingnya itu lalu menggelung rambutnya, tidak lagi dibiarkan riap-
riapan. Dia menggelung rambut, tidak dikuncirnya karena dia tidak senang harus mentaati
peraturan pemerintah Mancu agar semua orang Han menguncir rambutnya. Peraturan itu
dianggapnya menghina.
"Tapi jangan dibuang caping itu, Han-ko. Pertama, benda itu memang berguna untuk
melindungi kepalamu dari panas dan hujan, dan ke dua, siapa tahu ka-dang-kadang
kauperlukan juga tokoh Sin-ciang Tai-hiap itu."
"Li-moi, sudah cukup aku mencerita-kan pengalamanku, sekarang kaulah yang harus
menceritakan padaku keadaanmu. Semenjak kita saling berpisah. Engkau kini telah menjadi
seorang gadis dewasa yang cantik jelita, lincah dan juga lihai ilmu silatnya. Tentu sekarang
usiamu sudah dewasa, Li-moi."
"Ketika engkau pergi, usiaku empat tahun, Han-ko. Kita saling berpisah sela-ma tiga belas
tahun lebih, Jadi usiaku sekarang hampir delapan belas tahun. Aku belajar ilmu silat dari
Ayah dan Ibu, kemudian aku menerima gemblengan dari Paman Kakek Suma Ceng Liong
dan is-terinya di dusun Hong-cun dekat kota Cin-an. Di sana aku bertemu dengan Suheng
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
359 Liem Sian Lun, murid mereka. Selain itu, juga aku belajar ilmu pengo-batan dari Yok-sian
Lo-kai." "Wah, engkau beruntung sekali, Li-moi, mendapat ilmu-ilmu dari banyak orang sakti. Akan
tetapi bagaimana eng-kau dan suhengmu itu dapat berada di sini, amat jauh dari tempat
tinggal orang tuamu?"
"Aku dan Suheng Sian Lun sedang da-lam perjalanan pulang. Kami baru saja berkunjung ke
Bhutan, Han-ko."
"Bhutan" Kenapa pergi ke tempat yang demikian jauh?"
Sian Li lalu bercerita tentang Gangga Dewi dan paman kakeknya Suma Ciang Bun, tentang
perjalanan mereka yang jauh, juga tentang pengalamannya ketika bertemu dan bertentangan
dengan Lulung Lama dan sekutunya.
Dua orang muda yang merasa amat berbahagia dalam pertemuan yang sama sekali tak pernah
mereka sangka-sangka itu, bercakap-cakap sampai larut tengah malam. Mereka makan malam
secara amat sederhana sekali, dari persediaan makan-an yang disimpan Yo Han di dalam
guha. Mereka saling menceritakan pengalaman masing-masing, menjawab semua
perta-nyaan. Setelah lewat tengah malam, ba-rulah mereka istirahat dan tidur saling
mengetahui hampir semua keadaan diri masing-masing. Hanya ada sebuah hal yang masih
membuat Yo Han sangsi dan ragu, yaitu tentang hubungan batin arata-ra Sian Li dan
suhengnya. Mereka adalah kakak beradik seperguruan, akan tetapi apakah tidak lebih
daripada itu" Mereka adalah seorang pemuda dan seorang gadis tidak ada hubungan darah,
dan keduanya tampan dan cantik, melakukan perjalanan berdua saja. Tidak aneh kalau mereka
itu saling mencinta, bahkan agaknya tidak wajar kalau tidak ada perasaan cinta di antara
mereka. Yo Han tidak berani ber-tanya akan hal itu, akan tetapi dia men-duga bahwa Sian Li
agaknya amat men-cinta suhengnya itu. Dan dia pun tidak akan merasa heran, suheng Sian Li
itu memang seorang pemuda yang tampan dan gagah, sudah sepatutnya kalau men-jadi jodoh
Sian Li. Hanya, dia merasa heran dan tidak enak mengapa hatinya menjadi pedih
membayangkan kakak ber-adik seperguruan itu saling mencinta dan menjadi jodoh.
Bahkan bayangan ini menghantuinya, membuat dia gelisah dan tidak dapat pu-las. Baru
setelah jauh lewat tengah ma-lam, dia dapat mengusir gangguan itu dan tidur pulas.
*** file google dokumen ini published by Saiful Bahri ....situbondo seletreng***
Pada keesokan harinya, Yo Han menunjukkan kepada Sian Li anak sungai berair jernih yang
mengalir tak jauh dari guha itu, di mana dara itu dapat mem-bersihkan diri. Mereka mandi
bergantian dan dengan badan segar mereka sarapan pagi seadanya, hanya roti kering dan
daging kering yang dihangatkan di atas api ungun, kemudian mereka meninggal-kan guha.
"Kita harus menolong suheng, Han-ko," kata Sian Li ketika mereka keluar dari hutan.
"Tentu saja, Li-moi." Dia menepuk buntalan pakaiannya. "Aku sudah mem-persiapkan
capingku. Kalau aku mengha-dapi para Lama, aku harus berperan se-bagai Sin-ciang Tai-
hiap. Aku akan minta dengan hormat kepada mereka untuk membebaskan suhengmu."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
360 "Akan tetapi bagaimana mungkin, Han-ko" Bagaimana kalau mereka tidak menuruti
permintaanmu?"
"Aku tidak pernah bermusuhan dengan para Lama itu, dan mereka adalah orang-orang yang
menghargai kegagahan. Kalau perlu, aku akan menantang mereka dengan taruhan bahwa
kalau aku menang, mereka harus memenuhi permintaanku."
"Kalau kau kalah?"
"Hemm, kita harus bertanggung jawab dan tidak lari dari kenyataan, Li-moi. Kalau aku
kalah, mereka boleh melaku-kan apa saja terhadap diriku."
"Tapi.... itu berbahaya sekali, Han-koi"
Yo Han tersenyum. "Aku tahu, Li-moi, sejak aku mempelajari ilmu silat, tahulah aku bahwa
aku telah terjun ke dalam dunia kekerasan di mana terdapat penuh bahaya. Akan tetapi, hidup
seperti apakah yang tidak berbahaya" Hidup itu sendiri Sudah merupakan suatu bahaya, Li-
moi. Hidup adalah perjuangan, suatu perjuangan orang tiada hentinya melawan bahaya yang
datang dari segala jurusan.
Hidup merupakan suatu tantangan yang harus kita perjuangkan, kita hadapi, dan perjuangan
itu adalah untuk mengatasi semua tantangan itu, semua bahaya itu!"
Sian Li mengerutkan alisnya dan saking tertarik, ia menghentikan langkahnya, memandang
kepada pemuda itu. "Eh" Apa maksudmu, Han-ko" Kehidupan se-orang dari dunia persilatan
seperti kita memang menghadapi banyak tantangan, banyak bahaya, akan tetapi kehidupan
seorang biasa, apakah bahaya dan tan-tangannya?"
Yo Han tersenyum, "Tiada bedanya, Li-moi. Apakah kehidupan seorang petani miskin itu
tidak penuh tantangan yang harus mereka hadapi dan atasi tantang-an itu dapat datang dari
kemiskinannya, dari kesehatan yang terganggu, dari ke-sejahteraan keluarganya, dari
kerukunan keluarganya. Orang dapat ditentang oleh kekurangan makan pakaian dan tempat
tinggal, oleh gangguan kesehatan oleh percekcokan rumah tangga, dan seribu satu tantangan
lagi. Semua itu mau tidak mau, harus dihadapi dan diatasi, kita tidak mungkin dapat lari
darinya, karena itulah isi kehidupan ini, urusan jasmani, urusan duniawi."
"Hemm, kalau orang kaya dan orang berpangkat tentu tidak menghadapi se-mua tantangan
dan kesulitan...."
"Siapa bilang" Mereka pun dapat sa-kit, dapat cekcok dengan keluarga. Bah-kan ditambah
lagi. Orang kaya harus mempertahankan kekayaannya, menjaga-nya agar tidak berkurang atau
lenyap, selalu khawatir akan kehilangan. Demi-kian pula orang berkedudukan selalu ingin
mempertahankan kedudukannya, takut kehilangan. Pendeknya, selagi hidup seba-gai manusia,
kita tidak akan dapat bebas dari tantangan dan bahaya. Justeru itulah isi kehidupan, itulah
romantikanya kehi-dupan. Dan menghadapi semua itu, berusaha mengatasinya.
Perjuangannya me-lawan semua tantangan, itulah seninya, seni kehidupan! Betapa akan
membosan-kan kalau hidup ini tidak ada tantangan yang harus ditanggulangi, dihadapi dan
diatasi. Senang baru akan terasa senang kalau kita pernah merasakan susah. Kepuasan yang
sebenarnya hanyalah terasa kalau kita pernah merasa kecewa. Bukankah begitu, Li-moi?"
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
361 Sian Li terbelalak, kemudian tertawa. "Wah-wah-wah, bicaramu seperti seorang guru besar
kebatinan saja, Han-ko. Me-nurut Ayah dan Ibuku, dahulu engkau tidak suka akan kekerasan,
tidak suka belajar silat, akan tetapi sekarang malah menjadi seorang pendekar sakti dan
bica-ramu seperti seorang pendeta!"
"Li-moi, mengenai kehidupan, apakah hanya para pendeta saja yang harus me-ngetahuinya"
Kehidupan adalah kita sendi-ri, Li-moi. Sudah sewajarnya, bahkan sepatutnya kalau setiap
orang tahu dan mengerti akan kenyataan dalam hidup ini. Sampai sekerang pun aku tidak suka
akan kekerasan, Li-moi, karena aku tahu dan yakin benar bahwa kekerasan bukan-lah cara
terbaik untuk hidup. Namun, menghadapi tantangan dalam kehidupan, sekali waktu kita
membutuhkan juga kekuatan untuk menanggulanginya, dan seperti juga semua ilmu, ilmu
silat pun amat berguna kalau saja dipergunakan melalui garis yang benar, bukan sebagai alat
mengumbar nafsu. Nah, kurasa eng-kau pun tentu sudah mengerti akan se-mua itu, karena aku
tahu bahwa orang tuamu adalah sepasang suaml isteri yang bijaksana. Apalagi engkau telah
digem-bleng oleh paman kakekmu dan isterinya, juga oleh seorang tokoh besar seperti Yok-
sian Lo-kai."
Sian Li mengangguk-angguk kagum. "Cara mereka bicara tidak jauh bedanya dengan apa
yang kaukatakan semua tadi, Han-ko...."
"Hemmm, ada orang-orang datang ke sini, Li-moi. Jangan katakan bahwa aku adalah Sin-
ciang Tai-hiap...."
Sian Li mengangkat muka memandang ke depan dan benar saja. Ada enam orang datang
dengan langkah lebar. Dari jauh saja, sudah nampak bahwa lima orang di antara mereka
adalah para pendeta Lama Jubah Hitam, dapat dilihat dari kepala mereka yang gundul dan
ju-bah hitam mereka yang lebar. Yang se-orang lagi adalah seorang pemuda. Sete-lah mereka
datang lebih dekat dan Sian Li mengenal siapa pemuda itu, wajahnya berubah merah dan ia
menjadi marah. Pemuda itu bukan lain adalah Cu Ki Bok murid Lulung Lama yang kurang
ajar itu. Dan lima orang gundul itu adalah lima orang anggauta Hek I Lama.
"Jahanam busuk! Akan kubunuh kalian!" Sian Li sudah meraba gagang pe-dangnya, akan
tetapi Yo Han menyentuh lengannya,
"Sabarlah, Li-moi, biarkan mereka mengatakan dulu apa maksud mereka mencari kita."
Kini Cu Ki Bok sudah tiba di depan mereka. Pemuda yang tinggi tegap dan tampan gagah itu
tersenyum, dan lima orang pendeta Lama yang berdiri di be-lakangnya, diam tak bergerak
seperti patung. "Selamat pagi, Nona Tan Sian Li. Senang sekali bertemu denganmu, karena
Nona tentu akan dapat memberi tahu kepada kami di mana kami dapat bertemu dengan Sin-
ciang Tai-hiap."
Sian Li tersenyum mengejek. "Hemm, keparat busuk, andaikata aku tahu seka-lipun tak akan
sudi aku memberitahukan kepadamu!"
"Hemm, Nona jangan berlagak. Kalau tidak ada Sin-ciang Tai-hiap, apa kaukira akan mampu
lepas dari tangan kami" Sekarang kami menginginkan Sin-ciang Tai-hiap, untuk
menyampaikan pesan dari ketua kami. Katakan di mana aku dapat bertemu dengan dia, dan
aku tidak akan mengganggumu lagi, melihat muka pen-dekar itu."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
362 "Sobat, katakan saja kepada kami apa yang akan kausampaikan kepada Sin-ciang Tai-hiap,
dan kamilah yang akan me-nyampaikan kepadanya," kata Yo Han dengan suara tenang dan
lembut. Cu Ki Bok memandang kepada Yo Han dengan alis berkerut, jelas bahwa dia memandang
rendah kepada pemuda itu, tidak mengenalnya, akan tetapi me-rasa tidak senang karena
pemuda ini berdua dengan gadis yang dirindukannya.
"Siapa kamu" Dan mengapa aku harus menyampaikan pesanku untuk Sin-ciang Tai-hiap
kepada kamu?"
Sian Li marah sekali melihat sikap dan mendengar ucapan yang nadanya menghina dan
memandang rendah itu. Akan tetapi Yo Han tersenyum, girang bahwa kini dia dapat
menghadapi orang tanpa menyembunyikan wajah aselinya dan orang itu tidak mengenalnya.
Benar juga pendapat Sian Li semalam. Sin-ciang Tai-hiap yang harus dirahasiakan, bukan Yo
Han! "Namaku Yo Han, dan aku orang bia-sa saja, akan tetapi aku telah dipesan oleh Taihiap
bahwa jika ada orang yang mencarinya, boleh menyampaikan kepada kami berdua. Kalau
engkau percaya ke-pada kami, nah, katakan apa yang kau ingin sampaikan kepadanya. Kalau
tidak percaya, sudahlah, kau cari saja sendiri."
Sian Li mengeluarkan suara tawa mengejek. "Huh, mana pengecut ini bera-ni mencari Sin-
ciang Tai-hiap" Baru me-lihatnya saja, dia akan lari terbirit-birit!" Lalu dilanjutkannya
dengan nada suara marah, "Kawanan srigala ini licik dan pengecut, beraninya hanya main
keroyok-an. Buktinya, Suheng ditawan karena keroyokan. Jahanam Cu Ki Bok, kalau kalian
mengganggu Suhengku, aku akan membasmi kalian semua, tak seorang pun kubiarkan
hidup!" Mendengar ucapan yang keras itu, Cu Ki Bok tidak menjadi marah, bahkan dia tertawa geli.
"Ha-ha-ha, kau kira su-hengmu itu kami ganggu, Nona" Nona masih saja salah sangka. Kami
bukanlah penjahat. Kami adalah pejuang-pejuang yang bercita-cita mengusir penjajah
Man-cu. Kami membutuhkan kerja sama de-ngan para pendekar. Bukankah ketua kami
tadinya juga menawarkan kerja sama dengan Nona dan suheng Nona itu" Dan sekarang
suhengmu dengan suka rela membantu kami, dan dia hidup berse-nang-senang. Hemm,
suhengmu memang pandai mempergunakan kesempatan, aku sendiri sampai iri melihat dia
bersenang-senang seperti itu...."
"Kau bohong!" Sian Li membentak, akan tetapi diam-diam ia ingin sekali tahu kesenangan
apa yang dimaksudkan oleh orang itu.
"Sudahlah, aku pun datang bukan un-tuk membicarakan urusan Liem Sian Lun. Aku diutus
oleh ketua kami untuk bicara dengan Sin-ciang Tai-hiap. Kuharap saja dia akan muncul
menemui kami."
"Orang macam engkau tidak berharga untuk bertemu dengan Sin-ciang Tai-hiap," kata Sian
Li. "Sampaikan saja ke-padaku atau kau boleh minggat dari sini."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
363 Wajah Cu Ki Bok berubah merah. Dia merasa direndahkan dan dihina oleh gadis itu, akan
tetapi harus diakuinya bahwa dia memang merasa jerih untuk berha-dapan dengan pendekar
sakti itu. "Baik-lah, akan kusampaikan kepadamu, Nona Tan Sian Li, akan tetapi tidak kepada
cacing tanah itu." Cu Ki Bok mengge-rakkan kepala ke arah Yo Han dengan sikap amat
merendahkan sehingga wajah Sian Li berubah, merah karena marahnya.
"Cu Ki Bok, kalau engkau menghina kami berdua, berarti engkau menghina Sin-ciang Tai-
hiap karena Taihiap telah memberi kuasa kepada kami berdua un-tuk mewakilinya bicara
dengan siapa saja! Nah, katakan kepada kami berdua apa keperluanmu tanpa menghina orang,
atau aku akan mewakilinya membunuhmu di sini juga!"
Cu Ki Bok tidak gentar terhadap Sian Li, akan tetapi dia takut kalau Sin-ciang Tai-hiap
muncul membantu nona itu. "Baik, dengarlah pesan kami. Ketua kami, Dobhin Lama
mengundang Sin-ciang Tai-hiap untuk mengadakan pertan-dingan adu ilmu...."
"Huh, dan kalian tentu akan menje-baknya dan mengeroyoknya dengan mengandalkan
banyak orang, bukan?" Sian Li mengejek. Ia sengaja memanaskan hati pihak lawan.
"Sama sekali tidak!" bantah Cu Ki Bok penasaran. "Nona, engkau belum mengenal siapa
adanya Supek (Uwa Gu-ru) Dobhin Lama! Beliau adalah seorang tokoh besar di Tibet yang
memiliki ke-dudukan tinggi. Tidak mungkin Supek menggunakan siasat. Supek telah lama
mendengar akan nama besar Sin-ciang Tai-hiap dan kini ingin mengadu ilmu dengan Sin-
ciang Tai-hiap. Kalau Sin-ciang Tai-hiap mampu menandingi Supek Dobhin Lama, maka
mutiara hitam akan dikembalikan kepadanya."
"Hemm, tidak cukup dengan itu! Ka-lau dia dapat mengalahkan Dobhin Lama, selain mutiara
hitam diserahkan kepada-nya, juga Suheng Liem Sian Lun harus dibebaskan!" kata Sian Li.
"Kalau syarat ini tidak dijanjikan, aku tidak sudi me-nyampaikan kepadanya."
"Ha-ha-ha, sekarang juga dia sudah bebas, akan tetapi mana mungkin dia mau meninggalkan
segala kesenangan itu" Akan tetapi baiklah, aku yang tanggung bahwa syarat ke dua itu dapat
diterima dan disetujui oleh Supek. Kalau Supek kalah, Liem Sian Lun akan dibebaskan dan
mutiara hitam akan diserahkan kepa-da Sin-ciang Tai-hiap. Akan tetapi sebaliknya, kalau
Supek yang menang, Sin-ciang Tai-hiap harus membantu perjuangan untuk menentang
penjajah Mancu."
Tentu saja Sian Li tidak beranilancang menerima syarat itu, ma-ka ia menoleh kepada Yo
Han dan ber-kata, "Han-ko, bagaimana pendapatmu"Biarpun Taihiap sudah menyerahkan
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke-putusannya kepadaku, akan tetapi akuingin tanya pendapatmu sebelum menerima syarat
itu." YoHanmengangguk-angguk."Sin-ciang Tai-hiap adalah seorang pendekaryang menjunjung
tinggi keadilan dan ke-benaran. Bangsa Mancu menjajah, hal itu jelas tidak adil dan tidak
benar, makatentu saja dia tidak akan berkeberatanuntuk menentang penjajah Mancu."
Sian Li mengangguk-angguk. "Tepatsekali, aku pun berpikir demikian, Han-ko. Nah, Cu Ki
Bok, akan kusampaikanpesanitu
kepadaSin-ciangTai-hiap.Kuulangitaruhannya.Kalau
diamenang,mutiara hitamharus diserahkankepada-nyadanSuhengkuharus dibebaskan.Ka-lau
Dobhin Lama yang menang, Sin-ciang Tai-hiap harus membantuperjuangan menentang
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
364 penjajahMancu.Kalaudiamenerima tantangan itu, lalu kapan per-tandingun itu diadakan dan
di mana?" CuKiBoktersenyum."Dalamhalini, Supek ingin memperlihatkan iktikad baiknya dan
kejujurannya ketika menga-jakSin-ciangTai-
hiapuntukmengaduilmu.Supekmenyerahkankepada Sin-ciang Tai-hiap untuk menentukan
waktudan tempat."
"Kalaubegitusekarangjuga!"SianLi berkata dengan cepat. Dara yang cer- dik ini segera
mengambil keputusan yang dianggapnya menguntungkanpihaknya. "Dan tempatnya, di
puncak bukit sebelahsana itu!" Ia menunjuk ke arah bukit disebelah kiri. Ia tahu bahwa tempat
yangmenjadi sarang Hek I Lama berada disebelah kanan, maka bukit itu tentu me-rupakan
tempat bebas dari pengaruh ke-kuasaan Hek I Lama sehingga kalau di-adakanpertandingan di
sana, maka pihakmusuh tidak akan sempat mengatur sia-satuntuk menjebakataumengeroyok.
Cu Ki Bok memandang ke arah bukititudanmengangguk-angguk."Baiklah.Kami akan
melapor kepada ketua kami.Sebentar lagi, menjelang tengah hari, tentuSupek telah berada di
puncak bukit itu. Harap saja janji kalian bukan merupakanbual kosong belaka. Selamat
tinggal!" CuKi Bok lalu pergi dari situ diikuti limaorang pendeta Lama.
"Kenapa engkau memilih tempat per-tandingan di puncak bukit itu, Li-moi?"
"Akusengajamemilihtempatyangjauh
dari mereka agar kita dapat menda-huluimerekaketempatitu sehinggamereka tidak sempat membuat jebakan.Sebaiknya
kalau kita sekarang jugapergi ke sana, Han-ko, untuk mengenal medandan mempersiapkan
diri." Yo Han kagum. Kiranya Sian Li, SiBangau Merah yang dahulu sering digen-dongnyadandiajakbermain-mainitu,kinitelahmenjadiseorang
gadis yangcantik jelita,lihai,pemberani dan jugacerdik sekali. Cara gadis itu tadi meng-hadapi Cu Ki Bok saja
sudah menunjuk-kan kecerdikannya. Diam-diam dia mera-sa bangga.
Mereka lalu berangkat mendaki bukityang tadi ditunjuk oleh Sian Li. Bukitituternyatamerupakan sebuah bukityang sunyi, penuh dengan hutan belukar dan tidak
nampak ada dusun di atas bu-kit. Dusun-dusun hanya terdapat di kaki bukit, begitu mereka
mendaki ke atas, ternyata tidak terdapat dusun di lereng-lereng bukit itu yang penuh hutan
liarbelukar dan rawa-rawa. Bahkan mendakike puncak pun tidak mudah walaupunbukit itu
tidak terlalu besar. Karena kinidia sudah berada di tempat di manaditentukan adu kepandaian
itu, untukmenjaga kalau-kalau ada pihak musuhyang melihatnya. Yo Han sudah mengenakan
caping berikut tirai sutera hitam-nya,danmembiarkan rambutnya jugaterlepas riap-riapan.
Akantetapi, betapa heran mereka ketika tiba di puncak, mereka melihatsebuah pondok berdiri
di situ! Sebuahpondok kayu yang nampaknya masih baru,mungkinhanyabeberapabulansajaumurnya. Kecil namun kokoh kuat. Dandi belakang dan
kanan kiri pondok itunampak ditanami sayur-sayuran, di depanpondok, sebuah taman yang
penuh bungaindah amat menyedapkan pandang mata.Tentu saja Sian Li dan Yo Han
tertegunsejenak dan saling pandang. Sungguh diluar dugaan mereka bahwa di tempatsunyi itu
terdapat pondok tempat tinggalorang! Siapa orangnya yang tinggal didi tempat sunyi seperti
ini" Tentu hanyapertapa atau pendeta yang sengaja me-ngasingkan diri dari dunia ramai.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
365 Ketika dengan ragu-ragu mereka me-masuki pelataran rumah itu yang meru-pakansebuahtamandikelilingi pagarbambu, tiba-tiba terdengar bentakan ha-lus suara
wanita, "Berhenti! Siapa kalian beranilancangmemasukipekaranganrumah orang tanpa
diundang!"
Yo Han dan Sian Li berhenti, lalumemandang ke arah suara yang keluardari pinggir pondok.
Ketika pemilik suaramuncul,merekamemandangheran.Wani-taituberusialima
puluh tahunlebih,namunmasihnampakcantik manis.Pa-kaiannyasederhananamunbersih danringkas,
tubuhnya masih padat dan tegak, sikapnya gagah dan sebatang pedang yangtergantung di
pinggang menunjukkan bah-wa wanita iniseorangahli silat yangtidak lemah. Rambut panjang
yang sudahdihias uban itu digelung ke atas, denganhiasan tusuk sanggul dari perak berben-tuk
bunga seruni. Wanita itu dengan alisberkerut dan sinar mata tajam menyeli-dik,mengamati Yo
Handan Sian Li.Jugaiamerasa heranmelihatbahwatamu-tamuyangtidakdiundangnyaituseorang
pemuda tampan bermata tajammencorong, dan seorang gadis yang jelita.
Sian Li yang lincah jenaka itu sudahdapat menguasai keheranannyadaniapun tersenyum
manis. "Aih, Bibi ini ma-nusia ataukah peri" Bibi kelihatan seper- tiseorangwanitasetengahtuayangcantik dan gagah, agaknya memang se-orang manusia dari
darah daging. Akantetapikalaumanusia,kenapahidup dipuncak bukit yangamat sepi ini
seorangdiri?"Wanita
ituterbelalakdanmatanyabersinar
marah. "Kau bocah lancang mu-lut!"Wanita itumenggerakkanlengan bajunyadantiba-tibatubuhnyasudahmeloncat dan
melayang ke depan SianLi.Gerakannya demikian ringannya se-perti terbang saja.Begitu tiba
di depanSianLi,ia menggerakkantanganmenam-par ke arah pundak gadisitu. Tamparan-nya
nampaklembut dan tidak mengan-dung tenaga, akan tetapi ada angin yangdingin
menyambarke arah pundak SianLi.Gadisiniterkejut,mengenalpukulanyangmengandung sin-
kang (tenaga sakti)dingin.Cepat ia pun mengelak dan sam-baran tangan wanita itu luput.
Kinita-ngan kanan wanita itu menyambar dankembalitangan itu menamparke arahpundak kiri
Sian Li. Kalau tadi tangankiri wanita itu mendatangkan angin yangdingin sekali, sekarang
tangan kanannyayang menyambar itumembawa anginpukulan yang amat panas sehingga
tela-pak tangan itu beruap! Kembali Sian Literkejutdancepatiamenggeserkaki,menarikdirikebelakangsehingga
pukul-ankeduaitupunluput.
"Ehh....?"Wanitaitunampakterkejutdanheran.Tak
disangkanya samasekalibahwagadisremajayang
lancangmulutitumampu
menghindarkandiridaridua
tamparannyayanghebat!Iamerasapenasarandan
siapuntukmenyerang
sung-guh- sungguhakantetapipadasaatituterdengarsuaramencegahnya.
"Ibu,harapjanganpukulorang....!"
Wanitasetengahtua
ituterkejutdanmembalikkantubuh,danketika
iameli-hatseorangpemudakeluar daripintupondok,iamengangkat kedua tangannyake atas dan
memandang penuh kekhawa-tiran. "Ciang Hun, kenapa engkau bangun.Seharusnya engkau
melanjutkan pengobat-an dengan menghimpun hawa murni agarengkau sembuh benar!"
Pemuda itu tersenyum, "Ibu,aku sudahsembuh." Mendengar ini, wanita itu ber-lari
menghampiri dan merangkul pundakpemuda itu dengan pandang mata yangmembuat Sian Li
terharu. Pandang matawanita itu terhadap puteranya sungguhpenuhkasihsayang mendalam!
Wanitaitu seorang ibu yang teramat besar kasihsayangnya kepada puteranya. Ia pun se-perti
Yo Han, kini memperhatikan pemu-da yang baru muncul dari dalam pondok itu.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
366 Pemuda itu bertubuh tinggi besar dantegap sehingga nampak gagah perkasa,namun wajahnya
membayangkan kelem-butan dan ketenangan. Usianya sekitardua puluh delapan tahun. Pada
saat itu,wajahnya agak pucat, wajah yang tampandengan alis tebal dan hidung mancungbesar.
Matanya seperti mata ibunya, jelidan bersinar tajam.
Pemudaitukinimenghampiri SianLi dan Yo Han. Pandang matanya me-nyelidik, akan tetapi
mulutnya tersenyumramah dan dengan rendah hati dia mengangkat kedua tangan di depan
dada seba-gai penghormatan. Tentu saja Yo Hansegera membalasnya, dan Sian Li yangmasih
mendongkol karena tadi diserangsecara membabi-buta, mengikuti Yo Handengan setengah
hati. "HarapJiwi(AndaBerdua)memaaf-kanibukuyangmenyambutJiwidengansikapkasar.Hendaknya
Jiwiketahuibah-wadisinibanyakberkeliaranorangja-hat,makaibukumenjadipemarahdanmencuri
gaisemuaorang.Kalaubolehkamimengetahui,siapakah.JiwidanapapulamaksudkunjunganJiwike
sini?" Selainsuaranyalembut,wajahnyace-rahdandihiassenyum,jugakata-
katanyateratur,tandabahwapemudatinggibe-sar itu seorangyangterpelajar. YoHan segera
merasatertarikdandia
punme-rasasungkansekali,
ingat betapadiadanSian
Litelahlancangmemasuki
peka-ranganorangtanpaijin.Wanita,
setengahtuaitutidak
bersalah,apalagiagaknyaucapanjenakadariSian
Litadiagaknyamembuatwanitayangsedangrisaudanpemarahitusalahsangkaatau salah tampa.
"Kamilahyangseharusnyamintamaafsobat,"kataYoHandengansikapsopan."Kamitelahlancang
memasukipekarang-anini,bukandenganniatburukdihati,melainkan
karenakeinginantahusiapapenghunirumahditempatyang
sunyiini.SayabernamaYoHandanadikinibernama TanSianLi."
Pemudatinggibesaritumenerimaperkenalandenganramah.
"NamakuGak
CiangHun,danini
adalahibuku.Barubeberapabulankamimemilihtempatinisebagaitempattinggalyang
baru.Kamikiratempatinitenteramdanpenuhke-damaian,siapakira,barusebulanyanglaludikakibu
kitkami bertemudengan orang-orangjahat
yang mengeroyokse-hingga
biarpunkami berhasilmengusirmereka,akumenderitalukadanibumenjadipemarah,
selalu mencurigaise-tiaporangasing."
"Apakah orang-orangjahatituparaLama berjubah hitam, ataukah orang Ne- pal, atau
pengemis-pengemis bertongkathitam?" tanya Sian Li.
Gak CiangHunmemandangkepadaSian Li denganmataterbelalak lebar.Baru sekarang dia
memandanggadisitusepenuhnyadan diam-diamdia merasakagum dan terpesona.Gadis ini
bukansaja lincah jenaka, akan tetapi mampumenyambutduakalipukulan ibunya,dan
ternyataamatcantikjelitadanjuga nampaknyacerdikbukanmain.
"Nona,bagaimanaNonabisamenge-tahuinyadengantepat"
Memang dianta-raparapengeroyok,terdapat tigamacamorangitu!"
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
367 "Tentusajaakutahu!"
kata Sian Lisambiltersenyumdanmembusungkanda-dayangsudahmenonjolitu."Bahkanakutahulebihbany
aklagi!Setidaknya,akutahubahwaBibiGakinitentupernahmempelajariilmu Hui-yang Sin-kang
danSwat-im Sin-kang dari keluarga pendekarPulau Es."
Wanita itu mengeluarkan seruan kagetdan dengan gerakan cepat sekali ia telahmeloncatmendekati Sian Li, sepasangmatanya seperti berapi ketika ia meman-dang
kepada gadis itu.
"Hemm, bagaimana kau tahu tentangilmu-ilmu dari Pulau Es" Hayo cepatkatakan!"
Sian Li sendiri adalah seorang
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gadisyang galak dan pemberani. Ia tersenyummengejek."Bibi,engkauterlalu galak! Aku bukan apa-apamu, kenapa main ben-tak
saja" Kalap seperti ini sikapmuda-lam bertanya, aku pun tidak jadi men-jawab. Nah, kau mau
apa?" Sebelum ibunya marah-marah, pemuda tinggi besar itu cepatmenengahi danberkata, "Harap
Nona suka memaafkanIbuku. Seperti kukatakan tadi, Ibu menja-di pemarah karena gangguan
orang-orangjahatitu.Akantetapi,sungguh
kami berdua merasa terkejut dan heran sekalimendengar Nona mengenal ilmu-ilmu da-ri Pulau Es. Bagaimanakah Nona
dapatmengetahuibahwaIbuku mempelajariilmu-ilmu Pulau Es?"
Sian Li tersenyum. "Apa sukarnya"Ibumu tadi menamparku dengan Swat-imSin-
kang,kemudiantamparankeduamenggunakan tenaga Hui-yang Sin-kang.Setahuku, para murid
pendekar Pulau Estidaklah jahat dan galak, main bentakdan main pukul saja."
Mendengar ini, Gak Ciang Hun cepatmemberihormat."Kalau
begitu, Nonaadalahmuridkeluarga pendekar PulauEs?"
"Katakandulu,darisiapakahibumumempelajariilmuPulau
Es"Baru akuakanmenerangkantentangdiriku,"kataSianLi
dengansikap"jualmahal"untukmelepaskan
kedongkolanhatinya karena tadidiserangdandibentak-bentakolehibu pemuda itu.
"Nona Tan Sian Li, ketahuilah bahwakamimempelajariilmu keluarga PulauEs darimendiang
kakek kami," jawabCiang Hun.
"Siapa nama mendiang kakekmu itu?"
"Mendiang kakek adalah Bu Beng Lo-kai (Pengemis Tua Tanpa Nama)."
Kini Sian Li terbelalak."Aihh...."Bu-kankah Locianpwe itu yang berhama GakBun Beng?" Ia
teringat akan cerita pa-man kakeknya, yaitu Suma Ceng Liongyang memperkenalkan nama
para pende- karyang mempunyaihubungandengankeluarga PulauEs dan yangmewarisiilmu-
ilmu dari Pulau Es.
"Benar, Nona. Kedua orang Ayahku, Beng-san Sian-eng, juga telah meninggaldunia pula
kurang lebih setahun yang laluSetelah Ayah meninggal, Ibu tidak betah lagi tinggal di Beng-
san, maka kami per-gi meninggalkanBeng-sandan merantausampai ke sini, lalu
memilihtempatsu-nyiini sebagai tempat tinggal sementara."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
368 Kini Sian Li tidak berani main-maindan tidak berani bersikap galaklagi. Iamengangkat kedua
tangan memberi hor-mat kepada wanitasetengah tua yangmasih cantik namun galak
itu."Kalaubegitu, maafkanlah aku, bibi yang baik.Kiranya bibi bukan orang lain dan di an-tara
kita masih ada hubungan yang cukupdekat...."
"Hemm,cukuplahbermaaf-maafanini,"
kataNyonyaGakatau
Souw Hui Lan"Engkau
sudahmengetahuiSiapa kami,akan tetapi kami belum tahu siapa eng-kau dan apa hubunganmu
dengan keluarga Pulau Es."
"Bibi, aku dapat dikatakan murid Pu-lau Es, akan tetapi juga keluarga PulauEs. Nenekku
bernama Suma Hui adalahcucuPendekar Super Sakti dari PulauEs, dan aku pundiambil murid
oleh Pa-man Kakekku sendiri, yaitu KakekSumaCeng Liong."
Wanitaitumembelalakkan matanyadan wajah yang tadinya masam itu kinimenjadi cerah
berseri. "Ahhh.... kiranya engkau cucu Enci Suma Hui dan bahkanmurid pendekar benar
Suma CengLiong"Kalau
begitu, samasekali tidak aneh kalauengkaumengenalduatamparankutadi!
Engkau benar, kita masih ada ikat-an yangdekat.Maafkan sikapku tadi,Sian Li. Kakakmu CiangHun benar, akumenjadi pemurung
dan pemarah,bukanhanya karena sikap orang-orang jahat dikaki bukit,melainkan sejak kedua
pa- manmu meninggal dunia...."
SianLi sudah mendengar dari pamankakeknyabahwawanitainibernama Souw Hui Lian dan
menikah dengan duaorang suami, yaitu pendekar kembar GakJit Kong dan Gak Goat Kong,
puteraGak Bun Beng.
"SudahlahBibi. Yang sudah mening-gal tidak perlu disedihkan. Kita semua pun akan
mengalaminya, dan kata PamanKakek Suma Ceng Liong, kematianhanya merupakan
perjalanan pulang yangabadi,setelah orang merantau di dunia yangpenuh sengketa ini. Kalau
Bibi terlalu bersusahhati,akibatnyahanya akanmengganggu kesehatan sendiri."
"Bukan main!" Ciang Hunyang biasa-nya tenang dan lembut itu kini berserudenganmata
bersinar-sinar.
"Masih begi-ni muda namun telah memiliki pengertiandemikianmendalamtentangkematian. Dan siapakah saudara Yo Han ini" Apa-kah
juga murid atau anggauta keluargaPulau Es?"
"CiangHun,sekarangengkauyang
kurang sopan.Kenapa dua orang tamuterhormatdiajakbicaradi pekarangansaja" Anak-anak yang baik,marilah kitabicara
didalam pondok. Silakan masuk!"kataNyonya Gak atau Souw Hui Lian.Sian Li tertawadan
mereka pun memasuki pondok.
Siapakah ibu dan anak itu" Nyonyaitu dahulu bernama SouwHui Lian, muriddari sepasang
pendekar Gak JitKongdan Gak Goat Kong.Kemudian, murid itu jatuh cinta kepadakedua
orang gurunya, dan demikiansebaliknya,
maka iamenjadiisterikedua
orangpendekaritu.Dariperjodohanyangagak
ganjilini,yaitu
seorang isteridengan duasuami,lahirlah seoranganak laki-laki yang dibe-rinamaGak Ciang Hun. Sepasang
Pen-dekarGak yang kemudian berjuluk Beng-san Sian-eng (Sepasang Pendekardari Beng-san)
itu adalah putera tinggal GakBun Beng, seorang pendekar yang pernah digembleng oleh
PendekarSuper Saktisehingga mewarisi ilmutenagasakti dariPulau Es, dan yang setelah tua
berjuluk Bu Beng Lokai. Pada akhir hayatnya, BuBeng Lokaiini masih sempatmengoper- kan
tenaga sakti Hui-yang Sin-kang danSwat-im Sin-kangkepada cucunya, yaituGak Ciang
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
369 Hunyangkini telah menjadiseorang pemuda perkasa berusia dua pu-luh delapan tahun dan
belum menikah.Keluarga ini tinggal di Pegunungan Beng-san. Setelah dua orang pendekar
kembaritumeninggal dunia karena usia tua,Souw Hui Lian menjadi sedih sekali, tidak betah
lagi tinggal di Beng-san dan mengajak puteranyamerantau sampai kebarat,dan memilih bukit
itu sebagaitempat tinggal.
Mereka kini duduk di dalampondok,dimanaterdapatbangku-bangku
batubuatanCiangHunsendiri.Sederhana namun kokoh.
"Nah, sekarang ceritakan tentangdi-rimu, Saudara Yo Han. Engkau she(ber-marga) Yo, tentu
bukan keluarga PulauEs. Apakah murid Pulau Es pula?"
Yo Han menggeleng dan saling pan-dang dengan Sian Li. Gadis ini maklumakan perasaan
hati Yo Han. "Han-ko,Bibi Gak dan Kakak Ciang Hunini bukanorang lain. Kurasa sebaiknya
kalau eng-kau berterus terang saja, bahkan kitadapat saling bantu dengan mereka
meng-hadapi gerombolan jahat itu."
Mendengar ucapan Sian Li Itu, YoHan mengangguk-angguk. Dia dikenalse-bagai pendekar
bertopeng atau yang se-lalu menyembunyikan muka dan disebutSin-ciang Tai-hiap, bukan
karena sengaja.Dia merantau dan berkeliaran di daerah perbatasan Tibet ini karena
menunaikantugas, mentaati pesan mendiang gurunya,Kakek Ciu Lam Hok, yaitu mencari
danmerampaskembalimustikamutiarahi-tam.Karenabertahun-
tahundiatidakdapatmenemukanpusaka
itu,makase-pakterjangnyamenentangkejahatanmembuatnamaSin-ciangTai-
hiapterke-nal.Kalaumustikaitu
sudahdapatdi-rampasnya,tentudiaakanmeninggalkandaerahitudanSin-ciang Tai-hiap punakan
lenyap bersama dia. Terhadap orangorang segolongan sendiri, memang tidakperlu
menyembunyikanrahasianyaitu,apalagi saat ini dia sedang menghadapiancaman musuh yang
selain lihai, jugabanyak jumlahnya dan mungkin merekaakan melakukan kecurangan. Dia
tidakkhawatir akandirisendiri,melainkankhawatir karenaSianLi terlibat. Kalauada dua orang
Ibu dan anak ini yangjuga berkepandaian tinggi dapat salingbantu dengan mereka, tentu
keselamatanSian Li lebih terjamin.
"Bibi dan Saudara Gak Ciang Hun,sesungguhnya saya tidak mempunyai hu-bungan sama
sekali dengankeluarga Pu-lau Es yang terhormat dan yang berilmutinggi. Akan tetapi di waktu
saya kecil,saya pernah menerima pertolongan orangtua AdikTanSian Li, bahkan saya yang
sudah yatim piatu ditampung oleh mere-ka. Saya diakusebagai murid, maka hu-bungan saya
dengan Adik Sian Li sepertisaudara saja." Dia berhenti, tidak tahuharus menceritakan apalagi.
Melihat ini, Sian Li membantunya.
"Kakak Yo Han ini tiga belas tahunyang lalu berpisah dariku, Bibi. Dia me-ngorbankan diri,
menggantikan aku men-jadi tawanan seorang iblis betina, dansejak itu kami saling berpisah.
Ketikaitu usiaku baru empat tahun. Sekarang,tiga belas tahun kemudian, kita salingbertemu di
tempat ini! Bukankah hal ituamat mengherankan dan membahagiakan"
Souw HuiLianmengangguk-angguk."Sungguhmengherankansekali. Kalian yang keduanya
datang dari timur, bagai-mana dapat secara aneh saling jumpadi sini" Tentu menarik sekali
ceritanya!"
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
370 "Nanti dulu, Ibu. Sebaiknya SaudaraYo Han menceritakan dulu siapa gurunya kalau bukan
keluarga Pulau Es," kataCiang Hun.
"Ah,gurusayaseorangyangtidakterkenaldanmenyembunyikandiri,dansayatidak
dapatdibandingkandenganparamuridPulau Es...."kata YoHanmerendah.
SikapinimembuatSianLimengerut-kan alisnya. "Bibi, Gak-toako (Kakak Gak)belum lama
tinggal di sini, akan tetapidalam perjalanan ke barat, kurasa pernahmendengar nama Sin-ciang
Tai-hiap, bu-kan" Ataukah belum pernah?"
"Pendekaryangpenuhrahasiaitu,yang
bersikap lembut terhadap para penjahat,yangmenundukkan
banyak tokohdan datuk jahat itu" Kami pernah men-dengarnya,dantak mengetahui siapa sebetulnya pendekar itu karena selalu
me-nyembunyikan mukanyadibaliktiraicaping lebarnya," kata Ciang Hun.
"Nah, inilah orangnya!" kata Sian Lidengan bangga sambil menunjuk kepada Yo Han.
Pemuda ini mengerutkan alisnyadan mukanya berubah kemerahan.
"Saya tidak sengaja menggunakan na-majulukan seperti itu...."katanya. Dansayamohon
JiwisetelahmendengarpembukaanrahasiadariAdik SianLi, akan menyimpannya sebagai
rahasia. Sayatidakingin dikenalsebagai Sin-ciangTai-hiap."
Ibu dan anak itu tercengang. Merekasudahmendengar
bahwa pendekar yangpenuhrahasiaitumemiliki
kesaktianyang luar biasa, dan kini orangnya bera-dadidepanmereka,seorangpemudayang sederhana,ramah bahkan pemalu!Kalau bukan
Sian Li yang memberitahu,tentu mereka tidak akan percaya.
Ciang Hun cepat bangkit dan membe-ri hormat kepada Yo Han. "Ah, kiranyakami
berhadapan dengan seorang pende-kar besar, maafkan kami dan terimalahhormatku, Taihiap!"
Yo Han cepat membalas. "Gak-toako,harap jangan bersikap seperti itu kalaumemang Jiwi
(Kalian Berdua) menghen- daki bersahabat dengan saya."
"Gak-toako,bersikaplah biasasaja.Biarpun Han-ko ini memiliki ilmu silatyang tinggi, namun
dia tidak suka diton-jolkan. Itulah sebabnya dia menyembunyi-kan keadaan dirinya dan selalu
menutupimukadengantiraicapingdanrambut.
Dan biarpundiapenentangkejahatan
yanggigih,namundia tidaksukaakankekerasan. Apalagi membunuh manusia,membunuhseekor
ayam pun dia tidaktega!"
"Ih, Li-moi, jangan goda aku," kata Yo Han.Ibu dan anak itu memandangpenuh kagum.
"Sekarang, ceritakan apa yang mem-bawa kalian ke bukit ini, dan bagaimana kalian dapat
saling jumpa di tempat ter-asing ini," kata Nyonya Gak.
"Bibi, aku bersama seorang Suhengku,murid Paman Kakek Suma Ceng Liongbernama
SianLun...."
"Ah, kakakmu?" tanya Ciang Hun.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
371 "Bukan, Toako, biarpun namanya mirip. Diabernama Liem Sian Lun dan menjadi suhengku.
Kami berdua ikut Paman Ka-kek Suma Ciang Bun dan Nenek GanggaDewi pergi ke Bhutan."
"Aku tahu Suma CiangBun, akan te-tapi siapa Gangga Dewi?" tanya Nyo nya Gak.
"NenekGanggaDewiadalahputerimendiangKakekWanTekHoatdanPu-teriSyantiDewi."SianLi
menjelaskan. "Aihhh...!Kiranyabegitu"Menarik sekali. Lalu, di mana sekarang suhengmuitu?"
"Inilahpersoalan yang kami hadapi,Bibi Gak. Aku dan Suheng, dalam perja-lanan
dariBhutanhendakkembali ketimur, bertemu dengan gerombolan per-sekutuan orang Nepal,
orang-orang HekI Lamadanparaanggautapengemistongkathitam.
Kamibentrok denganmereka,danSuhengtertawan.KalautidakmunculSin-ciangTai-hiap
yangkemudiankukenalsebagaiHan-koini,tentu aku pun telah mereka tawan."
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, kalau begitu kita harus cepatmenolongsuhengmuitu!Kitaharusmembebaskannya
daritanganmereka!"seruCiangHundanmendengarini, diam-diam Yo Han merasa girang
dankagum. Gak Ciang Hun ini seorang pe-muda yang gagah berani.
"Benar, kita harus cepat membebas-kan suhengmu, Sian Li!" kata pula Nyo-nya Gak.
"Itulahpersoalannya,Bibi,"kataSianLi
sambilmenghelanapas."Jumlah
me-rekabanyaksekali,merupakanperseku-tuan,dandiantarapara
pimpinanHekILamaterdapatbanyak orang yang ber-kepandaian tinggi."
Mendengar suaragadis itu penuh ke-gelisahan, Yo Han merasaiba dan diasemakin yakin
bahwagadis yangketikakecildiasuhnya dandigendongnyainiagaknya memang jatuhcinta
kepada su-hengnya sendiri. "Li-moi, jangan khawatir.Aku pasti akan berusaha sekuat
tenagauntukmembebaskansuhengmu," katanya dengan nada suarapenuh keyakinan.
"Kebetulankita dapat saling jumpadi sini," kata pula Nyonya Gak. "Marikita serbu sarang
mereka. Dengan tenagakita berempat, kita paksa mereka membebaskan suhengmu itu, Sian
Li." "Terima kasih atas uluran tangan Bibidan Gak-toako. Akan tetapi, Ketua Hek I Lama
telahmenantangSin-ciang Tai-hiap untukmengadu ilmu dipuncak bukitini, dengan taruhan
bahwa kalau dia ka- lah, dia akan membebaskan Suheng danmenyerahkanmutiara hitam
milikguruHan-ko. Sebaliknya kalau Sln-ciang Tai-hiap kalah,dia harus membantu perjuangan
gerombolan itu menentang penjajahMancu."
"Ah,jadimerekaakandatangkepuncak ini?" tanya Ciang Hun.
"Benar,Toako.Han-kokomemilih puncak ini untuk tempat mengadu kepan-daian, tentu saja
kami tidak tahu bahwaBibi dan Toako berada di sini. Dan untukmenghadapi Ketua Hek I
Lama, Han-kokoakanmenyamar sebagai Sin-ciang Tai-hiap."
"Kapanpertandinganitudiadakan?"tanya Nonya Gak.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
372 "Hari ini juga. Kami sengaja menda-hului mereka untuk melihat keadaan disini, jangan
sampai kamiterjebak danterkepung."
Nyonya Gak bangkit dari bangkunyadan ia nampak penuh gairah dan sema-ngat, seolah
lenyap semua bayangan dukadan kemuraman dari wajahnya, bagaikanseorangpemimpinmengatursiasat,iaberkata
kepada puteranya yang juga su-dahbangkitberdiridansiap
siaga."CiangHun,cepatkauperiksakeadaansekelilingpuncakdanpersiapkan
tanggataliyangkitabuatituditepijurang!Kau tahu apa yang harus kaulakukan!"
"Baik, Ibu!"kata Ciang Hundan pe-muda tinggi besar itusekalimelompatsudah keluar dari
dalam pondok untukmelaksanakan perintah ibunya.
"Kita harus siapsiaga,bukan hanyabagaimana harus melawan mereka, akan tetapi juga
mempersiapkan diri agar da-patterhindar daribahaya. Ciang Hun sudahmembuatpersiapan
sehingga se-waktu-waktu kita dapat meloloskan diridaribahaya," wanita gagahitu
mene-rangkan. "Aih, Bibi Gak, kenapa begitu" Han-ko dan aku tidak akan melarikan diri! Memalukan sekali
kalau harus melarikandiri, apalagi kita sudah berjanji bahwaini sebuah pertandingan dengan
taruhan. Yang ada bagi kami hanyalah kalahataumenang. Kalau menang, suheng akan di-
bebaskandanmutiara hitamdiberikankepada Han-ko, kalau kalah, terpaksa ka-mi harus
memenuhi atau membayar ke-kalahan kita dengan menepati janji untukmembantu perjuangan
melawan pemerin-tah penjajah Mancu."
Wanita itu terbelalak. "Akan tetapimana mungkin itu" Kalian adalah ketu-runan atau murid-
murid pendekar sakti,kalian adalah pendekar yang harus me-nentangkejahatan.Bagaimanamungkinkalian akan bekerja sama dengan orang- orang jahat
dansesatitu" Bukankah halituberartikalian akanmencemarkannama baik leluhur dan guru-guru
kalian?" Sian Limenoleh kepadaYo Han. "Bi-bi Kakak Yo Han yangsudah menentukansyarat atau
taruhan itu."
"Memang benar, Bibi yangbaik. Akan tetapi taruhan sayaadalah kalau sayakalah,saya
akanmembantu perjuanganmelawan atau menentang penjajah Mancubukan bekerjasama
dalam hal melakukankejahatan!Kalaumereka melakukan ke-jahatandan sayamengetahuinya,
tentuakan saya tentang kejahatan merekaitu!Dan saya kira, berjuang melawan
penja-jahMancubukanlahperbuatan
jahat. Karena itulahsaya menerimataruhan
itu. Merekahanyamengatakanmembantu
perjuanganmenentangpenjajah,bukan
bekerjasamamelakukankejahatan."
SianLitersenyum. "Bagus!Akupunmemangberpendapat demikian,makaakumenyetujuitaruhan
itu.Nah,BibiGak,
tidakadapermasalahanlagidantidakperlulagikitamempersiapkandiriuntuklari,bukan?"
"Hemm,kalianmemangcerdik,akantetapikalianmasihkurangpengalamandantidakcukupberhati-
hatimakasu-hengmusampai
dapattertawan.Didalamduniakang-ouw,
kalianakanbertemude-nganorang-
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
373 orangyangbukansajalihaiilmusilatnya,akantetapijugacerdikdanlicikbukanmain,penuhtipumusli
-hatdankecurangan.
Menghadapiorang-orangmacamini,tidak
dapat kalianhadapihanyadenganmengandalkan ilmusilatsaja.Haruskitahadapidengansia-satpula."
"Akantetapi,Bibi,bukankahpendapatitubertentangandengankehormatanse-orang
pendekaryangmenjunjungtinggi
kebenaran, keadilandankegagahan"Seorangpendekar
lebihbaiktewassebagai
seekorharimauyangmelawandengangagah
beranidaripadahidupsebagaise-
ekorbabiyang menguik-nguik melarikandiridenganpengecut!Kamiakanmeng-hadapilawan
sampaikalah ataumati,tidakakanmelarikandiri.Bukankahbe-gitu,Han-ko?"
"Memang benarbegitu,Li-
moi,akantetapisebaiknyadengarkanpendapatBibiGakyangterhormatini,"kataYoHanyangmelih
atbetapanyonyasetengahtuaitumemandangdengan sinarmataberki-lat.
"Pendapatmuitumemangbenar.Apa
kaukiraakutidakmemilikikegagahandansudi
melarikandirisepertiseekoranjingdigebukatau,seekorbabiyanghendakdisembelih"
Engkausalahsangka, SianLi.Kalau bertandingsecarajantandangagah,memangseorangpendekar
pantang melarikandiridanakanmelawansampaikalahatautewas.Akantetapi,
kalaupihak lawanmenggunakankecu-rangan,misalnya
menjebakmuataume-ngeroyokmudenganjumlahyangbesardantak
mungkinkautandingi,makaber-lakunekatmelawansampaimatihanya
merupakanperbuatantolol,akanmati
konyoldansamasekalibukanperbuatan
gagah! Menyelamatkan diri dari ancaman lawanyangmenggunakan kecurangan, bukanpertandingan
jantan, menandakankecerdikan, bukan ketakutan atau sikappengecut. Engkau harus dapat
membeda-kan kedua hal itu!"
Sian Li mengerutkanalisnya. Ia se-orang gadis yang cerdik, maka tentu sajaia dapat mengerti,
dan ia pun mengang-guk-angguk. "Ah, benar sekali pendapatBibi itu. Menghadapi
kecurangan musuh dengan nekat sampai mati, hanya menun-jukkan ketololan dan juga
kesombonganyang sia-sia belaka. Baiklah Bibi, terimakasih atas persiapan itu. Mudah-
mudahansaja Ketua Hek I Lama tidak menggunakankecuranganagarkitatidakperlumelarikan
diri." Sian Li teringat bahwa Yo Han jugamengajaknya melarikan diriketika dike- royok oleh
gerombolan itu dan Yo Hanterluka. Andaikata mereka gagah-gagahandan nekat melawan
terus sampai mati,maka akan sia-sialah kegagahan merekaitu, mereka akan mati konyol dan
su-hengnya tentu tidak ada yang akan me-nolongnya lagi.
Tiba-tiba Ciang Hun masuk ke pondokdan wajahnya nampak tegang. "Ibu, me-reka sudah
naik ke puncak!"
"Apayangkaulihat?"tanyanyonyaitu.
"Ada dua orang pendeta jubah hitambersama seorang pemuda naik ke sini melalui jalan
depan." "Hanyaitu"Kautidakmenyelidikikemungkinan lain?"
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
374 "Dari jalan kiri dan jalan kanan nam-pak puluhan orang naik secara sembunyidan menyusup-
nyusup." "Jahanam!" Sian Li mengepal tinju."Ternyata mereka memang hendak me-lakukan
kecurangan!"
Nyonya Gak bersikap tenang. "Sudahkudugademikian.Ingat,kalaumerekamulaimemperlihatkan
kecurangan, hen-dakmengeroyokdenganjumlahbesar,kalian harus lari ke belakang pondok, lu-rus saja dan
kalian akan tiba di tepijurang. Di sanasudah terpasangtanggatali dan kitadapat melarikandiri
darisitu tanpa dapat dikejar musuh. Sekarangbiar Sin-ciang Tai-hiapyangkeluar me-nandingi
Ketua Hek I Lamasesuai de-ngan perjanjian.Kita bertigaakan turuntangan apabilamereka
bersikapcurang.Kitabersembunyidalampondokuntukmembuat mereka terkejut dan kacau
ka-lau kita muncul tiba-tiba nanti. YoHan,kausambut merekadipekarangan pondokdi mana
engkau tidak mungkin diserangsecara menggelap."
Yo Han dan Sian Li kagum. NyonyaGakmemangseorangkang-ouwyangberpengalaman.
Bersikap tenangdan da-pat mengatur segalanyadenganteliti dantegas. Sementara itu, Yo Han
sudah ce-patmengurairambut, mengenakan ca-pingnya yang bertirai dan dia punkeluardari
pondok denganlangkahtenang,
di-ikutipandangmata
penuhkagumdariibudan
anakitu yangbarusekarang melihat kenyataan yang tadi membuat mereka hampir tidakdapat percaya.
Ini-lahSin-ciangTai-hiapyangnamanyamenggetarkan dunia perbatasan itu!
Yang datangmenuju ke pondok itudariarahdepanadalahDobhin Lamayang berjalan dibantu
tongkatnya, LulungLama, dan Cu Ki Bok. Biarpun DobhinLama berjalan dibantu tongkatnya
yangpanjang, namun ternyata mereka bertiga dapat tiba di pekarangan itu dengan ce-pat
seolah mereka berlari saja! Dengansikap tenang,Yo Han yang kini telahmenjadi Sin-ciang
Tai-hiap berdiri di te-ngahpekarangan,menantikedatangantiga orang itu.
Biarpun dia sudah menyamar sebagai Sin-ciang Tai-hiap, Yo Han tidak melu-pakansikapnyayang selalu sopan danmenghormatiorang lain.Apalagi yangmuncul di
depannya adalah Ketua HekI Lama dan wakilnya, dua orangpendetaLama yang sudah tua. Dia
menyambut dengan kedua tangan depan dada, mem- beri hormat dan membungkuk.
"Selamatdatang,Jiwi Locianpwe."Dia hanya memberi hormat kepada duaorang pendetatua
itu,tidakkepadaCuKiBokyangberdiridengansikapnyayangangkuh!Pemudaitumemandang
kearahpondokdanpandang matanya men-cari-cari. YoHantahubahwapemuda itumencariSian
Lidandirinya,karenatentu mengirabahwadia adalahSin-ciangTai-hiap!
LulungLamayangmemegangduabuahgelangatauradabesarbersiripdengantangankirinya,tertawa
bergelakdandialahyangmewakilisuhengnyabi-cara.
"Ha-ha-ha-ha!Omitohud,kiranyaSin-ciang
Tai-hiap,selain
lihaiilmusilatnya,jugamengenalaturan.Kamiakanmerasabanggadansenangsekalikalaudapatbek
erjasamadenganmu!"
"Nantisajakitabicaratentangkerjasama,Locianpwe.Sekarang,
kita bicara tentangtantanganKetuaHekILamakepadaku.Siapakahyangakanmaju
memberipelajarankepadasaya?"DiamenatapkearahwajahDobhin
Lamayang sudah tua Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
375 itu.Kakek tinggi kurusyang usianya sudahtujuhpuluhlima ta-hun ini nampaknya saja lemah,
akan te-tapi Yo Han dapatmenduga bahwa diantara mereka semua, Ketua Hek I Lamainilah
yang paling lihai sehingga dia ha-rus berhati-hati kalau bertanding mela-wan kakek tua ini.
Dan yang palingliciktentu saja LulungLama dan muridnyaitu.
Pandang mata Sin-ciangTai-hiap yangnampak di baliktirai itu mencorongdanjelas kelihatan
betapa Cu Ki Bok menja-digentar.Bahkan LulungLama yangsaktiitu pun kelihatan tegang
karenatokohinimaklumbahwamenghadapipendekar yang satu ini, dia tidak bolehmemandang
rendah sama sekali. Andaika-ta dia tidak kalah sekalipun, kiranya ti-dak akanmudahbaginya
untuk menga-lahkanpendekaritu, maka dia diamsajamenanti perintah suhengnya.
Dobhin Lamayang tua ini memanginginsekalimengujiilmukepandaianSin-ciang Tai-hiap.
Tantangan ini merupakan siasat dariLulung Ma, dan dia menyetujui pertandingan itu, bahkan
me-mesan agar sutenya itu jangan melakukanapa-apasebelumdia
berkesempatanme-ngujikepandaianSin-ciangTai-
hiap.Kinidiasudahberhadapandenganpendekaranehitu,dantimbul
kegembiraannya.Sudahbertahun-
tahun,DobhinLamatidakpernahpernahbertemulawanyangdi-anggapnyacukuptangguhdanpanta
smenjadilawannya.Bertahun-
tahundiatidakpernahturuntangansendiri,mera-sadirinyaterlalupandaidanterlalu
tinggiuntukmelawanorang-orangyangdianggapnya tidakpatut menjadi lawan-nya.Dankini,dia
merasagembiradantimbul
semangatnya. Pertandinganseper-tiini,
melawanmusuhyangtangguhdanterkenal,membuatlatihannyaselamainitidaksia-sia.
"Omitohud....!"DobhinLamaberseru,suaranyalirihdangemetar
sepertisuaraseorangkakektuapikunyanglemah."Pinceng(Aku)yangmenantangmu,Sin-ciangTai-
hiap.Nah,majulahdanmarikitamain-mainsebentar."
YoHanmelangkahmajumenghadapikakek
bertongkatpanjangitudandia
punmemberi hormat."Merupakansuatuke-hormatanbesarsekalibagi saya,Locian-pwe,untukdapat menerima
pelajarandarimu.
Akantetapisebelumkitamulai,sayainginmendengardulujanjiLocian-pwebahwakalau
sayaberhasilmenangdalamadukepandaianini,LocianpweakanmembebaskanLiemSianLundanm
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
enyerahkankembalimutiarahitamyangLocianpweterimadariThong Namitukepadasaya."
"Heh-heh,tentusaja.Akantetapi ba-gaimanakalauengkauyangkalah,orangmuda?"
"Sesuaidenganjanji,kalausayakalahsayaakanmembantu perjuangan menen-tang penjajah
Mancu!" "Bagus, janji seorang pendekar pastidapat dipegang teguh dan dipercaya. Nahsekarangmajulah,Sin-ciangTai-hiap,
pinceng ingin sekali membuktikanapakahkepandaianmu
samatingginyadengannama
besarmu.."Kakekitu
berdiritegak,tangan kiri tegak lurus dengan jari ter-bukamenempelmiring di depan dahi,lengan
kanan menjepit tongkat panjang-nya di bawah ketiak.YoHan tidakberanimemandang ren-dah
lawan. Pernah dia mendengar dari Kakek Ciu Lam Hok bahwa tokoh-tokoh
dariTibetdapatmenjadilawan yangamatberbahayakarenakekuatan sihirmereka. Dalam hal ilmu
silat, tokoh-to-kohTibet
hanyamengandalkan
tenagasaktiyangmengandung
kekuatan sihir,sedangkanmengenaigerakansilatnya,tidak berapa hebat. Gerakan tokoh Tibettidaklah
selincah ilmu silat dari timur.Akan tetapi karena setiap gerakan me- ngandalkan sin-kang
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
376 yang diperkuat olehilmusihir,makagerakan itu menjadi amatkuatdan berbahaya sekali. Oleh
karena itu, diam-diam dia pun menghim-pun tenaga sakti yang pernah dipelajari-nyadariilmuBu-kek-hoat-keng, yaituilmukesaktianyang menjadi andalanmendiang
gurunya. Sesuai dengan watak-nya, Yo Han tidak pernah mau memper-gunakan senjata dari
baja, karena diatidak maumelukai orang,bahkandia pantang membunuh orang. Senjata
pelin-dung diri hanya kaki tangan dan ilmu-ilmunya. Namun, dengan menguasai Bu--kek-
hoat-keng, memang dia tidak mem-butuhkanlagisegalamacamsenjata.Tenaga sin-kang yang
ditimbulkan olehilmu itumembuat tubuhnya,terutamakedua lengannya, menjadi kebal dan
da-pat menangkis senjata tajam yang bagai- mana ampuh pun. Tentu saja kekebalanini hanya
pada bagian tubuh di mana diamenyalurkansin-kangnya.Bagianyangtidak dilindungi sin-kang
yang dia salur-kan, tentu saja tidak kebal. Kekebalannya bukan karena ilmu hitam,
melainkankarena lindungan tenaga sakti dari dalam yang dikerahkan ke bagian tubuh itu.
"Locianpwe, saya sudah siap," katanyadan dia pun berdiri dengan sikap tenang,kedua kaki
terpentang dan tubuhnya agakmiring menghadapi lawan, kedua tangandirangkap seperti
menyembah di depandada kiri. Inilah jurus yang oleh gurunyadinamakan jurus "Menyembah
Tuhan de-ngan Hati Tulus".
"Sin-ciangTai-hiap, pincenghendakmempergunakan tongkat. Keluarkan sen-jatamu!"
YoHanmenggelengkepala."Locian-pwe,senjata dibuat hanya untuk membu-nuh orang. Saya
tidak ingin membunuhsiapapun,danuntukmelindungi diri,Tuhan telah melengkapi tubuh saya
inidengan lengkap dan sempurna. Saya su-dah siap, silakan Locianpwe."
"Omitohud, engkau seorang pendekaryang hebat,ataukah yang tinggi hati"Nah, pinceng telah
mendengar ucapanmu.Sambut serangan pinceng ini!"
Kakekberjubahhitam itumulaimenggerakkan tongkat yang tadinya di-jepit di bawah ketiak
dan terdengarlah sambaran angin yang terdengung seperti ada ratusan ekor kumbang terbang
me-nyerang! Yo Han sudah menduga bahwakakek itu tentu mengandalkan tenaga
dankekuatan sihir untuk menyerangnya, makadia pun sudah siap siaga. Tubuhnya ber-gerak
ke kiri ketika kakinya digeser dansambaran tongkat itu lewat dan luput,namun angin
pukulannya yang menyambarterasa olehnya amat kuat dan mengan-dung hawa panas.
Dia harus menghormati lawannya yang sudah tua, yang pantas menjadi kakeknya Maka, Yo
Han membiarkan Dobhin Lamamenyerangnya sampaitigakali tanpamembalas. Serangan itu
datang bertubi,makin lama semakin kuat dan berbahayasekali.Namun,YoHantetaphanyamenggunakan
kelincahan tubuhnya untukmengelak. Sambaran tongkat yang ke ti-gakalinyahampirsajamembuatdiaterpelanting,
karena hawa pukulan tong-katitusedemikiankuatnya,membuat rambutnyayangpanjang
berkibardanhampir saja capingnya yang lebar itu di-terbangkan!Dengan terhuyung Yo
Hanmasih sempat memegang capingnya se-hinggatidak sampai terbuka dan mem-perlihatkan
mukanya. Setelah tiga kali serangannya dapatdielakkan lawan tanpa membalas, DobhinLamamengerutkanalisnyayangputihdan dia merasa penasaran. Apakah pen-dekar
muda ini berani memandang rendahkepadanya sehingga hanya mengalah saja,tidak
membalas" Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
377 "Sin-ciang
Tai-hiap, balaslah seranganpinceng!
Apakah engkau menganggap pin-cengseoranglawanyangterlalulemahbagimu?"
"Samasekalitidak,Locianpwe.Kalausayaselamatiga
j urustidak melawan,halitusayalakukanuntukmenghormatiLocianpweyangmerupakangolonganjauhlebihtu
adaripadasaya.Sekarangsayaakan membalas, Locianpwe."
"Bagus!Nah,sambutlahini!"Kakekitukembalimenyerang,
tongkatnyamem-buat
gerakanterputar,ujungnyamem-bentuklingkaranlebar,makinlamase-makincepatdanmengecillal
uujung itumeluncurkearahdada Yo Han!
Sekaliini YoHantidak mengelak,melainkan
menggunakanilmu
Bu-kek-hoat- kenguntukmemutarlengankanandanmenangkis
luncurantongkatkearahdadanyaitu,
ilmuiniadalahilmukesak-tianyang
amathebat.Satudiantara
keampuhannyaadalahhadirnyatenagamujijatyangmenolak semuahawake-bencian yangdatang
darilawan,terkan-dungdalamseranganlawan.
Betapakuatdantinggiilmu
lawan, kalau lawanme-nyerangdengankandunganhatimemben-ci,makaserangannya
ituakanmembalikdanmungkinmengenaidirisendiri!
"Plakkk!"
Tangkisanyangdisertaitenagasin-kangamatkuatitu
ternyatatidakmem-buattongkatitumembalikdanmenye-rang
pemiliknyasendiridaninimerupa-kanbuktibahwa
tidak adakebencianterkandungdalam
seranganitu!Akantetapi,akibatbenturan
keduatenagasaktimembuat
YoHanterhuyungke
belakang,danDobhinLamajugaterdo-rongke
belakangbeberapa
langkah!Ke-duanyasalingpandangdengankagum.BagiDhobinLama,barusekarangadaseorangm
udayangmampumenangkistusukantongkatnyatadi,danbagi
YoHan,jugapendetaitumerupakanlawanyangpalingtangguhyangpernahdilawannya.Tangguhda
ntidakadakebenci-andihatinya!Diam-diam
diamerasagirangdan
diapunmengerahkanseluruhtenaga,mengeluarkansemuakepandaian-nyauntukmenandingi
lawanyang hebatitu.
Pertandinganitumemanghebatbukan
main.Kadang berjalancepat,kadanglambat.Bumidipekaranganitutergetar,
daun-daunpohonyang
beradadidekatsitu
rontok.LulungLamadanmuridnya,CuKiBok,menonton
denganmatater- belalak dan penuh kagum. Mereka merasaberuntung bahwa mereka tadi tidak maju melawan
Sin-ciang Tai-hiap, karena kalauhal itu terjadi, mereka pasti kalah. Apa-lagi Cu Ki Bok,
bahkan gurunya, LulungLama, setelah menyaksikan pertandingan itu,maklum bahwa dia
takkan menang melawan pendekar aneh yang amat lihaiitu.
Makin lama, kedua orang yang ber-tanding itu menjadi semakin kagum ke-pada lawan. Yo
Han juga kagum bukanmain. Biarpun lawannya sudah tua sekali,akan tetapi semua serangan
balasannyasepertimembenturtembokbaja yangamat kuat, yang sukar ditembus. Merekasaling
serang dan saling desak, namuntidak pernah dapat membobolkan bentengpertahanan lawan
sehingga tanpa terasalagi, seratus jurus lebih telah terlewat! Dan selama itu, keduanya tidak
pernahmengendurkan tenaga, karena siapa yangmengendur pasti akan kalah. Karena
se-muajurus yang mereka mainkan tidak mampumenembusbentengpertahananlawan, maka
mereka kini tidak lagi mengandalkan jurus silat, melainkan lebihmengandalkan kekuatan sin-
kang. Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
378 Akhirnya, keadaan usia menguntung-kanYo Han. Kalau dia hanya merasalelahsaja,lawannya
kini sudah mandikeringatdannapasnyaagakterengahsakingkehabisantenaga.Bahkandarikepalayangtidak
berambut itu sudahmengepul uapputihyang agaktebal,tanda
bahwa tubuhnyatelahmenjadipanas sekali.
Maklum bahwa dirinya berada dalambahaya kalau dilanjutkan, maka Dobhin Lama lalu
mengeluarkan jurusnya yangpaling hebat, yaitu Jurus Gunung Runtuh!Diamengeluarkanpekik
yangdahsyat, tongkatnya menyambar dari atas ke arahkepala Yo Han dengan tenaga
sepenuhnyayang masih tersisa.
Melihat ini, Yo Han juga mengerah-kan seluruh tenaganya, menangkis dengankedualengannya,mendorongkeatas.Bertemulahtongkat dengan kedua lengan pendekar
itu. "Brakkkk....!" Yo Han terhuyung, akantetapitongkat di tangan Dobhin Lamapatahmenjaditiga
potong! Kakek itunampak pucat dan dia menghela napaspanjang sambil melempar potongan
tong-katnya keatas tanah.
"Omitohud....pinceng mengaku ka-lah....!"Dia lalu duduk bersila di atastanah, berkata
kepada Lulung Lama. "Su- te....bebaskanpemuda itu...."Dia menge-luarkan sebuah kalung
darisaku jubahnyakalungdenganmainansebuahmutiarahitamdanmelemparkanbendaitu
kepadaYo Han. "Nah, terimalahmutiara hitamini!"
Yo Han menerima sambaran mutiarahitam itudan dia pun memberi hormat,hatinya
merasaterharu dan juga kagum."Banyak terima kasih bahwaLocianpwetelah mengalahdan
menepati janji."
Lulung Lama bertepuktangan dan da-ri lereng bukit itumuncullahSian Lunyang diiringkan
dua orangpendeta Lamajubahhitam.SianLunagaknya dalamkeadaan tertotok dan dia
dibimbing duaorangpendetaitu.LulungLamalalu mendorong tubuh Sian Lun sehingga
pe-muda ini roboh tertelungkup.
Dari dalam pondok,munculSianLiyang dengan sekali lompatan berada didekat Yo Han.
Melihat munculnya sumoi-nya, Sian Lun berkata lirih, "Sumoi, to-longlahaku...."
Sian Li menghampiri Sian Lun, berlu-tutdanmerabapundak
suhengnya ituuntukmemulihkankesehatannya,mem-bebaskannyadaritotokan. Akan tetapipada saat itu,
Sian Lun tiba-tiba sajamenggerakkan tangan dan menotok jalandarah di punggung sumoinya!
Gerakkan-nya ini sama sekali tidak terduga oleh Sian Li sehingga gadis itu sama sekalitidak
dapat menjaga dirinya. Tahu-tahuia sudah tertotok dan lemas, dan SianLunsudahmerangkulpinggangnya danmembawanya meloncat ke belakang Lu-lung Lama
dan Cu Ki Bok! Dari dalam pondok, Nyonya Gak danputeranya,GakCiang
Hun,sejak tadimengintaidanbegitumelihatSian Lidi-tangkapolehsuhengnyasendiri, seperti jugaYo Han,
merekatertegunheran.AkantetapiNyonya Gaklalumeloncatkeluar,diikutiputeranya.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
379 "Sin-ciangTai-
hiap,merakabertindakcurang!"teriaknyonyaitu.YoHanme-mangtertegundanbingungmelihatbe-
tapa Sian Lun tiba-tiba malah menangkapsumoinya.Akantetapipada saatitu,muncullah
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
puluhan orang dari depan, ka-nan dan kiri. Mereka adalah para pende-ta Lama Jubah hitam,
dibantu oleh paraanggautapengemistongkathitamdanbeberapa
orangNepal. Bahkan nampakpula Badhu dan Sagha, dua orang Nepalyang kuat itu, bahkan muncul pula tigaorang
wanita cantik dari Pek-lian-kauw,yaitu Pek-lian Sam-li yang lihai.
"Lulung Lama, kalian curang! Bebas-kan mereka berdua itu!" Yo Hanberserudan tubuhnya
sudah berkelebat ke depanuntuk menolong Sian Li dan Sian Lun, karena dia masih bingung
dan mengirabahwa Sian Lun tentu dipaksa oleh me-reka. Akan tetapi, betapa kagetnya keti-ka
dia melihat Sian Lun membawa SianLi meloncat ke belakang para penyerbudanlenyap.Terpaksadiamenyambutpengeroyokan banyak orang itu, dibantu oleh
Nyonya Gak dan Gak Ciang Bun yang sudah mengamuk.
"Locianpwe Dobhin Lama, apakah Lo-cianpwe hendak melanggar janji sendiri?"teriak Yo
Han penasaran. Akan tetapi,DobhinLamayangdudukbersila dan memejamkan mata itu tidak
menjawab, juga tidak bergerak.
Terpaksa Yo Han mengamuk, namun dia tidak membiarkan diri dikuasai den-damdankemarahan.Dia tetap hanyamerobohkan para pengeroyok tanpa membunuh
mereka. Tidak seperti Nyonya Gakdan puteranyayangmengamukdenganpedangmereka,menewaskan beberapa orang pengeroyok.
Akan tetapi, di pihaklawan terdapat banyak orang pandai, danjumlah mereka semakin
bertambah ba-nyak sehingga bagaimanapun juga,tigaorang itu mulai terdesak.
"Marikitapergi!" tiba-tiba NyonyaGak berserukepada puteranya dan YoHan.YoHanmaklum
bahwa melanjutkanperkelahiantidakada
gunanya,bahkanamatberbahaya.Padahal,diaharusda-lam
keadaansehatdan
selamatuntukdapatmenolongSianLikemudian.Kalausekarangdia
nekatsekalipun,
belumten-tudiaakandapatmenemukan Sian Li yang telah dilarikan Sian Lun.Pula,dia
belumtahuapayangtelahterjadi,danmengapaSianLunbersikapsepertiitu.Siapatahu
itu merupakansiasatpemudaituuntukmenolongsumoinya.Yangpenting,diaharusmenyelamatkandir
i."Baik,BibiGak!"katanyadandiapun
membuka jalandenganberkelebatandiantaraparapengeroyokyangroboh
satudemisatu.NyonyaGakdanputeranyajugamemutarpedangsedemikianrupasehinggatidakadap
engeroyokberanimendekatimereka.Merekaberlarike
belakangpondok,dipimpinolehNyonyaGakdanbenarsepertiketerangannyatadi,merekatibadi
tepijurangyangamatdalamsehinggatidakdapatdilihatdasarnya.Nyonya
Gakdanputeranyate-lahmengambiltangga-tanggatalidaribalik
semakbelukardancepatmemasang tangga-tangga taliitu, mengikatkan padaakar pohon
dibelakang semak di tepijurang.
"Mari, kita lari melalui tangga ini!Yo Han, kauikutilahaku!" kata NyonyaGak, sedangkan
Ciang Hun sudah menu-runi tanggatali yang lain.Yo Han tidakmempunyai pilihan lainkecuali
mengikutiNyonya Gakmenurunitangga tali menu-runi tebing jurang yangamatterjal dandalam
itu. Tangga tali itu panjangnya ada duapuluhmeter dan ternyatamereka men-darat di sebuah guha
besar. Setelah me-reka bertigatiba diguha, ibu dan anakitu segera menarik tangga-tangga
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
380 taliitu dengan sentakan tiba-tiba yang mem-buat kaitan di ujung tangga pada akarpohon
terlepas. "Tidak ada seorang pun manusia yangdapatmenurunitebing ini tanpa tanggatali, kecuali kalau
dia mampu terbangseperti burung," kata Nyonya Gak. "Dariguha ini terdapat jalan setapak
melaluitepi tebing menuju ke lereng bukit. Jalanini kami temukan dan kami buatkan
lo-rongmenembus guhasehinggakecuali kami berdua, tidak ada yang mengetahui-nya."
Yo Han duduk di atas batu dalam gu-ha,termenung."Akantetapi,merekamenawanadik Tan
SianLi,"suaranyamengandung kekhawatiran.
Ciang Hun berkata dengan suara ma-rah."Tentu kita akan berusaha sekuattenaga untuk
menolongnya! Yang kuhe-rankan, kenapa suheng dari adik Sian Li bersikap seperti itu" Jelas
bahwa dia ta-di berpura-pura ketika didorong dan ter-sungkur. Ketika adik SianLihendak
me-nolongnya,diamalah menotoknya, danmenawannya. Apa artinya ini?"
Nyonya Gak juga berkata, "Pemudaitu tidak dapat dipercaya! Yo Han, ba-gaimana
sihhubungan Sian Lidengansuhengnya dan orang macam apa suheng- nya itu?"
Yo Han menggeleng kepalanya. "Sayasendiri belummengenalnya dengan baik,Bibi. Ketika
Li-moi dan suhengnya itu dikeroyokolehpersekutuan gerombolan itu, saya menolong mereka,
akan tetapihanya dapat melarikan Li-moi, sedangkansuhengnya yang bernama Liem Sian
Lunitu tertawan. Kalaumengingatbahwapemuda itu adalah suheng Li-moi, muriddari
Locianpwe Suma Ceng Liong, rasa-nya tidakmungkin kalau dia memiliki watak palsu dan
jahat." NyonyaGakmengerutkan alisnya."Pasti ada sesuatu yang tidak beresde-nganpemudaitu.Para
pendeta Lamaitulihai dan di antara mereka banyakyangmemilikiilmusihir.Siapatahupemuda
itu berada di bawah pengaruh sihir."
"Bagaimanapun juga, saya harus cepatmelakukanpenyelidikandanmenolong mereka,
terutama adik Tan Sian Li, Bi-bi."
"Yo Han, aku percaya bahwa engkauadalah seorang pendekar sakti yang me-miliki
kepandaian tinggi. Hal itu sudah kubuktikan tadi ketika engkau berhasilmengalahkan Ketua
Hek I Lama," kataCiang Hun dengan kagum. "Akan tetapiperlukauingatbahwa bagaimanapun
juga,kepandaianmu ada batasnya. Bagaimanamungkin engkau akan melawan merekayang
memiliki anak buah sebanyak itu"Ibu dan aku akan membantumu, kalauperlu dengan taruhan
nyawa, akan tetapikita harus berhati-hati dan menggunakansiasat yang baik."
"Benarucapananakku,Yo Han.Menghadapigerombolan yangdemikianbanyak, kita harus
menggunakan siasat.Kalau hanya nekat, kita akhirnya tidakakanberhasilmenolong Sian Lun
danSian Li, sebaliknya malah tertawan atautewas konyol," kata Nyonya Gak.
"Saya akan minta bantuan beberapatokoh kang-ouw di perbatasan yang telahsadar dan kini
menjadi orang baik-baik.Mereka mempunyai banyak kawan dan saya yakin mereka suka
membantu saya,"kata Yo Han. Ibu dan anak itu meman-dang kagum. Mereka sudah
mendengarakansepakterjang Sin-ciang Tai-hiapyang tidak pernah membunuh para penja-hat,
melainkan menalukkan mereka danmenasehati, dengan kasar maupun halusberhasil membuat
banyak penjahat mengambil cara hidup yang sama sekaliberubah, dari jalan sesat ke jalan
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
381 yangbenar. Merekalalumengatursiasat,membagitugassebelummeninggalkanguhaitu,melaluisebuahterowo
ngan bawah tanah pendek yang dibuat olehibu dan anak itu. Terowongan ini me-nembus ke
lereng bukit melalui pinturahasia yang dari luar nampak sepertibatu besar biasa.
*** file google dokumen ini published by Saiful Bahri ....situbondo seletreng***
Apakah yang terjadi dengan diri SianLun" Kenapa dia yang akan ditolong Sian Li, bersikap
sepertiitu, berbalik menotokdan menawan Sian Li, dan menghilangdi antara para anak buah
gerombolan"
Liem Sian Lun telah terjatuh ke ta-ngan Pek-lian Sam-li! Tiga orang wanitaPek-lian-kauw ini
adalah tiga orang to-koh Pek-lian-kauw yang berwatak cabul. Pek-lian Sam-li sudah terkenal
sebagaikakak beradik yang genit, mata keran-jang danmesum. Setiap kali bertemudengan pria
tampan mereka tidak pernahmelewatkan kesempatan untuk merayunyabahkan kalau pria itu
menolak, memak-sanya.Mereka selain lihai sekali ilmusilatnya, juga mereka pandai ilmu
sihir,ahli racun sehingga dengan berbagai caratidak ada pria yang akhirnya tidak tun-duk
kepada mereka. Ketika mereka ber-hasil menawan Liem Sian Lun, tentu sajasudah terbakar
gairah mereka untuk me-nguasai pemuda tampan dan gagah itu,apalagimengingatbahwapemuda itu adalahmuridPulauEs!Mereka akanmendapat banyak
keuntungan kalau ber-hasil menguasaipemudaini.Pertama,pemuda ini masih muda, baru
berusia duapuluh tahun, seorang perjaka tulen, tam-pan dan bertubuh kuat. Ke dua,
denganmenundukkan pemuda itu, berarti merekadapat membalas semua dendam dan
ke-bencianmerekaterhadapmusuhbesarPek-lian-kauw, yaitu para pendekar Pulau Es karena
pemuda itu merupakan muridPulau Es. Dan ke tiga, mereka dapatmenyenangkan hati sekutu
mereka, yaituparapendeta Lama jubah hitam yanghendak mengumpulkan orang-orang
yangmemiliki kepandaian silat tinggi sepertipemudaitu,karenasetelahmenguasai Sian Lun,
tentu pemuda itu akan sukamenjadi sekutu mereka pula.
Sian Lun pada dasarnya bukanlah se-orang pemuda yang berhati teguh. Se-menjak dewasa,
sudah seringkali dia ter-menung,membayangkanhal-halyangmenimbulkan berahinya. Dia pun
sudahseringkali
memandang kepada sumoinya,SianLi,denganpandangmatapenuhgairah
berahi. Apalagi setelah dia men- dengarpercakapansuhu dan subonya, yang ingin
menjodohkan dia dengan SianLi, seringkali dia membayangkan betapasenangnya kalau dia
bermesraan dengansumoinya yang cantik itu sebagai suamiisteri! Dia jatuh cinta kepada Sian
Li,dan makin dibayangkan, semakin dalamdia tenggelam dalam cinta. Bahkan
se-ringkaliterbawadalammimpi.Ketikamerekamelakukan perjalanan bersama, kalau saja dia
tidak takut kepada sumoi-nyayangdalamhalilmukepandaian silat lebih tangguh darinya, tentu
sudahdinyatakanperasaan
hatinyaitudenganperbuatan.Rasanyaamatmenyiksabagi-nya,sepertiseorangkelaparanmelihat
makanan lezat tanpa bolehmemakannya,atau seorang kehausan melihat air jernihtanpaboleh
meminumnya. Berkobarnya nafsu berahi yang seringkali menggodanyaitu masih dapat
dilawan dengan dua ke-yakinan, yaitu pertama bahwa menurutinafsunya itu adalah tidak
benar, dan kedua menuruti nafsunya itu tentu dia akancelaka karena sumoinya yang cantik
ituamat galak dan lihai!
Nafsu berahi, seperti segala macamnafsu yang dimiliki manusia, adalah se-suatu yang wajar,
bahkan yang terbawalahir, merupakan alat bagi manusia hidup di dunia. Nafsu berahi
merupakan sesuatuyang teramat penting, bahkan mutlak se- bagai pendorong agar manusia
tidak akanmusna, agardapatberkembangbiak.Segala macam ciptaan Tuhan yang ter-dapat di
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
382 dunia ini, disertai nafsu sepertiini, yaitu nafsu yang mendorong bersatu-nya dua kelamin yang
berlawanan untukbersatu dan dari persatuan ini terciptalahmanusia atau mahluk sejenis yang
baru,yang dinamakan anak bagi manusia danhewan,dinamakanbuahbagitumbuh-
tumbuhan.Anak menjadimanusia barudan buah-buah menjadi calon bibit tum-buhan baru.
Tuhan Maha Kasih! Di dalam nafsu berahi, disertakan rasa nikmat sehinggasemua mahluk
termasuk manusia terdo- rong untuk melakukan persatuan itu de-ngan suka rela. Dan di
dalamrasa nik-mat inilah setan menyusup! Rasa nikmat ini yang dijadikan alat oleh setan
untukmenggodamanusiasehinggamanusiamenjadi lupa diri. Karena mengejar pera-saan
nikmat itu maka bukan lagi manusiamemperalatnafsu,melainkanterjadikebalikannya,
nafsuyangmemperalatmanusia! Bukan manusia menjadi majikandaripada nafsu berahi, malah
nafsu bera-hiyangmenjadi majikan dan manusiamenjadi budak nafsunya sendiri. Dan ka-lau
sudahbegini,terjadilahperbuatansesat
atau perbuatan yang sifatnya me-rusak dan merugikanoranglain ataubahkan yang akibat panjangnyaakan me-rusakdirinyasendiri.Semua
agamadanfilsafatyangdicetuskan orang-orang bu-diman, pelajaran agama yang diwahyukan
olehTuhan, semuabertujuan untuk mengingatkan manusia agar sadar akan bahayanya
pengaruh nafsu sendiri dalamdiri. Namun,jarangadaorang yang mampu menguasai nafsunya
sendiri, kare-na hati dan akal pikiran kita pun sudahdicengkeram nafsu sehingga usaha apapun
yang klta lakukan, di situ terkandungkeinginan nafsu. Kenyataan ini dapat kitalihat buktinya
dalam kehidupan ini, kalaukita melihat dan meneliti keadaan dirikita sendiri.
Betapa banyaknya kebiasaan-kebi-asaan kecil atau besar yang kita lakukan, kita ketahui dan
mengerti benar bahwa perbuatan itu tidak benar atau tidak baik, namun kita tidak berdaya
un-tuk mengubahnya! Kita tahu benar bahwa amarah itu tidak benar dan tidak baik, akan
tetapi sekali kemarahan muncul, kita tidak berdaya untuk mengatasinya dan kita terseret oleh
kemarahan kita. Demikian pula dengan permainan nafsu yang lain, keterikatan kita kepada
benda, kepada makanan, kepada orang lain. Se-mua itu menimbulkan kesenangan yang selalu
dikejar-kejar nafsu, yang menjadi pemikat bagi kita sehingga sukarlah bagi kita untuk
mengubahnya. Nafsu merupakan pembawaan yang diikutsertakan ketika kita lahir, dan naf-su merupakan
alat yang teramat penting bagi kehidupan kita. Tanpa adanya nafsu, kita tidak akan dapat
hidup seperti ma-nusia yang wajar. Namun, disamping ke-pentingannya yang mutlak, nafsu
juga merupakan bahaya yang akan menyeret kita ke dalam kesesatan, yang akan menjauhkan
kita dari kewajiban utama manusia, yaitu mendekati Tuhan yang menciptakan kita dan
seluruh keadaan di alam maya pada ini. Nafsu penting bagi kita, akan tetapi juga berbahaya
bagi kita. Lalu bagaimana" Sudah sejak jaman pra sejarah, manusia sadar akan bahayanya
nafsu, dan sejak itu manusia sudah berusaha untuk menalukkan nafsu, mengekang dan
mengendalikan nafsu. Ada yang dengan cara bertapa menjauhkan diri dari dunia ramai, ada
yang dengan jalan menyiksa diri, dan seribu satu ma-cam cara lagi. Namun, semua cara itu
adalah usaha hati dan akal pikiran, maka terjadilah pertentangan sendiri di dalam batin, tarik
menarik antara keinginan, bersenang-senang menuruti gejolak nafsu, dan keinginan menolak
gejolak nafsu karena sadar akan akibatnya yang akhir-nya tidak menyenangkan. Jelaslah
bahwa pada dasarnya, di antara kedua keinginan itu sama, timbul dari hati akal pikiran yang
sudah bergelimang nafsu, yaitu ke-inginan mengejar kesenangan, dan keingin-an menjauhi
kesusahan yang timbul kare-na pengejaran itu! Dan pertempuran ini tidak ada habisnya
selama kita hidup. Kadang nafsu yang menang dan berkobar membakar, kadang nafsu dapat
ditunduk-kan untuk sementara, seperti api di da-lam sekam yang setiap waktu akan ber-kobar
lagi. Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
383 Lalu apa yang dapat kita lakukan" Kita tidak mungkin dapat menundukkan nafsu, karena
"kita" inilah nafsu itu sen-diri. Kita adalah hati akal pikiran yang sudah bergelimang nafsu,
maka apa pun yang kita usahakan, pada dasarnya hanya untuk mengabdi kepada nafsu, untuk
pe-muasan nafsu dengan segala cara, ada yang kasar, ada yang halus, bahkan ada cara yang
dipulas seolah-olah cara itu bukan buatan nafsu. Setan memang ter-amat licik dan pandai,
penuh tipu musli-hat dan memang sudah menjadi tugasnya untuk menggoda kita. Kalau kita
manusia hanya mengandalkan hati akal pikiran saja, takkan mungkin kita dapat menga-lahkan
setan! Jalan satu-satunya hanyalah berpaling kepada Sang Maha Pencipta! Hanya kekuasaan
Tuhan sajalah yang akan dapat menundukkan segala yang ada yang nampak dan yang tidak
nampak oleh mata kita, termasuk setan. Betapa tidak" Setan dan nafsu pun diciptakan oleh
Tuhan! Jalan satu-satunya bagi kita hanyalah menyerah kepada Tuhan Maha Kasih! Menyerah tanpa
syarat, menyerah dengan total, mutlak, menyerah dengan sabar, tawakal dan ikhlas. Hanya
kekuasaan Tuhan sajalah yang akan mampu mem-bersihkan seluruh batin kita, hanya
kekuasaan Tuhan saja yang akan mampu mengembalikan nafsu dalam tugas yang sebenarnya,
yaitu menjadi abdi jiwa ma-nusia, membantu kehidupan manusia di dunia dan tidak lagi
majikan yang kejam, tidak lagi menjadi pemikat dan pembujuk yang menyeret kita ke dalam
kesesatan. Menyerah tanpa syarat, bukan "menyerah demi memperoleh sesuatu" karena kalau
Kisah Si Bangau Merah Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
demikian halnya, maka yang dinamakan penyerahan ini pun hanya tipu muslihat dari nafsu
belaka dan kita akan tetap berada dalam lingkaran setan permainan nafsu daya rendah!
Menyerah tanpa pa-mrih, dengan ikhlas dan tawakal sa-ja!
Sian Lun yang masih, hijau itu, tidak kuat menghadapi rayuan tiga orang wa-nita cantik
seperti Pek-lian Sam-li. Apa-lagi tiga orang wanita cabul itu bukan sekedar merayu biasa.
Mereka pun men-campurkan racun pembius dan perangsang dalam minuman yang
disuguhkan kepada Sian Lun, bahkan ditambah lagi dengan kekuatan sihir mereka! Sian Lun
jatuh dalam pelukan mereka. Bahkan Pangeran Gulam Sing yang kini menjadi sahabat baik
dan rekan pengumbar nafsu berahi dari tiga orang tokoh Pek-lian-kauw itu, juga membantu
dengan ilmu sihirnya, membuat Sian Lun menjadi kehilangan kesadaran sama sekali. Pemuda
itu benar benar runtuh dan kalau tadinya dia se-perti seekor harimau jantan yang ganas, kini di
tangan tiga orang wanita itu dia berubah menjadi seperti seekor domba jinak! Dia merasa
seolah-olah dia telah mendapatkan kebahagiaan hidup yang selama ini didambakan dan
diimpikannya. Dia percaya bahwa tiga orang wanita kakak beradik itu amat mencintanya dan
memanjakannya sehingga dia dengan amat mudahnya melupakan Sian Li, gadis yang biarpun
pernah membuatnya tergila-gila namun yang tak terjangkau olehnya itu!
Dalam waktu satu malam saja, Sian Lun telah berubah sama sekali. Dia kini telah menyerah,
dan di dalam pelukan tiga orang wanita itu, dia bersumpah untuk bekerja sama dengan
mereka, men-taati semua keinginan tiga orang wanita yang dianggapnya amat mencintanya
dan yang dapat membuat dia seperti terbuai dalam kemesraan dan kenikmatan yang tanpa
batas. Dalam keadaan seperti ini, Pangeran Gulam Sing mendekatinya dan menjanjikan
kedudukan tinggi, pangkat yang besar di Nepal kalau perjuangannya kelak berhasil! Dan Sian
Lun menganggap ini sebagai suatu cita-cita yang teramat besar dan mulia.
Demikianlah, ketika dia dalam keada-an terpengaruh sihir, diperintah oleh Pek-lian Sam-li
untuk berpura-pura men-jadi tawanan dan agar dia menawan su-moinya sendiri, dia
melakukannya dengan rela dan senang hati. Dia ingin membuat jasa untuk menyenangkan hati
Pek-lian Sam-li dan juga para pimpinan Hek I La-ma dan Pangeran Gulam Sing.
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
384 Sian Li tentu saja merasa terkejut bukan main, juga merasa heran ketika tiba-tiba suhengnya
menotoknya. Karena sama sekali tidak menyangka bahwa su-hengnya yang hendak
ditolongnya itu malah menotoknya, gadis itu dapat diro-bohkan dengan mudah dan Sian Li
hanya dapat merasa heran dan penasaran sekali ketika tubuhnya yang sudah lemas tak berdaya
itu dipondong dan dilarikan Sian Lun.
Makin besar keheranan Sian Li ketika ia dibawa oleh suhengnya ke sarang Hek I Lama!
Dalam perjalanan tadi, ketika suhengnya melarikannya, ia masih diam saja karena mengira
bahwa suhengnya tentu bermaksud menyelamatkannya, me-ngira bahwa suhengnya akan
melarikan-nya ke tempat yang aman. Akan tetapi, alangkah heran dan kagetnya ketika ia
melihat Sian Lun membawanya masuk ke pintu gerbang sarang perkumpulan pendeta Lama
Jubah hitam itu!
"Suheng, apa yang kaulakukan ini?" tanyanya dengan suara lemah karena to-tokan itu selain
melumpuhkan kaki ta-ngannya, juga membuatnya lemah sehing-ga untuk mengeluarkan suara
pun tidak dapat keras.
"Diam sajalah, Sumoi. Semua ini ku-lakukan demi kebaikan kita," jawab Sian Lun. Anehnya,
para pendeta Lama yang berada di situ, ketika melihat Sian Lun masuk memondong tubuh
gadis yang le-mas itu, hanya menonton saja, bahkan ada di antara mereka yang tersenyum
atau menyeringai. Dan agaknya Sian Lun sudah hafal akan tempat di situ. Dia langsung saja
membawa sumoinya ke se-buah kamar dan merebahkan tubuh gadis itu ke atas sebuah
pembaringan dalam kamar itu.
Sian Li membelalakkan matanya keti-ka melihat suhengnya mengambil sehelai tali sutera
dan mulai mengikat perge-langan kaki dan kedua tangannya.
"Suheng, apa yang kaulakukan ini?" kembali ia bertanya dan kini suaranya mulai menguat,
tanda bahwa pengaruh totokan itu mulai mengendur, juga ia mulai dapat menggerakkan kaki
tangan walaupun masih lemah. Namun, ikatan tali sutera itu kuat bukan main dan ia pun tidak
mampu melepaskan diri.
Sian Lun tidak menjawab, melainkan melanjutkan pekerjaannya. Setelah dia merasa yakin
bahwa ikatan kaki tangan sumoinya itu kuat, barulah dia berkata, suaranya datar saja, seperti
tanpa pera-saan. "Sumoi, terpaksa aku mengikat ka-ki tanganmu agar kalau sudah pulih dari
totokan, engkau tidak melakukan kebo-dohan dan memberontak."
"Suheng, lepaskan aku! Sudah gilakah engkau" Apa artinya semua ini, Suheng?"
Pemuda itu menundukkan muka, tidak berani menentang pandang mata sumoi-nya dengan
langsung! Bagaimanapun juga, masih tertinggal kesan lama, dan dia merasa canggung dan
salah tingkah, wa-laupun di dalam hatinya dia membenar-kan tindakannya ini.
"Sumoi, tidak ada pilihan lagi bagi kita. Kita harus membantu perjuangan mereka menentang
penjajah Mancu. Tidak percuma kita sejak kecil mempelajari ilmu silat kalau kita pergunakan
untuk membela negara dan bangsa."
Sian Li membelalakkan matanya. Kini totokan itu sudah pulih, jalan, darahnya telah normal
kembali. Akan tetapi tentu saja ia tidak mampu menggerakkan kaki tangannya yang
terbelenggu. Dicobanya mengerahkan tenaga untuk membikin putus belenggu pergelangan
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
385 kaki tangan itu, namun sia-sia. Sian Lun maklum ba-gaimana harus membuat sumoinya tidak
berdaya. Tali sutera itu lentur, tidak mudah dibikin putus. Andaikata belenggu itu dari rantai
baja yang tidak terlalu kuat saja, mungkin Sian Li dapat mema-tahkannya. Akan tetapi tali
sutera yang lentur" Tidak mungkin dibikin putus, kecuali dengan senjata tajam. Dan
senjata-nya juga sudah dilucuti suhengnya.
Pada saat itu, terdengar langkah kaki dan masuklah tiga orang wanita yang bu-kan lain adalah
Pek-lian Sam-li, yaitu tiga kakak beradik tokoh Pek-lian-kauw. Ji Kui yang hitam manis, yang
paling tua, tersenyum dan menepuk pundak Sian Lun.
"Bagus, engkau telah berhasil baik, Sian Lun."
"Tentu saja berhasil, kalau tidak, per-cuma dia menjadi kekasihku," kata pula Ji Hwa yang
putih mulus, orang ke dua, dan dengan mesra ia lalu merangkul Sian Lun dan mencium pipi
pemuda itu penuh gairah dan dengan sikap genit.
"Nih upah untuk kekasih yang gagah!" kata pula Ji Kim yang termuda, cantik jelita dan ia
pun dengan sikap genit mencium Sian Lun pada bibirnya. Sian Li terbelalak, akan tetapi gadis
yang cerdik ini sekarang tahu atau dapat menduga apa yang kiranya telah terjadi. Suhengnya
telah jatuh ke tangan tiga orang wanita genit mesum ini. Suhengnya yang selama ini sebagai
murid paman kakeknya bagaikan seekor srigala berbulu domba, kini meninggalkan kulit
domba dan nampaklah keasliannya! Ia pun me-mandang kepada Sian Lun dengan mata
melotot. "Jahanam busuk! Liem Sian Lun, kira-nya engkau hanyalah seorang murid mur-tad, seorang
keparat berhati busuk yang selama ini berpura-pura menjadi pende-kar! Phuh, muak aku
melihat mukamu!" Dan Sian Li membuang muka, tidak sudi lagi memandang wajah
suhengnya yang merupakan pria pertama yang hampir menjatuhkan hatinya.
"Sian Lun, sudah jangan pedulikan bo-cah ingusan ini!" kata Ji Kui sambil menggandeng
tangan Sian Lun, "Biarkan saja Pangeran Gulam Sing yang menji-nakkannya." Tiga orang
wanita itu ter-kekeh genit dan mereka bertiga meng-gandeng Sian Lun, diajak meninggalkan
kamar. Ketika Sian Li melirik ke arah pintu, ternyata kini nampak beberapa orang bertubuh
tinggi hitam, orang-orang Nepal, berjaga di luar pintu kamar.
Sian Li berusaha sekuatnya untuk melepaskan ikatan pada pergelengan tangan dan kakinya,
namun hasilnya sia-sia bela-ka. Akhirnya, ia maklum bahwa usahanya itu hanya akan
menghabiskan tenaga, maka ia pun diam saja, bahkan mengatur pernapasan untuk
mengumpulkan tenaga dan ia termenung. Hal yang amat me-nyakitkan hatinya adalah kalau ia
ter-ingat kepada Sian Lun. Suhengnya telah menyeleweng! Kalau paman kakeknya
mendengar, tentu dia dan isterinya akan marah sekali. Akan tetapi bagaimana mereka akan
dapat mendengar akan hal ini" Hanya ia seorang yang tahu dan dapat melaporkan, dan untuk
itu ia harus dapat membebaskan diri. Akan tetapi ba-gaimana"
Sian Li tidak merasa gentar, tidak merasa putus asa. Sebagai seorang gadis yang cerdik, ia
pun tahu bahwa gerom-bolan itu tidak ingin membunuhnya. Ka-lau demikian halnya, tentu ia
sudah sejak tadi dibunuh. Tidak, mereka tidak akan membunuhnya, dan yang jelas, mereka
akan membujuknya agar ia suka membantu mereka, bekerja sama dan menjadi sekutu mereka.
Seperti Sian Lun! Akan tetapi ia tidak sudi! Hanya ada satu hal yang membuat hatinya terasa
cemas dan ngeri juga, yaitu ucapan tiga orang wa-nita Pek-lian-kauw tadi bahwa ia akan
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
386 diserahkan kepada Pangeran Gulam Sing untuk dijinakkan! Bergidik juga ia kalau teringat
kepada pangeran Nepal itu. Me-mang seorang pria yang tinggi besar, brewok dan gagah,
nampak jantan. Akan tetapi matanya sungguh menyeramkan, seperti mata seekor harimau
kelaparan melihat domba!
Sian Li menghela napas panjang. Ia tidak perlu membayangkan hal-hal yang tidak-tidak.
Membayangkan hal-hal me-ngerikan yang belum datang hanya akan menimbulkan rasa cemas
saja. Ia masih memiliki kemampuan untuk membela diri, dan di sana masih ada Yo Han! Yo
Han dibantu oleh Nyonya Gak dan juga Gak Ciang Hun. Mereka bertiga adalah orang--orang
sakti, tidak mungkin kalau sampai tertawan musuh. Bukankah Bibi Gak te-lah mengatur
pelarian untuk mereka ka-lau bahaya mengancam" Pula, ia percaya sepenuhnya kepada Yo
Han! Dobhin Lama sendiri yang demikian sakti masih tidak mampu menandinginya! Sungguh
manghe-rankan sekali kenyataan itu. Yo Han, yang dahulu tidak pernah mau belajat silat,
yang membenci kekerasan, kini tiba-tiba saja muncul sebagai Sin-ciang Tai-hiap yang
demikian saktinya.
Terdengar suara laki-laki di depan pintu bicara dalam bahasa asing yang tidak dimengertinya
dan beberapa orang Nepal itu meninggalkan pintu kamar. Jantungnya berdebar tegang.
Apakah pa-ngeran itu yang muncul" Ketika orang itu berdiri di ambang pintu, ternyata bu-kan
pangeran Nepal yang datang melainkan Cu Ki Bok, pemuda peranakan Han Tibet, murid
Lulung Lama. Pemuda yang tinggi tegap dan tampan itu berdiri di situ memandang
kepadanya. Sian Li yang menghadap ke arah pintu juga meman-dang kepadanya dengan sinar
mata penuh kemarahan dan kebencian. Pemuda itu tersenyum, melirik ke kanan kiri lalu
melangkah memasuki kemar dengan ringan dan cepat. Dia duduk di tepi pem-baringan lalu
berbisik. "Nona, dengarkan baik-baik dan jangan membantah. Dengar, engkau telah tertawan dan aku
akan melepaskan ikat-an tangan kakimu. Akan tetapi, engkau harus bersikap damai, tidak
memberontak karena percuma saja kalau engkau hen-dak melarikan diri. Di sini terjaga kuat
dan kami berjumlah banyak. Engkau tidak akan diganggu, dan aku bertugas menga-wasimu.
Nah, kalau engkau berjanji tidak akan memberontak atau lari, aku akan melepaskan ikatanmu.
Maukah engkau berjanji?"
Sian Li mengerutkan alisnya. Ia tahu akan benarnya ucapan pemuda itu, walaupun ia tidak
dapat percaya sepenuhnya karena menduga bahwa sikap dan ucapan ini tentu sebuah
tipumuslihat. Ia harus berhati-hati. Akan tetapi, tentu saja le-bih baik kalau kaki tangannya
tidak ter-ikat. Setidaknya ia dapat leluasa dan dapat membela diri lebih baik kalau ter-ancam
bahaya. Melihat keraguan gadis itu, Cu Ki Bok melanjutkan bisikannya. "Nona tentu mencurigaiku.
Akan tetapi ingatlah, kalau Nona dalam keadaan terbelenggu, bagaimana engkau akan dapat
membela diri kalau Pangeran Gulam Sing datang dan mengganggumu" Pula, dalam keadaan
terbelenggu, bagaimana mungkin engkau akan membebaskan diri" Berjanjilah bah-wa engkau
tidak akan memberontak atau lari, dan aku akan melepaskan ikatan tangan kakimu dan kau
akan diperlakukan sebagai seorang tamu terhormat."
Sian Li mengangguk. "Aku berjanji, akan tetapi janjiku ini bukan berarti bahwa aku tidak
akan membebaskan diri dan lari dari sini kalau ada kesempatan."
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
387 Cu Ki Bok memandang kagum. Gadis ini terlalu gagah untuk berbohong, maka berjanji pun
dengan terus terang karena tidak ingin melanggar janjinya sendiri. Bukan main!
"Tentu saja, Nona. Dan aku sendiri akan membantumu kalau kesempatan itu tiba. Untuk itu
engkau harus memperli-hatkan sikap lunak agar para pimpinan percaya bahwa kau tidak akan
membe-rontak dan lari." Pemuda itu lalu mele-paskan ikatan tali sutera dari kaki dan tangan
gadis itu. Sian Li bangkit duduk, mengurut-urut pergelangan tangan dan kakinya untuk memperlancar
jalan darah sambil menga-mati wajah Cu Ki Bok dengan tajam dan penuh selidik. Karena
merasa tidak enak bicara dengan pemuda itu selagi ia duduk di atas pembaringan, gadis itu
lalu ber-pindah duduk di atas kursi yang terdapat di kamar itu.
"Cu Ki Bok, apa artinya ini", Katakan terus terang, mengapa engkau menolong-ku" Dengan
pamrih apakah" Kalau ini merupakan siasat busukmu, lebih baik aku mengamuk sekarang dan
tewas di tangan kalian!"
"Sabar dan tenanglah, Nona. Percaya-lah, sekali ini aku tidak bersiasat. Apa perlunya
bersiasat dan membebaskanmu dari belenggu kalau tadi engkau sudah tidak berdaya?"
"Lalu, kenapa engkau membebaskan aku dari ikatan kaki tanganku?"
Tentu saja Cu Ki Bok tidak berani menyatakan secara terang bahwa sejak pertama kali
berjumpa, dia sudah jatuh hati kepada gadis muda perkasa ini. Tak mungkin dia mengaku
cinta begitu saja, karena selain hal itu mentertawakan, juga sudah pasti gadis itu tidak akan
percaya dan menganggap dia merayu atau bersiasat.
"Ada dua hal yang memaksa aku ti-dak dapat membiarkan engkau tertawan dalam keadaan
tersiksa dalam belenggu, Nona. Pertama, engkau seorang pendekar gagah perkasa, bukan
penjahat, bahkan tenagamu dibutuhkan oleh rakyat untuk membebaskannya dari belenggu
penjajah-an. Kalau pun menjadi tawanan, engkau patut diperlakukan dengan hormat dan tidak
dibelenggu seperti itu. Dan ke dua, terus terang saja aku merasa muak dan tidak suka melihat
cara engkau ditawan oleh Liem Sian Lun."
Bagaimanapun juga, hati Sian Li ma-sih merasa curiga dan ia tetap waspada terhadap
pemuda tampan murid Lulung Ma itu. "Apa yang terjadi dengan Liem Sian Lun" Kenapa dia
bersikap seperti itu, berpihak kepada kalian dan mengkhianatiku?"
Cu Ki Bok menghela napas panjang. "Ia bukan seorang jantan. Dia lemah dan bertekuk lutut
terhadap rayuan Pek-lian Sam-li yang bekerja sama dengan Pangeran Gulam Sing. Berjuang
menen-tang penjajah Mancu memang tugas se-orang gagah dan boleh saja dia berga-bung
dengan kami untuk bersama-sama menentang penjajah Mancu. Akan tetapi dia bukan orang
gagah, dia menaluk ka-rena terbujuk rayuan tiga orang wanita itu."
"Hemmm, kau sendiri, orang baik-baik-kah" Kenapa engkau menjadi antek para Lama dan
juga bekerja sama dengan Pek-lian-kauw dan orang Nepal?"
"Aku murid Suhu Lulung Lama, tentu saja aku membantu Suhu. Kami memang pejuang,
akan tetapi bukan penjahat. Kerja sama dengan Pek-lian-kauw dan orang Nepal hanya kerja
Kisah si bangau Merah > karya Kho Ping Hoo > file google dokumen ini koleksi dari Saiful Bahri ....situbondo seletreng
388 sama di bidang menghadapi musuh, bukan untuk urusan lain. Aku tidak suka cara-cara
pengecut dan curang."
Sian Li mengamati wajah pemuda itu dengan tajam penuh selidik, Ada benarnya pula ucapan
pemuda itu. Jujurkah dia dalam usahanya menolongnya" Me-mang benar juga bahwa tidak
ada gunanya mempergunakan muslihat. Ia tadi sudah tidak berdaya. Andaikata ter-dapat
muslihat di balik pertolongan pemuda ini tentu hanya untuk menyenagkan hatinya agar ia mau
bekerja sama, membantu mereka dalam perjuangan melawan penjajah Mancu. Dan seperti
juga Yo Han, ia tidak melihat sesuatu yang buruk dalam urusan membantu menentag
pemerintah Mancu.
"Hemm, kalau begitu, sekarang aku menjadi tawanan, dan tidak boleh keluar dari tempat ini"
Apakah aku boleh ke-luar dari kamar ini dan dengan bebas melihat-lihat keadaan di dalam
sarang kalian ini?"
"Nona, akulah yang bertugas menjaga dan mengamatimu, dan aku sudah memberitahu
kepada semua anggauta Hek I Lama agar engkau dibiarkan tinggal di sini dengan bebas, asal
engkau tidak membikin ribut, tidak pula berusaha me-larikan diri. Akulah yang bertanggung
jawab atas dirimu, maka kalau Nona melarikan diri, berarti membikin susah padaku. Aku
sudah berusaha menghindar-kan dirimu dari keadaan yang tidak enak, maka kuharap engkau
juga suka menjaga agar aku tidak sampai mendapat kesu-sahan karena engkau lari."
Sian Li mengangguk-angguk. "Baiklah, Cu Ki Bok. Akan tetapi aku ingin berte-mu dengan
Liem Sian Lun, jahanam itu. Aku harus membuat perhitungan dengan dia!" Sian Li mengepal
tinju, marah se-kali kalau teringat kepada suhengnya itu.
Cu Ki Bok meng