Pencarian

Pendekar Cacad 18

Pendekar Cacad Karya Gu Long Bagian 18


derita Hay Cing-cu
akibat tusukan tiga peluru terbang yang memancarkan sinar
tajam, ketiga batang senjata rahasia itu menancap persis di
dadanya dalam posisi segitiga.
Ujung peluru emas menembus dadanya. Darah kental
membasahi seluruh badannya, jelas luka yang dideritanya
amat parah, namun dengan gerakan yang masih cepat Hay
Cing-cu langsung menerobos masuk ke dalam gardu dan
berseru cemas, "Majikan cepat menyingkir, musuh tangguh
yang menyerbu kemari sangat ganas dan luar biasa."
Pada saat itulah dari atap rumah seberang telah melayang
turun dua sosok orang dengan ringannya.
Ternyata kedua orang itu adalah lelaki dan perempuan
kekar bermata tunggal dan berlengan cacat.
Sesudah melihat jelas pendatang itu, Bong Thian-gak dan
Thay-kun sama-sama terkesiap, pekiknya tanpa sadar, "Ah,
rupanya anak buah Biau-kosiu!"
1166 Dengan langkah cepat Bong Thian-gak menuju ke gardu
batu itu, lalu menegur dengan ketus, "Apakah Biau-kosiu ikut
datang?" Sebelum lelaki dan perempuan kekar berlengan cacat itu
sempat menjawab, dari balik kegelapan sudah terdengar
seseorang menjawab dengan suara merdu, "Jian-ciat-suseng,
nyawamu betul-betul amat panjang, ternyata kau masih
hidup." Biau-kosiu dengan langkah lemah-gemulai telah muncul
dan berhenti di antara lelaki dan perempuan kekar itu,
sementara matanya yang jeli mengamati setiap orang yang
berada di dalam gardu dengan seksama. Katanya lagi sambil
tertawa, "Orang tua yang berada di dalam gardu itu tentulah
Hek-mo-ong Thio Kim-ciok bukan?"
Dalam pada itu Thio Kim-ciok dengan wajah dingin
membesi dan sorot mata menggidikkan mengamati ketiga
orang itu, wajahnya tetap dingin tanpa emosi, sedang
mulutnya membungkam.
Sebaliknya Bong Thian-gak segera menyela sambil tertawa
dingin, "Dugaan nona Biau salah besar, dia bukan Hek-moong."
"Hm!" Biau-kosiu mendengus dingin. "Jian-ciat-suseng, bila
kau masih ingin hidup beberapa tahun lagi, kuanjurkan
kepadamu agar tidak mencampuri urusan orang lain."
Bong Thian-gak balas tertawa dingin, "Tentu aku ingin
hidup seratus tahun lagi, tapi aku rasa urusan ini tak usah kau
campuri." "Jian-ciat-suseng, tahukan kau siapakah orang ini?" tegur
Biau-kosiu dingin.
"Seorang Bu-lim Cianpwe!"
1167 Tiba-tiba Biau-kosiu berpaling ke atap rumah dan
membentak, "Cong-kaucu, benarkah orang itu adalah
suamimu, Thio Kim-ciok?"
Teriakannya yang sangat mendadak dan sama sekali di luar
dugaan ini membuat semua orang tertegun. Sorot mata
mereka pun dialihkan ke atap rumah di depan situ.
Ternyata pada sisi atap rumah secara lamat-lamat ada tiga
sosok bayangan orang berdiri di sana.
Bau harum bunga anggrek yang sangat tipis lamat-lamat
berhembus datang, bau harum semacam ini merupakan bau
khas perempuan tercantik dari Kanglam, Ho Lan-hiang.
Thio Kim-ciok dapat mengendus bau itu, tentu saja Bong
Thian-gak pun dapat mengendus pula bau harum bunga itu.
Salah satu dari ketiga orang itu sudah tentu adalah Ho Lanhiang
sedangkan orang yang di sebelah kiri adalah Ji-kaucu
dan orang yang di sebelah kanan adalah Sim Tiong-kiu,
komandan pasukan tanpa tanding.
Ketiga orang ini adalah kekuatan inti Put-gwa-cin-kau,
sekalipun pada tiga puluh tahun berselang nama mereka tidak
dicantumkan oleh Tio Tian-seng ke dalam urutan sepuluh
tokoh persilatan, namun kepandaian silat mereka sama sekali
tidak kalah dengan kepandaian silat kesepuluh tokoh
persilatan itu.
Dengan suara gemetar diliputi perasaan terkejut dan ngeri,
Ho Lan-hiang menyahut pelan, "Sebenarnya aku masih belum
percaya kalau dia masih hidup di dunia ini. Setelah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri hari ini, ternyata
berita itu memang benar."
Yang dia maksudkan tentu adalah Thio Kim-ciok.
Sejak Biau-kosiu dan rombongan menampakkan diri, Thio
Kim-ciok masih tetap membungkam, tapi sekarang agaknya
dia sangat dipengaruhi oleh emosi.
1168 Sekujur tubuhnya gemetar keras, sorot matanya
memancarkan sinar amarah berapi-api dan menggidikkan.
Setelah tertawa keras dengan suara menyeramkan dia
berkata, "Benar, aku adalah Thio Kim-ciok. Perempuan
rendah, tak nyana kau masih mengenali diriku."
Pengakuan Thio Kim-ciok ini membuat Biau-kosiu secepat
kilat menyerbu ke muka dan menyerang ke dalam gardu batu
itu. Segera Bong Thian-gak melintangkan badan dan
menghadang di depan undak-undakan batu menuju ke arah
gardu. Sambil membentak, lengan tunggalnya segera
diayunkan ke depan melepaskan sebuah bacokan.
Serangan yang dilancarkan olehnya sekarang amat gencar
dan dahsyat, tenaga yang disertakan pun amat mengerikan.
Dengan cekatan Biau-kosiu menghindar ke samping untuk
berkelit dari serangan dahsyat itu, lalu badannya melejit
dengan ringan dan bermaksud menyerang lagi dari sisi lain.
Siapa tahu Bong Thian-gak dengan lengan tunggalnya yang
gesit dan cepat dalam perubahan jurus, kembali melancarkan
sebuah bacokan kilat, Biau-kosiu mau tak mau harus mundur.
Lama kelamaan habis sudah kesabaran Biau-kosiu. Dengan
kening berkerut, bentaknya gusar, "Jian-ciat-suseng, apabila
kau mencampuri urusanku, jangan salahkan aku bertindak
keji!" Bong Thian-gak tertawa dingin.
"Kekejian dan kebuasan nona sudah lama kurasakan,
mengapa kau tak memperlihatkan kelihaianmu itu?"
Mendadak Biau-kosiu berpaling ke arah lelaki dan
perempuan kekar bermata tunggal itu, kemudian bentaknya,
"Biau-han-thian suami-istri, kalian berdua jaga baik-baik Jianciat-
suseng itu."
1169 Suami-istri bermata tunggal itu menyerang Bong Thian-gak
dari kiri dan kanan dengan kecepatan luar biasa, sementara
Biau-kosiu sendiri sekali lagi mendesak maju.
"Mundur semua!" bentak Bong Thian-gak.
Badannya berputar kencang dan dua gulung angin pukulan
yang sangat dahsyat menyapu ke arah suami-istri bermata
tunggal itu. Selesai melancarkan kedua buah serangan itu, Bong Thiangak
bagai setan gentayangan kembali mendesak ke depan dan
menghadang jalan pergi Biau-kosiu. Tangan kirinya bagaikan
cakar menyambar ke bawah dan mencengkeram urat nadi
pergelangan tangan kiri nona itu.
Demikian cepat dan cekatannya serangan itu membuat
siapa pun terkesiap.
Sementara itu meskipun kedua orang laki perempuan
bermata tunggal itu masing-masing menyambut serangan
Bong Thian-gak, namun tenaga serangannya itu sangat kuat
dan dahsyat sehingga menggetarkan tubuh mereka tigaempat
langkah. Biau-kosiu menjerit kaget.
Di bawah sapuan ujung jari tangan Bong Thian-gak atas
urat nadi pergelangan tangan kirinya, dengan cepat dia
mengundurkan diri dengan ketakutan.
Bong Thian-gak sama sekali tidak memanfaatkan
kesempatan itu untuk melakukan pengejaran, hanya tegurnya
kemudian dengan wajah sedingin salju, "Nona Biau,
kuanjurkan kepadamu agar mundur dari sini. Kalau tidak, aku
akan membalas air susu dengan air tuba. Bila kalian terluka
nanti, jangan salahkan diriku!"
"Jian-ciat-suseng, aku ingin bertanya kepadamu, mengapa
kau membantu Hek-mo-ong?" tanya Biau-kosiu dengan
geram. 1170 "Dia adalah Thio Kim-ciok, bukan Hek-mo-ong. Sebetulnya
nona Biau ingin mencelakainya dikarenakan peta rahasia
tambang emas bukan" Ataukah untuk membalas dendam bagi
kematian ayahmu?"
Perempuan rase dari bukit Biau-san, Biau-kosiu, nampak
tertegun dan berdiri melongo.
Setelah mendengar pertanyaan itu, dia segera balik
bertanya, "Jadi kau sudah mengetahui asal-usulku?"
"Aku tahu nona adalah putri kesayangan ketua Mi-tiongbun
di Tibet, Kui-kok Sianseng."
Mendadak Biau-kosiu tertawa seram, segera tanyanya,
"Tentunya kau tahu juga bukan bagaimana kejadiannya
sewaktu Kui-kok Sianseng mendapatkan musibah?"
"Kui-kok Sianseng merupakan orang pertama yang tewas di
tangan Hek-mo-ong."
"Dendam sakit hati terbunuhnya ayahku lebih dalam dari
samudra, aku sebagai putrinya merasa wajib menuntut balas
sakit hati ini. Jian-ciat-suseng, apakah kau bermaksud
menghalangi niatku membalas dendam?"
"Bersediakah nona mempercayai perkataanku?" ujar Bong
Thian-gak dengan suara hambar. "Baik Kui-kok Sianseng,
Song-ciu suami-istri maupun mendiang Bu-lim Bengcu Oh
Ciong-hu dan Ku-lo Hwesio, mereka bukan tewas di tangan
Thio Kim-ciok, melainkan mati di tangan Hek-mo-ong, si
perencana musibah ini. Hek-mo-ong bukan Thio Kimciok,
melainkan seorang yang lain."
"Bagaimana kau bisa membuktikan dia bukan Hek-moong?"
jengek Biau-kosiu sambil tertawa dingin.
Menghadapi pertanyaan itu, jelas Bong Thian-gak tak
mampu menjawab, padahal dia sendiri pun tak dapat
membuktikan secara pasti bahwa Thio Kim-ciok bukanlah Hekmo-
ong seperti apa yang yang dia duga.
1171 Sebenarnya Bong Thian-gak tadinya menganggap Thio
Kim-ciok sebagai Hek-mo-ong. Setelah mendengar penjelasan
Thio Kim-ciok tadi, mereka baru tahu Hek-mo-ong sebenarnya
adalah orang lain.
Lantas siapakah Hek-mo-ong, si otak semua peristiwa
berdarah ini"
Mungkinkah orang itu adalah tabib sakti Gi Jian-cau" Tentu
saja hingga sekarang belum ada seorang pun yang berani
memastikan. Biau-kosiu tertawa, lalu katanya, "Sesudah dicelakai oleh
sepuluh tokoh persilatan pada tiga puluh tahun berselang,
sudah pasti Thio Kim-ciok akan menaruh perasaan dendam
dan sakit hati terhadap pembunuh-pembunuhnya. Andaikata
ia masih hidup di dunia ini, apakah dendam sakit hati itu tak
akan dituntut balas?"
"Sebenarnya aku pun masih menaruh perasaan ragu dan
tak percaya tentang berita yang mengatakan bahwa Thio Kimciok
masih hidup di dunia ini. Apakah dia masih dapat
meloloskan diri dari kecurigaan sebagai Hek-mo-ong?"
Perkataan itu diutarakan dengan suara tegas, bertenaga
dan penuh pengertian yang mendalam.
Secara lamat-lamat Bong Thian-gak dapat merasakan
bahwa apa yang diucapkan Biau-kosiu memang benar, sebab
selain Thio Kim-ciok, siapa pula yang berminat membunuh
kesepuluh tokoh persilatan itu"
Tanpa terasa Bong Thian-gak berpaling ke arah gardu dan
memandang sejenak ke arah Thio Kim-ciok.
Sementara itu Thio Kim-ciok dengan wajah dingin
membeku membungkam, wajahnya kaku tanpa perubahan
emosi. Dengan langkah lemah-gemulai, Thay-kun segera maju dan
pelan-pelan berkata, "Walaupun semua perkataan nona Biau
1172 masuk akal dan bisa diterima, namun aku ingin bertanya satu
hal kepada nona, siapakah yang telah memberitahu kepadamu
bahwa Thio Kim-ciok belum tewas?"
"Mengapa kau menanyakan hal ini?" tanya Biau-kosiu
dengan suara dingin.
"Sebab aku dapat membantumu menemukan Hek-mo-ong
yang sebenarnya."
"Kau maksudkan Hek-mo-ong adalah salah seorang di
antara kesepuluh tokoh persilatan?" tanya Biau-kosiu dengan
suara dingin dan kaku.
"Betul, orang itu adalah salah seorang di antara kesepuluh
tokoh persilatan itu."
"Omong kosong, ngaco-belo," bentak Biau-kosiu dengan
geram. "Seandainya Thio Kim-ciok sudah mati pada tiga puluh
tahun berselang dan tidak bangkit dari kematiannya, bisa jadi
Hek-mo-ong adalah salah satu di antara kesepuluh tokoh
persilatan. Tapi kini terbukti sudah kalau Thio Kim-ciok masih
hidup di dunia ini, terbukti sudah kalau Hek-mo-ong
sesungguhnya adalah dirinya sendiri."
"Dugaan nona Biau salah besar," pelan-pelan Thay-kun
menyahut. "Apabila seorang mempunyai rencana busuk dan
keji hendak melimpahkan dosa dan kesalahannya kepada
orang lain, seringkah dia akan mencari titik lemah lawanlawannya,
yakni pertentangan batin untuk dimanfaatkan,
sebab dengan cara begitulah apa yang dicita-citakan baru
dapat terwujud."
"Hek-mo-ong adalah seorang di antara kesepuluh tokoh
persilatan dan kenyataan itu merupakan suatu bukti yang
jelas. Apabila dugaanku tidak salah, kupastikan Hek-mo-ong
akan terpaksa memberitahukan kepadamu tentang kabar
belum matinya Thio Kim-ciok, karena nona Biau sudah mulai
mencurigai asal-usulnya. Oleh sebab itulah mau tak mau
terpaksa dia harus menyampaikan berita itu."
1173 "Benarkah berita belum matinya Thio Kim-ciok mempunyai
arti begitu penting?" seru Biau-kosiu sambil tertawa dingin.
Thay-kun memandang sekejap ke arahnya, kemudian
menjawab, "Berita mati hidup Thio Kim-ciok tentu saja
mempunyai arti sangat penting bagi Hek-mo-ong."


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian setelah berhenti sejenak dan menarik napas
panjang, kembali dia melanjutkan, "Hek-mo-ong sengaja
menghasut kesepuluh tokoh persilatan untuk mencelakai jiwa
Thio kim-ciok Locianpwe, tak lain bertujuan untuk merampas
tambang emas dari tangannya. Rahasia peta tambang itu
cukup dipahami setiap orang dari kesepuluh tokoh persilatan
itu. Oleh karena itu apabila berita belum matinya Thio Kimciok
bocor dan diketahui umum, maka sudah dapat dipastikan
bahwa sisa kesepuluh tokoh persilatan beserta kawanan jago
lainnya akan berdaya-upaya membunuh Thio-locianpwe dan
merampas rahasia peta tambang emas itu. Itulah sebabnya
dalam keadaan terpaksa mau tak mau Hek-mo-ong
mengungkap padamu bahwa Thio-locianpwe sebenarnya
belum mati."
Perkataan Thay-kun itu segera menggetarkan perasaan
Thio Kim-ciok sendiri, dengan cepat dia bertanya, "Nona Thaykun,
jadi menurut pendapatmu Hek-mo-ong sudah lama
mengetahui kalau aku belum mati?"
"Benar," sahut Thay-kun sambil tersenyum. "Sudah lama
sekali Hek-mo-ong tahu kau telah menyelundup ke dalam kuil
Sam-cing-koan di kota Lok-yang."
Biau-kosiu mendengus dingin, katanya pula, "Kalau
memang begitu, mengapa Hek-mo-ong tidak secara langsung
datang mencari Thio Kim-ciok?"
"Hm, pertanyaan yang sangat bagus! Memang, Hek-moong
sudah lama mengetahui Thio Kim-ciok Locianpwe belum
mati, namun apa sebabnya tak secara langsung datang
mencari Thio-locianpwe" Menurut dugaanku, Hek-mo-ong tak
1174 berani berbuat demikian lantaran dia takut dan jeri terhadap
kepandaian silat Thio-locianpwe, Hek-mo-ong sadar dia tak
mempunyai keyakinan untuk menang dan berhasil apabila dia
menyerang Thio-locianpwe secara langsung. Karena itu dia
ingin memanfaatkan kemampuan nona Biau beserta sisa
kekuatan sepuluh tokoh persilatan yang masih hidup untuk
sekali lagi membasmi Thio-locianpwe dari muka bumi."
Dengan suara dingin Biau-kosiu berkata, "Sam-cing Tojin
dari Sam-cing-koan adalah Thio Kim-ciok dan Thio Kim-ciok
adalah Sam-cing Totiang. Berita yang mengejutkan ini baru
diketahui pada malam tadi. Betul, ketika aku selidiki tentang
orang-orang yang mencurigakan sebagai Hek-mo-ong
sebenarnya tinggal satu orang yang terakhir, tetapi sekarang
berubah menjadi dua orang. Akhirnya siapakah Hek-mo-ong
yang sebenarnya, aku yakin dalam waktu singkat hal ini akan
berhasil kuselidiki dengan jelas."
Selesai berkata dia lantas berpaling ke belakang dan
serunya lantang, "Biau-han-thian, ayo kita pergi!"
Dengan cepat dia menggerakkan tubuh dan melejit pergi.
Tiba-tiba terdengar Bong Thian-gak berseru, "Nona Biau,
mengapa tidak kau katakan nama orang terakhir yang
dicurigai itu?"
Tanpa berpaling, sahut Biau-kosiu dengan suara dingin, "Si
tabib sakti Gi Jian-cau telah membocorkan kabar tentang
belum matinya Thio Kim-ciok kepada setiap orang. Mulai
sekarang Thio Kim-ciok bakal diserang dan dikepung oleh para
jago persilatan, lebih baik kalian hadapi mereka secara hatihati."
Biau-kosiu dan Biau-han-thian suami-istri bertiga sudah
lenyap di balik kegelapan sana dengan cepat.
Di atas atap rumah di seberang gardu sana masih berdiri
dengan tenang Ho Lan-hiang, Ji-kaucu serta Sim Tiong-kiu
bertiga. 1175 Mendadak Ho Lan-hiang tertawa, lalu katanya, "Thio Kimciok,
mengapa kau tak berani mengaku sebagai Hek-mo-ong?"
Thio Kim-ciok masih tetap berdiri dalam gardu batu itu
dengan wajah dingin, kaku, tanpa emosi, mulut
membungkam. Hati Thay-kun serta Bong Thian-gak yang mendengar
ucapan itu bergetar keras, mereka menantikan penyangkalan
Thio Kim-ciok, namun suasana dalam arena masih tetap
hening, sepi. Suasana yang hening dan sepi itu berlangsung cukup lama,
sebelum akhirnya Thio Kim-ciok berkata dengan pelan,
"Perempuan rendah, nyalimu benar-benar sangat besar!"
Ho Lan-hiang tertawa terkekeh-kekeh, "Apabila Thio Kimciok
mempunyai kemampuan untuk membunuhku, mungkin
sudah turun tangan sejak tadi."
"Kalau sudah mengetahui bahwa aku tidak berkemampuan
untuk membunuhmu, mengapa kau tidak segera turun tangan
menyerang diriku?" Thio Kim-ciok balik bertanya dengan suara
dalam dan berat.
"Tiga puluh tahun berselang, kau telah dipaksa menelan
beberapa tetes racun Hok-teng-ang, setelah keracunan, kau
pun diserang kawanan jago. Sekalipun tiga puluh tahun
kemudian kau lolos dari ancaman maut itu, tetapi aku percaya
Thio Kim-ciok telah menjadi seorang manusia cacat."
Selesai berkata Ho Lan-hiang dengan matanya yang tajam
dan menggidikkan mengawasi setiap gerak-gerik Thio Kimciok
yang berada dalam gardu.
Sikap Thio Kim-ciok ketika itu nampak sangat tenang.
Wajahnya tidak menampilkan wajah girang, marah, sedih,
murung dan berdiri membungkam di tempat tanpa bergerak.
Setelah tertawa terkekeh-kekeh, kembali Ho Lan-hiang
berkata lebih jauh, "Dugaanku tidak salah bukan" Seandainya
1176 Thio Kim-ciok masih tetap sehat dan segar-bugar, tak nanti
dia akan melepaskan setiap musuh yang dijumpainya, tentu
dia pun tak akan membiarkan seorang perempuan yang telah
mengkhianati, mengumpat, mencemoohnya dan menyindir
dirinya." Entah mengapa pada saat dan keadaan seperti ini Thio
Kim-ciok masih tetap berdiri membungkam, mulutnya seolaholah
terkunci rapat seperti seorang bisu.
Thay-kun dapat melihat jelas bahwa kedua orang itu
sedang beradu otak, mengapa hingga sekarang Ho Lan-hiang
belum juga turun tangan" Sudah jelas hal ini disebabkan
perempuan itu pun belum yakin seratus persen bahwa Thio
Kim-ciok benar-benar tak berkemampuan lagi untuk
membunuh mereka.
Oleh sebab itu dia berusaha mengejek, mencemooh,
menyindir dan mengumpat lawan dengan harapan dari
pembicaraan itu dia berhasil menyelidiki secara pasti tentang
keadaan Thio Kim-ciok yang sesungguhnya.
Sebaliknya Thio Kim-ciok benar-benar seorang berotak
cerdas dan lihai, setiap gerak-geriknya serta mimik wajahnya
ditampilkan dengan begitu sempurna, sehingga susah diduga
orang, apakah hal itu benar ataukah hanya pura-pura saja.
Pada saat itu Bong Thian-gak justru tak sanggup menahan
diri, sambil tertawa dingin segera katanya, "Ho Lan-hiang,
mengapa kau tidak segera turun tangan" Kami sudah tak
sabar lagi menunggumu!"
"Jian-ciat-suseng, hari ini bukannya aku bermaksud
mengadu domba di antara kalian, tapi kau harus tahu bahwa
Thio Kim-ciok adalah seorang licik yang berhati buas dan
kejam. Kekejamannya boleh dibilang tiada orang di dunia ini
yang sanggup menandinginya, dia sangat pandai memperalat
orang lain, dia pun sangat memahami bagaimana caranya
melenyapkan orang itu. Justru karena kekejaman dan
1177 kebuasan Thio Kim-ciok itulah maka tiga puluh tahun
berselang kesepuluh orang gurunya bersepakat
membinasakan dirinya daripada ia menerbitkan bencana yang
lebih besar lagi di kemudian hari."
"Kau tak usah membacot lebih lanjut," tukas Bong Thiangak
sambil tertawa dingin. "Sekalipun Thio Kim-ciok adalah
seorang telur busuk di masa lampau, tapi sekarang rasanya
dia tak akan menandingi kekejian dan kecabulanmu itu."
Kembali Ho Lan-hiang tertawa terkekeh-kekeh, "Jian-ciatsuseng,
tahukah kau akan rencana busuk yang sedang
dipersiapkan Thio Kim-ciok saat ini?"
"Dia hendak membalas dendam, hendak membantai setiap
orang yang pernah mencelakai jiwanya," sahut Bong Thiangak
hambar. "Betul, dia ingin membantai orang yang pernah
mencelakainya dahulu, tapi dia lebih-lebih berkeinginan untuk
membunuh setiap jago persilatan yang membantunya."
"Kau tak usah bersilat lidah mencoba mengadu domba
kami," jengek Bong Thian-gak sambil tertawa dingin. "Yang
jelas, antara orang she Bong dengan Put-gwa-cin-kau kalian,
terutama dengan kau, aku bersumpah tak akan hidup
berdampingan secara damai."
"Jian-ciat-suseng memang termasuk seorang jago lihai di
antara kaum angkatan muda," Ho Lan-hiang tersenyum, "tapi
bila kau berkeinginan untuk beradu kemampuan dengan
kesepuluh tokoh persilatan yang pernah termasyhur di masa
lampau, kemampuanmu itu masih belum cukup matang. Bila
kau tak percaya, silakan kau turun tangan terhadapku!"
Bong Thian-gak berkerut kening, mendadak ia berpaling ke
arah Song Leng-hui dan katanya, "Leng-hui, pinjamkan
pedang bambumu itu kepadaku!"
1178 Ternyata di balik bahu Song Leng-hui tersoreng sebilah
pedang bambu yang dibuat sendiri oleh Bong Thian-gak ketika
mereka berdua hidup berdampingan di tengah gunung yang
terpencil tempo dulu.
Pek-hiat-kiam milik Bong Thian-gak hilang ketika
berlangsung pertarungan dalam Ban-jian-bong tempo hari,
sehingga saat ini dia tak bersenjata sama sekali. Itulah
sebabnya dia meminjam pedang dari Song Leng-hui.
Dengan cepat Song Leng-hui melolos pedang itu dan
berkata dengan lembut, "Engkoh Gak, apakah kau mau
bertarung melawannya?"
Sambil bertanya dia berjalan mendekat sambil menenteng
pedang bambunya itu.
Tiba-tiba Thay-kun berjalan mendekatinya, lalu berbisik
pelan, "Bong-suheng, jangan turun tangan lebih dahulu."
"Antara aku dan dia ibarat api dan air yang tak mungkin
bisa hidup berdampingan, cepat atau lambat di antara kami
tentu akan dilangsungkan suatu pertarungan antara mati
hidup. Buat apa aku mesti menunggu lebih lanjut?" ucap Bong
Thian-gak dengan suara dalam dan berat.
"Ucapan Bong-suheng memang benar. Apabila kita tidak
berusaha membunuhnya, dia pasti akan membunuh kita, tapi
hari ini rasanya kita belum perlu membunuhnya."
"Mengapa?" tanya anak muda itu dengan perasaan tidak
habis mengerti.
Tiba-tiba Thay-kun memperkeras suaranya dan berseru
lantang, "Sebab bila kita membunuhnya, berarti sudah
termakan oleh siasat busuk Hek-mo-ong."
Satu ingatan dengan cepat melintas dalam benak Bong
Thian-gak, katanya kemudian, "Termakan siasat busuk Hekmo-
ong" Bukankah dia adalah satu komplotan dengan Hekmo-
ong?" 1179 Agaknya perkataan terakhir Thay-kun itu membuat Ho Lanhiang
merasa sangat terkejut, sesudah tertawa dingin pelanpelan
dia berseru, "Budak setan, aku ingin bertanya
kepadamu, siapakah Hek-mo-ong yang sesungguhnya?"
Jelas selama ini Ho Lan-hiang menganggap Thio Kim-ciok
sebagai Hek-mo-ong.
Thay-kun segera tersenyum.
"Aku hanya bisa memberitahukan kepadamu, Hek-mo-ong
yang sebenarnya bukan Thio Kim-ciok Locianpwe."
Kembali Ho Lan-hiang tertawa dingin.
"Sekarang perkembangannya sudah semakin bertambah,
seorang bocah cilik berusia tiga tahun pun akan mengetahui
bahwa Thio Kim-ciok sesungguhnya adalah Hek-mo-ong."
"Sayang sekali dugaanmu itu keliru besar," Thay-kun
tertawa cekikikan.
Kemudian setelah berhenti sejenak, tegurnya, "Terus
terang saja kuberitahukan kepadamu, Hek-mo-ong yang
sesungguhnya bukan saja ingin membasmi kesepuluh tokoh
persilatan, bahkan kau dan anak buahmu pun rasanya tak
bakal dibiarkan hidup bebas di dunia ini. Dewasa ini Hek-moong
sedang melaksanakan rencananya untuk membunuh dan
membasmi kalian semua. Nah, mau percaya atau tidak
terserah kepadamu."
Dengan tenang Ho Lan-hiang termenung dan berpikir
sejenak, lantas ia berseru, "Ji-kaucu, komandan Sim, ayo kita
pergi dari sini!"
Di bawah seruan Ho Lan-hiang, berangkatlah kedua jago
Put-gwa-cin-kau itu meninggalkan tempat itu.
Dalam waktu singkat ketiga sosok orang itu sudah lenyap di
balik wuwungan rumah sana.
1180 Malam telah pulih kembali dalam keheningan dan kesepian
yang mencekam. Pelan-pelan Bong Thian-gak menghela napas panjang,
ujarnya kemudian dengan perasaan tak habis mengerti,
"Thay-kun, mengapa kau biarkan dia pergi dari sini dengan
aman dan selamat?"
"Kepandaian silat Ho Lan-hiang sudah mencapai tingkatan
yang tak terukur lagi. Apabila kita bertarung melawannya pada
malam ini, menang kalah masih merupakan tanda tanya
besar. Seandainya kedua belah pihak terlibat dalam
pertarungan yang seru, tiba-tiba Hek-mo-ong muncul serta
mencelakai Thio Kim-ciok Locianpwe, maka bagaimana
jadinya" Itulah sebabnya lebih baik kita singkirkan dahulu
dendam pribadi dan berusaha menghindari setiap bentrokan
dengan orang, kecuali dengan Hek-mo-ong."
"Thay-kun, apakah kau sudah tahu siapakah Hek-mo-ong?"
tanya Bong Thian-gak.
Thay-kun mengangguk.
"Ya, aku sudah tahu siapakah dia."
"Siapakah orang itu?"
"Untuk sementara waktu belum dapat kuberitahukan
kepada kalian."
Bong Thian-gak menghela napas panjang.
"Sudah kuduga sedari tadi, kau tidak akan
mengutarakannya. Ai! Bagaimana rencana kita selanjutnya?"


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thay-kun berpaling dan memandang sekejap ke arah Thio
Kim-ciok, lalu sahutnya, "Untuk sementara waktu lebih baik
kita berdiam di dalam bangunan ini."
"Nona Thay-kun," Thio Kim-ciok berkata sambil menghela
napas sedih. "Kecerdasan otakmu benar-benar mengagumkan.
1181 Seandainya tiada kau pada hari ini, bisa jadi kita semua sudah
termakan oleh rencana busuk Hek-mo-ong."
Thay-kun tersenyum.
"Hek-mo-ong telah pergi meninggalkan tempat ini, aku
yakin dia sendiri pun tak dapat menduga secara pasti keadaan
Thio-locianpwe yang sesungguhnya sehingga untuk sementara
waktu ia tak akan turun tangan terhadap kita semua."
Kembali hati Bong Thian-gak tergerak, segera tanyanya,
"Thay-kun, kau bilang barusan Hek-mo-ong berada di sekitar
tempat ini?"
"Benar," Thay-kun mengangguk, " saat Biau-kosiu dan
rombongan muncul di sini, Hek-mo-ong pun muncul pula di
salah satu sudut bangunan ini, hanya dia tetap diam di situ
menunggu perkembangan selanjutnya, di saat Ho Lan-hiang
dan rombongan meninggalkan tempat ini, secara diam-diam
pun dia turut pergi dari sini."
Sampai di sini gadis itu segera berpaling dan memandang
sekejap ke arah Thio kim-ciok, kemudian sambungnya, "Thiolocianpwe,
ada beberapa persoalan yang belum Boanpwe
pahami. Kumohon Locianpwe sudi memberi penjelasan."
"Katakanlah, Thay-kun!"
"Aku tahu, sudah sejak dulu Locianpwe telah mengetahui
siapakah Hek-mo-ong itu, lagi pula kau pun masih mempunyai
tenaga dan kemampuan yang cukup untuk membinasakan
dirinya. Mengapa kau orang tua enggan membalas dendam?"
"Aku pun tak ingin mengelabui kalian lagi. Sebenarnya
alasanku berbuat demikian, tak lain karena dendam dan benci.
Aku berharap mereka bisa saling gontok hingga akhirnya
tinggal Hek-mo-ong."
"Tapi kenyataannya sekarang apa yang kau inginkan malah
menghasilkan keadaan yang terbalik. Hek-mo-ong telah
mengadakan persekongkolan dengan kawanan jago lihai untuk
1182 bersama-sama mengurung dan mengeroyok dirimu,
sanggupkah Thio-locianpwe menghadapi mereka?"
Berkilat mata Thio Kim-ciok, sahutnya dengan lantang,
"Asal nona Song bersedia membantuku menghilangkan sisa
racun keji yang masih mengeram dalam tubuhku, aku percaya
masih mampu menghadapi kerubutan kawanan jago lihai
persilatan."
Tiba-tiba Song Leng-hui berkata dengan merdu, "Thiolocianpwe,
kau boleh segera mencari tempat yang aman dan
terlindung. Sekarang juga aku akan turun tangan
menyembuhkan penyakitmu itu."
Thay-kun memandang sekejap ke arah Song Leng-hui,
kemudian katanya merdu, "Padahal dengan tubuh yang masih
berpenyakit pun, aku percaya Thio-locianpwe dapat melawan
keroyokan kawanan jago lihai persilatan."
Paras muka Thio Kim-ciok berubah secara tiba-tiba, dengan
suara dalam ia segera bertanya, "Nona, apakah yang ingin kau
katakan, lebih baik sampaikan secara terus terang."
Thay-kun termenung beberapa lama, kemudian baru
berkata, "Bicara soal kesetia kawanan, kami memang wajib
membantu Thio-locianpwe menyembuhkan penyakit menahun
akibat racun keji itu. Tapi kami pun kuatir bila Thio-locianpwe
sudah sembuh dari penyakit itu, maka secara tiba-tiba akan
berubah menjadi seorang yang lain."
"Hm, jalan pikiranmu itu persis seperti jalan pikiran sepuluh
tokoh persilatan di masa lampau," kata Thio Kim-ciok sambil
tertawa dingin.
"Tentu saja, sebab bila racun keji yang mengeram dalam
tubuh Thio-locianpwe dihilangkan, kau akan menjelma
menjadi seorang jago silat yang tiada tandingannya di dunia
ini, bahkan kau pun memiliki harta kekayaan yang tidak
terhitung jumlahnya."
1183 "Bagi seorang manusia yang berilmu silat tinggi dan
mempunyai harta kekayaan yang tak terhitung jumlahnya,
andaikan pikirannya sedikit menyeleweng saja, akibatnya
tentu tak dapat dilukiskan. Itulah sebabnya mau tidak mau
kami harus mempertimbangkan sampai sejauh itu."
Thio Kim-ciok segera tertawa dingin.
"Aku bukan memohon pertolonganmu, aku minta nona
Song yang menyembuhkan penyakitku ini."
"Tentu saja kau boleh meminta pertolongan nona Song,"
kata Thay-kun dengan suara pelan, "tapi seandainya
kuungkap hubunganmu dengan Hek-mo-ong, sudah dapat
dipastikan Song Leng-hui tidak akan mengobati penyakitmu
itu." Baik Song Leng-hui maupun Bong Thian-gak keduanya
sama-sama dibuat tertegun, melongo dan tidak habis
mengerti, mereka tidak tahu apa yang sebabnya Thay-kun
menolak menyembuhkan penyakit yang diderita Thio Kim-ciok.
Sesungguhnya terjalin hubungan apakah antara Thio Kimciok
dan Hek-mo-ong"
Segera Song Leng-hui berkata, "Enci Thay-kun,
pengetahuan serta pengalamanmu jauh lebih luas dibanding
diriku, kami akan menuruti semua perintah serta petunjukmu."
Perkataan ini sudah jelas, asal Thay-kun menolak
menyembuhkan penyakit yang diderita Thio Kim-ciok, maka
dia pun akan menuruti perkataan Thay-kun dengan tidak
mengobati penyakitnya.
Berubah hebat paras muka Thio Kim-ciok, dengan suara
dingin ujarnya, "Bagi seorang persilatan, memegang janji
adalah salah satu syarat utama agar dapat dipercaya orang,
nona Song sudah berjanji tapi kemudian mengingkarinya,
benar-benar jarang kujumpai."
1184 Merah jengah wajah Song Leng-hui oleh dampratan itu, dia
menjadi tergagap, "Aku ... aku ... aku kan belum pernah
berjanji akan menyembuhkan penyakitmu itu!"
Dengan cepat Thay-kun berkata pula dengan suara dingin,
"Thio-locianpwe, aku cukup tahu bahwa kau mempunyai
rencana busuk dan maksud keji terhadap keselamatan umat
persilatan. Demi menjaga agar umat persilatan tidak dibuat
pecundang oleh ulahmu itu, mau tidak mau terpaksa kami
harus bertindak sangat hati-hati dalam menghadapi persoalan
ini." "Apabila Thio-locianpwe tidak mempunyai rencana jelek
lainnya dan khusus bertujuan membalas dendam, maka
dendam harus dibalas kepada siapa yang berhutang. Jadi
sepantasnya Thio-locianpwe mencari Hek-mo-ong serta
melepas rasa dendammu kepadanya. Mengapa kau justru
bersekongkol dengan Hek-mo-ong melakukan kejahatan?"
Beberapa patah kata itu kontan membuat Bong Thian-gak
menjadi terlongong, segera tanyanya, "Jadi dia bersekongkol
dengan Hek-mo-ong melakukan berbagai kejahatan?"
"Benar," Thay-kun mengangguk, "sesungguhnya antara
Hek-mo-ong dan Thio Kim-ciok memang sudah terjalin
hubungan pribadi yang sangat erat dan akrab."
"Benarkah nona sudah dapat menduga asal-usul serta
identitas yang sebenarnya dari Hek-mo-ong?" tanya Thio Kimciok
lagi sambil tersenyum.
"Justru karena sudah mengetahui siapakah dia, maka aku
baru menaruh curiga terhadap semua gerak-gerik serta sepakterjang
Thio-locianpwe."
"Mengapa tidak nona sebutkan siapakah Hek-mo-ong?"
tanya Thio Kim-ciok
"Waktunya belum tiba, tunggu sampai saatnya aku pasti
akan mengungkap rahasia ini kepada semua orang."
1185 Thio Kim-ciok mendengus dingin, "Mengapa tidak nona
katakan sekarang juga" Apakah belum dapat meyakini
identitas Hek-mo-ong itu?"
"Benar," Thay-kun tersenyum. "Dugaanku ini belum yakin
seratus persen, tapi aku percaya selisih juga tak jauh lagi."
Tiba-tiba Thio Kim-ciok berkata dengan suara dalam dan
sangat berat, "Apakah kalian bersedia menyembuhkan
penyakitku atau tidak, keputusan terserah kepada kalian
sendiri dan aku pun tak bermaksud memaksakan kehendakku.
Seperti apa yang dikatakan nona Thay-kun tadi, sekalipun
dengan tubuh mengidap penyakit keracunan Hok-teng-ang,
aku masih tetap mampu mengadu kepandaian dengan para
jago persilatan itu. Tapi ada hal yang perlu kalian ketahui, di
saat kesepuluh tokoh persilatan dan Ho Lan-hiang terbasmi,
maka persengketaan antara Hek-mo-ong dan diriku pun akan
menjadi kiamatnya dunia persilatan."
Selesai mengucapkan perkataan itu tba-tiba Thio Kim-ciok
berjalan keluar dari gardu itu, Hay Cing-cu, Siu-kiong dan Siugo
kedua orang dayangnya segera mengikut pula di
belakangnya. Saat itulah terdengar suara Thio Kim-ciok kembali
berkumandang, "Saat kambuhnya penyakit yang kuderita
sudah hampir tiba. Oleh sebab itu aku harus kembali ke dalam
kamarku untuk beristirahat. Apabila kalian membutuhkan
sesuatu, minta saja kepada kedua orang dayangku ini."
Habis berkata, dengan cepat Thio Kim-ciok berjalan masuk
ke dalam kamarnya.
Bong Thian-gak mengawasi bayangan Thio Kim-ciok lenyap
di balik ruangan, kemudian ia berkata sambil menghela napas
panjang, "Ai, persoalan dalam dunia persilatan memang penuh
dengan intrik jahat dan tipu-muslihat yang amat keji,
perubahan demi perubahan dapat berlangsung secara
mendadak hingga susah diduga sebelumnya."
1186 Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali ujarnya,
"Sumoay, darimana kau bisa tahu bahwa antara Thio Kim-ciok
dan Hek-mo-ong sebenarnya telah terjalin hubungan kerjasama?"
"Bong-suheng, menurut pendapatmu, siapakah Hek-moong?"
Thay-kun bertanya.
Bong Thian-gak tertegun sejenak, lalu sahutnya, "Selain si
tabib sakti Gi Jian-cau, masakah masih ada orang lain lagi?"
"Dugaanmu itu keliru besar," kata Thay-kun sambil
menggeleng, "Tabib sakti hanya pembantu Hek-mo-ong."
"Lantas siapakah dia?"
"Liu Khi."
"Liu Khi?" seru BongThian-gak dengan terperanjat.
"Sumoay, apakah dugaanmu tidak salah?"
"Dari berbagai gejala dan persoalan yang kita jumpai, aku
bisa menemukan petunjuk atau petanda yang menunjukkan
bahwa Liu Khi merupakan Hek-mo-ong yang sesungguhnya?"
"Baik Thio Kim-ciok maupun Gi Jian-cau dan Liu Khi samasama
merupakan orang yang dicurigai sebagai Hek-mo-ong,
namun di antara mereka bertiga hanya seorang yang
merupakan Hek-mo-ong sebenarnya dan orang ini tak lain
adalah Liu Khi."
Bong Thian-gak mengerutkan dahi, selang sejenak
kemudian baru bertanya, "Sumoay, bagaimana caramu
membuktikan bahwa Liu Khi adalah Hek-mo-ong yang
sebenarnya?"
"Soal ini tak mungkin dapat kujelaskan seluruhnya
kepadamu pada saat ini, apalagi yang penting aku hanya ingin
memberitahukan kepadamu bahwa Liu Khi adalah Hek-moong,
sehingga kau pun bisa berhati-hati dan jangan sampai
dipecundangi olehnya."
1187 "Apakah Thio Kim-ciok sudah mengetahui akan asal-usul
yang sebenarnya dari Hek-mo-ong?"
"Thio Kim-ciok merupakan seorang yang sangat lihai,
sekalipun dia sudah mengetahui siapakah Hek-mo-ong, namun
masih saja berlagak seakan-akan tidak tahu. Ketika aku
bertanya kepada Thio Kim-ciok tadi, apa sebabnya dia tidak
secara langsung mencari Hek-mo-ong untuk membalas
dendam, tujuannya tak lain adalah ingin mengetahui apakah
Thio Kim-ciok sudah mengetahui Liu Khi pembunuh
sebenarnya, tapi Thio Kim-ciok seakan-akan tidak tahu."
"Maka aku pun mulai menaruh curiga terhadap Thio Kimciok,
kita harus mempertimbangkan masak-masak rencana
Song Leng-hui menyembuhkan penyakit Thio Kim-ciok itu."
Bong Thian-gak segera manggut-manggut, katanya,
"Apakah Sumoay menaruh curiga bahwa Thio Kim-ciok
bersekongkol dengan Hek-mo-ong untuk membunuh
kesepuluh tokoh persilatan itu?"
Thay-kun menggeleng.
"Mereka tidak berkomplot, sebaliknya Hek-mo-ong justru
telah diperalat oleh Thio Kim-ciok."
"Kalau begitu Thio Kim-ciok benar-benar seorang licik dan
banyak tipu-muslihatnya. Dari sini terbukti juga bahwa Thio
Kim-ciok belum bisa menghilangkan rasa benci dan
dendamnya terhadap kesepuluh tokoh persilatan serta Ho Lanhiang
yang telah mencelakainya pada tiga puluh tahun
berselang."
"Jelas Thio Kim-ciok memang berhasrat membunuh
kesepuluh tokoh persilatan serta Ho Lan-hiang," kata Thaykun
lebih jauh, "tapi di luaran, kematian Kui-kok Sianseng,
Song-ciu dan Oh Ciong-hu serta Kulo Hwesio seakan-akan
tewas di tangan Hek-mo-ong, padahal yang benar kematian
mereka disebabkan oleh rencana busuk Thio Kim-ciok."
1188 "Ai, padahal cara yang digunakan Thio Kim-ciok untuk
membalas dendam pun tidak dapat disalahkan, hanya saja
yang mengerikan adalah kelicikannya itu dapat mencelakai
umat persilatan di kemudian hari."
Tiba-tiba Song Leng-hui bertanya, "Enci Thay-kun,
sebenarnya kita harus menyembuhkan penyakit yang diderita
Thio Kim-ciok atau tidak?"
Thay-kun termenung dan berpikir beberapa saat, kemudian
dia baru menyahut sambil menghela napas, "Kita harus
membantu Thio Kim-ciok menyembuhkan penyakit yang
dideritanya."
Baru selesai dia berkata, mendadak dari balik kegelapan
malam terdengar seorang berkata dengan suara dingin
menyeramkan, "Bila kalian berani menolong Thio Kim-ciok,
maka kalian akan mampus tanpa liang kubur."


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suara ancaman itu seakan-akan berkumandang dari
kejauhan sana, tapi seperti juga berasal dari suatu tempat
yang sangat dekat sekali.
Nada suara itu mengalun dan berputar-putar di tengah
udara, sehingga membuat orang susah menentukan
darimanakah suara itu berasal.
Bong Thian-gak segera membentak, "Siapa kau" Mengapa
tidak segera menampakkan diri?"
"Aku adalah Hek-mo-ong yang asli," jawab suara itu tetap
mengalun di tengah udara.
Baik Bong Thian-gak maupun Thay-kun dapat mengenali
dengan segera bahwa suara itu adalah suara Hek-mo-ong,
jauh berbeda dengan suara Hek-mo-ong yang dua kali telah
mereka dengar sebelum ini.
Bong Thian-gak tertawa dingin, "Apakah kau adalah Liu
Khi?" 1189 "Aku adalah Hek-mo-ong, bukan Liu Khi," sahut suara itu
sambil tertawa tergelak.
Mendadak terdengar Song Leng-hui menjerit, "Dia
bersembunyi di atas gunung-gunungan."
Bong Thian-gak serta Thay-kun serentak mengalihkan sorot
mata mereka ke arah gunung-gunungan yang berada di sisi
kiri mereka setelah mendengar jeritan itu, benar saja secara
lamat-lamat mereka saksikan sesosok bayangan muncul dan
berdiri di atas gunung-gunungan itu.
Ketajaman mata Thay-kun serta Bong Thian-gak tidak
diragukan, kendati mereka masih dapat membedakan dengan
jelas bayangan orang yang berdiri di balik kegelapan itu,
namun saat itu mereka justru tidak dapat membedakan secara
jelas tinggi-rendahnya bayangan orang itu serta ciri-ciri lain
yang dapat diingat.
Jelas bayangan orang yang berada di atas gununggunungan
itu tercipta oleh ilmu menghilang dari In-heng-coatkang
yang merupakan kepandaian sakti.
Dengan menggerakkan sepasang bahu kiri dan kanannya
hingga membuat seluruh badan tak pernah berhenti bergerak,
maka pandangan orang lain tak akan bisa menangkap bentuk
badan secara jelas.
Mendadak Thay-kun berteriak, "Adik Song, jangan dekati
orang itu."
Tampak Song Leng-hui tengah mendekati gununggunungan
itu. Song Leng-hui menghentikan langkah, katanya sambil
berpaling, "Cici, asalkan kita bisa mendekatinya, sudah pasti
akan terlihat bentuk tubuhnya dengan lebih jelas."
"Hek-mo-ong justru mengharapkan kau maju ke depan
seorang diri," kata Thay-kun memperingatkan.
1190 Baik Song Leng-hui maupun Bong Thian-gak keduanya
mengerti apa yang dimaksudkan Thay-kun.
Dengan suatu gerakan yang amat cekatan sekali Bong
Thian-gak segera melompat ke depan dan berdiri bersiap di
samping Song Leng-hui.
Sambil tertawa Thay-kun segera berkata, "Asalkan kita
bertiga maju dan mundur bersama, aku rasa kita tak usah
takut lagi kepada Hek-mo-ong."
Hek-mo-ong yang berada di atas gunung-gunungan
mendengus dingin sambil tertawa seram, katanya, "Aku sudah
memperingatkan kalian, jangan menyembuhkan penyakit yang
diderita Thio Kim-ciok. Bila kalian tak mau menuruti nasehatku
ini, kalian bertiga bakal mampus tanpa liang kubur."
Thay-kun tertawa cekikikan, "Sebetulnya kami tak punya
rencana menyembuhkan penyakit yang diderita Thio Kim-ciok,
tapi setelah kau mengetahui rahasia Thio Kim-ciok yang
sebenarnya, agaknya kami harus merubah rencana semula,
sekarang kami harus menyembuhkan penyakit yang diderita
Thio Kim-ciok."
Hek-mo-ong kembali tertawa dingin, "Nasib Thio-kim-ciok
telah ditetapkan akan berakhir sebelum kentongan kelima
malam ini. Percaya atau tidak terserah pada kalian."
Satu ingatan segera melintas dalam benak Thay-kun,
katanya, "Kalau begitu Thio Kim-ciok telah ditakdirkan mati
sebelum kentongan keempat?"
Hek-mo-ong yang berada di atas gunung-gunungan segera
tertawa dingin, "Bila takdir sudah menentukan bahwa Thio
Kim-ciok hanya bisa hidup sampai kentongan keempat malam
ini. Siapa yang bisa menolongnya?"
"Sumoay, adik Hui," kata Bong Thian-gak secara tiba-tiba
dengan suara dalam, "sungguh beruntung kita dapat
berjumpa dengan Hek-mo-ong pada malam ini, bagaimana
1191 pun juga kita harus menyingkap tabir rahasia Hek-mo-ong ini
sampai tuntas."
"Baik," sahut Thay-kun manggut-manggut "Mari kita
menyerang bersama-sama."
Sambil bicara Thay-kun telah mendesak maju.
Begitu Thay-kun bergerak, Bong Thian-gak serta Song
Leng-hui serentak maju pula mengikut di belakangnya.
Bong Thian-gak dengan pedang bambu di tangan
tunggalnya berada di bagian tengah, sementara Thay-kun dan
Song Leng-hui bergerak dari sisi kiri dan kanan.
Mereka bertiga maju secara bersama-sama secepat kilat,
langsung menerjang ke arah gunung-gunungan.
Suara gelak tertawa yang amat keras bagaikan tangisan
kuntilanak serta lolongan serigala di malam buta segera
berkumandang. Hek-mo-ong yang berada di atas gunung-gunungan
bagaikan segulung asap tebal segera bergerak pula ke depan
menyongsong kedatangan Bong Thian-gak.
Rupanya Hek-mo-ong telah memilih Bong Thian-gak
sebagai sasaran pertama, kedua belah pihak sama-sama
menerjang ke depan bagaikan sambaran petir, dalam waktu
singkat tahu-tahu sudah saling berhadapan.
Agaknya Bong Thian-gak tidak menyangka Hek-mo-ong
bakal menerjang ke arahnya. Baru menjumpai bayangan
hitam berkelebat, Bong Thian-gak telah merasakan musuh
berada di depan mata.
Dalam keadaan demikian, tiada kesempatan lagi bagi Bong
Thian-gak untuk berpikir panjang, pedang bambu di
tangannya segera diayunkan ke depan melancarkan tusukan.
Jurus pedang yang digunakan adalah menyerang dari
bawah menuju ke atas, kecepatan gerakannya luar biasa.
1192 Mungkin Hek-mo-ong sendiri pun tidak menyangka tenaga
dalam Bong Thian-gak jauh lebih tangguh daripada apa yang
diduga semula, bahkan begitu serangannya dilancarkan,
segera terasa segulung angin serangan yang tajam dan kuat
menyambar ke depan serasa menembus badan.
Akibat pancaran hawa serangan pedang yang kuat dan
dahsyat itu, Hek-mo-ong segera kehilangan kesempatan
menyerang musuh lebih dulu. Kesempatan yang lenyap untuk
pertama kalinya selama hidupnya.
Dalam posisi demikian, mau tak mau dia harus
menggerakkan tubuh menghindarkan diri dari serangan
musuh, lalu dengan cepat mengeluarkan pukulan
tengkoraknya yang amat cepat dan mengerikan itu.
Sejak melepaskan serangan pedang, mata Bong Thian-gak
tak hentinya mengawasi gerak-gerik lawan tanpa berkedip,
tiba-tiba ia merasa pandangan matanya menjadi kabur, lalu
tubuh musuh yang meluncur datang dari tengah udara telah
bergeser ke sebelah kiri. Tentu saja serangan pedangnya
mengenai tempat kosong.
Pada saat inilah secara lamat-lamat Bong Thian-gak dapat
melihat di balik ujung baju sebelah kanan Hek-mo-ong kosong
melompong. "Ah! Dia benar-benar seorang berlengan tunggal!" pekiknya
dalam hati. Bong Thian-gak segera melihat dari balik ujung baju kanan
Hek-mo-ong yang kosong melompong itu telah meluncur
keluar sebuah benda dan benda itu tak lain adalah sebuah
tangan. Tangan Tengkorak!
Sejak dahulu sampai sekarang, tangan tengkorak yang
merupakan alat pembunuh Hek-mo-ong tak pernah meleset
1193 dari sasaran. Hal Ini disebabkan gerakan itu terlalu cepat,
sedemikian cepalnya bagaikan sambaran petir saja.
Tubuh Bong Thian-gak mencelat ke tengah udara dan
bagaikan sebuah layang-layang putus benang, tubuhnya
segera jatuh terjerembab dari atas.
Robohnya Bong Thian-gak segera membangkitkan rasa
sedih dan gusar Thay-kun serta Song Leng-hui, serentak
mereka menerjang ke muka dari kiri dan kanan.
Dua gulung tenaga serangan yang tajam dan maha dahsyat
segera meluncur ke muka dan menggencet tubuh Hek-mo-ong
yang mnsih melambung di tengah udara.
Terdengar gelak tawa yang menyeramkan dan
menggidikkan. Di tengah sapuan angin pukulan yang amat
kencang, bayangan tubuh Hek-mo-ong melambung ke tengah
udara dan melayang turun di atas gunung-gunungan.
Ketika Thay-kun dan Song Leng-hui bersama-sama
melayang turun, tampak Bong Thian-gak yang masih
sempoyongan berusaha bangkit dari atas tanah.
"Engkoh Gak, Suheng, bagaimana keadaanmu?" kedua
orang gadis itu bertanya secara bersama.
Dengan wajah pucat-pias seperti mayat dan mengertak
gigi, sahut Bong Thiang-gak, "Aku tidak apa-apa. Untung tidak
melukai bagian mematikan, tak usah kuatir, aku tak bakal
mati!" Selama ini serangan tangan tengkorak maut Hek-mo-ong
selalu mengarah jalan darah Sam-kan-hiat pada hulu hati
dengan kecepatan tinggi dan ketepatan yang mengagumkan,
belum pernah ada seorang jago silat pun yang dapat
meloloskan diri dari ancaman yang mematikan ini.
Tapi sekarang Bong Thian-gak telah memecahkan
kebiasaan itu, ia berhasil menghindari serangan musuh yang
menghajar bagian lain dari badannya.
1194 Serangan tangan tengkorak Hek-mo-ong telah menghajar
telak di atas dada bagian atas puting susu kirinya. Kendati
Bong Thian-gak telah mengerahkan Tat-mo-khi-kang untuk
melindungi seluruh badan, namun kuatnya serangan musuh
membuat ia menderita luka cukup parah.
Hawa murni segera tersebar kemana-mana, peredaran
darahnya bergolak keras, dada terasa sakit dan pedas seperti
terbakar bara api.
Thay-kun dan Song Leng-hui merasa gembira karena
melihat Bong Thian-gak tidak roboh pingsan akibat serangan
itu Sebaliknya Hek-mo-ong justru merasa amat terkesiap.
Dengan jelas ia melihat pukulan tengkorak mautnya
menghajar hulu hati musuh secara tepat dan telak, akan tetapi
kenyataannya pihak musuh tidak roboh.
Padahal selama puluhan tahun malang-melintang di
Kangouw belum pernah serangannya meleset, tapi kali ini dia
harus menerima kegagalan itu.
"Hm," tiba-tiba Hek-mo-ong memperdengarkan suara
tertawa dinginnya yang rendah, berat dan menyeramkan,
"Jian-ciat-suseng, sungguh tak kusangka kau dapat lolos dari
tangan tengkorakku ini. Hm, sekalipun kau dapat menghindari
serangan tengkorak maut yang pertama dengan selamat,
apakah kau mampu menghindari serangan pukulan tengkorak
maut yang kedua"'
Bong Thian-gak tertawa seram, bentaknya, "Hek-mo-ong,
akan kucoba sekali lagi menerima pukulanmu itu."
Di tengah bentakan itu, Bong Thian-gak dengan pedang
terhunus telah menerjang ke depan.
Mendadak dari balik ruangan dalam gedung terdengar
seorang menjerit kaget dan membentak, "Siapa di situ"
Berhenti!"
1195 Disusul kemudian terdengar suara jeritan ngeri yang
memilukan. Jeritan itu sangat keras dan bergema memecah
keheningan malam, membuat siapa pun yang mendengar
berdiri bulu kuduknya.
Dengan wajah berubah Thay-kun berseru, "Aduh celaka!
Jeritan itu berasal dari kedua orang dayang itu, ada orang
yang hendak mencelakai jiwa Thio Kim-ciok!"
Perubahan yang terjadi amat tiba-tiba ini membuat Bong
Thian-gak segera mengurungkan niatnya melancarkan
serangan ke arah Hek-mo-ong.
Sementara itu Hek-mo-ong yang berada di atas gununggunungan
berseru sambil tertawa dingin, "Sekarang aku akan
memberikan sebuah kesempatan lagi bagi kalian untuk
menyelamatkan hidup. Bila kalian bertiga mengundurkan diri
sekarang juga, maka aku pun berjanji tak akan mencelakai
kalian, tapi bila kalian berniat mencampuri urusan kami lagi,
hm! Jangan salahkan aku turun tangan keji dan tak kenal
ampun." Tiba-tiba Bong Thian-gak membentak, "Sumoay, adik Hui,
kalian segera masuk ke dalam ruangan untuk menyambut
kedatangan mereka, biar aku menghadapi Hek-mo-ong
seorang diri."
Selesai berkata Bok Thian-gak segera berpekik panjang,
tubuhnya melambung ke udara dan sekali lagi melangkah ke
arah gunung-gunungan untuk menyerang Hek-mo-ong.
Song Leng-hui yang menyaksikan kejadian itu segera
berteriak, "Cici, kau cepat membantu Thio-locianpwe, biar aku
berada di sini membantu engkoh Gak menghadapi Hek-moong."
Sambil berkata Song Leng-hui menggerakkan pula
tubuhnya, bagaikan burung walet yang terbang di angkasa,
dia menerjang ke arah gunung-gunungan itu.
1196 Di luar dugaan, kali ini Hek-mo-ong sama sekali tidak
menyambut serangan mereka, sekali berkelebat bayangan
tubuhnya sudah lenyap di balik kegelapan malam.
Bong Thian-gak dan Song Leng-hui serentak melayang
turun dari gunung-gunungan itu, tapi malam itu amat hening,
bayangan tubuh Hek-mo-ong telah lenyap.


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak suara jeritan ngeri yang memilukan dan
menggidikkan berkumandang dari balik halaman gedung.
Song Leng-hui, Bong Thian-gak serta Thay-kun seperti baru
mendusin dari impian saja, serentak melompat naik ke atas
pagar pekarangan dan menerjang masuk ke dalam gedung.
Ujung baju yang terhembus angin bergema tiada hentinya.
Dari atas pagar pekarangan tahu-tahu melayang turun dua
orang kakek berjenggot hitam yang menghadang jalan mereka
dengan pedang terhunus.
Begitu melihat jelas kedua orang itu, Bong Thian-gak
segera menjerit kaget, "Tio-pangcu, Tan-locianpwe, rupanya
kalian berdua!"
Ternyata kedua kakek berjenggot hitam yang berdiri
dengan pedang terhunus itu tak lain adalah malaikat sakti
pedang iblis Tio Tianseng serta delapan pedang salju
beterbangan Tan Sam-cing.
Waktu itu mereka berdiri dengan hawa membunuh
menyelimuti wajah masing-masing, mereka berdiri dengan
serius dan pedang siap melancarkan serangan.
"Bong-laute," terdengar Tio Tian-seng berkata dengan
suara dalam, "kumohon kepada kalian agar tidak mencampuri
urusan ini, cepatlah pergi meninggalkan tempat ini!"
Sementara itu secara lamat-lamat Thay-kun sudah dapat
menduga apa gerangan yang telah terjadi, ia segera tertawa
1197 cekikikan, "Tio-pangcu, bukanlah kalian kemari untuk
membunuh Thio Kim-ciok?" .
"Kalau nona sudah mengetahui bahwa Thio Kim-ciok
berada di sini, harap nona segera mengundurkan diri dari
tempat ini," ucap Tio Tian-seng dengan suara dalam.
Kembali Thay-kun berkata sambil tersenyum, "Berita
tentang masih hidupnya Thio Kim-ciok telah membuat kalian
merasa amat terkejut dan segera menganggap Hek-mo-ong
adalah Thio Kim-ciok. Tapi sekarang aku hendak
memberitahukan sebuah berita yang amat mengejutkan
kepada kalian, Hek-mo-ong yang sesungguhnya bukan Thio
Kim-ciok melainkan Liu Khi. Bila kalian tidak percaya, aku
hendak bertanya, lagi kepada kalian, apakah si golok sakti
berlengan tunggal datang bersama kalian?"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, dari balik kegelapan
dalam halaman itu terdengar seseorang menyahut sambil
tertawa seram, "Nona Thay-kun, harap kau tidak memfitnah
orang semaumu sendiri, apalagi mencoba mengadu-domba di
antara kami. Bukankah aku orang she Liu berada di sini?"
Dalam pembicaraan itu, tampak seorang lelaki berjubah
hitam bertubuh jangkung kurus dan berlengan tunggal,
dengan sebilah golok panjang tersoreng di pinggangnya
pelan-pelan menampakkan diri dari kegelapan.
Orang itu tak lain adalah si golok sakti yang berlengan
tunggal Liu Khi adanya.
Bong Thian-gak serta Song Leng-hui segera dibuat tertegun
oleh kejadian itu.
Hanya Thay-kun seorang yang tersenyum, pelan-pelan
ujarnya, "Liu-tayhiap, cepat amat gerakan tubuhmu, tak nyana
dalam sekejap mata saja kau dapat memerankan dua peranan
yang berbeda."
1198 "Perkataan nona benar-benar membuat orang merasa
kebingungan dan tidak habis mengerti," ujar si golok sakti
yang berlengan tunggal dengan suara dingin.
Mendadak Tio Tian-seng berkata dengan wajah serius dan
suara dalam, "Tentunya nona Thay-kun sudah pernah
mendengar, tiga puluh tahun berselang sepuluh tokoh
persilatan bekerja sama membunuh Thio Kim-ciok."
"Sekarang terbukti Thio Kim-ciok masih hidup dan tak
diragukan lagi Hek-mo-ong yang telah mencelakai jiwa Kui-kok
Sianseng, Song-cui suami-istri, Oh Ciong-hu serta Ku-lo
Hwesio, tak lain tak bukan adalah Thio Kim-ciok."
Thay-kun tersenyum.
"Betul, sampai sekarang Thio Kim-ciok memang belum
dapat melupakan dendam kesumat sedalam lautan terhadap
kalian sepuluh tokoh persilatan, karena perbuatan kalian yang
telah mencelakai jiwanya pada tiga puluh tahun berselang,
tapi menurut apa yang kuketahui, Thio Kim-ciok belum pernah
melakukan tindakan untuk mewujudkan harapannya
membalas dendam."
"Darimana nona bisa tahu kalau ia belum melakukan
sesuatu tindakan?" tanya Tio Tian-seng dengan suara dalam,
wajahnya berubah hebat.
"Sebab sejak menderita luka keracunan pada tiga puluh
tahun lalu, hingga kini luka itu belum pernah sembuh,
kematian Kui-kok Sianseng sekalian sepuluh tokoh persilatan
pasti bukan perbuatan Thio Kim-ciok."
"Kalau bukan, siapa pula yang telah membunuh mereka?"
Thay-kun melirik sekejap ke arah Liu Khi, lalu sahutnya
merdu, "Hek-mo-ong!"
"Mengapa pula Hek-mo-ong harus membunuh Kui-kok
Sianseng sekalian?"
1199 "Tujuan utama Hek-mo-ong membunuh sepuluh tokoh
persilatan serta Ho Lan-hiang tak lain adalah untuk merampas
peta rahasia tambang emas milik Thio Kim-ciok."
"Tatkala Thio Kim-ciok menerima surat undangan kematian
dari Hek-mo-ong tempo hari, secara diam-diam dia telah
memotong peta rahasia tambang emasnya menjadi sebelas
bagian yang dihadiahkan kepada sepuluh tokoh persilatan
serta Ho Lan-hiang."
"Baik Tio-pangcu maupun Tan Sam-cing Locianpwe adalah
termasuk orang-orang yang tergabung dalam sepuluh tokoh
persilatan, bukankah kalian pun pernah menerima satu bagian
peta rahasia tambang emas itu?"
Pertanyaan yang diajukan Thay-kun segera membuat
wajah Tio Tian-seng dan Tan Sam-cing berubah hebat.
Hanya Liu Khi seorang yang tertawa dingin tiada hentinya,
katanya, "Budak setan, sungguh tak kusangka begitu banyak
persoalan yang telah kau ketahui. Hehehe! Benar, pada tiga
puluh tahun berselang sepuluh tokoh persilatan telah
menerima satu bagian peta rahasia tambang emas dan sejak
saat itu pula kesepuluh tokoh persilatan dan Ho Lan-hiang
telah berubah menjadi orang yang dicurigai sebagai Hek-moong,
masing-masing saling mencurigai dan gontok-gontokan.
Sejak saat itu pula sepuluh tokoh dunia persilatan tidak
pernah merasakan hari yang tenteram. Bila dipikir sekarang,
aku sungguh merasa kagum dengan siasat pinjam golok
membunuh orang dari Thio Kim-ciok."
Thay-kun tersenyum, segera ia berkata pula, "Thio Kim-ciok
bisa melaksanakan rencana balas dendam dengan siasat
meminjam golok membunuh orang, hal ini jelas membuktikan
bahwa Thio Kim-ciok sudah lama tahu kesepuluh tokoh
persilatan serta Ho Lan-hiang memang berencana hendak
membinasakan dirinya."
1200 "Waktu itu dengan jelas Thio Kim-ciok mengetahui bahwa
sulit baginya untuk meloloskan diri dari musibah itu, akan
tetapi dia pun tak rela mati dengan membawa dendam sakit
hati. Itulah sebabnya dia pun mulai menyusun rencana
kejinya, agar setelah kematiannya nanti, para pembunuh yang
telah mencelakai jiwanya saling gontok dan bunuh untuk
memperebutkan peta rahasia tambang emas itu."
"Ai, andaikata dugaanku tak salah, Ku-lo Hwesio dan Songciu
suami-istri telah merasakan betapa lihainya siasat
meminjam golok membunuh orang Thio Kim-ciok waktu itu
sehingga mereka putuskan untuk hidup mengasingkan diri di
pegunungan terpencil sambil berusaha menghindari musibah
itu. Tapi darimana mereka dapat menduga Hek-mo-ong yang
dimaksud Thio Kim-ciok itu sebenarnya adalah salah seorang
di antara kesepuluh tokoh persilatan serta Ho Lan-hiang"
Itulah sebabnya mereka pun tak dapat meloloskan diri dari
nasib tragis di tangan Hek-mo-ong yang sedang berusaha
merebut peta rahasia tambang emas yang berada di tangan
mereka." Mendengar sampai di sini, Tio Tian-seng menghela napas
panjang, katanya kemudian, "Benarkah nona beranggapan
bahwa Hek-mo-ong adalah salah seorang di antara kesepuluh
tokoh persilatan serta Ho Lan-hiang?"
"Aku yakin dugaanku ini tak akan salah," jawab Thay-kun
dengan wajah bersungguh-sungguh.
Liu Khi tertawa dingin, katanya, "Yang masih hidup di dunia
ini hingga sekarang tinggal enam orang, apakah kita harus
saling gontok dan bunuh terus-terusan?"
"Andaikata aku tidak bertemu dengan Gi Jian-cau di Banjian-
bong, rasanya kita masih akan terus saling bunuh!"
sambung Tan Sam-cing.
Dari perkataan Tan Sam-cing, sudah jelas ia memberi
dukungan kepada Liu Khi.
1201 Dalam keadaan begini agaknya Tio Tian-seng pun
dihadapkan pada suatu pilihan yang sangat berat, ia
membungkam dan memandang bintang yang tersebar di
angkasa sambil memutar otak.
Mendadak Thay-kun tertawa cekikikan, "Masih ada satu
persoalan yang belum sempat kusampaikan kepada kalian,
yaitu sampai sehari sebelum hari ini, antara Thio Kim-ciok dan
Hek-mo-ong sesungguhnya masih terjadi kontak dan
hubungan yang akrab, justru kedua orang itulah yang telah
menyusun rencana untuk membunuh sepuluh tokoh persilatan
beserta Ho Lan-hiang."
Perkataan ini seketika mengejutkan Tan Sam-cing, ia
segera bertanya, "Nona apa maksudmu?"
Thay-kun tersenyum.
"Dengarkan perkataanku ini dengan pikiran tenang."
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih lanjut,
"Barusan sudah kubilang, hingga sekarang Thio Kim-ciok
masih belum dapat melupakan dendam kesumatnya terhadap
sepuluh tokoh persilatan serta Ho Lan-hiang yang telah
bekerja sama mencelakakan jiwanya. Sudah barang tentu
tidak dapat disalahkan jika Thio Kim-ciok berkeinginan
membalas sakit hatinya itu, tapi siapa orang yang mampu
membunuh kesepuluh tokoh persilatan yang sangat lihai itu"
Lagi pula Thio Kim-ciok masih menderita luka racun sehingga
sama sekali tak mampu membalas dendam."
"Itulah sebabnya Thio Kim-ciok segera memanfaatkan
maksud tujuan Hek-mo-ong yang ingin mengangkangi peta
rahasia tambang emas itu seorang diri dengan membunuh
musuh-musuhnya. Padahal sesungguhnya Thio Kim-ciok sudah
mengetahui siapakah otak dari semua ini, yaitu Hek-mo-ong,
tapi rahasia itu tetap dijaganya hingga kini."
Ketika pembicaraan baru berlangsung sampai di situ, sambil
tertawa dingin Liu Khi menukas, "Budak setan, perkataanmu
1202 barusan pada hakikatnya cuma ngaco-belo. Jadi menurut
pendapatmu, Hek-mo-ong membunuh sepuluh tokoh
persilatan karena tujuannya hendak mengangkangi peta
rahasia tambang emas yang berada di tangan kesepuluh tokoh
persilatan itu" Tapi aku ingin bertanya tentang satu hal
kepadamu, apa sebabnya Hek-mo-ong tidak secara langsung
pergi mendesak Thio Kim-ciok supaya dibuatkan peta rahasia
tambang emas yang baru?"
"Kau harus tahu, Hek-mo-ong bukan orang bodoh, dia
cukup tahu bagaimana harus menghadapi Thio Kim-ciok. Aku
rasa bila dia mau turun tangan terhadap Thio Kim-ciok, maka
hal ini mempermudah baginya untuk mencapai apa yang
diharapkan ketimbang harus menghadapi sepuluh tokoh
persilatan serta Ho Lan-hiang."
Bantahan Liu Khi itu kembali menggetarkan pikiran semua
orang, diam-diam mereka pun berpikir, "Ya, betul, apa
sebabnya Hek-mo-ong tidak langsung membunuh Thio Kimciok?"
Padahal Thay-kun sendiri pun belum dapat memecahkan
masalah itu, maka untuk sementara waktu dia hanya
membungkam. Sementara itu sosot mata semua orang telah dialihkan ke
wajah Thay-kun menantikan jawabannya.
Namun sikap Thay-kun waktu itu amat tenang dan santai,
senyum manis tetap menghiasi ujung bibirnya yang
terbungkam. Sikap semacam ini segera mendatangkan perasaan
misterius bagi siapa pun yang melihatnya.
Bahkan Liu Khi sendiri pun tak dapat menduga apa
gerangan yang sedang diperbuat Thay-kun.
Suasana hening dan sepi, tiba-tiba dipecahkan oleh suara
ledakan keras yang amat memekakkan telinga.
1203 Ledakan itu begitu dahsyatnya sampai menggetarkan
seluruh permukaan bumi, mengejutkan pula segenap jago
yang berada di sana.
Suara ledakan itu berasal dari balik ruang gedung,
menyusul segulung asap yang sangat tebal menggulung
keluar dari balik jendela.
Mendadak dari balik jendela melompat keluar sesosok
bayangan orang yang tubuhnya terjilat kobaran api.
Dalam genggaman orang itu memegang sebatang Boankoan-
pit. Begitu muncul dari jendela, ia segera menjatuhkan
diri dan berguling beberapa kali di atas tanah hingga kobaran
api yang menjilat tubuhnya padam, setelah padam dia baru
melompat bangun dari atas tanah.
Walaupun ia berhasil menghindarkan diri dari bencana
tubuh terbakar, namun keadaan orang itu sungguh sangat
mengenaskan. Jubah panjang berwarna birunya telah terbakar hangus
hingga compang-camping tak keruan, wajahnya hitam terkena
hangus dan asap yang tebal. Biarpun begitu, orang yang
pernah kenal dengannya masih dapat mengenali raut wajah
itu. "Ah, dia adalah si tabib sakti Gi Jian-cau!" Thay-kun yang
pertama-tama menjerit kaget.
Ketika Bong Thian-gak mendengar Thay-kun mengatakan
orang itu adalah tabib sakti Gi Jian-cau, terbayang jeritan
ngeri perempuan yang terdengar tadi, tanpa terasa ia mulai
berpikir apa gerangan yang sedang dilakukan tabib sakti Gi


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jian-cau di dalam gedung itu"
Bong Thian-gak berkelebat ke depan, kemudian secara
tiba-tiba menerobos masuk lewat daun jendela.
Baru saja tubuhnya bergerak, seseorang telah membentak
pula, "Berhenti!"
1204 Tio Tian-seng dengan pedang terhunus telah mendesak ke
depan, pedangnya seperti naga sakti yang keluar dari air
segera menusuk ke tubuhnya serta menghalangi jalan pergi
anak muda itu. "Bong-laute," ujarnya kemudian. "Bila kau bermaksud
memasuki halaman gedung, jangan salahkan pedangku ini tak
kenal dirimu lagi!"
Bong Thian-gak mundur selangkah, lalu sahutnya sambil
tertawa dingin, "Tio-pangcu, rupanya kalian sudah
bersekongkol hendak membunuh Thio Kim-ciok!"
"Tiga puluh tahun berselang, sepuluh tokoh persilatan tidak
memperkenankan Thio Kim-ciok hidup di dunia, maka tiga
puluh tahun kemudian pun kami tetap tak akan mengizinkan
dia hidup terus!" kata Tio Tian-seng dengan suara dalam.
Tiba-tiba Bong Thian-gak berpaling dan memandang
sekejap ke arah tabib sakti Gi Jian-cau yang masih berdiri
dengan Boan-koan-pit terhunus, tanyanya dengan dingin,
"Apakah kalian berhasil?"
Jawaban tabib sakti itu justru merupakan jawaban yang
sangat ingin diketahui Tio Tian-seng, Tan Sam-cing serta Liu
Khi, maka sorot mata semua orang pun dialihkan ke wajah Gi
Jian-cau yang amat mengenaskan itu.
Dengan gerakan yang amat santai Gi Jian-cau
membersihkan tubuhnya dari debu, lalu ujarnya dengan
hambar, "Thio Kim-ciok telah mendirikan sebuah benteng di
bawah tanah yang kuat dan tangguh, ibarat sarang naga gua
harimau di dalam gedung ini."
Biarpun cuma sepatah kata yang sederhana dan biasa,
namun justru mencakup seluruh jawaban dari pertanyaan
yang diajukan. Paras muka Tio Tian-seng sekalian segera berubah hebat.
1205 Liu Khi tertawa dingin dan mengejek, "Huh! Biarpun sarang
naga gua harimau, memangnya mampu membendung
serbuan sepuluh tokoh persilatan."
Ketika mendengar ucapan itu, tabib sakti Gi Jian-cau segera
memandang sekejap ke arah Liu Khi, kemudian ujarnya pelan,
"Selama ini banyak sudah ilmu Ngo-heng dan berbagai ilmu
lain yang kupelajari, aku pun mengerti ilmu bangunan dan
ilmu jebakan api, tapi barusan hampir saja tak sanggup keluar
dari gedung itu dengan selamat."
Dalam deretan sepuluh tokoh persilatan, Gi Jian-cau
terhitung tokoh yang berkepandaian tinggi serta
berpengetahuan luas, hal ini cukup diketahui setiap umat
persilatan, tapi beberapa patah kata yang barusan diucapkan
olehnya itu membuat Tio Tian-seng sekalian berkerut kening.
Dengan suara dalam Tan Sam-cing berkata, "Bila kita tak
mampu menyerbu masuk ke dalam ruang bawah tanahnya,
bagaimana cara kita membekuk Thio Kim-ciok?"
Liu Khi tertawa dingin, "Bagaimana pun juga Thio Kim-ciok
tak mungkin bersembunyi terus di ruang bawah tanah. Hm,
sekalipun dia bersembunyi terus di situ, aku yakin mampu
menerobos masuk ke dalam ruang rahasianya."
Pembicaraan beberapa orang ini segera membuat Bong
Thian-gak, Thay-kun serta Song Leng-hui merasa gembira.
Mimpi pun mereka tidak mengira kecerdikan Thio Kim-ciok
demikian mengagumkan sehingga dia telah melengkapi
gedung yang luas ini dengan ruangan bawah tanah yang
penuh dengan alat rahasia.
Thio Kim-ciok sudah lama menduga suatu waktu para jago
akan berkumpul di situ untuk membekuknya, maka jauh hari
sebelumnya dia telah mempersiapkan tindakan jitu untuk
menanggulangi keadaan itu.
Bong Thian-gak berdehem pelan, kemudian tanyanya
kepada Gi Jian-cau dengan suara dalam, "Gi-locianpwe, tadi
1206 kudengar dua kali jeritan ngeri dua perempuan yang berada di
dalam ruangan gedung. Tolong tanya apakah kedua dayang
itu ajal di tanganmu?"
Agaknya baru sekarang Gi Jian-cau memperhatikan
kehadiran Bong Thian-gak bertiga. Ia mendongakkan
kepalanya yang hitam pekat oleh hangus, Lalu diawasinya
mereka bertiga dengan sorot mata tajam.
"Mungkin kau yang disebut Jian-ciat-suseng?" katanya
ketus. Mendadak Thay-kun mendorong ke depan dan serunya,
"Gi-locianpwe, kau masih ingat aku?"
"Tentunya kesadaran pikiranmu telah pulih kembali,
bukan?" Thay-kun tertawa cekikikan, "Betul, aku sudah sadar
seutuhnya, banyak terima kasih atas pemberian Hui-hunwanmu
itu." "Hm!" Gi Jian-cau mendengus dingin. "Kalau begitu sudah
lama kau bersekongkol dengan Thio Kim-ciok!"
"He, atas dasar apa kau menuduh aku telah lama
bersekongkol dengan Thio Kim-ciok?" seru Thay-kun agak
tertegun . Dengan gemas dan rasa benci Gi Jian-cau berkata,
"Dengan mengorbankan segenap pikiran dan tenagaku selama
setengah umur hidupku, aku berhasil membuat tiga butir Huihun-
wan, tapi akhirnya dicuri sebutir di antaranya oleh Kengtim
Suthay yang bersekongkol dengan Thio Kim-ciok. Akibat
perbuatannya itu, aku gagal mewujudkan suatu masalah besar
yang kucita-citakan."
"Tapi satu hal yang tidak kumengerti adalah perbuatan Thio
Kim-ciok, mengapa dia bersedia memberikan pil Hui-hun-wan
itu untukmu?"
1207 "Thio Kim-ciok menderita luka cukup parah serta
membutuhkan sebutir pil Hui-hun-wan untuk
menyembuhkannya, aku tidak percaya Thio Kim-ciok
memberikan pil Hui-hun-wan itu untukmu."
Perkataannya ini segera menggerakkan pikiran Bong Thiangak,
tiba-tiba ia teringat kejadian di Sam-cing-koan dimana
Keng-tim Suthay serta jago-jago lihai Hiat-kiam-bun terbunuh
secara mengenaskan.
Berpikir sampai di situ, tiba-tiba saja pemuda itu
mengernyitkan alis, kemudian membentak, "Gi Jian-cau, aku
ingin bertanya kepadamu. Apakah Keng-tim Suthay sekalian
jago lihai Hiat-kiam-bun tewas di tanganmu?"
"O, jadi Keng-tim Suthay telah mampus?" kata Gi Jian-cau
dingin. "Kalau begitu Keng-tim Suthay pasti bermaksud
mengangkangi pil Hui-hun-wan sehingga dibunuh Thio Kimciok
lebih dahulu."
Bong Thian-gak yang mendengar ucapan itu jadi termangu,
diam-diam ia pun berpikir, "Benarkah Keng-tim Suthay mati
terbunuh di tangan Thio Kim-ciok?"
"Tapi jelas Sam-cing Tosu yang berada di dalam kuil Samcing-
koan adalah hasil penyaruan Thio Kim-ciok, sedang
sekarang tabib sakti bilang Thio Kim-ciok telah bersekongkol
dengan Keng-tim Suthay untuk mencuri sebutir pil Hui-hunwan
untuk menyembuhkan penyakitnya. Kalau begitu
mungkinkah Keng-tim Suthay dibunuh oleh Thio Kim-ciok?"
Sementara dia masih berpikir, tiba-tiba terdengar Thay-kun
yang berada di sampingnya berkata sambil menghela napas
sedih, "Kematian Keng-tim Suthay sungguh mengenaskan,
tapi andaikan Gi-locianpwe tidak berubah pikiran, Suthay pun
tak akan mati secara mengenaskan."
Waktu itu Bong Thian-gak merasakan darah yang mengalir
dalam tubuh bagaikan mendidih. Dengan penuh perasaan
1208 dendam ia berkata, "Thay-kun, lebih baik kita urungkan saja
niat kita menyembuhkan luka yang diderita Thio Kim-ciok."
"Bong-suheng!" Thay-kun tersenyum, "sekalipun Keng-tlm
tutttiy sekalian jago-jago Hiat-kiam-bun tewas di tangan Thio
Kim-ciok kita tetap harus berupaya menyembuhkan luka yang
diderita Thio Kim ciok"
Bong Thian-gak menjadi tertegun untuk beberapa saat,
kemudian katanya, "Thio Kim-ciok telah membantai anak
murid Hiat-kiam-bun. Dendam sakit hati ini lebih dalam dari
samudra. Bilamana sakit hati Itu tidak dibalas, bagaimanakah
kita bisa menghibur arwah anggota Hiat-kiam-bun yang telah
berada di alam baka?"
"Bila ada dendam, sudah barang tentu kita wajib menuntut
balas,"sahut Thay-kun dengan suara dalam, "tapi paling tidak
kita wajib melakukan penyelidikan lebih dulu sejelas-jelasnya,
siapakah pembunuh yang sesungguhnya dalam peristiwa itu?"
Ucapan nona itu segera menggerakkan pikiran Bong Thiangak
segera dia berpikir pula, "Ya betul, kenapa aku harus
mempercayai perkataan Gi Jian-cau begitu saja" Ah benar,
bukankah Keng-tim Suthay pernah meninggalkan pesan yang
mengatakan agar aku berusah membunuh tabib sakti itu."
Gi Jian-cau berdehem pelan, katanya lagi dengan suara
dingin, "Dalam perselisihan kami sepuluh tokoh persilatan
dengan Thio Kim ciok, kalian para angkatan muda sama sekali
tak tersangkut. Kuanjurkan kepada kalian lebih baik tak usah
mencampuri urusan ini, kalau tidak, aku kuatir kalian akan
mampus tanpa liang kubur."
Kembali Thay-kun tersenyum. "Gi-locianpwe, tahukah kau
siapa Hek-mo-ong itu?" dia bertanya.
"Hek-mo-ong adalah Thio Kim-ciok!" sahut Gi Jian-cau
sambil tertawa dingin.
1209 Liu Khi segera berseru pula sambil tertawa licik, "Nona
Thay-kun, kuperingatkan sekali lagi kepadamu, di sekitar
gedung ini sekarang telah berdatangan begitu banyak jago
lihai persilatan, kedatangan mereka pada malam ini tak lain
hendak membunuh Thio Kim-ciok."
"Oleh sebab itu biarpun kali ini Thio Kim-ciok memiliki
sepuluh lembar nyawa cadangan pun, jangan harap bisa
mempertahankan hidupnya. Bilamana kau ingin membantu
Thio Kim-ciok, maka hal ini sama artinya sudah bosan hidup di
dunia." Thay-kun tersenyum.
"Sejak tadi sudah kuduga Ho Lan-hiang dan Biau-kosiu
sekalian bersembunyi di sekitar gedung ini bersama-sama jago
andalannya, malah bisa jadi sastrawan berwajah tampan Liong
Oh-im beserta jago-jagonya pun telah berdatangan. Cuma aku
pikir belum tentu kawanan jago persilatan yang begini banyak
itu akan tunduk dan menuruti perintahmu."
"Siapa tahu orang yang sedang mereka cari bukan Thio
Kim-ciok, melainkan Liu Khi serta Gi Jian-cau!"
Berubah hebat paras muka Liu Khi, dia segera membentak,
"Budak setan, rupanya arak kehormatan kau tampik, arak
hukuman kau cari. Sudah bosan hidup rupanya kau!"
Di tengah bentakan itu, Liu Khi telah mencabut senjatanya,
lalu dengan kecepatan luar biasa dia langsung membacok
pinggang gadis itu.
Baru saja golok Liu Khi bergerak, dua bilah pedang yang
muncul secara tiba-tiba dari sisi arena, seperti sepasang naga
yang muncul dari samudra, satu dari kiri dan yang lain dari
kanan, segera mencegat dari arah berlawanan dengan
kecepatan tak kalah dari gerakan Liu Khi.
Kedua bilah pedang itu tahu-tahu sudah menangkis
sambaran golok panjang itu.
1210 Ternyata kedua bilah pedang itu adalah pedang iblis Tio
Tian-seng serta pedang bambu Bong Thian-gak.
Dengan satu gerakan yang tak kalah cepatnya Liu Khi
segera memutar kembali mata goloknya dan ditarik ke
belakang. Kemudian sambil melotot ke arah Tio Tian-seng, dia
membentak penuh gusar, "Tio-pangcu, sesungguhnya apa
maksudmu?"
Dengan wajah serius dan bersungguh-sungguh Tio Tianseng
berkata, "Kepandaian silat Jian-ciat-suseng bertiga tidak
berada di bawah kepandaian silat tokoh mana pun dari
sepuluh tokoh persilatan di masa lalu. Bila kita harus
bertarung melawan mereka, maka tanpa kita sadari perbuatan
itu telah memenuhi harapan Thio Kim-ciok."
"Kalau bukan begitu, lantas dengan cara apakah kita harus
menghadapi beberapa orang yang tak tahu diri ini?" seru Liu
Khi sambil tertawa dingin.
Tiba-tiba Tio Tian-seng berpaling ke arah Bong Thian-gak,
lalu katanya, "Bong-laute, ada satu patah kata yang ingin
kusampaikan kepadamu, yaitu soal dendam kesumat sepuluh
tokoh persilatan dengan Thio Kim-ciok, kau tahu perselisihan
ini sudah terjalin sejak tiga puluh tahun berselang, oleh
karena itu selama sepuluh tokoh persilatan masih ada yang
hidup, kami tak akan membiarkan Thio Kim-ciok tetap hidup,
pertarungan kami dengan Thio Kim-ciok tak pernah bisa
dileraikan lagi."
"Sebaliknya kalian adalah orang-orang yang berada di luar
garis, mengapa kalian mesti menjerumuskan diri ke dalam
kancah perselisihan itu" Hasilnya tak menguntungkan bagi
kalian" Karena itu kuanjurkan kepada kalian, lebih baik
tinggalkan tempat ini secepatnya."
"Boanpwe merasa berterima kasih atas nasehat Tiopangcu,"
kata Bong Thian-gak dengan lantang, "tapi ada satu
1211 hal yang perlu Locianpwe mengerti, walaupun antara kami
bertiga dengan Thio Kim-ciok tidak mempunyai hubungan budi
dan dendam secara langsung, namun hubungan kami adalah
anak murid atau keturunan langsung sepuluh tokoh persilatan,
maka kami wajib mengetahui sampai jelas siapa gerangan
Hek-mo-ong yang sesungguhnya."
"Ah betul, hampir saja aku lupa bahwa Bong-laute adalah
anak murid Oh Ciong-hu serta Ku-lo Hwesio," segera kata Tio
Tian-seng. Sampai di situ, sorot matanya segera dialihkan ke wajah
Song Leng-hui sambil tanyanya pula, "Siapa pula dia?"
"Dia adalah istriku, putri tunggal sepasang kekasih
persilatan Song-ciu suami-istri."
Tio Tian-seng menghela napas sedih, ujarnya kemudian,


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau memang begitu Bong-laute sekalian memang berhak
untuk tetap tinggal di sini."
"Tio-pangcu," kata Bong Thian-gak, "sesungguhnya musuh
besar yang sedang Boanpwe cari saat ini adalah Hek-mo-ong,
bukan Thio Kim-ciok. Andaikata Thio Kim-ciok adalah Hek-moong,
maka di antara kami dengannya terjadi pula hubungan
sakit hati."
"Jadi kau beranggapan Thio Kim-ciok bukan Hek-mo-ong?"
tiba-tiba Tio Tian-seng bertanya dengan suara dalam.
"Barusan kami telah bertarung melawan Hek-mo-ong asli
dan bilamana pandanganku belum lamur, Boanpwe masih
teringat dengan jelas bahwa Hek-mo-ong adalah seorang
berlengan tunggal."
Liu Khi tertawa kering, katanya, "Dalam Kangouw dewasa
ini, orang berlengan tunggal yang cukup pantas menjadi Hekmo-
ong hanya Jian-ciat-suseng serta aku dua orang."
"Bong-laute mengatakan orang yang paling dicurigai
sebagai Hek-mo-ong adalah Liu Khi, tapi aku tak akan
1212 mempercayai begitu saja," kata Tio Tian-seng dengan suara
dalam. Tiba-tiba Thay-kun menghela napas panjang, lalu katanya,
"Tidak percaya pun tak ada gunanya. Bila dugaanku tidak
salah, maka untuk membuktikan siapakah Hek-mo-ong yang
sesungguhnya, maka jawaban itu tidak dapat diperoleh
sebelum sepuluh tokoh persilatan dan Ho.Lan-hiang mampus
semua hingga tinggal orang terakhir. Saat itulah wajah asli
Hek-mo-ong baru akan ketahuan."
Mendadak Bong Thian-gak tertawa keras, serunya, "Liu Khi,
mudah sekali bila kau ingin membuktikan bahwa kau bukan
Hek-mo-ong, cukup kau singkap baju kananmu yang kutung
itu dan perlihatkan kepada semua orang, apakah di situ telah
kau sembunyikan tangan tengkorakmu atau tidak. Jika tak
ada, maka terbukti kau memang bukan Hek-mo-ong."
"Tangan tengkorak andalan Hek-mo-ong untuk membunuh
sudah cukup menggetarkan setiap orang, namun tak seorang
pun di dunia ini yang mengetahui bahwa tangan tengkorak
andalan Hek-mo-ong disembunyikan di lengan kanannya yang
kutung." Tidak heran perkataan Bong Thian-gak itu mengejutkan
para jago, masing-masing segera berpikir dalam hati,
"Betulkah tangan tengkorak Hek-mo-ong tersembunyi di balik
lengannya yang kutung?"
Dengan hati berdebar dan perasaan amat tegang, sorot
mata kawanan jago itu serentak dialihkan ke lengan kutung
Liu Khi. Sambil mengerut dahi Tio Tian-seng bertanya pula dengan
suara dalam, "Bong-laute, benarkah kau pernah bersua
dengan Hek-mo-ong?"
"Bukan hanya bersua, malahan dada kiriku sempat dihajar
olehnya dengan tangan tengkoraknya. Jika kalian tak percaya,
silakan diperiksa tanda yang berada di tubuhku ini."
1213 Sembari berkata, tiba-tiba pemuda itu membuka pakaian
yang menutupi dadanya.
Biarpun suasana malam itu sangat gelap, namun dengan
ketajaman mata Tio Tian-seng sekalian, sekilas pandang saja
mereka dapat melihat dengan jelas bahwa di atas dada
sebelah kiri Bong Thian-gak terdapat sebuah cap tangan
tengkorak yang sembab membengkak dan berwarna hitam
seperti yang biasanya ditemukan, justru karena itulah Bong
Thian-gak tak sampai menemui ajal.
Pada saat itulah tiba-tiba berkumandang suara gelak tawa
yang amat keras, menyusul terdengar seseorang berkata, "Tio
Tian-seng, benarkah di atas tubuhnya terdapat bekas tangan
tengkorak?"
Sesosok bayangan orang berbaju putih telah melompat
datang dengan cepatnya.
Orang ini bukan lain adalah sastrawan berwajah tampan
Liong Oh-im, salah seorang di antara sepuluh tokoh persilatan.
Liong Oh-im muncul dengan pedang tersoreng di punggung
dan kipas tulang kemala di tangan, dia berjalan ke hadapan
Bong Thian-gak dengan langkah amat santai.
Setelah memeriksa sekejap bekas tangan tengkorak di dada
Bong Thian-gak, dengan wajah berubah ia berseru keras, "Ah,
ternyata memang bekas tangan tengkorak yang asli, cuma
warnanya saja yang berbeda."
Sampai di sini sorot matanya segera dialihkan ke wajah Liu
Khi. Liu Khi tertawa seram, katanya, "Liong Oh-im, sungguh tak
disangka kau pun datang kemari!"
Liong Oh-im tertawa ringan, sahutnya, "Dari kesepuluh
tokoh persilatan yang belum mampus, hampir semuanya telah
muncul di sini. Termasuk Ho Lan-hiang pun mungkin sudah
berada di sekitar tempat ini."
1214 Belum selesai perkataan itu diucapkan, terendus bau harum
semerbak bunga anggrek yang tersebar di sekitar tempat itu,
lalu terdengar seseorang berkata dengan suara lembut dan
halus, "Lan-hiang sudah tiba sejak tadi!"
Semua orang segera berpaling ke arah asal suara ini,
tampaklah tiga sosok bayangan orang berdiri di atas gununggunungan.
Tak disangkal lagi orang yang berada di tengah adalah Ho
Lan-hiang, sedangkan di sisi kirinya adalah Ji-kaucu, sedang
orang yang berada di sebelah kanan adalah Sim Tiong-kiu.
Liu Khi tertawa terkekeh-kekeh, ujarnya, "Sungguh tak
kusangka semua orang telah berdatangan kemari. Hm, kalau
begitu kita pun tak usah menunggu lebih lanjut, sekarang juga
kita dapat turun tangan terhadap Thio Kim-ciok."
"Tunggu sebentar!" mendadak Liong Oh-im berseru keras
sambil tertawa.
"Liong-suseng, apalagi yang kau ragukan?" tegur Liu Khi
sambil tertawa dingin.
Liong Oh-im tertawa terbahak-bahak, "Tiga puluh tahun
lalu, sepuluh tokoh persilatan hendak membunuh Thio Kimciok
dan tiga puluh tahun kemudian Thio Kim-ciok yang
hendak membunuh sepuluh tokoh persilatan untuk membalas
dendam. Kedua belah pihak telah bersumpah tak akan hidup
berdampingan secara damai lagi, namun di balik dendam
kesumat yang berlangsung selama ini terselip pula seorang
sutradara yang misterius. Dialah yang sesungguhnya menjadi
dalang peristiwa berdarah ini, yakni Hek-mo-ong. Sebelum kita
melangkah lebih jauh, aku pikir ada baiknya menyelidiki lebih
dulu siapa sesungguhnya orang yang telah berperan sebagai
Hek-mo-ong?"
Berubah hebat paras muka Liu Khi, segera tegurnya
dengan suara dingin, "Jadi Liong-heng mencurigai aku sebagai
Hek-mo-ong?"
1215 Liong Oh-im tersenyum, "Sekarang persoalan telah
berkembang menjadi begini rupa, aku rasa Liu-sianseng wajib
memperlihatkan lengan kananmu yang kutung itu kepada
semua orang."
"Liu Khi," Tio Tian-seng berseru pula dengan lantang. "Kau
harus bertindak untuk menghilangkan kecurigaan orang
terhadap dirimu."
Mendadak terdengar Thay-kun berseru dengan suara
merdu, "Tidak usah diperiksa lagi, dalam keadaan dan waktu
seperti ini, di balik lengan tunggalnya itu tak akan ditemukan
tangan tengkoraknya."
"Sumoay, apa maksudmu berkata demikian?" tanya Bong
Thian-gak dengan wajah termangu.
"Seandainya aku menjadi Hek-mo-ong, jika muncul sebagai
orang lain, aku tak akan melengkapi diriku dengan tangan
tengkorak itu."
Kobaran hawa amarah yang membara telah menyelimuti
wajah Liu Khi, tiba-tiba ia membentak dengan geram, "Budak
setan, rupanya kau sudah menuduh aku habis-habisan. Hm,
bila aku harus menerima penghinaan hari ini tanpa balas,
perbuatanmu ini sama artinya dengan memberi aib sepuluh
tokoh persilatan, hm .... Sekarang pentang mata kalian lebarlebar,
lihat dengan jelas, benda apakah yang kusembunyikan
di balik lengan kutungku ini?"
Seraya berkata Liu Khi segera menggulung ujung baju
kanannya yang kosong sampai ke batas bahu kanannya
sehingga lengannya yang kutung itu dapat terlihat dengan
jelas dan nyata.
Kecuali bekas kutungan lengan akibat bacokan pisau,
ternyata tidak nampak tangan tengkorak seperti apa yang
dicurigakan. 1216 Mendadak pada saat itu terdengar Liu Khi membentak
dengan penuh rasa geram, "Bocah keparat yang berani
menghina aku, kalian harus menyerahkan nyawamu."
Golok saktinya kembali dilontarkan ke muka dengan
hebatnya. Serangan golok itu langsung ditujukan ke arah Bong Thiangak.
Serangan itu meluncur dari bawah berbalik membacok ke
arah atas. Selain dilepaskan dengan kecepatan luar biasa,
jurus serangan pun luar biasa, dalam waktu singkat telah
mencapai sasarannya.
Terdengar bunyi robekan, di tengah kilauan cahaya putih
yang terpancar dari mata golok, Bong Thian-gak melayang
pergi ke samping, sekalipun ia sudah bergerak cukup cepat,
ujung baju sebelah kirinya terpapas juga dan terjatuh ke atas
tanah. Andaikata lengan kanan Bong Thian-gak tidak kutung sejak
dulu, hari ini lengan itu pasti akan kutung juga termakan oleh
sambaran golok kilat itu.
Bersamaan waktunya dengan gerakan menghindar tadi,
Bong Thian-gak telah mengayunkan pula pedang bambunya
melancarkan sebuah bacokan kilat.
Serangan itu langsung mencegah serangan golok kedua Liu
Khi yang berusaha menyerobot posisi. Itulah sebabnya di saat
mata golok Liu Khi menyambar tiba untuk kesekian kalinya,
serangan pedang Bong Thian-gak pun turut membabat tiba
dari arah samping.
Begitu pertarungan berlangsung, para jago yang hadir di
arena segera mengerti bahwa pertarungan antara kedua
orang itu tak akan berakhir dalam waktu singkat.
Bila jago-jago lihai sedang bertarung, sekalipun terdapat
sedikit selisih kepandaian mereka, asalkan kemampuan itu
1217 hampir berimbang, maka bukan pekerjaan mudah bagi
mereka untuk menentukan menang kalah dalam waktu
singkat. Tampaknya Liu Khi bermaksud melangsungkan pertarungan
kilat, makin menyerang semakin cepat. Tujuannya tentu ingin
membinasakan Bong Thian-gak.
Oleh sebab itu setiap jurus serangan yang dilontarkan,
hampir semuanya merupakan jurus maut yang ganas dan
buas, kecepatannya pun bagaikan sambaran kilat.
Sebaliknya permainan pedang Bong Thian-gak pun cepat,
ganas dan buas untuk mengimbangi permainan lawan.
Kendati ia dipaksa oleh gerak serangan Liu Khi sehingga
berada dalam posisi di bawah angin, namun ia tetap
menghadapi serangan musuh dengan tenang, jurus dilawan
dengan jurus, gerakan dipatahkan dengan gerakan, gerakgeriknya
sama sekali tidak kalut.
Untuk sementara waktu Thay-kun dan Song Leng-hui
merasa agak lega.
Sebaliknya kawanan jago lainnya menjadi bingung dan tak
tahu bagaimana harus menyelesaikan pertikaian itu.
Tiba-tiba terdengar si tabib sakti Gi Jian-cau berkata
dengan suara dingin, "Tujuan kedatangan kita hari ini adalah
membekuk Thio Kim-ciok. Barang siapa berani menentang
usaha kita membunuh Thio Kim-ciok adalah musuh kita juga,
apakah kita mesti membuang waktu lagi dengan percuma?"
"Gi Jian-cau," bentak Thay-kun dengan suara dingin, "jika
kau berani maju selangkah lagi, silakan mencicipi dahulu
kelihaian ilmu pukulan Soh-li-jian-yang-sin-kang."
Sambil berkata gadis itu menyiapkan telapak tangan kirinya
dan ditujukan ke arah si tabib sakti di hadapannya.
Soh-li-jian-yang-sin-kang merupakan ilmu pukulan yang
amat dahsyat dan sudah lama termasyhur di seantero
1218 persilatan, sekalipun si tabib sakti Gi Jian-cau terhitung salah
seorang yang tercantum dalam sepuluh tokoh sakti persilatan,
namun dia pun tak berani bertindak secara gegabah.
"Budak setan," Gi Jian-cau segera mengumpat, "biarpun
kau memiliki ilmu Soh-li-jian-yang-sin-kang yang maha
dahsyat, tetapi kemampuanmu itu hanya sanggup menandingi
aku seorang."
"Seorang pun sudah lebih dari cukup," kata Thay-kun
sambil tertawa merdu. "Sebab sampai detik ini, hanya kau
serta Liu Khi yang berniat melenyapkan kami dari sini."
Baru selesai perkataan itu diucapkan, mendadak Ho Lanhiang
yang berada di atas gunung-gunungan berkata dengan
suara dingin, "Budak busuk, aku pun tak akan melepaskan
kau." Belum sempat Thay-kun menanggapi, tiba-tiba terdengar
pula seorang berseru dengan suara merdu, "Ho Lan-hiang,
jika orang-orang Put-gwa-cin-kau berani bergerak, aku pun
akan segera turun tangan menghadang kalian."
Semua jago segera berpaling ke arah asal suara itu, entah
sejak kapan ternyata dalam halaman itu telah bertambah
dengan Biau-kosiu beserta rombongan.
Adapun rombongan Biau-kosiu ini terdiri dari Biau-han-thian
suami-istri serta nenek berambut putih.
Betapa senang Thay-kun mengetahui Biau-kosiu serta
rombongan mendukung pihaknya, ia segera tertawa cekikikan,
katanya, "Nona Biau, apakah kau sudah mengetahui siapa
Hek-mo-ong yang sebenarnya?"
"Setiap orang yang hadir di arena saat ini mempunyai
kecurigaan sebagai Hek-mo-ong dan kedatanganku kali ini
adalah khusus untuk menyelidiki siapa Hek-mo-ong yang
sesungguhnya sehingga dendam sakit hati ayahku bisa
dibalas," ucap Biau-kosiu dingin.
1219 Sembari berkata, ia bersama rombongannya pelan-pelan


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berjalan masuk ke dalam arena.
Dalam pada itu pertarungan antara Bong Thian-gak
melawan Liu Khi telah mencapai puncak yang paling kritis.
Pertarungan di antara mereka berdua yang semula
berlangsung amat cepat dan ganas, kini telah berubah
menjadi lambat, bahkan gerakannya amat sederhana dan
bersahaja. Walaupun begitu, setiap orang yang hadir tahu bahwa di
balik setiap jurus serangan yang digunakan kedua orang itu
terselip intisari segenap kepandaian yang mereka miliki.
Tiba-tiba terdengar Bong Thian-gak membentak, "Liu Khi,
sambut dulu jurus serangan 'bianglala panjang menutup sang
surya' ini!"
Pedang diangkat sejajar dada, kaki kiri maju selangkah dan
pedangnya seperti semburan air yang kuat menusuk dada Liu
Khi dengan kekuatan maha dahsyat.
Begitu Bong Thian-gak mengeluarkan jurus serangan ini,
berubah hebat paras muka para jago yang menonton dari
samping, mendadak terdengar Tio Tian-seng berteriak keras,
"Liu Khi, jangan bertindak gegabah, jangan kau sambut
serangan itu."
Tio Tian-seng meluncur ke depan dari sisi kiri sambil
mengayun pedangnya dengan kecepatan luar biasa.
Dengan bertindaknya Tio Tian-seng secara di luar dugaan
ini, suasana dalam arena menjadi kalut, bentakan nyaring,
hardikan lantang bergema silih berganti.
Thay-kun, Soh Leng-hui, Biau-kosiu dan Tan Sam-cing
serentak melompat ke depan dan terjun ke dalam arena.
1220 Di tengah gelak tawa yang amat keras, Liu Khi melejit ke
tengah udara bagaikan seekor burung elang raksasa dan
melayang ke belakang.
Terdengar suara benturan keras. Tahu-tahu pedang bambu
di tangan Bong Thian-gak telah terpapas kutung oleh bacokan
pedang Tio Tian-seng
Bong Thian-gak mendengus tertahan, tubuhnya mencelat
jauh dan jatuh terduduk di atas tanah.
Thay-kun dan Song Leng-hui sama-sama menjerit kaget,
serentak mereka melompat ke hadapan Bong Thian-gak.
Sementara itu Bong Thian-gak memutar biji mata, lalu
sambil melompat bangun dari atas tanah, bentaknya, "Tiopangcu,
sebenarnya serangan pedangku dapat memaksa Liu
Khi mengungkap identitasnya. Sungguh tak disangka, kau
telah menggagalkan usahaku itu."
Dengan wajah serius Tio Tian-seng berkata, "Ilmu pedang
Bong-laute telah mencapai puncak kesempurnaan. Aku
merasa amat kagum atas kemampuanmu itu, tetapi aku tak
bisa membiarkan Liu Khi terluka di ujung pedangmu begitu
saja." Sementara itu Song Leng-hui telah bertanya dengan penuh
kuatir, "Engkoh Gak, apakah kau terluka?"
"Tidak," Bong Thian-gak menggeleng.
Dalam pada itu Liu Khi yang sudah berdiri, katanya dengan
senyuman dingin menghiasi ujung bibirnya, "Malam ini aku
orang she Liu telah memperoleh pengalaman baru. Hm,
hampir saja aku terluka di ujung pedangmu itu."
"Sungguh menyesal aku gagal membuka kedok palsumu
pada malam ini," kata Bong Thian-gak hambar.
1221 Mendadak terdengar Biau-kosiu berseru dengan suara
lantang, "Bong-siauhiap, mengapa kalian harus menjual
tenaga untuk Thio Kim-ciok?"
"Sebab kami tahu Thio Kim-ciok bukan Hek-mo-ong yang
sedang kita cari."
Biau-kosiu tertawa dingin, "Peduli Thio Kim-ciok adalah
Hek-mo-ong atau bukan, dari ambisi serta tekad Thio Kim-ciok
untuk melampiaskan rasa benci dan dendamnya, tak mungkin
dia melepaskan setiap orang yang berhubungan dengan
sepuluh tokoh persilatan begitu saja. Oleh sebab itu bila kalian
bersikap membela Thio Kim-ciok secara membabi-buta, pada
hakikatnya perbuatan kalian itu merupakan perbuatan yang
sangat tolol."
"Bong-laute," Tio Tian-seng segera menambahkan, "apa
yang dikatakan nona Biau tepat sekali. Thio Kim-ciok adalah
seorang buas yang berhati sempit dan munafik, dia seorang
pendendam dan tak pernah melepaskan musuhnya begitu
saja, padahal Bong-laute serta nona Song mempunyai
hubungan yang sangat akrab dengan sepuluh tokoh
persilatan, pada akhirnya Thio Kim-ciok juga tak bakal
melepas kalian begitu saja."
Baru saja Tio Tian-seng selesai berkata, mendadak
terdengar suara ledakan keras yang memekakkan telinga,
menyusul gedung yang amat besar dan megah itu roboh
berantakan ke atas tanah.
Di tengah robohnya gedung itu, terdengar pula beberapa
kali jeritan ngeri yang memilukan. Beberapa sosok bayangan
orang nampak melarikan diri terbirit-birit dari balik reruntuhan
bangunan. Dengan ketajaman mata Bong Thian-gak, sekilas pandang
saja ia sudah mengenali orang yang sedang melarikan diri itu,
seorang kakek berbaju hitam serta tiga orang lelaki kekar
berbaju hitam pula.
1222 Mendadak hatinya bergetar keras, tanpa sadar serunya
tertahan. "Hek-ki-to-cu Long Jit-seng."
Ketika kakek berbaju hitam yang kabur menyelamatkan diri
itu sampai di hadapan Bong Thian-gak dan melihat kehadiran
si anak muda itu, ia tertawa licik, sapanya, "Jian-ciat-suseng,
sungguh tak disangka kita bersua lagi di sini."
Sebagaimana diketahui, dalam pertempuran di kuil Hongkong-
si, Long Jit-seng berhasil menyelamatkan jiwanya dari
kematian. Kemunculan orang ini membuat Bong Thian-gak segera
teringat perkataan Liu Khi barusan.
"Sesungguhnya aku sudah menyiapkan selembar kartu raja
untuk menghancurkan semua peralatan rahasia yang berada
dalam gedung ini."
Dari sini bisa diduga kartu raja yang dimaksud Liu Khi tadi
tak lain adalah Hek-ki-to-cu Long Jit-seng.
Sementara itu di saat Long Jit-seng berempat
menyelamatkan diri dari reruntuhan bangunan rumah tadi, Gi
Jian-cau memperhatikan bangunan yang roboh itu dengan
seksama. Tiba-tiba wajahnya berubah hebat, dari balik matanya
mencorong sinar penuh rasa kaget. Sambil mengawasi Long
jit-seng sekalian, katanya dengan suara dingin, "Sungguh tak
disangka, kalian berhasil menemukan pintu masuk Kiu-kiongpat-
kwa, sungguh mengagumkan."
Liu Khi tertawa terbahak-bahak, katanya pula, "Gi-heng,
mari kuperkenalkan, dia adalah Long Jit-seng dari lautan
timur. Aku pernah bilang bukan, betapa pun lihai serta
rumitnya alat rahasia Thio Kim-ciok, persiapannya itu takkan
bisa menghalangi kita untuk pergi mencarinya."
1223 Long Jit-seng tertawa seram pula, ujarnya, "Sungguh tak
disangka, para jago seluruh kolong langit berkumpul di sini
pada malam ini. Sungguh kejadian ini merupakan suatu
keberuntungan bagiku. Kini pintu masuk Pat-kwa-kiu-kiong
sudah berhasil ditemukan, mengapa kalian tidak masuk ke
dalam untuk membekuk Thio Kim-ciok?"
Gi Jian-cau tertawa dingin, "Walaupun pintu masuk barisan
Kiu-kiong-pat-kwa telah berhasil ditemukan, namun alat
rahasia yang terdapat di ruang bawah tanah sana masih
banyak dan berlapis-lapis. Dalam hal ini rasanya kita masih
memerlukan bantuan Long-tocu."
Long Jit-seng tertawa tergelak, "Aku tak lebih cuma
melaksanakan perintah untuk membukakan pintu masuk
barisan Kiu-kiong-pat-kwa yang berada dalam gedung ini.
Sekarang tugas telah selesai, aku tak sudi menyerempet
bahaya lagi dengan percuma."
Sampai di situ Long Jit-seng segera mengulap tangan
kanannya dan bersiap mengajak ketiga anak buahnya pergi
meninggalkan tempat itu.
Mendadak terdengar Biau-kosiu membentak, "Berhenti!"
Long Jit-seng memandang sekejap ke arah nona itu, lalu
bertanya, "Siapakah kau" Ada urusan apa memanggil aku?"
"Aku bernama Biau-kosiu, aku meminta padamu untuk
mengajak kami memasuki barisan Kiu-kiong-pat-kwa yang
berada di bawah tanah itu."
"Seandainya aku keberatan?" tanya Long Jit-seng
menantang. "Kalau begitu, silakan kau mampus di tempat ini."
"Bila aku mati, kalian pun jangan berharap bisa menangkap
Thio Kim-ciok untuk selamanya."
1224 Tiba-tiba Biau-kosiu memandang sekejap ke arah Liu Khi
yang berada di samping arena, lalu tegurnya dingin, "Dia ini
anak buahmu?"
Liu Khi tertawa, "Aku pernah menyelamatkan jiwanya satu
kali, maka dia pun hanya membantuku sekali. Waktu itu aku
hanya meminta kepadanya utnuk membantuku menemukan
pintu masuk menuju barisan Kiu-kiong-pat-kwa yang berada
dalam bangunan bawah tanah itu dan sekarang tugasnya
telah selesai, tentu saja aku pun tak bisa mengekang dirinya
lagi." Biau-kosiu tertawa dingin, tiba-tiba ia berjalan ke muka dan
pelan-pelan menghampiri Long Jit-seng.
Setiap jago yang berada dalam arena mengetahui bahwa
Biau-kosiu bermaksud memaksa Long Jit-seng memenuhi
keinginannya. Mendadak terdengar Long Jit-seng membentak, telapak
tangannya segera diayunkan ke depan membacok dada Biaukosiu
yang sedang berjalan mendekat.
Dengan suatu gerakan yang amat cepat dan lincah, Biaukosiu
menghindar ke samping, kemudian pergelangan
tangannya diputar sambil menyambar, tanpa mengeluarkan
sedikit tenaga pun, dia telah berhasil mencengkeram urat nadi
pergelangan tangan kanan Long Jitseng.
Pada saat itulah ketiga lelaki kekar berbaju hitam yang
berdiri di belakang Long Jit-seng menerjang maju secara
bersama-sama. Biau-kosiu segera mengayun tangan kirinya siap
meluncurkan sebuah bacokan mematikan, tiba-tiba terdengar
Long Jit-seng berteriak, "Nona, jangan kau lukai pembantu
utamaku." 1225 Di tengah seruan itu, golok Liu Khi telah tercabut,
kemudian diayunkan sejajar dada menghadang jalan pergi
ketiga lelaki kekar itu serta niat Biau-kosiu untuk menyerang.
Melihat Liu Khi menghalangi niatnya, Biau-kosiu segera
menegur sambil tertawa dingin, "Liu-tayhiap, apakah kau
berniat melepaskannya pergi dari sini?"
Liu Khi tertawa terbahak-bahak, "Apabila nona Biau
bermaksud minta bantuan Long-tocu, aku rasa kau harus
memohonnya secara baik-baik."
"Tapi sayang dia enggan menerima arak kehormatan,
sebaliknya justru mencari arak hukuman," jengek Biau-kosiu
sambil tertawa dingin.
Liu Khi tak menggubris Biau-kosiu lagi, dia segera
menggerakkan badan dan memberi hormat kepada Long Jitseng
sambil katanya, "Long-tocu, kau pun terhitung seorang
pintar, kau juga tahu bahwa setiap orang yang mengepung
gedung ini merupakan jago-jago persilatan yang pernah
menggetarkan persilatan, lagi pula mereka bertekad hendak
membekuk Thio Kim-ciok, padahal Thio Kim-ciok pernah
belajar ilmu bangunan dan ilmu alat rahasia dari Susiokmu."
"Berarti selain dirimu yang mampu memecahkan alat
rahasia yang dipasang Thio Kim-ciok, tidak ada orang kedua di
dunia ini yang mampu melakukannya. Oleh sebab itu
bagaimana pun juga mereka tak akan melepaskan dirimu
begitu saja pada malam ini."
Long Jit-seng tertawa dingin.
"Sungguh tidak disangka Liu-tayhiap telah menyingkap
semua rahasiaku di hadapan umum."
"Itulah sebabnya kau harus membantu usaha kami
membekuk Thio Kim-ciok."
Long Jit-seng tertawa licik, "Oh, tentu saja?"
1226 Liu Khi tersenyum, dia melirik sekejap ke arah Biau-kosiu,
lalu ujarnya, " Nona Biau, sekarang kau boleh
melepaskannya."
Biau-kosiu mendengus dingin. Sambil mengendorkan
tangan kanannya ia berkata dingin, "Seharusnya sejak tadi
kau memerintahkan kepadanya untuk berbuat demikian."
Mendadak Liu Khi berseru dengan suara lantang,
"Dengarkan baik-baik saudara sekalian, sekarang Thio Kimciok
telah berada dalam ruang bawah tanah gedung ini yang
telah dilengkapi dengan alat-alat rahasia yang tangguh dan
kuat. Selama puluhan tahun terakhir ini, dia selalu mengeram
di situ untuk merawat lukanya, sampai dimanakah
ketangguhan alat-alat rahasianya serta rahasia apa yang
terkandung di balik semua ini, aku rasa kita harus masuk
sendiri serta menggalinya."
Baru saja Liu Khi selesai berkata, tiba-tiba dari balik
kegelapan malam berkumandang suara seorang tua yang
serak tapi lantang, "Apa yang diucapkan Liu Khi memang
benar. Di balik ruang bawah tanah dalam gedung ini memang
tersimpan banyak sekali rahasia, cuma kalian harus ingat,
tempat ini pun merupakan perangkap kematian yang bisa
menghabisi riwayat hidup kalian."
Beberapa patah kata itu bergema dengan lantang dan
dapat didengar oleh setiap jago dengan jelas, namun semua
orang hanya bisa mendengar suaranya tanpa berhasil melihat
sang pembicara.
Berubah hebat paras muka semua jago.
Tio Tian-seng segera menghardik dengan suara dalam,
"Siapakah kau" Harap sebutkan namamu."
Suara yang serak tapi nyaring itu tertawa terbahak-bahak,
"Aku adalah Thio Kim-ciok yang hendak kalian bekuk pada


Pendekar Cacad Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malam ini. Pintu neraka menuju ke barisan Kui-kiong-pat-kwa
1227 telah terbuka lebar dan siap menyambut kalian, mengapa
kalian ragu-ragu memasukinya?"
Bong Thian-gak, Thay-kun dan Song Leng-hui telah
mengenali suara itu, suara Thio Kim-ciok yang bermaksud
menantang sepuluh tokoh persilatan untuk berduel.
Perubahan yang berlangsung sangat tiba-tiba ini segera
membuat gedung itu diliputi suasana misterius, tegang dan
menyeramkan. Sementara itu para jago telah melangkah menghampiri
bangunan yang roboh itu.
Ketika semua orang sudah melihat jelas keadaan di situ,
berubah hebat paras muka mereka.
Ternyata di atas bekas gedung yang megah dan
mentereng, kini telah muncul sebuah kuburan yang
mengerikan. Di atas batu nisan di muka kuburan yang sangat besar dan
sangat aneh itu muncul sebuah pintu berbentuk rembulan, di
atasnya terpajang tujuh huruf besar berwarna merah darah:
"Kuburan umat persilatan Kiu-kiong-pat-kwa".
Di sebelah kiri dan kanan batu nisan itu terpancang pula
sepasang nisan yang bertuliskan:
"Pintu neraka menyambut umat manusia dengan tubuh
hancur tulang remuk naik ke surga."
Bergidik perasaan para jago menyaksikan semua ini, untuk
beberapa saat lamanya mereka hanya bisa mengawasi liang
kuburan yang terbuka lebar itu dengan mata terbelalak dan
wajah termangu.
Liong Oh-im berseru lantang, "Thio Kim-ciok, benarkah kau
berada di dalam liang kuburan itu?"
1228 Gelak tawa nyaring segera berkumandang, "Liong Oh-im,
aku memang berada di liang kuburan. Aku telah membuang
pikiran dan tenaga selama tiga puluh tahun untuk
mempersiapkan liang tempat peristirahatan yang paling
nyaman untuk kalian sepuluh tokoh persilatan serta Ho Lanhiang
si perempuan rendah itu. Mengapa kalian tidak cepat
masuk kemari?"
Kalau tadi sepuluh tokoh persilatan yang masih hidup serta
Ho Lan-hiang amat bernapsu untuk menangkap Thio Kim-ciok,
maka sekarang setelah Thi Kim-ciok menantang mereka,
orang-orang itu malah ragu menyambut tantangan itu.
Semua orang tahu bahwa Thio Kim-ciok telah bertekad
hendak membalas dendam. Perangkap yang telah ia siapkan
selama tiga puluh tahun dengan susah-payah ini merupakan
sarang naga gua harimau yang amat berbahaya dan sukar
untuk dilewati.
Dengan suara setengah berbisik, Bong Thian-gak segera
bertanya kepada Thay-kun, "Sumoay, apakah kita akan turut
masuk ke dalam?"
"Tentu saja kita harus ikut masuk. Hanya saja, bila kita
sudah masuk ke dalam, mungkin tak akan bisa keluar lagi
untuk selamanya."
"Apa maksudmu berkata demikian?"
"Aku merasa tempat ini seperti juga apa yang dikatakan
Thio Kim-ciok tadi, merupakan kuburan yang paling besar
untuk mengubur jago-jago lihai dunia persilatan."
Bong Thian-gak menghela napas panjang.
"Ai, dugaan Sumoay memang benar, Thio Kim-ciok belum
dapat melupakan dendam sakit hati yang pernah dialaminya
tiga puluh tahun berselang. Ai, buat apa kita mesti ikut serta
dalam persoalan ini?"
1229 "Ya benar, kita memang tak usah melibatkan diri dalam
perselisihan itu, tapi perselisihan antara sepuluh tokoh
persilatan dengan Thio Kim-ciok pada malam ini, terutama
menang kalah mereka akan mempengaruhi nasib dan keadaan
persilatan di masa mendatang."
Sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang,
kawanan jago lainnya secara beruntun telah memasuki pintu
di muka kuburan besar itu.
Liu Khi berjalan paling akhir, ketika kakinya baru saja akan
melangkah masuk, tiba-tiba ia menariknya kembali. Kemudian
sambil berpaling ke arah Bong Thian-gak sekalian, tanyanya
sambil tertawa, "Apakah kalian tidak bermaksud memasuki
kuburan umat persilatan?"
Thay-kun tertawa dingin.
"Setelah kau masuk nanti, kami bisa masuk sendiri."
"Bila kalian berniat ikut masuk, paling baik jika berjalan
mengikut di belakang kami. Kalau tidak, pasti akan sulit untuk
meneruskan perjalanan," kata Liu Khi sambil tertawa seram.
"Terima kasih atas maksud baikmu, silakan kau pergi lebih
dulu!" Sementara itu dari balik liang kubur terdengar suara Tio
Tian-seng berteriak, "Liu Khi, semua orang sedang
menantikan kedatanganmu. Mengapa kau tidak segera masuk
ke dalam?"
Liu Khi tertawa terbahak-bahak, dia segera masuk ke dalam
liang kubur. Waktu itu pintu neraka menuju ke kuburan masih terbuka
lebar, pada mulanya masih terdengar suara langkah kaki para
jago serta suara pembicaraan mereka, tapi lambat-laun
semakin jauh, makin jauh ... akhirnya tidak terdengar lagi
sedikit suara pun.
1230 Bong Thian-gak yang menjumpai keadaan itu menjadi
sangat terkejut, segera ujarnya, "Wah, liang kubur ini
nampaknya mempunyai lorong yang amat panjang dan
dalam." Paras muka Thay-kun berubah juga, katanya pula, "Bila
seseorang berjalan di lorong bawah tanah, biarpun sudah
mencapai jarak sejauh satu li pun, seharusnya masih bisa
mendengar suara langkah kakinya. Tapi mereka baru masuk
selama seperempat jam, nyatanya suara mereka lenyap,
kejadian seperti ini benar-benar aneh sekali."
Belum lagi mereka selesai berkata, mendadak terlihat
seseorang berkelebat keluar dari balik liang kubur, tahu-tahu
seorang kakek berbaju hijau telah berdiri di depan pintu liang
kubur itu. "Ah, Thio-locianpwe."
Ternyata orang tua yang berdiri di depan pintu liang kubur
itu tak lain adalah Thio Kim-ciok. Waktu itu ia berdiri dengan
wajah kereng dan serius, ujarnya tiba-tiba, "Bong-siauhiap,
bila bersedia menyembuhkan penyakit yang kuderita, silakan
ikut masuk ke dalam. Bila menolak, harap secepatnya pergi
meninggalkan tempat ini."
Satu ingatan segera melintas dalam benak Bong Thian-gak,
tanyanya dengan suara dalam, "Dengan cara apakah Thiolocianpwe
hendak menghadapi Liu Khi sekalian?"
Dengan wajah serius dan nada bersungguh-sungguh, Thio
Kim-ciok menjawab, "Agaknya sepuluh tokoh persilatan serta
Ho Lan-hiang telah bertekad membunuh diriku. Demi
melanjutkan hidup, terpaksa aku harus memberikan
perlawanan dengan sepenuh tenaga dan berjuang sampai titik
darah penghabisan."
"Apakah Locianpwe mempunyai kekuatan yang cukup
untuk menghadapi orang-orang itu?" kembali Bong Thian-gak
bertanya. 1231 "Sudah barang tentu kekuatan yang kumiliki tidak mampu
melawa Bentrok Para Pendekar 7 Hati Budha Tangan Berbisa Karya Gan K L Golok Halilintar 4
^