Pencarian

Pendekar Kembar 11

Pendekar Kembar Karya Gan K L Bagian 11


udah dapat memaksa kukeluarkan Hoa-san-ciang, bahkan aku cuma sanggup bertahan dan tidak mampu
menyerang, jika kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat lengkap dikuasainya, jelas aku pasti akan
kalah. Tampaknya ucapan si budak Thio bahwa Hai-yan-pat-kiam adalah ilmu pedang nomor satu
di dunia ini memang bukan bualan belaka." Melihat si baju biru diam saja, segera Yu Wi hendak
melangkah pergi pula.
"He, kau hendak kemana?" tanya si baju biru tiba-tiba.
"Menemui It-teng sin-ni." jawab Yu Wi.
"Kedelapan jurus itu belum lengkap kau pelajari, untuk apa menemui dia?"
"Betapapun kedatanganku ini harus bertemu dengan beliau."
si baju biru menggeleng kepala, katanya, "ingat, apa yang pernah dikatakan budak Thio
kepadamu?" Yu Wi tahu budak Thio yang dimaksudkan ialah Thio Giok-tin alias It-teng sin-ni,
maka jawabnya, "IT-teng sin-ni pernah memberi pesan, sebelum lengkap mempelajari kedelapan
jurus Hai-yan-kiam-hoat dilarang datang ke Tiam-jong-san, bila datang juga cayhe akan ditindak
keras." "Masakah cuma ditindak keras saja, kukira janganlah kau pergi menemuinya," ujar si baju biru.
Yu Wi tahu orang bermaksud baik, ucapnya, "Terima kasih atas nasihatmu, tapi jiwaku hanya
satu, masakah It-teng sin-ni tega mencabut nyawaku?"
Habis berkata, dengan berani ia melangkah pergi, Khing-kiok ikut disebelahnya, juga tidak
gentar sedikitpun.
"Nanti dulu" seru si lelaki baju biru tiba-tiba.
Baru saja Yu Wi behenti, mendadak tangan terasa kesemutan, tangan yang menggandeng
Khing-kiok itu tanpa kuasa terus terlepas, waktu ia membalik tubuh, ternyata nona itu sudah
berada dalam cengkeraman si baju biru. "He, apa artinya ini?" teriak Yu Wi dengan gusar.
"Lepaskan, lepaskan diriku" teriak Khing-kiok. -api apa daya, badan tidak dapat bergerak sama
sekali, jelas Hiat-tonya tertutuk.
Dengan tertawa si baju biru berkata, "Jika kau ingin mengantar kematian, janganlah menyuruh
nona ini ikut mati bersamamu"
"Peduli apa dengan kau?" teriak Khing-kiok. "Lekas lepaskan aku Toako, tolong, Toako"
Melihat nona itu dikempit dibawah ketiak oleh si baju biru, entah apa maksud tujuan orang, Yu
Wi tidak sembarangan menolongnya, sebab kuatir menimbulkan rasa murka orang dan bisa jadi
membikin celaka Khing-kiok malah. Maka ia bertanya, "Sesungguhnya apa kehendakmu?"
"Ingin kuselamatkan jiwanya, masa kau tidak suka?" jawab si baju biru.
"Kubawa serta dia, dengan sendirinya ada akal untuk menyelamatkannya, hendaklah kau
bebaskan dia." pinTa yu Wi.
"Huh, aku saja tak dapat kau kalahkan, jangan harap akan kau tandingi si budak Thio." kata si
baju biru. "Dirimu sendiri saja belum tentu bisa selamat, masakah berani menyatakan akan
melindungi dia. Hendaklah diketahui, bilamana budak Thio sudah mau membunuh orang, caranya
lihay sekali."
saking gemasnya Khing-kiok menangis karena dikempit oleh lelaki baju biru itu, serunya
dengan air mata berlinang, "Toako, lekas tolong diriku dan hajar dia. . . ." segera Yu Wi
melangkah maju dan menegur, "Mau kau lepaskan dia tidak?"
"Tidak,"juwab si baju biru dengan tertawa, "Eh, kau budak cilik ini menangisi apa" Lebih bak
ikut dan jadilah muridku,"
"Tidak, siapa ingin jadi muridmu" teriak Khing-kiok sambil menangis, "Kalau tidak kau lepaskan
diriku, segera akan kugigit kau"
"Biasanya selalu kutolak orang yang minta menjadi muridku, sekarang aku yang penujui kau,
inilah kemujuranmu. . . ."
Belum habis ucapan si baju biru, mendadak Khing-kiok menggigit punggung tangan orang.
Tapi si baju biru tidak menjerit sakit, bahkan bergerak pun tidak. gigitan Khing-kiok itu seperti
menggigit kulit kerbau yang kering.
"Nah, gigitlah yang keras, gigitlah lebih keras" kata si baju biru dengan tertawa. "sudah
menjadi watakku, semakin kau tolak menjadi muridku, semakin harus kuterima kau, hari ini sudah
pasti kuterima kau sebagai murid"
Yu Wi tidak tahan lagi, mendadak ia melayang maju, tangan kanan memotong kemuka si baju
biru, tangan lain terus meraih Khing-kiok. Tapi si baju biru sempat mengengos kesamping
sehingga kedua gerakan Yu wi itu mengenai tempat kosong.
selagi hendak bertindak lagi, mendadak telapak tangan si baju biru memegang kepala Khingkiok
dan mengancam. "Jangan kau bergerak lagi"
Melihat keselamatan Khing-kiok terancam, Yu Wi tidak berani sembarangan bertindak lagi.
"Hah, ingin kau rebut dia dari tanganku, sama seperti mimpi di siang bolong, tidak mungkin
terjadi," seru si baju dengan terbahak.
"Huh, masakah di dunia ini ada orang dipaksa menjadi muridnya secara begini?"
"sudah tent ada," ujar si baju biru.
" Wah, jangan-jangan semua muridmu adalah hasil paksaanmu juga?" jengek Yu Wi.
"Ngaco-belo" teriak si baju biru. Lalu ia memanggil, "Ci-hong dan Giok-hong, coba kalian
kemari" Kedua Nikoh jelita tadi lantas mendekatinya. Lalu si baju biru berkata pula kepada mereka,
"Coba kalian jelaskan kepada bocah ini, apakah aku yang memaksa kalian menjadi muridku?"
Nikoh yang agak tinggi itu bernama Ci-hong, dia menggeleng dan berkata, "Tidak, tidak ada
yang memaksa, matipun aku tidak mau dipaksa."
Nikoh yang lain bernama Giok-hong, ia menyambung, "Menurut pendapatku, hendaklah nona
lekas menerima dijadikan murid oleh suhu, kepandaian beliau maha sakti, apa yang ingin kau
pelajari tentu akan diajarkan oleh beliau."
Tapi Khing-kiok lantas mencibir, "Cis, siapa ingin meniru cara kalian yang tidak tahu malu ini,
sudah menjadi Nikoh, tapi berkelakuan tidak bersih?"
"siapa yang tidak tahu malu," tanya Ci-hong.
"Kalian, kalian yang tidak tahu malu." seru Khing-kiok, "Coba jawab, masakah biara Nikoh
juga ditinggali oleh lelaki?"
"He, budak cilik jangan salah wesel, rumah ini bukan biara Nikoh." tukas si baju biru.
"Bukan biara kenapa didiami oleh Nikoh?" ujar Khing-kiok.
"sudah kukatakan kami bukan Nikoh, kenapa kau sembarang omong lagi." kata Giok-hong.
si baju biru lantas menyambung, "setiap muridku memang selalu berdandan sebagai Nikoh
Jika kau jadi muridku, kaupun harus berdandan sebagai Nikoh."
"siapa sudi menjadi muridmu" teriak Khing-kiok, "Lepaskan diriku, lepaskan-"
"Jangan ribut, adik Kiok." kaTa yu Wi. "cianpwe ini seorang yang tahu aturan, setiap muridnya
diterima denang suka rela, kalau kau tidak suka, dia pasti akan melepaskan kau."
Yu Wi menyadari kungfu sendiri tidak mampu merampas Khing-kiok dari tangan orang, maka
sengaja digunakan kata-kata pujian untuk memancingnya.
siapa tahu si baju biru lantas bergelak tertawa dan berkata, "Tapi apapun juga hari ini harus
kuambil budak cilik ini sebagai muridku."
Dia lantas menurunkan Khing-kiok. tapi dengan tangan kiri ia jambak rambut nona itu, telapak
tangan kanan bergaya seperti pisau terus menabas.
Kontan rambut Khing-kiok yang panjang dan pekat itu terpotong putus dan berhamburan
tertiup angin- Tertampak rambut diatas kepala Khing-kiok sekarang hanya sepanjang beberapa inci saja,
seketika ia jadi melenggong oleh tindakan si baju biru yang mendadak itu. Melihat rambut putus
yang bertebaran ditanah, untuk sekian lamanya ia tak dapat bersuara.
Yu Wi juga tidak mengira gerak tangan si baju biru bisa secepat ini, tahu-tahu rambut sudah
ditabas putus, ingin menolong sudah tidak keburu lagi.
Waktu Khing-kiok menyadari apa yang terjadi, mengingat rambutnya telah dipotong,
keadaannya sekarang tentu tidak lelaki dan bukan perempuan, sungguh tidak kepalang rasa
sedihnya. sayang kepada kecantikan adalah sifat pembawaan orang perempuan, saking sedihnya
ia menangis tergerung- gerung.
Tindakan si baju biru ternyata tidak tanggung-tanggung, segera ia mengeluarkan pula sebilah
belati, sambil bergelak ia terus menyayat keatas kepala Khing-kiok.
Karena menangis sambil mendekap mukanya, Khing-kiok tidak tahu tindakan si baju biru itu.
Tapi Yu Wi menjadi gusar, tanpa pikir ia melangkah maju, secara otomatis yang digunakan adalah
langkah ajaib Hui-liong-pat-poh.
sekali melangkah tubuh Yu Wi segera melaang pula ke udara, pandangan si baju biru menjadi
kabur, tabasan belatinya mengenai tempat kosong, segera ia tahu gelagat jelek, cepat belatinya
menimpuk ke udara.
Dengan satu gerakan saja Yu Wi berhasil merampas Khing-kiok. girangnya tak terkatakan,
sungguh tidak terduga bahwa Hul-liong-pat-poh mempunyai daya guna sehebat ini, sampai tokoh
maha sakti semacam si baju biru juga tidak mampu menahannya. selagi mengapung di udara,
tertampak belati lawan menyambar tiba, segera ia menggunakan gaya ajaran si jubah merah,
pinggang menggeliat, kaki menendang, kontan belati itu tertendang mencelat.
Melihat gerak tubuh Yu Wi di udara yang hebat itu, bahkan belatinya dapat ditendang hingga
mencelat, mau-tak-mau si baju biru berseru memuji, "Bagus"
Waktu Yu Wi turun ketanah, segera ia menubruk maju, kedua tangannya menghantam
secepatnya, maksudnya hendak mengurung Yu Wi di bawah pukulannya dan Khing-kiok akan
direbutnya kembali.
Melihat bayangan telapak tanan lawan yang tak terhitung jumlahnya mengurung tiba, Yu Wi
tidak berani menyambutnya, kembali kakinya melangkah maju, dikeluarkannya langkah kedua Huiliong-
poh. setiap langkah ajaib ini tidak sama, setiap langkahnya sangat hebat. Begitu melangkah,
menyusul tubuhnya lantas mengapung keatas, bukan saja pukulan sibaju biru dapat dielakkan,
bahkan terus melayang lewat diatas kepala orang, kakinya sempat mendepak sehingga ikat
rambut si baju biru terdepak jatuh.
Untung si baju biru sempat berkelit dengan cepat, kalau tidak, depakan kaki Yu Wi dapat
membuat kepalanya pecah.
Waktu turun lagi kebawah, sekali ini Yu Wi sudah berada belasan tombak jauhnya dari lawansi
baju biru menyadari tidak mudah lagi untuk mengejar Yu Wi, ia lantas berseru, "Ilmu lankah
bagus Dengan langkah ajaibmu ini cukup mampu kau lindungi budak cilik itu dan boleh kau temui
si budah Thio, agaknya semula aku cuma berkuatir tanpa alasan bagimu."
Yu Wi lantas membuka Hiat-to Khing-kiok yang tertutuk dan membawanya pergi dengan
pelahan. Jilid 16 Tiba-tiba si baju biru ingat sesuatu, cepat ia berseru pula, "He, bocah she Yu, ilmu langkahmu
itu belajar dari siapa?"
Terdengar Khing-kiok berkata kepada anak muda itu, "Toako, orang ini terlalu busuk, jangan
kau gubris dia."
Rupanya ia menjadi benci sekali terhadap si baju biru karena rambut kesayangannya tertabas
putus. Apabila kungfu Yu Wi diatas orang itu, tentu dia akan memohon anak muda itu
membalaskan dendamnya. Tapi ia tahu Yu Wi bukan tandingan orang, maka tidak berani minta
dendamnya dibalaskan-
Begitulah semakin jauh jedua orang itu melangkah pergi. Dengan suara keras si baju biru
berteriak, "langkahmu itu ajaran Ang-bau-kong Yim Yu-ging, bukan?"
Hati Yu Wi tergerak mendengar nama "Ang-bau-kong", ia berpaling dan bermaksud tanya asalusul
sijubah merah itu kepada orang berbaju biru ini, tapi sebelum dia bersuara, Khing-kiok keburu
mencegahnya, "Toako, pesan Ang-pepek itu janganlah kau lupakan-"
Yu Wi menelan mentah-mentah kata-kata yang sudah hampir diucapkannya, ia menjawab
pertanyaan si baju biru dengan kata lain, "Ang-bau-kong apa" Entah aku tidak kenal. Yang pasti
ilmu langkah ajaib ini adalah ajaran keluargaku sendiri."
Tapi telinga si baju biru sangat tajam, misalnya di dalam rumah saja dia dapat mendengar
suara kedatangan Yu Wi berdua sehingga ci-hong din Glok-hong disuruh menjenguk keluar.
Sekarang meski Khing-kiok bicara kepada Yu Wi dengan suara pelahan juga dapat didengarnya
dengan cukup jelas.
Maka tertawalah. si baju biru, serunya, "Haha. jangan kaubohong padaku. Kalau Ang-bau-kong
sudah mengajarkan ilmu langkahnya padamu, biarlah akupun mengajarkan semacam ilmu khas
padamu..."
"Terima kasih atas maksud baikmu, Cayhe tidak ingin belajar," jawab Yu Wi dari kejauhanKANG
ZUSI website http://kangzusi.com/
"Kau harus belajar, akan kuajarkan Hoa-sin ciang-hoat yang tak dapat dikalahkan oleh lima
jurus Hai-yan-kiam-hoat tadi," kata si baju biru.
Yu Wi pikir ilmu pa kulan Hoa-sin- ciang tadi memang sangat hebat dan bernilai untuk
dipelajari, diam-diam ia tertarik.
Maklumlah, bagi orang yang gemar ilmu silat, apabila melihat sesuatu ilmu silat yang hebat,
tentu ingin diselaminya di mana letak keajaibannya,
"Meski ilmu pukulan orang ini sangat hebat tapi pekertinya jelek. janganlah Toako belajar
padanya," kata Khiog-kiok,
Yu Wi mengangguk. katanya. "Baiklah, aku tidak belajar." segera mereka melangkah pergi
pula. si baju biru dapat mendengar percakapan mereka, ia menjadi marah, sekonyong-konyong. ia
melompat ke atas, secepat anak panah tubuhnya terus melintir ke depan, mengejar ke arah Yu
Wi. Ketika anak muda itu merasakan angin berkesiur dari belakang dan selagi hendak bertindak,
namun sudah terlambat selangkah, tahu-tahu punggung tangan kesemutan, Khing-kiok kembali
kena diserobotnya pula.
Dua kali nona itu diserobot dan dua kali Yu wi tidak dapat berbuat apa-apa, hal ini
menandakan betapa tinggi Ginkang si baju biru serta kecepatan tangannya sungguh luar biasa.
setelah berhasil menyerobot Khing-kiok, si baju biru bergolak tertawa, teriaknya pula, "Nah,
kau mau belajar atau tidak?"
Di luar kekuasaannya Hiat-to kelumpuhan Khing-kiok telah tertutuk dan terkempit di bawah
ketiak si baju biru, saking kalap akan Khing-kiok terus berteriak pula, "Toako, sekali tidak belajar
tetap jangan belajar padanya"
si baju biru menjadi gusar, damperatnya, " Untuk apa kau ikut cerewet?" mendadak ia
melemparkan Khing-kiok ke belakang sana sambil berseru. "Ci-hong. tangkap dia ini"
Lemparannya dengan tepat sampai di tangan ci-hong, padahal Nikoh jelita itu berada jauh di
belakang sana, untuk menolong Khing-klok lebih dulu Yu Wi harus melalui rintangan si baju biru.
terpaksa ia tidak dapat bertindak apapun-
"sekali ini jangan harap akan kau tolong dia lagi," kata si baju biru. Lalu ia berseru pula,
"cihong. kurung budak itu, biarkan dia kelaparan beberapa hari, ingin kutahu apakah dia sanggup
berkaok-kaok lagi atau tidak?"
Ci-hong mengiakan, bersama Giok-hong mereka membawa Khing-kiok ke dalam rumah biru.
"He, nanti dulu, kalian tidak boleh mengurungnya" teriak Yu Wi.
"Tidak mengurungnya juga boleh, asalkan kau- belajar Hoa-sin- ciang dengan baik," kata si
baju biru dengan tertawa.
"Huh, di dunia ini masakah ada orang dipaksa belajar cara begini?"
"Kan sudah kukatakan, adalah menjadi watakku, semakin orang menolak belajar pada semakin
kupaksa dia harus belajar." kata si baju biru. "Ci-hong, dengarkan, sehari bocah she Yu ini tidak
mau belajar Hoa-sin-ciang padaku, satu hari pula budak itu tidak diberi makan. bahkan hajar dia
hingga babak-belur."
"Baik, suhu" jawab Ci-hong di dalam rumah.
Yu Wi tahu badan Khing-kiok masih lemah dan tidak sanggup menerima siksaan bada terpaksa
ia berseru, "Baiklah, jangan kalian mengurung dia, aku bersedia belajar."
" Kalau mau belajar, sekarang juga kita mulai" kata si baju biru dengan tertawa.
Yu Wi tidak yakin, berapa lama dirinya akan berhasil menguasai Hoa-sin-ciang, seperti waktu
belajar Hui-liong-poh tempo hari, semula ia menerima dalam waktu singkat pasti paham, siapa
tahu sampai tujuh hari barulah ilmu langkah itu dikuasainya dengun baik. sedangkan Hoa-sinciang
ini tidak kalah hebatnya daripada Hui-liong-poh, entah berapa hari pula untuk bisa
memahaminya. segera ia berseru kepada Khing-kiok. "Adik Kiok. kau tinggal saja bersama kedua Cici itu di
dalam rumah, setelah Toako mahir Hoa-sin-ciang segera kupapak kau keluar."
Terdengar Giok-hong mengikik tawa dan berkata, "Jangan kuatir Yu-kongcu, disini masih
banyak Cici yang lain, tanggung tidak membikin susah dia."
Begitulah, dengan cepat tujuh hari telah berlalu pula, selama tujuh hari Yu Wi dan si baju biru
terus berlatih di luar dan tiada seorang pun masuk ke rumah. setiap waktu makan Giok-hong
lantas mengantar santapan kepada mereka.
Kalau semula Yu Wi tidak rela belajar Hoa-sin-ciang, tapi akhirnya ia jadi ketarik oleh
kehebatan ilmu pukulan itu, diam-diam ia mengakui ilmu pukulan itu memang sangat lihai, kecuali
Hai-yan-kiam-hoat, mungkin di dunia ini tidak ada kung-fu lain yang mampu menandinginya. Mautidak-
mau timbul rasa hormat dan kagumnya terhadap si baju biru.
Cara mengajar si baju biru juga sungguh2, sedikitpun tidak "asal" saja, bila ada kesalahan,
kontan dia marah dan mendamperat Yu Wi. Tapi anak muda inipun tidak menyesal, dia benarbenar
ingin belajar Hanya saja sering ia bertanya-tanya dalam hati, sebab apakah si baju biru
mengajarkan ilmu pukulan maha sakti ini kepadanya tanpa syarat"
sampai hari kedelapan Hoa-sin-ciang sudah dapat dikuasai seluruhnya oleh Yu Wi, kalau
dihitung, waktu yang diperlukan ternyata sama dengan belajar Hul-liong-pat-poh. Hanya dalam
waktu setengah bulan saja berhasil memahami dua macam kungfu maha sakti, tentu saja hati Yu
Wi sangat girang.
Hari ini si baju biru berkata padanya, "Nak, sekarang bolehlah kau pergi menemui si budak
Thio." Kini sikap Yu Wi terhadap si baju biru sudah sangat menghormat, jawabnya, "sungguh
Wanpwe merasa terima kasih tak terhingga atas kesudian cianpwe mengajarkan Hoa-sin-ciang
yang hebat ini."
"Tidak perlu kau terima kasih padaku, sudah tentu ada tujuannya kuajarkan Hoa-sin-ciang
padamu, kalau dipikir tetap demi kepentinganku sendiri jadi rugilah jika kau berterima kasih
padaku." Yu Wi menggeleng, katanya pula, "Apapun maksud tujuan cianpwe, yang jelas Wanpwe telah
mendapatkan ajaran ilmu sakti, selama hidup ini Wanpwe takkan melupakan budi baik ini"
si baju biru bergelak tertawa, katanya, "Tapi jangan kau lupa, semula kau tidak mau belajar.
akulah yang paksa kau."
Teringat kepada sikap sendiri yang ngotot tempo hari, muka Yu Wi menjadi merah. Waktu itu
dirinya seperti ditagih hutang tatkala orang memaksa dia belajar, tapi sekarang setelah belajar
mau-tak mau timbul juga rasa terima kasihnya.
si baju biru lantas berkata pula, "Jika kau tetap berterima kasih padaku, tentu juga aku tidak
dapat merintanginya. Cuma ada satu hal harus tetap kauingat, tentang kuajarkan Hoa-sin-ciang
padamu ini dilarang kau katakan kepada siapapun, juga tidak boleh mengatakan kau pernah
berjumpa denganku."
Yu Wi jadi melengak. mengapa orangpun berpesan serupa si jubah merah" Mestinya dia ingin


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanya siapa namanya, tapi tidak jadi, sebab kuatir akan menimbulkan marahnya.
Tak terduga si baju biru sendiri lantas berkata kepada Yu Wi, "setelah berkumpul selama
beberapa hari, adalah layak kau kenal siapa diriku yang sebenarnya. sebelum berpisah, biarlah
kuberitahukan padamu, aku she Loh bernama Ting-hoa. orang memberi julukan Lam-si-khek
padaku." Diam-diam Yu Wi memuji nama orang yang halus dan indah itu, tapi tidak sesuai dengan
orangnya yang kelihatan besar dan kasar, hanya julukan "Lam-si-khek" atau sijanggut biru
memang cocok sekali dengan orangnya. Mendadak si baju biru berseru. "Bawa keluar nona Lim"
Sudan beberapa hari tidak bertemu, Yu Wi rada sangsi, ia pikir Khing-kiok tentu tambah kurus
karena kurang makan dan menanggung pikiran.
Dilihatnya pintu rumah biru terbuka, Khing kiok mendahului melangkah keluar diikuti Ci-hong,
Giok-hong dan disusul pula oleh tujuh atau delapan Nikoh muda lagi.
setiba di luar, beberapa Nikoh itu terus mengerumuni Khing kiok. semuanya mengucapkan
selamat berpisah padanya, jelas tampak perasaan berat atas perpisahan mereka itu.
Waktu Yu Wi memandang khing kiok. dilihatnya nona itu sangat terharu dan hampir
mencucurkan air mata, jelas dia juga merasa berat untuk berpisah. Malah muka si nona kelihatan
lebih gemuk daripada waktu masuk ke rumah biru tempo hari, cahaya mukanya juga kelihatan
merah. Jadi sama sekali meleset dugaan dan kekuatiran sendiri tadi.
"Nah, bolehlah mereka berangkat" seru si janggut biru dengan tertawa.
Begitulah Yu Wi dengan menggandeng tangan Khing kiok menerus kau perjalanan di lereng
gunung bersalju. sepanjang jalan, dari cerita Khing-kiok dapatlah Yu Wi mengetahui selama
beberapa hari ini si nona berkumpul dengan akrab bersama beberapa murid perempuan si janggut
biru. "Mereka semuanya memiliki kepandaian khas, ada yang mahir memetik kecapi, ada yang
pandai meniup seruling. ada yang pintar melukis dan bersyair, bahkan juga banyak yang pandai
menyulam dan menjahit. Mengenai ilmu silat mereka tidak perlu lagi disangsikan, semuanya lihai.
Mereka berebut mengajarkan kepandaian masing-masing padaku, tapi sekaligus mana dapat
kubelajar sebanyak itu."
"Apakah kepandaian mereka itu semuanya ajaran Lam-si khek?" tanya Yu Wi.
Khing-kiok mengangguk. "sangguh sukar kubayangkan si janggut biru itu bisa mempunyai
kepandaian sebanyak itu, pantas murid-muridnya sama rela belajar padanya di pegunungan penuh
salju ini."
"Jika kau kagum kepada kepandaian si janggut biru. bolehlah kau tinggal dan belajar padanya
di sini," ujar Yu Wi. Tapi Khing-kiok menggeleng dan tidak menjawab.
setelah berjalan sekian lamanya barulah Khing-kiok berkata, "Toako, jika aku diharuskan
berpisah dengan kau, tidak ada urusan apapun di dunia ini yang menarik bagiku."
Yu Wi melengak. diam-diam ia merasa serba susah ia menjadi bingung bagaimana mereka
harus berpisah kelak. dan cara bagaimana nanti harus membujuknya agar baik dengan Kan Ciaubu"
Tiba-tiba terpikir olehnya, "Ah, mulai sekarang harus kujauhi dia, jangan sampai berlanjut
seperti ulat sutera yang mengikat diri sendiri dengan membuat kepompong, tentu akan banyak
menimbulkan kekesalan."
Maka sedapatnya Yu Wi menghindar bicara dengan Khing-kiok. dengan membungkam terus
menuju ke sebelah barat. Rupanya tempat kediaman it-teng sin-ni sudah diketahui Yu Wi dari
keterangan Lim-si-khek alias sijinggut biru.
Tidak lama kemudian, sampailah mereka di depan sebuah biara yang dibangun dengan batu
kuning- merah. cukup megah dan angker, pada sebuah papan gapura tertulis empat huruf emas
besar "siang-hui-sin-ni".
Di depan biara ada beberapa pohon cemara tua, tanah lapang bersalju di depan tersapu
dengan lesik. segera Yu Wi berseru, "Wanpwe Yu Wi mehon bertemu dengan sin-ni" . . . . "
sampai beberapa kali ia beneru dan tidak ada jawaban orang. selagi dia hendak mengetuk
pintu. tiba-tiba dari dalam berkumandang suara orang perempuan yang halus, "Kedelapan jurus
pedang itu sudah lengkap kaupelajari belum?"
Yu Wi tahu itulah suara It-teng sin-ni, maka dengan sejujurnya ia menjawab, "Atas pesan sinni
itu, Wanpwe tidak dapat melaksanakannya seluruhnya, antara kedelapan jurus hanya enam
jurus saja yang berhasil kupelajari, sebab .. . . "
Baru saja dia hendak menjelaskan tentang meninggalkan kedua kakek tuli dan bisu sehingga
dua jurus di antaranya tidak mungkin dapat dipelajari dengan lengkap. mendadak suara
perempuan itu memotong ucapannya, "Untuk apa datang ke sini kalau tidak lengkap belajar"
Kuberi waktu seminuman teh untuk meninggalkan tempat ini."
Dengan sendirinya Yu Wi tidak mau pergi, segera ia menuturkan seluk-beluk pengalamannya
dan apa yang terjadi atas para kakek cacat itu. Dia bercerita dengan teratur dan penuh hormat.
Diam-diam Khing-kiok merasa penjelasan Yu Wi itu cukup memelas, ia yakin dengan
keterangan itu tentu It-teng sin-ni dapat memaklumi kesulitan anak muda itu yang tidak dapat
belajar lengkap kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat.
selesai Yu Wi menutur, batas waktu yang diberikan pun habis. Mendadak pintu biara terbuka
dan melangkah keluar delapan Nikoh yang terus berdiri di sekeliling situ, menyusul muncul
seorang Nikoh setengah tua, di depan dadanya tergantung kalung tasbih, wajahnya kelihatan
sudah sangat tua namun garis-garis kecantikannya di masa muda masih jelas kelihatan.
Nikoh tua ini memandang sekejap Khing-kiok yang berdiri di samping Yu Wi, lalu menegur
dengan wajah masam, "Yu Wi, kenapa kau belum pergi?"
"Apakah Locianpwe inilah It-teng sin-ni?" jawab Yu Wi sambil memberi hormat.
Tambah masam air muka Nikoh tua itu, dengan koreng ia berkata, "Siapa Locianpwe" Kalau
Cianpwe ya Cianpwe, kenapa ditambah Lo (tua) segala" Apakah sengaja kau bikin marah
padaku?" Yu Wi tidak menduga hanya satu kata saja bisa menimbulkan rasa gusar sin-ni, padahal
tambahan sebutan itu hanya sebagai tanda hormat saja, ia tidak tahu bahwa It-teng sin-ni paling
takut orang menyebut kata "Lo" atau tua di depannya.
Maka cepat Yu Wi berganti haluan, ucapnya, " Cianpwe. wanpwe ingin bertemu dengan Ya-ji,
keadaannya baik-baik bukan?"
"Peduli apa dengan kau keadaannya baik atau tidak?" jengek sin-ni. "Kau berani
membangkang pada apa yang telah kukatakan?"
"Pesan cianpwe melalui Jit-ceng-me masih kuingat dengan baik, Wanpwe hanya ingin bertemu
sejenak saja dengan Ya-ji dan tidak ada permohonan lain."
It-teng mendengus pula, katanya, "Lantaran mengingat kau telah menyembuhkan cacat kaki
Ya-ji dengan Thian-liong-cu, maka kuberi batas waktu untuk pergi. Tapi kau berani tetap tinggal di
sini, tak dapat lagi kuberi ampun, lekas kau buntungi sebelah kaki sendiri, jangan sampai
memaksa aku turun tangan sendiri,"
Khing-kiok tidak tahu kelihaian si Nikoh tua, mendadak ia menyela, "He. Nikoh tua ini kenapa
tidak pakai aturan?"
sejak tadi dia sudah mendongkol karena di-ihatnya It-teng mempersulit pertemuan Yu Wi
dengan Ko Bok ya, ia pikir anak muda itu datang ke sini darijauh tanpa kenal lelah, seharusnya
Nikoh itu menaruh simpati dan ikut terharu padanya, tapi sekarang bukannya memberi
kesempatan bertemu bagi Yu Wi, sebaliknya malah menyuruh anak muda itu membuntungi kaki
sendiri, saking tidak tahan sebera tercetus ucapannya tadi tanpa pikir.
-siapakah tokoh-tokoh Ang-bau-jin atau sijubah merah dan sijanggut biru yang kosen ini"
-Dapatkah Yu Wi bertemu dengan KokBok-ya dan tokoh macam apa pula It-teng sin-ni?"
= Bacalah jilid selanjutnya = = --^ --^ --^
sebaliknya It-teng mengira Khing-kiok sengaja menyebutnya Nikoh tua, seketika ia menjadi
gusar, kalung tasbih itu langsung menyambar ke dada Khing-kiok.
Yu Wi terkejut, ia tahu tenaga sambitan it-teng itu tidak boleh diremehkan, apabila terkena,
dada Khing-kiok pasti akan berlubaug. Cepat ia melolos pedang untuk menangkis.
"Trang",- kalung tasbih itu terjerat ke batang pedang Yu Wi, jurus yang digunakannya ini
adalah Bu-tek kiam, kalau tidak sukarlah baginya untuk menahan sambaran kalung tasbih ilu.
"Bagus" jengek It-teng. "Kau berani menangkis tasbihku dengan Hai-yan-kiam-hoat dan
merintangi aku membunuh budak itu, agaknya kau sendiri yang hendak membunuh dia. Boleh
juga, nah, lekas kerjakan"
Tapi Yu Wi lantas masukkan pedang kayunya ke dalam sarungnya. lalu berseru, "Tanpa sebab
tiada alasan, mengapa Cianpwe hendak membunuhnya?"
Itteng menjadi murka, damperatnya, "Kau hendak memberi petuah padaku?"
"Ah, tidak berani" jawab Yu Wi dengan hormat. It-teng menjengek, "memangnya kau berani?"
Mendadak ia berjongkok dan meraup segenggam lidi cemara terus dihamburkan ke arah
Khing-kiok. tertampak berpuluh lidi cemara itu menyambar ke bagian mematikan di lubuh Khingkiok
dengan angin tajam.
Melihat lidi cemara sekecil itu sedemikian lihai cukup terkena satu batang lidi itu saja jiwa bisa
melayang, Khing-kiok menjerit ketakutan.
Tapi Yu Wi sudah siap sedia disamping, tanpa pikir la lolos pedang dan menghadang di depan
si nona, serentak hujan lidi cemara itu tertahan oleh tabir pedang yang dipasangnya dan jatuh
bertebaran. Dua kali serangannya ditangkis, tidak kepalang gusar it-teng, bentaknya, "Yu Wi, tampaknya
kau sudah bosan hidup?"
Yu Wi tidak gentar sedikitpun. jawabnya, "sekalipun dia bersikap kurang hormat terhadap
Cianpwe dosanya juga tidak perlu dihukum mati."
"Hm, jika kau ingin bertemu dengan Ya-ji dan berhubungan baik lagi, kau harus membunuh
dia bagiku," jengek It-teng.
Tapi Yu Wi menggeleng, katanya, "Membunuh dia dan baru dapat bertemu dengan Ya-ji,
andaikan Ya-ji tahu juga pasti tidak setuju."
"Jika kau tidak mau membunuhnya, biarlah aku yang membunuhnya," kata It-teng. "Bila kau
berani merintangi lagi, nanti kubunuh kau sekalian."
"cut-keh-lang (orang yang sudah keluar rumah, artinya orang sudah memeluk agama) kenapa
bicara tentang bunuh melulu?" ujar Yu Wi dengan menyesal.
Merasa ucapan anak muda itu kembali bernada memberi petuah padanya, It-teng tambah
murka teriaknya dengan suara melengking, "selama berpuluh tahun tidak ada orang yang berani
melawan kehendakku, sekarang ternyata ada bocah ingusan yang berulang-ulang menentang
pendirianku. Tampaknya terpaksa aku harus melanggar pantangan membunuh."
Dia melangkah maju sambil mencabut Hudtun (kebut) dari punggungnya, kontan kebutnya
menyabat kepala Khing-kiok.
Demi menyelamatkan nona itu, cepat Yu Wi menangkis pedangnya.
"Baik, asalkan dapat kau kalahkan kebutku ini, bukan saja jiwa budak ini akan kuampuni,
bahkan Ya-ji boleh kau temui sesukamu," seru It-teng. seketika timbul semangat jantan Yu Wi.
dengan lantang ia menjawab, "Jadi"
segera ia mainkan HHui-yan-kiam-hoat, jurus pertama yang dilancarkan adalah Bu-tek kiam.
Tapi It-teng tidak gentar sedikit pun terhadap jurus Bu-tek kiam, kebutnya berputar melingkar
baru setengah jalan tusukan Yu Wi, tahu-tahu daya serangannya sudah terpatahkan-
Berturut-turut Yu Wi mengeluarkan jurus Tay gu-kiam, Hong-sui-kiam, Tay-liong-kiam dan
siang-sim-kiaim, tapi setiap kali hanya mencapai setengah jalan saja segera dipatahkan oleh
kebasan kebut It-teng.
sama sekali Yu Wi tidak menyangka Hai-yan-kiam-hoat begini konyol, ia mengira ilmu silat Itteng
sudah mencapai tingkatan maha sempurna dan jauh di atas si jubah merah dan sijanggut
biru. Bahkan Jit-can-so sama sekali tidak ada artinya lagi jika dibandingkan Nikoh ini.
Yu Wi tidak menyadari bahwa Hai-yan-kiam-hoat yang dikuasainya hanya enam jurus saja, jadi
kepalang canggung, kalau kedelapan jurus Hai-yan-kiam-hoat dapat dipahami seluruhnya, bukan
saja takkan dikalahkan It-teng, sebaliknya malah dapat mengalahkannya.
Mengenai sebab apa It-teng dapat mematahkan jurus serangan Yu Wi itu dengan mudah, hal
ini memang ada alasannya.
Rupanya sejak It-teng berhasil memperoleh kitab pusaka Hai-yan-pat-to dari oh It-to, dari ilmu
permainan golok itu telah diubahnya menjadi ilmu permainan pedang. Tapi meski sudah dilatihnya
hingga belasan tahun dan merasa sudah dapat dikuasainya dengan baik, ketika dia bertanding
dengan jago kelas satu, hasilnya ternyata sangat mengecewakan.
semula ia mengira latihan sendiri yang belum sempurna, maka dia berlatih lebih tekun lagi. Di
sini barulah dirasakan, bilamana latihan sudah mencapai titik tertinggi, segera darah bergoiak
dalam tubuh sendiri, Lwekang lantas menyurut malah.
Teringatlah olehnya keterangan oh It-to dahulu bahwa tidak ada gunanya ilmu golok yang
diajarkan padanya itu, sebaliknya malah akan membikin celaka padanya. Keterangan ini baru
sekarang dipercayanya.
Kemudian setelah direnungkan lagi barulah diketahui bahwa Hai-yan-kiam-hoat itu hanya
dapat dilatih oleh orang lelaki, meski perempuan juga boleh melatihnya, tapi bila mencapai titik
yang paling mendalam, segera akan timbul pergolakan darah panas dalam tubuh sendiri dan akan
merusak kesehatan.
setelah tahu sebab musabab ini, it-teng tidak berani berlatih lagi, tapi untuk menghadapi orang
yang mahir Hai-yan-kiam-hoat kelak, dengan tekun ia mempelajari setiap gerak jurus pedang itu,
lalu satu persatu diciptakan jurus lawannya. selama belasan tahun ia memeras otak dan akhirnya
ia merasa yakin usahanya telah berhasil, ia pikir selanjutnya tidak perlu takut lagi kepada orang
yang mahir Hai-yan-kiam-hoat.
Dan benar juga, setelah diuji sekarang, kelima jurus serangan Yu wi ternyata dapat dipatahkan
seluruhnya. Tentu saja It-teng bergirang, katanya, "Masih ada jurus pertahanan. Yu wi, coba dapatkah kau
bertahan?"
Habis berkata kebutnya terus bekerja terlebih gencar, ia serang bagian maut di tubuh Yu Wi.
segera Yu Wi memainkan jurus Put-boh-kiam tapi baru saja tabir sinar pedang terpasang tiga
lapis, tahu-tahu kebut lawan telah menerobos masuk dan mengancam dadanya.
Keruan Yu Wi terkejut, cepat ia buang pedang dan melangkah ke samping.
Langkah yang digunakan adalah Hul-liong-Soh ajaran Ang-bau-kong. Pandangan it-teng terasa
kabur dan kehilangan jejak Yu Wi, kebutnya hanya berhasil menggulung pedang kayu anak muda
itu. Waktu berpaling, dilihatnya Yu Wi sudah berdiri dengan tenang di belakangnya. Rengeknya,
"Bagus, kiranya kau masih ada kepandaian simpanan"
segera iapun melangkah maju, ia keluarkan langkah ajaib Leng-po-wi-poh, berbareng dengan
langkahnya itu kebut terus melilit ke leher Yu Wi.
Tapi Yu Wi menunduk kebawah sambil menggunakan langkah naga terbang. waktu tubuh
mengapung ke atas, kedua telapak tangan bertepuk, "plak". ia mainkan satu jurus Hoa-sin-ciang
ajaran si janggut biru.
Ketika kebut It-teng mengenai tempat kosong, segera dirasakannya angin berkesiur di atas
kepalanya, ia mendongak dan melihat bayangan telapak tangan yang tak terhitung jumlahnya
sedang memburu ke arahnya. Ia tidak sempat menyingkir, terpaksa kebutnya berputar untuk
menangkis. Tapi lantaran kebut ini digunakan secara tergesa-gesa sehingga tidak banyak membawa daya
serangan yang kuat, sukar baginya untuk menahan pukulan Yu wi, agar bisa menyelamatkan diri
terpaksa harus melepaskan kebutnya. Dalam sekejap itu dia sempat menerobos keluar dari jaraK
serangan pukulan Yu wi.
Dilihatnya kebut yang terlepas itu mencelat kesana dan hampir jatuh ke tanah, segera It-teng
menggunakan Ginkangnya yang tinggi untuk melayang kesana. kebut itu disambar kembali.
Meski kebut dapat dirampas kembali, tapi apa pun- juga dia sudah kehilangan senjatanya, tadi
Yu Wi juga kehilangan pedangnya dan kontan membalas, betapapun it-teng merasa malu, dengan
gusar kebutnya berputar, kembali ia menyerang lagi dengan lebih ganas.
Melihat orang bersenjata, Yu Wi tidak lagi memungut pedang kayunya, ia tahu lebih baik
menghadapi lawan dengan bertangan kosong daripada memakai pedang kayu. sekarang ia tidak
berani gegabah lagi, ia pikir pertarungan ini tidak boleh kalah, segera ia melancarkan serangan
maut. Kebut It teng itu entah sudah mengalahkan berapa banyak tokoh Bu-lim. tapi hari ini sama
sekali tidak berhasil. Kiranya Yu Wi telah menggunakan Ih-Hui-liong-poh yang teramat ajaib,
setiap serangan it-teng selalu dihindarkannya dengan cepat dan mudah. sebaliknya Hoa-sin-ciang
yang dilontarkan Yu wi justeru sukar dielakkan oleh It-teng, meski dia sudah mengeluarkan Lengpo-
wi-poh tetap tidak ada gunanya.
Maklumlah, Leng-po-wi-poh dan HHui-llong-pat-poh sama-sama langkah ajaib ciptaan Angbau-
kong. sedangkan HHui-liong-pat-poh khusus diciptakan untuk mengatasi Leng-po-wi-poh.
Hanya sayang latihan Yu wi belum sempurna benar, kalau tidak It-teng pasti akan terkena oleh
pukulan Hoa sin-ciang.
Begitulah pertarungan berlangsung hingga hampir ratusan jurus dan it-teng selalu di pihak
yang terserang, dia terus terdesak hingga selalu melompat mundur.
setelah lewat ratusan jurus, It-teng menjadi kalap, bentaknya bengis, "Kau terlalu menghina
padaku, anak keparat"
segera kebutnya menyabet dari samping. Tapi mendadak Yu Wi mengapung ke atas
"Jika kubunuh kau sekarang, jangan kau salahkan diriku" teriak It-teng pula. mendadak iapun
melompat ke atas dan kebutnya menyabet ke belakang.
Tentu saja Yu Wi sangat heran, lawan berada di depan, mengapa kabut orang menyabet ke
belakang. Tanpa menyelami apa maksud tujuan it teng, segera ia melancarkan suacu pukulan
Hoa-sin-ciang, Yang dikehendaki Yu Wi adalah cepat mengalahkan musuh sehingga tidak terpikir
kemungkinan lain, mendadak dirasakan punggung sendiri dingin seperti tertusuk pedang, seketika
tenaga murni gembos dan terbanting jatuh ke bawah.
It-teng terus melangkah maju, sebelah tangannya terangkat dan menghantam kepala Yu Wi.
Yang dirasakan Yu Wi sekarang adalah punggung sangat kesakitan, mana dia sempat menangkis
lagi, tampaknya pukulan orang sudah berada di atas kepalanya. terpaksa ia pejamkan masa dan
pasrah nasib. syukur pada detik berbabaya itu mendadak terdengar seorang bersuara dengan welas-asih, "A
Giok. kenapa kau bunuh orang lagi?"
sampai sekian lama Yu Wi tidak merasakan pukulan it-teng, waktu ia membuka mata,
dilihatnya It-teng telah mundur dan berdiri di sebelah sana, di sebelah lain berdiri seorang tua
tinggi dan berwajah simpati.
orang tua ini dikatakan tua, tapi kelihataanya juga tidak terlalu tua, yang pasti usianya tentu
sudah sangat lanjut, jadi serupa malaikat dewata, jelas kelihatan berusia lanjut, tapi tidak
kelihatan di mana tanda-tanda ketuaannya.
Yu Wi tahu orang tua inilah yang telah menyelamatkan dirinya dan memaksa It-teng menarik
pukulannya serta mundur ke samping. Cepat ia melompat bangun, maksudnya hendak
mengucapkan terima kasih. Tak terduga, mendadak punggung kesakitan luar biasa, berdirinya tak
bisa tegak lagi. kembali ia jatuh terkulai.
Baru sekarang Khing-kiok menjerit kuatir, rupanya semua kejadian tadi berlanggsung terlalu
cepat, ketika Yu Wi dirobohkan It-teng, saking takutnya ia tidak sanggup bersuara.
setelah menenangkan diri dan menjerit, Khing-kiok terus memburu maju untuk membangurkan


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu Wi, dari punggung anak muda itu ditariknya semacam benda, waktu Yu Wi menoleh, kiranya
benda itu adalah kebut It-teng.
Agaknya sabatan kebut It-teng menuju ke belakang tadi adalah jurus serangan istimewa yang
sukar diduga oleh siapa pun, kebut itu seperti menyabet, yang benar terus disambitkan, punggung
Yu Wi jadi seperti tertusuk oleh pedang yang tajam, untung dia berlatih Thian-ih-sin-kang
sehingga lukanya tidak terlalu bahaya.
setelah kebut itu ditarik, darah segar lantas mengucur keluar.
" Cepat tahan napas dan tutup lukanya," desis si orang tua sambil mendekat.
Maklumlah, Hiat-to di bagian punggung sangat banyak dan termasuk salah satu bagian yang
mematikan di tubuh manusia. Meski luka Yu Wi tidak mengenai bagian yang mematikan, tapi
lukanya juga tidak ringan, kalau tidak ditolong pada saat yang tepat, akhirnya juga fatal.
Begitulah Yu Wi lantas menurut, ia tahan napas dan tidak bergerak, hanya sekejap saja muka
Yu Wi sudah pucat karena darah yang mengalir keluar terlalu banyak. Khing-kiok hanya
mencucurkan air mata dan tak bisa bersuara saking kuatirnya.
Cepat orang tua tadi menutuk beberapa Hiat-to penting di punggung Yu wi, lain ia
mengeluarkan obat dan dibubuhkan pada lukanya. obat luka itu sangat manjur, hanya sebentar
saja darah sudah berhenti dan bagian luka lantas membeku menjadi warna kuning.
"Jangan kuatir. nona cilik, dia tidak berhalangan lagi," kata si orang tua. ^"Cuma dia perlu
istirahat dan tidak boleh bergerak, sebulan lagi dia akan sembuh."
sejak tadi It-teng hanya memandang saja di samping dengan tenang, baru sekarang ia
menegur, "Hoat-su-jin (orang mati hidup). lagi lagi kau recoki diriku."
Yu Wi merasa heran, pikirnya, "Aneh, mengapa It-teng menyebut tuan penolong dengan nama
aneh ini?"
Dia mengira It-teng sengaja memaki penolongnya itu dan tentu penolong itu takkan tinggal
diam. Tak terduga, orang tua itu lantas berkata dengan tertawa, "A Giok, kau sudah berjanji takkan
membunuh orang lagi, asalkan kau tepati janji, tentu aku tidak akan ikut campur urusanmu."
It-teng kelihatan tak berdaya, agaknya dia memang pernah berjanji kepada si orang tua.
Katanya kemudian, "Takkan kubunuh mereka, Hoat-sujin, bolehlah kau pergi saja."
Hoat-su-jin menggeleng, katanya, " Kalau aku sudah ikut campur urusan ini, maka harus
kuselesaikan secara tuntas dan tidak boleh tinggal pergi begitu saja."
"Apa pula yang headak kau kerjakan?" tanya It-teng dengan gusar.
"A Giok." kata Hoat-su-jin dengan tertawa, -"jangan kau marah, sejak tadi kusaksikan kejadian
ini di atas pohon cemara, waktu kau lukai dia dengan kebutmu, belum lagi timbul maksudku untuk
ikut campur, tapi setelah orang kau lukai dan hendak kau bunuh pula, mau-tak-mau aku harus ikut
campur." "Masakah aku marah padamu," jawab It-teng, sikapnya ramah kembali, "sesungguhnya apa
kehendakmu, lekas katakan. sekali ini tetap kuturut pada keinginanmu."
"Pertama, kau harus mengaku kalah kepada anak muda ini," kata Hoat-sj-iin.
"Ya, aku pakai kebut dan dia bertangan kosong, sampai lebih seratus jurus tetap tak dapat
kukalahkan dia, pertarungan ini memang harus dianggap dimenangkan oleh dia, tidak menjadi
soal bagiku untuk mengaku kalah."
"Dan kedua."
"Tidak ada kedua," sela it-teng, "kita sudah sepakat, setiap kali kau hanya boleh ikut campur
satu urusan, betapapun janji harus dipatuhi."
"Aku kan tidak ikut campur urusan kedua?" ujar Hoat-su-jin, "yang kedua ini hanya mengenai
ucapanmu sendiri, kau pun harus patuh pada ucapanmu sendiri Kalau kau sudah mengaku kalah,
seharusnya kau beri kesempatan kepada anak muda ini untuk bertemu dengan muridmu."
It-teng menghela napas, katanya, "Ya, ya, anggaplah kau memang lihay, setiap kali
berhadapan dengan kau, selalu tidak dapat berbuat apa-apa. bicara pun tidak dapat melebihi kau.
Nah, Yu Wi, tidak perlu pura-pura mati lagi, lekas bangun dan ikut padaku untuk menemui Ya-ji."
It-teng terus membalik tubuh, tapi tidak masuk kebiara melainkan menuju ke sisi kanan sana,
Yu Wi merangkak bangun, dengan hati-hati Khing-kiok memapahnyn dan ikut dari belakang.
Hoat-su-jin juga ikut ke sana.
setiba di depan sebuah puncak salju, tertampaklah sebuah pintu besi, It-teng mengambil kunci
untuk membuka gembok. tapi baru saja tangannya menyentuh pintu besi mendadak pintu besi
roboh sendiri. Kiranya pintu besi ini sudab rusak dan hanya dirapatkan begitu saja. Keruan It-teng terkejut,
jeritnya, "Ya-ji, Ya ji"
Dengin gusar Yu Wi berterjak. "Jadi kau . . . kau kurung Ya-ji di sini" .... "
It-teng menoleh, jawabnya dengan beringas, "Muridku sendiri kanapa tidak boleh kukurung
dia" Dia tidak tunduk kepada pesanku dan bergaul dengan murid Ji Pek liong, maka dia pantas
dikurung di sini."
"Aku adalah murid guruku, aku tidak pernah berbuat jahat, kenapa Ya-ji tidak bolek bergaul
denganku?" teriak Yu Wi pula.
It-teng menjadi gusar, "sekali kukatakan tidak boleh ya tetap tidak boleh" sambil berteriak ia
terus masuk ke dalam gua. Terlihat gua ini sudah kosong melompong. mana ada bayangan Ko Bok
ya segala"
It-teng memaki dengan suara tertahan- "Budak kurang ajar, berani kau kabur diluar tahuku."
Mendadak Khing-kiok melihat sesuatu, serunya, "Di situ ada secarik kertas"
Cepat It-teng memungut kertas itu, dengan gusar ia membaca isi surat itu, "Maaf, suhu, murid
telah pergi Ke ujung langit atau mana saja tidak ada tempat tujuan, mehon suhu jangan mencari
diriku lagi. Apabila Yu Wi datang, katakan saja Kalau jodoh tentu kami akan berjumpa pula ... ."
sampai di sini it-teng membaca, " bluks, mendadak robohlah sesosok tubuh.
"Toako, Toako" Khing-kiok menjerit.
Kiranya Yu Wi teiah roboh pingsan, luka pada punggungnya pecah lagi dan darah mengucur
dengan derasnya .Jelas keadaan Yu Wi cukup gawat, Khing-kiok tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya, ia hanya menangis belaka.
Hoat-su-jin menghela napas, katanya, "Jangan menangis, nona, lebih penting tolong dia dulu."
Ia berjongkok dan cepat menutukpula beberapa tempat Hiat-to di tubuh Yu Wi untuk
menghentikan darahnya. lain diperiksanya denyut nadi anak muda itu. "Bagaimana" Apakah
Keadaan Toako cukup gawat?" tanya Khing kiok sambil menangis. Hoat-su-jin menggeleng, tapi
air mukanya jelas kelihatan prihatin. saking cemasnya Khing-kiok terus berseru. " cianpwe,
lekaslah engkau menolong dia"
"Apa yang kaukuatirkan budak cilik" Dia takkan mampus" jeng ek It-teng.
Khing-kiok berpaling, ucapnya dengan gusar, "Jika terjadi apa-apa atas diri Toako, kaulah yang
membikin celaka dia."
"Memang aku yang mencelakai dia, kau mau apa?" jawab It-teng.
Dengan gregetan Khing-kiok berkata, "Meski sekarang aku bukan tandinganmu. kelak aku
harus membalas dendam ini."
Air muka It-teng berubah. kebutnya terus menyabet kepala Khing-kiok. Akan tetapi Hoat-su-jin
tidak tinggal diam. dia tidak terpaling juga tidak bergeser, hanya sebelah tangannya terus
menyampuk sehingga kebut It-teng terpukul ke samping.
"A Giok. kau berani membunuh orang di depanku?" tegur Hoat-su-jin, dtngan kurang senang.
Dengan menahan rasa gusarnya It-teng berkata kepada Hoat-su-jin, "Baik, urusan di sini
terserah pada mu, bila bocah itu siuman, hendaklah kau katakan padanya, jika dia berani lagi
mencari Ya-ji dan kepergok olehku, bukan mustahil akan kubunuh mereka kedua-duanya."
Habis berkata It-teng terus melangkah pergi. Hoat-su-jin menghela napas, dipondongnya Yu
Wi, katanya, "Nona cilik, ikutlah padaku."
Dengan langkah cepat ia terus berlari ke sebelah kiri biara. Kira-kira sepuluh li jauhnya,
tertampak sebuah puncak menghadang di depan. Puncak ini tertutup oleh salju sehingga cuma
kelihatan lapisan salju melulu.
"Di situlah tempat tinggalku," kata Hoat-su-jin sambil menunjuk sepotong batu karang.
Batu karang itu tidak tertutup oleh salju, jelas karena sering dibersihkan, bentuk batu karang
itu serupa Bongpai, yaitu batu nisan, di situ tertulis: " Kuburan Hoat-su-jin-."
Kelima huruf itu bukan ukiran ataupahatan. tapi lebih mirip ditulis dengan pit yang mendekuk
ke dalam batu, setiap hurufnya kelihatan indah dan kuat, biarpun diukir oleh ahli pahat nomer satu
juga sukar terukir huruf sebagus ini. Tapi kalau dibilang huruf itu ditulis dengan mopit, jelas hal
inipun tidak mungkin. Jangan-jangan ditulis dengan jari tangan?" demikian pikir Khing-kiok.
Batu nisan besar itu terbuat dari batu pilihan yang sangat keras dan menegak di depan puncak
itu, Khing-kiok hanya melihat nisan dan tidak nampak kuburannya, diam-diam ia merasa heran,
pikirnya, "Di dunia ini memang banyak orang kosen dan tokoh aneh yang sering bertempat di
dalam kuburan, tapi di sini tidak kelihatan ada kuburan di manakah dia bertempat tinggal?"
Hoat-su-jin terus mendekati batu nisan itu, setiba di depan meja batu yang biasanya
digunakan untuk sesaji, kakinya menginjak meja batu itu. segera batu itu ambles ke bawah
dengan pelahan, berbareng itu puncak gunung di belakang nisan itu lantas merekah sebuah celah
yang cukup dimasuki satu orang.
segera Hoat-su-jin mendahului masuk ke sana, Khing-kiok ragu sejenak. akhirnya ia masuk
juga ke situ. setiba di dalam puncak gunung, Hoat-su-jin meraba dinding dan celah2 tadi lantas rapat
kembali. Meja batu di depan nisan juga lantas mumbul ke atas. Tapi di mana letak pesawat
rahasia itu tidak terlihat oleh Khing-kiok. diam-diam ia memuji kehebatan alat rahasia ini.
Di dalam puncak gunung itu ada sebuah lorong panjang, seyogianya apabila dinding gua
sudah rapat, keadaan di dalam seharusnya gelap- gulita, tapi sekarang lorong ini masih terdapat
cahaya yang agak lemah, entah menembus melalui mana cahaya ini"
Makin ke dalam cahaya itupun makin terang, tibalah mereka di sebuah ruangan batu seluas
beberapa tombak persegi, cahaya di dalam ruangan terang benderang, di tengah ruangan
terdapat dua peti mati terbuat dari batu kemala putih,
Hoat-su-jin membuka peti mati sebelah kiri Khing-kiok merasa takut ketika melihat orang
membuka peti mati, ia membayangkan di dalam peti mati tentu ada tengkorak orang mati. Iapun
heran, orang mati yang sudah dikuburkan, kenapa masih diganggu lagi dengan membongkar
petinya" Mendadak dilihatnya Hoat-su-jin membaringkan Yu wi di dalam peti mati, keruan Khingkiok
terkejut, cepat ia memburu maju dan menarik tangan orang sambil berteriak. "Toako belum
mati, kenapa. . . ."
"Coba kaupandang yang jelas," kata Hoat-su-jin dengan tertawa.
Rupanya Khing-kiok tidak berani melihat mayat, meski sudah dekat. dia tidak berani
memandang ke dalam peti mati. Meski dia telah mengerahkan sepenuh tenaga, tapi sedikitpun
tidak sanggup menarik tangan Hoat-su-jin, diam-diam ia harus mengakui kelihaian tenaga dalam
orang itu. Lalu berpalinglah dia, dilihatnya peti mati kemala itu kosong melompong, mana ada mayat
yang menakutkan" Malahan di dalam peti ada bantal dan selimut, justeru peti mati inilah
merupakan sebuah tempat tidur yang empuk.
setelah Hoat-su-jin membaringkan Yu wi didalam peti mati, lalu menoleh dan berkata,
"sekarang tentunya tidak perlu kuatir akan kukubur Toakomu hidup, hidup, bukan?"
Tadi Khing-kiok memang kuatir, sebab disangkanya Hoat-su-jin akan mengubur Yu Wi, baru
sekarang hatinya merasa tenteram, segera ia tanya, "Apakah disini biasanya Cianpwe tidur?"
Hoat-su-jin mengangguk tanpa menjawab.
Khing-kiok pikir, Jika dia berjuluk Hoat-su-jin, sesuai juga dengan faktanya bila dia tidur di
dalam peti mati. Dan entah peti mati di sebelah ini apakah juga kosong" Kalau berisi, wah .... "
berpikir sampai di sini, mau-tak-mau ia jadi merinding dan tidak berani membayangkan lagi.
Hoat-su-jin duduk di tepi peti mati dan sedang mengurut Hiat-to di sekujur badan Yu Wi, kirakira
setanakan nasi, pelahan Yu Wi siuman dan begitu membuka mata lantas berteriak, "Tidak
boleh kau bunuh Ya-ji"
Cepat Khing-kiok memburu maju dan memegang tangan anak muda itu, tanyanya, "Toako,
siapa yang hendak membunuh Ya-ji?"
Baru sekarang Yu Wi melihat jelas Khing kiok dan Hoat-su-jin, segera teringat olehnya apa
yang telah terjadi, segera ia meronta bangun dan ingin mengucapkan terima kasih.
Tapi Hoat-su-jin lantas mencegahnya agar tetap berbaring, katanya, "Kau harus istirahat
beberapa hari lagi dan jangan bergerak. supaya lukamu mengering dulu,"
"Terima kasih atas pertolongan cianpwe," kata Yu Wi.
Hoat-su-jin menggeleng, ucapnya, "Jangan kau berterima kasih padaku, aku hanya . . . . "
sampai di sini ia pandang si nona sekejap dan tidak melanjutkan.
Yu Wi tampak melengak. tiba-tiba ia berpaling dan berkata kepada Khing-kiok, "Adik Kiok. tadi
aku bermimpi burukk."
"Mimpi buruk apa" Apakah Toako mimpi ada orang hendak membunuh nona Ko?" tanya
Khing-kiok cepat.
"Kumimpi bertemu dengan Ya-ji...."
"Ah, baik sekali" seru Khing-kiok dengan tertawa.
"Tapi gurunya lantas muncul dan menangkapnya serta hendak.... hendak membunuhnya...."
Khing kiok lantas teringat kepada ucapau It-teng kepada Hoat-sujin sebelum tinggal pergi tadi,
kata-katanya ternyata cocok dengan mimpi sang Toako, seketika ia merinding dan membatin,
"Jangan-jangan kalau Toako tetap berusaha menemui nona Ko, mungkin sekali si Nikoh tua
bangka It teng benar2 akan membunuh mereka berdua?"
Dalam pada itu cuaca sudah mulai gelap. cahaya terang yang menembus masuk dari atas
itupelahan mulai lenyap. Hoat-su-jin menyalakan empat pelita minyak untuk penerangan-
Di dalam ruangan itu ternyata cukup tersedia rangsum kering dan air minum, orang tua itu
membagikan makanan dan air seperlunya kepada Yu Wi dan Khing-kiok. Meski luka Yu Wi cukup
parah, tapi nafsu makannya sangat kuat, Khing kiok terus menyuapi sehingga kenyang.
Waktu nona itu memberi minum kepada Yu Wi, ia tanya, "Toako mengapa mendadak kau
jatuh pingsan?"
Yu Wi menjawab, "Akupun tidak tahu apa sebabnya, ketika mendengar it-teng membaca surat
yang ditinggalkan Ya-ji itu. benakku terasa sakit sehingga terbanting ke tanah, lalu tidak ingat
apa-apa lagi."
Khing-kiok menghela napas, tanyanya," Apakah Toako jatuh pingsan karena cemas oleh
lenyapnya nona Ko?"
Yu Wi hanya bersuara samar-samar dan tidak menjawab.
Betapapun hati Khing-kiok merasa kecut setelah mengetahui anak muda itu jatuh pingsan
demi memikirkan Ko Bok ya, pikirnya, "Bila pada suatu hari aku mengalami petaka, apakah Toako
juga akan berduka bagiku seperti ini?"
sepanjang hari Khing-kiok berkuatir dan cemas bagi keadaan Yu Wi, tentu saja dia sangat lelah
lahir dan batin- kini timbul rasa kantuknya.
Melihat itu, Hoat-su-jin mengebaskan lengan bajunva untuk mengusap Hiat-to tidur anak dara
itu dan membuatnya terpulas.
Yu Wi tidur di dalam peti mati sehingga tidak dapat melihat keadaan di luarnya, tapi dari
suaranya ia tahu Hiat-to tidur Khing-kiok tertutuk, ia lantas tanya. "Apakah ia sudah tidur?"
"Ya, sudah tidur," Hoat-su-jin mengangguk. "Cianpwe juga tahu aku terkena racun jahut?"
tanya Yu Wi. "Ya, setelah kuperiksa denyut nadimu yang tak teratur, mula-mula aku tidak tahu apa
sebabnya, kututuk Jin-tiong-hiat di atas bibirmu, tetap sukar menyadarkan kau. Maka kutahu tentu
pingsanmu bukan disebabkan oleh rasa cemas mendadak, tapi pasti akibat penyakit lain yang
kumat mendadak dalam tubuhmu Ilmu pertabibanku tidak tinggi, aku tidak mampu mengobati
penyakit aneh dalam badanmu, sebab itulah kukatakan jangan kau berterima kasih padaku, sebab
aku memang tidak sanggup menolong kau."
"Menurut perkiraan cianpwe, masih berapa lamakah Wanpwe sanggup bertahan hidup?" tanya
Yu Wi. "Coba kau ceritakan dulu seluk-beluk mengenai penyakit keracunan yang kau idap ini?" kata
Hoat-su-jin- Maka berceritalah Yu Wi, dimulai dari perkenalannya dengan Ko Bok ya, dan cara bagaimana
Bok-ya terluka, lalu dibawanya ke siau-ngo-tay untuk minta pengobatan kepada su Put-ku dan
seterusnya. Bercerita sampai jatuh pingsan mendadak tadi, dengan menghela napas ia berucap. "Sejak
Wanpwe minum pil racun pemberian su Put ku, sampai sekarang baru setahun setengah, menurut
su Put-ku, racun baru akan bekerja setelah dua tahun, entah sebab apa sekarang sudah bekerja
setengah tahun lebih cepat,"
"Urusan racun sama sekali tidak kupahami," kata Hoat-sujin, "tapi menurut pikiranku, jika kau
dan nona Ko saling menyintai dan senantiasa merindukannya. karena terlalu banyak pikiran, bisa
jadi akan mengakibatkan racun yang mengeram dalam tubuhmu itu bekerja terlebih cepat,"
Yu Wi mengangguk, katanya, "Dan kalau racun sudah mulai bekerja, jelas jiwaku takkan
panjang lagi. budi pertolongan cianpwe terpaksa baru dapat kubalas pada titisan yang akan
datang. Ya-ji sudah tahu racun yang mengeram dalam tubuhku, bila lewat dua tahun tidak
berjumpa, tentu dia tahu aku sudah meninggal, hanya saja . . . " dia berpaling ke arah Khing-kiok,
tapi nona itu tidur di sisi peti mati sehingga tidak kelihatan, lalu ia menyambung. "Adik angkatku
ini harus dikasihani kisah hidupnya, maka diharap cianpwee sudi menjaganya sekadarnya.
Jilid 17 "Meski aku tidak paham soal racun meracun, tapi dapat kudesak kadar racun dalam tubuhmu
menjadi satu tempat agar tidak menyebar untuk sementara, dalam keadaan demikian bolehlah kau
pergi mencari Yok-ong-ya dan minta pengobatan padanya," kata Hoat-su-jin-
"Yok-ong-ya" Siapakah dia" Tinggal di mana?" tanya Yu Wi cepat.
"Watak Yok-ong-ya (raja obat) sama sekali berbeda daripada Su Put-ku," tutur Hoat-su-jin-
"Malahan orang memberi gelar Seng jiu-ji- lay kepadanya, dengan nama Budha Ji-lay. artinya dia
berhati welas-asih seperti Buddha. Asalkan ada orang minta tolong padanya pasti akan
ditolongnya dan biasanya pengobatannya sangat mustajab, obat diminum, penyakii hilang. Hanya
saja sudah lama dia mengasingkin diri."
"Tokoh sakti demikian lebih suka mengasingkan diri, sungguh suatu kerugian besar bagi
kemanusiaan umumnya," ucap Yu Wi.
"Waktu dia mengasingkan diri, sebelumnya pernah kunasihati dia agar mengurungkan niatnya
itu, tapi dia sudah putus asa, bagaimanapun tidak mau lagi bekerja bagi kemanusiaan, waktu itu
kuanggap dia terlalu cupet pikiran. Tapi kalau dipikirkan sekarang, ai, kehidupan ini memang sukar
untuk diomong ...."
Yu Wi tahu kisah hidup Hoat-su-jin sendiri pasti juga ada sesuatu yang membuatnya berduka.
makanya sekarang dia tinggal di dalam peti mati dan menyebut dirinya "orang mati yang masih
hidup" (Hoat-su-jin) atau "orang hidup yang sudah mati", sekarang bicara tentang Yok-ong-ya, hal
ini telah menimbulkan kenangan dukanya di masa lampau.
Maka cepat Yu Wi menyela, "Cianpwe, di manakah Yok-ong-ya bertirakat sekarang" Kenapa
selama berpuluh tahun dia tidak diketahui khalayak ramai?"
Hoat-su-jin sadar dari kenangannya yang menyedihkan itu, katanya, "Kecuali beberapa
sahabat lama, tiada orang lain yang tahu tempat kediaman Yok-ong-ya. Akan kuberitahukan
padamu tempat tinggalnya, apabila dapat kau temukan dia, kuyakin dia pasti mau menyembuhkan
racun dalam tubuhmu ini."
"Di manakah beliau tinggal?" tanya Yu Wi tidak sabar.


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia heran Yok-ong-ya itu mengasingkan diri di tempat macam apakah sehingga tidak dapat
ditemukan orang.
Hoat-su-jin lantas berkata, "Tempat tinggalnya seluruhnya ada lima tempat, biar kukatakan
seluruhnya juga sukar kau ingat. Ada sebuah peta, boleh kau simpan sebaik-baiknya, dalam peta
ini tercatat segala sesuatu dengan jelas dan dapat kau gunakan untuk mencari dia."
Hoat-su-jin lantas mengeluarkan sehelai peta dan dimasukkan ke dalam baju Yu Wi. Ingin
sekali Yu Wi melihat peta itu. tapi apa daya, sekujur badan terasa lemas, bergerak saja rasanya
malas. Lalu Hoat-su-jin berkala pula, "Sekarang dengan tenaga dalamku akan kudesak racun dalam
tubuhmu itu ke telapak tanganmu. Nah, awas . . . ."
selagi tangannya terjulur ke dalam peti mati dan mulai mengerahkan tenaga murni, mendadak
terdengar suara "duks satu kali. suara "duks itu kedengaran sangat jelas dalam malam yang sunyi.
Yu Wi dapat merasakan suara itu datang dari atap kuburan. Dilihatnya air muka Hoat-sujin
rada berubah dan berbisik padanya, "ssst, jangan bersuara"
Lalu "orang hidup mati" ini mendengarkan dengan cermat dengan air muka sangat prihatin
seperti kedatangan musuh tangguh.
Menyusul lantas terdengar pula suara "duk-duk." beberapa kali, itulah suara ketukan dari pada
dinding atap. tujuannya jelas, yaitu ingin mencari kuburan dalam gua ini.
dalam waktu singkat suara "duk-duk." itu makin jelas dan makin kerap. Hoat-su-jin bergumam
sendiri, "Bila lubang cahaya sampai ditemukan dia, tentu bisa runyam...." Dengan heran Yu Wi
tanya, "Dia" Dia siapa?"
"A Giok." jawab Hoat-su-jin.
"Apakah It-teng sin-ni ingin mencari jalan masuk kuburan ini?" tanya Yu Wi pula.
Hoat-su-jin mengiakan pelahan, didengarnya suara "duk-duk" tadi makin lama makin pelahan-
Hoat-su-jin menghela napas lega, ucapnya, "Untung lubang cahaya tidak sampai
diketemukannya, "
"Mengapa It-teng sin-ni mencari lubang masuk kekuburan ini?" tanya pula Yu Wi deng heran-
Hoat-su-jin mendengus, "Untuk apa lagi" Ya ingin mencuri jenazah isteriku."
Heran luar biasa Yu Wi oleh keterangan ini. pikirnya. "Sungguh aneh, betapapun It-teng sin-ni
adalah seorang tokoh terkemuka. seorang maha guru ilmu silat, bahkan seorang beragama dan
bergelar sin-ni, masakah dia ingin mencuri jenazah Hoat-sujin" Terlalu mustahil"
Terdengar Hoat-su-jin menghela napas, katanya pula. "Jika tidak kujelaskan, tentu kau tidak
percaya bahwa A Giok ingin mencuri jenazah isteriku."
dalam hati memang Yu Wi berpikir demikian, maka ia hanya mengangguk sebagai tanda
membenarkan. Hoat-su-jin lantas bertanya, "Kau mengakui sebagai murid Ji Pek-liong. apakah pernah kau
dengar kisah hidup gurumu itu?"
Yu Wi masih ingat benar cerita Ji Pek-liong dahulu tentang tiga saudara seperguruannya, maka
jawabnya, "Ya, tahu, malahan suhu juga bercerita tentang ikatan jodoh antara putera puteri Toa
supek dan Ji supek ketika isteri masing-masing sedang mengandung . "
Menyinggung urusan perjodohan orok dalam perut isteri masing-masing itu, mendadak air
muka Hoat-su-jin berubah kelam dan menghela napas panjang.
"Apakah Cianpwe kenal Toa supekku?" tanya Yu Wi tiba tiba.
"Akulah Toa supekmu," jawab Hoat-su-jin-
Kejut dan heran sekali Yu Wi, serunya, "Hah, Cianmwe.... Cianpwe inilah Toa supekku"
Bukan.... bukankah beliau sudah.... sudah meninggal"...."
"Benar, Toa supekmu memang sudah meninggal dunia, yang masih tertinggal ini hanya
raganya saja tanpa jiwa...." Hoat-su-jin menghela napas.
" Hoat-sujin, orang hidup yang sudah mati memang tertinggal raganya saja," demikian Yu Wi
membatin. "Entah mengapa Toa supek menganggap dirinya sendiri sudah meninggal?"
Didengarnya Hoat-su-jin bertutur pula, "Meski supekmu menjabat pangkat Perdana Menteri,
tapi wataknya suka berkelana dan berbuat hal-hal mulia. Waktu pertama kali kami bertemu,
rasanya sudah seperti kenalan lama. Pada tahun itu isteri kami sama-sama hamil, karena
dorongan rasa ikatan yang akrab, kami saling berjanji mengikat jodoh bagi orok yang masih
berada dalam Padahal urusan anak-anak mestinya tidak dipikirkan tergesa-gesa. Kemudian isteri
Jite melahirkan seorang putera dengan selamat, sedang-isteriku.... isteriku melahirkan anak
perempuan, tapi... tapi sungguh malang...." sampai di sini berderailah air matanya dan tidak
sanggup melanjutkan lagi.
Diam-diam Yu Wi terharu dan merasa sang Toa supek memang harus dikasihani, punya anak
eharusnya peristiwa yang menggembirakan, siapa tahu kelahiran itu mengalami kesukaran
sehingga ibu maupun oroknya sama meninggal. Bila membayangkan kejadian pada waktu itu,
iapapun dapat merasakan betapa hebat pukulan batin yang dirasakan oleh paman gurunya itu.
Mendadak Hoat-su-jin menengadah dan berseru, "o, Thian Dosa apakah aku Lau Tiong-cu
sehingga mengakibatkan isteriku meninggalkan dan aku dihukum sebatangkara di dunia ini seperti
setan gentayangan . . . . "
sembari menangis Hoat-su-jin mendekati peti mati disebelah sana, ia mendekap di ataspeti
mati dan sesambatan pula, "o, Hui, Hui ku sayang, benarkah kau sudah mati" Tidak. tidak. kau
tidak mati Jika benar kau sudah mati, lalu apa artinya hidup ini bagiku" ..."
sekuatnya Yu Wi meronta bangun, dilihatnya peti batu di sebelah itu tertutup dengan rapat
tanpa kelihatan celahnya, jelas memang sebuah peti mati sungguhan.
Diam-diam ia berpikir, " Isteri Toa supek terisi di dalam peti mati itu, jelas sudah meninggal
berpuluh tahun, jangan-jangan cinta Toa supek dengan isterinya sangat suci dan mendalam
sehingga meski sudah mati sekian lamanya, senantiasa Toa supek mendampingi di sisi peti
matinya dan tetap menganggapnya masih hidup?"
Hoat-su-jin masih terus menangis, suaranya makin perlahan, keluhnya lagi dengan suara
parau, "o, Hui, jika kau tahu dialam baka, bicaralah satu saja padaku, cukup satu Kata saja untuk
menghilangkan rasa rinduku .... "
Yu Wi menggeleng terharu, pikirnya, "Toasu-hampir gila merindukan isterinya, orang mati
mana bisa bicara" Tampaknya di dunia ini memang ada suami- isteri yang saling mencintai
sedalam ini, selama berpuluh tahun ini entah cara bagaimana Toa supek lewatkan hari dengan
kesepian?"
sekuatnya Yu Wi merangkak keluar dari peti itu dan mendekati Hoat-su-jin dengan langkah
terhuyung, ia coba menghiburnya, "Toa supek. harap jangan berduka, jika engkau sedemikian
berduka, dialam baka juga bibi akan merasa tidak tenteram."
Hoat-su-jin berdiri dan mengusap air matanyanya, "He, Wi-ji, mana boleh kau bangun, lekas
berbaring lagi"
Yu Wi lantas berbaring kembali di dalam peti itu.
"Dalam hati mungkin akan kau tertawakan diri paman guru yang baru dikenalpertama kali
lantas menangis seperti orang gila," kata Hoat-su-jin.
Yu Wi menggeleng, katanya, " Cinta adalah sesuatu yang paling berharga di dunia ini. Toa
supek menangis bagi cinta, sungguh Wanpwe merasa sangat terharu, mana bisa mentertawakan
dirimu." Hoat-su-jin meraba Yu Wi yang berbaring itu, ucapnya, "Anak Wi yang baik, terima kasih atas
nasihatmu tadi. Kalau tidak. entah sampai kapan aku akan berduka dan mungkin benar akan
membikin tidak tenteram isteriku tersayang dialam baka." Ia menghela napas panjang, lalu
menyambung, "selanjutnya sedapatnya akan kubatasi rasa dukaku."
"Kenapa menurut cerita suhu, katanya Toa supek sudah meninggal?" tanya Yu Wi kemudian.
"sesudah isteriku meninggal, kubawa jenazahnya dan menghilang dipegunungan Tiam-jongsan
ini, sebelum berangkat kutinggalkan pesan kepada kedua saudara-angkatku bahwa akupun
sudah bosan hidup, Habis ituselama bertahun-tahun dunia Kangouwpun kehilangan jejakku, maka
mereka mengira aku sudah membunuh diri mengikuti isteriku.
"Mereka tidak tahu, setiba di sini, aku lantas membangun kuburan ini dan senantiasa berdiam
di sisi isteriku. Kupikir hidupku akan kuakhiri cara begini dan takkan muncul lagi di dunia ramai.
Tak diduga. setahun kemudian, teringat kepada adik Yok-koan, tetap juga kuturun gunung satu
kali. Tapi aku tidak berhasil bertemu dengan adik Yok-koan, malahan kuketahui dia telah
mendahului mangkat daripadaku. Aku menangis di depan makamnya dan mengambil keputusan
pulang ke Tiam-jong-san sini untuk seterusnya tidak akan turun gunung lagi. Tapi waktu na ik
kembali ke sini, tengah jalan kupergoki enam kakek cacat sedang berkumpul dan berunding,
mereka menyinggung nama Ji Pek-liong. yaitu sam suteku. Meski hubunganku dengan samte tidak
serapat Jite. namun tetap kuperhatikan dia."
"Keenam kakek cacat tentunya anggota Jit can-so yang terkenal di dunia Kangouw itu?" tanya
Yu Wi. "Betul," Hoat-su-jin mengangguk. " waktu itu nama Jit- can-so juga sudah kudengar, cuma
tidak kutahui bahwa salah seorang diantaranya adalah saudara-angkatku sendiri, Kudengar
pembicara an mereka bahwa mereka telah menjadi cacat selama hidup akibat ingin belajar Haiyan-
kiam-hoat, namun mereka masing-masing hanya berhasil meyakinkan satu jurus saja,
sedangkan Ji Pek-liong juga sama-sama cacat badan, entah mengapa bisa menguasai dua jurus
Hai-yan-kiam-hoat" selagi mereka saling berdebat mengenai ketidak-adilan itu, kulihat si kakek
bisu memberi tanda dengan isyarat tangan untuk menjelaskan cacat Ji Pek-Iiong, kiranya samte
mengalami kebiri anggota rahasianya, cacat ini jelas beribu kali lebih tersiksa daripada mereka
berenam, maka hanya dia saja yang mendapatkan ajaran dua jurus Hai-yan-kiam-hoat."
"Kebiri"...." seru Yu Wi kaget. "Pantas wajah suhu putih bersih, kelimis tanpa janggut, kiranya
beliau pernah dikebiri Entah siapakah yang melakukan tindakan keji itu terhadap suhu?"
" Waktu kudengar hal ini, hatiku juga sedih bagi samte," kata Hoat-su-jin dengan menyesal.
"selama hidup samte sangat tinggi hati, setelah mengalami siksaan badaniah keji ini, cara
bagaimana dia akan bertanggung jawab terhadap ayah-bunda dan leluhur" Maka diam-diam
timbul hasratku untuk menuntut balas baginya, Lalu kudengar mereka sa berdebat lagi. ada yang
menuduh siperempuan kotor Thio Giok-tin itu tidak adil. Mendengar nama Thio Gok-tin, benakku
serasa mendengung, kupikir sakit hati samte ini rasanya tidak dapat lagi kubalaskan.. . ."
Yu Wi merasa tidak mengerti, tanyanya, "Mengapa Toa supek tidak dapat. . . ."
Tapi ia tidak meneruskan ucapannya, ia merasa pertanyaan yang bernada menegur ini tidak
sopan terhadap sang paman guru, walaupun begitu air mukanya kelihatan merasa kurang senang.
Hoat-su-jin lantas menyambung ceritanya, "Tapi setelah kupikir lagi, biarpun Thio Giok-tin
adalah anak perempuan guruku, kalau salah juga harus dihukum, kalau tidak, kan sia-sia samte
bersaudara denganku?"
"Ah, kusalah sangka padamu. Toa supek" seru Yu Wi.
"Memangnya salah sangka apa?" tanya Hoat-su-jin.
"Kukira Toa supek melihat kecantikan it-teng sin-ni, lalu lupa menuntut balas bagi saudara
angkat sendiri, tak tersangka It-teng sin-ni adalah anak guru Toa supek."
Hoat-su-jin menggeleng-geleng kepala, katanya: "Ai . kenapa kaupikir begitu atas diriku"
Hendaklah kautahu, di dunia ini, kecuali isteriku, biarpun ada perempuan lain secantik bidadari
juga takkan kupandang sekejap."
Wajah Yu Wi kelihatan malu, ucapnya dengan gagap. " Kusalah sangka, kukira Toa supek
serupa. . . serupa oh It-to. . . ."
"o, kiranya kaupun tahu oh It-to?" tanya Hoat-su-jin dengan gegetun-
Yu Wi mengangguk. katanya, "Pek-po-pocu oh Ih-hoan pernah bercerita tentang hubungan
kakeknya itu dengan it-teng sin-ni, ceritanya sangat jelas dan Wanpwe telah mengetahuinya . "
" Waktu Sumoay berusaha memikat oh It-to, aku baru saja meninggalkan rumah perguruan,
tapi tindakan kotornya sudah menggemparkan dunia Kang-ouw, setiap tokoh dunia persilatan
sama mengetahui sumoay ku adalah seorang perempuan rendah dan cabul. suhu sendiri sangat
berduka atas tindak-tanduk puterinya. meski dia sudah diusir sewaktu aku masih berada di rumah
perguruan, tapi apa pun juga dia tetap darah-daging suhu, setiap kali suhu mendengar anak
perempuannya berbuat sesuatu kejelekan, beliau lantas mengurung diri dikamarnya dan selama
belasan hari tidak suka bicara."
teringat kepada kasih seorang ayah, Yu Wi ikut merasa pedih, ucapnya dengan menyesal,
"Pohon ingin tenang tapi angin meniup terus, anak ingin berbakti namun ayah sudah tiada"
"Apakah ayahmu sudah meninggal?" tanya Hoat-su-jin.
Dengan menahan air mata Yu Wi mengangguk. "Ya, beliau sudah waIat cukup lama."
"o, anak Wi yang baik," kata Hoat-su-jin dengan terharu, "ayahmu sudah meninggal dan kau
masih juga berduka baginya bilamana terkenang, kau pantas dipuji sebagai anak yang berbakti.
Tapi, sumoay ku itu bahkan pulang menjenguk saja tidak mau ketika guruku meninggal."
"It-teng sin-ni masakah puteri durhaka begitu?" seru Yu Wi dengan gusar.
"Meski dia tidak berbakti, akupun tidak berani menghukum berat padanya," tutur Hoat-su-jin
pula. "setelah kutemukan dia tahun ini, kunasihati dia agar kembali kejalan yang baik. Kupikir
asalkan dia maujadi orang baik, sakit hati adik angkat bolehlah kukesampingkan. "
"Apakah It-teng Sin-ni benar-benar tunduk kepada nasihat Toa supek. lalu memeluk agama
dan akhirnya mendapatkan gelar pujian sebagai sin-ni?" tanya Yu Wi.
"Masakah dia mau menurut begitu saja kepada nasihatku?" kata Hoat-su-jin. "Dia bilang, salah
saudara- angkatmu sendiri yang serakah ingin mendapatkan Hai-yan-to-hoat yang nomor satu di
dunia itu. Rupanya tentang oh It-to mati diracun sumoay itu telah diketahui orang Kangouw,
tatkala mana oh It-to memang diakui secara umum sebagai tokoh nomor satu di dunia, dengan
sendirinya ilmu goloknya diincar oleh setiap orang. Asalkan berhasil meyakinkan ilmu golok
tinggalan oh It-to jelas orang itupula akan mewarisi gelar sebagai jago nomor satu di dunia ...."
Yu Wi tidak percaya, ia menggeleng dan berucap. "Ah, kukira belum tentu benar."
"sumoay telah mengubah ilmu golok menjadi ilmu pedang dan tetap sangat lihay, apabila kau
berhasil meyakinkan Hai-yan-kiam-hoat dengan lengkap. jangankan sumoay bukan tandinganmu,
sekalipun aku juga kalah. Cuma sayang, hanya enam jurus Hai-yan-kiam-hoat yang kau kuasai,
sebab itulah kau tidak tahu betapa daya serang Hai-yan-kiam-hoat yang sesungguhnya,"
Muka Yu Wi menjadi merah, ia menunduk dan tidak bersuara lagi.
Hoat-su-jin meneruskan lagi ceritanya, "Kataku waktu itu kepada sumoay, meski samte
serakah, tidaklah pantas hanya kau ajarkan dua jurus Hai-yan-kiam-hoat, sudah itu kau bikin cacat
dia selama hidup, sumoay mendengus, dia menjelaskan bahwa sebelumnya dia sudah
menyatakan, barang siapa ingin belajar Hai-yan-kiam-hoat harus tunduk kepada segala
kehendaknya. Lantaran kepandaian samte tidak lebih tinggi daripada sumoay, terpaksa dia
menurut saja syarat yang dikemukakan itu. Aku sangat gusar oleh keterangan sumoay itu, kucela
dia, apapun juga tidak seharusnya dia perlakukan samte sekejam itu. Aku menyatakan rasa
curigaku bahwa samte pasti tidak sukarela diperlakukan cara begitu. Hal ini dibantah oleh sumoay,
katanya samte justeru sukarela ditindak begitu olehnya. Tentu saja aku tidak percaya dan kudesak
lagi agar sumoay memberi keterangan lebih jelas. Akhirnya baru kutahu duduknya perkara.
Kiranya waktu samte datang minta belajar ilmu pedang kepada sumoay, pada pandangan pertama
saja sumoay lantas penujui simte. setelah berkumpul beberapa hari, sumoay lantas merayu samte
dan ingin main cinta. Tapi samte adalah seorang lelaki gilang gemilang, maksud tujuannya hanya
ingin belajar ilmu pedang nomor satu di dunia dan tidak sudi main begituan dengan sumoay.
Apalagi waktu itu samte juga sudah mempunyai kekasih, mana bisa dia menyukai seorang
perempuan yang terkenal busuk di dunia Kangouw" Tentu saja penolakan cinta samte membuat
sumoay sangat gemas dan dendam, dia menyatakan bila samte ingin belajar Hai-yan-kiam-hoat,
syarat utamanya harus dikebiri. saking tergila-gila kepada ilmu pedang itu, entah mengapa samte
lantas menerima syarat itu. Cara bicara sumoay itu seperti cukup beralasan dan cacat samte itu
seolah-olah memang pantas, tentu saja aku menjadi murka, kubilang, kalau samte sudah dikebiri,
seharusnya Hai-yan-kiam-hoat diajarkan secara lengkap padanya. Tapi sumoay tertawa dan
menganggap salah samte sendiri, sumoay bilang dirinya tidak bodoh dan tidak nanti mengajarkan
ilmu pedang maha sakti semudah itu kepada samte sehingga ada ilmu silat orang di dunia ini
melebihi dia" Tidak kepalang rasa gusarku, kunyatakan bahwa orang yang bisa mengalahkan
sumoay masih banyak di dunia ini. sumoay tidak percaya, ia tanya siapa-siapa saja yang
kumaksudkan" Kuyakin kungfuku pasti jauh di atasnya, sebab suhu tahu kelakuan sumoay tidak
baik, tidak banyak kungfu beliau yang diajarkan kepadanya, sebaliknya seluruh kepandaian suhu
telah diajarkan kepadaku, maka aku lantas menyatakan:
"akulah dapat mengalahkan kau". Dia tertawa dan menyatakan apabila benar dapat
kukalahkan dia, maka dia akan menyerah takluk kuperlakukan sesukaku dan membalas dendam
bagi samte. Diam-diam aku mendongkol karena dia meremehkan kepandaian ajaran suhu, tak
kupikirkan lagi apakah ilmu pedangnya nomor satu di dunia segala, begitu mulai bergebrak segera
kulancarkan serangan maut, kupikir dalam sepuluh jurus juga akan kukalahkan kau. siapa tahu,
meski sudah berlangsung sampai tiga ratusan jurus, keadaan masih sama kuat. sungguh tidak
kuduga, beberapa tahun tidak bertemu, dia berhasil mempelajari macam- macam kungfu dari
berbagai golongan dan aliran- Melihat ini, semakin gemas hatiku, kutahu pasti banyak perbuatan
kotor yang dilakukannya sehingga berhasil menipu kungfu sebanyak itu dari orang yang tergilagila
padanya. Diam-diam aku berduka bagi suhu, maka seranganku segera bertambah ganas
tanpa kenal ampun- Meski ilmu silatnya mencakup kungfu berbagaialiran, tapi dia tidak berhasil
mempelajari inti sari kungfu ajaran suhu, akhirnya kugunakan satu jurus maut dan berhasil
mengatasi dia. Kupikir suhu meninggal oleh karena makan hati atas tingkah-lakunya, entah berapa
banyak pula tokoh dunia persilatan yang telah menjadi korbannya, bahkan teringat pada cacat
samte. sungguh sekaii tusuk ingin kubinasakan dia. Pada detik yang menentukan itulah, mendadak
ia berteriak. katanya dia telah mengajarkan Thian-ih-sin-kang kepada samte, masakah aku sampai
hati membunuhnya?"
"Thian-ih-sin-kang?" Yu Wi menegas.
"o, kaupun tahu Thian-ih-sin-kang?" tanya Hoat-sujin-
"suhu memang benar mengajarkan Thian-ih-sin-kang padaku," tutur Yu Wi, "tapi beliau sendiri
tidak mahir Thian-ih-sin-kang, beliau cuma pesan padaku bahwa Thian ih-sin-kang diperolehnya
dari seorang perempuan kosen dunia persilatan-"
"Ehm, dasar Lwekang yang dilatih samte memang dari golongan sia-pay, dengan sendirinya
tidak dapat meyakinkan Thian-ih-sin-kang," kata Hoat-su-jin- Ia menghela napas, lalu
melanjutkan, "Thian-ih-sin-kang ini adalah inti ilmu silat suhu, waktu suhu mengajarkannya
kepada sumoay dahulu pernah memberi pes an agar kelak Thian-ih-sin-kang diajarkan kepada
pemuda pilihan sumoay sekadar sebagai emas kawin dari orang tua. Maka setelah kudengar
bahwa sumoay telah mengajarkan Thian-ih-sin-kang kepada samte, aku menjadi tidak tega
membunuhnya. Tapi akupun tidak melepaskan dia lagi, segera kubawa dia ke Tiam-jong-san sini,
kupaksa dia bersumpah bahwa selain mendapat izinku, satu langkahpun dia tidak boleh turun
gunung. dan seterusnya dia harus cukur rambut dan menjadi Nikoh di atas gunung ini. Kukuatir
pula jiwa jahatnya sukar berubah dan mungkin dia akan mengganas lagi terhadap orang yang
kebetulan datang ke sini, maka kularang pula dia membunuh orang. Kalau larangan ini dilanggar
dan kuketahui, maka dia akan kujatuhi hukuman berat."
"Pantas setelah Toa supek bicara, It-teng lantas menurut pada perintahnya dan membawaku
menemui Ya-ji, sayang Ya ji sudah kabur. Ai, entah sekarang Ya-ji berada di mana?" pikir Yu Wi.
Melihat anak muda itu hanya menghela napas dan diam saja. Hoat-su-jin coba menghiburnya,
"Anak muda janganlah suka berduka, meski dunia ini sangat luas, asalkan punya kemauan,
masakah tak dapat menemukan seorang. Apalagi tujuan kepergiannya ini juga untuk mencari kau,
tentu banyak petunjuk dapat kau gunakan untuk mencari jejaknya."
Mengingat jiwa sendiri bakal tertolong, Yu Wi berpikir, "Ucapan Toa supek memang tepat,
kenapa aku mesti berduka."
segera ia menengadah dan berkata, "Tadi Wanpwe menghibur Toa supek agar jangan


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berduka, tapi sekarang aku sendiri berduka, sungguh harus dipukul." sembari bicara ia teres
menepuk kepalanya sendiri
"Ai. seperti anak kecil saja, kenapa kaupukul dirinya sendiri?" kata Hoat-su-jin dengan tertawa.
Lalu sambungnya, "selama beberapa tahun selanjutnya sumoay lantas tirakat dengan prihatin di
atas gunung ini, kulihat dia memang bersujud dan ada kemauan memperbaiki diri, kemudian
kuizinkan dia turun gunung satu- dua kali setiap tahun- Waktu dia pulang pada pertama kali turun
gunung, dengan heran ia berkata padaku bahwa di dunia Kangouw ternyata namanya sudah
sangat terkenal, orang menyebutnya sebagai It-teng sin-ni, kemanapun dia datang, setiap orang
memujanya seperti malaikat dewata, Aku tidak menjawab pertanyaannya itu, tapi kutahu setelah
turun gunung, berhubung dimana2 dia dihormat dan dipuja. maka dia tidak berbuat kejahatan
lagi, sebaliknya banyak kebajikan yang telah dilakukannya. sampai sekarang di dunia Kangouw
nama It-teng sin-ni masih sangat dihormati, sebab tiada yang tahu bahwa It-teng adalah Thio
Giok-tin yang jahat di masa lampau itu, sekalipun kemud ian ada tersiar berita tentang It-teng
sama dengan Thio Giok tin juga tidak ada lagi yang mau percaya. Padahal, yang terjadi
sesungguhnya adalah karena mengingat budi kebaikan suhu, aku tidak tega menyaksikan anak
perempuannya dikutuk. maka pada waktu sumoay mulai menjadi Nikoh, sering kuturun gunung
untuk melakukan hal-hal yang baik, menolong sesamanya, lalu kutinggalkan tanda kepala Nikoh
yang serupa sumoay dengan memberi nama It-teng. Lama kelamaan di dunia Kangouw lantas
tersiar berita keluhuran budi It-teng sin-ni yang suka menoiong kaum lemah dan miskin, siapapun
tidak ada yang menyelidiki asal-usulnya lagi. Meski kemudian keturunan oh It-to mengetahui Itteng
sin-ni tidak lain adalah Thio Giok-tin di masa lampau, mereka terus menyebarkan desasdesus
yang mencerca nama baik sumoay, nama It-teng sin-ni sudah kadung berakar dalam hati
khalayak ramai dan sukar lagi digoyahkan- Tapi tatkala mana di duaia Kangouw juga muncul dua
orang kosen, yang seorang suka pada warna merah dan yang seorang lagi gemar pada warna
biru, baik pakaian maupun tempat tinggal mereka, semuanya mengenakan warna yang
disukainya."
"Ah, itulah Ang-locianpwe dan . . . . " tanpa terasa Yu Wi berseru, tapi segera teringat olehnya
pesan kedua Cianpwe itu agar jangan membocorkan urusan mereka. maka cepat ia berhenti
bicara, namun dia sudah telanjur menyebut Ang-bau-kong
Dengan tertawa Hoat-su-jin berkata, "Langkahmu yang ajaib itu adalah ajaran Ang-bau-kong
dan Hoa sin-ciangmu adalah ajaran Lam-si-khek. tidak salah bukan?"
Yu Wi terkejut. jawabnya dengan gelapan, "Dari . . . darimana Toa supek mengetahuinya" "
" Waktu kau belajar pada mereka, semuanya dapat kulihat dari samping, hanya saja kalian
tidak mengetahui akan jejakku," ujar Hoat-su-jin.
Baru sekarang Yu Wi menyadari kejadian dahulu, beberapa kali pada waktu Ag-bau-kong dan
Lam-si-khek mengajar kungfu padanya, kedua tokoh itu selalu sangsi ada orang sedang mengintip
disamping, tapi tidak diketahui di mnna pengintip itu bersembunyi. Rupanya yang mengintip itu
ialah Toa supek.
Hoat-su-jin bertutur pula, "Masa itu, Ang-bau-kong dan Lam-si-khek malang melintang di dunia
Kangouw dan terkenal sebagai dua tokoh top. Meski watak sumoay sudah jauh berubah alim
setelah tirakat sekian tahun, tapi hasratnya ingin unggul ternyata belum berkurang. Tahun itu ia
turun gunung lagi dan mendengar nama kebesaran kedua orang itu, ia merasa penasaran, satu
persatu didatanginya. Meski tinggi juga ilmu silat Ang-bau-kong dan Lam-si-khek. ternyata kalah
setingkat dibandingkan sumoay, mereka telah dikalahkan sehingga terpaksa mengajarkan kungfu
andalan mereka kepada sumoay, sebab sebelumnya mereka sudah berjanji,jika sumoay kalah,
sumoay juga akan mengajarkan Hai-yan-kiam-hoat kepada mereka. Maka seterusnya Ang-baukong
dan Lam-si-khek lantas menghilang dari dunia Kangouw, kiranya mereka telah dipaksa ikut
sumoay mengasingkan diri ke Tiam-jong-san sini. sumoay berkata padaku, lantaran aku jarang
bicara dengan dia, daripada kesepian, maka dia sengaja mengundang dua tokoh terkemuka untuk
menemani dia mengobrol dan aku diminta menyetujuinya. Waktu itu kungfu sumoay sudah
semakin lihay dan selisih tidak jauh lagi daripadaku, andaikan kutolak juga tiada gunanya,
malahan mungkin akan menimbulkan kerewelan, maka kujawab asalkan dia tidak melanggar tata
susila, apapun boleh dilakukannya. Dan mendingan juga, sumoay dapat hidup dengan prihatin,
kupikir apapun- juga dia sudah beragama, tentu sudah melupakan segala perbuatannya yang
kotor di masalampau. selang beberapa tahun pula, dia turun gunung lagi dan pulangnya
membawa seorang anak perempuan yang sakit-sakitan ..."
"Ah, anakperemnuan itu tentu Ya-ji," seru Yu Wi.
"Betul, memang nona Ko," kata Hoat-su-jin dengan mengangguk. "Tapi anak itu sangat lemah.
setiap saat ada kemungkinan akan mati. Demi anak itu, jauh-jauh sumoay membawanya ke siaungo-
tay-san dan minta pengobatan kepada su Put-ku."
Peristiwa ini sudah pernah didengar Yu Wi dari Ko Bok ya, demi menyembuhkan Bok ya itulah
maka sebagai imbalannya It-teng sin-ni mengajarkan Leng-po-wi-poh kepada su Put-ku.
Hoat-su-jin menyambung pula, "semakin besar Lwekang nona Ko dapat terpupuk dengan kuat,
lalu sumoay mengantarnya pulang, selanjutnya setiap bulan sekali sumoay tentu berkunjung ke
rumahnya untuk mengajar kungfu kepada nona Ko. Karena sering turun gunung, lambat-laun
sumoay mulai tidak betah tinggal lagi di atas gunung. Meski ilmu siiatnya sekarang sudah tidak
lebih rendah dari padaku, tapi berhubung terikat oleh sumpahnya, sumoay belum berani
sembarangan meninggalkan Tiam jong-san. Entah darimana dia dapat dengar bahwa aku berdiam
dalam kuburan ini adalah untuk mendampingi mendiang isteriku. satu hari, ketika bertemu dia
berkata kepadaku bahwa dia sudah bosan tinggal di pegunungan ini dan mengajak aku pindah ke
tempat lain- Tentu saja kutolak permintaannya, mana bisa kutinggalkan jasad isteriku. Karena
maksudnya tak tercapai, mulailah sumoay mengganggu diriku, asalkan bertemu selalu mendesak
agar berpindah dari Tiam-jong-san.
suatu hari, aku merasa sebal karena direcoki terus oleh sumoay, aku menjawab dengan
setengah membentak bahwa tidak mungkin kutinggal kau Tiam-jong-san, sepanjang hidupku ini
akan terus tinggal disini. Dengan tertawa ia tanya padaku bagaimana sekiranya dia mampu
membujuk kupindah dari sini" Aku sangat mendongkol, kupikir tidak ada kekuatan apapun didunia
ini yang mampu membuat kupindah dari sisi isteriku. Maka aku lantas menyatakan apabila sumoay
mampu membikin kutinggalkan Tiam-jong-san, maka aku akan memberikan kebebasan padanya.
Dia mendengus dan menerima baik pernyataanku itu Diam-diam aku merasa menyesal malah, apa
yang kukatakan itu adalah karena terdoroog oleh rasa gusarku, setelah kurenungkan kembali,
tahulah aku bahwa sumoay pasti akan berusaha mencuri jenazah isteriku untuk memaksa aku
meninggalkan pergunungan ini. Dugaanku ternyata tidak salah, selama beberapa tahun ini
beberapa kali kupergoki dia sedang mencari jalan masuk ke kuburan ini, bilamana
diketemukannya, pada waktu aku lengah tentu jenazah isteriku akan dibawanya lari, dalam
keadaan begitu mau-tak-mau aku harus ikut pergi dari sini untuk mencarinya. Dengan demikian
pertaruhan kami akan dimenangkan oleh dia dan kebebasannya juga takkan terikat lagi oleh
sumpahnya."
sekali pandang saja Yu Wi lantas tahu sang Toa supek lagi terkenang kepada isterinya yang
sudah meninggal itu, cepat ia bertanya, "Dan Ang dan Lam berdua Cianpwe mengapa juga tidak
meninggalkan Tiam-jong-san?"
"sialnya sebelum mereka bertanding dengan sumoay sudah berjanji akan mengajarkan kungfu
andalan masing-masing kepada sumoay apabila mereka kalah, bahkan selama hidup akan ikut
tinggal di atas Tiam-jong-san- mereka baru boleh meninggalkan pegunugan ini
apabila pada suatu ketika mereka yakin ilmu silat mereka dapat mengalahkan sumoay."
"Dan selama belasan tahun ini apakah ilmu silat kedua Cianpwe itu tetap tidak dapat melebihi
It-teng sin- ni?" tanya Yu Wi.
Hoat-su-jin menggeleng, "Aku tidak tahu,sebab sejak mengasingkan diri dipegunungan ini
mereka belum pernah menantang bertanding dengan sumoay."
"Mengapa mereka tidak mau mencobanya, memangnya mereka ingin tinggal di sini sampai
akhir hayatnya?" ucap Yu Wi dengan heran-
"Ya, akupun merasa heran," kata Hoat-su-jin "Tapi kemudian baru kuketahui memang ada
sebabnya sehingga mereka tidak berani menantang sumoay. Kiranya waktu mereka dikalahkan,
sumoay belum sampai menggunakan Hai-yan-kiam-hoat. Setiba di Tiam-jong-san, sumoay kuatir
pada suatu ketika kedua orang itu akan berhasil menciptakan kungfu istimewa dan mengalahkan
dia, maka dia sengaja pamerkan Hai-yan-kiam-hoat di depan mereka. Padahal kutahu sumoay
belum berhasil meyakinkan Hanyan-kiam-hoat dengan sempurna, hanya saja setiap jurus ilmu
pedang itu memang sangat lihai sehingga kedua lawan dapat digertak. Bahkan sumoay
menambahkan gertakannya apabila kedua orang itu merasa mampu mengalahkan ilmu pedang itu
baru boleh coba-coba menantangnya bertanding pula, kalau tidak. bila berani sembarangan
menantang bertanding, akibatnya segenap anggota keluarga kedua orang itu akan dibunuhnya
habis. Ang-bau-kong dan Lam-si-khek adalah lelaki yang patuh pada ucapannya sendiri, setelah
mereka kalah, mereka lantas meninggalkan keluarga dan ikut tinggal di Tiam-jong-san- setelah
mengetahui It-teng adalah Thio Giok-tin yang terkenal kejam di masalampaU, tentu saja mereka
tidak berani mempertaruhkanjiwa anggota keluarganya dan menantang bertanding lagi pada
sumoay." Yu Wi menghela napas gegetun, ucapnya, "Pantas setelah kedua Cianpwe itu mengajarkan
kungfunya padaku, mereka melarang kukatakan kepada siapapun, kiranya takut diketahui It-teng
sin-ni." "Apabila sumoay mengetahui kedua orang itu mengajar kungfunya padamu, dalam gusarnya
bisa jadi sumoay akan benar-benar turun gunung untuk membunuh anggota keluarga kedua orang
ini, dan tentu sukar bagiku untuk mencegahnya."
Yu Wi merasa tidak enak hati, katanya, "Jika begitu, untuk apa mereka mengajarkan
kepandaian padaku dengan menanggung bahaya besar begini?"
"Soalnya sudah belasan tahun mereka meyakinkan ilmu langkah ajaib dan ilmu pukulan sakti,
mereka sendiri tidak tahu apakah kungfu baru mereka dapat mengalahkan sumoay atau tidak.
untuk mencobanya sendiri mereka tidak berani, kebetulan mereka menemukan kau yang sedang
mencari sumoay. mereka menduga antara kalian pasti akan bertempur, maka mereka sengaja
mengajarkan hasil jerih-payah mereka padamu dengan tujuan menggunakan dirimu sebagai batu
uji. Boleh dikatakan juga beruntung bagimu, sekaligus mendapat dua macam ilmu sakti."
"Tapi darimana kedua Cianpwe itu akan mengetahui kepandaian mereka dapat mengalahkan
It-teng sin-ni atau tidak" Mereka kan tidak ikut menyaksikan sendiri?"
"Kau tidak tahu bahwa pada waktu kau bertempur dengan sumoay, kami bertiga sama-sama
menongkrong diatas pohon cemara untuk mengintip. sungguh lucu, sumoay tidak tahu sama
sekali, benar-benar terlalu gegabah dia."
Yu Wi berkuatir bagi Ang-bau-kong dan Lam-si-khek. tanyanya, "Dan kungfu mereka sekarang
apakah dapat mengalahkan It-teng sin-ni?"
"Tidak dapat kupastikan, tapi kupikir mereka tetap belum berani menantang bertanding pada
sumoay." "oo, sebab apa?" tanya Yu Wi.
"Dengan kungfu ajaran mereka berdua memang kau kelihatan lebih unggul, tapi mereka tetap
belum melihat sumoay memainkan Hai-yan-kiam-hoat, betapapun tetap tidak berani
mencobanya," tutur Hoat-su-jin. "Maklumlah, sebelum menyaksikan sendiri betapa hebatnya Haiyan-
kiam-hoat, sukar bagi seseorang untuk merasa yakin dapat mengalahkannya,"
sementara itu Iajar sudah menyingsing, di dalam kuburan sudah ada cahaya, nyata mereka
telah mengobrol sepanjang malam. setelah tidur semalaman, Hiat-to Khing-kiok telah terbuka
dengan sendirinya, ia telah mendusin-
Mendengar suara si nona, Yu Wi bertanya, "Kau sudah bangun, adik Kiok?"
Baru habis ucapannya, mendadak ia merintih kesakitan- Cepat Khing-kiok mendekatinya dan
memegangi tepi peti mati sambil bertanya, " Kenapa kau, Toako?"
"o, kep . . . kepalaku sangat sakit" keluh Yu Wi dengan suara terputus-putus.
Hoat-su-jin menghela napas, ia tutuk Hiat-to anak muda itu agar tertidur. lalu ia memijat dan
mengurutpelahan bagian dadanya. " Cianpwe, bagaimana Toako?" tanya Khing-kiok kuatir.
Hoat-su-jin tidak menjawabnya, ia terus mengurut bagian penting disekujur Yu Wi, namun
arah urutannya itu ditunjukan ke bagian tangan-
Khing-kiok tahu gelagat cukup gawat, maka tidak berani bertanya lagi.
setelah sekian lamanya mengurut, ubun-ubun Hoat-su-jin tampak mengepulkan hawa, dalam
sekejap seluruh tubuhnya seolah-olah terbungkus oleh selapis kabut.
Kini Khing-kiok tidak dapat melihat keadaan didalam peti mati, uap panas itu telah
membuatnya berkeringat juga, tanpa terasa ia menyurut mundur, diam-diam ia berdoa.
Dilihatnya uap putih itu makin banyak. hawa panas juga makin terasa, kembali Khing-kiok
menyurut mundur lagi dua tindak. tiba-tiba dirasakan tertahan oleh sesuatu benda dibelakang.
Ia tahu itulah peti mati yang lain- Kini cuaca sudah terang, ia tidak merasa takut, tapi karena
uap yang tebal itu, ia merasa sesak napas, berdiri saja tidak tegak. la menjulurkan tangannya
untuk memegang tutup peti mati.
sebelum ini peti mati itu terlihat jelas tertutup rapat, tapi ketika tangannya meraba ke situ,
ternyata memegang tempat kosong, karena hal ini tidak didugaannya, pegangan tangannya jadi
telanjur menahan ke bawah sehingga mencapai dasar peti mati barulah tubuhnya yang condong
itu tertahan- Keruan nona itu terkejut, ia pikir bilakah peti ini dibuka"Jangan-jangan peti mati ini juga
kosong. Waktu ia berpaling, dilihatnya tutup peti mati sudah terbuka dan tersingkir ke samping, bagian
dalam peti mati rada gelap. samar-samar cuma kelihatan seperangkat baju orang mati masih
terletak disitu, nyata peti mati ini tadinya tidak kosong.
Segera Khing-kiok mengendus bau apek di dalam peti mati, bau itu jelas adalah bau orang
mati, baru sekarang Khing kiok menjerit tertahan karena kejutnya.
Jeritannya ternyata tidak mengejutkan Hoat-su-jin, sebab waktu itu Hoat-su-jin sedang
mengerahkan segenap tenaga dan perhatian untuk menyembuhkan Yu Wi, sekalipun gunung
ambruk di depannya juga takkan membuat dia terkejut.
sedapatnya Khing-kiok menahan perasaannya yang berdebar, ia coba menenangkan
pikirannya. ia berusaha merenungkan apa yang terjadi, peti mati ini tidak mungkin terbuka malam
tadi, Hoat-su-jin menaruh peti mati ini di sampingnya, jelas isi peti mati ini adalah seorang yang
paling berdekatan dengan dia, jangan-jangan isterinya" Kalau isterinya, kenapa peti mati ini
dibuka orang, lebih-lebih tidak mungkin terbuka sendiri, Hoat-sujin sendiri juga tidak mungkin
membongkar peti mati ini" lalu siapakah yang membukanya" Isi peti mati tinggal pakaian mayat
saja, tulang belakang jenazah sudah hilang, jelas tujuan orang yang membongkar peti mati ini
adalah untuk mencuri tulang jenazah, lantas siapakah yang sengaja mencuri tulang jenazah isteri
Hoat-su-jin ini"
Khing-kiok tidak dapat menemukan jawabannya, dalam keadaan demikian iapun tidak berani
tanya Hoat-su-jin, ia tahu Hoat-su-jin lagi asyik menyembuhkan Yu Wi dan tidak boleh digunggu.
Lalu terpikir lagi olehnya, "sudah berapa lamakah peti mati ini dibongkar orang" Pada waktu
Hoat-su-jin berjaga di sini, pencuri itu pasti tidak berani membuka peti mati ini, sekalipun Hoat-sujin
sedang tidur juga takkan dilakukannya, kecuali Hoat su-jin mati di dalam kuburan inilah baru
pencuri itu berani masuk ke sini. Kalau tidak. dengan ilmu silat Hoat-su-jin yang maha tinggi,
siapakah yang berani masuk ke kuburan ini"
Pelahan uap panas tadi mulai buyar, terdengar napas Hoat-su-jin yang rada terengah. waktu
Khing-kiok berpaling. dilihatnya Hoat-su-jin sedang memegangi kedua lengan Yu Wi dan lagi
mengerahkan tenaga dengan mata terpejam.
Tanpa terasa Khing-kiok menjerit tertahan pula demi melihat lengan Yu Wi, sebab lengan Yu
Wi sekarang berwarna hitam menakutkan.
Dilihatnya tangan Hoat-su-jin yang memegangi lengan Yu Wi itu pelahan mengurut kebawah,
dan setiap bagian yang tergeser itu, bagian lengan Yu Wi itu lantas berubah menjadi putih,
sebaliknya bagian siku ke bawah bertambah hitam,
Baru sekarang Khing-kiok tahu Yu Wi terkena racun jahat dan Hoat-su-jin sedang
mengerahkan Lwekangnya untuk mengusir racun dalam tubuh sang Toako, apabila hawa hitam
sudah seluruhnya terdesak ketelapak tangan, dari darah racun dikeluarkan- dengan sendirinya
sang Toako akan sembuh.
Dua kali jeritannya ternyata tidak mengejutkan Hoat-su-jin, nyata orang sedang mencurahkan
segenap tenaga dan pikirannya untuk menyembuhkan Yu Wis ehingga tidak menghiraukan segala
apa yang terjadi di sekitarnya, jangan-jangan pada saat demikianiah si pencuri tulang jenazah tadi
menyusup masuk dan membongkar peti mati"
Khing-kiok coba merenungkan suasana beberapa waktu yang lalu, rasanya tadi seperti
mendengar sesuatu suara pelahan di belakang, tapi lantaran dirinya juga sedang memperhatikan
cara Hoat-su-jin mengadakan penyembuhan terhadap Yu wi, maka suara itu tidak
diperhatikannya.
Sejenak kemud ian, Hoat-su-jin menghela napas panjang, lalu berucap sambil mengusap
keringatnya. "Akhirnya berhasil juga." Ia berpaling dan memanggil, "Nona cilik. . . ."
Pada saat itulah mendadak dilihatnya tutup peti mati terbuka, keruan air mukanya berubah
pucat, serentak ia memburu maju dan mendekap tepi peti mati, teriaknya dengan suara
memilukan, "o. isteri . . .isteriku. . . ."
Dia merangkul pakaian mayat di dalam peti, serupa kalau dia memeluk jasad isterinya. lalu ia
berpaling dan memandang Khing-kiok.
Khing-kiok melihat air mata Hoat-su-jin bercucuran bagai hujan- sungguh tidak kepalang
sedihnya, tapi didalam kesedihannya juga mengandung rasa gemas yang tak terkatakan, diamdiam
Khing-kiok merasa takut melihat sikap Hoat-su-jinKANG
ZUSI website http://kangzusi.com/
Dari tatapan Hoat-su-jin itu, Khing-kiok tahu maksud orang hendak tanya padanya apa yang
terjadi. Dengan suara tergegap ia berkata, "Pada . . .pada waktu Cianpwe mengerahkan tenaga tadi.
orang .... orang itu masuk kemari. . . ."
"siapa orang itu?" Hoat-su-jin meraung murka.
Khing-kiok ketakutan dan menggigil karena raungan keras itu, jawabnya dengan suara
gemetar, "En. . . entah, aku tidak .... tidak tahu . . ."
Dengan gusar Haot-su-jin mendamperatnya ?"Apakah kau orang mampus" Mengapa tidak tahu
Lekas kata kan siapa yang mencuri isteriku?"
Matanya nampak merah seakan-akan menyemburkan api. sikapnya beringas, tidak kepalang
murkanya, kalau bisa sipencuri mayat itu akan dicincangnya hingga luluh.
Karena ketakutan didamperat lagi dengan bengis, Khing-kiok merasa penasaran dan menangis
dan sekali menangis sukar lagi dibendung.
Mendadak Hoat-su-jin menengadah dan berteriak. "Thio Giok-tin Thio Giok-tin Kutahu pasti
kau, ya, pasti perbuatanmu. . . ."
sambil memeluk pakaian mayat itu dia terus menerjang keluar kuburan, sudah jauh suaranya
masih berkumandang di udara, "Thio Giak-tin, kutahu pasti kau, pasti perbuatanmu" "
Memang betul, si pencuri tulung mayat itu ialah It-teng sin-ni. sudah lama dia menemukan
pesawat rahasia kuburan itu, hanya saja setiap hari Hoat-su-jin berjaga disitu hingga sukar
baginya untuk mencuri tulang jenazah.
semalam dia sengaja berlagak mencari lubang masuk ke kuburan itu, maksudnya supaya Hoatsu-
jin tidak berjaga-jaga lagi. Padahal percakapan antara Hoat-su-jin dan Yu Wi semalam telah
dapat didengar seluruhnya oleh It-teng sin-ni yang bersembunyi di dekat lubang cahaya. Hoat-sujin
mengira It-teng sudah pergi, tapi sesudah pergi dia datang lagi dan tidak diketahui oleh Hoatsu-


Pendekar Kembar Karya Gan K L di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jin. Pada waktu Hoat-su-jin asyik mengadakan penyembuhan kepada Yu Wi, kesempatan baik itu
telah digunakan oleh It-teng sin-ni untuk membuka pesawat rahasia kuburan itu dan masuk ke
dalam, peti mati dibukanya dan tulang jenazah isferi Hoat-su-jin dicurinya. segala sesuatu
dilakukannya dengan ringan dan cepat serta berjalan dengan lancar.
Waktu itu biarpun diketahui Khing-kiok umpamanya, paling-paling nona ini hanya akan
mengantar nyawa percuma, sebab dengan sekali hantam It-teng dapat membunuhnya untuk
menutup mulutnya.
sedang kan Hoat-su-jin lagi mencurahkan segenap pikirannya menyembuhkan Yu Wi, apapun
yang terjadi di sekitarnya sama sekali tidak diketahuinya.
Begitulah tangisan Khing-kiok itu telah membersihkan semua perasaan sedih yang mengeram
dalam hatinya selama ini, sampai sekian lama barulah ia berhenti menangis. Ia mengusap air
mata, tapi tidak dilihatnya lagi Hoat-su-jin-
Ia tidak tahu bagaimana keadaan sang Toako sekarang. cepat ia mendekati peti mati,
dilihatnya Yu Wi masih tertidur lelap. kedua telapak tangannya hitam gilap. Ia tahu racun dalam
tubuh sang Toako telah didesak seluruhnya ke bagian telapak tangan oleh tenaga dalam Hoat-su
jin tadi, sejera Khing-kiok mencabut tusuk kundainya, dengan ujung tusuk kundai ia cocok ujung
kesepuluh jari Yu Wi, seketika darah mengalir keluar, darah hitam pekat seperti tinta hitam.
Pelahan telapak tangan Yu Wi dari hitam berubah menjadi putih, darah pun berhenti pelahan
sebab luka ujung jari mulai mengering. maka darah tidak dapat mancur lagi.
Legalah hati Khing-kiok, ia mengira darah berbisa anak muda itu sudah habis dikeluarkan. Tak
terduga, sejenak kemudian telapak tangan Yu Wi mulai bertambah hitam lagi.
Keruan Khing-klok terkejut, cepat ia mengulangi lagi mencocok ujung jari Yu Wi dan
mengeluarkan darah berbisa seperti tinta hitam itu setelah darah berbisa mengalir keluar, tangan
berubah menjadi putih. siapa tahu sebentar tangan Yu Wi kembali berubah hitam pula,
sekali ini Khing-kiok tidak berani mencocok ujung jari Yu Wi, ia tahu racun dalam tubuh anak
muda itu terlalu aneh dan sukar disembuhkan Jika ujung jari ditusuk dan darah keluar lagi, bisa
jadi akan terlalu banyak mengalirkan darah dan akan mengganggu kesehatan sang Toako.
Nona itu tak berdaya lagi, ia pikir bila Hoat-su-jin masih berada di sini tentu bisa menolong Yu
Wi, tapi sekarang Hoat-su-jin sudah pergi. Diam-diam ia menyesali diri sendiri yang kurang
waspada sehingga memberi kesempatan kepada pencuri untuk masuk dan membawa lari tulang
jenazah. Kalau saja kejadian itu diketahuinya dan sipencuri dapat dihalau, tentu juga Hoat-su-jin
takkan pergi. Bagian 18 Karena kuatirnya, kegagalan menyembuhkan Yu Wi itu dia anggap sebagai kesalahannya
sendiri. Makin berpikir makin benci pada diri sendiri sehingga tanpa terasa ia menangis lagi.
Entah berapa lama ia mendekap kepalanya dan menangis sedih di samping peti mati, akhirnya
Hiat-to Yu Wi yang tertutuk itu terbuka dengan sendirinya, ia mendusin, lalu bertanya, "He, adik
Kiok, apa yang kau tangisi?"
"Toa . . . Toako . . . racun . . . lukamu. . . ."
Yu Wi memandang telapak tangan sendiri, dilihatnya Hoat su-jin telah mendesak racun
kebagian situ, ia tertawa, katanya, "Adik Kiok. jangan kuatir, lukaku tidak berbahaya."
Khing-kiok mengangkat mukanya yang pe
Dendam Iblis Seribu Wajah 6 Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Golok Yanci Pedang Pelangi 3
^