Anak Berandalan 10
Anak Berandalan Karya Khu Lung Bagian 10
Kau bisa mengerti, siapa yang kami artikan itu"
Siauw Cap-it-long mengangguk-anggukkan kepala dan berkata :
"Boanpwe mengerti, dan boanpwe juga bisa menduga, bagaimana asal usul jiwie berdua."
"Tentu saja kau bisa menduga." berkata orang tua berbaju coklat. Dengan ilmu kepandaian
yang kau miliki, untuk rimba persilatan dewasa ini, tidak ada orang keempat yang bisa
menandingimu. Kami berdua termasuk didalam empat orang itu."
"Dia adalah orang pertama." Berkata orang tua berbaju hijau.
"Iblis pertama." berkata orang tua berbaju coklat, "Dia adalah iblis jahat tanpa tandingan."
Siauw Cap-it-long memandang kedua orang tua dan mengajukan pertanyaan :
"Kalian termasuk jago-jago tanpa tandingan, mengapa takut kepadanya?"
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Tapi kami berdua menggabungkan kekuatan, juga bukan tandingannya."
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Belum pernah ada seorang jago silat yang bisa menerima tiga puluh jurus serangannya."
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Mungkin kau bisa menerima lima belas jurus serangannya."
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Tapi tidak mungkin bertahan lama."
Siauw Cap-it-long sedang mempertimbangkan peringatan-peringatan baik dari kedua orang
tersebut. Ia berpikir dan berkata :
"Kini aku bisa menduga-duga, siapa adanya raja boneka itu."
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Lebih baik kau tidak tahu. Karena itu kau bisa bebas dari ancamannya."
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Setiap saat ia bisa membunuh matimu."
Siauw Cap-it-long bertanya :
"Jiwie berdua pernah menempurnya ?"
Orang tua berbaju coklat menundukkan kepala, ia berkata sedih :
"Kalau tidak, bagaimana kami bisa berada ditempat itu" Malam main catur, siang main catur,
pagi main catur, dan kerjanya setiap hari hanya main catur?"
Orang tua berbaju hijau memandang Siauw Cap-it-long dan bertanya :
"Apa kau kira, kami kesudian bermain catur ?"
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Sebenarnya, permainan catur kita itu hanya tergolong permainan catur kelas empat. Tapi
tidak ada jalan lain kecuali melewatkan waktu dengan cara-cara yang seperti itu. Terus terang
kuceritakan kepadamu, begitu tangan kami memegang biji catur, kepala ini dirasakan menjadi
seperti bengkak, semakin lama semakin besar, setiap saat bisa meledak. Tapi........."
Disaat ini, kereta berhenti,
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Baiklah. Hanya sampai disini saja."
Siauw Cap-it-long memperhatikan kedua kakek itu, ia berkata :
"Mungkinkah Jiwie berdua tidak mau berusaha untuk membebaskan diri ?"
Orang tua berbaju coklat dan orang tua berbaju hijau saling pandang, mereka menyengir,
kedua-duanya menggelengkan kepala.
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Kami sudah terlalu tua. Tidak mempunyai itu keberanian untuk lari. Tidak mempunyai
tenaga lagi."
Orang tua berbaju hijau lebih sedih lagi, ia berkata hampir menangis :
"Dahulu, pernah beberapa kali kami berusaha melarikan diri. Tidak perduli kemana, pasti dia
sudah berada dibelakang kami."
Siauw Cap-it-long merenungkan dan mencamkan kata-kata peringatan mereka.
"Dengan kekuatan kita bertiga......"
"Jangan memikir sampai ketempat itu." berkata orang tua berbaju hijau.
Orang tua berbaju coklat juga berkata :
"Jangan kau mencoba-coba."
"Mengapa ?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Kalau saja kau mempunyai pikiran yang seperti itu, maka dia sudah bisa mengetahui dia bisa
membunuh."
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Kalau dia hendak membunuh mati seorang, tidak mungkin orang itu membebaskan diri."
"Tapi........" Siauw Cap-it-long masih belum mengerti jelas.
Orang tua berbaju coklat memotong pembicaraan Siauw Cap-it-long, ia berkata, "Jangan
berharap yang bukan2."
Orang tua berbaju hijau berkata, "Jangan anggap rejekimu itu bisa terus menerus ada. Nasib
baik hanya satu kali, mungkin dua kali, atau tiga kali. Tapi tidak mungkin seterusnya, kau
harus berhati-hati. Lebih baik pergi jauh jauh dari tempat ini. Lebih jauh lebih baik, jangan
berusaha balik lagi."
Orang tua berbaju coklat berkata, "Kalau saja kau jatuh ke dalam tangannya, itulah nasib
bayangan yang seperti kita, kau sudah menjadi bonekanya, permainannya. Setiap saat ia
senang, kita dicocol-cocol. Kita adalah tandingan yang bisa melayani permainan silatnya.
Lebih baik mati daripada hidup yang seperti ini."
Orang tua berbaju hijau berkata, "Kalau orang lain yang jatuh ke dalam tangannya, tentu
disiksa sehingga sengsara, kemudian meninggal dunia. Kau bukan jago biasa, kau mempunyai
kehebatan yang luar biasa, karena itu dia sayang membunuh dirimu. Seperti sayang juga
menamatkan riwayat hidup kami berdua, setiap saat di kala ia senang hati, setiap waktu dia
gatal tangan, kita berdua yang bisa dijadikan pertandingan ilm silat."
Orang tua berbaju coklat berkata, "Dengan adanya kami berdua yang memberi pelayanan
bertahan, sedikit banyak bisa menggembirakannya."
Orang tua berbaju hijau berkata, "Karena itu, kami anjurkan, jangan mengikuti jejak langkah
kita. Jangan sampai dijadikan permainan olehnya. Itu waktu, mati susah, hidup pun susah!
Kami berdua adalah bayangannya."
Orang tua berbaju coklat jauh memandang ke arah istana boneka, ia berkata, "Kami sudah tua,
tiga jaman sudah dilewatkan. Tidak bisa hidup lama lagi, sesudah kematian kita, mana
mungkin dia menemukan tandingan baru. Karena itu, pasti dia kesepian?"
Orang tua berbaju hijau berkata: "Kalau dia sudah kesepian, dia mencari jago silat terkuat.
Pilihan itu jatuh kepadamu."
Orang tua berbaju coklat berkata:
"Karena itu, jauhilah tempat ini."
Orang tua berbaju hijau berkata:
"Karena itu, jangan dekat2 kepada kaki tangannya."
Orang tua berbaju coklat berkata:
"Ia akan kesepian, sesudah kami tidak berada di tempat itu."
"Dia tidak mudah mencarikan calon pengganti."
"Kecuali dirimu!"
"Maka kau menjadi tokoh silat super sakti kelas dua."
Siauw Cap-it-long hanya diam saja di tempat duduknya, mengikuti anjuran2 dan mengikuti
pembicaraan kedua orang tua yang main catur tersebut.
Kedua orang itu bukan betul2 berhobi main catur, mereka main catur untuk melewatkan
keisengan waktu. Mereka adalah boneka-boneka hidup si raja gila boneka Thian Kongcu,
untuk menandingi permainan silatnya yang begitu hebat dan tinggi.
Siauw Cap-it-long mengajak Sim Pek Kun keluar dari kereta itu.
Orang tua berbaju coklat berkata:
"Lekas! Lekas pergi! Pergilah yang jauh dari tempat ini."
Orang tua berbaju hijau berkata:
"Kalau saja kau balik kembali, dimisalkan dia tidak membunuh dirimu, kami berdua juga bisa
mengambil jiwamu."
PENGANTIN PEREMPUAN YANG BERANDALAN
Sim Pek Kun berjalan di depan, Siauw Tjap it-long mengikuti di belakangnya. Mereka baru
bebas dari permainan ajaib si raja gila boneka Thian koncu. Tanpa menoleh ke belakang, Sim
Pek Kun bertanya: "Bagaimana penilaianmu kepada kedua orang tadi" Mungkinkah orangorang
yang diutus olehnya untuk menakut-nakuti kita?"
"Tidak mungkin." jawab Siauw Tjap it-long.
"Mengapa tidak mungkin?" bertanya Sim Pek Kun.
Siauw Tjap it-long menjawab: "Kedua orang tua tadi, adalah jago silat tanpa tandingan pada
tiga generasi, ia bisa membunuh orang tanpa berkedip mata, tapi tidak mungkin mengucapkan
kata-kata yang bohong."
"Kau kenal kepada mereka" Siapakah kakek tua itu?"
Siauw Tjap it-long berkata: "Pada dua puluh tahun yang lalu, rimba persilatan pernah
digegerkan oleh mereka, belum pernah ada orang yang tidak kenal kepada mereka. Tiap orang
rimba persilatan yang mendengar namanya pasti...."
Sebelum Siauw Tjap it-long menyebut nama kedua kakek tersebut, dari jauh terdengar suara
tambur dan gembreng dipukul.
Dung... Creng... Dung... Creng...
Memandang ketempat itu, tampak oleh mereka sebuah iring-iringan datang maju ke depan.
Itulah iring-iringan pengantin.
Pengantin laki-laki duduk di atas kuda yang tinggi besar, berjalan dipaling depan.
Sebagai layaknya seorang pengantin, sekarang dia bergirang hati. Tapi pengantin laki-laki
asam cemberut. Wajahnya sangat pucat pasti terlalu banyak pikiran.
Kawin paksa"
Hanya perkawinan paksa yang bisa mengakibatkan seperti ini.
Sim Pek Kun tidak berani memandang ke arah iring-iringan pengantin itu, ia sedang
terkenang kepada masa kecilnya, dimana ia dijemput oleh Liang Seng Pek untuk diperistri
olehnya. Itulah kenangan lama, jauh dimasa silam.
Seseorang yang masih berada dalam keadaan pusing dan masih uring-uringan, bukannya
mengiri kepada kesenangan, tapi orang itu tidak bisa menyesuaikan diri dengan suasana
kondisinya, orang itu pasti menjadi sebel.
Demikian juga keadaan Siauw Tjap it-long, dia masih berada di dalam pikiran-pikiran yang
bercabang, belum mendapatkan penemuan jalan yang tepat.
Adanya iringan pengantin itu membuat batinnya menjadi kacau. Dia takut orang yang menjadi
seperti itu. Biasanya Siauw Tjap it-long bisa turut memeriahkan, tapi hari ini tidak, disengaja atau tidak
disengaja ia terbatuk batuk.
Sim Pek Kun masih memikirkan keadaan lama, dia tidak berani menentang kenyataan,
menundukan kepala, tidak mau melihat adanya iring-iringan itu.
Bukan dengki, bukan iri, Seperti inilah sifat manusia!
Siauw Tjap it-long dan Sim Pek Kun tidak mau ambil tahu, siapa yang menjadi pengantin
laki, dan siapa yang menjadi pengantin perempuan.
Urusan itu tidak mempunyai hubungan dengan mereka.
Dung... Creng... Dung... Creng...
Pengantin laki sedang duduk di atas kuda yang tinggi, kuda itu jangkung dan gagah. Dia
berada di dalam puncak kemenangan, tapi kemenangan itu tidak mudah dicapai. Seseorang
yang bangga, dengan mengharapkan semua pusat perhatian ditujukan kepadanya, tapi dia
tidak berhasih menarik perhatian Sim Pek Kun dan Siauw Tjap it-long.
Dung... Creng... Dung... Creng... Tit to let.... Tit to let....
Tambur, gembreng dan suara seruling dibunyikan terus menerus. Mengiringi suasana
penjemputan pengantin itu, mengiringi perjalanan itu.
Iring-iringan itu sudah dekat dengan tempat Sim Pek Kun dan Siauw Tjap it-long. Pengantin
laki masih sedang mengenangkan cara-caranya bagaimana dia mendapatkan sang idaman.
Tidak mudah untuknya mengawini wanita galak yang kini berada di dalam tandu pengantin.
Karena pilihan itulah, tidak sedikit kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Karena pilihannya
sudah jatuh kepada si dia, tidak sedikit kesengsaraan yang dihadapi sebelumya, sang lelaki
hampir putus harapan, hampir ia melepaskan kesempatan untuk mengejar-ngejar wanita
berandalan itu.
Keuletan dan rasa cinta kasih yang membara mendorong keberaniannya. Akhirnya sang
wanita berandalan menganggukkan kepala, berkatalah ia: "Aku mau!"
Kata-kata di atas keluar dari mulut seorang jago wanita tanpa tanding!
Nah! Betapa girangnya rasa hati pengantin pria disaat itu, ia berhasil mendapatkan jodohnya.
Di atas kuda, sang pengantin lelaki mengeluh: "Oh! Hati seorang wanita sulit diduga!"
Jodohnya itu betul-betul berada di luar dugaannya!
Hari-hari yang sengsara berhasil dilewatkan, ia sudah tidak perlu mengejar-ngejar wanita itu
lagi, sehingga ia berhasil menundukkan kekerasan si wanita idaman.
Ia menoleh kearah joli pengantin perempuan, tidak lama lagi ia bisa memperistrikan
siperempuan galak.
Walaupun galak, dia berkepandaian tinggi, dia cantik dan pemberani! Terpikir sampai disini,
pikirannya terbuka pula.
Seolah-olah mendapatkan dirinya disuaatu awan jatuh terbang di atas kepala semua orang.
Sekarang laki-laki di atas kuda boleh menjadi bangga, dia mendongakkan kepala karena
bangga atas prestasi yang sudah dicapai. Dan tidak mau tahu, dengan segala sesuatu yang
berada di depannya, dia tidak melihat adanya Siauw Tjap it-long dan Sim Pek Kun!
Dung... Creng... Dung... Creng... Tit to let.... Tit to let....
Tambur dan tanjidor masih dipukul yang memekakkan telinga Siauw Tjap it-long.
Bercerita tentang keadaan pengantin perempuan. Enam belas orang menggotong tandu dan
mereka menggotong tandu pengantin. Seperti biasanya, joli pengantin itu serba mewah, serba
rebo. Tirai joli pengantin sudah diturunkan, dalam arti ini, pengantin perempuan harus taat kepada
peraturan-peraturan, dilarang keluar dari dalam joli, kecuali hendak memasuki kamar.
Pengantin perempuan ini lain dari pada yang lain! Inilah letak perbedaan pengantin
perempuan yang sedang kita jumpai, pengantin perempuan yang sedang dilakonkan bermata
panjang, tidak mau disekap seperti itu.
Biasanya sesudah pengantin perempuan masuk ke dalam joli iringan, dia harus menjadi
patung, tidak boleh bergerak, tidak boleh banyak suara, apalagi tolah-toleh, dilarang keras!
Sampaipun keadaan-keadaan yang sangat kritis, seperti melepas buah busuk juga, terlarang,
katanya kurang ajar.
Karena itu, sebelum pengantin perempuan menaiki joli, ada juga larangan yang tidak
terdaftar, calon pengantin dilarang makan, tidak boleh meminum ari. Minuman itu bisa
meracau perut, kalau kurang hati-hati celanapun bisa basah.
Sesudah pengantin memasuki kurungan joli, tidak ubahnya seperti seekor burung yang masuk
ke dalam sangkar kurungan.
Tapi pengantin perempuan ini luar biasa. Lain dari pada yang lain. Dia sengaja memasang
tangannya pada tirai-tirai tepi, melirik kekanan dan kekiri. Sepasang matanya yang liar,
celingak celinguk kemari, seperti hendak menemukan sesuatu penemuan baru.
Banyak orang yang menyaksikan keadaan pengantin perempuan yang seperti itu, hati mereka
berpikir: "Masih berada di dalam joli sudah tidak sabaran seperti itu" Wah! Dasar pengantin
perempuan yang genit! Dasar pengantin laki yang sial! Bagaimana ia bisa menguasai
perempuan liar ini?"
Bersampokannya iringan pengantin tadi dengan rombongan Siauw Tjap it-long, segera
menimbulkan sedikit insiden. Ceritanya sebagai berikut:
Kalau saja Siauw Tjap it-long menerenungkan kepala kearah samping, Sim Pek Kun
merenungkan kepala kearah tanah, pengantin laki-laki menengadahkan pandangannya ke atas,
ketiga orang ini tidak mau atau menghindari dari kenyataan yang ada.
Hanya seorang, inilah pengantin perempuan yang bermata jeli, segera dia bisa menemukan
jejak Siauw Tjap it-long!
Tiba-tiba saja, tirai joli tersingkap, tubuh pengantin perempuan itu terbang keatas. Lembaranlembaran
kain merah, bagaikan kupu-kupu yang menyingkap melunjur berada di depan Siauw
Tjap it-long. Siauw Tjap it-long tertegun, desiran-desiran angin itu membuat ia terkejut. Mana bisa terpikir
olehnya, apa maksud kedatangan pengantin perempuan"
Perkembangan berikutnya lebih hebat lagi, tangan pengantin perempuan terayun,.. pok... dia
menepuk pundak Siauw Tjap it-long, suaranya yang garing merdu berkata: "Hei laki-laki
sialan! Selama beberapa lama ini kemana saja kau mengumpatkan diri" Apa sudah mati?"
Tepukan tangan pengantin perempuan itu cukup keras, hampir saja membuat Siauw Tjap itlong
terjengkang ke belakang.
Apalagi sesudah mendengar suara sang pengantin perempuan, tubuh Siauw Tjap it-long
hampir jatoh ngeloso. Suara itu tidak asing lagi, itulah suara Hong Sie Nio!
Tukang tambur, tukang gembreng, tukang gotong, tukang pikul, semua iring-iringan dari
rombongan itu yang berjumlah lima puluhan tertegun. Mereka melotokan mata lebar-lebar,
melowokan mulut besar-besar.
Perkembangan yang seperti itu berada diluar dugaan semua orang.
Sim Pek Kun juga menoleh, dia menjadi heran.
Terdengar cekikikan Hong Sie Nio, ia berkata: "Hei, aku hanya memberi satu ons bedak
memupuri wajahku, kau sudah tidak kenal kepadaku lagi?"
Siauw Tjap it-long menghela nafas, dengan suara getir ia berkata: "Dimisalkan aku tidak
mengenali" Sudah seharusnya bisa menduga, di dalam dunia, kecuali wanita berandalan Hong
Sie Nio, mana mungkin bisa menemukan perempuan galak yang lainnya?"
Inilah perempuan berandalan Hong Sie Nio. Dia memupuri wajahnya begitu medok lebih dari
satu ons mungkin bisa setengah kilo. Inilah hasil buah karya dari para peng?"" menurut
ceritanya, wajah seorang pengantin perempuan harus putih molek, tidak boleh hitam, harus
menutupi jerawatnya, makanya membedaki dengan tebal.
Maka setiap pengantin perempuan harus sama cantiknya dan rata-rata tidak jauh berbeda.
Betapa tebalpun bedak yang memupuri kedua pipi, tidak mungkin bisa mengganggu
keriangan Hong Sie Nio.
Hong Sie Nio! Wanita berandalan yang terkenal! Walaupun dia sudah menjadi pengantin,
sepasang mata Hong Sie Nio yang liar itu tetap liar.
Terdengar pula suara tertawa cekikikan Hong Sie Nio, dia menepuk pundak Siauw Tjap itlong,
ia berkata lagi: "Hei, berada diluar dugaanmu, bukan" Tentu kau tidak menyangka,
kalau aku juga bisa menjadi pengantin?"
"Betul-betul tidak kusangka." berkata Siauw Tjap it-long menyengir. Sesudah bertahun-tahun
Hong Sie Nio mengejar Siauw Tjap it-long tanpa hasil, Siauw Tjap it-long itu tidak berani
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menemui Hong Sie Nio.
Melihat cara penghadapan Siauw Tjap it-long yang seperti itu, Hong Sie Nio tidak bisa
menahan geloranya, mendekati laki-laki berandalan dan berkata dengan suara perlahan:
"Mengapa tidak terpikir olehmu?"
Siauw Tjap it-long berkata perlahan: "Kau sudah menjadi pengantin, tidak naik ke atas joli,
lihat! Banyak orang yang memperhatikan kearah kita."
Dengan mendelikkan sepasang matanya Hong Sie Nio membentak: "Takut apa" Bukan
mereka yang menjadi pengantin, aku tidak takut."
Disingkapnya baju pengantin sedikit, berputar dengan lincah, mendemonstrasikan pakaian itu,
diperlihatkannya kepada Siauw Tjap it-long, dengan tertawa Hong Sie Nio bertanya:
"Baguskah pakaian ini" Lihat! Bagaimana keadaanku" Tentunya semakin cantik?"
"Semakin cantik." berkata Siauw Tjap it-long. "Semakin bagus. Sungguh tidak mudah
menemukan pengantin perempuan yang seperti ini."
Hong Sie Nio menudingkan jarinya sehingga mengenai hidung Siauw Tjap it-long, ia berkata:
"Maka... kau laki-laki yang sudah hampir mati ini tidak mempunyai rejeki."
Siauw Tjap it-long mengusap hidung itu, dengan tertawa getir berkata: "Rejeki pemberianmu
sulit diterima,"
Lagi-lagi Hong Sie Nio mendelikkan mata, kemudian menyipitkan sepasang mata itu, ia
berkata: "Hei! Laki-laki sialan, coba kau terka siapa yang menjadi pengantin laki-laki?"
Sebelum Siauw Tjap it-long menjawab, pengantin laki-laki yang berada di atas kuda sudah
meluncur datang. Laki-laki itu mempunyai raut wajah empat persegi, keadaanya sangat
tegang, itulah Yo Khay Thay! Kawan lama!
Mengenali Yo Khay Thay, segera Siauw Tjap it-long mengenali kepada sang pengantin laki,
dia berkata: "Ternyata saudara Yo Khay Thay! Selamat! Selamat!
Mengenali siapa yang berada di depan sana, Yo Khay Thay juga tertegun. Beberapa saat ia
harus berpikir, bagaimana menyeret Hong Sie Nio ke dalam jolinya kembali"
Membalas hormat Siauw Tjap it-long, dia berkata: "Terima kasih. Pernikahan kami
dilangsungkan sangat terburu-buru, banyak kawan yang tidak menerima undangan. Lain
kali..." Tiba-tiba Hong Sie Nio berjingkrak, memandang kuda Yo Khay Thay dan berkata: "Apa"
Lain kali" Urusan yang seperti ini mana bisa dilangsungkan sampai beberapa kali" Apa yang
lain kali" Apa kau mau kawin lagi" Hei, manusia dogol!"
Yo Khay Thay segera mengetahui akan kesalahan pembicaraan, keringatnya mengucur
semakin banyak. Keadaan itu sudah membingungkan dirinya. Kini semakin bingung lagi.
"Eh... eh... di dalam keadaan yang seperti ini, mana boleh kau keluar dari joli pengantin?"
Hong Sie Nio bertolak pinggang, dengan galak dia berkata: "Mengapa tidak boleh" Bertemu
dengan kawan lama, masakan tidak boleh bicara sebentar?"
"Tapi... tapi..." Yo Khay Thay agak gugup.
"Tapi apa?" yang perempuan lebih galak.
"Di dalam keadaanmu yang seperti ini, kau adalah seorang pengantin perempuan."
"Apa bedanya menjadi pengantin atau bukan?" bertanya Hong Sie Nio. "Apa pengantin sudah
bukan orang?"
Wajah Yo Khay Thay memerah, ia menghadapi Siauw Tjap it-long dan Sim Pek Kun. Yo
Khay Thay berkata: "Coba tolong kalian jelaskan, keadaan yang seperti ini apa tidak
membingungkan diriku" Mana ada pengantin yang galak?"
"Aku memang galak." berkata Hong Sie Nio. "Mau apa" Tidak setuju" Boleh pilih lain lagi,
ganti yang lain."
Yo Khay Thay sudah melompat turun dari kuda tunggangannya, dengan nafas tersengalsengal
dia berteriak: "Tidak tahu aturan... tidak tahu aturan...."
Suara Hong Sie Nio melengking panjang: "Eh, siapa yang tidak tahu aturan" sekarang kau
ingin menggunakan aturan" Mengapa dahulu tidak" Hayo katakan! Mengapa dahulu tidak?"
"Dahulu... dahulu..."
Yo Khay Thay menyusut keringatnya yang turun semakin banyak. Dengan dingin Hong Sie
Nio berkata: "Dahulu aku belum bersedia dikawini olehmu, maka kau melulusi segala
permintaan, kentutku juga dikatakan wangi. Tapi keadaan berubah, sekarang aku sudah naik
ke dalam joli kemanten, aku sudah dianggap jadi orang dari keluarga Yo kalian" Mau
petantang petenteng" Mau mengekang dengan peraturan" Betul begitu?"
Sikap Yo Khay Thay menjadi lemah, dia menghela nafas berkata, "Bukan maksudku seperti itu, tapi?"
"Tapi apa lagi?" menudingkan jari Hong Sie Nio.
Yo Khay Thay melirik ke arah rombongan orang yang begitu banyak, semua mata ditujukan
ke arahnya. Dia semakin malu, dengan suara perlahan dia berkata:
"Tapi agak kurang pantas membawakan sikap kelakuan yang seperti ini. Apalagi di depan
banyak orang. Mereka bisa mentertawakanku."
Hong Sie Nio tidak puas kepada sikap Yo Khay Thay yang plin-plan, ia bersedia dikawini
oleh Yo Khay Thay, karena putus harapan atas cintanya kepada Siauw Cap-it-long. Kini
Siauw Cap-it-long tampil kembali, cinta kepada Yo Khay Thay itu luntur.
Semakin tidak puas atas sikap Yo Khay Thay yang kurang tegas, kurang pemberani, semakin
perlahan Yo Khay Thay bersuara, semakin keras pula Hong Sie Nio membentang bacot.
Dengan keras ia berteriak:
"Takut apa" Biar saja mereka tertawa! Aku tidak takut kepada orang yang tertawa."
Wajah Yo Khay Thay berubah. Biar bagaimana Yo Khay Thay mempunyai jiwa kepribadian
sendiri. Dia seorang laki2, dibentak pulang pergi, dimaki kian kemari, dia juga naik darah.
Dengan suara yang tidak kalah kerasnya, dia membentak:
"Hai, bagaimana aku bisa menjadi orang diperlakukan kau seperti ini?"
Hong Sie Nio berkata, "Kau malu mendapat isteri yang seperti aku?"
Yo Khay Thay menutup mulut, itulah jawaban di dalam tanpa bahasa.
Dengan dingin Hong Sie Nio berkata: "Baik, kau malu karena mendapatkan isteri yang seperti
aku. Aku juga tidak kesudian menjadi kemantin."
Sesudah itu di-robek2nya pakaian kemantin, dicopotnya tudung kemantin, dibanting dan
dilemparkannya ke tanah, dengan suara keras berkata:
"Nah! Kemanten batal! Biarpun aku sudah naik ke atas joli, aku belum memasuki kamarmu,
aku belum menjadi nyonyamu, dan kau belum berhak mengekang kebebasanku."
Semua mata yang menyaksikn kejadian itu melotot, tukang gotong, tukang gembreng, tukang
tambur dan rombongan yang terpencar itu belum pernah menyaksikan adanya kemantin yang
dibatalkan. Apa lagi cara2 yang seperti dibawakan oleh Hong Sie Nio, kejadian itu adalah pengecualian
besar. Mereka telah menggotong banyak kemantin, mereka juga sudah mengiringi banyak kemantin.
Mereka juga telah menghadiri resepsi banyak kemantin, tapi tidak ada satu pengantin yang
memiliki sifat2 Hong Sie Nio.
Mereka belum pernah mendengar cerita yang seperti apa Hong Sie Nio telah lakukan.
Upacara perkawinan yang mengalami kegagalan!
UPACARA PERKAWINAN YANG MENGALAMI KEGAGALAN
Yo Khay Thay bukan seorang ahli pidato, di saat ia menjadi gugup, sulit berbicara.
Hari ini, bukan saja gugup, keadaan Yo Khay Thay sudah begitu sulit.
"Kau" kau?"
Tidak lain ucapan yang bisa keluar dari mulut Yo Khay Thay.
Tindak tanduk Hong Sie Nio memang agak keterlaluan, sebagai jago wanita yang berandalan,
Hong Sie Nio tidak pernah takut kepada siapapun juga. Termasuk Siauw Cap-it-long.
Perkawinannya dengan Yo Khay Thay, hanya mempasrahkan diri kepada umur. Dia sudah
lebih dari tiga puluh tahun, sudah waktunya menikah, mendapat cinta kasih Yo Khay Thay,
ditolak oleh Siauw Cap-it-long akhirnya dia menyerah.
Hong Sie Nio menerima lamaran Yo Khay Thay.
Kini entah bagaimana, munculnya Siauw Cap-it-long membuat harapan lama itu kambuh
kembali. Dia meninggalkan Yo Khay Thay.
Siauw Cap-it-long hendak memberi sedikit anjuran, tapi dia lebih kenal kepada sifat dan adat
Hong Sie Nio. Adat Hong Sie Nio lebih keras dari granit. Siapapun tidak bisa tahan.
Hong Sie Nio tidak tanggung2, semua baju kemantin dicopot juga, dilempar ke arah kepala
Yo Khay Thay, menarik tangan Siauw Cap-it-long dan berjalan pergi.
"Mari2!" katanya, "Mari kita berangkat, aku tidak menjadi mantu dari keluarga Yo. Hendak
kulihat apa aku bisa mati kelaparan."
Yo Khay Thay lompat dua langkah, berteriak, "Kau tidak boleh pergi."
Hanya kata2 ini yang bisa dilontarkannya.
Tangan Yo Khay Thay lebih cepat, dia menarik Hong Sie Nio dengan maksud membatalkan
keberangkatan jago berandalan perempuan itu.
Dengan keras Hong Sie Nio melemparkan pegangan tangan Yo Khay Thay.
"Dengan alasan apa kau menahan kepergianku?" menudingkan jarinya ke hidung Yo Khay
Thay, Hong Sie Nio membentak, "Aku beri peringatan terakhir! Lain kali jangan mencoba
untuk membentur diriku. Jangan mencoba untuk membayangi diriku, atau" akan kuberi
hajaran yang setimpal."
Yo Khay Thay mematung di tempat, butiran-butiran keringat menetes jatuh.
Siauw Cap-it-long merasa kasihan atas perlakuan yang ditimpahkan kepada Yo Khay Thay,
dia sedang menimbang2, dengan cara bagaimana bisa meredakan situasi itu.
Tapi gerakan Hong Sie Nio lebih cepat, menyeret Siauw Cap-it-long, dia hendak digusur
berangkat. Siauw Cap-it-long tidak pernah takut kepada orang, kecuali kepada Hong Sie Nio, dengan
wajah cemberut dia berkata:
"Tidak bisakah kau melepaskan tanganmu" Aku masih kuat berjalan."
"Eh?" mendelik mata Hong Sie Nio. "Malu kepada orang" Siapa yang kau takuti" Kau tidak
takut kepadaku, mengapa takut kepada orang?"
Bertemu dengan Hong Sie Nio, betul2 Siauw Cap-it-long mati kutu, dia meratap, "Tapi" tapi
aku masih mempunyai seorang kawan."
Baru sekarang Hong Sie Nio teringat, sungguh2 di sana masih ada seorang yang berdiri. Ia
menolehkan kepala ke arah Sim Pek Kun dan berkata:
"Oh" maaf, nona ini yang menjadi kawanmu" Mari kita berangkat, orang2 dari keluarga Yo
Khay Thay banyak uangnya, besar kekuasannya. Kita orang tidak perlu berkomplot dengan
mereka." Sim Pek Kun ragu2 sebentar, akhirnya mengikuti di belakang Siauw Cap-it-long dan Hong
Sie Nio. Di dalam keadaan yang seperti itu, tiada pilihan kedua bagi sang ratu rimba persilatan.
Keadaan yang paling canggung adalah Yo Khay Thay. Tapi Sim Pek Kun tidak kalah
canggungnya. Hong Sie Nio masih belum puas atas kejadian-kejadian itu, ia mendelik mata, menuding2 Yo
Khay Thay dan berkata:
"Hei, mengapa masih mematung di tempat ini" Lain kali jangan suka membayangi orang lagi,
tahu! Awas!"
Secara tiba2 saja Yo Khay Thay meletus, semangatnya terbangun, dengan suara keras yang
belum pernah dikeluarkan olehnya berkata, "Baik, dimisalkan hanya seorang wanita yang
berada di dalam dunia, aku juga tidak memilih dirimu, wanita siluman yang tidak tahu malu."
Betapa sabarpun Yo Khay Thay, dia masih berupa seorang manusia yang hidup. Ditendang
bolak-balik, dicaci maki pulang pergi, akhirnya dia naik darah. Adat Yo Khay Thay pun
pecah. Hong Sie Nio dikejutkan oleh reaksi yang seperti itu, tertegun beberapa waktu, dengan dingin
dia berkata, "Baik" baik" inilah janjimu sendiri. Kau jangan menyesal, kau jangan
melupakan."
Hong Sie Nio, Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun meninggalkan tempat itu.
Wajah mereka masam. Tidak satu dari ketiga orang itu yang mulai bicara, mereka sedang
dirundung kemalangan.
Kadang2 juga, Hong Sie Nio menoleh ke belakang dengan harapan menemukan jejak Yo
Khay Thay yang memohon dan meratap.
Biasanya bisa saja Yo Khay Thay melakukan hal itu.
Hari ini, Yo Khay Thay sudah mendapatkan malu besar, dia diam.
Hong Sie Nio menundukkan kepala, jalan lagi beberapa langkah, lagi2 menoleh ke belakang.
Akhirnya Siauw Cap-it-long yang memecah kesunyian, dia membuka suara:
"Tidak perlu dilihat lagi, dia tidak mungkin berani mengintil di belakang, jangan anggap
meremehkan seseorang, di dalam dunia bukan wanita saja yang pantas mendapat hak hidup,
kaum laki2 juga?"
Selembar wajah Hong Sie Nio terus menjadi merah, dengan dingin dia berkata, "Kau kira aku
mengharapkan kedatangannya?"
"Mungkinkah bukan?" bercemooh Siauw Cap-it-long.
"Tentu saja bukan," berkata Hong Sie Nio, "Aku hendak melihat nona ini."
Betul2 Hong Sie Nio menoleh dan memperhatikan Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun sedang menundukkan kepala melakukan perjalanan, tapi semua juga bisa
mengetahui keadaan ratu rimba persilatan itu.
Hong Sie Nio melepaskan pegangan tangan yang menggandeng Siauw Cap-it-long. Perlahanlahan
mendekati Sim Pek Kun, dengan memaksakan tertawa dia bertanya:
"Nona ini sangat cantik, gadis dari keluarga manakah?"
"Dari keluarga Sim," jawab Sim Pek Kun singkat.
Suara Sim Pek Kun begitu rendah seperti keluar dari hidung, tidak terdengar jelas apa yang
dijawab olehnya.
Dengan tertawa Hong Sie Nio berkata, "Tentunya kau belum biasa menyaksikan perlakuanku
yang seperti ini bukan?"
Siauw Cap-it-long menghela nafas dan berkata, "Kalau saja dia tidak heran tentu itulah
kejadian yang aneh?"
Hong Sie Nio masih membujuk rayu, dia berkata kepada Sim Pek Kun:
"Nona ini bisa menjadi heran melihat caraku tadi. Siauw Cap-it-long adalah kawan lamaku, ia
sudah menjadi adik angkatku, maka" bertemu dengannya, aku menjadi kesal, maunya
marah2 saja. Dia nakal dan binal."
Keterangan Hong Sie Nio tadi lebih baik tidak diteruskan, daripada memberi penjelasan yang
ber-lebih2an. Siauw Cap-it-long tertawa nyengir.
Mendapat keterangan tadi, seharusnya Sim Pek Kun bisa tertawa geli, tapi tidak terunjuk
perubahan di wajahnya. Ia masih dirundung kekesalan.
Hong Sie Nio memperhatikan wajah ratu rimba persilatan itu, kecantikan Sim Pek Kun masih
belum luntur, kepadatan tubuh wanita itu masih tidak kalah darinya, perlahan-lahan dia
menarik tangan Siauw Cap-it-long, dengan suara perlahan ia bertanya:
"Eh, nona ini atau bukan" itumu?"
Kata ganti itu banyak mengandung kemungkinan arti, kekasih atau pilihannya.
Siauw Cap-it-long bergoyang kepala dengan tertawa getir.
Sepasang biji mata Hong Sie Nio berputar-putar, ia tertawa cekikikan.
"Jangan malu2," ia berkata. "Seorang laki2 harus mengawini seorang perempuan, mengapa
malu" Tidak perlu disangkal, kalau bukan mengapa dia besar cemburu?"
Dari sikap yang diperlihatkan oleh Sim Pek Kun, suatu bukti betapa cemburu dan jelusnya
hati wanita tersebut.
Inilah karena perlakukan Hong Sie Nio kepada Siauw Cap-it-long yang ber-lebih2an.
Semakin lama Hong Sie Nio semakin genit, ia memperlihatkan sikapnya yang begitu rapat,
begitu apet. Inilah dari cara2 untuk menyakiti hati wanita seterunya.
Sim Pek Kun itu dianggap seteru.
Sim Pek Kun menundukkan kepala, seolah olah tidak melihat cara2 demonstrasi Hong Sie
Nio, seolah2 tidak mendengar kata2 Hong Sie Nio.
Kini Hong Sie Nio meninggalkan Siauw Cap-it-long, mendekati Sim Pek Kun kembali.
"Entah nona gadis dari mana, kau sangat cantik menarik. Kalau betul2 cinta kepada Siauw
Cap-it-long, lebih baik kau bilang saja kepadaku, aku yang menjadi kakaknya ini bisa dan
bersedia menjadi mak comblang."
Mendengar kata2 Hong Sie Nio, hati Siauw Cap-it-long dirasakan meloncat, tapi dia tidak
berani memandang Sim Pek Kun, dia tidak berani membantah.
Sim Pek Kun masih menundukkan kepala, tidak menggubris suara Hong Sie Nio.
Suatu waktu dia melirik ke arah Siauw Cap-it-long, dan disaat ini, Siauw Cap-it-long juga
melirik ke arahnya, dua pasang sinar mata beradu.
Sim Pek Kun berkata, "Mengapa kau tidak memberi keterangan kepada kakak tuamu ini?"
Siauw Cap-it-long tertawa nyengir.
Mendapat tanggapan yang seperti itu, Hong Sie Nio besar hati, dia bertanya:
"Keterangan apa?"
Dengan dingin Sim Pek Kun menjawab, "Hubunganku dengannya bukan kawan biasa. Dan
untuk jelasnya, lebih baik kau tanyakan sendiri kepada orang yang kau katakan sebagai
adikmu itu. Ketahuilah, aku sudah menjadi isteri orang."
Hong Sie Nio tidak bisa tertawa lagi.
Per-lahan2 Sim Pek Kun meneruskan keterangannya, "Kulihat kalian berdua sangat cocok
sekali, biar nanti kuberi tahu kepada suamiku agar ia bisa mengamprokan perjodohan kalian.
Eh, kakak tua ini nona dari mana, biar bagaimana harus menerima sedikit berkah kami, aku
nyonya Lian Seng Pek."
Suara Sim Pek Kun sangat tenang, cukup terhormat.
Tapi suara ini seperti sebilah pisau yang tajam, menusuk di dalam uluhati Siauw Cap-it-long.
Hong Sie Nio tertegun.
Belum pernah Hong Sie Nio menemukan kesulitan seperti apa yang kini dihadapi.
Memandang ke arah Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long, silih berganti ia mematung juga.
Giliran Sim Pek Kun yang menguasai situasi, ia memberi keterangan, "Nama suamiku Lian
Seng Pek, dari keluarga besar Lian. Mungkin kau pernah dengar nama ini."
Nafas Hong Sie Nio dirasakan mejadi sesak, hampir terhenti. Dugaan-dugaannya itu salah.
Percuma saja ia memperlihatkan sikapnya yang baik kepada Sim Pek Kun. Ternyata wanita
itu sudah bersuami.
Hong Sie Nio bukan seorang tolol, ia tahu cara2 seorang wanita yang mencinta dan wanita
yang tidak mencinta, dari cara Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long berdua, hubungan apakah
yang pernah terjalin" Inilah yang membingungkan dirinya.
Sim Pek Kun masih memegang kunci kekuasaan, dia berkata:
"Asal kau bersedia, aku bersama suamiku segera membikin persiapan untuk pernikahan
kalian." Di saat ini, secara tiba2 saja Siauw Cap-it-long berteriak:
"Tutup mulut!"
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Secepat itu, si jago berandalan bergerak, memegang tangan Sim Pek Kun, dengan keras ia
meng-goyang2nya.
Menggunakan ujung matanya yang dingin Sim Pek Kun melirik ke arah Siauw Cap-it-long,
se-olah2 baru pertama kali berkenalan dengan jago berandalan kita. Dengan suaranya yang
lebih kejam ia berkata:
"Kuharap kau bisa melepaskan pegangan tangan itu."
Suara Siauw Cap-it-long sudah menjadi serak, ia berkata, "Jangan" jangan kau
memperlakukan aku seperti ini."
"Huh!" Sim Pek Kun mengeluarkan suara dari hidung. "Berlakulah agak sopan, aku adalah
isteri Lian Seng Pek. Jangan kau mencoba mengganggu isteri orang."
Seperti dicambuk oleh pecut yang tidak tampak, tangan Siauw Cap-it-long itu ditarik mundur.
Tubuhnya juga mundur ke belakang, setapak demi setapak menjauhi Sim Pek Kun.
Hong Sie Nio sedang me-mikir2, bagaimana seorang nyonya besar yang seperti nyonya Lian
Seng Pek bisa berjalan ber-sama2 dengan jago berandalan Siauw Cap-it-long"
Ini waktu Siauw Cap-it-long memperlihatkan cara2 yang lain, sepasang matanya itu menjadi
kosong melompong, jauh memandang ke depan, se-olah2 sepasang mata orang yang sakit
ingatan. Cara-cara ini menyakiti Hong Sie Nio, belum pernah ia melihat Siauw Cap-it-long hilang
semangat seperti apa yang ia saksikan.
Baru sekarang ia menyelami hati Siauw Cap-it-long. Betapa dalam cinta Siauw Cap-it-long
kepada Sim Pek Kun.
Terdengar suara Sim Pek Kun berkata lagi, "Kau pernah menolong diriku, aku juga pernah
menolongmu. Sama2, kita tidak menanam budi dan kitapun tidak berhutang budi."
Siauw Cap-it-long menganggukkan kepala dan berkata, "Ya." Suaranya sangat lemah.
Sim Pek Kun berkata: "Luka yang kau derita belum sembuh betul, seharusnya aku
mengantarmu beberapa waktu pula. Tapi kau sudah ada kawan baru. Kukira tidak perlu aku
menyusahkan diri."
Sampai di sini, Sim Pek Kun harus menelan ludah. Ia bisa merasakan getaran jiwanya yang
bertentangan dengan apa yang sudah diucapkan olehnya.
Menunggu suara itu menjadi tengan, per-lahan2 ia berkata, "Seperti yang kau tahu, aku adalah
wanita yang sudah bersuami. Apa yang kulakukan harus ber-hati2 kalau sampai terjadi desas
desus, kita akan tidak baik."
"Ya," Siauw Cap-it-long menganggukkan kepala lemah. "Aku mengerti."
"Nah," berkata Sim Pek Kun. "Sukur saja kalau kau bisa mengerti. Apapun yang terjadi, kita
tetap sebagai kawan baik."
Sesudah memberi penjelasan tentang kedudukannya, Sim Pek Kun membalikkan badan,
meninggalkan Siauw Cap-it-long dan Hong Sie Nio.
Baru sekarang Hong Sie Nio bisa menguasai keadaan, ia memanggil, "Nona Sim?"
Sim Pek Kun menahan langkahnya, dia berusaha menenangkan situasi keadaan, dengan tawar
berkata, "Panggil saja Lian-hujin."
Lian-hujin berarti nyonya Lian.
Hong Sie Nio berkata, "Lian-hujin hendak mencari Lian Seng Pek Kongcu?"
Sim Pek Kun balik bertanya, "Mungkinkah masih belum waktunya mencari dia?"
"Tapi Lian-hujin tidak tahu, dimana Lian Kongcu berada. Lebih baik kita bersama-sama, bersama2
lebih baik daripada berpisahan. Agar tidak sampai terjadi sesuatu yang berada di luar
dugaan." "Terima kasih," Sim Pek Kun menolak tawaran itu. "Terima kasih atas kebaikan budi kalian,
kukira tidak perlu mengantar pulang."
Hong Sie Nio masih berusaha membujuk, tapi sudah ditutup oleh pembicaraan Sim Pek Kun,
sang ratu rimba persilatan berkata:
"Saudara Yo Khay Thay adalah kawan baik suamiku, dia juga lebih gentleman. Aku hendak
bertemu dengannya, meminta bantuannya. Meminta bantuan Yo Khay Thay lebih aman dari
meminta bantuan kalian, tidak akan terjadi desas desus yang bukan2."
Hong Sie Nio kalah berdebat, dia tidak bisa membuka mulutnya. Tidak ada alasan untuk
membantah keterangan dan dalih yang sudah dikatakan oleh Sim Pek Kun.
Kejadian ini jarang sekali bisa dialami oleh Hong Sie Nio, biasanya dia yang nyerocos, lawan
akan dibungkamkan. Hari ini istimewa, bukan saja kalah bicara, Hong Sie Nio kehabisan
bahan pembicaraan. Di depan Sim Pek Kun, dia tidak mempunyai kesempatan untuk marah,
tidak mempunyai kesempatan untuk mengobral hawa nafsunya.
Yang sungguh2 berada di luar dugaan, Sim Pek Kun yang begitu alim serta pendiam masih
mempunyai kehebatan yang luar biasa. Sim Pek Kun memang lihay.
Per-lahan2 Sim Pek Kun berkata, "Lain kali, bila kalian mempunyai waktu, datanglah ke
kampung Sim-kee-chung. Kami suami isteri bisa balas membikin penyambutan."
Meninggalkan Hong Sie Nio dan Siauw Cap-it-long, Sim Pek Kun balik kembali ke arah
rombongan Yo Khay Thay.
Tanpa menoleh Sim Pek Kun mengambil keputusan tegas!
Angin bertiup dingin, cukup keras, membuat tulang2 terasa dingin.
Lembaran daun tua yang menguning satu per satu jatuh rontok, berterbangan di angkasa.
Dalam keadaan yang seperti itu, Siauw Cap-it-long bersandar pada sebatang pohon, tidak
berdebat, tidak ada gerakan.
Akhinya Hong Sie Nio yang memecahkan kesunyian itu, ia mengeluarkan keluhan panjang,
dengan menyengir berkata:
"Oh" aku telah mencelakakanmu. Aku terlalu banyak bicara. Terlalu mengobral kata2."
Siauw Cap-it-long seperti tidak mendengar rasa penyesalan Hong Sie Nio, beberapa saat
kemudian, dia berkata:
"Tidak ada hubungan dengan urusan itu."
"Tapi?"
Siauw Cap-it-long berkata, "Kalau sudah waktunya berpisah, lebih baik ia berpisah. Hal ini
lebih baik daripada terjadi rasa sakit di kemudian hari."
Hong Sie Nio menatap wajah laki2 berandalan itu, dia berkata:
"Maksudmu sakit sekarang lebih baik daripada sakit di kemudian hari?"
"Betul?" jawab Siauw Cap-it-long berdengung.
Hong Sie Nio berkata, "Dia cukup cantik, sangat menarik, kecerdikannya juga tidak berada di
bawahku. Tapi dia mempunyai sifat2 yang lebih lemah."
Siauw Cap-it-long memandang lurus jauh ke depan.
Hong Sie Nio berkata lagi, "Tapi urusan belum selesai sampai di sini. Tidak seperti apa yang
kau pikirkan."
"Seharusnya bagaimana?" bertanya Siauw Cap-it-long, ia menundukkan kepala.
"Kukira dia mengambil putusan yang keburu nafsu," berkata Hong Sie Nio.
Siauw Cap-it-long berkata, "Dia sudah mengambil putusannya. Lebih baik jangan kita tarik panjang."
Menarik tangan Hong Sie Nio, Siauw Cap-it-long berhasil mengambil sikapnya yang semula, ia berkata:
"Mari. Aku tak perlu lari darimu lagi. Mari kita minum arak bersama."
Akhirnya Siauw Cap-it-long berhasil mengusir pergi bayangan2 yang tidak disukai, ia tertawa.
Hong Sie Nio juga tertawa. Tertawa gembira.
Wajah kedua orang itu tertawa, tapi apa yang berselimut dalam lubuk hati ketertawaan mereka"
Kesengsaraan dan kepahitan yang tidak terhingga.
* * * Sesudah meninggalkan Siauw Cap-it-long, hati Sim Pek Kun menjadi kosong hampa tiada isi.
Dia melakukan perjalanan seorang diri.
"Jauh di mata dekat di hati!"
Pepatah ini sering dibaca oleh Sim Pek Kun, tapi tidak mudah menyelami isi hatinya. Baru
sekarang ia mengerti, makna dari inti sari pepatah tadi.
"Oh" jauh di mata. Dekat di hati."
Semakin jauh dengan Siauw Cap-it-long, semakin terkenang pula kepada laki2 berandalan itu.
Air mata Sim Pek Kun jatuh bercucuran, hatinya berteriak, "Siauw Cap-it-long! Siauw Cap-itlong!
Bukan sengaja hendak menyakiti hatimu, dalam keadaan tiada daya, apa boleh buat.
Umurmu masih muda, kau masih mempunyai hari depan yang gilang gemilang. Aku tidak
bisa me-nyeret2 dirimu."
Siauw Cap-it-long belum bisa menerima kiriman suara hati Sim Pek Kun.
Hati ratu rimba persilatan tersebut masih berteriak lagi:
"Ya! Kau pasti sakit hati, remuk redam. Kau boleh marah, kau bisa berteriak, tapi waktu akan
mencuci bersih segala noda itu. Bagaikan angin lalu, kuharap saja kau bisa melupakan
diriku." Begitu mudah" Bisakah Siauw Cap-it-long melupakan Sim Pek Kun"
Tentu saja tidak mungkin.
Reaksi timbal balik terjadi pada hal yang sama. Bisakah Sim Pek Kun melupakan Siauw Capit-
long" Tentu saja tidak.
Melupakan sesuatu yang berkesan itu adalah sesuatu yang tidak mudah.
Hati Sim Pek Kun bagaikan terikat, bagaikan terpuntir, rasa sedih dan pilu.
Untuk seumur hidupnya, tidak mungkin dia bisa melupakan Siauw Cap-it-long. Sepasang
sinar mata yang bercahaya terang, gerak-geriknya yang memikat, dadanya yang bidang"
Sedapat mungkin Sim Pek Kun menghapus bayangan2 itu.
Dia tidak berhasil, semakin keras mau melepas bayangan itu, semakin jelas pula terpeta.
"Oh!" wanita ini mengeluh. "Begini kejamkah takdir mempermainkan insannya" Mengapa
mengamprokkan kita?"
Di samping jalan terdapat pohon2 rimbun.
Sim Pek Kun berlari ke arah pohon2 itu, menubruk salah satu di antaranya, dia menangis sedih.
Dengan isak tangis itu, dia mengharapkan bisa menghapus bayangan Siauw Cap-it-long, hati
Sim Pek Kun tidak bisa menerima penderitaan yang begitu hebat, sulit mengembalikan
keadaan normal.
Sim Pek Kun tidak menganggap cara2 tadi sebagai cara yang salah, kecuali cara ini, tidak ada
cara yang lebih baik lagi.
Isak tangis Sim Pek Kun men-jadi2.
Berapa lama ia menangis di tempat itu, Sim Pek Kun sudah lupa waktu.
Tiba2 satu tangan terjulur, meng-usap2 pundak wanita itu.
Hati Sim Pek Kun tercekat, ia hendak melejit, tapi tidak berhasil mengikuti ironi suaranya.
"Mungkinkah Siauw Cap-it-long," bisik hati nurani. "Dia balik kembali?"
Deburan nafas Sim Pek Kun hampir saja terhenti.
Apa yang bisa dilakukan olehnya" Kalau saja Siauw Cap-it-long mengejarnya kembali"
Menubruknya" Menangis di dalam dadanya" Mengusirnya lagi" Apa menyakiti hatinya yang
lebih hebat"
Oh" Tidak" Sim Pek Kun tidak mempunyai itu kekuatan untuk menyakiti orang yang pernah menolong dirinya.
Dia sudah rela kabur bersama Siauw Cap-it-long. lari keujung langit, mereka bisa mencicipi
kehidupan yang baru.
Sesudah berhasil mengambil keputusan itu, Sim Pek Kun menolehkan kepala ke belakang.
Hatinya yang sudah mekar, tiba-tiba saja kuncup kembali, tenggelam dalam, seperti kecebur
ke dasar lautan.
Apa yang dilihat Sim Pek Kun "
Tangan yang mengelus itu sangat halus, itulah bukan tangan Siauw Cap-it-long, tangan ini
tidak asing, karena inilah tangan sang suami.
Tangan Lian Seng Pek !
Orang yang datang adalah jago muda ternama Lian Seng Pek.
Wajah Lian Seng Pek pucat pasi, hanya sepasang sinar matanya itu yang masih mengandung
kecahayaan, sepasang sinar mata yang penuh cinta kasih kepada seorang isteri.
Dibiarkannya saja Sim Pek Kun menatapnya seperti itu, rayuan-rayuan tanpa suara disalurkan
kebenak hati isterinya.
Tenggorokan Sim Pek Kun seperti tersentak, hatinya juga seperti tercekat.
Beberapa saat kemudian, akhirnya Lian Seng Pek memecahkan kesunyian, dia berkata :
"Orang-orang dirumah sudah menunggu lama, mari kita balik."
Suaranya begitu tenang, tidak berkejolak.
Seolah-olah Lian Seng Pek sudah melupakan noda-noda Sim Pek Kun didalam lingkungan
keluarga Lian. Mungkinkah bisa dihapus begitu saja "
Sim Pek Kun tidak bisa menghapuskan noda-noda yang sudah mengotori dirinya.
Biar bagaimanapun, Sim Pek Kun tidak bisa melupakan drama-drama yang sudah terjadi.
Raga Sim Pek Kun berada didepan Lian Seng Pek, jiwanya sudah terbang jauh, terbang ke
ujung langit bersama-sama bayangan Siauw Cap-it-long.
Sim Pek Kun berusaha menarik kembali, sukma yang sudah terbang itu, tapi sangat berat,
harus menggunakan tenaga banyak.
Sukma itu ditariknya kejaman selam, diwaktu yang sama pula, suatu saat musim rontok,
disaat senja hari, mereka berjalan-jalan dibawah pohon rindang.
Memandang air jernih yang mengalir, mereka mengecapi kesenangan alam.
Itu waktu, Sim Pek Kun dan Lian Seng Pek masih berkasih-kasihan. Mereka lupa pulang.
Itu waktu Lian Seng Pek berkata:
"Orang-orang di rumah sudah lama menunggu, mari kita kembali."
Nada dan suara yang sama, kata-kata yang sama, dan dilontarkan pula dari sebuah mulut yang sama.
Itu waktu, Sim Pek Kun kembali, tanpa banyak komentar.
Sim Pek Kun mengiringi segala kehendak hati Lian Seng Pek. Sekarang, kata-kata yang
berkesan itu diulang kembali: "Orang-orang di rumah, sudah lama menunggu, mari kita
kembali." Reaksinya jauh berbeda.
Sim Pek Kun kurang menyesuaikan keadaan itu, dia tidak bisa mengangkat langkah kakinya,
mengikuti apa yang sudah diucapkan oleh sang suami.
Dia membangkang.
Keadaan berobah, jaman berputar.
Timbulnya bayangan Siauw Cap-it-long telah mengubah situasi yang seperti itu.
Sim Pek Kun mengeluarkan keluhan napas panjang, dengan nada sayu, ia berkata:
"Kembali" Kemana aku harus kembali?"
Lian Seng Pek masih membawakan sikapnya yang menyayang, dengan suara merdu ia
berkata: "Kembali ke rumah. Tentu saja kita kembali ke rumah."
"Rumah?" Sim Pek Kun mengeluarkan suara ini dengan nada hampir menangis.
"Mungkinkah aku masih mempunyai sebuah rumah?"
Lian Seng Pek berkata:
"Kau berhak mengecapi kesenangan rumah kita."
"Itulah jaman dahulu kala." jawab Sim Pek Kun.
"Tidak." berkata Lian Seng Pek. "Jaman itu masih berlaku untuk keadaan sekarang."
Sim Pek Kun menggoyangkan kepala, ia berkata:
"Tidak sama"
Lian Seng Pek berkata:
"Tidak ada yang tidak sama, segala sesuatu yang lalu, biar saja dia lewat, kalau saja kau mau
kembali, keadaan tetap seperti sedia kala."
Sim Pek Kun tidak menjawab lagi. Dia termenung lama.
"Bagaimana?" bertanya Lian Seng Pek.
Sim Pek Kun berkata:
"Baru sekarang aku mengerti."
"Apa yang kau maksudkan?" bertanya Lian Seng Pek.
"Orang yang hendak kau ajak pulang itu bukanlah aku"
"Siapa?" bertanya Lian Seng Pek heran.
"Nama harum dari keluarga Lian tidak bisa dicemarkan, tidak boleh ternoda, karena itu, nona
mantu Lian Seng Pek tidak boleh merusak kehormatan keharuman nama itu, biar aku kembali
ke kandang, pulang ke rumah lama."
Lian Seng Pek bungkam.
Sim Pek Kun berkata lagi, "Maka, kau masih mengharapkan pulangnya diriku, asal saja aku
kembali, semuanya bisa dimaafkan, tapi..."
Lian Seng Pek masih membungkam.
Gejolak hati Sim Pek Kun tidak bisa dipadamkan, suaranya semakin lama semakin
meningkat, naik dua oktaf dia berkata, "Sudahkan terpikir olehku, aku juga berupa manusia
biasa. Aku bukanlah orang yang mudah dipermainkan, aku tidak mau dipercaturkan oleh
keluarga Lian."
Wajah Lian Seng Pek menjadi murung, dia berkata, "Eh, mungkinkah aku telah melakukan
sesuatu kesalahan?"
Kepala Sim Pek Kun ditundukkan ke bawah, air matanya bercucuran kembali, dia juga
bersedih, katanya perlahan, "Kau tidak salah, akulah yang bersalah. Aku harus meminta
maaf." Dengan suara yang seperti rayuan, Lian Seng Pek berkata, "Setiap orang itu pernah
melakukan kesalahan, tapi biar saja mereka lewat, sudah lama kulupakan kesalahan2 itu."
Kepala Sim Pek Kun di-geleng2kan, dia berkata, "Tidak. Mungkin kau bisa melupakan
kesalahan itu, tapi aku tidak."
"Mengapa?" bertanya Lian Seng Pek.
Putusan Sim Pek Kun yang sudah hampir tidak tergoyahkan, tiba2 saja terbengkokkan, tapi
ditariknya kembali, dengan sepatah demi sepatah ia berkata, "Karena hatiku sudah berubah."
Lian Seng Pek seperti tercambuk oleh pecut yang tidak tampak, hampir saja ia terguling jatuh.
Dengan menggigit bibir yang hampir berdarah, ia berkata, "Kau tidak mau kembali?"
Sim Pek Kun berkata, "Seperti apa yang kau sudah tahu, seringkali aku menyakiti orang. Tapi
betul2 hatiku sudah berubah, lebih baik aku berterus terang daripada menipu dirimu."
"Maksudmu...", suara Lian Seng Pek terputus.
Sim Pek Kun berkata, "Mulai saat ini, aku tidak mau hidup ber-sama2 mu lagi. Aku tidak mau
memaksakan diri. Aku juga tidak mau menipu diri sendiri, aku sudah tidak cinta kepadamu."
Lian Seng Pek mengepalkan tangannya keras2, ia menjadi tegang. "Betul... betul kau sudah
jatuh cinta kepadanya?" dia bertanya.
Gigi Sim Pek Kun yang menggigit bibir itu akhirnya membuat pendarahan, di sana tampak
merah sedikit, ia menganggukkan kepala.
Tiba2, Lian Seng Pek menerjang pundak Sim Pek Kun, dengan geram dia membentak, "Kau
jatuh cinta kepada seorang jago berandalan?"
Sim Pek Kun menganggukkan kepala.
"Katakan," berteriak Lian Seng Pek, "Dimana letak keunggulannya" Dimana letak
kekalahanku?"
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suara Lian Seng Pek hampir habis, berteriak2 seperti manusia gila.
Lian Seng Pek tidak mudah tergoda, biasanya dia bisa mengekang segala gejolak itu. Hari ini
tidak, orang yang dikasihi olehnya, isteri yang dicinta olehnya hendak melarikan diri.
Darah panas Lian Seng Pek bergolak mulai memuncak ke atas otak.
Pundak Sim Pek Kun yang dicengkeram seperti itu hampir remuk, dia merasa sakit,
diusahakan agar dia tidak menjerit, juga tidak berteriak, diusahakannya menyedot air mata
yang jatuh bercucuran.
Menggigit bibir lagi dia berkata, "Mungkin... mungkin juga dia tidak bisa memadaimu. Di
beberapa tempat, dia kalah padamu. Tapi dia rela berkorban, dia lebih rela berkorban
daripadamu. Demi kepentinganku, dia rela mati... kau... kau bisa mengimbangi kemampuan
ini?" Mata Lian Seng Pek dipentangkan lebar2, tangannya terlepas dari pundak Sim Pek Kun, perlahan2
tubuh si jago muda mundur ke belakang.
Sim Pek Kun tidak berani menerima pancaran sinar mata Lian Seng Pek, ia mengelakkan
sepasang cahaya yang tajam itu, dengan menundukkan kepala dia berkata:
"Aku masih ingat, kau pernah mengatakan tentang hati seorang wanita. Kalau saja seorang
wanita itu sudah mengubah hatinya, apapun tidak bisa dicegah, seseorang yang akan
mencegah akan menderita penderitaan yang terbesar."
"Ouw..." Lian Seng Pek mengeluh.
Kemarahan Lian Seng Pek tidak bisa tertahan, tangannya terayun,... Pang... dia menempiling
pipi Sim Pek Kun yang putih bersih. Di sana telah bertanda lima jari berwarna merah.
Sim Pek Kun masih diam di tempatnya, dia tidak lagi menangis, tidak bergerak dan juga tidak
menjerit. Sim Pek Kun seperti sudah tersihir, seperti batu, dengan sinar matanya yang dingin, ia
berkata: "Tempilinglah lagi, pukullah lagi, bunuhlah... aku tidak akan membikin perlawanan. Aku
tidak akan menyalahkan dirimu. Tapi ingat, tidak mungkin kau bisa mengubah pendirianku..."
Lian Seng Pek membalikkan badan, tiba2 mencelat, meninggalkan isterinya.
Baru sekarang Sim Pek Kun berani mendongakkan kepala, memandang ke arah lenyapnya
sang suami. Mengantarkan lenyapnya bayangan itu, air mata Sim Pek Kun bercucuran pula.
"Oh...," dia mengeluh. "Maafkan aku, sangat menyesal. Sebenarnya aku tidak
memperlakukan dirimu seperti ini, tapi apa boleh buat, dalam keadaan terpaksa tidak ada lain
jalan." Lian Seng Pek tidak bisa menangkap suara penyesalan isterinya.
Sim Pek Kun bergumam:
"Boleh saja kau anggap aku sebagai wanita jalang, wanita yang tidak tahu diri. Tapi demi
kepentinganmu, demi keluarga kalian, aku tidak mau mengikut sertakan banyak dosa."
Bayangan Lian Seng Pek sudah lenyap dari tempat itu, tentu saja tidak mengikuti jeritan hati
istrinya. Rencana apa yang Sim Pek Kun sudah lakukan" Siauw Tjap it-long tidak bisa
mengerti, Lian Seng Pek juga tidak mengerti. Penderitaan yang bagaimana dirasakan oleh
Sim Pek Kun. Hanya dia seorang diri yang dapat menyelaminya. Hatinya seperti tersobek dikoyak-koyak
oleh tangan si raja boneka Thian koncu.
Dia harus berkorban, dia tidak mau mengikutsertakan Siauw Tjap it-long, dia juga tidak mau
mengikutsertakan Lian Seng Pek. Hanya kematianlah yang bisa mengcamkan dirinya. Hanya
jalan kematian yang terbentang di depan dirinya.
Malam berkuasa.
Air mata Sim Pek Kun sudah dikuras habis dia masih menangis, menangis dengan air mata
kering. Akhirnya, Sim Pek Kun mengambil putusan, dia membenarkan pakaiannya yang kucel
berjalan lurus ke depan.
Hanya ada satu jalan yang berada di depan sang ratu rimba persilatan itulah jalan kematian.
Jalan itu lurus langsung, menuju kearah istana boneka. Di depan bulu mata Sim Pek Kun
sudah terbayang wajah raja gila boneka Thian koncu yang tertawa kejam, dengan girangnya,
raja gelo itu berkata: "Sudah kuperhitungkan, sudah waktunya kau kembali. Karena kau sudah
tidak mempunyai pilihan jalan lain."
Betul-betul Sim Pek Kun tidak mempunyai pilihan jalan. Dia sedang menuju jalan kematian.
Sim Pek Kun balik kembali ke istana boneka.
Siauw Tjap it-long menarik tangan Hong Sie Nio, mengajaknya menegak minum arak.
Tenggorokan Siauw Tjap it-long seperti tersumbat, biasanya dia jago arak, ia kuat minum,
tapi hari-hari ini terkecuali, cairan minuman keras itu tidak mau masuk kedalam
tenggorokannya.
Terlalu banyak urusan yang dipikirkan oleh Siauw Tjap it-long. Terlalu butek pikiran yang
mengekang kebebasan Siauw Tjap it-long.
Begitu keadaan Siauw Tjap it-long begitu pula keadaan Hong Sie Nio. Hong Sie Nio sedang
menghadapi persoalan rumit. Berbulan-bulan, bertahun-tahun ia menantikan datangnya
lamaran Siauw Tjap it-long, lamaran itu tak kunjung datang.
Kini timbul satu lamaran, tapi harapan yang dibangun atas kesengsaraan Sim Pek Kun.
Pikiran Hong Sie Nio lebih kusut, biasanya dia senang dan gembira, bisa melakukan sesuatu
yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain.
Hari ini tidak. Hong Sie Nio tidak bisa menegak araknya. Arak yang mereka tegak arak
kering, arak tawar. Mereka minum arak di dalam sebuah kedai yang kotor.
Hong Sie Nio tidak membawa uang, karena dia baru saja menjadi pengantin perempuan.
Kantong Siauw Tjap it-long belum pernah penuh dengan uang, karena itu mereka harus bisa
menghemat. Disaat ini Hong Sie Nio mebuka suara: "Kita berdua sudah ditakdirkan minum arak di tempat ini."
"Ouw!" berkata Siauw Tjap it-long. "Sudah ditakdirkan seperti ini."
Siauw Tjap it-long melempar jauh sukmanya, seolah-olah mengikuti dan membayangi Sim Pek Kun.
Disaat hidup sengsara bersama-sama dengan Sim Pek Kun, hatinya riang dan gembira. Tapi
rasa itu lenyap, berganti dengan sedih dan perih.
Dengan cepat Hong Sie Nio menuang araknya terus menerus, degan wajah cemberut, ia
berkata: "Menurut cerita orang, arak yang tidak enakpun bisa menjadi enak, kalau kau
meminumnya cepat."
Siauw Tjap it-long berkata tawar: "Arak yang enak adalah arak yang bisa membuat kita
menjadi mabok."
Siauw Tjap it-long juga meneguk araknya. Mereka ingin bermabok-mabokan, tapi arak itu
kurang keras, mereka belum mabok.
Keadaan seorang yang berada dalam keadaan mabok, bisa melupakan segala sesuatu,
melupakan penderitaan dan melupakan kesengsaraan.
Hong Sie Nio menatap Siauw Tjap it-long, dia sedang berdaya upaya, bagaimana caranya
untuk mengubah pikiran Siauw Tjap it-long yang masih tertuju kearah Sim Pek Kun.
Seribu satu cara telah diusahakan, tidak mungkin menemukan cara yang terbaik. Berapa
banyak suara Hong Sie Nio cetuskan, suara-suara itu hanya suara Sim Pek Kun. Akhirnya
Hong Sie Nio menghela nafas, ia berkata: "Hei, sudahlah. Jangan kau pikirkan dia lagi.
Menurut apa yang kutahu, wanita tadi tidak mempunyai kekejaman yang seperti itu."
Siauw Tjap it-long berkata: "Tidak ada wanita yang kejam. Hanya ada wanita yang keras
hati." Suara ini disalurkan jauh, seolah-olah hendak disampaikan ke depan Sim Pek Kun.
Hong Sie Nio berkata: "Menurut hematku, wanita tadi sedang tertekan, dia mempunyai
penderitaan yang tidak bisa dilampiaskan."
Siauw Tjap it-long berkata: "Eh, menurut apa yang kau tahu, siapa yang menjagoi rimba
persilatan?"
"Untuk jalan mana?" bertanya Hong Sie Nio.
"Untuk jaman-jaman yang sudah lampau dan jaman sekarang." berkata Siauw Tjap it-long.
"Ilmu silat siapakah yang tertinggi?"
Hong Sie Nio berpikir lama, akhirnya dia menjawab pertanyaan itu. "Menurut apa yang
kutahu, tokoh silat super sakti tanpa tandingan adalah Siao Yao Hoo pada dua puluh tahun
yang lalu."
"Tepat" berkata Siauw Tjap it-long. "Kini ia mengganti nama menjadi Thian koncu."
Ternyata, raja gila boneka Thian koncu bernama Siao Yao Hoo!
"Bisakah kau ceritakan tentang orang ini?" berkata Siauw Tjap it-long.
"Aku belum pernah melihat wajahnya." jawab Hong Sie Nio.
Siauw Tjap it-long tertegun, menegak arak dia berkata:
"Menurut apa yang kutahu, kau kenal kepada orang ini, Dan dia pernah mengirim dua bilah
pisau yang tajam."
Hong Sie Nio berkata: "Betul, tapi aku belum pernah melihat wajahnya."
Siauw Tjap it-long menyengir, dia berkata: "Membuat aku bingung saja."
Hong Sie Nio tertawa dan berkata: "Setiap kali aku menemuinya, teraling oleh selembar kain,
pada suatu hari, aku tidak tahan, kutendang kain itu, menyerobot masuk, dengan maksud bisa
melihat wajah asli jago itu."
"Bagaimana hasilnya" Kau berhasil." bertanya Siauw Tjap it-long.
Hong Sie Nio menghela nafas, ia berkata:
"Kuanggap gerakanku itu sudah cukup cepat. Tapi gerakannya lebih cepat lagi, saat aku
memasuki ruangan itu, ia sudah tidak ada disana."
Siauw Tjap it-long berkata: "Ternyata dia belum menjadi kawanmu. Dia tidak mau bertemu denganmu."
Hong Sie Nio berkata: "Salah. Dia adalah kawanku. Karena hendak berkawan dengan diriku,
maka dia tidak bertemu muka."
"Apa artinya?"
Hong Sie Nio berkata: "Hanya dua macam orang yang bisa menemukan wajahnya."
"Dua macam orang yang bagaimana?"
"Wanita." berkata Hong Sie Nio. "Wanita yang sudah kena taksirannya, asal saja dia ingini,
tidak mungkin bisa lepas dari genggaman tangannya."
Wajah Siauw Tjap it-long berubah, ia menegak araknya, membasahi tenggorokan itu,
kemudian berkata:
"Oh... kau tidak mendapat taksirannya?"
Wajah Hong Sie Nio juga berubah, dia sudah hendak melampiaskan kemarahan itu, secepat
itu pula dia bertahan, dan berkata:
"Baiklah, boleh saja menganggap aku tidak laku. Ia tidak tertarik kepada diriku. Aku tidak
mau marah. Hari ini, biar apapun yang kau katakan, aku tidak marah."
Tidak memberi kesempatan kepada Siauw Tjap it-long berkata lai, Hong Sie Nio meneruskan ucapannya:
"Banyak cerita tentang dirinya, ada yang mengatakan dia buta, ada yang mengatakan dia
tinggi besar, ada yang mengatakan wajahnya penuh brewok... etc..."
"Tapi tidak pernah ada orang yang mengatakan dia cakap dan tampan?" bertanya Siauw Tjap it-long.
"Kalau betul dia sangat cakap, mengapa tidak mau memperlihatkan wajahnya?"
Siauw Tjap it-long berkata: "Potongan tubuhnya sangat pendek, ia malu dilihat orang."
Sepasang mata Hong Sie Nio dibelalakan, memandang Siauw Tjap it-long dan berkata: "Kau
pernah menemuinya?"
Siauw Tjap it-long tidak menjawab pertanyaan ini, raja gila boneka Thian kongcu bernama
Siao Yao Hoo. Dan ini tidak boleh diketahui oleh Hong Sie Nio.
"Eh," Siauw Tjap it-long mengalihkan bahan pembicaraan. "Kau sudah pergi ke luar daerah?"
"Ngg..." Hong Sie Nio menganggukkan kepala.
"Juga hendak mencari jejaknya?" bertanya Siauw Tjap it-long.
"Menurut cerita orang, dia sudah memasuki daerah Tong goan."
"Hmmm..." Siauw Tjap it-long mengeluarkan satu suara gerengan kecil.
Hong Sie Nio berkata: "Ilmu silatnya berada di atasmu, ilmu meringankan tubuhnya berada di
atasmu. Hanya satu, itulah adatnya yang tidak bisa memenangkan adatmu. Ada sesuatu
semangat yang berada padamu, semangat yang belum pernah terpatahkan. Semangat ini tidak
bisa ada yang menandingi dirimu."
Sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long memandang jauh ke depan. Dia berkata perlahan,
"Kukira kau sedang ber-lebih2an."
"Tidak," berkata Hong Sie Nio, bukan ber-lebih2an, inilah kenyataan. Apalagi kau hendak
mengadu jiwa, orang lain bisa menjadi takut."
Siauw Cap-it-long berkata, "Aku belum ada niatan untuk mengadu jiwa dengannya."
"Bukan maksudku untuk menyuruhmu mengadu jiwa, hanya kukatakan semangatmu yang
membara itu bisa menciutkan hati orang."
Siauw Cap-it-long bisa menerima kebenaran dari apa yang sudah dikatakan oleh Hong Sie
Nio. Raja gila boneka Thian kongcu Siao Yao Hoo agak gentar menghadapi dirinya, bilamana
dia nekad, tidak mudah orang itu mengalahkan dirinya.
"Oh, mengapa kau hendak mencari tahu tentang keadaan orang itu" Mungkinkah hendak
mengadu jiwa?"
Dengan tertawa tawar, Siauw Cap-it-long berkata, "Dengan alasan apa, aku hendak mengadu
jiwa dengannya?"
Pandangan mata Hong Sie Nio belum pernah lepas dari wajah Siauw Cap-it-long, sepatah
demi sepatah ia berkata, "Karena kau sudah menjadi nekad, kau hendak mencari kematian."
"Kematian "!" Siauw Cap-it-long mengulang kata2 itu.
"Anggapmu hanya kematian yang bisa membebaskan penderitaanmu," berkata Hong Sie Nio.
"Kau hendak menghindari kenyataan?"
Daging2 Siauw Cap-it-long berkerinyut, hampir dia tidak bisa menguasai dirinya, bangkit dari
tempat duduknya dan berkata, "Aku sudah kenyang makan, arakpun sudah cukup banyak
kutenggak, sudah waktunya berangkat. Aku hendak pergi."
Hong Sie Nio menarik tangan Siauw Cap-it-long dan berkata, "Kau tidak boleh pergi."
Dengan dingin Siauw Cap-it-long berkata, "Di saat aku hendak pergi, belum pernah ada orang
yang bisa menahan kepergianku."
Tiba2... Dari luar ruangan masuk seseorang, ia berteriak, "Biar bagaimana aku harus menahan
kepergianmu."
Siapakah orang yang datang itu" Apa maksud tujuannya"
Mari kita mengikuti bagian berikutnya.
BANYAK CINTA DI DALAM DUNIA
Dari datangnya bayangan gelap, tampil seorang, wajahnya pucat pasi, matanya bersinar
terang, langkahnya tenang, sangat sopan. Inilah orang yang terpelajar.
Seorang terpelajar mendekati Siauw Cap-it-long, pada pinggangnya tergendong pedang,
seorang pelajar yang mengerti ilmu silat.
Sarung pedang berwarna hitam mengkilap, tertojos oleh cahaya lampu, membuat lawan
menjadi agak seram.
Hong Sie Nio berteriak kaget, "Lian Seng Pek kongcu?"
"Ya," jawab orang itu.
Orang yang baru datang adalah Lian Seng Pek!
Siauw Cap-it-long memandang ke arah kedatangan Lian Seng Pek, matanya tidak berkesiap.
Lian Seng Pek sudah berdiri di depan mereka, perlahan2 dia berkata, "Di dalam dunia, hanya
aku seorang yang bisa menahan keberangkatan Siauw Cap-it-long!"
Wajah Siauw Cap-it-long berubah, segera tercetus pertanyaan keras, "Kau hendak menahan
keberangkatanku?"
Lian Seng Pek tertawa tawar, ia berkata, "Ya."
"Maksudmu?" Siauw Cap-it-long menjadi tegang.
"Aku sedang dirundung murung, aku hendak menahan keberangkatanmu, bersama2 minum
arak, menurut cerita orang kekuatan minum arakmu sangat hebat sekali. Mari kita minum
bersama." Sepasang mata disipitkan, kemudian direntangkan lebar2 pula, di tatap Siauw Cap-it-long, ia
berkata, "Keadaanku di hari ini karena disebabkan oleh gara2mu. Hadiah dari tampilnya
dirimu. Maka, kukira sudah layak kalau kau bersedia menemani aku minum arak bukan?"
Lama sekali Siauw Cap-it-long memperhatikan gerak-gerik Lian Seng Pek, akhirnya dia
mengalah, per-lahan2 duduk kembali.
Baru sekarang Hong Sie Nio bisa mengeluarkan nafas lega, dia berkata, "Lian Seng Pek
Kongcu, silahkan duduk."
Lian Seng Pek tidak ragu-ragu, menyeret kursi di depan Siauw Cap-it-long dan Hong Sie Nio,
bertiga mereka duduk di satu meja.
Terjadi perjamuan minum arak gila-gilaan.
* * * Lampu penerangan sudah menjadi suram. Berapa banyak arak yang diminum oleh Siauw
Cap-it-long" Tidak ada orang yang menghitung.
Berapa banyak pula arak yang ditenggak oleh Lian Seng Pek, walalu tidak bisa memadai
Siauw Cap-it-long, jumlahnyapun cukup banyak.
Hong Sie Nio memperhatikan kedua laki2 yang berada di kanan dan kirnya itu, meminjam
sinar penerangan yang kelap-kelip, agaknya seperti menjadi kaku.
Wajah Lian Seng Pek dalam keadaan mabok seperti orang yang sudah tidak berdarah, seperti
bangkai hidup minum arak.
Kini dia menoleh ke arah Siauw Cap-it-long, memperhatikan keadaan Siauw Cap-it-long,
entah apa yang hendak ditemukan pada wajah satu itu.
Sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long jauh memandang ke depan, melompong, sinar
matanya hampa. Penjual arak sedang memperhatikan tamu aneh itu, teristimewa keanehan Hong Sie Nio.
Adanya wanita jago arak yang seperti Hong Sie Nio adalah terkecualian, tidak ada wanita
yang kedua bisa menyainginya.
Si tukang jual arak juga seorang mata perempuan, ia mengharapkan Siauw Cap-it-long dan
Hong Sie Nio ber-mabuk2an maka ia mempunyai banyak kesempatan.
Walau wajah Siauw Cap-it-long cukup menakutkan, galak dan garang, dalam keadaan mabuk
dia bisa berbuat semau-maunya.
Kemudian datang pula sastrawan yang sopan-santun itu, jumlahnya bertambah tiga orang. Harapannya
semakin besar, tapi begitu lama mereka ber-mabuk2an, toch tidak satu pun dari ketiganya yang jatuh.
Akhirnya dia ngelojor pergi.
Penjual arak ini betul2 tahu diri, dari adanya hawa sinar cahaya pedang yang garang, hawa itu
tidak boleh didekati.
Setiap saat ia mendekati ke arah meja tersebut, tampak keringatnya mengucur keras, itulah
hawa keseraman.
Siauw Cap-it-long menuang araknya, dia menenggak lagi.
"Mari! Minum!" dia mengajak Hong Sie Nio dan Lian Seng Pek bertoast.
Hong Sie Nio mengangkat cawannya, dia berkata, "Arak ini kurang baik. Entah bagaimana
penilaian Lian Seng Pek Kongcu?"
"Arak baik." Lian Seng Pek juga menerima tawaran toast itu, dia mengeringkan isinya. "Arak
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
baik," dia memuji lagi. "Arak yang bisa membuat orang menjadi mabok, itulah arak yang
terbaik." Siauw Cap-it-long bisa membenarkan kata2 ini, dia berkata, "Tepat! Arak yang bisa membuat
orang mabok, arak itu adalah arak yang terbaik."
Hong Sie Nio menoleh lagi, kedua laki2 itu jatuh cinta kepada seorang wanita, kini mereka
bisa minum bersama, sungguh aneh!
Siauw Cap-it-long nakal dan berandalan, Lian Seng Pek alim dan sopan santun, perbedaan
mereka sangat menyolok mata.
Sebagai seorang wanita, Hong Sie Nio juga menjatuhkan pilihannya kepada Siauw Cap-itlong.
Sebagai seorang wanita, Sim Pek Kun juga menjatuhkan pilihannya kepada Siauw Cap-itlong.
Perbedaannya, yang disebut lebih dahulu belum menikah, dan yang disebut belakangan sudah
kawin. Karena itulah Hong Sie Nio mencopot pakaian pengantinnya, dengan harapan masih bisa
menyeret hati Siauw Cap-it-long.
Tapi kenyataan itu semakin menipis, sesudah menyaksikan bagaimana Siauw Cap-it-long dan
Lian Seng Pek minum bersama.
Biar bagaimana, Hong Sie Nio harus bisa memadamkan api cinta kepada Siauw Cap-it-long.
Di saat ini, timbul pula bayangan Yo Khay Thay.
Hong Sie Nio sangat menyesal, ia telah memperlakukan Yo Khay Thay lebih dari keterlaluan
sedari pertama kali bertemu, tidak ada cinta kepada laki2 itu.
Siapa yang menyuruh Yo Khay Thay mengikutinya terus menerus"
Oh! Cinta" Baru sekarang Hong Sie Nio bisa memahami apa artinya cinta. Dia bisa merasakan
bagaimana perasaan yang merangsang seseorang, di saat cintanya ditolak.
Perasaannya juga turut kacau, risau.
Ber-ulang2 Hong Sie Nio menenggak araknya.
Lian Seng Pek memperlihatkan pula cawan araknya, ditujukan kepada Siauw Cap-it-long dan
berkata, "Mari! Keringkan lagi!"
Se-olah2 dia sedang meloloh diri sendiri, apa boleh buat, dengan ber-mabok2an, dia bisa
melupakan penderitaan, walau untuk sementara.
Siauw Cap-it-long tidak mau kalah, dia memang memiliki daya tahan yang lebih kuat, cawan
demi cawan diteguknya masuk.
Mengapa mereka ber-mabuk2an"
Cinta! Cinta bertaburan di dalam dunia.
Hong Sie Nio melirik ke arah Lian Seng Pek, dia menjajalnya, "Mungkinkah Lian Seng Pek
Kongcu belum tahu, kalau dia?"
Cepat2 Lian Seng Pek berkata, "Aku tahu, semua aku sudah tahu."
Hong Sie Nio bertanya, "Kau sudah tah" Sudah tahu kalau ada orang yang sedang mencari
dirimu?" "Sim Pek Kun yang kau maksudkan?" Lian Seng Pek tertawa nyengir.
Hong Sie Nio menganggukkan kepala dan berkata, "Dia sedang berusaha untuk
mendapatkanmu."
Lian Seng Pek tertawa lebih pahit, ia berkata, "Tidak perlu dipersoalkan, sedari dulu aku
selalu mencari jejaknya."
"Kalian sudah bertemu?" bertanya Hong Sie Nio.
"Sudah," jawab Lian Seng Pek singkat. Kini dia menoleh tempat gelap, entah apa yang
sedang dipikirkan.
Dengan perasaan tidak mengerti, Hong Sie Nio bertanya, "Di mana kini dia berada?"
"Sudah pergi lagi," berkata Lian Seng Pek. "Dia sudah pergi" pergi lagi" dia selalu pergi
dari samping sisiku."
"Dia meninggalkanmu lagi?" Hong Sie Nio menjadi heran.
Tentu saja Hong Sie Nio tidak mengerti, Sim Pek Kun sudah meninggalkan Siauw Cap-itlong.
Tentunya hendak kembali dan rujuk kepada suaminya, dengan alasan apa pula
meninggalkan Lian Seng Pek"
Sim Pek Kun meninggalkan Siauw Cap-it-long, sesudah itu meninggalkan Lian Seng Pek,
kemana kepergiannya ratu rimba persilatan itu"
Biasanya Hong Sie Nio bisa memahami dan menyelami isi hati wanita. Kecuali isi hati Sim
Pek Kun. Dia tidak tahu, kemana kepergiannya Sim Pek Kun.
Tentu saja, Hong Sie Nio tidak bisa menduga, kemana Sim Pek Kun pergi"
Hanya saja Siauw Cap-it-long yang bisa mengetahui, kemana kepergiannya ratu rimba
persilatan itu.
Sejulur hawa dingin yang lebih dingin dari es meresap ke tulang2, melalui ujung kakiknya,
menembus otak, dan memecah ke seluruh tubuh Siauw Cap-it-long.
Mendengar keterangan itu, hati Siauw Cap-it-long tercekat.
Kemana Sim Pek Kun menuju"
Balik kembali ke istana boneka"
Jawaban ini tidak sulit untuk ditemukan. Inilah yang mencekatkan hatinya, membuat ia
menjadi pusing kepala.
Tiba2 hatinya membara, terasa panas, bara itu sukar dipadamkan.
Dendam kemarahan kepada raja gila boneka Thian Kongcu Siao Yao Hoo tidak bisa
dipadamkan. Siauw Cap-it-long bisa menyelami betapa menderitanya Sim Pek Kun.
Kalau dia hendak melarikan diri dari kenyataan, secara ber-mabuk2an minum arak, cara Sim
Pek Kun lain daripada yang sudah ditempuh olehnya. Sim Pek Kun hendak mengantarkan
jiwa, berkorban atau menuntut balas.
Hanya kematian yang bisa menyelesaikan rasa sengsara badan Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun tidak akan mati percuma, tentunya berusaha. Bisakah Sim Pek Kun membunuh
raja gila boneka Thian Kongcu"
Siauw Cap-it-long mengepal tangannya keras-keras, kini dia bisa mengerti, cara-cara dan
langkah-langkah yang ditempuh Sim Pek Kun.
Siauw Cap-it-long mentololkan otaknya sendiri, mengapa tidak terpikir sejauh itu" Mengapa
ia tidak menahan kepergiannya"
Besar hasratnya untuk segera membikin pengejaran, segera mengganti pertukaran jiwa, dia
rela berkorban menggantikan pengorbanan Sim Pek Kun.
Tapi bukan sekarang, belum waktunya. Di depan dirinya masih ada Lian Seng Pek dan Hong
Sie Nio, dia tidak bisa menyeret kedua jago silat ini.
Ia harus menunaikan tugas itu dengan jiwa tunggalnya. Dia tidak boleh me-nyeret2 orang lain,
dia tidak boleh berhutang budi orang kepada orang lain.
Lian Seng Pek menarik sorot matanya dari tempat jauh, kini menatap ke arah Siauw Cap-itlong,
per-lahan2 berkata, "Di dalam tanggapanku, kau adalah orang yang patut dikasihani,
baru sekarang aku mengerti, keberuntunganmu masih jauh berada di atasku."
"Keberuntunganku?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Lian Seng Pek tertawa, ia berkata, "Sampai saat ini, baru aku mengetahui, kalau aku itu belum
berhasil merebut hatinya."
"Kau salah," berkata Siauw Cap-it-long.
"Huh!" Lian Seng Pek mengeluarkan suara dengusan dari hidung.
Siauw Cap-it-long menggelengkan kepala berkata, "Menurut yang kutahu, belum pernah ia
mengkhianati dirimu."
Lian Seng Pek mendelikkan matanya, tiba2 saja ia tertawa berkakakan, dan sesudah tertawa
berkakakan ia berkata, "Apa artinya menyeleweng" Apa artinya tidak menyeleweng"
Bagaimana perbedaan nyeleweng dan tidak nyeleweng" Di dalam dunia ini tidak ada sesuatu
yang abadi, mengapa memusingkan persoalan itu?"
Hati Siauw Cap-it-long menjadi panas, ia berteriak, "Tidak percaya?"
Lian Seng Pek sudah menghentikan tawanya, menatap ke arah cawan arak di meja ia
bergumam, "Untuk saat ini, apapun tidak kupercayai. Yang bisa dipercayai adalah arak! Arak
bisa membuat orang mabuk."
Tangannya dijulurkan, mengambil cawan arak dan mengeringkan pula. Ia berkata, "Hayo,
Hong Sie Nio, Siauw Cap-it-long minum lagi. Jangan berhenti. Harus bisa menghabiskan arak
di tempat ini?"
* * * Seseorang yang sudah tidak kuat minum, kalau saja masih ditantang terus-menerus, karena
mempunyai harga diri, tidak mau kalah, semakin cepat dia jatuh mabok.
Kekuatan minum Lian Seng Pek tidak bisa disamakan dengan kekuatan minum Siauw Cap-itlong,
ia hanya setanding dengan kekuatan minum Hong Sie Nio, mungkin juga masih berada
di bawah jago wanita berandalan itu.
Rasa tekanan Sim Pek Kun terlalu hebat, dia ingin menggunakan air kata2 melupakan segala sesuatu.
Sesudah terus-menerus menenggaknya, akhirnya ia jatuh mabok.
"Hayo!!" tantangnya. "Minum lagi, mengapa tidak diminum" Sudah menyerah kalah?"
Hong Sie Nio juga mengiringi katanya, menenggak arak yang di meja.
"Berapa banyak yang baru kau tenggak, akan kuiringi pula," dia berkata.
Keadaan Hong Sie Nio juga sudah berada di dalam keadaan mabok.
Baru terasa, betapa kasihnya Lian Seng Pek ini.
Terjadi perobahan yang menyolok, Lian Seng Pek bukan seorang dingin dan kaku. Lian Seng
Pek mempunyai cinta kasih, sayang dunia mempermainkan perkawinannya.
Siauw Cap-it-long tidak banyak bicara tapi ia mengiringi segala kemauan2 itu, Lian Seng Pek
minum, Hong Sie Nio minum dan Siauw Cap-it-long juga minum.
Siauw Cap-it-long jatuh mabok.
Ia minum lebih banyak daripada kedua kawannya, ia tengkurapkan kedua tangan dan
meletakkan kepalanya di atas lingkaran tangan itu.
Siauw Cap-it-long sudah menjatuhkan dirinya di meja.
Lian Seng Pek memandang kepada si jago berandalan, dengan mulut bergumam, "Siauw Capit-
long, seharusnya aku membunuh kau."
Tiba2 tubuh Lian Seng Pek meletik, mengeluarkan pedang, dijulurkan ke arah Siauw Cap-itlong.
Tapi kedua kakinya sudah tidak tertahan, karena kerasnya tarikan pedang itu, ia jatuh ngeloso.
Hong Sie Nio menjulurkan tangan, dengan maksud memayang jatuhnya tubuh Lian Seng Pek.
Tapi dia tidak berhasil, dia juga berada dalam keadaan mabok, mereka berdua jatuh bersama.
Dengan keras Hong Sie Nio membentak, "Siauw Cap-it-long adalah kawanku, kau tidak
boleh membunuh."
Lian Seng Pek tertawa ter-kekeh2, tanpa bangun dari lantai tanah berkata, "Seharusnya aku
membunuh, tapi dia sudah mabok. Dia sudah kalah, ha..ha..ha" dia kalah"! Aku
menang!..."
Obrolan para pemabok itu semakin melantur. Mereka melantur terus, apa yang diucapkan
sudah lupa sama sekali.
Sesudah itu, merekapun jatuh.
Ketiga-tiganya mabok.
Tidak ada satu yang mulai bicara, mereka sudah menggeletak bagaikan tiga mayat yang
bergelimpangan.
Penjual arak memperhatikan para pemabok itu, ia hendak mendekatinya, tapi sinar pedang
Lian Seng Pek, kegarangan Siauw Cap-it-long, dan kenekatan Hong Sie Nio membuat ia tidak
berani melakukan hal itu.
Takut terancam sesuatu.
Apa yang dikuatirkan itu betul2 terjadi, tiba2 Siauw Cap-it-long bangun berdiri.
Di antara sinar penerangan yang suram, tampak Siauw Cap-it-long memperhatikan Lian Seng
Pek, lama sekali diperhatikannya laki2 kasihan itu.
Keadaan Siauw Cap-it-long tidak galak lagi, tidak gagah seperti pertama kali. Penderitaannya
dan kepedihannya tidak kepalang, se-olah2 seekor binatang yang sudah berada di ambang
pintu kematian.
Di dalam keadaan tidak sadar, masih terdengar suara teriakan Lian Seng Pek, "Hei, kau
meninggalkan diriku, tiada maaf bagimu?"
Siauw Cap-it-long mengertek gigi, ia bergumam, "Tenang! Tenangkanlah hatimu, aku akan
mengambilnya pulang kembali. Kuharap saja kau bisa baik-baik memperlakukannya, kuharap
saja kalian bisa lebih bahagia?"
Siauw Cap-it-long menggeser kursi, meninggalkan Hong Sie Nio dan Lian Seng Pek.
Siauw Cap-it-long menerjang ke arah istana boneka.
Orang pertama yang ditemukan olehnya adalah Siao Kongcu.
Dengan senyumnya yang centil, dengan wajahnya yang riang, dengan kelemah lembutan Siao
Kongcu menyambut kedatangan Siauw Cap-it-long.
Siao Kongcu bersandar pada sebuah pohon Siong besar, dengan cara2 itu dia seperti sudah
tahu akan kehadiran Siauw Cap-it-long, menantikannya dengan sabar.
"Sudah kuduga akan kedatanganmu. Setiap orang yang pernah memasuki istana boneka, tidak
wajib keluar pula, dia akan terus-menerus di tempat ini."
Wajah Siauw Cap-it-long membeku, sikapnya sangat dingin, tanpa perasaan, dengan wajah
yang pucat pasi, dia bertanya, "Di mana dia?"
"Siapa?"
"Sim Pek Kun," jawab Siauw Cap-it-long ketus.
"Ouw"," Siao Kongcu Ling Ling menarik suaranya panjang2. "Nyonya Lian Seng Pek yang
kau maksudkan?"
Masih tidak terjadi perobahan di wajah Siauw Cap-it-long, dia berkata tetap, "Ya!"
Siao Kongcu tertawa manis, dia berkata, "Kedatangannya lebih cepat dari kedatanganmu,
kukira dia sudah tidur."
Siauw Cap-it-long mendelikkan matanya, istilah kata2 tidur itu sangat menyakiti,
mengandung aneka macam arti. Matanya memerah seperti hendak meletus.
Siao Kongcu tidak berani menatap pandangan mata yang seperti itu, memutarkan biji matanya
dia berkata, "Mau kuantarkan?"
"Ya!" jawab Siauw Cap-it-long.
Siao Kongcu Ling Ling tertawa cekikikan, ia berkata, "Kau meminta bantuanku, apa jasa
imbal balik yang kau berikan sebagai tanda terima kasihmu?"
"Kau mau apa?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Lagi2 Siao Kongcu tertawa, tertawa genit, seluruh tubuhnya ber-goyang2, ia berkata,
"Berlututlah di depanku. Menyembah kepadaku, maka akan kuajak segera."
Tanpa mengucapkan ba atau bu, Siauw Cap-it-long segera menjatuhkan dirinya berlutut di
depan Siao Kongcu.
Betul2 dia menyembah!
Di dalam keadaan dan saat yang seperti ini, tidak ada sesuatu yang diharapkan olehnya.
Siao Kongcu menggandeng Siauw Cap-it-long memasuki istana boneka.
Di tempat gardu pemandangan, kedua orang tua itu masih bermain catur.
Kakek berbaju coklat dan kakek berbaju hijau itu menyambung pula permainan mereka,
munculnya Siauw Cap-it-long tidak menarik perhatian, se-olah2 tidak ada sesuatu yang bisa
menarik perhatian mereka kecuali bermain catur.
Dibiarkan saja Siao Kongcu dan Siauw Cap-it-long lewat.
Di dalam sebuah kamar yang sepi dan sunyi.
Raja gila boneka Thian Kongcu Siao Yao Hoo terbaring pada tempat tidurnya yang seperti
tempat tidur raja, sepasang matanya yang liar dan jalang memandang ke arah depan,
memandang tanpa berkesiap.
Di sana duduk seorang wanita, sangat cantik. Inilah ratu rimba persilatan Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun duduk di depan raja gila boneka dengan maksud bisa menggunakan kesempatan
membunuh orang itu.
Dipandang terus menerus, bulu tengkuk Sim Pek Kun menjadi merinding bangun. Ia seperti
mendapatkan dirinya berada di depan orang dalam keadaan telanjang bulat, dipandang dan
dicemoohkan seperti itu.
Ingin sekali Sim Pek Kun bisa mengorek biji mata raja gila boneka itu, sayang ilmu
kepandaiannya terlalu lemah.
Beberapa saat berlalu, raja gila boneka Thian Kongcu berkata, "Bagaimana putusannya?"
Sim Pek Kun menyedot nafasnya dalam2, menggigit bibirnya, dia menggelengkan kepala,
menolak permintaan raja gila boneka.
Raja gila boneka Thian Kongcu tertawa, ia berkata, "Lebih baik kau menurut, karena tidak
ada lain jalan, kecuali mengikuti petunjuk yang kuberikan. Cepat atau lambat saat itu pasti
datang. Lebih baik kau bukalah sendiri, maka kau bisa mendapat penghargaanku, itu waktu
baru ada kesempatan."
Sekujur badan Sim Pek Kun gemetaran.
Raja gila boneka Thian Kongcu Siao Yao Hoo berkata lagi, "Aku tahu kau datang dengan
maksud membunuh diriku. Kalau kau tidak berani dekat, harapan dari mana" Maka"
berusahalah dekat. Seperti kau tahu, aku tidak suka wanita yang berada di sebelah sisi dengan
pakaian lengkap."
Sim Pek Kun mengertek gigi, dengan gemetaran dia berkata, "Kalau kau sudah tahu bahwa
aku ingin membunuhmu, hilanglah sudah kesempatanku."
Tertawa raja boneka semakin genit, dengan menyipitkan matanya dia berkata, "Kau jangan
lupa, aku juga seorang laki2, kalau seorang laki2 sudah lupa daratan, maka wanita itu lebih
mudah menggunakan kesempatan?"
Berhenti beberapa saat, Siao Yao Hoo berkata pula, "Pokok persoalannya, bisakah kau
membuat aku lupa daratan?"
Tubuh Sim Pek Kun semakin tergetar, goyangnya semakin keras.
"Aaaa" kau bukan manusia," ia memaki.
"Hua"ha"." Siao Yao Hoo tertawa.
"Bila aku menyebut diriku sebagai manusia" Membunuh seorang manusia sangat mudah.
Membunuh aku" hei, hei" harus menggunakan sedikit pengorbanan."
Sim Pek Kun mendelikkan mata geregetan sekali, mau saja ia menelan hidup2 orang yang
berada di depannya itu. Iblis keparat, hantu perempuan, manusia yang menganggap dirinya
setengah dewa. Akhirnya Sim Pek Kun mengambil putusan, per-lahan2 bangkit dari tempat duduk,
mengerahkan tenaga menyobek baju.
Sim Pek Kun membuka pakaiannya dengan gerakan yang lambat, karena tangan itu sudah
menjadi gemetaran, tidak henti2nya bergoyang.
Baju luar sang ratu sudah tercopot, sebagian besar dari isi daging itu terbelalak di depan mata.
Mata raja gila boneka Siao Yao Hoo memperlihatkan kepuasan, ia tersenyum dan berkata,
"Masih putih! Bagus! Betul2 tidak mengecewakan. Kalau suatu hari terjadi aku mati di bawah
tanganmu, matipun secara tidak penasaran."
Sim Pek Kun menggigit bibirnya keras2, dari sana mengalir sedikit darah.
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Darah di bibir meleleh turun, membasahi dadanya, membuat satu pemandangan yang kontras
antara cairan merah dengan kulit serta badannya yang putih mulus.
Sim Pek Kun dipaksa membuka pakaian, untuk memuaskan nafsu raja gila boneka Siao Yao
Hoo. Maka pakaiannya terbuka, perutnya terbuka dan kakinya pun terbuka, semua terpentang di
depan mata. Tiba2, pintu kamar Siao Yao Hoo ditendang orang.
Jeblak" Siauw Cap-it-long kini berdiri di depan pintu.
Dada Siauw Cap-it-long dirasakan seperti mau meledak, seluruh badannya gemetar menahan
kemarahannya yang bergolak di saat itu.
Seluruh tubuh Sim Pek Kun terasa dingin dan beku, dia berdiri mematung, sinar matanya
hampa, tiada bercahaya, wajahnya pucat sekali. Ingatan Sim Pek Kun per-lahan2 hilang dan
tubuhnya jatuh menggeletak di lantai.
Hadirnya Siauw Cap-it-long di tempat itu tidak mengejutkan Siao Yao Hoo, dia menghela
nafas dan bergumam,
"Mengganggu kesenangan orang adalah perbuatan yang tidak baik, umurmu akan mendapat
potongan tidak bisa panjang, tahu?"
Siauw Cap-it-long menggenggam kedua kepalannya, dia berkata, "Kalau aku mati, kaupun
harus turut serta."
"Ouw?"" Siao Yao Hoo memandang Siauw Cap-it-long, "Kau menantang?"
"Ya!" berkata Siauw Cap-it-long.
"Banyak cara untuk menemukan jalan kematian," berkata raja gila boneka Siao Yao Hoo.
"Mengapa kau harus memilih cara yang seperti ini" Cara yang kurang pandai."
"Hayo!" berkata Siauw Cap-it-long, "Mari kita mengukur kekuatan."
"Ha"ha"ha"," raja gila boneka tertawa.
"Apa yang kau tertawakan!" bentak Siauw Cap-it-long.
"Aku mentertawakan seorang yang tidak tahu diri."
"Kau yang tidak tahu diri. Keluar!" bentak Siauw Cap-it-long. "Jangan kita berada di tempat ini."
Siao Yao Hoo masih berbaring di tempat tidurnya, dia meremehkan ilmu silat jago ternama
seperti Siauw Cap-it-long, dia memperhatikan beberapa saat lalu tertawa.
"Ha..ha..," katanya. "Di dalam dunia belum pernah ada orang yang berani menantang diriku,
kecuali" kau!... Baiklah, akan kukecualikan, kepada seseorang yang sudah berada di ujung
maut, aku akan memberi pelajaran se-baik2nya."
Tubuh raja gila boneka Siao Yao Hoo yang sedang terbaring itu tiba2 melambung ke atas,
terbang meluncur bagaikan seekor ayam keluar dari kamarnya.
Dengan mendemonstrasikan ilmu silatnya ini, cukup membuat jago silat manapun pecah nyali.
Kecuali bagi Siauw Cap-it-long!
Siauw Cap-it-long tidak berhasil digentarkan, tekadnya untuk menempur Siao Yao Hoo sudah
begitu hebat. Seseorang yang hendak mengadu jiwa, tentu menganggap kecil apa arti jiwa itu.
Sesudah Siao Yao Hoo keluar meninggalkan kamar itu, Siauw Cap-it-long mendekati Sim
Pek Kun, mengambil lembaran baju menutupi bagian2 yang penting.
Diperhatikannya ratu itu dengan penuh penderitaan.
Hati Siauw Cap-it-long berteriak, "Mengapa" Mengapa kau harus melakukan hal seperti ini?"
Per-lahan2 Sim Pek Kun sudah membuka matanya, dia sudah siuman.
Kedua pasang mata beradu, kemudian masing2 tergetar, dan cepat2 beralih ke lain tempat.
Dengan nada perlahan, Siauw Cap-it-long berkata, "Sudah waktunya kau pulang. Lian Seng
Pek masih menunggu kehadiranmu."
Sim Pek Kun mengatupkan mata, dari sana mengalir butiran2 bening, air matanya mengalir dengan deras.
Dengan tenang Siauw Cap-it-long berkata, "Jangan hanya memikir penderitaanmu saja,
pikirlah, bukan kau seorang yang menderita, semua orang juga akan merasakan derita. Kita
semua orang yang hidup di dalam dunia ini juga telah ditakdirkan di suatu waktu akan
menderita dalam hidupnya."
Sim Pek Kun masih terus menangis dengan sedihnya.
Siauw Cap-it-long kemudian berkata pula, "Pikirlah betapa hebat penderitaan suamimu itu,
Lian Seng Pek juga menderita."
Baru sekarang Sim Pek Kun membuka suara, "Aku tahu. Tapi kecuali penderitaanku ini, tidak
ada penderitaan yang lebih hebat lagi."
"Inilah pikiranmu," berkata Siauw Cap-it-long. "Pikiran yang salah."
Sim Pek Kun memperhatikan wajah si jago berandalan, di dalam keadaan terbaring dia
bertanya, "Kau?""
Siauw Cap-it-long hanya mengangguk, "Urusan di sini boleh kau serahkan kepadaku! Lekas
pulang! Lian Seng Pek sedang menanti kehadiranmu."
"Oh?"
Siauw Cap-it-long berusaha menekan segala gejolak hatinya, agaknya menghadapi wanita
dalam keadaan yang begitu menggiurkan, yang begitu menegangkan, hampir saja ia tidak kuat
menahan hatinya. Pertahanannya itu mulai gugur, hampir ia mengambil langkah yang sesat".
Saat itu ingin sekali Siauw Cap-it-long merangkul tubuh perempuan itu, memeluki dan mengecupnya.
Tapi inilah perbuatan yang terlarang.
Mereka sudah waktunya mengambil selamat berpisah. Atau dua2nya menjadi korban
keganasan Siao Yao Hoo.
Siapa yang harus berkorban"
Sim Pek Kun menyerahkan diri" Atau Siauw Cap-it-long yang mengadu jiwa"
Tiba2" Di saat ini menerjang masuk sesuatu bayangan, itulah Hong Sie Nio!
Keadaan Hong Sie Nio juga tidak kalah tegangnya, dia berteriak, "Sudah kuduga kalian pasti
berada di tempat ini, huh! Kau kira aku betul2 sudah mabuk?"
Siauw Cap-it-long kaget, sadar dari hayalan yang bukan2, cepat ia memandang Hong Sie Nio
dan berseru, "Hei, bagaimana kau bisa datang ke tempat ini?"
Pertanyaan ini tidak perlu dijawab, karena Siauw Cap-it-long bisa melihat adanya bayangan
Siao Kongcu Ling Ling yang tertawa mengikik di balik pintu.
Kedatangan Hong Sie Nio tentu saja atas petunjuk dari Siao Kongcu Ling Ling ini.
Semua rencana2 sudah terpaparkan sudah diatur oleh siasat Siao Kongcu Ling Ling!
Siauw Cap-it-long masih memandang Hong Sie Nio, ia bertanya, "Kau tinggalkan dia"
Bagaimana keadaannya" Lian Seng Pek telah kau tinggalkan dalam keadaan mabok?"
Hong Sie Nio menjawab, "Keadaannya aman, jauh lebih aman dari keadaanmu. Ia sudah
kupernahkan dengan baik. Tapi" mengapa kau harus mengadu jiwa?"
Siauw Cap-it-long tidak mau menjawab pertanyaan itu, menoleh kepada Sim Pek Kun dan
Hong Sie Nio bergantian, terakhir ia berkata, "Baiklah, kau sudah datang. Bawalah pulang."
Dia memberi perintah kepada Hong Sie Nio untuk mengajak Sim Pek Kun kembali dengan
maksud menyerahkan Sim Pek Kun kepada suaminya yang berhak.
Siauw Cap-it-long hendak mengadu jiwa dengan raja gila boneka Thian Kongcu Siao Yao Hoo.
Itulah pertarungan yang mengandung maut, sembilan puluh sembilan persen Siauw Cap-itlong
tidak mempunyai harapan hidup.
Siauw Cap-it-long bisa maklum keadaan ini.
Hong Sie Nio juga bisa maklum akan keadaan itu, matanya bendul merah, ia berkata, "Biar
aku yang mengawanimu ber-sama2 menempurnya."
Siauw Cap-it-long menggelengkan kepala, berkata, "Jangan!"
"Mengapa?" bertanya Hong Sie Nio.
"Seumur hidupku kukira kau lebih mengenal watakku. Tapi apa yang kau perlihatkan di saat
ini sungguh mengecewakan diriku."
"Aku bisa menyelami isi hatimu," berkata Hong Sie Nio.
"Betul" Kalau begitu, bawalah Sim Pek Kun pergi."
Hong Sie Nio menatapnya lama2 sekali. Akhirnya dia mengeluarkan nafas sedih, dengan terharu berkata,
"Mengapa kau tidak memberi dua jalan kepada orang yang berada di dekatmu?"
Siauw Cap-it-long memandang jauh ke pintu, ke arah lenyapnya Siao Yao Hoo, kemudian
berkata, "Karena jalan yang berada di depanku pun hanya satu jalan."
Itulah jalan kematian!
Jalan kematian.
Hanya satu jalan yang terbentang di depan Siauw Cap-it-long, itulah jalan kematian.
Bedanya, kematian Siauw Cap-it-long satu orang, atau kematian Siauw Cap-it-long bersamasama
si raja gila boneka, dua atau satu orang"
Tanpa menunggu bagaimana Hong Sie Nio membenarkan pakaian Sim Pek Kun, tubuh Siauw
Cap-it-long sudah mencelat lenyap meninggalkan ruangan itu.
Sim Pek Kun cepat berpakaian, ia hendak menerjang keluar. Tapi keburu dicegah oleh Hong
Sie Nio, Hong Sie Nio merangkul si ratu rimba persilatan itu.
"Lepaskan aku!" berkata Sim Pek Kun.
Hong Sie Nio tidak mau melepaskan rangkulannya, ia berkata:
"Kalau Siauw Cap-it-long melakukan sesuatu, tidak seorangpun yang bisa mencegahnya.
Atau " ia bisa melakukan sesuatu yang lebih gila."
Suara ini dicemaskan oleh Hong Sie Nio tapi dicetuskan juga oleh hati Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun bisa menyelami bagaimana prestasi2 Siauw Cap-it-long.
Air mata Sim Pek Kun sudah menjadi kering, tidak ada yang bisa ditumpahkan lagi. Disaat
ini, tiba-tiba terdengar satu suara cekikikan, itulah suara Siao-kongcu Ling Ling.
Ling Ling berkata:
"Ohoo " kok menangis" Begitu sedih" Akupun hampir dipaksa menumpahkan air mata. Hei,
jangan kolokan, jangan manja, karena kau akan mati juga."
Ling Ling mendekati Sim Pek Kun.
Rasa benci Ling Ling kepada Sim Pek Kun begitu mendalam, hanya karena gara-gara Sim
Pek Kun inilah ia tidak berhasil mendapatkan Siauw Cap-it-long.
Hong Sie Nio menghadang didepan satu ratu rimba persilatan, menghadapi Ling Ling, ia
membentak: "Berani kau mengganggu?"
Kecuali Siauw Cap-it-long, hanya Hong Sie Nio yang bisa menandingi ilmu silat Siauwkongcu.
Ling Ling tertawa manis, ia berkata:
"Mengapa tidak" Aku hendak membunuhnya."
"Perempuan centil," bentak Hong Sie Nio. "Betul-betul kau sangat cantik. Akupun tertarik.
Tapi kekejaman hatimu cukup membuat orang bergidik. Didepan orang lain, bisa saja kau
berbuat sesuatu, tapi didepan aku Hong Sie Nio " hm ?"
Siao-kongcu mendelikkan matanya, seperti terkejut, ia mengejek:
"Ouw?"
"Pergi!" Hong Sie Nio membentak.
"Kau melarang aku membunuh Sim Pek Kun?"
"Aku melarang kau membunuh Sim Pek Kun."
"Ouw! Mau bertanding silat?"
"Boleh saja!" kata Hong Sie Nio.
"Kau berani?"
Wajah Hong Sie Nio berubah.
"Mengapa tidak?"
"Ilmu menakut-nakutimu juga hebat. Sayang tidak bisa digunakan untuk menghadapi aku.
Mungkin, kau tidak sadar, sebelum kau memasuki keruangan ini, pada tanganmu itu sudah
kuberikan sesuatu."
Wajah Hong Sie Nio semakin berubah, ia mengangkat tangannya, wajah itu menjadi pucatpasi.
Pada bagian tangan yang mulus telah matang biru, membengkak, ternyata Siao-kongcu Ling
Ling telah meracuninya.
"Tadi disaat aku menuntun tanganmu memasuki ruangan ini, kau tiada sadar sama sekali,
karena saat itu hatimu sedang dicurahkan kepada Siauw Cap-it-long."
Hong Sie Nio tidak berdaya, kini ia sulit menghadapi Ling Ling.
Ling Ling ketawa manis, dan berkata lagi:
"Baru sekarang aku tahu, orang yang jatuh cinta kepadanya tidak sedikit. Tapi tidak apa,
kalian berdua segera mati, mati membela lelaki."
Wanita berandalan Hong Sie Nio bisa menguasi keadaan itu, kini dia memperlihatkan
senyumnya, dia berkata:
"Perempuan centil, tidak sedikit permainan yang kau miliki ?"
Seiring kata-katanya, Hong Sie Nio menerjang Ling Ling.
Untuk rimba persilatan dimasa itu, semua orang takut pada Siauw Cap-it-long dan Hong Sie Nio.
Karena kecepatan Hong Sie Nio lebih hebat dari kecepatan Siauw Cap-it-long, gerakannya
lebih cepat, lebih kejam, kadang kala ia bisa tertawa waktu membunuh orang, inilah yang
sering menjebloskan dan menjerumuskan lawannya.
Hanya Ling Ling yang bisa mengerti akan sikap Hong Sie Nio tadi, karena ia juga memiliki
kekejaman yang sama, maka gerakan Hong Sie Nio itupun dibarengi pula oleh gerakan
tangannya memapaki serangan dari Hong Sie Nio, mereka bertempur.
Seharusnya pertandingan itu adalah pertandingan yang menarik, luar biasa serunya.
Tapi kenyataan tidak, karena didalam sekejap mata, Hong Sie Nio sudah dikalahkan oleh Ling
Ling. Kiranya racun yang bersarang didalam tangannya membuat jago wanita berandalan itu tidak
berdaya. Pertempuran sudah selesai untuk kemenangan Ling Ling.
Membiarkan Hong Sie Nio terkapar, Ling Ling mendekati Sim Pek Kun, hanya menoleh
sebentar, ia berkata:
"Aku tidak perlu turun tangan membunuh dirimu, kau sudah terlalu tua."
Ditatapnya Sim Pek Kun, dan ia berkata:
"Tapi kau lain, kau lebih cantik dari diriku, kau lebih menarik dari aku, bagaimana aku bisa
membiarkan kau hidup menjadi satru?"
Hati Sim Pek Kun sudah menjadi beku, apapun yang terjadi tidak dihiraukan lagi olehnya.
Siao-kongcu Ling Ling berkata dengan suara yang merdu:
"Siauw Cap-it-long sudah berada diambang pintu maut, tidak lama lagi dia akan menuju jalan
keneraka. Dia tidak mempunyai waktu terluang untuk menolong dirimu. Kau " kau bukan
lawanku " kau harus menyerah. Menyerahlah."
Sim Pek Kun sdauh pasrah, tidak membantah, dan juga tidak memberikan reaksi.
Siao-kongcu Ling Ling mengedip-ngedipkan matanya, ia berkata:
"Ouw" Masih mengharapkan datangnya bantuan" " oh " tentu kucingmu yang tidur pulas
itu" Dia sudah jatuh mabuk, sebelum meninggalkan dunia ini, apa kau hendak bertemu
dengannya?"
Lian Seng Pek dianggap sebagai seekor kucing" Gila!
Ling Ling bertepuk tangan, maka dari pintu tampak dua gadis pelayan, mereka memayang
seseorang, itulah Lian Seng Pek!
Lian Seng Pek juga sudah diculik!
Lian Seng Pek berada didalam keadaan mabuk, rangsangan bau arak membuat kedua gadis
pelayan yang memayangnya menutup hidung, hadirnya Lian Seng Pek ditempat itu sangat
mengejutkan Sim Pek Kun. Belum pernah Sim Pek Kun melihat Lian Seng Pek bermabukmabukan
seperti itu, apa lagi sampai tak sadarkan diri.
Inilah karena penderitaannya yang luar biasa, karena rasa cintanya kepada Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun bersedih hati, hanya karena dia seorang, telah membawa ekor yang sangat
panjang. Ling Ling mendekati Lian Seng Pek, wanita ini sangat kejam, karena Lian Seng Pek sudah
berada didalam keadaan mabuk.
Ia tidak puas. Ditepuknya pundak Lian Seng Pek, ia berkata:
"Hei! Bangun! Aku mau membunuh nyonyamu. Aku tahu, kau sangat bersedih, kau harus
bisa turut menyaksikan bagaimana akhirnya kematian nyonyamu ini."
Tiba-tiba Lian Seng Pek membungkukkan badan dan ia muntah-muntah membuat seluruh
ruangan itu menjadi bau.
Kedua gadis pelayan yang memayang Lian Seng Pek semakin membekuk hidung.
Ling Ling mengkerutkan alis, dengan dingin ia berkata:
"Kau juga hendak cari kematian, tapi ?"
Tiba-tiba pedang berkilat "
Sebuah pisau panjang nancap diulu hati Siao-kongcu Ling Ling.
Terjadinya tragedi itu membuat Hong Sie Nio tertegun.
Baru sekarang, ia bisa teringat akan si pedang kilat, Liang Seng Pek adalah ahliwaris Pedang
Kilat Hong-lay Sian-ong.
Ternyata Lian Seng Pek sudah menggunakan ilmu permainan pedang kilatnya , menusukkan
senjatanya kedada Ling Ling.
Belum pernah orang melihat bagaimana Lian Seng Pek menggunakan pedang kilatnya, ada
juga yang sudah pernah, kalau orang itu terkena tusukannya dan mati.
Waktu melatih ilmu permainan pedang ini, Lian Seng Pek sudah puluhan tahun.
Didalam keadaan tidurpun, Lian Seng Pek bisa mempergunakannya.
Tapi belum pernah Lian Seng Pek mempermainkan ilmu pedang kilat, karena namanya
tersohor, karena ilmu silatnya sudah cukup tinggi.
Hanya kesempatan untuk menghadapi Ling Ling!
Ling Ling sudah jatuh menggeletak, matanya terpelotot lebar2, ia seperti tidak percaya, kalau
ada kejadian yang seperti ini.
Belum pernah terbayang dalam alam pikiran Ling Ling, ada begitu cepat kematiannya" Tiba2
tampak senyuman dikulum pada bibir Ling Ling, memandang kearah Lian Seng Pek, dan dia
berkata ramah: "Oh! Terima kasih, terima kasih kepada tusukan pedangmu. Ternyata menghadapi kematian
adalah kejadian yang begitu mudah. Kalau begitu, mengapa harus bersusah payah, bersusah
payah hidup sengsara didalam dunia...."
Napas Ling Ling sengal2, memandang ke arah Hong Sie Nio dan berkata perlahan:
"Obat penawar racun berada didalam kantong bajuku, kalau kau masih mau hidup terus,
ambillah, tapi kuanjurkan, lebih baik jangan kau hidup, keadaan dialam baka lebih enak dari
pada hidup sengsara...."
Tubuh Ling Ling tergelepar, ia menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Sesudah berhasil membunuh Ling Ling, tubuh Lian Seng Pek juga roboh kembali.
Sim Pek Kun selesai berpakaian, ia membangunkan Lian Seng Pek.
Entah sengaja atau tidak sengaja, Lian Seng Pek belum bisa disadarkan.
Mungkin pula masih dalam keadaan mabok" Mungkin pula sulit meneruskan situasi yang
seperti itu. Dengan dibantu oleh Hong Sie Nio dan Sim Pek Kun, Lian Seng Pek dibangunkan kembali.
Bertiga menuju dan meninggalkan ruangan itu.
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ada jalan yang lurus kedepan.
Seorang kakek berbaju coklat dan seorang kakek berbaju hijau berendeng didepan jalan itu,
dua pasang mata mereka ditatapkan jauh keujung jalan tersebut. Hati mereka begitu berat.
mereka tidak sadar kalau tiga insan sedang mendatangi kearahnya.
Sim Pek Kun dan Hong Sie Nio sedang memayang Lian Seng Pek.
Mereka tiba dibelakang dua orang tua tukang maen catur itu.
Lian Seng Pek masih juga belum sadarkan diri.
Sim Pek Kun menundukkan kepala, ia tidak berani membentur kenyataan.
Hong Sie Nio mendekati kedua kakek itu dan bertanya:
"Mereka berada disana?"
Orang tua berbaju merah berkata:
"Ng...."
Hong Sie Nio bertanya:
"Kalian menunggu kembalinya?"
Orang tua berbaju hijau berkata:
"Ng...."
Hong Sie Nio menghembuskan napasnya dalam2, seolah2 hendak mengusir keluar hawa
lembab itu, ia bertanya:
"Menurut perkiraan kalian, siapa yang bisa balik kembali?"
Pertanyaan ini seharusnya tidak berani diajukan, karena jawabannya lebih seram.
Tapi tiada jalan kedua, dan kini ia telah mengeluarkan perasaan dalam hatinya itu.
Orang tua berbaju merah ragu2 sebentar, akhirnya ia berkata perlahan:
"Yang sudah mati tipis sekali kemungkinannya dia bisa balik."
Hati Hong Sie Nio seperti terbang, tenggelam kedasar laut.
Siapa yang diartikan oleh orang tua itu. Apakah Siauw Tjap-it-long" Siauw Tjap-it-long sulit
bisa hidup kembali" Ya!
Orang tua berbaju hijau berkata:
"Mungkin juga kedua2 tidak balik kembali."
Orang tua berbaju coklat menganggukkan kepala dan berkat.
"Kuharap saja seperti itu."
Tiba2 Hong Sie Nio berteriak, dia mengajukan protes.
"Huh! Kalian kira bukan tandingan Siao Yao Hoo! Salah! Mungkin juga ilmu kepandaiannya
tidak bisa menandingi Siao Yao Hoo tapi dia mempunyai itu keberanian, dia mempunyai itu
semangat, banyak orang tidak bisa mengalahkannya, dengan kelemahannya, dia bisa
menangkan yang kuat, karena dengan kemampuan dan kemauan itu. Dan ambisi yang besar."
Orang tua berbaju coklat dan orang tua berbaju hijau menoleh Hong Sie Nio, memandang
dengan putih mata, sesudah itu, lagi-lagi mereka menunjukkan pandangan kearah jauh
didepan. Hati semua orang menjadi seperti beku.
Hong Sie Nio masih hendak meneruskan pembicaraannya, tapi tenggorokannya sudah
tersumbat. Sim Pek Kun bergumam: "Tidak mungkin dia bisa balik kembali..."
Orang tua berbaju coklat berkata:
"Ya, Tidak mungkin dia bisa balik kembali."
Orang tuaberbaju hijau berkata:
"Kuharap saja, kedua2nya tidak balik kembali."
Hari menjadi pagi.....
Mereka masih menunggu.
Matahari bergeser ketengah, mereka masih menunggu.
Akhirnya matahari tenggelam siangpun berganti malam.
Siauw Tjap-it-long tetap tak kembali.
Raja gila boneka Thian kongcu Siao Yao Hoo juga tidak kembali.
Habislah harapan semua orang itu. Sebab orang yang mereka nantikan sudah tentu tidak akan
kembali untuk selama2nya.
Sampai disini akhirnya cerita.
TAMAT Bukit Pemakan Manusia 6 Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Harpa Iblis Jari Sakti 31
Kau bisa mengerti, siapa yang kami artikan itu"
Siauw Cap-it-long mengangguk-anggukkan kepala dan berkata :
"Boanpwe mengerti, dan boanpwe juga bisa menduga, bagaimana asal usul jiwie berdua."
"Tentu saja kau bisa menduga." berkata orang tua berbaju coklat. Dengan ilmu kepandaian
yang kau miliki, untuk rimba persilatan dewasa ini, tidak ada orang keempat yang bisa
menandingimu. Kami berdua termasuk didalam empat orang itu."
"Dia adalah orang pertama." Berkata orang tua berbaju hijau.
"Iblis pertama." berkata orang tua berbaju coklat, "Dia adalah iblis jahat tanpa tandingan."
Siauw Cap-it-long memandang kedua orang tua dan mengajukan pertanyaan :
"Kalian termasuk jago-jago tanpa tandingan, mengapa takut kepadanya?"
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Tapi kami berdua menggabungkan kekuatan, juga bukan tandingannya."
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Belum pernah ada seorang jago silat yang bisa menerima tiga puluh jurus serangannya."
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Mungkin kau bisa menerima lima belas jurus serangannya."
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Tapi tidak mungkin bertahan lama."
Siauw Cap-it-long sedang mempertimbangkan peringatan-peringatan baik dari kedua orang
tersebut. Ia berpikir dan berkata :
"Kini aku bisa menduga-duga, siapa adanya raja boneka itu."
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Lebih baik kau tidak tahu. Karena itu kau bisa bebas dari ancamannya."
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Setiap saat ia bisa membunuh matimu."
Siauw Cap-it-long bertanya :
"Jiwie berdua pernah menempurnya ?"
Orang tua berbaju coklat menundukkan kepala, ia berkata sedih :
"Kalau tidak, bagaimana kami bisa berada ditempat itu" Malam main catur, siang main catur,
pagi main catur, dan kerjanya setiap hari hanya main catur?"
Orang tua berbaju hijau memandang Siauw Cap-it-long dan bertanya :
"Apa kau kira, kami kesudian bermain catur ?"
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Sebenarnya, permainan catur kita itu hanya tergolong permainan catur kelas empat. Tapi
tidak ada jalan lain kecuali melewatkan waktu dengan cara-cara yang seperti itu. Terus terang
kuceritakan kepadamu, begitu tangan kami memegang biji catur, kepala ini dirasakan menjadi
seperti bengkak, semakin lama semakin besar, setiap saat bisa meledak. Tapi........."
Disaat ini, kereta berhenti,
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Baiklah. Hanya sampai disini saja."
Siauw Cap-it-long memperhatikan kedua kakek itu, ia berkata :
"Mungkinkah Jiwie berdua tidak mau berusaha untuk membebaskan diri ?"
Orang tua berbaju coklat dan orang tua berbaju hijau saling pandang, mereka menyengir,
kedua-duanya menggelengkan kepala.
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Kami sudah terlalu tua. Tidak mempunyai itu keberanian untuk lari. Tidak mempunyai
tenaga lagi."
Orang tua berbaju hijau lebih sedih lagi, ia berkata hampir menangis :
"Dahulu, pernah beberapa kali kami berusaha melarikan diri. Tidak perduli kemana, pasti dia
sudah berada dibelakang kami."
Siauw Cap-it-long merenungkan dan mencamkan kata-kata peringatan mereka.
"Dengan kekuatan kita bertiga......"
"Jangan memikir sampai ketempat itu." berkata orang tua berbaju hijau.
Orang tua berbaju coklat juga berkata :
"Jangan kau mencoba-coba."
"Mengapa ?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Orang tua berbaju coklat berkata :
"Kalau saja kau mempunyai pikiran yang seperti itu, maka dia sudah bisa mengetahui dia bisa
membunuh."
Orang tua berbaju hijau berkata :
"Kalau dia hendak membunuh mati seorang, tidak mungkin orang itu membebaskan diri."
"Tapi........" Siauw Cap-it-long masih belum mengerti jelas.
Orang tua berbaju coklat memotong pembicaraan Siauw Cap-it-long, ia berkata, "Jangan
berharap yang bukan2."
Orang tua berbaju hijau berkata, "Jangan anggap rejekimu itu bisa terus menerus ada. Nasib
baik hanya satu kali, mungkin dua kali, atau tiga kali. Tapi tidak mungkin seterusnya, kau
harus berhati-hati. Lebih baik pergi jauh jauh dari tempat ini. Lebih jauh lebih baik, jangan
berusaha balik lagi."
Orang tua berbaju coklat berkata, "Kalau saja kau jatuh ke dalam tangannya, itulah nasib
bayangan yang seperti kita, kau sudah menjadi bonekanya, permainannya. Setiap saat ia
senang, kita dicocol-cocol. Kita adalah tandingan yang bisa melayani permainan silatnya.
Lebih baik mati daripada hidup yang seperti ini."
Orang tua berbaju hijau berkata, "Kalau orang lain yang jatuh ke dalam tangannya, tentu
disiksa sehingga sengsara, kemudian meninggal dunia. Kau bukan jago biasa, kau mempunyai
kehebatan yang luar biasa, karena itu dia sayang membunuh dirimu. Seperti sayang juga
menamatkan riwayat hidup kami berdua, setiap saat di kala ia senang hati, setiap waktu dia
gatal tangan, kita berdua yang bisa dijadikan pertandingan ilm silat."
Orang tua berbaju coklat berkata, "Dengan adanya kami berdua yang memberi pelayanan
bertahan, sedikit banyak bisa menggembirakannya."
Orang tua berbaju hijau berkata, "Karena itu, kami anjurkan, jangan mengikuti jejak langkah
kita. Jangan sampai dijadikan permainan olehnya. Itu waktu, mati susah, hidup pun susah!
Kami berdua adalah bayangannya."
Orang tua berbaju coklat jauh memandang ke arah istana boneka, ia berkata, "Kami sudah tua,
tiga jaman sudah dilewatkan. Tidak bisa hidup lama lagi, sesudah kematian kita, mana
mungkin dia menemukan tandingan baru. Karena itu, pasti dia kesepian?"
Orang tua berbaju hijau berkata: "Kalau dia sudah kesepian, dia mencari jago silat terkuat.
Pilihan itu jatuh kepadamu."
Orang tua berbaju coklat berkata:
"Karena itu, jauhilah tempat ini."
Orang tua berbaju hijau berkata:
"Karena itu, jangan dekat2 kepada kaki tangannya."
Orang tua berbaju coklat berkata:
"Ia akan kesepian, sesudah kami tidak berada di tempat itu."
"Dia tidak mudah mencarikan calon pengganti."
"Kecuali dirimu!"
"Maka kau menjadi tokoh silat super sakti kelas dua."
Siauw Cap-it-long hanya diam saja di tempat duduknya, mengikuti anjuran2 dan mengikuti
pembicaraan kedua orang tua yang main catur tersebut.
Kedua orang itu bukan betul2 berhobi main catur, mereka main catur untuk melewatkan
keisengan waktu. Mereka adalah boneka-boneka hidup si raja gila boneka Thian Kongcu,
untuk menandingi permainan silatnya yang begitu hebat dan tinggi.
Siauw Cap-it-long mengajak Sim Pek Kun keluar dari kereta itu.
Orang tua berbaju coklat berkata:
"Lekas! Lekas pergi! Pergilah yang jauh dari tempat ini."
Orang tua berbaju hijau berkata:
"Kalau saja kau balik kembali, dimisalkan dia tidak membunuh dirimu, kami berdua juga bisa
mengambil jiwamu."
PENGANTIN PEREMPUAN YANG BERANDALAN
Sim Pek Kun berjalan di depan, Siauw Tjap it-long mengikuti di belakangnya. Mereka baru
bebas dari permainan ajaib si raja gila boneka Thian koncu. Tanpa menoleh ke belakang, Sim
Pek Kun bertanya: "Bagaimana penilaianmu kepada kedua orang tadi" Mungkinkah orangorang
yang diutus olehnya untuk menakut-nakuti kita?"
"Tidak mungkin." jawab Siauw Tjap it-long.
"Mengapa tidak mungkin?" bertanya Sim Pek Kun.
Siauw Tjap it-long menjawab: "Kedua orang tua tadi, adalah jago silat tanpa tandingan pada
tiga generasi, ia bisa membunuh orang tanpa berkedip mata, tapi tidak mungkin mengucapkan
kata-kata yang bohong."
"Kau kenal kepada mereka" Siapakah kakek tua itu?"
Siauw Tjap it-long berkata: "Pada dua puluh tahun yang lalu, rimba persilatan pernah
digegerkan oleh mereka, belum pernah ada orang yang tidak kenal kepada mereka. Tiap orang
rimba persilatan yang mendengar namanya pasti...."
Sebelum Siauw Tjap it-long menyebut nama kedua kakek tersebut, dari jauh terdengar suara
tambur dan gembreng dipukul.
Dung... Creng... Dung... Creng...
Memandang ketempat itu, tampak oleh mereka sebuah iring-iringan datang maju ke depan.
Itulah iring-iringan pengantin.
Pengantin laki-laki duduk di atas kuda yang tinggi besar, berjalan dipaling depan.
Sebagai layaknya seorang pengantin, sekarang dia bergirang hati. Tapi pengantin laki-laki
asam cemberut. Wajahnya sangat pucat pasti terlalu banyak pikiran.
Kawin paksa"
Hanya perkawinan paksa yang bisa mengakibatkan seperti ini.
Sim Pek Kun tidak berani memandang ke arah iring-iringan pengantin itu, ia sedang
terkenang kepada masa kecilnya, dimana ia dijemput oleh Liang Seng Pek untuk diperistri
olehnya. Itulah kenangan lama, jauh dimasa silam.
Seseorang yang masih berada dalam keadaan pusing dan masih uring-uringan, bukannya
mengiri kepada kesenangan, tapi orang itu tidak bisa menyesuaikan diri dengan suasana
kondisinya, orang itu pasti menjadi sebel.
Demikian juga keadaan Siauw Tjap it-long, dia masih berada di dalam pikiran-pikiran yang
bercabang, belum mendapatkan penemuan jalan yang tepat.
Adanya iringan pengantin itu membuat batinnya menjadi kacau. Dia takut orang yang menjadi
seperti itu. Biasanya Siauw Tjap it-long bisa turut memeriahkan, tapi hari ini tidak, disengaja atau tidak
disengaja ia terbatuk batuk.
Sim Pek Kun masih memikirkan keadaan lama, dia tidak berani menentang kenyataan,
menundukan kepala, tidak mau melihat adanya iring-iringan itu.
Bukan dengki, bukan iri, Seperti inilah sifat manusia!
Siauw Tjap it-long dan Sim Pek Kun tidak mau ambil tahu, siapa yang menjadi pengantin
laki, dan siapa yang menjadi pengantin perempuan.
Urusan itu tidak mempunyai hubungan dengan mereka.
Dung... Creng... Dung... Creng...
Pengantin laki sedang duduk di atas kuda yang tinggi, kuda itu jangkung dan gagah. Dia
berada di dalam puncak kemenangan, tapi kemenangan itu tidak mudah dicapai. Seseorang
yang bangga, dengan mengharapkan semua pusat perhatian ditujukan kepadanya, tapi dia
tidak berhasih menarik perhatian Sim Pek Kun dan Siauw Tjap it-long.
Dung... Creng... Dung... Creng... Tit to let.... Tit to let....
Tambur, gembreng dan suara seruling dibunyikan terus menerus. Mengiringi suasana
penjemputan pengantin itu, mengiringi perjalanan itu.
Iring-iringan itu sudah dekat dengan tempat Sim Pek Kun dan Siauw Tjap it-long. Pengantin
laki masih sedang mengenangkan cara-caranya bagaimana dia mendapatkan sang idaman.
Tidak mudah untuknya mengawini wanita galak yang kini berada di dalam tandu pengantin.
Karena pilihan itulah, tidak sedikit kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Karena pilihannya
sudah jatuh kepada si dia, tidak sedikit kesengsaraan yang dihadapi sebelumya, sang lelaki
hampir putus harapan, hampir ia melepaskan kesempatan untuk mengejar-ngejar wanita
berandalan itu.
Keuletan dan rasa cinta kasih yang membara mendorong keberaniannya. Akhirnya sang
wanita berandalan menganggukkan kepala, berkatalah ia: "Aku mau!"
Kata-kata di atas keluar dari mulut seorang jago wanita tanpa tanding!
Nah! Betapa girangnya rasa hati pengantin pria disaat itu, ia berhasil mendapatkan jodohnya.
Di atas kuda, sang pengantin lelaki mengeluh: "Oh! Hati seorang wanita sulit diduga!"
Jodohnya itu betul-betul berada di luar dugaannya!
Hari-hari yang sengsara berhasil dilewatkan, ia sudah tidak perlu mengejar-ngejar wanita itu
lagi, sehingga ia berhasil menundukkan kekerasan si wanita idaman.
Ia menoleh kearah joli pengantin perempuan, tidak lama lagi ia bisa memperistrikan
siperempuan galak.
Walaupun galak, dia berkepandaian tinggi, dia cantik dan pemberani! Terpikir sampai disini,
pikirannya terbuka pula.
Seolah-olah mendapatkan dirinya disuaatu awan jatuh terbang di atas kepala semua orang.
Sekarang laki-laki di atas kuda boleh menjadi bangga, dia mendongakkan kepala karena
bangga atas prestasi yang sudah dicapai. Dan tidak mau tahu, dengan segala sesuatu yang
berada di depannya, dia tidak melihat adanya Siauw Tjap it-long dan Sim Pek Kun!
Dung... Creng... Dung... Creng... Tit to let.... Tit to let....
Tambur dan tanjidor masih dipukul yang memekakkan telinga Siauw Tjap it-long.
Bercerita tentang keadaan pengantin perempuan. Enam belas orang menggotong tandu dan
mereka menggotong tandu pengantin. Seperti biasanya, joli pengantin itu serba mewah, serba
rebo. Tirai joli pengantin sudah diturunkan, dalam arti ini, pengantin perempuan harus taat kepada
peraturan-peraturan, dilarang keluar dari dalam joli, kecuali hendak memasuki kamar.
Pengantin perempuan ini lain dari pada yang lain! Inilah letak perbedaan pengantin
perempuan yang sedang kita jumpai, pengantin perempuan yang sedang dilakonkan bermata
panjang, tidak mau disekap seperti itu.
Biasanya sesudah pengantin perempuan masuk ke dalam joli iringan, dia harus menjadi
patung, tidak boleh bergerak, tidak boleh banyak suara, apalagi tolah-toleh, dilarang keras!
Sampaipun keadaan-keadaan yang sangat kritis, seperti melepas buah busuk juga, terlarang,
katanya kurang ajar.
Karena itu, sebelum pengantin perempuan menaiki joli, ada juga larangan yang tidak
terdaftar, calon pengantin dilarang makan, tidak boleh meminum ari. Minuman itu bisa
meracau perut, kalau kurang hati-hati celanapun bisa basah.
Sesudah pengantin memasuki kurungan joli, tidak ubahnya seperti seekor burung yang masuk
ke dalam sangkar kurungan.
Tapi pengantin perempuan ini luar biasa. Lain dari pada yang lain. Dia sengaja memasang
tangannya pada tirai-tirai tepi, melirik kekanan dan kekiri. Sepasang matanya yang liar,
celingak celinguk kemari, seperti hendak menemukan sesuatu penemuan baru.
Banyak orang yang menyaksikan keadaan pengantin perempuan yang seperti itu, hati mereka
berpikir: "Masih berada di dalam joli sudah tidak sabaran seperti itu" Wah! Dasar pengantin
perempuan yang genit! Dasar pengantin laki yang sial! Bagaimana ia bisa menguasai
perempuan liar ini?"
Bersampokannya iringan pengantin tadi dengan rombongan Siauw Tjap it-long, segera
menimbulkan sedikit insiden. Ceritanya sebagai berikut:
Kalau saja Siauw Tjap it-long menerenungkan kepala kearah samping, Sim Pek Kun
merenungkan kepala kearah tanah, pengantin laki-laki menengadahkan pandangannya ke atas,
ketiga orang ini tidak mau atau menghindari dari kenyataan yang ada.
Hanya seorang, inilah pengantin perempuan yang bermata jeli, segera dia bisa menemukan
jejak Siauw Tjap it-long!
Tiba-tiba saja, tirai joli tersingkap, tubuh pengantin perempuan itu terbang keatas. Lembaranlembaran
kain merah, bagaikan kupu-kupu yang menyingkap melunjur berada di depan Siauw
Tjap it-long. Siauw Tjap it-long tertegun, desiran-desiran angin itu membuat ia terkejut. Mana bisa terpikir
olehnya, apa maksud kedatangan pengantin perempuan"
Perkembangan berikutnya lebih hebat lagi, tangan pengantin perempuan terayun,.. pok... dia
menepuk pundak Siauw Tjap it-long, suaranya yang garing merdu berkata: "Hei laki-laki
sialan! Selama beberapa lama ini kemana saja kau mengumpatkan diri" Apa sudah mati?"
Tepukan tangan pengantin perempuan itu cukup keras, hampir saja membuat Siauw Tjap itlong
terjengkang ke belakang.
Apalagi sesudah mendengar suara sang pengantin perempuan, tubuh Siauw Tjap it-long
hampir jatoh ngeloso. Suara itu tidak asing lagi, itulah suara Hong Sie Nio!
Tukang tambur, tukang gembreng, tukang gotong, tukang pikul, semua iring-iringan dari
rombongan itu yang berjumlah lima puluhan tertegun. Mereka melotokan mata lebar-lebar,
melowokan mulut besar-besar.
Perkembangan yang seperti itu berada diluar dugaan semua orang.
Sim Pek Kun juga menoleh, dia menjadi heran.
Terdengar cekikikan Hong Sie Nio, ia berkata: "Hei, aku hanya memberi satu ons bedak
memupuri wajahku, kau sudah tidak kenal kepadaku lagi?"
Siauw Tjap it-long menghela nafas, dengan suara getir ia berkata: "Dimisalkan aku tidak
mengenali" Sudah seharusnya bisa menduga, di dalam dunia, kecuali wanita berandalan Hong
Sie Nio, mana mungkin bisa menemukan perempuan galak yang lainnya?"
Inilah perempuan berandalan Hong Sie Nio. Dia memupuri wajahnya begitu medok lebih dari
satu ons mungkin bisa setengah kilo. Inilah hasil buah karya dari para peng?"" menurut
ceritanya, wajah seorang pengantin perempuan harus putih molek, tidak boleh hitam, harus
menutupi jerawatnya, makanya membedaki dengan tebal.
Maka setiap pengantin perempuan harus sama cantiknya dan rata-rata tidak jauh berbeda.
Betapa tebalpun bedak yang memupuri kedua pipi, tidak mungkin bisa mengganggu
keriangan Hong Sie Nio.
Hong Sie Nio! Wanita berandalan yang terkenal! Walaupun dia sudah menjadi pengantin,
sepasang mata Hong Sie Nio yang liar itu tetap liar.
Terdengar pula suara tertawa cekikikan Hong Sie Nio, dia menepuk pundak Siauw Tjap itlong,
ia berkata lagi: "Hei, berada diluar dugaanmu, bukan" Tentu kau tidak menyangka,
kalau aku juga bisa menjadi pengantin?"
"Betul-betul tidak kusangka." berkata Siauw Tjap it-long menyengir. Sesudah bertahun-tahun
Hong Sie Nio mengejar Siauw Tjap it-long tanpa hasil, Siauw Tjap it-long itu tidak berani
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menemui Hong Sie Nio.
Melihat cara penghadapan Siauw Tjap it-long yang seperti itu, Hong Sie Nio tidak bisa
menahan geloranya, mendekati laki-laki berandalan dan berkata dengan suara perlahan:
"Mengapa tidak terpikir olehmu?"
Siauw Tjap it-long berkata perlahan: "Kau sudah menjadi pengantin, tidak naik ke atas joli,
lihat! Banyak orang yang memperhatikan kearah kita."
Dengan mendelikkan sepasang matanya Hong Sie Nio membentak: "Takut apa" Bukan
mereka yang menjadi pengantin, aku tidak takut."
Disingkapnya baju pengantin sedikit, berputar dengan lincah, mendemonstrasikan pakaian itu,
diperlihatkannya kepada Siauw Tjap it-long, dengan tertawa Hong Sie Nio bertanya:
"Baguskah pakaian ini" Lihat! Bagaimana keadaanku" Tentunya semakin cantik?"
"Semakin cantik." berkata Siauw Tjap it-long. "Semakin bagus. Sungguh tidak mudah
menemukan pengantin perempuan yang seperti ini."
Hong Sie Nio menudingkan jarinya sehingga mengenai hidung Siauw Tjap it-long, ia berkata:
"Maka... kau laki-laki yang sudah hampir mati ini tidak mempunyai rejeki."
Siauw Tjap it-long mengusap hidung itu, dengan tertawa getir berkata: "Rejeki pemberianmu
sulit diterima,"
Lagi-lagi Hong Sie Nio mendelikkan mata, kemudian menyipitkan sepasang mata itu, ia
berkata: "Hei! Laki-laki sialan, coba kau terka siapa yang menjadi pengantin laki-laki?"
Sebelum Siauw Tjap it-long menjawab, pengantin laki-laki yang berada di atas kuda sudah
meluncur datang. Laki-laki itu mempunyai raut wajah empat persegi, keadaanya sangat
tegang, itulah Yo Khay Thay! Kawan lama!
Mengenali Yo Khay Thay, segera Siauw Tjap it-long mengenali kepada sang pengantin laki,
dia berkata: "Ternyata saudara Yo Khay Thay! Selamat! Selamat!
Mengenali siapa yang berada di depan sana, Yo Khay Thay juga tertegun. Beberapa saat ia
harus berpikir, bagaimana menyeret Hong Sie Nio ke dalam jolinya kembali"
Membalas hormat Siauw Tjap it-long, dia berkata: "Terima kasih. Pernikahan kami
dilangsungkan sangat terburu-buru, banyak kawan yang tidak menerima undangan. Lain
kali..." Tiba-tiba Hong Sie Nio berjingkrak, memandang kuda Yo Khay Thay dan berkata: "Apa"
Lain kali" Urusan yang seperti ini mana bisa dilangsungkan sampai beberapa kali" Apa yang
lain kali" Apa kau mau kawin lagi" Hei, manusia dogol!"
Yo Khay Thay segera mengetahui akan kesalahan pembicaraan, keringatnya mengucur
semakin banyak. Keadaan itu sudah membingungkan dirinya. Kini semakin bingung lagi.
"Eh... eh... di dalam keadaan yang seperti ini, mana boleh kau keluar dari joli pengantin?"
Hong Sie Nio bertolak pinggang, dengan galak dia berkata: "Mengapa tidak boleh" Bertemu
dengan kawan lama, masakan tidak boleh bicara sebentar?"
"Tapi... tapi..." Yo Khay Thay agak gugup.
"Tapi apa?" yang perempuan lebih galak.
"Di dalam keadaanmu yang seperti ini, kau adalah seorang pengantin perempuan."
"Apa bedanya menjadi pengantin atau bukan?" bertanya Hong Sie Nio. "Apa pengantin sudah
bukan orang?"
Wajah Yo Khay Thay memerah, ia menghadapi Siauw Tjap it-long dan Sim Pek Kun. Yo
Khay Thay berkata: "Coba tolong kalian jelaskan, keadaan yang seperti ini apa tidak
membingungkan diriku" Mana ada pengantin yang galak?"
"Aku memang galak." berkata Hong Sie Nio. "Mau apa" Tidak setuju" Boleh pilih lain lagi,
ganti yang lain."
Yo Khay Thay sudah melompat turun dari kuda tunggangannya, dengan nafas tersengalsengal
dia berteriak: "Tidak tahu aturan... tidak tahu aturan...."
Suara Hong Sie Nio melengking panjang: "Eh, siapa yang tidak tahu aturan" sekarang kau
ingin menggunakan aturan" Mengapa dahulu tidak" Hayo katakan! Mengapa dahulu tidak?"
"Dahulu... dahulu..."
Yo Khay Thay menyusut keringatnya yang turun semakin banyak. Dengan dingin Hong Sie
Nio berkata: "Dahulu aku belum bersedia dikawini olehmu, maka kau melulusi segala
permintaan, kentutku juga dikatakan wangi. Tapi keadaan berubah, sekarang aku sudah naik
ke dalam joli kemanten, aku sudah dianggap jadi orang dari keluarga Yo kalian" Mau
petantang petenteng" Mau mengekang dengan peraturan" Betul begitu?"
Sikap Yo Khay Thay menjadi lemah, dia menghela nafas berkata, "Bukan maksudku seperti itu, tapi?"
"Tapi apa lagi?" menudingkan jari Hong Sie Nio.
Yo Khay Thay melirik ke arah rombongan orang yang begitu banyak, semua mata ditujukan
ke arahnya. Dia semakin malu, dengan suara perlahan dia berkata:
"Tapi agak kurang pantas membawakan sikap kelakuan yang seperti ini. Apalagi di depan
banyak orang. Mereka bisa mentertawakanku."
Hong Sie Nio tidak puas kepada sikap Yo Khay Thay yang plin-plan, ia bersedia dikawini
oleh Yo Khay Thay, karena putus harapan atas cintanya kepada Siauw Cap-it-long. Kini
Siauw Cap-it-long tampil kembali, cinta kepada Yo Khay Thay itu luntur.
Semakin tidak puas atas sikap Yo Khay Thay yang kurang tegas, kurang pemberani, semakin
perlahan Yo Khay Thay bersuara, semakin keras pula Hong Sie Nio membentang bacot.
Dengan keras ia berteriak:
"Takut apa" Biar saja mereka tertawa! Aku tidak takut kepada orang yang tertawa."
Wajah Yo Khay Thay berubah. Biar bagaimana Yo Khay Thay mempunyai jiwa kepribadian
sendiri. Dia seorang laki2, dibentak pulang pergi, dimaki kian kemari, dia juga naik darah.
Dengan suara yang tidak kalah kerasnya, dia membentak:
"Hai, bagaimana aku bisa menjadi orang diperlakukan kau seperti ini?"
Hong Sie Nio berkata, "Kau malu mendapat isteri yang seperti aku?"
Yo Khay Thay menutup mulut, itulah jawaban di dalam tanpa bahasa.
Dengan dingin Hong Sie Nio berkata: "Baik, kau malu karena mendapatkan isteri yang seperti
aku. Aku juga tidak kesudian menjadi kemantin."
Sesudah itu di-robek2nya pakaian kemantin, dicopotnya tudung kemantin, dibanting dan
dilemparkannya ke tanah, dengan suara keras berkata:
"Nah! Kemanten batal! Biarpun aku sudah naik ke atas joli, aku belum memasuki kamarmu,
aku belum menjadi nyonyamu, dan kau belum berhak mengekang kebebasanku."
Semua mata yang menyaksikn kejadian itu melotot, tukang gotong, tukang gembreng, tukang
tambur dan rombongan yang terpencar itu belum pernah menyaksikan adanya kemantin yang
dibatalkan. Apa lagi cara2 yang seperti dibawakan oleh Hong Sie Nio, kejadian itu adalah pengecualian
besar. Mereka telah menggotong banyak kemantin, mereka juga sudah mengiringi banyak kemantin.
Mereka juga telah menghadiri resepsi banyak kemantin, tapi tidak ada satu pengantin yang
memiliki sifat2 Hong Sie Nio.
Mereka belum pernah mendengar cerita yang seperti apa Hong Sie Nio telah lakukan.
Upacara perkawinan yang mengalami kegagalan!
UPACARA PERKAWINAN YANG MENGALAMI KEGAGALAN
Yo Khay Thay bukan seorang ahli pidato, di saat ia menjadi gugup, sulit berbicara.
Hari ini, bukan saja gugup, keadaan Yo Khay Thay sudah begitu sulit.
"Kau" kau?"
Tidak lain ucapan yang bisa keluar dari mulut Yo Khay Thay.
Tindak tanduk Hong Sie Nio memang agak keterlaluan, sebagai jago wanita yang berandalan,
Hong Sie Nio tidak pernah takut kepada siapapun juga. Termasuk Siauw Cap-it-long.
Perkawinannya dengan Yo Khay Thay, hanya mempasrahkan diri kepada umur. Dia sudah
lebih dari tiga puluh tahun, sudah waktunya menikah, mendapat cinta kasih Yo Khay Thay,
ditolak oleh Siauw Cap-it-long akhirnya dia menyerah.
Hong Sie Nio menerima lamaran Yo Khay Thay.
Kini entah bagaimana, munculnya Siauw Cap-it-long membuat harapan lama itu kambuh
kembali. Dia meninggalkan Yo Khay Thay.
Siauw Cap-it-long hendak memberi sedikit anjuran, tapi dia lebih kenal kepada sifat dan adat
Hong Sie Nio. Adat Hong Sie Nio lebih keras dari granit. Siapapun tidak bisa tahan.
Hong Sie Nio tidak tanggung2, semua baju kemantin dicopot juga, dilempar ke arah kepala
Yo Khay Thay, menarik tangan Siauw Cap-it-long dan berjalan pergi.
"Mari2!" katanya, "Mari kita berangkat, aku tidak menjadi mantu dari keluarga Yo. Hendak
kulihat apa aku bisa mati kelaparan."
Yo Khay Thay lompat dua langkah, berteriak, "Kau tidak boleh pergi."
Hanya kata2 ini yang bisa dilontarkannya.
Tangan Yo Khay Thay lebih cepat, dia menarik Hong Sie Nio dengan maksud membatalkan
keberangkatan jago berandalan perempuan itu.
Dengan keras Hong Sie Nio melemparkan pegangan tangan Yo Khay Thay.
"Dengan alasan apa kau menahan kepergianku?" menudingkan jarinya ke hidung Yo Khay
Thay, Hong Sie Nio membentak, "Aku beri peringatan terakhir! Lain kali jangan mencoba
untuk membentur diriku. Jangan mencoba untuk membayangi diriku, atau" akan kuberi
hajaran yang setimpal."
Yo Khay Thay mematung di tempat, butiran-butiran keringat menetes jatuh.
Siauw Cap-it-long merasa kasihan atas perlakuan yang ditimpahkan kepada Yo Khay Thay,
dia sedang menimbang2, dengan cara bagaimana bisa meredakan situasi itu.
Tapi gerakan Hong Sie Nio lebih cepat, menyeret Siauw Cap-it-long, dia hendak digusur
berangkat. Siauw Cap-it-long tidak pernah takut kepada orang, kecuali kepada Hong Sie Nio, dengan
wajah cemberut dia berkata:
"Tidak bisakah kau melepaskan tanganmu" Aku masih kuat berjalan."
"Eh?" mendelik mata Hong Sie Nio. "Malu kepada orang" Siapa yang kau takuti" Kau tidak
takut kepadaku, mengapa takut kepada orang?"
Bertemu dengan Hong Sie Nio, betul2 Siauw Cap-it-long mati kutu, dia meratap, "Tapi" tapi
aku masih mempunyai seorang kawan."
Baru sekarang Hong Sie Nio teringat, sungguh2 di sana masih ada seorang yang berdiri. Ia
menolehkan kepala ke arah Sim Pek Kun dan berkata:
"Oh" maaf, nona ini yang menjadi kawanmu" Mari kita berangkat, orang2 dari keluarga Yo
Khay Thay banyak uangnya, besar kekuasannya. Kita orang tidak perlu berkomplot dengan
mereka." Sim Pek Kun ragu2 sebentar, akhirnya mengikuti di belakang Siauw Cap-it-long dan Hong
Sie Nio. Di dalam keadaan yang seperti itu, tiada pilihan kedua bagi sang ratu rimba persilatan.
Keadaan yang paling canggung adalah Yo Khay Thay. Tapi Sim Pek Kun tidak kalah
canggungnya. Hong Sie Nio masih belum puas atas kejadian-kejadian itu, ia mendelik mata, menuding2 Yo
Khay Thay dan berkata:
"Hei, mengapa masih mematung di tempat ini" Lain kali jangan suka membayangi orang lagi,
tahu! Awas!"
Secara tiba2 saja Yo Khay Thay meletus, semangatnya terbangun, dengan suara keras yang
belum pernah dikeluarkan olehnya berkata, "Baik, dimisalkan hanya seorang wanita yang
berada di dalam dunia, aku juga tidak memilih dirimu, wanita siluman yang tidak tahu malu."
Betapa sabarpun Yo Khay Thay, dia masih berupa seorang manusia yang hidup. Ditendang
bolak-balik, dicaci maki pulang pergi, akhirnya dia naik darah. Adat Yo Khay Thay pun
pecah. Hong Sie Nio dikejutkan oleh reaksi yang seperti itu, tertegun beberapa waktu, dengan dingin
dia berkata, "Baik" baik" inilah janjimu sendiri. Kau jangan menyesal, kau jangan
melupakan."
Hong Sie Nio, Siauw Cap-it-long dan Sim Pek Kun meninggalkan tempat itu.
Wajah mereka masam. Tidak satu dari ketiga orang itu yang mulai bicara, mereka sedang
dirundung kemalangan.
Kadang2 juga, Hong Sie Nio menoleh ke belakang dengan harapan menemukan jejak Yo
Khay Thay yang memohon dan meratap.
Biasanya bisa saja Yo Khay Thay melakukan hal itu.
Hari ini, Yo Khay Thay sudah mendapatkan malu besar, dia diam.
Hong Sie Nio menundukkan kepala, jalan lagi beberapa langkah, lagi2 menoleh ke belakang.
Akhirnya Siauw Cap-it-long yang memecah kesunyian, dia membuka suara:
"Tidak perlu dilihat lagi, dia tidak mungkin berani mengintil di belakang, jangan anggap
meremehkan seseorang, di dalam dunia bukan wanita saja yang pantas mendapat hak hidup,
kaum laki2 juga?"
Selembar wajah Hong Sie Nio terus menjadi merah, dengan dingin dia berkata, "Kau kira aku
mengharapkan kedatangannya?"
"Mungkinkah bukan?" bercemooh Siauw Cap-it-long.
"Tentu saja bukan," berkata Hong Sie Nio, "Aku hendak melihat nona ini."
Betul2 Hong Sie Nio menoleh dan memperhatikan Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun sedang menundukkan kepala melakukan perjalanan, tapi semua juga bisa
mengetahui keadaan ratu rimba persilatan itu.
Hong Sie Nio melepaskan pegangan tangan yang menggandeng Siauw Cap-it-long. Perlahanlahan
mendekati Sim Pek Kun, dengan memaksakan tertawa dia bertanya:
"Nona ini sangat cantik, gadis dari keluarga manakah?"
"Dari keluarga Sim," jawab Sim Pek Kun singkat.
Suara Sim Pek Kun begitu rendah seperti keluar dari hidung, tidak terdengar jelas apa yang
dijawab olehnya.
Dengan tertawa Hong Sie Nio berkata, "Tentunya kau belum biasa menyaksikan perlakuanku
yang seperti ini bukan?"
Siauw Cap-it-long menghela nafas dan berkata, "Kalau saja dia tidak heran tentu itulah
kejadian yang aneh?"
Hong Sie Nio masih membujuk rayu, dia berkata kepada Sim Pek Kun:
"Nona ini bisa menjadi heran melihat caraku tadi. Siauw Cap-it-long adalah kawan lamaku, ia
sudah menjadi adik angkatku, maka" bertemu dengannya, aku menjadi kesal, maunya
marah2 saja. Dia nakal dan binal."
Keterangan Hong Sie Nio tadi lebih baik tidak diteruskan, daripada memberi penjelasan yang
ber-lebih2an. Siauw Cap-it-long tertawa nyengir.
Mendapat keterangan tadi, seharusnya Sim Pek Kun bisa tertawa geli, tapi tidak terunjuk
perubahan di wajahnya. Ia masih dirundung kekesalan.
Hong Sie Nio memperhatikan wajah ratu rimba persilatan itu, kecantikan Sim Pek Kun masih
belum luntur, kepadatan tubuh wanita itu masih tidak kalah darinya, perlahan-lahan dia
menarik tangan Siauw Cap-it-long, dengan suara perlahan ia bertanya:
"Eh, nona ini atau bukan" itumu?"
Kata ganti itu banyak mengandung kemungkinan arti, kekasih atau pilihannya.
Siauw Cap-it-long bergoyang kepala dengan tertawa getir.
Sepasang biji mata Hong Sie Nio berputar-putar, ia tertawa cekikikan.
"Jangan malu2," ia berkata. "Seorang laki2 harus mengawini seorang perempuan, mengapa
malu" Tidak perlu disangkal, kalau bukan mengapa dia besar cemburu?"
Dari sikap yang diperlihatkan oleh Sim Pek Kun, suatu bukti betapa cemburu dan jelusnya
hati wanita tersebut.
Inilah karena perlakukan Hong Sie Nio kepada Siauw Cap-it-long yang ber-lebih2an.
Semakin lama Hong Sie Nio semakin genit, ia memperlihatkan sikapnya yang begitu rapat,
begitu apet. Inilah dari cara2 untuk menyakiti hati wanita seterunya.
Sim Pek Kun itu dianggap seteru.
Sim Pek Kun menundukkan kepala, seolah olah tidak melihat cara2 demonstrasi Hong Sie
Nio, seolah2 tidak mendengar kata2 Hong Sie Nio.
Kini Hong Sie Nio meninggalkan Siauw Cap-it-long, mendekati Sim Pek Kun kembali.
"Entah nona gadis dari mana, kau sangat cantik menarik. Kalau betul2 cinta kepada Siauw
Cap-it-long, lebih baik kau bilang saja kepadaku, aku yang menjadi kakaknya ini bisa dan
bersedia menjadi mak comblang."
Mendengar kata2 Hong Sie Nio, hati Siauw Cap-it-long dirasakan meloncat, tapi dia tidak
berani memandang Sim Pek Kun, dia tidak berani membantah.
Sim Pek Kun masih menundukkan kepala, tidak menggubris suara Hong Sie Nio.
Suatu waktu dia melirik ke arah Siauw Cap-it-long, dan disaat ini, Siauw Cap-it-long juga
melirik ke arahnya, dua pasang sinar mata beradu.
Sim Pek Kun berkata, "Mengapa kau tidak memberi keterangan kepada kakak tuamu ini?"
Siauw Cap-it-long tertawa nyengir.
Mendapat tanggapan yang seperti itu, Hong Sie Nio besar hati, dia bertanya:
"Keterangan apa?"
Dengan dingin Sim Pek Kun menjawab, "Hubunganku dengannya bukan kawan biasa. Dan
untuk jelasnya, lebih baik kau tanyakan sendiri kepada orang yang kau katakan sebagai
adikmu itu. Ketahuilah, aku sudah menjadi isteri orang."
Hong Sie Nio tidak bisa tertawa lagi.
Per-lahan2 Sim Pek Kun meneruskan keterangannya, "Kulihat kalian berdua sangat cocok
sekali, biar nanti kuberi tahu kepada suamiku agar ia bisa mengamprokan perjodohan kalian.
Eh, kakak tua ini nona dari mana, biar bagaimana harus menerima sedikit berkah kami, aku
nyonya Lian Seng Pek."
Suara Sim Pek Kun sangat tenang, cukup terhormat.
Tapi suara ini seperti sebilah pisau yang tajam, menusuk di dalam uluhati Siauw Cap-it-long.
Hong Sie Nio tertegun.
Belum pernah Hong Sie Nio menemukan kesulitan seperti apa yang kini dihadapi.
Memandang ke arah Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long, silih berganti ia mematung juga.
Giliran Sim Pek Kun yang menguasai situasi, ia memberi keterangan, "Nama suamiku Lian
Seng Pek, dari keluarga besar Lian. Mungkin kau pernah dengar nama ini."
Nafas Hong Sie Nio dirasakan mejadi sesak, hampir terhenti. Dugaan-dugaannya itu salah.
Percuma saja ia memperlihatkan sikapnya yang baik kepada Sim Pek Kun. Ternyata wanita
itu sudah bersuami.
Hong Sie Nio bukan seorang tolol, ia tahu cara2 seorang wanita yang mencinta dan wanita
yang tidak mencinta, dari cara Sim Pek Kun dan Siauw Cap-it-long berdua, hubungan apakah
yang pernah terjalin" Inilah yang membingungkan dirinya.
Sim Pek Kun masih memegang kunci kekuasaan, dia berkata:
"Asal kau bersedia, aku bersama suamiku segera membikin persiapan untuk pernikahan
kalian." Di saat ini, secara tiba2 saja Siauw Cap-it-long berteriak:
"Tutup mulut!"
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Secepat itu, si jago berandalan bergerak, memegang tangan Sim Pek Kun, dengan keras ia
meng-goyang2nya.
Menggunakan ujung matanya yang dingin Sim Pek Kun melirik ke arah Siauw Cap-it-long,
se-olah2 baru pertama kali berkenalan dengan jago berandalan kita. Dengan suaranya yang
lebih kejam ia berkata:
"Kuharap kau bisa melepaskan pegangan tangan itu."
Suara Siauw Cap-it-long sudah menjadi serak, ia berkata, "Jangan" jangan kau
memperlakukan aku seperti ini."
"Huh!" Sim Pek Kun mengeluarkan suara dari hidung. "Berlakulah agak sopan, aku adalah
isteri Lian Seng Pek. Jangan kau mencoba mengganggu isteri orang."
Seperti dicambuk oleh pecut yang tidak tampak, tangan Siauw Cap-it-long itu ditarik mundur.
Tubuhnya juga mundur ke belakang, setapak demi setapak menjauhi Sim Pek Kun.
Hong Sie Nio sedang me-mikir2, bagaimana seorang nyonya besar yang seperti nyonya Lian
Seng Pek bisa berjalan ber-sama2 dengan jago berandalan Siauw Cap-it-long"
Ini waktu Siauw Cap-it-long memperlihatkan cara2 yang lain, sepasang matanya itu menjadi
kosong melompong, jauh memandang ke depan, se-olah2 sepasang mata orang yang sakit
ingatan. Cara-cara ini menyakiti Hong Sie Nio, belum pernah ia melihat Siauw Cap-it-long hilang
semangat seperti apa yang ia saksikan.
Baru sekarang ia menyelami hati Siauw Cap-it-long. Betapa dalam cinta Siauw Cap-it-long
kepada Sim Pek Kun.
Terdengar suara Sim Pek Kun berkata lagi, "Kau pernah menolong diriku, aku juga pernah
menolongmu. Sama2, kita tidak menanam budi dan kitapun tidak berhutang budi."
Siauw Cap-it-long menganggukkan kepala dan berkata, "Ya." Suaranya sangat lemah.
Sim Pek Kun berkata: "Luka yang kau derita belum sembuh betul, seharusnya aku
mengantarmu beberapa waktu pula. Tapi kau sudah ada kawan baru. Kukira tidak perlu aku
menyusahkan diri."
Sampai di sini, Sim Pek Kun harus menelan ludah. Ia bisa merasakan getaran jiwanya yang
bertentangan dengan apa yang sudah diucapkan olehnya.
Menunggu suara itu menjadi tengan, per-lahan2 ia berkata, "Seperti yang kau tahu, aku adalah
wanita yang sudah bersuami. Apa yang kulakukan harus ber-hati2 kalau sampai terjadi desas
desus, kita akan tidak baik."
"Ya," Siauw Cap-it-long menganggukkan kepala lemah. "Aku mengerti."
"Nah," berkata Sim Pek Kun. "Sukur saja kalau kau bisa mengerti. Apapun yang terjadi, kita
tetap sebagai kawan baik."
Sesudah memberi penjelasan tentang kedudukannya, Sim Pek Kun membalikkan badan,
meninggalkan Siauw Cap-it-long dan Hong Sie Nio.
Baru sekarang Hong Sie Nio bisa menguasai keadaan, ia memanggil, "Nona Sim?"
Sim Pek Kun menahan langkahnya, dia berusaha menenangkan situasi keadaan, dengan tawar
berkata, "Panggil saja Lian-hujin."
Lian-hujin berarti nyonya Lian.
Hong Sie Nio berkata, "Lian-hujin hendak mencari Lian Seng Pek Kongcu?"
Sim Pek Kun balik bertanya, "Mungkinkah masih belum waktunya mencari dia?"
"Tapi Lian-hujin tidak tahu, dimana Lian Kongcu berada. Lebih baik kita bersama-sama, bersama2
lebih baik daripada berpisahan. Agar tidak sampai terjadi sesuatu yang berada di luar
dugaan." "Terima kasih," Sim Pek Kun menolak tawaran itu. "Terima kasih atas kebaikan budi kalian,
kukira tidak perlu mengantar pulang."
Hong Sie Nio masih berusaha membujuk, tapi sudah ditutup oleh pembicaraan Sim Pek Kun,
sang ratu rimba persilatan berkata:
"Saudara Yo Khay Thay adalah kawan baik suamiku, dia juga lebih gentleman. Aku hendak
bertemu dengannya, meminta bantuannya. Meminta bantuan Yo Khay Thay lebih aman dari
meminta bantuan kalian, tidak akan terjadi desas desus yang bukan2."
Hong Sie Nio kalah berdebat, dia tidak bisa membuka mulutnya. Tidak ada alasan untuk
membantah keterangan dan dalih yang sudah dikatakan oleh Sim Pek Kun.
Kejadian ini jarang sekali bisa dialami oleh Hong Sie Nio, biasanya dia yang nyerocos, lawan
akan dibungkamkan. Hari ini istimewa, bukan saja kalah bicara, Hong Sie Nio kehabisan
bahan pembicaraan. Di depan Sim Pek Kun, dia tidak mempunyai kesempatan untuk marah,
tidak mempunyai kesempatan untuk mengobral hawa nafsunya.
Yang sungguh2 berada di luar dugaan, Sim Pek Kun yang begitu alim serta pendiam masih
mempunyai kehebatan yang luar biasa. Sim Pek Kun memang lihay.
Per-lahan2 Sim Pek Kun berkata, "Lain kali, bila kalian mempunyai waktu, datanglah ke
kampung Sim-kee-chung. Kami suami isteri bisa balas membikin penyambutan."
Meninggalkan Hong Sie Nio dan Siauw Cap-it-long, Sim Pek Kun balik kembali ke arah
rombongan Yo Khay Thay.
Tanpa menoleh Sim Pek Kun mengambil keputusan tegas!
Angin bertiup dingin, cukup keras, membuat tulang2 terasa dingin.
Lembaran daun tua yang menguning satu per satu jatuh rontok, berterbangan di angkasa.
Dalam keadaan yang seperti itu, Siauw Cap-it-long bersandar pada sebatang pohon, tidak
berdebat, tidak ada gerakan.
Akhinya Hong Sie Nio yang memecahkan kesunyian itu, ia mengeluarkan keluhan panjang,
dengan menyengir berkata:
"Oh" aku telah mencelakakanmu. Aku terlalu banyak bicara. Terlalu mengobral kata2."
Siauw Cap-it-long seperti tidak mendengar rasa penyesalan Hong Sie Nio, beberapa saat
kemudian, dia berkata:
"Tidak ada hubungan dengan urusan itu."
"Tapi?"
Siauw Cap-it-long berkata, "Kalau sudah waktunya berpisah, lebih baik ia berpisah. Hal ini
lebih baik daripada terjadi rasa sakit di kemudian hari."
Hong Sie Nio menatap wajah laki2 berandalan itu, dia berkata:
"Maksudmu sakit sekarang lebih baik daripada sakit di kemudian hari?"
"Betul?" jawab Siauw Cap-it-long berdengung.
Hong Sie Nio berkata, "Dia cukup cantik, sangat menarik, kecerdikannya juga tidak berada di
bawahku. Tapi dia mempunyai sifat2 yang lebih lemah."
Siauw Cap-it-long memandang lurus jauh ke depan.
Hong Sie Nio berkata lagi, "Tapi urusan belum selesai sampai di sini. Tidak seperti apa yang
kau pikirkan."
"Seharusnya bagaimana?" bertanya Siauw Cap-it-long, ia menundukkan kepala.
"Kukira dia mengambil putusan yang keburu nafsu," berkata Hong Sie Nio.
Siauw Cap-it-long berkata, "Dia sudah mengambil putusannya. Lebih baik jangan kita tarik panjang."
Menarik tangan Hong Sie Nio, Siauw Cap-it-long berhasil mengambil sikapnya yang semula, ia berkata:
"Mari. Aku tak perlu lari darimu lagi. Mari kita minum arak bersama."
Akhirnya Siauw Cap-it-long berhasil mengusir pergi bayangan2 yang tidak disukai, ia tertawa.
Hong Sie Nio juga tertawa. Tertawa gembira.
Wajah kedua orang itu tertawa, tapi apa yang berselimut dalam lubuk hati ketertawaan mereka"
Kesengsaraan dan kepahitan yang tidak terhingga.
* * * Sesudah meninggalkan Siauw Cap-it-long, hati Sim Pek Kun menjadi kosong hampa tiada isi.
Dia melakukan perjalanan seorang diri.
"Jauh di mata dekat di hati!"
Pepatah ini sering dibaca oleh Sim Pek Kun, tapi tidak mudah menyelami isi hatinya. Baru
sekarang ia mengerti, makna dari inti sari pepatah tadi.
"Oh" jauh di mata. Dekat di hati."
Semakin jauh dengan Siauw Cap-it-long, semakin terkenang pula kepada laki2 berandalan itu.
Air mata Sim Pek Kun jatuh bercucuran, hatinya berteriak, "Siauw Cap-it-long! Siauw Cap-itlong!
Bukan sengaja hendak menyakiti hatimu, dalam keadaan tiada daya, apa boleh buat.
Umurmu masih muda, kau masih mempunyai hari depan yang gilang gemilang. Aku tidak
bisa me-nyeret2 dirimu."
Siauw Cap-it-long belum bisa menerima kiriman suara hati Sim Pek Kun.
Hati ratu rimba persilatan tersebut masih berteriak lagi:
"Ya! Kau pasti sakit hati, remuk redam. Kau boleh marah, kau bisa berteriak, tapi waktu akan
mencuci bersih segala noda itu. Bagaikan angin lalu, kuharap saja kau bisa melupakan
diriku." Begitu mudah" Bisakah Siauw Cap-it-long melupakan Sim Pek Kun"
Tentu saja tidak mungkin.
Reaksi timbal balik terjadi pada hal yang sama. Bisakah Sim Pek Kun melupakan Siauw Capit-
long" Tentu saja tidak.
Melupakan sesuatu yang berkesan itu adalah sesuatu yang tidak mudah.
Hati Sim Pek Kun bagaikan terikat, bagaikan terpuntir, rasa sedih dan pilu.
Untuk seumur hidupnya, tidak mungkin dia bisa melupakan Siauw Cap-it-long. Sepasang
sinar mata yang bercahaya terang, gerak-geriknya yang memikat, dadanya yang bidang"
Sedapat mungkin Sim Pek Kun menghapus bayangan2 itu.
Dia tidak berhasil, semakin keras mau melepas bayangan itu, semakin jelas pula terpeta.
"Oh!" wanita ini mengeluh. "Begini kejamkah takdir mempermainkan insannya" Mengapa
mengamprokkan kita?"
Di samping jalan terdapat pohon2 rimbun.
Sim Pek Kun berlari ke arah pohon2 itu, menubruk salah satu di antaranya, dia menangis sedih.
Dengan isak tangis itu, dia mengharapkan bisa menghapus bayangan Siauw Cap-it-long, hati
Sim Pek Kun tidak bisa menerima penderitaan yang begitu hebat, sulit mengembalikan
keadaan normal.
Sim Pek Kun tidak menganggap cara2 tadi sebagai cara yang salah, kecuali cara ini, tidak ada
cara yang lebih baik lagi.
Isak tangis Sim Pek Kun men-jadi2.
Berapa lama ia menangis di tempat itu, Sim Pek Kun sudah lupa waktu.
Tiba2 satu tangan terjulur, meng-usap2 pundak wanita itu.
Hati Sim Pek Kun tercekat, ia hendak melejit, tapi tidak berhasil mengikuti ironi suaranya.
"Mungkinkah Siauw Cap-it-long," bisik hati nurani. "Dia balik kembali?"
Deburan nafas Sim Pek Kun hampir saja terhenti.
Apa yang bisa dilakukan olehnya" Kalau saja Siauw Cap-it-long mengejarnya kembali"
Menubruknya" Menangis di dalam dadanya" Mengusirnya lagi" Apa menyakiti hatinya yang
lebih hebat"
Oh" Tidak" Sim Pek Kun tidak mempunyai itu kekuatan untuk menyakiti orang yang pernah menolong dirinya.
Dia sudah rela kabur bersama Siauw Cap-it-long. lari keujung langit, mereka bisa mencicipi
kehidupan yang baru.
Sesudah berhasil mengambil keputusan itu, Sim Pek Kun menolehkan kepala ke belakang.
Hatinya yang sudah mekar, tiba-tiba saja kuncup kembali, tenggelam dalam, seperti kecebur
ke dasar lautan.
Apa yang dilihat Sim Pek Kun "
Tangan yang mengelus itu sangat halus, itulah bukan tangan Siauw Cap-it-long, tangan ini
tidak asing, karena inilah tangan sang suami.
Tangan Lian Seng Pek !
Orang yang datang adalah jago muda ternama Lian Seng Pek.
Wajah Lian Seng Pek pucat pasi, hanya sepasang sinar matanya itu yang masih mengandung
kecahayaan, sepasang sinar mata yang penuh cinta kasih kepada seorang isteri.
Dibiarkannya saja Sim Pek Kun menatapnya seperti itu, rayuan-rayuan tanpa suara disalurkan
kebenak hati isterinya.
Tenggorokan Sim Pek Kun seperti tersentak, hatinya juga seperti tercekat.
Beberapa saat kemudian, akhirnya Lian Seng Pek memecahkan kesunyian, dia berkata :
"Orang-orang dirumah sudah menunggu lama, mari kita balik."
Suaranya begitu tenang, tidak berkejolak.
Seolah-olah Lian Seng Pek sudah melupakan noda-noda Sim Pek Kun didalam lingkungan
keluarga Lian. Mungkinkah bisa dihapus begitu saja "
Sim Pek Kun tidak bisa menghapuskan noda-noda yang sudah mengotori dirinya.
Biar bagaimanapun, Sim Pek Kun tidak bisa melupakan drama-drama yang sudah terjadi.
Raga Sim Pek Kun berada didepan Lian Seng Pek, jiwanya sudah terbang jauh, terbang ke
ujung langit bersama-sama bayangan Siauw Cap-it-long.
Sim Pek Kun berusaha menarik kembali, sukma yang sudah terbang itu, tapi sangat berat,
harus menggunakan tenaga banyak.
Sukma itu ditariknya kejaman selam, diwaktu yang sama pula, suatu saat musim rontok,
disaat senja hari, mereka berjalan-jalan dibawah pohon rindang.
Memandang air jernih yang mengalir, mereka mengecapi kesenangan alam.
Itu waktu, Sim Pek Kun dan Lian Seng Pek masih berkasih-kasihan. Mereka lupa pulang.
Itu waktu Lian Seng Pek berkata:
"Orang-orang di rumah sudah lama menunggu, mari kita kembali."
Nada dan suara yang sama, kata-kata yang sama, dan dilontarkan pula dari sebuah mulut yang sama.
Itu waktu, Sim Pek Kun kembali, tanpa banyak komentar.
Sim Pek Kun mengiringi segala kehendak hati Lian Seng Pek. Sekarang, kata-kata yang
berkesan itu diulang kembali: "Orang-orang di rumah, sudah lama menunggu, mari kita
kembali." Reaksinya jauh berbeda.
Sim Pek Kun kurang menyesuaikan keadaan itu, dia tidak bisa mengangkat langkah kakinya,
mengikuti apa yang sudah diucapkan oleh sang suami.
Dia membangkang.
Keadaan berobah, jaman berputar.
Timbulnya bayangan Siauw Cap-it-long telah mengubah situasi yang seperti itu.
Sim Pek Kun mengeluarkan keluhan napas panjang, dengan nada sayu, ia berkata:
"Kembali" Kemana aku harus kembali?"
Lian Seng Pek masih membawakan sikapnya yang menyayang, dengan suara merdu ia
berkata: "Kembali ke rumah. Tentu saja kita kembali ke rumah."
"Rumah?" Sim Pek Kun mengeluarkan suara ini dengan nada hampir menangis.
"Mungkinkah aku masih mempunyai sebuah rumah?"
Lian Seng Pek berkata:
"Kau berhak mengecapi kesenangan rumah kita."
"Itulah jaman dahulu kala." jawab Sim Pek Kun.
"Tidak." berkata Lian Seng Pek. "Jaman itu masih berlaku untuk keadaan sekarang."
Sim Pek Kun menggoyangkan kepala, ia berkata:
"Tidak sama"
Lian Seng Pek berkata:
"Tidak ada yang tidak sama, segala sesuatu yang lalu, biar saja dia lewat, kalau saja kau mau
kembali, keadaan tetap seperti sedia kala."
Sim Pek Kun tidak menjawab lagi. Dia termenung lama.
"Bagaimana?" bertanya Lian Seng Pek.
Sim Pek Kun berkata:
"Baru sekarang aku mengerti."
"Apa yang kau maksudkan?" bertanya Lian Seng Pek.
"Orang yang hendak kau ajak pulang itu bukanlah aku"
"Siapa?" bertanya Lian Seng Pek heran.
"Nama harum dari keluarga Lian tidak bisa dicemarkan, tidak boleh ternoda, karena itu, nona
mantu Lian Seng Pek tidak boleh merusak kehormatan keharuman nama itu, biar aku kembali
ke kandang, pulang ke rumah lama."
Lian Seng Pek bungkam.
Sim Pek Kun berkata lagi, "Maka, kau masih mengharapkan pulangnya diriku, asal saja aku
kembali, semuanya bisa dimaafkan, tapi..."
Lian Seng Pek masih membungkam.
Gejolak hati Sim Pek Kun tidak bisa dipadamkan, suaranya semakin lama semakin
meningkat, naik dua oktaf dia berkata, "Sudahkan terpikir olehku, aku juga berupa manusia
biasa. Aku bukanlah orang yang mudah dipermainkan, aku tidak mau dipercaturkan oleh
keluarga Lian."
Wajah Lian Seng Pek menjadi murung, dia berkata, "Eh, mungkinkah aku telah melakukan
sesuatu kesalahan?"
Kepala Sim Pek Kun ditundukkan ke bawah, air matanya bercucuran kembali, dia juga
bersedih, katanya perlahan, "Kau tidak salah, akulah yang bersalah. Aku harus meminta
maaf." Dengan suara yang seperti rayuan, Lian Seng Pek berkata, "Setiap orang itu pernah
melakukan kesalahan, tapi biar saja mereka lewat, sudah lama kulupakan kesalahan2 itu."
Kepala Sim Pek Kun di-geleng2kan, dia berkata, "Tidak. Mungkin kau bisa melupakan
kesalahan itu, tapi aku tidak."
"Mengapa?" bertanya Lian Seng Pek.
Putusan Sim Pek Kun yang sudah hampir tidak tergoyahkan, tiba2 saja terbengkokkan, tapi
ditariknya kembali, dengan sepatah demi sepatah ia berkata, "Karena hatiku sudah berubah."
Lian Seng Pek seperti tercambuk oleh pecut yang tidak tampak, hampir saja ia terguling jatuh.
Dengan menggigit bibir yang hampir berdarah, ia berkata, "Kau tidak mau kembali?"
Sim Pek Kun berkata, "Seperti apa yang kau sudah tahu, seringkali aku menyakiti orang. Tapi
betul2 hatiku sudah berubah, lebih baik aku berterus terang daripada menipu dirimu."
"Maksudmu...", suara Lian Seng Pek terputus.
Sim Pek Kun berkata, "Mulai saat ini, aku tidak mau hidup ber-sama2 mu lagi. Aku tidak mau
memaksakan diri. Aku juga tidak mau menipu diri sendiri, aku sudah tidak cinta kepadamu."
Lian Seng Pek mengepalkan tangannya keras2, ia menjadi tegang. "Betul... betul kau sudah
jatuh cinta kepadanya?" dia bertanya.
Gigi Sim Pek Kun yang menggigit bibir itu akhirnya membuat pendarahan, di sana tampak
merah sedikit, ia menganggukkan kepala.
Tiba2, Lian Seng Pek menerjang pundak Sim Pek Kun, dengan geram dia membentak, "Kau
jatuh cinta kepada seorang jago berandalan?"
Sim Pek Kun menganggukkan kepala.
"Katakan," berteriak Lian Seng Pek, "Dimana letak keunggulannya" Dimana letak
kekalahanku?"
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suara Lian Seng Pek hampir habis, berteriak2 seperti manusia gila.
Lian Seng Pek tidak mudah tergoda, biasanya dia bisa mengekang segala gejolak itu. Hari ini
tidak, orang yang dikasihi olehnya, isteri yang dicinta olehnya hendak melarikan diri.
Darah panas Lian Seng Pek bergolak mulai memuncak ke atas otak.
Pundak Sim Pek Kun yang dicengkeram seperti itu hampir remuk, dia merasa sakit,
diusahakan agar dia tidak menjerit, juga tidak berteriak, diusahakannya menyedot air mata
yang jatuh bercucuran.
Menggigit bibir lagi dia berkata, "Mungkin... mungkin juga dia tidak bisa memadaimu. Di
beberapa tempat, dia kalah padamu. Tapi dia rela berkorban, dia lebih rela berkorban
daripadamu. Demi kepentinganku, dia rela mati... kau... kau bisa mengimbangi kemampuan
ini?" Mata Lian Seng Pek dipentangkan lebar2, tangannya terlepas dari pundak Sim Pek Kun, perlahan2
tubuh si jago muda mundur ke belakang.
Sim Pek Kun tidak berani menerima pancaran sinar mata Lian Seng Pek, ia mengelakkan
sepasang cahaya yang tajam itu, dengan menundukkan kepala dia berkata:
"Aku masih ingat, kau pernah mengatakan tentang hati seorang wanita. Kalau saja seorang
wanita itu sudah mengubah hatinya, apapun tidak bisa dicegah, seseorang yang akan
mencegah akan menderita penderitaan yang terbesar."
"Ouw..." Lian Seng Pek mengeluh.
Kemarahan Lian Seng Pek tidak bisa tertahan, tangannya terayun,... Pang... dia menempiling
pipi Sim Pek Kun yang putih bersih. Di sana telah bertanda lima jari berwarna merah.
Sim Pek Kun masih diam di tempatnya, dia tidak lagi menangis, tidak bergerak dan juga tidak
menjerit. Sim Pek Kun seperti sudah tersihir, seperti batu, dengan sinar matanya yang dingin, ia
berkata: "Tempilinglah lagi, pukullah lagi, bunuhlah... aku tidak akan membikin perlawanan. Aku
tidak akan menyalahkan dirimu. Tapi ingat, tidak mungkin kau bisa mengubah pendirianku..."
Lian Seng Pek membalikkan badan, tiba2 mencelat, meninggalkan isterinya.
Baru sekarang Sim Pek Kun berani mendongakkan kepala, memandang ke arah lenyapnya
sang suami. Mengantarkan lenyapnya bayangan itu, air mata Sim Pek Kun bercucuran pula.
"Oh...," dia mengeluh. "Maafkan aku, sangat menyesal. Sebenarnya aku tidak
memperlakukan dirimu seperti ini, tapi apa boleh buat, dalam keadaan terpaksa tidak ada lain
jalan." Lian Seng Pek tidak bisa menangkap suara penyesalan isterinya.
Sim Pek Kun bergumam:
"Boleh saja kau anggap aku sebagai wanita jalang, wanita yang tidak tahu diri. Tapi demi
kepentinganmu, demi keluarga kalian, aku tidak mau mengikut sertakan banyak dosa."
Bayangan Lian Seng Pek sudah lenyap dari tempat itu, tentu saja tidak mengikuti jeritan hati
istrinya. Rencana apa yang Sim Pek Kun sudah lakukan" Siauw Tjap it-long tidak bisa
mengerti, Lian Seng Pek juga tidak mengerti. Penderitaan yang bagaimana dirasakan oleh
Sim Pek Kun. Hanya dia seorang diri yang dapat menyelaminya. Hatinya seperti tersobek dikoyak-koyak
oleh tangan si raja boneka Thian koncu.
Dia harus berkorban, dia tidak mau mengikutsertakan Siauw Tjap it-long, dia juga tidak mau
mengikutsertakan Lian Seng Pek. Hanya kematianlah yang bisa mengcamkan dirinya. Hanya
jalan kematian yang terbentang di depan dirinya.
Malam berkuasa.
Air mata Sim Pek Kun sudah dikuras habis dia masih menangis, menangis dengan air mata
kering. Akhirnya, Sim Pek Kun mengambil putusan, dia membenarkan pakaiannya yang kucel
berjalan lurus ke depan.
Hanya ada satu jalan yang berada di depan sang ratu rimba persilatan itulah jalan kematian.
Jalan itu lurus langsung, menuju kearah istana boneka. Di depan bulu mata Sim Pek Kun
sudah terbayang wajah raja gila boneka Thian koncu yang tertawa kejam, dengan girangnya,
raja gelo itu berkata: "Sudah kuperhitungkan, sudah waktunya kau kembali. Karena kau sudah
tidak mempunyai pilihan jalan lain."
Betul-betul Sim Pek Kun tidak mempunyai pilihan jalan. Dia sedang menuju jalan kematian.
Sim Pek Kun balik kembali ke istana boneka.
Siauw Tjap it-long menarik tangan Hong Sie Nio, mengajaknya menegak minum arak.
Tenggorokan Siauw Tjap it-long seperti tersumbat, biasanya dia jago arak, ia kuat minum,
tapi hari-hari ini terkecuali, cairan minuman keras itu tidak mau masuk kedalam
tenggorokannya.
Terlalu banyak urusan yang dipikirkan oleh Siauw Tjap it-long. Terlalu butek pikiran yang
mengekang kebebasan Siauw Tjap it-long.
Begitu keadaan Siauw Tjap it-long begitu pula keadaan Hong Sie Nio. Hong Sie Nio sedang
menghadapi persoalan rumit. Berbulan-bulan, bertahun-tahun ia menantikan datangnya
lamaran Siauw Tjap it-long, lamaran itu tak kunjung datang.
Kini timbul satu lamaran, tapi harapan yang dibangun atas kesengsaraan Sim Pek Kun.
Pikiran Hong Sie Nio lebih kusut, biasanya dia senang dan gembira, bisa melakukan sesuatu
yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain.
Hari ini tidak. Hong Sie Nio tidak bisa menegak araknya. Arak yang mereka tegak arak
kering, arak tawar. Mereka minum arak di dalam sebuah kedai yang kotor.
Hong Sie Nio tidak membawa uang, karena dia baru saja menjadi pengantin perempuan.
Kantong Siauw Tjap it-long belum pernah penuh dengan uang, karena itu mereka harus bisa
menghemat. Disaat ini Hong Sie Nio mebuka suara: "Kita berdua sudah ditakdirkan minum arak di tempat ini."
"Ouw!" berkata Siauw Tjap it-long. "Sudah ditakdirkan seperti ini."
Siauw Tjap it-long melempar jauh sukmanya, seolah-olah mengikuti dan membayangi Sim Pek Kun.
Disaat hidup sengsara bersama-sama dengan Sim Pek Kun, hatinya riang dan gembira. Tapi
rasa itu lenyap, berganti dengan sedih dan perih.
Dengan cepat Hong Sie Nio menuang araknya terus menerus, degan wajah cemberut, ia
berkata: "Menurut cerita orang, arak yang tidak enakpun bisa menjadi enak, kalau kau
meminumnya cepat."
Siauw Tjap it-long berkata tawar: "Arak yang enak adalah arak yang bisa membuat kita
menjadi mabok."
Siauw Tjap it-long juga meneguk araknya. Mereka ingin bermabok-mabokan, tapi arak itu
kurang keras, mereka belum mabok.
Keadaan seorang yang berada dalam keadaan mabok, bisa melupakan segala sesuatu,
melupakan penderitaan dan melupakan kesengsaraan.
Hong Sie Nio menatap Siauw Tjap it-long, dia sedang berdaya upaya, bagaimana caranya
untuk mengubah pikiran Siauw Tjap it-long yang masih tertuju kearah Sim Pek Kun.
Seribu satu cara telah diusahakan, tidak mungkin menemukan cara yang terbaik. Berapa
banyak suara Hong Sie Nio cetuskan, suara-suara itu hanya suara Sim Pek Kun. Akhirnya
Hong Sie Nio menghela nafas, ia berkata: "Hei, sudahlah. Jangan kau pikirkan dia lagi.
Menurut apa yang kutahu, wanita tadi tidak mempunyai kekejaman yang seperti itu."
Siauw Tjap it-long berkata: "Tidak ada wanita yang kejam. Hanya ada wanita yang keras
hati." Suara ini disalurkan jauh, seolah-olah hendak disampaikan ke depan Sim Pek Kun.
Hong Sie Nio berkata: "Menurut hematku, wanita tadi sedang tertekan, dia mempunyai
penderitaan yang tidak bisa dilampiaskan."
Siauw Tjap it-long berkata: "Eh, menurut apa yang kau tahu, siapa yang menjagoi rimba
persilatan?"
"Untuk jalan mana?" bertanya Hong Sie Nio.
"Untuk jaman-jaman yang sudah lampau dan jaman sekarang." berkata Siauw Tjap it-long.
"Ilmu silat siapakah yang tertinggi?"
Hong Sie Nio berpikir lama, akhirnya dia menjawab pertanyaan itu. "Menurut apa yang
kutahu, tokoh silat super sakti tanpa tandingan adalah Siao Yao Hoo pada dua puluh tahun
yang lalu."
"Tepat" berkata Siauw Tjap it-long. "Kini ia mengganti nama menjadi Thian koncu."
Ternyata, raja gila boneka Thian koncu bernama Siao Yao Hoo!
"Bisakah kau ceritakan tentang orang ini?" berkata Siauw Tjap it-long.
"Aku belum pernah melihat wajahnya." jawab Hong Sie Nio.
Siauw Tjap it-long tertegun, menegak arak dia berkata:
"Menurut apa yang kutahu, kau kenal kepada orang ini, Dan dia pernah mengirim dua bilah
pisau yang tajam."
Hong Sie Nio berkata: "Betul, tapi aku belum pernah melihat wajahnya."
Siauw Tjap it-long menyengir, dia berkata: "Membuat aku bingung saja."
Hong Sie Nio tertawa dan berkata: "Setiap kali aku menemuinya, teraling oleh selembar kain,
pada suatu hari, aku tidak tahan, kutendang kain itu, menyerobot masuk, dengan maksud bisa
melihat wajah asli jago itu."
"Bagaimana hasilnya" Kau berhasil." bertanya Siauw Tjap it-long.
Hong Sie Nio menghela nafas, ia berkata:
"Kuanggap gerakanku itu sudah cukup cepat. Tapi gerakannya lebih cepat lagi, saat aku
memasuki ruangan itu, ia sudah tidak ada disana."
Siauw Tjap it-long berkata: "Ternyata dia belum menjadi kawanmu. Dia tidak mau bertemu denganmu."
Hong Sie Nio berkata: "Salah. Dia adalah kawanku. Karena hendak berkawan dengan diriku,
maka dia tidak bertemu muka."
"Apa artinya?"
Hong Sie Nio berkata: "Hanya dua macam orang yang bisa menemukan wajahnya."
"Dua macam orang yang bagaimana?"
"Wanita." berkata Hong Sie Nio. "Wanita yang sudah kena taksirannya, asal saja dia ingini,
tidak mungkin bisa lepas dari genggaman tangannya."
Wajah Siauw Tjap it-long berubah, ia menegak araknya, membasahi tenggorokan itu,
kemudian berkata:
"Oh... kau tidak mendapat taksirannya?"
Wajah Hong Sie Nio juga berubah, dia sudah hendak melampiaskan kemarahan itu, secepat
itu pula dia bertahan, dan berkata:
"Baiklah, boleh saja menganggap aku tidak laku. Ia tidak tertarik kepada diriku. Aku tidak
mau marah. Hari ini, biar apapun yang kau katakan, aku tidak marah."
Tidak memberi kesempatan kepada Siauw Tjap it-long berkata lai, Hong Sie Nio meneruskan ucapannya:
"Banyak cerita tentang dirinya, ada yang mengatakan dia buta, ada yang mengatakan dia
tinggi besar, ada yang mengatakan wajahnya penuh brewok... etc..."
"Tapi tidak pernah ada orang yang mengatakan dia cakap dan tampan?" bertanya Siauw Tjap it-long.
"Kalau betul dia sangat cakap, mengapa tidak mau memperlihatkan wajahnya?"
Siauw Tjap it-long berkata: "Potongan tubuhnya sangat pendek, ia malu dilihat orang."
Sepasang mata Hong Sie Nio dibelalakan, memandang Siauw Tjap it-long dan berkata: "Kau
pernah menemuinya?"
Siauw Tjap it-long tidak menjawab pertanyaan ini, raja gila boneka Thian kongcu bernama
Siao Yao Hoo. Dan ini tidak boleh diketahui oleh Hong Sie Nio.
"Eh," Siauw Tjap it-long mengalihkan bahan pembicaraan. "Kau sudah pergi ke luar daerah?"
"Ngg..." Hong Sie Nio menganggukkan kepala.
"Juga hendak mencari jejaknya?" bertanya Siauw Tjap it-long.
"Menurut cerita orang, dia sudah memasuki daerah Tong goan."
"Hmmm..." Siauw Tjap it-long mengeluarkan satu suara gerengan kecil.
Hong Sie Nio berkata: "Ilmu silatnya berada di atasmu, ilmu meringankan tubuhnya berada di
atasmu. Hanya satu, itulah adatnya yang tidak bisa memenangkan adatmu. Ada sesuatu
semangat yang berada padamu, semangat yang belum pernah terpatahkan. Semangat ini tidak
bisa ada yang menandingi dirimu."
Sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long memandang jauh ke depan. Dia berkata perlahan,
"Kukira kau sedang ber-lebih2an."
"Tidak," berkata Hong Sie Nio, bukan ber-lebih2an, inilah kenyataan. Apalagi kau hendak
mengadu jiwa, orang lain bisa menjadi takut."
Siauw Cap-it-long berkata, "Aku belum ada niatan untuk mengadu jiwa dengannya."
"Bukan maksudku untuk menyuruhmu mengadu jiwa, hanya kukatakan semangatmu yang
membara itu bisa menciutkan hati orang."
Siauw Cap-it-long bisa menerima kebenaran dari apa yang sudah dikatakan oleh Hong Sie
Nio. Raja gila boneka Thian kongcu Siao Yao Hoo agak gentar menghadapi dirinya, bilamana
dia nekad, tidak mudah orang itu mengalahkan dirinya.
"Oh, mengapa kau hendak mencari tahu tentang keadaan orang itu" Mungkinkah hendak
mengadu jiwa?"
Dengan tertawa tawar, Siauw Cap-it-long berkata, "Dengan alasan apa, aku hendak mengadu
jiwa dengannya?"
Pandangan mata Hong Sie Nio belum pernah lepas dari wajah Siauw Cap-it-long, sepatah
demi sepatah ia berkata, "Karena kau sudah menjadi nekad, kau hendak mencari kematian."
"Kematian "!" Siauw Cap-it-long mengulang kata2 itu.
"Anggapmu hanya kematian yang bisa membebaskan penderitaanmu," berkata Hong Sie Nio.
"Kau hendak menghindari kenyataan?"
Daging2 Siauw Cap-it-long berkerinyut, hampir dia tidak bisa menguasai dirinya, bangkit dari
tempat duduknya dan berkata, "Aku sudah kenyang makan, arakpun sudah cukup banyak
kutenggak, sudah waktunya berangkat. Aku hendak pergi."
Hong Sie Nio menarik tangan Siauw Cap-it-long dan berkata, "Kau tidak boleh pergi."
Dengan dingin Siauw Cap-it-long berkata, "Di saat aku hendak pergi, belum pernah ada orang
yang bisa menahan kepergianku."
Tiba2... Dari luar ruangan masuk seseorang, ia berteriak, "Biar bagaimana aku harus menahan
kepergianmu."
Siapakah orang yang datang itu" Apa maksud tujuannya"
Mari kita mengikuti bagian berikutnya.
BANYAK CINTA DI DALAM DUNIA
Dari datangnya bayangan gelap, tampil seorang, wajahnya pucat pasi, matanya bersinar
terang, langkahnya tenang, sangat sopan. Inilah orang yang terpelajar.
Seorang terpelajar mendekati Siauw Cap-it-long, pada pinggangnya tergendong pedang,
seorang pelajar yang mengerti ilmu silat.
Sarung pedang berwarna hitam mengkilap, tertojos oleh cahaya lampu, membuat lawan
menjadi agak seram.
Hong Sie Nio berteriak kaget, "Lian Seng Pek kongcu?"
"Ya," jawab orang itu.
Orang yang baru datang adalah Lian Seng Pek!
Siauw Cap-it-long memandang ke arah kedatangan Lian Seng Pek, matanya tidak berkesiap.
Lian Seng Pek sudah berdiri di depan mereka, perlahan2 dia berkata, "Di dalam dunia, hanya
aku seorang yang bisa menahan keberangkatan Siauw Cap-it-long!"
Wajah Siauw Cap-it-long berubah, segera tercetus pertanyaan keras, "Kau hendak menahan
keberangkatanku?"
Lian Seng Pek tertawa tawar, ia berkata, "Ya."
"Maksudmu?" Siauw Cap-it-long menjadi tegang.
"Aku sedang dirundung murung, aku hendak menahan keberangkatanmu, bersama2 minum
arak, menurut cerita orang kekuatan minum arakmu sangat hebat sekali. Mari kita minum
bersama." Sepasang mata disipitkan, kemudian direntangkan lebar2 pula, di tatap Siauw Cap-it-long, ia
berkata, "Keadaanku di hari ini karena disebabkan oleh gara2mu. Hadiah dari tampilnya
dirimu. Maka, kukira sudah layak kalau kau bersedia menemani aku minum arak bukan?"
Lama sekali Siauw Cap-it-long memperhatikan gerak-gerik Lian Seng Pek, akhirnya dia
mengalah, per-lahan2 duduk kembali.
Baru sekarang Hong Sie Nio bisa mengeluarkan nafas lega, dia berkata, "Lian Seng Pek
Kongcu, silahkan duduk."
Lian Seng Pek tidak ragu-ragu, menyeret kursi di depan Siauw Cap-it-long dan Hong Sie Nio,
bertiga mereka duduk di satu meja.
Terjadi perjamuan minum arak gila-gilaan.
* * * Lampu penerangan sudah menjadi suram. Berapa banyak arak yang diminum oleh Siauw
Cap-it-long" Tidak ada orang yang menghitung.
Berapa banyak pula arak yang ditenggak oleh Lian Seng Pek, walalu tidak bisa memadai
Siauw Cap-it-long, jumlahnyapun cukup banyak.
Hong Sie Nio memperhatikan kedua laki2 yang berada di kanan dan kirnya itu, meminjam
sinar penerangan yang kelap-kelip, agaknya seperti menjadi kaku.
Wajah Lian Seng Pek dalam keadaan mabok seperti orang yang sudah tidak berdarah, seperti
bangkai hidup minum arak.
Kini dia menoleh ke arah Siauw Cap-it-long, memperhatikan keadaan Siauw Cap-it-long,
entah apa yang hendak ditemukan pada wajah satu itu.
Sepasang sinar mata Siauw Cap-it-long jauh memandang ke depan, melompong, sinar
matanya hampa. Penjual arak sedang memperhatikan tamu aneh itu, teristimewa keanehan Hong Sie Nio.
Adanya wanita jago arak yang seperti Hong Sie Nio adalah terkecualian, tidak ada wanita
yang kedua bisa menyainginya.
Si tukang jual arak juga seorang mata perempuan, ia mengharapkan Siauw Cap-it-long dan
Hong Sie Nio ber-mabuk2an maka ia mempunyai banyak kesempatan.
Walau wajah Siauw Cap-it-long cukup menakutkan, galak dan garang, dalam keadaan mabuk
dia bisa berbuat semau-maunya.
Kemudian datang pula sastrawan yang sopan-santun itu, jumlahnya bertambah tiga orang. Harapannya
semakin besar, tapi begitu lama mereka ber-mabuk2an, toch tidak satu pun dari ketiganya yang jatuh.
Akhirnya dia ngelojor pergi.
Penjual arak ini betul2 tahu diri, dari adanya hawa sinar cahaya pedang yang garang, hawa itu
tidak boleh didekati.
Setiap saat ia mendekati ke arah meja tersebut, tampak keringatnya mengucur keras, itulah
hawa keseraman.
Siauw Cap-it-long menuang araknya, dia menenggak lagi.
"Mari! Minum!" dia mengajak Hong Sie Nio dan Lian Seng Pek bertoast.
Hong Sie Nio mengangkat cawannya, dia berkata, "Arak ini kurang baik. Entah bagaimana
penilaian Lian Seng Pek Kongcu?"
"Arak baik." Lian Seng Pek juga menerima tawaran toast itu, dia mengeringkan isinya. "Arak
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
baik," dia memuji lagi. "Arak yang bisa membuat orang menjadi mabok, itulah arak yang
terbaik." Siauw Cap-it-long bisa membenarkan kata2 ini, dia berkata, "Tepat! Arak yang bisa membuat
orang mabok, arak itu adalah arak yang terbaik."
Hong Sie Nio menoleh lagi, kedua laki2 itu jatuh cinta kepada seorang wanita, kini mereka
bisa minum bersama, sungguh aneh!
Siauw Cap-it-long nakal dan berandalan, Lian Seng Pek alim dan sopan santun, perbedaan
mereka sangat menyolok mata.
Sebagai seorang wanita, Hong Sie Nio juga menjatuhkan pilihannya kepada Siauw Cap-itlong.
Sebagai seorang wanita, Sim Pek Kun juga menjatuhkan pilihannya kepada Siauw Cap-itlong.
Perbedaannya, yang disebut lebih dahulu belum menikah, dan yang disebut belakangan sudah
kawin. Karena itulah Hong Sie Nio mencopot pakaian pengantinnya, dengan harapan masih bisa
menyeret hati Siauw Cap-it-long.
Tapi kenyataan itu semakin menipis, sesudah menyaksikan bagaimana Siauw Cap-it-long dan
Lian Seng Pek minum bersama.
Biar bagaimana, Hong Sie Nio harus bisa memadamkan api cinta kepada Siauw Cap-it-long.
Di saat ini, timbul pula bayangan Yo Khay Thay.
Hong Sie Nio sangat menyesal, ia telah memperlakukan Yo Khay Thay lebih dari keterlaluan
sedari pertama kali bertemu, tidak ada cinta kepada laki2 itu.
Siapa yang menyuruh Yo Khay Thay mengikutinya terus menerus"
Oh! Cinta" Baru sekarang Hong Sie Nio bisa memahami apa artinya cinta. Dia bisa merasakan
bagaimana perasaan yang merangsang seseorang, di saat cintanya ditolak.
Perasaannya juga turut kacau, risau.
Ber-ulang2 Hong Sie Nio menenggak araknya.
Lian Seng Pek memperlihatkan pula cawan araknya, ditujukan kepada Siauw Cap-it-long dan
berkata, "Mari! Keringkan lagi!"
Se-olah2 dia sedang meloloh diri sendiri, apa boleh buat, dengan ber-mabok2an, dia bisa
melupakan penderitaan, walau untuk sementara.
Siauw Cap-it-long tidak mau kalah, dia memang memiliki daya tahan yang lebih kuat, cawan
demi cawan diteguknya masuk.
Mengapa mereka ber-mabuk2an"
Cinta! Cinta bertaburan di dalam dunia.
Hong Sie Nio melirik ke arah Lian Seng Pek, dia menjajalnya, "Mungkinkah Lian Seng Pek
Kongcu belum tahu, kalau dia?"
Cepat2 Lian Seng Pek berkata, "Aku tahu, semua aku sudah tahu."
Hong Sie Nio bertanya, "Kau sudah tah" Sudah tahu kalau ada orang yang sedang mencari
dirimu?" "Sim Pek Kun yang kau maksudkan?" Lian Seng Pek tertawa nyengir.
Hong Sie Nio menganggukkan kepala dan berkata, "Dia sedang berusaha untuk
mendapatkanmu."
Lian Seng Pek tertawa lebih pahit, ia berkata, "Tidak perlu dipersoalkan, sedari dulu aku
selalu mencari jejaknya."
"Kalian sudah bertemu?" bertanya Hong Sie Nio.
"Sudah," jawab Lian Seng Pek singkat. Kini dia menoleh tempat gelap, entah apa yang
sedang dipikirkan.
Dengan perasaan tidak mengerti, Hong Sie Nio bertanya, "Di mana kini dia berada?"
"Sudah pergi lagi," berkata Lian Seng Pek. "Dia sudah pergi" pergi lagi" dia selalu pergi
dari samping sisiku."
"Dia meninggalkanmu lagi?" Hong Sie Nio menjadi heran.
Tentu saja Hong Sie Nio tidak mengerti, Sim Pek Kun sudah meninggalkan Siauw Cap-itlong.
Tentunya hendak kembali dan rujuk kepada suaminya, dengan alasan apa pula
meninggalkan Lian Seng Pek"
Sim Pek Kun meninggalkan Siauw Cap-it-long, sesudah itu meninggalkan Lian Seng Pek,
kemana kepergiannya ratu rimba persilatan itu"
Biasanya Hong Sie Nio bisa memahami dan menyelami isi hati wanita. Kecuali isi hati Sim
Pek Kun. Dia tidak tahu, kemana kepergiannya Sim Pek Kun.
Tentu saja, Hong Sie Nio tidak bisa menduga, kemana Sim Pek Kun pergi"
Hanya saja Siauw Cap-it-long yang bisa mengetahui, kemana kepergiannya ratu rimba
persilatan itu.
Sejulur hawa dingin yang lebih dingin dari es meresap ke tulang2, melalui ujung kakiknya,
menembus otak, dan memecah ke seluruh tubuh Siauw Cap-it-long.
Mendengar keterangan itu, hati Siauw Cap-it-long tercekat.
Kemana Sim Pek Kun menuju"
Balik kembali ke istana boneka"
Jawaban ini tidak sulit untuk ditemukan. Inilah yang mencekatkan hatinya, membuat ia
menjadi pusing kepala.
Tiba2 hatinya membara, terasa panas, bara itu sukar dipadamkan.
Dendam kemarahan kepada raja gila boneka Thian Kongcu Siao Yao Hoo tidak bisa
dipadamkan. Siauw Cap-it-long bisa menyelami betapa menderitanya Sim Pek Kun.
Kalau dia hendak melarikan diri dari kenyataan, secara ber-mabuk2an minum arak, cara Sim
Pek Kun lain daripada yang sudah ditempuh olehnya. Sim Pek Kun hendak mengantarkan
jiwa, berkorban atau menuntut balas.
Hanya kematian yang bisa menyelesaikan rasa sengsara badan Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun tidak akan mati percuma, tentunya berusaha. Bisakah Sim Pek Kun membunuh
raja gila boneka Thian Kongcu"
Siauw Cap-it-long mengepal tangannya keras-keras, kini dia bisa mengerti, cara-cara dan
langkah-langkah yang ditempuh Sim Pek Kun.
Siauw Cap-it-long mentololkan otaknya sendiri, mengapa tidak terpikir sejauh itu" Mengapa
ia tidak menahan kepergiannya"
Besar hasratnya untuk segera membikin pengejaran, segera mengganti pertukaran jiwa, dia
rela berkorban menggantikan pengorbanan Sim Pek Kun.
Tapi bukan sekarang, belum waktunya. Di depan dirinya masih ada Lian Seng Pek dan Hong
Sie Nio, dia tidak bisa menyeret kedua jago silat ini.
Ia harus menunaikan tugas itu dengan jiwa tunggalnya. Dia tidak boleh me-nyeret2 orang lain,
dia tidak boleh berhutang budi orang kepada orang lain.
Lian Seng Pek menarik sorot matanya dari tempat jauh, kini menatap ke arah Siauw Cap-itlong,
per-lahan2 berkata, "Di dalam tanggapanku, kau adalah orang yang patut dikasihani,
baru sekarang aku mengerti, keberuntunganmu masih jauh berada di atasku."
"Keberuntunganku?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Lian Seng Pek tertawa, ia berkata, "Sampai saat ini, baru aku mengetahui, kalau aku itu belum
berhasil merebut hatinya."
"Kau salah," berkata Siauw Cap-it-long.
"Huh!" Lian Seng Pek mengeluarkan suara dengusan dari hidung.
Siauw Cap-it-long menggelengkan kepala berkata, "Menurut yang kutahu, belum pernah ia
mengkhianati dirimu."
Lian Seng Pek mendelikkan matanya, tiba2 saja ia tertawa berkakakan, dan sesudah tertawa
berkakakan ia berkata, "Apa artinya menyeleweng" Apa artinya tidak menyeleweng"
Bagaimana perbedaan nyeleweng dan tidak nyeleweng" Di dalam dunia ini tidak ada sesuatu
yang abadi, mengapa memusingkan persoalan itu?"
Hati Siauw Cap-it-long menjadi panas, ia berteriak, "Tidak percaya?"
Lian Seng Pek sudah menghentikan tawanya, menatap ke arah cawan arak di meja ia
bergumam, "Untuk saat ini, apapun tidak kupercayai. Yang bisa dipercayai adalah arak! Arak
bisa membuat orang mabuk."
Tangannya dijulurkan, mengambil cawan arak dan mengeringkan pula. Ia berkata, "Hayo,
Hong Sie Nio, Siauw Cap-it-long minum lagi. Jangan berhenti. Harus bisa menghabiskan arak
di tempat ini?"
* * * Seseorang yang sudah tidak kuat minum, kalau saja masih ditantang terus-menerus, karena
mempunyai harga diri, tidak mau kalah, semakin cepat dia jatuh mabok.
Kekuatan minum Lian Seng Pek tidak bisa disamakan dengan kekuatan minum Siauw Cap-itlong,
ia hanya setanding dengan kekuatan minum Hong Sie Nio, mungkin juga masih berada
di bawah jago wanita berandalan itu.
Rasa tekanan Sim Pek Kun terlalu hebat, dia ingin menggunakan air kata2 melupakan segala sesuatu.
Sesudah terus-menerus menenggaknya, akhirnya ia jatuh mabok.
"Hayo!!" tantangnya. "Minum lagi, mengapa tidak diminum" Sudah menyerah kalah?"
Hong Sie Nio juga mengiringi katanya, menenggak arak yang di meja.
"Berapa banyak yang baru kau tenggak, akan kuiringi pula," dia berkata.
Keadaan Hong Sie Nio juga sudah berada di dalam keadaan mabok.
Baru terasa, betapa kasihnya Lian Seng Pek ini.
Terjadi perobahan yang menyolok, Lian Seng Pek bukan seorang dingin dan kaku. Lian Seng
Pek mempunyai cinta kasih, sayang dunia mempermainkan perkawinannya.
Siauw Cap-it-long tidak banyak bicara tapi ia mengiringi segala kemauan2 itu, Lian Seng Pek
minum, Hong Sie Nio minum dan Siauw Cap-it-long juga minum.
Siauw Cap-it-long jatuh mabok.
Ia minum lebih banyak daripada kedua kawannya, ia tengkurapkan kedua tangan dan
meletakkan kepalanya di atas lingkaran tangan itu.
Siauw Cap-it-long sudah menjatuhkan dirinya di meja.
Lian Seng Pek memandang kepada si jago berandalan, dengan mulut bergumam, "Siauw Capit-
long, seharusnya aku membunuh kau."
Tiba2 tubuh Lian Seng Pek meletik, mengeluarkan pedang, dijulurkan ke arah Siauw Cap-itlong.
Tapi kedua kakinya sudah tidak tertahan, karena kerasnya tarikan pedang itu, ia jatuh ngeloso.
Hong Sie Nio menjulurkan tangan, dengan maksud memayang jatuhnya tubuh Lian Seng Pek.
Tapi dia tidak berhasil, dia juga berada dalam keadaan mabok, mereka berdua jatuh bersama.
Dengan keras Hong Sie Nio membentak, "Siauw Cap-it-long adalah kawanku, kau tidak
boleh membunuh."
Lian Seng Pek tertawa ter-kekeh2, tanpa bangun dari lantai tanah berkata, "Seharusnya aku
membunuh, tapi dia sudah mabok. Dia sudah kalah, ha..ha..ha" dia kalah"! Aku
menang!..."
Obrolan para pemabok itu semakin melantur. Mereka melantur terus, apa yang diucapkan
sudah lupa sama sekali.
Sesudah itu, merekapun jatuh.
Ketiga-tiganya mabok.
Tidak ada satu yang mulai bicara, mereka sudah menggeletak bagaikan tiga mayat yang
bergelimpangan.
Penjual arak memperhatikan para pemabok itu, ia hendak mendekatinya, tapi sinar pedang
Lian Seng Pek, kegarangan Siauw Cap-it-long, dan kenekatan Hong Sie Nio membuat ia tidak
berani melakukan hal itu.
Takut terancam sesuatu.
Apa yang dikuatirkan itu betul2 terjadi, tiba2 Siauw Cap-it-long bangun berdiri.
Di antara sinar penerangan yang suram, tampak Siauw Cap-it-long memperhatikan Lian Seng
Pek, lama sekali diperhatikannya laki2 kasihan itu.
Keadaan Siauw Cap-it-long tidak galak lagi, tidak gagah seperti pertama kali. Penderitaannya
dan kepedihannya tidak kepalang, se-olah2 seekor binatang yang sudah berada di ambang
pintu kematian.
Di dalam keadaan tidak sadar, masih terdengar suara teriakan Lian Seng Pek, "Hei, kau
meninggalkan diriku, tiada maaf bagimu?"
Siauw Cap-it-long mengertek gigi, ia bergumam, "Tenang! Tenangkanlah hatimu, aku akan
mengambilnya pulang kembali. Kuharap saja kau bisa baik-baik memperlakukannya, kuharap
saja kalian bisa lebih bahagia?"
Siauw Cap-it-long menggeser kursi, meninggalkan Hong Sie Nio dan Lian Seng Pek.
Siauw Cap-it-long menerjang ke arah istana boneka.
Orang pertama yang ditemukan olehnya adalah Siao Kongcu.
Dengan senyumnya yang centil, dengan wajahnya yang riang, dengan kelemah lembutan Siao
Kongcu menyambut kedatangan Siauw Cap-it-long.
Siao Kongcu bersandar pada sebuah pohon Siong besar, dengan cara2 itu dia seperti sudah
tahu akan kehadiran Siauw Cap-it-long, menantikannya dengan sabar.
"Sudah kuduga akan kedatanganmu. Setiap orang yang pernah memasuki istana boneka, tidak
wajib keluar pula, dia akan terus-menerus di tempat ini."
Wajah Siauw Cap-it-long membeku, sikapnya sangat dingin, tanpa perasaan, dengan wajah
yang pucat pasi, dia bertanya, "Di mana dia?"
"Siapa?"
"Sim Pek Kun," jawab Siauw Cap-it-long ketus.
"Ouw"," Siao Kongcu Ling Ling menarik suaranya panjang2. "Nyonya Lian Seng Pek yang
kau maksudkan?"
Masih tidak terjadi perobahan di wajah Siauw Cap-it-long, dia berkata tetap, "Ya!"
Siao Kongcu tertawa manis, dia berkata, "Kedatangannya lebih cepat dari kedatanganmu,
kukira dia sudah tidur."
Siauw Cap-it-long mendelikkan matanya, istilah kata2 tidur itu sangat menyakiti,
mengandung aneka macam arti. Matanya memerah seperti hendak meletus.
Siao Kongcu tidak berani menatap pandangan mata yang seperti itu, memutarkan biji matanya
dia berkata, "Mau kuantarkan?"
"Ya!" jawab Siauw Cap-it-long.
Siao Kongcu Ling Ling tertawa cekikikan, ia berkata, "Kau meminta bantuanku, apa jasa
imbal balik yang kau berikan sebagai tanda terima kasihmu?"
"Kau mau apa?" bertanya Siauw Cap-it-long.
Lagi2 Siao Kongcu tertawa, tertawa genit, seluruh tubuhnya ber-goyang2, ia berkata,
"Berlututlah di depanku. Menyembah kepadaku, maka akan kuajak segera."
Tanpa mengucapkan ba atau bu, Siauw Cap-it-long segera menjatuhkan dirinya berlutut di
depan Siao Kongcu.
Betul2 dia menyembah!
Di dalam keadaan dan saat yang seperti ini, tidak ada sesuatu yang diharapkan olehnya.
Siao Kongcu menggandeng Siauw Cap-it-long memasuki istana boneka.
Di tempat gardu pemandangan, kedua orang tua itu masih bermain catur.
Kakek berbaju coklat dan kakek berbaju hijau itu menyambung pula permainan mereka,
munculnya Siauw Cap-it-long tidak menarik perhatian, se-olah2 tidak ada sesuatu yang bisa
menarik perhatian mereka kecuali bermain catur.
Dibiarkan saja Siao Kongcu dan Siauw Cap-it-long lewat.
Di dalam sebuah kamar yang sepi dan sunyi.
Raja gila boneka Thian Kongcu Siao Yao Hoo terbaring pada tempat tidurnya yang seperti
tempat tidur raja, sepasang matanya yang liar dan jalang memandang ke arah depan,
memandang tanpa berkesiap.
Di sana duduk seorang wanita, sangat cantik. Inilah ratu rimba persilatan Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun duduk di depan raja gila boneka dengan maksud bisa menggunakan kesempatan
membunuh orang itu.
Dipandang terus menerus, bulu tengkuk Sim Pek Kun menjadi merinding bangun. Ia seperti
mendapatkan dirinya berada di depan orang dalam keadaan telanjang bulat, dipandang dan
dicemoohkan seperti itu.
Ingin sekali Sim Pek Kun bisa mengorek biji mata raja gila boneka itu, sayang ilmu
kepandaiannya terlalu lemah.
Beberapa saat berlalu, raja gila boneka Thian Kongcu berkata, "Bagaimana putusannya?"
Sim Pek Kun menyedot nafasnya dalam2, menggigit bibirnya, dia menggelengkan kepala,
menolak permintaan raja gila boneka.
Raja gila boneka Thian Kongcu tertawa, ia berkata, "Lebih baik kau menurut, karena tidak
ada lain jalan, kecuali mengikuti petunjuk yang kuberikan. Cepat atau lambat saat itu pasti
datang. Lebih baik kau bukalah sendiri, maka kau bisa mendapat penghargaanku, itu waktu
baru ada kesempatan."
Sekujur badan Sim Pek Kun gemetaran.
Raja gila boneka Thian Kongcu Siao Yao Hoo berkata lagi, "Aku tahu kau datang dengan
maksud membunuh diriku. Kalau kau tidak berani dekat, harapan dari mana" Maka"
berusahalah dekat. Seperti kau tahu, aku tidak suka wanita yang berada di sebelah sisi dengan
pakaian lengkap."
Sim Pek Kun mengertek gigi, dengan gemetaran dia berkata, "Kalau kau sudah tahu bahwa
aku ingin membunuhmu, hilanglah sudah kesempatanku."
Tertawa raja boneka semakin genit, dengan menyipitkan matanya dia berkata, "Kau jangan
lupa, aku juga seorang laki2, kalau seorang laki2 sudah lupa daratan, maka wanita itu lebih
mudah menggunakan kesempatan?"
Berhenti beberapa saat, Siao Yao Hoo berkata pula, "Pokok persoalannya, bisakah kau
membuat aku lupa daratan?"
Tubuh Sim Pek Kun semakin tergetar, goyangnya semakin keras.
"Aaaa" kau bukan manusia," ia memaki.
"Hua"ha"." Siao Yao Hoo tertawa.
"Bila aku menyebut diriku sebagai manusia" Membunuh seorang manusia sangat mudah.
Membunuh aku" hei, hei" harus menggunakan sedikit pengorbanan."
Sim Pek Kun mendelikkan mata geregetan sekali, mau saja ia menelan hidup2 orang yang
berada di depannya itu. Iblis keparat, hantu perempuan, manusia yang menganggap dirinya
setengah dewa. Akhirnya Sim Pek Kun mengambil putusan, per-lahan2 bangkit dari tempat duduk,
mengerahkan tenaga menyobek baju.
Sim Pek Kun membuka pakaiannya dengan gerakan yang lambat, karena tangan itu sudah
menjadi gemetaran, tidak henti2nya bergoyang.
Baju luar sang ratu sudah tercopot, sebagian besar dari isi daging itu terbelalak di depan mata.
Mata raja gila boneka Siao Yao Hoo memperlihatkan kepuasan, ia tersenyum dan berkata,
"Masih putih! Bagus! Betul2 tidak mengecewakan. Kalau suatu hari terjadi aku mati di bawah
tanganmu, matipun secara tidak penasaran."
Sim Pek Kun menggigit bibirnya keras2, dari sana mengalir sedikit darah.
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Darah di bibir meleleh turun, membasahi dadanya, membuat satu pemandangan yang kontras
antara cairan merah dengan kulit serta badannya yang putih mulus.
Sim Pek Kun dipaksa membuka pakaian, untuk memuaskan nafsu raja gila boneka Siao Yao
Hoo. Maka pakaiannya terbuka, perutnya terbuka dan kakinya pun terbuka, semua terpentang di
depan mata. Tiba2, pintu kamar Siao Yao Hoo ditendang orang.
Jeblak" Siauw Cap-it-long kini berdiri di depan pintu.
Dada Siauw Cap-it-long dirasakan seperti mau meledak, seluruh badannya gemetar menahan
kemarahannya yang bergolak di saat itu.
Seluruh tubuh Sim Pek Kun terasa dingin dan beku, dia berdiri mematung, sinar matanya
hampa, tiada bercahaya, wajahnya pucat sekali. Ingatan Sim Pek Kun per-lahan2 hilang dan
tubuhnya jatuh menggeletak di lantai.
Hadirnya Siauw Cap-it-long di tempat itu tidak mengejutkan Siao Yao Hoo, dia menghela
nafas dan bergumam,
"Mengganggu kesenangan orang adalah perbuatan yang tidak baik, umurmu akan mendapat
potongan tidak bisa panjang, tahu?"
Siauw Cap-it-long menggenggam kedua kepalannya, dia berkata, "Kalau aku mati, kaupun
harus turut serta."
"Ouw?"" Siao Yao Hoo memandang Siauw Cap-it-long, "Kau menantang?"
"Ya!" berkata Siauw Cap-it-long.
"Banyak cara untuk menemukan jalan kematian," berkata raja gila boneka Siao Yao Hoo.
"Mengapa kau harus memilih cara yang seperti ini" Cara yang kurang pandai."
"Hayo!" berkata Siauw Cap-it-long, "Mari kita mengukur kekuatan."
"Ha"ha"ha"," raja gila boneka tertawa.
"Apa yang kau tertawakan!" bentak Siauw Cap-it-long.
"Aku mentertawakan seorang yang tidak tahu diri."
"Kau yang tidak tahu diri. Keluar!" bentak Siauw Cap-it-long. "Jangan kita berada di tempat ini."
Siao Yao Hoo masih berbaring di tempat tidurnya, dia meremehkan ilmu silat jago ternama
seperti Siauw Cap-it-long, dia memperhatikan beberapa saat lalu tertawa.
"Ha..ha..," katanya. "Di dalam dunia belum pernah ada orang yang berani menantang diriku,
kecuali" kau!... Baiklah, akan kukecualikan, kepada seseorang yang sudah berada di ujung
maut, aku akan memberi pelajaran se-baik2nya."
Tubuh raja gila boneka Siao Yao Hoo yang sedang terbaring itu tiba2 melambung ke atas,
terbang meluncur bagaikan seekor ayam keluar dari kamarnya.
Dengan mendemonstrasikan ilmu silatnya ini, cukup membuat jago silat manapun pecah nyali.
Kecuali bagi Siauw Cap-it-long!
Siauw Cap-it-long tidak berhasil digentarkan, tekadnya untuk menempur Siao Yao Hoo sudah
begitu hebat. Seseorang yang hendak mengadu jiwa, tentu menganggap kecil apa arti jiwa itu.
Sesudah Siao Yao Hoo keluar meninggalkan kamar itu, Siauw Cap-it-long mendekati Sim
Pek Kun, mengambil lembaran baju menutupi bagian2 yang penting.
Diperhatikannya ratu itu dengan penuh penderitaan.
Hati Siauw Cap-it-long berteriak, "Mengapa" Mengapa kau harus melakukan hal seperti ini?"
Per-lahan2 Sim Pek Kun sudah membuka matanya, dia sudah siuman.
Kedua pasang mata beradu, kemudian masing2 tergetar, dan cepat2 beralih ke lain tempat.
Dengan nada perlahan, Siauw Cap-it-long berkata, "Sudah waktunya kau pulang. Lian Seng
Pek masih menunggu kehadiranmu."
Sim Pek Kun mengatupkan mata, dari sana mengalir butiran2 bening, air matanya mengalir dengan deras.
Dengan tenang Siauw Cap-it-long berkata, "Jangan hanya memikir penderitaanmu saja,
pikirlah, bukan kau seorang yang menderita, semua orang juga akan merasakan derita. Kita
semua orang yang hidup di dalam dunia ini juga telah ditakdirkan di suatu waktu akan
menderita dalam hidupnya."
Sim Pek Kun masih terus menangis dengan sedihnya.
Siauw Cap-it-long kemudian berkata pula, "Pikirlah betapa hebat penderitaan suamimu itu,
Lian Seng Pek juga menderita."
Baru sekarang Sim Pek Kun membuka suara, "Aku tahu. Tapi kecuali penderitaanku ini, tidak
ada penderitaan yang lebih hebat lagi."
"Inilah pikiranmu," berkata Siauw Cap-it-long. "Pikiran yang salah."
Sim Pek Kun memperhatikan wajah si jago berandalan, di dalam keadaan terbaring dia
bertanya, "Kau?""
Siauw Cap-it-long hanya mengangguk, "Urusan di sini boleh kau serahkan kepadaku! Lekas
pulang! Lian Seng Pek sedang menanti kehadiranmu."
"Oh?"
Siauw Cap-it-long berusaha menekan segala gejolak hatinya, agaknya menghadapi wanita
dalam keadaan yang begitu menggiurkan, yang begitu menegangkan, hampir saja ia tidak kuat
menahan hatinya. Pertahanannya itu mulai gugur, hampir ia mengambil langkah yang sesat".
Saat itu ingin sekali Siauw Cap-it-long merangkul tubuh perempuan itu, memeluki dan mengecupnya.
Tapi inilah perbuatan yang terlarang.
Mereka sudah waktunya mengambil selamat berpisah. Atau dua2nya menjadi korban
keganasan Siao Yao Hoo.
Siapa yang harus berkorban"
Sim Pek Kun menyerahkan diri" Atau Siauw Cap-it-long yang mengadu jiwa"
Tiba2" Di saat ini menerjang masuk sesuatu bayangan, itulah Hong Sie Nio!
Keadaan Hong Sie Nio juga tidak kalah tegangnya, dia berteriak, "Sudah kuduga kalian pasti
berada di tempat ini, huh! Kau kira aku betul2 sudah mabuk?"
Siauw Cap-it-long kaget, sadar dari hayalan yang bukan2, cepat ia memandang Hong Sie Nio
dan berseru, "Hei, bagaimana kau bisa datang ke tempat ini?"
Pertanyaan ini tidak perlu dijawab, karena Siauw Cap-it-long bisa melihat adanya bayangan
Siao Kongcu Ling Ling yang tertawa mengikik di balik pintu.
Kedatangan Hong Sie Nio tentu saja atas petunjuk dari Siao Kongcu Ling Ling ini.
Semua rencana2 sudah terpaparkan sudah diatur oleh siasat Siao Kongcu Ling Ling!
Siauw Cap-it-long masih memandang Hong Sie Nio, ia bertanya, "Kau tinggalkan dia"
Bagaimana keadaannya" Lian Seng Pek telah kau tinggalkan dalam keadaan mabok?"
Hong Sie Nio menjawab, "Keadaannya aman, jauh lebih aman dari keadaanmu. Ia sudah
kupernahkan dengan baik. Tapi" mengapa kau harus mengadu jiwa?"
Siauw Cap-it-long tidak mau menjawab pertanyaan itu, menoleh kepada Sim Pek Kun dan
Hong Sie Nio bergantian, terakhir ia berkata, "Baiklah, kau sudah datang. Bawalah pulang."
Dia memberi perintah kepada Hong Sie Nio untuk mengajak Sim Pek Kun kembali dengan
maksud menyerahkan Sim Pek Kun kepada suaminya yang berhak.
Siauw Cap-it-long hendak mengadu jiwa dengan raja gila boneka Thian Kongcu Siao Yao Hoo.
Itulah pertarungan yang mengandung maut, sembilan puluh sembilan persen Siauw Cap-itlong
tidak mempunyai harapan hidup.
Siauw Cap-it-long bisa maklum keadaan ini.
Hong Sie Nio juga bisa maklum akan keadaan itu, matanya bendul merah, ia berkata, "Biar
aku yang mengawanimu ber-sama2 menempurnya."
Siauw Cap-it-long menggelengkan kepala, berkata, "Jangan!"
"Mengapa?" bertanya Hong Sie Nio.
"Seumur hidupku kukira kau lebih mengenal watakku. Tapi apa yang kau perlihatkan di saat
ini sungguh mengecewakan diriku."
"Aku bisa menyelami isi hatimu," berkata Hong Sie Nio.
"Betul" Kalau begitu, bawalah Sim Pek Kun pergi."
Hong Sie Nio menatapnya lama2 sekali. Akhirnya dia mengeluarkan nafas sedih, dengan terharu berkata,
"Mengapa kau tidak memberi dua jalan kepada orang yang berada di dekatmu?"
Siauw Cap-it-long memandang jauh ke pintu, ke arah lenyapnya Siao Yao Hoo, kemudian
berkata, "Karena jalan yang berada di depanku pun hanya satu jalan."
Itulah jalan kematian!
Jalan kematian.
Hanya satu jalan yang terbentang di depan Siauw Cap-it-long, itulah jalan kematian.
Bedanya, kematian Siauw Cap-it-long satu orang, atau kematian Siauw Cap-it-long bersamasama
si raja gila boneka, dua atau satu orang"
Tanpa menunggu bagaimana Hong Sie Nio membenarkan pakaian Sim Pek Kun, tubuh Siauw
Cap-it-long sudah mencelat lenyap meninggalkan ruangan itu.
Sim Pek Kun cepat berpakaian, ia hendak menerjang keluar. Tapi keburu dicegah oleh Hong
Sie Nio, Hong Sie Nio merangkul si ratu rimba persilatan itu.
"Lepaskan aku!" berkata Sim Pek Kun.
Hong Sie Nio tidak mau melepaskan rangkulannya, ia berkata:
"Kalau Siauw Cap-it-long melakukan sesuatu, tidak seorangpun yang bisa mencegahnya.
Atau " ia bisa melakukan sesuatu yang lebih gila."
Suara ini dicemaskan oleh Hong Sie Nio tapi dicetuskan juga oleh hati Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun bisa menyelami bagaimana prestasi2 Siauw Cap-it-long.
Air mata Sim Pek Kun sudah menjadi kering, tidak ada yang bisa ditumpahkan lagi. Disaat
ini, tiba-tiba terdengar satu suara cekikikan, itulah suara Siao-kongcu Ling Ling.
Ling Ling berkata:
"Ohoo " kok menangis" Begitu sedih" Akupun hampir dipaksa menumpahkan air mata. Hei,
jangan kolokan, jangan manja, karena kau akan mati juga."
Ling Ling mendekati Sim Pek Kun.
Rasa benci Ling Ling kepada Sim Pek Kun begitu mendalam, hanya karena gara-gara Sim
Pek Kun inilah ia tidak berhasil mendapatkan Siauw Cap-it-long.
Hong Sie Nio menghadang didepan satu ratu rimba persilatan, menghadapi Ling Ling, ia
membentak: "Berani kau mengganggu?"
Kecuali Siauw Cap-it-long, hanya Hong Sie Nio yang bisa menandingi ilmu silat Siauwkongcu.
Ling Ling tertawa manis, ia berkata:
"Mengapa tidak" Aku hendak membunuhnya."
"Perempuan centil," bentak Hong Sie Nio. "Betul-betul kau sangat cantik. Akupun tertarik.
Tapi kekejaman hatimu cukup membuat orang bergidik. Didepan orang lain, bisa saja kau
berbuat sesuatu, tapi didepan aku Hong Sie Nio " hm ?"
Siao-kongcu mendelikkan matanya, seperti terkejut, ia mengejek:
"Ouw?"
"Pergi!" Hong Sie Nio membentak.
"Kau melarang aku membunuh Sim Pek Kun?"
"Aku melarang kau membunuh Sim Pek Kun."
"Ouw! Mau bertanding silat?"
"Boleh saja!" kata Hong Sie Nio.
"Kau berani?"
Wajah Hong Sie Nio berubah.
"Mengapa tidak?"
"Ilmu menakut-nakutimu juga hebat. Sayang tidak bisa digunakan untuk menghadapi aku.
Mungkin, kau tidak sadar, sebelum kau memasuki keruangan ini, pada tanganmu itu sudah
kuberikan sesuatu."
Wajah Hong Sie Nio semakin berubah, ia mengangkat tangannya, wajah itu menjadi pucatpasi.
Pada bagian tangan yang mulus telah matang biru, membengkak, ternyata Siao-kongcu Ling
Ling telah meracuninya.
"Tadi disaat aku menuntun tanganmu memasuki ruangan ini, kau tiada sadar sama sekali,
karena saat itu hatimu sedang dicurahkan kepada Siauw Cap-it-long."
Hong Sie Nio tidak berdaya, kini ia sulit menghadapi Ling Ling.
Ling Ling ketawa manis, dan berkata lagi:
"Baru sekarang aku tahu, orang yang jatuh cinta kepadanya tidak sedikit. Tapi tidak apa,
kalian berdua segera mati, mati membela lelaki."
Wanita berandalan Hong Sie Nio bisa menguasi keadaan itu, kini dia memperlihatkan
senyumnya, dia berkata:
"Perempuan centil, tidak sedikit permainan yang kau miliki ?"
Seiring kata-katanya, Hong Sie Nio menerjang Ling Ling.
Untuk rimba persilatan dimasa itu, semua orang takut pada Siauw Cap-it-long dan Hong Sie Nio.
Karena kecepatan Hong Sie Nio lebih hebat dari kecepatan Siauw Cap-it-long, gerakannya
lebih cepat, lebih kejam, kadang kala ia bisa tertawa waktu membunuh orang, inilah yang
sering menjebloskan dan menjerumuskan lawannya.
Hanya Ling Ling yang bisa mengerti akan sikap Hong Sie Nio tadi, karena ia juga memiliki
kekejaman yang sama, maka gerakan Hong Sie Nio itupun dibarengi pula oleh gerakan
tangannya memapaki serangan dari Hong Sie Nio, mereka bertempur.
Seharusnya pertandingan itu adalah pertandingan yang menarik, luar biasa serunya.
Tapi kenyataan tidak, karena didalam sekejap mata, Hong Sie Nio sudah dikalahkan oleh Ling
Ling. Kiranya racun yang bersarang didalam tangannya membuat jago wanita berandalan itu tidak
berdaya. Pertempuran sudah selesai untuk kemenangan Ling Ling.
Membiarkan Hong Sie Nio terkapar, Ling Ling mendekati Sim Pek Kun, hanya menoleh
sebentar, ia berkata:
"Aku tidak perlu turun tangan membunuh dirimu, kau sudah terlalu tua."
Ditatapnya Sim Pek Kun, dan ia berkata:
"Tapi kau lain, kau lebih cantik dari diriku, kau lebih menarik dari aku, bagaimana aku bisa
membiarkan kau hidup menjadi satru?"
Hati Sim Pek Kun sudah menjadi beku, apapun yang terjadi tidak dihiraukan lagi olehnya.
Siao-kongcu Ling Ling berkata dengan suara yang merdu:
"Siauw Cap-it-long sudah berada diambang pintu maut, tidak lama lagi dia akan menuju jalan
keneraka. Dia tidak mempunyai waktu terluang untuk menolong dirimu. Kau " kau bukan
lawanku " kau harus menyerah. Menyerahlah."
Sim Pek Kun sdauh pasrah, tidak membantah, dan juga tidak memberikan reaksi.
Siao-kongcu Ling Ling mengedip-ngedipkan matanya, ia berkata:
"Ouw" Masih mengharapkan datangnya bantuan" " oh " tentu kucingmu yang tidur pulas
itu" Dia sudah jatuh mabuk, sebelum meninggalkan dunia ini, apa kau hendak bertemu
dengannya?"
Lian Seng Pek dianggap sebagai seekor kucing" Gila!
Ling Ling bertepuk tangan, maka dari pintu tampak dua gadis pelayan, mereka memayang
seseorang, itulah Lian Seng Pek!
Lian Seng Pek juga sudah diculik!
Lian Seng Pek berada didalam keadaan mabuk, rangsangan bau arak membuat kedua gadis
pelayan yang memayangnya menutup hidung, hadirnya Lian Seng Pek ditempat itu sangat
mengejutkan Sim Pek Kun. Belum pernah Sim Pek Kun melihat Lian Seng Pek bermabukmabukan
seperti itu, apa lagi sampai tak sadarkan diri.
Inilah karena penderitaannya yang luar biasa, karena rasa cintanya kepada Sim Pek Kun.
Sim Pek Kun bersedih hati, hanya karena dia seorang, telah membawa ekor yang sangat
panjang. Ling Ling mendekati Lian Seng Pek, wanita ini sangat kejam, karena Lian Seng Pek sudah
berada didalam keadaan mabuk.
Ia tidak puas. Ditepuknya pundak Lian Seng Pek, ia berkata:
"Hei! Bangun! Aku mau membunuh nyonyamu. Aku tahu, kau sangat bersedih, kau harus
bisa turut menyaksikan bagaimana akhirnya kematian nyonyamu ini."
Tiba-tiba Lian Seng Pek membungkukkan badan dan ia muntah-muntah membuat seluruh
ruangan itu menjadi bau.
Kedua gadis pelayan yang memayang Lian Seng Pek semakin membekuk hidung.
Ling Ling mengkerutkan alis, dengan dingin ia berkata:
"Kau juga hendak cari kematian, tapi ?"
Tiba-tiba pedang berkilat "
Sebuah pisau panjang nancap diulu hati Siao-kongcu Ling Ling.
Terjadinya tragedi itu membuat Hong Sie Nio tertegun.
Baru sekarang, ia bisa teringat akan si pedang kilat, Liang Seng Pek adalah ahliwaris Pedang
Kilat Hong-lay Sian-ong.
Ternyata Lian Seng Pek sudah menggunakan ilmu permainan pedang kilatnya , menusukkan
senjatanya kedada Ling Ling.
Belum pernah orang melihat bagaimana Lian Seng Pek menggunakan pedang kilatnya, ada
juga yang sudah pernah, kalau orang itu terkena tusukannya dan mati.
Waktu melatih ilmu permainan pedang ini, Lian Seng Pek sudah puluhan tahun.
Didalam keadaan tidurpun, Lian Seng Pek bisa mempergunakannya.
Tapi belum pernah Lian Seng Pek mempermainkan ilmu pedang kilat, karena namanya
tersohor, karena ilmu silatnya sudah cukup tinggi.
Hanya kesempatan untuk menghadapi Ling Ling!
Ling Ling sudah jatuh menggeletak, matanya terpelotot lebar2, ia seperti tidak percaya, kalau
ada kejadian yang seperti ini.
Belum pernah terbayang dalam alam pikiran Ling Ling, ada begitu cepat kematiannya" Tiba2
tampak senyuman dikulum pada bibir Ling Ling, memandang kearah Lian Seng Pek, dan dia
berkata ramah: "Oh! Terima kasih, terima kasih kepada tusukan pedangmu. Ternyata menghadapi kematian
adalah kejadian yang begitu mudah. Kalau begitu, mengapa harus bersusah payah, bersusah
payah hidup sengsara didalam dunia...."
Napas Ling Ling sengal2, memandang ke arah Hong Sie Nio dan berkata perlahan:
"Obat penawar racun berada didalam kantong bajuku, kalau kau masih mau hidup terus,
ambillah, tapi kuanjurkan, lebih baik jangan kau hidup, keadaan dialam baka lebih enak dari
pada hidup sengsara...."
Tubuh Ling Ling tergelepar, ia menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Sesudah berhasil membunuh Ling Ling, tubuh Lian Seng Pek juga roboh kembali.
Sim Pek Kun selesai berpakaian, ia membangunkan Lian Seng Pek.
Entah sengaja atau tidak sengaja, Lian Seng Pek belum bisa disadarkan.
Mungkin pula masih dalam keadaan mabok" Mungkin pula sulit meneruskan situasi yang
seperti itu. Dengan dibantu oleh Hong Sie Nio dan Sim Pek Kun, Lian Seng Pek dibangunkan kembali.
Bertiga menuju dan meninggalkan ruangan itu.
Anak Berandalan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ada jalan yang lurus kedepan.
Seorang kakek berbaju coklat dan seorang kakek berbaju hijau berendeng didepan jalan itu,
dua pasang mata mereka ditatapkan jauh keujung jalan tersebut. Hati mereka begitu berat.
mereka tidak sadar kalau tiga insan sedang mendatangi kearahnya.
Sim Pek Kun dan Hong Sie Nio sedang memayang Lian Seng Pek.
Mereka tiba dibelakang dua orang tua tukang maen catur itu.
Lian Seng Pek masih juga belum sadarkan diri.
Sim Pek Kun menundukkan kepala, ia tidak berani membentur kenyataan.
Hong Sie Nio mendekati kedua kakek itu dan bertanya:
"Mereka berada disana?"
Orang tua berbaju merah berkata:
"Ng...."
Hong Sie Nio bertanya:
"Kalian menunggu kembalinya?"
Orang tua berbaju hijau berkata:
"Ng...."
Hong Sie Nio menghembuskan napasnya dalam2, seolah2 hendak mengusir keluar hawa
lembab itu, ia bertanya:
"Menurut perkiraan kalian, siapa yang bisa balik kembali?"
Pertanyaan ini seharusnya tidak berani diajukan, karena jawabannya lebih seram.
Tapi tiada jalan kedua, dan kini ia telah mengeluarkan perasaan dalam hatinya itu.
Orang tua berbaju merah ragu2 sebentar, akhirnya ia berkata perlahan:
"Yang sudah mati tipis sekali kemungkinannya dia bisa balik."
Hati Hong Sie Nio seperti terbang, tenggelam kedasar laut.
Siapa yang diartikan oleh orang tua itu. Apakah Siauw Tjap-it-long" Siauw Tjap-it-long sulit
bisa hidup kembali" Ya!
Orang tua berbaju hijau berkata:
"Mungkin juga kedua2 tidak balik kembali."
Orang tua berbaju coklat menganggukkan kepala dan berkat.
"Kuharap saja seperti itu."
Tiba2 Hong Sie Nio berteriak, dia mengajukan protes.
"Huh! Kalian kira bukan tandingan Siao Yao Hoo! Salah! Mungkin juga ilmu kepandaiannya
tidak bisa menandingi Siao Yao Hoo tapi dia mempunyai itu keberanian, dia mempunyai itu
semangat, banyak orang tidak bisa mengalahkannya, dengan kelemahannya, dia bisa
menangkan yang kuat, karena dengan kemampuan dan kemauan itu. Dan ambisi yang besar."
Orang tua berbaju coklat dan orang tua berbaju hijau menoleh Hong Sie Nio, memandang
dengan putih mata, sesudah itu, lagi-lagi mereka menunjukkan pandangan kearah jauh
didepan. Hati semua orang menjadi seperti beku.
Hong Sie Nio masih hendak meneruskan pembicaraannya, tapi tenggorokannya sudah
tersumbat. Sim Pek Kun bergumam: "Tidak mungkin dia bisa balik kembali..."
Orang tua berbaju coklat berkata:
"Ya, Tidak mungkin dia bisa balik kembali."
Orang tuaberbaju hijau berkata:
"Kuharap saja, kedua2nya tidak balik kembali."
Hari menjadi pagi.....
Mereka masih menunggu.
Matahari bergeser ketengah, mereka masih menunggu.
Akhirnya matahari tenggelam siangpun berganti malam.
Siauw Tjap-it-long tetap tak kembali.
Raja gila boneka Thian kongcu Siao Yao Hoo juga tidak kembali.
Habislah harapan semua orang itu. Sebab orang yang mereka nantikan sudah tentu tidak akan
kembali untuk selama2nya.
Sampai disini akhirnya cerita.
TAMAT Bukit Pemakan Manusia 6 Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Harpa Iblis Jari Sakti 31