Duel 2 Jago Pedang 4
Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung Bagian 4
"Emas Nan Gong, Perak Ou Yang, Giok Si Ma".
Ungkapan itu khusus ditujukan pada tiga keluarga besar yang kaya-raya di dunia persilatan.
Giok selalu dipandang sebagai yang paling berharga di antara ketiganya, maka Gedung Kesenangan Abadi, tak diragukan lagi, merupakan yang terkaya dan termewah di antara ketiganya. Di samping kungfu warisan keluarga yang ia miliki, Si Ma Zi Yi juga merupakan satu-satunya murid "Majikan Pedang Besi" yang termasyur puluhan tahun yang lalu. Dulu dia adalah seorang pemuda yang menonjol baik dalam bidang akademis maupun kungfu, ditambah dengan warisan keluarganya yang terkenal, dan hasilnya adalah ia telah termasyur ke seluruh dunia sebelum usianya mencapai duapuluh tahun. Walaupun sekarang ia telah memasuki usia setengah baya, ia masih memiliki keangkuhan dan sikap seperti di masa mudanya serta wajah yang tampan.
Bisa melihat seorang laki-laki di masa jayanya adalah sebuah peristiwa yang amat menyenangkan, tapi Lu Xiao Feng lebih suka memasang pandangannya pada sepiring sirip ikan yang dimasak dalam saus kacang.
Sirip ikan itu dimasak dengan baik, dan araknya pun memiliki suhu yang pas. Lu Xiao Feng mengambil sumpitnya dan baru saja hendak mulai makan saat ia melihat seorang pemuda berpakaian ungu, dengan sepasang patung ikan yang terbuat dari giok putih menggantung di pedangnya, berjalan ke arahnya.
Lu Xiao Feng menghela nafas sendiri. Masalah kembali datang padanya. Maka ia segera, sebelum pemuda itu tiba di dekatnya, menyumpal mulutnya sendiri dengan sirip ikan.
Dengan tangan di pedang, pemuda itu beberapa kali memperhatikan Lu Xiao Feng dari atas ke bawah dengan pandangan yang dingin, sebelum akhirnya merangkap tangannya sebagai tanda memberi hormat: "Tuan tentu Lu Xiao Feng."
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Aku Hu Qing, dari Suzhou, Bukit Harimau, Gedung Kesenangan Abadi di Telaga Ikan Kembar.
Yang duduk di sana itu adalah guruku. Kufikir Tuan tentu telah tahu."
Lu Xiao Feng mengangguk lagi.
"Tidak bermaksud mengganggu semak belukar, Guru menyuruhku datang ke sini untuk meminta Tuan meminjamkan sabuk di pundakmu itu dan juga mengundang Tuan untuk minum."
Kali ini Lu Xiao Feng tidak mengangguk, ia pun tidak menggelengkan kepalanya, ia malah menunjuk mulutnya sendiri. Ia belum menelan sirip ikan itu, maka tidak mungkin ia bisa bicara.
Hu Qing mengerutkan keningnya. Walaupun kelihatannya ia telah kehilangan kesabarannya, yang bisa ia lakukan hanyalah berdiri di sana dan menunggu Lu Xiao Feng selesai mengunyah.
"Tuan bisa memberiku sabuk itu sekarang juga jika Tuan mau. Jika Tuan ingin menyimpan satu untuk Tuan sendiri, itu juga boleh." Ia mengajukan tawaran saat Lu Xiao Feng mengunyah sirip ikan itu. Kelihatannya ia sudah mulai marah.
Ia bersuara seolah-olah ucapannya itu bukan apa-apa, seakan-akan kenyataan bahwa ia telah membuka mulutnya itu telah amat banyak memberi muka pada Lu Xiao Feng.
Dengan tenang-tenang saja Lu Xiao Feng menelan sirip ikan itu, lalu menghirup araknya sekali sebelum mengeluarkan desahan puas. Lalu ia melemparkan sebuah senyuman pada Hu Qing.
Koleksi Kang Zusi
"Aku telah lama mengagumi kemasyuran dan reputasi Tuan Si Ma, dan aku amat berterimakasih atas maksud baik dan keramahan Tuan Si Ma. Sedangkan sabuk itu"."
"Bagaimana dengan sabuk-sabuk itu?"
"Kalian tidak bisa meminjamnya." Lu Xiao Feng menolak tawaran itu dengan santai.
Ekspresi wajah Hu Qing tampak tertekuk dan ia segera mencengkeram pedangnya. Tapi Lu Xiao Feng bahkan tidak meliriknya saat ia mengambil sebuah sirip ikan lagi dan mulai mengunyahnya dengan hati-hati di dalam mulutnya, sambil menikmati rasanya.
Hu Qing memandangnya dengan marah dan urat-urat darah di punggung tangannya tampak berdenyut-denyut, seakan-akan ia telah bersiap-siap untuk menghunus pedangnya. Tiba-tiba seseorang terbatuk beberapa kali di belakangnya.
"Seharusnya kau tidak menggunakan kata "pinjam" itu, tidak ada orang yang mau meminjamkan benda seperti itu."
Si Ma Zi Yi pun benar-benar telah merendahkan dirinya untuk datang menghampiri, tapi ia masih berhenti pada posisi yang agak jauh, seakan-akan ia mengharapkan Lu Xiao Feng untuk bangkit dan menyambutnya.
Lu Xiao Feng tidak perduli. Ia jelas lebih memperhatikan piring berisi sirip ikan yang berada di hadapannya daripada benda atau orang lain.
Maka Si Ma Zi Yi sendiri yang terpaksa berjalan menghampiri dan, dengan tangannya yang terawat baik, menunjuk meja. Hu Qing segera mengeluarkan sehelai cek dan meletakkannya di atas meja.
Dengan menggunakan tangan yang sama, Si Ma Zi Yi mengelus-elus jenggotnya yang juga terawat dengan baik: "Cincin giok mungkin indah, tapi kurang berguna bila dibandingkan dengan uang. Bu Ju tidak faham sifat orang, maka tentu saja ia pun terjungkal."
Berita benar-benar menyebar dengan cepat di ibukota ini, bahkan seseorang seperti dirinya pun bisa tahu tentang hal itu hanya dalam waktu dua jam.
"Saya yakin Tuan merasakan hal yang sama." Si Ma Zi Yi mengakhiri.
Lu Xiao Feng mengangguk tanda setuju.
"Ini adalah sehelai cek bernilai 50 ribu tael yang bisa diuangkan dengan segera. Dengan uang sebanyak itu, orang biasa akan dapat hidup tanpa perasaan cemas untuk seumur hidupnya."
Lu Xiao Feng pun sependapat mengenai hal itu.
"Lima puluh ribu tael perak sudah lebih dari cukup untuk dua helai sabuk sutera, kapan saja waktunya, di mana pun tempatnya."
Lu Xiao Feng pun amat setuju dengan hal itu. Sebuah senyuman pun muncul di wajah Si Ma Zi Yi dan ia bermaksud untuk pergi, karena kesepakatan telah tercapai.
Tapi tiba-tiba Lu Xiao Feng yang bicara.
"Mengapa Tuan tidak membawa cek ini?"
"Membawanya?"
"Ke tukang jahit."
Si Ma Zi Yi tidak faham.
"Di luar sana ada sejumlah tukang jahit. Tuan bisa membuat kesepakatan dengan siapa pun dari mereka, itu jauh lebih sederhana."
Ekspresi wajah Si Ma Zi Yi pun jadi tertekuk.
"Aku ingin menukar cek ini dengan sabukmu."
Lu Xiao Feng tertawa.
"Sabuk ini bukan untuk dipertukarkan."
Wajah Si Ma Zi Yi yang selalu bersinar-sinar sekarang berubah menjadi kehijau-hijauan.
"Jangan lupa, ini bernilai lima puluh ribu tael perak." Ia membentak.
Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Jika Tuan mengijinkanku makan sepiring sirip ikan ini dengan tenang, aku akan membayar Tuan lima puluh ribu tael perak!"
Wajah Si Ma Zi Yi yang hijau membesi tampak berubah menjadi merah padam. Seseorang yang duduk di meja pinggir sana tak dapat mengendalikan dirinya lagi dan tertawa kecil.
Setelah suara tawa itu terdengar, terlihat seberkas sinar pedang.
Koleksi Kang Zusi
"Tring!" Ujung pedang itu telah terjepit oleh sepasang sumpit.
Orang yang tertawa tadi adalah seorang saudagar yang setengah mabuk, pedang itu milik Hu Qing.
Hanya dengan sebuah putaran pergelangan tangannya, pedang panjang di pinggangnya telah terbang. Tapi Lu Xiao Feng lebih cepat lagi, karena ia secara tiba-tiba, dan dengan santai, mengulurkan sumpitnya dan menjepit ujung pedang itu, seperti seorang pawang ular yang menangkap seekor ular. Wajah Hu Qing pun tampak membeku dan ia tertegun memandang pada Lu Xiao Feng.
"Dia sedang mabuk." Lu Xiao Feng berkata.
Hu Qing mengigit bibirnya dan berusaha menarik pedang itu, tapi pedang tersebut seperti telah menyatu dengan sumpit.
"Tidak ada aturan tak boleh tertawa di sini, ini bukan Gedung Kesenangan Abadi." Lu Xiao Feng berkata dengan santai.
Keringat pun muncul di kening Hu Qing.
"Trang!" Tiba-tiba terlihat seberkas sinar pedang lagi dan pedang di tangannya telah patah menjadi dua bagian!
Pedang Si Ma Zi Yi telah meninggalkan sarungnya, tapi sekarang telah kembali ke tempatnya.
"Mundur." Ia memerintah dengan gusar. "Sejak hari ini, kau dilarang menggunakan pedang."
Dengan kepala tertunduk malu, Hu Qing menatap pedang patah yang berada di tangannya, lalu mulai mundur dengan perlahan. Setelah 7 atau 8 langkah, air mata tiba-tiba muncul di wajahnya.
"Sayang, sia-sia belaka!" Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Sia-sia?"
"Aku mengatakan sayang tentang pedang itu, sayang juga tentang pemuda itu. Tekniknya tidak terlalu jelek, dan pedangnya pun tidak terlalu buruk."
Ekspresi wajah Si Ma Zi Yi masih tetap gelap dan ia berkata dengan dingin: "Pedang yang bisa terpotong menjadi dua bagian bukanlah pedang yang bagus!"
"Mungkin satu-satunya sebab mengapa pedangnya terpotong menjadi dua bagian adalah karena seseorang sedang menjepit ujung pedang itu."
"Jika pedang itu bisa ditangkap, tentu tidak ada gunanya menyimpannya lagi."
Lu Xiao Feng meliriknya.
"Jadi pedangmu tak akan pernah tertangkap orang jika kau menyerang dengan pedangmu?"
"Tak pernah."
Lu Xiao Feng tersenyum, tersenyum secara tiba-tiba.
"Sabukku bukan untuk dipinjamkan, dipertukarkan, apalagi dijual!"
"Kau menantangku untuk mengambilnya dengan paksa?" Si Ma Zi Yi mengejek.
"Atau kita bisa bertaruh saja."
"Taruhan seperti apa?"
"Taruhan terhadap pedangmu."
Si Ma Zi Yi tidak faham.
"Jika benar tidak ada orang yang bisa menangkap pedangmu, maka kau menang. Dan kau bukan hanya bisa pergi dengan membawa sabuk suteraku, kau pun boleh mengambil kepalaku kapan saja kau mau."
"Aku tidak menginginkan kepalamu."
"Tapi kau menginginkan sehelai sabuk suteraku."
Si Ma Zi Yi menatap dengan gusar. "Selain dari itu, apakah tidak ada cara lain?"
"Tidak."
Si Ma Zi Yi tidak berkata apa-apa untuk beberapa lama.
"Aku akan mengincar pundak kirimu, bersiaplah." Tiba-tiba ia berkata.
Sambil tersenyum Lu Xiao Feng menepuk pundak kirinya: "Bajuku tidak begitu bersih, aku belum mencucinya selama dua hari ini. Jadi kau mungkin harus menyerang secepat yang kau bisa agar pedangmu tidak menjadi kotor."
"Asal ada darah yang bisa dipakai untuk mencuci, tidak masalah jika pedangku jadi kotor." Si Ma Zi Yi membalas tanpa perasaan humor.
Koleksi Kang Zusi
"Aku tak tahu apakah darahku bersih atau tidak."
"Kau akan segera mengetahuinya."
Saat kata "nya" terdengar, pedang itu telah terhunus dari sarungnya. Seperti kilat, sinar pedang pun terbang ke arah pundak kiri Lu Xiao Feng. Pedang itu jauh lebih panjang daripada pedang biasa, jadi seharusnya lebih sulit untuk dihunus dengan cepat. Tapi ia menggunakan sebuah teknik khusus untuk menghunus pedangnya, sehingga sekali pedang itu keluar dari sarungnya, senjata itu sudah hampir menyentuh pundak Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng mengulurkan tangannya dan menjepitkan kedua jarinya! Seharusnya gerakannya itu merupakan sebuah gerakan yang amat sederhana, tapi akurasi dan kecepatannya merupakan hal yang tidak bisa dibayangkan siapa pun, apalagi menguraikannya.
Gerakan ini mungkin sederhana, tapi ia telah menempanya melalui ribuan kali percobaan untuk merubahnya menjadi sesuatu yang luar biasa. Si Ma Zi Yi bisa merasakan hatinya karam, ia juga bisa merasakan darahnya karam. Pedangnya telah tertangkap!
Ia mulai berlatih dengan pedang bamboo pada usia empat tahun. Pada umur 7 tahun, ia mulai menggunakan pedang sebenarnya yang ditempa dengan baja murni. Saat ini ia telah mempelajari ilmu pedang selama lebih dari 40 tahun. Bahkan bagaimana cara menghunus pedang pun telah ia pelajari sebanyak lebih dari 130 macam manuver. Saat ini ia mampu, dalam satu gerakan saja, menghunus pedangnya dan menusukkan ujung pedangnya menembus 12 keping uang perunggu yang dijatuhkan secara sembarangan.
Tapi sekarang, pedangnya telah tertangkap orang. Saat itu ia hampir tidak bisa mempercayai kenyataan ini. Ia menatap tangan Lu Xiao Feng, hampir tidak percaya kalau tangan ini benar-benar terdiri dari daging dan darah.
Lu Xiao Feng pun sedang menatap tangannya.
"Kau tidak menggunakan kekuatan penuh dalam serangan tadi." Tiba-tiba ia berkata. "Kelihatannya kau benar-benar tidak memburu kepalaku."
"Kau"."
Lu Xiao Feng memotong ucapannya dengan sebuah senyuman.
"Aku bukan orang yang baik, tapi kau pun bukan orang yang jahat. Karena kau tidak menginginkan kepalaku, aku akan memberimu sehelai sabuk sutera!"
Ia melepaskan satu sabuk dan menggantungnya di ujung pedang Si Ma Zi Yi sebelum bangkit dan berjalan keluar tanpa memandang ke belakang lagi. Ia khawatir berubah fikiran kalau ia melakukannya.
Walaupun ia belum kenyang, Lu Xiao Feng tetap merasa senang dalam hatinya. Karena ia tahu bahwa saat ini Si Ma Zi Yi tentu telah memahami 2 hal. Pedang siapa pun bisa tertangkap, dan cara pendekatan yang lembut terhadap orang tertentu akan jauh lebih baik daripada pendekatan yang kasar.
Ia yakin bahwa, setelah mempelajari dua macam hal tersebut, Si Ma Zi Yi tentu akan merubah sikapnya yang angkuh dan suka mengancam itu.
Tapi apa gunanya semua ini bagi dirinya" Ia bahkan tidak memikirkan hal itu. Apa pun yang ia lakukan, Lu Xiao Feng tidak pernah berfikir untuk dirinya sendiri.
Tetapi perutnya yang keberatan. Ia mungkin sedang tidak memiliki selera yang besar seperti biasa, tapi dua suap sirip ikan tentu tidak cukup memuaskan perutnya. Bagi dirinya, bisa makan penuh dengan tenang seperti telah berubah menjadi sesuatu yang hampir mustahil.
Selama ia membawa-bawa sabuk sutera itu, tidak perduli ke mana pun ia pergi, masalah tentu akan segera mencarinya.
Bagaimana ia harus menyingkirkan dua helai sabuk sutera terakhir" Kepada siapa ia harus memberikannya" Tadinya ia bermaksud memberikan salah satunya pada Tosu Kayu, tapi Tosu Kayu tidak kelihatan. Yang seharusnya tidak muncul malah muncul, tapi yang seharusnya muncul malah tidak satu pun yang terlihat.
Karena ada orang yang tidak pernah muncul bila mereka diharapkan muncul dan selalu muncul saat mereka tidak diduga akan muncul. Lu Xiao Feng sepertinya selalu bertemu dengan orang-orang semacam ini. Ia menghela nafas. Tiba-tiba, ia melihat Hwesio Jujur sedang berjalan dari arah yang Koleksi Kang Zusi
berlawanan, sambil menggigit sepotong roti manis yang amat besar di tangannya. Saat ia melihat Lu Xiao Feng, ia bereaksi seakan-akan ia baru saja melihat hantu dan segera berusaha untuk kabur.
Tapi Lu Xiao Feng telah menghadangnya dan menariknya hingga berhenti.
"Pergi begitu tergesa-gesa" Ke mana kau akan pergi?"
Hwesio Jujur memutar-mutar bola matanya dan menjawab: "Aku tidak mengganggumu, aku tidak melanggar hokum, mengapa kau menghadangku?"
Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya, dan kemudian mengembangkan sebuah senyuman.
"Karena aku ingin membuat kesepakatan denganmu."
"Aku tidak ingin membuat kesepakatan denganmu, aku tidak mau dirampok."
"Kujamin kau tidak akan dirampok."
Hwesio Jujur memandangnya dan terlihat bimbang.
"Coba kudengar dulu kesepakatan macam apa yang ada di benakmu."
"Aku akan menukar dua helai sabuk sutera ini dengan roti manis hangat yang ada di tanganmu itu."
"Tidak bisa."
"Mengapa tidak?" Lu Xiao Feng berteriak.
"Karena aku tahu tidak ada kesepakatan yang begini bagus di dunia ini." Ia memutar-mutar bola matanya lagi. "Bu Ju berusaha menukar sabuk itu dengan cincin giok, kau menolak. Si Ma menawarkan lima puluh ribu tael perak, kau menolak. Sekarang kau ingin menukarnya dengan rotiku yang hangat, dan kau kan tidak gila."
"Kau takut kalau akan memasang perangkap untukmu?"
"Aku tidak perduli kau memasang perangkap atau tidak, aku tidak akan terperdaya."
"Jadi kau sudah tetap pada keputusanmu?"
"Ya."
"Tidak menyesal?"
"Tidak menyesal."
"Baik, tidak jadi kalau begitu. Tapi bila aku ingin bicara, kau tidak bisa mencegahku bicara."
"Bicara tentang apa?" Hwesio Jujur terpaksa bertanya.
"Bicara tentang kisah seorang hwesio yang pergi ke rumah pelacuran untuk bertemu dengan seorang pelacur."
Hwesio Jujur tiba-tiba menyusupkan roti hangat itu ke tangan Lu Xiao Feng, meraup sabuk-sabuk sutera itu, dan berjalan pergi ke arah yang berlawanan.
"Jangan lupa, salah satu dari sabuk itu adalah untuk Tosu Kayu, kau harus menyimpan satu untuknya. Kalau tidak aku akan tetap bicara." Lu Xiao Feng berteriak ke arah sosok tubuhnya yang menjauh itu.
Hwesio Jujur bahkan tidak mau berpaling dan ia menghilang lebih cepat daripada seekor kuda jantan yang dicambuk. Lu Xiao Feng tertawa. Ia tidak ingat kapan perasaannya pernah seenteng ini, seakan-akan ia tidak pernah sebahagia dan setenang ini dalam hidupnya.
Akhirnya ia berhasil menyingkirkan "bara panas" itu pada orang lain. Rasanya seolah-olah beban seberat satu ton telah terangkat dari punggungnya.
Roti itu masih belum benar-benar dingin, saat menggigitnya ia pun hampir berani bersumpah bahwa roti ini benar-benar lebih enak daripada sirip ikan tadi.
Tadinya ia mencurigai Hwesio Jujur sebagai dalang di balik semua persekongkolan ini, tapi sekarang tampaknya ia telah lupa. Apakah ia bodoh" Atau benar-benar cerdik"
Matahari pelan-pelan bergeser ke barat. Sudah dua jam berlalu sejak Lu Xiao Feng menyerahkan sabuk sutera itu pada Hwesio Jujur. Tidak ada yang tahu apa yang ia lakukan selama dua jam itu.
Tampaknya ia hanya berjalan-jalan mengelilingi kota beberapa kali. Walaupun tadi ada beberapa orang yang mengikutinya, sekarang ia telah berhasil melepaskan diri dari untitan mereka. Tentu saja ia tidak mau mengambil resiko membawa mereka ke Rumah Makan Lezat dan Harum.
Ia masuk lewat pintu belakang, tidak terdengar satu pun suara di halaman belakang. Udara dipenuhi oleh campuran aroma bunga crysanthemum dan osmanthus. Bahkan ikan-ikan mas kecil di dalam kolam di bawah pohon delima itu tampak terlalu malas untuk bergerak.
Koleksi Kang Zusi
Setelah melewati semak-semak crysanthemum, terlihat seseorang duduk di dalam pondok kecil itu.
Seperti terpesona, orang tersebut duduk di atas pagar pembatas.
Bunga-bunga crysanthemum itu berwarna kuning, pagar tersebut bercat merah, tapi bajunya berwarna hijau cerah dan ujungnya melambai-lambai di sekitar tubuhnya yang langsing bagaikan pohon liu. Tanda-tanda sakit belum benar-benar hilang dari wajahnya yang pucat, tapi semangat baru bisa terlihat dengan jelas di dalam dirinya. Tampaknya ia hampir tidak kuat untuk menahan lambaian pakaiannya itu.
Warna musim gugur di halaman ini mungkin indah, tapi tidak bisa dibandingkan dengan kecantikannya. Tampaknya baru sekarang Lu Xiao Feng menyadari betapa cantiknya OuYang Qing sebenarnya. Apakah itu hanya karena baru sekarang ia tahu bahwa gadis itu diam-diam mencintainya"
Angin meniup semak-semak bunga crysanthemum yang berada di dekat pagar. Beberapa helai daun yang gugur telah jatuh di atas jalan setapak. Diam-diam ia berjalan menghampiri. Tiba-tiba ia melihat mata OuYang Qing yang bersinar-sinar sedang menatap lurus ke arahnya.
Mereka tidak sering bertemu. Kenyataannya mereka belum pernah berbincang-bincang lebih dari 10
kalimat. Tapi sekarang ada sebuah perasaan yang tak dapat diuraikan dan susah difahami yang menyentak jantung Lu Xiao Feng, menyebabkan jantungnya berdebar lebih cepat. Ia seperti benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan.
Apa yang dirasakan gadis itu di dalam hatinya" Setidaknya Lu Xiao Feng tidak mampu melihat sesuatu yang berbeda di wajahnya. Gadis itu memandang padanya dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Apakah ia memang orang yang amat tenang pembawaannya, ataukah ia orang yang amat pandai bersandiwara" Dan berapa banyak wanita di dunia ini yang tidak pintar bersandiwara"
Lu Xiao Feng menghela nafas dan berjalan memasuki pondok itu.
"Kau sudah merasa baikan?" Ia bertanya sambil tersenyum canggung.
OuYang Qing mengangguk dan menunjuk kursi batu di hadapannya.
"Duduklah."
Tadinya Lu Xiao Feng hendak duduk di sampingnya, tapi jika gadis itu bersikap begitu dingin, tentu ia pun tidak bisa bersikap terlalu hangat.
-- Mengapa wanita begitu suka bersandiwara"
Apakah itu karena mereka semua tahu bahwa jenis perempuan seperti inilah yang disukai laki-laki"
Jika OuYang Qing sejak dulu bersikap ramah dan hangat pada Lu Xiao Feng, mungkin sudah sedari dulu ia kabur jauh-jauh.
Maka ia pun duduk dengan patuh di atas kursi batu itu.
"Di mana XiMen Chui Xue?" Ada banyak hal di dalam hatinya yang ingin ia tanyakan, tapi ia tidak sanggup mengatakannya, maka ia sembarangan saja bertanya.
"Ia ada di dalam rumah bersama isterinya, kurasa ada banyak hal yang hendak mereka bicarakan."
Lu Xiao Feng bangkit, tapi kemudian terduduk lagi. Ia ingin masuk dan berbicara dengan XiMen Chui Xue, tapi ia tidak ingin OuYang Qing menganggap dirinya tidak mengerti keadaan orang.
Duel sudah dekat, hasilnya masih diragukan, perpisahan ini sangat bisa jadi merupakan yang terakhir kalinya bagi mereka.
Seharusnya ia membiarkan mereka berdua menghabiskan sore ini bersama-sama dengan tenang, membiarkan mereka membicarakan semua hal yang seharusnya tidak didengarkan oleh orang lain.
Taman itu seperti menelan mereka, aroma bunga tercium di udara, pemandangan di sekitar mereka terasa seperti mimpi. Bukankah hanya mereka berdua pula yang ada di sana" Bukankah ada banyak hal yang juga hendak mereka bicarakan"
Tapi ia tidak bisa memikirkan apa yang hendak dikatakan! Tampaknya ia seperti telah berubah menjadi anak remaja yang sedang mengalami kencan pertamanya.
"Kau mengenalnya?" OuYang tiba-tiba memecahkan kesunyian.
"Siapa?"
OuYang Qing menunjuk ke sampingnya, barulah Lu Xiao Feng melihat patung lilin kecil yang duduk di atas pagar pembatas itu. Itulah patung Tuan Wang.
Koleksi Kang Zusi
Ia tak faham mengapa gadis itu tiba-tiba begitu tertarik pada patung kasim tersebut: "Kau mengenalnya?"
"Aku pernah melihatnya, ia pernah datang ke tempat kami."
Yang dimaksud "tempat kami" itu tentu saja rumah pelacuran tempat OuYang Qing bekerja.
Lu Xiao Feng semakin bingung.
"Kau tahu kalau orang ini adalah seorang kasim?" Ia tak tahan untuk tidak bertanya.
"Di tempat kami terdapat segala jenis pelanggan." OuYang Qing menjawab dengan acuh tak acuh.
"Bukan hanya kasim, hwesio juga ada."
Tampaknya ia masih ingat apa yang terjadi hari itu, masih ingat bahwa Lu Xiao Feng pernah berbuat salah padanya. Tapi Lu Xiao Feng tampaknya benar-benar telah melupakan hal itu, ada terlalu banyak pertanyaan yang lebih penting baginya untuk direnungkan.
"Ia bukanlah kasim pertama yang datang ke tempat kami, dan pada hari itu, ia tidak datang sendirian!" OuYang Qing melanjutkan.
"Siapa lagi yang datang bersamanya?" Lu Xiao Feng segera memburu.
"Waktu ia tiba, ia hanya sendirian, tapi setelah itu dua orang jago pedang dari Sekte Laut Selatan pun muncul mencarinya, seakan-akan mereka telah mengatur sebuah pertemuan sebelumnya."
"Bagaimana kau tahu kalau mereka berasal dari Sekte Laut Selatan?"
"Aku mengenali pedang mereka." Pedang Sekte Laut Selatan bukan hanya luar biasa panjang dan sempit, tapi juga memiliki bentuk yang istimewa.
"Aku juga tahu bahwa orang tua ini adalah seorang kasim. Tak perduli bagaimana bagusnya ia menyamar, aku selalu bisa tahu."
"Si Untung Besar Sun berada di sana juga hari itu?"
"Mm."
Mata Lu Xiao Feng pun bersinar-sinar. Tuan Wang tentu telah mengatur pertemuan itu dengan dua jago pedang dari Sekte Laut Selatan di rumah pelacuran untuk membicarakan sebuah rencana rahasia.
Sewaktu mereka tahu bahwa OuYang Qing dan si Untung Besar Sun telah tiba di ibukota, mereka takut kalau salah satu dari keduanya akan mengenali mereka, maka mereka pun memburu keduanya untuk dibungkam. Kematian Nyonya Pertama Gong Sun tentu ada hubungannya dengan hal ini.
Dua jago pedang Sekte Laut Selatan itu mungkin sama dengan dua jago pedang yang binasa di krematorium.
Lu Xiao Feng menghela nafas dalam-dalam. Ia akhirnya menemukan benang itu. Sekarang yang harus ia lakukan adalah mencari benang yang bisa menghubungkan benang ini dengan benang-benang lain yang telah ia temukan, lalu ia akan berhasil memecahkan kasus ini. Apakah ia bisa menemukan beberapa benang lagi saat ini" Banyak hal yang bisa dilakukan dalam waktu dua jam.
"Jika ada kasim yang berkunjung ke tempat kami, aku selalu membawanya ke kamarku!" OuYang Qing tiba-tiba berkata.
"Mengapa begitu?"
"Karena mereka bukan laki-laki," ia menjelaskan dengan dingin. "Semakin tidak berguna seorang laki-laki, semakin ia ingin memperlihatkan kejantanannya. Maka walaupun aku memaksa mereka untuk tidur di lantai, mereka tidak akan berani mengeluh dan mau membayar persenan. Karena mereka amat khawatir kalau orang lain tahu tentang kelemahan mereka."
"Malam itu, waktu Hwesio Jujur bermalam di kamarmu, apakah ia pun tidur di lantai?" Lu Xiao Feng bertanya.
OuYang Qing mengangguk.
"Mungkinkah ia juga seorang kasim?"
"Ia mungkin bukan kasim, tapi ia pun bukan seorang laki-laki."
Lu Xiao Feng kembali menghela nafas dalam-dalam. Akhirnya ia menemukan sebab mengapa Hwesio Jujur berdusta padanya. "Impoten" adalah sebuah kata yang dipandang laki-laki sebagai aib yang amat memalukan. Itulah sebabnya ada laki-laki yang mau menghabiskan uang untuk tidur di lantai kamar seorang wanita daripada membiarkan orang lain tahu bahwa ia impoten.
Koleksi Kang Zusi
Hwesio Jujur adalah seorang laki-laki. Bahkan hwesio pun tidak terhindar dari perasaan bangga seperti itu.
OuYang Qing menatap patung kecil itu: "Malam itu, orang tua ini bahkan tidak berani menyentuhku sama sekali karena ia begitu takut kalau aku mengetahui bahwa ia seorang kasim." Ia berkata sambil tersenyum mengejek. "Ia tidak pernah curiga bahwa satu-satunya sebab mengapa aku memperbolehkannya tinggal adalah karena aku tahu kalau ia seorang kasim."
Sebuah ekspresi aneh pun tiba-tiba muncul di wajahnya.
"Kau tahu mengapa tidak ada laki-laki yang pernah menyentuhku?" Tiba-tiba ia bertanya.
Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya.
"Karena aku membenci laki-laki."
"Kau pun membenciku?" Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak bertanya.
OuYang Qing meliriknya dengan dingin. Walaupun ia tidak menyangkalnya, ia pun tidak mengakui hal itu. Lu Xiao Feng mulai tertawa. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu " OuYang Qing tidak mencintainya, bahkan sedikit pun tidak ada fikiran ke arah itu.
Jika bukan Nyonya Ke-13 yang berkata begitu padanya, Lu Xiao Feng pun tidak akan pernah berfikir demikian. Tapi semua ucapan Nyonya Ke-13 itu mungkin memang disengaja, agar ia memakan sepiring rumah siput berlapis mentega itu. OuYang Qing sendiri bukan hanya tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun tentang hal itu, ia bahkan tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda perasaan itu.
Setelah mengetahui hal ini, walaupun ada sedikit rasa masam di hatinya, Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak menghela nafas lagi, seakan-akan ia baru saja terbebas kembali dari sebuah beban.
Sikapnya pun tiba-tiba berubah menjadi lebih wajar. Ia tidak pernah percaya adanya cinta pada pandangan pertama.
"Apa yang sedang kau tertawakan?" OuYang Qing tampak heran.
"Aku sedang menertawakan Hwesio Jujur. Aku baru saja mengoper dua potong batu bara yang amat panas kepadanya!"
"Batu bara panas?"
"Sabuk sutera."
"Sabuk sutera apa?" OuYang Qing tidak faham.
Lu Xiao Feng segera menerangkan semua yang telah terjadi. Waktu ia bercerita tentang SiKong Zhai Xing yang mencuri sehelai sabuk, kemarahannya hampir bangkit lagi. Waktu ia bercerita tentang Hwesio Jujur, ia hampir terbungkuk-bungkuk karena tertawa, tingkah-lakunya benar-benar seperti seorang anak kecil.
OuYang Qing menatap wajahnya, sebuah tatapan aneh pun muncul kembali di matanya. Laki-laki ini telah menukar dua helai sabuk sutera yang tak ternilai harganya dengan sepotong roti, dan masih bersikap seolah-olah dialah yang telah merampok Hwesio Jujur. Ia benar-benar belum pernah bertemu dengan orang seperti ini.
"Sayangnya kau belum benar-benar pulih, kalau tidak aku tentu akan menyimpan satu sabuk untukmu agar kau bisa melihat pertunjukan itu."
"Kau tidak memiliki sehelai pun sekarang?"
"Setengah helai pun tidak."
"Kau akan datang ke lokasi duel itu malam ini?"
"Tentu saja."
"Di mana sabukmu?"
Lu Xiao Feng tertegun. Baru sekarang ia menyadari bahwa ia sama sekali lupa untuk menyimpan satu sabuk untuk dirinya sendiri. Mungkinkah itu sebabnya mengapa si Hwesio Jujur pergi begitu cepat setelah mendapatkan sabuk itu, ia takut kalau-kalau Lu Xiao Feng tiba-tiba teringat"
"Hehehe!" Melihat ekspresi wajahnya, OuYang Qing tak tahan untuk tidak tertawa kecil. Bertemu dengan orang yang begini bodoh tidaklah sering terjadi. Lu Xiao Feng duduk di situ dengan ekspresi tertegun di wajahnya untuk beberapa lama, tanpa bicara sama sekali. Tiba-tiba ia melompat bangkit dan terbang keluar dari pondok itu.
Koleksi Kang Zusi
Secara kebetulan XiMen Chui Xue dan Sun Xiu Qing sedang melangkah menelusuri jalan setapak saat mereka berpapasan dengannya. Lu Xiao Feng bahkan tidak punya waktu untuk menyapa mereka saat ia terbang melintas di depan mereka, seakan-akan seseorang sedang mengejar-ngejarnya sambil mengacung-acungkan sapu.
Sun Xiu Qing memandang pada OuYang Qing, sambil duduk di atas pagar.
"Apakah kau mengusirnya?" Ia bertanya.
OuYang Qing menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Senyumannya begitu manis, tidak seorang pun akan percaya kalau ia tega mengusir orang lain.
"Jadi kau menakut-nakutinya?"
"Tidak perlu ada orang lain yang menakut-nakutinya, ia sendiri sudah amat pintar menggebah dirinya sendiri." OuYang Qing menjawab dengan nada main-main.
Sun Xiu Qing beberapa kali menatapnya dari atas ke bawah dan tersenyum: "Tampaknya kau cukup cepat mengenali sifatnya."
"Aku tahu hanya tahu kalau dia adalah seorang badut besar."
"Tapi ia adalah badut yang paling cerdik."
"Ia cerdik?"
"Bila menyangkut dirinya sendiri, ia memang seorang badut, karena ia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Tapi jika ada orang yang benar-benar menganggapnya hanya sebagai badut dan berusaha memperdayainya, maka orang itu akan bernasib buruk."
"Tidak perduli apakah ia jenius atau cuma seorang badut, semua itu tidak ada hubungannya denganku." OuYang Qing berkata.
Sun Xiu Qing mengedip-ngedipkan matanya: "Bukankah kau menyukainya?"
"Kau kira semua wanita di dunia ini harus menyukainya atau bagaimana?" OuYang Qing mencemooh.
"Aku bukan membicarakan semua wanita, aku membicarakan dirimu!"
"Mengapa kau tidak bicara tentang hal yang lain?"
"Kau sama sekali tidak tertarik padanya?"
"Tidak."
Sun Xiu Qing kembali tersenyum.
"Kau tidak bisa membodohiku, aku bisa melihatnya." Perlahan-lahan ia meletakkan tangannya di atas perutnya dan sebuah sinar mata yang senang dan bangga pun berkilauan di matanya. "Aku bukan hanya seorang wanita, aku pun akan segera menjadi seorang ibu. Seorang gadis kecil sepertimu tidak akan bisa mengibuliku."
OuYang Qing tidak menjawab, tapi wajahnya yang pucat telah merah merona.
"Kalian perempuan ini memang aneh." XiMen Chui Xue tiba-tiba berkata.
"Apanya yang aneh?"
Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Semakin kalian menyukai seorang laki-laki di dalam hatimu, semakin kalian bersikap tidak tertarik di luarnya. Aku benar-benar tidak faham mengapa kalian berbuat seperti itu."
"Menurutmu apa yang harus kami lakukan" Melompat ke pelukan laki-laki saat kami melihat mereka?"
"Setidaknya kalian bisa bersikap lebih ramah dan hangat padanya dan tidak menakut-nakutinya hingga dia pergi."
"Waktu kita pertama kali bertemu, apakah aku baik padamu?"
"Tidak."
"Tapi kau tidak ketakutan dan menjauh."
XiMen Chui Xue menatapnya, kehangatan itu kembali muncul di matanya.
"Seorang laki-laki sepertiku tidak bisa ditakut-takuti oleh apa saja atau siapa saja!"
"Benar," Sun Xiu Qing mengiyakan dengan nada main-main. "Laki-laki seperti dirimu inilah yang disukai perempuan."
Ia berjalan menghampiri dan menggenggam tangan suaminya.
Koleksi Kang Zusi
"Karena wanita kadang-kadang seperti domba, kami perlu diburu." Ia menjelaskan dengan lembut.
"Jika kau tidak cukup berani untuk memburunya dan hanya menontonnya saat mondar-mandir di depan matamu, maka kau tidak akan pernah berhasil memegang tanduknya yang berharga."
XiMen Chui Xue tersenyum.
"Kau telah memberikan tandukmu padaku?"
Sun Xiu Qing menghela nafas dengan lembut: "Aku telah memberimu tandukku, kulit, tulang, segalanya."
Sambil berpelukan, mereka berdiri di sana dalam kebisuan di bawah sinar matahari terbenam.
Mereka seperti telah lupa kalau orang lain masih ada di sana, seperti telah melupakan seluruh dunia ini. Matahari terbenam mungkin tampak indah, tapi sebentar lagi malam pun tiba. Berapa lama lagi mereka masih bisa saling berpelukan"
OuYang mengawasi mereka dari kejauhan. Walaupun di dalam hatinya ia senang melihat kebahagiaan mereka, ia juga merasa amat khawatir, khawatir atas kebahagiaan mereka.
Karena ia faham orang seperti apa XiMen Chui Xue itu, karena ia memahami pedang XiMen Chui Xue. Pedangnya itu bukanlah pedang manusia.
Orang biasa yang punya perasaan, darah dan daging tidak akan mampu mencapai ilmu pedang tak berperasaan seperti itu. Pedang itu benar-benar telah mencapai tingkatan "dewata".
XiMen Chui Xue bukanlah orang biasa yang punya perasaan, daging dan darah. Hidupnya telah lama dikorbankan untuk pedangnya, pada pedangnya. Seakan-akan dirinya dan pedangnya telah melebur menjadi satu, dan juga telah mencapai tingkatan "dewata".
Tapi sekarang ia telah berubah menjadi orang biasa, sekarang ia juga terdiri dari daging dan darah, ia juga punya perasaan. Masih mampukah ia menggunakan pedang tanpa perasaan itu" Mungkinkah ia mampu mengalahkan Ye Gu Cheng"
Matahari terbenam mungkin terlihat indah, tapi sebentar lagi akan berlalu dan bulan pun segera akan muncul. Bulan malam ini tampaknya telah ditakdirkan akan berlumuran darah oleh darah seorang laki-laki. Tapi darah siapa"
Bab 10: Sabuk Sutera Yang Ketujuh
Tanggal 15 September, senja hari. Warna-warna matahari terbenam yang spektakuler tampak memenuhi angkasa. Lu Xiao Feng terbang keluar dari toko roti itu dan mulai melesat di sepanjang jalan raya yang tampak kemerah-merahan.
Ia harus menemukan satu sabuk sutera sebelum bulan terbit. Ia tidak boleh ketinggalan acara duel malam ini. Sama sekali tidak boleh!
Karena Ye Gu Cheng dan XiMen keduanya adalah sahabatnya, karena ia telah menyadari bahwa, di bawah sinar bulan purnama, saat duel mereka, sesuatu yang mengguncangkan dunia akan terjadi, sesuatu yang bahkan lebih mengejutkan daripada duel itu sendiri.
Tentu saja ia tidak bisa meminta kembali sabuk-sabuk sutera yang telah ia berikan pada orang lain.
Tetapi sabuk curian tentu berbeda. Kau bukan hanya bisa menuntut kembali apa yang telah dicuri orang darimu, kau pun bisa balas mencurinya, atau bahkan mengambilnya secara paksa. Ia telah memutuskan apa yang harus ia lakukan. Satu-satunya masalah adalah bagaimana cara ia menemukan SiKong Zhai Xing"
Orang ini seperti angin, malah mungkin lebih sukar dilacak daripada angin. Orang yang tidak ingin mencari tentu akan sering bertemu dengannya, tapi yang ingin mencarinya tentu tidak akan pernah menemukannya.
Untunglah bagi Lu Xiao Feng, ia masih memiliki satu petunjuk. Ia masih ingat nama toko obat dari mana SiKong Zhai Xing tampak berjalan keluar.
SiKong Zhai Xing jauh lebih sehat daripada sebagian besar orang yang telah menjadi korbannya, tidak mungkin ia mencari semacam obat di toko itu. Maka, jika ia berjalan keluar dari toko obat itu, tentu toko obat itu setidaknya ada hubungannya dengan dirinya.
Koleksi Kang Zusi
Huruf-huruf emas nama toko obat itu tampak berkilauan tertimpa sinar matahari. Di depan pintu ada seorang anak kecil yang sedang bermain bulu ayam. Saat ia melihat Lu Xiao Feng mendekat, ia segera memasukkan jarinya ke dalam mulut dan bersuit.
Dengan tiba-tiba, dari kedua ujung jalan, kiri dan kanan, selusin atau lebih anak-anak kecil yang tertawa cekikikan tampak berhamburan ke jalan dan berkumpul di depan Lu Xiao Feng.
Mereka masih mengenali Lu Xiao Feng, dan tentu saja, masih ingat pada lagu pendek yang bisa membunuh orang dengan cara membuatnya meledak karena marah atau sesak nafas karena tertawa itu.
Lu Xiao Feng pun tertawa cekikikan, ia yakin anak-anak ini hendak menyanyikan lagu "SiKong Zhai Xing, si peri monyet" lagi.
Tapi anak-anak itu malah mulai bernyanyi sekuat-kuatnya:
"Xiao Feng bukanlah burung, tapi kutu busuk,
Kutu busuk berkepala runcing, suka menggali lubang seharian, Anjing buang air di lubang itu, maka dia pun makan kotoran, Setumpuk besar kotoran anjing yang bau, kutu busuk pun bisa terbang di atasnya."
Baris-baris kalimat macam apa itu" Hampir tidak ada artinya.
Lu Xiao Feng tidak bisa memutuskan apakah ia harus tertawa ataukah marah. Sepertinya ia telah lupa kalau baris-baris lagu yang ia berikan dulu pun sama sekali tidak berirama.
Tentu saja ia tahu dari mana asal lagu itu. SiKong Zhai Xing tentu telah kembali ke tempat itu.
Setelah bersusah-payah, akhirnya ia berhasil menyuruh anak-anak itu berhenti.
"Apakah laki-laki tua berambut putih itu datang kembali?" Ia segera bertanya, tidak mau mengambil resiko sedikit pun.
Anak-anak itu mengangguk.
"Ia mengajari kami lagu itu, ia bilang lagu itu adalah lagu kesukaanmu dan jika kami menyanyikannya dengan baik, kau akan membelikan kami permen!" Mereka semua berteriak.
Lu Xiao Feng merasa dirinya hampir tertawa terbahak-bahak lagi, siapa yang mau membelikan orang lain permen setelah dihina habis-habisan"
Anak-anak itu mengedip-ngedipkan mata sambil menatapnya dengan penuh harap.
"Bagaimana lagu kami tadi?"
"Bagus, sangat bagus." Lu Xiao Feng mengangguk.
"Kau akan membelikan kami permen?"
Lu Xiao Feng menghela nafas dan tertawa pertanda mengaku kalah: "Ya, tentu saja."
Apa saja yang orang lain tidak mau melakukannya, Lu Xiao Feng sering kali melakukannya.
Bagaimana mungkin ia mengecewakan hati anak-anak ini" Ia segera pergi dan membelikan permen, permen yang amat banyak. Saat melihat keceriaan anak-anak itu, hatinya pun mencair.
Dengan permen di mulut, dua orang anak lalu menarik-narik bajunya.
"Kakek itu benar, kau adalah orang yang baik, Tuan!" Mereka bersorak.
"Ia benar-benar mengatakan kalau aku orang yang baik?" Lu Xiao Feng tampak acuh tak acuh.
"Ia bilang kau ini amat penurut, bahkan sejak kau masih bayi."
Lu Xiao Feng makin tidak percaya: "Bagaimana ia tahu seperti apa diriku saat aku masih bayi?"
"Ia melihatmu tumbuh, ia bahkan sering mencebokimu saat kau buang kotoran, tentu saja ia tahu."
Lu Xiao Feng menggeram tanpa sadar, saat itu tidak ada yang lebih ingin ia lakukan daripada mengikat peri monyet itu dan memukulinya beberapa kali, mungkin lebih.
"Kakek itu tadi ada di sini, jika kau datang lebih cepat, Tuan, kau tentu akan bertemu dengannya."
"Ke mana dia pergi?"
"Ia terbang lagi, dan begitu tinggi! Tuan, kau bisa terbang lebih tinggi darinya?"
Lu Xiao Feng merapikan leher baju dan lengan bajunya: "Aku tidak begitu yakin, mengapa kalian tidak memperhatikan saja dan melihatnya?"
Karena SiKong Zhai Xing tidak berada di sana, tidak ada gunanya baginya untuk tinggal di sini lebih lama lagi.
Tapi anak-anak itu segera mencegahnya: "Tunggu sebentar, Tuan, ada satu hal lagi yang hendak kami beritahukan padamu."
Koleksi Kang Zusi
"Apa itu?"
"Kakek itu meninggalkan sebuah bungkusan kecil untukmu. Ia bilang, kami harus memberikannya padamu jika kau membelikan kami permen dan membuangnya ke selokan jika kau tidak membelikan permen."
Anak yang larinya tercepat telah berlari masuk ke dalam toko obat dan berjalan keluar dengan sebuah bungkusan di tangan. Tak pernah terduga oleh Lu Xiao Feng kalau di dalam bungkusan itu terdapat dua helai sabuk sutera.
Di bawah sinar matahari terbenam, sabuk-sabuk itu telah berubah warna menjadi kemerah-merahan.
Selain dari sabuk, di dalam bungkusan itu juga terdapat secarik kertas: "Mencuri satu darimu, mengembalikan dua padamu. Aku seorang peri monyet, kau seekor kutu busuk. Kau ingin memukul pantatku" Aku akan membuatmu makan kotoran."
Lu Xiao Feng tertawa, tertawa dengan keras: "Bajingan kecil itu benar-benar tidak waras, ya kan?"
Mengapa ia mengembalikan dua helai sabuk sutera lagi setelah mencuri satu" Dari mana asal sabuk sutera yang satunya lagi"
Lu Xiao Feng tidak mau lama-lama memikirkan pertanyaan itu. Sekarang kedua sabuk sutera ini telah berada di tangannya tanpa harus bersusah-payah, jelas ia lebih gembira daripada anak-anak itu saat mereka melihat banyaknya permen yang ia belikan untuk mereka: "Perhatikan sekarang, katakan siapa yang terbangnya lebih tinggi ya?"
Masih sambil tertawa, ia bersalto tiga kali dan mendarat lagi di atas atap bangunan.
"Kau lebih tinggi! Kau terbang lebih tinggi daripada kakek itu!" Anak-anak itu bersorak.
Dengan mata yang jernih dan kepolosan mereka, mereka tidak akan pernah berdusta. Lu Xiao Feng merasa lebih enak, jika itu mungkin. Ia merasa seakan-akan sedang melayang, seakan-akan sepasang sayap baru saja tumbuh di tubuhnya dan ia pun seakan terbang ke bulan. Bulan mungkin belum terbit, tapi matahari terbenam telah menghilang di cakrawala.
Malam pun perlahan-lahan turun. Lu Xiao Feng kembali ke Rumah Makan Lezat dan Harum lewat pintu belakang. Melalui jendela, ia bisa melihat kalau lampu telah dinyalakan. Sinar lampu yang lembut itu membuatnya lebih mudah melihat Sun Xiu Qing dan OuYang Qing melalui jendela yang terbuka dari semak-semak bunga.
Mereka berdua memang cantik, dan di bawah sinar lampu, mereka bahkan terlihat lebih cantik.
Pintu itu tidak tertutup rapat. Lu Xiao Feng sama sekali lupa untuk mengetuk karena hatinya terasa berat. Kapan XiMen Chui Xue pergi"
Ia ingin bertanya, tapi tidak jadi. Ia tidak berani, juga tidak bisa menahan fikiran itu. Di atas meja ada tiga buah cangkir kosong dan satu poci arak. Ia menuangkan secangkir untuk dirinya sendiri dan perlahan-lahan meminum isi cangkir itu sebelum menuangkan secangkir lagi dan dengan cepat menghabiskan isinya lagi.
"Ia sudah pergi." Tiba-tiba terdengar Sun Xiu Qing berkata.
"Aku tahu."
"Ia bilang, ia ingin pergi lebih cepat agar ia bisa meninggalkan kota dan masuk lagi, sehingga orang-orang tidak mengira kalau selama ini ia sebenarnya telah berada di dalam kota!"
"Aku bisa menduganya."
"Kuharap kau pun pergi ke sana lebih cepat, karena". karena ia tidak punya sahabat lain."
Lu Xiao Feng tidak bisa berkata apa-apa dan Sun Xiu Qing pun tidak berkata apa-apa lagi. Ia berpaling dan menatap kegelapan melalui jendela. Malam pun perlahan-lahan turun, bulan purnama pelan-pelan telah naik ke angkasa. Angin pun terasa semakin dingin.
Setelah beberapa lama, Sun Xiu Qing bicara lagi dengan perlahan.
"Malam ini amat indah, jauh lebih indah daripada biasanya. Tapi segera ia pun hilang." Ia menutup matanya dan air mata pun mengalir di pipinya. Setelah hening beberapa saat, ia meneruskan:
"Mengapa sesuatu yang bagus dan indah selalu begitu cepat menghilang" Mengapa mereka tidak bisa tinggal di dunia ini sedikit lebih lama?"
Apakah ia sedang bertanya pada Tuhan" Atau ia bertanya pada Lu Xiao Feng" Lu Xiao Feng tak tahu harus menjawab apa. Tidak ada yang tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan ini.
Koleksi Kang Zusi
Ia menghabiskan secangkir arak lagi sebelum ia bisa memaksakan sebuah senyuman di wajahnya:
"Aku pergi juga. Aku berjanji akan membawanya pulang!"
Ia tidak berani berkata apa-apa lagi, juga tidak berani melirik pada OuYang Qing. Tadinya ia bermaksud memberikan sabuk sutera yang satunya lagi pada gadis itu agar ia pun bisa menyaksikan duel abad ini.
Tapi ia tidak jadi menyebut-nyebut tentang hal itu. Ia tahu OuYang Qing tentu lebih suka tinggal di sini untuk menemani Sun Xiu Qing. Ia faham bagaimana perasaan Sun Xiu Qing, perasaannya itu bukanlah cemas, takut, berat hati.." Kata-kata itu mungkin tidak cukup. Saat ini ia benar-benar berharap dapat membawa pulang XiMen Chui Xue.
Tepat saat ia bangkit dan hendak pergi, OuYang Qing tiba-tiba menggenggam tangannya, memaksanya berpaling dan melihat matanya. Air matanya juga tampak menetes. Bahkan orang tolol pun bisa melihat perhatian dan kasih sayangnya. Tentu saja Lu Xiao Feng bisa melihatnya juga, walaupun ia hampir tidak bisa percaya. " Bagaimana mungkin OuYang Qing yang sedang menatapnya saat ini sama dengan OuYang Qing sebelumnya yang sedingin es"
Mengapa ia tiba-tiba berubah" Lu Xiao Feng baru menyadari betapa sedikitnya pengetahuan yang ia miliki tentang wanita.
Untunglah ia cukup faham bahwa seorang wanita tidak akan pernah menatapnya seperti ini jika ia benar-benar membencinya, ia juga tak akan menggenggam tangannya. Tangan OuYang Qing terasa dingin, tapi tangan itu menggenggam tangannya dengan erat. Baru sekarang gadis ini benar-benar faham betapa sakit rasanya bagi seorang wanita jika ia kehilangan laki-laki yang dicintainya.
Mereka berdua saling bertatapan untuk beberapa lama.
"Kau juga akan pulang?" Ia akhirnya bertanya dengan suara hampir berbisik.
"Aku akan pulang!"
"Kau berjanji?"
"Aku berjanji!"
OuYang Qing pelan-pelan berpaling dan ia melepaskan tangan Lu Xiao Feng dengan perlahan-lahan: "Aku akan menunggumu."
"Aku akan menunggumu." Perasaan yang berada di lubuk hati seorang laki-laki saat ia tahu ada seorang wanita yang menunggunya adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh perasaan apa pun.
"Aku akan menunggumu." Betapa indah, hangat, dan ajaib kalimat itu. Lu Xiao Feng seperti mabuk, tapi ia bukan mabuk karena alkohol.
-----------------------
Bulan yang terang terlihat jauh di angkasa, dan Lu Xiao Feng sedang menghadapi satu teka-teki lagi
" Ada sehelai sabuk sutera lagi yang harus diberikan, tapi pada siapa ia harus memberikannya"
Orang-orang yang patut menerima sabuk sutera itu tidak terlihat di mana-mana.
Jalan raya itu terlihat ramai, tetapi lebih ramai lagi di dalam rumah-rumah makan dan warung arak.
Segala jenis orang sedang duduk di meja, membicarakan urusan mereka malam itu.
Lu Xiao Feng tidak perlu mendengarkan apa yang mereka bicarakan karena ia tahu bahwa mereka sedang menunggu hasil duel malam ini. Tak diragukan lagi, banyak di antara mereka yang telah mempertaruhkan uang untuk XiMen Chui Xue atau pun Ye Gu Cheng.
Duel ini bukan hanya mengguncangkan dunia persilatan, bahkan telah menembus hingga kedalaman masyarakat ibukota. Tidak pernah ada duel yang berdampak luas seperti ini sebelumnya.
Lu Xiao Feng merasa hal itu amat lucu. Ia yakin, jika XiMen Chui Xue dan Ye Gu Cheng tahu tentang ini, mereka pun akan merasa hal ini amat lucu.
Saat itulah ia melihat seorang laki-laki berjalan keluar dari sebuah warung teh di seberang jalan.
Orang ini bertubuh amat jangkung dan kurus, berpakaian mewah, gayanya pun amat berbudaya, dan mengenakan sehelai jubah biru yang indah. Di pelipisnya ada beberapa helai rambut perak. Dia tidak lain adalah "Majikan Kota Selatan", Du Tong Xuan.
Ini mungkin bukan wilayah Li Yan Bei lagi, tapi tetap merupakan wilayah saingan Du Tong Xuan.
Mengapa ia tiba-tiba muncul di sini" Dan bahkan tanpa membawa satu pun pengawal"
Lu Xiao Feng segera memburunya dan menepuk pundaknya.
Koleksi Kang Zusi
"Sarjana Du, apa kabar?"
Du Tong Xuan benar-benar terperanjat dan ia memutar kepalanya dengan segera. Ketika ia menyadari bahwa orang yang menyapanya itu adalah Lu Xiao Feng, ia lalu memaksakan sebuah senyuman yang palsu: "Lumayan, terima kasih!"
"Di mana pengawalmu?" Ia bertanya, menyebut laki-laki misterius yang berpakaian hitam itu.
"Ia sudah pergi!"
"Mengapa dia pergi?"
"Kolam yang kecil tidak bisa menghidupi ikan besar, tentu saja ia pergi!"
Lu Xiao Feng diam-diam melihat ke sekelilingnya sebelum merendahkan suaranya dengan sengaja:
"Jadi kau datang sendirian ke wilayah Li Yan Bei ini?"
Du Tong Xuan tersenyum.
"Rasanya ini bukan wilayah Li Yan Bei lagi." Ia menjawab dengan santai.
"Ia mungkin sudah mati, tapi ia masih memiliki sekelompok anak buah!"
"Setelah seseorang mati, bahkan isterinya pun boleh menikah lagi, apalagi "anak buah"!"
Lu Xiao Feng pun tertawa: "Tampaknya kau bukan hanya tahu kalau Bos Li sudah mati, tapi kau juga tahu bahwa orang-orangnya pun telah ditelan oleh Kuil Awan Putih!"
Tapi wajah Du Tong Xuan tetap tidak memperlihatkan emosi. "Di dalam bisnis kami, yang tidak bisa mendapatkan berita dengan cepat tidak akan berumur panjang." Ia berkata dengan dingin.
"Mungkinkah Gu Qing Feng adalah temanmu?"
"Ia mungkin bukan seorang teman, tapi setidaknya ia juga bukan seorang musuh!"
"Tak heran kau berada di sini sendirian." Lu Xiao Feng tersenyum.
"Jika kau punya waktu, Tuan, kedatanganmu selalu diterima di wilayahku. Dan kau boleh membawa berapa banyak pun orang yang kau inginkan."
Bola mata Lu Xiao Feng pun berputar-putar dan sebuah ide muncul di benaknya: "Karena kau telah memasang taruhan begitu besar untuk Ye Gu Cheng, aku berani bertaruh kalau kau sebenarnya ingin sekali menyaksikan langsung duel malam ini!"
Du Tong Xuan tidak mengakui, juga tidak menyangkal.
"Aku punya satu sabuk sutera, jika kau tertarik, aku bisa memberinya padamu!"
Du Tong Xuan tidak menjawab selama beberapa saat, seakan-akan ia sedang mempertimbangkan tawaran itu.
"Bos Bu Ju pun berada di warung teh tadi."
"Oh?"
"Mengapa kau tidak memberikan sabuk sutera itu padanya?"
Lu Xiao Feng terdiam. Orang lain mencoba segalanya untuk mendapatkan sabuk sutera ini, tapi sekarang saat ia menawarkannya pada Du Tong Xuan secara gratis, secara tak terduga malah ditolak.
Du Tong Xuan merangkap tangannya dan memberi hormat sekilas pada Lu Xiao Feng.
"Jika tidak ada yang lain, Tuan, aku harus pergi. Selamat tinggal."
Dan hanya begitu saja, ia pun pergi, bahkan tanpa memperlihatkan sedikit pun tanda-tanda ingin tinggal sebentar.
Dengan bingung Lu Xiao Feng berdiri di sana seperti orang tolol selama beberapa saat sebelum tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat bahwa Bu Ju baru saja berjalan keluar dari warung teh itu. Bu Ju juga melihatnya serta sabuk sutera di pundaknya itu. Tiba-tiba ia tersenyum.
"Kau belum menjual seluruh sabukmu?" Senyuman itu tampak amat ganjil, seperti ada tanda-tanda ejekan di dalamnya.
"Sabuk sutera ini bukan untuk dijual, tapi bisa diberikan pada siapa pun. Jika kau masih menginginkannya, aku akan memberikannya padamu."
Bu Ju kembali menatapnya, senyumannya bahkan semakin ganjil: "Sayangnya aku tidak suka ber-kowtow!"
"Tak perlu ber-kowtow."
"Benarkah?"
"Tentu saja."
Koleksi Kang Zusi
"Dan aku pun benar-benar tidak menginginkannya!" Ekspresi wajahnya tiba-tiba tampak tertekuk dan ia mengibaskan lengan bajunya pada Lu Xiao Feng dan berjalan pergi, bahkan tidak melirik ke arah Lu Xiao Feng lagi.
Kembali Lu Xiao Feng terdiam. Ini adalah orang yang sama dengan orang yang tadi siang bersedia menukarkan 3 buah cincin giok yang amat besar dengan sehelai sabuk sutera, tapi sekarang ia bahkan tidak menginginkannya walaupun gratis.
Lu Xiao Feng tidak faham apa yang sedang terjadi, tapi ia tidak punya waktu untuk merenungkannya. Bulan purnama telah naik dan ia harus pergi ke Kota Terlarang sesegera mungkin. Ia tidak boleh terlambat.
Aula Keselarasan Utama berada di dalam Gerbang Keselarasan Utama. Di luar Pintu Gerbang Keselarasan Utama terdapat Sungai Sabuk Giok Emas yang, di bawah sinar bulan, terlihat seperti sehelai sabuk giok emas.
Lu Xiao Feng berjalan melalui Gerbang Timur, Gerbang Nenek Moyang, dan Gerbang Tengah yang terletak di bawah Menara Pengawas Naga dan Phoenix sebelum akhirnya tiba di bagian paling terlarang dari Kota Terlarang ini, kota di dalam kota.
Dalam perjalanan ke tempat itu, ada berpeleton-peleton penjaga dan pos penjagaan di setiap beberapa langkah. Amatlah sukar bagi siapa pun untuk tiba di sana tanpa membawa sabuk sutera, dan walaupun mereka bisa sampai di sana, mustahil bagi mereka untuk maju lebih jauh melewati tempat yang seperti medan ranjau ini.
Walaupun tidak terlihat satu pun bayangan manusia pada saat itu, tentu ada seorang jago kungfu dalam kelompok Penjaga Istana itu yang menunggu untuk menjebakmu di setiap sudut yang gelap.
Segala macam naga yang bersembunyi dan harimau mendekam ada di antara Penjaga Istana, beberapa di antaranya merupakan jago-jago kungfu yang mewarisi ilmu pusaka keluarga mereka, ada yang merupakan pendekar-pendekar muda yang ambisius dan pemberani, dan ada pula beberapa penjahat yang berusaha sembunyi dari musuh-musuhnya. Ujung-ujungnya, tidak ada orang di dunia ini yang berani memandang rendah kemampuan mereka. Di bawah sinar bulan, terlihat seseorang duduk di jembatan yang menghubungkan kedua tepi parit itu. Kepalanya terlihat bersinar-sinar.
"Hwesio Jujur." Lu Xiao Feng segera berlari menghampirinya.
"Kau tiba di sini sebelum waktunya." Ia tersenyum.
Hwesio Jujur sedang menggigit sepotong roti hangat waktu ia melihat Lu Xiao Feng berlari menghampiri. Dengan tergesa-gesa ia membungkus roti itu dan memasang tampang tak bersalah pada Lu Xiao Feng, berharap ia tidak melihat rotinya tadi.
Lu Xiao Feng tertawa: "Melihatnya berada di tanganmu, aku tiba-tiba menyadari sesuatu."
"Apa itu?"
"Aku sadar kalau aku tadi lupa makan malam lagi."
Hwesio Jujur memutar-mutar bola matanya: "Kau hendak mencoba menipu roti ini lagi dariku?"
Lu Xiao Feng balas menatapnya: "Kapan aku pernah berdusta padamu" Aku bertukar dua helai sabuk sutera untuk satu roti denganmu. Kau merasa dirampok?"
Hwesio Jujur memandang sekelilingnya sebentar sebelum tiba-tiba tersenyum pula: "Aku akan berkata jujur, aku punya tiga potong roti lagi padaku, ditambah setengah potong. Kau tertarik untuk menukarnya?"
"Ya."
"Apa yang akan kau gunakan sebagai alat tukarnya?"
"Semua yang aku punya, aku membawanya. Apa pun yang kau inginkan, aku akan memberikannya padamu!"
Hwesio Jujur menimbang-nimbang beberapa kali.
"Sepertinya yang kau punya tidak lebih banyak dariku!" Ia tertawa, menertawakan keadaannya yang sama menyedihkannya dengan Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng pun tertawa.
"Setidaknya aku punya satu kumis lebih banyak darimu, belum lagi beberapa ribu utas rambutku."
Koleksi Kang Zusi
"Aku tidak menginginkan rambut atau kumismu, aku hanya ingin kau berjanji satu hal padaku, maka setengah bagian dari makanan ini akan menjadi milikmu."
"Apa itu?"
"Bila lain kali kau bertemu denganku, kau pura-pura tidak mengenalku. Dengan begitu, akhirnya aku tentu bisa menghabiskan hari-hariku dalam ketenangan."
Lu Xiao Feng mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak dan menepuk-nepuk pundak Hwesio Jujur sambil duduk di sampingnya, ia masih tidak mampu mengendalikan tawanya.
"Jadi bagaimana?"
"Tidak."
"Kau tidak menginginkan rotiku?"
"Ya."
"Lalu mengapa tidak?"
"Karena aku sudah punya sepotong roti hangat."
Hwesio Jujur tertegun.
"Dari mana kau mendapatkannya?"
"Dari SiKong Zhai Xing!"
"Si Kong Zhai Xing?" Hwesio Jujur semakin bingung.
Lu Xiao Feng tersenyum.
"Jika bukan karena sesuatu hal kecil yang kuambil dan kutiru darinya, bagaimana mungkin aku bisa mengambil rotimu" Jadi tentu saja roti ini berasal darinya!"
Hwesio Jujur tidak berkata apa-apa lagi, sekarang ia sadar bahwa rotinya telah berkurang satu. Roti itu telah berada di tangan Lu Xiao Feng, muncul begitu saja, seperti sulap.
Hwesio Jujur menghela nafas.
"Ia tidak mempelajari yang lain, ia malah belajar mencuri." Ia bergumam.
"Setidaknya pencuri tak pernah kelaparan." Lu Xiao Feng tertawa sambil menyumpalkan setengah bagian roti ke dalam mulutnya. "Apa yang kau tunggu di sini?"
"Menunggu Kaisar pergi tidur." Hwesio Jujur menjawab dengan muka yang kaku.
"Jadi kita belum bisa masuk?"
"Belum."
"Berapa lama kita harus menunggu?"
"Kita akan tahu bila waktunya telah tiba!"
Lu Xiao Feng mundur dan memandang ke sekelilingnya dengan lebih teliti.
"Apakah XiMen Chui Xue dan Ye Gu Cheng pun belum tiba?"
"Aku tidak tahu."
"Bagaimana dengan yang lain?"
"Aku tidak tahu."
"Kau melihat orang lain?"
"Aku melihat satu setengah manusia."
"Satu setengah?"
"Yang satu adalah Yin Xian, dialah yang menyuruhku untuk menunggu di sini!"
"Siapa yang setengahnya lagi?"
"Kau, paling banyak kau hanya bisa dihitung sebagai setengah manusia."
Sekali lagi Lu Xiao Feng tertawa. Tiba-tiba, dari balik kegelapan, sesosok bayangan muncul. Ia melayang di udara, memperlihatkan gerakan "Delapan Langkah Mengejar Jangkrik" yang berasal dari aliran lurus. Setelah beberapa kali lompatan, bayangan itu telah berada di hadapan mereka.
Mengenakan jubah hijau, rambut perak yang berkibar-kibar, ia tidak lain adalah pemimpin Sekte Wu Dang, Tosu Kayu.
"Kau benar-benar jujur." Lu Xiao Feng berkata sambil tersenyum. "Jadi kau tidak menelan sendiri apa yang menjadi hak teman pendetamu."
"Aku hanya tahu cara menelan roti, sayangnya roti itu pun sekarang telah dicuri."
Tosu Kayu melirik Lu Xiao Feng dan pura-pura mengerutkan keningnya: "Orang macam apa yang begitu rendahnya hingga mencuri roti seorang hwesio?"
Koleksi Kang Zusi
"Bila punya kesempatan, aku pun akan mencuri dari seorang tosu."
Tosu Kayu tersenyum.
"Setidaknya orang ini jujur, ia mengaku tanpa dipaksa."
Saat ia berkata begitu, sebuah bayangan lain pun muncul.
Lu Xiao Feng melirik dan mengerutkan keningnya: "Pada siapa kau berikan sabuk sutera yang lainnya?"
"Yan Ren Ying."
"Orang ini bukan Yan Ren Ying." Tosu Kayu segera menyimpulkan.
"Juga bukan Tang Tian Zong, apalagi Si Ma Zi Yi."
Gerakan orang ini amat unik, saat mendekat lengan bajunya tampak berkibar-kibar tertiup angin.
Seakan-akan ia melayang bersama angin tanpa perlu mengeluarkan tenaga sedikit pun.
Yan Ren Ying, Tang Tian Zong, dan Si Ma Zi Yi tidak mampu melakukan gerakan seperti itu.
Kenyataannya, termasuk Lu Xiao Feng, tidak lebih dari tiga sampai lima orang di dunia persilatan yang mampu melakukan hal tersebut.
"Siapa ini?" Hwesio Jujur bertanya-tanya.
"Ia bukan manusia, bahkan bukan setengah manusia. Ia adalah peri monyet." Lu Xiao Feng menjawab.
Sebelum ucapannya selesai, bayangan itu melesat ke arah mereka seperti roket, pakaiannya meraung-raung terhembus angin, seakan-akan ia bermaksud untuk menabrak Lu Xiao Feng. Tapi tepat sebelum ia bertubrukan dengan Lu Xiao Feng, tiba-tiba ia berjumpalitan ke belakang sebanyak tiga kali di udara dan perlahan-lahan mendarat di atas tanah. Ia adalah seorang laki-laki tua berambut putih, yang terbungkuk-bungkuk karena menahan batuk yang parah.
"Kalian berdua tahu siapa peri monyet ini?" Lu Xiao Feng berkata dengan muka yang kaku.
?"SiKong Zhai Xing, si peri monyet." Aku mendengar lagu itu sore ini." Tosu Kayu berkata sambil tersenyum.
"Tampaknya samaranku benar-benar tidak berguna!" SiKong Zhai Xing menghela nafas.
"Seharusnya kau tidak memperlihatkan ilmu meringankan tubuhmu itu, selain dari SiKong Zhai Xing, siapa lagi yang mampu melakukannya?" Tosu Kayu berujar.
"Aku." Lu Xiao Feng menukas.
Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
?"Setumpuk besar kotoran anjing, bahkan kutu busuk pun bisa terbang di atasnya.?" SiKong Zhai Xing bernyanyi sambil tersenyum.
Lu Xiao Feng pura-pura tidak mendengarnya dan, malah, menatap sabuk sutera yang ada padanya:
"Kau mencuri salah satu sabukku, dan memberiku dua."
"Kau tahu aku, selalu mengingat sahabat. Saat aku tahu kau lupa untuk menyisakan satu sabuk untuk dirimu sendiri, aku pun pergi dan menemukan dua untukmu."
"Dari mana kau mendapatkannya?"
"Jangan lupa kalau aku adalah si Raja Pencuri!"
"Apakah kau mencuri miliknya Si Ma Zi Yi dan Tang Tian Zong?"
SiKong Zhai Xing hanya tertawa dan tiba-tiba menunjuk ke kejauhan: "Mengapa kau tidak melihat siapa yang datang itu?"
Dua sosok bayangan kembali mendekat dari kejauhan. Orang yang di sebelah kiri tampaknya selalu mengangkat bahunya di udara, seakan-akan ia bermaksud untuk melepaskan senjata rahasia, menggunakan ilmu meringankan tubuh milik keluarga Tang. Orang yang di sebelah kanan tampak amat berat dan canggung, seakan-akan ia telah menghabiskan terlalu banyak waktu dalam berlatih tenaga luar. Jika Tang Tian Zong tidak memperlambat kecepatannya, ia tentu akan tertinggal jauh di belakang.
"Tampaknya tuan muda keluarga Tang telah berada di sini!" Hwesio Jujur berujar.
"Siapa yang satunya lagi?" Tosu Kayu bertanya.
"Bu Ju!" Hwesio Jujur menjawab. Itu memang Bu Ju. Sekali lagi senyuman mengejek pun muncul di wajahnya saat ia melihat kehadiran Lu Xiao Feng, seakan-akan ia berkata: "Kau tidak memberiku sabuk, aku tetap berada di sini."
Koleksi Kang Zusi
Anehnya, ada sehelai sabuk sutera terikat di pinggangnya. Di bawah sinar bulan, warna sabuk itu berubah-ubah dari ungu terang ke perak, tergantung sudutnya. Jelas sabuk itu terbuat dari bahan yang sama dengan sabuk-sabuk sutera lainnya. Sabuk sutera yang diterima Lu Xiao Feng berjumlah 6 buah. Tapi, dengan dua helai yang sekarang ada pada Lu Xiao Feng, satu pada Hwesio Jujur, Tosu Kayu, dan SiKong Zhai Xing, ditambah dua yang ada pada mereka, semuanya ada 7 helai.
Bagaimana mungkin 6 sabuk bisa menjadi 7" Dari mana asal sabuk yang satunya" Wajah Bu Ju terlihat bangga saat ia melangkah ke atas jembatan itu dengan angkuh, tapi wajah Tang Tian Zong terlihat kaku saat ia melirik ke arah Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng tahu bahwa mereka tidak akan bercerita walaupun ia bertanya; di samping itu, ia tidak punya waktu untuk bertanya.
Sebuah bayangan melesat keluar dari dalam Gerbang Keselarasan Utama. Sebatang pedang panjang tampak tersandang di punggungnya dan ia mengenakan seragam Penjaga Istana. Seragam itu terlihat agak berantakan, jelas ia baru saja bersenang-senang sedikit. Tapi gerak-geriknya masih tetap tangkas. Ia tak lain daripada salah seorang Komandan Utama Pengawal Istana, Yin Xian.
Wajahnya juga tampak kaku dan ekspresinya pun muram.
"Aku tahu semua yang ada di sini adalah jago-jago dunia persilatan, tapi kuharap setiap orang pun sadar tempat macam apa ini. Ini bukanlah warung teh, jika kalian ingin berbincang-bincang, maka kalian telah datang ke tempat yang salah." Ia bicara seperti seorang atasan pada bawahannya, tetapi semua orang terpaksa harus mendengarkan. Yin Xian dan kawan-kawannya telah mengambil resiko dan tanggung-jawab yang amat besar dalam hal ini, jadi mereka tentu sedikit merasa tertekan. Di samping itu, ini memang bukan tempat untuk berbincang-bincang.
Setelah gembar-gembor itu, ekspresi Yin Xian sedikit melunak saat ia menatap 6 orang yang hadir:
"Sekarang semua orang telah ada di sini, silakan masuk. Setelah melewati altar besar itu, ada sebuah aula yang amat besar. Itulah Aula Keselarasan Utama."
"Apakah tempat itu juga merupakan ruangan singgasana?"
Yin Xian mengangguk.
"Bangunan tertinggi di Istana Kerajaan adalah Aula Keselarasan Utama. Jika dua jagoan itu akan berduel di puncak Kota Terlarang, mungkin sebaiknya setiap orang menunggu di sana." Ia melirik Bu Ju, dan memandang orang tua bungkuk itu, dan meneruskan dengan dingin. "Karena kalian telah bersusah-payah sampai di sini, ilmu meringankan tubuh kalian tentu bagus. Tapi aku harus memperingatkan semua orang bahwa ini bukanlah atap bangunan biasa. Cukup sukar untuk naik ke atasnya, tapi genteng atap itu semuanya merupakan genteng kaca yang licin. Jadi setiap orang harus berhati-hati dalam melangkah karena kita semua akan menanggung akibatnya jika salah seorang dari kita terjatuh dari atas atap."
Ekspresi wajah Bu Ju berubah menjadi muram, senyuman itu tidak terlihat lagi. Bahkan SiKong Zhai Xing tampak sedikit menarik nafas dalam-dalam. Hingga saat ini Lu Xiao Feng bahkan tidak punya kesempatan untuk bicara.
Ia baru saja hendak bicara saat Yin Xian memotongnya: "Jangan naik dulu ke atas atap, ada seseorang yang sedang menunggumu."
"Siapa?"
"Jika kau ingin bertemu dengannya, ikuti aku."
Sambil mengangkat bahunya sedikit, ia pun melayang pergi, seakan-akan ia ingin menunjukkan sedikit kemampuannya di depan semua orang.
Ia cukup cepat, hanya dengan satu lompatan sederhana, ia telah melesat sejauh 8 m. Lu Xiao Feng mengikutinya dalam jarak dekat, tidak ingin terlalu menonjolkan dirinya. Maka Yin Xian berusaha lebih keras untuk menjauh dan ia pun berjumpalitan dengan menggunakan gerakan "Burung Walet Meninggalkan Awan".
Tapi saat ia membuat gerakan ini, seseorang dengan perlahan dan tanpa bersusah-payah melesat melewatinya dengan meninggalkan sedikit suara desiran. Ia tidak lain daripada laki-laki tua yang bungkuk itu.
Saat mereka menerobos Gerbang Keselarasan Utama, sikap dan tingkah laku Lu Xiao Feng pun benar-benar berubah. Ia bukan hanya tidak tersenyum-senyum lagi, bahkan nafasnya pun semakin Koleksi Kang Zusi
perlahan. Keagungan dan kekuasaan Kaisar tetap merupakan sesuatu yang tidak berani disepelekan oleh orang-orang dunia persilatan.
Bahkan Lu Xiao Feng pun tidak berani. Dua baris tangga di depan Aula itu tampak seperti tangga biasa yang terbuat dari beberapa lusin lempengan batu. Tapi bila membayangkan adegan saat Kaisar mengadakan sidang bersama pejabat-pejabat tinggi dan jenderal-jenderal yang berdiri dengan serius di kedua sisi tangga sambil menunggu giliran untuk menjawab setiap isyarat dan perintah Kaisar, suhu tubuh Lu Xiao Feng pun naik karena perasaan tegang.
Semua jenius, orang luar biasa, pendekar dan pemimpin bersedia memeras otaknya, mengorbankan tubuhnya, dan ada pula yang bahkan bersedia untuk mengorbankan nyawanya agar dapat berdiri di atas tangga ini.
Aula Keselarasan Utama bahkan lebih menakjubkan. Bila kita menengadah, atap yang berkilauan tampak seperti berada di tengah awan. Di samping Aula Keselarasan Utama ada Aula Keselarasan Abadi. Di samping Aula Keselarasan Abadi, tepat di sebelah barat tangga di luar Gerbang Nirwana, menempel ke dinding utara, ada tiga buah bangunan beratap datar. Pintu-pintunya yang bercat hitam tampak tertutup rapat dan melalui jendela, sebuah lampu yang redup berkerlap-kerlip bisa terlihat. Sinarnya yang redup itu menerangi sebuah logam pipih berwarna putih yang tergantung di atas pintu. Di atas logam itu ada 5 patah kata yang menyuruh orang untuk menghentikan langkahnya: "Siapa yang masuk akan dieksekusi!"
Yin Xian membawa Lu Xiao Feng ke sana dan berhenti tepat di depan pintu itu: "Seseorang menunggumu di dalam, masuklah!"
Lu Xiao Feng segera menggelengkan kepalanya.
"Aku masih bisa membaca, tahu." Ia berkata dengan sebuah senyuman yang agak lemah. "Aku tidak ingin kehilangan kepalaku."
Yin Xian pun tersenyum.
"Aku yang menyuruhmu masuk, apa pun yang terjadi, aku akan menanggungnya. Apa lagi yang kau takutkan?"
Lu Xiao Feng memandangnya dan memutuskan bahwa ia tidak terlihat seperti orang yang bermaksud untuk mengirimkan dirinya ke dalam perangkap. Tapi di sini, di tempat yang begini penting dan khidmat, bahkan Lu Xiao Feng pun tetap harus berhati-hati. Ia lebih suka berdiri di luar saja.
Yin Xian kembali tersenyum: "Kau bisa menebak siapa yang menunggumu di dalam?"
Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya.
"Siapa?"
"XiMen Chui Xue."
Lu Xiao Feng terperanjat sebentar.
"Bagaimana ia bisa masuk?"
Yin Xian memandang ke sekelilingnya untuk meyakinkan tidak ada orang di sekitar mereka sebelum ia mendekatkan tubuhnya.
"Kami semua bertaruh untuknya." Ia berbisik. "Maka tentu saja kami akan memperlakukannya dengan baik dan memberinya waktu istirahat agar ia memiliki tenaga untuk menghadapi Malaikat Luar Langit itu."
Lu Xiao Feng pun tersenyum.
"Tempat ini mungkin merupakan tempat terlarang, tapi Yang Mulia telah pergi tidur dan sidang pagi masih lama. Jadi selain kami Komandan-Komandan Utama, tidak ada orang yang akan datang ke sini!" Masih sambil tersenyum, ia menepuk pundak Lu Xiao Feng. "Jadi hentikan kekhawatiranmu dan masuklah. Jika kau punya beberapa gerakan rahasia untuk menangkal gerakan Ye Gu Cheng, berikanlah dia beberapa petunjuk. Kami semua berada di fihaknya!"
Ia mungkin tadi agak menyombongkan pangkatnya, tapi sekarang ia seperti berubah menjadi orang yang benar-benar berbeda. Bahkan senyumannya pun tampak lebih ramah, ia bahkan membukakan pintu itu untuk Lu Xiao Feng.
Sambil tersenyum, Lu Xiao Feng pun balas menepuk pundaknya.
"Bila kau punya waktu senggang, aku akan mengundangmu minum."
Koleksi Kang Zusi
Ruangan itu tidak besar, juga tidak ada perabotan yang mewah, tapi masih memiliki kesederhanaan yang alami dan menyiratkan perasaan terakhir, semangat dan nasib dari berpuluh-puluh atau beratus ribu nyawa yang nasibnya diputuskan di sini dengan hanya segoresan pena.
Saat seseorang, siapa pun orangnya, memasuki ruangan itu untuk pertama kalinya, tentu ia akan sangat gugup dan tegang. Saat Lu Xiao Feng berjalan masuk dengan perlahan, jantungnya pun berdebar lebih cepat dari biasanya.
Sambil menggendong tangan, XiMen Chui Xue berdiri dalam bisu di dekat sebuah jendela kecil, pakaiannya putih seperti salju. Tentu saja ia mendengar seseorang membuka pintu dan masuk, tapi ia tidak berpaling, seakan-akan ia telah tahu bahwa orang itu tentu Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng pun tidak bicara.
Pintu telah tertutup dan sinar lampu yang redup tampak berkerlap-kerlip dalam kegelapan dan ruangan yang lembab itu. Tiba-tiba ia menyadari betapa dingin tangan dan kakinya. Ia benar-benar menginginkan secangkir arak. Tentu saja tidak ada arak di ruangan ini, tapi berapa banyak darah, air mata, dan keringat yang telah mengalir di sini"
Lu Xiao Feng menghela nafas dalam hati. Ia akhirnya faham bahwa ia bukanlah orang yang paling banyak menghadapi masalah di dunia ini, orang-orang yang datang ke ruangan ini setiap harinya memiliki masalah yang jauh lebih banyak daripada dirinya.
XiMen Chui Xue tetap tidak berpaling, tapi tiba-tiba suaranya terdengar memecahkan kesunyian:
"Kau tadi kembali ke tempatku?"
"Aku baru saja dari sana."
"Kau bertemu dengannya?"
"Mm?"
"Bagaimana keadaannya?"
Lu Xiao Feng tersenyum lemah.
"Seharusnya kau yang lebih tahu dariku, ia bukanlah wanita yang semangatnya lemah, Tiga Pemberani dan Empat Perempuan Cantik tidaklah kurang terkenalnya dibandingkan dengan kita."
Ia mungkin sedang tersenyum di wajahnya, tapi hatinya karam. Di saat yang genting sebelum duel, saat hidup atau mati begitu dekat dengan dirinya, orang ini masih memikirkan isterinya, ia bahkan tidak sedang memegang pedangnya.
Lu Xiao Feng merasa hampir tidak percaya kalau ini adalah XiMen Chui Xue yang selama ini dikenalnya. Tapi ia pun agak terhibur karena akhirnya, XiMen Chui Xue telah berubah menjadi manusia yang terdiri dari darah dan daging.
Sekonyong-konyong, XiMen Chui Xue berputar. "Apakah kita bersahabat?" Ia bertanya, sambil menatap mata Lu Xiao Feng.
"Ya."
"Jika aku mati, maukah kau menjaganya?"
"Tidak."
Wajah XiMen Chui Xue berubah menjadi pucat pasi. "Kau tidak bersedia?"
"Tidak, karena kau tidak bersikap seperti sahabatku lagi. Sahabatku adalah seorang laki-laki sejati dan tidak pernah berharap mati, ia malah selalu berharap untuk hidup."
"Aku tidak berharap mati."
"Tapi satu-satunya hal yang ada di benakmu dan di hatimu adalah kematian." Lu Xiao Feng berkata dengan dingin. "Mengapa kau tidak memikirkan tentang kejayaanmu dulu" Mengapa kau tidak memikirkan cara untuk mengalahkan Ye Gu Cheng?"
XiMen Chui Xue menatapnya dengan marah, menatapnya untuk beberapa lama sebelum ia menunduk dan menatap pedang yang berada di atas meja. Tiba-tiba ia meraih pedang itu dan menghunusnya.
Gerakan tangannya saat menghunus pedang tadi masih tetap cepat, masih indah, tidak mungkin ada orang di dunia ini yang bisa menandinginya.
Teknik Si Ma Zi Yi saat menghunus pedangnya mungkin juga amat cepat dan cerdik, tapi dibandingkan dengan XiMen Chui Xue, ia seperti seorang tukang jagal yang menarik goloknya dari seekor bangkai babi.
Koleksi Kang Zusi
"Kau sahabatku?" Lu Xiao Feng tiba-tiba balas bertanya.
XiMen Chui Xue terdiam sebelum akhirnya mengangguk.
"Kau percaya apa yang kukatakan padamu?"
Kembali XiMen Chui Xue mengangguk.
"Maka akan kukatakan padamu, aku hampir yakin bahwa aku bisa menghadapi serangan dari jago pedang mana pun di dunia ini, kecuali satu orang." Ia menatap langsung ke mata XiMen Chui Xue, tanpa berkedip sekali pun, dan meneruskan dengan lambat. "Orang itu adalah kau!"
XiMen Chui Xue menunduk dan menatap pedang di tangannya, sebuah warna merah tua yang aneh tiba-tiba muncul di wajahnya yang pucat. Sinar lampu tampak lebih terang, sinar pedang itu pun semakin terang.
Segera Lu Xiao Feng merasakan hawa pedang yang mencorong, begitu mencorongnya hawa tersebut sehingga matanya menjadi silau. Ia tahu kepercayaan diri XiMen Chui Xue telah muncul kembali.
Bagi orang yang sedang tidak bersemangat, kata-kata pembangkit semangat dari seorang sahabat mungkin jauh lebih bermanfaat daripada semua obat di dunia ini digabungkan menjadi satu.
Secercah senyuman pun muncul di wajah Lu Xiao Feng. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, ia diam-diam berputar dan berjalan keluar dari ruangan itu.
Di luar, bulan bergantung di angkasa seperti cermin.
Bulan sembilan tanggal 15, tengah malam.
Liok Siau-hong berjalan keluar dari balik pintu bercat hitam yang terkenal angker lantaran tulisan
"Hukuman mati bagi siapa yang berani masuk ke sini". Dengan menyusuri dinding istana, ia berjalan keluar Thay-ho-tian, ingin sekali ia pergi mencari sebuah tempat yang nyaman, damai dan tenang untuk beristirahat.
Pada saat itulah tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan hitam berdiri tidak bergerak, berdiri ditutupi bayangan istana yang gelap, dia terlihat lesu dan berwajah kusut.
Tanpa melihat untuk kedua kalinya, segera ia tahu bahwa orang itu adalah Pok Ki. Ia tahu bahwa ilmu ginkang Pok Ki memang tidak terlalu bagus, untuk dapat melompat naik ke atas wuwungan istana tentu saja ia harus menguasai ginkang yang sempurna.
Ia masih belum melupakan senyuman sinis orang ini waktu bertemu dengannya tadi, maka ia ingin menghampiri dan balas tersenyum dengan cara yang sama, tapi ketika ia berjalan menghampiri, di wajahnya hanya terlihat senyuman yang simpatik dan menghibur.
Tapi perasaan simpatik ada kalanya lebih melukai perasaan orang daripada sindiran.
Pok Ki memandang sekejap kepadanya, lalu membuang muka.
Liok Siau-hong tiba-tiba berkata, "Dulu ada seekor burung gereja yang selalu menganggap dirinya hebat, karena dia bisa terbang tinggi ke angkasa. Suatu hari dia melihat seekor harimau. Ia pun mengejek harimau itu, dan menantangnya untuk terbang tinggi seperti dirinya. Kau tahu apa yang dilakukan harimau itu?"
Pok Ki menggelengkan kepalanya.
Mulanya ia bermaksud untuk tinggal pergi, siapa yang mengira kalau Liok Siau-hong tiba-tiba malah mendongeng untuknya. Tanpa sadar dia pun akhirnya mendengarkan. Rasa ingin tahu memang selalu dimiliki setiap orang.
Liok Siau-hong berkata, "Tentu saja harimau itu tidak bisa terbang, dia hanya meniup keras-keras sekali, dan burung gereja itu pun ditelan mentah-mentah ke dalam perutnya."
Ia tersenyum dan berkata, "Sejak itu, tiada lagi burung gereja yang berani mencari harimau tadi untuk ditantang terbang, karena burung gereja akhirnya telah faham, bisa terbang tinggi di angkasa bukanlah berarti telah menjadi ksatria yang luar biasa."
Pok Ki pun tersenyum, wajah yang tersenyum itu penuh dengan rasa haru dan terima kasih, hatinya pun merasakan kehangatan yang luar biasa, tiba-tiba ia menyadari bahwa Liok Siau-hong bukanlah seorang telur busuk seperti yang ia bayangkan semula.
Liok Siau-hong menepuk bahunya dan berkata, "Kau pernah melihat harimau memanjat naik di atas seutas tali?"
Pok Ki menjawab, "Belum."
Koleksi Kang Zusi
Liok Siau-hong berkata, "Aku juga belum, tapi aku ingin melihatnya."
Pok Ki berkata, "Kau pernah melihat harimau yang membawa tali di pinggangnya?"
Liok Siau-hong menjawab, "Belum."
Pok Ki pun berkata pula, "Maka kau akan melihatnya sekarang."
Di tubuhnya memang terlilit seutas tali yang panjang. Semula dia sama sekali tidak berani memperlihatkannya, takut dipandang rendah oleh orang lain.
Liok Siau-hong menerima ujung tali itu, ia mendongakkan kepalanya dan menghela nafas panjang.
"Burung gereja pun belum tentu sanggup terbang melintas di atas sana."
Bangunan istana itu seperti mata kail, kail yang menjulang tinggi ke angkasa seakan hendak menggaet rembulan.
Tempat yang demikian tinggi, tiada seorang pun di dunia ini yang mampu melompat naik ke atasnya. Liok Siau-hong pun tidak sanggup.
Tapi dia punya cara.
Dengan Pok Ki mengawasi dari bawah, dilihatnya Liok Siau-hong merayap di dinding istana seperti seekor cecak, lalu bergerak melompat-lompat seperti seekor kera, dalam beberapa kali lompatan saja sosok tubuhnya sudah tidak kelihatan lagi. Karena tidak bisa melihat dengan jelas, Pok Ki lalu menyelinap ke belakang. Dalam hatinya dia pun yakin bahwa di dalam Bulim tiada seorang pun yang memiliki ginkang setinggi Liok Siau-hong.
Dalam hatinya ia merasa bangga, karena ia telah menganggap Liok Siau-hong sebagai sahabatnya.
Dari atas wuwungan sana telah terjulur seutas tali, dalam hatinya ia merasa hangat! Bisa bersahabat dengan Liok Siau-hong memang amat bagus.
Di bawah sinar rembulan, wuwungan istana yang beratapkan genteng warna keemasan itu terlihat seperti sekeping dunia emas yang gemerlapan.
Setelah mengikatkan ujung tali itu ke wuwungan, Liok Siau-hong lalu memalingkan mukanya dan merasa terperanjat.
Di atas wuwungan ini seharusnya hanya ada lima orang tamu undangan, tapi sekilas pandang ia melihat 13-14 orang yang memakai sabuk sutera yang bisa berubah warna, selain lima orang undangan tadi. Hwesio Jujur dan lain-lainnya malah berada di sisi lain wuwungan itu.
Ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang-orang itu. Baru saja dia berdiri tegak, seseorang datang melompat menghampirinya. Wajah yang pucat, senyuman yang sinis, dia tidak lain adalah jago tangguh istana, Ting Go.
Liok Siau-hong tak tahan untuk tidak bertanya, "Apa yang terjadi?"
Ting Go mendengus, "Aku ingin menanyakan hal yang sama padamu."
Liok Siau-hong berkata, "Bertanya padaku?"
Ting Go bertanya, "Berapa sabuk sutera yang kami berikan padamu?"
Liok Siau-hong menyahut, "Enam helai."
Ting Go berkata, "Tapi di sini sekarang ada 21 orang tamu, lalu sisanya mereka dapatkan dari mana?"
Liok Siau-hong menghela nafas, lalu menjawab sambil tersenyum pahit, "Aku juga ingin bertanya begitu padamu."
Di atas wuwungan itu lalu muncul dua orang lagi. In Cu berjalan dengan cepat di depan, sementara Siau-siang-kiam-khek Gui Cu-hun mengintil dengan langkah yang santai, tenang dan mantap.
Di tempat yang curam seperti lereng, licin, dingin dan tidak rata seperti ini, berjalan cepat tentu lebih sukar daripada melompat. Dalam kondisi begini, tapi tetap bersikap tenang, itu lebih-lebih sukar.
Liok Siau-hong tahu bahwa jago nomor wahid dari istana, Siau-siang-kiam-khek, tentu memiliki ilmu yang sesuai dengan reputasinya. Ginkang dan lweekangnya pasti tidak lebih rendah daripada jago kungfu mana pun di Bulim.
In Cu membuka suara, "Kalian bertanya ke sini, bertanya ke sana, apa yang telah kalian dapatkan?"
Liok Siau-hong memaksakan sebuah senyuman sambil menggelengkan kepalanya.
Gui Cu-hun berkata, "Urusan ini memang tidak bisa diputuskan dengan sepatah dua patah kata, sekarang belum waktunya bagi kita untuk menyelidiki hal ini."
Koleksi Kang Zusi
In Cu bertanya, "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
Gui Cu-hun berkata, "Perkuat penjagaan, waspadalah terhadap perubahan."
Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Sampaikan perintah, perketat penjagaan di tempat ini, tidak seorang pun boleh berlalu-lalang sekehendak hatinya."
In Cu menyahut, "Baik."
Gui Cu-hun berkata lagi, "Kita harus mengumpulkan semua tenaga, bila perlu kita pun harus memanggil seluruh pengawal termasuk yang sedang tidak bertugas. Sejak saat ini, siapa pun boleh keluar, tapi tidak boleh masuk."
Ting Go menyahut, "Baik."
Jago-jago pengawal istana memang bukan orang sembarangan, naik-turun wuwungan istana itu bisa mereka lakukan dengan gampang.
Gui Cu-hun tersenyum pada Liok Siau-hong, lalu berkata, "Bagaimana kalau kita melihat-lihat tempat ini?"
Liok Siau-hong menyahut, "Bagus sekali."
Sebenarnya tidak banyak yang bisa dilihat di tempat ini. Tidak seperti atap rumah biasa, tempat ini berbentuk persegi empat yang luas, di sana-sini ada wuwungan atap yang menonjol, persis seperti tanah perbukitan.
Di sisi sini ada 13 orang yang berdiri terpencar, menunggu saat dimulainya pertandingan dengan tenang. Tiada yang berbincang satu sama lainnya. Di tubuh mereka tidak terlihat bentuk senjata yang menonjol, topi ditekan amat rendah, beberapa orang di antaranya mengenakan topeng kulit manusia yang amat halus, jelas mereka tidak ingin dikenal oleh orang lain.
Gui Cu-hun dan Liok Siau-hong berjalan melintasi mereka, tapi sepertinya tiada seorang pun yang memperdulikan keduanya.
Dari mana asal orang-orang ini" Mengapa mereka bersikap begitu misterius"
Gui Cu-hun berjalan dengan amat lambat, lalu tiba-tiba ia berkata dengan suara yang sangat rendah,
"Kau bisa mengetahui asal-usul mereka?"
Liok Siau-hong menyahut, "Oh?"
Gui Cu-hun berkata, "Dua hari terakhir ini, di kotaraja telah berdatangan orang-orang dari kalangan Hek-to. Beberapa di antaranya adalah orang-orang angkatan tua yang telah lama mengasingkan diri, ada yang karena terkait dengan perkara hukum, ada pula jago-jago lihai yang menghindarkan diri dari kejaran musuh yang tangguh, semuanya bukanlah orang-orang yang baru sekali dua kali terjun di kalangan Kangouw."
Liok Siau-hong menyahut, "Tak heran kalau mereka tidak mau identitas mereka yang sebenarnya terlihat orang."
Gui Cu-hun berkata, "Keberadaan orang-orang itu selama ini merupakan rahasia, tujuan kedatangan mereka tentu tidak berniat jahat, mungkin hanya karena ingin menyaksikan jurus-jurus yang indah luar biasa, ingin melihat ilmu kepandaian dua jago pedang yang paling terkemuka di jaman ini."
Liok Siau-hong menghela nafas, lalu berkata, "Kuharap begitu."
Gui Cu-hun berkata, "Yang masih membuatku tak habis fikir, kenapa di tubuh mereka pun terdapat sabuk sutera seperti itu?"
Liok Siau-hong bertanya, "Apakah di luar istana juga terdapat sutera semacam ini?"
Gui Cu-hun menjawab, "Tidak ada."
Ia lalu menjelaskan, "Kain sutera yang bisa berubah warna seperti ini hanya dimiliki oleh Kaisar Tay-heng-hongte, merupakan hadiah dari Persia, awal mulanya memang tidak berjumlah banyak, sekarang mungkin hanya tersisa sebanyak dua balok kain, permaisuri Lian Kungli amat menghargainya."
Liok Siau-hong tidak bicara lagi, tiba-tiba ia teringat pada Sukong Ti-sing.
Gui Cu-hun berkata, "Aku juga tahu bahwa rajanya raja pencuri pun telah tiba di kotaraja, bahkan sudah berada di sini."
Liok Siau-hong tak tahan untuk tidak bertanya, "Menurutmu dia yang mencuri kain sutera itu?"
Koleksi Kang Zusi
Gui Cu-hun menjawab sambil tersenyum, "Urusan ini baru kita putuskan kemarin pagi, baru ditetapkan di antara kita, kain sutera semacam ini tiada nilainya di matanya. Barang yang tidak ada nilainya, tentu dia tidak mau mencurinya."
Liok Siau-hong berkata, "Tapi kemarin malam"."
Gui Cu-hun berkata dengan ringan, "Kemarin malam kami berempat beristirahat di dalam sepanjang malam, berjaga secara bergiliran, seandainya ada lalat yang bisa masuk, tentu dia tidak akan bisa keluar lagi."
Nada suaranya terdengar penuh keyakinan, Liok Siau-hong menghela nafas lega, lalu berkata,
"Karena itu kau benar-benar tidak mencurigainya."
Gui Cu-hun berkata, "Tidak."
Liok Siau-hong berkata lagi, "Lalu siapa yang kau curigai?"
Gui Cu-hun menekan suaranya serendah mungkin dan berkata, "Yang bisa mencuri kain sutera ini hanya empat orang saja."
Liok Siau-hong bertanya, "Empat orang?"
Gui Cu-hun berkata lagi, "Yaitu kami empat bersaudara."
Liok Siau-ong menghembuskan nafas dengan perlahan, sebenarnya dia ingin berkata begitu sejak tadi, tak terduga malah Gui Cu-hun yang mengatakannya. Sepertinya Siau-siang-kiam-khek ini bukan saja orang yang teliti, dia pun suka berterus terang.
Gui Cu-hun berkata, "Tentu kau pun berfikir demikian. Menurut kabar di luaran, ada orang yang bersedia memberi 50.000 tael perak hanya untuk membeli sehelai sabuk sutera. Di kalangan Liok-lim, uang bisa didapatkan dengan mudah, tentu mereka berani memberikan tawaran yang lebih tinggi."
Liok Siau-hong menghela nafas, "Manusia mati karena harta, uang menggerakkan hati manusia.
Demi harta, orang bersedia melakukan apa saja."
Gui Cu-hun juga menghela nafas, katanya, "In Cu memiliki pergaulan yang luas, dia menganggap emas bagaikan sampah. Ting Go masih muda, jadi maklum saja kalau agak romantis. Loji meski agak serius dan berhati-hati, jiwanya lapang dan cita-citanya setinggi langit. Sudah lama dia ingin mendirikan sebuah perguruan ternama di kalangan Kangouw, karena itu diam-diam dia tetap menjalin hubungan dengan teman-teman lamanya. Semua urusan ini membutuhkan biaya yang amat besar " gaji seorang pengawal istana tidaklah mencukupi untuk itu."
Ia menatap Siau-hong, lalu berkata pula, "Tapi mereka semua adalah saudara-saudaraku yang baik.
Jika tidak mempunyai bukti yang kuat, walaupun di dalam hatiku sudah ada kecurigaan, tetap tidak boleh menyebutkannya, untuk menghindari pecahnya persahabatan di antara kami."
Liok Siau-hong berkata, "Kau ingin agar aku menemukan bukti itu untukmu?"
Gui Cu-hun tersenyum dan berkata, "Kau memang sulit melepaskan diri dari urusan ini. Jika kau bisa menyingkap hal yang sebenarnya, bukankah itu akan mendatangkan kebaikan bagi semua orang?"
Liok Siau-hong tersenyum dipaksa.
Tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya telah salah menilai orang ini, ternyata ada kalanya orang ini mirip dengan seekor rubah tua.
Di atas wuwungan Thay-ho-tian hanya terdapat beberapa orang. Selain Lau-sit Hwesio, Sukong Tising, Pok Ki yang baru saja naik dan Tong Thian-ciong, cuma ada Giam Jin-eng dan Ko-siong Kisu.
Suma Ci-ih ternyata tidak datang, Ko-siong Kisu pun menjelaskan, "Dia ada urusan penting dan harus kembali ke Kanglam, maka diberikannya sabuk sutera ini padaku."
Liok Siau-hong mengerti bahwa, berdasarkan sifat Suma Ci-ih, tentu dia harus pulang kembali ke rumahnya. Dia juga tidak punya muka untuk mengucapkan selamat tinggal pada Liok Siau-hong.
Sebagai seorang jago kenamaan di dunia Kangouw, dia memiliki gengsi yang tinggi serta selalu ingin melindungi nama baik dan pamornya, tentu saja dia tidak mau membeli sabuk sutera yang tidak jelas asal-usulnya, sementara orang lain pun belum tentu mau menjualnya padanya.
Karena itu orang-orang ini pun tidak muncul.
Koleksi Kang Zusi
Gui Cu-hun berkata, "Sejak saat ini kami telah menutup jalan masuk ke Istana Terlarang, tidak ada lagi yang boleh masuk ke mari."
Liok Siau-hong berucap, "Yap Koh-seng?"
Gui Cu-hun menyahut, "Pek-in-sengcu telah datang."
Liok Siau-hong bertanya lagi, "Orangnya berada di mana?"
Gui Cu-hun berkata, "Mereka sepakat untuk bertarung saat Cu-si (antara pukul 11 hingga pukul 1
malam), aku telah mengatur agar dia beristirahat dulu di kamar tamu di istana Kian-tiong-bun, agaknya dia ."."
Liok Siau-hong berkata, "Dia kenapa?"
Gui Cu-hun menghela nafas, "Raut mukanya tampak pucat, orang mengatakan bahwa dia baru saja sembuh dari luka yang berat, kelihatannya itu bukan cuma kabar burung saja."
Ia tidak mengatakan apa-apa lagi, tiba-tiba ia tersenyum dan berkata, "Beberapa orang temanmu itu tampaknya sedang menunggumu lewat, lakukanlah apa yang kau suka."
Di sana memang tampak beberapa pasang mata yang sedang menatap Liok Siau-hong. Mata Sukong Ti-sing seperti tersenyum, mata Lau-sit Hwesio tampak bersemangat, dan mata Giam Jin-eng dan Pok Ki membayangkan perasaan terima-kasih yang besar.
Liok Siau-hong berjalan menghampiri dan menepuk pundak Giam Jin-eng, dia tersenyum dan berkata, "Kenapa kalian datang terlambat?"
Giam Jin-eng menyahut, "Mulanya". mulanya aku tidak berani datang."
Liok Siau-hong berkata, "Tidak berani" Mengapa tidak berani?"
Wajah Giam Jin-eng tampak memerah, dengan berat hati dia pun menyahut sambil tersenyum, "Jika bukan karena bantuan Lau-sit Taysu, mungkin aku tidak bisa datang ke mari."
Liok Siau-hong berkata sambil tersenyum, "Lau-sit Taysu" Baru pertama kali ini aku mendengar orang memanggilnya demikian." Dia menyeringai pada Lau-sit Hwesio, agaknya dia ingin mencari gara-gara dengan si hwesio.
Siapa tahu, baru saja berjalan dua langkah, tiba-tiba secepat kilat dia mencengkeram pergelangan tangan Sukong Ti-sing.
Sukong Ti-sing ketakutan, katanya dengan tergagap, "Sabuk sutera sudah kuberikan padamu, mengapa kau masih mencari masalah denganku?"
Liok Siau-hong berkata dengan tenang, "Aku harus bertanya padamu, kedua sabuk sutera itu kau curi dari mana?"
Sukong Ti-sing berujar, "Haruskah kuberitahukan padamu?"
Liok Siau-hong berkata, "Jika tidak kau katakan, akan kupatahkan tanganmu agar selamanya kau tidak bisa mencuri lagi."
Tangannya pun tiba-tiba menjepit tangan Sukong Ti-sing hingga mengeluarkan suara gemeretak.
Sukong Ti-sing menghela nafas. Dengan menahan sakit dia pun berkata sambil tersenyum,
"Seandainya kukatakan, kau pun belum tentu percaya."
Liok Siau-hong berujar, "Coba katakan."
Sukong Ti-sing berucap, "Kedua helai sabuk itu sebenarnya bukan kucuri, tapi orang lain yang membelinya lalu diberikan padaku, karena dia berhutang budi padaku."
Liok Siau-hong bertanya, "Siapa orang itu?"
Sukong Ti-sing berkata, "Orang itu menghamburkan beberapa puluh ribu tael perak untuk membelikan barang ini buatku. Jadi kalau aku membuka rahasianya begitu saja, tentu aku bukanlah seorang teman yang baik, setidaknya aku tidak boleh mengkhianati kepercayaannya dengan begitu cepat."
Liok Siau-hong berkata lagi, "Kapan kau baru boleh mengungkapkan siapa dirinya?"
Sukong Ti-sing menjawab, "Paling tidak dua atau tiga hari lagi."
Dua hari lagi mungkin hal itu sudah tidak menarik lagi, dan pengungkapan jati diri orang tersebut sudah tidak berguna lagi. Mata Liok Siau-hong tampak berkilauan, dia lalu berkata, "Apakah orang itu yang memintamu untuk menyimpan rahasianya selama dua-tiga hari lagi?"
Walaupun Sukong Ti-sing tidak mengakui, tapi dia pun tidak menyangkal.
Liok Siau-hong berkata lagi, "Sekarang kau benar-benar tidak mau mengatakannya?"
Koleksi Kang Zusi
Sukong Ti-sing dengan enteng menjawab, "Jika kau patahkan tanganku ini, aku sudah bersiap-siap untuk mengganti pekerjaanku."
Liok Siau-hong tahu bahwa di dalam melakukan pencurian si raja maling ini bahkan tidak kenal saudara, tapi dia tidak pernah mengkhianati sahabatnya, maka sambil
Golok Yanci Pedang Pelangi 6 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Kisah Pendekar Bongkok 1
"Emas Nan Gong, Perak Ou Yang, Giok Si Ma".
Ungkapan itu khusus ditujukan pada tiga keluarga besar yang kaya-raya di dunia persilatan.
Giok selalu dipandang sebagai yang paling berharga di antara ketiganya, maka Gedung Kesenangan Abadi, tak diragukan lagi, merupakan yang terkaya dan termewah di antara ketiganya. Di samping kungfu warisan keluarga yang ia miliki, Si Ma Zi Yi juga merupakan satu-satunya murid "Majikan Pedang Besi" yang termasyur puluhan tahun yang lalu. Dulu dia adalah seorang pemuda yang menonjol baik dalam bidang akademis maupun kungfu, ditambah dengan warisan keluarganya yang terkenal, dan hasilnya adalah ia telah termasyur ke seluruh dunia sebelum usianya mencapai duapuluh tahun. Walaupun sekarang ia telah memasuki usia setengah baya, ia masih memiliki keangkuhan dan sikap seperti di masa mudanya serta wajah yang tampan.
Bisa melihat seorang laki-laki di masa jayanya adalah sebuah peristiwa yang amat menyenangkan, tapi Lu Xiao Feng lebih suka memasang pandangannya pada sepiring sirip ikan yang dimasak dalam saus kacang.
Sirip ikan itu dimasak dengan baik, dan araknya pun memiliki suhu yang pas. Lu Xiao Feng mengambil sumpitnya dan baru saja hendak mulai makan saat ia melihat seorang pemuda berpakaian ungu, dengan sepasang patung ikan yang terbuat dari giok putih menggantung di pedangnya, berjalan ke arahnya.
Lu Xiao Feng menghela nafas sendiri. Masalah kembali datang padanya. Maka ia segera, sebelum pemuda itu tiba di dekatnya, menyumpal mulutnya sendiri dengan sirip ikan.
Dengan tangan di pedang, pemuda itu beberapa kali memperhatikan Lu Xiao Feng dari atas ke bawah dengan pandangan yang dingin, sebelum akhirnya merangkap tangannya sebagai tanda memberi hormat: "Tuan tentu Lu Xiao Feng."
Lu Xiao Feng mengangguk.
"Aku Hu Qing, dari Suzhou, Bukit Harimau, Gedung Kesenangan Abadi di Telaga Ikan Kembar.
Yang duduk di sana itu adalah guruku. Kufikir Tuan tentu telah tahu."
Lu Xiao Feng mengangguk lagi.
"Tidak bermaksud mengganggu semak belukar, Guru menyuruhku datang ke sini untuk meminta Tuan meminjamkan sabuk di pundakmu itu dan juga mengundang Tuan untuk minum."
Kali ini Lu Xiao Feng tidak mengangguk, ia pun tidak menggelengkan kepalanya, ia malah menunjuk mulutnya sendiri. Ia belum menelan sirip ikan itu, maka tidak mungkin ia bisa bicara.
Hu Qing mengerutkan keningnya. Walaupun kelihatannya ia telah kehilangan kesabarannya, yang bisa ia lakukan hanyalah berdiri di sana dan menunggu Lu Xiao Feng selesai mengunyah.
"Tuan bisa memberiku sabuk itu sekarang juga jika Tuan mau. Jika Tuan ingin menyimpan satu untuk Tuan sendiri, itu juga boleh." Ia mengajukan tawaran saat Lu Xiao Feng mengunyah sirip ikan itu. Kelihatannya ia sudah mulai marah.
Ia bersuara seolah-olah ucapannya itu bukan apa-apa, seakan-akan kenyataan bahwa ia telah membuka mulutnya itu telah amat banyak memberi muka pada Lu Xiao Feng.
Dengan tenang-tenang saja Lu Xiao Feng menelan sirip ikan itu, lalu menghirup araknya sekali sebelum mengeluarkan desahan puas. Lalu ia melemparkan sebuah senyuman pada Hu Qing.
Koleksi Kang Zusi
"Aku telah lama mengagumi kemasyuran dan reputasi Tuan Si Ma, dan aku amat berterimakasih atas maksud baik dan keramahan Tuan Si Ma. Sedangkan sabuk itu"."
"Bagaimana dengan sabuk-sabuk itu?"
"Kalian tidak bisa meminjamnya." Lu Xiao Feng menolak tawaran itu dengan santai.
Ekspresi wajah Hu Qing tampak tertekuk dan ia segera mencengkeram pedangnya. Tapi Lu Xiao Feng bahkan tidak meliriknya saat ia mengambil sebuah sirip ikan lagi dan mulai mengunyahnya dengan hati-hati di dalam mulutnya, sambil menikmati rasanya.
Hu Qing memandangnya dengan marah dan urat-urat darah di punggung tangannya tampak berdenyut-denyut, seakan-akan ia telah bersiap-siap untuk menghunus pedangnya. Tiba-tiba seseorang terbatuk beberapa kali di belakangnya.
"Seharusnya kau tidak menggunakan kata "pinjam" itu, tidak ada orang yang mau meminjamkan benda seperti itu."
Si Ma Zi Yi pun benar-benar telah merendahkan dirinya untuk datang menghampiri, tapi ia masih berhenti pada posisi yang agak jauh, seakan-akan ia mengharapkan Lu Xiao Feng untuk bangkit dan menyambutnya.
Lu Xiao Feng tidak perduli. Ia jelas lebih memperhatikan piring berisi sirip ikan yang berada di hadapannya daripada benda atau orang lain.
Maka Si Ma Zi Yi sendiri yang terpaksa berjalan menghampiri dan, dengan tangannya yang terawat baik, menunjuk meja. Hu Qing segera mengeluarkan sehelai cek dan meletakkannya di atas meja.
Dengan menggunakan tangan yang sama, Si Ma Zi Yi mengelus-elus jenggotnya yang juga terawat dengan baik: "Cincin giok mungkin indah, tapi kurang berguna bila dibandingkan dengan uang. Bu Ju tidak faham sifat orang, maka tentu saja ia pun terjungkal."
Berita benar-benar menyebar dengan cepat di ibukota ini, bahkan seseorang seperti dirinya pun bisa tahu tentang hal itu hanya dalam waktu dua jam.
"Saya yakin Tuan merasakan hal yang sama." Si Ma Zi Yi mengakhiri.
Lu Xiao Feng mengangguk tanda setuju.
"Ini adalah sehelai cek bernilai 50 ribu tael yang bisa diuangkan dengan segera. Dengan uang sebanyak itu, orang biasa akan dapat hidup tanpa perasaan cemas untuk seumur hidupnya."
Lu Xiao Feng pun sependapat mengenai hal itu.
"Lima puluh ribu tael perak sudah lebih dari cukup untuk dua helai sabuk sutera, kapan saja waktunya, di mana pun tempatnya."
Lu Xiao Feng pun amat setuju dengan hal itu. Sebuah senyuman pun muncul di wajah Si Ma Zi Yi dan ia bermaksud untuk pergi, karena kesepakatan telah tercapai.
Tapi tiba-tiba Lu Xiao Feng yang bicara.
"Mengapa Tuan tidak membawa cek ini?"
"Membawanya?"
"Ke tukang jahit."
Si Ma Zi Yi tidak faham.
"Di luar sana ada sejumlah tukang jahit. Tuan bisa membuat kesepakatan dengan siapa pun dari mereka, itu jauh lebih sederhana."
Ekspresi wajah Si Ma Zi Yi pun jadi tertekuk.
"Aku ingin menukar cek ini dengan sabukmu."
Lu Xiao Feng tertawa.
"Sabuk ini bukan untuk dipertukarkan."
Wajah Si Ma Zi Yi yang selalu bersinar-sinar sekarang berubah menjadi kehijau-hijauan.
"Jangan lupa, ini bernilai lima puluh ribu tael perak." Ia membentak.
Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Jika Tuan mengijinkanku makan sepiring sirip ikan ini dengan tenang, aku akan membayar Tuan lima puluh ribu tael perak!"
Wajah Si Ma Zi Yi yang hijau membesi tampak berubah menjadi merah padam. Seseorang yang duduk di meja pinggir sana tak dapat mengendalikan dirinya lagi dan tertawa kecil.
Setelah suara tawa itu terdengar, terlihat seberkas sinar pedang.
Koleksi Kang Zusi
"Tring!" Ujung pedang itu telah terjepit oleh sepasang sumpit.
Orang yang tertawa tadi adalah seorang saudagar yang setengah mabuk, pedang itu milik Hu Qing.
Hanya dengan sebuah putaran pergelangan tangannya, pedang panjang di pinggangnya telah terbang. Tapi Lu Xiao Feng lebih cepat lagi, karena ia secara tiba-tiba, dan dengan santai, mengulurkan sumpitnya dan menjepit ujung pedang itu, seperti seorang pawang ular yang menangkap seekor ular. Wajah Hu Qing pun tampak membeku dan ia tertegun memandang pada Lu Xiao Feng.
"Dia sedang mabuk." Lu Xiao Feng berkata.
Hu Qing mengigit bibirnya dan berusaha menarik pedang itu, tapi pedang tersebut seperti telah menyatu dengan sumpit.
"Tidak ada aturan tak boleh tertawa di sini, ini bukan Gedung Kesenangan Abadi." Lu Xiao Feng berkata dengan santai.
Keringat pun muncul di kening Hu Qing.
"Trang!" Tiba-tiba terlihat seberkas sinar pedang lagi dan pedang di tangannya telah patah menjadi dua bagian!
Pedang Si Ma Zi Yi telah meninggalkan sarungnya, tapi sekarang telah kembali ke tempatnya.
"Mundur." Ia memerintah dengan gusar. "Sejak hari ini, kau dilarang menggunakan pedang."
Dengan kepala tertunduk malu, Hu Qing menatap pedang patah yang berada di tangannya, lalu mulai mundur dengan perlahan. Setelah 7 atau 8 langkah, air mata tiba-tiba muncul di wajahnya.
"Sayang, sia-sia belaka!" Lu Xiao Feng menghela nafas.
"Sia-sia?"
"Aku mengatakan sayang tentang pedang itu, sayang juga tentang pemuda itu. Tekniknya tidak terlalu jelek, dan pedangnya pun tidak terlalu buruk."
Ekspresi wajah Si Ma Zi Yi masih tetap gelap dan ia berkata dengan dingin: "Pedang yang bisa terpotong menjadi dua bagian bukanlah pedang yang bagus!"
"Mungkin satu-satunya sebab mengapa pedangnya terpotong menjadi dua bagian adalah karena seseorang sedang menjepit ujung pedang itu."
"Jika pedang itu bisa ditangkap, tentu tidak ada gunanya menyimpannya lagi."
Lu Xiao Feng meliriknya.
"Jadi pedangmu tak akan pernah tertangkap orang jika kau menyerang dengan pedangmu?"
"Tak pernah."
Lu Xiao Feng tersenyum, tersenyum secara tiba-tiba.
"Sabukku bukan untuk dipinjamkan, dipertukarkan, apalagi dijual!"
"Kau menantangku untuk mengambilnya dengan paksa?" Si Ma Zi Yi mengejek.
"Atau kita bisa bertaruh saja."
"Taruhan seperti apa?"
"Taruhan terhadap pedangmu."
Si Ma Zi Yi tidak faham.
"Jika benar tidak ada orang yang bisa menangkap pedangmu, maka kau menang. Dan kau bukan hanya bisa pergi dengan membawa sabuk suteraku, kau pun boleh mengambil kepalaku kapan saja kau mau."
"Aku tidak menginginkan kepalamu."
"Tapi kau menginginkan sehelai sabuk suteraku."
Si Ma Zi Yi menatap dengan gusar. "Selain dari itu, apakah tidak ada cara lain?"
"Tidak."
Si Ma Zi Yi tidak berkata apa-apa untuk beberapa lama.
"Aku akan mengincar pundak kirimu, bersiaplah." Tiba-tiba ia berkata.
Sambil tersenyum Lu Xiao Feng menepuk pundak kirinya: "Bajuku tidak begitu bersih, aku belum mencucinya selama dua hari ini. Jadi kau mungkin harus menyerang secepat yang kau bisa agar pedangmu tidak menjadi kotor."
"Asal ada darah yang bisa dipakai untuk mencuci, tidak masalah jika pedangku jadi kotor." Si Ma Zi Yi membalas tanpa perasaan humor.
Koleksi Kang Zusi
"Aku tak tahu apakah darahku bersih atau tidak."
"Kau akan segera mengetahuinya."
Saat kata "nya" terdengar, pedang itu telah terhunus dari sarungnya. Seperti kilat, sinar pedang pun terbang ke arah pundak kiri Lu Xiao Feng. Pedang itu jauh lebih panjang daripada pedang biasa, jadi seharusnya lebih sulit untuk dihunus dengan cepat. Tapi ia menggunakan sebuah teknik khusus untuk menghunus pedangnya, sehingga sekali pedang itu keluar dari sarungnya, senjata itu sudah hampir menyentuh pundak Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng mengulurkan tangannya dan menjepitkan kedua jarinya! Seharusnya gerakannya itu merupakan sebuah gerakan yang amat sederhana, tapi akurasi dan kecepatannya merupakan hal yang tidak bisa dibayangkan siapa pun, apalagi menguraikannya.
Gerakan ini mungkin sederhana, tapi ia telah menempanya melalui ribuan kali percobaan untuk merubahnya menjadi sesuatu yang luar biasa. Si Ma Zi Yi bisa merasakan hatinya karam, ia juga bisa merasakan darahnya karam. Pedangnya telah tertangkap!
Ia mulai berlatih dengan pedang bamboo pada usia empat tahun. Pada umur 7 tahun, ia mulai menggunakan pedang sebenarnya yang ditempa dengan baja murni. Saat ini ia telah mempelajari ilmu pedang selama lebih dari 40 tahun. Bahkan bagaimana cara menghunus pedang pun telah ia pelajari sebanyak lebih dari 130 macam manuver. Saat ini ia mampu, dalam satu gerakan saja, menghunus pedangnya dan menusukkan ujung pedangnya menembus 12 keping uang perunggu yang dijatuhkan secara sembarangan.
Tapi sekarang, pedangnya telah tertangkap orang. Saat itu ia hampir tidak bisa mempercayai kenyataan ini. Ia menatap tangan Lu Xiao Feng, hampir tidak percaya kalau tangan ini benar-benar terdiri dari daging dan darah.
Lu Xiao Feng pun sedang menatap tangannya.
"Kau tidak menggunakan kekuatan penuh dalam serangan tadi." Tiba-tiba ia berkata. "Kelihatannya kau benar-benar tidak memburu kepalaku."
"Kau"."
Lu Xiao Feng memotong ucapannya dengan sebuah senyuman.
"Aku bukan orang yang baik, tapi kau pun bukan orang yang jahat. Karena kau tidak menginginkan kepalaku, aku akan memberimu sehelai sabuk sutera!"
Ia melepaskan satu sabuk dan menggantungnya di ujung pedang Si Ma Zi Yi sebelum bangkit dan berjalan keluar tanpa memandang ke belakang lagi. Ia khawatir berubah fikiran kalau ia melakukannya.
Walaupun ia belum kenyang, Lu Xiao Feng tetap merasa senang dalam hatinya. Karena ia tahu bahwa saat ini Si Ma Zi Yi tentu telah memahami 2 hal. Pedang siapa pun bisa tertangkap, dan cara pendekatan yang lembut terhadap orang tertentu akan jauh lebih baik daripada pendekatan yang kasar.
Ia yakin bahwa, setelah mempelajari dua macam hal tersebut, Si Ma Zi Yi tentu akan merubah sikapnya yang angkuh dan suka mengancam itu.
Tapi apa gunanya semua ini bagi dirinya" Ia bahkan tidak memikirkan hal itu. Apa pun yang ia lakukan, Lu Xiao Feng tidak pernah berfikir untuk dirinya sendiri.
Tetapi perutnya yang keberatan. Ia mungkin sedang tidak memiliki selera yang besar seperti biasa, tapi dua suap sirip ikan tentu tidak cukup memuaskan perutnya. Bagi dirinya, bisa makan penuh dengan tenang seperti telah berubah menjadi sesuatu yang hampir mustahil.
Selama ia membawa-bawa sabuk sutera itu, tidak perduli ke mana pun ia pergi, masalah tentu akan segera mencarinya.
Bagaimana ia harus menyingkirkan dua helai sabuk sutera terakhir" Kepada siapa ia harus memberikannya" Tadinya ia bermaksud memberikan salah satunya pada Tosu Kayu, tapi Tosu Kayu tidak kelihatan. Yang seharusnya tidak muncul malah muncul, tapi yang seharusnya muncul malah tidak satu pun yang terlihat.
Karena ada orang yang tidak pernah muncul bila mereka diharapkan muncul dan selalu muncul saat mereka tidak diduga akan muncul. Lu Xiao Feng sepertinya selalu bertemu dengan orang-orang semacam ini. Ia menghela nafas. Tiba-tiba, ia melihat Hwesio Jujur sedang berjalan dari arah yang Koleksi Kang Zusi
berlawanan, sambil menggigit sepotong roti manis yang amat besar di tangannya. Saat ia melihat Lu Xiao Feng, ia bereaksi seakan-akan ia baru saja melihat hantu dan segera berusaha untuk kabur.
Tapi Lu Xiao Feng telah menghadangnya dan menariknya hingga berhenti.
"Pergi begitu tergesa-gesa" Ke mana kau akan pergi?"
Hwesio Jujur memutar-mutar bola matanya dan menjawab: "Aku tidak mengganggumu, aku tidak melanggar hokum, mengapa kau menghadangku?"
Lu Xiao Feng mengedip-ngedipkan matanya, dan kemudian mengembangkan sebuah senyuman.
"Karena aku ingin membuat kesepakatan denganmu."
"Aku tidak ingin membuat kesepakatan denganmu, aku tidak mau dirampok."
"Kujamin kau tidak akan dirampok."
Hwesio Jujur memandangnya dan terlihat bimbang.
"Coba kudengar dulu kesepakatan macam apa yang ada di benakmu."
"Aku akan menukar dua helai sabuk sutera ini dengan roti manis hangat yang ada di tanganmu itu."
"Tidak bisa."
"Mengapa tidak?" Lu Xiao Feng berteriak.
"Karena aku tahu tidak ada kesepakatan yang begini bagus di dunia ini." Ia memutar-mutar bola matanya lagi. "Bu Ju berusaha menukar sabuk itu dengan cincin giok, kau menolak. Si Ma menawarkan lima puluh ribu tael perak, kau menolak. Sekarang kau ingin menukarnya dengan rotiku yang hangat, dan kau kan tidak gila."
"Kau takut kalau akan memasang perangkap untukmu?"
"Aku tidak perduli kau memasang perangkap atau tidak, aku tidak akan terperdaya."
"Jadi kau sudah tetap pada keputusanmu?"
"Ya."
"Tidak menyesal?"
"Tidak menyesal."
"Baik, tidak jadi kalau begitu. Tapi bila aku ingin bicara, kau tidak bisa mencegahku bicara."
"Bicara tentang apa?" Hwesio Jujur terpaksa bertanya.
"Bicara tentang kisah seorang hwesio yang pergi ke rumah pelacuran untuk bertemu dengan seorang pelacur."
Hwesio Jujur tiba-tiba menyusupkan roti hangat itu ke tangan Lu Xiao Feng, meraup sabuk-sabuk sutera itu, dan berjalan pergi ke arah yang berlawanan.
"Jangan lupa, salah satu dari sabuk itu adalah untuk Tosu Kayu, kau harus menyimpan satu untuknya. Kalau tidak aku akan tetap bicara." Lu Xiao Feng berteriak ke arah sosok tubuhnya yang menjauh itu.
Hwesio Jujur bahkan tidak mau berpaling dan ia menghilang lebih cepat daripada seekor kuda jantan yang dicambuk. Lu Xiao Feng tertawa. Ia tidak ingat kapan perasaannya pernah seenteng ini, seakan-akan ia tidak pernah sebahagia dan setenang ini dalam hidupnya.
Akhirnya ia berhasil menyingkirkan "bara panas" itu pada orang lain. Rasanya seolah-olah beban seberat satu ton telah terangkat dari punggungnya.
Roti itu masih belum benar-benar dingin, saat menggigitnya ia pun hampir berani bersumpah bahwa roti ini benar-benar lebih enak daripada sirip ikan tadi.
Tadinya ia mencurigai Hwesio Jujur sebagai dalang di balik semua persekongkolan ini, tapi sekarang tampaknya ia telah lupa. Apakah ia bodoh" Atau benar-benar cerdik"
Matahari pelan-pelan bergeser ke barat. Sudah dua jam berlalu sejak Lu Xiao Feng menyerahkan sabuk sutera itu pada Hwesio Jujur. Tidak ada yang tahu apa yang ia lakukan selama dua jam itu.
Tampaknya ia hanya berjalan-jalan mengelilingi kota beberapa kali. Walaupun tadi ada beberapa orang yang mengikutinya, sekarang ia telah berhasil melepaskan diri dari untitan mereka. Tentu saja ia tidak mau mengambil resiko membawa mereka ke Rumah Makan Lezat dan Harum.
Ia masuk lewat pintu belakang, tidak terdengar satu pun suara di halaman belakang. Udara dipenuhi oleh campuran aroma bunga crysanthemum dan osmanthus. Bahkan ikan-ikan mas kecil di dalam kolam di bawah pohon delima itu tampak terlalu malas untuk bergerak.
Koleksi Kang Zusi
Setelah melewati semak-semak crysanthemum, terlihat seseorang duduk di dalam pondok kecil itu.
Seperti terpesona, orang tersebut duduk di atas pagar pembatas.
Bunga-bunga crysanthemum itu berwarna kuning, pagar tersebut bercat merah, tapi bajunya berwarna hijau cerah dan ujungnya melambai-lambai di sekitar tubuhnya yang langsing bagaikan pohon liu. Tanda-tanda sakit belum benar-benar hilang dari wajahnya yang pucat, tapi semangat baru bisa terlihat dengan jelas di dalam dirinya. Tampaknya ia hampir tidak kuat untuk menahan lambaian pakaiannya itu.
Warna musim gugur di halaman ini mungkin indah, tapi tidak bisa dibandingkan dengan kecantikannya. Tampaknya baru sekarang Lu Xiao Feng menyadari betapa cantiknya OuYang Qing sebenarnya. Apakah itu hanya karena baru sekarang ia tahu bahwa gadis itu diam-diam mencintainya"
Angin meniup semak-semak bunga crysanthemum yang berada di dekat pagar. Beberapa helai daun yang gugur telah jatuh di atas jalan setapak. Diam-diam ia berjalan menghampiri. Tiba-tiba ia melihat mata OuYang Qing yang bersinar-sinar sedang menatap lurus ke arahnya.
Mereka tidak sering bertemu. Kenyataannya mereka belum pernah berbincang-bincang lebih dari 10
kalimat. Tapi sekarang ada sebuah perasaan yang tak dapat diuraikan dan susah difahami yang menyentak jantung Lu Xiao Feng, menyebabkan jantungnya berdebar lebih cepat. Ia seperti benar-benar tak tahu apa yang harus dilakukan.
Apa yang dirasakan gadis itu di dalam hatinya" Setidaknya Lu Xiao Feng tidak mampu melihat sesuatu yang berbeda di wajahnya. Gadis itu memandang padanya dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Apakah ia memang orang yang amat tenang pembawaannya, ataukah ia orang yang amat pandai bersandiwara" Dan berapa banyak wanita di dunia ini yang tidak pintar bersandiwara"
Lu Xiao Feng menghela nafas dan berjalan memasuki pondok itu.
"Kau sudah merasa baikan?" Ia bertanya sambil tersenyum canggung.
OuYang Qing mengangguk dan menunjuk kursi batu di hadapannya.
"Duduklah."
Tadinya Lu Xiao Feng hendak duduk di sampingnya, tapi jika gadis itu bersikap begitu dingin, tentu ia pun tidak bisa bersikap terlalu hangat.
-- Mengapa wanita begitu suka bersandiwara"
Apakah itu karena mereka semua tahu bahwa jenis perempuan seperti inilah yang disukai laki-laki"
Jika OuYang Qing sejak dulu bersikap ramah dan hangat pada Lu Xiao Feng, mungkin sudah sedari dulu ia kabur jauh-jauh.
Maka ia pun duduk dengan patuh di atas kursi batu itu.
"Di mana XiMen Chui Xue?" Ada banyak hal di dalam hatinya yang ingin ia tanyakan, tapi ia tidak sanggup mengatakannya, maka ia sembarangan saja bertanya.
"Ia ada di dalam rumah bersama isterinya, kurasa ada banyak hal yang hendak mereka bicarakan."
Lu Xiao Feng bangkit, tapi kemudian terduduk lagi. Ia ingin masuk dan berbicara dengan XiMen Chui Xue, tapi ia tidak ingin OuYang Qing menganggap dirinya tidak mengerti keadaan orang.
Duel sudah dekat, hasilnya masih diragukan, perpisahan ini sangat bisa jadi merupakan yang terakhir kalinya bagi mereka.
Seharusnya ia membiarkan mereka berdua menghabiskan sore ini bersama-sama dengan tenang, membiarkan mereka membicarakan semua hal yang seharusnya tidak didengarkan oleh orang lain.
Taman itu seperti menelan mereka, aroma bunga tercium di udara, pemandangan di sekitar mereka terasa seperti mimpi. Bukankah hanya mereka berdua pula yang ada di sana" Bukankah ada banyak hal yang juga hendak mereka bicarakan"
Tapi ia tidak bisa memikirkan apa yang hendak dikatakan! Tampaknya ia seperti telah berubah menjadi anak remaja yang sedang mengalami kencan pertamanya.
"Kau mengenalnya?" OuYang tiba-tiba memecahkan kesunyian.
"Siapa?"
OuYang Qing menunjuk ke sampingnya, barulah Lu Xiao Feng melihat patung lilin kecil yang duduk di atas pagar pembatas itu. Itulah patung Tuan Wang.
Koleksi Kang Zusi
Ia tak faham mengapa gadis itu tiba-tiba begitu tertarik pada patung kasim tersebut: "Kau mengenalnya?"
"Aku pernah melihatnya, ia pernah datang ke tempat kami."
Yang dimaksud "tempat kami" itu tentu saja rumah pelacuran tempat OuYang Qing bekerja.
Lu Xiao Feng semakin bingung.
"Kau tahu kalau orang ini adalah seorang kasim?" Ia tak tahan untuk tidak bertanya.
"Di tempat kami terdapat segala jenis pelanggan." OuYang Qing menjawab dengan acuh tak acuh.
"Bukan hanya kasim, hwesio juga ada."
Tampaknya ia masih ingat apa yang terjadi hari itu, masih ingat bahwa Lu Xiao Feng pernah berbuat salah padanya. Tapi Lu Xiao Feng tampaknya benar-benar telah melupakan hal itu, ada terlalu banyak pertanyaan yang lebih penting baginya untuk direnungkan.
"Ia bukanlah kasim pertama yang datang ke tempat kami, dan pada hari itu, ia tidak datang sendirian!" OuYang Qing melanjutkan.
"Siapa lagi yang datang bersamanya?" Lu Xiao Feng segera memburu.
"Waktu ia tiba, ia hanya sendirian, tapi setelah itu dua orang jago pedang dari Sekte Laut Selatan pun muncul mencarinya, seakan-akan mereka telah mengatur sebuah pertemuan sebelumnya."
"Bagaimana kau tahu kalau mereka berasal dari Sekte Laut Selatan?"
"Aku mengenali pedang mereka." Pedang Sekte Laut Selatan bukan hanya luar biasa panjang dan sempit, tapi juga memiliki bentuk yang istimewa.
"Aku juga tahu bahwa orang tua ini adalah seorang kasim. Tak perduli bagaimana bagusnya ia menyamar, aku selalu bisa tahu."
"Si Untung Besar Sun berada di sana juga hari itu?"
"Mm."
Mata Lu Xiao Feng pun bersinar-sinar. Tuan Wang tentu telah mengatur pertemuan itu dengan dua jago pedang dari Sekte Laut Selatan di rumah pelacuran untuk membicarakan sebuah rencana rahasia.
Sewaktu mereka tahu bahwa OuYang Qing dan si Untung Besar Sun telah tiba di ibukota, mereka takut kalau salah satu dari keduanya akan mengenali mereka, maka mereka pun memburu keduanya untuk dibungkam. Kematian Nyonya Pertama Gong Sun tentu ada hubungannya dengan hal ini.
Dua jago pedang Sekte Laut Selatan itu mungkin sama dengan dua jago pedang yang binasa di krematorium.
Lu Xiao Feng menghela nafas dalam-dalam. Ia akhirnya menemukan benang itu. Sekarang yang harus ia lakukan adalah mencari benang yang bisa menghubungkan benang ini dengan benang-benang lain yang telah ia temukan, lalu ia akan berhasil memecahkan kasus ini. Apakah ia bisa menemukan beberapa benang lagi saat ini" Banyak hal yang bisa dilakukan dalam waktu dua jam.
"Jika ada kasim yang berkunjung ke tempat kami, aku selalu membawanya ke kamarku!" OuYang Qing tiba-tiba berkata.
"Mengapa begitu?"
"Karena mereka bukan laki-laki," ia menjelaskan dengan dingin. "Semakin tidak berguna seorang laki-laki, semakin ia ingin memperlihatkan kejantanannya. Maka walaupun aku memaksa mereka untuk tidur di lantai, mereka tidak akan berani mengeluh dan mau membayar persenan. Karena mereka amat khawatir kalau orang lain tahu tentang kelemahan mereka."
"Malam itu, waktu Hwesio Jujur bermalam di kamarmu, apakah ia pun tidur di lantai?" Lu Xiao Feng bertanya.
OuYang Qing mengangguk.
"Mungkinkah ia juga seorang kasim?"
"Ia mungkin bukan kasim, tapi ia pun bukan seorang laki-laki."
Lu Xiao Feng kembali menghela nafas dalam-dalam. Akhirnya ia menemukan sebab mengapa Hwesio Jujur berdusta padanya. "Impoten" adalah sebuah kata yang dipandang laki-laki sebagai aib yang amat memalukan. Itulah sebabnya ada laki-laki yang mau menghabiskan uang untuk tidur di lantai kamar seorang wanita daripada membiarkan orang lain tahu bahwa ia impoten.
Koleksi Kang Zusi
Hwesio Jujur adalah seorang laki-laki. Bahkan hwesio pun tidak terhindar dari perasaan bangga seperti itu.
OuYang Qing menatap patung kecil itu: "Malam itu, orang tua ini bahkan tidak berani menyentuhku sama sekali karena ia begitu takut kalau aku mengetahui bahwa ia seorang kasim." Ia berkata sambil tersenyum mengejek. "Ia tidak pernah curiga bahwa satu-satunya sebab mengapa aku memperbolehkannya tinggal adalah karena aku tahu kalau ia seorang kasim."
Sebuah ekspresi aneh pun tiba-tiba muncul di wajahnya.
"Kau tahu mengapa tidak ada laki-laki yang pernah menyentuhku?" Tiba-tiba ia bertanya.
Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya.
"Karena aku membenci laki-laki."
"Kau pun membenciku?" Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak bertanya.
OuYang Qing meliriknya dengan dingin. Walaupun ia tidak menyangkalnya, ia pun tidak mengakui hal itu. Lu Xiao Feng mulai tertawa. Tiba-tiba ia menyadari sesuatu " OuYang Qing tidak mencintainya, bahkan sedikit pun tidak ada fikiran ke arah itu.
Jika bukan Nyonya Ke-13 yang berkata begitu padanya, Lu Xiao Feng pun tidak akan pernah berfikir demikian. Tapi semua ucapan Nyonya Ke-13 itu mungkin memang disengaja, agar ia memakan sepiring rumah siput berlapis mentega itu. OuYang Qing sendiri bukan hanya tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun tentang hal itu, ia bahkan tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda perasaan itu.
Setelah mengetahui hal ini, walaupun ada sedikit rasa masam di hatinya, Lu Xiao Feng tak tahan untuk tidak menghela nafas lagi, seakan-akan ia baru saja terbebas kembali dari sebuah beban.
Sikapnya pun tiba-tiba berubah menjadi lebih wajar. Ia tidak pernah percaya adanya cinta pada pandangan pertama.
"Apa yang sedang kau tertawakan?" OuYang Qing tampak heran.
"Aku sedang menertawakan Hwesio Jujur. Aku baru saja mengoper dua potong batu bara yang amat panas kepadanya!"
"Batu bara panas?"
"Sabuk sutera."
"Sabuk sutera apa?" OuYang Qing tidak faham.
Lu Xiao Feng segera menerangkan semua yang telah terjadi. Waktu ia bercerita tentang SiKong Zhai Xing yang mencuri sehelai sabuk, kemarahannya hampir bangkit lagi. Waktu ia bercerita tentang Hwesio Jujur, ia hampir terbungkuk-bungkuk karena tertawa, tingkah-lakunya benar-benar seperti seorang anak kecil.
OuYang Qing menatap wajahnya, sebuah tatapan aneh pun muncul kembali di matanya. Laki-laki ini telah menukar dua helai sabuk sutera yang tak ternilai harganya dengan sepotong roti, dan masih bersikap seolah-olah dialah yang telah merampok Hwesio Jujur. Ia benar-benar belum pernah bertemu dengan orang seperti ini.
"Sayangnya kau belum benar-benar pulih, kalau tidak aku tentu akan menyimpan satu sabuk untukmu agar kau bisa melihat pertunjukan itu."
"Kau tidak memiliki sehelai pun sekarang?"
"Setengah helai pun tidak."
"Kau akan datang ke lokasi duel itu malam ini?"
"Tentu saja."
"Di mana sabukmu?"
Lu Xiao Feng tertegun. Baru sekarang ia menyadari bahwa ia sama sekali lupa untuk menyimpan satu sabuk untuk dirinya sendiri. Mungkinkah itu sebabnya mengapa si Hwesio Jujur pergi begitu cepat setelah mendapatkan sabuk itu, ia takut kalau-kalau Lu Xiao Feng tiba-tiba teringat"
"Hehehe!" Melihat ekspresi wajahnya, OuYang Qing tak tahan untuk tidak tertawa kecil. Bertemu dengan orang yang begini bodoh tidaklah sering terjadi. Lu Xiao Feng duduk di situ dengan ekspresi tertegun di wajahnya untuk beberapa lama, tanpa bicara sama sekali. Tiba-tiba ia melompat bangkit dan terbang keluar dari pondok itu.
Koleksi Kang Zusi
Secara kebetulan XiMen Chui Xue dan Sun Xiu Qing sedang melangkah menelusuri jalan setapak saat mereka berpapasan dengannya. Lu Xiao Feng bahkan tidak punya waktu untuk menyapa mereka saat ia terbang melintas di depan mereka, seakan-akan seseorang sedang mengejar-ngejarnya sambil mengacung-acungkan sapu.
Sun Xiu Qing memandang pada OuYang Qing, sambil duduk di atas pagar.
"Apakah kau mengusirnya?" Ia bertanya.
OuYang Qing menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Senyumannya begitu manis, tidak seorang pun akan percaya kalau ia tega mengusir orang lain.
"Jadi kau menakut-nakutinya?"
"Tidak perlu ada orang lain yang menakut-nakutinya, ia sendiri sudah amat pintar menggebah dirinya sendiri." OuYang Qing menjawab dengan nada main-main.
Sun Xiu Qing beberapa kali menatapnya dari atas ke bawah dan tersenyum: "Tampaknya kau cukup cepat mengenali sifatnya."
"Aku tahu hanya tahu kalau dia adalah seorang badut besar."
"Tapi ia adalah badut yang paling cerdik."
"Ia cerdik?"
"Bila menyangkut dirinya sendiri, ia memang seorang badut, karena ia tidak pernah memikirkan dirinya sendiri. Tapi jika ada orang yang benar-benar menganggapnya hanya sebagai badut dan berusaha memperdayainya, maka orang itu akan bernasib buruk."
"Tidak perduli apakah ia jenius atau cuma seorang badut, semua itu tidak ada hubungannya denganku." OuYang Qing berkata.
Sun Xiu Qing mengedip-ngedipkan matanya: "Bukankah kau menyukainya?"
"Kau kira semua wanita di dunia ini harus menyukainya atau bagaimana?" OuYang Qing mencemooh.
"Aku bukan membicarakan semua wanita, aku membicarakan dirimu!"
"Mengapa kau tidak bicara tentang hal yang lain?"
"Kau sama sekali tidak tertarik padanya?"
"Tidak."
Sun Xiu Qing kembali tersenyum.
"Kau tidak bisa membodohiku, aku bisa melihatnya." Perlahan-lahan ia meletakkan tangannya di atas perutnya dan sebuah sinar mata yang senang dan bangga pun berkilauan di matanya. "Aku bukan hanya seorang wanita, aku pun akan segera menjadi seorang ibu. Seorang gadis kecil sepertimu tidak akan bisa mengibuliku."
OuYang Qing tidak menjawab, tapi wajahnya yang pucat telah merah merona.
"Kalian perempuan ini memang aneh." XiMen Chui Xue tiba-tiba berkata.
"Apanya yang aneh?"
Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Semakin kalian menyukai seorang laki-laki di dalam hatimu, semakin kalian bersikap tidak tertarik di luarnya. Aku benar-benar tidak faham mengapa kalian berbuat seperti itu."
"Menurutmu apa yang harus kami lakukan" Melompat ke pelukan laki-laki saat kami melihat mereka?"
"Setidaknya kalian bisa bersikap lebih ramah dan hangat padanya dan tidak menakut-nakutinya hingga dia pergi."
"Waktu kita pertama kali bertemu, apakah aku baik padamu?"
"Tidak."
"Tapi kau tidak ketakutan dan menjauh."
XiMen Chui Xue menatapnya, kehangatan itu kembali muncul di matanya.
"Seorang laki-laki sepertiku tidak bisa ditakut-takuti oleh apa saja atau siapa saja!"
"Benar," Sun Xiu Qing mengiyakan dengan nada main-main. "Laki-laki seperti dirimu inilah yang disukai perempuan."
Ia berjalan menghampiri dan menggenggam tangan suaminya.
Koleksi Kang Zusi
"Karena wanita kadang-kadang seperti domba, kami perlu diburu." Ia menjelaskan dengan lembut.
"Jika kau tidak cukup berani untuk memburunya dan hanya menontonnya saat mondar-mandir di depan matamu, maka kau tidak akan pernah berhasil memegang tanduknya yang berharga."
XiMen Chui Xue tersenyum.
"Kau telah memberikan tandukmu padaku?"
Sun Xiu Qing menghela nafas dengan lembut: "Aku telah memberimu tandukku, kulit, tulang, segalanya."
Sambil berpelukan, mereka berdiri di sana dalam kebisuan di bawah sinar matahari terbenam.
Mereka seperti telah lupa kalau orang lain masih ada di sana, seperti telah melupakan seluruh dunia ini. Matahari terbenam mungkin tampak indah, tapi sebentar lagi malam pun tiba. Berapa lama lagi mereka masih bisa saling berpelukan"
OuYang mengawasi mereka dari kejauhan. Walaupun di dalam hatinya ia senang melihat kebahagiaan mereka, ia juga merasa amat khawatir, khawatir atas kebahagiaan mereka.
Karena ia faham orang seperti apa XiMen Chui Xue itu, karena ia memahami pedang XiMen Chui Xue. Pedangnya itu bukanlah pedang manusia.
Orang biasa yang punya perasaan, darah dan daging tidak akan mampu mencapai ilmu pedang tak berperasaan seperti itu. Pedang itu benar-benar telah mencapai tingkatan "dewata".
XiMen Chui Xue bukanlah orang biasa yang punya perasaan, daging dan darah. Hidupnya telah lama dikorbankan untuk pedangnya, pada pedangnya. Seakan-akan dirinya dan pedangnya telah melebur menjadi satu, dan juga telah mencapai tingkatan "dewata".
Tapi sekarang ia telah berubah menjadi orang biasa, sekarang ia juga terdiri dari daging dan darah, ia juga punya perasaan. Masih mampukah ia menggunakan pedang tanpa perasaan itu" Mungkinkah ia mampu mengalahkan Ye Gu Cheng"
Matahari terbenam mungkin terlihat indah, tapi sebentar lagi akan berlalu dan bulan pun segera akan muncul. Bulan malam ini tampaknya telah ditakdirkan akan berlumuran darah oleh darah seorang laki-laki. Tapi darah siapa"
Bab 10: Sabuk Sutera Yang Ketujuh
Tanggal 15 September, senja hari. Warna-warna matahari terbenam yang spektakuler tampak memenuhi angkasa. Lu Xiao Feng terbang keluar dari toko roti itu dan mulai melesat di sepanjang jalan raya yang tampak kemerah-merahan.
Ia harus menemukan satu sabuk sutera sebelum bulan terbit. Ia tidak boleh ketinggalan acara duel malam ini. Sama sekali tidak boleh!
Karena Ye Gu Cheng dan XiMen keduanya adalah sahabatnya, karena ia telah menyadari bahwa, di bawah sinar bulan purnama, saat duel mereka, sesuatu yang mengguncangkan dunia akan terjadi, sesuatu yang bahkan lebih mengejutkan daripada duel itu sendiri.
Tentu saja ia tidak bisa meminta kembali sabuk-sabuk sutera yang telah ia berikan pada orang lain.
Tetapi sabuk curian tentu berbeda. Kau bukan hanya bisa menuntut kembali apa yang telah dicuri orang darimu, kau pun bisa balas mencurinya, atau bahkan mengambilnya secara paksa. Ia telah memutuskan apa yang harus ia lakukan. Satu-satunya masalah adalah bagaimana cara ia menemukan SiKong Zhai Xing"
Orang ini seperti angin, malah mungkin lebih sukar dilacak daripada angin. Orang yang tidak ingin mencari tentu akan sering bertemu dengannya, tapi yang ingin mencarinya tentu tidak akan pernah menemukannya.
Untunglah bagi Lu Xiao Feng, ia masih memiliki satu petunjuk. Ia masih ingat nama toko obat dari mana SiKong Zhai Xing tampak berjalan keluar.
SiKong Zhai Xing jauh lebih sehat daripada sebagian besar orang yang telah menjadi korbannya, tidak mungkin ia mencari semacam obat di toko itu. Maka, jika ia berjalan keluar dari toko obat itu, tentu toko obat itu setidaknya ada hubungannya dengan dirinya.
Koleksi Kang Zusi
Huruf-huruf emas nama toko obat itu tampak berkilauan tertimpa sinar matahari. Di depan pintu ada seorang anak kecil yang sedang bermain bulu ayam. Saat ia melihat Lu Xiao Feng mendekat, ia segera memasukkan jarinya ke dalam mulut dan bersuit.
Dengan tiba-tiba, dari kedua ujung jalan, kiri dan kanan, selusin atau lebih anak-anak kecil yang tertawa cekikikan tampak berhamburan ke jalan dan berkumpul di depan Lu Xiao Feng.
Mereka masih mengenali Lu Xiao Feng, dan tentu saja, masih ingat pada lagu pendek yang bisa membunuh orang dengan cara membuatnya meledak karena marah atau sesak nafas karena tertawa itu.
Lu Xiao Feng pun tertawa cekikikan, ia yakin anak-anak ini hendak menyanyikan lagu "SiKong Zhai Xing, si peri monyet" lagi.
Tapi anak-anak itu malah mulai bernyanyi sekuat-kuatnya:
"Xiao Feng bukanlah burung, tapi kutu busuk,
Kutu busuk berkepala runcing, suka menggali lubang seharian, Anjing buang air di lubang itu, maka dia pun makan kotoran, Setumpuk besar kotoran anjing yang bau, kutu busuk pun bisa terbang di atasnya."
Baris-baris kalimat macam apa itu" Hampir tidak ada artinya.
Lu Xiao Feng tidak bisa memutuskan apakah ia harus tertawa ataukah marah. Sepertinya ia telah lupa kalau baris-baris lagu yang ia berikan dulu pun sama sekali tidak berirama.
Tentu saja ia tahu dari mana asal lagu itu. SiKong Zhai Xing tentu telah kembali ke tempat itu.
Setelah bersusah-payah, akhirnya ia berhasil menyuruh anak-anak itu berhenti.
"Apakah laki-laki tua berambut putih itu datang kembali?" Ia segera bertanya, tidak mau mengambil resiko sedikit pun.
Anak-anak itu mengangguk.
"Ia mengajari kami lagu itu, ia bilang lagu itu adalah lagu kesukaanmu dan jika kami menyanyikannya dengan baik, kau akan membelikan kami permen!" Mereka semua berteriak.
Lu Xiao Feng merasa dirinya hampir tertawa terbahak-bahak lagi, siapa yang mau membelikan orang lain permen setelah dihina habis-habisan"
Anak-anak itu mengedip-ngedipkan mata sambil menatapnya dengan penuh harap.
"Bagaimana lagu kami tadi?"
"Bagus, sangat bagus." Lu Xiao Feng mengangguk.
"Kau akan membelikan kami permen?"
Lu Xiao Feng menghela nafas dan tertawa pertanda mengaku kalah: "Ya, tentu saja."
Apa saja yang orang lain tidak mau melakukannya, Lu Xiao Feng sering kali melakukannya.
Bagaimana mungkin ia mengecewakan hati anak-anak ini" Ia segera pergi dan membelikan permen, permen yang amat banyak. Saat melihat keceriaan anak-anak itu, hatinya pun mencair.
Dengan permen di mulut, dua orang anak lalu menarik-narik bajunya.
"Kakek itu benar, kau adalah orang yang baik, Tuan!" Mereka bersorak.
"Ia benar-benar mengatakan kalau aku orang yang baik?" Lu Xiao Feng tampak acuh tak acuh.
"Ia bilang kau ini amat penurut, bahkan sejak kau masih bayi."
Lu Xiao Feng makin tidak percaya: "Bagaimana ia tahu seperti apa diriku saat aku masih bayi?"
"Ia melihatmu tumbuh, ia bahkan sering mencebokimu saat kau buang kotoran, tentu saja ia tahu."
Lu Xiao Feng menggeram tanpa sadar, saat itu tidak ada yang lebih ingin ia lakukan daripada mengikat peri monyet itu dan memukulinya beberapa kali, mungkin lebih.
"Kakek itu tadi ada di sini, jika kau datang lebih cepat, Tuan, kau tentu akan bertemu dengannya."
"Ke mana dia pergi?"
"Ia terbang lagi, dan begitu tinggi! Tuan, kau bisa terbang lebih tinggi darinya?"
Lu Xiao Feng merapikan leher baju dan lengan bajunya: "Aku tidak begitu yakin, mengapa kalian tidak memperhatikan saja dan melihatnya?"
Karena SiKong Zhai Xing tidak berada di sana, tidak ada gunanya baginya untuk tinggal di sini lebih lama lagi.
Tapi anak-anak itu segera mencegahnya: "Tunggu sebentar, Tuan, ada satu hal lagi yang hendak kami beritahukan padamu."
Koleksi Kang Zusi
"Apa itu?"
"Kakek itu meninggalkan sebuah bungkusan kecil untukmu. Ia bilang, kami harus memberikannya padamu jika kau membelikan kami permen dan membuangnya ke selokan jika kau tidak membelikan permen."
Anak yang larinya tercepat telah berlari masuk ke dalam toko obat dan berjalan keluar dengan sebuah bungkusan di tangan. Tak pernah terduga oleh Lu Xiao Feng kalau di dalam bungkusan itu terdapat dua helai sabuk sutera.
Di bawah sinar matahari terbenam, sabuk-sabuk itu telah berubah warna menjadi kemerah-merahan.
Selain dari sabuk, di dalam bungkusan itu juga terdapat secarik kertas: "Mencuri satu darimu, mengembalikan dua padamu. Aku seorang peri monyet, kau seekor kutu busuk. Kau ingin memukul pantatku" Aku akan membuatmu makan kotoran."
Lu Xiao Feng tertawa, tertawa dengan keras: "Bajingan kecil itu benar-benar tidak waras, ya kan?"
Mengapa ia mengembalikan dua helai sabuk sutera lagi setelah mencuri satu" Dari mana asal sabuk sutera yang satunya lagi"
Lu Xiao Feng tidak mau lama-lama memikirkan pertanyaan itu. Sekarang kedua sabuk sutera ini telah berada di tangannya tanpa harus bersusah-payah, jelas ia lebih gembira daripada anak-anak itu saat mereka melihat banyaknya permen yang ia belikan untuk mereka: "Perhatikan sekarang, katakan siapa yang terbangnya lebih tinggi ya?"
Masih sambil tertawa, ia bersalto tiga kali dan mendarat lagi di atas atap bangunan.
"Kau lebih tinggi! Kau terbang lebih tinggi daripada kakek itu!" Anak-anak itu bersorak.
Dengan mata yang jernih dan kepolosan mereka, mereka tidak akan pernah berdusta. Lu Xiao Feng merasa lebih enak, jika itu mungkin. Ia merasa seakan-akan sedang melayang, seakan-akan sepasang sayap baru saja tumbuh di tubuhnya dan ia pun seakan terbang ke bulan. Bulan mungkin belum terbit, tapi matahari terbenam telah menghilang di cakrawala.
Malam pun perlahan-lahan turun. Lu Xiao Feng kembali ke Rumah Makan Lezat dan Harum lewat pintu belakang. Melalui jendela, ia bisa melihat kalau lampu telah dinyalakan. Sinar lampu yang lembut itu membuatnya lebih mudah melihat Sun Xiu Qing dan OuYang Qing melalui jendela yang terbuka dari semak-semak bunga.
Mereka berdua memang cantik, dan di bawah sinar lampu, mereka bahkan terlihat lebih cantik.
Pintu itu tidak tertutup rapat. Lu Xiao Feng sama sekali lupa untuk mengetuk karena hatinya terasa berat. Kapan XiMen Chui Xue pergi"
Ia ingin bertanya, tapi tidak jadi. Ia tidak berani, juga tidak bisa menahan fikiran itu. Di atas meja ada tiga buah cangkir kosong dan satu poci arak. Ia menuangkan secangkir untuk dirinya sendiri dan perlahan-lahan meminum isi cangkir itu sebelum menuangkan secangkir lagi dan dengan cepat menghabiskan isinya lagi.
"Ia sudah pergi." Tiba-tiba terdengar Sun Xiu Qing berkata.
"Aku tahu."
"Ia bilang, ia ingin pergi lebih cepat agar ia bisa meninggalkan kota dan masuk lagi, sehingga orang-orang tidak mengira kalau selama ini ia sebenarnya telah berada di dalam kota!"
"Aku bisa menduganya."
"Kuharap kau pun pergi ke sana lebih cepat, karena". karena ia tidak punya sahabat lain."
Lu Xiao Feng tidak bisa berkata apa-apa dan Sun Xiu Qing pun tidak berkata apa-apa lagi. Ia berpaling dan menatap kegelapan melalui jendela. Malam pun perlahan-lahan turun, bulan purnama pelan-pelan telah naik ke angkasa. Angin pun terasa semakin dingin.
Setelah beberapa lama, Sun Xiu Qing bicara lagi dengan perlahan.
"Malam ini amat indah, jauh lebih indah daripada biasanya. Tapi segera ia pun hilang." Ia menutup matanya dan air mata pun mengalir di pipinya. Setelah hening beberapa saat, ia meneruskan:
"Mengapa sesuatu yang bagus dan indah selalu begitu cepat menghilang" Mengapa mereka tidak bisa tinggal di dunia ini sedikit lebih lama?"
Apakah ia sedang bertanya pada Tuhan" Atau ia bertanya pada Lu Xiao Feng" Lu Xiao Feng tak tahu harus menjawab apa. Tidak ada yang tahu bagaimana cara menjawab pertanyaan ini.
Koleksi Kang Zusi
Ia menghabiskan secangkir arak lagi sebelum ia bisa memaksakan sebuah senyuman di wajahnya:
"Aku pergi juga. Aku berjanji akan membawanya pulang!"
Ia tidak berani berkata apa-apa lagi, juga tidak berani melirik pada OuYang Qing. Tadinya ia bermaksud memberikan sabuk sutera yang satunya lagi pada gadis itu agar ia pun bisa menyaksikan duel abad ini.
Tapi ia tidak jadi menyebut-nyebut tentang hal itu. Ia tahu OuYang Qing tentu lebih suka tinggal di sini untuk menemani Sun Xiu Qing. Ia faham bagaimana perasaan Sun Xiu Qing, perasaannya itu bukanlah cemas, takut, berat hati.." Kata-kata itu mungkin tidak cukup. Saat ini ia benar-benar berharap dapat membawa pulang XiMen Chui Xue.
Tepat saat ia bangkit dan hendak pergi, OuYang Qing tiba-tiba menggenggam tangannya, memaksanya berpaling dan melihat matanya. Air matanya juga tampak menetes. Bahkan orang tolol pun bisa melihat perhatian dan kasih sayangnya. Tentu saja Lu Xiao Feng bisa melihatnya juga, walaupun ia hampir tidak bisa percaya. " Bagaimana mungkin OuYang Qing yang sedang menatapnya saat ini sama dengan OuYang Qing sebelumnya yang sedingin es"
Mengapa ia tiba-tiba berubah" Lu Xiao Feng baru menyadari betapa sedikitnya pengetahuan yang ia miliki tentang wanita.
Untunglah ia cukup faham bahwa seorang wanita tidak akan pernah menatapnya seperti ini jika ia benar-benar membencinya, ia juga tak akan menggenggam tangannya. Tangan OuYang Qing terasa dingin, tapi tangan itu menggenggam tangannya dengan erat. Baru sekarang gadis ini benar-benar faham betapa sakit rasanya bagi seorang wanita jika ia kehilangan laki-laki yang dicintainya.
Mereka berdua saling bertatapan untuk beberapa lama.
"Kau juga akan pulang?" Ia akhirnya bertanya dengan suara hampir berbisik.
"Aku akan pulang!"
"Kau berjanji?"
"Aku berjanji!"
OuYang Qing pelan-pelan berpaling dan ia melepaskan tangan Lu Xiao Feng dengan perlahan-lahan: "Aku akan menunggumu."
"Aku akan menunggumu." Perasaan yang berada di lubuk hati seorang laki-laki saat ia tahu ada seorang wanita yang menunggunya adalah sesuatu yang tidak bisa digantikan oleh perasaan apa pun.
"Aku akan menunggumu." Betapa indah, hangat, dan ajaib kalimat itu. Lu Xiao Feng seperti mabuk, tapi ia bukan mabuk karena alkohol.
-----------------------
Bulan yang terang terlihat jauh di angkasa, dan Lu Xiao Feng sedang menghadapi satu teka-teki lagi
" Ada sehelai sabuk sutera lagi yang harus diberikan, tapi pada siapa ia harus memberikannya"
Orang-orang yang patut menerima sabuk sutera itu tidak terlihat di mana-mana.
Jalan raya itu terlihat ramai, tetapi lebih ramai lagi di dalam rumah-rumah makan dan warung arak.
Segala jenis orang sedang duduk di meja, membicarakan urusan mereka malam itu.
Lu Xiao Feng tidak perlu mendengarkan apa yang mereka bicarakan karena ia tahu bahwa mereka sedang menunggu hasil duel malam ini. Tak diragukan lagi, banyak di antara mereka yang telah mempertaruhkan uang untuk XiMen Chui Xue atau pun Ye Gu Cheng.
Duel ini bukan hanya mengguncangkan dunia persilatan, bahkan telah menembus hingga kedalaman masyarakat ibukota. Tidak pernah ada duel yang berdampak luas seperti ini sebelumnya.
Lu Xiao Feng merasa hal itu amat lucu. Ia yakin, jika XiMen Chui Xue dan Ye Gu Cheng tahu tentang ini, mereka pun akan merasa hal ini amat lucu.
Saat itulah ia melihat seorang laki-laki berjalan keluar dari sebuah warung teh di seberang jalan.
Orang ini bertubuh amat jangkung dan kurus, berpakaian mewah, gayanya pun amat berbudaya, dan mengenakan sehelai jubah biru yang indah. Di pelipisnya ada beberapa helai rambut perak. Dia tidak lain adalah "Majikan Kota Selatan", Du Tong Xuan.
Ini mungkin bukan wilayah Li Yan Bei lagi, tapi tetap merupakan wilayah saingan Du Tong Xuan.
Mengapa ia tiba-tiba muncul di sini" Dan bahkan tanpa membawa satu pun pengawal"
Lu Xiao Feng segera memburunya dan menepuk pundaknya.
Koleksi Kang Zusi
"Sarjana Du, apa kabar?"
Du Tong Xuan benar-benar terperanjat dan ia memutar kepalanya dengan segera. Ketika ia menyadari bahwa orang yang menyapanya itu adalah Lu Xiao Feng, ia lalu memaksakan sebuah senyuman yang palsu: "Lumayan, terima kasih!"
"Di mana pengawalmu?" Ia bertanya, menyebut laki-laki misterius yang berpakaian hitam itu.
"Ia sudah pergi!"
"Mengapa dia pergi?"
"Kolam yang kecil tidak bisa menghidupi ikan besar, tentu saja ia pergi!"
Lu Xiao Feng diam-diam melihat ke sekelilingnya sebelum merendahkan suaranya dengan sengaja:
"Jadi kau datang sendirian ke wilayah Li Yan Bei ini?"
Du Tong Xuan tersenyum.
"Rasanya ini bukan wilayah Li Yan Bei lagi." Ia menjawab dengan santai.
"Ia mungkin sudah mati, tapi ia masih memiliki sekelompok anak buah!"
"Setelah seseorang mati, bahkan isterinya pun boleh menikah lagi, apalagi "anak buah"!"
Lu Xiao Feng pun tertawa: "Tampaknya kau bukan hanya tahu kalau Bos Li sudah mati, tapi kau juga tahu bahwa orang-orangnya pun telah ditelan oleh Kuil Awan Putih!"
Tapi wajah Du Tong Xuan tetap tidak memperlihatkan emosi. "Di dalam bisnis kami, yang tidak bisa mendapatkan berita dengan cepat tidak akan berumur panjang." Ia berkata dengan dingin.
"Mungkinkah Gu Qing Feng adalah temanmu?"
"Ia mungkin bukan seorang teman, tapi setidaknya ia juga bukan seorang musuh!"
"Tak heran kau berada di sini sendirian." Lu Xiao Feng tersenyum.
"Jika kau punya waktu, Tuan, kedatanganmu selalu diterima di wilayahku. Dan kau boleh membawa berapa banyak pun orang yang kau inginkan."
Bola mata Lu Xiao Feng pun berputar-putar dan sebuah ide muncul di benaknya: "Karena kau telah memasang taruhan begitu besar untuk Ye Gu Cheng, aku berani bertaruh kalau kau sebenarnya ingin sekali menyaksikan langsung duel malam ini!"
Du Tong Xuan tidak mengakui, juga tidak menyangkal.
"Aku punya satu sabuk sutera, jika kau tertarik, aku bisa memberinya padamu!"
Du Tong Xuan tidak menjawab selama beberapa saat, seakan-akan ia sedang mempertimbangkan tawaran itu.
"Bos Bu Ju pun berada di warung teh tadi."
"Oh?"
"Mengapa kau tidak memberikan sabuk sutera itu padanya?"
Lu Xiao Feng terdiam. Orang lain mencoba segalanya untuk mendapatkan sabuk sutera ini, tapi sekarang saat ia menawarkannya pada Du Tong Xuan secara gratis, secara tak terduga malah ditolak.
Du Tong Xuan merangkap tangannya dan memberi hormat sekilas pada Lu Xiao Feng.
"Jika tidak ada yang lain, Tuan, aku harus pergi. Selamat tinggal."
Dan hanya begitu saja, ia pun pergi, bahkan tanpa memperlihatkan sedikit pun tanda-tanda ingin tinggal sebentar.
Dengan bingung Lu Xiao Feng berdiri di sana seperti orang tolol selama beberapa saat sebelum tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat bahwa Bu Ju baru saja berjalan keluar dari warung teh itu. Bu Ju juga melihatnya serta sabuk sutera di pundaknya itu. Tiba-tiba ia tersenyum.
"Kau belum menjual seluruh sabukmu?" Senyuman itu tampak amat ganjil, seperti ada tanda-tanda ejekan di dalamnya.
"Sabuk sutera ini bukan untuk dijual, tapi bisa diberikan pada siapa pun. Jika kau masih menginginkannya, aku akan memberikannya padamu."
Bu Ju kembali menatapnya, senyumannya bahkan semakin ganjil: "Sayangnya aku tidak suka ber-kowtow!"
"Tak perlu ber-kowtow."
"Benarkah?"
"Tentu saja."
Koleksi Kang Zusi
"Dan aku pun benar-benar tidak menginginkannya!" Ekspresi wajahnya tiba-tiba tampak tertekuk dan ia mengibaskan lengan bajunya pada Lu Xiao Feng dan berjalan pergi, bahkan tidak melirik ke arah Lu Xiao Feng lagi.
Kembali Lu Xiao Feng terdiam. Ini adalah orang yang sama dengan orang yang tadi siang bersedia menukarkan 3 buah cincin giok yang amat besar dengan sehelai sabuk sutera, tapi sekarang ia bahkan tidak menginginkannya walaupun gratis.
Lu Xiao Feng tidak faham apa yang sedang terjadi, tapi ia tidak punya waktu untuk merenungkannya. Bulan purnama telah naik dan ia harus pergi ke Kota Terlarang sesegera mungkin. Ia tidak boleh terlambat.
Aula Keselarasan Utama berada di dalam Gerbang Keselarasan Utama. Di luar Pintu Gerbang Keselarasan Utama terdapat Sungai Sabuk Giok Emas yang, di bawah sinar bulan, terlihat seperti sehelai sabuk giok emas.
Lu Xiao Feng berjalan melalui Gerbang Timur, Gerbang Nenek Moyang, dan Gerbang Tengah yang terletak di bawah Menara Pengawas Naga dan Phoenix sebelum akhirnya tiba di bagian paling terlarang dari Kota Terlarang ini, kota di dalam kota.
Dalam perjalanan ke tempat itu, ada berpeleton-peleton penjaga dan pos penjagaan di setiap beberapa langkah. Amatlah sukar bagi siapa pun untuk tiba di sana tanpa membawa sabuk sutera, dan walaupun mereka bisa sampai di sana, mustahil bagi mereka untuk maju lebih jauh melewati tempat yang seperti medan ranjau ini.
Walaupun tidak terlihat satu pun bayangan manusia pada saat itu, tentu ada seorang jago kungfu dalam kelompok Penjaga Istana itu yang menunggu untuk menjebakmu di setiap sudut yang gelap.
Segala macam naga yang bersembunyi dan harimau mendekam ada di antara Penjaga Istana, beberapa di antaranya merupakan jago-jago kungfu yang mewarisi ilmu pusaka keluarga mereka, ada yang merupakan pendekar-pendekar muda yang ambisius dan pemberani, dan ada pula beberapa penjahat yang berusaha sembunyi dari musuh-musuhnya. Ujung-ujungnya, tidak ada orang di dunia ini yang berani memandang rendah kemampuan mereka. Di bawah sinar bulan, terlihat seseorang duduk di jembatan yang menghubungkan kedua tepi parit itu. Kepalanya terlihat bersinar-sinar.
"Hwesio Jujur." Lu Xiao Feng segera berlari menghampirinya.
"Kau tiba di sini sebelum waktunya." Ia tersenyum.
Hwesio Jujur sedang menggigit sepotong roti hangat waktu ia melihat Lu Xiao Feng berlari menghampiri. Dengan tergesa-gesa ia membungkus roti itu dan memasang tampang tak bersalah pada Lu Xiao Feng, berharap ia tidak melihat rotinya tadi.
Lu Xiao Feng tertawa: "Melihatnya berada di tanganmu, aku tiba-tiba menyadari sesuatu."
"Apa itu?"
"Aku sadar kalau aku tadi lupa makan malam lagi."
Hwesio Jujur memutar-mutar bola matanya: "Kau hendak mencoba menipu roti ini lagi dariku?"
Lu Xiao Feng balas menatapnya: "Kapan aku pernah berdusta padamu" Aku bertukar dua helai sabuk sutera untuk satu roti denganmu. Kau merasa dirampok?"
Hwesio Jujur memandang sekelilingnya sebentar sebelum tiba-tiba tersenyum pula: "Aku akan berkata jujur, aku punya tiga potong roti lagi padaku, ditambah setengah potong. Kau tertarik untuk menukarnya?"
"Ya."
"Apa yang akan kau gunakan sebagai alat tukarnya?"
"Semua yang aku punya, aku membawanya. Apa pun yang kau inginkan, aku akan memberikannya padamu!"
Hwesio Jujur menimbang-nimbang beberapa kali.
"Sepertinya yang kau punya tidak lebih banyak dariku!" Ia tertawa, menertawakan keadaannya yang sama menyedihkannya dengan Lu Xiao Feng.
Lu Xiao Feng pun tertawa.
"Setidaknya aku punya satu kumis lebih banyak darimu, belum lagi beberapa ribu utas rambutku."
Koleksi Kang Zusi
"Aku tidak menginginkan rambut atau kumismu, aku hanya ingin kau berjanji satu hal padaku, maka setengah bagian dari makanan ini akan menjadi milikmu."
"Apa itu?"
"Bila lain kali kau bertemu denganku, kau pura-pura tidak mengenalku. Dengan begitu, akhirnya aku tentu bisa menghabiskan hari-hariku dalam ketenangan."
Lu Xiao Feng mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak-bahak dan menepuk-nepuk pundak Hwesio Jujur sambil duduk di sampingnya, ia masih tidak mampu mengendalikan tawanya.
"Jadi bagaimana?"
"Tidak."
"Kau tidak menginginkan rotiku?"
"Ya."
"Lalu mengapa tidak?"
"Karena aku sudah punya sepotong roti hangat."
Hwesio Jujur tertegun.
"Dari mana kau mendapatkannya?"
"Dari SiKong Zhai Xing!"
"Si Kong Zhai Xing?" Hwesio Jujur semakin bingung.
Lu Xiao Feng tersenyum.
"Jika bukan karena sesuatu hal kecil yang kuambil dan kutiru darinya, bagaimana mungkin aku bisa mengambil rotimu" Jadi tentu saja roti ini berasal darinya!"
Hwesio Jujur tidak berkata apa-apa lagi, sekarang ia sadar bahwa rotinya telah berkurang satu. Roti itu telah berada di tangan Lu Xiao Feng, muncul begitu saja, seperti sulap.
Hwesio Jujur menghela nafas.
"Ia tidak mempelajari yang lain, ia malah belajar mencuri." Ia bergumam.
"Setidaknya pencuri tak pernah kelaparan." Lu Xiao Feng tertawa sambil menyumpalkan setengah bagian roti ke dalam mulutnya. "Apa yang kau tunggu di sini?"
"Menunggu Kaisar pergi tidur." Hwesio Jujur menjawab dengan muka yang kaku.
"Jadi kita belum bisa masuk?"
"Belum."
"Berapa lama kita harus menunggu?"
"Kita akan tahu bila waktunya telah tiba!"
Lu Xiao Feng mundur dan memandang ke sekelilingnya dengan lebih teliti.
"Apakah XiMen Chui Xue dan Ye Gu Cheng pun belum tiba?"
"Aku tidak tahu."
"Bagaimana dengan yang lain?"
"Aku tidak tahu."
"Kau melihat orang lain?"
"Aku melihat satu setengah manusia."
"Satu setengah?"
"Yang satu adalah Yin Xian, dialah yang menyuruhku untuk menunggu di sini!"
"Siapa yang setengahnya lagi?"
"Kau, paling banyak kau hanya bisa dihitung sebagai setengah manusia."
Sekali lagi Lu Xiao Feng tertawa. Tiba-tiba, dari balik kegelapan, sesosok bayangan muncul. Ia melayang di udara, memperlihatkan gerakan "Delapan Langkah Mengejar Jangkrik" yang berasal dari aliran lurus. Setelah beberapa kali lompatan, bayangan itu telah berada di hadapan mereka.
Mengenakan jubah hijau, rambut perak yang berkibar-kibar, ia tidak lain adalah pemimpin Sekte Wu Dang, Tosu Kayu.
"Kau benar-benar jujur." Lu Xiao Feng berkata sambil tersenyum. "Jadi kau tidak menelan sendiri apa yang menjadi hak teman pendetamu."
"Aku hanya tahu cara menelan roti, sayangnya roti itu pun sekarang telah dicuri."
Tosu Kayu melirik Lu Xiao Feng dan pura-pura mengerutkan keningnya: "Orang macam apa yang begitu rendahnya hingga mencuri roti seorang hwesio?"
Koleksi Kang Zusi
"Bila punya kesempatan, aku pun akan mencuri dari seorang tosu."
Tosu Kayu tersenyum.
"Setidaknya orang ini jujur, ia mengaku tanpa dipaksa."
Saat ia berkata begitu, sebuah bayangan lain pun muncul.
Lu Xiao Feng melirik dan mengerutkan keningnya: "Pada siapa kau berikan sabuk sutera yang lainnya?"
"Yan Ren Ying."
"Orang ini bukan Yan Ren Ying." Tosu Kayu segera menyimpulkan.
"Juga bukan Tang Tian Zong, apalagi Si Ma Zi Yi."
Gerakan orang ini amat unik, saat mendekat lengan bajunya tampak berkibar-kibar tertiup angin.
Seakan-akan ia melayang bersama angin tanpa perlu mengeluarkan tenaga sedikit pun.
Yan Ren Ying, Tang Tian Zong, dan Si Ma Zi Yi tidak mampu melakukan gerakan seperti itu.
Kenyataannya, termasuk Lu Xiao Feng, tidak lebih dari tiga sampai lima orang di dunia persilatan yang mampu melakukan hal tersebut.
"Siapa ini?" Hwesio Jujur bertanya-tanya.
"Ia bukan manusia, bahkan bukan setengah manusia. Ia adalah peri monyet." Lu Xiao Feng menjawab.
Sebelum ucapannya selesai, bayangan itu melesat ke arah mereka seperti roket, pakaiannya meraung-raung terhembus angin, seakan-akan ia bermaksud untuk menabrak Lu Xiao Feng. Tapi tepat sebelum ia bertubrukan dengan Lu Xiao Feng, tiba-tiba ia berjumpalitan ke belakang sebanyak tiga kali di udara dan perlahan-lahan mendarat di atas tanah. Ia adalah seorang laki-laki tua berambut putih, yang terbungkuk-bungkuk karena menahan batuk yang parah.
"Kalian berdua tahu siapa peri monyet ini?" Lu Xiao Feng berkata dengan muka yang kaku.
?"SiKong Zhai Xing, si peri monyet." Aku mendengar lagu itu sore ini." Tosu Kayu berkata sambil tersenyum.
"Tampaknya samaranku benar-benar tidak berguna!" SiKong Zhai Xing menghela nafas.
"Seharusnya kau tidak memperlihatkan ilmu meringankan tubuhmu itu, selain dari SiKong Zhai Xing, siapa lagi yang mampu melakukannya?" Tosu Kayu berujar.
"Aku." Lu Xiao Feng menukas.
Duel 2 Jago Pedang Pendekar 4 Alis Buku 3 Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
?"Setumpuk besar kotoran anjing, bahkan kutu busuk pun bisa terbang di atasnya.?" SiKong Zhai Xing bernyanyi sambil tersenyum.
Lu Xiao Feng pura-pura tidak mendengarnya dan, malah, menatap sabuk sutera yang ada padanya:
"Kau mencuri salah satu sabukku, dan memberiku dua."
"Kau tahu aku, selalu mengingat sahabat. Saat aku tahu kau lupa untuk menyisakan satu sabuk untuk dirimu sendiri, aku pun pergi dan menemukan dua untukmu."
"Dari mana kau mendapatkannya?"
"Jangan lupa kalau aku adalah si Raja Pencuri!"
"Apakah kau mencuri miliknya Si Ma Zi Yi dan Tang Tian Zong?"
SiKong Zhai Xing hanya tertawa dan tiba-tiba menunjuk ke kejauhan: "Mengapa kau tidak melihat siapa yang datang itu?"
Dua sosok bayangan kembali mendekat dari kejauhan. Orang yang di sebelah kiri tampaknya selalu mengangkat bahunya di udara, seakan-akan ia bermaksud untuk melepaskan senjata rahasia, menggunakan ilmu meringankan tubuh milik keluarga Tang. Orang yang di sebelah kanan tampak amat berat dan canggung, seakan-akan ia telah menghabiskan terlalu banyak waktu dalam berlatih tenaga luar. Jika Tang Tian Zong tidak memperlambat kecepatannya, ia tentu akan tertinggal jauh di belakang.
"Tampaknya tuan muda keluarga Tang telah berada di sini!" Hwesio Jujur berujar.
"Siapa yang satunya lagi?" Tosu Kayu bertanya.
"Bu Ju!" Hwesio Jujur menjawab. Itu memang Bu Ju. Sekali lagi senyuman mengejek pun muncul di wajahnya saat ia melihat kehadiran Lu Xiao Feng, seakan-akan ia berkata: "Kau tidak memberiku sabuk, aku tetap berada di sini."
Koleksi Kang Zusi
Anehnya, ada sehelai sabuk sutera terikat di pinggangnya. Di bawah sinar bulan, warna sabuk itu berubah-ubah dari ungu terang ke perak, tergantung sudutnya. Jelas sabuk itu terbuat dari bahan yang sama dengan sabuk-sabuk sutera lainnya. Sabuk sutera yang diterima Lu Xiao Feng berjumlah 6 buah. Tapi, dengan dua helai yang sekarang ada pada Lu Xiao Feng, satu pada Hwesio Jujur, Tosu Kayu, dan SiKong Zhai Xing, ditambah dua yang ada pada mereka, semuanya ada 7 helai.
Bagaimana mungkin 6 sabuk bisa menjadi 7" Dari mana asal sabuk yang satunya" Wajah Bu Ju terlihat bangga saat ia melangkah ke atas jembatan itu dengan angkuh, tapi wajah Tang Tian Zong terlihat kaku saat ia melirik ke arah Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng tahu bahwa mereka tidak akan bercerita walaupun ia bertanya; di samping itu, ia tidak punya waktu untuk bertanya.
Sebuah bayangan melesat keluar dari dalam Gerbang Keselarasan Utama. Sebatang pedang panjang tampak tersandang di punggungnya dan ia mengenakan seragam Penjaga Istana. Seragam itu terlihat agak berantakan, jelas ia baru saja bersenang-senang sedikit. Tapi gerak-geriknya masih tetap tangkas. Ia tak lain daripada salah seorang Komandan Utama Pengawal Istana, Yin Xian.
Wajahnya juga tampak kaku dan ekspresinya pun muram.
"Aku tahu semua yang ada di sini adalah jago-jago dunia persilatan, tapi kuharap setiap orang pun sadar tempat macam apa ini. Ini bukanlah warung teh, jika kalian ingin berbincang-bincang, maka kalian telah datang ke tempat yang salah." Ia bicara seperti seorang atasan pada bawahannya, tetapi semua orang terpaksa harus mendengarkan. Yin Xian dan kawan-kawannya telah mengambil resiko dan tanggung-jawab yang amat besar dalam hal ini, jadi mereka tentu sedikit merasa tertekan. Di samping itu, ini memang bukan tempat untuk berbincang-bincang.
Setelah gembar-gembor itu, ekspresi Yin Xian sedikit melunak saat ia menatap 6 orang yang hadir:
"Sekarang semua orang telah ada di sini, silakan masuk. Setelah melewati altar besar itu, ada sebuah aula yang amat besar. Itulah Aula Keselarasan Utama."
"Apakah tempat itu juga merupakan ruangan singgasana?"
Yin Xian mengangguk.
"Bangunan tertinggi di Istana Kerajaan adalah Aula Keselarasan Utama. Jika dua jagoan itu akan berduel di puncak Kota Terlarang, mungkin sebaiknya setiap orang menunggu di sana." Ia melirik Bu Ju, dan memandang orang tua bungkuk itu, dan meneruskan dengan dingin. "Karena kalian telah bersusah-payah sampai di sini, ilmu meringankan tubuh kalian tentu bagus. Tapi aku harus memperingatkan semua orang bahwa ini bukanlah atap bangunan biasa. Cukup sukar untuk naik ke atasnya, tapi genteng atap itu semuanya merupakan genteng kaca yang licin. Jadi setiap orang harus berhati-hati dalam melangkah karena kita semua akan menanggung akibatnya jika salah seorang dari kita terjatuh dari atas atap."
Ekspresi wajah Bu Ju berubah menjadi muram, senyuman itu tidak terlihat lagi. Bahkan SiKong Zhai Xing tampak sedikit menarik nafas dalam-dalam. Hingga saat ini Lu Xiao Feng bahkan tidak punya kesempatan untuk bicara.
Ia baru saja hendak bicara saat Yin Xian memotongnya: "Jangan naik dulu ke atas atap, ada seseorang yang sedang menunggumu."
"Siapa?"
"Jika kau ingin bertemu dengannya, ikuti aku."
Sambil mengangkat bahunya sedikit, ia pun melayang pergi, seakan-akan ia ingin menunjukkan sedikit kemampuannya di depan semua orang.
Ia cukup cepat, hanya dengan satu lompatan sederhana, ia telah melesat sejauh 8 m. Lu Xiao Feng mengikutinya dalam jarak dekat, tidak ingin terlalu menonjolkan dirinya. Maka Yin Xian berusaha lebih keras untuk menjauh dan ia pun berjumpalitan dengan menggunakan gerakan "Burung Walet Meninggalkan Awan".
Tapi saat ia membuat gerakan ini, seseorang dengan perlahan dan tanpa bersusah-payah melesat melewatinya dengan meninggalkan sedikit suara desiran. Ia tidak lain daripada laki-laki tua yang bungkuk itu.
Saat mereka menerobos Gerbang Keselarasan Utama, sikap dan tingkah laku Lu Xiao Feng pun benar-benar berubah. Ia bukan hanya tidak tersenyum-senyum lagi, bahkan nafasnya pun semakin Koleksi Kang Zusi
perlahan. Keagungan dan kekuasaan Kaisar tetap merupakan sesuatu yang tidak berani disepelekan oleh orang-orang dunia persilatan.
Bahkan Lu Xiao Feng pun tidak berani. Dua baris tangga di depan Aula itu tampak seperti tangga biasa yang terbuat dari beberapa lusin lempengan batu. Tapi bila membayangkan adegan saat Kaisar mengadakan sidang bersama pejabat-pejabat tinggi dan jenderal-jenderal yang berdiri dengan serius di kedua sisi tangga sambil menunggu giliran untuk menjawab setiap isyarat dan perintah Kaisar, suhu tubuh Lu Xiao Feng pun naik karena perasaan tegang.
Semua jenius, orang luar biasa, pendekar dan pemimpin bersedia memeras otaknya, mengorbankan tubuhnya, dan ada pula yang bahkan bersedia untuk mengorbankan nyawanya agar dapat berdiri di atas tangga ini.
Aula Keselarasan Utama bahkan lebih menakjubkan. Bila kita menengadah, atap yang berkilauan tampak seperti berada di tengah awan. Di samping Aula Keselarasan Utama ada Aula Keselarasan Abadi. Di samping Aula Keselarasan Abadi, tepat di sebelah barat tangga di luar Gerbang Nirwana, menempel ke dinding utara, ada tiga buah bangunan beratap datar. Pintu-pintunya yang bercat hitam tampak tertutup rapat dan melalui jendela, sebuah lampu yang redup berkerlap-kerlip bisa terlihat. Sinarnya yang redup itu menerangi sebuah logam pipih berwarna putih yang tergantung di atas pintu. Di atas logam itu ada 5 patah kata yang menyuruh orang untuk menghentikan langkahnya: "Siapa yang masuk akan dieksekusi!"
Yin Xian membawa Lu Xiao Feng ke sana dan berhenti tepat di depan pintu itu: "Seseorang menunggumu di dalam, masuklah!"
Lu Xiao Feng segera menggelengkan kepalanya.
"Aku masih bisa membaca, tahu." Ia berkata dengan sebuah senyuman yang agak lemah. "Aku tidak ingin kehilangan kepalaku."
Yin Xian pun tersenyum.
"Aku yang menyuruhmu masuk, apa pun yang terjadi, aku akan menanggungnya. Apa lagi yang kau takutkan?"
Lu Xiao Feng memandangnya dan memutuskan bahwa ia tidak terlihat seperti orang yang bermaksud untuk mengirimkan dirinya ke dalam perangkap. Tapi di sini, di tempat yang begini penting dan khidmat, bahkan Lu Xiao Feng pun tetap harus berhati-hati. Ia lebih suka berdiri di luar saja.
Yin Xian kembali tersenyum: "Kau bisa menebak siapa yang menunggumu di dalam?"
Lu Xiao Feng menggelengkan kepalanya.
"Siapa?"
"XiMen Chui Xue."
Lu Xiao Feng terperanjat sebentar.
"Bagaimana ia bisa masuk?"
Yin Xian memandang ke sekelilingnya untuk meyakinkan tidak ada orang di sekitar mereka sebelum ia mendekatkan tubuhnya.
"Kami semua bertaruh untuknya." Ia berbisik. "Maka tentu saja kami akan memperlakukannya dengan baik dan memberinya waktu istirahat agar ia memiliki tenaga untuk menghadapi Malaikat Luar Langit itu."
Lu Xiao Feng pun tersenyum.
"Tempat ini mungkin merupakan tempat terlarang, tapi Yang Mulia telah pergi tidur dan sidang pagi masih lama. Jadi selain kami Komandan-Komandan Utama, tidak ada orang yang akan datang ke sini!" Masih sambil tersenyum, ia menepuk pundak Lu Xiao Feng. "Jadi hentikan kekhawatiranmu dan masuklah. Jika kau punya beberapa gerakan rahasia untuk menangkal gerakan Ye Gu Cheng, berikanlah dia beberapa petunjuk. Kami semua berada di fihaknya!"
Ia mungkin tadi agak menyombongkan pangkatnya, tapi sekarang ia seperti berubah menjadi orang yang benar-benar berbeda. Bahkan senyumannya pun tampak lebih ramah, ia bahkan membukakan pintu itu untuk Lu Xiao Feng.
Sambil tersenyum, Lu Xiao Feng pun balas menepuk pundaknya.
"Bila kau punya waktu senggang, aku akan mengundangmu minum."
Koleksi Kang Zusi
Ruangan itu tidak besar, juga tidak ada perabotan yang mewah, tapi masih memiliki kesederhanaan yang alami dan menyiratkan perasaan terakhir, semangat dan nasib dari berpuluh-puluh atau beratus ribu nyawa yang nasibnya diputuskan di sini dengan hanya segoresan pena.
Saat seseorang, siapa pun orangnya, memasuki ruangan itu untuk pertama kalinya, tentu ia akan sangat gugup dan tegang. Saat Lu Xiao Feng berjalan masuk dengan perlahan, jantungnya pun berdebar lebih cepat dari biasanya.
Sambil menggendong tangan, XiMen Chui Xue berdiri dalam bisu di dekat sebuah jendela kecil, pakaiannya putih seperti salju. Tentu saja ia mendengar seseorang membuka pintu dan masuk, tapi ia tidak berpaling, seakan-akan ia telah tahu bahwa orang itu tentu Lu Xiao Feng. Lu Xiao Feng pun tidak bicara.
Pintu telah tertutup dan sinar lampu yang redup tampak berkerlap-kerlip dalam kegelapan dan ruangan yang lembab itu. Tiba-tiba ia menyadari betapa dingin tangan dan kakinya. Ia benar-benar menginginkan secangkir arak. Tentu saja tidak ada arak di ruangan ini, tapi berapa banyak darah, air mata, dan keringat yang telah mengalir di sini"
Lu Xiao Feng menghela nafas dalam hati. Ia akhirnya faham bahwa ia bukanlah orang yang paling banyak menghadapi masalah di dunia ini, orang-orang yang datang ke ruangan ini setiap harinya memiliki masalah yang jauh lebih banyak daripada dirinya.
XiMen Chui Xue tetap tidak berpaling, tapi tiba-tiba suaranya terdengar memecahkan kesunyian:
"Kau tadi kembali ke tempatku?"
"Aku baru saja dari sana."
"Kau bertemu dengannya?"
"Mm?"
"Bagaimana keadaannya?"
Lu Xiao Feng tersenyum lemah.
"Seharusnya kau yang lebih tahu dariku, ia bukanlah wanita yang semangatnya lemah, Tiga Pemberani dan Empat Perempuan Cantik tidaklah kurang terkenalnya dibandingkan dengan kita."
Ia mungkin sedang tersenyum di wajahnya, tapi hatinya karam. Di saat yang genting sebelum duel, saat hidup atau mati begitu dekat dengan dirinya, orang ini masih memikirkan isterinya, ia bahkan tidak sedang memegang pedangnya.
Lu Xiao Feng merasa hampir tidak percaya kalau ini adalah XiMen Chui Xue yang selama ini dikenalnya. Tapi ia pun agak terhibur karena akhirnya, XiMen Chui Xue telah berubah menjadi manusia yang terdiri dari darah dan daging.
Sekonyong-konyong, XiMen Chui Xue berputar. "Apakah kita bersahabat?" Ia bertanya, sambil menatap mata Lu Xiao Feng.
"Ya."
"Jika aku mati, maukah kau menjaganya?"
"Tidak."
Wajah XiMen Chui Xue berubah menjadi pucat pasi. "Kau tidak bersedia?"
"Tidak, karena kau tidak bersikap seperti sahabatku lagi. Sahabatku adalah seorang laki-laki sejati dan tidak pernah berharap mati, ia malah selalu berharap untuk hidup."
"Aku tidak berharap mati."
"Tapi satu-satunya hal yang ada di benakmu dan di hatimu adalah kematian." Lu Xiao Feng berkata dengan dingin. "Mengapa kau tidak memikirkan tentang kejayaanmu dulu" Mengapa kau tidak memikirkan cara untuk mengalahkan Ye Gu Cheng?"
XiMen Chui Xue menatapnya dengan marah, menatapnya untuk beberapa lama sebelum ia menunduk dan menatap pedang yang berada di atas meja. Tiba-tiba ia meraih pedang itu dan menghunusnya.
Gerakan tangannya saat menghunus pedang tadi masih tetap cepat, masih indah, tidak mungkin ada orang di dunia ini yang bisa menandinginya.
Teknik Si Ma Zi Yi saat menghunus pedangnya mungkin juga amat cepat dan cerdik, tapi dibandingkan dengan XiMen Chui Xue, ia seperti seorang tukang jagal yang menarik goloknya dari seekor bangkai babi.
Koleksi Kang Zusi
"Kau sahabatku?" Lu Xiao Feng tiba-tiba balas bertanya.
XiMen Chui Xue terdiam sebelum akhirnya mengangguk.
"Kau percaya apa yang kukatakan padamu?"
Kembali XiMen Chui Xue mengangguk.
"Maka akan kukatakan padamu, aku hampir yakin bahwa aku bisa menghadapi serangan dari jago pedang mana pun di dunia ini, kecuali satu orang." Ia menatap langsung ke mata XiMen Chui Xue, tanpa berkedip sekali pun, dan meneruskan dengan lambat. "Orang itu adalah kau!"
XiMen Chui Xue menunduk dan menatap pedang di tangannya, sebuah warna merah tua yang aneh tiba-tiba muncul di wajahnya yang pucat. Sinar lampu tampak lebih terang, sinar pedang itu pun semakin terang.
Segera Lu Xiao Feng merasakan hawa pedang yang mencorong, begitu mencorongnya hawa tersebut sehingga matanya menjadi silau. Ia tahu kepercayaan diri XiMen Chui Xue telah muncul kembali.
Bagi orang yang sedang tidak bersemangat, kata-kata pembangkit semangat dari seorang sahabat mungkin jauh lebih bermanfaat daripada semua obat di dunia ini digabungkan menjadi satu.
Secercah senyuman pun muncul di wajah Lu Xiao Feng. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, ia diam-diam berputar dan berjalan keluar dari ruangan itu.
Di luar, bulan bergantung di angkasa seperti cermin.
Bulan sembilan tanggal 15, tengah malam.
Liok Siau-hong berjalan keluar dari balik pintu bercat hitam yang terkenal angker lantaran tulisan
"Hukuman mati bagi siapa yang berani masuk ke sini". Dengan menyusuri dinding istana, ia berjalan keluar Thay-ho-tian, ingin sekali ia pergi mencari sebuah tempat yang nyaman, damai dan tenang untuk beristirahat.
Pada saat itulah tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan hitam berdiri tidak bergerak, berdiri ditutupi bayangan istana yang gelap, dia terlihat lesu dan berwajah kusut.
Tanpa melihat untuk kedua kalinya, segera ia tahu bahwa orang itu adalah Pok Ki. Ia tahu bahwa ilmu ginkang Pok Ki memang tidak terlalu bagus, untuk dapat melompat naik ke atas wuwungan istana tentu saja ia harus menguasai ginkang yang sempurna.
Ia masih belum melupakan senyuman sinis orang ini waktu bertemu dengannya tadi, maka ia ingin menghampiri dan balas tersenyum dengan cara yang sama, tapi ketika ia berjalan menghampiri, di wajahnya hanya terlihat senyuman yang simpatik dan menghibur.
Tapi perasaan simpatik ada kalanya lebih melukai perasaan orang daripada sindiran.
Pok Ki memandang sekejap kepadanya, lalu membuang muka.
Liok Siau-hong tiba-tiba berkata, "Dulu ada seekor burung gereja yang selalu menganggap dirinya hebat, karena dia bisa terbang tinggi ke angkasa. Suatu hari dia melihat seekor harimau. Ia pun mengejek harimau itu, dan menantangnya untuk terbang tinggi seperti dirinya. Kau tahu apa yang dilakukan harimau itu?"
Pok Ki menggelengkan kepalanya.
Mulanya ia bermaksud untuk tinggal pergi, siapa yang mengira kalau Liok Siau-hong tiba-tiba malah mendongeng untuknya. Tanpa sadar dia pun akhirnya mendengarkan. Rasa ingin tahu memang selalu dimiliki setiap orang.
Liok Siau-hong berkata, "Tentu saja harimau itu tidak bisa terbang, dia hanya meniup keras-keras sekali, dan burung gereja itu pun ditelan mentah-mentah ke dalam perutnya."
Ia tersenyum dan berkata, "Sejak itu, tiada lagi burung gereja yang berani mencari harimau tadi untuk ditantang terbang, karena burung gereja akhirnya telah faham, bisa terbang tinggi di angkasa bukanlah berarti telah menjadi ksatria yang luar biasa."
Pok Ki pun tersenyum, wajah yang tersenyum itu penuh dengan rasa haru dan terima kasih, hatinya pun merasakan kehangatan yang luar biasa, tiba-tiba ia menyadari bahwa Liok Siau-hong bukanlah seorang telur busuk seperti yang ia bayangkan semula.
Liok Siau-hong menepuk bahunya dan berkata, "Kau pernah melihat harimau memanjat naik di atas seutas tali?"
Pok Ki menjawab, "Belum."
Koleksi Kang Zusi
Liok Siau-hong berkata, "Aku juga belum, tapi aku ingin melihatnya."
Pok Ki berkata, "Kau pernah melihat harimau yang membawa tali di pinggangnya?"
Liok Siau-hong menjawab, "Belum."
Pok Ki pun berkata pula, "Maka kau akan melihatnya sekarang."
Di tubuhnya memang terlilit seutas tali yang panjang. Semula dia sama sekali tidak berani memperlihatkannya, takut dipandang rendah oleh orang lain.
Liok Siau-hong menerima ujung tali itu, ia mendongakkan kepalanya dan menghela nafas panjang.
"Burung gereja pun belum tentu sanggup terbang melintas di atas sana."
Bangunan istana itu seperti mata kail, kail yang menjulang tinggi ke angkasa seakan hendak menggaet rembulan.
Tempat yang demikian tinggi, tiada seorang pun di dunia ini yang mampu melompat naik ke atasnya. Liok Siau-hong pun tidak sanggup.
Tapi dia punya cara.
Dengan Pok Ki mengawasi dari bawah, dilihatnya Liok Siau-hong merayap di dinding istana seperti seekor cecak, lalu bergerak melompat-lompat seperti seekor kera, dalam beberapa kali lompatan saja sosok tubuhnya sudah tidak kelihatan lagi. Karena tidak bisa melihat dengan jelas, Pok Ki lalu menyelinap ke belakang. Dalam hatinya dia pun yakin bahwa di dalam Bulim tiada seorang pun yang memiliki ginkang setinggi Liok Siau-hong.
Dalam hatinya ia merasa bangga, karena ia telah menganggap Liok Siau-hong sebagai sahabatnya.
Dari atas wuwungan sana telah terjulur seutas tali, dalam hatinya ia merasa hangat! Bisa bersahabat dengan Liok Siau-hong memang amat bagus.
Di bawah sinar rembulan, wuwungan istana yang beratapkan genteng warna keemasan itu terlihat seperti sekeping dunia emas yang gemerlapan.
Setelah mengikatkan ujung tali itu ke wuwungan, Liok Siau-hong lalu memalingkan mukanya dan merasa terperanjat.
Di atas wuwungan ini seharusnya hanya ada lima orang tamu undangan, tapi sekilas pandang ia melihat 13-14 orang yang memakai sabuk sutera yang bisa berubah warna, selain lima orang undangan tadi. Hwesio Jujur dan lain-lainnya malah berada di sisi lain wuwungan itu.
Ia tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang-orang itu. Baru saja dia berdiri tegak, seseorang datang melompat menghampirinya. Wajah yang pucat, senyuman yang sinis, dia tidak lain adalah jago tangguh istana, Ting Go.
Liok Siau-hong tak tahan untuk tidak bertanya, "Apa yang terjadi?"
Ting Go mendengus, "Aku ingin menanyakan hal yang sama padamu."
Liok Siau-hong berkata, "Bertanya padaku?"
Ting Go bertanya, "Berapa sabuk sutera yang kami berikan padamu?"
Liok Siau-hong menyahut, "Enam helai."
Ting Go berkata, "Tapi di sini sekarang ada 21 orang tamu, lalu sisanya mereka dapatkan dari mana?"
Liok Siau-hong menghela nafas, lalu menjawab sambil tersenyum pahit, "Aku juga ingin bertanya begitu padamu."
Di atas wuwungan itu lalu muncul dua orang lagi. In Cu berjalan dengan cepat di depan, sementara Siau-siang-kiam-khek Gui Cu-hun mengintil dengan langkah yang santai, tenang dan mantap.
Di tempat yang curam seperti lereng, licin, dingin dan tidak rata seperti ini, berjalan cepat tentu lebih sukar daripada melompat. Dalam kondisi begini, tapi tetap bersikap tenang, itu lebih-lebih sukar.
Liok Siau-hong tahu bahwa jago nomor wahid dari istana, Siau-siang-kiam-khek, tentu memiliki ilmu yang sesuai dengan reputasinya. Ginkang dan lweekangnya pasti tidak lebih rendah daripada jago kungfu mana pun di Bulim.
In Cu membuka suara, "Kalian bertanya ke sini, bertanya ke sana, apa yang telah kalian dapatkan?"
Liok Siau-hong memaksakan sebuah senyuman sambil menggelengkan kepalanya.
Gui Cu-hun berkata, "Urusan ini memang tidak bisa diputuskan dengan sepatah dua patah kata, sekarang belum waktunya bagi kita untuk menyelidiki hal ini."
Koleksi Kang Zusi
In Cu bertanya, "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
Gui Cu-hun berkata, "Perkuat penjagaan, waspadalah terhadap perubahan."
Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Sampaikan perintah, perketat penjagaan di tempat ini, tidak seorang pun boleh berlalu-lalang sekehendak hatinya."
In Cu menyahut, "Baik."
Gui Cu-hun berkata lagi, "Kita harus mengumpulkan semua tenaga, bila perlu kita pun harus memanggil seluruh pengawal termasuk yang sedang tidak bertugas. Sejak saat ini, siapa pun boleh keluar, tapi tidak boleh masuk."
Ting Go menyahut, "Baik."
Jago-jago pengawal istana memang bukan orang sembarangan, naik-turun wuwungan istana itu bisa mereka lakukan dengan gampang.
Gui Cu-hun tersenyum pada Liok Siau-hong, lalu berkata, "Bagaimana kalau kita melihat-lihat tempat ini?"
Liok Siau-hong menyahut, "Bagus sekali."
Sebenarnya tidak banyak yang bisa dilihat di tempat ini. Tidak seperti atap rumah biasa, tempat ini berbentuk persegi empat yang luas, di sana-sini ada wuwungan atap yang menonjol, persis seperti tanah perbukitan.
Di sisi sini ada 13 orang yang berdiri terpencar, menunggu saat dimulainya pertandingan dengan tenang. Tiada yang berbincang satu sama lainnya. Di tubuh mereka tidak terlihat bentuk senjata yang menonjol, topi ditekan amat rendah, beberapa orang di antaranya mengenakan topeng kulit manusia yang amat halus, jelas mereka tidak ingin dikenal oleh orang lain.
Gui Cu-hun dan Liok Siau-hong berjalan melintasi mereka, tapi sepertinya tiada seorang pun yang memperdulikan keduanya.
Dari mana asal orang-orang ini" Mengapa mereka bersikap begitu misterius"
Gui Cu-hun berjalan dengan amat lambat, lalu tiba-tiba ia berkata dengan suara yang sangat rendah,
"Kau bisa mengetahui asal-usul mereka?"
Liok Siau-hong menyahut, "Oh?"
Gui Cu-hun berkata, "Dua hari terakhir ini, di kotaraja telah berdatangan orang-orang dari kalangan Hek-to. Beberapa di antaranya adalah orang-orang angkatan tua yang telah lama mengasingkan diri, ada yang karena terkait dengan perkara hukum, ada pula jago-jago lihai yang menghindarkan diri dari kejaran musuh yang tangguh, semuanya bukanlah orang-orang yang baru sekali dua kali terjun di kalangan Kangouw."
Liok Siau-hong menyahut, "Tak heran kalau mereka tidak mau identitas mereka yang sebenarnya terlihat orang."
Gui Cu-hun berkata, "Keberadaan orang-orang itu selama ini merupakan rahasia, tujuan kedatangan mereka tentu tidak berniat jahat, mungkin hanya karena ingin menyaksikan jurus-jurus yang indah luar biasa, ingin melihat ilmu kepandaian dua jago pedang yang paling terkemuka di jaman ini."
Liok Siau-hong menghela nafas, lalu berkata, "Kuharap begitu."
Gui Cu-hun berkata, "Yang masih membuatku tak habis fikir, kenapa di tubuh mereka pun terdapat sabuk sutera seperti itu?"
Liok Siau-hong bertanya, "Apakah di luar istana juga terdapat sutera semacam ini?"
Gui Cu-hun menjawab, "Tidak ada."
Ia lalu menjelaskan, "Kain sutera yang bisa berubah warna seperti ini hanya dimiliki oleh Kaisar Tay-heng-hongte, merupakan hadiah dari Persia, awal mulanya memang tidak berjumlah banyak, sekarang mungkin hanya tersisa sebanyak dua balok kain, permaisuri Lian Kungli amat menghargainya."
Liok Siau-hong tidak bicara lagi, tiba-tiba ia teringat pada Sukong Ti-sing.
Gui Cu-hun berkata, "Aku juga tahu bahwa rajanya raja pencuri pun telah tiba di kotaraja, bahkan sudah berada di sini."
Liok Siau-hong tak tahan untuk tidak bertanya, "Menurutmu dia yang mencuri kain sutera itu?"
Koleksi Kang Zusi
Gui Cu-hun menjawab sambil tersenyum, "Urusan ini baru kita putuskan kemarin pagi, baru ditetapkan di antara kita, kain sutera semacam ini tiada nilainya di matanya. Barang yang tidak ada nilainya, tentu dia tidak mau mencurinya."
Liok Siau-hong berkata, "Tapi kemarin malam"."
Gui Cu-hun berkata dengan ringan, "Kemarin malam kami berempat beristirahat di dalam sepanjang malam, berjaga secara bergiliran, seandainya ada lalat yang bisa masuk, tentu dia tidak akan bisa keluar lagi."
Nada suaranya terdengar penuh keyakinan, Liok Siau-hong menghela nafas lega, lalu berkata,
"Karena itu kau benar-benar tidak mencurigainya."
Gui Cu-hun berkata, "Tidak."
Liok Siau-hong berkata lagi, "Lalu siapa yang kau curigai?"
Gui Cu-hun menekan suaranya serendah mungkin dan berkata, "Yang bisa mencuri kain sutera ini hanya empat orang saja."
Liok Siau-hong bertanya, "Empat orang?"
Gui Cu-hun berkata lagi, "Yaitu kami empat bersaudara."
Liok Siau-ong menghembuskan nafas dengan perlahan, sebenarnya dia ingin berkata begitu sejak tadi, tak terduga malah Gui Cu-hun yang mengatakannya. Sepertinya Siau-siang-kiam-khek ini bukan saja orang yang teliti, dia pun suka berterus terang.
Gui Cu-hun berkata, "Tentu kau pun berfikir demikian. Menurut kabar di luaran, ada orang yang bersedia memberi 50.000 tael perak hanya untuk membeli sehelai sabuk sutera. Di kalangan Liok-lim, uang bisa didapatkan dengan mudah, tentu mereka berani memberikan tawaran yang lebih tinggi."
Liok Siau-hong menghela nafas, "Manusia mati karena harta, uang menggerakkan hati manusia.
Demi harta, orang bersedia melakukan apa saja."
Gui Cu-hun juga menghela nafas, katanya, "In Cu memiliki pergaulan yang luas, dia menganggap emas bagaikan sampah. Ting Go masih muda, jadi maklum saja kalau agak romantis. Loji meski agak serius dan berhati-hati, jiwanya lapang dan cita-citanya setinggi langit. Sudah lama dia ingin mendirikan sebuah perguruan ternama di kalangan Kangouw, karena itu diam-diam dia tetap menjalin hubungan dengan teman-teman lamanya. Semua urusan ini membutuhkan biaya yang amat besar " gaji seorang pengawal istana tidaklah mencukupi untuk itu."
Ia menatap Siau-hong, lalu berkata pula, "Tapi mereka semua adalah saudara-saudaraku yang baik.
Jika tidak mempunyai bukti yang kuat, walaupun di dalam hatiku sudah ada kecurigaan, tetap tidak boleh menyebutkannya, untuk menghindari pecahnya persahabatan di antara kami."
Liok Siau-hong berkata, "Kau ingin agar aku menemukan bukti itu untukmu?"
Gui Cu-hun tersenyum dan berkata, "Kau memang sulit melepaskan diri dari urusan ini. Jika kau bisa menyingkap hal yang sebenarnya, bukankah itu akan mendatangkan kebaikan bagi semua orang?"
Liok Siau-hong tersenyum dipaksa.
Tiba-tiba ia menyadari bahwa dirinya telah salah menilai orang ini, ternyata ada kalanya orang ini mirip dengan seekor rubah tua.
Di atas wuwungan Thay-ho-tian hanya terdapat beberapa orang. Selain Lau-sit Hwesio, Sukong Tising, Pok Ki yang baru saja naik dan Tong Thian-ciong, cuma ada Giam Jin-eng dan Ko-siong Kisu.
Suma Ci-ih ternyata tidak datang, Ko-siong Kisu pun menjelaskan, "Dia ada urusan penting dan harus kembali ke Kanglam, maka diberikannya sabuk sutera ini padaku."
Liok Siau-hong mengerti bahwa, berdasarkan sifat Suma Ci-ih, tentu dia harus pulang kembali ke rumahnya. Dia juga tidak punya muka untuk mengucapkan selamat tinggal pada Liok Siau-hong.
Sebagai seorang jago kenamaan di dunia Kangouw, dia memiliki gengsi yang tinggi serta selalu ingin melindungi nama baik dan pamornya, tentu saja dia tidak mau membeli sabuk sutera yang tidak jelas asal-usulnya, sementara orang lain pun belum tentu mau menjualnya padanya.
Karena itu orang-orang ini pun tidak muncul.
Koleksi Kang Zusi
Gui Cu-hun berkata, "Sejak saat ini kami telah menutup jalan masuk ke Istana Terlarang, tidak ada lagi yang boleh masuk ke mari."
Liok Siau-hong berucap, "Yap Koh-seng?"
Gui Cu-hun menyahut, "Pek-in-sengcu telah datang."
Liok Siau-hong bertanya lagi, "Orangnya berada di mana?"
Gui Cu-hun berkata, "Mereka sepakat untuk bertarung saat Cu-si (antara pukul 11 hingga pukul 1
malam), aku telah mengatur agar dia beristirahat dulu di kamar tamu di istana Kian-tiong-bun, agaknya dia ."."
Liok Siau-hong berkata, "Dia kenapa?"
Gui Cu-hun menghela nafas, "Raut mukanya tampak pucat, orang mengatakan bahwa dia baru saja sembuh dari luka yang berat, kelihatannya itu bukan cuma kabar burung saja."
Ia tidak mengatakan apa-apa lagi, tiba-tiba ia tersenyum dan berkata, "Beberapa orang temanmu itu tampaknya sedang menunggumu lewat, lakukanlah apa yang kau suka."
Di sana memang tampak beberapa pasang mata yang sedang menatap Liok Siau-hong. Mata Sukong Ti-sing seperti tersenyum, mata Lau-sit Hwesio tampak bersemangat, dan mata Giam Jin-eng dan Pok Ki membayangkan perasaan terima-kasih yang besar.
Liok Siau-hong berjalan menghampiri dan menepuk pundak Giam Jin-eng, dia tersenyum dan berkata, "Kenapa kalian datang terlambat?"
Giam Jin-eng menyahut, "Mulanya". mulanya aku tidak berani datang."
Liok Siau-hong berkata, "Tidak berani" Mengapa tidak berani?"
Wajah Giam Jin-eng tampak memerah, dengan berat hati dia pun menyahut sambil tersenyum, "Jika bukan karena bantuan Lau-sit Taysu, mungkin aku tidak bisa datang ke mari."
Liok Siau-hong berkata sambil tersenyum, "Lau-sit Taysu" Baru pertama kali ini aku mendengar orang memanggilnya demikian." Dia menyeringai pada Lau-sit Hwesio, agaknya dia ingin mencari gara-gara dengan si hwesio.
Siapa tahu, baru saja berjalan dua langkah, tiba-tiba secepat kilat dia mencengkeram pergelangan tangan Sukong Ti-sing.
Sukong Ti-sing ketakutan, katanya dengan tergagap, "Sabuk sutera sudah kuberikan padamu, mengapa kau masih mencari masalah denganku?"
Liok Siau-hong berkata dengan tenang, "Aku harus bertanya padamu, kedua sabuk sutera itu kau curi dari mana?"
Sukong Ti-sing berujar, "Haruskah kuberitahukan padamu?"
Liok Siau-hong berkata, "Jika tidak kau katakan, akan kupatahkan tanganmu agar selamanya kau tidak bisa mencuri lagi."
Tangannya pun tiba-tiba menjepit tangan Sukong Ti-sing hingga mengeluarkan suara gemeretak.
Sukong Ti-sing menghela nafas. Dengan menahan sakit dia pun berkata sambil tersenyum,
"Seandainya kukatakan, kau pun belum tentu percaya."
Liok Siau-hong berujar, "Coba katakan."
Sukong Ti-sing berucap, "Kedua helai sabuk itu sebenarnya bukan kucuri, tapi orang lain yang membelinya lalu diberikan padaku, karena dia berhutang budi padaku."
Liok Siau-hong bertanya, "Siapa orang itu?"
Sukong Ti-sing berkata, "Orang itu menghamburkan beberapa puluh ribu tael perak untuk membelikan barang ini buatku. Jadi kalau aku membuka rahasianya begitu saja, tentu aku bukanlah seorang teman yang baik, setidaknya aku tidak boleh mengkhianati kepercayaannya dengan begitu cepat."
Liok Siau-hong berkata lagi, "Kapan kau baru boleh mengungkapkan siapa dirinya?"
Sukong Ti-sing menjawab, "Paling tidak dua atau tiga hari lagi."
Dua hari lagi mungkin hal itu sudah tidak menarik lagi, dan pengungkapan jati diri orang tersebut sudah tidak berguna lagi. Mata Liok Siau-hong tampak berkilauan, dia lalu berkata, "Apakah orang itu yang memintamu untuk menyimpan rahasianya selama dua-tiga hari lagi?"
Walaupun Sukong Ti-sing tidak mengakui, tapi dia pun tidak menyangkal.
Liok Siau-hong berkata lagi, "Sekarang kau benar-benar tidak mau mengatakannya?"
Koleksi Kang Zusi
Sukong Ti-sing dengan enteng menjawab, "Jika kau patahkan tanganku ini, aku sudah bersiap-siap untuk mengganti pekerjaanku."
Liok Siau-hong tahu bahwa di dalam melakukan pencurian si raja maling ini bahkan tidak kenal saudara, tapi dia tidak pernah mengkhianati sahabatnya, maka sambil
Golok Yanci Pedang Pelangi 6 Kekaisaran Rajawali Emas Pendekar 4 Alis I Karya Khu Lung Kisah Pendekar Bongkok 1