Pencarian

Pendekar Bayangan Setan 10

Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 10


lalu saling bertukar pandang sekejap kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Haaa haaa.... urusan ini aku serta siluman siracun ini sudah tahu sejak tadi" sahutnya Bukan hanya begitu saja, bahkan kami pun sudah berguyon sebentar dengan diri mereka
Dan dari dalam sakunya dia mengambil keluar sebuah medali pualam yang memancarkan cahaya terang dan
diserahkan ketangan Tan Kia-beng
Medali pualam itu aku si pencuri tua dapatkan dari badan Bok Thian-hong untuk sementara baiknya disimpan disaku Toa ko saja.
Tan Kia-beng lantas menerima medali pualam itu dan diperiksanya dengan teliti.
Tampaklah luas medali pualam itu ada dua Cun dengan di atasnya terlukis banyak lukisan yang jeals di tengah-tengah medali terukir sebuah lukisan kelabang emas yang lagi mementangkan giginya dengan piliknya terukir delapan buah tulisan, "Tiong Ci Jen Jiang, Sim Si Tan Tan"
Untuk berberapa saat lamanya pemuda ini tak mengerti apa maksud dari tulisan tersebut, tetapi dia menduga benda tersebut tentulah suatu tanda kepercayaan dari golongan tertentu karenanya dia lantas masukkan benda itu ke dalam sakunya.
"Toako!" tiba-tiba Pek-tok Cuncu menegur, "Bilamana kau hendak menguntit Bok Thian-hong sekalian pergilah dengan berhati-hati, kamipun harus berangkat dulu."
Sehabis berkata dia meloncat keluar dari jendela dan berlalu terlebih dulu.
Su Hay Sin Tou si pencuri saktipun lantas tertawa terbahak-bahak.
"Haaa.... haaa.... ada kemungkinan kita bertiga bisa kembali bersama-sama, aku si pencuri tua berangkat lebih dulu"
Diantara berkelebatnya bayangan hitam diapun berlalu dengan amat cepatnya dari sana.
Tan Kia-beng tahu diantara mereka berdua sudah terikat pertandingan sepuluh hari dan kini sedang mengadu kepandaian karenanya dia tidak mencegah. Sambil tersenyum tubuhnyapun berkelebat keluar dari jendela kamar itu.
Dengan emngikuti arah yang ditunjuk oleh Sak Ie dia berlari terus ke arah depan. Ternyata sedikitpun tidak salah tidak jauh setelah dia meninggalkan kota dengan mudahnya dia mendapatkan tanda rahasia Bu-tong-pay yang ditinggalkan oleh Sak Ie
Dengan mengikuti arah yang ditunjuk itulah Tan Kia-beng melanjutkan perjalanannya ke arah depan.
Mendadak tanda itu berubah arah dan menuju ke arah suatu tempat yang amat asing sekali, hal ini membuat hati pemuda tersebut jadi amat cemas.
Pertama dia menaruh rasa kuatir atas keselamatan dari kawannya yang baru Sak Ie keduanya dia merasa undangan Bok Thian-hong terhadap Loo Hu Cu, Hwee Im Poocu serta
orang dari gunung pasit itu walaupun kedengarannya soal hubungan pribadi padahal yang sebenarnya menyangkut mati hidupnya orang Bulim.
Karena itu dia harus cepat-cepat memecahkan rahasia ini dan membuat urusan jadi lebih jelas.
Dengan mengikuti tanda rahasia yang ditinggalkan Sak Ie kembali Tan Kia-beng melakukan perjalanan selama satu jam, mendadak dia menemukan tanda rahasia yang ditinggalkan jagoan Bu-tong-pay itu terputus sampai di tengah jalan dan tak ditemukan kembali sedikit jejakpun disekitar tempat itu.
Hatinya jadi amat terperanjat sekali.
"Celaka! apa mungkin Sak Ie sudah menemui bencana?"
pikirnya dalam hati.
Dengan cepatnya dia melakukan pemeriksaan di sekeliling tempat itu tetapi hasil yang diperolehnya adalah nihil hatinya mulai ragu ragu dan menaruh rasa cemas.
Ditinjau dari keadaan ini maka cuma ada dua kemungkinan saja.
Pertama, Sak Ie sudah tidak memperoleh kesempatan lagi untuk meninggalkan tanda rahasia partainya.
Kedua, tanda rahasia yang ditinggalkan olehnya sudah diketahui oleh orang-orang perkampungan Thay Gak Cung sehingga dimusnahkan dengan cepat.
Hal ini membuat hatinya semakin cemas lagi pikirnya,
"Sekalipun jejak mereka lebih rahasiapun tidak mungkin kalau sampai benar-benar lenyap, aku tidak percaya kalau tidak berhasil menemukan mereka."
Walaupun di dalam hati dia lagi berpikir tetapi sepasang matanya dengan amat tajam memeriksa keadaan di sekeliling tempat itu.
Tiba-tiba sesosok bayangan putih berkelebat memandang si Pek Ih Loo Sat Hu Siau Cian dengan cepatnya sudah muncul dihadapannya.
"Tan Kia-beng, kau pun ikut datang?" terdengar gadis itu berteriak kegirangan sewaktu dilihatnya pemuda itu bukan lain adalah Tan Kia-beng, idaman hatinya.
Dengan cepatnya ia lari ke depan dan memeluk tubuh pemuda itu erat-erat.
Kepalanya direbahkan ke dalam pangkuan sang pemuda sedang tangannya merangkul erat-erat, saking girangnya sehingga setengah harian lamanya dia tak dapat
mengucapkan sepatah katapun
Beberapa waktu ini diapun benar-benar sangat kasihan sekali ayahnya "Si Penjagal Selaksa Li" Hu Hong dikarenakan hendak menghadapi musuh musuhnya telah menitipkan dirinya dirumah seorang sahabat karib tetapi kawannya itu mempunyai sifat yang amat kukoay selama setahun lamanya jarang sekali berbicara sepatah katapun dengan orang.
Coba bayangkan dengan sifat Hu Siauw-cian yang amat lincah dan suka bergerak ini mana dia merasa kerasan untuk hidup bersama-sama dengan siluman tua yang membisu seperti orang mati itu"
Tidak sampai berapa hari lamanya secara diam-diam dia sudah mencuri keluar dari tempat tersebut.
Tetapi di dalam dunia kangouw dia tak berkawan, apalagi jejak musuh tersebar di setiap tempat dan keadaannya
disetiap waktu amat berbahaya membuat dia benar-benar terasa tersiksa.
Dengan kakunya Tan Kia-beng berdiri tegak disana dan membiarkan gadis itu memeluk dirinya kencang kencang.
Terasa bau harum tersiar masuk ke dalam hidungnya membuat dia tanpa terasa sudah menunjukkan reaksi sepasang tangannya pun dengan cepat balas memeluk pinggangnya erat-erat.
Tindakannya ini dilakukan tanpa sadar dan muncul dari reaksi seorang lelaki terhadap lawan jenisnya, demikianlah mereka berdua pun saling berpeluk selama seperminuman teh lamanya.
Mendadak Tan Kia-beng sadar kembali, pikirnya dihati,
"Celaka, bagaimana aku bisa jadi begini?"
Terburu-buru dia lepas tangan dan hendak mendorong dirinya, tetapi sepasang wajahnya yang cantik kini sudah penuh dibasahi oleh butiran air mata membuat dia merasa kasihan.
Tan Kia-beng tidak ingin melukai hatinya lagi, dia tahu gadis ini tak mempunyai seorang kawanpun dalam dunia kangouw, bilamana kini dia berbuat demikian kasar terhadapnya, bagaimana perasaan hatinya waktu itu"
Maka tangannya dengan perlahan membelai rambutnya yang halus itu sedang mulutnya tiada hentinya menghibur.
"Siauw Cian, bagaimana keadaanmu dalam waktu
mendekat ini" apakah kau sudah bertemu dengan ayahmu?"
Dengan perlahan Hu Siauw-cian dongakkan kepalanya yang dipenuhi dengan air mata itu kemudian dengan sedihnya dia menggeleng kepala.
---0-dewi-0--- Bulan lima adalah musim panas sehingga hawa terasa amat panas, saat ini gadis tersebut hanya memakai dua lapis kain putih yang amat tipis sehingga membuat bentuk serta liku liku tubuhnya tertera amat jelas apalagi saat ini tubuh mereka saling bergesek hal ini membuat Tan Kia-beng merasa hatinya bergolak.
Berapa kali dia kepingin menundukkan kepalanya mencium kedua belah bibirnya yang mungil dan berwarna merah segar itu
Tetapi bagaimanapun dia seorang lelaki yang memegang taguh adat kesopanan merasa hatinya berdebar keras terburu-buru dia pusatkan pikirannya yang membuang jauh jauh maksud jahat itu setelah itu dengan halusnya dia mendorong tubuh gadis itu menjauh.
"Kini suasana di dalam Bulim amat tegang dan berbahaya apalagi ayahmu tak ada disini, lebih baik kau jangan lari sembarangan, bagaimana misalnya bila kau sampai bertemu dengan musuh tangguh?" serunya perlahan.
Mendadak Hu Siauw-cian mendorong dia ke belakang dan tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Apanya yang aneh! bilamana belum bertemu dengan
orang-orang yang berkepandaian biasa maka itulah nasib mereka harus mati yang mereka cari jalan maut buat dirinya sendiri bilamana bertemu dengan jago-jago berkepandaian lihay, biarlah aku adu jiwa yang selalu sial ini, haa haa."
Tertawanya mengandung nada kesedihan jelas kalau suara tertawanya kali ini bukan dikarenakan kesombongan hatinya tetapi karena desakan batin yang mendesak terus jiwanya.
Sesudah tertawa seram beberapa saat lamanya dia putar badan dan menghela napas panjang.
"Bagaimanapun juga orang semacam aku ini sekalipun mati juga tak ada orang yang ikut merasa sedih"
Tan Kia-beng yang melihat secara tiba-tiba dia merasa sedih terburu-buru ia maju ke depan dan hiburnya dengan suara perlahan, "Tidak seharusnya kau berpikir demikian kau harus tahu bagaimanakah cintanya ayahmu terhadap dirimu"
bilamana kau benar-benar menemui bencara atau bahaya dia pasti merasa amat sedih."
"Hei.... urusan ini tidak bisa dihindari lagi, aku masih muda, sekalipun aku tidak mau, hal ini juga tidak mungkin tak menjadi aku tidak akan mengorbankan seluruh kebahagiaan di atas gunung yang sunyi dan tak bermanusia ini, apalagi akupun merasa tidak lega atas keselamatanmu, keadaanmu jauh lebih berbahaya daripada diriku apalagi kaupun tidak memiliki sedikit pengalaman di dalam dunia kangouw, hal ini benar-benar membuat aku merasa cemas,d an kuatir!"
Bilamana ucapan ini didengar tempo dulu mungkin Tan Kia-beng tidak akan terharu seperti ini hari, tetapi kini keadaan sudah lain, dia dengan Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong mempunyai ikatan perguruan yang erat, atau dengan perkataan lain mereka adalah satu keluarga.
Ditambah lagi jika membicarakan soal tingkatan Siauw Cian seharusnya adalah sutit linya, karena itu diapun ikut bertanggung jawab terhadap dirinya.
Kini melihat gadis tersebut menaruh rasa kuatir buat keselamatannya dalam hati dia merasa benar-benar amat terharu, dengan perlahan dia membelai rambutnya yang panjang dan berkata, "Kau tidak usah menaruh rasa kuatir
terhadap keselamatanku. Kau sendirilah yang harus lebih waspada lebih baik kau pulanglah! Menanti urusan sudah menjadi terang aku akan datang mencari dirimu."
"Tidak! Tidak! Aku mau melakuakn perjalanan bersama-sama dengan kau" seru gadis itu sambil menggoyangkan kepalanya.
Hal ini membuat Tan Kia-beng jadi serba susah mengetahui perjalanannya kali ini amat berbahaya sekali.
Bilamana dirinya yang menemui bencana masih tidak mengapa, tetapi bilamana dia membawa serta gadis tersebut dan menemui bencana bagaimana dia harus bertanggung jawab kepada suhengnya si Penjagal Selaksa Li dikemudian hari"
Apalagi tujuan semua orang adalah mereka ayah beranak, bilamana dia harus melakukan perjalanan bersama dengan gadis itu maka jejaknya mudah diketahui orang, karena itu untuk beberapa saat lamanya tak sepatah katapun yang diucapkan keluar.
Mendadak Hu Siauw-cian putar badan dan berseru dengan amat sedihnya, "Aku tahu kau pasti tidak mau, tetapi sejak pertemuan kita untuk pertama kalinya aku selalu memikirkan dirimu, aku tak ingin berpisah dengan dirimu lagi. Heeii inilah yang dinamakan mencari kesulitan buat diri sendiri...."
Dengan perlahan dia melangkah menuju kesebuah pohon besar perkataan yang baru saja diutarakan ini amat jelas sekali dan tanpa disadari diapun sudah memperlihatkan perasaan hatinya yang sesungguhnya.
Tan Kia-beng yang mendengar perkataan tersebut kontan jadi melengak dan berdiri termangu-mangu, dalam hati dia benar-benar merasa amat kaget.
"Aduh celaka!" pikirnya, "Kiranya dia sudah jatuh hati kepadaku! tetapi, tetapi.... heeei...."
Pada waktu itulah dia dapat melihat dari kedua kelopak mata gadis tersebut dengan perlaahn menetes keluar butiran air mata dengan derasnya keadaan yang amat menyedihkan ini seketika itu juga membuat hatinya tergetar dan merasa tidak tega.
Dia mengerti jelas kalau gadis yang sombong seperti dia sudah tidak seharusnya membuka rahasia hatinya dengan terang terangan apalagi bilamana kini dia menusuk hati lagi, mudah sekali memancing dia untuk mengambil keputusan pendek karena itu dengan cepat dia berjalan ke samping tubuhnya.
"Bukannya aku tidak suka mengajak kau melakukan perjalanan bersama-sama" hibunya. "Tetapi justru perjalananku kali ini sangat berbahaya sekali kau tidak seharusnya ikut ak umenemui bencana bersama-sama
Mendengar perkataan itu mendadak Hu Siauw-cian putar badannya dan berseru dengan amat girang.
"Kau sudah setuju?"
Nada suaranya penuh disertai rasa terkejut dan girang, agaknya dia sama sekali tidak pernah berpikir bagaimana bahayanya perjalanan yang akan ditempuh pemuda itu.
Dengan perlahan Tan Kia-beng menghela napas panjang kemudian mengangguk tak sepatah katapun diucapkan keluar.
Beberapa saat kemudian mendadak terdengar suara ujung baju yang tersempok angin berkumandang datang.
Sreet! Sreeet! Sreeet! tiga sosok bayangan manusia bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya sudah meluncur datang.
"Bangsat cilik, kiranya kau ada disini," terdengar suara bentakan yang amat keras berkumandang datang diiringi berkelebatnya bayangan manusia itu.
Tan Kia-beng berdua jadi amat kaget buru-buru memisah ke samping untuk menghindar.
Di tengah berkibarnya ujung baju, Pek Ih Loo Sat sudah melayang ke depan sedang telapak tangannya berturut turut melancarkan tiga buah serangan dahsyat mendesak ke arah orang itu.
Sekali pandang saja Tan Kia-beng sudah dapat melihat kalau mereka bertiga bukan lain "Hong Jen Sam Yu" sedang orang yang baru saja membentak tidak lain adalah si hweesio yang terkenal akan berangasannya itu.
Terburu-buru dia lantas berteriak, "Siau Cian tahan! orang sendiri."
Tetapi si hweesio berangasan itu sudah keburu didesak mundur sejauh tujuh delapan langkah oleh serangan yang amat gencar yang membuat dia saking khekinya sepasang matanya dipentangkan bulat bulat.
"Budak liar, kau sungguh mau bergebrak melawan aku si hweesio?" teriaknya marah.
Pada saat itulah Tan Kia-beng sudah maju ke depan melerai dan menarik Hu Siauw-cian ke belakang.
"Kau budai cilik, tak nyana semakin hari bertambah liar haa.... haaa...." terdengar supengemis aneh menggoda sambil tertawa terbahak-bahak.
Sejak Hu Siauw-cian mengerti urusan apa yang dialami olehnya kalau bukan bertempur tentulah saling bunuh membunuh, apalagi setiap tahun musim semi sewaktu berpesiar menunggang kereta sedikit dikit lantas berkelahi dengan orang lain, hal ini membuat dia berprasangka kalau setiap kali ada orang yang datang mencari dirinya tentulah merupakan musuh musuh yang membenci dia.
Oleh sebab itulah secara tidak sadar di dalam tubuhnya sudah terdidik suatu perasaan waspada yang amat tajam serta reaksi yang cepat.
Kini melihat dia sudah salah menyerang kawan engkoh Bengnya tidak terasa ia jadi tertegun apalagi kini digoda oleh pengemis aneh itu membuat dia jadi jengah dan kemudian bersembunyi di belakang tubuh Tan Kia-beng sambil tertawa cekikikan.
Sikap serta gerak geriknya mirip dengan seorang gadis yang untuk pertama kalinya muncul di depan orang.
Waktu itulah Tan Kia-beng pun lantas memperlihatkan sikapnya sebagai seorang susiok, serunya dengan serius,
"Sudah begitu besar masih bersikap kekanak kanakan ayoh cepat kemari! Dan hunjuk hormat kepada ketiga orang cianpwee ini mereka berdua adalah si hweesio berangasan serta si toosu dengkil dari Hong Jan sam Yu!"
"Hmm! siapa yang masih seperti bocah?" seru Hu Siauw-cian sambil mencibirkan bibirnya.
Dengan genitnya dia lantas berjalan ke depan dan dengan hormatnya menghunjuk hormat kepada ketiga orang itu.
Dengan perbuatannya ini maka sifat berangasan dari si hweesio yang sudah semakin menjadi jadi sirap kembali.
"Tidak usah! tidak usah!" serunya sambil menggaruk garku kepalanya yang gatal. "Anggap saja gebukanmu ini hari adalah begukan sia-sia!"
"Hiii.... hiii.... kau orang tua berkepandaian amat tinggi, cuma kena digebuk oleh boanpwee mana bisa bisa terasa?"
seru Siauw Cian sambil tertawa cekakakan.
Si hweesio berangasan paling suka memakai topi tinggi, justru Siauw Cian sendiri paling suka mencari hati dengan hati orang lain, dengan sikapnya yang genit dan panggilan Loocianpwee dengan suara halus membuat si hweesio berangasan itu benar-benar merasa kegirangan, tak kuasa lagi dia lantas tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha.... bagus! bagus sekali, hitung hitung perkataanmu memang cengli gebukanmu tadi anggap saja hadiah perkenalanmu terhadap aku si hweesio!"
Setelah perkataan itu diucapkan keluar maka kontan dia memancing rasa geli dari semua orang, suara tertawa semakin keras lagi bergema diseluruh angkasa.
Suasana yang tidak menyenangkan dengan cepatnya sudah tersapu bersih dari angkasa kini tampaklah si pengemis aneh dengan tajamnya memperhatikan Tan Kia-beng beberapa saat kemudian sambil mengerutkan alisnya rapat rapat katanya,
"Suara angin pada waktu mendekat ini semakin santar, apalagi beberapa hari yang lalu, Loote kenapa kau melepaskan kembali penyamaran itu" apalagi kedua buah barang pusaka yang paling mudah menarik perhatian orang itu justru kau gembol diluar tubuh?"
Jika didengar dari suara teguran dari dia jelas menunjukkan kalau si pengemis ini benar-benar menaruh rasa kuatir terhadap diri pemuda tersebut.
"Teguran dari Toako sedikitpun tidak salah" sahut Tan Kia-beng sambil tersenyum "Tetapi tindakan siauwte ini bukan muncul dari hatiku sendiri sebaliknya maksud hati dari Su Hay Sin Tou si pencuri sakti serta Pek-tok Cuncu si Rasul Racun, mereka menganggap diriku yang tidak pernah berbuat sesuatu urusan yang merugikan orang lain kenapa harus
menyembunyikan asal usul yang sebenarnya" isauw te setuju dengan perkataan kedua orang 'Loote' itu makanya aku lantas copot kembali penyamaranku coba bayangkan aku orang she Tan adalah seorang lelaki sejati yang tidak jeri terhadap apapun, kenapa tindakanku harus bersembunyi sembunyi?"
"Kau bilang apa" kedua orang siluman tua itu adalah Lootemu?" seru si pengemis aneh yang secara tiba-tiba sambil mebelalakkan matanya.
Bukan saja si pengemis aneh yang merasa kebingungan sekalipun si toosu dengkil serta si hweesio berangasanpun merasa keheranan
Sambil tertawa Tan Kia-beng pun lantas menceritakan seluruh kisahnya bagaimana dia bia berkenalan dengan dua orang siluman tua itu, akhirnya dia menambahkan, "Saat ini mereka berdua lagi bertaruhan untuk menyelidiki siapakah majikan kereta kencana yang palsu itu dan rencana busuk apa yang sedang dia susun, kedua orang tua itu benar-benar menaruh perhatian untuk membantu diriku."
Kembali si pengemis aneh itu tertawa,
"Aku si pengemis tua cuma tahu kalau tindakan kedua orang siluman tua itu amat kukoay, tidak disangka manusia manusia seperti itu suka membantu dirimu, eei.... kau harus tahu mereka berdua adalah tenaga penting bagimu untuk memulihkan kembali Teh-leng-bun dikemudian hari."
Dia berhenti sejenak untuk kemudian dengan wajah serius sambungnya;
"Aku si pengemis tua memang lagi mencari dirimu, untuk merundingkan satu urusan yang maha penting, disini bukanlah tempat yang baik untuk bercakap-cakap, mari ikut aku!"
Beberapa orang itupun lantas pada mengikuti si pengemis aneh berkelebat menuju ke sebuah kuil bobrok yang kecil, sewaktu memasuki pintu kuil segera terciumlah bau arak yang semerbak menusuk hidung.
Kiranya pada pojokan kuil tersebut sudah tersedia arak serta ayam yang lagi dipanggang di atas api unggun.
"Hii hii haa haa hitung hitung ini hari kalian berdua sangat beruntung sekali" terdengar si pengemis itu tertawa terbahak-bahak, "Aku pengemis tua memangnya kebetulan lagi memanggang seekor ayam dan menyediakan segentong arak, mari sembari makan kita bercakap-cakap!"
Beberapa orang itupun lantas mulai menggerakkan
tangannya menyikat ayam yang ada di atas panggang api itu
"Hoore.... sungguh wangi baunya, baru pertama kali ini aku merasakan kesedapannya" teriak Siauw Cian sambil bertepuk tangan gembira.
Si hweesio berangasanpun lantas mencari dua buah cawan bobrok untuk diisi penuh dengan arak dan diminum beramai2.
Tampaklah pengemis aneh sambil minum arak dan
menyikat ayam panggang itu ujarnya.
"Kau datang kemari apakah lagi menguntit jejak dari Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong?"
Tan Kia-beng mengangguk, diapun lantas menceritakan kisah pertemuannya dengan Sak Ie anak murid Bu-tong-pay serta rasa curiga yang meliputi dirinya.
"Sejak semula aku si pengemis tua sudah menaruh curiga kalau orang ini amat berbahaya, dilaurnya baik padahal hatinya licik dan keji bagaikan serigala, dia pasti bukan jago kangouw seperti yang disiarkan di dalam Bulim" kata Si pengemis aneh itu, "Kali ini dia mengundang Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu sekalian untuk mengunjungi perkampungan Thay Gak Cung tentunya sedang mengadakan suatu
perundingan rahasia yang akan mengacau dunia persilatan."
"Eeei, bagaimana toako bisa tahu akan urusan ini?" tanya pemuda itu keheranan.
"Dikarenakan urusan kereta kencana ini hampir membuat kakiku jadi lumpuh saking lelahnya," sambung si toosu dekil dengan cepat. "Bilamana cuma urusan ini saja tidak tahu bukankah sama saja nama dari Hong Jan Sam Yu jadi jatuh kecundang!"
Lalu dia mengambil cawan yang berisi untuk diteguknya hingga puas, setelah itu baru sambungnya, "Aku beritahu lagi satu berita penting kepadamu! Chuan Tiong Ngo Su yang menjagoi dua daerah besar itu kini sudah pada berangkat ke Barat untuk mencari perhitungan dengan orang-orang perkampunan Thay Gak Cung keramaian ini patutlah kita tonton!"
"Apakah Chuan Tiong Ngo Su yang membinasakan raja muda she Mo itu?"
"Kalau bukan mereka lalu ada siapa lagi" Tan Kia-beng seketika itu juga mengerutkan alisnya rapat rapat, hatinya benar-benar merasa amat gemas.
Dikarenakan hubungannya dengan Mo Tan-hong membuat diapun menaruh perhatian penuh terhadap pembalasan dendam atas kematian raja muda tersebut.
Si pengemis aneh yang melihat perubahan air mukanya segera mengetahui apa yang sedang dipikirkan di dalam hati.
"Kau jangan keburu nafsu dulu" serunya tiba-tiba. "Untuk sementara waktu lebih baik kita menonton saja jalannya pertempuran itu kemudian baru turun tangan sesuai dengan keadaan pada saat itu"
Tan Kia-beng yang melihat urusan yang dihadapinya semakin hari semakin bertambah kacau hatinya merasa benar-benar bingung.
Setelah mendengar perkataan itu dengan perlahan dia dongakkan kepalanya dan bertanya, "Cianpwee, cayhe ada beberapa persoalan yang tidak paham, harap Toako suka memberi petunjuk. Pertama, orang yang menyaru sebagai si Penjagal Selaksa Li Hu Hong itu mengapa harus berbuat demikian" bilamana dikatakan memfitnah mata atau dua kali sudah lebih dari cukup, kenapa dia terus menerus berbuat demikian, apakah dia tidak takut menimbulkan rasa gusar dari seluruh jago Bulim" Kedua bilamana orang yang menyaru itu benar-benar adalah Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong, lalu apakah tujuannya dia berbuat demikian" Ketiga, kenapa Chuan Tiong Ngo Su mencelakai raja muda she Mo" Padahal raja muda she Mo itu adalah seorang yang patut dihormati dan anak buahnya tidak ada yang seberapa lihay...?"
Belum habis dia berkata si pengemis aneh itu sudah tertawa terbahak-bahak memutuskan perkataannya.
"Sudah cukup! sudah cukup! cukup tiga macam persoalan itu saja sudah mengharuskan aku si pengemis tua harus bercerita selama tiga malam lamanya."
"Soal pertama, perkataanmu sedikitpun tidak salah, bilamana dia bermaksud untuk memfitnah maka satu, dua kali sudah lebih dari cukup buat dia memancing timbulnya amarah dari para jago Bulim" soal ini aku si pengemis tua mengira ada dua kemungkinan, Pertama, untuk menutupi sesuatu rencana busuk yang lebih besar dia sengaja berbuat demikian agar perhatian dari pada jago-jago Bulim dari setiap partai besar tercurah di dalam peristiwa ini.
Kedua ada kemungkinan dia berbuat demikian untuk
membalas dendam.
Sedang mengenai pertanyaanmu yang kedua hal itu cuma dugaan saja.
Bok Thian-hong memang mempunyai hal hal yang patut dicurigai tapi belum tentu dia yang berbuat, orang ini sering disebut sebagai Thay Gak Cungcu tetapi dimanahak
perkampungan Thay Gak Cung yang sebenarnya?" bilamana dia benar-benar adalah orang dari kalangan lurus kenapa alamat perkampungannya tidak diberitahukan kepada orang-orang Bulim"
Disamping itu orang ini berwajah jujur tetapi hatinya amat licik dan keji apakah julukan "Cun Hong Hung Yu"nya itu didapatkan dari maha liciknya! sejak perbuatannya dengan Cun-cu palsu serta memancing para jago Bulim untuk mengangkat dia sebagai beng cu maka seluruh siasat liciknya sudah ketahuan, kali ini dengan amat rahasia dia membawa datang seorang tetamu dari gurun pasir hal ini semakin mencurigakan lagi kedudukannya.
Sedang mengenai urusan yang menyangkut raja muda she Mo biarlah aku si pengemis tua sedikit menceritakan sejarah dari raja muda tersebut, ada kemungkinan dari hal ini kau bisa memperoleh sedikit banyak keterangan buat dirimu.
Raja muda she Mo ini adalah menantu dari kaisar yang dengan menguasahi tiga daerah besar, dengan kedudukan serta hubungannya yang erat dengan kaisar sudah tentu pengaruh serta hartanya pun melebihi orang lain. Heei.... tidak disangka setelah raja muda itu meninggal kini cuma tinggal seorang perempuan yang lemah serta seorang kakek tua yang sudah pikun pula....
Apalagi dengan banyaknya para jago Bulim yang
berhubungan dan bersahabat dengan raja muda itu,
seharusnya dia tidak sampai menemui ajalnya dengan begitu mudah ditangan Chuan Tiong Ngo Su!"
"Menurut dugaanku si pengemis tua, ada dua kemungkinan yang menyelimuti hal ini.
Pertama, diantara anak buah dibawah pimpinan raja muda she Mo tentu ada orang yang secara diam-diam mengadakan hubungan dengan Chuan Tiong Ngo Su sehingga mereka bisa berhasil dengan amat mudah.
Kedua, anak buah yang tertinggal dibangunan raja muda di kota Tiang-sah itu begitu mendengar berita matinya raja mudanya sudah pada merampok seluruh harta kekayaannya sehingga ludes dan tertinggallah seorang gadis yang lemah gemulai...."
Berbicara sampai disitu dia berhenti karena pengemis aneh dapat melihat selama ini Tan Kia-beng mendengarkan dengan amat tanpa mengajukan mengajukan pertanyaan pertanyaan yang merugikan hatinya.
"Beberapa patah kata ini hanyalah menurut pandangan kasar dari aku si pengemis tua" sambungnya dengan cepat.
"Urusan yang sebetulnya tidak sedemikian mudahnya, lain kali kau saja selidiki dengan perlahan-lahan".
Waktu itu arak sebanyak satu guci sudah tersikat habis, tampaklah si hweesio berangasan sambil berdiri menepuk nepuk perutnya dia berseru, "Perut sudah kenyang seharusnya cepat berangkat. hey pengemis busuk buat apa kau banyak bicara, ayoh jalan!"
Si pengemis aneh itupun segera bangun berdiri.
"Lebih baik kita berangkat secara berpisah saja!" katanya terhadap pemuda tersebut, "biar aku si pengemis tua berangkat satu tindak terlebih dulu dan akan meninggalkan tanda tanda rahasia disepanjang jalan, dan kalian menyusullah perlahan-lahan dari belakang urusan ini mempunyai sangkut paut yang amat besar dengan peristiwa di dalam Bulim harap kalian suka bertindak waspada."
Setelah memberi petuah seperlunya mereka bertiga baru meloncat dan berlalu dari sana
Dengan aras-arasan si "Pek Ih Loo Sat" Hu Siauw-cian pun bangun berdiri.
"Eeei, sebenarnya si pengemis aneh itu lagi membicarakan soal penting apa" sungguh membosankan sekali" omelnya.
Keadaan dari Tan Kia-beng jauh berbeda dengan
keadaannya, dia yang mempunyai rasa tidak puas atas kejadian yang menimpa di dalam Bulim, walaupun hanya mendengar sepintas lalu saja terhadap perkataan dari pengemis tua itu tetapi dia bisa mendapatkan beberapa titik terang.
Oleh karena itu pikirannyapun tak terasa sudah terjerumus di dalam persoalan yang rumit itu.
Kini setelah mendengar omelan dari Hu Siauw-cian
pikirannyapun jadi sadar kembali cepat-cepat dia meloncat bangun.
"Walaupun biasanya si pengemis aneh ini suka geguyon tetapi beberapa patah perkataannya itu sangat cengli bersamaan itu pula sudah memberi suatu bahan pertimbangan buat kita untuk memahami urusan yang sebenarnya"
Dengan cepat mereka berduapun meninggalkan kuil bobrok itu melanjutkan kejarannya ke depan dengan mengikuti tanda tanda rahasia yang ditinggalkan oleh si pengemis aneh itu.
Semakin lama keadaanpun semakin berbahaya, di tengah jalan sering sekali mereka berdua bertemu dengan jejak musuh hanya untung ilmu meringankan tubuh mereka sudah mencapai taraf kesempurnaan dan jauh berada di atas Bok Thian-hong sendiri sehingga walaupun di tengah jalan banyak halangan atau cegat cegatan maka dapat dilalui mereka dengan amat mudahnya.
Menanti senja sudah menjelang merekapun telah tiba disebuah mulut gunung yang amat curam dan berbahaya tanda rahasia yang ditinggalkan sipenemis aneh itupun mendadak lenyap tak berbekas.
Dengan terburu-buru Tan Kia-beng menarik tangan Hu Siauw-cian ke samping dan bisiknya dengan suara yang lirih.
"Sarang markas dari Tay Gak Cungcu ada kemungkinan terletak di dalam mulut lembah itu, kita harus bertindak lebih berhati-hati lagi untuk merembes masuk."
"Hmm! kalau memang kita masuk ke dalam masuklah dengan terang terangan dan menerjang dengan gagah buat apa sembunyi seperti cucu kura kura!" tegur Hu Siauw-cian sambil mencibirkan bibirnya.
Mendengar teguran itu Tan Kia-beng merasa hatinya sangat tidak puas.
"Bilamana kita tidak berbuat demikian bagaimana bisa berhasil menghasil rahasia mereka?" serunya.
Pada saat itulah mendadak terdengar suara langkah yang amat ramai berkumandang datang semakin mendekat.
Mereka berdua dengan cepat merapatkan badannya ke belakang pepohonan untuk sembunyi.
Sreet!.... sreet! berturut turut lima sosok bayangan manusia dengan amat cepat laksana larinya sang kuda berkelebat masuk ke dalam mulut lembah itu.
"Apa mungkin Chuan Tiong Ngo Su sudah tiba?" pikir pemuda itu diam-diam.
Baru saja kelima sosok bayangan manusia itu tiba di depan mulut lembah mendadak dibalik batu terdengar suara bentakan yang amat keras bergema datang.
"Kawan kangouw darimana yang sudah datang" harap menghentikan langkahnya"
"Cuan Tiong Ngo Hiong!" sahut salah seorang diantara mereka berlima dengan suara berat.
Walaupun mulutnya menjawab tapi kakinya sama sekali tidak berhenti, mereka tetap melanjutkan gerakannya menerjang ke dalam mulut lembah tersebut.
Tampaklah dari balik tempat kegelapan berkelebat
bayangan manusia berturut turut muncullah puluhan orang berbaju merah yang menghalangi perjalanan mereka.
"Cepat berhenti!" terdengar suara bentakan berkumandang keluar lagi. "Kalau tidak jangan salahkan kami akan menyalahi kawan kawan sekalian."
Tetapi mereka berlima bagaikan kilat cepatnya meneruskan terjangannya ke dalam.
Terdengar suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati bergema saling susul menyusul diikuti dengan rubuhnya berpuluh puluh sosok tubuh ke atas tanah, hanya di dalam sekejap saja mulut lembah itu kembali menjadi sunyi senyap sedang kelima sosok bayangan manusia tersebut tetap meneruskan gerakannya meluncur masuk ke dalam lembah.
Tan Kia-beng yang melihat kejadian yang amat mengerikan itu tidak kuasa menahan kegusaran hatinya.
"Hmm! sungguh kejam tindakannya".
Dengan meminjam kesempatan inilah cepat-cepat dia menarik tangan Siauw Cian dan bagaikan menggulungnya angin berlalu ikut menerjang masuk ke dalam lembah tersebut.
Setelah masuk ke dalam mulut lembah sampailah mereka disebuah selat yang penuh ditumbuhi pepohonan yang rindang, diantara pepohonan itu secara samar-samar terlihatlah sebuah bangunan perkampungan yang tinggi besar dengan mendiami tanah yang amat luas sekali.
Ketika memandang lagi ke arah lima sosok bayangan hitam itu kini sudah lenyap tak berbekas, diam-diam ia merasa terperanjat juga terhadap kedahsyatan dari ilmu silat Chuan
Tiong Ngo Kui ini, cukup ditinjau dari ilmu meringankan tubuhnya saja sudah lebih dari cukup untuk menjagoi Bulim.
Yang paling aneh lagi adalah sejak halangan yang pertama tadi hingga tiba di depan pintu perkampungan sama sekali tidak ditemui lagi para penjaga yang bersembunyi.
Hu Siauw-cian yang mempunyai hati paling cemas dengan cepat melayang melewati tembok bangunan itu dan berkelebat ke atas sebuah bangunan yang terang benderang.
Tan Kia-beng yang menyusul dari belakang, setelah dilihatnya situasi disekitar tempat itu dia menyusul Siauw Cian meloncat ke depan.
Bangunan perkampungan itu sekalipun besar tapi bukanlah tempat penting dari Thay Gak Cungcu, setiap bilik di setiap ruangan semuanya berada di dalam keadaannya begitu tenang dan sunyi sehingga terasa amat menyeramkan.
Dengan amat ringannya mereka berdua meloncat ke atas wuwungan rumah dan menengok kekiri kekanan untuk
memperhatikan keadaan di sekeliling tempat itu.
Tampaklah disebuah ruangan besar yang terang benderang duduklah berpuluh puluh orang jago Bulim diantara mereka kelihatan Ciangbunjin dari Go-bie pay, Loo Hu Cu, "Hwee Im Poocu" Ong Ciang, Sak Ie itu anak murid dari Bu-tong-pay, Chiet Poh Tui Hun, Tiauw Tong, Im Yang Siauwsu, Hauw Cian, Jien Liong So, Ong Hong Ci, serta Sin ci Lie Ie sian sekalian.
"Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong Le Han Hwecu serta tetamu dari gurun pasir itupun kelihatan ada di dalam ruangan kelihatannya mereka lagi merundingkan suatu urusan yang amat penting.
Terdengar Bok Thian-hong tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Haa.... haa.... bagaimana sikap aku orang she Bok terhadap kawan kawan Bulim siapapun tahu pertama aku tidak suka mencari keuntungan diri sendiri dan berharap kalau situasi di dalam dunia persilatan selalu tenang aman dan terhindar dari segala perbuatan jahat saling bunuh membunuh, karena itulah cayhe memberanikan diri untuk mengajukan diri memimpin saudara saudara sekalian untuk melenyapkan banjir darah yang sedang mencengkeram seluruh dunia kangouw.
"Heeei.... tetapi kalau memangnya kawan kawan Bulim pada menaruh curiga kalau ak uorang she Bok bermaksud untuk merajai Bulim maka hal itu adalah suatu kejadian yang benar-benar menyedihkan sekali.
"Hmm! selama ini tujuh partai besar Bulim selalu bekerja sama di dalam menghadapi segala urusan" sambung Loo Hu Cu dengan gemas bercampur gusar. "siapa sangka kali ini ada berjalan menurut rencana sendiri sendiri bahkan ada orang yang memaki pinto tidak mengerti urusan. Hmmm! hmmm!
sungguh kurang ajar sekali!"
Hwee Im Poocu pun tertawa dingin.
"Selama ini tujuh partai besar selalu memimpin Bulim dan tidak pandang sebelah matapun kepada orang lain" katanya.
"Menurut penglihatan cayhe ciangbunjin ciangbunjin dari tujuh partai besar itu tak ada yang bisa dihormati, bukannya aku orang she Ong mencarimuka, terus terang saja aku katakan Bok Cuncu lah orang pertama yang paling aku kagumi dan merasa pantas untuk menjabat sebagai pimpinan di dalam usaha pengamanan dunia persilatan.
"Haa.... bagus, bagus!" teriak Bok Thian-hong kegiranan,
"Ong heng benar-benar terlalu memandang tinggi diri cayhe!
sejarah dari tujuh partai besar sudah lama dan banyak terdapat jago-jago berbakat dalam hal ini benar-benar patut dikagumi, sebaliknya aku orang she Bok tidak lebih cuma manusia yang punya nama kosong belaka kali ini aku memberanikan diri untuk mengumpulkan seluruh kekuatan Bulim untuk bersama-sama menghadapi majikan kereta kencana kesemuanya ini adalah demi kebaikan kita bersama.
---0-dewi-0--- JILID: 19 Untung saja saudara saudara suka memandang muka cayhe dengan mempercayakan urusan ini kepadaku, semoga sama usaha kita untuk melenyapkan iblis tua itu berhasil dengan sukses dengan demikian aku orang she Bok pun bisa bertanggung jawab dihadapan umum."
Tampaklah tetamu dari gurun pasir itu Bun Ih Peng dengan pandangan yang tajam menyapu sekejap keseluruh kalangan, baru saja dia bermaksud berkata, mendadak suara suitan aneh yang amat menyeramkan berkumandang datang disusul berkelebatnya lima gulung bayangan hitam dari tengah udara dan menancap di atas meja persegi delapan di tengah ruangan besar itu.
Kelima gulungan bayangan hitam itu bukan lain adalah lima buah panji kecil berdasar warna hitam dengan tulisan warna putih, di tengahnya terukirlah dua karat tulang putih yang berbentuk "X", keadaan yang amat menyeramkan itu seketika itu juga membuat suasana di tengah kalang jadi kagum sedang air muka para jagopun pada berubah hebat.
Tetapi paras muka Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong masih tetap tenang-tenang saja, diapun lantas bangkit berdiri dan menjura.
"Saudara berlima dari Chung Tiong sudah datang mengapa tidak unjukkan diri untuk bertemu?" serunya sambil tertawa.
Baru saja dia habis berkata diempat penjuru ruangan besar itu muncullah suara tertawa yang amat menyeramkan disusul dengan munculnya lima orang manusia aneh di tengah kalangan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun.
Bukan para jago yang hadir di tengah kalangan saja, sekalipun Tan Kia-beng serta Hu Siauw-cian yang bersembunyi dibalik wuwunganpun tidak mengetahui bagaimana mereka bisa muncul secara tiba-tiba di tengah kalangan itu.
"Hee.... hee.... tidak kusangka orang-orang Bulim di daerah Tionggoan tidak lebih hanyalah manusia manusia tikus yang beraninya sembunyi sembunyi seperti cucu kura kura hal ini sungguh membuat aku orang she Bun merasa geli sampai sakit perut" seru Bun Ih Peng sitetamu dari gurun pasir itu sambil tertawa dingin.
"Ooow begitu?" teriak seorang kakek tua berperawakan tinggi besar, berwajah putih pucat sambil tertawa seram, Ujung bajunya dikebutkan ke depan segulung angin dingin yang membawa bau amis yang menusuk hidung segera
menggulung dengan hebatnya ke depan.
Dengan dinginnya Bun Ih Peng mendengus, tanpa bangun berdiri lagi dia membabatkan telapak tangannya ke depan melancarkan satu pukulan yang jauh lebih dahsyat lagi.
"Braaak....!" dengan cepat kedua gulung angin pukulan yang santer itu terbentur satu sama lain sehingga
menimbulkan angin kencang di tengah ruangan seketika itu juga beberapa batang lilin besar yang terpasang di dalam ruangan bergoyang tiada hentinya hampir hampir dibuat padam.
Air muka Bun Ih Peng segera berubah hebat mendadak dia meloncat bangun sedang tempat duduknya sudah terpukul hancur menjadi beberapa bagian dan rubuh ke atas tanah.
Hanya karena kurang waspada dan berlaku sedikit gegabah dia sudah menderita kerugian besar sudah tentu membuat hati tetamu dari gurun pasir ini merasa tidak terima, air mukanya yang dingin kaku secara sama-sama muncullah napsu untuk membunuh.
Tubuhnya dengan cepat bergerak maju telapak tangannya disilangkan di depan dada siap melancarkan serangan balasan.
Pada saat itulah Bok Thian-hong mendadak bertindak maju mencegah, "Haa.... haa.... kita semua adalah kawan, harap Bun heng jangan salah paham!"
Sembari berkata dia lantas kirim dua kerlingan ke arah tetamu dari gurun pasir ini
Orang yang baru saja turun tangan ini bukan lain adalah lootoa dari "Chuan Tiong Ngo Su" dengan gelar "Siauw Bian Coa Sim" atau simuka riang berhati ular Go Tou Seng, dia jadi orang teramat kejam, licik dan banyak akal.
Sewaktu dilihatnya Bok Thian-hong unjukkan dirinya tidak terasa lagi dia sudah tertawa dingin.
"Heee.... hee.... sungguh enak sekali perkataan dari Bok heng, tanpa sebab kau menggunakan nama dari anak buahku,
"Chuan Lam Sam Sah" untuk menipu kitab pusaka "Sin Tok
Poo Liok" Hmm! dengan perbuatan itu apakah masih memandang sebelah mata kepada Chuan Tiong Ngo Kiat?"
Bok Thian-hong yang begitu mendengar dia mengungkat kembali persoalan ini dalam hati diam-diam merasa amat terperanjat.
Pengaruh Chuan Tiong Ngo Kui di daerah Si Lam amat kuat dan luas sekali kali ini mereka sengaja datang mencari balas bukan saja akan merusak rencananya yang sudah disusun masak masak bahkan telah memecahkan rahasianya sekalian, hal ini bilamana tidak cepat-cepat dihadapi ada kemungkinan seluruh usahanya selama ini akan menemui kegagalan total.


Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Walaupun dalam hati dia merasa terperanjat tetapi tidak sampai ditunjukkan pada paras mukanya, malu terdengar dia berbatuk batuk ringan.
"Tentang urusan ini harap Go heng jangan salah paham!"
serunya. "Coba bayangkan sendiri saja raja muda Mo sangat setia dan bakti terhadap negara, tidak disangka Chung Lam Sam sah membinasakah juga bilamana cayhe tidak
menghukum mereka bagaimana tanggapan orang-orang Bulim terhadap sikapku ini" sedang mengenai anggapan saudara cayhe telah menggunakan nama anak buahmu untuk menipu kitab pusaka Sian Tok Poo Liok hal ini sama sekali tidak benar cayhe rasa kalian tentunya sudah menaruh rasa kesalah pahaman terhadap diriku."
"Heee.... heee.... tindakanku untuk membela pembesar setia boleh dibuktikan hadapan umum, kalau kau tidak percaya tanyakan kepada para jago-jago Bulim lainnya."
Terang terangan raja muda Mo mati di tangan Chuan Tiong Ngo Kui tapi dengan halus Bok Thian-hong sudah singkirkan tanggung jawab itu ke atas tubuh Chung Lam Sam sah
sekalipun Chuan Tiong Ngo Kui lebih ganaspun sudah tentu tidak suka mengaku terus terang kesalahannya dihadapan para jago Bulim, kini mendengar perkataan Bok Thian-hong sangat tepat sekali merekapun tidak leluasa untuk mengumbar hawa napsunya selanjutnya.
Karena itu terdengar dia tertawa dingin kembali.
"Sekalipun maksud Bok heng adalah menguntungkan kami tetapi haruslah kau ketahui negara memiliki peraturan negara sedang rumah mempunyai peraturan rumah yang tersendiri, sekalipun Chuan Lam Sam sah telah berbuat jahat
seharusnyalah kami bersaudara yang turun tangan memberi hukuman, kenapa kau ikut campur di dalam urusan ini" karena itu malam ini sengaja kami datang kemari untuk minta beberapa petunjuk dari Bok heng."
Walaupun nada ucapannya masih keras dan amat
mendesak tetapi jika dibandingkan dengan nada suara semula jauh lebih lunak beberapa bagian.
Bok Thian-hong yang mengerti akan hal ini mana suka melepaskan kesempatan itu dengan demikian saja, buru-buru dia merangkap tangannya menjura.
Urusan itu kesemuanya telah cayhe perbuat dengan
memberanikan diri harap saudara berlima suka memaafkan kesalahanku itu!"
Biji matanya berputar putar memandang sekeliling tempat itu lalu sambungnya lagi, "Kini Si Penjagal Selaksa Li Hu Hong beserta anak muridnya Tan Kia-beng yang dengan
mengandalkan senjata pusaka Kiem Ceng Giok Hua Kiam sudah turun tangan menjagali seluruh jago juga lihay dari Bulim kami sekalian kini lagi merasa murung akan urusan tersebut.
Disamping itu putri dari raja muda Mo sudah memperoleh kitab pusaka Sian Tok Poo Liok serta ilmu silat dari Ui Liong-ci sihidung kerbau itu, lain kali bilamana dia mendapat berita tentang terbunuhnya orang tua serta keluarganya dia pastilah akan menaruh kesalah pahaman juga kepada saudara berlima harap di dalam urusan ini kalian bisa berjaga jaga.
Mendengar perkataan itu simuka berseri Go Toa Seng mendengus dengan dinginnya sinar matanya yang tajam dengan perlahan menyapu sekejap ke arah empat kawan lainnya, hanya dalam sekejap itulah dia sudah bertukar pendapat dengan saudara saudara lainnya.
Bok Thian-hong yang melihat perkataannya yang halus itu sudah memperoleh hasil, kembali ia menghela napas panjang.
"Menurut berita yang tersiar Mo Cuncu serta si anakan iblis Tan Kia-beng ada ikatan percintaan yang mesrah diantara mereka berdua yang satu memiliki pedang pusaka yang lain memiliki kitab pusaka bilamana dikemudian hari mereka terjunkan diri bersama-sama ke dalam dunia kangouw keadaan tentu akan semakin runyam lagi, saudara berlima pada memiliki ilmu silat yang amat lihay, harap kalian suka unjukkan diri untuk ikut membantu kami demi tertumpasnya bibit bencana bagi seluruh keselamatan dunia kangouw."
Dia sengaja mengucapkan kata-kata "Pedang Pusaka" serta
"Kitab Pusaka" dengan kata-kata berat dan tegas justru menginginkan agar kelima orang tikus itu memperhatikan lebih jauh.
"Padahal sejak semula Chuan Tiong Ngo Kui sudah
mendengar munculnya pedang pusaka Kiem Cing Giok Hun Kiam di dalam dunia kangauw, apalagi kitab pusaka Sian Tok Poo Liok itupun merupakan barang yang diinginkan dan diincar mereka sejak dulu, hanya saja pada tempo dulu
mereka berluma lagi berlatih sebuah barusan yang bernama Ngo Kui Im Hong Kiam Tin" sebagai pertemuan puncak para jago digunung Ui san pada kemudian hari maka tak ada kesempatan buat mereka untuk ikut campur."
"Kali ini mereka menuju ke Barat untuk mencari balas dendam dengan Thay Gak Cungcu justru hanya ingin mencari tahu jejak dari barang-barang pusaka itu."
Kini setelah mendengar perkataan dari Thay Gak Cungcu yang justru merupakan apa yang ingin diketahui dalam hati lantas mereka rada berdebar.
Maka terdengarlah Loo toa dari Chuan Tiong Ngo Kui itu kembali tertawa terbahak-bahak dengan kerasnya.
"Haa haa haaa.... Ih heng mengandalkan kepandaian apa untuk ikut memberi bantuan menjaga keamanan dari Bulim, tetapi bilamana Bok heng punya maksud begini maka Ih heng sekalian suka juga mengiringi dari samping untuk bersama-sama pergi menghadapi iblis pengacau ketenteraman Bulim itu."
Tan Kia-beng yang menonton semua kejadian ini dari samping lantas merasakan hatinya amat gemas.
"Hmm! hawa bau kalau bertemu tentu akan melengket sungguh tepat sekali perkataan ini" makinya dalam hati.
Tetapi dari hal ini pula dia lebih mengetahui bagaimanakah sifat yang sebenarnya dari Thay Gak Cungcu ini.
Waktu itulah di tengah ruangan besar sudah ramai dengan suara tertawa yang memekikkan telinga, waktu itulah Bok Thian-hong lagi memperkenalkan Ngo Kui kepada para jago lainnya.
Hu Siauw-cian adalah seorang gadis yang suka bergerak, setelah melihat keadaan tersebut sejak semula merasa rada tidak sabar apalagi kini beberapa kali Bok Thian-hong bermaksud hendak menghadapi mereka ayah beranak, hatinya jadi semakin gusar lagi.
Beberapa kali dia bermaksud untuk loncat turun, tapi untung keburu dicegah oleh Tan Kia-beng.
Masih untung saja karena suasana yang ramai dibawah ruangan itu membuat mereka pada tidak tahu kalau di atas atap masih ada orang lagi mengintip.
---0-dewi-0--- Baru saja mereka duduk kembali ke tempatnya masing-masing mendadak terasa ada segulung angin berlalu, tampaklah seorang gadis mua berbaju hijau bagaikan seekor burung walet dengan gesitnya sudah melayang rurun masuk ke dalam ruangan itu.
Melihat munculnya gadis tersebut dalam hati Tan Kia-beng merasa rada bergera, "Nukankah gadis ini adalah gadis yang memaki dirimu sebagai anakan iblis sewaktu berada diloteng arak tempo hari?"
Cuma saja tempo hari dia membelakangi dirinya sehingga tak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajahnya.
Tetapi kini dia bisa melihat dengan terangnya bagaimana wajah cantik dari gadis berbaju hijau itu.
Tampaklah gadis itu mempunyai paras yang patut
disayangi, cuma sayang alisnya melentik sehingga
kelihatannya agak dingin dan suram, wajahnya kaku tak berperasan sedang sepasang matanya yang besar bulat dengan tawarnya menyapu sekejap keseluruh ruangan.
Begitu melihat munculnya gadis terburu-buru Bok Thian-hong bangun berdiri dan menjura.
"Nona Hong sudah datang!" serunya.
Dia tidak melanjutkan kata-kata selanjutnya lalu menyingkir ke samping sedang si tetamu dari gurun pasir Bun Ih Peng pun waktu sudah bangun berdiri dan menjura dengan hormatnya terhadap gadis tersebut.
Dengan gaya yang amat jumawa gadis itu mengulapkan tangannya mengundurkan ke kedua orang itu.
"Dari mana datangnya orang-orang ini?" tanyanya dengan dingin.
Terburu-buru Bok Thian-hong kembali memperkenalkan para jago itu kepada gadis tersebut.
"Toosu ini adalah ciangbunjin dari Go-bie pay, saudara berlima ini adalah Chuan Tiong Ngo Kui, saudara itu adalah...."
Loo Hu Cu jadi orang paling licik, sewaktu dilihatnya Bok Thian-hong sangat menaruh hormat kepada gadis itu, dalam hati dia lantas tahu kalau orang ini tentu mempunyai asal usul yang besar, karenanya dia pun lantas bangun berdiri dan menjura.
Si Siauw Biau Bian Coa Sim dari Chuan Tiong Ngo Kui yang selalu tersungging senyuman pada wajahnyapun lantas mengangguk pula untuk memberi hormat kepada gadis itu.
Diantara mereka cuma Sak Ie itu anak murid Bu-tong-pay saja yang melengos ke samping dan mendengus sewaktu diperkenalkan kepadanya, agaknya sejak tadi dia sudah merasa tidak kerasan dengan sikap congkak dari gadis berbaju hijau itu sehingga hatinya terasa amat gemas.
Dengan gusarnya gadis berbaju hijau itu segera menerjang kehadapannya.
"Siapakah kau" Berani betul, menghina nonamu!"
bentaknya. "Siapakah cayhe adanya, kaupun tak usah banyak urus, aku merasa tidak ada keharusan untuk melaporkan namaku!"
"Aku beritahu padamu.... lain kali lebih baik kau sedikit berhati-hati. Hmm! Bilamana sampai menggusarkan nonamu lagi jangan harap ada kebaikan buat dirimu."
"Haa haa haa kenapa kau tak bilang saja bilamana sampai menggusarkan Toa yamu, sama saja tak ada kebaikan buat dirimu?"
Sejak mendatangi daerah Tionggoan ini belum pernah gadis berbaju hijau ini menemui orang yang berani begitu kurang ajar terhadap dirinya saking kekinya dia lantas angkat tangannya mengirim satu gaplokan ke atas pipi Sak Ie.
Sak Ie yang sejak kecil memperoleh didikan keras dari Thian Bok Tootiang selama terjun di dalam dunia kangouw pun belum pernah mendapatkan gangguan apapun sudah tentu diapun tidak memandang sebelah matapun terhadap budak liar dari gurun pasir ini.
Dan begitu melihat datangnya tamparan tersebut dengan gesitnya dia lantas menyingkirkan kesamping.
"Heee.... heee.... kau sungguh sungguh bermaksud untuk menantang Toa yamu?" serunya sambil tertawa dingin.
Kini air muka gadis berbaju hijau itu sudah berubah jadi hijau membesi, tak sepatah katapun diucapkan keluar.
"Ciiinng....!" medadak dia mencabut keluar pedang yang tersoren pada punggungnya lalu berturut turut melancarkan tiga serangan dahsyat membabat ketubuh Sak Ie.
Kecepatan gerakannya luar biasa sekali, jurus serangannya dan aneh, buas dan telengas jauh berbeda dengan ilmu pedang aliran Tionggoan
Walapun Sak Ie sendiri adalah seorang ahli ilmu pedang saat itupun kena didesak mundur sejauh tujuh delapan depa hingga dipojok ruangan dia baru berhasil mencabut keluar pedangnya.
Nona itu sama sekali tidak mengalah kepada siapapun, pedangnya kembali berkelebat melancarkan tiga serangan dahsyat membabat tubuhnya.
Seketika itu juga seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan hawa pedang yang menyeramkan, angin dingin menyambar dan menderu deru menggigilkan tubuh, dua kaki di sekeliling tempat itu kontan diliputi oleh selapis dinding pedang yang amat kuat.
Sak Ie yang melihat nona itu berhasil menyalurkan hawa murninya diantara berkelebatnya sang pedang dalam hati merasa rada bergidik, seluruh perhatiannya segera dipusatkan menjadi satu sedang pedangnya pun mulai bergerak
melancarkan serangan balasan.
Setengah sinar hijau yang menyilaukan mata dengan cepatnya sudah meluncur ke tubuh gadis tersebut.
Perduli bagaimanapun juga Sak Ie tetap merupakan
seorang jagoan pedang yang kenamaan walaupun hawa pedang yang dilancarkan gadis itu memenuhi seluruh angkasa tetapi berhasil juga dihalangi oleh sinar hijau tersebut pada jarak tiga depa dari tubuhnya.
Thay Gak Cungcu yang melihat mereka berdua sudah
bergebrak dengan amat serunya tanpa berhasil dicegah, terburu-buru dia berjalan maju ke depan sambil goyangkan tangannya berulang kali
"Berhenti.... berhenti.... apa urusan biarkan kita bicarakan baik-baik saja, buat apa bergebrak menggunakan kekerasan"
Sak heng cepatlah berhenti, kita bicarakan secara baik-baik saja...."
"Heee.... heee.... Bok heng tidak usah mencegah lagi!"
tegur sitetamu dari gurun pasir Bun Ih Peng secara tiba-tiba dengan suara yang amat dingin. "Biarlah kawan kawan Tionggoan pada mengerti bagaimana dahsyatnya ilmu sakti dari luar daerah. Heee heee."
Jika didengar dari nada suaranya yang dingin sombong dan penuh kepercayaan itu agaknya ia sudah merasa yakin kalau malam ini Sak Ie pasti menemui kekalahan.
Tan Kia-beng yang mengerti dan memahami ilmu pedang dari berbagai aliran cukup sekali pandang tentu mengerti dimana letaknya kehebatan ilmu pedang tersebut, tetapi saat ini dia tidak mengerti ilmu pedang apakah yang digunakan nona berbaju hijau ini
Dia cuma merasa ilmu pedang yang digunakan ini sangat berlainan sekali dengan ilmu pedang dari Tionggoan, bukan saja gerakannya amat ganas bahkan telengas banyak jurus jurus serangan yang sebenarnya tidak mungkin bisa digunakan mendadak dia dapat melancarkan gerakan tersebut dengan dahsyatnya.
Ketika memandang pula ke arah Sak Ie tampaklah paras mukanya kini sudah berubah menjadi amat keren dan serius, gerak geriknya mantap dan berat, setiap serangannya pasti
menggunakan jurus jurus serangan aliran Bu-tong-pay yang maha dahsyat gerakannyapun merupakan kebalikan dari ilmu pedang pihak lawan, hal ini membuat hatinya diam-diam memuji.
"Ilmu pedang yang bagus!"
Masing-masing pihak dengan seru dan dahsyatnya laksana curahan hujan badai saling serang menyerang sebanyak tiga puluh jurus tanpa dapat diketahui siapa yang menang siapa yang kalah.
Pada biasanya cukup gadis berbaju hijau itu melancarkan tiga jurus atau paling banyak lima gerakan pihak lawan sudah tentu menemui ajalnya, tidak disangka ini hari sekalipun ia sudah menggunakan seluruh kepandaiannya belum juga berhasil mengalahkan pemuda dihadapannya ini, tak terasa dia jadi cemas bercampur gusar.
"Aku tidak percaya kalau tidak berhasil membereskan kau bajingan kecil" bentaknya nyaring.
Gerakan pedangnya segera berubah, mendadak di dalam sekejap mata dia melancarkan tujuh serangan dahsyat membuat seluruh angkasa dipenuhi dengan suara desiran yang amat tajam.
Setelah mengalami pertempuran yang amat sengit ini terhadap ilmu pedang pihak lawan Sak Ie sudah rada memahami mendadak dia tertawa panjang
"Haaa.... haaa.... aku orang she Sak pun tidak mau percaya dengan mengandalkan beberapa jurus dalam ilmu cakar ayammu itu bisa mengapa apakan diriku!"
Pergelangannya kembali digerakkan diantara suara suitan nyaring sinar hijau kembali memanjang ke depan sedang
suara babatan pedangpun menderu deru laksana tiupan topan menggulung ke arah datangnya serangan nona berbaju hijau itu.
Sak Ie yang merupakan murid termuda dari Thiat Bok Tootiang tetapi karena memiliki bakat yang luar biasa apalagi kini dia sudah memperoleh rahasia ilmu pedang Bu-tong-pay yang paling lihay membuat usianya sekalipun masih muda tetapi ilmu pedangnya jauh lebih tinggi satu tingkat dari Leng Hong Tootiang itu ciangbunjin dari Bu-tong-pay.
Dalam keadaan gusar kini dia melancarkan serangannya dengan sepenuh tenaga seketika itu juga membuat seluruh angkasa dipenuhi dengan desiran angin serangan laksana mengamuknya naga di tengah samudra, sungguh amat
dahsyat sekali.
Tidak sampai tiga, lima jurus nona berbaju hijau itu sudah kena didesak mundur sejau lima, enam langkah ke belakang dalam keadaan payah sekali.
Si tetamu dari gurun pasir Bun Ih Peng yang berdiri ditepi kalangan sewaktu dilihatnya keadaan dari gadis itu amat menyedihkan paras mukanya berubah hebat, diantara berkelebatnya sinar yang menyilaukan mata kipas yang terbuat dari besi baja itu sudah berada ditangannya.
Sak Ie yang melihat kejadian itu segera tertawa dingin hawa murninya ditarik panjang panjang dari dalam pusar mengelilingi seluruh tubuh
Ilmu pusaka aliran Bu-tong-pay yang paling dahsyatnya Jan Jan Pek Swie Siuw Tiong Han dengan cepat dilancarkan ke depan.
Sinar pedang menyilauka mata hawa pedang berdesir menderu deru serentetan sinar hijau yang amat tajam dengan hebatnya mengurung seluruh tubuh gadis berbaju hijau itu.
Bun Ih Peng jadi semakin cemas lagi, terburu-buru dia maju ke depan sambil membentak keras.
"Jangan turun tangan jahat aku orang she Bun datang minta pengejaran!"
Dengan dahsyatnya kipas besi yang dipentangkan lalu melancarkan tiga jurus serangan mengancam jalan darah
"Hong Wi" "Kwan Peng" serta "Cing Cu" tiga jalan darah penting, dan angin serangan ia mendesir tajam yang membentuk sinar kalur di tengah udara.
Dan pada saat yang bersamaan pula, sekonyong konyong.
Sinar emas berkemilauan, tiba-tiba nona berbaju hijau itu sudah mencabut keluar sebuah senjata yang aneh sekali mengelilingi seluruh tubuhnya dengan disertai suara desiran keras.
Seketika itu juga sinar emas memenuhi angkasa kemudian dengan cepat mengurung seluruh tubuh Sak Ie
Inilah senjata rahasia yang paling lihay dari perbatasan senjata rahasia jarum "Pek Bu Kiem Uh Yen Wie Ciam" dimana ujung senjata itu sudah dipolesi dengan racun dahsyat yang bisa disembunyikan dibalik cambuk Kiem Uh Pian sehingga dapat melukai orang yang ada di tempat jauh.
Sak Ie yang sedang menggunakan jurus yang terlihay dari ilmu pedang Jan Pek Swie Siauw Tiong Han" untuk mengalahkan nona berbaju hijau itu mendadak melihat Bun Ih Peng melancarkan serangan dari sisinya memaksa dia mau tak mau harus membubarkan jurus serangannya untuk melindungi
diri sendiri, dengan menggunakan kesempatan yang luang itulah nona berbaju hijau itu sudah mengeluarkan cambuk kelabang emasnya dan sebatang jarum emas ke depan.
Masing-masing pihak berdiri pada jarak yang amat dekat apalagi masih berada di dalam keadaan kepepet, dengan cepat Sak Ie memutar pedangnya melindungi wajahnya sedang tangan serta kakinya sudah kena dihajar oleh beberapa batang senjata itu
Jarum beracun ini amat lihat sekalidaya bekerjanya, begitu terkena seluruh tubuh terasa jadi kaku, Sak Ie amat terperanjat dengan cepat dia kerahkan tenaga dalam untuk menutup jalan darahnya agar racun tidak menjalar ke tempat lain.
Sitetamu dari gurun pasir sewaktu melihat Sak Ie sudah kena dihajar oleh senjata rahasia kipas besinya dengan dahsyatnya melancarkan kembali tiga serangan gencar mendadak tubuhnya sedangkan nona berbaju hijau itupun dengan paras muka penuh dengan napsu membunuh
membabatkan cambuknya ke arah depan.
Sak Ie tidak menyangka kalau mereka berhati kejam sangat telengas, di dalam keadaan cemas bercampur gusar dia membentak keras.
Pedangnya digetarkan membentuk sinar hijau yang amat tajam.
"Traaang.... trang....!" dengan keras lawan keras dia menangkis datang serangan keras dari Bun Ih Peng.
Walaupun tenaga dalam yang dimilikinya amat dahsyat tetapi berhubung saat ini dia lagi menutup jalan darahnya, membuat Sak Ie jadi menemui kerugian pedangnya kena
digetarkan oleh kipas besi Bun Ih Peng segera miring ke samping dan mendengus tiada hentinya.
Bersamaan waktu itu pula pedang dari nona berbaju hijau itu sudah meluncur datang ke depan dadanya.
Peristiwa ini terjadi bersamaan waktunya sekalipun kepandaian silat Sak Ie amat tinggipun belum tentu bisa menolong dirinya dari serangan tersebut.
Kelihatannya pemuda dari Bu-tong-pay bakal mati dibawah serangan tiga jurus dari pihak lawan, tiba-tiba....
"Kalian berdua mengerubuti seorang pemuda, sungguh tidak tahu malu" terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang dari tengah udara
Tampaklah bayangan putih berkelebat segulung angin pukulan berhawa dingin dengan cepat menekan ke arah bawah
Gadis berbaju hijau yang melihat bilamana dirinya tidak lekas lekas menarik serangan dan mundur ke belakang akan terluka dibawah serangan pukulan berhawa dingin itu terburu-buru menarik kembali senjatanya ke belakang dan meloncat mundur sejauh lima depa.
Dan bersamaan dengan munculnya angin pukulan berhawa dingin itulah segulung angin pukulan yang jauh lebih dahsyat lagi sudah menggulung ke arah Bun Ih Peng sehingga tubuhnya tergetar mundur beberapa langkah ke belakang dengan sempoyongan
Para jago yang sedang asyik menonton jalannya
pertempuran sengit di tengah kalanan itu tanpa ada seorangpun yang turun tangan mencegah terjadinya peristiwa yang menyedihkan ini mendadak melihat munculnya sepasang
muda mudi dari atas wuwungan mendadak mundur gadis berbaju hijau serta Bun Ih Peng tak terasa pada menjerit kaget
Sekali pandang saja Hwee Im Poocu sudah mengenali kembali kalau orang yang baru saja datang itu bukan lain adalah Hu Siauw-cian serta Tan Kia-beng tidak kuasa lagi dia menjerit kaget.
"Siluman perempuan...."
"Hmmm! anakan iblis sungguh nyalimu amat besar!"
dengus Loo Hu Cu pula dengan dingin.
Diantara orang-orang yang hadir di sana Hu Siau Cian paling membenci Thay Gak Cungcu itu ilmu pukulan Tok Yen Mo Ciang nya sesudah berhasil mendesak mundur gadis berbaju hijau itu dia lantas berkelebat ke depan menubruk ke arah Bok Thian-hong.
Mendadak di tengah kalangan berkumandang kembali dua bentakan nyaring, Jen Liong So, Ong Hong Kie serta Sin ci Lie Ih Sian bersama-sama sudah meloncat ke depan menghalangi perjalanannya.
Sie poa besi ditangan Lie Ih Sian dengan disertai suara yang nyaring mengancam kepalanya sedang cakar setan dari Oh Hong Kie mencengkeram ke arah dadanya.
Melihat kejadian itu Hu Siauw-cian jadi amat gusar napsu membunuh mulai melintasi wajahnya.
"He he hee.... kalian mencari mati ya" hee he...." serunya sambil tertawa dingin. "Hmm! jangan menyalahkan nonamu akan turun tangan kejam terhadap kalian!"
Tubuhnya yang langsing bagaikan putaran roda kereta dengan cepatnya meluncur ke depan, sepasang telapak tangannya didorong ke depan menghajar musuhnya.
Kepandaian silatnya ini bukan saja diperoleh dari ibunya Ling Lang Sian Ci bahkan memperoleh juga didikan keras dari ayahnya si Penjagal Selaksa Li Hu Hong
Oleh karenanya walaupun berada dibawah kerubutan dua orang jagoan berkepandaian tinggi dengan gesitnya dia masih bisa melawan dengan seenaknya.
Sebaliknya Tan Kia-beng setelah meloncat turun dari wuwungan rumah dan mendesak mundur Bun Ih Peng dia lantas berjalan ke sisi Sak Ie
"Su heng bagaimana dengan keadaan lukamu" tidak mengapa bukan"
Untuk sementara waktu masih bisa dipertahankan! sahut Sak Ie sambil menggigit kencang bibirnya.
Padahal waktu itu wajahnya sudah berubah jadi menghijau, tubuhnya bergoyang tiada hentinya, dengan cepat Tan Kia-beng merangkul dirinya.
"Mari aku bopong kau untuk meninggalkan tempat ini!"
Gadis berbaju hijau itu sewaktu melihat munculnya Tan Kia-beng disana segera menjerit kaget.
"Aaa.... kau"!!"
Dari nada ucapannya seperti pernah berkenalan saja Tan Kia-beng yang sama sekali tidak kenal dia segera mendengus dingin dia pun tak mengucapkan sepatah katapun.
Si tetamu dari gurun pasir Bun Ih Peng yang kena didesak mundur oleh Tan Kia-beng di hadapan umum mana sudi
menyerah kalah dengan begitu saja, maka kembali dia membentak keras dan mendesak maju lagi ke depan.
"Jangan pergi dulu" teriaknya, "Aku orang she Bun ingin minta beberapa petunjuk darimu"
Telapak tangannya didorong ke depan melancarkan satu angin pukulan yang amat cepat dan dahsyat laksana gulungan ombak di tengah samudra, agaknya dia bermaksud untuk mengembalikan rasa malunya tadi dengan pukulan ini karena itu tenaga dalamnya sudah dikerahkan mencapai sepuluh bagian.
Tan Kia-beng yang lagi membimbing tubuh Sak Ie karena takut pukulan tersebut mengenai tubuhnya dengan cepat dia miring ke samping telapak tangannya dengan membentuk setengah lingkaran dibabat ke depan menyambut datangnya serangan itu.
Pukulannya kali ini dia sudah mengerahkan delapan, sembilan bagian tenaga dalamnya.
"Braaak!" di tengah suara benturan yang amat dahsyat Bun Ih Peng tergetar mundur empat lima langkah ke belakang dengan sempoyongan, sedang Tan Kia-beng yang sedang membimbing tubuh Sak Ie hanya kena didesak mundur dua langkah saja.
Bun Ih Peng yang berturut turut mendapat malu di depan umum sifat buasnya mulai nampak kipas besinya dengan cepat dipentangkan lebar-lebar siap melancarkan serangan dahsyat.
Tunggu dulu! Aku ada perkataan yang mau ditanyakan"
tiba-tiba gadis berbaju hijau itu membentak keras.
Diantara berkelebatnya bayangan tubuh dia sudah meloncat ke depan tubuh Tan Kia-beng
"Siapakah namamu?" teriaknya sambil menuding sambil menggunakan ujung pedangnya.
"Siauw ya adalah Tan Kia-beng" sahut pemuda itu dingin.
Mendadak ujung pedang gadis itu dengan lemasnya
menunjuk ke bawah, dia menundukkan kepalanya dengan sedih.
"Kenapa kau bersikap begitu galak dengan diriku?"
tanyanya. "Haa.... haa.... pertempuran diantara senjata tajam buat apa membicarakan soal sikap" apalagi diantara kita berdua ini tidak saling mengenal"
"Tetapi kawanmu itu sudah terkena jarum rahasia Pek Cu Kim Uh Yen Wie Cian yang amat lihay, bilamana tidak cepat-cepat diobati maka di dalam dua belas jam seluruh tubuhnya akan membusuk dan mati"
"Budak rengah sungguh kejam perbuatanmu, kau berani menggunakna senjata rahasia yang demikian berbahaya untuk melukai orang".
Karena hatinya cemas Tan Kia-beng sama sekali lupa kalau dia lagi membimbing tubuh Sak Ie
Mendadak tubuhnya bergerak maju ke depan
mencengkeram pergelangan tangan kiri nona berbaju hijau itu gerakannya yang dilancarkan cepat bagaikan kilat ditambah pula nona tersebut berada di dalam keadaan tidak siap sedia maka segera kena dicengkeram.
Sewaktu dia lagi mengerahkan tenaga dalamnya siap memaksa dia untuk menyerahkan obat pemunah itulah
mendadak terdengar suara jatuhnya sesuatu benda, Sak Ie yang berada dibelakangnya sudah rubuh ke atas tanah.
Melihat Sak Ie jatuh si tetamu dari gurun pasir Bun Ih Peng bagaikan segulung angin dengan cepat menubruk ke arahnya.
Melihat kejadian itu Tan Kia-beng jadi amat terperanjat, tanpa perduli diri nona berbaju hijau itu lagi mendadak tubuhnya berputar dan membentak keras, telapak tangannya dengan dahsyat dibabat ke arah Bun Ih Peng sedang tangannya yang lain membimbing kembali Sak Ie.
Sak Ie yang baru saja rubuh ke atas tanah
kesadarannyapun agak pulih kembali, dengan menggunakan pedangnya ia memperhatikan diri sambil merintih.
"Tan heng silahkan menghadapi mereka dengan sepenuh tenaga, siauwte masih bisa mempertahankan diri untuk beberapa saat bilamana keadaan tidak sanggup lagi maka harap Tan heng suka kirim surat kepada suhengku di gunung Bu tong cukup dengan perbuatanmu itu siauwte sudah merasa sangat berterima kasih sekali"
---0-dewi-0--- Pada waktu ini gadis berbaju hijau tersebut sudah menjadi gusar oleh karena serangan Jien Nah So Hoan yang amat lihay itu, bersama-sama denan Bun Ih Peng mereka kembali melancarkan serangan serangan dahsyat ke depan.
Tan Kia-beng tidak sempat menjawab perkataan dari Sak Ie lagi, sepasang telapak tangannya dipentangkan keluar berturut turut melancarkan tujuh buah serangan babatan menangkis datangnya serangan dari kiri serta kanan.
Tetapi kedua orang muda mudi dari gurun pasir ini bukanlah manusia manusia lihay kepandaian biasa, apalagi
waktu ini bekerja sama dengan begitu ketatnya hawa pukulan yang dihasilkan benar-benar sangat dahsyat sekali.
Seketika itu juga di tengah kalangan kembali terjadi suatu pertempuran yang dahsyat.
---0-dewi-0--- Kita balik pada si "Pek Ih Loo Sat" Hu Siauw-cian yang ditahan serangannya oleh sepasang cakar besi dari Jien Liong So serta Sie poa besi dari Sin Sie Ci, saat itu dia tidak dapat melancarkan serangan ke arah Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong juga tidak berhasil pula menolong Tan Kia-beng saking cemasnya seluruh wajahnya berubah memerah hawa napsu membunuh sudah melintasi seluruh wajahnya sehingga menembus ke alis.
Di tengah suara bentakannya yang amat keras mendadak jurus ilmu pukulannya berubah, tampaklah tangannya yang putih halus berkelebat tiada hentinya memaksa si "Jien Liong So" Ong Hong Kie terpukul dan mundur beberapa langkah ke belakang dengan sempoyongan.
Mendadak tubuhnya melompat ke depan menerjang keluar dari tengah kalangan dan menerjang ke arah Tan Kia-beng Tetapi di tengah kalangan terdapat begitu banyak jago-jago lihay yang mengepung tempat itu rapat rapat, mana mereka suka membiarkan dirinya lolos dari kepungan" terdengar suara bentakan yang ramai bergema memenuhi seluruh angkasa.
Chiet Poh Tui Hun Tiauw Tong, si Im Yang Siauw So Hauw Cian, Hwee Im Poocu Ong Jian masing-masing pada
meninggalkan tempat duduknya melancarkan serangan menghadang jalan perginya.
Hwee Im Poocu yang menaruh rasa dendam yang paling mendalam terhadap gadis itu begitu turun tangan pedangnya segera melanvarkan serangan yang amat dahsyat sekali dengan menggunakan jurus Kui Ci Sing cing atau setan menangkis malaikat terkejut.
Hawa pedang yang memenuhi seluruh angkasa berubah jadi bintik bintik cahaya yang amat tajam lalu dengan dahsyatnya mengurung seluruh tubuh gadis tersebut, jurus ini adalah jurus simpanan dari Hwee Im Poocu, kehebatannya benar-benar luar biasa.
Si "Pek Ih Loo Sat" yang tubuhnya masih ada di tengah udara, tidak berani menerima datangnya serangan itu dengan keras lawan keras, maka ujung bajunya dikebutkan ke depan tubuhnya tahu-tahu sudah mencelat tiga depa lebih tinggi lalu melayang turun disebelah kanan.
Baru saja sepasang kakinya menginjak permukaan tanah, kembali si tujuh tindak pencabut nyawa Tiauw Tong serta Im Yang Siauw su menubruk ke arah depan.
Keadaan semakin lama semakin tegang, situasi buat si "Pek Ih Loo Sat" serta Tan Kia-beng pun semakin lama semakin terdesak dan berada dalam keadaan yang berbahaya.
Waktu itulah mendadak dari atas wuwungan rumah
berkumandang datang suara tertawa aneh yang menyeramkan sesosok bayangan manusia yang tinggi besar bagaikan seekor burung elang dengan gesitnya meluncur masuk ke dalam ruangan.
Suara jeritan ngeri berkumandang memenuhi ruangan, si tujuh tindak pencabut nyawa Tiauw tahu-tahu sudah kena dihajar oleh pukulan orang tersebut sehingga tubuhnya terpental sejauh satu kaki dan membentur dinding ruangan.
Seketika itu juga orang itu menemui ajalnya, dari tujuh lobang badannya mengucur keluar darah hitam.
Setelah berhasil menghajar mati si tujuh tindak pencabut nyawa orang itu kembali memperdengarkan suara tertawanya yang sangat aneh, seram, berat dan mengerikan.
Seketika itu juga seluruh ruangan diliputi suasana yang amat seram dan penuh diliputi oleh ketegangan dan nafsu membunuh.
Dengan adanya kejadian ini seluruh jago yang hadir dalam ruangan pada terperanjat dan menoleh ke arah mana, tetapi sebentar kemudian suara jeritan kaget sudah memenuhi seluruh angkasa.
Kiranya orang itu bukan lain adalah si "Penjagal Selaksa Li"
Hu Hong yang paling dibenci dan ditakuti oleh setiap orang-orang kangouw.
Di dalam waktu yang bersamaan si "iblis tua" si "Siluman perempuan" dan "anakan iblis" bersama-sama sudah hadir disana, walaupun Thay Gak Cun-cu Bok Thian-hong
mempunyai nyali yang besarpun pada waktu ini rada bergidik juga.
Hu Siauw-cian yang melihat ayahnya muncul secara tiba-tiba disana tidak bisa menahan sabar lagi, teriaknya dengan manja, "Ayah...."
Bagaikan seekor burung walet dengan gesitnya dia
berkelebat jatuhkan diri ke dalam pelukan ayahnya.
Dengan perlahan si Penjagal Selaksa Li Hu Hong
mendorong badannya ke depan.
"Cian jie jangan bersifat kekanak kanakan lagi" tegurnya,
"Aku harus membereksan dulu urusan yang ada disini, sebentar lagi empek "Su Im" bakal datang juga."
Mendengar perkataan itu terburu-buru Hu Siauw-cian menoleh ke atas wuwungan rumah, tampaklah di tengah kegelapan berdirilah seorang tua berdandankan sastrawan yang waktu ini sedang bergendong tangan dan mulutnya kemak kemik seperti lagi membaca sesuatu.
Dia segera mencibirkan bibirnya dan tertawa cekikikan.
"Apa yang lagi dihapalkan dia" sungguh lucu sekali,"
serunya. Suasana yang meliputi ruangan besar itu kini berubah amat tegang, para jago mulai menyalurkan hawa murninya ke atas telapak masing-masing siap-siap menghadapi serangan bokongan, sampai sampai Chuan Tiong Ngo Kui yang selama ini menonton jalannya pertempuran disampingpun sikapnya berubah jadi amat tegang.
Wajah si Penjagal Selaksa Li Hu Hong masih tetap tenang-tenang saja, dengan langkah yang lebar dia berjalan kehadapan Thay Gak Cungcu lalu tertawa seram.
"Tindakan saudara benar-benar amat lihay sekali, sindirnya dengan suara yang amat dingin. Tetapi jikalau kau mengira perbuatanmu itu bisa menutupi seluruh mata jago-jago dikolong langit, maka hal itu masih terpaut amat jauh, aku orang she Hu sudah berhasil mengetahui asal usul serta tujuanmu, sekarang, aku mau tanya padamu, bergebrak mati matian pada hari ni juga atau lain waktu"
Thay Gak Cungcu, Bok Thian-hong yang mendengar
perkataan tersebut diam2 dalam hati merasa amat terkejut,
karena ia takut Hu Hong melanjutkan kembali kata-katanya buru-buru dia menyambung sambil tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa.... perbuatan dari aku orang she Bok setiap harinya jelas dan terang laksana matahari disiang hari dan rembulan dimalam hari, siapapun tahu akan hal ini, tetapi saudara dengan mengandalkan kepandaian silatmu yang lihay itu sudah menjagali kawan kawan Bulim, tindakan serta perbuatanmu amat kejam dan patut dikutuk oleh siapapun hee.... hee.... Bangungan Cun Hoa inilah merupakan tempat kuburmu buat malam ini."
Tidak menanti Hu Hong menjawab dia sudah berteriak kembali dengan suara yang amat keras;
"Berkat kebaikan dari Thian secara kebetulan siiblis bangsat ayah beranak serta muridnya pada berkumpul disini, saudara saudara yang mempunyai dendam serta sakit hati silahkan mulai turun tangan untuk menuntut balas. dendam berdarah harus dibayar dengan darah, hutang uang harus bayar dengan uang. ayoh! serbu, kita basmi dan bunuh bangsat bangsat ini....!"
Di tengah suara bentakan yang amat keras si "Thiat sie cie"
Lie Ih Sian serta "Jien Liong So" Ong Hong Kie sudah menubruk ke depan dari arah kiri serta kanan, sedang Loo Hu Cu serta Hwee Im Poocu sambil menyambut keluar pedangnya menerjang dari tengah.
Diantara mereka cuma Chuan Tiong Ngo Kui yang masih tenang-tenang saja menanti seluruh perhatian para jago dicurahkan pada Hu Hong ayah beranak, secara diam-diam mereka mulai meninggalkan tempatnya lalu dengan wajah seram berjalan mendekati Tan Kia-beng.
Si "Pek Ih Loo Sat" Hu Siauw-cian yang melihat orang-orang itu tanpa mengucapkan sepatah katapun mendadak pada mengerubut maju hatinya jadi amat khe kie wajahnya segera berubah amat dingin sedang matanya melotot berapi api.
"Tidak tahu malu!" bentaknya dengan keras.
Tubuhnya dengan cepat merendah siap-siap melancarkan serangan menyambut datangnya pukulan pukulan pihak musuh.
Tiba-tiba dari atas wuwungan rumah kembali terdengar suara seseorang yang sangat aneh sekali.
"Manusia manusia golok yang sudah dicekoki obat pemabok ini benar-benar sangat menjengkelkan sekali, biarlah dia merasakan sedikit penderitaan, Hu heng! buat apa kita harus ribut ribut dengan mereka" ayoh jalan! kita tinggalkan tempat ini".
Agaknya si "Penjagal Selaksa Li" Hu Hong sangat menuruti perkataan dari sastrawan tua itu, begitu mendengar perkataan itu dia lantas menarik tangan Hu Siauw-cian dan melompat ke atas meloloskan diri dari kepungan.
Sambil melayang ke atas wuwungan rumah dia menoleh ke arah Tan Kia-beng dan berteriak, "Eeei kawanmu sudah terkena racun yang amat jahat, lebih baik cepat-cepat tinggalkan tempat ini! kalau sedikit berayal akan terlambat".
Sembari bergebrak Tan Kia-beng lantas melirik sekejap ke arah muka Sak Ie, sedikit pun tidak salah keadaannya makin lama semakin payah dan berbahaya sekali.
Setelah mendapat peringatan dari Hu Hong ini pikirannya jadi sadar kembali, di tengah suara bentakannya yang amat
keras telapak tangannya dibabat ke depan dengan
menggunakan jurus "Jiet Ceng Tiong Thian"
serangan yang dilancarkan dengan menggunakan seluruh tenaga ini benar-benar luar biasa pengaruhnya, angin taupan bertiup menderu deru bagaikan ombak di tengah samudra menggulung ke depan dengan cepatnya.
Keanehan dari ilmu pukulan serta kedahsyatan dari tenaga serangan seketika itu juga mendesak nona berbaju hijau serta Bun Ih Peng mundur sempoyongan.
Mengambil kesempatan yang luang inilah pemuda itu lantas menyambar tubuh Sak Ie dan meloncat naik ke atas
wuwungan rumah.
Saat itu suasana di dalam ruangan benar-benar amat kacau dan gaduh, suasana bentakan gusar bergema memenuhi angkasa diselingi suara jeritan marah dari "Lei Hun Hwee Ci"


Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cepat kejar! jangan sampai bajingan bajingan itu berhasil meloloskan diri! ayoh cepat kejar dan bunuh mereka."
Dan bayangan manusiapun berkelebat tiada hentinya, para jago dengan kecepatan yang luar biasa pada meloncat ke atas wuwungan rumah.
Si sastrawan tua yang berdiri di atas wuwungan rumah mendadak berseru dengan suara yang lantang.
"Srigala yang tidak ganas adalah janggal, harimau tidak keren tidak menakutkan, kasihan kalian kura kura goblok, sampai mati pun tidak bakal sadar
Ujung jubahnya yang dekil segera dikebutkan ke depan, terdengar suara jeritan kaget memenuhi angkasa kiranya para jago yang sedang meloncat ke atas wuwungan rumah kena
terhalang oleh sebuah dinding hawa khi kang yang lihay sehingga terdesak kembali ke dalam ruangan.
Menanti mereka meloncat naik ke atas wuwungan rumah untuk kedua kalinya si Penjagal Selaksa Li Hu Hong si Pek Ih Loo Sat Hu Siauw-cian serta sastrawan tua itu telah lenyap tak berbekas.
---0-dewi-0--- Kita balik pada Tan Kia-beng yang melarikan diri dari ruangan perkampungan Thay Gak Cung dan menggendong tubuh Sak Ie.
Bagaikan kilat cepatnya dia meluncur ke depan dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh "Poh Poh Ciang Im"nya yang amat lihay, hanya dalam sekejap saja mereka sudah sampai disuatu tempat pegunungan yang sunyi sekali.
Dengan cepat dia menghentikan larinya dan meletakkan tubuh Sak Ie ke atas tanah.
"Sak heng.... panggilnya sambil menggoyangkan tubuhnya.
Tetapi Sak Ie tidak menyahut, waktu ini dia berada dalam keadaan tak sadarkan diri.
Tan Kia-beng yang tidak memiliki pengalaman untuk mengobati luka dan kini sudah menemui kejadian seperti ini dia benar-benar dibuat kebingungan.
Kini dia tidak mendengar suara jawaban dari Sak Ie walaupun sudah dipanggil beberapa kali hatiya semakin gugup lagi, teringat akan kejujuran serta kejantanan dari orang itu apalagi dengan dirinya pun mempunyai ikatan persahabatan yang akrab pikirannya jadi semakin kacau.
Dia merasa bilamana dirinya merasa tidak berhasil menolong dia untuk memunahkan racun yang mengeram di
dalam badannya bagaimana perasaannya waktu itu terhadap orang"
Setelah bermenung dan berpikir beberapa saat lamanya pemuda itu merasa satu satunya jalan adalah pergi mencari nona berbaju hijau untuk paksa dia menyerahkan obat pemunah.
Berpikir sampai disitu dia putar tubuhnya dan siap-siap enjotkan badan berlalu dari sana, tetapi sebentar kemudian satu pikiran kembali berkelebat di dalam benaknya.
"Aah, tidak baik.... saat ini Sak heng lagi berada dalam keadaan tidak sadar bilamana aku pergi siapa yang hendak mengurus dirinya"
"Seorang diri seperti semut dikuali panas dia berjalan bolak balik dengan cemas," pikirannya benar-benar sangat bingung sekali.
Kurang lebih seperminum teh lalu mendadak tampaklah sesosok bayangan manusia melayang datang dihadapannya sambil berteriak.
"Toako! pertemuan para jago pada malam ini sudah kedatangan banyak sekali manusia lihay dari Bulim, kenapa kau seorang berdiri terpekur di tempat ini?"
Tan Kia-beng yang melihat orang tersebut bukan lain adalah si Rasul Racun Pek-tok Cuncu hatinya jadi girang.
"Akhh, kedatanganmu sunggu kebetulan sekali, tolong kau jagakan dirinya sebentar. Kini Sak heng lagi terluka! Biarlah aku pergi sebentar akan kembali lagi."
"Dia terluka?"
"Benar dia sudah terhajar jarum beracun Pek Cu Kiem Uh Yen Wie Ciam dari sibudak tersebut, keduanya sangat berbahaya sekali."
"Lalu Toako hendak pergi kemana"...."
"Pergi mencari budak itu untuk dimintai obat pemunahnya."
"Kau tidak usah pergi lagi, biarlah loohu yang memeriksa lukanya."
"Kau bisa memunahkan racun itu?"
Tiba-tiba Pek-tok Cuncu si Rasul Racun ini tertawa tergelak dengan gelinya.
"Haa.... haa.... aku percaya hanya sedikit racun yang tak berarti ini tidak bakal menyusahkan diri loohu," serunya.
Waktu itulah Tan Kia-beng baru sadar kembali, kalau dia punya julukan sebagai "Pek-tok Cuncu" si Rasul Racun, sudah tentu pandai pula mengobati luka yang kena racun!
Sewaktu Tan Kia-beng lagi kegirangan itulah si Pek-tok Cuncu si Rasul Racun itu sudah berjalan ke samping tubuh Sak Ie dan membuka pakaiannya untuk mengadakan pemeriksaan.
Setelah itu dari dalam sakunya dia mengambil keluar sebuah besi sembrani berwarna hitam pekat untuk ditekankan pada mulut luka dan menghisap keluar seluruh jarum-jarum beracun itu.
Dari mulut luka yang kecil bagaikan bulu segera menetes keluar darah hitam mengiringi tercabutnya jarum-jarum tersebut.
Setelah Pek-tok Cuncu berhasil mencabut keluar jarum Yen Wie Ciam itu dia lantas mencium beberapa kali ujung jarum yang beracun itu dan diperiksanya dengan teliti.
Akhirnya dia tertawa dingin dengan amat seram.
"Hee.... hee.... budah rendah itu sungguh berhati keji, racun yang digunakan untuk mempolesi jarum itu benar-benar merupakan racun jahat, bilamana bukannya bertemu dengan loohu pada malam ini si bocah cilik ini tidak bakal bisa hidup lebih lama!"
Dan dari sakunya dia lantas mengambil keluar sebuah botol yang terbuat dari porselen hijau dan mengambil keluar empat butir pil putih sebesar kedelai lalu dijejalkan ke dalam mulut Sak Ie.
Setelah itu dari sakunya kembali dia mengambil keluar sebuah cupu cupu dan membuka penutupnya.
"Tempat ini tak ada air, terpaksa biarlah gunakan arak pribadi loohu ini untuk menggantikannya".
Tan Kia-beng segera merasakan arak yang tercium keluar dari cupu cupu itu benar-benar sangat keras dan wangi sekali, sekalipun orang yang tak pandai minum saat ini juga pasti merasa kepingin.
Pek-tok Cuncu sesudah membantu Sak Ie untuk kmeneguk dua tegukan tak tertahan lagi dia sendiripun menegak isi arak tersebut.
"Toako" ujarnya kemudian sambil menghembuskan napas panjang.
"Tolong gunakan tenaga hawa Yang dibadanmu untuk bantu dia mendesak keluar sisa sisa racun yang masih mengeram di dalam tubuhnya.
Walaupun dia tidak tahu kalau Tan Kia-beng pernah menelan pil dari ular raksasa berumur selaksa tahun tetapi dia
mengerti kalau di dalam badan pemuda ini memiliki suatu kekuatan untuk melawan daya bekerjanya racun.
Tan Kia-bengpun menurut saja, diapun lantas mengerahkan tenaga dalam Pek Tiap Sin Kang"nya kepada Sak Ie.
Segulung hawa panas yang aneh dan tak terkira
nyamannya mengalir keluar dari telapak tangan menembus tubuh pemuda itu dan mengalir masuk melalui pusar menuju ke Khi Hay dan menembus dua belas rintangan itu hingga mencapai jalan darah "Pek Huy" lalu mengalir turun kembali ke bawah.
Terhadap kawan pemuda itu paling menaruh perhatian, karena dia takut tenaga dalammya sendiri tidak cukup untuk mendesak racun itu keluar maka begitu mengerahkan tenaga dalam dia lantas menggunakan tenaga sakti "Pek Tiap Sin Kang" untuk menolong.
Hanya di dalam sekejap saja sembab sembab bekas terkena racun ditubuh Sak Ie sudah kempes kembali bahkan sudah berubah jadi sedia kala.
Melihat akan hal ini Pek-tok Cuncu lalu berteriak, "Sudah cukup! dengan perbuatan itu bukan saja seluruh racun yang mengeram di dalam tubuh bocah ini sudah lenyap, mungkin dikarenakan bencana, malah malah mendapatkan rejeki.
Mendengar perkatan tersebut Tan Kia-beng baru menarik kembali telapak tangannya dan bangkit perlahan-lahan lalu memandang ke arah Sak Ie.
Tampaklah pada keningnya sudah dibasahi oleh keringat, pada saat itupun baru saja membuka matanya.
"Sak heng untuk sementara waktu kau jangan bergerak dulu" cegahnya gugup. "Cukup kau salurkan dulu hawa
murnimu satu kali bilamana tidak ada halangan kau barulah bangun."
Sak Ie menurut dan diam-diam mulai menyalurkan hawa murninya mengelilingi seluruh tubuh, segera terasalah seluruh tubuhnya amat nyaman sekali bahkan tenaga dalamnya memperoleh kemajuan pesat jika dibandingkan sebelum terluka.
Saking girang dan terharunya terburu-buru dia meloncat bangun dan menjura dengan hormatnya kepada Tan Kia-beng.
"Terima kasih Tan heng suka menyembuhkan lukaku, siaute benar-benar merasa amat berterima kasih."
Terburu-buru Tan Kia-beng menyingkir ke samping,
"Eei.... jangan mengucapkan terima kasih kepadaku, kesemuanya ini berkat bantuan pil pemunah racun dari Pek-tok Cuncu!" serunya.
Sedikitpun tidak salah, Sak Ie bisa sembuh dengan demikian cepatnya sebagaian besar memang dikarenakan daya bekerja dari pil pemunah racun dari Pek-tok Cuncu ini.
Memang Sak Ie terjunkan diri ke dalam Bulim jauh lebih pagi dari Tan Kia-beng ditambah pula dia sering mendapatkan petunjuk dari para suhengnya, maka terhadap orang-orang Bulim sudah tentu dia jauh lebih banyak yang tahu.
Telah lama dia mendengar kalau di dalam dunia kangouw ada seorang yang bernama Pek-tok Cuncu dan sangat pandai menggunakan beratus macam racun, hanya saja sifatnya rada aneh dan kukoay.
Kini melihat kakek tua yang ada dihadapannya itu bukan lain adalah si Rasul Racun terburu-buru dia lalu menjura untuk memberi hormat.
"Sak Ie mengucapkan terima kasih atas bantuan loocianpwee yang suka menyembuhkan luka racun dari boanpwee!" serunya.
Pek-tok Cuncu dengan angkuhnya segera dongakkan
kepalanya ke atas.
"Kau tidak usah berterima kasih dengan diriku" serunya dingin, "Selama ini aku tidak mempunyai ikatan persahabatan apa apa dengan pihak Bu-tong-pay, perbuatanku tadi pun semua dikarenakan memandang wajah Toako bilamana kau hendak mengucapkan terima kasih sampaikan saja kepada Toako! Loohu tidak suka menerima ucapan terima kasih dari orang lain dengan percuma.
sak Ie yang mendengar perkataan tersebut kontan jadi melengak.
Tan Kia-beng yang takut dia jadi merasa malu, buru-buru ujarnya.
---0-dewi-0--- JILID: 20 "Sak heng kau tidak tersinggung, si Rasul Racun ini memang punya sifat begitu dia tidak suka diucapkan terima kasih yaa sudahlah!"
Bagaimanapun juga Sak Ie adalah seorang pemuda yang berhati panas, sekalipun dia tidak mengucapkan sesuatu apapun tetapi hatinya rada tidak enak, setelah tertegun beberapa saat lamanya mendadak dia merangkap tangannya menjura.
"Bantuan dari saudara berdua tidak akan aku lupakan untuk selama lamanya, saat ini siauwte masih ada urusan yang
harus diselesaikan apalagi peristiwa inipun harus dilaporkan cepat-cepat kepada suheng, maaf siauwte mohon diri dulu,"
katanya. Selesai berkata dia enjotkan badannya berlalu dari tempat itu dan hanya di dalam sekejap saja sudah lenyap dari pandangan.
Dengan tajam Pek-tok Cuncu memperhatikan tempat
dimana bayangan Sak Ie lenyap, sesaat kemudian dari dalam sakunya mendadak dia mengeluarkan sebuah botol kecil dan diserahkan kepada pemuda itu.
"Toako! Botol porselin ini berisikan pil pemunah racun yang amat mujarab, bukannya Loohu sengaja bicara besar, perduli racun yang bagaimana ganaspun asalkan menelan dua butir pil ini maka seketika itu juga racun akan dipunahkan, nyawapun bisa dipertahankan kembali."
Tan Kia-beng pun tak menolak lebih lanjut, dia lantas menerima pemberian itu dan dimasukkan ke dalam sakunya.
Mendadak Pek-tok Cuncu si Rasul Racun itu tertawa tergelak kembali dengan kerasnya.
"Ha haa.... ini hari sudah tanggal enam belas, jarak dengan perjanjian kitapun tinggal empat hari lagi, sampai waktunya aku mau lihat si pencuri tua hendak melaporkan secara bagaimana."
Agaknya dia merasa kemenangan pasti berada ditangannya sehingga dalam hati merasa amat bangga!
Tan Kia-beng pun tahu kalau apa yang baru saja diucapkan adalah mengartikan pertaruhannya dengan si Su Hay Sin Tou si pencuri sakti, terburu-buru tanyanya, "Apakah kau sudah memperoleh berita tentang kereta iblis itu?"
"Sekalipun belum begitu pasti tetapi kiranya lumayan juga!"
Pek-tok Cuncu setelah selesai mengucapkan kata-kata itu dia lantas meloncat pergi sejauh tiga puluh kaki lebih.
Betul juga, dia hendak pergi, mendadak terdengar suara tertawa kembali berkumandang datang.
"Haa haa.... biarkanlah dia merasa bangga dulu! Aku si pencuri tua belum tentu bisa dikalahkan olehnya."
Tan Kia-beng pun segera menoleh tampaklah Su Hay Sin Tou si pencuri sakti dengan wajah penuh kebanggaan berjalan mendatang.
Tidak terasa lagi dia lantas tertawa geli serunya, "Semoga saja kalian berdua bisa mendapatkan hasil, dengan begitu akupun tidak usah susah susah lagi."
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti sama sekali tidak menjawab perkataannya, dan dari dalam saku dia mengambil keluar sebuah medali pualam dan diangsurkan ke depan.
"Apakah Toako kenal dengan benda ini?" tanyanya.
Tan Kia-beng yang melihat medali pualam itu bentuk maupun guratan guratannya sama seperti medali yang didapatkan dari saku Bok Thian-hong tempo hari segera dia mengambil keluar medali dari dalam sakunya dan disosokkan dengan medali pualam ditangan si pencuri sakti itu.
"Hii"! benda ini kau dapatkan dari mana lagi?" tanyanya keheranan.
Su Hay Sin Tou si pencuri sakti itu segera tertawa terbahak-bahak.
"Haa.... haa.... rahasia langit tidak boleh dibocorkan, harap Toako suka bersabar untuk beberapa lagi."
Dia berhenti sebentar, lalu dengan wajah yang bersungguh sungguh tambahnya lagi, "Angin dan taupan yang melanda Bulim pada beberapa hari ini rada mengencang dari daerah Kiang Ham pun sudah kedatangan lagi berpuluh puluh orang jagoan lihay gerak gerik dari Toako lebih baik sedikit berhati-hati lagi!"
"Soal ini pun sudah merasakannya" sahut Tan Kia-beng sambil mengangguk.
"Kau berlegalah hati! rasanya urusan urusan ini masih cukup dan bisa aku hadapi seorang diri."
Su Hay sin Tou pun mengetahui kalau Toakonya
mempunyai kemantapan hati yang luar biasa, mendengar perkataan itu diapun lantas tersenyum.
Kalau begitu aku pergi dulu, beberapa hari lagi kita tiga bersaudara berkumpul kembali dengan hati gembira!"
Selesai berkata tubuhnyapun segera berkelebat dan hanya di dalam sekejap saja telah lenyap dari pandangan.
Dua orang siluman tua ternyata suka bekerja baginya dengan sepenuh tenaga hal ini membuat Tan Kia-beng merasa amat terharu, bersamaan itu pula beberapa urusan yang ada di depan matanya berubah semakin jelas lagi.
Pertama Thay Gak Cungcu secara tiba-tiba mengundang datang begitu banyak jago untuk berkumpul diruangan Cun Hoa nya guna adakan suatu perunding rahasia, dalam hal ini pastilah lagi menyusun suatu rundingan besar yang amat busuk.
Tapi apakah yang sedang dirundingkan oleh mereka"
Kedua. Apa hubungan serta sangkut pautnya antara
sitetamu dari gurun pasir Bun Ih Peng serta Bok Thian-hong"
dan dari mana asal usul dari sinona berbaju hijau itu" kenapa Bok Thian-hong bersikap begitu menghormat terhadap dirinya apakah Bok Thian-hong pun merupakan satu keluarga dengan dirinya atau dia hanya seorang kaki tangannya saja"
Ketiga. Selamanya Chuan Tiong Ngo Kui jarang sekali berkelana di dalam dunia kangouw kali ini mereka bersama-sama berangkat ke daerah Barat bahkan dengan begitu cepatnya suka bergabung dengan Bok Thian-hong, sudah tentu ada suatu maksud tertentu.
Apakah maksud tujuan mereka"
Keempat. Sejak Thay Gak Cungcu Bok Thian-hong
munculkan dirinya di tempat itu berita yang menyangkut soal kereta kencana tidak kedengaran lagi, apakah mungkin si kakek tua berkerudung hitam itu adalah hasil penyamaran dari Bok Thian-hong"
Dengan seorang Tan Kia-beng putar otak memikirkan urusan ini selama beberapa waktu lamanya, dia merasa apa yang diduga olehnya ini ada kemungkinan semua.
Diam-diam pikirnya di dalam hati, "Sekarang Sak Ie sudah tak ada persoalan lagi, biarlah aku kembali kebangunan Cun Hoa itu untuk mengadakan penyelidikan!"
Berpikir sampai disini mendadak dia teringat kembali akan Hong Jen Sam Yu yang berangkat lebih dulu, kenapa mereka tidak munculkan dirinya" apakah di tengah perjalanan sudah menemui bencana"
Tetapi teringat akan kepandaian silat yang dimiliki oleh Hong Jen Sam pemuda itu pun merasa rada lega.
Dengan pengalaman serta kepandaian mereka bertiga tidak mungkin bisa menemukan bahaya tentunya mereka di tengah
jalan sudah menemui sesuatu peristiwa yang menyolok sehingga sudah merubah rencana.
Waktu itu hari sudah menunjukkan kentongan ketiga, rembulan yang bulat itu pun memancarkan cahaya keperak perakan dan jauh berada di tengah awang awang angin malam berhembus sepoi sepoi, suara jangkrik berbunyi mengiringi malam nan sunyi.... suasana waktu itu betul-betul amat nyaman.
ooOoo Tan Kia-beng mulai menggeserkan kakinya untuk
meninggalkan tempat itu
Mendadak. dari empat penjuru berkumandang suara
tertawa yang amat seram disusul dengan munculnya Chuan Tiong Ngo Kui di tengah sorotan sinar rembulan dan dengan perlahan mendekati ke arahnya.
Sinar mata pemuda itu berkelebat menyapu sekejap ke arah orang-orang itu lalu menghentikan langkahnya.
"Heee.... heee.... aku masih belum ada waktu untuk mencari kalian membikin perhitungan tidak disangka kalian malah mencari aku terlebih dahulu" serunya dengan dingin.
Hmm! begitupun baik juga, malam ini kita membuat
keputusan di tengah tanah kuburan ini saja!
Chuan Tiong Ngo Kui sama sekali tidak kenal dengan pemuda ini kedatangan mereka kali ini pun disebabkan oleh karena mengincar pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam tersebut tidak disangka tiba-tiba saja mereka dikatai demikian tak kuasa lagi pada melengak dibuatnya.
Si Toa Kui Siauw Bian Coan atau si wajah riang berhati ular Go Touw Seng memperdengarkan suara tertawanya yang amat menyeramkan.
"Heee.... heee.... toa yamu tidak saling kenal dengan dirimu darimana datangnya ganjalan hati.... heee.... hee.... lebih baik kau tidak usah banyak sembarangan bicara saja" katanya.
Dari sepasang mata Tan Kia-beng pun mendadak
memancarkan cahaya yang amat tajam, selangkah demi selangkah dia mendesak lebih mendekat lagi.
"Hmm! apakah kalian sudah melupakan peristiwa
terbunuhnya raja muda Mo" malam ini siauw yamu akan membalaskan dendam berdarah dari terbunuhnya Mo Cun Ong itu!"
Siauw Bian Coa Sim yang jadi orang sangat ganas dan buas inipun kini dibuat terperanjat dari pemuda tersebut, tak kuasa lagi dia mundur beberapa langkah ke belakang.
Jie kui, si "Sya Hun Bu Ciang" atau Setan Gantung Pengikat Sukma mendadak tertawa dingin.
"Buddha tanah menyeberangi sungai untuk menjaga diripun belum tentu bisa masih ingin membalaskan dendam dari si setan tua itu. Hmm, heee.... lebih baik juga nyawamu sendiri,"
sindirnya dengan suara yang amat dingin.
Sam Kui, Cui Ming Kei" atau si Setan Pengejar Nyawa Ong Kiam segera mengangkat medali pengejar nyawanya ke atas, mendadak bentaknya, "Berhenti! bilamana kau berani maju setindak lagi, ya yamu segera akan mengetuk hancur sepasang kakimu"
Mendengar perkataan tersebut Tan Kia-beng segera
memutar badannya.
"Kedatangan kalian pada malam ini mencari siauw yamu sebenarnya ada urusan apa?"
Si wajah riang berhati ular Gow Touw Seng pada saat inilah baru sadar dan menyesali sikapnya yang terlalu lunak, mendengar pertanyaan itu dia lantas menyahut dengan suara dingin dan seram.
"Chuan Tiong Ngo Kiat selamanya tidak suka berbuat pekerjaan dengan sembunyi sembunyi kedatangan kami pada malam ini hendak meminta pedang Giok Hun Kiam yang ada pada pinggangmu itu, bilamana kau menginginkan bisa terhindari bencana malam ini lebih baik menurut saja untuk serahkan pedang tersebut, kalau tidak heee heee.... barisan Ngo Kui Im Hong Kiam Tin tidak akan enak rasanya."
Sekalipun si setan pertama dari Chuan Ngo Kui in
imenyebutkan Tan Kia-beng pun bisa menebak beberapa bagian maksud tujuan dari kedatangan mereka malam ini, kini setelah mendengar perkataan tersebut hawa amarahnya segera berkobar memenuhi seluruh benaknya.
Sebetulnya dia memang ada maksud untuk mencari kelima orang setan ini untuk mewakili Mo Tan-hong membalaskan dendam sakit hati terbunuhnya raja muda Mo kini melihat mereka berlima sudah datang mencari dirinya sudah tentu lebih kebetulan sekali.
Alisnya dikerutkan rapat rapat napsu membunuh berkilas memnuhi wajahnya, pipinya mulai memerah kemudian
diantara suara tertawanya yang amat nyaring mendadak dia maju mendesak ke depan sepasang telapak tangannya didorong ke depan melancarkan satu pukulan yang amat dahsyat sekali.
Walaupun si setan berwajah riang berhati ular itu menduduki sebagai pemimpin dari kelima orang setan itu waktu ini tidak berani menerima datangnya serangan tersebut dengan keras lawan keras, maka kakinya dengan cepat berkelebat ke samping sejauh tiga depa.
Pada saat yang bersamaan pula empat orang setan lainnya sudah mulai menggerakkan senjatanya masing-masing maju mengerubuti.
Jie Kui dengan senjatanya tongkat pengikat sukma dengan dahsyatnya menghajar ke arah batok kepala sang pemuda, medali penghadang nyawa dari Sam Kui menyapu ke arah pinggang sedang pit pengikat sukma dari Su Kui bagaikan kilat cepatnya menotok jalan darah Sian Khei serta "Kie Ciat dua buah jalan darah kematian dan terakhir golok bergerigi dari Ngo Kui dengan disertai sambaran angin tajam membabat tubuh bagian bawah dari Tan Kia-beng.
Tenaga dalam dari Chuan Tiong Ngo Kui amat dahsyat sekali dan masing-masingpun memiliki tenaga latihan selama empat, lima puluh tahun lamanya, maka dengan
kesempurnaan tenaga lweekang mereka ini kini bersama-sama melancarkan serangan mengerubut keadaannya benar-benar luar biasa sekali.
Hanya di dalam sekejap saja angin pukulan berhawa dingin menyambar laksana kilat dan menggulung tiada hentinya di tengah udara.
Dalam hati Tan Kia-beng benar-benar merasa amat
terperanjat, tubuhnya berputar lalu menerjang ke tengah angkasa dan melayang di atas sebuah batu nisan dari kuburan yang ada didekat tempat itu.
"Heee, heee, kepandaian dari Chuan Tiong Ngo Kui kiranya cuma demikian saja sungguh menggelikan sekali!" ejeknya sambil tertawa dingin.
Di atas wajah Siauw Bian Coa Sim yang amat dingin dan kaku perlahan-lahan terlintaslah satu senyuman yang amat menyeramkan.
"Selamanya Chuan Tiong Ngo Kiat bertempur secara bersama-sama menghadapi selaksa pun sama saja. Bilamana kau bangsat cilik sudah merasa takut lebih baik cepat-cepatlah berlutut dan serahkan pedang itu kepada kami, Yayamu pasti akan membuka sedikit kemurahan dengan mengampuni
nyawa anjingmu itu." katanya.
Sebaliknya Tan Kia-beng jadi amat gusar.
"Nenek kura kura" bentaknya keras.
Kemudian tubuhnya meloncat dengan gaya menggunting sedang telapak tangannya bagaikan seekor burung elang menubruk ke bawah dengan amat dahsyatnya.
Dengan gusarnya Chuan Tiong Ngo Kui membentak
bersama-sama, masing-masing orang mengerakkan
senjatanya sendiri sendiri untuk melindungi bagian kepala lalu bersama-sama pul
Petualang Asmara 27 Kuda Putih Karya Okt Kisah Sepasang Rajawali 13
^