Pendekar Bayangan Setan 4
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Bagian 4
pak tangannya dengan cepat melancarkan serangan kembali sebanyak duapuluh satu jurusan, kecepatannya luar biasa membuat angin pukulan menderu deru memenuhi seluruh angkasa.
Dia yang sudah melancarkan serangan dengan
menggunakan seluruh tenaga dalam yang dimiliki membuat kekuatan serangan tersebut bertambah hebat.
Tampak bayangan telapak berkelebat memenuhi sekeliling tempat itu, hawa Khie kang dengan cepatnya berputar keseluruh tempat seketika itu juga membuat seluruh tubuh Tan Kia-beng terbungkus di tengah bayangan telapaknya.
Pada saat itulah mendadak dari dalam hutan bambu itu berkumandang datang dua buah jeritan ngeri yang amat mengerikan di tengah malam yang buta ini suara tersebut sangat menusuk telinga dan membuat hati terasa bergidik.
Tan Kia-beng menjadi sangat terperanjat, mendadak dari kedudukan bertahan dia mengubah diri menjadi kedudukan menyerang, berturut turut dia melancarkan tujuh serangan mendesak si toosu dengkil itu mundur terus ke belakang.
Pada saat dia dibuat tertegun itulah mendadak tubuhnya meloncat keluar dari kalangan kemudian bagaikan anak panah cepatnya meluncur ke dalam hutan bambu itu.
Ilmu meringankan tubuh Poh Poh Cing Im merupakan ilmu yang paling sakti, hanya di dalam beberpa kali kelebatan saja dia sudah tiba di pinggir hutan bambu itu. kemudian tanpa pikir panjang lagi tubuhnya dengan cepat menerobos masuk ke dalam hutan tersebut.
Setelah melewati hutan bambu mendadak pandangannya menjadi terang, sampailah dia di suatu kebun bunga yang penuh ditumbuhi dengan berbagai macam bunga yang aneh aneh, gardu kecil, gunung gunungan sebuah jembatan kecil yang melintang di atas sungai yang mengalirkan air dengan sangat jernihnya, pandangannya di sana sini indah sekali.
Di tengah-tengah kebun itu beridirlah sebuah bangunan kecil mungil yang amat indah sekali sekeliling tempat itu penuh ditumbuhi pohon bambu agaknya tempat itu
merupakan tempat tinggal dari seorang cianpwee yang sudah mengasingkan diri.
Saat ini hatinya cuma ada satu tujuan yaitu menolong orang lain, dengan tidak berpikir panjang lagi dia menerjang masuk ke dalam kebun bunga itu dengan jalan meloncat tembok pagar.
Mendadak dia menemukan si hweesio serta si toosu yang ditemuinya sewaktu masih ada dibukit tadi kini sudah menggeletak di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi.
Dengan teliti dia melakukan pemeriksaan pada mereka berdua, kecuali baju serta sepasang kakinya yang amat kotor terkena lumpur seluruh muka dan kulit badannya sudah dipenuhi dengan noda noda merah yang mulai membengkak, pada bagian alis sampai pada pipinya pun terdapat sebuah goretan bekas yang berwarna merah darah.
Dengan keaddaan seperti ini satu kali pandang saja dia sudah tahu mereka tentunya baru saja melewati telaga nyamuk itu dan menerjang masuk ke dalam hutan bambu ini.
Siapa tahu tanpa mereka sadari sudah terkena bokongan orang lain yang menggunakan ilmu pukulan api beracun yang amat dahsyat itu sehingga menemui ajalnya.
Melihat hal itu Tan Kia-beng menjadi sangat gusar sekali, tiba-tiba dia berseru kaget, "Haaa, kereta maut?"
Disebelah kiri dari halaman kecil itu sedikitpun tidak salah, berdirilah sebuah kereta kuda yang amat megah dan mewah sekali. pada dinding kiri kanan dari kereta itu tertancaplah dua kuntum bunga mawar yang berwarna merah. apa yang
dilihatnya persis seperti apa yang dilihatnya dahulu.
Kalau keretanya ada disini sudah tentu majikanpun ada di dalam pula, dia tidak ada niat untuk mengadakan pemeriksaan lagi sepasang telapak tangannya dengan cepat disilangkan ke depan dada kemudian menerjang masuk ke dalam rumah yang kecil mungil itu.
Mendadak dia menjerit tertahan dengan amat keras, kiranya di dalam ruangan itupun sudah menggeletak tiga sosok mayat.
Dua sosok mayat dari toosu dan sesosok mayat dari seorang kakek tua berjubah kuning, keadaaan diri mayat itu sangat mirip sekali dengan keadaan dari mayat sehweesio serta toosu yang menggeletak di depan rumah.
Walaupun dia tidak kenal dengan mereka tetapi menurut dugaannya, mereka mereka ini tidak lebih pasti orang dari tujuh partai besar.
Saat ini si pengemis hweesio gemuk serta Toosu dengkil sudah pada datang semua.
"Aduh mak!" teriak hweesio gemuk itu, "begitu masuk ke dalam rumah iblis itu sungguh amat kejam. ayoh cepat kita cari, lalu suruh dia menggelinding keluar dari sini."
Sreet, sreet! tiga sosok bayangan manusia dengan amat cepatnya menerjang masuk ke dalam ruangan itu, tapi ketika melihat mayat mayat yang menggeletak di atas tanah mereka menjadi tertegun.
Dengan pandangan dingin Tan Kia-beng melirik sekejap ke arah mereka bertiga lalu tanpa berbicara sepatah katapun melanjutkan kembali pemeriksaannya.
Dia merasa walaupun bangungan rumah ini amat kecil tetapi barang-barang yang diatur di dalam ruangan tersebut
amat mewah dan teratur sekali, tidak salah lagi mereka tentu dari keluarga kaya.
Tulisan tulisan, lukisan lukisan serta barang-barang kuna yang diatur disana tidak sebuah pun yang bukan barang berharga, pada dua deret disamping ruangan itu terdapatlah rak rak buku yang besar dan kecil, didalamnya tersusun beratus ratus judul kitab kenamaan, sedang di dalam kamar baca yang ada di pinggirnya tergantunglah sebuah lukisan wanita cantik yang tingginya kurang lebih dua depa.
Lukisan itu amat hidup sekali membuat orang yang
memandang terasa sangat tertarik wajah dari lukisan perempuan cantik itu rada mirip mirip dengan wajah dari gadis berbaju putih cuma saja usianya sudah lanjut sehingga jelas membuktikan kalau lukisan itu bukanlah lukisan dari wajah gadis berbaju putih itu.
Tan Kia-beng dengan perlahan berjalan masuk keruangan dalam. dibelakang kamar buku terletaklah sebuah halaman kecil cuma saat ini tidak tampak sesosok bayangan manusiapun.
Dengan meminjam sinar dari rembulan dia mengadakan pemeriksaan kembali ke sekeliling tempat itu, tidak jauh dari sana kembali terlihat sebuah kamar kecil yang agaknya kamar dari seorang perempuan tapi saat ini dalam keadaan kosong pula karena tidak memperoleh hasil apa apa terpaksa dia balik kembali keruangan depan.
Saat itu si pengemis sekalian sedang menanti dirinya diluar ruangan ketika melihat Tan Kia-beng berjalan keluar dengan sinar mata yang penuh keheranan mereka memendang tajam ke arahnya.
Tan Kia-beng tidak ambil gubris, dia melanjutkan
langkahnya terus sambil terus tundukkan kepalanya dalam hati pikirnya, "Karena maut ilmu pukulan api beracun serta lukisan dari perempuan cantik muncul di semua tempat, ini jelas disinilah tempat tinggal dari kakek tua berjubah hitam itu, tapi kenapa tidak tampak orangnya?"
Mendadak di dalam benaknya berkelebat satu ingatan.
"Oooh benar pasti begitu," mendadak dia berteriak keras,
"Tentu Si iblis tua itu merasa banyaknya orang yang mengejar dirinya lalu memancing mereka kesini dan turun tangan membasmi mereka. Hmm, sungguh kejam perbuatannya."
Suara bentakannyayang amat keras ini seketika itu juga membuat ketiga orang yang ada di dalam ruangan itu menjadi amat terperanjat.
Si pengemis tua dengan sinar mata penuh kecurigaan memandang ke arah Tan Kia-beng, mendadak ujarnya.
"Hey bocah cilik sebetulnya kau muridnya iblis tua itu atau bukan?"
"Omong kosong, bukankah sejak tadi aku sudah jelaskan"
suhuku adalah Ban Li Im Yen Lok Tong."
"Waah, kali ini benar-benar membuat aku si pengemis menjadi bingung teriak si pengemis sambil garuk garuk kepalanya Lalu kenapa ilmu silatmu bisa persis dengan ilmu silatnya si iblis itu?"
"Ilmu silat yang ada di dalam dunia memangnya berasal dari satu sumber, apakah dia bisa lalu aku harus tidak bisa?"
"Bagus. sekarang kita tidak usah membicarakan persoalan ini, aku mau tanya kenapa kau datang kemari?"
"Karena di tengah jalan aku sudah menemukan kereta maut maka sengaja aku datang kemari untuk mengadakan
penyelidikan."
"Tidak salah".
"Aduh kalau begitu kita terkena tipunya, teriak si pengemis itu mendadak. Coba kalian pikir, telaga nyamuk itu merupakan sebuah rawa yang penuh dengan lumpur bagaimana kereta berkuda itu bisa meloncati kemari?"
"Lalu kereta yang ada di halaman itu bagaimana bisa sampai disini?" Tang Yan Kia-beng kebingungan.
Si pengemis tua itu tidak memberikan jawaban, sambil menuding ke arah hweesio gemuk itu dia memperkenalkan kepadanya.
"Saudara ini adalah Mang Touw Tou atau si hweesio berangasan, sedang yang ini Cung toosu atau si toosu dengkil sedang aku sendiri karena sifatnya yang aneh dan kukoay orang-orang Bulim menyebut diriku sebagai Hong Jen Sam Yu, Lok Tong itu suhumu merupakan kawan karibku, kini kau adalah muridnya berarti juga kitapun bukan orang luar lagi."
Tan Kia-beng segera maju memberi hormat kepada mereka, lalu sambil menuding toosu yang sudah menggeletak menjadi mayat itu tanyanya.
"Loocianpwee apakah kenal dengan orang yang sudah binasa ini?"
Si pengemis aneh segera menghela napas panjang.
"Hweesio yang ada di halaman luar itu bernama Pu Cing Thaysu itu ciangbunjin dari Ngo Thay Pay, sedang Toosu tersebut adalah salah satu dari Go-bie Ngo Cu yang bernama Lay Yang Cu."
Dia memandang pula ke arah dua orang toosu serta
seorang kakek tua berjubah kuning yang ada di dalam halaman itu, lalu sambungnya, "Mereka bertiga adalah jago-jago berkepandaian tinggi dari tujuh partai besar, heey tidak disangka sudah mati di sini semua."
"Heey nanti dulu!" tiba-tiba si hweesio berangasan memotong di tengah jalan. "Jika kau bilang bukan pekerjaan dari iblis tua itu lalu siapa yang melakukannya?"
"Heeeey, perkataan sepatah dua patah bisa menerangkan seluruh kejadian ini, biarlah kau bercerita perlahan-lahan nanti, tentu kau pun akan paham sendiri."
Si pengemis aneh itu menarik napas panjang dahulu baru sambungnya.
"Tadi aku sudah memeriksa kereta maut itu di las di atas kereta sudah penuh dengan debu bahkan rodanyapun amat bersih hal ini memperlihatkan kalau barang itu sudah lama tidak digunakan, hal ini yang pertama. Yang kedua, menurut apa yang aku ketahui selama sepuluh tahunan iblis tua cuma munculkan diri setiap tahun satu kali pada musim semi yang ditempuh selamanya tidak pernah berubah, kenapa hanya ini tahun saja yang berubah" bahkan terjadi secara tiba-tiba bukankah hal ini amat mencurigakan sekali."
"Apalagi sifat iblis tua itu amat congkak asalkan dia menemukan jejak musuh yang membuntuti dirinya dia pasti menghentikan kereta untuk mengajak bertempur, bagaimana kali ini dia sudah mengubah sifatnya dengan memancing orang lain memasuki perkampungan Cui-cu-sian ini?"
"Haruslah kalian ketahui perkampungan ini sama sekali tidak ada jebakan dan tempat tempat yang berbahaya, mana mungkin dia bisa membiarkan orang lain mengetahui tempat
ini sehingga mendatangkan kesulitan buat dirinya sendiri" aku kira iblis tua itu tentu sudah mengosongkan rumah ini dikarenakan sesuatu urusan yang amat gawat."
"Jadi menurut perkataanmu ada orang ini yang sengaja memfitnah dirinya?" Timbrung si toosu dengkil itu.
"Benar," seru si pengemis aneh mengangguk. "Maksud aku pengemis, di dalam hal ini kemungkinan ada orang yang sengaja mencari gara gara dengan meminjam namanya."
"Tidak mungkin begitu!" tiba-tiba potong Tan Kia-beng sambil berteriak keras. "Ilmu pukulan api beracun dari Teh-leng-bun tidak mungkin bisa palsu."
"Teh-leng-bun?" Teriak si pengemis aneh hweesio
berangasan serta si toosu dengkil dengan kagetnya.
Kiranya pada lima puluh tahun yang singkat, kemudian secara tiba-tiba lenyap tak berbekas sehingga siapapun tidak pernah menemukannya kembali, siapa sangka ini hari Tan Kia-beng sudah menyebutnya kembali, bagaimanapun mereka itu tidak menjadi terkejut"
Tan Kia-beng tahu dirinya sudah terlanjur bicara, cepat-cepat tambahnya.
"Urusan ini bila mana bukannya suhu yang memberitahukan kepadaku aku sendiripun tidak tahu."
Si pengemis aneh bertiga semuanya merupakan jago-jago kawakan yang mempunyai pengalaman yang amat luas di dalam Bulim sekali pandang saja mereka segera merasa pemuda yang ada dihadapan mereka saat ini tentu
mempunyai hubungan yang amat erat sekali dengan Teh-leng-bun karena mereka tahu sekalipun Ban Li Im Yen, Lok Tong merupakan seorang pendekar yang suka berkelana tetapi
pengalamannya tidak bisa memadahi Hong Jen Sam Yu, urusan yang Hong Jen Sam Yu tidak diketahui sudah tentu dia semakin tidak tahu
Tapi dia tidak mau memecahkan rahasia ini.
"Oooh begitu?" ujarnya tersenyum.
Tiba-tiba di dalam benak Tan Kia-beng berkelebat kembali suatu bayangan yang mencurigakan hatinya, ujarnya dengan cepat, "Lalu siapakah gadis berbaju putih yang membokong diriku sewaktu ada di dalam hutan" apa mungkin dia"...."
"Apa bayangan putih itu yang kau maksud?" sela si pengemis aneh itu. "Kami dipancing datang oleh dia."
"Wajahnya apa mirip dengan lukisan yang ada di dalam kamar baca itu?"
Sepasang mata dari si toosu dengkil berputar tak henti hentinya, ujarnya, "Kami cuma melihat sesosok bayangan putih berkelebat dengan amat cepatnya di depan kita, bagaimana dengan wajahnya, aku kira cuma Thian saja yang tahu."
"Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Hong Jen Sam Yu sebagai jago nomor satu dalam Bulim saja tidak berhasil menyandak orang itu, sudah tentu orang lain semakin tidak mampu."
Suasana menjadi hening untuk beberapa lamanya, tiba-tiba si pengemis aneh membuka mulut.
"Hey, bocah cilik, apakah baru baru ini kau pernah bertemu dengan suhumu?"
"Sejak dia pergi ke gurun pasir sampai kini tidak ada kabar beritanya lagi" jawab Tan Kia-beng sambil gelengkan kepalanya dengan sedih.
"Pernahkah dia membicarakan sesuatu urusan dengan dirimu?"
"Katanya dia harus pergi kesana untuk mengurusi suatu urusan yang mempunyai sangkut paut dengan penjagalan yang bakal terjadi di dalam Bulim"
"Apa?"
Mendadak si pengemis aneh itu loncat bangun dengan amat kagetnya, tapi sebentar kemudian sambil menghela napas panjang dia duduk kembali ke atas tanah.
"Kalau begitu keadaan dari Lok Loodjie sangat berbahaya, mungkin dia sudah ketimpa maut."
Kali ini Tan Kia-beng yang dibuat terperanjat, dengan cepat dia mencekal tangan si pengemis aneh itu.
"Kau bicara apa?" serunya cemas.
"Heey. apakah kau balum tahu" jago nomor satu dari Bulim tempo hari si Chu Swee Tiang Cing Tan Cu Liong beserta Thiat Bok Tootiang dari Bu-tong-pay serta Seng Siauw Kiam Khek dari Cing Djan bersama-sama berangkat menuju ke gurun pasir. siapa tahu sejak itu mereka tidak ada kabar beritanya lagi, aku kira suhumu tentu sedang menyelidiki urusan ini, coba bayangkan tiga orang saja lenyap apalagi dia cuma seorang saja sudah tentu keadaannya sangat berbahaya."
Tan Kia-beng segera melepaskan cekalan tangannya, dia berteriak keras.
"Sekarang juga boanpwee akan berangkat menuju ke gurun pasir. aku mau cari dia."
"Jangan gegabah," seru si pengemis aneh dengan wajah berubah amat hebat, "gurun pasir berada jauh ribuan li dari sini, kau mau pergi kemana mencari dirinya" apalagi suhumu
berani berangkat seorang diri kesana sudah tentu dia mempunyai pegangan yang kuat, bilamana kau pergi ke sana bukan saja tidak berguna bahkan kemungkinan sekali sudah mengganggu rencananya, lebih baik menunggu beberapa waktu lagi baru kita bicarakan kembali."
Baru saja Tan Kia-beng hendak berkata kembali mendadak terdengar si toosu dengkil suah berteriak teriak.
"Iblis tua sudah pergi dari sini, buat apa kita berdiam diri saja disini?"
Pada saat itu si hweesio berangasanpun sudah berdiri sambil memegang perutya yang besar, diapun berteriak teriak hendak pergi dari sini.
Agaknya diantara Hong Jen Sam Yu kecuali si pengemis aneh kedua orang lainnya hampir hampir tidak menaruh rasa simpatik sedikitpun terhadap Tan Kia-beng.
Ketika si pengemis aneh melihat mereka semua ribut mau pergi dari sana terpaksa diapun ikut bangkit berdiri, pesannya kembali kepada Tan Kia-beng.
"Masa pembunuhan secara besar besaran sudah mulai timbul di dalam Bulim harap kau sedikit berhati-hati salah sedikit saja kau akan menyesal seumur hidupmu dengan kepandaian silat yang Siauwhiap miliki sekarang sebetulnya tidak sukar untuk mencari nama di dalam Bulim tetapi sampai itu waktu kau harus ingat benar-benar terhadap semua nasehat dari suhumu dan seluruh peraturan dari perguruan, ingat.... jangan sampai melupakan hal ini."
Tan Kia-beng yang dinasehati segera mendengarkannya.
Selama hidupnya si pengemis aneh itu selain berlagak masa bodoh dan jadi orang suka guyon, tetapi ini hari ternyata
sudah berubah begitu seriusnya membuat si toosu dengkil yang nampak akan hal ini tak akan tertahan lagi tertawa terbahak-bahak.
"Hey sungguh aneh sekali, bagaimana malam ini kau bisa bicara begitu banyak" ayoh jalan.
Sambil berbicara dia berlari terus ke depan menanti setelah pengemis aneh mulai menggerakkan tubuhnya dia sudah berada dua puluh kaki jauhnya, si pengemis dengan cepat mengerahkan ilmu meringankan tubuh untuk menyusul.
Hanya di dalam sekejap saja mereka sudah lenyap dari pandangan.
Tan Kia-beng yang sejak ditinggal pergi oleh suhunya Ban Li Im Yen, Lok Tong tak ada satu haripun tidak rindu kepada suhunya kini mendengar perkataan dari si pengemis aneh itu diam-diam hatinya mulai merasa kuatir terhadap nasib suhunya. sebenarnya dia pingin sekali pergi menyusul suhunya tetapi perkataan dari si pengemis aneh itu sedikitpun tidak salah, gurun pasir amat luas sekali dia mau menuju kemana untuk menemukan suhunya.
---0-dewi-0--- JILID: 7 Teringat kembali olehnya peristiwa yang sudah sering terjadi dalam dunia kangouw baru baru ini sekalipun pengalaman dibidang Bulim masih rendah tapi dia merasa urusan sudah berubah menjadi amat tegang, pikirnya, "Kini aku sudah memperoleh kitab pusaka Teh Leng Ciu Keng serta pedang Giok Hun Kiam. Han Tan Loojienpun
memerintahkannya aku untuk mencabut sebagai Teh Leng
Kaucu seharusnya di dalam waktu semacam inilah aku berbuat beberapa pekerjaan yang menguntungkan dunia kangouw kemudian merebut gelar jago nomor wahid sewaktu
diadakannya pertemuan puncak para jago di atas gunung Huang san dikemudian hari, bukankah hal itu merupakan suatu kesempatan yang bagus untuk mendirikan kembali perkumpulan Teh Ling Kau?"
Berpikir sampai disini tak terasa lagi semangatnya berkobar kobar, rasa lelah karena menempuh perjalanan semalaman segera tersapu bersih dari badannya dengan meminjam sinar rembulan yang remang remang dia segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berlari ke arah depan.
Demikianlah dengan berlari pesat dia melanjutkan
perjalanannya kurang lebih selama satu jam, akhirnya sampailah dia disebuah lembah yang amat dalam sekali, disamping lembah itu terdapatlah sebuah jalan raya yang amat lebar.
Baru saja tubuhnya hendak meloncat turun, tiba-tiba....
Sreet! sesosok bayangan manusia dengan amat cepatnya meloncat keluar dari balik sebuah batu besar kemudian membentak dengan suara yang amat keras;
"Hey bocah cilik, kau sudah melihat Cian jia ku tidak?"
Tan Kia-beng menjadi terperanjat, terburu-buru dia mundur dua langkah ke belakang.
Tampaklah si kakek tua berjubah hitam Hu Hong dengan dinginnya sudah berdiri dihadapannya dia menjadi melengak tetapi sebentar kemudian sudah sadar kembali, bukankah Cian jie yang sedang dicari adalah gadis berbaju putih itu"
"Ooh, kau cari budak liar yang sama sekali tidak
berpendidikan itu?" tanyanya dengan suara amat gusar.
"Kemarin malam tanpa sebab dia sudah membokong diriku lalu memancing aku melewati telaga nyamuk sehingga hampir hampir nyawaku melayang sekarang aku sedang mencari dia untuk bikin perhitungan."
"Apa".... telaga nyamuk?""
Dengan mantap Tan Kia-beng menganggukkan kepalanya, baru saja dia hendak memaki atas kekejamannya kemarin malam mendadak tampak olehnya kakek tua berjubah hitam itu bagaikan segulung asap hitam dengan amat cepatnya berlari menuju ke arah gunung, dari air mukanya jelas sekali tampak sikapnya amat cemas dan kuatir sekali.
Tan Kia-beng menjadi keheran heranan tapi dia tidak melakukan pengejaran.
Dengan mengambil jalan raya semula ia melanjutkan perjalanan ke depan dan akhirnya sampailah disebuah dusun kecil.
Saat ini dia benar-benar merasakan perutnya amat lapar dan cepat-cepat diisi, setelah masuk ke dalam dusun dengan cepat mencari sebuah rumah makan dan mencari tempat yang sunyi untuk minta beberapa macam makanan lantas berdahar dengan perlahan.
Tiba-tiba.... suara berderingnya bel yang amat nyaring bergema datang, tampak seekor kuda dengan amat cepatnya menerjang datang dan tepat berhenti di depan pintu rumah makan
Seorang lelaki berdandan silat dengan terburu-buru meloncat turun dari kudanya kemudian masuk ke dalam rumah makan itu dengan langkah lebar.
Tan Kia-beng segera mengenal kembali orang itu yang bukan lain adalah Chiet Ciat Hong Wie Pian, Ting-hong dari partai Tiam-cong-pay.
Tan Kia-beng tidak mau mencari gara gara, cepat-cepat dia melengos ke samping tetapi sudah terlihat olehnya.
Tidak malu orang itu disebut sebagai seorang lelaki sejati, dari tempat kejauhan dia segera merangkap tangannya memberi hormat.
Selamat bertemu, selamat bertemu kiranya Tan heng pun ada disini. Terpaksa Tan Kia-beng mempersilahkan dia duduk satu meja dengan dirinya, orang itu teryata tanpa sungkan sungkan lagi sudah duduk di hadapannya. terdengar dia bertanya kembali
"Sejak kapan Tan heng kembali ke daerah selatan lagi"
perbuatanmu waktu itu sungguh membuat siauwte merasa sangat kagum."
"Aaah sedikit urusan buat apa dibicarakan kembali?" seru Tan Kia-beng merendah.
Ting-hong tanpa sungkan sungkan sudah meneguk habis tiga cawan arak dan menghabiskan satu mangkok mie ujarnya sambil dahar.
"Kepandaian dari Tan heng sungguh hebat sekali entah pada tahun besok kau punya maksud untuk merebut gelar jagoan nomor satu tidak?"
"Aaah, Ting heng sudah berguyon siauwte mana punya kepandaian sebegitu tinggi?"
"Sekalipun tidak ingin merebut gelar tersebut tetapi pertemuan besar yang sukar untuk ditemui kembali pada kemudian hari Ting heng seharusnya ikut hadir setidak
tidaknya menonton keramaian sehingga bisa menambah pengetahuan buat kita."
Mendengar perkataan itu Tan Kia-beng segera merasa tertarik.
"Berita dari Ting heng amat cepat pengetahuan amat luas tahukah kau jagoan dari mana yang kelihatan paling punya harapan untuk memperoleh gelar jagoan nomor wahid."
Mungkin dikarenakan rasa hormat yang diperlihatkan Tan Kia-beng kepadanya membuat teramat girang. Terdengar Ting-hong tertawa terbahak-bahak dengan gembiranya lantas menjawab;
"Jika membicarakan dalam soal ilmu silat tidak usah dipikir siauwte terasa bukanlah tandingan dari Tan heng jika membicarakan soal berita berita siauwte mungkin punya sedikit kelebihan."
Dia menarik napas panjang lalu baru sambungnya,
"Sebetulnya ilmu silat dari setiap partai yang ada di dalam Bulim siauwte rasa seimbang semua, cuma sekarang Ci Si Thaysu dari Siauw-lim-pay serta Lo Hu Cu dari salah satu Go-bie Ngo Cu merupakan yang tertinggi ilmu silatnya tetapi sejak munculnya pemilik kereta maut itu urusan menjadi agak sukar.
Pada beberapa hari yang lalu ciangbunjin dari tujuh partai besar sudah menantang pemilik kereta maut untuk bertanding ilmu silat di atas gunung Thay-san, ternyata iblis tua itu hendak dengan seorang melawan tujuh orang sekaligus hooo.
kalau bukannya pada saat yang kritis datang seorang iblis cilik keadaan entah sudah terjadi bagaimana" katanya ilmu silat dari iblis itu tidak ada dibawah kepandaian iblis tua bahkan memiliki juga pedang Kiem Ceng Giok Hun Kiam yang amat berharga."
"Menurut berita yang tersiar katanya keadaan dari iblis cilik itu hampir sama dengan Tan heng orang itu pernah menyerbu ke atas gunung Heng-san dan menghancurkan pintu loteng kuil Sam yuan Koan, melumurkan papan nama dari Heng-san-pay bahkan melukai dua puluh orang anak murid Heng-san-pay keadaannya jauh lebih ganas daripada iblis tua itu."
Semakin bercerita Ting-hong semakin bersemangat, dia meneguk habis tiga cawan teh lagi lalu sambungnya kembali; Karena munculnya iblis cilik ini seketika itu juga membuat para jago menjadi marah dan siap-siap menyerang mereka berdua dengan cara mengerubuti pada saat itulah tiba-tiba Liok Lim Sin Ci, Sam Koan Sin Nie muncul disana sehingga suatu badai hujan yang akan terjadi dapat dicegah kembali, waktu itu karena siauwte punya urusan harus menuju ke daerah Chuan Cin tak ada kesempatan untuk hadir sendiri berita yang aku dengar ini Siauwte dapatkan dari beberapa orang kawanku
Tan Kia-beng yang mendengar semua orang kangouw
memanggil dia sebagai iblis cilik keningnya dikerutkan rapat rapat diam-diam pikirnya, "Jika didengar dari pembicaraannya perebutan jago nomor wahid ini cuma ada aku serta si kakek tua berjubah hitam itu saja yang paling menonjol.jika dia pun merupakan anggota dari Teh-leng-bun aku harus berbuat bagaimana?"
Tetapi pikirannya segera berubah kembali, teringat kalau dunia ini amat besar, diluar langit ada langit, diluar manusia masih ada manusia lagi keadaan tidak mungkin bisa begitu sederhananya masih ada juga Liok Lom Sin Ci serta Sam Koang Sin nie itu manusia macam apa" Agaknya orang-orang Bulim pada menaruh hormat kepadanya, dirinya tidak mungkin berbuat terlalu gegabah.
Dia segera tersenyum ujarnya, "Kepandaian silat Liok Lim Sin Ci serta Sam Koang Sinnie itu tentunya amat tinggi sekali?"
"Haa haa, Tan heng pura pura tidak tahu atau memang benar-benar tidak tahu?" seru Ting-hong sambil tertawa tergelak. orang-orang dalam Bulim sekarang ini ada siapa yang tidak kenal dengan kedua orang manusia aneh itu"
Jangan dikata ilmu khie kang Sian Thian Sian Bun Kang Khie serta Hu Bun Bun Siang Sin Kang mereka sudah berhasil dilatih hingga mencapai kesempurnaan. Cukup membicarakan soal umur saja, heheeeheee.... mungkin menjadi cucu buyutnya pun tak sepadan.
Tan Kia-beng cuma memperlihatkan senyuman tawarnya, dia sama sekali tak memberikan komentar apa apa
"Aaah.... waktu sudah tidak pagi siauwte harus berangkat ke gunung Sang san untuk mengirim surat" ujar Ting-hong mendadak sambil bangkit berdiri. "Aku harus memberi kabar kepada Ci Si Thaysu serta suhuku Pendekar Satu Jari untuk berkumpul dikuil Kun-yan-koan di atas gunung Go-bie guna merundingkan suatu urusan yang amat penting."
"Urusan apa yang begitu pentingnya" Mari silahkan Ting heng duduk sebentar lagi" seru Tan Kia-beng cepat.
Sepasang mata dari Ting-hong dengan tajam menyapu sekejap keseluruh ruangan kemudian dengan suara yang amat lirih rendah, ujarnya, "Putri dari pemilik kereta maut itu sudah berhasil ditawan oleh Go-bie Su Cu dan kini dikurung di dalam kamar bawah tanah dari kuil Kun Yen Koan, maksud dari Lo Ha Cu dia ingin menggunakan perempuan itu sebagai umpan untuk memancing datangnya pemilik kereta maut lalu dengan mengambil kesempatan ini melenyapkan dia dari muka bumi, tetapi pihak Go-bie takut kekuatannya tidak cukup makanya segera kirim orang untuk mengundang Ciangbunjin dari enam
partai lainnya untuk bersama-sama kumpul di atas gunung Go-bie sehingga demikian kemungkinan gagal jauh
berkurang."
Tan Kia-beng segera mengangguk pura pura merasa
kagum, padahal setelah bayangan dari Ting-hong lenyap dalam hati segera mengambil perhitungan dengan teliti.
"Walaupun si kakek tua berjubah hitam itu jadi orang amat kejam, tetapi jika mereka harus turun tangan dengan menggunakan cara seperti itu, sebenarnya kurang jujur."
Dia berhenti sebentar, suatu bayangan mendadak
berkelebat di dalam benaknya.
"Sekalipun kakek tua berjubah hitam itu jahat tetapi diapun merupakan anggota dari Teh-leng-bun, jikalau aku berhasil menyelidiki kejelekan kejelekan serta kejahatan yang diperbua,t lain kali dengan menggunakan seruling perak peninggalan Han Tan Loojien, aku bisa membersihkan perguruan dari nama nama kotor, di dalam hal ini aku tidak seharusnya melihat orang lain mencelakai dirinya tanpa campur tanganku, aku harus ikut campur dalam urusan ini dan menolong dia keluar dari bahaya. Apalagi gadis berbaju putih itupun cuma seorang gadis yang baru saja menanjak dewasa dia punya dosa apa sehingga harus dikurung sehingga menderita?"
Kebanyakan manusia mempunyai sifat serakah dan mau hanya buat kepentingan sendiri, Tan Kia-beng bukan malaikat sudah tentu tak terkecuali, saat ini dia sebagai Kauwcu dari Teh-leng-bun mana mau membiarkan orang lain mencelakai orangnya sendiri tanpa ikut campur dari dirinya" Apa lagi dengan mata kepala sendiri dia belum pernah melihat si kakek tua berjubah hitam itu pernah melakukan kejahatan yang berlebih lebihan.
Akhirnya dalam hati dia mengambil keputusan untuk berangkat kekuil Kun-yan-koan di atas gunung Go-bie pada hari itu juga dia hendak menolong gadis berbaju putih itu keluar dari kurungan mereka lalu menyuruh dia
memberitahukan urusan ini kepada si kakek tua berjubah hitam agar dia jangan sampai terpancing.
Dalam Bulim pada saat ini kecuali partai Siauw-lim-pay boleh dikata cuma ada partai Go-bie serta Kun-lun-pay saja yang memiliki jago-jago berkepandaian tinggi paling tinggi paling banyak, kini Tan Kia-beng secara gegabah hendak naik ke gunung Go-bie untuk menolong orang bukankah keadaanya seperti kambing yang menghantarkan diri kemulut harimau"
Keadaannya sangat berbahaya sekali
Tetapi karena desakan perasaan hatinya serta pandangan dari segi Teh-leng-bun mau tidak mau dia harus melakukan hal ini.
Dia sama sekali tidak pernah menduga kalau sebutannya sebagai Si iblis cilik yang pernah mengobrak abrik Heng-san-pay serta menemui para jago di atas gunung Thaysan sudah tersebar luas dalam seluruh Bulim.
Seluruh jago dari kalangan Pek-to pada mencari dia untuk cepat-cepat membasmi dirinya dari muka bumi sedang dari jago-jago kalangan Hek-to banyak pula kaum iblis yang bermunculan dan terus menerus mengikuti jejaknya di dalam pandangan mereka sudah tentu tertarik pada pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam yang ada ditangannya.
Sampai saat ini dia belum pernah menemui urusan,
semuanya dikarenakan perjalanannya yang tidak menentu, sebentar dari Utara menuju ke Selatan mendadak mengikuti jejak kereta maut balik kembali ke tempat semula membuat
jejaknya membingungkan selalu dengan demikian para jago yang mengikuti dirinyapun menjadi kalang kabut dibuatnya.
Kemunculannya secara terang terangan untuk melakukan perjalanan menuju ke daerah Chuan Cing segera mengejutkan semua orang, sewaktu di kota Wu Han dia pernah muncukan dirinya satu kali begitu berita tersebut tersebar maka keseluruh daerah sana sudah dipenuhi dengan para jago dari segala penjuru
---0-dewi-0--- Siapa tahu di kota Wu Han dia tidak menginap, pada malam itu juga dia melanjutkan perjalanan dengan menunggang perahu sehingga para jago yang pada berkumpul di sana pada menubruk tempat kosong.
Sekalipun begitu ada beberapa orang iblis juga yang berhasil membuntuti dirinya Tetapi sampai saat itu Tan Kia-beng masih tidak sadar sesampainya dikeresidengan Go-bie dia segera cari rumah penginapan untuk beristirahat guna mengumpulkan tenaga buat pekerjaan nanti malamnya.
---0-dewi-0--- Malam semakin kelam seluruh permukaan tanah diliputi oleh kegelapan....
Dibawah kaki gunung Go-bie yang amat tinggi melayang datang sesosok bayangan hitam yang bagaikan kilat cepatnya berkelebat menuju kekuil Kun-yan-koan di atas gunung Go-bie ilmu meringankan tubuhnya amat tinggi cuma dalam satu kali tutulan saja dia sudah mencapai tujuh, delapan kaki jauhnya hanya di dalam beberapa kali lompatan seratus kaki sudah dilalui tanpa terasa,
Baru saja bayangan pertama berkelebat lewat.... sreet sreet dari kaki gunung muncul kembali beberapa sosok bayangan hitam yang dengan amat lincahnya membuntuti bayangan hitam yang pertama.
Sreet.... sreet dari samping kiri dan kanan pun dengan amat cepatnya meluncur keluar berpuluh puluh sosok bayangan hitam di dalam sekejap saja mereka sudah lenyap di tengah kegelapan
Pada saat itulah bagaikan bayangan setan saja mendadak melayang turun sesosok bayangan hitam dari seorang kakek tua yang berkerudung, bagaikan seekor burung bangau sakti di dalam satu kali loncatan saja dia sudah berhasil mencapai ketinggian puluhan kaki kemudian bagaikan kilat cepatnya melompati sebuah selokan yang agak dalam sekejap mata dia pun lenyap di dalam kegelapan.
Bayangan hitam yang bekelebat dipaling depan itu bukan lain adalah Tan Kia-beng yang sengaja datang kekuil Kun-yan-koan untuk menolong gadis berbaju putih lolos dari kurungan orang-orang Go-bie Pay dengan amat ringan dan lincahnya dia melewati bukit bukit terjal dan berhasil tiba di depan kuil Kun-yan-koan tanpa menimbulkan sedikit suara yang berisik.
---0-dewi-0--- Kuil Kun-yan-koan ini didirikan dengan mengambil bentuk sesuai dengan keadaan bukitnya, kamar dan bilik banyak sekali tersebar diseluruh penjuru, ruangan tengah kuil berdiri dengan megahnya di tengah bangunan lain membuat sebuah tanah yang amat luas hampir dipenuhi dengan bangunan yang amat megah itu.
Tan Kia-beng yang sudah munculkan dirinya di depan kuil segera mengadakan pemeriksaan dengan amat telitinya di
sekeliling tempat itu lalu melayang naik melalui sebuah ruangan yang agak rendah dibelakang bangunan tersebut, dalam anggapannya ruangan bawah tanah atau ruangan rahasia tentu sebagian besar terletak pada kuil bagian belakang.
Siapa tahu ketika dia meloncat naik ke atas atap rumah, disekitar sana cuma kelihatan berderet deret kamar para toosu yang amat rapi sekali, cepat-cepat dia mengundurkan diri dari sana dan meloncat naik dari halaman lain.
Tempat ini merupakan sebuah kamar pertemuan yang amat tenang, dedaunan serta ranting pada berguguran diluar halaman bunga yang beraneka warna serta menyiarkan bau yang semerbak tumbuh memenuhi sekeliling ruangan
tersebut. Secara samar-samar dari ruangan tengah memancar keluar sinar lampu yang amat terang, dengan cepat dia berkelebat dan loncat naik ke atas sebuah pohon siong untuk melakukan pengintaian.
Di dalam ruangan itu sudah duduk banyak orang yang kini sedang bercakap-cakap selain Lo Hu Cu itu ciangbunjin dari partai Go-bie yang pernah bertemu muka dengan dia para jago lainnya dia sama sekali tidak kenal.
Terdengar seorang toosu tua yang berwajah kuning dengan jenggot bercabang tiga mengerutkan alis.
"Di dalam Bulim saat ini keadaan amat berbahaya," ujarnya dengan suara yang serak. "Dalam keadaan yang tidak terlalu aman buat semua partai jika kita tetap menahan siluman perempuan itu disini cepat atau lambat hal ini merupakan bencna juga bagi kita, jikalah Ci Si Thaysu sekalian tidak
berani meninggalkan partainya lalu kita harus berbuat bagaimana untuk mengambil pencegahan?"
Tan Kia-beng yang secara diam-diam mencuri dengar percakapan mereka saat ini benar-benar merasa semangatnya berkobar kembali, pikirnya, "Ehm, sedikitpun tidak salah, perempuan berbaju putih itu memang benar ada disini"
"Perkataan dari sute sangat beralasan sekali," terdengar Lo Hu Cu sudah menjawab sambil mengangguk. "Tetapi kau harus tahu semua bencara ditimbulkan oleh iblis tua itu jikalau kita berhasil menguasai diri iblis tua itu apa mungkin mereka tidak mau melakukannya" menurut pendapat Ie heng mereka pasti datang."
"Sedangkan terhadap si iblis tua itu menurut Ie heng diapun pasti akan datang kemari, karena dia sudah memandang siluman perempuan itu seperti nyawanya sendiri bahkan jauh lebih penting dari segalanya."
"Suheng, tahukah kau sebetulnya iblis tua itu berasal dari aliran mana?" timbrung salah seorang toosu yang hadir disana. "Siauwte sudah menyelidiki seluruh ilmu silat yang ada di dalam Bulim pada saat ini tetapi siauwte masih belum tahu juga kepandaian silatnya itu berasal dari golongan mana?"
Lo Hu Cu termenung sebentar lalu jawabnya sambil
mengelus ngelus jenggotnya,
"Tentang persoalan ini Ie heng pernah minta penjelasan dari seorang loocianpwee katanya pada lima enam puluh tahun yang lalu di dalam Bulim pernah ada satu aliran yang bernama Teh Leng Kauw ilmu silat dari aliran tersebut amat aneh sekali tetapi dahsyat sukar untuk dilawan, kedudukannya pada saat itu amat tinggi sehingga semua orang sudah mengira jagoan nomor satu di dalam Bulim waktu itu tentu
akan direbut oleh partai tersebut, siapa tahu mendadak namanya lenyap dari Bulim dan sejak saat itu tidak pernah muncul kembali apakah benar ilmu silat dari iblis tua itu berasal dari aliran ini.... hey Ie heng sendiri juga kurang pasti."
"Suheng," seru seorang toosu dengan lucunya, "Jika pada pertemuan puncak para jago digunung Huang san tahun besok si iblis tua itupun ikut serta, apakah dia mempunyai harapan untuk memperoleh gelar tersebut?"
Air muka Lo Hu Cu segera berlintas suatu perasaan hati yang amat sedih, dia tertawa pahit.
"Soal itu sukar untuk dibicarakan."
Sekonyong konyong....
Sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam sambil memandang keluar ruangan bentaknya dengan suara yang amat nyaring;
"Too yu dari aliran mana yang sudah tiba kenapa tidak munculkan diri untuk bertemu dengan aku?"
Tan Kia-beng yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka dengan penuh perhatian mendadak mendengar suara bentakan yang amat keras dia menjadi amat terperanjat, dikira kehadirannya sudah diketahui oleh pihak lawan.
Tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat, seorang siucay berusia pertengahan sambil tertawa terbahak-bahak melayang masuk ke dalam ruangan lalu merangkap tangannya memberi hormat kepada Lo Hu Cu serta para hadirin lainnya.
Kipas emasnya dipentangkan lebar-lebar dan digoyang goyangkan dengan perlahan. mendadak dengan langkah lebar
dia berjalan kehadapan Lo Hu Cu dan membisikkan sesuatu kepada dirinya.
Air muka dari Lo Hu Cu segera berubah sangat hebat, dia mendengus dengan amat dinginnya.
"Hmm, ada urusan semacam ini?"
Tubuhnya dengan cepat bangkit berdiri dalam satu kali sambaran dia segera memadamkan lampu yang menerangi seluruh ruangan sehingga membuat suasana disana menjadi gelap sekali.
Sreeet, Sreeet.... bayangan manusia bagaikan kilat cepatnya berkelebat keluar dari ruangan tampak berpuluh puluh sosok bayangan dengan amat cepatnya memencarkan diri keempat penjuru
Di dalam sekejap mata seluruh bayangan manusia itu sudah lenyap ditelah kegelapan.
Karena terlalu tertarik oleh pembicaraan Lo Hu Cu hampir hampir membuat Tan Kia-beng mengulapkan tangannya yang pertama datang kekuil Koan Yan Koan ini, kini melihat pemimpin dari kuil Koan Yan Koan sudah pergi diapun tidak berani berada di sana terlalu lama lagi.
Mendadak sinar matanya terbentur dengan berkelebatnya dua sosok bayangan hitam serta putih yang dengan amat cepatnya berlari keluar dari bangunan rumah itu gerakannya amat ringan dan amat lincah sekali cuma gerak gerik sangat berhati2 agaknya mereka takut sampai diketahui oleh pihak musuh
Tan Kia-beng yang melihat bentuk tubuh bayangan tersebut amat mirip dengan si kakek tua berjubah hitam itu hatinya terasa bergerak ujung kakinya menutul permukaan tanah
kemudian dengan amat cepatnya dia meluncur ke depan membuntuti diri mereka dari belakang.
Tetapi sewaktu tubuhnya melewati tembok terlihatlah di sekelilingnya amat sunyi sesosok bayangan manusiapun tidak tampak.
Dia menjadi tertegun, jika ditinjau dari keadaan ini jelas ilmu meringankan tubuh mereka sudah mencapai pada taraf kesempurnaan pikirnya, "Apakah si kakek tua berjubah hitam itu sudah berhasil menolong dia terlepas dari kurungan?"
Sewaktu dia mau melompati tembok pagar untuk
melakukan pengintaian kembali suasana sudah berubah sekeliling tempat itu sudah dipenuhi dengan para jago yang memenuhi seluruh tempat sedang orang yang menguntit dirinya sudah pada berdatangan
Siucay berusia pertengahan yang muncul tadi bukan lain adalah suhu dari Hek Lok Su eng Sie Cu-peng dari Heng-san-pay yang bernama Sam Liem Ci Cu dan merupakan salah seorang yang mengadakan pengintaian sejak dari kota Wu Han, karenanya pihak Go-bie sejak semula sudah tahu kehadiran Tan Kia-beng di atas gunung mereka.
Pada saat itulah mendadak dari belakang badannya
terdengar suara dingin yang amat menyeramkan sekali Tan Kia-beng menjadi amat terperajat cepat dia putar badannya terlihatlah empat orang Tootiang berjenggot panjang dengan berdiri sejajar sedang memandang ke arahnya dengan amat dingin
Dalam hati dia terasa amat terperanjat setelah hatinya tenang kembali diapun angkat kepalanya memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat menyeramkan.
Keempat orang Tootiang yang menghadang perjalanannya ini bukan lain adalah anggota dari Go-bie Ngo Cu yaitu Lo Hu Cu, Ci Yang Cu Cing Yang Cu serta Im Yang-cu.
"Hei iblis cilik!" seru Loo Hu Cu dengan wajah adem, sedangkan tangannya membelai jenggotnya yang panjang. "Di tengah malam buta seperti ini apa maksudmu menerobos masuk ke dalam kuil Ku Yan Koan kami"
Dengan pandangan yang amat dingin Tan Kia-beng melirik sekejap ke arahnya.
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku sengaja datang untuk menolong nona yang kau
kurung itu, kalian sebagai kaum peribadat kenapa begitu kurangajar dengan tanpa sebab sudah mengurung perempuan orang lain?"
Dia yang mendengar dirinya dipanggil sebagai iblis cilik membuat hatinya merasa gusar sekali karena itu dengan terus terang dia mengutarakan maksudnya untuk menolong gadis berbaju putih itu.
Tak terasa Lo Hu Cu merasa amat terperanjat dari
perkataan ini jelas membuktiakn dirinya kalau bukan anak murid dari iblis tua itu sudah tentu sutenya seorang iblis tua saja sudah sukar untuk dihadapi kini mendadak muncul kembali seorang pemuda yang memiliki kepandaian silat amat dahsyat, urusan semakin sukar lagi untuk membereskannya.
"Hmm, sebetulnya pinto tidak ingin menyusahkan seorang perempuan dengusnya kemudian dengan amat dingin, tetapi sifat dari iblis tua itu terlalu ganas dan kejam jika kau tidak memberikan sedikit balasan kepadanya dia tentu mengira deari pihak tujuh partai besar sudah tidak berkekuatan lagi untuk menghadapi dirinya"
"Haaa.... haaa.... haaa.... kau tidak usah menggunakan nama tujuh partai besar untuk menakuti diriku!" seru Tan Kia-beng terbahak-bahak. "Orang-orang yang kau undang belum pada datang semua."
Sekali lagi Lo Hu Cu dibuat terperanjat oleh perkataan ini pikirnya, "Urusan aku pergi mengundang datang ciangbundjin dari tujuh partai besar bagaimana diapun tahu?"
Tetapi air mukanya tetap tidak berubah jawabnya tenang,
"Tidak salah pinto memang pernah mengirim orang untuk mengundang datang ciangbunjin dari enam partai lainnya untuk sama berkumpul di dalam kuil Kun Yoan Koan guna menghadap iblis tua itu ini hari kau sudah datang kesini pinto kira hee.... hee pinto kira kaupun tidak usah pergi lagi dari sini untuk selama lamanya."
Tan Kia-beng tertawa semakin keras lagi, "Kaki ada ditubuhku, kau punya kepandaian apa sehingga bisa membuat aku tidak dapat berjalan lagi?"
"Hmm, jika kau tidak percaya boleh coba-coba" teriak Im Yang-cu dengan amat gusarnya sambil maju dua langkah ke depan.
"Oooh begitu" Haa.... haaa...."
Tubuhnya segera berbalik meninggalkan tempat tersebut.
Im Yang-cu benar-benar dibuat amat gusar, bentaknya keras, "Kau berani pergi?"
Telapak tangannya dengan miring ke samping melancarkan serangan dahsyat ke depan.
Pada mulutnya Tan Kia-beng berbicara seenaknya padahal hawa murninya sudah disalurkan kesepasang telapak tangannya, baru saja telapak tangan Im Yang-cu melancarkan
serangan, telapak tangannya sudah dibalik mengirim satu bogem mentah ke belakang.
Braaak, air muka Im Yang-cu segera berubah amat hebat, dengan sempoyongan dia mundur beberapa tindak ke
belakang. Sebaliknya Tan Kia-beng dengan amat tenangnya masih tetap melanjutkan perjalanan menuju ke depan.
Tiba-tiba sinar pedang yang menyilaukan mata berkelebat memenuhi angkasa, dua bilah pedang dari Ci Yang Cu serta Cing Yang Cu sudah dilintangkan di depan tubuhnya.
"Tarik keluar pedangmu!" teriak mereka berdua dengan amat gusarnya. "Pinto sekalian ingin minta beberapa petunjuk darimu."
Tan Kia-beng menghentikan langkahnya dengan pandangan yang amat dingin dia melirik sekejap ke arah mereka cuma mulut tetap membungkam, dia benar-benar tak bergebrak dengan orang lain tanpa sebab.
Pada saat itulah dari dalam ruangan kuil Kun-yan-koan berkelebat kedua sosok bayangan, dengan amat cepatnya mereka tiba di depan Lo Hu Cu lalu melapor, "Lapor kepada ciangbunjin, perempuan yang berbaju putih yang ditawan di dalam ruangan bawah tanah sudah ditolong orang."
Lo Hu Cu menjadi amat terperanjat, dia segera
mengulapkan tangannya mengundurkan mereka berdua.
"Aku sudah tahu."
Tubuhnya dengan cepat maju dua langkah ke depan
kepada Tan Kia-beng teriaknya dengan amat gusar.
Iblis cilik bagus sekali siasatmu. bagus sekali siasat memancing harimau turun gunung yang kau gunakan
Dalam hati Tan Kia-beng paham dia tahu yang dilihatnya sebagai bayangan hitam serta bayangan putih itu tentu adalah mereka berdua, segera dia tertawa dingin
Terang terangan aku melihat sewaktu kalian meninggalkan ruangan dalam orang itu berhasil ditolong bagaimana kau bisa menyalahkan kesalahan ini kepada diriku" Haa.... haa....
sungguh menggelikan sekali siauw ya cuma seorang saja.
Lo Hu Cu benar-benar dibuat malu bercampur gusar, tetapi dengan kedudukannya sebagai seoran ciangbunjin dari suatu partai dia merasa malu untuk turun tangan sendiri, sinar matanya dengan cepat disapu ke arah ketiga orang sutenya.
"Buliansohud Buliangahud...." serunya perlahan, "Kau tak usah banyak bicara lagi terpaksa malam ini kau harus tinggal di dalam kuil kami sebagai barang tanggungan...."
Baru saja dia selesai berbicara ketiga pedang dari Ci Yang Cu sekalian sudah berkelebat membentuk sinar terang di sekeliling tubuh Tan Kia-beng.
Tan Kia-beng yang melihat mereka sudah memasang
barisan pedang disana, tidak tertahan sudah tertawa seram kembali dengan kerasnya.
Di tengah udara tertawanya yang amat keras menyeramkan itu mendadak terdengar suara pujian keagungan Buddha yang keras bergema datang, Ci Si Thaysu dari Siauw-lim-pay serta si Pendekar Satu Jari dari Tiam-cong-pay dengan berjalan sejajar keluar dari dalam hutan, Tan Kia-beng menjadi melengak, suara tertawanya segera sirap kembali.
Pada saat itulah sreet.... sreet.... tiga sosok bayangan manusia bagaikan burung elang dengan amat cepatnya berkelebat mendatangi lagi
Mereka merupakan dua orang Toosu serta seorang pendeta yang bukan lain adalah ciangbunjin dari Ngo Thay Pay, Pu Cing Thaysu, Koan Hoat Tootian dari Kun-lun-pay serta Leng Hong Tootiang dari Bu-tong-pay.
Diikuti suara tertawa yang amat aneh wakil dari Heng-san-pay, San Liem Ci Cu sambil menggoyang goyangkan kipasnya berjalan keluar dari dalam hutan
Dengan demikian suasana mereka menjadi semakin tegang tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai ditambah dengan Go-bie Sam Cu seluruhnya ada sepuluh orang jago berkepandaian tinggi yang bersama-sama mengepung Tan Kia-beng rapat rapat.
Walaupun dalam hati Tan Kia-beng merasa amat tegang sekali tetapi air mukanya masih tetap tenang sama, sembari diam-diam menyalurkan hawa murninya mengadakan
persiapan dengan wajah kurang senang, serunya, "Heee....
heee tidak kusangka tujuh orang Ciangbunjin dari tujuh partai besar beraninya cuma mengerubuti seorang pemuda saja. Hm, Cayhe benar-benar merasa malu buat diri kalian"
Ci Si Thaysu segera tundukkan kepalanya memuji
keagungan Buddha.
"Pinceng sama sekali tidak punya maksud untuk berbuat jahat kepadamu, asalkan kau mau menceritakan asal usulmu maka Loolap tanggung dengan selamat kau bia meninggalkan kuil Kun-yan-koan ini tanpa memperoleh gangguan."
"Tetapi cayhe rasa tidak punya begunaan untuk
menceritakan asal usulku kepada kalian."
San Liem Cu segera maju ke depan, sambil menuding dengan menggunakan kipasnya tertawa dingin.
"Dunia Bulim di daerah Tionggoan bukanlah tempat kalian kaum iblis main malang melintang sesukanya, malam ini juga kau jangan berharap bisa lolos dari kuil Kun-yan-koan dalam keadaan selamat"
"Jikalau misalnya secara beruntung cayhe bisa lolos dalam keadaan selamat apakah kau bersedia untuk bunuh diri?"
Sam Liem Cu menjadi amat gusar, kipasnya dipentang tubuhnya maju ke depan siap melancarkan serangan.
Tiba-tiba terasalah segulung angin dingin berdesir mendatang, tampak sesosok bayangan manusia dengan amat lincahnya berkelebat ke tengah kalangan.
Sinar mata orang itu melirik sekejap ke arah Tan Kia-beng kemudian kepada Lo Hu Cu bentaknya dengan amat gusar.
"Hey, kau hidung kerbau, kau sudah melarikan Cian ji ku kemana" cepat bicara!"
Ketika Lo Hu Cu melihat orang yang baru saja datang itu ternyata bukan lain adalah iblis tua berjubah hitam yang sudah menggetarkan seluruh kangouw, tak terasa hatinya merasa sangat terperanjat.
"Iiih?" Tan Kia-beng yang ada disamping pun segera menjerit tertahan. "Bukankah tadi kau sudah menolongnya keluar dari kurungan?"
"Loohu yang menolong?" tiba-tiba kakek berjubah hitam itu putar badannya dan memaki dengan amat gusar, "Cuh! kau sudah melihat setan!"
"Siapa yang bilang" Tadi terang terangan aku melihat ada seorang kakek tua berjubah hitam yang berkerudung menolong dia keluar, kalau kau tidak mau percaya yaah sudahlah."
Jelas sekali dari nada ucapan Tan Kia-beng terlintas perasaan kurang senangnya.
---0-dewi-0--- Kakek tua berjubah hitam yang berkerudung"
Agaknya secara tiba-tiba kakek tua berjubah hitam itu menjadi sadar kembali, dia segera mengaum keras.
Nyalinya sungguh besar, dia berani main setan dengan loohu.
Tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas bagaikan seekor burung bangau dia menerjang ke tengah udara kemudian melayang melewati kepala para jago dan berlari pergi.
Pada saat si kakek berjubah hitam meloncat itulah segera terdengar San Liem Ci Cu sudah membentak keras, "Malam ini kau kepingin melarikan diri" Terimalah satu seranganku."
Braak! dengan cepat dia melancarkan satu pukulan
menghajar punggungnya.
Kakek berjubah hitam itu tanpa menoleh lagi sudah tertawa dingin, tangannya dibalik menyambar ketubuhnya segera terasalah segulung angin dingin menekan ke bawah.
Bagaikan ditimpa benda berat tubuh San Liem Ci Cu dengan sempoyongan mundur dua. tiga langkah ke belakang
kemudian jatuh terduduk ketanah.
Pada saat itu pula Tan Kia-beng sudah meresakan dalam urusan ini tentu ada hal hal yang tidak beres, dari kata-kata kakek berjubah hitam itu jelas menunjukkan ada orang lain yang sedang berbuat sesuatu dengan meminjam namanya, kini dia sebagai ciangbundjin dari Teh-leng-bun sudah seharusnya membikin terang kembali persoalan ini, buat apa
dia tinggal lebih lama di atas gunung Go-bie dengan mencari gara gara terhadap manusia itu"
Setelah mengambil keputusan dia lantas berteriak, "Hey orang tua tunggu dulu, aku ada pertanyaan yang mau aku tanyakan."
Dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas udara lalu bagaikan segulung asap putih dengan cepat meluncur keluar dari kalangan untuk mengejar si kakek berjubah hitam yang sudah menjauh itu.
---0-dewi-0--- Kepergian yang secara tiba-tiba ini segera menimbulkan kegaduhan dari para jago, suara bentakan segera bergema memenuhi seluruh angkasa.
Tiga bilah pedang dari Go-bie Sam Cu dengan cepat berkelebat berubah menjadi tiga rentetan sinar pelangi yang amat tajam bagaikan kilat cepatnya mereka berkelebat menerjang ke arah Tan Kia-beng disusul ciangbunjin dari tujuh partai pun melayangkan tubuhnya mengejar dari belakang Tetapi ilmu meringankan tubuh dari Tan Kia-beng jauh lebih lihay dan lebih sempurna, hanya dalam sekejap itulah dia sudah berhasil mencapai sejauh enam tujuh puluh kaki dari mereka.
tiba-tiba.... Di tengah suara bentakan yang amat keras tampak tiga sosok bayangan manusia dengan amat cepatnya menubruk datang.
Sreet.... sreet.... sreet tiga gulung angin pukulan yang menyesakkan napas bagaikan air bah dengan kerasnya menggulung mendatang menghajar tubuhnya.
Dalam keadaan yang amat gugup dengan cepat Tan Kia-beng menyalurkan tenaga murninya dari pusar menyebar keseluruh tubuh, kepalanya dimiringkah ke samping sedang tubuhnya secara mendadak meloncat naik setinggi lima kaki Telapak tangannya dengan cepat diputar ke depan dada lalu menyambut datangnya serangan tersebut.
Bluumm! Di tengah suara ledakan yang sangat keras hawa pukulan yang menggulung datang segera tersapu lenyap.
tubuhnyapun dengan cepat melayang kembali ke atas tanah.
Sreett.... Sreett! Tiga sosok manusia yang baru saja melancarkan seragnan bokongan kepadanyapun pada
melayang turun tepat di hadapannya.
Ternyata mereka adalah tiga orang lelaki kasar yang memakai pakaian singsat berwarna abu abu. Tan Kia-beng menjadi amat gusar sekali sekilas hawa membunuh segera meliputi seluruh wajahnya.
"Kalian siapa" sungguh besar nyalimu berani membokong siauw yamu!" bentaknya keras.
Baru saja dia berbicara sampai disitu mendadak dari dalam hutan meluncur keluar kembali beberapa sosok bayangan manusia.
Terdengar salah satu dari bayangan itu tertawa seram.
"Hey iblis cilik," teriaknya. "Kenapa kamu orang baru tiba saat ini" Loohu sudah lama menunggu dirimu disini."
Orang yang baru saja bicara itu bukan lain adalah seorang kakek tua yang pada kepalanya tumbuh bisul besar, rambutnya panjang terurai ke bawah, sebaris giginya yang putih runcing kelihatan tersudut keluar diantara bibirnya yang suing, sepasang matanya memancarkan sinar kehijau hijauan
yang sangat menyeramkan, jika dilihat potongannya orang itu kelihatannya amat menyeramkan sekali.
Terdengar kakek berjubah hijau yang aneh itu berkata kembali.
"Loohu adalah Ku Ling Shia Sin atau si malaikat iblis dari Ku Ling, peraturanku kukira kaupun tahu, asalkan urusanku yang aku sudah ambil bagian lebih baik kau serahkan saja dengan sebaik-baiknya"
Tidak usah dijelaskan yang dimaksudkan bagai barang olehnya sudah tentu pedang pusaka Giok Hua Kiam itu, dalam hati semakin dirasa Tan Kia-beng semakin mendongkol dia tertawa dingin tak henti hentinya, tetapi mulutnya tetap membungkam.
Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap keseluruh tanah lapang, kecuali si kakek berjubah hitam yang menyebut dirinya sebagai Malaikat Iblis dari Ku Ling pada sebelah kirinya berdirilah seorang lelaki berusia pertengahan yang amat perlente sekali, dandanannya dengan wajah yang putih bersih, di barisan terbelakang berdirilah keempat lelaki kekar berbaju abu abu tadi
Pada sebelah kanan dari dirinya berdirilah seorang kakek berjubah kuning dengan wajah yang aneh dan amat dingin sekali membawa sebuah hun cwee, di sampingnya tampaklah seorang toosu kurus yang raut wajahnya amat kurus kering sehingga mirip.... punggungnya tersoren sebilah pedang yang amat panjang dan tipis sekali sinar mata mereka dengan amat tajamnya sedang memperhatikan dirinya.
Dengan adanya halangan dari orang-orang itu maka Go-bie San Cu beserta cianbundjin dari tujuh partaipun dengan cepat sudah tiba di tempat itu.
Terdengarlah Sam Liem Ci Cu sambil goyangkan kipasnya tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Haaa.... haaa.... selamat bertemu, selamat bertemu serunya berulang kali. Haa.... haa.... tidak kusangka Hwee Im Poocu yang namanya sudah menggetarkan daerah Sam Siang
"Kwang Tiong It Khui" yang merajai daerah Kwan Tiong Hiu Thian Put Tiauw yang namanya menggetarkan seluruh dunia persilatan serta Khu Ling Shia Sin semuanya pada
berdatangan kepuncak gunung Go-bie ini haaa.... haaa....
sungguh menyenangkan sungguh menyenangkan."
Baru saja perkataannya selesai diucapkan segera
terdengarlah Ku Ling Shia Sin sudah mendengus dengan beratnya, mungkin karena Sam Liem Ci Cu sudah
menyebutkan namanya paling belakang membuat dia merasa kurang senang
Mendadak Hau Thian Put Tiauw tertawa dingin serunya.
"Tidak usah banyak pakai perkataan omong kosong
semacam itu, mungkin kita masih bisa menyerahkan barang itu dengan selamat kepada kalian; tetapi setelah keluar dari kuil Kun Yan Kun hee.... hee.... kalian jangan harap bisa mendapatkan barang itu dengan selamat."
Go-bie Sam Cu yang mengandalkan jumlah banyak tampak pula tujuh orang cianbundjin dari tujuh partai besar pada hadir disana semua sekalianpun dalam hati merasa amat terkejut terhadap kehadiran para iblis ini tetapi mereka sama sekali tidak merasa kuatir.
Di tengah suara suitan yang amat nyaring pedang panjang mereka bagaikan tiga ekor naga sakti secara tiba-tiba melancarkan serangan mengancam tiga buah jalan darah dari Tan Kia-beng.
Mendadak.... ditangah suara bentakan yang amat nyaring tampak sekilas sinar yang amat gelap berkelebat.
Traang.... traang....! Tiga gulung sinar terang yang memancarkan sinar keperak perakan itu sudah berhasil dipunahkan oleh datangnya serangan tersebut diikuti berkelebatnya sambaran angin tajam yang mengerikan membuat Go-bie Sam Cu dengan perasaan amat terkejut pada mengundurkan diri ke belakang
Begitu mereka bertiga mundur sinar yang remang remang itupun lenyap kembali.
Hau Thian Put Tiauw dengan wajah amat dingin dan
meluruskan pedangnya yang aneh ke bawah berdiri tepat dihadapan Tan Kia-beng.
Nama dari Go-bie Ngo Cu sudah amat menggetarkan dunia persilatan, kini dengan tenaga gabungan tiga orang ternyata berhasil dipukul mundur dalam satu jurus saja oleh orang lain, membuat mereka saking malunya menjadi amat gusar, di tengah suara bentakan yang amat nyaring sekali lagi mereka melancarkan serangan ke depan.
"Tunggu dulu," tiba-tiba bentak Lo Hu Cu mencegah,
"Kalian mundur dulu untuk beristirahat."
Lalu dengan wajah penuh kegusaran dia menjura kepada Ho Thian Put Tiauw ujarnya, "Apakah Tooyu betul-betul mau ikut campur di dalam urusan ini?"
"Hmm, segala macam adat yang kau maksudkan Tooyamu sama sekali tidak tau!" teriak Hau Thian Pu Tiauw sambil mendengus dingin, "Yang Tooyamu ketahui cuma barang yang dipinggang bangsat cilik itu."
Sikapnya yang amat kasar dan tidak memakai aturan ini membuat Lo Hu Cu yang mempunyai iman amat tinggipun merasa tidak kuat untuk berdiam diri, tak tertahan lagi dia tertawa keras dengan amat seramnya.
"Tooyu sengaja berbuat demikian, apakah kau sudah tidak memandang partai Go-bie kami?"
Ilmu hawa khei kang yang dilatih selama puluhan tahun lamanya saat ini segera dipancarkan keluar melalui suara tertawanya yang amat keras ini membuat seluruh tebing dan lembah mendengung dengan amat kerasnya, burung-burung pada beterbangan keangkasa ketakutan sedang telinga para jago terasa berdesing tidak enak
Sehabis tertawa sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam melotot Hau Thian Tiauw tak berkedip tangannya dengan perlahan mencabut keluar pedang
berukiran naga yang tersoren pada punggungnya.
Tetapi Hau Thian Pu Thian masih tetap berdiri tak berubahpun dari tempat ssemula dia tidak mau perduli terhadap kemarahan dari Loo Hu Cu, sepasang matanya yang amat tajam menyeramkan mulai berputar memperhatikan Tan Kia-beng.
Saat ini Tan Kia-beng sudah mulai sadar bahwa suatu pertempuran yang amat sengit tidak bisa terhindar lagi, tetapi dia tidak menjadi gugup dengan situasi yang amat
membahayakan jiwanya ini dia ingin dengan meminjam kesempatan ini untuk menjajal kepandaian silat yang dimiliki sebetulnya sudah mencapai tingkat yang berapa tinggi"
Karenanya dia sama sekali tidak mengerti kesempatan untuk meloloskan diri dari tangannya dengan perlahan mulai meraba seruling batu giok yang terselip dipinggangnya.
Setelah ada pengalaman sewaktu menyerbu kekuil Sam Yuan Koan di atas gunung Heng-san dia tidak berani secara gegabah menggunakan pedang pualamnya lagi.
Situasi di tengah kalangan saat ini benar-benar amat tegang sekali. Lo Hu Cu yang mempunyai kedudukan sebagai seorang ciangbunjin dari suatu partai besar mana bisa menerima penghinaan dari orang lain" pedang panjangnya digetarkan sehingga menimbulkan bunga pedang yang amat banyak.
"Too ya!" bentaknya dengan suara berat. "Ayoh putar badanmu, kau kira pinto betul-betul tidak berani mencari gara gara dengan kau?"
Tetapi saat ini Hau Thian Hut Tiauw sudah bentrok dengan Ku Ling Shia Sin tampak sepasang matanya memancarkan sinar yang berapi api sepasang tangannya mengulur keluar makin lama semakin panjang dan dengan perlahan mulai mendesak Hau Thian Put Tiauw;
Mereka berdua yang berbeda aliran dan bukan satu jalan sudah tentu tidak ingin membiarkan lawannya mendapatkan pedang pusaka itu, suatau pertempuran yang amat sengit bakal berlangsung kembali.
Hau Thian Put Tiauw tidak sempat mencabut keluar pedang akhirnya sepasang telapak tangannya yang kurus kering dan runcing bagaikan cakar burung elang itu dengan perlahan disilangkan di depan dada.
Dalam keadaan seperti ini sekalipun gusar Lo Hu Cu pun tidak bisa mengandalkan jumlah banyak menyerang dia itu orang, terpaksa sambil menahan hawa amarah dia
mengundurkan diri ke belakang.
Hwee Im Poocu yang selama ini terus berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah kata pun ketika dilihatnya seluruh perhatian dari para jago sudah tercurahkan pada Ku Ling Shia Sin, Hao Thian Put Tiauw juga yang hendak bertempur secara diam-diam menoleh ke arah keempat orang lelaki kasar berpakaian singsat yang ada dibelakangnya itu dan memberi tanda dengan kedipan mata.
Keempat orang lelaki kekaar itu segera mengangguk, tanpa mengucapkan kata-kata lagi mendadak mereka bersama-sama menubruk ke arah Tan Kia-beng, kecepatan gerak mereka bagaikan segulung angin santer yang bertiup saja hanya di dalam sekejap saja mereka sudah berada dekat sekali dengan tubuhnya.
Tan Kia-beng sejak dikepung rapat rapat oleh para jago secara diam-diam dia sudah mempersiapkan diri, ketika mendengar suara menyambarnya angin di belakang tubuhnya dia tertawa dingin.
Mendadak.... Segulung angin pukulan yang amat dingin menggulung datang dengan dahsyatnya disusul sesosok bayangan putih dengan cepatnya melayang diatas.
Suara jeritan ngeri yang menyeramkan segera bergema memenuhi tebing dua orang diantara lelaki kasar itu sudah terpental ke tengah udara dan muntahkan darah segar, sedangkan kedua orang lainnya terpukul mundur sejauh tujuh delapan depa.
Bayangan putih berkelebat kembali, tampak di tengah kalangan sudah bertambah dengan seorang gadis berbaju putih yang amat cantik berdiri disamping Tan Kia-beng.
Dia tersenyum sebentar kepadanya lalu dengan wajah cemas tanyanya,
"Eeh, kau melihat ayahku tidak"
Tan Kia-beng yang melihat kemunculan dirinya yang sangat mendadak ini membuatnya menjadi melengak juga, saat ini mendengar dia bertanya soal ayahnya dia segera paham tentu yang dimaksud adalah kakek berjubah hitam itu.
"Baru saja dia datang kemari mencari kau, sahutnya perlahan. Sekarang entah sudah ke mana?"
"Cari aku" sungguh aneh sekali"
"Benar. karena dia tidak tahu kalau kau sudah berhasil ditolong keluar oleh kakek berjubah hitam yang berkerudung itu."
"Kau jangan melamun kapan aku pernah ditawan orang"
siapa kakek berjubah hitam yang menolong aku itu" aku tidak pernah ditolong oleh siapapun."
Dengan wajah penuh kebingungan gadis berbaju putih itu mengedip ngedipkan sepasang biji matanya yang hitam menarik
Braak.... bluum, mendadak Tan Kia-beng melancarkan serangan menahan datangnya serangan membokong dari Hwee Im Poocu sedang mulutnya tetap berteriak.
"Jika kau berkata begitu malah sampai aku pun dibuat menjadi kebingungan."
Braak, sekali lagi dia menyambut datangnya serangan Hwee Im Poocu dengan keras lawan keras.
"Sungguh membosankan, orang lain sedang berbicara kau justru sengaja cari gara gara aku mau cabut nyawamu."
Tampak bayangan putih berkelebat gadis berbaju putih mendadak menerjang ke depan melancarkan serangan
menghajar tubuh Hwee Im Poocu.
Ujung bajunya berkibar tertiup angin bagaikan kilat cepatnya berturut turut dia melancarkan lima belas pukulan dahsyat ke depan segera terlihatlah titiran angin pukulan laksana cucuran hujan dari tengah udara dengan gencarnya menutupi seluruh tubuh musuh.
Hwee Im Poocu sebagai seorang jagoan yang merajai suatu daerah seketika itu juga didesak mundur sejauh satu kaki dua depa.
Sejak lelaki berbaju singkat mencari gara gara sampai gadis cantik berbaju putih ini turun tangan waktu berlangsung hanya di dalam sekejap saja pertempuran ini berlangsung para jago yang semula saling merebut pada menghentikan serangannya.
Ku Ling Shia Sin yang semula sudah bersiap sedia
melancarkan serangan ke arah Hau Thian Put Tiauw
mendadak membalikkan badannya tangannya dipentangkan lebar-lebar lalu membabat ke arah dada Tan Kia-beng.
Tenaga dalam dari iblis ini amat hebat sekali, telapak tangannya belum mencapai sasaran lima jalur angin pukulan yang amat keras sudah terasa menghantam dadanya.
Dengan cepat Tan Kia-beng dadanya dengan ke belakang, lalu berkelebat menghindar ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Tetapi baru saja dia berhasil menghindarkan diri dari serangan pertama serangan kedua menyusul datang kembali.
Begitu Ku Ling Shia sin bergerak tadi, Hu Thian Put Tiauw dengan gemasnya mendengus, tubuhnya bagaikan kilat cepatnya sudah melayang ke depan lalu melancarkan satu serangan menghajar punggung Tan Kia-beng
Tan Kia-beng menjadi terkejut, dengan cepat tubuhnya dibalik menangkis datangnya serangan itu.
Bluuk! masing-masing pihak dengan keras lawan keras menerima datangnya serangan tersebut.
Sreet, seret! putaran angin keras memenuhi seluruh angkasa membuat tubuh Hau Thian Put Tiauw serta Tan Kia-beng tak kuasa lagi pada mundur dua langkah kesamping.
Di tengah kesunyian yang mencekam itu, agaknya Kwan Tiong it Khei sudah melihat kesempatan baik buat dirinya, tubuhnya tiba-tiba menubruk ke depan tangannya dengan cepat melancarkan cengkeraman mengancam pundaknya.
Tan Kia-beng segera tertawa dingin, lengannya berputar lalu dibalik ke belakang dia balas melancarkan cengkeraman mengancam urat nadinya.
Jurus ini bukan lain adalah jurus Huan Im Hu Yu atau mendobrak awan membanjirkan hujan dari Teh Leng Cin Keng.
Kwan Tiong It Khei yang melihat datangnya serangan aneh ini menjadi amat terperanjat, tangannya dengan cepat ditekan ke bawah. tangan kirinya bagaikan sebilah golok dengan mengikuti putaran badannya membacok ke bawah.
Pada saat itulah angin serangan dari Ku LIng Shia Sin serta Hau Thian Put Tiauw sudah menggulung datang dari kiri ke kanan.
Kedua orang iblis dari kalangan Hek-to ini merupakan iblis iblis terkenal yang ditakuti oleh orang banyak, bukan saja tenaga dalamnya amat tinggi bahkan ilmu silatnya amat aneh sukar diraba.
Kini mereka dua orang bersama-sama menggencet Tan Kia-beng memnuat dia seketika itu juga terkurung di dalam bayangan telapak serta sambaran angin pukulan yang memenuhi seluruh angkasa.
Tan Kia-beng yang mendapatkan serangan bersama-sama dari tiga orang musuh tangguh dalma hati merasa berdebar juga, bagaikan seekor ular dengan amat lincahnya dia balas melancarkan serangan ke arah Kwan Tiong It Khei, sepasang tangannya bagaikan berputarnya roda kereta berturut turut melancarkan tujuh serangan menangkis datangnya serangan dari musuh, tubuhnya berputar cepat di tengah udara lalu meloncat keluar dari kepungan angin pukulan.
---0-dewi-0--- Ditangah suara bentakan serta tertawa seram yang amat keras ketiga orang iblis itu bagaikan bayangan iblis saja mengikuti terus dari belakang dan sekali lagi mengepung tubuhnya dengan mengambil kedudukan segi tiga.
Di dalam sekejap saja mereka berdua masing-masing sudah melancarkan kembali tujuh serangan dahsyat.
Terasalah angin pukulan menyambar dengan amat santer, hawa yang amat dingin terasa menusuk tulang dengan mengerahkan tiga jurusan yang berbeda membendung seluruh angin pukulan yang menyambar dari empat penjuru.
---0-dewi-0--- JILID: 8 Karena dari berita yang tersiar di dalam Bulim orang-orang mengatakan iblis kecil yang mempunyai pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam itu memiliki kepandaian silat yang amat dahsyat sekali. Karenanya begitu bertempur ketiga orang iblis itu sudah mengerahkan seluruh kepandaian silat yang dimilikinya untuk berusaha merebut kemenangan.
Tan Kia-beng yang dikepung di tengah-tengah kalangan, dalam hati merasa gusar bercampur mendongkol telapak tangannya dengan dahsyat melancarkan pukulan dengan menggunakan jurus Jiht Ceng Tiong Thian menahan
datangnya serangan Kwan Tiong It Khei dari arah depan lalu tubuhnya dengan santar berputar kesamping, sret sreet.... di dalam satu kali pukulan dia sudah mengeluarkan ilmu yang paling dahsyat dari Tok Yen Mo Cian atau ilmu pukulan api beracun yang bernama "Swee Oh Peng Hun Sam Liap Sie seketika itu juga angin berhawa dingin yang membekukan badan laksana menggulungnya ombak di tengah samudra dan bertiupnya angin topan melanda dengan dahsyatnya ketubuh Hau Thian Put Tiauw serta Ku Ling Shia Sin yang berada disebelah kanan kirinya.
Ketiga orang iblis itu segera terkena hantaman dari tiga jurus serangan yang amat dahsyat itu sehingga pada mengundurkan diri dengan amat terkejut.
Pada saat itulah jurus kedua dari Tan Kia-beng, Jan Ho Tay Yu atau teratai hancur membawa hujan sudah dilancarkan ke depan dalam satu jurus ada tiga gerakan dahsyat masing-masing secara berpisah menyerang mereka bertiga bahkan gerakannya amat cepat sekali bagaikan segulung asap hitam yang berkelebat di tengah kalangan.
Terdengar suara desiran angin pukulan yang amat tajam hawa dingin mengamuk memenuhi angkasa, mendadak ketiga orang iblis itu bersama membentak keras lalu maju mendesak ke depan Di dalam sekejap saja bayangan manusia berkelebat memenuhi angkasa laksana roda kereta yang berputar cepat sekali.
Sehingga suatu pertempuran sengit yang menentukan mati hidup masing-masing sudah berlangsung dengan dahsyatnya.
Ketiga orang iblis ini semuanya merupakan jago yang ditakuti di daerah tertentu, biasanya asalkan seorang saja munculkan dirinya di dalam Bulim maka awan gelap segera meliputi seluruh dunia kangouw kini tidak disangka mereka bertiga bersama munculkan dirinya bahkan bekerja sama untuk mengerubuti seseorang kehebatan serta kedahsyatan dari pertempuran ini sudah tentu amat mengerikan sekali.
Tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar yang berdiri disamping menonton jalannya pertempuran ini sekalipun mereka semua merupakan pemuka pemuka partai yang
kedudukannya amat tinggi tidak urung dalam hati merasa sangat terperanjat juga, dalam hati mereka masing-masing merasa pada bingung apa tindakan mereka di dalam
menghadapi urusan ini"
Karena tujuan dari pertempuran ini masing-masing pihak hanya tertuju pada pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam tetapi tidak perduli siapa saja yang bakal mendapatkan pedang itu semuanya tidak mendatangkan keberuntungan buat Bulim. karenanya di dalam hati kecil masing-masing sangat mengharapkan kedua belah pihak bisa menderita luka yang amat parah.
Karena itulah tidak perduli mereka bergebrak semakin lama semakin sengit keenam orang ciangbunjin dari enam partai
besar itu tak ada yang mau ambil gubris, masing-masing dengan amat tenangnya berdiri disamping kalangan menonton jalannya pertempuran tersebut, mereka tidak mau ikut terjun ke dalam kalangan ataupun mempunyai rencana untuk membantu salah satu pihak maupun lainnya.
Waktu sedetik demi sedetik mereka berlalu dengan amat cepatnya keadaan pun semakin lama semakin tidak
menguntungkan bagi Tan Kia-beng keadaannya saat ini benar-benar kritis dan bahaya sekali
Sejak dia menerjunkan dirinya ke dalam kalangan dunia persilatan baru kali ini benar-benar menemui musuh yang demikian ganas kejam dan lihay, sekeliling tubuhnya terasa dipenuhi oleh sambaran angin pukulan ataupun telapak laksana menggulung ombak serta bertiupnya angin taupan segulung demi segulung menekan tubuhnya semakin berat ketiga orang iblis itu masing-masing dengan mengerahkan jurus serangan yang paling ganas dan paling aneh pada menghantam dan mengancam seluruh jalan darah terpenting pada tubuhnya.
Walaupun dia sudah memperoleh tenaga murni dari Han Tan Loodjien yang dilatihnya selama ratusan tahun lamanya serta pil ular sakti yang sudah berumur ribuan tahun tetapi dikarenakan waktu yang terlalu pendek, baik hawa murni dari Han Tan Loodjien maupun pil ular sakti yang termuat di dalam kitab pusaka Teh Leng Cin Keng pun belum benar-benar dipahami sehingga dengan begitu tidak dapat digunakan untuk bertempur.
Oleh karena itulah setelah bertempur sebanyak seratus jurus lebih dia lebih banyak bertahan daripada menyerang, keadaannya benar-benar amat terdesak.
Sebaliknya ketiga orang iblis tua itu tetap bungkam diri sedangkan serangannya semakin lama semakin gencar kini sewaktu dilihatnya pertahanan dari Tan Kia-beng semakin lama semakin lemah tidak terasa lagi semangat mereka berkobar kembali. jurus serangannya dilancarkan semakin gencar.
Gadis berbaju putih yang sedang bertempur melawan Poocu dari Hwee Im poa mendadak membentak keras, tiba-tiba dia melancarkan tiga serangan sekaligus, ketiga buah jurus serangan ini sangat aneh sekali, bahkan boleh dikatakan tidak mirip dengan satu jurus serangan yang benar.
Tidak tertahan lagi Hwee Im Poocu berturut turut mundur lima langkah ke belakang terlihat bayangan putih berkelebat ke depan mendadak Hwee Im poocu mendengus berat
tubuhnya dengan terhuyung huyung mundur sejauh delapan depa. darah segar muncrat keluar dari mulutnya sehingga sejauh satu depa, tubuhnya gencangan hampir hampir terbanting jatuh ketas tanah.
Ternyata orang ini tidak malu disebut sebagai jagoan dari satu daerah yang sudah amat terkenal, sambil menahan rasa sakit dari luka dalamnya dia tertawa seram
"Hadiah satu pukulanmu, aku orang she Ong selamanya tidak akan terlupakan kembali," serunya keras
Dengan cepat tubuhnya berpusar lalu meloncat berlalu dari sana, di dalam sekejap saja bayangannya sudah lenyap di tengah kegelapan.
Gadis berbaju putih yang berhasil memukul rubuh Hwee Im Poocu tanpa memandang dirinya lagi dia berpaling ke tempat lain, terhadap kata-kata yang diucapkan olehnya dia tidak mau perduli, sekonyong konyong bentaknya keras.
"Kalian tidak tahu malu.
Segulung angin pukulan yang amat dingin berputar dengan santarnya di sekeliling tempat itu tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busur menyusup diantara bayangan telapak yang memenuhi angkasa menerjang ke arah depan Dia yang sejak kecil sudah memperoleh didikan keras dari orang tuanya bahkan berkali kali menghadapi pertempuran sengit membuat pengalamannya jauh lebih luas dari pada Tan Kia-beng telapak tangannya yang halus bagaikan putaran roda berkelebat di tengah udara hanya di dalam sekejap saja dua puluh satu jurus sudah dilancarkan keluar dan tepat tidak kebanyakan atau kekurangan masing-masing musuhnya mendapat tujuh pukulan dahsyat.
Dia yang mempunyai julukan sebgai Pek Ih Loo Sat atau iblis wanita berbaju putih, namanya sejak semula sudah tersiar di dalam dunia persilatan, dengan campur tangan dari dirinya ke dalam pertempuran ini seketika juga membuat ketiga orang iblis itu diam-diam merasa sangat terperanjat sekali.
Mendadak Ku Ling Shia Sin atau simalaikat iblis dari Ku Ling meraung keras, sepasang telapak tangannya membalik dengan diikuti oleh desiran angin pukulan yang berbau amat memuakkan dengan dahsyatnya menghantam tubuh gadis berbaju putih itu.
Dengan cepat gadis berbaju putih itu miring ke samping ujung bajunya sedikit digetarkan lalu dikebut ke depan, tangannya yang halus dan lembut itu dengan keras lawan keras menerima datangnya serangan tersebut.
Sejak campur tangannya si gadis berbaju putih itu ke dalam kalangan pertempuran Tan Kia-beng segera merasakan tekanan pada dirinya jauh berkurang, kini melihat dia sudah
siap untuk pukul keras lawan keras dengan Ku Ling Shia Sin hatinya segera merasa amat cemas sekali.
Jangan bentaknya keras.
Bagaikan seekor harimau gila tubuhnya mendadak
menubruk maju ke depan, dia yang merasa sangat kuatir kalau gadis berbaju putih itu mendapatkan luka dikarenakan menerima pukulan musuh dengan keras lawan keras, tanpa berpikir panjang lagi dengan taruhan nyawa sudah menerjang ke arahnya.
Tetapi sia-sia dia merasa kuatir begitu desiran angin pukulan yang amat dahsyat it mendekati badannya ternyata pukulan tersebut sudah dipunahkan sama sekali diikuti dengan suara yang amat keras sekali bergema memenuhi seluruh tempat masing-masing pihak mengundurkan diri satu langkah ke belakang, ternyata kedudukan mereka seimbang.
Sedangkan tubuh Tan Kia-beng yang dengan amat
cepatnya menerjang ke depan baru saja sampai di tengah jalan dia sudah tertahan oleh dua gulung angin pukulan yang menghantam tubuhnya.
Tan Kia-beng melihat gadis berbaju putih itu sudah menggunakan ilmu saktinya tidak terasa semangatnya berkobar kembali mendadak tangannya menyambar ke
belakang mencabut keluar seruling pualam putih yang selama ini belum pernah digunakan
Dia yang untuk pertama kalinya menggunakan senjata andalan Han Tan Loojien sewaktu tempo hari dia orang tua menggetarkan seluruh dunia Kangouw, sama sekali tidak tahu bagaimana kedahsyatan dari senjata tersebut. baru saja tubuhnya menubruk maju ilmu sakti Uh Yah Cing Hun yang paling dahsyat sudah dikerahkan keluar.
Tampaklah sinar berkilauan memenuki angkasa Sreet, sreet bagaikan sepuluh ekor naga sakti yang muncul dari balik seruling dengan disertai suara aneh yang amat menusuk telinga secara berpisah menghantam tubuh ketiga orang itu Seketika itu juga angin dingin berkelebat di sekeliling mereka
Sreet.... sreet suaranya amat tidak enak didengar membuat perasaan hati seperti diiris iris dengan beribu ribu golok.
Di tengah suara suitan yang aneh amat panjang yang mendadak Hau Thian Put Tiauw menjerit kaget dengan amat kerasnya.
Aah.... Uh Yeh Cing Hun?"
Dengan rambut yang awut awutan tidak keruan dengan cepat tubuhnya berputar lalu melarikan diri dari sana.
Kwan Tiong It Khei serta Ku Ling Shia Sin pun bagaikan kilat cepatnya pada mengundurkan diri sejauh satu kaki lima enam langkah.
Hau adalah ahli waris dari Teh-leng-bun bentaknya berbareng. Dengan melintangkan seruling pualam putihnya di depan dada Tan Kia-beng tertawa panjang dengan
congkaknya, orang tak menjawab, juga tidak mengakui atas pertanyaannya itu.
Sedangkan Ku Ling Shia Sin serta Kwan Tiong It Khui dengan beratnya mendengus lantas putar tubuhnya dan berlalu.
Di dalam sekejap saja suasana di tengah kalangan kembali jadi sunyi, tak terdengar sedikit suarapun, ciangbunjin dari tujuh partai besar yang melihat kejadian ini diam-diam merasa amat terperanjat sekali, walaupun merekapun tahu kalau pada
tempo dahulu di dalam Bulim ada perkumpulan Teh-leng-bun ini tetapi mereka tidak paham bagaimana ketiga orang iblis ganas yang biasanya tak takut langit tidak takut pada bumi ternyata demikian takutannya setelah melihat seruling pualam itu. Untuk sesaat lamanya mereka cuma bisa saling berpandangan tanpa seorangpun yang membuka mulut
berbicara. Tan Kia-beng yang tertawa keras dengan amat seramnya kini merasakan benaknya rada dingin kembali, dia merasa dirinya memang sedikit keterlaluan sehingga tanpa terasa dari sinar matanya menunjukkan rasa menyesalnya dengan perlahan-lahan seruling pualam putihnya dimasukkan kembali ke dalam sakunya.
Hati gadis berbaju putih itu masih amat polos bagaikan selembar kertas putih, dia selamanya belum pernah menaruh perhatian terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam Bulim, Tan Kia-beng barhasil mengundurkan diri ketiga orang iblis dengan adanya seruling pualam putih itu baginya dia cuma merasakan kalau seruling tersebut mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mengundurkan musuh dia sama sekali tidak memikirkan yang lainnya.
Sewaktu dilihatnya wajah Tan Kia-beng penuh diliputi rasa menyesal, tak terasa lagi dengan manjanya dia berseru
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Eeee.... kau sedang melamunkan apa" Ayoh pergi, sama-sama aku pergi cari Ca
Mendadak dia bergerak maju menarik tangan Tan Kia-beng dan berlalu dari sana
Ternyata kejadian aneh itu terulang kembali di depan mata mereka. jago-jago yang pada bersembunyi dibalik batu cadas serta di dalam hutan yang pada memandang mereka dengan
pandangan rakus ternyata tidak ada yang berani maju ke depan menghalangi perjalanannya.
Orang-orang dari tujuh partai besarpun bagaikan patung saja tak bergerak, tak ada seorang pun yang berani maju menghalangi perjalanan mereka, mereka pada memandang orang itu berlalu dari sana dengan mata terbelalak mulut melongo.
Ketika mereka berdua tiba di bawah gunung hari sudah terang tanah, sinar sang surya yang terang bagaikan emas menyinari wajah gadis berbaju putih yang amat manja itu membuat dirinya kelihatan sangat menarik sekali.
Melihat ini tak terasa lagi Tan Kia-beng merasakan hatinya berdebar debar dengan amat kerasnya, diam-diam pikirnya,
"Seorang nona yang demikian cantik dan sucinya bagaimana bisa memperoleh nama jelek sebagai seorang siluman perempuan?"
Sang gadis berbaju putih yang melihat dia memandang dirinya dengan mata terbelalak, tidak terasa lagi sudah berseru dengan suara yang amat halus, "Kenapa kau melihat aku terus menerus, kenapa kau tidak beritahu kepadaku siapakah namamu?"
"Cayhe she Tan bernama Kia-beng."
"Eehmm, aku belum pernah mendengar namamu ini."
"Cayhe memangnya tidak punya nama di dalam dunia
kangouw." "Aku bernama Hu Siauw-cian, orang-orang Bulim semuanya memanggil aku sebagai Pek Ih Loosah, adakalanya juga memanggil aku sebagai Bidadari bunga mawar...."
Berbicara sampai disini mendadak dia tertawa geli sambil membereskan rambutnya yang terurai ke bawah tanyanya lagi, "Eeei kau bilang namaku ini baik tidak?"
"Ehm, baik, baik sekali." sahut Tan Kia-beng, wegah wegahan.
"Heeei kau sedang pikirkan apa?" teriak Hu Siauw-cian dengan gusar. "Orang lain memaki aku kau malah bilang bagus, bagus aku tak mau gubris kau lagi."
Dengan cepat ia putar badan lalu dengan cepatnya berlari ke depan meninggalkan Tan Kia-beng seorang diri.
Padahal pada saat itu di dalam hati Tan Kia-beng sedang merasa kebingungan banyak urusan yang menyulitkan dan membingungkan hatinya saat ini pada mengalir memenuhi benaknya karenanya mana dia punya minat untuk berbicara yang tak berguna dengan dirinya.
Kini melihat dia pergi dari sana dan merasa pula dari mulutnya kemungkinan sekali bisa memperoleh banyak petunjuk petunjuk yang berguna dengan cepat dia menoleh ke arahnya lalu mengejar dengan amat cepatnya dari belakang.
"Hei, Siauw Cian.... Siauw Cian" teriaknya dengan keras.
"kau jangan pergi dulu aku ada perkataan yang hendak dibicarakan dengan kau."
Tetapi Hu Siauw-cian sama sekali tidak menggubris teriakannya, dengan amat cepatnya dia berlari terus ke depan.
Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sebetulnya sudah amat sakti apalagi dia berlari terlebih dahulu, tidak perduli Tan Kia-beng sudah mengejar dengan mengerahkan seluruh tenaganya bukan saja tak berhasil menyandak dirinya bahkan sampai bayangannyapun telah lenyap tak berbekas.
Dalam keadaan yang amat cemas larinya semakin cepat lagi, laksana sebatang anak panah yang lolos dari busurnya dengan amat cepat meluncur ke depan.
Tiba-tiba.... Dari tengah hutan cemara tampak berkelebatnya bayangan putih, dia segera, sreet! bagaikan segulung angin berlalu tubuhnya dengan cepat menerobos ke dalam hutan menubruk ke arah bayangan putih itu, karena dia takut dia lolos kembali dari kejarannya dari tempat kejauhan dia sudah pentangkan lima jarinya lalu mencengkeram ke arah lengannya.
Pada saat tangannya hampir berhasil menyandak lengan bayangan putih itu memaksa pikirannya harus berputar dengan cepat
Mendadak dia membentak keras tangannya dari gaya
mencengkeram, dengan cepat dipukul ke depan segulung tenaga pukulan yang lembut tapi mengandung hawa dingin yang menggigilkan dengan cepat menyambut datangnya serangan tersebut.
Dia yang takut angin pukulan itu melukai tubuh Hu Siauw-cian memaksa dia melancarkan pukulannya kali ini tidak tanggung lagi dia sudah menggunakan delapan bagian hawa murninya.
Braak.... Blumm bagaikan meletusnya ugnung api seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan angin taupun yang melanda seluruh permukaan.
Braaak.... tubuh Tan Kia-beng bagaikan sebuah batu besar saja terjatuh kembali ke atas tanah lalu dengan sempoyongan berturut turut mundur dua tiga langkah ke belakang.
Orang itupun dengan gentayang mundur sejauh tiga depa, kiranya orang itu bukan lain adalah si iblis tua berjubah hitam Hu Hong adanya.
Tampak dia dengan rambut pada berdiri mata melotot gusar berdiri tegak di sana dengan amat seramnya.
"Heei.... kau sedang berbuat apa disana?" bentaknya gusar.
"Kenapa tanpa sebab kau hendak melukai dirinya?" balas teriak Tan Kia-beng sambil kerutkan alisnya rapat2.
Maksudnya dia memaki dirinya kenapa sudah turun tangan jahat terhadap putrinya sendiri.
Tetapi si kakek aneh berjubah hitam itu sudah salah mengertikan perkataanya, mendadak dia terasa keras dengan seramnya.
"Bangsat cilik! kiranya kau adalah satu golongan dengan dia."
Mendadak tubuhnya maju ke depan, sepasang telapak tangannya yang amat gencarnya melancarkan delapan pukulan dahsyat.
Tan Kia-beng betul-betul dibuat khe ki. dia pun membentak keras, "Kau sungguh tidak pakai aturan Hm aku mau lihat beberapa tinggi kepandaian silat yang kau miliki"
Tangannya dengan perlahan diangkat ke tengah udara lalu membuat gerakan setengah busur, tubuhnya dengan tiba-tiba menerjang masuk ke tengah bayangan telapak lalu
melancarkan serangan dengan ilmu telapaknya tersebut mencari posisi yang baik.
Dengan terjadinya pertempuran ini Tan Kia-beng segera mengetahui kalau nama besar dari kakek berjubah hitam ini memanglah bukanlah nama kosong belaka jika dibandingkan
dengan pertempurannya sewaktu ada di gunung Thay-san ternyata sama sekali tidak sama, dia merasakan setiap jurus serangan yang digunakan olehnya merupakan jurus jurus aneh yang belum pernah ditemui.
Bahkan kedahsyatan dari tenaga dalam jauh melebihi apa yang dibayangkan semula, boleh dikata dia harus
mengerahkan seluruh tenaga yang dimilikinya baru berhasil menerima datangnya serangan musuh yang amat dahsyat itu Oleh karenanya tidak sampai sepuluh jurus darah yang bergolak di dalam dadanya semakin mencepat, langkahnyapun semakin mulai bergeser ke belakang semakin jauh.
Tampaklah kakek tua berjubah hitam itu dengan wajah menyengir kejam memperdengarkan suara tertawanya yang amat dingin.
"Heee.... hee.... sebetulnya loohu tidak ingin menyusahkan kalian dari angkatan muda, tetapi kau sudah cari gara gara dengan loohu bahkan berani bergerak melawan loohu....
hee.... hee.... hal ini tidak bisa dikatakan lagi...."
Mendadak matanya amat aneh melotot lebih besar lagi sehingga memancarkan sinar yang kehijau hijauan bentaknya keras, "Aku bacok badanmu lebih dulu."
Telapak tangannya diangkat dengan membentuk gerakan busur dengan dahsyatnya, dia membacok ke depan,
serangannya ini ternyata sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun.
Tan Kia-beng pun dibuat gusar juga oleh sikap kakek tua itu mendadak dia tertawa keras dengan sombongnya.
"Hmmm hmmm belum tentu!" teriaknya.
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh tubuhnya satu kali telapaknya dengan perlahan didorong ke depan menyambut datangnya serangan tersebut
Angin pukulan yang semula lunak dan berhawa dingin mendadak berubah menjadi keras dan merupakan hawa yang amat dahsyat.
Bagaikan menggulungnya ombak seperti juga bertiupnya angin topan yang amat dahsyat dengan cepatnya angin pukulan itu menggulung ke arah musuh.
Braak.... blummm! dua gulung tenaga pukulan bentrok di tengah udara tubuh Tan Kia-beng bagaikan seorang mabok dengan terhuyung huyung mundur tujuh delapan langkah ke belakang
Sebaliknya rambut serta jenggot kakek tua berjubah hitam itu pada berdiri semua di tengah gemetarnya Sang jenggot yang amat keras tubuhnya melayang mundur sejauh lima depa ke belakang. sepasang matanya yang aneh bulat terbelalak besar dengan perasaan amat terperanjat dia memandangi pemuda yang ada dihadapannya ini
Sejak dia terjunkan dirinya ke dalam Bulim selama ini dia belum pernah melihat ilmu telapak yang demikian saktinya dilancarkan oleh seorang pemuda yang berusia sangat muda jika ditinjau dari hal ini entah bagaimana tingginya kepandaian silat yang dimilikinya oleh suhunya"
Bentrokan kali ini bisa membuat Tan Kia-beng segera merasakan darah yang ada di dalam dadanya bergolak dengan amat kerasnya darah segar hampir muncrat keluar dari mulutnya dengan cepat dia pusatkan pikirannya untuk mengatur pernapasan dan berusaha menekan kembali
darahnya yang bergolak amat keras.
Mendadak, di tengah mengalirnya darah murni muncullah segulung hawa yang panas dari pusar mengalir keseluruh tubuh jalan darah di dalam tubuhnya seketika itu juga perasaan sakit serta muak yang menyumbat di dalam dadanya lenyap tak berbekas bahkan pikirannya bertambah terang kembali.
Sekonyong konyong tubuhnya sekali lagi menubruk ke depan, telapak tangan serta kakinya berturut turut melancarkan serangan gencar sebanyak dua belas jurus saking aneh serta sakti jurus serangan itu membuat dia sendiri merasa kebingungan dia tidak tahu dengan cara bagaimana tangan serta kakinya bisa menggunakan jurus tersebut.
Tampaklah angin pukulan bagaikan ombak mengamuk di tengah samudra menggulung ke depan, bayangan telapak sudah memenuhi seluruh angkasa mengaburkan pandangan, seluruh jalan darah penting yang ada diseluruh tubuh kakek tua berjubah hitam itu seketika itu juga berada dibawah kurungan angin pukulan serta bayangan jari yang memenuhi angkasa.
Sepasang mata yang aneh dan memancarkan sinar yang kehijauan dari kakek tua berjubah hitam itu dengan terpesonanya memandang dirinya tanpa berkedip sedikit pun ketika dilihatnya dia secara tiba-tiba melancarkan serangan dengan menggunakan jurus jurus yang demikian anehnya tidak terasa lagi semangatnya berkobar kembali.
Di tengah suara bentakan serta suitan panjang yang memekikkan telinga tubuhnya mendadak menerjang kembali di tengah berkelebatan bayangan telapak, sekali lagi mereka berdua bertempur dengan amat sengitnya.
Keadaan dari pertempuran kali ini jauh berbeda dengan keadaan semula, dia merasa pemuda yang ada dihadapannya
sekarang ini hanya di dalam waktu yang amat singkat saja sudah memperoleh kemajuan di dalam hal tenaga dalamnya bahkan kepandaian ilmu silatnyapun bertambah sempurnya satu tingkat lagi.
Jurus aneh serta gerakan yang mengherankan semakin lama dilancarkan semakin membingungkan hatinya, tenaga dalam yang disalurkan keluar tidak ada putus putusnya menghantam tubuhnya terus semakin bertempur kakek tua berjubah hitam itu merasakan hatinya semakin berdesir, keragu raguan serta rasa curiga yang meliput hatinyapun semakin lama semakin menebal.
Tetapi dengan sikapnya yang congkak dan tidak suka pandang orang lain sudah membuat dia tidak ingin minta berhenti di tengah jalan, semakin tidak mau lagi menunjukkan kelemahan di depan seorang pemuda yang usianya masih amat kecil, dengan sekuat tenaga dia mengeluarkan seluruh ilmu silat yang dipelajari dan diyakinkan selama tiga puluh tahun lamanya.
Pertempuran kali ini benar-benar sangat dahsyat dan amat sengit sekali, tampaklah pasir serta batu pada beterbangan memenuhi seluruh angkasa, pohon bambu pada roboh
berserakan di atas tanah, tiga kaki dikeliling tempat itu sudah dikurung dengan angin pukulan yang menderu dan
menyesakkan napas.
Dari tengah hutan bambu yang lebat tampak bayangan putih bagaikan kilat cepatnya berkelebat mendatang lalu meluncur dengan cepatnya ke tengah kalangan
Si kakek tua berjubah hitam yang mempunyai pengalaman amat luas sinar matanya jauh lebih tajam, walaupun berada di tengah pertempuran yang amat sengit sekali tetapi sepasang matanya tetap melirik kesekeliling tempat itu, telinganya
dipentangkan lebar-lebar mendengarkan seluruh gerak gerik yang ada disekitar tempat tersebut.
Kini di dalam keadaan gusar mendadak dia melihat
berkelebatnya sesosok bayangan putih yang dikejarnya tadi.
Di tengah suara bentakan yang amat nyaring mendadak tubuhnya meloncat ke atas, bagaikan seekor elang raksasa tubuhnya yang melayang ke depan segera dibarengi dengan melancarkan satu pukulan yang mematikan.
Suara jeritan kesakitan yang amat menyayat hati segera bergema memenuhi seluruh angkasa tampak bayangan putih itu berputar beberapa kali di tengah udara lalu jatuh terlentang di atas tanah.
Tan Kia-beng yang melihat keadaan itu tidak terasa lagi menjadi sangat terkejut
Kakek tua berjubah itupun menjerit pedih, dengan tidak perduli lagi keadaan disekitarnya dia menubruk maju ke depan sewaktu Tan Kia-beng serta kakek berjubah hitam itu mengadakan pertempuran sengit dengan masing-masing mengeluarkan ilmu sakti yang paling diandalkan mendadak tampak sesosok bayangan putih bagaikan kilat cepatnya meluncur ke tengah kalangan.
Dalam keadaan amat gusar tanpa berpikir panjang lagi kakek tua berjubah hitam itu sudah melancarkan satu pukulan yang dengan tepat menghajar tubuhnya.
---0-dewi-0--- Siapa tahu ketika dilihatnya bayangan putih tersebut ternyata adalah putrinya sendiri tidak terasa lagi dia menjerit sedih dan menubruk maju ke depan memeluk tubuhnya rapat
rapat, lama sekali dia berdiri termangu-mangu disana tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tenaga dalam dari kakek tua berjubah hitam itu amat sempurna sekali apalagi serangan tadi dilancarkan di dalam keadaan amat gusar, dalam keadaan sama sekali tidak bersiap sedia walaupun gadis berbaju putih itu sudah berusaha untuk menghindarkan diri dengan menggunakan ilmu sakti Mat Hoo Sie sehingga berhasil menghindari tubrukan yang tepat menghajar dadanya tetapi luka yang dideritanya saat ini tidaklah ringan.
Tampak pipinya yang halus dan lembut itu kini sudah berubah menjadi kuning bagaikan lilin, bibirnya yang kecil mungil dibasahi oleh titik titik darah segar yang muncrat keluar dari mulutnya, dia sudah jatuh tidak sadarkan diri.
Tan Kia-beng yang melihat tindakan dari kakek tua berjubah hitam itu amat ganas dan kejam sekali, ternyata sampai terhadap putrinya sendiripun turun tangan sedemikian ganasnya tidak terasa lagi hawa amarah memenuhi seluruh benaknya, dengan memancarkan sinar yang berkilauan bentaknya dengan amat gusar
"Kau sebenarnya manusia atau binatang" ada pepatah mengatakan, sekejam kejamnya harimau tidak bakal
memakan anaknya sendiri kenapa sampai putrimu sendiripun kau tidak mau melepaskannya" kau tidak ada bedanya dengan seekor binatang!"
Mendadak kakek tua berjubah hitam itu angkat kepalanya lalu tangannya dengan keras menghajar pipinya sendiri sebanyak puluhan kali banyaknya.
"Aku harus mati.... aku harus mati...." serunya dengan nada amat sedih. "Aku memang mirip dengan seekor binatang...."
Dia turun tangan amat keras bahkan tidak mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan beberapa kali tabokannya ini seketika itu juga membuat darah segar memancar keluar dengan amat derasnya dari hidungnya.
Gerak geriknya yang amat aneh dan mengherankan ini segera membuat Tan Kia-beng berdiri kebingungan hawa amarah yang semula memuncak dengan perlahan reda
kembali bahkan sebaliknya dia malah menaruh rasa simpatik kepadanya.
Dengan cepat dia berjongkok ke samping tubuh gadis berbaju putih itu dan memeriksa dadanya.
"Jikalau kau orang tua sudah salah turun tangan lebih baik jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri," hiburnya dengan suara perlahan, "biarlah cayhe periksakan bagaimana dengan keadaan lukanya."
Sepasang mata kakek berjubah hitam itu segera melotot keluar bulat bulat sinar mata yang berwarna kehijau hijauan dengan tajamnya memandangi wajahnya mendadak dia
melancarkan satu pukulan ke arahnya bersamaan pula bentaknya dengan gusar.
"Siapa yang suruh kau banyak urusan" cepat menggelinding jauh jauh dari sini!"
Tan Kia-beng tidak sempat untuk menghantar lagi, hampir hampir tubuhnya terkena pukulan tersebut, dengan cepat pinggangnya ditarik ke belakang dengan jurus Kiem Li Cuan Poo atau Ikan leleh meletik ke atas, tubuhnya berturut turut mengundurkan diri sejauh lima depa.
"Hey apa artinya ini?" bentaknya gusar.
"Urusanku tidak perlu orang lain ikut campur
"Aku bermaksud sungguh untuk memeriksakan keadaan lukanya kenapa kau begitu tidak tahu diri"
"Heee.... heee.... hati Suma Cau orang jalan pun tahu, kau kira maksud hatimu aku tidak mengetahui" apalagi loohu pun tidak membutuhkan bantuan orang lain.... hmm, hmmm sungguh sesuatu lelucon yang amat menggelikan"
Tan Kia-beng sama sekali tidak menyangka maksud baik dirinya bisa disalah artikan oleh dirinya, saking khekinya dia tidak bisa bicara lagi.
Lama sekali baru mendepakkan kakinya ke atas tanah.
"Kau jangan omong sembarangan, aku orang she Tan
bukanlah manusia semacam itu. bentaknya semakin marah."
"Loohupun tahu kau bukanlah manusia semacam itu, tetapi kau terlalu romantis"
Mendadak air mukanya berubah adem bentaknya lagi,
"Bukankah kau menaruh cinta kepadanya?"
Mendengar perkataannya tersebut Tan Kia-beng segera tertawa terbahak-bahak
"Aku mengakui terus terang dia memang amat cantik dan menarik sekali, tetapi rasa simpatik yang aku perlihatkan kepadanya dikarenakan dorongan hati naluriku saja, terus terang aku beritahu kepadamu, sekalipun dia adalah bidadari yang turun dari kahyangan aku orang she Tan juga tidak bakal tertarik, kalau memangnya aku memandang dirinya seperti barang pusaka akupun tidak ingin turut campur banyak urusan lain waktu kita bertemu kembali, selamat tinggal."
"Kau kembali," tiba-tiba bentak kakek tua berjubah hitam itu lagi, "Loohu ada perkataan yang hendak aku tanyakan kepadamu"
Sebetulnya Tan Kia-beng pun mempunyai banyak urusan yang mencurigakan hatinya dan hendak ditanyakan
kepadanya, tetapi berhubung luka yang diderita gadis berbaju putih itu amat parah dan membutuhkan pengobatan dengan cepat maka dia tidak ingin bertanya pada saat ini, kini mendengar kakek tua berjubah hitam itu memanggil dirinya kembali dengan cepat dia menghentikan langkahnya.
"Ada perkataan apa" cepat sebutkan! siauw ya mu tidak akan sabaran menunggu lebih lama lagi," serunya ketus.
"Siapa suhumu?"
"Bukankah aku saja beritahukan kepadamu. Ban Li Im Yen, Lok Ton
Pendekar Pemetik Harpa 9 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Pendekar Pemetik Harpa 19
pak tangannya dengan cepat melancarkan serangan kembali sebanyak duapuluh satu jurusan, kecepatannya luar biasa membuat angin pukulan menderu deru memenuhi seluruh angkasa.
Dia yang sudah melancarkan serangan dengan
menggunakan seluruh tenaga dalam yang dimiliki membuat kekuatan serangan tersebut bertambah hebat.
Tampak bayangan telapak berkelebat memenuhi sekeliling tempat itu, hawa Khie kang dengan cepatnya berputar keseluruh tempat seketika itu juga membuat seluruh tubuh Tan Kia-beng terbungkus di tengah bayangan telapaknya.
Pada saat itulah mendadak dari dalam hutan bambu itu berkumandang datang dua buah jeritan ngeri yang amat mengerikan di tengah malam yang buta ini suara tersebut sangat menusuk telinga dan membuat hati terasa bergidik.
Tan Kia-beng menjadi sangat terperanjat, mendadak dari kedudukan bertahan dia mengubah diri menjadi kedudukan menyerang, berturut turut dia melancarkan tujuh serangan mendesak si toosu dengkil itu mundur terus ke belakang.
Pada saat dia dibuat tertegun itulah mendadak tubuhnya meloncat keluar dari kalangan kemudian bagaikan anak panah cepatnya meluncur ke dalam hutan bambu itu.
Ilmu meringankan tubuh Poh Poh Cing Im merupakan ilmu yang paling sakti, hanya di dalam beberpa kali kelebatan saja dia sudah tiba di pinggir hutan bambu itu. kemudian tanpa pikir panjang lagi tubuhnya dengan cepat menerobos masuk ke dalam hutan tersebut.
Setelah melewati hutan bambu mendadak pandangannya menjadi terang, sampailah dia di suatu kebun bunga yang penuh ditumbuhi dengan berbagai macam bunga yang aneh aneh, gardu kecil, gunung gunungan sebuah jembatan kecil yang melintang di atas sungai yang mengalirkan air dengan sangat jernihnya, pandangannya di sana sini indah sekali.
Di tengah-tengah kebun itu beridirlah sebuah bangunan kecil mungil yang amat indah sekali sekeliling tempat itu penuh ditumbuhi pohon bambu agaknya tempat itu
merupakan tempat tinggal dari seorang cianpwee yang sudah mengasingkan diri.
Saat ini hatinya cuma ada satu tujuan yaitu menolong orang lain, dengan tidak berpikir panjang lagi dia menerjang masuk ke dalam kebun bunga itu dengan jalan meloncat tembok pagar.
Mendadak dia menemukan si hweesio serta si toosu yang ditemuinya sewaktu masih ada dibukit tadi kini sudah menggeletak di atas tanah dalam keadaan tidak bernyawa lagi.
Dengan teliti dia melakukan pemeriksaan pada mereka berdua, kecuali baju serta sepasang kakinya yang amat kotor terkena lumpur seluruh muka dan kulit badannya sudah dipenuhi dengan noda noda merah yang mulai membengkak, pada bagian alis sampai pada pipinya pun terdapat sebuah goretan bekas yang berwarna merah darah.
Dengan keaddaan seperti ini satu kali pandang saja dia sudah tahu mereka tentunya baru saja melewati telaga nyamuk itu dan menerjang masuk ke dalam hutan bambu ini.
Siapa tahu tanpa mereka sadari sudah terkena bokongan orang lain yang menggunakan ilmu pukulan api beracun yang amat dahsyat itu sehingga menemui ajalnya.
Melihat hal itu Tan Kia-beng menjadi sangat gusar sekali, tiba-tiba dia berseru kaget, "Haaa, kereta maut?"
Disebelah kiri dari halaman kecil itu sedikitpun tidak salah, berdirilah sebuah kereta kuda yang amat megah dan mewah sekali. pada dinding kiri kanan dari kereta itu tertancaplah dua kuntum bunga mawar yang berwarna merah. apa yang
dilihatnya persis seperti apa yang dilihatnya dahulu.
Kalau keretanya ada disini sudah tentu majikanpun ada di dalam pula, dia tidak ada niat untuk mengadakan pemeriksaan lagi sepasang telapak tangannya dengan cepat disilangkan ke depan dada kemudian menerjang masuk ke dalam rumah yang kecil mungil itu.
Mendadak dia menjerit tertahan dengan amat keras, kiranya di dalam ruangan itupun sudah menggeletak tiga sosok mayat.
Dua sosok mayat dari toosu dan sesosok mayat dari seorang kakek tua berjubah kuning, keadaaan diri mayat itu sangat mirip sekali dengan keadaan dari mayat sehweesio serta toosu yang menggeletak di depan rumah.
Walaupun dia tidak kenal dengan mereka tetapi menurut dugaannya, mereka mereka ini tidak lebih pasti orang dari tujuh partai besar.
Saat ini si pengemis hweesio gemuk serta Toosu dengkil sudah pada datang semua.
"Aduh mak!" teriak hweesio gemuk itu, "begitu masuk ke dalam rumah iblis itu sungguh amat kejam. ayoh cepat kita cari, lalu suruh dia menggelinding keluar dari sini."
Sreet, sreet! tiga sosok bayangan manusia dengan amat cepatnya menerjang masuk ke dalam ruangan itu, tapi ketika melihat mayat mayat yang menggeletak di atas tanah mereka menjadi tertegun.
Dengan pandangan dingin Tan Kia-beng melirik sekejap ke arah mereka bertiga lalu tanpa berbicara sepatah katapun melanjutkan kembali pemeriksaannya.
Dia merasa walaupun bangungan rumah ini amat kecil tetapi barang-barang yang diatur di dalam ruangan tersebut
amat mewah dan teratur sekali, tidak salah lagi mereka tentu dari keluarga kaya.
Tulisan tulisan, lukisan lukisan serta barang-barang kuna yang diatur disana tidak sebuah pun yang bukan barang berharga, pada dua deret disamping ruangan itu terdapatlah rak rak buku yang besar dan kecil, didalamnya tersusun beratus ratus judul kitab kenamaan, sedang di dalam kamar baca yang ada di pinggirnya tergantunglah sebuah lukisan wanita cantik yang tingginya kurang lebih dua depa.
Lukisan itu amat hidup sekali membuat orang yang
memandang terasa sangat tertarik wajah dari lukisan perempuan cantik itu rada mirip mirip dengan wajah dari gadis berbaju putih cuma saja usianya sudah lanjut sehingga jelas membuktikan kalau lukisan itu bukanlah lukisan dari wajah gadis berbaju putih itu.
Tan Kia-beng dengan perlahan berjalan masuk keruangan dalam. dibelakang kamar buku terletaklah sebuah halaman kecil cuma saat ini tidak tampak sesosok bayangan manusiapun.
Dengan meminjam sinar dari rembulan dia mengadakan pemeriksaan kembali ke sekeliling tempat itu, tidak jauh dari sana kembali terlihat sebuah kamar kecil yang agaknya kamar dari seorang perempuan tapi saat ini dalam keadaan kosong pula karena tidak memperoleh hasil apa apa terpaksa dia balik kembali keruangan depan.
Saat itu si pengemis sekalian sedang menanti dirinya diluar ruangan ketika melihat Tan Kia-beng berjalan keluar dengan sinar mata yang penuh keheranan mereka memendang tajam ke arahnya.
Tan Kia-beng tidak ambil gubris, dia melanjutkan
langkahnya terus sambil terus tundukkan kepalanya dalam hati pikirnya, "Karena maut ilmu pukulan api beracun serta lukisan dari perempuan cantik muncul di semua tempat, ini jelas disinilah tempat tinggal dari kakek tua berjubah hitam itu, tapi kenapa tidak tampak orangnya?"
Mendadak di dalam benaknya berkelebat satu ingatan.
"Oooh benar pasti begitu," mendadak dia berteriak keras,
"Tentu Si iblis tua itu merasa banyaknya orang yang mengejar dirinya lalu memancing mereka kesini dan turun tangan membasmi mereka. Hmm, sungguh kejam perbuatannya."
Suara bentakannyayang amat keras ini seketika itu juga membuat ketiga orang yang ada di dalam ruangan itu menjadi amat terperanjat.
Si pengemis tua dengan sinar mata penuh kecurigaan memandang ke arah Tan Kia-beng, mendadak ujarnya.
"Hey bocah cilik sebetulnya kau muridnya iblis tua itu atau bukan?"
"Omong kosong, bukankah sejak tadi aku sudah jelaskan"
suhuku adalah Ban Li Im Yen Lok Tong."
"Waah, kali ini benar-benar membuat aku si pengemis menjadi bingung teriak si pengemis sambil garuk garuk kepalanya Lalu kenapa ilmu silatmu bisa persis dengan ilmu silatnya si iblis itu?"
"Ilmu silat yang ada di dalam dunia memangnya berasal dari satu sumber, apakah dia bisa lalu aku harus tidak bisa?"
"Bagus. sekarang kita tidak usah membicarakan persoalan ini, aku mau tanya kenapa kau datang kemari?"
"Karena di tengah jalan aku sudah menemukan kereta maut maka sengaja aku datang kemari untuk mengadakan
penyelidikan."
"Tidak salah".
"Aduh kalau begitu kita terkena tipunya, teriak si pengemis itu mendadak. Coba kalian pikir, telaga nyamuk itu merupakan sebuah rawa yang penuh dengan lumpur bagaimana kereta berkuda itu bisa meloncati kemari?"
"Lalu kereta yang ada di halaman itu bagaimana bisa sampai disini?" Tang Yan Kia-beng kebingungan.
Si pengemis tua itu tidak memberikan jawaban, sambil menuding ke arah hweesio gemuk itu dia memperkenalkan kepadanya.
"Saudara ini adalah Mang Touw Tou atau si hweesio berangasan, sedang yang ini Cung toosu atau si toosu dengkil sedang aku sendiri karena sifatnya yang aneh dan kukoay orang-orang Bulim menyebut diriku sebagai Hong Jen Sam Yu, Lok Tong itu suhumu merupakan kawan karibku, kini kau adalah muridnya berarti juga kitapun bukan orang luar lagi."
Tan Kia-beng segera maju memberi hormat kepada mereka, lalu sambil menuding toosu yang sudah menggeletak menjadi mayat itu tanyanya.
"Loocianpwee apakah kenal dengan orang yang sudah binasa ini?"
Si pengemis aneh segera menghela napas panjang.
"Hweesio yang ada di halaman luar itu bernama Pu Cing Thaysu itu ciangbunjin dari Ngo Thay Pay, sedang Toosu tersebut adalah salah satu dari Go-bie Ngo Cu yang bernama Lay Yang Cu."
Dia memandang pula ke arah dua orang toosu serta
seorang kakek tua berjubah kuning yang ada di dalam halaman itu, lalu sambungnya, "Mereka bertiga adalah jago-jago berkepandaian tinggi dari tujuh partai besar, heey tidak disangka sudah mati di sini semua."
"Heey nanti dulu!" tiba-tiba si hweesio berangasan memotong di tengah jalan. "Jika kau bilang bukan pekerjaan dari iblis tua itu lalu siapa yang melakukannya?"
"Heeeey, perkataan sepatah dua patah bisa menerangkan seluruh kejadian ini, biarlah kau bercerita perlahan-lahan nanti, tentu kau pun akan paham sendiri."
Si pengemis aneh itu menarik napas panjang dahulu baru sambungnya.
"Tadi aku sudah memeriksa kereta maut itu di las di atas kereta sudah penuh dengan debu bahkan rodanyapun amat bersih hal ini memperlihatkan kalau barang itu sudah lama tidak digunakan, hal ini yang pertama. Yang kedua, menurut apa yang aku ketahui selama sepuluh tahunan iblis tua cuma munculkan diri setiap tahun satu kali pada musim semi yang ditempuh selamanya tidak pernah berubah, kenapa hanya ini tahun saja yang berubah" bahkan terjadi secara tiba-tiba bukankah hal ini amat mencurigakan sekali."
"Apalagi sifat iblis tua itu amat congkak asalkan dia menemukan jejak musuh yang membuntuti dirinya dia pasti menghentikan kereta untuk mengajak bertempur, bagaimana kali ini dia sudah mengubah sifatnya dengan memancing orang lain memasuki perkampungan Cui-cu-sian ini?"
"Haruslah kalian ketahui perkampungan ini sama sekali tidak ada jebakan dan tempat tempat yang berbahaya, mana mungkin dia bisa membiarkan orang lain mengetahui tempat
ini sehingga mendatangkan kesulitan buat dirinya sendiri" aku kira iblis tua itu tentu sudah mengosongkan rumah ini dikarenakan sesuatu urusan yang amat gawat."
"Jadi menurut perkataanmu ada orang ini yang sengaja memfitnah dirinya?" Timbrung si toosu dengkil itu.
"Benar," seru si pengemis aneh mengangguk. "Maksud aku pengemis, di dalam hal ini kemungkinan ada orang yang sengaja mencari gara gara dengan meminjam namanya."
"Tidak mungkin begitu!" tiba-tiba potong Tan Kia-beng sambil berteriak keras. "Ilmu pukulan api beracun dari Teh-leng-bun tidak mungkin bisa palsu."
"Teh-leng-bun?" Teriak si pengemis aneh hweesio
berangasan serta si toosu dengkil dengan kagetnya.
Kiranya pada lima puluh tahun yang singkat, kemudian secara tiba-tiba lenyap tak berbekas sehingga siapapun tidak pernah menemukannya kembali, siapa sangka ini hari Tan Kia-beng sudah menyebutnya kembali, bagaimanapun mereka itu tidak menjadi terkejut"
Tan Kia-beng tahu dirinya sudah terlanjur bicara, cepat-cepat tambahnya.
"Urusan ini bila mana bukannya suhu yang memberitahukan kepadaku aku sendiripun tidak tahu."
Si pengemis aneh bertiga semuanya merupakan jago-jago kawakan yang mempunyai pengalaman yang amat luas di dalam Bulim sekali pandang saja mereka segera merasa pemuda yang ada dihadapan mereka saat ini tentu
mempunyai hubungan yang amat erat sekali dengan Teh-leng-bun karena mereka tahu sekalipun Ban Li Im Yen, Lok Tong merupakan seorang pendekar yang suka berkelana tetapi
pengalamannya tidak bisa memadahi Hong Jen Sam Yu, urusan yang Hong Jen Sam Yu tidak diketahui sudah tentu dia semakin tidak tahu
Tapi dia tidak mau memecahkan rahasia ini.
"Oooh begitu?" ujarnya tersenyum.
Tiba-tiba di dalam benak Tan Kia-beng berkelebat kembali suatu bayangan yang mencurigakan hatinya, ujarnya dengan cepat, "Lalu siapakah gadis berbaju putih yang membokong diriku sewaktu ada di dalam hutan" apa mungkin dia"...."
"Apa bayangan putih itu yang kau maksud?" sela si pengemis aneh itu. "Kami dipancing datang oleh dia."
"Wajahnya apa mirip dengan lukisan yang ada di dalam kamar baca itu?"
Sepasang mata dari si toosu dengkil berputar tak henti hentinya, ujarnya, "Kami cuma melihat sesosok bayangan putih berkelebat dengan amat cepatnya di depan kita, bagaimana dengan wajahnya, aku kira cuma Thian saja yang tahu."
"Dengan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Hong Jen Sam Yu sebagai jago nomor satu dalam Bulim saja tidak berhasil menyandak orang itu, sudah tentu orang lain semakin tidak mampu."
Suasana menjadi hening untuk beberapa lamanya, tiba-tiba si pengemis aneh membuka mulut.
"Hey, bocah cilik, apakah baru baru ini kau pernah bertemu dengan suhumu?"
"Sejak dia pergi ke gurun pasir sampai kini tidak ada kabar beritanya lagi" jawab Tan Kia-beng sambil gelengkan kepalanya dengan sedih.
"Pernahkah dia membicarakan sesuatu urusan dengan dirimu?"
"Katanya dia harus pergi kesana untuk mengurusi suatu urusan yang mempunyai sangkut paut dengan penjagalan yang bakal terjadi di dalam Bulim"
"Apa?"
Mendadak si pengemis aneh itu loncat bangun dengan amat kagetnya, tapi sebentar kemudian sambil menghela napas panjang dia duduk kembali ke atas tanah.
"Kalau begitu keadaan dari Lok Loodjie sangat berbahaya, mungkin dia sudah ketimpa maut."
Kali ini Tan Kia-beng yang dibuat terperanjat, dengan cepat dia mencekal tangan si pengemis aneh itu.
"Kau bicara apa?" serunya cemas.
"Heey. apakah kau balum tahu" jago nomor satu dari Bulim tempo hari si Chu Swee Tiang Cing Tan Cu Liong beserta Thiat Bok Tootiang dari Bu-tong-pay serta Seng Siauw Kiam Khek dari Cing Djan bersama-sama berangkat menuju ke gurun pasir. siapa tahu sejak itu mereka tidak ada kabar beritanya lagi, aku kira suhumu tentu sedang menyelidiki urusan ini, coba bayangkan tiga orang saja lenyap apalagi dia cuma seorang saja sudah tentu keadaannya sangat berbahaya."
Tan Kia-beng segera melepaskan cekalan tangannya, dia berteriak keras.
"Sekarang juga boanpwee akan berangkat menuju ke gurun pasir. aku mau cari dia."
"Jangan gegabah," seru si pengemis aneh dengan wajah berubah amat hebat, "gurun pasir berada jauh ribuan li dari sini, kau mau pergi kemana mencari dirinya" apalagi suhumu
berani berangkat seorang diri kesana sudah tentu dia mempunyai pegangan yang kuat, bilamana kau pergi ke sana bukan saja tidak berguna bahkan kemungkinan sekali sudah mengganggu rencananya, lebih baik menunggu beberapa waktu lagi baru kita bicarakan kembali."
Baru saja Tan Kia-beng hendak berkata kembali mendadak terdengar si toosu dengkil suah berteriak teriak.
"Iblis tua sudah pergi dari sini, buat apa kita berdiam diri saja disini?"
Pada saat itu si hweesio berangasanpun sudah berdiri sambil memegang perutya yang besar, diapun berteriak teriak hendak pergi dari sini.
Agaknya diantara Hong Jen Sam Yu kecuali si pengemis aneh kedua orang lainnya hampir hampir tidak menaruh rasa simpatik sedikitpun terhadap Tan Kia-beng.
Ketika si pengemis aneh melihat mereka semua ribut mau pergi dari sana terpaksa diapun ikut bangkit berdiri, pesannya kembali kepada Tan Kia-beng.
"Masa pembunuhan secara besar besaran sudah mulai timbul di dalam Bulim harap kau sedikit berhati-hati salah sedikit saja kau akan menyesal seumur hidupmu dengan kepandaian silat yang Siauwhiap miliki sekarang sebetulnya tidak sukar untuk mencari nama di dalam Bulim tetapi sampai itu waktu kau harus ingat benar-benar terhadap semua nasehat dari suhumu dan seluruh peraturan dari perguruan, ingat.... jangan sampai melupakan hal ini."
Tan Kia-beng yang dinasehati segera mendengarkannya.
Selama hidupnya si pengemis aneh itu selain berlagak masa bodoh dan jadi orang suka guyon, tetapi ini hari ternyata
sudah berubah begitu seriusnya membuat si toosu dengkil yang nampak akan hal ini tak akan tertahan lagi tertawa terbahak-bahak.
"Hey sungguh aneh sekali, bagaimana malam ini kau bisa bicara begitu banyak" ayoh jalan.
Sambil berbicara dia berlari terus ke depan menanti setelah pengemis aneh mulai menggerakkan tubuhnya dia sudah berada dua puluh kaki jauhnya, si pengemis dengan cepat mengerahkan ilmu meringankan tubuh untuk menyusul.
Hanya di dalam sekejap saja mereka sudah lenyap dari pandangan.
Tan Kia-beng yang sejak ditinggal pergi oleh suhunya Ban Li Im Yen, Lok Tong tak ada satu haripun tidak rindu kepada suhunya kini mendengar perkataan dari si pengemis aneh itu diam-diam hatinya mulai merasa kuatir terhadap nasib suhunya. sebenarnya dia pingin sekali pergi menyusul suhunya tetapi perkataan dari si pengemis aneh itu sedikitpun tidak salah, gurun pasir amat luas sekali dia mau menuju kemana untuk menemukan suhunya.
---0-dewi-0--- JILID: 7 Teringat kembali olehnya peristiwa yang sudah sering terjadi dalam dunia kangouw baru baru ini sekalipun pengalaman dibidang Bulim masih rendah tapi dia merasa urusan sudah berubah menjadi amat tegang, pikirnya, "Kini aku sudah memperoleh kitab pusaka Teh Leng Ciu Keng serta pedang Giok Hun Kiam. Han Tan Loojienpun
memerintahkannya aku untuk mencabut sebagai Teh Leng
Kaucu seharusnya di dalam waktu semacam inilah aku berbuat beberapa pekerjaan yang menguntungkan dunia kangouw kemudian merebut gelar jago nomor wahid sewaktu
diadakannya pertemuan puncak para jago di atas gunung Huang san dikemudian hari, bukankah hal itu merupakan suatu kesempatan yang bagus untuk mendirikan kembali perkumpulan Teh Ling Kau?"
Berpikir sampai disini tak terasa lagi semangatnya berkobar kobar, rasa lelah karena menempuh perjalanan semalaman segera tersapu bersih dari badannya dengan meminjam sinar rembulan yang remang remang dia segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya berlari ke arah depan.
Demikianlah dengan berlari pesat dia melanjutkan
perjalanannya kurang lebih selama satu jam, akhirnya sampailah dia disebuah lembah yang amat dalam sekali, disamping lembah itu terdapatlah sebuah jalan raya yang amat lebar.
Baru saja tubuhnya hendak meloncat turun, tiba-tiba....
Sreet! sesosok bayangan manusia dengan amat cepatnya meloncat keluar dari balik sebuah batu besar kemudian membentak dengan suara yang amat keras;
"Hey bocah cilik, kau sudah melihat Cian jia ku tidak?"
Tan Kia-beng menjadi terperanjat, terburu-buru dia mundur dua langkah ke belakang.
Tampaklah si kakek tua berjubah hitam Hu Hong dengan dinginnya sudah berdiri dihadapannya dia menjadi melengak tetapi sebentar kemudian sudah sadar kembali, bukankah Cian jie yang sedang dicari adalah gadis berbaju putih itu"
"Ooh, kau cari budak liar yang sama sekali tidak
berpendidikan itu?" tanyanya dengan suara amat gusar.
"Kemarin malam tanpa sebab dia sudah membokong diriku lalu memancing aku melewati telaga nyamuk sehingga hampir hampir nyawaku melayang sekarang aku sedang mencari dia untuk bikin perhitungan."
"Apa".... telaga nyamuk?""
Dengan mantap Tan Kia-beng menganggukkan kepalanya, baru saja dia hendak memaki atas kekejamannya kemarin malam mendadak tampak olehnya kakek tua berjubah hitam itu bagaikan segulung asap hitam dengan amat cepatnya berlari menuju ke arah gunung, dari air mukanya jelas sekali tampak sikapnya amat cemas dan kuatir sekali.
Tan Kia-beng menjadi keheran heranan tapi dia tidak melakukan pengejaran.
Dengan mengambil jalan raya semula ia melanjutkan perjalanan ke depan dan akhirnya sampailah disebuah dusun kecil.
Saat ini dia benar-benar merasakan perutnya amat lapar dan cepat-cepat diisi, setelah masuk ke dalam dusun dengan cepat mencari sebuah rumah makan dan mencari tempat yang sunyi untuk minta beberapa macam makanan lantas berdahar dengan perlahan.
Tiba-tiba.... suara berderingnya bel yang amat nyaring bergema datang, tampak seekor kuda dengan amat cepatnya menerjang datang dan tepat berhenti di depan pintu rumah makan
Seorang lelaki berdandan silat dengan terburu-buru meloncat turun dari kudanya kemudian masuk ke dalam rumah makan itu dengan langkah lebar.
Tan Kia-beng segera mengenal kembali orang itu yang bukan lain adalah Chiet Ciat Hong Wie Pian, Ting-hong dari partai Tiam-cong-pay.
Tan Kia-beng tidak mau mencari gara gara, cepat-cepat dia melengos ke samping tetapi sudah terlihat olehnya.
Tidak malu orang itu disebut sebagai seorang lelaki sejati, dari tempat kejauhan dia segera merangkap tangannya memberi hormat.
Selamat bertemu, selamat bertemu kiranya Tan heng pun ada disini. Terpaksa Tan Kia-beng mempersilahkan dia duduk satu meja dengan dirinya, orang itu teryata tanpa sungkan sungkan lagi sudah duduk di hadapannya. terdengar dia bertanya kembali
"Sejak kapan Tan heng kembali ke daerah selatan lagi"
perbuatanmu waktu itu sungguh membuat siauwte merasa sangat kagum."
"Aaah sedikit urusan buat apa dibicarakan kembali?" seru Tan Kia-beng merendah.
Ting-hong tanpa sungkan sungkan sudah meneguk habis tiga cawan arak dan menghabiskan satu mangkok mie ujarnya sambil dahar.
"Kepandaian dari Tan heng sungguh hebat sekali entah pada tahun besok kau punya maksud untuk merebut gelar jagoan nomor satu tidak?"
"Aaah, Ting heng sudah berguyon siauwte mana punya kepandaian sebegitu tinggi?"
"Sekalipun tidak ingin merebut gelar tersebut tetapi pertemuan besar yang sukar untuk ditemui kembali pada kemudian hari Ting heng seharusnya ikut hadir setidak
tidaknya menonton keramaian sehingga bisa menambah pengetahuan buat kita."
Mendengar perkataan itu Tan Kia-beng segera merasa tertarik.
"Berita dari Ting heng amat cepat pengetahuan amat luas tahukah kau jagoan dari mana yang kelihatan paling punya harapan untuk memperoleh gelar jagoan nomor wahid."
Mungkin dikarenakan rasa hormat yang diperlihatkan Tan Kia-beng kepadanya membuat teramat girang. Terdengar Ting-hong tertawa terbahak-bahak dengan gembiranya lantas menjawab;
"Jika membicarakan dalam soal ilmu silat tidak usah dipikir siauwte terasa bukanlah tandingan dari Tan heng jika membicarakan soal berita berita siauwte mungkin punya sedikit kelebihan."
Dia menarik napas panjang lalu baru sambungnya,
"Sebetulnya ilmu silat dari setiap partai yang ada di dalam Bulim siauwte rasa seimbang semua, cuma sekarang Ci Si Thaysu dari Siauw-lim-pay serta Lo Hu Cu dari salah satu Go-bie Ngo Cu merupakan yang tertinggi ilmu silatnya tetapi sejak munculnya pemilik kereta maut itu urusan menjadi agak sukar.
Pada beberapa hari yang lalu ciangbunjin dari tujuh partai besar sudah menantang pemilik kereta maut untuk bertanding ilmu silat di atas gunung Thay-san, ternyata iblis tua itu hendak dengan seorang melawan tujuh orang sekaligus hooo.
kalau bukannya pada saat yang kritis datang seorang iblis cilik keadaan entah sudah terjadi bagaimana" katanya ilmu silat dari iblis itu tidak ada dibawah kepandaian iblis tua bahkan memiliki juga pedang Kiem Ceng Giok Hun Kiam yang amat berharga."
"Menurut berita yang tersiar katanya keadaan dari iblis cilik itu hampir sama dengan Tan heng orang itu pernah menyerbu ke atas gunung Heng-san dan menghancurkan pintu loteng kuil Sam yuan Koan, melumurkan papan nama dari Heng-san-pay bahkan melukai dua puluh orang anak murid Heng-san-pay keadaannya jauh lebih ganas daripada iblis tua itu."
Semakin bercerita Ting-hong semakin bersemangat, dia meneguk habis tiga cawan teh lagi lalu sambungnya kembali; Karena munculnya iblis cilik ini seketika itu juga membuat para jago menjadi marah dan siap-siap menyerang mereka berdua dengan cara mengerubuti pada saat itulah tiba-tiba Liok Lim Sin Ci, Sam Koan Sin Nie muncul disana sehingga suatu badai hujan yang akan terjadi dapat dicegah kembali, waktu itu karena siauwte punya urusan harus menuju ke daerah Chuan Cin tak ada kesempatan untuk hadir sendiri berita yang aku dengar ini Siauwte dapatkan dari beberapa orang kawanku
Tan Kia-beng yang mendengar semua orang kangouw
memanggil dia sebagai iblis cilik keningnya dikerutkan rapat rapat diam-diam pikirnya, "Jika didengar dari pembicaraannya perebutan jago nomor wahid ini cuma ada aku serta si kakek tua berjubah hitam itu saja yang paling menonjol.jika dia pun merupakan anggota dari Teh-leng-bun aku harus berbuat bagaimana?"
Tetapi pikirannya segera berubah kembali, teringat kalau dunia ini amat besar, diluar langit ada langit, diluar manusia masih ada manusia lagi keadaan tidak mungkin bisa begitu sederhananya masih ada juga Liok Lom Sin Ci serta Sam Koang Sin nie itu manusia macam apa" Agaknya orang-orang Bulim pada menaruh hormat kepadanya, dirinya tidak mungkin berbuat terlalu gegabah.
Dia segera tersenyum ujarnya, "Kepandaian silat Liok Lim Sin Ci serta Sam Koang Sinnie itu tentunya amat tinggi sekali?"
"Haa haa, Tan heng pura pura tidak tahu atau memang benar-benar tidak tahu?" seru Ting-hong sambil tertawa tergelak. orang-orang dalam Bulim sekarang ini ada siapa yang tidak kenal dengan kedua orang manusia aneh itu"
Jangan dikata ilmu khie kang Sian Thian Sian Bun Kang Khie serta Hu Bun Bun Siang Sin Kang mereka sudah berhasil dilatih hingga mencapai kesempurnaan. Cukup membicarakan soal umur saja, heheeeheee.... mungkin menjadi cucu buyutnya pun tak sepadan.
Tan Kia-beng cuma memperlihatkan senyuman tawarnya, dia sama sekali tak memberikan komentar apa apa
"Aaah.... waktu sudah tidak pagi siauwte harus berangkat ke gunung Sang san untuk mengirim surat" ujar Ting-hong mendadak sambil bangkit berdiri. "Aku harus memberi kabar kepada Ci Si Thaysu serta suhuku Pendekar Satu Jari untuk berkumpul dikuil Kun-yan-koan di atas gunung Go-bie guna merundingkan suatu urusan yang amat penting."
"Urusan apa yang begitu pentingnya" Mari silahkan Ting heng duduk sebentar lagi" seru Tan Kia-beng cepat.
Sepasang mata dari Ting-hong dengan tajam menyapu sekejap keseluruh ruangan kemudian dengan suara yang amat lirih rendah, ujarnya, "Putri dari pemilik kereta maut itu sudah berhasil ditawan oleh Go-bie Su Cu dan kini dikurung di dalam kamar bawah tanah dari kuil Kun Yen Koan, maksud dari Lo Ha Cu dia ingin menggunakan perempuan itu sebagai umpan untuk memancing datangnya pemilik kereta maut lalu dengan mengambil kesempatan ini melenyapkan dia dari muka bumi, tetapi pihak Go-bie takut kekuatannya tidak cukup makanya segera kirim orang untuk mengundang Ciangbunjin dari enam
partai lainnya untuk bersama-sama kumpul di atas gunung Go-bie sehingga demikian kemungkinan gagal jauh
berkurang."
Tan Kia-beng segera mengangguk pura pura merasa
kagum, padahal setelah bayangan dari Ting-hong lenyap dalam hati segera mengambil perhitungan dengan teliti.
"Walaupun si kakek tua berjubah hitam itu jadi orang amat kejam, tetapi jika mereka harus turun tangan dengan menggunakan cara seperti itu, sebenarnya kurang jujur."
Dia berhenti sebentar, suatu bayangan mendadak
berkelebat di dalam benaknya.
"Sekalipun kakek tua berjubah hitam itu jahat tetapi diapun merupakan anggota dari Teh-leng-bun, jikalau aku berhasil menyelidiki kejelekan kejelekan serta kejahatan yang diperbua,t lain kali dengan menggunakan seruling perak peninggalan Han Tan Loojien, aku bisa membersihkan perguruan dari nama nama kotor, di dalam hal ini aku tidak seharusnya melihat orang lain mencelakai dirinya tanpa campur tanganku, aku harus ikut campur dalam urusan ini dan menolong dia keluar dari bahaya. Apalagi gadis berbaju putih itupun cuma seorang gadis yang baru saja menanjak dewasa dia punya dosa apa sehingga harus dikurung sehingga menderita?"
Kebanyakan manusia mempunyai sifat serakah dan mau hanya buat kepentingan sendiri, Tan Kia-beng bukan malaikat sudah tentu tak terkecuali, saat ini dia sebagai Kauwcu dari Teh-leng-bun mana mau membiarkan orang lain mencelakai orangnya sendiri tanpa ikut campur dari dirinya" Apa lagi dengan mata kepala sendiri dia belum pernah melihat si kakek tua berjubah hitam itu pernah melakukan kejahatan yang berlebih lebihan.
Akhirnya dalam hati dia mengambil keputusan untuk berangkat kekuil Kun-yan-koan di atas gunung Go-bie pada hari itu juga dia hendak menolong gadis berbaju putih itu keluar dari kurungan mereka lalu menyuruh dia
memberitahukan urusan ini kepada si kakek tua berjubah hitam agar dia jangan sampai terpancing.
Dalam Bulim pada saat ini kecuali partai Siauw-lim-pay boleh dikata cuma ada partai Go-bie serta Kun-lun-pay saja yang memiliki jago-jago berkepandaian tinggi paling tinggi paling banyak, kini Tan Kia-beng secara gegabah hendak naik ke gunung Go-bie untuk menolong orang bukankah keadaanya seperti kambing yang menghantarkan diri kemulut harimau"
Keadaannya sangat berbahaya sekali
Tetapi karena desakan perasaan hatinya serta pandangan dari segi Teh-leng-bun mau tidak mau dia harus melakukan hal ini.
Dia sama sekali tidak pernah menduga kalau sebutannya sebagai Si iblis cilik yang pernah mengobrak abrik Heng-san-pay serta menemui para jago di atas gunung Thaysan sudah tersebar luas dalam seluruh Bulim.
Seluruh jago dari kalangan Pek-to pada mencari dia untuk cepat-cepat membasmi dirinya dari muka bumi sedang dari jago-jago kalangan Hek-to banyak pula kaum iblis yang bermunculan dan terus menerus mengikuti jejaknya di dalam pandangan mereka sudah tentu tertarik pada pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam yang ada ditangannya.
Sampai saat ini dia belum pernah menemui urusan,
semuanya dikarenakan perjalanannya yang tidak menentu, sebentar dari Utara menuju ke Selatan mendadak mengikuti jejak kereta maut balik kembali ke tempat semula membuat
jejaknya membingungkan selalu dengan demikian para jago yang mengikuti dirinyapun menjadi kalang kabut dibuatnya.
Kemunculannya secara terang terangan untuk melakukan perjalanan menuju ke daerah Chuan Cing segera mengejutkan semua orang, sewaktu di kota Wu Han dia pernah muncukan dirinya satu kali begitu berita tersebut tersebar maka keseluruh daerah sana sudah dipenuhi dengan para jago dari segala penjuru
---0-dewi-0--- Siapa tahu di kota Wu Han dia tidak menginap, pada malam itu juga dia melanjutkan perjalanan dengan menunggang perahu sehingga para jago yang pada berkumpul di sana pada menubruk tempat kosong.
Sekalipun begitu ada beberapa orang iblis juga yang berhasil membuntuti dirinya Tetapi sampai saat itu Tan Kia-beng masih tidak sadar sesampainya dikeresidengan Go-bie dia segera cari rumah penginapan untuk beristirahat guna mengumpulkan tenaga buat pekerjaan nanti malamnya.
---0-dewi-0--- Malam semakin kelam seluruh permukaan tanah diliputi oleh kegelapan....
Dibawah kaki gunung Go-bie yang amat tinggi melayang datang sesosok bayangan hitam yang bagaikan kilat cepatnya berkelebat menuju kekuil Kun-yan-koan di atas gunung Go-bie ilmu meringankan tubuhnya amat tinggi cuma dalam satu kali tutulan saja dia sudah mencapai tujuh, delapan kaki jauhnya hanya di dalam beberapa kali lompatan seratus kaki sudah dilalui tanpa terasa,
Baru saja bayangan pertama berkelebat lewat.... sreet sreet dari kaki gunung muncul kembali beberapa sosok bayangan hitam yang dengan amat lincahnya membuntuti bayangan hitam yang pertama.
Sreet.... sreet dari samping kiri dan kanan pun dengan amat cepatnya meluncur keluar berpuluh puluh sosok bayangan hitam di dalam sekejap saja mereka sudah lenyap di tengah kegelapan
Pada saat itulah bagaikan bayangan setan saja mendadak melayang turun sesosok bayangan hitam dari seorang kakek tua yang berkerudung, bagaikan seekor burung bangau sakti di dalam satu kali loncatan saja dia sudah berhasil mencapai ketinggian puluhan kaki kemudian bagaikan kilat cepatnya melompati sebuah selokan yang agak dalam sekejap mata dia pun lenyap di dalam kegelapan.
Bayangan hitam yang bekelebat dipaling depan itu bukan lain adalah Tan Kia-beng yang sengaja datang kekuil Kun-yan-koan untuk menolong gadis berbaju putih lolos dari kurungan orang-orang Go-bie Pay dengan amat ringan dan lincahnya dia melewati bukit bukit terjal dan berhasil tiba di depan kuil Kun-yan-koan tanpa menimbulkan sedikit suara yang berisik.
---0-dewi-0--- Kuil Kun-yan-koan ini didirikan dengan mengambil bentuk sesuai dengan keadaan bukitnya, kamar dan bilik banyak sekali tersebar diseluruh penjuru, ruangan tengah kuil berdiri dengan megahnya di tengah bangunan lain membuat sebuah tanah yang amat luas hampir dipenuhi dengan bangunan yang amat megah itu.
Tan Kia-beng yang sudah munculkan dirinya di depan kuil segera mengadakan pemeriksaan dengan amat telitinya di
sekeliling tempat itu lalu melayang naik melalui sebuah ruangan yang agak rendah dibelakang bangunan tersebut, dalam anggapannya ruangan bawah tanah atau ruangan rahasia tentu sebagian besar terletak pada kuil bagian belakang.
Siapa tahu ketika dia meloncat naik ke atas atap rumah, disekitar sana cuma kelihatan berderet deret kamar para toosu yang amat rapi sekali, cepat-cepat dia mengundurkan diri dari sana dan meloncat naik dari halaman lain.
Tempat ini merupakan sebuah kamar pertemuan yang amat tenang, dedaunan serta ranting pada berguguran diluar halaman bunga yang beraneka warna serta menyiarkan bau yang semerbak tumbuh memenuhi sekeliling ruangan
tersebut. Secara samar-samar dari ruangan tengah memancar keluar sinar lampu yang amat terang, dengan cepat dia berkelebat dan loncat naik ke atas sebuah pohon siong untuk melakukan pengintaian.
Di dalam ruangan itu sudah duduk banyak orang yang kini sedang bercakap-cakap selain Lo Hu Cu itu ciangbunjin dari partai Go-bie yang pernah bertemu muka dengan dia para jago lainnya dia sama sekali tidak kenal.
Terdengar seorang toosu tua yang berwajah kuning dengan jenggot bercabang tiga mengerutkan alis.
"Di dalam Bulim saat ini keadaan amat berbahaya," ujarnya dengan suara yang serak. "Dalam keadaan yang tidak terlalu aman buat semua partai jika kita tetap menahan siluman perempuan itu disini cepat atau lambat hal ini merupakan bencna juga bagi kita, jikalah Ci Si Thaysu sekalian tidak
berani meninggalkan partainya lalu kita harus berbuat bagaimana untuk mengambil pencegahan?"
Tan Kia-beng yang secara diam-diam mencuri dengar percakapan mereka saat ini benar-benar merasa semangatnya berkobar kembali, pikirnya, "Ehm, sedikitpun tidak salah, perempuan berbaju putih itu memang benar ada disini"
"Perkataan dari sute sangat beralasan sekali," terdengar Lo Hu Cu sudah menjawab sambil mengangguk. "Tetapi kau harus tahu semua bencara ditimbulkan oleh iblis tua itu jikalau kita berhasil menguasai diri iblis tua itu apa mungkin mereka tidak mau melakukannya" menurut pendapat Ie heng mereka pasti datang."
"Sedangkan terhadap si iblis tua itu menurut Ie heng diapun pasti akan datang kemari, karena dia sudah memandang siluman perempuan itu seperti nyawanya sendiri bahkan jauh lebih penting dari segalanya."
"Suheng, tahukah kau sebetulnya iblis tua itu berasal dari aliran mana?" timbrung salah seorang toosu yang hadir disana. "Siauwte sudah menyelidiki seluruh ilmu silat yang ada di dalam Bulim pada saat ini tetapi siauwte masih belum tahu juga kepandaian silatnya itu berasal dari golongan mana?"
Lo Hu Cu termenung sebentar lalu jawabnya sambil
mengelus ngelus jenggotnya,
"Tentang persoalan ini Ie heng pernah minta penjelasan dari seorang loocianpwee katanya pada lima enam puluh tahun yang lalu di dalam Bulim pernah ada satu aliran yang bernama Teh Leng Kauw ilmu silat dari aliran tersebut amat aneh sekali tetapi dahsyat sukar untuk dilawan, kedudukannya pada saat itu amat tinggi sehingga semua orang sudah mengira jagoan nomor satu di dalam Bulim waktu itu tentu
akan direbut oleh partai tersebut, siapa tahu mendadak namanya lenyap dari Bulim dan sejak saat itu tidak pernah muncul kembali apakah benar ilmu silat dari iblis tua itu berasal dari aliran ini.... hey Ie heng sendiri juga kurang pasti."
"Suheng," seru seorang toosu dengan lucunya, "Jika pada pertemuan puncak para jago digunung Huang san tahun besok si iblis tua itupun ikut serta, apakah dia mempunyai harapan untuk memperoleh gelar tersebut?"
Air muka Lo Hu Cu segera berlintas suatu perasaan hati yang amat sedih, dia tertawa pahit.
"Soal itu sukar untuk dibicarakan."
Sekonyong konyong....
Sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam sambil memandang keluar ruangan bentaknya dengan suara yang amat nyaring;
"Too yu dari aliran mana yang sudah tiba kenapa tidak munculkan diri untuk bertemu dengan aku?"
Tan Kia-beng yang sedang mendengarkan pembicaraan mereka dengan penuh perhatian mendadak mendengar suara bentakan yang amat keras dia menjadi amat terperanjat, dikira kehadirannya sudah diketahui oleh pihak lawan.
Tiba-tiba tampak bayangan manusia berkelebat, seorang siucay berusia pertengahan sambil tertawa terbahak-bahak melayang masuk ke dalam ruangan lalu merangkap tangannya memberi hormat kepada Lo Hu Cu serta para hadirin lainnya.
Kipas emasnya dipentangkan lebar-lebar dan digoyang goyangkan dengan perlahan. mendadak dengan langkah lebar
dia berjalan kehadapan Lo Hu Cu dan membisikkan sesuatu kepada dirinya.
Air muka dari Lo Hu Cu segera berubah sangat hebat, dia mendengus dengan amat dinginnya.
"Hmm, ada urusan semacam ini?"
Tubuhnya dengan cepat bangkit berdiri dalam satu kali sambaran dia segera memadamkan lampu yang menerangi seluruh ruangan sehingga membuat suasana disana menjadi gelap sekali.
Sreeet, Sreeet.... bayangan manusia bagaikan kilat cepatnya berkelebat keluar dari ruangan tampak berpuluh puluh sosok bayangan dengan amat cepatnya memencarkan diri keempat penjuru
Di dalam sekejap mata seluruh bayangan manusia itu sudah lenyap ditelah kegelapan.
Karena terlalu tertarik oleh pembicaraan Lo Hu Cu hampir hampir membuat Tan Kia-beng mengulapkan tangannya yang pertama datang kekuil Koan Yan Koan ini, kini melihat pemimpin dari kuil Koan Yan Koan sudah pergi diapun tidak berani berada di sana terlalu lama lagi.
Mendadak sinar matanya terbentur dengan berkelebatnya dua sosok bayangan hitam serta putih yang dengan amat cepatnya berlari keluar dari bangunan rumah itu gerakannya amat ringan dan amat lincah sekali cuma gerak gerik sangat berhati2 agaknya mereka takut sampai diketahui oleh pihak musuh
Tan Kia-beng yang melihat bentuk tubuh bayangan tersebut amat mirip dengan si kakek tua berjubah hitam itu hatinya terasa bergerak ujung kakinya menutul permukaan tanah
kemudian dengan amat cepatnya dia meluncur ke depan membuntuti diri mereka dari belakang.
Tetapi sewaktu tubuhnya melewati tembok terlihatlah di sekelilingnya amat sunyi sesosok bayangan manusiapun tidak tampak.
Dia menjadi tertegun, jika ditinjau dari keadaan ini jelas ilmu meringankan tubuh mereka sudah mencapai pada taraf kesempurnaan pikirnya, "Apakah si kakek tua berjubah hitam itu sudah berhasil menolong dia terlepas dari kurungan?"
Sewaktu dia mau melompati tembok pagar untuk
melakukan pengintaian kembali suasana sudah berubah sekeliling tempat itu sudah dipenuhi dengan para jago yang memenuhi seluruh tempat sedang orang yang menguntit dirinya sudah pada berdatangan
Siucay berusia pertengahan yang muncul tadi bukan lain adalah suhu dari Hek Lok Su eng Sie Cu-peng dari Heng-san-pay yang bernama Sam Liem Ci Cu dan merupakan salah seorang yang mengadakan pengintaian sejak dari kota Wu Han, karenanya pihak Go-bie sejak semula sudah tahu kehadiran Tan Kia-beng di atas gunung mereka.
Pada saat itulah mendadak dari belakang badannya
terdengar suara dingin yang amat menyeramkan sekali Tan Kia-beng menjadi amat terperajat cepat dia putar badannya terlihatlah empat orang Tootiang berjenggot panjang dengan berdiri sejajar sedang memandang ke arahnya dengan amat dingin
Dalam hati dia terasa amat terperanjat setelah hatinya tenang kembali diapun angkat kepalanya memperdengarkan suara tertawa dinginnya yang amat menyeramkan.
Keempat orang Tootiang yang menghadang perjalanannya ini bukan lain adalah anggota dari Go-bie Ngo Cu yaitu Lo Hu Cu, Ci Yang Cu Cing Yang Cu serta Im Yang-cu.
"Hei iblis cilik!" seru Loo Hu Cu dengan wajah adem, sedangkan tangannya membelai jenggotnya yang panjang. "Di tengah malam buta seperti ini apa maksudmu menerobos masuk ke dalam kuil Ku Yan Koan kami"
Dengan pandangan yang amat dingin Tan Kia-beng melirik sekejap ke arahnya.
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku sengaja datang untuk menolong nona yang kau
kurung itu, kalian sebagai kaum peribadat kenapa begitu kurangajar dengan tanpa sebab sudah mengurung perempuan orang lain?"
Dia yang mendengar dirinya dipanggil sebagai iblis cilik membuat hatinya merasa gusar sekali karena itu dengan terus terang dia mengutarakan maksudnya untuk menolong gadis berbaju putih itu.
Tak terasa Lo Hu Cu merasa amat terperanjat dari
perkataan ini jelas membuktiakn dirinya kalau bukan anak murid dari iblis tua itu sudah tentu sutenya seorang iblis tua saja sudah sukar untuk dihadapi kini mendadak muncul kembali seorang pemuda yang memiliki kepandaian silat amat dahsyat, urusan semakin sukar lagi untuk membereskannya.
"Hmm, sebetulnya pinto tidak ingin menyusahkan seorang perempuan dengusnya kemudian dengan amat dingin, tetapi sifat dari iblis tua itu terlalu ganas dan kejam jika kau tidak memberikan sedikit balasan kepadanya dia tentu mengira deari pihak tujuh partai besar sudah tidak berkekuatan lagi untuk menghadapi dirinya"
"Haaa.... haaa.... haaa.... kau tidak usah menggunakan nama tujuh partai besar untuk menakuti diriku!" seru Tan Kia-beng terbahak-bahak. "Orang-orang yang kau undang belum pada datang semua."
Sekali lagi Lo Hu Cu dibuat terperanjat oleh perkataan ini pikirnya, "Urusan aku pergi mengundang datang ciangbundjin dari tujuh partai besar bagaimana diapun tahu?"
Tetapi air mukanya tetap tidak berubah jawabnya tenang,
"Tidak salah pinto memang pernah mengirim orang untuk mengundang datang ciangbunjin dari enam partai lainnya untuk sama berkumpul di dalam kuil Kun Yoan Koan guna menghadap iblis tua itu ini hari kau sudah datang kesini pinto kira hee.... hee pinto kira kaupun tidak usah pergi lagi dari sini untuk selama lamanya."
Tan Kia-beng tertawa semakin keras lagi, "Kaki ada ditubuhku, kau punya kepandaian apa sehingga bisa membuat aku tidak dapat berjalan lagi?"
"Hmm, jika kau tidak percaya boleh coba-coba" teriak Im Yang-cu dengan amat gusarnya sambil maju dua langkah ke depan.
"Oooh begitu" Haa.... haaa...."
Tubuhnya segera berbalik meninggalkan tempat tersebut.
Im Yang-cu benar-benar dibuat amat gusar, bentaknya keras, "Kau berani pergi?"
Telapak tangannya dengan miring ke samping melancarkan serangan dahsyat ke depan.
Pada mulutnya Tan Kia-beng berbicara seenaknya padahal hawa murninya sudah disalurkan kesepasang telapak tangannya, baru saja telapak tangan Im Yang-cu melancarkan
serangan, telapak tangannya sudah dibalik mengirim satu bogem mentah ke belakang.
Braaak, air muka Im Yang-cu segera berubah amat hebat, dengan sempoyongan dia mundur beberapa tindak ke
belakang. Sebaliknya Tan Kia-beng dengan amat tenangnya masih tetap melanjutkan perjalanan menuju ke depan.
Tiba-tiba sinar pedang yang menyilaukan mata berkelebat memenuhi angkasa, dua bilah pedang dari Ci Yang Cu serta Cing Yang Cu sudah dilintangkan di depan tubuhnya.
"Tarik keluar pedangmu!" teriak mereka berdua dengan amat gusarnya. "Pinto sekalian ingin minta beberapa petunjuk darimu."
Tan Kia-beng menghentikan langkahnya dengan pandangan yang amat dingin dia melirik sekejap ke arah mereka cuma mulut tetap membungkam, dia benar-benar tak bergebrak dengan orang lain tanpa sebab.
Pada saat itulah dari dalam ruangan kuil Kun-yan-koan berkelebat kedua sosok bayangan, dengan amat cepatnya mereka tiba di depan Lo Hu Cu lalu melapor, "Lapor kepada ciangbunjin, perempuan yang berbaju putih yang ditawan di dalam ruangan bawah tanah sudah ditolong orang."
Lo Hu Cu menjadi amat terperanjat, dia segera
mengulapkan tangannya mengundurkan mereka berdua.
"Aku sudah tahu."
Tubuhnya dengan cepat maju dua langkah ke depan
kepada Tan Kia-beng teriaknya dengan amat gusar.
Iblis cilik bagus sekali siasatmu. bagus sekali siasat memancing harimau turun gunung yang kau gunakan
Dalam hati Tan Kia-beng paham dia tahu yang dilihatnya sebagai bayangan hitam serta bayangan putih itu tentu adalah mereka berdua, segera dia tertawa dingin
Terang terangan aku melihat sewaktu kalian meninggalkan ruangan dalam orang itu berhasil ditolong bagaimana kau bisa menyalahkan kesalahan ini kepada diriku" Haa.... haa....
sungguh menggelikan sekali siauw ya cuma seorang saja.
Lo Hu Cu benar-benar dibuat malu bercampur gusar, tetapi dengan kedudukannya sebagai seoran ciangbunjin dari suatu partai dia merasa malu untuk turun tangan sendiri, sinar matanya dengan cepat disapu ke arah ketiga orang sutenya.
"Buliansohud Buliangahud...." serunya perlahan, "Kau tak usah banyak bicara lagi terpaksa malam ini kau harus tinggal di dalam kuil kami sebagai barang tanggungan...."
Baru saja dia selesai berbicara ketiga pedang dari Ci Yang Cu sekalian sudah berkelebat membentuk sinar terang di sekeliling tubuh Tan Kia-beng.
Tan Kia-beng yang melihat mereka sudah memasang
barisan pedang disana, tidak tertahan sudah tertawa seram kembali dengan kerasnya.
Di tengah udara tertawanya yang amat keras menyeramkan itu mendadak terdengar suara pujian keagungan Buddha yang keras bergema datang, Ci Si Thaysu dari Siauw-lim-pay serta si Pendekar Satu Jari dari Tiam-cong-pay dengan berjalan sejajar keluar dari dalam hutan, Tan Kia-beng menjadi melengak, suara tertawanya segera sirap kembali.
Pada saat itulah sreet.... sreet.... tiga sosok bayangan manusia bagaikan burung elang dengan amat cepatnya berkelebat mendatangi lagi
Mereka merupakan dua orang Toosu serta seorang pendeta yang bukan lain adalah ciangbunjin dari Ngo Thay Pay, Pu Cing Thaysu, Koan Hoat Tootian dari Kun-lun-pay serta Leng Hong Tootiang dari Bu-tong-pay.
Diikuti suara tertawa yang amat aneh wakil dari Heng-san-pay, San Liem Ci Cu sambil menggoyang goyangkan kipasnya berjalan keluar dari dalam hutan
Dengan demikian suasana mereka menjadi semakin tegang tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai ditambah dengan Go-bie Sam Cu seluruhnya ada sepuluh orang jago berkepandaian tinggi yang bersama-sama mengepung Tan Kia-beng rapat rapat.
Walaupun dalam hati Tan Kia-beng merasa amat tegang sekali tetapi air mukanya masih tetap tenang sama, sembari diam-diam menyalurkan hawa murninya mengadakan
persiapan dengan wajah kurang senang, serunya, "Heee....
heee tidak kusangka tujuh orang Ciangbunjin dari tujuh partai besar beraninya cuma mengerubuti seorang pemuda saja. Hm, Cayhe benar-benar merasa malu buat diri kalian"
Ci Si Thaysu segera tundukkan kepalanya memuji
keagungan Buddha.
"Pinceng sama sekali tidak punya maksud untuk berbuat jahat kepadamu, asalkan kau mau menceritakan asal usulmu maka Loolap tanggung dengan selamat kau bia meninggalkan kuil Kun-yan-koan ini tanpa memperoleh gangguan."
"Tetapi cayhe rasa tidak punya begunaan untuk
menceritakan asal usulku kepada kalian."
San Liem Cu segera maju ke depan, sambil menuding dengan menggunakan kipasnya tertawa dingin.
"Dunia Bulim di daerah Tionggoan bukanlah tempat kalian kaum iblis main malang melintang sesukanya, malam ini juga kau jangan berharap bisa lolos dari kuil Kun-yan-koan dalam keadaan selamat"
"Jikalau misalnya secara beruntung cayhe bisa lolos dalam keadaan selamat apakah kau bersedia untuk bunuh diri?"
Sam Liem Cu menjadi amat gusar, kipasnya dipentang tubuhnya maju ke depan siap melancarkan serangan.
Tiba-tiba terasalah segulung angin dingin berdesir mendatang, tampak sesosok bayangan manusia dengan amat lincahnya berkelebat ke tengah kalangan.
Sinar mata orang itu melirik sekejap ke arah Tan Kia-beng kemudian kepada Lo Hu Cu bentaknya dengan amat gusar.
"Hey, kau hidung kerbau, kau sudah melarikan Cian ji ku kemana" cepat bicara!"
Ketika Lo Hu Cu melihat orang yang baru saja datang itu ternyata bukan lain adalah iblis tua berjubah hitam yang sudah menggetarkan seluruh kangouw, tak terasa hatinya merasa sangat terperanjat.
"Iiih?" Tan Kia-beng yang ada disamping pun segera menjerit tertahan. "Bukankah tadi kau sudah menolongnya keluar dari kurungan?"
"Loohu yang menolong?" tiba-tiba kakek berjubah hitam itu putar badannya dan memaki dengan amat gusar, "Cuh! kau sudah melihat setan!"
"Siapa yang bilang" Tadi terang terangan aku melihat ada seorang kakek tua berjubah hitam yang berkerudung menolong dia keluar, kalau kau tidak mau percaya yaah sudahlah."
Jelas sekali dari nada ucapan Tan Kia-beng terlintas perasaan kurang senangnya.
---0-dewi-0--- Kakek tua berjubah hitam yang berkerudung"
Agaknya secara tiba-tiba kakek tua berjubah hitam itu menjadi sadar kembali, dia segera mengaum keras.
Nyalinya sungguh besar, dia berani main setan dengan loohu.
Tubuhnya dengan cepat meloncat ke atas bagaikan seekor burung bangau dia menerjang ke tengah udara kemudian melayang melewati kepala para jago dan berlari pergi.
Pada saat si kakek berjubah hitam meloncat itulah segera terdengar San Liem Ci Cu sudah membentak keras, "Malam ini kau kepingin melarikan diri" Terimalah satu seranganku."
Braak! dengan cepat dia melancarkan satu pukulan
menghajar punggungnya.
Kakek berjubah hitam itu tanpa menoleh lagi sudah tertawa dingin, tangannya dibalik menyambar ketubuhnya segera terasalah segulung angin dingin menekan ke bawah.
Bagaikan ditimpa benda berat tubuh San Liem Ci Cu dengan sempoyongan mundur dua. tiga langkah ke belakang
kemudian jatuh terduduk ketanah.
Pada saat itu pula Tan Kia-beng sudah meresakan dalam urusan ini tentu ada hal hal yang tidak beres, dari kata-kata kakek berjubah hitam itu jelas menunjukkan ada orang lain yang sedang berbuat sesuatu dengan meminjam namanya, kini dia sebagai ciangbundjin dari Teh-leng-bun sudah seharusnya membikin terang kembali persoalan ini, buat apa
dia tinggal lebih lama di atas gunung Go-bie dengan mencari gara gara terhadap manusia itu"
Setelah mengambil keputusan dia lantas berteriak, "Hey orang tua tunggu dulu, aku ada pertanyaan yang mau aku tanyakan."
Dengan cepat tubuhnya meloncat ke atas udara lalu bagaikan segulung asap putih dengan cepat meluncur keluar dari kalangan untuk mengejar si kakek berjubah hitam yang sudah menjauh itu.
---0-dewi-0--- Kepergian yang secara tiba-tiba ini segera menimbulkan kegaduhan dari para jago, suara bentakan segera bergema memenuhi seluruh angkasa.
Tiga bilah pedang dari Go-bie Sam Cu dengan cepat berkelebat berubah menjadi tiga rentetan sinar pelangi yang amat tajam bagaikan kilat cepatnya mereka berkelebat menerjang ke arah Tan Kia-beng disusul ciangbunjin dari tujuh partai pun melayangkan tubuhnya mengejar dari belakang Tetapi ilmu meringankan tubuh dari Tan Kia-beng jauh lebih lihay dan lebih sempurna, hanya dalam sekejap itulah dia sudah berhasil mencapai sejauh enam tujuh puluh kaki dari mereka.
tiba-tiba.... Di tengah suara bentakan yang amat keras tampak tiga sosok bayangan manusia dengan amat cepatnya menubruk datang.
Sreet.... sreet.... sreet tiga gulung angin pukulan yang menyesakkan napas bagaikan air bah dengan kerasnya menggulung mendatang menghajar tubuhnya.
Dalam keadaan yang amat gugup dengan cepat Tan Kia-beng menyalurkan tenaga murninya dari pusar menyebar keseluruh tubuh, kepalanya dimiringkah ke samping sedang tubuhnya secara mendadak meloncat naik setinggi lima kaki Telapak tangannya dengan cepat diputar ke depan dada lalu menyambut datangnya serangan tersebut.
Bluumm! Di tengah suara ledakan yang sangat keras hawa pukulan yang menggulung datang segera tersapu lenyap.
tubuhnyapun dengan cepat melayang kembali ke atas tanah.
Sreett.... Sreett! Tiga sosok manusia yang baru saja melancarkan seragnan bokongan kepadanyapun pada
melayang turun tepat di hadapannya.
Ternyata mereka adalah tiga orang lelaki kasar yang memakai pakaian singsat berwarna abu abu. Tan Kia-beng menjadi amat gusar sekali sekilas hawa membunuh segera meliputi seluruh wajahnya.
"Kalian siapa" sungguh besar nyalimu berani membokong siauw yamu!" bentaknya keras.
Baru saja dia berbicara sampai disitu mendadak dari dalam hutan meluncur keluar kembali beberapa sosok bayangan manusia.
Terdengar salah satu dari bayangan itu tertawa seram.
"Hey iblis cilik," teriaknya. "Kenapa kamu orang baru tiba saat ini" Loohu sudah lama menunggu dirimu disini."
Orang yang baru saja bicara itu bukan lain adalah seorang kakek tua yang pada kepalanya tumbuh bisul besar, rambutnya panjang terurai ke bawah, sebaris giginya yang putih runcing kelihatan tersudut keluar diantara bibirnya yang suing, sepasang matanya memancarkan sinar kehijau hijauan
yang sangat menyeramkan, jika dilihat potongannya orang itu kelihatannya amat menyeramkan sekali.
Terdengar kakek berjubah hijau yang aneh itu berkata kembali.
"Loohu adalah Ku Ling Shia Sin atau si malaikat iblis dari Ku Ling, peraturanku kukira kaupun tahu, asalkan urusanku yang aku sudah ambil bagian lebih baik kau serahkan saja dengan sebaik-baiknya"
Tidak usah dijelaskan yang dimaksudkan bagai barang olehnya sudah tentu pedang pusaka Giok Hua Kiam itu, dalam hati semakin dirasa Tan Kia-beng semakin mendongkol dia tertawa dingin tak henti hentinya, tetapi mulutnya tetap membungkam.
Sinar matanya dengan perlahan menyapu sekejap keseluruh tanah lapang, kecuali si kakek berjubah hitam yang menyebut dirinya sebagai Malaikat Iblis dari Ku Ling pada sebelah kirinya berdirilah seorang lelaki berusia pertengahan yang amat perlente sekali, dandanannya dengan wajah yang putih bersih, di barisan terbelakang berdirilah keempat lelaki kekar berbaju abu abu tadi
Pada sebelah kanan dari dirinya berdirilah seorang kakek berjubah kuning dengan wajah yang aneh dan amat dingin sekali membawa sebuah hun cwee, di sampingnya tampaklah seorang toosu kurus yang raut wajahnya amat kurus kering sehingga mirip.... punggungnya tersoren sebilah pedang yang amat panjang dan tipis sekali sinar mata mereka dengan amat tajamnya sedang memperhatikan dirinya.
Dengan adanya halangan dari orang-orang itu maka Go-bie San Cu beserta cianbundjin dari tujuh partaipun dengan cepat sudah tiba di tempat itu.
Terdengarlah Sam Liem Ci Cu sambil goyangkan kipasnya tertawa terbahak-bahak dengan seramnya.
"Haaa.... haaa.... selamat bertemu, selamat bertemu serunya berulang kali. Haa.... haa.... tidak kusangka Hwee Im Poocu yang namanya sudah menggetarkan daerah Sam Siang
"Kwang Tiong It Khui" yang merajai daerah Kwan Tiong Hiu Thian Put Tiauw yang namanya menggetarkan seluruh dunia persilatan serta Khu Ling Shia Sin semuanya pada
berdatangan kepuncak gunung Go-bie ini haaa.... haaa....
sungguh menyenangkan sungguh menyenangkan."
Baru saja perkataannya selesai diucapkan segera
terdengarlah Ku Ling Shia Sin sudah mendengus dengan beratnya, mungkin karena Sam Liem Ci Cu sudah
menyebutkan namanya paling belakang membuat dia merasa kurang senang
Mendadak Hau Thian Put Tiauw tertawa dingin serunya.
"Tidak usah banyak pakai perkataan omong kosong
semacam itu, mungkin kita masih bisa menyerahkan barang itu dengan selamat kepada kalian; tetapi setelah keluar dari kuil Kun Yan Kun hee.... hee.... kalian jangan harap bisa mendapatkan barang itu dengan selamat."
Go-bie Sam Cu yang mengandalkan jumlah banyak tampak pula tujuh orang cianbundjin dari tujuh partai besar pada hadir disana semua sekalianpun dalam hati merasa amat terkejut terhadap kehadiran para iblis ini tetapi mereka sama sekali tidak merasa kuatir.
Di tengah suara suitan yang amat nyaring pedang panjang mereka bagaikan tiga ekor naga sakti secara tiba-tiba melancarkan serangan mengancam tiga buah jalan darah dari Tan Kia-beng.
Mendadak.... ditangah suara bentakan yang amat nyaring tampak sekilas sinar yang amat gelap berkelebat.
Traang.... traang....! Tiga gulung sinar terang yang memancarkan sinar keperak perakan itu sudah berhasil dipunahkan oleh datangnya serangan tersebut diikuti berkelebatnya sambaran angin tajam yang mengerikan membuat Go-bie Sam Cu dengan perasaan amat terkejut pada mengundurkan diri ke belakang
Begitu mereka bertiga mundur sinar yang remang remang itupun lenyap kembali.
Hau Thian Put Tiauw dengan wajah amat dingin dan
meluruskan pedangnya yang aneh ke bawah berdiri tepat dihadapan Tan Kia-beng.
Nama dari Go-bie Ngo Cu sudah amat menggetarkan dunia persilatan, kini dengan tenaga gabungan tiga orang ternyata berhasil dipukul mundur dalam satu jurus saja oleh orang lain, membuat mereka saking malunya menjadi amat gusar, di tengah suara bentakan yang amat nyaring sekali lagi mereka melancarkan serangan ke depan.
"Tunggu dulu," tiba-tiba bentak Lo Hu Cu mencegah,
"Kalian mundur dulu untuk beristirahat."
Lalu dengan wajah penuh kegusaran dia menjura kepada Ho Thian Put Tiauw ujarnya, "Apakah Tooyu betul-betul mau ikut campur di dalam urusan ini?"
"Hmm, segala macam adat yang kau maksudkan Tooyamu sama sekali tidak tau!" teriak Hau Thian Pu Tiauw sambil mendengus dingin, "Yang Tooyamu ketahui cuma barang yang dipinggang bangsat cilik itu."
Sikapnya yang amat kasar dan tidak memakai aturan ini membuat Lo Hu Cu yang mempunyai iman amat tinggipun merasa tidak kuat untuk berdiam diri, tak tertahan lagi dia tertawa keras dengan amat seramnya.
"Tooyu sengaja berbuat demikian, apakah kau sudah tidak memandang partai Go-bie kami?"
Ilmu hawa khei kang yang dilatih selama puluhan tahun lamanya saat ini segera dipancarkan keluar melalui suara tertawanya yang amat keras ini membuat seluruh tebing dan lembah mendengung dengan amat kerasnya, burung-burung pada beterbangan keangkasa ketakutan sedang telinga para jago terasa berdesing tidak enak
Sehabis tertawa sepasang matanya memancarkan sinar yang amat tajam melotot Hau Thian Tiauw tak berkedip tangannya dengan perlahan mencabut keluar pedang
berukiran naga yang tersoren pada punggungnya.
Tetapi Hau Thian Pu Thian masih tetap berdiri tak berubahpun dari tempat ssemula dia tidak mau perduli terhadap kemarahan dari Loo Hu Cu, sepasang matanya yang amat tajam menyeramkan mulai berputar memperhatikan Tan Kia-beng.
Saat ini Tan Kia-beng sudah mulai sadar bahwa suatu pertempuran yang amat sengit tidak bisa terhindar lagi, tetapi dia tidak menjadi gugup dengan situasi yang amat
membahayakan jiwanya ini dia ingin dengan meminjam kesempatan ini untuk menjajal kepandaian silat yang dimiliki sebetulnya sudah mencapai tingkat yang berapa tinggi"
Karenanya dia sama sekali tidak mengerti kesempatan untuk meloloskan diri dari tangannya dengan perlahan mulai meraba seruling batu giok yang terselip dipinggangnya.
Setelah ada pengalaman sewaktu menyerbu kekuil Sam Yuan Koan di atas gunung Heng-san dia tidak berani secara gegabah menggunakan pedang pualamnya lagi.
Situasi di tengah kalangan saat ini benar-benar amat tegang sekali. Lo Hu Cu yang mempunyai kedudukan sebagai seorang ciangbunjin dari suatu partai besar mana bisa menerima penghinaan dari orang lain" pedang panjangnya digetarkan sehingga menimbulkan bunga pedang yang amat banyak.
"Too ya!" bentaknya dengan suara berat. "Ayoh putar badanmu, kau kira pinto betul-betul tidak berani mencari gara gara dengan kau?"
Tetapi saat ini Hau Thian Hut Tiauw sudah bentrok dengan Ku Ling Shia Sin tampak sepasang matanya memancarkan sinar yang berapi api sepasang tangannya mengulur keluar makin lama semakin panjang dan dengan perlahan mulai mendesak Hau Thian Put Tiauw;
Mereka berdua yang berbeda aliran dan bukan satu jalan sudah tentu tidak ingin membiarkan lawannya mendapatkan pedang pusaka itu, suatau pertempuran yang amat sengit bakal berlangsung kembali.
Hau Thian Put Tiauw tidak sempat mencabut keluar pedang akhirnya sepasang telapak tangannya yang kurus kering dan runcing bagaikan cakar burung elang itu dengan perlahan disilangkan di depan dada.
Dalam keadaan seperti ini sekalipun gusar Lo Hu Cu pun tidak bisa mengandalkan jumlah banyak menyerang dia itu orang, terpaksa sambil menahan hawa amarah dia
mengundurkan diri ke belakang.
Hwee Im Poocu yang selama ini terus berdiam diri tanpa mengucapkan sepatah kata pun ketika dilihatnya seluruh perhatian dari para jago sudah tercurahkan pada Ku Ling Shia Sin, Hao Thian Put Tiauw juga yang hendak bertempur secara diam-diam menoleh ke arah keempat orang lelaki kasar berpakaian singsat yang ada dibelakangnya itu dan memberi tanda dengan kedipan mata.
Keempat orang lelaki kekaar itu segera mengangguk, tanpa mengucapkan kata-kata lagi mendadak mereka bersama-sama menubruk ke arah Tan Kia-beng, kecepatan gerak mereka bagaikan segulung angin santer yang bertiup saja hanya di dalam sekejap saja mereka sudah berada dekat sekali dengan tubuhnya.
Tan Kia-beng sejak dikepung rapat rapat oleh para jago secara diam-diam dia sudah mempersiapkan diri, ketika mendengar suara menyambarnya angin di belakang tubuhnya dia tertawa dingin.
Mendadak.... Segulung angin pukulan yang amat dingin menggulung datang dengan dahsyatnya disusul sesosok bayangan putih dengan cepatnya melayang diatas.
Suara jeritan ngeri yang menyeramkan segera bergema memenuhi tebing dua orang diantara lelaki kasar itu sudah terpental ke tengah udara dan muntahkan darah segar, sedangkan kedua orang lainnya terpukul mundur sejauh tujuh delapan depa.
Bayangan putih berkelebat kembali, tampak di tengah kalangan sudah bertambah dengan seorang gadis berbaju putih yang amat cantik berdiri disamping Tan Kia-beng.
Dia tersenyum sebentar kepadanya lalu dengan wajah cemas tanyanya,
"Eeh, kau melihat ayahku tidak"
Tan Kia-beng yang melihat kemunculan dirinya yang sangat mendadak ini membuatnya menjadi melengak juga, saat ini mendengar dia bertanya soal ayahnya dia segera paham tentu yang dimaksud adalah kakek berjubah hitam itu.
"Baru saja dia datang kemari mencari kau, sahutnya perlahan. Sekarang entah sudah ke mana?"
"Cari aku" sungguh aneh sekali"
"Benar. karena dia tidak tahu kalau kau sudah berhasil ditolong keluar oleh kakek berjubah hitam yang berkerudung itu."
"Kau jangan melamun kapan aku pernah ditawan orang"
siapa kakek berjubah hitam yang menolong aku itu" aku tidak pernah ditolong oleh siapapun."
Dengan wajah penuh kebingungan gadis berbaju putih itu mengedip ngedipkan sepasang biji matanya yang hitam menarik
Braak.... bluum, mendadak Tan Kia-beng melancarkan serangan menahan datangnya serangan membokong dari Hwee Im Poocu sedang mulutnya tetap berteriak.
"Jika kau berkata begitu malah sampai aku pun dibuat menjadi kebingungan."
Braak, sekali lagi dia menyambut datangnya serangan Hwee Im Poocu dengan keras lawan keras.
"Sungguh membosankan, orang lain sedang berbicara kau justru sengaja cari gara gara aku mau cabut nyawamu."
Tampak bayangan putih berkelebat gadis berbaju putih mendadak menerjang ke depan melancarkan serangan
menghajar tubuh Hwee Im Poocu.
Ujung bajunya berkibar tertiup angin bagaikan kilat cepatnya berturut turut dia melancarkan lima belas pukulan dahsyat ke depan segera terlihatlah titiran angin pukulan laksana cucuran hujan dari tengah udara dengan gencarnya menutupi seluruh tubuh musuh.
Hwee Im Poocu sebagai seorang jagoan yang merajai suatu daerah seketika itu juga didesak mundur sejauh satu kaki dua depa.
Sejak lelaki berbaju singkat mencari gara gara sampai gadis cantik berbaju putih ini turun tangan waktu berlangsung hanya di dalam sekejap saja pertempuran ini berlangsung para jago yang semula saling merebut pada menghentikan serangannya.
Ku Ling Shia Sin yang semula sudah bersiap sedia
melancarkan serangan ke arah Hau Thian Put Tiauw
mendadak membalikkan badannya tangannya dipentangkan lebar-lebar lalu membabat ke arah dada Tan Kia-beng.
Tenaga dalam dari iblis ini amat hebat sekali, telapak tangannya belum mencapai sasaran lima jalur angin pukulan yang amat keras sudah terasa menghantam dadanya.
Dengan cepat Tan Kia-beng dadanya dengan ke belakang, lalu berkelebat menghindar ke samping untuk menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Tetapi baru saja dia berhasil menghindarkan diri dari serangan pertama serangan kedua menyusul datang kembali.
Begitu Ku Ling Shia sin bergerak tadi, Hu Thian Put Tiauw dengan gemasnya mendengus, tubuhnya bagaikan kilat cepatnya sudah melayang ke depan lalu melancarkan satu serangan menghajar punggung Tan Kia-beng
Tan Kia-beng menjadi terkejut, dengan cepat tubuhnya dibalik menangkis datangnya serangan itu.
Bluuk! masing-masing pihak dengan keras lawan keras menerima datangnya serangan tersebut.
Sreet, seret! putaran angin keras memenuhi seluruh angkasa membuat tubuh Hau Thian Put Tiauw serta Tan Kia-beng tak kuasa lagi pada mundur dua langkah kesamping.
Di tengah kesunyian yang mencekam itu, agaknya Kwan Tiong it Khei sudah melihat kesempatan baik buat dirinya, tubuhnya tiba-tiba menubruk ke depan tangannya dengan cepat melancarkan cengkeraman mengancam pundaknya.
Tan Kia-beng segera tertawa dingin, lengannya berputar lalu dibalik ke belakang dia balas melancarkan cengkeraman mengancam urat nadinya.
Jurus ini bukan lain adalah jurus Huan Im Hu Yu atau mendobrak awan membanjirkan hujan dari Teh Leng Cin Keng.
Kwan Tiong It Khei yang melihat datangnya serangan aneh ini menjadi amat terperanjat, tangannya dengan cepat ditekan ke bawah. tangan kirinya bagaikan sebilah golok dengan mengikuti putaran badannya membacok ke bawah.
Pada saat itulah angin serangan dari Ku LIng Shia Sin serta Hau Thian Put Tiauw sudah menggulung datang dari kiri ke kanan.
Kedua orang iblis dari kalangan Hek-to ini merupakan iblis iblis terkenal yang ditakuti oleh orang banyak, bukan saja tenaga dalamnya amat tinggi bahkan ilmu silatnya amat aneh sukar diraba.
Kini mereka dua orang bersama-sama menggencet Tan Kia-beng memnuat dia seketika itu juga terkurung di dalam bayangan telapak serta sambaran angin pukulan yang memenuhi seluruh angkasa.
Tan Kia-beng yang mendapatkan serangan bersama-sama dari tiga orang musuh tangguh dalma hati merasa berdebar juga, bagaikan seekor ular dengan amat lincahnya dia balas melancarkan serangan ke arah Kwan Tiong It Khei, sepasang tangannya bagaikan berputarnya roda kereta berturut turut melancarkan tujuh serangan menangkis datangnya serangan dari musuh, tubuhnya berputar cepat di tengah udara lalu meloncat keluar dari kepungan angin pukulan.
---0-dewi-0--- Ditangah suara bentakan serta tertawa seram yang amat keras ketiga orang iblis itu bagaikan bayangan iblis saja mengikuti terus dari belakang dan sekali lagi mengepung tubuhnya dengan mengambil kedudukan segi tiga.
Di dalam sekejap saja mereka berdua masing-masing sudah melancarkan kembali tujuh serangan dahsyat.
Terasalah angin pukulan menyambar dengan amat santer, hawa yang amat dingin terasa menusuk tulang dengan mengerahkan tiga jurusan yang berbeda membendung seluruh angin pukulan yang menyambar dari empat penjuru.
---0-dewi-0--- JILID: 8 Karena dari berita yang tersiar di dalam Bulim orang-orang mengatakan iblis kecil yang mempunyai pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam itu memiliki kepandaian silat yang amat dahsyat sekali. Karenanya begitu bertempur ketiga orang iblis itu sudah mengerahkan seluruh kepandaian silat yang dimilikinya untuk berusaha merebut kemenangan.
Tan Kia-beng yang dikepung di tengah-tengah kalangan, dalam hati merasa gusar bercampur mendongkol telapak tangannya dengan dahsyat melancarkan pukulan dengan menggunakan jurus Jiht Ceng Tiong Thian menahan
datangnya serangan Kwan Tiong It Khei dari arah depan lalu tubuhnya dengan santar berputar kesamping, sret sreet.... di dalam satu kali pukulan dia sudah mengeluarkan ilmu yang paling dahsyat dari Tok Yen Mo Cian atau ilmu pukulan api beracun yang bernama "Swee Oh Peng Hun Sam Liap Sie seketika itu juga angin berhawa dingin yang membekukan badan laksana menggulungnya ombak di tengah samudra dan bertiupnya angin topan melanda dengan dahsyatnya ketubuh Hau Thian Put Tiauw serta Ku Ling Shia Sin yang berada disebelah kanan kirinya.
Ketiga orang iblis itu segera terkena hantaman dari tiga jurus serangan yang amat dahsyat itu sehingga pada mengundurkan diri dengan amat terkejut.
Pada saat itulah jurus kedua dari Tan Kia-beng, Jan Ho Tay Yu atau teratai hancur membawa hujan sudah dilancarkan ke depan dalam satu jurus ada tiga gerakan dahsyat masing-masing secara berpisah menyerang mereka bertiga bahkan gerakannya amat cepat sekali bagaikan segulung asap hitam yang berkelebat di tengah kalangan.
Terdengar suara desiran angin pukulan yang amat tajam hawa dingin mengamuk memenuhi angkasa, mendadak ketiga orang iblis itu bersama membentak keras lalu maju mendesak ke depan Di dalam sekejap saja bayangan manusia berkelebat memenuhi angkasa laksana roda kereta yang berputar cepat sekali.
Sehingga suatu pertempuran sengit yang menentukan mati hidup masing-masing sudah berlangsung dengan dahsyatnya.
Ketiga orang iblis ini semuanya merupakan jago yang ditakuti di daerah tertentu, biasanya asalkan seorang saja munculkan dirinya di dalam Bulim maka awan gelap segera meliputi seluruh dunia kangouw kini tidak disangka mereka bertiga bersama munculkan dirinya bahkan bekerja sama untuk mengerubuti seseorang kehebatan serta kedahsyatan dari pertempuran ini sudah tentu amat mengerikan sekali.
Tujuh orang ciangbunjin dari tujuh partai besar yang berdiri disamping menonton jalannya pertempuran ini sekalipun mereka semua merupakan pemuka pemuka partai yang
kedudukannya amat tinggi tidak urung dalam hati merasa sangat terperanjat juga, dalam hati mereka masing-masing merasa pada bingung apa tindakan mereka di dalam
menghadapi urusan ini"
Karena tujuan dari pertempuran ini masing-masing pihak hanya tertuju pada pedang pusaka Kiem Ceng Giok Hun Kiam tetapi tidak perduli siapa saja yang bakal mendapatkan pedang itu semuanya tidak mendatangkan keberuntungan buat Bulim. karenanya di dalam hati kecil masing-masing sangat mengharapkan kedua belah pihak bisa menderita luka yang amat parah.
Karena itulah tidak perduli mereka bergebrak semakin lama semakin sengit keenam orang ciangbunjin dari enam partai
besar itu tak ada yang mau ambil gubris, masing-masing dengan amat tenangnya berdiri disamping kalangan menonton jalannya pertempuran tersebut, mereka tidak mau ikut terjun ke dalam kalangan ataupun mempunyai rencana untuk membantu salah satu pihak maupun lainnya.
Waktu sedetik demi sedetik mereka berlalu dengan amat cepatnya keadaan pun semakin lama semakin tidak
menguntungkan bagi Tan Kia-beng keadaannya saat ini benar-benar kritis dan bahaya sekali
Sejak dia menerjunkan dirinya ke dalam kalangan dunia persilatan baru kali ini benar-benar menemui musuh yang demikian ganas kejam dan lihay, sekeliling tubuhnya terasa dipenuhi oleh sambaran angin pukulan ataupun telapak laksana menggulung ombak serta bertiupnya angin taupan segulung demi segulung menekan tubuhnya semakin berat ketiga orang iblis itu masing-masing dengan mengerahkan jurus serangan yang paling ganas dan paling aneh pada menghantam dan mengancam seluruh jalan darah terpenting pada tubuhnya.
Walaupun dia sudah memperoleh tenaga murni dari Han Tan Loodjien yang dilatihnya selama ratusan tahun lamanya serta pil ular sakti yang sudah berumur ribuan tahun tetapi dikarenakan waktu yang terlalu pendek, baik hawa murni dari Han Tan Loodjien maupun pil ular sakti yang termuat di dalam kitab pusaka Teh Leng Cin Keng pun belum benar-benar dipahami sehingga dengan begitu tidak dapat digunakan untuk bertempur.
Oleh karena itulah setelah bertempur sebanyak seratus jurus lebih dia lebih banyak bertahan daripada menyerang, keadaannya benar-benar amat terdesak.
Sebaliknya ketiga orang iblis tua itu tetap bungkam diri sedangkan serangannya semakin lama semakin gencar kini sewaktu dilihatnya pertahanan dari Tan Kia-beng semakin lama semakin lemah tidak terasa lagi semangat mereka berkobar kembali. jurus serangannya dilancarkan semakin gencar.
Gadis berbaju putih yang sedang bertempur melawan Poocu dari Hwee Im poa mendadak membentak keras, tiba-tiba dia melancarkan tiga serangan sekaligus, ketiga buah jurus serangan ini sangat aneh sekali, bahkan boleh dikatakan tidak mirip dengan satu jurus serangan yang benar.
Tidak tertahan lagi Hwee Im Poocu berturut turut mundur lima langkah ke belakang terlihat bayangan putih berkelebat ke depan mendadak Hwee Im poocu mendengus berat
tubuhnya dengan terhuyung huyung mundur sejauh delapan depa. darah segar muncrat keluar dari mulutnya sehingga sejauh satu depa, tubuhnya gencangan hampir hampir terbanting jatuh ketas tanah.
Ternyata orang ini tidak malu disebut sebagai jagoan dari satu daerah yang sudah amat terkenal, sambil menahan rasa sakit dari luka dalamnya dia tertawa seram
"Hadiah satu pukulanmu, aku orang she Ong selamanya tidak akan terlupakan kembali," serunya keras
Dengan cepat tubuhnya berpusar lalu meloncat berlalu dari sana, di dalam sekejap saja bayangannya sudah lenyap di tengah kegelapan.
Gadis berbaju putih yang berhasil memukul rubuh Hwee Im Poocu tanpa memandang dirinya lagi dia berpaling ke tempat lain, terhadap kata-kata yang diucapkan olehnya dia tidak mau perduli, sekonyong konyong bentaknya keras.
"Kalian tidak tahu malu.
Segulung angin pukulan yang amat dingin berputar dengan santarnya di sekeliling tempat itu tubuhnya bagaikan anak panah yang terlepas dari busur menyusup diantara bayangan telapak yang memenuhi angkasa menerjang ke arah depan Dia yang sejak kecil sudah memperoleh didikan keras dari orang tuanya bahkan berkali kali menghadapi pertempuran sengit membuat pengalamannya jauh lebih luas dari pada Tan Kia-beng telapak tangannya yang halus bagaikan putaran roda berkelebat di tengah udara hanya di dalam sekejap saja dua puluh satu jurus sudah dilancarkan keluar dan tepat tidak kebanyakan atau kekurangan masing-masing musuhnya mendapat tujuh pukulan dahsyat.
Dia yang mempunyai julukan sebgai Pek Ih Loo Sat atau iblis wanita berbaju putih, namanya sejak semula sudah tersiar di dalam dunia persilatan, dengan campur tangan dari dirinya ke dalam pertempuran ini seketika juga membuat ketiga orang iblis itu diam-diam merasa sangat terperanjat sekali.
Mendadak Ku Ling Shia Sin atau simalaikat iblis dari Ku Ling meraung keras, sepasang telapak tangannya membalik dengan diikuti oleh desiran angin pukulan yang berbau amat memuakkan dengan dahsyatnya menghantam tubuh gadis berbaju putih itu.
Dengan cepat gadis berbaju putih itu miring ke samping ujung bajunya sedikit digetarkan lalu dikebut ke depan, tangannya yang halus dan lembut itu dengan keras lawan keras menerima datangnya serangan tersebut.
Sejak campur tangannya si gadis berbaju putih itu ke dalam kalangan pertempuran Tan Kia-beng segera merasakan tekanan pada dirinya jauh berkurang, kini melihat dia sudah
siap untuk pukul keras lawan keras dengan Ku Ling Shia Sin hatinya segera merasa amat cemas sekali.
Jangan bentaknya keras.
Bagaikan seekor harimau gila tubuhnya mendadak
menubruk maju ke depan, dia yang merasa sangat kuatir kalau gadis berbaju putih itu mendapatkan luka dikarenakan menerima pukulan musuh dengan keras lawan keras, tanpa berpikir panjang lagi dengan taruhan nyawa sudah menerjang ke arahnya.
Tetapi sia-sia dia merasa kuatir begitu desiran angin pukulan yang amat dahsyat it mendekati badannya ternyata pukulan tersebut sudah dipunahkan sama sekali diikuti dengan suara yang amat keras sekali bergema memenuhi seluruh tempat masing-masing pihak mengundurkan diri satu langkah ke belakang, ternyata kedudukan mereka seimbang.
Sedangkan tubuh Tan Kia-beng yang dengan amat
cepatnya menerjang ke depan baru saja sampai di tengah jalan dia sudah tertahan oleh dua gulung angin pukulan yang menghantam tubuhnya.
Tan Kia-beng melihat gadis berbaju putih itu sudah menggunakan ilmu saktinya tidak terasa semangatnya berkobar kembali mendadak tangannya menyambar ke
belakang mencabut keluar seruling pualam putih yang selama ini belum pernah digunakan
Dia yang untuk pertama kalinya menggunakan senjata andalan Han Tan Loojien sewaktu tempo hari dia orang tua menggetarkan seluruh dunia Kangouw, sama sekali tidak tahu bagaimana kedahsyatan dari senjata tersebut. baru saja tubuhnya menubruk maju ilmu sakti Uh Yah Cing Hun yang paling dahsyat sudah dikerahkan keluar.
Tampaklah sinar berkilauan memenuki angkasa Sreet, sreet bagaikan sepuluh ekor naga sakti yang muncul dari balik seruling dengan disertai suara aneh yang amat menusuk telinga secara berpisah menghantam tubuh ketiga orang itu Seketika itu juga angin dingin berkelebat di sekeliling mereka
Sreet.... sreet suaranya amat tidak enak didengar membuat perasaan hati seperti diiris iris dengan beribu ribu golok.
Di tengah suara suitan yang aneh amat panjang yang mendadak Hau Thian Put Tiauw menjerit kaget dengan amat kerasnya.
Aah.... Uh Yeh Cing Hun?"
Dengan rambut yang awut awutan tidak keruan dengan cepat tubuhnya berputar lalu melarikan diri dari sana.
Kwan Tiong It Khei serta Ku Ling Shia Sin pun bagaikan kilat cepatnya pada mengundurkan diri sejauh satu kaki lima enam langkah.
Hau adalah ahli waris dari Teh-leng-bun bentaknya berbareng. Dengan melintangkan seruling pualam putihnya di depan dada Tan Kia-beng tertawa panjang dengan
congkaknya, orang tak menjawab, juga tidak mengakui atas pertanyaannya itu.
Sedangkan Ku Ling Shia Sin serta Kwan Tiong It Khui dengan beratnya mendengus lantas putar tubuhnya dan berlalu.
Di dalam sekejap saja suasana di tengah kalangan kembali jadi sunyi, tak terdengar sedikit suarapun, ciangbunjin dari tujuh partai besar yang melihat kejadian ini diam-diam merasa amat terperanjat sekali, walaupun merekapun tahu kalau pada
tempo dahulu di dalam Bulim ada perkumpulan Teh-leng-bun ini tetapi mereka tidak paham bagaimana ketiga orang iblis ganas yang biasanya tak takut langit tidak takut pada bumi ternyata demikian takutannya setelah melihat seruling pualam itu. Untuk sesaat lamanya mereka cuma bisa saling berpandangan tanpa seorangpun yang membuka mulut
berbicara. Tan Kia-beng yang tertawa keras dengan amat seramnya kini merasakan benaknya rada dingin kembali, dia merasa dirinya memang sedikit keterlaluan sehingga tanpa terasa dari sinar matanya menunjukkan rasa menyesalnya dengan perlahan-lahan seruling pualam putihnya dimasukkan kembali ke dalam sakunya.
Hati gadis berbaju putih itu masih amat polos bagaikan selembar kertas putih, dia selamanya belum pernah menaruh perhatian terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam Bulim, Tan Kia-beng barhasil mengundurkan diri ketiga orang iblis dengan adanya seruling pualam putih itu baginya dia cuma merasakan kalau seruling tersebut mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mengundurkan musuh dia sama sekali tidak memikirkan yang lainnya.
Sewaktu dilihatnya wajah Tan Kia-beng penuh diliputi rasa menyesal, tak terasa lagi dengan manjanya dia berseru
Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Eeee.... kau sedang melamunkan apa" Ayoh pergi, sama-sama aku pergi cari Ca
Mendadak dia bergerak maju menarik tangan Tan Kia-beng dan berlalu dari sana
Ternyata kejadian aneh itu terulang kembali di depan mata mereka. jago-jago yang pada bersembunyi dibalik batu cadas serta di dalam hutan yang pada memandang mereka dengan
pandangan rakus ternyata tidak ada yang berani maju ke depan menghalangi perjalanannya.
Orang-orang dari tujuh partai besarpun bagaikan patung saja tak bergerak, tak ada seorang pun yang berani maju menghalangi perjalanan mereka, mereka pada memandang orang itu berlalu dari sana dengan mata terbelalak mulut melongo.
Ketika mereka berdua tiba di bawah gunung hari sudah terang tanah, sinar sang surya yang terang bagaikan emas menyinari wajah gadis berbaju putih yang amat manja itu membuat dirinya kelihatan sangat menarik sekali.
Melihat ini tak terasa lagi Tan Kia-beng merasakan hatinya berdebar debar dengan amat kerasnya, diam-diam pikirnya,
"Seorang nona yang demikian cantik dan sucinya bagaimana bisa memperoleh nama jelek sebagai seorang siluman perempuan?"
Sang gadis berbaju putih yang melihat dia memandang dirinya dengan mata terbelalak, tidak terasa lagi sudah berseru dengan suara yang amat halus, "Kenapa kau melihat aku terus menerus, kenapa kau tidak beritahu kepadaku siapakah namamu?"
"Cayhe she Tan bernama Kia-beng."
"Eehmm, aku belum pernah mendengar namamu ini."
"Cayhe memangnya tidak punya nama di dalam dunia
kangouw." "Aku bernama Hu Siauw-cian, orang-orang Bulim semuanya memanggil aku sebagai Pek Ih Loosah, adakalanya juga memanggil aku sebagai Bidadari bunga mawar...."
Berbicara sampai disini mendadak dia tertawa geli sambil membereskan rambutnya yang terurai ke bawah tanyanya lagi, "Eeei kau bilang namaku ini baik tidak?"
"Ehm, baik, baik sekali." sahut Tan Kia-beng, wegah wegahan.
"Heeei kau sedang pikirkan apa?" teriak Hu Siauw-cian dengan gusar. "Orang lain memaki aku kau malah bilang bagus, bagus aku tak mau gubris kau lagi."
Dengan cepat ia putar badan lalu dengan cepatnya berlari ke depan meninggalkan Tan Kia-beng seorang diri.
Padahal pada saat itu di dalam hati Tan Kia-beng sedang merasa kebingungan banyak urusan yang menyulitkan dan membingungkan hatinya saat ini pada mengalir memenuhi benaknya karenanya mana dia punya minat untuk berbicara yang tak berguna dengan dirinya.
Kini melihat dia pergi dari sana dan merasa pula dari mulutnya kemungkinan sekali bisa memperoleh banyak petunjuk petunjuk yang berguna dengan cepat dia menoleh ke arahnya lalu mengejar dengan amat cepatnya dari belakang.
"Hei, Siauw Cian.... Siauw Cian" teriaknya dengan keras.
"kau jangan pergi dulu aku ada perkataan yang hendak dibicarakan dengan kau."
Tetapi Hu Siauw-cian sama sekali tidak menggubris teriakannya, dengan amat cepatnya dia berlari terus ke depan.
Ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sebetulnya sudah amat sakti apalagi dia berlari terlebih dahulu, tidak perduli Tan Kia-beng sudah mengejar dengan mengerahkan seluruh tenaganya bukan saja tak berhasil menyandak dirinya bahkan sampai bayangannyapun telah lenyap tak berbekas.
Dalam keadaan yang amat cemas larinya semakin cepat lagi, laksana sebatang anak panah yang lolos dari busurnya dengan amat cepat meluncur ke depan.
Tiba-tiba.... Dari tengah hutan cemara tampak berkelebatnya bayangan putih, dia segera, sreet! bagaikan segulung angin berlalu tubuhnya dengan cepat menerobos ke dalam hutan menubruk ke arah bayangan putih itu, karena dia takut dia lolos kembali dari kejarannya dari tempat kejauhan dia sudah pentangkan lima jarinya lalu mencengkeram ke arah lengannya.
Pada saat tangannya hampir berhasil menyandak lengan bayangan putih itu memaksa pikirannya harus berputar dengan cepat
Mendadak dia membentak keras tangannya dari gaya
mencengkeram, dengan cepat dipukul ke depan segulung tenaga pukulan yang lembut tapi mengandung hawa dingin yang menggigilkan dengan cepat menyambut datangnya serangan tersebut.
Dia yang takut angin pukulan itu melukai tubuh Hu Siauw-cian memaksa dia melancarkan pukulannya kali ini tidak tanggung lagi dia sudah menggunakan delapan bagian hawa murninya.
Braak.... Blumm bagaikan meletusnya ugnung api seluruh angkasa sudah dipenuhi dengan angin taupun yang melanda seluruh permukaan.
Braaak.... tubuh Tan Kia-beng bagaikan sebuah batu besar saja terjatuh kembali ke atas tanah lalu dengan sempoyongan berturut turut mundur dua tiga langkah ke belakang.
Orang itupun dengan gentayang mundur sejauh tiga depa, kiranya orang itu bukan lain adalah si iblis tua berjubah hitam Hu Hong adanya.
Tampak dia dengan rambut pada berdiri mata melotot gusar berdiri tegak di sana dengan amat seramnya.
"Heei.... kau sedang berbuat apa disana?" bentaknya gusar.
"Kenapa tanpa sebab kau hendak melukai dirinya?" balas teriak Tan Kia-beng sambil kerutkan alisnya rapat2.
Maksudnya dia memaki dirinya kenapa sudah turun tangan jahat terhadap putrinya sendiri.
Tetapi si kakek aneh berjubah hitam itu sudah salah mengertikan perkataanya, mendadak dia terasa keras dengan seramnya.
"Bangsat cilik! kiranya kau adalah satu golongan dengan dia."
Mendadak tubuhnya maju ke depan, sepasang telapak tangannya yang amat gencarnya melancarkan delapan pukulan dahsyat.
Tan Kia-beng betul-betul dibuat khe ki. dia pun membentak keras, "Kau sungguh tidak pakai aturan Hm aku mau lihat beberapa tinggi kepandaian silat yang kau miliki"
Tangannya dengan perlahan diangkat ke tengah udara lalu membuat gerakan setengah busur, tubuhnya dengan tiba-tiba menerjang masuk ke tengah bayangan telapak lalu
melancarkan serangan dengan ilmu telapaknya tersebut mencari posisi yang baik.
Dengan terjadinya pertempuran ini Tan Kia-beng segera mengetahui kalau nama besar dari kakek berjubah hitam ini memanglah bukanlah nama kosong belaka jika dibandingkan
dengan pertempurannya sewaktu ada di gunung Thay-san ternyata sama sekali tidak sama, dia merasakan setiap jurus serangan yang digunakan olehnya merupakan jurus jurus aneh yang belum pernah ditemui.
Bahkan kedahsyatan dari tenaga dalam jauh melebihi apa yang dibayangkan semula, boleh dikata dia harus
mengerahkan seluruh tenaga yang dimilikinya baru berhasil menerima datangnya serangan musuh yang amat dahsyat itu Oleh karenanya tidak sampai sepuluh jurus darah yang bergolak di dalam dadanya semakin mencepat, langkahnyapun semakin mulai bergeser ke belakang semakin jauh.
Tampaklah kakek tua berjubah hitam itu dengan wajah menyengir kejam memperdengarkan suara tertawanya yang amat dingin.
"Heee.... hee.... sebetulnya loohu tidak ingin menyusahkan kalian dari angkatan muda, tetapi kau sudah cari gara gara dengan loohu bahkan berani bergerak melawan loohu....
hee.... hee.... hal ini tidak bisa dikatakan lagi...."
Mendadak matanya amat aneh melotot lebih besar lagi sehingga memancarkan sinar yang kehijau hijauan bentaknya keras, "Aku bacok badanmu lebih dulu."
Telapak tangannya diangkat dengan membentuk gerakan busur dengan dahsyatnya, dia membacok ke depan,
serangannya ini ternyata sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun.
Tan Kia-beng pun dibuat gusar juga oleh sikap kakek tua itu mendadak dia tertawa keras dengan sombongnya.
"Hmmm hmmm belum tentu!" teriaknya.
Hawa murninya segera disalurkan mengelilingi seluruh tubuhnya satu kali telapaknya dengan perlahan didorong ke depan menyambut datangnya serangan tersebut
Angin pukulan yang semula lunak dan berhawa dingin mendadak berubah menjadi keras dan merupakan hawa yang amat dahsyat.
Bagaikan menggulungnya ombak seperti juga bertiupnya angin topan yang amat dahsyat dengan cepatnya angin pukulan itu menggulung ke arah musuh.
Braak.... blummm! dua gulung tenaga pukulan bentrok di tengah udara tubuh Tan Kia-beng bagaikan seorang mabok dengan terhuyung huyung mundur tujuh delapan langkah ke belakang
Sebaliknya rambut serta jenggot kakek tua berjubah hitam itu pada berdiri semua di tengah gemetarnya Sang jenggot yang amat keras tubuhnya melayang mundur sejauh lima depa ke belakang. sepasang matanya yang aneh bulat terbelalak besar dengan perasaan amat terperanjat dia memandangi pemuda yang ada dihadapannya ini
Sejak dia terjunkan dirinya ke dalam Bulim selama ini dia belum pernah melihat ilmu telapak yang demikian saktinya dilancarkan oleh seorang pemuda yang berusia sangat muda jika ditinjau dari hal ini entah bagaimana tingginya kepandaian silat yang dimilikinya oleh suhunya"
Bentrokan kali ini bisa membuat Tan Kia-beng segera merasakan darah yang ada di dalam dadanya bergolak dengan amat kerasnya darah segar hampir muncrat keluar dari mulutnya dengan cepat dia pusatkan pikirannya untuk mengatur pernapasan dan berusaha menekan kembali
darahnya yang bergolak amat keras.
Mendadak, di tengah mengalirnya darah murni muncullah segulung hawa yang panas dari pusar mengalir keseluruh tubuh jalan darah di dalam tubuhnya seketika itu juga perasaan sakit serta muak yang menyumbat di dalam dadanya lenyap tak berbekas bahkan pikirannya bertambah terang kembali.
Sekonyong konyong tubuhnya sekali lagi menubruk ke depan, telapak tangan serta kakinya berturut turut melancarkan serangan gencar sebanyak dua belas jurus saking aneh serta sakti jurus serangan itu membuat dia sendiri merasa kebingungan dia tidak tahu dengan cara bagaimana tangan serta kakinya bisa menggunakan jurus tersebut.
Tampaklah angin pukulan bagaikan ombak mengamuk di tengah samudra menggulung ke depan, bayangan telapak sudah memenuhi seluruh angkasa mengaburkan pandangan, seluruh jalan darah penting yang ada diseluruh tubuh kakek tua berjubah hitam itu seketika itu juga berada dibawah kurungan angin pukulan serta bayangan jari yang memenuhi angkasa.
Sepasang mata yang aneh dan memancarkan sinar yang kehijauan dari kakek tua berjubah hitam itu dengan terpesonanya memandang dirinya tanpa berkedip sedikit pun ketika dilihatnya dia secara tiba-tiba melancarkan serangan dengan menggunakan jurus jurus yang demikian anehnya tidak terasa lagi semangatnya berkobar kembali.
Di tengah suara bentakan serta suitan panjang yang memekikkan telinga tubuhnya mendadak menerjang kembali di tengah berkelebatan bayangan telapak, sekali lagi mereka berdua bertempur dengan amat sengitnya.
Keadaan dari pertempuran kali ini jauh berbeda dengan keadaan semula, dia merasa pemuda yang ada dihadapannya
sekarang ini hanya di dalam waktu yang amat singkat saja sudah memperoleh kemajuan di dalam hal tenaga dalamnya bahkan kepandaian ilmu silatnyapun bertambah sempurnya satu tingkat lagi.
Jurus aneh serta gerakan yang mengherankan semakin lama dilancarkan semakin membingungkan hatinya, tenaga dalam yang disalurkan keluar tidak ada putus putusnya menghantam tubuhnya terus semakin bertempur kakek tua berjubah hitam itu merasakan hatinya semakin berdesir, keragu raguan serta rasa curiga yang meliput hatinyapun semakin lama semakin menebal.
Tetapi dengan sikapnya yang congkak dan tidak suka pandang orang lain sudah membuat dia tidak ingin minta berhenti di tengah jalan, semakin tidak mau lagi menunjukkan kelemahan di depan seorang pemuda yang usianya masih amat kecil, dengan sekuat tenaga dia mengeluarkan seluruh ilmu silat yang dipelajari dan diyakinkan selama tiga puluh tahun lamanya.
Pertempuran kali ini benar-benar sangat dahsyat dan amat sengit sekali, tampaklah pasir serta batu pada beterbangan memenuhi seluruh angkasa, pohon bambu pada roboh
berserakan di atas tanah, tiga kaki dikeliling tempat itu sudah dikurung dengan angin pukulan yang menderu dan
menyesakkan napas.
Dari tengah hutan bambu yang lebat tampak bayangan putih bagaikan kilat cepatnya berkelebat mendatang lalu meluncur dengan cepatnya ke tengah kalangan
Si kakek tua berjubah hitam yang mempunyai pengalaman amat luas sinar matanya jauh lebih tajam, walaupun berada di tengah pertempuran yang amat sengit sekali tetapi sepasang matanya tetap melirik kesekeliling tempat itu, telinganya
dipentangkan lebar-lebar mendengarkan seluruh gerak gerik yang ada disekitar tempat tersebut.
Kini di dalam keadaan gusar mendadak dia melihat
berkelebatnya sesosok bayangan putih yang dikejarnya tadi.
Di tengah suara bentakan yang amat nyaring mendadak tubuhnya meloncat ke atas, bagaikan seekor elang raksasa tubuhnya yang melayang ke depan segera dibarengi dengan melancarkan satu pukulan yang mematikan.
Suara jeritan kesakitan yang amat menyayat hati segera bergema memenuhi seluruh angkasa tampak bayangan putih itu berputar beberapa kali di tengah udara lalu jatuh terlentang di atas tanah.
Tan Kia-beng yang melihat keadaan itu tidak terasa lagi menjadi sangat terkejut
Kakek tua berjubah itupun menjerit pedih, dengan tidak perduli lagi keadaan disekitarnya dia menubruk maju ke depan sewaktu Tan Kia-beng serta kakek berjubah hitam itu mengadakan pertempuran sengit dengan masing-masing mengeluarkan ilmu sakti yang paling diandalkan mendadak tampak sesosok bayangan putih bagaikan kilat cepatnya meluncur ke tengah kalangan.
Dalam keadaan amat gusar tanpa berpikir panjang lagi kakek tua berjubah hitam itu sudah melancarkan satu pukulan yang dengan tepat menghajar tubuhnya.
---0-dewi-0--- Siapa tahu ketika dilihatnya bayangan putih tersebut ternyata adalah putrinya sendiri tidak terasa lagi dia menjerit sedih dan menubruk maju ke depan memeluk tubuhnya rapat
rapat, lama sekali dia berdiri termangu-mangu disana tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tenaga dalam dari kakek tua berjubah hitam itu amat sempurna sekali apalagi serangan tadi dilancarkan di dalam keadaan amat gusar, dalam keadaan sama sekali tidak bersiap sedia walaupun gadis berbaju putih itu sudah berusaha untuk menghindarkan diri dengan menggunakan ilmu sakti Mat Hoo Sie sehingga berhasil menghindari tubrukan yang tepat menghajar dadanya tetapi luka yang dideritanya saat ini tidaklah ringan.
Tampak pipinya yang halus dan lembut itu kini sudah berubah menjadi kuning bagaikan lilin, bibirnya yang kecil mungil dibasahi oleh titik titik darah segar yang muncrat keluar dari mulutnya, dia sudah jatuh tidak sadarkan diri.
Tan Kia-beng yang melihat tindakan dari kakek tua berjubah hitam itu amat ganas dan kejam sekali, ternyata sampai terhadap putrinya sendiripun turun tangan sedemikian ganasnya tidak terasa lagi hawa amarah memenuhi seluruh benaknya, dengan memancarkan sinar yang berkilauan bentaknya dengan amat gusar
"Kau sebenarnya manusia atau binatang" ada pepatah mengatakan, sekejam kejamnya harimau tidak bakal
memakan anaknya sendiri kenapa sampai putrimu sendiripun kau tidak mau melepaskannya" kau tidak ada bedanya dengan seekor binatang!"
Mendadak kakek tua berjubah hitam itu angkat kepalanya lalu tangannya dengan keras menghajar pipinya sendiri sebanyak puluhan kali banyaknya.
"Aku harus mati.... aku harus mati...." serunya dengan nada amat sedih. "Aku memang mirip dengan seekor binatang...."
Dia turun tangan amat keras bahkan tidak mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan beberapa kali tabokannya ini seketika itu juga membuat darah segar memancar keluar dengan amat derasnya dari hidungnya.
Gerak geriknya yang amat aneh dan mengherankan ini segera membuat Tan Kia-beng berdiri kebingungan hawa amarah yang semula memuncak dengan perlahan reda
kembali bahkan sebaliknya dia malah menaruh rasa simpatik kepadanya.
Dengan cepat dia berjongkok ke samping tubuh gadis berbaju putih itu dan memeriksa dadanya.
"Jikalau kau orang tua sudah salah turun tangan lebih baik jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri," hiburnya dengan suara perlahan, "biarlah cayhe periksakan bagaimana dengan keadaan lukanya."
Sepasang mata kakek berjubah hitam itu segera melotot keluar bulat bulat sinar mata yang berwarna kehijau hijauan dengan tajamnya memandangi wajahnya mendadak dia
melancarkan satu pukulan ke arahnya bersamaan pula bentaknya dengan gusar.
"Siapa yang suruh kau banyak urusan" cepat menggelinding jauh jauh dari sini!"
Tan Kia-beng tidak sempat untuk menghantar lagi, hampir hampir tubuhnya terkena pukulan tersebut, dengan cepat pinggangnya ditarik ke belakang dengan jurus Kiem Li Cuan Poo atau Ikan leleh meletik ke atas, tubuhnya berturut turut mengundurkan diri sejauh lima depa.
"Hey apa artinya ini?" bentaknya gusar.
"Urusanku tidak perlu orang lain ikut campur
"Aku bermaksud sungguh untuk memeriksakan keadaan lukanya kenapa kau begitu tidak tahu diri"
"Heee.... heee.... hati Suma Cau orang jalan pun tahu, kau kira maksud hatimu aku tidak mengetahui" apalagi loohu pun tidak membutuhkan bantuan orang lain.... hmm, hmmm sungguh sesuatu lelucon yang amat menggelikan"
Tan Kia-beng sama sekali tidak menyangka maksud baik dirinya bisa disalah artikan oleh dirinya, saking khekinya dia tidak bisa bicara lagi.
Lama sekali baru mendepakkan kakinya ke atas tanah.
"Kau jangan omong sembarangan, aku orang she Tan
bukanlah manusia semacam itu. bentaknya semakin marah."
"Loohupun tahu kau bukanlah manusia semacam itu, tetapi kau terlalu romantis"
Mendadak air mukanya berubah adem bentaknya lagi,
"Bukankah kau menaruh cinta kepadanya?"
Mendengar perkataannya tersebut Tan Kia-beng segera tertawa terbahak-bahak
"Aku mengakui terus terang dia memang amat cantik dan menarik sekali, tetapi rasa simpatik yang aku perlihatkan kepadanya dikarenakan dorongan hati naluriku saja, terus terang aku beritahu kepadamu, sekalipun dia adalah bidadari yang turun dari kahyangan aku orang she Tan juga tidak bakal tertarik, kalau memangnya aku memandang dirinya seperti barang pusaka akupun tidak ingin turut campur banyak urusan lain waktu kita bertemu kembali, selamat tinggal."
"Kau kembali," tiba-tiba bentak kakek tua berjubah hitam itu lagi, "Loohu ada perkataan yang hendak aku tanyakan kepadamu"
Sebetulnya Tan Kia-beng pun mempunyai banyak urusan yang mencurigakan hatinya dan hendak ditanyakan
kepadanya, tetapi berhubung luka yang diderita gadis berbaju putih itu amat parah dan membutuhkan pengobatan dengan cepat maka dia tidak ingin bertanya pada saat ini, kini mendengar kakek tua berjubah hitam itu memanggil dirinya kembali dengan cepat dia menghentikan langkahnya.
"Ada perkataan apa" cepat sebutkan! siauw ya mu tidak akan sabaran menunggu lebih lama lagi," serunya ketus.
"Siapa suhumu?"
"Bukankah aku saja beritahukan kepadamu. Ban Li Im Yen, Lok Ton
Pendekar Pemetik Harpa 9 Pendekar Sejagat Seri Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Pendekar Pemetik Harpa 19