Pukulan Naga Sakti 16
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 16
ng ia cukup dikenal orang. Untuk menghindari gara gara yang
tak diinginkan terpaksa dia hanya menyembunyikan diri terus.
Sampai menjelang kentongan kedua, ia baru ngeloyor pergi ke
perkampungan nomor satu dalam dunia persilatan.
Tampak olehnya, perpisahan yang singkat selama empat lima
hari telah membuat "Bu lim tit it keh" ini berubah sangat besar sekali.
Semenjak dari tempat kejauhan, dia sudah melihat kalau Bu lim tit it
keh telah dihiasi oleh beratus ratus buah lentera hingga terang
benderang bermandikan cahaya apalagi setelah makin mendekat,
Sam ciat jiu Li Tin tang merasakan hatinya semakin pedih.
920 Seluruh Bu lim tit it kek telah dihiasi sangat indah, diatas tiang
bendera didepan rumah tampak berkibar sebuah panji besar
berwarna putih, enam belas buah lentera dipasang diseputarnya
menyinari panji putih itu dan menerangi dengan jelas tulisan yang
tertera disana.
Diatas panji itu, terbacalah beberapa huruf besar yang tertera
sangat jelas, tulisan itu berbunyi begini :
"Ciangbunjin angkatan kesembilan dari Thian liong pay Thi Keng
dengan segenap anggota perkumpulan siap menyambut kedatangan
Tee kun." Sam ciat jiu Li Tin tang merasakan hatinya menjadi kecut dan
hampir saja air matanya jatuh bercucuran. Dia tak berani melihat
semua persiapan yang dilakukan itu, cepat cepat tubuhnya
menyelinap ke kebun belakang. Sudah puluhan tahun lamanya dia
berdiam di Bu lim tit it keh ini, setiap benda yang ada disitu boleh
dibilang sangat dikenal olehnya, maka tanpa membuang banyak
tenaga, dia berhasil melampaui pos pos penjagaan dan menyusup
masuk ke dalam ruangan.
Kini dia bersembunyi dibawah wuwungan rumah dibalik
kegelapan untuk mengintip suasana di dalam sana. Waktu itu
suasana didalam ruangan sangat ramai, lampu lentera bergelantung
di sana sini, manusia hilir mudik tiada hentinya, suasana diliputi
riang gembira. Gurunya didampingi oleh Sim ji sinni, Tiang pek lojin dan Bu im
sin hong duduk diruang tengah dengan wajah berseri, mereka
sedang berbincang bincang sambil tertawa. Ji suhengnya Pit tee jiu
Wong Tin pak sedang berdiri di belakang gurunya dengan senyuman
dikulum, nampaknya dia pun merasa gembira sekali ....
Su sute San tin jiu Oh Tin lam dan ngo sute Sian tian jiu Kwan
Tin say sedang sibuk sekali, sebentar mereka nampak lari kemuka,
sebentar lagi kebelakang. Sementara Sam ciat jiu Li Tin tang sedang
merasa amat pedih hatinya dan diam diam mengucurkan air mata,
mendadak ia menyaksikan gurunya Keng thian giok cu Thi Keng
921 mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak, kemudian
katanya : "Haaahhhhh..... haaahhhhh..... haaahhhh..... kedatangan saudara
sekalian memang tepat sekali, sudah lama lohu sekalian menantikan
kedatangan kamu semua!"
Baru selesai dia berkata, tampak bayangan manusia berkelebat
lewat, dalam ruangan telah muncul serombongan manusia. Orang
yang berjalan di paling muka adalah seorang pendeta dan seorang
tosu, Sam ciat jiu mengenali meraka sebagai tulang punggung bagi
dunia persilatan dewasa ini, ketua Siau lim pay dan ketua Bu tong
pay, Ci long siansu dan Keng hian totiang.
Menyusul kemudian dibelakang mereka berdua adalah :
Ketua Kay pang, si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
Ketua Hoa san pay, Peh ih siusu (sastrawan berbaju putih) Cu
Wan mo Kepala kuil Cu tiok an cu Beng sun sut hay
Ketua Cing sia pay Ting Kong ci
Ketua Tiong lam pay Ku tiok siu (kakek kurus kering) Yap Han
san Sin tou (si bungkuk sakti) Lok It hong.
Dan pada bagian yang paling belakang adalah Ci hay taysu dan Ci
liong taysu dari Bu tong pay.
Dari dua belas orang jago yang baru hadir, kalau bukan seorang
ketua dari suatu perguruan besar, mereka adalah jago jago
kenamaan dari dunia persilatan.
Keng thian giok cu Thi Keng bersama Sim ji sinni, Tiang pek lojin
serta Bu im sin hong Kian Kim siang ternyata bersikap angkuh
dengan tetap duduk tak bergerak dari posisi semula, bahkan bangkit
untuk menyamnbut kedatangan tamunya pun tidak.
Pada mulanya kawanan pendekar itu nampak agak tertegun dan
merasa sedikit berada di luar dugaan, menyusul kemudian hawa
amarah segera menyelimuti seluruh wajah mereka. Sambil menahan
gejolak emosi dalam hatinya, ketua Bu tong pay Keng hian totiang
berkata : 922 "Bu liang siu hud, pinto sekalian datang secara gegabah, harap
Thi lo sudi memaafkan kesalahan kami ini!"
"Omitohud!" Ci long siansu, ketua dari Siau lim pay turut
berbicara, adapun kedatangan pinceng sekalian adalah mewakili
umat persilatan didunia ini, harap Thi lo sudi memberi tempat duduk
buat kami sehingga dapat dilangsungkan pembicaraan yang lama,
tentunya Thi lo tidak merasa keberatan bukan?"
Walaupun mereka adalah ketua dari suatu perguruan besar,
namun berhubung tingkat kedudukan Keng thian giok cu Thi Keng
dalam dunia persilatan setingkat dengan guru mereka, selain itu
dimasa yang lalu dia telah menegakkan keadilan bagi umat
persilatan sehingga berjasa amat besar. Oleh karena itu, dalam
pembicaraan mau tak mau mereka tetap bersikap amat menghormat
sekali kepada orang tua ini.
Keng thian giok cu Thi Keng segera mengulapkan tangannya
seraya menyahut :
"Silahkan duduk!"
Sementara dia sendiri masih tetap duduk tak bergerak dari
tempatnya semula. San tian jiu Oh Tin lam dengan cepat berteriak
pula keluar ruangan :
"Siapkan tempat duduk!"
Dua belas orang anggota Thian liong pay yang bertubuh kekar
segera menggotong masuk dua belas kursi yang setengah tinggi,
agaknya kursi tersebut sudah dipersiapkan untuk mereka dan dibagi
menjadi dua rombongan yang diletakkan saling berhadapan dengan
Keng thian giok cu Thi Keng sekalian.
Berbicara dari sikap semacam ini maka boleh dibilang sikap mana
amat menghina tamunya, kalau tidak bisa dibilang seperti bawahan
yang berbicara dengan atasan. Dua belas orang jago persilatan yang
menyaksikan kejadian ini kontan saja berubah muka dan sama sama
mendengus dingin. Bagi mereka, perlakuan semacam ini tak
ubahnya sebagai suatu penghinaan yang tak tertahankan.
923 Dengan mulut terbungkam, semua orang segera berdiri tegak
tanpa berkutik, agaknya mereka tak sudi menerima perlakukan
semacam ini. Keng thian giok cu sendiripun tidak berbicara ataupun
berkutik, seakan akan dia tidak melihat sikap tamu tamu nya itu.
Dengan ilmu menyampaikan suara Ci long siansu dari Siau lim
pay segera berbisik kepada Keng hian totiang, ketua dari Bu tong
pay : "Kita datang dengan membawa sesuatu maksud, menurut
pendapat lolap lebih baik kita menerima keadaan saja."
Tampaknya ketebalan imam Keng hian totiang dari Bu tong pay
tidak berada di bawah Ci long siansu dari Siau lim pay, dengan cepat
dia menyahut : "Kalau yang kecil tak bisa ditahan, urusan besar pasti akan
terbengkalai, menurut pinto, pendapat siansu memang tepat sekali,
kita harus lebih mementingkan keselamatan dunia persilatan
daripada masalah penghinaan semacam ini."
Maka ketua dari Siau lim pay Ci long siansu segera berseru :
"Omitohud! Pinceng mengucapkan banyak terima kasih."
Dia lantas duduk di kursi tengah bagian depan. Menyusul
kemudian Keng hian totiang dari Bu tong pay turut duduk pula di
kursi sebelah kiri Ci long siansu dari Siau lim pay. Setelah dipelopori
oleh kedua orang itu, yang lain pun terpaksa harus menahan diri
dengan ikut mengambil tempat duduk.
Di balik paras muka Keng thian giok cu Thi keng yang serius
terlintas juga rasa menyesal dan kagum yang luar biasa, tapi demi
merebut kepercayaan dari Hiam im Tee kun, mau tak mau dia harus
mengorbankan nama baiknya dengan melakukan sandiwara
tersebut. Oleh sebab itulah tanpa mengungkapkan perasaan apapun dia
menatap kedua belas orang tamunya yang sedang marah dan sedih
itu lekat lekat, kemudian berkata dengan dingin :
"Maksud kedatangan kalian semua sudah kuketahui dengan jelas
...." 924 Ci long siansu dari Siau lim pay kuatir kalau dia mengucapkan
kata kata yang keras sehingga menghilangkan kesempatan bagi
mereka untuk membicarakan persoalan itu, sebelum ucapan mana
sempat diselesaikan, dengan cepat dia menyela :
"Omitohud, Thi lo adalah seorang manusia yang cerdas dan luar
biasa, ternyata kau sudah dapat menduga keinginan kami, lolap rasa
sudah pasti kaupun dapat melihat kalau Hiam im Tee kun ada
maksud untuk memperbudak seluruh umat persilatan. Bahkan
diapun hendak menguasai seluruh jagad, haaai..... sungguh
merupakan suatu ketidak beruntungan bagi umat persilatan."
Keng thian giok cu Thi Keng berpaling dan memandang sekejap
ke arah Sim ji sinni, Tiang pek lojin serta Bu im sin hong bertiga,
kemudian sambil menunjukkan wajah bersungguh sungguh katanya
: "Betul, lohu memang mempunyai rencana baik untuk
menghadapi Hian im Tee kun!"
Setelah mendengar ucapan mana, paras muka semua orang
berubah amat serius, semua ketidak gembiraan yang mereka alami
tadi kini sudah tersapu lenyap hingga tak berbekas. Mereka semua
memasang telinga baik baik untuk mendengarkan Keng thian giok cu
menerangkan caranya dalam menghadapi Hian im Tee kun.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po merasa punya
hubungan yang paling akrab dengan pihak Thian liong pay, setelah
celingukan sebentar ke sana ke mari, tak tahan dia segera
mengemukakan kembali pendapatnya.
"Thi lo adalah bintang penolong bagi dunia persilatan," demikian
ia berkata, "tampaknya barusan kau cuma ingin mencoba ketulusan
hati kami belaka .... Thi lo, harap kau jangan menyia nyiakan kita
semua." Pelan pelan Keng thian giok cu Thi Keng berkata :
"Menurut pendapat lohu, untuk menghilangkan bencana besar
dari dunia persilatan, satu satunya cara adalah bekerja sama dengan
Hian im Tee kun untuk membentuk satu persekutuan. Asal
925 semuanya telah bergabung menjadi satu keluarga besar, bukankah
dunia akan menjadi amam dan badai perbunuhan bisa dihindari?"
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan sangat lambat sekali,
oleh karena itu kekecewaan yang dirasakan semua orang dan pelan
pelan semakin bertambah, belum sampai ucapan mana selesai
diutarakan, semua orang sudah dibuat marah sekali hingga
badannya pada menggigil.
Keng thian giok cu Thi Keng dengan senyum dimulut pedih dihati
berkata kembali :
"Lohu sampai memutuskan untuk menggabungkan Thian liong
pay dengan pihak Ban seng kiong, tujuannya yang terutama tak lain
adalah untuk mengejar masa depan lebih baik, bila saudara sekalian
bisa menerima pendapat dari perguruan kami ini dan tertarik untuk
mengikuti jejakku, dengan senang hati lohu akan menjadi perantara
untuk kalian semua, entah bagaimana menurut pendapat kalian?"
Sebelum orang orang dari pelbagai perguruan itu menyampaikan
maksud kedatangannya, dengan ketajaman mulutnya dia malah
berbalik memberi anjuran kepada semua orang. Berada dalam
keadaan seperti ini, sekalipun orang orang dari pelbagai perguruan
mempunyai banyak persoalan yang sedang disampaikan pun,
seketika itu juga mulut mereka serasa dibuat bungkam dalam seribu
bahasa. Dengan sedih Ci long siansu, ketua dari Siau lim pay berkata :
"Thi sicu telah menempuh perjalanan yang salah dan aku lihat
sudah sukar untuk diajak berpaling kembali ke jalan yang benar.
Kalau memang begitu, terpaksa kami harus mohon diri terlebih
dahulu." "Siansu adalah seorang pendeta agung dari kaum Buddha,
mengapa kau harus mengucapkan perkataan sedih macam begitu"
Kalau memang sudah munculkan diri di depan umum tapi tidak
memiliki kesabaran bagaimana mungkin urusan bisa diselesaikan?"
926 "Omitohud!" Ci long siansu segera berbisik memuji keagungan
Buddha, "dosa, dosa! Pinceng tak pandai berbicara, semoga lo sicu
berpaling kembali ke jalan yang benar...."
Selesai berkata, dua belas orang jago itu serentak bangkit berdiri,
kemudian dipimpin oleh ketua Siau lim pay dan Bu tong pay, mereka
berlalu dari situ dengan wajah sedih. Mendadak Keng thian giok cu
mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak bahak, kemudian
serunya : "Harap saudara sekalian jangan keburu pergi dulu, lohu ingin
mengucapkan sesuatu kepada kalian."
Tanpa terasa kedua belas jago dari dunia persilatan itu
menghentikan langkah mereka dan segera membalikkan badan.
"Apakah Thi lo telah berubah pikiran?" tanya Keng hian totiang
kemudian. Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa :
"Lengan belalang membawa kereta, telur diadu dengan batu,
apakah kalian anggap cukup berkemampuan untuk melawan
kemampuan dari Hian im Tee kun ".?"
Mendadak dia melepaskan sebuah pukulan udara kosong ke
tengah angkasa, angin pukulan segera menderu deru diseluruh
ruangan membuat cahaya lentera yang ada disitu tertekan menjadi
kerdipan api kecil oleh sapuan angin pukulannya itu, akan tetapi tak
sebuah pun yang menjadi padam oleh hembusan tadi.
Kemudian secara tiba tiba Keng thian giok cu Thi Keng
membentak lagi :
"Bangun!"
Deruan angin tajam segera terhenti dan cahaya lentera pulih
kembali seperti sedia kala, menerangi seluruh ruangan menjadi
terang benderang. Demonstrasi pukulan It ciang poan im yang
(pukulan sakti membedakan im yang) dan tenaga sakti Khi mi lap
hap sinkang yang baru saja diperlihatkan benar benar merupakan
serangkaian kepandaian silat yang luar biasa sekali.
927 Tanpa terasa Sim ji sinni segera memuji.
"Saudara Ki, hanya beberapa puluh tahun tak bersua, tak nyana
kalau tenaga dalammu sudah mencapai tingkatan yang begitu
dahsyat, sungguh membuat siau moay malu sendiri!"
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keng thian giok cu memandang sekejap kearahnya lalu
tersenyum, kepada para jago yang masih hadir dalam ruangan,
segera ujarnya lagi :
"Asal salah seorang diantara kalian ada yang sanggup
mendemonstrasikan kemampuan seperti apa yang kulakukan,
sekarang juga lohu akan mengurungkan niatku untuk bergabung
dengan Ban seng kiong!"
Para jago segera terbungkam dalam seribu bahasa, sebab tak
seorang pun diantara mereka yang mampu berbuat demikian.
Kembali Keng thian giok cu Thi Keng berkata :
"Tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun berkali kali lipat
lebih hebat daripada kepandaian yang kumiliki, sekembalinya dari
sini aku harap kalian suka berpikir lagi beberapa kali, moga moga
saudara sekalian mau menyadari kekuatan sendiri dan suatu ketika
akan bekerja sama dengan lohu."
Dalam mendemonstrasikan kehebatan tadi, sebetulnya Keng
thian giok cu Thi Keng bermaksud menghimbau para jago persilatan
agar mereka lebih mawas diri dan jangan bertindak secara
sembarangan sehingga mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri.
Akan tetapi, bagaimana mungkin para jago itu bisa memahami
maksud hatinya yang mendalam itu"
Dengan membawa perasaan hati yang gusar dan mendongkol,
mereka segera mengundurkan diri dalam gedung Thian liong pay.
Baru saja orang orang itu lenyap dibalik pintu, mendadak terdengar
Sim ji sinni berteriak kaget :
"Saudara Thi, ada orang yang menyembunyikan diri disini!"
928 Dia mengangsurkan secarik kertas ke tangan Keng thian giok cu
Thi Keng, kemudian tubuhnya melejit ke udara dan meluncur keluar
ruangan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir.
Pada mulanya Sam ciat jiu Li Tin tang mengira jeritan kaget dari
Sim ji sinni itu ditujukan kepadanya, peluh dingin segera bercucuran
keluar saking tegangnya, dia mengira jejak persembunyiannya sudah
ketahuan lawan.
Menanti Sim ji sinni melambung ke udara, melewati samping
tubuhnya dan menuju keluar perkampungan, dia baru
menghembuskan napas panjang sambil diam diam mentertawakan
dirinya yang kelewat tegang.
Menyusul kemudian, terdengar suhunya tertawa nyaring
kemudian berkata pula :
"Mungkin si pokok pembicaraan kita sudah datang, harap kalian
berdua suka duduk dulu di sini, lohu akan pergi membantu sinni."
Dia pun berkelebat pergi dengan melalui sisinya. Mendadak
terasa olehnya sepasang mata gurunya yang tajam berpaling dan
menatap sekejap ke tempat persembunyiannya, kemudian di sisi
telinga berkumandang suara bisikan lirih :
"Murid murtad, mau apa kau kembali lagi kemari" Ayo, kenapa
tidak cepat cepat pergi dari sini?"
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu tahu
bayangan tubuhnya sudah lenyap dari depan mata. Tegurankah"
Atau perhatian" Atau mungkin mempunyai suatu maksud yang lain"
Ucapan mana terasa mempunyai maksud yang sangat mendalam,
sedemikian dalamnya sehingga untuk sesaat sulit bagi Sam ciat jiu Li
Tin tang untuk memahami arti yang sesungguhnya dari ucapan
tersebut. Dengan perasaan sangsi, dia bermaksud untuk mengejar ke
depan, tapi dia sudah kehilangan jejak mereka berdua. Akhirnya dia
menghela napas dengan perasaan tak mengerti, hatinya benar benar
terasa bimbang.
929 Berbicara tentang Sim ji sinni, sebenarnya apa yang telah terjadi
sehingga dia melakukan pengejaran terhadap musuhnya" Ternyata
sewaktu Keng thian giok giok cu Thi Keng menggunakan tenaga
dalam Khi mi lap hap khikang untuk menggetarkan perasaan para
ketua dari partai besar, pada saat yang bersamaan pula Sim ji sinni
merasa tubuhnya ditimbuk seseorang dengan ilmu memetik daun
melempar bunga.
Ternyata benda yang digunakan sebagai timpukan adalah
segulung kertas, ketika kertas tadi diperiksa ternyata tercantumkan
beberapa huuf yang berbunyi begini :
"Pergilah sepuluh li ke arah timur, akan kutunggu di tepi kolam
Kiu ci Tong!"
Surat itu ditimpuk kearahnya, itu berarti ada orang yang sedang
mencari gara gara dengannya. Sebagai seorang gembong iblis yang
menganggap dirinya paling unggulan, sudah barang tentu dia tak
sanggup menahan gejolak emosi di dalam dadanya. Maka tanpa
berpikir panjang lagi dia segera berangkat menuju ke kolam Kiu ci
tong sepuluh li dari situ.
Dengan kecepatan gerakan tubuhnya, sepuluh li dapat ditempuh
dalam waktu sekejap mata. Yang dimaksud sebagai kolam Kiu ci
tong adalah sebuah kolam berlumpur yang amat besar, di tepi kolam
penuh tumbuh pohon yang liu.
Jika dilihat dari kejauhan, empang tersebut nampak sangat indah,
tapi kalau didekati maka orang akan merasa kecewa, sebab bau
lumpur dari empang tersebut amat menusuk hidung.
Setibanya di tepi empang tersebut, Sim ji sinni segera menegur
dengan suara dingin :
"Pinni telah datang, siapa yang mengundangku kemari" Ayo
cepat jawab!"
"Lohu yang mengundangmu kemari, tidak kau sangka bukan!"
suara tersebut berasal dari belakang tubuhnya, membuat pendeta
930 tersebut segera membalikkan tubuhnya dengan kaget. Tapi ia
segera menjadi tertegun, lalu tegurnya :
"Ki toako, masa kau?"
Di tempat yang tiada orang ketiga, dia memanggil nama asli Ki
Seng tanpa sangsi.
"Lohu bukan manusia yang bernama Toan bun ciat jiu ciang Ki
Seng, kau jangan salah menduga!"
"Lantas siapakah kau?" Sim ji sinni kelihatan agak gugup dan
gelagapan. "Kecuali bukan sebagai Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng, wahai Kiu
wi yau hu (siluman rase berekor sembilan) Oh Bi nio, menurut
pendapatmu siapakah lohu?"
Tiba tiba siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio menjadi sangat
terperanjat : "Jadi kau, kau benar benar adalah Keng thian giok cu?"
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa nyaring :
"Haaahhhh..... haaahhhh..... haaahhhh..... lohu tak suka kalau
ada orang menyaru sebagai diriku hanya untuk melakukan
perbuatan jahat belaka, menurut pendapatmu, apakah lohu akan
membiarkan Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng tetap mencatut namaku
untuk melakukan perbuatan terkutuk?"
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio segera merasakan
betapa seriusnya persoalan itu, walaupun dia merasa punya
kepandaian, tapi terhadap Keng thian giok cu Thi Keng tak berani
berbuat seenaknya, sebab dia tahu kemungkinan baginya untuk
meraih kemenangan kecil sekali.
Apalagi kalau ditinjau dari perbuatan Keng thian giok cu Thi Keng
yang sengaja memancingnya ke situ, dapat diketahui kalau pihak
lawan mempunyai suatu maksud tertentu. Walaupun dia sudah
dapat menduga apa yang hendak dilakukan Keng thian giok cu Thi
931 Keng, akan tetapi dia belum mau percaya terhadap dugaan sendiri,
maka tak tahan dia bertanya lagi :
"Mau apa kau sekarang?"
Dengan wajah amat serius Keng thian giok cu Thi Keng berkata :
"Untuk melenyapkan bibit bencana bagi dunia persilatan,
terpaksa aku harus bertindak keji kepadamu!"
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio cukup mengetahui
ketegasan Keng thian giok cu Thi Keng. Biasanya apa yang
diucapkan tak pernah diingkari lagi, maka dengan perasaan
terkesiap buru buru teriaknya :
"Jadi kau hendak turun tangan kepadaku?"
"Yaa, aku hanya mengharapkan kesadaranmu untuk
menyerahkan nyawamu itu!" jawab Keng thian giok cu Thi Keng
tegas. Tiba tiba siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhh..... haaahhhh..... haaahhhh..... Thi Keng, apakah kau
sudah membayangkan bagaimana akibat dari perbuatanmu itu?"
Dengan wajah yang sama sekali tak berubah, Keng thian giok cu
Thi Keng menjawab :
"Segala sesuatunya sudah lohu pikirkan masak masak, aku rasa
tak mungkin akan mengakibatkan sesuatu yang tidak
menguntungkan bagi diriku ...."
Ditekan oleh ketenangan serta ketegasan Keng thian giok cu Thi
Keng, Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio menjadi gelagapan
sendiri. "Hari ini, jika kau membinasakan aku, mungkin di dalam upacara
besok kau tak akan bisa mempertanggungjawabkan diri kepada
utusan khusus dari Ban seng kiong."
932 "Soal itu sudah lohu perhitungkan sebelumnya, jadi kau tak usah
terlampau merisaukan akan hal ini, tentu saja ada orang lain yang
akan menggantikan kedudukanmu itu."
Selesai berkata, dia lantas menunjuk ke belakangnya sambil
berkata lagi : "Coba kau lihat, siapakah yang berdiri di belakangmu itu?"
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio adalah seorang yang
amat mudah curiga, dia mengira Keng thian giok cu Thi Keng sedang
mempergunakan akal muslihat untuk membohonginya agar
berpaling, kemudian menyergapnya. Dengan cepat dia menghimpun
segenap tenaga dalamnya kedalam telapak tangan, kemudian
serunya cepat :
"Peduli siapakah dia, aku tak akan termakan oleh tipu muslihat
itu." Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh.... haaahhhh..... haaahhh.... jadi kau menganggap lohu
adalah seorang manusia yang suka menyergap orang dikala orang
lain tidak siap...." Tak usah kuatir, berpaling saja dengan berlega
hati." Ada kalanya, terhadap diri sendiripun siluman rase berekor
sembilan Oh Bi nio tidak percaya, bagaimana mungkin dia akan
mempercayai perkataan orang lain" Maka sambil tertawa dingin
katanya : "Thi Keng, kuanjurkan kepadamu agar tak usah menggunakan
akal muslihat untuk membohongi aku, kalau ingin turun tangan,
pergunakan saja kepandaian aslimu."
Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara
pembicaraan seseorang :
"Itu namanya menilai seorang yang bijaksana dengan pikiran
seorang siaujin, Bi nio! Seandainya kami berniat menyergapmu
cukup dengan sebuah pukulan saja, kau sudah mampus sedari tadi."
933 Suara itu berkumandang amat nyaring, dipancarkan dari tiga
depa saja di belakang tubuhnya. Dengan perasaan amat terkesiap,
siluman rase berekor sembilan melayang ke arah lain sehingga
berdiri dalam posisi segitiga lalu dengan wajah berubah hebat dia
mendongakkan kepalanya, tapi dengan cepat seluruhnya tubuhnya
menggigil keras, wajahnya berubah semakin memucat, lama, lama
kemudian dia baru dapat menyapa dengan suara rendah.
"Cici!"
Rupanya orang yang berdiri di belakang tubuhnya sekarang
bukan lain adalah Sim ji sinni pribadi. Sebelum menjadi pendeta
dulu, nama awam Sim ji sinni adalah Oh Kim sian, dengan siluman
rase berekor sembilan Oh Bi nio adalah kakak beradik tong ....
Dari kakak beradik itu, yang satu berhati saleh dan menjadi
seorang sinni nomor wahid di dunia, sementara yang lain berbuat
jahat sehingga menjadi seorang gembong iblis yang banyak
melakukan kejahatan.
Untuk menyadarkan adik tong nya ini, banyak waktu dan tenaga
yang telah dikorbankan Sim ji sinni, tapi sayang adik tong nya itu
tetap berkeras kepala. Akhirnya siluman rase berekor sembilan Oh Bi
nio sengaja menyingkir dari hadapan Sim ji sinni, daripada tiap hari
dinasehati terus sehingga membuat hatinya menjadi amat kesal.
Dalam waktu singkat, puluhan tahun sudah lewat, siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio telah mendapatkan Hian im Tee kun
sebagai tulang punggungnya, dengan mengandalkan kekuatan
tersebut dia mulai berani melawan dan memusuhi Sim ji sinni secara
terang terangan.
Hari ini, dia dapat berjumpa dengan Sim ji sinni, sesungguhnya
kejadian ini tidak diluar dugaan, dia hanya tak menyangka kalau
perjumpaan tersebut dilangsungkan justru disaat dia berada dalam
posisi yang terjepit.
Sekalipun posisi siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio
sekarang amat berbahaya, namun jika dipandang dari sudut lain,
934 siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio merasa beruntung juga
dengan kemunculan dari Sim ji sinni itu.
Dengan mengandalkan hubungannya selama ini dengan Sim ji
sinni, sekalipun Keng thian giok cu Thi Keng bersikap lebih keji pun
tak mungkin akan tega untuk turun tangan kepadanya.
"Cici!" siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio segera berseru,
kemudian selangkah demi selangkah berjalan mendekati Sim ji sinni,
bahkan ketika berjalan maju, dia sempat mengerling sekejap ke arah
Keng thian giok cu Thi Keng, seakan akan dia seperti bilang begini :
"Coba sekarang, akan kulihat kau bisa berbuat apa kepadaku!"
Siapa tahu sebelum siluman rase berekor sembilan sempat
mendekati, Sim ji sinni pendeta perempuan itu sudah keburu
membentak keras lebih dahulu :
"Berhenti! Kau tak boleh berjalan mendekat."
Agaknya siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio sudah cukup
memahami watak Sim ji sinni yang lemah lembut, meski sudah
dibentak akan tetapi dia tak pernah berhenti, bahkan wajahnya
segera mengulumkan sekulum senyuman yang tebal.
Dengan langkah lemah gemulai, setindak demi setindak dia
berjalan mendekati Sim ji sinni, kemudian katanya :
"Aduuuh.... mengapa sih cici bersikap begini galak" Siapa suruh
aku menjadi adikmu sekalipun dimaki atau dihantam, aku tak berani
untuk membalas."
"Omitohud!" Sim ji sinni berbisik lirih, "demi kepentingan umum
terpaksa pinni harus mengorbankan saudara sendiri, adik Bi,
maafkan aku."
Diam diam dia menghimpun tenaga dalamnya kemudian
diayunkan kemuka, selapis hawa sakti segera menghadang gerak
gerik maju dari siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio.
Sikap tegas dari Sim ji sinni itu sama sekali tidak disangka oleh
siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio, begitu melihat gelagat
935
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak menguntungkan, dia tak rela untuk menyerah dengan begitu
saja, sambil menghimpun tenaga dalamnya dan melakukan tubrukan
kemuka, teriaknya sambil menangis tersedu :
"Oooh enci, kau benar benar amat keji, adik mau mati saja, biar
kalau mati, mati ditanganmu sendiri, oooh..... cici, penuhilah
harapanku ini...."
Dia bermaksud untuk menggunakan kata kata yang memelas
untuk meluluhkan hati encinya, dalam anggapannya Sim ji sinni tak
akan melukai dia. Oleh sebab itu, hatinya merasa sangat lega.
Berbicara soal ilmu silat, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang
sudah terhitung luar biasa, kenyataannya tujuh bagian tenaga dalam
Boan yok sinkang yang dipancarkan Sim ji sinni belum berhasil
membendung gerak terjangannya yang menggunakan tenaga dalam
sebesar sepuluh bagian, bahkan ia berhasil mendekati sampai jarak
sejauh lima depa lebih .....
Karena terlampau didesak, dengan perasaan apa boleh buat
terpaksa Sim ji sinni harus meningkatkan tenaga dalamnya hingga
mencapai sepuluh bagian lagi, dengan kekuatan sedemikian besar
itulah, akhirnya dia berhasil memaksa siluman rase berekor sembilan
Oh Bi nio mundur sejauh lima langkah lebih.
Setelah itu, sambil memejamkan matanya rapat rapat dia berbisik
lagi lirih : "Omitohud! Bukan pinni kelewat keji, jika hari ini kulepaskan
selembar nyawamu maka seluruh dunia persilatan akan terjatuh ke
dalam cengkeraman iblis dan tak pernah akan bangkit kembali, adik
Bi! Sesudah bencana ini bisa dilewatkan, pinni akan mengurung diri
selama sepuluh tahun untuk menebus dosaku hari ini."
Setelah berhenti sejenak, akhirnya dia berkata lebih jauh dengan
nada tegas : "Silahkan Thi sicu mewakili pinni untuk melaksanakan hukuman
ini ...." Sekalipun dia bersedia mengorbankan saudara sendiri demi
ditegakkannya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, kalau
936 dia disuruh turun tangan sendiri, bagaimana pun toh tetap tidak
tega. Agaknya Keng thian giok cu Thi Keng cukup memahami kesulitan
yang dihadapi Sim ji sinni, dia segera melompat ke depan dan
melayang turun berapa depa di depan tubuh siluman rase berekor
sembilan Oh Bi nio. Setelah itu sambil melepaskan sebuah pukulan
katanya : "Untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan, terpaksa
lohu harus melakukan pembunuhan ini!"
Angin pukulan yang amat keras dengan cepat meluncur ke depan
dan menghantam tubuh siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio.
Melihat usahanya merengek rengek tidak mendatangkan hasil,
siluman rase berekor sembilan segera memutar biji matanya untuk
mencari jalan guna melarikan diri. Mendadak sepasang telapak
tangannya diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat. Tatkala sepasang tangan saling beradu, menggunakan
kesempatan itulah dia melayang mundur sejauh tiga kaki, kemudian
menutulkan kaki kedepan dan melayang sejauh lima kaki lagi.
"Lonio tak bisa memenangkan kalian berdua, oleh sebab itu
terpaksa harus memohon diri lebih dulu!" serunya sambil tertawa
nyaring. Perempuan licik itu ternyata mengambil langkah seribu sejak
pada jurus gebrakan yang pertama, agaknya tindakan ini sama
sekali diluar dugaan Sim ji sinni maupun Keng thian giok cu Thi
Keng. Sudah barang tentu Keng thian giok cu Thi Keng tak akan
membiarkan musuhnya melarikan diri, dia segera membentak
nyaring : "Kau tak bakal bisa lolos dari cengkaramanku!"
Tubuhnya melejit enam tujuh kaki ke tengah udara, lalu dengan
mengembangkan jurus Im liong kiu coan (naga sakti berputar
sembilan kali) dia melambung ke udara sambil melakukan tubrukan.
937 Walaupun siluman rase berekor sembilan lihay, bagaimana
mungkin dia bisa menangkan kelihayan dari Keng thian giok cu yang
memiliki tenaga dalam satu tingkat lebih sempurna darinya"
Baru saja dia melarikan diri sejauh sepuluh kaki, Keng thian giok
cu Thi Keng sudah melayang diatas kepalanya, kemudian segulung
tenaga tekanan yang sangat dahsyat langsung menindih keatas
kepalanya. Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio tertawa dingin, dari
dalam pinggangnya dia mengeluarkan sebuah angkin dan segera
diayunkan kearah tubuh Keng thian giok cu Thi Keng.
Jilid 29 Angkin itu tak lain adalah angkin Jit cing tay yang biasanya
digunakan siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio untuk berkelana,
tujuh warna warninya sudah membingungkan, apalagi yang hebat
adalah asap pemabuk yang sengaja disembunyikan dibalik senjata
tersebut, siapa saja yang terkena pasti akan roboh.
Sim ji sinni kuatir Keng thian giok cu Thi Keng tidak mengetahui
kelihayan dari angkin Jit cing tay itu, buru buru dia memperingatkan
: "Thi sicu, hati hati dengan obat pemabuknya!"
"Kalau hanya obat pemabuk mah tak bakalan merobohkan lohu!"
sahut Keng thian giok cu Thi Keng di tengah udara.
Sewaktu tenaga pukulannya dilontarkan kebawah, siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio berikut angkin tujuh warnanya kontan
mencelat sejauh satu kaki lebih. Rupanya Keng thian giok cu Thi
Keng sudah berhasrat untuk melangsungkan pertarungan kilat dan
segera menyelesaikannya. Oleh sebab itu, serangan serangan yang
dia lancarkan semuanya tidak mengenal rasa kasihan, dengan
tenaga dalam yang dikerahkan mencapai dua belas bagian, dia
melancarkan serangan serangan mematikan yang sangat dahsyat.
938 Pada dasarnya tenaga dalam yang dimiliki Kiu wi yau hu Oh Bi
nio memang bukan tandingan dari Keng thian giok cu Thi Keng,
apalagi dia pun berhasrat untuk mencari keuntungan dengan
mengandalkan obat pemabuknya, sehingga tenaga yang dipakai pun
tak pernah mencapai hingga pada puncaknya, tak heran kalau sekali
hantam tubuhnya segera terluka sangat parah.
Begitu berhasil merobohkan siluman rase berekor sembilan Oh Bi
nio, Keng thian giok cu Thi Keng tidak melayang turun kebawah lain,
dia hanya menjejakkan kakinya keatas kaki yang lain, kemudian
seperti seekor burung raksasa segera melayang kembali ke belakang
tubuh perempuan siluman itu. Dengan suatu sodokan kilat tahu tahu
ia menotok jalan darah kematian Jit kan hiat ditubuh lawannya.
Sia sia saja siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio memiliki
kepandaian silat yang sangat lihay, sebab pada hahekatnya dia tak
berkesempatan lagi untuk melancarkan serangan. Dalam keadaan
yang gugup dan gelagapan inilah, akhirnya dia tewas ditangan
lawan. Setelah perempuan siluman itu tewas, Sim ji sinni baru melayang
mendekat dan membacakan doa kematian untuk siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio. Setelah itu, dia melepaskan pakaian dari
siluman itu dan dikenakan ditubuh sendiri, angkin tujuh perasaan
dan obat pemunah yang berada di saku perempuan itu juga diambil
semua. Pada akhirnya, sambil mundur lima langkah dia berkata :
"Masih ada tindakan yang terakhir lagi, silahkan sicu sekalian
melakukannya!"
Keng thian giok cu Thi Keng berkerut kening, kemudian
menghela napas panjang :
"Aaai...... seandainya perbuatan lohu hari ini diketahui kawan
kawan persilatan, orang lain pasti akan menuduh diriku sebagai
seorang manusia yang berhati keji!"
"Omitohud!" kembali Sim ji sinni merangkap tangannya di depan
dada, "membasmi kejahatan dari muka bumi merupakan kewajiban
939 dari setiap orang, ketika Thi sicu membasmi kaum iblis di masa
lampau apakah kau pun pernah berhati lemah?"
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa getir :
"Melenyapkan jenasah dari muka bumi atau merusak tubuh orang
yang telah mati merupakan perbuatan yang dikutuk setiap orang,
bagaimana mungkin lohu bisa merasa lega?"
"Omitohud! Bila urusan kecil tak bisa ditahan, masalah besar
pasti akan terbengkalai, keadaan sekarang ibaratnya anak panah
yang berada di atas gendewa, sekalipun tak ingin dilepaskan juga
harus dilepaskan apalagi urusannya timbul karena keadaan yang
mendesak, aku rasa orang pasti dapat memakluminya."
"Aaaai, kalau begitu terpaksa lohu harus bertindak kasar!"
Sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke atas tanah
membuat sebuah liang besar. Setelah melemparkan jenasah siluman
rase berekor sembilan Oh Bi nio ke dalam liang kemudian menutup
kembali liang kubur tersebut. Dengan mengerahkan tenaga sakti
Sian thian bu khek ji gi sinkang nya dia menghantam jenasah
siluman rase itu melalui atas permukaan tanah.
Termakan oleh pukulan maupun hawa sakti tersebut, jenasah
siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio yang berada di dalam tanah
segera terhajar sampai hancur tak berwujud rupa lagi. Dalam
keadaan demikian, sekalipun ada orang menemukan jenasahnya,
belum tentu akan mengenali jenasah siapakah dia.
Sekalipun Keng thian giok cu Thi Keng berbuat demikian demi
kepentingan seluruh umat persilatan, akan tetapi dengan wataknya
yang jujur dan bijaksana, tak urung sedih juga hatinya sesudah
melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kening berkerut, dia mengebutkan bajunya dari debu lalu
sambil tertawa getir katanya :
"Moga moga saja perbuatan kita sekarang tak sampai disalah
tanggapi oleh para jago dari pelbagai perguruan."
940 "Omitohud! Buddha pernah bilang : kalau bukan aku yang masuk
neraka, siapakah yang akan masuk neraka" Asal kebenaran dan
kebajikan masih tumbuh dalam hati kita, buat apa persoalan
persoalan semacam itu mesti kita pikirkan sekarang?"
Keng thian giok cu Thi keng segera tertawa nyaring.
"Kalau tidak bercocok tanam, darimana bisa menarik hasil panen"
Lohu memang bodoh, mari kita pulang!"
Dua sosok bayangan manusia segera melayang kedepan dengan
kecepatan tinggi, tak selang berapa saat kemudian bayangan tubuh
mereka sudah lenyap dari pandangan mata.
Tak lama setelah bayangan tubuh mereka lenyap, dari belakang
sebatang pohon muncul seorang pemuda tampak berbaju biru langit.
Orang itu menyelundup ke sana di saat Keng thian giok cu Thi Keng
sedang menghajar tubuh siluman rase berekor Sembilan tadi.
Tenaga dalam yang dimiliki pemuda tampan itu masih jauh
melebihi kepandaian Keng thian giok cu Thi Keng maupun Sim ji
sinni, oleh sebab itu perbuatannya sama sekali tak dirasakan oleh
dua orang jago lihay tersebut.
Tapi berhubung kedatangannya terlambat selangkah, dia hanya
sempat menyaksikan adegan keji dimana Keng thian giok cu Thi
Keng menghancurkan jenasah untuk menghilangkan jejak, dia tak
sempat menyaksikan kebesaran jiwa maupun pengorbanan yang
dilakukan Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni sebelumnya.
Dengan membawa perasaan sedih dan menderita, pemuda itu
berjalan mendekati liang kuburan yang digunakan untuk mengubur
jenasah siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio, kemudian dengan
mengandalkan tenaga hisapan telapak tangan tunggalnya, dia telah
berhasil mengeluarkan jenasah siluman perempuan itu dari dalam
liang kubur. Waktu itu, jenasah siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio telah
hancur hingga tak berwujud sebagai manusia lagi, yang tersisa
941 hanya sekumpal daging belaka, keadaannya benar benar sangat
mengerikan hati.
Menyaksikan semuanya itu, dia menghela napas sedih, lalu
bergumam : "Yaya, setelah menyaksikan semua perbuatanmu dengan mata
kepalaku sendiri, bagaimana mungkin aku dapat memberikan
pertanggung jawaban kepada liang sim ku?"
Tak usah ditanya lagi, pemuda tampan itu tak lain adalah Thi Eng
khi, ciangbujin angkatan ke sebelas dari perguruan Thian liong pay.
Rupanya dia yang sedang melakukan perjalanan siang malam
menuju pulang bersama sama Sam ku sinni, Pek leng siancu So Bwe
leng dan Pencuri sakti Go Jit telah bertemu dengan ibunya Yap Siu
ling tanpa sengaja di kota Poo eng.
Perjumpaan tersebut benar benar mengharukan setiap orang, dia
perkenalkan lebih dulu Sam ku sinni dan Pencuri sakti Go Jit kepada
ibunya, setelah itu baru membimbing Pek leng siancu So Bwe leng
untuk memberi hormat kepada ibunya.
Dari hubungan yang hangat antara Thi Eng khi dengan So Bwe
leng, dengan cepat Yap Siu ling memahami apa gerangan yang
terjadi, tapi pada dasarnya dia sudah menyetujui hubungan putranya
dengan Ciu Tin tin maka tanpa terasa diamatinya So Bwe leng
beberapa kejap.
Berbicara soal paras muka, kecantikan Pek leng siancu So Bwe
leng maupun kecantikan Ciu Tin tin hampir boleh dibilang seimbang,
tapi berbicara soal watak, Pek leng siancu So Bwe leng jauh lebih
polos, lebih lincah dan lebih manja ketimbang Ciu Tin tin.
Itulah sebabnya, setelah Yap Siu ling berjumpa dengan gadis ini,
dia merasa gadis tersebut sudah sepantasnya untuk menjadi anak
menantunya pula. Maka dia tidak membiarkan Pek leng siancu So
Bwe leng melanjutkan hormatnya, gadis itu dirangkul dengan
hangat, kemudian diajak membicarakan berbagai persoalan.
942 Pada dasarnya Pek leng siancu So Bwe leng memang pandai
berbicara, apa saja yang dia ketahui segera diceritakan dengan
lancar dan manja, hal ini membuat Yap Siu ling makin gembira
hatinya. Sepanjang perjalanan, Thi Eng khi telah menceritakan semua
pengalamannya kepada Pek leng siancu so Bwe leng, karena itu
anak muda tersebut tak usah bersusah payah untuk mengulangi
kembali pengalamannya itu ....
Sesudah selesai bercerita, Pek leng siancu So Bwe leng baru
teringat untuk menanyakan keadaan Yap Siu ling, tanpa terasa dia
lantas berseru :
"Ibu ...... "
Tapi setelah ucapan tersebut dilontarkan, dia baru tahu kalau
sudah salah menyebut, kontan saja paras mukanya berubah menjadi
merah padam karena jengah, cepat cepat kepalanya disusupkan ke
dalam pelukan Yap Siu ling dan tak berani membicarakan lagi.
Betapa gembiranya hati Yap Siu ling menyaksikan sikap manja
dan polos dari dara tersebut, cepat cepat dipeluknya gadis itu
kencang kencang, kemudian katanya pelan :
"Nak, cepat atau lambat kau toh akan memanggil ibu kepadaku,
bila kau bersedia memanggilnya mulai sekarang, aku akan merasa
semakin gembira .... "
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ucapan mana bukan saja membuat Pek leng siancu So Bwe leng
semakin tak berani mendongakkan kepalanya, bahkan Thi Eng khi
sendiripun merasakan wajahnya amat panas, yaa malu, yaa
berdebar. Kehangatan meski membuat suasana menjadi riang, sayang tidak
berlangsung terlampau lama, akhirnya kenyataan telah
menghentikan mereka dari suasana gembira.
Ketika Thi Eng khi bertanya kepada ibunya, mengapa dia seorang
diri tinggal di kota Poo eng, dengan wajah sedih Yap Siu ling segera
943 mengisahkan semua peristiwa yang terjadi di rumah. Sebagai akhir
kata, dia menambahkan :
"Nak, aku rasa untuk sementara waktu kau jangan pulang ke
rumah lebih dulu, mari kita pergi ke rumah Lim supekmu lebih dulu
sebelum menentukan tindakan selanjutnya!"
Tapi Thi Eng khi terlampau merisaukan keadaan dalam rumah,
ditambah pula dia pun sangat menguatirkan keselamatan Sam ciat
jiu Li Tin tang, karena anak muda itu bersikeras hendak berangkat
ke kota Hway im pada saat itu juga.
Terpaksa untuk sementara waktu Yap Siu ling bersama sama
Sam ku sinni, pencuri sakti Go Jit dan Pek leng siancu So Bwe leng
tinggal di rumah penginapan, mereka membiarkan Thi Eng khi
berangkat pulang seorang diri sambil mengambil tindakan menurut
keadaan. Yap Siu ling berpesan kepada Thi Eng khi agar dia jangan
menampakkan diri bilamana tidak perlu, alangkah baiknya kalau
semuanya diselidiki secara diam diam.
Kali ini, Pek leng siancu So Bwe leng memperlihatkan sikap yang
penurut sekali, ternyata dia tidak memohon kepada Thi Eng khi
untuk mengajaknya pergi, sebaliknya melakukan perjalanan bersama
sama Yap Siu ling.
Dengan kepandaian silat Thi Eng khi yang lihay, dia berhasil
menyusup ke gedung Bu lim tit it keh tanpa diketahui siapapun,
bahkan berhasil pula mengikuti adegan terakhir dimana Sim ji sinni
dan Keng thian giok cu Thi Keng menghabisi nyawa siluman rase
berekor sembilan dan menghancurkan jenasahnya.
Berhubung dia hanya menyaksikan cara kerja yayanya tanpa
mengetahui alasan maupun kesulitan yayanya hingga membunuh
orang, kenyataan tersebut segera membuat hatinya pedih sekali
apalagi setelah dicocokan dengan apa yang didengarkan di tempat
luaran, semuanya itu membuat hatinya serasa remuk rendam.
944 Bayangan yayanya yang selalu ditempatkan dalam hatinya
sebagai suatu kebenaran dan keadilan, lambat laun hal tersebut
menjadi semakin hambar dan tawar. Tentu saja dia tak berani
mengambil suatu kesimpulan terhadap yayanya, tapi kenyataan yang
terbentang didepan mata memaksanya harus berpikir ke arah yang
paling jelek. Menghadapi persoalan paling pelik yang dijumpai sekarang dia
membutuhkan suatu penegasan yang cepat. Tapi saat itu, pikirannya
serasa kosong, bimbang dan tidak menentu, dia tak tahu bagaimana
dia harus bertindak lebih jauh.
Pikir dan pikir terus, akan tetapi dia belum berhasil juga untuk
memecahkan masalah tersebut. Di saat dia sedang berpikir dengan
seksama itulah, tiba tiba muncul sesosok bayangan manusia yang
berkelebat lewat dari sebelah kiri tubuhnya pada jarak sejauh dua
kaki. Mula mula bayangan manusia itu seperti tidak nampak kehadiran
Thi Eng khi disana, dia baru menjumpai kehadiran pemuda itu
setelah tubuhnya berada empat lima kaki jauhnya dari tempat
semula. Tiba tiba saja orang itu membalikkan badannya dengan gerakan
Yau cu huan sin (burung belibis membalikkan badan). Gerakan
tubuhnya yang sedang menerjang ke depan segera dihentikan,
kemudian berbalik menerkam ke arah Thi Eng khi.
Berbicara soal tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sekarang,
jangankan orang itu sudah menerjang datang, sekalipun masih
berada puluhan kaki jauhnya, kehadiran orang itu sepantasnya
sudah diketahui. Tapi, hingga orang itu mencapai di belakang
tubuhnya, ternyata anak muda tersebut masih belum merasakan apa
apa, bahkan masih saja berdiri termangu mangu.
Dengan cepat sorot mata orang itu tertarik oleh gumpalan
jenasah berdarah yang tergeletak di depan tubuh Thi Eng khi, selain
daripada itu, agaknya dia pun tidak bermaksud untuk menyerang
atau melukai pemuda itu secara diam diam.
945 Dengan cepat dia berhenti disamping Thi Eng khi, sebetulnya
berniat menghardiknya tapi setelah melihat jelas raut wajah pemuda
tersebut, tiba tiba dia berseru dengan nada tercengang :
"Ooooh, rupanya saudara cilik!"
Menyusul kemudian, dengan wajah serius dia menuding ke arah
gumpalan daging hancur tersebut sambil menegur :
"Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
Thi Eng khi dibuat tertegun oleh pertanyaan orang, setelah
diamati lagi dengan seksama barulah diketahui olehnya bahwa orang
tersebut adalah kakak tuanya si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po. Perasaan Thi Eng khi pada waktu itu sungguh amat sensitif,
begitu berjumpa dengan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po, dia merasa seolah olah bertemu dengan sanak sendiri saja, rasa
sedihnya segera meluap, segera teriaknya :
"Engkoh tua .... "
Tenggorokannya seakan akan tersumbat, kata kata selanjutnya
tak bisa diungkapkan lagi. Sebenarnya antara pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po dengan Thi Eng khi sudah terikat
dalam hubungan persaudaraan yang akrab, tapi sikapnya sekarang
justru jauh berbeda seperti keadaan di hari hari biasa, dia seperti tak
berani menyatakan hubungan yang kelewat akrab.
Sambil menuding gumpalan daging diatas tanah, kembali dia
bertanya : "Sebenarnya apa yang telah terjadi" Siapakah yang telah tewas?"
Thi Eng khi semakin sedih lagi setelah menyaksikan sikap
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po kepadanya makin jauh
dan dingin. Dia menduga hal ini tentu disebabkan tindakan yayanya
yang telah bergabung dengan pihak Ban seng kiong sehingga
terhadap dirinya pun orang turut memandang hina.
946 Thi Eng khi adalah seorang pemuda yang tinggi hati, kendatipun
dia merasa sedih sekali, namun berada dalam keadaan demikian, dia
tidak ingin merendahkan diri untuk mengungkapkan kepedihan
hatinya kepada pengemis tersebut.
Selain itu, diapun tak ingin membicarakan kesalahan kakeknya
didepan orang lain, kendatipun kakeknya telah melakukan kesalahan
besar, sudah sepantasnya kalau dia sendiri yang menanggung dan
dia sendiri yang menyelesaikan, orang luar tak perlu turut
mengetahui kejelekan rumah tangga sendiri.
Maka dengan kening berkerut sahutnya :
"Maaf, tidak leluasa buat siaute untuk menerangkan persoalan ini
....!" Rupanya si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga
tidak menyangka kalau Thi Eng khi bakal bersikap demikian
kepadanya, sesudah tertegun katanya :
"Saudara cilik, apakah kau sedang marah dengan engkoh tuamu
ini....?" "Siaute tidak berani!" jawab Thi Eng khi hambar.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menghela napas
panjang, katanya kemudian :
"Penampilan kakekmu dalam dunia persilatan kali ini benar benar
menunjukkan perubahan karakter yang sangat mengecewakan, kini
kita berbeda tujuan dan aliran, mustahil bagi kita untuk berkawan,
meskipun aku si pengemis tua merasa sayang juga dengan dirimu,
tapi akupun tak ingin kau menjadi manusia yang tidak berbakti.
Aaaai....! Hubungan kita dimasa lampau pun terpaksa harus
dibubarkan dulu untuk sementara waktu .... "
Selesai berkata, tanpa berpaling lagi dia segera berlalu
meninggalkan tempat itu. Berbicara yang sesungguhnya, Thi Eng khi
tak dapat menyalahkan sikap si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po yang tidak hangat, berbicara menurut suara hatinya maka
kesalahan yang sebenarnya terletak pada kakeknya yang bersikap
947 kurang baik di hari tuanya sehingga dia mengirim Thian liong pay
menuju ke lembah kehancuran.
Dia tak ingin menjadi penjahat secara membuta, diapun tak
dapat melawan kehendak kakeknya secara terang terangan, tapi dia
pun tak menginginkan orang orang dari golongan lurus memandang
rendah sifat maupun tindak tanduknya.
Ia benar benar dibuat serba salah oleh keadaan, bagaimanapun
dia memutar otak akan tetapi tidak berhasil juga untuk menemukan
suatu cara yang tepat untuk mengatasi keadaan yang kritis itu.
Mendadak terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang secara lamat lamat dari kejauhan sana. Hatinya
menjadi amat terperanjat, tidak sempat melamunkan masa
depannya lagi, dia segera mengembangkan ilmu gerakan tubuh Hu
kong keng im (cahaya kilat bayangan lintas) dan meluncur ke arah
mana suara tadi berasal.
Sepanjang jalan dia masih sempat mendengar bentakan
bentakan nyaring yang menggelegar angkasa, tak selang berapa
saat kemudian, dari kejauhan dia saksikan ada dua sosok bayangan
manusia sedang bertarung dengan amat serunya. Kecuali dua orang
yang sedang bertarung sengit, di sekeliling arena masih nampak
juga lima orang yang berdiri sambil berteriak teriak memberi
semangat. Tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi amat sempurna,
sekalipun berada dalam kegelapan malam, akan tetapi ia masih
dapat melihat setiap benda yang berada dalam jarak sepuluh kaki
dengan jelas. Dalam sekilas pandangan saja, dia sudah mengenali kalau salah
satu diantara dua orang yang sedang bertarung itu adalah susioknya
(paman guru) yakni Sam ciat jiu Li Tin tang.
Tampaknya Sam ciat jiu Li Tin tang telah menderita luka dalam
yang cukup parah, gerak geriknya sudah tidak lincah lagi, tapi
didorong oleh semangat pantang menyerah yang berkobar kobar
948 serta prinsip lebih baik mati daripada dihina, dia memberikan
perlawanan terus secara gigih dan bersemangat.
Sebaliknya, orang yang sedang melawan Sam ciat jiu Li Tin tang
itu sama sekali tak dikenal oleh Thi Eng khi. Tapi dari lima orang
yang sedang berteriak teriak disisi arena untuk memberi semangat
itu, tiga diantaranya dikenal sekali olehnya, mereka adalah Sin tou
(unta sakti) Lok It hong, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po serta Ci long taysu dari Siau lim pay.
Thi Eng khi segera merasakan hawa amarahnya berkobar dan
menyusup kedalam benaknya, ia merasa sikap partai partai besar
kelewat menghina orang. Dengan cepat tubuhnya melejit ke tengah
udara, kemudian sambil berpekik nyaring, dia menerjang kearah dua
orang yang sedang bertarung itu.
Gerakan tubuh Hu kong keng im yang dimilikinya itu benar benar
cepat seperti sambaran kilat, walaupun memancing perhatian kelima
orang yang menonton jalannya pertarungan tersebut, akan tetapi
sama sekali tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk turun
tangan menghalanginya.
Tahu tahu sebuah pukulan yang dilepaskan dari tengah udara
telah memisahkan Sam ciat jiu Li Tin tang yang sedang bertarung
dengan pihak lawannya, bahkan kedua belah pihak sama sama
mundur sejauh lima langkah lebih.
Kemudian sambil berdiri diantara kedua orang itu, teriaknya keras
keras : "Harap berhenti dulu, dengarkan perkataanku!"
Berbicara yang sebenarnya, ilmu silat yang dimiliki orang yang
sedang bertarung melawan Sam ciat jiu Li Tin tang itu dua kali lipat
lebih hebat daripada Sam ciat jiu Li Tin tang, akan tetapi berhubung
ia bertekad hendak menawan musuhnya dalam keadaan hidup hidup
dan tak ingin mencelakai jiwanya maka untuk sementara waktu
usahanya tersebut tidak mendatangkan hasil seperti yang diinginkan.
949 Waktu itu, Sam ciat jiu Li Tin tang telah berhasil ditotok oleh
sodokan jari tangannya hingga menderita luka parah, harapannya
untuk membekuk musuh dalam keadaan hidup pun sudah berada
didepan mata, siapa tahu disaat seperti inilah seorang pemuda
tampan berbaju biru telah melibatkan dirinya.
Dengan amarah yang berkobar kobar dia segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa keras.
"Haahhhh..... haaahhhh..... haaahhhhh.... kalau dilihat dari
dandananmu, jelas kau adalah anak murid Thian liong pay, dengan
kemampuan itu ingin mencampuri urusan kami, hmmmm! Apakah
kau anggap sudah cukup mampu untuk menghadapi kami?"
Baru selesai dia berkata, pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po yang berada di samping segera memperingatkan :
"Ting ciangbunjin, dia adalah ciangbunjin angkatan kesebelas dari
Thian liong pay Thi Eng khi, Thi siauhiap adanya!"
Ting kong, ketua Cing shia pay yang mendengar perkataan itu
menjadi tertegun, mukanya segera berubah menjadi merah
sebagian. Disaat dia masih termangu inilah, lalu ujarnya kepada Thi
Eng khi : "Saudara cilik, aku si pengemis tua bukan manusia yang menjual
teman untuk mencari pahala, tapi berhubung kita berdiri dalam
posisi yang berbeda maka seandainya terdapat hal hal yang tidak
berkenan dihatimu, harap saudara cilik sudi memaafkan."
Dengan puluhan patah kata itu, dia hendak mengemukakan
posisi sendiri dalam peristiwa mana, namun kepedihan hatinya bisa
dilihat dari sepasang matanya yang berkaca kaca itu.
Thi Eng khi adalah seorang pemuda yang mempunyai kebesaran
jiwa yang amat mengagumkan, asal persoalannya sudah dijelaskan,
maka dia tak akan mempersoalkan kembali.
Kalau hendak disalahkan maka yang harus disalahkan adalah
kakek sendiri, seandainya kakeknya tidak melakukan perbuatan yang
950 sukar dipahami dan diterima orang banyak ini, niscaya orang lain
pun tak akan bersikap demikian pula terhadapnya.
Betul, di dalam persoalan ini dia tidak tersangkut tapi orang lain
tak akan percaya dengan begitu saja atas perkataannya maka dari
itulah anak muda tersebut juga tidak berniat untuk memberi
penjelasan apapun terhadap mereka.
Sesudah tertawa getir, katanya :
"Engkoh tua, waktu yang makin berlarut akan memperlihatkan
watak manusia yang sebenarnya, manusia macam apakah diri siaute
ini, suatu hari kalian pasti akan memahami sendiri."
Kemudian setelah memberi hormat, tambahnya :
"Untuk sementara waktu, siaute hendak memohon diri lebih dulu
kepada kalian!"
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tunggu sebentar!" hadang Ting kong, ketua dari Cing sia pay
secara tiba tiba, "sewaktu berada di rumah kalian tadi, ucapan lohu
sekalipun belum sempat diutarakan hingga selesai, kini aku berharap
ciangbunjin sudi mengikuti lohu sekalian untuk melangsungkan
pembicaraan lagi!"
Thi Eng khi sama sekali tak tahu kalau di rumah tadi telah terjadi
suatu peristiwa dimana para ketua dari pelbagai partai telah diejek
dan dicemooh Keng thian giok cu habis habisan, akan tetapi sebagai
seorang pemuda yang pintar dia dapat segera menangkap maksud
sebenarnya dari lawannya ini.
Tanpa terasa ia lantas bertanya :
"Siapakah kau?"
Ketua Cing sia pay Ting kong segera memperkenalkan diri,
sedangkan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga segera
memperkenalkan dua orang yang belum dikenal oleh Thi Eng khi itu.
Ternyata kedua orang itupun merupakan ketua dari partai besar,
sastrawan berusia lanjut yang memakai jubah putih adalah ketua
dari Hoa san pay, Pek in siusu (sastrawan berbaju putih) Cu Wan
951 mo, sedangkan kakek yang jangkung kurus adalah ketua dari Tiong
lam pay, ku tiok siu (kakek bambu kering) Yap Han san.
"Kalian menghendaki aku kemana?" Thi Eng khi segera menegur.
Thi Eng khi termenung sejenak, kemudian katanya :
"Ting ciangbunjin, bagaimana kalau di kemudian hari saja?"
Maksud Thi Eng khi, dia hendak kembali untuk mengundang Sam
ku sinni yang menampilkan diri dan melakukan pembicaraan dahulu
dengan para ciangbunjin dari pelbagai aliran itu kemudian
pertemuan segitiga baru diselenggarakan.
Ting Kong, ketua dari Cing sia pay memandang sekejap kearah
kelima orang rekannya, kemudian bertanya :
"Bagaimanakah menurut pendapat kalian?"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po cukup mengetahui
bagaimanakah perasaan para ketua dari pelbagai partai saat ini,
terutama setelah menerima cemoohan dari Keng thian giok cu tadi,
bila Thi Eng khi menolak untuk mengikuti mereka pergi, bisa jadi
suatu pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi.
Maka secara diam diam dia berniat untuk melindungi
keselamatan Thi Eng khi, ujarnya dengan cepat :
"Menurut pendapat siaute, lebih baik kita turuti saja kehendak Thi
ciangbunjin dengan mengundurkan saat pembicaraan sampai di
waktu mendatang saja."
Dengan pandangan berterima kasih Thi Eng khi memandang
sekejap ke arah pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po.
Sekalipun pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sendiri tak
berani saling bertatapan muka dengan anak muda tersebut tapi
berhubung ia sudah mempunyai kesempatan untuk membantu Thi
Eng khi dengan sepatah dua patah kata, maka sekulum senyuman
segera menghiasi ujung bibirnya ....
Ku tiok siu (kakek bambu kurus) Yap Hap san, ketua dari Tiong
lam pay segera menggelengkan kepalanya berulang kali katanya :
952 "Siaute tidak setuju dengan pendapat dari saudara Cu, besok
adalah saat Thian liong pay bergabung secara resmi dengan pihak
Ban seng kiong, apabila kesempatan pada hari ini kita sia siakan,
mungkin pembicaraan kita dengan Thi ciangbunjin di kemudian hari
tak akan mendatangkan manfaat apa apa."
Si unta sakti Lok It hong juga berteriak dengan suara lantang :
"Benar, kemunculan si tua Thi akan sangat mempengaruhi kuat
lemahnya posisi dalam dunia persilatan dewasa ini, kesempatan
pada hari ini siaute rasa tak boleh dilepaskan dengan begitu saja."
"Omitohud!" Ci long taysu dari Siau lim si juga merangkap
tangannya didepan dada, "setelah pertemuan dibukit Siong san,
lolap merasa kagum sekali atas kebijaksanaan Thi ciangbunjin, lolap
berharap kau bisa lebih mementingkan soal dunia persilatan dan
jangan menampik ajakan kami ini."
Ketika pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menyaksikan
semua orang berpendapat demikian, dia jadi sungkan untuk
berbicara lagi, sebab ia kuatir orang lain akan salah beranggapan
tentang dirinya, maka sambil menghela napas dia menggelengkan
kepalanya berulang kali, perasaan hatinya terasa amat berat.
Paras muka Thi Eng khi berubah beberapa kali, dia merasa
perkataan orang orang itu memang sangat masuk diakal, tapi secara
lamat lamat terasa pula nada paksaan, seakan akan bagaimanapun
juga dia harus pergi mengikuti mereka.
Sementara dia sedang merasa sangsi untuk mengambil
keputusan, Sam ciat jiu Li Tin tang telah mengirim suara dengan
ilmu menyampaikan suaranya :
"Dengan kemarahan yang meluap luap, kurang cocok untuk
memenuhi undangan mereka pada saat seperti ini, harap
ciangbunjin suka mempertimbangkan diri lebih dulu sebelum
mengambil keputusan."
Sebagaimana diketahui, Thi Eng khi baru saja pulang ke rumah,
sehingga dia kurang begitu paham terhadap semua yang terjadi,
sekalipun pembicaraan hendak dilakukan, paling tidak ia harus
953 memahami dahulu keadaan yang sebenarnya kemudian baru
memutuskan, itulah sebabnya untuk sementara waktu pemuda itu
tak tahu bagaimana harus bertindak.
Ting Kong, ciangbunjin dari Cing sia pay segera tertawa nyaring,
sambil mengulapkan tangannya dia berseru :
"Thi ciangbunjin tak usah mempertimbangkan lagi, ayo silahkan!"
Diantara ulapan tangannya, terlihat bayangan manusia berkelebat
lewat, kecuali pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po masih
berdiri tetap berdiri di tempat semula, lima orang lainnya telah
menyebarkan diri dan berdiri di sekeliling Thi Eng khi.
Ditinjau dari keadaan tersebut, jelaslah sudah kalau orang orang
itu tak akan memberikan waktu buat Thi Eng khi
mempertimbangkan diri, bagaimana pun juga dia harus pergi
mengikuti mereka.
Thi Eng khi sebagai seorang ciangbunjin, kendatipun ada niat
baginya untuk memenuhi keinginan orang, toh dalam perasaannya
tindakan lawan mendatangkan juga suatu kesan yang kurang baik.
Apalagi seandainya dia tunduk di bawah paksaan orang, sedikit
banyak hal mana akan mempengaruhi juga kedudukan serta
pamornya sebagai ketua Thian liong pay. Sebagai anak muda yang
berdarah panas, tentu saja dia tak sudi diperlakukan demikian.
Dengan kening berkerut segera serunya :
"Sayang aku masih ada urusan penting lainnya yang harus
diselesaikan, hari ini aku tak bisa memenuhi harapan kalian, harap
para ciangbunjin sudi memaklumi."
Seusai berkata, lantas memberi kerlingan mata kearah Sam ciat
jiu Li Tin tang kemudian berlalu dari situ dengan langkah lebar. Sam
ciat jiu Li Tin tang berjalan mengikuti Thi Eng khi, tapi berhubung ia
tak tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki oleh
anak muda itu sekarang, tak urung timbul juga rasa kuatirnya.
954 Sedikit banyak dia mengerti kalau enam orang yang mereka
hadapi adalah jago jago pilihan dari dunia persilatan, dia kuatir Thi
Eng khi tak sanggup menghadapi serangan gabungan orang orang
itu. Ketua Cing sia pay Ting Kong yang menyaksikan Thi Eng khi tidak
menggubris tegurannnya bahkan bersiap hendak pergi dari situ,
kontan amarahnya berkobar. Dengan cepat ia menghadang di depan
pemuda itu sambil berseru :
"Thi ciangbunjin, jalan ini buntu bagimu."
Thi Eng khi segera membalikkan badan mencoba untuk melalui
arah yang lain. Tapi si unta sakti Lok It hong segera menghadang
pula jalan pergi Thi Eng khi sambil berkata dengan tertawa :
"Kita sudah saling bersua muka, bagaimana pun jua hari ini kau
mesti memberi muka untuk kami."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Thi Eng khi mengalihkan
kembali arah perjalanannya ke jurusan lain. Ketua Tiong lam pay, si
kakek bambu kering Yap Han san segera melintangkan senjata
bambu kuningnya sambil berseru :
"Harap Thi ciangbunjin suka berpikir tiga kali lebih dulu sebelum
bertindak."
Thi Eng khi memandang sekejap kearah pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po yang sedang berdiri dengan wajah serba salah,
karena kuatir menyusahkan engkoh tuanya ini, maka dia lantas
mengalihkan diri ke jurusan lain.
Kali ini jalan perginya dihadang oleh Ci long taysu dari Siau lim
pay, terdengar pendeta itu berkata :
"Harap Thi ciangbunjin suka memikirkan keselamatan orang
banyak dengan mengambil tindakan bersama kami untuk
menanggulangi peristiwa ini!"
Thi Eng khi telah mencoba untuk menembusi empat penjuru, tapi
semua jalan telah dihadang orang, terpaksa dia dia harus kembali ke
tengah arena seraya berkata dengan lantang.
955 "Pun ciangbunjin juga mempunyai kesulitan yang sukar untuk
diutarakan, harap kalian jangan mendesak orang kelewat batas."
"Di dalam perjalanan ini, kamipun tak akan memaksa Thi
ciangbunjin untuk melakukan perjanjian apa apa dengan kami," kata
si unta sakti Lok It hong dengan cepat, "kami hanya ingin mencegah
kakekmu bekerja sama dengan pihak Ban seng kiong, padahal
tindakan kamipun akan mendatangkan dua keuntungan, mengapa
Thi ciangbunjin tidak menerimanya saja dengan senang hati" Kecuali
Thi ciangbunjin memang tak memiliki jiwa ksatria seperti dulu lagi,
tentu saja hal ini harus dibicarakan lain."
Berbicara yang sebenarnya, Thi Eng khi mempunyai jiwa ksatria
yang mengagumkan, jiwa tersebut seakan akan sudah tertanam di
dalam harinya semenjak dilahirkan di dunia ini, bilamana keadaan
terpaksa, bisa jadi dia akan melenyapkan anggota keluarga sendiri
demi ditegakkannya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan.
Tentu saja hal ini hanya dilakukan olehnya bila keadaan benar
benar sudah terpaksa. Sebelum keadaan berkembang menjadi
begitu kritis, dia tak nanti akan melakukan tindakan seperti itu.
Dia memang ingin membawa perguruan Thian liong pay menuju
ke puncak kejayaannya, diapun ingin melenyapkan bibit bencana
dalam dunia persilatan, tapi dia tak ingin melakukan suatu kesalahan
terhadap kakeknya sehingga dianggap orang sebagai cucu yang
tidak berbakti.
Berada dalam keadaan seperti ini, dia telah disudutkan pada
pemilihan antara kebenaran dan hubungan keluarga, keputusan
tentang hal ini hanya dia sendiri yang berhak untuk memutuskan,
orang lain tentu saja tak dapat memaksakan kehendaknya.
Kini, si unta sakti Lok It hong menghadang jalan perginya sambil
mengucapkan kata kata yang tak sedap, dengan cepat kejadian ini
mendatangkan kesan antipatik di dalam hati Thi Eng khi. Kontan
saja dia berseru sambil tertawa dingin :
"Lok tayhiap, jadi kau hendak menjadikan aku sebagai sandera?"
956 Sesungguhnya usul ini bukan muncul dari benak si unta sakti Lok
It hong seorang, melainkan atas persetujuan semua orang secara
diam diam, itulah sebabnya pula mereka menyerang Sam ciat jiu Li
Tin tang tadi. Daripada Sam ciat jiu Li Tin tang, sudah barang tentu Thi Eng khi
merupakan sandera yang paling cocok, hanya sebagai orang orang
dari golongan lurus, mereka sungkan untuk menyebutkan kejadian
mana sebagai suatu usaha penyanderaan.
Tapi kini Thi Eng khi telah mengungkapkan masalah tersebut
secara berterus terang. Sebagai seorang ketua dari suatu perguruan
besar, tentu saja kejadian ini membuat mereka merasa seperti
kehilangan muka, dari malunya amarah segera berkobar dan tanpa
terasa merekapun saling berpandangan sekejap.
Diantara sekian jago yang hadir, si unta sakti Lok It hong paling
berangasan wataknya, ditambah pula ucapan tersebut muncul dari
mulutnya, tentu saja dia tak sanggup menahan diri lagi.
Sambil mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak,
kakek itu segera berseru :
"Haaahhhh..... haaahhhh...... haaahhhh...... perkataan Thi
ciangbunjin memang bagus sekali tapi lohu sekalian berani
bersumpah di hadapan Thian, meski tindakan kami kurang
mencerminkan keterbukaan serta kejujuran, namun tujuannya
adalah demi kepentingan seluruh umat persilatan, demi kepentingan
umum, terpaksa kami harus menyusahkan Thi ciangbunjin
sebentar."
Thi Eng khi memperhatikan keenam orang itu sekejap, lalu sambil
mengangkat kepalanya dia berkata :
"Demi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan,
ciangbunjin Thian liong bersedia mewakili segenap anggota
perguruannya untuk mengorbankan kepala dan darahnya tanpa
pamrih, tapi bila ada orang ingin menghina partai Thian liong pay
kami, Hmmm! Maaf kalau aku tak akan berpeluk tangan dengan
begitu saja. Jika kalian tak mau pergi dari situ, jangan salahkan
kalau aku terpaksa akan bertindak kurang ajar!"
957 Seusai berkata, dia memberi tanda kepada Sam ciat jiu Li Tin
tang sambil berkata :
"Susiok, bila ada orang berani menghalangi kita lagi, terpaksa aku
akan memberikan perlawanan dengan kekerasan!"
Si unta sakti Lok It hong menjadi berkoak koak keras sesudah
mendengar ucapan itu, teriaknya :
"Kegagahan Thi ciangbunjin memang mengagumkan, dan lohu
yang nomor satu memujimu, tapi aku pula yang nomor satu akan
merasakan kelihayan ilmu silatmu itu!"
"Akan kuiringi keinginanmu itu, Lok tayhiap silahkan!"
Agaknya anak muda tersebut tahu kalau suatu pertarungan tak
dapat dihindari lagi, maka tantangan tersebut segera disambut
dengan terang terangan. Sejak terjun ke dunia persilatan belum
pernah si unta sakti Lok It hong menjumpai kejadian seperti ini,
apalagi menjumpai manusia yang sama sekali tidak memandang
sebelah mata pun kepadanya, dengan wajah merah membara
teriaknya kasar :
"Thi ciangbunjin, harap kau segera meloloskan senjatamu!"
Sebenarnya Thi Eng khi ingin menghadapi lawannya dengan
tangan kosong saja, tapi setelah dipikirkan kembali, dia merasa
dengan begitu maka si unta sakti Lok It hong pasti akan
menganggap peristiwa mana sebagai suatu penghinaan terhadap
dirinya, demi melindungi nama baik orang, terpaksa dia meloloskan
pedang emas naga langitnya dan disilangkan di depan dada untuk
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. Unta sakti Lok It hong membentak nyaring, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah gelang emas yang memancarkan sinar
berkilauan, lalu dipecah menjadi dua dan digenggam pada kedua
belah tangannya. Setelah saling membenturkan sepasang gelang
emas tersebut hingga menimbulkan suara nyaring, serunya :
"Thi ciangbunjin, silahkan!"
958
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia tak ingin turun tangan lebih dulu. Sekalipun Thi Eng khi
adalah ketua dari suatu perguruan besar tapi untuk menghormati
lawan yang lebih tua usianya diapun tak sungkan sungkan lagi,
pedangnya segera diayunkan kemuka menotok urat nadi pada
tangan kanan si unta sakti Lok It hong.
"Kalau begitu, maafkanlah daku!" serunya.
Serangan dilepaskan tanpa menimbulkan suara, yang diarahpun
bukan jalan darah yang mematikan, jelas sekali dia bermaksud
mengalah untuk lawannya kendatipun harus melepaskan serangan
lebih dulu. Sambil tersenyum si unta sakti Lok It hong segera berkata :
"Thi ciangbunjin tak usah sungkan sungkan!"
Tangannya diayunkan membentuk satu gerakan melingkar untuk
menyongsong datangnya ancaman, bahkan dibarengi dengan gerak
melangkah mundur setindak, jelas diapun menyambut serangan
tersebut sebagai tata sopan santun belaka.
Thi Eng khi segera menggetarkan pedang emas naga langitnya
sehingga menciptakan bunga bunga pedang, mendadak tubuhnya
menerjang ke muka, pedangnya menyapu kekiri menyerang ke
kanan, dalam waktu singkat dia sudah melepaskan delapan buah
serangan berantai.
Kedelapan buah serangan mana semuanya menggunakan jurus
sakti dari ilmu pedang Thian liong kiam hoat, dilepaskan pula secara
beruntun dalam waktu singkat sekilas pandangan keadaannya mirip
sekali dengan naga sakti yang terbang diangkasa, hebatnya bukan
kepalang. Si unta sakti Lok It hong tak berani bertindak gegabah, dengan
cepat dia mengembangkan pula senjata gelang Im yang siang
lunnya, menciptakan selapis cahaya emas, teriaknya :
"Sungguh sebuah serangan yang dahsyat!"
959 Ke kiri melakukan tangkisan, ke kanan melakukan penghadangan,
jurus disambut jurus, gerakan dipatahkan dengan gerakan, sambil
berdiri tak berkutik di posisi semula secara beruntun dia menyambut
kedelapan jurus serangan lawan.
Sekilas pandangan, orang akan menganggap dia menyambut
ancaman tersebut dengan enteng, namun dalam kenyataan dia
mempunyai kegetiran yang sukar diutarakan, rasa kagumnya
terhadap Thi Eng khi pun semakin bertambah besar.
Rupanya dalam melepaskan kedelapan jurus serangan berantai
itu, Thi Eng khi telah mengerahkan pula tenaga dalamnya, apalagi
tenaga Iwekang yang dimilikinya pemuda ini memang masih diatas
unta sakti tersebut, bisa dibayangkan betapa payah dan berat nya
Lok It hong menyambut serangan serangan tersebut.
Dengan perkataan lain, ketika unta sakti Lok It hong menangkis
serangan itu dengan tenaga sebesar enam bagian, serangan pedang
yang dilancarkan Thi Eng khi segera meningkat setengah lebih besar
dari serangan pertama, ketika si unta sakti Lok It hong telah
mengerahkan tenaganya sampai mencapai dua belas bagian
ternyata serangan pedang yang dilepaskan Thi Eng khi masih tetap
meningkat setengah lebih hebat dari keadaan sebelumnya.
Dalam selisih tenaga sebesar setengah bagian inilah sebetulnya
letak kelihayan dari anak muda itu, sebab hal mana hanya bisa
dilakukan bila ia bisa mengira ngira tenaga yang bakal digunakan
musuhnya sewaktu melancarkan serangan.
Terlepas apakah tenaga dalam Thi Eng khi lihay atau tidak, cukup
di dalam hal ini saja, si unta sakti Lok It hong sudah dibuat amat
terperanjat. Begitulah, dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan
sudah lewat tanpa terasa, selama ini Thi Eng khi tetap menghadapi
serangan serangan unta sakti Lok It hong yang berkekuatan besar
itu secara enteng dan semau hati sendiri.
Mendadak anak muda itu berpekik nyaring, dia melepaskan
sebuah tusukan dari arah tengah. Cepat cepat si unta sakti Lok It
hong mengayunkan sepasang gelang emasnya untuk menangkis,
960 lalu kedua senjata itu berpisah, yang atas melakukan penekanan
sedang yang bawah melakukan tangkisan, bersama sama
menghadang datangnya pedang emas naga langit tersebut.
Di dalam serangannya ini, si unta sakti Lok It hong telah
menggunakan tenaganya sebesar dua belas bagian, dia bermaksud
ingin menjepit pedang emas milik lawannya. Siapa tahu, serangan
pedang Thi Eng khi itu meski nampaknya sangat enteng, padahal di
balik semuanya itu justru terdapat segulung tenaga yang amat besar
langsung mendesak ke tubuh Lok It hong.
Ketika sepasang gelang emas Im yang siang lun yang dilancarkan
unta sakti Lok It hong dengan tenaga sebesar dua belas bagian itu
saling membentur dengan serangan lawan, dia segera merasakan
sepasang tangannya bergetar keras, senjata Im yang kim lunnya tak
sanggup dipertahankan lagi, tak ampun senjata tersebut lepas dari
genggaman dan terjatuh beberapa kaki dari sisi arena.
Berbareng itu juga, dia merasakan datangnya segulung tenaga
dorongan yang sangat kuat menerjang dari belakang, sedemikian
dahsyatnya tenaga terjangan itu membuat dia tak mampu berdiri
tegak lagi dan langsung menerjang ke atas ujung pedang lawan.
Rupanya Thi Eng khi dan si unta sakti Lok It hong baru benar
benar menggunakan ilmu silatnya setelah pertarungan berlangsung
melebihi tiga puluh gebrakan, suatu ketika mendadak si anak muda
itu melepaskan sebuah tusukan ke arah dada lawan dan
mementalkan sepasang gelang emas Im yang siang lun si unta sakti
tersebut. Siapa tahu pada saat itulah mendadak ada orang yang secara
diam diam melancarkan sebuah pukulan yang memaksa tubuh Lok It
hong terjerumus ke muka dan menyambut datangnya tusukan
pedang dari Thi Eng khi.
Berbicara menurut tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang, paling banter si unta sakti Lok It hong hanya sanggup
mempertahankan diri sebanyak lima gebrakan saja, kini Thi Eng khi
961 bertarung sebanyak tiga puluh gebrakan lebih, hal mana sebenarnya
hanya dimaksudkan untuk memberi muka kepadanya.
Dengan nama besar dan kedudukan si unta sakti Lok It hong
dalam dunia persilatan, andaikata dia sampai dibikin keok di tangan
Thi Eng khi sebelum lewat lima gebrakan, sudah dapat dipastikan dia
akan merasa malu sekali.
Itulah sebabnya setelah lewat tiga puluuh gebrakan, Thi Eng khi
baru menggetar lepas senjata si unta sakti Lok It hong, itu pun
segera mengundang rasa terkejut dari para jago lainnya.
Mereka tak percaya kalau jagoan tangguh seperti Unta sakti Lok
It hong ternyata tak sanggup menahan empat puluh gebrakan di
tangan Thi Eng khi, dari sini bisa diketahui kalau Thi Eng khi adalah
seorang jago muda yang tak boleh dipandang enteng.
Serangan terakhir yang dilancarkan Thi Eng khi pun semula tak
bermaksud melukai orang, dia hanya lagi memaksa unta sakti Lok It
hong agar mundur selangkah kemudian dia baru akan menarik
kembali serangannya dan melepaskan musuhnya itu. Mimpipun dia
tak menyangka kalau si unta sakti Lok It hong ternyata tidak takut
mati bahkan menerjang maju secara kalap.
"Craaaapp!" tak ampun lagi pedang Thian liong kim kiam segera
menusuk dada Lok It hong dan tembus sedalam lima hun, untung
saja tak sampai melukai isi perutnya. Inipun berkat kesempurnaan
tenaga dalam Thi Eng khi yang berhasil mencapai tingkatan yang
luar biasa sehingga di saat yang paling kritis, ia masih sempat
menarik kembali serangannya, kalau tidak, mungkin si unta sakti Lok
It hong sudah tewas ditembusi tusukan pedang itu.
Dengan begitu, kejadian mana sama halnya dengan si unta sakti
Lok It hong berhasil memungut kembali selembar jiwa tua nya,
untuk sesaat dia jadi tertegun di tempat dan tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun ...... tanpa mengetahui kejadian
yang sebenarnya, mereka semua mengira Thi Eng khi telah
bertindak keji dengan menghadiahkan sebuah tusukan ke tubuh
unta sakti Lok It hong.
962 Dengan cepat peristiwa ini membangkitkan amarah bagi semua
jago persilatan itu. Bunyi gemerincingan nyaring berkumandang
memecahkan keheningan, masing masing jago segera meloloskan
senjata andalannya, kemudian sambil membentak keras mereka
memecahkan diri mengurung Thi Eng khi di tengah arena.
Ciangbunjin dari Cing sia pay, Ting kong, menggunakan sebilah
pedang tipis seperti daun pohon yang liu, panjangnya tiga depa
dengan lebar hanya satu inci, tubuh pedangnya lembek bagaikan
cambuk, suatu jenis senjata tajam yang aneh sekali.
Sewaktu tenaga dalamnya disalurkan keluar, tiba tiba saja
pedang Liu yap si kiam itu menegang keras, cahaya kehijau hijauan
dengan cepat memancarkan keluar dari seluruh tubuh pedang
tersebut. Sambil menuding ke wajah Thi Eng khi bentaknya keras keras :
"Sungguh hebat ilmu pedang Thi ciangbunjin, lohu yang bodoh
ingin juga memohon petunjuk satu dua jurus darimu."
Thi Eng khi balas tertawa dingin :
"Heeehhh".. heeehhh".. heehhhh".. aku ".."
Namun sebelum perkataan itu diteruskan, dengan wajah serius si
unta sakti Lok It hong telah memotong perkataan Thi Eng khi, dia
berkata : "Jangan salah paham, luka siaute ini bukan kesalahan Thi
ciangbunjin "..!"
Ucapan itu segera mencengangkan semua orang, mereka tak
habis mengerti apa maksud yang sebenarnya dari ucapan si unta
sakti Lok It hong tersebut. Sambil membalikkan badannya dan
menatap wajah Ci long taysu dari Siau lim pay, dengan sorot mata
tajam, unta sakti Lok It hong segera tertawa dingin.
"Aku harap taysu suka memberi keadilan kepada lohu!" serunya.
"Eeeh". Lok tayhiap, apa maksudmu?" Ci long taysu tercengang.
963 Unta sakti Lok It hong tertawa keras penuh amarah, teriaknya
lagi keras keras :
"Apa yang telah kau lakukan, masa tidak kau pahami?"
"Tapi pinceng tidak merasa berbuat salah kepada Lok tayhiap,
bagaimana mungkin pinceng bisa tahu" Harap kau sudi memberi
petunjuk kepadaku"!" pinta Ci long taysu dengan wajah
kebingungan. Merah membara sepasang mata unta sakti Lok It hong dibakar
amarah, teriaknya dengan gemas :
"Dendam dan sakit hati apakah yang terjalin antara lohu
denganmu" Mengapa kau menghadiahkan sebuah pukulan ke
punggungku dengan sebuah pukulan Peh poh sin kun" Untung saja
tenaga dalam Thi ciangbunjin amat sempurna dan segera menarik
kembali pedangnya hingga lohu lolos dari kematian, coba kalau lohu
mampus, siapa yang bisa membongkar kedok palsumu untuk
mencelakai orang" Hmmm, kini bukti sudah nyata, apalagi yang
hendak kau ucapkan?"
Sekarang semua orang baru memahami akan duduk persoalan
yang sebetulnya, andaikata demikianlah kejadiannya, maka luka
yang diderita si unta sakti Lok It hong memang tak dapat
menyalahkan Thi Eng khi, maka semua orang mulai mengalihkan
sorot matanya ke wajah Ci long taysu dan mengharapkan
keterangan darinya.
Setelah tertegun sejenak, Ci long taysu tertawa terbahak bahak,
katanya kemudian :
"Lok tayhiap, atas dasar apakah kau berkata demikian?"
"Ilmu pukulan sakti dari Siau lim pay dapat tersohor karena dari
seratus langkah bisa melukai orang, seandainya bukan kau si hwesio
tak tahu malu yang melakukan perbuatan ini, siapa pula yang
memiliki tenaga dalam sedemikian sempurnanya hingga mendorong
lohu menerjang maju kemuka?"
964 "Omitohud!" Ci long taysu segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah ke empat orang lainnya, "apakah ciangbunjin sekalian telah
menyaksikan pinceng melakukan suatu tindakan?"
Jawaban yang diperoleh hanya kepala yang digelengkan dan
mulut membungkam dalam seribu bahasa. Melihat kejadian ini, si
unta sakti Lok It hong menjadi curiga, tanpa terasa dia mulai
memeriksa keadaan disekeliling tempat itu.
Thi Eng khi segera mengeluarkan pula ilmu Thian si tee ting
(melihat langit mendengar bumi) untuk melakukan pemeriksaan,
dengan cepat dia menemukan bahwa pada jarak dua tiga puluh kaki
dari situ memang ada seseorang sedang melarikan diri.
Mungkin orang inilah yang telah menyerang si unta sakti Lok It
hong secara diam diam, kemudian menggunakan kesempatan dikala
orang orang itu sedang ribut, dia segera melarikan diri.
Dengan tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sekarang,
seharusnya dia dapat mendengar kalau ada orang yang bersembunyi
di sekitar situ tapi bagaimana pun juga pengalamannya memang
kurang sehingga penyakit teledor menghantuinya, gara gara
keteledorannya hampir saja suatu kesalahan paham terjadi.
Thi Eng khi turut merasa benci terhadap orang yang melakukan
sergapan tersebut, dengan cepat dia melakukan pengejaran sembari
berseru lantang :
"Orang itu sedang melarikan diri ke arah tenggara, aku akan
segera mengejarnya kembali!"
Dengan kesempurnaan tenaga dalamnya, apa yang dapat
didengar olehnya belum tentu bisa didengar orang lain, apalagi
orang itu adalah manusia luar biasa yang kini sudah berada puluhan
kaki jauhnya dari tempat tersebut.
Kendatipun mereka tidak merasakan sesuatu, akan tetapi mereka
percaya seratus persen atas ucapan Thi Eng khi itu, mereka pun
tidak lega kalau membiarkan pemuda itu melakukan pengejaran
dengan begitu saja, kautir kalau ia tak kembali setelah melakukan
965 pengejaran, bila sampai begitu, bukankah akan terjadi suatu lelucon
yang tak lucu"
Oleh sebab itu, mereka tak akan membiarkan Thi Eng khi berlalu
dengan begitu saja, cepat mereka memberi tanda kepada si unta
sakti Lok It hong. Lok It hong segera melejit ke tengah udara,
kemudian serunya :
"Orang itu telah menyerang lohu, kini lohu ingin tahu manusia
macam apakah dia"
Di dalam beberapa kali kelebatan saja, bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan. Thi Eng khi tidak berbicara pula, tapi ia
dapat merasakan betapa tidak percayanya orang orang itu
terhadapnya, kejadian ini baginya terasa sebagai suatu penghinaan,
rasa tak senang dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya.
Si unta sakti Lok It hong pergi dengan cepat tapi kembalipun
dengan cepat juga, tak selang beberapa saat kemudian dia kembali
dengan wajah hijau membesi. Melihat itu, tak tahan semua orang
segera bertanya :
"Apakah saudara Lok telah pergi dengan sia sia belaka?"
Sembari berkata, sorot matanya bersama sama dialihkan ke
wajah Thi Eng khi. Dengan perasaan gusar dan mendongkol, Thi
Eng khi segera berteriak keras :
"Bukan saja Lok tayhiap telah bertemu dengan orang itu bahkan
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beradu pukulan pula dengannya!"
Ternyata Thi Eng khi telah mengerahkan tenaga sinkangnya
untuk mengamati gerak gerik si unta sakti Lok It hong, apa yang
terjadi telah didengar semua olehnya dengan jelas.
Ciangbunjin Tiong lam pay si kakek bamboo kering Yap Han san
segera berseru dengan serius :
"Thi ciangbunjin toh tidak menyaksikan semua peristiwa dengan
mata kepala sendiri lebih baik tak usah menduga semaunya sendiri."
Berkilat sepasang mata Thi Eng khi.
966 "Apa yang kuucapkan adalah kenyataan bila tidak percaya, tanya
sendiri kepada Lok tayhiap."
Si unta sakti Lok It hong segera menghela napas panjang.
"Aaai, lohu tak sanggup mengalahkan dia, gagal kuhadang
kepergian orang itu," Katanya.
Semua orang baru terperanjat setelah mendengar perkataan itu,
serunya hampir bersama sama :
"Apakah Lok tayhiap kenal dengan orang itu?"
Kelihayan ilmu pukulan yang dimiliki si Unta sakti Lok It hong
sudah amat termasyur dalam dunia persilatan, kenyataannya orang
itu bisa mengungguli Lok It hong, tentu saja semua orang sama
sama ingin mengetahui siapa gerangan orang tersebut.
Dengan wajah yang amat sedih si Unta sakti Lok It hong berkata
: "Orang itu adalah seorang gadis muda, meski lohu sudah berlatih
ilmu pukulan sepanjang hidup, nyatanya toh keok juga ditangannya,
aaai".. kalau dibicarakan benar benar memalukan sekali."
Kalau didengar dari nada pembicaraannya, jelas dia mengetahui
nama perempuan itu hanya merasa malu untuk mengutarakannya.
Ting kong, ketua Cing sia pay segera berseru :
"Jadi saudara Lok kenal dengan perempuan itu!"
Sejak si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
mengemukakan pendiriannya kepada Thi Eng khi, dia selalu
membungkam dalam seribu bahasa, kini tak tertahan lagi ujarnya :
"Saudara Lok, selama ini kau selalu bersikap terbuka, tak
kusangka hari inipun tahu untuk bersikap ragu ragu."
Merah padam selembar wajah Unta sakti Lok It hong sesudah
mendengar perkataan itu, katanya kemudian :
"Baik, bicara ya bicara ".."
967 Setelah berhenti sejenak, ia baru berkata dengan suara yang
rendah dan berat :
"Orang itu adalah Pek leng siancu So Bwe leng!"
Begitu mendengar perkataan tersebut, dengan cepat Thi Eng khi
mengetahui kalau orang itu bukan Pek leng siancu So Bwe leng yang
sebenarnya melainkan gadis dari Ban seng kiong yang pernah
menipunya dulu, tanpa terasa dia segera membantah :
"Tidak mungkin, orang itu bukan Pek leng siancu yang
sebetulnya!"
"Omitohud!" Ci long taysu segera berseru memuji keagungan
sang Buddha, "Tiang pek lojin adalah seorang manusia yang sukar
diukur maksud hatinya, tempo hari tanpa sebab musabab dia telah
mencari gara gara dengan partai kami, kemudian sewaktu berada
dalam pertemuan di bukit Siong san, diapun sekali lagi membohongi
para jago dari kolong langit, sekarang ketahuan juga ekor rasenya,
ternyata dia adalah salah satu diantara empat tongcu dari istana Ban
seng kiong. Pek leng siancu So Bwe leng adalah cucu perempuan
Tiang pek lojin, begitu kakeknya pasti begitu cucunya, apalagi Pek
leng siancu So Bwe leng memang sebagai kiongcu dari Ban seng
kiong. Menurut pendapat lolap, apa yang dikatakan saudara Lok It
hong sudah pasti tak bakal salah lagi."
Tampaknya Ci long taysu sudah teringat kembali dengan sikap
Tiang pek lojin ketika membawa para jagonya menyerbu kuil Siau
lim si, sehingga tanpa terasa dia lantas menyerang dengan kata kata
yang tajam. Sebenarnya Thi Eng khi hendak menceritakan keadaan yang
sebenarnya, tapi begitu teringat kalau dia sendiripun sedang
dicurigai orang, sekalipun berbicara sampai mulutnya mengering pun
orang tak akan mempercayainya.
Oleh sebab itu, diapun mengurungkan niatnya semula, toh emas
yang murni tidak takut dibakar, demikian pikirnya, suatu ketika
urusan akan menjadi jelas juga. Persoalan pun segera dikembalikan
ke masalah semula. Thi Eng khi segera mengesampingkan masalah
Pek leng siancu So Bwe leng, kemudian berkata :
968 "Persoalan yang terjadi pada saat ini terlampau kalut dan tak
mungkin bisa selesai hanya dalam sepatah dua patah kata saja,
padahal aku masih ada persoalan lain yang harus segera
diselesaikan. Maaf, dengan terpaksa aku harus memohon diri lebih
dahulu." Jilid 30 Setelah menjura, kepada Sam ciat jiu Li Tin tang katanya :
"Mari kita segera berangkat!"
"Thi ciangbunjin, kau harus ikut kami menuju ke Thio kong si!"
ketua dari Cing sia pay Ting Kong tetap bersikeras dengan
pendiriannya semula.
Dengan sorot mata yang tajam Thi Eng khi segera memandang
sekejap kearah enam orang itu, kemudian serunya :
"Apakah kalian hendak main kerubut?"
Didengar dari ucapan mana, seakan akan dia hendak berkata
begini : Jika kalian harus bertarung satu lawan satu, maka siapaun
tak akan berhasil menangkan aku.
Cuma dari keenam orang tersebut, kalau bukan sebagai seorang
ketua dari suatu perguruan besar tentulah seorang jago lihay yang
sudah mempunyai nama besar dalam dunia persilatan, bila orang
orang itu diharuskan main kerubut, sudah barang tentu tak seorang
pun diantara mereka yang bersedia untuk melakukannya.
Tapi kalau diharuskan bertarung satu lawan satu, Unta sakti Lok
It hong merupakan contoh yang paling jelas, apalagi mereka semua
pun mempunyai perhitungan sendiri, kalau Lok It hong saja tidak
mampu, apalagi yang lain"
Sayangnya, Thi Eng khi mengucapkan perkataan itu dengan
perasaan gusar sehingga tak bisa dihindari, kata kata yang
dipergunakan kasar sekali, rupanya kata kata yang kasar inilah yang
menyebabkan semua orang tak tahan.
969 Beberapa orang jago itu segera saling berpandangan sekejap,
sementara hawa amarah telah menyelimuti wajah mereka. Keadaan
benar benar terjerumus dalam suasana serba rikuh yang
menegangkan. Di saat yang amat kritis inilah, mendadak terlihat sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat. Sungguh tajam pandangan
mata orang itu, dari kejauhan sudah kedengaran dia berseru keras :
"Thi siauhiap, kau jangan berbincang bincang terus dengan para
ciangbunjin di tempat ini, tahukah kau kalau ibumu sudah
menghadapi musibah dan lenyap tak berbekas?"
Thi Eng khi menjadi amat terperanjat setelah mendengar
perkataan itu, untuk sesaat dia berdiri tertegun. Sementara itu,
orang tersebut sudah meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.
Dengan cepat para ciangbunjin dari pelbagai perguruan besar itu
mengenali orang tadi sebagai Sam ku sinni, dengan perasaan
terperanjat dan tidak mengerti, mereka berseru :
"Locianpwe, apa maksudmu?"
Sementara itu, Thi Eng khi sudah mendepak depakkan kakinya
berulang kali sambil berseru dengan gemas :
"Aaai.... gara gara kalian aku jadi begini!"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia segera berkelebat
meninggalkan tempat itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan mata. Menyaksikan Thi Eng khi berlalu
dengan terburu buru sebelum ia sempat menyelesaikan katakatanya,
dengan cepat Sam ku sinni berkata lagi dengan ilmu
menyampaikan suara :
"Go Jit dan muridku juga ikut datang, sekarang mereka sedang
menantimu dalam kuil dewa gunung sepuluh li di depan sana, kau
berangkatlah selangkah duluan, pinni akan segera menyusul."
Sewaktu berlalu tadi, Thi Eng khi telah menggunakan ilmu
gerakan tubuh yang lihay sekali, jangankan para ciangbunjin itu
bermaksud menghalanginya, dengan gerakan tubuh apakah dia
berlalu ternyata tak diketahui pula oleh mereka.
970 Sekarang kawanan jago lihay dari dunia persilatan ini baru sadar,
rupanya selama ini Thi Eng khi masih mengalah terus, seandainya
dia benar benar akan turun tangan keji, kendatipun mereka maju
bersama pun belum tentu akan berhasil.
Sementara itu Sam ku sinni telah menegur dengan perasaan
tercengang dan tidak habis mengerti :
"Apakah antara kalian dengan Thi siauhiap telah terjadi suatu
perselisihan yang mengakibatkan kedua belah pihak sama sama tak
enak hati ..... ?"
Secara ringkas Sam ciat jiu Li Tin tang segera menceritakan
kembali apa yang telah terjadi barusan. Selesai mendengar
penuturan tersebut, dengan wajah serius Sam ku sinni segera
berseru : "Aaaai...... bagaimanapun juga kalian toh seorang dedengkot silat
yang sudah mempunyai nama ..... "
Sebenarnya dia bermaksud untuk menegur para ciangbunjin
tersebut dengan kata kata yang bernada keras, tapi setelah
perkataan sampai diujung bibir, dia segera berubah niat, katanya
lagi sesudah menghela napas panjang :
"Thi siauhiap adalah bintang penolong bagi dunia persilatan, dia
bukan manusia seperti apa yang kalian bayangkan sekarang, lama
kelamaan juga akan ketahuan mana yang baik dan mana yang jelek,
kalian ...... aaaaaai!"
Setelah menghela napas lagi, dia berpaling ke arah Sam ciat jiu Li
Tin tang dan berkata lagi :
"Li tayhiap, kaupun tak boleh berdiam kelewat lama disini!"
Tanpa membuang waktu lagi, dia membalikkan badan dan segera
berlalu dari situ. Dengan gerakan tubuh yang dimiliki Sam ciat jiu Li
Tin tang, bagaimana mungkin dia sanggup menyusul Sam ku sinni"
Apalagi sekarang lagi menderita luka parah maka sejak beranjak dia
sudah ketinggalan di belakang ....
971 Untung saja Sam ku sinni telah menerangkan tempat tujuan
mereka, sehingga dia tidak kuatir salah mencari. Si pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po yang selama ini membungkam tiba
tiba menyusul di belakang Sam ciat jiu Li Tin tang seraya berkata :
"Li tayhiap, aku si pengemis tua akan melakukan perjalanan
bersama dirimu!"
Yang pergi, kini telah pergi. Di tempat semula tertinggal lima
sosok bayangan manusia yang tetap berdiri kaku di tempat semula,
wajah mereka diliputi rasa bimbang dan tidak habis mengerti, lama
kemudian orang orang itu baru menghela napas panjang.
Kuil dewa bukit yang terletak sepuluh li diluar kota merupakan
tempat yang sering kali dikunjungi Thi Eng khi semasa kecil dulu,
sekalipun sambil memejamkan mata, dia dapat menemukan tempat
tersebut dengan tepat. Sekarang dengan menggunakan ilmu
gerakan tubuh yang paling tinggi ia meluncur ke depan, jarak sejauh
sepuluh li hanya ditempuh olehnya dalam waktu beberapa saat.
Setelah menikung disuatu kaki bukit, didepan sanalah terletak kuil
dewa bukit itu.
Ketika ia sedang mendongakkan kepalanya, mendadak dari
depan muncul sesosok bayangan manusia yang meluncur ke arah
yang sama dengan kecepatan tinggi. Saat ini, anak muda tersebut
sedang diliputi perasaan mendongkol, menyaksikan ada orang
sedang meluncur dengan kecepatan tinggi, dia segera berpekik
rendah, gerakan tubuhnya meluncur semakin cepat lagi.
Dengan suatu gerakan Im li huan sin (membalikkan badan di
balik awan), dia segera melejit melalui atas kepala orang itu dan
menghadang jalan perginya. Gerak penghadangan yang dilakukan
oleh Thi Eng khi sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun,
hanya dalam waktu sedetik tahu tahu dia telah melayang turun di
depan orang tersebut.
Pemunculan yang sangat mendadak dan sama sekali tidak
terduga ini kontan saja membuat orang itu menjerit kaget dengan
peluh dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
972 "Siapa?" jeritnya kaget.
Secara tiba tiba dia menghentikan gerak maju tubuhnya lalu
mundur sejauh lima langkah, sepasang telapak tangannya
disilangkan di depan bersiaga menghadapi segala kemungkinan yang
tidak diinginkan.
Sekarang Thi Eng khi baru dapat melihat jelas raut wajah orang
itu, ketika empat mata saling bertemu, kedua orang itu sama sama
berseru tertahan :
"Ooooooh!"
Menyusul kemudian orang itu menjura kepada Thi Eng khi seraya
berkata : "Tecu menghunjuk hormat kepada ciangbunjin!"
Sedangkan Thi Eng khi segera berseru dengan suara penuh
dengan rasa haru :
"Ji susiok!"
Di balik perkataan itu, mereka berdua sama sama merasa amat
pedih dan murung. Selesai memberi hormat, dengan sepasang mata
berkaca kaca Pit tee jiu Wong Tin pak berkata :
"Sungguh tak disangka kita akan bersua di tengah jalan, dengan
begitu akupun tak usah membuang waktu lagi."
"Apakah susiok ada urusan hendak bertemu denganku?"
Pit tee jiu Wong Tin pak mengangguk.
"Keponakan Eng, ikutlah aku!"
Dia membalikkan badan siap berlalu dari situ, namun tidak
menerangkan persoalan apakah yang hendak mereka bicarakan.
Dengan kening berkerut Thi Eng khi segera berseru :
"Sekarang keponakan masih ada urusan penting ".. mengapa
kita tidak berbincang bincang dalam kuil dewa bukit di depan sana"
Keponakanpun masih mempunyai banyak persoalan yang hendak
ditanyakan kepada susiok ".."
973 "Sebenarnya kami tak tahu kalau kau sudah pulang, ibumu yang
mengatakan demikian, oleh sebab itu, paman mendapat perintah
untuk mencarimu."
Dengan perasaan bergetar keras dan penuh amarahm Thi Eng
khi segera berseru :
"Bagus sekali! Rupanya kalian .... "
Dengan paras muka sama sekali tak berubah, Pit tee jiu Wong
Tin pak berkata :
"Keponakan Eng, jangan berpikir terlalu banyak, mari kita
memotong jalan saja!"
Terpaksa Thi Eng khi mengikuti di belakang Pit tee jiu Wong Tin
pak berangkat menuju ke rumah. Sepanjang jalan kedua orang itu
sama sama merasakan hatinya berat, sekalipun terdapat banyak
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan yang ingin dibicarakan, tapi mereka pun tidak tahu harus
dibicarakan mulai dari mana.
Tak lama kemudian, bayangan gedung Bu lim tit it keh pun sudah
muncul di kejauhan sana. Tiba tiba Pit tee jiu Wong Tin pak berkata
dengan suara lirih :
"Kita masuk melalui pintu kebun belakang saja, jangan sampai
diketahui siapa pun!"
Thi Eng khi kembali merasa antipatik, pikirnya :
"Aku toh pulang ke rumah sendiri, mengapa tak boleh melalui
pintu gerbang" Tampaknya dunia benar benar sudah terbalik!"
Sekalipun dalam hati kecilnya merasa tak ingin, akhirnya
perasaan tersebut toh berhasil dikendalikan juga, dia membungkam
dalam seribu bahasa dan mengikuti Pit tee jiu Wong Tin pak masuk
melalui kebun belakang.
Pit tee jiu Wong Tin pak meminta kepada Thi Eng khi untuk
menunggu dulu diluar dinding, sedangkan dia memancing pergi anak
muridnya yang berjaga di pintu tersebut, kemudian dia baru
mengajak Thi Eng khi masuk kedalam.
974 Menyaksikan kesemuanya itu, sambil tertawa hambar, Thi Eng
khi segera berkata :
"Tak usah susiok risaukan, siautit percaya masih mempunyai
kemampuan agar tidak sampai diketahui orang banyak, katakan saja
kepadaku kita akan bersua dimana."
Sampai lama sekali Pit tee jiu Wong Tin pak mengawasi wajah
Thi Eng khi, ketika dilihatnya pemuda itu menunjukkan keyakinan
yang besar, diapun tidak memaksa lebih jauh, bisiknya lirih :
"Kalau begitu mungkin aku akan menunggumu di pesanggrahan
Cian liong piat su, tapi kau mesti berhati hati!"
Kemudian dia membalikkan tubuh dan berlalu lebih dulu. Satu
ingatan dengan cepat melintas dalam benak Thi Eng khi, segera
pikirnya : "Jangan jangan kalian hendak menyekapku disini" Tapi, kalau
kalian sampai berpikiran demikian, maka kalian akan merasa kecewa
sekali ..... "
Dengan mengandalkan kepandaian sakti yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang, pesanggrahan Cian liong pat su dari gedung Bu lim tit it
keh memang belum mampu untuk mengurungnya. Thi Eng khi
memang lihay sekali, sedari berada di luar dinding pekarangan tadi,
dia telah mengerahkan ilmunya untuk menyelidiki tempat penjagaan
dari anak murid yang melakukan perondaan di dalam kebun.
Tampak dia menggerakkan tubuhnya dengan kecepatan yang
luar biasa, hanya di dalam sekali kelebatan saja dia sudah menyusup
ke dalam kebun belakang dan langsung menuju ke tempat masuk
ruang Cian liong pat su.....
Rupanya yang dimaksud sebagai Cian liong pat su adalah sebuah
ruang bawah tanah yang dahulu digunakan Keng thian giok cu Thi
Keng untuk bersemedi, tempat masuknya terletak di tengah sebuah
gardu persegi delapan yang berada di sebelah barat kebun.
Di hari hari biasa, tempat itu merupakan tempat terlarang bagi
anggota Thian liong pay, siapapun dilarang memasuki tempat
tersebut. Sejak Thi Eng khi dilahirkan, walaupun pamor Thian liong
975 pay semakin merosot tapi wilayah diseputar tempat itu masih tetap
diperlakukan sebagai daerah terlarang.
Walaupun Thi Eng khi belum pernah berkunjung ke sana, tapi
dari mulut Thian liong ngo siang dia mengetahui akan hal tersebut
dengan sangat jelas. Semenjak Thian liong ngo siang kembali ke
gedung Bu lim tit it keh, mereka telah membenahi kebun sebelah
barat ini hingga kembali ke wujud semula. Pepohonan yang rendah
ditanam disana sini, sebuah kolam dan sebuah gardu persegi
delapan terletak disekeliling pepohonan rendah tersebut.
Tempat itu tidak dijaga orang, Thi Eng khi dengan mengerahkan
ilmu sakti Thian liong pay segera menembusi barisan Ciang liong tin
yang sengaja dibuat disekitar hutan kecil itu. Bagi siapa pun yang
tidak mengenal ilmu barisan tersebut, jangan harap bisa menembusi
tempat itu dalam keadaan selamat.
Thi Eng khi sudah memahami ilmu barisan itu secara matang,
maka tanpa ragu-ragu dia melangkah masuk ke hutan tersebut dan
bergerak kesana kemari secara leluasa, dalam waktu yang singkat
sampailah dia di gardu persegi delapan di sisi kolam tersebut.
Di dalam gardu inilah, dia saksikan Pit tee jiu Wong Tin pak baru
saja menyelinap datang. Tampaknya Pit tee jiu Wong Tin pak tidak
menyangka kalau Thi Eng khi bakal tiba lebih dulu disana, setelah
tertegun sesaat, dia segera berseru sambil tertawa gembira :
"Ciangbunjin, tampaknya tenaga dalammu benar benar telah
memperoleh kemajuan yang pesat, sungguh suatu kejadian yang
menggembirakan, benar benar pantas digembirakan!"
Thi Eng khi mendongakkan kepalanya dan menghela napas
panjang. "Aaaai..... perguruan kita sudah tertimpa aib, sekalipun memiliki
tenaga dalam yang lebih sempurna pun apa gunanya!"
Pit tee jiu Wong Tin pak tak berani menanggapi ucapan tersebut,
dia segera meraba ke bawah meja berkaki delapan dalam gardu itu
dan menekan tombol rahasianya. Pelan pelan meja tersebut
976 bergerak naik ke atas dan muncullah sebuah pintu rahasia dibawah
meja itu. Pit tee jiu Wong Tin pak mempersilahkan Thi Eng khi
masuk, sedangkan dia sendiri segera berlalu dari situ.
Tanpa ragu Thi Eng khi berjalan menuruni anak tangga dan
menembusi sebuah lorong rahasia yang tidak terlampau panjang,
diujung sana merupakan sebuah ruangan batu, pintu ruangan
terbuka lebar dan cahaya mutiara menyinari tempat itu bagaikan di
siang hari saja.
Empat dinding di sekeliling ruang batu itu merupakan rak rak
buku yang berisikan beberapa ribu jilid kitab, sebuah meja baca
yang besar terletak di tengah ruangan, kecuali sebuah kursi, dalam
ruangan itu tidak tersedia bangku lain.
Waktu itu Thi Eng khi sedang merasa pikirannya kalut, dia tak
tahu bagaimana harus menghadapi kenyataan tersebut. Kini ia
dihadapkan antara tugas dan cinta hubungan kekeluargaan serta
keadilan, manakah yang harus dia utamakan lebih dulu"
Persoalan itu serasa memenuhi seluruh benaknya, membuat dia
pusing dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Dengan perasaan
yang amat gundah, dia berjalan bolak balik dalam ruangan itu,
makin dipikir perasaannya makin kalut, dia kuatir kalau peristiwa
yang tak diharapkan segera akan muncul menjadi suatu kenyataan.
Mendadak suara langkah manusia berkumandang memecahkan
keheningan ..... Thi Eng khi merasakan seluruh tubuhnya gemetar
keras, badannya menjadi lemas tak bertenaga, hampir saja tak
mampu berdiri lagi.
Yang akan tiba, akhirnya tiba juga. Dari depan pintu muncul
seorang kakek berbaju biru dan berperawakan tinggi besar
berjenggot warna perak dna berwajah penuh welas kasih .....
Begitu kakek tersebut munculkan diri di depan pintu, rasa tak
tenang yang semula mencekam perasaan Thi Eng khi tiba tiba saja
tersapu lenyap hingga tak berbekas. Hal ini bukan dikarenakan Thi
Eng khi sudah mengambil suatu keputusan yang tegas dalam
977 hatinya, melainkan merupakan suatu kemampuan untuk
mengendalikan perasaan sendiri menjelang terjadinya suatu
pertarungan besar.
Keng thian giok cu Thi Keng berdiri di depan pintu dengan
rambut dan jenggot bergetar keras, menatap wajah Thi Eng khi, dia
merasakan suatu pergolakan emosi yang besar.
Thi Eng khi juga sedang mengamati wajah kakeknya yang pernah
ia jumpai selagi berada di luar perbatasan tempo hari, wajahnya
masih tetap seperti sediakala, malah ia kelihatan lebih segar dan
lebih bersemangat hidup. Kenangan lama segera melintas kembali
didalam benaknya, dia tak sanggup mengendalikan perasaannya
lagi, air mata segera jatuh bercucuran dengan amat derasnya,
dengan suara terharu teriaknya :
"Yaya!"
Ia segera menjatuhkan diri berlutut di atas tanah. Keng thian
giok cu Thi Keng sendiripun merasakan airmatanya jatuh
bercucuran, dia segera mengayunkan tangannya, ingin membimbing
bangun anak muda tersebut. Siapa tahu begitu angin pukulannya
menyapu ke depan, ia segera merasakan tubuh Thi Eng khi berat
sekali, usahanya untuk menghalangi pemuda itu memberi hormat
segera mengalami kegagalan total.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Keng thian giok cu Thi
Keng, tenaga dalamnya segera dihimpun sampai dua belas bagian,
akan tetapi seolah olah tidak merasakan apa apa, Thi Eng khi tetap
memberi hormat sebanyak tiga kali kepadanya.
Baru saja kakek dan cucu saling bertemu, mereka berdua telah
saling mencoba kekuatan masing masing secara diam diam. Dengan
cepat Keng thian giok cu Thi Keng merasakan hatinya amat terkejut,
sedangkan Thi Eng khi sendiripun merasa kagum juga atas
kesempurnaan tenaga dalam yayanya, padahal dia sudah
menggunakan tenaga dalamnya hingga mencapai delapan bagian,
coba kalau tidak begitu, mungkin ia sudah kena dibangunkan oleh
kakeknya. 978 Selesai memberi hormat, Thi Eng khi mengangkat kepalanya
mengamati wajah kakeknya, namun bagaimanapun dipandang,
kakeknya sama sekali tidak mirip seorang yang berdosa terhadap
partai Thian liong pay.
Akhirnya setelah mengerdipkan matanya, dia menghela napas
sedih, untuk sesaat dia tak tahu apa yang mesti diucapkan. Keng
thian giok cu Thi Keng tertawa nyaring, sambil tertawa dia berjalan
menuju ke tempat kursi dan duduk, kemudian ujarnya :
"Eng ji, berdirilah disamping Yaya, Yaya ada persoalan yang akan
dibicarakan denganmu!"
Den Bentrok Rimba Persilatan 18 Golok Yanci Pedang Pelangi Karya Gu Long Kisah Para Pendekar Pulau Es 22
ng ia cukup dikenal orang. Untuk menghindari gara gara yang
tak diinginkan terpaksa dia hanya menyembunyikan diri terus.
Sampai menjelang kentongan kedua, ia baru ngeloyor pergi ke
perkampungan nomor satu dalam dunia persilatan.
Tampak olehnya, perpisahan yang singkat selama empat lima
hari telah membuat "Bu lim tit it keh" ini berubah sangat besar sekali.
Semenjak dari tempat kejauhan, dia sudah melihat kalau Bu lim tit it
keh telah dihiasi oleh beratus ratus buah lentera hingga terang
benderang bermandikan cahaya apalagi setelah makin mendekat,
Sam ciat jiu Li Tin tang merasakan hatinya semakin pedih.
920 Seluruh Bu lim tit it kek telah dihiasi sangat indah, diatas tiang
bendera didepan rumah tampak berkibar sebuah panji besar
berwarna putih, enam belas buah lentera dipasang diseputarnya
menyinari panji putih itu dan menerangi dengan jelas tulisan yang
tertera disana.
Diatas panji itu, terbacalah beberapa huruf besar yang tertera
sangat jelas, tulisan itu berbunyi begini :
"Ciangbunjin angkatan kesembilan dari Thian liong pay Thi Keng
dengan segenap anggota perkumpulan siap menyambut kedatangan
Tee kun." Sam ciat jiu Li Tin tang merasakan hatinya menjadi kecut dan
hampir saja air matanya jatuh bercucuran. Dia tak berani melihat
semua persiapan yang dilakukan itu, cepat cepat tubuhnya
menyelinap ke kebun belakang. Sudah puluhan tahun lamanya dia
berdiam di Bu lim tit it keh ini, setiap benda yang ada disitu boleh
dibilang sangat dikenal olehnya, maka tanpa membuang banyak
tenaga, dia berhasil melampaui pos pos penjagaan dan menyusup
masuk ke dalam ruangan.
Kini dia bersembunyi dibawah wuwungan rumah dibalik
kegelapan untuk mengintip suasana di dalam sana. Waktu itu
suasana didalam ruangan sangat ramai, lampu lentera bergelantung
di sana sini, manusia hilir mudik tiada hentinya, suasana diliputi
riang gembira. Gurunya didampingi oleh Sim ji sinni, Tiang pek lojin dan Bu im
sin hong duduk diruang tengah dengan wajah berseri, mereka
sedang berbincang bincang sambil tertawa. Ji suhengnya Pit tee jiu
Wong Tin pak sedang berdiri di belakang gurunya dengan senyuman
dikulum, nampaknya dia pun merasa gembira sekali ....
Su sute San tin jiu Oh Tin lam dan ngo sute Sian tian jiu Kwan
Tin say sedang sibuk sekali, sebentar mereka nampak lari kemuka,
sebentar lagi kebelakang. Sementara Sam ciat jiu Li Tin tang sedang
merasa amat pedih hatinya dan diam diam mengucurkan air mata,
mendadak ia menyaksikan gurunya Keng thian giok cu Thi Keng
921 mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak, kemudian
katanya : "Haaahhhhh..... haaahhhhh..... haaahhhh..... kedatangan saudara
sekalian memang tepat sekali, sudah lama lohu sekalian menantikan
kedatangan kamu semua!"
Baru selesai dia berkata, tampak bayangan manusia berkelebat
lewat, dalam ruangan telah muncul serombongan manusia. Orang
yang berjalan di paling muka adalah seorang pendeta dan seorang
tosu, Sam ciat jiu mengenali meraka sebagai tulang punggung bagi
dunia persilatan dewasa ini, ketua Siau lim pay dan ketua Bu tong
pay, Ci long siansu dan Keng hian totiang.
Menyusul kemudian dibelakang mereka berdua adalah :
Ketua Kay pang, si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
Ketua Hoa san pay, Peh ih siusu (sastrawan berbaju putih) Cu
Wan mo Kepala kuil Cu tiok an cu Beng sun sut hay
Ketua Cing sia pay Ting Kong ci
Ketua Tiong lam pay Ku tiok siu (kakek kurus kering) Yap Han
san Sin tou (si bungkuk sakti) Lok It hong.
Dan pada bagian yang paling belakang adalah Ci hay taysu dan Ci
liong taysu dari Bu tong pay.
Dari dua belas orang jago yang baru hadir, kalau bukan seorang
ketua dari suatu perguruan besar, mereka adalah jago jago
kenamaan dari dunia persilatan.
Keng thian giok cu Thi Keng bersama Sim ji sinni, Tiang pek lojin
serta Bu im sin hong Kian Kim siang ternyata bersikap angkuh
dengan tetap duduk tak bergerak dari posisi semula, bahkan bangkit
untuk menyamnbut kedatangan tamunya pun tidak.
Pada mulanya kawanan pendekar itu nampak agak tertegun dan
merasa sedikit berada di luar dugaan, menyusul kemudian hawa
amarah segera menyelimuti seluruh wajah mereka. Sambil menahan
gejolak emosi dalam hatinya, ketua Bu tong pay Keng hian totiang
berkata : 922 "Bu liang siu hud, pinto sekalian datang secara gegabah, harap
Thi lo sudi memaafkan kesalahan kami ini!"
"Omitohud!" Ci long siansu, ketua dari Siau lim pay turut
berbicara, adapun kedatangan pinceng sekalian adalah mewakili
umat persilatan didunia ini, harap Thi lo sudi memberi tempat duduk
buat kami sehingga dapat dilangsungkan pembicaraan yang lama,
tentunya Thi lo tidak merasa keberatan bukan?"
Walaupun mereka adalah ketua dari suatu perguruan besar,
namun berhubung tingkat kedudukan Keng thian giok cu Thi Keng
dalam dunia persilatan setingkat dengan guru mereka, selain itu
dimasa yang lalu dia telah menegakkan keadilan bagi umat
persilatan sehingga berjasa amat besar. Oleh karena itu, dalam
pembicaraan mau tak mau mereka tetap bersikap amat menghormat
sekali kepada orang tua ini.
Keng thian giok cu Thi Keng segera mengulapkan tangannya
seraya menyahut :
"Silahkan duduk!"
Sementara dia sendiri masih tetap duduk tak bergerak dari
tempatnya semula. San tian jiu Oh Tin lam dengan cepat berteriak
pula keluar ruangan :
"Siapkan tempat duduk!"
Dua belas orang anggota Thian liong pay yang bertubuh kekar
segera menggotong masuk dua belas kursi yang setengah tinggi,
agaknya kursi tersebut sudah dipersiapkan untuk mereka dan dibagi
menjadi dua rombongan yang diletakkan saling berhadapan dengan
Keng thian giok cu Thi Keng sekalian.
Berbicara dari sikap semacam ini maka boleh dibilang sikap mana
amat menghina tamunya, kalau tidak bisa dibilang seperti bawahan
yang berbicara dengan atasan. Dua belas orang jago persilatan yang
menyaksikan kejadian ini kontan saja berubah muka dan sama sama
mendengus dingin. Bagi mereka, perlakuan semacam ini tak
ubahnya sebagai suatu penghinaan yang tak tertahankan.
923 Dengan mulut terbungkam, semua orang segera berdiri tegak
tanpa berkutik, agaknya mereka tak sudi menerima perlakukan
semacam ini. Keng thian giok cu sendiripun tidak berbicara ataupun
berkutik, seakan akan dia tidak melihat sikap tamu tamu nya itu.
Dengan ilmu menyampaikan suara Ci long siansu dari Siau lim
pay segera berbisik kepada Keng hian totiang, ketua dari Bu tong
pay : "Kita datang dengan membawa sesuatu maksud, menurut
pendapat lolap lebih baik kita menerima keadaan saja."
Tampaknya ketebalan imam Keng hian totiang dari Bu tong pay
tidak berada di bawah Ci long siansu dari Siau lim pay, dengan cepat
dia menyahut : "Kalau yang kecil tak bisa ditahan, urusan besar pasti akan
terbengkalai, menurut pinto, pendapat siansu memang tepat sekali,
kita harus lebih mementingkan keselamatan dunia persilatan
daripada masalah penghinaan semacam ini."
Maka ketua dari Siau lim pay Ci long siansu segera berseru :
"Omitohud! Pinceng mengucapkan banyak terima kasih."
Dia lantas duduk di kursi tengah bagian depan. Menyusul
kemudian Keng hian totiang dari Bu tong pay turut duduk pula di
kursi sebelah kiri Ci long siansu dari Siau lim pay. Setelah dipelopori
oleh kedua orang itu, yang lain pun terpaksa harus menahan diri
dengan ikut mengambil tempat duduk.
Di balik paras muka Keng thian giok cu Thi keng yang serius
terlintas juga rasa menyesal dan kagum yang luar biasa, tapi demi
merebut kepercayaan dari Hiam im Tee kun, mau tak mau dia harus
mengorbankan nama baiknya dengan melakukan sandiwara
tersebut. Oleh sebab itulah tanpa mengungkapkan perasaan apapun dia
menatap kedua belas orang tamunya yang sedang marah dan sedih
itu lekat lekat, kemudian berkata dengan dingin :
"Maksud kedatangan kalian semua sudah kuketahui dengan jelas
...." 924 Ci long siansu dari Siau lim pay kuatir kalau dia mengucapkan
kata kata yang keras sehingga menghilangkan kesempatan bagi
mereka untuk membicarakan persoalan itu, sebelum ucapan mana
sempat diselesaikan, dengan cepat dia menyela :
"Omitohud, Thi lo adalah seorang manusia yang cerdas dan luar
biasa, ternyata kau sudah dapat menduga keinginan kami, lolap rasa
sudah pasti kaupun dapat melihat kalau Hiam im Tee kun ada
maksud untuk memperbudak seluruh umat persilatan. Bahkan
diapun hendak menguasai seluruh jagad, haaai..... sungguh
merupakan suatu ketidak beruntungan bagi umat persilatan."
Keng thian giok cu Thi Keng berpaling dan memandang sekejap
ke arah Sim ji sinni, Tiang pek lojin serta Bu im sin hong bertiga,
kemudian sambil menunjukkan wajah bersungguh sungguh katanya
: "Betul, lohu memang mempunyai rencana baik untuk
menghadapi Hian im Tee kun!"
Setelah mendengar ucapan mana, paras muka semua orang
berubah amat serius, semua ketidak gembiraan yang mereka alami
tadi kini sudah tersapu lenyap hingga tak berbekas. Mereka semua
memasang telinga baik baik untuk mendengarkan Keng thian giok cu
menerangkan caranya dalam menghadapi Hian im Tee kun.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po merasa punya
hubungan yang paling akrab dengan pihak Thian liong pay, setelah
celingukan sebentar ke sana ke mari, tak tahan dia segera
mengemukakan kembali pendapatnya.
"Thi lo adalah bintang penolong bagi dunia persilatan," demikian
ia berkata, "tampaknya barusan kau cuma ingin mencoba ketulusan
hati kami belaka .... Thi lo, harap kau jangan menyia nyiakan kita
semua." Pelan pelan Keng thian giok cu Thi Keng berkata :
"Menurut pendapat lohu, untuk menghilangkan bencana besar
dari dunia persilatan, satu satunya cara adalah bekerja sama dengan
Hian im Tee kun untuk membentuk satu persekutuan. Asal
925 semuanya telah bergabung menjadi satu keluarga besar, bukankah
dunia akan menjadi amam dan badai perbunuhan bisa dihindari?"
Beberapa patah kata itu diucapkan dengan sangat lambat sekali,
oleh karena itu kekecewaan yang dirasakan semua orang dan pelan
pelan semakin bertambah, belum sampai ucapan mana selesai
diutarakan, semua orang sudah dibuat marah sekali hingga
badannya pada menggigil.
Keng thian giok cu Thi Keng dengan senyum dimulut pedih dihati
berkata kembali :
"Lohu sampai memutuskan untuk menggabungkan Thian liong
pay dengan pihak Ban seng kiong, tujuannya yang terutama tak lain
adalah untuk mengejar masa depan lebih baik, bila saudara sekalian
bisa menerima pendapat dari perguruan kami ini dan tertarik untuk
mengikuti jejakku, dengan senang hati lohu akan menjadi perantara
untuk kalian semua, entah bagaimana menurut pendapat kalian?"
Sebelum orang orang dari pelbagai perguruan itu menyampaikan
maksud kedatangannya, dengan ketajaman mulutnya dia malah
berbalik memberi anjuran kepada semua orang. Berada dalam
keadaan seperti ini, sekalipun orang orang dari pelbagai perguruan
mempunyai banyak persoalan yang sedang disampaikan pun,
seketika itu juga mulut mereka serasa dibuat bungkam dalam seribu
bahasa. Dengan sedih Ci long siansu, ketua dari Siau lim pay berkata :
"Thi sicu telah menempuh perjalanan yang salah dan aku lihat
sudah sukar untuk diajak berpaling kembali ke jalan yang benar.
Kalau memang begitu, terpaksa kami harus mohon diri terlebih
dahulu." "Siansu adalah seorang pendeta agung dari kaum Buddha,
mengapa kau harus mengucapkan perkataan sedih macam begitu"
Kalau memang sudah munculkan diri di depan umum tapi tidak
memiliki kesabaran bagaimana mungkin urusan bisa diselesaikan?"
926 "Omitohud!" Ci long siansu segera berbisik memuji keagungan
Buddha, "dosa, dosa! Pinceng tak pandai berbicara, semoga lo sicu
berpaling kembali ke jalan yang benar...."
Selesai berkata, dua belas orang jago itu serentak bangkit berdiri,
kemudian dipimpin oleh ketua Siau lim pay dan Bu tong pay, mereka
berlalu dari situ dengan wajah sedih. Mendadak Keng thian giok cu
mendongakkan kepalanya sambil tertawa terbahak bahak, kemudian
serunya : "Harap saudara sekalian jangan keburu pergi dulu, lohu ingin
mengucapkan sesuatu kepada kalian."
Tanpa terasa kedua belas jago dari dunia persilatan itu
menghentikan langkah mereka dan segera membalikkan badan.
"Apakah Thi lo telah berubah pikiran?" tanya Keng hian totiang
kemudian. Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa :
"Lengan belalang membawa kereta, telur diadu dengan batu,
apakah kalian anggap cukup berkemampuan untuk melawan
kemampuan dari Hian im Tee kun ".?"
Mendadak dia melepaskan sebuah pukulan udara kosong ke
tengah angkasa, angin pukulan segera menderu deru diseluruh
ruangan membuat cahaya lentera yang ada disitu tertekan menjadi
kerdipan api kecil oleh sapuan angin pukulannya itu, akan tetapi tak
sebuah pun yang menjadi padam oleh hembusan tadi.
Kemudian secara tiba tiba Keng thian giok cu Thi Keng
membentak lagi :
"Bangun!"
Deruan angin tajam segera terhenti dan cahaya lentera pulih
kembali seperti sedia kala, menerangi seluruh ruangan menjadi
terang benderang. Demonstrasi pukulan It ciang poan im yang
(pukulan sakti membedakan im yang) dan tenaga sakti Khi mi lap
hap sinkang yang baru saja diperlihatkan benar benar merupakan
serangkaian kepandaian silat yang luar biasa sekali.
927 Tanpa terasa Sim ji sinni segera memuji.
"Saudara Ki, hanya beberapa puluh tahun tak bersua, tak nyana
kalau tenaga dalammu sudah mencapai tingkatan yang begitu
dahsyat, sungguh membuat siau moay malu sendiri!"
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Keng thian giok cu memandang sekejap kearahnya lalu
tersenyum, kepada para jago yang masih hadir dalam ruangan,
segera ujarnya lagi :
"Asal salah seorang diantara kalian ada yang sanggup
mendemonstrasikan kemampuan seperti apa yang kulakukan,
sekarang juga lohu akan mengurungkan niatku untuk bergabung
dengan Ban seng kiong!"
Para jago segera terbungkam dalam seribu bahasa, sebab tak
seorang pun diantara mereka yang mampu berbuat demikian.
Kembali Keng thian giok cu Thi Keng berkata :
"Tenaga dalam yang dimiliki Hian im Tee kun berkali kali lipat
lebih hebat daripada kepandaian yang kumiliki, sekembalinya dari
sini aku harap kalian suka berpikir lagi beberapa kali, moga moga
saudara sekalian mau menyadari kekuatan sendiri dan suatu ketika
akan bekerja sama dengan lohu."
Dalam mendemonstrasikan kehebatan tadi, sebetulnya Keng
thian giok cu Thi Keng bermaksud menghimbau para jago persilatan
agar mereka lebih mawas diri dan jangan bertindak secara
sembarangan sehingga mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri.
Akan tetapi, bagaimana mungkin para jago itu bisa memahami
maksud hatinya yang mendalam itu"
Dengan membawa perasaan hati yang gusar dan mendongkol,
mereka segera mengundurkan diri dalam gedung Thian liong pay.
Baru saja orang orang itu lenyap dibalik pintu, mendadak terdengar
Sim ji sinni berteriak kaget :
"Saudara Thi, ada orang yang menyembunyikan diri disini!"
928 Dia mengangsurkan secarik kertas ke tangan Keng thian giok cu
Thi Keng, kemudian tubuhnya melejit ke udara dan meluncur keluar
ruangan dengan kecepatan bagaikan sambaran petir.
Pada mulanya Sam ciat jiu Li Tin tang mengira jeritan kaget dari
Sim ji sinni itu ditujukan kepadanya, peluh dingin segera bercucuran
keluar saking tegangnya, dia mengira jejak persembunyiannya sudah
ketahuan lawan.
Menanti Sim ji sinni melambung ke udara, melewati samping
tubuhnya dan menuju keluar perkampungan, dia baru
menghembuskan napas panjang sambil diam diam mentertawakan
dirinya yang kelewat tegang.
Menyusul kemudian, terdengar suhunya tertawa nyaring
kemudian berkata pula :
"Mungkin si pokok pembicaraan kita sudah datang, harap kalian
berdua suka duduk dulu di sini, lohu akan pergi membantu sinni."
Dia pun berkelebat pergi dengan melalui sisinya. Mendadak
terasa olehnya sepasang mata gurunya yang tajam berpaling dan
menatap sekejap ke tempat persembunyiannya, kemudian di sisi
telinga berkumandang suara bisikan lirih :
"Murid murtad, mau apa kau kembali lagi kemari" Ayo, kenapa
tidak cepat cepat pergi dari sini?"
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu tahu
bayangan tubuhnya sudah lenyap dari depan mata. Tegurankah"
Atau perhatian" Atau mungkin mempunyai suatu maksud yang lain"
Ucapan mana terasa mempunyai maksud yang sangat mendalam,
sedemikian dalamnya sehingga untuk sesaat sulit bagi Sam ciat jiu Li
Tin tang untuk memahami arti yang sesungguhnya dari ucapan
tersebut. Dengan perasaan sangsi, dia bermaksud untuk mengejar ke
depan, tapi dia sudah kehilangan jejak mereka berdua. Akhirnya dia
menghela napas dengan perasaan tak mengerti, hatinya benar benar
terasa bimbang.
929 Berbicara tentang Sim ji sinni, sebenarnya apa yang telah terjadi
sehingga dia melakukan pengejaran terhadap musuhnya" Ternyata
sewaktu Keng thian giok giok cu Thi Keng menggunakan tenaga
dalam Khi mi lap hap khikang untuk menggetarkan perasaan para
ketua dari partai besar, pada saat yang bersamaan pula Sim ji sinni
merasa tubuhnya ditimbuk seseorang dengan ilmu memetik daun
melempar bunga.
Ternyata benda yang digunakan sebagai timpukan adalah
segulung kertas, ketika kertas tadi diperiksa ternyata tercantumkan
beberapa huuf yang berbunyi begini :
"Pergilah sepuluh li ke arah timur, akan kutunggu di tepi kolam
Kiu ci Tong!"
Surat itu ditimpuk kearahnya, itu berarti ada orang yang sedang
mencari gara gara dengannya. Sebagai seorang gembong iblis yang
menganggap dirinya paling unggulan, sudah barang tentu dia tak
sanggup menahan gejolak emosi di dalam dadanya. Maka tanpa
berpikir panjang lagi dia segera berangkat menuju ke kolam Kiu ci
tong sepuluh li dari situ.
Dengan kecepatan gerakan tubuhnya, sepuluh li dapat ditempuh
dalam waktu sekejap mata. Yang dimaksud sebagai kolam Kiu ci
tong adalah sebuah kolam berlumpur yang amat besar, di tepi kolam
penuh tumbuh pohon yang liu.
Jika dilihat dari kejauhan, empang tersebut nampak sangat indah,
tapi kalau didekati maka orang akan merasa kecewa, sebab bau
lumpur dari empang tersebut amat menusuk hidung.
Setibanya di tepi empang tersebut, Sim ji sinni segera menegur
dengan suara dingin :
"Pinni telah datang, siapa yang mengundangku kemari" Ayo
cepat jawab!"
"Lohu yang mengundangmu kemari, tidak kau sangka bukan!"
suara tersebut berasal dari belakang tubuhnya, membuat pendeta
930 tersebut segera membalikkan tubuhnya dengan kaget. Tapi ia
segera menjadi tertegun, lalu tegurnya :
"Ki toako, masa kau?"
Di tempat yang tiada orang ketiga, dia memanggil nama asli Ki
Seng tanpa sangsi.
"Lohu bukan manusia yang bernama Toan bun ciat jiu ciang Ki
Seng, kau jangan salah menduga!"
"Lantas siapakah kau?" Sim ji sinni kelihatan agak gugup dan
gelagapan. "Kecuali bukan sebagai Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng, wahai Kiu
wi yau hu (siluman rase berekor sembilan) Oh Bi nio, menurut
pendapatmu siapakah lohu?"
Tiba tiba siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio menjadi sangat
terperanjat : "Jadi kau, kau benar benar adalah Keng thian giok cu?"
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa nyaring :
"Haaahhhh..... haaahhhh..... haaahhhh..... lohu tak suka kalau
ada orang menyaru sebagai diriku hanya untuk melakukan
perbuatan jahat belaka, menurut pendapatmu, apakah lohu akan
membiarkan Toan bun ciat jiu ciang Ki Seng tetap mencatut namaku
untuk melakukan perbuatan terkutuk?"
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio segera merasakan
betapa seriusnya persoalan itu, walaupun dia merasa punya
kepandaian, tapi terhadap Keng thian giok cu Thi Keng tak berani
berbuat seenaknya, sebab dia tahu kemungkinan baginya untuk
meraih kemenangan kecil sekali.
Apalagi kalau ditinjau dari perbuatan Keng thian giok cu Thi Keng
yang sengaja memancingnya ke situ, dapat diketahui kalau pihak
lawan mempunyai suatu maksud tertentu. Walaupun dia sudah
dapat menduga apa yang hendak dilakukan Keng thian giok cu Thi
931 Keng, akan tetapi dia belum mau percaya terhadap dugaan sendiri,
maka tak tahan dia bertanya lagi :
"Mau apa kau sekarang?"
Dengan wajah amat serius Keng thian giok cu Thi Keng berkata :
"Untuk melenyapkan bibit bencana bagi dunia persilatan,
terpaksa aku harus bertindak keji kepadamu!"
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio cukup mengetahui
ketegasan Keng thian giok cu Thi Keng. Biasanya apa yang
diucapkan tak pernah diingkari lagi, maka dengan perasaan
terkesiap buru buru teriaknya :
"Jadi kau hendak turun tangan kepadaku?"
"Yaa, aku hanya mengharapkan kesadaranmu untuk
menyerahkan nyawamu itu!" jawab Keng thian giok cu Thi Keng
tegas. Tiba tiba siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio tertawa
terbahak bahak.
"Haaahhh..... haaahhhh..... haaahhhh..... Thi Keng, apakah kau
sudah membayangkan bagaimana akibat dari perbuatanmu itu?"
Dengan wajah yang sama sekali tak berubah, Keng thian giok cu
Thi Keng menjawab :
"Segala sesuatunya sudah lohu pikirkan masak masak, aku rasa
tak mungkin akan mengakibatkan sesuatu yang tidak
menguntungkan bagi diriku ...."
Ditekan oleh ketenangan serta ketegasan Keng thian giok cu Thi
Keng, Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio menjadi gelagapan
sendiri. "Hari ini, jika kau membinasakan aku, mungkin di dalam upacara
besok kau tak akan bisa mempertanggungjawabkan diri kepada
utusan khusus dari Ban seng kiong."
932 "Soal itu sudah lohu perhitungkan sebelumnya, jadi kau tak usah
terlampau merisaukan akan hal ini, tentu saja ada orang lain yang
akan menggantikan kedudukanmu itu."
Selesai berkata, dia lantas menunjuk ke belakangnya sambil
berkata lagi : "Coba kau lihat, siapakah yang berdiri di belakangmu itu?"
Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio adalah seorang yang
amat mudah curiga, dia mengira Keng thian giok cu Thi Keng sedang
mempergunakan akal muslihat untuk membohonginya agar
berpaling, kemudian menyergapnya. Dengan cepat dia menghimpun
segenap tenaga dalamnya kedalam telapak tangan, kemudian
serunya cepat :
"Peduli siapakah dia, aku tak akan termakan oleh tipu muslihat
itu." Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh.... haaahhhh..... haaahhh.... jadi kau menganggap lohu
adalah seorang manusia yang suka menyergap orang dikala orang
lain tidak siap...." Tak usah kuatir, berpaling saja dengan berlega
hati." Ada kalanya, terhadap diri sendiripun siluman rase berekor
sembilan Oh Bi nio tidak percaya, bagaimana mungkin dia akan
mempercayai perkataan orang lain" Maka sambil tertawa dingin
katanya : "Thi Keng, kuanjurkan kepadamu agar tak usah menggunakan
akal muslihat untuk membohongi aku, kalau ingin turun tangan,
pergunakan saja kepandaian aslimu."
Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang suara
pembicaraan seseorang :
"Itu namanya menilai seorang yang bijaksana dengan pikiran
seorang siaujin, Bi nio! Seandainya kami berniat menyergapmu
cukup dengan sebuah pukulan saja, kau sudah mampus sedari tadi."
933 Suara itu berkumandang amat nyaring, dipancarkan dari tiga
depa saja di belakang tubuhnya. Dengan perasaan amat terkesiap,
siluman rase berekor sembilan melayang ke arah lain sehingga
berdiri dalam posisi segitiga lalu dengan wajah berubah hebat dia
mendongakkan kepalanya, tapi dengan cepat seluruhnya tubuhnya
menggigil keras, wajahnya berubah semakin memucat, lama, lama
kemudian dia baru dapat menyapa dengan suara rendah.
"Cici!"
Rupanya orang yang berdiri di belakang tubuhnya sekarang
bukan lain adalah Sim ji sinni pribadi. Sebelum menjadi pendeta
dulu, nama awam Sim ji sinni adalah Oh Kim sian, dengan siluman
rase berekor sembilan Oh Bi nio adalah kakak beradik tong ....
Dari kakak beradik itu, yang satu berhati saleh dan menjadi
seorang sinni nomor wahid di dunia, sementara yang lain berbuat
jahat sehingga menjadi seorang gembong iblis yang banyak
melakukan kejahatan.
Untuk menyadarkan adik tong nya ini, banyak waktu dan tenaga
yang telah dikorbankan Sim ji sinni, tapi sayang adik tong nya itu
tetap berkeras kepala. Akhirnya siluman rase berekor sembilan Oh Bi
nio sengaja menyingkir dari hadapan Sim ji sinni, daripada tiap hari
dinasehati terus sehingga membuat hatinya menjadi amat kesal.
Dalam waktu singkat, puluhan tahun sudah lewat, siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio telah mendapatkan Hian im Tee kun
sebagai tulang punggungnya, dengan mengandalkan kekuatan
tersebut dia mulai berani melawan dan memusuhi Sim ji sinni secara
terang terangan.
Hari ini, dia dapat berjumpa dengan Sim ji sinni, sesungguhnya
kejadian ini tidak diluar dugaan, dia hanya tak menyangka kalau
perjumpaan tersebut dilangsungkan justru disaat dia berada dalam
posisi yang terjepit.
Sekalipun posisi siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio
sekarang amat berbahaya, namun jika dipandang dari sudut lain,
934 siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio merasa beruntung juga
dengan kemunculan dari Sim ji sinni itu.
Dengan mengandalkan hubungannya selama ini dengan Sim ji
sinni, sekalipun Keng thian giok cu Thi Keng bersikap lebih keji pun
tak mungkin akan tega untuk turun tangan kepadanya.
"Cici!" siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio segera berseru,
kemudian selangkah demi selangkah berjalan mendekati Sim ji sinni,
bahkan ketika berjalan maju, dia sempat mengerling sekejap ke arah
Keng thian giok cu Thi Keng, seakan akan dia seperti bilang begini :
"Coba sekarang, akan kulihat kau bisa berbuat apa kepadaku!"
Siapa tahu sebelum siluman rase berekor sembilan sempat
mendekati, Sim ji sinni pendeta perempuan itu sudah keburu
membentak keras lebih dahulu :
"Berhenti! Kau tak boleh berjalan mendekat."
Agaknya siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio sudah cukup
memahami watak Sim ji sinni yang lemah lembut, meski sudah
dibentak akan tetapi dia tak pernah berhenti, bahkan wajahnya
segera mengulumkan sekulum senyuman yang tebal.
Dengan langkah lemah gemulai, setindak demi setindak dia
berjalan mendekati Sim ji sinni, kemudian katanya :
"Aduuuh.... mengapa sih cici bersikap begini galak" Siapa suruh
aku menjadi adikmu sekalipun dimaki atau dihantam, aku tak berani
untuk membalas."
"Omitohud!" Sim ji sinni berbisik lirih, "demi kepentingan umum
terpaksa pinni harus mengorbankan saudara sendiri, adik Bi,
maafkan aku."
Diam diam dia menghimpun tenaga dalamnya kemudian
diayunkan kemuka, selapis hawa sakti segera menghadang gerak
gerik maju dari siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio.
Sikap tegas dari Sim ji sinni itu sama sekali tidak disangka oleh
siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio, begitu melihat gelagat
935
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak menguntungkan, dia tak rela untuk menyerah dengan begitu
saja, sambil menghimpun tenaga dalamnya dan melakukan tubrukan
kemuka, teriaknya sambil menangis tersedu :
"Oooh enci, kau benar benar amat keji, adik mau mati saja, biar
kalau mati, mati ditanganmu sendiri, oooh..... cici, penuhilah
harapanku ini...."
Dia bermaksud untuk menggunakan kata kata yang memelas
untuk meluluhkan hati encinya, dalam anggapannya Sim ji sinni tak
akan melukai dia. Oleh sebab itu, hatinya merasa sangat lega.
Berbicara soal ilmu silat, tenaga dalam yang dimilikinya sekarang
sudah terhitung luar biasa, kenyataannya tujuh bagian tenaga dalam
Boan yok sinkang yang dipancarkan Sim ji sinni belum berhasil
membendung gerak terjangannya yang menggunakan tenaga dalam
sebesar sepuluh bagian, bahkan ia berhasil mendekati sampai jarak
sejauh lima depa lebih .....
Karena terlampau didesak, dengan perasaan apa boleh buat
terpaksa Sim ji sinni harus meningkatkan tenaga dalamnya hingga
mencapai sepuluh bagian lagi, dengan kekuatan sedemikian besar
itulah, akhirnya dia berhasil memaksa siluman rase berekor sembilan
Oh Bi nio mundur sejauh lima langkah lebih.
Setelah itu, sambil memejamkan matanya rapat rapat dia berbisik
lagi lirih : "Omitohud! Bukan pinni kelewat keji, jika hari ini kulepaskan
selembar nyawamu maka seluruh dunia persilatan akan terjatuh ke
dalam cengkeraman iblis dan tak pernah akan bangkit kembali, adik
Bi! Sesudah bencana ini bisa dilewatkan, pinni akan mengurung diri
selama sepuluh tahun untuk menebus dosaku hari ini."
Setelah berhenti sejenak, akhirnya dia berkata lebih jauh dengan
nada tegas : "Silahkan Thi sicu mewakili pinni untuk melaksanakan hukuman
ini ...." Sekalipun dia bersedia mengorbankan saudara sendiri demi
ditegakkannya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan, kalau
936 dia disuruh turun tangan sendiri, bagaimana pun toh tetap tidak
tega. Agaknya Keng thian giok cu Thi Keng cukup memahami kesulitan
yang dihadapi Sim ji sinni, dia segera melompat ke depan dan
melayang turun berapa depa di depan tubuh siluman rase berekor
sembilan Oh Bi nio. Setelah itu sambil melepaskan sebuah pukulan
katanya : "Untuk melenyapkan bibit bencana bagi umat persilatan, terpaksa
lohu harus melakukan pembunuhan ini!"
Angin pukulan yang amat keras dengan cepat meluncur ke depan
dan menghantam tubuh siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio.
Melihat usahanya merengek rengek tidak mendatangkan hasil,
siluman rase berekor sembilan segera memutar biji matanya untuk
mencari jalan guna melarikan diri. Mendadak sepasang telapak
tangannya diayunkan ke depan melepaskan sebuah pukulan
dahsyat. Tatkala sepasang tangan saling beradu, menggunakan
kesempatan itulah dia melayang mundur sejauh tiga kaki, kemudian
menutulkan kaki kedepan dan melayang sejauh lima kaki lagi.
"Lonio tak bisa memenangkan kalian berdua, oleh sebab itu
terpaksa harus memohon diri lebih dulu!" serunya sambil tertawa
nyaring. Perempuan licik itu ternyata mengambil langkah seribu sejak
pada jurus gebrakan yang pertama, agaknya tindakan ini sama
sekali diluar dugaan Sim ji sinni maupun Keng thian giok cu Thi
Keng. Sudah barang tentu Keng thian giok cu Thi Keng tak akan
membiarkan musuhnya melarikan diri, dia segera membentak
nyaring : "Kau tak bakal bisa lolos dari cengkaramanku!"
Tubuhnya melejit enam tujuh kaki ke tengah udara, lalu dengan
mengembangkan jurus Im liong kiu coan (naga sakti berputar
sembilan kali) dia melambung ke udara sambil melakukan tubrukan.
937 Walaupun siluman rase berekor sembilan lihay, bagaimana
mungkin dia bisa menangkan kelihayan dari Keng thian giok cu yang
memiliki tenaga dalam satu tingkat lebih sempurna darinya"
Baru saja dia melarikan diri sejauh sepuluh kaki, Keng thian giok
cu Thi Keng sudah melayang diatas kepalanya, kemudian segulung
tenaga tekanan yang sangat dahsyat langsung menindih keatas
kepalanya. Siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio tertawa dingin, dari
dalam pinggangnya dia mengeluarkan sebuah angkin dan segera
diayunkan kearah tubuh Keng thian giok cu Thi Keng.
Jilid 29 Angkin itu tak lain adalah angkin Jit cing tay yang biasanya
digunakan siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio untuk berkelana,
tujuh warna warninya sudah membingungkan, apalagi yang hebat
adalah asap pemabuk yang sengaja disembunyikan dibalik senjata
tersebut, siapa saja yang terkena pasti akan roboh.
Sim ji sinni kuatir Keng thian giok cu Thi Keng tidak mengetahui
kelihayan dari angkin Jit cing tay itu, buru buru dia memperingatkan
: "Thi sicu, hati hati dengan obat pemabuknya!"
"Kalau hanya obat pemabuk mah tak bakalan merobohkan lohu!"
sahut Keng thian giok cu Thi Keng di tengah udara.
Sewaktu tenaga pukulannya dilontarkan kebawah, siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio berikut angkin tujuh warnanya kontan
mencelat sejauh satu kaki lebih. Rupanya Keng thian giok cu Thi
Keng sudah berhasrat untuk melangsungkan pertarungan kilat dan
segera menyelesaikannya. Oleh sebab itu, serangan serangan yang
dia lancarkan semuanya tidak mengenal rasa kasihan, dengan
tenaga dalam yang dikerahkan mencapai dua belas bagian, dia
melancarkan serangan serangan mematikan yang sangat dahsyat.
938 Pada dasarnya tenaga dalam yang dimiliki Kiu wi yau hu Oh Bi
nio memang bukan tandingan dari Keng thian giok cu Thi Keng,
apalagi dia pun berhasrat untuk mencari keuntungan dengan
mengandalkan obat pemabuknya, sehingga tenaga yang dipakai pun
tak pernah mencapai hingga pada puncaknya, tak heran kalau sekali
hantam tubuhnya segera terluka sangat parah.
Begitu berhasil merobohkan siluman rase berekor sembilan Oh Bi
nio, Keng thian giok cu Thi Keng tidak melayang turun kebawah lain,
dia hanya menjejakkan kakinya keatas kaki yang lain, kemudian
seperti seekor burung raksasa segera melayang kembali ke belakang
tubuh perempuan siluman itu. Dengan suatu sodokan kilat tahu tahu
ia menotok jalan darah kematian Jit kan hiat ditubuh lawannya.
Sia sia saja siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio memiliki
kepandaian silat yang sangat lihay, sebab pada hahekatnya dia tak
berkesempatan lagi untuk melancarkan serangan. Dalam keadaan
yang gugup dan gelagapan inilah, akhirnya dia tewas ditangan
lawan. Setelah perempuan siluman itu tewas, Sim ji sinni baru melayang
mendekat dan membacakan doa kematian untuk siluman rase
berekor sembilan Oh Bi nio. Setelah itu, dia melepaskan pakaian dari
siluman itu dan dikenakan ditubuh sendiri, angkin tujuh perasaan
dan obat pemunah yang berada di saku perempuan itu juga diambil
semua. Pada akhirnya, sambil mundur lima langkah dia berkata :
"Masih ada tindakan yang terakhir lagi, silahkan sicu sekalian
melakukannya!"
Keng thian giok cu Thi Keng berkerut kening, kemudian
menghela napas panjang :
"Aaai...... seandainya perbuatan lohu hari ini diketahui kawan
kawan persilatan, orang lain pasti akan menuduh diriku sebagai
seorang manusia yang berhati keji!"
"Omitohud!" kembali Sim ji sinni merangkap tangannya di depan
dada, "membasmi kejahatan dari muka bumi merupakan kewajiban
939 dari setiap orang, ketika Thi sicu membasmi kaum iblis di masa
lampau apakah kau pun pernah berhati lemah?"
Keng thian giok cu Thi Keng segera tertawa getir :
"Melenyapkan jenasah dari muka bumi atau merusak tubuh orang
yang telah mati merupakan perbuatan yang dikutuk setiap orang,
bagaimana mungkin lohu bisa merasa lega?"
"Omitohud! Bila urusan kecil tak bisa ditahan, masalah besar
pasti akan terbengkalai, keadaan sekarang ibaratnya anak panah
yang berada di atas gendewa, sekalipun tak ingin dilepaskan juga
harus dilepaskan apalagi urusannya timbul karena keadaan yang
mendesak, aku rasa orang pasti dapat memakluminya."
"Aaaai, kalau begitu terpaksa lohu harus bertindak kasar!"
Sepasang telapak tangannya segera diayunkan ke atas tanah
membuat sebuah liang besar. Setelah melemparkan jenasah siluman
rase berekor sembilan Oh Bi nio ke dalam liang kemudian menutup
kembali liang kubur tersebut. Dengan mengerahkan tenaga sakti
Sian thian bu khek ji gi sinkang nya dia menghantam jenasah
siluman rase itu melalui atas permukaan tanah.
Termakan oleh pukulan maupun hawa sakti tersebut, jenasah
siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio yang berada di dalam tanah
segera terhajar sampai hancur tak berwujud rupa lagi. Dalam
keadaan demikian, sekalipun ada orang menemukan jenasahnya,
belum tentu akan mengenali jenasah siapakah dia.
Sekalipun Keng thian giok cu Thi Keng berbuat demikian demi
kepentingan seluruh umat persilatan, akan tetapi dengan wataknya
yang jujur dan bijaksana, tak urung sedih juga hatinya sesudah
melakukan perbuatan tersebut.
Dengan kening berkerut, dia mengebutkan bajunya dari debu lalu
sambil tertawa getir katanya :
"Moga moga saja perbuatan kita sekarang tak sampai disalah
tanggapi oleh para jago dari pelbagai perguruan."
940 "Omitohud! Buddha pernah bilang : kalau bukan aku yang masuk
neraka, siapakah yang akan masuk neraka" Asal kebenaran dan
kebajikan masih tumbuh dalam hati kita, buat apa persoalan
persoalan semacam itu mesti kita pikirkan sekarang?"
Keng thian giok cu Thi keng segera tertawa nyaring.
"Kalau tidak bercocok tanam, darimana bisa menarik hasil panen"
Lohu memang bodoh, mari kita pulang!"
Dua sosok bayangan manusia segera melayang kedepan dengan
kecepatan tinggi, tak selang berapa saat kemudian bayangan tubuh
mereka sudah lenyap dari pandangan mata.
Tak lama setelah bayangan tubuh mereka lenyap, dari belakang
sebatang pohon muncul seorang pemuda tampak berbaju biru langit.
Orang itu menyelundup ke sana di saat Keng thian giok cu Thi Keng
sedang menghajar tubuh siluman rase berekor Sembilan tadi.
Tenaga dalam yang dimiliki pemuda tampan itu masih jauh
melebihi kepandaian Keng thian giok cu Thi Keng maupun Sim ji
sinni, oleh sebab itu perbuatannya sama sekali tak dirasakan oleh
dua orang jago lihay tersebut.
Tapi berhubung kedatangannya terlambat selangkah, dia hanya
sempat menyaksikan adegan keji dimana Keng thian giok cu Thi
Keng menghancurkan jenasah untuk menghilangkan jejak, dia tak
sempat menyaksikan kebesaran jiwa maupun pengorbanan yang
dilakukan Keng thian giok cu Thi Keng dan Sim ji sinni sebelumnya.
Dengan membawa perasaan sedih dan menderita, pemuda itu
berjalan mendekati liang kuburan yang digunakan untuk mengubur
jenasah siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio, kemudian dengan
mengandalkan tenaga hisapan telapak tangan tunggalnya, dia telah
berhasil mengeluarkan jenasah siluman perempuan itu dari dalam
liang kubur. Waktu itu, jenasah siluman rase berekor sembilan Oh Bi nio telah
hancur hingga tak berwujud sebagai manusia lagi, yang tersisa
941 hanya sekumpal daging belaka, keadaannya benar benar sangat
mengerikan hati.
Menyaksikan semuanya itu, dia menghela napas sedih, lalu
bergumam : "Yaya, setelah menyaksikan semua perbuatanmu dengan mata
kepalaku sendiri, bagaimana mungkin aku dapat memberikan
pertanggung jawaban kepada liang sim ku?"
Tak usah ditanya lagi, pemuda tampan itu tak lain adalah Thi Eng
khi, ciangbujin angkatan ke sebelas dari perguruan Thian liong pay.
Rupanya dia yang sedang melakukan perjalanan siang malam
menuju pulang bersama sama Sam ku sinni, Pek leng siancu So Bwe
leng dan Pencuri sakti Go Jit telah bertemu dengan ibunya Yap Siu
ling tanpa sengaja di kota Poo eng.
Perjumpaan tersebut benar benar mengharukan setiap orang, dia
perkenalkan lebih dulu Sam ku sinni dan Pencuri sakti Go Jit kepada
ibunya, setelah itu baru membimbing Pek leng siancu So Bwe leng
untuk memberi hormat kepada ibunya.
Dari hubungan yang hangat antara Thi Eng khi dengan So Bwe
leng, dengan cepat Yap Siu ling memahami apa gerangan yang
terjadi, tapi pada dasarnya dia sudah menyetujui hubungan putranya
dengan Ciu Tin tin maka tanpa terasa diamatinya So Bwe leng
beberapa kejap.
Berbicara soal paras muka, kecantikan Pek leng siancu So Bwe
leng maupun kecantikan Ciu Tin tin hampir boleh dibilang seimbang,
tapi berbicara soal watak, Pek leng siancu So Bwe leng jauh lebih
polos, lebih lincah dan lebih manja ketimbang Ciu Tin tin.
Itulah sebabnya, setelah Yap Siu ling berjumpa dengan gadis ini,
dia merasa gadis tersebut sudah sepantasnya untuk menjadi anak
menantunya pula. Maka dia tidak membiarkan Pek leng siancu So
Bwe leng melanjutkan hormatnya, gadis itu dirangkul dengan
hangat, kemudian diajak membicarakan berbagai persoalan.
942 Pada dasarnya Pek leng siancu So Bwe leng memang pandai
berbicara, apa saja yang dia ketahui segera diceritakan dengan
lancar dan manja, hal ini membuat Yap Siu ling makin gembira
hatinya. Sepanjang perjalanan, Thi Eng khi telah menceritakan semua
pengalamannya kepada Pek leng siancu so Bwe leng, karena itu
anak muda tersebut tak usah bersusah payah untuk mengulangi
kembali pengalamannya itu ....
Sesudah selesai bercerita, Pek leng siancu So Bwe leng baru
teringat untuk menanyakan keadaan Yap Siu ling, tanpa terasa dia
lantas berseru :
"Ibu ...... "
Tapi setelah ucapan tersebut dilontarkan, dia baru tahu kalau
sudah salah menyebut, kontan saja paras mukanya berubah menjadi
merah padam karena jengah, cepat cepat kepalanya disusupkan ke
dalam pelukan Yap Siu ling dan tak berani membicarakan lagi.
Betapa gembiranya hati Yap Siu ling menyaksikan sikap manja
dan polos dari dara tersebut, cepat cepat dipeluknya gadis itu
kencang kencang, kemudian katanya pelan :
"Nak, cepat atau lambat kau toh akan memanggil ibu kepadaku,
bila kau bersedia memanggilnya mulai sekarang, aku akan merasa
semakin gembira .... "
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ucapan mana bukan saja membuat Pek leng siancu So Bwe leng
semakin tak berani mendongakkan kepalanya, bahkan Thi Eng khi
sendiripun merasakan wajahnya amat panas, yaa malu, yaa
berdebar. Kehangatan meski membuat suasana menjadi riang, sayang tidak
berlangsung terlampau lama, akhirnya kenyataan telah
menghentikan mereka dari suasana gembira.
Ketika Thi Eng khi bertanya kepada ibunya, mengapa dia seorang
diri tinggal di kota Poo eng, dengan wajah sedih Yap Siu ling segera
943 mengisahkan semua peristiwa yang terjadi di rumah. Sebagai akhir
kata, dia menambahkan :
"Nak, aku rasa untuk sementara waktu kau jangan pulang ke
rumah lebih dulu, mari kita pergi ke rumah Lim supekmu lebih dulu
sebelum menentukan tindakan selanjutnya!"
Tapi Thi Eng khi terlampau merisaukan keadaan dalam rumah,
ditambah pula dia pun sangat menguatirkan keselamatan Sam ciat
jiu Li Tin tang, karena anak muda itu bersikeras hendak berangkat
ke kota Hway im pada saat itu juga.
Terpaksa untuk sementara waktu Yap Siu ling bersama sama
Sam ku sinni, pencuri sakti Go Jit dan Pek leng siancu So Bwe leng
tinggal di rumah penginapan, mereka membiarkan Thi Eng khi
berangkat pulang seorang diri sambil mengambil tindakan menurut
keadaan. Yap Siu ling berpesan kepada Thi Eng khi agar dia jangan
menampakkan diri bilamana tidak perlu, alangkah baiknya kalau
semuanya diselidiki secara diam diam.
Kali ini, Pek leng siancu So Bwe leng memperlihatkan sikap yang
penurut sekali, ternyata dia tidak memohon kepada Thi Eng khi
untuk mengajaknya pergi, sebaliknya melakukan perjalanan bersama
sama Yap Siu ling.
Dengan kepandaian silat Thi Eng khi yang lihay, dia berhasil
menyusup ke gedung Bu lim tit it keh tanpa diketahui siapapun,
bahkan berhasil pula mengikuti adegan terakhir dimana Sim ji sinni
dan Keng thian giok cu Thi Keng menghabisi nyawa siluman rase
berekor sembilan dan menghancurkan jenasahnya.
Berhubung dia hanya menyaksikan cara kerja yayanya tanpa
mengetahui alasan maupun kesulitan yayanya hingga membunuh
orang, kenyataan tersebut segera membuat hatinya pedih sekali
apalagi setelah dicocokan dengan apa yang didengarkan di tempat
luaran, semuanya itu membuat hatinya serasa remuk rendam.
944 Bayangan yayanya yang selalu ditempatkan dalam hatinya
sebagai suatu kebenaran dan keadilan, lambat laun hal tersebut
menjadi semakin hambar dan tawar. Tentu saja dia tak berani
mengambil suatu kesimpulan terhadap yayanya, tapi kenyataan yang
terbentang didepan mata memaksanya harus berpikir ke arah yang
paling jelek. Menghadapi persoalan paling pelik yang dijumpai sekarang dia
membutuhkan suatu penegasan yang cepat. Tapi saat itu, pikirannya
serasa kosong, bimbang dan tidak menentu, dia tak tahu bagaimana
dia harus bertindak lebih jauh.
Pikir dan pikir terus, akan tetapi dia belum berhasil juga untuk
memecahkan masalah tersebut. Di saat dia sedang berpikir dengan
seksama itulah, tiba tiba muncul sesosok bayangan manusia yang
berkelebat lewat dari sebelah kiri tubuhnya pada jarak sejauh dua
kaki. Mula mula bayangan manusia itu seperti tidak nampak kehadiran
Thi Eng khi disana, dia baru menjumpai kehadiran pemuda itu
setelah tubuhnya berada empat lima kaki jauhnya dari tempat
semula. Tiba tiba saja orang itu membalikkan badannya dengan gerakan
Yau cu huan sin (burung belibis membalikkan badan). Gerakan
tubuhnya yang sedang menerjang ke depan segera dihentikan,
kemudian berbalik menerkam ke arah Thi Eng khi.
Berbicara soal tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sekarang,
jangankan orang itu sudah menerjang datang, sekalipun masih
berada puluhan kaki jauhnya, kehadiran orang itu sepantasnya
sudah diketahui. Tapi, hingga orang itu mencapai di belakang
tubuhnya, ternyata anak muda tersebut masih belum merasakan apa
apa, bahkan masih saja berdiri termangu mangu.
Dengan cepat sorot mata orang itu tertarik oleh gumpalan
jenasah berdarah yang tergeletak di depan tubuh Thi Eng khi, selain
daripada itu, agaknya dia pun tidak bermaksud untuk menyerang
atau melukai pemuda itu secara diam diam.
945 Dengan cepat dia berhenti disamping Thi Eng khi, sebetulnya
berniat menghardiknya tapi setelah melihat jelas raut wajah pemuda
tersebut, tiba tiba dia berseru dengan nada tercengang :
"Ooooh, rupanya saudara cilik!"
Menyusul kemudian, dengan wajah serius dia menuding ke arah
gumpalan daging hancur tersebut sambil menegur :
"Apa yang sebenarnya telah terjadi?"
Thi Eng khi dibuat tertegun oleh pertanyaan orang, setelah
diamati lagi dengan seksama barulah diketahui olehnya bahwa orang
tersebut adalah kakak tuanya si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po. Perasaan Thi Eng khi pada waktu itu sungguh amat sensitif,
begitu berjumpa dengan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po, dia merasa seolah olah bertemu dengan sanak sendiri saja, rasa
sedihnya segera meluap, segera teriaknya :
"Engkoh tua .... "
Tenggorokannya seakan akan tersumbat, kata kata selanjutnya
tak bisa diungkapkan lagi. Sebenarnya antara pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po dengan Thi Eng khi sudah terikat
dalam hubungan persaudaraan yang akrab, tapi sikapnya sekarang
justru jauh berbeda seperti keadaan di hari hari biasa, dia seperti tak
berani menyatakan hubungan yang kelewat akrab.
Sambil menuding gumpalan daging diatas tanah, kembali dia
bertanya : "Sebenarnya apa yang telah terjadi" Siapakah yang telah tewas?"
Thi Eng khi semakin sedih lagi setelah menyaksikan sikap
pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po kepadanya makin jauh
dan dingin. Dia menduga hal ini tentu disebabkan tindakan yayanya
yang telah bergabung dengan pihak Ban seng kiong sehingga
terhadap dirinya pun orang turut memandang hina.
946 Thi Eng khi adalah seorang pemuda yang tinggi hati, kendatipun
dia merasa sedih sekali, namun berada dalam keadaan demikian, dia
tidak ingin merendahkan diri untuk mengungkapkan kepedihan
hatinya kepada pengemis tersebut.
Selain itu, diapun tak ingin membicarakan kesalahan kakeknya
didepan orang lain, kendatipun kakeknya telah melakukan kesalahan
besar, sudah sepantasnya kalau dia sendiri yang menanggung dan
dia sendiri yang menyelesaikan, orang luar tak perlu turut
mengetahui kejelekan rumah tangga sendiri.
Maka dengan kening berkerut sahutnya :
"Maaf, tidak leluasa buat siaute untuk menerangkan persoalan ini
....!" Rupanya si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga
tidak menyangka kalau Thi Eng khi bakal bersikap demikian
kepadanya, sesudah tertegun katanya :
"Saudara cilik, apakah kau sedang marah dengan engkoh tuamu
ini....?" "Siaute tidak berani!" jawab Thi Eng khi hambar.
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menghela napas
panjang, katanya kemudian :
"Penampilan kakekmu dalam dunia persilatan kali ini benar benar
menunjukkan perubahan karakter yang sangat mengecewakan, kini
kita berbeda tujuan dan aliran, mustahil bagi kita untuk berkawan,
meskipun aku si pengemis tua merasa sayang juga dengan dirimu,
tapi akupun tak ingin kau menjadi manusia yang tidak berbakti.
Aaaai....! Hubungan kita dimasa lampau pun terpaksa harus
dibubarkan dulu untuk sementara waktu .... "
Selesai berkata, tanpa berpaling lagi dia segera berlalu
meninggalkan tempat itu. Berbicara yang sesungguhnya, Thi Eng khi
tak dapat menyalahkan sikap si pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po yang tidak hangat, berbicara menurut suara hatinya maka
kesalahan yang sebenarnya terletak pada kakeknya yang bersikap
947 kurang baik di hari tuanya sehingga dia mengirim Thian liong pay
menuju ke lembah kehancuran.
Dia tak ingin menjadi penjahat secara membuta, diapun tak
dapat melawan kehendak kakeknya secara terang terangan, tapi dia
pun tak menginginkan orang orang dari golongan lurus memandang
rendah sifat maupun tindak tanduknya.
Ia benar benar dibuat serba salah oleh keadaan, bagaimanapun
dia memutar otak akan tetapi tidak berhasil juga untuk menemukan
suatu cara yang tepat untuk mengatasi keadaan yang kritis itu.
Mendadak terdengar suara jeritan ngeri yang memilukan hati
berkumandang secara lamat lamat dari kejauhan sana. Hatinya
menjadi amat terperanjat, tidak sempat melamunkan masa
depannya lagi, dia segera mengembangkan ilmu gerakan tubuh Hu
kong keng im (cahaya kilat bayangan lintas) dan meluncur ke arah
mana suara tadi berasal.
Sepanjang jalan dia masih sempat mendengar bentakan
bentakan nyaring yang menggelegar angkasa, tak selang berapa
saat kemudian, dari kejauhan dia saksikan ada dua sosok bayangan
manusia sedang bertarung dengan amat serunya. Kecuali dua orang
yang sedang bertarung sengit, di sekeliling arena masih nampak
juga lima orang yang berdiri sambil berteriak teriak memberi
semangat. Tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi amat sempurna,
sekalipun berada dalam kegelapan malam, akan tetapi ia masih
dapat melihat setiap benda yang berada dalam jarak sepuluh kaki
dengan jelas. Dalam sekilas pandangan saja, dia sudah mengenali kalau salah
satu diantara dua orang yang sedang bertarung itu adalah susioknya
(paman guru) yakni Sam ciat jiu Li Tin tang.
Tampaknya Sam ciat jiu Li Tin tang telah menderita luka dalam
yang cukup parah, gerak geriknya sudah tidak lincah lagi, tapi
didorong oleh semangat pantang menyerah yang berkobar kobar
948 serta prinsip lebih baik mati daripada dihina, dia memberikan
perlawanan terus secara gigih dan bersemangat.
Sebaliknya, orang yang sedang melawan Sam ciat jiu Li Tin tang
itu sama sekali tak dikenal oleh Thi Eng khi. Tapi dari lima orang
yang sedang berteriak teriak disisi arena untuk memberi semangat
itu, tiga diantaranya dikenal sekali olehnya, mereka adalah Sin tou
(unta sakti) Lok It hong, pengemis sakti bermata harimau Cu Goan
po serta Ci long taysu dari Siau lim pay.
Thi Eng khi segera merasakan hawa amarahnya berkobar dan
menyusup kedalam benaknya, ia merasa sikap partai partai besar
kelewat menghina orang. Dengan cepat tubuhnya melejit ke tengah
udara, kemudian sambil berpekik nyaring, dia menerjang kearah dua
orang yang sedang bertarung itu.
Gerakan tubuh Hu kong keng im yang dimilikinya itu benar benar
cepat seperti sambaran kilat, walaupun memancing perhatian kelima
orang yang menonton jalannya pertarungan tersebut, akan tetapi
sama sekali tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk turun
tangan menghalanginya.
Tahu tahu sebuah pukulan yang dilepaskan dari tengah udara
telah memisahkan Sam ciat jiu Li Tin tang yang sedang bertarung
dengan pihak lawannya, bahkan kedua belah pihak sama sama
mundur sejauh lima langkah lebih.
Kemudian sambil berdiri diantara kedua orang itu, teriaknya keras
keras : "Harap berhenti dulu, dengarkan perkataanku!"
Berbicara yang sebenarnya, ilmu silat yang dimiliki orang yang
sedang bertarung melawan Sam ciat jiu Li Tin tang itu dua kali lipat
lebih hebat daripada Sam ciat jiu Li Tin tang, akan tetapi berhubung
ia bertekad hendak menawan musuhnya dalam keadaan hidup hidup
dan tak ingin mencelakai jiwanya maka untuk sementara waktu
usahanya tersebut tidak mendatangkan hasil seperti yang diinginkan.
949 Waktu itu, Sam ciat jiu Li Tin tang telah berhasil ditotok oleh
sodokan jari tangannya hingga menderita luka parah, harapannya
untuk membekuk musuh dalam keadaan hidup pun sudah berada
didepan mata, siapa tahu disaat seperti inilah seorang pemuda
tampan berbaju biru telah melibatkan dirinya.
Dengan amarah yang berkobar kobar dia segera mendongakkan
kepalanya dan tertawa keras.
"Haahhhh..... haaahhhh..... haaahhhhh.... kalau dilihat dari
dandananmu, jelas kau adalah anak murid Thian liong pay, dengan
kemampuan itu ingin mencampuri urusan kami, hmmmm! Apakah
kau anggap sudah cukup mampu untuk menghadapi kami?"
Baru selesai dia berkata, pengemis sakti bermata harimau Cu
Goan po yang berada di samping segera memperingatkan :
"Ting ciangbunjin, dia adalah ciangbunjin angkatan kesebelas dari
Thian liong pay Thi Eng khi, Thi siauhiap adanya!"
Ting kong, ketua Cing shia pay yang mendengar perkataan itu
menjadi tertegun, mukanya segera berubah menjadi merah
sebagian. Disaat dia masih termangu inilah, lalu ujarnya kepada Thi
Eng khi : "Saudara cilik, aku si pengemis tua bukan manusia yang menjual
teman untuk mencari pahala, tapi berhubung kita berdiri dalam
posisi yang berbeda maka seandainya terdapat hal hal yang tidak
berkenan dihatimu, harap saudara cilik sudi memaafkan."
Dengan puluhan patah kata itu, dia hendak mengemukakan
posisi sendiri dalam peristiwa mana, namun kepedihan hatinya bisa
dilihat dari sepasang matanya yang berkaca kaca itu.
Thi Eng khi adalah seorang pemuda yang mempunyai kebesaran
jiwa yang amat mengagumkan, asal persoalannya sudah dijelaskan,
maka dia tak akan mempersoalkan kembali.
Kalau hendak disalahkan maka yang harus disalahkan adalah
kakek sendiri, seandainya kakeknya tidak melakukan perbuatan yang
950 sukar dipahami dan diterima orang banyak ini, niscaya orang lain
pun tak akan bersikap demikian pula terhadapnya.
Betul, di dalam persoalan ini dia tidak tersangkut tapi orang lain
tak akan percaya dengan begitu saja atas perkataannya maka dari
itulah anak muda tersebut juga tidak berniat untuk memberi
penjelasan apapun terhadap mereka.
Sesudah tertawa getir, katanya :
"Engkoh tua, waktu yang makin berlarut akan memperlihatkan
watak manusia yang sebenarnya, manusia macam apakah diri siaute
ini, suatu hari kalian pasti akan memahami sendiri."
Kemudian setelah memberi hormat, tambahnya :
"Untuk sementara waktu, siaute hendak memohon diri lebih dulu
kepada kalian!"
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tunggu sebentar!" hadang Ting kong, ketua dari Cing sia pay
secara tiba tiba, "sewaktu berada di rumah kalian tadi, ucapan lohu
sekalipun belum sempat diutarakan hingga selesai, kini aku berharap
ciangbunjin sudi mengikuti lohu sekalian untuk melangsungkan
pembicaraan lagi!"
Thi Eng khi sama sekali tak tahu kalau di rumah tadi telah terjadi
suatu peristiwa dimana para ketua dari pelbagai partai telah diejek
dan dicemooh Keng thian giok cu habis habisan, akan tetapi sebagai
seorang pemuda yang pintar dia dapat segera menangkap maksud
sebenarnya dari lawannya ini.
Tanpa terasa ia lantas bertanya :
"Siapakah kau?"
Ketua Cing sia pay Ting kong segera memperkenalkan diri,
sedangkan pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po juga segera
memperkenalkan dua orang yang belum dikenal oleh Thi Eng khi itu.
Ternyata kedua orang itupun merupakan ketua dari partai besar,
sastrawan berusia lanjut yang memakai jubah putih adalah ketua
dari Hoa san pay, Pek in siusu (sastrawan berbaju putih) Cu Wan
951 mo, sedangkan kakek yang jangkung kurus adalah ketua dari Tiong
lam pay, ku tiok siu (kakek bambu kering) Yap Han san.
"Kalian menghendaki aku kemana?" Thi Eng khi segera menegur.
Thi Eng khi termenung sejenak, kemudian katanya :
"Ting ciangbunjin, bagaimana kalau di kemudian hari saja?"
Maksud Thi Eng khi, dia hendak kembali untuk mengundang Sam
ku sinni yang menampilkan diri dan melakukan pembicaraan dahulu
dengan para ciangbunjin dari pelbagai aliran itu kemudian
pertemuan segitiga baru diselenggarakan.
Ting Kong, ketua dari Cing sia pay memandang sekejap kearah
kelima orang rekannya, kemudian bertanya :
"Bagaimanakah menurut pendapat kalian?"
Pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po cukup mengetahui
bagaimanakah perasaan para ketua dari pelbagai partai saat ini,
terutama setelah menerima cemoohan dari Keng thian giok cu tadi,
bila Thi Eng khi menolak untuk mengikuti mereka pergi, bisa jadi
suatu pertarungan sengit tak bisa dihindari lagi.
Maka secara diam diam dia berniat untuk melindungi
keselamatan Thi Eng khi, ujarnya dengan cepat :
"Menurut pendapat siaute, lebih baik kita turuti saja kehendak Thi
ciangbunjin dengan mengundurkan saat pembicaraan sampai di
waktu mendatang saja."
Dengan pandangan berterima kasih Thi Eng khi memandang
sekejap ke arah pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po.
Sekalipun pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po sendiri tak
berani saling bertatapan muka dengan anak muda tersebut tapi
berhubung ia sudah mempunyai kesempatan untuk membantu Thi
Eng khi dengan sepatah dua patah kata, maka sekulum senyuman
segera menghiasi ujung bibirnya ....
Ku tiok siu (kakek bambu kurus) Yap Hap san, ketua dari Tiong
lam pay segera menggelengkan kepalanya berulang kali katanya :
952 "Siaute tidak setuju dengan pendapat dari saudara Cu, besok
adalah saat Thian liong pay bergabung secara resmi dengan pihak
Ban seng kiong, apabila kesempatan pada hari ini kita sia siakan,
mungkin pembicaraan kita dengan Thi ciangbunjin di kemudian hari
tak akan mendatangkan manfaat apa apa."
Si unta sakti Lok It hong juga berteriak dengan suara lantang :
"Benar, kemunculan si tua Thi akan sangat mempengaruhi kuat
lemahnya posisi dalam dunia persilatan dewasa ini, kesempatan
pada hari ini siaute rasa tak boleh dilepaskan dengan begitu saja."
"Omitohud!" Ci long taysu dari Siau lim si juga merangkap
tangannya didepan dada, "setelah pertemuan dibukit Siong san,
lolap merasa kagum sekali atas kebijaksanaan Thi ciangbunjin, lolap
berharap kau bisa lebih mementingkan soal dunia persilatan dan
jangan menampik ajakan kami ini."
Ketika pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po menyaksikan
semua orang berpendapat demikian, dia jadi sungkan untuk
berbicara lagi, sebab ia kuatir orang lain akan salah beranggapan
tentang dirinya, maka sambil menghela napas dia menggelengkan
kepalanya berulang kali, perasaan hatinya terasa amat berat.
Paras muka Thi Eng khi berubah beberapa kali, dia merasa
perkataan orang orang itu memang sangat masuk diakal, tapi secara
lamat lamat terasa pula nada paksaan, seakan akan bagaimanapun
juga dia harus pergi mengikuti mereka.
Sementara dia sedang merasa sangsi untuk mengambil
keputusan, Sam ciat jiu Li Tin tang telah mengirim suara dengan
ilmu menyampaikan suaranya :
"Dengan kemarahan yang meluap luap, kurang cocok untuk
memenuhi undangan mereka pada saat seperti ini, harap
ciangbunjin suka mempertimbangkan diri lebih dulu sebelum
mengambil keputusan."
Sebagaimana diketahui, Thi Eng khi baru saja pulang ke rumah,
sehingga dia kurang begitu paham terhadap semua yang terjadi,
sekalipun pembicaraan hendak dilakukan, paling tidak ia harus
953 memahami dahulu keadaan yang sebenarnya kemudian baru
memutuskan, itulah sebabnya untuk sementara waktu pemuda itu
tak tahu bagaimana harus bertindak.
Ting Kong, ciangbunjin dari Cing sia pay segera tertawa nyaring,
sambil mengulapkan tangannya dia berseru :
"Thi ciangbunjin tak usah mempertimbangkan lagi, ayo silahkan!"
Diantara ulapan tangannya, terlihat bayangan manusia berkelebat
lewat, kecuali pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po masih
berdiri tetap berdiri di tempat semula, lima orang lainnya telah
menyebarkan diri dan berdiri di sekeliling Thi Eng khi.
Ditinjau dari keadaan tersebut, jelaslah sudah kalau orang orang
itu tak akan memberikan waktu buat Thi Eng khi
mempertimbangkan diri, bagaimana pun juga dia harus pergi
mengikuti mereka.
Thi Eng khi sebagai seorang ciangbunjin, kendatipun ada niat
baginya untuk memenuhi keinginan orang, toh dalam perasaannya
tindakan lawan mendatangkan juga suatu kesan yang kurang baik.
Apalagi seandainya dia tunduk di bawah paksaan orang, sedikit
banyak hal mana akan mempengaruhi juga kedudukan serta
pamornya sebagai ketua Thian liong pay. Sebagai anak muda yang
berdarah panas, tentu saja dia tak sudi diperlakukan demikian.
Dengan kening berkerut segera serunya :
"Sayang aku masih ada urusan penting lainnya yang harus
diselesaikan, hari ini aku tak bisa memenuhi harapan kalian, harap
para ciangbunjin sudi memaklumi."
Seusai berkata, lantas memberi kerlingan mata kearah Sam ciat
jiu Li Tin tang kemudian berlalu dari situ dengan langkah lebar. Sam
ciat jiu Li Tin tang berjalan mengikuti Thi Eng khi, tapi berhubung ia
tak tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang dimiliki oleh
anak muda itu sekarang, tak urung timbul juga rasa kuatirnya.
954 Sedikit banyak dia mengerti kalau enam orang yang mereka
hadapi adalah jago jago pilihan dari dunia persilatan, dia kuatir Thi
Eng khi tak sanggup menghadapi serangan gabungan orang orang
itu. Ketua Cing sia pay Ting Kong yang menyaksikan Thi Eng khi tidak
menggubris tegurannnya bahkan bersiap hendak pergi dari situ,
kontan amarahnya berkobar. Dengan cepat ia menghadang di depan
pemuda itu sambil berseru :
"Thi ciangbunjin, jalan ini buntu bagimu."
Thi Eng khi segera membalikkan badan mencoba untuk melalui
arah yang lain. Tapi si unta sakti Lok It hong segera menghadang
pula jalan pergi Thi Eng khi sambil berkata dengan tertawa :
"Kita sudah saling bersua muka, bagaimana pun jua hari ini kau
mesti memberi muka untuk kami."
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Thi Eng khi mengalihkan
kembali arah perjalanannya ke jurusan lain. Ketua Tiong lam pay, si
kakek bambu kering Yap Han san segera melintangkan senjata
bambu kuningnya sambil berseru :
"Harap Thi ciangbunjin suka berpikir tiga kali lebih dulu sebelum
bertindak."
Thi Eng khi memandang sekejap kearah pengemis sakti bermata
harimau Cu Goan po yang sedang berdiri dengan wajah serba salah,
karena kuatir menyusahkan engkoh tuanya ini, maka dia lantas
mengalihkan diri ke jurusan lain.
Kali ini jalan perginya dihadang oleh Ci long taysu dari Siau lim
pay, terdengar pendeta itu berkata :
"Harap Thi ciangbunjin suka memikirkan keselamatan orang
banyak dengan mengambil tindakan bersama kami untuk
menanggulangi peristiwa ini!"
Thi Eng khi telah mencoba untuk menembusi empat penjuru, tapi
semua jalan telah dihadang orang, terpaksa dia dia harus kembali ke
tengah arena seraya berkata dengan lantang.
955 "Pun ciangbunjin juga mempunyai kesulitan yang sukar untuk
diutarakan, harap kalian jangan mendesak orang kelewat batas."
"Di dalam perjalanan ini, kamipun tak akan memaksa Thi
ciangbunjin untuk melakukan perjanjian apa apa dengan kami," kata
si unta sakti Lok It hong dengan cepat, "kami hanya ingin mencegah
kakekmu bekerja sama dengan pihak Ban seng kiong, padahal
tindakan kamipun akan mendatangkan dua keuntungan, mengapa
Thi ciangbunjin tidak menerimanya saja dengan senang hati" Kecuali
Thi ciangbunjin memang tak memiliki jiwa ksatria seperti dulu lagi,
tentu saja hal ini harus dibicarakan lain."
Berbicara yang sebenarnya, Thi Eng khi mempunyai jiwa ksatria
yang mengagumkan, jiwa tersebut seakan akan sudah tertanam di
dalam harinya semenjak dilahirkan di dunia ini, bilamana keadaan
terpaksa, bisa jadi dia akan melenyapkan anggota keluarga sendiri
demi ditegakkannya keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan.
Tentu saja hal ini hanya dilakukan olehnya bila keadaan benar
benar sudah terpaksa. Sebelum keadaan berkembang menjadi
begitu kritis, dia tak nanti akan melakukan tindakan seperti itu.
Dia memang ingin membawa perguruan Thian liong pay menuju
ke puncak kejayaannya, diapun ingin melenyapkan bibit bencana
dalam dunia persilatan, tapi dia tak ingin melakukan suatu kesalahan
terhadap kakeknya sehingga dianggap orang sebagai cucu yang
tidak berbakti.
Berada dalam keadaan seperti ini, dia telah disudutkan pada
pemilihan antara kebenaran dan hubungan keluarga, keputusan
tentang hal ini hanya dia sendiri yang berhak untuk memutuskan,
orang lain tentu saja tak dapat memaksakan kehendaknya.
Kini, si unta sakti Lok It hong menghadang jalan perginya sambil
mengucapkan kata kata yang tak sedap, dengan cepat kejadian ini
mendatangkan kesan antipatik di dalam hati Thi Eng khi. Kontan
saja dia berseru sambil tertawa dingin :
"Lok tayhiap, jadi kau hendak menjadikan aku sebagai sandera?"
956 Sesungguhnya usul ini bukan muncul dari benak si unta sakti Lok
It hong seorang, melainkan atas persetujuan semua orang secara
diam diam, itulah sebabnya pula mereka menyerang Sam ciat jiu Li
Tin tang tadi. Daripada Sam ciat jiu Li Tin tang, sudah barang tentu Thi Eng khi
merupakan sandera yang paling cocok, hanya sebagai orang orang
dari golongan lurus, mereka sungkan untuk menyebutkan kejadian
mana sebagai suatu usaha penyanderaan.
Tapi kini Thi Eng khi telah mengungkapkan masalah tersebut
secara berterus terang. Sebagai seorang ketua dari suatu perguruan
besar, tentu saja kejadian ini membuat mereka merasa seperti
kehilangan muka, dari malunya amarah segera berkobar dan tanpa
terasa merekapun saling berpandangan sekejap.
Diantara sekian jago yang hadir, si unta sakti Lok It hong paling
berangasan wataknya, ditambah pula ucapan tersebut muncul dari
mulutnya, tentu saja dia tak sanggup menahan diri lagi.
Sambil mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak bahak,
kakek itu segera berseru :
"Haaahhhh..... haaahhhh...... haaahhhh...... perkataan Thi
ciangbunjin memang bagus sekali tapi lohu sekalian berani
bersumpah di hadapan Thian, meski tindakan kami kurang
mencerminkan keterbukaan serta kejujuran, namun tujuannya
adalah demi kepentingan seluruh umat persilatan, demi kepentingan
umum, terpaksa kami harus menyusahkan Thi ciangbunjin
sebentar."
Thi Eng khi memperhatikan keenam orang itu sekejap, lalu sambil
mengangkat kepalanya dia berkata :
"Demi keadilan dan kebenaran dalam dunia persilatan,
ciangbunjin Thian liong bersedia mewakili segenap anggota
perguruannya untuk mengorbankan kepala dan darahnya tanpa
pamrih, tapi bila ada orang ingin menghina partai Thian liong pay
kami, Hmmm! Maaf kalau aku tak akan berpeluk tangan dengan
begitu saja. Jika kalian tak mau pergi dari situ, jangan salahkan
kalau aku terpaksa akan bertindak kurang ajar!"
957 Seusai berkata, dia memberi tanda kepada Sam ciat jiu Li Tin
tang sambil berkata :
"Susiok, bila ada orang berani menghalangi kita lagi, terpaksa aku
akan memberikan perlawanan dengan kekerasan!"
Si unta sakti Lok It hong menjadi berkoak koak keras sesudah
mendengar ucapan itu, teriaknya :
"Kegagahan Thi ciangbunjin memang mengagumkan, dan lohu
yang nomor satu memujimu, tapi aku pula yang nomor satu akan
merasakan kelihayan ilmu silatmu itu!"
"Akan kuiringi keinginanmu itu, Lok tayhiap silahkan!"
Agaknya anak muda tersebut tahu kalau suatu pertarungan tak
dapat dihindari lagi, maka tantangan tersebut segera disambut
dengan terang terangan. Sejak terjun ke dunia persilatan belum
pernah si unta sakti Lok It hong menjumpai kejadian seperti ini,
apalagi menjumpai manusia yang sama sekali tidak memandang
sebelah mata pun kepadanya, dengan wajah merah membara
teriaknya kasar :
"Thi ciangbunjin, harap kau segera meloloskan senjatamu!"
Sebenarnya Thi Eng khi ingin menghadapi lawannya dengan
tangan kosong saja, tapi setelah dipikirkan kembali, dia merasa
dengan begitu maka si unta sakti Lok It hong pasti akan
menganggap peristiwa mana sebagai suatu penghinaan terhadap
dirinya, demi melindungi nama baik orang, terpaksa dia meloloskan
pedang emas naga langitnya dan disilangkan di depan dada untuk
bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yang tidak
diinginkan. Unta sakti Lok It hong membentak nyaring, dari sakunya dia
mengeluarkan sebuah gelang emas yang memancarkan sinar
berkilauan, lalu dipecah menjadi dua dan digenggam pada kedua
belah tangannya. Setelah saling membenturkan sepasang gelang
emas tersebut hingga menimbulkan suara nyaring, serunya :
"Thi ciangbunjin, silahkan!"
958
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia tak ingin turun tangan lebih dulu. Sekalipun Thi Eng khi
adalah ketua dari suatu perguruan besar tapi untuk menghormati
lawan yang lebih tua usianya diapun tak sungkan sungkan lagi,
pedangnya segera diayunkan kemuka menotok urat nadi pada
tangan kanan si unta sakti Lok It hong.
"Kalau begitu, maafkanlah daku!" serunya.
Serangan dilepaskan tanpa menimbulkan suara, yang diarahpun
bukan jalan darah yang mematikan, jelas sekali dia bermaksud
mengalah untuk lawannya kendatipun harus melepaskan serangan
lebih dulu. Sambil tersenyum si unta sakti Lok It hong segera berkata :
"Thi ciangbunjin tak usah sungkan sungkan!"
Tangannya diayunkan membentuk satu gerakan melingkar untuk
menyongsong datangnya ancaman, bahkan dibarengi dengan gerak
melangkah mundur setindak, jelas diapun menyambut serangan
tersebut sebagai tata sopan santun belaka.
Thi Eng khi segera menggetarkan pedang emas naga langitnya
sehingga menciptakan bunga bunga pedang, mendadak tubuhnya
menerjang ke muka, pedangnya menyapu kekiri menyerang ke
kanan, dalam waktu singkat dia sudah melepaskan delapan buah
serangan berantai.
Kedelapan buah serangan mana semuanya menggunakan jurus
sakti dari ilmu pedang Thian liong kiam hoat, dilepaskan pula secara
beruntun dalam waktu singkat sekilas pandangan keadaannya mirip
sekali dengan naga sakti yang terbang diangkasa, hebatnya bukan
kepalang. Si unta sakti Lok It hong tak berani bertindak gegabah, dengan
cepat dia mengembangkan pula senjata gelang Im yang siang
lunnya, menciptakan selapis cahaya emas, teriaknya :
"Sungguh sebuah serangan yang dahsyat!"
959 Ke kiri melakukan tangkisan, ke kanan melakukan penghadangan,
jurus disambut jurus, gerakan dipatahkan dengan gerakan, sambil
berdiri tak berkutik di posisi semula secara beruntun dia menyambut
kedelapan jurus serangan lawan.
Sekilas pandangan, orang akan menganggap dia menyambut
ancaman tersebut dengan enteng, namun dalam kenyataan dia
mempunyai kegetiran yang sukar diutarakan, rasa kagumnya
terhadap Thi Eng khi pun semakin bertambah besar.
Rupanya dalam melepaskan kedelapan jurus serangan berantai
itu, Thi Eng khi telah mengerahkan pula tenaga dalamnya, apalagi
tenaga Iwekang yang dimilikinya pemuda ini memang masih diatas
unta sakti tersebut, bisa dibayangkan betapa payah dan berat nya
Lok It hong menyambut serangan serangan tersebut.
Dengan perkataan lain, ketika unta sakti Lok It hong menangkis
serangan itu dengan tenaga sebesar enam bagian, serangan pedang
yang dilancarkan Thi Eng khi segera meningkat setengah lebih besar
dari serangan pertama, ketika si unta sakti Lok It hong telah
mengerahkan tenaganya sampai mencapai dua belas bagian
ternyata serangan pedang yang dilepaskan Thi Eng khi masih tetap
meningkat setengah lebih hebat dari keadaan sebelumnya.
Dalam selisih tenaga sebesar setengah bagian inilah sebetulnya
letak kelihayan dari anak muda itu, sebab hal mana hanya bisa
dilakukan bila ia bisa mengira ngira tenaga yang bakal digunakan
musuhnya sewaktu melancarkan serangan.
Terlepas apakah tenaga dalam Thi Eng khi lihay atau tidak, cukup
di dalam hal ini saja, si unta sakti Lok It hong sudah dibuat amat
terperanjat. Begitulah, dalam waktu singkat tiga puluh gebrakan
sudah lewat tanpa terasa, selama ini Thi Eng khi tetap menghadapi
serangan serangan unta sakti Lok It hong yang berkekuatan besar
itu secara enteng dan semau hati sendiri.
Mendadak anak muda itu berpekik nyaring, dia melepaskan
sebuah tusukan dari arah tengah. Cepat cepat si unta sakti Lok It
hong mengayunkan sepasang gelang emasnya untuk menangkis,
960 lalu kedua senjata itu berpisah, yang atas melakukan penekanan
sedang yang bawah melakukan tangkisan, bersama sama
menghadang datangnya pedang emas naga langit tersebut.
Di dalam serangannya ini, si unta sakti Lok It hong telah
menggunakan tenaganya sebesar dua belas bagian, dia bermaksud
ingin menjepit pedang emas milik lawannya. Siapa tahu, serangan
pedang Thi Eng khi itu meski nampaknya sangat enteng, padahal di
balik semuanya itu justru terdapat segulung tenaga yang amat besar
langsung mendesak ke tubuh Lok It hong.
Ketika sepasang gelang emas Im yang siang lun yang dilancarkan
unta sakti Lok It hong dengan tenaga sebesar dua belas bagian itu
saling membentur dengan serangan lawan, dia segera merasakan
sepasang tangannya bergetar keras, senjata Im yang kim lunnya tak
sanggup dipertahankan lagi, tak ampun senjata tersebut lepas dari
genggaman dan terjatuh beberapa kaki dari sisi arena.
Berbareng itu juga, dia merasakan datangnya segulung tenaga
dorongan yang sangat kuat menerjang dari belakang, sedemikian
dahsyatnya tenaga terjangan itu membuat dia tak mampu berdiri
tegak lagi dan langsung menerjang ke atas ujung pedang lawan.
Rupanya Thi Eng khi dan si unta sakti Lok It hong baru benar
benar menggunakan ilmu silatnya setelah pertarungan berlangsung
melebihi tiga puluh gebrakan, suatu ketika mendadak si anak muda
itu melepaskan sebuah tusukan ke arah dada lawan dan
mementalkan sepasang gelang emas Im yang siang lun si unta sakti
tersebut. Siapa tahu pada saat itulah mendadak ada orang yang secara
diam diam melancarkan sebuah pukulan yang memaksa tubuh Lok It
hong terjerumus ke muka dan menyambut datangnya tusukan
pedang dari Thi Eng khi.
Berbicara menurut tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang, paling banter si unta sakti Lok It hong hanya sanggup
mempertahankan diri sebanyak lima gebrakan saja, kini Thi Eng khi
961 bertarung sebanyak tiga puluh gebrakan lebih, hal mana sebenarnya
hanya dimaksudkan untuk memberi muka kepadanya.
Dengan nama besar dan kedudukan si unta sakti Lok It hong
dalam dunia persilatan, andaikata dia sampai dibikin keok di tangan
Thi Eng khi sebelum lewat lima gebrakan, sudah dapat dipastikan dia
akan merasa malu sekali.
Itulah sebabnya setelah lewat tiga puluuh gebrakan, Thi Eng khi
baru menggetar lepas senjata si unta sakti Lok It hong, itu pun
segera mengundang rasa terkejut dari para jago lainnya.
Mereka tak percaya kalau jagoan tangguh seperti Unta sakti Lok
It hong ternyata tak sanggup menahan empat puluh gebrakan di
tangan Thi Eng khi, dari sini bisa diketahui kalau Thi Eng khi adalah
seorang jago muda yang tak boleh dipandang enteng.
Serangan terakhir yang dilancarkan Thi Eng khi pun semula tak
bermaksud melukai orang, dia hanya lagi memaksa unta sakti Lok It
hong agar mundur selangkah kemudian dia baru akan menarik
kembali serangannya dan melepaskan musuhnya itu. Mimpipun dia
tak menyangka kalau si unta sakti Lok It hong ternyata tidak takut
mati bahkan menerjang maju secara kalap.
"Craaaapp!" tak ampun lagi pedang Thian liong kim kiam segera
menusuk dada Lok It hong dan tembus sedalam lima hun, untung
saja tak sampai melukai isi perutnya. Inipun berkat kesempurnaan
tenaga dalam Thi Eng khi yang berhasil mencapai tingkatan yang
luar biasa sehingga di saat yang paling kritis, ia masih sempat
menarik kembali serangannya, kalau tidak, mungkin si unta sakti Lok
It hong sudah tewas ditembusi tusukan pedang itu.
Dengan begitu, kejadian mana sama halnya dengan si unta sakti
Lok It hong berhasil memungut kembali selembar jiwa tua nya,
untuk sesaat dia jadi tertegun di tempat dan tak sanggup
mengucapkan sepatah katapun ...... tanpa mengetahui kejadian
yang sebenarnya, mereka semua mengira Thi Eng khi telah
bertindak keji dengan menghadiahkan sebuah tusukan ke tubuh
unta sakti Lok It hong.
962 Dengan cepat peristiwa ini membangkitkan amarah bagi semua
jago persilatan itu. Bunyi gemerincingan nyaring berkumandang
memecahkan keheningan, masing masing jago segera meloloskan
senjata andalannya, kemudian sambil membentak keras mereka
memecahkan diri mengurung Thi Eng khi di tengah arena.
Ciangbunjin dari Cing sia pay, Ting kong, menggunakan sebilah
pedang tipis seperti daun pohon yang liu, panjangnya tiga depa
dengan lebar hanya satu inci, tubuh pedangnya lembek bagaikan
cambuk, suatu jenis senjata tajam yang aneh sekali.
Sewaktu tenaga dalamnya disalurkan keluar, tiba tiba saja
pedang Liu yap si kiam itu menegang keras, cahaya kehijau hijauan
dengan cepat memancarkan keluar dari seluruh tubuh pedang
tersebut. Sambil menuding ke wajah Thi Eng khi bentaknya keras keras :
"Sungguh hebat ilmu pedang Thi ciangbunjin, lohu yang bodoh
ingin juga memohon petunjuk satu dua jurus darimu."
Thi Eng khi balas tertawa dingin :
"Heeehhh".. heeehhh".. heehhhh".. aku ".."
Namun sebelum perkataan itu diteruskan, dengan wajah serius si
unta sakti Lok It hong telah memotong perkataan Thi Eng khi, dia
berkata : "Jangan salah paham, luka siaute ini bukan kesalahan Thi
ciangbunjin "..!"
Ucapan itu segera mencengangkan semua orang, mereka tak
habis mengerti apa maksud yang sebenarnya dari ucapan si unta
sakti Lok It hong tersebut. Sambil membalikkan badannya dan
menatap wajah Ci long taysu dari Siau lim pay, dengan sorot mata
tajam, unta sakti Lok It hong segera tertawa dingin.
"Aku harap taysu suka memberi keadilan kepada lohu!" serunya.
"Eeeh". Lok tayhiap, apa maksudmu?" Ci long taysu tercengang.
963 Unta sakti Lok It hong tertawa keras penuh amarah, teriaknya
lagi keras keras :
"Apa yang telah kau lakukan, masa tidak kau pahami?"
"Tapi pinceng tidak merasa berbuat salah kepada Lok tayhiap,
bagaimana mungkin pinceng bisa tahu" Harap kau sudi memberi
petunjuk kepadaku"!" pinta Ci long taysu dengan wajah
kebingungan. Merah membara sepasang mata unta sakti Lok It hong dibakar
amarah, teriaknya dengan gemas :
"Dendam dan sakit hati apakah yang terjalin antara lohu
denganmu" Mengapa kau menghadiahkan sebuah pukulan ke
punggungku dengan sebuah pukulan Peh poh sin kun" Untung saja
tenaga dalam Thi ciangbunjin amat sempurna dan segera menarik
kembali pedangnya hingga lohu lolos dari kematian, coba kalau lohu
mampus, siapa yang bisa membongkar kedok palsumu untuk
mencelakai orang" Hmmm, kini bukti sudah nyata, apalagi yang
hendak kau ucapkan?"
Sekarang semua orang baru memahami akan duduk persoalan
yang sebetulnya, andaikata demikianlah kejadiannya, maka luka
yang diderita si unta sakti Lok It hong memang tak dapat
menyalahkan Thi Eng khi, maka semua orang mulai mengalihkan
sorot matanya ke wajah Ci long taysu dan mengharapkan
keterangan darinya.
Setelah tertegun sejenak, Ci long taysu tertawa terbahak bahak,
katanya kemudian :
"Lok tayhiap, atas dasar apakah kau berkata demikian?"
"Ilmu pukulan sakti dari Siau lim pay dapat tersohor karena dari
seratus langkah bisa melukai orang, seandainya bukan kau si hwesio
tak tahu malu yang melakukan perbuatan ini, siapa pula yang
memiliki tenaga dalam sedemikian sempurnanya hingga mendorong
lohu menerjang maju kemuka?"
964 "Omitohud!" Ci long taysu segera mengalihkan sorot matanya ke
wajah ke empat orang lainnya, "apakah ciangbunjin sekalian telah
menyaksikan pinceng melakukan suatu tindakan?"
Jawaban yang diperoleh hanya kepala yang digelengkan dan
mulut membungkam dalam seribu bahasa. Melihat kejadian ini, si
unta sakti Lok It hong menjadi curiga, tanpa terasa dia mulai
memeriksa keadaan disekeliling tempat itu.
Thi Eng khi segera mengeluarkan pula ilmu Thian si tee ting
(melihat langit mendengar bumi) untuk melakukan pemeriksaan,
dengan cepat dia menemukan bahwa pada jarak dua tiga puluh kaki
dari situ memang ada seseorang sedang melarikan diri.
Mungkin orang inilah yang telah menyerang si unta sakti Lok It
hong secara diam diam, kemudian menggunakan kesempatan dikala
orang orang itu sedang ribut, dia segera melarikan diri.
Dengan tenaga dalam yang dimiliki Thi Eng khi sekarang,
seharusnya dia dapat mendengar kalau ada orang yang bersembunyi
di sekitar situ tapi bagaimana pun juga pengalamannya memang
kurang sehingga penyakit teledor menghantuinya, gara gara
keteledorannya hampir saja suatu kesalahan paham terjadi.
Thi Eng khi turut merasa benci terhadap orang yang melakukan
sergapan tersebut, dengan cepat dia melakukan pengejaran sembari
berseru lantang :
"Orang itu sedang melarikan diri ke arah tenggara, aku akan
segera mengejarnya kembali!"
Dengan kesempurnaan tenaga dalamnya, apa yang dapat
didengar olehnya belum tentu bisa didengar orang lain, apalagi
orang itu adalah manusia luar biasa yang kini sudah berada puluhan
kaki jauhnya dari tempat tersebut.
Kendatipun mereka tidak merasakan sesuatu, akan tetapi mereka
percaya seratus persen atas ucapan Thi Eng khi itu, mereka pun
tidak lega kalau membiarkan pemuda itu melakukan pengejaran
dengan begitu saja, kautir kalau ia tak kembali setelah melakukan
965 pengejaran, bila sampai begitu, bukankah akan terjadi suatu lelucon
yang tak lucu"
Oleh sebab itu, mereka tak akan membiarkan Thi Eng khi berlalu
dengan begitu saja, cepat mereka memberi tanda kepada si unta
sakti Lok It hong. Lok It hong segera melejit ke tengah udara,
kemudian serunya :
"Orang itu telah menyerang lohu, kini lohu ingin tahu manusia
macam apakah dia"
Di dalam beberapa kali kelebatan saja, bayangan tubuhnya sudah
lenyap dari pandangan. Thi Eng khi tidak berbicara pula, tapi ia
dapat merasakan betapa tidak percayanya orang orang itu
terhadapnya, kejadian ini baginya terasa sebagai suatu penghinaan,
rasa tak senang dengan cepat menyelimuti seluruh wajahnya.
Si unta sakti Lok It hong pergi dengan cepat tapi kembalipun
dengan cepat juga, tak selang beberapa saat kemudian dia kembali
dengan wajah hijau membesi. Melihat itu, tak tahan semua orang
segera bertanya :
"Apakah saudara Lok telah pergi dengan sia sia belaka?"
Sembari berkata, sorot matanya bersama sama dialihkan ke
wajah Thi Eng khi. Dengan perasaan gusar dan mendongkol, Thi
Eng khi segera berteriak keras :
"Bukan saja Lok tayhiap telah bertemu dengan orang itu bahkan
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beradu pukulan pula dengannya!"
Ternyata Thi Eng khi telah mengerahkan tenaga sinkangnya
untuk mengamati gerak gerik si unta sakti Lok It hong, apa yang
terjadi telah didengar semua olehnya dengan jelas.
Ciangbunjin Tiong lam pay si kakek bamboo kering Yap Han san
segera berseru dengan serius :
"Thi ciangbunjin toh tidak menyaksikan semua peristiwa dengan
mata kepala sendiri lebih baik tak usah menduga semaunya sendiri."
Berkilat sepasang mata Thi Eng khi.
966 "Apa yang kuucapkan adalah kenyataan bila tidak percaya, tanya
sendiri kepada Lok tayhiap."
Si unta sakti Lok It hong segera menghela napas panjang.
"Aaai, lohu tak sanggup mengalahkan dia, gagal kuhadang
kepergian orang itu," Katanya.
Semua orang baru terperanjat setelah mendengar perkataan itu,
serunya hampir bersama sama :
"Apakah Lok tayhiap kenal dengan orang itu?"
Kelihayan ilmu pukulan yang dimiliki si Unta sakti Lok It hong
sudah amat termasyur dalam dunia persilatan, kenyataannya orang
itu bisa mengungguli Lok It hong, tentu saja semua orang sama
sama ingin mengetahui siapa gerangan orang tersebut.
Dengan wajah yang amat sedih si Unta sakti Lok It hong berkata
: "Orang itu adalah seorang gadis muda, meski lohu sudah berlatih
ilmu pukulan sepanjang hidup, nyatanya toh keok juga ditangannya,
aaai".. kalau dibicarakan benar benar memalukan sekali."
Kalau didengar dari nada pembicaraannya, jelas dia mengetahui
nama perempuan itu hanya merasa malu untuk mengutarakannya.
Ting kong, ketua Cing sia pay segera berseru :
"Jadi saudara Lok kenal dengan perempuan itu!"
Sejak si pengemis sakti bermata harimau Cu Goan po
mengemukakan pendiriannya kepada Thi Eng khi, dia selalu
membungkam dalam seribu bahasa, kini tak tertahan lagi ujarnya :
"Saudara Lok, selama ini kau selalu bersikap terbuka, tak
kusangka hari inipun tahu untuk bersikap ragu ragu."
Merah padam selembar wajah Unta sakti Lok It hong sesudah
mendengar perkataan itu, katanya kemudian :
"Baik, bicara ya bicara ".."
967 Setelah berhenti sejenak, ia baru berkata dengan suara yang
rendah dan berat :
"Orang itu adalah Pek leng siancu So Bwe leng!"
Begitu mendengar perkataan tersebut, dengan cepat Thi Eng khi
mengetahui kalau orang itu bukan Pek leng siancu So Bwe leng yang
sebenarnya melainkan gadis dari Ban seng kiong yang pernah
menipunya dulu, tanpa terasa dia segera membantah :
"Tidak mungkin, orang itu bukan Pek leng siancu yang
sebetulnya!"
"Omitohud!" Ci long taysu segera berseru memuji keagungan
sang Buddha, "Tiang pek lojin adalah seorang manusia yang sukar
diukur maksud hatinya, tempo hari tanpa sebab musabab dia telah
mencari gara gara dengan partai kami, kemudian sewaktu berada
dalam pertemuan di bukit Siong san, diapun sekali lagi membohongi
para jago dari kolong langit, sekarang ketahuan juga ekor rasenya,
ternyata dia adalah salah satu diantara empat tongcu dari istana Ban
seng kiong. Pek leng siancu So Bwe leng adalah cucu perempuan
Tiang pek lojin, begitu kakeknya pasti begitu cucunya, apalagi Pek
leng siancu So Bwe leng memang sebagai kiongcu dari Ban seng
kiong. Menurut pendapat lolap, apa yang dikatakan saudara Lok It
hong sudah pasti tak bakal salah lagi."
Tampaknya Ci long taysu sudah teringat kembali dengan sikap
Tiang pek lojin ketika membawa para jagonya menyerbu kuil Siau
lim si, sehingga tanpa terasa dia lantas menyerang dengan kata kata
yang tajam. Sebenarnya Thi Eng khi hendak menceritakan keadaan yang
sebenarnya, tapi begitu teringat kalau dia sendiripun sedang
dicurigai orang, sekalipun berbicara sampai mulutnya mengering pun
orang tak akan mempercayainya.
Oleh sebab itu, diapun mengurungkan niatnya semula, toh emas
yang murni tidak takut dibakar, demikian pikirnya, suatu ketika
urusan akan menjadi jelas juga. Persoalan pun segera dikembalikan
ke masalah semula. Thi Eng khi segera mengesampingkan masalah
Pek leng siancu So Bwe leng, kemudian berkata :
968 "Persoalan yang terjadi pada saat ini terlampau kalut dan tak
mungkin bisa selesai hanya dalam sepatah dua patah kata saja,
padahal aku masih ada persoalan lain yang harus segera
diselesaikan. Maaf, dengan terpaksa aku harus memohon diri lebih
dahulu." Jilid 30 Setelah menjura, kepada Sam ciat jiu Li Tin tang katanya :
"Mari kita segera berangkat!"
"Thi ciangbunjin, kau harus ikut kami menuju ke Thio kong si!"
ketua dari Cing sia pay Ting Kong tetap bersikeras dengan
pendiriannya semula.
Dengan sorot mata yang tajam Thi Eng khi segera memandang
sekejap kearah enam orang itu, kemudian serunya :
"Apakah kalian hendak main kerubut?"
Didengar dari ucapan mana, seakan akan dia hendak berkata
begini : Jika kalian harus bertarung satu lawan satu, maka siapaun
tak akan berhasil menangkan aku.
Cuma dari keenam orang tersebut, kalau bukan sebagai seorang
ketua dari suatu perguruan besar tentulah seorang jago lihay yang
sudah mempunyai nama besar dalam dunia persilatan, bila orang
orang itu diharuskan main kerubut, sudah barang tentu tak seorang
pun diantara mereka yang bersedia untuk melakukannya.
Tapi kalau diharuskan bertarung satu lawan satu, Unta sakti Lok
It hong merupakan contoh yang paling jelas, apalagi mereka semua
pun mempunyai perhitungan sendiri, kalau Lok It hong saja tidak
mampu, apalagi yang lain"
Sayangnya, Thi Eng khi mengucapkan perkataan itu dengan
perasaan gusar sehingga tak bisa dihindari, kata kata yang
dipergunakan kasar sekali, rupanya kata kata yang kasar inilah yang
menyebabkan semua orang tak tahan.
969 Beberapa orang jago itu segera saling berpandangan sekejap,
sementara hawa amarah telah menyelimuti wajah mereka. Keadaan
benar benar terjerumus dalam suasana serba rikuh yang
menegangkan. Di saat yang amat kritis inilah, mendadak terlihat sesosok
bayangan manusia berkelebat lewat. Sungguh tajam pandangan
mata orang itu, dari kejauhan sudah kedengaran dia berseru keras :
"Thi siauhiap, kau jangan berbincang bincang terus dengan para
ciangbunjin di tempat ini, tahukah kau kalau ibumu sudah
menghadapi musibah dan lenyap tak berbekas?"
Thi Eng khi menjadi amat terperanjat setelah mendengar
perkataan itu, untuk sesaat dia berdiri tertegun. Sementara itu,
orang tersebut sudah meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.
Dengan cepat para ciangbunjin dari pelbagai perguruan besar itu
mengenali orang tadi sebagai Sam ku sinni, dengan perasaan
terperanjat dan tidak mengerti, mereka berseru :
"Locianpwe, apa maksudmu?"
Sementara itu, Thi Eng khi sudah mendepak depakkan kakinya
berulang kali sambil berseru dengan gemas :
"Aaai.... gara gara kalian aku jadi begini!"
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun dia segera berkelebat
meninggalkan tempat itu, dalam waktu singkat bayangan tubuhnya
sudah lenyap dari pandangan mata. Menyaksikan Thi Eng khi berlalu
dengan terburu buru sebelum ia sempat menyelesaikan katakatanya,
dengan cepat Sam ku sinni berkata lagi dengan ilmu
menyampaikan suara :
"Go Jit dan muridku juga ikut datang, sekarang mereka sedang
menantimu dalam kuil dewa gunung sepuluh li di depan sana, kau
berangkatlah selangkah duluan, pinni akan segera menyusul."
Sewaktu berlalu tadi, Thi Eng khi telah menggunakan ilmu
gerakan tubuh yang lihay sekali, jangankan para ciangbunjin itu
bermaksud menghalanginya, dengan gerakan tubuh apakah dia
berlalu ternyata tak diketahui pula oleh mereka.
970 Sekarang kawanan jago lihay dari dunia persilatan ini baru sadar,
rupanya selama ini Thi Eng khi masih mengalah terus, seandainya
dia benar benar akan turun tangan keji, kendatipun mereka maju
bersama pun belum tentu akan berhasil.
Sementara itu Sam ku sinni telah menegur dengan perasaan
tercengang dan tidak habis mengerti :
"Apakah antara kalian dengan Thi siauhiap telah terjadi suatu
perselisihan yang mengakibatkan kedua belah pihak sama sama tak
enak hati ..... ?"
Secara ringkas Sam ciat jiu Li Tin tang segera menceritakan
kembali apa yang telah terjadi barusan. Selesai mendengar
penuturan tersebut, dengan wajah serius Sam ku sinni segera
berseru : "Aaaai...... bagaimanapun juga kalian toh seorang dedengkot silat
yang sudah mempunyai nama ..... "
Sebenarnya dia bermaksud untuk menegur para ciangbunjin
tersebut dengan kata kata yang bernada keras, tapi setelah
perkataan sampai diujung bibir, dia segera berubah niat, katanya
lagi sesudah menghela napas panjang :
"Thi siauhiap adalah bintang penolong bagi dunia persilatan, dia
bukan manusia seperti apa yang kalian bayangkan sekarang, lama
kelamaan juga akan ketahuan mana yang baik dan mana yang jelek,
kalian ...... aaaaaai!"
Setelah menghela napas lagi, dia berpaling ke arah Sam ciat jiu Li
Tin tang dan berkata lagi :
"Li tayhiap, kaupun tak boleh berdiam kelewat lama disini!"
Tanpa membuang waktu lagi, dia membalikkan badan dan segera
berlalu dari situ. Dengan gerakan tubuh yang dimiliki Sam ciat jiu Li
Tin tang, bagaimana mungkin dia sanggup menyusul Sam ku sinni"
Apalagi sekarang lagi menderita luka parah maka sejak beranjak dia
sudah ketinggalan di belakang ....
971 Untung saja Sam ku sinni telah menerangkan tempat tujuan
mereka, sehingga dia tidak kuatir salah mencari. Si pengemis sakti
bermata harimau Cu Goan po yang selama ini membungkam tiba
tiba menyusul di belakang Sam ciat jiu Li Tin tang seraya berkata :
"Li tayhiap, aku si pengemis tua akan melakukan perjalanan
bersama dirimu!"
Yang pergi, kini telah pergi. Di tempat semula tertinggal lima
sosok bayangan manusia yang tetap berdiri kaku di tempat semula,
wajah mereka diliputi rasa bimbang dan tidak habis mengerti, lama
kemudian orang orang itu baru menghela napas panjang.
Kuil dewa bukit yang terletak sepuluh li diluar kota merupakan
tempat yang sering kali dikunjungi Thi Eng khi semasa kecil dulu,
sekalipun sambil memejamkan mata, dia dapat menemukan tempat
tersebut dengan tepat. Sekarang dengan menggunakan ilmu
gerakan tubuh yang paling tinggi ia meluncur ke depan, jarak sejauh
sepuluh li hanya ditempuh olehnya dalam waktu beberapa saat.
Setelah menikung disuatu kaki bukit, didepan sanalah terletak kuil
dewa bukit itu.
Ketika ia sedang mendongakkan kepalanya, mendadak dari
depan muncul sesosok bayangan manusia yang meluncur ke arah
yang sama dengan kecepatan tinggi. Saat ini, anak muda tersebut
sedang diliputi perasaan mendongkol, menyaksikan ada orang
sedang meluncur dengan kecepatan tinggi, dia segera berpekik
rendah, gerakan tubuhnya meluncur semakin cepat lagi.
Dengan suatu gerakan Im li huan sin (membalikkan badan di
balik awan), dia segera melejit melalui atas kepala orang itu dan
menghadang jalan perginya. Gerak penghadangan yang dilakukan
oleh Thi Eng khi sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun,
hanya dalam waktu sedetik tahu tahu dia telah melayang turun di
depan orang tersebut.
Pemunculan yang sangat mendadak dan sama sekali tidak
terduga ini kontan saja membuat orang itu menjerit kaget dengan
peluh dingin jatuh bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
972 "Siapa?" jeritnya kaget.
Secara tiba tiba dia menghentikan gerak maju tubuhnya lalu
mundur sejauh lima langkah, sepasang telapak tangannya
disilangkan di depan bersiaga menghadapi segala kemungkinan yang
tidak diinginkan.
Sekarang Thi Eng khi baru dapat melihat jelas raut wajah orang
itu, ketika empat mata saling bertemu, kedua orang itu sama sama
berseru tertahan :
"Ooooooh!"
Menyusul kemudian orang itu menjura kepada Thi Eng khi seraya
berkata : "Tecu menghunjuk hormat kepada ciangbunjin!"
Sedangkan Thi Eng khi segera berseru dengan suara penuh
dengan rasa haru :
"Ji susiok!"
Di balik perkataan itu, mereka berdua sama sama merasa amat
pedih dan murung. Selesai memberi hormat, dengan sepasang mata
berkaca kaca Pit tee jiu Wong Tin pak berkata :
"Sungguh tak disangka kita akan bersua di tengah jalan, dengan
begitu akupun tak usah membuang waktu lagi."
"Apakah susiok ada urusan hendak bertemu denganku?"
Pit tee jiu Wong Tin pak mengangguk.
"Keponakan Eng, ikutlah aku!"
Dia membalikkan badan siap berlalu dari situ, namun tidak
menerangkan persoalan apakah yang hendak mereka bicarakan.
Dengan kening berkerut Thi Eng khi segera berseru :
"Sekarang keponakan masih ada urusan penting ".. mengapa
kita tidak berbincang bincang dalam kuil dewa bukit di depan sana"
Keponakanpun masih mempunyai banyak persoalan yang hendak
ditanyakan kepada susiok ".."
973 "Sebenarnya kami tak tahu kalau kau sudah pulang, ibumu yang
mengatakan demikian, oleh sebab itu, paman mendapat perintah
untuk mencarimu."
Dengan perasaan bergetar keras dan penuh amarahm Thi Eng
khi segera berseru :
"Bagus sekali! Rupanya kalian .... "
Dengan paras muka sama sekali tak berubah, Pit tee jiu Wong
Tin pak berkata :
"Keponakan Eng, jangan berpikir terlalu banyak, mari kita
memotong jalan saja!"
Terpaksa Thi Eng khi mengikuti di belakang Pit tee jiu Wong Tin
pak berangkat menuju ke rumah. Sepanjang jalan kedua orang itu
sama sama merasakan hatinya berat, sekalipun terdapat banyak
Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
persoalan yang ingin dibicarakan, tapi mereka pun tidak tahu harus
dibicarakan mulai dari mana.
Tak lama kemudian, bayangan gedung Bu lim tit it keh pun sudah
muncul di kejauhan sana. Tiba tiba Pit tee jiu Wong Tin pak berkata
dengan suara lirih :
"Kita masuk melalui pintu kebun belakang saja, jangan sampai
diketahui siapa pun!"
Thi Eng khi kembali merasa antipatik, pikirnya :
"Aku toh pulang ke rumah sendiri, mengapa tak boleh melalui
pintu gerbang" Tampaknya dunia benar benar sudah terbalik!"
Sekalipun dalam hati kecilnya merasa tak ingin, akhirnya
perasaan tersebut toh berhasil dikendalikan juga, dia membungkam
dalam seribu bahasa dan mengikuti Pit tee jiu Wong Tin pak masuk
melalui kebun belakang.
Pit tee jiu Wong Tin pak meminta kepada Thi Eng khi untuk
menunggu dulu diluar dinding, sedangkan dia memancing pergi anak
muridnya yang berjaga di pintu tersebut, kemudian dia baru
mengajak Thi Eng khi masuk kedalam.
974 Menyaksikan kesemuanya itu, sambil tertawa hambar, Thi Eng
khi segera berkata :
"Tak usah susiok risaukan, siautit percaya masih mempunyai
kemampuan agar tidak sampai diketahui orang banyak, katakan saja
kepadaku kita akan bersua dimana."
Sampai lama sekali Pit tee jiu Wong Tin pak mengawasi wajah
Thi Eng khi, ketika dilihatnya pemuda itu menunjukkan keyakinan
yang besar, diapun tidak memaksa lebih jauh, bisiknya lirih :
"Kalau begitu mungkin aku akan menunggumu di pesanggrahan
Cian liong piat su, tapi kau mesti berhati hati!"
Kemudian dia membalikkan tubuh dan berlalu lebih dulu. Satu
ingatan dengan cepat melintas dalam benak Thi Eng khi, segera
pikirnya : "Jangan jangan kalian hendak menyekapku disini" Tapi, kalau
kalian sampai berpikiran demikian, maka kalian akan merasa kecewa
sekali ..... "
Dengan mengandalkan kepandaian sakti yang dimiliki Thi Eng khi
sekarang, pesanggrahan Cian liong pat su dari gedung Bu lim tit it
keh memang belum mampu untuk mengurungnya. Thi Eng khi
memang lihay sekali, sedari berada di luar dinding pekarangan tadi,
dia telah mengerahkan ilmunya untuk menyelidiki tempat penjagaan
dari anak murid yang melakukan perondaan di dalam kebun.
Tampak dia menggerakkan tubuhnya dengan kecepatan yang
luar biasa, hanya di dalam sekali kelebatan saja dia sudah menyusup
ke dalam kebun belakang dan langsung menuju ke tempat masuk
ruang Cian liong pat su.....
Rupanya yang dimaksud sebagai Cian liong pat su adalah sebuah
ruang bawah tanah yang dahulu digunakan Keng thian giok cu Thi
Keng untuk bersemedi, tempat masuknya terletak di tengah sebuah
gardu persegi delapan yang berada di sebelah barat kebun.
Di hari hari biasa, tempat itu merupakan tempat terlarang bagi
anggota Thian liong pay, siapapun dilarang memasuki tempat
tersebut. Sejak Thi Eng khi dilahirkan, walaupun pamor Thian liong
975 pay semakin merosot tapi wilayah diseputar tempat itu masih tetap
diperlakukan sebagai daerah terlarang.
Walaupun Thi Eng khi belum pernah berkunjung ke sana, tapi
dari mulut Thian liong ngo siang dia mengetahui akan hal tersebut
dengan sangat jelas. Semenjak Thian liong ngo siang kembali ke
gedung Bu lim tit it keh, mereka telah membenahi kebun sebelah
barat ini hingga kembali ke wujud semula. Pepohonan yang rendah
ditanam disana sini, sebuah kolam dan sebuah gardu persegi
delapan terletak disekeliling pepohonan rendah tersebut.
Tempat itu tidak dijaga orang, Thi Eng khi dengan mengerahkan
ilmu sakti Thian liong pay segera menembusi barisan Ciang liong tin
yang sengaja dibuat disekitar hutan kecil itu. Bagi siapa pun yang
tidak mengenal ilmu barisan tersebut, jangan harap bisa menembusi
tempat itu dalam keadaan selamat.
Thi Eng khi sudah memahami ilmu barisan itu secara matang,
maka tanpa ragu-ragu dia melangkah masuk ke hutan tersebut dan
bergerak kesana kemari secara leluasa, dalam waktu yang singkat
sampailah dia di gardu persegi delapan di sisi kolam tersebut.
Di dalam gardu inilah, dia saksikan Pit tee jiu Wong Tin pak baru
saja menyelinap datang. Tampaknya Pit tee jiu Wong Tin pak tidak
menyangka kalau Thi Eng khi bakal tiba lebih dulu disana, setelah
tertegun sesaat, dia segera berseru sambil tertawa gembira :
"Ciangbunjin, tampaknya tenaga dalammu benar benar telah
memperoleh kemajuan yang pesat, sungguh suatu kejadian yang
menggembirakan, benar benar pantas digembirakan!"
Thi Eng khi mendongakkan kepalanya dan menghela napas
panjang. "Aaaai..... perguruan kita sudah tertimpa aib, sekalipun memiliki
tenaga dalam yang lebih sempurna pun apa gunanya!"
Pit tee jiu Wong Tin pak tak berani menanggapi ucapan tersebut,
dia segera meraba ke bawah meja berkaki delapan dalam gardu itu
dan menekan tombol rahasianya. Pelan pelan meja tersebut
976 bergerak naik ke atas dan muncullah sebuah pintu rahasia dibawah
meja itu. Pit tee jiu Wong Tin pak mempersilahkan Thi Eng khi
masuk, sedangkan dia sendiri segera berlalu dari situ.
Tanpa ragu Thi Eng khi berjalan menuruni anak tangga dan
menembusi sebuah lorong rahasia yang tidak terlampau panjang,
diujung sana merupakan sebuah ruangan batu, pintu ruangan
terbuka lebar dan cahaya mutiara menyinari tempat itu bagaikan di
siang hari saja.
Empat dinding di sekeliling ruang batu itu merupakan rak rak
buku yang berisikan beberapa ribu jilid kitab, sebuah meja baca
yang besar terletak di tengah ruangan, kecuali sebuah kursi, dalam
ruangan itu tidak tersedia bangku lain.
Waktu itu Thi Eng khi sedang merasa pikirannya kalut, dia tak
tahu bagaimana harus menghadapi kenyataan tersebut. Kini ia
dihadapkan antara tugas dan cinta hubungan kekeluargaan serta
keadilan, manakah yang harus dia utamakan lebih dulu"
Persoalan itu serasa memenuhi seluruh benaknya, membuat dia
pusing dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Dengan perasaan
yang amat gundah, dia berjalan bolak balik dalam ruangan itu,
makin dipikir perasaannya makin kalut, dia kuatir kalau peristiwa
yang tak diharapkan segera akan muncul menjadi suatu kenyataan.
Mendadak suara langkah manusia berkumandang memecahkan
keheningan ..... Thi Eng khi merasakan seluruh tubuhnya gemetar
keras, badannya menjadi lemas tak bertenaga, hampir saja tak
mampu berdiri lagi.
Yang akan tiba, akhirnya tiba juga. Dari depan pintu muncul
seorang kakek berbaju biru dan berperawakan tinggi besar
berjenggot warna perak dna berwajah penuh welas kasih .....
Begitu kakek tersebut munculkan diri di depan pintu, rasa tak
tenang yang semula mencekam perasaan Thi Eng khi tiba tiba saja
tersapu lenyap hingga tak berbekas. Hal ini bukan dikarenakan Thi
Eng khi sudah mengambil suatu keputusan yang tegas dalam
977 hatinya, melainkan merupakan suatu kemampuan untuk
mengendalikan perasaan sendiri menjelang terjadinya suatu
pertarungan besar.
Keng thian giok cu Thi Keng berdiri di depan pintu dengan
rambut dan jenggot bergetar keras, menatap wajah Thi Eng khi, dia
merasakan suatu pergolakan emosi yang besar.
Thi Eng khi juga sedang mengamati wajah kakeknya yang pernah
ia jumpai selagi berada di luar perbatasan tempo hari, wajahnya
masih tetap seperti sediakala, malah ia kelihatan lebih segar dan
lebih bersemangat hidup. Kenangan lama segera melintas kembali
didalam benaknya, dia tak sanggup mengendalikan perasaannya
lagi, air mata segera jatuh bercucuran dengan amat derasnya,
dengan suara terharu teriaknya :
"Yaya!"
Ia segera menjatuhkan diri berlutut di atas tanah. Keng thian
giok cu Thi Keng sendiripun merasakan airmatanya jatuh
bercucuran, dia segera mengayunkan tangannya, ingin membimbing
bangun anak muda tersebut. Siapa tahu begitu angin pukulannya
menyapu ke depan, ia segera merasakan tubuh Thi Eng khi berat
sekali, usahanya untuk menghalangi pemuda itu memberi hormat
segera mengalami kegagalan total.
Mencorong sinar tajam dari balik mata Keng thian giok cu Thi
Keng, tenaga dalamnya segera dihimpun sampai dua belas bagian,
akan tetapi seolah olah tidak merasakan apa apa, Thi Eng khi tetap
memberi hormat sebanyak tiga kali kepadanya.
Baru saja kakek dan cucu saling bertemu, mereka berdua telah
saling mencoba kekuatan masing masing secara diam diam. Dengan
cepat Keng thian giok cu Thi Keng merasakan hatinya amat terkejut,
sedangkan Thi Eng khi sendiripun merasa kagum juga atas
kesempurnaan tenaga dalam yayanya, padahal dia sudah
menggunakan tenaga dalamnya hingga mencapai delapan bagian,
coba kalau tidak begitu, mungkin ia sudah kena dibangunkan oleh
kakeknya. 978 Selesai memberi hormat, Thi Eng khi mengangkat kepalanya
mengamati wajah kakeknya, namun bagaimanapun dipandang,
kakeknya sama sekali tidak mirip seorang yang berdosa terhadap
partai Thian liong pay.
Akhirnya setelah mengerdipkan matanya, dia menghela napas
sedih, untuk sesaat dia tak tahu apa yang mesti diucapkan. Keng
thian giok cu Thi Keng tertawa nyaring, sambil tertawa dia berjalan
menuju ke tempat kursi dan duduk, kemudian ujarnya :
"Eng ji, berdirilah disamping Yaya, Yaya ada persoalan yang akan
dibicarakan denganmu!"
Den Bentrok Rimba Persilatan 18 Golok Yanci Pedang Pelangi Karya Gu Long Kisah Para Pendekar Pulau Es 22