Pencarian

Pukulan Naga Sakti 4

Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung Bagian 4


rbatasanpun mengetahui nama Thian liong pay ...."
Berpikir demikian, ia lantas menjawab dengan gembira:
189 "Boanpwe adalah ciangbunjin angkatan ke sebelas dari partai
Thian liong pay!"
"Oooh....ooh?"."
Sesudah termenung beberapa saat lamanya, kakek itu baru
berkata lebih jauh :
"Tahukah kau tentang manusia yang bernama Keng thian giok cu
Thi keng "."
"Dia orang tua adalah mendiang kakek boanpwe!"
"Lantas siapa pula namamu?" tanya kakek itu cepat-cepat.
"Boanpwe bernama Thi Eng Khi!"
Selapis rasa kaget dan tercengang melintas diatas wajah kakek
itu, pikirannya terasa sangat kalut dan pelbagai macam perasaan
berkecamuk dalam benaknya, ia sendiri pun tak tahu bagaimana
perasaannya waktu itu?""..
Akhirnya dia menghela napas panjang, matanya berkaca-kaca
dan hampir saja air matanya jatuh berlinang.
Ternyata kakek itu tak lain adalah kakek Thi Eng khi sendiri,
orang menyebut sebagai Keng thian giok cu dan merupakan
ciangbunjin angkatan ke sembilan dari Thian liong pay.
Dua puluh tahun berselang, ketika ia menemukan bahwa putra
kesayangannya yang merupakan satu-satunya ahli waris dari Thian
liong pay mencukur rambut menjadi pendeta karena kematian
sahabatnya, meski dihati merasa seribu kali "menolak" tapi untuk
menghormati keinginan putranya, terpaksa dia menghela napas dan
meninggalkan putra kesayangannya itu".
Dalam sedihnya dia menjadi putus asa dan segera berkelana jauh
keluar perbatasan, dan mengunjungi gua Thian liong tong thian
yang merupakan pusat dari tempat berdirinya partai Thian liong pay
di masa lalu. 190 Berhubung gua Thian liong tong thian merupakan tempat
berdirinya partai Thian liong dan merupakan tempat bersemayannya
ciangbunjin-ciangbunjin partai Thian liong pay angkatan
sebelumnya, maka tempat itu sangat dirahasiakan sekali letaknya,
setiap ciangbunjin dari tiap generasi hanya mendapat tahu tempat
tersebut dari ciangbunjin angkatan sebelumnya.
Setelah masuk ke dalam gua Thian liong tong thian, Thi Keng
menuruti peraturan perguruannya bersembahyang didepan cousunya
dan mengembalikan Thian liong pit kip kedalam gua itu, kemudian
menyampaikan pula perintahnya untuk menutup perguruan Thian
liong pay. Dia sendiripun berdiam di gua Thian liong tong thian untuk
menebus dosanya yang telah memutuskan keturunan dalam partai
Thian liong. Ketika Thi Keng meninggalkan partai Thian liong pay, Thi Eng khi
belum dilahirkan di dunia ini, sudag barang tentu diapun tidak
mengetahui bagaimanakah bakat serta watak pemuda tersebut,
itulah sebabnya ketika menyampaikan perintah untuk menutup
partai, diapun melarang putra-putri Thi Tiong giok untuk
mempelajari ilmu silat.
Seandainya dimasa itu Thi Keng tidak cepat-cepat menurunkan
perintahnya, tapi menunda setahun lagi, sehingga dia
berkesempatan menyaksikan kelahiran Thi Eng khi, sudah barang
tentu dunia persilatanpun tak akan mengalami keadaan seperti
sekarang ini. Ketika Thi Keng menyaksikan cucu Kesayangan ternyata bertubuh
tegap berbakat bagus dan berwajah tampan, bahkan jauh melebihi
putranya sendiri Thi Tiong giok apalagi terbayang kembali akan
tindakannya yang gegabah di masa muda dulu, rasa malu dan sesal
segera muncul didalam hatinya.
Oleh sebab itu, dia merasa malu sekali untuk mengakui asalusulnya
sendiri. 191 Thi Eng khi segera mengedipkan matanya menyaksikan sikap
kakek itu seperti sangat tidak tenang, tegurnya kemudian :
"Lotiang, apakah kau kenal dengan kakekku?"
Sekuat tenaga Keng thian giok cu Thi Keng mengendalikan
pergolakan emosi didalam hatinya, lalu menggeleng.
"Lohu dengan kakekmu cuma kenal begitu saja, kami tidak
bersahabat kental!"
Thi Eng khi tak pernah jumpa dengan kakeknya, dia hanya
pernah melihat wajahnya lewat lukisan yang dibuat pada empat
puluh tahun berselang, tentu saja raut wajah dulu dan sekarang
jauh sekali perbedaannya.
Oleh karena itu, Thi Eng khi sama sekali tidak mengetahui kalau
kakek yang berada di hadapannya kakeknya sendiri.
Begitulah, dengan sikap yang amat menghormati ujarnya :
"Locianpwe, apakah kau bersedia untuk memberitahukan
namamu, agar bisa boanpwe ingat terus di dalam hati?"
Keng thian giok cu Thi Keng mengerdipkan matanya lalu tertawa
getir, sahutnya :
"Aaaah..... aku mah orang liar yang sudah lama melupakan
namaku, sebut saja aku sebagai Bu beng kongkong."
Kemudian tanyanya :
"Usia lohu sudah mendekati seratus tahun, tentunya tidak
menjadi soal bukan kalau kau mesti menyebut kongkong kepadaku?"
Diam-diam Thi Eng khi merasa keheranan, pikirnya :
"Aneh kenapa orang inipun seseorang yang lupa dengan nama
sendiri" Keadaannya tak jauh berbeda dengan hwesio setengah
umur yang pernah kujumpai di bukit Wu san."
Berpikir sampai disitu, diapun tidak bertanya lagi, dengan hormat
panggilnya : "Bu Beng kongkong!"
192 Keng thian giok cu Thi Kerg tertawa terkekeh-kekeh, kemudian
duduk ditanah, kepada Thi Eng khi serunya :
"Nak, duduklah kemari Bu beng kongkong ada persoalan hendak
ditanyakan kepadamu"
Thi Eng khi menurut dan duduk didepan kakek tersebut, lalu
ujarnya sambil tertawa :
"Beberapa bulan berselang, boanpwe masih bukan seorang
anggota persilatan karena itu pengetahuanku mengenai urusan
dunia persilatan masih cetek sekali. Mungkin aku akan membuat
kongkong menjadi kecewa."
Keng thian giok cu Thi Keng tertawa lebar :
"Aaah, tidak menjadi soal apa yang kutanyakan kepadamu pasti
kau ketahui!"
Setelah berhenti sebentar, diapun bertanya lagi :
"Sejak kapan kau menjabat sebagai ketua dari partai Thian liong
pay?" "Bulan delapan tanggal sembilan belas tahun berselang sampai
sekarang baru sekitar sepuluh bulan."
Keng thian giok cu Thi Keng manggut-manggut.
"Kalau begitu coba ceritakanlah keadaan partaimu semenjak
ditinggalkan kakekmu!"
Thi Eng khi menjadi sangsi untuk beberapa saat lamanya tapi
setelah termenung dan berpikir beberapa saat, akhirnya diputuskan
untuk menceritakan semua yang diketahui olehnya.
Sebab ia merasa Bu beng kongkong adalah seorang kakek yang
berwajah lembut serta jujur, sudah pasti dia bukan orang jahat,
apalagi dia telah melepaskan budi kepadanya, tidak sepantasnya
kalau dia merahasiakan sesuatu kepadanya.
193 Ketika ia selesai bercerita Keng thian giok cu Thi Keng kembali
mengajukan beberapa pertanyaan sekitar hal-hal yang tidak
dipahami olehnya, dengan cepat pemuda itu merasa bahwa Bu beng
kongkong sesungguhnya adalah seorang kakek yang teliti sekali.
Persoalan apapun dia tanyakan, bila menjumpai hal-hal yang tidak
dimengerti, dia selalu menyelidiki sampai menjadi terang semua
duduknya persoalan.
Ia cuma merasa heran dengan watak Bu beng kongkong yang
aneh dan istimewa itu, tapi tidak menaruh perhatian bahwa berulang
kali secara diam-diam Bu beng kongkong telah membesut air
matanya. Ketika Keng thian giok cu Thi Keng mendapat tahu keadaan yang
sebenarnya, ia merasa sedih juga menyesal sekali, sambil
memejamkan mata ia termenung sampai lama sekali.
Kemudian sambil mendongakkan kepalanya dan menatap wajah
Thi Eng khi dengan sinar mata yang tajam, serunya dalam-dalam:
"Lohu bertekad untuk mewariskan segenap kepandaian yang
kumiliki kepadamu agar kau bisa mencapai kebahagiaan bagi umat
manusia didunia ini agar bisa mengangkat nama Thian liong pay
hingga jaya diseluruh kolong langit!"
Thi Eng khi pernah menderita kerugian besar karena dipaksa
belajar ilmu silat. maka hatinya menjadi tak senang hati setelah
mendengar perkataan itu, apalagi setelah mendengar ucapan si
kakek yang mengatakan bahwa "agar bisa mengangkat nama Thian
liong pay hingga jaya diseluruh kolong langit" itu dia merasa ucapan
tersebut mencurigakan sekali....
Karenanya, sambil membusungkan dada ia lantas berkata :
"Boanpwe pernah brsumpah, sebelum belajar ilmu sakti yang
tercantum di dalam kitab pusaka Thian liong pit kip, aku tak akan
belajar ilmu silat aliran lain, maksud baik Bu beng kongkong biarlah
boanpwe terima di dalam hati saja!"
Mula-mula Keng thian giok cu Thi Keng agak tertegun, menyusul
kemudian diapun manggut-manggut berulang kali.
194 "Seandainya kau tidak berhasil menemukan kembali kitab pusaka
Thian liong pit kip tersebut apa yang hendak kau lakukan?"
"Andaikata kitab pusaka Thian liong pit kip tersebut tidak berhasil
kutemukan maka sepanjang hidup aku tak akan membicarakan soal
ilmu silat lagi, aku akan menghabisi nyawaku untuk menebusi
dosaku ini terhadap perguruan!"
Mendengar perkataan itu, air mata jatuh bercucuran membasahi
wajah Keng thian giok cu Thi Keng.
"Nak, kau keliru besar," katanya "ketahuilah bahwa ilmu silat
yang ada di dunia ini berasal dari satu sumber, sekalipun terdapat
banyak aliran perguruan di dunia ini tapi sumber dari kepandaian
mereka sesungguhnya adalah satu. Apalagi sebagai seorang
manusia yang bercita-cita luhur, kau harus mempunyai pandangan
yang terbuka serta jiwa yang besar, dengan begitu masalah besar
baru bisa diselesaikan, aku lihat watak keras kepalamu itu perlu
diperbaiki dan bila perlu dilenyapkan sama sekali "."
Sesungguhnya Thi Eng khi bukan seorang yang keras kepala, dia
bisa mengambil ketetapan begitu lantaran dia mempunyai kesulitan
yang tak dapat dikatakan kepada orang lain, sebagai seorang ketua
yang bertanggung jawab untuk membangun kembali nama baik
partai Thian liong pay didunia ini, sudah barang tentu dia enggan
memperjuangkan cita-citanya tersebut dengan mempergunakan ilmu
silat dari aliran lain.
Dengan cepat dia menggelengkan kepalanya berulang kali, lalu
berkata : "Nasehat dari Bu beng kongkong pasti akan kuperhatikan dengan
seksama, boanpwe merasa berterima kasih atas perhatiannya ini,
cuma mengenai belajar silat sesungguhnya bukan keras kepala yang
menyebabkan boanpwe berkeputusan demikian adalah karena soal
lain yang menyebabkan boanpwe terpaksa harus berbuat begini,
harap kau sudi untuk memakluminya."
195 Terdorong oleh pergolakan emosi, Keng thian giok cu Thi Keng
tak bisa mengendalikan diri lagi, dia lantas mendongakkan kepalanya
dan berpekik nyaring.
Tenaga dalam yang dimilikinya memang amat sempurna, begitu
suara pekikannya bergema diudara, tampak pohon bwe disekitar
tempat itu bergoncang keras seperti terhembus angin, kabut tebal di
angkasa pun seakan-akan terhembus buyar kemana-mana.
Diam-diam Thi Eng khi terkejut sekali setelah menyaksikan
kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Bu beng kongkong, tapi
wajahnya sama sekali tidak berubah, menahan sekulum senyuman
sempat menghiasi wajahnya"..
Tiba-tiba Keng thian giok cu Thi Keng memperlihatkan wajah
gusar, dari sakunya dia mengeluarkan sejilid kitab kecil berwarna
kuning dan diberikan ke tangan Thi Eng khi, kemudian ujarnya
dengan suara yang dingin seperti es :
"Tempat ini merupakan suatu jurang terpencil dengan empat
penjuru dikeliling dinding curam, bila kau tidak mempelajari ilmu silat
dari lohu ini, jangan harap kau bisa keluar dari tempat ini. Hidup
juga kau sendiri, mati juga kau sendiri, setahun kemudian lohu akan
datang lagi untuk menengok dirimu, nah. Baik-baiklah menyesuaikan
diri!" Seusai berkata. tidak melihat dengan gerakan apakah dia
melompat, tahu-tahu tubuhnya sudah melambung di tengah udara
kemudian lenyap tak berbekas dari pandangan mata.
Thi Eng khi segera mendongakkan kepalanya dan berteriak keras
: "Aku Thi Eng khi adalah seorang lelaki sejati, aku tak sudi
menerima ancamanmu itu, setahun kemudian silahkan saja datang
kemari, coba kau buktikan sendiri apakah aku akan berusaha
meloloskan diri dengan mengandalkan kepandaian silatmu itu!"
Sementara itu, Keng Thian giok cu Thi Keng telah berada di
dalam sebuah gua kecil di tebing terjal tersebut, dengan air mata
bercucuran dia mengangguk berulang kali, gumamnya :
196 "Nak, kau memang cucu yaya yang paling baik, kau terlalu baik,
yaya merasa gembira sekali."
Thi Eng khi duduk kembali sejenak ditempat semula, lalu berdiri
dan memasukkan kitab kecil itu kedalam sakunya.
Oleh karena dia sedang mendongkol maka kitab tersebutu sama
sekali tidak diperiksa isinya, bahkan memandang sekejappun tidak.
Menyusul kemudian, diapun melakuka pemeriksaan yang
seksama disekeliling dinding tebing itu dengan harapan bisa
menemukan tempat untuk berteduh, sehingga ia bisa menggunakan
kesempatan yang sangat baik itu untuk berlatih tekun ilmu Sian
thian bu khek ji gi sin kang yang dimilikinya itu.
Tapi sayang usahanya itu sia-sia belaka sekalipun seluruh dasar
jurang sudah diperiksa, ia tidak berhasil menemukan tempat yang
bisa dipakai untuk berteduh, karena itu selama beberapa malam
berikutnya terpaksa ia musti menginap di udara terbuka.
Kemudian ia menemukan pada dinding tebing sebelah timur,
lebih kurang tiga kaki dari permukaan tanah terdapat dua batang
pohon siong yang berdaun lebat, tempat itu bisa dipakai untuk
tempat berteduh.
Sayangnya, kendatipun tenaga dalam yang dimilikinya sudah
teramat sempurna, namun ia tidak mengerti bagaimana caranya
mempergunakan ilmu meringankan tubuh, itulah sebabnya sekalipun
dinding tebing itu cuma tiga kaki, namun sulit baginya untuk
merangkak ke atas.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Untung saja kecerdasannya luar biasa, setelah berpikir sebentar,
ia segera memperoleh suatu ide yang bagus sekali.
Dengan cepat pedang Thian liong kim kiam yang tersoren
dipinggangnya dicabut keluar, setelah itu dengan mempergunakan
pedang Thian liong kim kiam itu sebagai tempat berpegangan,
selangkah-selangkah dia mendaki keatas tebing itu, tak lama
kemudian tibalah pemuda tersebut dibawah pohon siong tadi.
197 Setibanya dibawah pohon siong tersebut, mendadak ia
menemukan sebuah gua batu di belakang pohon tadi, diatas gua
terpancang sebuah papan nama yang bertuliskan empat huruf besar,
tulisan itu berbunyi demikian :
"THIAN-LIONG-TONG-THIAN"
Timbul perasaan heran didalam hatinya, tanpa berpikir panjang
lagi ia lantas berjalan menuju kedalam gua.
Mulut gua itu amat sempit dan cuma bisa dilewati satu orang
saja, akan tetapi setelah berada dalam gua itu maka dijumpainya
ruangan didalam sana luas sekali, lagi pula suasana terang
benderang, tidak diketahui darimanakah datangnya cahaya
penerangan tersebut.
Saat itu Thi Eng khi sudah tidak berminat lagi untuk menyelidiki
persoalan-persoalan yang tidak penting, sebab dia sudah tertarik
perhatiannya oleh dua belah pintu gerbang yang memancarkan
cahaya keemasan-emasan didasar gua tersebut.
Didepan pintu gerbang terdapat sebuah lapisan batu kemala
putih yang tinggi tebal dan memancarkan cahaya berkilauan, orang
harus berdiri diatas lapisan batu kemala putih itu sebelum mencapai
gelang pintu. Thi Eng khi melompat naik keatas lapis?an batu kemala putih itu
kemudian menggetarkan gelang pintu itu beberapa kali, akan tetapi
pintu tersebut sama sekali tidak bergeming barang sedikitpun juga,
kenyataan ini membuat hatinya merasa terkejut bercampur
keheranan, ia tidak habis mengerti apa gerangan yang sebenarnya
telah terjadi. Sekuat tenaga dia berusaha untuk mendorong pintu gerbang itu,
tapi hasilnya nihil sebab pintu gerbang tersebut sama sekali ti?dak
bergeming barang sedikitpun juga.
Ketika usaha itu dicoba beberapa kali lagi tanpa hasil, akhirnya
pemuda itu menjadi putus asa.
198 Tanpa sengaja tiba-tiba matanya memandang ke lapisan "batu
kemala putih yang diinjaknya itu, lamat-lamat terbaca olehnya
beberapa kalimat yang tertera diatas lapisan batu kemala tersebut.
Tulisan tersebut berbunyi demikian :
"Tempat ini adalah gua Thian liong tong thian, selain anak murid
Thian liong pay dilarang masuk ke dalam gua ini. Untuk masuk
kedalam gua, silahkan mengerahkan ilmu Sian thian bu khek ji gi sin
kang sebanyak tiga kali kelilingan badan pintu ter?sebut otomatis
akan membuka dengan sendirinya."
Selesai membaca beberapa huruf tulisan tersebut, Thi Eng khi
merasa terperanjat sekali, dengan cepat dua ingatan melintas di
dalam benaknya :
Pertama, gua ini sudah pasti mempunyai hubungan yang erat
sekali dengan partai Thian liong pay.
Kedua Bu beng kongkong mungkin seka?li adalah anggota Thian
liong pay, tapi siapakah dia"
Teringat akan Bu beng kongkong, diapun teringat pula dengan
kitab kecil berwarna kuning yang berada dalam sakunya, itu dia
beranggapan bahwa kitab kecil tersebut mungkin dapat
mengungkapkan jawaban siapa gerangan kakek yang bernama Bu
beng kongkong tersebut.
Dengan cepat dia mengeluarkan kitab kecil tersebut dari dalam
sakunya dan dilihat dengan seksama.
Yaa, ampun! Apa yang telah terjadi"
Tampak kitab itu sangat mungil dan indah bentuknya, pada
halaman yang terdepan tertera empat huruf besar yang indah
sekali.... tulisan itu berbunyi :
"THIAN LIONG PIT KIP"
199 Sekujur badan Thi Eng khi gemetar keras dengan cepat dia lari
keluar dari dalam gua tersebut, kemudian sambil menggertakkan
giginya menahan pergolakan emosi, gumamnya :
"Yaya! Yaya! Rupanya kau orang tua adalah yaya!"
Dia menerjang keluar dari dalam gua dengan perasaan bimbang
dan tak menentu, dia lupa kalau diluar gua itu terbentang jurang
yang tiga kaki dalamnya.
Karena kurang berhati-hati, kakinya segera menginjak ditempat
kosong, tak ampun tubuhnya terjerumus pula kedasar jurang itu.
Untung saja tenaga dalam yang dimiliki cukup sempurna
sehingga tubuhnya sama sekali tidak terluka, sambil merangkak
bangun, dia mendongakkan kepalanya dan berteriak keras :
"Yaya! Yaya! Kenapa kau tak mau mengenali dirimu dihadapan
Eng ji ....?"
Angin gunung berhembus lewat dari atap, puncak membawa
awan putih bercampur kabut yang tebal, suara teriakan dari Thi Eng
khi tersebut hampir boleh dibilang sama sekali tertelan.
Puluhan tahun menanggung rindu, ternyata tidak mendatangkan
hasil apa-apa, saking sedihnya pemuda itu jatuh tak sadarkan diri.
Entah berapa lama sudah lewat, sambil gemetar keras Thi Eng
khi tersadar kembali dari pingsannya.
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa pemuda itu mendaki
kembali ke atas bukit dan masuk kembali ke dalam gua Thian liong
tong thian, ia bermaksud untuk mendalami ilmu yang tercantum
dalam kitab pusaka Thian liong pit kip tersebut di dalam gua itu.
Ketika melangkah diatas lapisan batu ke?mala putih itu dia
mengerahkan tenaga Sian thian bu khek ji gi sin kangnya untuk
mengelilingi seluruh badan, segera terasalah segulung hawa dingin
yang menyebarkan memancar masuk lewat dasar kakinya dan
menyebar keseluruh anggota tubuhnya, tak sampai satu lingkaran
200 tubuh dia sudah merasakan tubuhnya seakan-akan menyatu dengan
lapisan batu kemala putih itu.
Setelah mengitari tubuhnya tiga kali, pintu gerbang berwarna
emas yang semula tertutup rapat mendadak terbuka lebar dengan
menimbulkan suara yang amat nyaring.
Thi Eng khi ragu-ragu sejenak, kemudian diapun melangkah
masuk kedalam ruangan.
Sebuah lorong batu yang lebarnya puluhan kaki terbentang jauh
ke dalam sana, tiada cahaya lentera dalam lorong itu, akan tetapi
suasananya terang benderang bagaikan disiang hari saja.
Dengan langkah lebar Thi Eng khi berjalan masuk kedalam lorong
itu, diujung lo?rong merupakan sebuah ruang istana yang terbuat
dari batu kemala hijau, didepan ruangan tergantung sebuah papan
nama yang bertuliskan:
"KUI TIN HU"
Setelah memasuki ruangan, ditengah ruangan tersebut terlihatlah
seorang siucay berusia pertengahan yang memakai baju berwarna
biru sedang duduk bersila, sebelah kanan tampak dua belas buah
gundukan tanah beralas batu kemala yang membentuk naga
melingkar, diatasnya duduk empat orang kakek berbaju biru,
disebelah kiri pun tampak dua belas lapisan batu kemala berbentuk
naga melingkar tapi hanya ditempati oleh tiga orang kakek berbaju
biru. Di tengah ruangan terdapat sebuah meja bundar yang antik
sekali, diatas meja tampak sebuah tempat dupa yang berwarna
hitam pekat, entah terbuat dari bahan apa" Asap tipis mengepul
keluar dari dalam pendupaan itu dan menyebar ke seluruh ruangan
sehingga mendatangkan perasaan segar dan nyaman bagi siapapun.
Thi Eng khi tahu bahwa beberapa orang kakek itu sudah pasti
adalah para angkatan tua dari Thian liong pay, maka sambil
memperingan langkahnya ia maju kedepan, setelah itu sambil
memberi hormat katanya :
201 "Tecu Thi Eng khi ciangbunjin dari angkatan sebelas menghunjuk
hormat buat para Cousu!"
Dengan hidmat, dia memberi hormat sebanyak tiga kali kepada
kakek-kakek itu, tapi sampai lama sekali belum ada juga yang
menjawab ataupun menggubris.
Thi Eng khi tak berani bangkit berdiri, diam-diam ia mencoba
untuk melirik ke depan tampak ke delapan kakek itu tetap duduk
sambil memejamkan mata , mukanya serius agaknya seperti lagi
semedi, maka dengan lantang serunya lagi :
"Tecu Thi Eng khi menghunjuk hormat buat para Cousu!"
Belum juga kedengaran suara jawaban.
Baru saja timbul rasa heran dalam hatinya, tiba-tiba ia
menemukan sebuah tugu peringatan terpancang dibelakang orangorang
itu, diatas batu peringatan tadi tertera beberapa huruf yang
garis besarnya menerangkan bahwa istana Kui tin hu merupakan
tempat bersemayan dari para ciangbunjin partai Thian liong generasi
yang lalu. Setelah membaca tulisan itu, Thi Eng khi baru mengerti rupanya
beberapa orang cousu itu sudah berpulang ke alam baka.
Ketika dihitung, ternyata jumlah orang yang ada dalam ruangan
itu hanya delapan orang, ini membuktikan kalau kakeknya tak ada
disana, kalau tidak, kakeknya sebagai ciangbunjin angkatan ke
sembilan tentu saja merupakan orang yang ke sembilan dalam
ruangan tersebut.
Dari sini maka terbuktilah sudah bahwa kakek yang
menghadiahkan kitab pusaka Thian liong pit kip kepadanya itu tak
lain adalah kakeknya.
Setelah melakukan pemeriksaan sekejap ia tak berani berdiam
terlalu lama disana, pelan-pelan pemuda itu menuruni ruang tengah,
menelusuri lorong batu dan melangkah keluar dari pintu gerbang.
202 Baru saja kakinya menginjak diatas lapisan batu kemala putih itu,
pintu gerbang di belakangnya menutup sendiri secara otomatis.
Suasana disekeliling tempat itu amat sepi hening dan tak
kedengaran sedikit suarapun tapi ia tidak merasa kesepian, bukan
saja kitab pusaka Thian liong pit kip milik perguruannya telah
ditemukan kembali, selain itu dia pun tahu kalau kakeknya masih
hidup didunia ini.
Dengan tenang diapun duduk diluar gua itu, mengeluarkan kitab
pusaka Thian liong pit kip dan mulai mempelajarinya dengan
seksama. Disebelah barat kota Teng hong dalam bilangan propinsi Hoo lam
terdapat sebuah bukit yang bernama bukit Siong san, disebelah
utara tanah perbukitan itu berdiri sebuah bangunan kuil yang sangat
besar dan megah, itulah kuil Siau lim si yang termashur namanya
diseluruh dunia persilatan.
Suatu hari, ketiga mendekati waktu senja, dari atas jalan raya
dibawah bukit muncul dua ekor kuda tinggi besar yang dilarikan ke
arah kuil dengan kecepatan tinggi.
Kedua ekor kuda itu merupakan kuda jenis utara yang tinggi
besar, dalam sekejap mata kuda-kuda itu sudah sampai tiba di
depan kuil. Diiringi suara ringkikan panjang, kedua ekor kuda itu segera
mengangkat kaki depannya ke atas sambil menghentikan larinya.
Seorang gadis cantik segera melenjit keudara, alau dari tengah
udara ia menyambar tali les kuda lain yang ditunggangi seorang
kakek, kemudian melayang turun keatas tanah.
Gerak gerik gadis itu lincah dan gesit sekali, begitu mencapai
permukaan tanah, dia berpaling dan tertawa, seakan-akan tak
pernah mengalami sesuatu hal, ujarnya :
"Paman Ting, kau tunggu saja diatas kudamu!"
203 Tak usah disinggung lagi, kedua orang itu bukan lain adalah cucu
kesayangan Tiang pek lojin (It tek ang) So Seng pak yakni Pek leng
siancu So Bwe leng serta lotoa dari Tiang pek sam nio (tiga burung
dari bukit Tiang pek) Tam co toa beng (rajawali sakti bersayap
tunggal) Ting Tian yu.
Setelah Tiang pek lojin So Seng pak menyaksikan Thi Eng khi
keturunan dari sahabat karibnya yang sedang bertamu dalam
bentengnya diculik orang, dalam gusarnya dia segera memimpin
para jago dari luar perbatasan untuk menyerbu ke daratan
Tionggoan, menurut bukti yang ada, maka pertama-tama dia
mendatangi kuil Siau lim si lebih dahulu.
Dia adalah pemimpin dari luar perbatasan, tentu saja
kegagahannya jauh berbeda dengan orang lain, sebelum melakukan
sesuatu tindakan, dikirimnya kartu pemberitahuan lebih dulu,
kemudian baru mendatangi tempat itu untuk melakukan suatu
penyelesaian. So Bwe leng yaag manja dan suka keramaian berhasil membujuk
kakeknya untuk mengirim dirinya sebagai utusan, ditemani oleh Tam
ci toa beng berangkatlah mereka menuju ke kuil Siau lim ci.
Dasar masih muda dan lagi binal, begitu melompat turun dari
kudanya, seperti seekor kupu-kupu langsung melompati tujuh belas
buah undak-undakan batu dan menyer?bu masuk keruang tengah.
Pada saat itulah, dari dalam kuil melompat keluar dua orang
pendeta berusia pertengahan, sambil menghadang dihadapannya,
mereka menegur :
"Omitohud, tempat ini adalah tempat suci sang Buddha, harap
nona berhenti!"
Meski tak senang hati, Pek leng siancu So Bwe leng enggan
menumbuk kedua orang hwesio tersebut, terpaksa dengan kening
berkerut katanya :
"Aku hendak mencari hwesio gede dari kuil ini untuk
membincang-bincang... !"
204 Ucapan tersebut amat tak sedap didengar, kontan saja paras
muka salah seorang pendeta yang kurang tebal imamnya berubah
hebat, sambil memperkeras suaranya, dia berseru :
"Peraturan kuil kami menetapkan bahwa setiap orang perempuan
dilarang masuk ke dalam ruangan, jika li sicu ada urusan sampaikan
saja kepada siauceng!"
Dengn kening berkerut Pek leng siancu So Bwe leng segera
tertawa dingin :
"Heehhh.... heeehhh... heeehhhh.... apa sih hebatnya dengan
suatu kuil kecil di tempat tercokolnya kawanan hwesio cilik"
Andaikata kau tidak berbicara begitu, mungkin nona masih bisa
diajak berunding, tapi sekarang, aku bersikeras hendak melihatnya!"
Sehabis berkata, sepasang telapak tangannya direntangkan dan
melepaskan pukulan.
"Blaaammmm.....!" dua orang hwesio itu masing-masing mundur
sejauh tiga langkah lebih.
Menggunakan kesempatan itu, dengan cekatan dia menerobos
masuk ke ruang tengan, kemudian sambil bertolak pinggang dan
tertawa tergelak tiada hentinya dia berseru :
"Sekarang aku sudah masuk ke dalam, mau apa kalian?"
Kedua orang hwesio ini adalah murid angkatan kedua dari kuil
Siau lim si, yang seorang bernama Bu ki, yang lain bernama Bu wan,


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepandaian silat yang dimilikinya terhitung tangguh sekali di dalam
dunia persilatan, siapa tahu mereka kena dipecundangi oleh seorang
nona yang masih sangat muda, hal ini segera dianggapnya sebagai
suatu peristiwa yang amat memalukan.
Serentak kedua orang itu membentak keras dan siap menerjang
ke depan untuk melakukan sergapan lagi.
Tapi saat itulah suatu bentakan menggeledek menggema dari
dalam ruangan kuil :
"Bu ki, Bu wan, jangan kurangajar!"
205 Sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, dan muncullah
seorang hwesio gemuk pendek yang berusia lima puluh tahunan.
Bu ki hwesio dan Bu wan hwesio segera menghentikan gerakan
tubuhnya, kemudian sambil merangkap tangannya di depan dada ia
berseru : "Tecu ......"
Pek leng siancu So Bwe leng kembali tertawa cekikikan, serunya
dengan merdu : "Aaah .... tak menjadi soal, memukul hwesio di dalam kuil
hwesio, itu baru berarti namanya! Tak usah sungkan-sungkan, kalian
bertiga boleh maju bersama-sama."
Hwesio gemuk pendek inijauh lebih tinggi kedudukannya
daripada Bu ki hwesio dan Bu wan hwesio, sudah barang tentu
imamnya juga jauh lebih tebal, ketika dengar perkataan itu, dia tidak
merasa gusar, malah katanya sambil tertawa :
"Anak murid kalangan Buddha tak akan melukai orang secara
sembarangan, li sicu pandai benar bergurau!"
Pek leng siancu So Bwe leng memutar biji matanya sebentar, lalu
katanya dengan lantang:
"Kalau begitu, kau tak akan menghalangi nonamu masuk ke
dalam kuil bukan?"
Hwesio gemuk pendek itu merupakan mu?rid angkatan pertama
dari kuil Siau lim si, dia menjabat sebagai kepala penerimaan tamu
dari kuil tersebut, orang persilatan menyebut sebagai Thi ciang ceng
(pendeta toya baja) Go Tong hwesio.
Hwesio ini bukan saja pengalamannya luas, pengetahuannya juga
matang, ia sudah pandai menilai kemampuan orang.
Dari setiap gerakan yang dilakukan oleh Pek leng siancu So Bwe
leng, ia sudah tahu kalau gadis yang masih muda usia ini
sesungguhnya memiliki ilmu silat yang jauh diatas kepandaiannya.
206 Dengan nama besar kuil Siau lim si yang begitu tersohor dalam
dunia persilatanpun tak sampai mengkederkan hatinya, bahkan
dengan begitu beraninya datang mencari gara-gara, dari sini dapat
diketahui kalau di belakang sinona pasti terdapat tulang punggung
lain yang menunjang dirinya.
Diapun sadar, kendatipun dengan kekuatan yang dimiliki mereka
bertiga, menahan gadis itu bukan suatu pekerjaan yang sukar tapi
tindakan semacam itu sudah jelas bukan suatu tindakan yang bisa
menyelesaikan masalahnya, malahan bisa jadi akan mendatangkan
kesulitan yang lebih besar lagi bagi kuilnya.
Apalagi pada detik itu dia masih belum memahami maksud
kedatangan sinona tersebut, maka Go to hwesio mengambil
keputusan untuk menahan diri dan tidak mengambil tindakan secara
gegabah. Siau lim si bisa mempunyai sejarah yang panjang didalam dunia
persilatan bukan lantaran mereka memperolehnya karena mujur,
tapi dalam ilmu silat mereka memang betul-betul memiliki
kemampuan yang lain daripada yang lain.
Demikianlah dengan senyuman masih menghiasi ujung bibirnya,
Go tong hwesio berkata:
"Seandainya li-sicu datang kemari untuk menyembah kepada
Buddha, sudah barang tentu akan pinceng sambut dengan segala
kehormatan!"
Pek leng siancu So Bwe leng rneski binal orangnya tapi ia masih
polos dan suci bersih, tadi dia sengaja mengacau karena
menganggap Thi Eng khi benar-benar sudah ditawan oleh pihak Siau
lim si, maka sebelum mengutarakan maksud kedatangannya, ia
berniat memberi sedikit pelajaran kepada mereka.
Tapi, setelah dilihatnya hwesio itu sama sekali tidak gusar,
bahkan tenang-tenang saja ia menjadi rikuh sendiri untuk
melanjutkan perbuatannya, maka sambil tertawa katanya:
207 "Kau si hwesio masih terhitung seorang yang jujur, nonamu tak
ingin membuat kekacauan tanpa sebab, maka memandang diatas
wajahmu, nona akan menyampaikan maksud kedatanganku itu!"
Sekalipun sikapnya sudah jauh lebih lembut namun ucapannya
masih tak sedap kedengarannya.
Gotong hwesio cuma bisa tertawa diwajah, mendongkol didalam
hati, katanya kemudian :
"Harap li sicu bersedia memberi petunjuk!"
Pek leng siancu So Bwe leng segera mengebaskan ujung bajunya
kedepan, serentetan cahaya putih dengan kecepatan luar biasa
meluncur ke tengah ruangan.
"Tiga hari kemudian, kakekku akan berkunjung sendiri kemari
untuk menyambangi hwesio tua kuil kalian!" serunya dengan serius.
"Kakek nona adalah ...... "
Sambil menarik, Pek leng siancu SO Bwe leng segera menukas :
"Tanda pengenalnya disitu, buat apa kau musti banyak bertanya
lagi?" Seusai berkata, dia lantas mambalikkan badannya dan meluncur
keluar dari dalam ruangan.
Bu ki hwesio dan Bu wan hwesio segara membungkukkan
badannya memberi hormat katanya:
"Lapor susiok, perlukan kita menghadang jalan perginya?"
"Biarkanlah ia pergi!" jawab Go tong hwesio sambil mengulapkan
tangannya. Dia lantas melompat ke atas dan meluncur ke tiang penglari dari
ruangan tersebut sewaktu melayang turun kembali ke atas tanah,
ditangannya telah bertambah dengan sebuah benda persegi enam
berbentuk bunga salju yang terbuat dari perak putih dan besarnya
cuma beberapa inci.
208 Bu ki hwesio maupun Bu wan hwesio tak bisa menebak tanda
pengenal dari siapakah benda berbentuk bunga salju yang terbuat
dari perak putih itu, baru saja akan bertanya, Go tong hwesio
dengan wajah hijau membesi telah berseru :
"Tiang pek lojin, bagus sekali perbuatanmu!"
Dia membalikkan badannya dan melompat masuk keruangan
belakang. CIANGBUNJIN dari partai Siau lim duduk diruang tengah dalam
kamar semedinya, di sekelilingnya duduk keempat orang Kim kong
dari Siau lim pay yakni Ci kay taysu, Ci hui taysu, Ci leng taysu dan
Ci-nian taysu. Disamping ruang berdiri Thi ciang ceng (pendeta toya baja) Go
tong hwesio, ia telah melaporkan tentang tantangan dari Tiang pek
lojin dan menantikan perintah dari ketuanya.
Ketua dari Siau lim pay duduk tenang dengan mata terpejam,
setelah termenung beberapa saat lamanya, mendadak ia membuka
matanya lebar-lebar dan menatap wajahnya Ci kay taysu dengan
sinar mata berkilat tajam. Katanya dengan suara dalam :
"Ci kay sute, menurut pendapatmu apa maksud kedatangan
Tiang pek lojin kemari?"
Dengan perasaan tidak habis mengerti Ci kay taysu
menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tecu bodoh dan tak bisa menebaknya!"
Jilid 7 MENYUSUL kemudian, Ci hui taysu, Ci leng taysu dan Ci nian
taysu mengemukakan pula keheranan dan ketidak mengertian
mereka. 209 Ketua Siau lim pay segera menghela napas panjang, tiba-tiba
serunya dengan lantang. "Dimana Go sin?"
"Tecu siap menanti perintah!" seseorang menjawab dari luar
ruangan. "Pergi kekamar Sian hong dan bawa kemari kotak bambu hijau
tempat tanda pengenal!"
Tak lama kemudian, Go sin hwesio telah muncul sambil
membawa sebuah kotak panjang terbuat dari bambu hijau,
kemudian dengan sepasang tangannya dipersembahkan kehadapan
ketuanya. Ciangbun Hongtiang segera berpesan :
"Serahkan kepada Ci kay susiok untuk diperiksa!"
Go sin hwesio menurut dan serahkan kotak panjang bambu hitam
itu kepada Ci kay taysu, kemudian mengundurkan diri dari situ.
Ketika Ci kay taysu membuka kotak itu dan diperiksa isinya,
ternyata kotak itu hanya berisikan secarik kertas putih.
Dengan cepat kertas itu diambilnya, kemudian dibaca isinya, apa
yang kemudian terbaca segera membuat paras mukanya berubah
hebat, dengusan napasnya juga memburu.
Ciangbun hongtiang memandang sekejap ke arah Ci hui taysu, Ci
leng taysu dan Ci nian taysu, setelah itu ujarnya:
"Sute bertiga belum mengetahui keadaan yang terjadi, Ci kay
sute! Coba kau bacalah secara lantang isi surat tersebut!"
Ci kay taysu menurut dan segera membaca isi surat itu dengan
suara lantang :
"Dengan alasan ketua partai Thian liong pay angkatan kesebelas
telah ditawan oleh partai kalian dan Bu tong pay.
Tiang pek lojin So Seng pak akan datang ke kuil Siau lim si untuk
menerbitkan keonaran, padahal yang benar mereka berniat
210 menghancurkan partai kalian agar ambisinya untuk menguasahi
daratan Tionggoan bisa tercapai.
Untuk menghindari segala kemungkinan yang tak diinginkan
sengaja kuberi peringatan inl agar kalian bisa membuat persiapan
yang diperlukan.
Tertanda: orang yang ada maksud"
Ketika Ci kay taysu selesai membaca isi surat tersebut, suasana
dalam ruangan segera tercekam dalam keheningan yang luar biasa.
Akhirnya Ci kay taysu menggelengkan kepalanya berulang kali
seraya berkata :
"Tak bisa dipercaya! Tak bisa dipercaya! Menurut apa yang
kuketahui, Tiang pek lojin adalah seseorang yang lurus, jujur dan
bijaksana, mana mungkin ia bisa mempunyai jalan pemikiran yang
demikian latahnya?"?"
"Tapi orang toh sudah berada didepan pintu, masa hal ini bisa
suatu ceritera bohong saja!" kata Ci hui taysu.
"Menurut pendapat siaute," kata Ci nian taysu, "lebih baik kita
percaya dulu daripada tidak percaya, bersiap-siap lebih duluan toh
tidak ada salahnya."
"Tiang pek lojin memiliki kepandaian yang luar biasa sekali," ujar
Ci leng taysu serius, "aku kuatir ciangbun suheng sendiripun ".."
Mendadak ia menghentikan kata-katanya, melirik sekejap ke arah
ketuanya dan tidak berbicara lagi.
Ciangbun hongtiang sekali lagi menghela napas panjang.
"Aaai ". Aku masih ingat cerita orang pada puluhan tahun
berselang, dalam sepuluh kali pertarungan antara Tiang pek lojin
melawan Keng thian giok cu Thi locianpwe dari Thian liong pay,
akhirnya dia baru dikalahkan dalam setengah jurus. Kejadian itu
membuatnya mengasingkan diri ke luar perbatasan dan membangun
211 kekuatan baru di situ, kesemuanya itu membuktikan kalau So lo
tidak mempunyai ambisi apa-apa, sungguh bikin orang tidak habis
mengerti."
"Aaaai.... menurut pendapatku, kejadian ini mencurigakan sekali
dan pantas untuk dicurigai, cuma, puluhan tahun-tahun lamanya So
lo selalu jujur dan bijaksana, siapa tahu kalau kemunculannya kali ini
adalah bertujuan untuk melenyapkan badai pembunuhan yang mulai
mengancam dunia persilatan" Yang paling menguatirkan adalah jika
ada orang bermain dalam air keruh dan menunggangi keadaan
tersebut demi kepentingannya."
Mendengar perkataan itu, tiba-tiba saja Ci kay taysu teringat
kembali akan perbuatan Huan im sin ang yang bermaksud mengadu
domba para jago ketika berada di perkampungan Ki hian san ceng
tempo hari. Seperti serentetan hatinya, dia lantas berseru:
"Entah dimana datangnya surat itu" Apakah di ciangbun suheng
bersedia memberi petunjuk?"
Ciangbun hongtiang menunduk sedih, sahutnya :
"Surat ini kutemukan dalam kamarku pagi tadi."
Mendengar perkataan tersebut, ke empat orang kim kong saling
berpandangan muka dan tidak berbicara apa-apa lagi.
Harus diketahui ketua dari partai Siau lim ini memiliki tenaga
dalam yang amat sempurna, tapi kenyataannya orang yang memberi
peringatan tersebut dapat meninggalkan surat peringatan tanpa
diketahui, dari sini dapat diketahui kalau kepandaian silat yang
dimiliki orang itu sangat mengerikan hati.
Tanpa terasa keempat orang pendeta itu saling berpandangan
dengan perasaan terkesiap.
Tiba tiba ketua dari Siau lim pay itu berpaling, kemudian serunya
dengan suara lantang :
212 "Go tong, turunkan perintah untuk mempersiapkan barisan Lo
han toa tin".."
Go tong hwesio mengiakan dan segera mengundurkan diri dari
tempat tersebut, ketika Ci kay taysu menyaksikan ketuanya hendak
mempergunakan barisan Lo han toa tin untuk menghadapi Tiang pek
lojin, dengan kening berkerut segera tegurnya :
"Ciangbun suheng, apakah tindakan ini tidak kurang baik?"
"Jika ada persiapan bencana baru dapat diatasi, So Seng pak
bukan seorang jago yang gampang untuk dihadapi, sampai
waktunya kita mengambil tindakan menurut keadaan saja!"
DALAM suasana tegang dan kesiagaan penuh kuil Siau lim si
dapat melewati dua hari masa yang aman.
Didalam dua hari ini, mereka sendiripun tak dapat menebak gerak
gerik serta kekuatan yang sebenarnya dari Tiang pek lojin.
Puluhan orang jago lihay dari luar perbatasan yang dipimpin
langsung oleh Tiang pek lojin dengan terang-terangan menginap
disebuah rumah penginapan yang terbesar dikota Teng hong, segala
sesuatunya dilakukan secara terang-terangan, sedikitpun tidak
tampak tersembunyi atau melanggar kebiasaan dunia persilatan
tidak malu ia disebut sebagai seorang pemimpin dunia persilatan.
Besok adalah saat perjanjian yang telah ditetapkan.
Untuk menghadapi tantangan yang akan terjadi besok pagi
segenap anggota Siang bun ia memerintahkan untuk beristirahat
semenjak pagi, agar semua orang bisa memiliki tenaga yang segar
untuk menghadapi peristiwa besok pagi.
Waktu sudah melewati kentongan ketiga selain penjagaan yang
dilakukan dengan ketat, suasana dalam kuil itu diliputi oleh
keheningan yang mencekam.


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada saat itulah, tiba-tiba dari bawah bukit berkumandang suara
pekikan nyaring yang amat memekikkan telinga, pada mulanya suara
213 pekikan tersebut masih berada di tempat yang sangat jauh, tapi
sesaat kemudian tahu-tahu sudah dekat sekali dengan kuil itu,
Meski penjagaan disekitar kuil Siau lim si amat ketat, penjagapun
terdiri dari jagoan yang lihay, akan suara pekikan itu dengan
mudahnya dapat bergerak langsung menuju ketengah ruangan.
Mendengar suara pekikan itu dengan terkejut Ciangbun
hongtiang membuka pintu dan berjalan keluar dari ruangan, pada
saat yang bersamaan pula suara pekikan itupun telah sampai disitu.
Dengan kening berkerut dia mengawasi si kakek berambut putih
yang berada dihadapannya, kemudian sambil tertawa dingin katanya
dengan suara dalam.
"Rupanya So tayhiap yang telah berkunjung datang, tak heran
kalau tiada anggota kuil yang bisa menghalangi kedatanganmu,
tolong tanya ada urasan apa So tayhiap malam-malam berkunjung
kemari" Apakah kau sudah lupa dengan janji kita besok?"
Tiang pek lojin So Seng pak segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh?". Haaahh?".. haaahh". lohu bermaksud untuk
berbicara secara baik-baik lebih dulu sebelum menggunakan
kekerasan sebelum pertarungan berlangsung aku ingin berbincangbincang
secara pribadi lebih dulu denganmu apakah tidak boleh?"
"Kalau memang ingin berbicara katakan saja terus terang, lolap
sama saja bisa menerimanya."
Sementara pembicaraan berlangsung, Sreet! Sreet! Sreet! Diiringi
desingan angin tajam,
Ci kay taysu, Ci hui-taysu, Ci leng taysu dan Ci nian taysu telah
bermunculan disana dan membentuk posisi setengah lingkaran
dibelakang tubuh Tiang pek lojin.
Dengan pandangan dingin, Tiang pek lojin memandang sekejap
sekeliling tempat itu, kemudian dengan sikap acuh tak acuh katanya
: 214 "Lohu datang dari jauh sebagai tamu, masa kalian tidak tahu cara
untuk menerima tamu?"
Sambil tertawa dingin, ia mendongakkan kepalanya dan bersikap
sangat angkuh. Ciangbun hongtiang memandang sekejap kearah keempat orang
sutenya, kemudian setelah memuji keagungan sang Buddha, ujarnya
dengan serius :
"Lolap kurang hormat, harap So tayhiap jangan menyalahkan,
silahkan?"" !"
Dia membuka pintu ruangan dan berjalan masuk lebih dahulu.
Tiang pek lojin berjalan diantara kepungan lima orang dan masuk
kedalam ruangan dengan langkah lebar, tanpa menunggu ucapan
orang, dia langsung mengambil tempat duduk, sikapnya angkuh,
tinggi hati dan sama sekali tidak pandang sebelah matapun terhadap
lawannya. Menyaksikan perbuatan kakek itu, hawa amarah segera
memancar keluar dari wajah empat orang taysu itu.
Diam-diam ciangbun hongtiang dari partai Siau lim memberi
tanda kepada keempat orang sutenya agar menahan diri, ia kuatir
kalau adik seperguruannya tak kuasa menahan diri sehingga
melakukan perbuatan yang merugikan nama baik partai.
Pelan-pelan ciangbun hontiang dari Siau lim pay duduk dihadapan
Tiang pek lojin.
Keempat orang taysu lainnya berdiri di kedua belah samping,
berada di depan orang luar, mereka tak berani mengambil tempat
duduk sejajar dengan ketuanya.
Pelan-pelan paras muka Tiang pek lojin berubah menjadi lembut
dan tenang, ujarnya kemudian :
"Hwesio tua, dapatkah kau tebak apa maksud kedatangan lohu
pada malam ini?"
215 Dengan wajah serius sahut ketua dari Siau lim pay :
"Lolap tidak habis mengerti dengan keperluan apakah So tayhiap
mengadakan janji dengan kami untuk datang berkunjung kemari?"
Sebagai seorang ketua dari suatu perguruan besar, dia enggan
untuk menebak maksud kedatangan orang secara sembarangan, tapi
dibalik ucapannya itu lamat-lamat mengandung nada tegoran.
Tiba-tiba Tiang pek lojin bergumam sendiri :
"Kedatangan lohu bukan pada waktunya, apakah toa hwesio
merasa agak tidak senang hati?"
Ketua dari Siau lim pay itu mengerutkan dahinya, kemudian
pelan-pelan menjawab :
''Kemampuan So taybiap untuk berjalan di angkasa memang tak
bisa dibandingkan dengan orang, betul kuil kami kecil, tapi
kemampuan untuk menahan diri masih kumiliki, harap So tayhiap
jangan memikirkan yang bukan-bukan."
Tiba-tiba Tiang pek lojin menghela napas panjang, katanya lagi :
"Lohu ada niat untuk membatalkan perjanjian untuk
menyambangi ke atas bukit, maka sengaja aku datang untuk
mengajak toa hwesio merundingkan persoalan ini, harap toa hwesio
jangan menyalahkan diriku yang telah mendatangi kuil malammalam!"
Mendengar perkataan itu, ketua dari Siau lim pay tersebut
tertawa terbahak-bahak.
"Haaah?".. haaahhhh?"". Haaahhh".. kenapa So tayhiap
berkata begitu, baiklah, lolap akan mendengarkan perkataanmu itu."
Tiang pek lojin memandang sekejap kearah Ci kay taysu sekalian
berempat, sementara mulutnya tetap membungkam, agaknya ia ada
maksud untuk mempersilahkan orang-orang itu pergi dahulu
meninggalkan tempat tersebut.
216 Siau lim Su toa Kim kong adalah orang-orang yang cukup
berpengalaman dalam masalah dunia persilatan, tentu saja mereka
pun memahami arti kata dari sikap musuhnya.
Ci kay Taysu termenung dan berpikir beberapa saat lamanya,
kemudian dengan mengajak ketiga orang sutenya memberi hormat
kepada Ciangbun suhengnya seraya berkata :
"Tecu sekalian berempat akan mohon diri lebih dulu dari tempat
ini". !"
Selesai berkata rnereka telah bersiap-siap untuk mengundurkan
diri dari tempat itu.
Tapi dengan cepat ketua dari Siau lim pay itu mengulapkan
tangannya sembari berkata :
"Tak ada halangan buat Sute berempat untuk tetap berada disini,
So tayhiap adalah seseorang yang periang dan berjiwa terbuka
kalian tak usah berlagak sok pintar."
Sesungguhnya keempat toa kim kong itu pun merasa tidak
berlega hati untuk membiarkan ciangbun suhengnya berbicara
empat mata dengan Tiang pek lojin, mereka kuatir ketuanya
menderita kerugian, permohonan diri yang diucapkan tadi tak lebih
hanya suatu sopan santun belaka dan mereka memang tidak benarbenar
berniat begitu.
Maka setelah mendengar perkataan dari ciangbun suhengnya itu,
merekapun segera membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri,
sambil tersenyum mereka balik kembali ke tempatnya semula.
Entah apa sebabnya, ternyata Tiang pek lojin berubah menjadi
bertebal muka dan tak tahu malu, tiba-tiba katanya kembali :
"Lohu bermaksud untuk berbicara empat mata saja dengan lo
hwesio?"!"
Ketua dari Siau lim pay itu segera tersenyum, sahutnya :
"Keempat orang suteku bukan orang luar, jika So tayhiap ingin
berbicara, lebih baik katakan saja dengan terang-terangan."
217 Agak memerah paras muka Tiang pek lojin karena jengah, untuk
menutupi rasa malunya itu sengaja ia mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh...Haaahhh" Haaahhh" kalau begitu lohu akan
berbicara secara blak-blakan!"
Baik ketua dari Siau lim pay maupun keempat orang Kim kong itu
tetap membungkam dalam seribu bahasa, dengan tenang mereka
menantikan pembicaraannya lebih jauh.
Dengan perasaan apa boleh buat, terpaksa Tiang Pek lojin
berkata dengan serius :
"Asalkan kuil kalian bersedia untuk menyerahkan Si li cu
berwarna merah kepadaku, lohu segera akan mengalihkan pasukan
ke bukit Bu tong dan sejak kini tak akan mengusik kuil kalian lagi."
Si li cu dari kuil Siau lim si semuanya terdiri dari tiga macam,
yakni putih, merah dan hitam, benda itu dibentuk oleh para
ciangbunjin pada generasi yang lalu.
Selama ratusan tahun belakangan ini, banyak sekali Si li cu warna
putih dan hitam yang berhasil dibentuk, sedangkan Si li cu warna
merah hanya berhasil dibuat oleh ciangbunjin angkatan ke lima,
sebab itu Si li cu warna merah dianggap sebagai benda mustika oleh
pihak Siau lim si.
Sekarang, Tiang pek lojin ternyata menghendaki pihak Siau lim
menyerahkan benda tersebut, bukankah hal ini merupakan suatu
pemaksaan yang sewenang-wenang"
Tak heran kalau kelima orang hwesio dari Siau lim si itu menjadi
tertegun untuk beberapa saat lamanya.
Ketua dari Siau lim si itu segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa terbahak-bahak dengan gusarnya, kemudian dengan wajah
berubah serunya lantang :
"So tayhiap, apakah kau beranggapan bahwa pertemuan yang
berlangsung besok pasti dimenangkan oleh pihakmu"
218 "Hmmm".. tak perlu menunggu sampai besok sekarangpun bisa
kubuktikan kenyataanya!" sahut Tiang pek lojin sambil menunjukkan
sikap yang aneh sekali.
Ketua dari Siau lim si itu benar-benar dibikin naik pitam, sambil
tertawa dingin katanya :
"Bagus sekali! Bagus sekali! Ci kay sute, harap kau menuju
kehalaman belakang dan perintahkan orang untuk memasang
lampu, kalau memang So tayhiap ada kegembiraan untuk melakukan
hal ini, lolap bersedia untuk mengiringi kehendakmu!"
Ci kay taysu mengiakan dan siap berlalu dari situ.
Tapi Tiang pek lojin telah goyangkan tangannya berulang kali
sambil tertawa seram katanya :
"Tidak perlu lohu tak ingin terlalu menyusahkan kalian semua,
bagaimana kalau kita mencoba beberapa gebrakan ditempat ini
saja?" Soal lagaknya yang besar masih bisa ditahan, tapi sindirannya
yang pedas cukup membuat orang merasa tak kuasa menahan diri.
Sebelum ciangbun suhengnya mengucapkan sesuatu Ci nian
taysu sudah tak kuasa menahan diri lagi, dia segera membentak
gusar: "So Seng pak, kau benar-benar tidak memandang sebelah mata
kepada kami, pertama-tama biar pinto yang meminta petunjukmu
terlebih dulu!"
Tiang pek lojin melototkan matanya sambil mendengus,
"Hmm".! Usiamu belum mencapai enam puluh tahun, masa
latihanmu masih sangat terbatas, tak nanti kau bisa menahan tiga
buah seranganku. Lohu rasa, ada baiknya kalian suheng te berlima
maju bersama-sama saja!"
Ketua Siau lim pay dan ke empat Kim kongnya mempunyai
kedudukan yang amat tinggi didalam dunia persilatan, jangan
dibilang lima orang mengerubuti satu orang, sekalipun secara bergilir
219 mereka turun tanganpun tak akan dilakukan, sebab jika hal ini
sampai tersiar dalam dunia persilatan, bukankah nama besar partai
Siau lim akan tercoreng"
Tiang pek lojin bisa berbicara besar karena dia tahu bahwa
dirinya tidak terjerumus dalam keadaan yang berbahaya, sehingga
ucapan yang diutarakan pun menjadi tak sedap didengar.
Itulah sebabnya perkataan dari Tiong pek lojin dengan cepat
mengorbarkan hawa amarah dari ketua Siau lim beserta ke empat
Kim kongnya. Ci nian taysu tak kuasa menahan diri lagi sambil membentak
keras ia maju menyerang dengan ilmu pukulan Siau lim sin kun
sambil menuju tubuh Tiang pek lojin bentaknya : "Bisa atau tidak,
kita coba dulu baru berbicara kemudian!"
Tiang-pek lojin tertawa sinis, sambil mengangkat telapak
tangannya keatas dan memdorongnya kemuka dia berkata :
"Jika kau tak tahu diri, jangan salahkan diri lohu lagi."
Ci nian taysu bisa menjadi salah satu dari Su toa kim kong dalam
partai Siau lim karena ilmu pukulan Bu im sin kangnya sudah
mencapai kesempurnaan delapan bagian dalam dunia persilatan
dewasa ini boleh dibilang tidak seberapa orang yang mampu
menghadapi pukulannya itu.
Selihay-lihaynya tenaga dalam yang dimiliki Tiang pek lojin tidak
seharusnya dia berani memandang enteng musuhnya maka ketika
semua orang menjumpai sikap acuh musuhnya itu, diam-diam
mereka menjadi girang, dianggapnya dalam pertarungan pertama ini
paling tidak pihak mereka akan berhasil meraih keuntungan.
Siapa tahu kenyataannya sungguh jauh di luar dugaan,
mendadak sekujur badan Ci nian taysu mengejang keras akhirnya
tak sanggup berdiri tegak, secara beruntun dla mundur empat lima
langkah dan akhirnya muntah darah segar, jelas isi perutnya sudah
mengalami luka yang tidak ringan.
220 Ketika dua gulung angin pukulan saling membentur tadi, dalam
ruangan sama sekali tidak terjadi goncangan apa-apa, dari sini bisa
diketabui kalau kepandaian silat yang dimiliki kedua belah pihak
benar-benar sudah mencapai tingkatan yang luar biasa.
Tampaknya Tiang pek lojin berhasil untuk membuat kejutan
dengan serangannya itu, maka diantara serangan yang
dipergunakan itu, diam-diam ia sertakan pula tenaga serangan Jit
sat ci yang maha lihay itu.
Akhirnya bukan saja Ci nian taysu terkena serangan itu sampai
luka dalam, bersama itu juga jalan Ciang bun hiat ditubuhnya juga
terkena totokan.
Begitu hawa murninya tak bisa dihimpun, kontan darah segar
muntah keluar dan akhirnya ia roboh tak sadarkan diri. Setelah jatuh
pingsan, sudah barang tentu dia pun tak dapat menceritakan bila ia
sudah kena disergap lawan secara licik.
Tiang pek lojin sama sekali tidak memberi kesempatan kepada
lawannya untuk melakukan penyelidikan, sambil tertawa tergelak
serunya kemudian :
"Bagaimana hasilnya" Lohu tidak sengaja omong besar bukan?"
Ci hui taysu segera maju ke depan, kemudian katanya :
"Tak usah banyak berbicara lagi, silahkan kau menerima sebuah
pukulan dari pinto ini!"
Ditengah pembicaraan tersebut, tubuhnya segera merendah ke
bawah, sepasang telapak tangannya dengan disertai tenaga penuh
langsung menyerang jalan darah Siau yau hiat dipinggang Tiang pek
lojin dengan jurus Thian tee kay tay (langit bumi terbuka lebar).
Sesudah berhasil mengalahkan Ci nian taysu dalam satu
gebrakan mengandalkan tenaga dalamnya yang sempurna, kali ini


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiang pek lojin telah merubah sistim pertarungannya ketika
menghadapi Ci hui taysu, dia hendak menangkan musuhnya dengan
mengandalkan jurus serangan agar musuh bisa mengetahui
kemampuannya yang sebenarnya.
221 Begitulah, sambil tersenyum dia tetap berdiri tegak ditempat
semula, kemudian dengan mengandalkan tangan kirinya
melancarkan serangan balasan, ia cengkeram urat nadi pada
pergelangan tangan kanan Ci hui taysu dengan jurus Ing kan im san
(menggaet kepala memandang bukit).
Ci hui taysu segera merasakan munculnya segulung hawa dingin
yang merasuk tulang langsung menyusup ke dalam nadinya, ia
menjadi bergidik dan bersin beberapa kali, peluh dingin jatuh
bercucuran muka menjadi pucat pias seperti mayat dan segenap
tenaga dalamnya menjadi punah tak berwujud.
Melihat musuhnya telah kena dipecundangi, Tiang pek lojin
tertawa terbahak-bahak katanya :
"Haaahhh". Haaahhhh".. haaaahhhhh". ternyata yang
dinamakan Su toa kim kong dari partai Siau lim tidak lebih hanya
begitu saja, hayo enyah kau dari sini!"
Ketika telapak tangannya dikebaskan kemuka, tubuh Ci hui taysu
yang tinggi besar itu sudah terlempar jauh keluar jendela.
Paras muka Ci kay taysu dan Ci leng taysu segera berubah
menjadi hijau membesi, tampaknya mereka sudah berniat untuk
turun tangan. Hongtiang dari Siau lim pay pun melototkan matanya bulat-bulat,
ujarnya kemudian : "Sebelum partai kita berada didalam posisi
antara hidup dan mati, harap sute berdua tenangkan sedikit hati
kalian, hari ini kita cuma bertujuan untuk mengukur kepandaian
masing-masing, dua orang yang mencobapun sudah lebih dari
cukup!" Tampaknya tujuan Tiang pek lojin telah tercapai pula, paras
mukanya berubah menjadi jauh lebih lunak, lalu katanya :
"Hari ini memang bermaksud untuk menjajal kepandaian, maka
kita hanya membatasi saling menutul, tapi besok dalam pertemuan
resmi aku tidak akan bertindak sesungkan ini lagi, hui toa hwesio
pikirkan yang matang dan besok beri aku jawaban, sekarang maaf
kalau lohu tak akan menemani lebih lama lagi"
222 Begitu ucapan yang terakhir diutarakan, tubuhnya sudah
melayang keluar lewat jendela dan melompat naik keatas atap
rumah. Ci kay taysu dan Ci leng taysu berdua segera membentak keras
kemudian bersiap sedia mengejar dari belakang.
"Sute berdua, kembali! Biarkan saja dia pergi!" seru ketua Sim lim
pay dengan cepat.
Ci kay taysu dan Ci leng taysu segera mundur kembali kedalam
ruangan, dengan wajah membesi mereka membungkam dalam
seribu bahasa. Penghinaan tersebut memberikan pukulan batin yang cukup berat
bagi mereka, didalam hati kecil mereka secara lamat-lamat mulai
tumbuh perasaan dendamnya terhadap Tiang Pek lojin.
Akhirnya ketua dari Siau lim pay itu menghela napas panjang,
kemudian katanya :
"Tenaga dalam yang dimiliki orang itu jauh diluar dugaanku, Ci
kay sute harap kau undang keluar lencana Liok giok leng dan
meminta tiga malaikat untuk tinggalkan pertapaan serta siap
menghadapi pertemuan besok."
Siau lim sam sian (tiga malaikat dari kuil Siau lim) adalah saudara
seperguruan ciangbunjin angkatan yang lalu, atau merupakan
paman guru dari ketua yang sekarang, mereka merupakang tianglo
yang berkedudukan paling tinggi dalam partai Siau lim.
Oleh karena usianya yang telah lanjut dan kedudukannya yang
tinggi, mereka jarang sekali mencampuri urusan di dalam kuil.
Tapi situasi yang dihadapi partai Siau lim pada saat ini jauh
berbeda, apalagi dihadapkan pada ancaman Tiang pek lojin yang
maha dahsyat, mau tak mau terpaksa mereka memutuskan untuk
mengundang kehadiran ketiga orang malaikat tersebut.
223 Kepergian Ci kay taysu amat cepat, tapi kembalinya juga lebih
cepat begitu melangkah masuk ke dalam kamar hontiang, dengan
napas agak memburu dan suara gemetar, lapornya :
"Lapor ciangbunjin suheng, lencana leng giok leng telah hilang
dicuri orang!"
"Apa?" teriak ketua dari partai Siau lim itu dengan tubuh yang
bergetar keras.
"Lencana Liok giok leng telah hilang dicuri orang!" ulang Ci kay
taysu sekali lagi.
Sinar sang surya yang berwarna kuning emas telah memancar
ditengah lapangan luas di dalam lingkaran dinding pekarangan kuil
Siau lim si. Udara sangat bersih dan cerah, tidak ada angin yang
berhembus dan suasana terasa gerah dan tak tahan di badan.
Sejak tadi perasaan setiap pendeta dalam kuil Siau lim si telah
bergelora dengan hebatnya, mereka serasa mendidih dengan
hebatnya.... Kejadian semalam telah tersebar luas diseluruh kuil setiap
anggota kuil Siau lim telah mengetahui kalau Tiang pek lojin telah
mendatangi kuil mereka semalam dan melukai Ci hui taysu serta Ci
nian taysu. Peristiwa tersebut dengan cepat mengobarkan semangat dan
rasa dendam segenap pendeta terhadap musuhnya.
Yaa, peristiwa ini boleh dibilang merupakan suatu penghinaan
yang belum pernah dialami Kuil Siau lim si selama beberapa ratus
tahun belakangan ini.
Sekalipun ketua partai Siau lim merupakan seorang pendeta yang
beriman tebal, kali ini diapun sudah tak sanggup untuk
mengendalikan perasaannya lagi.
Mendekati tengah hari, dari luar kuil tiba-tiba berkumandang
suara derap kaki kuda yang ramai, seorang kakek bermuka merah
224 berambut putih dengan memimpin sepasukan jago pelan pelan
berjalan mendekat.
Kuda kuda itu dilarikan masuk kedalam kuil dan berhenti tepat
ditengah lapangan didepan kuil Toa hian tian.
Kuda itu berjumlah dua puluh delapan ekor sedang
penunggangnya hanya dua puluh enam orang, dua ekor kuda yang
terakhir tidak nampak penunggangnya melainkan dipasang dengan
tandu yang hijau dirubah bentuknya.
Tandu itu tidak terlalu tinggi dan tak mungkin bisa diisi orang,
tapi apakah isinya.
Semua orang sudah turun dari kudanya namun dua ekor kuda
bertandu itu tetap berdiri tegak disitu tiada ornag yang
menghampirinya, kecuali ringkikan kuda dan depakan kaki kuda
yang memecahkan keheningan.
Dalam lapangan tersebut tidak Nampak seorang pendetapun, ini
menunjukkan kalau pihak Siau lim si memang sengaja hendak
memandang rendah dan sinis terhadap kehadiran mereka.
Sebenarnya Tiang pek lojin sudah diliputi kemarahn apalgi
setelah menyaksikan kejadian ini, amarahnya kontan saja makin
memuncak, rambutnya pada berdiri semua bagaikan landak,
matanya melotot besar seperti gundu. Setelah mendengus dingin,
sumpahnya : "Orang Siau lim, laknat semua kalian!"
Baru selesai perkataan itu dilontarkan, dua orang kakek berbaju
hijau yang berusia lima enam puluh tahunan dan berperawakan
tinggi besar telah melompat maju kedepan.
Kedua kakek berbaju hijau itu bersamaan Tam ci toa tiau
(rajawali raksasa bersayap tunggal) Ting Tian yu disebut Tiang pek
sam nio. 225 Ting Tian yu adalah ketua dari ketiga burung tersebut dan
merupakan lotoa sedang mereka berdua adalah loji Meh yu tok tin
(Burung beracun berbulu hitam) Ko Thian lay serta losam Thi cui Wu
ya (burung gagak berparuh baja) Tan Peng.
Tiang pek sam nio adalah keponakan dari Tiang pek lojin sendiri,
mereka merupakan orang-orang yang paling dipercaya oleh kakek
sakti tersebut.
Sementara itu loji si burung beracun berbulu hitam Ko Thian lay
serta siburung gagak berparuh besi Tan Peng telah melompat
kedepan. Dengan suara keras Si burung gagak berparuh baja Tan Peng
berkata lantang :
"Anjing buas cuma tunduk dengan tongkat besar, berbicara soal
cengli dengan mereka sama sekali tak ada gunanya, harap kau
orang tua memberi ijin kepada kami berdua untuk membalaskan
dendam bagi kematian saudara kita."
Tiang pek lojin mengerutkan dahinya kemudian tanpa
mengucapkan sepatah katapun mengangguk.
Dengan suatu gerakan cepat, burung beracun berbulu hitam Ko
Thian lay dan burung gagak berparuh baja Tan Peng segera
menerjang maju ke depan pintu kuil.
Setelah melewati tanah lapang yang luas, sampailah kedua orang
itu dibawah undak-undakan batu didepan istana Toa hiong po tian.
Burung gagak berparuh baja Tan Peng segera berseru kepada
saudaranya : "Loji, kau tunggu saja ditempat ini, bila ada hwesio gundul yang
berani kabur dari sini, diberi sedikit pelajaran agar tahu rasa."
"Beberapa orang yang musti kurobohkan?" tanya Ko Thian lay.
226 Si burung gagak berparuh besi memperlihatkan kedua jari
tangannya, lalu baru melangkah ke atas batu undak-undakan batu
itu. Burung beracun berbulu hitam Ko Thian lay berhenti sebentar
dibawah undak-undakan batu itu, tidak tampak dia melakukan
gerakan apa-apa, tahu-tahu sambil tertawa dia telah berjalan balik
dari tempat semula.
Sedangkan si burung gagak berparuh baja telah selesai menaiki
undak-undakan batu itu dan menghampiri pintu gerbang ruang Toa
hiong po tian, diam-diam hawa murninya segera dihimpun, baru saja
akan menggempur pintu gerbang tersebut dengan kekerasan,
mendadak pintu besar berlapiskan emas itu telah membuka dengan
sendirinya. Dibalik pintu penuh dengan kawanan hwesio yang berdiri berjejal
disana... cuma anehnya, para hwesio itu tiada seorangpun yang
berkutik dari tempat semula.
Paras muka burung gagak berparuh baja Tan Peng segera
berubah menjadi merah padam, setelah tertawa serak dengan
tersipu-sipu dia balik kembali dari situ.
Mungkin karena ia tidak memperoleh kesempatan untuk
mendemostrasikan kehebatannya maka jagoan ini merasa rikuh.
Setelah pintu istana terpentang lebar, para hwesio yang
berkumpul didalam ruangan sama sekali tidak berdesakan keluar.
Mula-mula terdengar dulu suara genta kemudian bergema suara
tambur, menunggu suara genta dan tambur berbunyi bersama, dari
ruangan baru muncul sepasang hwesio cilik berbaju kuning.
Dibelakang hwesio cilik itu adalah delapan belas orang hwesio
berlhasa merah, dibelakangnya baru ketua dari Siau lim pay,
sedangkan para pendeta sisanya dengan teratur sekali mengikuti
dibelakang ketuanya.
227 Andaikata persiapan semacam ini dipergunakan untuk
menyambut kedatangan tamu agung, maka boleh dibilang hal ini
merupakan suatu ucapan penyambutan yang besar sekali, tapi kalau
digunakan untuk penyelesaian suatu pertikaian dunia persilatan
maka menjadi berbeda sekali artinya.
Hal mana tak baik mengartikan bahwa ke dua belah pihak tak
perlu membicarakan persoalan ini secara sungkan-sungkan lagi.
Ketika Tiang pek lojin menyaksikan cara Siau lim pay didalam
menyambut kedatangannya itu, kontan saja paras mukanya berubah
menjadi merah padam sambil mendongakkan kepalanya dia tertawa
tergelak tiada hentinya.....
Sementara itu kedua orang hwesio cilik yang berjalan di paling
muka telah menuruni undak-undakan batu, sedangkan ketua Siau
lim pay juga belum jauh meninggalkan pintu ruangan.
Pada saat itulah mendadak dua orang hwesio cilik yang berada
dipaling muka itu berpekik keras, kemudian secara ganas
membalikkan badan dan menyerang ke delapan belas orang hwesio
berbaju merah yang mengikuti dibelakangnya.
Tindakan yang sama sekali diluar dugaan ini sangat mengejutkan
dua orang hwesio yang berada tepat dibelakangnya, sementara
mereka masih tertegun, pukulan keras yang dilancarkan hwesio cilik
itu dengan telak melukai mereka berdua hingga robohlah kedua
orang itu keatas tanah.
Keadaan dari kedua orang hwesio cilik itu ibaratnya anjing yang
sudah gila, begitu bertemu orang serangan segera dilancarkan
dalam waktu singkat kedelapan belas orang hwesio itu menjadi
kacau balau tidak karuan.
Sebenarnya kedelapan belas Lo han itu rata-rata berilmu tinggi,
tapi lantaran peristiwa itu terjadinya sangat mendadak, dalam
tercengangnya pendeta-pendeta itu menjadi lupa untuk membekuk
kedua orang hwesio cilik yang sedang kalap tersebut.
228 Para jago dari luar perbatasan menjadi sangat bergirang hati
setelah menyaksikan kejadian itu, semua rasa mendongkol dan
ketidaksenangan hati segera tersapu lenyap hingga tak berbekas.
Sebaliknya para jago dari Siau lim pay, mulai dari ketuanya
sampai ke anak buahnya sama-sama berubah muka, dengan wajah
hijau membesi mereka melototi musuhnya dengan penuh kegusaran.
Sepasang alis mata ciangbun hongtiang mengerut kencang,
sepasang matanya merah berapi-api, dengan suara dalam bentaknya
: "Go li, Go hian! Bekuk kedua orang itu gusur pergi dari situ ?".."
Diantara delapan belas Lohan segera muncul dua orang hwesio
setengah tua yang berusia lima puluhan tahunan seorang
menghadapi seorang hwesio cilik, dengan cepat pertarungan
berlangsung. Gerak gerik kedua orang hwesio cilik itu sungguh lincah sekali,
kepandaian sakti aliran Siau lim yang dipahami juga sudah mencapai
beberapa bagian kesempurnaan, apalagi dalam keadaan hilang
kesadarannya kemampuan yang mereka tunjukkan berlipat kali lebih
dahsyat dari keadaan semula.
Akibatnya meski Go li hwesio dan Go hian hwesio sudah
bertarung sebanyak lima gebrakan, mereka belum berhasil
membekuk kedua orang hwesio cilik itu.
Menyaksikan kejadian tersebut para jago dari luar perbatasan
segera tertawa terbahak-bahak.
Go li hwesio dna Go hian hwesio segera merasa kehilangan
muka, lantaran malu mereka jadi naik darah, dengan cepat ilmu Cap
Pwe lohan jiu yang maha dahsyat dipergunakan, tapi pada jurus
yang kesembilan mereka baru berhasil menaklukkan kedua orang


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hwesio cilik itu.
229 Begitu kedua orang hwesio tadi terbekuk, mereka segera roboh
tak sadarkan diri diatas tanah, buih putih meleleh keluar tiada
hentinya dari ujung bibir mereka.
Tak usah diterangkan pun semua orang sudah tahu kalau mereka
kena dipecundangi orang dengan obat beracun.
Sementara itu dari dalam ruang kuil telah muncul empat orang
hwesio muda yang segera menggotong ke dua orang hwesio cilik itu
masuk. Selama ini kuil Siau lim si tersohor karena peraturannya yang
keras serta anggotanya yang disiplin, akan tetapi dengan terjadinya
peristiwa itu, otomatis nama baik partaipun ikut tercemar.
Dengan suara dalam ketua dari Siau lim pay itu berseru :
"Harap semua pendeta mengerahkan tenaga dalam untuk
melindungi badan, delapan belas Lo han berjalan dipaling depan!"
Kedelapan belas orang hwesio itu segera menyusun barisan
kembali dan menuruni anak tangga batu itu dengan wajah serius.
Pada mulanya para pendeta itu masih kuatir terutama mereka
yang merasa tenaga dalamnya agak cetek mereka kuatir bila sampai
keracunan lagi seperti rekannya, tapi sampai segenap anggota
menuruni undak-undakan tersebut ternyata tak seorangpun yang
mengalami musibah lagi.
Dari sini dapat diketahui bahwa si burung beracun berbulu hitam
Ko Thian lay benar-benar memiliki kepandaian yang luar biasa dalam
kepandaian beracun buktinya dia bisa mempergunakannya seperti
apa yang diinginkan hati kecilnya.
Dari dua tiga ratus orang anggota kuil Siau lim si, kecuali
sebagian yang mendapat tugas untuk menjaga ruangan dalam,
hampir seratus lima enam puluh orang anggota Siau lim pay yang
hadir ditengah lapangan saat ini. Berarti hampir separuh lapangan
telah dipenuhi oleh mereka.
230 Padahal para jago dari luar perbatasan hanya berjumlah dua
puluh enam orang, sudah jelas dalam hal jumlah mereka masih
ketinggalan jauh, meski begitu, para jago dari luar perbatasan sama
sekali tidak menunjukkan rasa jeri atau takut bahkan sama sekali
tidak ambil perduli.
Menunggu para pendeta dari kuil Siau lim si telah turun semua
dari undak-undakan batu, Tiang pek lojin baru mengulapkan
tangannya menitahkan para jago dari luar perbatasan untuk tetap
berdiri ditempat, kemudian didampingi dua orang kakek tua mereka
berjalan ke tengah arena dengan langkah lebar.
Ciangbunjin hongtiang dari Siau limpay segera ulapkan
tangannya pula, dengan didampingi Ci kay taysu disebelah kiri, Ci
leng taysi di sebelah kanan, mereka bertiga maju ke depan
menyongsong kedatangan Tiang pek lojin bertiga.
Peristiwa semalam rupanya masih mendendam dalam hati hwesio
tua ini, tiada senyuman ramah yang menghiasi bibirnya, setelah
mengucapkan "Omitohud" katanya kemudian :
"Lo sicu, apakah benar-benar tak mau lepas tangan?"
Sebenarnya ucapan itu merupakan kelanjutan dari
pembicaraannya semalam, tapi justru gampang menimbulkan
kesalahan paham yang seolah-olah mengartikan kedatangan Tiang
pek lojin tersebut.
Betul juga, so Seng pak atau Tiang pek lojin segera tertawa
dingin, kemudian katanya :
"Ci long, sungguh tak kusangka kau sebagai seorang ciangbunjin
dari suatu perguruan besar, namun tindak tandukmu begitu rendah
dan tak tahu malu!"
"Ci long, Ci long, kau anggap nama tersebut pantas kau sebut
sebut!" bentak Ciangbunjin hongtiang dengan amat gusar.
Tiang pek lojin segera tertawa seram.
231 "Heehhh..... heeehhhh.... heehhh..... ketika lohu bersama Tong
sian sang jin berkelana dalam dunia persilatan tempo hari, kau
masih seorang bocah cilik, apa salahnya kusebut kau dengan
sebutan Ci long?"
"Kau benar-benar terlalu menghina orang, lolap sudah tak tahan
dibuatnya!" bentak Ci long siansu dengan amat marahnya.
Sekali lagi Tiang pek lojin tertawa seram.
"Kau mcmpermalui perguruanmu, mencari penyakit buat diri
sendiri, kenapa sekarang malah menyalahkan orang lain."
Mendadak Ci long siansu tertawa keras pula, kemudian serunya:
"Lolap selalu melangkah menurut peraturan, selamanya tak
pernah melakukan suatu perbuatan yang merugikan orang, atas
dasar apa kau menuduh aku telah mempermalukan nama
perguruan?"
"Kurangajar, kau anggap lohu sembarangan menfitnah!" teriak
Tiang pek lojin dengan teramat gusarnya.
Ci long siansu tak mau kalah, sambil tertawa dingin dia berseru
pula : "Bagaimanakah watak Suma Ciau, orang jalanpun pada tahu!
Sekalipun kau main fitnah, apapula gunanya!"
"Lohu punya bukti!"
"Hmm.... bukti apa" Jika hatimu sudah mempunyai maksud jahat,
sekalipun ada bukti juga tak akan bisa mengelabuhi bocah berusia
tiga tahun dari daratan Tiorggoan!"
Tiang pek lojin geram sekali, sambil menggigit bibir bentaknya
keras-keras : "Ketua Thian liong pay angkatan ke sebelas Thi Eng khi telah
dipaksa mengasingkan diri jauh ke luar perbatasan, ternyata kalian
orang-orang Siau lim dan Bu tong tidak rela melepaskannya dengan
begitu saja, bahkan diam-diam menyusup masuk kedalam benteng
232 lohu dan menculiknya pergi. Bayangkan saja tindakan yang pantas
dilakukan oleh kalian manusia-manusia yang menganggap dirinya
manusia dari golongan lurus di daratan Tionggoan!"
Setelah berhenti sebentar, dengan gusar lanjutnya lebih lanjut:
"Sekarang Thi Eng khi berada di mana" Cepat serahkan
kepadaku! Lohu dengan Keng Thian giok cu Thi tayhiap adalah
sahabat sehidup semati aku tak bisa berpeluk tangan belaka
menyaksikan kejadian ini berlangsung di depan mataku."
"Gara-gara membelai Thi ciangbunjin sewaktu berada di
perkampungan Ki hian san ceng, suteku Ci kay telah menyalahi dia,
Sangkoan loji, peristiwa ini diketahui oleh setiap umat persilatan
didunia ini, kini Thi ciangbunjin lenyap diluas perbatasan, atas dasar
apa kalian menuduh kuil kami?"
Tiang pek lojin tertawa seram, sambil berpaling segera bentaknya
: "Bawa kemari barang buktinya!"
Tam ci toa tiau Ting Tian yu muncul dengan langkah lebar sambil
membawa sebuah meja besar, kemudian meja itu diangkat tinggitinggi
dan permukaannya diperlihatkan kepada para pendeta
tersebut. Kemudian dengan sinar mata yang tajam seperti sembilu Tiang
pek lojin mengawasi wajah ciangbun hongtiang tajam-tajam,
katanya : "Setelah menculik orang lantas meninggalkan tanda, tindakan ini
sebenarnya merupakan suatu tindakan yang berani, kenapa
sekarang tidak berani mengakuinya?"
Begitu menyaksikan bekas cap Liok giok leng diatas meja
tersebut, paras muka Ci long siansu berubah hebat, segera
bentaknya : "Kau berani mencuri barang orang, kemudian menfitnah orang
semaunya sendiri, hmm! Suatu ketika kau pasti akan memperoleh
ganjaran atas perbuatanmu itu!"
233 Rupanya ia menganggap Tiang pek lojin berambisi untuk merajai
daratan Tionggoan maka sengaja mencuri lencana, meninggalkan
bekasnya di meja dan dipakai sebagai bukti.
Tiang pek lojin tidak menyangka sampai kesitu, dia menganggap
pihak lawan tak tahu malu dan ingin mungkir, maka sambil tertawa
ia bertepuk tangan lagi tiga kali.
Setelah tiga kali tepukan tangan itu lewat, muncul dua orang
sambil menuntun kuda bertandu itu menghampiri tengah arena.
"Sekarang akan kutunjukkan lagi sebuah bukti yang nyata," ujar
Tiang pek lojin kemudian sambil mendongakkan kepalanya, "coba
lihat, apa yang bisa kaukatakan lagi."
Menyusul kemudian, pesannya :
"Hantar mereka kepada ciangbunjin agar bisa dilihat lebih jelas,
coba kita lihat apalagi yang hendak dia ucapakan!"
Dua orang segera maju dan menurunkan tandu tersebut dari
punggung kuda, lalu digotong dan diletakkan didepan ciangbunjin
hongtiang dari kuil Siau lim si.
Rupanya Ciangbunjin dari Siau lim si itu tidak bisa menebak
permainan setan apa yang sedang dipersiapkan Tiang pek lojin, baru
saja dia akan maju untuk melakukan pemeriksaan, Ci kay taysu yang
berada disisinya telah berkata :
"Ciangbun suheng, kau tak boleh menyerempet bahaya, biar tecu
saja yang melakukan pemeriksaan itu!"
Dengan langkah lebar dia lantas maju kedepan.
Ci kay taysu cuma maju beberapa langkah dan tidak berani
terlampau dekat dengan tandu tersebut, lalu dengan
mempergunakan tenaga pukulannya dia menyingkap kain yang
menutupi tandu tersebut.
234 Ternyata dalam tandu tadi tergeletak dua sosok mayat dari lelaki
bertubuh kekar, mata mereka terbelalak lebar dengan mulut
melongo, kematiannya benar-benar mengenaskan.
Sambil tertawa dingin, Tiang pek lojin lantas berkata :
"Coba kalian periksa, ilmu pukulan apakah yang menyebabkan
kematian mereka berdua?"
Maksud dari perkataan itu, tentu saja mempersilahkan Ci kay
taysu untuk melakukan pemeriksaan.
Kali ini Ci kay taysu tidak ragu-ragu lagi, dia lantas membungkuk
dan menyingkap pakaian yang dipakai kedua orang lelaki itu, tapi
diatas dadanya tidak Nampak luka apa-apa.
Baru saja dia hendak bertanya, Tiang pek lojin telah berkata lagi :
"Lukanya berada diatas Pay sim hiat!"
Ci kay taysu segera membalikkan jenasah itu, apa yang kemudian
terlihat segera membuat hatinya menjadi tertegun, hampir saja ia
tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Sementara itu Tiang pek lojin telah berkata lagi :
"Dua orang saudara yang mati secara mengenaskan itu adalah
Kim piau Gin kiam (ruyung emas pedang perak) dari delapan belas
penunggang kuda bukit Hek san, mere?ka dibunuh oleh pukulan
Toa lip kim kong ciang selama dirumah penginapan Tenghong aku
rasa pukulan semacam ini hanya ada didalam partai Siau lim bukan!"
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Ci kay taysu
mengundurkan diri kehadapan ciangbun suhengnya dan manggutmanggut
mengakui kematian Kim pian gin kiam di atas pukulan Toa
lip kim kong ciang dari partai Siau lim.
Pada mulanya ketua dari Siau lim pay itu merasa keheranan, tapi
tak lama kemudian timbul satu ingatan didalam benaknya, dia
menganggap kedua orang ini mungkin tewas ditangan murid-murid
partainya semalam ketika kedua orang itu mengikuti Tiang pek lojin
235 melakukan pengacauan semalam, maka sambil tertawa dingin
katanya : "Kau sendiri bisa melukai orang, mengapa murid-murid partai
kami tak boleh membunuh untuk membela diri" Hmmm, sekalipun
kau jelajahhi seantaro jagad, teorinya juga tetap sama semua!"
Tiang pek lojin menganggap pihak lawan lagi-lagi hendak
mungkir maka hawa amarahnya kontan saja makin berkobar, dia tak
mau mengalah dengan begitu saja, sambil membentak keras
teriaknya : "Sekalipun lohu telah melukai hwesio-hwesio kalian mau apa pula
kau" Bila kalian tiudak segera menyerahkan Thi Eng khi kepadaku
jika napsu membawa lohu sudah berkobar, hmmm! Perbuatan yang
lebih kejipun masih sanggup kulakukan!"
Tentu saja orang yang melukai Ci hui taysu dan Ci nian taysu
semalam bukan Tiang pek lojin asli, sedangkan orang yang
membunuh Kim pian gin kiam juga bukan anak murid Siau lim pay.
Tapi siapakah yang telah melakukan kesemuanya ini" Saya rasa
para pembaca pasti dapat menebah sendiri bukan"
Sayangnya kesalahan paham semacam ini justru tidak mudah
untuk diselesaikan, andaikata kedua belah pihak tidak bernama
besar, urusan mungkin diselesaikan lebih gampang, tapi
kenyataannya kedua belah pihak sama-sama orang ternama dalam
dunia persilatan, biasanya orang ternama sok gengsi dan tidak mau
saling mengalah, otomatis dalam setiap perdebatan pun masingmasing
pihak mempertahankan pendapatnya sendiri.
Akibatnya bukan makin beres masalahnya, sebaliknya makin lama
urusan semakin bertambah runyam.
Pembicaraan masing-masing pihak makin kaku dan keras,
kecerdasan mereka tertutup oleh kobaran api amarah terutama
sekali Ci long siansu yang merasa nama baik partainya tercemar,
lencara Liok giok lengnya tercuri, semua pertanggungan jawab yang
harus dipikulnya itu membuat dia tak ingin berpikir lebih jauh lagi.
236 Segera ketika dia mengebaskan ujung jubahnya, para pendeta
yang berada dibelakangnya dengan cepat menyebarkan diri
membentuk sebuah barisan yang terdiri dari tujuh puluh dua orang,
sedangkan pendeta-pendeta lainnya serentak menyebarkan diri dan
berjaga-jaga diruang depan Toa hong po tian.
Ci long siansu gagal meminta bantuan Siau lim sam seng untuk
mengatasi kemelut tersebut, maka diapun cukup memahami
kekuatan sendiri, dia tahu dengan mengandalkan kekuatan dari
mereka beberapa orang, sudah pasti bukan tandingan dari Tiang pek
lojin maka dia tak berani menyerempet bahaya, begitu maju barisan
Lo han toa tin segera dipersiapkan.
Barisan Lo han tin merupakan salah satu kepandaian sakti dalam
kuil Siau lim si, kekuatannya betul-betul luar biasa sekali. Barisan ini
mengambil delapan belas orang sebagai dasar kekuatan yang diamdiam
mengandung unsur cap pwe lo han jadi paling tidak harus ada
delapan belas orang baru bisa berbentuk.
Tapi barisan Lo han tin yang dibentuk kali ini terdiri dari tujuh
puluh dua orang, itu berarti barisan besar itu memang khusus
dipersiapkan untuk menghadapi ke dua puluh enam orang musuh
yang datang dari luar perbatasan, sebab menurut perhitungan Ci
long taysu, kekuatan tersebut sebenarnya sudah lebih dari cukup
untuk menghadapi kekuatan lawan......
Begitulah, setelah barisan dipersiapkan, Ci liong siansu berkata
dengan dingin :
"Siau lim si telah bersiap sedia menerima petunjuk yang lihay dari
kalian semua!"
Selesai berkata dia lantas mengajak Ci kay taysu dan Ci leng
taysu untuk menerobosi barisan Lo han tin dan naik ke atas undakundakan
batu, rupanya mereka bermaksud untuk menonton jalannya


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertempuran itu dari tempat atas.
Tiang pek lojin menjadi semakin naik pitam ketika dilihatnya sikap
Ci long siansu begitu angkuh dan tak sudi turun tangan melawan
dirinya, seraya mendengus ujarnya kemudian:
237 "Hmmm! Kalau cuma barisan Lo han tin mah masih belum lohu
pandang sebelah matapun, jika lohu tak mampu menerobos keluar
dari barisan ini, mulai detik ini aku tidak akan menginjakkan kakiku
lagi didalam daratan Tionggoan!"
"Silahkan!" Ci long siansu cuma mengucapkan sepatah kata yang
amat sederhana itu. Kemudian tidak berbicara lagi. Tampaknya dia
benar-benar telah mambenci Tiang pek lojin hingga merasuk
kedalam tulangnya.
Meskipun perkataan Tiang pek lojin diucapkan dengan sombong
dan tinggi hati, namun gerak geriknya sangat berhati hati sekali, dia
memilih Boan san siang koay (sepasang manusia aneh dari bukit
Boan san) Cia bersaudara, Tiang pek sam nio dan Sui pek su kui
(empat setan dari Pek sui) sekalian berdelapan sebagai
pembantunya. Dengan demikian sembilan orang masuk bersama kedalam
barisan Lo han tin yang terdiri dari tujuh puluh dua orang, atau
de?ngan perkataan lain mereka harus satu lawan sembilan.
Ke sembilan orang itu mengambil posisi dengan kedudukan Kiukiong,
begitu posisi sudah diambil, Tiang pek lojin baru berpekik
nyaring sambil katanya :
"Sekarang lohu sekalian telah masuk ke dalam barisan, jika ada
permainan lain silahkan ditunjukkan!"
Dari dalam jubahnya ketua dari Siau lim pay itu mengeluarkan
selembar panji kecil berwarna kuning, setelah diangkat tinggi-tinggi
ke atas kepala, panji itu diputar tiga kali ditengah udara, barisan Lo
han tin pun segera berputar pula mengelilingi Tiang pek lojin
sekalian bersembilan......
Pada mulanya masih tampak gerakan bayangan manusia, tapi
lambat laun gerakan itu dari lambat menjadi cepat, sehingga
akhirnya bayangan manusia sukar dilihat jelas selain segulung
pusaran angin puyuh yang berwarna abu-abu saja yang bergerak
menekan ke tengah arena.
238 Tiang pek lojin segera membentak keras :
"Kiu ciau lian huan!"
Ke sembilan orang itu segera saling bergandengan tanpa antara
yang satu dengan lainnya kemudian membentuk sebuah lingkaran
bulat yang berputar menurut arah kebalikan dari arah perputaran
barisan Lo han tin.
Akibat dari gerakan itu, segera muncul juga segulung tenaga
tekanan dahsyat yang mengembang ke arah luar dari membendung
tenaga tekanan yang terpancar dari barisan Lo han tin ke arah
dalam itu. Begitulah, kedua belah pihak sama-sama saling beradu tenaga
hampir selama sepertanak nasi lamanya, sekalipun Lo han toa tin
terdiri dari tujuh puluh dua orang, nyatanya mereka tak banyak
berkutik menghadapi sembilan gelang berantai Kiu ciau lian huan
yang dibentuk oleh lojin bersembilan.
Ditinjau dari sini, bisa ditarik kesimpulan bahwa keberangkatan
Tiang pek lojin memasuki daratan Tionggoan ini disertakan pula
dengan suatu persiapan yang matang, jadi tak bisa dibilang kalau
dia datang tanpa maksud tertentu.
Pertarungan kembali berlangsung setengah pertanak nasi lagi,
tapi keadaan tetap seimbang dan saling bertahan, melihat itu
ciangbunjin dari Siau lim pay mengerutkan dahinya rapat-rapat,
kemudian menggerakkan panji kuningnya tiga kali.
Serentak ke tujuh puluh dua orang pendeta dari Siau lim si itu
menghentikan gerakan tubuhnya bagaikan tujuh puluh dua buah
tonggak batu mereka berdiri tak berkutik ditempat semula.
Tiang pek kiu hiong (sembilan jago dari Tiang pek san)
menghentikan pula gerak perputaran mereka ditengah gelak tertawa
Tiang pek lojin yang amat keras.
Setelah tergelak-gelak beberapa saat, Tiang pek lojin berkata :
239 "Gerak pertama dari Siau lim Lo han tin yaitu Kun tun jut kay
(alam semesta bara tercipta) tak lebih cuma begitu saja, lohu telah
merasakan kehebatannya!"
Siau lim ciangbunjin tidak berbicara apa-apa, panji kuningnya
kembali diangkat dan dikibarkan tiga kali ke kiri empat kali ke kanan.
Tujuh puluh dua orang yang berada dalam barisan Lo han tin
sekali lagi melakukan perputaran.
Cuma gerakan perputaran yang mereka lakukan dengan gerakan
yang lamban sekali, didalam perputaran tadi, ketujuh puluh dua
orang dalam barisan tahu-tahu telah memecah diri menjadi sembilan
kuntum barisan kecil yang berbentuk bunga bwe, yakni empat
didalam lima diluar, masing-masing kelompok kecil itu berputar terus
tiada hentinya, sambil berputar mereka melingkari terus Tiang pek
lojin sekalian bersembilan.
Tiang pek lojin memperhatikan sekejab perubahan barisan lawan,
kemudian segera berpekik nyaring, menysul pekikan tersebut
kesembilan orang itu mendadak mempersempit lingkaran posisi
mereka, dengan punggung menempel punggung mereka
Berdesakan menjadi satu hingga sepintas lalu tampak kacau
seperti tiada peraturan, dalam kenyataan mereka telah membentuk
sebuha barisan segi delapan yang mengandung perubahan Im yang
ngo heng. Tiang pek lojin sebagai puncak pimpinan berada di tengah,
sedangkan delapan orang lainnya menempel disekitarnya, maju
mundur semuanya mengambil posisi bersudut delapan.
Selain itu setiap orang berdiri dengan telapak tangan kanan
dirintangkan ke depan dada, tangan kiri disembunyikan ke belakang
dan saling bergandengan tangan.
Tiang pek lojin memperhatikan sekejap keadaan disekeliling sana,
sepasang tangan terjulur kebawah dengan telapak tangan
menghadap keluar, tiada hentinya dia memperdengarkan suara
pekikan yang amat nyaring .......
240 Kedua kelompok kekuatan kembali saling berputar sambil
menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan, waktupun
berlalu di tengah keheningan dan ketenangan.
Sekalipun diarena berkumpul ratusan orang jago, namun selain
langkah kaki para hwesio yang berada dalam barisan Lo han tin tak
kedengaran sedikit suarapun disana seakan-akan napas semua
orang telah terhenti sama sekali.
Sekalipun demikian, semua orang tahu bisa serangan dimulai
niscaya kehebatannya melebihi apapun, dapatkah Tiang pek lojin
bersembilan menahan serangan berantai dari Siau lim lo han tin, hal
ini masih merupakan suatu tanda tanya besar.
Mendadak panji kecil di tangan Siau lim ciangbunjin itu diayunkan
ke bawah, henbusan angin pukulan yang amat dahsyat dengan
cepat meluncur keluar dari tiap barisan kecil berbentuk bunga bwe
itu mengarah tengah arena.
Didalam serangan itu telah terlebur segenap tenaga yang dimiliki
delapan orang jago Siau lim si kedahsyatannya betul- betul
mengerikan sekali.
Menanti angin pukulan itu sudah mendekati tengah arena Tam ci
toa tiau Ting Tian yu yang persis berada di hadapan serangan tadi
baru membalikkan telapak tangannya dan menyongsong datangnya
ancaman tersebut, ternyata kekuatan kedua pihak sama-sama
tangguh dan tak ada yang menang tak ada yang kalah.
Hal ini bukan dibilang tenaga dalam yang dimiliki Tam ci toa tiau
Ting Tian yu sanggup menahan tenaga gabungan dari kedelapan
orang jago Siau lim si, adalah segenap tenaga dalam dari Tiang pek
lojin bersembilan telah digabungkan menjadi satu dan bersamasama
menerima serangan tadi.
Menyusul serangan yang pertama, sera?ngan-serangan
berikutnya segera bermunculan menghajar pusat barisan secara
bergantian. 241 Tanpa gentar sedikitpun juga, Tiang pek lojin sekalian beruntun
menyambat kesembilan buah serangan itu.
Barisan Lo han tin sekali lagi berputar pukulan demi pukulan
dilontarkan ke tengah arena menghajar kesembilan orang lawannya,
dengan begitu kesembilan orang jago dari luar perbatasan itupun
menjadi sasaran pukulan.
Tiang pek lojin yang berada ditengah arena sudah mulai
mengebulkan asap putih dari kepalanya, sepasang tangan diputar
dibalik berulang kali, tenaga dalamnya telah terhimpun mencapai
dua belas bagian untuk menghadapi ancaman-ancaman yang datang
dari delapan penjuru.
Sesudah menyambut Sembilan kali sembilan, delapan puluh satu
buah pukulan, Tiang pek lojin nampak kehabisan tenaganya
sehingga gerak geriknya juga menjadi lebih lamban.
Sekalipun demikian, Ci long siansu yang memegang pucuk
pimpinan dari atas undak-undakan batu merasa terperanjat sekali.
Sebagaimana diketahui Siau lim Lo han tin sudah lama tersohor
didalam dunia persilatan, sepanjang sejarah belum pernah barisan
itu diturunkan dengan mengerahkan segenap kemampuan yang
dimilikinya seperti sekarang ini.
Atau dengan perkataan lain, bila barisan telah bergerak didalam
Sembilan pukulan yang kemudian dilancarkan itulah pihak musuh
pasti terluka atau tewas.
Tapi kenyataannya sekarang Tiang pek lojin sekalian sanggup
menerima delapan puluh satu buah pukulan tanpa kalah, bayangkan
saja bagaimana mungkin Ci long sian?su tidak merasa terperanjat.
Begitulah, setelah menyambut delapan puluh satu buah pukulan,
mendadak Tiang pek lojin berpekik nyaring, lalu katanya :
"Kehebatan Pek tian kim kong dan Siau lim lo han tin telah lohu
rasakan kehebatannya, sekarang lihatlah bagaimana kemampuan
lohu untuk menjebolkan barisan ini!"
242 Selesai berkata, kepada delapan anak buahnya dia berseru :
"Air raksa tumpah ditanah!"
Seketika itu juga tampaklah Tiang pek lojin bersembilan bagaikan
letupan bunga api memancar keempat penjuru dan menerobos
masuk lewat celah-celah dalam barisan Lo han tin.
Melihat gerakan musuh itu, Siau lim ciangbunjin segera
menggerakkan panji kuningnya, sekali lagi bentuk barisan Lo han tin
mengalami perubahan dan berhenti bergerak, tujuh puluh dua orang
berdiri kaku di tempat sambil menyalurkan hawa murninya
membentuk selapis dinding hawa yang kuat untuk mencegah
kesembilan orang yang berada dalam barisan melarikan diri dari
kepungan. Tiang pek lojin segera melambung ketengah udara dan tiba-tiba
menjebolkan pertahanan ketiga dari barisan Lo han tin yang disebut
Thian loo tee wang.
Begitu melayang turun diluar arena, sambil tertawa terbahakbahak
serunya : "Lohu toh sudah lolos dari barisan!"
"Kau telah mempergunakan ilmu Hun hua sip hong (memecah
belah sepuluh penjuru) untuk melepaskan diri dari kepungan dan
mematahkan pertahanan barisan Lo han tin, tapi toh cuma kamu
seorang yang lolos, kemampuan semacam itu belum bisa terhitung
sebagai suatu kepandaian hebat!"
Sekalipun ia berkata demikian, hatinya benar-benar merasa
terperanjat, sebab sekalipun hanya satu orang yang berhasil lolos,
nama besar Lo han tin tetap tercoreng.
Sikap Tiang pek lojin yang berada diluar barisan ternyata santai
sekali, sambil tertawa terbahak-bahak, katanya :
"Lohu tak lebih hanya keluar lebih duluan, aku ingin
memberitahukan kepadamu bahwa lohu masih sanggup
menjebolkan barisan Lo han tin kalian itu dengan mengandalkan
tenaga murni, sedang mereka berdelapanpun mempunyai cara
243 sendiri untuk meloloskan diri, kau si hwesio tua tak usah merisaukan
keadaan mereka!"
Sehabis berkata kembali dia berpekik nyaring, baru saja pekikan
itu berkumandang, suasana didalam barisan Lo han tin menjadi
kacau balau tidak karuan, ternyata para pendeta itu melepaskan
anak buah Tiang pek lojin dan sebaliknya malah bertarung sendiri.
Menyaksikan kejadian itu paras muka Siau lim ciangbunjin
berubah hebat, dia tahu pihak lawan pasti telah berbuat sesuatu
sehingga menyebabkan keadaan berubah menjadi begitu.
Buru-buru panji kuningnya dikibarkan berulangkali dengan
harapan untuk memenangkan kembali suasana yang serta kalut.
Dalam detik itulah, delapan orang anak buah Tiang pek lojin telah
meloloskan diri dengan selamat dari dalam barisan.
Sementara itu, ketujuh puluh dua orang nwesio yang berada
dalam sebuah barisan seperti pula keadaan dari kedua orang hwesio
cilik tadi, mereka kehilangan kesadarannya dan bertarung sendiri
dengan hebatnya.
Menghadapi keadaan tersebut, Siau lim ciangbunjin baru benarbenar
merasa agak gugup dan kelabakan, disamping harus
menghadapi Tiang pek lojin yang berhasil meloloskan diri dari
barisan, diapun tidak tega hati menyaksikan tujuh puluh dua orang
muridnya menjadi kalap.
Jilid 8 CI KAY TAYSU dan Ci leng taysu demikian cepat terjun ke dalam
barisan Lo han tin dan bekerja keras untuk menotok roboh semua
muridnya yang gila itu satu per satu.
Menanti suasana telah pulih kembali dalam ketenangan, dengan
perasaan lega Ciangbunjin dari Siau lim pay itu baru tertawa sedih
kepada Tiang pek lojin katanya :
244 "Sekarang apa yang hendak kau lakukan?"
"Lohu hendak masuk ke dalam kuil dan mencari jejak Thi Eng
khi" Seandainya Siau lim si benar-benar digeledah oleh Tiang pek
lojin, maka bukan saja nama besarnya akan musnah dari dunia
persilatan, mungkin keadaannya akan jauh lebih parah daripada
keadaan yang dialami partai Thian liong pay.
Akibat tersebut tentu saja dipahami baik oleh Ci long siansu
maupun Tiang pek lo?jin, sebab itu suatu pertarungan baru
tampaknya segera akan berlangsung.
Disaat yang amat kritis itulah, mendadak terdengar Pek leng
siancu So Bwe leng menjerit lengking.
Ketika Tiang pek lojin sekalian berpaling, tampaklah sesosok
bayangan manusia sedang melarikan Pek leng siancu So Bwe leng
dari tempat itu ?"..
Dengan gusar Boan san siang koay, dua orang anak buah Tiang
pek lojin membentak keras, kemudian segera melakukan pengejaran
dari belakang "..
Tiang pek lojin sebagai seorang jago kawakan dari dunia
persilatan juga cukup mengerti bahwa penculik itu bukan manusia
sembarangan, sekalipun telah dikejar anak buahnya, urusan tak


Pukulan Naga Sakti Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan bisa dibereskan.
Maka buru-buru serunya kepada ketua dari Siau lim pay.
"Anggap saja kau lagi beruntung hari ini, kita berjumpa lagi dilain
waktu!" Kemudian kepada para jago dari luar perbatasan, serunya :
"Kalian kembali dulu ke kota Teng hong untuk menunggu
perintah!"
245 Ketika selesai mengucapkan perkataan itu tubuhnya telah
melayang melewati dinding pekarangan......
Jauh memandang ke sana, ia saksikan Boan san siang koay dan
orang yang di kejarnya itu telah berada dua tiga puluh kaki jauhnya
dari tempat semula.
Tiang pek lojin memang benar benar memiliki kepandaian yang
melampaui orang lain, dalam sekali lompatan tubuhnya telah berada
sepuluh kaki jauhnya dari tempat semula, kemudian dalam beberapa
pula lom?patan kemudian telah berhasil melampaui Boan san siang
koay. Akan tetapi jaraknya dengan orang yang menculik Pek leng
siancu masih terpaut empat lima kaki.
Saat itu jalan darah ditubuh Pek leng siancu So Bwe leng telah
tertotok, ketika menyaksikan kakeknya melakukan pengejaran,
kecuali mengucurkan air mata karena girang tak sepatah katapun
bisa diucapkan.
Gerakan tubuh Tiang pek lojin benar-benar sangat cepat
ibaratnya anak panah yang terlepas dari busurnya, dalam waktu
singkat ia telah berhasil mendekati sampai dua kaki.
Tapi dikala Tiang pek lojin hendak menerjang lebih kedepan
itulah mendadak orang yang dikejar tersebut membalikkan
tangannya sambil melepaskan setitik cahaya putih ke belakang.
Dengan cekatan Tiang pek lojin menyambar cahaya putih
tersebut terasa benda itu sangat enteng sewaktu diperhatikan lebih
teliti ternyata isinya adalah selembar kertas.
Tanpa menghentikan gerak tubuhnya, Ti?ang pek lojin
melanjutkan pengejarannya lebih ke depan.
Tampaknya orang yang berada didepan itu ada maksud untuk
membiarkan musuhnya mendekat, tapi begitu musuh tinggal satu
246 dua kaki dari badannya, selembar kertas segera disambitkan ke
belakang. Lalu menggunakan gerakan tadi, ia merendahkan badan dan
mempercepat gerak larinya sehingga meninggalkan Tiang pek lojin
jauh dibelakang sana.
Tiang pek lojin menggertak giginya kencang-kencang, dengan
mengerahkan tenaganya sebesar dua belas bagian, dia
mempercepat pula gerakan tubuhnya untuk melesat lebih kedepan.
Gerakan tubuh orang yang berlarian di depan itu kian lama kian
bertambah cepat, bukan saja Tiang pek lojin tidak berhasil
mendekatinya lagi, malahan selisih jarak mereka kian lama kian
bertambah besar.
Dua sosok bayangan manusia bagaikan dua titik bintang
meluncur ditengah pegunungan dengan kecepatan tinggi, puluhan li
kemudian mendadak orang itu membelokkan badannya menuju ke
arah tanah pegunungan Tay si san, tapi baru melewati beberapa
tikungan, bayangan tubuhnya tahu-tahu sudah lenyap tak berbekas.
Sejak terjun di dunia persilatan pada puluhan tahun berselang
kecuali kalah ditangan Keng thian giok cu Thi Keng, belum pernah
Tiang pek lojin kalah ditangan orang lain.
Siapa tahu sekarang dia harus menghadapi seseorang yang lihay
sekali ilmu meringankan tubuhnya, kejadian ini boleh dibilang benarbenar
merupakan suatu pukulan baginya.
Diapun menyadari sekalipun dicari juga tak ada gunanya, sebab
musuh telah hilang tak berbekas, akhirnya dengan mendongkol dia
periksa kertas-kertas ditangannya.
Ternyata diatas kertas itu hanya tercantum dua patah kata yakni:
"Menunggu janji!"
Dilihat dari sini dapat diketahui bahwa tindakannya menculik Pek
leng siancu merupakan suatu tindakan yang diputuskan secara
247 mendadak, dan bukan merupakan tindakan yang terencana, oleh
karena belum dapat menentukan langkah berikutnya, terpaksa dia
mempersilahkan Tiang pek lojin untuk "menunggu janji"
Setelah membaca tulisan itu. Tiang pek lojin menghela napas
panjang, ia mulai bertanya pada diri sendiri :
"Mengapa aku harus mencari penyakit buat diri sendiri?"
Jelas lantaran cucu kesayangannya diculik orang, dia menjadi
menyesal sekali atas tindakannya memasuki daratan Tionggoan.
Tapi ingatan tersebut hanya sebentar melintas didalam benaknya,
menyusul kemudian dengan sinar mata yang mencorong cahaya
tajam serta mengepal sepasang tangannya kencang-kencang dia
berseru : "Tidak! Aku tak boleh kehilangan orang ini didaratan Tionggoan!"
Selesai berkata, dengan langkah lebar dia lantas berjalan balik
melalui jalan semula.
Sementara itu dengan napas terengah-engah Boan san siang
koay telah menyusul ke sana, ketika menyaksikan Tiang pek lojin
pulang seorang diri, mereka segera memahami perasaan orang tua
itu, maka tak sepatah katapun yang diucapkan.
Dua bersaudara Cia yang berjulukan Boan san siang koay ini
terhitung jago-jago lihay yang nama besarnya hanya sedikit dibawah
Tiang Pek lojin, atau dengan perkataan lain mereka masih terhitung
jagoan ternama diluar perbatasan.
Selama ini sikap Tiang pek lojin terhadap mereka juga teramat
sungkan, maka setelah menyaksikan keadaan mereka itu, sambil
tertawa getir dia lantas berkata lebih dulu :
"Saudaraku, hari ini kita benar-benar jatuh kecundang ditangan
orang lain!"
"Siaute berdua tak ada gunanya, cuma membuat toako risau
saja!" kata Cia Lok cepat-cepat dengan rikuh.
248 Tiang pek lojin segera tertawa nyaring.
"Haaahhh.... haaahhh.... haaahhh.... mana bisa kusalahkan kalian
berdua" Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki orang itu memang
luar biasa hebatnya, mari kita pulang dulu untuk membicarakan
persoalan ini lebih lanjut."
Dalam perjalanan pulang, dengan murung bercampur kesal Tiang
pek lojin berkeluh kembali :
"Aaaai tidak kusangka Bwe leng si bocah inilah yang harus
menderita lebih dulu!"
Buru buru Ji koay Cia Leng menghibur :
"Bwe leng sibocah perempuan ini binal tapi cerdik, aku kuatir
bukan dia yang bakal menderita, sebaliknya orang itu sendirilah yang
bakal dibuat pusing kepala!"
Terbayang kembali kebinalan cucu kesayangannya, tanpa terasa
sekulum senyuman menghiasi ujung bibirnya, dia manggutmanggut.
"Yaa, semoga saja bocah ini tidak memalukan kita semua!"
katanya. Demikianlah, oleh karena keadaan yang dihadapi. untuk
beberapa saat lamanya tak mungkin bagi Tiang pek lojin sekalian
untuk meninggalkan propinsi Hoo-lam, maka merekapun berdiam di
kuil Tiong gak bio dibukit Tay si san.
Dengan cepat kuil Tiong gak bio dirubah menjadi basis
pertahanan para jago dari luar perbatasan untuk melampiaskan
dendamnya terhadap orang-orang Tionggoan.
Sementara itu, pihak Siau lim si juga tidak terima setelah
menderita kekalahan to?tal itu, kecuali mengutus orang untuk
menghubungi pihak Bu tong pay, merekapun membagi surat
undangan Enghiong tiap kepada segenap umat persilatan untuk
bersiap-siap melangsungkan pertarungan seru melawan Tiang pek
lojin. 249 Para jago luar perbatasan di bawah pimpinan So Ping gwan yang
ada diluar perbatasan, seperti rencana semula serombongan demi
serombongan berdatangan ke kuil Tiong gak-bio dan bergabung
dengan rekan-rekannya, ini membuat kekuatan dari Tiang pek lojin
kian hari kian bertambah besar.....
Selain daripada itu, terdapat pula para jago daratan Tionggoan
yang tidak puas dengan kenyataan, atau simpatik terhadap Tiang
pek lojin tidak sedikit pula diantara mereka yang bergabung dengan
pihak jago-jago dari luar perbatasan.
Maka kuil Tiong gak bio berubah menjadi pusat kekuatan orangorang
persilatan di dunia ini, peristiwa tersebut pun menggemparkan
seluruh kolong langit.
Sebagai pihak lawan, kuil Siau lim si pun berubah menjadi pusat
himpunan para jago dari pelbagai perguruan besar.
Tentu saja, situasi semacam ini bukan sesuatu yang bisa dibentuk
dalam satu dua hari saja, tapi keadaan setelah satu tahun. Tiang pek
lojin berusaha keras untuk mengembangkan kekuatan sendiri,
diapun menyebar orang keempat penjuru dunia untuk mencari jejak
Pek leng siancu So Bwe leng.
Oleh karena pelbagai alasan inilah sekalipun antara pihak Tiong
gak bio dengan kuil siau lim si terjadi perang dingin, pertempuran
berdarah belum pernah sampai terjadi.
Yang lebih aneh lagi adalah surat yang diterima Tiang pek lojin
ketika Pek leng siancu So Bwe leng terculik tempo hari, tulisan
'menunggu janji" tersebut ternyata tetap merupakan "menunggu
janji", sama sekali tiada kabar berita yang baru.
Tentu saja selama masa tersebut juga merupakan suatu masa
lenyapnya Thi Eng khi dari dunia persilatan.
Padahal kalau dibicarakan sebenarnya, pertikaian antara jagojago
luar perbatasan dengan daratan Tionggoan hanya dibebaskan
250 oleh hilangnya Thi Eng khi, jadi seandainya Thi Eng khi bisa muncul
kembali dalam dunia persilatan siapa benar siapa salahpun segera
akan terbukti. Sebab itulah baik pihak Siau lim dan Bu tong, maupun pihak
Tiang pek lojin seringkali murung dan kesal karena Thi Eng khi tidak
berhasil ditemukan.
Terutama sekali pihak Siau lim dan Bu tong pay, semua harapan
mereka hampir boleh dibilang tertumpu diatas pundak Thi Eng khi,
mereka beranggapan asal Thi Eng khi sudah munculkan diri, maka
Tiang pek lojin tidak akan mempunyai alasan lagi untuk bercokol
didalam daratan Tionggoan.
Maka kedua partai besar itu segera mengutus orang-orangnya
untuk mencari jejak Thi Eng khi, ketika gagal menemukan jejak
pemuda itu, mereka mengalihkan perhatiannya pada sisa anggota
Thian liong pay dengan harapan bisa menemukah beberapa buah
berita tentang jejak sianak muda itu.
Kejadian aneh memang seringkali bisa dijumpai dikolong langit,
selama hampir dua puluh tahun lamanya, anak murid Thian liong
pay tercerai berai dalam dunia persilatan, dicemooh orang, dihina
dan dipandang hina orang, tak seorangpun yang memperdulikan
nasib mereka. Tapi sekarang, dikala semua orang mencari mereka, ternyata
seorang manusiapun tidak berhasil ditemukan.
Hal ini bukan berarti anak murid Thian liong pay sudah punah
dari dunia persilatan adalah disebabkan murid Thian liong pay sudah
tak berani muncul kembali didalam dunia persilatan.
Sebab setiap kali ada orang berhasil menemukan seorang
anggota Thian liong pay, secara tiba-tiba saja orang itu lenyap tak
berbekas tak ketahuan rimbanya, bayangkan saja bagaimana
mungkin anak murid Thian liong pay berani munculkan dirinya lagi
didepan dunia persilatan"
251 Maka mereka semakin merasakan kejamnya dunia, meski jagat
itu luas namun sudah tiada tempat berpijak lagi bagi mereka, demi
menyelamatkan diri, mau tak mau terpaksa mereka harus
menyembunyikan diri agar jangan sampai tertimpa bencana.
Dengan punahnya anak murid Thian liong pay, orangpun mulai
mengalihkan perhatiannya pada Thian he tit it keh di kota Huay im,
dalam anggapan mereka su?dah tentu Thian liong ngo siang ada di
rumah. Tapi laporan yang kemudian diterima pihak Siau lim pay dan Bu
tong pay adalah kosongnya rumah yang dinamakan rumah nomor
satu dikolong langit itu. Thian liong ngo siang seakan akan ikut
musnah pula da?ri dunia ini.
Orang menjadi curiga bercampur kecewa semua orang bertanyatanya
kenapa Thian liong pay bisa lenyap dengan begitu saja"
Dalam suasana yang serba kalut inilah, tiba-tiba di puncak Wong
soat hong dibukit Wu san berdirilah sebuah organisasi yang
dinamakan Ban seng kiong, cuma kemunculannya tidak terlalu
diperhatikan orang, sebab segenap perhatian orang telah tertarik
oleh ketegangan yang berlangsung antara pihak Siau lim si dengan
pihak Tiong gak bio.
Maka Ban seng kiong pun muncul dari celah perhatian orang,
dengan cepat kekuasaan mereka membentang dari wilayah Kanglam
sampai ke Kangpak.
Siapakah pemilik dari istana Ban seng kiong" T
Bentrok Rimba Persilatan 22 Bara Naga Karya Yin Yong Harpa Iblis Jari Sakti 16
^