Pencarian

Pedang Berkarat Pena Beraksara 12

Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D Bagian 12


"Benar-benar suatu ilmu pedang yang bagus."
Berbareng dengan seruan itu, tubuhnya menerjang maju ke depan, pergelangan
tangannya digetarkan dan kipasnya menciptakan selapis cahaya perak yang segera
menyelimuti seluruh angkasa, cahaya tajam mana secara bersama-sama langsung
mengurung tubuh Wi Tiong hong.
Begitu berhasil mendesak mundur musuhnya da lam serangan pedangnya, Wi Tiong
hong merasa semangatnya berkobar begitu melihat datangnya bayangan kipas dari
Lan Kunpit yang menyerang datang secara gencar, dia pun turut membentak. "Sebuah
serangan yang amat bagus"
Pedangnya diputar ditengah udara, suara desingan tajam bagaikan pekikan naga,
bersamaan dengan getaran pada pergelangan tangannya.
Ujung pedang meluncur ke atas menyongsong datangnya bayangan kipas dari Lan Kun-
pit. Tampak selapis bayangan perak menyelimuti angkasa, cahaya tajam dan bayangan
kipas segera bercampur aduk menjadi satu.
Dalam waktu singkat Wi Tiong-hong dan Lan Kun-pit telah terlibat dalam suatu
pertarungan adu cepat, dua puluh gebrakan sudah lewat tanpa terasa.
Ilmu pedang yang dipergUnakan Wi Tiong hong sekarang ilmu pedang Ji gi-kiam hoat
dari Bu-tong-pay, semua gerakan pedangnya mengambil posisi setengah busur,
semuanya terbuka gagah dan mencerminkan suatu ilmu pedang dari suatu perguruan
yang lurus. Sebaliknya permainan kipas dari Lan Kunpit bergerak ganas keji dan berbahaya,
semuanya berjalan seorang dengan jurus aneh yang bermunculan setiap saat,
keganasan dan ancaman bahayanya sungguh membuat hati orang bergidik.
Didalam serangan bertubi-tubi itu, Wi Tiong hong mulai merasa keteter dan bertahan
sepenuh tenaga.
Tiga puluh gebrakan kemudian, Lan Kun-pit mulai habis kesabarannya dan tiba-tiba ia
membentak keras, permainan kipasnya berubah dalam waktu singkat, tampak
serangan makin lama semakin bertambah cepat, kipas peraknya diputar sedemikian
rupa menciptakan selapis demi selapis cahaya perak berputar bagaikan roda, tubuh
dan kipasnya seperti telah melebur menjadi satu.
Bayangan kipas yang menyelimuti angkasa bagaikan gulungan ombak yang melanda
seluruh permukaan saja, selapis demi seltpis menyerang tiba dengan ganasnya.
Pada hal Wi Tiong hong sudah berada dalam posisi di bawah angin, apalagi setelah
diteter seperti itu, keadaannya semakin mengenaskan lagi . .
Dia mundur setengah langkah kebelakang kemudian memberikan perlawanan dengan
gerakan yang justru merupakan kebalikan dari gerak cepat melawan cepat tadi.
Pedangnya diputar didepan dada, menciptakan sebuah lingkaran cahaya, gerakannya
amat lamban dan satu jurus demi satu jurus dilontarkan secara berulang-ulang.
Kalau dibicarakan yang sesungguhnya, keadaan waktu itu memang aneh sekali,
gerakan pedang yang kelihatan sangat lamban itu sama sekali tidak nampak sesuatu
kejutan, bahkan seakan-akan tidak disertai dengan sedikit tenaga pun.
Tapi semua serangan dahsyat yang dilancarkan Lan Kun-pit itu justru kena terbendung
semua oleh serangan pedangnya itu, bahkan keadaan yang kritispun makin berhasil
dikuasai. Thian Khi cu dari Bu tong pay mulai mengelus jenggotnya, sekulum senyumanpun
mulai menghiasi wajahnya.
Tentu saja dia pun dapat melihat kalau Wi-Tiong hong yang semula berada dalam
keadaan panik dan berangasan lambat laun berhasil menguasahi diri dan menjadi
tenang kembali, sekarang seluruh hawa murninya dihimpun menjadi satu dan inilah
inti sari yang sesungguhnya dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat aliran Bu tong pay.
Keng hian tojin, Bwee hoa kiam Thio Kun-kay, maupun Lakjiu im eng Thio Man dari Bu
tong pay juga mulai mengulumkan senyuman diatas wajah masing-masing.
Ketika mereka menyaksikan Wi Tiong hong bertempur dengan mengandaikan ilmu
pedang dari perguruannya, tentu saja hal ini segera menimbulkan kebanggaan dalam
hati masing-masing, terutama sekali berada dihadapan jago-jago lihay dari berbagai
perguruan, mereka ingin semua orang tahu kalau ilmu pedang dari Bu tong pay pun
tidak kalah hebatnya dengan kepandaian lainnya.
Kedua belah pihak kembali bertarung dua puluh gebrakan lebih, bagaimana pun
gencar dan dahsyatnya Lan Kunpit melepaskan serangan, hampir semuanya berhasil
dipatahkan oleh Wi Tiong hong dengan gerakan pedangnya yang mengambang seolah-
olah tak bertenaga itu, seakan-akan serangan dahsyat dari orang she Lan itu telah
membentur pada selapis dinding tak berwujud yang tebal.
Makin lama pertarungan berlangsung, makin cemas perasaan Lan Kun-pit, hawa
amarahnya juga makin lama makin berkobar pikirnya:
"Jikalau hanya serangkaian ilmu pedang Bu-tong pay saja tak mampu kutembus,
apakah-orang tak akan mentertawakan ketidak becusanku?"
Padahal darimana dia bisa tahu kalau ilmu pedang Ji gi kiam hoat dari aliran Bu tong
pay ini diciptakan langsung oleh Thio Sam hong cousu, selain mengandung dua unsur
thay kek yakni hawa im dan hawa yang, pemecahannya berbelit-belit dan tak
terhingga luasnya, ilmu tersebut merupakan inti dari seluruh ilmu pedang perguruan
lurus yang ada didunia persilatan dewasa ini.
Bayangkan saja, ilmu pedang semacam ini, mana mungkin bisa dianggap enteng.
Perasaannya pada waktu itu gelisah bercampur marah, mendadak sambil tertawa
nyaring, sepasang kakinya menjejak tanah keras- keras dan meleset ke tengah udara
setinggi tiga kaki lebih.
Wi Tiong hong yang baru saja mendengar suara gelak tertawa lawan tahu-tahu
bayangan tubuh musuhnya sudah lenyap tak berbekas, setelah tertegun sejenak. buru
buru dia mendongakkan kepalanya.
Pada saat itulah, Lan Kun-pit dengan jurus ciong liong ji hay atau naga sakti masuk laut dalam waktu singkat sudah menerkam keatas kepalanya, sedangkan kipasnya juga
pada saat itulah dipentangkan lebar-lebar membentuk gerakan setengah bulatan, lalu
dengan berubah menjadi setipis cahaya tajam langsung mengurung seluruh tubuh Wi
Tiong hong. Su Siau hui cuma duduk dikursi dengan wajah dingin dan hambar, tapi setelah
menyaksikan Lan Kunpit menggunakan perakan tubuh im li cing to atau berjumpalitan
di tengah awan yang merupakan ilmu andalan keluarga Lan, tak urung berubah juga
paras mukanya. Sesungguhnya Wi Tiong hong hanya memiliki ilmu Ji gi kiam hoat belaka, ia tidak
memiliki jurus serangan lainnya yang bisa dikatakan sebagai kepandaian hebat.
Sepasang kakinya segera berdiri pada posisi cu-ba poh, lalu pedangnya menghadap ke
atas dan menatap lawannya lekat-lekat, menanti sergapan Lan Kunpit yang datangnya
dari tengah udara itu sudah hampir mencapai di atas kepalanya, mendadak ujung
pedangnya digetarkan menciptakan lagi sebuah lingkaran cahaya besar mata uang dan
menyongsong datangnya tubrukan lawan dengan tusukan keatas. Lagi-lagi dia
mempergunakan jurus It- goan ku si.
Tindakan yang dilakukan olehnya itu, segera membuat Thian Khi cu menjadi
terperanjat sekali.
Seharusnya jurus serangan lawan harus dihadapi dengan gerakan Yang-wang im ciat
(memandang awan sambil mendongak) yang merupakan taktik menanti gerakan
dengan ketenangan.
Tapi, mengapa si anak muda itu justeru menggunakan jurus It goan hu si yang justeru
merupakan jurus serangan yang binal dan tidak bisa ditentukan arah sebenarnya"
"Aduh celaka . . ." dalam hati kecilnya dia segera berpekik keras-keras.
"Traaang ..." pedang dan kipas tersebut tahu-tahu sudah membentur satu sama
lainnya, suara benturan nyaring yang memekikkan telinga pun segera berkumandang
memecahkan keheningan.
Sekujur badan Lan Kun-pit bergetar keras dan . . "weeess " dia mencelat lagi setinggi satu laki ke tengah udara, setelah berjumpalitan dua kali, tubuhnya baru melayang
turun kembali ke tanah.
Tidak, setelah mencapai tanah, dia masih harus mundur sejauh dua tiga langkah lagi
sebelum dapat berdiri tegak.
Tampak dadanya bergerak naik turun dengan kencangnya, paras muka yang tampan
berubah menjadi merah membara, sepasang matanya berapi api amarah dan rasa
bencinya boleh dibilang sudah mencapai pada puncaknya. Dengan suara yang berat
dan dalam segera bentaknya: "Bagus . .."
Baru saja ucapan itu dilontarkan, sepasang lengannya sudah digetarkan lagi, ujung
kakinya menjejak tanah dan secepat petir meluncur ke depan untuk melancarkan
tubrukan untuk kedua kalinya ke arah Wi Tiong hong . . .
Mendadak kipas peraknya merapat menjadi satu, kemudian digerakkan kedepan dan
di tarik ke belakang dengan kecepatan luar biasa, selapis hujan perak disebarkan
keluar, cahaya tajam membias ke angkasa dan amat menyilaukan mata.
Di dalam melepaskan serangan ini, kembali tubuhnya meninggalkan permukaan tanah
setinggi lima depa, kemudian menerjang kedepan dengan kipas yang digerakkan
menciptakan beribu-ribu perubahan dengan jurus serangan yang digunakan pertama
kali tadi boleh di katakan sama sekali bertolak belakang.
Kejadian ini kontan saja mengundang perhatian yang lebih seksama dari para jago.
Wi Tiong-hong masih tetap berdiri dengan posisi cu bu-poh dan gaya serangan yang
tak berubah, bukan berkelit atau maju menyongsong, dia tetap berdiri tak berkutik
ditempat semula kemudian pedangnya dengan cepat membentuk dua buah lingkaran
cahaya yang satu besar dan yang lain kecil untuk menotok ke depan.
Inilah jurus Hu im pau yang (berhutang di neraka membayar didunia) dari ilmu pedang
Ji gi kiam-hoat.
Namun gerakan yang digunakan lagi-lagi berbeda dengan jurus aslinya, kalau menurut
gerakan yang asli, maka ke dua lingkaran cahaya ini seharusnya digunakan dengan
ujung pedang menghadap ke bawah, lalu tubuhnya bergerak mengikuti pedang.
Berhubung Thian Khi cu yang merasa tidak seharusnya pemuda itu menggunakan jurus
it goan-hu si tadi, tapi kenyataannya dengan jurus It goan husi anak muda tersebut
malah berhasil mementalkan Lan Kun-pit, maka setelah dilihatnya dia menggunakan
jurus Hu im pau yang yang digunakan menjadi sebuah jurus aneh, sebaliknya dia malah
memperhatikan dengan penuh seksama.
Tubrukan dari Lan Kun-pit cepat sekali, dalam sekilas kelebatan saja, tahu-tahu
tubuhnya sudah sampai pada sasaran.
Tapi disaat tubuhnya menubruk tiba inilah, mendadak Wi Tiong-hong menggeserkan
badannya kesamping, kemudian pedangnya yang melancarkan tusukan pun ikut
mencongkel ke atas secara tiba-tiba.
Mendadak saja Lan Kun-pit merasakan pandangan matanya menjadi kabur dan
telinganya mendengar suara benturan nyaring "Traaang . .."
Pergelangan tangan kanannya segera bergetar keras, tubuhnya yang ikut meluncur
datang pun kena dicongkel orang ke atas sehingga tak bisa terhindar lagi badannya
kena dipukul miring ke samping dan tubuhnya melanjutkan terjangannya ke depan.
Menanti dia menyadari kalau gelagat tidak beres, cepat-cepat dia menarik napas
panjang, tapi tubuhnya sudah meluncur sejauh dua tiga kaki dari posisi semula bahkan
langsung menumbuk ke arah dinding ruangan disebelah timur.
Perlu diketahui ilmu In li cing to atau berjumpalitan ditengah awan dari keluarga Lan di Inlam ini seperti juga dengan ilmu Im liong pat si (delapan gerakan naga mega) dari
Kun-lun-pay, semuanya mengutamakan serangan tubrukan dari tengah udara.
Dasar ilmu silat yang dimiliki Lan Kun-pit sudah mencapai tingkatan yang sempurna,
sewaktu dilihatnya dia sedang meluncur ke depan dan hampir menubruk diatas
dinding, bahkan gerakan tubuhnya sudah tak sempat ditahan lagi, dalam gelisahnya,
satu ingatan lantas melintas lewat dalam benaknya.
Mendadak dia membalikkan badannya, lalu sepasang kaki menjejak diatas dinding dan
secepat anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur balik ke tengah arena.
Kipasnya segera dipentangkan lebar-lebar, dengan membawa selapis cahaya perak
sepanjang berapa depa untuk ketiga kalinya dia menerjang Wi Tiong hong. Kali ini,
serangannya dilakukan dengan kecepatan yang benar-benar tak terlukis mata.
Sewaktu Wi Tiong hong berhasil mementalkan musuhnya tadi, diapun baru saja
menarik kembali pedangnya, sewaktu Lan Kunpit dengan membawa desingan angin
serangan yang maha dahsyat telah menerjang kembali kehadapan mukanya.
Berada dalam keadaan demikian, tak banyak waktu lagi buat Wi Tiong hong untuk
berpikir panjang, pedangnya segera digetarkan menciptakan tiga kuntum bunga perak
yang gemerlapan, lalu dengan kecepatan yang sama ia sambut datangnya serangan
tersebut. Sam hoa sian teng (tiga bunga muncul dipundak) lagi- lagi sebuah perubahan jurus
yang digubah dari ilmu Ji gi kiam hoat aliran Bu-tong pay.
Sekali lagi Thian Khi cu mengerutkan dahinya rapat rapat, meskipun dengan mata
kepala sendiri ia saksikan Wi Tiong hong dua kali berhasil mementalkan Lan Kunpit,
seakan-akan dibalik gubahan jurus serangannya tersimpan suatu kekuatan yang maha
besar, namun ia tak habis mengerti dimanakah letak rahasia kekuatan itu.
"Traaang! Traang! Traaang!" Secara beruntun terdengar tiga kali benturan nyaring yang memekikkan telinga berkumandang memecahkan keheningan.
Lan Kun-pit kena digetarkan sampai melompat tiga kali kearah atas, kipas peraknya
lepas dari genggaman dan berubah sebagai serentetan cahaya yang berwarna
keperak-perakan langsung meluncur keatas.
"Taaak!" dengan keras kipas perak itu menancap diatas dinding batu.
Kemudian dengan tubuh sempoyongan dia mundur sejauh tujuh delapan langkah
kebelakang sebelum berhasil berdiri tegak, wajahnya pucat pias, bibirnya terkatup
kencang tanpa mengucapkan sepatah katapun, tampaknya ia sedang mengatur
pernapasan. Wi Tiong hong sama sekali tidak melakukan pengejaran, dia berdiri dengan pedang
yang tersoren agaknya dia sendiripun tidak mempunyai pegangan untuk mengungguli
musuh. Sebab berbicara yang sebenarnya, dia sendiripun merasa tertegun dan sama sekali
diluar dugaan ketika menyaksikan kipas perak Lan Kunpit teriepas dari genggaman dan
orangnya bergetar sampai luka dalam . . .
Setiap anggota Bu tong pay segera menunjukkan wajah berseri, Thian Khi cu
sendiripun sampai ikut berubah wajah.
Ban kiam hweecu yang duduk dikursi utama segera berseru tertahan kemudian
bisiknya lirih:
"Kan sam ceng atau tiga getaran maut yaa, benar, inilah Kan sam cang, masa dia
adalah ahli waris dari Sian soat kiam kek ?"
Sian-soat kiam kek ciang Lam san berasal dari Bu tong pay, dia merupakan salah
seorang diantara delapan pelindung hukum perkumpulan Ban kiam hwee, dan
merupakan salah satu diantara tiga orang yang berhasil pulang dalam keadaan hidup
setelah penyerbuannya ke Lam hay.
Ke tiga orang itu adalah It teng taysu, pendiri perkumpulan Thi pit pang Tau Pek li serta Siau soat kiam kek jago pedang dari (sian soat) ciang Lam san, tapi dengan munculnya
kembali si Kakek pengait dari telaga langit berarti empat orang yang berhasil lolos dari Lam-hay tempo hari.
Sementara itu Lan Kun-pit telah membuka matanya kembali setelah memejamkan
mata dan mengatur pernapasan beberapa saat lamanya, dari balik matanya sekarang
terpancar keluar sinar kebencian yang merasuk sampai ketulang sumsum.
Dengan penuh rasa dendam ia melototi wajah Wi Tiong hong, kemudian sumbil
manggut-manggut katanya: "orang she Wi, kau anggap dapat mengungguli pun kongcu
?" Ia tidak membalikkan badannya untuk mengambil kipas peraknya, melainkan dengan
sepasang tangan direntangkan lebar-lebar, selangkah demi selangkah berjalan
mendekati Wi Tiong hong.
Dari sikap maupun mimik wajahnya yang menyeringai menyeramkan, Wi Tiong hong
tahu kalau orang ini berniat untuk beradu jiwa dengannya, tanpa terasa dia
mendengus gusar.
"Hmm... menang kalah sudah ketahuan, apakah kau masih belum mau mengakuinya?"
dia menegur. Sinar buas yang amat mengerikan memancar keluar dari balik mata Lan Kunpit, setelah
menyeringai dan tertawa seram sahutnya:
"Pun kongcu sudah mengatakan tadi, di antara kita berdua, hanya seorang yang boleh keluar dari sini dalam keadaan hidup."
"Hmm, kongcu apaan kau itu " Tak tahu malu!" umpat Thio Man sambil meludah.
Lan Kun-pit sama sekali tidak menggubris, sepasang lengannya masih tetap
direntangkan didepan dadanya, sementara tubuhnya selangkah demi selangkah
bergerak mendekati Wi Tiong hong.
Jarak mereka berdua makin lama semakin bertambah dekat, sambil melintangkan
pedangnya di depan dada Wi Tiong hong membentak.
"Berhenti Apakah kau hendak mencoba kepandaianku dalam permainan tangan
kosong?" "Aku menginginkan nyawa anjingmu" bentak Lan Kun-pit dengan penuh kebencian.
Bersamaan dengan menggemanya bentakan tersebut, tangan kanannya segera
diayunkan kedepan, sekilas cahaya berwarna biru meluncur keluar dari balik ujung
bajunya dan menyambar kedepan,
Itulah sebilah pedang pendek yang panjang satu depa, ujung pedangnya berwarna biru
gelap dan jelas sudah direndam dengan racun yang keji, kini pedang tersebut sedang
menyambar ke dada Wi Tiong hong.
Cepat-cepat Wi Tiong hong memutar pedangnya untuk menangkis ancaman tersebut.
"Traaang , . ." di ringi dentingan nyaring, tahu-tahu pedangnya sudah terpapas kutung sepanjang tiga inci oleh bacokan pedang beracun lawan.
Dalam kejutnya, buru buru dia menarik napas panjang dan segera melompat mundur
sejauh selangkah.
Lan Kun-pit tertawa terbahak-bahak, dia menarik kembali pedang pendeknya, lalu
menerjang kemuka, sambil menggetarkan pergelangan tangannya, kali ini dia menusuk
perut Wi Tiong hong.
Ternyata pedang pendek beracunnya ini mempunyai seutas rantai perak yang tipis
pada gagang pedangnya, itulah sebabnya dia dapat segera menarik kembali senjatanya
dengan cepat. Tapi berhubung serangan yang digunakan olehnya terlampau cepat, maka siapapun
tak dapat melihat jelas akan hal itu, tahu-tahu Lan Kunpit berikut pedangnya sudah
menerjang lagi ke depan.
Sejak tangkisan pedangnya tidak berhasil membendung serangan lawan, bahkan ujung


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pedang sendiri malah terpapas sebagian, Wi-Tiong hong sudah menyadari kalau
gelagat tak menguntungkan.
Walaupun dia sudah mundur selangkah, tapi Lan Kun-pit yang menerjang kemuka
mengikuti terus secara ketat, bahkan pedang pendek beracunnya selalu mengancam
dada Wi Tiong hong, dari kejauhan.
Sembari bergerak mundur terus, Wi Tiong-hong berputar tiada hentinya kesana
kemari agaknya dia berusaha untuk meloloskan diri dari serangan dan sergapan
pedang Lan Kun-Pit.
Siapa tahu Lan Kunpit sudah mata gelap sepasang matanya berapi-api penuh
kebencian, dia sudah bertekad untuk membunuh Wi Tiong hong dengan menggunakan
cara apa pun. Maka kemana saja lawannya mundur dia menempel terus secara ketat pedang
pendeknya juga menempel terus diatas dada lawan tanpa bergeser barang sedikitpun.
Wi Tiong hong benar benar merasa terkejut bercampur gusar, sambil menbentak keras
tangan kanannya diayunkan kedepan.
Sekali lagi dia menggunakan jurus It goan bu si untuk menerjang datangnya pedang
dari Lan Kun-pit.
Rupanya setelah dia mencoba kekuatan dari It goan bu si tersebut dan merasakan
besarnya daya pental yang terpancar dari pedang tersebut, maka setelah menghadapi
ancaman bahaya sekarang tentu saja dia berharap dapat membendung serangan
lawan dengan jurus yang sama, syukur kalau bisa mementalkan pedang pendek
musuh, atau paling tidak dia harus dapat memperbaiki posisinya semula.
Kalau hal ini gagal dilakukan, maka bisa dipastikan kalau dia bakal terluka di ujung
pedang lawan hari ini.
Begitu serangan dilancarkan Wi Tiong hong segera menyelinap ke samping kiri.
"Traaang.." cahaya biru berkelebat lewat dan Wi Tiong hong segera merasakan
tangannya menjadi enteng.
Ternyata pedangnya sudah kena terpapas oleh musuhnya sehingga patah sepanjang
tiga inci. Belum lagi tubuhnya berdiri tegak. pedang pendek beracun dari Lan Kun-pit kembali
sudah mengancam dadanya.
Di dalam terkesiapnya, Wi Tiong-hong melintangkan pedangnya untuk melindungi
dada, sementara tangan kirinya melepaskan sebuah bacokan kilat, berbareng itu juga
badannya secepat kilat mengigos ke samping kiri untuk menghindarkan diri.
Lan Kun-pit mengigos kesamping menghindarkan diri dari serangan pukulan yang
dilepaskan Wi Tiong hong dari arah depan, pedang pendek ditangannya sama sekali
tidak mengendor, dia tetap mengancam terus dada pemuda tersebut.
Dengan sorot mata tajam Wi Tiong-hong mengawasi terus ke arah mana perginya
ujung pedang lawan, telapak tangan kirinya melepaskan bacokan berantai sementara
tubuhnya mengikuti bacokan serangan tersebut mengigos ke kiri menghindar ke kanan
tiada henti. Di dalam waktu singkat, dia telah melepaskan dua belas bacokan kilat, dan kakinya
menghindarkan diri dalam delapan posisi yang berbeda-beda.
Baju biru yang dikenakan Lan Kun-pit di tengah deruan angin pukulan Wi Tiong hong
yang amat dahsyat itu bergerak kian kemari gerakan tubuhnya sangat aneh serta sakti,
setiap kali dia berhasil menghindarkan diri dari serangan Wi Tiong hong secara tepat.
Pedang pendeknya selama ini menempel terus didepan dada lawan bagaikan
bayangan tubuh saja, entah ke manapun Wi Tiong hong mencoba untuk menghindar
dia tak pernah berhasil untuk meloloskan diri dari pengejaran musuh.
Pertempuran ini benar benar merupakan suatu pertarungan sengit yang jarang
dijumpai dalam dunia persilatan ke dua belah pihak dengan mengandalkan ilmu
meringankan tubuh tingkat tinggi saling kejar mengejar, saling hindar menghindar,
seolah-olah bagaikan bermain petak saja...
Walaupun pedang pendek Lan Kun-pit terus menempel mengancam dada Wi Tiong-
hong, namun jaraknya dengan Wi Tiong hong tak pernah kurang dari dua depa, dia
seakan- akan tak mampu untuk memaksakan selangkah lebih ke depan, oleh sebab itu
dia pun tak pernah berhasil untuk melanjutkan serangan pedangnya.
Wi Tiong hong sendiri dibawah kejaran dan desakan pedang pendek beracun lawan,
terpaksa hanya bisa berkelit ke sana menghindar ke mari, sedikit terlambat saja dia
bergerak. pihak lawan dapat mendesak lebih ke depan dan jiwanya niscaya akan
melayang diujung pedang lawan.
Sekarang, keadaan sudah berkembang menjadi suatu keadaan dimana ke dua belah
pihak tak dapat menghentikan serangan masing- masing, terutama sekali ilmu
meringankan tubuh yang dimiliki ke dua belah pihak punsama-sama lihaynya.
Oleh karena itu meski saling berkejaran dan saling menghindar kedua belah pihak
masih tetap menjaga posisi masing- masing.
Secara beruntun Wi Tiong hong melepaskan belasan buah pukulan berantai akan
tetapi dia tak pernah berhasil memaksa Lan Kunpit untuk mundur dari posisinya
semula. Kini dia tidak melepaskan serangan secara gegabah lagi, pedang ditangan kanannya
disilangkan didepan dada, sementara sepasang matanya yang tajam mengawasi
pedang pendek lawan tanpa berkedip. asal ada kesempatan untuk melancarkan
serangan, dia akan segera memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Lan Kun-pit yang berkelebat kian kemari dapat merasakan juga betapa
tajam dan dahsyatnya serangan dari Wi Tiong hong, kendatipun posisinya sekarang
berada di atas angin, namun sedikit saja ia bertindak gegabah, niscaya dia sendiri yang akan terluka diujung telapak tangan lawan.
Semua jago yang menyaksikan jalannya pertarungan itu, diam-diam mengucurkan
peluh dingin karena menguatirkan keselamatan kedua orang itu.
Selain itu, sepasang mata Ban kiam Hwee cu yang tajam bagaikan sembilu itu
mengawasi terus pedang pendek dari Lan Kunpit, dari kedua orang yang sedang
bertarung, jelas dia lebih berpihak kepada Wi Tiong-hong.
Begitu juga keadaan Kam Liu-cu, Liu Leng-poo, Thian Khi-cu dari Bu tong pay serta seng ciu ki Beng Kian-hoo.
Tentu saja yang merasa paling tegang adalah Su Siau hui dan Lak-jiu im seng Thio Man,
wajah kedua nona itu sudah basah oleh keringat saking tegangnya.
Sementara itu, kedua sosok bayangan manusia tersebut masih saja maju mundur,
berkelit menghindar tiada hentinya, tapi sudah sekian lama berlangsung, belum
nampak juga kedua orang itu saling melancarkan serangan lagi.
Sekalipun Wi Tiong hong membekal pedang yang tidak kuatir dikutungi pedang pendek
lawan, namun dia tidak mempunyai waktu untuk membuang kutungan pedangnya dan
meloloskan pedang berkarat tersebut.
Bahkan waktu untuk memecahkan perhatian guna memikirkan persoalan inipUn tidak
ada. Selembar wajahnya sudah basah oleh air keringat, tentu saja diapun tidak mempunyai
waktu untuk menyeka keringat tersebut.
Demikian pula dengan wajah Lan Kun-pit, air keringat telah membasahi seluruh
wajahnya, namun paras muka yang hijau membasahi itu telah diliputi oleh hawa napsu
membunuh yang benar-benar mengerikan sekali.
"orang she Wi, serahkan selembar nyawamu!"
Mendadak Lan Kun-pit membentak dengan suara menggeledek. dia menarik napas
panjang panjang, lalu tubuhnya seperti anak panah yang terlepas dari busurnya
meluncur kedepan, pergelangan tangan kanannya diangkat dan diantara kilatan
cahaya kebiru-biruan, dia langsung menusuk ke ulu hati Wi Tiong hong.
Berada dalam posisi begini, Wi Tiong hong sudah tak mampu lagi menghindari
serangan lawan, amarahnya segera membara, sambil mendengus, tangan kirinya
membuat gerakan lalu pedang kutungnya disilangkan didepan dada, dengan
kecepatan yang luar biasa pula dia menutul ke ujung pedang Lan Kun-pit keras-keras.
Tindakan ini kontan saja menimbulkan jeritan kaget dan terkesiap bagi setiap jago
yang hadir dalam arena, sebab pertarungan beradu jiwa.
Nampaknya kedua orang itu segera akan sama-sama terluka diujung pedang lawan
OoOOoO Bab-48 LAK JIU IM ENG Thio Man tidak tega menyaksikan peristiwa itu berlangsung didepan
matanya, dia menjerit kaget, kemudian menutupi wajahnya dengan kedua belah
tangan. Namun pada saat yang kritis itulah mendadak dalam arema telah terjadi suatu
perubahan besar.
Bukan ada turun tangan menghalau serangan maut tersebut, melainkan ditengah
arena telah muncul sebuah jurus serangan aneh yang sukar dipercaya setiap orang.
Rupanya dalam keadaan kritis, Wi Tiong-hong segera melakukan gerakan aneh dengan
tangan kirinya, sementara tangan kanannya melepaskan sebuah tolakan.
Jurus serangan yang dipakai adalah Giok wu-tiau thian (Giok wu memandang langit),
sebuah jurus pembuka dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat aliran Bu tong pay.
Seharusnya jurus serangan ini bukan merupakan sebuah jurus serangan yang lihay.
Dia dipaksa oleh keadaan, apa lagi tak ada jurus serangan lain yang cocok untuk
menghapi ancaman lawan, maka dia pun menggunakan pedangnya untuk menutul
serangan musuh.
Tapi jurus aneh tersebut justru terletak disini, ketika tangan kirinya melakukan gerakan itulah, mendadak pedang pendek Lan Kun pit yang sedang melancarkan tusukan itu
terhisap oleh segulung kekuatan yang maha dahsyat sehingga miring kesebelah kanan,
sedangkan pergelangan tangan kanannya yang menggenggam pedang turut terhisap
oleh kekuatan Wi Tiong hong itu hingga terseret kesamping.
Maksudnya semula ingin menusuk tubuh lawan, siapa tahu pertahanan tubuhnya
sama sekali terbuka.
Kedua belah pihak sama-sama menerjang ke depan dengan cepat, pedang kutung dari
Wi-Tiong hong dengan kecepatan luar biasa langsung menusuk keatas bahu kiri Lan
Kun pit. Semua kejadian tersebut berlangsung dengan kecepatan luar biasa, Wi Tiong hong
sama sekali tidak menyangka kalau disaat terakhir pihak lawan akan membuyarkan
serangannya, dalam tertegunnya buru-buru dia merendahkan pergelangan tangannya
dan menarik kembali pedangnya kebelakang.
Tapi sayang sudah terlambat selangkah, kutungan pedangnya itu sudah keburu
menyambar diatas bahu kiri Lan Kun pit sehingga darah segar bercucuran dengan
amat derasnya. Perubahan yang terjadi amat tiba-tiba ini tak sempat di ikuti dengan jelas oleh
siapapun, menanti semua orang dapat melihat jelas, Lan Kun pit sudah mundur
dengan membawa lukanya.
Seluruh ujung bajunya disebelah kiri basah kuyup oleh cucuran darah kental, paras
muka Lan Kun-pit dari hijau berubah menjadi pucat, mendadak dia membalikkan
badan dan mencabut kipas peraknya yang menancap diatas dinding, setelah itu sambil
melotot penuh kebencian, katanya dengan suara dingin:
" Orang she Wi, aku orang she Lan mengucap kan banyak terima kasih atas
kesudianmu mengampuniku, bila kita bersua kembali dilain waktu, aku orang she Lan
pun pasti akan mengampuni pula dirimu satu kali !"
Selesai berkata dta membalikkan badan dan berjalan pergi meninggalkan tempat
tersebut, sementara darah masih meleleh keluar dari lengannya, namun ia sama sekali
tidak menggubris.
Padahal Wi Tiong hong sama sekali tidak mengetahui bagaimana kejadiannya sehingga
dalam keadaan berbahaya tadi, dia malah berbalik merebut kemenangan.
Tapi kalau di dengar dari perkataan Lan Kun pit. agaknya dia telah berbelas kasihan
kepadanya dalam serangan tersebut, kesemuanya ini membuat pikirennya, bertambah
bingung. "Sungguh memalukan, syukur aku bisa lolos dari ancaman bahaya maut" demikian ia bergumam.
Itulah sebabnya tatkala Lan Kun pit selesai berkata segera berlalu, untuk beberapa
saat lamanya dia malah tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, dia hanya bisa
memandang bayangan tubuhnya dengan wajah tertegun dan mulut melongo.
Lak jiu im eng Thio Man segera mencibirkan bibirnya sambil berseru:
"Huuuh, ngomongnya saja besar, kenyataannya tak berkemampuan apa apa . . ."
Dalam pada itu Wi Tiong hong telah membuang kutungan pedangnya ke tanah,
kemudian menjura kepada Thio Man sambil berkata:
"Aku telah merusak pedang nona, kejadian ini sungguh membuat hatiku merasa tidak
tenang." Thio Man menatap pemuda itu lekat lekat kemudian tersenyum, sahutnya:
"Aaaah, hanya sebilah pedang saja terhitung seberapa. Apa gunanya mesti dibicarakan
!" Sementara itu Seh Thian-yu telah mendorongkan sinar matanya yang tajam, kemudian
sambil tertawa terkekeh katanya :
"Wi sauhiap, jurus serangan Tang hui hud-jiu mu yang di mbangi dengan tenaga To im ciat yang sinkang mu benar-benar sangat hebat, hari ini siaute benar benar merasa
terbuka mataku."
Waktu itu, Thian Khi cu juga sedang merasa keheranan karena Wi Tiong hong
menggunakan jurus pembukaan Giok cu tiau thian dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat
untuk mengatasi tusukan pedang dari Lan Kun pit dan kenyataannya berhasil.
Tapi setelah mendengar perkataan dari Seh Thian yu tersebut diam-diam dia baru
mengangguk. "Aaaah, betul, mengapa aku lupa kalau toa suheng berasal dari perguruan Siu lo bun?"
demikian dia berpikir, "bukankah ilmu To im ciat yang sinkang merupakan rahasia dari perguruan Siu lo bun?"
Berpikir sampai disini, maka semua rasa curiganya pun turut lenyap tak berbekas.
Padahal Wi Tiong bong sendiri sama sekali tidak mengetahui apa yang disebut To im
ciat yang sin kang itu, tapi berada dihadapan Seh Thian yu dia tak banyak berbicara.
Dengan wajah memerah karena jengah katanya kemudian:
"Pujian dari Seh totiang hanya membuat aku merasa malu saja. . ."
Su Siau hui sendiripun menunjukkan perasaan tercengang, dia berpaling dan berbisik-
bisik dengan empek Ou nya yang berdiri dibelakang.
Empek Ou tersebut hanya manggut manggut tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Kam Liu cu juga hanya tersenyum sambil duduk ditempatnya, dia membungkam juga
dalam seribu bahasa.
Pada saat itulah congkoan pedang pita hijau Buyung Siu seperti sengaja mengangkat
kepalanya dan memandang sekejap kearah Ban-kiam Hwee cu.
Ban kiam Hwee cu segera manggut-manggut.
Buyung Siu tertawa nyaring, tiba-tiba dia menjura ke arah Wi Tiong hong sembari
berkata: "llmu pedang yang dimiliki Wi sauhiap amat lihay, siaute yang bodoh ingin sekali
memohon beberapa petunjuk darimu."
Wi Tiong hong tertegun setelah mendengar perkataan itu, buru buru dia menjura
sembari berkata:
"Buyung congkoan, harap kau jangan mentertawakan kepandaianku amat rendah,
mana mungkin bisa menandingi kelihayan congkoan?"
Apa yang dikatakan memang merupakan suatu kenyataan, sebagaimana diketahui
Buyung Siu bergelar Pau kiam suseng, kesempurnaannya dalam permainan pedang
tentu saja luar biasa sekali, tidak banyak jago persilatan yang sanggup bertahan
sebanyak sepuluh jurus di ujung pedangnya itu...
Padahal Wi Tiong hong sendiri hanya pernah mempelajari ilmu pedang Ji gi kiam-hoat
saja, apapun alasannya, dia merasa bukan tandingan lawannya ini.
Sambil tersenyum Buyung Siu segera berkata "Wi sauhiap, mengapa kau harus
merendah" Dalam pertarungan yang barusan berlangsung setiap orang dapat
menyaksikan kelihayanmu itu, dan siaute ingin sekali mohom petunjuk, bila Wi
sauhiap menampik, hal ini sama artinya dengan tak sudi memberi muka untukku?"
Wi Tiong hong menjadi tersipu-sipu.
"Tapi siaute benar-benar bukan tandingan dari Buyung congkoan" katanya pelan.
Ban kiam Hwee cu yang duduk dikursi utama segera mencorongkan sinar tajamnya,
kemudian ujarnya sambil tersenyum:
"Kalau toh Buyung congkoan sudah mengajukan permintaan tersebut, lebih baik
saudara Wi menemaninya bermain berapa jurus, Sudah lumrah bila antara umat
persilatan melangsungkan suatu pertandingan."
Kam Liu cu berkerut kening, dia segera berpaling dan memandang sekejap ke arah Liu
Leng-po. Liu Leng-po yang mengenakan kain cadar hitam segera kelihatan bergerak, agaknya ia
sedang menancapkan sesuatu.
Dalam pada itu, Pau kiam-suseng Buyung Siu telah berseru kembali sambil tertawa
nyaring: "Perkataan dari Hwee-cu memang benar, silahkan Wi sauhiap menghadiahkan
beberapa jurus untuk siaute, kita hanya membatasi sampai saling menutul saja,
tentunya Wi sauhiap tidak keberatan bukan ?"
Setelah mendengar ucapan lawan ini, Wi Tiong hong tahu kalau dia tak bisa menampik
lagi, sebagai seorang pemuda yang berdarah panas, tentu saja dia segan mengaku
kalah. Maka tanpa berpikir panjang lagi dia mengangguk, katanya:
"KaIau toh Buyung congkoan telah berkata demikian, akupun hanya akan menurut
perintah saja, cuma kepandaian silat siaute amat rendah, mungkin belum lagi sepuluh
gebrakan, aku sudah menderita kekalahan di ujung pedang Buyung congkoan, harap
congkoan berbelas kasih kepadaku nanti."
Ucapan tersebut bukan kata-kata merendah karena berbicara soal kepandaian silat
bila Wi Tiong hong sanggup bertahan sebanyak sepuluh gebrakan di ujung pedang
Buyung Siu pun, hal mana sudah merupakan sesuatu yang tidak gampang.
Dengan sinar mata yang memancarkan cahaya tajam, Buyung Siau tertawa ter-bahak2.
"Haa... haaaa... haaaaa... Wi sauhiap memang pandai merendahkan diri sudahlah,
silahkan kau meloloskan pedangmu !"
Kembali Wi Tiong hong nampak ragu-ragu.
"Tapi pedangku ini meski berkarat dan nampak tumpul, padahal..."
Untuk menunjukkan bahwa pedangnya tajam, sewaktu bertarung melawan Lan Kun
pit tadi pun tak berani memakainya, apalagi saat ini hanya saling mencoba
kepandaian, tentu saja dia lebih lebih tak berani untuk menggunakannya.


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak menanti sampai perkataan tersebut selesai diucapkan, Buyung Siu telah
manggut-manggut sambil menukas:
"Yaaa, Wi sauhiap menggeniboI pedang It sin-kiam salah satu diantara tiga pedang
kenamaan dari perguruan Siu lo bun. Meski nampak tumpul dan berkarat,
sesungguhnya merupakan sebilah pedang mestika. Siaute meski tak becus, namun
masih bisa mengenali benda ini. Dari sini bisa diketahui bahwa kejujuran dan
kebijaksanaan Wi sauhiap sangat mengagumkan sekali."
"Di dalam pertarungan kita ini, masing-masing pihak hanya ingin saling mencoba
kekuatan, yang dipentingkan adalah perubahan jurus serta kekuatan tenaga, silahkan
saja Wi sauhiap menggunakan pedang mana dan tidak usah ragu-ragu."
Berbicara sampai disitu, tangan kanannya menggenggam2 gagang pedangnya dan
mencabut keluar sebilah pedang berpita hijau.
Senjata yang digunakan oleh seorang congkoan pedang pita hijau dari Ban-kiam hwee
tentu saja bukan sembarangan senjata, begitu diloloskan segera terbias cahaya hijau
yang menyilaukan mata.
Sesungguhnya Wi Tiong hong sendiripun tidak tahu tentang asal usul pedang mestika
yang berbentuk tumpul dan berkarat itu.
Hari ini, setelah mendengar keterangan Buyung Siu, dia baru tahu kalau pedang ini
bernama Jit sio kiam merupakan salah satu diantara tiga bilah pedang mestika
perguruan Siu-lo bun.
Siu lo bun. tiga patah kata ini segera menimbulkan banyak kecurigaan dalam hatinya.
Lencana besi yang diserahkan Paman tak dikenal kepadanya itu adalah lencana Siu lo
ci leng yang merupakan benda paling berpengaruh dalam dunia persilatan, pedang
yang digunakan juga merupakan Jit siu kiam, salah satu diantara tiga bilah pedang
mestika Siu lo bun.
Kemudian ilmu Cay im jiu yang dua kali dipergunakan olehnya ternyata dianggap
semua orang sebagai ilmu Siu lo lip.
Hinggga kini, asal usiulnya masih belhum jelas, paman tak dikenal namanya juga tak
pernah menampakkan diri, tampaknya bila pamannya itu berhasil ditemukan, maka
rahasia dari asal usulnya juga bakal terungkap dengan sendirinya.
Namun kalau disimpulkan dari kesemuanya ini, bisa diduga kaku paman tak diketahui
namanya yang telah mendidik dan memeliharanya sejak kecil itu ada sangkut pautnya
dengan Sio lo bun.
Entah dimanakah letak perguruan Siu lo bun itu " Untuk menemukan jejak pamannya,
terpaksa dia harus mengunjungi perguruan Siu lo bun tersebut.
Sementara itu Buyung Siu telah meloloskan pedangnya, tapi ketika ia berpaling,
dijumpai nya Wi Tiong-hong hanya menggenggam gagang pedang sambil berdiri
termangu-mangu disitu, seakan-akan sedang memikirkan suatu persoalan.
Keadaannya ini kontan saja membuat semua orang merasa keheranan, mereka tak
tahu apa yang sedang dipikirkan pemuda tersebut sehingga membuat ia nampak tak
tenang. Buyung Siu mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Wi Tiong-hong lekat-lekat,
ke mudian tegurnya:
"Wi sauhiap, harap kau segera meloloskan pedangmu"
Wi Tiong hong segera sadar kembali dari lamunannya, merah padam selembar pipinya
karena jengah. buru buru dia menjura seraya menyahut.
"Aku akan segera turut perintah !"
Dia segera mencabut keluar pedang berkaratnya itu dari dalam sarung . . .
Kali ini semua orang sudah mendengar dari Buyung Siu bahwasanya pedang berkarat
yang tidak menarik itu sebenarnya adalah Jit siu kiam, salah satu diantara tiga pedang kenamaan dari Siu lo bun.
Oleh sebab itu, sorot mata semua orang pun bersama-sama dialihkan ke arah pedang
Wi Tiong hong. Sementara itu. Wi Tiong hong telah mengangkat pedangnya sambil membuka
pertahanan pedang ditangan kanannya diangkat tegak lurus ke atas dengan tangan kiri
di silangkan ke depan dada.
"Silahkan Buyung congkoan !"
Inilah jurus pertama dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat yang disebut Giok ca tiau thiau.
Giok ca tiau tian merupakan suatu sikap memberi hormat sebelum melancarkan suatu
serangan, atau berarti bermaksud untuk mengalah, sebab harus menunggu sampai
pihak lawan membuka serangan, ujung pedang mana bagru bergerak meliepaskan
gerakanh berikutnya.
Hal ini merupakan suatu sikap memberi hormat, dan kebanyakan perguruan
kenamaan mempunyai jurus pembukaan semacam ini.
Buyung Siu segera membuat pula gerakan menghormati katanya sambil tersenyum:
"Ada bedanya di antara tamu dengan tuan rumah, harap Wi sauhiap tidak usah
sungkan-sungkan"
"Kalau begitu maafkanlah kelancanganku!" kata Wi Tiong hong kemudian sambil
memberi hormat.
Kaki kirinya maju setengah langkah dengan tangan kiri membuat gerakan, sedangkan
pedang ditangan kanannya melancarkan sodokan namun belum merupakan suatu
ancaman .. . . Melihat itu, Buyung Siu mendehem pelan, kemudian serunya: "Berhati-hatilah Wi
sauhiap !"
Pedangnya didorong kedepan, setitik cahaya bintang dengan membawa suara
desingan tajam langsung menusuk ke dada Wi Tiong hong.
Dimulut dia masih mengatakan apa bedanya antara tuan rumah dan tamu", padahal
dia sama sekali tidak bersedia mengalah.
Di dalam kenyataan, walaupun jurus serangan yang dilancarkan olehnya itu bergerak
agak lamban, namun justru tiba pada sasarannya jauh lebih awal daripada gerakan
lawan. Wi Tiong hong tentu saja tak berani berayal setelah menghadapi serangan pedang
lawan yang begitu cepat, tangan kirinya melakukan pancingan, dan pedangnya
membabat ke arah kanan dengan jurus Ki bong lu cau (angin puyuh menyapu rumput)
Gerak serangan yang dilancarkan oleh Wi Tiong hong inipun dilakukan dengan
kecepatan luar biasa, tapi sebelum batang pedangnya sempat menghantam ujung
pedang musuh, pedang Buyung Siu sudah miring ke samping dan mengebas ke kanan.
Padahal Buyung Siu sedang melepaskan tusukan ke depan, tentu saja dia tak akan
membuyarkan ancamannya ditengah jalan tanpa sebab musabab tertentu, bukan saja
hal ini tak akan membentuk gerak serangan, seakan-akan juga bukan atas dasar
kemauan sendiri.
Tentu saja bagi pandangan para ahli persilatan yang hadir disitu, dalam sekilas
pandangan saja mereka sudah tahu kalau keadaan mana tidak jauh berbeda dengan
keadaan yang dialami oleh Lan Kun-pit tadi.
Rupanya disaat Wi Tiong hong menggunakan jurus Giok cau tiau thian tadi, secara
diam-diam dia melakukan pula gerakan menghisap dengan tangan kirinya
menggunakan ilmu Ti-im ciat yang sinkang.
Buyung Siau memwang tidak malu ydisebut ahli ilxmu pedang, gerakan tubuhnya
benar benar sangat enteng dan cekatan.
Baru saja gerak pedangnya terhisap oleh kekuatan Wi Tiong hong, tubuhnya yang
enteng sudah melambung ke udara bersamaan waktu-nya, menyusul kemudian
melayang turun di samping kiri Wi Tiong hong.
"Wi sauhiap, kau memang benar-benar amat dahsyat." pujinya sambil tersenyum.
Ujung pedangnya miring kesamping dan melepaskan sebuah bacokan lagi.
Pada hakekatnya Wi Tiong hong tidak pernah menyangka kalau dalam gerak serangan
yang pertama pun dia telah berhasil menghisap ke samping pedang lawan.
Sementara ia masih tertegun, mendadak dari depan mata sudah menyambar tiba
pedang lawan, cepat dia berputar ke kiri pedangnya membentuk gerakan melingkar
dan mengunci ke arah sebelah kiri
Buyung Siu memang hebat sekali, pedangnya seperti seekor naga sakti saja, dalam
waktu singkat pedangnya dari satu berubah jadi dua, dari dua berubah jadi empat,
dalam waktu singkat muncul tujuh delapan jalur bayangan sinar yang mengurung
seluruh tubuhnya.
Wi Tiong hong tak berani gegabah, dia segera memusatkan segenap perhatiannya
untuk menghadapi datangnya ancaman lawan yang sangat hebat itu.
ooO^Ooo DALAM waktu singkat kedua belah pihak telah bertarung enam tujuh gebrakan lebih,
ternyata masing-masing pihak tak berhasil meraih keuntungan apa-apa. . Dengan
suara keras Buyung Siu segera berseru:
"Wi Sauhiap, ilmu pedang Ji gi kiam hoat mu benar benar sudah hapal dan
menguasai..."
Mendadak permainan pedangnya berubah, dalam waktu singkat cahaya tajam
berterbangan dan hawa pedang menguasai seluruh jagad dalam waktu singkat seluruh
tubuh Wi Tiong-hong sudah terkurung di balik selapis cahaya pedang yang tajam.
Wi Tiong hong merasakan dari sekeliling tubuhnya seakan muncul berpuluh bayangan
pedang yang menyerang datang bersama-sama hawa pedang yang menderu-deru
serta daya tekanan yang berat memaksa pedangnya hampir boleh dibilang tak mampu
di kembangkan. Tidak! pada hakekatnya dia tak tahu bagaimana caranya untuk mengunci datangnya
ancaman tersebut.
Dalam gelisahnya, tanpa terasa dia mengerahkan segenap kekuataan yang dimilikinya,
tangan kirinya diayunkan berulang kali, sementara pedangnya berputar kencang lalu
dibabat kearah depan.
Inilah jurus Pit juang tong keng (menutup jendela membaca doa ) sesungguhnya
merupakan jurus pedang pelindung tubuh, tapi berhubung bayangan pedang tibanya
cari empat penjuru dengan daya tekanan yang berat, maka ia segera mendorongnya
kearah muka. Seharusnya cahaya pedang yang melingkar diluar tubuh akan mengembang keluar,
dan seharusnya bila membentur dengan bayangan pedang lawan maka akan terjadi
serentetan suara benturan yang gemerincing sebelum dapat membendung datangnya
berpuluh bayangan padang yang menyerang tiba itu.
Siapa tahu disaat pedangnya sedang diayunkan itulah, selapis bayangan pedang yang
semula amat menyilaukan mata tadi tahu-tahu lenyap tak berbekas, yang nampak
hanya sebilah pedang yang berkilauan langsung menusuk kearah kiri mengikuti gerak
serangannya. Kini, Wi Tiong hong baru mengerti, rupanya gerak serangan lawan benar-benar sudah
dibuyarkan oleh ayunan tangan kirinya tadi,jelas pula membuktikan bahwa tanpa
disadari dia telah mengeluarkan ilmu To-im ciat yang sinkang lagi, keadaan ini sama
pula dengan beberapa kali dia lancarkan pukulan Cay im jiu yang mengandung tenaga
Siu lo, semuanya muncul secsra otomatis tanpa disadari oleh dirinya sendiri.
Sebab didalam serangannya kali ini, di saat tangan kirinya diayunkan kedepan tadi, dia sudah merasakan datangnya bayangan pedang yang bertubi-tubi dan dari setiap
bayangan mana terpancar keluar kekuatan yang kuat sekali.
Namun begitu ayunan tangannya dilepaskan, semua daya tekanan yang berlapis-lapis
itu berubah menjadi segulung aliran berarus kuat yang segera terpancing kesebelah
kiri mengikuti gerak hisapan tangan kirinya.
Gulungan kekuatan yang maha dahsyat itu dengan cepat membuat lengan kirinya
tergetar hingga hampir saja menjadi kaku, jantungnya berdebar keras dan hampir saja
tak mampu menahan diri.
Semua peristiwa itu berlangsung sekejap mata disaat tangan kirinya diayunkan ke kiri
tadi, kekuatan maha dahsyat itupun turut meluncur ke depan dan kekuatan yang
ibaratnya amukan ombak samudra itu langsung melguncur ke tengahi udara.
Itulah hbayangan pedang yang bergabung menjadi satu dan apa yang terlihat sebagai
sekilas cahaya pedang yang meluncur ke tengah udara tadi.
Setelah membuktikan kalau ilmu To im Ciat yang-sinkang miliknya benar-benar hebat,
kejut dan girang yang menyelimuti perasaan Wi Tiong hong pun sukar dilukiskan
dengan kata-kata.
Buyung Siu yang melancarkan serangkaian serangan dahsyat itu sama sekali tidak
memperlihatkan rasa kaget barang sedikitpun meski semua ancamannya kena dihisap
sampai membuyar, seakan akan tindakannya itu sudah berada dalam dugaannya.
Dengan senyuman dikulum, dia manggut-manggut seperti seseorang yang
mengagumi, tubuhnya juga ikut melayang mundur selangkah ke belakang.
Bagaimana juga gerak-gerik seorang jago pedang kenamaan memang berbeda dengan
kebanyakan orang, coba kalau orang lain yang ilmu pedangnya kena dipangkas,
niscaya dari-malu mereka akan naik pitam.
Buyung Siu segera melayang kedepan lagi mengikuti gerakan pedang tersebut,
kemudian pedangnya diayunkan ke kiri dan kanan bersamaan waktunya, selapis
cahaya pedang bagaikan amukan badai dalam sekejap saja telah mengurung seluruh
tubuh mereka berdua.
Kini, kedua sosok bayangan manusia itu sudah terbungkus oleh selapis kabut berwarna
hijau yang tebal, apa yang terlihat pun hanya dua sosok bayangan kabur yang sedang
bergerak kian kemari.
Setiap orang yang hadir dalam arena dapat merasakan bahwa gerak serangan pedang
yang dilancarkan Buyung Siu sekarang, tampaknya jauh lebih hebat daripada
serangannya pertama.
Lak jiu im eng Thio Man melototkan matanya bulat-bulat, dia merasa amat tegang,
kepada kakaknya Thio Kun kay dia berbisik:
"Jiko, ilmu pedang apakah?"
Bwee hoa kiam Tbio Kun kay menggelengkan kepalanya berulang kali, kemudian
bisiknya. "Serangan pedang yang dilancarkan Buyung Siu kelewat cepat, itulah sebabnya muncul bayangan semu seperti ini."
"Menurut pendapatmu, mungkinkah dia akan menjumpai ancaman bahaya maut ..?"
Yang dimaksudkan "dia" tentu saja Wi Tiong hong.
"Mereka sudah berjanji hanya akan terbatas saling menutul, aku pikir jiwanya tak akan sampai terancam bahaya maut" sahut Thio Kun kay cepat.
Sementara mereka masih berbisik-bisik, tiba-tiba terdengar Buyung Siu berseru:
"Wi siauhiap, hati-hati!"
Cahagya pedang bayanigan hijau mendahdak lenyap tak berbekas, Buyung Siu juga
ikut melejit satu kaki lebih, pedangnya segera di ayunkan dan tampak serentetan
cahaya hijau yang memanjang langsung meluncur ke tubuh Wi Tiong hong.
Kali ini, bahkan Kam Liu cu pun turut melompat bangun secara tiba-tiba, serunya
kaget: "llmu pedang terbang.."
Padahal Wi Tiong hong hanya mengandalkan ilmu pedang Ji gi kiam hoat saja untuk
bertarung melawan Pau kiam suseng Buyung Siu yang sudah mencapai puncak
kesempurnaan dalam ilmu pedang pada hakekatnya keadaan tersebut bagaikan
raksasa besar bertemu orang kecil.
Namuh ucapan dari Buyung Siu memang amat bisa dipercaya, dia telah berjanji hanya
akan saling menutul belaka maka andaikata dia menyaksikan Wi Tiong hong tidak
mampu untuk menahan serangannya tersebut maka dia akan segera membuyarkan
serangannya sambil menarik kembali pedangnya itu.
Wi Tiong hong merasa kagum dan terkejut pikirnya kemudian:
"Kalau toh kau bermaksud mengalah, mengapa pula harus bersikeras untuk beradu
kekuatan denganku ?"
Sementara itu, cahaya pedang yang mengitari disekeliling tubuh Buyung Siu telah
membuyar, sepasang bahunya bergerak dan tububnya sudah meluncur satu kaki
jauhnya. Wi Tiong hong yang tidak mengetahui sebab musabab orang itu mengundurkan diri,
tentu saja hatinya merasa amat keheranan.
Disaat dia masih tertegun itulah, tampak serentetan cahaya pedang berwarna hijau
dengan membawa sinar yang menyilaukan mata sudah menembusi angkasa dan
langsung meluncur ke arahnya.
Cahaya pedang belum sampai, segulung hawa dingin telah memancar keluar sehingga
membual tubuh orang terasa sakit.
Pada saat itulah, mendadak terdengar Buyung Siu berbisik dengan ilmu
menyampaikan suara:
"Wi sauhiap, cepat gunakan tangan kirimu untuk menghisap kekuatan pedang
tersebut !"
Semua peristiwa itu berlangsung dalam waktu singkat, baru saja suara bisikan itu
berkumandang, cahaya tajam berwarna hijau sudah menyelimuti didepan mata, hawa
pedang yang kuat pun mengurung sekeliling tubuh Wi-Tiong hong seluas satu kaki
lebih. Pada hakekatnya Wi Tiong hong tidak diberi kesempatan untuk berpikir panjang lagi,
terpaksa dia mengayunkan tangan kirinya membuat gerakan aneh dan menyambut
datangnya cahaya pedang tarsebutw.
Kalau dibicaryakan sesungguhnxya sangat aneh, hawa pedang yang sebenarnya
mengembang sampai seluas satu kaki tadi, dibawah hisapan tangan kirinya, tahu-tahu
lenyap tak berbekas.
Bahkan cahaya kehijau bijauan itupun mendadak lenyap tak berbekas dan muncul
sebagai bentuk aslinya yakni sebilah pedang berwarna hijau...
Begitu cahaya lenyap, entah sedari kapan tahu-tahu Buyung Siu telah berada tiga depa
dihadapan Wi Tiong hong, namun pedangnya yang kena terhisap oleh Wi Tiong hong,
sekarang ujung pedang sudah miring ke arah kiri.
Miringnya saja masih tak seberapa, terdengar "Sreeet!" segulung cahaya pedang yang tajam yang kena terhisap kesamping tadi mengikuti arah sasaran ujung pedang ini
meluncur ke depan dan menghantam ke arah atap.
"Blaammmm !" suatu benturan dahsyat menggelegar memecahkan keheningan, tiga
batang kayu tiang di atas atap rumah tersapu oleh cahaya pedang tersebut dan segera
patah menjadi dua bagian, tak ampun lagi seluruh atap roboh ke bawah.
Kekuatan kedahsyatan yang terbentang di depan mata itu segera membuat semua
orang yang hadir dalam arena merasa terkesiap sekali.
Buyung Siu memang tak malu disebut seorang congkoan dari perkumpulan Bankiam
hwee, cukup dengan serangan pedangnya ini saja, dalam dunia persilatan sudah jarang
sekali ada orang yang sanggup menghadapinya... Tentu saja semua orang lebih
terperanjat lagi terhadap kemampuan Wi Tiong hong, pada hal usianya masih muda,


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namun ilmu silatnya sudah mencapai tingkatan yang begitu hebat, sehingga serangan
pedang terbang yang merupakan ilmu pedang paling tinggi dalam dunia persilatan pun
berhasil dipatahkan.
Buyung Siu segera memutar pedangnya sambil melompat mundur sejauh beberapa
depa, kemudian sambil memandang ke arah Ban kiam hweecu dia manggut-manggut.
Kemudian serunya sambil tertawa nyaring:
"Wi sauhiap memang hebat sekali, siaute mengaku kalah !"
Ucapan tersebut ternyata diutarakan oleh congkoan pedang pita hijau dari Ban kiam
hwee, Pau-kiam suseng Buyung Siu, sesungguhnya keadaan mana benar-benar
mengejutkan hati.
Seorang jago kenamaan yang sudah termashur selama banyak tahun ternyata
mengaku kaIah didepan kawanan jago lihay dari pelbagai perguruan, tindakan
semacam ini benar-benar merupakan sesuatu yang luar biasa. Kalah, tentu saja dia
yang menderita kalah.
Setiap orang yang hadir dalam arem dapat melihat kalau dia telah mempergunakan
tiga macam ilmu pedang yang berbeda, namun semuanya berhasil diatasi dengan ilmu
To im ciat yang sinkang yang digunakan Wi Tiong hong.
Ilmu To im ciat yang sinkang dari Wi Tiong hong lah yang membuat semua kepandaian
saktinya tak berguna, tapi kalau berbicara soal kesempurnaan dalam menggunakan
pedang tentu saja Wi Tiong hong sukar untuk melampaui dirinya.
Thian Khi cu dari Bu tong pay serta Sip cu taysu dari Siau lim pay sama-sama merasa
tercengang dan diluar dugaan.
Terutama sekali para jago dari Bu tong pay seperti Keng hian tojin, Thio Kun kay serta Thio Man, hampir semuanya mengulumkan senyuman gembira.
Sebab bagaimana pun Wi Tiong hong telah menggunakan ilmu pedang dari Bu tong
pay untuk mengungguli Lan Kun pit dan Buyung Siu secara beruntun.
Peristiwa itu bagi pihak Bu tong pay boleh dibilang merupakan suatu kejadian yang
pantas dicatat sebagai suatu kejadian yang membanggakan.
Dari sekian banyak jago silat yang hadir dalam arena, hanya Kam Liu cu seorang yang
menyaksikan bagaimana Buyung Siu melemparkan kerlingan mata terhadap Ban kiam
Hwee cu dan manggut-manggutkan kepalanya...
Dengan kening berkerut dan alis mata berkernyit, dia lantas berpikir:
"Tindakan yang dilakukan Congkoan pedang pita hijau Buyung Siu ini sudah pasti
mengandung maksud yang dalam."
Seperti diketahui tadi Wi Tiong hong berhasil mematahkan serangan pedang lawan
karena dia memperoleh petunjuk Buyung Siu dengan ilmu sampaikan suaranya, maka
saat mendengar Buyung Siu mengumumkan kekalahan yavg diderita jago pedang
tersebut, dia segera mendongakkan kepalanya dengan tertegun.
Akhirnya dengan wajah memerah dia masukkan kembali pedangnya kedalam sarung
dan berseru sambil menjura:
"Berkat sikap Buyung Siu congkgoan yang sedia imengalah, aku bharu dapat
mempertahankan diri secara paksa, kalau tidak, sejak tadi aku sudah tidak mampu
menahan diri, yang pantas menerima kalah sebenarnya aku."
Dengan sinar mata yang tajam, Buyung Siu kembali memandang sekejap kearah
kawanan jago yang hadir dalam arena, kemudian sambil tertawa terbahak-bahak
katanya: "Hia, .haa.. haaa... walau pun sudah unggul Wi sauhiap tak sombong, jiwanya besar dan orangnya bijaksana, siaute benar-benar merasa kagum dengan manusia seperti
ini. Ya, apa yang diucapkan Wi sauhiap memang benar, berbicara soal ilmu pedang,
sekali pun saudara berlatih berapa tahm lagi pun sulit mengungguli aku dalam
perubahan jurus serangan, dalam bidang pengalaman dalam bertarung pun siaute
jauh lebih unggul
"Nimun Wi sauhiap menguasahi penuh ilmu sakti To im ciat yang sinkang, hal mana
membuat serangan-serangan pedang siaute hampir semuanya kena dipatahkan dan
tak mampu melukai Wi sauhiap, hal ini merupakan kenyataan yang tak terbantahkan,
itulah sebabnya dalam hasil pertarungan yang berlangsung sekarang. tentu saja Wi-
sauhiap berada dipihak yg unggul"
Dengan perasaan tidak tenang Wi Tiong hong segera berkata:
"Pujian dari Buyung congkoan benar-benar membuat aku merasa tak punya muka
untuk berbicara lagi . ."
Belum habis dia berkata, Ban kiam hweecu sudah bangkit berdiri dan menukas:
"Apa yang dikatakan Buyung congkoan memang benar dan hal ini merupakan suatu
kenyataan, harap saudara Wi jangan merendah lagi."
Berbicara sampai disitu, pelan-pelan dia meninggalkan tempat duduknya dan berkata
lebih jauh sambil tersenyum:
"Saudara, sudah lama aku dengar orang bilang kalau ilmu To yang ciat im sinkang
melupakan ilmu rahasia dari Siu lo bun, dan ini dibuktikan sewaktu saudara Wi
mematahkan serangan ilmu pedang terbang dari Buyung congkoan, kehebatanmu
sungguh membuat pandangan mata kami semakin terbuka dan merasa kagum
sekali . ."
Setelah berhenti sejenak, pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya ke wajah semua
orang yang hadir disana, kemudian katanya lebih jauh:
"Perkumpulan kami selalu menggunakan Ban kiam sebagai nama panggilan dan ilmu
pedang sebagai tulang punggung, meski tak berani menyebutkan diri sebagai nomor
satu di dunia, namun kalau dibandingkan dengan berbagai perguruan dalam dunia
persilatan, aku rasa tidak selisih jauh sekali. . ."
Perkataan dari Ban kiam Hwee cgu itu diutarakain cukup sungkanh, namun paras muka
Sip cu taysu dari Siau-lim-pay dan Thian Kicu dari Bu tong pay segera menunjukkan
perubahan aneh.
Hal ini dikarenakan lima Tat mo kiam hoat dari Siau lim-pay dan Ji-gi-kiam-hoat dari Bu tong pay merupakan ilmu pedang kaum lurus dalam dunia persilatan.
Maka berdasarkan ucapan dari Ban kiam hwee-cu barusan seolah-olah dia hendak
menerangkan kalau ilmu pedangnya jauh berada diatas kelihayan ilmu pedang dua
partai tersebut.
Betul Sip cu taysu dan Thian Khi cu merupakan orang beribadah yang memiliki imam
tebal, toh ucapan mana menimbulkan perasaan tak enak di dalam hati mereka.
Namun Ban kiam hweecu sama sekali tidak menggubris mereka, mungkin dia memang
sama sekali tidak pandang sebelah mata pun terhadap pihak Siau lim-pay maupun Bu
tong pay. Terdengar ia berkata lebih jauh: "Oleh sebab itu aku pun turut terpancing rasa ingin tahu ku untuk bertanding berapa jurus pada dengan saudara Wi, entah bagaimanakah
menurut pendapat saudara Wi ?"
Wi Tiong-hong jadi terkesiap, diam-diam dia lantas berpikir.
"Ban-kiam hweecu menyebut dirinya sebagai Ban kiam ci ong atau raja diraja dari
selaksa pedang, itu berarti kesempurnaan ilmu pedangnya masih jauh melampaui
kemampuan congkoan dari pedang pita hijau.
"Betul kalau ilmu To im ciat yang sin kang yang kuyakini berhasil mematahkan
serangan pedang lawan secara berulang-ulang, tapi pihak lawan adalah seorang ketua
dari suatu perguruan, bila berhasil mengungguli dia " Bukankah hal ini menjadi tak
enak ?" Berpikir sampai disitu, dengan perasaan bimbang segera ujarnya.
"Ilmu pedang yang dimiliki Hwee cu mana mungkin bisa kuhadapi " Aku tak berani
menerima tantanganmu itu."
"Saudara Wi, buat apa kau merendah?" seru Ban kiam hweecu dengan angkuhnya.
Selesai berkata, tangan kanannya menggenggam gagang pedang dan pelan-pelan
dicabut ke luar.
Begitu pedang rersebut lolos dari sarungnya, semua orang baru dapat melihat bahwa
pedang yang digunakan oleh Ban kiam hweee cu ini, beiwarna kuning emas cahaya
berkilauan yang tajam segera memancar ke empat penjuru.
Tampaknya Bankiam hweecu amat menyayangi pedang emasnya itu, ketika diloloskan
dari sarungnya, dia lantas membelai batang pedangnya dengan tangan kirinya yang
putih. Pelan pelan diaw mengangkat kepyalanya, lalu bexrkata:
"Saudara Wi, loloskan pedangnya."
Wi Tiong hong mundur selangkah dan menjura berulang kali, serunya:
"Harap hweecu sudi memaafkan, aku tak dapat memenuhi keinginanmu itu..."
Ban-kiam-hweecu mendengus dingin, pedang emasnya digetarkan sampai
mendengung nyaring. kemudian sambil mendongakkan kepala nya dia berkata pelan:
"Siaute telah mencabut pedangku, pedang yang sudah diloloskan bagaimana mungkin
bisa disimpan kembali " Tujuan kita toh hanya menjajal kepandaian " Bila saudara Wi
menampik lagi, hal mana sama artinya dengan tidak memberi muka untuk siaute !"
Wi Tiong hong menunjukkan sikap keberatan, katanya lagi dengan nada tergagap:
"Hwee cu. bila kau berkata demikian maka hal ini sama artinya dengan memojokkan
orang dalam kesulitan, Aku tahu kalau ilmu silat yang kumiliki amat cetek, bagaimana
mungkin bisa menandingi kehebatan hweecu " Soal ini..."
Berkilat sepatang mata Ban kiam hweecu setelah mendengar ucapan mana, dia
tertawa ringan.
"Saudara Wi tak usah menampik lagi, bila kau tidak mau meloloskan pedangmu lagi,
siaute akan segera melancarkan serangan lebih dahulu!"
Karena dipaksa dan dipojokkan berulang kali, akhirnya Wi Tiong hong berpikir:
"Aku menampik karena sudah kucoba berulang kali kalau tenaga To im ciat yang sia
kang bisa mematahkan serangan pedang, demi menjaga nama baikmu seandainya aku
berhasil mengunggulimu. maka aku mengalah terus, hmmm... siapa tahu kau malah
mendesakku. berulang kali, memangnya kau anggap aku takut kepadamu?"
Setiap anak muda memang selalu dipengaruhi oleh rasa ingin menang, maka setelah
berpikir sebentar, dengan kening berkerut dia tertawa nyaring.
"Hwee cu, kalau toh kau memaksaku berulang kali, bila aku menampik terus keinginan mu ini, pastilah kau akan menganggap aku sebagai manusia yang berjiwa sempit !"
Tergerak wajah Ban kiam hwee cu yang berwarna semu kuning itu. tanyanya kemudian
sambil tertawa.
"Jadi saudara Wi sudah setuju ?"
"Ya. daripada menampik lebih baik menurut perintah aaja, aku akan melayani
keinginanmu itu"
Selesai berkata, dia lantas menggerakkan pergelangan tangan kanannya dan
meloloskan pedang Ji siu kiam tersebut dari dalam sarungnya.
"Nah, begitulah baru kegagahan seorang enghiong sejati!" seru Ban kiam Hwee cu sambil memuji.
Wi Tiong hong segera mengambil posisi dan pelan-pelan mengangkat tangan kirinya
keatas kemudian sambil mendongakkan kepalanya ia berkata:
"Silahkan hwecu melancarkan serangan!"
Ban kiam hwecu menggerakan pedang emasnya, sementara sepasang matanya
memancarkan sinar tajam yang menggidikkan hati, ditatapnya wajah Wi Tiong hong
lekat-lekat, kemudian katanya:
"Mungkin pedang emas siaute ini tak akan terpengaruh oleh hisapan tenaga dalam
mu, harap saudara Wi suka berhati-hati!"
Selesai berkata, pergelangan tangan kanan nya segera diangkat ke atas, dan pedang
emas nya tersebut langsung didorong sejajar dengan dadanya.
Kam Liu cu yang mendengar perkataan tersebut, tiba-tiba saja teringat dengan
penampilan dari congkoan pedang pita hijau Buyung-Siu tadi, rupanya penampilan
tersebut merupakan maksud hati dan Ban kiam hwee cu, kemudian setelah berhasil
membuktikan Buyung Siu pun manggut-manggut lagi kearahnya.
Dengan cepat dia berpikir:
"Jadi nampaknya mereka memang ada maksud untuk mencoba kepandaian silatnya!"
Dalam pada itu, Wi Tiong hong sudah memeluk pedangnya didepan dada sambil
mengawasi Ban kiam hwee cu lekat-lekat, dia telah bersiap sedia menantikan
datangnya serangan pedang dari lawan.
Maka disaat dia mendengar kalau pedang emas itu tak akan terpengaruh oleh hisapan
ilmu To im ciat yang sinkang, dari hati kecilnya segera muncul perasaan antipatik.
Pikirnya: "Pedang pendek beracun dari Lan Kun pit dan pedang dari Buyung Siu pun
berhasil kuhisap tanpa menggunakan tenaga besar masa pedang emasmu itu tak akan
terpengaruh oleh tenaga hisapanku?"
Semula dia bermaksud untuk menahan diri dan berupaya agar tak membuat malunya
pihak lawan, sebab bagaimana pun juga orang itu adalah seorang ketua dari Ban Kiam
hwee, bahkan dia pun bertekad dalam hati kegcilnya bila keaidaan tak terlalhu
memaksa, dia akan berusaha untuk tidak menggunakaa tenaga hisapan pada tangan
kirinya. Tetapi setelah mendengar perkataan mana, tanpa terasa timbul ah perasaan ingin
mencari menang sendiri di dalam hatinya, pikirnya:
"Hmmm, kau mengatakan aku tidak mampu maka aku akan membuktikan kepadamu
kalau aku mampu atau tidak mampu untuk menghisap pedangmu itu!"
Pada jurus pembukaan Giok cu siu thian dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat tersebut,
seharusnya gerakan lengan kirinya melakukan serangan lebih dulu kemudian baru di
susul dengan gerakan pedang.
Tiba-tiba saja satu ingatan melintas dalam benaknya, dia sengaja menggerakkan
pedangnya lebih dulu, kemudian tangan kirinya baru melakukan gerakan.
Inilah yang dinamakan ada maksud menanam bunga, bunga tak mau tumbuh, tiada
maksud menanam pohon liu, pohon itu menganak rimba.
Disaat bertarung melawan Lan Kun pit dan Buyung Siu tadi, Wi Tiong hong melakukan
gerakannya dengan tiada tujuan, nyatanya semua serangan pedang lawan, ternyata
ilmu To im-ciat yang sinkangnya seolah-olah kehilangan kemampuannya.
Walau pun gerakan pedang dari Ban kiam-hweecu dilancarkan amat lambat, tapi
berhubung daya hisapan dari Wi Tiong hong tidak mendatangkan kemampuan
sebagaimana mesti nya. maka kendati pedang nya tak menyerang dengan cepat, toh
setitik bayangan emas dengan cepat mendekati juga jalan darah penting di-depan
dadanya. Sekarang Wi Tiong hong merasa terkejut, merah padam selembar wajahnya karena
jengah, tidak sampai tusukan pedang lawan tiba pada sasarannya, pergelangan tangan
kanannya segera digetarkan, pedang Jit sin kiam tersebut langsung dibacokkan ke atas
pedang emas Ban kiam hweecu.
Cepat cepat Ban kiam hweecn menarik pergelangannya dan tiba tiba mengerutkan
kembali ancamannya.
"Bagaimana buktinya ?" dia lantas berseru sambil tertawa ringan.
Ucapan yang bernada mencemooh ini dengan cepat mengobarkan hawa amarah
didalam dada Wi Tiong hong, dengan cepatnya pedang tersebut ditarik kembali
kemudian sambit berputar aatu lingkaran di depan dada, ia mendorong senjatanya ke
luar. "Bagus , . ." bentak Ban kiam hweecu.
Dimana pergelangan tangannya dgigetarkan, segeira muncul ah behrkuntum-kuntum
bunga emas yang memancar di angkasa.
Ditengah berkelebatnya cahaya pedang, tiba-tiba saja tubuhnya berputar kencang,
begitu meloloskan diri dari tusukan pedang Wi Tiong hong, sebuah serangan balasan
segera dilancarkan.
Serangan pedangnya yang semula melakukan tusukan dengan gerakan pelan, dalam
waktu singkat telah berubah menjadi cepat sekali.
Secara beruntun dia lancarkan lima buah serangan berantai, angin pedang menderu-
deru dan seluruh angkasa seraya diliputi kabut yang sangat tebal.
Wi Tiong-hong tidak menyangka kalau serangannya yang ke dua ini bisa berubah
menjadi begitu cepat, dalam terkesiapnya cepat-cepat dia mundur beberapa langkah
ke belakang. Pedangnya kembali diputar kencang, menggunakan jurus ot goan bu si, cepat-cepat
dia lepaskan serangan ke muka.
"Traaaaaanngg...!"
Sepasang pedang saling membentur membuat kuda kuda Wi Tiong hong menjadi
tergempur, tak tahan lagi badannya, mundur setengah lang kah ke belakang.
Bukannya mundur, Ban kiam hweecu malah mendesak maju ke depan, tiba-tiba dia
menerjang ke muka, pedangnya berhenti secara tiba-tiba dan segera tegurnya:
"Saudara Wi, siapa gurumu ?"
Wi Tiong hong tak mampu untuk menjawab, sebab dia memang tidak mengetahui
siapakah nama paman tak bernama yang telah mewariskan ilmu silat kepadanya itu.
Sesudan termenung sejenak, akhirnya dia baru menjawab:
"Aku memperoleh pelajaran ilmu pedang ini dari Thian goan totiang dari Bu tong pay, cuma diantara kami tiada hubungan sebagai seorang guru dan murid."
"Hmm, aku rasa bukan dia ?" jengek Ban kiam hweecu dingin.
"Bila hwee-cu tidak percaya, buat apa mesti bertanya lagi ?" seru Wi Tiong hong dengan gusar.
"Sekalipun tidak kau katakan, aku pun tahu..."
Pedang emasnya didorong kedepan, tubuh dan pedangnya meluncur bersama
melancarkan serangan dahsyat.
Kini Wi Thiong hong tak berani bertindak secara gegabah lagi, pedang Jit siu kiamnya
digetarkan kedepan dan menyongsong datangnya ancaman lawan.
Sebagaimana diketahui dia hanya bisa memainkan ilmu Jit gi kiam hoat melulu, maka-
menghadapi serawngan lawan vangy datang secara xbertubi-tubi itu, terpaksa dia
harus bergerak mengikuti gerakan pedangnya, sejurus demi sejurus berputar terus
tiada hentinya.
Sementara itu serangan yang dilancarkan oleh Ban kiam hweecu tersebut kian lama
kian bertambah cepat, Wi Tiong hong yang harus mengandalkan ilmu padang Ji gi kiam
hoat untuk menghadapi ancaman tersebut, sesungguhnya sulit bagi dia untuk
menghadapi-ancaman-ancaman mana.
Dalam gerak tangkisan mana, dia merasa dibalik gulungan bayangan pedang lawan
terselip desingan angin guntur yang membetot sukma.
Tapi kalau dipandang dari luar, serangan itu pun tidak begitu tangguh, hanya sambung
menyambung tiada habisnya, hingga sulit bagi orang untuk membendungnya.
Diam-diam ia menjadi terkesiap sekali, pikirnya:
"Kalau aku harus menghadapi cahaya pedang yang datang secara berantai seperti ini, maka lama kelamaan aku bakal tak mampu untuk menahan diri, lebih baik aku
menyerempet bahaya dan memaksakan pertarungan kekerasan saja...
Berpikir demikian, dia lantas mengerahkan tenaga dalamnya, lalu diantara getaran
pergelangan tangannya, ujung pedang itu berputar dua lingkaran ditengah udara,
kemudian sambil membentak keras pedangnya langsung menerobos masuk ke balik


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cahaya pedang yang berlapis-lapis dari Ban kiam Hweecu tersebut.
Inilah jurus Pau im bu yang dari ilmu pedang Ji gi kiam hoat.
"Traaang, traaaang..."
Di tengah selapis kabut pedang yang menyelimuti angkasa, segera terdengar suara
benturan nyaring yang amat memekik telinga.
Akibat dari benturan tersebut, Wi Tiong-hong segera tergetar mundur sejauh dua
langkah. Tetapi dia maju kembali setelah mundur, begitu mendesak ke hadapan Wi Tiong hong,
ujarnya tertawa:
"Sudah jelas saudara Wi adalah murid dari Sian soat kiam kek, mengapa kau tak mau mengakuinya?"
ooOoo Bab-49 "SIAN soat kiam kek?" seru Wi Tiong hong keheranan, "aku belum pernah dengar nama Sian soat kiam kek tersebut."
"Dari Kan sam ceng yang barusan kau pergunakan, bukankah masih ada satu getaran
yang belum kau gunakan?"
Pedangnya digetarkan lagi sehingga muncul bunga pedang yang menyelimuti angkasa,
dia langsung mengurung seluruh tubuh Wi Tiong-hong...
Selama ini, Wi Tiong hong boleh di bilang belum pernah mendengar tentang Kan-sam-
ceng, tapi kalau didengar dari nada ucapannya itu, agaknya tadi ia telah
mempergunakan dua kali serangan menggetar "
Padahal di dalam melancarkan serangannya tadi, pertama kali dia menggunakan jurus
lt goan bu si dan pada kedua kalinya menggunakan jurus Pau im hu yang.
Betul kalau memang masih ada satu jurus lagi yang bernama Sam hoa ki teng atau tiga
bunga mengumpul dipuncak, jurus itupun merupakan sebuah jurus serangan yang
khusus dipakai untuk menggetarkan pedang atau senjata lawan.
Ingatan mana melintas dalam benaknya, dia pun tak berani berayal lagi, pergelangan
tangannya digetarkan ujung pedang Jit siu kiam sudah berputar tiga lingkaran di
tengah udara untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut.
"Traaang..."
Sewaktu dia memutar senjata untuk ketiga kalinya, mendadak terasa getaran keras
menggelegar diudara, kemudian pergelangan tangannya menjadi kaku dan pedangnya
terlepas dari genggaman...
Dalam terkejutnya, buru-buru dia melompat mundur ke belakang.
Di dalam anggapannya, pertarungan itu merupakan suatu pertarungan adu kekuatan,
apabila sudah dijanjikan hanya saling menutul dengan terlepasnya senjata tersebut
dari cekalannya, sudah sewajarnya Ban kiam-hweecu pun menghentikan serangannya.
Siapa tahu ketika ia mendongakkan kepalanya, tampak Ban-kiam hweecu sudah
menggetarkan pedang emasnya ditengah udara, kemudian tubuh berikut pedangnya
menyerang ma ju ke muka.
Pedang emasnya itu menyebar ditengah udara bagaikan beribu-ribu cahaya emas yang
ber hamburan di tengah udara.
"Pedang yang berada dalam genggaman Wi Tiong hong telah terlepas, sekarang dia
berada dalam keadaan tak bersenjata, mimpipun tidak diduga olehnya kalau Ban kiam
Hwee cu akan menyusulnya dengan serangan lain yang jauh lebih dahsyat.
Tindakan tersebut kontan saja membuat hatinya gusar bercampur terkesiap.
Tampak cahaya emas itu meluncur datang dengan amat cepatnya, dia segera mundur
berulang kali, sementara tangan kirinya tanpa terasa melakukan gerakan untuk
melancarkan hisapan, sementara tangan kanannya berputar membentuk satu
lingkaran di depan dadanya daa "weess" sebuah pukulan telah dilontarkan.
Menyaksikan pemuda itu lagi lagi melakukan gerakan menghisap. taapa terasa Ban
kiam bwee cu tertawa geli, ejeknya:
"Pedang naga mestika ini tak akan mempan untuk di hlsap dengan mutiara penghisap
pedang.." Baru saja dia selesai berkata, mendadak terasa ada segulung tenaga pukulan yang
sangat dahsyat membacok datang, ternyata tenaga tersebut menghantam kearah
pedangnya dan membuat serangan tersebut tahu-tahu terhenti ditengah jalan.
Dengan perasaan terkesiap, dia berpekik:
"Serangan yang dilancarkan orang ini ternyata mampu menahan serangan pedangku,
ilmu pukulan macam apakah ini?"
Diam-diam ia menghimpun tenaga murninya, kemudian pedang emas itu melancarkan
serangkaian serangan memantul ketengah udara.
Sekarang, dia telah menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya keujung
pedang. Tampak beribu-ribu buah benang emas mendadak memancarkan angin pedang yang
dahsyat seperti anak panah yang terlepas dari busurnya meluncur kedepan dan
menyambar kemana-mana bagaikan hujan badai.
Wi Tiong hong mundur terus kebelakang berulang kali, dengan sekuat tenaga, ia
melancarkan dua buah bacokan dahsyat untuk membendung serangan lawan,
sementara tubuhnya melompat mundur ke belakang.
Darimana dia tahu kalau Ban kiam hweecu telah mengerahkan segenap tenaga
dalamnya dan menyalurkan keujung pedang tersebut karena angin pukulannya
berhasil menahan gerakan pedangnya tadi "
Sekarang, Ban kiam nweecu telah mengeluarkan hawa pedang kiam khi nya ke ujung
senjata tersebut, bayangkan saja, bagaimana mungkin Wi Tiong hong bisa
membendung serangannya tersebut dengan kekuatan tenaga pukulannya.
Tampak beribu benang emas itu meluncar datang dengan cepatnya dan mendesak tiba
secara bertubi-tubi, ia menjadi terperanjat sekali, tangan kirinya diputar kencang,
kemudian membacok lagi dengan jurus Ngo ting kay san (Ngo ting membuka gunung).
Baru saja serangannya dilancarkan terasa desingan angin tajam hampir saja
menyentuh telapak tangannya. setiap jalur benar emas itu semuanya terasa tajam
bagaikan sayatan pedang, buru buru dia menarik kembali telapak tangan kirinya yang
sedang melepaskan serangan tersebut.
sementara dia menjadi sangat kaget, beribu benang emas yang membawa kilauan
cahaya tajam tersebut sudah meluncur ke hadapan tubuhnya dengan kecepatan luar
biasa. Dengan demikian, depan belakang, kiri mau pun kanan tubuh Wi Tiong hong sudah
terku rung rapat oleh cahaya pedang lawan.
Sementara itu, seluruh perhatian dari kawanan jago yang berkumpul diseluruh arena
telah tertarik oleh permainan jurus Ban kiam ki hui (selaksa pedang menghimpun
sinar) yang sedang digunakan oleh Ban kiam hweecu tersebut, mereka boleh dibilang
terpukau oleh jalur-jalur benang emas yang terpancar dari pedang jagoan tersebut.
Wi Tiong hong yang dipaksa mundur berulang kali benar-benar dibuat marah sekali,
menyaksikan datangnya cahaya emas yang menyambar ke hadapannya, padahal dia
sama sekali tak bersenjata apa-apa, dia menjadi bingung dan tak tahu dengan cara
apakah harus menyongsong datangnya ancaman tersebut.
Mendadak ia teringat kalau dalam sakunya masih terdapat sebatang pena baja (pena
itu merupakan lencana pena baja yang merupakan tanda pengenal dari Thi pit
pangcu), dalam keadaan begini tanpa berpikir panjang lagi dia merogoh kedalam
sakunya dan mencabut keluar benda mana.
Semua peristiwa itu berlangsung dalam sekejap mata, begitu pena tersebut
digenggam, dalam benaknya pun terlintas pula jurus Hong-nong sam tian tau (burung
hang mengangguk tiga kali) yang dilukis Thi pit pangcu dalam kotak tersebut.
Pada saat itu, pada hakekatnya dia tidak mempunyai waktu lagi untuk berpikir
panjang, tangan kirinya segera melakukan gerakan aneh sambil maju ke depan,
sementara pena baja ditangan kanannya menyongsong datangnya cahaya emas itu
dan melancarkan sebuah serangan.
Sesungguhnya Ban kiam hwecu sama sekali tidak mempunyai maksud untuk melukai
Wi Tiong hong, justru karena pukulan Siu lo ik yang dilepaskan si anak muda tadi
terhenti ditengah jalan, maka dalam kejut dan terkesiap dia salurkan segenap hawa
murninya ke ujung senjata.
Tatkala menyaksikan Wi Tiong hong terdesak mundur berulang kali tadi, dia pun
berencana untuk menarik kembali serangannya.
Siapa sangka pada saat inilah Wi Tiong hong telah mengayunkan pergelangan
tangannya dan tahu-tahu di tangannya telah bertambah dengan sebatang pena baja
yang secara beruntun meledakkan tiga titik bayangan pena yang menyilaukan mata.
"Tri ing Tri ng... Traang..!" Kalau pada dua dentingan yang pertama berasal dari benturan ujung pena dengan ujung pedang, maka pada benturan yang terakhir itu
merupakan benturan nyaring yang memekikkan telinga.
"Trang..!" sekali lagi terdengar suara bunyi nyaring yang memekikkan telinga.
Hawa pedang dan cahaya emas segera lenyap tak berbekas, Ban kiam bweecu cepat
mundur dua langkah dan menundukkan kepalanya untuk memeriksa senjata sendiri.
Tiba-tiba ia menjerit kaget. Ternyata pedang emas mestikanya yang tajam luar biasa
itu pedang naga emas, kini sudah terpotong oleh babatan pena Wi Tiong-hong
sehingga patah dan tinggal separuh.
Peristiwa ini bukan saja membuat Ban kiam kweecu merasa terperanjat sekali, Wi
Tiong hong yang berada di hadapannya pun dibuat tertegun sampai berdiri termangu-
mangu. Setiap jago yang hadir dalam arena pun merasakan kejadian itu sebagai suatu
peristiwa yang sama sekali diluar dugaan, rata-rata mereka menunjukkan rasa kaget
dan tercengang yang luar biasa.
Ban kiam hweecu membelalakkan matanya lebar-lebar dan mengawasi tangan Wi
Tiong hong tanpa berkedip, lewat berapa saat kemudian ia baru berkata dengan nada
terkesiap: "Lou bun si " Benda yang berada ditangan mu itu adalah Lou bun si.?"
Dengan cepat Wi Tiong hong menggeleng.
"Bukan, pena milikku ini merupakan lencana pena baja, benda pengenal dari ketua Thi pit pang" sembari berkata, tanpa terasa dia mengangkat tangannya tinggi tinggi.
Dengan diangkatnya pena tersebut ke udara maka semua orang dapat menyaksikan
dengan lebih jelas lagi,
Pada ujung pena baja yang berada ditangan Wi Tiong hong tersebut sudah jelas kena
terpapas sebagian oleh ketajaman pedang Kim liong kiam sehingga nampak ujung
pena lainnya yang berwarna kehijau hijauan..
Seh Thian yu yang menyaksikan hal tersebut segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh...haaahb..haaabh... ternyata memang Lou bun si yang asIi!"
Wi Tiong hong memeriksa lagi pena bajanya sekejap, kemudian sembari menjura
kepada Ban kiam bwecu, dia berkata:
"Aku benar-benar tidak mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga pedang
mestika milik Hwe cu telah rusak."
BAN KlAM HWEE CU mengulurkan tangannya yang putih ke depan, kemudian pelan-
pelan berkata. "Bawalah kemari, berikan kepadaku untuk kulihat!"
Meskipun Wi Tiong hong merasa keberatan dalam hati kecilnya, namun dia toh
menurut juga dan memberikan benda tersebut kepada Ban-kiam hweecu.
Setelah menerima pena tersebut, sekali lagi Ban kiam Hwee cu memeriksa benda itu
dengan seksama, akhirnya sambil mendengus dingin ujarnya dengan cepat:
"Lencana pena baja", betul-betul suatu penyaruan yang luar biasa, ternyata pada lapisan luar dari Lou bun si telah dilapisi dengan selapis kulit baja yang mengelabuhi pandangan orang lain..."
Berbicara sampai disitu, mendadak dia mengambil kutungan pedangnya lalu
ditebaskan ke atas pena baja tersebut.
Dengan perasaan terkejut Wi Tiong hong segera menegur:
"Hwee cu, apa yang hendak kau lakukan ?"
"Aku hendak membersihkan pena tersebut dari lapisan bajanya" sahut Ban-kiam hwee cu dengan suara dingin.
"Tapl pena ini merupakan tanda pengenal dari perkumpulan Thi pit pang yang sudah di turun temurunkan pada anggota perkumpulan nya, sedangkan aku tak lebih hanya
menyimpankan benda tersebut bagi mereka untuk sementara waktu..."
"Kalau toh di dalam pena baja tersebut disimpan Lou bun si yang asli, apa salahnya jika benda tersebut diperlihatkan kepada semua orang yang hadir..?"
Sementara berbicara, tangannya tak pernah berhenti bekerja, jangan dilihat pedang
yang di pergunakan hanya sebilah kutungan pedang belaka, namun di dalam
kenyataan tajamnya bukan kepalang, hanya di dalam berapa kali sayatan saja, lapisan
luar yang membungkus pena baja tersebut telah berhasil disayat habis.
Dengan cepat muncul ah sebilah pena kemala yang berwarna kehijauan.
Benar juga, benda tersebut adaglah Lou bun-si iyang asli, baikh warna maupun bentuk
tidak jauh beda dengan Lou bun si yang palsu.
Sambil membuang pedang kutungnya ketanah, dengan tiga jari tangannya Ban kiam-
hwee cu memegang pena kemala tersebut, kemudian ujarnya:
"Hitung-hitung, tidak sia-sia belaka kalian datang menghadiri suatu pertemuan hari ini, kalau tadi Thio lo-huhoat telah memusnahkan sebatang Lou bun si yang palsu, maka
sekarang benda yang asli telah muncul di depan mata.
"Dari sini dapat dibuktikan kalau dua buah Lou bun si yang palsu dan sebuah yang asli telah terjatuh semua ke tangan Tou Pek li dimasa lalu, ketika ia menghancurkan
sebuah Lou bunsi yang asli pada tiga puluh tahun berselang, rupanya yang asli telah
dia lapisi dengan kulit baja yang kemudian dijadikan tanda pengenal dari
perkumpulannya."
"Kemudian secara sengaja pula dia mengeluarkan Lou bun-si yang palsu ke dalam
dunia persilatan hingga menciptakan badai pembunuhan yang amat dahsyat tiga puluh
tahun kemudian..."
Dengan sorot mata yang licik dan memancarkan sinar serakah, Sen Thian-yu menatap
Lou bun si itu lekat-lekat, kemudian katanya:
"Atas undangan dari Hwee cu, kami memang datang kemari untuk Lou bun si tersebut
sekarang benda tersebut sudah muncul didepan mata, bolehkah siaute ikut meminjam
sebentar untuk dinikmati ?"
"Pena tersebut bukan milikku, sehingga sulit untuk memenuhi harapanmu tersebut."
sahut Ban-kiam-hwee cu dingin, "bukankah kalian telah menyaksikan dengan cukup
jelas, pena yang asli dan pena yang palsu berbentuk persis sama, diatas pena inipun
terukir huruf Thian-hee-tit-it, totiang, mungkin yang kau kuatirkan sekarang adalah
kepandaian silat yang tersimpan dalam pena tersebut bukan ?"
Sambil mengelus jenggotnya Thian yu tertawa seram.
"Heeehh... heeehh... heeehhh... menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, dalam Lou bun si tersimpan sebuah jurus ilmu pedang yang sangat hebat, dalam ilmu
pedang tersebut terkandung seluruh inti sari ilmu pedang yang berada dikolong langit
dewasa ini, apakah Hwee cu tidak ingin menyaksikannya?"
Ban kiam hwee cu tertawa dingin, mendadak dia membalik pena kemala tersebut, lalu
katanya: "Di balik batang pena tersebut mungkin saja tersimpan kepandaian silat, seandainya ada mungkin sudah diambil orang sedari dulu, yang tertinggal sekarang tak lebih hanya
sebuah batang pena kosong bila tidak gpercaya, silahkian kalian memerhiksanya
sendiri!" Ketika semua orang mengalihkan perhatiannya kearah batang pena itu, betul juga
batang pena itu sudah kosong, tiada sesuatu benda apa pun yang terdapat disana.
Mendadak satu ingatan melintas dalam benak Wi Tiong hong, segera pikirnya:
"Yang mereka maksudkan sebagai sebuah jurus ilmu silat itu, jangan-jangan adalah
ukiran jurus Hong bong sam tiam tau yang terukir diatas kotak pena tersebut?"
Bayangkan saja, pancaran sinar ke emasan yang dipancarkan oleh pedang Ban kiam
hweecu tadi begitu dahsyat dengan hawa pedang yang mengerikan mana mungkin
jurus serangan biasa dapat dipergunakan untuk memecahkan serangan tersebut "
Bahkan untuk menangkis pun belum tentu akan mampu untuk menangkisnya.
Tapi buktinya jurus serangan pedang yang begitu dahsyat pun tanpa disengaja telah
berhasil dipecahkan olehnya...
Di dalam hal ini, tampaknya Ban kiam hwee cu serta semua yang hadir di sana telah
tertarik perhatiannya oleh patahnya pedang Kim liong kiam serta munculnya Lou bun
si yang asli tersebut sehingga siapa pun telah melupakan jurus serangan yang telah
dipergunakan olehnya tadi...
Sementara dia masih termenung, tampak Ban kiam hwee cu telah menyodorkan
kembali Lou bun si tersebut di hadapannya sembari berkata.
"Lou bun-si merupakan sebuah benda mestika dalam dunia persilatan, saudara Wi
harus baik baik menyimpannya !"
Wi Tiong hong menerima kembali pena tersebut dan segera dimasukkan kedalam
saku, setelah itu katanya hambar:
"Pena tersebut merupakan pena baja milik perkumpulan Thi pit pang, aku tak lebih
hanya akan menyimpannya untuk sementara waktu."
Ban kiam hwee cu tersenyum, katanya lagi dengan suara lembut:
"Kecuali Lou bun si, bukankah dalam diri saudara Wi juga terdapat sebutir mutiara Jip kiam cu" sekalipun semua orang tidak menyinggung tentang persoalan tersebut, tapi
aku yakin hal ini tak akan bisa mengelabuhi semua orang."
"Saudara Wi, apabila kau tak ada urusan penting, siaute ingin mengundangmu untuk
mengunjungi Kiam bun san selama beberapa hari, terhadap saudara Wi mungkin
merupakan suatu bantuan kecil, entah bagaimanakah pendapat saudara Wi?"
Ucapan tersebutw diutarakan denygan suara yang xpelan sekali, sehingga kecuali Wi
Tiong hong, boleh dibilang orang lain tak akan bisa mendengarnya.
Wi Tiong hong menjadi tertegun, kecuali Lou bun si masih ada sebutir mutiara Ing-ki-
amcu " Sejak kapan dalam sakunya terdapat sebuah mutiara Ing-kiam cu"
Sembari menjura dia segera menyahut:
"Aku masih ada urusan pentirg lainnya yang harus segera diselesaikan biarlah maksud baik Hwee cu kuterima dalam hati saja:"
Berhubung jarak diantara para hadirin dengan kedua orang itu berselisih agak jauh,
maka siapa pun tidak mendengar apa gerangan yang mereka bicarakan.
Tapi semua orang dapat melihat kalau Wi Tiong hong sedang menjura berulang kali,
tentu saja hal ini disebabkan dia sedang meminta maaf kepada Ban kiam Hwee cu
karena telah mematahkan pedang mestika orang itu.
Dengan tatapan mata yang tajam Ban kiam Hwee cu mengawasi wajah Wi Tiong hong
beberapa saat, dia seperti merasa sayang dan kecewa, katanya kemudian:
"Kalau toh saudara Wi masih mempunyai urusan penting lainnya, siaute pun tidak
akan menahanmu lebih jauh,"
Sementara itu seorang dayang telah muncul ditengah arena, memungutkan pedang Jik
siu kiam milik Wi Tiong hong dari atas tanah dan mempersembahkan kehadapannya.
Wi Tiong hong segera menjura sambil menyatakan rasa terima kasihnya, setelah
menerima kembali pedangnya lantas dimasukkan kembali kedalim sarung.
Mendadak Seh Thian yu bangkit berdiri, kemudian katanya sembari menjura:
"Sekarang, Lou bun si yang palsu sudah punah, yang aslipun sudah muncul, aku pikir pertemuan pada hari ini pun sudah berakhir sampai disini, apabila hwee-cu tiada
petunjuk yang lain, siaute ingin mohon diri lebih dulu."


Pedang Berkarat Pena Beraksara Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ban kiam Hwee cu segera balas memberi hormat, sahutnya sembari tertawa:
"Terima kasih banyak atas petunjuk dari Seh too tiang, siaute ucapkan banyak terima kasih pula atas kesudianmu untuk menghadiri pertemuan ini."
Dengan sorot mata yang licik dan keji Seh Thian yu memandang sekejap ke arah semua
orang, kemudian ujarnya sambil menjura.
"Lo heng sekalian, maafkan bila siaute harus berangkat selangkah lebih dulu."
Selesai berkata, dengan membawa anggota perguruannya ia lantas beranjak keluar
dari ruangan tersebut dengan langkah lebar.
Wi Tiong hong sendiri yang memikirkan asal usulnya, diapun ingin buru-buru
mengunjungi perguruan Siu lo bun untuk menyelidiki jejak dari pamannya yang tak
diketahui namanya untuk ditanya tentang riwayat hidupnya, maka menyaks kan Seh
Thian yu beranjak pergi. diapun segera menjura kepada Ban kiam hwe cu sembari
berkata: "Sekarang, aku sendiripun masih ada urusan penting yang harus segera diselesaikan, maaf bila akupun harus berangkat selangkah lebih dulu.."
Ban kiam hwe cu memandang sekejap ke-sekeliling arena, kemudian katanya.
"Kepergian Seh Thian yu secara tergesa-gesa sudah pasti mempunyai maksud dan
tujuan yang kurang baik, sepanjang jalan nanti harap saudara Wi sudi bertindak lebih
berhati hati lagi."
"Terima kasih banyak aias perhatian dari hweecu, aku bukan seorang manusia yang
takut urusan!"
Su Siau hui segera bangkit berdiri pula, tanyanya sambil menatap wajah pemuda itu
lekat-lekat: "Wi sauhiap, kau hendak pergi kemana ?"
Wi Tiong hong yacg ditegur dihadapi orang banyak segera merasakan paras mukanya
berubah menjadi merah padam karena jengaj, sahutnya cepat-cepat:
"Aku masih mempunyai persoalan lain yang harus diselesaikan maka aku ingin
melanjutkan perjalanan cepat..."
Lak jiu-im eng Thio Man menjadi gelisah sekali setelah menyaksikan kejadian itu, buru-
buru buru dia menarik ujung baju kakaknya sembari memberi tanda.
Thio Kun kay yang berpengalaman tentu saja memahami maksud hati adiknya ini, buru
buru dia pun berseru:
"Saudara Wi, bagaimana kalau kita menempuh perjalanan bersama-sama..?"
Belum sempat Wi Tiong-hong menjawab, kakek Ou yang berdiri disamping Su Siau hui
telah berkata sambil mendengus dalam-dalam.
"Siapa membawa mestika dia akan tertimpa bencana, denfifin mengandalkan
kemampuan dari kalian beberapa orang, memangnya sanggup untuk menghadapi
hadangan dari musuh tangguh ?"
Pada dasarnya Ti o Kun kay gadalah seorang ilelaki tinggi hhati, ketika dilihatnya orang itu berbicara kepada mereka, dimana sudah jelas dari sikapnya kalau orang itu tidak
memandang sebelah mata pun terhadap kemampuan dari Bu tang pay, kontan saja dia
mendengus gusar dan berseru:
"Hm, kepada siapa kau sedang berbicara ?"
"Lohu sedang berbicara dengan kalian" sahut kakek Ou dingin, "sekarang, bocah ini membawa mutiara ing kiam cu yang sudah lama di ncar oleh setiap anggota dunia
persilatan di samping Lou bun si yang sudah merupakan bencana besar. Kecuali
melakukan perjalanan bersama tama toa siocia kami dan lohu yang melindungi
keselamatan jiwanya, siapa pula yang mampu melindungi keselamatannya tanpa
terjadi suatu peristiwa apapun ?"
Kam Liu cu yang mendengar perkataan tersebut segera mendongakkan kepalanya dan
tertawa seram. "Haah, haah, haah, lotiang, tidakkah kau merasa bahwa ucapanmu itu kelewat
sombong sehingga kurang sedap kedengarannya ?"
Kakek Ou memandang sekejap ke arah Kam Liu cu berdua, kemudian katanya:
"Kalian adalah anggota Thian sat bun, hah haah... haah... masih mendingan juga
ucapan tersebut diutarakan oleh guru kalian."
Liu Leng poo mendengus dingiu, tantangnya dengan suara dingin:
"Kau ingin mencoba ?"
Menyaksikan semua orang hendak bentrok sendiri gara-gara urusannya, dengan cepat
Wi Tiong-hong menjura berulang kali sembari berseru.
"Nona So, saudara Kam saudara Thio, harap kalian jangan sampai timbul kesalahan
paham gara-gara urusan siaute, terus terang saja kukatakan kepada saudara sekalian,
hingga kini asal usul siaute masih merupakan sebuah tanda tanya besar, maka
sekarang aku ingin terburu buru mencari pamanku yang telah memelihara siaute
selama ini untuk ditanyai asal usulku yang sebenarnya, itulah sebabnya siaute harus
berangkat lebih dahulu."
Berbicara sampai disitu, dia lantas menjura kepada Thian Khi, Sip-cu taysu Sin ci ki
Beng Kian hoo sekalian sembari berseru:
"Harap dimaafkan kalau aku terpaksa harus berangkat lebih dahulu."
Selesai berkata ia segera membalikan badan lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan
tersebut. Agaknya dia memang ada maksud untuk menghindari orang-orang tersebut gerakan
tubuhnya cepat sekali.
Dalam waktu tinggkat bayangan tuibuhnya sudah behrada tujuh delapan kaki dari
posisi semula dan bergelak ke depan tanpa berpaling lagi.
Dengan kecepatan yang luar biasa Wi Tiong hong bergerak meninggalkan kuil tersebut,
dalam-waktu singkat dia sudah berada belasan li jauhnya dari tempat semula.
Kini didepannya muncul sebuah persimpangan jalan.
Tanpa terasa dia berhenti sejenak untuk menentukan arah tujuannya, baru saja
hendak melanjutkan perjalanan..
Meundadak dari balik hutan disisi kiri jalan muncul tiga orang manusia...
Orang yang berjalan di barisan terdepan adalah seorang kakek berjenggot putih yang
memakai jubah hijau, sedangkan dua orang kakek yang mengikuti di belakangnya
adalah dua orang kakek berjubah abu-abu, sepasang tangan mereka lurus ke bawah,
agaknya merupakan pengiring dari kakek berjubah hijau tersebut.
Kakek berjubah hijau itu muncul dengan wajah penuh senyuman, dengan sorot
matanya yang dalam dia mengawasi Wi Tiong-hong beberapa saat lamanya, kemudian
berkata sembari menjura:
"Yang datang apakah Wi Tiong hong, Wi sauhiap ?"
Belum pernah Wi Tiong hong berjumpa dengan kakek berjenggot putih yang memakai-
jubah hijau ini, sudah barang tentu dia pun tidak kenal siapa gerangan mereka.
Sesudah tertegun beberapa saat, sahutnya sambil menjura:
"Aku adalah Wi Tiong hong, entah ada urusan apa lotiang datang mencariku?"
"Atasan kami ingin sekali bersua muka dengan Wi sauhiap, oleh sebab itu sengaja
mengutus lohu untuk menyambut kedatanganmu disini."
"Siapa sih atasanmu itu?" seru Wi Tiong bong tercengang, "aku sama sekali tidak kenal dengannya, mengapa dia mengutus kau untuk menyambut kedatanganku disini?"
"Mungkin atasan kami mengetahui tentang Wi sauhiap, kalau tidak, mustahil dia akan mengutus lohu untuk datang menyambut kedatanganmu.."
Mendengar perkataan itu, Wi Tiong hong segera berpikir di dalam hati:
"Siapa majikan dari kakek berjubah hijau itu dan dari mana datangnya" Lebib baik aku tanyai dulu sampai jelas sebelum bertindak."
Berpikir demikian, dia lantas mendongakkan kepala sambil bertanya:
"Siapa sia atasanmu" Dapatkah lotiang memberi petunjuk?"
"Atasan kami tawk memesan apa-aypa, sebab itu lxohu pun merasa kurang leluasa
untuk sembarangan berbicara."
Mendengar itu, Wi Tiong hong segera tertawa dingin.
"Heeheehee kalau toh siapa nama atasan lotiang pun tak sudi diberitahu ada urusan apa dia mempunyai sesuatu urusan,"
"Harap lotiang sudi menyampaikan kepada atasanmu, katakan kalau aku masih ada
urusan penting sehingga tak bisa memenuhi undangannya itu..."
Seusai berkata, dia lantas menjura dan bersiap-siap meninggalkan tempat itu.
Dua orang kakek berbaju abu-abu yang berdiri dibelakang kakek berjubah hijau itu
segera berkelebat ke depan menghadang jalan pergi Wi Tiong hong.
Diam-diam Wi Tiong hong tertegun lagi di buatnya, dengan cepat dia berpikir:
"Gerakan tubuh yang dimiliki kedua orang kakek itu sungguh cepat sekali, tampaknya ilmu silat yang dimiliki tidak lemah !"
Berpikir demikian, dengan kening berkerut segera serunya:
"Mau apa kalian berdua sekarang ?"
"Atasan kami sedang menunggu di depan sana, harap Wi sauhiap sudi mengunjungi
sebentar." sahut kakek berbaju hijau itu tertawa.
Wi Tiong hong tertawa dingin.
"Yang ingin berjumpa dengan diriku toh atasanmu sedang bersedia atau tidak
menjumpai atasanmu adalah urusanku, atas dasar apa kalian bertiga hendak
memaksaku dengan kekerasan ?"
"Lobu hanya mendapat perintah untuk menyambut kedatangan sauhiap, kami tidak
berminat untuk memaksa dengan menggunakan kekerasan?"
"Bagus sekali, boleh saja aku kesitu, namun kalian mesti menjelaskan lebih dahulu siapakah atasan kalian itu. ada urusan apa mengundang kedatanganku" setelah itu
baru akan kupertimbangkan lagi..."
Kakek berjubah abu-abu yang berada di-sebelah kiri itu segera membentak:
"Lengcu, orang ini enggan minum arak kehormatan, tampaknya kita harus suguhi arak hukuman!"
"Benar" sambung seorang yang lain, "kita sudah tidak banyak memiliki waktu lagi, bagai mana kalau kita bekuk saja dengan kekerasan?"
Nada pembicaraan kedua orang itu dingin, kaku dan sombong. seakan-akan tidak
memandang sebelah matapun terhadap lawannya.
Wi Tiong-hong dapat mendengar kalau mereka menyebut kakek berjubah hijau itu
sebagai "leng cu" namun dia tidak mengetahui darimana datangnya sang Leng cu tersebut"
Selama ini. si kakek berjubah hijau itu hanya tersesyum belaka, sepintas la'u tidak
mirip orang jahat, tapi dua orang pengiringnya itu sudah jelas itukan manusia baik-
baik. Kakek berjubah hijau itu sama sekali tidak menggubris ucapan kedua orang
pengiringnya, dengan kening berkerut katanya lagi:
"Wi sauhiap harap kau sudi memaafkan kami, sudah banyak tahun atasan kami tak
pernah melakukan perjalanan didunia persilatan, sehingga lohu memang agak kurang
leluasa untuk memberitahukan siapa namanya, tapi lohu telah mendengar atasan
kami berkata bahwa kepandaian silat sauhiap seperti berasal dari seorang sahabat
karibnya, itulah sebabnya dia ingin sekali berjumpa dengan sauhiap."
Waktu itu Wi Tiong hong memang sedang risau dan kesal karena tidak mengetahui
asal usulnya, mendengar perkataan tersebut, kontan saja semangatnya berkobar
kembali, desaknya lebih jauh:
"Apa lagi yang dikatakan atasanmu itu?"
"Lohu hanya mendengar atasan kami berkata demikian saja, keadaan yang lebih jelas tidak lohu ketahui. paling baik kalan sauhiap menjumpai atasan kami sendiri dan
bertanya lebih jelas."
Ucapan tersebut memang manjur sekali.
"Sekarang, atasanmu berada di mana ?" Wi Tiong hong segera bertanya dengan
bernapsu. Kakek berjubah hijau itu segera menuding ke depan sana.
"ltu dia, berada didepan sana, tak jauh dari tempat ini !" sahutnya cepat.
"Aku bersedia untuk menjumpai atasanmu itu"
"Bagus sekali" seru kakek berjubah hijau itu sambil tersenyum, "harap Wi sauhiap sudi mengikuti lohu."
"Silahkan!" seru Wi Tiong-hong sambil mengangkat tangannya.
Kemudian tanpa banyak berbicara lagi dia berjalan mengikuti dibelakang kakek
berjubah hijau itu, sementara ke dua orang kakek berbaju abu abu itu lalu mengikuti
pula di belakang.
Setelah berjalan kurang lebih gsepertanakan naisi kemudian, sahmpailah mereka
disebuah dusun kecil dibawah bukit.
Kakek berjubah hijau itu mengajak Wi Tiong hong mendekati sebuah gubuk dekat
selokan, kemudian berhenti secara tiba-tiba, Kemudian setelah menjura serunya:
"Hamba telah mengundang datang Wi sauhiap"
"Silahkan dia masuk!" suara serak seseorang berkumandang dari dalam rumah gubuk itu.
"Baik" sahut kakek berjubah hijau itu cepat, sambil membalikan badan ia berkata lagi.
"Atasan kami mempersilahkan Wi sauhiap untuk masuk!"
Wi Tiong hong segera beranjak masuk ke dalam rumah gubuk tersebut.
Waktu itu senja sudah menjelang tiba, matahari telah condong ke sebelah barat,
suasana diluar ruangan masih tidak seberapa gelap, namun suasana dalam ruangan itu
cukup redup. Tampak disisi sebelah kiri dinding terdapat sebuah kursi bambu, seorang kakek
berjubah lebar dan berjenggot putih duduk disitu dengan sangat angkernya.
Ditengah kegelapan, sepasang mata kakek itu memancarkan sinar tajam yang
menggidikkan hati, bagaikan sembilu dia mengawasi wajah Wi Thiong hong lekat-lekat,
ternyata ia tidak bangkit berdiri untuk menyambut kedatangannya.
Sepasang mata Wi Tiong hong dapat dipakai untuk melihat dalam kegelapan, dalam
sekilas pandangan saja dia dapat melihat kalau kakek itu mengenakan jubah panjarg
berwarna hijau tua, wajahnya pucat dan daging tubuhnya kaku sehingga sekilas
pandangan tidak mirip dengan manusia hidup.
Pengalaman yang dimiliki Wi Tiong hong sekarang sudah amat luas, pengetahuannya
tentang dunia persilatan juga sudah maju pesat, sekilas pandangan saja dia sudah
melihat kalau kakek itu mengenakan selembar kulit manusia.
Dari gerak-gerik maupun tingkah lakunya itu, deruan cepat anak muda itu mengambil
kesimpulan kalau kakek yang dihadapinya sekarang sudah jelas bukan orang dari
golongan lurus, diam-diam ia segera meningkatkan kewaspadaannya.
Ketika kakek berjubah hijau tua itu menyaksikap Wi Tiong-hong hanya berdiri saja
dalam ruangan rumah, dia mengira pemuda itu tak dapat melihat jelas keadaan
didalam karena silau, maka sambil tertawa dalam tegurnya:
"Saudara cilik, silahkan duduk, disisi sebelah kananmu terdapat sebuah kursi bambu."
Kisah Para Pendekar Pulau Es 19 Harpa Iblis Jari Sakti Karya Chin Yung Durjana Dan Ksatria 10
^