Pedang Tanpa Perasaan 3
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung Bagian 3
Leng Coa Sian Sing tampaknya terkejut setengah mati. Untuk sesaat dia sampai
berdiam diri. "Tiga Iblis dari Keluarga Lung" Tiga Iblis dari Keiuarga Lung?" Nada suaranya
mengandung kegentaran yang tidak terkirakan.
"Tidak salah. Tiga Iblis dari Keluarga Lung. Secara diam-diam mereka telah
menyusup ke wilayah barat ini. Karena orang yang kau tolong itu sudah memergoki
mereka. Maka dari itu, biar bagaimana pun mereka ingin membunuh orang itu. Coba
kau pikirkan baik-baik, apakah kau sendirian sanggup menghadapi mereka?"
Sekali lagi Leng Coa Sian Sing terdiam. Tao Ling yang ikut mendengarkan sampai
mengernyitkan keningnya.
"Tiga iblis dari keluarga Lung yang disebut gadis itu pasti ketiga orang bertopeng
yang mencelakai aku dan Lie toako itu. Selama ini aku sering mendengar cerita
tentang tokoh-tokoh di dunia kang ouw dari ayah dan ibu. Mengapa belum pernah
mendengar mereka menyebut nama Tiga Iblis Keluarga Lung dari gunung Liang San
di Kui Cou?" gumam Tao Ling dalam hati.
82 "I kouwnio, orang yang kau katakan itu laki-laki atau perempuan?" tanya Leng Coa
Sian Sing. "Leng Coa Sian Sing, apakah kedua orang itu benar-benar tertolong olehmu" Kalau
memang benar, aku menginginkan kedua-duanya. Entah Leng Coa Sian Sing bersedia
memandang muka ayah dan menyerahkannya kepadaku?"
Hati Tao Ling panik sekali mendengar permintaan gadis itu. Dia sadar meskipun
wajah Leng Coa Sian Sing selalu dingin dan tidak enak dilihat, tapi bagaimana pun dia
merupakan tuan penolong bagi Lie Cun Ju. Saat ini pemuda itu masih terbaring di atas
balai-balai, wajahnya pucat pasi, namun setidaknya masih hidup. Sedangkan gadis itu
memang cantik jelita bagai bidadari, tapi hatinya kejam, dan turun tangannya keji.
Seandainya terjatuh ke tangan gadis itu, tentu akibatnya mengerikan. Karena itu, dia
berharap Leng Coa Sian Sing menolak permintaannya.
Leng Coa sian sing merenung sekian lama. Kemudian baru terdengar suaranya
kembali. "I kouwnio, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," tanya orang tua itu.
"Mengapa Leng Coa Sian Sing demikian sungkan" Ada apa silakan katakan saja."
"Kedua orang itu, baik yang iaki-laki maupun yang perempuan tidak memiliki ilmu
yang seberapa hebat. Boleh dibilang bocah masih ingusan dalam ilmu silat. Tapi
mengapa tiga iblis dan Nona I sendiri demikian memandang tinggi mereka dan
mengejarnya sampai kemana pun?" ujar Leng Coa Sian Sing.
Gadis itu berdiam diri beberapa saat.
"Tiga iblis dari keluarga Lung mengejar mereka karena jejak mereka datang ke
wilayah barat secara tiba-tiba dipergoki oleh kedua orang itu. Mengenai aku sendiri,
Leng Coa sian sing, bisakah kau mengurangi rasa ingin tahumu?"
"I kouwnio, apakah kau kira bisa menggertak aku?" sahut orang tua itu.
Pembicaraan kedua orang itu terdengarnya sungkan sekali. Tetapi dari nadanya siapa
pun dapat mengetahui bahwa mereka sedang saling berkutet, dan siapa pun tidak ada
yang sudi mengalah.
Lagi-lagi gadis itu tertawa cekikikan. Suara tawa itu demikian merdu, tetapi di
dalamnya terselip pengaruh yang kuat dan membuat orang bergidik.
"Leng Coa sian sing, dengan kekuatanku seorang diri, tentu saja aku tidak berani
menekanmu. Tetapi siok siok (paman) ku masih ada di luar. Dia sedang menunggu
jawaban dariku . . ."
Tao Ling yang mendengarkan pembicaraan mereka dari ruang satunya langsung
menyadari, bahwa orang yang dipanggil siok-siok oleh gadis itu pasti si orang tua
bertubuh kurus yang ikut menyuapinya di dalam kereta tempo hari.
83 Entah apa yang dikatakan Leng Coa Sian Sing. Tao Ling berusaha mendengarkan
dengan seksama. Tetapi keadaan di ruang satunya bahkan sunyi senyap. Sampai
beberapa saat baru terdengar Leng Coa Sian Sing berbicara. Namun suaranya begitu
lirih sehingga Tao Ling tidak berhasil men-dengarkannya.
"Kalau begitu, sekarang aku mohon diri!" sahut gadis itu.
Tao Ling memang tidak tahu apa yang dibicarakan Leng Coa Sian Sing kepada gadis
itu, tetapi mendengar gadis itu berpamitan, setidaknya perasaan Tao Ling menjadi
lega. "Maaf tidak mengantar . . . sampaikan salam kepada ayah dan pamanmu!" ucap Leng
Coa Sian Sing. Suara pintu terbuka disusul dengan suara ringkikan kuda lalu derap langkahnya yang
menjauh. Pasti gadis cantik itu datang dengan keretanya yang mewah dan sekarang
sudah pergi lagi.
Tidak lama kemudian, Leng Coa Sian Sing masuk lagi ke dalam rumah. Dia menatap
Tao Ling beberapa saat. Pandangan matanya agak aneh. Tetapi Tao Ling tidak bisa
menerka apa maksud hatinya. Orang tua itu mengulurkan tangan dan menepuk kedua
jalan darahnya yang tertotok.
Sekarang Tao Ling bisa bergerak juga bisa berbicara. Dia segera bertanya kepada
Leng Coa sian sing, "Locianpwe, apakah I kouwnio itu sudah pergi" Siapa dia
sebetulnya?"
"Tidak lama lagi kau pasti tahu sendiri, buat apa bertanya?" ujar Leng Coa Sian Sing
sambil tersenyum aneh.
Tao Ling tidak tahu apa yang terkandung dalam hati kakek itu. Terpaksa dia
menghentikan pertanyaannya.
Leng Coa Sian Sing mengulurkan tangannya mengambil salah sebuah botol dari
ratusan botol yang berjajar di rak dinding. Dituangkannya tiga butir pil kemudian
berkata, "Minumlah tiga butir pil ini! Dalam waktu satu kentungan kecuali
mengedarkan hawa murni dalam tubuh, tidak boleh sembarangan bergerak. Besok bila
melihat ada bercak-bercak merah di telapak tanganmu, kau baru temui aku lagi!"
Tao Ling melihat orang tua itu sudah melupakan urusan pertarungan mereka tadi.
Hatinya malah jadi tidak enak.
"Locianpwe, maafkan kesalahan boanpwe tadi!" ucap Tao Ling
"Tidak perlu banyak bicara!" tukas orang tua itu.
"Locianpwe, entah bagaimana keadaan Lie toako" Apakah membahayakan jiwanya?"
tanya Tao Ling sambil matanya melirik Lie Cun Ju.
84 Leng Coa Sian Sing tersenyum. Senyumannya kali ini juga terasa tidak wajar. Sekali
lagi Tao Ling tertegun. Entah apa yang dirahasiakan orang tua ini" Setelah tersenyum,
Leng Coa Sian Sing berkata dengan perlahan, "Di saat kau mendesak racunmu ke
telapak tangan, mungkin dia sudah dapat berbicara."
Tao Ling melihat keseriusannya. Rasanya orang tua itu tidak mungkin berdusta.
Perasaan Tao Ling jadi lega. Dia segera menepi ke sudut ruangan dan bersila sambil
memejamkan mata.
Sejak meneguk cairan buah Te hiat ko, aliran darah Tao Ling beredar dengan lancar.
Hawa murni dalam tubuhnya bahkan seperti meluap-luap. Tidak berapa lama
kemudian, dia memusatkan seluruh konsentrasinya untuk mendesak racun di dalam
tubuhnya ke bagian telapak tangan. Meskipun demikian, suara di sekelilingnya masih
bisa terdengar dengan jelas.
Entah berapa lama dia duduk bersila, tiba-tiba telinganya mendengar suara Leng Coa
Sian Sing. "Racun ular itu sudah terdesak ke bagian telapak tanganmu. Kau sudah
boleh bangun sekarang!"
"Masa begitu cepat sudah satu kentungan?" tanya Tao Ling bingung.
Tao Ling membuka mata dan menolehkan kepalanya. Tampak Lie Cun Ju sudah
duduk bersandar. Wajahnya tampak masih pucat, tetapi dia sudah bisa tersenyum.
"Lie toako, apakah kau sudah sembuh?" Tao Ling bertanya dengan gembira.
"Boleh dibilang aku sudah sampai di depan pintu neraka, tetapi ditarik kembali," sahut
Lie Cun Ju. Tao Ling masih ingin berbicara dengan Lie Cun Ju, tetapi dicegah oleh Leng Coa Sian
Sing. Tao Ling menolehkan kepalanya. Tampak tangan orang tua itu menggenggam
sebatang jarum sepanjang tiga inci, sinarnya berkilauan.
"Rentangkan telapak tanganmu, aku akan mengeluarkan cairan racun di dalamnya!"
Tao Ling mengulurkan telapak tangannya. Hatinya terkejut tidak kepalang. Tampak
telapak tangannya penuh dengan bercak-bercak merah berbentuk bunga bwe. Begitu
indahnya sehingga tampak seperti lukisan. Tetapi kalau dipandang lama-lama agak
mengerikan seakan mengandung sesuatu kegaiban yang sesat. Baik telapak tangan kiri
maupun kanan, kedua-duanya dipenuhi bercak yang sama.
Tao Ling sudah melihat kehebatan Leng Coa Sian Sing menyembuhkan Lie Cun Ju.
Hatinya semakin yakin dengan keahlian orang tua itu. Kedua telapak tangannya
diulurkan ke depan dan diletakkan di atas meja. Leng Coa Sian Sing segera menusuk
bagian tengah gambar bunga Tho yang ada di telapak tangan gadis itu dengan
jarumnya. Kemudian dengan menggunakan jari tangannya dia menekan pinggiran
bercak bunga Tho itu. Jarum emas yang digunakan Leng Coa Sian Sing cukup besar.
Tao Ling yakin, asal sekitar tempat yang ditusuk tadi ditekan kuat-kuat, racun ular tadi
pasti akan menyembur keluar.
85 Tetapi setelah menekan heberapa kali, tampak wajah Leng Coa Sian Sing
menunjukkan perubahan. Warna bercak bunga Tho di telapak tangan Tao Ling masih
berwarna merah segar, tidak memudar sedikit pun.
"Aneh sekali!" Dia mencabut jarum tadi. Dan ditusukkannya kembali ke bercak bunga
Tho yang kedua. Di setiap telapak tangan Tao Ling memang ada bercak lima kuntum
bunga Tho. Tetapi sampai semuanya ditusuk dan ditekan oleh Leng Coa Sian Sing,
bercak itu tetap saja tidak ada setitik pun racun ular yang keluar.
"Locianpwe, apakah racunnya tidak dapat dikeluarkan?" tanya Tao Ling penasaran.
Leng Coa Sian Sing tidak langsung menjawab. Dia mengulurkan tangannya untuk
meraba denyut nadi di pergelangan tangan Tao Ling. Kemudian dia menyimpan
kembali jarum emasnya. "Racun-nya tidak dapat dikeluarkan lagi!" ucapnya.
"Tapi, a . . . ku tidak apa-apa?" ucap Tao Ling tertegun.
"Kau tidak akan apa-apa!" sahut Leng Coa Sian Sing.
Tadinya Tao Ling mengira Leng Coa Sian Sing hanya membesar-besarkan hatinya.
"Locianpwe, katakan terus terang!"
"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya!" Berkata sampai di sini, dia menjadi
bimbang sesaat. Kemudian dia baru melanjutkan kembali kata-katanya. "Lain kali
apabila kau bergebrak dengan seseorang, harap jangan menggunakan kekerasan.
Terlebih-lebih terhadap saudara kandungmu atau saudara seperguruanmu sendiri,
jangan sekali-kali mengadu pukulan!"
"Locianpwe, apa maksud kata-katamu barusan?" tanya Tao Ling. Hatinya bingung
setelah mendengar nasehat dari Leng Coa Sian Sing.
"Pokoknya kau turuti saja perkataanku tadi. Tidak usah banyak tanya!" ucap Leng Coa
Sian Sing. Tao Ling tahu, percuma dia bertanya terus, karena itu dia tidak berkata apa-apa lagi.
Enam hari telah berlalu. Luka dalam yang diderita Lie Cun Ju sudah mulai sembuh.
Dia sudah bisa bergerak dan berjalan. Pada hari ketujuh, Tao Ling sedang berbincangbincang
dengan pemuda itu di ruangan dalam. Tiba-tiba mereka mendengar suara
seorang gadis. "Leng Coa Sian Sing, aku datang untuk memenuhi perjanjian!"
Begitu mendengar suara itu, Tao Ling segera mengenalinya bahwa itu suara si gadis
berpakaian putih. Hatinya terkejut sekali. Dari celah pintu dia mengintip keluar. Dia
melihat gadis itu sudah masuk ke dalam pondok.
"Ternyata kedatangan I kouwnio tepat waktu sekali!" sambut Leng Coa Sian Sing.
86 Lie Cun Ju yang duduk di samping Tao Ling segera melihat perubahan hebat pada
wajah gadis itu.
"Tao kouwnio, siapa yang datang?" tanyanya lirih.
Dengan tergesa-gesa dan nada berbisik Tao Ling segera menceritakan pengalamannya
ketika ditolong gadis itu. Tiba-tiba wajah Lie Cun Ju juga jadi pucat pasi.
"Dia bermarga I?" tanya Lie Cun Ju.
Tao Ling tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana dengan luka kedua orang itu?" tanya gadis itu lagi.
"Sudah sembuh. I kouwnio adalah orang yang aku percayai. Apakah benda yang sudah
dijanjikan itu dibawa" Kalau tidak, aku tidak akan menyerahkan kedua orang itu
kepada kouwnio!" sahut Leng Coa Sian Sing.
Mendengar sampai di sini, hati Tao Ling semakin terkesiap. Tidak heran Leng Coa
Sian Sing mengobati mereka dengan hati-hati, ternyata dia menginginkan suatu benda
dari Si Gadis Cantik itu.
Benar-benar hati manusia sulit diraba! Tao Ling segera menoleh kepada Lie Cun Ju.
Pemuda itu memberikan isyarat dengan tangannya sambil berkata, "Tao kouwnio, kita
tidak boleh terjatuh ke tangan orang she I itu!"
Dalam keadaan gugup Tao Ling mengintip lagi dari celah pintu. Tampak gadis itu
mengeluarkan sebuah lencana berbentuk persegi dan panjangnya satu cun. Warnanya
keperakan berkilauan. Tidak terlihat jelas tulisan apa yang tertera di atasnya.
"Ayah bilang, penggunaan tiga kali terlalu banyak. Kau hanya boleh menggunakannya
sebanyak dua kali, kemudian langsung dikembalikan!" kata gadis itu.
Ketika melihat lencana perak itu, hati Tao Ling agak tergerak. Dia rasanya pernah
mendengar orang mengatakan sesuatu tentang lencana semacam itu. Tetapi karena
hatinya sedang panik, untuk sesaat dia tidak bisa mengingatnya kembali. Tampaknya
masih ada sedikit pembicaraan yang akan berlangsung di antara mereka. Mengapa
tidak menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri"
Tao Ling dan Lie Cun Ju bergegas meloncat keluar lewat jendela. Tao Ling memapah
Lie Cun Ju dan berlari ke depan. Baru berlari sejauh dua depa, dia sudah mendengar
suara gadis itu bertanya.
"Leng Coa Sian Sing, dimana kedua orang itu?"
"Eh" Tadi mereka masih ada di sini. Mungkinkah mereka sudah melarikan diri?"
jawah Leng Coa Sian Sing dengan nada terkejut.
Pada saat ini Tao Ling baru menyadari bahwa tujuh hari yang lalu, Leng Coa Sian
Sing telah menghianati mereka bahkan menukar jiwa mereka dengan sesuatu benda!
87 Karena itu, setelah si Gadis yang cantik itu pergi, dia memperlihatkan sinar mata dan
senyuman yang aneh.
Tanpa berpikir banyak lagi, Tao Ling segera menyeret tangan Lie Cun Ju dan
bersembunyi di balik sebatang pohon Liu yang besar.
"I kouwnio jangan gusar, asal mereka belum terlalu jauh, dengan seruling pemanggil
ular ini, kau tidak takut mereka bisa terbang kemana!"
Kemudian Tao Ling dan Lie Cun Ju juga mendengar suara seruling yang memekakan
telinga. Suaranya melengking dan semakin lama nadanya semakin tinggi.
Baru saja suara seruling itu berbunyi, langsung terdengar suara desiran di sana sini.
Ketika melihat ke sekitarnya, kedua orang itu langsung terkejut setengah mati.
Ternyata di sekitar mereka bermunculan ular-ular yang entah jumlahnya berapa
banyak dan berbagai jenis. Mereka bergerak keluar karena mendengar irama seruling
yang ditiup Leng Coa Sian Sing.
Tao Ling dan Lie Cun Ju sadar. Leng Coa Sian Sing tidak tahu berapa lama mereka
melarikan diri, karena itu dia menggunakan seruling untuk memerintahkan ularularnya
agar mengejar. Mereka khawatir apabila nada seruling itu bertambah tinggi,
mereka pasti sulit meloloskan diri dari tempat itu.
Dalam keadaan panik, dengan tanpa sadar mereka menolehkan kepalanya. Tampak di
tepi sungai berhenti sebuah kereta berwarna putih keperakan, sinarnya berkilauan.
Keempat ekor kuda yang menarik kereta itu sedang meringkik-ringkik dengan keras.
Hati Tao Ling tergerak. Tanpa ragu sedikit pun dia langsung menyeret tangan Lie Cun
Ju. Mereka berlari menuju kereta tersebut. Meskipun keadaan Lie Cun Ju sudah pulih,
tetapi luka yang dideritanya tempo hari terlalu parah, apalagi dia tidak mendapatkan
buah berkhasiat tinggi Te hiat ko seperti Tao Ling. Saat ini dirinya seperti orang yang
tidak mengerti ilmu silat, sebagaimana biasanya orang sehabis menderita sakit parah.
Sesampainya di samping kereta, nafasnya tersengal-sengal.
Saat itu Tao Ling juga tidak memperdulikan lagi batas antara laki-laki dan perempuan.
Dia langsung membopong tubuh pemuda itu naik ke atas kereta, dia sendiri juga loncat
ke dalam. Suara irama seruling yang ditiup Leng Coa Sian Sing semakin melengking. Terasa
angin berdesir-desir, ratusan ular berbisa menyembulkan kepalanya dan menjulurkan
lidahnya serta melata ke arah kereta.
Ada beberapa ekor yang geraknya lebih cepat. Binatang melata itu sudah sampai di
sisi kaki kuda, sehingga kuda itu ketakutan dan meringkik terus. Tao Ling segera
mengeluarkan beberapa batang senjata rahasia dan dilontarkannya ke arah ular-ular
itu. Tangannya yang sebelah sekaligus menggerakkan tali kendali. Keempat ekor kuda
itu pun melesat secepat kilat meninggalkan tepi sungai itu.
88 Saking cepatnya kereta itu, telinga Tao Ling dan Lie Cun Ju sampai mendengar suara
angin menderu-deru dari kiri kanan kereta. Mereka bagai melayang di atas angkasa
dengan mengendarai awan.
Dalam hati Tao Ling kagum sekali dengan kuda-kuda pilihan itu. Ketika dia
menolehkan kepalanya, Leng Coa ki hanya tinggal tampak setitik hijau yang kecil
saja. Dalam waktu yang sangat singkat, mereka sudah menempuh jarak tujuh-delapan
li. Masih belum terlihat ada orang yang mengejar. Tao Ling baru bisa menghembuskan
nafas lega. "Lie toako, kali ini kembali kita berhasil meloloskan diri dari kematian!" ucap Tao
Ling samhil menolehkan kepalanya ke arah Lie Cun Ju.
"Takutnya belum tentu!" sahut pemuda itu.
Di samping kereta Tao Ling menemukan pecut perak yang digunakan gadis cantik itu.
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia melontarkannya dua kali. Kereta kuda itu meluncur semakin cepat.
"Meskipun gadis she I itu mempunyai kepandaian yang tinggi sekali, tetapi belum bisa
dia mengejar kereta kuda ini," kata Tao Ling.
"Tao kouwnio, apakah kau tidak pernah mendengar orang mengungkit soal Gin leng
hiat ciang (Lencana perak telapak darah)?"
Tao Ling langsung tertegun. Hampir saja dia terjatuh dari kereta kuda.
"Betul. Tadi aku justru melihat gadis itu menyerahkan sebuah lencana berwarna
keperakan kepada Leng Coa sian sing!" serunya
"Aih! Apabila benar Gin leng hiat ciang I Ki Hu yang mencari kita, rasanya kita tidak
mungkin bisa meloloskan diri!"
Mendengar Lie Cun Ju mengungkit soal Gin leng hiat ciang, hati Tao Ling semakin
ketakutan. Tentu bukan tidak ada sebab musababnya, karena empat huruf itu, boleh
dibilang tidak ada seorang pun di dunia kang ouw yang tidak mengetahuinya. Tetapi
orang yang benar-benar berani menyebutnya, justru sedikit sekali. Bukan karena apaapa,
tapi karena takut ditimpa bencana.
Rupanya Gin leng hiat ciang I Ki Hu sudah terkenal sejak belasan tahun yang lalu.
Tetapi saat itu, dia belum berhasil melatih ilmu telapak darah. Bahkan ilmu warisan
Mo Kau pun baru dilatihnya sampai tingkat keenam.
Tadinya I Ki Hu seorang sastrawan gagal. Malah kalau tidak salah dia tidak mengerti
ilmu silat sama sekali. Namun ketika sedang berpesiar melihat-lihat keindahan
pemandangan, seorang gadis yang ternyata putri tunggal Cousu Mo Kau (Agama
sesat) saat itu secara kebetulan melihatnya dan jatuh cinta kepadanya. Gadis itu bukan
main jeleknya. Sedangkan I Ki Hu seorang pemuda yang gagah dan tampan. Tentu
saja dia tidak akan tertarik kepada gadis yang sedemikian buruk rupanya. Tetapi
sebagai seorang rakyat jelata, mana mungkin dia bisa melawan kekuatan Mo Kau yang
namanya sudah tersohor sejak ratusan tahun yang lalu"
89 Dalam keadaan terpaksa, dia pun menikah dengan putri Mo Kau itu. Tapi pada
dasarnya I Ki Hu adalah manusia yang cerdik. Sikapnya pun hati-hati. Setelah
menikah dengan gadis Mo Kau itu, tidak sekalipun dia menunjukkan sikap kurang
senangnya. Dengan keras dia melatih ilmu warisan Mo Kau yang paling hebat.
Gadis itu mengira suaminya mencintainya dengan setulus hati. Para jago Mo Kau
diperintahkan mengelilingi seluruh dunia untuk mendapatkan berbagai dedaunan atau
rerumputan yang dapat menambah kekuatan. Dia mencekoki suaminya dengan
berbagai obat-obatan berkhasiat tinggi. Dalam waktu sepuluh tahun, ilmu Mo Kau I Ki
Hu sudah mencapai tingkat keenam. Berarti lebih tinggi dari Cousu Mo Kau dan
putrinya sendiri.
Saat itu, seluruh bu lim masih belum tahu bahwa di dalam Mo Kau telah muncul
seorang jago berilmu tinggi. Sampai I Ki Hu memalingkan wajahnya dari putri iblis
itu. Dia memperhitungkan kebencian yang terpendam di dalam hatinya selama
bertahun-tahun. Dia mengungkit masalah ketika dia dipaksa menikah dengan putri Mo
Kau itu. Bahkan kata-katanya yang manis selama sepuluh tahun ini ternyata palsu
semuanya. Akhirnya terjadi pertarungan antara I Ki Hu dengan cousu Mo Kau dan
putrinya. Perlu diketahui bahwa ilmu Mo Kau mempunyai satu keistimewaan. Setiap
kali tingkatannya naik, maka tenaga dalam orang itu pun bertambah satu kali lipat.
Pada saat itu, ilmu yang dilatih cousu Mo Kau baru mencapai tingkat kelima.
Sedangkan putrinya malah baru mencapai tingkat keempat. Dalam tiga puluh jurus
saja, cousu Mo Kau sudah berhasil dibunuh oleh I Ki Hu. Sedangkan putrinya terluka
parah. Enam Tancu Mo Kau yang terdiri dari enam orang jago pengurus cabang pusat, timur,
utara, selatan, barat, serta pendopo langit (bagian hukum) ikut mengeroyok I Ki Hu.
Namun mana mungkin kepandaian mereka dapat menandingi menantu cousu Mo Kau
itu" Malah malangnya, mereka berenam mati di tangan I Ki Hu.
Ketika dia hendak turun tangan membunuh putri cousu Mo Kau, perempuan itu
berkata, "Perasaanku terhadapmu keluar dari hati yang setulusnya. Mungkin dulu aku
tidak seharusnya memaksamu menikah denganku. Setelah kita menikah, aku selalu
baik terhadapmu. Akan tetapi kau menghina aku buruk rupa. Sekarang kau malah
memalingkan kepala, aku memang kalah denganmu, tetapi sekarang aku sedang
mengandung anakmu. Bagaimana kalau kau beri aku kesempatan untuk melahirkan
dulu anak ini, kemudian baru bunuh diri?"
I Ki Hu sudah menelan segala penderitaan dan menahan kebenciannya selama sepuluh
tahun. Hatinya juga keji sekali. Dia tidak mempunyai sedikit perasaan pun terhadap
putri Mo Kau itu. Ternyata dia tidak mengabulkan permintaan putri ketua Mo Kau itu
dan bersiap turun tangan membunuhnya.
Saat itu putri ketua Mo Kau sedang hamil tujuh bulan. Begitu melihat wajah I Ki Hu
menyiratkan hawa pembunuhan, dia segera menghimpun hawa murninya dan
mendesak janinnya keluar dari rahim. Kemudian dia sendiri memotong nadi tangannya
dan mati seketika.
90 I Ki Hu melihat bayi yang terlahir itu seorang bayi perempuan. Wajahnya justru
bertolak belakang dengan ibunya. Walaupun dipaksa lahir dalam keadaan prematur,
tetapi suara tangisannya nyaring dan lantang. Pipinya berona kemerahan. Sungguh
seorang bayi yang cantik. Tadinya I Ki Hu sudah mengangkat tangannya hendak
menghantam kepala bayi itu. Tetapi melihat bayi itu begitu menarik dan lucu, timbul
juga perasaan sayangnya sebagai seorang ayah. Dia segera memutuskan tali pusat bayi
itu kemudian melepaskan mantelnya serta digunakan untuk membungkus bayi yang
masih merah itu.
Para pembaca, cerita yang dikisahkan di atas tidak ada hubungannya lagi dengan cerita
ini. Tetapi bayi yang dilahirkan secara paksa itu justru si gadis cantik berpakaian putih
yang kemudian diberi nama I Giok Hong!
Dalam waktu dua kentungan, I Ki Hu membunuh ketua Mo Kau, putri tunggalnya
serta keenam kepala cabang partai itu. Sisa murid Mo Kau yang masih cecere mana
mungkin melakukan perlawanan terhadap I Ki Hu. Dengan panik mereka berusaha
menyelamatkan diri masing-masing. Selesai memhunuh tokoh-tokoh penting partai
itu, I Ki Hu pun melangkah keluar dari markas pusat Mo Kau. Dia menimbun ratusan
batang kayu bakar di sekeliling gedung itu kemudian disiramnva dengan minyak
tanah. Kemudian api pun menvala dengan berkobar-kobar. Dalam waktu satu hari satu
malam gedung bekas markas Mo Kau yang besar itu punah dilalap si Jago merah.
Dengan demikian, partai Mo Kau yang pernah mengejutkan dunia bu lim selama tiga
ratus tahun itu pun hilang dari permukaan bumi.
Tidak sampai tiga bulan, peristiwa ini sudah tersiar ke seluruh dunia kang ouw.
Sekaligus nama I Ki Hu juga terangkat ke atas. Tidak sedikit tokoh-tokoh yang
mempunyai hubungan baik dengan pihak Mo Kau mencarinya untuk membalas
dendam. Namun satu persatu berhasil dikalahkan oleh I Ki Hu. Bahkan Tocu dari Hek
cui to (Pulau Air hitam) di wilayah Pak Hai yakni Hek kiam Cui Hun 'Pedang hitam
pengejar sukma' Ci Cin Hu yang tergolong jago kelas satu dari golongan hitam juga
turun tangan sendiri. Akhirnya I Ki Hu terluka karena tangan tokoh yang satu ini. Tapi
sayangnya dia tidak membasmi I Ki Hu dan membiarkannya pergi begitu saja. Hal ini
justru menimbulkan bencana bagi Ci Cin Hu.
Dua tahun kemudian, ilmu Mo Kau yang dilatih I Ki Hu sudah mencapai tingkat
ketujuh. Bahkan dia berhasil melatih ilmu telapak darah yang terkenal paling sulit
dipelajari dalam aliran Mo Kau. I Ki Hu langsung menyeberang ke laut utara dan
mencari Hek kiam cui hun Ci Cin Hu untuk membalas kekalahannya tempo hari.
Seluruh anggota pulau Air hitam baik yang masih ada hubungan darah dengan Ci Cin
Hu maupun ketiga muridnya, semua mati di tangan I Ki Hu. Ci Cin Hu sendiri mati di
bawah telapak darah lawannya ini. Cara turun tangannya sungguh telengas. Seluruh bu
lim sampai meleletkan lidah mendengar berita ini. Kemudian dia mendengar
selentingan di dunia kang ouw bahwa Ci Cin Hu masih mempunyai seorang putra
yang usianya belum ada satu tahun. Kebetulan di saat terjadi pembantaian, bayi lakilaki
itu tidak ada di tempat. Hal ini menimbulkan keresahan bagi I Ki Hu. Dia
mengelilingi dunia untuk menemukan bayi laki-laki itu.Maksudnya tentu ingin
membasmi rumput sampai ke akar-akarnya.
Di mana pun dia singgah selalu ada tokoh berilmu tinggi di dunia bu lim yang
terbunuh di bawah telapak darahnya. Karena itu, namanya semakin terkenal. Lencana
91 perak yang dikeluarkannya mendapat julukan 'bertemu dengan lencana laksana
bertemu dengan orangnya sendiri'. Walaupun seorang bocah cilik yang membawa
lencana itu, sedangkan Anda kebetulan seorang tokoh kelas satu di dunia bu lim, tapi
Anda pasti tidak berani memandang rendah bocah itu.
Dengan demikian I Ki Hu malang melintang di dunia bu lim selama tiga-empat tahun.
Entah dia berhasil menemukan putra Ci Cin Hu atau tidak. Kemudian dia jarang lagi
berkecimpung di dunia persilatan. Orang-orang bu lim hanya tahu dia menetap di
wilayah Tibet. Walaupun orangnya sendiri sudah jarang muncul, tetapi mengungkit
nama Gin leng hiat ciangnya, masih banyak orang yang merasa gentar. Selama
beberapa tahun belakangan ini, ilmu Mo Kau sin kangnya malah sudah mencapai
tingkat sembilan.
Coba bayangkan saja, dengan kepandaian Tao Ling dan Lie Cun Ju. Mungkinkah
mereka berani melawan I Ki Hu" Jangan kan mereka berdua, bahkan pasangan suami
istri Pat Kua kim gin kiam, Lie Yuan dan pasangan suami istri Pat Sian kiam Tao Cu
Hun sendiri juga tidak sanggup berbuat apa-apa terhadap iblis yang satu ini!
Sementara itu, Tao Ling berusaha menenangkan hatinya. Dia hanya berharap lebih
cepat meloloskan diri. Berkali-kali dia mengayunkan pecut di tangannya. Keempat
ekor kuda pilihan itu pun semakin kalap larinya. Dalam waktu dua kentungan, mereka
sudah menempuh perjalanan sejauh tujuh puluhan li. Matahari sudah mulai turun ke
ufuk barat. Baru saja perasaan Tao Ling agak senang, tetapi ketika melihat ke arah
matahari di depannya dia merasa terkejut bukan kepalang.
"Lie toako, celaka!" teriaknya panik.
"Ada apa?" tanya Lie Cun Ju ikut gugup.
"Kau lihat matahari itu" Kita justru melaju menuju barat. Bukankah kita semakin
mendekati tempat tinggal si raja iblis I Ki Hu?" jawab Tao Ling sambil menunjuk ke
depan. "Cepat belokkan kudanya! Cepat!" ucap Lie Cun Ju dengan terkejut.
Dengan sekuat tenaga Tao Ling menarik tali laso pengendali keempat ekor kuda itu.
Dia bermaksud memutar arah hewan-hewan itu. Tetapi kuda-kuda itu justru tidak sudi
mendengarkan perintahnya. Tao Ling menambah tenaganya dan menarik sekali lagi
tali kendali itu erat-erat. Kuda-kuda itu hampir tidak sanggup melawan tenaga Tao
Ling. Terdengar ringkikan yang keras, kuda mulai membelok arah. Namun tiba-tiba
trakkk! tubuh Tao Ling hampir terpental ke belakang karena tali kendali yang
digenggamnya putus.
Begitu tali kendali itu putus, kuda-kuda itu kembali meluruskan derap kakinya dan
melesat menuju arah semula. Kalau Tao Ling hanya seorang diri, mungkin dia akan
nekat loncat dari dalam kereta. Tetapi Lie Cun Ju baru sembuh dari luka parah, tentu
dia tidak sanggup terbanting keras-keras di atas tanah. Bahkan kemungkinan luka
dalamnya akan kambuh kembali.
92 Seandainya Tao Ling bermaksud meninggalkan Lie Cun Ju untuk menyelamatkan
dirinya sendiri, tentu dia tidak perlu menunggu sampai hari itu. Ketika di atas perahu
menghadapi ketiga iblis keluarga Lung, tentunya dengan mudah dia dapat meloloskan
diri dari maut. Juga tidak perlu menanggung luka parah ketika berada di gedung 'Ling
Wei piau kiok'. Meskipun telah timbul permusuhan di antara keluarga Lie dan
keluarga Tao, tetapi hubungan antara Tao Ling dengan Lie Cun Ju justru baik sekali.
Bahkan mereka tidak mempersoalkan permusuhan di antara keluarga mereka.
Ketika keempat ekor kuda itu berlari semakin kencang, bukan saja Tao Ling tidak
meloncat keluar meninggalkan Le Cun Ju, dia bahkan memeluk tubuh pemuda itu
erat-erat seakan takut dia terjatuh keluar kereta.
Beberapa kentungan kembali berlalu, tampak keempat ekor kuda itu berlari masuk ke
dalam sebuah lembah. Di permukaan lembah rasanya ada dua orang yang menjura
ketika melihat kereta kuda itu lewat. Tampangnya seperti sepasang elang dari Hin
Tiong. Tetapi karena laju kereta itu terlalu cepat, Tao Ling tidak sempat melihat
mereka dengan jelas.
Kuda itu terus melesat ke depan, di bagian samping dan belakang kereta timbul
kepulan debu yang tebal. Tetapi setelah masuk ke bagian dalam lembah itu keempat
kuda itu pun melambat. Dari bagian depan terasa angin berhembus sepoi-sepoi
sehingga menimbulkan perasaan sejuk dan nyaman, membuat semangat seseorang
tergugah. Tao Ling dan Lie Cun Ju mengedarkan pandangan matanya. Tampak sekeliling
lembah itu penuh dengan bukit-bukit yang tinggi dan rendah. Bagian tengah lembah
itu terdiri dari padang rumput yang luas. Dari tembok-tembok bukit menjuntai
tanaman merambat yang berbunga putih sebersih salju dan menampakkan
pemandangan yang indah. Di sebelah bawah bukit bagian utara, terdapat sebuah batu
alam berwarna putih. Begitu indahnya pemandangan di tempat itu seakan taman
firdaus. Di sisi kiri kanan batu putih itu terdapat dua buah kolam berbentuk bundar. Airnya
beriak-riak dan jernih sekali!
Tao Ling dan Lie Cun Ju dibawa kereta kuda sampai ke tempat itu. Menghadapi
pemandangan yang demikian indahnya, hati mereka tidak gembira sedikit pun. Bahkan
semakin ketakutan. Karena mereka dapat menduga, kuda-kuda pilihan itu mengenal
jalan dengan baik. Dan mereka dibawa menuju tempat tinggal Gin leng hiat dang I Ki
Hu!. Kedua orang itu tertegun beberapa saat. Baru saja mereka bermaksud meloncat turun
dari kereta untuk menentukan langkah selanjutnya, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan
melesat dari samping kanan.
"Siocia sudah pulang" Ayahmu memang sedang menantikan kedatanganmu!" seru
orang itu. Dalam sekejap mata orang itu sudah sampai di sisi kereta. Ketika bertemu pandang
dengan Tao Ling dan Lie Cun Ju, orang itu langsung tertegun. Tao Ling mengenali
93 bahwa orang yang datang itu adalah kakek yang bersama si gadis cantik dalam kereta
tempo hari. "Aih! Rupanya kalian. Mengapa kalian datang kemari" Mengantarkan kematian?"
Kakek itu mengeluh sambil menarik napas panjang.
Tao Ling sungguh tidak menduga, sepanjang perjalanan mereka menemui mara
bahaya. Bahkan Leng Coa sian sing menyembuhkan mereka dengan tujuan mendapat
sesuatu dari I Giok Hong. Dan di kediaman Gin leng hiat ciang ini, ada orang yang
menaruh perhatian kepada mereka!
"Loya, mohon ulurkan budi, tolonglah kami!" kata Tao Ling cepat.
Kakek itu menolehkan kepalanya kemudian menggeleng dua kali, "Aku tidak sanggup
menolong kalian!"
Sambil berkata demikian, kakek itu berulang kali mencibirkan bibirnya ke arah mulut
lembah. Tao Ling tahu kakek ini berniat menolong mereka, cepat-cepat dia memapah Lie Cun
Ju dan membantunya turun dari kereta.
"Loya, budi pertolonganmu tidak akan kami lupakan. Mohon tanya siapa panggilan
Loya?" tanya Tao Ling dengan suara berbisik.
Kakek itu tidak menjawab. Malah dia melangkah meninggalkan mereka. Tao Ling
tahu kakek itu takut mengejutkan si raja iblis I Ki Hu. Cepat-cepat dia mengundurkan
diri ke mulut lembah. Belum lagi dia menggerakkan kakinya untuk berlari, dari dalam
lembah terdengar seseorang bertanya, "Siapa yang mengunjungi lembahku ini?"
Tao Ling dan Lie Cun Ju tertegun. Ketika memalingkan kepalanya, ternyata di
samping kereta sudah berdiri seseorang. Tadi mereka melangkah mundur menuju
mulut lembah. Berarti pandangan mata mereka menghadap ke dalam. Saat itu mereka
belum melihat siapa-siapa. Sekarang begitu mereka membalikkan tubuhnya, orang itu
sudah berdiri di samping kereta. Benar-benar tidak bisa dibayangkan bagaimana dia
bisa sampai ke tempat itu!
"Hamba juga tidak tahu siapa mereka. Hamba hanya melihat mereka datang dengan
kereta siocia. Begitu kereta berhenti, mereka langsung turun dan berjalan keluar.
Mungkin teman-teman siocia, hamba tidak berani bertanya," jawab kakek itu.
Orang itu mengeluarkan suara seruan lalu memandang ke arah Tao Ling dan Lie Cun
Ju. Tao Ling mendongakkan wajahnya. Tampak usia orang itu sekitar lima puluhan.
Dia mengenakan pakaian seperti sastrawan berwarna hijau. Lengan dan bagian bawah
pakaiannya melambai-lambai karena hembusan angin. Penampilannya berwibawa. Di
bawah dagunya tumbuh jenggot yang teratur rapi. Matanya berkilauan, alisnya
berbentuk golok. Wajahnya putih bersih. Walaupun sudah setengah baya,
ketampanannya masih terlihat jelas. Sepasang tangannya disilangkan di bagian
94 belakang. Sinar matanya seperti cahaya kilat dan saat itu sedang menatap Tao Ling
dan Lie Cun Ju dengan tajam.
Hati Lie Cun Ju tercekat setengah mati. Dia tahu laki-laki setengah baya ini pasti Gin
leng hiat ciang I Ki Hu, si raja iblis yang paling ditakuti di seluruh dunia bu lim.
"Cepat pergi!" ucap Tao Ling. Lambat sedikit tamatlah riwayat kita.
Tao Ling sendiri sudah dapat menduga siapa orang itu. Maka dia cepat menarik tangan
Lie Cun Ju. Lie Cun Ju membalikkan tubuhnya dengan tergesa-gesa, tetapi baru saja kaki mereka
hendak melangkah, di belakang mereka sudah terdengar suara orang tadi.
"Kalian berdua, harap tunggu sebentar!" ujarnya.
Suaranya lembut sekali, tidak memaksa. Tetapi suara itu justru keluar dari mulut Gin
leng hiat ciang I Ki Hu, siapa yang berani membantah"
Kedua orang itu segera membalikkan tubuhnya. Namun lagi-lagi mereka tertegun,
ternyata baru saja kata-katanya selesai, orangnya sudah berdiri di hadapan mereka.
Padahal jarak mereka dengan I Ki Hu tadinya kira-kira lima-enam depa, benar-benar
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membuat orang bingung. Bagaimana cara orang itu melangkah sehingga bisa sampai
secepat itu. Tao Ling khawatir Lie Cun Ju mengatakan hal yang membuat orang itu marah. Cepat
dia menjura dalam-dalam.
"Entah Locianpwe ingin memberikan petunjuk apa?"tanyanya sopan.
I Ki Hu memperhatikan Lie Cun Ju beberapa saat.
"Siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba.
Mendengar nada suaranya yang lembut, Lie Cun Ju juga ikut menjura memberi
hormat. "Boanpwe Lie Cun Ju, ayah berjuluk Pat Kua kiam, Lie Yuan."
Sepasang alis I Ki Hu menjungkit ke atas. Sekali lagi dia memperhatikan Lie Cun Ju
dengan seksama. Tiba-tiba dia menanyakan sebuah pertanyaan yang benar-benar tidak
manusiawi. "Apakah Pat Kua kiam Lie Yuan itu ayah kandungmu?"
Lie Cun Ju merasa mendongkol juga geli mendengar pertanyaan ini. Untung saja
sikapnya masih kekanak-kanakan, dia hanya menganggap pertanyaan I Ki Hu itu lucu
sekali. Apabila orang lain yang mendapat pertanyaan seperti itu, pasti marah besar.
"Sudah tentu Lie Yuan ayah kandung boanpwe!"
95 I Ki Hu malah tertawa dingin dua kali.
"Takutnya justru belum tentu!" Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya. Tidak terlihat
bagaimana tubuhnya bergerak. Padahal tangannya tidak bisa menjangkau tubuh Lie
Cun Ju, tetapi entah mengapa tahu-tahu lengan baju pemuda itu sudah tercengkeram
oleh jari tangannya. Terdengar suara bret! Ternyata lengan baju luar dalam pemuda itu
ditariknya kuat-kuat sehingga terkoyak semua.
Lie Cun Ju terkejut setengah mati. Tetapi karena dia baru sembuh dari luka parah,
mana berani dia melawan I Ki Hu" Setelah lengan pakaiannya terkoyak, dia baru
menyurut mundur satu langkah. Tao Ling yang berdiri di samping dapat merasakan
sesuatu yang mengkhawatirkan. Cepat-cepat dia maju dua langkah dan menghadang di
depan Lie Cun Ju.
"Locianpwe, meskipun kami berdua bersalah masuk ke dalam lembahmu, tapi . . ."
Dalam keadaan panik, Tao Ling mengucapkan kata-kata itu. Tapi belum sempat
diselesaikannya, lengan I Ki Hu sudah mengibas sedikit.
Tao Ling merasa ada serangkum tenaga yang lembut namun kuat sekali menerpa ke
arahnya. Tubuhnya menjadi limbung dan terpental sejauh beberapa langkah.
Tangan I Ki Hu masih mencengkeram lengan Lie Cun Ju. Matanya yang menyorotkan
sinar tajam memperhatikan seluruh lengan Lie Cun Ju dengan seksama. Hati Tao Ling
takut dan bingung. Dia tidak mengerti apa yang dilakukan raja iblis itu. Tetapi dia juga
sadar bahwa dirinya bukan tandingan I Ki Hu. Karena itu terpaksa dia pasrah dengan
nasib mereka. I Ki Hu memperhatikan beberapa saat, kemudian dia melepaskan cengkeraman
tangannya. "Dimana pasangan suami istri Lie Yuan sekarang?" tanyanya kembali.
Lie Cun Ju baru sempat menghembuskan nafas lega. Tetapi benaknya langsung
bergerak. Iblis ini tiba-tiba menanyakan tentang orang tuanya. Tampaknya niat orang
ini tidak baik. Karena itu dia menjawab.
"Kami berpisah di Si Cuan. Sudah lebih dari sebulan tidak pernah bertemu. Entah
dimana mereka sekarang?"
I Ki Hu mendengus dingin kemudian membalikkan tubuhnya. Tao Ling melihat orang
itu menyudahi persoalan begitu saja, hatinya hampir melonjak kegirangan. Akan tetapi
tiba-tiba terdengar suara seruan yang merdu dari mulut lembah.
"Huh! Kalian berdua melarikan keretaku, tidak tahunya malah datang kesini."
Hati Tao Ling seperti diganduli beban berat secara tiba-tiba. Entah kesialan apa yang
sedang merasuki dirinya sehingga begitu banyaknya masalah yang tidak habishabisnya,
pikirnya dalam hati. Tampaknya sejak awal hingga akhir, mereka tetap tidak
dapat meloloskan diri dari cengkeraman orang-orang itu.
96 Mereka berdua tidak mempunyai permusuhan apa pun dengan tiga iblis dari keluarga
Lung. Tapi mereka dikejar-kejar bukan tanpa alasan. Karena kedatangan mereka ke
wilayah barat itu tanpa disengaja kepergok oleh dia dan Lie Cun Ju. Tetapi antara dia
dengan gadis itu justru tidak ada kaitan apa pun. Mengapa dia terus mengejar mereka
tanpa berhenti sebelum berhasil mendapatkannya" Tao Ling benar-benar tidak habis
pikir. Diam-diam dia berpikir, untung tak dapat dihindar, malang tak dapat ditolak. la pun
membalikkan tubuhnya dan berkata dengan suara lantang.
"I kouwnio, aku rasa kita tidak pernah saling mengenal, tetapi mengapa berkali-kali
mendesak .kami dan tidak bersedia melepaskan kami?"
Gadis cantik itu melesat datang dari luar lembah. Bibirnya menyunggingkan seulas
senyuman. "Tao kouwnio, kapan aku pernah mendesakmu, jangan sembarangan berbicara lho!"
"Kalau kau memang tidak berniat mendesak kami, harap biarkan kami meninggalkan
tempat ini, kami tentu akan berterima kasih sekali kepadamu!" ucap Tao Ling.
Kalian di tengah perjalanan diserang oleh tiga iblis dari keluarga Lung. Apabila bukan
aku yang memberikan pertolongan, tentu saat itu kalian sudah menjadi mayat.
Kebetulan pula aku membawa kalian ke wilayah barat ini sehingga kau bisa bertemu
dengan Leng Coa sian sing. Masa kau begitu mudah melupakan budi seseorang?"
Mendengar kata-katanya yang tajam, untuk sesaat Tao Ling terdiam. Dia tidak tahu
apa yang harus dikatakannya.
"Giok Hong, kau sudah meninggalkan lembah selama beberapa bulan. Bagaimana
urusannya sudah beres?" tanya I Ki Hu
Gadis yang cantik itu memang putri tunggal I Ki Hu, I Giok Hong.
"Hampir beres. Kuncinya ada pada diri Tao kouwnio ini."
Tao Ling semakin bingung mendengar ucapannya. Entah 'urusan' apa yang mereka
maksudkan. Dan mengapa jarak yang beribu-ribu li bisa mengaitkan dirinya"
Terdengar mulut I Ki Hu mengeluarkan seruan terkejut.
"Ah! Tao kouwnio, benda itu tidak ada artinya bagimu, lebih baik keluarkan saja!"
seru I Ki Hu. "Apa yang locianpwe dan I kouwnio katakan. aku sama sekali tidak mengerti!" ucap
Tao Ling dengan rasa bingung.
97 "Tao kouwnio, jangan pura-pura bodoh. Tempo hari aku mengira kau adalah Lie
kouwnio, maka setelah menanyakan jejak tiga iblis dari keluarga Lung aku
melepaskanmu begitu saja
Sekarang aku baru tahu rupanya kau she Tao. Aku ingin bertanya kepadamu, mengapa
Pat Sian kiam Tao Cu Hun dan istrinya Sam jiu Kuan Im Sen Cing yang sudah enakenakan
tinggal di Kang lam malah meninggalkan tempat itu kemudian datang ke Si
Cuan yang jaraknya demikian jauh?" tanya I Giok Hong sambil tertawa terkekehkekeh.
"Memang selama beberapa tahun terakhir ini, ayah dan ibu menetap di Kang Lam,
tetapi mereka tergolong orang-orang yang suka berpesiar. Apa anehnya datang ke Si
Cuan?" ucap Tao Ling.
Apa yang dikatakan Tao Ling merupakan hal yang sebenarnya. Ayah dan ibunya sejak
menikah sudah tinggal di wilayah Kang Lam. Tetapi mengapa mereka tiba-tiba
meninggalkan tempat itu dan jauh-jauh datang ke Si Cuan. Bahkan perjalanan pun
seakan dirahasiakan, Tao Ling memang tidak tahu apa-apa.
"Tia, anak sudah menyelidiki dengan jelas. Benda itu memang didapatkan oleh Tao Cu
Hun. Asal kita mendesak budak ini, tidak perlu takut dia tidak menjawabnya dengan
jujur!' ujar I Giok Hong sambii menolehkan kepalanya menghadap I Ki Hu.
"Kalau begitu, benda itu belum tentu ada padanya" Apakah kau sudah menyelidiki
jejak pasangan suami istri Tao Cu Hun?" tanya I Ki Hu dengan sepasang alis
menjungkit ke atas.
"Pasangan suami istri Tao Cu Hun sempat menetap beberapa hari di kediaman Kuan
Hong Siau. Tetapi putranya justru membunuh putra Pat Kua kiam Lie Yuan. Dengan
demikian timbul perselisihan da lam kedua keluarga. Sedangkan entah bagaimana,
tiba-tiba pasangan suami istri Lie Yuan tertotok jalan darahnya oleh seseorang. Sejak
itu jejak Tao Cu Hun Suami istri dan putranya Tao Heng Kan menjadi tidak jelas,"
sahut I Giok Hong.
Masalah yang rumit ini diterangkan dengan santai oleh I Giok Hong. Tetapi I Ki Hu
memang manusia jenius, ternyata dia bisa mengerti jalan cerita putrinya.
"Bagaimana dengan pasangan suami istri Lie Yuan" Kemana mereka sekarang?"
"Tia, buat apa kau menanyakan orang itu" Meskipun Lie Yuan dan Tao Cu Hun
sempat berkenalan di perjalanan dan kemudian terjadi perselisihan karena putra-putra
mereka, tetapi rasanya Lie Yuan tidak mungkin mengetahui persoalan itu!" jawab I
Giok Hong. "Kau tidak usah perduli. Asal kau heritahukan dimana adanya pasangan suami istri Lie
Yuan sekarang!"
Lie Cun Ju yang sejak tadi hanya mendengarkan pembicaraan di antara ayah dan
putrinya itu segera mengetahui adanya niat kurang baik di hati I Ki Hu ketika dia
98 menanyakan jejak kedua orang tuanya. Hatinya menjadi panik. Dia berharap I Giok
Hong tidak tahu apa-apa. Akan tetapi ternyata I Giok Hong menjawab.
"Menurut kabar yang aku dapatkan, secara tiba-tiba pasangan suami istri Lie Yuan
tertotok jalan darahnya oleh seseorang di atas perahu Tao Cu Hun. Bahkan Kuan Hong
Siau dan salah seorang anggota keluarga Sang yang terkenal ahli ilmu totokan juga
tidak sanggup membebaskan jalan darah mereka. Karena itu Kuan Hong Siu sendiri
yang mengantarkan mereka ke Si Cuan untuk menemui dedengkot keluarga Sang,
yakni si kakek berambut putih Sang Hao untuk memohon pertolongannya!"
"Oh" Ada kejadian seperti itu" Lalu apakah kau tahu siapa yang menotok jalan darah
pasangan suami istri itu?" I Ki Hu bertanya dengan terkejut.
"Yang anehnya, di atas perahu Tao Cu Hun saat itu terdapat belasan tokoh-tokoh
berilmu tinggi. Tetapi tidak ada seorang pun yang sempat melihat siapa yang
melakukannya. Lagipula, ketika orang-orang itu berada di atas perahu, tiba-tiba perahu
itu terbelah menjadi dua bagian seakan tiba-tiba ada yang membelahnya. Mengenai hal
ini anak sendiri kurang yakin. Mungkin hanya desas desus yang dilebih-lebihkan oleh
orang-orang dunia kang ouw," sahut I Giok Hong.
Apa yang dikatakan oleh I Giok Hong adalah kenyataan yang didengarnya dari mulut
orang. Tetapi dia tidak percaya di dunia ini ada orang yang mempunyai kemampuan
sehebat itu. Karenanya dia baru mengucapkan kata-kata tadi.
Tetapi setelah mendengar cerita putrinya, wajah I Ki Hu malah berseri-seri. Dia
meremas-remas tangannya sendiri.
"Aneh sekali! Mungkinkah dia yang melakukannya?" katanya seakan bergumam
seorang diri. Lie Cun Ju, I Giok Hong bahkan Tao Ling menjadi bingung.
"Tia, siapa dia yang kau maksudkan?" tanya I Giok Hong.
I Ki Hu tidak menjawab, dia tertawa terbahak-bahak. Sesaat kemudian dia baru
berkata kembali. "Kebetulan sekali! Kebetulan sekali! Giok Hong, cepat kau
berkemas, aku akan mengajakmu mengadakan perjalanan ke Si Cuan, biar kau juga
mengenal ilmu warisan keluarga Sang!"
"Kesana untuk menemui pasangan suami istri Lie Yuan?" tanya I Giok Hong heran.
"Tidak salah," jawab I Ki Hu.
"Lalu, bagaimana dengan kedua orang ini?" I Giok Hong menunjuk Tao Ling dan Lie
Cun Ju. I Ki Hu melirik mereka sekilas.
"Bukankah kau selalu menginginkan seseorang melayanimu" Dasar ilmu silat gadis ini
boleh juga. Terimalah dia sebagai dayangmu! Mengenai bocah itu ..." Berkata sampai
99 di sini, I Ki Hu mengernyitkan keningnya. "Biar dia Gin Hua kok (Lembah bunga
perak), nama lembah tempat tinggal I Ki Hu saja. Setelah kita kembali baru
diputuskan kembali."
Selesai berkata, terdengar I Ki Hu berteriak. "Lo Jit! Lo Jit!"
Seorang kakek segera menyahut dan muncul di tempat itu. Ternyata orang tua yang
duduk sekereta dengan I Giok Hong tempo hari. I Ki Hu menunjuk kepada Lie Cun Ju.
"Bocah ini, harus kau perhatikan. Jangan sampai dia melarikan diri dari Gin Hua kok.
Aku akan melakukan perjalanan jauh. Apabila ada orang yang menanyakan diriku,
suruh dia tinggalkan pesan. Katakan bahwa sekembalinya nanti, aku akan
menemuinya!"
'Lo Jit' menganggukkan kepala. Dia menghampiri Lie Cun Ju. Saat itu hati Tao Ling
dan Lie Cun Ju justru sedang dilanda hawa amarah. Mereka tidak sudi dipisahkan.
Lagipula Tao Ling sendiri juga putri seorang tokoh yang mempunyai nama besar di
dunia bu lim. Mana sudi dia diangkat sebagai dayang I Giok Hong" Dialah yang mulamula
memprotes. "I locianpwe, bila Anda masih mempunyai urusan penting, kami berdua bisa
meninggalkan tempat ini. Meskipun ilmu silat kami tidak seberapa, tapi juga tidak sudi
menerima hinaan begitu saja!"
"Budak cilik! Kau tidak sudi menjadi dayang putriku?" I Ki Hu tertawa dingin.
Wajah Tao Ling merah padam saking marahnya.
"Tentu saja aku tidak sudi!"
"Budak cilik, coba kau bandingkan sendiri, baik mutu orangnya, ilmu silatnya,
pendidikannya, dan pengetahuannya. Apakah kau sanggup menandingi
sepersepuluhnya saja" Sebagai dayangnya, berarti derajatmu terangkat, tahu?" ucap I
Ki Hu dengan tertawa dingin.
Tao Ling melirik kepada I Giok Hong. Gadis itu berdiri di sudut seperti dewi
khayangan. Seakan ingin Tao Ling meneliti di bagian apa dia sanggup menandinginya.
Tetapi meskipun demikian, apakah berarti dia harus menerima penghinaannya begitu
saja" Tao Ling merenung sejenak, kemudian dia baru menyahut.
"Apa yang dikatakan locianpwe memang benar. Tetapi setiap manusia mempunyai
pendirian masing-masing. Untuk apa locianpwe memaksakan kehendak sedemikian
rupa?" sahut Tao Ling setelah merenung sejenak.
"Giok Hong, bagaimana menyelesaikannya, terserah kau sendiri!" kata I Ki Hu dengan
wajah yang menyiratkan kemarahan.
100 "Kau tidak sudi menjadi dayangku?" tanya I Giok Hong sambil tertawa cekikikan.
Kebetulan Tao Ling sedang memandang ke arahnya. Dia melihat kecantikan gadis itu
demikian sempurna. Tetapi di balik kecantikannya tersirat hawa pembunuhan yang
tebal. "Aku tidak sudi!" sahutnya tegas.
Hati Tao Ling bergidik. Akan tetapi pada dasarnya dia memang keras kepala.
I Giok Hong mendengus dingin. Tidak terlihat bagaimana dia bergerak. Tao Ling
hanya sempat melihat kelebatan cahaya yang menyilaukan. Bahkan ingatan untuk
menghindarkan diri pun belum sempat melintas di benaknya. Tahu-tahu dari bagian
jidat kepala sanipai dada kirinya terasa sakit dan perih. Dia mengulurkan tangannya
meraba jidatnya sendiri. Ternyata tangannya terdapat noda darah. Ketika dia
menolehkan kepalanya, dia melihat tangan Giok Hong sudah menggenggam sebuah
pecut. Tentu dalam keadaan tidak terduga-duga, Tao Ling telah dicambuknya satu
kali. Padahal Tao Ling sadar, bagaimana pun gadis itu putri tunggal Gin leng hiat ciang I Ki
Hu. Ilmunya pasti tinggi sekali. Tetapi dia belum rnenyangka sampai sedemikian
tingginya ilmu kepandaian I Giok Hong. Barusan dia dicambuk sekali oleh gadis itu,
bahkan tidak sempat melihat gerakan tangannya. Hatinya semakin marah dan benci.
Dia sengaja membusungkan dadanya dan berteriak, "Aku tetap tidak mau!"
Baru saja kata 'mau' terucap dari bibirnya, terdengar I Giok Hong kembali tertawa
dingin. Cahaya perak berkilauan, pecut itu kembali melayang ke arahnya.
Tentu saja kali ini Tao Ling sudah bersiaga. Begitu melihat pecut itu menyambar ke
arahnya, dia segera menggeser tubuhnya. Namun anehnya kemana pun dia menggeser,
pecut di tangan I Giok Hong terus mengejarnya. Bagian kiri wajahnya sampai bagian
kanan dadanya kembali kena cambuk I Giok Hong.
Rasa perihnya bukan kepalang. Hati Tao Ling justru semakin marah dan benci.
"Cambuklah terus! Pokoknya aku tetap tidak sudi!" teriaknya.
Dari samping kiri, Lie Cun Ju melihat wajah kekasih hatinya telah terdapat dua jalur
berdarah. Dia tidak tahu apakah gadis itu terluka atau tidak di bagian tubuh lainnya.
Hatinya terasa perih sekali. Cepat dia maju ke depan menghadang di depan Tao Ling.
"I kouwnio, kalau kau masih ingin mencambuk terus, cambuk saja aku!"
I Giok Hong tertawa cekikikan dengan merdu. "Rupanya kau romantis juga!" ejeknya.
"Pokoknya selama aku masih hidup, aku tidak bisa melihat Tao kouwnio menderita!"
ucap Lie Cun Ju.
101 "Bagus sekali!" Tubuhnya bergerak, Tar! Tar! Tar! Cahaya perak seperti ular sakti
yang tertimpa cahaya kilat. Kelebatannya berturut-turut, dengan lima bagian tenaga
dia mencambuk Lie Cun Ju!
Tadi ketika mencambuk Tao Ling, I Giok Hong hanya menggunakan tenaga yang
ringan. Karena itu tidak menimbulkan suara apa-apa. Tetapi saat ini dia sudah
menggunakan lima bagian tenaganya. Kekuatannya dapat dibayangkan. Ketika
cambuk itu melayang datang, Tao Ling bermaksud mendorong tubuh Lie Cun Ju agar
terhindar dari pecut itu, tetapi kecepatan tangan I Giok Hong sungguh mengagumkan.
Belum sempat Tao Ling mengulurkan tangannya. Keempat kali cambukan itu sudah
tepat mengenai sasarannya.
Setelah terluka parah, Leng Coa sian sing merawat Lie Cun Ju dengan hati-hati. la
menggunakan ularnya yang kecil-kecil merayap di tubuh pemuda itu dan menggigit
beberapa buah jalan darahnya. Tujuannya justru membiarkan hawa ular yang
berkhasiat itu menyusup ke dalam jalan darah di tubuh Lie Cun Ju. Dengan demikian
selembar jiwa pemuda itu baru bisa tertolong. Tetapi karena keadaan lukanya tempo
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hari terlalu parah, maka kekuatannya telah lenyap. Keadaannya tidak beda dengan
seorang pelajar yang lemah. Begitu terkena sambaran pecut di tangan I Giok Hong, dia
merasa seluruh tubuhnya dilanda rasa perih yang tidak terkirakan. Tubuhnya limbung
dan akhirnya dia pun jatuh di atas tanah. Namun tidak setitik pun dia mengeluarkan
suara erangan. Baru saja Lie Cun Ju terjatuh, Tao Ling segera memburu ke depan. Tetapi pecut
kembali bergerak sebanyak dua kali. Tubuh Lie Cun Ju tergulung pecut itu dan dibuat
seperti bola yang menggelinding kesana kemari.
Hati Tao Ling pedih sekali melihat keadaan Lie Cun Ju. Matanya menyorotkan
kemarahan yang berapi-api. Dengan marah dia berteriak, "I kouwnio, perbuatanmu ini
mungkin bisa mengakibatkan kematian bagi kami. Tetapi ingat, manusia jahat
sepertimu pasti akan mendapat akibatnya!"
Selesai berkata, terdengarlah suara Trang! Trang! sebanyak dua kali. Pedang emas dan
perak sudah dihunus oleh Tao Ling. Tangan gadis itu menggenggam sepasang pedang
emas dan perak. I Giok Hong seakan belum melihatnya. Tao Ling juga tidak perduli
apakah dia hanya berpura-pura atau memang belum melihatnya. Dia segera
menjalankan jurus Menteri mempertahankan negara sepasang kakinya menghentak,
orang dan sepasang pedang langsung menerjang ke arah I Giok Hong.
Cahaya pedang bak pelangi. Melihat pedang itu sudah hampir mengenainya, I Giok
Hung baru memutar tubuhnya sekaligus menggerakkan pergelangan tangannya,
pecutnya melayang keatas.
Jurus Menteri mempertahankan negara yang dilancarkan oieh Tao Ling merupakan
salah satu jurus Pat Sian kiam yang paling hebat dan mengandung kekejian. Lagipula
sasarannya di titik pusat, yakni jidat, tenggorokan, jantung dan pusar manusia. Pedang
itu mengeluarkan cahaya yang berkilauan. Tampaknya sekejap lagi akan menghunjam
tubuh gadis itu.
102 Tetapi pecut di tangan I Giok Hong melayang datang menyambutnya. Sinar keperakan
berkelebat. Dengan rapat pecut itu menyusup masuk ke dalam cahaya emas dan perak!
Tao Ling dapat merasakan keadaannya yang tidak menguntungkan. Tetapi dia sudah
bertekad untuk mengadu nyawa. la tidak perduli lagi dengan keselamatan dirinya
sendiri. Dengan mengerahkan tenaganya dia mendorong sepasang pedang itu ke
depan. Tampaknya ia benar-benar ingin menusuk I Giok Hong sampai terluka, kalau
bisa mati seketika. Tetapi belum sempat dia mendorong sepasang pedang itu, tahutahu
pergelangan tangannya sudah tergulung bagian ujung pecut. Serangkum rasa sakit
membuat pergelangan tangannya menjadi ngilu. Kelima jari tangan pun merenggang.
Pedang emas pun terjatuh di atas tanah dengan menimbulkan suara Trang!
Tidak menunggu sampai dia menggerakkan pedang peraknya, kembali pergelangan
tangan kirinya terasa nyeri. Pedang perak pun terlepas jatuh. I Giok Hong tertawa
cekikikan. Tiba-tiba Tao Ling merasa bagian lehernya mengencang. Ternyata pecut itu
sudah melilit di lehernya.
"Kalau aku menghentakkan sedikit saja pecut ini, nyawamu pasti sulit dipertahankan
lagi, jawab! Apakah sekarang kau sudah bersedia menjadi dayangku?"
Kemarahan dalam hati Tao Ling telah meluap-luap. Baru saja dia bermaksud menjerit
'Tidak!', tiba-tiba dia mendengar 'Lo Jit' berkata.
"Tao kouwnio, ada pepatah yang bagus sekali, 'seorang pendekar pandai melihat
keadaan'. Seandainya kau menjawab tidak, bukan hanya kau seorang diri yang
mengantarkan nyawa dengan sia-sia, bahkan nyawa Lie kongcu pun sulit
dipertahankan. Seandainya kau bersedia menurut kepada siocia, yang kau dapatkan
hanya keuntungan bukan kerugian. Untuk apa kau tetap kukuh pada pendirianmu?"
Tao Ling menolehkan kepalanya. Dia melihat sepasang mata 'Lo Jit' menyorotkan
sinar kasih sayang dan saat itu sedang menatapnya lekat-lekat.
Meskipun Tao Ling tidak tahu siapa 'Lo Jit' itu sebenarnya, tetapi dia dapat
membayangkan bahwa orang tua itu juga seorang tokoh dunia persilatan. Kalau tidak,
mana mungkin I Giok Hong sudi memanggilnya paman" Lagipula ketika mereka
masuk ke dalam Gin Hua kok, orang tua ini memang sudah menunjukkan sikap ingin
menolongnya. Apabila dia menuruti nasehatnya, tentu untuk sementara dia bisa hidup
terus. Tetapi bagaimana melampiaskan kekesalan batinya karena diperlakukan secara
semena-mena oleh Giok Hong"
Sampai sekian lama dia tetap tidak menyahut 'Lo Jit' malah tertawa terbahak-bahak.
"Tao kouwnio, ada lagi sebuah pepatah yang bagus, 'Seorang manusia sejati ingin
membalas dendam, sepuluh tahun pun tidak terlambat'. Padahal kalau kau mengingat
lagi sejarah negara kita ini, berapa banyak menteri yang dikalahkan oleh musuh
bahkan sempat menjadi tahanan perang dan dijadikan bulan-bulanan. Tetapi setelah
berhasil meloloskan diri, mereka segera menyusun kekuatan, bahkan ada yang sampai
belasan tahun baru menyerang kembali dan menebus kekalahan tempo dulu. Toh
akhirnya mereka berhasil juga. Kalau hatimu masih tidak bersedia, ingat akibatnya.
103 Tetapi bila kau seorang yang cerdik dan dapat berpikir panjang, aku nasehati agar kau
terima saja. Tao Ling terkejut setengah mati. Diam-diam dia bepikir dalam hati. Mengapa kakek
ini demikian berani mengeluarkan ucapan seperti ini di hadapan I Ki Hu dan putrinya"
Apakah dia tidak merasa takut kepada mereka berdua"
Justru ketika hatinya masih mengkhawatirkan kakek tua itu, terdengar I Giok Hong
tertawa terkekeh-kekeh.
"Apa yang dikatakan Lo Jit memang benar. Asal kau mempunyai kemampuan,
sepuluh tahun kemudian ingin membalas dendam juga tetap kusambut dengan baik!"
Pada dasarnya Tao Ling memang seorang gadis yang cerdas. Mendengar ucapan I
Giok Hong, dia segera sadar bahwa baik I Ki Hu ataupun putrinya merupakan orangorang
yang angkuh dan memandang hebat diri mereka sendiri. Mereka menganggap
tidak ada orang lagi di dunia ini yang sanggup melawan mereka. Kata-kata atau
nasehat 'Lo Jit' tadi, boleh dibilang meraba dengan tepat isi hati mereka. Bukan saja
kedua orang itu tidak marah, malah senang mendengarnya.
Kalau begitu, Lo Jit juga orang yang pintar. Dia bisa mengikuti perkembangan yang
ada di depan matanya. Setelah merenung sejenak, dia memaksa dirinya menahan
kekesalan hatinya.
"Baik, aku bersedia!" katanya.
" Jadi dayang juga ada peraturannya. Sekarang kau panggil dulu ayahku satu kali,
kemudian panggil aku satu kali juga!" ucap I Giok Hong sumbil tersenyum.
Dada Tao Ling hampir saja meledak mendapat hinaan sedemikian rupa dari I Giok
Hong. Tetapi sinar matanya kembali bertemu pandang dengan 'Lo Jit', akhirnya dia
menahan juga kemarahan hatinya.
"Siocia, Lo ya!" panggilnya.
"Coba kau menurut dari tadi, tentu tidak perlu merasakan sakitnya pecutku, bukan?" I
Giok Hong tertawa terbahak-bahak.
***** Tao Ling tidak menyahut sepatah kata pun. Tangan 1 Giok Hong mengendur. Pecut
yang melilit leher Tao Ling pun terlepas seketika. Tao Ling cepat-cepat menghambur
kepada Lie Cun Ju. Dia melihat bagian tangan, lengan, wajah pemuda itu dipenuhi
dengan jalur berdarah. Hatinya perih sekali. Lie Cun Ju berusaha memberontak untuk
bangun. "Tao kouwnio, aku hanya menyusahkanmu!" Meskipun ucapan Lie Cun Ju sangat
sederhana, tetapi di dalamnya terkandung kasih sayang yang tidak terkirakan!
104 Hati Tao Ling semakin pilu mendengarnya. Tanpa dapat ditahan lagi air matanya
mengalir dengan deras. Lie Cun Ju memandangnya dengan terpaku.
"Tidak usah bersedih terus. Asal kau menurut semua perkataanku baik-baik,
sekembalinya dari Si Cuan, kalian toh masih dapat bertemu muka. Kau menjadi
dayangku, dia menjadi penjaga keamanan di Gin hua kok ini. Bukankah merupakan
hal yang menggembirakan?" kata gadis cantik Giok Hong itu.
Tao Ling hampir tidak dapat menahan kepiluan di hatinya. Dia langsung berdiri.
"Cepat siapkan kereta kuda, kita harus berangkat sekarang juga! Tia, kau tidak
membawa apa-apa?" Terdengar suara ucapan Giok Hong.
"Tentu ada yang harus kubawa." Tampak bayangan tubuhnya bagai gumpalan asap,
dalam sekejap mata sudah berada pada jarak lima depaan. Sekali lagi tubuhnya
berkelebat, tahu-tahu sudah menyusup ke dalam rumah. Kecepatan gerakan tubuhnya
membuat mata Tao Ling membelalak dan mulut membuka.
Tidak berapa lama kemudian, I Ki Hu sudah keluar kembali. Tetapi kedua tangannya
masih kosong, tidak terlihat dia membawa apa pun.
Sementara itu, I Giok Hong memerintahkan Tao Ling naik ke dalam kereta. Setelah
masuk ke dalam, Tao Ling melirikkan matanya kepada Lie Cun Ju. Matanya
menyorotkan keperihan hatinya berpisah dengan pemuda itu. Namun tali kendali kuda
sudah dihentakkan. Keempat ekor kuda itu segera meringkik dan menggerakkan
kakinya. Dalam sekejap mata kereta itu sudah meluncur keluar dari Gin Hua kok.
Lie Cun Ju terkulai di atas rerumputan. Dia ingin berdiri dan berlari menuju mulut
lembah untuk melihat Tao Ling sekali lagi. Tetapi baru saja dia berdiri, kakinya sudah
terasa lemas dan jatuh kembali. Hatinya sedih sekali. Tanpa dapat ditahan lagi. Dia
menarik nafas panjang. Tampak 'Lo Jit' membungkukkan tubuhnya dan
memperhatikan 'keadaannya. Berkali-kali Lie Cun Ju menarik nafas panjang.
"Locianpwe, nasehatmu kepada Tao kouwnio memang tidak salah. Tetapi watak gadis
yang satu ini, di luar lembut, dalamnya keras. Mana sudi dia mendapat tekanan dari
orang atau mendengar perintah orang" Seandainya dia memendam kekesalannya
dalam hati, maka darah di sekitar hatinya akan membeku serta menimbulkan luka
dalam yang parah. Tetapi apabila dia membangkang, penderitaan apa lagi yang akan
diterimanya bukankah sudah dapat dibayangkan"
Aih!" ucap Lie Cun Ju.
"Ci kongcu, Thian menggerakkan hati si raja iblis itu untuk meninggalkan Gin Hua
kok, ternyata penderitaan dan hinaan yang kuterima selama belasan tahun tidak siasia!"
katanya dengan nada berbisik.
"Locianpwe, bagaimana kau memanggilku barusan?" tanya Lie Cun Ju bingung.
"Aku memanggil kau Ci kongcu!" Lo Jit tersenyum misterius.
105 "Locianpwe jangan bercanda, aku she Lie, bukan she Ci!" Selesai berkata, ia teringat I
Ki Hu menanyakan apakah dia anak kandung Pat Kua kiam Lie Yuan, hatinya
semakin tidak mengerti.
'Lo Jit' tidak menyahut. Tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu sudah berada di mulut
lembah. Dia melongokkan kepalanya keluar untuk melihat keadaan di kiri kanannya.
Tampak debu beterbangan. Kereta kuda berwarna putih itu sudah berada di kejauhan
dan tidak berapa lama kemudian tinggal tampak titik berwarna keperakan. Setelah
yakin majikan dan nonanya sudah pergi, Lo Jit baru melesat kembali ke samping Lie
Cun Ju. "Ci kongcu, aku khawatir kau sendiri tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Sekarang
kau ikut aku dulu!" Dia memapah tubuh Lie Cun Ju lalu berjalan menuju sebelah
kanan lembah. Mereka sampai di depan sebuah pintu batu. Lo Jit mendorong batu besar itu kemudian
terlihat sebuah celah yang cukup lebar. Lo Jit membungkukkan tubuhnya sedikit dan
masuk ke dalam, Lie Cun Ju pun mengikutinya. Setelah berjalan heberapa depa,
pandangan mata pun jadi leluasa. Ternyata di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang
cukup luas. Sekali lagi Lo Jit melongok keluar. Lie Cun Ju tidak melihat adanya orang
lain di lembah itu. Tetapi sikap Lo Jit masih demikian hati-hati. Diam-diam dia
menyadari urusan ini pasti rahasia sekali.
Tadinya Lie Cun Ju berdiri dengan punggung bersandar di dinding batu. Lo Jit keluar
melihat-lihat keadaan. Setelah kemhali lagi, dia berjalan menuju sebuah tempat tidur
batu. Kemudian dia mengerahkan tenaganya untuk mengangkat batu itu. Ternyata batu
yang berbentuk persegi dan setebal kasur tempat tidur itu terangkat olehnya.
Lie Cun Ju sama sekali tidak tahu apa yang dilakukannya. Setelah batu itu terangkat,
Lie Cun Ju melihat tempat tidur itu sekarang terdapat lekukan di dalamnya, besarnya
sama dengan batu tadi. Tetapi warna batu yang menjadi alas di dalamnya berwarna
abu-abu pekat. Ketika perasaannya sedang bingung, Lo Jit sudah membimbingnya dan
menyuruhnya tidur di atas lekukan batu itu. Baru saja Lie Cun Ju merebahkan dirinya,
ia langsung berteriak sekeras-kerasnya kemudian bermaksud melonjak bangun.
Rupanya ketika Lie Cun Ju baru membaringkan tubuhnya di atas batu itu, ternyata dia
merasa dirinya seakan dilemparkan ke dalam kolam berisi air es. Serangkum hawa
dingin yang menggigilkan menyusup sampai ke dalam tulang sumsumnya. Apalagi
bagian tubuh yang terkena pecutan I Giok Hong, perihnya tidak terkatakan. Pada
dasarnya tubuh Lie Cun Ju memang sudah lemah sekali. Bahkan ketika berdiri saja
harus menyandarkan punggungnya ke dinding batu. Tetapi rasa dingin yang menusuk
dari alas batu yang ditidurinya ternyata sanggup membuat dia melonjak bangun!
Baru setengah dia melonjakkan tubuhnya, tangan si kakek tua sudah mendorongnya
keras-keras. Tubuhnya terhempas kembali ke atas alas batu tersebut. Bahkan belum
hilang rasa terkejut di hati Lie Cun Ju, kakek tua itu sudah mengulurkan tangannya
kembali dan menotok dua buah jalan darahnya.
Tentu saja Lie Cun Ju tidak dapat bergerak lagi setelah jalan darahnya tertotok. Dia
merasa segulung demi segulung hawa dingin menyusup ke dalam pori-pori di seluruh
tubuhnya. Dalam waktu yang singkat, keempat anggota tubuhnya sudah mulai kaku.
106 Meskipun Lie Cun Ju masih bisa bicara, tetapi rahang mulutnya sulit dibuka, lidahnya
terasa beku. Sampai beberapa lama, dia baru sanggup memaksakan diri berkata.
"Lo . . . cianpwe ... an ... ta ... ra ... kita . . . tidak ... a ... da ... per . . . musuh ... an . . .
apa . . . pun ... mengapa kau ..." Tubuhnya menggigil, dia tidak sanggup melanjutkan
kata-katanya lagi.
"Ci kongcu, tahukah kau siapa aku?" kata orang itu serius.
Saking dinginnya, wajah Lie Cun Ju sudah berubah menjadi kehijauan. Dia tidak bisa
mengucapkan sepatah kata pun. Matanya memandang Lo Jit seakan menunggu
kelanjutan kata-katanya.
"Kau sudah mengikuti pasangan suami istri Pat Kua kiam Lie Yuan sekian lama,
tentunya pengetahuanmu tentang dunia kang ouw juga cukup luas. Pernahkah kau
mendengar bahwa belasan tahun yang lalu di dunia kang ouw, khususnya golongan
hitam ada seorang perampok yang selalu malang melintang seorang diri. Julukannya
Hantu tanpa bayangan. Senjatanya sebatang golok dan sepasang cambuk. Orang itu
she Seebun bernama tunggal Jit?"
Mendengar kata-katanya, dalam hati Lie Cun Ju tertegun. Meskipun orang bernama
Seebun Jit itu sudah belasan tahun tidak terdengar kabar beritanya, tetapi namanya
masih tersohor di kalangan orang-orang bulim. Menurut berita yang pernah
didengarnya, baik gwa kang maupun lwekang orang ini tinggi sekali. Meskipun orang
dari golongan hitam, tetapi wataknya cukup baik. Jiwanya besar. Malah Seebun masih
bersaudara dengan hwesio angkatan tertinggi dari Go Tai bun, yakni ciang bun jinnya
Bu Kong taisu. Mungkinkah 'Lo Jit' yang ada di hadapannya ini tokoh yang bernama
Seebun Jit?"
Karena pikirannya melayang-layang, tanpa disadari rasa nyerinya jauh berkurang.
Bahkan tanpa disengaja dia bertanya.
"Apakah locianpwe ini Seebun Hiap to (Perampok budiman)?"
"Tidak salah. Tidak disangka usiamu yang demikian muda tetapi sudah pernah
mendengar namaku."
"Seebun cianpwe, cepatlah kau bangunkan aku . . . dari tempat tidur batu ini!"
"Ci kongcu, ketika kau masih kecil, mungkin kau juga pernah tidur di atas tempat tidur
batu ini, hanya saja kau sudah lupa!"
Hati Lie Cun Ju semakin curiga, dia berusaha memberontak, tetapi tubuhnya tidak bisa
bergerak sama sekali.
"Seebun cianpwe, bagaimana mungkin aku pernah tidur di atas alas batu ini?"
"Kalau dikisahkan, ceritanya cukup panjang. Kau harus sabar mendengarkannya."
107 Seebun Jit menarik napas panjang, kemudian dia memulai ceritanya. "Ketika usiamu
baru menginjak tujuh bulan, di keluargamu terjadi perubahan besar dan mengerikan.
Ayah ibumu mati, kakak serta adikmu terbunuh. Keadaan waktu itu benar-benar ..."
Lie Cun Ju seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Mendengar kata-kata
Seebun Jit, wajahnya langsung berubah.
"Seebun cianpwe, mengapa kau bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?"
"Kau kira Pat Kua kim gin kiam, pasangan suami istri Lie Yuan benar-benar orang tua
kandungmu?"
Tanpa disadari, seluruh perhatian Lie Cun Ju tercurah pada cerita orang tua itu. Sejak
dia mengerti urusan, dia tidak pernah curiga dengan riwayat hidupnya sendiri. Tetapi
sekarang, bukan hanya Gin leng hiat ciang I Ki Hu yang curiga dia bukan anak
kandung Pat Kua kim gin kiam Lie Yuan, bahkan Hantu tanpa bayangan Seebun Jit ini
juga yakin dia bukan anak kandung pasangan suami istri itu. Masalah sebesar ini, dulu
belum pernah terbayangkan olehnya, bahkan bermimpi pun tidak. Oleh karena itu,
untuk sesaat dia lupa dengan rasa nyeri yang melanda dirinya.
"Seebun cianpwe, lalu siapa orang tua kandungku sebenarnya" Mereka mati di tangan
siapa" Benarkah aku she Ci?" tanyanya beruntun. Mungkin karena lupa dengan rasa sakitnya,
pertanyaan Lie Cun Ju juga dapat dicetuskan dengan lancar.
"Tidak salah, kau memang she Ci. Ayahmu adalah pemilik alas batu Ban nian si ping
(Endapan es laksaan tahun) yang merupakan salah satu pusaka yang menjadi incaran
tokoh-tokoh bu lim . . ." Mendengar sampai di sini, wajah Lie Cun Ju semakin
menyiratkan rasa terkejutnya.
"Maksudmu, aku putra Tocu (pemilik pulau) Hek Cui To, Ci Cin Hu?"
"Tidak salah. Tadi aku justru khawatir si raja iblis itu mengenalimu!"
Sejak kecil sampai besar, entah berapa kali sudah Lie Cun Ju mendengar kisah
dendam antara I Ki Hu dengan tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu. Mula-muia I Ki Hu
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhasil dikalahkan oleh Ci Cin Hu. Tetapi beberapa tahun kemudian, I Ki Hu datang
kembali ke Hek Cui to mencari Ci Cin Hu. Dengan ilmu telapak darahnya yang
menggetarkan dunia persilatan, I Ki Hu membasmi seluruh keluarga dan anggota Hek
Cui to. Seluruh penghuni pulau itu habis dibunuh oleh I Ki Hu. Yang tersisa hanya
seorang putranya yang usianya belum mencapai satu tahun.
Selama beberapa tahun ini, menurut kabar burung, I Ki Hu terus berusaha menemukan
bayi yang tidak sempat dibunuhnya itu. Ketika Lie Cun Ju mendengar orang
mengisahkan cerita itu, diam-diam dalam hati dia sering mendoakan keselamatan sang
bayi laki-laki agar jangan sampai ditemukan oleh I Ki Hu. Tetapi mimpi pun dia tidak
pernah membayangkan bahwa bayi kecil yang sempat menjadi perhatian kalangan
orang-orang kang ouw itu adalah dirinya sendiri.
Sampai sekian lama dia termangu-mangu. Kemudian baru berkata.
108 "Apakah yang kau katakan itu benar adanya?"
"Mana mungkin palsu?"
"Mengapa kau begitu yakin aku putra Ci Cin Hu?" tanya Lie Cun Ju iagi.
"Padahal urusannya sudah berlalu begitu lama. Ketika pertama kali aku melihatmu,
usiamu baru lima bulan. Tentu saja aku tidak dapat mengenalimu. Tetapi sekarang,
wajahmu persis dengan ayahmu ketika muda. Tidak ada perbedaan sedikit pun. Mana
mungkin aku tidak bisa mengenalimu?"
"Seebun cianpwe, benda ada yang sama, manusia banyak yang mirip. Kalau
mengambil kepastian dari rupa yang sama saja, bagaimana bisa membuktikan bahwa
aku benar-benar putra Tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu" Apalagi ayah ibuku sangat baik
terhadapku. Aku benar-benar tidak percaya kalau mereka bukan orang tua
kandungku."
"Di balik semua ini pasti ada yang tidak kauketahui. Biar aku menjelaskannya dengan
terperinci."
"Katakan saja!" Pada saat itu, seluruh tubuhnya masih terasa nyeri karena dinginnya
alas batu yang bernama Ban nian si ping itu. Tetapi karena seluruh perhatiannya
tercurah ke masalah lain, dia jadi tidak merasakannya.
"Pada waktu itu, I Ki Hu datang ke pulau Hek Cui to. Sebetulnya ayah dan ibumu
tidak mungkin kalah dengan cara yang demikian mengenaskan. Tetapi mereka sedang
berlatih semucam ilmu yang sakti. Hati si raja iblis I Ki Hu keji sekali. Begitu datang
ke Hek Cui to, dia tidak muncul secara terang-terangan. Semalam penuh dia mencari
kesempatan yang baik. Setelah mendapat kesempatan yang baik, dia langsung
menerjang ke dalam gedung rumahmu. Kedua orang tuamu sedang bersemedi melatih
ilmu, dia langsung membunuh. Mereka tanpa sempat memberikan perlawanan sedikit
pun. Setelah berhasil, dia menghabisi seluruh anggota keluargamu dan penghuni pulau
lainnya." "Kalau aku memang putra Ci Cin Hu, mengapa aku bisa meloloskan diri dari
pembantaian yang keji itu?" tanya Lie Cun Ju.
"Sebulan sebelumnya, kau dibawa pergi oleh inang pengasuhmu meninggalkan Hek
Cui to untuk mengunjungi nenekmu. Karena itu kau selamat dari pembunuhan malam
itu." "Siapa pula nenekku itu?"
"Dia orang tua juga mempunyai nama besar di dunia kang ouw, julukannya Liong Po
(Nenek naga) Chi Go Nio. Pada saat itu, dua bulan sebelumnya aku sempat
berkunjung ke Hek Cui to. Kami pernah bertemu muka satu kali. Dua bulan kemudian,
aku mempunyai sedikit urusan dengan ayahmu dan ingin menemuinya, Tetapi ketika
aku baru tiba di tepi laut, aku langsung mendengar bencana yang menimpa keluarga
besar Hek Cui to. Cepat-cepat aku menuju pulau itu untuk membuktikan
109 kebenarannya. Ternyata rnemang benar. Ayahmu pernah menanam budi yang besar
kepadaku, karena itu aku pun menguburkan semua mayat yang ada dalam pulau itu.
Kemudian aku pun teringat kepadamu. Menurut berita yang kudapatkan. hanya kau
seorang yang sempat meloloskan diri dari pembantaian itu. Sedangkan aku tahu di
mana kau berada. Bergegas aku menyusul ke rumah nenekmu, Ciu Go Nio. Tetapi di
tengah perjalanan, kembali aku mendengar berita bahwa scluruh anggota keluarga di
rumah nenekmu itu juga habis terbunuh oleh I Ki Hu. Tetapi yang melegakan hatiku
justru mendengar kabar bahwa iblis itu tidak herhasil menemukan bayi itu. Mengenai
bagaimana kau bisa meloloskan diri untuk kedua kalinva, aku sama sekali tidak tahu."
Meskipun Seebun Jit menuturkan cerita itu dengan serius, tapi Lie Cun Ju tetap tidak
percaya. "Tocu Hek Cui to mempunyai tiga orang putri dan tiga orang putra termasuk dirimu.
Yang anehnya setiap anak laki-laki maupun perempuan, di lengannya pasti ada
andeng-andeng berwarna merah. Karena itu, ketika si raja iblis I Ki Hu melihatmu, dia
langsung mengoyak lengan bajumu," ujar Seebun Jit meneruskan ceritanya.
"Tetapi di lenganku tidak ada andeng-andeng merah sedikit pun."
"Pasti pasangan suami istri Lie Yuan teiah menghilangkan andeng-andeng di
lenganrnu itu" kata Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, aku tetap tidak percaya dengan ceritamu!" ujar Lie Cun Ju sambil
meng-gelengkan kepala.
Sekonyong-konyong terlihat perubahan di wajah Seebun Jit, kemudian dengan
tergesa-gesa dia melesat keluar.
"Seebun ciangpwe, ada apa?" tanya Lie Cun Ju.
Tampak Seebun Jit berhenti sebentar di depan pintu batu. Kemudian dia melongokkan
kepalanya keluar. Wajahnya menyiratkan perasaan terkejut. Terdengar dia seperti
menggumam seorang diri.
"Aneh! Tadi terang-terangan aku mendengar suara seseorang, mengapa aku tidak
melihat siapa-siapa?" gumam Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, mungkinkah si raja iblis I Ki Hu tiba-tiba kembali lagi?" tanya Lie
Cun Ju dengan tegang.
"Jangan khawatir, sebelum sampai di Si Cuan dan bertemu dengan pasangan suami
istri Lie Yuan, dia tidak mungkin kembali kesini!" jawab Seebun sarnbil tertawa getir.
"Untuk apa I Ki Hu ingin bertemu dengan kedua orang tuaku?"
"Kau toh tidak percaya dengan kata-kataku. Tetapi si raja iblis I Ki Hu begitu
melihatmu langsung mencurigai bahwa kaulah bayi yang dulu dicari-carinya. Tentu
tujuannya untuk membasmi rumput sampai ke akar-akarnya. Tetapi dia tidak
menemukan andeng-andeng merah di lenganmu. Karena itu dia belum yakin dengan
dugaannya sendiri. Dia sengaja menahanmu di Gin Hua kok ini dan pergi ke Si Cuan
110 mencari pasangan suami istri Lie Yuan untuk menanyakan riwayat hidupmu sampai
sejelas-jelasnya. Kalau belum ada kepastian, mana mungkin dia sudi kembali lagi
kemari?" Lie Cun Ju terdiam beberapa saat. Diam-diam dia membayangkan kembali sikap orang
tuanya sejak kecil sampai dewasa terhadapnya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat
dicurigai. Tidak terlihat sedikit pun titik terang yang menyatakan mereka bukan orang
tua kandungnya. Bahkan sikap mereka lebih baik daripada kepada kokonya Li Po.
Lagipula andeng-andeng merah yang dikatakan Seebun Jit sebagai tanda kelahiran
khas keluarga Ci Cin Hu tidak terdapat pada dirinya. Bahkan sedikit luka bekas
guratan pisau pun tidak ada. Seandainya benar pasangan suami istri Lie Yuan
menghilangkan tanda itu, pasti sedikit banyaknya akan meninggalkan bekas luka.
Tetapi, meskipun demikian, Lie Cun Ju juga tidak bisa tidak percaya sama sekali
dengan keterangan Seebun Jit. Pertama, dia tidak mempunyai permusuhan pribadi
dengan Seebun Jit, bahkan perlakuan orang tua itu sangat baik terhadapnya. Kedua,
cara bicara orang tua itu juga penuh keyakinan dan tidak dibuat-buat.
Karena itu sampai cukup lama dia terdiam kemudian baru berkata lagi. "Seebun
cianpwe, biar bagaimana, urusan ini menyangkut riwayat hidupku sendiri. Aku ingin
menanyakannya kepada kedua orang tuaku agar persoalannya menjadi jelas. Harap
kau bebaskan totokan di tubuhku. Aku ingin pergi ke Si Cuan untuk menemui ayah
dan ibuku."
"Ci kongcu, ayahmu meninggal dengan cara yang mengenaskan. Meskipun aku ini
orang golongan hitam, tapi hitung-hitung aku masih mempunyai hubungan saudara
dengan ayahmu. Boleh dibilang seluruh bu lim tahu bahwa kematian ayahmu
berlangsung di tangan I Ki Hu. Tetapi ternyata tidak ada seorang pun yang berani
menampilkan diri menuntut keadilan. Hanya aku sendiri yang tiga kali berturut-turut
mendatangi Cin Hua kok untuk membalaskan dendam bagi orang tua dan saudarasaudaramu.
Tetapi sayangnya tiga kali berturut-turut pula aku mengalami kekalahan.
Akhirnya aku berpura-pura takluk kepadanya dan menjadi pelayannya. Pokoknya
selama gunung masih menghijau, hutan masih ada, jangan takut tidak ada kayu bakar.
Selama belasan tahun ini aku menahan segala penderitaan dan hinaan. Sekarang aku
sudah menemukanmu. Tetapi kau malah ingin pergi ke Si Cuan untuk menemui
pasangan suami istri Lie Yuan. Bagaimana kalau di sana kau bertemu dengan si raja
iblis I Ki Hu. Coba kau pikirkan sendiri! Apakah ilmu silatmu sekarang dapat
menandingi kepandaian si raja iblis itu?"
Mendengar nada bicara Seebun Jit yang semakin lama semakin serius, hati Lie Cun Ju
semakin bimbang.
"Lalu, entah berapa puluh tahun lagi ilmu silatku baru bisa menandingi kepandaian si
raja iblis itu?"
"Urusan ini sulit dikatakan. Tetapi batu yang kau tiduri sekarang merupakan endapan
es atau salju di gunung Thai san selama ribuan lahun. Bagi orang yang melatih ilmu
silat, khasiatnya besar sekali. Asal kau bisa menahan penderitaan dan tidur di atasnya
selama tujuh hari berturut-turut, ilmu silatmu akan pulih kembali. Bahkan tenaga
dalammu akan berlipat ganda. Mengenai urusan kelak, terpaksa melihat
111 peruntunganmu sendiri! Aku akan membebaskan totokan di jalan darahmu. Tetapi kau
harus ingat, selama tujuh hari tujuh malam, biar ada rasa sakit yang bagaimana pun,
kau tetap tidak boleh bangun dari alas batu itu. Bahkan duduk pun tidak boleh.
Pokoknya kau harus berbaring terus. Kalau tidak, mungkin ilmu silatmu selamanya
tidak pernah bisa pulih kembali!"
Sembari berkata, dia mengulurkan tangannya menepuk jalan darah di tubuh Lie Cun
Ju. Pemuda itu tadi mendengarkan cerita Seebun Jit tentang riwayat hidupnya yang
misterius. Seluruh perhatiannya tercurah kesana. Dengan demikian penderitaannya
tanpa sadar tidak terasa begitu parah. Tetapi sekarang tiba-tiba Seebun Jit
membebaskan totokannya. Dia merasa segulung demi segulung hawa dingin
menyusup ke seluruh tubuhnya dan membuat rasa nyerinya semakin menjadi-jadi.
Siksaan itu bukan main hebatnya. Tetapi dia terus mengingat ucapan Seebun Jit.
Seandainya ucapan orang itu benar, maka dirinya tidak akan menjadi orang cacat lagi.
Walaupun penderitaan ini sedemikian hebatnya, tapi dia tetap menggeretakkan giginya
erat-erat dan menahannva
Sementara itu, Seebun Jit terus mondar-mandir di dalam ruangan batu dengan wajah
serius. ***** Kurang lebih setengah kentungan kemudian, kulit tubuh Lie Cun Ju sudah kebal.
Tetapi rasa dingin bahkan menyusup ke dalam tulang belulangnya. Rasa nyerinya
benar-benar rnembuat dirinya hampir tidak tahan. Seandainya Ban nian si pemilik
Tocu Hek Cui to ini tidak demikian terkenal dan menurut kabar bisa menambah
kekuatan tenaga dalam di tubuh seseorang bahkan merupakan pusaka yang menjadi
incaran tokoh-tokoh bu lim, Lie Cun Ju juga tidak akan percaya dengan kata-kata
Seebun Jit. Sembari menahan penderitaan yang hebat, Lie Cun Ju berusaha mengedarkan hawa
murni dalam tubuhnya. Ketika dia menoleh kepada Seebun Jit, dia melihat orang tua
itu berulang kali berdiri di depan pintu batu dan melongokkan kepalanya keluar.
Telinganya seakan mendengarkan suara dengan seksama. Mimik wajahnya semakin
lama semakin memperlihatkan rasa terkesiapnya. Seakan bukan satu-dua kali, dia
menemukan ada gerak gerik di luar pintu batu itu.
Lie Cun Ju sadar ilmu silatnya saat ini bagai bumi dan langit dibandingkan dengan
Seebun Jit. Seandainya ada gerak-gerik apa-apa, dia pun tidak bisa mendengarnya.
Hatinya berharap dapat melewati tujuh hari tujuh malam dengan tenang meskipun dia
harus menanggung penderitaan yang hebat. Dengan demikian ilmunya bisa pulih
kembali dan dirinya tidak sampai menjadi orang cacat.
Tetapi kenyataan memang sering bertentangan dengan harapan seseorang. Tiba-tiba
saja dia melihat wajah Seebun Jit berubah kelam. Tubuhnya bergerak laksana terbang.
Tangannya mengulur dan meraih sebuah buntalan yang tergantung di dinding batu.
Kemudian terdengar suara Cring! Cring sebanyak dua kali. Dia berkelebat kembali ke
depan pintu goa.
112 "Siapa yang berulang kali mengintai di dalam Gin Hua kok?" Harap lekas sebutkan
nama!" Suara bentakannya itu bergelombang sampai ke tempat yang jauh. Tidak lama
kemudian terdengar suara seorang perempuan berkumandang dari kejauhan.
"Apakah pemilik lembah Gin Hua kok, I Lo sian sing ada di tempat?"
Begitu mendengar suara itu, hati Lie Cun Ju langsung tercekat. Wajah Seebun Jit juga
berubah hebat. Dia membalikkan tubuhnya.
"Ci kongcu, tidak perduli apa pun yang terjadi di luar, kau harus ingat. Jangan sekalikali
turun dari alas batu itu. Setelah keluar nanti, aku akan menutup pintu batu goa ini.
Yang penting kau harus beristirahat!" kata Seebun Jit.
Sembari berbicara, dia melepaskan buntalan kain yang dipegangnya. Cahaya
berkilauan memenuhi seluruh ruang batu itu. Dia mengeluarkan dua macam senjata
yang bentuknya aneh.
Nama Seebun Jit memang terkenal di kalangan dunia kang ouw. Salah satu senjatanya
yang istimewa adalah sebuah pecut yang memiliki lima cabang. Masing-masing
cabang itu terkait gerigi besi berbentuk setengah lingkaran yang tajamnya bukan main.
Seebun Jit mendapat julukan Hantu tanpa bayangan. Senjata andalannya sebilah golok
dan sepasang cambuk. Cambuk itu memang terdiri dari dua utas. Tetapi
menggunakannya tidak perlu dua tangan karena dapat dijadikan satu. Sedangkan
goloknya juga aneh. Lebarnya tidak seperti golok biasa. Bentuknya juga tidak
melengkung, bahkan lebih mirip batangan besi berbentuk persegi empat. Tetapi di
kedua sisinya bergerigi juga.
Karena mengenali suara perempuan itu, Lie Cun Ju jadi mengkhawatirkan
keselamatan Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, kau harus berhati-hati!"
"Di dalam Gin Hua kok ini ada nama besar si raja iblis I Ki Hu, aku yakin mereka juga
tidak berani berbuat apa-apa!" ujar Seebun Jit.
Dia memasukkan sepasang cambuknya ke dalam selipan ikat pinggang. Setelah itu dia
melesat keluar dari ruangan batu itu. Kemudian dia mendorong sebuah batu besar
untuk menahan di depan pintu tadi. Setelah itu dengan perlahan-lahan dia menerobos
taman bunga dan berjalan menuju mulut lembah.
"Gin Hua kok dengan kalian selamanya tidak ada hubungan apa-apa. Untuk apa kalian
datang kemari?" tanya Seebun Jit dengan nada dingin.
Baru saja ucapan Seebun Jit selesai, tiba-tiba dari mulut lembah bekelebat beberapa
bayangan. Ternyata di sana sudah bertambah tiga orang. Tiga orang itu mengenakan
topeng berwarna merah darah. Dari topeng itu menyembul sepasang mata, warnanya
menyeramkan, sehingga membuat orang yang melihatnya timbul perasaan ngeri.
Jilid 3________
113 Orang yang di tengah bertubuh gemuk pendek, di sebelah kirinya seorang perempuan,
hal ini terlihat dari bentuk tubuhnya. Sedangkan di bagian kanan berdiri seorang lakilaki
bertubuh tinggi kurus.
Ketiga orang ini memang iblis keluarga Lung dari Kui Cou. Yang gemuk sebagai
saudara tertua, namanya Lung Goan Po. Orang yang bertubuh tinggi kurus saudara
kedua, namanya Lung Sen. Sedangkan yang perempuan menduduki tangga terakhir,
namanya Lung Ping!
Ketika masih berada di dalam goa batu, Lie Cun Ju dan Seebun Jit sudah mendengar
suara perempuan itu. Karenanya mereka pun mengetahui bahwa yang datang adalah
tiga iblis keluarga Lung. Lie Cun Ju pernah kena batunya ketika bertemu dengan
mereka di tengah sungai. Karena itu dia mengenali suaranya. Sedangkan pengetahuan
dan pengalaman Seebun Jit sangat luas, dia juga senang menjelajahi dunia. Ketika
dunia bu lim belum mengenal nama tiga iblis dari keluarga Lung, dia sudah sempat
bertemu dengan mereka beberapa kali.
"Rupanya kalian. Ada perlu apa kalian datang kemari?" tanya Seebun Jit dengan nada
dingin. Ketiga iblis dari keluarga Lung tidak menyahut. Mereka langsung melepaskan topeng
penutup wajah mereka yang warnanya seperti berlumuran darah.
Perasaan Seebun Jit langsung tertegun. Tanpa dapat ditahan lagi, kakinya menyurut
mundur tiga langkah. Sewaktu berkunjung ke Kui Cou tempo dulu, kakek itu sudah
pernah mendengar orang mengatakan bahwa ketiga iblis keluarga Lung memang tiga
bersaudara. Tadinya mereka prajurit suku Biao. Kemudian menurut berita yang
tersebar di dunia kang ouw, tokoh utama dari golongan hitam Hek Leng sin kun
berpesiar ke daerah Biao dan menetap di sana. Kemudian ketiga saudara ini
diterimanya sebagai murid.
Tetapi selamanya ketiga iblis dari keluarga Lung ini tidak pernah mengungkit tentang
gurunya kepada siapa pun juga. Apabila bergebrak dengan seseorang, selamanya
musuh mereka tidak pernah dibiarkan hidup. Karena itu tidak ada orang yang tahu
sampai dimana ketinggian ilmu mereka dan keistimewaan yang mereka miliki. Mereka
juga selalu mengenakan topeng. Bahkan setiap tokoh hitam yang takluk kepada
mereka, dijadikan anak buah dan diharuskan mengenakan topeng serupa. Ini
merupakan peraturan bagi mereka. Apabila mereka sampai melepaskan kedok atau
topeng yang menutupi wajah mereka, itu tandanya mereka mempunyai dendam
sedalam lautan dan turun tangan mereka pun tidak tanggung-tanggung lagi.
Karena teringat selentingan di luaran bahwa ketiga orang ini merupakan murid Hek
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
leng sin kun dan begitu bertemu mereka langsung melepaskan topengnya, Seebun Jit
jadi tertegun. Tampak ketiga orang itu tidak berwajah buruk. Setidaknya semua panca
inderanya komplit. Kalau ditilik dari usianya, ketiga orang itu paling sedikit sudah di
atas empat puluhan tahun.
"Dari tempat yang jauh kalian berkunjung kemari. Sebetulnya ada keperluan apa"
Harap katakan terus terang saja!" tanya kakek Jit.
114 "Apakah Anda Seebun Jit yang pernah bertemu muka dengan kami di Kui Cou tempo
dulu?" tanya Lung Goan Po sambil batuk-batuk kecil.
Mendengar nada mereka yang tidak begitu garang, perasaan Seebun Jit pun agak lega.
Karena bagaimana pun, mereka terdiri dari tiga orang, sedangkan dia hanya sendirian,
apakah dia sanggup mengalahkan mereka masih merupakan sebuah tanda tanya besar.
"Ingatan sam wi sungguh hebat. Cayhe memang Seebun Jit!" sahutnya.
Ketiga orang itu saling lirik sekilas. Kemudian topeng di tangan mereka dilempar ke
atas tanah. Trang! Rupanya topeng itu terbuat dari emas murni yang kemudian
dilumuri lagi dengan sejenis zat pewarna.
Setelah melemparkan ketiga topeng itu di atas tanah, tiba-tiba mereka menjatuhkan
diri berlutut di hadapan Seebun Jit ...
Tentu saja Seebun Jit terkejut setengah mati. Dia menduga mereka sedang
menjalankan akal yang licik dan mencari kesempatan untuk mencelakainya. Karena itu
dia segera menghentakkan kakinya mencelat ke belakang sejauh beberapa tindak
untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Pecut bercabang limanya pun
langsung dikeluarkan dari selipan ikat pinggang.
Tetapi saat itu juga Lung Goan Po mendongakkan wajahnya.
"Sahabat Seebun, jangan khawatir. Kecuali di hadapan guru kami yang berbudi,
selamanya kami belum pernah menekuk lutut di hadapan siapa pun. Tetapi urusan ini
gawat sekali, kami memohon bantuan sahabat Seebun. Kami sengaja datang kemari
untuk memohon bantuanmu. Apabila sahabat Seebun bersedia mengabulkan,
meskipun kami harus menjadi kerbau atau kuda di kehidupan mendatang, kami pun
rela." Seebun Jit mendengar nada bicara Lung Goan Po yang tulus, seakan tidak ada maksud
jahat sedikit pun. Juga tidak tampak berpura-pura. Dia merasa aneh, meskipun kakek
itu belum pernah bergebrak langsung dengan ketiga orang itu, tapi mereka cukup
terkenal di dunia kang ouw. Apalagi di wilayah Hun Kui. Entah berapa banyak tokoh
golongan hitam yang tidak berani menginjakkan kakinya ke wilayah itu, karena
merupakan tempat tinggal ketiga iblis dari keluarga Lung ini. Sekarang mereka seakan
menghadapi suatu masalah besar yang entah apa, malah berlutut di hadapannya.
"Sam wi harap berdiri! Ada apa-apa bisa kita rundingkan baik-baik!"
"Sebelum sahabat Seebun mengabulkan, untuk selamanya kami tidak akan bangun!"
kata Lung Goan Po.
Seebun Jit adalah tokoh yang sudah banyak makan asam garam. Dia bisa melihat apa
yang terkandung di dalam hati seseorang hanya dari mimik wajahnya. Dia tahu ketiga
orang ini ada sesuatu dan ingin memohon bantuannya, tetapi dia justru tidak habis
pikir apa masalahnya"
"Terserah, katakan saja apa permohonan kalian itu!"
115 Wajah ketiga orang itu langsung beseri-seri mendengar jawaban Seebun Jit.
"Sekarang Anda tinggal di Gin Hua kok ini, tentunya Anda mempunyai hubungan
yang baik dengan I losian sing. Kami bertiga ingin bertemu dengannya, harap Anda
sudi mengantar kami kepada orang tua itu!" kata Lung Goan Po kembali.
Tadinya Seebun Jit mengira ada urusan sebesar apa sehingga mereka perlu meminta
bantuannya, ternyata mereka hanya ingin bertemu dengan si raja iblis I Ki Hu. Hampir
saja dia tertawa geli.
"Kedatangan kalian sungguh tidak tepat. I Kokcu sedang keluar, tidak ada di dalam
lembah!" Tidak disangka-sangka wajah ketiga orang itu semakin bersseri-seri.
"Benar?"
"Tentu. Buat apa aku rnendustai kalian?"
"Dalam perjalanan menuju tempat ini, secara kebetulan kami bertemu dengan Leng
Coa sian sing, dia mengatakan hahwa I kokcu menolong seorang laki-laki dan
perempuan, apakah yang dikatakannya benar?"
"Tidak ..." Hampir saja Seebun Jit kelepasan bicara. Tetapi baru mengucap sepatah
kata 'tidak', dia teringat sesuatu hal. Rupanya ketiga orang ini takut berselisihan
dengan I Ki Hu, karena itu mereka menggunakan akal licik untuk memancingnya.
Mendengar I Ki Hu tidak ada di lembah, wajah mereka semakin berseri-seri. Lain
secara tiba-tiba mereka menanyakan tentang Lie Cun Ju dan Tao Ling. Di balik semua
itu pasti ada apa-apanya.
"Tidak tahu menahu mengenai urusan ini!" Seebun Jit memang manusia yang cerdas,
meskipun dalam sedetik, dia mengalihkan jawabannya, namun tidak terlihat sedikit
pun bahwa dia sedang berdusta.
Lung Goan Po menarik nafas panjang.
"Sahabat Seebun benar-benar tidak bersedia berterus terang kepada kami?"
"Aku tinggal di Gin Hua kok, ada kejadian apa pun di sini, aku pasti tahu. Tapi aku
memang tidak mengenal laki-laki dan perempuan yang ditolong kokcu."
"Mungkinkah Leng Coa sian sing mendustai kami" Aih! Sudahlah!" gumam Lung
Goan Po. Tiba-tiba ketiga orang itu melonjak bangun. Seebun Jit langsung menggetarkan
pergelangan tangannya. Sepasang cambuk di tangannya mengeluarkan cahaya yang
berkilauan. Diam-diam dia bersiap siaga terhadap segala kemungkinan. Tetapi tibatiba
dia melihat wajah Lung Goan Po berubah pucat pasi. Sepasang lengannya
gemetar! 116 "Toako! Kita toh masih bisa menemukan mereka!" teriak kedua saudara Lung Goan
Po. "Dunia begini luas. Kemana kita harus mencari mereka" Batas waktunya sudah sampai
pula, untuk apa kita bercapai diri lagi?" ucap Lung Goan Po sambil menarik napas
panjang. Sembari berbicara, sepasang lengannya terus menggigil. Kemudian terdengar suara
Krek! Krek! dua kali. Di kening laki-laki bertubuh gemuk pendek itu, tampak keringat
dingin bercucuran. Seebun Jit adalah seorang tokoh bu lim yang banyak pengalaman.
Melihat keadaan ini, dia tahu bahwa Lung Goan Po telah memutuskan seluruh urat
nadi di kedua lengannya dengan paksa.
Hati Seebun Jit semakin curiga. Dari kata-kata Lung Goan Po barusan, dia bisa
menduga bahwa ketiga iblis itu mendapat perintah dari seseorang untuk menemukan
Lie Cun Ju dan Tao Ling. Bahkan diberikan batas waktu. Seandainya sampai batas
waktunya mereka masih belum menemukan kedua orang itu, mereka harus
memutuskan urat-urat di kedua lengan mereka sendiri!
Orang yang berani bermusuhan dengan tiga iblis dari keluarga Lung, di dalam dunia
kang ouw boleh dibilang dapat terhitung dengan jari tangan. Seebun Jit sendiri juga
mempunyai nama yang cukup terkenal di dunia kang ouw, tetapi dia pun tidak berani
sembarangan mencari masalah dengan ketiga iblis ini. Kecuali Gin leng hiat ciang I Ki
Hu atau tokoh yang sebanding dengannya, Seebun Jit benar-benar tidak habis pikir
siapa yang berani mendesak ketiga iblis dari keluarga Lung itu"
Seebun Jit merenung sejenak.
"Sahabat Lung, tunggu sebentar. Seandainya tidak berhasil menemukan seorang lakilaki
dan perempuan itu, mengapa Anda sampai harus memutuskan seluruh urat di
kedua lenganmu sendiri?" tanya kakek itu.
"Sahabat Seebun toh tidak tahu dimana kedua orang itu berada, untuk apa bertanya"
Kami memberitahukan pun tidak ada gunanya." Sembari berkata, dia menolehkan
kepala kepada kedua saudaranya. Setelah itu berkata lagi. "Kalian berdua masih tidak
cepat turun tangan! Apalagi yang kalian tunggu" Meskipun kehilangan dua buah
lengan, paling tidak masih ada selembar nyawa!" kata orang yang gemuk pendek
sambil menahan sakit yang dideritanya.
Seandainya Seebun Jit seorang tokoh dari golongan lurus, tentu dia akan mendesak
siapa orangnya yang memaksa mereka dan untuk apa mereka ingin menemukan Lie
Cun Ju dan Tao Ling. Dia juga akan mencegah perbuatan mereka bertiga yang
memutuskan urat nadi lengan sendiri. Tetapi pada dasarnya dia memang seorang tokoh
dari golongan hitam. Dia sadar seorang diri melawan mereka bertiga, lebih banyak
ruginya daripada untungnya. Lebih baik menunggu mereka memutuskan dulu urat
nadi lengan masing-masing, dia baru tentukan langkah selanjutnya. Karena itu, dia
tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata kedua adik Lung Goan Po juga
mengikuti tindakan toako mereka memutuskan urat nadi di lengan masing-masing.
117 Tubuh mereka gemetar dengan hebat. Keringat dingin membasahi kening. Seebun Jit
menunggu sampai pekerjaan mereka sudah selesai, baru tersenyum simpul.
"Entah siapa nama laki-laki dan perempuan yang kalian cari itu" Apabila kalian bisa
menyebutkan namanya, mungkin aku bisa membantu!"
Wajah ketiga iblis dari keluarga Lung langsung berubah hebat.
"Rupanya kau memang tahu, mengapa kau tidak mengatakannya dari tadi?" teriak
Lung Goan Po. "Toako, jangan bersikap kasar! Sahabat Seebun, orang yang ingin kami cari bernama
Tao Ling dan Lie Cun Ju!" Lung Ping menjawab sambil mengerlingkan matanya pada
toakonya. Seebun Jit melihat kening ketiga orang itu dibasahi oleh keringat dingin. Sepasang
lengan mereka menjuntai ke bawah, belum lagi wajah mereka yang pucat pasi. Dapat
dipastikan bahwa urat nadi di lengan ketiga orang itu sudah putus. Diam-diam hatinya
merasa senang. Seebun Jit menggetarkan cambuknya dan tertawa terbahak-bahak,
"Rupanya mereka yang kalian cari! Mengapa kalian tidak katakan dari tadi?"
"Rupanya Anda tahu dimana mereka sekarang berada?" tanya Lung Goan Po.
"Tentu saja tahu. Kalian tadi mengatakan kokcu menolong seorang laki-laki dan
perempuan. Kedua orang itu bukan ditolong oleh kokcu, mereka bahkan datang
sendiri." "Dimana mereka sekarang?" tanya Lung Ping gugup.
Tentu Seebun Jit tidak mungkin mengatakan jejak Lie Cun Ju dan Tao Ling kepada
ketiga iblis dari keluarga Lung itu. Karena dia tahu mereka terdiri dari orang-orang
yang keji dan selalu turun tangan dengan telengas. Tentu mereka mengandung niat
kurang baik. Sekarang Seebun Jit melihat ketiga iblis itu karena sesuatu hal memutuskan urat nadi
tangannya sendiri. Dengan kekuatannya sendiri, kakek itu juga sanggup mengalahkan
mereka dalam beberapa jurus saja. Karena itu dia tidak merasa takut sedikit pun.
"Tao kouwnio pergi mengikuti kokcu. Sedangkan Lie Cun Ju masih ada di dalam
lembah!" sahutnya tenang.
"Mengapa kau tidak mengatakannya sejak tadi?" Ketiga iblis itu bertanya sambil
melangkahkan kakinya maju.
"Mengatakannya sejak tadi" Siapa yang tahu apa yang terkandung dalam hati kalian?"
jawab kakek itu dengan nada mempermainkan.
"Baik. Kami akan mengadu jiwa denganmu!" ujar Lung Goan Po dengan nada marah.
118 Lung Goan Po yang pertama-tama bergerak. Tubuhnya membungkuk sedikit, dengan
nekat dia menyerudukkan kepalanya ke arah Seebun Jit. Tenaganya begitu kuat
sehingga mengejutkan!
Seebun Jit malah tertawa terbahak-bahak.
"Manusia tanpa lengan! Masih berani sesumbar" Apakah setelah mati ingin menjadi
setan gentayangan?"
Tubuh kakek Jit berkelebat, pecut di tangannya langsung melayang ke depan. Cahaya
perak berkilauan. Dalam sekejap timbul bayangan cambuk yang tidak terhitung
jumlahnya. Pecutan Seebun Jit itu juga terhitung keji sekali. Walaupun tidak sampai mematikan,
tetapi apabila Lung Goan Po sernpat tersambar pecutannya, paling tidak sebelah
wajahnya langsung menjadi tidak karuan karena seluruh kulitnya terkelupas.
Lung Goan Po menggeserkan kepalanya sedikit, kedua lengannya masih menjuntai ke
bawah. Tetapi sepasang cambuk di tangan Seebun Jit seperti seekor naga sakti. Cahaya
terang memercik. Tampaknya sekejap lagi, Lung Goan Po pasti akan terkena sambaran
pecut itu. Tetapi tiba-tiba, sepasang lengan Lung Goan Po yang tadinya menjuntai ke bawah
langsung mengangkat ke atas. Tangan kirinya membentuk cakar mencengkeram ke
arah cambuk Seebun Jit yang sedang menyambar ke arahnya. Dalam waktu yang
bersamaan, tangan kanannya juga menjulur ke depan mengirimkan sebuah pukulan ke
dada Seebun Jit.
Gerakan kedua tangan ini benar-benar di luar dugaan Seebun Jit. Hatinya terkesiap
bukan kepalang. Karena tadi dia melihat dengan kepala sendiri keringat dingin
menetes membasahi kening Lung Goan Po. Tangan mereka juga menimbulkan suara
berderak-derak seperti tulang yang remuk, belum lagi tubuh mereka yang gemetar dan
wajah mereka yang pucat pasi!
Ternyata, sepintar-pintarnya Seebun Jit, dia masih bisa dikelabui oleh Lung Goan Po.
Sebetulnya Seebun Jit bukan tokoh sembarangan, tetapi kali ini dia benar-benar
bertemu dengan lawan yang seimbang. Ternyata nama besar ketiga iblis dari keluarga
Lung bukan nama kosong. Kelicikan mereka tidak terduga oleh Seebun Jit.
Sementara Seebun Jit memang terkesiap bukan kepalang, namun di sisi lainnya untung
dia mempunyai kekuatan tenaga dalam yang dilatih selama puluhan tahun. Dengan
panik pergelangan tangannya ditekan ke bawah. Yang digenggam olehnya masih
sepasang cambuk bercabang lima. Begitu dihentikan, cambuk itu melontar ke atas.
Ternyata dalam keadaan yang demikian terdesak, dia bisa menghindarkan serangan
Lung Goan Po. Tetapi biar bagaimana, penghindaran Seebun Jit itu boleh dikatakan dipaksakan sekali.
Sedangkan dalam waktu yang bersamaan, Lung Sen dan Lung Ping berdua juga
menerjang ke arahnya dari kiri kanan. Mereka menjulurkan lengan masing-masing dan
119 mencengkeram ke depan. Ternyata mereka berdua juga berpura-pura, sama halnya
dengan toako mereka. Sedangkan lengan mereka tidak cacat sedikit pun.
Pada dasarnya kepandaian Lung Sen dan Lung Ping memang tidak sembarangan.
Apalagi Seebun Jit menghindarkan diri dengan terpaksa sekali. Empat buah lengan
dari kedua orang itu meluncur dalam waktu yang bersamaan.
Plak! Plak! Plak! Plak! Empat kali pukulan sekaligus tepat mendarat di bagian kiri
kanan punggung Seebun Jit.
Ilmu silat Seebun Jit sendiri memang tinggi sekali. Begitu saling menggebrak dengan
lawannya, meskipun seorang diri melawan tiga musuh, tetap saja dia bisa
mempertahankan ketenangannya. Hawa murni dalam tubuhnya memang sudah
dihimpun sejak tadi. Dengan demikian seluruh tubuhnya seperti terlindung hawa
murninya. Tiga lblis dari Keluarga Lung, masing-masing anggotanya mempunyai kekuatan
tenaga dalam yang sudah dilatih selama puluhan tahun. Begitu Seebun Jit terhantam
empat buah pukulan dari Lung Sen dan Lung Ping, dirasakan bagian kanan kiri
pinggangnya bagai ditimpa besi seberat ratusan kati. Telinganya sampai berdengung,
matanya berkunang-kunang, tubuhnya bergetar, dan hampir saja tidak dapat
mepertahankan keteguhan kakinya sehingga nyaris terjatuh!
Dalam keadaan panik, Seebun Jit merasa pinggangnya nyeri bukan main. Nadi di
pergelangan tangannya juga sempat tersampok kekuatan dari cengkeraman Lung Goan
Po. Sebelah tubuhnya terasa bagai kesemutan.
Di dalam hati ia baru sadar bahwa tiga iblis dari keluarga Lung sudah mempersiapkan
akal licik sebelum datang ke tempat itu. Kata-kata mereka yang menyatakan ingin
meminta bantuannya hanya omong kosong belaka. Tujuan mereka hanya ingin
mengetahui apakah I Ki Hu ada di dalam lembah Gin hua kok. Dan apakah Tao ling
dan Lie Cun Ju benar di sana atau tidak. Dirinya sendiri sudah malang melintang di
dunia kang ouw selama puluhan tahun. Pengalamannya sudah banyak,
pengetahuannya luas pula, tetapi dia masih sempat terkecoh oleh Tiga Iblis dari
Keluarga Lung itu.
Seebun Jit merasa benci sekali mengingat dirinya yang dibodohi mereka. Diam-diam
dia bertekad untuk menebus kekalahannya itu. Namun dia juga sadar bukan hal yang
mudah baginya. Dia berusaha membesarkan hatinya. Tetapi rasa sakit di pinggangnya
hampir tidak tertahankan. Kelima jari tangannya merenggang, cambuk di tangannya
pun terlepas. Matanya dipejamkan dalam keadaan tubuhnya terhuyung mundur
beberapa tindak.
Di sudut sebelah sana, Lung Sen dan Lung Ping mengeluarkan suara tawa yang aneh.
Mereka lalu menerjang kembali dengan mengirimkan tendangan ke bagian dada
Seebun Jit. Sebelum tendangan mereka mengenai lawannya, terdengar Lung Goan Po berteriak
dengan keras. 120 "Orang ini sudah lama berkecimpung di dunia kang ouw, kalian harus hati-hati!"
Lung Goan Po menyadari bahwa Hantu Tanpa Bayangan Seebun Jit ini bukan lawan
yang mudah dihadapi sehingga dia mengingatkan kedua saudaranya, namun sudah
terlambat. Belum lagi tendangan keduanya berhasil mengenai sasarannya, tiba-tiba
Seebun Jit sudah melangkah ke depan. Dengan mata mendelik, mulutnya
mengeluarkan suara bentakan kemudian tubuhnya melesat ke atas. Dalam waktu yang
bersamaan, tangan kirinya mengibas. Tampak segurat cahaya seperti pelangi melintas,
mengedari kaki Lung Sen dan Lung Ping yang sedang mengirimkan tendangan
kepadanya. Darah segar memercik, sementara Seebun Jit tertawa terbahak-bahak. Dia
menahan rasa sakit karena luka dalamnya, kemudian menyurut mundur setengah
langkah.
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Buk! Buk! Tiba-tiba Lung Sen dan Lung Ping jatuh terbanting di atas tanah. Untung
saja ilmu kepandaian kedua orang ini memang cukup tinggi. Ketika melihat kelebatan
cahaya golok, tiba-tiba saja hati mereka merasa ada firasat buruk. Mereka
memaksakan gerakan kaki yang sudah melayang keluar itu agar dapat ditarik mundur.
Namun, Seebun Jit justru terkenal di dunia kang ouw karena sebilah golok dan
sepasang cambuknya yang aneh. Panjang goloknya kira-kira empat ciok. Tipisnya
seperti selembar kertas. Tetapi tajamnya jangan ditanyakan lagi. Dibuat dari baja
pilihan yang sulit didapatkan. Bila sedang tidak digunakan, golok itu dapat digulung
seperti sabuk pinggang. Bisa disembunyikan di balik pakaian tanpa terlihat oleh
lawan. Bila dicabut keluar pun tidak tampak oleh mata lawan, tahu-tahu sudah
tergenggam dalam telapak tangan. Jurus yang digunakannya tadi diberi nama Lihat
Golok Lihat Darah. Karena itu kaki kiri Lung Sen dan Lung Ping langsung terkerat
sebatas betis dan langsung jatuh tanpa dapat mempertahankan diri lagi.
Dalam keadaan terluka parah, Seebun Jit masih sanggup melawan tiga musuh
sekaligus, bahkan melukai dua di antaranya. Ilmu kepandaiannya benar-benar tidak
dapat dipandang ringan. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping hanya terluka di bagian
luar, tetapi lukanya justru di kaki yang merupakan anggota penting dari tubuh. Mereka
segera menutup jalan darahnya untuk menghentikan pendarahan. Untuk sementara
mereka tidak bisa berhadapan dengan musuh.
Seebun Jit memaksakan diri menghimpun hawa murni dalam tubuhnya. Lung Goan Po
menghambur ke depan melihat keadaan dua saudaranya. Mengambil kesempatan itu
Seebun Jit segera mengayunkan goloknya ke bagian punggung Lung Goan Po.
Gerakan golok menimbulkan cahaya seperti pelangi. Kecepatannya sungguh
mengejutkan. Lung Goan Po menyambar kedua saudaranya kemudian mencelat ke
depan sejauh beberapa depa.
Ayunan golok Seebun Jit memang bertujuan membuat Lung Goan Po menghindarkan
diri untuk sementara. Dia bukan menyerang dengan sungguh-sungguh. Melihat Lung
Goan Po mencelat ke depan, dia juga menggeser kakinya dan memungut kembali
sepasang cambuknya yang terlepas dari tangannya tadi.
Tampak tangan kirinya menggenggam goloknya yang berbentuk aneh, sedangkan
tangan kanannya memegang cambuk bercabang lima. Seebun Jit berdiri dengan tegak,
penampilannya angker. la mendongakkan wajahnya dan mengeluarkan suara siulan
121 panjang. Kalau diperhatikan tidak seperti orang yang sudah terluka parah. Padahal
kenyataannya justru dalam keadaan terluka parah.
Semestinya, orang yang sudah terluka seperti Seebun Jit sekarang ini, tidak boleh
menggunakan tenaga dalamnya untuk tertawa terbahak-bahak. Karena akan
menyebabkan lukanya semakin parah. Namun Seebun Jit menyadari keadaan di depan
matanya saat ini. Sekarang tinggal Lung Goan Po yang masih bisa bertarung
dengannya. Apabila otaknya cerdas, dia bisa mendesak. Seebun Jit terpaksa mundur
terus dan mendekati Lung Sen serta Lung Ping. Meskipun keduanya terluka dan
terkulai di atas tanah, sepasang tangan mereka masih dapat digerakkan. Tidak sampai
dua puluh jurus, Seebun Jit pasti berhasil dikalahkan. Yang jelas tubuhnya sendiri
sudah terluka parah. Saat ini seandainya dia berpura-pura tidak terluka, bahkan
berlagak mencoba menantang ketiga orang itu, mungkin mereka malah menjadi ragu
atau mungkin mereka malah mengundurkan diri untuk sementara!
Kedatangan ke Tiga Iblis dari Keluarga Lung ini mempunyai tujuan tertentu. Dan
mereka tidak mungkin menyelesaikan masalahnya begitu saja. Tetapi asal bisa
mendapat kesempatan untuk mengatur nafas dan menjaga pintu batu agar mereka tidak
menerobos masuk ke dalam, sudah lebih dari cukup. Karena itu, Seebun Jit tidak
memperdulikan keadaannya yang terluka parah dan sengaja mengeluarkan suara siulan
panjang kemudian tertawa terbahak-bahak.
Setelah tertawa beberapa saat, dia mengayunkan golok di tangannya. "Lung Lo toa,
nyalimu sudah ciut?" ujarnya dengan suara keras.
Sesaat ketiga iblis dari keluarga Lung benar-benar terkecoh oleh sikap Seebun Jit.
Mereka saling pandang sekilas, kemudian Lung Goan Po memapah kedua saudaranya
dan mengeluarkan suara tertawa dingin. "Hen! Jangan senang dulu, Seebun Jit! Hari
ini tidak berhasil, besok kami pasti datang kembali! Tunggu saja!"
Sekali lagi Seebun Jit tertawa terbahak-bahak.
"Biar kapan pun kalian datang, asal aku . . ." Seebun Jit mengerutkan kening sedikit
saja, "Anggaplah aku bantu"
"Kata-kata yang bagus!" Sembari memapah kedua orang saudaranya di kiri dan kanan,
Lung Goan Po mendelik kepada Seebun Jit. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping
berjalan dengan sebelah kaki, gerakan tubuh mereka tetap gesit. Dalam sekejap mata,
mereka sudah keluar dari lembah Gin Hua kok.
Seebun Jit sadar kepergian mereka kali ini demi menyembuhkan luka Lung Sen dan
Lung Ping. Setelah keduanya sembuh, mereka pasti kembali lagi. Diam-diam Seebun Jit menarik
Misteri Bayangan Setan 13 Kisah Si Bangau Putih Bu Kek Sian Su 14 Karya Kho Ping Hoo Rahasia 180 Patung Mas 7
Leng Coa Sian Sing tampaknya terkejut setengah mati. Untuk sesaat dia sampai
berdiam diri. "Tiga Iblis dari Keluarga Lung" Tiga Iblis dari Keiuarga Lung?" Nada suaranya
mengandung kegentaran yang tidak terkirakan.
"Tidak salah. Tiga Iblis dari Keluarga Lung. Secara diam-diam mereka telah
menyusup ke wilayah barat ini. Karena orang yang kau tolong itu sudah memergoki
mereka. Maka dari itu, biar bagaimana pun mereka ingin membunuh orang itu. Coba
kau pikirkan baik-baik, apakah kau sendirian sanggup menghadapi mereka?"
Sekali lagi Leng Coa Sian Sing terdiam. Tao Ling yang ikut mendengarkan sampai
mengernyitkan keningnya.
"Tiga iblis dari keluarga Lung yang disebut gadis itu pasti ketiga orang bertopeng
yang mencelakai aku dan Lie toako itu. Selama ini aku sering mendengar cerita
tentang tokoh-tokoh di dunia kang ouw dari ayah dan ibu. Mengapa belum pernah
mendengar mereka menyebut nama Tiga Iblis Keluarga Lung dari gunung Liang San
di Kui Cou?" gumam Tao Ling dalam hati.
82 "I kouwnio, orang yang kau katakan itu laki-laki atau perempuan?" tanya Leng Coa
Sian Sing. "Leng Coa Sian Sing, apakah kedua orang itu benar-benar tertolong olehmu" Kalau
memang benar, aku menginginkan kedua-duanya. Entah Leng Coa Sian Sing bersedia
memandang muka ayah dan menyerahkannya kepadaku?"
Hati Tao Ling panik sekali mendengar permintaan gadis itu. Dia sadar meskipun
wajah Leng Coa Sian Sing selalu dingin dan tidak enak dilihat, tapi bagaimana pun dia
merupakan tuan penolong bagi Lie Cun Ju. Saat ini pemuda itu masih terbaring di atas
balai-balai, wajahnya pucat pasi, namun setidaknya masih hidup. Sedangkan gadis itu
memang cantik jelita bagai bidadari, tapi hatinya kejam, dan turun tangannya keji.
Seandainya terjatuh ke tangan gadis itu, tentu akibatnya mengerikan. Karena itu, dia
berharap Leng Coa Sian Sing menolak permintaannya.
Leng Coa sian sing merenung sekian lama. Kemudian baru terdengar suaranya
kembali. "I kouwnio, ada sesuatu yang ingin kutanyakan," tanya orang tua itu.
"Mengapa Leng Coa Sian Sing demikian sungkan" Ada apa silakan katakan saja."
"Kedua orang itu, baik yang iaki-laki maupun yang perempuan tidak memiliki ilmu
yang seberapa hebat. Boleh dibilang bocah masih ingusan dalam ilmu silat. Tapi
mengapa tiga iblis dan Nona I sendiri demikian memandang tinggi mereka dan
mengejarnya sampai kemana pun?" ujar Leng Coa Sian Sing.
Gadis itu berdiam diri beberapa saat.
"Tiga iblis dari keluarga Lung mengejar mereka karena jejak mereka datang ke
wilayah barat secara tiba-tiba dipergoki oleh kedua orang itu. Mengenai aku sendiri,
Leng Coa sian sing, bisakah kau mengurangi rasa ingin tahumu?"
"I kouwnio, apakah kau kira bisa menggertak aku?" sahut orang tua itu.
Pembicaraan kedua orang itu terdengarnya sungkan sekali. Tetapi dari nadanya siapa
pun dapat mengetahui bahwa mereka sedang saling berkutet, dan siapa pun tidak ada
yang sudi mengalah.
Lagi-lagi gadis itu tertawa cekikikan. Suara tawa itu demikian merdu, tetapi di
dalamnya terselip pengaruh yang kuat dan membuat orang bergidik.
"Leng Coa sian sing, dengan kekuatanku seorang diri, tentu saja aku tidak berani
menekanmu. Tetapi siok siok (paman) ku masih ada di luar. Dia sedang menunggu
jawaban dariku . . ."
Tao Ling yang mendengarkan pembicaraan mereka dari ruang satunya langsung
menyadari, bahwa orang yang dipanggil siok-siok oleh gadis itu pasti si orang tua
bertubuh kurus yang ikut menyuapinya di dalam kereta tempo hari.
83 Entah apa yang dikatakan Leng Coa Sian Sing. Tao Ling berusaha mendengarkan
dengan seksama. Tetapi keadaan di ruang satunya bahkan sunyi senyap. Sampai
beberapa saat baru terdengar Leng Coa Sian Sing berbicara. Namun suaranya begitu
lirih sehingga Tao Ling tidak berhasil men-dengarkannya.
"Kalau begitu, sekarang aku mohon diri!" sahut gadis itu.
Tao Ling memang tidak tahu apa yang dibicarakan Leng Coa Sian Sing kepada gadis
itu, tetapi mendengar gadis itu berpamitan, setidaknya perasaan Tao Ling menjadi
lega. "Maaf tidak mengantar . . . sampaikan salam kepada ayah dan pamanmu!" ucap Leng
Coa Sian Sing. Suara pintu terbuka disusul dengan suara ringkikan kuda lalu derap langkahnya yang
menjauh. Pasti gadis cantik itu datang dengan keretanya yang mewah dan sekarang
sudah pergi lagi.
Tidak lama kemudian, Leng Coa Sian Sing masuk lagi ke dalam rumah. Dia menatap
Tao Ling beberapa saat. Pandangan matanya agak aneh. Tetapi Tao Ling tidak bisa
menerka apa maksud hatinya. Orang tua itu mengulurkan tangan dan menepuk kedua
jalan darahnya yang tertotok.
Sekarang Tao Ling bisa bergerak juga bisa berbicara. Dia segera bertanya kepada
Leng Coa sian sing, "Locianpwe, apakah I kouwnio itu sudah pergi" Siapa dia
sebetulnya?"
"Tidak lama lagi kau pasti tahu sendiri, buat apa bertanya?" ujar Leng Coa Sian Sing
sambil tersenyum aneh.
Tao Ling tidak tahu apa yang terkandung dalam hati kakek itu. Terpaksa dia
menghentikan pertanyaannya.
Leng Coa Sian Sing mengulurkan tangannya mengambil salah sebuah botol dari
ratusan botol yang berjajar di rak dinding. Dituangkannya tiga butir pil kemudian
berkata, "Minumlah tiga butir pil ini! Dalam waktu satu kentungan kecuali
mengedarkan hawa murni dalam tubuh, tidak boleh sembarangan bergerak. Besok bila
melihat ada bercak-bercak merah di telapak tanganmu, kau baru temui aku lagi!"
Tao Ling melihat orang tua itu sudah melupakan urusan pertarungan mereka tadi.
Hatinya malah jadi tidak enak.
"Locianpwe, maafkan kesalahan boanpwe tadi!" ucap Tao Ling
"Tidak perlu banyak bicara!" tukas orang tua itu.
"Locianpwe, entah bagaimana keadaan Lie toako" Apakah membahayakan jiwanya?"
tanya Tao Ling sambil matanya melirik Lie Cun Ju.
84 Leng Coa Sian Sing tersenyum. Senyumannya kali ini juga terasa tidak wajar. Sekali
lagi Tao Ling tertegun. Entah apa yang dirahasiakan orang tua ini" Setelah tersenyum,
Leng Coa Sian Sing berkata dengan perlahan, "Di saat kau mendesak racunmu ke
telapak tangan, mungkin dia sudah dapat berbicara."
Tao Ling melihat keseriusannya. Rasanya orang tua itu tidak mungkin berdusta.
Perasaan Tao Ling jadi lega. Dia segera menepi ke sudut ruangan dan bersila sambil
memejamkan mata.
Sejak meneguk cairan buah Te hiat ko, aliran darah Tao Ling beredar dengan lancar.
Hawa murni dalam tubuhnya bahkan seperti meluap-luap. Tidak berapa lama
kemudian, dia memusatkan seluruh konsentrasinya untuk mendesak racun di dalam
tubuhnya ke bagian telapak tangan. Meskipun demikian, suara di sekelilingnya masih
bisa terdengar dengan jelas.
Entah berapa lama dia duduk bersila, tiba-tiba telinganya mendengar suara Leng Coa
Sian Sing. "Racun ular itu sudah terdesak ke bagian telapak tanganmu. Kau sudah
boleh bangun sekarang!"
"Masa begitu cepat sudah satu kentungan?" tanya Tao Ling bingung.
Tao Ling membuka mata dan menolehkan kepalanya. Tampak Lie Cun Ju sudah
duduk bersandar. Wajahnya tampak masih pucat, tetapi dia sudah bisa tersenyum.
"Lie toako, apakah kau sudah sembuh?" Tao Ling bertanya dengan gembira.
"Boleh dibilang aku sudah sampai di depan pintu neraka, tetapi ditarik kembali," sahut
Lie Cun Ju. Tao Ling masih ingin berbicara dengan Lie Cun Ju, tetapi dicegah oleh Leng Coa Sian
Sing. Tao Ling menolehkan kepalanya. Tampak tangan orang tua itu menggenggam
sebatang jarum sepanjang tiga inci, sinarnya berkilauan.
"Rentangkan telapak tanganmu, aku akan mengeluarkan cairan racun di dalamnya!"
Tao Ling mengulurkan telapak tangannya. Hatinya terkejut tidak kepalang. Tampak
telapak tangannya penuh dengan bercak-bercak merah berbentuk bunga bwe. Begitu
indahnya sehingga tampak seperti lukisan. Tetapi kalau dipandang lama-lama agak
mengerikan seakan mengandung sesuatu kegaiban yang sesat. Baik telapak tangan kiri
maupun kanan, kedua-duanya dipenuhi bercak yang sama.
Tao Ling sudah melihat kehebatan Leng Coa Sian Sing menyembuhkan Lie Cun Ju.
Hatinya semakin yakin dengan keahlian orang tua itu. Kedua telapak tangannya
diulurkan ke depan dan diletakkan di atas meja. Leng Coa Sian Sing segera menusuk
bagian tengah gambar bunga Tho yang ada di telapak tangan gadis itu dengan
jarumnya. Kemudian dengan menggunakan jari tangannya dia menekan pinggiran
bercak bunga Tho itu. Jarum emas yang digunakan Leng Coa Sian Sing cukup besar.
Tao Ling yakin, asal sekitar tempat yang ditusuk tadi ditekan kuat-kuat, racun ular tadi
pasti akan menyembur keluar.
85 Tetapi setelah menekan heberapa kali, tampak wajah Leng Coa Sian Sing
menunjukkan perubahan. Warna bercak bunga Tho di telapak tangan Tao Ling masih
berwarna merah segar, tidak memudar sedikit pun.
"Aneh sekali!" Dia mencabut jarum tadi. Dan ditusukkannya kembali ke bercak bunga
Tho yang kedua. Di setiap telapak tangan Tao Ling memang ada bercak lima kuntum
bunga Tho. Tetapi sampai semuanya ditusuk dan ditekan oleh Leng Coa Sian Sing,
bercak itu tetap saja tidak ada setitik pun racun ular yang keluar.
"Locianpwe, apakah racunnya tidak dapat dikeluarkan?" tanya Tao Ling penasaran.
Leng Coa Sian Sing tidak langsung menjawab. Dia mengulurkan tangannya untuk
meraba denyut nadi di pergelangan tangan Tao Ling. Kemudian dia menyimpan
kembali jarum emasnya. "Racun-nya tidak dapat dikeluarkan lagi!" ucapnya.
"Tapi, a . . . ku tidak apa-apa?" ucap Tao Ling tertegun.
"Kau tidak akan apa-apa!" sahut Leng Coa Sian Sing.
Tadinya Tao Ling mengira Leng Coa Sian Sing hanya membesar-besarkan hatinya.
"Locianpwe, katakan terus terang!"
"Aku sudah mengatakan yang sebenarnya!" Berkata sampai di sini, dia menjadi
bimbang sesaat. Kemudian dia baru melanjutkan kembali kata-katanya. "Lain kali
apabila kau bergebrak dengan seseorang, harap jangan menggunakan kekerasan.
Terlebih-lebih terhadap saudara kandungmu atau saudara seperguruanmu sendiri,
jangan sekali-kali mengadu pukulan!"
"Locianpwe, apa maksud kata-katamu barusan?" tanya Tao Ling. Hatinya bingung
setelah mendengar nasehat dari Leng Coa Sian Sing.
"Pokoknya kau turuti saja perkataanku tadi. Tidak usah banyak tanya!" ucap Leng Coa
Sian Sing. Tao Ling tahu, percuma dia bertanya terus, karena itu dia tidak berkata apa-apa lagi.
Enam hari telah berlalu. Luka dalam yang diderita Lie Cun Ju sudah mulai sembuh.
Dia sudah bisa bergerak dan berjalan. Pada hari ketujuh, Tao Ling sedang berbincangbincang
dengan pemuda itu di ruangan dalam. Tiba-tiba mereka mendengar suara
seorang gadis. "Leng Coa Sian Sing, aku datang untuk memenuhi perjanjian!"
Begitu mendengar suara itu, Tao Ling segera mengenalinya bahwa itu suara si gadis
berpakaian putih. Hatinya terkejut sekali. Dari celah pintu dia mengintip keluar. Dia
melihat gadis itu sudah masuk ke dalam pondok.
"Ternyata kedatangan I kouwnio tepat waktu sekali!" sambut Leng Coa Sian Sing.
86 Lie Cun Ju yang duduk di samping Tao Ling segera melihat perubahan hebat pada
wajah gadis itu.
"Tao kouwnio, siapa yang datang?" tanyanya lirih.
Dengan tergesa-gesa dan nada berbisik Tao Ling segera menceritakan pengalamannya
ketika ditolong gadis itu. Tiba-tiba wajah Lie Cun Ju juga jadi pucat pasi.
"Dia bermarga I?" tanya Lie Cun Ju.
Tao Ling tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana dengan luka kedua orang itu?" tanya gadis itu lagi.
"Sudah sembuh. I kouwnio adalah orang yang aku percayai. Apakah benda yang sudah
dijanjikan itu dibawa" Kalau tidak, aku tidak akan menyerahkan kedua orang itu
kepada kouwnio!" sahut Leng Coa Sian Sing.
Mendengar sampai di sini, hati Tao Ling semakin terkesiap. Tidak heran Leng Coa
Sian Sing mengobati mereka dengan hati-hati, ternyata dia menginginkan suatu benda
dari Si Gadis Cantik itu.
Benar-benar hati manusia sulit diraba! Tao Ling segera menoleh kepada Lie Cun Ju.
Pemuda itu memberikan isyarat dengan tangannya sambil berkata, "Tao kouwnio, kita
tidak boleh terjatuh ke tangan orang she I itu!"
Dalam keadaan gugup Tao Ling mengintip lagi dari celah pintu. Tampak gadis itu
mengeluarkan sebuah lencana berbentuk persegi dan panjangnya satu cun. Warnanya
keperakan berkilauan. Tidak terlihat jelas tulisan apa yang tertera di atasnya.
"Ayah bilang, penggunaan tiga kali terlalu banyak. Kau hanya boleh menggunakannya
sebanyak dua kali, kemudian langsung dikembalikan!" kata gadis itu.
Ketika melihat lencana perak itu, hati Tao Ling agak tergerak. Dia rasanya pernah
mendengar orang mengatakan sesuatu tentang lencana semacam itu. Tetapi karena
hatinya sedang panik, untuk sesaat dia tidak bisa mengingatnya kembali. Tampaknya
masih ada sedikit pembicaraan yang akan berlangsung di antara mereka. Mengapa
tidak menggunakan kesempatan ini untuk melarikan diri"
Tao Ling dan Lie Cun Ju bergegas meloncat keluar lewat jendela. Tao Ling memapah
Lie Cun Ju dan berlari ke depan. Baru berlari sejauh dua depa, dia sudah mendengar
suara gadis itu bertanya.
"Leng Coa Sian Sing, dimana kedua orang itu?"
"Eh" Tadi mereka masih ada di sini. Mungkinkah mereka sudah melarikan diri?"
jawah Leng Coa Sian Sing dengan nada terkejut.
Pada saat ini Tao Ling baru menyadari bahwa tujuh hari yang lalu, Leng Coa Sian
Sing telah menghianati mereka bahkan menukar jiwa mereka dengan sesuatu benda!
87 Karena itu, setelah si Gadis yang cantik itu pergi, dia memperlihatkan sinar mata dan
senyuman yang aneh.
Tanpa berpikir banyak lagi, Tao Ling segera menyeret tangan Lie Cun Ju dan
bersembunyi di balik sebatang pohon Liu yang besar.
"I kouwnio jangan gusar, asal mereka belum terlalu jauh, dengan seruling pemanggil
ular ini, kau tidak takut mereka bisa terbang kemana!"
Kemudian Tao Ling dan Lie Cun Ju juga mendengar suara seruling yang memekakan
telinga. Suaranya melengking dan semakin lama nadanya semakin tinggi.
Baru saja suara seruling itu berbunyi, langsung terdengar suara desiran di sana sini.
Ketika melihat ke sekitarnya, kedua orang itu langsung terkejut setengah mati.
Ternyata di sekitar mereka bermunculan ular-ular yang entah jumlahnya berapa
banyak dan berbagai jenis. Mereka bergerak keluar karena mendengar irama seruling
yang ditiup Leng Coa Sian Sing.
Tao Ling dan Lie Cun Ju sadar. Leng Coa Sian Sing tidak tahu berapa lama mereka
melarikan diri, karena itu dia menggunakan seruling untuk memerintahkan ularularnya
agar mengejar. Mereka khawatir apabila nada seruling itu bertambah tinggi,
mereka pasti sulit meloloskan diri dari tempat itu.
Dalam keadaan panik, dengan tanpa sadar mereka menolehkan kepalanya. Tampak di
tepi sungai berhenti sebuah kereta berwarna putih keperakan, sinarnya berkilauan.
Keempat ekor kuda yang menarik kereta itu sedang meringkik-ringkik dengan keras.
Hati Tao Ling tergerak. Tanpa ragu sedikit pun dia langsung menyeret tangan Lie Cun
Ju. Mereka berlari menuju kereta tersebut. Meskipun keadaan Lie Cun Ju sudah pulih,
tetapi luka yang dideritanya tempo hari terlalu parah, apalagi dia tidak mendapatkan
buah berkhasiat tinggi Te hiat ko seperti Tao Ling. Saat ini dirinya seperti orang yang
tidak mengerti ilmu silat, sebagaimana biasanya orang sehabis menderita sakit parah.
Sesampainya di samping kereta, nafasnya tersengal-sengal.
Saat itu Tao Ling juga tidak memperdulikan lagi batas antara laki-laki dan perempuan.
Dia langsung membopong tubuh pemuda itu naik ke atas kereta, dia sendiri juga loncat
ke dalam. Suara irama seruling yang ditiup Leng Coa Sian Sing semakin melengking. Terasa
angin berdesir-desir, ratusan ular berbisa menyembulkan kepalanya dan menjulurkan
lidahnya serta melata ke arah kereta.
Ada beberapa ekor yang geraknya lebih cepat. Binatang melata itu sudah sampai di
sisi kaki kuda, sehingga kuda itu ketakutan dan meringkik terus. Tao Ling segera
mengeluarkan beberapa batang senjata rahasia dan dilontarkannya ke arah ular-ular
itu. Tangannya yang sebelah sekaligus menggerakkan tali kendali. Keempat ekor kuda
itu pun melesat secepat kilat meninggalkan tepi sungai itu.
88 Saking cepatnya kereta itu, telinga Tao Ling dan Lie Cun Ju sampai mendengar suara
angin menderu-deru dari kiri kanan kereta. Mereka bagai melayang di atas angkasa
dengan mengendarai awan.
Dalam hati Tao Ling kagum sekali dengan kuda-kuda pilihan itu. Ketika dia
menolehkan kepalanya, Leng Coa ki hanya tinggal tampak setitik hijau yang kecil
saja. Dalam waktu yang sangat singkat, mereka sudah menempuh jarak tujuh-delapan
li. Masih belum terlihat ada orang yang mengejar. Tao Ling baru bisa menghembuskan
nafas lega. "Lie toako, kali ini kembali kita berhasil meloloskan diri dari kematian!" ucap Tao
Ling samhil menolehkan kepalanya ke arah Lie Cun Ju.
"Takutnya belum tentu!" sahut pemuda itu.
Di samping kereta Tao Ling menemukan pecut perak yang digunakan gadis cantik itu.
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia melontarkannya dua kali. Kereta kuda itu meluncur semakin cepat.
"Meskipun gadis she I itu mempunyai kepandaian yang tinggi sekali, tetapi belum bisa
dia mengejar kereta kuda ini," kata Tao Ling.
"Tao kouwnio, apakah kau tidak pernah mendengar orang mengungkit soal Gin leng
hiat ciang (Lencana perak telapak darah)?"
Tao Ling langsung tertegun. Hampir saja dia terjatuh dari kereta kuda.
"Betul. Tadi aku justru melihat gadis itu menyerahkan sebuah lencana berwarna
keperakan kepada Leng Coa sian sing!" serunya
"Aih! Apabila benar Gin leng hiat ciang I Ki Hu yang mencari kita, rasanya kita tidak
mungkin bisa meloloskan diri!"
Mendengar Lie Cun Ju mengungkit soal Gin leng hiat ciang, hati Tao Ling semakin
ketakutan. Tentu bukan tidak ada sebab musababnya, karena empat huruf itu, boleh
dibilang tidak ada seorang pun di dunia kang ouw yang tidak mengetahuinya. Tetapi
orang yang benar-benar berani menyebutnya, justru sedikit sekali. Bukan karena apaapa,
tapi karena takut ditimpa bencana.
Rupanya Gin leng hiat ciang I Ki Hu sudah terkenal sejak belasan tahun yang lalu.
Tetapi saat itu, dia belum berhasil melatih ilmu telapak darah. Bahkan ilmu warisan
Mo Kau pun baru dilatihnya sampai tingkat keenam.
Tadinya I Ki Hu seorang sastrawan gagal. Malah kalau tidak salah dia tidak mengerti
ilmu silat sama sekali. Namun ketika sedang berpesiar melihat-lihat keindahan
pemandangan, seorang gadis yang ternyata putri tunggal Cousu Mo Kau (Agama
sesat) saat itu secara kebetulan melihatnya dan jatuh cinta kepadanya. Gadis itu bukan
main jeleknya. Sedangkan I Ki Hu seorang pemuda yang gagah dan tampan. Tentu
saja dia tidak akan tertarik kepada gadis yang sedemikian buruk rupanya. Tetapi
sebagai seorang rakyat jelata, mana mungkin dia bisa melawan kekuatan Mo Kau yang
namanya sudah tersohor sejak ratusan tahun yang lalu"
89 Dalam keadaan terpaksa, dia pun menikah dengan putri Mo Kau itu. Tapi pada
dasarnya I Ki Hu adalah manusia yang cerdik. Sikapnya pun hati-hati. Setelah
menikah dengan gadis Mo Kau itu, tidak sekalipun dia menunjukkan sikap kurang
senangnya. Dengan keras dia melatih ilmu warisan Mo Kau yang paling hebat.
Gadis itu mengira suaminya mencintainya dengan setulus hati. Para jago Mo Kau
diperintahkan mengelilingi seluruh dunia untuk mendapatkan berbagai dedaunan atau
rerumputan yang dapat menambah kekuatan. Dia mencekoki suaminya dengan
berbagai obat-obatan berkhasiat tinggi. Dalam waktu sepuluh tahun, ilmu Mo Kau I Ki
Hu sudah mencapai tingkat keenam. Berarti lebih tinggi dari Cousu Mo Kau dan
putrinya sendiri.
Saat itu, seluruh bu lim masih belum tahu bahwa di dalam Mo Kau telah muncul
seorang jago berilmu tinggi. Sampai I Ki Hu memalingkan wajahnya dari putri iblis
itu. Dia memperhitungkan kebencian yang terpendam di dalam hatinya selama
bertahun-tahun. Dia mengungkit masalah ketika dia dipaksa menikah dengan putri Mo
Kau itu. Bahkan kata-katanya yang manis selama sepuluh tahun ini ternyata palsu
semuanya. Akhirnya terjadi pertarungan antara I Ki Hu dengan cousu Mo Kau dan
putrinya. Perlu diketahui bahwa ilmu Mo Kau mempunyai satu keistimewaan. Setiap
kali tingkatannya naik, maka tenaga dalam orang itu pun bertambah satu kali lipat.
Pada saat itu, ilmu yang dilatih cousu Mo Kau baru mencapai tingkat kelima.
Sedangkan putrinya malah baru mencapai tingkat keempat. Dalam tiga puluh jurus
saja, cousu Mo Kau sudah berhasil dibunuh oleh I Ki Hu. Sedangkan putrinya terluka
parah. Enam Tancu Mo Kau yang terdiri dari enam orang jago pengurus cabang pusat, timur,
utara, selatan, barat, serta pendopo langit (bagian hukum) ikut mengeroyok I Ki Hu.
Namun mana mungkin kepandaian mereka dapat menandingi menantu cousu Mo Kau
itu" Malah malangnya, mereka berenam mati di tangan I Ki Hu.
Ketika dia hendak turun tangan membunuh putri cousu Mo Kau, perempuan itu
berkata, "Perasaanku terhadapmu keluar dari hati yang setulusnya. Mungkin dulu aku
tidak seharusnya memaksamu menikah denganku. Setelah kita menikah, aku selalu
baik terhadapmu. Akan tetapi kau menghina aku buruk rupa. Sekarang kau malah
memalingkan kepala, aku memang kalah denganmu, tetapi sekarang aku sedang
mengandung anakmu. Bagaimana kalau kau beri aku kesempatan untuk melahirkan
dulu anak ini, kemudian baru bunuh diri?"
I Ki Hu sudah menelan segala penderitaan dan menahan kebenciannya selama sepuluh
tahun. Hatinya juga keji sekali. Dia tidak mempunyai sedikit perasaan pun terhadap
putri Mo Kau itu. Ternyata dia tidak mengabulkan permintaan putri ketua Mo Kau itu
dan bersiap turun tangan membunuhnya.
Saat itu putri ketua Mo Kau sedang hamil tujuh bulan. Begitu melihat wajah I Ki Hu
menyiratkan hawa pembunuhan, dia segera menghimpun hawa murninya dan
mendesak janinnya keluar dari rahim. Kemudian dia sendiri memotong nadi tangannya
dan mati seketika.
90 I Ki Hu melihat bayi yang terlahir itu seorang bayi perempuan. Wajahnya justru
bertolak belakang dengan ibunya. Walaupun dipaksa lahir dalam keadaan prematur,
tetapi suara tangisannya nyaring dan lantang. Pipinya berona kemerahan. Sungguh
seorang bayi yang cantik. Tadinya I Ki Hu sudah mengangkat tangannya hendak
menghantam kepala bayi itu. Tetapi melihat bayi itu begitu menarik dan lucu, timbul
juga perasaan sayangnya sebagai seorang ayah. Dia segera memutuskan tali pusat bayi
itu kemudian melepaskan mantelnya serta digunakan untuk membungkus bayi yang
masih merah itu.
Para pembaca, cerita yang dikisahkan di atas tidak ada hubungannya lagi dengan cerita
ini. Tetapi bayi yang dilahirkan secara paksa itu justru si gadis cantik berpakaian putih
yang kemudian diberi nama I Giok Hong!
Dalam waktu dua kentungan, I Ki Hu membunuh ketua Mo Kau, putri tunggalnya
serta keenam kepala cabang partai itu. Sisa murid Mo Kau yang masih cecere mana
mungkin melakukan perlawanan terhadap I Ki Hu. Dengan panik mereka berusaha
menyelamatkan diri masing-masing. Selesai memhunuh tokoh-tokoh penting partai
itu, I Ki Hu pun melangkah keluar dari markas pusat Mo Kau. Dia menimbun ratusan
batang kayu bakar di sekeliling gedung itu kemudian disiramnva dengan minyak
tanah. Kemudian api pun menvala dengan berkobar-kobar. Dalam waktu satu hari satu
malam gedung bekas markas Mo Kau yang besar itu punah dilalap si Jago merah.
Dengan demikian, partai Mo Kau yang pernah mengejutkan dunia bu lim selama tiga
ratus tahun itu pun hilang dari permukaan bumi.
Tidak sampai tiga bulan, peristiwa ini sudah tersiar ke seluruh dunia kang ouw.
Sekaligus nama I Ki Hu juga terangkat ke atas. Tidak sedikit tokoh-tokoh yang
mempunyai hubungan baik dengan pihak Mo Kau mencarinya untuk membalas
dendam. Namun satu persatu berhasil dikalahkan oleh I Ki Hu. Bahkan Tocu dari Hek
cui to (Pulau Air hitam) di wilayah Pak Hai yakni Hek kiam Cui Hun 'Pedang hitam
pengejar sukma' Ci Cin Hu yang tergolong jago kelas satu dari golongan hitam juga
turun tangan sendiri. Akhirnya I Ki Hu terluka karena tangan tokoh yang satu ini. Tapi
sayangnya dia tidak membasmi I Ki Hu dan membiarkannya pergi begitu saja. Hal ini
justru menimbulkan bencana bagi Ci Cin Hu.
Dua tahun kemudian, ilmu Mo Kau yang dilatih I Ki Hu sudah mencapai tingkat
ketujuh. Bahkan dia berhasil melatih ilmu telapak darah yang terkenal paling sulit
dipelajari dalam aliran Mo Kau. I Ki Hu langsung menyeberang ke laut utara dan
mencari Hek kiam cui hun Ci Cin Hu untuk membalas kekalahannya tempo hari.
Seluruh anggota pulau Air hitam baik yang masih ada hubungan darah dengan Ci Cin
Hu maupun ketiga muridnya, semua mati di tangan I Ki Hu. Ci Cin Hu sendiri mati di
bawah telapak darah lawannya ini. Cara turun tangannya sungguh telengas. Seluruh bu
lim sampai meleletkan lidah mendengar berita ini. Kemudian dia mendengar
selentingan di dunia kang ouw bahwa Ci Cin Hu masih mempunyai seorang putra
yang usianya belum ada satu tahun. Kebetulan di saat terjadi pembantaian, bayi lakilaki
itu tidak ada di tempat. Hal ini menimbulkan keresahan bagi I Ki Hu. Dia
mengelilingi dunia untuk menemukan bayi laki-laki itu.Maksudnya tentu ingin
membasmi rumput sampai ke akar-akarnya.
Di mana pun dia singgah selalu ada tokoh berilmu tinggi di dunia bu lim yang
terbunuh di bawah telapak darahnya. Karena itu, namanya semakin terkenal. Lencana
91 perak yang dikeluarkannya mendapat julukan 'bertemu dengan lencana laksana
bertemu dengan orangnya sendiri'. Walaupun seorang bocah cilik yang membawa
lencana itu, sedangkan Anda kebetulan seorang tokoh kelas satu di dunia bu lim, tapi
Anda pasti tidak berani memandang rendah bocah itu.
Dengan demikian I Ki Hu malang melintang di dunia bu lim selama tiga-empat tahun.
Entah dia berhasil menemukan putra Ci Cin Hu atau tidak. Kemudian dia jarang lagi
berkecimpung di dunia persilatan. Orang-orang bu lim hanya tahu dia menetap di
wilayah Tibet. Walaupun orangnya sendiri sudah jarang muncul, tetapi mengungkit
nama Gin leng hiat ciangnya, masih banyak orang yang merasa gentar. Selama
beberapa tahun belakangan ini, ilmu Mo Kau sin kangnya malah sudah mencapai
tingkat sembilan.
Coba bayangkan saja, dengan kepandaian Tao Ling dan Lie Cun Ju. Mungkinkah
mereka berani melawan I Ki Hu" Jangan kan mereka berdua, bahkan pasangan suami
istri Pat Kua kim gin kiam, Lie Yuan dan pasangan suami istri Pat Sian kiam Tao Cu
Hun sendiri juga tidak sanggup berbuat apa-apa terhadap iblis yang satu ini!
Sementara itu, Tao Ling berusaha menenangkan hatinya. Dia hanya berharap lebih
cepat meloloskan diri. Berkali-kali dia mengayunkan pecut di tangannya. Keempat
ekor kuda pilihan itu pun semakin kalap larinya. Dalam waktu dua kentungan, mereka
sudah menempuh perjalanan sejauh tujuh puluhan li. Matahari sudah mulai turun ke
ufuk barat. Baru saja perasaan Tao Ling agak senang, tetapi ketika melihat ke arah
matahari di depannya dia merasa terkejut bukan kepalang.
"Lie toako, celaka!" teriaknya panik.
"Ada apa?" tanya Lie Cun Ju ikut gugup.
"Kau lihat matahari itu" Kita justru melaju menuju barat. Bukankah kita semakin
mendekati tempat tinggal si raja iblis I Ki Hu?" jawab Tao Ling sambil menunjuk ke
depan. "Cepat belokkan kudanya! Cepat!" ucap Lie Cun Ju dengan terkejut.
Dengan sekuat tenaga Tao Ling menarik tali laso pengendali keempat ekor kuda itu.
Dia bermaksud memutar arah hewan-hewan itu. Tetapi kuda-kuda itu justru tidak sudi
mendengarkan perintahnya. Tao Ling menambah tenaganya dan menarik sekali lagi
tali kendali itu erat-erat. Kuda-kuda itu hampir tidak sanggup melawan tenaga Tao
Ling. Terdengar ringkikan yang keras, kuda mulai membelok arah. Namun tiba-tiba
trakkk! tubuh Tao Ling hampir terpental ke belakang karena tali kendali yang
digenggamnya putus.
Begitu tali kendali itu putus, kuda-kuda itu kembali meluruskan derap kakinya dan
melesat menuju arah semula. Kalau Tao Ling hanya seorang diri, mungkin dia akan
nekat loncat dari dalam kereta. Tetapi Lie Cun Ju baru sembuh dari luka parah, tentu
dia tidak sanggup terbanting keras-keras di atas tanah. Bahkan kemungkinan luka
dalamnya akan kambuh kembali.
92 Seandainya Tao Ling bermaksud meninggalkan Lie Cun Ju untuk menyelamatkan
dirinya sendiri, tentu dia tidak perlu menunggu sampai hari itu. Ketika di atas perahu
menghadapi ketiga iblis keluarga Lung, tentunya dengan mudah dia dapat meloloskan
diri dari maut. Juga tidak perlu menanggung luka parah ketika berada di gedung 'Ling
Wei piau kiok'. Meskipun telah timbul permusuhan di antara keluarga Lie dan
keluarga Tao, tetapi hubungan antara Tao Ling dengan Lie Cun Ju justru baik sekali.
Bahkan mereka tidak mempersoalkan permusuhan di antara keluarga mereka.
Ketika keempat ekor kuda itu berlari semakin kencang, bukan saja Tao Ling tidak
meloncat keluar meninggalkan Le Cun Ju, dia bahkan memeluk tubuh pemuda itu
erat-erat seakan takut dia terjatuh keluar kereta.
Beberapa kentungan kembali berlalu, tampak keempat ekor kuda itu berlari masuk ke
dalam sebuah lembah. Di permukaan lembah rasanya ada dua orang yang menjura
ketika melihat kereta kuda itu lewat. Tampangnya seperti sepasang elang dari Hin
Tiong. Tetapi karena laju kereta itu terlalu cepat, Tao Ling tidak sempat melihat
mereka dengan jelas.
Kuda itu terus melesat ke depan, di bagian samping dan belakang kereta timbul
kepulan debu yang tebal. Tetapi setelah masuk ke bagian dalam lembah itu keempat
kuda itu pun melambat. Dari bagian depan terasa angin berhembus sepoi-sepoi
sehingga menimbulkan perasaan sejuk dan nyaman, membuat semangat seseorang
tergugah. Tao Ling dan Lie Cun Ju mengedarkan pandangan matanya. Tampak sekeliling
lembah itu penuh dengan bukit-bukit yang tinggi dan rendah. Bagian tengah lembah
itu terdiri dari padang rumput yang luas. Dari tembok-tembok bukit menjuntai
tanaman merambat yang berbunga putih sebersih salju dan menampakkan
pemandangan yang indah. Di sebelah bawah bukit bagian utara, terdapat sebuah batu
alam berwarna putih. Begitu indahnya pemandangan di tempat itu seakan taman
firdaus. Di sisi kiri kanan batu putih itu terdapat dua buah kolam berbentuk bundar. Airnya
beriak-riak dan jernih sekali!
Tao Ling dan Lie Cun Ju dibawa kereta kuda sampai ke tempat itu. Menghadapi
pemandangan yang demikian indahnya, hati mereka tidak gembira sedikit pun. Bahkan
semakin ketakutan. Karena mereka dapat menduga, kuda-kuda pilihan itu mengenal
jalan dengan baik. Dan mereka dibawa menuju tempat tinggal Gin leng hiat dang I Ki
Hu!. Kedua orang itu tertegun beberapa saat. Baru saja mereka bermaksud meloncat turun
dari kereta untuk menentukan langkah selanjutnya, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan
melesat dari samping kanan.
"Siocia sudah pulang" Ayahmu memang sedang menantikan kedatanganmu!" seru
orang itu. Dalam sekejap mata orang itu sudah sampai di sisi kereta. Ketika bertemu pandang
dengan Tao Ling dan Lie Cun Ju, orang itu langsung tertegun. Tao Ling mengenali
93 bahwa orang yang datang itu adalah kakek yang bersama si gadis cantik dalam kereta
tempo hari. "Aih! Rupanya kalian. Mengapa kalian datang kemari" Mengantarkan kematian?"
Kakek itu mengeluh sambil menarik napas panjang.
Tao Ling sungguh tidak menduga, sepanjang perjalanan mereka menemui mara
bahaya. Bahkan Leng Coa sian sing menyembuhkan mereka dengan tujuan mendapat
sesuatu dari I Giok Hong. Dan di kediaman Gin leng hiat ciang ini, ada orang yang
menaruh perhatian kepada mereka!
"Loya, mohon ulurkan budi, tolonglah kami!" kata Tao Ling cepat.
Kakek itu menolehkan kepalanya kemudian menggeleng dua kali, "Aku tidak sanggup
menolong kalian!"
Sambil berkata demikian, kakek itu berulang kali mencibirkan bibirnya ke arah mulut
lembah. Tao Ling tahu kakek ini berniat menolong mereka, cepat-cepat dia memapah Lie Cun
Ju dan membantunya turun dari kereta.
"Loya, budi pertolonganmu tidak akan kami lupakan. Mohon tanya siapa panggilan
Loya?" tanya Tao Ling dengan suara berbisik.
Kakek itu tidak menjawab. Malah dia melangkah meninggalkan mereka. Tao Ling
tahu kakek itu takut mengejutkan si raja iblis I Ki Hu. Cepat-cepat dia mengundurkan
diri ke mulut lembah. Belum lagi dia menggerakkan kakinya untuk berlari, dari dalam
lembah terdengar seseorang bertanya, "Siapa yang mengunjungi lembahku ini?"
Tao Ling dan Lie Cun Ju tertegun. Ketika memalingkan kepalanya, ternyata di
samping kereta sudah berdiri seseorang. Tadi mereka melangkah mundur menuju
mulut lembah. Berarti pandangan mata mereka menghadap ke dalam. Saat itu mereka
belum melihat siapa-siapa. Sekarang begitu mereka membalikkan tubuhnya, orang itu
sudah berdiri di samping kereta. Benar-benar tidak bisa dibayangkan bagaimana dia
bisa sampai ke tempat itu!
"Hamba juga tidak tahu siapa mereka. Hamba hanya melihat mereka datang dengan
kereta siocia. Begitu kereta berhenti, mereka langsung turun dan berjalan keluar.
Mungkin teman-teman siocia, hamba tidak berani bertanya," jawab kakek itu.
Orang itu mengeluarkan suara seruan lalu memandang ke arah Tao Ling dan Lie Cun
Ju. Tao Ling mendongakkan wajahnya. Tampak usia orang itu sekitar lima puluhan.
Dia mengenakan pakaian seperti sastrawan berwarna hijau. Lengan dan bagian bawah
pakaiannya melambai-lambai karena hembusan angin. Penampilannya berwibawa. Di
bawah dagunya tumbuh jenggot yang teratur rapi. Matanya berkilauan, alisnya
berbentuk golok. Wajahnya putih bersih. Walaupun sudah setengah baya,
ketampanannya masih terlihat jelas. Sepasang tangannya disilangkan di bagian
94 belakang. Sinar matanya seperti cahaya kilat dan saat itu sedang menatap Tao Ling
dan Lie Cun Ju dengan tajam.
Hati Lie Cun Ju tercekat setengah mati. Dia tahu laki-laki setengah baya ini pasti Gin
leng hiat ciang I Ki Hu, si raja iblis yang paling ditakuti di seluruh dunia bu lim.
"Cepat pergi!" ucap Tao Ling. Lambat sedikit tamatlah riwayat kita.
Tao Ling sendiri sudah dapat menduga siapa orang itu. Maka dia cepat menarik tangan
Lie Cun Ju. Lie Cun Ju membalikkan tubuhnya dengan tergesa-gesa, tetapi baru saja kaki mereka
hendak melangkah, di belakang mereka sudah terdengar suara orang tadi.
"Kalian berdua, harap tunggu sebentar!" ujarnya.
Suaranya lembut sekali, tidak memaksa. Tetapi suara itu justru keluar dari mulut Gin
leng hiat ciang I Ki Hu, siapa yang berani membantah"
Kedua orang itu segera membalikkan tubuhnya. Namun lagi-lagi mereka tertegun,
ternyata baru saja kata-katanya selesai, orangnya sudah berdiri di hadapan mereka.
Padahal jarak mereka dengan I Ki Hu tadinya kira-kira lima-enam depa, benar-benar
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membuat orang bingung. Bagaimana cara orang itu melangkah sehingga bisa sampai
secepat itu. Tao Ling khawatir Lie Cun Ju mengatakan hal yang membuat orang itu marah. Cepat
dia menjura dalam-dalam.
"Entah Locianpwe ingin memberikan petunjuk apa?"tanyanya sopan.
I Ki Hu memperhatikan Lie Cun Ju beberapa saat.
"Siapa namamu?" tanyanya tiba-tiba.
Mendengar nada suaranya yang lembut, Lie Cun Ju juga ikut menjura memberi
hormat. "Boanpwe Lie Cun Ju, ayah berjuluk Pat Kua kiam, Lie Yuan."
Sepasang alis I Ki Hu menjungkit ke atas. Sekali lagi dia memperhatikan Lie Cun Ju
dengan seksama. Tiba-tiba dia menanyakan sebuah pertanyaan yang benar-benar tidak
manusiawi. "Apakah Pat Kua kiam Lie Yuan itu ayah kandungmu?"
Lie Cun Ju merasa mendongkol juga geli mendengar pertanyaan ini. Untung saja
sikapnya masih kekanak-kanakan, dia hanya menganggap pertanyaan I Ki Hu itu lucu
sekali. Apabila orang lain yang mendapat pertanyaan seperti itu, pasti marah besar.
"Sudah tentu Lie Yuan ayah kandung boanpwe!"
95 I Ki Hu malah tertawa dingin dua kali.
"Takutnya justru belum tentu!" Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya. Tidak terlihat
bagaimana tubuhnya bergerak. Padahal tangannya tidak bisa menjangkau tubuh Lie
Cun Ju, tetapi entah mengapa tahu-tahu lengan baju pemuda itu sudah tercengkeram
oleh jari tangannya. Terdengar suara bret! Ternyata lengan baju luar dalam pemuda itu
ditariknya kuat-kuat sehingga terkoyak semua.
Lie Cun Ju terkejut setengah mati. Tetapi karena dia baru sembuh dari luka parah,
mana berani dia melawan I Ki Hu" Setelah lengan pakaiannya terkoyak, dia baru
menyurut mundur satu langkah. Tao Ling yang berdiri di samping dapat merasakan
sesuatu yang mengkhawatirkan. Cepat-cepat dia maju dua langkah dan menghadang di
depan Lie Cun Ju.
"Locianpwe, meskipun kami berdua bersalah masuk ke dalam lembahmu, tapi . . ."
Dalam keadaan panik, Tao Ling mengucapkan kata-kata itu. Tapi belum sempat
diselesaikannya, lengan I Ki Hu sudah mengibas sedikit.
Tao Ling merasa ada serangkum tenaga yang lembut namun kuat sekali menerpa ke
arahnya. Tubuhnya menjadi limbung dan terpental sejauh beberapa langkah.
Tangan I Ki Hu masih mencengkeram lengan Lie Cun Ju. Matanya yang menyorotkan
sinar tajam memperhatikan seluruh lengan Lie Cun Ju dengan seksama. Hati Tao Ling
takut dan bingung. Dia tidak mengerti apa yang dilakukan raja iblis itu. Tetapi dia juga
sadar bahwa dirinya bukan tandingan I Ki Hu. Karena itu terpaksa dia pasrah dengan
nasib mereka. I Ki Hu memperhatikan beberapa saat, kemudian dia melepaskan cengkeraman
tangannya. "Dimana pasangan suami istri Lie Yuan sekarang?" tanyanya kembali.
Lie Cun Ju baru sempat menghembuskan nafas lega. Tetapi benaknya langsung
bergerak. Iblis ini tiba-tiba menanyakan tentang orang tuanya. Tampaknya niat orang
ini tidak baik. Karena itu dia menjawab.
"Kami berpisah di Si Cuan. Sudah lebih dari sebulan tidak pernah bertemu. Entah
dimana mereka sekarang?"
I Ki Hu mendengus dingin kemudian membalikkan tubuhnya. Tao Ling melihat orang
itu menyudahi persoalan begitu saja, hatinya hampir melonjak kegirangan. Akan tetapi
tiba-tiba terdengar suara seruan yang merdu dari mulut lembah.
"Huh! Kalian berdua melarikan keretaku, tidak tahunya malah datang kesini."
Hati Tao Ling seperti diganduli beban berat secara tiba-tiba. Entah kesialan apa yang
sedang merasuki dirinya sehingga begitu banyaknya masalah yang tidak habishabisnya,
pikirnya dalam hati. Tampaknya sejak awal hingga akhir, mereka tetap tidak
dapat meloloskan diri dari cengkeraman orang-orang itu.
96 Mereka berdua tidak mempunyai permusuhan apa pun dengan tiga iblis dari keluarga
Lung. Tapi mereka dikejar-kejar bukan tanpa alasan. Karena kedatangan mereka ke
wilayah barat itu tanpa disengaja kepergok oleh dia dan Lie Cun Ju. Tetapi antara dia
dengan gadis itu justru tidak ada kaitan apa pun. Mengapa dia terus mengejar mereka
tanpa berhenti sebelum berhasil mendapatkannya" Tao Ling benar-benar tidak habis
pikir. Diam-diam dia berpikir, untung tak dapat dihindar, malang tak dapat ditolak. la pun
membalikkan tubuhnya dan berkata dengan suara lantang.
"I kouwnio, aku rasa kita tidak pernah saling mengenal, tetapi mengapa berkali-kali
mendesak .kami dan tidak bersedia melepaskan kami?"
Gadis cantik itu melesat datang dari luar lembah. Bibirnya menyunggingkan seulas
senyuman. "Tao kouwnio, kapan aku pernah mendesakmu, jangan sembarangan berbicara lho!"
"Kalau kau memang tidak berniat mendesak kami, harap biarkan kami meninggalkan
tempat ini, kami tentu akan berterima kasih sekali kepadamu!" ucap Tao Ling.
Kalian di tengah perjalanan diserang oleh tiga iblis dari keluarga Lung. Apabila bukan
aku yang memberikan pertolongan, tentu saat itu kalian sudah menjadi mayat.
Kebetulan pula aku membawa kalian ke wilayah barat ini sehingga kau bisa bertemu
dengan Leng Coa sian sing. Masa kau begitu mudah melupakan budi seseorang?"
Mendengar kata-katanya yang tajam, untuk sesaat Tao Ling terdiam. Dia tidak tahu
apa yang harus dikatakannya.
"Giok Hong, kau sudah meninggalkan lembah selama beberapa bulan. Bagaimana
urusannya sudah beres?" tanya I Ki Hu
Gadis yang cantik itu memang putri tunggal I Ki Hu, I Giok Hong.
"Hampir beres. Kuncinya ada pada diri Tao kouwnio ini."
Tao Ling semakin bingung mendengar ucapannya. Entah 'urusan' apa yang mereka
maksudkan. Dan mengapa jarak yang beribu-ribu li bisa mengaitkan dirinya"
Terdengar mulut I Ki Hu mengeluarkan seruan terkejut.
"Ah! Tao kouwnio, benda itu tidak ada artinya bagimu, lebih baik keluarkan saja!"
seru I Ki Hu. "Apa yang locianpwe dan I kouwnio katakan. aku sama sekali tidak mengerti!" ucap
Tao Ling dengan rasa bingung.
97 "Tao kouwnio, jangan pura-pura bodoh. Tempo hari aku mengira kau adalah Lie
kouwnio, maka setelah menanyakan jejak tiga iblis dari keluarga Lung aku
melepaskanmu begitu saja
Sekarang aku baru tahu rupanya kau she Tao. Aku ingin bertanya kepadamu, mengapa
Pat Sian kiam Tao Cu Hun dan istrinya Sam jiu Kuan Im Sen Cing yang sudah enakenakan
tinggal di Kang lam malah meninggalkan tempat itu kemudian datang ke Si
Cuan yang jaraknya demikian jauh?" tanya I Giok Hong sambil tertawa terkekehkekeh.
"Memang selama beberapa tahun terakhir ini, ayah dan ibu menetap di Kang Lam,
tetapi mereka tergolong orang-orang yang suka berpesiar. Apa anehnya datang ke Si
Cuan?" ucap Tao Ling.
Apa yang dikatakan Tao Ling merupakan hal yang sebenarnya. Ayah dan ibunya sejak
menikah sudah tinggal di wilayah Kang Lam. Tetapi mengapa mereka tiba-tiba
meninggalkan tempat itu dan jauh-jauh datang ke Si Cuan. Bahkan perjalanan pun
seakan dirahasiakan, Tao Ling memang tidak tahu apa-apa.
"Tia, anak sudah menyelidiki dengan jelas. Benda itu memang didapatkan oleh Tao Cu
Hun. Asal kita mendesak budak ini, tidak perlu takut dia tidak menjawabnya dengan
jujur!' ujar I Giok Hong sambii menolehkan kepalanya menghadap I Ki Hu.
"Kalau begitu, benda itu belum tentu ada padanya" Apakah kau sudah menyelidiki
jejak pasangan suami istri Tao Cu Hun?" tanya I Ki Hu dengan sepasang alis
menjungkit ke atas.
"Pasangan suami istri Tao Cu Hun sempat menetap beberapa hari di kediaman Kuan
Hong Siau. Tetapi putranya justru membunuh putra Pat Kua kiam Lie Yuan. Dengan
demikian timbul perselisihan da lam kedua keluarga. Sedangkan entah bagaimana,
tiba-tiba pasangan suami istri Lie Yuan tertotok jalan darahnya oleh seseorang. Sejak
itu jejak Tao Cu Hun Suami istri dan putranya Tao Heng Kan menjadi tidak jelas,"
sahut I Giok Hong.
Masalah yang rumit ini diterangkan dengan santai oleh I Giok Hong. Tetapi I Ki Hu
memang manusia jenius, ternyata dia bisa mengerti jalan cerita putrinya.
"Bagaimana dengan pasangan suami istri Lie Yuan" Kemana mereka sekarang?"
"Tia, buat apa kau menanyakan orang itu" Meskipun Lie Yuan dan Tao Cu Hun
sempat berkenalan di perjalanan dan kemudian terjadi perselisihan karena putra-putra
mereka, tetapi rasanya Lie Yuan tidak mungkin mengetahui persoalan itu!" jawab I
Giok Hong. "Kau tidak usah perduli. Asal kau heritahukan dimana adanya pasangan suami istri Lie
Yuan sekarang!"
Lie Cun Ju yang sejak tadi hanya mendengarkan pembicaraan di antara ayah dan
putrinya itu segera mengetahui adanya niat kurang baik di hati I Ki Hu ketika dia
98 menanyakan jejak kedua orang tuanya. Hatinya menjadi panik. Dia berharap I Giok
Hong tidak tahu apa-apa. Akan tetapi ternyata I Giok Hong menjawab.
"Menurut kabar yang aku dapatkan, secara tiba-tiba pasangan suami istri Lie Yuan
tertotok jalan darahnya oleh seseorang di atas perahu Tao Cu Hun. Bahkan Kuan Hong
Siau dan salah seorang anggota keluarga Sang yang terkenal ahli ilmu totokan juga
tidak sanggup membebaskan jalan darah mereka. Karena itu Kuan Hong Siu sendiri
yang mengantarkan mereka ke Si Cuan untuk menemui dedengkot keluarga Sang,
yakni si kakek berambut putih Sang Hao untuk memohon pertolongannya!"
"Oh" Ada kejadian seperti itu" Lalu apakah kau tahu siapa yang menotok jalan darah
pasangan suami istri itu?" I Ki Hu bertanya dengan terkejut.
"Yang anehnya, di atas perahu Tao Cu Hun saat itu terdapat belasan tokoh-tokoh
berilmu tinggi. Tetapi tidak ada seorang pun yang sempat melihat siapa yang
melakukannya. Lagipula, ketika orang-orang itu berada di atas perahu, tiba-tiba perahu
itu terbelah menjadi dua bagian seakan tiba-tiba ada yang membelahnya. Mengenai hal
ini anak sendiri kurang yakin. Mungkin hanya desas desus yang dilebih-lebihkan oleh
orang-orang dunia kang ouw," sahut I Giok Hong.
Apa yang dikatakan oleh I Giok Hong adalah kenyataan yang didengarnya dari mulut
orang. Tetapi dia tidak percaya di dunia ini ada orang yang mempunyai kemampuan
sehebat itu. Karenanya dia baru mengucapkan kata-kata tadi.
Tetapi setelah mendengar cerita putrinya, wajah I Ki Hu malah berseri-seri. Dia
meremas-remas tangannya sendiri.
"Aneh sekali! Mungkinkah dia yang melakukannya?" katanya seakan bergumam
seorang diri. Lie Cun Ju, I Giok Hong bahkan Tao Ling menjadi bingung.
"Tia, siapa dia yang kau maksudkan?" tanya I Giok Hong.
I Ki Hu tidak menjawab, dia tertawa terbahak-bahak. Sesaat kemudian dia baru
berkata kembali. "Kebetulan sekali! Kebetulan sekali! Giok Hong, cepat kau
berkemas, aku akan mengajakmu mengadakan perjalanan ke Si Cuan, biar kau juga
mengenal ilmu warisan keluarga Sang!"
"Kesana untuk menemui pasangan suami istri Lie Yuan?" tanya I Giok Hong heran.
"Tidak salah," jawab I Ki Hu.
"Lalu, bagaimana dengan kedua orang ini?" I Giok Hong menunjuk Tao Ling dan Lie
Cun Ju. I Ki Hu melirik mereka sekilas.
"Bukankah kau selalu menginginkan seseorang melayanimu" Dasar ilmu silat gadis ini
boleh juga. Terimalah dia sebagai dayangmu! Mengenai bocah itu ..." Berkata sampai
99 di sini, I Ki Hu mengernyitkan keningnya. "Biar dia Gin Hua kok (Lembah bunga
perak), nama lembah tempat tinggal I Ki Hu saja. Setelah kita kembali baru
diputuskan kembali."
Selesai berkata, terdengar I Ki Hu berteriak. "Lo Jit! Lo Jit!"
Seorang kakek segera menyahut dan muncul di tempat itu. Ternyata orang tua yang
duduk sekereta dengan I Giok Hong tempo hari. I Ki Hu menunjuk kepada Lie Cun Ju.
"Bocah ini, harus kau perhatikan. Jangan sampai dia melarikan diri dari Gin Hua kok.
Aku akan melakukan perjalanan jauh. Apabila ada orang yang menanyakan diriku,
suruh dia tinggalkan pesan. Katakan bahwa sekembalinya nanti, aku akan
menemuinya!"
'Lo Jit' menganggukkan kepala. Dia menghampiri Lie Cun Ju. Saat itu hati Tao Ling
dan Lie Cun Ju justru sedang dilanda hawa amarah. Mereka tidak sudi dipisahkan.
Lagipula Tao Ling sendiri juga putri seorang tokoh yang mempunyai nama besar di
dunia bu lim. Mana sudi dia diangkat sebagai dayang I Giok Hong" Dialah yang mulamula
memprotes. "I locianpwe, bila Anda masih mempunyai urusan penting, kami berdua bisa
meninggalkan tempat ini. Meskipun ilmu silat kami tidak seberapa, tapi juga tidak sudi
menerima hinaan begitu saja!"
"Budak cilik! Kau tidak sudi menjadi dayang putriku?" I Ki Hu tertawa dingin.
Wajah Tao Ling merah padam saking marahnya.
"Tentu saja aku tidak sudi!"
"Budak cilik, coba kau bandingkan sendiri, baik mutu orangnya, ilmu silatnya,
pendidikannya, dan pengetahuannya. Apakah kau sanggup menandingi
sepersepuluhnya saja" Sebagai dayangnya, berarti derajatmu terangkat, tahu?" ucap I
Ki Hu dengan tertawa dingin.
Tao Ling melirik kepada I Giok Hong. Gadis itu berdiri di sudut seperti dewi
khayangan. Seakan ingin Tao Ling meneliti di bagian apa dia sanggup menandinginya.
Tetapi meskipun demikian, apakah berarti dia harus menerima penghinaannya begitu
saja" Tao Ling merenung sejenak, kemudian dia baru menyahut.
"Apa yang dikatakan locianpwe memang benar. Tetapi setiap manusia mempunyai
pendirian masing-masing. Untuk apa locianpwe memaksakan kehendak sedemikian
rupa?" sahut Tao Ling setelah merenung sejenak.
"Giok Hong, bagaimana menyelesaikannya, terserah kau sendiri!" kata I Ki Hu dengan
wajah yang menyiratkan kemarahan.
100 "Kau tidak sudi menjadi dayangku?" tanya I Giok Hong sambil tertawa cekikikan.
Kebetulan Tao Ling sedang memandang ke arahnya. Dia melihat kecantikan gadis itu
demikian sempurna. Tetapi di balik kecantikannya tersirat hawa pembunuhan yang
tebal. "Aku tidak sudi!" sahutnya tegas.
Hati Tao Ling bergidik. Akan tetapi pada dasarnya dia memang keras kepala.
I Giok Hong mendengus dingin. Tidak terlihat bagaimana dia bergerak. Tao Ling
hanya sempat melihat kelebatan cahaya yang menyilaukan. Bahkan ingatan untuk
menghindarkan diri pun belum sempat melintas di benaknya. Tahu-tahu dari bagian
jidat kepala sanipai dada kirinya terasa sakit dan perih. Dia mengulurkan tangannya
meraba jidatnya sendiri. Ternyata tangannya terdapat noda darah. Ketika dia
menolehkan kepalanya, dia melihat tangan Giok Hong sudah menggenggam sebuah
pecut. Tentu dalam keadaan tidak terduga-duga, Tao Ling telah dicambuknya satu
kali. Padahal Tao Ling sadar, bagaimana pun gadis itu putri tunggal Gin leng hiat ciang I Ki
Hu. Ilmunya pasti tinggi sekali. Tetapi dia belum rnenyangka sampai sedemikian
tingginya ilmu kepandaian I Giok Hong. Barusan dia dicambuk sekali oleh gadis itu,
bahkan tidak sempat melihat gerakan tangannya. Hatinya semakin marah dan benci.
Dia sengaja membusungkan dadanya dan berteriak, "Aku tetap tidak mau!"
Baru saja kata 'mau' terucap dari bibirnya, terdengar I Giok Hong kembali tertawa
dingin. Cahaya perak berkilauan, pecut itu kembali melayang ke arahnya.
Tentu saja kali ini Tao Ling sudah bersiaga. Begitu melihat pecut itu menyambar ke
arahnya, dia segera menggeser tubuhnya. Namun anehnya kemana pun dia menggeser,
pecut di tangan I Giok Hong terus mengejarnya. Bagian kiri wajahnya sampai bagian
kanan dadanya kembali kena cambuk I Giok Hong.
Rasa perihnya bukan kepalang. Hati Tao Ling justru semakin marah dan benci.
"Cambuklah terus! Pokoknya aku tetap tidak sudi!" teriaknya.
Dari samping kiri, Lie Cun Ju melihat wajah kekasih hatinya telah terdapat dua jalur
berdarah. Dia tidak tahu apakah gadis itu terluka atau tidak di bagian tubuh lainnya.
Hatinya terasa perih sekali. Cepat dia maju ke depan menghadang di depan Tao Ling.
"I kouwnio, kalau kau masih ingin mencambuk terus, cambuk saja aku!"
I Giok Hong tertawa cekikikan dengan merdu. "Rupanya kau romantis juga!" ejeknya.
"Pokoknya selama aku masih hidup, aku tidak bisa melihat Tao kouwnio menderita!"
ucap Lie Cun Ju.
101 "Bagus sekali!" Tubuhnya bergerak, Tar! Tar! Tar! Cahaya perak seperti ular sakti
yang tertimpa cahaya kilat. Kelebatannya berturut-turut, dengan lima bagian tenaga
dia mencambuk Lie Cun Ju!
Tadi ketika mencambuk Tao Ling, I Giok Hong hanya menggunakan tenaga yang
ringan. Karena itu tidak menimbulkan suara apa-apa. Tetapi saat ini dia sudah
menggunakan lima bagian tenaganya. Kekuatannya dapat dibayangkan. Ketika
cambuk itu melayang datang, Tao Ling bermaksud mendorong tubuh Lie Cun Ju agar
terhindar dari pecut itu, tetapi kecepatan tangan I Giok Hong sungguh mengagumkan.
Belum sempat Tao Ling mengulurkan tangannya. Keempat kali cambukan itu sudah
tepat mengenai sasarannya.
Setelah terluka parah, Leng Coa sian sing merawat Lie Cun Ju dengan hati-hati. la
menggunakan ularnya yang kecil-kecil merayap di tubuh pemuda itu dan menggigit
beberapa buah jalan darahnya. Tujuannya justru membiarkan hawa ular yang
berkhasiat itu menyusup ke dalam jalan darah di tubuh Lie Cun Ju. Dengan demikian
selembar jiwa pemuda itu baru bisa tertolong. Tetapi karena keadaan lukanya tempo
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hari terlalu parah, maka kekuatannya telah lenyap. Keadaannya tidak beda dengan
seorang pelajar yang lemah. Begitu terkena sambaran pecut di tangan I Giok Hong, dia
merasa seluruh tubuhnya dilanda rasa perih yang tidak terkirakan. Tubuhnya limbung
dan akhirnya dia pun jatuh di atas tanah. Namun tidak setitik pun dia mengeluarkan
suara erangan. Baru saja Lie Cun Ju terjatuh, Tao Ling segera memburu ke depan. Tetapi pecut
kembali bergerak sebanyak dua kali. Tubuh Lie Cun Ju tergulung pecut itu dan dibuat
seperti bola yang menggelinding kesana kemari.
Hati Tao Ling pedih sekali melihat keadaan Lie Cun Ju. Matanya menyorotkan
kemarahan yang berapi-api. Dengan marah dia berteriak, "I kouwnio, perbuatanmu ini
mungkin bisa mengakibatkan kematian bagi kami. Tetapi ingat, manusia jahat
sepertimu pasti akan mendapat akibatnya!"
Selesai berkata, terdengarlah suara Trang! Trang! sebanyak dua kali. Pedang emas dan
perak sudah dihunus oleh Tao Ling. Tangan gadis itu menggenggam sepasang pedang
emas dan perak. I Giok Hong seakan belum melihatnya. Tao Ling juga tidak perduli
apakah dia hanya berpura-pura atau memang belum melihatnya. Dia segera
menjalankan jurus Menteri mempertahankan negara sepasang kakinya menghentak,
orang dan sepasang pedang langsung menerjang ke arah I Giok Hong.
Cahaya pedang bak pelangi. Melihat pedang itu sudah hampir mengenainya, I Giok
Hung baru memutar tubuhnya sekaligus menggerakkan pergelangan tangannya,
pecutnya melayang keatas.
Jurus Menteri mempertahankan negara yang dilancarkan oieh Tao Ling merupakan
salah satu jurus Pat Sian kiam yang paling hebat dan mengandung kekejian. Lagipula
sasarannya di titik pusat, yakni jidat, tenggorokan, jantung dan pusar manusia. Pedang
itu mengeluarkan cahaya yang berkilauan. Tampaknya sekejap lagi akan menghunjam
tubuh gadis itu.
102 Tetapi pecut di tangan I Giok Hong melayang datang menyambutnya. Sinar keperakan
berkelebat. Dengan rapat pecut itu menyusup masuk ke dalam cahaya emas dan perak!
Tao Ling dapat merasakan keadaannya yang tidak menguntungkan. Tetapi dia sudah
bertekad untuk mengadu nyawa. la tidak perduli lagi dengan keselamatan dirinya
sendiri. Dengan mengerahkan tenaganya dia mendorong sepasang pedang itu ke
depan. Tampaknya ia benar-benar ingin menusuk I Giok Hong sampai terluka, kalau
bisa mati seketika. Tetapi belum sempat dia mendorong sepasang pedang itu, tahutahu
pergelangan tangannya sudah tergulung bagian ujung pecut. Serangkum rasa sakit
membuat pergelangan tangannya menjadi ngilu. Kelima jari tangan pun merenggang.
Pedang emas pun terjatuh di atas tanah dengan menimbulkan suara Trang!
Tidak menunggu sampai dia menggerakkan pedang peraknya, kembali pergelangan
tangan kirinya terasa nyeri. Pedang perak pun terlepas jatuh. I Giok Hong tertawa
cekikikan. Tiba-tiba Tao Ling merasa bagian lehernya mengencang. Ternyata pecut itu
sudah melilit di lehernya.
"Kalau aku menghentakkan sedikit saja pecut ini, nyawamu pasti sulit dipertahankan
lagi, jawab! Apakah sekarang kau sudah bersedia menjadi dayangku?"
Kemarahan dalam hati Tao Ling telah meluap-luap. Baru saja dia bermaksud menjerit
'Tidak!', tiba-tiba dia mendengar 'Lo Jit' berkata.
"Tao kouwnio, ada pepatah yang bagus sekali, 'seorang pendekar pandai melihat
keadaan'. Seandainya kau menjawab tidak, bukan hanya kau seorang diri yang
mengantarkan nyawa dengan sia-sia, bahkan nyawa Lie kongcu pun sulit
dipertahankan. Seandainya kau bersedia menurut kepada siocia, yang kau dapatkan
hanya keuntungan bukan kerugian. Untuk apa kau tetap kukuh pada pendirianmu?"
Tao Ling menolehkan kepalanya. Dia melihat sepasang mata 'Lo Jit' menyorotkan
sinar kasih sayang dan saat itu sedang menatapnya lekat-lekat.
Meskipun Tao Ling tidak tahu siapa 'Lo Jit' itu sebenarnya, tetapi dia dapat
membayangkan bahwa orang tua itu juga seorang tokoh dunia persilatan. Kalau tidak,
mana mungkin I Giok Hong sudi memanggilnya paman" Lagipula ketika mereka
masuk ke dalam Gin Hua kok, orang tua ini memang sudah menunjukkan sikap ingin
menolongnya. Apabila dia menuruti nasehatnya, tentu untuk sementara dia bisa hidup
terus. Tetapi bagaimana melampiaskan kekesalan batinya karena diperlakukan secara
semena-mena oleh Giok Hong"
Sampai sekian lama dia tetap tidak menyahut 'Lo Jit' malah tertawa terbahak-bahak.
"Tao kouwnio, ada lagi sebuah pepatah yang bagus, 'Seorang manusia sejati ingin
membalas dendam, sepuluh tahun pun tidak terlambat'. Padahal kalau kau mengingat
lagi sejarah negara kita ini, berapa banyak menteri yang dikalahkan oleh musuh
bahkan sempat menjadi tahanan perang dan dijadikan bulan-bulanan. Tetapi setelah
berhasil meloloskan diri, mereka segera menyusun kekuatan, bahkan ada yang sampai
belasan tahun baru menyerang kembali dan menebus kekalahan tempo dulu. Toh
akhirnya mereka berhasil juga. Kalau hatimu masih tidak bersedia, ingat akibatnya.
103 Tetapi bila kau seorang yang cerdik dan dapat berpikir panjang, aku nasehati agar kau
terima saja. Tao Ling terkejut setengah mati. Diam-diam dia bepikir dalam hati. Mengapa kakek
ini demikian berani mengeluarkan ucapan seperti ini di hadapan I Ki Hu dan putrinya"
Apakah dia tidak merasa takut kepada mereka berdua"
Justru ketika hatinya masih mengkhawatirkan kakek tua itu, terdengar I Giok Hong
tertawa terkekeh-kekeh.
"Apa yang dikatakan Lo Jit memang benar. Asal kau mempunyai kemampuan,
sepuluh tahun kemudian ingin membalas dendam juga tetap kusambut dengan baik!"
Pada dasarnya Tao Ling memang seorang gadis yang cerdas. Mendengar ucapan I
Giok Hong, dia segera sadar bahwa baik I Ki Hu ataupun putrinya merupakan orangorang
yang angkuh dan memandang hebat diri mereka sendiri. Mereka menganggap
tidak ada orang lagi di dunia ini yang sanggup melawan mereka. Kata-kata atau
nasehat 'Lo Jit' tadi, boleh dibilang meraba dengan tepat isi hati mereka. Bukan saja
kedua orang itu tidak marah, malah senang mendengarnya.
Kalau begitu, Lo Jit juga orang yang pintar. Dia bisa mengikuti perkembangan yang
ada di depan matanya. Setelah merenung sejenak, dia memaksa dirinya menahan
kekesalan hatinya.
"Baik, aku bersedia!" katanya.
" Jadi dayang juga ada peraturannya. Sekarang kau panggil dulu ayahku satu kali,
kemudian panggil aku satu kali juga!" ucap I Giok Hong sumbil tersenyum.
Dada Tao Ling hampir saja meledak mendapat hinaan sedemikian rupa dari I Giok
Hong. Tetapi sinar matanya kembali bertemu pandang dengan 'Lo Jit', akhirnya dia
menahan juga kemarahan hatinya.
"Siocia, Lo ya!" panggilnya.
"Coba kau menurut dari tadi, tentu tidak perlu merasakan sakitnya pecutku, bukan?" I
Giok Hong tertawa terbahak-bahak.
***** Tao Ling tidak menyahut sepatah kata pun. Tangan 1 Giok Hong mengendur. Pecut
yang melilit leher Tao Ling pun terlepas seketika. Tao Ling cepat-cepat menghambur
kepada Lie Cun Ju. Dia melihat bagian tangan, lengan, wajah pemuda itu dipenuhi
dengan jalur berdarah. Hatinya perih sekali. Lie Cun Ju berusaha memberontak untuk
bangun. "Tao kouwnio, aku hanya menyusahkanmu!" Meskipun ucapan Lie Cun Ju sangat
sederhana, tetapi di dalamnya terkandung kasih sayang yang tidak terkirakan!
104 Hati Tao Ling semakin pilu mendengarnya. Tanpa dapat ditahan lagi air matanya
mengalir dengan deras. Lie Cun Ju memandangnya dengan terpaku.
"Tidak usah bersedih terus. Asal kau menurut semua perkataanku baik-baik,
sekembalinya dari Si Cuan, kalian toh masih dapat bertemu muka. Kau menjadi
dayangku, dia menjadi penjaga keamanan di Gin hua kok ini. Bukankah merupakan
hal yang menggembirakan?" kata gadis cantik Giok Hong itu.
Tao Ling hampir tidak dapat menahan kepiluan di hatinya. Dia langsung berdiri.
"Cepat siapkan kereta kuda, kita harus berangkat sekarang juga! Tia, kau tidak
membawa apa-apa?" Terdengar suara ucapan Giok Hong.
"Tentu ada yang harus kubawa." Tampak bayangan tubuhnya bagai gumpalan asap,
dalam sekejap mata sudah berada pada jarak lima depaan. Sekali lagi tubuhnya
berkelebat, tahu-tahu sudah menyusup ke dalam rumah. Kecepatan gerakan tubuhnya
membuat mata Tao Ling membelalak dan mulut membuka.
Tidak berapa lama kemudian, I Ki Hu sudah keluar kembali. Tetapi kedua tangannya
masih kosong, tidak terlihat dia membawa apa pun.
Sementara itu, I Giok Hong memerintahkan Tao Ling naik ke dalam kereta. Setelah
masuk ke dalam, Tao Ling melirikkan matanya kepada Lie Cun Ju. Matanya
menyorotkan keperihan hatinya berpisah dengan pemuda itu. Namun tali kendali kuda
sudah dihentakkan. Keempat ekor kuda itu segera meringkik dan menggerakkan
kakinya. Dalam sekejap mata kereta itu sudah meluncur keluar dari Gin Hua kok.
Lie Cun Ju terkulai di atas rerumputan. Dia ingin berdiri dan berlari menuju mulut
lembah untuk melihat Tao Ling sekali lagi. Tetapi baru saja dia berdiri, kakinya sudah
terasa lemas dan jatuh kembali. Hatinya sedih sekali. Tanpa dapat ditahan lagi. Dia
menarik nafas panjang. Tampak 'Lo Jit' membungkukkan tubuhnya dan
memperhatikan 'keadaannya. Berkali-kali Lie Cun Ju menarik nafas panjang.
"Locianpwe, nasehatmu kepada Tao kouwnio memang tidak salah. Tetapi watak gadis
yang satu ini, di luar lembut, dalamnya keras. Mana sudi dia mendapat tekanan dari
orang atau mendengar perintah orang" Seandainya dia memendam kekesalannya
dalam hati, maka darah di sekitar hatinya akan membeku serta menimbulkan luka
dalam yang parah. Tetapi apabila dia membangkang, penderitaan apa lagi yang akan
diterimanya bukankah sudah dapat dibayangkan"
Aih!" ucap Lie Cun Ju.
"Ci kongcu, Thian menggerakkan hati si raja iblis itu untuk meninggalkan Gin Hua
kok, ternyata penderitaan dan hinaan yang kuterima selama belasan tahun tidak siasia!"
katanya dengan nada berbisik.
"Locianpwe, bagaimana kau memanggilku barusan?" tanya Lie Cun Ju bingung.
"Aku memanggil kau Ci kongcu!" Lo Jit tersenyum misterius.
105 "Locianpwe jangan bercanda, aku she Lie, bukan she Ci!" Selesai berkata, ia teringat I
Ki Hu menanyakan apakah dia anak kandung Pat Kua kiam Lie Yuan, hatinya
semakin tidak mengerti.
'Lo Jit' tidak menyahut. Tubuhnya berkelebat dan tahu-tahu sudah berada di mulut
lembah. Dia melongokkan kepalanya keluar untuk melihat keadaan di kiri kanannya.
Tampak debu beterbangan. Kereta kuda berwarna putih itu sudah berada di kejauhan
dan tidak berapa lama kemudian tinggal tampak titik berwarna keperakan. Setelah
yakin majikan dan nonanya sudah pergi, Lo Jit baru melesat kembali ke samping Lie
Cun Ju. "Ci kongcu, aku khawatir kau sendiri tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Sekarang
kau ikut aku dulu!" Dia memapah tubuh Lie Cun Ju lalu berjalan menuju sebelah
kanan lembah. Mereka sampai di depan sebuah pintu batu. Lo Jit mendorong batu besar itu kemudian
terlihat sebuah celah yang cukup lebar. Lo Jit membungkukkan tubuhnya sedikit dan
masuk ke dalam, Lie Cun Ju pun mengikutinya. Setelah berjalan heberapa depa,
pandangan mata pun jadi leluasa. Ternyata di dalamnya terdapat sebuah ruangan yang
cukup luas. Sekali lagi Lo Jit melongok keluar. Lie Cun Ju tidak melihat adanya orang
lain di lembah itu. Tetapi sikap Lo Jit masih demikian hati-hati. Diam-diam dia
menyadari urusan ini pasti rahasia sekali.
Tadinya Lie Cun Ju berdiri dengan punggung bersandar di dinding batu. Lo Jit keluar
melihat-lihat keadaan. Setelah kemhali lagi, dia berjalan menuju sebuah tempat tidur
batu. Kemudian dia mengerahkan tenaganya untuk mengangkat batu itu. Ternyata batu
yang berbentuk persegi dan setebal kasur tempat tidur itu terangkat olehnya.
Lie Cun Ju sama sekali tidak tahu apa yang dilakukannya. Setelah batu itu terangkat,
Lie Cun Ju melihat tempat tidur itu sekarang terdapat lekukan di dalamnya, besarnya
sama dengan batu tadi. Tetapi warna batu yang menjadi alas di dalamnya berwarna
abu-abu pekat. Ketika perasaannya sedang bingung, Lo Jit sudah membimbingnya dan
menyuruhnya tidur di atas lekukan batu itu. Baru saja Lie Cun Ju merebahkan dirinya,
ia langsung berteriak sekeras-kerasnya kemudian bermaksud melonjak bangun.
Rupanya ketika Lie Cun Ju baru membaringkan tubuhnya di atas batu itu, ternyata dia
merasa dirinya seakan dilemparkan ke dalam kolam berisi air es. Serangkum hawa
dingin yang menggigilkan menyusup sampai ke dalam tulang sumsumnya. Apalagi
bagian tubuh yang terkena pecutan I Giok Hong, perihnya tidak terkatakan. Pada
dasarnya tubuh Lie Cun Ju memang sudah lemah sekali. Bahkan ketika berdiri saja
harus menyandarkan punggungnya ke dinding batu. Tetapi rasa dingin yang menusuk
dari alas batu yang ditidurinya ternyata sanggup membuat dia melonjak bangun!
Baru setengah dia melonjakkan tubuhnya, tangan si kakek tua sudah mendorongnya
keras-keras. Tubuhnya terhempas kembali ke atas alas batu tersebut. Bahkan belum
hilang rasa terkejut di hati Lie Cun Ju, kakek tua itu sudah mengulurkan tangannya
kembali dan menotok dua buah jalan darahnya.
Tentu saja Lie Cun Ju tidak dapat bergerak lagi setelah jalan darahnya tertotok. Dia
merasa segulung demi segulung hawa dingin menyusup ke dalam pori-pori di seluruh
tubuhnya. Dalam waktu yang singkat, keempat anggota tubuhnya sudah mulai kaku.
106 Meskipun Lie Cun Ju masih bisa bicara, tetapi rahang mulutnya sulit dibuka, lidahnya
terasa beku. Sampai beberapa lama, dia baru sanggup memaksakan diri berkata.
"Lo . . . cianpwe ... an ... ta ... ra ... kita . . . tidak ... a ... da ... per . . . musuh ... an . . .
apa . . . pun ... mengapa kau ..." Tubuhnya menggigil, dia tidak sanggup melanjutkan
kata-katanya lagi.
"Ci kongcu, tahukah kau siapa aku?" kata orang itu serius.
Saking dinginnya, wajah Lie Cun Ju sudah berubah menjadi kehijauan. Dia tidak bisa
mengucapkan sepatah kata pun. Matanya memandang Lo Jit seakan menunggu
kelanjutan kata-katanya.
"Kau sudah mengikuti pasangan suami istri Pat Kua kiam Lie Yuan sekian lama,
tentunya pengetahuanmu tentang dunia kang ouw juga cukup luas. Pernahkah kau
mendengar bahwa belasan tahun yang lalu di dunia kang ouw, khususnya golongan
hitam ada seorang perampok yang selalu malang melintang seorang diri. Julukannya
Hantu tanpa bayangan. Senjatanya sebatang golok dan sepasang cambuk. Orang itu
she Seebun bernama tunggal Jit?"
Mendengar kata-katanya, dalam hati Lie Cun Ju tertegun. Meskipun orang bernama
Seebun Jit itu sudah belasan tahun tidak terdengar kabar beritanya, tetapi namanya
masih tersohor di kalangan orang-orang bulim. Menurut berita yang pernah
didengarnya, baik gwa kang maupun lwekang orang ini tinggi sekali. Meskipun orang
dari golongan hitam, tetapi wataknya cukup baik. Jiwanya besar. Malah Seebun masih
bersaudara dengan hwesio angkatan tertinggi dari Go Tai bun, yakni ciang bun jinnya
Bu Kong taisu. Mungkinkah 'Lo Jit' yang ada di hadapannya ini tokoh yang bernama
Seebun Jit?"
Karena pikirannya melayang-layang, tanpa disadari rasa nyerinya jauh berkurang.
Bahkan tanpa disengaja dia bertanya.
"Apakah locianpwe ini Seebun Hiap to (Perampok budiman)?"
"Tidak salah. Tidak disangka usiamu yang demikian muda tetapi sudah pernah
mendengar namaku."
"Seebun cianpwe, cepatlah kau bangunkan aku . . . dari tempat tidur batu ini!"
"Ci kongcu, ketika kau masih kecil, mungkin kau juga pernah tidur di atas tempat tidur
batu ini, hanya saja kau sudah lupa!"
Hati Lie Cun Ju semakin curiga, dia berusaha memberontak, tetapi tubuhnya tidak bisa
bergerak sama sekali.
"Seebun cianpwe, bagaimana mungkin aku pernah tidur di atas alas batu ini?"
"Kalau dikisahkan, ceritanya cukup panjang. Kau harus sabar mendengarkannya."
107 Seebun Jit menarik napas panjang, kemudian dia memulai ceritanya. "Ketika usiamu
baru menginjak tujuh bulan, di keluargamu terjadi perubahan besar dan mengerikan.
Ayah ibumu mati, kakak serta adikmu terbunuh. Keadaan waktu itu benar-benar ..."
Lie Cun Ju seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya. Mendengar kata-kata
Seebun Jit, wajahnya langsung berubah.
"Seebun cianpwe, mengapa kau bisa mengucapkan kata-kata seperti itu?"
"Kau kira Pat Kua kim gin kiam, pasangan suami istri Lie Yuan benar-benar orang tua
kandungmu?"
Tanpa disadari, seluruh perhatian Lie Cun Ju tercurah pada cerita orang tua itu. Sejak
dia mengerti urusan, dia tidak pernah curiga dengan riwayat hidupnya sendiri. Tetapi
sekarang, bukan hanya Gin leng hiat ciang I Ki Hu yang curiga dia bukan anak
kandung Pat Kua kim gin kiam Lie Yuan, bahkan Hantu tanpa bayangan Seebun Jit ini
juga yakin dia bukan anak kandung pasangan suami istri itu. Masalah sebesar ini, dulu
belum pernah terbayangkan olehnya, bahkan bermimpi pun tidak. Oleh karena itu,
untuk sesaat dia lupa dengan rasa nyeri yang melanda dirinya.
"Seebun cianpwe, lalu siapa orang tua kandungku sebenarnya" Mereka mati di tangan
siapa" Benarkah aku she Ci?" tanyanya beruntun. Mungkin karena lupa dengan rasa sakitnya,
pertanyaan Lie Cun Ju juga dapat dicetuskan dengan lancar.
"Tidak salah, kau memang she Ci. Ayahmu adalah pemilik alas batu Ban nian si ping
(Endapan es laksaan tahun) yang merupakan salah satu pusaka yang menjadi incaran
tokoh-tokoh bu lim . . ." Mendengar sampai di sini, wajah Lie Cun Ju semakin
menyiratkan rasa terkejutnya.
"Maksudmu, aku putra Tocu (pemilik pulau) Hek Cui To, Ci Cin Hu?"
"Tidak salah. Tadi aku justru khawatir si raja iblis itu mengenalimu!"
Sejak kecil sampai besar, entah berapa kali sudah Lie Cun Ju mendengar kisah
dendam antara I Ki Hu dengan tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu. Mula-muia I Ki Hu
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhasil dikalahkan oleh Ci Cin Hu. Tetapi beberapa tahun kemudian, I Ki Hu datang
kembali ke Hek Cui to mencari Ci Cin Hu. Dengan ilmu telapak darahnya yang
menggetarkan dunia persilatan, I Ki Hu membasmi seluruh keluarga dan anggota Hek
Cui to. Seluruh penghuni pulau itu habis dibunuh oleh I Ki Hu. Yang tersisa hanya
seorang putranya yang usianya belum mencapai satu tahun.
Selama beberapa tahun ini, menurut kabar burung, I Ki Hu terus berusaha menemukan
bayi yang tidak sempat dibunuhnya itu. Ketika Lie Cun Ju mendengar orang
mengisahkan cerita itu, diam-diam dalam hati dia sering mendoakan keselamatan sang
bayi laki-laki agar jangan sampai ditemukan oleh I Ki Hu. Tetapi mimpi pun dia tidak
pernah membayangkan bahwa bayi kecil yang sempat menjadi perhatian kalangan
orang-orang kang ouw itu adalah dirinya sendiri.
Sampai sekian lama dia termangu-mangu. Kemudian baru berkata.
108 "Apakah yang kau katakan itu benar adanya?"
"Mana mungkin palsu?"
"Mengapa kau begitu yakin aku putra Ci Cin Hu?" tanya Lie Cun Ju iagi.
"Padahal urusannya sudah berlalu begitu lama. Ketika pertama kali aku melihatmu,
usiamu baru lima bulan. Tentu saja aku tidak dapat mengenalimu. Tetapi sekarang,
wajahmu persis dengan ayahmu ketika muda. Tidak ada perbedaan sedikit pun. Mana
mungkin aku tidak bisa mengenalimu?"
"Seebun cianpwe, benda ada yang sama, manusia banyak yang mirip. Kalau
mengambil kepastian dari rupa yang sama saja, bagaimana bisa membuktikan bahwa
aku benar-benar putra Tocu Hek Cui to, Ci Cin Hu" Apalagi ayah ibuku sangat baik
terhadapku. Aku benar-benar tidak percaya kalau mereka bukan orang tua
kandungku."
"Di balik semua ini pasti ada yang tidak kauketahui. Biar aku menjelaskannya dengan
terperinci."
"Katakan saja!" Pada saat itu, seluruh tubuhnya masih terasa nyeri karena dinginnya
alas batu yang bernama Ban nian si ping itu. Tetapi karena seluruh perhatiannya
tercurah ke masalah lain, dia jadi tidak merasakannya.
"Pada waktu itu, I Ki Hu datang ke pulau Hek Cui to. Sebetulnya ayah dan ibumu
tidak mungkin kalah dengan cara yang demikian mengenaskan. Tetapi mereka sedang
berlatih semucam ilmu yang sakti. Hati si raja iblis I Ki Hu keji sekali. Begitu datang
ke Hek Cui to, dia tidak muncul secara terang-terangan. Semalam penuh dia mencari
kesempatan yang baik. Setelah mendapat kesempatan yang baik, dia langsung
menerjang ke dalam gedung rumahmu. Kedua orang tuamu sedang bersemedi melatih
ilmu, dia langsung membunuh. Mereka tanpa sempat memberikan perlawanan sedikit
pun. Setelah berhasil, dia menghabisi seluruh anggota keluargamu dan penghuni pulau
lainnya." "Kalau aku memang putra Ci Cin Hu, mengapa aku bisa meloloskan diri dari
pembantaian yang keji itu?" tanya Lie Cun Ju.
"Sebulan sebelumnya, kau dibawa pergi oleh inang pengasuhmu meninggalkan Hek
Cui to untuk mengunjungi nenekmu. Karena itu kau selamat dari pembunuhan malam
itu." "Siapa pula nenekku itu?"
"Dia orang tua juga mempunyai nama besar di dunia kang ouw, julukannya Liong Po
(Nenek naga) Chi Go Nio. Pada saat itu, dua bulan sebelumnya aku sempat
berkunjung ke Hek Cui to. Kami pernah bertemu muka satu kali. Dua bulan kemudian,
aku mempunyai sedikit urusan dengan ayahmu dan ingin menemuinya, Tetapi ketika
aku baru tiba di tepi laut, aku langsung mendengar bencana yang menimpa keluarga
besar Hek Cui to. Cepat-cepat aku menuju pulau itu untuk membuktikan
109 kebenarannya. Ternyata rnemang benar. Ayahmu pernah menanam budi yang besar
kepadaku, karena itu aku pun menguburkan semua mayat yang ada dalam pulau itu.
Kemudian aku pun teringat kepadamu. Menurut berita yang kudapatkan. hanya kau
seorang yang sempat meloloskan diri dari pembantaian itu. Sedangkan aku tahu di
mana kau berada. Bergegas aku menyusul ke rumah nenekmu, Ciu Go Nio. Tetapi di
tengah perjalanan, kembali aku mendengar berita bahwa scluruh anggota keluarga di
rumah nenekmu itu juga habis terbunuh oleh I Ki Hu. Tetapi yang melegakan hatiku
justru mendengar kabar bahwa iblis itu tidak herhasil menemukan bayi itu. Mengenai
bagaimana kau bisa meloloskan diri untuk kedua kalinva, aku sama sekali tidak tahu."
Meskipun Seebun Jit menuturkan cerita itu dengan serius, tapi Lie Cun Ju tetap tidak
percaya. "Tocu Hek Cui to mempunyai tiga orang putri dan tiga orang putra termasuk dirimu.
Yang anehnya setiap anak laki-laki maupun perempuan, di lengannya pasti ada
andeng-andeng berwarna merah. Karena itu, ketika si raja iblis I Ki Hu melihatmu, dia
langsung mengoyak lengan bajumu," ujar Seebun Jit meneruskan ceritanya.
"Tetapi di lenganku tidak ada andeng-andeng merah sedikit pun."
"Pasti pasangan suami istri Lie Yuan teiah menghilangkan andeng-andeng di
lenganrnu itu" kata Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, aku tetap tidak percaya dengan ceritamu!" ujar Lie Cun Ju sambil
meng-gelengkan kepala.
Sekonyong-konyong terlihat perubahan di wajah Seebun Jit, kemudian dengan
tergesa-gesa dia melesat keluar.
"Seebun ciangpwe, ada apa?" tanya Lie Cun Ju.
Tampak Seebun Jit berhenti sebentar di depan pintu batu. Kemudian dia melongokkan
kepalanya keluar. Wajahnya menyiratkan perasaan terkejut. Terdengar dia seperti
menggumam seorang diri.
"Aneh! Tadi terang-terangan aku mendengar suara seseorang, mengapa aku tidak
melihat siapa-siapa?" gumam Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, mungkinkah si raja iblis I Ki Hu tiba-tiba kembali lagi?" tanya Lie
Cun Ju dengan tegang.
"Jangan khawatir, sebelum sampai di Si Cuan dan bertemu dengan pasangan suami
istri Lie Yuan, dia tidak mungkin kembali kesini!" jawab Seebun sarnbil tertawa getir.
"Untuk apa I Ki Hu ingin bertemu dengan kedua orang tuaku?"
"Kau toh tidak percaya dengan kata-kataku. Tetapi si raja iblis I Ki Hu begitu
melihatmu langsung mencurigai bahwa kaulah bayi yang dulu dicari-carinya. Tentu
tujuannya untuk membasmi rumput sampai ke akar-akarnya. Tetapi dia tidak
menemukan andeng-andeng merah di lenganmu. Karena itu dia belum yakin dengan
dugaannya sendiri. Dia sengaja menahanmu di Gin Hua kok ini dan pergi ke Si Cuan
110 mencari pasangan suami istri Lie Yuan untuk menanyakan riwayat hidupmu sampai
sejelas-jelasnya. Kalau belum ada kepastian, mana mungkin dia sudi kembali lagi
kemari?" Lie Cun Ju terdiam beberapa saat. Diam-diam dia membayangkan kembali sikap orang
tuanya sejak kecil sampai dewasa terhadapnya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat
dicurigai. Tidak terlihat sedikit pun titik terang yang menyatakan mereka bukan orang
tua kandungnya. Bahkan sikap mereka lebih baik daripada kepada kokonya Li Po.
Lagipula andeng-andeng merah yang dikatakan Seebun Jit sebagai tanda kelahiran
khas keluarga Ci Cin Hu tidak terdapat pada dirinya. Bahkan sedikit luka bekas
guratan pisau pun tidak ada. Seandainya benar pasangan suami istri Lie Yuan
menghilangkan tanda itu, pasti sedikit banyaknya akan meninggalkan bekas luka.
Tetapi, meskipun demikian, Lie Cun Ju juga tidak bisa tidak percaya sama sekali
dengan keterangan Seebun Jit. Pertama, dia tidak mempunyai permusuhan pribadi
dengan Seebun Jit, bahkan perlakuan orang tua itu sangat baik terhadapnya. Kedua,
cara bicara orang tua itu juga penuh keyakinan dan tidak dibuat-buat.
Karena itu sampai cukup lama dia terdiam kemudian baru berkata lagi. "Seebun
cianpwe, biar bagaimana, urusan ini menyangkut riwayat hidupku sendiri. Aku ingin
menanyakannya kepada kedua orang tuaku agar persoalannya menjadi jelas. Harap
kau bebaskan totokan di tubuhku. Aku ingin pergi ke Si Cuan untuk menemui ayah
dan ibuku."
"Ci kongcu, ayahmu meninggal dengan cara yang mengenaskan. Meskipun aku ini
orang golongan hitam, tapi hitung-hitung aku masih mempunyai hubungan saudara
dengan ayahmu. Boleh dibilang seluruh bu lim tahu bahwa kematian ayahmu
berlangsung di tangan I Ki Hu. Tetapi ternyata tidak ada seorang pun yang berani
menampilkan diri menuntut keadilan. Hanya aku sendiri yang tiga kali berturut-turut
mendatangi Cin Hua kok untuk membalaskan dendam bagi orang tua dan saudarasaudaramu.
Tetapi sayangnya tiga kali berturut-turut pula aku mengalami kekalahan.
Akhirnya aku berpura-pura takluk kepadanya dan menjadi pelayannya. Pokoknya
selama gunung masih menghijau, hutan masih ada, jangan takut tidak ada kayu bakar.
Selama belasan tahun ini aku menahan segala penderitaan dan hinaan. Sekarang aku
sudah menemukanmu. Tetapi kau malah ingin pergi ke Si Cuan untuk menemui
pasangan suami istri Lie Yuan. Bagaimana kalau di sana kau bertemu dengan si raja
iblis I Ki Hu. Coba kau pikirkan sendiri! Apakah ilmu silatmu sekarang dapat
menandingi kepandaian si raja iblis itu?"
Mendengar nada bicara Seebun Jit yang semakin lama semakin serius, hati Lie Cun Ju
semakin bimbang.
"Lalu, entah berapa puluh tahun lagi ilmu silatku baru bisa menandingi kepandaian si
raja iblis itu?"
"Urusan ini sulit dikatakan. Tetapi batu yang kau tiduri sekarang merupakan endapan
es atau salju di gunung Thai san selama ribuan lahun. Bagi orang yang melatih ilmu
silat, khasiatnya besar sekali. Asal kau bisa menahan penderitaan dan tidur di atasnya
selama tujuh hari berturut-turut, ilmu silatmu akan pulih kembali. Bahkan tenaga
dalammu akan berlipat ganda. Mengenai urusan kelak, terpaksa melihat
111 peruntunganmu sendiri! Aku akan membebaskan totokan di jalan darahmu. Tetapi kau
harus ingat, selama tujuh hari tujuh malam, biar ada rasa sakit yang bagaimana pun,
kau tetap tidak boleh bangun dari alas batu itu. Bahkan duduk pun tidak boleh.
Pokoknya kau harus berbaring terus. Kalau tidak, mungkin ilmu silatmu selamanya
tidak pernah bisa pulih kembali!"
Sembari berkata, dia mengulurkan tangannya menepuk jalan darah di tubuh Lie Cun
Ju. Pemuda itu tadi mendengarkan cerita Seebun Jit tentang riwayat hidupnya yang
misterius. Seluruh perhatiannya tercurah kesana. Dengan demikian penderitaannya
tanpa sadar tidak terasa begitu parah. Tetapi sekarang tiba-tiba Seebun Jit
membebaskan totokannya. Dia merasa segulung demi segulung hawa dingin
menyusup ke seluruh tubuhnya dan membuat rasa nyerinya semakin menjadi-jadi.
Siksaan itu bukan main hebatnya. Tetapi dia terus mengingat ucapan Seebun Jit.
Seandainya ucapan orang itu benar, maka dirinya tidak akan menjadi orang cacat lagi.
Walaupun penderitaan ini sedemikian hebatnya, tapi dia tetap menggeretakkan giginya
erat-erat dan menahannva
Sementara itu, Seebun Jit terus mondar-mandir di dalam ruangan batu dengan wajah
serius. ***** Kurang lebih setengah kentungan kemudian, kulit tubuh Lie Cun Ju sudah kebal.
Tetapi rasa dingin bahkan menyusup ke dalam tulang belulangnya. Rasa nyerinya
benar-benar rnembuat dirinya hampir tidak tahan. Seandainya Ban nian si pemilik
Tocu Hek Cui to ini tidak demikian terkenal dan menurut kabar bisa menambah
kekuatan tenaga dalam di tubuh seseorang bahkan merupakan pusaka yang menjadi
incaran tokoh-tokoh bu lim, Lie Cun Ju juga tidak akan percaya dengan kata-kata
Seebun Jit. Sembari menahan penderitaan yang hebat, Lie Cun Ju berusaha mengedarkan hawa
murni dalam tubuhnya. Ketika dia menoleh kepada Seebun Jit, dia melihat orang tua
itu berulang kali berdiri di depan pintu batu dan melongokkan kepalanya keluar.
Telinganya seakan mendengarkan suara dengan seksama. Mimik wajahnya semakin
lama semakin memperlihatkan rasa terkesiapnya. Seakan bukan satu-dua kali, dia
menemukan ada gerak gerik di luar pintu batu itu.
Lie Cun Ju sadar ilmu silatnya saat ini bagai bumi dan langit dibandingkan dengan
Seebun Jit. Seandainya ada gerak-gerik apa-apa, dia pun tidak bisa mendengarnya.
Hatinya berharap dapat melewati tujuh hari tujuh malam dengan tenang meskipun dia
harus menanggung penderitaan yang hebat. Dengan demikian ilmunya bisa pulih
kembali dan dirinya tidak sampai menjadi orang cacat.
Tetapi kenyataan memang sering bertentangan dengan harapan seseorang. Tiba-tiba
saja dia melihat wajah Seebun Jit berubah kelam. Tubuhnya bergerak laksana terbang.
Tangannya mengulur dan meraih sebuah buntalan yang tergantung di dinding batu.
Kemudian terdengar suara Cring! Cring sebanyak dua kali. Dia berkelebat kembali ke
depan pintu goa.
112 "Siapa yang berulang kali mengintai di dalam Gin Hua kok?" Harap lekas sebutkan
nama!" Suara bentakannya itu bergelombang sampai ke tempat yang jauh. Tidak lama
kemudian terdengar suara seorang perempuan berkumandang dari kejauhan.
"Apakah pemilik lembah Gin Hua kok, I Lo sian sing ada di tempat?"
Begitu mendengar suara itu, hati Lie Cun Ju langsung tercekat. Wajah Seebun Jit juga
berubah hebat. Dia membalikkan tubuhnya.
"Ci kongcu, tidak perduli apa pun yang terjadi di luar, kau harus ingat. Jangan sekalikali
turun dari alas batu itu. Setelah keluar nanti, aku akan menutup pintu batu goa ini.
Yang penting kau harus beristirahat!" kata Seebun Jit.
Sembari berbicara, dia melepaskan buntalan kain yang dipegangnya. Cahaya
berkilauan memenuhi seluruh ruang batu itu. Dia mengeluarkan dua macam senjata
yang bentuknya aneh.
Nama Seebun Jit memang terkenal di kalangan dunia kang ouw. Salah satu senjatanya
yang istimewa adalah sebuah pecut yang memiliki lima cabang. Masing-masing
cabang itu terkait gerigi besi berbentuk setengah lingkaran yang tajamnya bukan main.
Seebun Jit mendapat julukan Hantu tanpa bayangan. Senjata andalannya sebilah golok
dan sepasang cambuk. Cambuk itu memang terdiri dari dua utas. Tetapi
menggunakannya tidak perlu dua tangan karena dapat dijadikan satu. Sedangkan
goloknya juga aneh. Lebarnya tidak seperti golok biasa. Bentuknya juga tidak
melengkung, bahkan lebih mirip batangan besi berbentuk persegi empat. Tetapi di
kedua sisinya bergerigi juga.
Karena mengenali suara perempuan itu, Lie Cun Ju jadi mengkhawatirkan
keselamatan Seebun Jit.
"Seebun cianpwe, kau harus berhati-hati!"
"Di dalam Gin Hua kok ini ada nama besar si raja iblis I Ki Hu, aku yakin mereka juga
tidak berani berbuat apa-apa!" ujar Seebun Jit.
Dia memasukkan sepasang cambuknya ke dalam selipan ikat pinggang. Setelah itu dia
melesat keluar dari ruangan batu itu. Kemudian dia mendorong sebuah batu besar
untuk menahan di depan pintu tadi. Setelah itu dengan perlahan-lahan dia menerobos
taman bunga dan berjalan menuju mulut lembah.
"Gin Hua kok dengan kalian selamanya tidak ada hubungan apa-apa. Untuk apa kalian
datang kemari?" tanya Seebun Jit dengan nada dingin.
Baru saja ucapan Seebun Jit selesai, tiba-tiba dari mulut lembah bekelebat beberapa
bayangan. Ternyata di sana sudah bertambah tiga orang. Tiga orang itu mengenakan
topeng berwarna merah darah. Dari topeng itu menyembul sepasang mata, warnanya
menyeramkan, sehingga membuat orang yang melihatnya timbul perasaan ngeri.
Jilid 3________
113 Orang yang di tengah bertubuh gemuk pendek, di sebelah kirinya seorang perempuan,
hal ini terlihat dari bentuk tubuhnya. Sedangkan di bagian kanan berdiri seorang lakilaki
bertubuh tinggi kurus.
Ketiga orang ini memang iblis keluarga Lung dari Kui Cou. Yang gemuk sebagai
saudara tertua, namanya Lung Goan Po. Orang yang bertubuh tinggi kurus saudara
kedua, namanya Lung Sen. Sedangkan yang perempuan menduduki tangga terakhir,
namanya Lung Ping!
Ketika masih berada di dalam goa batu, Lie Cun Ju dan Seebun Jit sudah mendengar
suara perempuan itu. Karenanya mereka pun mengetahui bahwa yang datang adalah
tiga iblis keluarga Lung. Lie Cun Ju pernah kena batunya ketika bertemu dengan
mereka di tengah sungai. Karena itu dia mengenali suaranya. Sedangkan pengetahuan
dan pengalaman Seebun Jit sangat luas, dia juga senang menjelajahi dunia. Ketika
dunia bu lim belum mengenal nama tiga iblis dari keluarga Lung, dia sudah sempat
bertemu dengan mereka beberapa kali.
"Rupanya kalian. Ada perlu apa kalian datang kemari?" tanya Seebun Jit dengan nada
dingin. Ketiga iblis dari keluarga Lung tidak menyahut. Mereka langsung melepaskan topeng
penutup wajah mereka yang warnanya seperti berlumuran darah.
Perasaan Seebun Jit langsung tertegun. Tanpa dapat ditahan lagi, kakinya menyurut
mundur tiga langkah. Sewaktu berkunjung ke Kui Cou tempo dulu, kakek itu sudah
pernah mendengar orang mengatakan bahwa ketiga iblis keluarga Lung memang tiga
bersaudara. Tadinya mereka prajurit suku Biao. Kemudian menurut berita yang
tersebar di dunia kang ouw, tokoh utama dari golongan hitam Hek Leng sin kun
berpesiar ke daerah Biao dan menetap di sana. Kemudian ketiga saudara ini
diterimanya sebagai murid.
Tetapi selamanya ketiga iblis dari keluarga Lung ini tidak pernah mengungkit tentang
gurunya kepada siapa pun juga. Apabila bergebrak dengan seseorang, selamanya
musuh mereka tidak pernah dibiarkan hidup. Karena itu tidak ada orang yang tahu
sampai dimana ketinggian ilmu mereka dan keistimewaan yang mereka miliki. Mereka
juga selalu mengenakan topeng. Bahkan setiap tokoh hitam yang takluk kepada
mereka, dijadikan anak buah dan diharuskan mengenakan topeng serupa. Ini
merupakan peraturan bagi mereka. Apabila mereka sampai melepaskan kedok atau
topeng yang menutupi wajah mereka, itu tandanya mereka mempunyai dendam
sedalam lautan dan turun tangan mereka pun tidak tanggung-tanggung lagi.
Karena teringat selentingan di luaran bahwa ketiga orang ini merupakan murid Hek
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
leng sin kun dan begitu bertemu mereka langsung melepaskan topengnya, Seebun Jit
jadi tertegun. Tampak ketiga orang itu tidak berwajah buruk. Setidaknya semua panca
inderanya komplit. Kalau ditilik dari usianya, ketiga orang itu paling sedikit sudah di
atas empat puluhan tahun.
"Dari tempat yang jauh kalian berkunjung kemari. Sebetulnya ada keperluan apa"
Harap katakan terus terang saja!" tanya kakek Jit.
114 "Apakah Anda Seebun Jit yang pernah bertemu muka dengan kami di Kui Cou tempo
dulu?" tanya Lung Goan Po sambil batuk-batuk kecil.
Mendengar nada mereka yang tidak begitu garang, perasaan Seebun Jit pun agak lega.
Karena bagaimana pun, mereka terdiri dari tiga orang, sedangkan dia hanya sendirian,
apakah dia sanggup mengalahkan mereka masih merupakan sebuah tanda tanya besar.
"Ingatan sam wi sungguh hebat. Cayhe memang Seebun Jit!" sahutnya.
Ketiga orang itu saling lirik sekilas. Kemudian topeng di tangan mereka dilempar ke
atas tanah. Trang! Rupanya topeng itu terbuat dari emas murni yang kemudian
dilumuri lagi dengan sejenis zat pewarna.
Setelah melemparkan ketiga topeng itu di atas tanah, tiba-tiba mereka menjatuhkan
diri berlutut di hadapan Seebun Jit ...
Tentu saja Seebun Jit terkejut setengah mati. Dia menduga mereka sedang
menjalankan akal yang licik dan mencari kesempatan untuk mencelakainya. Karena itu
dia segera menghentakkan kakinya mencelat ke belakang sejauh beberapa tindak
untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan. Pecut bercabang limanya pun
langsung dikeluarkan dari selipan ikat pinggang.
Tetapi saat itu juga Lung Goan Po mendongakkan wajahnya.
"Sahabat Seebun, jangan khawatir. Kecuali di hadapan guru kami yang berbudi,
selamanya kami belum pernah menekuk lutut di hadapan siapa pun. Tetapi urusan ini
gawat sekali, kami memohon bantuan sahabat Seebun. Kami sengaja datang kemari
untuk memohon bantuanmu. Apabila sahabat Seebun bersedia mengabulkan,
meskipun kami harus menjadi kerbau atau kuda di kehidupan mendatang, kami pun
rela." Seebun Jit mendengar nada bicara Lung Goan Po yang tulus, seakan tidak ada maksud
jahat sedikit pun. Juga tidak tampak berpura-pura. Dia merasa aneh, meskipun kakek
itu belum pernah bergebrak langsung dengan ketiga orang itu, tapi mereka cukup
terkenal di dunia kang ouw. Apalagi di wilayah Hun Kui. Entah berapa banyak tokoh
golongan hitam yang tidak berani menginjakkan kakinya ke wilayah itu, karena
merupakan tempat tinggal ketiga iblis dari keluarga Lung ini. Sekarang mereka seakan
menghadapi suatu masalah besar yang entah apa, malah berlutut di hadapannya.
"Sam wi harap berdiri! Ada apa-apa bisa kita rundingkan baik-baik!"
"Sebelum sahabat Seebun mengabulkan, untuk selamanya kami tidak akan bangun!"
kata Lung Goan Po.
Seebun Jit adalah tokoh yang sudah banyak makan asam garam. Dia bisa melihat apa
yang terkandung di dalam hati seseorang hanya dari mimik wajahnya. Dia tahu ketiga
orang ini ada sesuatu dan ingin memohon bantuannya, tetapi dia justru tidak habis
pikir apa masalahnya"
"Terserah, katakan saja apa permohonan kalian itu!"
115 Wajah ketiga orang itu langsung beseri-seri mendengar jawaban Seebun Jit.
"Sekarang Anda tinggal di Gin Hua kok ini, tentunya Anda mempunyai hubungan
yang baik dengan I losian sing. Kami bertiga ingin bertemu dengannya, harap Anda
sudi mengantar kami kepada orang tua itu!" kata Lung Goan Po kembali.
Tadinya Seebun Jit mengira ada urusan sebesar apa sehingga mereka perlu meminta
bantuannya, ternyata mereka hanya ingin bertemu dengan si raja iblis I Ki Hu. Hampir
saja dia tertawa geli.
"Kedatangan kalian sungguh tidak tepat. I Kokcu sedang keluar, tidak ada di dalam
lembah!" Tidak disangka-sangka wajah ketiga orang itu semakin bersseri-seri.
"Benar?"
"Tentu. Buat apa aku rnendustai kalian?"
"Dalam perjalanan menuju tempat ini, secara kebetulan kami bertemu dengan Leng
Coa sian sing, dia mengatakan hahwa I kokcu menolong seorang laki-laki dan
perempuan, apakah yang dikatakannya benar?"
"Tidak ..." Hampir saja Seebun Jit kelepasan bicara. Tetapi baru mengucap sepatah
kata 'tidak', dia teringat sesuatu hal. Rupanya ketiga orang ini takut berselisihan
dengan I Ki Hu, karena itu mereka menggunakan akal licik untuk memancingnya.
Mendengar I Ki Hu tidak ada di lembah, wajah mereka semakin berseri-seri. Lain
secara tiba-tiba mereka menanyakan tentang Lie Cun Ju dan Tao Ling. Di balik semua
itu pasti ada apa-apanya.
"Tidak tahu menahu mengenai urusan ini!" Seebun Jit memang manusia yang cerdas,
meskipun dalam sedetik, dia mengalihkan jawabannya, namun tidak terlihat sedikit
pun bahwa dia sedang berdusta.
Lung Goan Po menarik nafas panjang.
"Sahabat Seebun benar-benar tidak bersedia berterus terang kepada kami?"
"Aku tinggal di Gin Hua kok, ada kejadian apa pun di sini, aku pasti tahu. Tapi aku
memang tidak mengenal laki-laki dan perempuan yang ditolong kokcu."
"Mungkinkah Leng Coa sian sing mendustai kami" Aih! Sudahlah!" gumam Lung
Goan Po. Tiba-tiba ketiga orang itu melonjak bangun. Seebun Jit langsung menggetarkan
pergelangan tangannya. Sepasang cambuk di tangannya mengeluarkan cahaya yang
berkilauan. Diam-diam dia bersiap siaga terhadap segala kemungkinan. Tetapi tibatiba
dia melihat wajah Lung Goan Po berubah pucat pasi. Sepasang lengannya
gemetar! 116 "Toako! Kita toh masih bisa menemukan mereka!" teriak kedua saudara Lung Goan
Po. "Dunia begini luas. Kemana kita harus mencari mereka" Batas waktunya sudah sampai
pula, untuk apa kita bercapai diri lagi?" ucap Lung Goan Po sambil menarik napas
panjang. Sembari berbicara, sepasang lengannya terus menggigil. Kemudian terdengar suara
Krek! Krek! dua kali. Di kening laki-laki bertubuh gemuk pendek itu, tampak keringat
dingin bercucuran. Seebun Jit adalah seorang tokoh bu lim yang banyak pengalaman.
Melihat keadaan ini, dia tahu bahwa Lung Goan Po telah memutuskan seluruh urat
nadi di kedua lengannya dengan paksa.
Hati Seebun Jit semakin curiga. Dari kata-kata Lung Goan Po barusan, dia bisa
menduga bahwa ketiga iblis itu mendapat perintah dari seseorang untuk menemukan
Lie Cun Ju dan Tao Ling. Bahkan diberikan batas waktu. Seandainya sampai batas
waktunya mereka masih belum menemukan kedua orang itu, mereka harus
memutuskan urat-urat di kedua lengan mereka sendiri!
Orang yang berani bermusuhan dengan tiga iblis dari keluarga Lung, di dalam dunia
kang ouw boleh dibilang dapat terhitung dengan jari tangan. Seebun Jit sendiri juga
mempunyai nama yang cukup terkenal di dunia kang ouw, tetapi dia pun tidak berani
sembarangan mencari masalah dengan ketiga iblis ini. Kecuali Gin leng hiat ciang I Ki
Hu atau tokoh yang sebanding dengannya, Seebun Jit benar-benar tidak habis pikir
siapa yang berani mendesak ketiga iblis dari keluarga Lung itu"
Seebun Jit merenung sejenak.
"Sahabat Lung, tunggu sebentar. Seandainya tidak berhasil menemukan seorang lakilaki
dan perempuan itu, mengapa Anda sampai harus memutuskan seluruh urat di
kedua lenganmu sendiri?" tanya kakek itu.
"Sahabat Seebun toh tidak tahu dimana kedua orang itu berada, untuk apa bertanya"
Kami memberitahukan pun tidak ada gunanya." Sembari berkata, dia menolehkan
kepala kepada kedua saudaranya. Setelah itu berkata lagi. "Kalian berdua masih tidak
cepat turun tangan! Apalagi yang kalian tunggu" Meskipun kehilangan dua buah
lengan, paling tidak masih ada selembar nyawa!" kata orang yang gemuk pendek
sambil menahan sakit yang dideritanya.
Seandainya Seebun Jit seorang tokoh dari golongan lurus, tentu dia akan mendesak
siapa orangnya yang memaksa mereka dan untuk apa mereka ingin menemukan Lie
Cun Ju dan Tao Ling. Dia juga akan mencegah perbuatan mereka bertiga yang
memutuskan urat nadi lengan sendiri. Tetapi pada dasarnya dia memang seorang tokoh
dari golongan hitam. Dia sadar seorang diri melawan mereka bertiga, lebih banyak
ruginya daripada untungnya. Lebih baik menunggu mereka memutuskan dulu urat
nadi lengan masing-masing, dia baru tentukan langkah selanjutnya. Karena itu, dia
tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ternyata kedua adik Lung Goan Po juga
mengikuti tindakan toako mereka memutuskan urat nadi di lengan masing-masing.
117 Tubuh mereka gemetar dengan hebat. Keringat dingin membasahi kening. Seebun Jit
menunggu sampai pekerjaan mereka sudah selesai, baru tersenyum simpul.
"Entah siapa nama laki-laki dan perempuan yang kalian cari itu" Apabila kalian bisa
menyebutkan namanya, mungkin aku bisa membantu!"
Wajah ketiga iblis dari keluarga Lung langsung berubah hebat.
"Rupanya kau memang tahu, mengapa kau tidak mengatakannya dari tadi?" teriak
Lung Goan Po. "Toako, jangan bersikap kasar! Sahabat Seebun, orang yang ingin kami cari bernama
Tao Ling dan Lie Cun Ju!" Lung Ping menjawab sambil mengerlingkan matanya pada
toakonya. Seebun Jit melihat kening ketiga orang itu dibasahi oleh keringat dingin. Sepasang
lengan mereka menjuntai ke bawah, belum lagi wajah mereka yang pucat pasi. Dapat
dipastikan bahwa urat nadi di lengan ketiga orang itu sudah putus. Diam-diam hatinya
merasa senang. Seebun Jit menggetarkan cambuknya dan tertawa terbahak-bahak,
"Rupanya mereka yang kalian cari! Mengapa kalian tidak katakan dari tadi?"
"Rupanya Anda tahu dimana mereka sekarang berada?" tanya Lung Goan Po.
"Tentu saja tahu. Kalian tadi mengatakan kokcu menolong seorang laki-laki dan
perempuan. Kedua orang itu bukan ditolong oleh kokcu, mereka bahkan datang
sendiri." "Dimana mereka sekarang?" tanya Lung Ping gugup.
Tentu Seebun Jit tidak mungkin mengatakan jejak Lie Cun Ju dan Tao Ling kepada
ketiga iblis dari keluarga Lung itu. Karena dia tahu mereka terdiri dari orang-orang
yang keji dan selalu turun tangan dengan telengas. Tentu mereka mengandung niat
kurang baik. Sekarang Seebun Jit melihat ketiga iblis itu karena sesuatu hal memutuskan urat nadi
tangannya sendiri. Dengan kekuatannya sendiri, kakek itu juga sanggup mengalahkan
mereka dalam beberapa jurus saja. Karena itu dia tidak merasa takut sedikit pun.
"Tao kouwnio pergi mengikuti kokcu. Sedangkan Lie Cun Ju masih ada di dalam
lembah!" sahutnya tenang.
"Mengapa kau tidak mengatakannya sejak tadi?" Ketiga iblis itu bertanya sambil
melangkahkan kakinya maju.
"Mengatakannya sejak tadi" Siapa yang tahu apa yang terkandung dalam hati kalian?"
jawab kakek itu dengan nada mempermainkan.
"Baik. Kami akan mengadu jiwa denganmu!" ujar Lung Goan Po dengan nada marah.
118 Lung Goan Po yang pertama-tama bergerak. Tubuhnya membungkuk sedikit, dengan
nekat dia menyerudukkan kepalanya ke arah Seebun Jit. Tenaganya begitu kuat
sehingga mengejutkan!
Seebun Jit malah tertawa terbahak-bahak.
"Manusia tanpa lengan! Masih berani sesumbar" Apakah setelah mati ingin menjadi
setan gentayangan?"
Tubuh kakek Jit berkelebat, pecut di tangannya langsung melayang ke depan. Cahaya
perak berkilauan. Dalam sekejap timbul bayangan cambuk yang tidak terhitung
jumlahnya. Pecutan Seebun Jit itu juga terhitung keji sekali. Walaupun tidak sampai mematikan,
tetapi apabila Lung Goan Po sernpat tersambar pecutannya, paling tidak sebelah
wajahnya langsung menjadi tidak karuan karena seluruh kulitnya terkelupas.
Lung Goan Po menggeserkan kepalanya sedikit, kedua lengannya masih menjuntai ke
bawah. Tetapi sepasang cambuk di tangan Seebun Jit seperti seekor naga sakti. Cahaya
terang memercik. Tampaknya sekejap lagi, Lung Goan Po pasti akan terkena sambaran
pecut itu. Tetapi tiba-tiba, sepasang lengan Lung Goan Po yang tadinya menjuntai ke bawah
langsung mengangkat ke atas. Tangan kirinya membentuk cakar mencengkeram ke
arah cambuk Seebun Jit yang sedang menyambar ke arahnya. Dalam waktu yang
bersamaan, tangan kanannya juga menjulur ke depan mengirimkan sebuah pukulan ke
dada Seebun Jit.
Gerakan kedua tangan ini benar-benar di luar dugaan Seebun Jit. Hatinya terkesiap
bukan kepalang. Karena tadi dia melihat dengan kepala sendiri keringat dingin
menetes membasahi kening Lung Goan Po. Tangan mereka juga menimbulkan suara
berderak-derak seperti tulang yang remuk, belum lagi tubuh mereka yang gemetar dan
wajah mereka yang pucat pasi!
Ternyata, sepintar-pintarnya Seebun Jit, dia masih bisa dikelabui oleh Lung Goan Po.
Sebetulnya Seebun Jit bukan tokoh sembarangan, tetapi kali ini dia benar-benar
bertemu dengan lawan yang seimbang. Ternyata nama besar ketiga iblis dari keluarga
Lung bukan nama kosong. Kelicikan mereka tidak terduga oleh Seebun Jit.
Sementara Seebun Jit memang terkesiap bukan kepalang, namun di sisi lainnya untung
dia mempunyai kekuatan tenaga dalam yang dilatih selama puluhan tahun. Dengan
panik pergelangan tangannya ditekan ke bawah. Yang digenggam olehnya masih
sepasang cambuk bercabang lima. Begitu dihentikan, cambuk itu melontar ke atas.
Ternyata dalam keadaan yang demikian terdesak, dia bisa menghindarkan serangan
Lung Goan Po. Tetapi biar bagaimana, penghindaran Seebun Jit itu boleh dikatakan dipaksakan sekali.
Sedangkan dalam waktu yang bersamaan, Lung Sen dan Lung Ping berdua juga
menerjang ke arahnya dari kiri kanan. Mereka menjulurkan lengan masing-masing dan
119 mencengkeram ke depan. Ternyata mereka berdua juga berpura-pura, sama halnya
dengan toako mereka. Sedangkan lengan mereka tidak cacat sedikit pun.
Pada dasarnya kepandaian Lung Sen dan Lung Ping memang tidak sembarangan.
Apalagi Seebun Jit menghindarkan diri dengan terpaksa sekali. Empat buah lengan
dari kedua orang itu meluncur dalam waktu yang bersamaan.
Plak! Plak! Plak! Plak! Empat kali pukulan sekaligus tepat mendarat di bagian kiri
kanan punggung Seebun Jit.
Ilmu silat Seebun Jit sendiri memang tinggi sekali. Begitu saling menggebrak dengan
lawannya, meskipun seorang diri melawan tiga musuh, tetap saja dia bisa
mempertahankan ketenangannya. Hawa murni dalam tubuhnya memang sudah
dihimpun sejak tadi. Dengan demikian seluruh tubuhnya seperti terlindung hawa
murninya. Tiga lblis dari Keluarga Lung, masing-masing anggotanya mempunyai kekuatan
tenaga dalam yang sudah dilatih selama puluhan tahun. Begitu Seebun Jit terhantam
empat buah pukulan dari Lung Sen dan Lung Ping, dirasakan bagian kanan kiri
pinggangnya bagai ditimpa besi seberat ratusan kati. Telinganya sampai berdengung,
matanya berkunang-kunang, tubuhnya bergetar, dan hampir saja tidak dapat
mepertahankan keteguhan kakinya sehingga nyaris terjatuh!
Dalam keadaan panik, Seebun Jit merasa pinggangnya nyeri bukan main. Nadi di
pergelangan tangannya juga sempat tersampok kekuatan dari cengkeraman Lung Goan
Po. Sebelah tubuhnya terasa bagai kesemutan.
Di dalam hati ia baru sadar bahwa tiga iblis dari keluarga Lung sudah mempersiapkan
akal licik sebelum datang ke tempat itu. Kata-kata mereka yang menyatakan ingin
meminta bantuannya hanya omong kosong belaka. Tujuan mereka hanya ingin
mengetahui apakah I Ki Hu ada di dalam lembah Gin hua kok. Dan apakah Tao ling
dan Lie Cun Ju benar di sana atau tidak. Dirinya sendiri sudah malang melintang di
dunia kang ouw selama puluhan tahun. Pengalamannya sudah banyak,
pengetahuannya luas pula, tetapi dia masih sempat terkecoh oleh Tiga Iblis dari
Keluarga Lung itu.
Seebun Jit merasa benci sekali mengingat dirinya yang dibodohi mereka. Diam-diam
dia bertekad untuk menebus kekalahannya itu. Namun dia juga sadar bukan hal yang
mudah baginya. Dia berusaha membesarkan hatinya. Tetapi rasa sakit di pinggangnya
hampir tidak tertahankan. Kelima jari tangannya merenggang, cambuk di tangannya
pun terlepas. Matanya dipejamkan dalam keadaan tubuhnya terhuyung mundur
beberapa tindak.
Di sudut sebelah sana, Lung Sen dan Lung Ping mengeluarkan suara tawa yang aneh.
Mereka lalu menerjang kembali dengan mengirimkan tendangan ke bagian dada
Seebun Jit. Sebelum tendangan mereka mengenai lawannya, terdengar Lung Goan Po berteriak
dengan keras. 120 "Orang ini sudah lama berkecimpung di dunia kang ouw, kalian harus hati-hati!"
Lung Goan Po menyadari bahwa Hantu Tanpa Bayangan Seebun Jit ini bukan lawan
yang mudah dihadapi sehingga dia mengingatkan kedua saudaranya, namun sudah
terlambat. Belum lagi tendangan keduanya berhasil mengenai sasarannya, tiba-tiba
Seebun Jit sudah melangkah ke depan. Dengan mata mendelik, mulutnya
mengeluarkan suara bentakan kemudian tubuhnya melesat ke atas. Dalam waktu yang
bersamaan, tangan kirinya mengibas. Tampak segurat cahaya seperti pelangi melintas,
mengedari kaki Lung Sen dan Lung Ping yang sedang mengirimkan tendangan
kepadanya. Darah segar memercik, sementara Seebun Jit tertawa terbahak-bahak. Dia
menahan rasa sakit karena luka dalamnya, kemudian menyurut mundur setengah
langkah.
Pedang Tanpa Perasaan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Buk! Buk! Tiba-tiba Lung Sen dan Lung Ping jatuh terbanting di atas tanah. Untung
saja ilmu kepandaian kedua orang ini memang cukup tinggi. Ketika melihat kelebatan
cahaya golok, tiba-tiba saja hati mereka merasa ada firasat buruk. Mereka
memaksakan gerakan kaki yang sudah melayang keluar itu agar dapat ditarik mundur.
Namun, Seebun Jit justru terkenal di dunia kang ouw karena sebilah golok dan
sepasang cambuknya yang aneh. Panjang goloknya kira-kira empat ciok. Tipisnya
seperti selembar kertas. Tetapi tajamnya jangan ditanyakan lagi. Dibuat dari baja
pilihan yang sulit didapatkan. Bila sedang tidak digunakan, golok itu dapat digulung
seperti sabuk pinggang. Bisa disembunyikan di balik pakaian tanpa terlihat oleh
lawan. Bila dicabut keluar pun tidak tampak oleh mata lawan, tahu-tahu sudah
tergenggam dalam telapak tangan. Jurus yang digunakannya tadi diberi nama Lihat
Golok Lihat Darah. Karena itu kaki kiri Lung Sen dan Lung Ping langsung terkerat
sebatas betis dan langsung jatuh tanpa dapat mempertahankan diri lagi.
Dalam keadaan terluka parah, Seebun Jit masih sanggup melawan tiga musuh
sekaligus, bahkan melukai dua di antaranya. Ilmu kepandaiannya benar-benar tidak
dapat dipandang ringan. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping hanya terluka di bagian
luar, tetapi lukanya justru di kaki yang merupakan anggota penting dari tubuh. Mereka
segera menutup jalan darahnya untuk menghentikan pendarahan. Untuk sementara
mereka tidak bisa berhadapan dengan musuh.
Seebun Jit memaksakan diri menghimpun hawa murni dalam tubuhnya. Lung Goan Po
menghambur ke depan melihat keadaan dua saudaranya. Mengambil kesempatan itu
Seebun Jit segera mengayunkan goloknya ke bagian punggung Lung Goan Po.
Gerakan golok menimbulkan cahaya seperti pelangi. Kecepatannya sungguh
mengejutkan. Lung Goan Po menyambar kedua saudaranya kemudian mencelat ke
depan sejauh beberapa depa.
Ayunan golok Seebun Jit memang bertujuan membuat Lung Goan Po menghindarkan
diri untuk sementara. Dia bukan menyerang dengan sungguh-sungguh. Melihat Lung
Goan Po mencelat ke depan, dia juga menggeser kakinya dan memungut kembali
sepasang cambuknya yang terlepas dari tangannya tadi.
Tampak tangan kirinya menggenggam goloknya yang berbentuk aneh, sedangkan
tangan kanannya memegang cambuk bercabang lima. Seebun Jit berdiri dengan tegak,
penampilannya angker. la mendongakkan wajahnya dan mengeluarkan suara siulan
121 panjang. Kalau diperhatikan tidak seperti orang yang sudah terluka parah. Padahal
kenyataannya justru dalam keadaan terluka parah.
Semestinya, orang yang sudah terluka seperti Seebun Jit sekarang ini, tidak boleh
menggunakan tenaga dalamnya untuk tertawa terbahak-bahak. Karena akan
menyebabkan lukanya semakin parah. Namun Seebun Jit menyadari keadaan di depan
matanya saat ini. Sekarang tinggal Lung Goan Po yang masih bisa bertarung
dengannya. Apabila otaknya cerdas, dia bisa mendesak. Seebun Jit terpaksa mundur
terus dan mendekati Lung Sen serta Lung Ping. Meskipun keduanya terluka dan
terkulai di atas tanah, sepasang tangan mereka masih dapat digerakkan. Tidak sampai
dua puluh jurus, Seebun Jit pasti berhasil dikalahkan. Yang jelas tubuhnya sendiri
sudah terluka parah. Saat ini seandainya dia berpura-pura tidak terluka, bahkan
berlagak mencoba menantang ketiga orang itu, mungkin mereka malah menjadi ragu
atau mungkin mereka malah mengundurkan diri untuk sementara!
Kedatangan ke Tiga Iblis dari Keluarga Lung ini mempunyai tujuan tertentu. Dan
mereka tidak mungkin menyelesaikan masalahnya begitu saja. Tetapi asal bisa
mendapat kesempatan untuk mengatur nafas dan menjaga pintu batu agar mereka tidak
menerobos masuk ke dalam, sudah lebih dari cukup. Karena itu, Seebun Jit tidak
memperdulikan keadaannya yang terluka parah dan sengaja mengeluarkan suara siulan
panjang kemudian tertawa terbahak-bahak.
Setelah tertawa beberapa saat, dia mengayunkan golok di tangannya. "Lung Lo toa,
nyalimu sudah ciut?" ujarnya dengan suara keras.
Sesaat ketiga iblis dari keluarga Lung benar-benar terkecoh oleh sikap Seebun Jit.
Mereka saling pandang sekilas, kemudian Lung Goan Po memapah kedua saudaranya
dan mengeluarkan suara tertawa dingin. "Hen! Jangan senang dulu, Seebun Jit! Hari
ini tidak berhasil, besok kami pasti datang kembali! Tunggu saja!"
Sekali lagi Seebun Jit tertawa terbahak-bahak.
"Biar kapan pun kalian datang, asal aku . . ." Seebun Jit mengerutkan kening sedikit
saja, "Anggaplah aku bantu"
"Kata-kata yang bagus!" Sembari memapah kedua orang saudaranya di kiri dan kanan,
Lung Goan Po mendelik kepada Seebun Jit. Meskipun Lung Sen dan Lung Ping
berjalan dengan sebelah kaki, gerakan tubuh mereka tetap gesit. Dalam sekejap mata,
mereka sudah keluar dari lembah Gin Hua kok.
Seebun Jit sadar kepergian mereka kali ini demi menyembuhkan luka Lung Sen dan
Lung Ping. Setelah keduanya sembuh, mereka pasti kembali lagi. Diam-diam Seebun Jit menarik
Misteri Bayangan Setan 13 Kisah Si Bangau Putih Bu Kek Sian Su 14 Karya Kho Ping Hoo Rahasia 180 Patung Mas 7