Pendekar Latah 22
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen Bagian 22
Hwi-Liong-tocu memang jago kelas satu, disaat siau-go-
Kian-kun menyerang sek Khong, diapun menghantam kepada
siau-go-Kian-kun, namun siau-go-Kian-kun tidak hiraukan
pukulan orang begitu menyampuk pergi golok sek Khong,
dengan sejurus Kim-na-jiu-hoat yang lihay dia pegang dan
pelintir pergelangan tangannya serta meringkusnya.
Maka terdengarlah "Blang" pukulan Hwi-liong-tocu dengan
telak menghantam punggung siau-go-Kian-kun dengan keras,
siau-go kian-kun terhuyung sempoyongan kedepan dua
langkah sebaliknya Hwi-liong-tocu terpental balik dan
terbanting keras dengan kaki tangan menghadap langit sejauh
tiga tombak. Agaknya Iwekang slau-go-Kian-kun beberapa lipat lebih
kuat dari Hwi-liong-tocu, maka dia berani menerima pukulan
orang. Kalau dia tidak terluka apa-apa, sebaliknya Hwi-liongtocu
terbanting pusing dan pandangan ber-kunang2,
merangkak bangunpun tidak mampu lagi.
Menurut perhitungan Kongsun Ki ketiga pembantunya
dapat menahan sebentar sehingga dirinya sempat mengejar
datang. Tak kira siau-go-Kian-kun gunakan cara yang begini
lihay untuk meruntuhkan semangat mereka, malah sek Khong
ditawannya pula.
Keruan Kongsun Ki mencatos gusar, damratnya seperti
kebakaran jenggot:
"jangan harap kalian bisa keluar dengan hidup Letakkan
orangku dan menyerah, mungkin aku ampuni jiwa kalian."
sembari bicara langkah kakinya bagai terbang.
siau-go-Kian-kun angkat sek Khong tinggi- terus
memutarnya beberapa lingkaran, bentaknya:
"orang she Hoa berlaku terus terang, siang-keh-po pergi
datang sesuka hatiku, buat apa harus pakai sandera kurcaci
segala" Nah kukembalikan tawananku, sambutlah" diiringi
hardikannya, dia lemparkan badan sek Khong.
Betapa tajam pandangan Kongsun Ki, dia tahu siau-gokian-
kun melempar dengan menggunakan ilmu meminjam
benda menyalurkan Iwekang tingkat tinggi, badan orang dia
anggap senjata rahasia untuk menyerang dirinya.
Kalau dia mendorong dengan kekuatan pukulan tangan,
jiwa sek Khong pasti tamat oleh bentakan tenaga dahsyat sek
Khong dipandangnya sebagai pembantu setia yang terpercaya,
tujuan Kongsun Ki hendak mengambil hati anak buahnya,
maka terpaksa Kongsun Ki merelakan mengorbankan sedikit
tenaga murninya untuk menyambut badan sek Khong.
Dan karena rintangan2 ini, Kongsun Ki sudah ketinggalan
sepuluhan tombak oleh siau-go-Kian-kun, saking gusarnya
Kongsun Ki membentak:
" Lepas panah"
Tatkala itu Hong-lay-mo-li dan siau-go-Kian-kun kebetulan
tiba ditengah lapang yang dikelilingi gulungan anak panah
hujan lebat dari empat penjuru, semuanya direndam racun
jahat lagi. saking kesenangan Kongsun Ki ter-loroh2, barusan dia
menangkap badan sek Khong, walau dia sendiri harus terkuras
sedikit hawa murninya, namun terasa-kan pula olehnya bahwa
tenaga siau-go-kian-kun banyak berkurang agaknya lawanpun
terluka rada parah-
Maka saking kegirangan Kongsun Ki menyangka mereka
sudah masuk perangkap tinggal meringkus saja kalau tidak
terpanah mampus.
Hong-lay-mo li putar kebut dan pedang untuk melindungi
badan, sementara siau-go-Kian-kun gunakan kipasnya
melindungi muka, panah2 beracun yang menyentuh badannya
sama rontok- itulah ilmu Can-ih-cap-pwe-tiat tingkat tinggi-
Untuk sementara memang mereka dapat bertahan tidak
terluka, namun karena harus melayani hujan panah sehingga
ginkang mereka sedikit terpengaruh, maka jarak mereka
dengan Kongsun Ki cepat sekali menjadi dekat sementara
hujan panah tak berhenti ilmu Gan-i-cap-pwe-tiat paling
mengurus tenaga, sedikit lena bukan mustahil mereka terluka.
Lekas sekali jarak kedua pihak tinggal tiga tombak.
Kongsun Ki menyeringai dingin: "Tidak mau menyerah"
sumoay, terutama wajahmu nan ayu jelita, sungguh sayang
kalau mampus"
Tiba2 Hong-lay-mo-li membentak:
"Kongsun Ki, kalau kau tidak bertobat dan mengubah
hiidupmu, lain kali kita datang kembali akan kupenggal batok
anjingmu."
Kongsun Ki bahak2.
"Lain kali kalian masih ingin datang lagi" Haha, apakah
bukan mimpi?"
tak nyana belum habis dia bersuara, Tiba2 Hong-lay-mo-li
yang lari tiba dibawah sebuah gunungan menyelinap hilang,
semula gunung itu terang tiada guanya- namun begitu Honglay-
mo-li tempelkan punggungnya, tiba2 dia merunduk masuk,
lekas sekali siau-go-kian-kun ikut lenyap dibelakangnya.
Waktu Kongsun Ki mengejar tiba dibawah gunungan itu
didengarnya suara krekat-kreket, gua itu sudah tertutup rapat
pula. Keruan Kongsun Ki mencatos gusar, teriaknya:
"Keparat, melihat setan belaka" dengan sengit dia
menghantam beberapa kali, sehingga batu gunung hancur
beterbangan, namun betapapun dahsyat kekuatan pukulannya
takkan kuat merogohkan sebuah gunungan batu yang kokoh
kuat" setelah pikiran tenang kepala dingin baru Kongsun Ki
mencelos hatinya, batinnya:
"Kiranya gunungan ini masih ada rahasianya aku yang jadi
penguasa disini tidak tahu apa?, mereka malah tahu begini
jelas" Kiranya waktu memberikan peta siang-keh-po, siang-kehsu-
lo ada memberitahu akan rahasia yang di-bangun oleh
majikan tua mereka. Maka tanpa sangsi Hong-lay-mo-li lari
keluar dari gua dibawah tanah ini dan tiba dipuncak Hou-loansan,
karena diduga tanpa tuntunan seorang tokoh kosen
Kongsun Ki takkan berani memburu mereka, maka dengan
tenang dan tentram mereka sembunyi dalam hutan istirahat
sambil menyembuhkan luka2 dalam dan mengusir hawa
racun. setelah masing2 menelan Pi-sia-tan buatan Liu Goan-cong
semangat Hong-lay-mo-li lebih segar, namun-hatinya
mendelu, katanya menghela napa2:
"Tak nyana siang Ceng-hong berubah demikian rupa."
"Kukira dalam hal ini pasti ada latar belakang yang tak kita
ketahui." demikian kata siau- go- kian- kun.
yang benar siang Ceng-hong bukan seorang gadis yang
takut mati, bahwa dia bersikap demikian lantaran tidak ingin
merembet dan bikin susah mereka.
Tapi bahwa dia rela menikah dengan Kongsun Ki memang
mempunyai maksuds penting, maksud penting apa Hong-laymo-
li dan siau-go-kian-kun yang cerdik pandaipun takkan
pernah membayangkan seluk beluk hal ini, biarlah kita
ceritakan dibagian belakang.
Tujuan mereka ke siang-keh-po boleh dikata gagal total
terpaksa dengan rawan hati Hong-lay-mo-li iringi siao-go-kiankun
menuju ke Tay Toh- kota raja negeri Kim.
Kepandaian mereka tinggi, berpengalaman lagi maka
sepanjang jalan mereka tidak pernah mengalami kesulitan,
Disaat mereka tiba di Tay toh: musim semipun kebetulan
sudah mendatang.
satu hari sebelum memasuki Taytoh siau-go-kian-kun
keluarkan dua lembar kedok muka, hasil rampasan dari
seorang maling cabul pemetik kembang soa-tam-cu yang dia
hajar, dengan mengenakan kedok muka ini, maka asal usul
mereka jadi tidak diketahui orang lain,
Taytoh merupakan kota raja yang dibangun dengan segala
kemewahan oleh pemerintah Kim, bukan saja merupakan
pusat pemerintahan menjadikan pusat perdagangan
kebudayaan dan lain2.
Lalu lintas yang keluar masuk kota tak terhitung
banyaknya, dengan mengenakan kedok muka, siau-go-kiankun
berdua mencampurkan diri dalam rombongan pedagang
beras menyaru jadi suami istri dengan gampang masuk ke
Taytoh. Langsung mereka mencari hotel kecil dijalanan sepi dan
menetap disana, setelah makan malam pura2 mencari angin
mereka keluyuran keluar menuju ke gedung kediaman Bu-limthian-
kiau yang dinamakan Ki-ong-hu.
Ki-ong-hu terletak disebelah timur, daerah yang tidak
begitu ramai namun malam ini sungguh luar biasa sekali
ramainya- Baru saja mereka tiba diseberang jalan yang
berjajar dengan Ki-ong-hu dari kejauhan sudah kelihatan
kembang api berpijar dan tetabuan musik mengalun tinggi,
tambur dan gembreng ditabuh ber-talu2. Manusia berlalu
lalang menuju kearah timur semua berdesakan kedepan Kiong-
hu. Waktu mereka tiba disana kebetulan suara tambur dan
gembreng ditabuh pula dengan ramai memekakkan telinga,
orang disekitarnya sama bertepuk tangan seraya bersorak:
"Nah itulah tarian naga sudah mendatang- Ha, jauh lebih
ramai dan megah dari cioan-siau"
Tampak sebuah liong-liong panjang tiga tombak berwarna
kuning mas tengah ditarikan keluar dari istana, badan naga
atau Liong ini dilapisi kain sutra tebal yang mengkilap,
sementara sisiknya terbuat dari kepingan emas murni, bulu
kumisnya terbuat dari batu karang laut yang memutih,
sementara matanya terbuat dari jamrut sebesar buah apel,
dibawah pancaran tengloleng yang dibawa puluhan gadis-jelita
dikerek tinggi diutus galah tengah berjoget mendatangi
dimainkan tiga puluh enam laki2, tak ubahnya seperti naga
yang sedang menghibur diri selulup timbul ditengah samudra
saja. Belum lagi permainan liong- liong disini berakhir, sekonyong2
terdengar pula gembreng dan tambur ber-talu2
diiringi musik dan trompet, tampak seekor binatang Kilin yang
besar tengah menari dan seperti melompat diujung jalan sana,
kaki depannya terangkat mulutnya tenganga keudara,
mulutnya mencaplok sebutir bola bundar yang kemilau besar
itulah batu permata sebesar kepelan tangan, dua biji matanya
mencorong terang seperti hidup.
Waktu Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun menegasi,
tampak Kilin ini dimainkan oleh 24 laki2 kekar, setiap orang
mengenakan pakaian seragam yang bersisik terbuat dari kulit
binatang setiap orang memakai sabuk mengkilap putih, pada
bagian tengah sabuk-nya dihiasi sejalur bintik2 kuning yang
kemilau pula, kopiah yang mereka kenakanpun dari kulit2
binatang yang berbulu panjang, demikian pula sepatu panjang
mereka penuh diliputi bulu2 lebat yang panjang.
Dilihat dari kejauhan, bentuk Kilin ini sungguh amat angker
tak ubahnya binatang yang benar2 hidup dan gagah.
Kalau seragam ke24 laki2 itu aneh tidak perlu diherankan,
yang hebat adalah cara mereka main, langkah kakinya serasi
dan terkontrol, lincah dan cekatan, tampak Kilin yang satu ini
setiap berganti langkah selalu diiringi bunyi musik yang
berlainan pula, kadang2 seperti lompat diangkasa terbang
bebas, kadang2 mendekam dibumi dan bergelindingan.
Begitu suara tambur berdentam seru dan beruntun seperti
hujan derasnya Kilin itu lantas berguling2 di-tanah lapang
yang luas itu- namun setiap gerak gerik pelakunya tiada
satupun yang kacau atau ketinggalan semuanya dapat berlaku
dengan baik, demikian sisik perak dan emas serta perhiasan
mahal yang berada di-atas Kilin tiada satupun yang copot atau
jatuh, 24 orang seperti tunggal begitu hebat dan bagus sekali
permainan mereka sampai penonton terpesona dan kabur
pandangannya- Diam2 Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun kaget dan
kagum, karena dari permainan Kilin ini, dapatlah dibuktikan
bahwa ke 24 orang pemain ini pasti memiliki kepandaian silat
yang setingkat tingginya, pastilah mereka adalah pelatih2 silat
yang pilihan didalam pasukan Gi-lim-kun yang dibawahi
Wanyan Tiang-ci.
se-konyong2 terdengar sempritan berbunyi, maka tambur
dan gembreng segera berbunyi gencar lebih gencar dari tadi,
rakyat yang berjubel2 menonton se-rempak berseru gegap
gempita: "Nah itulah, Ngo-hong-tian-yang telah tiba"
Tampak dari dalam istana Ki-ong-hu dilarikan keluar seekor
burung Hong, setiap burung Hong dari ekor sampai keujung
kepalanya ada 7- kaki tingginya, bulu burung dibuat dari
anyaman mutiara dan lempengan2 emas dan perak, bagian
dalamnya kosong dan disana ada dipasang puluhan buah
lampu istana, setiap lampu istana ini dibuat dari kaca yang
diletakkan dengan tempat2 yang serasi didalam perut burung
sehingga dari luarnya kelihatan cahaya terang yang tembus
dari luar. yang menarikan burung2 Hong ini adalah 50 gadis2 cantik,
pilihan dari pada biti2 istana, dengan langkah ringan gemelai,
mereka melarikan ke 5 burung Hong ini seiring dengan
gerakan2 tangan dan kaki mereka, burung Hong itu bisa
bergerak seperti terbang mematuk- manggut, menggerakan
ekor mirip sekali dengan burung hidup, kadang2 seperti
pentang sayap terbang diangkasasuara
gembreng tambur dan trompet kini berubah kalem
dan solo, lagu yang dinyanyikan adalah irama penyambutan
tamu dengan mendampingi naga emas burung Hong ini
menari bersama, maju kearah mana menyongsong
kedatangan sang Kilin, Rakyat yang melihat keramaian
serempak bersorak sorai bertepuk tangan semua sama berteriak2:
"Burung Hong berdampingan naga menyambut kedatangan
Kilin pengantar putra, tak nyana ada juga orang yang dapat
memikirkan acara sebagus ini. Em. mungkin putra raja sendiri
yang kawinpun tidak akan semeriah ini-"
Kebetulan Hong-lay-mo-li berada tidak jauh dari seorang
tua yang ikut bersorak-sorai, segera dia ber-tanya:
"Apakah istana sedang mengadakan perayaan
perkawinan?"
"Tentu sedang merayaan perkawinan kalau tidak masakah
begini ramai" sahut orang tua itu.
seorang disebelahnya segera menimbrung:
"Kalian dari luar daerah bukan masalah pernikahan yang
menggemparkan seluruh kota raja inipun tidak kau ketahui-"
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siau-go-kian-kun tertawa- sahutnya:
"Memang kami baru datang dari desa, kebetulan bisa
melihat keramaian ini, beruntungan kita bisa saksikan atraksi
yang jarang ada ini. Memangnya pangeran yang manakah
yang menikah?"
"yang mana lagi, sudah tentu adalah Tam-pwecu" sahut
orang tua itu, "bukankah kau lihat Bagainda rajapun sampai mengantar
Kilin itu" Kecuali Tam-pwecu yang satu ini, siapa lagi yang
punya muka untuk mendapat penghargaan setinggi ini?"
"setahuku didalam Ki-ong-hu ada beberapa pwe-cu, benar
tidak" Agaknya Tam-pwecu yang ini rada luar biasa, lalu
siapakah dia sebenarnya?" tanya siau-go-kian-kun.
orang disebelah itu tertewa, sahutnya:
"Nama besar Tam pwecu sudah diketahui rakyat dikolong
langit Masa kau belum pernah dengar Bu-lim-thian-kiau" yang
menikah hari ini adalah Bu- lim-thian- kiau- "
Kuatir orang kurang jelas, siorang tua segera
menambahkan: "Kau ini orang desa, mungkin tidak pernah belajar silat,
mungkin memang tidak tahu siapa itu Bu-lim-thian-kiau
bukan" Tapi Tam-pwecu yang menentang raja lalim yang
terdahulu itu. tentunya sudah kau ketahui bukan?"
"o, kiranya begitu, entah nona keluarga manakah yang
mendapat berkah dapat dipersunting oleh Tam-pwecu?"
"Wah siapa mempelai perempuannya aku sih tidak tahu.
Aduh, ngobrol saja sampai tidak sempat nonton lagi. Nah
bagus sekali tarian itu." kata orang disebelah dengan malu2.
"Benar, tontonan begini baik kapan bisa kita nikmati,
biarlah aku mendesak kedepan sana supaya lebih jelas-"
demikian kata siau-go-kian-kun.
setelah mendesak kesebelah depan, diantara bunyi musik
yang gaduh itu, dengan ilmu mengirim suara gelombang
panjang siau-go-kian-kun berkata kepada Hong-lay-mo-li:
"Kebetulan sekali kedatangan kita. Ih-tiong sedang
merayakan pernikahan. Kau kira siapa gerangan mempelai
perempuannya" "
"Ah- masa perlu ditanya lagi, sudah tentu jilian Ceng-hun
adanya." ujar Hong- lay- mo-li-
"Apa kau tidak merasa heran?" tanya siau-go-kian-kun.
"Memangnya aku sudah merasa perayaan pernikahan ini
rada ganjil. Paman Ih-tiong dan Wanyen Tiang-ci tahujelas
hubungannya dengan yalu Hoan-ih. Kini yalu Hoan-ih yang
memberontak itu menduduki gunung angkat diri menjadi raja,
berusaha menegakkan kembali kerajaan Liau.
Kekuatan pasukan yalu Hoan-ih merupakan laskar rakyat
yang paling besar kekuatannya difron belakang kerajaan Kim
yang menentang politik perangnya.
Tapi malam ini jilian ceng-hun justru kawin dengan Tam
Ih-tiong diistana dengan raja dan kerabat istana yang
menyiapkan segala kemewahan ini, jikalau tidak mempunyai
maksud2 tertentu, Wanyan yong raja yang baru ini masakah
sudi melakukan semua ini" Kejadian ini benai2 terlalu sulit
dipercaya."
"Cobalah kita pikirkan dari arah lain, kemungkinan pula
penganten perempuannya bukan jilian ceng-hun atau memang
inilah hanya muslihat Wanyan yong untuk merangkul Bu- limthian-
kiau" "
Hong-lay-moli geleng2, katanya " Kedua perumpamaanmu
tidak mungkin terjadi. Tam Ih-tiong mana sudi kawin dengan
sembarang orang, betapapun besar kebijaksanaan wanyan
yong, takkan mungkin membiarkan seorang musuh yang
memiliki kekuatan pasukan yang menentang
pemerintahannya, setiap raja tiada yang tidak selalu
menguatirkan orang lain kini kakak istri yalu Hoan-ih menjadi
istri Bu-lim-thian-kiau, menetap dikota raja, apakah dia tidak
kuatir Bu-lim-thian-kiau menjadi bisul berbahaya diatas
badannya?"
"Baiklah, kedatangan kita malam ini memang kebetulan
perayaan ini pasti diteruskan sampai pagi hari. Betapapun kita
harus masuk menengok keadaannya, kita bujuk Ih-tiong dan
Ceng-hun untuk selekasnya pergi saja." demikian kata siaugo-
kian-kun. "Diluar istana keadaan begini ramai, kukira didalam istana
pasti tidak kurang ramainya, malah mungkin keramaian ini
terus berlangsung sampai pagi. Di-bawah sorot mata banyak
orang, betapa pun tinggi Ginkang kita, mana bisa masuk
dengan leluasa."
Tapi siau-go-kisn-kun tidak kehabisan akal,
"Marilah kau ikut aku." katanya Tiba2-Tatkala itu kebetulan
banyak pejabat yang sedang mohon diri untuk pulang, maka
pintu istana dibuka lebar mengantar para tamu keluar
beberapa orang pembantu istana berbondong- keluar
mencarikan jalan dengan menabuh gembreng, namun karena
permainan liang-liong dan Kilin serta burung Hong sedang
memuncak sehingga jalanan di luar penuh sesak berjubel2,
sehingga suasana sedikit kacau.
siau-go-kian-kun sengaja mendesak maju kedepan dia
pura2 tak sempat minggir didepan pasukan kehormatan yang
berusaha membuka jalan dan jatuh terduduk- Dua orang yang
terdepan dari pasukan pembuka jalan ini segera membentak
sambil angkat cambuk-
"Hayo lekas minggir."
Hong-lay-mo-ili pura2 ter-gopoh2 memburu maju menarik
siau-go-kian-kun, dengan langkah memburu lekas siau-gokiankun
berdiri menyingkir melalui samping badan kedua orang ini.
malah hampir saja dia membentur badan mereka. Melihat
Hong-lay-mo-li berparas ayu, baru kedua orang itu tidak turun
tangan hanya mulutnya saja menggerundel dengan bahaya
Nuchen yang tidak dimengerti.
Hong-lay-mo-li kenal orang yang sedang mengantar tamu
adalah saudara tua semarga dengan Bu-lim-thian-kiau yaitu
Tam si-ing, kebetulan sorot mata Tam-si-ing sedang tertuju
kearah sini, walau mereka mengenakan kedok muka, namun
potongan badannya tidak mungkin berubah-
Tiba2 Tam si-ing seperti sudah kenal kedua orang ini, tiba2
bercekat hatinya. Tapi dia sedang mengantar seorang
pembesar tinggi sudah tentu tidak enak berhenti mencari tahu
tentang diri mereka.
Apalagi siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li berpakaian
rakyat jelata seperti rakyat negeri Kim umumnya, betapa
banyak orang yang pernah dijumpai pada hari ini. tentunya
tidak perlu dibuat heran. Tapi hatinya masih merasakan
"keanehan"pada kedua orang ini.
Dikala hatinya me-nimang2, sementara siau-go-kian-kun
berdua cepat sekali sudah menyelinap masuk diantara
gerombolan orang banyaksetelah
memasuki sebuah gang kecil dan jauh dari
keramaian orang banyak Hong-lay-mo-li baru menghela napa2
lega, katanya tertawa:
"Untung Tam si-ing tidak mengenali kita. em. bagaimana
kita gunakan kedua benda ini?"
siau-go-kian-kun keluarkan dua lencana tembaga yang
mengkilap, satu dia serahkan kepada Hong-lay-mo-li, katanya:
"inilah tanda pengenal bagi setiap orang yang
diperbantukan didalam istana, asal bisa menunjukan lencana
ini. penjaga akan membiarkan kita masuk"
kiranya waktu bersentuhan dengan dua orang tadi, siau-gokian-
kun lancarkan ketangkasan tangan mencuri kedua
lencana pengenal ini dari tangan kedua orang tadi.
Untuk menghindari kecurigaan maka mereka berputar
kebelakang dan masuk melalui pintu belakang, denah
bangunan Ki-ong-hu ini meliputi beberapa puluh hektar, depan
belakang merupakan dua jalan raya besar, sebelum masuk
siao-go-kian-kun berdua doos petasan kembang api,
dihadapan penjaga pintu dia pakai alasan yang masuk akal
sehingga leluasa sekali masuk kedalam istana.
Ternyata didalam istanapun ramai sekali, dimana2 ada
panggung pertunjukan opera. ruang2 besar kecil penuh sesak
dihadiri orang2 yang sedang makan minum, suara musik
gembreng dan tambur terdengar di-mana2 seperti pasar
malam saja layaknya, ramainya bukan main.
Diam2 Hong-lay-mo-li mengeluh:
" Celaka, jikalau mereka merayakan sampai pagi cara
bagaimana kita bisa menemui Bu-lim-thian-kiau?"
"Kini sudah kentongan ketiga, orang2 yang bikin ribut
dikamar penganten tentu sudah bubar. Aku tahu tempat
tinggal Ih-tiong, biasanya dia suka menyepi diri, kamarnya
berada dibilangan paling belakang ditengah taman kembang.
Kukira kamar penganten malam ini pasti berada disana
hayolah kau ikut aku saja."
maka dengan melewati gerombolan orang banyak yang
sedang melihat opera, tanpa diketahui orang akhirnya mereka
sampai dipekarangan tengah-
Diapit oleh dua gunungan yang megah lapat2 kelihatan
sebuah bangunan berloteng kecil taman kembang disinipun
dipajang dan dihiasi lampu2 warna warni, pajangan dan
suasana didalam loteng kecil itu lebih semarak lagisiao-
go-kian-kun berbisik tertawa:
"entah mereka sudah tidur belum" Tak nyana kita bakal
datang sebagai tamu yang tidak diundang untuk bikin onar di
kamar penganten mereka"
"Memangnya," ujar Hong-Lay-mo-li,
"mungkin mimpipun mereka tidak menyangka bakal
kedatangan kami?"
Kalau mereka tengah memikirkan keadaan Bu-lim-thian
kiau. Bu-lim-thian-kiau saat manapun sedang mengenang dan
merindukan mereka.
Bu lim-thian-kiau dan jilian ceng-hun sudah masuk kekamar
penganten, orang- yang tadi menggoda sepasang mempelai
sudah bubar semuanya. Tak pernah terpikir oleh Bu-lim-thiankiau
bahwa perkawinannya bakal diadakan semeriah ini, waktu
dia tidak suka keramaian, terpaksa tadi dia harus melayani
ucapan selamat para tamu sampai tangan pegal kaki lemas
dan penat setengah mati.
Kini setelah kembali ke-kamar, baru dia merasa lega,
pelan2 Bu-lim-thian-kaiu menyingkap kerudung merah yang
menutupi muka jilian ceng-hun, katanya tertawa:
"Adik Hun, bikin kau capai saja."
sedikit meram mata jilian ceng-hun, sahutnya tertawa:
"Kaupun sudah letih, h m, sungguh tak terkira. Aku bakal
menikah diistana, sekarang aku masih merasa mengambang
diantara mega, entah apakah ini sebuah impian?"
Bu-Lim-thian-kiau mengelus rambutnya- tanyanya:
"Apa kau senang?"
jilian Ceng-hun angkat kepalanya menatapi muka Bu-limthian-
kiau yang tampan ganteng, dengan puas dia manggut
katanya: "Malam ini adalah hari bahagia kenapa aku tidak senang.
Terus terang pernikahan semewah ini kurang mencocoki
seleraku, aku kuatir tak-kan bisa betah dan krasan hidup
didalam lingkungan istana yang dibatasi adat dan peraturan."
Bu-lim thian-kiau manggut2, katanya:
"Akupun tidak akan tinggal lama di istana, setelah malam
ini, kita bisa minggat secara diam2, terjun kembali ke
Kangouw." "Baik sekali" ujar jilian ceng-hun,
"kita bisa menyambangi jing-yau cici-"
Bu-lim-thian-kiau jadi ter-mangu2 terkenang akan
hubungan intimnya dulu dengan Liu jing-yau yang pernah dia
puja2 namun takdir memang sudah menghendaki perjodohan
orang tidak bisa dipaksakan, baru sekarang pula dia lebih
memahami akan kebenaran ini, selanjutnya dia hanya bisa
pandang mereka sebagai teman karib, bertekad pula untuk
mengasihi dan mencintai sang istri sepenuh hati-
"Tam-long" bisik jilian Ceng-hun,
"apa yang sedang kau lamunkan?"
Bu-lim-thian-kiau tertawa, katanya:
"Aku sedang pikir, bila Hoa Kok-ham dan Liu jing-yau bisa
hadir dalam pernikahan kita ini, betapa akan menyenangkan.
entah mereka sudah menikah belum" sebagai penganten baru
kita menyambangi mereka entah betapa mereka akan
kegirangan."
"Entah terlalu banyak minum arak. kepalaku terasa sedikit
pusing. Tam-long, bagaimana perasaan-mu?"
"Takaran minumku jauh lebih besar. em, ya akupun rada
pusing, marilah lekas istirahat."
Tiba2 terbayang perasaan hambar dan gugup pada muka
jilian ceng-hun, katanya:
"Aku mendapat firasat se-olah2 ada sesuatu yang ganjil.
Tam-long, jangan keburu tidur"
Bu-lim-thian-kau melengak, katanya:
"Apa yang ganjil?"
sesaat diapun mulai menyadari, terasakan sesuatu yang
memang janggal pada dirinya.
"Tam-long, ingin aku mohon petunjuk ilmu silat kepadamu.
Cara bagaimana kau mengerahkan Iwe-kang dalam ajaran
Pan-yok-ciang-lat" Coba kau mainkan supaya kulihat."
Dimalaman penganten permintaan jilian ceng-hun tentunya
keliwat batas dan tidak masuk akal, namun Bu-Lim-thiankiaupun
sudah merasakan adanya firasat jelek, maka dia tidak
menaruh prasangka aneh terhadap permintaan jilian cenghun.
Dengan ragu2 dan bimbang Bu-lim-thian-kiau ber-kata:
"Baiklah, biar kumainkan sebentar." sembari bicara
sekenanya dia menyamber sebuah mainan singa2an yang
terbuat dari tembaga untuk menindih kertas atau surats,
begitu dia kerahkan tenaganya, "Tang" singa tembaga itu
jatuh berkerontangan, kiranya karena Bu-lim-thian-kiau
kerahkan tenaga meremas singa tembaga ini, jarumnya terasa
sakit luar biasa tanpa sadar segera dia lepaskan cekalan-nya.
Kejadian luar biasa yang tak mungkin terjadi ini sungguh
amat mengejutkan sekali, seketika mereka beradu pandang
dengan melongo dan air muka pucat.
Maklumlah betapa tinggi dan kuat Iwekang Bu-lim-thiankiau,
yang dia gunakan adalah Pan-yok-ciang-lat yang mampu
membelah pilar, singa tembaga itu sebetulnya bisa dia remas
hancur namun singa tembaga itu tidak kurang suatu apa,
malah jari2 sendiri yang kesakitan.
Lama sekali baru Bu-lim-thian-kiau seperti tersentak sadar
dari kebingungannya, teriaknya kaget:
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Adik Hun, memang kurang benar kita sudah ditipu dan
dipermainkan. Aneh, bagaimana kita bisa dipermainan begini
rupa?" Pucat pias muka jilian Ceng-hun, katanya:
"Ternyata Iwekangkupun tak mampu kukerahkan, coba kau
pikir, cara bagaimana kita dikerjai orang" Mungkinkah arak
yang kita minum tadi arak beracun?"
"Tidak mungkin?" gumam Bu-lim-thian-kiau,
"Ma-sakah pamanku tega meracuni aku" Dan lagi kalau
racun arak masuk keperut, aku akan segera merasakan.."
Begitulah sekian lamanya mereka ber-pikir2 dan tidak habis
mengerti kenapa tenaga mereka hilang tanpa keruan paran,
pada halarakyang mereka minum juga disuguhkan dan
diminum tamu2 dan paman mereka, malahan Thay-kam
(sida2) utusan yang mewakili raja memberi selamatpun
minum arak dalam satu poci yang sama.
Tapi kenyataan mereka berdua sama2 kehilangan tenaga,
kenyataan yang tak bisa dibantah ini cara bagaimana harus
dibuktikan" Disaat mereka keheranan dan tidak habis
mengerti itulah, tiba2 terdengar langkah kaki orang
mendatangi. Dengan terbelalak pucat dan setengah menjerit jilian onghun
berkata: "Tam-long, mungkinkah sebelum kita mengenyam hidup
bahagia elmaut sudah merenggut jiwa kita lebih dulu,
mereka..."
Bu-lim-thian-kiau hanya tertawa getir, katanya:
"Sekarang kita sudah sama kehilangan kepandaian silat,
kalau benar ada orang hendak merenggut nyawa kita apa
pulayang dapat kita lakukan."
langkah kaki sudah tiba didepan pintu, belum lagi mereka
mengetuk pintu, Bu-lim-thian-kiau malah membukanya lebih
dulu. Waktu Bu-lim-thian-kiau angkat kepala, tampak yang
datang adalah pamannya yang tadi menjadi wali
pernikahannya, jendral besar yang berkuasa dalam tampuk
kemiliteran Tam To-hiong. seorang lain adalah Wanyan Tiangci
yang mewakili Baginda raja menyampaikan selamat
pernikahannya, dengan kedudukannya sebagai paman raja
dan komandan Gim-lim-kun.
Walau Bu-lim-thian-kiau sudah siap menghadapi segala
kemungkinan yang bakal menimpa dirinya, tapi ditengah
malam buta ini pamannya sendiri datang kekamar
pengantennya sesaat dia menjadi berdiri melongo dan kaget.
sejenak Bu-lim-thian-kiau melenggong, lalu sapanya:
"Hong-siok Tayjin, paman, sungguh tak nyana malam
selarut ini kalian masih sudi bertandang kemari maaf siautit
tidak menyambut semestinya."
Tam To-hiong berkata:
"Bagus kalian belum tidur, aku memang ada kabar gembira
yang perlu kusampaikan kepadamu."
Wanyan Tiang-ci menimbrung:
"Benar, Tam-siheng, aku kemari untuk menyampaikan
selamat kepadamu"
Bu-lim-thian-kiau menahan amarah hatinya, katanya:
"Terima kasih akan kehadiran Hong-siok dalam perjamuan
tadi, demikianpua anugrah yang diberikan Baginda takkan
kulupakan selama hidup- Tapi selamat pernikahan ini tadi
sudah kuterima, masih ada ucapan selamat apa lagi?"
"setelah menikah apa kau tidak memikirkan usaha demi
kehidupan keluarga" Betapa pentingnya hal ini, tapi kau tidak
usah kuatir, untuk ini Baginda raja sudah mengatur bagimu,
masakah tidak patut aku memberi selamat pula kepadamu?"
"Apa maksud Hong-ciok (Paman raja) aku tidak tahu dan
tidak perlu tahu- Paman, ada sebuah hal aku ingin tanya
kepadamu namun ini bukan soal yang menggembirakan." kata
Bu- lim-thian- kiau.
"Aku sudah duga kau akan mengajukan pertanyaan ini.
Tentunya kau sudah menyadari bahwa ilmu silatmu punah
bukan" inikah satu hal yang menggembirakan bagi dirimu,
bagi keluarga Tam kita, semuanya akan membawa manfaat
yang berguna."
Memutih muka Bu-lim-thian-kiau, katanya:
" Kalau demikian, jadi paman memang sengaja mengatur
tipu daya ini untuk mencelakai aku?"
Tam To-hiong menarik muka, katanya:
"Aku bertindak untuk kebaikanmu siapa bilang mau
mencelakai kau malah?"
"Baik atau buruk kita kesampingkan dulu. Aku hanya ingin
tahu arak racun apa yang kuminum" em. Baginda adalah raja
dari satu negara, paman adalah kepala dari satu keluarga, jika
lalu raja dan paman menghendaki aku bunuh diri, aku akan
mati tanpa menyesal Tapi Ceng-hun tidak berdosa, kuharap
kalian suka memberi obat penawarnya."
"Tidak," sela jilian ceng-hun,
"Kita suami istri tidak dilahirkan pada tahun bulan dan hari
yang sama, namun biarlah mati pada saat yang bersamaan,
itulah pengharapanku yang terakhir-"
"Kalian jangan terlalu ngelantur soal mati segala. Tiada
orang yang hendak mencelakai kalian, arak yang kalian
minumpun bukan arak racun" kata Tam To-hiong. Bu-limthian-
kiau setengah percaya katanya:
"Apa benar bukan arak racun" Kenapa..."
Wanyan Tiang- ci tertawa timbrungnya:
"Kenapa ilmu silatmu punah" Kau tidak usah gelisah,
marilah duduk, biar kujelaskan. Arak yang kau minum tadi
memang bukan arak racun. Bagi orang biasa memang tidak
menimbulkan reaksi apa2, kalau tidak masakah pamanmu
berani minum, demikianjuga masakah kami berani beri ongkongkong
minum" Coba kau pikir usia ong-kongkong sudah
setua itu- tidak pernah latihan silat lagi. kalau dia minum arak
racun, meski ada obat penawarnya, jiwanya juga tak bisa
diselamatkan lagi-"
Tergerak hati Bu-Hm-thian-kiau, katanya:
"Bagi orang biasa tidak menimbulkan reaksi sebaliknya
untuk orang persilatan apa pula reaksinya" o, ya, Hong-siok
Tayjin, kuingat tadi kau menghindar diri waktu kusuguh arak
dari poci arak yang sama."
"Tam-siheng memang pintar," ujar Wanyan Tiang-ci,
"tebakanmu sudah benar sebagian, kagum sungguh
kagum. Arak yang kau minum akan menimbulkan reaksi lain
bagi seorang jago silat yang memiliki Iwekang tinggi."
"Reaksi apa yang akan timbul padaku?" tanya Bu-lim-thiankiau
dengan alis tegak-
"Arak itu tidak beracun, namun memang ada kami beri
sedikit puyer yaitu obat aneh yang dinamakan Hoa-kang-san,
obat yang dulu diberikan oleh Cutilo, pendeta dari Thian-tiok
itu Kasiatnya bisa memunahkan Iwekang orang yang
meminumnya. Kau tetap akan bisa main silat namun tidak
bertenaga lagi, Keadaaan-mu tak ubahnya seperti manusia
biasa." Bukan kepalang amarah Bu-lim-thian-kiau, katanya
menatap pamannya:
"paman, mimpipun keponakan tidak pernah pikir, bahwa
kau... kau..."
"Keponakan Tiong, kau kira aku mencelakai kau" Aku
malah menolongmu, dulu kau bertindak sesuka hatimu
menentang kebijaksanaan pemerintah karena kau memiliki
kepandaian. Kini maksudku supaya kau jadi rakyat jelata yang
bakti terhadap negara dan keluarga."
"Paman" ujar Bu-lim-thian-kiau duduk lemas di-atas kursi
"daripada kaupunahkan Iwekangku, lebih baik kalau kau
bunuh aku saja."
"Tam-siheng," timbrung Wanyan Tiang-ci,
"kau kehilangan kepandaian silat, Bu-lim-thian kiau tidak
akan bisa kaupakai ragi. Tapi kau bakal mendapatkan pangkat
tinggi hidup mewah serba kecukupan, apakah ini kurang
setimpal?"
"Sekarang aku sudah paham seluruhnya apa kehendak
kalian. Baginda raja sudi memberi amnesti kepadaku, tentunya
juga ada imbalan yang perlu kuberikan, coba kalian jelaskan
tugas apa yang harus ku-kerjakan?"
"Tam-siheng memang gampang diajak bicara," ujar wanyan
Tiang-ci. "baiklah kita bicara secara blak2an biar kujelaskan maksud
kedatangan kami malam ini."
Bu-im-thiam-kiau pura2 pasang kuping, katanya:
"Mohon Hong-siok memberi petunjuk-"
"Petunjuk sih tidak berani kuberikan. Hanya maksud
Baginda raja yang kusampaikan, Baginda ingin kau melakukan
dua tugas untuk kerajaan."
"Dua tugas apa" Asal aku bisa melakukan, aku pasti kan
bekerja demi menunjukan baktiku kepada Baginda."
"Kedua hal ini gampang sekali kalau kau mau
melaksanakan.." ujar wanyan Tiang-ci,
"pertama kaburnya adik ong-ki (maksudnya jilian Cenghun)
ada didalam pasukan ya lu Hoan-ih, entah mereka sudah
menikah belum?"
"Aku tidak tahu." ujar jilian ceng-hun,
" muslihat apa yang kalian tujukan kepada mereka?"
"Terlalu berat ucapan penganten perempuan. Terhadap
adikmu aku tetap baik seperti terhadap yalu Hoan-ih."
"Adik Hun" ujar Bu-lim-thian kiau meremas tangan jilian
Ceng-hun. "terhadap orang tua kita harus menurut saja, jangan
kurang ajar-"
jilian Ceng-hun tahu apa maksud perkataan suaminya,
tersipus dia memberi hormat minta maaf. sudah tentu Wanyan
Tiang-ci bisa melihat sikap dan mimik mereka yang berbeda
dari biasanya, namun karena yakin kedua orang ini sudah
berada dalam genggamannya, maka dia berkata lebih lanjut:
" urusan pertama ini amat mudah dikerjakan yaitu kau
diminta oleh Baginda untuk mengundang yalu Hoan-ih kemari"
"o." jilian ceng-hun menyeletuk
"maksud kalian ingin supaya yalu Hoan-ih menyerah. Tapi
kalau dia tidak mau terima?"
"Dia adalah adik suamimu, menurut apa yang kutahu,
biasanya dia amat hormat dan patuh terhadap kalian suam
istri. Dengan ada surat tangan tulisanmu, setelah dijelaskan
untung ruginya secara keseluruhannya membujuknya tunduk
kepada kerajaan, masakah dia tidak mau terima?"
Bu-lim-thian-kiau tertawa getir, katanya:
"yalu Hoan-ih bukan seorang yang kemaruk harta dan
kedudukan tinggi, kalau dia tetap menolak bagaimana?"
"Hm. Berani dia menolak Baginda akan kerahkan pasukan
untuk menumpasnya." sela Tam To-hiong, jumlah pasukannya
tidak lebih hanya 5 laksa, untuk melawan pasukan besar
negeri Kim kita, tak ubahnya seperti telur membentur batu.
Kalah menang hanya terpaut satu garis belaka cukup asal kau
membujuknya dengan kata2 halus dan membeberkan
keuntungannya kalau dia tidak goblok, masakah kukuh
pendapat dan keras kepala."
"Baiklah soal pertama ini kesampingkan dulu, masih ada
soal kedua. Harap Hong-siok suka menjelaskan supaya bisa
kita rundingkan bersama" demikian ujar Bu-lim-thian-kiau.
"Baiklah biar kujelaskan seluruhnya. Kepala brandal Honglay-
mo-li Liu jing-yau dan siang-go-kian-kun Hoa Kok-ham
adakah teman baikmu, benar tidak?"
"Benar" sahut Bu-lim-thian-kiau tawar,
"memang-nya kau ingin merekapun menyerah?"
"Bukan, aku hanya minta kalian mengundangnya kemari
untuk bertemu dengan kalian."
"o, masakah Baginda juga memperhatikan temanku
memberi idzin aku berkumpul dengan temanku, sungguh
kebetulan, namun entah untuk apa aku harus mengundang
mereka kemari?"
Wanyan Tiang-ci menyeringai dingin- " Kau pura2 bodoh
atau memang tidak mengerti?"
"Maaf siautit memang kurang jelas, harap Hong-sioksuka
menjelaskan."
Wanyan Tiang-ci menekan amarahnya, katanya:
"Baiklah aku bicara blak2an. Hong-lay-mo-li adalah Loklim
Beng-cu bahayanya lebih besar dari yalu Hoan-ih terhadap
kita. Kini dia gabung dengan siau-go-kian-kun yang ada
hubungan erat dengan kaum penentang Kim dinegeri song
selatan. sekarang, sebelum kedua orang ini dilenyapkan mana
Baginda raja bisa tidur nyenyak" jelas kedua orang ini takkan
mau tunduk kepada kerajaan kita, maka harus berdaya upaya
untuk memancing mereka datang, hehe kerja selanjutnya,
kalian boleh tidak usah turut campur."
Bu-lim-thian-kiau berkata dingin:
"Jadi kau ingin kami mengatur tipu daya menangkap
mereka, jelasnya itu berarti kau ingin supaya aku menjual
atau mengkhianati kawan."
"Peduli kau anggap jual kawan atau mengkhianati teman,
dengan cara menipu atau mengundangnya," demikian Tom
To-hiong menekan dan mengancam
"demi negara demi keluarga dan demi kau sendiri, malam
ini kau harus menentukan pilihan, sekarang juga kau harus
menulis surat itu."
Bu-lim-thian-kiau mengiakan, pelan2 dia menuju kemeja
kecil dipinggir ranjang. Tam To-hiong kira dia hendak
menyiapkan alat tulis, tak kira Tiba2 Bu-lim-thian-kiau malah
meraih keluar sebatang pedang yang dicantel diatas ranjang.
Keruan kecutnya bukan main, bentaknya:
"Apa yang hendak kau lakukan?" cepat sekali Bu-lim-thiankiau
sudah angkat pedang dan menusuk kedada sendiri, jarak
Tam To-hiong cukup dekat namun karena tidak menduda,
kejadianpun berlangsung cepat, tak sempat lagi dia menolong,
dengan terbelalak dia hanya mengawasi pedang yang kemilau
itu sudah menusuk kebadan Bu-lim-thian-kiau.
Tapi aneh juga badan Bu-lim-thian-kiau hanya bergetar
sedikit, tidak segera roboh, darahpun tidak kelihatan
mengucur keluar.
Tiba2 Wanyan Tiang-ci tertawa, katanya:
"Tam-gwanswe tidak usah gelisah, takkan mati." pada saat
itulah terdengar "trang" pedang ditangan Bu-lim-thian-kiau
tiba2 terpental jatuh, "blang" pintu kamarpun diterjang
terbuka, dua orang laksana ngin puyuh menerjang masuk-
Kiranya karena Iwekang Bu-lim-thian-kiau sudah punahtenaganya
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lebih lemah dari laki2 biasa- Mak-sudnya hendak
bunuh diri, namun pedang hanya menembus pakaiannya,
tenaganya tidak mampu melukai-
Hong-lay-mo-li yang sembunyi diluar jendela karena
gugupnya tidak memikirkan hal ini, semula mereka tidak ingin
bikin ribut, namun karena ingin menolong Bu-lim-thian-kiau
terpaksa mereka menerjang masuk, siau-go-kian-kun
timpukan sekeping uang tembaga memukul jatuh pedang Bulim-
thian-kiau. Mereka mengenakan kedok muka maka empat orang dalam
kamar belum mengenalinya. Begitu menerjang masuk segera
mereka bekerja menurut tujuannya sendiri2, siau-go-kian-kun
menolong Bu-lim-thian-kiau, sementara Hong-lay-mo-li
menubruk kearah Wanyan Tiang-ci-
TamTo-hiong berdiri dekat Bu-lim-thian-kiau, sebagai
jendral perang yang sudah punya pengalaman walau kejadian
amat mendadak dan mengejutkan, namun dia tidak gugup
karenanya. Cepat dia jemput pedang Bu-lim-thian-kiau yang jatuh
seraya membentak
"Bangsat yang bernyali besar." pedang terayun segera dia
menusuk kearah siau-go-kian-ku n yang menubruk datang.
sebagai keturunan keluarga jendral, TamTo-hiong mampu
memimpin pasukan laksaan besarnya, delapan belas alat
senjata perang mampu dia mainkan. Tapi bicara soal ilmu
silat, mana dia bisa menandingi siao-go-kian-kun" Bukan saja
tidak pernah latihan Iwekang, kepandaiannya pun hanya
peranti berperang dimedan laga, maka cukup siau-go-kiankun-
gunakan tiga bagian tenaganya, dia sudah tidak bisa
berkutik lagi. sekali kebut dengan lengan baju siau-go-kian-kun bikin
pedang Tam To-hiong menceng kesamping seketika terasa
telapak tangannya pedaa sakit, baru sekarang Tam To-hiong
tahu kedatangan musuh tangguh.
Baru saja dia pentang mulut hendak berteriak, tahu-tahu
laksana guntur menggelegar orang tidak sempat menutup
kuping cepatnya, siau-go-kian-kun sudah menutuk Hiat-to
pelemasnya. Disebelah sana Hong-lay-mo-li sudah melabrak Wanyan
Tiang-ci. sebagai jago kosen nomor satu dinegeri Kim, sudah
tentu kepandaian wanyan Tiang-ci tak bisa dibanding Tam Tohiong.
sret, sret, sret, beruntun tiga kali serangan pedang
Hong-lay-mo-li semua kena dipunahkan oleh Wanyan Tiang-ci
dengan kepandaian Khong-jiurji-peksto- Tapi Wanyan Tiang-ci
tidak mampu merampas pedangnya.
Dulu pernah dua kali Hong-lay-mo-li bergebrak dengan
Wanyan Tiang-ci, waktu itu Hong-lay-mo-li belum memperoleh
tambahan ilmu dari ajaran ayahnya. kedua bentrokan itu
HongJay-mo-li selalu sedikit dirugikan.
Kini setelah kepandaian silatnya maju berganda, dalam tiga
gebrakan saja, dia sudah mendesak wanYen Tiang-ci dan
unggul diatas angin.
sudah tentu Wanyan Tiang-ci merasa kenal benar akan
permainan pedangnya Tiba2 dia tersentak kaget, bentaknya:
"siapa kau?"
"Bukankah kalian minta Tam Ih-tiong mengundang kami
kemari minum arak pernikahannya" Tidak perlu kalian susah
payah, tanpa diundang kamipun sudah datang." demikian ejek
Hong- lay- mo- lijilian
ceng-hun tertegun, tepat sekali dia berjingkrak
girang, teriaknya:
"Kiranya jing-yau-cici-"
Bu-lim-thian-kiau kira dirinya bermimpi hampir dia tidak
percaya akan tatapan matanya sendiri yang mendelong, tanpa
merasa diapun berteriak girang:
"Hoa-heng, apakah kau?"
siau-go-kian-kun sudah menutuk Hiat-to Tam To-hiong, lalu
mendorongnya kesamping, katanya tertawa:
"Ih-tiong-heng, bikin kau kaget saja. Masih untung, kita
sempat datang minum arak pernikahanmu."
Begitu tahu mereka berdua keruan bukan kepalang kejut
Wanyan Tiang-ci, namun sebagai jago kosen nomor satu dari
negeri Kim sudah tentu dia tidak mandah menyerah" "Wut"
kontan dia menjotos dengan kepalannya menerjang minggir
kebut Hong-lay-mo-li, berbareng tangan yang lain terbalik
bergerak dengan Kim-na-jiu sekaligus memunahkan sejurus
tutukan Hiat-to Hong-lay-mo-li-jotosan dan pukulan telapak
tangannya ini dilancarkan dengan ganas dan garang,
merupakan keahliannya untuk merebut kemenangan dikala
kepepet, walau belum mampu mengalahkan Hong-lay-mo-li
namun dia berhasil mendesak lawan mundur setapak-
Hebat memang kepandaian wanyan Tiang-ci gerak
geriknyapun sebat sekali, begitu melontarkan pukulan, tanpa
berpaling serentak kakinya menggelisir dengan langkah sehat
menerobos kearah pintu.
Kiranya kedua gerangan ganasnya itu hanya untuk
mempertahankan diri, melindungi diri untuk mundur secara
teratur, pikirnya mumpung Hong-lam-mo-li kena dia desak
mundur hendak menerobos keluar melarikan diri
Tak nyana siau-go-kian-kun ternyata sudah dapat meraba
akal liciknya, lebih cepat dari gerakan orang tahu2 dia sudah
menyerobot lebih dulu mengadang di-pintu, kipasnya terayun
dan mengebas, dia menutuk ke Hiat-to besar dipunggung
orang. Terangkat telapak tangan WanYan Tiang-ci lalu
menggulung kebelakang dengan mengembangkan Hun-kinjohkun
hoat, jarinya menangkap ujung kipas telapak tangan yang
lain menabas pergelangan tangan, memunahkan serangan
balas menyerang.
siau-go-kian-kun mandah tertawa dingin, tidak kalah kalah
ringkasnya tangannya menggantol balik kalau Wanyan Tiangci
menyikut dan menjojoh, sementara telapak tangan siau-gokian-
kun bagai sayap belibis, menipis miring lewat disamping,
diapun gunakan cara yang sama seperti lawan berbareng
menelikung dan menggempur sendi tulang disikut Wanyan
Tiang-ci. Badan wanyan Tiang-ci sedikit limbung, sehingga sodokan
sikutnya mengenai tempat kosong, lekas dia bantu
menggunakan tangan kiri, namun cepat sekali kipas lempit
siau-go-kian-kunpun sudah merubah permainannya, ujung
kipasnya yang runcing telah mengancam Lau-kiong-hiat
dipusat telapak tangannya.
Lau-kiong-hiat merupakan pusat Hiat-to yang menembus
ke siau-yang-king-men, sudah tentu Wanyan Tiang-ci tidak
berani membiarkan Hiat-tonya ini tertutuk, terpaksa dia
mundur setapakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Tapi begitu berpaling, tampak ujung pedang Hong-lay-mo-li
yang kemilau sudah mengancam didepan dadanya karena
tidak sudi main keroyok maka Hong-lay-mo-li sengaja diam
saja bersiap siaga dibelakang orang.
siau-go-kian-kun menarik kipasnya seraya tertawa besar,
katanya dengan laku hormat yang dibuat2:
"Hong-siok Tayjin, bukankah kau ingin mengundang kami
minum arak penganten" Beginikah sikap kasar-mu terhadap
tetamu" Maaf ya, jikalau kau masih ingin pakai kekerasan
kamipun tidak akan sungkan lagi terhadapmu-"
gebrakan secepat kilat beberapa jurus barusan antara
Wanyan Tiang-ci kontrak siau-go-kian-kun berlangsung dalam
waktu singkat, namun dalam beberapa jurus itu. masings
sudah sama keluarkan ilmu simpanannya yang paling tinggi
dan lihay, taraf kepandaian kedua pihak secara langsung
sudah samas dipamerkan dalam gebrakan kilat tadi, sedikitpun
Wanyan Tiang-ci tidak berhasil memperoleh sedikit
keuntungan secara paksa dirinya ditolak balik.
Baru sekarang dia insaf bahwa kepandaian siau-go-kiankun
ternyata memang sudah tidak seperti dulu,
kepandaiannya tiga bagian masih lebih unggul dibanding
Hong-lay-mo-li. Kalau dulu dia kira2 setanding alias sama kuat
melawan siau-go-kian-kun, kini dila harus terima kalah-
Tahu dirinya tiada harapan lolos, Wanyan Tiang-ci jadi
patah semangat namun sikapnya tetap angkuh, katanya
menjengek: "Apa keinginan kalian" umpama kepandaian kalian setinggi
langitjuga hanya dua orang. Kalian kira bisa melindungi kedua
temanmu lari keluar dari onghu" Baiklah, kalau berani boleh
kau bunuh aku saja-"
"Benar, memang sulit kami meloloskan diri dari onghu."
ujar siau-go-kian-kun.
"oleh karena itu perlu kami mohon bantuanmu untuk
mengantar kami keluar-"
"Dibawah pandangan orang banyak kalian minta aku
mengantar keluar onghu" He, he, terlalu muluk pikiran kalian,
jangan kata aku tidak sudi. umpama aku mau, hal itupuntak
mungkin kulakukan sudah jangan cerewet, lekaslah kalian
bunuh aku saja."
----------- Cara bagaimana siao-go-kian-kun berdua
menyelamatkanBu-lim-thian-kiau dari Ki-ong-hu yang terjaga
ketat itu"
Tokoh2 kosen siapa pula yang harus dihadapi Hong-Laymo-
li berdua sebelum berhadapan dengan Kongsun Ki yang
sudah tumbuh besar kekuatannya"
(Bersambung ke Bagian. 47)
Bagian 47 "BUKAN saja kau harus antar kita keluar dari onghu kau
malah harus menyerahkan obat penawarnya juga." ujar Siaug
o- kian- kun sinis.
"Lebih sulit lagi, kau bunuh akupun tidak sudi" Wanyen
Tiang-ci kukuh kepala,
"Baiklah, biar kuberitahu seluruh jago2 kosen Gim Lie-kun
sekarang berada didalam onghu, umpama kata kalian satu
kuat melawan seratus jelas takkan bisa lolos. Boleh silakan
kau bunuh aku saja."
Mendelik mata Hong-lay-mo-li, desisnya mengancam:
"Apa benar kau tidak tunduk?"
"Tetap tidak mau-" sahut Wanyan Tiang-ci ketus.
"Baik, biar akupun bicara blak2an, kamipun tidak akan
membunuhmu. Cara bagaimana kau layani orang demikian
pula kami akan layani kau. Kupunahkan dulu ilmu silatmu,
baru pelan2 menyiksamu."
"Benar, urusan sudah telanjur, maaf bila kami tidak pakai
cara aturan Kangouw terhadap Hong-siokl" timbrung Siau-gokian-
kun, Dua orang turun tangan bersama, Wanyan Tiang-ci
terjepit dari depan dan be-lakang, dalam beberapa jurus saja,
Hong-lay-mo-li sudah gunakan jiong-jlu-hoat menutuk Hiattonya
dengan gagang kebutnya.
Kata Hong-lay-mo-li dingin: "Tiga belas gambar lukisan
Hiat-to-tong-jin sudah kau pelajari seluruhnya, tentunya kau
sudah tahu betapa lihaynya Keng-sin-ci-hoat, sekarang aku
belum memunahkan ilmu silatmu tapi cukup asal aku gunakan
Keng-sin-ci-hoat ber-turut2 menutuk Tiong-hu, Thian-siok dan
Gi-khi tiga Hiat-to besar, ilmu silat yang kau miliki akan ludes."
Siau-go-kian-kun menambahkan " Harus ditambah rontenya
lagi, selanjutnya kugunakan Hun-kin-joh-kut-hoat, memelintir
putus sendi2 tulangmu sehingga seluruh badanmu lumpuh
setengah mati setengah hidup. "
"Lalu digusur keluar ditontonkan kepada orang banyak He,
he, paling kita harus adu jiwa, namun kau Hong-siok Tayjin
tokoh silat kosen nomor satu diseluruh negeri Kim ini akan
tersapu bersih pamormu. Bagaimana rasanya bagi dirimu,
tentunya lebih memalukan dan lebih sulit daripada mati."
sebagai ahli silat sudah tentu Wanyan Tiang-ci cukup tahu
apa yang mereka katakan bukan gertakan belaka, betapapun
tabah, berani dan tenang hatinya, tak urung pucat pias juga
mukanya, suaranya tergagap:
"Kalian begitu culas-"
"Cara inipun kami pelajari dari kau- sudah jangan cerewet
serahkan dulu obat pemunahnya-" sentak Hong-lay-mo-liTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Cemberut muka Wanyan Tiang-ci, katanya:
"Hoa-kang-san pemberian cutilo ini tiada obat penawarnya-
Kalian tahu Cutilo juga sudah terpanah mati oleh Baginda raja
yang terdahulu."
Bu-lim-thian-Kiau menyeletuk
"Tak usah kalian membuang tenaga menolongku apa yang
dia katakan memang benar- Hoa-kang-san memang tiada obat
penawarnya, aku pasrah nasib saja, lekaslah kalian pergi-"
setelah mengalami pukulan batin seberat ini Bu-lim-thian-
Kiau benar- sudah patah semangat dan putus asa-
Hong-lay-mo-li tertawa, katanya:
"Kita sudah berada disini, mana boleh berpeluk tangan"
Kalian tak perlu turut campur, aku sendiiri yang akan
menyelesaikan persoalan ini."
lalu dia berpaling kepada Wanyan Tiang-ci katanya:
"Baiklah, obat penawarnya tidak ada, kalau begitu tolong
kau mengantar kami keluar- Aku punya caraku sendiri supaya
kaupun tidak mendapat malu-"
Wanyan Tiang-ci diam saja, namun sorot matanya tertuju
ke arah Tam To-hlong.
"oh, benar Ongya adalah majikan disini, sudah tentu kita
tidak akan melupakannya." ujar Siau-go-Kian-kun,
"Tam-goanswe- bukankah kau pernah sekongkol dengan
Hong-siok hendak mengundang kami datang" Baiklah
sekarang kami mau pergi, terpaksa bikin susah kau mengantar
kami berdua tamu yang tidak diundang ini."
Tam To-hlong hanya tertutuk jalan darah pelemasnya,
masih bisa bicara, namun dia melengos, tak mau meladeni
perkataan shu-go-Kian-kun.
"Oh, apa Tam-gwanswe tidak mau diajak kompromi"
Baiklah, kitapun tidak akan perdulikan dirimu, biar kau
merasakan tindakanku."
Betapa pilu hati Bu-lim-thian-Kiau. katanya:
"Ham-heng, yau-ti, aku tak beruntung dilahirkan dalam
keluarga kerajaan, apa yang kualami hari ini memang sudah
merupakan hukuman yang setimpal yang patut kuterima pula
dengan rendah hati. Kuharap kalianpun jangan mempersulit
pamanku." sebagai jendral besar yang memegang kekuasaan
kemiliteran biasanya hanya orang lain yang minta- awpun
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepadanya. Kini mendengar Bu-lim-thian-Kiau mintakan
ampun bagi dirinya, seketika dia naik pitam, serunya gusar:
"Baik, kau perempuan iblis ini berani bertindak apa, boleh
kau bertindak- Keluargaku sejak nenek moyang kita sudah
mendapat budi negara, hidupku hanya untuk negara dan setia
kepada kerajaan mau bunuh atau mau siksa boleh silakan,
Tam To-hlong tidak akan mengerut kening."
Walau harus mati, dia tetap suka menjadi pembesar setia,
sikapnya ini jauh lebih harus dihargai daripada sikap Wanyan
Tiang-ci yang sudah patah semangat.
"Aku tidak akan membunuhmu" ujar Hong-lay-mo-li,
"Kami hanya ingin keluar dari istanamu ini dengan
lenggang kangkung, h eh e, ingin aku lihat apakah kau
pembesar setia ini akan tetap dipertahankan?"
Tam To-niong terkejut, serunya:
"Apa" Kalian mau menjerumuskan aku" Hm, Hongsiang
tidak akan percaya."
"Tidak percaya?"jengek Hong-lay-mo-li-
"Istana-mu dijaga ketat, cara bagaimana kami bisa masuk
kemari. Cara bagaimana pula bisa keluar dengan adem ayem
dari kamar penganten" Mulutmu bisa bicara, akupun bisa
pidato. Kalau kau bilang kami menyelundup masuk- sebaliknya
aku mau bilang kami sekongkol dengan kau dan memberi
kesempatan kami masuk berusaha memberontak- Nah coba
lihat, apakah Hong-siangmu mau percaya kepada siapa?"
Kejut dan gusar bukan kepalang Tam To-hlong di-buatnya.
Dia tidak takut mati, tidak gentar disiksa, namun dia justru
takut difitnah, setelah mati dituduh pemberontak dan
bukanlah pembesar setia, semakin dipikir, semakin ciut
nyalinya kalinya patah semangat juga:
"Kau, kau keji benar."
"Kamipun hanya bertindak menurut apa yang kalian
lakukan Bagaimana ongya, kau sudi mengiringi kami keluar?"
Tatkala itu hari sudah menjelang fajar, namun cuaca masih
tetap gelap, keadaan didalam istana satu persatu mulai bubar
dan tamu2pun mohon diri, lambat laun keramaian mulai sirap.
Didalam kesunyian yang terasa ganjil ini, Tiba2 Siau-gokian-
kun dan Hong-lay-mo-li mendengar derap langkah kaki
yang tidak teratur Langkah kaki amat pelan dan enteng seakan2
kuatir membuat kaget sepasang penganten yang tidur
didalam kamar, sebagai ahli silat sudah tentu Siau-go-kian-kun
tahu. Dengan mepet tembok Hong-lay-mo-li mendengarkan
dengan seksama- Didengarnya diluar ada orang berbisik2:
"Jangan bikin kaget Pwecu, periksalah dengan cermat
sekeliling gedung ini- adakah orang sembunyi disana-"
Hong-lay-mo-li kenal suara pembicara ini, dia bukan lain
adalah Tam si-ing, keruan hatinya terperanjat
Agaknya Wanyan Tiang-ci dan Tam TO-hlong juga sudah
tahu akan kedatangan orang diluar, namun mereka tidak
berani bertingkah Kata Hong-lay-mo-li lirih:
"Kebetulan orang2mu datang kemari. Baiklah, lakukan
seperti petunjukku. Kalau tidak bayangkan sendiri akibatnya-"
Waktu Hong-lau-mo-li selesai memberi petunjuk, terdengar
derap langkah diluar sudah mendekat, terdengar seorang
berkata lirih: " Lapor sam- kongcu, sudah diperiksa dengan teliti, tiada
seorangpun"
di susul seorang lagi melaporkan:
"Lo-ongya dan Hong-siok Tayjinjuga tidak diketemukan."
orang ini baru saja masuk memberi laporan yang baru,
sejenak Tam se-ing menepekur, katanya:
" Kalau demikian, apa boleh buat, terpaksa mengganggu
Pwecu" Ternyata waktu mengantar tamu pulang dan me-mergoki
Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kian-kun yang menyamar itu, hati
Tam se-ing tidak enak dan was2- Maka begitu kembali segera
dia hendak menghadap kepada Wanyan Tiang-ci dan Tam Tohiong
untuk melaporkan namun diluar tahunya Wanyan Tiangci
dan Tam To-hiong sedang bekerja atas anjuran Baginda
raja untuk membekuk Bu-lim-thian-Kiau secara halus, hal ini
amat dirahasiakan sampaipun Tam se-ing sendiripun tidak
tahu. sudah tentu tidak pernah terpikir olehnya bahwa
pamannya ada didalam kamar penganten Bu-lim-thian-Kiau.
Tam se-ing sudah memberi aba2 kepada anak buahnya
untuk mengepung kamar penganten, baru saja dia hendak
maju mengetok pintu, didengarnya Bu-lim-thian-kiau sudah
membentak: "siapa diluar?" disusul kepala Tam To-hiong melongok
keluar dari jendela.
Melihat pamannya mendadak menongol keluar dari kamar
penganten, bukan kepalang kaget Tam se-ing- Tam To-hiong
juga pura2 heran, bentaknya:
"se-ing, sepagi ini kau kerahkan anak buahmu kemari untuk
apa?" Tersipu- Tam se-ing menjura, sahutnya:
"Semalam keponakan antar tamu, kesamplok dengan dua
orang yang patut dicurigai, untuk menjaga bila musuh
menyelundup kedalam istana, maka kuadakan pemeriksaan.
Maaf bikin paman kaget saja."
Tam To-hiong menarik muka, katanya:
"Kalian memang nganggur cari kerjaan, urusan kecil dibesar2-
kan. Berapa banyak penjaga diluar dalam istana yang
merondai mana mungkin ada musuh yang berani masuk
kemari ?" Terunjuk rasa malu dimuka Tam se-ing atas teguran ini,
sahutnya: "ya, keponakan memang terlalu ceroboh- semalam
sebelumnya keponakan hendak memberi laporan kepada
paman dan Hong-siok Tay-jin."
Wanyan Tiang-ci gelatos, menyusul diapun menongolkan
kepala, katanya:
"Kau tidak menemukan aku bukan" Aku juga di sini, apa
pula yang masih kau ku-atirkan?"
Kejut2 heran pula Tanse-ing dibuatnya, katanya:
"Maaf, kiranya Hong-siok Tayjin juga disini bikin kaget saja-
" perlu diketahui Tam se-ing adalah salah satu perwira Gilim-
kun, sedang Wanyan Tiang-ci adalah kepala
komandannya. "Kebetulan kau kemari malah," ujar Tam To-hiong-
"lh-tiong suami istri hendak masuk istana menghadap sri
Baginda untuk menyatakan terima kasihnya atas budi luhur
beliau, kitapun hendak mengiringi mereka. Lekas kau pergi
siapkan kereta besar-"
Waktu itu fajar telah menyingsing, bahwa Tam To-hiong
dan wanyan Tiang-ci mendesak sepasang penganten baru
masuk ke istana adalah pantas dan tidak perlu dibuat heran.
Tam se-ing anggap dirinya sudah mengerti, apa maksud
kedatangan paman dan Hong-siok Tayjin sepagi ini, segera dia
mengiakan. "Cukup sebuah kereta besar saja," pesan Tam To-hiong
pula. "hentikan kereta ditaman belakang, supaya tidak
mengejutkan tamu2 yang lain."
setelah Tam se-ing mengundurkan diri baru Tam To-hiong
menghela napa2 lega serta berpaling dengan sorot pandangan
gusar dia tatap Bu lim-thian-kiau dan Hong-lay-mo-li,
katanya: "Kalian sudah puas" Celakalah aku ini" karena takut dituduh
sekongkol dengan brandal, matipun tidak akan dijunjung
sebagai menteri setia, sementara Wanyan Tiang-ci takut ilmu
silatnya dipunahkan dan dianiaya di depan orang banyak-
Terpaksa mereka menuruti segala petunjuk Hong-lay-mo-li
terima menjadi boneka-
Hong-lay-mo-li tertawa katanya:
"Demi kebaikanmu juga. Cukup asal kalian antar kami
keluar kota, kalian boleh segera kembali Tiada orang tahu kau
pernah bertemu dengan aku."
Siau-go-kian-kun tertawa, katanya:
"Kita perlu menyaru lagi baru bisa keluar-"
lalu dia tarik kedok mukanya serta dibalik terus dipasang
kemukanya pula setelah diremas2 menjadi kisut, Hong-laymo-
li meniru perbuatannya, muka mereka kini kelihatan
berkeriput jauh lebih tua dari tadi.
"Marilah masuk ke dalam untuk salin pakaian." ajak jilian
ceng-hun. sementara Hong-lay-mo-li salin pakaian Siau-go-Kian-kun
berkata kepada Bu-lim-thian-Kiau:
"Tam-heng, untuk kepergianmu kali ini, entah kapan kau
baru akan kembali pula, adakah orang dalam rumah ini yang
selalu kau kenang?"
semula Bu-lim-thian-Kiau melengak. tidak tahu apa maksud
pertanyaan ini, Siau-go-kian-kun menambahkan
"Kuingat kau masih ada mak inang dan seorang putranya
yang sudah berusia 13 bukan?"
Betapa cerdik Bu-lim-thian-kiau segera dia mengerti apa
maksudnya katanya:
"Benar, Aku berat meninggalkan mereka, biarlah sebentar
aku panggil mereka supaya ikut."
Lekas sekali Hong-lay-mo-li sudah keluar, katanya tertawa:
"Nah, mirip tidak aku dengan ibu tani?"
"Bagus, cocok sekali-" puji Siau-go-kian-kun,
"sekarang tidak kelihatan lagi bayangan Liu jing-yau pada
dirimu. Namun masih bisa dikenali sebagai perempuan yang
menghalangi jalan diluar onghu semalam. Nah- begitu
sekarang lebih mirip lagi penyamaranmu."
"Nah sekarang giliranmu, lekaslah kaupun salin pakaian."
desak Hong-lay-mo-li.
Siau-go-kian-kun pernah mertamu disini, maka dia sudah
tahu seluk beluk keadaan disini, langsung dia masuk kedalam
dan mengganti pakaian dengan seperangkat seragam kaum
hamba yang masih baru warna hijau tidak lupa dia menggosok
kulit badannya dengan ramuan obat sehingga warna kulitnya
berubah, gerak geriknya dibuat kaku kasar.
"Bagus, kini kaupun mirip pak tani." puji Hong-lay-mo-lisementara
itu Tam se-ing sudah kembali memberi laporan:
"Kereta sudah siap ditaman belakang, apakah sekarang
juga mau berangkat?"
Kebetulan saat mana Bu-lim-thian-Kiau dengan mak inang
serta putranya keluar segera dia mengiakan seraya membuka
pintu, beruntun mereka beranjak keluar.
Begitu melihat Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li, Tam
se-ing lapat2 masih mengenali sebagai dua orang yang
semalam kepergok olehnya, keruan kejutnya bukan main.
Lekas Tam To-hiong menjelaskan
"Hong-ho Nionio (permaisuri) ingin menahan mereka suami
istri untuk tinggal diistana beberapa hari. Maka Ih-tiongpun
bawa sekalian mak inangnya sebagai teman disana."
Dari kisikan Bu-lim-thian-kiau mak inang ini sudah tahu
duduk persoalannya, sebagai orang yang bisa melihat gelagat,
sikapnya tenang dan segera bermain sandiwara:
"Kedua orang ini adalah keponakanku, baru saja datang
dari desa, beruntung ongko sudi menerima mantu
keponakanku ini sebagai pelayannya, sebagai orang desa yang
tidak tahu tata krama. sam-kongcu, harap kau tidak
tertawakan kelakuan mereka."
Lekas Siau-go-kian-kun bersikap kikuk dan takuti" serta
gugup, mak inang segera membentaknya: "Bocah bodoh,
hayo lekas memberi hormat kepada siau-ongya?"
Dengan suara serak sumbang Siau-go-kian-kun berkata
tergagap: "Aku, aku takut..."
Mak inang pura2 melengak. tanyanya: "Takut apa?"
Lekas Tam se-ing tertawa ngakak. katanya:
"Semalam kami sudah ketemu. Kiranya kau keponakan suntoanio,
kenapa tidak kau katakan kepadaku" Anak buahku
tidak kenal kau, hampir saja kurang ajar kepadamu sungguh
tidak enak."
semakin dipandang semakin mirip kedua orang ini seperti
orang desa dan kaum tani, maka hilanglah kecurigaannya.
Berkata mak inang Bu-lim-thian-Kiau dengan tertawa:
"o, kiranya waktu semalam mereka keluar beli petasan
sudah kesamplok dengan siau-ongya, beruntung-lah tidak
terjadi apa2."
"Paman" Tiba-tiba Tam se-ing menyeletuk:
"ada dua orang menunggu kau, ada dua persoalan perlu
segera dilaporkan."
Tam To-hiong naik pitam, katanya:
"Kau memang tidak tahu gelagat, masakah sekarang aku
ada tempo menemui tamu?"
"yai ya. tapi kedua orang ini. adalah utusan paman yang
disuruh melakukan tugas2 penting, kukira kebetulan berita ini
sekaligus bisa disampaikan kepada Baginda untuk memperoleh
pahala. Kini mereka sedang menunggu diluar pintu, paman,
boleh kau tanya beberapa patah kata, toh tidak mem-buang2
waktu." Kebetulan dua orang yang dimaksud sudah muncul diluar
pintu, walau hati sedang kebat kebit, namun melihat kedua
orang ini Tam To-hiong kejutss girang, segeru dia berseru dan
menggape: "Baiklah kalian mendapat berita baik apa?"
Kalau Tam To-hiong merasa kejut girang dan diluar dugaan
sebaliknya Hong-lay-mo-li merasa kejut dan gusar diluar
dugaan. Ternyata kedua orang laki dan perempuan ini. yang laki
adalah LauTao yang pernah menyaru jadi adik Tai Mo sedang
yang perempuan adalah The-sam Niocu yang dua kali pernah
mencelakai Hong-lay-mo-li disungai Tiang kang, Hong-lay-moli
pernah bersumpah untuk membunuh perempuan jahat ini.
LauTao maju lebih dulu:
" Hamba mendapat perintah untuk menyelundup
kepangkalan Hong-lay-mo-li dan jadi mata2 didalam, apa lacur
akhirnya kedok hamba terbongkar untunglah hamba dapat
melarikan diri serta mendapat kabar berita yang penting."
"Berita apa" Lekas katakan-" desak Tam To-hiong.
"Perempuan iblis itu dengan gendaknya Siau-go-kian-kun
sudah meninggalkan pangkalannya, kabarnya mau pergi ke
siang-keh-po lalu putar keTaytoh, kemungkinan akan
membuat onar di istana."
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tam se-ing menyeringai dingin,jengeknya:
" Kalau perempuan iblis itu berani datang kebetulan aku
bisa membalas sakit hatiku. Coba saja dia berani datang
tidak." sungguh menggelikan mimpipun mereka tidak sangka
bahwa Hong-lay-mo-li berada didepan mereka.
"The-sam Niocu." kata Tam To-hiong berpaling,
"Adakah kau bertemu dengan Kongsun Huma di siang-kehpo?"
"Sudah ketemu." sahut The-sam Niocu
"Dia sedang merawat luka2nya, soal itu Lau Tao sudah
jelaskan kepadaku, kemungkinan Kongsun Huma terfitnah
didalam hal ini"
Sembari bicara mata The-sam Niocu memperhatikan Honglay-
mo-li- Kiranya karena amat membenci kedua orang ini
sorot mata Hong-lay-mo-li tampak beringas, sebagai kawakan
Kangouw The sam Niocu merasa aneh dan curiga.
Lekas Hong-lay-mo-li batuku kering seraya keluarkan sapu
tangan pura2 menyeka mulut, secara diam2 dengan ilmu
mengirim gelombang panjang dia mengata-kan beberapa
patah kata kepada jilian ceng-hun.
sementara itu The-siam Niocu masih terus mene-cocos
Tiba2 jilian ceng-hun menyela tidak sabar:
"Kita kesusu masuk istana, lebih baik bawa serta mereka
sekalian, biar menetap juga beberapa hari disana."
"Baiklah" ujar Tam To-hiong
"kalian boleh ikut, sekalian aku bisa dengar keterangan
kalian diatas kereta, supaya tidak membuang- waktu" Lau Tao
kegirangan, ter-sipu2 dia menjura:
"Terima kasih ongya"
Kereta yang ditarik empat ekor kuda itu amat besar dan
megah, puluhan orang duduk didalamnya-pun terasa segar
dan nyaman, 4 ekor kuda penariknya adalah kuda2 pilihan dari
istana- sudah tentu The-sam-niocu dan Lau Tao duduk
dipaling bawah didalam kereta. Begitu Tam To-hiong memberi
perintah dua Wisu yang jadi kusir dibagian depan segera ayun
cambuknya mencongKlang kudas kereta, langkah keempat
kaki kuda serempak dan teratur serta terlatih baik se-kalisetelah
meninggalkan Ki-ong-hu, langsung menuju ke istana
raja. Lau Tao tidak pernah menduga bahwa elmaut sudah
mengancam jiwanya, diatas kereta dia mengoceh panjang
lebar memberikan laporan tentang pengalaman dan bahanyang
berhasil dia kumpulkan The-sam Niocu lantas ikut
menambahi akan tugassnya yang berhasil dengan baik
menemui Kongsun Ki serta menambahkan.
"Kongsun Huma sedang meyakinkan kedua ilmu
beracunnya hampir berhasil dia minta kepadaku supaya
menyampaikan salam hormatnya kepada ongya, katanya dia
tetap setia kepada kerajaan Kim, setelah ilmunya berhasil
diyakinkan, pasti akan berusaha membekuk Hong-lay-mo-li
serta digusur ke Tay-toh untk dipersembahkan kepada ongya"
Tam To-hiong hanya menyengir getir dan dalam hati
mengeluh, mulutnya hanya bersuara
"E m. em" saja. Dalam hati dia membatin: 'Jiwa kalianpun
sudah tercengkram ditangan gembong iblis ini masih berani
bicara besar"'
sudah tentu mimpipun The-sam Niocu tidak menduga
bahwa Hong-lay-mo-li justru duduk disebelahnya. Tatkala itu
kereta sudah keluar dari jalan besar dimana letak Ki-ong-hu,
kebetulan tiba pada suatu jalan perempetan, kearah tenggara
bisa langsung menuju keistana dalam dimana kota kerajaan
berada, kalau belok ke arah barat justru berlawanan itulah
jaun kearah luar kota yang menuju kepintu barat yang lurus
kusir kereta baru saja membelokkan kuda untuk masuk
kenalan menuju ketenggara, Siau-go-kian-kun Tiba2 bersuara
rendah tertahan
"Tahan sebentar"
sudah tentu kedua kusir kereta itu melengak heran dan
berpaling kebelakang, cepat sekali sebelum orang menyadari
apa yang telah terjadi, tahu2 siau-go-kian-kun sudah menutuk
Hiat-to kedua orang ini. langsung dia lompat duduk ditempat
kusir serta mendorong kedua kusir kereta itu masuk kebagian
belakang, katanya tertawa:
"Kalian boleh istirahat saja."
Cara kerja Siau-go-kian-kun cukup cekatan dan cepat sekali
tanpa mengeluarkan suara berisik, sehingga orang- dipinggir
jalan tiada yang memperhatikan apa yang telah terjadi diatas
kereta, sampaipun Lau Tao masih menyangka siau-go-kiankun
memang hendak menggantikan kedua kusir, tidak tahu
bahwa mereka tertutuk Hiat-tonya dan digusur kebelakang.
Tapi The-sam Niocu yang jauh lebih berpengalaman amat
kejut seketika dia menyadari gelagat jelek- Tapi belum sempat
dia pentang mulut bersuara tahu2 Hong-lay-mo-li sudah
gunakan gerakan pentang busur kekiri kanan sekaligus
menutuk Hiat-to The-sam Niocu dan Lau Taosetelah
kedua orang dirobohkan, baru Hong-lay-mo-ii
merenggut kedok mukanya, katanya menyeringai dingin:
"Kalian lihat siapa aku?"
sungguh kejut dan takut The dan Lau bukan kepalang
serasa arwah telah terbang keawang2, tenggorokan meraka
berbunyi keok-keok tanpa bisa berbuat apa2 karena mulut
tidak bisa bicara.
seorang diri sebetulnya siau-go-kian-kun cukup mampu
kendalikan keempat kuda penarik kereta, namun tempat
duduk kusir ada dua, supaya tidak lowong dan menimbulkan
curiga segera mak inang Bu-lim-thian-kiau berkata:
"siau-sun-cu, pergilah kau bantu mengusir kereta."
"Adik cilik," ujar siau-go-Kian-kun tertawa,
"apa kau juga bisa pegang kendali?"
Usia siau-sun-cu baru 13-an, namun perawakannya tumbuh
lebih besar, maka kelihatannya sudah berusia 16-an. Dengan
tertawa dan merangkak maju dia menerima sebuah tali
kendali katanya tertawa: "Aku bisa pegang kendali."
"Ke-empat ekor kudas putih ini cukup mengenalku, sejak
lama aku ingin pegang kendali milik pesiar. Kutanggung tidak
akan terjadi apa2"
Kereta berlari bagai terbang kearah barat cepat sekali
sudah keluar dari pintu barat, serdadu penjaga pintu kota
kenal akan kereta dari Ki-ong-hu ini, mereka merasa heran,
"kenapa ganti kusir lain yang baru?"
Untung putra mak inang yang bernama siau-sun-cu ini
orangnya supel dan suka bergaul sering kelayapan, semua
serdadu itu mengenalnya dengan baik maka rasa curiga
mereka berkurang, namun mereka toh menghentikan kereta
ini. Jantung Tam To-hiong berdebar, maklumlah Tam-pwecu
baru semalam merayakan pernikahannya perjamuan masih
terus berlangsung selama tiga hari demikian pula para tamu2
besar yang diundang belum bubar, sebagai ongya yang
menjadi wali pernikahan, adalah janggal pada hari kedua
pagi" sekali dirinya sudah menemani sepasang mempelai
keluar kota"
Kalau mau cukup dia buka mulut dengan gampang mereka
akan segera diberi jalan keluar, namun dia tidak berani unjuk
muka" Demikian pula Bu-lim-thian-Kiau harus
menyembunyikan diri supaya tidak diketahui para serdadu itu
bahwa mereka berada didalam kereta ini.
Untung para serdadu itu tidak berani membuka kereta
mengadakan pemeriksaan mereki hanya heran dan menahan
siau-sun-cu sebentar untuk ditanyai saja, untung siau-suncupun
berlaku tabah dan wajar malah membusung dada
segala, katanya:
"Jangan kata aku dolan pakai kereta ongya lho, aku sedang
antar ibu keluar kota."
Para serdadu itu tertawa, katanya:
"Ibumu adalah mak inang Tam-pwecu. Pwehu baru saja
menikah, kenapa ibumu tidak menikmati hidup senang
didalam istana malah keluar kota segala. Kau jangan bohong,
ya." sun-toanio lantas singkap kerai melongok keluar, katanya:
"siau-sun-cu tidak membual, memang aku ingin keluar
kota. Karena pernikahan Tam-pwecu aku jadi bebal dan tidak
bisa tidur maka aku diidzinkan pulang kampung untuk istirahat
memulihkan badan penat ongyapun baik hati dia
meminjamkan kereta ini kepadaku"
sebagaimana orang tua sun-toanio sengaja mengoceh
panjang lebar- Para serdadu itu tertawa lebar, melihat sun-toanio sendiri
yang naik kereta maka hilanglah rasa curiga mereka, apa yang
dikatakan sun-toaniopun masuk akal, maka mereka berebut
mengambil hatinya malah, sudah tentu tidak mempersulit
kereta ini keluar.
Begitu keluar kota kereta berlari semakin kencang, cepat
sekali puluhan li telah dicapai baru siau-go-kian-kun
menghentikan kereta, katanya tertawa:
"Sekarang boleh turunkan ongya dan Hong-siok Tayjin
disini supaya pulang."
Tam To hiong menghela napas, bergegas dia turun dari
kereta katanya:
"lh-tiong, kau sendiri suka menuju kearah hidupmu ini,
jangan kelak kau menyesal setelah kasep. sejak perpisahan
kali ini, hubungan kita paman dan keponakan boleh dianggap
putus, selanjutnya kaupun jangan harap bisa diakui sebagai
Pwecu pula dari Ki-ong-hu."
Duka dan gusar hati Bu-lim-thian-kiau, katanya:
"Budi kebaikan Hong-siang dan paman kepadaku tidak akan
terlupakan seumur hidupku. Aku hanya merasa menyesal
kenapa aku dilahirkan sebagai Pwecu, kini dapat memutuskan
hubungan ini, sungguh amat kebetulan bagiku malah."
selanjutnya Wanyan Tiang-ci turun kereta jilian ceng-hun
Tiba2 mendeliki katanya:
"jing-yau cici, apa tidak terlalu murah melepasnya demikian
saja?" sengaja mau bikin takut Wanyan Tiang-ci, siau-go kian-kun
bertanya tertawa:
"Lalu bagaimana menurut pendapatmu" "
Kata jilian Ceng-hunpenuh kebencian:
" Kalau tidak membunuhnya, sedikitnya punahkan saja ilmu
silatnya, agar kelak tidak mencelakai jiwa orang dengan
kepandaiannya."
Pucat pasi muka Wanyan Tiang-ci. Lekas Hong-lay-mo-li
berkata tertawa:
"Mengingat kali ini dia mau tunduk dan patuh akan perintah
kita, tadi akupun sudah berjanji untuk melepasnya pulang,
biarlah kali ini klta beri keringanan supaya dia tahu, bahwa
orang-gagah dari kalangan Loklim selalu bertindak sesuai
dengan apa yang pernah dikatakan, tidak seperti mereka yang
sering menjilati ludahnya sendiri, tiada kejahatan yang tak
pernah mereka lakukan"
sekali tendang Hong-lay-mo-li percepat langkah Wanyan
Tiang-ci sehingga orang tersungkur jatuh ke bawah kereta,
bentaknya: "sejam lagi Hiat-to kalian akan terbuka sendiri, pulanglah
merangkak"
gusar dan penasaran jilian ceng-hun masih belum
berlampias. Kembali kereta mereka berpacu dengan kencangnya kearah
barat, kiras sudah 40 li mereka meninggalkan kota raja,
ditengah derap langkah kuda dan bunyi roda kereta yang
berdentam dijalan raya itu, apatis seperti terdengar oleh
Hong-lay-mo-li suara derap kaki kuda banyak yang
mendatangi dari belakang.
Siau-go-kian-kun tertawa, katanya:
"Kini giliran kedua orang ini." kiranya dia sudah tahu
dibelakang ada sepasukan berkuda yang mengejar, menurut
rencana Lau Tao dan The-sam Niocu hendak dibawa pulang
kepangkalan untuk dimintai keterangan seperlunya serta
menuntut balas bagi para saudara yang mati oleh kejahatan
kedua orang ini.
Kini setelah musuh mengejar dalam perjalanan jauh dan
perlu mempercepat lari kereta, kedua orang ini akan menjadi
beban belaka. Pucat muka Lau Tao, katanya meratap gemetar:
"sukalah Liu-bengcu pandang muka engkohku, bukankah
engkohku pemimpin laskar rakyat yang menentang kevajaan
Kim." "Jangan kau menyinggung engkohmu. engkohmu takkan
menolong perbuatan jahatmu, tempo hari ku-ampuni jiwamu,
kau malah lari dan terima menjadi antek musuh, se-wenang2
lagi buat apa aku ampuni jiwamu lagi?"
sekali tabas Hong-lay-mo-li penggal kepala Lau Tao-
Melihat Lau Tao dibunuh serasa pecah jantung The-sam
Niocu, namun dasar licik dan licin, sebelum ajal dia masih
berusaha menipu Hong-lay-mo-li demi mempertahankan
jiwanya: "Liu bengcu, tiada gunanya kau bunuh aku, aku boleh
mengundang anak buah Hoan Thong dulu untuk tunduk
dibawah perintahmu. Bukankah kau tumben menjadi Bingcu
dari daratan dan perairan,"
"Berani kau menyinggung Hoan Thong" Karena
perbuatanmu akhirnya dia mati dengan badan hancur nama
buruk, sebelum ajal dia minta kepadaku untuk membunuhmu
menuntutkan batas sakit hatinya, kau takut?"
Tertunduk semakin pucat muka The-sam Niocui katanya
tergagap: "Apakuh benar Hoan Thong berpesan demikian?"
Hong-lay-mo-li tertawa dingin:
"Anak buah Hoan Thong semua tunduk kepada Li Po, buat
apa kau harus menarik mereka segala?"
Tiba2 The-sam Niocu menjerit serak keras dan panjang, dia
berusaha menggigit putus lidahnya sendiri untuk bunuh diri.
Hong-lay mo-li tidak tega melihat keadaannya yang me-njerit2
dan berkelejetan, katanya:
"Menguntungkan kau saja. supaya kau tidak tersiksa,"
sekali ayun pedang, diapun tabas leher orang.
setelah membunuh Lau Tao dan The-sam Niocu, sementara
kereta masih terus mencongKiang ke depan, setelah kunang
bobot dua orang kereta berlari semakin cepat dan enteng.
Akan tetapi betapapun masih kalah cepat dengan pasukan
berkuda, lambat laun pasukan berkuda dibelakang sudah
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelihatan dan semakin dekat.
Bu-lim-thian-kiau tertawa getir, katanya:
"Kini aku sudahjadi orang tak berguna lagi, hidup dalam
dunia-pun tiada gunanya" Biarlah aku turun saja, mereka
hanya menginginkan aku saja, aku bisa menahan mereda
mengejar lebih lanjut"
"Tam-heng, biasanya kau periang dan punya pandangan
luas, hanya sedikit tersiksa didalam menjalani kehidupan ini
terhitung apa" Aku hanya ingin tanya kepadamu: Apakah kau
tidak anggap kita sebagai kawan sehaluan?"
"Memangnya perlu dikatakan lagi" Dengan menempuh
bahaya kalian masuk kota raja menolongku, umpama orang
she Tam harus mati, aku tetap berterima kasih kepada kalian."
"Nah, kan begitu. Lalu disaat menghadapi bahaya kita
lantas tinggal pergi begini saja tanpa hiraukan
keselamatanmu, untuk apa pula kau punya teman sehaluan?"
Disaat mereka bicara itu pasukan pengejar itu sudah
semakin dekal, tampak yang pimpin pasukan pengejaran ini
adalah sin-tho Thay Bi dan Tam se-ing-
Kiranya sejak permulaan Tam se-ing memang sudah
menaruh curiga, maka setelah kereta berangkat, toh tetap dia
mengutus beberapa anak buahnya untuk mencari tahu
tujuannya hanya membuktikan bahwa kereta ini memang
benar menuju keistana raja. sekalis anak buahnya ini dilarang
membuat keributan.
Cepat sekali anak buahnya pulang melapor bahwa kereta
menuju keluar kota ke arah barat, kebetulan saat itu Thay Bi
datang sebagai Koksu hendak memberikan selamat
pernikahan, sekaligus membuktikan bahwa tiada orang yang
masuk keistana.
Keruan Tam se-ing kaget dan keripuhan bingung, lekas dia
kumpulkan anak buahnya terus melakukan pengejaran
bersama Thay Bi. ternyata terhadap Thay Bipun, Tam se-ing
tidak berterus terang, hanya dikatakan bahwa pamannya
diancam dan dipaksa oleh musuh kosen yang menyelundup
ked-alam istana, soal siapa sebenarnya musuh yang
menyelundup dikatakan belum diketahui.
Ditengah jalan mereka ketemu Wanyan Tiang-ci dan Tam
To-hiong yang dilepaskan. Karena malu dan gusar Tam Tohiong
seaera memerintahkan mereka mengejar dan
menggusur orang- didalam kereta mati atau hidup itu berarti
dia mengidzinkan Tam se-ing untuk membunuh Bu-lim-thiankiau.
setelah tahu bahwa Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li
yang menawan Wanyan Tiang-ci dan Tam To-hiong, mau
tidak mau Thay Bi rada jeri juga. Tetapi karena ada puluhan
jago2 kosen dari Gi-lim-kun ikut mengejar yakin dengan
tenaga gabungan orang banyak pasti dapat melaksanakan
perintah Tam To-hiong, maka dia ikut mengejar lebih lanjut,
sementara Wanyan Tiang-ci dan Tam To-hiong yang masih
lemas itu diantar pulang.
Pasukan berkuda ini dengan cepat berhasil me-nyandak
kereta itu, tahu kedoknya sudah diketahui orang, Hong-laymo-
li lantas tanggalkan kedok paisunya, makinja menuding
Tam se-ing: " Waktu menyerbu ke pangkalanku, sudah kuampuni sekali
jiwamu kini berani mengantar jiwa lagi" Engkoh mu suami istri
ada disini, ksu berani bertindak begitu kejam, baiklah akupuntidak
sungkan lagi. Dan kau cacat tua bangka yang belum
mampus ini di Ko-gwan tempo hari beruntung dapat lolos, kini
berbuat jahat lagi" Ni-locian-pwe sudi mengampuni kau, hari
ini aku tidak akan ragu2 lagi merenggut jiwamu"
Tam se-ing naik pitam, hardiknya:
"Tempo hari aku kau tipu hari ini kebetulan bisa menuntut
balas Hayo, siap lepas panah"
Hong-lay-mo-li keluar mengadang dibela kang kereta
menutup pintu, dengan mengayun dan mengobat-abitkan
kebutnya dia sampuk jatuh anak panah yang menghujan lebat
meski hujan panah tiada hentinya, tak ada satupun yang lolos
masuk kedalam kereta.
Tapi busur panah besi yang digunakan pasukan berkuda ini
daya bidiknya teramat keras, walau Hong-lay-mo-li dan Siaugo-
kian-kun tiada yang kena dilukai, namun 4 kuda penarik
kereta satu persatu terjungkal roboh binasa, cepat sekali
kereta berhenti untung Siau-go-kian-kun kerahkan tenaga
untuk kendalikan goncangan kereta, sehingga kereta tidak
terjungkal roboh-
Begitu kereta berhenti, mereka menjadi sasaran telak dan
dekat dari bidikan anak2 panah, dengan kecutnya lama
kelamaan Hong-lay-mo-li kepayahan juga menyapu jatuh
panah2 itu. Karena dihujani panah terus menerus Siau-go-kian-kun naik
pitam, sekali samber dia tangkap dua anak panah, lalu dengan
kekuatan jentikan tangannya, "ser, ser" dua perwira di kanan
kiri Tam se-ing seketika terjungkal roboh dengan tenggorokan
termakan panah.
Ternyata kekuatan jentikan jari Siau-go-kian-kunjauh lebih
kuat dan keras dari bidikan busur panah mereka-
"Anak anjing," maki Siau-go-kian-kun,
"berani memanah lagi akan ku incar jiwamu."
saking jeri Tam se-ing mundur kebelakang mundur. perwira
Gi-lim-kun yang lain segera mengelilinginya.
Hong-lay-mo-li menyeringai dingin:
"Kau hendak membunuh engkohmu untuk merebut
kedudukan Pwecu-nya, kalau harus berkorban jiwa, kita tetap
bisa membunuhmu lebih dulu."
Terpaksa Tam se-ing ber-pura2:
"Baiklah, kupandang muka engkohku, sementara bidikkan
panah dihentikan." lalu dia susun barisan mengepung kereta
dari berbagai arah, sementara dia memimpin dari samping,
dimana dia perkirakan dirinya takkan tercapai oleh senjata
rahasia yang ditimpukan dari kereta.
Dengan suara lirih Thay Bi bertanya:
"Apakah Bu-lim-thian-Kiau suami istri sudah kehilangan
ilmu silatnya?"
"Paman tadi bilang demikian, kukira tidak akan salah" sahut
Tam se-ing. Nyali Thay Bi menjadi besar, diam2 dia mempertimbangkan
kekuatan kedua belah pihak, dia cukup menandingi salah satu
dari Siau-go-kian-kun atau Hong-lay-mo-li, orang2 lain
sebanyak ini kiranya cukup ber-kelebihan melawan salah satu
diantara kedua musuh.
segera Thay Bi keprak kudanya mencong Kiang maju,
serunya: "Hoa Tayhiap Liu-Bing-cu, marilah kita berbicara."
Siau-go-kian-kun tertawa dingin, jengeknya:
" Kalau tidak kau mati biar hari ini aku yang gugur, hayolah
turun tangan, buat apa putar bacot melulu?"
"Kami hanya ingin Tam-pwecu pulang keistana, tiada niatku
adu jiwa dengan kalian."
"Ada kami disini, jangan harap kau bisa merebut Tam Ihtiong
berdua, kecuali kau mampu membunuh kami berdua
lebih dulu."
Thay Bi menarik muka- bentaknya:
"Diberi kelonggaran malah ingin main kekerasan, baiklah
terpaksa kita tidak sungkan lagi- Hayo serbu-"
Siau-go-kian-kun sambut serbuan pasukan berkuda dengan
gelak tawa panjang, begitu keras dan kumandang gelak
tawanya sampai kuping semua orang terasa pekak- seorang
perwira yang tidak tahu kelihayannya segera keprak kuda
mendahului menerjang sambil angkat tombak menusuksebat
sekali Siau-go-kian-kun berkelit seraya menyamber
ujung tombak lawan ditangkapnya serta menariknya roboh
terjungkal dari atas kuda, karena getaran gerak tipu Siau-gokian-
kun, kepala perwira seketika kebentur tanah dan pecah
berhamburan seraya mengeluarkanjeritan yang mengenaskan.
Thay Bi gusar, segera dia menubruk maju seraya
merangkap kedua jari menutuk dari kejauhan, segulung angin
dingin laksana panah melesat kedepan. Lekas Siau-go-kiankun
ayun kipasnya memunahkan kekuatan Hian-ci-it musuh.
Disusul bunyi "Blang" dua pihak adu pukulan secara
kekerasan Siau-go-kian-kun telan berdiri didepan kereta,
tanpa bergeming sedikitpun sebaliknya Thay Bi tergeliat
limbung. Bercekat hati Thay Bi, tak pernah dikiranya dalam jangka
tiga bulan Iwekang Siau-go-kian-kun sudah maju berlipat
ganda, namun untuk mengalahkan lawan bungkuknya
sedikitnya harus seratusan jurus kemudian.
Melihat Thay Bi kuat menandingi Siau-go-kian-kun, jago2
Gi-lim-kun bertambah nyalinya, serempak mereka bersorak
sorai menyerbu maju, Hong-lay-mo-li mainkan kebutannya
menggubat dan merebut senjata musuh yang maju
menyerang, sementara pedangnyapun berputar menghalangi
musuh yang merangsak maju.
Dari kejauhan Tam se-ing memberi komando, teriaknya:
"Pecah beberapa orang serbu kereta itu, siapa saja yang
ada didalamnya bunuh habis perkara, satu jiwa kupersen
seribu tail emas"
Pasukan Gi-lim-kun paling patuh akan disiplin yang keras,
maka tiada jago Gt-lim-kun itu yang tidak bekerja sekuat
tenaga, apa lagi mendapat persen-besar, maka mereka berani
pertaruhkan jiwa.
seorang diri Hong-lay-mo-li hanya memiliki dua tangan,
betapapun lihay ilmu kebut dan ilmu pedang-nya la mas dia
merasa kewalahan juga- se-konyongs "Brak" dengan
gembolan Liu-sing-tui seorang perwira memukul jebol dinding
kereta. Bu-lim-thian-kiau masih disikap Siau-sun-cu, dia me-rontas
berusaha melepaskan diri seraya berkata:
"Biarkanlah aku keluar saja"
sun-toanio tertawa katanya:
"Mimpipun tak pernah terpikir olehku jiwa tuaku ini
berharga seribu tail emas, anak Tiong hari ini aku bisa mati
bersama kau, sungguh suatu penghargaan tinggi bagiku. Tak
usah kuatirkan kematianku."
Hong-lay-mo-li gusar, dengan benang2 kebutnya dia
timpuk seperti Bwe-hoa-ciam perwira yang bersenjata Liusing-
tui baru saja menerjang maju hendak membekuk Bu-bmthian-
kiau, tahu2 terasa biji matanya sakit dan menjadi gelap,
ternyata matanya tertusuk buta oleh benang2 kebut Hong-laymo-
li- Tak nyana karena harus menolong Bu-lim-thian-Kiau ini,
Hong-lay-mo-li sendiripun semakin gawat keadaannya
serempak jago2 Gi-lim-kun menghujam berbagai gaman
mereka dengan gencar, meski memiliki tiga kepala enam
tangan sulit untuk melindungi jiwa beberapa orang yang ada
didalam kereta.
Untunglah pada saat2 kritis itulah, dari kejauhan terdengar
huaru kereta dan derap kuda yang ramai, mendatangi cepat
sekali tampak sebarisan kereta muncul dijalan raya dari arah
barat sana, tanpa hiraukan pertempuran yang terjadi dismi,
barisan kereta itu mcmbedal lari keretanya semakin cepat.
Dari atas kudanya Tam se-ing menuding seraya
membentak gusar:
"Gi-lim-kun sedang menggeropyok brandal, kalian siapa
berani petingkah. Lekas hentikan kereta eh, membangkang,
memangnya kalian komplotan brandal?"
setelah dekat tampak salah satu kereta besar yang berada
ditengah barisan tiba2 mengeluarkan tiang ranjang
mengibarkan sebuah bendera besar yang bersulam seekor
galak serta bertuliskan dua huruf "yalu" yang besar menyolok-
Tiba2 ya lu Hoan- ih- muncul lompat turun mencemplak
kepung g ung seekor kuda, serunya gelatos:
"Memang kita ini kaum brandal, memangnya kita akan lalap
kalian anjing- Kim ini Coba saja kalian mampu berbuat apa
terhadap kita"
orang- yang ada didalam puluhan kereta itu segera
menyerbu keluar, mereka adalah Busu negeri Liau yang
menyamar jadi kaum pedagang jilian ceng-sia selalu
mendampingi ya lu Hoan-ih, dengan memutar goloknya
segera dia menyerbu kekalangan pertempuran teriaknya:
"Liu Lihiap, apakah ciciku berada disana?"
Mendengar suara adiknya, sungguh girang jilian ceng-hun,
seperti kejatuhan rejeki dari langit, lekas dia menyahut dari
dalam kereta: "sam-moay, aku dan cihumu berada disini, lekas kau bunuh
keparat she Tam itu."
girang dan gusar jilian ceng-sia segera dia bersemi
"lh-ko, lindungilah cici, biar kugorok leher anjing keparat
itu" segera dia putar kuda dan pimpin empat orang
pembantunya yang perkasa menerjang kearah Tam se-ing.
Tam se-ing dilindungi 5 jago Gi-lim-kun. melihat usia jilian
ceng-sia masih begitu muda sedikitpun dia tidak ambil dihati,
jengeknya dingin:
"cicimu kawin dengan engkoh ku, memangnya kau kira aku
sudi mengawini adiknya."
semakin memuncak gusar jilian ceng-sia. begitu kudanya
menerjang dekat goloknya segera terayun dan membacok
sementara ke empat perempuan pembantunya menempur ke
5 jago2 Gi-lim-kun dengan sengit.
seorang jago Gi-lim-kun mengadang didepan Tam se-ing,
dengan mengayun pecut panjang seperti tali laso layaknya dia
hendak menjirat jilian ceng-sia serta membantingnya jatuh
ketanah. Tak kira kepandaian menunggang kuda jilian ceng-sia
amat tinggi, dengan bergerak turun menyembunyikan diri
keperut kuda, tunggangannya menyerobot lewat kedepan
tampak sinar golok berkelebat belum lagi cambuk panjang
jago Gi-lim-kun itu menyentuh pakaian jilian Ceng-sia, tahu2
batok kepalanya sudah terbelah dua oleh golok sabit jilian
Ceng-sia. Keruan bukan kepalang kaget Tam se-ing baru sekarang
dia insaf akan kelihayan jilian Ceng-sia- cepat sekali senjata
jilian ceng y ia sudah terayun membacok kepada dirinya, lekas
dia angkat tombaknya me-nangkis-
"Tang" ronce merah diujung tombaknya seketika melayang
jatuh terbawa samberan golok, dua jago Gi-lm-kun lain buru2
maju bantu melindungi Tam Se-ing, saking kaget merasa
jantung Tam se-ing pecah, tanpa hiraukan gengsi sebagai
keturunan jendral segala, cepat dia putar kudanya terus
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibedal secepat panah laripulang keTaytoh- Kuda
tunggangannya adalah hadiah raja Kim yang pilihan, sehari
dapat lari seribu lie- jilian Ceng-sia jelas takkan mampu
mengejar Terpaksa dengan gemas jilian ceng-sia putar balik bantu
keempat pembantunya menggasak kelima jago Gi-lim-kun
yang melindungi Tam se-ing tadi, dua berhasil dia bunuh
sisanya yang masih hidup dan terluka segera melarikan diri.
Pasukan berkuda Gi-lim-kun yang dipimpin Tam se-ing
hanya ada soan orang, sebaliknya anak buah ya lu lEoan-ih
ada seratusan orang, dari mengepung berbalik mereka
sekarang yang terkepung. Begitu Tam se-ing lari Thay Bi yang
pimpin beberapa orang mengepung kereta menjadi patah
semangat suatu ketika karena sedikit lena Thay Bi kena
dihantam sekali oleh siau-go-kian-kun, sambil menggerung
kesakitan, cepat dia melarikan diri
yalu Hoan-ih tidak berhasil mencegatnya, maka rombongan
Gi-lim-kun itu berhasil menerjang keluar namun sisanya hanya
tinggal sepertiga dari jumlah semula.
setelah pasukan Gi-lim-kun dibereskan seluruhnya baru
yalu Hoa-ih lompat turun membuka pintu kereta, dia papah
Bu-lim-thian-kiau turun dari kereta, bukan kepalang senang
rindu, sedih hati kakak beradik jilian, keduanya berpelukan
dengan menangis terisak-
Kiranya yalu Hoan-ih dan jilian ceng-sia serta
rombongannya selalu merasa kuatir dan was2 sejak Bu-limthian-
kiau dan jilian ceng-hun kembali ke istana, sering
mereka menyebar anak buahnya ke Taytoh untuk mencari
berita, sudah tentu berita perkawinan Bu-lim-thian-kiau cepat
sekali sudah mereka ketahui, tahu bahwa pernikahan mereka
dirayakan besarkan atas anjuran raja negeri Kim, mereka
menduga didalam persoalan ini pasti ada latar belakang yang
mencurigakan. segera merekapun bergerak, setelah memilih seratus anak
buahnya yang terlatih, menyamar jadi pedagang, secara
berani mereka menyerempet bahaya menuju ke Taytoh.
Bangsa Liau dan bangsa Kim tidak berbeda banyak, mereka
pun pandai berbahasa Nuchen, maka sepanjang jalan tidak
menemui banyak rintangan secara kebetulan pula waktu
mereka tiba diluar kota kesamplok dengan Bu-lim-thian-kiau
yang berusaha melarikan diri
Rombongan yalu Hoan-ih akan langsung kembali kepang
kalan mereka di Ki-lian-san, sebaliknya Hong-Lay-mo-li dan
siau-go-kian-kun harus kembali ke selatan, sekaligus hendak
mampir pula ke siang-keh-po, bersama siang-keh-su-lo siap
menggempur siang-keh-po melenyapkan Kongsun Ki. Baru
akan kembali ke-pangkalannya sendiri.
sebelum berpisah Siau-go-kian-kun ada menganjurkan
kepada Bu-lim-thian-Kiau supaya pergi ke Kong-bing-si,
karena disana ada Kongsun In yang juga telah kehilangan ilmu
silat, ada ayah LiuJing-yau danBing-bing Taysu maha guru
silat yang akan bantu menyembuhkan kelemahan Bu-limthian-
Kiau, mengingat cicinya memang juga ada disana maka
Bu-lim-thian-Kiau menerima usul ini. ....
Pula dijanjikan kepada Hong-lay-mo-li setahun lagi mereka
pasti akan pergi ke pangkalan Hong-lay-mo-li untuk hadir
dalam perjamuan pernikahan Hong-lay-mo-li dan Siau- gokian-
kun. sekarang marilah kita ikuti perjalanan Siau-go-kian-kun dan
Hong-lay-mo-li, mereka langsung menuju ke siang-keh-poselama
dalam perjalanan tidak keruan perasaan hati mereka,
bahwa bisa berkumpul sebentar dengan Bu-lim-thian-Kiau
suami istri serta berpisah dalam suasana yang cukup
merawankan hati pula.
Kini timbul pula satu tanda tanya besar, apakah mereka
mampu mengalahkan Kongsun Ki dan menolong siang Cenghong-
Betapapun Hong-lay-mo-li tidak mau percaya bahwa
siang Ceng-hong secara suka rela kawin dengan Kongsun Ki-
Untuk menambah bekal dan persiapan yang lebih matang,
sepanjang jalan mereka saling tukar pikiran dan menyelami
bersama ajaran Iwekang yang diturunkan oleh Liu cioan-cong.
Demikian pula ilmu warisan keluarga Kongsun In-pun. mereka
latih berulang kali, siap untuk menghadapi Kongsun Ki.
Sejak mereka datang tempo hari, 2 bulan sudah berselang
kini bekal kepandaian merekapun sudah mendapat kemajuan
yang boleh dibanggakan.
Pendek kata tanpa banyak membuang tenaga dengan
selamat akhirnya mereka tiba kembali di Hou-loan-san,
memang untuk memasuki siang-keh-po- satu2nya jalan,
mereka memang harus lewat Hou-loan-san.
Malam itu hujan rintik2, cuaca gelap, kiras kentongan
kedua mereka mulai memasuki pegunungan, setiba disayap
kiri gunung, langsung mereka memasuki hutan dan semak
belukar yang lebat diperut gunung, sepanjang jalan tidak
mereka ketemukan ada orang meronda.
Dengan langkah hatis dan selalu waspada mereka terus
maju tanpa terhalang, akhirnya mereka tiba di-dasar sebuah
lembah yang mulai lembab hawanya, se-konyongs sayupterdengar
suara benturan senjata keras seperti ada orang lagi
bertempur. Kejut dan girang Hong-lay-mo-li dibuatnya, katanya:
"Eh, seperti ada orang bertempur disana marilah kita
tengok-" Dengan mengembangkan Pat-pao-kan-san mereka berlari
ke arah kumandangnya suara, betul juga tampak empat orang
sedang berhantam dengan sengit. Dengan girang Hong-laymo-
li lantas berteriak:
"Kongkong berdua jangan kuatir, aku datang bersama Hoa
Tay-hiap" kiranya dua orang yang lagi berhantam itu adalah Losam
dan Losu dari siang-keh-po, yaitu siang Hong dan siang Gi.
Kedatangan mereka tepat pada waktunya baru saja mereka
tiba. maka terdengarlah siang Hong mengeluarkan suara
gerungan tertahan, agaknya terpukul luka2. Kedua lawan
mereka adalah laki2 pendek kekar yang bergaman tongkat
besi panjang dan besar, seorang lagi adalah laki2 jangkung
tegap mengenakan kedok muka bertangan kosong, tapi siang
Hong barusan berhasil dipukulnya luka dalam.
Hong-lay-mo-li membentak:
"Bangsat keparat dari siang keh-po- rasakan pedangku"
dia tidak sudi menyerang secara bokongan, maka sembari
menyerang dia membentak memberi peringatan, sinar
pedangnya laksana rantai perak terentang kencang menusuk
ke laki2 jangkung berkedok muka itu-
Dalam waktu yang sama terdengar "Tang" golok besar
berpunggung tebal ditangan siang Gi dikemplang terbang oleh
tongkat besar laki2 pendek mendapat angin laki2 itu tidak menyia2kan
kesempatan tongkatnya terayun terus mengemplang
pula kebatok kepala siang Gi.
Menolong orang lebih penting, maka Hong-lay-mo li putar
pedangnya menusuk dulu kearah laki2 pendek- serangan ini
memaksa lawan untuk menyelamatkan jiwa sendiri lebih dulu
sebelum melukai musuh, yang diincar adalah Ih-gi-hiat, salah
satu dari dua buah Hiat-to yang mematikan dibadan manusia-
Bagian 48 Gerak gerik laki2 pendek ini teramat lincah, tiba2 dia
memutar badan, berbareng ujung tongkatnya mengetuk dan
menjojoh, "ting" dia sampuk pergi pedang Hong-lay-mo-li,
tepat pada waktu yang bersamaan, laki2 berkedok itupun
lontarkan pukulan yang menimbulkan sambaran angin keras
menerjang kearah Hong-lay-mo-li.
Hong-lay-mo-li cukup pengalaman dalam menghadapi
musuh tangguh dia sudah menduga bakal digencet dari depan
dan belakang Maka permainannya sekaligus menggunakan
cara menyerang untuk bertahan, pedang ditangan kanan
menusuk kedepan sementara kebutnya diputar untuk
melindungi badan.
Begitu pukulan telapak tangan laki2 berkedok itu tiba,
Hong-lay-mo-li ayun balik kebutnya dengan tipu Ih-sing-hoaito
(menggeser bintang ganti posisi), itulah salah satu jurus keji
dari 36 jalan Thian-lo-hud-timnya, apalagi dia kerahkan
tenaganya sehingga benang kebutnya tegak keras laksana
ujung jarum, jikalau lawan kena terkebut, maka lawannya
pasti terluka parah seperti dipelintir uratnya keseleo
tulangnya. Tak nyana Iwekang orang ini ternyata cukup tangguh,
"Wut" kebut Hong-lay-mo-li kena ditotoknya pergi sehingga
benang kebutnya buyar walau pukulannya tidak mengenai
Hong-lay-mo-li, namun sekaligus serangan lihay Hong-lay-moli
kena dia gagalkan.
Berbareng laki2 pendek itu dengan tipu Ki-hwe-liau thian
(angkat obor menerangi langit), ujung tongkatnya mendesak
minggir pedang Hong-lay-mo-li, disusul dengan jurus Hoan
kang-to-hay (memblik sungai menjungkir laut) tongkat
gedenya itu menyapu ke-pinggang,
Bercekat hati Hong-lay-mo-li, bentaknya:
"Kiranya kau anjing Kim yang lolos tempo hari. Bagus
sekali, kalau berani jangan kau lari"
kiranya laki2 pendek ini adalah Busu Tam se-ing yang
tempo hari melarikan diri waktu menggempur pangkalan
Hong-lay-mo-li itu, yang membuat Hong-lay-mo-li heran
adalah laki2 ini pandai menggunakan ilmu Hu-mo-tio-thoat
ajaran murni dari Kaypang.
Kepandaian laki2 berkedok agaknya setingkat lebih tinggi
dari laki2 pendek ini, yang dia mainkan ternyata adalah Taylik,
kim-kong-ciang-hoat asli dari ajaran murni siau-lim-pay.
Kekuatan pukulannya hebat, maka Hong-lay-mo-li yang
menghadapi dengan kebutnya tidak mampu membendung
serangan lawan.
semula siau-go-kian-kun kira Hong-lay-mo-li cukup
berkecukupan menghadapi kedua musuhnya ini dirinya tidak
perlu membantu, luka2 siang Hong cukup parah maka dia
perlu segera memberi pertolongan.
Namun setelah menelan siau-hoan-tan pemberian siau-gokian-
kun lekas sekali napasnya sudah teratur baik, katanya
lemah: "Hoa Tayhiap, bekuk dulu mata2 itu lebih penting."
"Baik" seru siau-go-kian-kun sembari bersuit panjang
segera dia menubruk maju kedalam arena pertempuran.
Kebetulan tongkat la kte pendek tengah menyapu keping gang
Hong-lay-mo-li, siau-go-kian-kun membuka kipas lempitnya
sedikit menekan diujung tongkat orang seraya membentak:
"Lepaskan"
Betapa besar kekuatan sapuan tongkat gede ini, namun
Siau-go-kian-kun cukup menutul dan menakan, sapuan
dahsyat itu telah dia punahkan tanpa bekas, kiranya yang
digunakan adalah su-nio-poat-jian-kin, sekali angkat tangan,
kekuatan raksasa lawan dia punahkan dengan mudah.
Tapi kepandaian laki2 pendek ini memang luar biasa, meski
sapuan tongkatnya dipunahkan siau-go-kian-kun namun
tongkatnya tidak sampai terlepas dari cekatannya.
Kebetulanpada saat mana, dari kejauhan terdengar suara
bentakan dan langkah orang berlari mendatangi dengan
cepat, kiranya Lo-toa dan Loji dari siang-keh-su-lo tengah
mendatangi. Laki2 pendek itu segera berseru: " Angin kencang tarik
mundur" Hong-lay-mo-li membentak:
" Kurang ajar, setelah melukai orang hendak lari"
sekuat tenaga laki2 jangkung berkedok itu punahkan
sejurus serangannya, katanya tertawa:
" orang kalian banyak, maaf aku tidak mengiringi lebih
lanjut" Golok besar siang Ci terpukul jatuh oleh laki2 pendek- saat
mana dia berdiri menentramkan napas di-luar gelanggang,
tahu2 badannya limbung terus terjungkal roboh-
Hong-lay-mo-li kaget, dia kira kena di-kerjai musuh, maka
untuk melindungi jiwanya tak sempat dia merintangi musuh,
maka siau-go-kian-kun saja yang mengejar kedua orang itu.
sebelum dipapah Hong-lay-mo-li siang Gi sudah mencelat
berdiri sambil tersenyum getir. Kiranya jurus Hu-mo-tio-hoat
yang dilancarkan laki2 pendek tadi mengandung tiga
gelombang kekuatan, setelah goloknya mencelat jatuh siang
Ci gunakan jian-kin-tui untuk mempertahankan diri, dua
gelombang yang terdahulu kuat dia pertahankan namun
gempuran gelombang ketiga tak kuasa lagi dia punahkan
maka dia terjungkal roboh, untung tidak sampai terluka.
siau-go-kian-kun berhasil mengejar kedua musuh itu, kipas
dia pindah ke tangan kiri diputar satu lingkaran, menuntun ke
samping tongkat besi laki2 pendek- berbareng kelima jari
tangan kanannya laksana cakar menggunakan Hun-kin-johkut-
hoat mencengkram kearah laki2 jangkung berkedok itu
"Jangan menghina orang" bentak laki2 berkedok- diapun
balikkan telapak tangannya yang menderu, sayup- seperti
bunyi guntur "Blang?" telapak tangan kedua pihak saling
beradu, dengan menggunakan To-jay-chik sing-pao (membalik
langkah tujuh bintang) meminjam tenaga pantulan dari
pukulan siau-go-kian-kun, mencelat jumpalitan sejauh 3
tombakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Bahwa pukulannya tidak bikin lawannya terjungkal roboh
malah telapak tangan sendiri terasa kesemutan maklumlah
seorang diri dia harus pecah perhatian dan membagi tenaga
untuk menghadapi dua musuh, maka terasakan rada payah
juga- Tapi laki2 jangkung berkedok itupun sudah tahu akan
kelihayannya, lekas dia ngacir pergilaki2
pendek itu berhasil menyandak temannya terus lari
lintang pukang bersama turun gunung, dari kejauhan mereka
membentak bersama:
"siau-go-kian-kun, kalau berani datanglah ke siang-keh-po
boleh kita bertanding lagi."
seorang diri jelas siau-go-kian-kun takkan bisa
mengalahkan kedua lawannya dalam waktu singkat,
disamping dia menguatirkan luka2 siang-keh-ji-lo, maka dia
tidak mengejar lebih lanjut, katanya gelatos:
"Memang aku akan menuju ke siang-keh-po, boleh kau
beritahu kepada Kongsun Ki, kali ini aku tidak akan biarkan dia
hidup lebih lama, kalian ingin mengiringi kematian Kongsun Ki,
boleh tunggu saja di siang-keh po"
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siau-go-kian-kun bicara menggunakan suara gelombang
panjang, nadanya tidak keras, namun cukup bikin kuping
kedua orang itu pekak dan mendengung. kontan kejut mereka
bukan main, tanpa berani berpaling lagi langkah mereka
semakin cepat. Waktu itu Lotoa dan Loji yaitu siang Ci dan siang Hing
sudah tiba, melihat siang Hong luka2, siang Ci kaget,
tanyanya: " Losam, siapakah yang melukaimu" Agak-nya bukan
Kongsun Ki-"
Iwekang siang Hong cukup tinggi, setelah dibantu menutup
Hiat-to dan menghentikan darah lalu menelan sebuuah siauhoan-
tan, semangatnya sudah banyak pulih, sahutnya:
"Dua orang yang datang malam ini belum pernah kita
jumpai, entah siapa mereka dan bagaimana asal usulnya
namun golongan perguruan silat mereka jelas tidak bisa
mengelabui kami."
"Mereka dari golongan mana?" tanya siang ci.
" Lakte jangkung yang mengenakan kedok itu
menggunakan Taj lik-kim-kong-cang dari aliran Hud yang
murni." "o..jadi orang ini dari siau-lim-pay-" ujar siang Ci.
siang Ci menimbrung:
" Laki2 pendek bertongkat besar yang memukul jatuh
golokku memainkan Hu-nio-to-hoat, kelihatannya murid dari
Kaypang." siang Ci terkejut katanya:
" Kaypang adalah Pang terbesar diseluruh jagat, siau-lim
adalah Pay nomor satu dikolong langit, keduanya dari
golongan lurus yang selalu
mengutamakan keadilan dan kebenaran, merupakan
puncak persilatan yang memimpin Bulim, entah kenapa
melahirkan dua murid yang durhaka, sekongkol dengan
Kongsun Ki, malah terima menjadi anteknya"
siau-go-kian-kun menimbrung:
"Murid Kaypang yang khianat itu tidak perlu dirisaukan,
Kaypang pangcu Bu su-tun adalah teman baikku, aku bisa cari
tahu kepadanya. Malah murid siau-lim-pay itu masih belum
diketahui seluk beluknya, betapapun merupakan duri tajam
yang selalu akan menjadi penghalang usaha kita. siang-locianpwe,
menurut pendapatku, kita harus mengutus orang
memberitahu kepada siau-lim-pay, disamping mempersiapkan
segala keperluan untuk menggempur siang-keh-po-"
Dari berbagai arah tampak beberapa rombongan orang
berbondong2 mendatangi mereka adalah anak buah siangkeh-
po yang lama. Kata siang Ci: "Biarlah siau-lim-pay sendiri yang membereskan murid
murtadnya ini disamping menghargai dan menghormati siaulim-
pay, sekaligus kita bisa mendapat bantuan mereka. jite,
besok pagi boleh kau ke siau-lim-si menemui Hong-tiang Bu-ai
siansu, tahun yang lalu kita pernah ikut Lo-pocu bertandang
ke siau-lim-si tentunya dia masih mengenalmu."
Beramal mereka lantas menggotong siang Ci dan siang
Hong kembali untuk merawat luka2nya, ditengah jalan siang ci
memberi laporan kepada Ho-ng-lay-mo-li- Kiranya mereka
sudah berhasil mengumpulkan separoh dari orang- siang-kehpo
lama, jumlahnya ada seratus orang lebih terpendam
dibeberapa tempat di Hou-loan-san, tempat tinggal siang-kehsu-
lo berada didalam gua yang bisa menembus keberbagai
arah. "Orang lama kita yang masih berada didalam Siang keh-po
ada yang tetap berpihak kepada kita, menurut kabar yang kita
peroleh bahwa Kongsun Ki sedang menyekap diri dikamar
meyakinkan kedua ilmu berbisa itu.
urusan di siang-keh-po diserahkan kepada Cong Cau-tay
sebagai congkoan yang berkuasa penuh, sementara ji-siocia
selalu mendampingi Kongsun Ki memberi petunjuk soal latihan
Iwekang, sehingga jarang dia keluar kamar."
Hong-lay-mo-li berkata:
"suso (siang Pekshong) sebelum ajal pernah berpesan
supaya aku melindungi ji-siocia. dan tugasku sekarang adalah
membebaskannya dari cengkraman Kongsun Ki. Aku yakin
didalam persoalan ini pasti ada latar belakang yang belum kita
ketahui, betapapun aku akan menciumnya dan menyelesaikan
persoalan ini."
"Beng-cu," ujar siang Ci ragu2,
"soal ini harus kita bicarakan dulu, janganlah bertindak
secara geoabah."
"Kau kuatir tenaga kita belum memadai untuk menggempur
siang-keh-po" Memangnya kecuali Hwi-liong-tocu masih ada
tokoh siapa pula disana?"
"Ambisi Kongsun Ki amat besar, setelah berhasil
meyakinkan kedua ilmu berbisanya, dia berniat membuka
perguruan dengan kekuatannya dia hendak paksa kerajaan
Kim mengangkatnya sebagai raja muda. Maka sejak
menduduki siang-keh-po, tidak sedikit sampah persilatan yang
dia rangkul, terutama tokoh2 kosen dari aliran sesat tidak
sedikit jumlahnya. Kabarnya Kong-tong-ji-kipun berhasil dia
pelet." "Kong-tong-ji-ki" orang macam apakah mereka?" tanya
Hong-lay-mo-li-
"Kong-tong-ji-ki adalah sute ex ciangbun Kong-tong pay
yang bernama su Thian-cu, yang tua bernama Bong Thian-pi,
seorang lagi bernama Lau Thian-hut. Kabarnya kepandaian
mereka tidak dibawah Ciang-bun suhengnya. Tapi biasanya
mereka malang melintang didaerah barat, jarang muncul di
Tionggoan. orang2 dari golongan lurus belum pernah ada
yang bentrok dengan mereka, maka sampai dimana tingkat
kepandaian mereka belum diketahui, 30 tahun yang lalu kedua
orang ini sudah mengasingkan diri dari julukan Ji-ki" (dua
aneh) dapatlah kita bayangkan, terutama ilmu silat mereka
mengutamakan keanehan yang serba magis, maka janganlah
dipandang enteng."
"Jadi sampai sekarang sudah kita ketahui kecuali Kongsun
Ki, ada lima orang yang boleh dikategorikan tokoh2 kosen
kelas satu yang patut diperhatikan."
demikian kata siau-go-kian-kun lebih lanjut,
"yaitu Hwi-liong-tocu, Kong-tong-ji-ki dan dua orang yang
kita usir tadi, jelas kekuatan pihak kita masih terlalu lemah-"
Pukulan Si Kuda Binal 1 Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Pendekar Cacad 18
Hwi-Liong-tocu memang jago kelas satu, disaat siau-go-
Kian-kun menyerang sek Khong, diapun menghantam kepada
siau-go-Kian-kun, namun siau-go-Kian-kun tidak hiraukan
pukulan orang begitu menyampuk pergi golok sek Khong,
dengan sejurus Kim-na-jiu-hoat yang lihay dia pegang dan
pelintir pergelangan tangannya serta meringkusnya.
Maka terdengarlah "Blang" pukulan Hwi-liong-tocu dengan
telak menghantam punggung siau-go-Kian-kun dengan keras,
siau-go kian-kun terhuyung sempoyongan kedepan dua
langkah sebaliknya Hwi-liong-tocu terpental balik dan
terbanting keras dengan kaki tangan menghadap langit sejauh
tiga tombak. Agaknya Iwekang slau-go-Kian-kun beberapa lipat lebih
kuat dari Hwi-liong-tocu, maka dia berani menerima pukulan
orang. Kalau dia tidak terluka apa-apa, sebaliknya Hwi-liongtocu
terbanting pusing dan pandangan ber-kunang2,
merangkak bangunpun tidak mampu lagi.
Menurut perhitungan Kongsun Ki ketiga pembantunya
dapat menahan sebentar sehingga dirinya sempat mengejar
datang. Tak kira siau-go-Kian-kun gunakan cara yang begini
lihay untuk meruntuhkan semangat mereka, malah sek Khong
ditawannya pula.
Keruan Kongsun Ki mencatos gusar, damratnya seperti
kebakaran jenggot:
"jangan harap kalian bisa keluar dengan hidup Letakkan
orangku dan menyerah, mungkin aku ampuni jiwa kalian."
sembari bicara langkah kakinya bagai terbang.
siau-go-Kian-kun angkat sek Khong tinggi- terus
memutarnya beberapa lingkaran, bentaknya:
"orang she Hoa berlaku terus terang, siang-keh-po pergi
datang sesuka hatiku, buat apa harus pakai sandera kurcaci
segala" Nah kukembalikan tawananku, sambutlah" diiringi
hardikannya, dia lemparkan badan sek Khong.
Betapa tajam pandangan Kongsun Ki, dia tahu siau-gokian-
kun melempar dengan menggunakan ilmu meminjam
benda menyalurkan Iwekang tingkat tinggi, badan orang dia
anggap senjata rahasia untuk menyerang dirinya.
Kalau dia mendorong dengan kekuatan pukulan tangan,
jiwa sek Khong pasti tamat oleh bentakan tenaga dahsyat sek
Khong dipandangnya sebagai pembantu setia yang terpercaya,
tujuan Kongsun Ki hendak mengambil hati anak buahnya,
maka terpaksa Kongsun Ki merelakan mengorbankan sedikit
tenaga murninya untuk menyambut badan sek Khong.
Dan karena rintangan2 ini, Kongsun Ki sudah ketinggalan
sepuluhan tombak oleh siau-go-Kian-kun, saking gusarnya
Kongsun Ki membentak:
" Lepas panah"
Tatkala itu Hong-lay-mo-li dan siau-go-Kian-kun kebetulan
tiba ditengah lapang yang dikelilingi gulungan anak panah
hujan lebat dari empat penjuru, semuanya direndam racun
jahat lagi. saking kesenangan Kongsun Ki ter-loroh2, barusan dia
menangkap badan sek Khong, walau dia sendiri harus terkuras
sedikit hawa murninya, namun terasa-kan pula olehnya bahwa
tenaga siau-go-kian-kun banyak berkurang agaknya lawanpun
terluka rada parah-
Maka saking kegirangan Kongsun Ki menyangka mereka
sudah masuk perangkap tinggal meringkus saja kalau tidak
terpanah mampus.
Hong-lay-mo li putar kebut dan pedang untuk melindungi
badan, sementara siau-go-Kian-kun gunakan kipasnya
melindungi muka, panah2 beracun yang menyentuh badannya
sama rontok- itulah ilmu Can-ih-cap-pwe-tiat tingkat tinggi-
Untuk sementara memang mereka dapat bertahan tidak
terluka, namun karena harus melayani hujan panah sehingga
ginkang mereka sedikit terpengaruh, maka jarak mereka
dengan Kongsun Ki cepat sekali menjadi dekat sementara
hujan panah tak berhenti ilmu Gan-i-cap-pwe-tiat paling
mengurus tenaga, sedikit lena bukan mustahil mereka terluka.
Lekas sekali jarak kedua pihak tinggal tiga tombak.
Kongsun Ki menyeringai dingin: "Tidak mau menyerah"
sumoay, terutama wajahmu nan ayu jelita, sungguh sayang
kalau mampus"
Tiba2 Hong-lay-mo-li membentak:
"Kongsun Ki, kalau kau tidak bertobat dan mengubah
hiidupmu, lain kali kita datang kembali akan kupenggal batok
anjingmu."
Kongsun Ki bahak2.
"Lain kali kalian masih ingin datang lagi" Haha, apakah
bukan mimpi?"
tak nyana belum habis dia bersuara, Tiba2 Hong-lay-mo-li
yang lari tiba dibawah sebuah gunungan menyelinap hilang,
semula gunung itu terang tiada guanya- namun begitu Honglay-
mo-li tempelkan punggungnya, tiba2 dia merunduk masuk,
lekas sekali siau-go-kian-kun ikut lenyap dibelakangnya.
Waktu Kongsun Ki mengejar tiba dibawah gunungan itu
didengarnya suara krekat-kreket, gua itu sudah tertutup rapat
pula. Keruan Kongsun Ki mencatos gusar, teriaknya:
"Keparat, melihat setan belaka" dengan sengit dia
menghantam beberapa kali, sehingga batu gunung hancur
beterbangan, namun betapapun dahsyat kekuatan pukulannya
takkan kuat merogohkan sebuah gunungan batu yang kokoh
kuat" setelah pikiran tenang kepala dingin baru Kongsun Ki
mencelos hatinya, batinnya:
"Kiranya gunungan ini masih ada rahasianya aku yang jadi
penguasa disini tidak tahu apa?, mereka malah tahu begini
jelas" Kiranya waktu memberikan peta siang-keh-po, siang-kehsu-
lo ada memberitahu akan rahasia yang di-bangun oleh
majikan tua mereka. Maka tanpa sangsi Hong-lay-mo-li lari
keluar dari gua dibawah tanah ini dan tiba dipuncak Hou-loansan,
karena diduga tanpa tuntunan seorang tokoh kosen
Kongsun Ki takkan berani memburu mereka, maka dengan
tenang dan tentram mereka sembunyi dalam hutan istirahat
sambil menyembuhkan luka2 dalam dan mengusir hawa
racun. setelah masing2 menelan Pi-sia-tan buatan Liu Goan-cong
semangat Hong-lay-mo-li lebih segar, namun-hatinya
mendelu, katanya menghela napa2:
"Tak nyana siang Ceng-hong berubah demikian rupa."
"Kukira dalam hal ini pasti ada latar belakang yang tak kita
ketahui." demikian kata siau- go- kian- kun.
yang benar siang Ceng-hong bukan seorang gadis yang
takut mati, bahwa dia bersikap demikian lantaran tidak ingin
merembet dan bikin susah mereka.
Tapi bahwa dia rela menikah dengan Kongsun Ki memang
mempunyai maksuds penting, maksud penting apa Hong-laymo-
li dan siau-go-kian-kun yang cerdik pandaipun takkan
pernah membayangkan seluk beluk hal ini, biarlah kita
ceritakan dibagian belakang.
Tujuan mereka ke siang-keh-po boleh dikata gagal total
terpaksa dengan rawan hati Hong-lay-mo-li iringi siao-go-kiankun
menuju ke Tay Toh- kota raja negeri Kim.
Kepandaian mereka tinggi, berpengalaman lagi maka
sepanjang jalan mereka tidak pernah mengalami kesulitan,
Disaat mereka tiba di Tay toh: musim semipun kebetulan
sudah mendatang.
satu hari sebelum memasuki Taytoh siau-go-kian-kun
keluarkan dua lembar kedok muka, hasil rampasan dari
seorang maling cabul pemetik kembang soa-tam-cu yang dia
hajar, dengan mengenakan kedok muka ini, maka asal usul
mereka jadi tidak diketahui orang lain,
Taytoh merupakan kota raja yang dibangun dengan segala
kemewahan oleh pemerintah Kim, bukan saja merupakan
pusat pemerintahan menjadikan pusat perdagangan
kebudayaan dan lain2.
Lalu lintas yang keluar masuk kota tak terhitung
banyaknya, dengan mengenakan kedok muka, siau-go-kiankun
berdua mencampurkan diri dalam rombongan pedagang
beras menyaru jadi suami istri dengan gampang masuk ke
Taytoh. Langsung mereka mencari hotel kecil dijalanan sepi dan
menetap disana, setelah makan malam pura2 mencari angin
mereka keluyuran keluar menuju ke gedung kediaman Bu-limthian-
kiau yang dinamakan Ki-ong-hu.
Ki-ong-hu terletak disebelah timur, daerah yang tidak
begitu ramai namun malam ini sungguh luar biasa sekali
ramainya- Baru saja mereka tiba diseberang jalan yang
berjajar dengan Ki-ong-hu dari kejauhan sudah kelihatan
kembang api berpijar dan tetabuan musik mengalun tinggi,
tambur dan gembreng ditabuh ber-talu2. Manusia berlalu
lalang menuju kearah timur semua berdesakan kedepan Kiong-
hu. Waktu mereka tiba disana kebetulan suara tambur dan
gembreng ditabuh pula dengan ramai memekakkan telinga,
orang disekitarnya sama bertepuk tangan seraya bersorak:
"Nah itulah tarian naga sudah mendatang- Ha, jauh lebih
ramai dan megah dari cioan-siau"
Tampak sebuah liong-liong panjang tiga tombak berwarna
kuning mas tengah ditarikan keluar dari istana, badan naga
atau Liong ini dilapisi kain sutra tebal yang mengkilap,
sementara sisiknya terbuat dari kepingan emas murni, bulu
kumisnya terbuat dari batu karang laut yang memutih,
sementara matanya terbuat dari jamrut sebesar buah apel,
dibawah pancaran tengloleng yang dibawa puluhan gadis-jelita
dikerek tinggi diutus galah tengah berjoget mendatangi
dimainkan tiga puluh enam laki2, tak ubahnya seperti naga
yang sedang menghibur diri selulup timbul ditengah samudra
saja. Belum lagi permainan liong- liong disini berakhir, sekonyong2
terdengar pula gembreng dan tambur ber-talu2
diiringi musik dan trompet, tampak seekor binatang Kilin yang
besar tengah menari dan seperti melompat diujung jalan sana,
kaki depannya terangkat mulutnya tenganga keudara,
mulutnya mencaplok sebutir bola bundar yang kemilau besar
itulah batu permata sebesar kepelan tangan, dua biji matanya
mencorong terang seperti hidup.
Waktu Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun menegasi,
tampak Kilin ini dimainkan oleh 24 laki2 kekar, setiap orang
mengenakan pakaian seragam yang bersisik terbuat dari kulit
binatang setiap orang memakai sabuk mengkilap putih, pada
bagian tengah sabuk-nya dihiasi sejalur bintik2 kuning yang
kemilau pula, kopiah yang mereka kenakanpun dari kulit2
binatang yang berbulu panjang, demikian pula sepatu panjang
mereka penuh diliputi bulu2 lebat yang panjang.
Dilihat dari kejauhan, bentuk Kilin ini sungguh amat angker
tak ubahnya binatang yang benar2 hidup dan gagah.
Kalau seragam ke24 laki2 itu aneh tidak perlu diherankan,
yang hebat adalah cara mereka main, langkah kakinya serasi
dan terkontrol, lincah dan cekatan, tampak Kilin yang satu ini
setiap berganti langkah selalu diiringi bunyi musik yang
berlainan pula, kadang2 seperti lompat diangkasa terbang
bebas, kadang2 mendekam dibumi dan bergelindingan.
Begitu suara tambur berdentam seru dan beruntun seperti
hujan derasnya Kilin itu lantas berguling2 di-tanah lapang
yang luas itu- namun setiap gerak gerik pelakunya tiada
satupun yang kacau atau ketinggalan semuanya dapat berlaku
dengan baik, demikian sisik perak dan emas serta perhiasan
mahal yang berada di-atas Kilin tiada satupun yang copot atau
jatuh, 24 orang seperti tunggal begitu hebat dan bagus sekali
permainan mereka sampai penonton terpesona dan kabur
pandangannya- Diam2 Hong-lay-mo-li dan siau-go-kian-kun kaget dan
kagum, karena dari permainan Kilin ini, dapatlah dibuktikan
bahwa ke 24 orang pemain ini pasti memiliki kepandaian silat
yang setingkat tingginya, pastilah mereka adalah pelatih2 silat
yang pilihan didalam pasukan Gi-lim-kun yang dibawahi
Wanyan Tiang-ci.
se-konyong2 terdengar sempritan berbunyi, maka tambur
dan gembreng segera berbunyi gencar lebih gencar dari tadi,
rakyat yang berjubel2 menonton se-rempak berseru gegap
gempita: "Nah itulah, Ngo-hong-tian-yang telah tiba"
Tampak dari dalam istana Ki-ong-hu dilarikan keluar seekor
burung Hong, setiap burung Hong dari ekor sampai keujung
kepalanya ada 7- kaki tingginya, bulu burung dibuat dari
anyaman mutiara dan lempengan2 emas dan perak, bagian
dalamnya kosong dan disana ada dipasang puluhan buah
lampu istana, setiap lampu istana ini dibuat dari kaca yang
diletakkan dengan tempat2 yang serasi didalam perut burung
sehingga dari luarnya kelihatan cahaya terang yang tembus
dari luar. yang menarikan burung2 Hong ini adalah 50 gadis2 cantik,
pilihan dari pada biti2 istana, dengan langkah ringan gemelai,
mereka melarikan ke 5 burung Hong ini seiring dengan
gerakan2 tangan dan kaki mereka, burung Hong itu bisa
bergerak seperti terbang mematuk- manggut, menggerakan
ekor mirip sekali dengan burung hidup, kadang2 seperti
pentang sayap terbang diangkasasuara
gembreng tambur dan trompet kini berubah kalem
dan solo, lagu yang dinyanyikan adalah irama penyambutan
tamu dengan mendampingi naga emas burung Hong ini
menari bersama, maju kearah mana menyongsong
kedatangan sang Kilin, Rakyat yang melihat keramaian
serempak bersorak sorai bertepuk tangan semua sama berteriak2:
"Burung Hong berdampingan naga menyambut kedatangan
Kilin pengantar putra, tak nyana ada juga orang yang dapat
memikirkan acara sebagus ini. Em. mungkin putra raja sendiri
yang kawinpun tidak akan semeriah ini-"
Kebetulan Hong-lay-mo-li berada tidak jauh dari seorang
tua yang ikut bersorak-sorai, segera dia ber-tanya:
"Apakah istana sedang mengadakan perayaan
perkawinan?"
"Tentu sedang merayaan perkawinan kalau tidak masakah
begini ramai" sahut orang tua itu.
seorang disebelahnya segera menimbrung:
"Kalian dari luar daerah bukan masalah pernikahan yang
menggemparkan seluruh kota raja inipun tidak kau ketahui-"
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siau-go-kian-kun tertawa- sahutnya:
"Memang kami baru datang dari desa, kebetulan bisa
melihat keramaian ini, beruntungan kita bisa saksikan atraksi
yang jarang ada ini. Memangnya pangeran yang manakah
yang menikah?"
"yang mana lagi, sudah tentu adalah Tam-pwecu" sahut
orang tua itu, "bukankah kau lihat Bagainda rajapun sampai mengantar
Kilin itu" Kecuali Tam-pwecu yang satu ini, siapa lagi yang
punya muka untuk mendapat penghargaan setinggi ini?"
"setahuku didalam Ki-ong-hu ada beberapa pwe-cu, benar
tidak" Agaknya Tam-pwecu yang ini rada luar biasa, lalu
siapakah dia sebenarnya?" tanya siau-go-kian-kun.
orang disebelah itu tertewa, sahutnya:
"Nama besar Tam pwecu sudah diketahui rakyat dikolong
langit Masa kau belum pernah dengar Bu-lim-thian-kiau" yang
menikah hari ini adalah Bu- lim-thian- kiau- "
Kuatir orang kurang jelas, siorang tua segera
menambahkan: "Kau ini orang desa, mungkin tidak pernah belajar silat,
mungkin memang tidak tahu siapa itu Bu-lim-thian-kiau
bukan" Tapi Tam-pwecu yang menentang raja lalim yang
terdahulu itu. tentunya sudah kau ketahui bukan?"
"o, kiranya begitu, entah nona keluarga manakah yang
mendapat berkah dapat dipersunting oleh Tam-pwecu?"
"Wah siapa mempelai perempuannya aku sih tidak tahu.
Aduh, ngobrol saja sampai tidak sempat nonton lagi. Nah
bagus sekali tarian itu." kata orang disebelah dengan malu2.
"Benar, tontonan begini baik kapan bisa kita nikmati,
biarlah aku mendesak kedepan sana supaya lebih jelas-"
demikian kata siau-go-kian-kun.
setelah mendesak kesebelah depan, diantara bunyi musik
yang gaduh itu, dengan ilmu mengirim suara gelombang
panjang siau-go-kian-kun berkata kepada Hong-lay-mo-li:
"Kebetulan sekali kedatangan kita. Ih-tiong sedang
merayakan pernikahan. Kau kira siapa gerangan mempelai
perempuannya" "
"Ah- masa perlu ditanya lagi, sudah tentu jilian Ceng-hun
adanya." ujar Hong- lay- mo-li-
"Apa kau tidak merasa heran?" tanya siau-go-kian-kun.
"Memangnya aku sudah merasa perayaan pernikahan ini
rada ganjil. Paman Ih-tiong dan Wanyen Tiang-ci tahujelas
hubungannya dengan yalu Hoan-ih. Kini yalu Hoan-ih yang
memberontak itu menduduki gunung angkat diri menjadi raja,
berusaha menegakkan kembali kerajaan Liau.
Kekuatan pasukan yalu Hoan-ih merupakan laskar rakyat
yang paling besar kekuatannya difron belakang kerajaan Kim
yang menentang politik perangnya.
Tapi malam ini jilian ceng-hun justru kawin dengan Tam
Ih-tiong diistana dengan raja dan kerabat istana yang
menyiapkan segala kemewahan ini, jikalau tidak mempunyai
maksud2 tertentu, Wanyan yong raja yang baru ini masakah
sudi melakukan semua ini" Kejadian ini benai2 terlalu sulit
dipercaya."
"Cobalah kita pikirkan dari arah lain, kemungkinan pula
penganten perempuannya bukan jilian ceng-hun atau memang
inilah hanya muslihat Wanyan yong untuk merangkul Bu- limthian-
kiau" "
Hong-lay-moli geleng2, katanya " Kedua perumpamaanmu
tidak mungkin terjadi. Tam Ih-tiong mana sudi kawin dengan
sembarang orang, betapapun besar kebijaksanaan wanyan
yong, takkan mungkin membiarkan seorang musuh yang
memiliki kekuatan pasukan yang menentang
pemerintahannya, setiap raja tiada yang tidak selalu
menguatirkan orang lain kini kakak istri yalu Hoan-ih menjadi
istri Bu-lim-thian-kiau, menetap dikota raja, apakah dia tidak
kuatir Bu-lim-thian-kiau menjadi bisul berbahaya diatas
badannya?"
"Baiklah, kedatangan kita malam ini memang kebetulan
perayaan ini pasti diteruskan sampai pagi hari. Betapapun kita
harus masuk menengok keadaannya, kita bujuk Ih-tiong dan
Ceng-hun untuk selekasnya pergi saja." demikian kata siaugo-
kian-kun. "Diluar istana keadaan begini ramai, kukira didalam istana
pasti tidak kurang ramainya, malah mungkin keramaian ini
terus berlangsung sampai pagi. Di-bawah sorot mata banyak
orang, betapa pun tinggi Ginkang kita, mana bisa masuk
dengan leluasa."
Tapi siau-go-kisn-kun tidak kehabisan akal,
"Marilah kau ikut aku." katanya Tiba2-Tatkala itu kebetulan
banyak pejabat yang sedang mohon diri untuk pulang, maka
pintu istana dibuka lebar mengantar para tamu keluar
beberapa orang pembantu istana berbondong- keluar
mencarikan jalan dengan menabuh gembreng, namun karena
permainan liang-liong dan Kilin serta burung Hong sedang
memuncak sehingga jalanan di luar penuh sesak berjubel2,
sehingga suasana sedikit kacau.
siau-go-kian-kun sengaja mendesak maju kedepan dia
pura2 tak sempat minggir didepan pasukan kehormatan yang
berusaha membuka jalan dan jatuh terduduk- Dua orang yang
terdepan dari pasukan pembuka jalan ini segera membentak
sambil angkat cambuk-
"Hayo lekas minggir."
Hong-lay-mo-ili pura2 ter-gopoh2 memburu maju menarik
siau-go-kian-kun, dengan langkah memburu lekas siau-gokiankun
berdiri menyingkir melalui samping badan kedua orang ini.
malah hampir saja dia membentur badan mereka. Melihat
Hong-lay-mo-li berparas ayu, baru kedua orang itu tidak turun
tangan hanya mulutnya saja menggerundel dengan bahaya
Nuchen yang tidak dimengerti.
Hong-lay-mo-li kenal orang yang sedang mengantar tamu
adalah saudara tua semarga dengan Bu-lim-thian-kiau yaitu
Tam si-ing, kebetulan sorot mata Tam-si-ing sedang tertuju
kearah sini, walau mereka mengenakan kedok muka, namun
potongan badannya tidak mungkin berubah-
Tiba2 Tam si-ing seperti sudah kenal kedua orang ini, tiba2
bercekat hatinya. Tapi dia sedang mengantar seorang
pembesar tinggi sudah tentu tidak enak berhenti mencari tahu
tentang diri mereka.
Apalagi siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li berpakaian
rakyat jelata seperti rakyat negeri Kim umumnya, betapa
banyak orang yang pernah dijumpai pada hari ini. tentunya
tidak perlu dibuat heran. Tapi hatinya masih merasakan
"keanehan"pada kedua orang ini.
Dikala hatinya me-nimang2, sementara siau-go-kian-kun
berdua cepat sekali sudah menyelinap masuk diantara
gerombolan orang banyaksetelah
memasuki sebuah gang kecil dan jauh dari
keramaian orang banyak Hong-lay-mo-li baru menghela napa2
lega, katanya tertawa:
"Untung Tam si-ing tidak mengenali kita. em. bagaimana
kita gunakan kedua benda ini?"
siau-go-kian-kun keluarkan dua lencana tembaga yang
mengkilap, satu dia serahkan kepada Hong-lay-mo-li, katanya:
"inilah tanda pengenal bagi setiap orang yang
diperbantukan didalam istana, asal bisa menunjukan lencana
ini. penjaga akan membiarkan kita masuk"
kiranya waktu bersentuhan dengan dua orang tadi, siau-gokian-
kun lancarkan ketangkasan tangan mencuri kedua
lencana pengenal ini dari tangan kedua orang tadi.
Untuk menghindari kecurigaan maka mereka berputar
kebelakang dan masuk melalui pintu belakang, denah
bangunan Ki-ong-hu ini meliputi beberapa puluh hektar, depan
belakang merupakan dua jalan raya besar, sebelum masuk
siao-go-kian-kun berdua doos petasan kembang api,
dihadapan penjaga pintu dia pakai alasan yang masuk akal
sehingga leluasa sekali masuk kedalam istana.
Ternyata didalam istanapun ramai sekali, dimana2 ada
panggung pertunjukan opera. ruang2 besar kecil penuh sesak
dihadiri orang2 yang sedang makan minum, suara musik
gembreng dan tambur terdengar di-mana2 seperti pasar
malam saja layaknya, ramainya bukan main.
Diam2 Hong-lay-mo-li mengeluh:
" Celaka, jikalau mereka merayakan sampai pagi cara
bagaimana kita bisa menemui Bu-lim-thian-kiau?"
"Kini sudah kentongan ketiga, orang2 yang bikin ribut
dikamar penganten tentu sudah bubar. Aku tahu tempat
tinggal Ih-tiong, biasanya dia suka menyepi diri, kamarnya
berada dibilangan paling belakang ditengah taman kembang.
Kukira kamar penganten malam ini pasti berada disana
hayolah kau ikut aku saja."
maka dengan melewati gerombolan orang banyak yang
sedang melihat opera, tanpa diketahui orang akhirnya mereka
sampai dipekarangan tengah-
Diapit oleh dua gunungan yang megah lapat2 kelihatan
sebuah bangunan berloteng kecil taman kembang disinipun
dipajang dan dihiasi lampu2 warna warni, pajangan dan
suasana didalam loteng kecil itu lebih semarak lagisiao-
go-kian-kun berbisik tertawa:
"entah mereka sudah tidur belum" Tak nyana kita bakal
datang sebagai tamu yang tidak diundang untuk bikin onar di
kamar penganten mereka"
"Memangnya," ujar Hong-Lay-mo-li,
"mungkin mimpipun mereka tidak menyangka bakal
kedatangan kami?"
Kalau mereka tengah memikirkan keadaan Bu-lim-thian
kiau. Bu-lim-thian-kiau saat manapun sedang mengenang dan
merindukan mereka.
Bu lim-thian-kiau dan jilian ceng-hun sudah masuk kekamar
penganten, orang- yang tadi menggoda sepasang mempelai
sudah bubar semuanya. Tak pernah terpikir oleh Bu-lim-thiankiau
bahwa perkawinannya bakal diadakan semeriah ini, waktu
dia tidak suka keramaian, terpaksa tadi dia harus melayani
ucapan selamat para tamu sampai tangan pegal kaki lemas
dan penat setengah mati.
Kini setelah kembali ke-kamar, baru dia merasa lega,
pelan2 Bu-lim-thian-kaiu menyingkap kerudung merah yang
menutupi muka jilian ceng-hun, katanya tertawa:
"Adik Hun, bikin kau capai saja."
sedikit meram mata jilian ceng-hun, sahutnya tertawa:
"Kaupun sudah letih, h m, sungguh tak terkira. Aku bakal
menikah diistana, sekarang aku masih merasa mengambang
diantara mega, entah apakah ini sebuah impian?"
Bu-Lim-thian-kiau mengelus rambutnya- tanyanya:
"Apa kau senang?"
jilian Ceng-hun angkat kepalanya menatapi muka Bu-limthian-
kiau yang tampan ganteng, dengan puas dia manggut
katanya: "Malam ini adalah hari bahagia kenapa aku tidak senang.
Terus terang pernikahan semewah ini kurang mencocoki
seleraku, aku kuatir tak-kan bisa betah dan krasan hidup
didalam lingkungan istana yang dibatasi adat dan peraturan."
Bu-lim thian-kiau manggut2, katanya:
"Akupun tidak akan tinggal lama di istana, setelah malam
ini, kita bisa minggat secara diam2, terjun kembali ke
Kangouw." "Baik sekali" ujar jilian ceng-hun,
"kita bisa menyambangi jing-yau cici-"
Bu-lim-thian-kiau jadi ter-mangu2 terkenang akan
hubungan intimnya dulu dengan Liu jing-yau yang pernah dia
puja2 namun takdir memang sudah menghendaki perjodohan
orang tidak bisa dipaksakan, baru sekarang pula dia lebih
memahami akan kebenaran ini, selanjutnya dia hanya bisa
pandang mereka sebagai teman karib, bertekad pula untuk
mengasihi dan mencintai sang istri sepenuh hati-
"Tam-long" bisik jilian Ceng-hun,
"apa yang sedang kau lamunkan?"
Bu-lim-thian-kiau tertawa, katanya:
"Aku sedang pikir, bila Hoa Kok-ham dan Liu jing-yau bisa
hadir dalam pernikahan kita ini, betapa akan menyenangkan.
entah mereka sudah menikah belum" sebagai penganten baru
kita menyambangi mereka entah betapa mereka akan
kegirangan."
"Entah terlalu banyak minum arak. kepalaku terasa sedikit
pusing. Tam-long, bagaimana perasaan-mu?"
"Takaran minumku jauh lebih besar. em, ya akupun rada
pusing, marilah lekas istirahat."
Tiba2 terbayang perasaan hambar dan gugup pada muka
jilian ceng-hun, katanya:
"Aku mendapat firasat se-olah2 ada sesuatu yang ganjil.
Tam-long, jangan keburu tidur"
Bu-lim-thian-kau melengak, katanya:
"Apa yang ganjil?"
sesaat diapun mulai menyadari, terasakan sesuatu yang
memang janggal pada dirinya.
"Tam-long, ingin aku mohon petunjuk ilmu silat kepadamu.
Cara bagaimana kau mengerahkan Iwe-kang dalam ajaran
Pan-yok-ciang-lat" Coba kau mainkan supaya kulihat."
Dimalaman penganten permintaan jilian ceng-hun tentunya
keliwat batas dan tidak masuk akal, namun Bu-Lim-thiankiaupun
sudah merasakan adanya firasat jelek, maka dia tidak
menaruh prasangka aneh terhadap permintaan jilian cenghun.
Dengan ragu2 dan bimbang Bu-lim-thian-kiau ber-kata:
"Baiklah, biar kumainkan sebentar." sembari bicara
sekenanya dia menyamber sebuah mainan singa2an yang
terbuat dari tembaga untuk menindih kertas atau surats,
begitu dia kerahkan tenaganya, "Tang" singa tembaga itu
jatuh berkerontangan, kiranya karena Bu-lim-thian-kiau
kerahkan tenaga meremas singa tembaga ini, jarumnya terasa
sakit luar biasa tanpa sadar segera dia lepaskan cekalan-nya.
Kejadian luar biasa yang tak mungkin terjadi ini sungguh
amat mengejutkan sekali, seketika mereka beradu pandang
dengan melongo dan air muka pucat.
Maklumlah betapa tinggi dan kuat Iwekang Bu-lim-thiankiau,
yang dia gunakan adalah Pan-yok-ciang-lat yang mampu
membelah pilar, singa tembaga itu sebetulnya bisa dia remas
hancur namun singa tembaga itu tidak kurang suatu apa,
malah jari2 sendiri yang kesakitan.
Lama sekali baru Bu-lim-thian-kiau seperti tersentak sadar
dari kebingungannya, teriaknya kaget:
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Adik Hun, memang kurang benar kita sudah ditipu dan
dipermainkan. Aneh, bagaimana kita bisa dipermainan begini
rupa?" Pucat pias muka jilian Ceng-hun, katanya:
"Ternyata Iwekangkupun tak mampu kukerahkan, coba kau
pikir, cara bagaimana kita dikerjai orang" Mungkinkah arak
yang kita minum tadi arak beracun?"
"Tidak mungkin?" gumam Bu-lim-thian-kiau,
"Ma-sakah pamanku tega meracuni aku" Dan lagi kalau
racun arak masuk keperut, aku akan segera merasakan.."
Begitulah sekian lamanya mereka ber-pikir2 dan tidak habis
mengerti kenapa tenaga mereka hilang tanpa keruan paran,
pada halarakyang mereka minum juga disuguhkan dan
diminum tamu2 dan paman mereka, malahan Thay-kam
(sida2) utusan yang mewakili raja memberi selamatpun
minum arak dalam satu poci yang sama.
Tapi kenyataan mereka berdua sama2 kehilangan tenaga,
kenyataan yang tak bisa dibantah ini cara bagaimana harus
dibuktikan" Disaat mereka keheranan dan tidak habis
mengerti itulah, tiba2 terdengar langkah kaki orang
mendatangi. Dengan terbelalak pucat dan setengah menjerit jilian onghun
berkata: "Tam-long, mungkinkah sebelum kita mengenyam hidup
bahagia elmaut sudah merenggut jiwa kita lebih dulu,
mereka..."
Bu-lim-thian-kiau hanya tertawa getir, katanya:
"Sekarang kita sudah sama kehilangan kepandaian silat,
kalau benar ada orang hendak merenggut nyawa kita apa
pulayang dapat kita lakukan."
langkah kaki sudah tiba didepan pintu, belum lagi mereka
mengetuk pintu, Bu-lim-thian-kiau malah membukanya lebih
dulu. Waktu Bu-lim-thian-kiau angkat kepala, tampak yang
datang adalah pamannya yang tadi menjadi wali
pernikahannya, jendral besar yang berkuasa dalam tampuk
kemiliteran Tam To-hiong. seorang lain adalah Wanyan Tiangci
yang mewakili Baginda raja menyampaikan selamat
pernikahannya, dengan kedudukannya sebagai paman raja
dan komandan Gim-lim-kun.
Walau Bu-lim-thian-kiau sudah siap menghadapi segala
kemungkinan yang bakal menimpa dirinya, tapi ditengah
malam buta ini pamannya sendiri datang kekamar
pengantennya sesaat dia menjadi berdiri melongo dan kaget.
sejenak Bu-lim-thian-kiau melenggong, lalu sapanya:
"Hong-siok Tayjin, paman, sungguh tak nyana malam
selarut ini kalian masih sudi bertandang kemari maaf siautit
tidak menyambut semestinya."
Tam To-hiong berkata:
"Bagus kalian belum tidur, aku memang ada kabar gembira
yang perlu kusampaikan kepadamu."
Wanyan Tiang-ci menimbrung:
"Benar, Tam-siheng, aku kemari untuk menyampaikan
selamat kepadamu"
Bu-lim-thian-kiau menahan amarah hatinya, katanya:
"Terima kasih akan kehadiran Hong-siok dalam perjamuan
tadi, demikianpua anugrah yang diberikan Baginda takkan
kulupakan selama hidup- Tapi selamat pernikahan ini tadi
sudah kuterima, masih ada ucapan selamat apa lagi?"
"setelah menikah apa kau tidak memikirkan usaha demi
kehidupan keluarga" Betapa pentingnya hal ini, tapi kau tidak
usah kuatir, untuk ini Baginda raja sudah mengatur bagimu,
masakah tidak patut aku memberi selamat pula kepadamu?"
"Apa maksud Hong-ciok (Paman raja) aku tidak tahu dan
tidak perlu tahu- Paman, ada sebuah hal aku ingin tanya
kepadamu namun ini bukan soal yang menggembirakan." kata
Bu- lim-thian- kiau.
"Aku sudah duga kau akan mengajukan pertanyaan ini.
Tentunya kau sudah menyadari bahwa ilmu silatmu punah
bukan" inikah satu hal yang menggembirakan bagi dirimu,
bagi keluarga Tam kita, semuanya akan membawa manfaat
yang berguna."
Memutih muka Bu-lim-thian-kiau, katanya:
" Kalau demikian, jadi paman memang sengaja mengatur
tipu daya ini untuk mencelakai aku?"
Tam To-hiong menarik muka, katanya:
"Aku bertindak untuk kebaikanmu siapa bilang mau
mencelakai kau malah?"
"Baik atau buruk kita kesampingkan dulu. Aku hanya ingin
tahu arak racun apa yang kuminum" em. Baginda adalah raja
dari satu negara, paman adalah kepala dari satu keluarga, jika
lalu raja dan paman menghendaki aku bunuh diri, aku akan
mati tanpa menyesal Tapi Ceng-hun tidak berdosa, kuharap
kalian suka memberi obat penawarnya."
"Tidak," sela jilian ceng-hun,
"Kita suami istri tidak dilahirkan pada tahun bulan dan hari
yang sama, namun biarlah mati pada saat yang bersamaan,
itulah pengharapanku yang terakhir-"
"Kalian jangan terlalu ngelantur soal mati segala. Tiada
orang yang hendak mencelakai kalian, arak yang kalian
minumpun bukan arak racun" kata Tam To-hiong. Bu-limthian-
kiau setengah percaya katanya:
"Apa benar bukan arak racun" Kenapa..."
Wanyan Tiang- ci tertawa timbrungnya:
"Kenapa ilmu silatmu punah" Kau tidak usah gelisah,
marilah duduk, biar kujelaskan. Arak yang kau minum tadi
memang bukan arak racun. Bagi orang biasa memang tidak
menimbulkan reaksi apa2, kalau tidak masakah pamanmu
berani minum, demikianjuga masakah kami berani beri ongkongkong
minum" Coba kau pikir usia ong-kongkong sudah
setua itu- tidak pernah latihan silat lagi. kalau dia minum arak
racun, meski ada obat penawarnya, jiwanya juga tak bisa
diselamatkan lagi-"
Tergerak hati Bu-Hm-thian-kiau, katanya:
"Bagi orang biasa tidak menimbulkan reaksi sebaliknya
untuk orang persilatan apa pula reaksinya" o, ya, Hong-siok
Tayjin, kuingat tadi kau menghindar diri waktu kusuguh arak
dari poci arak yang sama."
"Tam-siheng memang pintar," ujar Wanyan Tiang-ci,
"tebakanmu sudah benar sebagian, kagum sungguh
kagum. Arak yang kau minum akan menimbulkan reaksi lain
bagi seorang jago silat yang memiliki Iwekang tinggi."
"Reaksi apa yang akan timbul padaku?" tanya Bu-lim-thiankiau
dengan alis tegak-
"Arak itu tidak beracun, namun memang ada kami beri
sedikit puyer yaitu obat aneh yang dinamakan Hoa-kang-san,
obat yang dulu diberikan oleh Cutilo, pendeta dari Thian-tiok
itu Kasiatnya bisa memunahkan Iwekang orang yang
meminumnya. Kau tetap akan bisa main silat namun tidak
bertenaga lagi, Keadaaan-mu tak ubahnya seperti manusia
biasa." Bukan kepalang amarah Bu-lim-thian-kiau, katanya
menatap pamannya:
"paman, mimpipun keponakan tidak pernah pikir, bahwa
kau... kau..."
"Keponakan Tiong, kau kira aku mencelakai kau" Aku
malah menolongmu, dulu kau bertindak sesuka hatimu
menentang kebijaksanaan pemerintah karena kau memiliki
kepandaian. Kini maksudku supaya kau jadi rakyat jelata yang
bakti terhadap negara dan keluarga."
"Paman" ujar Bu-lim-thian-kiau duduk lemas di-atas kursi
"daripada kaupunahkan Iwekangku, lebih baik kalau kau
bunuh aku saja."
"Tam-siheng," timbrung Wanyan Tiang-ci,
"kau kehilangan kepandaian silat, Bu-lim-thian kiau tidak
akan bisa kaupakai ragi. Tapi kau bakal mendapatkan pangkat
tinggi hidup mewah serba kecukupan, apakah ini kurang
setimpal?"
"Sekarang aku sudah paham seluruhnya apa kehendak
kalian. Baginda raja sudi memberi amnesti kepadaku, tentunya
juga ada imbalan yang perlu kuberikan, coba kalian jelaskan
tugas apa yang harus ku-kerjakan?"
"Tam-siheng memang gampang diajak bicara," ujar wanyan
Tiang-ci. "baiklah kita bicara secara blak2an biar kujelaskan maksud
kedatangan kami malam ini."
Bu-im-thiam-kiau pura2 pasang kuping, katanya:
"Mohon Hong-siok memberi petunjuk-"
"Petunjuk sih tidak berani kuberikan. Hanya maksud
Baginda raja yang kusampaikan, Baginda ingin kau melakukan
dua tugas untuk kerajaan."
"Dua tugas apa" Asal aku bisa melakukan, aku pasti kan
bekerja demi menunjukan baktiku kepada Baginda."
"Kedua hal ini gampang sekali kalau kau mau
melaksanakan.." ujar wanyan Tiang-ci,
"pertama kaburnya adik ong-ki (maksudnya jilian Cenghun)
ada didalam pasukan ya lu Hoan-ih, entah mereka sudah
menikah belum?"
"Aku tidak tahu." ujar jilian ceng-hun,
" muslihat apa yang kalian tujukan kepada mereka?"
"Terlalu berat ucapan penganten perempuan. Terhadap
adikmu aku tetap baik seperti terhadap yalu Hoan-ih."
"Adik Hun" ujar Bu-lim-thian kiau meremas tangan jilian
Ceng-hun. "terhadap orang tua kita harus menurut saja, jangan
kurang ajar-"
jilian Ceng-hun tahu apa maksud perkataan suaminya,
tersipus dia memberi hormat minta maaf. sudah tentu Wanyan
Tiang-ci bisa melihat sikap dan mimik mereka yang berbeda
dari biasanya, namun karena yakin kedua orang ini sudah
berada dalam genggamannya, maka dia berkata lebih lanjut:
" urusan pertama ini amat mudah dikerjakan yaitu kau
diminta oleh Baginda untuk mengundang yalu Hoan-ih kemari"
"o." jilian ceng-hun menyeletuk
"maksud kalian ingin supaya yalu Hoan-ih menyerah. Tapi
kalau dia tidak mau terima?"
"Dia adalah adik suamimu, menurut apa yang kutahu,
biasanya dia amat hormat dan patuh terhadap kalian suam
istri. Dengan ada surat tangan tulisanmu, setelah dijelaskan
untung ruginya secara keseluruhannya membujuknya tunduk
kepada kerajaan, masakah dia tidak mau terima?"
Bu-lim-thian-kiau tertawa getir, katanya:
"yalu Hoan-ih bukan seorang yang kemaruk harta dan
kedudukan tinggi, kalau dia tetap menolak bagaimana?"
"Hm. Berani dia menolak Baginda akan kerahkan pasukan
untuk menumpasnya." sela Tam To-hiong, jumlah pasukannya
tidak lebih hanya 5 laksa, untuk melawan pasukan besar
negeri Kim kita, tak ubahnya seperti telur membentur batu.
Kalah menang hanya terpaut satu garis belaka cukup asal kau
membujuknya dengan kata2 halus dan membeberkan
keuntungannya kalau dia tidak goblok, masakah kukuh
pendapat dan keras kepala."
"Baiklah soal pertama ini kesampingkan dulu, masih ada
soal kedua. Harap Hong-siok suka menjelaskan supaya bisa
kita rundingkan bersama" demikian ujar Bu-lim-thian-kiau.
"Baiklah biar kujelaskan seluruhnya. Kepala brandal Honglay-
mo-li Liu jing-yau dan siang-go-kian-kun Hoa Kok-ham
adakah teman baikmu, benar tidak?"
"Benar" sahut Bu-lim-thian-kiau tawar,
"memang-nya kau ingin merekapun menyerah?"
"Bukan, aku hanya minta kalian mengundangnya kemari
untuk bertemu dengan kalian."
"o, masakah Baginda juga memperhatikan temanku
memberi idzin aku berkumpul dengan temanku, sungguh
kebetulan, namun entah untuk apa aku harus mengundang
mereka kemari?"
Wanyan Tiang-ci menyeringai dingin- " Kau pura2 bodoh
atau memang tidak mengerti?"
"Maaf siautit memang kurang jelas, harap Hong-sioksuka
menjelaskan."
Wanyan Tiang-ci menekan amarahnya, katanya:
"Baiklah aku bicara blak2an. Hong-lay-mo-li adalah Loklim
Beng-cu bahayanya lebih besar dari yalu Hoan-ih terhadap
kita. Kini dia gabung dengan siau-go-kian-kun yang ada
hubungan erat dengan kaum penentang Kim dinegeri song
selatan. sekarang, sebelum kedua orang ini dilenyapkan mana
Baginda raja bisa tidur nyenyak" jelas kedua orang ini takkan
mau tunduk kepada kerajaan kita, maka harus berdaya upaya
untuk memancing mereka datang, hehe kerja selanjutnya,
kalian boleh tidak usah turut campur."
Bu-lim-thian-kiau berkata dingin:
"Jadi kau ingin kami mengatur tipu daya menangkap
mereka, jelasnya itu berarti kau ingin supaya aku menjual
atau mengkhianati kawan."
"Peduli kau anggap jual kawan atau mengkhianati teman,
dengan cara menipu atau mengundangnya," demikian Tom
To-hiong menekan dan mengancam
"demi negara demi keluarga dan demi kau sendiri, malam
ini kau harus menentukan pilihan, sekarang juga kau harus
menulis surat itu."
Bu-lim-thian-kiau mengiakan, pelan2 dia menuju kemeja
kecil dipinggir ranjang. Tam To-hiong kira dia hendak
menyiapkan alat tulis, tak kira Tiba2 Bu-lim-thian-kiau malah
meraih keluar sebatang pedang yang dicantel diatas ranjang.
Keruan kecutnya bukan main, bentaknya:
"Apa yang hendak kau lakukan?" cepat sekali Bu-lim-thiankiau
sudah angkat pedang dan menusuk kedada sendiri, jarak
Tam To-hiong cukup dekat namun karena tidak menduda,
kejadianpun berlangsung cepat, tak sempat lagi dia menolong,
dengan terbelalak dia hanya mengawasi pedang yang kemilau
itu sudah menusuk kebadan Bu-lim-thian-kiau.
Tapi aneh juga badan Bu-lim-thian-kiau hanya bergetar
sedikit, tidak segera roboh, darahpun tidak kelihatan
mengucur keluar.
Tiba2 Wanyan Tiang-ci tertawa, katanya:
"Tam-gwanswe tidak usah gelisah, takkan mati." pada saat
itulah terdengar "trang" pedang ditangan Bu-lim-thian-kiau
tiba2 terpental jatuh, "blang" pintu kamarpun diterjang
terbuka, dua orang laksana ngin puyuh menerjang masuk-
Kiranya karena Iwekang Bu-lim-thian-kiau sudah punahtenaganya
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lebih lemah dari laki2 biasa- Mak-sudnya hendak
bunuh diri, namun pedang hanya menembus pakaiannya,
tenaganya tidak mampu melukai-
Hong-lay-mo-li yang sembunyi diluar jendela karena
gugupnya tidak memikirkan hal ini, semula mereka tidak ingin
bikin ribut, namun karena ingin menolong Bu-lim-thian-kiau
terpaksa mereka menerjang masuk, siau-go-kian-kun
timpukan sekeping uang tembaga memukul jatuh pedang Bulim-
thian-kiau. Mereka mengenakan kedok muka maka empat orang dalam
kamar belum mengenalinya. Begitu menerjang masuk segera
mereka bekerja menurut tujuannya sendiri2, siau-go-kian-kun
menolong Bu-lim-thian-kiau, sementara Hong-lay-mo-li
menubruk kearah Wanyan Tiang-ci-
TamTo-hiong berdiri dekat Bu-lim-thian-kiau, sebagai
jendral perang yang sudah punya pengalaman walau kejadian
amat mendadak dan mengejutkan, namun dia tidak gugup
karenanya. Cepat dia jemput pedang Bu-lim-thian-kiau yang jatuh
seraya membentak
"Bangsat yang bernyali besar." pedang terayun segera dia
menusuk kearah siau-go-kian-ku n yang menubruk datang.
sebagai keturunan keluarga jendral, TamTo-hiong mampu
memimpin pasukan laksaan besarnya, delapan belas alat
senjata perang mampu dia mainkan. Tapi bicara soal ilmu
silat, mana dia bisa menandingi siao-go-kian-kun" Bukan saja
tidak pernah latihan Iwekang, kepandaiannya pun hanya
peranti berperang dimedan laga, maka cukup siau-go-kiankun-
gunakan tiga bagian tenaganya, dia sudah tidak bisa
berkutik lagi. sekali kebut dengan lengan baju siau-go-kian-kun bikin
pedang Tam To-hiong menceng kesamping seketika terasa
telapak tangannya pedaa sakit, baru sekarang Tam To-hiong
tahu kedatangan musuh tangguh.
Baru saja dia pentang mulut hendak berteriak, tahu-tahu
laksana guntur menggelegar orang tidak sempat menutup
kuping cepatnya, siau-go-kian-kun sudah menutuk Hiat-to
pelemasnya. Disebelah sana Hong-lay-mo-li sudah melabrak Wanyan
Tiang-ci. sebagai jago kosen nomor satu dinegeri Kim, sudah
tentu kepandaian wanyan Tiang-ci tak bisa dibanding Tam Tohiong.
sret, sret, sret, beruntun tiga kali serangan pedang
Hong-lay-mo-li semua kena dipunahkan oleh Wanyan Tiang-ci
dengan kepandaian Khong-jiurji-peksto- Tapi Wanyan Tiang-ci
tidak mampu merampas pedangnya.
Dulu pernah dua kali Hong-lay-mo-li bergebrak dengan
Wanyan Tiang-ci, waktu itu Hong-lay-mo-li belum memperoleh
tambahan ilmu dari ajaran ayahnya. kedua bentrokan itu
HongJay-mo-li selalu sedikit dirugikan.
Kini setelah kepandaian silatnya maju berganda, dalam tiga
gebrakan saja, dia sudah mendesak wanYen Tiang-ci dan
unggul diatas angin.
sudah tentu Wanyan Tiang-ci merasa kenal benar akan
permainan pedangnya Tiba2 dia tersentak kaget, bentaknya:
"siapa kau?"
"Bukankah kalian minta Tam Ih-tiong mengundang kami
kemari minum arak pernikahannya" Tidak perlu kalian susah
payah, tanpa diundang kamipun sudah datang." demikian ejek
Hong- lay- mo- lijilian
ceng-hun tertegun, tepat sekali dia berjingkrak
girang, teriaknya:
"Kiranya jing-yau-cici-"
Bu-lim-thian-kiau kira dirinya bermimpi hampir dia tidak
percaya akan tatapan matanya sendiri yang mendelong, tanpa
merasa diapun berteriak girang:
"Hoa-heng, apakah kau?"
siau-go-kian-kun sudah menutuk Hiat-to Tam To-hiong, lalu
mendorongnya kesamping, katanya tertawa:
"Ih-tiong-heng, bikin kau kaget saja. Masih untung, kita
sempat datang minum arak pernikahanmu."
Begitu tahu mereka berdua keruan bukan kepalang kejut
Wanyan Tiang-ci, namun sebagai jago kosen nomor satu dari
negeri Kim sudah tentu dia tidak mandah menyerah" "Wut"
kontan dia menjotos dengan kepalannya menerjang minggir
kebut Hong-lay-mo-li, berbareng tangan yang lain terbalik
bergerak dengan Kim-na-jiu sekaligus memunahkan sejurus
tutukan Hiat-to Hong-lay-mo-li-jotosan dan pukulan telapak
tangannya ini dilancarkan dengan ganas dan garang,
merupakan keahliannya untuk merebut kemenangan dikala
kepepet, walau belum mampu mengalahkan Hong-lay-mo-li
namun dia berhasil mendesak lawan mundur setapak-
Hebat memang kepandaian wanyan Tiang-ci gerak
geriknyapun sebat sekali, begitu melontarkan pukulan, tanpa
berpaling serentak kakinya menggelisir dengan langkah sehat
menerobos kearah pintu.
Kiranya kedua gerangan ganasnya itu hanya untuk
mempertahankan diri, melindungi diri untuk mundur secara
teratur, pikirnya mumpung Hong-lam-mo-li kena dia desak
mundur hendak menerobos keluar melarikan diri
Tak nyana siau-go-kian-kun ternyata sudah dapat meraba
akal liciknya, lebih cepat dari gerakan orang tahu2 dia sudah
menyerobot lebih dulu mengadang di-pintu, kipasnya terayun
dan mengebas, dia menutuk ke Hiat-to besar dipunggung
orang. Terangkat telapak tangan WanYan Tiang-ci lalu
menggulung kebelakang dengan mengembangkan Hun-kinjohkun
hoat, jarinya menangkap ujung kipas telapak tangan yang
lain menabas pergelangan tangan, memunahkan serangan
balas menyerang.
siau-go-kian-kun mandah tertawa dingin, tidak kalah kalah
ringkasnya tangannya menggantol balik kalau Wanyan Tiangci
menyikut dan menjojoh, sementara telapak tangan siau-gokian-
kun bagai sayap belibis, menipis miring lewat disamping,
diapun gunakan cara yang sama seperti lawan berbareng
menelikung dan menggempur sendi tulang disikut Wanyan
Tiang-ci. Badan wanyan Tiang-ci sedikit limbung, sehingga sodokan
sikutnya mengenai tempat kosong, lekas dia bantu
menggunakan tangan kiri, namun cepat sekali kipas lempit
siau-go-kian-kunpun sudah merubah permainannya, ujung
kipasnya yang runcing telah mengancam Lau-kiong-hiat
dipusat telapak tangannya.
Lau-kiong-hiat merupakan pusat Hiat-to yang menembus
ke siau-yang-king-men, sudah tentu Wanyan Tiang-ci tidak
berani membiarkan Hiat-tonya ini tertutuk, terpaksa dia
mundur setapakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Tapi begitu berpaling, tampak ujung pedang Hong-lay-mo-li
yang kemilau sudah mengancam didepan dadanya karena
tidak sudi main keroyok maka Hong-lay-mo-li sengaja diam
saja bersiap siaga dibelakang orang.
siau-go-kian-kun menarik kipasnya seraya tertawa besar,
katanya dengan laku hormat yang dibuat2:
"Hong-siok Tayjin, bukankah kau ingin mengundang kami
minum arak penganten" Beginikah sikap kasar-mu terhadap
tetamu" Maaf ya, jikalau kau masih ingin pakai kekerasan
kamipun tidak akan sungkan lagi terhadapmu-"
gebrakan secepat kilat beberapa jurus barusan antara
Wanyan Tiang-ci kontrak siau-go-kian-kun berlangsung dalam
waktu singkat, namun dalam beberapa jurus itu. masings
sudah sama keluarkan ilmu simpanannya yang paling tinggi
dan lihay, taraf kepandaian kedua pihak secara langsung
sudah samas dipamerkan dalam gebrakan kilat tadi, sedikitpun
Wanyan Tiang-ci tidak berhasil memperoleh sedikit
keuntungan secara paksa dirinya ditolak balik.
Baru sekarang dia insaf bahwa kepandaian siau-go-kiankun
ternyata memang sudah tidak seperti dulu,
kepandaiannya tiga bagian masih lebih unggul dibanding
Hong-lay-mo-li. Kalau dulu dia kira2 setanding alias sama kuat
melawan siau-go-kian-kun, kini dila harus terima kalah-
Tahu dirinya tiada harapan lolos, Wanyan Tiang-ci jadi
patah semangat namun sikapnya tetap angkuh, katanya
menjengek: "Apa keinginan kalian" umpama kepandaian kalian setinggi
langitjuga hanya dua orang. Kalian kira bisa melindungi kedua
temanmu lari keluar dari onghu" Baiklah, kalau berani boleh
kau bunuh aku saja-"
"Benar, memang sulit kami meloloskan diri dari onghu."
ujar siau-go-kian-kun.
"oleh karena itu perlu kami mohon bantuanmu untuk
mengantar kami keluar-"
"Dibawah pandangan orang banyak kalian minta aku
mengantar keluar onghu" He, he, terlalu muluk pikiran kalian,
jangan kata aku tidak sudi. umpama aku mau, hal itupuntak
mungkin kulakukan sudah jangan cerewet, lekaslah kalian
bunuh aku saja."
----------- Cara bagaimana siao-go-kian-kun berdua
menyelamatkanBu-lim-thian-kiau dari Ki-ong-hu yang terjaga
ketat itu"
Tokoh2 kosen siapa pula yang harus dihadapi Hong-Laymo-
li berdua sebelum berhadapan dengan Kongsun Ki yang
sudah tumbuh besar kekuatannya"
(Bersambung ke Bagian. 47)
Bagian 47 "BUKAN saja kau harus antar kita keluar dari onghu kau
malah harus menyerahkan obat penawarnya juga." ujar Siaug
o- kian- kun sinis.
"Lebih sulit lagi, kau bunuh akupun tidak sudi" Wanyen
Tiang-ci kukuh kepala,
"Baiklah, biar kuberitahu seluruh jago2 kosen Gim Lie-kun
sekarang berada didalam onghu, umpama kata kalian satu
kuat melawan seratus jelas takkan bisa lolos. Boleh silakan
kau bunuh aku saja."
Mendelik mata Hong-lay-mo-li, desisnya mengancam:
"Apa benar kau tidak tunduk?"
"Tetap tidak mau-" sahut Wanyan Tiang-ci ketus.
"Baik, biar akupun bicara blak2an, kamipun tidak akan
membunuhmu. Cara bagaimana kau layani orang demikian
pula kami akan layani kau. Kupunahkan dulu ilmu silatmu,
baru pelan2 menyiksamu."
"Benar, urusan sudah telanjur, maaf bila kami tidak pakai
cara aturan Kangouw terhadap Hong-siokl" timbrung Siau-gokian-
kun, Dua orang turun tangan bersama, Wanyan Tiang-ci
terjepit dari depan dan be-lakang, dalam beberapa jurus saja,
Hong-lay-mo-li sudah gunakan jiong-jlu-hoat menutuk Hiattonya
dengan gagang kebutnya.
Kata Hong-lay-mo-li dingin: "Tiga belas gambar lukisan
Hiat-to-tong-jin sudah kau pelajari seluruhnya, tentunya kau
sudah tahu betapa lihaynya Keng-sin-ci-hoat, sekarang aku
belum memunahkan ilmu silatmu tapi cukup asal aku gunakan
Keng-sin-ci-hoat ber-turut2 menutuk Tiong-hu, Thian-siok dan
Gi-khi tiga Hiat-to besar, ilmu silat yang kau miliki akan ludes."
Siau-go-kian-kun menambahkan " Harus ditambah rontenya
lagi, selanjutnya kugunakan Hun-kin-joh-kut-hoat, memelintir
putus sendi2 tulangmu sehingga seluruh badanmu lumpuh
setengah mati setengah hidup. "
"Lalu digusur keluar ditontonkan kepada orang banyak He,
he, paling kita harus adu jiwa, namun kau Hong-siok Tayjin
tokoh silat kosen nomor satu diseluruh negeri Kim ini akan
tersapu bersih pamormu. Bagaimana rasanya bagi dirimu,
tentunya lebih memalukan dan lebih sulit daripada mati."
sebagai ahli silat sudah tentu Wanyan Tiang-ci cukup tahu
apa yang mereka katakan bukan gertakan belaka, betapapun
tabah, berani dan tenang hatinya, tak urung pucat pias juga
mukanya, suaranya tergagap:
"Kalian begitu culas-"
"Cara inipun kami pelajari dari kau- sudah jangan cerewet
serahkan dulu obat pemunahnya-" sentak Hong-lay-mo-liTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Cemberut muka Wanyan Tiang-ci, katanya:
"Hoa-kang-san pemberian cutilo ini tiada obat penawarnya-
Kalian tahu Cutilo juga sudah terpanah mati oleh Baginda raja
yang terdahulu."
Bu-lim-thian-Kiau menyeletuk
"Tak usah kalian membuang tenaga menolongku apa yang
dia katakan memang benar- Hoa-kang-san memang tiada obat
penawarnya, aku pasrah nasib saja, lekaslah kalian pergi-"
setelah mengalami pukulan batin seberat ini Bu-lim-thian-
Kiau benar- sudah patah semangat dan putus asa-
Hong-lay-mo-li tertawa, katanya:
"Kita sudah berada disini, mana boleh berpeluk tangan"
Kalian tak perlu turut campur, aku sendiiri yang akan
menyelesaikan persoalan ini."
lalu dia berpaling kepada Wanyan Tiang-ci katanya:
"Baiklah, obat penawarnya tidak ada, kalau begitu tolong
kau mengantar kami keluar- Aku punya caraku sendiri supaya
kaupun tidak mendapat malu-"
Wanyan Tiang-ci diam saja, namun sorot matanya tertuju
ke arah Tam To-hlong.
"oh, benar Ongya adalah majikan disini, sudah tentu kita
tidak akan melupakannya." ujar Siau-go-Kian-kun,
"Tam-goanswe- bukankah kau pernah sekongkol dengan
Hong-siok hendak mengundang kami datang" Baiklah
sekarang kami mau pergi, terpaksa bikin susah kau mengantar
kami berdua tamu yang tidak diundang ini."
Tam To-hlong hanya tertutuk jalan darah pelemasnya,
masih bisa bicara, namun dia melengos, tak mau meladeni
perkataan shu-go-Kian-kun.
"Oh, apa Tam-gwanswe tidak mau diajak kompromi"
Baiklah, kitapun tidak akan perdulikan dirimu, biar kau
merasakan tindakanku."
Betapa pilu hati Bu-lim-thian-Kiau. katanya:
"Ham-heng, yau-ti, aku tak beruntung dilahirkan dalam
keluarga kerajaan, apa yang kualami hari ini memang sudah
merupakan hukuman yang setimpal yang patut kuterima pula
dengan rendah hati. Kuharap kalianpun jangan mempersulit
pamanku." sebagai jendral besar yang memegang kekuasaan
kemiliteran biasanya hanya orang lain yang minta- awpun
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kepadanya. Kini mendengar Bu-lim-thian-Kiau mintakan
ampun bagi dirinya, seketika dia naik pitam, serunya gusar:
"Baik, kau perempuan iblis ini berani bertindak apa, boleh
kau bertindak- Keluargaku sejak nenek moyang kita sudah
mendapat budi negara, hidupku hanya untuk negara dan setia
kepada kerajaan mau bunuh atau mau siksa boleh silakan,
Tam To-hlong tidak akan mengerut kening."
Walau harus mati, dia tetap suka menjadi pembesar setia,
sikapnya ini jauh lebih harus dihargai daripada sikap Wanyan
Tiang-ci yang sudah patah semangat.
"Aku tidak akan membunuhmu" ujar Hong-lay-mo-li,
"Kami hanya ingin keluar dari istanamu ini dengan
lenggang kangkung, h eh e, ingin aku lihat apakah kau
pembesar setia ini akan tetap dipertahankan?"
Tam To-niong terkejut, serunya:
"Apa" Kalian mau menjerumuskan aku" Hm, Hongsiang
tidak akan percaya."
"Tidak percaya?"jengek Hong-lay-mo-li-
"Istana-mu dijaga ketat, cara bagaimana kami bisa masuk
kemari. Cara bagaimana pula bisa keluar dengan adem ayem
dari kamar penganten" Mulutmu bisa bicara, akupun bisa
pidato. Kalau kau bilang kami menyelundup masuk- sebaliknya
aku mau bilang kami sekongkol dengan kau dan memberi
kesempatan kami masuk berusaha memberontak- Nah coba
lihat, apakah Hong-siangmu mau percaya kepada siapa?"
Kejut dan gusar bukan kepalang Tam To-hlong di-buatnya.
Dia tidak takut mati, tidak gentar disiksa, namun dia justru
takut difitnah, setelah mati dituduh pemberontak dan
bukanlah pembesar setia, semakin dipikir, semakin ciut
nyalinya kalinya patah semangat juga:
"Kau, kau keji benar."
"Kamipun hanya bertindak menurut apa yang kalian
lakukan Bagaimana ongya, kau sudi mengiringi kami keluar?"
Tatkala itu hari sudah menjelang fajar, namun cuaca masih
tetap gelap, keadaan didalam istana satu persatu mulai bubar
dan tamu2pun mohon diri, lambat laun keramaian mulai sirap.
Didalam kesunyian yang terasa ganjil ini, Tiba2 Siau-gokian-
kun dan Hong-lay-mo-li mendengar derap langkah kaki
yang tidak teratur Langkah kaki amat pelan dan enteng seakan2
kuatir membuat kaget sepasang penganten yang tidur
didalam kamar, sebagai ahli silat sudah tentu Siau-go-kian-kun
tahu. Dengan mepet tembok Hong-lay-mo-li mendengarkan
dengan seksama- Didengarnya diluar ada orang berbisik2:
"Jangan bikin kaget Pwecu, periksalah dengan cermat
sekeliling gedung ini- adakah orang sembunyi disana-"
Hong-lay-mo-li kenal suara pembicara ini, dia bukan lain
adalah Tam si-ing, keruan hatinya terperanjat
Agaknya Wanyan Tiang-ci dan Tam TO-hlong juga sudah
tahu akan kedatangan orang diluar, namun mereka tidak
berani bertingkah Kata Hong-lay-mo-li lirih:
"Kebetulan orang2mu datang kemari. Baiklah, lakukan
seperti petunjukku. Kalau tidak bayangkan sendiri akibatnya-"
Waktu Hong-lau-mo-li selesai memberi petunjuk, terdengar
derap langkah diluar sudah mendekat, terdengar seorang
berkata lirih: " Lapor sam- kongcu, sudah diperiksa dengan teliti, tiada
seorangpun"
di susul seorang lagi melaporkan:
"Lo-ongya dan Hong-siok Tayjinjuga tidak diketemukan."
orang ini baru saja masuk memberi laporan yang baru,
sejenak Tam se-ing menepekur, katanya:
" Kalau demikian, apa boleh buat, terpaksa mengganggu
Pwecu" Ternyata waktu mengantar tamu pulang dan me-mergoki
Hong-lay-mo-li dan Siau-go-kian-kun yang menyamar itu, hati
Tam se-ing tidak enak dan was2- Maka begitu kembali segera
dia hendak menghadap kepada Wanyan Tiang-ci dan Tam Tohiong
untuk melaporkan namun diluar tahunya Wanyan Tiangci
dan Tam To-hiong sedang bekerja atas anjuran Baginda
raja untuk membekuk Bu-lim-thian-Kiau secara halus, hal ini
amat dirahasiakan sampaipun Tam se-ing sendiripun tidak
tahu. sudah tentu tidak pernah terpikir olehnya bahwa
pamannya ada didalam kamar penganten Bu-lim-thian-Kiau.
Tam se-ing sudah memberi aba2 kepada anak buahnya
untuk mengepung kamar penganten, baru saja dia hendak
maju mengetok pintu, didengarnya Bu-lim-thian-kiau sudah
membentak: "siapa diluar?" disusul kepala Tam To-hiong melongok
keluar dari jendela.
Melihat pamannya mendadak menongol keluar dari kamar
penganten, bukan kepalang kaget Tam se-ing- Tam To-hiong
juga pura2 heran, bentaknya:
"se-ing, sepagi ini kau kerahkan anak buahmu kemari untuk
apa?" Tersipu- Tam se-ing menjura, sahutnya:
"Semalam keponakan antar tamu, kesamplok dengan dua
orang yang patut dicurigai, untuk menjaga bila musuh
menyelundup kedalam istana, maka kuadakan pemeriksaan.
Maaf bikin paman kaget saja."
Tam To-hiong menarik muka, katanya:
"Kalian memang nganggur cari kerjaan, urusan kecil dibesar2-
kan. Berapa banyak penjaga diluar dalam istana yang
merondai mana mungkin ada musuh yang berani masuk
kemari ?" Terunjuk rasa malu dimuka Tam se-ing atas teguran ini,
sahutnya: "ya, keponakan memang terlalu ceroboh- semalam
sebelumnya keponakan hendak memberi laporan kepada
paman dan Hong-siok Tay-jin."
Wanyan Tiang-ci gelatos, menyusul diapun menongolkan
kepala, katanya:
"Kau tidak menemukan aku bukan" Aku juga di sini, apa
pula yang masih kau ku-atirkan?"
Kejut2 heran pula Tanse-ing dibuatnya, katanya:
"Maaf, kiranya Hong-siok Tayjin juga disini bikin kaget saja-
" perlu diketahui Tam se-ing adalah salah satu perwira Gilim-
kun, sedang Wanyan Tiang-ci adalah kepala
komandannya. "Kebetulan kau kemari malah," ujar Tam To-hiong-
"lh-tiong suami istri hendak masuk istana menghadap sri
Baginda untuk menyatakan terima kasihnya atas budi luhur
beliau, kitapun hendak mengiringi mereka. Lekas kau pergi
siapkan kereta besar-"
Waktu itu fajar telah menyingsing, bahwa Tam To-hiong
dan wanyan Tiang-ci mendesak sepasang penganten baru
masuk ke istana adalah pantas dan tidak perlu dibuat heran.
Tam se-ing anggap dirinya sudah mengerti, apa maksud
kedatangan paman dan Hong-siok Tayjin sepagi ini, segera dia
mengiakan. "Cukup sebuah kereta besar saja," pesan Tam To-hiong
pula. "hentikan kereta ditaman belakang, supaya tidak
mengejutkan tamu2 yang lain."
setelah Tam se-ing mengundurkan diri baru Tam To-hiong
menghela napa2 lega serta berpaling dengan sorot pandangan
gusar dia tatap Bu lim-thian-kiau dan Hong-lay-mo-li,
katanya: "Kalian sudah puas" Celakalah aku ini" karena takut dituduh
sekongkol dengan brandal, matipun tidak akan dijunjung
sebagai menteri setia, sementara Wanyan Tiang-ci takut ilmu
silatnya dipunahkan dan dianiaya di depan orang banyak-
Terpaksa mereka menuruti segala petunjuk Hong-lay-mo-li
terima menjadi boneka-
Hong-lay-mo-li tertawa katanya:
"Demi kebaikanmu juga. Cukup asal kalian antar kami
keluar kota, kalian boleh segera kembali Tiada orang tahu kau
pernah bertemu dengan aku."
Siau-go-kian-kun tertawa, katanya:
"Kita perlu menyaru lagi baru bisa keluar-"
lalu dia tarik kedok mukanya serta dibalik terus dipasang
kemukanya pula setelah diremas2 menjadi kisut, Hong-laymo-
li meniru perbuatannya, muka mereka kini kelihatan
berkeriput jauh lebih tua dari tadi.
"Marilah masuk ke dalam untuk salin pakaian." ajak jilian
ceng-hun. sementara Hong-lay-mo-li salin pakaian Siau-go-Kian-kun
berkata kepada Bu-lim-thian-Kiau:
"Tam-heng, untuk kepergianmu kali ini, entah kapan kau
baru akan kembali pula, adakah orang dalam rumah ini yang
selalu kau kenang?"
semula Bu-lim-thian-Kiau melengak. tidak tahu apa maksud
pertanyaan ini, Siau-go-kian-kun menambahkan
"Kuingat kau masih ada mak inang dan seorang putranya
yang sudah berusia 13 bukan?"
Betapa cerdik Bu-lim-thian-kiau segera dia mengerti apa
maksudnya katanya:
"Benar, Aku berat meninggalkan mereka, biarlah sebentar
aku panggil mereka supaya ikut."
Lekas sekali Hong-lay-mo-li sudah keluar, katanya tertawa:
"Nah, mirip tidak aku dengan ibu tani?"
"Bagus, cocok sekali-" puji Siau-go-kian-kun,
"sekarang tidak kelihatan lagi bayangan Liu jing-yau pada
dirimu. Namun masih bisa dikenali sebagai perempuan yang
menghalangi jalan diluar onghu semalam. Nah- begitu
sekarang lebih mirip lagi penyamaranmu."
"Nah sekarang giliranmu, lekaslah kaupun salin pakaian."
desak Hong-lay-mo-li.
Siau-go-kian-kun pernah mertamu disini, maka dia sudah
tahu seluk beluk keadaan disini, langsung dia masuk kedalam
dan mengganti pakaian dengan seperangkat seragam kaum
hamba yang masih baru warna hijau tidak lupa dia menggosok
kulit badannya dengan ramuan obat sehingga warna kulitnya
berubah, gerak geriknya dibuat kaku kasar.
"Bagus, kini kaupun mirip pak tani." puji Hong-lay-mo-lisementara
itu Tam se-ing sudah kembali memberi laporan:
"Kereta sudah siap ditaman belakang, apakah sekarang
juga mau berangkat?"
Kebetulan saat mana Bu-lim-thian-Kiau dengan mak inang
serta putranya keluar segera dia mengiakan seraya membuka
pintu, beruntun mereka beranjak keluar.
Begitu melihat Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li, Tam
se-ing lapat2 masih mengenali sebagai dua orang yang
semalam kepergok olehnya, keruan kejutnya bukan main.
Lekas Tam To-hiong menjelaskan
"Hong-ho Nionio (permaisuri) ingin menahan mereka suami
istri untuk tinggal diistana beberapa hari. Maka Ih-tiongpun
bawa sekalian mak inangnya sebagai teman disana."
Dari kisikan Bu-lim-thian-kiau mak inang ini sudah tahu
duduk persoalannya, sebagai orang yang bisa melihat gelagat,
sikapnya tenang dan segera bermain sandiwara:
"Kedua orang ini adalah keponakanku, baru saja datang
dari desa, beruntung ongko sudi menerima mantu
keponakanku ini sebagai pelayannya, sebagai orang desa yang
tidak tahu tata krama. sam-kongcu, harap kau tidak
tertawakan kelakuan mereka."
Lekas Siau-go-kian-kun bersikap kikuk dan takuti" serta
gugup, mak inang segera membentaknya: "Bocah bodoh,
hayo lekas memberi hormat kepada siau-ongya?"
Dengan suara serak sumbang Siau-go-kian-kun berkata
tergagap: "Aku, aku takut..."
Mak inang pura2 melengak. tanyanya: "Takut apa?"
Lekas Tam se-ing tertawa ngakak. katanya:
"Semalam kami sudah ketemu. Kiranya kau keponakan suntoanio,
kenapa tidak kau katakan kepadaku" Anak buahku
tidak kenal kau, hampir saja kurang ajar kepadamu sungguh
tidak enak."
semakin dipandang semakin mirip kedua orang ini seperti
orang desa dan kaum tani, maka hilanglah kecurigaannya.
Berkata mak inang Bu-lim-thian-Kiau dengan tertawa:
"o, kiranya waktu semalam mereka keluar beli petasan
sudah kesamplok dengan siau-ongya, beruntung-lah tidak
terjadi apa2."
"Paman" Tiba-tiba Tam se-ing menyeletuk:
"ada dua orang menunggu kau, ada dua persoalan perlu
segera dilaporkan."
Tam To-hiong naik pitam, katanya:
"Kau memang tidak tahu gelagat, masakah sekarang aku
ada tempo menemui tamu?"
"yai ya. tapi kedua orang ini. adalah utusan paman yang
disuruh melakukan tugas2 penting, kukira kebetulan berita ini
sekaligus bisa disampaikan kepada Baginda untuk memperoleh
pahala. Kini mereka sedang menunggu diluar pintu, paman,
boleh kau tanya beberapa patah kata, toh tidak mem-buang2
waktu." Kebetulan dua orang yang dimaksud sudah muncul diluar
pintu, walau hati sedang kebat kebit, namun melihat kedua
orang ini Tam To-hiong kejutss girang, segeru dia berseru dan
menggape: "Baiklah kalian mendapat berita baik apa?"
Kalau Tam To-hiong merasa kejut girang dan diluar dugaan
sebaliknya Hong-lay-mo-li merasa kejut dan gusar diluar
dugaan. Ternyata kedua orang laki dan perempuan ini. yang laki
adalah LauTao yang pernah menyaru jadi adik Tai Mo sedang
yang perempuan adalah The-sam Niocu yang dua kali pernah
mencelakai Hong-lay-mo-li disungai Tiang kang, Hong-lay-moli
pernah bersumpah untuk membunuh perempuan jahat ini.
LauTao maju lebih dulu:
" Hamba mendapat perintah untuk menyelundup
kepangkalan Hong-lay-mo-li dan jadi mata2 didalam, apa lacur
akhirnya kedok hamba terbongkar untunglah hamba dapat
melarikan diri serta mendapat kabar berita yang penting."
"Berita apa" Lekas katakan-" desak Tam To-hiong.
"Perempuan iblis itu dengan gendaknya Siau-go-kian-kun
sudah meninggalkan pangkalannya, kabarnya mau pergi ke
siang-keh-po lalu putar keTaytoh, kemungkinan akan
membuat onar di istana."
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tam se-ing menyeringai dingin,jengeknya:
" Kalau perempuan iblis itu berani datang kebetulan aku
bisa membalas sakit hatiku. Coba saja dia berani datang
tidak." sungguh menggelikan mimpipun mereka tidak sangka
bahwa Hong-lay-mo-li berada didepan mereka.
"The-sam Niocu." kata Tam To-hiong berpaling,
"Adakah kau bertemu dengan Kongsun Huma di siang-kehpo?"
"Sudah ketemu." sahut The-sam Niocu
"Dia sedang merawat luka2nya, soal itu Lau Tao sudah
jelaskan kepadaku, kemungkinan Kongsun Huma terfitnah
didalam hal ini"
Sembari bicara mata The-sam Niocu memperhatikan Honglay-
mo-li- Kiranya karena amat membenci kedua orang ini
sorot mata Hong-lay-mo-li tampak beringas, sebagai kawakan
Kangouw The sam Niocu merasa aneh dan curiga.
Lekas Hong-lay-mo-li batuku kering seraya keluarkan sapu
tangan pura2 menyeka mulut, secara diam2 dengan ilmu
mengirim gelombang panjang dia mengata-kan beberapa
patah kata kepada jilian ceng-hun.
sementara itu The-siam Niocu masih terus mene-cocos
Tiba2 jilian ceng-hun menyela tidak sabar:
"Kita kesusu masuk istana, lebih baik bawa serta mereka
sekalian, biar menetap juga beberapa hari disana."
"Baiklah" ujar Tam To-hiong
"kalian boleh ikut, sekalian aku bisa dengar keterangan
kalian diatas kereta, supaya tidak membuang- waktu" Lau Tao
kegirangan, ter-sipu2 dia menjura:
"Terima kasih ongya"
Kereta yang ditarik empat ekor kuda itu amat besar dan
megah, puluhan orang duduk didalamnya-pun terasa segar
dan nyaman, 4 ekor kuda penariknya adalah kuda2 pilihan dari
istana- sudah tentu The-sam-niocu dan Lau Tao duduk
dipaling bawah didalam kereta. Begitu Tam To-hiong memberi
perintah dua Wisu yang jadi kusir dibagian depan segera ayun
cambuknya mencongKlang kudas kereta, langkah keempat
kaki kuda serempak dan teratur serta terlatih baik se-kalisetelah
meninggalkan Ki-ong-hu, langsung menuju ke istana
raja. Lau Tao tidak pernah menduga bahwa elmaut sudah
mengancam jiwanya, diatas kereta dia mengoceh panjang
lebar memberikan laporan tentang pengalaman dan bahanyang
berhasil dia kumpulkan The-sam Niocu lantas ikut
menambahi akan tugassnya yang berhasil dengan baik
menemui Kongsun Ki serta menambahkan.
"Kongsun Huma sedang meyakinkan kedua ilmu
beracunnya hampir berhasil dia minta kepadaku supaya
menyampaikan salam hormatnya kepada ongya, katanya dia
tetap setia kepada kerajaan Kim, setelah ilmunya berhasil
diyakinkan, pasti akan berusaha membekuk Hong-lay-mo-li
serta digusur ke Tay-toh untk dipersembahkan kepada ongya"
Tam To-hiong hanya menyengir getir dan dalam hati
mengeluh, mulutnya hanya bersuara
"E m. em" saja. Dalam hati dia membatin: 'Jiwa kalianpun
sudah tercengkram ditangan gembong iblis ini masih berani
bicara besar"'
sudah tentu mimpipun The-sam Niocu tidak menduga
bahwa Hong-lay-mo-li justru duduk disebelahnya. Tatkala itu
kereta sudah keluar dari jalan besar dimana letak Ki-ong-hu,
kebetulan tiba pada suatu jalan perempetan, kearah tenggara
bisa langsung menuju keistana dalam dimana kota kerajaan
berada, kalau belok ke arah barat justru berlawanan itulah
jaun kearah luar kota yang menuju kepintu barat yang lurus
kusir kereta baru saja membelokkan kuda untuk masuk
kenalan menuju ketenggara, Siau-go-kian-kun Tiba2 bersuara
rendah tertahan
"Tahan sebentar"
sudah tentu kedua kusir kereta itu melengak heran dan
berpaling kebelakang, cepat sekali sebelum orang menyadari
apa yang telah terjadi, tahu2 siau-go-kian-kun sudah menutuk
Hiat-to kedua orang ini. langsung dia lompat duduk ditempat
kusir serta mendorong kedua kusir kereta itu masuk kebagian
belakang, katanya tertawa:
"Kalian boleh istirahat saja."
Cara kerja Siau-go-kian-kun cukup cekatan dan cepat sekali
tanpa mengeluarkan suara berisik, sehingga orang- dipinggir
jalan tiada yang memperhatikan apa yang telah terjadi diatas
kereta, sampaipun Lau Tao masih menyangka siau-go-kiankun
memang hendak menggantikan kedua kusir, tidak tahu
bahwa mereka tertutuk Hiat-tonya dan digusur kebelakang.
Tapi The-sam Niocu yang jauh lebih berpengalaman amat
kejut seketika dia menyadari gelagat jelek- Tapi belum sempat
dia pentang mulut bersuara tahu2 Hong-lay-mo-li sudah
gunakan gerakan pentang busur kekiri kanan sekaligus
menutuk Hiat-to The-sam Niocu dan Lau Taosetelah
kedua orang dirobohkan, baru Hong-lay-mo-ii
merenggut kedok mukanya, katanya menyeringai dingin:
"Kalian lihat siapa aku?"
sungguh kejut dan takut The dan Lau bukan kepalang
serasa arwah telah terbang keawang2, tenggorokan meraka
berbunyi keok-keok tanpa bisa berbuat apa2 karena mulut
tidak bisa bicara.
seorang diri sebetulnya siau-go-kian-kun cukup mampu
kendalikan keempat kuda penarik kereta, namun tempat
duduk kusir ada dua, supaya tidak lowong dan menimbulkan
curiga segera mak inang Bu-lim-thian-kiau berkata:
"siau-sun-cu, pergilah kau bantu mengusir kereta."
"Adik cilik," ujar siau-go-Kian-kun tertawa,
"apa kau juga bisa pegang kendali?"
Usia siau-sun-cu baru 13-an, namun perawakannya tumbuh
lebih besar, maka kelihatannya sudah berusia 16-an. Dengan
tertawa dan merangkak maju dia menerima sebuah tali
kendali katanya tertawa: "Aku bisa pegang kendali."
"Ke-empat ekor kudas putih ini cukup mengenalku, sejak
lama aku ingin pegang kendali milik pesiar. Kutanggung tidak
akan terjadi apa2"
Kereta berlari bagai terbang kearah barat cepat sekali
sudah keluar dari pintu barat, serdadu penjaga pintu kota
kenal akan kereta dari Ki-ong-hu ini, mereka merasa heran,
"kenapa ganti kusir lain yang baru?"
Untung putra mak inang yang bernama siau-sun-cu ini
orangnya supel dan suka bergaul sering kelayapan, semua
serdadu itu mengenalnya dengan baik maka rasa curiga
mereka berkurang, namun mereka toh menghentikan kereta
ini. Jantung Tam To-hiong berdebar, maklumlah Tam-pwecu
baru semalam merayakan pernikahannya perjamuan masih
terus berlangsung selama tiga hari demikian pula para tamu2
besar yang diundang belum bubar, sebagai ongya yang
menjadi wali pernikahan, adalah janggal pada hari kedua
pagi" sekali dirinya sudah menemani sepasang mempelai
keluar kota"
Kalau mau cukup dia buka mulut dengan gampang mereka
akan segera diberi jalan keluar, namun dia tidak berani unjuk
muka" Demikian pula Bu-lim-thian-Kiau harus
menyembunyikan diri supaya tidak diketahui para serdadu itu
bahwa mereka berada didalam kereta ini.
Untung para serdadu itu tidak berani membuka kereta
mengadakan pemeriksaan mereki hanya heran dan menahan
siau-sun-cu sebentar untuk ditanyai saja, untung siau-suncupun
berlaku tabah dan wajar malah membusung dada
segala, katanya:
"Jangan kata aku dolan pakai kereta ongya lho, aku sedang
antar ibu keluar kota."
Para serdadu itu tertawa, katanya:
"Ibumu adalah mak inang Tam-pwecu. Pwehu baru saja
menikah, kenapa ibumu tidak menikmati hidup senang
didalam istana malah keluar kota segala. Kau jangan bohong,
ya." sun-toanio lantas singkap kerai melongok keluar, katanya:
"siau-sun-cu tidak membual, memang aku ingin keluar
kota. Karena pernikahan Tam-pwecu aku jadi bebal dan tidak
bisa tidur maka aku diidzinkan pulang kampung untuk istirahat
memulihkan badan penat ongyapun baik hati dia
meminjamkan kereta ini kepadaku"
sebagaimana orang tua sun-toanio sengaja mengoceh
panjang lebar- Para serdadu itu tertawa lebar, melihat sun-toanio sendiri
yang naik kereta maka hilanglah rasa curiga mereka, apa yang
dikatakan sun-toaniopun masuk akal, maka mereka berebut
mengambil hatinya malah, sudah tentu tidak mempersulit
kereta ini keluar.
Begitu keluar kota kereta berlari semakin kencang, cepat
sekali puluhan li telah dicapai baru siau-go-kian-kun
menghentikan kereta, katanya tertawa:
"Sekarang boleh turunkan ongya dan Hong-siok Tayjin
disini supaya pulang."
Tam To hiong menghela napas, bergegas dia turun dari
kereta katanya:
"lh-tiong, kau sendiri suka menuju kearah hidupmu ini,
jangan kelak kau menyesal setelah kasep. sejak perpisahan
kali ini, hubungan kita paman dan keponakan boleh dianggap
putus, selanjutnya kaupun jangan harap bisa diakui sebagai
Pwecu pula dari Ki-ong-hu."
Duka dan gusar hati Bu-lim-thian-kiau, katanya:
"Budi kebaikan Hong-siang dan paman kepadaku tidak akan
terlupakan seumur hidupku. Aku hanya merasa menyesal
kenapa aku dilahirkan sebagai Pwecu, kini dapat memutuskan
hubungan ini, sungguh amat kebetulan bagiku malah."
selanjutnya Wanyan Tiang-ci turun kereta jilian ceng-hun
Tiba2 mendeliki katanya:
"jing-yau cici, apa tidak terlalu murah melepasnya demikian
saja?" sengaja mau bikin takut Wanyan Tiang-ci, siau-go kian-kun
bertanya tertawa:
"Lalu bagaimana menurut pendapatmu" "
Kata jilian Ceng-hunpenuh kebencian:
" Kalau tidak membunuhnya, sedikitnya punahkan saja ilmu
silatnya, agar kelak tidak mencelakai jiwa orang dengan
kepandaiannya."
Pucat pasi muka Wanyan Tiang-ci. Lekas Hong-lay-mo-li
berkata tertawa:
"Mengingat kali ini dia mau tunduk dan patuh akan perintah
kita, tadi akupun sudah berjanji untuk melepasnya pulang,
biarlah kali ini klta beri keringanan supaya dia tahu, bahwa
orang-gagah dari kalangan Loklim selalu bertindak sesuai
dengan apa yang pernah dikatakan, tidak seperti mereka yang
sering menjilati ludahnya sendiri, tiada kejahatan yang tak
pernah mereka lakukan"
sekali tendang Hong-lay-mo-li percepat langkah Wanyan
Tiang-ci sehingga orang tersungkur jatuh ke bawah kereta,
bentaknya: "sejam lagi Hiat-to kalian akan terbuka sendiri, pulanglah
merangkak"
gusar dan penasaran jilian ceng-hun masih belum
berlampias. Kembali kereta mereka berpacu dengan kencangnya kearah
barat, kiras sudah 40 li mereka meninggalkan kota raja,
ditengah derap langkah kuda dan bunyi roda kereta yang
berdentam dijalan raya itu, apatis seperti terdengar oleh
Hong-lay-mo-li suara derap kaki kuda banyak yang
mendatangi dari belakang.
Siau-go-kian-kun tertawa, katanya:
"Kini giliran kedua orang ini." kiranya dia sudah tahu
dibelakang ada sepasukan berkuda yang mengejar, menurut
rencana Lau Tao dan The-sam Niocu hendak dibawa pulang
kepangkalan untuk dimintai keterangan seperlunya serta
menuntut balas bagi para saudara yang mati oleh kejahatan
kedua orang ini.
Kini setelah musuh mengejar dalam perjalanan jauh dan
perlu mempercepat lari kereta, kedua orang ini akan menjadi
beban belaka. Pucat muka Lau Tao, katanya meratap gemetar:
"sukalah Liu-bengcu pandang muka engkohku, bukankah
engkohku pemimpin laskar rakyat yang menentang kevajaan
Kim." "Jangan kau menyinggung engkohmu. engkohmu takkan
menolong perbuatan jahatmu, tempo hari ku-ampuni jiwamu,
kau malah lari dan terima menjadi antek musuh, se-wenang2
lagi buat apa aku ampuni jiwamu lagi?"
sekali tabas Hong-lay-mo-li penggal kepala Lau Tao-
Melihat Lau Tao dibunuh serasa pecah jantung The-sam
Niocu, namun dasar licik dan licin, sebelum ajal dia masih
berusaha menipu Hong-lay-mo-li demi mempertahankan
jiwanya: "Liu bengcu, tiada gunanya kau bunuh aku, aku boleh
mengundang anak buah Hoan Thong dulu untuk tunduk
dibawah perintahmu. Bukankah kau tumben menjadi Bingcu
dari daratan dan perairan,"
"Berani kau menyinggung Hoan Thong" Karena
perbuatanmu akhirnya dia mati dengan badan hancur nama
buruk, sebelum ajal dia minta kepadaku untuk membunuhmu
menuntutkan batas sakit hatinya, kau takut?"
Tertunduk semakin pucat muka The-sam Niocui katanya
tergagap: "Apakuh benar Hoan Thong berpesan demikian?"
Hong-lay-mo-li tertawa dingin:
"Anak buah Hoan Thong semua tunduk kepada Li Po, buat
apa kau harus menarik mereka segala?"
Tiba2 The-sam Niocu menjerit serak keras dan panjang, dia
berusaha menggigit putus lidahnya sendiri untuk bunuh diri.
Hong-lay mo-li tidak tega melihat keadaannya yang me-njerit2
dan berkelejetan, katanya:
"Menguntungkan kau saja. supaya kau tidak tersiksa,"
sekali ayun pedang, diapun tabas leher orang.
setelah membunuh Lau Tao dan The-sam Niocu, sementara
kereta masih terus mencongKiang ke depan, setelah kunang
bobot dua orang kereta berlari semakin cepat dan enteng.
Akan tetapi betapapun masih kalah cepat dengan pasukan
berkuda, lambat laun pasukan berkuda dibelakang sudah
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kelihatan dan semakin dekat.
Bu-lim-thian-kiau tertawa getir, katanya:
"Kini aku sudahjadi orang tak berguna lagi, hidup dalam
dunia-pun tiada gunanya" Biarlah aku turun saja, mereka
hanya menginginkan aku saja, aku bisa menahan mereda
mengejar lebih lanjut"
"Tam-heng, biasanya kau periang dan punya pandangan
luas, hanya sedikit tersiksa didalam menjalani kehidupan ini
terhitung apa" Aku hanya ingin tanya kepadamu: Apakah kau
tidak anggap kita sebagai kawan sehaluan?"
"Memangnya perlu dikatakan lagi" Dengan menempuh
bahaya kalian masuk kota raja menolongku, umpama orang
she Tam harus mati, aku tetap berterima kasih kepada kalian."
"Nah, kan begitu. Lalu disaat menghadapi bahaya kita
lantas tinggal pergi begini saja tanpa hiraukan
keselamatanmu, untuk apa pula kau punya teman sehaluan?"
Disaat mereka bicara itu pasukan pengejar itu sudah
semakin dekal, tampak yang pimpin pasukan pengejaran ini
adalah sin-tho Thay Bi dan Tam se-ing-
Kiranya sejak permulaan Tam se-ing memang sudah
menaruh curiga, maka setelah kereta berangkat, toh tetap dia
mengutus beberapa anak buahnya untuk mencari tahu
tujuannya hanya membuktikan bahwa kereta ini memang
benar menuju keistana raja. sekalis anak buahnya ini dilarang
membuat keributan.
Cepat sekali anak buahnya pulang melapor bahwa kereta
menuju keluar kota ke arah barat, kebetulan saat itu Thay Bi
datang sebagai Koksu hendak memberikan selamat
pernikahan, sekaligus membuktikan bahwa tiada orang yang
masuk keistana.
Keruan Tam se-ing kaget dan keripuhan bingung, lekas dia
kumpulkan anak buahnya terus melakukan pengejaran
bersama Thay Bi. ternyata terhadap Thay Bipun, Tam se-ing
tidak berterus terang, hanya dikatakan bahwa pamannya
diancam dan dipaksa oleh musuh kosen yang menyelundup
ked-alam istana, soal siapa sebenarnya musuh yang
menyelundup dikatakan belum diketahui.
Ditengah jalan mereka ketemu Wanyan Tiang-ci dan Tam
To-hiong yang dilepaskan. Karena malu dan gusar Tam Tohiong
seaera memerintahkan mereka mengejar dan
menggusur orang- didalam kereta mati atau hidup itu berarti
dia mengidzinkan Tam se-ing untuk membunuh Bu-lim-thiankiau.
setelah tahu bahwa Siau-go-kian-kun dan Hong-lay-mo-li
yang menawan Wanyan Tiang-ci dan Tam To-hiong, mau
tidak mau Thay Bi rada jeri juga. Tetapi karena ada puluhan
jago2 kosen dari Gi-lim-kun ikut mengejar yakin dengan
tenaga gabungan orang banyak pasti dapat melaksanakan
perintah Tam To-hiong, maka dia ikut mengejar lebih lanjut,
sementara Wanyan Tiang-ci dan Tam To-hiong yang masih
lemas itu diantar pulang.
Pasukan berkuda ini dengan cepat berhasil me-nyandak
kereta itu, tahu kedoknya sudah diketahui orang, Hong-laymo-
li lantas tanggalkan kedok paisunya, makinja menuding
Tam se-ing: " Waktu menyerbu ke pangkalanku, sudah kuampuni sekali
jiwamu kini berani mengantar jiwa lagi" Engkoh mu suami istri
ada disini, ksu berani bertindak begitu kejam, baiklah akupuntidak
sungkan lagi. Dan kau cacat tua bangka yang belum
mampus ini di Ko-gwan tempo hari beruntung dapat lolos, kini
berbuat jahat lagi" Ni-locian-pwe sudi mengampuni kau, hari
ini aku tidak akan ragu2 lagi merenggut jiwamu"
Tam se-ing naik pitam, hardiknya:
"Tempo hari aku kau tipu hari ini kebetulan bisa menuntut
balas Hayo, siap lepas panah"
Hong-lay-mo-li keluar mengadang dibela kang kereta
menutup pintu, dengan mengayun dan mengobat-abitkan
kebutnya dia sampuk jatuh anak panah yang menghujan lebat
meski hujan panah tiada hentinya, tak ada satupun yang lolos
masuk kedalam kereta.
Tapi busur panah besi yang digunakan pasukan berkuda ini
daya bidiknya teramat keras, walau Hong-lay-mo-li dan Siaugo-
kian-kun tiada yang kena dilukai, namun 4 kuda penarik
kereta satu persatu terjungkal roboh binasa, cepat sekali
kereta berhenti untung Siau-go-kian-kun kerahkan tenaga
untuk kendalikan goncangan kereta, sehingga kereta tidak
terjungkal roboh-
Begitu kereta berhenti, mereka menjadi sasaran telak dan
dekat dari bidikan anak2 panah, dengan kecutnya lama
kelamaan Hong-lay-mo-li kepayahan juga menyapu jatuh
panah2 itu. Karena dihujani panah terus menerus Siau-go-kian-kun naik
pitam, sekali samber dia tangkap dua anak panah, lalu dengan
kekuatan jentikan tangannya, "ser, ser" dua perwira di kanan
kiri Tam se-ing seketika terjungkal roboh dengan tenggorokan
termakan panah.
Ternyata kekuatan jentikan jari Siau-go-kian-kunjauh lebih
kuat dan keras dari bidikan busur panah mereka-
"Anak anjing," maki Siau-go-kian-kun,
"berani memanah lagi akan ku incar jiwamu."
saking jeri Tam se-ing mundur kebelakang mundur. perwira
Gi-lim-kun yang lain segera mengelilinginya.
Hong-lay-mo-li menyeringai dingin:
"Kau hendak membunuh engkohmu untuk merebut
kedudukan Pwecu-nya, kalau harus berkorban jiwa, kita tetap
bisa membunuhmu lebih dulu."
Terpaksa Tam se-ing ber-pura2:
"Baiklah, kupandang muka engkohku, sementara bidikkan
panah dihentikan." lalu dia susun barisan mengepung kereta
dari berbagai arah, sementara dia memimpin dari samping,
dimana dia perkirakan dirinya takkan tercapai oleh senjata
rahasia yang ditimpukan dari kereta.
Dengan suara lirih Thay Bi bertanya:
"Apakah Bu-lim-thian-Kiau suami istri sudah kehilangan
ilmu silatnya?"
"Paman tadi bilang demikian, kukira tidak akan salah" sahut
Tam se-ing. Nyali Thay Bi menjadi besar, diam2 dia mempertimbangkan
kekuatan kedua belah pihak, dia cukup menandingi salah satu
dari Siau-go-kian-kun atau Hong-lay-mo-li, orang2 lain
sebanyak ini kiranya cukup ber-kelebihan melawan salah satu
diantara kedua musuh.
segera Thay Bi keprak kudanya mencong Kiang maju,
serunya: "Hoa Tayhiap Liu-Bing-cu, marilah kita berbicara."
Siau-go-kian-kun tertawa dingin, jengeknya:
" Kalau tidak kau mati biar hari ini aku yang gugur, hayolah
turun tangan, buat apa putar bacot melulu?"
"Kami hanya ingin Tam-pwecu pulang keistana, tiada niatku
adu jiwa dengan kalian."
"Ada kami disini, jangan harap kau bisa merebut Tam Ihtiong
berdua, kecuali kau mampu membunuh kami berdua
lebih dulu."
Thay Bi menarik muka- bentaknya:
"Diberi kelonggaran malah ingin main kekerasan, baiklah
terpaksa kita tidak sungkan lagi- Hayo serbu-"
Siau-go-kian-kun sambut serbuan pasukan berkuda dengan
gelak tawa panjang, begitu keras dan kumandang gelak
tawanya sampai kuping semua orang terasa pekak- seorang
perwira yang tidak tahu kelihayannya segera keprak kuda
mendahului menerjang sambil angkat tombak menusuksebat
sekali Siau-go-kian-kun berkelit seraya menyamber
ujung tombak lawan ditangkapnya serta menariknya roboh
terjungkal dari atas kuda, karena getaran gerak tipu Siau-gokian-
kun, kepala perwira seketika kebentur tanah dan pecah
berhamburan seraya mengeluarkanjeritan yang mengenaskan.
Thay Bi gusar, segera dia menubruk maju seraya
merangkap kedua jari menutuk dari kejauhan, segulung angin
dingin laksana panah melesat kedepan. Lekas Siau-go-kiankun
ayun kipasnya memunahkan kekuatan Hian-ci-it musuh.
Disusul bunyi "Blang" dua pihak adu pukulan secara
kekerasan Siau-go-kian-kun telan berdiri didepan kereta,
tanpa bergeming sedikitpun sebaliknya Thay Bi tergeliat
limbung. Bercekat hati Thay Bi, tak pernah dikiranya dalam jangka
tiga bulan Iwekang Siau-go-kian-kun sudah maju berlipat
ganda, namun untuk mengalahkan lawan bungkuknya
sedikitnya harus seratusan jurus kemudian.
Melihat Thay Bi kuat menandingi Siau-go-kian-kun, jago2
Gi-lim-kun bertambah nyalinya, serempak mereka bersorak
sorai menyerbu maju, Hong-lay-mo-li mainkan kebutannya
menggubat dan merebut senjata musuh yang maju
menyerang, sementara pedangnyapun berputar menghalangi
musuh yang merangsak maju.
Dari kejauhan Tam se-ing memberi komando, teriaknya:
"Pecah beberapa orang serbu kereta itu, siapa saja yang
ada didalamnya bunuh habis perkara, satu jiwa kupersen
seribu tail emas"
Pasukan Gi-lim-kun paling patuh akan disiplin yang keras,
maka tiada jago Gt-lim-kun itu yang tidak bekerja sekuat
tenaga, apa lagi mendapat persen-besar, maka mereka berani
pertaruhkan jiwa.
seorang diri Hong-lay-mo-li hanya memiliki dua tangan,
betapapun lihay ilmu kebut dan ilmu pedang-nya la mas dia
merasa kewalahan juga- se-konyongs "Brak" dengan
gembolan Liu-sing-tui seorang perwira memukul jebol dinding
kereta. Bu-lim-thian-kiau masih disikap Siau-sun-cu, dia me-rontas
berusaha melepaskan diri seraya berkata:
"Biarkanlah aku keluar saja"
sun-toanio tertawa katanya:
"Mimpipun tak pernah terpikir olehku jiwa tuaku ini
berharga seribu tail emas, anak Tiong hari ini aku bisa mati
bersama kau, sungguh suatu penghargaan tinggi bagiku. Tak
usah kuatirkan kematianku."
Hong-lay-mo-li gusar, dengan benang2 kebutnya dia
timpuk seperti Bwe-hoa-ciam perwira yang bersenjata Liusing-
tui baru saja menerjang maju hendak membekuk Bu-bmthian-
kiau, tahu2 terasa biji matanya sakit dan menjadi gelap,
ternyata matanya tertusuk buta oleh benang2 kebut Hong-laymo-
li- Tak nyana karena harus menolong Bu-lim-thian-Kiau ini,
Hong-lay-mo-li sendiripun semakin gawat keadaannya
serempak jago2 Gi-lim-kun menghujam berbagai gaman
mereka dengan gencar, meski memiliki tiga kepala enam
tangan sulit untuk melindungi jiwa beberapa orang yang ada
didalam kereta.
Untunglah pada saat2 kritis itulah, dari kejauhan terdengar
huaru kereta dan derap kuda yang ramai, mendatangi cepat
sekali tampak sebarisan kereta muncul dijalan raya dari arah
barat sana, tanpa hiraukan pertempuran yang terjadi dismi,
barisan kereta itu mcmbedal lari keretanya semakin cepat.
Dari atas kudanya Tam se-ing menuding seraya
membentak gusar:
"Gi-lim-kun sedang menggeropyok brandal, kalian siapa
berani petingkah. Lekas hentikan kereta eh, membangkang,
memangnya kalian komplotan brandal?"
setelah dekat tampak salah satu kereta besar yang berada
ditengah barisan tiba2 mengeluarkan tiang ranjang
mengibarkan sebuah bendera besar yang bersulam seekor
galak serta bertuliskan dua huruf "yalu" yang besar menyolok-
Tiba2 ya lu Hoan- ih- muncul lompat turun mencemplak
kepung g ung seekor kuda, serunya gelatos:
"Memang kita ini kaum brandal, memangnya kita akan lalap
kalian anjing- Kim ini Coba saja kalian mampu berbuat apa
terhadap kita"
orang- yang ada didalam puluhan kereta itu segera
menyerbu keluar, mereka adalah Busu negeri Liau yang
menyamar jadi kaum pedagang jilian ceng-sia selalu
mendampingi ya lu Hoan-ih, dengan memutar goloknya
segera dia menyerbu kekalangan pertempuran teriaknya:
"Liu Lihiap, apakah ciciku berada disana?"
Mendengar suara adiknya, sungguh girang jilian ceng-hun,
seperti kejatuhan rejeki dari langit, lekas dia menyahut dari
dalam kereta: "sam-moay, aku dan cihumu berada disini, lekas kau bunuh
keparat she Tam itu."
girang dan gusar jilian ceng-sia segera dia bersemi
"lh-ko, lindungilah cici, biar kugorok leher anjing keparat
itu" segera dia putar kuda dan pimpin empat orang
pembantunya yang perkasa menerjang kearah Tam se-ing.
Tam se-ing dilindungi 5 jago Gi-lim-kun. melihat usia jilian
ceng-sia masih begitu muda sedikitpun dia tidak ambil dihati,
jengeknya dingin:
"cicimu kawin dengan engkoh ku, memangnya kau kira aku
sudi mengawini adiknya."
semakin memuncak gusar jilian ceng-sia. begitu kudanya
menerjang dekat goloknya segera terayun dan membacok
sementara ke empat perempuan pembantunya menempur ke
5 jago2 Gi-lim-kun dengan sengit.
seorang jago Gi-lim-kun mengadang didepan Tam se-ing,
dengan mengayun pecut panjang seperti tali laso layaknya dia
hendak menjirat jilian ceng-sia serta membantingnya jatuh
ketanah. Tak kira kepandaian menunggang kuda jilian ceng-sia
amat tinggi, dengan bergerak turun menyembunyikan diri
keperut kuda, tunggangannya menyerobot lewat kedepan
tampak sinar golok berkelebat belum lagi cambuk panjang
jago Gi-lim-kun itu menyentuh pakaian jilian Ceng-sia, tahu2
batok kepalanya sudah terbelah dua oleh golok sabit jilian
Ceng-sia. Keruan bukan kepalang kaget Tam se-ing baru sekarang
dia insaf akan kelihayan jilian Ceng-sia- cepat sekali senjata
jilian ceng y ia sudah terayun membacok kepada dirinya, lekas
dia angkat tombaknya me-nangkis-
"Tang" ronce merah diujung tombaknya seketika melayang
jatuh terbawa samberan golok, dua jago Gi-lm-kun lain buru2
maju bantu melindungi Tam Se-ing, saking kaget merasa
jantung Tam se-ing pecah, tanpa hiraukan gengsi sebagai
keturunan jendral segala, cepat dia putar kudanya terus
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dibedal secepat panah laripulang keTaytoh- Kuda
tunggangannya adalah hadiah raja Kim yang pilihan, sehari
dapat lari seribu lie- jilian Ceng-sia jelas takkan mampu
mengejar Terpaksa dengan gemas jilian ceng-sia putar balik bantu
keempat pembantunya menggasak kelima jago Gi-lim-kun
yang melindungi Tam se-ing tadi, dua berhasil dia bunuh
sisanya yang masih hidup dan terluka segera melarikan diri.
Pasukan berkuda Gi-lim-kun yang dipimpin Tam se-ing
hanya ada soan orang, sebaliknya anak buah ya lu lEoan-ih
ada seratusan orang, dari mengepung berbalik mereka
sekarang yang terkepung. Begitu Tam se-ing lari Thay Bi yang
pimpin beberapa orang mengepung kereta menjadi patah
semangat suatu ketika karena sedikit lena Thay Bi kena
dihantam sekali oleh siau-go-kian-kun, sambil menggerung
kesakitan, cepat dia melarikan diri
yalu Hoan-ih tidak berhasil mencegatnya, maka rombongan
Gi-lim-kun itu berhasil menerjang keluar namun sisanya hanya
tinggal sepertiga dari jumlah semula.
setelah pasukan Gi-lim-kun dibereskan seluruhnya baru
yalu Hoa-ih lompat turun membuka pintu kereta, dia papah
Bu-lim-thian-kiau turun dari kereta, bukan kepalang senang
rindu, sedih hati kakak beradik jilian, keduanya berpelukan
dengan menangis terisak-
Kiranya yalu Hoan-ih dan jilian ceng-sia serta
rombongannya selalu merasa kuatir dan was2 sejak Bu-limthian-
kiau dan jilian ceng-hun kembali ke istana, sering
mereka menyebar anak buahnya ke Taytoh untuk mencari
berita, sudah tentu berita perkawinan Bu-lim-thian-kiau cepat
sekali sudah mereka ketahui, tahu bahwa pernikahan mereka
dirayakan besarkan atas anjuran raja negeri Kim, mereka
menduga didalam persoalan ini pasti ada latar belakang yang
mencurigakan. segera merekapun bergerak, setelah memilih seratus anak
buahnya yang terlatih, menyamar jadi pedagang, secara
berani mereka menyerempet bahaya menuju ke Taytoh.
Bangsa Liau dan bangsa Kim tidak berbeda banyak, mereka
pun pandai berbahasa Nuchen, maka sepanjang jalan tidak
menemui banyak rintangan secara kebetulan pula waktu
mereka tiba diluar kota kesamplok dengan Bu-lim-thian-kiau
yang berusaha melarikan diri
Rombongan yalu Hoan-ih akan langsung kembali kepang
kalan mereka di Ki-lian-san, sebaliknya Hong-Lay-mo-li dan
siau-go-kian-kun harus kembali ke selatan, sekaligus hendak
mampir pula ke siang-keh-po, bersama siang-keh-su-lo siap
menggempur siang-keh-po melenyapkan Kongsun Ki. Baru
akan kembali ke-pangkalannya sendiri.
sebelum berpisah Siau-go-kian-kun ada menganjurkan
kepada Bu-lim-thian-Kiau supaya pergi ke Kong-bing-si,
karena disana ada Kongsun In yang juga telah kehilangan ilmu
silat, ada ayah LiuJing-yau danBing-bing Taysu maha guru
silat yang akan bantu menyembuhkan kelemahan Bu-limthian-
Kiau, mengingat cicinya memang juga ada disana maka
Bu-lim-thian-Kiau menerima usul ini. ....
Pula dijanjikan kepada Hong-lay-mo-li setahun lagi mereka
pasti akan pergi ke pangkalan Hong-lay-mo-li untuk hadir
dalam perjamuan pernikahan Hong-lay-mo-li dan Siau- gokian-
kun. sekarang marilah kita ikuti perjalanan Siau-go-kian-kun dan
Hong-lay-mo-li, mereka langsung menuju ke siang-keh-poselama
dalam perjalanan tidak keruan perasaan hati mereka,
bahwa bisa berkumpul sebentar dengan Bu-lim-thian-Kiau
suami istri serta berpisah dalam suasana yang cukup
merawankan hati pula.
Kini timbul pula satu tanda tanya besar, apakah mereka
mampu mengalahkan Kongsun Ki dan menolong siang Cenghong-
Betapapun Hong-lay-mo-li tidak mau percaya bahwa
siang Ceng-hong secara suka rela kawin dengan Kongsun Ki-
Untuk menambah bekal dan persiapan yang lebih matang,
sepanjang jalan mereka saling tukar pikiran dan menyelami
bersama ajaran Iwekang yang diturunkan oleh Liu cioan-cong.
Demikian pula ilmu warisan keluarga Kongsun In-pun. mereka
latih berulang kali, siap untuk menghadapi Kongsun Ki.
Sejak mereka datang tempo hari, 2 bulan sudah berselang
kini bekal kepandaian merekapun sudah mendapat kemajuan
yang boleh dibanggakan.
Pendek kata tanpa banyak membuang tenaga dengan
selamat akhirnya mereka tiba kembali di Hou-loan-san,
memang untuk memasuki siang-keh-po- satu2nya jalan,
mereka memang harus lewat Hou-loan-san.
Malam itu hujan rintik2, cuaca gelap, kiras kentongan
kedua mereka mulai memasuki pegunungan, setiba disayap
kiri gunung, langsung mereka memasuki hutan dan semak
belukar yang lebat diperut gunung, sepanjang jalan tidak
mereka ketemukan ada orang meronda.
Dengan langkah hatis dan selalu waspada mereka terus
maju tanpa terhalang, akhirnya mereka tiba di-dasar sebuah
lembah yang mulai lembab hawanya, se-konyongs sayupterdengar
suara benturan senjata keras seperti ada orang lagi
bertempur. Kejut dan girang Hong-lay-mo-li dibuatnya, katanya:
"Eh, seperti ada orang bertempur disana marilah kita
tengok-" Dengan mengembangkan Pat-pao-kan-san mereka berlari
ke arah kumandangnya suara, betul juga tampak empat orang
sedang berhantam dengan sengit. Dengan girang Hong-laymo-
li lantas berteriak:
"Kongkong berdua jangan kuatir, aku datang bersama Hoa
Tay-hiap" kiranya dua orang yang lagi berhantam itu adalah Losam
dan Losu dari siang-keh-po, yaitu siang Hong dan siang Gi.
Kedatangan mereka tepat pada waktunya baru saja mereka
tiba. maka terdengarlah siang Hong mengeluarkan suara
gerungan tertahan, agaknya terpukul luka2. Kedua lawan
mereka adalah laki2 pendek kekar yang bergaman tongkat
besi panjang dan besar, seorang lagi adalah laki2 jangkung
tegap mengenakan kedok muka bertangan kosong, tapi siang
Hong barusan berhasil dipukulnya luka dalam.
Hong-lay-mo-li membentak:
"Bangsat keparat dari siang keh-po- rasakan pedangku"
dia tidak sudi menyerang secara bokongan, maka sembari
menyerang dia membentak memberi peringatan, sinar
pedangnya laksana rantai perak terentang kencang menusuk
ke laki2 jangkung berkedok muka itu-
Dalam waktu yang sama terdengar "Tang" golok besar
berpunggung tebal ditangan siang Gi dikemplang terbang oleh
tongkat besar laki2 pendek mendapat angin laki2 itu tidak menyia2kan
kesempatan tongkatnya terayun terus mengemplang
pula kebatok kepala siang Gi.
Menolong orang lebih penting, maka Hong-lay-mo li putar
pedangnya menusuk dulu kearah laki2 pendek- serangan ini
memaksa lawan untuk menyelamatkan jiwa sendiri lebih dulu
sebelum melukai musuh, yang diincar adalah Ih-gi-hiat, salah
satu dari dua buah Hiat-to yang mematikan dibadan manusia-
Bagian 48 Gerak gerik laki2 pendek ini teramat lincah, tiba2 dia
memutar badan, berbareng ujung tongkatnya mengetuk dan
menjojoh, "ting" dia sampuk pergi pedang Hong-lay-mo-li,
tepat pada waktu yang bersamaan, laki2 berkedok itupun
lontarkan pukulan yang menimbulkan sambaran angin keras
menerjang kearah Hong-lay-mo-li.
Hong-lay-mo-li cukup pengalaman dalam menghadapi
musuh tangguh dia sudah menduga bakal digencet dari depan
dan belakang Maka permainannya sekaligus menggunakan
cara menyerang untuk bertahan, pedang ditangan kanan
menusuk kedepan sementara kebutnya diputar untuk
melindungi badan.
Begitu pukulan telapak tangan laki2 berkedok itu tiba,
Hong-lay-mo-li ayun balik kebutnya dengan tipu Ih-sing-hoaito
(menggeser bintang ganti posisi), itulah salah satu jurus keji
dari 36 jalan Thian-lo-hud-timnya, apalagi dia kerahkan
tenaganya sehingga benang kebutnya tegak keras laksana
ujung jarum, jikalau lawan kena terkebut, maka lawannya
pasti terluka parah seperti dipelintir uratnya keseleo
tulangnya. Tak nyana Iwekang orang ini ternyata cukup tangguh,
"Wut" kebut Hong-lay-mo-li kena ditotoknya pergi sehingga
benang kebutnya buyar walau pukulannya tidak mengenai
Hong-lay-mo-li, namun sekaligus serangan lihay Hong-lay-moli
kena dia gagalkan.
Berbareng laki2 pendek itu dengan tipu Ki-hwe-liau thian
(angkat obor menerangi langit), ujung tongkatnya mendesak
minggir pedang Hong-lay-mo-li, disusul dengan jurus Hoan
kang-to-hay (memblik sungai menjungkir laut) tongkat
gedenya itu menyapu ke-pinggang,
Bercekat hati Hong-lay-mo-li, bentaknya:
"Kiranya kau anjing Kim yang lolos tempo hari. Bagus
sekali, kalau berani jangan kau lari"
kiranya laki2 pendek ini adalah Busu Tam se-ing yang
tempo hari melarikan diri waktu menggempur pangkalan
Hong-lay-mo-li itu, yang membuat Hong-lay-mo-li heran
adalah laki2 ini pandai menggunakan ilmu Hu-mo-tio-thoat
ajaran murni dari Kaypang.
Kepandaian laki2 berkedok agaknya setingkat lebih tinggi
dari laki2 pendek ini, yang dia mainkan ternyata adalah Taylik,
kim-kong-ciang-hoat asli dari ajaran murni siau-lim-pay.
Kekuatan pukulannya hebat, maka Hong-lay-mo-li yang
menghadapi dengan kebutnya tidak mampu membendung
serangan lawan.
semula siau-go-kian-kun kira Hong-lay-mo-li cukup
berkecukupan menghadapi kedua musuhnya ini dirinya tidak
perlu membantu, luka2 siang Hong cukup parah maka dia
perlu segera memberi pertolongan.
Namun setelah menelan siau-hoan-tan pemberian siau-gokian-
kun lekas sekali napasnya sudah teratur baik, katanya
lemah: "Hoa Tayhiap, bekuk dulu mata2 itu lebih penting."
"Baik" seru siau-go-kian-kun sembari bersuit panjang
segera dia menubruk maju kedalam arena pertempuran.
Kebetulan tongkat la kte pendek tengah menyapu keping gang
Hong-lay-mo-li, siau-go-kian-kun membuka kipas lempitnya
sedikit menekan diujung tongkat orang seraya membentak:
"Lepaskan"
Betapa besar kekuatan sapuan tongkat gede ini, namun
Siau-go-kian-kun cukup menutul dan menakan, sapuan
dahsyat itu telah dia punahkan tanpa bekas, kiranya yang
digunakan adalah su-nio-poat-jian-kin, sekali angkat tangan,
kekuatan raksasa lawan dia punahkan dengan mudah.
Tapi kepandaian laki2 pendek ini memang luar biasa, meski
sapuan tongkatnya dipunahkan siau-go-kian-kun namun
tongkatnya tidak sampai terlepas dari cekatannya.
Kebetulanpada saat mana, dari kejauhan terdengar suara
bentakan dan langkah orang berlari mendatangi dengan
cepat, kiranya Lo-toa dan Loji dari siang-keh-su-lo tengah
mendatangi. Laki2 pendek itu segera berseru: " Angin kencang tarik
mundur" Hong-lay-mo-li membentak:
" Kurang ajar, setelah melukai orang hendak lari"
sekuat tenaga laki2 jangkung berkedok itu punahkan
sejurus serangannya, katanya tertawa:
" orang kalian banyak, maaf aku tidak mengiringi lebih
lanjut" Golok besar siang Ci terpukul jatuh oleh laki2 pendek- saat
mana dia berdiri menentramkan napas di-luar gelanggang,
tahu2 badannya limbung terus terjungkal roboh-
Hong-lay-mo-li kaget, dia kira kena di-kerjai musuh, maka
untuk melindungi jiwanya tak sempat dia merintangi musuh,
maka siau-go-kian-kun saja yang mengejar kedua orang itu.
sebelum dipapah Hong-lay-mo-li siang Gi sudah mencelat
berdiri sambil tersenyum getir. Kiranya jurus Hu-mo-tio-hoat
yang dilancarkan laki2 pendek tadi mengandung tiga
gelombang kekuatan, setelah goloknya mencelat jatuh siang
Ci gunakan jian-kin-tui untuk mempertahankan diri, dua
gelombang yang terdahulu kuat dia pertahankan namun
gempuran gelombang ketiga tak kuasa lagi dia punahkan
maka dia terjungkal roboh, untung tidak sampai terluka.
siau-go-kian-kun berhasil mengejar kedua musuh itu, kipas
dia pindah ke tangan kiri diputar satu lingkaran, menuntun ke
samping tongkat besi laki2 pendek- berbareng kelima jari
tangan kanannya laksana cakar menggunakan Hun-kin-johkut-
hoat mencengkram kearah laki2 jangkung berkedok itu
"Jangan menghina orang" bentak laki2 berkedok- diapun
balikkan telapak tangannya yang menderu, sayup- seperti
bunyi guntur "Blang?" telapak tangan kedua pihak saling
beradu, dengan menggunakan To-jay-chik sing-pao (membalik
langkah tujuh bintang) meminjam tenaga pantulan dari
pukulan siau-go-kian-kun, mencelat jumpalitan sejauh 3
tombakTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com
Bahwa pukulannya tidak bikin lawannya terjungkal roboh
malah telapak tangan sendiri terasa kesemutan maklumlah
seorang diri dia harus pecah perhatian dan membagi tenaga
untuk menghadapi dua musuh, maka terasakan rada payah
juga- Tapi laki2 jangkung berkedok itupun sudah tahu akan
kelihayannya, lekas dia ngacir pergilaki2
pendek itu berhasil menyandak temannya terus lari
lintang pukang bersama turun gunung, dari kejauhan mereka
membentak bersama:
"siau-go-kian-kun, kalau berani datanglah ke siang-keh-po
boleh kita bertanding lagi."
seorang diri jelas siau-go-kian-kun takkan bisa
mengalahkan kedua lawannya dalam waktu singkat,
disamping dia menguatirkan luka2 siang-keh-ji-lo, maka dia
tidak mengejar lebih lanjut, katanya gelatos:
"Memang aku akan menuju ke siang-keh-po, boleh kau
beritahu kepada Kongsun Ki, kali ini aku tidak akan biarkan dia
hidup lebih lama, kalian ingin mengiringi kematian Kongsun Ki,
boleh tunggu saja di siang-keh po"
Pendekar Latah Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
siau-go-kian-kun bicara menggunakan suara gelombang
panjang, nadanya tidak keras, namun cukup bikin kuping
kedua orang itu pekak dan mendengung. kontan kejut mereka
bukan main, tanpa berani berpaling lagi langkah mereka
semakin cepat. Waktu itu Lotoa dan Loji yaitu siang Ci dan siang Hing
sudah tiba, melihat siang Hong luka2, siang Ci kaget,
tanyanya: " Losam, siapakah yang melukaimu" Agak-nya bukan
Kongsun Ki-"
Iwekang siang Hong cukup tinggi, setelah dibantu menutup
Hiat-to dan menghentikan darah lalu menelan sebuuah siauhoan-
tan, semangatnya sudah banyak pulih, sahutnya:
"Dua orang yang datang malam ini belum pernah kita
jumpai, entah siapa mereka dan bagaimana asal usulnya
namun golongan perguruan silat mereka jelas tidak bisa
mengelabui kami."
"Mereka dari golongan mana?" tanya siang ci.
" Lakte jangkung yang mengenakan kedok itu
menggunakan Taj lik-kim-kong-cang dari aliran Hud yang
murni." "o..jadi orang ini dari siau-lim-pay-" ujar siang Ci.
siang Ci menimbrung:
" Laki2 pendek bertongkat besar yang memukul jatuh
golokku memainkan Hu-nio-to-hoat, kelihatannya murid dari
Kaypang." siang Ci terkejut katanya:
" Kaypang adalah Pang terbesar diseluruh jagat, siau-lim
adalah Pay nomor satu dikolong langit, keduanya dari
golongan lurus yang selalu
mengutamakan keadilan dan kebenaran, merupakan
puncak persilatan yang memimpin Bulim, entah kenapa
melahirkan dua murid yang durhaka, sekongkol dengan
Kongsun Ki, malah terima menjadi anteknya"
siau-go-kian-kun menimbrung:
"Murid Kaypang yang khianat itu tidak perlu dirisaukan,
Kaypang pangcu Bu su-tun adalah teman baikku, aku bisa cari
tahu kepadanya. Malah murid siau-lim-pay itu masih belum
diketahui seluk beluknya, betapapun merupakan duri tajam
yang selalu akan menjadi penghalang usaha kita. siang-locianpwe,
menurut pendapatku, kita harus mengutus orang
memberitahu kepada siau-lim-pay, disamping mempersiapkan
segala keperluan untuk menggempur siang-keh-po-"
Dari berbagai arah tampak beberapa rombongan orang
berbondong2 mendatangi mereka adalah anak buah siangkeh-
po yang lama. Kata siang Ci: "Biarlah siau-lim-pay sendiri yang membereskan murid
murtadnya ini disamping menghargai dan menghormati siaulim-
pay, sekaligus kita bisa mendapat bantuan mereka. jite,
besok pagi boleh kau ke siau-lim-si menemui Hong-tiang Bu-ai
siansu, tahun yang lalu kita pernah ikut Lo-pocu bertandang
ke siau-lim-si tentunya dia masih mengenalmu."
Beramal mereka lantas menggotong siang Ci dan siang
Hong kembali untuk merawat luka2nya, ditengah jalan siang ci
memberi laporan kepada Ho-ng-lay-mo-li- Kiranya mereka
sudah berhasil mengumpulkan separoh dari orang- siang-kehpo
lama, jumlahnya ada seratus orang lebih terpendam
dibeberapa tempat di Hou-loan-san, tempat tinggal siang-kehsu-
lo berada didalam gua yang bisa menembus keberbagai
arah. "Orang lama kita yang masih berada didalam Siang keh-po
ada yang tetap berpihak kepada kita, menurut kabar yang kita
peroleh bahwa Kongsun Ki sedang menyekap diri dikamar
meyakinkan kedua ilmu berbisa itu.
urusan di siang-keh-po diserahkan kepada Cong Cau-tay
sebagai congkoan yang berkuasa penuh, sementara ji-siocia
selalu mendampingi Kongsun Ki memberi petunjuk soal latihan
Iwekang, sehingga jarang dia keluar kamar."
Hong-lay-mo-li berkata:
"suso (siang Pekshong) sebelum ajal pernah berpesan
supaya aku melindungi ji-siocia. dan tugasku sekarang adalah
membebaskannya dari cengkraman Kongsun Ki. Aku yakin
didalam persoalan ini pasti ada latar belakang yang belum kita
ketahui, betapapun aku akan menciumnya dan menyelesaikan
persoalan ini."
"Beng-cu," ujar siang Ci ragu2,
"soal ini harus kita bicarakan dulu, janganlah bertindak
secara geoabah."
"Kau kuatir tenaga kita belum memadai untuk menggempur
siang-keh-po" Memangnya kecuali Hwi-liong-tocu masih ada
tokoh siapa pula disana?"
"Ambisi Kongsun Ki amat besar, setelah berhasil
meyakinkan kedua ilmu berbisanya, dia berniat membuka
perguruan dengan kekuatannya dia hendak paksa kerajaan
Kim mengangkatnya sebagai raja muda. Maka sejak
menduduki siang-keh-po, tidak sedikit sampah persilatan yang
dia rangkul, terutama tokoh2 kosen dari aliran sesat tidak
sedikit jumlahnya. Kabarnya Kong-tong-ji-kipun berhasil dia
pelet." "Kong-tong-ji-ki" orang macam apakah mereka?" tanya
Hong-lay-mo-li-
"Kong-tong-ji-ki adalah sute ex ciangbun Kong-tong pay
yang bernama su Thian-cu, yang tua bernama Bong Thian-pi,
seorang lagi bernama Lau Thian-hut. Kabarnya kepandaian
mereka tidak dibawah Ciang-bun suhengnya. Tapi biasanya
mereka malang melintang didaerah barat, jarang muncul di
Tionggoan. orang2 dari golongan lurus belum pernah ada
yang bentrok dengan mereka, maka sampai dimana tingkat
kepandaian mereka belum diketahui, 30 tahun yang lalu kedua
orang ini sudah mengasingkan diri dari julukan Ji-ki" (dua
aneh) dapatlah kita bayangkan, terutama ilmu silat mereka
mengutamakan keanehan yang serba magis, maka janganlah
dipandang enteng."
"Jadi sampai sekarang sudah kita ketahui kecuali Kongsun
Ki, ada lima orang yang boleh dikategorikan tokoh2 kosen
kelas satu yang patut diperhatikan."
demikian kata siau-go-kian-kun lebih lanjut,
"yaitu Hwi-liong-tocu, Kong-tong-ji-ki dan dua orang yang
kita usir tadi, jelas kekuatan pihak kita masih terlalu lemah-"
Pukulan Si Kuda Binal 1 Kisah Pedang Bersatu Padu Karya Okt Pendekar Cacad 18