Pencarian

Anak Harimau 19

Anak Harimau Karya Siau Siau Bagian 19


sampan itu segera terhambat dan menjadi jauh lebih lambat
...... Menyaksikan kejadian ini, semua orang yang berada
diatas kapal keraton maupun kapal perang lainnya sama
lama bersuara memuji.
Hu yong siancu, Cay soat dan Siau cian sekalian yang
melihat kejadian ini, tanpa terasa mereka sama-sama
mengendorkan pikiran yang dicekam ketegangan.
Ketika Lan See giok dan naga Sakti pembalik sungai
menarik kembali tenaga dalam mereka, sampan tersebut
meluncur kembali ke depan dengan kecepatan tinggi:
"Srreet...l" sampan itu terlempar ke udara dan kemudian jatuh kembali ke bawah.
Dengan disertai goncangan yang luar biasa sampan itu
terombang ambing diantara permainan ombak dahsyat di
sela-sela batu karang, keadaannya berbahaya sekali.
Untung saja Naga sakti pembalik sungai amat pandai
mengendalikan sampan, di tambah pula Lan See giok
menggunakan tenaga dalamnya untuk
menghambat kecepatan kapal, karenanya bagian yang paling berbahaya
berhasil mereka lalui.
http://kangzusi.com/
Pulau batu merah yang berada di depan sana, makin
lama semakin mendekat ....
Lan See giok merasa pulau itu merah membara seperti
api, sedang sekelilingnya merupakan tebing karang yang
curam dan amat tajam, gulungan air laut dan arus yang
deras makin lama semakin menghebat ......
Sampan kecil yang sedang meluncur ke muka bagaikan
terbang itu mendadak membuat belokan tajam sehingga
menyongsong datangnya segulung ombak yang maha
dahsyat... Mendadak dari belakang bergema suara bentakan keras.
"Naik..."
Di tengah bentakan, sampan kembali membuat belokan
tajam menyusul kemudian, meluncur ke depan dengan
mengambil posisi sejajar dengan pantai...
Lan See giok tak berani berayal lagi, mendengar seruan
mana sepasang telapak tangan nya ditekan ke atas sampan
lalu tubuhnya melejit ke tengah udara dan melayang ke atas sebuah tebing batu merah di pantai pulau tersebut.
Mendadak terdengar Naga sakti pembalik sungai
berteriak lagi dengan suara keras.
"Gunakan pekikan panjang sebagai tanda, nanti aku
datang menjemputmu lagi..."
Lan See giok mengebaskan ujung bajunya dan melayang
turun ke atas tebing yang lain.
Menanti dia berpaling kembali sampan yang dikendalikan naga sakti Pembalik sungai telah meluncur ke lautan sebelah timur laut dengan kecepatan bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya dalam sekejap mata dia sudah berada dalam enam puluh kaki dari posisi semula.
http://kangzusi.com/
Memandang pula ke tempat kejauhan sana tampak
ratusan buah perahu berkumpul di antara kepulauan yang
menyebar sepanjang ujung langit, Siau cian, Cay soat dan Siau thi gou yang berada di atas kapal keraton sedang
menggapai ke arahnya.
Keberhasilannya tiba di pulau batu merah membuat
pemuda tersebut selain bersyukur dan gembira, diapun
gelisah, tak tenang di samping sedih dan takut.
Ia merasa keberhasilannya mencapai pulau batu merah
merupakan suatu pekerjaan yang sangat tidak mudah, tapi
diapun tidak tahu apakah gurunya masih hidup di dunia ini atau bagaimana caranya ia menemukan orang tua tersebut.
Maka setelah balas mengulapkan tangan ke arah Siau
cian sekalian, dia membalikkan badan dan berlarian menuju ke tengah pulau.
Sepanjang jalan dia merasa bahwa pulau batu merah
memang berbentuk sangat aneh, daerah seluas berapa li itu tidak ditumbuhi sama sekali oleh pepohonan ataupun
rumput, segala sesuatunya hanya terdiri dari batuan
berwarna merah menyala.
Setelah bergerak maju lagi ke depan, ia menangkap suara
deburan ombak yang memekikkan telinga, dengan perasaan
terkejut Lan See giok segera menghentikan langkah-nya
sambil memasang telinga dengan seksama, dia merasa suara itu seperti bukan berasal dari lautan, melainkan datang dari tengah pulau ini.
Maka dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya
dia bergerak menuju ke arah mana berasalnya suara tadi.
Ketika tiba di bagian pulau yang paling tinggi, ia
saksikan setengah li di depan sana seperti terdapat sebuah
http://kangzusi.com/
lembah bukit yang besar, dari sanalah deburan ombak yang amat besar itu berasal.
Setelah mendekati tempat tadi, dia baru tahu bahwa
tempat tersebut merupakan sebuah telaga yang besar
dengan air berwarna hitam yang menggulung gulung,
tampaknya saja seperti mau meluap dan menggenangi
permukaan pulau.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok menyaksikan
kejadian ini, seandainya air hitam tersebut benar-benar
meluap, niscaya diapun akan terseret ke dalam samudra
luas, Lan See giok tak ingin menyaksikan keadaan yang
mengerikan itu lebih jauh, dengan cepat pemuda itu
bergerak menuju kearah utara, dia berharap bisa
menemukan tempat yang berpepohonan.
Tapi, biarpun sebagian besar pulau tersebut telah
dijelajahi, namun tak sepotong tumbuhanpun yang
ditemukan. Melihat kejadian seperti ini, membayang kan pula kalau
suhunya sudah satu tahun tidak diberi kiriman rangsum,
pemuda ini semakin pesimis atas keselamatan gurunya,
teringat akan hal yang memedihkan hatinya, tak kuasa lagi pemuda itu menangis tersedu sambil berseru:
"Suhu...oooh
suhu....anak Giok datang. menjemputmu...."
Tapi selain suara deburan ombak yang mengerikan itu,
tiada kedengaran suara lain diatas pulau tersebut.
Mendadak .... Suara helaan napas panjang yang entah darimana
datangnya lamat-lamat bergema di udara, Lan See giok
amat terperanjat, tanpa terasa dia membelalakkan matanya
http://kangzusi.com/
lebar-lebar sambil mendengarkan dengan seksama, namun
suara tersebut tidak kedengaran lagi.
Diam-diam pemuda tersebut berseru keheranan jangan
lagi helaan napas. Biar daun yang rontok pada jarak
sepuluh kaki pun dia masih dapat membedakan dengan
jelas, apalagi suara helaan napas"
Pemuda itu yakin tak salah mendengar, tanpa terasa
dengan menghimpun tenaga dalamnya ia berseru lagi:
"Suhu, anak Giok datang menjemput kau orang tua..."
Teriakan itu sangat keras dan membumbung sampai ke
balik awan sana rasanya....
Baru selesai dia berteriak. tiba-tiba terdengar seseorang berseru dengan suara lembut tapi penuh kegembiraan,
"Anak Giok kah di sana?"
Kejut dan gembira melampaui batas seketika membuat
Lan See giok tertegun, helaan napas tersebut tak disangka menghasilkan seruan yang amat dikenal olehnya, maka
setelah berhasil menguasai diri. dengan perasaan gembira ia berteriak lagi:
"Suhu, aku disini, aku adalah anak Giok..."
Setelah berkata dengan air mata bercucuran ia berlutut ke atas tanah, suara yang lembut dan penuh kasih sayang tadi kembali berkumandang.
"Anak bodoh, selama ini suhumu selalu menunggu
dengan perasaan tenang, apa yang kau tangisi?"
Kali ini Lan See giok dapat mendengar lebih jelas lagi,
suara tersebut memang suara To Seng-cu gurunya yang
paling dicintai. tapi justru karena luapan gembira yang tak terkirakan, pemuda itu malah menangis se-makin menjadi.
http://kangzusi.com/
Terdengar suara dari To Sing cu kembali bergema.
"Anak Giok janganlah menangis lagi, aku hendak
bertanya kepadamu"
Lan See giok segera berhenti menangis, kemudian
setelah menyeka air mata tanya nya lagi,
"Suhu kau orang tua berada dimana sekarang?"
To Seng-cu tertawa.
"Aku berada didalam gua batu merah, sekarang aku tak dapat keluar. harus menunggu sampai permukaan air di
telaga pasir hitam mencapai titik surut yang rendah gua
batu merah itu baru akan nampak...!
"Suhu, sampai kapan air tersebut baru akan mencapai titik surut yang terendah?" tanya pemuda itu tak sabar.
To Seng-cu terdiam sejenak, seperti lagi memeriksa suatu tanda. setelah itu baru sahut-nya:
"Mungkin harus menunggu setengah jam lagi".
Mendengar kalau masih ada setengah jam, Lain See giok
kelihatan mulai tak sabar, kalau bisa dia ingin secepatnya menyaksikan senyum ramah dari gurunya, maka dengan
gelisah dia bertanya lagi.
"Suhu, tempatmu berada sekarang terletak dibagian
mana" Dapatkah anak Giok mencarinya?"
"Anak Giok, apakah kau sudah melihat sebuah batu
merah darah yang berbentuk runcing dan tingginya dua
kaki?" Lan See-giok menengok kearah yang dimaksud dan
sepasang matanya segera bersinar tajam, benar juga,
setengah li di barat daya terdapat sebuah tebing tinggi yang
http://kangzusi.com/
ber-bentuk sebuah runcingan batu berwarna merah darah,
dengan gembira ia lantas ber-seru.
"Suhu, anak giok telah menemukannya."
Dengan mengeluarkan ilmu meringankan tubuhnya, dia
segera berangkat menuju ke tebing curam di depan sana.
Ketika mendekati tempat tersebut, dari atas permukaan
batu ia temukan retakan-retakan batu yang luasnya
mencapai setengah depa, hanya sayang bagian bawah amat
gelap sehingga tak terlihat keadaan di bawah sana.
Mendadak terdengar suara To Seng-cu berkumandang
lagi dari balik celah batu.
"Anak Giok, kau sudah sampai?"
"Benar suhu, anak Giok berada disini." jawab Lan See giok sambil menengok ke arah celah batu,
"Nah duduklah lebih dulu. aku hendak berbicara
denganmu." kata To Seng-cu gembira, Lan See giok
menyahut dan duduk diatas tanah, sementara sepasang
matanya mengawasi celah-celah batu tersebut dengan
harapan bisa melihat gurunya sekarang.
Tapi suasana gelap gulita kecuali bau harum yang
terhembus keluar. sama sekali tidak terlihat sesuatu apapun.
bau harum yang terendus berbeda pula dengan bau harum
dari Leng sik giok ji.
Sementara itu terdengar To Seng-cu telah bertanya lagi
dengan ramah: "Anak Giok, apakah kau datang bersama sama naga
sakti pembalik sungai?"
"Yaa, masih ada pula bibi Wan, enci Cian adik Soat serta adik Gou..."
http://kangzusi.com/
To Seng-cu mendehem dengan gembira sekali kemudian
katanya lebih lanjut.
"Sudahkah kalian jumpa Wan san popo bertiga" Apakah kalian telah bertarung?"
"Kentongan ketiga tengah malam tadi, kami telah bersua muka dengan mereka bertiga di depan istana Tiang-siu-kiong, mereka bertiga telah menghabisi nyawa sendiri."
"Aaah..." To Seng-cu berseru kaget, tampaknya kejadian tersebut sama sekali berada di luar dugaannya, "mengapa mereka bertiga bunuh diri?"
"Si-to cinjin menderita kekalahan di tangan enci Cian dan adik soat dengan Ilmu Siang kiam cian hui. Wan san
popo kena di kalahkan oleh anak Giok, sedangkan Lam bay
lo koay beradu pukulan sebanyak empat kali dengan anak
Giok, tapi pada serangan yang terakhir ia tewas oleh
pukulanku"
Lama sekali To Seng-cu membungkam dalam seribu
bahasa, Lan See giok juga tak berani bertanya.,
Sampai berapa waktu kemudian, To Seng-cu baru
berkata lagi. "Anak Giok, kau sanggup beradu tenaga sebanyak tiga kali dengan jago Lam hay tersebut. bahkan pada serangan
yang terakhir berhasil membunuhnya, aku rasa didalam
setahun ini kau pasti sudah mendapatkan penemuan aneh
yang lain?"
Buru-buru Lan See giok mengiakan dan secara ringkas
menceritakan pengalamannya selama ini.
Akhirnya To Seng-cu berkata lagi:
"Sungguh tak nyana orang yang membunuh ayahmu
benar-benar adalah Oh Tin san, waktu itu aku datang
http://kangzusi.com/
terlambat sehingga ti-dak berani memastikan dialah
pelakunya"
Setelah berbicara sampai di situ, mendadak dia berseru
lagi dengan suara keras.
"Anak Giok, aku segera akan turun. dari-sini air dalam telaga pasir hitam telah mencapai titik penyusutan yang
terendah" Mendengar perkataan itu Lan See giok segera melompat
bangun sambil menengok ke arah lembah, benar juga air
hitam yang menggulung gulung dengan hebatnya tadi kini
sudah lenyap tak berbekas.
Ketika ia mengintip ke bawah, ternyata puluhan kaki di
dasar lembah menyerupai sebuah kuali besar yang hitam,
kini di dasar lembah tinggal lumpur hitam yang luasnya
mencapai berapa hektar.
Di sekeliling lembah itu terdapat banyak sekali gua-gua
hitam yang besar kecilnya tak menentu.....
Tiba-tiba dari balik lembah tersebut melayang keluar
sesosok bayangan kuning menyerupai burung yang terbang
ke atas tebing.
Cepat sekali gerakan bayangan kuning itu, didalam
waktu singkat sudah terlihat dengan jelas bahwa bayangan tadi ialah sesosok bayangan manusia
Ternyata dia tak lain adalah To Seng-cu yang sedang
meluncur ke atas dengan kecepatan luar biasa.
Lan See giok tak dapat mengendalikan gejolak emosinya
lagi, dengan penuh kegembiraan ia berteriak keras,
"Suhu..... suhu...."
http://kangzusi.com/
Angin berhembus lewat, To Seng-cu dengan wajah
merah bercahaya dan senyum ramah menghiasi bibirnya
tahu-tahu sudah muncul dl depan mata.
Sudah setahun lebih Lan See giok tidak bertemu dengan
gurunya, menyaksikan keadaan To Seng-cu masih seperti
sedia kala, ia segera menjatuhkan diri berlutut dan
menangis tersedu sedu.
To Seng-cu pun dapat melihat bahwa muridnya sudah
tumbuh lebih dewasa dalam setahun ini, namun
menyaksikan dia menangis terisak, tak tertahankan lagi


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang tua itu tertawa terbahak bahak.
Dengan cepat dia membangunkan pemuda itu, lalu
ujarnya penuh kasih sayang:
"Anak Giok, cepat hapus air matamu. bibi Wan sekalian pasti sedang menunggu dengan gelisah"
Lan See giok segera menghentikan tangis-nya dan
membesut air mata, kemudian sam-bil menunjuk kearah
tenggara, dia berseru.
"Suhu, anak Giok datang dari arah sana. "
"Hmm, tempo hari akupun datang dari tempat tersebut"
sambil berkata To Seng-cu segera bergerak lebih dulu
menuju ke depan.
Ketika tiba diatas batu karang. Tampaknya orang-orang
yang berada di kapal keraton telah menyaksikan kehadiran mereka berdua, sorak sorai yang amat ramai segera
berkumandang. Menyusul kemudian sesosok bayangan abu-abu meluncur turun dari atas kapal dengan kecepatan tinggi
Dengan gembira Lan See giok berseru.
http://kangzusi.com/
"Suhu, orang yang berada diatas sampan itu adalah Thio loko...!"
Dengan wajah penuh senyuman To Seng cu manggut-
manggut ujarnya: "Dengan tenaga yang dimiliki memang ia sanggup melewati alam yang berbahaya itu tanpa banyak
menimbulkan persoalan."
Baru selesai dia berkata, sampan yang di kemudikan
naga sakti pembalik sungai telah berada lima puluh kaki
saja dari tebing karang tersebut.
To Seng cu segera berteriak.
"Lok heng, jangan bercabang pikiranmu!"
Bersamaan dengan seruan ini, dia menggandeng tangan
Lan See giok dan segera melompat kearah permukaan laut.
Ketika sepasang kaki mereka meluncur ke bawah,
kebetulan sekali sampan sedang meluncur lewat, serta
merta mereka berdua pergunakan ilmu bobot seribu dan
hinggap di atas sampan dengan mantap.
Menanti Lan See giok berhasil menenangkan pikirannya
seraya berpaling, mereka sudah berada ratusan kaki dari
tebing karang berwarna merah darah itu.
Setelah lolos dari daerah berbahaya, naga sakti pembalik sungai baru memberi hormat seraya berkata.
"Locianpwe, dida1am satu tahun ini kau tentu sangat menderita."
Sewaktu mengucapkan perkataan tersebut sepasang
matanya berkaca kaca dan hampir saja mengucurkan air
mata. To seng-cu segera tertawa terbahak bahak
http://kangzusi.com/
"Haahhh....
haahhh.. haaahhh.... kalau dibilang menderita, sesungguhnya lebih tepat dikatakan gara-gara
bencana mendapat keberuntungan, semestinya kalian
bergembira, untuk nasib baikku ini. "
Naga sakti pembalik sungai segera mengiakan berulang
kali. Sementara itu kapal keraton telah datang menyambut,
Hu yong siancu sekalian telah menunggu di ujung geladak.
Setelah kapal keraton itu berada di sisi sampan To seng-
cu baru menarik tangan Lan See giok untuk diajak naik ke atas perahu disusul kemudian oleh naga sakti pembalik
sungai. Si Cay soat dan Siau thi gou segera menangis sambit
berteriak memanggil "suhu" begitu bertemu dengan To Seng-cu, serentak mereka berlutut di depan gurunya,
Hu yong siancu memberi hormat pula di susul Siau cian,
akhirnya ke empat komandan kapal yang tahu akan
kedatangan To Seng cu serentak menjatuhkan diri berlutut To Seng-cu membalas hormat Hu yong siancu, setelah
itu baru memerintahkan Cay soat, Siau thi gou, Siau cian dan ke empat komandan agar bangkit berdiri.
Setelah berada dalam ruang kapal, mereka baru
berbincang bincang dengan riang gembira.
Akhirnya To Seng-cu baru mengisahkan pengalamannya
semenjak tiba di pulau Wan- san.
Pertama tama dia menghela napas dulu. lalu baru
berkata, "Tahun lalu, Lam hay koay kiat datang ke bukit Hoa san untuk mengundang aku datang ke pulau Wan san guna
merundingkan usaha penyatuan seluruh dunia persilatan
http://kangzusi.com/
dengan memilih seorang tokoh silat sebagai pimpinan
umum. bila aku tidak hadir di sana. maka mereka melarang aku mencampuri urusan dunia persilatan lagi andaikata di kemudian hari terjadi suatu perubahan penting.
Untuk menyelamatkan seluruh dunia persilatan dari
bencana ini terpaksa kukabulkan permintaan mereka. waktu itu aku sudah mempunyai suatu rencana yang matang
dalam menentukan langkah-langkah berikutnya, yakni apa
yang telah kalian lakukan sekarang.
Ketika sampai di pulau Wan san tahun lalu. akupun
berusaha untuk mengamati sikap maupun cara Wan san
popo berbicara tapi tak berhasil kutemukan adanya suatu
hasrat pada dirinya untuk menjadi pemimpin besar di dunia persilatan.
Akhirnya dari mulut seorang muridnya yang terkecil
yakni Gi Hui-hong, baru kuketahui bahwa rencana busuk
ini sebenarnya disusun dan didalangi oleh Oh Tin san
suami istri"
Berbicara sampai di situ dia memandang sekejap kearah
Hu yong siancu, Siau cian dan Lan See-giok. kemudian
baru meneruskan kembali kata-katanya:
"Oh Tin san suami istri menyusun perbagai rencana
busuk, membunuh dan menyaru sebenarnya tak lain karena
hasrat mereka untuk mendapatkan kotak kecil tersebut, tapi akhirnya usaha mereka gagal total. Hal ini berakibat bukan saja dia membenci ku, diapun membenci Han lihiap serta
Lok heng. Maka sekembalinya ke Wi lim poo, Oh Tin san suami
istri mengambil keputusan untuk mohon bantuan dari Wan
san popo yang menjadi gurunya Say nyoo-hui, bahkan
bertekad untuk memperdalam Ilmu silat mereka guna
membalas dendam atas kejadian yang mereka alami.
http://kangzusi.com/
Walaupun demikian, dihati kecil mereka pun Oh Tin-san
suami istri tahu bahwa kemampuan yang dimiliki kedua
orang itu meski sudah melatih diri satu dua tahun lagi
Cuma mampu menghadapi Han lihiap dan Lok-heng secara
paksa, bila ingin menghadapiku, hal tersebut akan
ketinggalan jauh sekali.
Di samping itu, yang paling penting lagi adalah
mencegah agar anak Giok jangan keburu mempelajari ilmu
silat yang tercantum dalam kitab pusaka Pwee yap cinkeng.
Oleh sebab itu berangkatlah mereka berdua ke pulau
Wan-san, bahkan mempergunakan kotak kecil itu sebagai
umpan untuk menarik perhatian Wan-san popo.
Atas bujuk rayu mereka yang pandai dan manis,
akhirnya Wan-san popo terbujuk juga oleh siasat tersebut.
Kebetulan sekali dalam beberapa hari mendatang, akan
diselenggarakan pertemuan puncak tiga manusia aneh dari
luar lautan yang diadakan setiap lima tahun sekali, Wan
san popo yang mempunyai tujuan pribadi sama sekali tidak menyinggung soal kotak kecil. tapi dengan alasan hendak
mempersatukan dunia persilatan dan memilih seorang
pemimpin umum dunia persilatan, ia berhasil menarik
simpatik Lam hay lo-koay dan Si to cinjin.
Persoalan ini memang merupakan persoalan yang sudah
lama terpendam dalam hati mereka berdua, begitu
perundingan selesai. Lam hay lo koay yang mahir dalam
ilmu meringankan tubuh segera berangkat ke puncak Giok
li hong untuk menyampaikan undangan kepadaku.
Tentu saja pihak yang paling puas atas kejadian ini
adalah Oh Tin san suami istri apalagi setelah melihat aku dan Lam hay lo koay tiba di istana Tiang siu kong hampir bersamaan waktunya, mereka berkesimpulan walaupun
anak Giok sudah menjadi muridku. namun ia tak akan
http://kangzusi.com/
berhasil mempelajari seluruh kepandaian silatku. apalagi mempelajari isi kitab Pwee yap cinkeng.
Pada waktu itu, akupun sudah menduga setelah berhasil
memperdalam ilmu silatnya, langkah pertama yang
dilakukan Oh Tin san suami istri adalah mencari Han lihiap serta Lok heng untuk membalas dendam, kemudian
berangkatlah ke Giok li hong untuk mencari anak Giok
sekalian mencari kesempatan untuk merampas kotak kecil
tersebut. Siapa tahu perhitungan manusia tak dapat mengungguli
kemauan takdir, pada malam sebelum kedatangan Lam hay
lo koay, aku telah mewariskan isi kitab pusaka itu kepada anak Giok.
Selama berada dalam istana Tiang siu kiong, aku sudah
berunding selama tiga hari dengan Wan san popo sekalian, akupun memperingatkan mereka, orang pandai dalam
dunia persilatan amat banyak, tak sampai satu tahun
kemudian pasti akan muncul jagoan baru dari angkatan
muda yang akan menjadi memimpin dunia persilatan.
Bahkan akupun sengaja berkata bahwa anak-anak muda
itu begitu ampuh sehingga mereka bertigapun bukan
tandingnya. karena itu kunasehati kepada mereka agar
hidup mengasingkan diri saja.
Sesungguhnya tenaga dalam yang dimiliki Wan san
popo, Lam hay lo koay dan Si to cinjin berada dalam
kedudukan seimbang, sekalipun mereka berhasil menguasai
dunia persilatan, belum tentu mampu menjadi tokoh nomor
wahid dikolong langit. itulah sebabnya dia punya rencana apabila Oh Tin san suami istri telah berhasil memperoleh kitab cinkeng, barulah dia akan muncul di daratan
Tionggoan. http://kangzusi.com/
"Mereka pun sadar, bila ingin menguasai dunia
persilatan maka pertama tama harus melenyapkan diriku.
itulah sebabnya mereka merencanakan siasat keji dengan
mengirim aku ke pulau batu merah."
Berbicara sampai disini, Si Cay-soat menyela secara tiba-tiba.
"Apakah suhu tahu ketika Wan san popo kembali dari
mengantar suhu ke pulau tersebut. is telah membunuh dua
orang kakek penghantar itu?"
To Seng-cu manggut-manggut.
"Yaa. aku mengetahui kejadian ini dari cerita engkoh Giok mu tadi, tapi biarpun mereka tidak membunuh kedua
kakek tersebut. akupun yakin mereka tak akan mengirim
beras kepadaku"
"Suhu" teriak Siau thi-gou dengan mata terbelalak
"selama satu tahun. kau makan apa saja " Apakah kau tidak merasa kelaparan?"
To Seng-cu memandang sekejap murid nya yang polos
itu lalu tersenyum ramah dari sakunya dia mengeluarkan
dua biji buah berbentuk merah kekuning kuningan.
kemudian katanya lagi sambil tertawa.
"Anak Gou, coba kau lihat benda apakah itu?"
Hu yong siancu yang melihatnya segera berseru.
"Locianpwe, bukankah itu buah Cu sian ko?"
Mendengar nama Cu-sianko, semua orang segera berseru
kaget, dan bersama-sama datang merubung.
Siau thi gou berlari paling cepat, pertama tama dia
berseru lebih dulu:
"Suhu.. bisa dimakankah buah ini?"
http://kangzusi.com/
Sambil berkata lidahnya segera menjilat bibirnya dengan
wajah rakus. Sekali lagi To Seng-cu tertawa ramah setelah melihat
kejadian itu, sambil menengok semua orang, katanya:
"Tampaknya Gou ji ku ini tak pernah lupa soal makan!"
Kontan saja semua orang tertawa tergelak.
Sedangkan Siau thi gou masih tetap tenang-tenang saja.
sama sekali tidak nampak malu. menanti semua orang
sudah duduk. To Seng cu baru berkata kepada Siau thi gou dengan lembut:
"Suhu merasa sayang untuk makan kedua butir buah ini, karenanya aku selalu menyimpannya di saku...."
"Suhu, tanpa makan, apakah kau tak kelaparan?"
kembali Siau thi gou bertanya dengan penuh perhatian.
To Seng cu segera menggeleng, sahutnya tersenyum,
"Selama berada didalam gua. sepanjang hari aku
mendapat pengaruh dari sari mestika buah Cu sian ko
tersebut, akibatnya aku tidak merasa kelaparan lagi"."
Komandan Nyoo dari pasukan macan kumbang hitam
yang mendengar sampai di situ segera bangkit berdiri dan bertanya dengan hormat:
"Locianpwe konon buah Cu sian ko adalah benda langka yang merupakan mestika bagi umat manusia. tolong tanya
masih ada berapa biji buah Cu sian ko lagi di dalam gua
batu merah tersebut...?"
"Masih ada tiga biji" sahut To Seng cu tanpa ragu, "tapi masih membutuhkan waktu berapa ratus tahun lagi sebelum
dapat menjadi matang ....."
http://kangzusi.com/
Mendengar jawaban ini komandan Nyoo dari pasukan
macan kumbang hitam kelihatan rada kecewa. tapi dia
segera mengiakan dan duduk kembali.
Sementara itu Siau thi gou dengan mata melotot besar
sedang mengawasi buah Cu sian ko itu lekat-lekat, biarpun semua orang sudah duduk kembali ditempat masing-masing, hanya dia seorang masih tetap berdiri dihadapan
To Seng-cu. Ketika komandan Nyoo telah duduk kembali. dia tak
bisa menahan diri lagi dan segera bertanya.
"Suhu. kedua biji buah Cu sian-ko ini hendak kau
berikan kepada siapa" Enci Soat atau engkoh Giok?"
Dengan penuh kasih sayang To Seng-cu membelai
kepala Siau-thi gou, lalu sahutnya sambil tertawa.
"Tenaga dalam yang mereka miliki telah mendapat
kemajuan yang pesat sekali, karena nya mereka tak perlu
makan buah mestika lagi. dua biji Cu sian ko ini. satu
buatmu dan satunya lagi buat murid terkecil Wan san popo yang bernama Gi Hui hong itu."
"Betul" Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai segera mengangguk. "bocah itu memang mempunyai bakat yang bagus untuk belajar silat."
"Itulah sebabnya aku berniat mengajaknya pulang ke
bukit Hoa san...." lanjut To Seng-cu sambil tersenyum.
Mendengar berita ini, semua orang ikut bersyukur dan
gembira atas nasib baik Gi Hui hong.
Dalam pada itu tengah hari sudah lewat, para dayang
kembali mempersiapkan meja perjamuan.
Lan See giok segera menitahkan ke empat komandannya
agar kembali ke kapal masing-masing kemudian http://kangzusi.com/
menitahkan semua kapal perang agar bersiap siap pulang ke telaga Phoa yang, sedang perahu keraton balik kembali ke pulau besar di bagian tengah.
Sudah hampir setahun lebih To Seng-cu tak pernah
makan ikan dan daging, ditambah lagi suguhan ke empat
muda mudi. ia bersantap dengan gembira sekali.
Akhirnya kapal keraton membuang sauh pada jarak tiga
kaki dari pulau besar itu, Lan See giok sekalian minta ikut serta turun ke darat tapi permintaan mereka ditolak semua oleh To seng-cu.
Sebelum melompat ke darat, To Seng cu berpesan
kepada Hu yong siancu sekalian yang menghantar sampai


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di depan perahu.
"Tunggu saja kalian semua di sini, aku hanya pergi
sebentar dan balik kemari lagi"
Tidak nampak gerakan apa yang digunakan, tahu-tahu
saja bayangan manusia berkelebat lewat. bagaikan segulung asap ia sudah melesat kearah istana Tiang siau kiong dan sekejap mata kemudian sudah lenyap dari pandangan mata.
Menyaksikan hal itu, Hu-yong siancu segera berpaling
seraya katanya.
"Tampaknya ilmu silat yang dimiliki Cia locianpwe
benar-benar sudah mencapai tingkatan yang luar biasa."
Lan See giok, Si cay-soat maupun Siau thi-gou merasa
gembira sekali mendengar ucapan ini.
Hu yong siancu tahu bahwa gerakan tubuh To Seng cu
cepat sekali, maka mereka tetap berdiri di ujung geladak sambil meminta kepada Lan See giok menceritakan
pengalamannya ketika mencari To Seng-cu di atas pulau
batu merah. http://kangzusi.com/
Setelah Lan See giok selesai bercerita, beberapa orang
itupun membicarakan kembali masalah sekembali mereka
ke benteng Wi lim poo.
Naga sakti pembalik sungai segera melirik sekejap kearah Siau cian serta Si Cay-soat, kemudian sambil mengelus
jenggotnya dan tersenyum dia berkata.
"Menurut pendapatku, pekerjaan pertama yang harus
kita lakukan sekembalinya ke rumah nanti adalah
melangsungkan perkawinan bagi beberapa orang bocah ini,"
Begitu usul diucapkan. paras muka Lan See-giok segera
berubah menjadi merah padam, sementara Siau cian dan
Cay-soat menundukkan kepala dengan tersipu-sipu. hanya
Siau thi gou seorang yang bertepuk tangan sambil tertawa terbahak bahak:
Dengan cepat Hu yong siancu melirik sekejap kearah
Lan See giok bertiga, kemudian sambil tersenyum ujarnya
dengan bersungguh sungguh.
"Memang akupun berencana melangsungkan upacara
perkawinan ini secepatnya. agar apa yang kuinginkan pun
segera terlaksana."
Me1ihat semua orang membicarakan masalah perkawinan, Cay soat dan Siau cian berlagak mengambek.
padahal dalam hati kecil mereka berdua sangat berharap
mengetahui bagaimanakah mereka akan mengatur perkawinan mereka.
Lan See giok sendiri meskipun turut bergembira hati, tapi dalam benaknya segera muncul bayangan wajah Oh Li cu
yang sebatang kara dan wajahnya telah bercodet itu, tiba-tiba saja ia merasa kalau gadis itu paling mengesankan.
http://kangzusi.com/
Sementara semua orang masih berbincang bincang,
mendadak sepasang mata See giok berkilat, lalu serunya
tertawa. "Bibi, suhu telah kembali!"
Dengan cepat semua orang mendongakkan kepalanya,
benar juga, dari balik pepohonan yang lebat ditengah pulau tersebut muncul setitik bayangan kuning yang meluncur
datang dengan kecepatan bagaikan sambaran kilat.
Melihat hal ini. Hu yong siancu segera berkata sambil
tertawa. "Dia orang tua selain berhati bajik, ketajaman matanya pun mengagumkan, kalau tidak. bakat bagus itu
akan terpendam selamanya ditengah pulau terpencil."
Baru selesai ia berkata, To Seng-cu sambil mengempit Gi
Hui-hong telah melompati pohon liu di sisi pantai seperti seekor rajawali raksasa. kemudian melayang turun ke atas kapal.
Begitu tiba-tiba di geladak kapal, dengan wajah marah
To Seng-cu berseru.
"Untung aku tiba pada saatnya. kalau terlambat
selangkah saja. niscaya bocah ini sudah kehilangan nyawa"
Sembari berkata lantas dia menurunkan Gi Hui hong
yang dikempitnya itu ke atas geladak.
Semua orang merasa terkejut, mereka jumpai rambut Gi
Hui hong amat kusut, mukanya pucat dan matanya basah
oleh air mata. karenanya semua orang sama-sama berpaling kearah To Seng cu dengan pandangan terkejut bercampur
keheranan. To Seng-cu segera berkata lebih jauh.
"Sewaktu aku kesana, rombongan laki perempuan
sedang mengitari sebuah pohon besar, di sekitar pohon
http://kangzusi.com/
telah ditumpuki kayu kering, sedang bocah itu digantung
diatas pohon, si ikan hiu berekor panjang serta dua orang murid preman dari Si-to cinjin sudah bersiap akan
membakar mati Siau hong sebagai hukuman atas perbuatan
membocorkan tempat penyekapan atas diriku di pulau batu
merah" Mendengar kejadian itu Lan See giok amat gusar. segera
serunya dengan cepat:
"Suhu, anak Giok bersedia menghukum kawanan
manusia jahanam tersebut."
To Seng-cu segera mengulapkan tangannya dengan
menyahut agak sedih.
"Kawanan manusia tersebut tak lebih hanya terpengaruh oleh kebuasan dan kekejaman Wan san popo bertiga dihari
hari biasa sehingga lambat laun tertumpuk watak yang buas pada jiwa orang-orang itu. Karena kuatir mereka berbuat
kejahatan lagi di kemudian hari, maka telah kupunahkan
semua kepandaian silat yang mereka miliki, bahkan
menasehati mereka agar hidup aman di pulau itu sebagai
petani biasa. Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai segera
manggut-manggut menyetujui tindakan itu,
Mendadak pada saat itulah Siau thi gou yang berada di
belakang telah berbisik dengan suara hangat.
"Adik kecil ayo turut aku, kau mesti cuci muka dan
menyisir rambutmu lebih dulu"
Ketika semua orang berpaling, tampak Siau thi gou
sedang menarik tangan nona cilik berbaju hijau itu.
Cay soat yang melihat hal ini segera menarik kembali Gi
Hui hong, lalu sambil melotot kearah Siau thi gou serunya:
http://kangzusi.com/
"Kau adalah seorang koko, kenapa sembarangan
menarik tangan adik ini?"
Biasanya Siau thi gou paling takut dengan kakak
seperguruannya ini, tapi kali ini ia justru merasa tak mau kalah, sambil mencibir ia menuding kearah Lan See-giok.
kemudian bantahnya.
"Engkoh Giok juga koko, mengapa dia bo-eh menarik
tanganmu sebagai si adik.."
Begitu ucapan diutarakan. kontan saja semua orang
tertawa terbahak bahak karena kegelian.
Cay soat yang pintar, mimpipun tak menyangka kalau
adik Gou yang polos itu bisa mengucapkan kata-kata
macam begini di depan suhu sekalian. tak ampun mukanya
berubah menjadi merah dadu, saking jengkelnya ia segera
mendepakkan kakinya berulang kali dan lari masuk ke
ruang dalam. Akibatnya gelak tertawa semua orangpun semakin
bertambah keras dan nyaring.
Angin berhembus silir semilir matahari sudah condong
ke langit barat, samudra luas nampak begitu hening seperti sebuah telaga yang dalam.
Ratusan buah kapa1 perang Wi lim poo dengan teratur
dan rapi memasang layar penuh-penuh dan meluncur
memasuki mulut sungai Tiang-kang.
Waktu itu, dalam ruang utama kapal keraton sedang
diselenggarakan sebuah perjamuan yang meriah untuk
perpisahan dengan To Seng cu yang hendak mendarat lebih
dulu. http://kangzusi.com/
To Seng cu duduk dikursi utama dengan wajah riang,
sedang Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai
mendampingi di sisi kiri dan kanannya.
Lan See giok. Ciu Siau cian, Si Cay soat. Siau thi gou
dan Gi Hui hong mengiringi di sekitar meja.
Ketika perjamuan baru berlangsung setengah jalan, Hay
bun, kota dermaga terbesar, dipantai utara sungai tiang-
kang telah muncul di depan mata, di kota inilah To Seng-cu akan mendarat dan pulang ke Hoa san lebih dulu.
Naga sakti pembalik sungai meletakkan kembali cawan
araknya ke atas meja, lalu katanya.
"Locianpwe sudah setahun lebih berdiam di pulau Wan-san. semestinya kau orang tua berdiam beberapa saat dulu di Wi lim-poo. bila perkawinan See giok sudah selesai baru kembali ke puncak Giok li hong "
To Seng-cu segera tersenyum.
"Kini bibit bencana sudah dipunahkan, keputusanku juga
telah mantap, setibanya kembali di puncak Giok li hong,
aku hendak menembusi jalan darah Jin meh dan tok meh di
tubuh Siau thi gou serta Siau hong agar dasar tenaga
dalamnya bertambah sempurna, kemudian tak akan
mencampuri urusan dunia lagi"
Mengambil kesempatan tersebut Hu yong siancu turut
membujuk: "Anak Giok sekalian bisa mencapai keberhasilan seperti hari ini, kesemuanya tak lain merupakan hasil didikan
cianpwe, kalau toh cianpwe berniat mengasingkan diri,
mengapa tidak memberi kesempatan dulu kepada bocah-
bocah ini agar dapat menunjukkan baktinya kepadamu?"
http://kangzusi.com/
To Seng-cu memandang sekejap kearah Lan See giok,
Siau cian dan Cay soat, melihat paras muka mereka diliputi perasaan sedih dan sepasang matanya berkaca kaca, tak
terasa lagi ia tertawa tergelak sambil berkata lagi dengan ramah:
"Perpisahanku
kali ini bukan perpisahan untuk
selamanya, cuma keputusan telah kuambil dan aku tak akan mencampuri urusan dunia lagi, oleh sebab itu aku
memutuskan untuk pulang gunung secepatnya, di kemudian
hari kalian boleh bermain ke bukit Hoa san setiap saat
kalian hendak datang.... "
Kemudian setelah memandang wajah Siau thi gou dan
Siau hong, ia melanjutkan lagi.
"Thi gou dan Siau hong boleh bermain beberapa hari di benteng Wi lim poo lebih dulu bila See giok sudah kawin, kalian boleh kembali ke Hoa san dengan dihantar oleh Lok heng."
Semua orang tahu kalau keputusan yang di ambil To
Seng-cu sudah bulat dan tak mungkin bisa ditahan lagi, tapi karena To Seng-cu mengijinkan mereka naik ke Hoa san
dan menengoknya setiap saat, rasa sedih yang semula
mencekam mereka semuapun sedikit agak mengendor.....
Terutama sekali Siau thi gou, ketika mendengar dia
masih boleh berkumpul lagi dengan engkoh Giok selama
beberapa hari, bocah tersebut menjadi luar biasa
gembiranya. Gi Hui hong dan Siau cian maupun Cay soat meski baru
bertemu belum lama, tapi dasar watak kekanak kanakannya
masih ada diapun berharap bisa bermain beberapa hari lagi dengan encinya yang cantik itu.
http://kangzusi.com/
Pada saat itulah seorang kacung masuk ke dalam
ruangan sambil berkata:
"Lapor pocu, Hay bun telah berada di depan mata."
Mendengar perkataan ini, Lan See giok segera berpaling
dan memandang sekejap kearah To Seng cu dengan
pandangan berat hati .....
To Seng cu sendiri segera mengangkat cawan arak yang
berada didekatnya, kemu-dian berkata sambil tersenyum
ramah. "Semoga kalian semua baik-baik menjaga diri, terimalah salamku lewat secawan arak ini."
Semua orang segera mengangkat cawan dan bersama
sama meneguk habis isinya kemudian setelah meletakkan
cawan ke meja mereka beranjak keluar dari ruangan.
ooo0dw0ooo BAB 39 SEMENTARA itu kapal keraton telah meluncur ke arah
barat kota Hay bun yang ge-lap dari pandangan.
To Seng-cu berpaling dan memandang sekejap ke wajah
semua orang, kemudian ujar nya.
"Perjalanan kalian ke pulau Wan san kali ini pasti sudah menggemparkan seluruh dunia persilatan, sekembalinya ke
telaga Phoa yang, kalianpun harus segera mengasingkan
diri dan melepaskan diri dari keramaian dunia, ketahuilah pohon yang besar mudah memancing datangnya angin,
manusia termasyhur hanya memberi kesulitan bagi diri
sendiri. .."
http://kangzusi.com/
Semua orang berdiri serius sambil mengiakan berulang
kali. To Seng-cu berkata lebih jauh.
"Sejak peristiwa ini, mungkin dunia persilatan akan mengalami ketenangan selama puluhan tahun lamanya,
berhubung kematian dari Wan san popo sekalian, kawanan
manusia laknat lain yang ingin munculkan diri pun pasti
akan mengurungkan pula niatnya, pertikaian antar
perguruan memang tak bisa dihindari, karena itu kuharap
Wi lim poo dengan kekuatan yang dimiliki sekarang harus
bertindak secara bajik dan bijaksana, berbuatlah kemuliaan dan hindari perbuatan maksiat yang terkutuk"
"Anak Giok punya rencana hendak mengembangkan
perikanan di wilayahnya telaga Phoa yang agar kaum
nelayan hidup lebih sejahtera dan pendapatan mereka
meningkat..." ucap See giok pelan.
Dengan gembira To Seng cu manggut-manggut,
kemudian ia berpaling pula ke arah Hu yong siancu sambil katanya: "Han lihiap, setelah ini kaupun boleh pindah ke dalam Wi lim poo, di samping memutuskan hubungan
dengan dunia luar, kaupun dapat mengawasi See giok
sekalian, bagaimanapun
juga mereka masih tetap merupakan kanak-kanak."
"Selama banyak tahun ini boanpwe sudah jemu dengan
keramaian keduniawian", ucap Hu yong siancu dengan
kening berkerut.
"Setiap ada waktu aku selalu pergi ke Kwan im an untuk bersembahyang, maksud boan-pwe jika beberapa orang
bocah ini, sudah menikah maka boanpwe hendak...."
Sebelum Hu yong siancu menyelesaikan kata katanya,
To Seng-cu telah mendongakkan kepalanya dan tertawa
terbahak bahak.
http://kangzusi.com/
See giok maupun Siau cian yang mendengar perkataan
Hu yong siancu tadi justru menunjukkan wajah yang gugup
dan panik, Malah si naga sakti pembalik sungai sendiripun merasa
kejadian ini agak di luar dugaan, karenanya dengan kening berkerut dia awasi wajah Hu yong siancu tanpa berkedip.
To Seng-cu berhenti tertawa, katanya sambil mengelus
jenggot: "Han lihiap pada dasarnya merupakan seorang pendekar kaum wanita, mengapa kali ini justru mengambil langkah
bodoh yang menghilangkan semangat seorang pendekar
sejati" Coba lihatlah sendiri, berapa banyak umat persilatan yang putus asa dan masuk menjadi pendeta, tapi benarkah
mereka peroleh kebebasan". Akhirnya justru penderitaan
dan siksaan yang lebih hebat yang mereka peroleh."
Naga sakti pembalik sungai menyambung pula:


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Menurut pendapatku, sudah seharusnya Han lihiap
menghilangkan ingatan tersebut secepatnya, cepatlah
pindah ke Wi lim poo untuk menemani Lan See giok
sekalian, di kemudian hari kau pun bisa membopong cucu
dan hidup bergembira..."
Berbicara sampai di situ, ia bersama To Seng-cu segera
tertawa terbahak bahak dengan penuh kegembiraan.
Hu yong siancu juga memandang sekejap ke arah Lan
See giok, Siau cian dan Cay soat dengan senyum
kegembiraan. Merah padam selembar wajah See giok, tapi ia merasa
hatinya hangat, sedang Cay soat tertunduk malu, cuma Siau cian yang menunduk dengan wajah merah padam, hati nya
berdebar sangat keras.
http://kangzusi.com/
Sebab dalam satu bulanan lebih ini, dia seperti
merasakan ada sesuatu perubahan pada bagian tertentu
tubuhnya, perubahan ini membuat hatinya tak tenang, di
samping ketidak tenangan terselip pula kebahagiaan dan
penantian. Sementara pembicaraan berlangsung, kapal keraton
sudah berada lima kaki saja dari tepi pantai.
Sedang suasana di pantai amat hening, gelap dan tak
nampak sesosok bayangan manusia pun.
Dengan penuh kasih sayang To Seng-cu memandang
sekejap ke wajah semua orang, kemudian serunya:
"Baik baiklah kalian menjaga diri, sampai jumpa lagi lain kesempatan!"
Dengan suatu gerakan yang cepat ia melejit ke udara dan
langsung melayang ke atas daratan.
See giok, Siau cian, Cay soat, Thi gou dan Siau hong
serentak berlutut di atas tanah sambil berseru:
"Semoga suhu selamat sampai di tempat tujuan."
Hu yong siancu serta Naga Sakti pembalik sungai juga
berseru pula: "Locianpwe harus menjaga diri pula baik-baik, maaf bila boanpwe tak dapat menghantar lebih jauh."
Gelak tertawa yang amat nyaring berkumandang datang
dari atas daratan, kemudian tampak bayangan kuning
berkelebat ke arah barat laut dengan kecepatan bagaikan
sambaran kilat, hanya sekejap mata kemudian bayangan
tubuh itu sudah lenyap dibalik kegelapan.
Sepeninggal To Seng-cu, kapal keratonpun meneruskan
perjalanannya untuk menyusul rombongan kapal lain yang
sudah berangkat lebih dulu.
http://kangzusi.com/
Oleh karena sekembali mereka ke Wi lim poo mereka
hendak melangsungkan perkawinan dari Lan See giok,
maka Hu yong siancu dan naga Sakti pembalik sungai
sering mengadakan pertemuan untuk membicarakan
masalah ini. Cay soat dan Siau cian bersembunyi sepanjang hari
didalam ruang perahu, dalam keadaan begini mereka malah
malu untuk bersua muka dengan Lan See giok.
Siau thi gou yang mendapat teman baru, selain lagi tidur, sepanjang
hari selalu mendampingi Siau hong memperkenalkan pemandangan alam di bukit Hoa san,
memperkenalkan gua cousu nya mereka, memperkenalkan
asal usulnya dan usianya.
Sejak kehadiran Siau hong, Thi gou jauh lebih matang
dan tahu urusan, gerak gerik tingkah lakunya jadi lebih
sopan, dia seakan akan telah berubah menjadi manusia lain.
Hanya Lan See giok seorang yang berubah menjadi
pemurung, seringkali ia berdiri di ujung perahu sampai
berjam-jam lamanya sambil memandangi gulungan ombak
sungai, bukan saja ia sedang memikirkan rencana
membangun perikanan yang baik di telaga Phoa yang,
diapun sedang berpikir bagai-mana caranya mengatasi
masalah tentang Oh Li cu.
Seringkali dia membayangkan kembali pengalamannya
semenjak bersua dengan Oh Li cu untuk pertama kalinya
hingga gadis itu menghantar keberangkatannya ke pulau
Wan san tempo hari.
Ia dapat merasakan bahwa diantara sekian banyak orang,
hanya Oh Li cu yang mengalami perubahan terbesar,
pengalamannya paling tragis dan asal usulnya paling
mengenaskan, ia simpatik kepadanya tapi tidak tahu apa
http://kangzusi.com/
yang mesti diperbuat untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Dia cukup mengerti akan rasa cinta Oh Li cu kepadanya,
karena itu dia merasa tidak boleh menyelenggarakan pesta perkawinannya dengan Siau cian serta Cay sot di-dalam
benteng Wi lim poo, sebab ia merasa tindakan demikian
amat menusuk perasaan Oh Li-cu, Ia bisa melihat betapa
eratnya hubungan Siau cian dengan Cay soat, kedua orang
itu hampir tak pernah berpisah dan saling berhubungan
bagaikan saudara sendiri, namun kedua orang itu belum
pernah menyinggung soal Oh Li cu.
Diapun sering mendengar Hu yong siancu dan naga sakti
pembalik sungai membicarakan masalah perkawinannya,
tapi ke dua orang inipun belum pernah menyinggung soal
Oh Li-cu. Dalam sekejap mata tersebut, dia merasa Oh Li cu
seolah-olah sudah terlupakan sama sekali, diasingkan,
dianak tarikan, ia merasa nasib gadis itu memang terlalu menyedihkan.
Seringkali bila berpikir sampai disini ia bertekad hendak baik-baik merawatnya sikapnya terhadap Oh Li cu seperti
sikap nya terhadap seorang kakak kandung, agar gadis itu ikut bergembira, agar dia tahu kalau dalam dunia ini masih terdapat sedikit kehangatan den kelembutan hidup.....
Setiap kali memikirkan persoalan tersebut, See giok selalu merasakan hatinya berat dan pikiran nya tidak tenang,
maka dia berharap bisa selekasnya kembali ke benteng Wi
lim poo. Dalam perjalanan kembali, rombongan kapal perang itu
bergerak lebih lambat, mereka membutuhkan waktu selama
sepuluh hari untuk tiba di kota Kim leng.
http://kangzusi.com/
Sepuluh hari kemudian rombongan kapal tiba dimulut
telaga, untuk mencapai telaga Phoa yang satu malaman
perjalanan lagi mereka akan tiba di Wi lim poo dengan
selamat. Lan See giok segera teringat kembali dengan peristiwa
penghadangan kapal yang dilakukan si bajing air berbulu
emas tempo hari, karenanya seorang diri dia keluar dari
ruangan. Memandang tanah persawahan yang hijau di sepanjang
pantai, serta angin yang berhembus sepoi-sepoi, pemuda itu merasa hatinya lega dan nyaman.
Mendadak dari balik pohon kecil di tepi pantai kelihatan seekor burung merpati putih berkepala hitam terbang
menuju ke arah selatan....
Satu ingatan segera melintas dalam benak Lan See giok,
dia jumpai merpati itu persis seperti burung merpati dari Wi lim poo, sedang arah yang ditujupun tak lain adalah Wi lim poo.
Menyusul kemudian tampak seorang lelaki berpakaian
ringkas menyelinap dari balik pohon dan kabur menuju ke
arah kota Oh To tin...
Lan See giok merasa tidak habis mengerti, kemudian
menengok sekejap kearah kawanan pengawal di sepanjang
perahu, tapi orang yang itu masih berdiri tenang, seakan akan tidak melihat apa yang terjadi di pantai.
Ia tahu kemampuan yang dimiliki para pengawal itu
masih rendah, sudah barang tentu tak akan mampu melihat
keadaan di pantai tersebut dengan jelas.
Tapi Thi gou dan Siau hong juga sedang berdiri di ujung
perahu, apakah kedua orang ini tidak melihatnya"
http://kangzusi.com/
Dengan penuh kecurigaan pemuda itu segera berpikir,
tapi akhirnya ia tertawa sendiri.
Sudah pasti mata-mata itu sengaja disiapkan Oh Li cu
dengan maksud agar dia mendapat kabar lebih dulu tentang kembalinya rombongan kapal, dengan begitu diapun bisa
membuat penyambutan yang meriah.
Berpikir begitu, rasa harunya terhadap Oh Li cu semakin
bertambah, otomatis pandangan dan sikapnya terhadap
gadis itupun berubah juga.
Keesokan harinya ketika fajar baru saja menyingsing,
padang ilalang ditengah telaga Phoa yang telah muncul
dikejauhan sana.
Dengan membagi diri menjadi empat buah rombongan,
seratus buah kapal perang itu memasuki padang ilalang,
melalui empat arah yang berbeda.
Hu yong siancu, naga sakti pembalik sungai dan Lan See
giok sekalian bersama sama berdiri di ujung geladak, setiap orang membawa perasaan yang berbeda beda, namun ada
satu yang sama yakni kelegaan hati setelah kembali ke
kampung halaman.
Ketika rombongan kapal mulai tiba di tengah padang
ilalang, dari atas benteng ratusan kaki di depan sana
bergema suara tambur dan terompet yang amat keras, para
pengawal mulai bersorak sorai dengan penuh kegembiraan.
Perahu naga emas berdiri di depan pintu benteng,
serombongan dayang berdiri di depan perahu dengan sikap
yang tenang. Cay soat dan Siau cian yang menyaksikan kejadian ini
segera berseru dengan gembira:
http://kangzusi.com/
"Coba lihat, enci Lan telah menanti kedatangan kita di sana..."
Tapi Hu yong siancu dan Lan See giok justru
mengerutkan dahinya rapat-rapat.
Sebab rombongan pelayan yang berdiri di sepanjang
perahu naga emas itu tidak memperlihatkan kegembiraan,
malah bagian tengah rombongan tidak nampak pula Oh Li
cu. Pertama tama Lan gee giok yang tak bisa menahan diri,
ia segera berbisik:
`Bibi, kenapa tidak nampak Be Cui lan berada di atas
perahu tersebut?"
Pertanyaan ini sesungguhnya merupakan pertanyaan
yang hendak diajukan oleh Hu yong siancu kepada Lan See
giok, oleh sebab itu dia segera menggelengkan kepalanya
de-ngan perasaan tidak habis mengerti.
Cay soat dan Siau cian baru terkejut setelah mendengar
perkataan ini, menyusul semakin dekatnya kapal keraton
itu, mereka berdua dapat melihat bahwa di atas perahu
naga emas memang tidak nampak Oh Li cu, karenanya tak
tahan lagi mereka berseru kaget:
"Aaaah, benar, kenapa enci Lan tidak berada di atas perahu ...?"
"Jangan-jangan nona Lan sakit?" kata naga sakti pembalik sungai ragu-ragu.
Lan See giok segera teringat dengan merpati pos yang
dijumpainya kemarin, hatinya bergetar keras, ia tahu pasti ada sesuatu yang tak beres dengan peristiwa itu.
http://kangzusi.com/
Ketika kapal besar tiba di depan pintu benteng, suara
tambur, terompet dan sorak sorai semakin gegap gempita,
perahu naga emas juga pelan-pelan maju menyambut.
Ketika Lan See giok belum juga nampak kehadiran Oh
Li cu, ia segera mengambil kesimpulan kalau Oh Li cu tidak berada di dalam benteng, maka begitu masing-masing
perahu merapat, ia segera menengok ke arah kawanan
dayang tersebut sambit berseru:
"Mengapa nonamu tidak nampak?"
Kawanan dayang tersebut berwajah murung dan sedih,
seorang diantaranya segera maju ke depan dan berlutut
dihadapan Lan See giok, kemudian ujarnya dengan hormat:
"Sejak kemarin malam nona. kami telah pergi
meninggalkan benteng, dia hanya meninggalkan sepucuk
surat yang meminta ke pada budak untuk menyampaikan
sendiri ke pada Han lihiap."
Sambil berkata dia mengeluarkan sepucuk surat dan
segera dipersembahkan ke depan.
Paras muka semua orang berubah hebat setelah
mendengar perkataan itu, Lan See giok dan Hu yong siancu segera melompat, naik ke atas perahu naga emas,
sedangkan Cay soat dan Siau cian juga gelisah, mereka
merasa kalau peristiwa ini benar-benar di luar dugaan.
Cepat-cepat Hu yong siancu menghampiri dayang
tersebut, kemudian menyambut surat tadi dan dibuka
sampulnya, tak tertahankan ia berseru pula dengan gelisah:
"Semalam, siapa yang menghantar nona kalian ke
darat?" Sambil berkata dia menyimpan kembali surat yang telah
terbaca itu ke saku.
http://kangzusi.com/
Lan See giok dan Siau cian sekalian yang menyaksikan,
kejadian ini tak berani lagi menanyakan isi surat tersebut, merekapun tak berani meminta surat tadi untuk diperiksa
isinya. Seorang dayang yang agak dewasa segera menyahut
dengan hormat: "Nona pergi dengan menumpang perahu
naga emas."
"Sekarang kalian segera membawa kami kesana" seru Hu yong siancu gelisah.
Kawanan dayang itu segera mengiakan dan masing-
masing menempati tempat sendiri dan memegang dayung.
Kepada para kepala regu yang berada di atas kapal besar, Lan See giok berseru.
"Kalian segera memberi kabar kepada ke empat
komandan agar membawa kapal masuk ke benteng,
semuanya tukar pakaian dan beristirahat sebelum diselenggarakan perjamuan. "
Selesai berkata dia memberi tanda kepada dayang,
berangkatlah perahu naga emas itu menuju kearah barat
daya. Setelah perahu berangkat, Lan See giok baru kembali ke ruangan dalam, di situ Hu yong siancu sekalian sudah
menempati tempat duduk masing-masing.
Ketika naga Sakti pembalik sungai menyaksikan
beberapa orang muda mudi itu tak berani berbicara,
melainkan mengawasi Hu yong siancu dengan kening
berkerut, segera tanyanya lirih: "Nona Be.."
Hu yong siancu tidak membiarkan naga sakti pembalik
sungai menyelesaikan perkataannya, ia segera memberi
penjelasan: http://kangzusi.com/
"Dia pun hendak menempuh perjalanan bodoh bagi
seorang anggota persilatan."
Dari ucapan tersebut, naga sakti pembalik sungai segera
memahami sesuatu, kejut dan heran ia segera berseru: "Jadi nona Be pun hendak mencukur rambutnya menjadi
pendeta.,..?"
Dengan sedih Hu yong siancu mengang-guk.
Siau cian dan Cay soat segera saling berpandangan


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekejap, sedangkan Lan See giok menunduk sedih, dia tahu apa sebabnya Oh Li cu mengambil keputusan untuk
menempuh perjalanan seperti ini.
Thi gou dan Siau hong duduk di sudut ruangan dengan
termenung, tidak berbicara tidak pula tertawa, sebab
mereka sudah melihat kegelisahan pada wajah orang-orang
dewasa. Hu yong siancu berpaling dan memandang sekejap
keluar jendela, kemudian katanya gelisah: "Hari ini adalah tanggal satu, bila perahu kita dapat bergerak lebih cepat dan tiba sebelum tengah hari, mungkin keadaan belum
terlambat ...."
"Bibi, kita hendak kemana ?" tak tahan See giok bertanya.
"Kuil Kwan im an!"
Mendengar nama tersebut, timbul amarah di dalam dada
pemuda itu, ia segera mendengus berat dan berseru dengan gemas:
"Hmmm, lagi-lagi Kwan im an, hari ini aku pasti akan melepaskan api untuk membakar ludas kuil Kwan im an
yang khusus memancing orang lain untuk menjadi nikou
ini." http://kangzusi.com/
Hu yong siancu benar-benar merasa keheranan, ia tak
mengerti apa sebabnya Lan See giok begitu membenci kuil
Kwan im an karenanya dengan kening berkerut ia segera
bertanya: "Mengapa anak Giok?"
Dihadapkan dengan pertanyaan ini, Lan See giok segera
terbungkam dalam seribu bahasa, dia sendiripun tak bisa
menerangkan apa sebabnya ia bisa berperasaan demikian.
Hanya Siau cian seorang yang mengerti apa sebabnya
Lan See giok begitu gusar, sebab ia pernah memberitahu
kepada See giok bahwa Hu yong siancu sering berkunjung
ke kuil Kwan im an.
Sementara itu perahu naga emas melesat di atas telaga
dengan kecepatan tinggi, perahu nelayan masing-masing
pada menyingkir ke samping sedang nelayannya segera
mengawasi Lan See giok sekalian dengan pandangan mata
terkejut bercampur keheranan.
Pantai barat daya telaga Phoa yang sudah semakin dekat,
sekarang mereka sudah dapat melihat bayangan manusia di
pantai dengan jelas ....
Lan See giok, Si Cay soat, Siau cian, Thi gou dan Siau
hong sudah keluar dari ruangan, Lan See giok melihat
dengan jelas dusun di atas tanggul adalah dusun kecil
tempat kediaman bibi Wan.
Begitu kapal merapat, mereka segera melompat ke darat
dan berlarian ke depan.
Siau cian melompat pula ke darat, lalu bisiknya kepada
Cay soat http://kangzusi.com/
"Untuk memburu waktu, meski kita lewat di depan
rumahku, sayang tak ada kesempatan lagi untuk menengok
ke dalam "
Cay soat tidak berkata apa spa, dia cuma menggelengkan
kepalanya berulang kali.
Tiba di atas tanggul mendadak Lan See giok menjerit
kaget. Semua orang menjadi tertegun, Lan See giok juga tidak
menggubris keheranan orang lain, bagaikan segulung asap
ringan didalam berapa kali lompatan saja ia telah tiba di depan sebuah puing-puing yang berserakan belasan kaki di depan sana.
Dengan cepat Siau cian dapat melihat pula keadaan di
depan mata dengan jelas, ia segera menjerit kaget lalu
bersama Cay soat berlarian ke depan.
Hu yong siancu sendiri, ketika melihat rumah yang telah
didiami selama banyak tahun kini berubah menjadi puing-
puing yang berserakan, hatinya merasa sedih sekali, tapi ia masih tetap melanjutkan langkahnya mengikuti naga sakti
pembalik sungai.
Thi gou serta Siau hong jauh sebelum Siau cian sekalian
tiba ditempat tujuan, dia telah berada di sana.
Menyaksikan bangunan rumahnya telah ludes, bahkan
diantara puing-puing yang berserakan sudah mulai
ditumbuhi rerumputan, saking sedihnya hampir saja air
matanya jatuh bercucuran.
Dalam pada itu, beberapa orang perempuan dusun telah
munculkan diri dan berdiri tak jauh dari situ, ketika Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai mencari
keterangan, barulah diketahui api membakar bangunan
rumah itu secara tiba-tiba kira-kira satu bulan berselang.
http://kangzusi.com/
Mereka berdua dan Lan See giok sekalian segera
menghitung kembali waktunya, dengan cepat mereka sadar,
sudah pasti kebakaran tersebutj merupakan hasil perbuatan dari Say nyoo hui Gi Ci hoa, istri Oh Tin san.
Hu yong siancu merasa tak ada gunanya untuk
memandangi terus rumahnya yang telah berantakan, maka
serunya kemudian
"Mari kita percepat perjalanan, waktu yang tersedia sudah tidak banyak lagi."
Ucapan ini segera menyadarkan kembali Lan See giok
yang dicekam hawa amarah serta Siau cian yang diam-diam
sakit hati, maka dengan membawa rasa sedih yang luar
biasa, tergesa gesa mereka meneruskan perjalanan menuju
ke belakang dusun.
Begitu keluar dari dusun, semua orang ti-dak ambil
perduli masalah lain lagi, agar bisa mencapai kuil Kwan im an
secepat mungkin, masing-masing
pihak segera mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya dan meluncur
kearah hutan di balik bukit pada arah barat daya dusun itu.
Hu yong siancu amat hapal dengan daerah di sana,
karenanya semua orang mengikutinya di belakang nya.
Biarpun Gi Hui hong masih berusia sebelas dua belas
tahunan, namun ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya
tidak kalah dari Siau thi gou.
Setelah menembusi hutan dan bukit yang luasnya
mencapai berapa li, secara lamat-lamat dari kejauhan sana mulai nampak bayangan bangunan rumah.
Sambil berlarian kencang, Hu yang siancu segera
menuding ke depan sambil berseru
"Itulah Kwan im an, kuil kaum nikou yang terbesar
untuk sekitar telaga Phoa yang."
http://kangzusi.com/
Dengan perasaan mendongkol Lan See giok memandang
ke depan, kuil Kwan im an luas nya mencapai ratusan
hektar dengan tiga buah bangunan utama dan dua belas
bangu-nan samping, memang keadaannya nampak keren
dan mentereng. Terdengar Hu yong siancu berkata lagi
"Ketua kuilnya adalah Soat Yu nio yang termasyhur
karena ilmu meringankan tubuh nya dimasa lampau, dia
adalah seorang pendekar wanita yang hebat, sampai waktu
nya kuharap kalian semua bisa sedikit tahu diri."
Belum habis perkataan itu diutarakan, mendadak
terdengar suara lonceng dibunyikan keras-keras.
Paras muka Hu yong siancu segera berubah hebat, ia
bgerseru kaget dan segera mendongakkan kepalanya,
ternyata persis tengah hari. Lan See giok tahu tengah hari sudah tiba, hatinya merasa sedih bercampur gelisah yang
kemudian berubah menjadi kobaran hawa amarah yang
meluap luap. Tak tahan lagi ia segera berpekik nyaring kemudian
dengan mempercepat langkahnya, bagaikan sambaran kilat
langsung meluncur ke arah kuil kwan im an.
Suara pekikan yang begitu keras dan nyaring bergema
hingga menembusi angkasa dimana bayangan biru
berkelebat lewat, daun dan ranting sama-sama bergoncang.... Hu yong siancu. serta naga sakti pembalik sungai cukup
menyadari perasaan Lan See giok waktu itu, apabila
membiarkan dia berlarian dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuhnya, mungkin pada saat ini sudah
Sampai ditempat tujuan.
http://kangzusi.com/
Maka semua orang segera mempercepat gerakan
tubuhnya dengan harapan bisa menyusul Lan See giok,
daripada dalam keadaan pikiran yang kalut, ia melakukan
perbuatan-perbuatan yang sama sekali di luar dugaan.
Tapi bayangan tubuh Lan See giok makin lama semakin
bertambah jauh, dalam waktu singkat telah lenyap di balik hutan lebat di balik bangunan tersebut.
Hanya di dalam sekali pekikan panjang saja, jarak Lan-
See giok dengan Kwan im an tinggal seratus kaki saja.
"Trraaang.......Traaang.."
Bunyi lonceng masih juga berdentang.
"Tuuunnng, tuuuuungg ....."
Suara tambur, dibunyikan bertalu talu...
Dibalik suara lonceng dan tambur, lamat-lamat terselip
pula suara keleningan, bokhi dan suara orang memanjatkan doa, membuat siapapun yang datang dengan napsu,
seketika napsu itu hilang lenyap tak berbekas.
Kobaran hawa amarah yang semula menyelimuti wajah
Lan See giok hampir saja punah dan padam tak berbekas
oleh keadaan serius dan penuh ketenangan ini.
Dalam gerak meluncurnya yang cepat menuju ke
bangunan kuil itu, ia saksikan kuil Kwan im an memang
dibangun sangat kokoh, pintu gerbangnya yang hitam
bergelang emas dihiasi dengan sepasang patung singa
berwarna hijau, tiang penyangga rumah berukirkan naga
dengan enam buah patung malaikat menghiasi di sana sini.
Saat itu pintu gerbang terbuka lebar, di atas pintu
tergantung sebuah papan nama dengan tiga buah huruf
besar yang terbuat dari emas:
"Kwan Im An."
http://kangzusi.com/
Lan See giok langsung menerjang masuk ke dalam kuil,
tapi tanpa sadar ia menghentikan langkahnya diantara
ruang beranda. Ruang utama terdiri dari sebuah bangunan yang megah
dan kokoh, seingat Lan See giok, bangunan ini merupakan
bangunan besar yang paling megah dan pernah disaksikan
selama ini. Lebih kurang sepuluh kaki dari pintu gerbang, masing-
masing terdapat dua buah ruang samping yang dihubungkan satu sama lainnya dengan lorong-lorong yang
terbuat dari batu besar.
Asap dupa telah menyelimuti seluruh ru-ang tengah
waktu itu, di atas altar, tampak patung Kwan Im pousat
dalam ukuran setinggi satu kaki.
Di samping kiri dan kanan meja altar, masing-masing
duduk bersila sepuluh orang nikou setengah umur berjubah merah yang memejamkan mata sambil berdoa.
Di belakang nikou berbaju merah itu berdiri pula ratusan orang nikou berjubah kuning, sedang bagian yang paling
belakang terdiri dari dua ratusan orang nikou berjubah abu-abu, jumlah mereka semua hampir mencapai tiga ratusan
orang. Tepat di bawah meja altar, terdapat seorang perempuan
berjubah abu-abu yang duduk bersila di atas sebuah kasur kuning dengan mata terpejam dan sepasang tangan
dirangkap di depan dada, berhubung rambutnya yang
panjang menutupi bagian wajah nya, maka bagaimanakah
raut muka, perempuan tersebut tidak kelihatan dengan jelas.
Di sisi kiri dan kanan perempuan berambut panjang itu,
masing-masing berdiri seorang nikou kecil berusia tiga
http://kangzusi.com/
empat belas tahunan, di tangan mereka membawa sebuah
nampan kemala..
Pada nampan kemala yang berada di sebelah kiri
terdapat sebuah botol porselen berwarna ungu yang penuh
berisi air suci, sedangkan pada nampan kemala sebelah
kanan terdapat sebilah pisau cukur yang tajam..
Segenap nikou yang hadir di dalam ruangan sama-sama
memejamkan matanya rapat-rapat, mereka tetap berdoa
dengan tenang, terhadap pekikan keras yang menusuk
pendengaran dari Lan See giok tadi, mereka bersikap
seolah-olah tidak merasa.
Dengan wajah termangu Lan See giok berdiri kaku
ditengah lorong, sorot matanya mengawasi seorang
perempuan berambut panjang yang berada di tengah
ruangan dengan pandangan bodoh.
Dari jubah yang begitu lebar dan rambut yang menutupi
wajahnya, ia tak sempat melihat dengan jelas apakah dia
Oh Li cu atau bukan.
Menghadapi suasana semacam ini, biarpun Lan See giok
merasa gelisah namun ia tak berani memasuki ruangan itu
secara sem-barangan, apa lagi menyingkap rambut panjang
perempuan itu serta memeriksa siapa gerangan dia"
Dengan tenang ia berdiri di situ, dengan sabar menanti
sampai kedatangan bibi Wan sekalian....
Pada saat itulah suara keleningan dibunyikan dan suara
sembahyangpun pelan-pelan mereda, serentak semua nikou
yang berada dalam ruangan berpaling dan memandang ke
arah Lan See giok dengan pandangan terkejut bercampur
keheranan. Perempuan berambut panjang yang duduk bersila di
tengah ruangan pun segera mengangkat kepalanya, seakan
http://kangzusi.com/
akan sedang mengawasi Lan See giok yang masih berdiri
dengan wajah murung dan gelisah itu ....
Suara pujian pada sang Buddha tiba-tiba berkumandang
dari belakang ruangan.
Dari belakang meja altar pelan-pelan berjalan ke luar
delapan orang nikou kecil membuat tempat dupa.
Di belakang ke delapan orang itu mengikuti tiga orang
nikou setengah umur berjubah merah yang membawa
keleningan, ada pula yang membawa Ji gi, semuanya
berwajah serius.
Dan pada bagian yang terakhir muncul seorang nikou
muda berwajah cantik yang mengenakan jubah berwarna
kuning emas. Nikou muda tersebut mengenakan kopiah emas dengan
sebutir batu permata merah di bagian tengahnya, dengan


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sorot mata yang jeli ia memandang sekejap kearah Lan See giok yang berdiri di luar ruangan, kemudian langsung
menuju kearah perempuan berambut panjang yang duduk
ditengah ruangan itu.
Dalam pada itu ke delapan nikou cilik tadi sudah
memisahkan diri di kedua belah sisi, ketiga orang nikou
setengah umur berbaju merah itu berdiri dibelakang
perempuan be-rambut panjang. sebaliknya nikou muda
berwajah cantik tadi justru berdiri di samping perempuan berambut panjang itu.
Lan See giok tahu, nikou muda berjubah emas itu
tentulah Soat Yu nio yang dimasa lampau termasyhur
didalam dunia persilatan karena ilmu meringankan
tubuhnya, yaitu teman lama bibi Wan.
http://kangzusi.com/
Teringat bagaimana dia membujuk bibi Wannya agar
mencukur rambut menjadi pendeta. tiba-tiba
saja amarahnya kembali berkobar...
Teringat akan bibi Wan ia menjadi sangat keheranan,
sudah begitu lama ia berdiri menanti mengapa mereka
belum juga menampakkan diri"
Ketika berpaling, dijumpai Hu yong siancu dan naga
sakti pembalik sungai sekalian telah berdiri di luar pintu gerbang dengan sikap tenang dan wajah mereka diliputi
keseriusan. Pada saat inilah mendadak dari arah ruang utama
berkumandang suara pujian kepada sang Buddha.
Menanti Lan See giok berpaling kembali, ia jumpai Soat
Yu nio atau nikou muda berwa-jah cantik itu sudah
mendekati nikou kecil yang membawa air suci, tangannya
yang lentik segera ditutulkan pada air suci tadi. Kemudian ia menghampiri perempuan berambut panjang itu.
mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi dan melentikkan kelima jari tangannya. bagaikan titik air hujan, air suci itu segera membasahi kepala serta dada perempuan berambut
panjang itu. Kemudian alat-alat musik upacara pun dibunyikan
mengiringi pembacaan doa.
Lan See giok tahu. sebentar lagi perempuan berambut
panjang itu akan kehilangan rambutnya dan sepanjang
hidup menjadi pendeta...
Berhubung Hu yong siancu sekalian belum juga masuk
ke dalam, Lan See giok semakin menyimpulkan kalau
perempuan berambut panjang itu bukan Oh Li-cu.
karenanya diapun ingin mengundurkan diri dari kuil,
http://kangzusi.com/
menanti upacara sudah selesai. dia baru akan mencari
persoalan dengan Soat Yu-nio.
Suara keleningan berbunyi lagi memecahkan keheningan
ruangan. Pelan-pelan pembacaan doa mulai mereda, kemudian
suasana di seluruh ruangan pun dicekam dalam keheningan
yang luar biasa.
Melihat hal ini, tanpa terasa Lan See-giok menghentikan
pula langkah tubuhnya yang hendak mengundurkan diri
dari situ. Tampak Soat Yu-nio mendekati kembali nikou kecil
yang membawa baki berisi pisau kecil, kemudian sambil
membawa pisau cukur itu dia kembali lagi kehadapan
perempuan berambut panjang tadi seraya berkata dengan
lembut. "Setelah rambutmu dicukur, maka sepanjang hidup kau akan menjadi pendeta. hidup dan mati sebagai murid
Buddha yang terikat oleh peraturan. kau harus melupakan
segala budi dan dendam. memandang kejayaan kekayaan
dan kemiskinan sebagai asap yang mengangkasa."
Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan wajah serius
dia berkata kembali.
"Sejak kini perasaanmu harus setenang air, sepanjang hidup tak boleh menjadi preman kembali, bersediakah
kau?" Perempuan berambut panjang itu pelan-pelan mengangguk dengan gerakan yang berat.
Soat Yu nio manggut-manggut, kemudian berkata lebih
jauh. http://kangzusi.com/
"Sekarang kuijinkan kepadamu untuk bertemu muka
dengan dunia keramaian sebelum kucukur rambutmu
menjadi gundul, bukalah matamu lebar-lebar, bila saat ini kau merasa menyesal, dipersilahkan segera meninggalkan
kuil ini!"
Sembari berkata dia menyingkap rambut yang menutupi
wajah perempuan tersebut dengan tangan kirinya.
Lan See giok segera dapat menyaksikan raut wajah orang
itu dengan jelas, sekujur badannya gemetar keras, paras
mukanya berubah sangat hebat .....
Ternyata perempuan berambut panjang itu tidak lain
adalah Oh Li cu yang basah wajahnya oleh airmata, tapi
Oh Li cu hanya menggelengkan kepalanya.
Tak terlukiskan rasa terkejut Lan See giok saat itu, dia hampir gila menghadapi kenyataan begini, dengan suara
menggeledek segera bentaknya.
"Jangan ......."
Terdorong oleh luapan emosi, dia sudah melupakan
segala tata krama dan sopan santun lagi. ditengah bentakan keras, bagai-kan segulung asap tubuhnya meluncur ke
dalam ruangan ....
Tampaknya Hu yong siancu sama sekali tidak
menyangka kalau Lan See giok bakal menerjang ke dalam
ruangan secara kasar dan sembrono, menanti die berniat
menghalangi maksudnya, keadaan sudah terlambat.
Serentak semua nikou yang berada di dalam ruangan itu
melompat bangun sambil menjerit kaget.
Beberapa kali bentakan keras bergema memecahkan
keheningan, ketiga nikou setengah umur berjubah merah itu serentak menghadang di depan ruangan, sementara ke
http://kangzusi.com/
enam buah telapak mereka diayunkan bersama ke depan
melepaskan segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat
..... "Minggir...." bagaikan orang kalap Lan See giok segera membentak keras.
Ditengah bentakan, sepasang telapak tangannya melancarkan serangkaian serangan gencar, ditengah
benturan yang nyaring. tahu-tahu tubuhnya sudah
menembus lapisan angin pukulan dari ke tiga nikou
setengah umur itu dan langsung menyerbu ke dalam ruang
utama. Belum pernah ketiga orang nikou setengah umur itu
menyaksikan kepandaian silat semacam ini, serentak
mereka jadi tertegun dan mundur setengah langkah tanpa
terasa. Tubuh See giok meluncur ke depan dengan cepat, begitu
melampaui ketiga orang nikou setengah umur tersebut dia
langsung menyerbu ke ruang altar.
Peristiwa ini kontan saja membuat segenap nikou yang
hadir dalam ruangan sama-sama memperlihatkan rasa kaget
den terkesiap, namun ke delapan nikou kecil memegang
tempat dupa itu justru mengangkat tempat dupa masing-
masing sambil menghadang jalan pergi Lan See giok.
Dalam waktu singkat Lan See giok sudah menerjang
masuk ke ruang tengah, namun setelah menyaksikan patung
di depan altar dan asap dupa yang menyelimuti seluruh
ruangan, pikiran yang sedang kalut tadi seketika menjadi terang kembali.
Tapi begitu menyaksikan Oh Li cu yang masih duduk
bersila dengan air mata bercucuran, kemudian menyaksikan
http://kangzusi.com/
wajah cantik yang dingin kaku dari Soat Yu nio, api
kegusaran yang baru saja padam sekali lagi menggelora.
Tiba-tiba terdengar Soat Yu nio berseru kepada ketiga
orang nikou yang masih berada di ruangan itu:
"Huhoat bertiga, segera kalian usir lelaki kasar ini dari ruangan!"
Ketiga orang nikou setengah umur itu segera mengiakan
dan bersama-sama menghampiri Lan See giok.
Menghadapi keadaan demikian Lan See giok gusar
sekali. dia segera membalikkan badannya lalu dengan
kening berkerut bentak nya keras-keras.
"Jika kalian bertiga berani maju selangkah lagi, akan kubunuh kalian segera!"
Oleh sikap Lan See giok yang begitu garang dan penuh
kewibawaan, kontan saja ketiga nikou tersebut jadi terkejut dan serentak menghentikan langkah mereka.
Sekujur badan Soat Yu nio turut gemetar keras,
wajahnya yang cantik berubah menjadi hijau membesi,
dengan kening berkerut katanya.
"Semenjak memasuki kuilku ini sikapmu sudah kurang
ajar dan tak tahu tata krama, di samping mengganggu
ketenangan, mengacau pula upacara yang sedang kami
selenggarakan, dosamu tak bisa diampuni lagi. Tapi
mengingat kau masih muda dan tak tahu urusan, kuminta
sekarang juga kau tinggalkan, kuil ini dan berbicara bila upacara telah usai nanti ...."
"Tidak bisa!" tukas Lan See giok sebelum pihak lawan menyelesaikan kata katanya.
"Kalau tidak bisa lantas mau apa kau?" seru Soat Yu nio penuh amarah.
http://kangzusi.com/
Sambil menunjuk ke arah Oh Li cu, kata See giok.
"Sekarang juga akan kubawa dia dari tempat ini!"
"Atas kemampuan apa kau hendak mengajaknya pergi
dari sini... ?"
"Dia adalah istriku, tentu saja aku berhak untuk
mengajaknya pergi dari sini."
Oh Li cu yang masing duduk bersila sambil
memejamkan matanya itu segera menutup wajahnya
dengan kedua belah tangan, tubuhnya gemetar keras, ia
mulai menangis tersedu sedu.
Tampaknya Soat Yu nio merasa di luar dugaan akan
jawaban tersebut, tapi ia toh mendesak kembali.
"Siapa yang bisa membuktikan bahwa dia adalah
istrimu.."
"Dua ribu orang anggota Wi lim poo, tiga ratus dua
puluh orang komandan kapten kapal, kepala regu,
semuanya merupakan saksi hidupku..."
Sementara berbicara, dia menyaksikan Hu yang siancu
telah berdiri di luar ruangan, maka sambil menuding ke
depan serunya lagi.
"Masih ada lagi bibi Wan ku itu!"
Dengan wajah murung dan gelisah Hu yong siancu
segera melangkah masuk ke dalam ruangan dan langsung
menghampiri Soat Yu nio lalu setelah memberi hormat
katanya. "Adik Soat aku datang terlambat, hatiku sungguh merasa amat menyesal"
Sebagai seorang pimpinan kuil. biarpun hubungan Soat
Yu nio dengan Hu yong siancu bagaikan kakak beradik,
http://kangzusi.com/
namun di-dalam keadaan demikian dia pun tak ingin
merusak peraturan yang berlaku di dalam kuilnya, maka
dengan cepat dia membalas hormat seraya ujarnya:
"Sekarang upacara telah dimulai, terpaksa pinto harus bekerja menurut peraturan, biar pinni bertanya lagi kepada nona Be...."
Lan See giok tahu, apabila Oh Li cu menganggukkan
kepalanya maka tiada kesempatan lagi baginya untuk
merubah keadaan tersebut, buru serunya kemudian.
"Tidak bisa, tidak bisa, kau tak bisa memenuhi
keinginannya itu...."
Melihat anak muda itu tak tahu diri, Soat Yu nio
membentak lagi dengan mendongkol .
"Kalau tidak menuruti kemauannya, lantas harus
menuruti kemauan siapa?"
Lan See giok tahu bahwa keadaan sudah berkembang
menjadi suasana yang tak enak, maka dia bertekad untuk
bekerja tidak kepalang tanggung. dia berniat akan
mengobrak abrik kuil Kwan-im an tersebut. agar
dikemudikan hari pun Hu yong siancu tidak tergoda
pikirannya untuk mencukur rambut menjadi pendeta.
Berpikir demikian, ia lantas menunjuk pada diri sendiri
sambil menyahut.
"Menurut kemauanku.."
"Kalau menuruti kemauanmu lantas bagai mana?"
bentak Soat Yu nio lagi dengan tubuh gemetar keras,
"Turuti perintahku untuk memberi pakaian preman
kepadanya agar dia bisa bertukar pakaian dan segera pulang bersamaku"
http://kangzusi.com/
Soat Yu nio segera mendongakkan kepala nya dan
tertawa keras penuh amarah,
"Kau anggap Kwan im an adalah rumah makan atau
penginapan yang bisa datang kalau mau datang dan bisa
pergi bila ingin pergi...."
Lan See giok cukup tahu bahwa masalahnya tidak akan
diselesaikan secara mudah. hal mana membuat hatinya
semakin gelisah, sementara dia merasa terdesak dan tak
mampu menjawab, mendadak terdengar siau thi gou yang
berada di luar ruangan telah berteriak keras,
"Engkoh Giok. buat apa kau mesti banyak berbicara
dengannya" Lebih baik kita lepaskan api dan kita bakar kuil Kwan im an ini, coba kita lihat apakah mereka akan
membiarkan enci Lan pergi dari sini atau tidak"
Sambil berkata dia lantas membalikkan badan dan
menuju ke sudut ruangan siap menyulut api.
"Thi gou kembali!" naga sakti pembalik sungai segera membentak keras.
Terpaksa Siau thi gou menghentikan langkahnya. tapi
sama sekali tak berniat untuk balik ke posisi semula.
Tampaknya Si Cay soat juga merasa amat tidak puas
terhadap pemimpin kuil Kwan im an tersebut. sambil
menoleh kearah Thi gou, sengaja dia menyindir.
"Buat apa kau mesti gelisah" Tunggu saja sampai dia enggan melepaskan enci Lan dari sini, saat itulah baru kita bakar kuil nya ini sampai rata dengan tanah."
Mendengar kata-kata tersebut hampir jatuh pingsan Soat
Yu nio saking gusarnya, dia sama sekali tidak menyangka
kalau kawanan anak muda tersebut begitu kurang ajar dan
http://kangzusi.com/
tak tahu peraturan, karena itu timbul niatnya untuk
memberi pelajaran yang setimpal kepada mereka semua,
Sambil tertawa dingin dengan sorot mata yang tajam dia
memandang sekejap kearah Siau cian dan Cay soat sekalian yang berada di luar ruangan, kemudian katanya kepada Lan See giok dengan suara dalam.
"Semenjak kuil kami didirikan dan hingga kini, berlaku peraturan yang berbunyi bahwa jika ada orang yang semula berniat mencu-kur rambut. kemudian mengurungkan
niatnya, maka dia mesti mampu menembusi barisan Sam
cay tin dari ketiga orang pelindung hukum kami?"


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lan See giok tidak membiarkan Soat Yu nio
menyelesaikan kata katanya, setelah tertawa angkuh
serunya. "Jangan lagi baru ketiga orang pelindung hukummu, biar kau sendiri juga tak akan kupandang sebelah matapun
mengerti?"
Soat Yu nio betul-betul amat gusar sehingga badannya
gemetar keras, serunya kemudian dengan gemas.
"Perduli kau akan memandang sebelah mata terhadap
kami atau tidak. pokoknya kau mesti mencoba untuk
menembusi barisan kami ini sebelum dapat mengajak
istrimu pergi meninggalkan tempat ini...".
"Asal kau sudah mempersiapkan diri, tentu akan kuiringi kehendakmu itu" jawab See giok sambil tertawa-angkuh: Soat Yu-nio menganggap sikap See-giok kelewat
sombong dan tekebur, sikap beginilah yang membuatnya
tidak tahan, ia bertekad akan melenyapkan kesombongan
pemuda tersebut. maka setelah mendengus marah katanya,
http://kangzusi.com/
"Hmm. Melihat sikap angkuhmu itu, aku jadi muak,
hati-hati kalau sampai kalah dalam pertarungan nanti..."
"Kalau aku kalah, pasti akan kuhabisi nyawaku sendiri, jadi kau tak usah menguatirkan diriku lagi." tukas sang pemuda ketus.
Mendengar perkataan ini Soat Yu nio segera mengiakan
dengan marah, cahaya emas berkelebat lewat, dia sudah
melompat ke luar dari ruangan tersebut.
Oh Li cu yang selama ini memandang dengan air mata
bercucuran. kontan saja menjerit sambil menangis keras.
"Jangan. jangan, adik Giok, kau tak boleh berbuat
demikian."
"Kalau begitu kau harus menyanggupi permintaanku
untuk segera pulang bersamaku!"
seru See giok memanfaatkan kesempatan ini.
Mendengar seruan mana, sekali lagi Oh Li Cu menutup
mukanya sambil menangis tersedu-sedu.
Dalam pada itu, Soat Yu Nio yang telah berdiri ditengah
halaman setelah memandang kearah See-giok sambil
tertawa dingin, serunya dengan marah,
"Kau tidak usah membuang waktu dengan percuma,
mau pergi dari situ atau tidak, dia tak akan mampu
mengambil keputusan sendiri"
Lan See giok bertambah gusar, tidak nampak gerakan
apa yang telah digunakan olehnya, tahu-tahu diantara
bayangan biru yang berkelebatan lewat, dia sudah tiba di luar ruangan.
Dalam pada itu. ketiga orang nikou setengah umur tadi
sudah berada di luar ruangan. begitu melihat See giok
muncul. mereka segera berkata kepada Soat Yu nio,
http://kangzusi.com/
"Lapor An-cu, biar tecu sekalian dengan barisan Sam cay tin yang membekuk manusia latah ini"
Soat Yu-nio memang ada niat membiarkan ketiga orang
nikou setengah umur itu mencoba kepandaian silat dari See giok lebih dulu. Maka sahutnya sambil manggut-manggut.
"Ehmm cuma kalian mesti berhati hati."
Lan See giok mendengar ucapan mana, kontan saja
mendongakkan kepalanya dan tertawa keras.
"Kalian bertiga yang mencari penyakit buat diri sendiri.
jangan salahkan kalau akupun tak akan memberi muka lagi
kepada kalian bertiga. "
Ketiga orang nikou setengah umur itu membentak
bersama. bayangan merah berkelebat lewat. mereka telah
mengepung Lan See giok ditengah arena,.
Hu yong siancu berdiri seorang diri diatas tangga
ruangan, selama ini dia mencoba ingin berbicara, tapi tiada kesempatan bagi nya untuk turut menimbrung, dia tahu bila ingin mengajak pulang 0h Li cu, hanya jalan semacam
inilah yang dapat ditempuh. Tapi dia dan Soat Yu nio
memiliki hubungan yang sangat erat dalam hubungan
persahabatan, semestinya dia memberi peringatan kepada
rekannya itu agar Soat Yu nio tahu bahwa tenaga dalam
yang dimiliki Lan See giok telah mencapai suatu tingkatan yang luar biasa, namun ia tak pernah memperoleh
kesempatan untuk berbuat demikian.,
Dalam pada itu, ke tiga orang nikou yang berposisi
dalam barisan Sam cay tin telah memuji keagungan sang
Buddha menyusul suara bentakan. serentak tubuh mereka
ber-putar kencang.
Lan See giok tertawa terbahak bahak menghadapi
kejadian seperti ini, ejeknya.
http://kangzusi.com/
"Haahhh...
haaahhhh... haaahhh... dengan mengandalkan barisan semacam ini pun ingin menangkap
aku"!"
Sekali lagi tubuhnya berkelebat lewat, seketika itu juga muncul belasan sosok bayangan manusia berbaju biru yang
beterbangan diantara kurungan ke tiga orang nikou
setengah umur itu seperti kupu-kupu yang sedang menari.
Bila dibandingkan dengan gerakan tubuh ke tiga nikou
setengah umur itu, maka kecepatannya masih beberapa kali lipat lebih hebat.
Ketiga orang nikou setengah umur itu baru terperanjat
setelah menyaksikan kejadian ini. mereka merasakan
pandangan mata nya menjadi kabur, angin serangan yang
tajam menusuk badan. berpuluh puluh bayangan biru itu
berputar kian lama kian bertambah cepat"
Dengan wajah berubah hebat Soat Yu nio segera
membentak keras. "Cepat tahan?"
Lan See giok tertawa terbahak bahak, menirukan logat
Soat Yu nio ejeknya.
"Sekarang mau tahan atau tidak. bukan kau yang berhak untuk memberi perintah."
Bersamaan dengan
selesainya berbicara, gerakan
tubuhnya segera berubah, berpuluh puluh sosok bayangan
biru itu segera berobah menjadi segumpal bayangan pelangi berwarna biru yang melingkari ke tiga orang nikou tersebut.
Ketika ke tiga orang nikou tadi mencoba untuk berputar
terus, tahu-tahu saja pandangan matanya terasa kabur.
angin tajam menderu deru dan keadaannya benar-benar tak
mampu untuk dipertahankan lebih lanjut. Soat Yu nio
benar-benar tertegun, demikian juga ratusan orang nikou
yang berada dalam ruangan utama.
http://kangzusi.com/
Hu yong siancu pun sadar bila keadaan seperti ini
dibiarkan berlangsung terus, sejenak kemudian ketiga orang nikou itu akan kehabisan tenaga dan akhirnya jatuh pingsan.
ooo0dw0ooo BAB 40 SADAR akan keadaan yang kritis, dengan suara dalam
perempuan itu membentak keras.
"Kini barisan Sam cay tin sudah hancur, mengapa kau belum juga menghentikan gerakan tubuhmu"."
Bayangan pelangi biru segera berkelebat lewat, bersamaan dengan menggemanya ucapan mana, Lan See-
giok telah melayang kembali ke depan ruang utama.
Ketiga orang nikou setengah umur itu kontan saja roboh
ke atas tanah dengan wajah pucat pias dan napas terengah-engah, pelan membasahi seluruh tubuh mereka, mata terasa berat dan tak mampu dipentangkan kembali.
Soat Yu nio merasa mendongkol bercampur gusar, dia
tahu nama besarnya akan jatuh pecundang pada hari ini,
tapi ibarat menunggang di punggung harimau. posisi nya
sekarang benar-benar serba susah. mau mundur tak bisa
mau majupun tak dapat, terpaksa dia harus mengeraskan
kepala untuk menghadapi segala sesuatunya. Maka setelah
memandang sekejap kearah ratusan orang nikou didalam
ruangan, sambil menuding ketika nikou setengah umur
yang sudah tergeletak di tanah itu serunya keras.
"Gotong mereka pergi!"
Baru selesai ia berkata, belasan orang nikou berbaju abu-abu telah berlarian menuju ke depan. lalu dengan panik dan
http://kangzusi.com/
gugup mereka gotong ketiga orang nikou setengah umur itu lari masuk lewat pintu samping,
Lan See giok memandang sekejap kearah ketiga orang
nikou yang digotong masuk tersebut, kemudian ditatapnya
wajah Soat Yu nio lekat-lekat sambil jengeknya dingin:
"Sekarang sudah tiba giliran An cu untuk memberi
pelajaran kepadaku!"
"Pinni adalah seorang pemilik kuil, sudah sepantasnya bila tamu yang mengajukan persoalan" jawab Soat Yu nio sambil tertawa keras penuh amarah.
Lan See giok tertawa terbahak bahak.
"Haaahhh... haahhh.. haahh.. kalau memang begitu, biar kumohon pelajaran tentang ilmu meringankan tubuh yang
pernah An cu andalkan untuk menjagoi dunia persilatan
dimasa lampau."
Sekali lagi soat Yu nio mendengus gusar.
"Bagaimana caranya bertanding silahkan kau memberi
petunjuk sedang tentang ilmu meringankan tubuh yang
menjagoi dunia. itu mah hanya pujian dari rekan-rekan
dimasa lalu. belum pernah pinni membanggakan diri
tentang kelebihan semacam ini,"
Satu ingatan segera melintas dalam benak Hu yong
siancu. segera terpikir olehnya suatu cara bertanding yang adil, maka cepat-cepat katanya.
"Berbicara soal ilmu meringankan tubuh, maka yang
menjadi pokok persoalan adalah masalah cepat, kebetulan
sekali musim buah Tho sedang tiba di luar kuil. An cu dan anak Giok boleh masing-masing mengambil sebutir buah
tho, siapa yang tiba di ruangan lebih dulu dialah yang
berhasil unggul!"
http://kangzusi.com/
Tampaknya naga sakti pembalik sungai dapat meraba
maksud hati Hu-yong siancu, maka dia segera menimpali.
"Ucapan Han lihiap benar, cara. demikian memang
terhitung cara yang paling adil"
Soat Yu-nio adalah seorang yang cerdik, tentu saja
diapun tahu bahwa cara tersebut amat menguntungkan
dirinya. karena Hu yong siaucu memang sengaja memberi
kesempatan kepadanya untuk melindungi nama baiknya,
sudah barang tentu diapun tak ingin menolak, namun dia
juga tidak mengangguk sebagai pernyataan persetujuannya.
Kecerdasan Lan See-giok memang jauh melebihi siapa
saja, dia segera berpikir setelah mendengar usul mana.
"Aku tidak hapal dengan keadaan di luar kuil. padahal hutan hijau menyelimuti luar kuil itu. tidak kuketahui hutan buah tho berada dimana dan berjarak berapa jauh.... posisi demikian jelas tidak menguntungkan bagiku"
Namun teringat akan kesulitan yang dihadapi bibinya,
terpaksa diapun mengangguk memberikan persetujuannya.
"Demikianpun ada baiknya juga, tapi aku tidak hapal dengan daerah sekitar tempat ini. aku harus melihat dulu daerahnya dengan diantar satu dua orang siau-suhu
sebelum pertandingan boleh dilakukan....."
Mendengar perkataan tersebut, ratusan nikou yang
berada didalam ruangan jadi tertegun dan saling
berpandangan muka. bahkan Hu yong siancu serta Soat Yu-
nio sendiripun tidak habis mengerti apa maksud tujuan
anak muda tersebut.
Lau See-giok berpaling. dia jumpai diatas ruang tengah
lebih kurang tujuh delapan kaki didepannya sana. telah
berdiri lima orang nikou kecil berusia dua tiga belas
http://kangzusi.com/
tahunan yang sedang melototkan mata mereka yang kecil
mengawasinya dengan kebingungan.
Maka dengan cepat tubuhnya melesat ke depan dan
menghampiri ke lima orang nikou cilik tersebut.
Pada hakekatnya ke lima orang nikou kecil itu tidak
menyangka kalau ada orang akan menerjang ke hadapan
mereka pandangan matanya terasa silau. Angin lembut
berhembus lewat. sebelum mereka sempat berteriak, dua
diantara mereka sudah disambar pemuda itu.
Dengan menggandeng kedua orang nikou cilik tadi,
tanpa menghentikan gerakan tubuhnya Lan See giok
memutar badan dan melayang kembali ke posisi semula,
semua gerakan dilakukan
lambat nampaknya
tapi sesungguhnya cepat sekali.
Tiba kembali pads posisi semula. dia letakkan kedua
orang nikou itu ke tanah, kemudian berkata sambil tertawa.
"Kuminta suhu kecil berdua bertindak sebagai saksi."
Sewaktu pergi dan kemudian kembali Lan See-giok telah
mempergunakan dua macam gerakan tubuh yang berbeda.
ini membuat ratusan orang nikou yang menyaksikan
peristiwa itu semakin termangu.
Soat Yu-nio juga sadar kalau kepandaian silatnya masih
kalah jauh bila dibandingkan dengan pemuda ini. daripada mendapat malu ia berhasrat untuk mengaku kalah dan
membiarkan pemuda itu berlalu sambil membawa
gadisnya, hanya
tidak diketahui olehnya
pemuda darimanakah dia, mengapa memiliki kepandaian silat yang
amat hebat"
Sementara dia masih termenung. tiba-tiba kedengaran
suara teriakan gembira berkumandang dari luar pintu kuil.
http://kangzusi.com/
"An cu, aku datang membawa kabar gembira, Tiga
manusia aneh dari luar lautan telah terbunuh ditangan
pejabat pocu baru dari benteng Wi lim poo"
Ketika semua orang berpaling, tampaklah di muka pintu
telah berdiri seorang kakek berusia tujuh puluh tahunan
yang berambut putih panjang sedang berlarian masuk ke
dalam ruangan. Diatas punggung orang itu tergantung dua buah
bungkusan besar berisi lilin dan hio.
Ratusan orang nikou yang pada dasarnya sudah dibuat
tertegun, kini semakin termangu lagi melihat kemunculan
kakek tersebut, dengan kening berkerut Soat Yu nio
menghampiri kakek itu, kemudian tegurnya,
"Tio Huang, apa yang lagi kau igaukan?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh kakek itu berkata lagi.
"An-cu, kali ini aku Thio Huang bukan lagi mengigau, karena kebanyakan minum arak. berita gembira ini
merupakan suatu kenyataan, pejabat pocu yang baru dari
Wi lim poo telah membacok mampus Wan san popo serta
Si-to cinjin. menghancur lumatkan pula tubuh Lam-bay-
lokoay, sekarang kota Tek an sudah digemparkan oleh
berita besar tersebut, itulah sebabnya aku pulang agak
pagian hari ini. karena aku ingin An-cu mengetahui berita besar ini secepatnya."
Cay soat, Siau cian dan Siau hong yang menyaksikan
kekocakan kakek itu akhirnya tak bisa menahan rasa
gelinya lagi dan segera tertawa cekikikan.
Tio Huang sama sekali tidak menggubris Siau cian


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekalian. sambil tetap memandang kearah Soat Yu nio yang sedang berkerut kening. dia berkata lebih jauh,
http://kangzusi.com/
"An cu. konon Lan See giok si pocu baru itu masih
muda. tampan dan berilmu tinggi. seperti juga jago pedang baju biru dimasa lampau, diapun gemar mengenakan
pakaian biru...."
Mendengar perkataan ini, paras muka Soat Yu nio segera
berubah hebat, keningnya berkerut kencang lalu sambil
mengulapkan tangannya ia berseru dengan suara berat.
"Hmmm, mulutmu bau arak. kalau bukan lagi mengigau
tentu sudah mabok hebat, ayo cepat mundur darisini."
"Baik, baik nona, aku memang amat bodoh" seru Tio Huang sambil manggut-manggut berulang kali. "Tanpa
terasa aku menyinggung lagi soal Koh ya si jago pedang
baju biru sehingga membuat hatimu amat sedih. ..."
Sepasang bibir Soat Yu nio pucat pias, matanya basah
dan tubuhnya gemetar, entah dia lagi sedih ataukah marah"
Sementara itu Siau thi gou telah tertawa terbahak-bahak, sambil menepuk bahu Tio Huang. katanya sambil tertawa:
"Dialah Lan pocu yang kau maksudkan tadi."
Sembari berkata dia lantas menuding ke arah Lan See
giok yang berdiri dengan wajah runyam dan serba salah itu.
Mula-mula Tio Huang agak terkejut. Lalu sambil
memburu ke depan digenggamnya tangan pemuda itu
sambil berseru dengan nada terkejut bercampur girang.
"Aaah. aaah-kau memang sangat hebat.. toa enghiong.
toa enghiong."
Lan See giok tidak membiarkan Tio Huang menyelesaikan kata katanya. sambil menunjuk kedua
bungkusan besar yang menggembol dipunggungnya dia
berkata sambil tertawa:
http://kangzusi.com/
"Kau tentu amat lelah sesudah menempuh perjalanan
jauh, silahkan beristirahat dulu.."
"Haaahhh..haaah.haaahh, kau memang baik orangnya.."
sambil tertawa tergelak Tio Huang manggut-manggut,
Kemudian sambil menggotong kedua buntalan besarnya
dia membalikkan badan dan beranjak pergi.
Pada saat itulah nikou yang berkumpul diatas undak
undakan ruangan telah menyingkir semua ke samping,
kemudian tampak seorang gadis cantik berbaju biru digusur ke luar oleh enam orang nikou setengah umur yang berbaju merah.
Ketika Len See giok sekalian berpaling mereka segera
mengenali orang itu sebagai Oh Li cu yang berwajah
murung dan sudah memakai pakaian preman kembali.
"Enci Lan...." Cay soat dan Siau cian segera bersorak gembira. Di tengah teriakan itu, tubuhnya segera berlarian ke depan..
Dengan pandangan berterima kasih Oh Li cu
memandang sekejap kearah Cay soat dan Siau cian, lalu
didampingi kedua orang itu, mereka langsung menuju
kehadapan Hu yong siancu.
Melihat Oh Li cu telah mengenakan pakaian preman
kembali, Hu yong siancu merasa amat gembira, dengan
senyum di kulum ia segera menyongsong.
Tiba di depan perempuan tadi, Oh Li cu segera jatuhkan
diri berlutut, airmatanya tak tahan lagi jatuh bercucuran,
"Anak bodoh, ayo cepat bangun, setelah berterima kasih kepada An-cu kita harus berangkat," seru Hu yong siancu kemudian sambil tertawa.
http://kangzusi.com/
Oh Li cu mengiakan dan segera memberi hormat kepada
Soat Yu nio... Soat Yu nio balas memberi hormat, lalu kepada ke enam
Orang nikou setengah umur berbaju merah itu tanyanya:
"Apakah kalian setuju kalau nona Be meninggalkan tempat ini?"
Ke empat orang nikou setengah umur berbaju merah itu
bersama sama menyahut, salah seorang diantara mereka
segera men-jawab:
"Lan pocu telah menuruti peraturan dengan berhasil
melewati barisan Sam cay tin dari ketiga orang pelindung hukum sedang nona Be juga bersedia untuk pula dan
berunding dulu dengan suaminya sebelum mengambil
keputusan terakhir, oleh sebab itu dia telah berganti pakaian preman lagi."
Soat Yu nio sebenarnya sudah memahami maksud hati
ke enam rekannya itu, dan saja ia tak dapat mendesak
kepada mereka dihadapan rekan-rekan nikou yang lain
seraya manggut-manggut katanya. kemudian kepada Lan
See giok dengan wajah berseri
"Kalian berdua memang sepasang sejoli yang pantas, ku berharap sekembalinya dari-sini kau bisa merawatnya baik-baik, kalau tidak, bila ia sampai datang kemari lagi, biarpun kau bakar ludas kuil kami, belum tentu dia akan berubah
pikiran." Berhubung Oh Li cu sudah bersedia kembali, Lan See
giok merasa tujuannya telah tercapai, maka katanya
kemudian seraya menjura:
"Terima kasih banyak atas kebaikan An cu."
Hu yong siancu juga segera berkata kepada Soat Yu nio
sambil tertawa:
http://kangzusi.com/
"Semua ongkos pengeluaran atas diselenggarakannya
upacara hari ini akan kubayar semua, sebentar akan
kukirim orang menyampaikan kepada An-cu, disamping
akan kudermakan pula seratus tahil perak, seribu tahil emas dan lima puluh koli kain untuk kalian"
Buru-buru Soat Yu nio sekalian mengucapkan terima
kasih. Hu yong siancu sekalian ingin secepatnya kembali ke Wi
lim poo, maka setelah berpamitan mereka segera menuju ke tepi telaga Phoa yang dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuh masing-masing...
Hu yong siancu dan naga sakti pembalik sungai bergerak
dipaling muka, kemudian disusul Siau cian, Cay soat dan
Oh Li cu, di belakangnya adalah Thi gou dan Siau hong
sedangkan Lan See giok berada dipaling belakang.
Tak lama kemudian mereka sudah tiba kembali di dusun
nelayan kecil itu.
Ketika lewat di depan rumah kediaman Hu yong siancu
yang terbakar, Oh Li cu berpaling kearah Siau cian dan
tanyanya: "Adik Cian, apakah bibi sudah melihat hal ini?"
Siau cian manggut-manggut.
"Yaa, benar-benar tak kusangka Say nyoo hui si rase tua itu betul-betul seorang perempuan yang tak tahu malu."
Oh Li cu menghela napas sedih dan membungkam
dalam seribu bahasa ....
Mereka langsung naik ke perahu naga emas setibanya di
tepi pantai kemudian menitahkan kepada para dayang agar
kembali ke benteng Wi lim poo.
http://kangzusi.com/
Dalam ruang perahu diselenggarakan perjamuan yang
meriah, masing-masing orang berbicara dan bergembira
tiada hentinya.
Oh Li cu sebenarnya sudah bertekad untuk mencukur
rambutnya menjadi pendeta sampai ia menyaksikan Lan
See giok menerjang masuk ke dalam kuil dengan wajah
gelisah, pikirannya baru mengalami perubahan .....
Apa lagi setelah ia mendengar Lan See giok
mengakuinya sebagai istrinya dihadapan umum, hampir
menangis tersedu si nona tersebut saking terharunya, sebab ucapan itu tak pernah disangka sebelumnya ... .
Kini, dia baru tahu bahwa pemuda pujaan hatinya itu
sudah menjadi seorang tokoh persilatan yang nama
besarnya telah menggemparkan seluruh kolong langit.
Ketika tiba kembali di benteng Wi lim poo, suasana
dalam benteng tersebut terang benderang bermandikan
cahaya, di sana sini kedengaran orang sedang berbincang
bincang sambil tertawa gembira.
Ketika perahu naga emas telah tiba di benteng bagian
dalam, Lan See giok sekalian segera merasakan pandangan
matanya menjadi silau....
Suasana terang benderang bermandikan cahaya, penjagaan amat ketat tapi semuanya bersih dan rapi.
Yang membuat Lan See giok tertegun adalah pintu
gerbang gedung kediaman Oh Tin san yang terbuka lebar,
cahaya lentera menerangi semua tempat, malah dari dalam
gedung telah muncul segerombol dayang yang menyambut
kedatangan mereka di depan pintu.
Pikiran dan perasaan Oh Li cu saat ini jauh lebih cerah
dan gembira, melihat semua orang tertegun bercampur
keheranan, sambil tertawa kata kemudian:
http://kangzusi.com/
"Bibi, Thio lo enghiong, oleh karena anak Lan telah bertekad akan mencukur rambut menjadi nikou, maka
sebelum meninggalkan benteng ini, anak Lan telah
memimpin segenap dayang untuk melakukan pembersihan
atas semua gedung bagian belakang .......
Mendengar perkataan tersebut, Hu yong siancu sekalian
seperti memahami akan sesuatu, tanpa terasa mereka
berpaling dan memandang sekejap keluar perahu.
Terdengar Oh Li cu berkata lebih jauh.
"Pagoda air kupersiapkan bagi adik Giok untuk
membaca dan mengasingkan diri, ruang tengah buat bibi,
ruang kanan buat adik Soat sedangkan ruang yang sekarang anak Lan tempati kuberikan untuk adik Cian..."
Cay soat yang menyaksikan Oh Li cu dapat menyusun
semua perencanaan dengan matang, hati kecilnya merasa
amat gembira, tanpa terasa ia berseru sambil tertawa
cekikikan: "Enci Lan, bagaimana dengan kau sendiri?"
Agak memerah selembar wajah Oh Li cu, baru saja dia
hendak mengatakan sesuatu, Hu yong siancu telah berkata
pula sambil tertawa ramah:
"Aku sudah tua, sudah sepantasnya jika kucari sebuah gedung kecil yang terpencil untuk meneruskan hari tuaku, biar gedung tengah ditempati oleh anak Lan!"
Siau cian seperti teringat akan sesuatu, tanpa sadar ia
berseru: "Aaah, bukankah gedung bagian tengah terdapat ruang rahasia yang merupakan kuburan Phoa yang ong?"
Sambil tertawa Oh Li cu segera menggelengkan
kepalanya berulang kali, ucapnya:
http://kangzusi.com/
"Aaah, itu cuma bohong-bohongan saja..."
Tergerak hati See giok dan Siau cian, serentak mereka
bertanya bersama:
"Apakah enci Lan telah memeriksa dengan seksama?"
Oh Li cu tersenyum dan manggut-manggut:
"Sebentar pasti akan ku ajak bibi sekalian untuk melihat lihat dengan lebih seksama..."
Belum selesai ia berkata, perahu naga emas telah
bersandar di atas tanggul kanan, maka semua orang pun
turun dari perahu itu.
Ketika para dayang melihat nona mereka muncul dari
atas perahu naga emas, kejut dan gembira menyelimuti
perasaan mereka semua, serentak mereka berdatangan
untuk memberi hormat kepada Hu yong siancu dan Lan
See giok. Setelah maju ke dalam ruangan, suasana di ruang depan terasa terang benderang bermandikan cahaya, aneka
bunga menghiasi sepanjang beranda, suasana lebih rapi,
bersih dan menarik hati. Si Naga sakti pembalik sungai
yang menjumpai keadaan tersebut tanpa terasa tertawa
riang, pujinya cepat:
"Kalau kulihat keadaan dan dekorasi ruangan ini, bisa kubayangkan berapa banyak pikiran dan tenaga yang telah
dikorbankan" kata naga sakti pembalik sungai.
Oh Li cu berpaling dan tersenyum lebih dulu kepada
naga sakti pembalik sungai dengan penuh rasa terima kasih, lalu sambil menunjuk kearah sebuah lukisan pemandangan
yang besar, katanya kepada Hu yong siancu sekalian: "Bibi, bagaimana kalau sekarang juga anak Lan mengajak kau dan
Thio lo enghiong sekalian masuk ke dalam untuk melihat
lihat ....?"
http://kangzusi.com/
Hu Yong siancu tersenyum dan manggut-manggut, Cay
soat dan Siau cian segera berteriak pula minta ikut. maka Oh Li cu menuju ke belakang kursi utama, menekan sebuah
batu bata yang berada diatas dinding dan diiringi suara, gemerincingan nyaring dinding tersebut bergeser ke
samping. Terbukalah sebuah pintu rahasia dibekas tempat
penggantungan lukisan pemandangan tadi.
Setelah pintu terbuka lebar, Oh Li cu memerintahkan ke
empat dayangnya untuk berjalan dimuka sambil membawa
lentera. Hu yong siancu mengikuti dibelakangnya, di susul naga
sakti pembalik sungai sekalian.
Berhubung di depan ada empat orang dayang yang
membawa lentera, maka semua pemandangan didalam
lorong rahasia tersebut dapat terlihat dengan jelas.
Tujuh delapan kaki kemudian terdapat pula sebuah
pintu, cuma pintu itu sudah kunci oleh Oh Li cu.
Ketika pintu tadi sudah terbuka, di sisi kiri dan kanan
masing-masing terdapat sebuah jalan bercabang, yang belok ke kanan berjalan datar sedangkan yang ke kiri. berundak-undakan dan liku-liku penuh tangga.
Sambil menunjuk kearah jalan yang berada di sebelah
kiri, Oh Li cu berkata lagi:
"Lorong ini sangat dalam melalui bawah air dan
mencapai pagoda diatas air tersebut."
Hu yong siancu sekalian tidak berkata apa-apa, mereka
cuma manggut-manggut belaka.
Berangkatlah mereka menuju ke lorong se belah kanan,
dimana lorong tersebut makin lama semakin, bertambah
http://kangzusi.com/
lebar, kemudian tibalah di depan sebuah pintu berbentuk
bulat. Dibalik pintu adalah sebuah ruang tamu berbentuk bulat
pula, semua perabotannya baru sedangkan batu nisan besar diatas dinding telah ditutup tirai.
"Adik Giok dan adik Cian kurang memperhatikan
kuburan palsu ini ketika datang tempo hari, padahal yang dicari oleh Thi Wi kang maupun Be Siong-pak dalam
beberapa kali penyusupannya adalah harta karun yang
berada didalam kuburan palsu ini."
Semua orang berseru tertahan setelah mendengar
perkataan ini, tanpa terasa sorot mata mereka bersama
sama dialihkan kearah tirai diatas dinding itu.
Dalam pada itu, ke empat orang dayang tadi sudah
menyulut banyak sekali lampu lentera sehingga suasana di dalam ruangan menjadi terang benderang.
Sambil menunjuk sebuah pintu kecil di sebelah kiri, Oh
Li-cu bertanya lagi:
"Sewaktu adik Giok dan adik Cian bertemu dengan Be
Siong pak malam itu, apakah dia muncul dari balik pintu
kecil ini?"
"Benar" sahut See giok berdua sambil mengangguk, "dia muncul dari lorong sebelah kanan,"
Sambil menuding pintu kecil sebelah kiri, kembali Oh Li
cu berkata: "Dibalik pintu kecil ini terdapat banyak sekali lorong-lorong yang bercabang kian ke mari, dari sini orang dapat mencapai semua kamar yang berada di pelbagai gedung."
Tergerak hati Lan See giok setelah mendengar penjelasan
ini, seperti memahami akan sesuatu, ia lantas berseru:


Anak Harimau Karya Siau Siau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://kangzusi.com/
"Tak aneh kalau Oh Tin san melarang orang lain
memasuki gedung bagian belakang, mungkin inilah yang
menjadi alasannya. "
Sedangkan si naga Sakti pembalik sungai segera bertanya
dengan nada tak mengerti.
"Kalau memang lorong ini berhubung dengan berbagai
kamar di gedung belakang mengapa Be Siong pak dan Thio
Wi kang harus masuk dari gedung bagian depan?"
"Karena tombol rahasia dari berbagai kamar ruang
gedung sudah dirusak oleh Oh Tin San, dengan demikian
orang tak bisa sampai di tempat ini tanpa melalui pintu
utama." "Enci Lan, sebenarnya barang apa saja yang tersimpan di dalam kuburan palsu ini," Cay soat tak sabar.
"Waah, banyak sekali!" sahut Oh Li sambil tertawa misterius.
Berbicara sampai di situ dia menuju depan tiang batu
sebelah kanan yang berukiran seekor naga, kemudian
menekan mata naga tersebut kuat-kuat, dari balik tiang
segera berkumandang suara gemerincing nyaring dan
menyusul kemudian seluruh ruangan turut bergetar keras
....,. Ketika suara nyaring tadi telah mereda, buru-buru Oh Li
cu berjalan menuju ke depan tirai tadi dan menyingkapnya, batu nisan telah lenyap sedang di atas dinding muncul pula sebuah pintu besi yang amat besar.
Dengan pandangan mata penuh rasa cinta. Oh Li cu
memandang sekejap ke arah See giok, kemudian ujarnya
sambil tersenyum.
http://kangzusi.com/
"Adik Giok, sekarang harap kau mendorong pintu ini
dengan sekuat tenaga!"
Sambil tersenyum Lan See giok mengiakan lalu menuju
ke depan pintu dan mendorong-nya dengan mengerahkan
tenaga dalam, pintu baja tadi segera terpentang lebar.
Dibalik pintu terdapat anak tangga yang menjorok ke
bawah, dipimpin oleh Oh Li cu semua orang berbondong
bondong masuk ke balik pintu tadi.
Di ujung tangga terdapat lagi sebuah tirai yang tebal lagi berat, setelah Oh Lien menyingkap tirai tersebut, serentetan cahaya tajam segera memancar keluar yang membuat
pandangan semua orang menjadi silau.
Ternyata di balik tirai tebal itu adalah sebuah ruang batu yang lebarnya tiga kaki, langit-langit ruangan beserta ujung dan tengah ruangan masing-masing terdapat sebiji batu
permata yang amat besar memancarkan sinar terang,
sedangkan di atas lantai terdapat puluhan buah peti besi yang besar.
Siau thi gou sudah tidak dapat menahan diri lagi, cepat-
cepat dia menghampiri salah satu peti itu dan membukanya.
Apa yang kemudian terlihat kontan saja membuat semua
orang tertegun, ternyata isi peti adalah intan permata dan mutu manikam yang tak terkirakan banyaknya.
Dengan kening berkerut Hu yong siancu segera berkata:
"Aku dengar setiap tahun Phoa yang ong keluar lautan tempo dulu, jarang sekali ada yang tahu dia pergi ke mana, kalau dilihat dari hasil kekayaannya sekarang, bisa jadi dia menuju ke samudra jauh untuk merampok dan merompak
barang-barang milik saudagar kaya dari beberapa negara."
http://kangzusi.com/
Naga sakti Pembalik sungai manggut-manggut berulang
kali. "Dugaan lihiap memang kemungkinan besar benar,
menurut hasil yang diperoleh pihak Wi lim poo di dalam
praktek mereka menarik pajak kaum nelayan, mustahil hasil pajak tersebut dapat mengumpulkan harta kekayaan yang
begini besar."
Dalam pada itu Siau thi gou telah membuka, pula dua
peti yang lain tapi isinya sama, yaitu mutu manikam dan
intan permata yang tak ternilai harganya.
Mendadak terdengar Siau hong bersorak gembira:
"Engkoh Giok, di sini terdapat sebilah pedang pendek!"
Ketika mendengar perkataan tersebut, semua orang
segera berpaling, ternyata Siau hong berhasil mendapatkan sebilah pedang pendek yang bertaburkan intan permata dari balik sebuah peti yang terletak di sudut ruang batu itu, dia sedang memandang kemari dengan wajah terkejut
bercampur gembira.
Berkilat sepasang mata See giok menyaksikan kejadian
ini, buru-buru serunya:
"Adik kecil, bawa kemari pedang tersebut dan
perlihatkan kepada bibi...."
Siau hong segera berlarian menuju ke depan Hu yong
siancu dan menyerahkan pedang tadi.
Setelah Hu Yong siancu menerima pedang tersebut, naga
sakti pembalik sungai dan Lan See giok sekalian segera
datang merubung.
Pedang pendek itu panjangnya itu satu depa delapan
inci, di gagang maupun sarung pedangnya bertaburan batu
http://kangzusi.com/
permata yang besar kecil tak menentu dengan aneka warna, tampak nya benda itu bernilai amat tinggi ....
Lama sekali Hu yong siancu mengamati gagang pedang
tadi, kemudian ia baru berseru:
"Oooh, pedang irni adalah Ya soat kiam!"
Naga sakti pembalik sungai serta Lan See giok sekalian
menjadi tertegun oleh sebutan itu, sebab tiada orang yang tahu asal usul dari pedang tersebut.
Ketika Hu yong siancu menekan sebuah tombol pedang
tadi segera lolos dari sarungnya dengan memercikkan
cahaya yang menyilaukan mata, sinarnya begitu tajam
hingga terasa menusuk pandangan.
Bukan begitu saja, terutama hawa dingin yang menyayat
Raja Naga 7 Bintang 4 Balada Pendekar Kelana Karya Tabib Gila Panji Wulung 13
^