Pencarian

Persekutuan Pedang Sakti 13

Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong Bagian 13


"Kalau ingin membunuh, bunuhlah aku segera!" seru Liong Hiang kun sambil manangis, "Dalam kenyataan aku telah mencuri obat penawar racun itu dengan menyerempet bahaya, kalau toh kalian tidak percaya yaa sudahlah, bagaimanapun juga aku memang sudah tak ingin hidup lagi!"
Begitu selesai berkata, ia segera membusungkan dadanya dan benar-benar menapaki ujung pedang dari Lak jiu im eng Thio Man itu dengan badan sendiri.
Liu Leng poo agaknya berpendapat lain, dari pembicaraan gadis itu secara lamat lamat dia telah menduga bahwa dibalik peristiwa itu mungkin terdapat rahasia lain, karena itu cepat-cepat serunya kepada Thio Man.
"Adik dari keluarga Thio, tarik dulu pedangmu, aku percaya pada Liong memang mempunyai maksud tujuan yang baik!"
Kemudian sambil berpaling lagi ke arah Liong Hiang kun, kembali dia berkata:
"Walaupun obat penawar racun yang nona bawa telah ditipu orang serta berubah menjadi racun, namun aku dapat melihat bahwa nona benar-benar berniat menolong saudara Wi. Nah, sebagaimana perjanjian kita tadi, asal kau
bersedia menjawab tiga buah pertanyaanku. Aku tetap akan membebaskan kau pergi dari sini."
"Sekalipun kalian membebaskan aku, toh aku pun tak bisa pulang lagi, apa yang ingin kau tanyakan segeralah diajukan." seru Liong Hiang kun dengan air mata bercucuran.
"Nona adalah putri Liong Cay thian, juga merupakan Tok seh siacu, masa ada orang yang dapat menyusahkan dirimu?".
"Ayahku yang menyuruh aku berperan sebagai Tok seh siacu, dulu memang demikian tapi sekarang tidak lagi"
"Lantas siapa yang memegang peranan itu?" tanya Liu Leng poo lebih jauh.
Liong Hiang kun kelihatan agak ragu, dia menggigit bibirnya kencang-kencang, agaknya ada suatu hal yang sulit baginya untuk di utarakan keluar.
Tapi selang berapa saat kemudian agaknya nona itu telah mengambil keputusan, sambil mengangkat kepala katanya,
"Tempat ini merupakan selat Tok seh sia baru, dibangun ayah secara rahasia sejak sepuluh tahun berselang, selama ini aku hanya pernah mendengar ayah menyinggung soal itu, namun belum pernah datang mengunjunginya. Baru hari ini ayah mengajakku datang kemari, dan saat itu pula aku baru tahu kalau selat Tok seh sia baru ini di pimpin oleh nyonya siacu yang muda lagi cantik."
Semua orang sudah tahu kalau Tok seh siacu adalah Liong Hiang kun, sedangkan Liong Hiang kun adalah seorang gadis, sudah barang tentu tak mungkin mempunyai nyonya, tapi kini ternyata muncul seorang nyonya siacu.
Setelah mendengar perkataan dari Liong Hiang kun ini, semua orang baru tahu, ternyata Tok seh sia yang baru ini merupakan tempat Liong cay thian menyembunyikan istri barunya.
Tiba-tiba muncul perasaan benci dan gusar di wajah Liong Hiang kun. Katanya tiba-tiba dengan perasaan benci.
"Perempuan itu telah menggunakan kecantikan wajahnya untuk memikat ayahku."
"Apakah dia adalah anggota perguruan dari Kiu siang loyau?" tanya Liu Leng poo.
"Entahlah, ketika aku datang kesana dengan peranan sebagai Tok seh siacu hari ini, siluman perempuan itu telah memancingku memasuki sebuah ruangan rahaisa, dia memerintahkanku untuk melepaskan dandanan Tok seh siacu tersebut."
"Mula-mula aku tak mau, ketika kemudian dia memberitahukan kepadaku bahwa ayah sudah terkena racun kejinya, terpaksa aku pun menyerahkan dandanan Tok seh siacu tersebut kepadanya, karena dengan begitu nyawa kami ayah dan anak baru bisa diselamatkan, terdesak dalam keadaan tak berdaya, terpaksa akupun serahkan topeng serta pakaian tersebut kepadanya."
"Apakah waktu itu dia tidak menyusahkan dirimu?"
tanya Liu Leng poo kemudian.
"Tidak, dia hanya mengurungku didalam sebuah ruangan batu serta melarangku keluar! Ia tidak mengijinkan aku berjumpa dengan ayah, hingga menjelang malam tadi dia mengundangku menghadap dan memerintahkan aku memakai topeng serta pakaian dari Ban kiam hweecu itu untuk berperan sebagai Ban kiam hweecu."
"Tahukah nona bagaimana keadaan Kiamcu?" tanya Ma koan tojin dengan perasaan cemas.
"Aku tidak waktu itu aku hanya mendengar dia berkata bahwa ada sekelompok manusia yang telah ditotok dibagian jalan darahnya oleh ilmu Ciang Liong ci sehingga pikiran dan kesadarannya terganggu, dia menitahkan kepadaku untuk memimpin mereka menghadapi orang-orang Thian sat bun, diapun memberitahukan kepadaku bahwa ada sekelompok orang, termasuk Wi siauhiap telah ditahan oleh pihak Thian sat bun."
"Lantas obat penawar racun itu kau peroleh dari mana?"
"Pada saat itulah tiba-tiba ada orang yang datang melaporkan tentang perkembangan situasi terakhir, ketika mendengar laporan tersebut tergesa-gesa dia pergi dari sana, aku pun lantas berpikir, ayah yang terkena racun kejinya harus ditolong, siapa tahu kalau didalam kamar itu terdapat obat penawar racunnya. Dalam pencarian yang dilakukan dengan tergesa-gesa ini aku berhasil menjumpai sebuah botol dengan label yang bertuliskan obat penawar racun dari Ciang liong ci. Teringat bahwa Wi siauhiap memang terluka oleh ilmu totokan Ciang liong ci, maka obat itupun kucuri."
Ketika berbicara sampai disini, sepasang pipinya berubah menjadi semu marah.
Liu leng poo memandang sekejab kearah Kam liu cu, kemudian ujarnya,
"Kalau didengar dari keterangan nona ini, tampaknya dewasa ini seluruh selat Tok seh sia telah dikuasahi oleh Kiu siang popo si siluman tua itu."
Kakek Ou menggaruk-garuk kepalanya sambil berkata pula,
"Entah kepandaian silat macam apakah Ciang Liong ci itu" Aaaii... Seandainya majikan kami berada disini, kemungkinan besar dia dapat mencarikan cara pertolongan yang tepat.."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba terdengar suara bentakan nyaring berkumandang datang dari luar gua, disusul kemudian terdengar suara sahutan seseorang yagn merdu bergema tiba.
"Hey, aku yang datang! kalian cepat menyingkir!"
Dengan perasaan terkejut kakek Ou segera berseru,
"Aahh... nona kami datang.."
Tampak sesosok bayangan manusia yang kecil mungil menyelinap masuk dengan cepat. Orang itu bukan lain adalah So Siau hui, begitu masuk kedalam gua, sambil memegangi dadanya dia berdiri dengan napas tersengal.
Melihat keadaan dari So siau hui, dengan perasaan terkejut kakek Ou segera berseru,
"Nona, mengapa kau?"
So Siau hui segera menenangkan hatinya sambil membereskan rambutnya yang kusut, kemudian katanya sambil tertawa.
"Aku tidak apa-apa, hanya kelelahan karena harus berlari kencang..."
Apabila dilihat dari caranya berbicara maupun tindak tanduknya, Liu leng poo merasa nona ini sehat dan segar bugar, namun berhubung nona tersebut baru datang dari selat tok seh sia, tak urung timbul juga perasaan was was didalam hatinya, pelan-pelan dia maju menghampirinya lalu berkata,
"Adik dari keluarga So, duduklah dulu untuk beristirahat."
"Tidak usah, aku sudah merasa agak baikan." sahut So Siau hui dengan cepat.
Dengan mata terbelalak lebar-lebar cepat-cepat kakek Ou bertanya lagi.
"Nona, bagaimana caramu melarikan diri dari pengawasan mereka?"
"Empek Ou, bukannya kau tidak tahu, ayahku sudah mengajarkan ilmu memindahkan jalan darah kepadaku"
Bagaimana mungkin mereka dapat menotok jalan daraku"
Sore tadi kami terjebak didalam perangkap mereka. Ketika kulihat Wi siauhiap tertawan maka akupun sengaja membiarkan diriku ikut tertawan juga."
"Mula-mula aku bermaksud menunggu kesempatan untuk membebaskan jalan darah Wi siauhiap yang tertotok, siapa tahu mereka telah menyekapku kedalam sebuah ruangan batu yang berbeda, maka secara diam-diam akupun melarikan diri dari sana."
Liu Leng poo merasa penuturan nona itu terlalu ringkas dan sederhana, maka tak tahan dia segera bertanya lagi,
"Apakah tidak ada yang mengejar dirimu?"
"Ruangan batu tersebut dilengkapi dengan alat rahasia, didalam anggapan mereka orang yang sudah dikurung dalam ruangan tersebut tak nanti bisa meloloskan diri, oleh sebab itu merekapun tidak menempatkan penjaga disekitarnya."
"Siapa tahu semua alat rahasia yang mereka gunakan merupakan alat rahasia yang berhasil dicurinya dari Lam hay kami, dengan sendirinya dengan mudah dan leluasa
kau berhasil melarikan diri, hanya saja sepanjang jalan mesti lari terus, aku jadi kehabisan napas dan kelelahan."
"Jadi kau mengenali betul semua alat rahasia yang mereka gunakan?" tanya Liu leng poo.
"Sekalipun mereka lakukan juga pelbagai perubahan disana sini, tapi yang kuketahui mencapai enam tujuh puluh persen."
"Itu sudah lebih dari cukup, sayang sekali begini banyak orang orang kita yang berada dalam keadaan tidak sadar.
Kalau tidak, kita bisa secara langsung menyerbu ke sarang mereka!"
"Aku rasa kita cukup meninggalkan sebagian kekuatan untuk berjaga-jaga ditempat ini, aku memang ingin sekali bertarung melawan Kiu siang poo tersebut!" seru kakek Ou
"Agaknya selat Tok seh sia baru ini dipimpin oleh anak buahnya, Kiu siang poo pribadi belum tentu berada disini."
ucap Kam Liu cu pula dengan cepat.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba dari mulut gua terdengar suara mencicit yang tinggi melengking dan pelan bergema tiba, menyusul kemudian tampak sesosok bayangan manusia menyelinap masuk dengan kecepatan bagaikan hembusan angin.
Orang itu muncul tanpa menimbulkan sedikit suarapun dan nyatanya berhasil mengelabuhi keenam belas orang jago pedang berpita hijau yang berjaga-jaga diluar gua.
Liu Leng poo segera merasakan sesuatu, tiba-tiba dia membalikkan badan seraya membentak;
"Hey, siapa yang berani menyelundup masuk sedalam gua?"
Sambil berkata dia mengayunkan telapak tangannya melepaskan sebuah bacokan kilat kearah orang itu.
Cepat-cepat Kam Liu cu berseru keras,
"Ji sumoay, jangan bertindak gegabah!"
"Blaaammmm.,!"
Benturan keras bergema memecahkan keheningan.
Angin pukulan yang bersarang di atas batuan cadas itu mengakibatkan hancuran batu beterbangan keempat penjuru.
Dengan suatu gerakan yang sangat ringan orang itu menyelinap kesamping lalu menggoyangkan tangannya berulang kali sambil berseru diiringi suara tertawa rendah:
"Liu lihiap, jangan menyerang dulu, aku adalah Thio Khing!"
Sekarang semua orang baru dapat melihat dengan jelas bahwa orang itu adalah seorang kakek berbaju abu-abu yang berkepala botak, dagu lancip, mata besar serta kumis tipis, mukanya kelihatan aneh sekali, dia tak lain adalah si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing.
Liu Leng poo tidak kenal orang tersebut tapi mengingat orang itu bisa mengelabuhi keenam belas orang jago pedang berpita hijau yang berjaga diluar gua, ia sadar bahwa orang ini bukan manusia sembarasgan.
Maka dengan suara dingin segera bentaknya,
"Siapakah anda?"
Kam Liu cu yang berada di sampingnya cepat cepat menjelaskan.
"Ji sumoay. Dia adalah si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing..".
Kemudian sambil menjura katanya pula:
"Ditengah malam buta begini saudara Thio datang berkunjung, sesungguhnya ada urusan apa?"
Si tikus berjalan dibawah tanah Thio King memutar sepasang biji matanya yang kecil lalu tertawa paksa berulang kali:
"Yaa, ya, aku mendapat perintah dari majikanku untuk datang mengirim obat kepada kalian"
Dengan perkataan tersebut berarti Tong hujin telah mendapat tahu bahwa orang-orang disini telah menderita luka sehingga kehilangan pikiran dan kesadarannya, karena itu dia pun memerintahkan orang untuk mengantar obat racun kemari.
Lantas siapakah Tong hujin yang sebenarnya"
Darimanakah asalnya" Tampaknya tiada persoalan apapun yang dapat mengelabuhinya.
Sementara itu si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing telah merogoh kedalam sakunya serta mengeluarkan sebuah botol kecil lalu katanya lagi sambil tertawa paksa:
"Berhubung disepanjang jalan harus menghadapi pelbagai rintangan, maka akibatnya aku telah datang terlambat"
Sambil berkata dia serahkan botol obat itu kehadapan Kam Liu cu.
Liong Hiang kun yang berdiri disamping, dalam sekilas pandangan saja telah melihat bentuk botol itu dengan jelas, tiba-tiba paras mukanya berubah hebat, serunya dengan gelisah:
"Kam tayhiap, isi botol itu bukan obat penawar racun, melainkan bubuk pembingung sukma milik ayahku".
Sementara Kam Liu cu masih tertegun setelah mendengar perkataan tersebut, si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing telah manggut-manggut seraya berkata:
"Benar... benar.. perkataan nona ini memang benar, isi botol tersebut memang bubuk pembingung sukma dari si Raja langit bertangan keji Liong Cay thian, ehhmmm, ehmmm....aku mendapat perintah dari majikan dan baru saja masuk kedalam untuk mengambilnya."
Yang dimaksudkan sebagai "baru saja masuk kedalam untuk mengambilnya" jelas berarti obat tersebut baru saja berhasil dicurinya!
"Tapi apa gunanya kau mencuri bubuk pembingung sukma itu?" tanya Liong Hiang kun.
Sambil mengangkat bahunya si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing menyahut seraya tertawa:
"Besar sekali manfaatnya! Menurut majikanku, Wi siauhiap sekalian telah kehilangan pikiran serta kesadarannya karena jalan darah diotaknya tertotok oleh ilmu jari Ciang Liong ci sehingga siapa musuh siapa teman tidak diketahui, dia hanya menuruti perintahnya dari seseorang atau semacam tanda rahasia. Begitu jalan darahnya dibebaskan mereka akan melakukan perlawanan sengit. Selain cara pembebasan yang khas dari ilmu Ciang Liong ci sendiri, konon hanya It goan hu si wan dari Lam hay bun yang bisa menyadarkan kembali mereka semua."
"Pil It goan hu si wan?" seru So Siau hui terkejut, "tapi resep obat itu sudah lenyap, sedang persediaan obat dirumah kami pun sudah tidak ada lagi."
"Benar,benar, itulah sebabnya majikan kami baru menitahkan kepadaku untuk menyeludup masuk kedalam selat Tok seh sia serta mencuri bubuk pembingung sukma
dari saku si raja langit bertangan keji Liong Cay thian.
Bubuk pembingung sukma sama saja dapat menghilangkan pikiran dan kesadaran seseorang, tapi jikalau diberikan kepada seseorang yang sudah tertotok pikiran dan kesadarannya oleh Ciang liong ci, maka hal ini menyebabkan mereka tak akan menuruti perintah lawan lagi."
"Tapi akibatnya mereka kan semakin kehilangan pikiran serta kesadarannya?" seru Lak jiu im eng Thio Man segera.
Si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing segera tertawa;
"Justru dengan membuat mereka makin lama semakin bingung, maka setelah jalan darah mereka dibebaskan, orang-orang itu baru tak akan lari balik ke pihak musuh"
Lak jiu im eng Thio Man segera menengok sekejap kearah Liu Leng poo, kemudian katanya,
"Enci Liu, hal ini masa boleh jadi?"
Liu Leng Poo tidak menjawab, dia hanya membungkam diri dalam seribu bahasa.
Sambil tertawa si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khing berkata lagi:
"Siapa bilang tak boleh jadi" Menurut majikan kami, hal ini cuma merupakan tindakan sementara waktu, apalagi bubuk pembingung sukma pun memiliki obat penawarnya yang tersedia setiap saat, apa yang mesti ditakuti" Berbeda sekali dengan ilmu Ciang liong ci itu."
"Konon orang yang terkena totokan ilmu jahat tersebut, bila dibiarkan menderita selama tiga puluh enam jam maka akibatnya dia akan menjadi lemah mental dan pikiran untuk selamanya, keadaan tersebut tak akan bisa
disembuhkan lagi, oleh sebab itulah persoalan terpenting sekarang adalah membebaskan jalan darah mereka yang tersumbat oleh ilmu Ciang Liong ci."
Setelah mengetahui akan betapa lihaynya ilmu Ciang Liong ci tersebut, tanpa terasa semua orang saling berpandangan dengan wajah memucat.
Akhirnya sambil manggut-manggut Liu leng poo berkata:
"Setelah atasanmu menitahkan kau kemari, aku percaya dia pasti mempunyai tindakan yang bagus bukan?"
-oo0dw0oo- Jilid 25 SAMBIL mengangkat bahu sitikus berjalan dibawah tanah Thio Khing menyahut,
"Majikan kami pernah berkata, satu satunya tindakan yang paling tepat saat ini adalah membekuk Kiu siang poo dalam keadaan hidup-hidup serta memaksanya untuk membebaskan jalan darah mereka yang tertotok itu"
Kam Liu cu memandang sekejap kearah Liu leng poo, kemudian bertanya:
"Sam sumoay, bagaimana menurut pendapatmu?"
"Yaa, terpaksa harus berbuat begitu"
Lak jiu im Thio Man menjadi sangat terkejut, segera teriaknya tertahan :
"Enci Liu, apakah kau hendak mencekoki mereka dengan bubuk pembingung yang kau bawa itu ?" tanya Lak jiu dengan keheranan.
"Yaa, aku ingin mencekokinya dengan obat pembingung sukma ini!"
ooo~^DewiKZ^Aditya^aaa^~ooo
KAKEK OU SEGERA MENYAHUT,
"Sekalipun didalam kitab Siu khi keng peninggalan dari majikan tua tercantum kepandaian tersebut, namun majikan tak pernah melatihnya, aku rasa hal ini juga percuma.
Apalagi sekalipun majikan bisa membebaskan pengaruh totokan tersebut, untuk kembali ke Lam hay pun rasanya kita tak akan keburu sampai."
Sementara itu Liu leng poo telah menerima botol berisi bubuk pembingung sukma itu dari tangan Kam Liu cu, kemudian sambil di serahkan ketangan Liong Hian kun katanya,
"Bubuk pembingung sukma merupakan obat yang dibuat oleh ayahmu, aku rasa kau tentu mengetahui berapakah takaran yang dibutuhkan setiap orangnya, bagaimana kalau tugas ini kubebaskan saja kepada nona?"
Dengan senang hati Liong Hiang kun segera menerima botol obat tersebut.
Sebaliknya Lak jiu im eng Thio Man yang melibat Liu Leng poo meminta Liong Hiang kun yang memberikan bubuk pembingung sukma tersebut kepada semua orang, dengan cemas segera berseru :
"Enci Liu, biar aku saja yang membagikan obat tersebut kepada mereka."
Liu Leng poo segera tertawa :
"Adik cilik, kau tidak usah kuatir, nona Liong harus bekerja sama dengan kami agar bisa menolong ayahnya, jadi kita dapat mempercayainya sepenuh hati"
Lak jiu im eng Thio Man merasa agak sungkan untuk berbicara lebih jauh, maka dia pun membungkam diri dalam seribu basa.
Liong Hiang kun segera menundukkan kepalanya dan mulai mencekoki orang-orang yang kehilangan pikiran itu dengan bubuk penghilang sukma...
Saat ini hampir semua perhatian para hadirin ditujukan kearah Wi Tiong hong sekalian, menanti Ma koan tojin ikut berpaling, tiba-tiba saja dia menemukan kalau si tikus berjalan dibawah tanah telah pergi tanpa bekas entah sedari kapan.
Segera timbul kecurigaan di dalam hatinya dengan suara tertahan serunya,
"Kam tayhiap, si tikus berjalan dibawah tanah telah pergi tanpa pamit, kita jangan sampai termakan oleh tipu muslihatnya."
Dengan cepat kakek Ou berpaling, benar juga, si tikus berjalan dibawah tanah telah pergi entah kemana. Dengan gusar ia segera mendengus, teriaknya,
"Kurang ajar benar manusia macam tikus pun berani bermain gila dihadapanku!!! hmmnn! Kalau sampai ketemu lagi besok, pasti akan kuhajar dia sampai hancur berantakan!
Buru buru Kam Liu cu berkata seraya tertawa:
"Orang itu paling senang kalau bermain gila-gilaan, tapi menurut pendapatku dia tak sampai akan menjebak kita dengan permainan busuk"
Selang berapa saat kemudian, terdengar Liong Hiang kun berkata kepada Liu leng poo,
"Sekarang sudah lewat seperminum teh lamanya daya kerja bubuk pembingung sukmapun sudah mulai menyebar... Liu lihiap dapat membebaskan jalan darah mereka yang tertotok."
"Biar aku saja yang melakukan tugas ini!!" seru Kam Liu cu sambil melangkah kedepan.
"Tunggu dulu!" tiba-tiba Liong Hiang kun berseru lagi.
"Bubuk pembingung sukma ayahku dapat membuat kesadaran seseorang pulih kembali sebagian kecil, oleh sebab itu diantara kalian mesti ada seorang yg bakal memberi perintah dan petunjuk kepada orang-orang itu, dan orang tersebut biasanya adalah orang pertama yang akan mengajak mereka berbicara setelah daya kerja obat bubuk itu menyebar kedalam tubuh mereka.
Dewasa ini, jalan darah penting mereka masih tersumbat akibat pengaruh totokan Ciang liong ci, karenanya sebelum diberi obat racun itu, sulit rasanya untuk menyadarkan mereka, namun setelah jalan darah mereka dibebaskan nanti harus ada satu orang yang memerintahkan mereka, entah siapakah diantara kalian yang akan memikul tanggung jawab tersebut?"
"Aku pikir, nona Liu adalah orang yang paling sesuai, sebab diantara kita semua dialah yang menjadi Kuncu (juru pikirnya)!!" seru kakek Ou cepat.
"Nah, kalau begitu Liu lihiap harus ingat baik-baik.." ujar Liong Hian kun kemudian
"Kau mesti menyampaikan ucapan yang bermaksud agar mereka tunduk kepada semua perintahmu dan tak boleh membangkang kepada mereka semua satu demi satu"
Liu Leng poo segera manggut-manggut..
"Akan kuingat baik-baik"
"Kalau begitu, Kam tayhiap boleh segera turun tangan."
Kam Liu cu mengiakan dan maju ke depan dengan langkah lebar tangannya segera bergerak cepat, dalam waktu singkat hampir semua jalan darah orang-orang itu telah dibebaskan olehnya.
Sebagaimana diketahui, orang-orang itu sudah ditotok jalan darah Nau juang hiat di otaknya dengan ilmu jari Ciang liong ci, dan sekarang telah dicekoki lagi dengan obat pembingung sukma, hal ini pada hakekatnya membuat mereka semua menderita kehilangan pikiran berganda, sekalipun begitu namun ilmu silat yang mereka miliki masih tetap utuh seperti sedia kala.
Begitu jalan darah mereka di bebaskan, orang-orang itu segera memperlihatkan pandangan mata yang bingung dan kabur pelan-pelan mereka bangkit berdiri dari atas tanah.
Baik kakek Ou maupun Kam Liu cu, kedua-duanya kuatir kalau sampai mereka berontak atau melakukan suatu tindakan yg tak diinginkan setelah totokan jalan darahnya dibebaskan, karena itu sejak tadi mereka berdua telah menyebarkan diri kesamping kiri dan kanan serta secara diam-diam bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan.
Dengan langkah tegap Liu leng poo berdiri dihadapan mereka semua tiba-tiba bentaknya;
"Wi Tiong hong!"
Wi Tiong hong segera menggerak-gerak kelopak matanya, namun mimik wajahnya masih tetap dingin, kaku dan sama sekali tak berperasaan.
So Siau hui dan Lak jiu Im eng Thio man yang menyaksikan mimik muka anak muda tersebut diam-diam merasa sedih sekali, namun siapapun tak ada yang bersuara.
Buru buru Liong Hiang kun berjalan mendekati Wi Tiong hong, kemudian berbisik disisi telinganya:
"Liu lihiap sedang memanggilmu, ayoh cepat maju selangkah kedepan."
Ternyata perkataan itu sangat manjur, Wi Tiong hong segera mengalihkan sorot matanya kewajah Liu leng poo dan benar-benar maju selangkah kedepan.
Menyaksikan kejadian tersebut, diam-diam Liu leng poo mengangguk, pikirnya:
"Andaikata malam ini tidak ada Liong-Hiang kun hadir disini aku tentu akan kelabakan dan tak tahu bagaimana harus mengatasi persoalan ini!"
Berpikir demikian, sorot matanya segera dialihkan kembali kewajah Wi Tiong hong kemudian katanya:
"Wi Tiong hong, kau harus ingat baik-baik mulai sekarang kau harus mentaati dan tunduk pada semua perintahku, kau tak boleh menbangkang barang sekejap pun!!"
Wi Tiong hong mengawasinya sekejap, kemudian manggut-manggut.
Liong Hiang kun yang berdiri disampingnya dengan cepat membisik kembali,
"Kau boleh berdiri disamping sana."
Ternyata Wi Tiong hong menurut sekali. Ia benar-benar menyingkir kesamping.
Menyusul kemudian Liu Leng poo memanggil nama Cho Kui moay dan mengulangi dengan kata-kata yang sama. Cho Kiu moay pun dengan taat berdiri menanti disamping arena.
Selanjutnya adalah giliran dari Keng hian lalu Ceng siu Thio lo han Khong heng hweesio, si naga berekor botak To Sam seng dan lain sebagainya, semuanya melakukan hal yang sama...
Akhirnya ke sebelas orang jago pedang berpita hijau pun mendapatkan gilirannya, Liu Lang poo mengulangi pula kata-katanya terhadap mereka semua.
Walaupun perlakuan itu di lakukan sangat singkat, namun itupun membutuhkan waktu hampir sepertanak nasi lamanya sebelum rampung semua.
Waktu itu kentongan keempat telah menjelang tiba, Ma koan tojin memandang sekejap cuaca diluar gua kemudian bertanya,
"Liu lihiap apakah kita akan berangkat sekarang juga?"
"Ehmm kentongan keempat sudah hampir tiba, padahal kita semuapun sudah bergadang semalaman suntuk, mumpung masih ada sedikit waktu yang tersisa mari kita simpan tenaga sejenak, kita baru berangkat setelah terang tanah nanti."
"Ji sumoay," Kam liu cu segera berkata "Dari pada kita berangkat setelah terang tanah nanti, apa salahnya kalau berangkat pada saat ini juga" siapa tahu kalau tindakan kita ini malah akan membuat mereka jadi kelabakan?"
Liu Leng poo segera tertawa.
"Dengan jumlah orang-orang kita yang begini banyak, bagaimana mungkin jejak kita dapat mengetahui mereka
semua" Dari pada main sembunyi, mengapa kita tak menantang mereka secara terangan saja" Disamping itu, saat ini hari masih gelap padahal kitapun tak mengenali jalan mereka, selain itu kitapun sudah semalaman suntuk tidak beristirahat, apa salahnya kalau kita manfaatkan kesempatan yang ada untuk memupuk tenaga dan menyegarkan kembali tubuh kita" Toh tindakan tersebut lebih banyak untungnya dari pada kerugian?"
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ma koan tojin merasa kagum sekali, dia segera manggut-manggut sembari berkata ;
"Perhitungan Liu lihiap memang sangat tepat, ilmu peperangan yang kau persiapkan pun sangat hebat, pinto benar-benar takluk dan kagum sekali."
"Baiklah," kata Kam Liu cu pula, "Mari kita berangkat setelah terang tanah nanti,"
Setiap orang tahu, setelah terang tanah nanti mereka akan memasuki selat Tok seh sia baru dan disana pasti akan berlangsung suatu pertarungan yang sengit. Maka dengan memanfaatkan sisa waktu yang ada semua orang berusaha untuk melepaskan lelah dan menghimpun tenaga baru, hampir semuanya segera duduk bersemedi untuk mengatur pernapasan.
Tiba-tiba Tiong Hiang kun berjalan menuju kehadapan Liu Leng poo, kemudian sambil menjura katanya,
"Liu lihiap, aku mempunyai suatu permintaan yang tak pantas yang terpaksa harus kuajukan kepada kalian yakni ayahku telah terkena racun dari siluman perempuan itu sehingga kemungkinan besar beliau akan di paksa untuk bertarung melawan kalian untuk itu harap Liu lihiap serta para pendekar lainnya sudi mengampuninya"
Liu Leng poo sesungguhnya sudah tahu kalau musuh besar Wi Tiong hong tak lain adalah si Raja langit bertangan keji Liong Cay thian namun ia tidak menerangkan persoalan tersebut kepada gadis itu, hanya di tariknya tangan Liong Hiang kun baru ujarnya sambil berkata;
"Sebetulnya tujuan utama dari keberangkatan kita menuju ke selat Tok seh sia untuk kali ini adalah untuk membekuk Kiu siang si siluman tua tersebut guna membebaskan orang-orang ini dari pengaruh totokan Ciang liong ci yang telah membuat mereka kehilangan pikiran dan kesadarannya sebab hanya siluman tua Kiu siang yang bisa menolong mereka, jadi masalah yang sesungguhnya tak ada hubungan apa pun dengan ayahmu, untuk persoalan ini harap nona berlega hati."
"Aku tahu tentang hal ini!!" ucap Liong Hiang kun dengan air mata bercucuran "Tapi dalam berapa hari belakangan ini, hatiku selalu berdebar keras tanpa sebab, seakan-akan ada bencana besar yang telah berada di depan mata..."
Liu Leng poo segera tertawa.
"Soal itu sih gampang sekali untuk dijelaskan, karena selama berapa hari ini secara beruntun telah terjadi pelbagai kejadian didalam selat Tok seh sia, sedangkan nona pun harus berperan sebagai Tok seh siaucu, otomatis hatimu menjadi risau dan tak tenang, sudah... asal kau tidak memikirkannya lagi, hatimu pasti akan menjadi tenang kembali."
Ketika Liong Hiang kun merasa apa yg diucapkan Liu Leng poo memang ada benarnya juga, dia menjadi berlega hati dan perasaannya jauh lebih tenang.
Dengan air mata bercucuran diapun menyahut sambil manggut-manggut,
"Terima kasih banyak atas petunjuk enci Liu "
"Hari sudah hampir terang tanah, pergilah beristirahat sejenak." ujar Liu Leng poo kemudian sambil tertawa, Selesai berkata, pelan-pelan dia memejamkan matanya.
Suasana diluar gua di cekam dalam kegelapan yang luar biasa.
Suasana didalam gua justru hening sekali dan tak kedengaran suara apapun lagi.
Semua orang telah memanfaatkan kesempatan yang ada untuk bersemedhi dan mengatur pernapasan, menghimpun kekuatan baru untuk menghadapi musuh tangguh Tapi diantara sekian orang, hanya keempat orang nona yang tak bisa menenangkan pikiran masing-masing. Mereka dibebani oleh pikiran dan perasaan yang berbeda sehingga sulit untuk memusatkan pikirannya. Dari keempat orang itu, Liu leng poo merupakan Kuncu (juru pikir) dari rombongan tersebut. Dalam situasi menghadapi musuh yang begitu tangguh, lagi pula dengan kekuatan yang tidak berimbang, dia tak tahu bagaimanakah nasib perjalanan selanjutnya, apalagi dalam soal menang kalah dalam pertarungan yang bakal berlangsung, tentu saja hal mana membuat hatinya menjadi tak tenang.
Sebaliknya bagi So Siau hui, Liong Hiang kun serta Lak jiu im eng Thio Man dalam benak mereka bertiga boleh dibilang hanya dipenuhi oleh sebuah bayangan saja, memandang keadaan Wi Tiong hong yang kehilangan pikiran dan kesadaran, perasaan, mereka betul-betul remuk redam, perasaan cinta, kasihan gelisah cemas dan kesal
bercampur menjadi satu, sehingga tak seorang pun diantara mereka yang dapat berkata-kata.
Pelan-pelan fajarpun menyingsing dari ufuk timur, hari sudah terang tanah sinar matahari pagi memancarkan cahayanya ke seluruh penjuru.
Dengan dipimpin oleh Liu Leng poo, berangkatlah rombongan itu meninggalkan gua batu menuju keselat sempit dibalik hutan kering dibelakang bukit sana.
Sekalipun mereka melakukan perjalanan bersama-sama, namun kekuatan yang ada justru terbagi menjadi dua kelompok, pada kelompok yang pertama dipimpin oleh Liu Leng poo dengan Liong Hiang kun serta So Siau hui sebagai pembantu utamanya.
Hal ini disebabkan Liong Hiang kun memang orang Tok seh sia sedangkan So Siau hui menguasai penuh semua ilmu barisan serta alat jebakan yang terdapat didalam lembah tersebut.
Disusul kemudian adalah rombongan orang-orang yang kehilangan pikiran dan kesadarannya, yaitu Wi Tiong hong, Cho Kiu moay, Heng hian totiang, teng siu to tiang, Thi lo han Khong beng hwesio, naga tua berekor botak To Sam seng serta ke sebelas orang jago pedang berpita hijau.
Orang-orang itu hanya menuruti perintah dari Liu leng poo seorang, otomatis harus dipimpin pula oleh Liu Leng poo secara langsung...
Diantara sekian banyak orang, ditambah lagi dengan kakek Ou, sebab diantara sekian orang dialah yang memiliki ilmu silat paling hebat, orang tua ini selalu mendampingi So Siau hui dengan maksud melindungi keselamatan majikan mudanya itu.
Pada rombongan ke dua dipimpin oleh Kim Liu cu dengan Ma koan tojin sebagai pembantu utamanya, disusul kemudian adalah sipena baja Tam see hoa, Lak jiu im eng Thio Man serta keenam belas jago pedang berpita hijau.
Dengan gerakan tubuh kedua rombongan jago-jago yang berilmu tinggi, tak selang berapa saat kemudian mereka telah tiba di depan hutan kering ditengah lembah Saat itu matahari sudah jauh diatas awang awang dan menyinari seluruh hutan gersang itu hingga memantulkan sinar putih yang menyilaukan mata, nyata sekali hutan tersebut hanya berupa sebuah hutan kosong.
Kedua buah peti mati yang kemarin masih diletakan disitu, kini sudah disingkirkan, hanya tugu peringat batu tersebut masih tetap berdiri tegak di tempat semula, Tulisan yang tertera diatas batu peringatan itupun masih tetap utuh sebagaimana mestinya. Tulisan yang terterapun tetap berbunyi demikian:
"Hutan gersang tiada jalan, puluhan li memasuki puncak awan"
Liong Hiang kun segera berebut maju ke depsn sembari berkata:
"Kemarin aku pun masuk ke dalam melalui jalan ini, aku tahu caranya untuk membuka pintu rahasia tersebut, untuk masuk, kita cukup menggerakkan jari tangan mengikuti gerak tulisan li atau masuk tersebut, maka pintu rahasia pun akan terbuka dengan sendirinya"
Sembari berkata, dia benar-benar menggerakkan tangan kanannya untuk mengikuti gerak tulisan "li" tersebut Dengan suatu gerakan cepat Liu Leng poo
mencengkeram lengannya sambil berseru :
"Tunggu sebentar, diatas batu itu sudah dipolesi racun "
"Biar aku saja " kata So Siau hui kemudian.
"Nona, kau mesti berhati-hati...!" seru kakek Ou memperingatkan.
"Tak usah kuatir " sahut So Siau hui, "semua peralatan rahasia yang mereka pergunakan hampir semuanya merupakan hasil curian dari Lam hay bun kita, cuma mereka tambahkan racun saja disana-sini sehingga kalau kurang berhati-hati orang bisa terkecoh."
Dari dalam sakunya Liu Leng poo segera mengeluarkan sebuah sarung tangan kulit menjangan berwarna putih dan diangsurkan ke depan sambil katanya :
"Adikku dari keuarga So di dalam perjalanan selanjutuya kami semua akan menggantungkan diri pada petunjukmu, cepat kau kenakan sarung tangan ini.."
So Siau hui segera menyambut sarung tangan itu dan dikenakan, kemudian dia menggerakkan ujung jari telunjuknya dan melakukan gerakan menggesek di atasan
"ji" pada batu peringatan tersebut.
"Kraaaakkk..."
Menyusul gesekan tersebut tiba-tiba berkumandang suara gemercingan nyaring bergema memecahkan keheningan.
Pelan-pelan batu peringatan besar itu bergeser ke samping kanan dan muncullah sebuah liang yang gelap gulita dan lebar sekali sebuah undak-undakan batu terlihat menjorok jauh ke dalam sana.
Liu Leng poo segera berpaling ke arah ke sebelas orang jago pedang berpita hijau yang kehilangan pikiran dan kesadarannya itu lalu sambil mengulapkan tangannya berseru ;
"Kalian segera menyebarkan diri dan jaga hutan gersang ini secara ketat, barang siapa yang muncul disini, kalian harus menghadangnya dan jangan beri kesempatan kepada mereka untuk masuk kemari, mengerti?"
Ke sebelas orang jago pedang berpita hijau itu segera menyahut dan dengan cepat menyebarkan diri disekeliling hutan itu.
Menyusul kemudian Liu Leng poo memanggil pula Keng hian totiang, Keng siu totiang, Thio lo han Khong beng hweesio serta naga tua berekor botak To Sam seng berempat sambil perintahnya :
"Kalian berjaga jagalah disekitar gua ini, kalau ada orang yang masuk biarkan saja lewat, tapi jangan biarkan seorangpun yang keluar dari sini, pokoknya kalau ada yang berusaha menerobos keluar, bekuk semua hidup-hidup!"
Ke empat orang itu segera menerima perintah dan mengundurkan diri kedua belah sisi dengan cepat.
Setelah itu, Liu Leng poo baru berkata lagi:
"Nah, sekarang kita boleh masuk kedalam. Tapi setelah berada dalam liang gua nanti, harap setiap orang menjaga sejauh beberapa depa untuk menjaga-jaga terhadap sesuatu yang tak diinginkan, baiklah, adikku dari keluarga So, Liong Hiang kun, kalian boleh segera turun lebih dulu"
Sembari berkata dia berjalan menuruni gua itu, So Siau hui, Liong Hiang kun segera mengikuti dibelakangnya, disusul kemudian oleh Wi Tiong hong, Hek bun kun, Cho Kui moay kakek Ou serta para jago dari rombongan kedua.
Undak-undakan batu itu menjorok langsung hingga keperut bukit, panjangnya menjadi lima puluhan undakan
lebih, semakin ke bawah, suasananya semakin gelap gulita.
Liu Leng poo segera meloloskan pedangnya, dengan tangan sebelah memegang senjata, tangan yang lain memegang obor dan menuruni anak tangga itu lebih kedalam.
Tiba-tiba terdengar So Siau hui yang mengikuti dibelakangnya berbisik :
"Fungsi yang sebenarnya dari undak-undakan batu ini adalah untuk memancing musuh masuk lebih kedalam lagi, jadi disepanjang tempat ini tak nanti mereka pasang alat perangkap. Tapi setelah sampai diujung undak-undakan batu nanti, lebih baik enci Liu beri kesempatan kepadaku untuk berjalan didepan "
"Apakah dibawah sana terdapat jebakan papan berbalik?"


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kecuali terdapat siat jebakan berupa papan yang bisa membalik sudah pasti mereka persiapkan juga alat perangkap yang lainnya, karena mereka tahu setiap jago persilatan yang telah berada di dalam lorong gua ini, siapapun akan menghindari selisih jarak yang terlalu dekat, nah mereka justru menggunakan titik kelemahan tersebut untuk menghadapi kita.
"Selain itu, diantara dinding dinding batu dikedua belah sisi lorong terdapat pula pintu rahasia yang setiap saat bisa dibuka tanpa menimbulkan sedikit suarapun, mereka bisa menculik orang tanpa menimbulkan suara. Andaikata sergapan mereka keburu ketahuan, otomatis kau akan bertarung dengan mereka, nah dalam keadaan beginilah kau pasti akan terjebak oleh alat pembalik papan yang akan memperosokkan diriku ke dalam perangkap mereka.
Liu leng poo segera manggut-manggut katanya;
"Tindakan mereka ini memang amat keji dan buas tapi berapakah panjang dari seluruh jalanan ini?"
So Siau hui tertawa.
"Bukankah dalam tulisan yang tertera di atas batu peringatan itu sudah diterangkan secara jelas" Beberapa li memasuki puncak awan, itu berarti perjalanan ini paling tidak mencapai tiga li lebih, aku rasa, setiap orang yang masuk dari tempat luar, mungkin ada seorang pun diantara mereka yang sanggup menyelesaikan perjalanan ini secara aman dan selamat."
"Kalau begitu kita harus memberitahukan kepada mereka yang berada dibelakang agar bersikap lebih berhati-hati lagi!"
"Percuma, pemberitahuan itu tak akan bermanfaat apa-apa, sebab setiap alat rahasia dan pintu rahasia yang berada disini berbeda bentuk maupun letaknya, setiap pintu berdiri sendiri dan tidak ada hubungannya dengan tempat lain, tapi kebanyakan alat rahasia tersebut terletak didinding batu disekitarnya andaikata kita dapat memusnahkan semua tombol rahasia itu, dengan sendirinya lalu lintas diantara mereka menjadi macet dan tak berfungsi lagi"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, mereka telah tiba diujung lorong tersebut.
So Siau hui segera mengambil obor dari tangan Liu leng poo, sementara tangan kanannya meloloskan sebilah pedang pendek yang berkilauan memancarkan sinar keperak-perakkan dari sakunya, kemudian bergerak maju kemuka.
Tampak dia menggerakkan tangannya itu sambil melakukan tusukan, pedang perak tadi tahu-tahu sudah menembusi batuan cadas tersebut, menyusul kemudian dia memutar pergelangan tangannya, pedang perak itu sudah dicabut keluar lagi,
Melihat hal ini, Liu leng poo segera memuji,
"Ehmm, benar-benar sebilah pedang mestika yang amat tajam "
So Siau hui tertawa.
"Pedang ini merupakan hadiah dari ayah ku, termasuk satu diantara tiga bilah pedang mestika Lam hay bun, berhubung bentuknya amat kecil, maka menurut ayah hanya cocok digunakan oleh kaum Wanita".
Sepanjang perjalanannya menelusuri lorong gua itu, pedang mestikanya itu berulang kali melakukan tusukan demi tusukan yang tinggi rendah tak menentu diatas kedua belah dinding batu lorong gua itu, seakan-akan dia sedang melakukan pemotongan terhadap sesuatu.
Liu Leng poo yang mengikuti dibelakang So Siau hui tentu saja mengerti bahwa So Siau hui telah mengandalkan ketajaman pedangnya untuk memusnahkan semua alat rahasia yang terdapat disepanjang lorong gua tersebut.
Benar juga, sepanjang jalan mereka tidak menemukan jebakan atau perangkap lagi dengan mengikuti liku-likunya lorong tersebut, dengan leluasa dan lancar rombongan tersebut bisa melaluinya.
Ternyata apa yang ditulis pada batu peringatan tadi memang benar, beberapa li memasuki puncak awanm ternyata lororg gua yang berliku-liku didalam lambung bukit itu, panjangnya hanya mencapai tiga li.
Bicara soal kecepatan berjalan, dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh yg dimiliki kawanan jago tersebut, seharusnya jarak sejauh tiga li bisa ditempuh dalam waktu singkat.
Tapi berhubung disepanjang jalan So Siau Hui harus bekerja keras untuk menghancurkan setiap alat rahasia yang di temuinya, otomatis perjalanan pun tak dapat ditempuh kelewat cepat,
Begitulah, setelah berjalan hampir sepertanak nasi lamanya, mereka baru selesai menelusuri lorong gua itu. Di depan sana muncul kembali sebuah undak-undakan batu yg menjorok keatas permukaan tanah.
Pada saat itulah Liu Leng poo baru berkata :
"Perjalanan yang kita tempuh sekarang benar-benar perjalanan yang amat berbahaya. Andaikata dari rombongan kita ini tiada kehadiranmu, mungkin untuk menembusi lorong gua itupun sulitnya bukan kepalang."
"Aaaah... Belum tentu" seru So Siau hui merendah,
"Dengan kemampuan yang dimiliki empek Ou, Kam toako serta Liu cici, sekalipun disepanjang jalan terdapat siasat jebakan sebangsa papan berbalik belum tentu peralatan itu dapat menjebak kalian semua, apa lagi terhadap orang-orang yang bersembunyi dibalik pintu rahasia di kedua belah dinding gua tentu saja mereka tak akan mampu menandingi kemampuan kalian."
"Andaikata kalian telah menginjak alat jebakan lain, seperti misalnya air beracun asap beracun dan sebagiannya mungkin kalian baru akan menjumpai kesulitan, tapi aku percaya kesemuanya itu belum sampai menyusahkan kamu semua, tentu saja agak repot juga bila orang yang menghadapi keadaan demikian adalah mereka yang memiliki ilmu rendah"
"Adikku So, kepandaianmu dalam alat perangkap benar-benar luar biasa dan amat mengagumkan!" puji Liu Leng poo segera,
"Aai., tampaknya agar bisa selamat dalam pengembaraan di rimba persilatan, kita memang terpaksa untuk mempelajari ilmu jebakan semacam itu."
"Ayahku memang pernah berkata demikian. Beliau berkata, setiap kepandaian harus dipelajari secara sama rata, justru karena prinsip inilah dia orang tua telah memaksaku untuk membaca buku sepanjang hari, waah..kadangkala menjemukan juga rasanya"
Ketika berbicara sampai disini, tiba tibt dia tertawa rendah sambil katanya lagi:
"Enci Liu, sepanjang perjalanan kita telah merusak banyak sekali pintu rahasia, tahukah kau berapa orang yang terkena akibat dari rusaknya pintu rahasia tersebut hingga terjebak di dalam?"
"Berapa orang?"
"Paling tidak mencapai tiga empat puluhan orang!" kata So Siau hui tertawa, "Dan lagi tugas utama dari orang-orang itu adalah melancarkan serangan serta membekuk lawan, aku percaya ilmu silat yang mereka miliki pasti tidak terlalu rendah!"
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba berkumandang suara gemuruh keras yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan, seluruh badan serasa ikut bergoncang keras, membuat lorong gua itu tergetar luar biasa, pasir dan debu segera berterbangan menutupi pandangan mata, sementara pasir berguguran dengan derasnya seperti air hujan.
Dari depan undak-undakan batu itu mendadak muncul sebuah batu raksasa yang terjauh dari atas langit-langit bua dan menghadang jalan keluar mereka.
Bukan cuma begitu, ternyata dari belakang tubuh mereka pun terjatuh sebuah batu raksasa yang persis memecahkan rombongan satu dan rombongan kedua, kedua kelompok manusia itu dijebak dalam dua ruangan yang berbeda.
Mungkin juga, orang-orang dalam rombongan kedua dipisahkan lagi oleh batu cadas lain sehingga kekuatan mereka saat itu boleh dibilang tercerai-berai tak karuan.
Padahal selain jarak dari batu raksasa yang pertama dengan batu raksasa kedua hanya terpaut lima kaki saja, andai kata batu raksasa itu jatuhnya persis setiap satu kaki, ini berarti pada rombongan yang kedua yang jumlah orangnya lebih banyak bisa jadi dipisahkan pula menjadi dua bagian, atau dengan perkataan lain, rombongan mereka sekarang secara keutuhannya telah terbagi menjadi tiga bagian.
Dengan cepat Liu leng poo berusaha untuk menguasahi diri, katanya kemudian,
"Adik So, cepat kau cari tombol rahasianya."
Waktu itu, paras muka So Siau hui telah berubah menjadi pucat pias seperti mayat, gugamnya tiba-tiba:
"Heran, mengapa mereka bisa memasang batu raksasa Ngo Hou cia ditempat ini?"
"Apakah batu raksasa lima harimau ini tidak dilengkapi dengan tombol rahasia?" Tanya Liu leng poo cepat.
"Batu rakasasa lima harimau terdiri dari batuan raksasa yang beratnya puluhan ribu kati, jebakan tersebut hanya bisa dilepaskan dan tak mungkin dapat ditarik kembali, tidak seperti alat perangkap lainnya, asalkan tombol rahasianya ditekan, maka alat jebakan tersebut balik kembali semula secara otomatis. Untuk menggeser batu raksasa lima harimau ini, disamping membutuhkan tenaga
yang sangat besar, juga dibutuhkan kawat baja untuk menariknya..."
Liu Leng poo baru terkejut setelah mendengar keterangan ini, serunya kemudian,
"Kalau begitu, bukankah kita bakal mati terkurung ditempat ini?"
Kakek Ou segera mencoba mengayunkan telapak tangannya untuk menghantam batu raksasa itu.
"Blam.. blammmm.....!"
Serangan yang kuat itu bersarang telak, dan menimbulkan suara benturan yang keras, namun batu raksasa itu sendiri sama sekali tidak bergerak sedikitpun juga.
"Heehh,, batuan raksasa ini memang betul-betul keras dan kuat.." seru kakek Ou kemudian dengan perasaan mendongkol.
Ia segera mempersiapkan telapak tangannya sambil melancarkan serangan kedua.
"Empek Ou, tidak usah dibacok lagi.." So Siau hui segera mencegah, "Batu cadas itu adalah batu karang yang paling keras, percuma kau pukul batu itu tak bakal remuk!"
Tiba-tiba Liu leng poo berkata sambil tertawa merdu,
"Adikku dari keluarga So, apakah kau lupa dengan pedang mestika yang berada disampingmu saat itu" kita kan bisa menghancurkan batuan karang tersebut dengan mengandalkan ketajaman pedang itu."
Dengan cepat So Siau hui menggelengkan kepalanya berulang kali katanya:
"Percuma, sekalipun pedang mustikaku ini dapat memapas batuan cadas itu hingga gundul berapa bagian, tapi dengan sifat batu yang begitu keras seperti baja, tak mungkin kita keburu membobolnya sama sekali."
Liong Hing kun yang sejak memasuki lorong gua itu membungkam terus dalam seribu bahasa, tiba-tiba ikut menyala pula saat itu,
"Kenapa dikatakan waktunya tak keburu lagi?"
"Kau tahu, batu raksasa lima harimau ini tebalnya mencapai beberapa depa, disamping itu batu tersebut telah menutup seluruh ruangan batu ini tanpa sisa lubang barang sedikitpun juga, itu berarti tak selang sepertanak nasi kemudian, kita semua bakal mati lemas."
"Yaa.. benar juga perkataanmu itu!" kata Liu leng poo kemudian."Aku mulai merasakan dadaku sesak dan susah untuk bernapas. Udara ditempat ini makin lama semakin panas dan sesak untuk napas."
"Adikku, kemarikan pedang mestikamu. Bagaimanapun juga kita kan tak boleh menantikan datangnya elmaut hanya berpeluk tangan belaka."
Kemudian setelah menerima pedang pendek itu dari tangan So Siau hui, dia segera mengerahkan segenap tenaga dalam yang dimilikinya untuk melancarkan sebuah tusukan keatas batu cadas tersebut.
Sekalipun dia telah mengerahkan segenap tenaga yang dimilikinya, akan tetapi batu cadas tersebut betul-betul sangat keras, beberapa puluh bacokan dan tusukan yang dilancarkan secara beruntun dalam kenyataan hanya mampu menggumpil batuan itu seluas berapa depa dan lima inci dalamnya.
Dalam pada itu obor yang berada ditangan So Siau hui telah semakin redup sinarnya, jelas sebentar lagi cahaya api itu bakal padam karena kekurangan gas asam.
Pucat pias selembar wajah So Siau hui, sambil mengawasi lidah api yang makin lama semakin mengecil, gugamnya pelan,
"Oohh ayah.. tahukah kau orang tua bahwa putrimu bakal mati disini?"
Sementara itu si kakek Ou sudah dibuat sangat murka, rambut dan jenggotnya pada berdiri kaku semua bagaikan landak, setelah meraung keras, dia segera mengayunkan telapak tangan bajanya yang besar bagaikan kipas itu dan dibacoknya keatas batuan cadas tersebut.
"Blaaammmm...... blaammmm..!"
Benturan keras demi benturan keras berkumandang susul menyusul, namun batu raksasa itu masih tetap utuh seperti sedia kala.
Ditengah hembusan angin pukulan yang menderu-deru, lidah api yang sudah makin melemah tadi tiba-tiba menjadi padam sama sekali, seketika itu juga suasana berubah menjadi gelap gulita dan sukar untuk melihat kelima jari tangan sendiri.
Ditengah kegelapan semua orang merasakan napas mereka makin lama semakin bertambah susah dan berat, sementara kelopak matapun makin memberat bagaikan dibebani dengan beban yang besar sekali.
Liu Leng poo tahu bahwa batu raksasan itu selain kuat juga tebal sekali, tak ada gunanya dibacok dengan pedang, maka dia segera menghentikan perbuatannya dan berkata sambil menhembuskan napas panjang.
"Tampaknya kita benar-benar akan mati lemas ditempat ini." seru Liong hiang kun dengan napas terengah-engah.
"Apakah kau anggap semua kejadian ini hanya pura-pura saja?"
"Sekalipun kita bakal mati semua ditempat ini, namun Wi siauhiap tak bakal mati, aku pernah mendengar Ci kong taysu berkata kepada ayahku agar jangan memusuhi Wi siauhiap lagi, karena nasibnya dinilai sangat baik..."
Mendengar gadis itu menyinggung kembali soal Wi Tiong hong, tanpa terasa So Siau hui merasakan semangatnya berkobar kembali, segera tanyanya:
"Apakah kau maksudkan Ci Kong taysu, si pendeta asing tersebut..?"
"Yaa...benar! Dia datang dari Sea ih dan pandai sekali meramal, semua yang diramalkan rata-rata cocok sekali"
"Apalagi yang dikatakan oleh pendeta asing itu?"
"Ci kong taysu bilang, sepanjang hidupnya Wi siaihiap mempunyai rejeki yang tak terhingga dan nasib yang baik sekali, walaupun beberapa kali akan menjumpai ancaman mara bahaya, namun semuanya dapat dihindari dengan selamat, sekalipun orang lain hendak mencelakainya, hal ini sama sekali tak akan bermanfaat"
Ditengah suasana yang gawat dan kritis ternyata mereka masih dapat asyik membicarakan soal Wi Tiong hong.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar suara gemerisikan lirih berkumandang darang dari bawah tanah.
Kakek Ou segera berseru:
"Cepat kalian dengarkan dengan seksama, suara apakah itu?"
Setelah diungkap oleh kakek itu, semua orang segera memasang telinga dan mendengarkan dengan seksama,
"Benar juga, dari bawah tanah berkerudung datang suara gemerisik lirih yang sangat aneh, suara itu berkumandang datang secara lamat-lamat, tapi selang berapa saat kemudian, suara itu makin lama kedengaran semakin nyaring, seakan-akan ada orang sedang merangkak mendekat dari balik tanah batu raksasa kedua.
Liu Leng poo segera mengerahkan ketajaman matanya untuk mengamati dari mana datangnya suara tersebut, ternyata suara itu berasal dari dasar batu raksasa yang memisahkan mereka dengan rombongan kedua, hal ini membuatnya menjadi sangat keheranan.
"Tampaknya ada orang sedang menggali liang dibawah tanah dari balik batu raksasa itu!"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, tampak tanah dan batuan dibawah batu raksasa itu makin lama semakin bertambah gembur dan akhirnya menumpuk keatas.
Dengan perasaan girang diapun berseru:
"Benar-benar bodoh, mengapa diantara kita semua tak seorangpun yang dapat berpikir untuk menggunakan cara tersebut.."
Tiba-tiba pasir dan batu memercik keempat penjuru, dari bawah batu raksasa itupun muncul sebuah lubang sebesar beberapa depa, beberapa makhluk berwarna abu-abu segera bermunculan keluar diiringi suara mencicit yang nyaring sekali.
Liu leng poo sangat terkejut, dengan perasasan terkesiap teriaknya keras keras,
"Tikus..tikus.."
Biarpun ilmu silat yang di milikinya sangat lihay, namun dia tetap merupakan seorang wanita, dan kaum wanita agaknya sejak di lahirkan memang sudah ditakdirkan takut dengan binatang kecil, sekalipun dia sudah mengetahui secara pasti kalau makhluk-makhluk kecil hanya serombongan tikus, namun saking ketakutannya perempuan itu sampai mundur kebelakang.
Tapi kalau dibicarakan sesungguhnya, kawanan tikus itu memang cukup menakutkan, setiap ekornya boleh dibilang gemuk dan besar seperti anak kucing, mereka datang berkelompok dari balik liang tanah pada batu raksasa hingga tembus ke liang batu raksasa kedua, paling tidak jumlahnya mencapai ratusan ekor lebih. Dalam waktu singkat, seluruh lorong gua yang panjangnya beberapa kaki itu sudah di ramaikan oleh suara cicitan tikus.
Diantara rombongan yang berada di situ, kecuali Wi Tiong hong serta Cho Kiu moay yang kesadaran dan pikirannya terpengaruh, hanya kakek Ou serta Liu Leng poo yang memiliki kepandaian silat paling tinggi dan bisa memandang dari balik kegelapan.
Sebaliknya orang-orang yang lain tak mampu melihat apa-apa begitu obor menjadi padam secara tiba-tiba tadi.
So Siau hui dan Liong Hiang kun hanya sempat mendengar Liu Leng poo meneriakkan kata "tikus", disusul kemudian mereka dengar suara cicitan tikus yang memenuhi seluruh ruangan, berada dalam keadaan tak terlihat, seketika itu juga kedua orang gadis itu seakan-akan merasa ada tikus yang sedang merangkak di sisi tubuhnya.
Dengan perasaan kaget bercampur takut, tak kuasa lagi bulu kuduknya pada bangun berdiri, sambil berdesakan satu sama lainnya, hampir saja dia menjerit melengking.
Dengan cepat kakek Ou dapat melihat keadaam dari peristiwa itu, buru-buru dia berseru:
"Harap nona-nona sekalian jangan takut, rupanya kawanan tikus itu sedang menggalikan liang dibawah tanah untuk kita lewat.
Kawanan tikus bisa menggalikan liang di bawah tanah untuk dilalui manusia semua orang tentu saja dibuat tercengang.
Liu Leng poo menghembuskan napas panjang tiba-tiba saja dia merasakan suasana yang sesak sumpek hingga sukar untuk bernapas tadi lambat laun berkurang hingga akhirnya hilang lenyap tak berbekas, baru saja dia hendak berbicara..
Mendadak seseorang berkata dengan suara yang melengking dan lembut:
"Rupanya aku telah datang terlambat, sehingga membuat saudara sekalian merasa terkejut!"
Menyusul perkataan itu, dari balik liang bawah tanah tadi muncul seseorang.
Kakek Ou segera berseru sambil tertawa tergelak:
"Ha., ha."ha...rupanya kau!"
So Siau hui yang secara tiba-tiba mendengar kalau ditempat itu telah muncul seseorang, dengan perasaan cemas ia bertanya:
"Empek Ou, darimana munculnya orang itu?"
Liu Leng poo yang berada disisinya segara berkata:
"Cepat kau sulut kembali obor tadi!"
Cepat-cepat So Siau hui mengambil bahan untuk membuat api dan segera menyulut kembali obor yang
padam, dalam waktu singkat seluruh ruangan telah disinari kembali dengan cahaya terang.
Baru sekarang semua orang dapat melihat dengan jelas bahwa orang yang baru saja merangkak keluar dari bawah tanah itu berwajah aneh dengan kepala runcing, mata tikus dan beberapa lembar kumis tikus menghiasi atas bibirnya.
Orang ini tak lain adalah si tikus yang berjalan dibawah tanah Thio Kiang.
Liong Hiang kun segera mengalihkan pula sorot matanya untuk mengamati keadaan disekeliling sana, mendadak dia menuding kearah batu raksasa pertama sambil serunya:
"Cepat kalian lihat !"
Ternyata rombongan tikus yaag muncul dari balik liang di bawah batu raksasa kedua tadi, kini telah menerjang kesamping batu raksasa pertama dan diiringi suara mencicit yang amat ramai, mulai menggali tanah dan membuat liang baru.
Pasir dan hancuran batu segera berserakan dimana-mana, bagaikan amukan air bah, kawanan tikus itu bersama-sama membuat liang besar dengan kecepatan luar biasa.
Tikus gunung sesungguhnya memang memiliki
kepandaian khusus dalam menggali liang, tapi kejadian yang berlangsung saat itu benar-benar merupakan suatu peristiwa yang luar biasa, untuk sesaat lamanya para jago yang hadir disana sama-sama dibuat berdiri terbeliak dengan mulut melongo.
Rupanya kawanan tikus itu benar-benar sedang menggalikan liang bawah tanah untuk mereka semua.
Kakek Ou segera menepuk-nepuk bahu si tikus berjalan dibawah tanah Thio Kiang dengan telapak tangannya yang lebar, kemudian ujarnya sambil tertawa tergelak;
"Lote, kepandaianmu dalam mengendalikan kawanan tikus gunung itu betul-betul luar biasa, belum pernah ada umat persilatan di dunia ini yang mampu meniru kepandaian mu itu, hari ini aku harus menyatakan rasa kagumku yang tak terhingga kepadamu!"
Si tikus berjalan dibawah tanah Thio Kiang mengangkat bahunya sambil tertawa bangga, ujarnya:
"Mana, mana... Siaute tidak berkemampuan apa-apa, masih untung saja saudara-saudara kecil ini masih sudi menuruti perkataanku!" Benar-benar suatu kalimat yang menggelikan hati, berapa tidak" Ternyata dia telah menyebut kawanan tikus gunung itu sebagai saudara-saudara ciliknya.
Sementara pembicaraan berlangsung, tiba-tiba terdengar dua kali suara mencicit yang tinggi melengking berkumandang datang.
Sambil tertawa si tikus berjalan dibawah tanah segera berkata:
"Aahh... Tampaknya mereka telah berhasil menembusi liang yang sedang digali.."
Dia segera membalikkan badan dan berjalan menuju ke lorong kecil di bawah batu raksasa kedua, membungkukkan badan lalu mencicit pula beberapa kali menirukan suara tikus, setelah itu sambil bangkit berdiri dia berkata:
"Nah, aku telah memberi kabar pada Kam tayhiap bahwa jalanan sudah terbuka, mari kita berangkat, biar aku yang menjadi petunjuk jalan buat kalian semua."
Selesai berkata dia lantas berjongkok dan menerobos kedalam liang dibawah batu raksasa itu, gerakannya cepat dan cekatan, tak malu disebut sebagai si tikus yang berjalan dibawah tanah.
Begitu selesai berkata, dia segera mengikuti dibelakang si tikus berjalan di bawah tanah dan menerobos masuk kedalam liang tersebut.
Baru saja kakek Ou menerobos masuk ke dalam liang gua itu, dari dasar batu raksasa kedua telah bermunculan pula Kam Liu cu serta Lek jiu im eng Thio Man.
Liu Leng poo tahu jumlah manusia yang tergantung dalam kelompok dua banyak sekali, sedangkan liang gua itupun hanya bisa dilalui satu demi satu, jelas membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menyeberangkan semua orang yang ada.
Karena itu dia segera memberi tanda kepada So Siau hui, Liong Hiang kun, Wi Tiong hong dan Cho Kiu moay sekalian agar mengikuti merangkak lewat dari liang gua.
Setelah rombongan pertama lewat, orang-orang dari rombongan kedua dengan dipimpin oleh Kam Liu cu segera merangkak pula menerobos liang gua didasar baru raksasa pertama.
Setelah melewati batu raksasa, didepan mata terbentang lagi undak-undakan batu yang berjumlah ratusan buah lebih.
Liu Leng poo sekalian menunggu sampai seluruh rombongan kedua telah menyebrangi batu raksasa itu, kemudian dia baru memimpin seluruh rombongan menaiki undak undakan batu tadi.
Ternyata pada undak-undakan batu berikut ini tidak lagi dijumpai alat jebakan ataupun perangkap diujung undak-
undakan merupakan sebuah gua batu yang luasnya berapa kaki, empat dinding terbuat dari batu kristal yang bening dan jernih, ketika terkena cahaya lentera, segera memantulkan cahaya tajam yang menyilaukan mata.
Setelah berjalan lagi kurang lebih dua kaki, perjalanan mereka terhadang kembali oleh sebuah batu karang raksasa yang luar biasa besarnya.
Batu karang raksasa inipun terbentuk dari batu kristal yang bening dan jernih, warnanya putih susu, malah bentuknya telah di rubah orang dengan sebuah pahatan yang sangat indah, sebuah katak berkaki tiga yang amat indah.
Hanya saja patung itu sedemikian besarnya sehingga persis menyumbat habis semua jalan lewat.
Melihat pahatan kakek putih itu, diam-diam kakek Ou mengerutkan dahinya, dia berpikir,
"Julukan dari majikan kami adalah katak pualam, semestinya katak raksasa ini lebih cocok ditempatkan didepan istana Pek leng kiong dari lam hay kami.."
Dalam pada itu So Siau hui telah berjalan menuju kehadapan patung katak pualam itu dan merabanya sebentar, tahu-tahu berkumandang suara gemerincing nyaring, pada kedua belah dinding batu di sisi kiri dan kanan mendadak terbuka dua buah pintu besar, cahaya terang segera memancar masuk dari luar pintu.
Semua orang pun menundukkan kepalanya dan
manerobos keluar melalui pintu rahasia yang terletak diantara kedua belah kaki katak pualam tersebut.
Rupanya patung pualam ini hanya berfungsi sebagai penyekat, setelah melewati pintu dan melingkari patung
tersebut, terwujud kembali sebuah lorong rahasia yang sama.
Didepan situ kembali muncul sebuah pintu gua berbentuk bulat yang amat tinggi, dari situ dapat terlihat pemandangan diluar gua dengan jelas sekali.
Liu Leng poo sagera berpaling seraya bertanya :
"Sudah sampai ditempat tujuan?"
"Ya sudah sampai, siluman perempuan itu berdiam dalam rumah batu didepan sana"
Dengan langkah lebar semua orang berjalan keluar dari balik pintu, terasa pandang mata menjadi silau, rupanya keadaan medan disitu amat lebar dan luas, karena merupakan sebuah lembah seluas berapa li yang dikeli1ingi oleh bukit karang yang tinggi menjulang ke angkasa...
Ditengah tanah lapang yang luas ini berdirilah puluhan buah bangunan rumah kecil yang terbuat dari batu.
Bangunan itu berderet sangat rapi dan berwujud sebuah dusun kecil, tapi anehnya suasana di sekitar tempat itu justru amat hening dan tak nampak sesosok bayangan manusia pun.
"Sungguh aneh" si gadis berjalan dibawah tanah bergumam keheranan, "Padahal majikan kami telah datang kemari, mengapa tak kedengaran sedikit suarapun ?"
"Mari kita masuk dan memeriksa keadaan di situ, aku percaya keadaan yang sebenarnya akan segera ketahuan"
ajak kakek Ou. Liu Leng poo berpaling kearah Ma koan tojin, lalu berkata,
"Toheng, perintahkan empat orang diantara para jago pedang berpita hijau untuk berjaga dimulut gua, saat ini tempat tersebut merupakan satu-satunya jalan mundur bagi
kita, sedangkan yang lain perintahkan untuk membentuk satu regu, tiap dua orang, kau suruh mereka lakukan penjagaan ketat disepanjang jalan, apabila bertemu musuh gunakan suara pekikan nyaring sebagai tanda bahaya"
Ma koan tojin segera mmengiakan dan memerintahkan empat orang jago pedang berpita hijau untuk berjaga-jaga di mulut gua sementara kedua belas orang jago pedang berpita hijau lainnya menyebarkan diri dibelakang kawanan jago itu denga dua orang membentuk satu kelompok melakukan penjagaan disepanjang jalan.
Kini, para jago dari dua rombongan telah bergabung menjadi satu lagi, dengan tetap pimpin oleh Liu Leng poo, So Siau hui dan Liong Hiang kun, berangkatlah mereka mendekati dusun itu.
Semua bangunan rumah yang dijumpai di situ, tak sebuahpun yang memiliki pagar tembok atau pagar pekarangan, satu demi bangunan itu berjajar kaku disepanjang jalan, bukan cuma pintu rumah tertutup rapat, jendela pun tak ada yang terbuka, sehingga suasana begitu hening dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun Inikah yang disebut selat Tok seh sia baru"
Dalam suasana menghadapi serbuan musuh tangguh, keadaan disekitar tempat itu tampak begitu hening dan tenang, jelas keadaan tersebut berbeda sekali dengan keadaan pada umumnya.
Apalagi pemimpin dari selat Tok seh sia sekararg sudah bukan si raja langit bertangan keji Liong Cay thian, melainkan Kiu siang la koay yang sudah termashur karena kelicikan, kebuasan dan kekejamannya dalam dunia persilatan.
Rencana busuk apakah yang sesungguhnya tersembunyi dibalik suasana hening itu" Tak seorangpun yang bisa menduga. Tiba-tiba Ma koan tojin berbisik dengan sepasang mata berkilat:
"Liu lihiap, tampaknya situasi disini rada kurang beres.."
Liu Leng poo manggut-manggut.
"Ya, memang rada kurang beres, tapi kita toh harus masuk kedalam untuk memeriksanya juga"
"Kebetulan sekali aku memang sedang mencari Kiu siang poo untuk diajak berkelahi, biar aku saja yang berada di paling muka." seru kakek Ou kemudian.
Dngan langkah lebar dia segera berjalan mendekati pintu ruangan, kemudian mengayunkan telapak tangannya dan mendorong pintu kayu yang semula tertutup rapat itu.
Dimana angin pukulannya berhembus lewat pintu kayu itu segera terbuka dengan menimbulkan suara tajam.
Walaupun suara ini merupakan suara yang berasal dari gesekan engsel pintu rumah, namun suaranya yang tajam dan melengking benar-benar mendatangkan suasana yang tak sedap.
So Siau hui, Liong Hiang kun dan Lak jiu im eng Thio Man terentak melangkah mundur berapa langkah dengan perasaan terkesiap bercampur seram.
Dalam pada itu kakek Ou telah mendorong pintu ruangan dan siap melangkah masuk ke dalam.
Tiba-tiba dia menyaksikan didalam ruangan batu yang luasnya hanya dua kaki persegi ini, duduk sesosok tubuh manusia.
Orang itu bermuka semu emas, beralis mata tajam, mata jeli dan mengenakan jubah sutera dengan sebilah pedang berpita kuning emas tersoren dipinggangnya.
Ternyata orang itu tak lain adalah Ban Kiam hwee cu.
Untuk sesaat lamanya kakek Ou jadi tertegun, dia mencoba untuk mengalihkan pandangan matanya kesekeliling tempat itu, namun terbukti hanya dia seorang yang berada disitu, bahkan bila dilihat dari posisinya yang sedang duduk, nyata kalau dia sana sekali tak bergerak...
Melihat hal ini, kakek Ou pun berpaling seraya berkata:
"Orang yang berada dalam ruangan ini hanya Ban kiam hweecu seorang, agaknya dia telah tertotok jalan darahnya!"
Sembari berkata pelan-pelan dia berjalan menghampiri, namun Ban kian hweecu ternyata masih tetap duduk kaku ditempat semula tanpa berbicara maupun bergerak.
Kakek Ou mencoba untuk mendorong tubuh Ban kiam hweecu, maksudnya, ingin membebaskan pengaruh totokan dari tubuhnya. Siapa tahu begitu didorong, ternyata Ban Kiam hweecu roboh terjungkal keatas tanah.
"Bukk..!"
Begitu terjengkang mencium tanah, batok kepalanya segera terlepas dari badannya dan menggelinding kesamping.
Kakek Ou merasa amat terperanjat, serta merta dia memasang matanya dengan lebih seksama lagi.
Rupanya batok kepala yang menggelinding itu hanya berupa sebuah tengkorak belaka, kontan saja amarahnya berkobar, serunya lantang;
"Bedebah, rupanya cuma orang-orangan..."
Sambil mengumpat, dia mengayunkan telapak
tangannya siap melancarkan serangan.
Tiba-tiba terdengar Liu Leng poo berseru,
"Lotiang, cepat mundur keluar!!"
Ternyata ketika lepasan tengkorak itu menggelinding jatuh diatas tanah, mendadak dari lubang mulut, hidung, telinga dan matanya telah menyembur keluar lima gulung asap berwarna kuning, dalam waktu singkat asap kuning itu telah menyebar ke seluruh ruangan dengan cepatnya.
Begitu menyadari kalau gelagat tak menguntungkan, cepat-cepat kakek Ou menutupi pernapasannya, lalu secepat kilat melejit keluar dari balik ruangan.
Sekalipun gerakan tubuhnya cukup cepat, siapa tahu asap kuning itu jauh lebih cepat lagi, tahu-tahu saja ada sebagian dari asap kuning itu sudah menempel diatas pakaian yang dikenakan kakek Ou.
Disaat tubuhnya sedang menerjang keluar dari ruangan tadi, asap kuning itu masih tetap menempel diatas pakaiannya, malahan mengepul terus tiada hentinya, seakan-akan asap itu berhembus keluar dari balik tubuhnya.
Liu Leng poo segera sadar kalau gelagat tidak menguntungkan, cepat-cepat dia mengulapkan tangannya dan memerintahkan semua orang agar secepatnya mengundurkan diri dari situ.
Sementara itu kakek Ou juga telah mengetahui kalau tubuhnya telah terkena asap kuning, setelah berdiri tegak, sepasang telapak tangannya segera diayunkan berulang kali melancarkan pukulan-pukulan dahsyat, dia harus berjuang mati-matian sekian lama, sebelum akhirnya berhasil.
Liu Leng poo segera bertanya,
"Lotiang, apakah kau telah mendengus sesuatu bau yang aneh?"
"Tidak hanya mendengus, sedikit sekali, tapi aku tak akan mengacuhkan hal ini "
Sementara masih berbicara, dia sudah melanjutkan langkahnya menuju keruangaa batu yang lain.
Kali ini dia mendorong pintu ruangan pelan-pelan, begitu terbuka, segera di temui bahwa keadaan maupun perabot yang berada dalam ruangan itu tak jauh berbeda dengan keadaan dalam ruangan pertama, hanya badannya disudut ruangan dekat meja, duduklah seorang kakek berjubah hitam
"Ohh...ayah...ayah.."
Mendadak terdeagar Liong Hiang kun menjerit lengking, lalu bagaikan orang kalap berlatih masuk kedalam ruangan itu.
Ternyata kakek berjubah hitam yang duduk bersandar meja itu tak lain adalah si Raja langit bertangan keji Liong Cay thian.
-oo0dw0oo- Jilid 26 DIA DUDUK DISUDUT KIRI RUANGAN dengan
wajahnya menghadap keluar, tapi berhubung suasana dalam ruangan masih remang-remang, lagi pula ia duduk disudut ruangan, sehingga mimik mukanya tidak terlihat secara jelas.
Dengan suatu gerakan yang cepat Liu Leng poo menyambar lengan Liong Hiang kun dan dipegangnya erat-erat serunya kemudian :
"Kau jangan sampai terjebak oleh perangkap lawan, orang tersebut hanya sebuah orang-orangan."
Sambil tertawa kakek Ou berkata pula
"Nona Liong, coba kau lihat !"
Dia segera menggerakkan telapak tangannya dan melakukan gerakan mendorongan dari tempat kejauhan.
Buru buru Liong Hiang kun berseru
"Empek tua, lakukan dengan lebih ringan!!"
"Kau tak usah kuatir !" jawaban kakek Ou cepat.
Ketika angin pukulan itu menumbuk di atas tubuh si raja langit bertangan keji Liong Cay thian, segera terlihatlah tubuh itu bergoyang beberapa kali namun tak sampai roboh, disaat tubuhnya sedang bergoncang inilah mendadak orang itu mengangkat kepalanya sambil membuka mulut seolah-olah hendak mengucapkan sesuatu.
Liong Hiang kun menjadi gelisah sekali, cepat-cepat dia berteriak keras :
"Dia bukan orang-orangan, dia adalah ayahku, mungkin jalan darah telah ditotok orang.."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba berkumandang suara desingan angin tajam yang menderu-deru..
Ternyata dari balik mulut si Raja langit Tangan keji Liong Cay thian telah menyembur keluar segumpal jarum lembut bulu kerbau yang memancarkan cahaya biru.
Diantara kilauan cahaya tajam yang memenuhi angkasa
dalam waktu singkat, jarum-jarum lembut itu telah menyumbat habis seluruh pintu ruangan.
Dilihatnya dari cahaya biru yang terpancar keluar dari ujung-ujung jarum lembut tersebut jelas sudah kalau senjata rahasia itu telah dipolesi dengan racun yang amat keji dan mematikan korbannya, hal ini bisa dibayangkan andaikata benar-benar ada orang yang memasuki ruangan tersebut, kendatipun dia memiliki ilmu silat yang lebih hebatpun jangan harap dapat meloloskan diri dalam keadaan selamat.
Liu Leng poo segera mengerutkan dahinya rapat-rapat kemudian berseru dengan gusar.
"Benar-benar kejam dan berhati busuk orang yang menyiapkan jebakan maut ini."
Setelah meninggalkan kedua buah ruangan dengan perangkap maut tadi, rombongan jago itu menelusuri sebuah jalan setapak beralas batu menuju kearah depan.
Kini mereka lewat sederetan bangunan rumah yang terdiri dari sembilan ruangan, semua pintu dan jendela bangunan itu tertutup rapat, terdorong oleh rasa ingin tahu, para jago segera bergerak untuk memeriksa ruangan-ruangan itu, apakah disitupun terdapat orang lain"
Hampir pada saat yang bersamaan, para jago itu bergerak menyerang setiap pintu ruangan batu itu.
Ternyata di dalam setiap ruangan tersebut terdapat penghuninya, diantaranya terdapat Wi Tiong hong, Lan Kun pit, Kam Liu cu, Thian khi cu dari Bu tong pay serta seorang hwesio tua berjubah abu-abu, mungkin seorang pendeta agung dari kuil Siau lim si.
Sudah barang tentu semua orang tersebut hanya orang-orangan gadungan, adapun tujuannya tak lain adalah untuk memancing lawan masuk perangkap.
Kembali kawanan jago itu meneruskan perjalanannya namun sepanjang jalan yang dilalui suasana amat hening, sepi dan tak kelihatan sesosok bayangan manusiapun.
Suatu ketika, Kam Liu cu mengalihkan sorot matanya dan memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian ujarnya :
"Sungguh aneh, mengapa tak kelihatan seorang manusiapun ditempat ini?"
"Siluman perempuan itu berdiam didalam sebuah bangunan gedung yang amat besar" sahut Liong Hiang kun,
"gedung itu masih terletak didepan sana, mari kuajak kalian kesana."
"Yaa benar." kata So Siau hui pula, "Disitulah terletak pusat dari lembah ini, bisa jadi Kiu Siang poo berada ditempat itu"
Sementara pembicaraan masih berlangsung kembali rombongan itu melewati dua buah jalan setapak yang beralas batu, benar saja pada setiap jalanan yang dilalui ternyata semuanya terdapat bangunan rumah batu yang bentuk maupun posisinya tak berbeda satu dengan lainnya.
"Agaknya semua bangunan rumah ini di bangun dan di atur menurut posisi sebuah ilmu barisan" kata Liu leng poo kemudian.
Mendengar perkataan itu.So Siau hui segera berpaling dan katanya sambil tertawa: "Ternyata enci Liu juga mengetahui tentang ilmu barisan. Benar, semua bangunan rumah ditempat ini memang disusun menurut posisi barisan Kiu kiong tin, jadi orang harus masuk dengan melewati bagian tengah, jikalau ditengah jalan hendak menerobos semaunya sendiri, akibatnya akan mudah tersesat jalan dan kehilangan arah, yang lebih hebat lagi, sekali kau salah


Persekutuan Pedang Sakti Lanjutan Pedang Karat Pena Beraksara Karya Qin Hong di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langkah maka makin berjalan akan semakin tersesat.
Akibatnya tentu saja tak terlukiskan lagi dengan kata-kata"
Agak berubah paras muka Liu Leng poo, segera ujarnya :
"Kalau bagitu kita telah memasuki daerah lawan mereka atau dengan perkataan lain kita telah memasuki lingkaran yang dikepung oleh pihak mereka?"
Kam Liu cu segera tertawa tergelak :
"Haaaahhh...haaaah.haaaahh....tepat sekali, saat ini kita memang sudah berada ditengah kepungan mereka, tapi kalau tidak memasuki sarang harimau, bagaimana mungkin bisa memperoleh anak macan?"
"Perkataan Kam lote memang tepat sekali" sambung kakek Ou kemudian, "Kita memang sengaja kemari untuk mencari Kiu sing po si siluman tua itu "
Selang berapa saat kemudian, sampailah rombongan para jago itu dimuka sebuah gedung besar.
Di depan pintu bertengger dua buah patung singa yang besarnya melebihi manusia biasa, undak-undakan batu yang lebar dan luas terdiri dari tiga susun, pintu gerbang dengan gelang putih berbentuk kepala makhluk buas menambah kerennya bangunan itu.
Kakek Ou segera menaiki undak-undakan batu itu dengan langkah lebar dan menggedor pintu gerbang yang tertutup rapat keras-keras.
"Blaaaaammm.!"
Suara getaran berkumandang memecahkan keheningan, tahu tahu diatas pintu sudah tertera bekas kelima jari tangannya yang amat dalam.
Namun kakek Ou sendiri pun segera merasakan lengan kanannya tergetar keras sampai linu dan kaku rasanya. Tak kuasa dia tergetar mundur setengah langkah ke belakang.
Ujarnya kemudian sambil mendengus,
"Sialan benar, rupanya pintu gerbang ini buat dari besi baja asli!"
"Mungkin saja pintu gerbang itu dilengkapi dengan alat rahasia untuk membuka serta menutupnya kembali!" sela Liu Leng poo dan samping.
"Aku rasa pintu ini sudah dikunci dari dalam, mustahil pintu semacam ini dilengkapi dengan alat rahasia." ucap So Siau hui tak sependapat!
Sambil berkata diapun meloloskan pedang pendeknya sambil diangsurkan kedepan, kembali ujarnya :
"Empek Ou, tak usah membuang tenaga dengan percuma, gunakan saja pedang ini untuk mematahkan palang pintu dari bagian tengah, niscaya pintu itu akan terbuka dengan sendirinya."
Setelah menyambut pedang pendek itu, pelan-pelan kakek Ou melakukan penusukan melalui celah-celah tengah diantara kedua belah pintu itu, disusul kemudian sebuah tendangan keras menjejak pintu tadi.
"Blaaaaamm!"
Diiringi suara keras kedua belah pintu baja itu segera terbuka lebar.
Setelah mengembalikan pedang pendeknya di ketangan So Siau hui, kakek Ou baru berseru ;
"Mari kita masuk bersama-sama!"
Tanpa membuang waktu lagi, dia segera berjalan masuk lebih dulu.
Para jago lainnya segera mengikuti dibelakangnya masuk pula ke dalam gedung.
Setelah melewati sebuah pelataran yang luas, didepan sana merupakan sebuah ruang tengah yang lebar, ruangan itu terdapat enam buah pintu yang semuanya tertutup rapat dan tak nampak sesosok bayangan manuasia-pun, seolah-olah gedung yang besar ini sudah lama tiada penghuninya lagi.
Dengan masih dipimpin oleh kakek Ou, mereka menaiki undak-undakan batu dan mendorong pintu panjang di bagian tengah.
Tapi apa yang kemudian terlihat membuatnya segera berhenti, kemudian sambil mengucapkan tangannya kebelakang serunya :
"Kalian berhati-hatilah entah permainan setan apa lagi yang sedang dipersiapkan di dalam sana?"
Mendengar ucapan itu serentak semua orang
menghentikan langkahnya di depan pintu dan mengalihkan sorot matanya ke dalam.
Ternyata dalam ruangan itu duduk empat orang dengan tenang, agaknya mereka sedang merundingkan sesuatu persoalan yang amat serius.
Tapi anehnya keempat orang itu sama sekali tak berbicara, malah sama sekali tubuh mereka tak bergerak.
Wajah keempat orang ini sudah tak asing lagi bagi para jago, yang mengenakan jubah hitam dan berwajah licik menyeramkan itu adalah si Raja langit bertangan keji Liong Cay thian, di sampingnya adalah Lan Sim bu, jagoan dari
In lam yang memakai jubah biru dengan potongan muka kurus kering..
Disampingnya lagi adalah seorang kakek berjenggot putih berjubah hitam dengan sebuah tongkat bambu terletak disampingnya. Orang ini adalah Kiu tok kaucu.
Sedangkan orang ke empat mempunyai dandanan yang sangat istimewa, dia mengenakan gaun berwarna merah dengan kepala tembaga dan berambut warna hijau Kiranya orang ini tak lain adalah Tong hujin yang misterius itu....
Si tikus berjalan dibawah tanah Thio Kiang menjerit kaget, serunya agak tertahan ;
"Aaah... rupanya majikan kami pun sudah datang! "
Cepat cepat dia berjalan masuk ke dalam ruangan Sebenarnya Kam Liu cu bermaksud untuk
menghalanginya, sayang sudah terlambat, si tikus berjalan dibawah tanah telah berjalan mendekati Tong hujin lalu membungkukkan badannya dan siap hendak berbicara, tapi tiba-tiba saja tubuhnya bergoncang keras kemudian roboh terjungkal ke atas tanah..
Liu Leng poo menjadi terkejut sekali setelah menyaksikan kejadian ini, serunya tertahan :
"Aaaah, dia sudah keracunan !"
"Biar aku yang masuk untuk memeriksa keadaaannya!"
Dengan suatu gerakan tubuh yang amat cepat dia menerjang masuk ke dalam ruang tengah, lalu membangunkan tubuh si tikus berjalan dibawah tanah yang tergeletak di tanah itu.
Ternyata tubuh orang itu sudah melingkar seperti udang, mukanya hijau membesi dan jelas keracunan hebat sementara selembar jiwanya telah meninggalkan raganya, sambil mengangkat kepalanya Liu Leng poo segera bertanya :
"Kakek Ou, apakah dia masih dapat di tolong?"
Pelan-pelan kakek Ou membaringkan kembali tubuh si tikus berjalan dibawah tanah ke atas lantai kemudian setelah menghela napas panjang sahutnya dengan pedih,
"Dia..dia sudah tak tertolong lagi"
Menyaksikan kematian si tikus berjalan di bawah tanah yang secara tiba-tiba ini, semua orang merasakan hatinya amat pedih, apalagi bila teringat dengan jasanya barusan, andaikata dia tidak memimpin kawanan tikusnya untuk menggali liang, niscaya semua orang yang hadir telah mati terkurung di dalam lorong gua tersebut...
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar suaru mencicit yang amat ramai berkumandang datang, beratus ratus ekor tikus gunung yang gemuk berlarian melalui kaki semua orang dan menyerbu ke dalam ruangan tengah bagaikan datangnya air bah.
Sementara semua orang masih dicekam perasaan kaget, kawanan tikus yang menyerbu ke dalam ruang tengah itu sudah pada menggeletak tak berkutik diatas lantai sebelum mencapai dihadapan si tikus berjalan dibawah tanah Thio Khiang, sudah jelas kawanan binatang itu sudah keracunan dan mati semua.
Berubah paras muka Liu Leng poo setelah menyaksikan kejadian ini, serunya terkejut :
"Aaaaah tampaknya seluruh ruangan ini telah ditaburi dengan racun yang sangat ganas!"
"Empek Ou cepat keluar dari sana!" buru-buru So Siau hui berteriak dengan cemas.
"Tidak apa apa, aku.."
Sebelum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba saja dadanya menjadi sesak dan lamat-lamat seperti mau tumpah, hal ini menyebabkan kata-kata berikut tak sempat lagi diutarakan keluar.
Secepat sambaran kilat tubuhnya segera melayang keluar dari ruangan, kemudian duduk bersemedi dan mengatur pernapasan di tengah beranda..
So Siau hui membelalakkan matanya lebar-lebar serunya dengan suara gemetar,
"Empek Ou.kau..kau..."
Dengan cepat Liu Leng poo menarik tangannya kemudian berbisik pelan.
"Adik kecil, dia sedang menghimpun tenaga dalamnya untuk mendesak keluar racun yang mengeram didalam tubuhnya, kau tak boleh mengganggu konsentrasinya.."
Walaupun kemudian So Siau hui tak berbicara lagi, namun hatinya merasa sangat gelisah diam-diam pikirnya:
"Padahal empek Ou sudah menelan obat mestika Pit tok kim wan buatan Lam hay bun kami. Seharusnya dia kebal terhadap segala macam racun, sebetulnya racun ganas apakah yang telah disebarkan didalam ruangan ini sehingga begitu hebatnya?"
Dengan perasaan kebat-kebit dan cemas semua orang mengikuti perkembangan dari kakek Ou, tak seorangpun yang berbicara ataupun bergerak dari posisinya semula.
Untung suasana didalam gedung besar itu memang sepi dan hening sekali, sehingga tiada orang lain yang mengganggu mereka.
Suasana tegang dan cemas berlangsung hampir selama seperminum teh lamanya, kemudian kakek Ou baru nampak menghembuskan napas panjang dan bangkit berdiri, katanya kemudian :
"Benar-benar racun yang sangat hebat, untung saja aku telah menelan pil anti racun Pit tok kim wan, kalau tidak niscaya selembar jiwa tuaku akan melayang."
Kam Liu cu memandang sekejap sekeliling ruangan itu, kemudian berkata,
"Agaknya sisa racun yang tersebar di dalam ruangan ini merupakan sisa racun yang di lancarkan berapa orang di dalam ruangan itu ketika terjadi pertarungan sengit tadi!"
"Yaa, betul, memang demikian keadaannya!" sahut kakek Ou sambil mengangguk.
Mendadak sekujur badan Liong Hiang kun tergetar keras, serunya kemudian,
"Kam tayhiap kau maksud keempat orang yang berada didalam ruangan itu bukan orang-orangan palsu ?"
"Nona Liong tak ussh bersedih hati lagi, sesungguhnya ayahmu beserta ketiga orang lainnya...."
Paras muka Liong Hiang kun segera berubah menjadi pucat pias seperti mayat sekujur badannya gemetar, keras, cepat dia bertanya lagi:
"Apakah ayahku dan... dan mereka semua telah..telah mati ?"
Kakek Ou mengangguk.
"Benar, mereka semua telah mati keracunan!"
Tiba-tiba Liong Hiong kun meronta dari genggaman Liu Leng poo lalu menerjang masuk ke dalam ruangan seperti orang kalap, teriaknya sambil menangis
"Oooh ayah...putrimu yang tidak berbakti telah datang..."
Cepat cepat kakek Ou menghalangi jalan perginya, dia berseru :
"Nona Liong, orang yang telah mati tak bisa hidup kembali, kau tak boleh masuk ke dalam "
Liu Leng poo, So Siau hui serta Lak jie nio Eng Thio Man bertiga pun berusaha membujuk sambil menarik tangannya, tapi Liong Hiang kun tetap menjerit sambil menangis tersedu-sedu.
Akhirnya Liu Leng poo benar-benar dibikin apa boleh buat oleh isak tangis nona tersebut, terpaksa ujarnya kemudian :
"Adikku dari keluarga Liong, inginkah kau membalaskan dendam bagi kematian ayahmu?"
Sambil menggertak gigi menahan rasa benci yang berkobar-kobar didalam dadanya Liong Hiang kun berseru:
"Orang yang mencelakai ayahku sampai mati adalah ketiga jahanam tersebut, aku bersumpah akan membunuh mereka serta mencincang tubuhnya sehingga hancur berkeping keping"
"Kau keliru besar" Liu Leng poo kemudian, "walaupun keempat orang ini saling beradu ilmu beracun dengan masing masing mengeluarkan segenap ilmu beracun yang dimilikinya, namun pertempuran ini sudah diatur orang lain
sedemikian rupa sehingga berakibat kematian dari mereka berempat secara bersama-sama"
"Aku mengerti, orang yang mengatur pertarungan itu pastilah siluman perempuan itu, siluman perempuan dari perguruan Kiu siang bun!!" seru Liong Hiang kun sambil berhenti menangis.
"Asal saja kau sudah mengerti, hal ini lebih baik lagi, semua bencana dan musibah yang menimpa kita semua tak lain adalah gara-gara Kiu siang poo si siluman tua itu, dialah yang telah membuat keonaran dan menerbitkan semua bencana bagi kita"
"Sekarang persoalan ini tak bisa di tunda-tunda lagi!" sela kakek Ou mendadak, "sekarang kita harus mencari si nenek siluman itu sampai ketemu!"
Liu Leng poo tidak segera mengambil keputusan, apalagi setelah tidak menjumpai seorang manusia pun semenjak mereka memasuki selat tersebut, hal mana telah menimbulkan kecurigaan didalam hatinya.
"Siluman tua itu sengaja menyembunyikan diri dan tak berani munculkan diri untuk menghadapi kita, sudah jelas di balik kesemuanya ini terdapat intrik busuk yang akan merugikan kita.."
Belum habis perkataan itu di ucapkan mendadak terdengar seseorang tertawa seram dengan suaranya yang parau seperti bambu retak;
"Heehh...Heeeh..heeeh.bukankah kalian semua berniat mencari aku si nenek" Mengapa tidak masuk ke dalam secara langsung ?"
Suara tersebut seakan akan berasal dari dalam ruangan, padahal dalam ruangan tengah itu kecuali keempat sosok
mayat yang mati kaku karena keracunan, tak kelihatan seorang manusia pun yang bersembunyi disitu.
Mencorong sinar tajam dari balik mata kakek Ou setelah mendengar ucapan tersebut, segera bentaknya :
"Hey nenek siluman, kau bersembunyi di mana?"
"Aku si nenek berada disini" jawab suara parau macam bambu retak itu.
"Tampaknya dia berada di belakang ruangan" kata Mo koan tojin tiba-tiba.
"Mari kita mengitari ruangan ini dan masuk lewat belakang " ajak kakek Ou cepat.
"Tidak, kita tak dapat masuk kedalam". tampik So Siau hui dengan perasaan susah.
"Kenapa tak boleh masuk ke dalam?"
"Bila ingin masuk kedalam, kecuali melalui ruangan tengah tersebut, disekitar sini sudah tiada jalan tembus lain.
Tapi ruangan tengah telah ditaburi racun keji yang sangat ganas, di mana pil mestika Pit tok kim wan yang kita milikipun tak mampu menghadapinya, sudah setengah harian lamanya aku mencoba untuk memikirkan persoalan itu, tapi aku benar-benar tak dapat menemukan suatu cara yang terbaik untuk masuk kedalam".
Sementara itu, suara yang parau seperti bambu retak tadi telah berkata lagi:
"Sebenarnya kalian benar-benar ingin masuk kedalam untuk bertemu dengan aku, nenek atau tidak?"
"Tentu saja kami ingin berjumpa denganmu!" jawab kakek Ou segera,
"Bagus sekali, diseluruh lantai ruangan tengah telah ditaburi racun yang amat ganas, sudah jelas tidak gampang bagi kalian untuk melewatinya, baiklah aku sinenek akan mengirim orang untuk menyambut kedatangan kalian, tapi sebelum itu kalian harus menyebutkan dahulu nama-nama kamu semua, aku sinenek wajib mengetahui lebih dulu siapa siapa saja yang ingin bertemu denganku"
"Apakah harus menyebutkan nama kami ?" tanya Kam Liu cu.
"Kalau enggan menuruti perkataanku, lebih baik kalian mengundurkan diri saja dari sini dan tidak usah bertemu denganku"
"Baiklah" kata Liu Leng poo kemudian, "Kami akan menyebutkan nama-nama kami."
Suara yang parau seperti bambu retak itu segera tertawa terkekeh-kekeh.
"Hee,..hee heeheh...kalian tak usah melaporkaa nama yang asli, nama palsu pun boleh di gunakan".
Semua jago dibuat melongo dan tertegun, mereka benar-benar tak habis mengerti permikiran busuk apakah yaag sedang direncanakan siluman tua tersebut"
Sambil tertawa kakek Ou segera berkata: "Baik, baiklah, aku bernama Ou Tou Jo!"
"Aku adalah Kam Liu cu," sambung Kam Liu cu kemudian
Disusul kemudiaa Liu Leng poo, So Siau hui, Thio Man, Liong Hiang kun, Ma koan tojin dan Tam See hOu melaporkan juga nama-namanya, sementara Wi Tiong hong dan Cho Kiu moay karena terpengaruh pikiran dan
kesadarannya, maka nama mereka di sebutkan oleh Kam Liu cu.
Kembali suara parau seperti bambu retak itu tertawa terkekeh-kekeh dengan anehnya,
"Heeheheheehh...bagus, bagus sekali kalian semua berjumlah sepuluh orang bukan?"
"Benar!" sahut kakek Ou.
Baru saja perkataan itu selesai diutarakan , penyekat di belakang ruangan pelan-pelan telah bergeser kesamping sehingga muncullah sebuah pintu berbentuk bulat.
Ketika pintu berbentuk bulat itu terpentang lebar, tiba-tiba dari balik ruangan memancar keluar serentetan cahaya berwarna merah yang meluncur keluar ruangan tengah dengan kecepatan luar biasa.
Cahaya merah itu melintasi ruangan tengah dan tiba ditegah ruangan tersebut, ternyata cahaya merah itu merupakan seutas angkin berwarna merah yang dilancarkan oleh seorang perempuan berbaju hitam yang wajahnya di tutupi dengan topeng berwajah menyeramkan.
Perempuan berbaju hitam itu berdiri di ujung ruangan tengah dengan memegang ujang angkinnya erat-erat, sementara ujung angkin yang lain dipegangi oleh seorang perempuan berbaju hitam berwajah menyeramkan lainnya dari ujung pintu bulat.
Ketika kedua orang itu saling menarik angkin itu hingga menegang, maka terwujudlah sebuah jembatan lintas diatas ruangan tengah itu,
Setelah menyiapkan angkin untuk jembatan
penyeberang, perempuan berbaju hitam itu baru memberi hormat kepada semua orang sambil ujarnya,
"Suhu kami mempersilahkan saudara sekalian menyeberang dengan melalui atas jembatan angkin!"
Sebagaimana diketahui, dari sekian jago yang hadir disana waktu itu, kecuali Liong Hiang kun, Thio Man serta si pena baja Tam See hou bertiga yang memiliki kepandaian silat agak lemah, sisanya memiliki ilmu kepandaian yang luar biasa sekali, bagi mereka melintasi ruangan tengah dari tempat di mana mereka berada hingga mencapai pintu berbentuk bulat itu seharusnya bukan suatu pekerjaan yang sulit.
Lin Leng poo segera memandang sekejap kearah perempuan berbaju hitam itu kemudian pikirnya:
"Semua tingkah laku Kiu siang poo memang tak pernah lepas dari aliran sesat, sungguh mengherankan, mengapa murid-muridnya diharuskan mengenakan topeng berwajah setan dan berdandan aneh" Dianggapnya dandanan semacam ini bisa menakuti siapa?"
Dalam pada itu kakek Ou telah tertawa terbahak-bahak:
"Haah..haah..haah..orang lain kan sudah datang mengundang kita, buat apa kita mesti bersungkan-sungkan lagi?"
Sementara berbicara, dia telah berpaling dan bisiknya kepada Kam Liu cu.
"Aku akan barangkat duluan sedang Kam lote lebih baik berjalan paling belakang, hati-hati kalau mereka akan bermain setan dengan kita..!"
Kam Lin cu segera mengangguk pelan.
Begitu selesai berkata, kakek Ou segera melejit ketengah udara dan melayang turun di atas angkin merah tadi, dengan langkah lebar dia berjalan kemuka.
Liu Leng poo segera memberi tanda kepada semua orang untuk mengikuti gerakan kakek Ou.
Maka setelah para jago melintasi angkin merah itu secara berurutan, Kam Liu cu baru melintasi paling akhir menuju kedalam pintu bulat tersebut.
Setelah semua oraag melayang turun ke atas tanah dan mengalihkan sorot matanya kedepan, barulah diketahui bahwa dibalik pintu bulat itu ternyata terdapat lagi halaman lain.
Rupanya diatas pelataran dibalik pintu bulat itu telah dipajang papan besi yang menutupi seluruh ruangan sehingga tidak tembus sinar matahari, sedangkan ruangan dibagian tengah mempunyai luas hampir sebesar ruang depan, cuma pintunya dilapisi dengan tirai yang cukup tebal.
Dengan cepat kedua orang perempuan berbaju hitam itu menarik kembali senjata angkinnya dan menaiki keatas undak-undakan, disitu satu dari kiri yang lain dari kanan menyingkap tirai yang semula tertutup.
Ditengah ruangan terletak sebuah tempat duduk berbentuk bunga, tirai yang terbuat dari kayu cendana, disitulah duduk bersila seorang perempuan tua berbaju hitam yang berambut merah dan berwajah menyeramkan, orang itu tak lain adalah Kiu siang poo yang sudah termashur karena kebuasannya.
Dikedua belah samping tempat duduk berbentuk teratai itu, berdiri empat orang perempuan berbaju hitam yang wajahnya masing-masing mengenakan topeng bertampang menyeramkan, sepasang telapak tangan mereka disilangkan didepan dada sementara pandangan matanya mengarah kebawah, terhadap situasi disekelilingnya, mereka bersikap acuh tak acuh..
Bila ditinjau dari jari tangannya yang di silangkan didepan dada, kawanan perempuan berbaju hitam itu belum berusia kelewat besar dan lagi kuku mereka hampir semuanya diberi pemerah, cuma sayang tampang mereka yang menyeramkan justru merupakan pemandangan yang amat tak sedap dipandang.
Dengan sinar matanya yang hijau memancarkan hawa sesat, Kiu siang poo memperhatikan sekejap tamu-tamunya, kemudian setelah tertawa melengking katanya.
"Apakah kalian semua telah masuk kemari" Bagus, bagus sekali."
Nada suaranya kebanci-bancian, membuat siapa pun yang mendengarkan, merasakan hatinya amat tak sedap.
Kakek Ou segera tertawa nyaring.
"Haaaa..haaa..haaa...Kiu siang poo, kami datang kemari bukan untuk bertamu, aku rasa kita pun tak usah menggunakan kata-kata sungkan lagi!"
"Yaa benar, perkataanmu memang tepat sekali" jawab Kiu siang poo kemudian, "Setelah saling berjumpa muka, tentu saja kita tak usah menggunakan kata-kata sungkan lagi!"
Kemudian setelah mengeluarkan sebuah daftar nama, pelan-pelan dia berkata lebih jauh
"Hanya saja kalian semua baru pertama kali ini bertemu denganku, sedangkan daftar nama inipun baru saja kucatat berdasarkan daya ingatanku. Entah benar entah tidak karena itu aku ingin mengabsen sekali lagi, apalagi saudara sekalian enggan untuk menjawab, mengangguk pun boleh juga."
Agaknya siluman perempuan ini memiliki semacam daya kekuatan yang misterius, ucapan mana segera disambut semua orang dengan anggukkan kepala.
Sesungguhnya apa yang dikatakan olehnya memang benar, sekaligus tempat itu sudah kedatangan belasan orang laki perempuan tua muda yang belum pernah dikenal sebelumnya, sudah barang tentu tak mungkin baginya untuk mengenali sekian banyak orang orang sekaligus.
Memang sudah sewajarnya kalau dia mengenali dulu orangnya menurut daftar nama, baru kemudian pembicaraan bisa ditanggungkan.
Pelan-pelan sorot mata Kiu siang poo di alihkan kewajah orang orang itu, kemudian tanyanya sambil tertawa.
"Jadi saudara sekalian sudah setuju?"
Sekali lagi semua orang menganggukkan kepalanya.
Kiu siang poo segera menundukkan kepalanya dan memeriksa sekejap daftar nama itu kemudian pelan-pelan berkata:
"Siapakah yang bernama Ou Tou lo?"
"Akulah orangnya" sahut kakek Ou.
Sambil tersenyum Kiu siang poo berkata, "Ternyata lo enghiong adalah pemimpin rombongan, sudah lama aku sinenek mengagumi akan nama besarmu... ehmm, nama besarmu memang sesuai benar dengan orangnya, sungguh beruntung aku dapat bersua denganmu hari ini."
Perkataan itu diucapkan dengan suara datar, rendah dan lambat, selain itupun mengandung nada nada siluman yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
Sebagaimana diketahui, julukan Kakek Ou adalah Panglima sakti berlengan emas yang menjaga pintu langit
selatan dari Lam hay bun, nama besarnya jarang dikenal oleh umat persilatan terutama didataran Tionggoan.
Namun ucapan seperti "sudah kukagumi nama besar anda"
sudah teramat sering dia dengar.
Hanya saja, kalau dihari-hari biasa dia tidak merasakan sesuatu yang aneh setelah mendengar perkataan itu, karena kata macam demikian memang merupakan kata-kata sopan santun yang umum dan lumrah.
Tapi sekarang, entah mengapa, ketika perkataan yang lumrah itu diucapkan oleh Kiu siang poo, justru memberikan perasaan yang berbeda dalam hati kakek Ou, sehingga tanpa terasa pikirnya,
"Wah, nampaknya si nenek siluman ini sudah dibuat tergetar hatinya oleh ucapanku!"
Tak dapat dibendung lagi, senyuman kearah kakek itu, kemudian sorot mata silumannya baru dialihkan kewajah Kam Liu cu sambil berkata.
"Kam tayhiap adalah murid tertua dari Thian sat bun, aku si nenek pun sudah lama mengagumi nama besarmu."
Seperti halnya kakek Ou, paras muka Kam liu cu segera meperlihatkan wajah berseri-seri setelah mendengar perkataan ini, cepat-cepat dia menjura sambil katanya,
"Terima kasih atas pujian kau orang tua... aku tak berani menerimanya".
Nada pembicaraan dari Kiu siang poo berubah semakin halus dan lembut, pelan-pelan ujarnya:
"Siapakah diantara kalian yang bernama Liu Leng poo, nona Liu..?"
Ketika sinar mata Liu Leng poo saling beradu dengan pandangan matanya, tiba-tiba saja perempuan itu
merasakan pandangan matanya begitu hangat dan mesrah, seakan-akan baru saja bersua dengan saudara-saudara yang sudah banyak tahun tak bersua.
Buru-buru dia membungkukkan badannya seraya berkata:
"Tidak berani, boanpwee adalah Liu Leng poo"
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar Liong Hiang kun berteriak dengan suara melengking;
"Nenek siluman, ayahku sama sekali tiada dendam atau sakit hati dengan dirimu, mengapa kau justru mencelakai ayahku sampai mati" Aku akan beradu jiwa denganmu."
Jeritan lengking itu diutarakan persis pada waktunya, seketika itu juga semua orang di buat tersadar kembali dari pengaruh siluman yang menyesatkan dan pulih kembali kesadarannya.
Sambil tertawa terbahak-bahak kakek Ou segera membentak:
"Haah.. haah.. haah.. nenek siluman, bagus sekali perbuatanmu, rupanya kau berani menggunakan ilmu sesat untuk mempengaruhi jalan pemikiran orang" Hmm, hampir saja aku termakan oleh perbuatanmu itu."
"Weess!!"
Sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Sebagaimana diketahui, tenaga dalam yang dimiliki kakek Ou memang sangat lihay dan amat sempurna, dimana angin pukulannya dilancarkan, segera terjadilah deruan angin puyuh yang menderu-deru dengan hebatnya.
Ancaman tersebut menubruk ke arah tubuh Kiu siang poo secara mengerikan.
Sinar sesat berwarna kehijuan yang semula memancar keluar dari balik mata Kiu siang poo segera menjadi sirna, pelan-pelan dia menggerakkan sepasang tangannya melakukan suatu gerakan seperti orang mendayung, lalu sambil tertawa terkekeh-kekeh katanya,
"lo enghiong, bila ada persoalan lebih baik dibicarakan secara baik-baik. Apa sih gunanya menggunakan kekerasan?"
Ketika angin pukulan dahsyat yang dilancarkan kakek Ou termakan olen gerakan tersebut, tahu-tahu kekuatan tersebut hilang lenyap dengan sangat mengejutkan hatinya.
Namun pada saat yang bersamaan, tubuh Kiu siang poo tergoncang keras, paras mukanya segera berubah hebat, dengan sinar tajam mencorong keluar dari balik matanya, ia berseru dengan terperanjat:
"Sebenarnya siapakah kau" Hebat benar tenaga dalam yang kau miliki...?"
Ternyata walaupun dia berhasil menyambut pukulan yang dilancarkan oleh kakek Ou tadi, akan tetapi diapun segera merasakan bahwa tenaga serangan yang melanda tiba itu memiliki daya kekuatan yang belum pernah dijumpai sebelumnya, hal tersebut menggetarkan seluruh badannya sehingga hawa darahnya bergolak keras dan hampir saja tak sanggup menahan diri.
Berhubung kepandaian yang dilatih termasuk dalam golongan Im kang, maka perubahan mana sama sekali tidak di ketahui oleh kakek Ou.
Tiba-tiba terdengar kakek Ou berseru sambil tertawa terbahak-bahak.
"Bukankah kau ingin tahu siapakah aku" Nah...akulah yang bernama Ou Tou lo!"
Menyusul ucapan tersebut, badannya seperti burung elang raksasa yang melayang diangkasa, tiba-tiba saja menerjang kedalam ruangan.
Kiu siang poo tertawa aneh, sepasang telapak tangannya segera didorong ke depan bersama-sama. Segulung kekuatan yang tak berwujud dengan cepat meluncur ke depan dan menerjang tubuh kakek Ou yang sedang melayang tiba itu,
Berada ditengah udara kakek mengayunkan tangan kanannya melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan.
Ketika kedua gulung kekuatan itu saling bertemu satu sama lainnya, ternyata sama sekali tidak menimbulkan suara benturan apapun, cuma saja tubuh kedua orang itu sama-sama bergetar keras, sementara kakek Ou terpental jatuh kembali keatas tanah.
Semua kejadian ini berlangsung dalam waktu singkat, tiba-tiba saja kedua orang perempuan berbaju hitam yang berdiri di depan maju kedepan ruangan menurunkan tirai pintu itu.
Dalam pada itu, kakek Ou yang telah menyambut serangan lainnya di udara dan berhasil menduduki posisi diatas angin, segera mengambil kesimpulan kalau tenaga dalam yang dimiliki Kiu siang poo paling tidak masih setingkat rendah daripada kemampuannya.
Tanpa terasa dia tertawa terbahak bahak "Haha haah haah... wahai nenek siluman, kau anggap tirai penyekat pintu ruangan itu mampu menghalangi jalan masuk kami?"
"Beranikah kau masuk ke dalam?" tantang Kiu siang poo segera sambil tertawa sinis.
"Siapa bilang tidak berani?"
Sembari berkata dia siap menyingkap tirai pintu untuk menerobos masuk kedalam.
Baru buru Liu Leng poo mencegah.
"Ou lotiang, jangan sembarangan, hati-hati kalau diatas tirai tersebut telah dipoles racun.?"
"Biar ada racunpun tetap akan kuterjang!" jawab kakek Ou dengan suara lantang.
Begitu selesai berseru, tubuhnya segera melejit ketengah udara, lalu dengan kecepatan bagaikan hembusan angin dia menyingkap tirai di depan pintu dan langsung menerjang ke dalam ruangan.
"Criing...crinngg..."
Suara gemerincing nyaring bergema memecahkan keheningan, keempat perempuan berbaju hitam yang memakai topeng setan itu serentak meloloskan senjata garpu baja yang memancarkan cahaya biru dan masing-masing menyelinap di sisi kiri dan kanan Kiu siang poo untuk melindungi keselamatan nenek tersebut.
Dengan telapak tangan disiapkan didepan dada, kakek Ou segera membentak;
"Nenek siluman, keempat orang muridmu masih bukan tandinganku, lebih baik jangan suruh mereka menghantarkan kematiannya dengan percuma !"
Mencorong sinar aneh dari balik mata Kiu siang poo yang berwarna hijau itu, ditatapnya wajah kakek Ou tanpa berkedip, sementara mulutnya mulai menghitung:
"Satu dua tiga empat lima enam tujuh."
"Hmm...permainan setan apa lagi yang hendak kau perlihatkan dihadapanku?" jengek kakek Ou sambil tertawa keras penuh amarah.
Tiba-tiba Kiu siang poo mengulapkan cakar setannya sambil membentak lirih;
"Kalian segera mundur!"
Keempat orang perempuan berbaju hitam itu serentak menarik kembali senjata garpunya kemudian
mengundurkan diri ke posisinya semula..
Dalam pada itu Kiu siang poo telah menegur dengan perasaan terkejut bercampur keheranan:
"Heran! Sungguh mengherankan! Padahal tirai mutiara ku ini terbuat dari mutiara berbisa, bagi orang awam yang tersentuh mutiara tersebut, ia pasti akan keracunan hebat dan jiwanya tak tertolong lagi, mengapa kau justru tetap sehat wal'afiat dan sama sekali tidak menunjukkan gejala keracunan?"
Kakek Ou yang mendengar perkataan itu kontan saja tertawa terbahak babak,
"Haa...haa...haa... selamanya aku paling tak kuatir terhadap racun, tentunya kau sudah percaya bukan sekarang..?"
"Bagus sekali, kalau begitu coba sambutlah lagi tujuh buah pukulan maut dari si nenek!".
Sambil membentak keras, telapak tangan kanannya segera diayunkan kemuka, segulung angin pukulan yang tak berwujud dan sama sekali tidak menimbulkan suara tahu-tahu meluncur kedepan dan mengancam tubuh kakek Ou.
"Serangan yang sangat bagus!" bentak kakek Ou keras-keras.
Telapak tangan kanannya didorong ke muka sejajar dada, disambutnya serangan tersebut dengan keras lawan keras.
Tatkala kedua gulung angin pukulan itu saling beradu satu sama lainnya, tubuh kakek Ou sama sekal tidak berkutik dari posisinya semula, sebaliknya Kiu siang poo yang masih berada disinggasana berbentuk teratainya itu kelihatan bergoncang keras, rambutnya yang merah pada berdiri kaku semua seperti landak, mendadak tangan kirinya diayunkan kembali melepaskan sebuah pukulan.
Kakek Ou tidak berdiam diri saja, dia mengayunkan juga telapak tangannya untuk menyongsong datangnya ancaman tersebut dengan keras melawan keras.
Sekali lagi Kiu siang poo mengayunkan tangan kanannya dan melepaskan sebuah pukulan.
Kali ini kakek Ou mengayunkan tangan kirinya dengan cepat, angin pukulan yang sangat kuat segera menimbulkan suara desingan tajam yang memekikkan telinga.
Gerak serangan dari Kiu siang poo benar-benar beraturan, sementara tangan kirinya melepaskan bacokan, tangan kanannya di tarik kembali, kemudian dikala tangan kanannya melancarkan serangan, tangan kirinya di tarik pula dengan cepat.
Ditengah ayunan sepasang telapak tangannya itu. Dalam waktu singkat dia telah melancarkan tujuh buah serangan berantai.
Pedang Darah Bunga Iblis 7 Naga Kemala Putih Karya Gu Long Hati Budha Tangan Berbisa 14
^