Pencarian

Pusaka Rimba Hijau 2

Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung Bagian 2


"Kekagetan dan kegusaran Pek-bu-siang tidak alang kepalang. Dengan mengerang keras senjatanya berkilat cepat dengan jurus Liu Heng Kan Goat (meteor mengejar rembulan), geraknya lincah. satu jurus menyerang ketiga penjuru.
Tampaknya seperti di kanan lalu terlihat pula di kiri, sukar menduga di sebelah mana yang akan diserang.
Say Lam San yang bersenjata tongkat berani melawan keras, sedangkan kipas Sin Tong Hai dan Giok jie Ie (senjata yang berupa kumala) Hok Sam Kang, sedikit pun tidak berani melawan keras. Karena itu, mereka terpaksa mundur beberapa langkah menghindarkan beradunya senjata. Hal ini membuat Pek-bu-siang memikir untuk menghancurkan barisan musuh dengan cepat dan kekerasan. Tubuhnya segera merapung ke udara, lalu menyergap turun pada Sin Tong Hai, ia benci kepada si gendut ini karena merobek bajunya. Begitu senjatanya menghajar, musuhnya sudah tidak berdaya lagi, tapi mendadak ia merasakan suatu tenaga kuat yang memaksanya turun dan kembali ke tempatnya semula.
Tenaga yang bersembunyi itu adalah jurus penyelamat dari barisan, barang siapa di antara mereka mendapat gempuran dan tidak bisa menangkis lagi, dua kawannya yang lain meminjam tenaga putaran mereka mendorong dengan bengis, sedangkan seorang lagi menyedot kuat sehingga kawannya yang tengah tergencet dapat pertolongan dan mendapat ketika untuk melancarkan serangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek-bu-siang tidak mengetahui tenaga kuat dari mana datangnya itu merasa tidak boleh bentrok, karena jiwany akan berada dalam bahaya.
Dengan ?"?"".. Pek-bu-siang ?"?".. kepandaian
?"?". merasakan tekanan dari musuhnya lebih hebat dari semula. Senjata tongkat dari Say Lam San ?"".. kekuatan
?"?"" sedangkan serangan dari Sin Tong Hai.
Hok Sam Kang?"?". bung menjadi?"?"". kan tekanan
?"?"" Pek-bu-siang Siang Siu?"?"". ki senjata eloan
?"?" lan Pai-kut-sin-kang ?"?" seketika terdesak dan keteter.
Seketika berlalu, wajah pucat dan beku dari Pek-bu-siang mengeluarkan keringat, otaknya berputar keras untuk memecah barisan. Ia tahu bilamana bisa keluar dari kurungan berarti bisa memperoleh kemenangan.
"Siang-heng, sebenarnya kita adalah kenalan lama di dunia Bu Lim, untuk apa ma?"?"nya, karena ?"?"..gan
mendapat?"".tiga musuhnya ?"?"" memperhatikan
?"?". n2 Ia meng-?"?".. sehingga berhasil ?"".
menjadi girang. ?"?""girangnya selesai ?"?".dengan matanya silau. Karena Giok-jie-ie musuh hampir tiba di perutna. Ia mencoba menangkis dengan senjatanya, apa mau dikata serangan musuh lain sudah berkesiur di belakang tubuhnya.
Dalam keadaan demikian ia tidak berani menangkis, melainkan mengegos secepatnya. Akan tetapi dengan berbuat demikian ia terkena perangkap Sam Cee Pan Goat Tin.
Tubuhnya segera terjepit dan terkena hajaran kipas Sin Tong Hai, sehingga membuatnya kesakitan berbareng dengan itu Ia pun membalik tangan dan berhasil membuat Sin Tong Hai terpental beberapa tombak.
"Ha ha, Pek-bu-siang Siang-sin menjadi jago golongan hitam dapat menukar jiwanya dengan dua musuh-musuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup berharga. Say Lam San apakah kau masih mau pibu"
Siang Siu akan melawanmu dengan tenaga yang penghabisan, ba gaimana?"
Liok-cee-kong Hok Sam Kang sesudah melepaskan Giok-jie-ienya segera tidak terlihat bergerak lagi, sedangkan Hok-cee-kong Sin Tong Hai sesudah terpental tidak merayap bangun.
Hal ini membuat Siu-cee-kong Say Lam San menjadi tertegun, ia tahu lebih banyak celakanya dari pada baiknya nasib kedua saudaranya itu.
Ia tersenyum meringis.
"Siang-heng, hal ini terjadi benar2 di luar dugaanku. Kau"
silathkan kau pergi, aku biar bagaimana tidak mau mengadu jiwa habis-habisan!"
"Ya, kalau kau tidak mau memukul aku lagi aku akan berlalu tapi aku tidak menerima kebaikanmu ini!" jawab Pek-bu-siang.
Sehabis berkata segera ia berlalu sambil terhuyung-huyung.
Perkelahian yang berakhir mengenaskan ini membuat Kiu Heng yang mencuri lihat menjadi terpaku kaget. Dilihatnya Pek-bu-siang dengan susah payah naik ke atas keledainya, lalu berjalan pergi di bawah sinar rembulan. Baru beberapa langkah tampak Pek-bu-siag jatuh tengkurap di atas tunggangannya.
Say Lam San tiba2 mendongak ke atas bio, lalu
membentak: "Siapa yang bersembunyi di atas, lekas turun!"
"Wah, celaka betul, tentu ia mengira aku murid Pek-bu-siang dan pasti tidak akan memberi ampun," pikirnya.
"Ah, masa bodoh, aku yakin nama besar dari Say Lam San tidak akan menganiaya seorang Houpwee smacamku."
Sehabis berpikir Kiu Heng segera turun ke depan Siu-cee-kong Say Lam San.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng baru berusia lima belas tahun, sungguhpun ilmu kepandaiannya tidak seberapa tinggi, tapi sudah memiliki ilmu ginkang yang cukup tinggi.
Say Lam San kaget.
"Siau-ko-jie (sebutan ramah untuk yang lebih kecil), apakah kau bukan murid dari Pek-bu-siang" Kenapa kau tidak turut pergi" Suhumu luka parah, mungkin tidak bisa melewatkan malam ini ia akan meninggal!"
"Aku bukan muridnya!"
"Kenapa bukan" Mungkinkah melihat ia sudah mau mati dan tidak mau mengaku sebagai guru" Kau seorang anak yang tidak berbudi, karena itu aku harus menyingkirkan kau dari dunia ini sebagai murid durhaka," semakin berkata Say Lam San semakin gusar, paling akhir Ia menutup perkataan sambil menghajarkan tongkatnya kepada Kiu Heng.
"Lo Cianpwee jangan salah paham. Aku pertama kali bertemu dengannya di rumah makan, ia bermaksud
mengangkatku menjadi murid tapi aku tidak mau karena sudah mempunyai guru."
"Hai bocah berani betul kau membohong di depanku, rasakanlah tongkatku ini!"
Kiu Heng yang angkuh dan bersifat keras merasa gusar sekali melihat Say Lam San tidak mengerti penjelasannya.
"Lo Cianpwee, kalau kau tidak percaja jangan sesalkan aku berlaku kurang ajar!"
"Bocah, jangan kurang ajar," bentak Say Lam San seraya menyapu dengan tangannya.
Kiu Heng melawan dengan gesit. Ia tidak mau mengadu tenaga, sesudah beberapa jurus berlalu, Say Lam San menjadi kaget, segera mundur teratur. "Siaucu, kau pernah apa dengan Cie Yang Cinjin dari Bu Tong Pay?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Beliau adalah guruku," jawab Kiu Heng.
Ia tahu lawannya sudah mengenali dirinya sebagai murid Bu Tong Pay.
"Kiranya murid dari Cie Yang Cinjin, atas ini kumohon maaf," kata Say Lam San. "Menurut kabar, gurumu itu sudah meninggal dunia?"
Kiu Heng menganggukkan kepala.
"Ah, umur orang di tangan yang maha kuasa, seperti dua saudaraku, tadi masih segar bugar, kini sudah mati," keluh Say Lam San. "Dapatkah kau membantuku mengubur
jenazahnya saudara2ku ini?"
"Baik," kata Kiu Heng.
Mereka segera menggali lubang, dengan cepat dua jenazah sudah dikubur dengan rapi. Hari pun sudah menjadi terang, dua kuburan yang baru ini menemani kesunyian Kuan Tee Bio di Cee In Hong secara menyedihkan.
"Kini kita berkumpul sebentar lagi segera berpisah, entah kapan bisa bertemu lagi, atas bantuanmu mengurus dan mengubur jenazah2 dua saudaraku, kuhaturkan banyak terima kasih. Kuserahkan buku ini sebagai tanda mata dan kenang2an. Kalau kau senang boleh mempelajarinya, kalau tidak suka boleh kau serahkan lagi kepada orang lain," kata Say Lam San seraya menyerahkan buku.
Tidak menantikan Kiu Heng menjawab ia sudah berlalu.
Dengan penuh perhatian buku itu ditatap Kiu Heng, disampulnya tertulis Sam Cee Pan Guat.
"Untuk apa Ia menyerahkan buku ini kepadaku" Dari mana aku harus mencari dua kawan untuk mempela-jarinya?"
pikirnya sambil tersenyum.
Tapi ia menjadi girang sesudah mem-balik2 lembaran buku itu, karena di dalamnya tertera dengan jelas inti sari pelajaran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penting dari ketiga orang itu. Seluruhnya terdiri dari dua belas jurus, sedangkan Thian Lam Sam Cee setiap orangnya hanya mempelajari empat jurus. Bilamana seorang mau mempelajari dua belas jurus, tidak berarti mengurangi kelihayan dari ilmu itu. Ia menjadi girang dan berjingkrakan, cepat2 Ia masukkan ke dalam sakunya. dan bertindak pergi.
Langkahnya menjadi berhenti sewaktu ia melihat senjata Pek-bu-siang mengeletak di atas rumput lalu mengambilnya menoleh kemana keledai hitam berlalu sambil terpekur.
Ia merasa kesian dan terharu sewaktu melihat Pek-bu-siang jatuh tengkurap di atas tunggangannya.
"Coba kalau kau melulusi permintaanku memberikan pelajaran dan tidak mengusir aku pergi, sudah tentu aku bisa mencarimu dan merawat lukamu itu dan tidak sampai mati tanpa dikubur dan digerogoti binatang buas," pikirnya.
Lalu ia ikuti jejaknya keledai.
Dua bukit sudah dilalui, di bawah sebuah tebing curam ia melihat keledai hitam.
Keledai itu diam menjamajikannya, aku harus ke sana menengoknya, tapi kalau ia belum mati bisa2 aku dihajarnya dan mati konyol tidak keruan!" pikirnya.
Ia diam dari kejauhan seketika lamanya, sadikit pun tidak berani mendekati.
Tiba2 keledai itu meringkik secara mengenaskan membuat Kiu Heng sedih dan pilu.
"Dari suaranya keledai yang demikian menggoncangkan perasaan haru, mungkin Siang Siu sudah meninggal dunia,"
sehabis berpikir ia maju dengan memberanikan hati.
Benar saja Pek-bu-siang sudah meninggal dunia sambil menyandarkan tubuh di tebing gunung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng menghampiri memegang lengan orang, ia
merasakan dingin. Ia meng-geleng2kan kepala sambil berkata:
"Seorang jago utama rimba persilatan, akhirnya menemui ajal secara menyedihkan?"
Tanpa banyak pikir Kiu Heng menggunakan senjatanya Pek-bu-siang menggali lubang dan meletakkan jenazah orang malang itu ke dalamnya dengan perlahan.
"Lo Cianpwee, tenanglah kau mengaso di sini! Ini senjatamu boleh kau bawa, sedangkan keledai hitam bisa kuurus, tenanglah" tenanglah kau mengaso!"
Mulailah ia menguruk.
Mendadak berkelebat bayangan putih, tahu2 tubuh Pek-bu-siang mencelat bangun dari dalam lubang. Kiu Heng kaget dan hilang semangatnya.
Ia berkata dengan gemetaran: "Lo Cianpwee, aku tidak berbuat salah kepadamu, kenapa sampai sudah meninggal masih mau mengagetkan dan memusuhi diriku?"
Pek-bu-siang tersenyum.
"Heng-jie, kuyakin aku bakalan mati, tapi sebelum mati aku masih mempunjai beberapa hal yang memberatkan. Aku sedih atas hal ini, kebetulan kau datang. Untuk menguji kebaikan hatimu, aku pura2 mati dengan ilmu menutup jalan napas.
Tak kira kau benar2 seorang yang baik, karena itu aku ingin memesan satu soal yang belum kuselesaikan kepadamu, yakni carilah seorang pemabukan, ia mencuri Sam Cun Giok Cee."
Lalu ia menceritakan potongan si pencuri itu dengan jelas.
Mendengar keterangan itu Kiu Heng menjadi berdebar-debar.
"Untunglah dalam urusan ini aku tidak mengetahuinya terlebih dulu, bilamana tidak diriku bisa2 menemaninya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikubur, dalam belukar sepi, inilah yang dinamai kemujuran di dalam kemalangan," pikirnya.
Tak sempat untuknya menjawab, karena melihat Pek-bu-siang tengah menggigil, ia tahu kematian orang yang dihadapi tak lama lagi. Hanya saja tertunda karena memiliki ilmu dalam yang tinggi. Cepat ia memayang Pek-bu-siang duduk, saat inilah Pek-bu-siang menghembuskan napasnya yang
penghabisan dengan memeramkan mata untuk selama-
lamanya. Ia berjanji di dalam hati untuk memenuhi pesanan Siang Siu.
Dari dalam sakunya Pek-bu-siang, Ia mendapatkan kitab pelajaran Pai-kut sin-kang, ia girang sekali, cepat2 jenazah Pek-bu-siang dikebumikan. Lalu berdiam seorang diri dalam kesunyian sambil mem-balik2 lembaran kitab Pai-kut-sin-kang dengan penuh perhatian.
Belum selang berapa lama Ia membaca, tiba2 ia
mengerutkan alis, lalu dibacanya lembaran demi lembaran dengan ter-gesa2, begitu selesai, buku Pai-kut-sin-kang dibantingnya ke tanah kuat2.
"Biar aku mempunyai dendam setinggi langit dan sakit hati sedalam lautan, tak mungkin mempelajari ilmu beracun semacam ini karena harus membunuh seratus manusia untuk berlatih," pikirnya.
Tanpa menoleh lagi Ia turun gunung cepat2.
Tiba2 ia berhenti, buku itu akan lebih celaka lagi kalau jatuh di tangan orang jahat, pikirnya, "lebih baik kumusnahkan."
Ia balik lagi sambil menyalakan api, diambilnya buku itu dan dibakarnya.
Mendadak berkesiur angin keras, api menjadi mati, buku Pai-kut-sin-kang tahu2 hilang dari tangannya. Sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gantinya seorang pelajar tua berdiri di mukanya sambil mem-balik2 kitab Pai-kut-sin-kang.
"Kembalikan kepadaku, buku itu tak berguna untuk dibaca!" bentak Kiu Heng seraya menyergap.
Dengan sedikit gerakan si orang tua berkelit dan berkata:
"Bocah, kau jangan cemas, buku ini aku tak mau, lebih2
mempelajarinya, tapi buku kuno semacam ini terhitung pusaka kaum Bu Lim! Buku ini diciptakan bukan mudah, kenapa kau mau membakarnya seenak hati?"
"Itu sih kemauanku, apa hubungannya denganmu?" jawab Kiu Heng.
"Bocah, kau jangan berkeras, dari parasmu sudah kubaca kau sudah menyesal untuk membakarnya. Hm, ambillah! Kau harus tahu pelajaran Pai-kut-sin-kang tanpa memakai tulang manusia dapat juga dipelajari asal saja mempunyai kemauan!
Tapi kalau kau mau menjadi muridku, segala ilmu semacam Pai-kut-sin-kang tak ada artinya untuk dipelajari!"
Kiu Heng menjadi terkejut, Ia memandang terlebih lama kepada si orang tua yang berani membuka mulut besar.
Tiba2 ia ingat cerita gurunya tentang seorang pendekar tua yang bernama Jiak Hiap Kong Tat.
"Cianpwee bukankah Jiak hiap Kong Tat Lo Cianpwee"
Maafkan kalau Boanpwee tidak mengenalinya."
"Kau bisa mengenali aku sudah terhitung bukan orang sembarangan. Bocah kalau kau mau menjadi muridku, lekaslah tuturkan riwayatmu se-benar2nya!"
Kiu Heng merasa girang dapat bertemu dengan seorang jago Bu Lim, tapi Ia pun merasa bingung. Ia tidak mau melupakan gurunya yang lalu untuk berguru pada orang lain, di samping itu Ia pun tidak mau melepaskan jago Bu Lim tersebut pergi dengan begitu saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jiak-hiap Cianpwee," katanya sesudah memikir lama juga,
"Bukannya aku tak mau mengangkat kau sebagai guru, tapi aku mempunyai musuh yang bukan main lihaynya, karena itu sebelum guruku meninggal menyerahkan sebilah pedang ini, di dalamnya terdapat sesuatu pesanan, boleh apa tidaknya aku berguru lagi, harus melihatnya dulu pesanan itu."
Sehabis berkata ia menyerahkan pedang itu.
Begitu jiak-hiap Kong Tat, mengawasi pedang itu, ia berseru kaget sambil berkata: "Kiranya kau muridnya Bu Tong Pay! Kudengar kabar Cie Yang Cinjin meninggal dunia sesudah- bertanding silat di danau See Ouw. Kini aku baru tahu jelas sesudah menemui kau yang menjadi muridnya."
Sedangkan hatinya merasa heran kenapa pedang itu tidak dicabutnya sendiri untuk dilihat"
Per-lahan2 ia menarik gagang pedang, pikirnya dengan mudah pedang Kim-liong-cee-hwee-kiam kena dicabut. Tak kira sedikit bergemingpun tidak, herannnya men-jadi2, cepat ia menyalurkan tenaga dan menariknya keras2, pedang itu tetap tidak bergerak dari sarungnya, ia menjadi jengah sendiri.
Seluruh gerakannya ini dilihat Kiu Heng dengan tegas, Ia merasa heran pedang itu kenapa tidak tercabut juga"
Jiak-hiap Kong Tat merasa penasaran, seluruh tenaganya dikumpulkan, lalu ia berseru keras sambil menggentak pedang dari serangkanya, berbareng dengan itu terdengar bunyi
"njlung" sekali, menyusul tubuh Jiak-hiap jatuh terduduk di tanah. Di dahinya terlihat keluar keringat dingin, sesudah lama baru Ia bangun lagi.
"Ko-jie," katanya mengubah sebutan, terlebih halus, "Sekali coba ini membuat aku hilang muka, tapi aku tak menyalahkan dirimu, karena perbuatanku sendirl. Tapi aku tak habis mengerti, mengenai rahasia apa yang tersembunyi pada pedang ini" Mungkinkah seluruh kekuatan dari Cie Yang Cinjin ditinggalkan dalam pedang ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkinkah kekuatan itu disalurkan dan ditaruh dalam pedang?" tegur Kiu Heng dengan heran.
"Ya, sudah pasti bisa, karena itu tak salah lagi kalau kuduga begitu! Aku sudah menariknya dengan sekuat tenaga, tapi kena dilawan tenaga sembunyi yang lebih besar, sehingga aku terpukul sampai jatuh terduduk! Di samping itu sebagian dari tenagaku sudah masuk juga ke dalam pedang, inilah rejekimu yang besar. Kini sudah kepalang tanggung aku ingin menjadikan kau seorang yang lihay!" katanya.
Sehabis berkata jiak-hiap Kong Tat segera memutarkan pedang berikut dengan serangkanya, lalu menusuk dengan perlahan. Tapi sinar kuning keemasan segera memancar terang dan menyilaukan pandangan mata.
Kiu Heng menjadi kaget. Inilah ilmu pedang yang bukan main hebatnya.
Dilihatnya terus Jiak-hiap memainkan pedang, tiap jurusnya mengandung ilmu yang rapi dan ber-ubah2 secara
menakjubkan. Kiu Heng mengingatnya sejurus demi sejurus apa yang dipertunjukkan itu, sedangkan permainan pedang jiak-hiap sudah berubah dari perlahan menjadi cepat. Waktu sampai pada taraf yang tertingginya. dengan tiba2 jiak-hiap melancarkan perubahan yang tidak di-duga2. Sinar pedang tak ubahnya dengan lembayung senja, memancarkan sinar kemilauan memenuhi angkasa.
Ilmu pedang jiak-hiap Kong Tat ini meliputi tujuh jurus yang dapat berubah menjadi duapuluh delapan permainan.
Tapi sangat aneh dan cermat, lincah tak bertara. Dari jurus perlahan sampai pada jurusnya yang cepat mengandung kedahsyatan yang luar biasa.
Dengan napas ter-sengal2 jiak-hiap Kong Tat
menghentikan permainannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ko-jie, bilamana tidak tiga sampai lima tahun berlatih lagi, tenagaku yang dihisap pedang tidak bisa kembali lagi. Ilmu Pedang ini bernama Cit Coat Kiam (tujuh pedang maha hebat). Kau jangan memandang ringan ilmu yang terdiri dari tujuh jurus ini, karena mengandung kekuatan dahsyat yang tidak bertara. Karena itu bernama Cit Cuat Kiam, asal kau bisa memainkan dengan mahir baru bisa menghargai
kelihayannya."
Kiu Heng menghaturkan banyak terima kasih atas kesudian jiak-hiap memberrikan pelajaran pedang.
"Aku sangat heran kekuatan Cie Yang Cinjin demikian hebat, kenapa dalam tiga kali memperebutkan Bu Lim Tiap selalu gagal" Benar2 soal yang aneh!" kata Kong Tat.
"Ko-jie, sebaiknya sekarang kau pertunjukkan ilmu yang kumainkan tadi, kuyakin kau bisa mengingatnya, kalau ada yang salah, boleh kubetulkan!"
Tanpa diminta dua kali, Kiu Heng mulai memainkan ilmu Cit Coat Kiam yang diingatnya.
Begitu ia selesai mempertunjukkannya, Kong Tat menjadi girang. Ia sudah habis tak sangka, si anak sekali lihat bisa memainkan ilmunya. Betul masih terdapat kekurangan2, tapi tidak berarti apa2. Ia membenarkan atas kesalahan kecil itu.
"Kau kini sudah bisa mengingat dengan baik, tapi kau jangan lupakan Cit Coat Kiam dimainkan berdasarkan ketenangan, ganas, cepat. Kuharap kau dapat mempelajarinya dengan tekun dan mengingat terus kata2ku ini," kata Kong Tat sambil menarik napas.
Ini bukan tarikan napas duka, melainkan ia merasa menyesal seorang anak yang demikian berbakat tidak berjodoh menjadi muridnya.
"Hari sudah hampir senja, aku harus berlalu," katanya lagi,
"Pek-bu-siang sudah meninggal dunia, orang2 kalangan hitam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menjadi anak buahnya tidak sedikit. Bilamana soal kematiannya tidak teruar masih cukup bagus, bilamana teruar, mungkin kau akan menghadapi banyak kerewelan yang tidak diinginkan. Tapi kau seorang anak yang baik, pasti akan dilindungi oleh yang maha kuasa."
Sehabis berkata segera ia berlalu dengan cepat.
Dengan pandangan mata simpatik dan terima kasih, Kiu Heng menghantar kepergian jiak-hiap Kong Tat.
Malam mendatang, Kiu Heng dalam suasana girang yang tidak terhingga, membuatnya lupa makan dan lupa tidur. Ia memainkan terus ilmu yang baru diperolehnya tanpa jemu2nya.
Tengah asyiknya ia mengulangi pelajarannya, datang dua orang tua berbaju hitam, mereka berbadan gemuk dan kate, sehingga lebih surup disebut buntet, pandangan mereka berdua sangat tajam dan ber-api2 seperti mau mencaplok orang saja.
Kiu Heng menjadi kaget, cepat2 menghentikan latihannya, pedangnya disimpan di punggung, karena kuatir dirampas dua orang kate itu.
Dua orang tua mendesak semakin dekat dengan sikap jahat.
"Kamu manusia macam apa" Untuk apa datang ke sini?"
tegur Kiu Heng dengan berani.
Orang tua yang di sebelah kiri, memandang pada Kiu Heng sambil bersenyum kering. "Hei bocah," katanya. "Namamu siapa?"
"Kau tak perlu tahu!"
"Kau tentu murid Bu Tong Pay bukan?"
"Ya bagaimana, tidak bagaimana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu segera menggampar, mendapat jawaban kasar.
Kiu Heng berhasil berkelit tapi pipinya merasakan panas yang pedas. Ia kaget dan gusar, segera melancarkan jurus Kua Pou Ten San (melangkah besar mendaki gunung) menghajar dada lawannya dengan kepalan, sedangkan mulutnya turut memaki: "Aku heran di atas dunia ada dua bangsat kejam seperti kamu! Kamu kira aku mudah dihina?"
Orang tua yang menyerang Kiu Heng mengegos, lalu terbahak2.
"Dari gerakanmu ini kau sudah terang dari Bu Tong Pay, kalau ingin hidup lekas bertekuk lutut dan Koutou (membenturkan kepala ke-tanah) tiga kali, lalu menurut perintahku!"
"Bert! bert! bert!" tiga kali Kiu Heng melancarkan kepalannya, sungguh pun tenaganya kecil, cukup membuat pasir dan debu berhamburan.
Orang tua itu tergentar mundur dua langkah. Begitu mendapat hasil, keberanian Kiu Heng semakin men-jadi2.
"Bocah, kau tidak mengenal gelagat, tahun depan pasti hari ulang tahun kematianmu. Bilamana tidak, jangan sebut kami Ek Lam Siang Sat!" serunya si orang tua sambil menyerang.
Sekali ini mereka melakukan kurungan dari kiri dan kanan.
Menjadikan pertarungan satu lawan dua.
Kiu Heng menjadi kaget begitu mendengar julukan kedua orang tua itu, karena ia pernah mendengar ceritera gurunya bahwa Ek Lam Siang Sat adalah dua saudara kembar, bedanya yang tuaan berwajah hitam yang mudaan berwajah merah. Sang kakak Lauw Siong, mempelajari ilmu Tiat Sat Ciang, si adik bernama Lauw Pek mempelajari ilmu Cee Sat Ciang, sehingga kalau ditegasi telapak tangan Lauw Siong hitam, sedangkan telapak tangan Lauw Pek berintilan seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpasir. Bilamana seseorang terkena serangan tangan mereka yang beracun segera akan mati.
Kini Kiu Heng diserang dengan lengan2 beracun dari dua jurusan kiri dan kanan, tentu saja menjadi repot. Ia seorang beradat angkuh dan keras kepala tidak termakan gertakan, biar ia tahu musuhnya lihay sedikitpun tidak menjadi gentar, de ngan lincah ia melawan terus.
Dalam sekejap pertarungan sudah berjalan sepuluh jurus.
Kiu Heng dapat mengimbangi kedua musuhnya dengan pukulan2 Bu Tong Pay dan kelincahannya, ia mencelos ke sana ke mari, sebentar ke depan sebentar lagi ke belakang.
Dalam ketika ini dua bersaudara Lauw belum bisa apa2
terhadap musuhnya yang masih kecil.
Tiba2 Lauw Siong tertawa keras.
"Jie-tee kita kena perangkapnya, kita tidak selincah dia, untuk apa ber-putar2 terus. Gunakanlah ketenangan untuk mematikannya.
Mereka segera mengganti siasat, membuat Kiu Heng mati jalan. Untung ia ingat pada pedangnya dengan tiba2, cepat2
dihunusnya dengan segera dipergunakan dengan ilmu Cit Coat Kiam, dan menyerang ke muka sambil menangkis ke
belakang, menghajar ke kiri mengegos ke kanan, dalam waktu tak lama kembali Ia berhasil membuat repot kedua musuhnya yang bertangan kosong.
Pertarungan mereka berlangsung terus, Kiu Heng mulai merasa letih, pedang di tangannya terasaa semakin berat, timbul rasa laparnya yang tiba2 terus membuanya semakin lelah. Ia ingin kabur, tapi kepungan musuh tidak bisa dipecahkan dengan mendadak. Ia repot dan terdesak, tiba2
mendengar orang berkata dengan garing.
"Lauw Siok-siok, taruhlah belas kasihan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lengan Lauw Siong yang bau amis hampir mengenai Kiu Heng, lalu ditariknya cepat2 setelah mendengar seruan tersebut.
Yang datang itu adalah seorang gadis berusia empat-lima belasan tahun, herannya Ek Lam Siang Sat menaruh hormat sekali kepadanya.
"In Kouwnio, kenapa malam2 begini meninggalkan lembah dan datang ke puncak ini, ada urusan pentingkah?" tanya Lauw Song.
Kalian mau mengurus aku?" kata si gadis. "Hai, perlu apakah, kenapa kamu berdua mengerubuti seorang anak kecil?"
Dalam keadaan malam, sinar matanya tak ubahnya
bagaikan bintang yang berkelip-kelip, menekan dua gembong iblis yang kenamaan yang tak bisa menjawab.
"Bagus ya!" si gadis membentak lagi, "Kamu tentu tanpa sebab mengganggu rakyat baik2. Awas, sebentar kuadukan kepada ayah, pasti kamu akan dibuat cacat dan diusir dari lembah."
Ketakutan Ek Lam Siang Sat men-jadi2, dengan meratap mereka meminta agar si gadis jangan melaporkan tentang kelakuan mereka.
"Kamu harus berkata terus terang, aku baru bisa
mengampuni," kata si gadis.
"In Kounio, kami terpaksa berkelahi dengannya karena soal sejilid buku."
"Buku apa yang demikian berharga sehingga kamu maui sampai berkelahi" Katakan lekas!"
"In Kounio, kalau kau mau buku itu aku bisa merampasnya dari bocah ini, tapi jangan kau beri tahu kepada tia-tiamu!"
kata Lauw Siong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiranya dua saudara Lauw mendengar kabar dari orang2 di rumah makan Cui Hong Lauw bahwa Thian Lam Sam Cee akan mengadu kekuatan dengan Pek-bu-siang, tapi
kedatangan mereka sudah terlambat, sehingga apa yang ingin disaksikan tidak pernah dilihatnya. Tengah mereka uring2an, dilihatnya Kiu Heng memegang buku Pai-kut-sin-kang. Segera juga mereka ingin merampas, tapi keburu datang jiak-hiap Kong Tat, sehingga mereka membatalkan dulu niatnya.
Begitu Jiak-hiap berlalu, mereka segera datang menyerang kepada Kiu Heng tanpa menyebutkan alasannya, pikir mereka sesudah berhasil menghajar baru merampas buku itu, lalu mengubur si anak muda.
"Hei, mereka mengatakan kau mempunyai buku, coba keluarkan untuk kulihat!" kata si gadis seraya mendekati.
Kiu Heng merasa kurang senang atas pertanyaan si gadis yanq tidak sopan, matanya menjadi mendelik, alisnya berdiri, ia menatap tanpa menjawab.
"Hm, kau anak kurang ajar, jangan harap dapat jawaban dengan sikapmu yang kurang ajar," pikirnya sambil buang muka.
Si gadis bertabiat keras kepala, tapi paling menghargai pada orang2 yang bersikap keras juga. Ditatapnya Kiu Heng yang berbaju compang-camping, ia ingin membalik badan, tapi wajah keren penuh semangat membuatnya tergerak, timbullah rasa sukanya seketika.
"Lauw Siok-siok, kamu pergilah sekarang juga! Aku tak akan mengadukan kepada tia-tia! Tapi kau harus memanggil datang Ping Moy! Sebelumnya aku mengucapkan banyak terima kasih," kata si gadis separuh mengusir.
"In Kounio, dapatkah buku itu kau miliki?" tegur Lauw Pek.
"Jangan banyak rewel, bilamana mungkin pasti aku takkan membuatmu kecewa!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ek Lam Siang Sat segera membungkukkan tubuh dan
berlalu. "Hai! Siapa namamu?" tanya si gadis.
Kiu Heng menganggap angin berlalu atas pertanyaan si gadis, sampai tiga kali ia ditegur masih tidak menyahut.
Agaknya si gadis hilang sabar, segera menghunus pedang yang berupa belati.
"Jika kautetap tidak menjawab, jangan sesalkan aku berlaku kurang ajar!"
"Apa yang harus kau marahi" Kau pirkir aku takut?" kata Kiu Heng sambil memalangkan pedangnya di dada.
"Kukira kau seorang gagu, kiranya bisa bicara! Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku sampai nama pun tak mau memperkenalkan?"
"Kau sendiri manusia macam apa" Sengaja tidak kujawab pertanyaanmu, lalumau apa" Kalau jago, mari kita tarung, untuk apa berlagak yang tidak laku?"
"Kau tidak menjawab akhirnya toh menjawab juga, perlu apa bersikap keras lagi" Soal tarung adalah soal yang mengherankan, belum pernah ditantang orang! Tapi kau mengatakan tidak takut, akan menghajarmu sampai kau merasa takut kepadaku!"
Sehabis berkata tubuhnya segera bergerak, belatinya memainkan kembangan ilmu silat, lalu menikam keras hati dengan kecepatan yang sukar dikatakan.
Dengan cepat Kiu Heng mengegos seraya menyerang, sehingga perkelahian menjadi seru dengan mendadak, sepuluh jurus berlalu. Tahu2 Kiu Heng terdesak mundur beberapa tombak. Hal ini membuatnya berkeringat dingin.
Belum sempat untuknya memperbaiki diri, musuhnya sudah merangsang dengan gencar dari kiri kanan tak ketentuan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pandangan matanya menjadi kabur, ia kewalahan sekali.
Lalu pedangnya pun kena dipukul jatuh.
"Menyerah tidak" Kalau tidak mari kita lanjuti lagi!" bentak si gadis.
"Tidak nyerah! Boleh berkelahi lagi, aku Kiu Heng adalah manusia yang tidak takut gebukan maupun bacokan! Hm, kau lihatlah nanti, sesudah ilmuku rampung, aku bisa mencarimu."
"Kiu Heng! Kiu Heng! Aneh! Suatu nama yang buruk dan beracun! Aku tak senang mendengar nama ini, bagaimana kalau kuubah!" kata si gadis.
"Eh, apa yang kau katakan barusan" Mau mencariku sesudah rampung dalam pelajaranmu, betulkah kata2 ini?"
Kiu Heng memungut senjatanya.
"Kenapa tidak" Aku akan kembali untuk membalas
penghinaan yang kuderita hari ini, apa kau takut?"
"Urusan nanti itu perlu apa dibicarakan sekarang, yang penting aku harus menghajarmu sampai tunduk dulu!"
Tiba2 terdengar suara panggilan.
"In In?"" In In?"?"
Si gadis kaget, cepat menarik serangannya.


Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayahku memanggil! Aku harus datang. Kiu Heng sesudah ilmu silatmu rampung, kau boleh datang lagi mencari balas, atau mencari apa kek. Aku menantikan kedatanganmu!"
Panggilan nama In In semakin gencar terdengarnya.
"Aku harus berlalu, kau lekas tinggalkan gunung ini. Ingat kelak di kemudian hari,
kunantikan kau di sini?".."
Sehabis berkata segera ia turun gunung tak terlihat lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng merasa aneh menghadapi gadis itu, begitu si gadis hilang dari pandangannya, tanpa terasa mulutnya berkata: "In In?"
Ia tidak habis pikir kenapa bisa demikian" Bukankah barusan mereka habis tarung dengan sengit, bertengkar mulut dan berpisah secara begitu saja.
Sesudah ter-pekur2 ia pun turun dari Oey San pada keesokan harinya.
*** Suatu pagi di akhir musim semi, cuaca terang cerah, langit biru tak berawan.
Di perbatasan antara Propinsi Ciat Kang dan An Hwee terdapat sebuah bukit yang agak tinggi, bernama Pek Tio Hong. Di situ terdapat batu hijau yang datar dan licin. Pagi ini terlihat seorang anak tanggung tengah duduk di batu itu sambil bersemadi, agaknya tengah menghirup udara pagi yang segar. Sedangkan lengannya pun memegang pedang panjang yang samar2 memancarkan sinar emas.
Anak ini bukan lain dari Kiu Heng, ia datang ke bukit ini sudah sepuluh hari. Sejak meninggalkan Oey San pikirannya tidak seberapa cemas seperti Ia turun dari Bu Tong Pay. Ia tahu untuk memperlajari ilmu yang diperolehnya dari jiak-hiap, dan kitab dari Thian Lam Sam Cee harus mempunyai tempat sunyi untuk belajar.
Di samping itu, sebelum gurunya meninggal pernah memaksa dirinya mempelajari semacam ilmu. Waktu itu dalam pandangan Kiu Heng ilmu itu tidak ada gunanya. Cie Yang Cinjin memakinya bodoh. Hal ini masih teringat terus olehnya, bahwa gurunya memakinya bodoh hanya sekali2nya, kini kalau direnungkan kembali gurunya itu memaki betul.
Ilmu itu bernama Lwee Put Kui Cin (dari keaslian menghisap kemurnian) digunakan menyedot isi sesuatu benda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menambah kekuatan diri sendiri. Pelajaran Bu Tong Pay sangat terkenal dengan meminjam tenaga memukul musuh, lalu digubah menjadi Lwee Put Kui Cin, sehingga di kalangan kebatinan sangat terkenal.
Kiu Heng mempelajari Ilmu Sam-cee-pan-guat dan Cit-coat-kiam, di samping itu ia berniat menggunakan Ilmu Lwee Put Kui Cin untuk menyedot kekuatan di atas pedang, untuk menambah kekuatannya sendiri. Dalam hal yang belakangan ini bukan soal mudah yang dapat dijalankan sehari dua hari, tapi harus lama dan tekun.
Dalam sepuluh hari yang lalu, setiap pagi Ia belajar Ilmu Lwee Put Kui Cin, lalu mempelajari Cit-cuat-kiam, sorenya memburu binatang untuk menangsel perut, malamnya melatih Sam-cee-pan-goat yang terdiri dari dua belas jurus.
Sedangkan buku Pai Kut Sin Kang sedikit pun tidak pernah dipelajarinya. Tanpa disadari lima bulan sudah dilalui dengan cepat!
Pada suatu hari, tengah asyiknya suara angin
bergedebaran, dari atas bukit tampak berkelebat sesosok tubuh yang cepat dan aneh luar biasa, menandakan ilmu ginkangnya sudah sampai di batas sempurna.
Dengan ringan orang itu hinggap di atas batu. Dengan tertawa kering yang menusuk pendengaran, Ia menatap si anak muda.
Kiu Heng menjadi kaget, ia mengawasi dengan seksama.
Orang itu sudah tua, mukanya merah dan berejulan seperti tumbuh bisul. Alisnya pendek dan mata sipit. Hidungnya lancip dan mulutnya kecil. Di bawah dagunya tumbuh jenggot kambing yang jarang.
Wajah yang demikian tak ubahnya seperti daging merah yang masih segar, membuat yang melihat menjadi kaget.
Kiu Heng menjadi kaget, hampir-hampir ia berteriak
"Aduh!" untung sebelum suara seruannya diucapkan si orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tua sudah mendahului tertawa lagi, sehingga Kiu Heng menggigil dan urung berteriak kaget.
Dapat dikatakan suara tertawa si orang tua sudah menolong jiwa Kiu Heng. Jika tidak, tentu Kiu Heng akan berteriak kaget, dengan demikian si orang tua pasti akan mencabut nyawa kecilnya.
Karena orang tua itu sejak kecil berparas buruk, sering mendapat penghinaan dan hidup diasingkan, sesudah mempelajari ilmu, Ia menetapkan suatu aturan, barang siapa melihatnya kaget segera akan dibunuh mati.
Karena hal ini banyak sekali jumlah orang2 yang mati konyol di bawah tangannya karena tidak mengetahui peraturan si orang tua. Hal ini sudah sepuluh tahun lebih, sudah tentu Kiu Heng tidak mengetahuinya.
Si orang tua sengaja mencegah Kiu Heng membatalkan teriakannya, karena memandang si anak muda seorang yang berbakat baik, dan enggan melukainya.
"Siapa kau" Siang2 berlagak jadi setan me-nakut2i orang, kau kira aku bocah berusia tiga tahun yang akan lari tunggang langgang?" bentak Kiu Heng.
"Bocah, kau bukan anak berumur tiga tahunkah"
Mungkinkah sudah tiga puluh tahun" Tampangmu yang masih bau susu ibumu, kalau bukan tiga tahun, paling banyak lebih beberapa tahun bukan?"
Semakin si orang tua berkata, kekagetan Kiu Heng semakin hilang.
Ia mengetahui bahwa orang tua itu bukan menggunakan kedudukannya untuk me-nakut2i, tapi memang sewajarnya berparas buruk.
"Lo Cianpwee, dapatkah memperkenalkan nama"
Boanpwee Kiu Heng memberi hormat pada cianpwee!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Barusan kusebut bocah, kau berlagak tua, kini apa2an memakai Cianpwee, Boanpwee segala, aku tidak menerima hormatmu ini. Aku tidak bernama, untuk kau tahu, akupun tidak mau tahu siapa namamu. Yang paling baik kita tidak berhubungan!"
Perkataan si orang tua ini hampir2 membuat Kiu Heng tertawa, tapi si orang tua sudah bersenyum dingin.
Sekali ini nadanya lebih dingin dan menusuk, membuat jalan darah Kiu Heng seperti beku. Ia terkejut sambil mundur2.
"Kenapa selagi berkata baik2 orang tua ini berbuat galak lagi!" pikirnya.
"Siapa yang sembarangan naik ke Pek Tio Hong, kalau sudah datang kenapa tidak menunjukkan muka, men-colong2
dan ber-sembunyi2 seperti maling, haruskah kuseret keluar?"
Berbareng dengan habisnya Ia berkata, dari balik pohon besar mencelat keluar seorang berumur empat puluh tahun lebih. Dengan hormat sekali ia membungkukkan tubuh pada si orang tua.
Kiu Heng sadar bahwa senyum dingin itu bukan ditujukan kepada dirinya.
"Lo Cianpwee," kata si orang pertengahan umur sambil berlutut, "kuminta kau kecualikan aku dan terimalah aku menjadi muridmu. Aku sudah merasa beruntung!"
"Lagi2 kau, kau si orang tak berguna, kenapa kau mau menjadi binatang ter-bungkuk2 terus di depanku" Sudah kukutakan, asal kau bisa tahu namaku dan ilmu yang kupelajari segera memberikan pelajaran. Kini kau datang tanpa mengetahui syarat2 yang kuberikan, lekaslah kau enyah dari sini. Bilamana tidak, akan kuhajar!"
Agaknya laki2 pertengahan umur itu sudah beberapa kali menerima kerugian, buru2 mencelat dan turun ke bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gunung, gerakannya yang cepat dan lincah ini membuat Kiu Heng heran sekali.
"Dari Ginkangnya yang demikian tinggi, ia bisa
menggolongkan diri dengan jago2 Kang Ouw kelas satu, kenapa ia me-ratap2 ingin belajar padamu" Aku tak habis mengerti!"
"Ini namanya perkataan anak umur tiga tahun! Kau sebagai kodok di dalam tempurung yang tidak mengerti luasnya dunia, apa yang kau bisa mengerti" Orang2 Kang Ouw kelas utama, hanya beberapa orang yang memiliki ilmu tinggi, lagi pula dari sudut apa kau menilai orang sebagai jago kelas utama" Bocah, coba kau saksikan Ginkang ini, bagaimana?"
Habis berkata orang tua itu tahu2 hilang dari pandangan mata, Kiu Heng yang mendelik pun tidak tahu dengan cara apa si orang tua pergi" Bahkan suara angin pun tidak terdengar. Ia heran dan kagum bercampur aduk.
"Bocah, apakah kau ingin belajar ilmu kepandaianku" Kalau benar, lekaslah kau pergi dari sini, aku tidak bisa menerima murid!" kata si orang tua dari jauh sekali, sehingga suara itu terdengar seperti nyamuk meng-iang2.
"Oh, ilmunya tinggi betul," pikirnya, tapi ia seorang anak beradat angkuh yang tidak kena dimakan kekeraaan, segera menjawab keras: "Kau kira ilmu yang kau pertunjukkan itu sudah luar biasa" Aku datang ke sini untuk belajar sendiri, jangan kuatir diratapi untuk beri pelajaran padaku, sesudah latihan selesai aku bisa berlalu sendiri tanpa diusir!"
Kiu Heng tidak mendapat jawaban, waktu ia menoleh tampak orang tua itu sudah duduk di batu yang
dipergunakannya melatih ilmu.
"Tak heran batu itu demikian licin dan mengkilat seperti kaca, kiranya karya si setan tua ini, kalau begitu batu itu sudah puluhan tahun di-usap2!" pikirnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba2 dari hidung lancipnya si orang tua keluar dua asap putih, berkumpul tidak buyar, panjangnya beberapa dim, cepat keluar masuk seperti anak kecil memainkan ingusnya.
Kiu Heng kaget, Inilah ilmu Bu-siang-kie-kang (pelajaran hawa yang tidak ada tandingannya) yang sudah sampai puncak tertinggi, dapat digunakan membunuh orang sekehendak hati dalam jarak beberapa meter.
Ia ingat orang tua ini akan memberikan ilmunya kalau dapat menyebutkan ilmunya dan gelarnya.
Kiu Heng ingin sekali mempelajari ilmu itu tapi tidak dapat menyebutkan pelajaran apa yang dinamakan Bu-Siang-kie-kang, ia pernah mendengarnya, tapi tidak bisa ingat dalam waktu sekejap.
Sesudah sejam, asap putih itu segera berhenti, agaknya si orang tua sudah menghentikan latihannya. Kiu Heng pun tidak mau nonton terus, waktu sangat berharga untuknya, segera Ia berlatih dengan pedangnya. Dalam beberapa hari ini Ia sudah mempelajari Ciat-cuat-kiam dengan mahir, dan dapat memainkannya sesuka hati.
Tiba2 tampak bayangan hitam masuk ke dalam sinar pedang, Kiu Heng kaget, tahu2 pedangnya kena dirampas orang. Kiu Heng tahu bayangan itu adalah si orang tua.
Tampak orang tua itu tengah mengerutkan kening dan mengusap-usap pedang Kim-liong-cee-hwee-kiam, Ia menjadi girang.
"Lo-kui (setan tua), sekali ini kau akan terjebak, asal kau berani mencabut pedang, kau tidak bisa lari lagi!" pikirnya.
Tiba2 si orang tua membuang pedang ke tanah, seperti kena dipagut ular kagetnya.
"Bocah, kiranya kau ingin mengambil Ilmu Im-kangku yang murni, Ha! ha! aku tidak terjebak, aku tidak terjebak!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Padahal siang2 ia sudah terjebak.
Sewaktu Kiu Heng melatih ilmu, si orang tua merasa heran kenapa pedang itu digunakan dengan serangkanya, Ia memaki Kiu Heng seorang anak yang malas, sampai pedang pun tidak dicabut dari serangkanya.
Semakin dilihatnya semakin tak sedap, karena itu ia mengambil pedang itu dengan tujuan mencabutnya dari dalam serangka.
Tak kira sesudah ia mengusap dengan tenaga, pedang itu tak keluar juga, segera Ia sadar di dalamnya tentu mengandung rahasia, cepat2 dibuangnya.
Kiu Heng mengambil pedangnya. Ia menyesal si orang tua tidak terjebak.
"Kalau kau tidak terjebak. menyatakan dirimu masih merasa takut, dari sini dapat dinilai ilmu yang kau miliki tidak seberapa hebat! Apakah kau masih mau menyombongkan diri?" ejek Kiu Heng.
Si orang tua menjadi jengah mendapat jawaban demikian, ia mengedipkan mata menghilangkan kejanggalan, lalu terbahak2.
"Bocah, kau jangan memanasi hatiku, kubilang tidak terjebak tetap tidak terjebak. Kau jangan menganggap pedangmu luar biasa, coba pukulkan kepada batu itu, bilamana bisa membuatnya semplak, aku menyerah padamu!"
Sekali ini Kiu Heng yang kaget, ia sudah menduduki batu itu ber-bulan2 tapi tidak melihat keanehannya, mungkinkah mengandung sesuatu yang luar biasa"
Dengan dua tangan ia memegang dan menghampiri batu itu.
"Hal ini kau yang mengatakan, kau jangan ingkar pada janji!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan saja aku menyerah padamu, bahkan kau mau
apapun aku akan memberikannya! Ha ha ha!"
"Tring!" sekali dengan nyaring, Kiu Heng sudah menghajar batu itu, akibatnya ia merasakan kedua tangannya sakit dan ngilu seperti patah. Pedangnya sendirl terlepas dari tangan, sedangkan batu itu tetap utuh!
"Ha ha ha! Anak kecil, anak kecil," kata si orang tua.
"Kau harus tahu, lima belas tahun yang lalu, aku di atas batu ini melatih diri. Pada suatu hari tengah asyiknya aku mengeluarkan hawa Im sepanjang tiga elo dari lubang hidungku, dari atas puncak datang seorang gadis berbaju merah. Ia melihatku tengah melatih ilmu, segera membuka seluruh bajunja. dan hanya ditutup dengan kain jarang yang tembus ke dalam, ia me-mutar2kan tubuh dengan laku yang menggiurkan.
Seumur hidupku belum pernah mendekati wanita, karena itu hatiku menjadi guncang dan lupa daratan sehingga sesat jalan. Untuk menjaga diriku dan anggota tubuhku, ia memaksa aku mengeluarkan seluruh kepandaianku dan disebar di atas batu ini. Kini sudah lima belas tahun, sedikit demi sedikit aku bisa mengambil kembali kekuatanku yang hilang dengan ketekunan yang luar biasa, tapi kalau dibanding dengan dulu masih jauh sekali! Aku mencoba mengambil kembali tenagaku dari dalam batu, tapi selalu berhasil nihil!"
Sehabis berkata ia menarik napas panjang dan tidak melanjutkan kata2nya, ia berpaling kepada Kiu Heng lalu turun gunung sambil menundukkan kepala.
"oooOooo"
JILID II Kiu Heng merasa tertarik pada penuturan si orang tua, begitu ia berlalu segera Kiu Heng duduk di atas batu mencoba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan yang terkandung di dalamnya. Tak kira, begitu ia menyalurkan tenaga melakukan tekanan, tubuhnya mental sejauh tiga tombak, bilamana ia tidak mempunyai persiapan terlebih dulu, pasti akan terpental terlebih jauh.
Waktu ia duduk lagi kedua kalinya di atas batu, Ia diam tidak berani men-coba2 lagi. Ia melancarkan ilmu Lwee Put Kui Cin pada dua tangannya, lalu meng-usap2 batu itu. Tak selang berapa lama, kedua telapak tangannya terasa panas, tapi hatinya merasa nyaman. hawa panas itu dari telapak tangannya tersalur kepada pusarnya, lalu terpencar ke seluruh anggota tubuhnya.
Perjalanan hawa dingin hanya berlangsung sepemakan nasi. Lalu Ia menarik tangan dan melakukan semadi, Ia menyatukan tenaga yang sudah ada di dalam tubuhnya dengan hawa yang diambil dari dalam batu.
Demikianlah ia mengerjakan ilmu Lwee Put Kui Cin ber-bulan2 lamanya pada batu hijau dan pedang yang dimilikinya, sehingga di dalam tubuhnya mempunyai kekuatan Yang yang keras dari pedang Cie Yang Cinjin dan mempunyai kekuatan Im yang murni darl batu itu.
Dalam waktu yang dilalui itu, Ia belajar dengan tekun segala ilmu yang sudah pernah dipelajarinya. Sehingga di luar pengetahuannya sendiri, ia sudah memiliki ilmu yang maha tinggi.
Sewaktu Ia berlatih seperti sedia kala, orang tua berwajah merah itu kembali datang.
"Hai bocah, kau belum pergi?" tegurnya.
Sedangkan kedua matanya sangat tajam dan penuh rasa heran, Ia melihat terus pada Kiu Heng.
"Lima bulan kita tidak bertemu, apakah kau baik2 saja?"
tegur Kiu Heng sambil turun dari batu hijau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu seperti tidak mendengar perkataan Kiu Heng, ia menghampiri batu hijau lalu mengusap per-lahan2. Ia menjadi get sekali. Mukanya yang merah menjadi pucat pasi.
"Kau si bocah jahanam, kau datang bukan belajar ilmu tapi kau mencuri ilmu. Nah, rasakan pukulanku!"
Sehabis berkata segera Ia menghajar pada Kiu Heng.
"Kenapa ia mengatakan aku mencuri ilmu?" pikirnya.
Tapi pukulan si orang tua tidak mengijinkannya berpikir lama2. Ia berkelit dan mencelat. Anehnya sekali mengenjot tubuh, Ia bisa merapung lima tombak lebih, padahal pada hari-hari biasa hanya bisa setombak.
"Anak tak berguna, baru kucoba saja sudah ketakutan setengah mati. Mari kita mengadu tangan, kuingin tahu kekuatanmu sudah sampai di batas apa?"
"Lokui, lebih baik kau jangan men-coba2 adatmu yang buruk ini membuat aku tak mengerti. Kalau aku jadi muridmu, barang kali bisa mati dongkol!" makinya di dalam hati.
Sebelum si orang tua melakukan percobaannya lagi, dari bawah bukit tampak awan tebal membubung tinggi, diiringi suara peletak peletik yang susul menyusul, burung2 dan binatang2 hutan berserabutan lari, membuat mereka menjadi kaget.
"Bangsat, anjing berhati hitam, barusan kulihat kau meng-umpat2 di bawah bukit, kukira kau masih ingin berguru kepadaku, dan hatiku menjadi kagum atas ketekunanmu, lalu ingin memberikan tiga jurus pelajaran kepadamu, agar kau merasa puas. Tak kira kau kecewa dan menjadi gila, berani melakukan perbuatan yang biadab! Hm, jika tidak kubunuh, jangan panggil lagi aku Ang Hoa Kek si jago Bu Lim," katanya seraya turun gunung. Kiu Heng mengikuti dari belakang.
Sebelum sampai di lereng bukit, asap tebal sudah menyerang mereka, lalu satu sama lain tidak bisa melihat. Kiu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Heng menjadi kaget, karena merasakan matanya pedih dan kepalanya pusing sesudah mencium asap itu.
Cepat2 ia kembali ke atas bukit, tenaganya sudah hampir habis, ia kecapaian sendiri.
"Lekas kau duduk bersemedi, salurkan ilmu memulihkan pernapasan. Kau harus tahu asap itu beracun sekali," kata Ang Hoa Kek yang sudah kemball terlebih dulu.
Tanpa ayal lagi, Kiu Heng memeramkan matanya dan memperbaiki jalannya pernapasan. Ia baru kena racun, jadinya tidak parah, begitu berdiam tak berapa lama tenaganya segera pulih kemball. Tapi ia menjadi kaget sekali waktu membuka mata kembali, karena asap beracun itu sudah semakin mendekati mereka.
"Celaka!" serunya.
"Hm, bocah kau takut ya?"
"Takut" Tiada yang kutakuti di atas dunia ini!"
"Asap beracun ini pun kau tidak takuti" Coba kau pikir, adakah jalan untuk turun gunung?"
Kiu Heng diam, ia sudah berbulan-bulan tinggal di atas bukit, kemana pun sewaktu mencari kelinci atau ayam hutan ia sudah menjelajahi selebar gunung itu. Ia tahu tak ada jalan lagi untuk keluar, sedangkan asap sudah semakin mendekat.
Ang Hoa Kek tahu si bocah tidak mempunyai daya sehingga tidak menjawab, cepat Ia berkata: "Kini tinggal satu jalan yang masih bisa dilalui. Terkecuali aku, tidak ada orang kedua yang mengetahui. Kalau kau mau pergi denganku, kau harus memenuhi dulu syaratku. Terkecuali kau seorang yang boleh masuk, se-lama2nya tidak boleh membawa orang kedua masuk ke situ. Kau sanggupkah?"
"Bagaimana kalau dalam keadaan seperti sekarang ini, tidak bolehkah membawa orang masuk?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ang Hoa Kek tersenyum.
"Dalam keadaan begini boleh juga kau membawa orang, tapi dalam keadaan 1ain tetap tidak boleh, kau setujukah?"
Kiu Heng menganggukkan kepala.
"Aku percaya kepadamu," kata Ang Hoa Kek.
Lalu ia mengebut pada batu hijau, dengan perlahan batu itu segera menjadi hancur seperti tepung, bertebaran ke empat penjuru.
Di bawah batu itu segera tampak sebuah lubang hitam.
"Ah, kenapa batu itu bisa pecah?" teriak Kiu Heng.
"Jangan berlagak pilon! Aku mengumpulkan seluruh tenagaku menutup lubang ini selama enam puluh tahun, tak kira dalam beberapa bulan tenaga itu sudah kau sedot habis.
Kini kau sudah memiliki kekuatan lebih tinggi dariku, kenapa kau masih tidak menyadari" Atau pura2 gila"
Kiu Heng menjadi girang, Ia tidak menyadari bahwa dirinya sudah merupakan orang berilmu. Ia percaya bahwa kekuatan di batu hijau itu sudah menjadi miliknya dan Ia baru mengerti kenapa sewaktu dihajar pakai pedang batu itu tidak gompal dan kini hancur hanya diusap per-lahan2. Ia pun tidak heran dimaki Ang Hoa Kek sebagai pencuri ilmu, memang
sesungguhnya demikian.
Tanpa banyak pikir, pedangnya segera dicabut. Ia menjadi terlebih kaget, pedang itu dengan mudah kena dihunusnya.
"Lekas kau bantu aku," pinta Ang Hoa Kek. "Pindahkan batu itu ke sini, lalu kita sumbat kembali lubang ini, agar mereka tidak mengetahui kita pergi melalui liang ini."
Batu yang ditunjuk terletak di atas puncak, besarnya bukan buatan, pikir Kiu Heng bagaimanapun tak mungkin ia bisa melaksanakan permintaan si orang tua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ang Hoa Kek memaksa dan mem-buru2, membuat Kiu
Heng terpaksa untuk men-cobanya. Mula pertama Ia mendorongnya sebagai pelabi dan jangan dikatakan tidak mau. Tak kira dorongannya itu berhasil benar2. Batu besar segera menggelinding dan tepat menutup lubang tadi, Ang Hoa Kek segera mengangkat sebuah sudut batu sambil berseru: "Bocah, lekas kau masuk ke dalam lubang lalu kau tahan batu ini agar aku bisa masuk. Lekas! Lekas!"
Kiu Heng berlaku lambat-lambatan.
"Bagaimana kalau kau merasa benci sebab ilmu
kepandaianmu yang di dalam batu hijau sudah kuambil, lalu menggunakan cara ini membunuhku" Bisa2 aku menjadi setan penasaran," pikirnya.
Ang Hoa Kek yang mengangkat batu sudah menjadi pucat, ia tidak bisa bicara lagi. Kiu Heng cepat menceplos dengan kecepatan seperti anak panah masuk ke dalam lubang gua.
Sementara itu, Ang Hoa Kek belum terlihat masuk, Ia menjadi heran. Tangannya yang menahan batu dari dalam gua semakin letih tambahan asap semakin tebal. Ia menjadi cemas.
"Ang Hoa Lo Cianpwe?" serunya, "kau?"
Sebelum bisa melanjutkan perkataannya, Ang Hoa Kek sudah dekat ke arahnya lalu jatuh tak bangun lagi, sedangkan batu yang ditahan Kiu Heng sudah semakin turun.
Ia menoleh kepada Ang Hoa Kek dengan maksud
menyuruhnya cepat2 masuk, tapi ia kaget, karena dari tujuh lubang di tubuh Ang Hoa Kek mengeluarkan darah. Ia sudah meninggalkan dunia yang penuh dosa secara menyedihkan.
Batu segera diturunkan, membuat tubuh Ang Hoa Kek tergencet. Kiu Heng merasa sedih, tapi di dalam gua yang lebarnya tiga meter persegi dan gelap ini tidak ada daya untuknya melihat air matanya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ang Hoa Lo Cianpwee, sungguhpun seorang iblis dunia Bu Lim yang berdosa besar, padaku tetap baik dan berbudi. Ia mati karena tidak kupercaya. Siapakah manusia yang membakar dan melepas asap beracun itu. kelak akan kuhajar, hitung2 menalangi melakukan pembalasan untuk kematian Ang Hoa Kek Lo Cianpwee!"
"Oh, aku ingat, orang yang melepaskan asap itu, menurut Ang Hoa Lo Cianpwee seperti laki2 pertengahan tahun yang pernah kulihat beberapa bulan yang lalu. Baik, aku akan mengingatnya terus!"
Ia segera bangun, dalam keadaan gelap ia tidak bisa melihat apa2. Begitu tubuhnya bergerak segera jatuh ke bawah, tubuhnya kebanting, membuatnya pening dan pusing.
Lama kelamaan, matanya dapat melihat dengan tegas keadaan sekeliling. Karena, di dalam liang yang kecil ini Ia merasakan hawa segar. Ia percaya dengan ilmu kepandaian yang dimilikinya bisa mencari jalan keluar.
Segera Ia mencari dari mana hawa segar itu masuk, didapatinya sebuah lubang yang pas2an muat seorang, lubang itu letaknya miring ke bawah dan penuh dengan lumut yang licin.
Ia masuk dengan me-rangkak2, malang baginya belum lama kemudian tubuhnya sudah menggeleser turun tanpa berdaya untuk mengendalikannya lagi.
"Brukkkk!"
Ia jatuh terbanting pada tumpukan rumput yang tebal.
Sungguhpun tidak menderita luka, tapi membuatnya pingsan seketika.
"Tak" tak?" tak?"!"
Suara yang halus ini per-lahan2 membangunkan Kiu Heng dari pingsannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia memegangi kepala dan me-nepak2nya perlahan, seolah2 kepusingan kepala yang nyelenot2 mengganggu sekali jalan plkirannya.
Akhirnya Ia membuka mata dan memandang keadaan
sekeliling. Didapatinya dirinya berada di sebuah gua batu. Ia merayap keluar dari rumput itu.
Alangkah tercengangnya, karena kamar itu penuh dengan emas balokan, mutiara dan berbagai macam permata, sehingga ruangan seperti diterangi sinar bulan.
"oh! Kiranya banyak harta karun!" serunya.
"Tak heran kalau Ang Hoa Kek tidak mengijinkan orang kedua datang ke sini, karena segala benda berharga ini. Ah, ia salah melihat orang, aku Kiu Heng memandang benda2 ini tak ubahnya dengan kotoran manusia!"
Ia melangkah memeriksa terlebih jauh.
Tiba2" "Trang"
Pedangnya bentrok dengan sebuah batu kumala Dilihatnya pedang itu segera ia ingat akan rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Cepat ia mencabut pedang keluar dari serangkanya dan ditariknya kain yang berada di dalam pedang.
Kiu Heng sangat ter-gesa2 dan diliputi napsu untuk segera tahu siapa sebenarnya musuh dari orang tuanya. Lengannya bergemetaran, tanpa banyak tenaga kain itu dibuka.
Di dalam itu terkecuali tetesan darah, samar2 terlihat beberapa patah kata yang berbunyi; "Ce-cu-to, Goat Tong (rembulan di timur), wanita baju putih, dan lain2."
Dengan demikian kecewa sekali perasaan Kiu Heng. Ia terpekur sambil menundukkan kepala.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua jam berlalu, Kiu Heng sadar dari lamunannya, segala pengharapannya, kini menjadi hancur! Siapa musuh itu" Tetap merupakan teka-teki untuknya.
Kini Kiu Heng menenangkan hati. Ia mencurahkan pikiran untuk mencari jalan keluar. Ia berputar pulang pergi, tapi tidak menemukan apa yang dicari, karena lubang itu merupakan jalan mati. Ia semakin cemas lemas.
Untunglah saat ini terdengar "tik tak" tik tak?" suara air yang halus dan yang pernah membuatnya siuman dari pingsannya.
Ia mengikuti suara air dan tibalah di tempat yang berdinding agak rata. Dari situlah air itu terdengar.
Ia berpikir kenapa air itu bisa menembus dan terdengar, saking ingin tahunya Ia menghajar dengan tangannya.
"Dung" bunyinya keras, lalu bergema dengan keras dari empat penjuru, tahu2 ia merasakan sesuatu desakan angin dari atas kepalanya, cepat2 Ia mencelat pergi,
"Dung!"
Suara bahana keras terdengar lagi.
Kiu Heng cepat2 menekap telinganya, kiranya pukulannya yang keras membuat geger dinding gua, hingga batu besar yang berada di atas kepalanya berguguran jatuh.
Dipandangnya ke atas, masih terdapat sebuah batu besar yang ber-goyang2, bilamana batu ini jatuh kembali, seluruh ruangan gua akan kepercikan petelan dua batu yang saling tumbuk.
"Bagaimana baiknya," pikir Kiu Heng.
Ia tak berani lagi menggunakan tangannya secara
serampangan, kalau2 membuatnya dalam bahaya"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia kembali ke dalam gua. Ia merasakan sangat dahaga dan perutnya lapar benar. Ingin sekali bisa meninggalkan gua cepat2. Saat Ia teringat akan pedang pusakanya yang dapat membelah batu maupun benda keras lainnya, tanpa ayal lagi pedang Kim-liong-cee-hwee-kiam dicabut dari serangkanya, lalu dihajarkannya ke dalam dinding gua. Batu2 kerikil berhamburan, pedang menancap masuk sampai di gagangnya.
Diputarkannya sekali, sebidang batu dindingnya segera tercungkil keluar. Tapi dinding itu demikian tebal, sampai kapan bisa ditembus"
Kiu Heng kembali terpekur bingung! Tapi Ia tidak berputus asa. Di kelilinginya dinding itu sambil di-ketuk2. empat penjuru dan lantai gua sudah diperiksa semua, lalu ia inerayap naik sambil me-ngetuk2 terus. Perbuatannya ini membuat kedua tangannya menjadi pegal, untuk menunjang dirinya. Ia menggunakan pedangnya yang ditancapkan ke dinding.
Sekali ini pedang itu kembali membuat batu2 bertebaran, mau tak mau Kiu Heng harus turun kembali.
Sesudah batu2 meluruk jatuh dari atas gua, terlihat sinar sayu. Kiu Heng girang sekali, tak ubahnya sebagai kafilah di padang tandus yang menemukan sumber air.
Tanpa mengenal lelah, Ia merapung ke atas dan menggali dinding gua bagian atas itu. Dalam sekejap, liang yang berukuran dua meter persegi selesai dikerjakan. Dengan tangkas tubuhnya menerobos keluar, pikirnya ia berhasil meninggalkan tempat gelap itu.
Tak kira, tempat yang baru itu merupakan sebuah kamar batu pula, sedangkan sinar sayu yang dikiranya matahari tadi, merupakan sebutir mutiara yang memancarkan sinar.
Di kamar ini terdapat sebuah meja dan kursi batu, seperti peninggalan orang jaman dulu dengan demikian Ia boleh berbesar hati, karena tempat itu pasti mempunyai jalan keluar. Suara tetean air dicarinya terus, berkat keuletannya, Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil menemuinya. Cepat Ia mencekungkan kedua tangannya, tapi segera ditariknya kembali begitu mengenai air, karena dingin sekali.
Ia kembali ke kamar batu mencari sesuatu untuk penadah air. Ia menemui cangkir kumala. Anehnya air yang masuk ke dalam cangkir itu menjadi hangat!
Dengan penuh napsu ia menceguk habis, berulang kali ia meminum dengan puas.
Di-sela2 batu terdapat pepohonan setinggi rumput yang mengeluarkan hawa harum, Kiu Heng mencoba memotes dan men-cium2nya. Ia tidak berani memakan untuk men-coba2. Ia pernah tinggal di Bu Tong-san, segala macam rumput2nya yana berupa obat2an pernah dimakannya, tapi belum pernah melihat yang semacam ini.
Ia ragu2 sejenak, akhirnya dimakan juga rumput2an itu saking laparnya.
Sesudah memakan beberapa batang, Ia tidak merasakan sesuatu keanehan sehingga berbesar hati untuk memakannya sampai kenyang.
Ia mengaso sambil duduk di kursi batu, sebuah kotak yang terbuat dari batu kumala, siang2 sudah dilihatnya, tapi tidak menarik perhatiannya. Kini mulai Ia memeriksa.
Ia menjadi terkejut tak alang kepalang waktu melihat kotak ini bertulisan huruf2 yang terbuat dari rangkaian permata indah. Hatinya ber-debar2 seperti menghadapi bahaya, Ia menatap terus tiga huruf itu yang berbunyi Bu Lim Tiap!
Ia pernah melihat gurunya bersedih hati dan menarik napas panjang pendek karena soal Bu Lim Tiap. Ia pun tahu Pek Tok Thian Kun adalah pemilik Bu Lim Tiap sekarang.
Bermimpi pun tidak kalau Bu Lim Tiap yang dianggap pusaka kaum rimba hijau bisa diketemuinya di sini. Ia tidak berani sembarangan menyentuh kotak itu, karena mengetahui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa Pek Tok Thian Kun terkenal sebagai manusia pemain racun yang luar biasa. Bajunya maupun barangnya tidak ada yang berani menyentuh bahkan barang yang pernah
dipegangnya tidak ada yang berani pegang.
Kini Kiu Heng teringat kepada cangkir kumala yang dipakai minum dan rumput2an yang dimakan, hatinya kaget sekali, keringatnya mengucur keluar cepat2 ia duduk bersemadi untuk mengetahui dirinya keracunan atau tidak.
Belum selang lama Ia duduk berslla, segera merasakan kepalanya menjadi mabuk"
"Celaka!" serunya.
Ia menekap perut sambil ber-guling2an.
"Habis! Habis segala pengharapanku!" keluhnya.
"Dalam riwayatku ini tidak perlu memikir lagi menjadi seorang pendekar pedang! Tak perlu membalas sakit hati!
Semua ini habis dalam sekejap mata!"
Ia merasakan matanya ber-kunang2. ber-bayang2 seperti awan indah di depan matanya! Menyusul terlihat bidadari-bidadari cantik menarik di depannya sambil meng-ejek2
dirinya. Kini awan dan bidadari berubah menjadi awan merah, lalu berganti lagi menjadi darah merah yang bertetes.
Darah?" Darah?"
Kiu Heng tidak bisa mengekang amarahnya lagi, ia mengumpulkan kekuatan dirinya, lalu berteriak keras2
melampiaskan kegusarannya.
Belum suaranya bergelora habis, suara bahana yang keras menggoncangkan bumi, terdengar keras di dalam kamar!
Kiranya batu yang terdapat di gua sebelah kini sudah jatuh turun berbareng dengan suara pekikannya. Kiu Heng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menenangkan diri, air matanya entah bagaimana turun sendiri, ia menangis atas nasibnya!
Mati itu bisa ringan seperti bulu ayam juga bisa berat seperti gunung! Tapi harus dilihat bagaimana cara matinya!
Mati secara berguna tidak ditakuti Kiu Heng. Ia takut mati konyol secara kecewa!
Berikut, dengan hilangnya air matanya, kepeningan kepalanya pun menjadi hilang, terkecuali itu pandangan matanya pun menjadi terang.
Ia heran, di-kucak2 matanya. Pikirnya bermimpi, tapi kenyataan sesungguhnya demikian, ia girang sekali, sampai alr matanya keluar lagi. Bedanya, sekali ini air mata kegirangan!
"Aku berpikir terlampau berat di bagian buruknya!" kata Kiu Heng sambil me-nepak2 kepalanya.
Bu Lim Tiap yang terletak di atas meja dicongkelnya dengan pedang dan dibuka selembar.
Ia melihat tulisan kecil2 dan rapat2 yang ber-beda2. Di situ tertera nama2 orang yang seperti dikenal tapi tidak dikenal, begitu selesai dilihatnya, Ia pun tidak begitu heran dan kagum lagi atas benda pusaka itu dari pada sebelum melihat.
Ia ingin memiliki buku itu tapi tetap takut keracunan, akhirnya ia berpikir juga untuk mengetahui ada atau tidaknya racun di buku Bu Lim Tiap itu.
Ia kembali ke gua perak.
Dua batu yang sudah turun dari atas menghancurkan benda2 permata yang mahal2 itu, terkecuali dari perak2


Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

balokan yang besar2 sukar mencarinya yang berupa korek kuping atau tusuk gelung.
Ia meng-korek2 tumpukan benda2 itu, dilihatnya sepasang singa2an dari kumala, ia merasa suka dan diambilnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Didapatinya juga sebuah tusuk kondai yang bertatahkan batu2
permata. Sesudah diuji dengan tusuk kondai itu, menyatakan bahwa Bu Lim Tiap tidak beracun, Ia pun menjadi berani. Tanpa banjak pikir dimasukkannya ke dalam sakunya.
Dengan pandangan matanya yang menjiadi tajam, Ia mengawasi sekeliling, tampak di dinding kamar itu terlukis gambar2 beraneka ragam, ada yang duduk, ada yang berdiri, dan lain2, tak ubahnya seperti tengah main silat.
Kiu Heng semakin melihat semakin suka. Ia men-coba2
beberapa gerakan yang terdapat pada gambar, sesudah memainkannya beberapa kali, membuatnya menjadi letih.
Ia mulai tidur dengan nyenyak sebelum keluar dari kamar batu itu!
Begitu ia bangun, semangatnya menjadi lebih hebat, segera Ia mencari jalan keluar. Sekali ini tidak sesukar tadi, dari bawah meja yang mendatangkan hawa segar, terlihat sebuah lubang. Ia mencelos masuk, baru berjalan beberapa langkah, tampak batu besar menghadang jalan. Dengan sekali dorong ia berhasil membuat renggangan, dan keluar dari situ dengan girang, lalu ditutupnya kembali seperti sedia kala.
Keadaan bukit Pek Tio Hong menjadi gersang termakan api.
Pepohonan yang menghijau kini hilang, berganti menjadl warna hitam pekat. Kesunyian yang mati sepi membawa perasaan ke alam berduka dan sedih.
Sisa2 api dan asap memenuhi sekeliling bukit gundul, lolongan serigala menyayat sukma pendengarnya, inilah tanda2 sesudah bencana berlalu"
*** Seorang pertengahan umur ber-indap2 di sela2 reruntuhan pohon, memilih jalan. Ia duduk mengaso sesampai di puncak bukit sambil menarik napas panjang. Matanya celingukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nanar ke kiri dan kanan seperti mencari sesuatu dengan penuh harapan.
Dari balik bukit yang berlawanan, mendatang pula seseorang pertengahan umur, begitu tiba segera bertanya kepada yang datang duluan.
"Kan Giam Lo, sekeliling bukit sebelah barat ini sudah kuputari, tapi tidak terlihat si tua bangka jelek itu?"
"Kiong Lou Tauw, mungkinkah usaha kita ini sia2 belaka"
Kuyakin andai kata Ia tidak mati terbakar pasti mati kena racun!"
"Ya, benar. Tapi kenapa tidak terlihat mayat maupun tulang2nya?" kata Kiong Lou Tauw.
Kan Giam Lo tidak menjawab, ia terpekur memutar
otaknya. Kiranya mereka adalah dua tokoh golongan hitam yang kenamaan di dunia Kang Ouw berilmu tinggi, sehingga bisa malang melintang sekehendak hati di dunia Kang Ouw dengan berbagai kejahatan.
"Jangan buang waktu, mari kita periksa sekeliling bukit ini, mungkin juga Ia bersembunyi di dalam gua!" desak Kiong Lou Tauw.
Dengan tekun mereka berputar ke sana ke mari, akhirnya tibalah di mana Kiu Heng berada. Mereka masuk ke gua dengan obor terang!
"Mereka mencari apa" Mungkin aku" Tapi untuk urusan apa?" pikir Kiu Heng.
Dua orang itu semakin dekat, Kiu Heng kuatir kepergok, Ia jongkok sambil memungut batu.
"Siapa?" bentak Kiong Lou Tauw.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah," pikir Kiu Heng. "Aku hanya memungut batu sudah diketahuinya, pasti dia lihay."
Cepat2 ia menerbangkan batunya. Ser, ser dua kali, obor itu susul menyusul menjadi padam.
"Kiranya kau bersembunyi di sini!" seru Kan Giam Lo.
Mereka segera berpencar ke kiri dan ke kanan sambil merapatkan dirinya ke samping gua. Biar di dalam gelap Kiu Heng bisa melihat tegas pada dua orang itu, hatinya menjadi gusar begitu mengenali salah seorang di antara mereka adalah si orang pertengahan umur yang pernah soja paykui ingin berguru pada Ang Hoa Kek. Karena ditolak lalu membakar gunung.
"Jahanam!" gumamnya, "karena kebusukan kau, Ang Hoa Kek Lo Cianpwee menjadi mati, aku harus menuntut balas!"
Sehabis berpikir, ia memungut batu lagi dan dihajarkan kepada musuhnya.
Kan Giam Lo cukup lihay, dari suara samberan angin, Ia bisa mengetahui dirinya sedang diserang, dengan mudah Ia mengegos.
"Hai, Lo Kiong! Hati2 kau diserang batu," kata Kan Giam Lo memperingati kawannya.
Kiu Heng mengetahui kedua orang itu seperti buta di dalam keadaan gelap, dengan berani ia menghampiri per-lahan2
tanpa menimbulkan suara. Lalu memungut batu dan
menerbangkannya, berbareng dengan itu Ia tertawa terbahak2.
Keadaan gua menjadi tegang dan menyeramkan. Kiong Lou Tauw dan Kan Giam Lo seperti menemukan hantu kelaparan, masing2 merasa mengkirik. Untung mereka merupakan jago2
Kang Ouw berpengalaman, bilamana orang lain pasti akan lari tunggang langgang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa batu mengenai tubuhnya, sebelum mereka bisa membuka mulut memaki, merasakan pipinya ditampar bolak-balik.
"Kamu berdua si orang jahat, masing2 kupersen dua tamparan sesudah itu akan kucabut nyawa kamu!" maki Kiu Heng.
Tamparan yang dikira Kiu Heng tidak seberapa keras, membuat kedua orang itu jatuh duduk, tapi dengan gesit mereka bangun lagi dan lari keluar.
Kiu Heng tidak mengira tamparannya demikian ampuh, ia sadar dan percaya bahwa kekuatan yang diperolehnya dari pedang dan batu hijau besar sekali.
Dengan girang ia menghajar dinding mencoba
kekuatannya, batu bertebaran. Ia puas dan buru2 keluar mengejar dua musuh.
Baru saja ia keluar dari gua, berbagai macam senjata rahasia menyerang dirinya, cepat ia menarik tubuhnya kembali lagi ke dalam. Ada juga senjata2 yang mengejar masuk tapi kena dipukul jatuh oleh kekuatan tenaga tangannya. Cepat pedangnya dihunus, lalu diputarkan seperti kitiran derasnya, tubuhnya se-olah2 dibungkus sinar emas, lalu menerjang keluar gua.
Senjata2 rahasia yang menyerang dirinya berguguran seperti daun rontok terhempas angin.
"Ginkang yang indah," puji Kiong Lou Tauw seraya melepaskan Bwee-hoa-ciam. Anehnya senjata halus yang sukar ditangkis itu tersedot di pedang Kim-liong-cee-hwee-kiam, waktu pedang digetarkan, senjata2 rahasia itu berterbangan pergi! Dengan berpoksay, Kiu Heng berhasil menyelamatkan dirinya dari kepungan senjata rahasia, ia turun di depan dua musuhnya dengan mata ber-api2.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siaucu, kiranya kau! Mana si tua bangka jrelek itu?"
bentak Kiong Lou Tauw.
Di mulut Ia berkata demikian padahal hatinya menjadi kaget melihat pemuda kita yang pernah diketemukannya beberapa bulan yang lalu.
Pikirnya kalau si pemuda ini tidak mati lebih2 Ang Hoa Kek yang berkepandaian tinggi"
"Ha ha ha! Untuk apa kau tanya si orang tua" Mungkinkah hendak ter-bungkuk2 lagi seperti kera tua" Sabarlah, sebentar lagi Ia akan menemukan kalian untuk memberikan pelajaran!"
"Siaucu, kau jangan jumawa, di dalam gelap kau boleh main gila, tapi jangan harap bisa mengulangi lagi keunggulanmu di tempat terang!" kata Kiong Lou Tauw seraya menerjang dengan kecepatan kilat.
Sementara itu, kawannya pun tidak tinggal diam segera membantu melakukan kurungan.
Kiu Heng mengetahui kedua musuhnya di tempat terang jauh lebih lihay dari di tempat gelap tapi Ia tidak takut, dengan lincah ia mengegosi setiap serangan, lalu membalas menyerang dengan pedangnya secara tenang.
Kiong dan Kan tidak mengira musuhnya yang masih kecil ini memiliki ilmu kepandaian demikian tinggi. Segera melancarkan ilmu simpanannya ber-tubi2. Kiu Heng bukan Kiu Heng dulu lagi, setiap hajaran musuh itu biar bagaimana dahsyat tidak membuatnya gugup, malahan menambah semangat
tempurnya. Pertarungan berjalan semakin sengit, gerakan mereka menjadi cepat, sehingga sukar dibedakan yang mana Kiu Heng yang mana Kan atau Kiong. Tiba2 Kiu Heng membentak:
"Kena!"
Berbareng dengan bentakan itu tampak Kiong Lou Tauw ter-huyung2 menekap dada, darah mengalir deras, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjungkal sambil menarik napas yang penghabisan.
Sedangkan Kan Giam Lo melihat kawannya meninggal segera membentangkan ilmu langkah seribu, tapi Ia kalah cepat kakinya kena diserampang dan jatuh nyungsep. Ia kena dibekuk, dan ditotok sehingga tidak berdaya.
"Apa maksudmu membakar kami?" tegur Kiu Heng.
Kan Giam Lo tidak menjawab.
"Kau jangan menyesal aku berlaku kejam," ancam Kiu Heng seraya menyodokkan pedangnya ke perut musuh.
"Sebelum pedang ini masuk ke dalam perutmu, kuminta terangkan sebab2nya membakar gunung dan sebab2nya kau ingin berguru dengan Ang Hoa Kek."
Kan Giam Lo tetap tidak menjawab.
Kiu Heng melaksanakan ancamannya, sehingga musuhnya itu seketika meninggal dunia. Dengan wajah benci Kiu Heng menatap mayat kedua musuhnya, lalu ia menggali lubang untuk mengubur.
Saat inilah terdengar bentakan nyaring dari belakang tubuhnya.
"Hei! Siluman monyet, kenapa kau berani membunuh di siang hari" Kau kira dunia ini sudah terbalik dan boleh berlaku se-wenang2?"
Seiring dengan perkataan ini terlihat To Pei Lojin (seorang tua berbadan bungkuk) sudah berada di belakang Kiu Heng.
Sejak kecil ia kehilangan kasih sayang orang tuanya, sehingga mempunyai tabiat paling benci dimaki orang. Kini si bungkuk tanpa alasan memakinya siluman monyet, terang menghinanya sebagai orang yang tidak berorang tua seperti Sun Go Kong.
Ia merasa tak senang, tapi lupa pada diri sendiri yang berpakaian compang-camping dan penuh dengan debu, tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperdulikan lagi orang yang dihadapi itu siapa, segera Ia membentak:
"Bungkuk, kau jangan mencampuri urusan aku. Enyahlah sekarang juga, aku sebal melihatmu!"
Orang tua bungkuk itu biasa membahasakan dirinya sebagai To Loko (si kakak bungkuk), tapi Ia sendiri tidak mau dipanggil si bungkuk. Barang siapa berani mengatakannya demikian, pasti membuatnya gusar dan menghajarnya sampai mati!
Kini begitu Kiu Heng membuka mulut perkataan "bungkuk"
keluar paling dulu, sehingga membuat To Loko meluap-luap kegusarannya tapi ia tetap bisa membawa diri dengan ramah tamah.
"Hei, Siluman monyet! Mulutmu besar betul! Apakah kau memaki aku?"
"Bungkuk, kau jangan sembarangan memaki orang,
akibatnya berat untukmu! Kau lihat nasibnya kedua orang ini, bagaimana?" tegur Kiu Heng sambil bersikap untuk menerjang.
"Sabar2, perlu amat ter-gesa2" Aku To Loko sedang kebelet". ingin kencing, nanti air kencing itu dapat kau gunakan sebagai kaca,
atau cuci muka?"" Aha,
kau persis seperti monyet, berangasan dan tak bisa sabar..
Hai! Siluman monyet, kenapa kau kesusu betul?"
"Bert, bert!"
Serangan tangan mendesak mundur si bungkuk beberapa tombak.
Kiranya sewaktu ia bicara, Kiu Heng sudah tak sabaran lagi dan melakukan serangan enam kali. Empat yang pertama dapat dielakkan, serangan kelima dan keenam mendapat hasil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si bungkuk menjadi heran.
"Hai! Hidung kerbau dari Bu-Tong-san itu biar sudah mampus harus masuk ke dalam neraka, karena mengambil murid seekor monyet siluman!"
"Crang!"
Suara berbunyi keluarnya Kim-liong-cee-hwee-kiam dari serangkanya.
"Hai bungkuk, tutup bacotmu, bilamana tidak, segera kau mati berlumuran darah!"
Orang tua bungkuk itu mana kena digertak, Ia pun segera mengeluarkan senjatanya yang berupa pipa tembakau atau huncwe.
"Siluman monyet, kuingin lihat, sampai di mana lihaynya permainan pedang monyetmu!"
Dengan satu gerangan keras, Kiu Heng menyerang ketiga penjuru dengan ilmu pedang Cit-Coat-kiam. Pedang memancarkan sinar keempat penjuru, bilamana To Pei Lojin tak bergerak cepat mungkin akan termakan pedang yang tidak bermata itu.
"Bocah, kau apanya si Kong Tat?" tegur To Pei Lojin.
Kiu Heng segera mengubah ilmu silatnya begitu diketahui musuhnya.
Sekali ini ia mempergunakan ilmu Sam-cee-pan-guat yang terdiri dari dua belas jurus.
To Pei Lojin menjadi bingung.
"Dari perguruan mana kunyuk ini?" pikirnya.
Pada hari2 biasa Ia sering membanggakan diri mengetahui segala ilmu dari berbagai golongan dan menyebutkan ilmunya sendiri tak mungkin diketahui dari pintu perguruan mana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Barang siapa dapat menyebutkan ilmunya ia akan tunduk dan rela menjadi budak orang yang dapat mengenali ilmunya.
Kini ia bingung sendiri atas ilmu yang dilancarkan si bocah.
Ia tidak mau banyak pikir karena didesak terus, dengan cepat ilmu kepandaiannya yang ampuh dilancarkan secara hebat!
Kiu Heng pun segera mengubah ilmu silatnya, pedangnya memutar ke kanan, lengan kirinya melakukan penjagaan, jurus ke jurus bersambung menjadi satu dan kuat bukan main.
Tiap kali ia menyerang pasti si orang tua kena dipukul mundur. Begitu si orang tua maju lagi, dengan cepatnya dibikin mundur lagi dengan ilmunya yang cepat dan ganas.
To Pei Lojin menjadi mundur maju. Hal ini berlangsung sepuluh jurus lebih. Si orang tua menjadi kewalahan juga.
Akhirnya ia berseru: "Hai kunyuk, hari sudah hampir malam, perkelahian ini sebaiknya kita tunda saja sampai besok!"
"Hai, bungkuk, kau takut?"
"Kau jangan menghina aku sudah tua! Aku takut" Hm!"
Kiu Heng melihat orang tua itu kembali menerjang, Ia tersenyum.
"Bungkuk, apakah kau tidak takut" Mari kita bertarung lagi!"
Kembali sepuluh jurus berlangsung dengan cepat. Semakin berkelahi, kekuatan dan keberanian Kiu Heng semakin hebat.
Per-lahan2 hari hampir malam, dalam keadaan demikian, biar To Pei Lojin sudah melatih diri bisa melihat di dalam keadaan gelap, kalau dibanding dengan ketajaman mata Kiu Heng, masih terlalu jauh.
To Pei Lojin semakin berada di bawah angin, Ia makin heran dan bingung.
"Kenapa kunyuk kecil ini memiliki ilmu dalam maupun ilmu silat demikian tinggi" Terkecuali itu jurus2nya tidak beraturan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali, se-olah2 pelajarannya itu sebagai hasil curian. Lebih2
matanya yang tajam seperti mata kucing membuatku heran betul," pikirnya.
Tiba2 pedang Kiu Heng menyerang dengan keras memapas lengan kanan, lalu beralih dengan tiba2 ke sebelah bawah.
Inilah salah satu jurus dari Cit-coat-kiam yang ganas dan beracun.
Dalam keadaan begitu, hampir2 si orang tua kena dimakan pedang musuh. Keringat dinginnya mengucur tanpa dirasa.
Untung Ia bisa memutarkan tubuh secara lincah. Biar begitu, tak urung sebagian dari celananya kena disobek pedang.
Hal ini membuat To Pei Lojin kesal dan malu. Ia
menggereng keras, suaranya menggetarkan keadaan malam, menyusul terlihat pipa tembakaunya memutar di udara melancarkan jurus yang luar biasa anehnya. Inilah ilmu simpanan yang sudah lama tidak dipergunakan. Bilamana tidak terdesak tak mungkin Ia melancarkannya.
Dengan cepat Kiu Heng kena terdesak, sehingga siorang tua berbalik menang angin.
Kiu Heng sadar bahwa si orang tua benar2 orang yang berilmu tinggi, kalau terus2-an melayaninya pasti tidak bakalan menang cepat.
Ia menangkis serangan si orang tua dan melancarkan serangan balasan. Lalu ia mencelat ke samping beberapa tombak jauhnya, sesudah itu, ia memutarkan tubuh dan merat di dalam keaduan malam yang gelap.
"Hai, kunyuk, kenapa kau lari?" tegur si orang tua.
"Maafkan aku tak bisa mengantar. Hati2lah, jangan sampai jatuh!"
Dalam kesunyian malam, Kiu Heng mendengar tegas kata2
To Pei Lojin itu, Ia menjadi gusar dan ingin balik lagi. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesudah berpikir, bahwa pertarungan yang dilakukan itu tidak berarti, segera Ia berlari terus tanpa meladeni.
*** Hari sudah mulai terang, Kiu Heng mengaso di lereng gunung, ia sudah berlari semalaman penuh tanpa berhenti.
Kini ia sedang melamun. Untuk mencari musuhnya yang membinasakan orang tuanya.
Tiba2 Kiu Heng dikejutkan oleh suara garing gadis muda, menyusul terdengar pula suara tertawa gadis itu dengan nyaringnya.
Buru2 Ia naik ke puncak gunung untuk menyaksikan dan mencari siapa gerangan gadis itu.
Anehnya, suara tertawa gadis tadi menjadi hilang tertekan suara gemuruh air terjun di puncak gunung. Ia segera turun lagi ke bawah mengikuti air terjun itu. Air itu berkumpul di bawah dan merupakan sebuah kolam yang berair jernih, air berpercikan dan beruap putih, sehingga indah betul terlihatnya.
Ia turun mendekat, di balik air yang biru terlihat olehnya dua wanita tengah mandi dengan girangnya. Ia melompat ke atas pohon dan memandang terus gadis2 yang mandi itu dengan asyiknya.
Iapun heran, kenapa pemandangan itu demikian menarik hatinya. Terkecuali itu, kenapa hatinya bak-bik-buk-bek tak karuan.
Dua gadis itu berenang ke sana-kemari dengan lincahnya, tak ubahnya seperti ikan duyung di dalam dongengan.
Kiu Heng semakin kaget waktu mengenali salah satu dan gadis itu adalah In In yang pernah diketemukannya di Oey San.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tengah ia memandang seenaknya, dari arah belakangnya berkesiur angin dingin menyerang dirinya. Ia tidak dapat mengelak karena tidak dapat membedakan angin serangan itu dengan gemuruh air terjun.
Tubuhnya berikut cabang pohon yang dipegang jatuh ke bawah. Untung tidak jatuh terbanting, sebab sebelum mencapai tanah, ia membanting dulu cabang yang dipegang, lalu mencelat pergi dengan tenaga balikan.
Begitu Ia berdiri segera menjadi kaget, karena lengan kirinya merasa sakit sampai ke pori2, lengan ini tidak bisa diangkat lagi. Ia menjadi gusar, cepat2 membalik.
Di jarak sepuluh tombak, tampak seorang tua pucat dan berjanggut indah, tengah menatap ke arahnya dengan sinar mata ber-api2. Mulutnya kemak kemik tapi tidak terdengar karena suara air terjun lebih keras lagi. Setelah itu si orang tua segera berlalu.
Kiu Heng merasa dongkol, tanpa memperdulikan kepada lengannya yang sakit, Ia mengejar sekuat tenaga. Si orang tua berlari terus, begitu melalui pepohonan yang rimbun, Ia menghentikan kaki. Ia menoleh dan melihat Kiu Heng yang tertinggal di belakang dengan perasaan heran, karena ia sudah menyaksikan kehebatan ginkang Kiu Heng sewaktu datang, kini mengejarnya tanpa berhasil. Ia tidak mengetahui.
Karena lukanya, Kiu Heng menjadi kurang tangkas seperti semula.
Si orang tua menghajar Kiu Heng secara membokong karena menganggap si anak kurang ajar dan sengaja datang untuk mengintip gadis2 yang tengah mandi!"
"Bangsat tua! Kurang ajar kau, berani membokong dari belakang!" maki Kiu Heng begitu ia datang.
"Bagus! Kau boleh memaki aku sepuas hati karena aku berlaku salah. Tapi kau pun tidak boleh mengintip orang yang sedang mandi!" jawab si orang tua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kini kita beristirahat dulu baru bicara, kau menderita luka, makan obat dulu, jangan sampai semakin parah dan membuatmu cacat," tambahnya.
Ia mengeluarkan peles hijau lalu mengeluarkan beberapa butir dengan hati2 dan melemparkannya kepada Kiu Heng dengan lengan bergetar.
Dalam keadaan demikian. orang yang sedang gusar pun bisa menjadi tenang kembali, tapi tidak demikian dengan Kiu Heng, keras kepala! Obat itu dipijaknya.
"Siapa yang mau menerima budimu" Biar obatmu
berkhasiat atau beracun tidak akan kuterima!"
Si orang tua berjanggut menjadi gusar.
"Kau si bocah gila, aku merasa menyesal melukakan dirimu secara salah paham sehingga mengeluarkan obat, kini kau pijak2 obat luar biasa yang bernama Kie-hun-kui-goan-tan (obat pengumpul semangat dan hawa sejati) secara kurang ajar! Kau tidak tahu diri, biar bagaimana kau harus mengganti sebutir obatku dengan nyawa!"
Sehabis berkata tubuhnya menyergap laksana harimau luka.
"Ha ha ha," Kiu Heng tertawa sambil mengegos dengan cepat.
"Seorang bangsat tua tak tahu malu, Kiu-hun-kui-goan-tan sebagai pusaka Bu-Tong-pay mana bisa kau miliki! Hm, kau jangan sok2an, aku tak takut padamu!"
Padahal di dalam hati Kiu Heng sudah merasa menyesal bukan menginjak obat itu, karena hidungnya mengendus hawa harum yang semerbak dari obat itu dan percaya sebagai obat yang berkhasiat.
Serangan keras yang susul menyusu1 dari si orang tua mendesak terus pada Kiu Heng sehingga jatuh di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin. Tengah sengitnya jalannya pertandingan, terdengar
"buk-buk" dua kali, tubuh Kiu Heng ter-huyung2, dari mulutnya menyembur darah, sedangkan si orang tua sendiri terpukul mundur juga.
Sesudah menenangkan pikirannya, Kiu Heng menekan perasaan meluapnya, ia mengumpulkan tenaga, lalu menyerang dengan nekad, membuat si orang tua merasa gentar dan tepat pada detik itu terdengar bentakan nyaring:
"Lim Siok-siok, siapa bocah gila ini" Tunggulah In In menghadapinya."
Seiring dengan habisnya perkataan itu, tampak dua sosok tubuh ramping di hadapan mereka.
Kiu Heng merasa terkejut, serangannya ditarik kembali.
"In In, In In, mungkin Ia tak kenal lagi padaku," pikirnya.
"Hei bocah jelek, untuk apa kau datang ke sini berniat ugal2an, nyalimu besar betul! Lekas kau haturkan maaf pada Lim Siok-siok sebelum kuusir dari gunung ini!"
Kiu Heng menjadi gusar, ia menyerang pada In In.
Si gadis tidak menjadi kaget. Ia mengegos ke samping, lalu membarengi dengan satu pukulan.
"Plak!" sekali.
Kiu Heng kena dihajar dan jatuh numprah di tanah, Kembali dari mulutnya memuntahkan darah dan hampir membuatnya pingsan.
"Segala manusia tidak berguna begini berani datang ke sini, lekas enyah dari sini. Kalau tidak, bisa mati konyol!" bentak In In.
Si orang tua dan seorang gadis lain menjadi kaget melihat Kiu Heng menderita luka parah. Sebelum mereka bisa menegur pada si gadis, Kiu Heng sudah menjawab: "Hm aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datang untuk mati, bunuhlah kalau kau suka! Bilamana aku mengedipkan mata, jangan sebut sebagai jantan sejati.
Bilamana kau tidak memukul mati padaku, kau lihat saja nanti.
Aku bisa menuntut balas," kata Kiu Heng.
"Oh," kata In In dengan kaget. "Kau". kau". Kiu
Heng?"?""
"Kini baru tahu aku Kiu Heng. Yah, aku dibesarkan oleh dendam dan sakit hati. Ingatlah, bilamana kedua perasaan itu sudah bertimbun, aku menagihnya".. ha ha ha ha".."
Sambil berkata ia mencoba bangun.
Sesosok bayangan kecil mencelat datang kepada Kiu Heng.
"Apakah kau Kiu Koko" Aku bernama Ping Ping. Kata Lim Sioksiok, kau menderita luka berat dan menyuruh aku memberikan obat. Nah makanlah buru2! Kata Lim Sioksiok sesudah memakan obat ini, akan segera sembuh!"
Kira Kiu Heng yang datang itu adalah In In, ia sudah siap untuk mem-bejak2 obat yang diberikan untuk melampiaskan kegusarannya. Tak kira yang memberikan itu adalah seorang gadis ayu, suaranya demikian merdu, membuat perasaannya menjadi senang, dan mempunyai kekuatan yang tidak dapat dilawan!
Kiu Heng menatap pada si gadis yang bernama Ping Ping, hatinya merasakan sesuatu perasaan hangat yang tidak terkira. Ia semakin terpincuk sewaktu mencium wewangian yang semerbak datang dari arah si gadis.
Keluwesan dan keayuan si gadis membuat gugur
keangkuhan Kiu Heng.
Per-lahan2 ia mengangkat tangan, diasongkan ke jurusan lengan si gadis untuk mengambil obat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat ini dengan tiba2 terdengar bunyi "tringggg" dari suara kim yang digentak demikian keras dan menusuk perasaan yang membuat Kiu Heng merasakan dadanya sesak.
Kegusarannya kembali timbul, lengannya yang dijulurkan dengan tiba-tiba menggampar ke arah Ping Ping dengan keras, sehingga pipi si gadis merah dan tertera lima jari si pemuda.
Ping Ping tidak mundur juga tidak gusar, Ia tetap diam di depan Kiu Heng, lengannya masih memegang obat.
Ia berkata: "In Cici sudah memukulmu, kini kau memukul aku, hitung2 menjadi impas. Bedanya kau menderita luka dalam sedangkan aku tidak ke-napa2. Kiu Koko, kenapa kau tidak mau menerima kebaikanku" Kiu Koko" Kenapa?"
Biar bagaimana angkuh dan kukoay adatnya Kiu Heng, mana mungkin bertahan menghadapi seorang gadis yang baru diketemukan demikian ramah dan penyayang. Ia menatap terus pada si gadis yang ditampar, sedikit pun tidak terlihat gusar maupun kesal, hanya dari matanya yang indah mengembang tetesan air mata sedih!
Dari kelunakan dan keramahan si gadis membuat tubuh Kiu Heng dan jiwanya terserang runtub, demikian terharu dan menyesalnya.
Ia tidak bisa berkata apa2 karena dari mulutnya kembali memuntahkan darah merah!
Tiba2 terdengar suara parau dari nenek2 memecah
angkasa. "Hai! Siang hari bolong kamu berani mencelakakan orang"
Tak sangka orang2 Lian Hoa Hong kerjanya mencelakakan yang lemah dengan se-wenang2! Aku si nenek2 merasa tak senang!"
"Perempuan gila, kenapa kau menjerit2 dan ber-teriak2 tak keruan" Kapan kau pernah menyaksikan kami melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengeroyokan pada musuh" Dan kapan kami menghina dan mencelakakan orang lemah dengan se-wenang2" Kami bukan mencelakakannya tapi sedang memberikan obat!"
"Kebaikan yang di-bikin2! Tidak kau katakan tidak mengapa, sesudah kau katakan membuat benakku semakin sebal," jawab Si nenek.
"Aku melihat dengan mata kepala sendirl perbuatan kalian yang demikian rendah, sesudah mencelakakan baru memberi obat. Apa artinya berbuat demikian dan siapa yang akan memakan obatmu?"
Saat ini Kiu Heng sudah dipayang oleh Ping Ping, mulutnya dibuka dan obat itu dimasukkan Ping Ping. Kiu Heng menolak sambil mendorong lengan si gadis.
"Siapa yang menginginkan obatmu?" kata Kiu Heng.
Ia berbuat demikian karena mendengar perkataan si nenek.
Lalu Ia bangun dengan gagah, matanya menatap, dilihatnya wajah yang buruk dari si nenek dengan heran, tapi tidak membuatnya takut, malahan ia menghampiri.
"Adik kecil, kenapa mukamu demikian kotor dan banyak debu tidak di-cuci2?"
"Ah," kata Kiu Heng, karena ia baru sadar dan ingat kenapa si orang tua mengatakannya sebagai monyet, In In tidak mengenalinya, kiranya mukanya sudah dekil dan kotor.
Ia menggosok mukanya dengan tangan, debu yang sudah bercampur keringat melekat demikian keras dan tidak mudah tergosok lagi.
In In yang mendengar perkataan si nenek menjadi gusar dengan membentak keras ia mendatangi.
"Hei perempuan iblis, kau jangan menganggap dirimu luar biasa. Aku sudah lama ingin mengadu kekuatan denganmu, tapi selalu dicegah tia-tiaku. Kini kau berani merusak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perhubungan kita, menyatakan bernyali besar. Sekarang, jangan banyak bicara lagi, mari kita bertarung!"
Sehabis berkata, ia mencabut pedangnya dan memainkan beberapa kembangan silat.
"Ah, aku si nenek sudah tua, mana berani lompat2an seperti kau yang masih muda. Karena itu, kuminta kau jangan galak2 dan me-nakut2i aku?"?""
Sebelum si nenek melanjutkan perkataannya, si orang tua berjanggut indah sudah menghadang perjalanan In In.
"In In, semakin lama kelakuanmu semakin tidak keruan!
Lekas mundur!"
"Sioksiok, dapatkah kau mengalah sekali ini" Lain kali aku akan menurut perkataanmu! Nenek ini terlalu ugal-ugalan dan menjemukan, aku harus menghajarnya!"
"In In, kau berani membantah perkataan Sioksiok?"
In In terpaksa mundur dua langkah.
"Aku bukan membangkang atas perkataan Sioksiok,
soalnya aku tidak mengerti, kenapa harus menakuti si nenek Iblis ini," kata In In.
"Lagi pula, kenapa sampai Tia-tia pun seperti menakuti sepasang cakar iblisnya! Seluruh orang2 Lian Hoa Hong menakutinya, bisanya memaki di belakang tapi tidak berani menghantamnya secara berdepan!"


Pusaka Rimba Hijau Karya Tse Yung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Orang tua berjanggut sudah tidak menjadi gusar
mendengar perkataan In In.
"Betul! Kita menakutinya, sampai ayahmu, engkongmu menakutinya. Kenapa kau tidak takut?"
"Hm, aku tidak takut! Tampangnya yang setengah gila itu perlu amat ditakuti. Ia pun belum tentu berani menggunakan tangan, melulu mulutnya yang dipakai!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini pun betul, karena Ia pun serupa dengan kita, yakni takut!"
"Apa" Mungkinkah ia pun menakuti kita" Aku tidak percaya.
Kenapa di seluruh Lian Hong Hong Ia bisa berkeluyuran sesuka hati dan boleh mengganggu kita seenaknya.
Sebaliknya Tian Tou Hong tidak boleh kita injak dengan sebelah kaki, apa alasannya?"
Sehabis berkata, In In menatap kepada Siok-sioknya dengan sinar mata aneh menanti jawaban.
"Dalam hal ini kau akan mengerti sendiri. Kalau ingin mengetahui sekarang, kau boleh bertanya kepada Tia-tiamu atau ibumu! Mereka bisa menerangkan kepadamu, kenapa harus ddemikian!"
"Siang2 sudah kutanyakan, mereka tidak mau
menerangkan, hanya menyuruh aku menantikan tiga tahun lagi. Sesudah itu baru mau memberi tahu. Tiga tahun! Ah, waktu yang terlalu lama. Aku tak sabar menantikannya."
Tiba2 si nenek yang jelek turut ber-kata2.
"Tiga tahun terhitung panjangkah" Aku sudah menantikan tiga kali sembilan tahun, kini harus menantikan tiga tahun yang terakhir. Mungkinkah tiga tahun yang terachir ini lebih panjang dari yang lalu" Mungkin terlalu lama dan panjang, membuat si nenek merasa tak sabaran, karena itu kuharus pergi lebih dulu"..! Tidak! Aku tak bisa mencuci tangan dengan demikian, biar bagaimana capai lelahku yang ber-puluh2 tahun tidak boleh hilang secara percuma."
Sehabis berkata, si nenek segera memutarkan tubuh, lengannya mencekal pergelangan tangan Kiu Heng.
"Adik kecil! Mari kita berlalu!"
Tiba2 berkelebat bayangan In In yang cepat laksana kilat menghadang perjalanan mereka. Ia memalangkan pedang dan berkata dengan tajam:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak boleh berlalu, boleh pergi tapi harus meninggalkan Kiu Heng!"
Kiu Heng merasa dongkol mendengar teguran yang
demikian kasar.
"Urusanku tak berhak kau campuri!"
"Kiu Koko, bolehkah kau tak pergi?" tanya Ping Ping dengan lemah lembut.
Perkataan ini lebih berhasil dari pada In In.
Kiu Heng menjadi lunak dibuatnya, berpaling, dan seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi menjadi urung begitu merasakan lengan si nenek yang memegang pergelangannya terasa sangat halus dan hangat. Aliran itu menembus sampai di lubuk hatinya. Ia terkejut dan tidak bisa habis pikir lengan seorang nenek yang keriput bisa demikian hangat dan lunak.
Tiba-tiba terdengar bunyi: "cring" dua kali dari suara Kim.
Si orang tua berjanggut indah begitu mendengar suara ini segera memegang lengan In In dan Ping Ping.
"Lo Sianseng sedang memanggil kalian, hayo lekas pulang!"
In In berontak-rontak.
"Lepaskan lenganku"! Lepaskan! Aku tak maupergi!"
Ping Ping tidak merontak-rontak, Ia menatap Kiu Heng sambil berkata:
"Kiu Koko, kuharap kau tidak turut dengannya, ia adalah musuh dari kami, sedangkan Kiu Koko adalah kawan kami.
Karena itu, kuharap jangan turut dengannya!"
"Cring! Cring!" kembali terdengar bunyi Kim.
"Lo Sianseng sudah memanggil kalian, kalau masih membandel jangan sesalkan tindakanku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
In In tidak berani merontak-rontak lagi, Ia memandang pada Kiu Heng.
"Kalau kau ikut si nenek iblis, aku akan membencimu seumur hidup!"
Sedangkan Ping Plng masih tetap berlaku lemah lembut.
"Kiu Koko, kuharap kau jangan ikut dengannya, bolehkah?"
Sebelun suara dua gadis habis dari pendengaran, orang tua berjanggut indah sudah membawanya pergi, layap2 masih terdengar suara mereka yang mengatakan:
"Kiu Koko, kuharap jangan ikut dengannya!" "Kalau kau ikut dengannya, aku akan membencimu seumur hidup!"
Kalimat2 ini seperti me-ngiang2 di dalam telinga Kiu Heng, di dalam hatinya merasakan seperti manis dan pahit, seperti kawan dan musuh, ia tidak dapat membedakan, ia mabuk tak keruan!
Tiba2, ia menatap pada si nenek yang tengah tersenyum.
Senyum kemenangan atau senyum apa, Kiu Heng tidak bisa membedakan, karena otaknya sudah gelap dan mabok.
"Adik kecil, mari kita berlalu."
Sebelum Kiu Heng bisa berkata baik, terlebih dulu sudah berteriak : "Aduh!"
Kembali ia muntah darah dan jadi pingsan
Ia tidak mengetahui berapa lama sudah berlalu, tiba2 Kiu Heng merasakan semacam cairan harum yang manis perlahan2 masuk ke kerongkongannya.
Ia menelannya dan merasakan nyaman sekali, waktu Ia membuka mata, tampak sebuah lengan halus yang putih tengah memegang gelas memberikan obat padanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah minum obat, Kiu Heng merasakan dadanya
menjadi lapang, lengannya pun menjadi baikan Sesudah Kiu Heng menceguk habis, lengan putih yang halus itu pun bergeser pergi. Ditatapnya lengan itu dengan penuh perhatian, kiranya adalah lengan seorang gadis berusia tujuh delapan belas tahun.
Si gadis berambut hitam, cantiknya luar biasa, tapi bersifat dingin dan tidak menarik seperti gadis kebanyakan.
Kiu Heng menatap kepergian si gadis. Setelah itu Ia mendengar percakapan dari kamar sebelah yang gelap. "Suhu!
Ia sudah siuman!" "Siuman" Kalau begitu lekaslah suruh dia berlalu! Kita tidak bisa menahannya lama2!" jawab seseorang dengan suara parau.
Kiu Heng mengetahui yang berkata dengan suara parau itu, adalah seorang berilmu dalam yang tinggi, karena suaranya me-ngiang2 di dalam telinganya.
Ia kaget, karena mengenali suara itu adalah suara si nenek yang jelek. Oh, kiranya ini rumahmu, dan kau membawaku kemari!" pikirnya. Kembali terdengar lagi suara si nenek.
"Tak perlu berkata demikian di depan mukaku, sekali kubilang tidak tetap tidak. Ia sudah ditolong, boleh merasa beruntung besar! Karena itu, lekas suruh Ia pergi kalau sudah siuman! Se-kali2 jangan membuat aku gusar".."
Perkataan ini tak ubahnya seperti parang yang tajam menusuk ke hati Kiu Heng membuatnya menjadi gusar.
"Aku tidak meminta datang kemari, kau sendiri yang membawaku! Aku tidak meminta kau obati, kau sendiri yang mengobati. Aku tak membutuhkan rasa kasihan orang. Kau ingin kuberlalu, segera aku bisa pergi, karena akupun tidak berpikir untuk tinggal di sini selamanya! Tak heran In In dan Ping Ping mencegah aku kemari, kiranya kau adalah nenek jahat! Kau menolongku karena takut hilang muka di depan orang2 Lian Hoa Hong. Hm! Kau kira aku bisa meratap" Kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jangan bermimpi, aku tidak membutuhkan belas
kasihanmu"." pikirnya.
Ia berpikir dan berpikir, lalu turun dari pembaringan yang beralasan rumput kering, suara dari kamar sebelah masih terdengar tapi tidak setegas semula, karena telinga Kiu Heng seperti menjadi tuli disebabkan gelora kemendongkolan yang berkobar di dalam hati.
Ia masih merasakan lengan kirinya sakit, menyatakan sakitnya belum sembuh betul, tapi ia tidak memperdulikan ini.
Dengan mengertekkan gigi, Ia turun terus, tiba2 ia mendengar lagi perkataan dari sebelah.
"Suhu, kau harus berpikir sedikit, aku bukan mencegah agar ia tak berlalu, tapi karena hal yang tiga tahun ini disebut panjang ya panjang, disebut pendek sekejap mata bisa berlalu. Tapi, bagaimana dengan kaki suhu, dapatkah sembuh seperti sedia kala" Merupakan hal yang tidak bisa diramalkan, tapi kalau tidak sembuh, kita harus bagaimana?"
"Cui-jie, kau bernyali besar berani memakiku?"
"Bruk!" sekali.
Kiu Heng tahu si gadis berlutut sambil mendatuhkan diri.
Kini ia menjadi bingung, dirinya tak perlu dikasihani orang, tapi si gadis itu membuatnya kasihan. Ia heran kenapa si gadis mau meratap dan meminta kasihan pada suhunya untuk dirinya"
"Suhu, biar Cui-jie bernyali besar pasti tidak berani menjumpai kau si orang tua! Suhu harus berpikir dengan cermat, bagaimana baiknya kalau kaki itu tidak sembuh juga?"
"Biar bagaimana, aku tidak mau menahannya, lebih2
mengandalkan seorang anak kecil!"
"Suhu, kau belum melihatnya bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng merasa heran, kenapa Cui-jie mengatakan suhunya belum pernah melihat dirinya" Bukankah Ia membawanya kemari" Kalau begini lebih baik kupergi saja dari sini, tak perlu mengucapkan segala terima kasih!
Per-lahan2 Ia menarik pintu, baru saja akan keluar dari kamar, tlba2 di depan pintu menghadang seseorang yang bukan lain dari pada Cui-jie.
"Kiu Heng, percakapan kami mungkin kau sudah dengar semua bukan" Dapatkah kau menerima sedikit penjelasan"
Kini guruku ingin melihatmu barang sekali, karena itu kau jangan gusar dulu, sesudah suhuku melihatmu, aku dapat menjelaskan per-lahan2!"
Kiu Heng bertabiat angkuh dan keras, tapi terhadap kelunakan ia tidak berdaya. Segala kegusarannya seperti hilang begitu mendengar perkataan halus si gadis.
"Baik! kulihat si nenek jelek itu, apa yang akan dikatakan padaku, bilamana mendongkolkan, aku segera berlalu.
Bilamana ia memohon dengan halus, aku bisa bertindak melihat suasana!" pikirnya.
Cui-jie segera menuntun Kiu Heng ke dalam kamar. Lengan si gadis yang lembut mengalirkan hawa hangat merembes ke dalam hatinya, ia pernah merasakan kehangatan yang demikian unik, tapi ia lupa dimana mengalaminya. Tanpa terasa lagi Ia menatap dengan penuh perhatian pada wajah Cui-jie.
Begitu mereka masuk ke kamar, si nenek menatap pada Kiu Heng dengan sinar mata yang tajam, tak henti2nya dari atas ke bawah silih berganti. Si nenek menarik napas, lalu memeramkan kedua matanya dan berkata seorang diri:
"Aneh! Aneh! Kenapa bisa terjadi hal ini" Kenapa bisa begini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkataannya ini diucapkan demikian halus, tapi Kiu Heng dapat mendengarnya dengan tegas. Ia menjadi heran kenapa si nenek bisa mengucapkan kata2 yang demikian, agaknya seperti belum pernah melihat dirinya saja. Ia heran dan tidak habis mengerti apa yang dikandung hati si nenek. Apa yang aneh apa yang tak mungkin"
"Cui-jie," kata si nenek, "ajaklah ke depan untuk beristirahat! Segala urusan boleh kau sampaikan sesudah hari terang!"
Cui-jie mengajak Kiu Heng keluar gua, lalu masuk ke sebuah gubuk.
"Kau tiduran sejenak, tak lama lagi aku datang!" sehabis berkata Cui-jie segera berlalu.
Sambil menatap kepergian si gadis, di dalam hati Kiu Heng timbul berbagai pertanyaan. Ia heran kenapa di Thian Tou Hong maupun Lian Hua Hong berdiam orang yang aneh2.
Si orang tua berjanggut indah, In In dan Ping Ping, si nenek yang berparas buruk dan Cui-jie, apa sangkutan antara mereka" Semuanya sukar ditebak dan diraba, semakin diingat semakin kusut otaknya.
Tak selang berapa lama, sesosok bayangan hitam
menghampiri dirinya, pikirnyaa Cui-jie yang datang, tapi ia menjadi kaget, karena yang datang sesungguhnya adalah si nenek berparas buruk.
"Untuk apa kau datang?" pikirnya heran.
"Adik kecil, kau kira aku siapa?" tanya si nenek dengan suara parau.
"Kau belum pernah mengatakan dirimu siapa" Mana
kutahu!?" "Benar2kah kau tidak tahu" Adik kecil, aku akan memberi tahu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa dirimu" Apa hubungannya denganku, mau kasih tahu atau tidak, terserah padamu sendiri," pikir Kiu Heng.
"Adik kecil, kalau kau tidak tahu aku siapa, kenapa kau tidak menjawab?"
"Apa yang harus kuucapkan, aku sudah mengatakan tidak tahu" Apa hubunganmu denganku, sampai mendesak ber-ulang2!"
"Tolol, kau jangan berpikir yang bukan2!"
Suara ini berubah dari parau menjadi girang.
"Oh, kiranya Cui-jie!" teriak Kiu Heng dengan kaget. Karena saat ini si nenek sudah mencopot kedoknya dan berubah menjadi Cui-jie.
"Kau berani memanggilku Cui-jie?"
"Ah! Tidak! Tidak! Cui Cici, Heng-jie salah sebut karena kaget!"
Cui-jie tidak menjawab tapi dari parasnya yang beku dan dingin berbayang sebuah senyum, tapi dalam seketika menjadi hilang, dan tampak kembali wajah bekunya yang tidak menarik.
Cui-jie membuka kedok dan seluruh pakaian
penyamarannya serta sarung tangannya.
Kini Kiu Heng mengerti, suhunya Cui-jie tidak
mengenalinya, karena yang membawa dirinya bukan lain dari Cui-jie sendiri. Tapi ia tidak mengerti kenapa Cui-jie melakukan penyamaran sebagai gurunya.
"Sekarang aku tak perlu menjelaskan lagi bukan" Tapi kuyakin kau ingin tahu kenapa aku berlaku demikian. Dalam hal ini aku bisa menerangkan tapi kau harus meluluskan permintaanku, yakni jangan menceriterakan hal ini kepada orang ketiga, karena hal ini merupakan kelemahan dari Thian Tou Hong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiu Heng mengangguk-anggukkan kepala.
"Baik, kau sudah manggut2, aku boleh merasa puas," kata Cui-jie. "Sepuluh tahun berselang, antara Thian Tou Hong dan Lian Hoa Hong terjadi perselisihan dari soal kecil ini mengakibatkan urusan besar, masing2 bersumpah tidak mau sama2 berdiri di kolong langit ini. Mereka segera bertarung hebat. Sesudah berkelahi beberapa kali, tidak tampak yang menang maupun yang kalah. Mereka berjanji lagi sesudah sepuluh tahun akan bertarung lagi untuk menyelesaikan ganjelan ini. Saatnya tinggal tiga tahun lagi, hal ini suhu yang mengatakan kepadaku. Ia mengatakan dengan serampangan sehingga aku tidak mengetahui dengan terang soal ini sampai se-dalam2nya.
Lima tahun yang lalu, guruku selalu diganggu impian buruk.
Tengah nyenyaknya tidur sering men-jerit2. Bilamana menilai kepandaian guruku, pasti tidak ada yang ditakuti, tapi kenyataannya bukan saja Ia terjaga dari tidurnya, bahkan setiap kali seperti kaget dan ketakutan.
Karena itulah mengakibatkan guruku terganggu dari latihannya dan masuk ke jalan sesat, sehingga kedua kakinya tidak bisa digunakan. Berbareng dengan itu, ia pun tidak suka bermimpi buruk dan ketakutan. Guruku menjadi cacat disebabkan penyakit jiwa. Kalau ingin mengandalkan obat biasa untuk menyembuhkan sudah tak bisa lagi. Menurut guruku, kedua kakinya akan sembuh sendiri sesudah tiga tahun lagi."
Berkata sampai di sini, Cui-jie menarik napas, kedua matanya mengawasi kepada Kiu Heng, lalu melanjutkan lagi perkataannya.
"Karena Thian Tou Hong dan Lian Hoa Hong mempunyai sangkutan berat, dalam pertemuan yang terakhir guruku hanya seorang diri, karena itu dibolehkan kemana saja Ia hendak pergi, sedangkan orang2 dari Lian Hoa Hong dilarang datang ke Thian Tou Hong. Tapi ada satu larangan, yakni
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak boleh sembarangan melukai orang bilamana tidak diperlukan, hal ini disebutkan guruku sewaktu pertama kali aku menyamar sebagai dirinya.
Ia berkata: Kesatu, sesudah kau menyamar, boleh pergi kemana saja tanpa mendapat gangguan dari siapa pun.
Kedua, sesudah menyamar, aku disuruh sering2 datang ke Lian Hoa Hong, agar mereka mengetahui bahwa guruku masih dalam keadaan sehat, sehingga bisa merahasiakan cacat guruku.
Karena disuruh menyamar, sejak kecil aku dilatih ilmu Ginkang dengan keras, di samping itu aku pun harus mempelajari gerak-gerik dan segala kelakuannya. Cara melatih diriku mendekati kekejaman, tapi aku tidak menjadi benci, karena kutahu kesukaran guruku. Aku menaruh simpati padanya.
Kuingat pada suatu ketika, aku pernah membuat guruku gusar, Ia mengatakan tentang diriku. Katanya aku adalah anak malang yang sudah tak mempunyai orang tua, sewaktu berusia tiga tahun diketemukan guruku. Karena menganggap aku berbakat untuk mempelajari ilmu silat, dibawanya ke Thian Tou Hong. Sesudah memaki panjang lebar dan menuturkan riwayatku, kegusarannya masih me-luap2. Aku diusir turun gunung. Hal ini adalah kejadian beberapa tahun berselang. Tapi aku tidak pergi karena kutahu guruku tengah sakit dan terganggu sewaktu tidur, aku berdiam di dekat rumah gubuk tanpa berlalu.
Pada tengah malam bulan purnama, guruku men-jerit2 dari mimpinya, begitu ia bangun, tidak terdengar lagi suaranya, cepat2 aku hampiri gubuk itu, tapi tidak berani langsung masuk, saat inilah kudengar guruku tengah me-nyebut2
namaku, karena itu tanpa memperdulikan sesuatu, aku menerobos masuk. Guruku pun menjadi kaget, kulihat ia pertama kali mengucurkan air mata, akupun merebahkan diri dalam pelukannya dan menangis ter-sedu2. Ku mendapatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami seperti juga seorang ibu dan anaknya yang tengah dirundung malang. Aku tak bisa pergi lagi dari sampingnya, guruku pun tidak pernah menegur atau memaki lagi sejak hari itu. Bukan saja demikian, diriku dianggap seperti anaknya, aku pun memperlakukannya seperti ibu, saling sayang dan mengasihi dengan hati ikhlas.
Sayang waktu yang demikian manis itu berjalan terlalu singkat. Guruku memasuki jalan sesat sewaktu berlatih karena terganggu impian2 buruk. Ia menderita dan tak ada waktu lagi menghiraukan aku, sebaliknya aku berlebih telaten merawat dan mengurusnya. Di samping bertambah giat belajar silat.
Rahasia Mo-kau Kaucu 4 Pendekar Pemetik Harpa Karya Liang Ie Shen Harpa Iblis Jari Sakti 15
^