Riwayat Lie Bouw Pek 5
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Bagian 5
orang. Ketika Bouw Pek diantar keruangan barat, disitu terdapat
pendopo dengan tiga kamar, patung apa yang dipuja disitu dia
tidak lihat, tetapi dia dapatkan dikedua samping ada beberapa
peti mati kiriman orang yang rupanya menunda penguburan
sanak pamilinya. Di sebelah timurnya ada lagi kamar lain,
yang tinggal kosong, cuma ada sebuah meja dengan dua buah
bangkunya. Kamar itu gelap, tetapi tidak demak.
"Kamar itu juga tidak bocor," Tie Tong kasi tahu.
Bouw Pak setuju apabila dia telah perhatikan kamar itu,
dengan depannya ada pelataran yang luas, disitu dalam
keadaan sunyi setiap waktu dia bisa latih ilmu silatnya.
"Baiklah," dia beri tahukan Tie Tong, "besok aku nanti datang
pindah kemari."
Lantas anak muda ini keluar dari bio, dia perintah Lay Sin
pulang buat sampaikan kabar pada pamannya bahwa dia jadi
pindah, dia sendiri segera pulang kehotel. dia sudah pikir,
selanjutnya kecuali di waktu kunjungi Tek Siauw Hong, dia
dapat banyak ketika buat berlatih silat. dia pun sudah pikir
untuk selanjutnya jangan sering sering pergi pada Coei Siam.
"Aku telah bikin kotor pembaringannya aku mau ganti ia
menolak, dia benar nona luar biasa," dia berpikir, "Aku
sebenarnya merasa malu buat sikapnya yang manis budi
itu....." Bouw Pek lantas mampir disebuah toko cita, dia pilih dua
rupa cita yang bagus, dia beli belasan elo, dengan bawa itu
dia tidak terus pulang melainkan menuju ke Po Hoa Pan di
Han kee thoa. Siam Nio sedang nyisir waktu dia lihat tamu nya
muncul dengan mendadak sambil bawa cita. "Eh Lie Looya.
apa sih kau bikin"' dia tanya dengan bernapsu. Bouw Pek
paksakan diri akan tersenyum.
"Kejadian kemarin bikin hatiku tidak tenteran", dia bilang.
..maka barusan aku pergi ketoko cita beli dua rupa cita ini,
yang kurang baik. Kau boleh pakai ini dan bikin apa kau
suka......."
"Aku bisa menduga !" Siam Nio kata sambil tertawa. "Aku
telah duga, bahwa kau akan belikan aku cita, buat ganti seprei
dan selimutku, kemudian sesudah mengganti kau lantas tidak
mau datang lagi kemari !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia tidak nyana si nona
begitu cerdik dan omongan nya tedas sekali. jadinya, apa
yang dia telah pikir, sinona sudah dapat tebak.
"Kau menduga keliru !' dia paksa bilang. "Sebentar aku
pulang, tetapi nanti sore aku akan datang lagi. Selanjutnya
setiap hari aku sedikitnya akan datang satu kali pada kau..
Pemuda ini mau bicara lebih jauh, tetapi si nona pegat ia.
sambil bersenyum tapi agaknya sungguh sungguh, Siam nio
kata:" Apakah benar". Apakah perkataan kau boleh dipegang,
looya"' Bouw Pek menyesal, yang dia sudah kelepasan omong.
"Percaya aku, asal ada ketika, aku tentu akan datang kemari,"
dia kata...... "Aku baru tidak bisa datang kemari andai kata ada urusan
yang menghalangi aku. Kendati demikian, meskipun aku
sendiri tidak datang, hatiku toh setiap saat tidak bisa lupai
kau." Cia Loo mama ada didalam kamar bersama mereka, dia
cuma dengarkan saja pembicaraan itu, tetapi sesampainya
disitu dia ngeloyor pergi. Berbareng dengan itu Coei Siam
pegang pundak orang, dia angkat kepalanya, matanya
ternyata merah, malah mendadak dari mata itu keluar air
seperti dari sumber, sesudah mana dia jatuhkan kepalanya
didada orang........
Bouw Pek terperanjat, dengan alis mengkerut dia tunduk,
tetapi dia tidak dapat lihat mukanya sinona, hanya rambutnya
yang bagus, hitam dan mengkilap. dia coba kendalikan diri,
dengan kedua tangannya dia angkat kepalanya si nona, air
matanya dia susuti.
Jangan berlaku begini, kesehatanmu nanti terganggu,"
katanya dengan perlahan. "Kau bersusah hati, ini aku tahu.
Baiklah lain kali saja bila ada temponya yang baik. kita bicara
pula. Aku akan berdaya untuk bantu kau.
Ucapan itu melulu bikin Siam Nio menangis hingga
sesengukan, sampai anak muda kita tidak tahu bagaimana
harus membujuki nya.
Diluar mendadak terdengar suara orang bicara - yalah Cia
Lo ma ma. Siam Nio lekas pisahkan diri, dengan jarinya dia
menunjuk kursi, minta Bouw Pek duduk dia sendiri segera
menuju kemeja riasnya buat susut kering air matanya, pakai
pupur dan yancie, akan akhirnya bereskan rambutnya.
Bouw Pek duduk sambil memandang kekaca dimana dia lihat
roman yang cantik manis dari si nona, dia merasa kasihan
pada anak dara ini, yang nasibnya buruk, karena kendati
cantik dan punya roman begitu sempurna dia mesti berada
dirumah pelesiran ......
Cia Lo ma ma menyingkap kere, dia bertindak masuk
seraya berkata.
"Barusan orang cerita, bahwa dijalan besar dari Cian moei
ada orang berkelahi dengan gunai senjata tajam, sampai ada
yang dibacok mati !"
Perhatian Bouw Pek tertarik dengan tiba2. Tapi karena dia
tidak punya sangkutan dengan perkelahian itu, dia coba
kendalikan diri dan duduk diam saja. Tetapi dia tidak bisa
berdiam saja. Tetapi dia tidak bisa berdiam lama2 disitu
karena pikirannya tidak tenteram, maka lekas juga dia minta
diri dari Siam Nio.
"Apakah sebentar malam looya niat datang pula?" Coei
Siam tanya sambil tertawa. Ia tidak menjawab. dia anggap si
nona lagi godai ia. Dari depan pintu dia menuju ke barat,
sepanjang jalan pikirannya bekerja.
"Diwaktu mau pindah kegereja, aku sudah ambil putusan
akan jauhkan diri dari Siam Nio, sekarang terbukti niatan itu
tidak dapat diwujudkan. Sesungguhnya Siam Nio harus
dikasihani, dia mestinya punya lelakon sedih, yang dia hendak
dijublekkan atas diriku. Sekarang ini bagaimana dengan
keadaan diriku, Bisakah aku punya kelebihan tenaga buat
dipakai menolongnya " Dan apakah pantas bagi ku, satu laki2,
mesti beratkan diri pada seorang perempuan " Apakah dengan
begini aku jadi tidak sia2 maksud tujuanku ?". Bouw Pek benar
benar bersangsi: "coba aku punya uang. umpama beberapa
ratus tail perak, dengan itu aku bisa tebus Siam Nio, supaya
dia bisa bebaskan diri dari rumah pelesiran. Aku tentu suka
andaikata dia mau menjadi isteriku yang sah. Cuma dalam hal
Ini ada kesukarannya, yalah paman dan bibi dikampungku
niscaja tentang tindakan ku ini.........
Tanpa merasa Bouw Pek telah sampai di rumah
penginapan, tetapi disini dia lantas lihat keretanya Tek Siauw
Hong, maka dia menduda mestinya sobat itu telah kunjungi ia.
Ia cepat kan tindakannya akan masuk. Baru saja dia sampai
dithia, seorang jongos hampirkan dia.
"Lie Toaya, lekas masuk kekamarmu ! kata jongos itu, "Tek
Looya yang kau kenal baik tadi telah berkelahi di Cian moei
Toa kay, dia mendapat luka !" Pemuda itu terkejut sekali.
"Oh kiranya dia yang tadi dikabarkan berkelahi !" kata dia
dalam hatinya. "Entah lukanya berbahaya atau tidak ?"
Separoh berlari dia menuju kekamarnya. dia dapatkan Tek
Siauw Hong sedang numprah di pembaringan nya, pakaiannya
berkelepotan darah.
"Eh, kemana kau pergi " tanya orang Boan itu begitu dia
lihat sobatnya.
"Aku pergi kerumah pamanku," Bouw Pek jawab.
"Toako dengan siapa kau berkelahi" Bagaimana dengan
lukamu ?" Tek Siauw Hong ulur tangan kanannya akan kasi lihat
lukanya. Itu luka bekas golok yang dalam, rupanya darah
telah keluar banyak dari situ. Kendatipun demikian Siauw
Hong seperti tidak rasai lukanya itu.
Mereka terdiri dari belasan orang, mereka kurung aku
selagi aku berada didalam ke reta," cerita orang Boan ini.
"Kami bertempur mati2an. Pikir saja, aku sendirian dengan
sebatang golok dan mereka be-ramai2, Benar aku telah
terluka, akan tetapi di fihak mereka aku telah lukai dua orang
sedang yang lainnya aku telah serahkan pada kantor giesoe
buat diurus."
Siauw Hong bukannya seorang jumawa tetapi diwaktu
bicara dia bersenyum dan kelihatannya dia puas atau bangga
sekali. "Siapa mereka itu ?" Bouw Pek tanya, "Apa mereka mau,
ada permusuhan apa diantara toako dan mereka ?".
"Apakah kau sudah lupa, saudaraku ?" Siauw Hong baliki.
"Itu adalah ekornya ke jadian dirumah komedi Yan Hie Tong,
di waktu kita menonton wayang. Bukankah disana lantaran
urusannya In Coe Si Kaki Keras aku telah hajar seorang
jangkung sampai orang itu muntah darah" Nyata orang itu
adalah Phang Sam, engkonya Hoa chio Phang Go dari Coen
Goan Piauw tiam. Mereka bersaudara banyak, di Cim cioe
mereka disebut Phang kee Ngo Houw, lima harimau
persaudaraan Phang. Mareka semua mengerti boegee. Phang
sulung sudah meninggal dunia, yang kedua. Gin kauw Phang
Tek, buka piauw kiok di Thio kee kauw. Phang Sam adalah
yang ketiga, namanya Hoay, gelarannya Tiat koen. dia baru
satu bulan datang ke Pakkhia ini, tinggal bersama adiknya
bungsu, Hoa-chio Phang Go, yang bernama Liong. Phang Go
telah buka Coen Goan Piauw tiam di kota ini sudah enam atau
tujuh tahun. Orang bilang tumbaknya liehay, hingga dia
sanggup layani Gin chio Ciang koen Khoe Kong Ciauw. Tapi
paling liehay adalah saudaranya yang keempat, yang dipanggil
Phang Soe, namanya Bouw, julukkannya Kim too. si Golok
Emas. Katanya, buat propinsi Titlee Kim too Phang Bouw
adalah orang gagah kenamaan, sampaipun Sioe Bie to Oey Kie
Pok dan Khoe Kong Ciauw sendiri tidak berani main gila
terhadap dia. Ini juga sebabnya kenapa Coen Goan Piauw
tiam tadi tersohor Piauw soe dari piauw tiam itu karena ini jadi
suka main gila d luaran. terhadap mereka tidak ada orang
yang berani banyak mulut atau usilan "
Bouw Pek tidak puas mendengar Siauw Hong agulkan
Phang Bouw begitu rupa.
"Apakah yang tadi serang toako itu Phang Bouw ?" dia
tanya. "Bukan, bukan dia, Siauw Hong jawab. "Kalau tadi dia yang
berada disini, pasti sekali aku akan dapat kecelakaan hebat.
bicara terus terang saudara, diwaktu kemudian aku dapat
tahu, bahwa fihak lawanku adalah orang orang Coen Goan
Piauw tiam, aku menyesal bukan main. Sesungguhnya aku
tidak ingin sekali tanami bibit permusuhan dengan fihak Phang
itu. Dalam dua hari ini aku telah tidak pergi kekota selatan,
kesatu karena aku memang merasa kesehatanku sedikit
terganggu, kedua aku ingin menyingkir dari gangguan
mereka, tetapi hari ini aku tidak tahan berdiam lebih lama di
rumah, sedang kemarin ini aku tahu kau telah mabok arak,
karena kuatirkan diri kau, aku perintah sedia kan kereta. Aku
sengaja bawa golok untuk berjaga jaga. Diluar dugaanku,
baru saja sampai di jembatan Cian moei, belasan piauwsoe
dari Coen Goan Piauw tiam telah pegat dan kurung aku.
Mereka semua bersenjata golok, ruyung rantai dan toja.
Diantara mereka tidak ada si orang she Phang. Mula mula aku
bicara pada mereka, aku ajak mereka berdamai, tetapi mereka
menolak, mereka berkata hendak hajar aku. Di jalan besar itu
ada banyak orang, dihadapan mereka, aku tidak bisa unjuk
kelemahan lebih jauh, maka tidak perduli mereka berjumlah
besar, aku turun dari kereta dan layani mereka bertempur,
Kesudahannya saudara ketahui, yalah aku terluka sendirian,
tetapi mereka luka dua dan yang lain lain ditangkap. Sebelum
pertempuran berhenti ada datang orang orang polisi, mereka
itu kenal aku, maka atas keteranganku belasan orang itu
lantas ditangkap dan dibawa pergi. Tapi dengan begini
permusuhanku dengan pihak Phang jadi bertambah hebat.
Aku percaya betul, tidak bisa tidak, mereka pasti akan cari aku
dari itu selanjutnya aku tidak mau sering sering pergi keluar
kota.............
Setelah kata begitu, orang Boen ini i unjuk roman berduka
sekali. Dengan saputangan, yang telah berlepotan darah. dia
susut darah yang mengucur dari lukanya.
"Aku sudah perintah Hok Jie pulang mengambil pakaian
dan obat luka" kemudian ia kata pula. "Aku tahu sendiri,
saudara. Tek Siauw Hong satu laki2, maka jangan kata satu
luka seperti ini, kendati lenganku ini di tabas kutung, tidak
nanti aku merintih atau berteriak kesakitan. Beberapa
piauwsoe dari Coen Goan Piauw tiam itu, berikut Hoa-chio
Pheng Sam sendiri, jikalau mereka arah aku aku tidak takut,
apa yang aku kuatirkan adalah kalau Kim too Phang Bouw
datang mencari aku. Phang Bouw kenal banyak orang jahat,
siapa saja mereka bisa ajak berkonco, maka itu. sudah dia
sendiri lihay, dengan ajak banyak kawan dia sesungguhnya
sukar dilayani..........'
Kembali Phang Bouw disebut sebut, mendengar itu Bouw
Pek menjadi mendongkol dan gusar, hingga wajah mukanya
menjadi merah padam.
"Toako, tetapkan hatimu !" kata dia dengan suara dingin,
dengan senyuman tawar. Tidak perduli Hoa chio Phang Liong
atau Kim too Phang Bouw, apabila mereka itu datang mencari
toako, toako mesti lekas kasi kabar padaku ! Toako, aku tidak
takut pada mereka itu !"
"Dengan sebenarnya, hiantee, buat selanjutnya tidak bisa
tidak kau mesti bantu aku," kata si orang Boan.
Sampai disitu Bouw Pek kasi tahu yang dia akan pindah ke
Hoat Kong Sie. "Itulah bagus," Siauw Hong bilang. "Memang tidak
sempurna kau berdiam lama dirumah penginapan. Aku tadinya
niat ajak kau tinggal padaku, dirumahku, aku kuatir kau
menolak...... " ,Besok aku akan pindah, perkara lainnya kita
lihat saja belakangan," Bouw Pek kata.
Sementara itu Hok Jie telah bertindak masuk bersama Sioe
Jie, bersama mereka ada lagi dua bujang lain, yang membawa
pakaian dan obat luka.
"Kenapa kau datang be ramai ?" Siauw Hong tanya.
"Dengan begini dirumah ada siapa?"
"Loo thaythay dan thaythay berkuatir ketika mereka dengar
looya berkelahi dan terluka," kata Sioe Jie. "kami lantas
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diperintah pergi menyusul: Looya diminta lekas2 pulang".
Majikan itu tersenyum sindir.
"Kau datang ramai2, apa kau bisa bikin?" dia tanya.
"Apakah kau bisa lindungi aku ?"
Sioe Jie tidak kata apa , dia tidak berani buka mulut
terhadap majikan itu.
"Sekarang marilah obati aku." Siauw Hong kata kemudian.
Hok Jie bersama dua bujang lantas undurkan diri dan Sioe Jie
maju akan obati lukanya majikan itu, sesudah mana dia bantu
majikan itu salin pakaian. Begitu lekas sudah pakai obat dan
tukar pakaian, Tek Siauw Hong telah seperti lupa yang dia
baru saja terluka hebat, malah dia lupakan juga
kekuatirannya, kemasgulan dan kemurkaan, malah juga dia
tidak mau pulang, hanya bersama Bouw Pek dia lalu pasang
omong, pokok pembicaraan adalah halnya Coei Siam si nona
manis. Orang Boan ini tertawa berkakakan ketika dia dengar
sobatnya telah kunjungi si nona dan muntahkan
pembaringannya dan kemudian telah membelikan cita untuk
nona itu. "Baru dua hari aku tidak pergi, siapa nyana kau berdua
telah jadi begini panas !' ia menggoda. ..lagi beberapa hari
aku niat pergi ke Tong leng bila nanti aku pularg dari sana.
barangkali kau telah menyewa rumah buat tinggal sama2 !"
Bouw Pek tidak menjadi gusar yang dia digoda secara
begitu, dia hanya merasa malu.
"Besok aku pindah kegereja. selanjutnya aku tidak akan
kunjungi Coe Siam lagi." dia bilang. Tek Siauw Hoag masih
saja tertawa. "Besok kau boleh pindah kegereja !" dia kata. "Tetapi kau
tidak cukur rambutmu buat menjadi hweeshio, siapa mau
usilan yang kau pergi mogor"'"
"Bukannya begitu ! Bouw Pak terangkan. "Aku insyaf, aku
mengerti, aku tidak boleh sering pergi ketempat seperti itu
dan berdiam lama2 disana, satu kali aku berdiam lama lama,
sukar aku loloskan diri dari cengkeram..........."
Siauw Hong masih saja bersenyum, sebagai seorang yang
telah banyak pengalaman, dia rupanya sudah tahu selatan.
Selagi kedua fihak saling membungkam, tiba tiba Hok Jie
bersama dua bujang lain nya bertindak masuk dengan
tergopoh gopoh. roman mereka pucat bahna ketakutan. Hok-
Jie segera berkata !.
"Looya. jongos hotel telah kasi tahu kabar hebat padaku !
Katanya ketua Coen Goan Piauw tiam bersama belasan
kawannya, dengan semua bekal senjata, sedang berdiri
menunggu di mulut jalan sebelah timur ! Rupa rupanya
mereka itu hendak pegat kau looya...." Kabar itu benar hebat,
tidak, heran bila Tek Siauw Hong nampaknya terperanjat.
Lie Bouw Pek yang gesit sudah sambar pedangnya, yang
dia gantung ditembok.
"Nanti aku ketemui mereka !" dia kata. dia memang masih
mendongkol. "Jangan !" Siauw Hong mencegah. "Saudaraku, jangan kau
sibuk tidak keruan, sabar, aku nanti cari akal !"
"Akal ?" Bouw Pek baliki. "Toako, apa perlunya akan pikir2
akal lagi" Aku nanti pergi dan hajar mereka, habis perkara !
Mereka itu terlalu menghina toako " Kenapa mereka seperti
juga tidak ijinkan toako jalan dijalan umum ?"
"Apakah tidak baik aku pergi kekantor negeri, minta pembesar
kirim orang akan bekuk mereka itu?"' Hok Jie campur bicara.
"Jangan !" mencegah Siauw Hong sambil bersenyum sindir.
"Dengan pinjam pengaruh pembesar negeri buat menindih
orang, apa jadinya nanti dengan aku " Perbuatan demikian
macam aku si orang she Tek tidak sudi lakukan !'
"Kau benar, toako!" Bouw Pek benarkan.
"Sekarang hayo, mari kita ketemui mereka"! kata orang
Boan ini, dengan suaranya yang pasti. dia lompat bangun, dia
berpaling pada kawan nya. "Saudara, mari kau temani aku !"
katanya. Kemudian dia menoleh pada Siu Jie berempat dan
kata : "Sebentar kau tidak boleh campur urusan, kau mesti
berdiri saja dipinggiran menonton ! Umpama kata mereka
pukul kau jangan kau balas memukul ........!"
"AKU lupa alamatnya, tetapi lupa atau tidak, aku sekarang
perlu kunjungi dia," dia pikir akhirnya. "Ia seorang yang
ternama, dia mestinya mudah dicari."
Ia tukar pakaian, sambar kipasnya. lantas keluar. Didepan
pintu dia teriaki sebuah kereta kaldai, yang bawa dia menuju
ketimur. Hawa udara panas, maka duduk didalam kereta, anak
muda ini tidak berhentinya goyang2 kipasnya. Si tukang
kereta telah mandi keringat.
Selagi mendekati Su pay lauw, tukang kereta tanya
penyewanya kegang mana ia hendak pergi, kesebelah barat
atau sebelah timur.
Aku tidak tahu mesti pergi kemana, aku hendak tengok
seorang sobat baru' sahut anak muda ini, yang berada dalam
kesangsian. "Siapa itu sobatmu,tuan." la orang she apa?" tanya tukang
kereta pula. "Ia orang she Tek. la seorang Boan," Bouw Pek kasi tahu.
Tukang kereta itu menoleh akan awasi penumpangnya
Nyata perhatiannya sangat tertarik.
"Apakah tuan mencari Thie ciang Tek Ngo ya ?"
"Betul," sahut Bouw pek seraya memanggutkan kepala.
"Aku tahu rumahnya Tek Ngo Ya," kata tukang kereta itu.
,Ia tinggal di jalan sebelah utara ditengah antara tiga jalanan,
dia seorang yang baik hati. Di pintu timur ini, diantara orang
yang paling ternama, adalah ia bersama Sioe bieto Oey Soe Ya
!" Setelah kata begitu, dengan gembira tukang kereta itu
cambuk keledainya, buat kasi binatang itu lari keras. Maka
tidak lama kemudian kendaraan itu sudah keluar dari mulut
barat dari tiga jalanan antara timur dan barat, terus berhenti
didepan rumahnya Tek Siauw Hong. Di depan pintu ada dua
orang dengan dandanan sebagai bujang sedang belanja
membeli kembang.
Bouw Pek samperkan dua orang itu dan tanya apa. Tek
Siauw Hong ada di rumah.
Lebih dulu dari pada itu dia telah perhatikan rumahnya
orang, yang pintunya dicat merah, dikiri dan kanan ada dua
singa2an batu, sedang di sebelah timur ada pintu buat
masuknya kereta. Dua orang itu rapi dandanannya.
"Kau siapa, tuan?" tanya dua orang itu, yang telah balik
mengawasi. "Aku she lie, dari Seebo Yan," Bouw Pek jawab.
Mendengar jawaban itu, salah satu hamba itu lantas saja
tertawa. "Apakah tuan bukannya Lie Toaya dari hotel Goan Hong?"
dia kata. "Silahkan masuk silahkan masuk, toaya !"
Hamba ini telah dengar dari Sioe Jie. bahwa majikan
mereka punya kenalan baru yang berdiam dihotel di
Seehoyan, sedang Hok-Coe pun pernah omong hal sobat itu,
bahwa majikan mereka selama dua hari ini hampir tidak bisa
berpisah dari sobat baru itu.
Bouw Pek bertindak masuk, dua orang itu pimpin ia.
Dipekarangan dalam Sioe Jie tertampak sedang siram
kembang, kapan dia dapat lihat tamu itu, dia lepaskan corong
airnya dan lari menghampirkan.
"Oh, Lie Toaya datang !" dia berseru. "Toaya. selamat
datang !" Dan dia lalu unjuk hormatnya
Bouw Pek sambut hamba itu sambil manggut dan
tersenyum. Sioe Jie bersama hamba itu dari luar lantas antar tamunya
masuk sampai dikamar tamu.
Ruangan besar, yang kelihatan saja disitu enam kamar
yang besar2, sedang kursi meja dari kayu wangi. Ditembok
digantung banyak gambar pigura yang muat tulisan huruf2
yang indah. Diatas meja kedapatan banyak barang barang dari
kuningan dan perunggu. Segala apa disitu indah dan bersih.
"Duduk dulu, toaya, aku nanti kabarkan," kata Sioe Jie,
yang terus masuk kedalam.
Bouw Pek duduk, oleh hamba dari luar tadi dia disuguhkan
teh. Belum terlalu lama, Tek Siauw Hong kelihatan bertindak
keluar, air mukanya ramai dengan senyuman.
"Lauwtee, kau benar2 datang cari aku !" kata dia dengan
gembira Bouw Pek berbangkit buat unjuk hormatnya
"Bagaimana dengan kesehatanmu, toako?" dia tanya. "Apa
kau baik"'
"Aku baik, terima kasih. Kemarin ini aku terkena hawa
panas, aku mesti pergi kebelakang sampai dua kali,
kemarinpun aku sudah sembuh,' sahut tuan rumah.
"Duduklah !" sembari kata begitu dia ambil kursi didepan
sobatnya itu. Bujang tadi bawakan pula teh dan Sioe Jie
muncul dengan ini hoencwee.
"Toako, kau........"
"Jangan sebut itu ! Siauw Hong mencegah seraya goyang2
tangannya, hingga perkataan sobatnya jadi terpotong. "Sama
sekali tidak ada artinya, kau jangan buat pikiran, kalau kau
pikirkan itu, kau pasti anggap aku sebagai orang luar. Malah
kalau kau perlu apa apa, kau mesti kasi tahu padaku, aku
selama nya bersedia buat bantu kau. Kau telah ketahui
rumahku ini, lain kali harap kau sering2 datang. Setiap hari
pada jam sepuluh aku sudah senggang dan berada dirumah,
waktu itu kau boleh datang, jangan malu2. Dirumahku ini
semua orangku kau boleh perintah, siapa saja diantaranya
tidak boleh berlaku ayal !" Bouw pek manggut2.
"Baik, toako, lain kali aku akan sering2 datang," dia bilang.
Siauw Hong sedot hoencweenya dua kali, lantas dia
tertawa. "Kau pergi ke Cui Siam atau tidak?" dia tanya.
Ditanya begitu, mukanya Bouw pek menyadi merah.
"Kemarin lohor aku ketemu dia ditengah jalan, dia bersama
ibunya," dia jawab. "Ia teriaki aku dan kami jadi bicara
ditengah jalan,
Jadi bicara ditengah jalan, dia undang aku datang
malamnya, aku terima undangan itu. jadinya aku terima
undangan secara sembarargan saja, tapi belakangan aku pikir,
pada orang sebangsa dia aku tidak boleh hilangkan
kepercayaan, maka malamnya aku telah pergi memenuhi
janyi. Aku berdiam satu jam lebih di sana."
Siauw Hong tertawa tidak berhentinya apabila dia dengar
jawaban itu. "Lauwtee, kenapa sih kau omong dengan berputar putar ?"
dia menegor. "Aku kasi tahu kau, buat kau pergi kesana tidak
ada halangannya sembarang waktu kau boleh pergi, toh
melulu untuk main main saja ! Daripada berdiam sendirian
saja dihotel, lebih baik kau keluar pesiar, diluaran kau tidak
akan hadapi kemasgulan seperti menyekap diri di dalam
kamar. Tidakkah kita hanya cari kesenangan " kita boleh pergi
atau tidak, semua menurut kehendak kita sendiri."
Bouw Pek manggut sambil bersenyum. dia mesti akui
benarnya orang Boan ini. Kenapa dia tidak bisa longgarkan
pikiran seperti sobat nya ini "
Siauw Hong tertawa dan kata pula :
"Saudaraku, mari aku kasi tahu. Coei Siam sebenarnya
berjodoh dengan kau. dia adalah bunga berjiwa yang paling
tahan harga, ada beberapa orang yang pernah rogoh saku
dalam dalam buat ketemui dia, terhadap orang2 itu sepatah
kata juga dia tidak mau ucapkan. Tapi terhadap kau, kau lihat
sendiri. Bagaimana manis dia perlakukan kau, walau ditengah
jalan dia sudi teriaki kau. dia mau undang kau buat datang
padanya ! Tidakkah ini aneh " Orang lain datang, dia tolak,
atau dia tidak layani, kau yang tidak datang, dia undang
dengan hormat ! Coba undangan terjadi pada orang lain,
orang itu barangkali akan menjadi gila dengan mendadak
bahna kegirangan yang melewati batas atau dia akan gotong
uangnya supaya dia bisa segera ketemu dengan si nona manis
!" "Kendati demikian ketempat demikian, aku tak sudi sering2
pergi," Bouw Pek kata.
"Tidak sering2 pergi juga ada baiknya," Siauw Hong akui.
"Dengan jarang pergi, kita jadi tidak terpincuk. Siapa sudah
satu kali kena terikat, meski dia gagah perkasa, dia akan
rubuh sebagai pecundang. sukar dibelakang hari dia angkat
kakinya yang sudah kejeblos ! Tapi Coei Siam beda dari yang
lain, dia tidak biasanya pegangi tamu sampai dia tidak mau
lepas2, sedang dia juga tidak punya sifat sekekar, tidak jemu
pada si miskin atau kemaruk pada si hartawan. dia sudah ke
temu banyak orang, tidak ada satu yang dia sukai, apa mau,
baru ketemu kau, dia sudah jatuh hati apakah ini tidak aneh ?"
Bouw Pek tertawa.
"Cukup. toako, cukup ! Sudahlah, kita jangan omongkan
hal Coei Siam saja !"
"Nah, apa lagi?" Siauw Hong tanya. saudaraku sudah dahar
?" "Aku telah dahar dulu di hotel, baru aku datang kemari.
Bagaimana dengan toako ?"
"Aku baru saja bersantap. Hari ini kau tentu senggang,
bagaimana jikalau kita pergi main2 ke Jie kap ?"
"Jie kap" Dimana itu letaknya ?"
"Sampaipun Jie kap kau tidak tahu !" Siauw Hong
tertawakan sobatnya. "Bila orang lain dengar pembicaraan
kita, pasti dia akan tertawakan kau ! Sudah, mari kita pergi.
Kita akan naik kereta, menuju ke Coe hoa moei, dari sana kita
nanti naik perahu buat pergi ke Ji Kap, sesudah main perahu,
dengan perahu juga kita menuju ke Boen-lian. Kereta kita
boleh diperintah menunggu di Boen lian. Sepulangnya dari
sana, kau mesti turut aku kesini, disini kita nanti bersama
sama bersantap malam."
Bouw Pek terima ajakan itu.
"Baik, toako. Sekarang silahkan kau dandan," dia kata.
Siauw Hong girang sekali, sebelumnya masuk kedalam dia
telah berikan perintahnya, ke satu supaya Hok Jie siap dengan
keretanya, kedua supaya sebentar malam Sioe Jie sedia
barang barang hidangan yang istimewa.
Siauw Hong ketemui isterinya didalam.
"Lie Bouw Pek telah datang," dia kata pada isterinya itu
Didalam rumahnya, dia tinggal ber sama isterinya itu serta
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ibunya yang sudah tua. Anggota keluarga lainnya adalah dua
anaknya. "Kenapa kau tidak undang dia masuk ?" kata Tek Nay Nay.
"Ia seorang yang pemaluan !' kata sang suami. "Ia duduk
menunggui diluar, aku mau ajak dia pesiar ke Jie kap"
Lantas orarg Boan ini dandan, dengan bawa kipasnya dia
keluar pula dengan cepat.
"Mari kita berangkat, saudara Lie !" katanya pada Bouw Pek
setelah berada didepannya sobat baru itu.
Bouw Pek berbangkit, dia ikut tuan rumah bertindak keluar.
Sioe Jie mengikut dengan bawa coeihoen sang majikan. Diluar
Hok Jie sudah siap dengan keretanya.
"Sebentar jam empat kau mesti perintah koki siap," Siauw
Hong pesan Sioe Jie selagi kereta mau berangkat.
Sioe Jie berikan jawabannya, maka Hok Jie kasi keretanya
berangkat. Kendaraan itu menuju ke Cee hoa moei dan keluar dari
pintu kota itu. Tek Siauw Hong ajak Bouw Pek turun dari
kendaraan nya, pada Hok Jie dia pesan :
"Sekarang kau boleh pulang, tapi ingat, sebentar jam
empat kau datang pula kemari akan sambut kami."
Orang Boan ini dan sobatnya pergi ketepi sungai, dimana
mereka naik atas sebuah perahu, dimana sudah ada belasan
orang, lelaki dan perempuan, rupanya mereka semua juga
mau pergi ke Jie kap akan pelesir.
Dimuka air, yang penuh rumput hijau, perahu sudah lantas
melaju menuju ke selatan. Dikedua tepi, disepanjang jalan,
pohon yang lioe mengasi pemandangan indah. Angin ber
kesiur2 dengan pelahan. mendatangkan perasaan yang
nyaman. Dari situ pun tertampak tembok kota, yang
nampaknya agung disepanjang sungai itu.
Matahari sudah naik tinggi, hawa sebenar nya panas, akan
tetapi ditempat yang rindang seperti itu dimana air
memberikan hawa dingin, orang tak sampai menjadi
korbannya pergaruh Batara Surya yang lihay.
Siauw Hong dan Bouw Pek duduk dibagian payon gubuk
perahu, mereka tidak kerja apa apa selain memandang kedua
tepi, tetapi karena didalam perahu ada anak wayang yang
menyanyi, kuping mereka juga bisa dengar kan nyanyian itu.
Lagu yang diperdengarkan adalah "Ong Jie Cia kenangkan
suaminya "
Anak wayang itu piara kumis hitam, thungshanya sudah
jelek sekali, kendati begitu sembari nyanyi dia toh masih bawa
aksinya, bikin gerak gerakannya lemas seperti orang
perempuan. Diantara sekalian penumpang perahu, jang paling tertarik
perhatiannya adalah orang2 perempuan, yang memakai
pakaian cara Han dan Boan menurut kesukaan hati mereka,
mereka ini pada tertawa tawa tersenyum, tetapi ada juga
yang mukanya jadi bersemu merah.
Sebagai seorang asing Bouw Pek tidak mengerti wayang
Pakkhia, maka itu dia lebih banyak mengawasi kemuka air,
dimana terdapat itik dalam rombongan sedang berenang ke
sana kemari sambil berbareng mencari makanan. Binatang itu
tubuhnya bersih, gerakannya gesit, nampaknya gembira
sekali, diantaranya ada juga yang berbunyi kowak kowek.
Memandang semua itu, Bouw Pek lalu ingat masa dia masih
kecil. Tempo dia baru berusia delapan tahun, oleh ayah dan
ibunya, bersama sama Kang Lam Ho dia telah di ajak pesiar
ketelaga Po Yang. Ilmu berenang dan selulup Kang Lam Ho
liehay. dia bisa selulup timbul seperti juga ikan, adalah
katanya di dalam air dia bisa melihat seperti di darat. Lie Hong
Kiat, ayahnya, juga telah belajar Ilmu berenang dari Kang Lam
Ho. Tapi sekarang ini ayahnya telah merupakan tulang2
didalam tanah. Dan Kang Lam Ho, Entah jago itu masih hidup
atau sudah mati " usianya ditaksir sudah enampuluh lebih.
Makin perahu maju, bebek2 kelihatan makin banyak dan
pepohonan nampaknya makin lebat. Juga kelihatan rumah2
ditepi sungai. Maka pemandangan itu adalah laksana lukisan
saja. Tidak lama mereka sudah mendekati jembatan si anak
wayang telah berhenti menyanyi. dia hampirkan sesuatu
penumpang perahu seraya sodorkan tangannya akan minta
persen. "Sudah sampai," kata Tek Siauw Hong seraya tarik tangan
kawannya. Lebih dulu dari pada itu dia telah rogoh sakunya
akan kasikan beberapa chie pada anak wayang itu. Bouw Pek
berbangkit ikut sobatnya.
Cepat sekali perahu telah dipinggirkan dan ditambat, maka
dua sobat ini lantas bisa mendarat. Maka lagi sekali Bouw Pek
bisa lihat banyak orang, yang sedang pesiar seperti mereka
berdua. Orang dari Lamkiong ini bisa saksikan keindahan alam
dari Jie kap. Orang jang pesiar banyak sekali, air sungai jernih
laksana kaca. Disepanjang tepi pohon pohon lioe tetap banyak
dan bagus. Di-bawah pohon2 itu ditaruh meja2, jamuan orang
menjual teh dan kue kue, diantaranya ada yang mendirikan
gubuk2. Orang orang yang telah pesiar ada yang duduk
minum dan makan kue. Pedagang pedagang kecil lainnya juga
terdapat disitu, begitupun anak anak wayang yang ngamen
jual suara dan aksi.
Orang orang yang pesiar itu adalah lelaki dan perempuan
dan dari berbagai tingkatan, tua dan muda, kaya dan miskin.
yang paling menarik perhatian adalah nyonya nyonya muda
dengan pakaian cara Boan dan nona nona dengan kuncirnya
yang panjan dan meroyot turun dibelakangnya.
Lantas ada apa, yang menyolok dimatanya Bouw Pek,
karena itu adalah pemandangan yang dia tidak sangka sangka
akan tampak di kota raja. yalah beberapa orang pasti bangsa
hidung belang atau luntang lantung yang telah nyelak sini
diantara orang orang perempuan muda, dengan maksud tak
lain dari pada berlaku jail.
"Pakkhia adalah kota raja, kenapa orang orang ini bersikap
begitu tidak tahu aturan?" dia berpikir.
Tapi dia tidak sempat berpikir banyak, Siauw Hong telah
betot tangannya.
"Mari kita nyelak antara orang banyak, buat cari gubuk
teh," berkata sobat orang Boan ini.
Anak muda kita menurut dengan tidak kata apa apa.
Sebentar kemudian mereka telah sampai disebuah gubuk
dimana pelayannya, kapan lihat orang Boan ini, segera
menghampiri buat menyambut sambil mengunjuk hormat.
"Oh, Tek Ngo-ya?" berkata dia. "Tidak di duga duga hari ini
Ngo ya senggang dan bisa datang pesiar kemari !"
Siauw Hong kenal pelayan ini, ialah Siauw Thio atau Thio si
Kecil dari Cee hoa moei maka sembari tertawa dia kata :
"Tolong carikan kami tempat yang baik!"
Dengan cepat Siauw Thio telah carikan meja yang diingini,
dengan lebih dulu bawa kan air buat kedua tamunya bersihkan
muka. Sembari mengipas diri Bouw Pek minum teh nya, sedang
Siauw Hong repot dengan hoencweenya sambil matanya terus
memandang keluar gubuk mengawasi orang orang yang
sedang pesiar. Tidak antara lama, dari jurusan timur Bouw Pek lihat
mendatangi tiga orang dengan baju tay-kwa buat musim
panas, tetapi yang menarik perhatian adalah yang jalan di
tengah tengah, orang mana tubuhnya tidak tinggi, mukanya
hitam, tetapi sikapnya bukan sikap orang kebanyakan. Dua
orang lagi, yang jalan dibelakangnya, yang menjadi bujang
atau budak, berjalan mengikutinya sambil tangan mereka
mesing2 membawa sebuah kantong uang. Dibelakang mereka
ini mengikuti dua atau tiga puluh pengemis lelaki perempuan,
yang ber ulang2 minta2 uang. Saban2 dua bujang itu
merogoh kantongnya dan memberikan sejumlah uang, tidak
heran bila pengemis pengemis, yang tak kenal batas, yang
jumlahnya memang banyak. jadi makin banyak yang
mengikuti, hingga dua budak itu jadi repot.
Simuka hitam kelihatannya tidak perdulikan pekerjaannya
dua bujang itu, dia jalan terus dengan diapit oleh kedua
kawannya. Beberapa buaya darat atau hidung belang yang
bergelandangan, apabila mereka berpapasan dengan orang
muka hitam ini, semua menegor dengan laku yang hormat,
seperti juga orang ini orang bangsawan atau raja muda. Tapi
orang yang di kasi hormat itu tidak ambil peduli, dia bertindak
terus dengan agung2an, tangannya saban2 goyang kipas nya.
"Siapa orang Ini, yang romannya agung2an?" anak muda
kita men duga2.
Adalah justru saat itu, Tek Siauw Hong kutik sobatnya
seraya berkata,
"Lekas lihat ! itu dia Sioe bie to Oey Kie Pak.
Sembari kata begitu, orang Boan ini sudah lantas
berbangkit, dengan air muka penuh senyuman dia bertindak
menyabut Oey Kie Pak, yang sudah mendatangi dekat gubuk
teh itu. Sioe bie to, si Bie to kurus, juga telah dapat lihat Tek Siauw
Hong, maka dia pun menghadapi orang dengan unjuk
senyuman, tubuhnya sedikit dibongkokkan.
"Oey Soe ko, hari ini kau senggang"' menegor Siauw Hong.
Orang she Oey itu manggut sambil bersenyum, tetapi
teguran orang seperti juga dia tidak dengar, karena dia
lanjutkan perjalannannya tanpa menoleh lagi.
Mukanya Siauw Hong menyadi merah. Dihadapannya Lie
Bouw Pek orang perlakukan dia demikian tawar, sedang dia
telah berlaku manis dan hormat, sekalipun tidak usah malu,
dia toh menjadi jengah dia menyesal yang Sioe bie to sudah
tidak singgah di situ akan beromong kendati satu dua kata.
Maka itu lalu dia duduk dengan diam saja, karena masgul.
Lie Bouw Pek bukannya seorang tolol, tentu sekali dia
mengerti kemasgulannya sobat itu, malah la merasa turut
mendongkol karena sikap agul2an orang itu.
"Kiranya begitu saja Sioe Bie to yang orang sohorkan"
katanya. "Dimataku, biar dia tidak katak, sikapnya terlalu
jumawa !" "Ia bukan nya terlalu jumawa," kata Siauw Hong, yang bisa
mengerti maksud sobatnya itu. "Yang benar adalah
persahabatan kami biasa saja dan diantara kami jarang sekali
ada pergaulan yang rapat .......malah, buat bilang terus
terang, di antara kami bahkan ada sedikit ganjalan ! ......."
"Apakah itu?" tanya Bouw Pek, yang agak nya sangat
tertarik. "Ganjalan apa itu toako?"
"Ganjalan kecil," Siauw Hong ulangi. "Aku punya keponakan
perempuan, yang dikasi menikah pada seorang she Hong dari
Pak Siu Kio, dirumah suaminya keponakan itu dapat perlakuan
kejam dari ipar2nya, bahna jengkel dia telah menutup mata.
Buruk nasibnya keponakan itu, sudah mayatnya telah tidak
diurus sebagaimana mestinya, malah dia telah dibicarakan
jelek di muka orang lain. Ketika aku kesitu hal itu. aku jadi
tidak senang, aku lalu kirim beberapa orang pada keluarga
Hong itu akan menegor. Kapan Oey Kie Pok dapat tahu halnya
aku kirim orang itu, dia jadi tidak puas. dia katakan bahwa aku
tidak pandang mata padanya Inilah sebabnya kenapa dia jadi
berlaku tinggi terhadap aku."
"Kalau begitu, dia seorang yang tidak bisa diajak bergaul !"
kata Bouw Pek yang menjadi tidak senang "Kenapa tidak dari
tadi tadi nya ia campur tangan, buat bikin akur kedua
keluarga" Kenapa dia tidak mau berlaku terus terang terhadap
toako?" "Kau tidak tahu adatnya orang Pakkhia, saudara Lie." kata
Siauw Hong dengan sabar "Kami dikota ini adalah orang yang
sering dan mudah merasa tersinggung. Oey Kie Pok adalah
hartawan besar dan tersohor buat Pakkhia, dia juga terkenal
ilmu silatnya. Di kota sebelah timur tidak ada satu orang yang
tidak junjung dia, kecuali aku seorang she Tek. Aku tidak kaya
sepertinya. boegee pun aku kalah terkenal, akan tetapi diluar
dan dalam kota aku punya banyak sekali kenalan, maka itu
kapan satu waktu aku bepergian, aku selamanya mandapat
muka lebih terang dari padanya. Ini adalah salah satu sebab
lain kenapa dia jadi berdengki terhadap aku. Begitu lah,
kendati kami kenal satu sama lain sudah belasan tahun, kami
tidak pernah duduk bicara lama2. "
"Menurut kau, toako, terang Oey Kie Pok seorang dengan
pikiran cupat !" kata Bouw-Pek yang tetap tidak puas.
"percaya, toako, satu waktu aku nanti hadapi dia, buat
lenyapkan kemendongkolan toako."
Siauw liong tidak nyana sobatnya ini gusar dan penasaran
untuk dia sampai begitu rupa.
"Jangan, saudara, jangan! ia segera mencegah. "Biarlah dia
berdengki terhadap aku. aku sendiri tidak mau berbuat salah
terhadap dia. Bagaimana juga, dalam keadaan sekarang,
diantara kami masih tetap ada perkenalan tetapi satu kali kami
bentrok, lantas selanjutnya kami akan jadi musuh."
"Disebelah itu, Oey Kie Pok bersobat sangat rapat dengan
Gin chio Khoe Siauw Houw maka aku tidak ingin bentrok
terhadap mereka berdua melulu sebab menuruti adat di satu
waktu." Lie Bouw Pek tersenyum.
"Aku juga tidak mau mendapat salah dari mereka," dia
bilang. "Aku hanya ingin cari tahu, sampai dimana boegee
mereka. Umpama kata kejadian aku pieboe dengan mereka,
toako, tidak nanti aku kasi tahu mereka bahwa aku sobat
toako." Tek Siauw Hong juga tertawa mendengar perkataannya
sobat ini. "Saudara, kau benar bicara sebagai seorang muda yang
berdarah panas" katanya. "Kau belum ketahui bagaimana
besar pengaruhnya Oey Kie Pok , kau belum tahu yang dia
punya banyak kuping dan mata, yang setiap saat bisa
menyampaikan segala macam kabar padanya. Persobatan kita
bisa dibilang masih baru, akan tetapi aku percaja dia tentu
telah ketahui adanya pergaulan rapat diantara kita. Apa yang
dia belum ketahui pasti adalah keadaan diri saudara. Ganjalan
diantara dia dan aku, saudara, tidak boleh menyebabkan kami
bentrok hebat. Aku percaya, dia pun tidak akan mau satrukan aku, tapi
satu kali kau cari dia. lantas urusan berobah menjadi
keonaran. Umpama kata dia hinakan kau, saudaraku, urusan
masih bisa diurus, celakanya adalah kapan kejadian sampai
kau hajar dia, apa juga ke sudahannya sudah terang dia akan
bikin kau tidak akan mampu injak kota Pakkhia ini lebih lama
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pula ! Saudara, kau masih muda kau bertenaga besar dimana
saja, asal kau mau, kau bisa taruh kakimu, tapi kendati
demikian aku minta kau bisa berpikir panjang. Bintangmu
belum terbuka, saudara, itu artinya kau perlu bersabar. kau
mesti menunggu waktu. Aku percaya betul satu waktu kau
akan ke sampaian cita citamu ! Kenapa mesti turuti adat
disatu waktu" Kenapa, dengan tidak ada perlunya, kau cari
musuh dengan orang semacam dia itu" baiklah saudara
mengerti, Oey Kie Pok itu bukannya berandal atau okpa."
Bouw Pek bisa mengerti kejujurannya sobat ini, yang
sangat tidak inginkan dia mencari perkara. Tentu saja dia
mesti hargakan kebaikan orang.
"Baik tetapkan hatimu, toako, tidak nanti aku terbitkan onar
untuk kau, dia kata.
"Aku bukannya kuatir terbit onar untuk diriku, aku hanya
kuatirkan kau, saudara," kata Pek Siauw Hong, yang berlaku
terus terang. "Aku memikir untuk kau.
Bouw Pek manggut.
"Aku tahu, toako memang sangat perhati kan aku,"
katanya, yang lalu menghela napas.
Siauw Hong merasa tidak enak sendirinya menampak sobat
itu jadi berduka.
"Mari kita jalan jalan lagi sebentar, lantas kita pulang," kata
dia setelah hirup cawan tehnya yang penghabisan. "Sebentar
aku akan undang kau bersantap, buat rasai barang makanan
se hari2 dari kota Pakkhia, aku ingin ketahui bagaimana
anggapanmu tentang makanan rumahan itu."
"Kalau aku telah kebiasaan makan cara Utara, bagaimana
bila nanti aku pulang kekampungku" tanya Bouw Pek sembari
tertawa, satu tanda dia sedang main2.
"Itulah bukan soal !' Siauw Hong pun tertawa. Kapan
sampai terjadi kau kegilaan masakan Pakkhia, kau boleh ajak
anak istrimu pindah kemari, kita nanti tinggal sama2. Asal saja
kau suka memandang aku, saudara, itulah yang aku harap
betul.' "Aku mana punya anak isteri !" tertawa Bouw Pek. "Diriku
sendiri adalah keluargaku !"
Siauw Hong awaskan sobatnya, dia merasa heran bukan
main. dia isikan coeihoen nya lalu tiup coa-liannya buat sedot
huncweenya. "Berlakulah terus terang, saudaraku, kau sebenarnya sudah
menikah atau belum?" akhir nya dia menegasi.
Lie Bouw Pek goyang goyang kepala. "Belum !' dia jawab
dengan pendek. Kembali Siauw Hong awasi sobat itu, agak nya dia tidak
mau percaya. "Bukankah kebiasaan orang dikampungan dalam umur dua
atau tiga belas tahun sudah menikah"'' dia menegasi pula.
Anak muda kita manggut.
"Betul." dia menyawab. "betul begitu adat kebiasaan di
kampung, muda muda orang telah dinikahkan. Tapi aku, aku
terkecuali." Kendati demikian. dia toh menghela napas. Lekas
lekas dia tambahkan.
"Marilah kita pasiar pula, lantas kita pulang. Dirumah,
sembari bersantap malam, aku nanti tuturkan tentang diriku
semua dengan jelas. Kau adalah sobatku satu2nya. yang kenal
diriku toako, maka pada kau aku hendak ceritera semua."
Setelah berkata demikian lagi lagi Bouw Pek menghela
napas. "Baik, baiklah," dia berkata. "Hari ini kita pesiar sehabis
bersantap malam aku nanti temani kau keluar pula, keluar
kota, sebab kita mesti pergi tengok Coei Siam !"
Bouw Pek tertawa mendengar sobatnya ini.
Tek Siauw Hong lantas bayar uang teh dan ajak sobatnya
pergi akan jalan lebih jauh di Jie-kap ini, sesudah merasa
cukup dengan naik perahu mereka kembali ke Cee-hoa-moei.
Nyata Hok Jie sudah menantikan dengan keretanya, maka
bersama sama lantas naik kereta dan terus berangkat pulang.
Sekali ini. setiba di rumah lekas Siauw Hong ajak sobatnya
masuk terus kepedalaman, disini dia ajar kenal sobat itu pada
ibu dan isterinya, kemudian mereka baru kembali kekamar
tamu buat duduk sambil makan kwaci, sampai kemudian Sioe
Jie datang memberi tahu. bahwa barang santapan sudah sedia
dan mereka diundang duduk bersantap.
Oleh karena tidak ada orarg lain lagi, mereka bersantap
berdua saja. Mareka minum arak. Adalah disini Lie Bouw Pek
gunai ketika akan tuturkan hal ihwalnya sendiri, oleh karena
ingin nikah isteri yang cantik dan gagah berbareng,
pernikahannya jadi tertunda. Dia ceritakan hal pertemuannya
dengan Jie Soe Lian. Menutur tentang Keng Lam hoo dan Kie
Kong Kiat, dia unjuk semangatnya, tetapi ceritera tentang
dirinya, yang muda muda kehilargan ajah serta ibu, dia
berduka sampai air matanya meleleh keluar. Di waktu
ceritakan tentang pie boe dengan Sioe Lan, bagaimana dia
tolongi keluarga si nona, Dia kelihatan gembira, tetapi di
waktu mengasi tahu bahwa nona itu sudah punya tunangan,
dia lesu, akan akhir sehabis tenggak araknya dia jatuhkan
kepalanya di meja seperti orang yang sedang tidur pulas.....
Siauw Hong juga bergirang dan masgul dengan berbareng
mendengari penuturan itu dia tidak nyana, masih begitu muda
pengalaman nya sobat ini ternyata sudah cukup banyak dan
luas. "Mendengar kau, saudara, nyata sekali pemandangan
mataku tidak salah," akhirnya dia bilang. "Dengan
sesungguhnya, kau orang gagah, juga luar biasa. Tentang
pernikahanmu, saudara, kau baik jangan buat pikiran.
Tunangan Sioe Lian telah pergi tidak karuan parannya, karena
itu tidak bisa jadi dia akan mau tetap tinggal menumpang
pada mertua nya, jadi janda bukan janda, menunggu tak
ketentuan yang ditunggu. Satu waktu aku nanti pergi ke
Soanhoa, di sana aku nanti ke temukan beng Loo-piauwtauw
dan Jie Loo thaythay aku akan angkat diriku menjadi orang
perantaraan, akan recoki jodohmu dengan jodohnya nona Sioe
Lian. Oleh karena nona Jie belum menikah, tidak bisa dibilang
bahwa dia menikah pula. Juga tidak seharus nya buat Beng
Piauwsoa "ikat" terus si nona, hingga dia bisa bikin gagal
penghidupannya . ." Bouw Pek goyang goyang tangannya.
"Taruh kata benar tunangannya nona Sioe Lian telah
menutup mata, andaikata nona Sioe Lian juga mau menikah
denganku, aku sendiri pasti tidak bisa kawin dia!" dia kata
dengan sungguh sungguh "coba toako pikir. jikalau terjadi aku
menikah dia, tidakkah orang nanti katakan aku seorang yang
kemaruk dengan paras elok dan melupakan kebajikan " Terus
terang aku bilang, kendati betul aku kagumi nona Sioe Lian,
terhadap dia aku tidak kandung pikiran lain. Umpama kata
bisa kejadian aku suka pandang dia sebagai adik angkat, tidak
nanti aku nikah dia sebagai isteriku. Aku mesti merasa malu
terhadap Jie Lao-piauwtauw, apabila aku mesti nikah gadisnya
itu ! ......"
Siauw Hong menghela napas. Perkataannya sobat ini
membikin dia ketahui lebih dalam sifat dan tabiatnya sobat ini
yang utamakan kebajikan, yang suka korbankan segala apa
untuk menjaga nama baiknya. dia menjadi kagum.
"Saudara, aku mengerti kau," dia kata, "Sekarang baik kita
jangan sebut sebut pula tentang nona Jie itu. Karena aku telah
ambil sikapmu, aku harap kejadian itu tidak lagi membikin kau
berduka. Tunggulah sampai aku dapatkan nona yang cocok,
nanti baru kita bicarakan pula tentang pernikahanmu.
Tidakkah sekarang soal pernikahan bukannya hal yang penting
?" "Toako benar," sahut Bouw Pek seraya mamggut.
Mereka dahar dan minum dengan pelahan, mereka masih
bicarakan hal2 lain lagi, sampai cuaca mulai gelap.
Bouw Pek telah tungkuli diri dengan arak, tidak heran
waktu berhenti bersantap dia rasa kepalannya pusing,
tubuhnya panas, pikirannya pepat, hingga dia jadi seperti
orang yang mungsang mangsing.
"Toako, mari kita lihat Siam Nio !" kata ia akhirnya.
" Kau sudah pusing, Saudara, lebih baik kau mengaso,"
kata Siauw Hong, yang bisa lihat orang mulai sinting. "Hari ini
aku tidak pikir buat keluar kota, aku nanti perintah Sioe Jie
sediakan kereta buat antar kau pulang......... "
Bouw Pek tidak dengar nyata ucapannya sobat itu, tetapi
dia manggut. Siauw Hong perintah Sioe Jie pergi sedia kan kereta, dia
sendiri lalu berbangkit akan bantu sobatnya pakai baju
luarnya, kemudian sama sama mereka bertindak keluar.
Karena kereta sudah lantas siap, sesampainya diluar, tuan
rumah lantas pimpin tamu nya naik kereta, setelah mana dia
masuk kedalam. Bouw Pek duduk didalam kereta dengan kepala pusing.
Dalam gelapnya sang malam Hok Jie kendarai keretanya
menuju kehotel.
"Sudah sampai di Cian-moei atau belum?" tanya Bouw Pek
pada si kusir, sesudah dia rasai telah duduk lama juga didalam
kereta. "Kita akan segera keluar dari kota," Hok Jie jawab.
"Bawa aku ke Han-kee-thoa," Bouw Pek kasi tahu. "Aku
tidak niat pulang dulu."
Hok Jie menurut, tetapi didalam hatinya la tertawakan anak
muda ini, "Sudah sinting tetapi masih mau mogor !" pikir si kusir.
"Oh, sobat majikanku ini ternyata setan pemogoran !'
Bouw Pek terus merasakan tubuhnya tidak enak, pikirannya
kusut. dia dapat perasaan ingin ketemui Siam Nio.
Tidak lama kemudian kereta berhenti.
"Sudah sampai," demikian suaranya Hok Jie.
Bouw Pek segera lompat turun dari kendaraan itu.
"Lie Toaya, apakah kau tidak mau pergi ke tempat2 lain "'
Hok Jie tanya : "Apa kah aku boleh pulang sekarang ?"
"Ya, kau boleh pulang," sahut anak muda kita. yang
berikan jawabannya dengan sembarangan kemudian dengan
tindakan berat dia menuju kedalam rumah pelesiran.
"Oh, tamunya nona Cui Siam ! Lie Looya datang?" berseru
jongos yang kita kenal.
CUI SIAM sedang duduk didalam kamarnya, pikirannya lagi
bekerja, oleh karena dia masgul memikirkan tentang dirinya,
yang tidak tahu bagaimana akan jadi nya. dia pikirkan hari
kemudiannya. Tapi kapan dia dengar teriakannya Mo Ho, si
jongos, dia terperanjat, lekas lekas dia berbangkit. Ibunya
telah mendahului keluar akan sambut tamu.
Bouw Pek naik ditangga lauw teng dengan tindakan
limbung, begitu lekas dia masuk ke dalam kamarnya Siam Nio,
si nona sudah lantas bau arak, yang menyerang keras pada
hidung. Di mana kau minum, looya, sampai kau begini sinting ?"
menyambut Cui Siam sambil tertawa.
"Apakah Tek Siauw Hong tidak datang ?" tanya si anak
muda, yang tidak jawab pertanyaan orang, atau pertanyaan
itu tidak di dengar.
"Tidak, Tek Looya tidak datang," sahut Cia Loo-ma-ma
Jawaban itu rupanya bikin anak muda ini sadar sedikit, ia
manggut. "Benar." dia bilang. "Aku justeru baru dari rumahnya."
"Lihat, looya, kau benar benar sudah lupa daratan !' Coei
Siam kata sambil tertawa.
"Tidak, aku tidak mabok, aku hanya sedang berduka !
menyangkal si anak muda, yang otaknya lagi dipengaruhi susu
macan. dia jatuhkan dirinya dikursi, sampai hampir rubuh bersama2
kursi itu, baiknya Siam Nio keburu jambret dia.
Nona ini lalu kerutkan alis.
"Kau duduk, looya, duduk baik baik, nanti aku ambilkan
soan-bwee-chung," katanya ke mudian. "Mama, tolong kau
ambilkan satu mangkok supaya looya bisa minum."
Kelihatannya Cia Lo ma ma tidak puas akan tetapi dia toh
berlalu akan ambil soan-bwee-thung Ketika dia balik lagi, Coei
Siam sambuti minuman itu buat dibawa kemulutnya Bouw
Pek, yang telah pentang mulutnya dan irup itu.
Baru saja dua ceglukan, anak muda ini telah geleng
kepalanya, goyang tangannya.
"Sudah cukup, aku tidak haus !" dia berkata.
Siam Nio tarik pulang mangkok, dia berdiri menunggui,
matanya mengawasi anak muda itu, yang dia anggap lucu,
tadinya dia mau menggodai, apamau si anak muda telah dului
dia : "Siam Nio, aku harap kau mengerti aku," kata Bouw Pek
setelah menghela napas panjang, "aku harap kau mengerti,
aku datang pada kau bukannya buat mogor...... Kita berdua
sebenarnya orang orang yang harus di kasihani ! .. . "
Siam Nio tersenyum. dia lihat Bouw Pek kepal tangannya,
agaknya anak muda ini lagi murka.
"Aku gagah, kau cantik, toh segala apa telah tidak berjalan
menurut kehendak kita !" kata pemuda dari Lamkiong itu,
suaranya keras. "Apa celaka, kita telah menjadi barang barang
permainannya segala orang tidak karuan "____
Siam Nio terharu, sampai dia mesti tepas air matanya.
Siapa nyana, selagi ia berduka, anak muda itu seperti telah
tusuk lukanya, tapi dia tertawa.
Lie Looya, kau benar benar sedang mabok," dia kata. "Apa
yang kau bilang, semua aku tidak mengerti .... "
Baru saja mereka bicara sampai disitu, diluar kamar
terdenger pula suaranya Mo Ho yang telah naik kelauwteng.
Nona Siam Nio ada surat undangan untuk kau !"
Cia Mama buka pintu akan terima surat undangan itu,
selembar kertas merah, sembari bertindak masuk, dia kata :
"Cie Tayjin bersama Louw Sam ya sedang menunggui di
Kong Hoo Kie, anak, kau baik lah lekas pergi !"
"Siam Nio sambuti karcis nama itu, setelah baca itu,
sepasang alisnya berkerut.
.Ah, kenapa begini waktu mereka baru duduk bersantap ?"
katanya, yang tampaknya masgul, hingga suaranya pun tidak
lampias. "Lie Looya, mari aku antar kau kepembaronganku,
kau boleh rebah rebahan atau tidur disana, aku mau keluar
sebentar, aku akan segera kembali . . .."
Bouw Pek dapat ingatan buat pulang saja kehotel, apamau
pengaruh arak sedang ber-kuasa atas dirinya, hingga dia
seperti tidak mampu geraki tubuhnya.
"Baiklah. kau boleh pergi" dia menyahut.
Siam Nio lantas bukai baju luar anak muda ini, lalu dia
dukung dikasi bangun buat di antar kepembaringan, disitu dia
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rebahkan tubuh orang, yang dia tutupi dengan selimut merah,
kemudian dia tutup kelambunya dia pun bakar dupa nyamuk.
Kemudian lekas-lekas dia dandan dan ajak ibunya pergi.
Bouw Pek rebah dengan tidak karuan rasa, kepalanya
pusing, dia gulak gulik beberapa kali, tidak juga pulas, maka
akhirnya dia ber bangkit dan duduk diatas pembaringan.
Mendadak dia enek dan muntah muntah, hingga keluarlah
semua makanan dan arak yang dia gasak dirumahnya Tek
Siauw Hong. dia muntah beberapa kali, sampai rasai perutnya
kosong, hingga tubuhnya menjadi enteng dan lega. Tentu
sekali karena itu otaknya juga menjadi sedikit jernih.
Dari kamar2 lain, diatas dan di bawah lauw teng, saban2
terdengar suara bicara dan tertawa riuh, yang keluar dari
mulutnya nona nona lain dan tamu2. Diantara itu ada juga
suara nyanyian, antaranya : ,Sejak kau pergi kongcu,
pikiranku jadi kalut, minum teh tidak bisa. dahar nasi tak beri
napsu, aku rasanya telah seperti kehilangan semangatku ...."
Baru sekarang Bouw Pek ingat bahwa dia berada
dikamarnya Siam Nio.
"Celaka, kenapa aku muntah muntah disini "' kata dia
seorang diri dengan terkejut.
Ia berbangkit buat bikin api lebih terang, maka dia bisa
lihat kotoran bekas muntahan baunya telah mengalir dilantai,
diatas kasur, membikin kotor seprei dan selimut yang Indah "
"Benar benar celaka !" kata dia pula setelah melongo
sekian lama. Sekarang dia dapat kenyataan baju dan
celananya juga kena kotoran !, ia masgul, karena menyesal
telah bikin kotor kamar orang. Lalu dia keluar dari kamar,
pergi ambil teh buat berkumur. Adalah selagi dia berkumur,
dia dengar tindakan kaki ditangga lauw teng kapan dia
menoleh dia lihat Siam Nio sudah pulang ber sama ibunya. dia
merasa malu, tetapi dia segera pegat si nona.
"Jangan masuk kekamarmu, kasur dan sprei kau aku telah
kena bikin kotor!" dia kasi tahu. Si nona memandang anak
muda kita. lantas ia bisa menduga.
"Kau telah muntah muntah, Lie Looya," dia kata. "Tidak
apa, aku nanti suruh orang bikin bersih." dia masuk kedalam
kamarnya akan lihat pembaringannya, akhirnya dia tertawa.
"Lie Looya," katanya, "kau rupanya telah keluarkan isi
perutmu !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah. dia jengah buat dua
hal. yalah muntah2 itu dan tadi dia telah beber rahasia hati
nya pada si nona. Tapi Walau merasa malu dia paksakan diri
buat tertawa. Ketika itu Mo Ho telah masuk kekamar, karena Siam Nio
telah titahkan dia bikin bersih pembaringan, si nona sendiri
dipihak lain telah tuangkan teh untuk anak muda itu.
"Bagaimana sekarang"' tanya nona ini "Pakaian kau telah
kotor semua dan kami di sini tidak punya pakaian buat kau
tukar! Apa tidak baik kirim orang kehotel-mu akan ambil
pakaian kau?"
"Tidak usah," sahut Bouw Pek, "Pintu kamarku aku yang
kunci sendiri orang-orang hotel niscaya tidak bisa ambilkan
pakaianku."
Ia lantas minta baju luarnya, yang dia lalu pakai untuk
kerobongi diri. dia keluarkan lima lembar uang kertas dari satu
tail selembar nya, uang itu dia letakkan di atas meja.
"Aku telah bikin kotor seprei dan selimut kau, kau tidak bisa
pakai lagi itu, kau tukar saja dengan yang baru, dia bilang,
"Pakailah uang ini untuk membelinya."
Siam Nio jumput uang itu, dia periksa jumlahnya, lantas dia
ambil salembar, empat yang lain dia serahkan kembali pada
tamunya. "Aku tidak bisa terima semua uangmu," kata dia dengan
roman sungguh2. "Apa artinya barang kotor" Kenapa itu mesti
diganti" Apakah kau tidak pandang mata padaku?"
Lagi lagi mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia ulur
tangannya akan ambil kembali uangnya. dia tidak tahu apa dia
mesti bilang. Siam Nio menoleh kelampu, tubuhnya membelakangi si
anak muda, sebentar saja dia berpaling lagi dan tertawa: dia
sambar tangan tamunya.
"Aku minta janganlah kau pikirkan urusan kecil ini !" dia
minta. dia menoleh kedalam kamarnya dia lihat ibunya dan Mo
Ho sedang repot membersihkan pembaringan, dia tersenyum.
dia lalu tambahkan: Aku yang minta kau tidur
dipembaringanku, aku tidak takut pembaringanku itu kau
muntahkan !' Sampai waktu itu masih saja Bouw Pek tidak tahu mesti
bilang apa. "Sekarang baiklah aku pulang.........." kata dia akhir nya.
Nyata Coei Siam nampak nya berat berpisah, ia telah
bersangsi. "Nah, baiklah !" ia kata sesaat kemudian. "Sampai besok !"
Dan dia tertawa.
"Sampai besok !' kata Bouw Pek, yang terus saja turun dari
lauwteng. Sinona manis berdiri menggelendot di lankan, mengawasi
kebawah pada pemuda itu, sampai tamu itu sudah menghilang
di pintu baru dia tinggalkan lankan.
Sekeluarnya dari Po Hoa Pan, Bouw Pek jalan terus, dia
tidak sewa kereta, dia pulang dengan jalan kaki, ketika sampai
dihotel Goan Hong, didalam kamarnya dia lantas buka
pakaian, dia minta air akan bersihkan diri, kemudian salin
pakaian baru. dia menyesal mengingat perbuatannya "gila" itu
selagi sinting.
"Selanjutnya aku mesti jaga diri akan tidak minum terlalu
banyak," la janji pada dirinya sendiri.
Ia Ingat, bahwa kelakuan nya sampai sebegitu jauh tidak
ada artinya, bahwa selanjutnya dia mesti robah sikap.
"Aku mesti pegang derajat dan bangun!" dia ambil
kepastian. Sampai disitu, Bouw Pek naik kepembaringannya dan tidur.
Esoknya, selewatnya tengah hari, sehabis dandan dia pergi ke
Poan cay Hoo-tong selatan akan tengok pamannya.
"kenapa sudah dua hari kau tidak datang datang?" Kie
Thian Sin tanya keponakannya.
"Aku terserang hawa panas dan aku rasai tubuhku tidak
sehat," dia menyawab, tetapi dengan muka berobah sedikit
didalam hati dia malu sekali, karena terpaksa mesti men-justa.
Paman itu mengawasi.
"Ya, aku lihat kau sedikit kurus," dia bilang. "Ada satu hal
yang aku hendak beritahukan pada kau."
Anak muda itu terkejut dalam hatinya. entah urusan apa
yang sang paman hendak beritahukan.
"Aku lihat bukan daya yang sempurna untuk kau tetap
tinggal dihotel, Kie Coesu bilang. "Dengan tinggal dihotel
kesatu kamar kecil kedua keadaan ramai, hingga kau tentu
tidak bisa tinggal dan belajar dengan tenteram Ketiga, ini yang
paling penting, dengan tinggal di hotel kau juga jadi
hamburkan uang terlalu banyak. Kalau kau berdiam di hotel
setengah atau satu bulan lamanya dan kerjanya masih belum
dapat, bisa2 uang bekalanwu nanti habis dipakai ongkos
sehari-hari. Begitulah, tentang ini aku telah pikirkan. Kemarin
aku telah bicara dengan Loo hong-tiang Kong Goan dari gereja
Hoat Beng Sie di Tongpian Sinsiang Hootong, buat pinjam
salah satu kamarnya. Aku kasi tahu. bahwa itu untuk salah
satu anakku, yang datang ke kota raja buat cari pekerjaan,
bahwa sanak itu mengerti surat. Nyata dia bersedia luluskan
permintaanku, nampaknya dia girang sekali. Dia telah unjuk
satu kamarnya sebelah barat Karena sudah ada kepastian,
tinggal kau pilih hari-hari apa saja buat kau pindah tinggal
disana, kau pun bisa bantu Kong Goan Soohoe salin kitab atau
surat2, dalam hal ini dia bisa mengasi sedikit uang kerugian
pada kau. Ruangan gereja besar dan keadaannya sunyi, dengan
tinggal disana. kecuali ringan ongkos, kau jadi dapat banyak
faedah, buat dahar setiap hari bisa beli makanan di warung
nasi yang berdekatan, dengan ini kau juga bisa hematkan lagi
sejumlah uang."
Mendengar begitu, hatinya anak muda kita menjadi lega.
dia manggut. "Baiklah," dia bilang. "Sebentar aku pulang dan berbenah,
besok aku bisa lantas pindah" Ia ambil putusan dengan lantas,
terutama, bikin paman itu tidak kecil hati.
"Aku nanti perintah opas pergi antar kau ke gereja, ' Kie
coe-soe kata pula "Disana kau boleh periksa dulu kamar dan
gereja itu andaikata kamarnya bocor atau demak hawanya,
kau tentu tidak bisa tinggal disana. Bouw Pek manggut, dia
nyatakan setuju.
Kie Coe Soe lantas panggil opasnya. Lay Sin, sambil kasikan
karcis namanya dia suruh hamba ini antarkan kemenakannya
pergi ke Hoat Beng Sie.
Lay Sin terima perintah, supaya dia lantas ajak Bouw Pek
pergi ke gereja nya Kong-Goan Hwee shio.
Ternyata paderi itu sudah tua. usianya sudah enam puluh
lebih, orangnya kurus, romannya menundukkan dia seorang
paderi sejati. dia perintah muridnya, yang bernama Tie Tong
akan antarkan anak muda ini kekamar yang dia unjuk.
Hoat Beng Sie besar, tapi sudah tua dan kelihatannya
kurang rawatan rupanya gereja ini tidak punya sawah kebun
yang besar dan kekurangan dermawan2 yang mau jadi
penunjang. Hweeshionya pun sama sekali cuma ada belasan
orang. Ketika Bouw Pek diantar keruangan barat, disitu terdapat
pendopo dengan tiga kamar, patung apa yang dipuja disitu dia
tidak lihat, tetapi dia dapatkan dikedua samping ada beberapa
peti mati kiriman orang yang rupanya menunda penguburan
sanak pamilinya. Di sebelah timurnya ada lagi kamar lain,
yang tinggal kosong, cuma ada sebuah meja dengan dua buah
bangkunya. Kamar itu gelap, tetapi tidak demak.
"Kamar itu juga tidak bocor," Tie Tong kasi tahu.
Bouw Pak setuju apabila dia telah perhatikan kamar itu,
dengan depannya ada pelataran yang luas, disitu dalam
keadaan sunyi setiap waktu dia bisa latih ilmu silatnya.
"Baiklah," dia beri tahukan Tie Tong, "besok aku nanti
datang pindah kemari."
Lantas anak muda ini keluar dari bio, dia perintah Lay Sin
pulang buat sampaikan kabar pada pamannya bahwa dia jadi
pindah, dia sendiri segera pulang kehotel. dia sudah pikir,
selanjutnya kecuali di waktu kunjungi Tek Siauw Hong, dia
dapat banyak ketika buat berlatih silat. dia pun sudah pikir
untuk selanjutnya jangan sering sering pergi pada Coei Siam.
"Aku telah bikin kotor pembaringannya aku mau ganti ia
menolak, dia benar nona luar biasa," dia berpikir, "Aku
sebenarnya merasa malu buat sikapnya yang manis budi
itu....." Bouw Pek lantas mampir disebuah toko cita, dia pilih dua
rupa cita yang bagus, dia beli belasan elo, dengan bawa itu
dia tidak terus pulang melainkan menuju ke Po Hoa Pan di
Han kee thoa. Siam Nio sedang nyisir waktu dia lihat tamu nya muncul
dengan mendadak sambil bawa cita. "Eh Lie Looya. apa sih
kau bikin"' dia tanya dengan bernapsu.
Bouw Pek paksakan diri akan tersenyum.
"Kejadian kemarin bikin hatiku tidak tenteran", dia bilang.
..maka barusan aku pergi ketoko cita beli dua rupa cita ini,
yang kurang baik. Kau boleh pakai ini dan bikin apa kau
suka......."
"Aku bisa menduga !" Siam Nio kata sambil tertawa. "Aku
telah duga, bahwa kau akan belikan aku cita, buat ganti seprei
dan selimutku, kemudian sesudah mengganti kau lantas tidak
mau datang lagi kemari !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia tidak nyana si nona
begitu cerdik dan omongan nya tedas sekali. jadinya, apa
yang dia telah pikir, sinona sudah dapat tebak.
"Kau menduga keliru !' dia paksa bilang. "Sebentar aku
pulang, tetapi nanti sore aku akan datang lagi. Selanjutnya
setiap hari aku sedikitnya akan datang satu kali pada kau..
Pemuda ini mau bicara lebih jauh, tetapi si nona pegat ia.
sambil bersenyum tapi
agaknya sungguh sungguh, Siam nio kata:
..Apakah benar". Apakah perkataan kau boleh dipegang,
looya"' Bouw Pek menyesal, yang dia sudah kelepasan omong.
"Percaya aku, asal ada ketika, aku tentu akan datang
kemari," dia kata......
Aku baru tidak bisa datang kemari andai kata ada urusan
yang menghalangi aku. Kendati demikian, meskipun aku
sendiri tidak datang, hatiku toh setiap saat tidak bisa lupai
kau." Cia Loo mama ada didalam kamar bersama mereka, dia
cuma dengarkan saja pembicaraan itu, tetapi sesampainya
disitu dia ngeloyor pergi. Berbareng dengan itu Coei Siam
pegang pundak orang, dia angkat kepalanya, matanya
ternyata merah, malah mendadak dari mata itu keluar air
seperti dari sumber, sesudah mana dia jatuhkan kepalanya
didada orang........
Bouw Pek terperanjat, dengan alis mengkerut dia tunduk,
tetapi dia tidak dapat lihat mukanya sinona, hanya rambutnya
yang bagus, hitam dan mengkilap. dia coba kendalikan diri,
dengan kedua tangannya dia angkat kepalanya si nona, air
matanya dia susuti.
Jangan berlaku begini, kesehatanmu nanti terganggu,"
katanya dengan perlahan. "Kau bersusah hati, ini aku tahu.
Baiklah lain kali saja bila ada temponya yang baik. kita bicara
pula. Aku akan berdaya untuk bantu kau.
Ucapan itu melulu bikin Siam Nio menangis hingga
sesengukan, sampai anak muda kita tidak tahu bagaimana
harus membujuki nya.
Diluar mendadak terdengar suara orang bicara - yalah Cia
Lo ma ma. Siam Nio lekas pisahkan diri, dengan jarinya dia menunjuk
kursi, minta Bouw Pek duduk dia sendiri segera menuju
kemeja riasnya buat susut kering air matanya, pakai pupur
dan yancie, akan akhirnya bereskan rambutnya.
Bouw Pek duduk sambil memandang kekaca dimana dia
lihat roman yang cantik manis dari si nona, dia merasa
kasihan pada anak dara ini, yang nasibnya buruk, karena
kendati cantik dan punya roman begitu sempurna dia mesti
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berada dirumah pelesiran ......
Cia Lo ma ma menyingkap kere, dia bertindak masuk
seraya berkata.
"Barusan orang cerita, bahwa dijalan besar dari Cian moei
ada orang berkelahi dengan gunai senjata tajam, sampai ada
yang dibacok mati !"
Perhatian Bouw Pek tertarik dengan tiba2. Tapi karena dia
tidak punya sangkutan dengan perkelahian itu, dia coba
kendalikan diri dan duduk diam saja. Tetapi dia tidak bisa
berdiam saja. Tetapi dia tidak bisa berdiam lama2 disitu
karena pikirannya tidak tenteram, maka lekas juga dia minta
diri dari Siam Nio.
"Apakah sebentar malam looya niat datang pula?" Coei
Siam tanya sambil tertawa.
Ia tidak menjawab. dia anggap si nona lagi godai ia. Dari
depan pintu dia menuju ke barat, sepanjang jalan pikirannya
bekerja. "Diwaktu mau pindah kegereja, aku sudah ambil putusan
akan jauhkan diri dari Siam Nio, sekarang terbukti niatan itu
tidak dapat diwujudkan. Sesungguhnya Siam Nio harus
dikasihani, dia mestinya punya lelakon sedih, yang dia hendak
dijublekkan atas diriku. Sekarang ini bagaimana dengan
keadaan diriku, Bisakah aku punya kelebihan tenaga buat
dipakai menolongnya " Dan apakah pantas bagi ku, satu laki2,
mesti beratkan diri pada seorang perempuan " Apakah dengan
begini aku jadi tidak sia2 maksud tujuanku ?". Bouw Pek benar
benar bersangsi:
"coba aku punya uang. umpama beberapa ratus tail perak,
dengan itu aku bisa tebus Siam Nio, supaya dia bisa bebaskan
diri dari rumah pelesiran. Aku tentu suka andaikata dia mau
menjadi isteriku yang sah. Cuma dalam hal Ini ada
kesukarannya, yalah paman dan bibi dikampungku niscaja
tentang tindakan ku ini.........
Tanpa merasa Bouw Pek telah sampai di rumah
penginapan, tetapi disini dia lantas lihat keretanya Tek Siauw
Hong, maka dia menduda mestinya sobat itu telah kunjungi ia.
Ia cepat kan tindakannya akan masuk. Baru saja dia
sampai dithia, seorang jongos hampirkan dia.
"Lie Toaya, lekas masuk kekamarmu ! kata jongos itu, "Tek
Looya yang kau kenal baik tadi telah berkelahi di Cian moei
Toa kay, dia mendapat luka !"
Pemuda itu terkejut sekali.
"Oh kiranya dia yang tadi dikabarkan berkelahi !" kata dia
dalam hatinya. "Entah lukanya berbahaya atau tidak ?"
Separoh berlari dia menuju kekamarnya. dia dapatkan Tek
Siauw Hong sedang numprah di pembaringan nya, pakaiannya
berkelepotan darah.
"Eh, kemana kau pergi " tanya orang Boan itu begitu dia
lihat sobatnya.
"Aku pergi kerumah pamanku," Bouw Pek jawab. "Toako
dengan siapa kau berkelahi" Bagaimana dengan lukamu ?"
Tek Siauw Hong ulur tangan kanannya akan kasi lihat
lukanya. Itu luka bekas golok yang dalam, rupanya darah
telah keluar banyak dari situ. Kendatipun demikian Siauw
Hong seperti tidak rasai lukanya itu.
Mereka terdiri dari belasan orang, mereka kurung aku
selagi aku berada didalam ke reta," cerita orang Boan ini.
"Kami bertempur mati2an. Pikir saja, aku sendirian dengan
sebatang golok dan mereka be-ramai2, Benar aku telah
terluka, akan tetapi di fihak mereka aku telah lukai dua orang
sedang yang lainnya aku telah serahkan pada kantor giesoe
buat diurus."
Siauw Hong bukannya seorang jumawa tetapi diwaktu
bicara dia bersenyum dan kelihatannya dia puas atau bangga
sekali. "Siapa mereka itu ?" Bouw Pek tanya, "Apa mereka mau,
ada permusuhan apa diantara toako dan mereka ?".
"Apakah kau sudah lupa, saudaraku ?" Siauw Hong baliki.
"Itu adalah ekornya ke jadian dirumah komedi Yan Hie Tong,
di waktu kita menonton wayang. Bukankah disana lantaran
urusannya In Coe Si Kaki Keras aku telah hajar seorang
jangkung sampai orang itu muntah darah" Nyata orang itu
adalah Phang Sam, engkonya Hoa chio Phang Go dari Coen
Goan Piauw tiam. Mereka bersaudara banyak, di Cim cioe
mereka disebut Phang kee Ngo Houw, lima harimau
persaudaraan Phang. Mareka semua mengerti boegee. Phang
sulung sudah meninggal dunia, yang kedua. Gin kauw Phang
Tek, buka piauw kiok di Thio kee kauw. Phang Sam adalah
yang ketiga, namanya Hoay, gelarannya Tiat koen. dia baru
satu bulan datang ke Pakkhia ini, tinggal bersama adiknya
bungsu, Hoa-chio Phang Go, yang bernama Liong. Phang Go
telah buka Coen Goan Piauw tiam di kota ini sudah enam atau
tujuh tahun. Orang bilang tumbaknya liehay, hingga dia
sanggup layani Gin chio Ciang koen Khoe Kong Ciauw. Tapi
paling liehay adalah saudaranya yang keempat, yang dipanggil
Phang Soe, namanya Bouw, julukkannya Kim too. si Golok
Emas. Katanya, buat propinsi Titlee Kim too Phang Bouw
adalah orang gagah kenamaan, sampaipun Sioe Bie to Oey Kie
Pok dan Khoe Kong Ciauw sendiri tidak berani main gila
terhadap dia. Ini juga sebabnya kenapa Coen Goan Piauw
tiam tadi tersohor Piauw soe dari piauw tiam itu karena ini jadi
suka main gila d luaran. terhadap mereka tidak ada orang
yang berani banyak mulut atau usilan "
Bouw Pek tidak puas mendengar Siauw Hong agulkan
Phang Bouw begitu rupa.
"Apakah yang tadi serang toako itu Phang Bouw ?" dia
tanya. "Bukan, bukan dia, Siauw Hong jawab. "Kalau tadi dia yang
berada disini, pasti sekali aku akan dapat kecelakaan hebat.
bicara terus terang saudara, diwaktu kemudian aku dapat
tahu, bahwa fihak lawanku adalah orang orang Coen Goan
Piauw tiam, aku menyesal bukan main. Sesungguhnya aku
tidak ingin sekali tanami bibit permusuhan dengan fihak Phang
itu. Dalam dua hari ini aku telah tidak pergi kekota selatan,
kesatu karena aku memang merasa kesehatanku sedikit
terganggu, kedua aku ingin menyingkir dari gangguan
mereka, tetapi hari ini aku tidak tahan berdiam lebih lama di
rumah, sedang kemarin ini aku tahu kau telah mabok arak,
karena kuatirkan diri kau, aku perintah sedia kan kereta. Aku
sengaja bawa golok untuk berjaga jaga. Diluar dugaanku,
baru saja sampai di jembatan Cian moei, belasan piauwsoe
dari Coen Goan Piauw tiam telah pegat dan kurung aku.
Mereka semua bersenjata golok, ruyung rantai dan toja.
Diantara mereka tidak ada si orang she Phang. Mula mula aku
bicara pada mereka, aku ajak mereka berdamai, tetapi mereka
menolak, mereka berkata hendak hajar aku. Di jalan besar itu
ada banyak orang, dihadapan mereka, aku tidak bisa unjuk
kelemahan lebih jauh, maka tidak perduli mereka berjumlah
besar, aku turun dari kereta dan layani mereka bertempur,
Kesudahannya saudara ketahui, yalah aku terluka sendirian,
tetapi mereka luka dua dan yang lain lain ditangkap. Sebelum
pertempuran berhenti ada datang orang orang polisi, mereka
itu kenal aku, maka atas keteranganku belasan orang itu
lantas ditangkap dan dibawa pergi. Tapi dengan begini
permusuhanku dengan pihak Phang jadi bertambah hebat.
Aku percaya betul, tidak bisa tidak, mereka pasti akan cari aku
dari itu selanjutnya aku tidak mau sering sering pergi keluar
kota.............
Setelah kata begitu, orang Boen ini i unjuk roman berduka
sekali. Dengan saputangan, yang telah berlepotan darah. dia
susut darah yang mengucur dari lukanya.
"Aku sudah perintah Hok Jie pulang mengambil pakaian
dan obat luka" kemudian ia kata pula. "Aku tahu sendiri,
saudara. Tek Siauw Hong satu laki2, maka jangan kata satu
luka seperti ini, kendati lenganku ini di tabas kutung, tidak
nanti aku merintih atau berteriak kesakitan. Beberapa
piauwsoe dari Coen Goan Piauw tiam itu, berikut Hoa-chio
Pheng Sam sendiri, jikalau mereka arah aku aku tidak takut,
apa yang aku kuatirkan adalah kalau Kim too Phang Bouw
datang mencari aku. Phang Bouw kenal banyak orang jahat,
siapa saja mereka bisa ajak berkonco, maka itu. sudah dia
sendiri lihay, dengan ajak banyak kawan dia sesungguhnya
sukar dilayani..........'
Kembali Phang Bouw disebut sebut, mendengar itu Bouw
Pek menjadi mendongkol dan gusar, hingga wajah mukanya
menjadi merah padam.
"Toako, tetapkan hatimu !" kata dia dengan suara dingin,
dengan senyuman tawar. Tidak perduli Hoa chio Phang Liong
atau Kim too Phang Bouw, apabila mereka itu datang mencari
toako, toako mesti lekas kasi kabar padaku ! Toako, aku tidak
takut pada mereka itu !"
"Dengan sebenarnya, hiantee, buat selanjutnya tidak bisa
tidak kau mesti bantu aku," kata si orang Boan.
Sampai disitu Bouw Pek kasi tahu yang dia akan pindah ke
Hoat Kong Sie. "Itulah bagus," Siauw Hong bilang. "Memang tidak
sempurna kau berdiam lama dirumah penginapan. Aku tadinya
niat ajak kau tinggal padaku, dirumahku, aku kuatir kau
menolak...... "
,Besok aku akan pindah, perkara lainnya kita lihat saja
belakangan," Bouw Pek kata.
Sementara itu Hok Jie telah bertindak masuk bersama Sioe
Jie, bersama mereka ada lagi dua bujang lain, yang membawa
pakaian dan obat luka.
"Kenapa kau datang be ramai ?" Siauw Hong tanya.
"Dengan begini dirumah ada siapa?"
"Loo thaythay dan thaythay berkuatir ketika mereka dengar
looya berkelahi dan terluka," kata Sioe Jie. "kami lantas
diperintah pergi menyusul: Looya diminta lekas2 pulang".
Majikan itu tersenyum sindir.
"Kau datang ramai2, apa kau bisa bikin?" dia tanya.
"Apakah kau bisa lindungi aku ?"
Sioe Jie tidak kata apa , dia tidak berani buka mulut
terhadap majikan itu.
"Sekarang marilah obati aku." Siauw Hong kata kemudian.
Hok Jie bersama dua bujang lantas undurkan diri dan Sioe
Jie maju akan obati lukanya majikan itu, sesudah mana dia
bantu majikan itu salin pakaian.
Begitu lekas sudah pakai obat dan tukar pakaian, Tek
Siauw Hong telah seperti lupa yang dia baru saja terluka
hebat, malah dia lupakan juga kekuatirannya, kemasgulan dan
kemurkaan, malah juga dia tidak mau pulang, hanya bersama
Bouw Pek dia lalu pasang omong, pokok pembicaraan adalah
halnya Coei Siam si nona manis.
Orang Boan ini tertawa berkakakan ketika dia dengar
sobatnya telah kunjungi si nona dan muntahkan
pembaringannya dan kemudian telah membelikan cita untuk
nona itu. "Baru dua hari aku tidak pergi, siapa nyana kau berdua
telah jadi begini panas !' ia
menggoda. ..lagi beberapa hari aku niat pergi ke Tong leng
bila nanti aku pularg dari sana. barangkali kau telah menyewa
rumah buat tinggal sama2 !"
Bouw Pek tidak menjadi gusar yang dia digoda secara
begitu, dia hanya merasa malu.
"Besok aku pindah kegereja. selanjutnya aku tidak akan
kunjungi Coe Siam lagi." dia bilang. Tek Siauw Hoag masih
saja tertawa. "Besok kau boleh pindah kegereja !" dia kata. "Tetapi kau
tidak cukur rambutmu buat menjadi hweeshio, siapa mau
usilan yang kau pergi mogor"'"
"Bukannya begitu ! Bouw Pak terangkan. "Aku insyaf, aku
mengerti, aku tidak boleh sering pergi ketempat seperti itu
dan berdiam lama2 disana, satu kali aku berdiam lama lama,
sukar aku loloskan diri dari cengkeram..........."
Siauw Hong masih saja bersenyum, sebagai seorang yang
telah banyak pengalaman, dia rupanya sudah tahu selatan.
Selagi kedua fihak saling membungkam, tiba tiba Hok Jie
bersama dua bujang lain nya bertindak masuk dengan
tergopoh gopoh. roman mereka pucat bahna ketakutan. Hok-
Jie segera berkata !.
"Looya. jongos hotel telah kasi tahu kabar hebat padaku !
Katanya ketua Coen Goan Piauw tiam bersama belasan
kawannya, dengan semua bekal senjata, sedang berdiri
menunggu di mulut jalan sebelah timur ! Rupa rupanya
mereka itu hendak pegat kau looya...."
Kabar itu benar hebat, tidak, heran bila Tek Siauw Hong
nampaknya terperanjat.
Lie Bouw Pek yang gesit sudah sambar pedangnya, yang
dia gantung ditembok.
"Nanti aku ketemui mereka !" dia kata. dia memang masih
mendongkol. "Jangan !" Siauw Hong mencegah. "Saudaraku, jangan kau
sibuk tidak keruan, sabar, aku nanti cari akal !"
"Akal ?" Bouw Pek baliki. "Toako, apa perlunya akan pikir2
akal lagi" Aku nanti pergi dan hajar mereka, habis perkara !
Mereka itu terlalu menghina toako " Kenapa mereka seperti
juga tidak ijinkan toako jalan dijalan umum ?"
"Apakah tidak baik aku pergi kekantor negeri, minta
pembesar kirim orang akan bekuk mereka itu?"' Hok Jie
campur bicara. "Jangan !" mencegah Siauw Hong sambil bersenyum sindir.
"Dengan pinjam pengaruh pembesar negeri buat menindih
orang, apa jadinya nanti dengan aku " Perbuatan demikian
macam aku si orang she Tek tidak sudi lakukan !'
"Kau benar, toako!" Bouw Pek benarkan.
Sekarang hayo, mari kita ketemui mereka"! kata orang
Boan ini, dengan suaranya yang pasti. dia lompat bangun, dia
berpaling pada kawan nya. "Saudara, mari kau temani aku !"
katanya. Kemudian dia menoleh pada Siu Jie berempat dan
kata : "Sebentar kau tidak boleh campur urusan, kau mesti
berdiri saja dipinggiran menonton ! Umpama kata mereka
pukul kau jangan kau balas memukul ........!"
Jilid 8 EMPAT orang itu berdiam, mukanya Siu Jie dan Hok Jie
menjadi pucat. karena didalam kekuatiran merekapun dibikin
men?dongkol. Sudah disuruh diam seja, kenapa merekapun
dilarang melawan kalau mereka diserang ", Apa maunya
majikan ini "
Bouw Pek telah kasi turun pedangnya, yang tadi dia
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
urungkan angkat.
"Toako, kau telah terluka, bagaimana kau bisa layani
mereka itu "' katanya. "Biarlah aku pergi sendiri dan hajar
mereka itu !"
Tek Siauw Hong goyang kepala dengan tertawa.
"Itulah bukannya soal," ia bilang. "Katanya Hoa-chio Phang
Liong berada diantara mereka, aku hendak ketemui ketua dari
Cun Goan Piauw-tiam itu. dia orang dagang, dia buka piauwtiam,
artinya dia perlu perkenalan dan pertobatan, aku
percaya dia bisa di ajak bicara !"
Lantas orang Boan ini pakai baju luarnya dan bertindak
keluar, dengan begitu Lie Bouw Pek lantas menyusul, diikuti
lebeh jauh oleh Siu Jie berempat.
Diluar, tuan rumah dan orang2nya men?duga bahwa
sebentar orang Boan ini begitu berhadapan Phang Liong,
pertempuran hebat niscaya tidak dapat dicegah lagi.
Beberapa orang yang tidak punya pekerjaan lantas
mengintil. Lie Bouw Pek tidak pakai thungsha, dengan tengteng
pedangnya dia jalan dimukanya Tek Siauw Hong maka itu
dengan sendirinya, dia menjadi pusat perhatian orang banyak.
Tek Siauw Hong maju terus, Hok Jie berempat diperintah
ikut dengan bawa ke?reta mereka.
Baru saja mereka keluar dari tong-kauw. mulut jalanan
sebelah timur, dari depan segera kelihatan mendatangi
belasan orang, ada yang pakai baju pendek, ada yang gulung
lengan baju, semua tampaknya garang. yang menjadi kepala
diantara mereka itu benar2 Hoa chio Phang Liong, siorang she
Phang kelima atau bungsu, dia berusia tiga puluh tahun
kurang lebih, tubuhnya tidak besar, muka nya hitam,
romannya bengis. Tapi dia jalan dengan tangan kosong.
Hanya disampingnya ada seorang yang pegang tumbak
dengan ronce merah, itu rupa nya senjatanya.
Lekas juga kedua pihak telah datang de?kat satu sama
lain. Phang Liong segera samperi Tek Siauw Hong, yang dia
tegur dengan mata mendelik :
"Orang she Tek, tahan !"
Tek Siauw Hong hentikan tindakannya, dia pandang
piauwsu itu dengan unjuk senyuman tawar.
"Phang Piauwtauw, janganlah kau ber?sikap terlalu
galak," dia kata dengan sabar sabar terpaksa. "Bukankah kita
kenal satu sama lain" Apakah kita tidak bisa bicara secara baik
?" "Bicara secara baik?" Phang Liong ulangkan, suaranya
tajam. matanya melotot. "Di gedung komidi kau telah serang
shakoku, hingga dia muntah darah, sampai sekarang dia
masih rebah dan tidak bisa bangun, sudah begitu, tadi kau
telah lukai dua orangku dan dengan andalkan pengaruhnya
pembesar, kau perintah tangkap orang ku ! Apakah artinya ini
" Apakah dengan begitu kau bukannya seperti larang kami
orang she Phang menumpang hidup dikalangan Sungai Telaga
" Maka orang she Pek, sekarang aku mau kasi tahu pada kau
dan omong terus terang ! Aku punya piauw tam. aku tidak
punya muka buat buka lebih jauh, sekarang marilah kita adu
jiwa! Aku tidak perduli kau Tek Ngo ya dari Lwee bu hu yang
tersohor aku mesti tempur kau ! Mari maju, orang she Tek,
disini adalah kuburan kita !"
Setelah kata begitu. dari tangan orangnya Phang Liong
sambar tombaknya, dengan senjatanya itu, senjata istimewa
nya, dia tusuk Siauw Hong !.
Tapi Lie Bouw Pek, juga berada disamping sobatnya. sudah
gunai pedangnya, akan tahan lajunya ujung tumbak itu.
Piauwsu itu kembali delikkan mata, dengan bengis dia
awasi orang muda ini, yang dia kenal.
"Apa kau mau?" dia membentak. "Kau berani usil urusanku
?" "Memang aku mau campur tahu urusan kau !" Bouw Pek
jawab dengan ketus. "Tek Siauw Hong adalah toakoku, kau
telah hina dia dengan begitu sendirinya kau juga perhina aku !
Kalau kau hendak adu jiwa sobat, kau mesti lebih dulu
memenangkan pedangku ini !'
Phang Liong bersangsi. dia tidak sangka, bahwa ia akan
berhadapan dengan orang asing ini.
Ketika itu telah banyak orang yang berkerubung,
diantaranya ada juga yang maju mendekatkan buat jadi orang
perantaraan, akan mendamaikan mereka agar pertempuran
dibatalkan. tapi curma2, Phang Liong melulu menjadi lebih
gusar. "Tidak bisa, aku mesti adu jiwa dengan Tek Siauw Hong !"
dia berteriak. Menampak demikian, Siauw Hong maju sambil minta Bouw
Pek mundur. Kalau sudah pasti kau hendak adu jiwa dengan aku,
persilahkan, aku si orang she Tek juga tidak takut mati !' dia
bilang. "Tapi jalanan ini bukannya tempat yang cocok buat
kita adu jiwa, kalau mayat kita bergeletakan ditengah jalan,
itu bisa menyebabkan terhalangnya lalu lintas dari orarg
banyak dan kereta2, kita melulu akan menjadi lantaran hingga
orang akan kutuk kita ! Maka, sobat, aku pikir lebih baik kita
cari tempat lain saja ! bagaimana kau pikir?"
"Baik !" Phang Liong terima tawaran itu. ia juga lihat, jalan
besar itu terlalu terbuka
dan dia kuatir nanti datang hamba2 polisi yang akan bekuk
mereka. "Apa kau berani pergi ke Lam hwe-wa ?"
"Tentu saja ! Kemana juga aku tidak takut ! Hajolah !"
Siauw Hong terima tawaran dengan unjuk sikap jumawa.
"Baik, hayolah jalan ! Siapa tidak pergi, bukannya hohan !"
Phang Liong berseru seraya geraki tumbaknya.
Siauw Hong sangat gusar, hingga mukanya menjadi pucat.
dia naik karetanya.
"Saudara Lie, hayolah kau juga naik !" katanya pada Bouw
Pek, yang masih belum mau loncat naik, karena dia menunggu
mengawasi musuh.
Dengan romnan garang Phang Liong dan orang2nya sudah
lantas berangkat. Mereka tidak bawa kereta, mareka mesti
jalan kaki. Di belakang mereka mengikut orang2 usilan, yang
ingin menonton.
Siu Jie dan dua kawannya mengikuti sambil jalan kaki,
mareka berkuatir dan bingung.
"Mereka berjumlah banyak, looya cuma berdua, mereka
mau bertempur di Lam hwee wa, inilah berbahaya," kata
hamba yang setia ini.
"Apa tidak baik kita lekas2 pulang, buat mengasi kabar
pada thaythay ?" kata si dua kawan.
"Kasi tahu pada thaythay masih tidak bisa menolong," Siu
Jie bilang. "Malah looya tentu akan damprat kita habis2an.
Aku pikir lebih baik kita pergi kegiesu geemui, akan
menghadap Thio Thayjin, biar Thio Thayjin kirim hamba
negeri buat cegah partempuran mereka...... "
Pelayan ini lakukan apa yang dia pikir, selagi Tek Siauw
Hong tidak lihat dia, dia ngeloyor pergi diluar tahunya majikan
itu. Sebentar kemudian Tek Siauw Hong dan Phang Liong
sudah sampai di Lam hwe wa, mereka cari tempat yang
kosong dan rata, dimana mereka lalu berkumpul dalam dua
rombongan yang berhadapan satu pada lain.
"Tempat ini cocok !" kata Phang Liong, seraya menunjuk
dengan tumbaknya. "Hayo lah kau turun dari kendaraanmu !'
Atas tantangan itu Lie Bouw Pek dului si orang Boan lompat
turun dari kereta, sambil hunus pedangnya dia hampirkan
piauwsu dari Cun Goan Piauw tiam.
"Lengan kanan dari Tek Toako telah ter luka, dengan
menangkan dia kau tidak akan terhitung sebagai enghiong,"
dia bilang "oleh karena itu, Lebih baik kita berdua yang main
main lebih dulu !"
Kendati dia kata demikian anak muda kita sudah lantas
mulai menyerang.
"Siapa kau ?" tanya Phang Liong, yang tidak lantas
melayani. , Kau she apa "'
"Toaya kau adalah Lie Bouw Pek !" Bouw Pek perkenalkan
diri sambil sengaja unjuk sikap jumawa. , Aku asal Lamkiong,
Titlee. Tek Siauw liong adalah Saudara angkatku ! Jangan kata
baru kau, Hoa Chio Phang Liong, kendati saudara kau, Kim
Too Phang Bouw, aku tidak takuti ! Aku tidak takut juga
segala Siu bieto dan Gin Chio Ciang kun. atau siapa juga yang
berani perhinakan Tek Toako mesti bisa menangkan dulu
pedangku ini !"
Waktu itu Tek Siauw Hong juga sudah turun dari keretanya.
sebelum Phang Liong bilang apa2 pada anak muda itu, orang
Boan ini telah kata padanya :
"Apa yang saudaraku ini Bilang adalah hal yang benar
Jikalau kau mampu menangkan pedangnya saudara mudaku
ini nanti dihadapan orang banyak aku akan unjuk hormat pada
kau sambil manggut ber ulang2 !"
Tek Siauw Hong tidak sungkan2 lagi, Dia antap Lie Bouw
Pek bawa keinginan nya.
Phang Long begitu mendongkol, hingga dia banting2 kaki.
Nyata dia seorang yang beradat keras, yang tidak bisa dengar
ucapan yang tidak manis.
"Baik !" dia berseru. Lalu dia kata pada orang banyak yang
datang dan bergumam : ,Silah kan kau mundur sedikit ! Lihat
aku nanti tempur orang dari tingkatan muda Ini !"
Lantas setelah itu dia putar tumbaknya akan tusuk Lie
Bouw Pek. Anak muda kita memang sudah bersiap2, malah
dia berlaku gesit sekali, begitu dekat ujung tumbak sampai,
dia menyampok dengan keras, sambil maju dia balik
menyerang dengan tusukannya, dia perlu dekati musuh yang
menggunai senjata panjang itu, karena senjata nya beberapa
kali lebih pendek. Sesudah itu apabila musuh menangkis dan
berkelit, dia merangsak terus dan kirim tusukannya beberapa
kali, berulang ulang !.
Dalam tempo singkat sekali, Hoa chio telah menjadi sibuk,
karena ujung pedang senantiasa datang dekat padanya,
jangan kata balas menyerang, buat menangkis saja dia telah
jadi ripuh bukan main ! Pedang menyambar dari beberapa
jurusan, merupakan tikaman, sabetan atau babatan,
disebabkan berbareng dengan gerakan tangannya pemuda
dari Lamkiong itu telah geraki juga tubuhnya, kedua kakinya
loncat sana sini dengan hebat.
Selang beberapa jurus, sebelumnya piauw su yang
disohorkan gagah itu bisa berdaya, dia telah keluarkan jeritan
hebat dan rubuh, karena diluar kesanggupannya, dari samping
Bouw Pek dengan cepat lompat kebelakang nya, dari sini
tusukan dikirim dan ujung pedang segera belajar kenal pada
punggung nya, hingga berbareng dengan jeritannya itu,
tombaknya terlepas dan tubuhnya rubuh tengkurap ditanah !.
Hampir berbareng sekalian penonton, yang telah jadi kaget,
sudah berteriak "bagus !" karena mereka kagum.
Oleh karena rubuhnya jago mereka, orangnya Phang Liong
lantas maju dengan senjata terhunus, dengan niatan kepung
jago muda ini. Tapi Lie Bouw Pek dengan senyuman menghina
menantang mereka.
"Siapa diantara kau yang tidak inginkan jiwanya, hayo maju
!" dia mengancam. "Aku kasi tahu pada kau : di Jiauw yang
aku telah lukai Lie Mo ong Ho Kiam Go dan di
kota Seeho aku telah rubuhkan Say Lu Pou Gui Hong Siang
! Kau baru belasan, meski pun jumlah kau ditambah beberapa
puluh lagi, aku Lie Bouw Pek tidak takut barang sedikit juga !
jikalau aku takut pada kau, aku bukan lagi muridnya jago tua
Kie Kong Kiat !"
Ancaman itu mengasi pengaruh besar, karena orang2nya
Phang Liong tidak berani maju lebih jauh, sedang yang cerdik
sudah lantas samperi piauwsu mereka, buat didukung bangun.
Pungungnya Phang Liong telah mandi da?rah, dari lubang
lukanya darah terus mengalir keluar!, sebab sakit air
matanyapun mengucur keluar! Dia mengerti sekarang yang
boogee pihak lawan terlalu tinggi buat dia.
"Kau jangan bergerak," dia mencegah sambil paksakan diri,
"Tanya saja dimana dia tinggal ...... "
Matanya semua penonton telah di tujukan pada Lie Bouw
Pek buat dengar jawabannya pemuda ini, kegagahan siapa
telah datangkan kekaguman mereka.
"Aku tinggal di Hoat Beng Sie di Sinsiang Hotong !" Bouw
Pek kasi tahu dengan tidak tunggu sampai ditanya lagi. dia
telah tepok2 dada. "Pergilah kau cari dan undang Kim too
Phang Bouw ! Aku si orang she Lie tidak takut dan akan
tunggui dia !"
Tantangan itu tidak dapat jawaban, karena Phang Liong
terlalu lelah dan orang2nya tiada yang berani banyak mulut
malah sebalik nya, piauwsu itu lantas digendong buat dibawa
pergi, semua orangnya mengiringi dia.
Sementara itu dari kejauhan telah datang beberapa hamba
negeri, menampak mereka semua penonton lantas pada
angkat langkah seribu, karena meski benar mereka tidak
tersangkut, mereka kuatir nanti di rembet2 di dijadikan saksi.
Tek Siauw Hong maju mendekati beberapa hamba negeri
itu. "Tidak apa apa, tidak apa apa." dia kata sambil tersenyum.
"Hoa chio Phang Liong dari Cun Goan Piauw tiam tadinya mau
termpur aku, akan tetapi setelah dia diajar, adat oleh saudara
angkatku ini, dia sudah lantas angkat kaki !"
Majikan ini lihat Siu Jie diantara kawanan opas itu, dia
segera menegur : "Urusan begitu kecil, kenapa kau pergi
ganggu tuan tuan ini"'
"Oh tidak apa," kata seorang hamba wet. "Selama
beberapa hari ini kawanan buaya darat dikota selatan
memang telah bertingkah luar biasa. Kabarnya tadi Ngoya
telah dapat luka di Cian mu Toakay, apakah itu benar"
Siauw Hong angkat lengan kanannya, buat unjukkan
lukanya. "Ini luka itu, yang tidak berarti !" dia jawab sambil tertawa.
"Luka seperti ini dalam
tempo beberapa hari saja akan sembuh pula, sekarang,
tuan tuan, silahkan kau pulang, buat capai lelah ini, nanti saja
aku haturkan terima kasihku !"
"Tidak apa apa, Tek Ngo ya, jangan kau seejie !" kata
beberapa hamba wet itu sambil tertawa. "Nah, Ijinkanlah kami
pergi !" "Silahkan tuan tuan ! Terima kasih !" kata Siauw Hong.
Hamba hamba wet itu benar benar sudah lantas berlalu.
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tek Siauw Hong pelototi Siu Jie, tetapi kendati demikian dia
tidak punya kebanyakan tempo akan tegur pelayannya ini. dia
hanya hadapi Bouw Pek sambil tertawa.
"Saudara, beruntung ada kau," dia kata "Sayang barusan
kau sebut sebut juga Siu Bie to dan Gin chio Ciangkun !
Mereka itu punya banyak kuping dan mata, diantara banyak
penonton tadi tidak mustahil jikalau diantaranya ada yang
menjadi kaki tangannya, maka andaikata ucapan kau barusan
sampai di kuping mereka, aku kuatir nanti terbit gara gara lagi
........". "Itulah bukan soal, tidak apa!" Bouw Pek tertawa
secara tawar. "Tadi aku telah kasi tahu she dan namaku dan
juga tempat kediamanku, maka andai kata mereka atau siapa
saja, tidak puas mereka boleh datang cari aku !".
Melihat adat keras itu, Tek Siauw Hong tahu anak muda ini
tidak boleh diladeni bicara, makanya lantas berhenti bicara.
"Sekarang, saudaraku, mari kita pulang l" katanya.
Bouw Pek terima undangan itu, ber sama2 dia naik keatas
kereta, yang terus dikasi jalan, sedang Siu Jie bersama dua
kawanya lalu mengikuti.
Bouw Pek ikut terus, dia antar sobatnya pulang kerumah,
dimana dia juga mampir, maka kejadian dia telah bersantap
malam bersama sama sobat itu. selama mana mereka tidak
omong banyak. kemudian barulah dia pulang kehotelnya buat
terus tidur, bersedia buat pindah esok paginya.
Setelah sang malam telah lewat, begitu mendusin dari
tidurnya Bouw Pek lantas dandan, lebih dulu dia minta
disediakan makanan, kemudian dia minta tolong tuan rumah
jualkan kudanya. yang dia anggap sudah tidak perlu lagi dia
telah bikin perhitungan uang menginap dan makan setelah
semua beres dia lantas gendol pauwhoknya buat pindah ke
Hong Beng Sie. Disini segala apa sudah sedia, se?mua bisa
diatur dengan cepat dan ringan, karena dia tidak punya
perabotan. Begitu lekas tinggal di gereja, hatinya Bouw Pek jadi
terbuka. Disini dia bisa berlatih si?lat kapan saja dia mau,
tidak banyak orang seperti dihotel dan tidak ramai juga,
sedang pekarangan luas, dia tidak lagi lesu seperti yang
sudah2. Selang dua hari dia pergi kerumah Tek Siauw Hong, yang
berada digang yang lengkapnya di panggil Tong su sam tauw.
dia dapat kenyataan lukanya sobat itu sudah boleh dibilang
sembuh, karena Siauw Hong telah undang tabib yang pandai
dan obatnya juga obat yang mahal. Mereka duduk pasang
omong diruang tamu.
"Hiantee. nyatalah dugaanku cocok !" kata Tek Siauw
Hong. "Pertempuran kita di Lam hwee wa melawan Hoa chio
Phang Liong telah dapat diketahui oleh Siu Bie to Oey Kie Pok,
kemarin dia telah kirim Lauw Cit ya sebagai utusan dan utusan
ini kasi tahu pada ku yang Oey Kie Pok ingin ketemu kau."
"Itulah bukannya soal, tidak apa, aku nanti ketemukan dia,"
kata Bouw Pek sambil terta?wa. Siauw Hong geleng kepala,
dia menghela napas.
"Buat apa kau ketemui dia" dia tanya. "Dia seorang yang
berpengaruh, terhadap orang demikian lebih baik kita tidak
punya sang?kutan .... "
Bouw Pek tersenyum dengan tawar.
"Bukankah dia seorang dagang " Pengaruh apa dia punya
?" "Apa" Apa kau kira seorang dagang tidak punya pengaruh
besar ?" Siauw Hong tegaskan. "Keu barangkali perlu dengar2
sobatku ! diluar Cian mui ada Poan Louw Sam si Terokmok dia
telah buka enam chian chong yang besar, maka kalau ketemu
dia, kendatipun seorang bangsawan atau pweelek, orang
mesti menemui dengan bersenyum manis. Dan dikota sebelah
timur laut, hartawan yang paling besar adalah Oey Kie Pok !
cobalah cari tahu, pembesar siapa yang tidak punya hutang
padanya sedikitnya beberapa ribu tail " "
Bouw Pek lagi lagi tertawa dingin.
"Dengan begitu berarti, siapa punya banyak uang dia
berpengaruh?" dia tanya.
"Itu adalah hal sewajarnya ! didalam kota raja ini orang
tidak bicara tentang tangan kuat, silat sempurna, yang di
pentingkan adalah uang banyak ! bisa jadi bugee Ui Kie Pok
tidak dapat disamakan dengan kau tetapi dalam hal uang dia
jauh lebih menang, dengan gunai uang dia bisa menjadi lawan
kau !" Ucapan sobat itu, yang bicara terus terang, tidak sedap
masuk dikupingnya anak muda itu, maka dia juga tidak bisa
duduk tenang di atas kursinya. Tapi dia tidak bisa kata apa2,
cuma senyumnya yang tertampak nyata, senyuman menghina.
Siauw Hong tahu yang sobat ini tidak puas, maka ketika dia
bicara pula, suaranya sabar.
"Saudara, marilah kita bicara terus terang, dengan sabar,"
berkata dia. "Kau sekarang telah dapat dua musuh dalam
dirinya Say Lu Pou Gui Hong Siang dan Kimtoo Phang Bouw.
Dikalangan sungai Telaga, mereka terhitung paong cabang
atas jagoan, maka mereka itu pasti saja tidak mau sudah,
yang nama mereka telah dihina dan ditantang dimuka umum.
Aku percaya betul, dibelakang hari mereka akan datang cari
kau, melulu buat membikin banyak pusing ! 0ey Kie Pok
sudah pasti ingin ketemu kau, belum tahu bagaimana
sikapnya Khu Kong Ciauw ! Empat orang itu dengan
sesungguhnya sudah cukup buat bikin kau repot. Maka aku
anggap, kita berdua baiklah berdaya dan bersiaga menjaga
diri terhadap pihak mereka. Lain bulan aku hendak berangkat
ke Tong leng akan urus kepentingan Seri Baginda Raja,
barangkali setidaknya satu bulan baru aku bisa kembali. Kau
sendirian saja disini dan asing, sampai jalanan kau tidak kenal,
apa bila mereka berniat bikin celaka kau, sukar untuk kau
lindungkan diri. Karena itu aku harap, saudaraku, selanjutnya
kau baik jangan sering sering pergi keluar, jangan ter?lalu
unjukkan diri, kau tunggu sampai aku sudah pulang, nanti kita
pikir pula bagaimana baiknya. umpama kita cari orang, yang
suka menjadi orang perantaraan, buat adakan perdamaian,
atau buat urus terang mengadakan pie bu, untuk mendapat
kepastian siapa diatas dan siapa dibawah ! "
Kendati dia tahu Siauw Hong bermaksud bak. Lie Bouw Pek
tidak sabar akan dengarkan perkataannya sobat ini, yang
terlalu sabar, atau yang kalah hati mengingat pengaruh besar
dari orang orang yang disebutkan nama namanya. Meski
begitu dia tidak mau membantah. dia hanya lawan dengan
manggut manggut.
Kedua sobat ini barkumpul sehingga waktunya bersantap
malam, Bouw Pek diundang ber dahar sama sama dan dia
terima undangan itu, adalah sesudahnya bersantap baru dia
pulang, tatkala itu waktunya rumah rumah memasang api.
Sekeluarnya dari mulut jalan sebelah barat Tong su sam
tiauw, Bouw Pek menuju keselatan dia jalan dijalan besar.
Langit waktu itu gelap, bintang tidak tertampak barang satu.
Cuaca yang gelap di tambah dengan awan, suara guntur telah
mulai terdengar. Dijalanan masih ada orang dan kereta, tetapi
mereka semua jalan ter buru2, semuanya takut nanti ditimpa
hujan. Terpaksa supaya tidak sampai mandi air langit, dia
tidak pulang ke Sinsiang Hootong, hanya pergi ke Han kee
thoa. ke Po Hoa Pan. Didepan pintu rumahnya Cu Sam dia
turun dari kereta, justru hujan besar lantas turun membasahi
bumi. Baru saja dia bertindak masuk, Mo Ho si jongos telah
teriaki namanya.
Dengan tidak kata apa apa, Bouw Pek menuju ke lauwteng
dan naik. kamarnya Siam Nio terang, diluar gelap. dia
hampirkan pintu kamar, dengan tindakannya dibikin sedikit
berat. dia dengar suara orang bicara d dalam kamar, dia
pasang kuping. Itulah suaranya Siam Nio dan ibunya.
"Cui Siam !" dia lalu memanggil,
"Siapa ?" terdengar Cia Lo mama dari dalam.
"Tentu Lie Looya yang datang !" terdengar juga suaranya si
nona. Dengan membawa tengloleng. Cia Mama bertindak keluar,
tapi Bouw Pek mendului masuk kedalam.
"Benar juga Lie Looya !" Cia Mama kata sambil tertawa.
Bouw Pek masuk terus, dia tidak berpapasan dengan Ciu
Siam, yang tidak keluar buat sambut dia. Di dalam si nona
sedang duduk di atas pembaringannya Nona ini tidak bangun,
malah padangan mukanya tertampak sorot ngambul.
"Oh Lie Looya, kau masih sudi datang kemari ?" kata nona
rumah, dengan mata melirik "Aku tadinya sangka kau sudah
menjabat pangkat di luar kota raja !"
"Pangku pangkat ?" Bouw Pek tertawa. "Buat aku, seumur
hidupku, aku tidak niat pangku pangkat !"
Dia hampirkan bangku dan duduk disitu, ketika Cia Lu
mama angsurkan teh, dia me nyambuti sambil membilang
terima kasih. Dari luar jendela terdengar jatuhnya air hujan, yang makin
gencar dan keras, suaranya guntur tidak menjadi kekurangan.
"Jangan kau sesalkan aku !" kata Bouw Pek kemudian,
sambil bersenyum "Dalam dua hari ini, aku repot bukan main.
Pertama tama urusanku pindah rumah, dan kedua urusannya
Tek Ngo ya, yang minta bantuanku ...... "
Sembari kata begitu, anak muda ini pandang muka onrang
yang nampaknya lebih bersinar, seperti orang mau tertawa,
maka dia lalu teruskan ;
"Baru tiga hari aku tidak datang, itu rasanya seperti tiga
bulan saja. Aku senantiasa merasa hatiku tidak tenteram,
maka sekarang, kendati juga hujan besar aku telah datang
kemari. Aku sengaja buang tempo........"
Si nona tertawa cekikikan apabila dia dengar keterangan
itu. "Jadi kau telah buang tempo untuk da?tang kemari " ia
tegasi. "Kalau begitu, kau tentu juga akan buru buru pulang !...... "
Tapi anak muda kita lekas geleng kepalanya.
"Tidak," dia bilang, "aku sekarang sudah tidak punya
urusan lagi! Aku sudah pindah
rumah dan urusan sobatpun telah selesai. Seterusnya aku
bisa datang tiap hari......"
Baru saja Bouw Pek tutup mulutnya atau dia sudah
menyesal bukan main.
"Kenapa aku mesti bilang bahwa aku bisa dalang setiap
hari ?" demikian dia tegur dirinya sendiri. "Mana aku bisa
lakukan itu ?"
Tetapi ucapan itu justru bikin Siam Nio girang bukan main.
"Kau bilang kau bisa datang setiap hari"," dia bilang. "Aku
tidak percaya, Tapi hari ini hujan besar, mestinya tidak ada
tamu lain yang datang, maka kau jangan lantas pergi"
"Tidak, aku memang tidak mau lantas pergi " Bouw Pek
manggut. "Aku bisa pulang sebentar sesudah tengah malam"
"Tengah malam " Apakah kau tidak takut nanti diomeli
isterimu ?"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah.
"Apakah aku belum pernah kasi tahu kau?" dia tanya.
"Sekarang aku telah berumur dua puluh lebih. akan tetapi aku
masih belum ber isteri ! Aku datang kekota raja sendirian saja,
tadinya aku tinggal dihotel, baru dua hari aku pindah kebio di
Sinsiang Hootong"
Cu Siam benar2 tidak ketahui yang tamunya seorang
jejaka, katerangannya anak mu?da ini bikin dia heran.
"Kenapa kau belum menikah, Lie Looya?" dia tanya.
Bouw Pek merasa tertusuk. Ini adalah pertanyaan yang
mengenai lukanya didalam hati. sekalipun orang lain yang
tanyakan itu dia sudah masgul sekarang Siam Nio yang tanya
dia jadi berduka, Tapi dia coba kuatkan hati.
"Baiklah kita jangan sebut2 hal itu. itu urusanku yang
mendukakan hati," dia bilang dengan pelahan, dia menarik
napas, tangannya ditaruh dilututnya.
Siam Nio masih saja merasa heran, sehingga dia
mengawasi dengan bingung saja.
Justru itu Cia Mama bertindak keluar, maka buat bikin si
nona tidak salah mengerti. Bouw Pek kasikan keterangannya
Tapi lebih dulu dari pada itu, lagi2 dia menghela napas.
"Aku nanti terangkan pada kau seorang, karena orang lain,
kendati sobatku, tidak ke tahui rahasia hatiku ini," dia bilang.
"Sedari masih kecil aku sudah berpikiran, buat me nikah aku
mendapatkan nona yang pintar dan cantik, kalau tidak, aku
tidak mau kawin. Beberapa sanak dan sobat pernah tunjukkan
aku nona2, semuanya nona itu aku tidak penuju. Adalah
belakangan aku kenal nona she Jie, yang pintar dan cantik
dengan berbareng, malah dia telah hargakan aku dan ayahnya
pun bersikap manis terhadapku ...."
"Apakah kau tidak bisa minta perantaraan orang. buat
nikah nona itu ?" Siam Nio potong. ..Tidakah. dengan begitu,
pernikahan bisa lantas dilangsungkan ?"
Bouw Pek tertawa, tertawa secara meringis.
"Tidak, itulah tidak bisa terjadi" dia kata "Nona itu sudah
ditunangkan pada orang lain !"
Mukanya Siam Nio berobah, agaknya ia merasa terharu.
Dengan mata tajam dia awasi anak muda kita.
Bouw Pek duduk dengan tangan menunjang meja,
romannya sangat berduka.
"Kasihan anak muda ini." pikir Siam Nio yang jadi terharu,
hingga air matanya hampir meleleh keluar. dia anggap Bouw
Pek pemuda yang mencinta, maka sayang kecintaan itu tidak
ada yang bisa sambuti. . . ..
Hampir Bouw Pek tambahkan keterangan dengan bilang,
bahwa kecuali nona Jie adalah nona ini yang paling tarik
perhatiannya, bahwa dia berniat bebaskan si nona dari
belengguannya sekarang, agar kemudian mereka bisa
menikah dengan merdeka, sebab dia tidak ingin yang nona ini
mesti menikah dengan lelaki sembarangan apa pula lelaki
kasar, Syukur perasaan itu dia tidak dapat utarakan mulutnya
seperti terkunci.
Berdua mereka saling mengawasi, tidak ada satu yang buka
mulut. Maka itu, kendati suara hujan lebat, tapi suara
nyanyian dari kamar lain terdengar nyata, entah nona manis
yang mana yang sedang gembirakan diri dengan suara yang
halus dan sedih.
Hatinya Cui Siam tergerak, dia merasa tertusuk, dangan tak
merasa, air matanya me?leleh keluar, maka buru buru dia
susut itu dengan suputangannya.
Di saat nona ini mau bicara. dia lihat ibu-nya mendatangi
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanganya memegang selembar kertas merah.
Bouw Pek lihat kertas itu, dia menduga pada undangan.
Setelah sering berada dirumah hina ini, dia mengerti apa
artinya kertas merah itu. Tapi sekarang, melihat Siam Nio
yang harus dikasihani, hatinya menjadi panas. Kenapa selagi
hujan turun dengan lebat masih saja ada yang mau panggil si
nona, buat dijadikan jurulayan melulu karena uang".
"Louw Sam Looya," kata sang ibu, "katanya Cie Tayjin
sedang tunggu kau .. .."
Cui Siam kerutkan alisnya.
"Hujan begitu besar. bagaimana mereka masih memanggil
aku?" dia kata. "Mama, baik kau jawab mereka, bahwa aku
sedang sakit dan tidak bisa pergi"
"Itulah tidak bisa anak," Cia Mama kata. "Kau ketahui
sendiri, berapa banyak Cie Tayjin telah hamburkan uangnya
untuk kau. Kalau sekarang kau tidak pergi, apakah dia tidak
akan jadi kurang senang " Lagi, bila Cie Tayjin dengar kau
sakit, dia tentu bingung, dia pasti akan minta Louw Sam Looya
datang tengok kau !
Cui Siam menghela napas. dia tahu ibunya omong hal yang
benar. dia lalu berbangkit.
"Lie Looya, sukalah kau menunggu disini, sebentar aku
kembali," dia kata pada anak muda kita.
"Kau pergilah," sahut Bauw Pek sambil manggut. Meski dia
mendelu, dia diam saja, dia tidak mau campur tahu urusannya
ibu dan anak itu.
Ibunya Cui Siam merasa tidak puas yang anaknya mau
tahan si anak muda, tetapi mengingat orang telah sering
Bukit Pemakan Manusia 8 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Bentrok Rimba Persilatan 11
orang. Ketika Bouw Pek diantar keruangan barat, disitu terdapat
pendopo dengan tiga kamar, patung apa yang dipuja disitu dia
tidak lihat, tetapi dia dapatkan dikedua samping ada beberapa
peti mati kiriman orang yang rupanya menunda penguburan
sanak pamilinya. Di sebelah timurnya ada lagi kamar lain,
yang tinggal kosong, cuma ada sebuah meja dengan dua buah
bangkunya. Kamar itu gelap, tetapi tidak demak.
"Kamar itu juga tidak bocor," Tie Tong kasi tahu.
Bouw Pak setuju apabila dia telah perhatikan kamar itu,
dengan depannya ada pelataran yang luas, disitu dalam
keadaan sunyi setiap waktu dia bisa latih ilmu silatnya.
"Baiklah," dia beri tahukan Tie Tong, "besok aku nanti datang
pindah kemari."
Lantas anak muda ini keluar dari bio, dia perintah Lay Sin
pulang buat sampaikan kabar pada pamannya bahwa dia jadi
pindah, dia sendiri segera pulang kehotel. dia sudah pikir,
selanjutnya kecuali di waktu kunjungi Tek Siauw Hong, dia
dapat banyak ketika buat berlatih silat. dia pun sudah pikir
untuk selanjutnya jangan sering sering pergi pada Coei Siam.
"Aku telah bikin kotor pembaringannya aku mau ganti ia
menolak, dia benar nona luar biasa," dia berpikir, "Aku
sebenarnya merasa malu buat sikapnya yang manis budi
itu....." Bouw Pek lantas mampir disebuah toko cita, dia pilih dua
rupa cita yang bagus, dia beli belasan elo, dengan bawa itu
dia tidak terus pulang melainkan menuju ke Po Hoa Pan di
Han kee thoa. Siam Nio sedang nyisir waktu dia lihat tamu nya
muncul dengan mendadak sambil bawa cita. "Eh Lie Looya.
apa sih kau bikin"' dia tanya dengan bernapsu. Bouw Pek
paksakan diri akan tersenyum.
"Kejadian kemarin bikin hatiku tidak tenteran", dia bilang.
..maka barusan aku pergi ketoko cita beli dua rupa cita ini,
yang kurang baik. Kau boleh pakai ini dan bikin apa kau
suka......."
"Aku bisa menduga !" Siam Nio kata sambil tertawa. "Aku
telah duga, bahwa kau akan belikan aku cita, buat ganti seprei
dan selimutku, kemudian sesudah mengganti kau lantas tidak
mau datang lagi kemari !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia tidak nyana si nona
begitu cerdik dan omongan nya tedas sekali. jadinya, apa
yang dia telah pikir, sinona sudah dapat tebak.
"Kau menduga keliru !' dia paksa bilang. "Sebentar aku
pulang, tetapi nanti sore aku akan datang lagi. Selanjutnya
setiap hari aku sedikitnya akan datang satu kali pada kau..
Pemuda ini mau bicara lebih jauh, tetapi si nona pegat ia.
sambil bersenyum tapi agaknya sungguh sungguh, Siam nio
kata:" Apakah benar". Apakah perkataan kau boleh dipegang,
looya"' Bouw Pek menyesal, yang dia sudah kelepasan omong.
"Percaya aku, asal ada ketika, aku tentu akan datang kemari,"
dia kata...... "Aku baru tidak bisa datang kemari andai kata ada urusan
yang menghalangi aku. Kendati demikian, meskipun aku
sendiri tidak datang, hatiku toh setiap saat tidak bisa lupai
kau." Cia Loo mama ada didalam kamar bersama mereka, dia
cuma dengarkan saja pembicaraan itu, tetapi sesampainya
disitu dia ngeloyor pergi. Berbareng dengan itu Coei Siam
pegang pundak orang, dia angkat kepalanya, matanya
ternyata merah, malah mendadak dari mata itu keluar air
seperti dari sumber, sesudah mana dia jatuhkan kepalanya
didada orang........
Bouw Pek terperanjat, dengan alis mengkerut dia tunduk,
tetapi dia tidak dapat lihat mukanya sinona, hanya rambutnya
yang bagus, hitam dan mengkilap. dia coba kendalikan diri,
dengan kedua tangannya dia angkat kepalanya si nona, air
matanya dia susuti.
Jangan berlaku begini, kesehatanmu nanti terganggu,"
katanya dengan perlahan. "Kau bersusah hati, ini aku tahu.
Baiklah lain kali saja bila ada temponya yang baik. kita bicara
pula. Aku akan berdaya untuk bantu kau.
Ucapan itu melulu bikin Siam Nio menangis hingga
sesengukan, sampai anak muda kita tidak tahu bagaimana
harus membujuki nya.
Diluar mendadak terdengar suara orang bicara - yalah Cia
Lo ma ma. Siam Nio lekas pisahkan diri, dengan jarinya dia
menunjuk kursi, minta Bouw Pek duduk dia sendiri segera
menuju kemeja riasnya buat susut kering air matanya, pakai
pupur dan yancie, akan akhirnya bereskan rambutnya.
Bouw Pek duduk sambil memandang kekaca dimana dia lihat
roman yang cantik manis dari si nona, dia merasa kasihan
pada anak dara ini, yang nasibnya buruk, karena kendati
cantik dan punya roman begitu sempurna dia mesti berada
dirumah pelesiran ......
Cia Lo ma ma menyingkap kere, dia bertindak masuk
seraya berkata.
"Barusan orang cerita, bahwa dijalan besar dari Cian moei
ada orang berkelahi dengan gunai senjata tajam, sampai ada
yang dibacok mati !"
Perhatian Bouw Pek tertarik dengan tiba2. Tapi karena dia
tidak punya sangkutan dengan perkelahian itu, dia coba
kendalikan diri dan duduk diam saja. Tetapi dia tidak bisa
berdiam saja. Tetapi dia tidak bisa berdiam lama2 disitu
karena pikirannya tidak tenteram, maka lekas juga dia minta
diri dari Siam Nio.
"Apakah sebentar malam looya niat datang pula?" Coei
Siam tanya sambil tertawa. Ia tidak menjawab. dia anggap si
nona lagi godai ia. Dari depan pintu dia menuju ke barat,
sepanjang jalan pikirannya bekerja.
"Diwaktu mau pindah kegereja, aku sudah ambil putusan
akan jauhkan diri dari Siam Nio, sekarang terbukti niatan itu
tidak dapat diwujudkan. Sesungguhnya Siam Nio harus
dikasihani, dia mestinya punya lelakon sedih, yang dia hendak
dijublekkan atas diriku. Sekarang ini bagaimana dengan
keadaan diriku, Bisakah aku punya kelebihan tenaga buat
dipakai menolongnya " Dan apakah pantas bagi ku, satu laki2,
mesti beratkan diri pada seorang perempuan " Apakah dengan
begini aku jadi tidak sia2 maksud tujuanku ?". Bouw Pek benar
benar bersangsi: "coba aku punya uang. umpama beberapa
ratus tail perak, dengan itu aku bisa tebus Siam Nio, supaya
dia bisa bebaskan diri dari rumah pelesiran. Aku tentu suka
andaikata dia mau menjadi isteriku yang sah. Cuma dalam hal
Ini ada kesukarannya, yalah paman dan bibi dikampungku
niscaja tentang tindakan ku ini.........
Tanpa merasa Bouw Pek telah sampai di rumah
penginapan, tetapi disini dia lantas lihat keretanya Tek Siauw
Hong, maka dia menduda mestinya sobat itu telah kunjungi ia.
Ia cepat kan tindakannya akan masuk. Baru saja dia sampai
dithia, seorang jongos hampirkan dia.
"Lie Toaya, lekas masuk kekamarmu ! kata jongos itu, "Tek
Looya yang kau kenal baik tadi telah berkelahi di Cian moei
Toa kay, dia mendapat luka !" Pemuda itu terkejut sekali.
"Oh kiranya dia yang tadi dikabarkan berkelahi !" kata dia
dalam hatinya. "Entah lukanya berbahaya atau tidak ?"
Separoh berlari dia menuju kekamarnya. dia dapatkan Tek
Siauw Hong sedang numprah di pembaringan nya, pakaiannya
berkelepotan darah.
"Eh, kemana kau pergi " tanya orang Boan itu begitu dia
lihat sobatnya.
"Aku pergi kerumah pamanku," Bouw Pek jawab.
"Toako dengan siapa kau berkelahi" Bagaimana dengan
lukamu ?" Tek Siauw Hong ulur tangan kanannya akan kasi lihat
lukanya. Itu luka bekas golok yang dalam, rupanya darah
telah keluar banyak dari situ. Kendatipun demikian Siauw
Hong seperti tidak rasai lukanya itu.
Mereka terdiri dari belasan orang, mereka kurung aku
selagi aku berada didalam ke reta," cerita orang Boan ini.
"Kami bertempur mati2an. Pikir saja, aku sendirian dengan
sebatang golok dan mereka be-ramai2, Benar aku telah
terluka, akan tetapi di fihak mereka aku telah lukai dua orang
sedang yang lainnya aku telah serahkan pada kantor giesoe
buat diurus."
Siauw Hong bukannya seorang jumawa tetapi diwaktu
bicara dia bersenyum dan kelihatannya dia puas atau bangga
sekali. "Siapa mereka itu ?" Bouw Pek tanya, "Apa mereka mau,
ada permusuhan apa diantara toako dan mereka ?".
"Apakah kau sudah lupa, saudaraku ?" Siauw Hong baliki.
"Itu adalah ekornya ke jadian dirumah komedi Yan Hie Tong,
di waktu kita menonton wayang. Bukankah disana lantaran
urusannya In Coe Si Kaki Keras aku telah hajar seorang
jangkung sampai orang itu muntah darah" Nyata orang itu
adalah Phang Sam, engkonya Hoa chio Phang Go dari Coen
Goan Piauw tiam. Mereka bersaudara banyak, di Cim cioe
mereka disebut Phang kee Ngo Houw, lima harimau
persaudaraan Phang. Mareka semua mengerti boegee. Phang
sulung sudah meninggal dunia, yang kedua. Gin kauw Phang
Tek, buka piauw kiok di Thio kee kauw. Phang Sam adalah
yang ketiga, namanya Hoay, gelarannya Tiat koen. dia baru
satu bulan datang ke Pakkhia ini, tinggal bersama adiknya
bungsu, Hoa-chio Phang Go, yang bernama Liong. Phang Go
telah buka Coen Goan Piauw tiam di kota ini sudah enam atau
tujuh tahun. Orang bilang tumbaknya liehay, hingga dia
sanggup layani Gin chio Ciang koen Khoe Kong Ciauw. Tapi
paling liehay adalah saudaranya yang keempat, yang dipanggil
Phang Soe, namanya Bouw, julukkannya Kim too. si Golok
Emas. Katanya, buat propinsi Titlee Kim too Phang Bouw
adalah orang gagah kenamaan, sampaipun Sioe Bie to Oey Kie
Pok dan Khoe Kong Ciauw sendiri tidak berani main gila
terhadap dia. Ini juga sebabnya kenapa Coen Goan Piauw
tiam tadi tersohor Piauw soe dari piauw tiam itu karena ini jadi
suka main gila d luaran. terhadap mereka tidak ada orang
yang berani banyak mulut atau usilan "
Bouw Pek tidak puas mendengar Siauw Hong agulkan
Phang Bouw begitu rupa.
"Apakah yang tadi serang toako itu Phang Bouw ?" dia
tanya. "Bukan, bukan dia, Siauw Hong jawab. "Kalau tadi dia yang
berada disini, pasti sekali aku akan dapat kecelakaan hebat.
bicara terus terang saudara, diwaktu kemudian aku dapat
tahu, bahwa fihak lawanku adalah orang orang Coen Goan
Piauw tiam, aku menyesal bukan main. Sesungguhnya aku
tidak ingin sekali tanami bibit permusuhan dengan fihak Phang
itu. Dalam dua hari ini aku telah tidak pergi kekota selatan,
kesatu karena aku memang merasa kesehatanku sedikit
terganggu, kedua aku ingin menyingkir dari gangguan
mereka, tetapi hari ini aku tidak tahan berdiam lebih lama di
rumah, sedang kemarin ini aku tahu kau telah mabok arak,
karena kuatirkan diri kau, aku perintah sedia kan kereta. Aku
sengaja bawa golok untuk berjaga jaga. Diluar dugaanku,
baru saja sampai di jembatan Cian moei, belasan piauwsoe
dari Coen Goan Piauw tiam telah pegat dan kurung aku.
Mereka semua bersenjata golok, ruyung rantai dan toja.
Diantara mereka tidak ada si orang she Phang. Mula mula aku
bicara pada mereka, aku ajak mereka berdamai, tetapi mereka
menolak, mereka berkata hendak hajar aku. Di jalan besar itu
ada banyak orang, dihadapan mereka, aku tidak bisa unjuk
kelemahan lebih jauh, maka tidak perduli mereka berjumlah
besar, aku turun dari kereta dan layani mereka bertempur,
Kesudahannya saudara ketahui, yalah aku terluka sendirian,
tetapi mereka luka dua dan yang lain lain ditangkap. Sebelum
pertempuran berhenti ada datang orang orang polisi, mereka
itu kenal aku, maka atas keteranganku belasan orang itu
lantas ditangkap dan dibawa pergi. Tapi dengan begini
permusuhanku dengan pihak Phang jadi bertambah hebat.
Aku percaya betul, tidak bisa tidak, mereka pasti akan cari aku
dari itu selanjutnya aku tidak mau sering sering pergi keluar
kota.............
Setelah kata begitu, orang Boen ini i unjuk roman berduka
sekali. Dengan saputangan, yang telah berlepotan darah. dia
susut darah yang mengucur dari lukanya.
"Aku sudah perintah Hok Jie pulang mengambil pakaian
dan obat luka" kemudian ia kata pula. "Aku tahu sendiri,
saudara. Tek Siauw Hong satu laki2, maka jangan kata satu
luka seperti ini, kendati lenganku ini di tabas kutung, tidak
nanti aku merintih atau berteriak kesakitan. Beberapa
piauwsoe dari Coen Goan Piauw tiam itu, berikut Hoa-chio
Pheng Sam sendiri, jikalau mereka arah aku aku tidak takut,
apa yang aku kuatirkan adalah kalau Kim too Phang Bouw
datang mencari aku. Phang Bouw kenal banyak orang jahat,
siapa saja mereka bisa ajak berkonco, maka itu. sudah dia
sendiri lihay, dengan ajak banyak kawan dia sesungguhnya
sukar dilayani..........'
Kembali Phang Bouw disebut sebut, mendengar itu Bouw
Pek menjadi mendongkol dan gusar, hingga wajah mukanya
menjadi merah padam.
"Toako, tetapkan hatimu !" kata dia dengan suara dingin,
dengan senyuman tawar. Tidak perduli Hoa chio Phang Liong
atau Kim too Phang Bouw, apabila mereka itu datang mencari
toako, toako mesti lekas kasi kabar padaku ! Toako, aku tidak
takut pada mereka itu !"
"Dengan sebenarnya, hiantee, buat selanjutnya tidak bisa
tidak kau mesti bantu aku," kata si orang Boan.
Sampai disitu Bouw Pek kasi tahu yang dia akan pindah ke
Hoat Kong Sie. "Itulah bagus," Siauw Hong bilang. "Memang tidak
sempurna kau berdiam lama dirumah penginapan. Aku tadinya
niat ajak kau tinggal padaku, dirumahku, aku kuatir kau
menolak...... " ,Besok aku akan pindah, perkara lainnya kita
lihat saja belakangan," Bouw Pek kata.
Sementara itu Hok Jie telah bertindak masuk bersama Sioe
Jie, bersama mereka ada lagi dua bujang lain, yang membawa
pakaian dan obat luka.
"Kenapa kau datang be ramai ?" Siauw Hong tanya.
"Dengan begini dirumah ada siapa?"
"Loo thaythay dan thaythay berkuatir ketika mereka dengar
looya berkelahi dan terluka," kata Sioe Jie. "kami lantas
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
diperintah pergi menyusul: Looya diminta lekas2 pulang".
Majikan itu tersenyum sindir.
"Kau datang ramai2, apa kau bisa bikin?" dia tanya.
"Apakah kau bisa lindungi aku ?"
Sioe Jie tidak kata apa , dia tidak berani buka mulut
terhadap majikan itu.
"Sekarang marilah obati aku." Siauw Hong kata kemudian.
Hok Jie bersama dua bujang lantas undurkan diri dan Sioe Jie
maju akan obati lukanya majikan itu, sesudah mana dia bantu
majikan itu salin pakaian. Begitu lekas sudah pakai obat dan
tukar pakaian, Tek Siauw Hong telah seperti lupa yang dia
baru saja terluka hebat, malah dia lupakan juga
kekuatirannya, kemasgulan dan kemurkaan, malah juga dia
tidak mau pulang, hanya bersama Bouw Pek dia lalu pasang
omong, pokok pembicaraan adalah halnya Coei Siam si nona
manis. Orang Boan ini tertawa berkakakan ketika dia dengar
sobatnya telah kunjungi si nona dan muntahkan
pembaringannya dan kemudian telah membelikan cita untuk
nona itu. "Baru dua hari aku tidak pergi, siapa nyana kau berdua
telah jadi begini panas !' ia menggoda. ..lagi beberapa hari
aku niat pergi ke Tong leng bila nanti aku pularg dari sana.
barangkali kau telah menyewa rumah buat tinggal sama2 !"
Bouw Pek tidak menjadi gusar yang dia digoda secara
begitu, dia hanya merasa malu.
"Besok aku pindah kegereja. selanjutnya aku tidak akan
kunjungi Coe Siam lagi." dia bilang. Tek Siauw Hoag masih
saja tertawa. "Besok kau boleh pindah kegereja !" dia kata. "Tetapi kau
tidak cukur rambutmu buat menjadi hweeshio, siapa mau
usilan yang kau pergi mogor"'"
"Bukannya begitu ! Bouw Pak terangkan. "Aku insyaf, aku
mengerti, aku tidak boleh sering pergi ketempat seperti itu
dan berdiam lama2 disana, satu kali aku berdiam lama lama,
sukar aku loloskan diri dari cengkeram..........."
Siauw Hong masih saja bersenyum, sebagai seorang yang
telah banyak pengalaman, dia rupanya sudah tahu selatan.
Selagi kedua fihak saling membungkam, tiba tiba Hok Jie
bersama dua bujang lain nya bertindak masuk dengan
tergopoh gopoh. roman mereka pucat bahna ketakutan. Hok-
Jie segera berkata !.
"Looya. jongos hotel telah kasi tahu kabar hebat padaku !
Katanya ketua Coen Goan Piauw tiam bersama belasan
kawannya, dengan semua bekal senjata, sedang berdiri
menunggu di mulut jalan sebelah timur ! Rupa rupanya
mereka itu hendak pegat kau looya...." Kabar itu benar hebat,
tidak, heran bila Tek Siauw Hong nampaknya terperanjat.
Lie Bouw Pek yang gesit sudah sambar pedangnya, yang
dia gantung ditembok.
"Nanti aku ketemui mereka !" dia kata. dia memang masih
mendongkol. "Jangan !" Siauw Hong mencegah. "Saudaraku, jangan kau
sibuk tidak keruan, sabar, aku nanti cari akal !"
"Akal ?" Bouw Pek baliki. "Toako, apa perlunya akan pikir2
akal lagi" Aku nanti pergi dan hajar mereka, habis perkara !
Mereka itu terlalu menghina toako " Kenapa mereka seperti
juga tidak ijinkan toako jalan dijalan umum ?"
"Apakah tidak baik aku pergi kekantor negeri, minta pembesar
kirim orang akan bekuk mereka itu?"' Hok Jie campur bicara.
"Jangan !" mencegah Siauw Hong sambil bersenyum sindir.
"Dengan pinjam pengaruh pembesar negeri buat menindih
orang, apa jadinya nanti dengan aku " Perbuatan demikian
macam aku si orang she Tek tidak sudi lakukan !'
"Kau benar, toako!" Bouw Pek benarkan.
"Sekarang hayo, mari kita ketemui mereka"! kata orang
Boan ini, dengan suaranya yang pasti. dia lompat bangun, dia
berpaling pada kawan nya. "Saudara, mari kau temani aku !"
katanya. Kemudian dia menoleh pada Siu Jie berempat dan
kata : "Sebentar kau tidak boleh campur urusan, kau mesti
berdiri saja dipinggiran menonton ! Umpama kata mereka
pukul kau jangan kau balas memukul ........!"
"AKU lupa alamatnya, tetapi lupa atau tidak, aku sekarang
perlu kunjungi dia," dia pikir akhirnya. "Ia seorang yang
ternama, dia mestinya mudah dicari."
Ia tukar pakaian, sambar kipasnya. lantas keluar. Didepan
pintu dia teriaki sebuah kereta kaldai, yang bawa dia menuju
ketimur. Hawa udara panas, maka duduk didalam kereta, anak
muda ini tidak berhentinya goyang2 kipasnya. Si tukang
kereta telah mandi keringat.
Selagi mendekati Su pay lauw, tukang kereta tanya
penyewanya kegang mana ia hendak pergi, kesebelah barat
atau sebelah timur.
Aku tidak tahu mesti pergi kemana, aku hendak tengok
seorang sobat baru' sahut anak muda ini, yang berada dalam
kesangsian. "Siapa itu sobatmu,tuan." la orang she apa?" tanya tukang
kereta pula. "Ia orang she Tek. la seorang Boan," Bouw Pek kasi tahu.
Tukang kereta itu menoleh akan awasi penumpangnya
Nyata perhatiannya sangat tertarik.
"Apakah tuan mencari Thie ciang Tek Ngo ya ?"
"Betul," sahut Bouw pek seraya memanggutkan kepala.
"Aku tahu rumahnya Tek Ngo Ya," kata tukang kereta itu.
,Ia tinggal di jalan sebelah utara ditengah antara tiga jalanan,
dia seorang yang baik hati. Di pintu timur ini, diantara orang
yang paling ternama, adalah ia bersama Sioe bieto Oey Soe Ya
!" Setelah kata begitu, dengan gembira tukang kereta itu
cambuk keledainya, buat kasi binatang itu lari keras. Maka
tidak lama kemudian kendaraan itu sudah keluar dari mulut
barat dari tiga jalanan antara timur dan barat, terus berhenti
didepan rumahnya Tek Siauw Hong. Di depan pintu ada dua
orang dengan dandanan sebagai bujang sedang belanja
membeli kembang.
Bouw Pek samperkan dua orang itu dan tanya apa. Tek
Siauw Hong ada di rumah.
Lebih dulu dari pada itu dia telah perhatikan rumahnya
orang, yang pintunya dicat merah, dikiri dan kanan ada dua
singa2an batu, sedang di sebelah timur ada pintu buat
masuknya kereta. Dua orang itu rapi dandanannya.
"Kau siapa, tuan?" tanya dua orang itu, yang telah balik
mengawasi. "Aku she lie, dari Seebo Yan," Bouw Pek jawab.
Mendengar jawaban itu, salah satu hamba itu lantas saja
tertawa. "Apakah tuan bukannya Lie Toaya dari hotel Goan Hong?"
dia kata. "Silahkan masuk silahkan masuk, toaya !"
Hamba ini telah dengar dari Sioe Jie. bahwa majikan
mereka punya kenalan baru yang berdiam dihotel di
Seehoyan, sedang Hok-Coe pun pernah omong hal sobat itu,
bahwa majikan mereka selama dua hari ini hampir tidak bisa
berpisah dari sobat baru itu.
Bouw Pek bertindak masuk, dua orang itu pimpin ia.
Dipekarangan dalam Sioe Jie tertampak sedang siram
kembang, kapan dia dapat lihat tamu itu, dia lepaskan corong
airnya dan lari menghampirkan.
"Oh, Lie Toaya datang !" dia berseru. "Toaya. selamat
datang !" Dan dia lalu unjuk hormatnya
Bouw Pek sambut hamba itu sambil manggut dan
tersenyum. Sioe Jie bersama hamba itu dari luar lantas antar tamunya
masuk sampai dikamar tamu.
Ruangan besar, yang kelihatan saja disitu enam kamar
yang besar2, sedang kursi meja dari kayu wangi. Ditembok
digantung banyak gambar pigura yang muat tulisan huruf2
yang indah. Diatas meja kedapatan banyak barang barang dari
kuningan dan perunggu. Segala apa disitu indah dan bersih.
"Duduk dulu, toaya, aku nanti kabarkan," kata Sioe Jie,
yang terus masuk kedalam.
Bouw Pek duduk, oleh hamba dari luar tadi dia disuguhkan
teh. Belum terlalu lama, Tek Siauw Hong kelihatan bertindak
keluar, air mukanya ramai dengan senyuman.
"Lauwtee, kau benar2 datang cari aku !" kata dia dengan
gembira Bouw Pek berbangkit buat unjuk hormatnya
"Bagaimana dengan kesehatanmu, toako?" dia tanya. "Apa
kau baik"'
"Aku baik, terima kasih. Kemarin ini aku terkena hawa
panas, aku mesti pergi kebelakang sampai dua kali,
kemarinpun aku sudah sembuh,' sahut tuan rumah.
"Duduklah !" sembari kata begitu dia ambil kursi didepan
sobatnya itu. Bujang tadi bawakan pula teh dan Sioe Jie
muncul dengan ini hoencwee.
"Toako, kau........"
"Jangan sebut itu ! Siauw Hong mencegah seraya goyang2
tangannya, hingga perkataan sobatnya jadi terpotong. "Sama
sekali tidak ada artinya, kau jangan buat pikiran, kalau kau
pikirkan itu, kau pasti anggap aku sebagai orang luar. Malah
kalau kau perlu apa apa, kau mesti kasi tahu padaku, aku
selama nya bersedia buat bantu kau. Kau telah ketahui
rumahku ini, lain kali harap kau sering2 datang. Setiap hari
pada jam sepuluh aku sudah senggang dan berada dirumah,
waktu itu kau boleh datang, jangan malu2. Dirumahku ini
semua orangku kau boleh perintah, siapa saja diantaranya
tidak boleh berlaku ayal !" Bouw pek manggut2.
"Baik, toako, lain kali aku akan sering2 datang," dia bilang.
Siauw Hong sedot hoencweenya dua kali, lantas dia
tertawa. "Kau pergi ke Cui Siam atau tidak?" dia tanya.
Ditanya begitu, mukanya Bouw pek menyadi merah.
"Kemarin lohor aku ketemu dia ditengah jalan, dia bersama
ibunya," dia jawab. "Ia teriaki aku dan kami jadi bicara
ditengah jalan,
Jadi bicara ditengah jalan, dia undang aku datang
malamnya, aku terima undangan itu. jadinya aku terima
undangan secara sembarargan saja, tapi belakangan aku pikir,
pada orang sebangsa dia aku tidak boleh hilangkan
kepercayaan, maka malamnya aku telah pergi memenuhi
janyi. Aku berdiam satu jam lebih di sana."
Siauw Hong tertawa tidak berhentinya apabila dia dengar
jawaban itu. "Lauwtee, kenapa sih kau omong dengan berputar putar ?"
dia menegor. "Aku kasi tahu kau, buat kau pergi kesana tidak
ada halangannya sembarang waktu kau boleh pergi, toh
melulu untuk main main saja ! Daripada berdiam sendirian
saja dihotel, lebih baik kau keluar pesiar, diluaran kau tidak
akan hadapi kemasgulan seperti menyekap diri di dalam
kamar. Tidakkah kita hanya cari kesenangan " kita boleh pergi
atau tidak, semua menurut kehendak kita sendiri."
Bouw Pek manggut sambil bersenyum. dia mesti akui
benarnya orang Boan ini. Kenapa dia tidak bisa longgarkan
pikiran seperti sobat nya ini "
Siauw Hong tertawa dan kata pula :
"Saudaraku, mari aku kasi tahu. Coei Siam sebenarnya
berjodoh dengan kau. dia adalah bunga berjiwa yang paling
tahan harga, ada beberapa orang yang pernah rogoh saku
dalam dalam buat ketemui dia, terhadap orang2 itu sepatah
kata juga dia tidak mau ucapkan. Tapi terhadap kau, kau lihat
sendiri. Bagaimana manis dia perlakukan kau, walau ditengah
jalan dia sudi teriaki kau. dia mau undang kau buat datang
padanya ! Tidakkah ini aneh " Orang lain datang, dia tolak,
atau dia tidak layani, kau yang tidak datang, dia undang
dengan hormat ! Coba undangan terjadi pada orang lain,
orang itu barangkali akan menjadi gila dengan mendadak
bahna kegirangan yang melewati batas atau dia akan gotong
uangnya supaya dia bisa segera ketemu dengan si nona manis
!" "Kendati demikian ketempat demikian, aku tak sudi sering2
pergi," Bouw Pek kata.
"Tidak sering2 pergi juga ada baiknya," Siauw Hong akui.
"Dengan jarang pergi, kita jadi tidak terpincuk. Siapa sudah
satu kali kena terikat, meski dia gagah perkasa, dia akan
rubuh sebagai pecundang. sukar dibelakang hari dia angkat
kakinya yang sudah kejeblos ! Tapi Coei Siam beda dari yang
lain, dia tidak biasanya pegangi tamu sampai dia tidak mau
lepas2, sedang dia juga tidak punya sifat sekekar, tidak jemu
pada si miskin atau kemaruk pada si hartawan. dia sudah ke
temu banyak orang, tidak ada satu yang dia sukai, apa mau,
baru ketemu kau, dia sudah jatuh hati apakah ini tidak aneh ?"
Bouw Pek tertawa.
"Cukup. toako, cukup ! Sudahlah, kita jangan omongkan
hal Coei Siam saja !"
"Nah, apa lagi?" Siauw Hong tanya. saudaraku sudah dahar
?" "Aku telah dahar dulu di hotel, baru aku datang kemari.
Bagaimana dengan toako ?"
"Aku baru saja bersantap. Hari ini kau tentu senggang,
bagaimana jikalau kita pergi main2 ke Jie kap ?"
"Jie kap" Dimana itu letaknya ?"
"Sampaipun Jie kap kau tidak tahu !" Siauw Hong
tertawakan sobatnya. "Bila orang lain dengar pembicaraan
kita, pasti dia akan tertawakan kau ! Sudah, mari kita pergi.
Kita akan naik kereta, menuju ke Coe hoa moei, dari sana kita
nanti naik perahu buat pergi ke Ji Kap, sesudah main perahu,
dengan perahu juga kita menuju ke Boen-lian. Kereta kita
boleh diperintah menunggu di Boen lian. Sepulangnya dari
sana, kau mesti turut aku kesini, disini kita nanti bersama
sama bersantap malam."
Bouw Pek terima ajakan itu.
"Baik, toako. Sekarang silahkan kau dandan," dia kata.
Siauw Hong girang sekali, sebelumnya masuk kedalam dia
telah berikan perintahnya, ke satu supaya Hok Jie siap dengan
keretanya, kedua supaya sebentar malam Sioe Jie sedia
barang barang hidangan yang istimewa.
Siauw Hong ketemui isterinya didalam.
"Lie Bouw Pek telah datang," dia kata pada isterinya itu
Didalam rumahnya, dia tinggal ber sama isterinya itu serta
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ibunya yang sudah tua. Anggota keluarga lainnya adalah dua
anaknya. "Kenapa kau tidak undang dia masuk ?" kata Tek Nay Nay.
"Ia seorang yang pemaluan !' kata sang suami. "Ia duduk
menunggui diluar, aku mau ajak dia pesiar ke Jie kap"
Lantas orarg Boan ini dandan, dengan bawa kipasnya dia
keluar pula dengan cepat.
"Mari kita berangkat, saudara Lie !" katanya pada Bouw Pek
setelah berada didepannya sobat baru itu.
Bouw Pek berbangkit, dia ikut tuan rumah bertindak keluar.
Sioe Jie mengikut dengan bawa coeihoen sang majikan. Diluar
Hok Jie sudah siap dengan keretanya.
"Sebentar jam empat kau mesti perintah koki siap," Siauw
Hong pesan Sioe Jie selagi kereta mau berangkat.
Sioe Jie berikan jawabannya, maka Hok Jie kasi keretanya
berangkat. Kendaraan itu menuju ke Cee hoa moei dan keluar dari
pintu kota itu. Tek Siauw Hong ajak Bouw Pek turun dari
kendaraan nya, pada Hok Jie dia pesan :
"Sekarang kau boleh pulang, tapi ingat, sebentar jam
empat kau datang pula kemari akan sambut kami."
Orang Boan ini dan sobatnya pergi ketepi sungai, dimana
mereka naik atas sebuah perahu, dimana sudah ada belasan
orang, lelaki dan perempuan, rupanya mereka semua juga
mau pergi ke Jie kap akan pelesir.
Dimuka air, yang penuh rumput hijau, perahu sudah lantas
melaju menuju ke selatan. Dikedua tepi, disepanjang jalan,
pohon yang lioe mengasi pemandangan indah. Angin ber
kesiur2 dengan pelahan. mendatangkan perasaan yang
nyaman. Dari situ pun tertampak tembok kota, yang
nampaknya agung disepanjang sungai itu.
Matahari sudah naik tinggi, hawa sebenar nya panas, akan
tetapi ditempat yang rindang seperti itu dimana air
memberikan hawa dingin, orang tak sampai menjadi
korbannya pergaruh Batara Surya yang lihay.
Siauw Hong dan Bouw Pek duduk dibagian payon gubuk
perahu, mereka tidak kerja apa apa selain memandang kedua
tepi, tetapi karena didalam perahu ada anak wayang yang
menyanyi, kuping mereka juga bisa dengar kan nyanyian itu.
Lagu yang diperdengarkan adalah "Ong Jie Cia kenangkan
suaminya "
Anak wayang itu piara kumis hitam, thungshanya sudah
jelek sekali, kendati begitu sembari nyanyi dia toh masih bawa
aksinya, bikin gerak gerakannya lemas seperti orang
perempuan. Diantara sekalian penumpang perahu, jang paling tertarik
perhatiannya adalah orang2 perempuan, yang memakai
pakaian cara Han dan Boan menurut kesukaan hati mereka,
mereka ini pada tertawa tawa tersenyum, tetapi ada juga
yang mukanya jadi bersemu merah.
Sebagai seorang asing Bouw Pek tidak mengerti wayang
Pakkhia, maka itu dia lebih banyak mengawasi kemuka air,
dimana terdapat itik dalam rombongan sedang berenang ke
sana kemari sambil berbareng mencari makanan. Binatang itu
tubuhnya bersih, gerakannya gesit, nampaknya gembira
sekali, diantaranya ada juga yang berbunyi kowak kowek.
Memandang semua itu, Bouw Pek lalu ingat masa dia masih
kecil. Tempo dia baru berusia delapan tahun, oleh ayah dan
ibunya, bersama sama Kang Lam Ho dia telah di ajak pesiar
ketelaga Po Yang. Ilmu berenang dan selulup Kang Lam Ho
liehay. dia bisa selulup timbul seperti juga ikan, adalah
katanya di dalam air dia bisa melihat seperti di darat. Lie Hong
Kiat, ayahnya, juga telah belajar Ilmu berenang dari Kang Lam
Ho. Tapi sekarang ini ayahnya telah merupakan tulang2
didalam tanah. Dan Kang Lam Ho, Entah jago itu masih hidup
atau sudah mati " usianya ditaksir sudah enampuluh lebih.
Makin perahu maju, bebek2 kelihatan makin banyak dan
pepohonan nampaknya makin lebat. Juga kelihatan rumah2
ditepi sungai. Maka pemandangan itu adalah laksana lukisan
saja. Tidak lama mereka sudah mendekati jembatan si anak
wayang telah berhenti menyanyi. dia hampirkan sesuatu
penumpang perahu seraya sodorkan tangannya akan minta
persen. "Sudah sampai," kata Tek Siauw Hong seraya tarik tangan
kawannya. Lebih dulu dari pada itu dia telah rogoh sakunya
akan kasikan beberapa chie pada anak wayang itu. Bouw Pek
berbangkit ikut sobatnya.
Cepat sekali perahu telah dipinggirkan dan ditambat, maka
dua sobat ini lantas bisa mendarat. Maka lagi sekali Bouw Pek
bisa lihat banyak orang, yang sedang pesiar seperti mereka
berdua. Orang dari Lamkiong ini bisa saksikan keindahan alam
dari Jie kap. Orang jang pesiar banyak sekali, air sungai jernih
laksana kaca. Disepanjang tepi pohon pohon lioe tetap banyak
dan bagus. Di-bawah pohon2 itu ditaruh meja2, jamuan orang
menjual teh dan kue kue, diantaranya ada yang mendirikan
gubuk2. Orang orang yang telah pesiar ada yang duduk
minum dan makan kue. Pedagang pedagang kecil lainnya juga
terdapat disitu, begitupun anak anak wayang yang ngamen
jual suara dan aksi.
Orang orang yang pesiar itu adalah lelaki dan perempuan
dan dari berbagai tingkatan, tua dan muda, kaya dan miskin.
yang paling menarik perhatian adalah nyonya nyonya muda
dengan pakaian cara Boan dan nona nona dengan kuncirnya
yang panjan dan meroyot turun dibelakangnya.
Lantas ada apa, yang menyolok dimatanya Bouw Pek,
karena itu adalah pemandangan yang dia tidak sangka sangka
akan tampak di kota raja. yalah beberapa orang pasti bangsa
hidung belang atau luntang lantung yang telah nyelak sini
diantara orang orang perempuan muda, dengan maksud tak
lain dari pada berlaku jail.
"Pakkhia adalah kota raja, kenapa orang orang ini bersikap
begitu tidak tahu aturan?" dia berpikir.
Tapi dia tidak sempat berpikir banyak, Siauw Hong telah
betot tangannya.
"Mari kita nyelak antara orang banyak, buat cari gubuk
teh," berkata sobat orang Boan ini.
Anak muda kita menurut dengan tidak kata apa apa.
Sebentar kemudian mereka telah sampai disebuah gubuk
dimana pelayannya, kapan lihat orang Boan ini, segera
menghampiri buat menyambut sambil mengunjuk hormat.
"Oh, Tek Ngo-ya?" berkata dia. "Tidak di duga duga hari ini
Ngo ya senggang dan bisa datang pesiar kemari !"
Siauw Hong kenal pelayan ini, ialah Siauw Thio atau Thio si
Kecil dari Cee hoa moei maka sembari tertawa dia kata :
"Tolong carikan kami tempat yang baik!"
Dengan cepat Siauw Thio telah carikan meja yang diingini,
dengan lebih dulu bawa kan air buat kedua tamunya bersihkan
muka. Sembari mengipas diri Bouw Pek minum teh nya, sedang
Siauw Hong repot dengan hoencweenya sambil matanya terus
memandang keluar gubuk mengawasi orang orang yang
sedang pesiar. Tidak antara lama, dari jurusan timur Bouw Pek lihat
mendatangi tiga orang dengan baju tay-kwa buat musim
panas, tetapi yang menarik perhatian adalah yang jalan di
tengah tengah, orang mana tubuhnya tidak tinggi, mukanya
hitam, tetapi sikapnya bukan sikap orang kebanyakan. Dua
orang lagi, yang jalan dibelakangnya, yang menjadi bujang
atau budak, berjalan mengikutinya sambil tangan mereka
mesing2 membawa sebuah kantong uang. Dibelakang mereka
ini mengikuti dua atau tiga puluh pengemis lelaki perempuan,
yang ber ulang2 minta2 uang. Saban2 dua bujang itu
merogoh kantongnya dan memberikan sejumlah uang, tidak
heran bila pengemis pengemis, yang tak kenal batas, yang
jumlahnya memang banyak. jadi makin banyak yang
mengikuti, hingga dua budak itu jadi repot.
Simuka hitam kelihatannya tidak perdulikan pekerjaannya
dua bujang itu, dia jalan terus dengan diapit oleh kedua
kawannya. Beberapa buaya darat atau hidung belang yang
bergelandangan, apabila mereka berpapasan dengan orang
muka hitam ini, semua menegor dengan laku yang hormat,
seperti juga orang ini orang bangsawan atau raja muda. Tapi
orang yang di kasi hormat itu tidak ambil peduli, dia bertindak
terus dengan agung2an, tangannya saban2 goyang kipas nya.
"Siapa orang Ini, yang romannya agung2an?" anak muda
kita men duga2.
Adalah justru saat itu, Tek Siauw Hong kutik sobatnya
seraya berkata,
"Lekas lihat ! itu dia Sioe bie to Oey Kie Pak.
Sembari kata begitu, orang Boan ini sudah lantas
berbangkit, dengan air muka penuh senyuman dia bertindak
menyabut Oey Kie Pak, yang sudah mendatangi dekat gubuk
teh itu. Sioe bie to, si Bie to kurus, juga telah dapat lihat Tek Siauw
Hong, maka dia pun menghadapi orang dengan unjuk
senyuman, tubuhnya sedikit dibongkokkan.
"Oey Soe ko, hari ini kau senggang"' menegor Siauw Hong.
Orang she Oey itu manggut sambil bersenyum, tetapi
teguran orang seperti juga dia tidak dengar, karena dia
lanjutkan perjalannannya tanpa menoleh lagi.
Mukanya Siauw Hong menyadi merah. Dihadapannya Lie
Bouw Pek orang perlakukan dia demikian tawar, sedang dia
telah berlaku manis dan hormat, sekalipun tidak usah malu,
dia toh menjadi jengah dia menyesal yang Sioe bie to sudah
tidak singgah di situ akan beromong kendati satu dua kata.
Maka itu lalu dia duduk dengan diam saja, karena masgul.
Lie Bouw Pek bukannya seorang tolol, tentu sekali dia
mengerti kemasgulannya sobat itu, malah la merasa turut
mendongkol karena sikap agul2an orang itu.
"Kiranya begitu saja Sioe Bie to yang orang sohorkan"
katanya. "Dimataku, biar dia tidak katak, sikapnya terlalu
jumawa !" "Ia bukan nya terlalu jumawa," kata Siauw Hong, yang bisa
mengerti maksud sobatnya itu. "Yang benar adalah
persahabatan kami biasa saja dan diantara kami jarang sekali
ada pergaulan yang rapat .......malah, buat bilang terus
terang, di antara kami bahkan ada sedikit ganjalan ! ......."
"Apakah itu?" tanya Bouw Pek, yang agak nya sangat
tertarik. "Ganjalan apa itu toako?"
"Ganjalan kecil," Siauw Hong ulangi. "Aku punya keponakan
perempuan, yang dikasi menikah pada seorang she Hong dari
Pak Siu Kio, dirumah suaminya keponakan itu dapat perlakuan
kejam dari ipar2nya, bahna jengkel dia telah menutup mata.
Buruk nasibnya keponakan itu, sudah mayatnya telah tidak
diurus sebagaimana mestinya, malah dia telah dibicarakan
jelek di muka orang lain. Ketika aku kesitu hal itu. aku jadi
tidak senang, aku lalu kirim beberapa orang pada keluarga
Hong itu akan menegor. Kapan Oey Kie Pok dapat tahu halnya
aku kirim orang itu, dia jadi tidak puas. dia katakan bahwa aku
tidak pandang mata padanya Inilah sebabnya kenapa dia jadi
berlaku tinggi terhadap aku."
"Kalau begitu, dia seorang yang tidak bisa diajak bergaul !"
kata Bouw Pek yang menjadi tidak senang "Kenapa tidak dari
tadi tadi nya ia campur tangan, buat bikin akur kedua
keluarga" Kenapa dia tidak mau berlaku terus terang terhadap
toako?" "Kau tidak tahu adatnya orang Pakkhia, saudara Lie." kata
Siauw Hong dengan sabar "Kami dikota ini adalah orang yang
sering dan mudah merasa tersinggung. Oey Kie Pok adalah
hartawan besar dan tersohor buat Pakkhia, dia juga terkenal
ilmu silatnya. Di kota sebelah timur tidak ada satu orang yang
tidak junjung dia, kecuali aku seorang she Tek. Aku tidak kaya
sepertinya. boegee pun aku kalah terkenal, akan tetapi diluar
dan dalam kota aku punya banyak sekali kenalan, maka itu
kapan satu waktu aku bepergian, aku selamanya mandapat
muka lebih terang dari padanya. Ini adalah salah satu sebab
lain kenapa dia jadi berdengki terhadap aku. Begitu lah,
kendati kami kenal satu sama lain sudah belasan tahun, kami
tidak pernah duduk bicara lama2. "
"Menurut kau, toako, terang Oey Kie Pok seorang dengan
pikiran cupat !" kata Bouw-Pek yang tetap tidak puas.
"percaya, toako, satu waktu aku nanti hadapi dia, buat
lenyapkan kemendongkolan toako."
Siauw liong tidak nyana sobatnya ini gusar dan penasaran
untuk dia sampai begitu rupa.
"Jangan, saudara, jangan! ia segera mencegah. "Biarlah dia
berdengki terhadap aku. aku sendiri tidak mau berbuat salah
terhadap dia. Bagaimana juga, dalam keadaan sekarang,
diantara kami masih tetap ada perkenalan tetapi satu kali kami
bentrok, lantas selanjutnya kami akan jadi musuh."
"Disebelah itu, Oey Kie Pok bersobat sangat rapat dengan
Gin chio Khoe Siauw Houw maka aku tidak ingin bentrok
terhadap mereka berdua melulu sebab menuruti adat di satu
waktu." Lie Bouw Pek tersenyum.
"Aku juga tidak mau mendapat salah dari mereka," dia
bilang. "Aku hanya ingin cari tahu, sampai dimana boegee
mereka. Umpama kata kejadian aku pieboe dengan mereka,
toako, tidak nanti aku kasi tahu mereka bahwa aku sobat
toako." Tek Siauw Hong juga tertawa mendengar perkataannya
sobat ini. "Saudara, kau benar bicara sebagai seorang muda yang
berdarah panas" katanya. "Kau belum ketahui bagaimana
besar pengaruhnya Oey Kie Pok , kau belum tahu yang dia
punya banyak kuping dan mata, yang setiap saat bisa
menyampaikan segala macam kabar padanya. Persobatan kita
bisa dibilang masih baru, akan tetapi aku percaja dia tentu
telah ketahui adanya pergaulan rapat diantara kita. Apa yang
dia belum ketahui pasti adalah keadaan diri saudara. Ganjalan
diantara dia dan aku, saudara, tidak boleh menyebabkan kami
bentrok hebat. Aku percaya, dia pun tidak akan mau satrukan aku, tapi
satu kali kau cari dia. lantas urusan berobah menjadi
keonaran. Umpama kata dia hinakan kau, saudaraku, urusan
masih bisa diurus, celakanya adalah kapan kejadian sampai
kau hajar dia, apa juga ke sudahannya sudah terang dia akan
bikin kau tidak akan mampu injak kota Pakkhia ini lebih lama
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pula ! Saudara, kau masih muda kau bertenaga besar dimana
saja, asal kau mau, kau bisa taruh kakimu, tapi kendati
demikian aku minta kau bisa berpikir panjang. Bintangmu
belum terbuka, saudara, itu artinya kau perlu bersabar. kau
mesti menunggu waktu. Aku percaya betul satu waktu kau
akan ke sampaian cita citamu ! Kenapa mesti turuti adat
disatu waktu" Kenapa, dengan tidak ada perlunya, kau cari
musuh dengan orang semacam dia itu" baiklah saudara
mengerti, Oey Kie Pok itu bukannya berandal atau okpa."
Bouw Pek bisa mengerti kejujurannya sobat ini, yang
sangat tidak inginkan dia mencari perkara. Tentu saja dia
mesti hargakan kebaikan orang.
"Baik tetapkan hatimu, toako, tidak nanti aku terbitkan onar
untuk kau, dia kata.
"Aku bukannya kuatir terbit onar untuk diriku, aku hanya
kuatirkan kau, saudara," kata Pek Siauw Hong, yang berlaku
terus terang. "Aku memikir untuk kau.
Bouw Pek manggut.
"Aku tahu, toako memang sangat perhati kan aku,"
katanya, yang lalu menghela napas.
Siauw Hong merasa tidak enak sendirinya menampak sobat
itu jadi berduka.
"Mari kita jalan jalan lagi sebentar, lantas kita pulang," kata
dia setelah hirup cawan tehnya yang penghabisan. "Sebentar
aku akan undang kau bersantap, buat rasai barang makanan
se hari2 dari kota Pakkhia, aku ingin ketahui bagaimana
anggapanmu tentang makanan rumahan itu."
"Kalau aku telah kebiasaan makan cara Utara, bagaimana
bila nanti aku pulang kekampungku" tanya Bouw Pek sembari
tertawa, satu tanda dia sedang main2.
"Itulah bukan soal !' Siauw Hong pun tertawa. Kapan
sampai terjadi kau kegilaan masakan Pakkhia, kau boleh ajak
anak istrimu pindah kemari, kita nanti tinggal sama2. Asal saja
kau suka memandang aku, saudara, itulah yang aku harap
betul.' "Aku mana punya anak isteri !" tertawa Bouw Pek. "Diriku
sendiri adalah keluargaku !"
Siauw Hong awaskan sobatnya, dia merasa heran bukan
main. dia isikan coeihoen nya lalu tiup coa-liannya buat sedot
huncweenya. "Berlakulah terus terang, saudaraku, kau sebenarnya sudah
menikah atau belum?" akhir nya dia menegasi.
Lie Bouw Pek goyang goyang kepala. "Belum !' dia jawab
dengan pendek. Kembali Siauw Hong awasi sobat itu, agak nya dia tidak
mau percaya. "Bukankah kebiasaan orang dikampungan dalam umur dua
atau tiga belas tahun sudah menikah"'' dia menegasi pula.
Anak muda kita manggut.
"Betul." dia menyawab. "betul begitu adat kebiasaan di
kampung, muda muda orang telah dinikahkan. Tapi aku, aku
terkecuali." Kendati demikian. dia toh menghela napas. Lekas
lekas dia tambahkan.
"Marilah kita pasiar pula, lantas kita pulang. Dirumah,
sembari bersantap malam, aku nanti tuturkan tentang diriku
semua dengan jelas. Kau adalah sobatku satu2nya. yang kenal
diriku toako, maka pada kau aku hendak ceritera semua."
Setelah berkata demikian lagi lagi Bouw Pek menghela
napas. "Baik, baiklah," dia berkata. "Hari ini kita pesiar sehabis
bersantap malam aku nanti temani kau keluar pula, keluar
kota, sebab kita mesti pergi tengok Coei Siam !"
Bouw Pek tertawa mendengar sobatnya ini.
Tek Siauw Hong lantas bayar uang teh dan ajak sobatnya
pergi akan jalan lebih jauh di Jie-kap ini, sesudah merasa
cukup dengan naik perahu mereka kembali ke Cee-hoa-moei.
Nyata Hok Jie sudah menantikan dengan keretanya, maka
bersama sama lantas naik kereta dan terus berangkat pulang.
Sekali ini. setiba di rumah lekas Siauw Hong ajak sobatnya
masuk terus kepedalaman, disini dia ajar kenal sobat itu pada
ibu dan isterinya, kemudian mereka baru kembali kekamar
tamu buat duduk sambil makan kwaci, sampai kemudian Sioe
Jie datang memberi tahu. bahwa barang santapan sudah sedia
dan mereka diundang duduk bersantap.
Oleh karena tidak ada orarg lain lagi, mereka bersantap
berdua saja. Mareka minum arak. Adalah disini Lie Bouw Pek
gunai ketika akan tuturkan hal ihwalnya sendiri, oleh karena
ingin nikah isteri yang cantik dan gagah berbareng,
pernikahannya jadi tertunda. Dia ceritakan hal pertemuannya
dengan Jie Soe Lian. Menutur tentang Keng Lam hoo dan Kie
Kong Kiat, dia unjuk semangatnya, tetapi ceritera tentang
dirinya, yang muda muda kehilargan ajah serta ibu, dia
berduka sampai air matanya meleleh keluar. Di waktu
ceritakan tentang pie boe dengan Sioe Lan, bagaimana dia
tolongi keluarga si nona, Dia kelihatan gembira, tetapi di
waktu mengasi tahu bahwa nona itu sudah punya tunangan,
dia lesu, akan akhir sehabis tenggak araknya dia jatuhkan
kepalanya di meja seperti orang yang sedang tidur pulas.....
Siauw Hong juga bergirang dan masgul dengan berbareng
mendengari penuturan itu dia tidak nyana, masih begitu muda
pengalaman nya sobat ini ternyata sudah cukup banyak dan
luas. "Mendengar kau, saudara, nyata sekali pemandangan
mataku tidak salah," akhirnya dia bilang. "Dengan
sesungguhnya, kau orang gagah, juga luar biasa. Tentang
pernikahanmu, saudara, kau baik jangan buat pikiran.
Tunangan Sioe Lian telah pergi tidak karuan parannya, karena
itu tidak bisa jadi dia akan mau tetap tinggal menumpang
pada mertua nya, jadi janda bukan janda, menunggu tak
ketentuan yang ditunggu. Satu waktu aku nanti pergi ke
Soanhoa, di sana aku nanti ke temukan beng Loo-piauwtauw
dan Jie Loo thaythay aku akan angkat diriku menjadi orang
perantaraan, akan recoki jodohmu dengan jodohnya nona Sioe
Lian. Oleh karena nona Jie belum menikah, tidak bisa dibilang
bahwa dia menikah pula. Juga tidak seharus nya buat Beng
Piauwsoa "ikat" terus si nona, hingga dia bisa bikin gagal
penghidupannya . ." Bouw Pek goyang goyang tangannya.
"Taruh kata benar tunangannya nona Sioe Lian telah
menutup mata, andaikata nona Sioe Lian juga mau menikah
denganku, aku sendiri pasti tidak bisa kawin dia!" dia kata
dengan sungguh sungguh "coba toako pikir. jikalau terjadi aku
menikah dia, tidakkah orang nanti katakan aku seorang yang
kemaruk dengan paras elok dan melupakan kebajikan " Terus
terang aku bilang, kendati betul aku kagumi nona Sioe Lian,
terhadap dia aku tidak kandung pikiran lain. Umpama kata
bisa kejadian aku suka pandang dia sebagai adik angkat, tidak
nanti aku nikah dia sebagai isteriku. Aku mesti merasa malu
terhadap Jie Lao-piauwtauw, apabila aku mesti nikah gadisnya
itu ! ......"
Siauw Hong menghela napas. Perkataannya sobat ini
membikin dia ketahui lebih dalam sifat dan tabiatnya sobat ini
yang utamakan kebajikan, yang suka korbankan segala apa
untuk menjaga nama baiknya. dia menjadi kagum.
"Saudara, aku mengerti kau," dia kata, "Sekarang baik kita
jangan sebut sebut pula tentang nona Jie itu. Karena aku telah
ambil sikapmu, aku harap kejadian itu tidak lagi membikin kau
berduka. Tunggulah sampai aku dapatkan nona yang cocok,
nanti baru kita bicarakan pula tentang pernikahanmu.
Tidakkah sekarang soal pernikahan bukannya hal yang penting
?" "Toako benar," sahut Bouw Pek seraya mamggut.
Mereka dahar dan minum dengan pelahan, mereka masih
bicarakan hal2 lain lagi, sampai cuaca mulai gelap.
Bouw Pek telah tungkuli diri dengan arak, tidak heran
waktu berhenti bersantap dia rasa kepalannya pusing,
tubuhnya panas, pikirannya pepat, hingga dia jadi seperti
orang yang mungsang mangsing.
"Toako, mari kita lihat Siam Nio !" kata ia akhirnya.
" Kau sudah pusing, Saudara, lebih baik kau mengaso,"
kata Siauw Hong, yang bisa lihat orang mulai sinting. "Hari ini
aku tidak pikir buat keluar kota, aku nanti perintah Sioe Jie
sediakan kereta buat antar kau pulang......... "
Bouw Pek tidak dengar nyata ucapannya sobat itu, tetapi
dia manggut. Siauw Hong perintah Sioe Jie pergi sedia kan kereta, dia
sendiri lalu berbangkit akan bantu sobatnya pakai baju
luarnya, kemudian sama sama mereka bertindak keluar.
Karena kereta sudah lantas siap, sesampainya diluar, tuan
rumah lantas pimpin tamu nya naik kereta, setelah mana dia
masuk kedalam. Bouw Pek duduk didalam kereta dengan kepala pusing.
Dalam gelapnya sang malam Hok Jie kendarai keretanya
menuju kehotel.
"Sudah sampai di Cian-moei atau belum?" tanya Bouw Pek
pada si kusir, sesudah dia rasai telah duduk lama juga didalam
kereta. "Kita akan segera keluar dari kota," Hok Jie jawab.
"Bawa aku ke Han-kee-thoa," Bouw Pek kasi tahu. "Aku
tidak niat pulang dulu."
Hok Jie menurut, tetapi didalam hatinya la tertawakan anak
muda ini, "Sudah sinting tetapi masih mau mogor !" pikir si kusir.
"Oh, sobat majikanku ini ternyata setan pemogoran !'
Bouw Pek terus merasakan tubuhnya tidak enak, pikirannya
kusut. dia dapat perasaan ingin ketemui Siam Nio.
Tidak lama kemudian kereta berhenti.
"Sudah sampai," demikian suaranya Hok Jie.
Bouw Pek segera lompat turun dari kendaraan itu.
"Lie Toaya, apakah kau tidak mau pergi ke tempat2 lain "'
Hok Jie tanya : "Apa kah aku boleh pulang sekarang ?"
"Ya, kau boleh pulang," sahut anak muda kita. yang
berikan jawabannya dengan sembarangan kemudian dengan
tindakan berat dia menuju kedalam rumah pelesiran.
"Oh, tamunya nona Cui Siam ! Lie Looya datang?" berseru
jongos yang kita kenal.
CUI SIAM sedang duduk didalam kamarnya, pikirannya lagi
bekerja, oleh karena dia masgul memikirkan tentang dirinya,
yang tidak tahu bagaimana akan jadi nya. dia pikirkan hari
kemudiannya. Tapi kapan dia dengar teriakannya Mo Ho, si
jongos, dia terperanjat, lekas lekas dia berbangkit. Ibunya
telah mendahului keluar akan sambut tamu.
Bouw Pek naik ditangga lauw teng dengan tindakan
limbung, begitu lekas dia masuk ke dalam kamarnya Siam Nio,
si nona sudah lantas bau arak, yang menyerang keras pada
hidung. Di mana kau minum, looya, sampai kau begini sinting ?"
menyambut Cui Siam sambil tertawa.
"Apakah Tek Siauw Hong tidak datang ?" tanya si anak
muda, yang tidak jawab pertanyaan orang, atau pertanyaan
itu tidak di dengar.
"Tidak, Tek Looya tidak datang," sahut Cia Loo-ma-ma
Jawaban itu rupanya bikin anak muda ini sadar sedikit, ia
manggut. "Benar." dia bilang. "Aku justeru baru dari rumahnya."
"Lihat, looya, kau benar benar sudah lupa daratan !' Coei
Siam kata sambil tertawa.
"Tidak, aku tidak mabok, aku hanya sedang berduka !
menyangkal si anak muda, yang otaknya lagi dipengaruhi susu
macan. dia jatuhkan dirinya dikursi, sampai hampir rubuh bersama2
kursi itu, baiknya Siam Nio keburu jambret dia.
Nona ini lalu kerutkan alis.
"Kau duduk, looya, duduk baik baik, nanti aku ambilkan
soan-bwee-chung," katanya ke mudian. "Mama, tolong kau
ambilkan satu mangkok supaya looya bisa minum."
Kelihatannya Cia Lo ma ma tidak puas akan tetapi dia toh
berlalu akan ambil soan-bwee-thung Ketika dia balik lagi, Coei
Siam sambuti minuman itu buat dibawa kemulutnya Bouw
Pek, yang telah pentang mulutnya dan irup itu.
Baru saja dua ceglukan, anak muda ini telah geleng
kepalanya, goyang tangannya.
"Sudah cukup, aku tidak haus !" dia berkata.
Siam Nio tarik pulang mangkok, dia berdiri menunggui,
matanya mengawasi anak muda itu, yang dia anggap lucu,
tadinya dia mau menggodai, apamau si anak muda telah dului
dia : "Siam Nio, aku harap kau mengerti aku," kata Bouw Pek
setelah menghela napas panjang, "aku harap kau mengerti,
aku datang pada kau bukannya buat mogor...... Kita berdua
sebenarnya orang orang yang harus di kasihani ! .. . "
Siam Nio tersenyum. dia lihat Bouw Pek kepal tangannya,
agaknya anak muda ini lagi murka.
"Aku gagah, kau cantik, toh segala apa telah tidak berjalan
menurut kehendak kita !" kata pemuda dari Lamkiong itu,
suaranya keras. "Apa celaka, kita telah menjadi barang barang
permainannya segala orang tidak karuan "____
Siam Nio terharu, sampai dia mesti tepas air matanya.
Siapa nyana, selagi ia berduka, anak muda itu seperti telah
tusuk lukanya, tapi dia tertawa.
Lie Looya, kau benar benar sedang mabok," dia kata. "Apa
yang kau bilang, semua aku tidak mengerti .... "
Baru saja mereka bicara sampai disitu, diluar kamar
terdenger pula suaranya Mo Ho yang telah naik kelauwteng.
Nona Siam Nio ada surat undangan untuk kau !"
Cia Mama buka pintu akan terima surat undangan itu,
selembar kertas merah, sembari bertindak masuk, dia kata :
"Cie Tayjin bersama Louw Sam ya sedang menunggui di
Kong Hoo Kie, anak, kau baik lah lekas pergi !"
"Siam Nio sambuti karcis nama itu, setelah baca itu,
sepasang alisnya berkerut.
.Ah, kenapa begini waktu mereka baru duduk bersantap ?"
katanya, yang tampaknya masgul, hingga suaranya pun tidak
lampias. "Lie Looya, mari aku antar kau kepembaronganku,
kau boleh rebah rebahan atau tidur disana, aku mau keluar
sebentar, aku akan segera kembali . . .."
Bouw Pek dapat ingatan buat pulang saja kehotel, apamau
pengaruh arak sedang ber-kuasa atas dirinya, hingga dia
seperti tidak mampu geraki tubuhnya.
"Baiklah. kau boleh pergi" dia menyahut.
Siam Nio lantas bukai baju luar anak muda ini, lalu dia
dukung dikasi bangun buat di antar kepembaringan, disitu dia
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rebahkan tubuh orang, yang dia tutupi dengan selimut merah,
kemudian dia tutup kelambunya dia pun bakar dupa nyamuk.
Kemudian lekas-lekas dia dandan dan ajak ibunya pergi.
Bouw Pek rebah dengan tidak karuan rasa, kepalanya
pusing, dia gulak gulik beberapa kali, tidak juga pulas, maka
akhirnya dia ber bangkit dan duduk diatas pembaringan.
Mendadak dia enek dan muntah muntah, hingga keluarlah
semua makanan dan arak yang dia gasak dirumahnya Tek
Siauw Hong. dia muntah beberapa kali, sampai rasai perutnya
kosong, hingga tubuhnya menjadi enteng dan lega. Tentu
sekali karena itu otaknya juga menjadi sedikit jernih.
Dari kamar2 lain, diatas dan di bawah lauw teng, saban2
terdengar suara bicara dan tertawa riuh, yang keluar dari
mulutnya nona nona lain dan tamu2. Diantara itu ada juga
suara nyanyian, antaranya : ,Sejak kau pergi kongcu,
pikiranku jadi kalut, minum teh tidak bisa. dahar nasi tak beri
napsu, aku rasanya telah seperti kehilangan semangatku ...."
Baru sekarang Bouw Pek ingat bahwa dia berada
dikamarnya Siam Nio.
"Celaka, kenapa aku muntah muntah disini "' kata dia
seorang diri dengan terkejut.
Ia berbangkit buat bikin api lebih terang, maka dia bisa
lihat kotoran bekas muntahan baunya telah mengalir dilantai,
diatas kasur, membikin kotor seprei dan selimut yang Indah "
"Benar benar celaka !" kata dia pula setelah melongo
sekian lama. Sekarang dia dapat kenyataan baju dan
celananya juga kena kotoran !, ia masgul, karena menyesal
telah bikin kotor kamar orang. Lalu dia keluar dari kamar,
pergi ambil teh buat berkumur. Adalah selagi dia berkumur,
dia dengar tindakan kaki ditangga lauw teng kapan dia
menoleh dia lihat Siam Nio sudah pulang ber sama ibunya. dia
merasa malu, tetapi dia segera pegat si nona.
"Jangan masuk kekamarmu, kasur dan sprei kau aku telah
kena bikin kotor!" dia kasi tahu. Si nona memandang anak
muda kita. lantas ia bisa menduga.
"Kau telah muntah muntah, Lie Looya," dia kata. "Tidak
apa, aku nanti suruh orang bikin bersih." dia masuk kedalam
kamarnya akan lihat pembaringannya, akhirnya dia tertawa.
"Lie Looya," katanya, "kau rupanya telah keluarkan isi
perutmu !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah. dia jengah buat dua
hal. yalah muntah2 itu dan tadi dia telah beber rahasia hati
nya pada si nona. Tapi Walau merasa malu dia paksakan diri
buat tertawa. Ketika itu Mo Ho telah masuk kekamar, karena Siam Nio
telah titahkan dia bikin bersih pembaringan, si nona sendiri
dipihak lain telah tuangkan teh untuk anak muda itu.
"Bagaimana sekarang"' tanya nona ini "Pakaian kau telah
kotor semua dan kami di sini tidak punya pakaian buat kau
tukar! Apa tidak baik kirim orang kehotel-mu akan ambil
pakaian kau?"
"Tidak usah," sahut Bouw Pek, "Pintu kamarku aku yang
kunci sendiri orang-orang hotel niscaya tidak bisa ambilkan
pakaianku."
Ia lantas minta baju luarnya, yang dia lalu pakai untuk
kerobongi diri. dia keluarkan lima lembar uang kertas dari satu
tail selembar nya, uang itu dia letakkan di atas meja.
"Aku telah bikin kotor seprei dan selimut kau, kau tidak bisa
pakai lagi itu, kau tukar saja dengan yang baru, dia bilang,
"Pakailah uang ini untuk membelinya."
Siam Nio jumput uang itu, dia periksa jumlahnya, lantas dia
ambil salembar, empat yang lain dia serahkan kembali pada
tamunya. "Aku tidak bisa terima semua uangmu," kata dia dengan
roman sungguh2. "Apa artinya barang kotor" Kenapa itu mesti
diganti" Apakah kau tidak pandang mata padaku?"
Lagi lagi mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia ulur
tangannya akan ambil kembali uangnya. dia tidak tahu apa dia
mesti bilang. Siam Nio menoleh kelampu, tubuhnya membelakangi si
anak muda, sebentar saja dia berpaling lagi dan tertawa: dia
sambar tangan tamunya.
"Aku minta janganlah kau pikirkan urusan kecil ini !" dia
minta. dia menoleh kedalam kamarnya dia lihat ibunya dan Mo
Ho sedang repot membersihkan pembaringan, dia tersenyum.
dia lalu tambahkan: Aku yang minta kau tidur
dipembaringanku, aku tidak takut pembaringanku itu kau
muntahkan !' Sampai waktu itu masih saja Bouw Pek tidak tahu mesti
bilang apa. "Sekarang baiklah aku pulang.........." kata dia akhir nya.
Nyata Coei Siam nampak nya berat berpisah, ia telah
bersangsi. "Nah, baiklah !" ia kata sesaat kemudian. "Sampai besok !"
Dan dia tertawa.
"Sampai besok !' kata Bouw Pek, yang terus saja turun dari
lauwteng. Sinona manis berdiri menggelendot di lankan, mengawasi
kebawah pada pemuda itu, sampai tamu itu sudah menghilang
di pintu baru dia tinggalkan lankan.
Sekeluarnya dari Po Hoa Pan, Bouw Pek jalan terus, dia
tidak sewa kereta, dia pulang dengan jalan kaki, ketika sampai
dihotel Goan Hong, didalam kamarnya dia lantas buka
pakaian, dia minta air akan bersihkan diri, kemudian salin
pakaian baru. dia menyesal mengingat perbuatannya "gila" itu
selagi sinting.
"Selanjutnya aku mesti jaga diri akan tidak minum terlalu
banyak," la janji pada dirinya sendiri.
Ia Ingat, bahwa kelakuan nya sampai sebegitu jauh tidak
ada artinya, bahwa selanjutnya dia mesti robah sikap.
"Aku mesti pegang derajat dan bangun!" dia ambil
kepastian. Sampai disitu, Bouw Pek naik kepembaringannya dan tidur.
Esoknya, selewatnya tengah hari, sehabis dandan dia pergi ke
Poan cay Hoo-tong selatan akan tengok pamannya.
"kenapa sudah dua hari kau tidak datang datang?" Kie
Thian Sin tanya keponakannya.
"Aku terserang hawa panas dan aku rasai tubuhku tidak
sehat," dia menyawab, tetapi dengan muka berobah sedikit
didalam hati dia malu sekali, karena terpaksa mesti men-justa.
Paman itu mengawasi.
"Ya, aku lihat kau sedikit kurus," dia bilang. "Ada satu hal
yang aku hendak beritahukan pada kau."
Anak muda itu terkejut dalam hatinya. entah urusan apa
yang sang paman hendak beritahukan.
"Aku lihat bukan daya yang sempurna untuk kau tetap
tinggal dihotel, Kie Coesu bilang. "Dengan tinggal dihotel
kesatu kamar kecil kedua keadaan ramai, hingga kau tentu
tidak bisa tinggal dan belajar dengan tenteram Ketiga, ini yang
paling penting, dengan tinggal di hotel kau juga jadi
hamburkan uang terlalu banyak. Kalau kau berdiam di hotel
setengah atau satu bulan lamanya dan kerjanya masih belum
dapat, bisa2 uang bekalanwu nanti habis dipakai ongkos
sehari-hari. Begitulah, tentang ini aku telah pikirkan. Kemarin
aku telah bicara dengan Loo hong-tiang Kong Goan dari gereja
Hoat Beng Sie di Tongpian Sinsiang Hootong, buat pinjam
salah satu kamarnya. Aku kasi tahu. bahwa itu untuk salah
satu anakku, yang datang ke kota raja buat cari pekerjaan,
bahwa sanak itu mengerti surat. Nyata dia bersedia luluskan
permintaanku, nampaknya dia girang sekali. Dia telah unjuk
satu kamarnya sebelah barat Karena sudah ada kepastian,
tinggal kau pilih hari-hari apa saja buat kau pindah tinggal
disana, kau pun bisa bantu Kong Goan Soohoe salin kitab atau
surat2, dalam hal ini dia bisa mengasi sedikit uang kerugian
pada kau. Ruangan gereja besar dan keadaannya sunyi, dengan
tinggal disana. kecuali ringan ongkos, kau jadi dapat banyak
faedah, buat dahar setiap hari bisa beli makanan di warung
nasi yang berdekatan, dengan ini kau juga bisa hematkan lagi
sejumlah uang."
Mendengar begitu, hatinya anak muda kita menjadi lega.
dia manggut. "Baiklah," dia bilang. "Sebentar aku pulang dan berbenah,
besok aku bisa lantas pindah" Ia ambil putusan dengan lantas,
terutama, bikin paman itu tidak kecil hati.
"Aku nanti perintah opas pergi antar kau ke gereja, ' Kie
coe-soe kata pula "Disana kau boleh periksa dulu kamar dan
gereja itu andaikata kamarnya bocor atau demak hawanya,
kau tentu tidak bisa tinggal disana. Bouw Pek manggut, dia
nyatakan setuju.
Kie Coe Soe lantas panggil opasnya. Lay Sin, sambil kasikan
karcis namanya dia suruh hamba ini antarkan kemenakannya
pergi ke Hoat Beng Sie.
Lay Sin terima perintah, supaya dia lantas ajak Bouw Pek
pergi ke gereja nya Kong-Goan Hwee shio.
Ternyata paderi itu sudah tua. usianya sudah enam puluh
lebih, orangnya kurus, romannya menundukkan dia seorang
paderi sejati. dia perintah muridnya, yang bernama Tie Tong
akan antarkan anak muda ini kekamar yang dia unjuk.
Hoat Beng Sie besar, tapi sudah tua dan kelihatannya
kurang rawatan rupanya gereja ini tidak punya sawah kebun
yang besar dan kekurangan dermawan2 yang mau jadi
penunjang. Hweeshionya pun sama sekali cuma ada belasan
orang. Ketika Bouw Pek diantar keruangan barat, disitu terdapat
pendopo dengan tiga kamar, patung apa yang dipuja disitu dia
tidak lihat, tetapi dia dapatkan dikedua samping ada beberapa
peti mati kiriman orang yang rupanya menunda penguburan
sanak pamilinya. Di sebelah timurnya ada lagi kamar lain,
yang tinggal kosong, cuma ada sebuah meja dengan dua buah
bangkunya. Kamar itu gelap, tetapi tidak demak.
"Kamar itu juga tidak bocor," Tie Tong kasi tahu.
Bouw Pak setuju apabila dia telah perhatikan kamar itu,
dengan depannya ada pelataran yang luas, disitu dalam
keadaan sunyi setiap waktu dia bisa latih ilmu silatnya.
"Baiklah," dia beri tahukan Tie Tong, "besok aku nanti
datang pindah kemari."
Lantas anak muda ini keluar dari bio, dia perintah Lay Sin
pulang buat sampaikan kabar pada pamannya bahwa dia jadi
pindah, dia sendiri segera pulang kehotel. dia sudah pikir,
selanjutnya kecuali di waktu kunjungi Tek Siauw Hong, dia
dapat banyak ketika buat berlatih silat. dia pun sudah pikir
untuk selanjutnya jangan sering sering pergi pada Coei Siam.
"Aku telah bikin kotor pembaringannya aku mau ganti ia
menolak, dia benar nona luar biasa," dia berpikir, "Aku
sebenarnya merasa malu buat sikapnya yang manis budi
itu....." Bouw Pek lantas mampir disebuah toko cita, dia pilih dua
rupa cita yang bagus, dia beli belasan elo, dengan bawa itu
dia tidak terus pulang melainkan menuju ke Po Hoa Pan di
Han kee thoa. Siam Nio sedang nyisir waktu dia lihat tamu nya muncul
dengan mendadak sambil bawa cita. "Eh Lie Looya. apa sih
kau bikin"' dia tanya dengan bernapsu.
Bouw Pek paksakan diri akan tersenyum.
"Kejadian kemarin bikin hatiku tidak tenteran", dia bilang.
..maka barusan aku pergi ketoko cita beli dua rupa cita ini,
yang kurang baik. Kau boleh pakai ini dan bikin apa kau
suka......."
"Aku bisa menduga !" Siam Nio kata sambil tertawa. "Aku
telah duga, bahwa kau akan belikan aku cita, buat ganti seprei
dan selimutku, kemudian sesudah mengganti kau lantas tidak
mau datang lagi kemari !"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah, dia tidak nyana si nona
begitu cerdik dan omongan nya tedas sekali. jadinya, apa
yang dia telah pikir, sinona sudah dapat tebak.
"Kau menduga keliru !' dia paksa bilang. "Sebentar aku
pulang, tetapi nanti sore aku akan datang lagi. Selanjutnya
setiap hari aku sedikitnya akan datang satu kali pada kau..
Pemuda ini mau bicara lebih jauh, tetapi si nona pegat ia.
sambil bersenyum tapi
agaknya sungguh sungguh, Siam nio kata:
..Apakah benar". Apakah perkataan kau boleh dipegang,
looya"' Bouw Pek menyesal, yang dia sudah kelepasan omong.
"Percaya aku, asal ada ketika, aku tentu akan datang
kemari," dia kata......
Aku baru tidak bisa datang kemari andai kata ada urusan
yang menghalangi aku. Kendati demikian, meskipun aku
sendiri tidak datang, hatiku toh setiap saat tidak bisa lupai
kau." Cia Loo mama ada didalam kamar bersama mereka, dia
cuma dengarkan saja pembicaraan itu, tetapi sesampainya
disitu dia ngeloyor pergi. Berbareng dengan itu Coei Siam
pegang pundak orang, dia angkat kepalanya, matanya
ternyata merah, malah mendadak dari mata itu keluar air
seperti dari sumber, sesudah mana dia jatuhkan kepalanya
didada orang........
Bouw Pek terperanjat, dengan alis mengkerut dia tunduk,
tetapi dia tidak dapat lihat mukanya sinona, hanya rambutnya
yang bagus, hitam dan mengkilap. dia coba kendalikan diri,
dengan kedua tangannya dia angkat kepalanya si nona, air
matanya dia susuti.
Jangan berlaku begini, kesehatanmu nanti terganggu,"
katanya dengan perlahan. "Kau bersusah hati, ini aku tahu.
Baiklah lain kali saja bila ada temponya yang baik. kita bicara
pula. Aku akan berdaya untuk bantu kau.
Ucapan itu melulu bikin Siam Nio menangis hingga
sesengukan, sampai anak muda kita tidak tahu bagaimana
harus membujuki nya.
Diluar mendadak terdengar suara orang bicara - yalah Cia
Lo ma ma. Siam Nio lekas pisahkan diri, dengan jarinya dia menunjuk
kursi, minta Bouw Pek duduk dia sendiri segera menuju
kemeja riasnya buat susut kering air matanya, pakai pupur
dan yancie, akan akhirnya bereskan rambutnya.
Bouw Pek duduk sambil memandang kekaca dimana dia
lihat roman yang cantik manis dari si nona, dia merasa
kasihan pada anak dara ini, yang nasibnya buruk, karena
kendati cantik dan punya roman begitu sempurna dia mesti
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berada dirumah pelesiran ......
Cia Lo ma ma menyingkap kere, dia bertindak masuk
seraya berkata.
"Barusan orang cerita, bahwa dijalan besar dari Cian moei
ada orang berkelahi dengan gunai senjata tajam, sampai ada
yang dibacok mati !"
Perhatian Bouw Pek tertarik dengan tiba2. Tapi karena dia
tidak punya sangkutan dengan perkelahian itu, dia coba
kendalikan diri dan duduk diam saja. Tetapi dia tidak bisa
berdiam saja. Tetapi dia tidak bisa berdiam lama2 disitu
karena pikirannya tidak tenteram, maka lekas juga dia minta
diri dari Siam Nio.
"Apakah sebentar malam looya niat datang pula?" Coei
Siam tanya sambil tertawa.
Ia tidak menjawab. dia anggap si nona lagi godai ia. Dari
depan pintu dia menuju ke barat, sepanjang jalan pikirannya
bekerja. "Diwaktu mau pindah kegereja, aku sudah ambil putusan
akan jauhkan diri dari Siam Nio, sekarang terbukti niatan itu
tidak dapat diwujudkan. Sesungguhnya Siam Nio harus
dikasihani, dia mestinya punya lelakon sedih, yang dia hendak
dijublekkan atas diriku. Sekarang ini bagaimana dengan
keadaan diriku, Bisakah aku punya kelebihan tenaga buat
dipakai menolongnya " Dan apakah pantas bagi ku, satu laki2,
mesti beratkan diri pada seorang perempuan " Apakah dengan
begini aku jadi tidak sia2 maksud tujuanku ?". Bouw Pek benar
benar bersangsi:
"coba aku punya uang. umpama beberapa ratus tail perak,
dengan itu aku bisa tebus Siam Nio, supaya dia bisa bebaskan
diri dari rumah pelesiran. Aku tentu suka andaikata dia mau
menjadi isteriku yang sah. Cuma dalam hal Ini ada
kesukarannya, yalah paman dan bibi dikampungku niscaja
tentang tindakan ku ini.........
Tanpa merasa Bouw Pek telah sampai di rumah
penginapan, tetapi disini dia lantas lihat keretanya Tek Siauw
Hong, maka dia menduda mestinya sobat itu telah kunjungi ia.
Ia cepat kan tindakannya akan masuk. Baru saja dia
sampai dithia, seorang jongos hampirkan dia.
"Lie Toaya, lekas masuk kekamarmu ! kata jongos itu, "Tek
Looya yang kau kenal baik tadi telah berkelahi di Cian moei
Toa kay, dia mendapat luka !"
Pemuda itu terkejut sekali.
"Oh kiranya dia yang tadi dikabarkan berkelahi !" kata dia
dalam hatinya. "Entah lukanya berbahaya atau tidak ?"
Separoh berlari dia menuju kekamarnya. dia dapatkan Tek
Siauw Hong sedang numprah di pembaringan nya, pakaiannya
berkelepotan darah.
"Eh, kemana kau pergi " tanya orang Boan itu begitu dia
lihat sobatnya.
"Aku pergi kerumah pamanku," Bouw Pek jawab. "Toako
dengan siapa kau berkelahi" Bagaimana dengan lukamu ?"
Tek Siauw Hong ulur tangan kanannya akan kasi lihat
lukanya. Itu luka bekas golok yang dalam, rupanya darah
telah keluar banyak dari situ. Kendatipun demikian Siauw
Hong seperti tidak rasai lukanya itu.
Mereka terdiri dari belasan orang, mereka kurung aku
selagi aku berada didalam ke reta," cerita orang Boan ini.
"Kami bertempur mati2an. Pikir saja, aku sendirian dengan
sebatang golok dan mereka be-ramai2, Benar aku telah
terluka, akan tetapi di fihak mereka aku telah lukai dua orang
sedang yang lainnya aku telah serahkan pada kantor giesoe
buat diurus."
Siauw Hong bukannya seorang jumawa tetapi diwaktu
bicara dia bersenyum dan kelihatannya dia puas atau bangga
sekali. "Siapa mereka itu ?" Bouw Pek tanya, "Apa mereka mau,
ada permusuhan apa diantara toako dan mereka ?".
"Apakah kau sudah lupa, saudaraku ?" Siauw Hong baliki.
"Itu adalah ekornya ke jadian dirumah komedi Yan Hie Tong,
di waktu kita menonton wayang. Bukankah disana lantaran
urusannya In Coe Si Kaki Keras aku telah hajar seorang
jangkung sampai orang itu muntah darah" Nyata orang itu
adalah Phang Sam, engkonya Hoa chio Phang Go dari Coen
Goan Piauw tiam. Mereka bersaudara banyak, di Cim cioe
mereka disebut Phang kee Ngo Houw, lima harimau
persaudaraan Phang. Mareka semua mengerti boegee. Phang
sulung sudah meninggal dunia, yang kedua. Gin kauw Phang
Tek, buka piauw kiok di Thio kee kauw. Phang Sam adalah
yang ketiga, namanya Hoay, gelarannya Tiat koen. dia baru
satu bulan datang ke Pakkhia ini, tinggal bersama adiknya
bungsu, Hoa-chio Phang Go, yang bernama Liong. Phang Go
telah buka Coen Goan Piauw tiam di kota ini sudah enam atau
tujuh tahun. Orang bilang tumbaknya liehay, hingga dia
sanggup layani Gin chio Ciang koen Khoe Kong Ciauw. Tapi
paling liehay adalah saudaranya yang keempat, yang dipanggil
Phang Soe, namanya Bouw, julukkannya Kim too. si Golok
Emas. Katanya, buat propinsi Titlee Kim too Phang Bouw
adalah orang gagah kenamaan, sampaipun Sioe Bie to Oey Kie
Pok dan Khoe Kong Ciauw sendiri tidak berani main gila
terhadap dia. Ini juga sebabnya kenapa Coen Goan Piauw
tiam tadi tersohor Piauw soe dari piauw tiam itu karena ini jadi
suka main gila d luaran. terhadap mereka tidak ada orang
yang berani banyak mulut atau usilan "
Bouw Pek tidak puas mendengar Siauw Hong agulkan
Phang Bouw begitu rupa.
"Apakah yang tadi serang toako itu Phang Bouw ?" dia
tanya. "Bukan, bukan dia, Siauw Hong jawab. "Kalau tadi dia yang
berada disini, pasti sekali aku akan dapat kecelakaan hebat.
bicara terus terang saudara, diwaktu kemudian aku dapat
tahu, bahwa fihak lawanku adalah orang orang Coen Goan
Piauw tiam, aku menyesal bukan main. Sesungguhnya aku
tidak ingin sekali tanami bibit permusuhan dengan fihak Phang
itu. Dalam dua hari ini aku telah tidak pergi kekota selatan,
kesatu karena aku memang merasa kesehatanku sedikit
terganggu, kedua aku ingin menyingkir dari gangguan
mereka, tetapi hari ini aku tidak tahan berdiam lebih lama di
rumah, sedang kemarin ini aku tahu kau telah mabok arak,
karena kuatirkan diri kau, aku perintah sedia kan kereta. Aku
sengaja bawa golok untuk berjaga jaga. Diluar dugaanku,
baru saja sampai di jembatan Cian moei, belasan piauwsoe
dari Coen Goan Piauw tiam telah pegat dan kurung aku.
Mereka semua bersenjata golok, ruyung rantai dan toja.
Diantara mereka tidak ada si orang she Phang. Mula mula aku
bicara pada mereka, aku ajak mereka berdamai, tetapi mereka
menolak, mereka berkata hendak hajar aku. Di jalan besar itu
ada banyak orang, dihadapan mereka, aku tidak bisa unjuk
kelemahan lebih jauh, maka tidak perduli mereka berjumlah
besar, aku turun dari kereta dan layani mereka bertempur,
Kesudahannya saudara ketahui, yalah aku terluka sendirian,
tetapi mereka luka dua dan yang lain lain ditangkap. Sebelum
pertempuran berhenti ada datang orang orang polisi, mereka
itu kenal aku, maka atas keteranganku belasan orang itu
lantas ditangkap dan dibawa pergi. Tapi dengan begini
permusuhanku dengan pihak Phang jadi bertambah hebat.
Aku percaya betul, tidak bisa tidak, mereka pasti akan cari aku
dari itu selanjutnya aku tidak mau sering sering pergi keluar
kota.............
Setelah kata begitu, orang Boen ini i unjuk roman berduka
sekali. Dengan saputangan, yang telah berlepotan darah. dia
susut darah yang mengucur dari lukanya.
"Aku sudah perintah Hok Jie pulang mengambil pakaian
dan obat luka" kemudian ia kata pula. "Aku tahu sendiri,
saudara. Tek Siauw Hong satu laki2, maka jangan kata satu
luka seperti ini, kendati lenganku ini di tabas kutung, tidak
nanti aku merintih atau berteriak kesakitan. Beberapa
piauwsoe dari Coen Goan Piauw tiam itu, berikut Hoa-chio
Pheng Sam sendiri, jikalau mereka arah aku aku tidak takut,
apa yang aku kuatirkan adalah kalau Kim too Phang Bouw
datang mencari aku. Phang Bouw kenal banyak orang jahat,
siapa saja mereka bisa ajak berkonco, maka itu. sudah dia
sendiri lihay, dengan ajak banyak kawan dia sesungguhnya
sukar dilayani..........'
Kembali Phang Bouw disebut sebut, mendengar itu Bouw
Pek menjadi mendongkol dan gusar, hingga wajah mukanya
menjadi merah padam.
"Toako, tetapkan hatimu !" kata dia dengan suara dingin,
dengan senyuman tawar. Tidak perduli Hoa chio Phang Liong
atau Kim too Phang Bouw, apabila mereka itu datang mencari
toako, toako mesti lekas kasi kabar padaku ! Toako, aku tidak
takut pada mereka itu !"
"Dengan sebenarnya, hiantee, buat selanjutnya tidak bisa
tidak kau mesti bantu aku," kata si orang Boan.
Sampai disitu Bouw Pek kasi tahu yang dia akan pindah ke
Hoat Kong Sie. "Itulah bagus," Siauw Hong bilang. "Memang tidak
sempurna kau berdiam lama dirumah penginapan. Aku tadinya
niat ajak kau tinggal padaku, dirumahku, aku kuatir kau
menolak...... "
,Besok aku akan pindah, perkara lainnya kita lihat saja
belakangan," Bouw Pek kata.
Sementara itu Hok Jie telah bertindak masuk bersama Sioe
Jie, bersama mereka ada lagi dua bujang lain, yang membawa
pakaian dan obat luka.
"Kenapa kau datang be ramai ?" Siauw Hong tanya.
"Dengan begini dirumah ada siapa?"
"Loo thaythay dan thaythay berkuatir ketika mereka dengar
looya berkelahi dan terluka," kata Sioe Jie. "kami lantas
diperintah pergi menyusul: Looya diminta lekas2 pulang".
Majikan itu tersenyum sindir.
"Kau datang ramai2, apa kau bisa bikin?" dia tanya.
"Apakah kau bisa lindungi aku ?"
Sioe Jie tidak kata apa , dia tidak berani buka mulut
terhadap majikan itu.
"Sekarang marilah obati aku." Siauw Hong kata kemudian.
Hok Jie bersama dua bujang lantas undurkan diri dan Sioe
Jie maju akan obati lukanya majikan itu, sesudah mana dia
bantu majikan itu salin pakaian.
Begitu lekas sudah pakai obat dan tukar pakaian, Tek
Siauw Hong telah seperti lupa yang dia baru saja terluka
hebat, malah dia lupakan juga kekuatirannya, kemasgulan dan
kemurkaan, malah juga dia tidak mau pulang, hanya bersama
Bouw Pek dia lalu pasang omong, pokok pembicaraan adalah
halnya Coei Siam si nona manis.
Orang Boan ini tertawa berkakakan ketika dia dengar
sobatnya telah kunjungi si nona dan muntahkan
pembaringannya dan kemudian telah membelikan cita untuk
nona itu. "Baru dua hari aku tidak pergi, siapa nyana kau berdua
telah jadi begini panas !' ia
menggoda. ..lagi beberapa hari aku niat pergi ke Tong leng
bila nanti aku pularg dari sana. barangkali kau telah menyewa
rumah buat tinggal sama2 !"
Bouw Pek tidak menjadi gusar yang dia digoda secara
begitu, dia hanya merasa malu.
"Besok aku pindah kegereja. selanjutnya aku tidak akan
kunjungi Coe Siam lagi." dia bilang. Tek Siauw Hoag masih
saja tertawa. "Besok kau boleh pindah kegereja !" dia kata. "Tetapi kau
tidak cukur rambutmu buat menjadi hweeshio, siapa mau
usilan yang kau pergi mogor"'"
"Bukannya begitu ! Bouw Pak terangkan. "Aku insyaf, aku
mengerti, aku tidak boleh sering pergi ketempat seperti itu
dan berdiam lama2 disana, satu kali aku berdiam lama lama,
sukar aku loloskan diri dari cengkeram..........."
Siauw Hong masih saja bersenyum, sebagai seorang yang
telah banyak pengalaman, dia rupanya sudah tahu selatan.
Selagi kedua fihak saling membungkam, tiba tiba Hok Jie
bersama dua bujang lain nya bertindak masuk dengan
tergopoh gopoh. roman mereka pucat bahna ketakutan. Hok-
Jie segera berkata !.
"Looya. jongos hotel telah kasi tahu kabar hebat padaku !
Katanya ketua Coen Goan Piauw tiam bersama belasan
kawannya, dengan semua bekal senjata, sedang berdiri
menunggu di mulut jalan sebelah timur ! Rupa rupanya
mereka itu hendak pegat kau looya...."
Kabar itu benar hebat, tidak, heran bila Tek Siauw Hong
nampaknya terperanjat.
Lie Bouw Pek yang gesit sudah sambar pedangnya, yang
dia gantung ditembok.
"Nanti aku ketemui mereka !" dia kata. dia memang masih
mendongkol. "Jangan !" Siauw Hong mencegah. "Saudaraku, jangan kau
sibuk tidak keruan, sabar, aku nanti cari akal !"
"Akal ?" Bouw Pek baliki. "Toako, apa perlunya akan pikir2
akal lagi" Aku nanti pergi dan hajar mereka, habis perkara !
Mereka itu terlalu menghina toako " Kenapa mereka seperti
juga tidak ijinkan toako jalan dijalan umum ?"
"Apakah tidak baik aku pergi kekantor negeri, minta
pembesar kirim orang akan bekuk mereka itu?"' Hok Jie
campur bicara. "Jangan !" mencegah Siauw Hong sambil bersenyum sindir.
"Dengan pinjam pengaruh pembesar negeri buat menindih
orang, apa jadinya nanti dengan aku " Perbuatan demikian
macam aku si orang she Tek tidak sudi lakukan !'
"Kau benar, toako!" Bouw Pek benarkan.
Sekarang hayo, mari kita ketemui mereka"! kata orang
Boan ini, dengan suaranya yang pasti. dia lompat bangun, dia
berpaling pada kawan nya. "Saudara, mari kau temani aku !"
katanya. Kemudian dia menoleh pada Siu Jie berempat dan
kata : "Sebentar kau tidak boleh campur urusan, kau mesti
berdiri saja dipinggiran menonton ! Umpama kata mereka
pukul kau jangan kau balas memukul ........!"
Jilid 8 EMPAT orang itu berdiam, mukanya Siu Jie dan Hok Jie
menjadi pucat. karena didalam kekuatiran merekapun dibikin
men?dongkol. Sudah disuruh diam seja, kenapa merekapun
dilarang melawan kalau mereka diserang ", Apa maunya
majikan ini "
Bouw Pek telah kasi turun pedangnya, yang tadi dia
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
urungkan angkat.
"Toako, kau telah terluka, bagaimana kau bisa layani
mereka itu "' katanya. "Biarlah aku pergi sendiri dan hajar
mereka itu !"
Tek Siauw Hong goyang kepala dengan tertawa.
"Itulah bukannya soal," ia bilang. "Katanya Hoa-chio Phang
Liong berada diantara mereka, aku hendak ketemui ketua dari
Cun Goan Piauw-tiam itu. dia orang dagang, dia buka piauwtiam,
artinya dia perlu perkenalan dan pertobatan, aku
percaya dia bisa di ajak bicara !"
Lantas orang Boan ini pakai baju luarnya dan bertindak
keluar, dengan begitu Lie Bouw Pek lantas menyusul, diikuti
lebeh jauh oleh Siu Jie berempat.
Diluar, tuan rumah dan orang2nya men?duga bahwa
sebentar orang Boan ini begitu berhadapan Phang Liong,
pertempuran hebat niscaya tidak dapat dicegah lagi.
Beberapa orang yang tidak punya pekerjaan lantas
mengintil. Lie Bouw Pek tidak pakai thungsha, dengan tengteng
pedangnya dia jalan dimukanya Tek Siauw Hong maka itu
dengan sendirinya, dia menjadi pusat perhatian orang banyak.
Tek Siauw Hong maju terus, Hok Jie berempat diperintah
ikut dengan bawa ke?reta mereka.
Baru saja mereka keluar dari tong-kauw. mulut jalanan
sebelah timur, dari depan segera kelihatan mendatangi
belasan orang, ada yang pakai baju pendek, ada yang gulung
lengan baju, semua tampaknya garang. yang menjadi kepala
diantara mereka itu benar2 Hoa chio Phang Liong, siorang she
Phang kelima atau bungsu, dia berusia tiga puluh tahun
kurang lebih, tubuhnya tidak besar, muka nya hitam,
romannya bengis. Tapi dia jalan dengan tangan kosong.
Hanya disampingnya ada seorang yang pegang tumbak
dengan ronce merah, itu rupa nya senjatanya.
Lekas juga kedua pihak telah datang de?kat satu sama
lain. Phang Liong segera samperi Tek Siauw Hong, yang dia
tegur dengan mata mendelik :
"Orang she Tek, tahan !"
Tek Siauw Hong hentikan tindakannya, dia pandang
piauwsu itu dengan unjuk senyuman tawar.
"Phang Piauwtauw, janganlah kau ber?sikap terlalu
galak," dia kata dengan sabar sabar terpaksa. "Bukankah kita
kenal satu sama lain" Apakah kita tidak bisa bicara secara baik
?" "Bicara secara baik?" Phang Liong ulangkan, suaranya
tajam. matanya melotot. "Di gedung komidi kau telah serang
shakoku, hingga dia muntah darah, sampai sekarang dia
masih rebah dan tidak bisa bangun, sudah begitu, tadi kau
telah lukai dua orangku dan dengan andalkan pengaruhnya
pembesar, kau perintah tangkap orang ku ! Apakah artinya ini
" Apakah dengan begitu kau bukannya seperti larang kami
orang she Phang menumpang hidup dikalangan Sungai Telaga
" Maka orang she Pek, sekarang aku mau kasi tahu pada kau
dan omong terus terang ! Aku punya piauw tam. aku tidak
punya muka buat buka lebih jauh, sekarang marilah kita adu
jiwa! Aku tidak perduli kau Tek Ngo ya dari Lwee bu hu yang
tersohor aku mesti tempur kau ! Mari maju, orang she Tek,
disini adalah kuburan kita !"
Setelah kata begitu. dari tangan orangnya Phang Liong
sambar tombaknya, dengan senjatanya itu, senjata istimewa
nya, dia tusuk Siauw Hong !.
Tapi Lie Bouw Pek, juga berada disamping sobatnya. sudah
gunai pedangnya, akan tahan lajunya ujung tumbak itu.
Piauwsu itu kembali delikkan mata, dengan bengis dia
awasi orang muda ini, yang dia kenal.
"Apa kau mau?" dia membentak. "Kau berani usil urusanku
?" "Memang aku mau campur tahu urusan kau !" Bouw Pek
jawab dengan ketus. "Tek Siauw Hong adalah toakoku, kau
telah hina dia dengan begitu sendirinya kau juga perhina aku !
Kalau kau hendak adu jiwa sobat, kau mesti lebih dulu
memenangkan pedangku ini !'
Phang Liong bersangsi. dia tidak sangka, bahwa ia akan
berhadapan dengan orang asing ini.
Ketika itu telah banyak orang yang berkerubung,
diantaranya ada juga yang maju mendekatkan buat jadi orang
perantaraan, akan mendamaikan mereka agar pertempuran
dibatalkan. tapi curma2, Phang Liong melulu menjadi lebih
gusar. "Tidak bisa, aku mesti adu jiwa dengan Tek Siauw Hong !"
dia berteriak. Menampak demikian, Siauw Hong maju sambil minta Bouw
Pek mundur. Kalau sudah pasti kau hendak adu jiwa dengan aku,
persilahkan, aku si orang she Tek juga tidak takut mati !' dia
bilang. "Tapi jalanan ini bukannya tempat yang cocok buat
kita adu jiwa, kalau mayat kita bergeletakan ditengah jalan,
itu bisa menyebabkan terhalangnya lalu lintas dari orarg
banyak dan kereta2, kita melulu akan menjadi lantaran hingga
orang akan kutuk kita ! Maka, sobat, aku pikir lebih baik kita
cari tempat lain saja ! bagaimana kau pikir?"
"Baik !" Phang Liong terima tawaran itu. ia juga lihat, jalan
besar itu terlalu terbuka
dan dia kuatir nanti datang hamba2 polisi yang akan bekuk
mereka. "Apa kau berani pergi ke Lam hwe-wa ?"
"Tentu saja ! Kemana juga aku tidak takut ! Hajolah !"
Siauw Hong terima tawaran dengan unjuk sikap jumawa.
"Baik, hayolah jalan ! Siapa tidak pergi, bukannya hohan !"
Phang Liong berseru seraya geraki tumbaknya.
Siauw Hong sangat gusar, hingga mukanya menjadi pucat.
dia naik karetanya.
"Saudara Lie, hayolah kau juga naik !" katanya pada Bouw
Pek, yang masih belum mau loncat naik, karena dia menunggu
mengawasi musuh.
Dengan romnan garang Phang Liong dan orang2nya sudah
lantas berangkat. Mereka tidak bawa kereta, mareka mesti
jalan kaki. Di belakang mereka mengikut orang2 usilan, yang
ingin menonton.
Siu Jie dan dua kawannya mengikuti sambil jalan kaki,
mareka berkuatir dan bingung.
"Mereka berjumlah banyak, looya cuma berdua, mereka
mau bertempur di Lam hwee wa, inilah berbahaya," kata
hamba yang setia ini.
"Apa tidak baik kita lekas2 pulang, buat mengasi kabar
pada thaythay ?" kata si dua kawan.
"Kasi tahu pada thaythay masih tidak bisa menolong," Siu
Jie bilang. "Malah looya tentu akan damprat kita habis2an.
Aku pikir lebih baik kita pergi kegiesu geemui, akan
menghadap Thio Thayjin, biar Thio Thayjin kirim hamba
negeri buat cegah partempuran mereka...... "
Pelayan ini lakukan apa yang dia pikir, selagi Tek Siauw
Hong tidak lihat dia, dia ngeloyor pergi diluar tahunya majikan
itu. Sebentar kemudian Tek Siauw Hong dan Phang Liong
sudah sampai di Lam hwe wa, mereka cari tempat yang
kosong dan rata, dimana mereka lalu berkumpul dalam dua
rombongan yang berhadapan satu pada lain.
"Tempat ini cocok !" kata Phang Liong, seraya menunjuk
dengan tumbaknya. "Hayo lah kau turun dari kendaraanmu !'
Atas tantangan itu Lie Bouw Pek dului si orang Boan lompat
turun dari kereta, sambil hunus pedangnya dia hampirkan
piauwsu dari Cun Goan Piauw tiam.
"Lengan kanan dari Tek Toako telah ter luka, dengan
menangkan dia kau tidak akan terhitung sebagai enghiong,"
dia bilang "oleh karena itu, Lebih baik kita berdua yang main
main lebih dulu !"
Kendati dia kata demikian anak muda kita sudah lantas
mulai menyerang.
"Siapa kau ?" tanya Phang Liong, yang tidak lantas
melayani. , Kau she apa "'
"Toaya kau adalah Lie Bouw Pek !" Bouw Pek perkenalkan
diri sambil sengaja unjuk sikap jumawa. , Aku asal Lamkiong,
Titlee. Tek Siauw liong adalah Saudara angkatku ! Jangan kata
baru kau, Hoa Chio Phang Liong, kendati saudara kau, Kim
Too Phang Bouw, aku tidak takuti ! Aku tidak takut juga
segala Siu bieto dan Gin Chio Ciang kun. atau siapa juga yang
berani perhinakan Tek Toako mesti bisa menangkan dulu
pedangku ini !"
Waktu itu Tek Siauw Hong juga sudah turun dari keretanya.
sebelum Phang Liong bilang apa2 pada anak muda itu, orang
Boan ini telah kata padanya :
"Apa yang saudaraku ini Bilang adalah hal yang benar
Jikalau kau mampu menangkan pedangnya saudara mudaku
ini nanti dihadapan orang banyak aku akan unjuk hormat pada
kau sambil manggut ber ulang2 !"
Tek Siauw Hong tidak sungkan2 lagi, Dia antap Lie Bouw
Pek bawa keinginan nya.
Phang Long begitu mendongkol, hingga dia banting2 kaki.
Nyata dia seorang yang beradat keras, yang tidak bisa dengar
ucapan yang tidak manis.
"Baik !" dia berseru. Lalu dia kata pada orang banyak yang
datang dan bergumam : ,Silah kan kau mundur sedikit ! Lihat
aku nanti tempur orang dari tingkatan muda Ini !"
Lantas setelah itu dia putar tumbaknya akan tusuk Lie
Bouw Pek. Anak muda kita memang sudah bersiap2, malah
dia berlaku gesit sekali, begitu dekat ujung tumbak sampai,
dia menyampok dengan keras, sambil maju dia balik
menyerang dengan tusukannya, dia perlu dekati musuh yang
menggunai senjata panjang itu, karena senjata nya beberapa
kali lebih pendek. Sesudah itu apabila musuh menangkis dan
berkelit, dia merangsak terus dan kirim tusukannya beberapa
kali, berulang ulang !.
Dalam tempo singkat sekali, Hoa chio telah menjadi sibuk,
karena ujung pedang senantiasa datang dekat padanya,
jangan kata balas menyerang, buat menangkis saja dia telah
jadi ripuh bukan main ! Pedang menyambar dari beberapa
jurusan, merupakan tikaman, sabetan atau babatan,
disebabkan berbareng dengan gerakan tangannya pemuda
dari Lamkiong itu telah geraki juga tubuhnya, kedua kakinya
loncat sana sini dengan hebat.
Selang beberapa jurus, sebelumnya piauw su yang
disohorkan gagah itu bisa berdaya, dia telah keluarkan jeritan
hebat dan rubuh, karena diluar kesanggupannya, dari samping
Bouw Pek dengan cepat lompat kebelakang nya, dari sini
tusukan dikirim dan ujung pedang segera belajar kenal pada
punggung nya, hingga berbareng dengan jeritannya itu,
tombaknya terlepas dan tubuhnya rubuh tengkurap ditanah !.
Hampir berbareng sekalian penonton, yang telah jadi kaget,
sudah berteriak "bagus !" karena mereka kagum.
Oleh karena rubuhnya jago mereka, orangnya Phang Liong
lantas maju dengan senjata terhunus, dengan niatan kepung
jago muda ini. Tapi Lie Bouw Pek dengan senyuman menghina
menantang mereka.
"Siapa diantara kau yang tidak inginkan jiwanya, hayo maju
!" dia mengancam. "Aku kasi tahu pada kau : di Jiauw yang
aku telah lukai Lie Mo ong Ho Kiam Go dan di
kota Seeho aku telah rubuhkan Say Lu Pou Gui Hong Siang
! Kau baru belasan, meski pun jumlah kau ditambah beberapa
puluh lagi, aku Lie Bouw Pek tidak takut barang sedikit juga !
jikalau aku takut pada kau, aku bukan lagi muridnya jago tua
Kie Kong Kiat !"
Ancaman itu mengasi pengaruh besar, karena orang2nya
Phang Liong tidak berani maju lebih jauh, sedang yang cerdik
sudah lantas samperi piauwsu mereka, buat didukung bangun.
Pungungnya Phang Liong telah mandi da?rah, dari lubang
lukanya darah terus mengalir keluar!, sebab sakit air
matanyapun mengucur keluar! Dia mengerti sekarang yang
boogee pihak lawan terlalu tinggi buat dia.
"Kau jangan bergerak," dia mencegah sambil paksakan diri,
"Tanya saja dimana dia tinggal ...... "
Matanya semua penonton telah di tujukan pada Lie Bouw
Pek buat dengar jawabannya pemuda ini, kegagahan siapa
telah datangkan kekaguman mereka.
"Aku tinggal di Hoat Beng Sie di Sinsiang Hotong !" Bouw
Pek kasi tahu dengan tidak tunggu sampai ditanya lagi. dia
telah tepok2 dada. "Pergilah kau cari dan undang Kim too
Phang Bouw ! Aku si orang she Lie tidak takut dan akan
tunggui dia !"
Tantangan itu tidak dapat jawaban, karena Phang Liong
terlalu lelah dan orang2nya tiada yang berani banyak mulut
malah sebalik nya, piauwsu itu lantas digendong buat dibawa
pergi, semua orangnya mengiringi dia.
Sementara itu dari kejauhan telah datang beberapa hamba
negeri, menampak mereka semua penonton lantas pada
angkat langkah seribu, karena meski benar mereka tidak
tersangkut, mereka kuatir nanti di rembet2 di dijadikan saksi.
Tek Siauw Hong maju mendekati beberapa hamba negeri
itu. "Tidak apa apa, tidak apa apa." dia kata sambil tersenyum.
"Hoa chio Phang Liong dari Cun Goan Piauw tiam tadinya mau
termpur aku, akan tetapi setelah dia diajar, adat oleh saudara
angkatku ini, dia sudah lantas angkat kaki !"
Majikan ini lihat Siu Jie diantara kawanan opas itu, dia
segera menegur : "Urusan begitu kecil, kenapa kau pergi
ganggu tuan tuan ini"'
"Oh tidak apa," kata seorang hamba wet. "Selama
beberapa hari ini kawanan buaya darat dikota selatan
memang telah bertingkah luar biasa. Kabarnya tadi Ngoya
telah dapat luka di Cian mu Toakay, apakah itu benar"
Siauw Hong angkat lengan kanannya, buat unjukkan
lukanya. "Ini luka itu, yang tidak berarti !" dia jawab sambil tertawa.
"Luka seperti ini dalam
tempo beberapa hari saja akan sembuh pula, sekarang,
tuan tuan, silahkan kau pulang, buat capai lelah ini, nanti saja
aku haturkan terima kasihku !"
"Tidak apa apa, Tek Ngo ya, jangan kau seejie !" kata
beberapa hamba wet itu sambil tertawa. "Nah, Ijinkanlah kami
pergi !" "Silahkan tuan tuan ! Terima kasih !" kata Siauw Hong.
Hamba hamba wet itu benar benar sudah lantas berlalu.
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tek Siauw Hong pelototi Siu Jie, tetapi kendati demikian dia
tidak punya kebanyakan tempo akan tegur pelayannya ini. dia
hanya hadapi Bouw Pek sambil tertawa.
"Saudara, beruntung ada kau," dia kata "Sayang barusan
kau sebut sebut juga Siu Bie to dan Gin chio Ciangkun !
Mereka itu punya banyak kuping dan mata, diantara banyak
penonton tadi tidak mustahil jikalau diantaranya ada yang
menjadi kaki tangannya, maka andaikata ucapan kau barusan
sampai di kuping mereka, aku kuatir nanti terbit gara gara lagi
........". "Itulah bukan soal, tidak apa!" Bouw Pek tertawa
secara tawar. "Tadi aku telah kasi tahu she dan namaku dan
juga tempat kediamanku, maka andai kata mereka atau siapa
saja, tidak puas mereka boleh datang cari aku !".
Melihat adat keras itu, Tek Siauw Hong tahu anak muda ini
tidak boleh diladeni bicara, makanya lantas berhenti bicara.
"Sekarang, saudaraku, mari kita pulang l" katanya.
Bouw Pek terima undangan itu, ber sama2 dia naik keatas
kereta, yang terus dikasi jalan, sedang Siu Jie bersama dua
kawanya lalu mengikuti.
Bouw Pek ikut terus, dia antar sobatnya pulang kerumah,
dimana dia juga mampir, maka kejadian dia telah bersantap
malam bersama sama sobat itu. selama mana mereka tidak
omong banyak. kemudian barulah dia pulang kehotelnya buat
terus tidur, bersedia buat pindah esok paginya.
Setelah sang malam telah lewat, begitu mendusin dari
tidurnya Bouw Pek lantas dandan, lebih dulu dia minta
disediakan makanan, kemudian dia minta tolong tuan rumah
jualkan kudanya. yang dia anggap sudah tidak perlu lagi dia
telah bikin perhitungan uang menginap dan makan setelah
semua beres dia lantas gendol pauwhoknya buat pindah ke
Hong Beng Sie. Disini segala apa sudah sedia, se?mua bisa
diatur dengan cepat dan ringan, karena dia tidak punya
perabotan. Begitu lekas tinggal di gereja, hatinya Bouw Pek jadi
terbuka. Disini dia bisa berlatih si?lat kapan saja dia mau,
tidak banyak orang seperti dihotel dan tidak ramai juga,
sedang pekarangan luas, dia tidak lagi lesu seperti yang
sudah2. Selang dua hari dia pergi kerumah Tek Siauw Hong, yang
berada digang yang lengkapnya di panggil Tong su sam tauw.
dia dapat kenyataan lukanya sobat itu sudah boleh dibilang
sembuh, karena Siauw Hong telah undang tabib yang pandai
dan obatnya juga obat yang mahal. Mereka duduk pasang
omong diruang tamu.
"Hiantee. nyatalah dugaanku cocok !" kata Tek Siauw
Hong. "Pertempuran kita di Lam hwee wa melawan Hoa chio
Phang Liong telah dapat diketahui oleh Siu Bie to Oey Kie Pok,
kemarin dia telah kirim Lauw Cit ya sebagai utusan dan utusan
ini kasi tahu pada ku yang Oey Kie Pok ingin ketemu kau."
"Itulah bukannya soal, tidak apa, aku nanti ketemukan dia,"
kata Bouw Pek sambil terta?wa. Siauw Hong geleng kepala,
dia menghela napas.
"Buat apa kau ketemui dia" dia tanya. "Dia seorang yang
berpengaruh, terhadap orang demikian lebih baik kita tidak
punya sang?kutan .... "
Bouw Pek tersenyum dengan tawar.
"Bukankah dia seorang dagang " Pengaruh apa dia punya
?" "Apa" Apa kau kira seorang dagang tidak punya pengaruh
besar ?" Siauw Hong tegaskan. "Keu barangkali perlu dengar2
sobatku ! diluar Cian mui ada Poan Louw Sam si Terokmok dia
telah buka enam chian chong yang besar, maka kalau ketemu
dia, kendatipun seorang bangsawan atau pweelek, orang
mesti menemui dengan bersenyum manis. Dan dikota sebelah
timur laut, hartawan yang paling besar adalah Oey Kie Pok !
cobalah cari tahu, pembesar siapa yang tidak punya hutang
padanya sedikitnya beberapa ribu tail " "
Bouw Pek lagi lagi tertawa dingin.
"Dengan begitu berarti, siapa punya banyak uang dia
berpengaruh?" dia tanya.
"Itu adalah hal sewajarnya ! didalam kota raja ini orang
tidak bicara tentang tangan kuat, silat sempurna, yang di
pentingkan adalah uang banyak ! bisa jadi bugee Ui Kie Pok
tidak dapat disamakan dengan kau tetapi dalam hal uang dia
jauh lebih menang, dengan gunai uang dia bisa menjadi lawan
kau !" Ucapan sobat itu, yang bicara terus terang, tidak sedap
masuk dikupingnya anak muda itu, maka dia juga tidak bisa
duduk tenang di atas kursinya. Tapi dia tidak bisa kata apa2,
cuma senyumnya yang tertampak nyata, senyuman menghina.
Siauw Hong tahu yang sobat ini tidak puas, maka ketika dia
bicara pula, suaranya sabar.
"Saudara, marilah kita bicara terus terang, dengan sabar,"
berkata dia. "Kau sekarang telah dapat dua musuh dalam
dirinya Say Lu Pou Gui Hong Siang dan Kimtoo Phang Bouw.
Dikalangan sungai Telaga, mereka terhitung paong cabang
atas jagoan, maka mereka itu pasti saja tidak mau sudah,
yang nama mereka telah dihina dan ditantang dimuka umum.
Aku percaya betul, dibelakang hari mereka akan datang cari
kau, melulu buat membikin banyak pusing ! 0ey Kie Pok
sudah pasti ingin ketemu kau, belum tahu bagaimana
sikapnya Khu Kong Ciauw ! Empat orang itu dengan
sesungguhnya sudah cukup buat bikin kau repot. Maka aku
anggap, kita berdua baiklah berdaya dan bersiaga menjaga
diri terhadap pihak mereka. Lain bulan aku hendak berangkat
ke Tong leng akan urus kepentingan Seri Baginda Raja,
barangkali setidaknya satu bulan baru aku bisa kembali. Kau
sendirian saja disini dan asing, sampai jalanan kau tidak kenal,
apa bila mereka berniat bikin celaka kau, sukar untuk kau
lindungkan diri. Karena itu aku harap, saudaraku, selanjutnya
kau baik jangan sering sering pergi keluar, jangan ter?lalu
unjukkan diri, kau tunggu sampai aku sudah pulang, nanti kita
pikir pula bagaimana baiknya. umpama kita cari orang, yang
suka menjadi orang perantaraan, buat adakan perdamaian,
atau buat urus terang mengadakan pie bu, untuk mendapat
kepastian siapa diatas dan siapa dibawah ! "
Kendati dia tahu Siauw Hong bermaksud bak. Lie Bouw Pek
tidak sabar akan dengarkan perkataannya sobat ini, yang
terlalu sabar, atau yang kalah hati mengingat pengaruh besar
dari orang orang yang disebutkan nama namanya. Meski
begitu dia tidak mau membantah. dia hanya lawan dengan
manggut manggut.
Kedua sobat ini barkumpul sehingga waktunya bersantap
malam, Bouw Pek diundang ber dahar sama sama dan dia
terima undangan itu, adalah sesudahnya bersantap baru dia
pulang, tatkala itu waktunya rumah rumah memasang api.
Sekeluarnya dari mulut jalan sebelah barat Tong su sam
tiauw, Bouw Pek menuju keselatan dia jalan dijalan besar.
Langit waktu itu gelap, bintang tidak tertampak barang satu.
Cuaca yang gelap di tambah dengan awan, suara guntur telah
mulai terdengar. Dijalanan masih ada orang dan kereta, tetapi
mereka semua jalan ter buru2, semuanya takut nanti ditimpa
hujan. Terpaksa supaya tidak sampai mandi air langit, dia
tidak pulang ke Sinsiang Hootong, hanya pergi ke Han kee
thoa. ke Po Hoa Pan. Didepan pintu rumahnya Cu Sam dia
turun dari kereta, justru hujan besar lantas turun membasahi
bumi. Baru saja dia bertindak masuk, Mo Ho si jongos telah
teriaki namanya.
Dengan tidak kata apa apa, Bouw Pek menuju ke lauwteng
dan naik. kamarnya Siam Nio terang, diluar gelap. dia
hampirkan pintu kamar, dengan tindakannya dibikin sedikit
berat. dia dengar suara orang bicara d dalam kamar, dia
pasang kuping. Itulah suaranya Siam Nio dan ibunya.
"Cui Siam !" dia lalu memanggil,
"Siapa ?" terdengar Cia Lo mama dari dalam.
"Tentu Lie Looya yang datang !" terdengar juga suaranya si
nona. Dengan membawa tengloleng. Cia Mama bertindak keluar,
tapi Bouw Pek mendului masuk kedalam.
"Benar juga Lie Looya !" Cia Mama kata sambil tertawa.
Bouw Pek masuk terus, dia tidak berpapasan dengan Ciu
Siam, yang tidak keluar buat sambut dia. Di dalam si nona
sedang duduk di atas pembaringannya Nona ini tidak bangun,
malah padangan mukanya tertampak sorot ngambul.
"Oh Lie Looya, kau masih sudi datang kemari ?" kata nona
rumah, dengan mata melirik "Aku tadinya sangka kau sudah
menjabat pangkat di luar kota raja !"
"Pangku pangkat ?" Bouw Pek tertawa. "Buat aku, seumur
hidupku, aku tidak niat pangku pangkat !"
Dia hampirkan bangku dan duduk disitu, ketika Cia Lu
mama angsurkan teh, dia me nyambuti sambil membilang
terima kasih. Dari luar jendela terdengar jatuhnya air hujan, yang makin
gencar dan keras, suaranya guntur tidak menjadi kekurangan.
"Jangan kau sesalkan aku !" kata Bouw Pek kemudian,
sambil bersenyum "Dalam dua hari ini, aku repot bukan main.
Pertama tama urusanku pindah rumah, dan kedua urusannya
Tek Ngo ya, yang minta bantuanku ...... "
Sembari kata begitu, anak muda ini pandang muka onrang
yang nampaknya lebih bersinar, seperti orang mau tertawa,
maka dia lalu teruskan ;
"Baru tiga hari aku tidak datang, itu rasanya seperti tiga
bulan saja. Aku senantiasa merasa hatiku tidak tenteram,
maka sekarang, kendati juga hujan besar aku telah datang
kemari. Aku sengaja buang tempo........"
Si nona tertawa cekikikan apabila dia dengar keterangan
itu. "Jadi kau telah buang tempo untuk da?tang kemari " ia
tegasi. "Kalau begitu, kau tentu juga akan buru buru pulang !...... "
Tapi anak muda kita lekas geleng kepalanya.
"Tidak," dia bilang, "aku sekarang sudah tidak punya
urusan lagi! Aku sudah pindah
rumah dan urusan sobatpun telah selesai. Seterusnya aku
bisa datang tiap hari......"
Baru saja Bouw Pek tutup mulutnya atau dia sudah
menyesal bukan main.
"Kenapa aku mesti bilang bahwa aku bisa dalang setiap
hari ?" demikian dia tegur dirinya sendiri. "Mana aku bisa
lakukan itu ?"
Tetapi ucapan itu justru bikin Siam Nio girang bukan main.
"Kau bilang kau bisa datang setiap hari"," dia bilang. "Aku
tidak percaya, Tapi hari ini hujan besar, mestinya tidak ada
tamu lain yang datang, maka kau jangan lantas pergi"
"Tidak, aku memang tidak mau lantas pergi " Bouw Pek
manggut. "Aku bisa pulang sebentar sesudah tengah malam"
"Tengah malam " Apakah kau tidak takut nanti diomeli
isterimu ?"
Mukanya Bouw Pek menjadi merah.
"Apakah aku belum pernah kasi tahu kau?" dia tanya.
"Sekarang aku telah berumur dua puluh lebih. akan tetapi aku
masih belum ber isteri ! Aku datang kekota raja sendirian saja,
tadinya aku tinggal dihotel, baru dua hari aku pindah kebio di
Sinsiang Hootong"
Cu Siam benar2 tidak ketahui yang tamunya seorang
jejaka, katerangannya anak mu?da ini bikin dia heran.
"Kenapa kau belum menikah, Lie Looya?" dia tanya.
Bouw Pek merasa tertusuk. Ini adalah pertanyaan yang
mengenai lukanya didalam hati. sekalipun orang lain yang
tanyakan itu dia sudah masgul sekarang Siam Nio yang tanya
dia jadi berduka, Tapi dia coba kuatkan hati.
"Baiklah kita jangan sebut2 hal itu. itu urusanku yang
mendukakan hati," dia bilang dengan pelahan, dia menarik
napas, tangannya ditaruh dilututnya.
Siam Nio masih saja merasa heran, sehingga dia
mengawasi dengan bingung saja.
Justru itu Cia Mama bertindak keluar, maka buat bikin si
nona tidak salah mengerti. Bouw Pek kasikan keterangannya
Tapi lebih dulu dari pada itu, lagi2 dia menghela napas.
"Aku nanti terangkan pada kau seorang, karena orang lain,
kendati sobatku, tidak ke tahui rahasia hatiku ini," dia bilang.
"Sedari masih kecil aku sudah berpikiran, buat me nikah aku
mendapatkan nona yang pintar dan cantik, kalau tidak, aku
tidak mau kawin. Beberapa sanak dan sobat pernah tunjukkan
aku nona2, semuanya nona itu aku tidak penuju. Adalah
belakangan aku kenal nona she Jie, yang pintar dan cantik
dengan berbareng, malah dia telah hargakan aku dan ayahnya
pun bersikap manis terhadapku ...."
"Apakah kau tidak bisa minta perantaraan orang. buat
nikah nona itu ?" Siam Nio potong. ..Tidakah. dengan begitu,
pernikahan bisa lantas dilangsungkan ?"
Bouw Pek tertawa, tertawa secara meringis.
"Tidak, itulah tidak bisa terjadi" dia kata "Nona itu sudah
ditunangkan pada orang lain !"
Mukanya Siam Nio berobah, agaknya ia merasa terharu.
Dengan mata tajam dia awasi anak muda kita.
Bouw Pek duduk dengan tangan menunjang meja,
romannya sangat berduka.
"Kasihan anak muda ini." pikir Siam Nio yang jadi terharu,
hingga air matanya hampir meleleh keluar. dia anggap Bouw
Pek pemuda yang mencinta, maka sayang kecintaan itu tidak
ada yang bisa sambuti. . . ..
Hampir Bouw Pek tambahkan keterangan dengan bilang,
bahwa kecuali nona Jie adalah nona ini yang paling tarik
perhatiannya, bahwa dia berniat bebaskan si nona dari
belengguannya sekarang, agar kemudian mereka bisa
menikah dengan merdeka, sebab dia tidak ingin yang nona ini
mesti menikah dengan lelaki sembarangan apa pula lelaki
kasar, Syukur perasaan itu dia tidak dapat utarakan mulutnya
seperti terkunci.
Berdua mereka saling mengawasi, tidak ada satu yang buka
mulut. Maka itu, kendati suara hujan lebat, tapi suara
nyanyian dari kamar lain terdengar nyata, entah nona manis
yang mana yang sedang gembirakan diri dengan suara yang
halus dan sedih.
Hatinya Cui Siam tergerak, dia merasa tertusuk, dangan tak
merasa, air matanya me?leleh keluar, maka buru buru dia
susut itu dengan suputangannya.
Di saat nona ini mau bicara. dia lihat ibu-nya mendatangi
Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tanganya memegang selembar kertas merah.
Bouw Pek lihat kertas itu, dia menduga pada undangan.
Setelah sering berada dirumah hina ini, dia mengerti apa
artinya kertas merah itu. Tapi sekarang, melihat Siam Nio
yang harus dikasihani, hatinya menjadi panas. Kenapa selagi
hujan turun dengan lebat masih saja ada yang mau panggil si
nona, buat dijadikan jurulayan melulu karena uang".
"Louw Sam Looya," kata sang ibu, "katanya Cie Tayjin
sedang tunggu kau .. .."
Cui Siam kerutkan alisnya.
"Hujan begitu besar. bagaimana mereka masih memanggil
aku?" dia kata. "Mama, baik kau jawab mereka, bahwa aku
sedang sakit dan tidak bisa pergi"
"Itulah tidak bisa anak," Cia Mama kata. "Kau ketahui
sendiri, berapa banyak Cie Tayjin telah hamburkan uangnya
untuk kau. Kalau sekarang kau tidak pergi, apakah dia tidak
akan jadi kurang senang " Lagi, bila Cie Tayjin dengar kau
sakit, dia tentu bingung, dia pasti akan minta Louw Sam Looya
datang tengok kau !
Cui Siam menghela napas. dia tahu ibunya omong hal yang
benar. dia lalu berbangkit.
"Lie Looya, sukalah kau menunggu disini, sebentar aku
kembali," dia kata pada anak muda kita.
"Kau pergilah," sahut Bauw Pek sambil manggut. Meski dia
mendelu, dia diam saja, dia tidak mau campur tahu urusannya
ibu dan anak itu.
Ibunya Cui Siam merasa tidak puas yang anaknya mau
tahan si anak muda, tetapi mengingat orang telah sering
Bukit Pemakan Manusia 8 Pendekar Gila Karya Cao Re Bing Bentrok Rimba Persilatan 11