Pencarian

Riwayat Lie Bouw Pek 7

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu Bagian 7


"Tidak, perjanjian tidak bisa dibatalkan!" kata ia sambil
goyang kepalanya berulang2. "Perjanjian telah dibikin, sobat
dan kenalan telah diundang dan sudah berkumpul, sedang aku
telah datang kemari jauh2 dari Cimciu, apakah perlunya" Biar
apa akan terjadi, hari ini aku mesti piebu dengan tuan Lie ini,
akan pastikan siapa lebih tinggi dan siapa lebih rendah
kepandaiannya! Atau pembatalan bisa terjadi, andai kata ia
suka menyatakan suka mengalah di depannya orang banyak,
dengan begitu barulah aku merasa puas! ........"
Bouw Pek mendongkol mendengar ucapan orang itu.
"Saudara Phang Bouw, baiklah kau tidak usah mengucap
demikian!" ia kata. "Aku pasti sekali tidak sudi mengalah
sebelum kita piebu, aku ingin sekali menerima pclajaran dari
kau." Suaranya anak muda kita bikin semua mata ditujukan
padanya, diluar dugaan ia telah bicara secara nyaring dan
gagah. "Sebenarnya Lauw Loo piauw tauw bermaksud baik," ia
tambahkan, "dengan maksud melindungkan keakuran diantara
kita, ia sudah undang aku datang kerumahya dan ia anjurkan
aku untuk batalkan piebu kita. Aku setujui loo piauw tiauw,
karena aku juga pikir, asal saudara Phang Bouw suka
berdamai aku bersedia akan undurkan diri. Tapi sekarang
terbukti kau ingin piebu buat buktikan tinggi dan rcndahnya
kebisaan kita, baiklah aku bermedia melayani!"
Perkataannya anak muda kta ditutup dengan gerakan
tangannya menghunus pedangnya.
"Bagaimana kalau sekarang kita segera mulai ?" ia
menantang si Galok Emas.
"Ya, sekarang dimulai juga boleh!" kata orang dipinggiran.
Liuw Kin in menjadi sangat barduka hingga ia menghela
napas. "Sekarang aku tidak bisa campur tangan lebih jauh," kata ia
dengan masgul, Mukanya Phang Bouw merah padam sebab mendongkol, ia
buka bajunya d?n lemparkan itu kesamping sambil berbangkit.
"Ambil golokku !" ia teriaki orangnya.
Bouw Pek juga sudah bsrkisar dari mejanya dengan bawa
psdangnya. Orang yang ambikan goloknya Phang Bouw telah kembali
dengan sepasang goloknya jago Iyimciu itu. Dengan cekal
senjatanya ini, Kim-too lantas pergi kelatar.
Bouw Pek sudah buka baju panjang, dengan begitu ia sudah
lantas siap sedia. Ia bertindak akan hampirkan si Golok Emas
"Kau boleh mulai!" ia kata.
"Baiklah, aku tidak akan berlaku sungkan lagi" jawab Phang
Bouw, yang benar2 dengan sepasang goloknya membacok
anak muda itu !
Bouw Pek berkelit kekiri, dengan pedangnya ia menangkis
golok kanan, berbareng dengan itu pedangnya diteruskan
menusuk pinggang lawannya !
Dengan gesit Kim-too minggir, tubuhnya miring, golok kirinya
dipakai menyampok senjata musuh dan golok kananaya
kembali dipakai membacok.
Dengan tidak kurang gesitnya. Bouw Pek lompat kesamping,
dari sini ia melesat lebih jauh kebelakang musuh, sambil putar
badan ia menusuk mengarah punggung.
Bisa menduga maksud musuh, Phang Bauw unjuk
kegesitannya. Sebat sekali ia berbalik, dua batang goloknya
diangkat dipakai menangkis pedang musuh, dengan begitu si
anak muda jadi tidak berhasil.
"Bagus !" beberapa orang di pinggiran berteriak, mereka
kagum gerakkannya dua orang itu, yang terang berimbang celi
dan gesitnya. Bouw Pek sudah lantas mundur dua tindak, karena ia telah
dapat capai maksudnya
Menampak orang mundur, Phang Bouw merangsak ! Tapi
sekarang si anak muda tidak mau mundur lebih jauh,
memutar pedangnya, ia tangkis sesuatu bacokan oleh
sepasang golok. Pertempuran jadi hebat sekali!
Begitulah, berulang ulang kedua senjata telah berbentrok
dengan menerbitkan suara yarg nyaring dan riuh.
Setelah berselang sekian lama, Phang Bouw jadi sengit,
karena sia sia saja ia gunai ke pandaiannya, ia tidak mampu
desak musuh. Jangan kata mengalahkannya ! ambil mendesak
- desakan yang tercandak - ia pasang mata dan asah otaknya
akan kenai lowongan Maka lewat lagi seketika mendadak ia
kirim bacokan berbareng : golok satunya menuju lengan kiri,
golok lainnya mengarah dada.
Buat singkirkan diri dari bahaya maut, Bouw Pek yang awas,
yang bisa libat gerakan musuh, sudah jauhkan diri dengan
satu lompatan jumpalitan "Yauw coe hoan sie" sambil
pedangnya dipakai menangkis secra raupan, ketika ia turun
pula ketanah, ia berada disamping musuh itu. Ia tidak tunggu
sampai dua kakinya injak tanah, ia tidak kasi kesempatan akan
musuh dapat perbaiki diri, dengan cepat ia menendang lengan
kiri lawannya !
Phang Bouw hampir keluarkan jeritan karena tendangan itu
bikin tangannya dirasai sakit, sedang goloknya terlepas dan
jatuh ke tanah ! Ia jadi gusar, sekalipun tinggal sebuah
goloknya, ia menyerang pula secara jauh lebih sengit !
Tapi sekarang Bouw Pek bisa berkelahi dengan lebih leluasa,
tadi menghadapi sepasang golok ia tidak repot, apa pula
sekarang, satu sama satu, pcdangnya jadi merdeka.
Pedangnya kini bergerak kemana saja golok musuh sampai,
hingga percuma saja Kim too sengit, sesuatu bacokannya
tidak pernah mengasi hasil. Kendati begini, pertempuran tidak
jadi kurang serunya.
Dengan gerakan tubuh yang nampaknya enteng sekali, Bouw
Pek bisa jauhkan dan dekati musuhnya sesukanya sendiri.
Musuh selalu cari lowongan, begitu juga ia sendiri.
Lima jurus telah lewat, dengan satu enjotan tubuh, sehabis
berkelit kesamping, Bouw Pek merangsak musuh, akan bikin
dirinya berada dekat musuh, dengan pedangnya ia tahan
goloknya, lalu dengan sebat luar biasa dengan tangan kirinya
ia tepok tangan musuh yang menyekal golok !
Jago dari Cimcioe terperanjat, lengannya itu gemetar dan
sakit, sampai goloknya ia tidak kuat angkat, hingga lekas2 ia
mundur dua tindakkan jauhkan diri dari musuh, buat perbaiki
dirinya. tapi Bouw Pek tidak bekerja setengah jalan, selagi
musuh mundur ia maju, sebelum musuh bisa berbuat apa ,
kakinya sudah melayang naik. Sebab tangannya Phang Bouw
yang keplek tidak leluasa, tangannya itu kena didupak, maka
sekarang, seperti tadi golok kirinya, golok kanannya lantas
terlepas dan jatuh!
Lagi sekali Kim too mundur, sekarang dengan satu lompatan.
Berbareng dengan itu Phang Liong lompat maju dan serahkan
padanya sebatang tombak.
Dengan dapat senjata baru, Phang Bouw maju lagi akan terus
menikam ! Bouw Pek lihat segala apa, kendati ia tahu musuh dikasikan
senjata, ia tidak cegah itu, ketika ujung tombak sampai ia
menyampok dengan keras, lalu sambil lompat maju ia
membacok. Gerakan musuh membahayakan Phang Bouw tarik pulang
tumbaknya, yang ia pakai menangkis, dengan pedang yang
tajam telah beradu, hingga terbitlah suara keras ! Cuma, buat
kagetnya si Golok Emas, ujung tumbaknya jatuh, karena
bacokannya Bouw Pek dengan pedang yang tadinya telah
membikin kutung tumbak itu !
Masih saja Phang Bouw tidak mau menyerah kalah, malah
jadi makin marah, ia lempar gagang tombak, dengan tangan
kosong ia maju menyerang !
Bouw Pek mundur, ia tidak mau bikin celaka musuh yang
nyalinya besar itu.
"Apakah kau masih tidak mau mcnyereh kalah ?" ia tanya.
Lauw Kie In juga maju seraya ulap ulap kan tangan.
"Sudah, sudah !" berkata piauwsoe tua ini.
Phang Bouw merah padam, bahna panasnya hatinya, bahna
tenaganya telah dikeluarkan terlalu banyak, matanya seperti
mendelik ia tidak gubris penanyaannya si orang sbe Lie, ia
tidak perdulikan suaranya si orang she Lauw, sebaliknya
dengan tiba2 ia lompat menubruk sebelah tangan mencekal
lengannya Bouw Pek, dengan tangan yang sebelah lagi mau
rampas pedangnya. Untung buat ia, anak muda itu tidak
kehendak jiwanya, kalau tidak, satu sabatan sambil mundur
berlari bahaya bagi dirinya,
Bouw Pak mengerti ancaman bahaya apa bila pedangnya
kena terampas, dari itu ia lantas berdaya akan lepaskan
tangannya, maka juga berdua mereka lantas berkutetan.
Kie In kena kebentur sampai sempoyongan ia hampir jatuh
Phang Bouw gunai tanaganya akan cengkeram keras tangan
musuh, akan rampas pedang musuh. Bouw Pek pun keluarkan
tenaganya akan lawannya cengkeraman itu, buat cegah
pedangnya pindah tangan.
"Sudah ! sudah !" Liuw Ke In mencegah pula" "Sudah jangan
berkelahi terus, nanti orang tertawakan kau !"
Seruan ini tidak diladeni oleh Phang Bauw.
Semua penonton jadi bingung, sebab hebatnya pertempuran
itu. "Lekas gunai totokan urut" akhirnya Phang Hoay teriaki
saudaranya. Dsngan peringatan ini ia ingin sang adik gunai
tenaganya yang seperti kerbau buat rampas pedang musuh.
Phang Bouw turut anjuran raihasa dari engkonya itu, ia lantas
kumpul tenaganya Apamau, maksudnya sia sia saja. Ia tak
sangka babwa Bouw Pek. lemah kelihatannya. punya tenaga
lebih besar dari padanya Maka itu mereka tetap berkutetan.
Lama lama karena panas timbullah ingatan busuk dalam
hatinya si Golok Emas. Ia lepas secara mendadak tangan
kirinya, yang tadi dipakai buat rampas pedang dengan tangan
ini ia tonjok tenggorokan lawannya.
Tapi dengan tangannya terlepas, pemuda kita berlaku lebih
sebat lagi, belum tangan musuh sampai pada tenggorokan
tangannya itu melayang pada dada orang, dengan suara mem
beleduk ! Berbareng dongan itu kakinya yang merdeka pun
diangkat. Lantas dengkulyn mampir pada perut orang, atas
mana terlemahlah cengkeramannya Phang Bouw, rubuhlah
tubuhnya ketanah, rubuh terbanting dengan menerbitkan
suara keras !......
Berbareng terlepasnya tangan musuh, Bouw Psk lompat
mundur, kapan ia tengok lengannya. lengan itu bcrwarna
merah, tetapi lengannya Phang Bouw telah jadi matang biru,
suatu tanda cekalanya anak muda ini jauh lebih hebat !
Duduk numprah ditanah, tiba2 Kim too Phang Bouw
menangis sesenggukan !
Lauw Ke In segera hampirkan dan pimpin bangun jago
Ciamcioe itu. Ketika itu Tiat koen Phang Hoay bersama Hoa khio Phang
Liong, beberapa piauwsoe dan pegawal piawkiok, hendak
serbu Bouw Pek dengan senjata ditangan.
Anak muda kita mengawasi dengan tajam, pedangnya sudah
siap, sedikit juga ia tidak unjuk yang ia takut atau jeri.
"Jangan bcrlaku tidak tau aturan !"
Phang Houw teriaki fihaknya seraya ulapkan tangannya
mencegah ..Lie Bouw Pek boegeenya lebih liehay dari padaku,
aku menyerah Kalah !" Air matanya meleleh turun. Ia kasi
hormat pada anak muda kita, seraya berkata "Saudara Lie
mulai hari ini dan selanjutnya, Phang Bouw tidak bisa sebut
dirinya hoohan lagi, daerah Titlee Selatan aku serahkan pada
kau ...... "
Bouw Pek girang yang ia telah bisa kalahkan jago Cimcioe itu
akan tetapi kapan ia saksikan sikap jujur dan laki2 itu, hatinya
tertarik, ia jadi likat serunya Dengan angkat pedangnya ia
balas hormatnya jago-pecundang itu.
"Saudara Phang, aku minta janganlah kau mengucap seperti
ini," ia bilang. "Aku telah gunai sepuluh bagian dari tenagaku,
baru aku bisa menangkan kau. Boegee kau sungguh
mengagumkan aku !"
Phang Bouw goyang2 tangannya, ia menghela napas.
"Habis, habislah," kata ia dengan lesu, "pamorku dari belasan
tahun hari ini telah jatuh ditangan kau " Meski begini, aku
tidak benci kau. Selanjutnya aku tidak mau hidup pula
dikalangan Sungai Telaga....."
"Jikalau kau wujudkan perkataanmu ini, saudara Phang,
terang aku Lie Bouw Pek bukannya orang dengan muka
terang," kata anak muda kita.
Phang Bouw susut air matanya, ia pakai bajunya lantas
hampirkan bekas lawan itu akan jabat tangannya.
"Saudara Lie " ia berkata, "urusan kita ini baikah kita jagan
sebut2 lagi! Saudara, mari duduk, mari kita minum dan
bersantap!"
"Nah. ini barulah kelakuannya kangouw hoohan !" Lauw Kie
In memuji dengan kekaguman.
Phang Bouw betot tangannya Bouw Pek buat diajak duduk,
semua tamunya ia undang akan sambil tempatnya masing2
akan lanjutkan perjamuan mereka.
Phang Hoay dan Phang Liong sangat malu dan mendongkol
mereka menyingkir ke dalam ........
Phang Bouw isikan tamunya semua cangkir, ia hirup araknya
sampai dua cangkir, kemudian ia berbangkit angkat bicara. Ia
kata : "Saudara2, sekarang kau telah lihat semua, dikalangan
Sungai Telaga telah ada orang yang jauh lebih gagah daripada
aku, Kim too Phang Bouw ! Saudara2, sekarang aku mau
minta supaya sukalah kau kasi selamat jalan padaku, sebab
segera sehabisnya ini aku mau berangkat pergi ! Saudara2
andaikata diwaktu lain aku datang pula ke Pakkhia ini, aku
akan datang seperti manusia biasa, tidak nanti aku mau
berebut pengaruh lagi dengan orarg lain !"
Setelah kata begitu, jago tua ini tertawa tertawa meringis,
satu tanda bahwa hatinya sangat tcrluka...
Semua tamu bisa mangerti ktsukarannya jago ini. mereka
menghiburkan, tetapi percuma saja, Kim too sudah ambil
putusan buat hari itu juga angkat kaki dari Pakkhia.
Bouw Pek kagum betul terhadap Phang Bouw, sebab kendati
ia seorang kasar, Kim too benar2 jujur dan hormatkan diri.
Orang macam begini berharga untuK dijadikan sobat.
"Saudara Phang Bouw, kau kenal banyak sobat dikalangan
Sungai Telaga, apakah kau kenal seorang yang bernama Beng


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Su Ciauw?" ia lalu menanya dengan manis, buat simpangkan
soal. "Aku tidak kenal Beng Su Cauw itu," salut Kim too seraya
geleng kepala. Ia kerja apa " Ia dari kalangan piauwkiok atau
Sungai TeLga ?"
"Tuan Lie " tanya Lauw Kie In, sebelumnya Bouw Pek jawab
Phang Bouw "kau sebut Beng Su Ciauw. apakah ia putera
kedua dan Beng Eng Siang dari Soanhoan ?"
"Benar." sahut anak muda kita sambil manggut. "Beng Su
Ciauw itu sadari masih muda sekali sudah dituanangkan pada
nona Sioe Lian. puterinya De Hiog Wan, Jie Loo piauwtiauw.
Karena sekarang Jie Loo piauwtauw telah menutup mata,
nona Jie dan ibunya berada dirumah keluarga beng, tetapi
Beng Soe Ciauw sendiri tidak ada dirumah, ia tidak pulang dan
tidak ada kabar ceritanya, sejak tahun yang sudah ia minggat
dan rumahnya Maka ia Beng Loo piauwtauw minta aku
berhubung kepergianku ke Pakkhia, akan dengar dengar
perihal puteranya Itu."
Jago tua dari Tay Hin Piauwtauw menghela napas.
"Beng Lauwko pada tahun yang sudah juga telah menulis
surat padaku perihal anaknya itu dan ia mnta aku bantu cari
Soe Ciauw," ia berkata. "Sama sekali aku belum pernah
ketemu Soe Ciauw, aku tidak tahu bagaimana potongannya
dan romannya. Untuk penuhkan permintaannya Beng Lauwko,
akupun minta pula bantuannya sobat sobat, tetapi hingga
sekarang aku tidak pernah dengar kabar apa apa. maka aku
tidak nyana anak itu masih belum pulang Ah, kasihan nona Jie
itu, sudah ayahnya menutup mata, sekarang tunangannya tak
ketahuan kemana parannya...."
Bouw Pak terharu mendengar ucapannya jago tua itu, sedang
semua orang pada diam saja mendengari. Melainkan Moh Po
Koen ketua dari Sue Hay Piauw tiam, yang diam diam taruh
perhatian besar. Ia asal Kie lok, dengan Ngo jiauw eng Soen
Coen Lee ia bersaudara angkat, maka itu Jie Hiong Wan ia
kenal baik. Pada tahun yang sudan Moh Piauwtauw ini pernah
pulang ke kampungnya, buat tinggal beberapa bulan, selama
itu ia dapat ketika lihat Soe Lian, yang ulah menjadi gadis
elok, hingga ia jadi tertarik dan dapat keiinginan untuk nikah
si nona. Melulu disebabkan ia ia malu hati dan jerih terhadap
Soen Ceng Lee, ia telah tidak berani utarakan pikiranya dan
tidak berani juga bertindak. Tapi sekarang ia dengar keadaan
Sioe Lian itu, tiba tiba perhatiannya jadi terbangun pula.
"Kenapa Jie Loo piauwtauw menutup mata ?" ia tanya dengan
cari alasan buat turut bicara.
"Betul !" Lauw Kie In setujui. "Bukankah kau dan Jie Lawko
asal satu kampung"
"Bukan melulu asal satu kampung, malah Jie Loo piauwtauw
berlaku baik seka1o terhadap aku," kata piauwtauw ini dengan
roman yang bangga, "sedang muridnya, Ngo jiauw eng Soen
ceng Lee, adalah saudara angkatku Dengan nona Sioe Lian
sendiri aku pernah bertemu beberapa kali, ia memanggil aku
Moh Lok ko "
Bouw Pek melirik pada ketua dari Soe Hay Piauw tiam ini,
tetapi ia tidak kata apa2.
"Semua tamu adalah piauwsu atau guru silat, yang tentu saya
luas pergaulannya, maka menggunai. ketika ini anak muda
kita lantas utarakan permintaannya agar mereka itu suka
tolong dengar hilangya Beng Su Ciauw itu, roman dari
potongan tubuh siapa lantas ia lukiskan.
Lauw Kie In juga telah utarakan permintaun bantuannya.
Semua tamu berjanji akan berikan bantuan, buat mana Bouw
Pek dan Lauw Kie ln lebih dulu haturkan terima kasih.
Bouw Pek minum pula dua cawan arak, lantas ia bcrbangkit
dan pakai bayu luarnya. dengan jumput pedangnyaa ia ialu
minta parkenan untuk undurkan diri.
Kim too Phang Bouw tidak mencegah, bersama Lauw Kie In
dan yago lain ia mengantar sampai diluar. Phang Hoay dan
Phang Liong tetap tidak muncul.
"Jikalau ada ketika. Lie-ya, harap lain kali sukalah kau mampir
ditempatku," Lauw Kie In mengundang.
"Terima kasih, lain kali pasti aku akan datang mengunjungi,"
sahut Bouw Pek.
Bouw Pek angkat tangannya mengasi hormat pada semua
orang. "Saudara Lie, harap lain waktu kita bisa bertamu pula " kata
Phang Bouw sambil kiongkhiu dan menjurah.
"Aku harap saudara Phang " sahut anak muda kita.
Sampai disitu Bouw Pek bertindak kejurusan barat, akan
keluar dari gang Ta-mo-ciang, paling dulu ia cari warung nasi
dimana ia lalu duduk bersantap, kemudian buat pulang ke
Hoai Beng Sie ia sewa kereta,
Bouw Pek telah dapat kemenangan, ia merasa puas, karena
fihak lawan adalah jago paling ternama dari Titlee, kenditi
demikian ia toh tidak gembira seperti waktu ia rubuhkan Siu
Bie-to 0ey Kie Pok dan hajar Poan Louw 5am si Terokmok. Ini
disebabkan ia telah dapat kenyataan Kim too Phang Bouw
adalah laki2 sejati, rubuhnya ia anggap sayang, sedang
difihak lain, dengan kalahkan si Golok Emas, namanya lantas
naik secara luar basa. Apakah artinya nama-nama saja
baginya " Sedang yang dicari bukan nama, melainkan
kedudukan Buat apa nama tersohor, kalau kantong kempes,
hidup tak ketentuan " Difihak lain, dengan nama tinggi itu ia
bayangkan pasti ada orang2 yang jelus atau dengki hati
terbadapnya, hingga dirinya senantiasa berada dalam
ancaman bahaya Hingga sekarang ia mesti jaga diri hati" "
Sembarang waktu onar bisa terbit. Apakah artinya itu untuk ia
" "Maka dalam satu dua hari ini baiklah aku lantas berlalu dari
Pakkhia ini." akhirnya ia ambi1 putusan.
Kereta ja!an terus Tatkala kendaraan ini sampai di Cay-lie
kauw dan baru saja mau masuk di Sin-siang Hootong
mendadak di depan kereta muncul Seorang seraya terdengar
seruannya : "Lie Toaya ! Sungguh menggirangkan akan saksikan kau
rubuhkan Kim too Phang Bouw !"
Dengan lantas Bouw Pek kenali Su Poan-cu, si Gemuk, muka
siapa tersungging senyumannya dada berikut perutnyadipelendingkan
kedepan, manyatakan berapa besar
kegirangannya buat kemenangannya sobat dan langganannya
itu! "Heran-----" pikir anak muda kita. yang menjadi sedikit
masgul, Ia tidak ikut aku. ia tidak nonton piebu kenapa ia
sudah lantas ketahui kemenanganku ?"
Kendati demikian, sambil bawa pedangnya, ia lompat turun
dari kereta dan bayar sewanya.
"Su Ciangkui dari siapa kau ketahui aku telah menangkan
Phang Bouw ?" ia tanya.
Su Poan cu tertawa, hingga daging yang gemuk dimukanya
menjadi seperti satu
"Apa masih perlu akan aku dengar dari orang lain" ia
kata."Aku melihat dengan mataku sendiri Ketika kaki depan
Lie Toaya bsrjalan, kaki belakangku lantas mengikuti, didepan
pintu pekarangan dari Cun Goan Piauw tiam aku merandek,
sebab dari situ aku bisa lihat nyata kedalam. Lie Toaya telah
angkat kaki dan bikin Phang Bouw rubuh. ......!"
Si Gemuk angkat kakinya dan bikin gerakan tepat seperti
Bouw Pek. "Sungguh cepat, sungguh sempurna " kata pula si Gemuk,
hampir seperti bersorak bahna gembiranya "Lie Toaya,
sungguh aku Su Poan cu tidak salah , apabila aku bilang, kau
adalah hoohan nomor satu di Pakkhia!"
LIE BOUW PEK tertawa, dengan di dalam hati sebenarnya
tercengang. "Aku mesti perhatikan si gemuk ini," pikir ia. "Ia bilang ia
tidak mengerti silat, kenapa gerakannya demikian bagus dan
ia bisa tiru aku " Tidak salah lagi, ia mestinya seorang yang
punya hal-ikhwal menarik hati tidak bisa jadi ia hanya tukang
warung yang sederhana."
Ia segera awasi si gemuk ini dari atas sampai bawah,
terutama tubuh orang yang terokmok. Tapi dari potongan
tubuh itu tidak bisa dilihat yang tukang arak ini mengerti silat.
"Mari mampir diwarungku, toaya kita minum arak!" kemudian
Su Poan cu mengundang. Ia selamanya berlaku manis budi,
senyumannya murah.
"Barusan aku telah minum banyak di Cun Goan Piauwtiam,
sekarang aku mau pulang kegereja buat tidur." Bouw Pek
menolak. "Sebentar malam saja !"
"Baiklah," sahut Su Poan cu yang tidak memaksa. "Sampai
sebantar malam !"
Anak muda kita manggut pada si gemuk itu, ia lantas
bertindak masuk kedalam gang. Dibio ia disambut oleh
seorang hweeshio.
"Tadi Oey Su ya datang, karena kau tidak ada. ia tinggalkan
karcis namanya saja," kata orang beribadat itu serahkan karcis
nama. Bouw Pek menyambuti, karcis mana memakai nama Oey Kie
Pok, anak keempat.
"Apa perlunya Oey Kie Pok datang pula mencari aku?" ia
menduga2, sedang karcis nama itu ia tidak perhatikan, ia bikin
jatuh disampingnya.
Si hweeshio mengawasi, apabila ia lihat tamunya diam saja
oleh karena ini ia batal menanyakan apa kabar dengan Oey Su
ya, yang katanya berniat menderma pada gerejanya itu. Malah
kemudian ia berlalu.
Bouw Pek jadi berpikir, dari menduga-duga maksudnya Kie
Pok ia kembali pada kesangsian atas dirinya Su Poan-cu, yang
gerak geriknya luar biasa.
"Pakkhia kota besar dan ramai, bisa dinamakan sebagai
tempat naga sembunyi dan harimau tidur, disini ada segala
macam orang......" demikian ia ngelamun. "Su Poan cu mesti
seorang dari kalangan Sungai Telaga, yang punya kepandaian
tinggi, tetapi ia aneh. seperti juga Cui Siam. Kenapa nona itu
mesti siap sedia dengan pisau belati " Apa tidak baik aku
tanya Siam Nio dan si tukang arak gemuk ini, buat
mengetahui hal ikhwal mereka yang sebenarnya "
Kelihatannya percuma, mustahil mereka mau beber rahasia
mereka padaku, cuma aku capekan lidah ku........"
Ngelamun lebih jauh, Bouw Pek ingat pula dirinya. "Kim too
Phang Bouw tentu telah pulang ke Cimciu, maka apa perlunya
aku berdiam lama dikota raja ini, dimana aku hanya peroleh
nama kosong" Disini aku nganggur setiap hari ! Apa rasanya
buat jadi hoohan melulu ?"
Lantas ia ambil putusan buat besok ke temui pamannya, akan
pamitan dan pulang, diri rumah si paman ia mau pergi
kerumahnya Tek Siauw Hong buat serahkan buku uang dan
pamitan dari pamili orang Boan itu, lusa baru ia berangkat. Ia
boleh merantau kemana ia suka.......
Oleh karena ini, ia bisa rebahkan diri, dengan cepat ia pulas.
Ia dapat tidur siang dengan cukup, setelah mendusin ia pun
tidak pergi kemana2. Adalah sesudah sore ia niat pergi
kewarungnya Su Poan cu buat tangsal perut, buat sekalian
kongkouw dengan si gemuk yang doyan bicara itu.
Bouw Pek tidak pakai baju luar ketika ia bertindak keluar dari
kamarnya, dua tangannya digendong kebelakang. Ia jalan
terus keluar bio. Diluar dugaanya, baru saja ia muncul didepan
pintu pekarangan, lima orang sudah pegat ia. Sesudah mereka
datang dekat, baru Bouw Pek mengenali yang mereka itu
adalah hamba wet: yang dua memegang rantai, yang dua lagi
membawa senjata ruyung dan golok yang disoren dipinggang.
"He, kau siapa" Apa kau bikin?" demikian seorang opas
menegor. Mau atau tidak, Bouw Pek terperanjat juga.
"Aku orang yang tinggal didalam bio ini !" ia menyahut.
"Apa namamu ?" hamba wet itu tanya pula.
"Lie Bouw Pek......"
Belum Bouw Pek tutup rapat mulutnya, atau dua opas yang
pegang rantai telah lemparkan borgolnya itu dilehernya.
Mukanya anenjadi pucat. sebab tahan amarah. Sam bil angkat
tangannya akan singkirkan rantai itu, ia mundur satu tindak.
Dua opas itu maju seraya hunus golok mereka.
"Kau berani lawan hamba wet ?" mereka tanya.
"Aku bukan melawan hamba wet !" anak muda kita jawab.
"Aku Lie Bouw Pek, penduduk baik2, yang tidak pernah
lakukan perbuatan yang melanggar undang2 negeri,
bagaimana kau tiba2 hendak tangkap aku " Sedikitnya kau
mesti terangkan dulu, apa kesalahanku "
Pemuda ini berdiri diam dengan tubuh gemetar, karena masih
saja ia kendalikan hawa amarahnya yang meluap2.
Lantas opas yang kelima maju menghampirkan, ia bawa sikap
manis, ia tepok pundak orang.
"Kau tanya alasannya kenapa kami mau tangkap kau. sobat?"
ia kata. "Menyesal, kami sendiri tidak ketahui itu. Kami
orang2nya Te tok Tayjin, kami cuma diperintah melakukan
penangkapan. Aku minta kau suka turut kami, supaya kami
bisa jalankan kewajiban kami, nanti setibanya dikantor baru
kau minta keterangan"
"Benar, sobat," kata salah satu opas yang memegang rantai,
"kami memang mesti lakukan kewajibao kami. Kami harap kau
suka menurut, agar supaya kami bisa jalankan kewajiban kami
itu." Bouw Pek lantas saja menduga pada Poan Louw Sam, si jahat
yang cerdik maka ia mengerti, kecuali menurut, ia tidak punya
jalan lain. Is tidak mau sembarangan menggunai kekerasan.
"Baiklah, aku turut kau pergi ke kantor " akhirnya ia kata
sambil bsrsenyum dingin. "Aku tidak takut, karena aku tidak
salah" "Kau benar sobat, dikantor kau bisa bersihkan dirimu," kata
opas yang cerdik.
Sekarang Bouw Pek manda orang kalungi ia lalu separoh
didesak diminta berjalan keluar dari Sin siang Hootong
Dimulut jalan sebelah timur menunggu sebuah kereta
persakitan, ia lantas diminta naik, satu orang ikut ia. empat
yang lain mengikuti sambil jalan kaki.
Diwaktu permulean malam itu didalam kesunyian suara roda
kereta terdengar nyata.
Berapa jauh ia sudah jalan, itulah Bouw Pek tidak ketahui,
hanya tahu2 kereta telah berhenti dan ia diminta turun. Nyata
mereka tudah sampai dikantor atau gee mui dari Kiu bun
teetok, kereta diberhentikan dipintu samping. Anak mada kita
lantas saja ditambah borgolan pada tangan dan kakinya dan


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terus dikasi masuk dalam kamar tahanan.
Juru tulis kepala dari bagian pangadilan dan teetok gee-mui
yang diberitahukan tentang penangkapan ini, bukannya lantas
mengasi laporan pada teetok, melainkan kirim orang
kepercayaannya pergi cari Poan Louw Sam, buat sampaikan
perkataannya : "Penjahat besar Lie Bouw Pek sudah kena
ditangkap dan telah ditahan dikamar tahanan, ia segera akan
diperiksa buat diberikan hukuman"
Orang kepercayaan ini. Siauw Ciang namanya, sudah turut
perintah, ia segera mcnuju ke Thay peng ouw dikota barat,
kerumahnya Poan Louw Sam si Terokmok. Kebetulan sekali
tuan rumah ada dirumahnya, dimana ia sedang bikin
perjamuan bersama beberapa sahabat karibnya, yaitu pertama
Cie Tayjin, bekas Lee pou Sie long, kedua Gie su Lauw Tayjin,
dan ketiga Ciauw Ngo ya, toakoansu atau kuasa besar dari
suatu onghu. Sebagai pelayan diantara mereka ada dua budak
Louw Sam yang muda dan cantik, yang saban isikan cawan
arak mereka. "Kamar aku telah sediakan," kata Poan Louw Sam sembari
tertawa pada Lauw Gie su. "Kita sekarang utus orang saja
buat pergi menyambut, lantas Cie Looya akan" menjadi baba
kemantin !"
"Cuma." tertawa Ciauw Ngoya, "Cie Looya harus lebih dulu
cukur klimis kumisnya. kalau tidak, enso kemantin baru punya
myka potongan telor bisa menderita tusukan
kumisnya itu ......"
Cie Sie long girang sekali mendengar perkataan itu, kendati ia
tahu sobat itu mengucap demikian separoh mcnggoda, ia kata
: "Aku memang sudah pikir buat cukur kumisku, tetapi aku
takut yang dia nanti adukan aku "
Sembari kata begitu, ia manunjuk pada Lauw Gie su.
Lauw Gie su tunda cangkirnya, yang ia sudah bawa
kemulutnya, "Aku memang menyadi gie su, tetapi aku tidak urus perkara
orang cukur kumis" ia kata.
Atas ini empat orang itu tertawa berkakakan. sedang kedua
nona pelayan lagi2 penuhkan cawan mereka.
"Dengan sebenarnya. aku belum pernah libat nona Cui Siam,"
kata si giesu kemudian.
"Buat mendapat lihat dia mudah saja" berkata Poan Louw
San. "Besok aku boleh ajak kau pergi kesana Kapan kau
ketahui bagaimana romannya bidadari dalam rembulan, nah,
demikian rupa juga adanya si Cui Siam"
"Dengan begini," Ciauw Ngo ya tepok2 tangan, "nyatalah Cie
Tayjin akan lekas pergi kebulan "
Cie Se long tertawa, ia manggut1, tangannya lantas jepit
sepotong bebek panggang, yang ia bawa kemulunya
apamau, hampir semua giginya telah cyopot, maka itu
dengan bardeging ia naikan daging itu.
Louw Sam menggila pu!a, sembari menoleh pada selang itu
ia kata : "Kau dengar tidak, tayjin" Ciauw Ngo ya bilang, kau akan jadi
calon kelinci"
Cie Sie long masih saja tertawa, ia masih saja bergulat
dengan sepotong bebeknya itu, maka lagi2 orang tertawakan
ia Waktu itu mendadak datang seorang kacung umur belasan,
yang pakaiannia bersih dan rapih yang segera menghampirkan
Poaa Louw Sam dan bicara sambit berbisik dengan si
Terokmok ini, atas nama Louw Sam bilang : "Suruh ia duduk
sebentar dikamar tamu " setelah mana ia menoleh pada tiga
tamunya seraya berkata lebh jauh : "Sam wie, silahkan duduk
saja, aku mau keluar sebentar ! Kemudian ia bertindak pergi.
Kapan ia Sampai dikamar tamu, Siauw Ciang kasi boriiat
padanya. "Aku dikirim kemari oleh Ouw toa siok, buat kasi tahu pada
Louw Sam ya, bahwa peajahat besar Lie Bouw Pek sudah
kena ditangkap dan sekarang sudah ditahan dalam penjara,
katanya besok perkaranya mau diperiksa diputuskan
hukumannya."
Dengan hati sangat puas, Poan Louw Sam manggut2.
"Baik, bagus, aku sudah mengerti," ia bilang, "kau boleh
pulang dan kasi tahu Ouw Toa siok. aku menghaturkan
baoyak banyak terima kasih padanya. Apabila besok ia ada
tempo, ia boleh datang kekantorku sebelah barat "
Siauw Ciang menjawab bahwa ia sudah mengerti.
"Nah, ini buat kau, kau boleh pulang dengan naik kereta "
kata Poan Louw Sam kemudian seraya serahkan uang
persenan pada orang suruhan itu.
Mula mula Siauw Ciang msnolak sambil membilang terima
kasih, akhirnya ia terima uang persenan itu. Satelah itu ia
unjuk hormatnya dan berlalu.
Sambil bersenyum. Poan Louw Sana balik pada kawan
kawannya, ia girang luar biasa, akan tetapi ia tidak bilang apa
apa, ia makan dan minum seperti biasa. Cuma
kegembiraannya itu ia tak mampu sembunyikan.
Sehabis bersantap orang berkumpul buat menyedot,
kemudian Lauw Gie soe dan Ciauw Ngo ya pamitan lebih dulu
akan pulang, hingga tinggal Cie Sielong bersama tuan rumah.
Keduanya mereka itu rebah rebahan di bangku lebar yang
terbikin dari kayu merah.
"Tadi Ouw Kie Touw kirim orangnya mengasi tahu," Poan
Louw Sam berkata, katanya itu binatang she Lie sudah
ditangkap atas tuduhan menjadi penjahat besar, maka
kelihatannya ia tidak bisa lolos dari hukuman mati. Dengan
jalan ini, maka kau sekarang kau mesti lekas pergi cari Siam
Nio dan beritahukan padanya, supaya hatinya menjadi mati,
agar ia suka menerima baik permintaan, sesudah itu barulah
kau sambut ia. Setelah ia disambut, urusan boleh dibilang
sudah beres "
Mendengar itu, alisnya Cie Sie long mengkerut.
"Si orang she Lie itu memang menjemukan" ia bilang, "tetapi
menurut aku, tuduhan atas dirinya terlalu hebat. Orang orang
dari kalangan Sungai Telaga mempunyai banyak sobat dan
kuwan, andaikata di belakang hari ada orang yang datang cari
aku, bagaimana" Maka menurut aku, baiklah Ouw Kie Touw
dikisiki, sudah cukup apabila ia dthajar beberapa rotan, tahan
ia didalam penjara beberapa bulan, akhirnya baru ia
dimerdekakan . . . . "
Poan Louw Sam tertawa.
"Jangan kau gusar, lauwko, tetapi pikiranmu itu adalah yang
dinamai kedermawanan palsu" ia kata. "Si or?ng she Lie itu
telah pengaruhkan Coei Siam, lantaran dia, Coei Sam jadi
tampik kau yang dikatakan sudah tua bangkotan, katanya kau
sudah punya dua gundik bukankah menurut coei Siam, kalau
tidak ada sebab sebab itu, ia suka ikut kau" Tapi sekarang si
orang she Lie sudah dibekuk. Cioe Siam pasti tidak punya
alasan 1agi. ia tentu akan turut kau dengan hati lega. Si orang
she Lie adalah orang yang tak berasal usul, meulu karena ia
kenal baik Tek Siauw Hong pengaruh siapa rupanya ia
andalkan ia jadi berani main gila disini ! Ia serang aku masih
tidak apa, kurang ajarnya, ia berani juga hajar Oey Kie Pok,
sedang hari ini aku dengar iapun telah pukul rubuh Kim too
Phang Bouw, jagoan dari Cimcioe yang tersohor, la manusia
miskin, ia tidak punya rumah tangga dan pekerjaan, melulu
katena berkepandaian boegee, ia berani lantangi kita, hingga
ia telah berani bikin malu pada kita. Sekarang, dengan gunai
pengaruhnya sedikit uang, ia bisa dibikin tak berdaya, malah
jiwanya akan disingkirkan, apakah itu tidak bagus?"
Masih saja Cie Sie long kerutkan alisnya.
"Aku tetap masih kuatir ia punya sobat yang tidak takut mati"
berkata orang tua ini, "aku kuatr sobat itu nanti datang
mencari kita, hingga kita bisa hadapkan kesulitan. Kita orang
orang dengan kedudukan baik, mana kita bisa lawan orang
bangsa tak keruan"
Poan Louw Sam tertawa tertawakan hati yang kecil dari
sobatnya itu. "Jangan kuatir tidak akan ada kesukaran ! ia coba menghibur.
Pertama tama tentang si orang she Lie aku sudah cari
keterangan jelas, di Pakkba ini ia orang sebatang kara. kecuali
paman misannya Kie Thian Soe, coe soe yang melarat, disini
ia hanya kenal Tek Siauw Hong sendirian, tetapi sekarang Tek
Siauw Hong tidak ada dikotaraja Kedua: urusan ini tidak eaja
telah bikin lampias sakit hatiku, juga melampiaskan sakit
hatinya Oey Kie Pok. Oey Kie Pok bersobat baik dengan Khoe
KongCiaw, dengan mereka berdua, bukankah kita tidak usah
takuti lagi segala buaya darat?"
Disebutnya nama Oey Kie Pok bikin nyalinya Cie Sie long
menjadi besar juga.
Seperti orang banyak, ia juga ketahui yang Oey Kie Pok
punya boegee tinggi, benar Sioe Bee to katanya pernah
dikalahkan oleh Lie Bouw Pek, akan tetapi dia itu punya
banyak sobat yang berkepandaian tinggi
"Baiklah" ia kata akhirnya, "Tunggu lagi dua hari, kau boleh
cari Oey Kie Pok, buat kasi tahu halnya si orang she Lie itu
sudah ditangkap, agar ia bisa berjaga jaga buat akibatnya
penangkapan itu."
"Besok juga aku akan pergi cari Kie Pok !" kata Poan Louw
Sam, buat besarnya hatinya sobat itu. "Sekarang sudah siang,
mari kita pergi ke Kauw thio Go tiauw. buat panggil Coei Siam
dan ibunya, supaya kita dapat penegasan Siam Nio suka ikut
kau atau tidak !"
"Eh, kenapa sih kau jadi lebih repot dari pada aku sendiri ?"
tanya Cie Sie long dengan heran. Ia tertawa. "Sekarang ini
pintu kota tentu dikunci, apakah kita tidak bisa tunggu sampai
besok?" Ditanya begitu, Poan Louw Sam jadi berpikir. Ia anggap
benar benar ia terlalu repotkan diri tak keruan. Juga belum
tentu isterinya mengijinkan ia diwaktu demikian pergi ke Kauw
thio Go tiauw, yalah gang dimana berada di rumah isteri
mudanya "Baiklah," Ia manggut akhirnya, "baik, kita pergi besok saja"
Cie Sie long masih menyedot terus sampai ia pamitan pulang
Esoknya, seperti ia janji pada Cie Sie long, Poan Louw Sam
benar benar kunjungi Sioe Sie to Oey Kie Pok di Pak Sin Kio
dikota timur, pada si Be to Kurus ia beritahukan bagaimana
dengan jalannya Lie Bouw Pek telah ditangkap dan akan
dihukum, bahwa berhubung dengan itu undang kata terbit
keruwetan disebabkan tindakan orang atau orang orang
kalangan Sungai Telaga dari fihaknya si orang she Lie, supaya
jago Pakkhia ini suka bantu ia.
Dengan menutur semua dan minta bantuannya itu. Louw Sam
harap Oey Kie Pok menjadi girang dan akan suka bantu ia,
sebab ia secara tidak langsung sudah balaskan atau
lampiaskan dendamnya si orang she Oey. Diluar dugaan
apabila ia sudah dengar semua, Oey Kie Pok justeru
bersenyum tawar.
"Dengan si orang she Lie itu, aku bukannya sanak, bukannya
kadang, sobatpun tidak, maka perkaranya itu dengan aku
tidak punya sangkutan suatu apa " ia berkata. "Benar, dengan
dia aku pernah pieboe. ia telah hajar aku satu kali, difihak lain
aku kena pukul ia dua kali, dengan begitu kesudahannya kita
berdua seri. Sesudah adu kepandaian dengan tangan kosong,
aku tantang ia gunai senjata, tetapi ia menolak. malah ia
minta pieboe dibikin habis saja. Karena ingat ia orang asing
aku merasa kasihan padanya, aku suka pieboe dibikin habis
sampai disitu."
Poan Louw Sam mendongkol yang tuan rumah sudah angkat
diri begitu tinggi, sedang maksud kedatangan ia bukannya
buat dengar orang agulkan dirinya sendiri.
"Apakah kau kira aku tidak mampu berbuat lain kecuali minta
bantuan kau, Oey Soeya ?" demikian ia pikir.
Sementara itu Oey Kie Pok lanjutkam omongannya, ia kata:
"Lain kali. apabila kau hadapi suatu urusan, kau mesti
bentahukan itu padaku, aku percaya aku akan punya daya
untuk membikin beres"
Perkataan yang belakangan ini membuka pikirannya Louw
Sam juga, dari itu ia tidak lagi mendongkol seperti tadi,
Kemudian ia pamitan dan pulang.
Sorenya Poan Louw Sam pergi ke Kauw thio Gu tiauw,
dirumah gundiknya, dimana ia tunggui Cie Sielong. Gundiknya
itu dipanggil A Go, asal dari rumah pelesiran, karena nona ini
tidak bisa diajak tinggal sama isterinya, ia sengaja tempatkan
di Kauw thio Go tiauw sebuah rumah kecil tetapi indah. Adalah
dirumah ini ia berkumpul dengan Cie Sie long setiap waktu
mereka kirim orang buat panggil Siam Nio melayani mereka
menyedot dan bersantap. Adalah maksudnya Poan Louw Sam
akan tempatkan Siam Nio dirumah ini, supaya kedua nona
bisa tinggal sama sama, hingga baik ia dan Sie long sendiri
tidak usah terlalu sibuk memikirkan dan menunggu seperti
waktu Coei Siam masih merdeka. Ia ingat A Go dan Siam Nio
jadi encie dan adik, makin mereka berdua ini hidup rukun,
makin baik baginya yang inginkan bantuan dan peagaruhnya
Cie Sielong. Dengan Coei Siam tinggal dirumahnya itu, makin
sering Cie Sielong akan datang.
Kendati sudah berusia tinggi, Cie Sielong adalah salah satu
sasterawan terkenal di Pakkhia, bila ia menulis lian, satu
pasang saja harganya beberapa ratus tail perak. Sebab kecuali
terkenal, Cie Sielong berharga besar, hingga orang pun tak
berani membayar secara serampangan padanya. Lebih dari
pada itu, Cie Sielong menjadi guru dari seorang raja muda dan
kabarnya lekas juga akan pangku paegkat tinggi, yaitu akan
mau jadi soenboo dari suatu propinsi. Dengan tempe!
pangaruhnya Sie long ini, Louw Sam percaya perusahan khian
tihungnya akan dapat kemajuan yang tak terbatas, sedang
pergaulannya dengan pembesar pembesar negeri akan jadi
lebih luas lagi.
Dcmikianlah tidak heran kalau Louw Sann sibuk memikirkan,
kenapa Cie Sielong masih juga belum muncul Ia rebah sambil
ngelepas terus, A Go layani ia sambil terus tumdeki pahanya.
Tapi difihak lain gundik ini menyanyi minta sepasang gelang
emas. "Besok Coei Siam akan datang kemari ia punya segala apa,
jauh lebih banyak dari pada aku maka apabila dibandingkan
padanya. aku adalah setan miskin melarat .. .. Bagaimana aku
ada muka akan ketemui orang ?"......ia kata.
"Jangan kau tidak sabaran," Louw Sam kata sambil tertewa.
"Besok kau nanti perintah orangnya tukang emas Lie Po
datang kemari, kau boleh pesan gelang padanya menurut


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sukamu sendiri berapa berat kau ingin kan, kau jangan
gerembengi aku saja."
A Go girang mendapat janji itu, maka ia makin telaten
merawati tuannya ini cuma diam diam ia tidak bisa lantas
bunuh sifatnya mengiri terhadap Siam Nio Didalam hatinya ia
pikir: "Poan Louw Sam benar punya bunyak uang, tapi ia tidak lebih
tidak kurang seorang dagang, biar bagaimana kaya ia tidak
bisa di panggil tayjin. Disebelah itu, Louw Sam sangat kikir,
sesudah dapat uang baru ia mau keluar uang ! Mana ia bisa
dibandingkan dengan Cie Sielong " Cie Sielong hartawan dan
berpangkat besar! Si budak Coei Siam barulah orang yang
peruntungannya bagus, Sekali disambut, ia lantas dapatkan
tayjin dan akan dipanggil koan thay thay "
Bisa dimengerti yang A Go mengiri secara demkian. apa yang
ia bilang benar adanys. Louw Sam telah menyesal bukan
main, yang barusan ia janjikan gelang emas tanpa batas pada
gundiknya itu, Ia lantas memikir untuk dapat membatalkan
janji itu. Tapi belum ia asah otaknya, tiba tiba ia dengar suara
batuk batuk, apabila ia menoleh, ia lihat Cie Sielong bertindak
masuk seorang diri dengan terbongkok bongkok seperti seekor
udang. Nyata sobat masuk tanpa Suara.
"Lauwko, kenapa begini hari kau baru datang?" menegor
Louw Sam sambil tertawa seraya berbangkit. "Apa bisa jadi
kedua anaknya telah tahan dan melarang kau datang kemari"'
"Bukan, bukan" sahut Cie Sie!ong sambil batuk2 terus, "aku
terlambat karena sakit pinggangku kumat pula, coba kemarin
aku tidak janji, tentu aku tidak paksakan datang."
Sembari kata begitu ia lantas rebahkan diri dipembaringan.
A Go sudah lantas sedia alat isap untuk sielong ini.
"Ong-jie datang atau tidak?" Louw Sam tanya.
Orang yang dimaksudkan adalah pengikut Cie Sie Long.
"Datang, ia berada diluar."
Lantas Poan Louw Sam perintah A Go suruh pengikut itu
pergi kePo Hoa Pau panggil Coei Sam.
A Go menurut, ia pergi keluar akan sampaikan perintah
suaminya pada pelayannya Cie Sie Long, satu kacung muda,
cakap dan perlente.
Louw Sam sendiri bersama Cie Sielong, lantas berlomba
menyedot asap. Mereka ini mesti menunggu lama juga. barulah Coei Siam
muncul bersama2 Iyia Loo mama. Dimatanya sielong, si nona
jadi bertambah tambah elok, dengan baju hijau dan celana
putih ia mirip bidadari. Maka memandang sinona sie Long ini
sampai lupakan pinggangnya yang sakit.
"Kemarin seantero hari aku tidak lihat kau" Cie Sielong
menegor sambil tertawa, "Bagaimana dengan sakit ulu hatimu,
sudah baik atau bclum"
"Sudah baik, looya," sahut Siam Nio sambil tersenyum.
"terima kasih buat perhatian looya"
"Anak ini berpikir cupat" Cia Mama campur bicara. "Sedikit
gaja urusan, asal itu bertentangan dengan hatinya, lantas
sakit ulu-batinya kambuh----"
"Itulah mudah." Louw Sam bilang sambil tertawa.
"selanjutnya ia harus baik2 merawat dirinya."
Coei Siam berlutut didepan pembaringan akan layani sielong
itu menghisap. Ia mau layani Poan Louw Sam juga. tetapi
tuan rumah segera mencegah.
"Tidak usah capekan diri, aku sendiri pun bisa" ia kata. Ia
menoleh pada nyonya tua, yang menjadi bujang pelayannya.
"Kau ambil dua bangku kecil, bawa kemari, buat ie-thaythay
dan nona Coei Siam duduk. Kau sendiri, Mama, duduklah
sesenangmu " ia tambahkan pada Cia Mama.
Tidak lama bujang tua itu telah kembali debgan dua bangku
kecil, ditaruh didepan pembaringan
A Go segera duduk didekat suaminya dan Coei Siam didekat
Iyie Sielong. Tiba tiba, seperti orang yang terperanjat Poan Louw Sam
menoleh pada Coei Siam.
"Siam Nio, aku hendak beritahu kau satu kabaran" ia berkata.
"Bukankah kau ketahui pemuda Lie Bouw Pek" Apa kau bisa
duga, ia sebenarnya kerja apa?"
Mukanya Coei Siam menjadi merah, tapi ia tidak kaget
"Kabarnya ia seorang sioecey" ia jawab sambi1 tertawa.
"Sioecay " Hm " Poan Louw Sam tambahkan. "Ia sebetulnya
penjahat besar. Kemarin kcjahatannya ketahuan, ia lantas
ditangkap oleh orang dari kantor Kioe boen Tee tok . Lihat,
tidak bisa lain, ia akan dipenggal batang lehernya"
Baru sekarang Siam Nio rnenjadi ksgct, Cia Loo mama tidak
kecuali. "Ah !"...... mengeluh nyoyna tua ini. "ia nampaknya begitu
lemah lembut, siapa sangka ia sebenarnya bangsat ......"
"Lemah lembut?" Poan Louw Sam kasi lihat tertawa
menghina. "Bukankah kau telah lihat sendiri, melulu karena
andalkan boegeenya, ia sudah obral kepalanya" Ia telah pukul
aku, telah hajar Oey Soe ya, malah ia telah serang juga
Pakkhia punya beberapa piauwsoe yang ternama ! Dan setiap
hari apakah yang ia tidak lakukan " Mogor mau, dandan bagus
juga mau ! Buat itu semua apakah yang ia andaikan, darimana
ia gablek.uang" Memang aku curigai ia sejak lama. siapa tahu
kemarin rahasianya terbongkar! Ia nyata pnejahal besar asal
propinsi lain, begitu sampai di Pakkhia ia sudah lantas laku
kau beberapa kejahatan, yang gelap bagi kita orang "
Siam Nio berduka berbareng kuatir, hingga tubuhnya
gemetar. "Fihak kantor sekarang sudah dapat tahu" kata pula Poan
Louw Sam. yang tahu bagaimana mesti mendesak buat bikin
rentananya berhasil, mereka sudah ketahui, uangnya Lie Bouw
Pek, yang ia peroleh dari kejahatannya itu, sudah
dihamburkan atas dirimu"
Cia Loo-mama kaget bukan main, sampai ia menjerit.
"Dengan sebenarnya aku tidak tahu yang ia penjahat besar!"
kata nyonya tua ini, yang bendak menyangkal.
Siam Nio diam saja. akan tetapi matanya mengucurkan air, ia
tetap ketakutan dan berduka.....
"Fihak kantor tentu saja tidak gubris kau tahu ia satu
penjahat besar atau tidak," Louw Sam masih saja mendesak,
sebab ini ketika yang baik akan bikin ciut nyalinya ibu dan
anak itu, terutama si anak. "Mereka cuma tahu, ia hamburkan
uangnya diantara kau, maka kau sama bersalahnya seperti
dia" Ketika bicara lebih jauh siterokmok robah sikapnya demikian
ia kata. "Dengan Cie Tayjin aku sudah mengantur buat
lindungi kau dari bahaya, hingga orang2 kantor tidak nanti
datang bekuk kau berdua, ibu dan anak cuma selanjutnya kau
tidak bisa berdiam lagi di Po Hoa Pan......"
Cia Loo mama telah kena dipengaruhi, ia jadi takut bukan
main hingga tidak mampu lagi gunai otak dingin.
"Louw Sam Looya, Cie Toa looya" demikian ia berkata, "jiewie
looya, aku minta sukalah kau kasihani kami ibu dan anak,
sukalah kau tolong kami......"
Ia menangis hingga tak bisa bicara terus
"Kami sebenarnya merasa kasihan pada kau" kata pula si
Terokmok, yang didaalm hatinya puas, karena tipu dayanya
telah memakan dengan tepat sekali. . Memang dengan tinggal
lagi di Po Hoa Pan, kau akan hadapi kesukaran, jangan kata
untuk makan, buat tinggal saja kau jadi tidak punya
tempat......."
"Tapi," kata Cia Mama. yang tidak sabar sampai orang bicara
terus, "Louw Sam Toaya bukankah kau dulu pernah omong,
bahwa Cie Toa looya berniat ambil Siam Nio menjadi
gundiknya" Aku lihat, dengan tindakannya itu. Cie Toa looya
bukan saja telah hargakan kami, ia juga unjuk rasa
kasihannya terhadap anakku itu .....Cui Siam, hayolah kau
minta pertolongannya jiewie looya" ia akhirnya kata pada
anaknya Louw Sam melirik Cie Sielong, ia unjuk roman sangat girang
dan puas. ia seperti mau kata pada sielong itu :
"Kau lihat lauwko, bagaimana kepandaiannya si Louw Sam"
Cui Siam sudah lantas menangis, sambil tunduk ia susuti air
mitanya. Nona ini telah ..mati hati" seperti ibunya, karena
"kerangannya" si Terokmok terlalu hebat, hingga mereka tidak
sanggup gunai lagi pikiran mereka yang waras.
Louw Sam ketarik bukan main menampak romannya Coei
Siam waktu itu, karena berduka sinona jadi seperti berubah
elok dan menggiurkan hati, tetapi iapun jadi jelus.
"Nona begini elok aku persembahkan pada situa bangka buat
dia pelesiran senang, apakah ini tidak terlalu senang bagi
dia?" demikian pikirannya ngelamun. Tapi, tidak apa..
Bukankah si o ia akan amb 1 tempat di rumah is*er ku yang
muda ini " Bukankah selanjutnya aku jadi dapat ketika akan
bergaul rapat dengan dia" Apakah itu tidak sama saja Seperti
kepunyaanku sendiri?"
Oleh karena ini ia tidak unyuk sikap yang luar biasa hingga ia
tidak usah mendatangkan kecurigaan orang.
"Biryara hal disambutnya Siam Nio supaya ia bisa hidup
bersama Cie Tayjien," ia berkata puia, "itu adalah tanda
keberuntungan bagi kau berdua anak dan ibu. Dengan begitu
tidak saja Siam Nyo jadi beruntung. kau sendiri selanjutnya,
boleh tidak usah pikirkan hal penghidupan dengan anakmu
manjadi nyonya Cie Tayjin. kantor mana yang berani datang
buat cari kau lebih tak lama lagi Cie Tayjin akan diangkat
menjadi batay! Kalau nanti Jie Tayjin berangkat akan pangku
jabatannya yang baru itu, ia tidak ajak keluarganya, melainkan
kau dan anakmu. Diluar Pakkhia siapa yang ketahui yang koan
thaythay dan Jie Tayjin asalnya dari rumah hina" Coba kau
pikir, pembesar yang mana yang berani tidak hormati
mertuanya bu tay" Cia Loo mama dari menangis menjadi
tertawa mendengar ocehan yang pandai dari si Terokmok itu,
yang meresap benar dihatinya. Memang siapa tidak akan jadi
girang hati mertuanya seorang bu-tay, apapula ia asalnya itu
bunga latar"
"Ah Louw Sam Looya" berseru ia, "mana aku dapat
kehormatan seperti yang kau katakan barusan " Baut aku
sudah cukup andaikata, Jie Tayjin sudi berlaku baik budi
dengan anakku menyadi gundiknya, supaya dengan begitu
aku si tua bangka jadi punya andalan ! Jiewie looya, seumur
hidupku aku tidak nanti lupakan kebaikan jiewie ini ! ......"
Hatinya Siam Nio terluka malihat Sikap demikian merendah
dari ibunya. dengan tidak terasa air matanya lantas turun
dengan deras. Ia sudah tahu yika Cie Tayjin penuju padanya,
sudah beberapa kali Cie sielong telah utarakan niatnya akan
ambil ia seagai gundik, tapi sampai sebegitu jauh ia senantiasa
bersangsi. apa lagi setelah Lie Boow Pek muncul, seorang
pemuda gagah dan cakap. yang lemah lembut sikapnya yang
menarik sangat parhatiannya. Siapa tahu sekarang terjadi
perobahan ini. "Kelihatannya tak bisa lain, aku terpaksa mesti terima Cie
Sielong......" demikian ia pikir lebih jauh. Ia telah bersengsara
cukup, sekarang ia kerembet oleh perkaranya si anak muda,
asal uaul siapa ia tidak ketahui jelas. "Aku mesti menyerah,
untuk keselamatan ibu dan diriku......"
Oleh karena ia memikir begini, airmatanya turun makin deras.
Ia menangis tersedu2.
"Sudah, jangan nangis" kata Jie SieLong yang peluk nona itu
"Bagaimana juga duduknya urusan, itu masih biia diurus.
Jangan menangis, aku nanti tolong kau .. .."
Poan Louw Sam, yany biru saja habis menyedot, lantas saja
bicara pula, "Kau lihat kebaikan Cie Tayjin" ia kata pada Cia Loo mama.
"Bukankah aku telah bilang beberapa kali, bagaimana niatnya
tayjin" cuma tinggal Siam Nio saja, yang agaknya bersangsi
yang membisu saja, tidak menolak. juga tidak menerima
........" Sekarang, sesudah muncul perkara Lie Bouw Pek in1,
Cie Tayjin ingin dapat kepastian dan kau. Kalau Siam Nio suka
ikut Cie Tayjin, besok ia boleh lantas pindah dari Po Hoa Pan,
pindah kesalah satu kamar dari rumah penginapan Kang tim.
Disana kau berdiam dua atau tiga hari, nanti Iyie Tayjin kirim
orang untuk sambut kau. buat tinggal dirumahku ini.
Disebelah barat sana aku punya tiga kamar, Siam Nio boleh
pakai itu. Kau sendiri mama, kau boleh pakai dua kamar
sebelah timur. Segala peratbotan, seperti kau ketahui, sudah
kau sedia semua, hingga kau tinggal piara dua bujang, guna
melayani kau berdua."
"Memang, berhubung dengan kejadian ini, anakmu tidak ada
bicara perkara harga dirinya akan tetapi kendati demikian, Cie
Tayjin sudah omong padaku, ia akan titipkan dua ribu tai1
perak dikantorku, buku uang itu ia mau serahkan pada Siam
Nio untuk dipakai sesuka hati. Semua ini, mama, andaikata
Siam Nio setuju akan ikut Cie Tayjin, jikalau ia tidak mufakat,
itu soal lain. Diumpamakan Siam Nio menolak, aku hanya
hendak jelaskan begini pada kau : Cie Tayjin seoraag
berpangkat dan pangkatnya tinggi, selanjutnya ia tidak bisa
bersebat atau berkenan lagi pada orang2 yang punya
hubungan atau sangkutan dengan penjahat besar ! Bukankah
kau telah berkenalan dengan satu penjahat?"
Ucpan yang 1iehay ini telah sangat pengaruhi Cia Loo mama,
siapa telah jadi girang berbareng takut. Girang karena Cie
Tayjin penuju Siam Nio, takut sebab ia dan anaknya tidak
akan terlindungi lagi apabila perkaranya Lie Bouw Pek benar
merembet mereka. Seperti katanya si Terokmok itu maka ia
segera hampirkan anaknya.
"Anak, kau terimalah permintaannya Cie Tayjin," ia
membujuk. "Hayo, haturkan terima kasih pada Cie Toalooya
dan Louw Sam Loo-ya"
Dengan merasa berat, Cui Siam berbangkit, ia susut air
matanya. "Toalooya begitu cinta aku, bagaimana aku bisa menolak?" ia
berkata dengan suara pelahan... baiklah, besok bersama ibuku
aku nanti pindah dari Po Hoa Pan ....."
Pouw Louw Sam tertawa terbahak2 apabila ia 1ihat
kelakuannya si nona, ia tepok2 pundaknya Cie Sielong.
"Kau lihat, lauwko, sebagai comblang aku telah berhasil" kata
ia dengan bangga. "Sekarang aku tinggal tunggu waktunya
saja buat minum arak kegirangan "
Siam Nio tidak perduli siTerokmok godai ia, la lalu unjuk
hormatnya pada dia orang itu seraya haturkan terima
kasihnya. A Go bersama si bujang tua, dengan tidak ada yang perintah
sudah lantas kasi selamat pada Cie Sielong.


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bahna girangnya, Cie Sielong ketawa saja sampai ia rasai
pinggangnya sakit lagi, hingga ia meringis paksakan buat
unjukan sikap gagah.
"Apakah kau punya psrhitungau diluaran?" ia tanya Cia Loo
mama. "Ada, tetapi tidak seberapa," sahut ibunya Siam Nio" Pada
rumah pelacuran kami mempunyai utang seratus tail perak,
diluaran ada kira sebegitu, tetapi jumlahnya semua tidak lebih
dua ratus tail."
"Benar jumiah itu tidak berarti" Boan Louw Sam bilang.
"Besok kau boleh suruh itu Tauke, dengan siapa kau punya
perhitungan, bikin suratnya yang perlu dan mereka boleh
datang menagih pada kantor sebelah barat."
"Dan kau, anak, apakah yang kau inginkan?" Cie Sielong
sembari tertawa tanya si nona.
"Tidak " sahut Cui Siam seraya geleng kepala, aku tidak
inginkan apa2. Pakain dan barang perhiasan aku punya, yang
aku masih bisa pakai selain dari itu, taruh kata aku perlu ini
dan itu, aakarang semua itu tidak bisa lantas diselesaikan......"
"tetapi aku lihat, pakaian kau selamanya sederhana saja," Cie
Sielong bilang. "Kau perlu bikin sedikitnya seperangkat
pakaian ,warna merah?"
"Anakku punya baju merah," Cia Loo mama nyeletuk, "begitu
juga kun merah, benar itu bikinan dulu, tapi masih bisa
dipakai!" Dengar ibunya sebut pakaian merahnya, air mukanya Siam
Nio jadi lesu pula, karena ia bersedih dengan mendadak,
hingga air matana lantas meleleh keluar. Sebisa ia kuatkan
hati akan tahan turunnya air dari hati yang suci itu.
Poan Louw Sam separoh mendelu dan separoh geli dihati
melihat Cie Sielong sampai perhatikan urusan pakaian, yang ia
anggap hal tetek bengek.
Jilid 11 "PERKARA pakaian urusan gampang!" ia lalu nyelak. "Aku kira
dihari nikah tidak akan datang banyak orang, tidak ada
halangannya Cui Siam berpakaian sedikit lebih mentereng.
Apakah ia mesti pakai pakaian kemantin dan tayjin sendiri
tidak boleh tidak pakai kopia kcbesaraa jie pin tenglay"....."
Ditanya begitu, Coe Sielong tertawa seraya urut kumisnya,
lantaran tertawa, ini lantas meringis pula karena pinggangnya
sakit...... Kemudian mereka pasang omong hal2 lain lagi lantas Cia Loo
mama ajak anaknya ambi! selamat berpisah dan pulang.
Mereka naik kereta Duduk didalam kendaraan, air matanya Cui
Siam terus mengucur, hampir saban2 ia mesti tepas itu
Sampai di Po Hoa Pan, baru ia bisa berhenti menangis dan air
matanya sudah disekah kering.
Cia Mama girang betu1, diwaktu turun dari kereta ia rasai
tubuhnya enteng sekali, ia merasa gerakanya gesit kapan
Siam Nio sudah turun dari kereta ia lalu pimpin anak ini
bertindak masuk kedalam.
Baru saja mereka sampai dimuka pintu, Mo Ho sambut
mereka. "Oh, nona baru pulang " berkata ia dengan penyambutannya.
"Nona. tuan ini sudah sekian lama menantikan kau -----"
Sembari kata begitu, ia menunjuk ke samping. Siam Nio
heran berbareng tsrperanjat. ia segera menoleh kejurusan
yang ditunjuk. Disitu ada seorang dengan tubuh besar dan
gemuk, tidak ada kumisnya, bajunya abu2 dan memakai
mantel, kepalanya ditutupi kopiah hijau dikopia mana ada
sebutir mutiara yang besar, dengan tangan mengipas si
gemuk ini unjuk roman manis dengan tertawanya.
Buru saja Cia Loo msma berkata : "Anakku besok akan ikut
orang, ia tidak bisa terima tamu lagi," atau si tamu gemuk itu
dului ia berkata, katanya : "Aku orang yang diutus oleh Tek
Ngoya, aku perlu bicara pada nona Siam Nio."
Mendengar disebutnya nama Tek Ngoya. Ciu Siam segara
berpikir. Bukankah oraog she Tek itu sobatnya Lie Bouw Pek "
Lantas ia rasai tububnya bergidik. Tapi ia tanya : . K?u ada
keperluan apa, silahkan bicara!"
"Banyak yang hendak dibicarakan, mari kita bicara didalam
kamarmu" kata tamu itu. "Didalam kamar aku nanti bicara
dengan jelas."
Dengan pikiran bingung karena ia kaget dan berkuatir, Siam
Nio terpaksa ajak tamunya yang tidak dikenal itu, naik
kelauwteng masuk kedalam kamarnya
Cia Loo mama sangat tidak mupakat dengan pembicaraan
macam itu, tetapi melihat pakaian orang mentereng dan si
tamu mirip seurang berpangkat, ia tidak berani berlaku
sembarangan, ia takuti tamu itu gusar, maka ia diam saja.
Sesampainya didalam kamarnya Siam Nio bikin api nyala lebih
besar. "Kau she apa, tuan ?" ia tanyai tamunya.
"Aku she Soe" sahut tamu itu.
"Oh Soe Looya Cioe Siam paksakan tersenyum. "Silahkan
duduk " "Tidak, aku tidak usah duduk," orang she Soe itu bilang. "Aku
datang buat kasi tahu, bahwa sobat baik kau, Lie Bouw Pek,
kemarin sudah ditangkap oleh orang orangnya Koenboan
Teetok. Aku sendiri sobatnya orang she Lie itu "
Siam Nio dan ibunya kaget, hingga muka mereka menjadi
pucat, sedang mereka sebenarnya sudah ketahui yang Bouw
Pek telah ditangkap atas tuduhan menjadi penjahat besar.
Tamu she Soe itu seperti tidak perduli kau roman orang, ia
bicara terus. "Lie Bouw Pek seorang baik baik" demikian katanya, "lantaran
ia tidak sudi terima hinaan, ia telah kebentrok dengan Poan
Louw Sam dan Cie Sielong Sekarang ini sobatku itu kena
ditangkap, itu semua karena biasanya dua binatang she Louw
dan she Cie, yang sudah berkongkol dengan orang orang dari
Teetok Gee moei. Dengan tuduh Bouw Pek menjadi penjahat
besar, mereka ingin binasakan sobatku. Tapi mereka tidak
punya bukti dan saksi, apa mereka bisa bikin" Di sebelah itu,
di Pakkhia ini Lie Bouw Pek punya banyak kawan, lagi
beberapa hari ia tentu akan ditolong dan dapat pulang
kemerdekaannya! Ini adalah apa yang aku hendak
beritahukan padamu. Dengan gunai ketika yang baik ini, Poan
Louw San dan Cie Sielong tentu desak kau, supaya kau ikut
tua bangka sbe Cie itu. Kau ketahui sendiri, Lie Toaya
perlakukan baik padamu, kau mesti ingat kebaikannya itu kau
mesti punyakan kehormatan. Umpama kata kau tidak dengar
perkataanku itu. satu kali Lie Toaya keluar dari tahanan, ia
pasti tidak akan mau mengerti Aku sendiri, si orang she Soe,
apabila kau turut Cie Sieloig, aku tidak nanti mau mengasi
ampun " Diwaktu ucapan psrkataannya yang terakhir, yang berupa
anyaman, tampangnya si gemuk menjadi gemuk sekali.
Siam Nio dan ibunya kaget dan ketakutan muka mereka
menjadi pucat dan hati berdebaran, kedua kaki mereka
gemetar dan lemas.
Si orang she Soe mengawasi noer ka berdua dengan tajam.
"Apakah kau sudah dengar terang ?" ia tegaskan.
"Ya, aku sudah dengar terang....... "
Siam Nio menjawab.
"Kalau sudah dengar terang, bagus?" kata si gemuk"akhirnya,
yang terus bertindak keluar dan turun dari lauwteng.
Siam Nio tekap mukanya dan menagis ia bingung dan
berkuatir "Ah, apakah artinya ini7" kata Cia Loo mama seorang diri. Ia
pun bingung. "Kita sudah terima terima lamarannya Cie
Sielong, apakah kita mesti batalkan itu" Bukankah, hidup
seperti ini, kita hanya memandang pada orang yang punya
uang7 Bukankah kita hanya ikuti ia yang mampu piara kita"
Apa artinya si orang she Lie itu" Ia benar suka datang kemari
ia telah keluarkan uangnya. tetapi berapa ia telah hamburkan
duit, hingga ia bisa cegah kita mengikut Cie Tayjin" Oh,
manusia seperti ia itu benar benar pantas dibunuh mati "
Nyonya tua ini menjadi sengit, hingga sekejap itu ia lupa
takut. "Dasar kau !" ia lalu tuding anaknya. "Kenapa kau cinta ia,
hanya buat mukanya yang putih" Kenapakah kau mesti ikuti
setia miskin itu yang mesti menjalani penghidupan yang
penuh dengan penderitaan" Apa kau ingat hari itu, waktu ia
muntah membikin kotor pembaringanmu" Lantas esokannya ia
tidak tertampak mata hidungnya. Kalau kau tidak baiki dia itu,
tidak nanti kejadian sehingga Louw Sam Looya kena orang
hajar! Sekarang ia dapat perkara, hampir ia rembet rembet
kita ! Ah, anak, apakah kau tidak ingat, apa katanya ayahmu,
yang diwaktu mau menutup matanya yang penghabisan telah
tinggalkan pesanannya" Tidakkah kau ketahui sendiri mengkin
kau, berapa sengsaraku" Apakah kau merasa puas untuk
seumur hidupmu terus berdiam saja dirumah hina ini" Apakah
kau bisa hidup bersama sama sisetan miskin yang berdosa
terhadap negeri" kau lihat, apakah sekarang bukannya Pousat
telah melindungi kau, maka Cie Tayjin merasa suka pada kita
dan ada Lauw Sam Looya yang menjadi kui jin. penolong bagi
kita" Bukankah mereka itu yang akan bikin kita hidup
kecukupan" Besok, satu kali kau pindah dari sini, lantas kau
berobah menjadi koan thaythay nyonya berpangkat! Kalau kau
hidup senang, apa aku juga tidak turut senang" Maka, celaka
dua belas, kenapakah muncul seorang gemuk barusan!
Jangan kau pandang ia dari pakaiannya yang mentereng, aku
percaya ia juga satu penjahat besar, ia sengaja datang melulu
buat ancam kita! TiYak, anak, kita tidak harus takut padanya.
Besok aku nanti beritakan louw Sam Looya tentang kejadian
ini, supaca Louw Sam ya ambil tindakan! Sebelum waktu nanti
bikin perhitungan dengan nyonya rurnah. siapa besok kita
merdeka buat pindah. Betul betul aku mau lihat. apa yang Lie
Bouw Pek dan sobatnya she Soe itu mampu berbuat atas diri
kita ?" Diluar dugaan, sebab sengaja, Cia Loo mama jadi berani
berbicara, secara demikian gagah.
Tapi Siam Nio sebaliknya sangat berduka, apapula dengar
ibunya sebut sebut ayahnya dan pesanan almarhum ayahnya
itu. ia rasai hatinya seperti diiris2. Rebah di Pembaringan, ia
lantas menangis tersedu sedu .... Tapi, ketika tangannya kena
raba bantal kepalanya, ia terkejut sendirinya. Sebab pisau
belati dalam bantal itu terdengar berbunyi dan ini bikin ia
seperti sadar. Buat sesaat nota Cia berdiam tatapi lekas juga ia tenang pula.
dengan mengulun. la sekarang ingat betul nasibnya yang
buruk, Sebagai mana lelakon penghidupannya sangat hebat
menyedihkan ....
Cia Coei Siam alias Siam Nio asal Ceng kang, Hoay im
Ayahnya Cia Cit, adalah seorang yang banyak
pengetahuannya tetapi berperuntungan tipis. Cia Cit
mengerti ilmu silat sedikit bisa menulis dan membaca, malah
bisa baca sair, dan dengan pit ia bisa melukis juga. Disebelah
semua itu, ia bisa i1mu sunglap ilmu mana kemudian ia
andalkan untuk hidup ?ekeluarganya.
Mula2 Cia Cit bekerja pada seorang hartawan. Isterinya, yalah
Cia Loo mama, asalnya bunga raya. Dari isterinya ia peroleh
Coei Siam Ketika Coei Siam baru masuk umur tujuh atau
delapan tahun. Cia cit diberhentikan oleh majikannya. Oleh
karena berhenti bekerja penghidupan mereka bertiga menjadi
sukar. Terpaksa Cia Cit mengandalkan kebisaan silat dan
sunglapnya. Ia pandai gunai ilmu pisau belati, yang ia lempar
pergi datang dengan dua tangannya dengan tidak ada
sebatang pisau yang jatuh ketanah, dua pisau selamanya
berada ditangannya dan Yang ketiga, dengan bersusun dan
bergantian, berada diudara Dalam ilmu sunglap ia bisa "telan
pedang" dan lain lagi.
Sebagai pembantu, Coei Siam diajar menabuh tambur dan
nyanyi. Demikian bertiga mereka mengembara, mengasi pcrtunjukan,
akan peroleh uang untuk penghidupan mereka Penghidupan
ini tidak bisa bikin mereka berharta, tetapi dengan
penghematan mereka bisa juga menabung. Ada kalanya
mereka dapat banyak persenan.
Belasan tahun Coei Siam ikut ayahnya merantau, ia mesti
manda diterjang angin dan diterpa hujan, panas kepanasan,
dingin kedinginan.
Akhirnya datang satu hari, yang Cia Tiit berhenti menjual silat
dan main sunglap. Di Cioe ma tiam di Holam ia mendirikan
rumah dengan membeli beberapa petak sawah dan kebun
untuk hidup bertani. Ia merasa bahwa ia sudah ada umur
anaknya telah jadi gads remaja, sedang tabunganya sudah
lumayan. Apa lacur......
berbareng d waktu itu ditempat itu, Coe-ma-tiam. hidup
seorang hartawan, yang gagah dan galak, malah kejam, maka
orang telah panggil okda, hartawan jagoan yaog jahat. Ia
adakah Teng co whie Biauw Cin San, si Ikan Lodam. Ia
ternama sebagai "enghiong" dari Holam, sebab ia bertenaga
kuat dan pandai silat, senjata goloknya - golok poktoo-adalah
lihay Disebelah kepandaian bertarung dan selulup piauwnya
yuga tidak kurang liehaynya. Maka juga selama tiga puluh
tahun lebih ia belum pernah menemui tandingan. Dari itu tidak
heran bila ia anggap dirinya cabang atas.
Tatkala itu Biauw Cin San sudah berusia lima puluh lebih, ia
masih saja suka pergi mengembara atau melancong, kapan ia
pulang dengan tentu ia bawa banyak uang dan barang
permata yang berharga besar. Iapun Suka bawa orang
perempuan muda yang elok parasnya. Tidak ada orang yang
ketahui, dengan cara bagaimana ia peroleh harta dan nona2
manis itu. Makin lama Biauw Cin San jadi makin kaya, maka selain
duapuluh petak sawah ia juga punya rumah besar dengan
pekarangan labar dan luas, hingga merupakan khung-wan
yang luar biasa, la piara seratus kuli sawah dan khung teng
buat urus sawah kebunnya dan diperintah perintah. Tentu saja
sebagai hartawan ia punya hubungan dengan pembesarpembesar
negeri. Segera juga orang panggil ia Biauw Toa
wangwee. Tapi dibelakangnya, sampaipun oranganya sendiri,
diam2 juluki ia "Biauw Too-houw." si Harimau inilah sebab ia
menjagoi, lantaran kejahatannya dan keketjamannya Ia berani
memeras dan merampas, keganasannya mirip dengan raja
hutan, dari itu ia telah dapatkan gelarannya yang istimewa itu.
Didepannya, semua orang takut ia, didalam hati semua orang
kutuk ia.

Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biauw Cin San tidak punya isteri, yang ada hanyalah isteri
piaraan, semua ia dapatkan dengan jalan culik fit ti rrenipu
dari ferr" pat tempat lain. atau nona2 dan nyonya2 muda
dikampungnya, yang bernasib celaka kerena dipenujui olehnya
Siapa dipenuju ia mesti kena dirampas, kecuali bila orang suka
menerima secara baik "lamarannya."
Biauw Cin San punya dua puluh gundik lebih, mereka itu
semua dapat makan dan pakaian bagus, melainkan hatinya
cuma mereka sendiri yang ia ketahui. Ia kejam dan curiga,
jelus dan cemburuan, ia sering damprat dan rangket
gundiknya, yang ia anggap bersalab atau tentangkan
kehendaknya. Siapa dicemburui, celakalah nasibnya, sebab
sering2 dapat kematian dalam siksaan..
Orang bilang, Biauw Cin San sebenarnya punya lebih dari lima
puluh isteri muda, tetapi yang hidup dan ada bersama ia
melainkan dua puluh lebih, yang tiga puluh lebih entah
kemana perginya. Orang cuma menduga, bahwa mereka itu
telah menjadi setan2 yang penasaran......
Demikian sudah terjadi belum lama Cia Cit tinggal di Coe matiam,
Coei Siam telah dapat dilihat oleh Biauw Cin San dan
lantas saja dipenujui. Tidak sukar buat Biauw Cin San dapati si
nona, yang ia rampas, sedang Cia Cit dan isterinya ia tangkap
sekalian. Si nona dibawa keguhanya, ayah dan ibunya ia
umpatkan dibelakang gedungnya. dimana ada rumah gubuk
dari tanah. Disini Cia Cit dan isternya tidak mampu singkirkan
diri, karena dijaga keras.
Buat satu bulan yang pertama Coei Siam dapat kecintaannya
si Ikan Lodan. Ia dikasi pakaian indah, dihasi dengan barang2
permata dan tidak diperlakukan kasar Tepi selewatnya itu,
nasib malang mulai ia sering didamprat dan dipukul,
sedikitpun ia tidak boleh bersalah, hingga ia sangat berduka
daa mendongkol dengan tidak berdaya.
Pada suatu waktu Siam Nio telah dapat dampratan den
hajaran. Biar bagaimana juga, sebagai nona pengembara
hatinya besar. Dengan diperlakukan keterlaluan, meski sambil
nangis, ia telah ucapkan perkataan keras. Sebagai kesudahan
ocehannya itu, ia melulu bikin Biauw Cin San murka. Laksana
harimau, okpa ini cekal tubuh kecil molek itu dan
membantingnya. sesudah itu Coei Siam dipaksa berlutut dan
dicambuki. Tidak ada orang yang berani datang meecegah.
maka nona isi telah tarluka sekujur badan, hingga dua bulan
lebih luka lukanya itu masih belum sembuh
Dipihak lain Cia Cit dan isterinya, yang tinggal dibelakang,
sering dihina oleh orangnya Biauw Loo hauw si Harimau. Muka
kemudian orang tua dan anak bertiga telah bermufakat buat
minggat. Lain daripada minggat, tidak ada lain jalan lagi untuk
menyingkir dari neraka dunia itu, dimana mereka melulu
mengalami hinaan dan siksaan. Dari pembesar negeri mereka
tidak dapat harap pertolongan, kesatu selalu rahasia tertutup
rapat, kedua Biauw Cin San sendiri punya hubungan luas dan
kekal dengan semua pembesar tinggi dan rendah pangkatnya.
Pada suatu hari tiga orang ini, bercelaka, baru saja lolos dari
pekarangan gedung, perbuatan mereka ketahuan, atas
titahnya Biauw Cin San msreka dikepung dan dapat ditangkap
kembali. Cia Cit telah dirangket sampai setengah mati, Cia
Mama dicambuk juga, tidak kecuali Cui Siam Bertiga mereka
telah dikurung. Adalah selang belasan hari, berhubung dengan
pesta she jitnya Biauw Cin San, barulah Cui Siam
dimerdekakan. Sejak itu Siam Nio robah sikap. Ia insaf, dengan kepala batu
saja ia tidak akan peroleh keuntungan, hanya kecelakaan
belaka. Bertentangan dengan hati sendiri ia selalu berlaku
manis pada Teng tiouw-bie, hingga lama-lama ia dapat juga
rebut hatinya siokpa yang keras.
Celaka Buat Cia Cit, pengeroyokan atas dirinya menyebabkan
ia dapat luka luka berat didalam badan, sia sia saja ia berobat,
setelah rebah setengah bulan didalam gubuknya ajalnya
sampai dalam keadaan yang sangat menyedihkan, Tapi
beberapa hari sebelum menutup mata, waktu siam nio datang
tengok dirinya, ia masih bisa tinggalkan pesanan pada anak
daranya yang bercelaka itu ia berkata
Aku akan lekas mati, yang lukakan aku adalah Biauw Cin San.
Kalau nanti aku sudah tidak ada didunia, kau berdua ibumu
meski berdaya, supaya kau bisa lolos diri sini jikalau tidak, d
belakang hari kau tentu akan binasa teraniaya juga......
Apabila kemudian kau bisa minggat, baik kau menuju ke
Pakkhia. Pakkhia kota raja, disana tidak bisa jadi tidak ada
undang2 negeri Bibi kau sekarang tinggal di Pakkhia, bekerja
dalam sebuah rumah pelesiran, kau boleh pergi padanya akan
menumpang. Disana kau boleh cari pembesar negeri yang bisa
diandalkan buat ikut kepadanya, pembesar itu bisa dibuat
pelindung dirimu. siang atau malam Biauw Cin San mestinya
juga cari kau...."
Coei Siam ingat betul pesanan ayah itu Sejak ayahnya
menutup mata, ia bawa terus aksinya mengambil hati si okpa,
maka ia jadi makin disayangi. Orang telah kira ia sudah
berubah pikiran betul.
Sementara itu Coei Siam selalu sembunyikan pisau belati
ayahnya, ia mau cari ketika buat satu kali turun tangan, tikam
Biauw Cin San guna balas sakit hati ayahnya, buat lampiaskan
dendam mereka serumah tangga. Ia bersedia akan bunuh diri
umpama kata ia berhasil membinasakan musuh besar itu.
Tetapi sampai sebegitu jauh ia belum pernah dapatkan ketika
akan turun tangan. Ia mesti berlaku hati2, karena ia tahu
kecua1i bertenaga besar, Biauw Cin San pandai silat. Disebelah
itu ia matih beratkan ibunya. Ia tahu, kalau Biauw Cin
San binasa dan ia turut mati, pada siapa ibunya akan
mengandal" Demikian, ia terus siksa diri, paserahkan diri pada
musuh dan mesti selalu baik musuh itu.
Kemudian lagi pada suatu waktu Biaw Cin San terima
undangan dari keponakan luarnya, yaitu Kim-Khio Thio Giok
Kin, yang tinggal di Kayhong, ia terima undangan itu dan
berangkat Coei Siam tidak diajak dalam perjalanan ini, ialah apa yang ia
kehendaki. Sekarang tidak lagi ada orang yang ia takuti dan
penjagaan pun dialpakan, karena sampai sebegitu jauh ia
telah unjuk dirinya sebagai seorang yang jinak. Sejak ia robah
sikapnya setengah tahun sudah lewat. Ia lantas bermufakat
dengan ibunya, tetapkan saat buat kabur.
Pada suatu hari Coei Siam dan ibunya berhasil lolos dan
gedungnya Biauw Cin San, tidak ada orang yang ketahui
mereka kabur. Mcnurut pesanan ayahnya, anak ini ajak ibunya
menuju langsung kekota raja. Setelah menderita banyak
ditengah jalan, selama mana mereka ketakutan saja kuatir
nanti Biauw Cin San menyusul mereka sampai di Pakkhia.
Disini mereka berhasil dapat cari bibi mereka, yalah Kim
mama, yang hidup dalan kecukupan.
Mulanya Kim Mima hidup sendirian, dengan kendalikan
beberapa nona yang hidup sebagai bunga latar dan hina
peroleh uang dan menyimpan. Kemudian ia beli dua nona
kecil, yang ia pelihara, setolah dua anak pungut itu mennyadi
besar, ia kirim keramah pelesiran" Hasilnya dua anak ini ia
pakti untuk hidupnya. Dalam hal ini ia beruntung Ia bisa beli
sebuah rumah kecil di kota selatan. Ia pun telah pungut anak
lelaki, guna sambung turunan Dengan sendirinya ia telah
meajadi loo thaythay atau nyonya besar........
Tatkala Siam Nio dan ibunya dapat cari bibi ini ia tidak berani
kasi tahu, bihwa mereka pemburon dari rumahnya Biauw Cin
San di Holam, mereka hanya terangkan, karena Cia Cit
menutup mata dan mereka dapat susah , mereka jadi
merantau ke Pakkhia, untuk cari pekerjaan.
Kim Mama girang melihat keponakannya itu sudah besar dan
romannya cantik. Ia pertaya Siam Nio akan jadi terkenal bila
dikirim ke rurmah pelesiran.
"Kau jangan berduka sekarang," berkata bibi ini. Ia tahu Cia
Mama asal bunga raja dan ia percaya sanak ini tentu akan
suka lakukan apa saja untuk penghidupan mereka "Dengan si
nona punya roman elok buat makan dan pakaian tidak usah
kau banyak pikir, itu perkara gampang "
Cia Mama dan anaknya cuma bisa membi1ang terima kasih.
Selang beberapa hari Kim Mama, yang telah bermufakat
dengan Cia Mama, begitupun dengan Cui Siam sendiri, sudah
antarkan Siam Nio ke Po Hoa Pan di sian kee tho, dimana
nona ini lalu tuntut penghidupanu dirumah pelesiran tersebut.
Ia mesti terima nasib Meskipun bertentangan dengan
liangsimnya, Siam Nio bisa bawa dirinya. Dirumahnya Biauw
Cin San ia seperti sudah melatih diri, maka ia tahu bagaimana
harus layani tamu.
Cuma karena ia masih punya rasa kehormatan beda daripada
nona2 lain, kepala batunya ia tidak bisa buang. Maka ada
kalanya ia tolak sembarang lelaki, ia hanya mau layani mereka
yang ia dapat pengaruhkan. Sekalipun bersikap demikian, ia
tetap laku, karena ia terlalu elok dan manis.
Demikian lakonnya Cia Siam Nio, sampai ia dapatkan
beberapa sobat, antaranya Cie Sie long dan Louw Sam si
Terokmok, dan paling belakang Lie Bouw Pek, yang bikin
hatinya guncang dan rubuh! Siapa nyana, ia sekarang mesti
haiapi soal ruwet lagi..
Bathinnya tidak menjadi rusak, kendati ia mesti hidup di
tempat pelesiran, ia pemurah, bila perlu dengan uangnya ia
suka tolong kawan2nya, sebagaimana ia pernah tolong nona
lain, hingga ia selanyutnya dinamakan hiap-kie. Ini julukan
yang membikin derajatnya naik.
Siam Nio ingin dapatkan orang pada siapa ia bisa serahkan
diri untuk selamanya. sementara itu ia coba tempel orang2
berpangkat dan berpengaruh, karena ia tahu, dengan punya
senderan ia tidak usah jerih lagi terhadap Biauw Cin San
umpama kata okta itu dapat susul dia. Tapi ia tetap siap
dengan pisau belatiaya karena ia kuatir, dengan diam Biauw
Cin San atau orangnya nanti serbu ia. Dengan pisau itu ia
hendsk bela diri.
Sudah satu tahun lebih Cui Sim menjadi bunga dari Po Hoa
Pan, ia belum pernah ketemukan orang yang ia citakan, orang
yang datang padanya adalah bangsa pemegor tulen yang
hamburkan uang untuk cari kesenangan melulu. Ketika ia
bersebat pada Cie Sie-Iong, ia sudah taruh hati pada orang
ini, yang sikapnya lain dari yang lain, sayang Cie Sie long
kecuaii tua sudah punya dua gundik, hingga ia sangsi gundik
itu sudi ditempatkan dirinya sebagai orang yang ketiga.
Tentang Poan Louw Sam ia tidak pikir sama sekali, karena si
Terokmok adalah orang dagang, yang tidak purya pengaruh
besar seperti orang berpangkat. Kemudian batulah muncul Lie
Bouw Pek, yang muda, cakap dan gagah, yang pun
perlakukan ia dengan baik, lantas ia cinta anak muda ini.
Cia Loo-mama tidak setuju anaknya intiar Lie Bouw Pek,
tetapi karena anaknya sendiri suka dan Lie Bouw Pek
tampaknya tidak kekurangan uang, ia diam saja.
Ketika tadinya Siam Nio belum ketahui Bouw Pek gagah, ia
bersangsi buat serahkan diri pada anak muda ini Ia pikir, kalau
Biaiw Cin San datang, mana Bouw Pek bisa lawan okpa itu.
Sebaliknya kapan ia dapat kenyataan Bouw Pek berani hajar
Poan Louw Sam, ia sangsi lagi, ia kuatir anak muda ini bangsa
kasar seperti kebanyakan orang dari kalangan Sungai Telaga,
sebagaimana Biauw Cin San adalah buktinya. Ini Sebabnya,
kenapa ia berlaku dingin pada anak muda kita sejak Louw
Sam dihajarnya. lapun sangsi apa ia bisa beruntung ikut Bouw
Pek, yang sebatangkara dan tidak ketentuan hidupnya.
Demikian Siam Nio terumbang ambing dalam kesangsian,
sampai mendadak ia dengar dari mulutnya Poan Louw Sam
yang Bouw Pek telah ditangkap atas tuduhan mencadi
penjahat besar, hingga ia berduka dan rnenyesal bukan main.
Percuma ia sangsi Bouw Pek jahat, tetapi terang anak muda
itu sudah ditangkap. Sudah begitu jahat ia mau serahkan diri
pada Cie SieLong apa mau muncul si orang she Soe yang
uemVic yang. roau cegah ta ikut orang, malUh ia d'ancam
sebogainsa a Louw Sam menga cara tidak: akan menolong
apab la ia kena di rembet7 karena perhubangan ya dengan
Bouw Pek Daman kedukaan Siam Nio rebahkan diri dipembaringanya,
dimana ia kena pegang bantal kepalanya, dalam mana ia
simpan pisau belatinya, hingga akhirnya ia ingat letakon
penghidupannya yang penuh penderitaan dan mengingatkan
ia akan nasib ayahnya. Ia mesti jaga diri, ia berniat balas sakit
hati ayahnya, tetapi ia lemah. Maka akhirnya, ia hanya bisa
tungkulkan diri dengan menangis saja......
Kamar sunyi sekali, api guram. Cia Mama tidak berada
didalam kamar itu, ia rupanya-telah turun kebawab, akan bikin
perhitungan. supaya besok mereka bisa pindah dengan
merdeka. Adalah dari kamar lain, dimana ada nona nona dan
masing masing tawanya, suara mereka memecahkan
kesunyian Mereka itu sedang pasang omong sambil tertawa",
ada juga yang menyanyi. Diantaranya ada yang nyanyi seperti
berikut ; "Kau, yang harus dikasihani, kau elok laksana bunga, apa
celaka, peruntunganmu tipis seperti kertas........Kau kasih
dirimu terserang perasaan rindu" ----"
Nyanyian itu menusuk hatinya nona kita ini.
ESOKNYA pagi Siam Nio dan ibunya berangkat pindah dari Po
Hoa Pan, seperti sudah diatur lebih dulu, mereka pindah ke
rumah penginapan Kouw Hun di Cay sie-kauw Hotel ini
kepunyaannya Louw Sam, maka juga sedari pagi2, si
Terokmok sudah kirim orangnya datang kehotel, buat pesan
pengurusnya sediakan kamar untuk ibu dan anak itu yang
mesti diperlakukan baik. Maka Siam Nio berdua telah dapat
dua kamar yang besar dan terawat baik. Mereka pun dapat
peryalanan istimewa.
Kira kira waktunya bersantap tengah hari, Kim Mama telah
datang menyambangi, begitu ketemu Siam Nio ia lantas saja
memberi selamat Ia kelihatanuya girang sekali.
"Begitu dapat kabar aku lantas datang," kata nyonya ini.
"Siam Nio sangat beruntung, sekejap saja ia telah menjadi
koan thay-thay ! Keponakanku. oh, janganlah kau nauti
lupakan engkim kau"
Ia ulur tangannya akan pegang pundaknya nona Cia.
Siam Nio tunduk, ia likat tetapi ia tersenyum.
"Semua ini dasar pertolongan engkim " berkata Cia Mama
sambil tertawa, karena ia kegirangan. Sejak datang dikota raja
ini, jikalau tidak ada engkim, mana kami bisa dapat nasi akan
tangsel perut, mana sekurang si Siam bisa ikut Cie Tayjin" ....
Dasar untungku baik, aku masih bisa


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ikuti ia beberapa tahun lagi dengan tidak usah menderita
banyak...... Sekalipun ayahnya yang melarat, diwaktu hendak
menutup mata mana ia pernah sangka ini"......"
Matanya Siam Nio menjadi merah apabila ia dengar ayahnya
di sebut sebut.
"Enso, kau ngaco " kata Kim Mama, apa bila ia lihat
keponakannya itu bersedih......
"Sekarang hari kegirangan, kenapa kau sebut hal yang
menyedihkan dan yang telah menutup mata?"
"Kau tidak ketahui kegiranganku" Cia Mama kata sambil
tertawa. "Sekarang urusan telah menjadi kepastian, aku tidak
berkuatir lagi! Dalam hal ini aku bersyukur pada Louw Sam
Looya, apabila tidak ada ia, belum tentu Cie Sielong mau
menerima baik......"
Kim Mama manggut manggut dan bcrsenyum, setelah pasang
omong lebih jauh, ia pulang, lalu menyusul datangnya Poan
Louw Sam bersama Cie Sielong, yang belakangan ini seperti
lupakan usianya yang tua, apabila ia tampak Siam Nio yang
dandan mentereng.
Cia Loo mama lantas beritahukan dua tamunya tentang
kemarin ia telah kedatangan tamu she Soe yang gemuk, yang
mengancam ia dan anaknya.
Cie Sielong rasakan punggungnya dingin apabila ia telah
dengar kabar itu, jidatnya jadi makin mengkerut ....
"Bagaimana kau pikir?" ia seg;ra tanya Poan Louw Sam.
"Ini perkara kecil " kata si Terokmok yang menghibur. Dikota
raja ini, buaya darat semacam dia itu, yang doyan memeras,
entah berapa banyaknya. Mereka mengharapkan uang, apa
yang harus ditakuti ?"
Hiburan ini membesarkan hatinya Sielong.
"Benar, buat apa sibuki urusan demikian," ia kata. "Urusan
kita lebih penting! Cia Mama, besok hari baik, besok jam dua
belas aku ingin sambut Siam Nio, dari itu kendati benar kau
tidak usah siap tapi coba pikir2 juga, supaya kapan sudah tiba
waktunya kau tidak usah repot tak keruan"
Lantas ia keluarkan bungkusan sutera dari sakunya, ambil
dua lembar gin pio atau coiqie dari seratus tail perak masing,
yang ia serahkan pada Cia Mama, siapa terima itu sambil
menghaturkan terima kasih.
"Besok aku akan kirim seorang bujang tua dari kuil, untuk
bantu kau," kemudian Louw Sam kata pada nyonya itu. "Kami
sendiri tidak akan datang lagi, hanya akan tunggu kau
dirumahku ..."
Si Terokmok ini ingin ngelepus, akan tetapi ia tidak setuju
ngelepus disitu, maka lantas berpaling pada Cie Sielong dan
bersenyum: "Mari kita pergi " demikian katanya. "Sudah cukup, kau
jangan implang orang saja. Ia toh kepunyaanmu dia tidak
akan ada yang rampas ......"
Cie Sielong bersenyum dengan jengah sedang Siam Nio
tunduk, bahna malu.
Cia Mama girang bukan main karena urusan sudah pasti dan
tangannyapun sudab kepal uang.
"Jangan Tayjin ibuk. besok aku akan antarkan Siam Nio!" kata
ia. Cie Sielong tertawa, sampai kumis dan jenggotnya bergerak
gerak. "Louwko, mari kita pergi" kata Louw Sam pada erang tua itu.
Cie Sielong bisa kendalikan diri dengan air muka terang, ia
ikut siTerokmok itu.
Siam Nio diam saja. ia telah ambil keputusan pasti akan nikah
Cie Sielong. tidak perduli sielong ini sudah tua. Ia ingat Bouw
Pek. ia ingin lupakan sianak muda. tetapiia pikir buat nanti
minta pertolonginnya Cie Sieiong akan bekas kekasih itu dapat
pulang kemerdekaannya......
Selang dua hari yatah hari baik yang dipilih Cia Seloeg telah
kirim joli buat sambut pengantnnya, yang diantar ke Lauw thio
Go tiauw kerumahnya Poan Louw Sam. Cia Mama mengiringi
anaknya itu. Cie Sielong telah undang beberapa sobat buat bikin pesta
kecil, diantaranya ada Lauw Tie soe, Bang Ge soe, Ma Han
lim, Ong Koan toe dari Lwee Boe hoe, Toa koansoe Yo Jie dari
Iyee Kong hoe dan Toa Koan soe Ciauw Gouw dari suatu
onghoe. Dua tiga orang lainnya lagi adalah saudagar.
Diantara sekalian tamu itu, Ciauw Gouw dapat layanan
istimewa, kendati ia hanya toa koansu atan kuasa, itulah
disebabkan majikannya seorang ongya, raja muda atau
pangeran, berpengaruh didalam istana, banyak mentri dan
pembesar yang perlu berurusan padanya. Buat ketemui si
ongya orang selamanya mesti berurusan lebih dulu dengan
toakonsoe ini. Siapa tidak berlaku telaten padanya, sukar akan
dapat ketemui majikannya itu. Dem kian dipesta ini, mesti ia
tidak berpangkat, ia dapat perlakuan manis dari sekalian tamu
lainnya. Ia dandan secara perlente.
Ciauw Gouw belum pernah lihat Siam Nio, kendati juga ia
pernah dengar orang bilang, si nona cantik dan manis. Ia
kurang percaya, lantaran Cia Sielong sudah tua bangkotan,
sekalipun ia berkata dan berpengaruh, mustahil ada nona
bunga raya yang elok dan tersohor suka nikah dia. Tapi kapan
ia lihat Siam Nio turun dari joli, toakoansoe ini jadi duduk
tcrcengang dikursinya. Benar2 ia sangsikan matanya, tetapi ia
tidak salah lihat.
"Tua bangka itu beruntung sekali," akhirnya ia kata dalam
hatinya. "Sayang aku tidak ketahui adanya si cantik ini, kalau
tidak, aku tentu bisa dului ia menyambar"
Juga Beng Giesu, dengan pepangi jenggotnya mengawasi
dengan melongo Melihat sikapnya giesu itu, Ciauw Gouw tarik tangannya akan
ajak dia itu menyingkir kesampiug maju.
"Perintah agung para kau bangsa giesu, epakah perlunya ?"
ia tanpa, separuh main2, separoh sungguh2. "Tidakkah tua
bangka she Cia ini telah main gila " Kenapa bukannya kau
dakwa ia, kau justeru hirup arak kegirangannya?"
Mukanya giesu itu menjadi merah.
"Kita semua sobat", bagaimana buat urusan begini kecil kita
mesti jadi bentrok satu pada lain " ia kata. "Janganlah kita
bikin oraag bersakit hati ......."
"Sakit hati" Hm ! Bersama2 Kauw Giesu, entah kau telah
peroleh berapa banyak uangnya tua bangka she Cie ini........
"Tidak !" Bang Giesu goyang kepala. ..Ini urusan kecil, karena
urusan ini aku tidak bisa bikin susah. Adalah urusan lain, yang
punya sangkut sedikit mengenai itu, aku hendak kasi hajaran
sedikit pada Poan Louw Sam....."
"Urusan apakah itu?" tanya Ciauw Gouw.
Beng Giesu katakan keterangannya dengan suara yang
pclahan sekali.
"Aku dengar, untuk dapat menangkap Siam Nio dengan Cie
Sie long, Poan Louw sam sudah fitnah sobatnya si nona"
demikian katanya. "Sobat itu. Lie Bouw Pek namanya, sudah
dituduh menjadi penjahat besar, dengan diadakannya para
Teetok gee mui, anak muda itu telah ditangkap dan ditahan.
Ciauw Gouw gusar mendengar keterangan itu.
"Dengan begitu, apakah binatang Louw Sam itu kenal undang
negeri?" kata ia dengan sengit. Sementara itu diotaknya telah
berkelebat pikiran buat hasut giesu ini, supaya Siam Nio dan
Cie Sielong jadi terpisah, agar sinona Kemudian ia bisa
dapatkan. Ia laotas kata: "Kita memang sobat", akan tetapi
apa yang Cie Sielong lakukan adalah perbuatan yang
bertentangan dengan prikemanusiaan. Menurut aku, giesu,
urusan ini kau tidak boleh tinggal diam saja. Kau harus
mengerti, umpama kata Ongya ketnhui urusan ini. apa kau
nanti sanggup pertahankan kedudukanmu ?"
Bang Giesu adalah seorang yang pintar, kendati ia terperanjat
ia bisa duga maksud yang sebenaroya dari toa-koansu ini,
yang jelus dan iogin punyai sinona manis.
"Ia benar berbahaya," pikirnya, "kalau ia sampaikan urusan
ini pada Ongya, kita bangsa giesu memang bisa mendapat
susah...."
Giesu ini jadi menyesal sekali, yang baru san ia sudah beber
tipu dayanya Louw Sam, hingga tidak saja ludas harapannya
akau peras si Terokmok, malah ia sendiri h hadapi toa koansu
yang lagi berhati ganas ini......
Cie Sielong sementara itu telah keluar pula bersama Sam Nio
buat haturkan terima kasih pada sekalian tamunya, dengan
minta mereka itu aagkat cawan mereka.
Siam Nio berpakaian merah mentereng sekali, ketika ia dekati
Ciauw Go, buat undang toakonsu satu ini keringi cawanaya,
tamu ini merasai tubuhnya kaku, sebab kerasnya ia mesti
lawan hati dan kejelusannya. Maka itu, begitu lekas nona
kemanten masuk pula, dengan tidak tunggui pesta ditutup ia
laatas minta diri.
Cie Sieiong daa Louw Sam dapat lihat sikap yang beda
daripada biasanya dari orang she Ciauw ini, mereka tidak bisa
duga apa sebabnya, akan tetapi mereka tidak enak sendiri,
berdua mereka dengan hormat antar sampai diluar tamunya
yang lantas naik di keretaaya itu.
Ciauw Gouw terus menuju pulang keonghu, ia tetap
mendongkol pikirannya kusut. Tetapi, apa melulu karena turuti
hati ia masti bentrok dengan Cie Sielong. sobat dari banyak
tahun, sedang juga sielong itu terhitung sebagai loo su atau
guru dan ongyanya" Lain daripada itu, andaikata ongya
ketahui kelakuan guruuya, ongya tentu akan lindun guru itu.
Maka akhirnya, sesudah pikir sakian lama, ia ambil putusan
lebih baik diam saja, antap Cie Sielong kekapi si nona
manis...... Tidak antara lama kereta sudah sampai di depan onghu dan
berhenti, baru saja ia lompat turun, disebelah depan ia
tampak beberapa ekor kuda. yang dituntun oleh beberapa
kacung. Paling depan yang berjalan kaki adalah seorang umur
tiga puluh lima tahun, tubuhnya tinggi besar, mukanya putih
dan montok brewoknya pendek. Orang ini pakai baju ungu
yang dilapis dengan makwa hijau, pinggang dilibat dengan
angkin hiyau, sedang sepatunya adalah apa yang dipinggi
sepatu koankeh.
Segera juga Ciauw Gouw kenali orang itu, orang bangsawan
dari kalangan keluarga raja atau Cong si tay Siauw- pweelek.
pweelek muda atau pangeran dari Tiat Pwee lek, hu, namanya
Sian Hong, gelarannya Siauw Hong Jiam atau si Hong Jiam
Muda, sementara [anggilannya yang umum adalah Tiat Jie ya.
Lekas" Ciauw Gouw msnghampirkan dan unjuk hormatnya.
"Jie ya, sudah lama aku tidak ketemu kau." ia menegor
sambil tertawa. "Apa sekarang Jie ya datang langsung dari
istana?" Atas tegoran itu. Tiat Pweelek manggut sambil bersenyum.
"Kemarin dulu aku datang kemari, kau tidak ada" ia bilang
"Kabarnya selama ini kau bargaul luas dengan beberapa
pembesar tinggi, kau nampaknya makin mewah...."
Mukanya Ciauw Gouw menjadi merah bahna jengah
sendirinya. "Ah tidak Jie ya....." ia menyahut. Mana aku punya banyak
tempo akan melayani orang2 besar itu " Iyuma beberapa
kenalan, yang bikin pesta, aku tidak bisa tidak hadirkan pesta
itu . . . . "
Tiat Pweelek awasi pakaian orang yang mentereng, ia bisa
menduga. "Dan hari ini pesta siapakah yang kau kunjungi?" ia tanya
sembari tertawa.
Mendadak Ciauw Gouw ingat pweelek ini paling gemar
bergaul dan campur tahu urusan yang sedikit saja berbau tak
pantas. "Kenapa aku tidak mau gunai ketika ini?" pikirnya yang terus
saja bawa aksinya. Ia menghela napas.
"Apakah aku mesti jawab kau, Jie-ya?" ia balik menanya.
"Baru saja aku hadirkan pestanya Cie Sielong! Tua bangka itu
telah ambil pula isteri muda, kabarnya nona dari rumah
pelesiran. Memang sedari beberapa hari yang lalu ia telah
omong tentang niatnya itu padaku, siapa tahu, ia bicara
dengan sebenarnya. Ia sudah punya dua gundik, semuanya
dan usia belasan, hari ini ia ambil yang ketiga. Nona ini dari
Kota Selatan, kalau tidak salah bernama Coei Siam, orangnya
cantik sekali laksana bidadari...... Bukannya
mudah akan Cie Sieieng dapatkan nona ini. butuh berapa
dalam ia telah ngodol saku! Dalam hal ini, Poan Louw Sam si
Termokmok sudah bantu dia. Kabarnya nona Coei Siam tidak
setuju menikah pada Cie Sielong, ia sebenarnya telah jatuh
hati pada pemuda yang bernama Lie Bouw Pek.
Mendengar disebutnya nama itu, sikapnya Tiat Pweelek
sedikit berobah, hingga dengan lebib sungguh2 ia perhatikan
omongaanya Ciauw Gouw.
"Kabarnya pemuda itu bertenaga besar," Ciauw Gouw
lanjukan omongannya. "Pada satu hari, entah sebab apa, ia
telah hajar Poan Louw Sam sampai hidung dan muka orang
itu babak belur, lantaran mana Poan Louw Sam mendendam
sakit hati justeru ada urusannya Coei Siam dan Cie Sielong Ini,
ia sudah ambil tindakan, kesatu untuk melampiaskan sakit
hatinya. kedua guna singkirkan saingan bagi Cie Sielong.
Dengan gunai pengaruhnya, Poan Louw Sam sudah adakan
pengaduan kekantor teetok, dengan tuduhan jadi penjahat
besar Lie Bouw Pek inden ditangkap dan dijebloskan dalam
penjara. Coba Jie ya pikir, apa perbuatan ini tidak terlalu"
Kenapa, melulu urusan bini muda, lantas seorang baik2 dibikin
celaka " Mereka punya banyak uang. punya pengaruh, hingga
tidak ada giesoe yang berani mendakwa, tetapi perbuatan itu
tidak pantas dan melanggr prikemanusiaan .....-"
Tiat Pweelek menjadi panas apabila ia telah dengar semua
itu. "Kau bicara tentang Lie Bouw Pek. apakah ia itu orang yang
diluar Kota Selatan?" ia tanya. "Aku tahu ia sebatang kara,
boegeenya tinggi, karena ia telah rubuhkan Hoa-khio Phang
Liong dan Kim-too Phang Bouw."
"Mungkin benar dia" Ciauw Gouw bilang. Katanya iapun
bersobat dengan Tek Ngo-ya dan Lwee-bu hu..... "
"Benar dia," Tiat Jie ya manggut. "Ia hoohan yang belum
lama sampai di Pakkhia ini, ia telah terfitnah, aku mesti tolong
dia. Pergi kau kasi tahu Cie Sielong dan Poan Louw Sam,
bagaimana mereka atur hingga si orang she Lie kena
ditangkap dan ditahan, cara demikian juga mereka mesti urus
supaya anak muda itu dapat pulang kemerdekaannya, jikalau
tidak, aku tak nanti mau mengerti "
Ciauw Gouw manggut2


Riwayat Lie Bouw Pek Karya Wang Du Lu di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik, Jeya, aku nanti pergi pada meeeka itu," ia berjanji
"Apakah oogya dirumah ?" kemudian Tiat Pweelek tanya.
"Barangkali ada. Nanti aku mengasi kabar......."
Sembari kata begitu, Ciauw Gouw bertindak dengan cepat
menuju kedaiam istana tapi otaknya berbareng bekerja. Dalam
hatinya ia kata: "Benar saja aku bisa bikin Tiat Pweelek
campur tahu uru?an ini ! Masih untung buat si tua bangka,
Pweelek tidak omong hendak bubarkan ia dari kekasihnya ...
tapi, kalau nanti ketemu Cie Sielong, apa aku boleh
tambahkan pada ucapannya Tiat Pweelek, supaya mereka jadi
tambah ketakutan?" Oleh karena memikir begitu, ia jadi puas.
Sementara itu Tiat Pweelek tidak berdiam lama, pikirannya
ada pada Lie Bouw Pek, setelah pamitan ia terus palang. Ia
mendongkol bila ingat Bouw Pek telah terfitnah. Ia telah
dengar namanya anak muda kita, ia percaya Bouw Pak cakap
dan gagah, sayang ia seorang pangeran, jadiia tidak bisa cari
alasan bergaul dengan pemuda asing itu, tapi sekarang,
sesudah si anak muda mendekam dalam penjara, ia mesti
berdaya akan tolong pemuda itu. la ketahui yang orang akan
tertawakan ia, apabila ia tidak berdaya guna anak muda itu.
Lantas raja muda ini panggil kacungnya bernama Tek Lok,
yang ia percaya betul kacung ini ia kasikan uang dan perintah
pergi kepenjara diteetok, gee mui, akan cari Lie Bouw Pek. Ia
pesan bagaimana si kacung harus berbuat. Setelah itu ia kirim
kanyi nama pada Mo Teektok, undang teetok itu sebentar
malam datang pedanya, katanya untuk urusan penting.
Penjara dikantor kiu bun teetok adalah tempat tahanan
penjahat2 besar yang jatuh kedalam tangan pembesar militer
itu atau orang2 yang berdosa hebat dikota raja. lantaran itu
tidak sembarang orang bisa diijinkan kunjungi tempat tahanan
itu akan tetapi kapan Tek Lok yang sampai disana dan ia telah
perkenalkan diri sebagai utusan dari Tiat Pweslek, ia lantas
diterima dengan hormat dan manis.
"Oh kau utusannya Pweelek ?" kata sipir bui ...Kau hendak
ketemukan siapa " Bilang saja aku nanti antarkan kau pada
orang itu. Tek Lok beraksi, sebYumnya mcnjawab ia keluarkan tiga
puluh Tail perak, yalah uang dari Pweelek. Ia sodorkan uang
itu pada si sipir seraya bicara dengan terus terang : "Ini uang
tiga puluh tail perak. Pweelek perintah aku kasi tahu padamu,
dari jumlah ini, yang sepuluh untuk kau disini minum arak "
"Ah, buat apa Pweelek ya kasi kami persenan uang ?" berkata
si sipir, yang potong perkataan orang bahna girangnya. "Kalau
ada apa bilang saja pada kami ...."
"Dan yang lebihnya dua puluh tail." Tek Lok kata pula,
"Pweelek ya pesan supaya kau simpan, di peruntukkan
membeli tambahan sayuran dan lainnya untuk orang tahanan
nama Lie Bouw Pek. Orang she Lie itu orang kesajangan
Pweelek ya, kau dilarang memperlakukannya secara jelek"
"Kami pasti tidak berani, tuan!" kata sipir itu dengan cepat.
"Kami tahu, Lie Bouw Pek seorang baik, apapula perkaranya
masih belum terang, ada kemungkinan ia akan dimerdekakan
lagi beberapa hari, Sekarang ada pesanan dari Pweelek ya,
tentu sekali kami tidak berani perlakukan itu secara jelek."
Tek Lok manggut.
"Sekarang coba antar aku, aku mau ketemukan orang she Lie
itu " ia kata.
"Baiklah, tuan," kata sipir itu, yang diam2, telah kedip mata
pada orangnya dan orang itu lantas undurkan diri lebih dulu.
Bouw Pek bersama belasan orang tahanan lain dikurung
dalam kamar bagi mereka yang akan dapat hukuman mati
akan tetapi sekarang, karena Tek Lok hendak tengok ia, lekas
ia dipindahkan kekamar lain yang bersih dan cukup terang,
tidak buruk seperti kamar yang semula itu. Dengan teraling
jendela, yang memakai jeruji, hambany a Tiat Pweelek bisa
tengok orang muda ini.
Selama bsberapa hari tertahan, dua kali Bouw Pek telah
dibawa menghadap untuk diperiksa. Ia tidak bersalah tetapi ia
dituduh menjadi ponjahat besar, tentu saja ia telah sangkal
tuduhan dan sebaliknya beber kebusukannya Poan Louw Sam,
yang benci ia karena urusannya Siam Nio Sambil unjuk bahwa
ia orang baik2, ia tambahkan: "Aku minta kau, yang menjadi
pembesar negeri, janganlah karena pengaruh uang dari Louw
Sam sembarang turut tuduh orang jadi Penjahat" Karena ini,
ia telah dua kali dirangket, hingga ia mesti merasai siksaan
sedang rantai belengguannya telah ditambah Selama dua hari
tiada orang yang sambangi ia kecuali bujangnya Su Poancu si
Gemuk, yang membawa sedikit uang buat si sipir dan kawan
nya, dengan begitu dari pihak sipir ia tidak usah mengalami
siksaan. Selama itu ia melulu harapkan lekas pulangnya Tek
Siauw Hong, orang satu nya yang ia harap nanti berdaya akan
tolong ia. Maka ia heran kapan ia lihat Tek Lok menengoki
dengan diantar oleh sipir sendiri.
"Siapa dia ini ?" ia menduga duga.
Sementara itu Tek Lok, sambil manggut dan tertawa, telah
kata padanya . "Tuan Lie, aku datang atas titahnya Jie ya dari Tiat Pweelek
Jue ya Ketahui kau dapat perkara penasaran, ia perintah aku
sambang kau sambil kasi tahu supaya kau tetapkan hati dan
jangan berduka, jie ya telah undang teetok Tayjin buat
sebentar malam datang ke Pweelek hoe untuk bicarakan
urusan kau, aku percaya, lagi beberapa hari kau akan dapat
pulang kemerdekaanmu
Bouw Pek tercengang Ini adalah kabar atau kejadian yang ia
tak pernah sangka. Ia pernah dengar namanya Tiat Pweelek
akan tetapi ia belum tahu siapa Jie ya ini.
"Sebenarnya, aku belum pernah ketemu Jie ya kau itu..." kata
ia. "Kau belum pernah ketemu Jie ya, akan tetapi Jie ya tahu kau
siapa, Lie ya" Tek Lok berikan keteranganya "Jie ya sudah
dengar namamu ia ingin berkenalan dengan kau Baiklah Lie ya
ketahui, Jie ya adalah yang bernama Siauw Hong Jiam, Tiat
Jie Baru sekarang Bouw Pek ketahui, itulah Jie ya yang Tek
Siauw Hong sering sebut namanya.
"Ia raja muda dan tidak kenal aku" seperti aku tidak kenai da.
bagaimana sekarang ia hendak tolong aku ?" ia kata dalam
hatinya. ia ternyata orang yang berhati mulia, aku mesti
nyatakan syukur terhadap ia".
"Aku berterima kasih yang Jie-ya begitu perhatikan diriku"
kata ia kemudian seraya menghela napas . "Bila sebentar kau
pulang tolong sampaikan pada Jie-ya, bahwa aku Lie Bouw
Pek adalah siu cay dari Lam kiong, bahwa aku datang kekota
raja untuk sambangi sanak. Aku orang jujur dan penduduk
baik2, melulu lantaran aku telah hajar Poan Louw Sam, si
saudagar jahat, ia telah fitnah aku hingga sekarang aku mesti
mendekam didalam penjara ini. Aku telah dituduh menjadi
peajahat besar, tetapi ia tidak punya bukti dan saksi. Apibila
Tiat Jie ya sudi tolong aku, hingga aku dapat pulang
kemerdekaanku, tidak nanti aku lupai budi Jie ya yang baik
itu. Benar aku tidak omong terlalu banyak. Aku belum
pernah ketemu Jie ya, aku percaya Jie ya yang jujur dan mulia
tolong kasi tahu Jio ya, aku minta ia suka tolong aku dengan
sungguh sungguh, sekeluarnya dari penjara ini aku nanti
mengunjungi buat haturkan terima kasihku Andaikata Jie ya
tidak sanggup tolong aku tidak apa, aku tetap tidak akan bisa
lupai budi kcbaikaanya "
"Aku janji akan sampaikan perkataanmu ini, Lie ya" Tek Lok
bilang sambil manggut. "Lie ya punya urusan apalagi di
luaran?" "Tidak, alu tidak punya urusan lain," Bouw Pek jawab." Disini
aku tidak punya banyak sanak atau sobat"
"Baiklah, Lie ya," kata Tek Lok akhirnya. Ia terus pamitan dan
berlalu. Bouw Pek awasi orang pergi dengan hati lega, terutama
karena selarjutnya semua orang bui perlakukan ia dengan
manis dan baik, makanan dan minuman cukup.
"Semua ini karena pengaruhnya Tiat Jie-ya," pikir ia yang lalu
menghela napas. Ia dapat tambah pengalaman, bak
pengaruhnya orang yang banyak uang dan berpangkat.
"Kalau aku dapat pulang kemerdekaanku paling dulu aku
nanti pergi ke Pweelek hoe, akan haturkan terima kasihku,"
demikian ia pikir, ..setelah itu, dengan tidak ketemui lagi
pamanku, aku akan segera berlalu dari Pakkhia ini"
Anak muda ini menjadi tawar hatinya.
Esoknya bujangnya Soe Poan-coe datang pula, beda daripada
biasanya, sekarang ia tidak usah ngodol saku lagi, dengan
mudah ia diantarkan masuk kedalam penjara. Ia bawa rantang
berisi barang makanan.
"Eh. Lie Toa-ya, kenapa kau pindah kekamar ini?" tanya
bujang itu, yang merasa heran. "Kamar ini jauh lebih baik
daripada kamar yang kemarin "
Bouw Pek tertawa mendengar pertanyaan itu.
"Kekamar mana saja aku pindah, aku tetap berada dalam
penjara" ia menyahut.
Bujang itu buka rantangnya akan keluarkan dua mangkuk
sayur, satu poci arak dan beberapa biji bakpauw.
"Majikan tahu yang toaya tentu ingin dahar arak dan
sayurannya, ia sengaja bikinkan ini untuk toaya," kata ia
"Majikan kau sungguh baik" kata Bouw Pek dengsn bersukur.
"Jangan bilang begitu, toaya." kata pufa bujang itu. "Kau
sobatnya majikan dan langganan lama, kau justeru nampak
perkara ini, seharusnya saja bila majikan tolong perlukan
makanan kau"
Bouw Pek menghela napas, diantara jeruji ia sambut sayur
arak dan bakpauw itu dengan bergantian.
Bujang itu berdiri didekat jendeta sekali, hingga ia berada
sangat dekat pada Bouw Pek. Karena penjaga bui berada
sedikit jauh, hampir berbisik ia kata :
"Toaya. bakpauw yang besar itu makannya sebentar sesudah
tidak ada orang"
Bouw Pek heran, tetapi ia diam saja, ia terus dahar dan
minum. Ia tinggalkan dua biji bakpauw yang besar. Kemudian
mangkok dan poci arak ia keluarkan.
Dengan diantar oleh penjaga bujangnya si Gemuk berlalu.
Bouw Pek tunggu sampai tidak ada orang, dengan lekas ia
buka bahpauw yang besar menampak isinya, ia terperanyat.
Sebab dan tara isi daging ada sepotong kikir buron,
bagaimana aku bisa berdiam dibawah terangnya matahari "
Keminggatanku juga bisa bikin susah pamanku......"
Setelah memikir demikian, anak muda kita brnenyun. Ia tidik
bertindak seperti yang Soe Poan coe inginkan. Cuma sekarang
ia menduga ia percaya, Soe Poan yoe bukanlah seorang
dagang yang biasa saja, ia itu mestinya seorang luar biasa.
Berada sendirian, dengan tidak bekerja apa-apa, justeru
rantai membelenggunya, Bouw Pek jadi iseng seka1i, hingga
pikirannya melayang jauh pada berbagai hal. Ingat Siam Nio
dan Sioe Lian, ia seperti jadi putus asa, buat sekejap ia tidak
pikir buat keluar dari penjara......
Sang waktu berjalan dengan tidak pedulikan pikiran orang2
tahanan, seperti merayap kalau dipikirkan, dan seperti berlari
apabila tidak diperhatikan Kamar memang kurang terang,
dengan berobahnya sang waktu Bouw Pek merasa dirinya
terbenam dalam kegelapan, melulu lantaran sudah biasa, tidak
merasa terlalu sukar.
Tidak antara lama pcnjaga bui datang dengan barang
makanan. Belum lama kemudian diluar kamar terdengar suara
berkotrangannya rantai2.
"Entah siapa lagi yang akan diperiksa dan rasai kompasan..."
pikir anak muda kita,
"Kalau Tiat Pweelek tidak berhasil menolong aku dan Poan
Louw Sam tambah pengaruh uangnya, tidakkah hukuman mati
akan jadi bagianku " Apa anak muda pintar dan gagah sebagai
aku mesti binasa secara begini penasaran dan kecewa"..."
Tangan Bouw Pek merabah kikir dibawah rumput, tetapi
kapan tangannya bentur perkakas itu ia dapat pulang
ketetapan hatinya. Ia menghela napas, lalu rebahkan diri,
tidak perduli sang nyamuk bernyanyi nyanyi dikupingnya dan
berhinggap dimukanya sebentar kemudian ia bisa pulas,
karena ia merasa pikirannya lega. Berapa lama sudah
menggeros ia tidak tahu, ia hanya ngendutin dengan
terperanjat, tatkala merasai tabuhnya terdorong, hingga ia
ttrkejut Ia segera bangun dan duduk, ternyata karena ia tidur
nyenyak sekali, diluar tahunya ada orang masuk dan sedang
merayap disampingnya.
Kamar tetap gelap, sekalipun didepan mata sukar akan kenali
orang. "Mari kita pergi " demikian orang itu berbisik serta tangannya
merayap pada rantai yang ia hendak bikin lolos.
Heran berbareng kaget, Bouw Pek tolak tubuh orang. Ia pun
tidak senang. "Aku tidak mau pergi !" ia kata "kalau aku mau kabur, aku
bisa lakukan itu dengan tidak tunggu kudatang menolong"
Orang itu berbangkit, napasnya memburu.
"St, st " ia mengasi tanda.
"Kau siapa ?" Bouw Pek tanya.
Orang itu tidak menjawab, sebaliknya ia menjauhkan diri.
sebab ia lihat anak muda kita berbangku, rupanya ia kuatir
nanti dipegangi. Ia pergi kepintu.
Dengan mendongkol Bouw Pek duduk pula. Ia bingung juga,
hingga ia mau menyangka bahwa ia sedang mengimpi ....
Penolong yang tak dikenal itu sekarang berada diluar jendela.
Bara Naga 15 Pendekar Jembel Karya Liang Ie Shen Cinta Bernoda Darah 4
^