Pencarian

Heng Thian Siau To 7

Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen Bagian 7


ujarnya. "Titli ingin menyambangi susiok dan subo!" sahut
Tong Ko dengan nada kecil.
Ternyata anak muda itu juga cakap bersandiwara.
Untuk membuktikan dirinya itu seorang nona
sesungguhnya, dia kerutkan tenggorokannya supaya bisa
bersuara kecil.
Adalah Siao-lan yang lamban pikirannya, tak dapat
segera mengetahui sandiwara yang sedang dimainkan
oleh suaminya dan anak muda itu. Wajahnya menampil
rasa heran. Buru2 The Go menyentuhnya sebagai isyarat
jangan bicara apa2. Liat Hwat duduk anteng menerima
pemberian hormat dari kedua gadis itu. Rupanya dia
sangat gembira dan tertawa ter-bahak2.
"Ha..., ha..., tak kira bisa mendapat tambahan dua
orang titli yang cantik dan gagah," ujarnya, lalu berkata
kepada The Go : "The Go, kau bilang hendak
menyumbangkan suatu jasa pada pemerintah kerajaan,
entah bagaimana caranya" Turut pendapatku, kembalimu
kepada kerajaan itu, masih belum diketahui umum.
Bunuhlah bebrapa tokoh pemberontak, barulah kerajaan
menaruh kepercayaan penuh padamu!"
"Bukan begitu!" sahut The Go.
"Lalu bagaimana kau hendak mengunjuk jasa?" Liat
Hwat, berobah wajahnya dengan serius.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go tertawa, ucapnya : "Pepatah mengatakan
'tangkap kawanan penjahat harus ringkus dulu pemimpinnya'. Dengan membawa batang kepala Siau-
beng-siang kemari, itulah baru suatu pahala besar!"
"Bagus, bagus! Tapi apakah prakteknya sernudah itu?"
"Segala usaha besar, tentu sukar. Tapi itu bukan
berarti tak dapat dilakukan. Kalau aku suami isteri dan
kedua anak perempuan itu diperboleh pergi kesana,
tanggung tentu berhasil!"
Liat Hwat perdengarkan tertawa aneh, serunya :
"Kamu berdua suami isteri dan seorang titli bolehlah
pergi, tapi anakmu perempuan itu harus inggal disini!"
The Go cerdik, tapi Liat Hwatpun tak mudah diakali.
Mendengar pernyataan, "suhunya" itu, hati The Go
terkesiap, namun wajahnya tetap dikuasai, sahutnya
dengan lapang : "Kurang satu orangpun tak menjadi
soal!" Tapi Liat Hwat tetap menggeleng; katanya :"Tidak,
lebih baik aku ikut pergi juga!"
Kali ini benar2 The Go terkejut sekali. Celaka, kalau
setan kate itu turut pergi, dia tentu dipaksa untuk
melakukan rencana itu. "Guyon2 jadi sungguhan"
namanya itu. Tapi kini jelaslah sudah bahwa Liat Hwat
masih tetap menaruh kecurigaan, maka tak mau biarkan
dia (The Go anak isteri) pergi. Untuk menolak maksud
Liat Hwat, tentu akan makin mengentarai.
The Go bukanlah si Cian-bin-long-kun yang pernah
menghabiskan 3 laksa pejoang Hoasan, kalau TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berhadapan dengan Liat Hwat seorang saja, dia sudah
menyerah. "Kalau insu mau sekalian turut, itulah bagus sekali!"
katanya dengan girang.
---oo^dwkz0kupay^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 30 : AYAHKU
Diluar dugaan setelah menatap sejenak kearah The
Go, Liat Hwat kedengaran berkata : "Tak usahlah, biar
kusuruh Shin Leng-siau ikut kalian saja. Kapan kalian
hendak berangkat?"
"Urusan ini amat penting, rasanya lebih baik berangkat
sekarang juga!" serentak The Go memberi penegasan,
lalu memesan The Ing : "Ing-ji, kau tinggal disini belajar
silat pada sucou. Paling lama setengah bulan, aku tentu
kembali!" The Ing kaget, namun dihadapan Liat Hwat, ia tak
mau menyatakan apa2 dan hanya mengiakan. Tapi Tong
Ko yang menguatirkan keselamatan nona itu, segera
mengusulkan dirinya : "Susiok, biarlah aku mengawani
Ing-moay disini!"
"Kita kekurangan orang, sukar berhasil, lebih baik kau
ikut!" The Go tetap dengan pendiriannya.
Tong Ko tak dapat membantah. Begitulah mereka
berkemas, lalu bersama Shin Leng-siau berangkat naik
kuda. Dua jam kemudian, mereka sudah jauh dari
Kwiciu. "The-heng, kemana rencana kita ini?" tanya Shin
Leng-siau. The Go hentikan kudanya, memberi isyarat pada Tong
Ko Pemuda itu mengerti, diam2 siapkan golok pi-lik-to.
Setelah melihat disekeliling tempat itu sunyi dari orang,
menyahutlah The Go : "Kami bertiga hendak menuju ke
Lo-hu-san, tapi Shin tayjin kelain tempat"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kemana aku?" tanya orang she Shin itu karena masih
terselubung kegelapan.
The Go tertawa, ujarnya : "Ketempat yang aman
sentausa, disebut neraka!"
Kejut Shin Leng-siau seperti orang disambar petir. Dia
jelas sudah apa artinya itu. Baru dia hendak kebutkan
kendali mencongklangkan kudanya, Tong Ko sudah
loncat dari kuda menabas dergan jurus lui-tian-kiau-co.
Dalam kagetnya Shin Leng-siau buang dirinya kebawah,
tapi tak kurang sebatnya begitu menginjak tanah, Tong
Ko sudah lantas loncat menginjak lawan. Sebelum Shin
Leng-siau tengel2 bangun, tahu2 dadanya sudah terinjak
kaki Tong Ko. Teringat Tong Ko bagaimana fitnah muslihat Sin Tok,
Shin Leng-siau dan Hiat-ji, Siau Beng-siang telah
kehilangan seorang putera, sementara dia (Tong Ko)
mengalami dera hinaan yang ber-tubi2. Coba kalau tiada
mempunyai peruntungan besar, siang2 dia tentu sudah
binasa. Saat itu kedengaran The Go mencegah jangan
membunuhnya, tapi Tong Ko yang sudah kerangsokan
setan haus darah, sudah seperti orang tuli dan terus
hantamkan goloknya. Tanpa berkuik lagi, tubuh Shin
Leng-siau terbelah menjadi dua.
Tong Ko mengantar kematian musuhnya itu dengan
serangkum tertawa panjang.
Puas tertawa dia berputar untuk, menghampiri The
Go. Tapi saat itu kedengaran Cian-bin-long-kun seperti
menyesali perbuatannya tadi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ing-ji masih ditawan di Kwiciu, kalau bangsat itu
dibiarkan hidup, tentu ada gunanya. Tapi sekarang dia
sudah mati, dan kita kehilangan barang pegangan!"
Mendengar ucapan suaminya itu, Siao-lanpun menjadi
cemas, katanya : "Engkoh Go, bagaimana dengan Ing-ji
nanti?" Tong Ko terkesiap. Sesaat darah mudanya mendidih,
serentak dia berseru tegas : "Harap jiwi jangan kuatir,
dengan golok pi-lik-to ini aku sanggup masuk kesarang
harimau untuk menolong Ing-moay."
Begitu naik keatas kuda, dia terus hendak kembali ke
Kwiciu. Tapi The Go cepat mencegahnya. Tong Ko
hentikan kudanya. Memandang kearah The Go,
didapatinya ayah The Ing itu ber-sungguh2 wajahnya.
Diam2 Tong Ko tercekat hatinya. Pada lain saat
kedengaran The Go menghela napas dan berkata
:"Dimana kau berjumpa dengan Ing-ji lagi?"
Tong Ko menuturkan pengalamannya ketika menolongi The Ing yang sedang dikepung oleh orang2
Lo-hu-san. Dari situ ke Sip-ban-tay-san terus menuju ke
Kwiciu. "Apakah selama bergaul itu, kalian, telah melanggar
batas2 kesusilaan?" nada The Go berobah dalam.
"Harap The pehpeh legakan pikiran. Aku hanya
menyintai,Tio In, mana aku mau melakukan perbuatan
seperti binatang itu?"
The Go menghembuskan napas lega, tukasnya :
"Tepat sekali makianmu itu, nak?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"The pehpeh, aku tak memaki padamu!" Tong Ko
menjelaskan. Kembali The Go menghela napas panjang. Berputar
tubuh kearah Siao-lan, dia bertanya : "Siao-lan, siapakah
anak muda ini, seharusnya sekarang kau tentu
mengetahui?"
Tapi ternyata otak Siao-lan memang tumpul. la tetap
tak mengetahui; lalu balas bertanya : "Dia ini siapa"
Masakan dia ini bukan Tong Ko?"
Sebaliknya Tong Ko yang cerdas menduga, tentu
terselip sesuatu dalam pertanyaan The Go tadi, maka
buru2 dia bertanya : "The pehpeh, rasanya kau
mengetahui jelas asal keturunanku ini, makanya
mengatakan begitu tadi bukan?"
The Go menarik napas, ujarnya : "Waktu kau di Lo-hu-
san dulu masakan tidak merasakan sesuatu yang ganjil?"
"Ya, ada. Aku sendiripun sampai heran, Siau-beng-
siang beberapa kali mengatakan diriku ini menyerupai
seseorang. Dan begitu Kang Siang Yan melihat aku, dia
tertawa kegirangan sampai putus uratnya!"
"Benar, memang begitulah. Baik Kang Siang Yan
maupun Siau-beng-siang, keduanya sama terkenang
akan seseorang. Orang itu bukan lain adalah sucinya Tio
Jiang, suci yang pernah menjadi gadis pujaannya, ialah
puteri tunggal dari Kang Siang Yan"
"Say-hong-hong Bek Lian!" tukas Tong Ko, "apa
hubunganku dengan dia?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
The Go tundukkan kepala, menyahut dengan terharu :
"Dahulu Say-hong-hong pernah melahirkan seorang
putera, anak itu adalah kau!'
Seperti ada gempa bumi, tubuh Tong Ko tampak
menggigil keras. Memang pernah dia dengar cerita
tentang percintaan antara Bek Lian dan The Go yang
berakhir dengan tragis itu. Setelah melahirkan seorang
putera, Bek Lian lalu mengasingkan diri entah kemana.
Waktu Tong Ko bertemu pertama kali dengan The Go,
memang The Go pernah menuturkan hal itu.
Kalau Say-hong-hong itu ibunya, bukantah The Go itu
ayahnya" Hal-hal yang tak terduga itu, telah menggoncangkan seluruh sendi perasaannya, hingga
sesaat dia sampai ter-longong2. Pada lain saat, tampak
anak itu mendongak dan tertawa keras2. The Go
menghela napas.
"Ko-ji, aku telah keliwatan menyiksa kalian ibu dan
anak. Sekarang apa kemauanmu, bilanglah !"
Tong Ko memutar tubuh berkata : "The locianpwe,
anggap saja kata2-mu tadi seperti sendau gurau, bukan
hal yang sebenarnya. Sekarang aku hendak ke Kwiciu!"
The Go tahu bahwa dada anak muda itu tentu sedang
dirundung kedukaan dan kemarahan. Adanya The Go
menyimpan rahasia itu sampai sekarang, adalah
dikarenakan hal itu. Cepat dia menghadang dimuka Tong
Ko, ujarnya : "Kau tak mau mengakui aku sebagai ayah,
itu tak menjadi soal. Perbuatanku tempo dulu, membuat
aku tak layak menjadi ayahmu. Tapi sekali-kali jangan
kau kembali ke Kwiciu! Kau bukan tandingannya Liat
Hwat ! Kau hanya memiliki pi-lik-to, tapi apa memperoleh
juga ilmu permainannya ?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Ko menggeleng.
"Nah, itulah ! Lebih baik kita kubur mayat Shin Leng-
siau, lalu menuju ke Lo-hu-san dulu saja !" kata The Go
pula. Tanpa mengucap apa-apa, Tong Ko menanam mayat
Shin Leng-siau, lalu naiki kudanya ikut The Go. Selama
dalam perjalanan itu, mereka tak bicara. Malamnya
mereka bermalam disebuah hutan kecil. Pikiran Tong Ko
masih bergolak-golak, bagaimanapun matanya tak mau
dibawa tidur. Sejak berkenalan dengan The Go, dia
anggap itulah dia orang pertama yang tahu betul
peribadinya. Tapi kalau mendadak sontak disuruh
mengakuinya sebagai ayah, sungguh tak mudah
termasuk dalam hatinya.
Tengah malam dia bangun dan menghampiri
kesamping The Go.
Dilihatnya The Go tidur dengan pulasnya.
Tong Ko termangu-mangu mengawasinya.
Hubungan darah antara ayah dan anak, telah
menangkan pertentangan batin Tong Ko. Air matanya
bercucuran, tanpa disadarinya, mulutnya berseru : "Yah


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

!" Kiranya The Go masih belum tidur, cepat dia buka
matanya dan tertawa, katanya menghiburi : "Ko-ji,
jangan terlalu goncang perasaanmu !"
Tong Ko berjongkok, keduanya saling berpandangan.
Bahwa puteranya telah mau mengakui dirinya sebagai
ayah, hatinya meluap-luap sehingga tak dapat mengucap
apa-apa. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sampai sekian lama barulah dia berkata : "Ko-ji dalam
sepanjang hidupku, belum pernah aku merasakan
kebahagiaan seperti waktu mendengar kata-katamu
tadi!" Tong Ko hanya tersenyum, lalu alihkan pembicaraan :
"Yah, kepergian kita ke Lo-hu-san ini sebenarnya untuk
apa" Ing-moay ditahan Liat Hwat, cara bagaimana kita
menolongnya ?"
The Go menghela napas, sahutnya :"Dua-duanya
merupakan soal yang sulit, Tio Tay-keng bersekongkel
dengan kaki tangan Ceng, mungkin Tio Jiang mau
percaya, tapi susah bagi Yan-chiu untuk menerima
kenyataan itu. Sedang untuk menolong Ing-ji, ah !"
"Hanya Ang Hwat sucou seorang yang dapat
mengatasi kesukaran itu !" tiba-tiba Tong Ko teringat.
The Go menghela napas sedih, berkata :"Setelah
mendengar penuturanmu tadi, saat ini kukuatir Ang Hwat
cin-jin sudah tak berada didunia fana lagi !"
"Mengapa ?" Tong Ko tersentak kaget.
"Adanya dia menyuruh kau berdua menyingkir jauh,
ialah karena dia sudah bertekad hendak sama-sama
binasa dengan Kwan Tay-kin itu. Kedua gembong itu
tokoh2 sakti yang jarang terdapat didunia. Sekali mereka
bertempur, sebelum ada kesudahannya tentu tak mau
berhenti. Bagi kedua gembong itu, menang kalah serupa,
tentu sama2 terluka parah atau mungkin binasa ! Sejak
peristiwa digereja Ang Hun Kiong dahulu itu, beliau telah
mengasingkan diri. Kuyakin bathin beliau tentu serupa
dengan aku, sudah insyaf. Beliau tentu bercita-cita untuk
melepas kebaikan pada kaum persilatan. Mati bersama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwan Tay-kin, berarti menghilangkan suatu malapetaka
bagi dunia persilatan. Rasanya beliau tentu akan puas
dengan kematiannya yang berharga itu !"
Tong Ko menghibur ayahnya bahwa biar bagaimana
dia tentu akan berhasil menolong The Ing, karena kini
dia sudah memiliki sebuah golok pusaka macam pi-lik-to.
Melihat setelah ganti pakaian lelaki, puteranya itu
tampak amat gagah, hati The Go terhibur, ujarnya :
"Konon kabarnya : ilmu golok it-gwan-to-hwat itu,
mempunyai kesaktian yang sukar dijajaki. Kalau kau
dapat mempelajari ilmu itu, mungkin baru bisa
menandingi Liat Hwat!"
Memang Tong Ko yang mendapat pengunjukan dari
Sik Losam sudah beberapa kali ke Sip-ban-tay-san untuk
mencari jejak ilmu golok sakti itu, tapi selalu gagal. Maka
dia menjadi terdiam waktu mendengar pernyataan
ayahnya itu. ---oo(dw^kz)0(kupay)oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 31 : NYARIS TERBUKA
KEDOKNYA Dalam perjalanan selanjutnya, ayah dan anak itu
selalu asyik bercakap-cakap dengan gembira. Menjelang
terang tanah, tibalah mereka dikaki gunung Lo-hu-san.
Ternyata setelah terjadi peristiwa peracunan pada
Siau-beng-siang secara mysterieus itu, kini penjagaan di
Lo-hu-san diperkuat. Teringat bahwa satu-satunya orang
Lo-hu-san yang symphati pada dirinya yalah Kui-ing-cu,
Tong Ko ajak ayahnya mampir kewarung arak yang
diusahakan oleh tokoh itu.
"Kui locianpwe!" Tong Ko segera berseru begitu masuk
kedalam ruangan warung.
Kui-ing-cu dan Thaysan sin-tho berpaling. Serentak
berbangkitlah si bongkok, lalu berseru keras2: "Cian-bin
long-kun, kau berani datang kemari lagi?"
Wut......, wut......, tangannya bergerak menghantamkan pukulan lwekang dan tubuhnyapun
menyusuli loncat kemuka. The Go cepat menghindar
kesamping, sedang Tong Ko sudah sebat melintangkan
pi-lik-to kedada, bentaknya: "Thocu, kalau masih tak
kenal adat, tentu kuhajar!"
"Bah....... anak busuk, kau berani kurangajar padaku!"
bentak Ih Liok sembari terus rangsangkan tangannya
kanan untuk menyambar siku Tong Ko.
Tong Ko tertawa, begitu miringkan tubuh, dia segera
menabas dengan jurus lui-tong-in-in.
Benar lwekang si bongkok itu sudah mencapai tingkat
sempurna, tapi berhadapan dengan golok pusaka kian-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
thian-it-gwan-pi-lik-to serta dengan jurus permainannya
yang luar biasa anehnya, dia menjadi gugup. Peristiwa
aneh, ber-tubi2 terjadi didepan matanya. Tubuh anak
muda itu silang berganti dengan kilat benda, yang
menyilaukan dan tahu2 ubun2 disambar angin. Buru2 dia
hendak kerahkan lwekang untuk menghalau, tapi
anehnya, lwekang itu menjadi macet.
Kui-ing-cu buru2 loncat menghadang, tapi Tong Ko
menenangkannya: "Harap Kui lociangpwe jangan kuatir!"
Saat itu Ih Liok rasanya kepalanya silir, maka lekas2
dia loncat kesamping. Ketika merabah, setan alas
............ rambutnya sudah kelimis! Saking kagetnya, dia
sampai kucurkan keringat dingin.
"Thocu, kau sudah tua jangan tetap berdarah panas.
Ingat, dalam sungai Tiangkang, ombak yang dibelakang
selalu mendorong yang dimuka. Dia mempunyai pi-lik-to,
rasanya kita tak dapat berbuat apa2" Kui-ing-cu setengah
menghibur setengah menyesali si bongkok. Habis itu dia
lalu tanyakan maksud kedatangan Tong Ko.
"Urusan ini, sebenarnya dulu sudah hendak kujelaskan, tapi karena kuatir orang tak mempercayai,
jadi tetap kusimpan saja. Sekarang ayahku berada disini,
mengenai rahasia itu, dia jelas, maka biarlah dia yang
menuturkan!" kata Tong Ko.
"Urusan apa" Rupanya sangat penting!" tanya Kui-ing-
cu dgn keheranan.
"Ko-ji, kau sajalah yang menceritakan!" kata The Go
kepada Tong Ko.
"Baiklah!," sahut Tong Ko.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kui locianpwe, Tio Tay-keng itu seorang kaki tangan
musuh. Peracunan terhadap Siau-beng-siang
itu, kemungkinan besar dialah yang melakukan!"
Kalau Kui-ing-cu terkesiap kaget, adalah si bongkok
yang dengan kontan terus mendamprat: "Ngaco, kau
sendiri membawa kaki tangan Ceng membunuh putera
Siau-beng-siang, mau menuduh orang lain yang
bukan2!" Tong Ko bergelak tawa, serunya: "Thocu, kau seorang
bongkok yang tak mengerti nul puntul urusan apa2,
masakan mengerti?"
Sindiran itu hebat, diucapkan dengan nada yang
jumawa. Belum pernah seumur hidupnya Ih Liok dihina macam
begitu. "Binatang, besar sekali nyalimu!" "
Ih Liok tampil selangkah, matanya ber-api2 memancarkan kemarahan.
Tong Kopun siap dengan pi-lik-tonya.
"Sebenarnya hal itu tak ada sangkut pautnya dengan
diriku" kata Tong Ko, "tapi karena hati nuraniku tak tega
membiarkan sekalian orang gagah di Lo-hu-san binasa
ditangan anak itu, terpaksa aku turut campur. Jika aku
hanya bersentimen pada Tay-keng, tak usah kumenfitnahnya, tapi terus kubunuhnya saja, rasanya
semudah orang membalikkan telapak tangan!"
"Ai, ai jangan gitu, engkoh kecil. Mungkiri kami berdua
tua bangka ini bangsa kantong nasi yang tak berguna,
tapi jika Siau-beng-siang dan isterinya sudah bergabung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan pi-i-song-hong-kiamnya, rasanya kau tentu
belum dapat mengalahkan" kata Kui-ing-cu dengan terus
terang. Diam2 Tong Ko mengakui kebenaran ucapan tokoh
itu. Dan hal itu makin membuatnya perihatin untuk
mendapat ilmugolok it-gwan-to-hwat yang sakti itu.
"Tapi kedatanganku kemari, bukan mencari permusuhan tapi persahabatan" Tong Ko menjelaskan
kata2nya tadi. Setelah itu dia lalu tuturkan pengalaman
sendiri selama ini. Bagaimana dia dipitenah oleh
kawanan Sin Tok, bagaimana Tay-keng, hendak
menukari pedang ayahnya dan apa yang dipercakapkan
anak itu dengan Shin Hiat-ji tatkala dihutan Sip-ban-tay-
san. Kesemuanya itu merupakan rangkaian faktor yang
menjelaskan siapakah Tay-keng itu sebenarnya.
The Go menyambung penuturan puteranya dengan
ceritakan kejadian digereja Kong Hau Si. Namun Kui-ing-
cu dan si bongkok Ih Liok tak henti2nya menggeleng
kepala, pertanda mereka masih belum percaya penuh.
Tong Ko marah2.
"Baik, aku hendak naik kepuncak untuk menanyai Tay-
keng. Coba lihat saja dia berani menyangkal tidak!"
serunya dgn gemas.
Kui-ing-cu setuju dan menyatakan suka ikut.
Begitulah mereka berlima segera naik kepuncak Gio-li-
nia. Sekalian orang gagah terkejut melihat Kui-ing-cu
datang bersama seorang buntung. Sikap tokoh aneh itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
seperti sedang menghadapi persoalan penting. Denqan
berisik sekalian orang gagah disitu sama ber-bondong2
menuju keruang Cip-gi-tong (permusyawarahan).
Kala rombongan Kui-ing-cu masuk ke Cip-gi-tong, saat
itu Siau beng-siang tengah berunding dengan beberapa
orang tokoh. Mereka kebanyakan adalah bekas pemuka2
Thien Te Hui yang lalu. Benar mereka itu masing2
pernah meminum kopi pahit dari The Go, tapi setelah dia
insyaf dan berbuat jasa terhadap Thian Te Hui khususnya
dan kalangann pergerakan menentang penjajah Ceng
umumnya, orang2 gagah itu sama menaruh perindahan.
Melihat kedatangan rombongan Kui-ing-cu dengan The
Go yang tak di-sangka2nya itu, mereka ter-sipu2
menyambutnya. "The-heng, sudah hampir 20 tahun kita tak berjumpa,
angin apakah yang meniup The-heng kemari ini?" tanya"
Kiau To siberangasan itu.
The Go hanya ganda tertawa.
Begitupun ketika Yan-chiu perdengarkan suara ketawa
sinis, diapun tak menghiraukan.
Kui-ing-cu minta sekalian orang sama duduk tenang.
Suasana mendiadi hening sejenak.
Memang Kui-ing-cu mempunyai wibawa besar terhadap orang2 gagah di Lo-hu-san itu. Tampak tokoh
itu menyapukan sepasang matanya yang ber-kilat2
kesekelilingnya sebentar, lalu memanggil anak muda
yang berdiri disebelah Siau-beng-siang.
"Tay-keng, kemarilah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sejak peristiwa ayahnya itu, saking takutnya Tay-keng
tak berani keluar rumah.
Untung tiada orang yang menaruh kecurigaan
padanya. Tetapi orang yang berbuat jahat, selalu dikejar dengan
perasaan takut.
Tampak dengan wajah keren Kui-ing-cu memanggilnya, pucatlah segera wajahnya. "A............da


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa?" ia tanya.
"Tay-keng, adanya Kui locianpwe memanggilmu tentu
ada urusan, tak usah kau tanya ini itu!" bentak ayahnya.
"Tio suko, jangan keliwat bengis terhadap anaklah,"
lagi-lagi Yan-chiu, ibu yang memanjakan anak itu,
menyelutuk. Ia tak puas dengan sikap Kui-ing-cu.
Mau tak mau terpaksa Tay-keng maju menghampiri
ketempat Kui-ing-cu.
Sekalian orang yang berada disitu sama menahan
napas. Mereka tak-tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Hanya yang diketahui, biasanya Kui-ing-cu itu selalu
periang, mengapa kalini begitu keren (bengis), tentu ada
sesuatu urusan yang sangat gawatnya.
"Tay-keng, waktu kau memberikan racun, apa kau
tahu kalau itu hong-sin-san?" begitu Tay-keng datang,
Kui-ing-cu terus melancarkan pertanyaan langsung.
Mimpipun tidak Tay-keng, bahwa locianpwe itu
menanyakan urusan itu. Saking keras goncangan
hatinya, dia kelepasan menyahut : "Tidak tahu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ucapan Tay-keng itu bagaikan halilintar berbunyi
ditengah hari. Suasana ruang Cip-gi-tong situ menjadi tegang.
Yan-chiu dan Tio Jiang serentak loncat berdiri dari
tempat duduknya.
"Tay-keng, apa katamu" Jadi hong-sin-san itu kau
yang meminumkan"!" seru Tio Jiang dengan bengis.
Saat ini barulah Tay-keng tersadar dari kesalahannya
omong. Karena gugup tadi dia telah memberi pengakuan. Tapi
secepat itu dia sudah segera dapat memungkir, sahutnya
: "Yah, mana aku mau melakukan perbuatan serendah
itu?" Kui-ing-cu berpaling kearah The Go dan Tong Ko,
serunya : "Ayah dan anak orang she The, kini aku
percaya pada keteranganmu!" Setelah itu dia kembali
menuding Tay-keng dan berkata : "Tay-keng, mereka
berdua mengatakan kau ini seorang kaki tangan Ceng,
apa kata pembelaanmu?"
Tubuh Tay-keng bergemetaran.
Dia insaf saat2 itulah yang menentukan nasibnya, mati
atau hidup. "Hem....., mengapa tuduhan mereka
dipercaya?" ia coba membela diri.
"Sebenarnya
akupun masih setengah tak mernpercayai, masakan kau dapat berbuat sehina itu.
Tapi begitu kutanya kau lantas menyahut 'tidak tahu'.
Jadi tak dapat disangsikan lagi, kaulah yang memberikan
racun itu!" kata Kui-ing-cu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kehilangan akal, Tay-keng berpaling kepada tiang
andalannya: "Ma, pertanyaan Kui locipwe itu, suruh aku
bagaimana menjawabnya?"
Memang sudah tadi2 Yan-chiu tak puas, serentak
menyahutlah dia dengan lantang : "Kui locianpwe, tadi
Tay-keng mengatakan bahwa dia tak tahu apa2,
mengapa kau lantas tuduh dia kaki tangan. Ceng?"
Kui-ing-cu terbeliak. Jawaban Tay-keng "aku tak tahu"
itu, dubieus (samar2 artinya, bisa diartikan begitu, tapi
juga. "Aku tak tahu" dapat diartikan : aku tak tahu
bahwa racun itu adalah hong-sin-san (tafsiran Kui-ing-
cu). "Aku tak tahu" pun dapat diartikan : aku tak tahu
urusan peracunan itu sama sekali (tafsiran Yan-chiu).
Kui-ing-cu tampak ragu2. Melihat itu, Tay-keng
melancarkan desakan : "Kui locianpwe, kau termakan
tipu merekalah!"
The Go perdengarkan tertawa dingin, tegurnya : "Tio
tay-keng, sewaktu kau bersama adikmu berada digereja
Kong Hau Si, apa yang kau kerjakan?"
The Ing yang sedari tadi berdiri dibelakang
mamahnya, pun teringat akan gerak gerik engkohnya
yang aneh sewaktu di Kwiciu tempo hari. Maka iapun
turut mengeluarkan suara : "Ya, koko, apa yang
sebenarnya terjadi dalam gereja Kong Hau Si itu?"
"Bah, siapa yang tahul" Tay-keng mengangkat bahu.
"Hem" The Go mendeham, "kau berjanji dengan tay-
lwe kochiu Shin Hiat-ji untuk bertemu diruang
perpustakaan gereja itu. Surat dari Shin Hiat-ji, telah
kutukar, sehingga ber-jam2 kau menunggunya dikakus
umum. Surat Hiat-ji itu kuselipkan di tangan nona Tio, ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pergi keruang perpustakaan dan bertemu dengan Hiat-ji.
Tapi disitu ia segera ditawan oleh Hiat-ji, dibawa
kegedung ti-hu. Hampir saja ia tak dapat lolos dari
sarang harimau itu. Benar atau tidak, nona Tio?"
Tio In mengangguk.
The Go dan Tong Ko lalu bentangkan semua apa yang
dilihat dan didengarnya mengenai komplotan Hiat-ji yang
menggunakan Tay-keng untuk meracuni Siau-beng-siang
itu. Seketika itu, gemparlah Cip-gi-tong.
Para orang gagah, baik yang berada didalam maupun
diluar ruangan itu, sama hiruk pikuk.
Tay-keng tampak ber-kaok2 kalang kabut, wajahnya
pucat seperti kertas.
Lagi2 Yan-chiu, induk semang yang keliwat memanjakan anak itu, unjuk gigi.
Diperhatikan bahwa wajah suaminya masih mengunjuk keraguan, maka induk betina yang selalu
mengiloni puteranya itu, segera tampilkan suaranya: "Tio
suko, jangan percaya omongan mereka yang beracun.
Suruh mereka membawa buktinya!"
Dalam istilah tinju, keadaan The Go dan Tong Ko
disebut groggy (terhuyung) kena "pukulan" lidah Yan-
chiu yang tajam itu. Kalau Shin Leng-sian masih hidup,
tentu bisa dijadikan bukti. Pada saat itu, dimintai
mengunjukkan bukti, sudah tentu tak dapat.
The Go dan Tong Ko kesima sedang ada bebrapa
orang gagah yang sudah me-rabah2 senjatanya.
Begitu tajam Yan-chiu memainkan lidahnya, sehingga
barang yang sudah hitam dapat dikatakan putih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akibatnya, beberapa orang yang cupat pandangan,
segera terpengaruh.
Dalam keheningan yang exploisif (dapat meledak) itu,
tiba2 ada seorang menobros masuk dan mendekati Siau-
beng-siang. Dia membisiki telinga Sian-beng-siang.
Entah apa yang dibisikkannya itu, tapi yang nyata
wajah Siau-beng-siang berobah seketika. Dia segera
memberi kerlingan mata kepada Yan-chiu, habis itu lalu
mencabut pedangnya, dan menuding pada The Go:
"Cian-bin long-kun, tak kira setelah kakimu buntung,
kau masih tak insyaf. Dari laporan saudara2 kita di
Kwiciu kau telah mengangkat guru pada. Liat Hwat cousu
Mo Put-siu dan berhamba pada penjajah Ceng lagi.
Bukantah kedatanganmu kemari ini karena hendak
mengambil kepalaku?"
The Go terbeliak. Diam2 dia mengakui luasnya jaring
organisasi Lo-hu-san itu.
Rahasia yang belum diketahui umum itu, toh sudah
diketahui mata2 Lo-hu-san.
Percuma saja dia hendak sumpah kerak keruk bahwa
penaklukannya kepada pemerintah Ceng itu hanyalah
suatu siasat saja, toh nanti orang2 Lo-husan itu akan
menertawakannya saja.
"Ko-ji, ayuh kita pergi dari sini, nanti kita berunding
lagi!" Serentak berbangkit mengajak puteranya, The Go lalu
tekankan tongkatnya kelantai. Bagaikan burung alap2,
dia sudah melayang bebrapa tombak jauhnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beberapa orang yang tersambar anginnya, sudah
sama terhuyung rubuh.
"Tahan" seru Tio Jiang dan isterinya sembari
rangsangkan pedangnya.
Tapi secepat itu pula, Tong Ko sudah babatkan pi-lik-
to, trang......seketika Tong Ko rasakan bahwa sepasang
pedang yap-kun dan kuan-wi itu bukan olah2 hebatnya.
Memang benar seperti yang dikatakan Kui-ing-cu,
dewasa itu dia (Tong-Ko) masih belum cukup kuat untuk
menandingi suami isteri Siau-beng-siang.
Buru2 dia mundur keluar sembari bolang balingkan pi-
lik-tonya, serunya: "Jangan mendesak aku melukai
orang, lekas menyingkir!"
Tapi kala itu semua orang gagah Lo-hu-san sudah
sama menganggap, bahwa kedatangan The Go ayah dan
anak itu, adalah hendak menumpas keluarga Siau-beng-
siang. Sudah tentu mereka tak mau melepaskan kedua
"penjahat" itu.
Apa boleh buat, Tong Ko terpaksa unjuk gigi.
Trang....., trang....., trang...., bebrapa senjata telah kena
dibabatnya putus.
Juga kala itu Siao-lan sudah dikepung oleh beberapa
orang. Diruang Cip-gi-tong situ, menjadi kalut.
Pedang, golok, ruyung, kepal, silih berganti berseliweran membawa samberan angin yang men-
deru2. Oleh karena tempatnya kecil orangnya banyak,
maka pertempuran itu sifatnya desak mendesak tak
dapat mengembangkan permainannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Beberapa kali The Go dan Tong Ko hendak menobros
keluar, tapi selalu gagal.
Lawan keliwat banyak. Sepasang suami isteri Tio Jiang
dan Yan-chiu, dengan sepasang pedang yap-kun-kuan-wi
dan sepasang ilmu pedang Hoan-kang-kiam-hwat dan
To-haykiam-hwat, bagaikan sepasang naga muncul dari
laut. Meskipun ilmugolok Tong Ko cukup sakti, tapi toh
hanya dapat bermain seri.
"Semua diharap mundur! Kui-heng, Kiau loji, Ki lotoa
dan Ko-heng, kita menjagai pintu, biarkan Jiang koji dan
isterinya yang menangkapnya!" si bongkok Ih Liok
berseru untuk menguasai kekalutan itu.
Oleh karena hebatnya hiruk pikuk, jadi setelah
menyerukan bebrapa kali, barulah orang2 sama
menyingkir. Sibangkok. Sin-eng Ko Thay, Ki Ce-tiong dan
Kiau To menjaga dipintu. Siao-lan sudah dapat diringkus.
Selama dalam ramai2 itu, Kui-ing-cu hanya enak2 diam
saja melihati dipinggir. Tak mau dia turut2an mengumbar
sentimen. Kini yang tertinggal ditengah ruang Cip-gi-tong,
hanyalah The Go dan Tong Ko berhadapan dengan Tio
Jiang suami isteri. Benar The Go dan Tong Ko dapat
bertahan, tapi merekapun tak dapat lolos. Kalau
pertempuran ber-larut2 sampai lama tentu payahlah
keadaannya. Ini diinsyafi The Go.
"Ko-ji, tinggalkan aku, ada suatu hari urusan ini tentu
menjadi terang. Meskipun aku terbunuh, kelak mereka
tentu menyesal!" The Go segera perintah puteranya.
"Tidak yah, biar mati aku tetap disampingmu!" Tong
Ko menyahut tegas sembari menangkis serangan Yan-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
chiu. Begitu pedang lawan terdorong, dia mendesak
maju terus membabat. Tapi saat itu Tio Jiang sudah
menabas, maka terpaksa Tong Ko mundur lagi.
"Tong- Ko, kau panggil apa pada Cian-bin-long-kun?"
tegur Tio Jiang. Dia tadi agak terkejut mendengar
pembicaraan ayah dan anak itu.
"Dia adalah ayahku!" sahut Tong Ko.
Tio Jiang tertegun, lalu menegas pula: "Kalau begitu,
siapa mamahmu?"
Tring....., lebih dahulu Tong Ko menghalau serangan
Tio Jiang ceng-wi-tiam-hay, baru dia menyahut: "Say-
hong-hong Bek Lian!"
Tio Jiang terperanjat bukan kepalang, buru2 dia tarik
tangan isterinya untuk diajak loncat mundur.
"Ada apa?" tanya Yan-chiu keheranan.
Tio Jiang putar pedangnya dalam sebuah lingkaran
sinar, lalu berseru agar The Go dan Tong Ko hentikan
permainannya. The Go menekan dengan tongkatnya,
loncat berjajar dengan puteranya Juga kalian orang
gagah sama menjadi heran. Mengapa Siau-beng-siang
itu" "Siao Chiu," sesaat kemudian terdengar Tio Jiang
membuka mulut, "memang sejak semula sudah kuduga,
bahwa antara Tong Ko dan Lian suci yang seperti pinang
dibelah dua itu tentu ada hubungannya darah. Maka
bukan tak ada sebabnya mengapa begitu melihatnya,
subo sudah begitu kegirangan sekali sehingga binasa!"
"Lalu bagaimana?" tanya Yan-chiu dengan tawar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu mengembara sampai sekarang belum ketahuan


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rimbanya, subo, sudah meninggal. Dia adalah cucu
luarnya suhu, kurasa kita maafkan dia sekali lagilah!"
Yan-chiu penasaran, sanggahnya: "Kalau memberi
ampun, sedikitnya harus. dipunahkan seluruh kepandaiannya!"
"Kentut!" damprat Tong Ko dengan tertawa sinis.
Yan-chiu cepat angkat pedangnya hendak menyerang,
tapi dicegah suaminya.
"Dengan memandang muka suhu, biarlah, kita
lepaskan dia sekali lagi!"
"Kalau suhu berada disini, rasanya beliau tentu takkan
mengampuni binatang itu!"
Tong Ko tertawa ter-bahak2, sahutnya dengap kontan:
"Kalau engkong luar disini, tak nanti dia menjadi orang
buta macam kalian ini!"
Setapakpun Tong. Ko tak mau mundur, adu pedang
atau adu tajamnya lidah.
Pada saat itu barulah Kui-ing-cu berbangkit dari
tempat duduknya, pe-lahan2 maju menghampiri: "Siao
Ciu, ucapan Jiang koji itu benar juga. Darah daging Bek-
heng hanya tinggal satu ini, melepaskan mereka sekali
lagi, tak lebih dari pantas!"
"Kui locianpwe, mengapa kau selalu berfihak pada
mereka?" tanya Yan-ciu dengan tak puas.
Kui-ing-cu tertawa, sahutnya: "Karena aku tetap
percaya keterangan mereka itu benar, Siao Chiu, coba
pikirkan, pada malam Jiang koji keracunan, siapakah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang berada didekatnya" waktu racun itu mulai bekerja
siapa yang berada dirumahmu?"
Yan-chiu terpukul knock-out dengan rangkaian
pertanyaan itu.
Lama baru dia buka mulut, bukan merupakan jawaban
tapi balas bertanya: "Tapi mengapa mereka mau lari dari
sini?" "Entahlah, tapi tentu ada sebabnya. Dihadapan
sekalian saudara yang berada disini, aku berani
mempertaruhkan jiwaku, bahwa setelah turun gunung,
mereka tentu akan naik kemari lagi. Siau Chiu, Jiang koji,
jagalah Tay-keng, sebelum mereka kembali kemari,
jangan kasih anakmu pergi ke-mana2!" kata Kui-ing-cu,
Ialu berpaling kepada Tong Ko: "Nak akulah yang
tanggung, kalian boleh turun gunung.!"
"Kui locianpwe, terima kasih atas kebaikanmu!
Cepatnya satu bulan, lambatnya 3 bulan, aku tentu
kembali kesini lagi!"
Habis berkata, Tong Ko lalu ajak ayahnya melangkah
keluar. Oleh karena Kui-ing-cu yang tanggung, maka tiada
seorang yang berani menghadangnya.
Tiba dikaki gunung, mereka beristirahat.
Mengenangkan pengalamannya tadi, The Go menghela napas, tapi sebaliknya Tong Ko tertawa lepas.
"Ko-ji, mengapa kau tertawa?"
Tong Ko tak menyahut pertanyaan ayahnya itu, tapi
tetap ketawa terus, namun wajahnya mengerutkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemuraman. Nyatalah anak muda itu hendak melepaskan
kemarahannya dengan tertawa.
The Go pilu menampak keadaan puteranya itu.
Dia sih sudah tua dan cacad, sebaliknya Tong Ko
adalah laksana matahari terbit, hari depannya penuh
dengan harapan yang gilang gemilang.
Serentak dia mengambil dua pilihan: kalau urusan
Tay-keng itu dapat beres, itu tak menjadi persoalan lagi.
Tapi kalau tidak, dia hendak ke Kwiciu untuk mencari Liat
Hwat. Biarlah dia, terbunuh mati, asal dengan kematian itu
Tong Ko akan diterima kedalam barisan orang gagah Lo-
hu-san. "Ko-ji, pergilah ke Sip-ban-tay-san untuk menengok
bagaimana kesudahannya pertempuran antara sucou dan
Kwan Tay-kin. Aku hendak ke Kwiciu untuk menolongi
In-ji!" Sudah tentu Tong Ko tak mengetahui isi hati ayahnya
itu. Coba dia tahu bagaimana ayahnya hendak berkorban
untuknya, sudah tentu dia akan menolak. Maka setelah
mengiakan, mereka lalu berangkat.
Disuatu tempat, mereka berpisah, satu ke Sip-ban-
taysan dan satu ke Kwiciu.
---oo*dwkz^0^kupay*oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 32 : ILMU GOLOK KIAN-THIAN-
IT-GWAN-TO-HWAT
Sekarang mari kita ikuti perjalanan Tong Ko lebih
dahulu. Karena pesatnya dia larikan kuda, dalam satu
hari saja, tibalah sudah dia digunung Sip-ban-tay-san.
Didepan pondok ayahnya, didapatinya Ang Hwat cin-jin
dan Kwan Tay-kin, duduk bersila berhadapan satu sama
lain. Mereka diam seperti patung. Apakah kedua
gembong itu masih saling mengadu lwekang, demikian
Tong Ko bertanya dalain hati.
Tapi serta didekatinya, astaga.......kiranya kedua tokoh
itu sudah kaku menjadi mayat! Tentulah karena
kehabisan lwekang, kedua gembong itu sama2 binasa.
Walaupun hanya setengah tahunan dia berkumpul
dengan Ang Hwat tetapi Tong Ko merasa berhutang budi
besar kepada cin-jin itu. Kepandaiannya yang dimiliki
sekarang ini, adalah berkat gemblengan sucounya itu,
Ditendangnya tubuh Kwan tay-kin sehingga terpental
sampai beberapa meter jauhnya. Habis itu dia lalu
menggali lubang untuk mengubur jenazah sucounya.
Tapi tiba2 diperhatikan sikap duduk suytounya itu
agak aneh. Tangannya kanan ditaruhkan didada, sedang tangan
kiri menjulai kebawah, jari telunjuknya menjulur, seperti
menunjuk sesuatu.
Ketika mata Tong Ko mengikuti arah yang ditunjuk itu,
ternyata ditanah yang tertutup daun, seperti ada coretan
tulisannya. TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Waktu daun2 itu dikebutnya, ternyata disitu terdapat
guratan tangan yang berbunyi begini: "It-gwan-to-hwat
berada di Thiat-san........."
Huruf "san" (gunung) dituliskan sangat kecil,
pinggirnya agak mencong seperti hampir belum selesai.
Memang Tong Ko pernah mendengar, bahwa ilmugolok
it-gwan-hwat itu berada pada suku Thiat-theng-biau
(orang Biau dari daerah Thiat-theng). Diapun pernah
naik kepuncak Thiat nia untuk mencarinya. Jadi dia
yakin, huruf "san" kecil itu, tentulah kepala dari huruf
"nia". Dalam huruf Tionghoa huruf nia (puncak) itu,
atasnya memakai huruf san (gunung).
Selesai mengubur jenazah Ang Hwat, dia segera ber-
gegas2 menuju ke Thiat-nia.
Tapi baru berjalan belum jauh, matanya tertumbuk
dengan mayat Shin Hiat-ji.
Kebenciannya terhadap anak muda itu meresep
sampai ditulang.
Melihat orang sudah jadi mayat, Tong Ko tetap meluap
amarahnya. Diangkatnya mayat Hiat-ji terus dibanting jauh2.
Sekali, dua kali, ya sampai beberapa kali dia ulangi
bantingannya itu.
Setelah tubuh Hiat-ji hancur mumur, barulah puas dia.
Untuk penutupnya, dia kirim sebuah tendangan kearah
perut mayat. Tiba2 secarik surat muntah keluar.
Buru2 Tong Ko mengambilnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Demi dibacanya, dia berjingkrak kegirangan.
"Yah!" serunya memanggil The Go.
Saking girangnya, lupa sesaat bahwa kala itu dia
hanya seorang diri.
Sesaat kemudian, baru dia insyaf dan ter-sipu2.
Dibacanya sekali lagi surat itu.
Ternyata itu adalah sebuah surat perjanjian.
Separoh bagian adalah perjanjian hutang Tay-keng
kepada Hiat-ji dan sebagian lagi pembelian sebuah
rumah gedung dikota raja atas nama Tio Tay-keng.
Dalam surat pembelian rumah itu, terlampir sepucuk
surat pernyataan terima kasih Tay-keng kepada Hiat-ji
yang sudah membelikan rumah itu untuknya.
Ah, kalau kemaren lusa dia sudah dapat mengunjuk
surat bukti itu kepada Tio Jiang, tak nanti dia sampai
bentrok dengan orang2 gagah disana. Sebenarnya pada
saat itu, dia terus hendak menyusul ayahnya ke Kwiciu,
tapi serta teringat akan it-gwan-tohwat, dia ambil
putusan hendak ke Thiat-nia lebih dahulu.
Toh kesana pulang pergi hanya memakan waktu tak
berapa lama. ---oo^dwkz*0*kupay^oo---
Tak antara berapa lama tibalah dia dipuncak Thiat-nia.
Thiat nia. itu sebenarnya tempat kediaman suku Thiat-
theng-biau. Tapi sejak pemimpin mereka Kit-bong-to
binasa, mereka sama tinggalkan tempat itu. Tiba
dilamping gunung, tampak tempat itu sunyi lelap, hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kawanan burung alap2 yang terbang kian kemari. Hati
Tong Ko serasa rawan melihat pemandangan yang
menyayukan itu. Gua2 tempat kediaman suku That-
theng-biau, berobah menjadi sarang rumput yang lebat
dan tinggi. Disana sini Tong Ko tak menemukan sesuatu
tanda apa2. Akhirnya dia mengambil putusan untuk
lekas2 menyusul ayahnya. Tapi pada lain saat tiba2 dia
teringat, ketika berada disitu tempo dulu, pernah dia
melihat sebuah gua yang pintunya memakai tirai bambu
dan dijaga oleh pengawal. Ya........, tempat itu memang
mencurigakan, baik ia mencarinya.
Tak lama dia mencari, benar juga ada sebuah gua
yang memakai tirai bambu.
Buru2 dia melangkah masuk. Dilihatnya ditengah gua
situ, terdapat sebuah ciok-pay (alter batu). Permukaan
ciokpay itu diukir dengan lukisan sebuah golok bengkok,
macamnya persis dengan pi-lik-to. Sedang sebelah
belakangnya, terdapat tulisan yang berbunyi "it-to, cap-
to peh-to cian-to ban-to" (satu golok, sepuluh golok,
seratus golok, seribu golok, selaksa golok). Dibawah
tulisan itu, kembali terdapat lukisan sebuah golok
bengkok melayang diudara, berputar melingkar. Lukisannya tampak hidup sekali.
Sampai sekian saat Tong Ko memandangnya ter-
longong2. Apakah artinya tulisan itu" Adakan itu penuntun
ilmugolok it-gwan-to-hwat"
Melihat lukisan golok melingkar itu, dia agak mengerti,
tapi hanya samar2 sekali.
Bebrapa kali mulutnya menghafalkan tulisan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tiba2 dia teringat sesuatu. Nama ilmugolok itu adalah
it-gwan, ini diambil dari kata2 dalam kitab Chun Ciu yang
artinya sumber dari segala apa.
Dengan begitu, bukankah yang dimaksudkan dengan
kata it-gwan-to-hwat itu, sebenarnya hanya terdiri dari
satu jurus saja" Dari satu jurus itu, timbullah perobahan
yang tak terbatas, dari sebatang golok menjadi sepuluh,
dari sepuluh menjadi seratus, seribu dan sepuluh ribu!
Memikir sampai disini, dia mempelajari lukisan golok
terbang melingkar itu dengan perdata. Ah......, tampaknya sederhana sekali. Tapi kembali dia teringat,
bahwa sebelum jagad ini terbuka, bermula hanyalah
sebuah gumpalan bundar yang samar2 perwujutannya.
Kemudian baru tercipta langit, bumi dan seluruh isi alam.
Lingkaran bundar itulah pokok pelajaran it-gwan-to-hwat,
terdiri hanya satu jurus, jurus pertama yang juga
menjadi jurus terakhir. Satu jurus yang akan melahirkan
sepuluh, seratus, seribu dan selaksa gerak perobahan!
Saking girangnya, Tong Ko sampai loncat ber-
jingkrak2, jantungnya ber-tak2 seperti alu2 (bandul)
lonceng. Pi-lik-to diangkat terus diputar dalam sebuah
lingkaran besar. Selingkar sinar kilat, segera membungkus dirinya. Tong Ko mengambil napas, lalu
me-lingkar2-kan goloknya keempat jurusan, atas bawah
dan kanan kiri. Makin lama makin lancar, lingkaran
sinarnya dari besar menjadi kecil dan pada lain saat
pecahlah beribu lingkaran bola sinar, bertaburan
disekitarnya. Guruh angin yang men-deru2 juga makin


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gencar dan riuh.
Segera Tong Ko dapatkan bahwa sekalipun jurus
permainan golok itu hanya terdiri satu gerakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melingkar, namun kedahsyatannya jauh berlipat kali dari
ilmugolok 3 jurus ciptaan Ang Hwat cinjin itu.
Benar tokoh A ng Hwat itu seorang gembong persilatan
yang tinggi ilmunya, namun untuk menciptakan suatu
ilmu golok yang menyamainya tak usah melebihi, dari it-
gwan-to-hwat, rasanya masih belum dapat. Sederhana
tampak ilmu golok sejurus itu, namun dia merupakan
sumber kelahiran dari segala gerak perobahan yang tak
terbatas banyaknya!
Tong Ko seperti kerangsokan setan. Dia mainkan
gerakan itu sampai setengah jam dengan non-stop.
Angin guruh yang ditimbulkannya,
sampai menggoncangkan gua itu. Sampai disitu barulah dia
berhenti, terus menuju ke Kwiciu.
---oo^dwkz*0*kupay^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 33 : BUKTI PENGHIANATAN
Sekarang mari kita tengok keadaan The Go dahulu.
Tiba di Kwiciu dia sudah merancang.
Kalau langsung menuju kegedung tihu, Liat Hwat pasti
akan gusar melihat dia datang seorang diri. Dia tak takut
mati, tapi jangan sampai hal itu menimpah diri puterinya
juga. Maka lebih dulu dia cari sebuah tempat penginapan
didekat gedung tihu situ.
Siangnya dia tak berani keluar. Setelah malam tiba,
baru dia lakukan penyelidikan kegedung tihu. Tapi
sampai 10 malam ber-turut2 menyelidiki, tak berhasil
masuk. Penjagaan disitu teramat kuatnya, jangan kata
manusia, sampaipun kawanan kelelawar tak dapat
menobros masuk.
Kecerdikan otak Cian-bin long-kun menghadapi ujian
berat. Dia makin gelisah. Hari makin berlarut panjang, berarti
kecurigaan Liat Hwat makin bertambas besar. Kemungkinan Liat Hwat akan mendapat laporan tentang
peristiwa di Lo-hu-san, makin besar. Sehari berlalu,
sehari itu kemungkinan rahasia itu akan diketahui Liat
Hwat. Begitu mengetahui, Liat Hwat pasti akan bertindak
terhadap The Ing.
Sampai pada malam ke 16, The Go tak dapat
menahan diri lagi.
Lewat tengah malam, dia keluar dari penginapan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Penginapan, itu dengan gedung tihu hanya terpisah
dua buah jalan besar.
Dalam sekejab saja dia sudah berada didekat tembok
gedung yang hampir dua tombak tingginya. Dilihatnya
lampu penerangan diatas tembok masih menyala. Kalau
sampai jam lampu itu dimatikan, sukarlah untuk
menyelinap masuk. Dia sudah membayangkan suatu
pertempuran, apabila memasuki gedung itu. Tapi masih
ada satu kemungkinan, yalah kalau saja Liat Hwat masih
belum mengendus peristiwa di Lo-hu-san itu, bukantah
dia bisa mengelahuhi penjaganya" Untung2an namanya,
tapi biarlah dicobanya, toh sememangnya dia sudah
bertekad bulat untuk mengadu jiwa. mengapa berbanyak
hati (ragu2). Diam2 dia menyesali kebodohannya
membuang waktu sampai hampir setengah bulan itu.
Begitu tiba dimuka pintu gerbang, segera terdengar dua
buah suara berkerontangan. Menyusul dengan itu,
terdengar dua orong pengawal membentak : "Siapa?"
"Kawanan orang buta, mengapa tak kenal padaku!"
The Go mendamprat dengan garang.
Begitu menghampiri dekat, kedua pengawal itu segera
berseru : "Hai, kiranya The tayjin!"
Habis mengeluarkan kata2 itu, salah seorang tertawa
menyengir, tapi kawannya buru2 memberi isyarat mata,
hingga dia hentikan tertawanya.
"The tayjin, sudah bebrapa hari lamanya Liat Hwat
sucou menunggu kedatanganmu!"
The Go yang tajam matanya segera mengetahui sikap
yang aneh, dari penjaga itu. Bahwasanya penjagaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
digedung tihu itu makin lama makin diperkuat, tentulah
terjadi sesuatu yang luar biasa.
"Benarkah" Benar aku menyiksa pikiran dia siorang
tua saja!" kata The Go dengan wajar sembari berjalan
dengan tongkatnya ketengah kedua orang itu. Matanya
memandang kesekitar halaman dalam. Kiranya disekitar
pintu itu tiada lain orang selain kedua orang tadi. Diam2
dia menduga, kedua orang itu tentu golongan jago yang
berilmu. Cepat The Go bertindak. Hanya sekali tampak
lengannya ditarik kebelakang, atau sikunya telah
memakan jalan darah khi-hay-hiat salah seorang
pengawal itu. Hekk....., hanya terdengar mulut menguak
sekali dan penjaga itu segera terkulai ditembok tak dapat
berkutik lagi. Melihat itu, kawannya terperanjat terus melolos golok
kui-thau-to. Tapi belum sempat dia gerakkan, kelima jari
The Go yang bagaikan cakar garuda itu sudah
mencengkeram dadanya sembari mengancam : "Kalau
berani berteriak, nyawamu hilang!"
Orang itu pucat, golok yang sudah diangkat keatas
terpaksa diturunkan lagi.
"Apakah benar Liat Hwat cousu menunggu aku?"
tanya The Go dengan berbisik.
Orang itu mengangguk. The Go lalu tanyakan dimana
adanya The Ing.
"Takut kau nyeleweng, maka Liat Hwat cousu telah
menahan nona The didalam sebuah kamar, tapi ia tak
kena apa2!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mata The Go berkicup sejenak mencari akal, lalu
berkata: "Bawalah nona The keluar kota!"
Orang itu meringis, dan kembali The Go ketawa
dingin: "Kau takut kehilangan baju kebesaran bukan"
Tapi hanya dengan begitulah, jiwamu tetap terpelihara!"
Orang itupun mempunyai rencana. Kalau nanti dilepas,
dia tentu bebas melapor pada atasannya, maka diapun
lantas menyanggupi. Tapi The Go jauh lebih cerdas dari
dia. Melihat wajah orang, dia sudah tahu apa yang
dikandungnya. Jari tengahnya ditekankan pada jalan
darah dipundak si orang, katanya: "Jalan darahmu hu-
kut-tiam-hiat sudah kututuk. Dalam 3 jam, kau tentu
mati. Inilah ilmu tutukan ajaran Ang Hwat cinjin tempo
dulu. Tapi nona The dapat membukanya. Jiwa atau
pangkat, terserah padamu!"
Habis itu The Go tinggalkan dia, terus masuk kedalam.
Sebenarnya apakah sedemikian sakti ilmu tutukan Ang
Hwat cinjin itu" Tidak, cinjin yang termasyhur sakti itu,
tidak mempunyai ilmu tutukan hu-kut-tiam-hiat yang
dapat mematikan orang dalam waktu 3 jam. Tapi untuk
menghadapi perangkap yang telah disediakan Liat Hwat
itu, The Go telah gunakan gertakan itu untuk menakuti
orang. Melangkah bebrapa meter jauhnya, dia masih
belum mendengar orang berseru memanggilnya, tapi dia
yakin orang itu tentu sudah kelabakan takut.
Sebenarnya setelah itu, The Go dapat lolos, namun tak
mau dia. Dia tetap hendak bertemu dengan Liat Hwat, agar
penjaga tadi dapat lancar melakukan perintahnya. Biar
dia menghadapi bahaya, asal puterinya tertolong.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang yang ditinggalkan The Go tadi, ter-longong2
sampai bebrapa saat. Akhirnya dia lebih menyayangi
jiwanya dari kedudukan. Dengan langkah gegas, dia
segera menuju kekamar tempat The Ing. Sepanjang
lorong dia berjumpa dengan beberapa penjaga, tapi
mereka sama tak mencurigainya.
"Liat. Hwat cousu memerintahkan supaya membawa
nona The keluar ............... "
Melihat kawannya itu adalah orang kepercayaan Liat
Hwat, penjaga kamar tahanan disitu main percaya dan
mempersilahkannya masuk. Didapatinya wajah The Ing
pucat ketakutan.
"Nona The, ayahmu menunggu diluar!" bisik siu-wi
atau penjaga yang bakal mati dalam 3 jam itu. Bahwa dia
tak mengatakan kalau The Go masuk kedalam gedung
situ, adalah untuk kepentingannya sendiri. Kalau dia
mengatakan begitu, The Ing tentu membangkang diajak
pergi dan ini berarti jiwanya (penjaga itu) takkan
tertolong. "Apa kata2mu itu sungguh?" tanya The Ing masih
setengah tak percaya.
Orang itu tak mau membuang waktu terlalu banyak,
dengan ter-sipu2 dia meyakinkan: "Nona The, percayalah
padaku! Mana aku berani berdusta, karena ayahmu telah
menutuk jalan darahku hu-kut-hiat, dalam 3 jam jiwaku
tentu lenyap. Akan kuantar kau keluar kota, tapi harap
kau nanti buka jalan darahku itu!"
The Ing terbeliak. Seingatnya, ayahnya tak mempunyai ilmu penutuk jalan darah yang disebut hu-
kut-toa-hiat itu. Tapi dari raut wajahnya, terang orang itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tak pura2. Nona cerdas itupun segera dapat mengetahui
kalau itu hanya siasat ayahnya saja.
"Ya, benar," sahutnya tertawa "memang ilmu tutukan
ayahku itu lihay sekali. Duapuluh tahun yang lalu,
tutukannya itu akan membinasakan orang dalam waktu 3
jam. Tapi kini, karena dia lebih sakti, mungkin lebih cepat
lagi dari itu!"
Muka orang itu berobah pucat seperti mayat, serunya:
"Ayuh, kita lekas pergi saja!"
Orang itu tak berani jalan pintu besar, tapi dari pintu
samping. Tapi baru tiba dimuka pintu itu, didalam
ruangan gedung sana terdengar suara berisik. Ha...., itu
tentulah The Go sedang mengadu biru, maka diapun
segera ajak The Ing lekas2 cepatkan langkah. Justeru
karena terjadi keributan itu, maka banyaklah para
pengawal yang ber-lari2 masuk kedalam ruangan, jadi
dengan lenggangnya dapatlah mereka berdua melewati
pintu samping, menikung sebuah jalanan kecil terus
menuju keluar kota.
Ya....., memang yang membikin keributan dalam
gedung itu adalah The Go.
Memang dia telah bertekad untuk mengobrak-abrik
gedung tihu. Baru dia melangkah bebrapa tindak, dia sudah
berpapasan dengan 3 orang siu-wi (penjaga). Siu-wi itu
sudah tentu tak mencurigai The tayjinnya.
Begitu dekat, tahu2 The Go sapukan tongkatnya.
Siu-wi yang berada dimuka segera rubuh, tubuhnya
merabuhi kawannya kedua, membentur tembok dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pingsan. Orang yang ketiga coba menghantam dengan
golok. tapi secepat kilat The Go sudah menyelinap
kebelakang seraya tutukkan ujung tongkatnya kepunggung orang. Disitulah terdapat jalan darah leng-
ta-hiat atau disebut juga jin-sim-hiat, karena The Go
menutuk keras, maka orang itupun melayang jiwanya.
The Go sudah hilap tampaknya. Tanpa peduli
diketahui orang, dia tinggalkan begitu saja ketiga mayat
yang mayang melintang dijalan itu. Tak lama berjalan
masuk, kembali dia bersua dengan 3 orang siu-wi lagi,
berbaris medatangi.
Baru The Go hendak turun tangan, atau siu-wi yang
berada paling belakang sendiri memperingatkan kawannya: "Hati2, The Go sudah menyelundup kemari!',
Siu-wi yang dimuka sendiri mendongak dan hai......,
"penjahat" yang dimaksudkan itu sudah berada
dihadapannya. Cepat mereka loncat kesamping, tapi tak
kurang cepatnya lagi The Go sudah lantas loncat
menerjang. Sewaktu masih melayang, ujung tongkatnya
sudah ditusukkan kekepala orang, siapa coba berusaha
menghindar kesamping. Tapi The Go sudah robah
gerakannya mengikuti gerak lawan. Senjata sam-ciat-kun
(ruyung 3 ruas) orang itu terpental menghantam
kawannya sendiri. Kedua siu-wi yang lain lalu men-jerit2
macam babi hendak disembelih.
Sekejab saja muncullah 4-5 puluh siu-wi mengepung
The Go. Tempat disitu merupakan sebuah lorong jalan


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sempit, kedua pinggirnya yalah tembok. The Go tak
mau lari, tapi hendak mengamuk mereka. Dua buah
tongkatnia berkelebatan kian kemari, sebentar kebawah
atas, sebentar kekanan kiri, menyapu, menghantam,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menutuk. Ada kalanya tubuhnya melayang diudara
bagaikan seekor burung alap2 sembari tarikan kedua
tongkatnya. Walaupun jumlah mereka banyak, tapi karena
tempatnya sempit, jadi mereka tak dapat mengembangkan permainannya.
Tak berapa lamanya, The Go telah dapat menghajar
mereka kocar kacir.
The Go tertawa lebar, tapi belum saja nada ketawanya
itu sirap, atau terdengarlah serangkum ketawa melengking kecil. Suara itu samar2 kedengarannya
seperti teraling sesuatu barang. Tapi itu sudah cukup
menciutkan nyali The Go. Juga kawanan siu-wi itu,
lekas2 menyingkir mundur.
Ketawa itu datangnya dari sebelah kiri yang
merupakan tembok tinggi.
The Go cepat mundur setombak kebelakang.
Suara ketawa itu makin dekat.
Tiba2 tembok bergemuruh rontok dan tembuslah
sebuah lubang besar.
Bukan kepalang kejut The Go. Kiranya masih satu
meteran jauhnya, Liat Hwat sudah membuka jalan
dengan menghantam tembok, menandakan sampai
dimana kemajuan yang dicapai oleh cousu itu dalam
penyakinannya ilmu ganas, hun-kang-hwat (lwekang
awan api). The Go cepat pusatkan perhatiannya ber-
siap2. Liat Hwat ajukan langkahnya kelubang tembok, lalu
dengan suaranya yang seperti anak kecil melengking:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau sudah pulang The Go" Bagaimana hasilnya ke Lo-
hu-san?" The Go merapat ketembok, jaraknya dengan Liat Hwat
hanya tak lebih dari satu tombak. Sahutnya: "Berhasil
memuaskan! Seluruh pahlawan Lo-hu-san sudah masuk
ke Kwiciu dan sebentar lagi akan menyerbu kemari!"
Liat Hwat tertawa meringkik, semprotnya: "Bagus, kau
akan menemani mereka menghadap Giam-ong!"
Tangannya diangkat keatas, lalu diajukan kemuka.
Benar samberan anginnya tak seberapa keras, tapi
hawanya yang amat panas benar2 membakar orang.
The Go menginsyafi dirinya bukan tandingan cousu
itu, namun dia tetap berusaha untuk memperpanjang
kematiannya. Dengan punggungnya dia bentur tembok
dibelakang, dari situ dia menerobos kesebuah ruangan
besar. Liat Hwat mengejarnya sambil tertawa iblis seraya
melontarkan 4 kali pukulan. Sesaat The Go rasakan
dirinya diselubungi oleh badai hujan yang hebat sehingga
ter-huyung2. Untung Liat Hwat masih agak jauh.
Dia segera tekankan tongkatnya ke!antai lalu
melayang keluar pintu.
Ada dua orang siu-wi coba menghadangnya, tapi The
Go cepat semprotkan ludahnya. Salah seorang yang
maju dimuka, segera menutupi mukanya ber-kaok2
kesakitan. Sedang kawannya yang dibelakang terus
hendak melarikan diri, namun sudah didahului dengan
sebuah sapuan tongkat. Orang itupun menggelapar
jatuh. Semula kejadian itu hanya berlangsung dalam
sekejaban mata, namun saat itu dari belakang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terasa ada angin menyambar, terang kalau Liat Hwat
sudah tiba. Dengan kesebatan yang mengagumkan, The Go
lontarkan tubuh orang itu kearah Liat Hwat. Ketika Liat
Hwat kaget dan menarik pulang tangannya, The Go
sudah menyelinap masuk kedalam sebuah ruangan, dari
situ loncat keluar jendela, melewati sebuah pintu bundar,
tiba dikebun belakang.
Diatas pagar tembok sudah penuh ber-jajar2 barisan
pengawal, tapi syukur mereka belum mengetahui
kedatangan The Go.
The Go menyelinap bersembunyi dalam sebuah
goa2an palsu. Dia sudah memperhitungkan, bahwa Liat
Hwat tentu akan mengadakan penggeledahan, tapi
biarlah. Setiap menit berlalu, setiap menit pula jiwanya masih
terpelihara. ---oo^dwkz*0*kupay^oo---
Sekarang mari kita tengok The Ing dan siu-wi yang
menelantarnya keluar dari sarang harimau itu. Begitu
tiba diluar kota, bertanyalah The Ing: "Hai......, mana
ayahku?" "Nona The, buka dulu jalan darahku, baru nanti aku
bilang!" The Ing cukup tahu bahwa sebenarnya jalan darah
orang itu tak kena apa2, tapi untuk mengorek
keterangan, iapun bersikap sungguh2: "Sebelum TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berjumpa dengan ayah, aku tak mau membuka jalan
darahmu itu!"
Siu-wi itu banting2 kaki, ujarnya: "Ai, saat ini kukuatir
ayahmu sudah binasa dibawah pukulan Liat Hwat cousu!"
"Apa"!" alangkah terkejutnya The Ing.
Orang itu lalu menceritakan segala yang terjadi.
The Ing terlongong2 kehilangan faham.
Ketika orang itu mendesaknya lagi, The Ing tak ambil
mumet, terus hendak angkat kaki. Sudah tentu bukan
kepalang kejut orang itu. Berseru memanggil nama The
Ing, dia lari menyusulnya, The Ing sudah gemas. Ia
sangat cemas memikirkan keadaan ayahnya, kalau
dapat, ingin dia mempunyai sayap supaya dapat lekas
terbang kesana.
Melihat orang mengejar, tanpa berpaling lagi, ia
segera kebutkan tali cheng-si dalam jurus ceng-hay-
seng-boh. Kala itu sudah malam, tali cheng-si hanya
sebesar rambut orang halusnya, dilayangkan keudara
sedikitpun tak mengeluarkan suara. Sudah tentu orang
itu mengaduh kesakitan ketika tali cheng-si menggurat
mukanya dan kakinyapun serasa kejang (kramp) lalu
rubuh ketanah. Sedang waktu melayangkan tali itu, The
Ing masih tetap berjalan. Begitu ia tarik pulang talinya,
diapun sudah berada beberapa tombak jauhnya.
Orang itu ternyata keliwat sayang jiwanya. Mengira
betul2 jiwanya terancam mati dalam 3 jam, dia lalu
bangun dan mengejar lagi. The Ing tak peduli, ia tancap
gas berlari se-kencang2nya. Pikirannya hanya tertuju
kepada ayahnya. Begitulah terjadi kejar mengejar. Yang
mengejar tak henti2nya berteriak2 me-manggil2.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tak antara berapa lama, tiba2 ada selingkar cahaya
api ber-gulung2 ditengah tegalan. Melihat itu, girang The
Ing bukan alang kepalang. Setelah jelas siapa yang
berada di balik cahaya api itu, berserulah ia dengan
keras: "Engkoh Ko, ayah..... ayah....."
Saking kesusu dan gugup, The Ing tak dapat bicara
lampias. Memang lingkaran api yang menghampiri datang itu
bukan lain adalah pemuda Tong Ko yang telah
mendapatkan rahasia ilmugolok kian-thian-it-gwan-to-
hwat. Cukup dengan tiga loncatan, Tong Ko sudah tiba
ketempat si nona yang kini telah diketahui sebagai
adiknya sendiri.
"In-moay, dimana ayah?"
Mendengar sipemuda menyebut "ayah" kepada The
Go, The Ing terkesiap kaget.
"Kau maksudkan ayahku kan?" ia menegas. "Benar,
ayahmu dan ayahku juga!"
The Ing makin ter-heran2. Secara ringkas, Tong Ko
ceritakan apa yang telah terjadi. Tepat pada saat itu, si
siu-wi yang mengejar tadipun sudah tiba. Tanpa berkata
ba atau bu, Tong Ko menyambutnya dengan sebuah
hantaman. Siu-wi itu terlempar sampai bebrapa meter
jauhnya. Benar jiwanya tak sampai melayang, tapi kini
hanya me-rintih2 tak dapat bangun lagi.
Serta tahu bahwa Tong Ko itu sebenarnya engkohnya
sendiri, tersadarlah The Ing mengapa tempo hari
ayahnya melarang keras ia bergaul rapat dengan
pemuda itu. Apa yang diceritakan oleh siu-wi tadi,
dituturkan kepada engkohnya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biar bagaimana juga kita harus kesana!" Tong Ko
memberi ketetapan.
Kedua engkoh beradik itu lalu berlari menuju ke
Kwiciu. Karena sudah malam, pintu kota sudah ditutup.
Mereka memanjat tembok kota, tapi segera pandangannya tersilau dengan cahaya obor yang terang
benderang laksana siang hari. Waktu mereka mendekati,
ternyata disitu terdengar sorak-sorai yang hiruk sekali.
Diantara keributan itu, jelas terdengar suatu suara
ketawa yang melengking nyaring. Tahulah kedua saudara
itu siapa yang ketawa itu.
Cepat Tong Ko ajak The Ing: menuju kegedung tihu,
terus memanjat temboknya. Ketika melongok kebawah,
tepat mereka berhadapan dengan kebun belakang.
Disitulah adanya penerangan obor yang menyilaukan
tadi. Ber-puluh2 orang dengan memegang obor tengah
mengepung sebuah gunung2an palsu. Gunung2an itu
separoh bagian sudah didorong rubuh. Didalam lingkaran
kepungan itu, tampak Liat Hwat setapak demi setapak
maju menghampiri The Go, sedang yang tersebut
belakangan ini selangkah demi selangkah mundur
kebelakang! Tong Ko menginsyafi betapa gawatnya keadaan sang
ayah. Tiba2 dia mendongak tertawa keras2. Lwekangnya kini
sudah memasuki tingkat kesempurnaan seorang akhli
jempolan. Benar suara itu tak dapat menyirapkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lengking ketawa Liat Hwat, tapi kumandangnya
mengejutkan seluruh suasana.
Semua orang memandang kearah Tong Ko.
Sebaliknya The Go terperanjat melihat kehadiran
puteranya itu. "Ko-ji, lekas... ....."
Belum sempat dia mengatakan "pergi", sesosok tubuh
lain muncul didekat Tong Ko.
Makin gelisah resah perasaan The Go.
Putera dan puterinya datang kesitu, celaka, habislah
keturunan orang she The.
Karena mengeluh, perhatiannya menjadi agak lengah
dan tahu2 krak....krak...., kedua tongkatnya sudah kena
terhantam putus oleh Liat Hwat.
Tongkat putus, orangnyapun turut terjerembab
kebelakang. Liat Hwat tak memandang mata pada Tong Ko.
The Go rubuh, dia segera maju menghantam dengan
kedua tangannya.
The Go meramkan mata menunggu ajal. Hawa panas
yang menekannya, makin membara. Tapi dalam
keheranannya, tiba2 hawa panas itu lenyap dan perasaan
tubuhnyapun enak kembali. Ketika membuka mata, dia
segera terkesiap. Kiranya tubuh Tong Ko itu terbungkus
dengan ribuan lingkaran sinar kecil2, berkilau2 macam
kilat menyambar. The Go tahu kalau sinar kilat itu terjadi
dari golok pi-lik-to, tapi dia tak tahu mengapa puteranya
dapat memainkan secara begitu sakti sekali. Rambut Liat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hwat menebar lempang, sepasang tangannya bergerak2,
tapi tak mempan terhadap anak muda itu.
Menyaksikan kesemuanya itu, girang The Go me-
luap2. Dan saat itu The Ingpun melayang turun sembari
meng-gerak2an tangannya.
Belasan wi-su (penjaga) rubuh. Gadis itu menghampiri
kearah ayahnya.
The Go pulih semangat. Dia loncat menerjang dua
orang penjaga. Sekali hantam dia sudah dapat merebut
dua batang tombak. The Go makin garang. Dengan
sebuah seruan mengguntur, kawanan wi-su itu sama
menyingkir mundur.
"Ing-ji, kau menghendaki yang mana dulu?" tanyanya
kepada sang anak.
"lni!" sahut The Ing sembari menuding seorang opsir.


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baik," kata The Go sembari tekannya ujung tombak
kelantai terus melayang
Dipartai sana, Liat Hwat tadi terkejut demi sudah
mengetahui bahwa golok yang dimainkan Tong Ko itu
bukan lain adalah golok pusaka kian-thian-it-gwan-pi-lik-
to. Maka dia lalu lepaskan The Go untuk menghadapi
anak muda itu. Pada saat itu dia sudah tumplak seluruh
kepandaiannya. Setiap pukulan yang dilancarkan,
panasnya seperti api membakar. Namun it-gwan-to-hwat
itu mempunyai ribuan gerak perobahan yang tak
habis2nya. Hawa api itu tak dapat meranggas tubuh
Tong Ko, bahkan kebalikannya, badai kilat yang men-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
deru2 dan ribuan pagutan golok, pelahan tapi tentu,
makin mendesaknya.
Begitulah keduanya dalam beberapa kejab saja, sudah
bertempur sampai 5-6 puluh jurus. Sebenarnya menurut
penilaian, kepandaian Liat Hwat jauh diatas Tong Ko.
Tapi anehnya, setiap serangannya selalu dikebut
hilang laksana mega tertiup angin.
Kalau beberapa jurus Liat Hwat terpaksa menelan
kerugian, adalah Tong Ko yang selama itu kebanyakan
hanya bertahan jarang menyerang, kini mengetahui
bahwa tenaga lawan sudah makin lemah. Inilah yang di-
nanti2-kan. Membolang-balingkan pi-lik-to, dia berganti
cara, dari bertahan menjadi menyerang!
Dalam saat Tong Ko masih melibat Liat Hwat itu, The
Go dan The Ing sudah dapat menghalau mundur puluhan
wi-su itu. "Lekas panggilkan pasukan untuk mengurung kebun
ini!" seru mereka kepada kawan2nya. Dengan seruan itu,
mereka lalu pencarkan diri.
The Go terperanjat. Kalau benar bala bantuan
didatangkan secara besar2an, tentu sukar untuk
meloloskan diri.
"Ing-ji, tempo berharga, kita bertiga selesaikan iblis
itu!" serunya sembari terus layangkan tubuhnya menusuk
punggung Liat Hwat. Liat Hwat menyambar kebelakang
terus menariknya kuat2, hingga tubuh The Go terhuyung
bersama tombaknya kemuka.
Tapi tiba2 dia rasakan pundaknya dilekati sebuah
tangan dari belakang. Serempak ada aliran lwekang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
deras mengalir ketubuhnya, maka buru2 dia kerahkan
tenaganya untuk menarik tombak yang hendak dirampas
Liat Hwat itu. Diluar dugaan, usahanya itu memberi hasil lebih dari
yang diharapkan.
Bukan saja tombaknya dapat dirampas balik, pun
tubuh Liat Hwat turut tertarik sampai dua langkah
kemuka. Dan untuk kekagetannya lagi, entah dari mana
datangnya tahu2 ada sinar golok memapas kepala Liat
Hwat. Si kate dari Tibet itu, rompal rambutnya menjadi
botak.... Tahu The Go kalau datang seorang ko-chiu yang
membantunya. Buru2 dia berpaling kebelakang dan hai, kiranya........
Kui-ing-cu adanya!
"Bukan 3 lawan 1, tapi 4 tanding 1. Setelah kalian
pergi, aku selalu kuatir, lalu menyusul ke Kwiciu.
Sebenarnya malam ini aku hendak "berdagang tanpa
modal" (istilah kaum persilatan untuk mengambil uang
dari hartawan atau pembesar jahat), tapi serta kudengar
orang ribut2 hendak mengundang bala pasukan baru aku
menyusul kemari!" kata tokoh aneh itu. Habis itu dia
tertawa sejenak, lalu berkata kepada Liat Hwat:
"Mo Put-siu, kami orang Kwitang bukannya takut
hidup bernasib jelek, tapi takut mendapat nama jelak.
Namamu Put-siu (tidak panjang umur), hari ini benar2
menjadi kenyataan" Habis mengejek, dia lantas
layangkan sepasang tangannya. Walaupun yang satu tak
berjari lagi, tapi tak mengurangkan kedahsyatannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pada jamannya, tokoh Kui-ing-tiu itu sama kelasnya
dengan Ang Hwat cinjin, Tay Siang siansu dan lain2
tokoh sakti dari Kwiciu. Itu jaman 20-an tahun yang
lampau. Kini sudah tentu makin hebat lagi.
Liat Hwat cousu Mo Put-siu satu lawan satu
berhadapan dengan dia, hanya serie saja. Apalagi kini
ditambah dengan lwekang seorang akhli macam The Go,
sudah tentu dia kontal. Ketika dia hendak kerahkan
seluruh tenaganya untuk menahan. Tong Ko mendesak
maju. Pi-lik-to bergerak keluar dengan beribu sinar
kemilau, sehingga membuat matanya silau.
Liat Hwat coba hendak menghindar kesamping, tapi
tombak The Go sudah menyambutnya dari sebelah kiri,
sedang kakinya (Liat Hwat) terasa terlibat tali kencang
yang dilontarkan The Ing. Jadi kini Liat Hwat mendapat
tekanan dari empat jurusan! Dari sebelah belakang
dihantam Kui-ing-cu, dari muka diancam pi-lik-to, dari kiri
disambut ujung tombak dan celakanya, kakinyapun
serasa diikat dengan lingkaran benang halus yang tajam
sekali Namun orang kate itu masih tak mau menyerah.
Diantara keempat pengepungnya itu, The Go lah yang
dapat diatasi. Secepat mengambil putusan, secepat itu
pula dia lantas menyambar tombak The Go, lalu hendak
menerjang kesebelah kiri. Tapi belum lagi kakinya
bergerak, pundaknya sudah remuk termakan pi-likto,
menyusul terdengar lagi suara hantaman menggedebuk
keras Punggungnya terkena pukulan Kui-ing-cu. Hukkk....., baru saja Liat Hwat rasakan dadanya ampek
mulutnya mengecap ludah manis2 amis, tangan The Ing
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sudah menyentak kuat2, buk...... tubuh jago kate itu
terjengkang rubuh. Sebagai finishing touch (penyelesaian), The Go tanamkan tombaknya kedada
Liat Hwat "Sudah...., sudah selesai....., ayuh kita lekas2
tinggalkan tempat ini. Kalau pasukan musuh datang, kita
celaka!" buru2 Kui-ing-cu memperingatkan.
---oo^dwkz*0*kupay^oo---
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
BAGIAN 34 : AKHIR SEBUAH
PENGHIANATAN Saat itu lapat2 sudah terdengar derap kaki kuda
mendatangi. Itulah pasukan Ceng yang kuat. Tanpa
berayal lagi keempat orang itu lalu loncat dari tembok.
Kui-ing-cu amat faham akan jalanan di Kwiciu situ.
Setelah berbilak-biluk beberapa kali mereka masuk
kedalam sebuah rumah penduduk. Disitu ada beberapa
orang yang menyambutnya.
Kiranya tempat itu merupakan pos kaum Lo-hu-san
untuk mencari berita di Kwiciu.
Setelah merasa aman, barulah keempat orang itu
menarik napas lega, Tong Ko memperlihatkan surat
utang yang ditulis Tay-keng itu.
Kui-ing-cu kedengaran menghela napas, ujarnya
dengan nada rawan: "Ah, seorang peribadi jujur perwira
seperti Siau-beng-siang itu, tentu akan menderita
pukulan bathin yang berat kalini!"
Keesokan harinya, mereka menyelundup keluar kota
terus menuju ke Lo-hu-san.
Tiba dipuncak Giok-li-nia, sekalian orang gagah yang
melihat The Go dan puteranya benar2 kembali lagi,
malah ber-sama2 Kui-ing-cu, sama hiruk-pikuk mengerumuninya.
Walaupun ditawan, tapi ternyata Siao-lan mendapat
perlakukan yang baik.
Demi melihat suami dan puterinya datang, iapun turut
menyongsongnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Melangkah maju kedepan Ci-gi-tong, berserulah Tong
Ko dengan lantangnya: "Apakah Siau-beng-siang ada?"
"Kalau ada bagaimana, kalau tidak bagaimana!" Yan-
chiu si nyonya katak itu bertanya dengan dingin.
Tong Ko cepat berpaling dan dapatkan Tio In tengah
berdiri disebelah mamahnya.
Dengan tindakan lebar, majulah Tong Ko menghampiri
lalu berkata dengan nada yang lapang: "In-moay, hari
inilah kau betul2 bakal mengetahui bagaimana peribadiku
itu!" Baru dia berkata itu, Tio Jiang bersama Tay-keng
muncul keluar. Melihat itu Tong Ko segera kedipkan mata kepada Kui-
ingcu dan tahu2 tokoh aneh itu melejit kemuka terus
mencengkeram bahu Tay-keng.
Muncul2 dibegitukan sudah tentu Tay-keng kaget
bukan buatan. Wajahnyapun pucat seketika, namun dia tak berani
berkutik, dan pura2 tenang2 saja.
"Siau-beng-siang, aku hendak mempersembahkan
suatu hadiah padamu!" kata Tong Ko sembari merogoh
keluar segulung kertas lalu diangsurkan pada Tio Jiang,
Demi membacanya, wajah Tio Jiang menjadi pucat
lesi. Yan-chiu heran dan turut membaca. lapun mendelik
matanya. Sambi! melanjutkan baca, sepasang tangan
Siau-beng-siang itu tampak gemeteran. Rupanya getaran
itu makin lama makin keras, hingga bebrapa lembar
surat itu jatuh berhamburan tertiup aingin. Beberapa
orang gagah segera memungutinya. Tatkala Tio In turut
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memungut selembar dan membacanya, ternyata surat itu
berbunyi sebagai berikut:
Aku yang bertanda tangan dibawah ini, dengan surat
ini benar mengakui telah meminjam uang sebanyak 500
tail perak pada Tay-lui-su-bin-si-wi Shin Hiat-ji.
Tertanda: Tio Tay-keng.
Demi habis membaca surat pengakuan hutang itu, kini
tersadarlah ia akan kesalahannya menuduh Tong Ko.
Diluar kemauannya, sang kaki membawanya menghampiri kedekat sang, kekasih itu, tapi tak tahu ia
bagaimana harus menyatakan perasaan baru sesalnya
itu. "Ensoh yang baik!" tiba2 kedengaran ada orang
berbisik didekat telinganya.
Ketika ditoleh, kiranya itulah The Ing.
Selebar Tio In berobah merah jambu.
Untuk menolong mukanya, cepat Tong Ko menyambuti tangan sang kekasih itu, lalu sama2
berputar memandang keruangan tengah.
Tampak saat itu Siau-beng-saing sudah merabah
tangkai pedangnya, sepasang matanya ber-api2 melekat
pada Tay-keng. Wajahnya yang sebengis itu, seperti
harimau yang hendak mengoyak-ngoyak kan mangsanya.
Tubuh Tay-keng menggigil seperti orang terserang
malaria tropical.
"Yah, aku mengaku salah, aku mengaku berdosa!"
serunya meratap-ratap.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tapi detik itu Tio Jiang sudah maju dua tindak.
Tring....., begitu mencabut yap-kun-kiam, dia terus
menusuk ulu hati puteranya.
"Aiiii......."Yan-chiu segera menjerit ngeri, sedang
sekalian orangpun tak berani berbuat apa2.
"Tahan!" tiba2 terdengar ada dua orang berteriak,
menyusul sebatang golok berkelebat menangkis pedang
Tio Jiang. Ketika Tio Jiang mengawasi kiranya itu tadi Tong Ko
yang berbuat, sedang disampingnya tampak berdiri The
Go. "Aku sudah akan membunuh mati binatang itu,
mengapa kalian menghalangi?" ''
"Ucapan Tio-heng itu salah. Perbuatan puteramu itu,
walaupun tersesat, tapi tetap belum memadai kedosaanku dimasa muda. Itu waktu aku hanya
mendapat hukuman potong kaki, tapi masih hidup
sampai sekarang. Dia masih muda, masakan tak diberi
kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya?" The Go
menampilkan dirinya sebagai tauladan untuk membela
Tay-keng. Inilah peribadi The Go yang sekarang!
"Kalau lain orang, aku sih masih dapat memaafkan,
terhadap binatang itu, aku tak dapat mengasih ampun
lagi!" Tio Jing berkeras.


Heng Thian Siau To Karya Liang Ie Shen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bahwa dalam saat2 segenting itu, bahkan sebaliknya
The Go dan Tong Ko yang membela mati2an pada
puteranya, Yan-chiu bersyukur terharu.
"Jiang suko, luluskanlah permintaan mereka!" buru2 ia
menghampiri dan membujuk suaminya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Namun Siau-beng-siang tetap menggelengkan kepala.
Waktu membaca surat yang menyatakan siapa sebenarnya Tay-keng itu, tangan Tio Jiang sudah
bergemetaran keras, kepalanya ber-kunang2 serasa bumi
yang dipijaknya ini amblong. Seekor harimau masakan
beranak seekor serigala. Arang yang menconteng
(hinaan) dimukanya itu sudah sedemikian besarnya,
hingga rela dia untuk membunuh satu2nya putera
keturunannya itu.
Se-konyong2 Tong Ko tertawa keras lalu berseru: "Kui
locianpwe, harap menyingkir dahulu!"
Kui-ing-cu menurut.
Begitu Tong Ko tampak mengangkat pi-lik-to, maka menjeritlah Tay-keng dengan
ngerinya. Lengan kirinya sudah terpapas kutung.
"Potong lengan, rasanya cukup sebagai hukuman,
janganlah Siau-beng-siang bersitegang leher!" seru Tong
Ko dengan nyaring.
Tio Jiang menghela napas panjang, pedang dibanting
ketanah, lalu ngeloior masuk.
Kelapangan dada Tong Ko itu, telah membangkitkan
rasa kagum dan perindahan dari sekalian orang gagah.
Sejak itu, Tong Ko dan ayahnya tinggal di Lo-hu-san.
Bersama-sama para patriot, keduanya melanjutkan
perjoangannya yang gigih untuk mengusir kaum
kolonialis dari muka bumi ini.
Biarlah sejarah menjadi saksi!
---o0o--- T A M A T ---o0o---
Pedang Golok Yang Menggetarkan 14 Pertarungan Dikota Chang An Seri 2 Kesatria Baju Putih Karya Wen Rui Ai Puteri Es 1
^