Pencarian

Ilmu Ulat Sutera 20

Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 20


yang baru dilahirkan. Gadis itu sudah kehilangan sifat keras
kepalanya. Bahkan sekarang sikapnya lembut dan diam. Dia
tidak perduli urusan orang lain. Bahkan dia juga tidak perduli
ketika beberapa tamu ayah angkatnya memandangnya
dengan tatapan aneh. Coba kalau dulu, dia pasti akan
mencabut sepasang goloknya dan menantang orang yang
menatapnya dengan pandangan sedemikian rupa.
"Habis Cici sih yang memberikan harapan buat Soatmoay,"
Selesai berkata dia langsung masuk ke dalam rumah dengan
tergesa-gesa. Setelah memberi pesan kepada Cing Cing, dia
keluar lagi ke taman untuk menemani Kan Hai Li.
Gadis itu sudah termenung kembali.
"Hai Li Cici ... jangan selalu termenung begitu. Hati Soatmoay jadi tidak tenang melihatnya!"
Kan Hai Li menarik nafas panjang. "Kadang-kadang di benak
Cici seperti ada sedikit ingatan yang terlintas, tapi selalu
dalam bentuk berbeda-beda. Hujan yang deras, rumah yang
kebakaran .... Apakah rumah Cici kebakaran sehingga orang
tua Cici semua mati dan Cici terlunta-lunta di dunia kangouw?"
Dia menggelengkan kepala.
"Cici.... Jangan terlalu dipaksakan. Soatmoay tahu persis
peristiwa ini sulit sekali bagimu. Tapi seandainya dugaan soat
moay benar, mungkin lebih baik keadaan Cici seperti
sekarang ini ...."
"Dugaan apa?" tanya Kan Hai Li.
"Soatmoay juga sering memikirkan peristiwa yang menimpa
diri Cici. Jangan-jangan Cici memang membunuh diri dengan
1505 terjun ke dalam lautan. Kalau memang benar demikian, pasti
Cici mengalami pukulan batin yang dalam sehingga Cici putus
asa menghadapi kehidupan ini. Seandainya benar demikian,
bukankah lebih baik keadaan Cici yang sekarang ini lebih baik,
melupakan semua peristiwa yang telah menimpa Cici?"
Kan Hai Li tertegun. "Jadi kau mengira kejadiannya seperti itu?"
Kan Soat Cu mengangkat kedua bahunya sebagai tanda tidak
tahu. "Habis apa lagi penjelasannya. Kalau ditilik dari ilmu silat Cici yang tinggi. Cici ditemukan di tengah lautan, bukan karena
perkelahian. Apabila Cici menghadapi musuh, mengapa di
tubuh Cici tidak terdapat luka senjata tajam" Jadi satu-satunya penjelasan yang dapat diterima oleh akal sehat adalah Cici
sengaja hendak membunuh diri karena mengalami kejadian
yang tragis ... "
Hai Li semakin termangu-mangu. "Kata katamu itu tadi sempat membuat sebuah ingatan melintas, tapi terlalu cepat sehingga
Cici tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Pasti ada
hubungannya dengan kata-katamu."
"Kata-kata apa?" tukas seseorang yang ban masuk dari
halaman depan. Dia adalah Ong Taihu yang diundang ke sana
oleh Cing Cing.
Kedua gadis itu segera menolehkan ke palanya. "Ong Taihu ...
Kami memang sedang menunggu kedatanganmu. Tidak apa-
apa. Kami hanya mengobrol sepintas lalu," sahut Kan Soat Cu sambil mempersilahkan tabib itu masuk ke dalam rumah.
Kan Taijin juga baru keluar dari kamarnya. Dia heran melihat
pagi-pagi Ong Taihu sudah berada di gedung kediamannya.
"Selamat pagi, Kan Taijin. Jangan menatap cayhe dengan
1506 pandangan seperti itu. Kedua putri Kan Taijin yang
mengundang kemari pagi-pagi. Cayhe juga terkejut sekali.
Cayhe kira penyakit Siocia kambuh lagi. Ternyata Cing Cing
menjelaskan bahwa keadaan kedua Siocianya baik-baik saja.
Mereka hanya ingin berbicara tentang suatu hal denganku ... "
"Oh ... Silahkan duduk Ong Taihu ... Kedua anak gadis Lohu ini semakin lama semakin banyak macamnya. Maklumlah ...
terlalu dimanja ... " Kan Taijin terbahak-bahak.
Kan Hai Li ikut-ikutan tersenyum. Sedangkan Kan Soat Cu
langsung merajuk. "Tia ... kau selalu menggoda kami. Kali ini kami mengundang Ong Taihu karena Hai Li Cici ingin
menanyakan sesuatu hal yang serius ... "
Baik Ong Taihu maupun Kan Taijin langsung menolehkan
kepalanya ke arah Kan Hai Li serentak. Mereka
memandangnya dengan pandangan mengandung pertanyaan.
"Begini Ong Taihu ... mungkinkah ingatan yang hilang dapat melakukan hal-hal yang sudah terbiasa dilakukannya sejak
kecil?" "Bisa ... seperti makan saja. Biarpun orang yang hilang
ingatan akibat kecelakaan maupun orang yang terlalu dalam
mendapatkan tekanan batin, mereka masih tidak melupakan
bagaimana cara memakan hidangan yang disajikan bukan"
Mengapa Siocia menanyakan hal ini?"
Kan Hai Li menarik nafas panjang.
"Siau li sudah mencoba mengingat masa lalu Siau li, tapi tetap saja nihil hasilnya. Sebagaimana Ong Taihu ketahui, setiap
pagi Siau li selalu bangun sebelum matahari terbit dan melatih
ilmu silat di taman bunga. Siau li tidak tahu apa nama-nama
jurus yang Siau li mainkan. Tapi Siau li dapat melakukannya
dengan baik. Begitu juga dengan ilmu pernafasan. Siau li
melakukannya setiap pagi. Lambat laun badan terasa segar
1507 dan luka Siau li pun cepat pulih. Yang ingin Siau li tanyakan,
apakah ada manfaatnya bagi Soatmoay apabila Siau li
mengajarkan ilmu pernafasan ini kepadanya?"
Tabib Ong termangu-mangu mendengar keterangan tersebut.
Dia sendiri tidak pernah terpikir akan hal itu. Mengapa dia
tidak mencobanya"
"Bagus sih bagus. Tapi setiap hari di dunia kangouw
mempunyai variasi ilrnu Iwekang masing-masing. Cayhe harus
mengetahui dahulu kunci ilmu pernafasan Siocia baru dapat
menentukan kemudian ... "
Wajah Kan Taijin jadi berseri-seri. Seandainya usul yang
dicetuskan oleh Kan Hai Li berhasil menguatkan tubuh
anaknya, berarti dia benar-benar mempunyai rejeki besar
sehingga bisa mengangkat seorang putri seperti Kan Hai Li.
"Baiklah ... " sahut Kan Hai Li. "Mari kita ke ruang perpustakaan. Siau li akan tunjukkan cara menjalankan ilmu
pernafasan yang Siau li latih itu."
Kan Soat Cu dan Kan Taijin tidak ikut mereka masuk ke dalam
kamar perpustakaan. Mereka mengerti keduanya tentu harus
memusatkan perhatian dan tidak boleh diganggu sama sekali.
Mereka berdua menunggu dengan hati tegang. Menit-deini
menit berlalu. Sampai menjelang tengah hari, keduanya baru
keluar dari ruang perpustakaan. Wajah Kan Hai Li pucat
sekali. Tentunya dia harus berusaha dengan susah payah
untuk menjelaskan kepada Ong Taihu rumus ilmu pernafasan
yang dipelajarinya. Bagaimana tidak susah kalau dia lupa
nama setiap jalan darah yang ada di dalam tubuhnya. Setiap
kali mengalirkan hawa murni ke suatu urat darah, dia terpaksa
harus menggunakan waktu cukup lama untuk menjelaskan
kepada Ong Taihu apa yang dimaksudkan olehnya.
Wajah Ong Taihu juga tampak letih. Tapi masih terlihat sedikit
1508 kegembiraan di wajahnya itu. Hati Kan Soat Cu langsung
berharap agar dia mengatakan kabar yang baik.
"Bagus sekali! Ji Siocia, ilmu pernafasan yang dimiliki Cicimu ini tinggi sekali. Pasti bukan keluaran partai kelas kecoak,"
kata Ong Taihu sambil berseloroh. "Namun tidak mudah
mempelajarinya. Tapi cayhe yakin dengan kecerdasan olak Ji
Siocia, kalau saja Ji Siocia giat berlatih ilmu pernafasan ini, dalam jangka waktu tiga bulan saja manfaatnya sudah besar
sekali!" Wajah Kan Soat Cu dan Kan Taijin langsung berseri-seri. Kan
Taijin langsung menghampiri putri angkatnya. "Hai Li, kau
sudah letih sekali. Jaga kesehatanmu. Kau baru sembuh.
Jangan sampai terlalu capek. Terima kasih atas jerih payahmu
memikirkan cara untuk menguatkan kesehatan adikmu. Tia
kagum sekali kepadamu," katanya dengan nada terharu.
Kan Hai Li tersipu-sipu. "Tia jangan senang dulu ... Siau li memang menginginkan agar tubuh Soatmoay bisa sehat
seperti orang biasa. Tapi jangan salahkan Siau li apabila
sudah sehat kelak Siau li akan mengajaknya berkelana di
dunia kangouw."
Kan taijin tertawa terbahak-bahak. "Oh ... Jadi ada udang di balik batu ... " katanya bergurau. Air matanya sampai
mengembang di ujung pelupuk mata saking gelinya dia
mendengar ucapan Kan Hai Li. Suara tawa pun memenuhi
gedung tersebut.
Tentu saja Kan Soat Cu yang paling gembira. Belum apa-apa
dia sudah membayangkan betapa asyiknya seandainya
tubuhnya benar-benar sudah sehat dan dia dapat berkelana di
dunia kangouw dengan Cici angkatnya.
*** Fu Hiong Kun sudah mendatangi rumah Siok-sioknya Siau
1509 Ling. Dia tidak menemukan apa pun yang mencurigakan. Laki-
laki itu berusia setengah baya. Belum terlalu tua. Wajahnya
sangat welas asih dan enak dipandang. Tidak ada kesan jahat
sedikit pun pada dirinya. Laki-laki itu bahkan menangis sedih
mendengar kabar kematian keluarga abangnya. Namun dia
juga bersyukur Siau Ling berhasil meloloskan diri dari maut.
Fu Hiong Kun berjanji akan mengantarkan Siau Ling ke
tempat itu apabila urusannya sudah selesai. Dia juga tidak
berlama-lama di rumah orang itu. Dia masih ingin menyelidiki
Piauw kiok milik ayah Liu Siau Ling. Perjalanan ke tempat itu
masih cukup jauh.
Gadis itu ingin segera sampai. Sudah beberapa hari dia
melakukan perjalanan tanpa mengenal lelah. Dapat
dibayangkan betapa mulianya hati gadis yang satu ini. Dia
tidak perduli seandainya dia jatuh sakit sekalipun. Dia tetap
ingin menyelidiki kematian orang tua Siau Ling sampai tuntas.
Fu Hiong Kun mempercepat langkah kakinya. Kadang-kadang
dia berlari-lari. Sebisa mungkin, dia ingin melewati
pegunungan di depan itu sebelum malam tiba. Salju sudah
mulai menipis, tapi angin masih bertiup dengan kencang.
Beberapa kali Fu Hiong Kun terpaksa berhenti karena
tubuhnya semakin menggigil.
Ketika sampai di daerah pegunungan yang sunyi. Hari sudah
mulai gelap. Fu Hiong Kun tetap melanjutkan perjalanannya.
Setelah berjalan lagi beberapa li. Di depannya terlihat hutan
yang masih dipenuhi salju yang memutih. Fu Hiong Kun
mengambil keputusan untuk mencari tempat untuk
beristirahat. Di dalam hutan pasti gelap sekali. Tentunya sulit bagi gadis itu untuk berjalan di kegelapan dan hutan yang
menyeramkan itu.
Setelah berputar-putar beberapa kali. Fu Hiong Kun
menemukan sebuah goa yang tertutup oleh sernak semak
yang rimbun. Dia mengeluarkan sebuah bungkusan dari
1510 dalam sakunya. Isinya bubuk berwarna kuning. Mungkin
belerang. Ditaburkannya di sekitar goa tersebut. Malam
semakin merayap. Fu Hiong Kun menemukan sebuah goa
yang tertutup oleh sernak semak yang rimbun. Dia
mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam sakunya. Isinya
bubuk berwarna kuning. Mungkin belerang. Ditaburkannya di
sekitar goa tersebut. Malam semakin merayap. Fu Hiong Kun
menyelinap ke dalam goa dan duduk bersandar. Dia
memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur. Namun dia
tidak bisa pulas. Berbagai pikiran berkecamuk di dalam
hatinya. Terutama bayangan Wan Fei Yang!
Kemana anak muda itu" Luka dalamnya belum sembuh betul.
Fu Hiong Kun takut dia bergebrak dengan seorang tokoh
berilmu tinggi. Dalam keadaan seperti sekarang, apabila dia
bertarung lagi, luka dalamnya pasti akan kambuh kembali.
Namun anak muda itu kukuh sekali pendiriannya. Lagipula Fu
Hiong Kun tidak tahu urusan apa yang akan diselesaikannya.
Apakah urusan itu bisa berbuntut bahaya" Dia juga tidak tahu.
Fu Hiong Kun menarik nafas dalam-dalam. Dia harus
menenangkan pikirannya dan berusaha untuk tidur. Tiba-tiba
telinganya menangkap suara langkah kaki berlari-lari
mendatangi ke arahnya. Fu Hiong Kun terkejut sekali. Siapa
yang malam-malam berjalan di tengah pegunungan seperti
ini" Kalau para pemburu, rasanya tidak mungkin. Musim
dingin begini paling sulit memburu binatang. Biasanya hewan-
hewan liar sudah mengungsi ke tempat yang tidak turun salju
sebelum musim dingin tiba.
Dia menyembunyikan kepalanya di dalam semak-semak dan
mengintip. Dua orang laki-laki memanggul tiga buah karung
berjalan dengan langkah berat. Tidak heran Fu Hiong Kun
dapat mendengar suara langkah kaki mereka. Rupanya
mereka memanggul beban sehingga kaki mereka menjadi
berat dan menimbulkan suara bergesekan ketika berjalan di
atas salju. 1511 Mereka berhenti di depan goa di mana Fu Hiong Kun
berlindung. Wajah mereka tidak dapat dilihatnya dengan jelas.
Tapi rupanya tujuan mereka memang tempat tersebut. Fu
Hiong Kun curiga melihat keadaan mereka yang memanggul
karung pada saat seperti ini.
Kedua orang itu duduk di atas salju. Karung karung yang
mereka bawa dibanting begitu saja. Salah satunya yang
mengenakan pakaian hitam dengan mantel hitam pula
menghapus keringat yang mengucur di keningnya.
"Musim dingin saja bisa berkeringat begini. Gara-gara karung sialan itu. Kenapa orang kalau sudah mati kok bertambah
berat?" gerutu orang itu.
Fu Hiong Kun yang mengintip dari balik semak semak terkejut
sekali mendengar ucapannya. Jadi karung itu berisi mayat.
Tapi mayat siapa" Mengapa mereka membawanya ke tempat
ini" Kecurigaan Fu Hiong Kun semakin dalam. Kalau yang
mati merupakan sanak famili mereka, pasti akan dikuburkan
secara baik-baik. Mungkin kedua orang ini habis merampok
rumah orang dan membunuh penghuninya. Fu Hiong Kun
semakin meningkatkan kewaspadaannya. Untuk bernafas saja
dilakukannya dengan perlahan-lahan. Sementara itu terdengar
orang kedua berkata: "Apa yang mau dikata lagi" Ini kan tugas kita. Siapa suruh ilmu silat kita tidak dapat menyamai yang
lainnya sehingga selalu mendapat kebagian tugas membuang
mayat." "Kalau dipikir-pikir, memang tidak seberapa berat juga tugas kita ini. Lagipula imbalannya besar. Pantas saja Pangcu
semakin hari semakin kaya raya. Tapi aku tidak mengerti ...
Mengapa ada orang yang mau mengeluarkan uang menyewa
anggota kita untuk membunuh keluarga Liu?"
Sekali lagi Fu Hiong Kun terkejut. Rupanya rekan-rekan orang
ini yang membunuh keluarga Liu. Fu Hiong Kun
mendengarkan dengan seksama. Dia ingin tahu siapa-siapa
1512 orang ini sebetulnya.
"Aku juga tidak tahu. Pangcu juga tidak perduli. Kalau ada orang yang meminta Pangcu membunuh kaisar sekalipun,
asal imbalannnya cukup memadai, mana ada transaksi yang
ditolak oleh Tian Sat?"
Tubuh Fu Hiong Kun bergetar hebat. Hampir saja dia
mengeluarkan suara jeritan. Rupanya kedua orang ini
merupakan anggota Tian Sat yang terkenal itu. Dan ternyata
Tian Sat pula yang membunuh keluarga Liu. Fu Hiong Kun
teringat akan Yan Cong Tian, orang tua yang baik hati dan
sangat menyayanginya itu. Air mata mengembang di pelupuk


Ilmu Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya. Setelah kematian Tok-ku Bu-ti dan Thian-ti yang berarti dua
partai terkemuka yakni Bu-ti-bun dan Siau Yau kok sudah
menghilang dari peredaran dunia kangouw, Tian Sat tentu
semakin merajalela. Dunia ini bagai milik mereka. Fu Hiong
Kun menggertakan giginya erat-erat. Tinjunya terkepal. Dia
harus menemukan Wan Fei Yang dan merundingkan
bagaimana caranya membasmi organisasi yang sudah banyak
memakan korban demi memperkaya diri ini.
"Cepat kita kerjakan tugas kita. Tentu Pancu akan marah-
marah apabila dalam waktu tiga hari kita masih belum sampai
di kota raja," kata orang yang pertama. Dia langsung bangkit berdiri.
Rekannya juga lidak mau ketinggalan. Orang itu
mengeluarkan sebuah pacul dari dalam karung sementara
temannya mengeluarkan mayat-mayat tersebut. Hati Fu Hiong
Kun yang sedang bersembunyi semakin bergidig melihat
ketiga sosok mayat tersebut.
Meskipun dia tidak mengenal keluarga Liu, namun melihat liga
sosok mayat yang terdiri dari seorang laki-laki berusia
setengah baya, seorang wanita setengah tua dan seorang
1513 bocah laki-laki berusia kurang lebih enam atau tujuh belas
tahun, dia langsung dapat memastikan mereka adalah ayah
ibu serta koko Liu Siang Ling. Hatinya semakin pilu. Hampir
saja dia tidak dapat menahan kemarahan hatinya.
Namun setelah memikirkan kembali dengan kepala dingin. Dia
memilih untuk tidak keluar memperlihatkan diri. Sekarang
hanya dia satu-satunya saksi yang mengetahui di mana mayat
keluarga Liu ditanam. Lagipula dia tidak berani memastikan
sampai di mana ketinggian ilmu silat yang dimiliki kedua orang
ini. Kalau sampai dia bukan tandingan kedua orang ini,
bukankah dia akan mati konyol tanpa seorang pun yang tahu
siapa pelakunya dan apa sebabnya.
Kedua orang itu bekerja dengan cepat. Dalam sekejap mata
sebuah lubang yang besar sudah tergali. Rupanya mereka
sudah cukup profesional melakukan pekerjaan semacam ini.
Mereka lebih tepat dipanggil sebagai si penggali kubur. Dari
pembicaraan mereka. Fu Hiong Kun yakin bukan kedua orang
inilah yang membunuh keluarga Liu. Mungkin mereka hanya
kaum keroco di dalam organisasi Tian Sat.
Tiga sosok mayat keluarga Liu diangkat oleh kedua orang itu
dan dilemparkan menjadi satu di dalam lubang yang besar
tersebut. Setelah itu dengan gerakan cepat mereka
mengayunkan paculnya kembali menutupi permukaan tanah
sampai rata. Karung-karung yang berisi mayat tadi dilipatkan
kembali dan di kat di atas bahu mereka. Setelah itu tanpa
mengucapkan sepatah kata pun, keduanya menghentakkan
kaki dan melesat pergi dari tempat itu.
Fu Hiong Kun menyandarkan tubuhnya di dinding goa.
Dadanya bergemuruh. Hatinya terasa perih. Jantungnya
berdebar-debar. Mungkinkah Thian memang telah
membantunya menemukan para pembunuh keluarga Liu
dengan cara yang demikian kebetulan" Dia tidak dapat
menjawab pertanyaan itu. Tapi yang sudah pasti bahwa dia
benci sekali melihat cara kerja organisasi itu yang tidak segan-1514
segan membunuh siapa saja demi mendapat imbalan yang
layak. Siapakah Pangeu yang disebut mereka" Tentunya seorang
tokoh yang selama ini menyembunyikan diri dan ilmu silatnya
pun sangat mengerikan. Fu Hiong Kun yakin akan hal itu.
Kalau tidak bagaimana pangcu tersebut bisa memimpin
organisasi yang begitu besar dan kekuatannya tidak terkirakan
itu. Tapi dapatkah dia dan Wan Fei Yang membongkar
organisasi tersebut. Padahal mereka hanya berdua,
sedangkan pihak lawan berjumlah banyak. Satu hal lagi yang
membuat hatinya risau. Mereka berada di tempat yang terang
dan lawan berada di tempat yang gelap. Kata-kata ini hanya
sebuah kiasan. Artinya mereka tidak tahu siapa lawan-lawan
yang mereka hadapi. Tapi seandainya mereka menyelidiki di
mana markas Tian Sat dan siapa kepala mereka, dengan
mengandalkan anggotanya yang banyak, sebentar saja
maksud mereka sudah akan konangan.
Lalu, ada dendam apa antara orang yang menyewa tenaga
Tian Sat dengan keluarga Liu yang bukan orang-orang
kangouw itu ... " Pikiran Fu Hiong Kun semakin bingung. Dia
ingin melupakan semuanya sejenak. Matanya terpejam.
Kenangan masa lalu kembali menghantuinya. Kehidupan
manusia memang penuh dengan gelombang, Seperti lautan
yang tidak hentinya menggelora. Baru saja datang gelombang
yang satu, gelombang lain sudah menyusul lagi di belakang,
Fu Hiong Kun tidak tahu harus menangis atau tertawa
membayangkan kehidupan yang telah dilaluinya selama dua
puluh tahun ini.
Dia sudah jenuh menghadapi kelicikan manusia yang semakin
hari semakin menghebat. Seandainya dia bisa hidup tenang
dan mencuci otaknya agar segala persoalan dapat terlupakan.
Fu Hiong Kun rela melakukannya. Mungkin Wan Fei Yang
juga rela melakukannya. Mungkin sebaliknya dia melupakan
semuanya yang telah berlalu dan membiarkan apa pun yang
akan terjadi di hadapan matanya. Tapi sanggupkah Fu Hiong
Kun melakukan hal seperti itu. Hanya Thian yang tahu.
1515 TAMAT 1516 Rahasia Ciok Kwan Im 7 Pendekar Bayangan Setan Karya Khu Lung Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 8
^