Imam Tanpa Bayangan 3
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D Bagian 3
pikirnys da!am hati dengan perasaan kaget. "Sungguh
cerdik pula otaknya, dia punya tulang dan bakat yang bagus
tidak enak kalau dilindungi keselamatan jiwanya"
Karena berpikir begitu, segera tanyanya :
"kenapa kau lindungi keselamatan bajingan cilik yang
berada di belakangmu" dia anak murid partai Tiam-cong . .
. ." "Justru karena dia berasal dari partai Tiam-cong mska
kutolong jiwanya!" lalu dengan wajah serius tegurnya.
"Mengapa kan hendak membasmi habis seluruh anggota
partai Tiam cong?"
"Kapan aku pernah membasmi seluruh anggota partai
Tiam-cong?" Ku Loei balik bertanya dengan nada
melengak. "Hmmmm! tiga puluh tahun berselang ilmu pedangmu
menderita kekalahan total ditangan Cia Ceng Gak, sejak itu
dalam hatimu selalu membenci orang-orang partai Tiam-
cong. Bukankah sekarang kau telah mengutus Ke Hong
beserta tiga puluh orang lebih untuk membinasakan Pek
Tian Hong dsrl Tiam-cong-pay "
"Hmmm! apa yang hendak kau katakan lagi?"
"Apa?" teriak Ku Loei dengan mala melotot. "Sejak
Couwsu mendirikan perguruan Liuw-sah-boen dilaut Seng
Sut Hay selama dua ratus tahun rasanya tidak pernah ada
anggota perguruan kita yang melakukan perbuatan terkuiuk
serendah itu, kau sebagai anak murid perguruan ternyata
berani menghina perguruan ternyata berani menghina
perguruan, merendahkan nama Couwsu, tahukah kau
bahwa kau telah melanggar dosa yang sangat besar?"
"Sudah lama aku bukan anak murid perguruan lagi,
kenapa aku harus terikat oleh peraturan perguruan?".
"Sumoay, benarkah kau tidak sudi kembali kedalam
perguruan" apakah kau sudah melupakan semua pesan dsri
suhu?" Kim In Eng gelengkan kepalanya.
"Keputusanku sudah bulat, sekalipun kau hendak
mengucapkcan kata kata seperti itu tidak nanti aku akai
kembali ke Ssng sut Hay"
Ku Loei meraung gusar, cambanguya pada berdiri semua
bagaikan landak, dengan keadaan yang menyeramkan
bentaknya: "Kim In Eng, aku hendak menggunakan kedudukanku
sebagai toa suhengmu menjatuhkan hukuman kepadamu!"
Kim In Eng tertawa dingin, terhadap tingkah laku Ku
Loei yang sedang diliputi kemarahan ia tidak ambil gubris.
Si Rasul Pembenci Langit Ku Loei makin gusar,
matanya melotot bulat bagaikan kelereng, mendadak ia
angkat tangan kanannya memperlihatkan sebilah pedang
pendek berwarna emas.
"Anak murid angkatan kedelapan dari perguruan Liuw-
sah Boen Kim In Eng harap dengar perintah" serunya
sambil melangkah maju setindak.
Serentetan cabaya aneh memancar keluar dari balik msta
Kim In Eng, ia cuma melirik sekejap kearah pedang emas
itu kemudian tidak ambil gubris, bukan begitu saja, bahkan
ia malah berpaling dan berkata kepada Pek In Hoei :
"Bocah, apakah kau ingin tahu sebab sebab yang
menyebabkan kematian supek cauwmu sipedang sakti dari
partai Tiam-cong, Cia Ceng Gak?"
Pek In Hoei mengangguk.
Aku bersumpah akan membalaskan dendam sakit hati
setiap anggota partai Tiam cong yang mati terbunuh"
Seakan-akan sedang mengisahkan satu Kim In Eng
mulai berkata: "Dengan membawa pedang sakti penghancur sang surya
Cia Ceng Gak terjunkan diri
kedalam dunia persilatan. Waktu itu Ku Losi beserta
murid kedua Cfciu Tiong dan siauw sumoay mereka Kim
In Eng sama-sama berkelana pula dalam dunia kangouw,
dalam waktu singkat Cia Ceng Gak berhasil merebut gelar
sipedang sakti dalam Bulim Sebagai pemimpin dari partai
Tiam cong, disambali pula ilmu silatnya lihay dan
wajahnya sangat ganteng, banyak gadis cantik sama2 jatuh
cinta padanya, tetapi sayang Cia Ceng Gak bukan seorang
yang romantis bukan saja ia tidak menggubris gadis2 itu
bahkan pura2 berlagak pilon...... oleh sebab itulah, dalam
kangouw dia pun mempunyai satu gelar yang kurang sedap
didengar silelaki tampan yang tidak romantis".
"Apakah pada saat itu supek-couw berkelana sambil
menggembel pedang sakti penghancur sang surya?" tanya
Pek Ia Hoei. Kim In Eng melirik sekejap kearah sianak muda itu, lalu
mengangguk. "Hmmm! Seandainya ia tidak mengandalkan
kemisteriusan dari pedang itu, tidak nanti aku menderita
kalah ditangannya" Jengek sirasul pembenci langit dengan
suara bengis Kim In Eng mendengus, ia lirik sekejap suhengnya
dengan pandangan dingin lalu menyahut:
"Hatimu kejam, licik dan buas. Mana mungkin bisa
melatih ilmu pedang terbang yang merupakan suatu ilniu
pedang tingkat atas" Sekalipun umpama kata Cia-lang tak
mati, ilmu pedangmu tidak nanti bisa menandingi dirinya !"
"Perempuan yang tidak tahu malul" teriak Ku Loei
penuh kegusaran. "Hmmm Aku tidak pernah mencelakai
orang lain dengan siasat busuk, tidak pernah memperkosa
anak gadis orang, tidak peraah menggunakan akal licik
untuk mengangkangi siauw sumoaynya sendiri, kenapa aku
tidak tahu malu"
Si Rasul Pembenci Langit meraung keras ujung jubahnya
dikebut kedepan dan serentetan desiran angin tajam
berhawa dingio segera meluncur keluar.
Pek In Hoei menggigil ia rasakan suhu udara disekeliling
tubuhnya mendadak merendah dengan cepatnya," dalam
sekejap mata dis rasakan tubuhnya seolah olah terjerumus
kedalam gudang es yang amat dingin, giginya saling beradu
keras karena tak tahan sianak muda itu bersin beberap? kali.
Terhembus desiran angin tajam tadi, ujung baju Kim In
eng yang berwarna hitam berkibar kencang, namun ia sama
sekali tidak terluka, sambil tersenyum menghina jengeknya :
"Heeeh...... heeeeh........heeeh........kepandaian silaimu
tidak lebih cuma begitu saja?"
Sambil berkata lima jari tangan kanannya diayun keluar,
lima rentetan desiran angin serangan meluncur keluar dari
ujung kelima jarinya menghantam kemuka. Meski desiran
itu halus bagaikan hembus angin malam, namun
mengakibatkan jubah yang dikenakan Ku Loei bergelombang, bagaikan tertusuk lima bilah pedang tajam,
desiran angin serangan itu menembusi pukulannya hingga
melubangi pakaian yang ia kenakan.
Kontan air mukanya berebah hebat.
"Hmmm Sungguh tak nyana ilmu totok Lan Hoa-ci dari
subo berhasil kau latih"
"Ilmu telapak Han Pang-ciang dari suhu yang kau
milikipun tidak jelek, cuma sayang heeeh...... heeeh......
heeeeh...... semua ilmu silat dari Seng Sut Hay
mengutamakan tenaha Im yang lunak. Sekalipun kaliau
kaum pria berlatih giatpun tidak nanti bisa peroleh hasil
yang lebih baik daripada kaum wanita !"
Ia berpaling kembali kearah Pek In Hoei dan
menyambung: "Kau harus perhatikan baik baik, semua ilmu silat dari
Seng Sut Hay mengutamakan tenaga Im-kang yang bersifat
lunak, hanya tenaga Yang-kang yang bersifat keras dan
panas saja bisa menaklukan, kalau tidak maka kau harus
benar benar menguasai kelincahan serta kelunakan dari
tenaga Im-kang, kalau tidak ingin dikecundangi olehnya ...
" Perempuan itu menghela napas panjang setelah
merandek tambahnya:
"Semula aku memang ada maksud menerima kau
sebagai muridku, tetapi sekarang setelah kupikir lagi,
meskipun kau berlatih selama hiduppun tidak nanti bisa
mengalahkan dirinya, maka sekalipun kau tidak sudi anak
muridku, akupun tidak akan merasa sedih" Dengan hati
mendongkol rasul pembenci langit mendengus berat.
"Walaupun kau berhasil melatih ilmu jari Lan Hoa-cie, aku
masih punya cara untuk menaklukkan dirimu Sumoay! Kau
jangan keburu senang. Lihat saja nanti... Dewi Khiem
bertangan sembilan Kim In Eng tidak menggubris ancaman
orang kepada Pek Ia Hoei ujarnya lagi dengan suara halus
"Kau harus perhatikan baik baik ilmu pukulan salju yang
ia lepaskan tadi bisa membekukan cairan darah dalam
tubuh seseorang, seandainya darah dalam tubuh iawan
sudah membeku maka dia akan kehilangan daya
perlawanan, pada saat itulah serangannya dengan dahsyat
akan menghancurkan badan musuh Oleh sebab itu bila
dikemudian hari kau berjumpa dengan dirinya, pertama
tama hindarilah lebih dahulu hawa dingin, yang tcrpencar
keluar dari serangan tersebut
"Lonte tengik !" teriak Ku Loei sangat gusar. "Sekalipun
kau beberkan semua rahasia ilmu silat perguruan kita
kepadanya tidak nanti ia bisa lolos dari tanganku dalam
keadaan hidup"
Kim In Eng tidak menggubris, ia pejamkan matanya dan
berkata lagi: "Tahun itu aku baru berusia lima bela tahun,
sebenarnya tidak pantas bagiku untuk berkelana kedalam
Bulim Tetapi berruntung aku disayang oleh subo dia ia
tidak merintangi keinginanku untuk berpesiar didaerah
Kanglam, maka setelah ribut beberapa kali permintaanku
dikabulkaanya "Sepanjang jalan kedua orang suhengku lu berusaha
menyenangkan hatiku, setiap tiba disuatu daerah maka
dipilihnya tempat tempat yang paling baik untuk ajak
pesiar, memilih makanan yang paling untuk aku makan,
mereka berdua takut aku tidak senang hati"
"Hmmm...! Rupanya kau masib ingat bahwa kami
bersikap sangat baik kepadamu" dengus Ku Loei. "Aku kira
hatimu sudah digondol anjing"
Kim In Eng tidak gubris sindiran suhengnya, kembali ia
lanjutkan kisahnya ;
".Pada masa itu partai partai besar dalam Bulim saling
tidak akur, saling curiga mencurigai, pada hari hari biasa
jarang berhubungao satu sama lainnya. Tetapi sejak anak
murid Seng Sut Hay munculkan diri tanpa sadar mereka
bersama sama bersatu padu untuk memusuhi kami, dan
perjalanan kamipun seringkali mendapat gangguan. Sayang
sekaii partai Sauw-Iim, Bu-tong, Go- bie serta Hoa san yang
dianggap sebagai partai lurus dalam dunia kangouw tidak
memiliki ilmu silat yang lihay maka dari itu satu demi satu
jago jago mereka keok semua ditangan kedua orang
suhengku" "Hasaah .... haaaah.......... haaah........."
Rasul Pembenci Lsngit tertawa terbahak-bahak. "Jago
jago tahu dan tempe dari berbagai partai mana bisa
menandingi kehebatan perguruan kami?". Mendengar
suhengnya menimbrung terus dari samping, Kim In Eng
kerutkan alisnya dan menjerit:
"Tutup bacot onjingmu, enyah jauh dari sini!".
Si Rasul Pembenci Langit membungkam dengusan
dingin menggema tiada hentinya. Untuk sesaat suasana
diliputi kesunyian.
Setelah merandak beberapa saat perempuan itu
melanjutkan: "Jago pedang yang ternomo pada seat kecuali sipedang
naga terbang dari Kunloen Pay hanyalah sipedang sakti Cia
lang seoorang. Ketika kami tiba dikota Siok-Chlu, sipedang
naga terbssg dengan merubungi wajahnya malam itu telah
mendatangi kuil Han san-sie dan mencari kami untuk diajak
beradu ilmu silat"
"Kuil Han-sao sie " apakah kuil Han san sie yang
dimaksudkan Pujangga Thio Sie dalam syairnya Jambatan
Hong-Kiau ditengah malam?".
"Sedikitpun tidak solah, justru karena aku pernah
membaca syair itu maka aku bersikeras untuk menginap
dikuil Han-san- sie. Siepa sangka pada malam pertama
tidurku telah dibangunkan oleh kehadiran orang manusia
bekerudung yang mencari Hay-thian Siang-Kiam untuk
diajak Pibu Bocab tahukah kau bahwa bilamana seorang
telah mendapatkan sedikit nama seandainya ia bertindak
kurang hati hati maka kemungkinan besar nama besamya
akan hancur dalam waktu singkat" Peda waktu itu tujuan
Hwie Lioag Kiam menyatroni Han san sie dengsn wajah
berkerudung bukan lain untuk menghindari ejekan orang
banyak seondainya dia menderita kekalahan....."
Perempuan itu menghela nopas panjang sambungnya:
"Tetapi akhirnya dia menderita kalah, kalah diujong
pedang toasuhengku.
"Benar" sela Ku Loei dengan bangga, pada jurus yang
keenam pUub tujuh, pedangku berbasil melepaskan kain
kerudung yang ia kenakan
"Fui.... tak tahu malu. meski kau mengatakan Hwie
Liong Kim pada jurus yang enam puluh tujuh, namun kau
sendiri juga dipaksa keok dengan pedang terlepasdari
tangan oleh Cia Ceng Gak sebelum jurus yang kelima
puluh*. "Hmmm ! kalau dia tidak curang, mana mungkin aku
bila kalah" dia menyerang aku tatkala aku baru saja
menyelesaikan pertarunganku melawan sipedang naga
tebang dari Kun-loen Pay, waktu itu tenagaku sudah habis
dan badanku lelah"
"Ooouw......... begitu" keospa tidak sekalian kau
ceritakan bahwa kalian suhengte berdua telah mengerubuti
orang lain dengan ilmu pedang Liuw-sah Kiam-hoat?"
"Lonte buauk! sebenarnya kau masih menganggap
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirimu sebagai anggota perguruan Liuw sah Boen atau
tidak" mengapa keu selalu membantu oraog lain?"
"Hmm! bukankah sejak tadi aku sudah bilang bahwa aku
telah melepaskan diri dari keanggotaan perguruan Liuw Sah
Boen?" Ku Loei semakin mendongkol, dengan penuh rasa benci
teriaknya: "Kau sendiri yang berkata begitu, nanti kalau lerpaksa
aku harus menghukum dirimu menurut peraturan
perguruan, jangan salahkan aku terlalu kejam"
"Kenapa harus tunggu sampai nanti" sekarang saja
tunjukkan kelihayanmu"
"Akan kulihat sampai dimanakah ketebatan mukamu
untuk mengungkap kembali peristiwa lampau yang
memalukan itu, agar kudengar sampai dimanakah baunya
peristiwa memalukan yang psrnah kau perbuat".
Pek in Hoei mendengus berat. "Hmmml macam
begitulah sepak terjang seorang ketua perguruan" bila bisa
mengucapkan kata kata sekotor don serendah itu. Hmmm
aku lihat perbuatanmu tidak lebib seperti seekor anjing dan
babi yang hina"
. Ucapan tersebut terlalu menghina, air muka Ku Loei
kontan berubah hebat sambil loncat bangun teriaknya
penuh kemarahan :
"Bajingan cilik, anjing kecil kau berani memaki diriku?".
Telapaknya diputar lantas dibabat keluar dengan
kecepatan bagaikan ki1st. Sreeet... dalam sekejap mata
serentetan babatan tajam menyapu kearah tubuh Pek In
Hoei. Kim In Eng tidak ambil diam dengan datangnya
serangan itu, dia membentak nyaring, badannya melengkung bagaikon busur lalu meletik bangun, liua
juinye di pentang lebar lebar lalu meayapu kedepan.
Bruuuk .... I gerakan tubuhnya terbendung, sekilas rasa
kaget borkelabat di atas wajahnya. laksana kilat telapak
kirinya didorong kemuka mengirim sebuah pukulan lagi.
Bluuuum........ kembali perempuan itu tertahan ditebgoh
jalan bahkan terdorong setengah langkah kebelakang, diatas
batu munculah sebuah bekas telapak kaki sangay nyata.
"Haaa.... haaaah.... haaaah...... bagaimana dengan
seranganku ini?" jengek rasul pembenci langit nambil
tertawa terbahak bahak dengan seramnya.
"Ilmu silat apakah itu?"
Kitab ilmu golok perontok rembulan yang ditinggalkan
oleh suhu dahulu dalam kitab
pusaka Ku Thian Pit Kipnya"
"Ilmu golok perontok rembulan?"
Si Rosul Pambenci Langit menjengek dingin, hawa
murninya segera dikumpulkan keatas telapak. Dalam
sekejap mata seluruh angkasa telah dipenuhi dengan selapis
cahaya tajam bewarna keperak perakan yang memancar
keluar dari telapak tersebut.
Criiiilt ! seakan akan membelah suhu, sebuah batu cadas
yang berat lagi keras telah terbabat putus jadi dua bagian
oleh babatan telapek tangannya.
Pek In Hoei sendiri tertegun dibuatnys setelah
menyaksikan kepandaian silat yang didemonstrasikan
lawan, dengan hati terkesiap diam diam pikirnya:
"Iimu silat apakah itu" kenapa telapaknya bisa lebih
tajam daripada sebilah golok?"
Sementara itu Si Rasul Pembenci Langit tertawa dingin
tiada hentinya.
"Heeeh... heeeh.... inilah kepandaian silat tandingan
yang diciptaken suhu untuk membalas dendam sakit
hatinya terhadap subo ia sengaja menciptakan ilmu ini
untuk menghancurkan kepandaian Hoei Koo- Chiu dari
subo" Kim In Eng tertegun, lalu dengan benci serunya:
"Sekalipun ilmu s:latmu dianggap nomor wahid dikolong
langit, tidak nanti bisa menutupi kejelian dalam hatiku,
tidak mungkin bisa melenyapkan kejelekan yang pernah kau
lakukan" "Apa" kau bilang aku takut kepada siapa" perbuatan jelek
apa yang pernah kulakan?"
"Kau pernah menderita kekalahan total ditangan seorang
jago pedang dari partai Tiam Cong, maka kau takut dari
partai Tiam Cong akan muncul kembali seorang jago lihay
yang akan mengalahkan dirimu sekali lagi....."
Dengan sinis dan pandangan hina ia mendengus,
kemudian terusnya:
"Tahukah kau apa sebabnya pada hari itu Cia Ceng Gak
telah muncu! dikuil Hon san sie setelah kehadiran Hwie
Liong Kiam dari partai Kunlun" ternyata dia tehah
menemukan banyak anak gadis dalam kota Siok Chiu mati
telanjang ditanah malam setelab diperkosa orang secara
paksa, dan semua perbuatan terkutuk itu ada lah hasil
karyamu". Si Rasul Pembenci Langit Ku Loei mengerutkan
sepasang alisnya yang tebal, tiba tiba ia meraung keras,
telapak tangannnya dengan ilmu golok perontok rembulan
segera dibabat kedepan.
Kim In Eng berkelebat kesamping, dengan suatu gerakan
yang lincah lima jarinya disentil keluar diikuti secara
beruntun ia kirim beberapa serangan berantai secepat
sambatan kilat.
Ku Loei enjotkan badannya bcrkelabat keatas gerakan
telapaknya berubah, ditengah desiran tajam kembali ia
kirim tiga buah babatan dahsyat. Saat ini tubub Kim In Eng
terus berada ditengah udara, kesepuluh jarinya secara
bergantian mengirim serangan serangan kilat. seketika itu
juga seluruh angkasa ditutupi oleh bayangan jari yang tajam
dan meyilaukan mata.
Pek In Hoei yang menonton jalannya pertempuran dari
samping berdiri dengan mata terbelalak mulut melongo.
Hampir saja ia tidak percaya kalau ada orang yang bisa
bergerak sedemikian cepatnya, bahkan melayang ditengah
udara. Detik itulah ia baru mulai menyadari bahwa menariknya
ilmu silat, kalau dibandingkan belajar syair dan sastra, ilmu
silat jauh iebih menyenangkan. Maka dalam hati ia lantas
berpikir: Kepandaian silat sehebat dan sedashyat inipun tidak bisa
dianggap sebagai ilmu silat nomor wahid dikolong langit,
lalu ilmu silat macam apakah baru dapat dikatakan nomor
satu" Aaoaai... kiranya belajar silat bukan suatu pekerjaan
enteng" Otaknya berputar dan ia teringat kembali akan cerita
Kim in Eng yang mengatakan bahwa dahulu Ku Loei
pernah di kalahkan Cia Ceng Gak, maka pikirnya lebih jauh
: "Asalkan aku dapat mempelajari ilmu pedang penghancur sang surya dari perguruan, bukankah dengan
gampang pula kupukul keok dedongkot dari perguruan
Liuw Sah Boen ini" Seketiko otaknya masih memikirkan
berbagai persoalan tiba tiba ia mendengar Ku Loei berteriak
keras, begitu keras suaranya sampai sampai gendang
telinganya terasa sakit dan ia tak sanggup mendongak.
Sementara Kim In Eng telah duduk bersila ditanah, kedua
tangannya diangkat sejajar dada.
Setelah berteriak si Rasul Pembenci langit maju
selangkah kedepan berdiri didepan sumoaynya, telapak
kanan diangkat sejajar dada dan saling merapat dengan
telapak Kim In Eng, sedang tangan kirinya mencekal harpa
kunonya kencang kencang
"Eeeei... apa yang sedang mereka lekukan?" pikir Pek in
Hoei dengan hati tercengang.
Tiba2 ia berseru tertahan. ternyata kedua kaki Ku Loei
yang berdiri diatas batu mengikuti gerak tubuhnya perlahan
lahan amblas kedalam batu, sebaliknya sekujur badan Kim
In Eng gemetar keras, jubah hitamnya berkibar tiada
hentinya walaupun tidak ditiup angin, bukan begitu saja
bahkan seolah olah rambut serta bahunya ikut gemetar
semua. Pemuda ini jadi heran, perlaben lahan ia maju mendakati
perempuan itu untuk melihat apa yang sebenar telah terjadi.
Siapa sangka baru saja dua langkah ia berjalan, sambil
melolotkan matanya bulat selat Ku Loei berpaling
kearahnya, selurub cambang diatas wajabnya berdiri kaku
bagaikan landak, keadaannya betul betul mengerikan.
"Cepat2 menyingkir!" tiba tiba Kim in eng merjerit,
Pemuda itu tertegun, belum sampat ia menghindarkan
diri, dua gulung angin puyuh maha dahsyat telah meluncur
datang dengan cepatnya, menubruk dadanya tanpa bisa
ditahan, ia mencelat dua kaki dari tempat semula.
Blumm ... batu cadas itu membelah dua bagian, batu
kerikil bergelinding, debu pasir beterbangan memenuhi
angkasa..... sambil loncat ketengah udara teriak Ku Loei
dergan napas terengah-engah
"Kau anggap dengan menggunakan akal bisa menangkan
pertandingan tenaga ini?"
Sinar matanya berkilat, mendadak la jumpai tubuh Pek
In Hoei sedang melayang ditengah udara sekilas bayangan
berkelebat dalam benaknya.
Senar harpa yang ada ditangan kanannya dengan cepat
disentil. Ting! Serentetan suara harpa yang berat dan
menusuk pendengaran menggema diangkasa.
Pek In Hoei menjerit kesakitan, sesudah bergulingan
beberapa kali ditengah udara badannya terjatuh tiga tombak
dari tempat semula.
Ku Loei mendengus dingin.
"Hmmm, urat nadiaya telah putus, jangan harap dia bisa
hidup lebih jauh"
Sekilas rasa sedih berkelebat diatas wajah Kim Ib Eng, ia
tarik napas dalam2. dua jarinya menyentil senar Khiem dan
kemudion irama Khiem yaog lembut pun berkumandang
Begitu mendengar irama Khiem, sekujur badan Ku Losi
gemetar keras, lalu ia himpun tenaga dalamnya dan duduk
bersila diatas tanah.
Irama khiem yong berkumandang itu memiliki nada
yang sangat sedih, tapi di balik kepedihan mengandung pula
nasu membunuh yang membara baraa Ku Loei tidak berani
gegabah dan harus menghadapinya denga serius.
Kiranya dia tahu Kim Ia Eng sudah meyakini permainan
Khiem itu sejak lama. Kepandaian dalam ilmu tersebut luar
biasa sekait, mokin tenang irama yang diperdegarkan makin
semakin gampang memecahkan perhatian orang satu kali
pikirannya berlubang maka ia akan terpengaruh irama dan
perutnyaterluka.
Lama Khiem berkumandang bagaikan kabut yang
menyelimuti sekeliling tempat itu, makin lama tubuh Ku
Loei makin terkurung seolah2 sekujur badannya hendak
dibelenggu. Mendadak Ku Loei membuka matanya, dengan serius ia
letakkan harpanya keatas lutut kemudian tarik napaa
dalam2. Criiing ...criiiing. . . dua sentilan diatas harpanya
menghasilkan dua rentetan tajam yang menembusi irama
khiem lawan bagaikan tusukan dua bilah pedang tajam.
Irama Khiem tetap berkumandang bagaikan mengalirnya
air, meski kena tertusuk oleh irama harpa namun tetap
mengalir keluar tiada hentinya. . .
Air muka Ku Loei amat serius den berat, tiada hentinya
ia menyentil harpa untuk melawan suara khiem
Malam semakin kelam. Kabut telah nembuyar ..
rembulan hilaog dibaiik awan bintang mulai menyembunyikan diri
Peraduan irama Khiem serta irama harpa berlangsung
dengan serunya mengalun keseluruh penjuru gunung Ciog
Shia. Angin malam berhembus lewat menggoyangkan ranting,
daun serta rerumputan. Pek In Hoei yang terbanting
kedalam semak mulai merintih, mulai bergerak dan
akhirnya merangkak bangun.
Ia merasakan seluruh persendian tulangnya amat sakit
bagaikan pecah semua, kepala pusing tujuh keliling dan
hampir saja ia tak sanggup bangun berdiri, namun dengan
berusaha sekuat tenaga. Setelah itu barsusah payah
akhirnya berhasil juga ia bangun berdiri.
Angin malam kembali berhembus lewat, sianak muda itu
tarik napas dalam2 lo merasa kesadarannya mulai jernih
dan pengalaman yang baru dialamipun terbayang kembali.
Selangkah demi selangkah ia barjalan menembusi hutan.
Ia mendengar pertarungan irama Khiem dan harpa masih
berlangsung dengm serunya diatas tebing. iram? tadi
membuat darah segar dalam dadanya bergelora kembal. ia
menjerit menutupi telinganya dsn mulai berlari menjauhi
tempat itu. Lama.. lama sskali la berlari, akhirnya sianak muda itu
berhenti disisi sebuah, pohon besar, ketika itu irama khiem
dan irama harpa sudah tak ksdengaran lagi dadanya terasa
nyaman dan segar
Suasana disekeliling tempat itu sunyi.. yang terdengar
hanyalah dengusan napasnya sendiri yang memburu, tanpa
terasa dia tertawa getir, pikirnya :
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aaaai tak kusangka Irama harpa bisa digunakon untuk
melakai orang. untung luka yang kuderita tidak terlalu
parah." Belum habis ia berpikir; tbia tiba berkelebat sesosak
bayangan manusia, potongan orang itu sangat dikenalnya
membuat Pek In Hoei segera mengenalinya.
"Bukankah dia adalah si Uler a?ep tua"
Sedikitpun tidsk talah, dari tempat kejauhon masih
kedengaran teriakan aneh dari Ouw ycog Goag berkumandang dalang : "Cucu monvet kemana dia
perginya?" terak Ouw yang Gong.
"Uler asep Tua aku ada disini" Pek Ia Hoei segera
berteriak. Sambil berseru ia lari kearah hilangnya bayangan
orang aneh itu dalam sekejap mata ia sudah kehilangan
jejak dan tersesat ditengah hutan tebing suram .yang penuh
dengan tumbuhan rotan.
"Kemana perginya Siuler asep tua itu" atau mungkin dia
tidak dengar teriakanku?"
Dari manusia aneh she Oow-yang, pemuda ini teringat
kembali akan dendam sakit hati perguruanuya, terutama
sekali kematian Pek Tian Hong ayahnya dalam keadaan
sangat mengenaskan . . . "
"Ayah mati korena dikerubuti orang banyak.... pikirnya,
"Tapi dia melawan terus dengan segenap tenaga meski
dikerubuti orang banyak. Aku harus mencontoh kegagahan
serta kejantanan ayah. Akan kubunuh semua orang yang
terlibat dari peristiwa pengeroyokan itu, aku hendak
memaksa mereka hadapi diriku dalam keadaan ketakutan,
setelah itu kutusuk perut mereka dengan jurus serangan
yang mereka andalkan... aku bersumpah hendak mempelajari ilmu silat nomor wahid dikolong langit, aku
harus mempelajari ilmu silat yang ada dikolong langit.."
Saking borsemangatnya sianak muda itu berpikir, tanpa
sadar ia memungut sebutir batu cadas lalu dia sambit keatas
diading tebing disisinya.
Tiba tiba..... suatu kejadian aneh berlangsung didepan
mata. dinding tebing dimana kena sambit oleh batunya tadi
mulai longsor, pasir yang ada diatasbya berguguran
kebawah sehingga akhirnya munculah sebuah lubang gua
yang cakup besar. Ruponya lubang yang sebenarnya
terdapat diatas dinding tebing dan tertutup oleh timbunan
rotan serta pasir itu segera gugur karena terkena sambitan
bata dari Pek in Hoei yaog cukup besar itu.
Dengao pandangan tercengang sianak muda itu
melongok kedalam gua, bau apek dan amis yang
memuakkan segera berhembus keluar dari balik lubang gua
tadi. Bau busuk yang berhembus keluar dari dalam gua
hampir hampir saja memuakkan pemuda kita, buru buru
dia bangun berdiri dan tarik napas dalam dalam, setelah itu
dengan rasa ingin tabu ia menerobos masuk kedalam goa
tadi. Gua itu dalam sekali, hawanya lembab dan dingin, angin
kencang yang entah datang berasa! darimana berhembus
keluar tiada hentinya.
Tiba tiba ia temukan sskilas cahaya emas diatas tanah,
dengab cepat dijemputnya benda itu.
"Aaaai...... " Pek In Hoei berseru kaget, kiranya benda
emas yang dia jemput itu bukan lain adalah sebatang
peluru berbentuk naga kecil yang terbuat dari emas.
Ukiran diatas senjata rahasia itu sangat hidup dan indah,
bahkan sampai sisik dan ekot dari naga tadi diukirnya
dengan rata. Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya:
Gua ini lembab lagi gelap, datimana muncul cahaya dari
dalam sana?" Dengan perasaan heran dan ingin tabu, Pek in
Hoei melanjutkan kembali perjalanonnya masuk kedalam
gua Siapa sangka batu saja ia maju tiga langkah, sekali lagi ia
temukan cahaya emas diatas tanah, waktu ia jemput benda
itu ternyata bukan lain adalah senjata rahasia berbetuk naga
kecil seperti apa yang ditemukan semula.
Beginilah secara beruntun ia sudah temukan sepuluh
bataeg senjata rahasia berbentuk naga kecil sepanjang
lorong gua itu sebelum akhirnya dia tiba disuatu tempat
ysng diterangi oleh cahaya terang.
Dengan tercengeng sianak muda itu mendongak,
tampaklah didalam sebuah ruang batu yang luas bertebaran
intan permata dalam jumlah besar, beberapa butir mutiara
besar memancarkan cahaya yang menerangi seluruh
tempat. "Tempat apakah Ini?" pemuda iiu kontan bergumam.
"Sungguh royal pemilik gua ini, rupanya dia sudah boyong
semua intan permata serta mutiara yang ada dikolong langit
untuk menerangi tempat ini..."
Dengsn sinar mata tercengang ia awasi lagi sekeliling
tempat itu kemudian ia berfikir :
"Tapi apa sebabnya ia tempelkan semua intan permata
serta mutiara itu diatas dinding ruangan ini. sebaliknya
mengguna kan cahaya emas senjata rahasia berbentuk naga
kecil itu sebagai penunjuk jalan bagi orang yaog tersesat"
Apakah dia ingin tinggalkan harta kekayaan ini bagi orang
yang menemukannya?"
Serentetan pertanyaan yang mencurigakan berkelebat
dalam benaknya, ia memandang sekitar sana hingga
akhirnya sinar mata sianak muda itu berhenti diatas
sebatang ma nau cerah yang ada disebelah kanan.
Seluruh dinding ruangan ditaburi giok wirna bijau, hanya
Ma Nau itu saja yang berwarna merah, penonjolan secara
menyolok ini segera mengingatkan Pek In Hoei akan satu
persoalan. Ia maju menghampiri memandang dengan
seksama dan segera ditemui bahwasanya Ma Nau tadi
menonjol keluar tiga coeo dari dinding seakan sebuah anak
kunci yang telah dimasukkan kedalam lubang kunci
Ia berpikir sejenak, kemudian menekan batu Ma Nau
merah todi den didorongnya kedalam kuat-kuat.
Seketika itu juga terdengar bunyi tri. ,1 cuit yang nyaring
berkumandang memecahkan kesunyian, dinding berlapis
batu giok hijau dibelakangnya tiba2 berputar kesamping dan
tak dikuasai lagi badannya ikut tertarik masuk kedalam.
Baru ia silangkan tangannya didepan dada siap
menghindarkan diri dari segala ancaman yang mungkin saja
menimpa dirinya.
Tetapi.... tiada sesuatu apapun yarg terjadi, menanti ia
berdiri tegak, tampaklah sebuah batu dinding warnaputih
berdiri tegak dihadapnnya, diatas dinding batu tadi terukir
beberapo buah huruf dalam ukuran besar.
Tulisan tadi kira2 berbunyi demikian:
Barang siapayang masuk kedalam gua harap segera
berlutut. "Berlutut?"" berpiklr sianak muda itu, kenapa aku harus
berlutut dihadapan dinding batu putih ini?"
Dengan sepasang mata berkerut ia berjalan kesisi dinding
tadi dan masuk kedalam sebuah Ruang batu lain.
Ruang itu luasnya lumayan, dari belakang ruangan
terdengar bunyi gemuruh air yang amat memekikkan
telinga, hembusan angin dingin melanda datang tiada
hentinya membawa hawa yang amat menusuk tulang
Sebuah tiang salju yang amat besar dan teba! berdiri
tegak didalam dinding batu yang cekung keatas, seketika itu
juga sianak mula itu berdiri tertegun dengan mata melotot
dan mulut melongo, hampir saja ia tidak percaya dengan
apa yang dilihatnya saat ini.
Rupanya Pek Ia Hoei telah menjumpai sesuatu yang
aneh didalam tiang salju yang amat besar tadi duduk bersila
seorang hweesio berjubah warna merah darah, hweesio itu
pejamkan maunya rapat rapat dan seoiah olah sedang
bersemedi. Lama sekali Pek In Hoei berdiri melongak disitu, ia tidak
mengerti apa sebabnya hweesio itu bisa terbungkus didalam
tiang salju sebesar daa setebal itu, lama sekali ia putar otak
namun gagal juga mendapatkan jawaban.
Akhirnya la tinggalkan tempat itu dia mulai nenyapu
sekeliling ruangan, kecuali tiang salju tadi dalam ruangan
tadi terdapat sebuah meja yang terbuat dari batu, diatas
batu terletak sebilah kapak besar warna hijau pekat, sejilid
kitab, beberapa batang pit dan sebuah hioloo kaki tiga.
Perlahan lahan ia menghampiri meja batu itu. dimana
pada permukaan meja yang dapat terukir pula beberapa
kata kata yang berbunyi :
"Pincerg adalah Thian Liong Toa Lhama, Pelindung
Hukum Kerajaan pada jaman ini yang berasal dari Tibet.
Sudah lama pinceng kagumi kebudayaan bangsa Han, jauh
ketika aku masih menjabat ketua kuil Thian Liong Sie telah
mendapat perintah dari Buddha hidup untuk tinggalkan
gurun mendatangi daratan Tionggoan, dimana aku telah
berdiam dalam istana serta menjabat kedudukan pelindung
Hukum yang dibelakang Kaisar kepadaku, meski begitu
seringkali aku berkelana dalam dunia persilatan dengan
menyaru Pada suatu musim gugur sampailah pinceng diatas
gunung Cing Shia, darimans sayup sayup berkumandang
irama khiem yang merdu merayu, aku jadi tertarik dan
segera naik keatas gunung, disana tanpa sengaja aku telah
bertemu dengan Dewi Khirm bertangan sembilan Kim In
Eng : Membaca sampai disini Pek in Hoei berdiri tertegun,
diam diam pikirnya dalam hati "Sungguh aneh sekali,
sebelum aku tiba didalam gua dan berjumpa dongan
hweesio ini, aku tehah bertemu lebih dahulu dengan dewi
Khiem bertongan sembilan Kim cianpwse. Heei siapa
sangka hweesio inipun telah bertemu pula dengan Kim
cianpwee sebelum tiba disini.
Berpikir sampai disitu, iapun melanjutkan membaca
tulisan tadi "Sejak kecil aku telah cukur rambut jadi pendeta dikuil
Thian Liong Sie, sepanjang hari berdoa dan berdoa terus,
sama sekali tidak pernah terpengaruh oleh pikiran tentang
gadis. Siapa tahu setelah berjumpa dengan Kim In Eng rasa
cinta dalam dadaku bergelora sukar ditahan, selama tiga
hari tiga malam aku telah duduk dipuncak gunuag Cing
Shia sambil menikmati kecantikan wajahnya.
Irama Khiem telah buyar gadis cantik lenyap tak
berbekas namun pinceng belum sadar kembali, kujelajahi
seluruh gunung untuk menemukao kembali jejak gadis
cantik itu, tapi sia sia belaka. Akhirnya dengan hati sedih
aku turun gunung".
Membaca sampai disini Pek in Hoei temukan tulisan tadi
makin lama makin kusut dan tidak karuan, maka dibacanya
sepintas lalu. Dalam tulisan berikutnya hweesio itu menceritakan
bagaimana setelah dia kembali ke ibukota. siang malam
selalu memikirkan dan membayangkan Kim In Eng, setiap
saat tak dapat melupakan bayangan tubuh serta irama
Khiemnya yang merdu merayu hati terasa sedih dan
tersiksa. Maka pada suatu hari dia lari masuk ks dalam gudang
harta den memboyong benda benda berharga itu kegunung
Cing Shia dengan maksud mempersembahkan benda benda
berharga itu kepada Dewi Khiem Bartangan sembilan Kim
In Eng sambi! memohon kepadanya agar suka menemani
dia berpesiar kemana mana.
Siapa tahu Kim In Eng telah melimpahkan rasa cinta dan
sayngnya kepada lain orang, permintaan serta permohonannya iiu ditolak mentah mentah.
Karena ditolak Thian Liong Hweesio merasa gemas
sedih dan perih bagaikan dipagut ular, dengan hati putus
asa dan sedih ia membawa benda benda berharga itu turun
gunung, dimana ia temukan gua tersebut dan mengurung
diri disana sambil bertobat untuk menebus dosa. Tapi ia tak
sanggup menahan birahi yang bergolak terus menerus,
akhirnya ia tak kuat menahan diri dan mati"
"Napsu birahi sukar dilenyapkan dari dada, aku musnah
karena cinta" Baca Pek ln Hoei berulang kali.
Dia angkat kepala memandang kearah hweesio dalam
tiang solju tadi, tampaklah diatas dadanya secara lapat lapat
terlihat cahaya bekas luka berwa na hitam pekat, ketika
dipandang lebih seksama ia merasa luka itu memang sangat
mirip dengan seekor ular.
Sekilas perasaan aneh berkelebat dalam otaknya, ia
berpikir kembali:
"Luka yang disebabkan oleh karena napsu birahi ternyata
jauh lebih hebat daripada luka karena senjata, seorang padri
macam diapun bisa mati karena tak kuasa menahan napsu
birahi yang berkobar dalam dadanya, bukankah hal ini
sama artinya menunjukkan bahwa setiap msnusia sukar
untuk menahan diri dari pengaruh nafsu. Birahi...."
Kembali sinar matanya menyapu keatas meja, disana
masih tertinggal dua baris tulisan kecil yang berbunyi
demikian: "Pincecg tinggalkan sebilah kapak sakti yang tajam dan
terbuat dari baja berusia selaksa tahun serta sejilid kilab
ilmu silat Sembilan Kapak Pembuka langit, sembilan belas
perubahan dari ilmu sakti sembilan belas merubah naga
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
langit bagi siapa saja yang masuk kedalam gua ini".
Dibawab kapak besar itu, tercatat pula beberapa huruf
yang berbunyi begini :
"Tatkala elmaut hampir mencabut jiwaku, pinceng
dengar dari dinding gua sebclah daiam barkumandang
datang suara manusia. Barangsiapa yang beruntung masuk
kedalam gua ini, harap suka meabelah dinding belakong
gua ini dengan kapak, selidikilah asal mulanya suara
nanusia itu Menulis sampai disitu, rupanya ajal sudah tiba maka
Thian Liong Toa Lhnma mengakhiri kelimat yasg belum
selesai itu sampai ditengah jalan saja.
Pek In Hoei menghela napas panjang, lalu bangkit berdiri
memandang dinding batu dibelakang tiang salju dan
berpikir : "Entah sudah berapa puluh tahun hweesio isi mati disini,
sekalipun dibelakang dinding batu benar2 terdapat ruang
kini satelah lewat banyak tahun kendati ada oraog pernah
masuk kedalam sana mereka tentu sudah keluar lagi.
Tapi ia berpikir kembali:
"Aku benar benar tidak percaya, masa sebilah kapak
hitam yang jelek dan kecil ini mampu membelah dinding
batu yarg tebal?"
Dengan perasaan ingin tahu ia ambil kapak sebesar tiga
depa itu dan berjalan ke belakang liang salju.
Dinding beton dibelakaag liang salju itu berwarna hijau
karena tumbihan lumut yang tebal dan subur, Pek In Hoei
angkat kapaknya dan segera membabat keatas dinding batu
itu. "Bruuuuk........" sebuah batu cadas yang sangatbesar
rontok kebawah setelah terima babatan itu, begitu lunak
dan gampang seolah2 sedang membabat tahu.
Dengan perasaan kaget dan tercengang Pek in Hoei
angkat kapaknya lagi dan meneruskan babotannya keatas
dinding. Dalam sekejap mata batu cadas berguguran diatas tanah,
dimana saja kapak itu mampir batu segera rontok kebawsh,
dalam sekejap mata munculah sabuah lubang yang amat
besar diatas dinding tersebut.
Pek In Hoei segera melongok kedalam, ia temui bahwa
dibalik dinding tadi munculah sebuah ruang batu yang
penuh dengan tiang batu diatas tanah menggeletak pula
beberapa sosok mayat.
Ia berseru tertahan, rasa ingin tahunya semakin
bertombah delam hati, kapaknya segera bekerja cepat
membabat dinding batu sebingga dalam waktu singkat ia
dapat menerobos kedalam.
Bau apek dan amis berhembua keluar menusuk hidung,
disepanjang tiang batu dalom ruang itu menggeletak
delapan sosok mayat. Dandanan mereka acak2on dan
perawakan tubuh merekapun berbeda, namun ada satu
yang sama yaitu wajab mereka menunjukkan penderitaan
yang hebat serta diatas badannya tidak ditemui bekas luka.
Pek Ia Hoei berjalan masuk kedalam, ia jumpai diantara
mayat itu ada yang berdandan hwesio, ada yang berdandan
toosu dan ada pula yang berdandan sebagai manusia biasa,
tetapi yang aneh temyata menunjukkan sikap yang aneh,
badan mereka bangkok dan melengkung. Jelas sebelum ajal
mereka tiba telah terjadi suatu pertarungan yang maha seru.
Menyaksikannya itu, pemuda she Pek ini menghela
napas panjang. "Aaaai mereka semua mati didalam suatu pertempuran
yang amat sengit, justru karena hawa dingin yang membeku
dalam ruang batu ini maka jenasah mereka tetap utuh dan
tidak sampai membusuk. Tetapi-- apa sebabnya mereka
saling bunuh membunuh" apa yang sedang mereka
rebutkan?"
Tiba2 suatu ingatan berkelebat didalam benaknya.
"Mungkinkah mereka adalah mayat dari kedelapan ketua
partai besar yang sudah lenyap puluhan tahun lamanya"
Sekujur badannya gemetar keras, ia segera minghitung
jumlah mayat diatas tanah sedikitpun tidak salah semuanya
berjumlah delapan orang.
Rasa tegang yang menyelimuti benaknya segera ditahan
lagi, disebabkan karena ia akan segera mengetahui rahasia
kematian dari kedelapan ketua partai besar yang lenyap
dipuncak gunung Cing shia sejak puluhan tabun berselang,
pemuda itu nengucurkan keringat dingin.
Ia segera tundukkan kepalanya memeriksa mayat
seorang hweeiio tua yang menggeletak paling dekat dengso
dirinja, ia jumpai tangan kanan hwesio itu menuding kearah
tiang batu den ia mati dalam keadaan kaku.
Mengikuti arah yang dituding jari lengan mayat hwesio
tua tadi, ia temukan bebarapa huruf terukir diatas tiang,
tulisan yang berbunyi:
"Ilmu jari Kim Kong Ci dari partai Siauw lim"
Dibswah tulisan itu terukirlah bagaimana cars melatih
ilmu jari itu dan bagaimana cara bersemedi dan bagaimana
cara mengerahkan tenaga. Pek In Hoei berseru tertahan,
buru2 ia menengok keetas tiang batu lainnya, disana ia
jumpai pada setiap tiang batu terukirlah ilmu sakti berbagai
partai serta cara untuk melatihnya.
Ia menghembuskan napat panjang, pikirnya:
"Ooouw........ Ilmu meringankan tubuh otau Ginkang
dari partai Kunlun, ilmu pukulan penakluk harimau dari
partai Gobi, ilmu pedang Siuw Cing Kiam hoat, ilmu
pedang Lak-Koo Kiam Hoat dari Parti Hoasan. ilmu
pedang penakluk iblis dari partai Khong tong, ilmu pedang
Kan san Kiam host dari partai Tiang Poy, ilmu pedang Poo
Hong Kiam Hoat dari portai Butong, ilmu pukulan Leng
Bwee ciang dari partai Thian san. begilu banyak ilmu sakti
yang terdapat di sini. kesemuanya ini sudah cukup untuk
menciptakon diriku sebagai jago sakti . . . "
Ia tertegun kemudian berpikir kembali :
"Tapi. . . bukankah Supek couw sipedang sakti dari Tiam
cong pun ikut serta dalam pertemuan besar ini" kenapa
hanya dia ia orang yang tidak kelihatan?",
Ia bangkit berdiri dan siap mencari jenasah dari Cia Ceng
Gak, dan secara tiba tiba ia teringat kemhaii akan sumber
cahaya yang menyoroti seluruh ruang batu itu.
Kembali ia berpikir :
"Kenapa aku tidak pernah berpikir darimana datangnya
cahaya sehingga aku dapat membaca tulisan tulisan kecil di
tiang batu itu ?"
Belum hilang pikiran itu, dia telah menemukan
datangnya cahaya itu kiranya berasal dari balik beberapa
buah tiang batu nun jauh disana, begitu tajam cahayanya
sehingga seluruh ruangan jadi terang benderang,
Pek In Hoei maju menghampiri sumber cohaya tadi, ia
lihat sebilah padang mustika yang panjang tertancap diatas
tiang batu, pada gagang pedang tadi terdapatlah sebutir
intan bewarna merah darah, cahaya terang tadi bukan lain
adalah sinar yang tcrpancarkan dari batu intan tersebut:
Dengan mata yang silau oleh cahaya, ia maju lebih dekat
lagi kemudian cabut pedang tersebut dari atas tiang.
Mendadak kakinya tersangkut sesuatu hingga hampir
saja terjungkal keatas tanah, kiranya benda itu bukan lain
adaiah sesosok mayat.
Orang itu berwajah persegi berwarna merah kehitam
hitaman, janggotnya panjang dan bercabang tiga, tangan
kanannya berada ditengab udara seolah olah sedang
mendorong sesuatu sedang pada tangan kirinya mencekal
sebuah sarung pedang berwarna merah yang memancarkan
cahaya gemerlapan.
Kambali satu ingatan berkelebat dalam benaknya, buru
buru dia angkat pedang mustika itu dan diporiksa dengan
seksama diatas tanah pedang yang berwarna biru kehitam
hitaman terukirlah beberapa patah kata.
"Pedarg sakti Penghancur Sang Suryal",
"Apa pedang sakti penghancur sang surya?" Gumam Pek
In Hoei dengan nada kurang percaya. "Kalau begitu... kalau
begitu.... mayat yang menggeletak diatas tanah bukan lain
adalah supek couwku sipe dang sakti dari Tiam-cong, Cia
Csng Gak adanya?"
Dengan pandangan mcndelong diawasinya wajah supek-
couwnya yang telah mati puluhan tahun berselang,
bayangan Kim in eng yang merana karena ditinggal Cia
Ceng gak berkelabat pula dalam benaknya
Begitulah, sejak hari itu Pek in Hoei lantas menetap
didalam gua sambil mempelajari dan mendalami semua
ilmu silat maha sakti yang ditinggalkan para ketua delapan
partai besar itu.
Ia berlatih giat dan rajin, tiap malam dengan tak
mengenal lelah dilatih dan diyakini terus ilmu silat tersebut,
dalam hati ia hanya punya satu cita2 setelah menyelesaikan
pelajarannya yaitu mambalas dendom bagi kematiao
ayahnya serta menuntut balas bagi kemusnahan anak murid
partai Tiam-cong
))oodwoo(( JILID 7 5 HEMBUSAN angin Barat laut yang dingin dan
membekukan badan telah berlalu, musim semipun
menjelang tiba. Daun yang hijau mulai bersemi diatas
pohon Liuw dan rerumputan nan hijau mulai tumbuh
diatas permukaan tanah ya?g basah
Angin musim semi berhembus lewat menyegarkan
suasana diatas gunung Cing Shia, awan putih bergerak
diangkasa memperlihatkan puncak gunung yang secara
lapat-lapat masih berselimutkan salju. Tanah nan hijau yang
membentang dipunggung bukit menunjukkan bahwa musim
semi telah tiba.
Pagi itu udara sangat cerah, sinar matahari memancarkan cahayanya menerangi seluruh jagad.
Pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia
dengan langkah lebar berjalan turun dari atas puncak
gunung Cing Shia.
Orang itu memakai jubah panjang berwarna merah,
diatas punggungnya tergantung sebuah buntalan, disisi
pinggang tergantung sebuah kapak hitam dan ditangannya
membawa sebuah bungkusan kain yang panjang. Gerak-
geriknya aneh dan mencengangkan hati.
Manusia aneh berjubah merah itu dengan memakai
sepasang sepatunya yang usang dan rusak selangkah demi
selangkah berjalan melewati tanah lumpur yang becek,
memandang puncak gunung nun jauh disana, dengan alis
berkerut ia bergumam: "Selamat tinggal, gunung Cing-shia
!" Sambi berjalan, kembali ia berpikir:
"Berkumpul selama dua tahun membuatku berubah jadi
seorang manusia yang kosen meski aku pernah cuourkan air
mata disini namun aku berharap pada kunjunganku yang
akan datang aku telah menjadi seorang jago nomor wahid
dikolong langit, semoga aku kembali dengan membawa
kebanggaan serta kegembiraan."
Dengan langkah lebar ia melanjutkan perjalanan menuju
kearah kota, dandanannya aneh tentu akan menarik
perhatian banyak orang seandainya jalan raya itu penuh
dengan orang yang melakukan perjalanan nanun untung
waktu itu jarang orang bepergian maka jalan raya sunyi sepi
hanya dia seorang.
Langkah manusia aneh berjubah merah ini sangat
enteng, setiap langkah ia dapat melalui satu tombak lebih
lima depa lebih, begitu enteng dan gesit dia berjalan seolah-
olah capung yang terbang diangkasa.
Siang hari telah menjelang tiba, tatkala orang aneh itu
masih melanjutkan perjalanan tiba-tiba terdengar dari arah
belakang berkumandang datang suara keleningan kuda,
disusul seekor kuda berlari mendatang dengan cepatnya.
la segera menyingkir kesamping memben jalan buat kuda
itu lewat, kuda pertama berlari kencang disusul kuda
berikutnya lari lebih kencang lagi lumpur segera
beterbangan mengotori seluruh badannya.
Orang itu mengerutkan alisnya yang tebal dan angkat
kepala memandang kedepan.
Ditemuinya kedua orang penunggang kuda itu adalah
dua orang nona berbaju hijau yang mempunyai kuncir
panjang diatas kepalanya.
Semula manusia aneh itu sudah siap mengumbar
amarahnya, namun setelah menyaksikan bahwasanya
kedua orang penunggang kuda itu adalah dua orang gadis
manis, ia batalkan niatnya dan tidak bicara apa2 lagi.
Dengan hati mendongkol, ia menyeka lumpur yang
menempel diatas bajunya dan meneruskan kembali
perjalanannya. Suara derap kaki kuda mendadak berkumandang kembali dari arah belakang, kali ini kuda
tersebut lari dengan kencangnya, sebelum manusia aneh
berjubah merah itu membentak dengan kasar :
"Bangsat, ayoh cepat menyingkir, apa kau cari mati?"
"Sreeet....! serentetan desiran angin tajam segera
menyapu datang berbareng dengan bentakan tadi.
Merasakan datangnya sambaran dengan sepasang kening
berkerut manusia aneh berjubah merah itu angkat tangan
kirinya keatas, lima jari laksana kilat mencengkeram ujung
cambut dan membetotnya kebawah.
Deruan angin tajam menyambar lewat diiringi suara
ringkikan panjang kuda tersebut berkelebat melewati diatas
kepalanya. Berhubung sentakan keras dari dua tenaga yang saling
berlomba cambuk kuda tadi putus jadi dua bagian dan
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rontok ketanah.
Sebaliknya sekujur badan manusia tadi basah kuyup lagi
kotor oleh cipratan kaki kuda , melihat badannya kotor ia
membentak gusar, tangan kirinya bergerak memhentuk
gerakan lingkaran lalu menyambsr kemuka, ia cengkeram
ekor kuda yang masih ada diteogah udara, sementara
tangan kirinya meraup kepinggaog binatang itu dan
menyentaknya kebelakang.
Kraaaaak ... ekor kuda itu mentah mentah terbetot patah,
knda itu meringkuk kesakitan dan segera meloncat tujuh
depa ketengah udara.
Oleh loncatan tadi penunggang kuda itu berseru tertahan
dengan rasa kaget kemudian melotot kearah orang berjubah
merah, dengan sorot mata gusar.
Sebaliknya orang aneh berjubah msrabpun dengan penuh
kegusaran loncat meju empat tombak kemuka, sebelum
tubuh kuda yang meloncat ketengah udara tadi hampir
menginjak permukaan bumi, ia sambar pinggangnya lalu
diangkat keatas dan dibanting keatas tanah.
Kuda itu meringkik panjang, ia lemparkan ke
penunggangnya keatas udara kemudian berkelejit sejenak
dan akhirnya tak berkutik lagi. mati dengan kspala remuk.
Demonstrasi kepandaian sakti dari manusia aneb itu
mengagetkan semua orang, dua orang gadis pertama tsdi
segera berubah air muka dan berdiri dengan mulut
melongok. Sebaliknya penunggang ketiga yang merupakan seorang
pemuda gantengpun berdiri menjublek diatas tanah,
rupanya tidak mengira kalau pihak lawan mempunyai
kekuatan sedemikian hebatnya.
Dengan sorot mata gusar manusia aneh berjubah merah
itu awasi sekejap wajah pemuda itu, kemudian menegur
dengan suara berat:
".Orang muda, usiamu masih amat kecil namun sepak
terjangmu kasar dan jumawa. Hmmm seandainya aku tidak
memiliki sedikit ilmu kepandaian bukankah sejak tadi aku
sudah mati terpijak kudamu" maka dari itulah sekarang aku
hendak meghukum dirimu untuk meneruskan perjalanan
dengan berjalin kaki, agar dikemudian hari lebih berhati
hati kau dalam menunggang kuda".
Habis berkata ia segera putar badan dan berlalu dergan
langkah lebar. Melihat dirinya ditegur dan dimaki didepan kedua orang
nona !tu, merah padam selembar wajah pemuda itu saking
mendongkolnya, menjumpai manusia aneh itu hendak
pergi, segera Ia loncat kedepan sambil membentak:
"Tunggu sebentar!"
"Koko...... " hampir bersamaen waktu nona yang ada
desebelah depan berseru.
"Kau tidak usah ikut campur " hardik sang pemuda
sambil menoleh "Ini hari aku harus memberi sedikit
pelajaran kepada manusia jadah itu."
Dalam pada itu manusia aneb berjubah merah tadi baru
saja melangkah tiga tindak, mendengar makian itu segera
putar badan dan bertanya:
"Kan makin siapa manusia jadah?"
"Sauwyamu memaki dirimu sebagai manusia jadah, kau
mau apa... ?" sahut sang pemuda sambil tepuk dada sendiri.
Setelah merandek sendiri sejenak, dengan alis berkerut
serunya kembali :
"Jangan kau anggap dengan andalkan tenaga kasarmu
sebesar dua kati itu lantas bisa jual tampang didepanku.
Akan kurobek bacot anjingmu itu..... "
Orang aneh tersebut tertawa dingin
"Hammm... pada masa yang silam, entah kedua orang
tuamu sudah bikin dosa apa sehingga memperoleh putra
jempolan semacam kau. Tadi aku ampuni dirimu karena
memandang diatas wajah kedua adikmu itu, sekarang..
Hmm..... Hmm.... akan kulihat dengan andalkan kepandaian apakah kau hendak tunjukkan kelihayanmu"
"Bangsat tak usah banyak bacot lagi, lihat serongan lihay
dari sauwyamu"
Seraya membentak badannya dengan lincah berkelebat
kemuka, lima jari dipentang dan seketika itu jaga selurub
angkasa dipenuhi efek bayangan jari.
Rupanva manusia aneh berjubah merah itu tidak
meogira kalau pemuda perlsnte semavam diapun
mempunyai kepandaian silat yang demikian dahsyat, in
berseru tertahan, tubuh bagian atas segera bergeser lima
coen kesamping sementara telapak klrinya membabat keluar
mengunci tubuh bagian luar, sedang lima bagian jari
tangannya menyerang bagian laksana sebuah jepitan
mencengkeram urat nadi musuh.
Lelaki muda itupun diam2 merasa terperanjat tatkala
menyaksikan penjagaan musuh yang ketat, berada ditengah
udara tubuhnya merandek sejenak.
Dan dikala badannya merandek itulah, lima jati tangan
kanan manusia aneh berjubah merah itu telah menyapu
tiba. Dia mendengus dingin. mendadak jart tangannya
menutu! ke!uar membabat urat nadi dltangan lawan,
Serentetan napsu membunuh bersemi diatas wajahnua,
tangan kiri digetarkan pula tanpa mengeluarkan sedikit
usahapun kelima jarinya yang penuh mengandung hawa
sinkang menerobos masuk lewat titik kelemahan dibawah
lengan kanan lawan.
Ancaman ini datangnya sangat berbahaya disamping keji
jnga ganas, manusia aneh berjubah merah itu segera
kebutkan jubah merahnya dan loncot mundur delapan
langkah kebelakang. dengan suatu gerakan yang manis ia
bcrhasil melepaskan din dari totokan maut itu
"Kemana kau hendak lari?" hardik pemuda iiu, dengan
gerakan yang tak berbeda ia menyusul kedepan"
Manusia aneh berjubah merah itu segera bersuit nyaring,
mendadak badannya berputar dua lingkaran dltengah
linkaran dan !oncay lima tombak keluar kalangan, untuk
kesekian kalinya dia berhasil meloloskan diri dari serangan
musuh- "Siapa yang mengajarkan ilmu jari ini kepadamu?"
Tegurnya dengan alis berkerut "apakahi Kun Thian Jien
Sian?" Pamuda itu tertawa seram.
"Aka mengira kau betul betu! m?mi!iki ilmu silat yang
maka sakti, Hmmm tak tahunya cuma seorang prajurit
tanpa nama dari partai Kun Iun ..."
Mendadak sir mukanya berubah keren, serunya :
"Cuma ilmu jari dari Kiong squwya pun tidak mengerti,
buat apa kau tampil didalam dunia persilatan untuk
menjual kejelekan" siapa itu Dewi Khiem bcrtangan
sembilan atau bcrtangan sepuluh" pun sauw-ya sama sekali
tidak kenal!"
Karena menyaksikan ilmu jari lawan sengat aneh, sakti
dan mirip dengan kepandaian dari Kys Thian Jien Sian.
maka ia ajukan pertanyaan tersebut, siapa tahu pemuda itu
amat sombong hal ini seketika itu juga menimbulkan
kegusarannya. Secara tiba tiba sekilas cahaya merah berkelebat diatas
dahinya, kian lama warnanya kian membara.... Ia
melangkah satu tindak kemuka, lalu tegurnya dengan nada
berat : "Kau adalah putra dari Kiong Thian Bong?"
"Sedikitpun tidak salah, pun sauwya adalah Kiong Ci
Yu" sahut pemuda itu jumawa. "Berani benar kau sebut
nama besar ayahku?"
"Haaah.... haaah...... haaah....... Kiong Thian Bong
adalah manusia macam apa.... tidak sejeriji dalam
pandanganku . . . "
Mendengar ayahnya dihina Kiong Ci Yu meraung gusar,
sepulub jarinya diputar kedepan, laksana sepuluh buah
pedang kecil secara serentak menusuk ketubuh musuh.
Manusia aneh berjubah merah itu mendengus dingin,
menunggu hingga serangan itu hampir mengenaitubuhnyn
mendadak ia berputar kencang, laksana kilat tangan
kanannva bergerak kemuka mencengkeram jalan darah Pit
Sie Hiat dilengan kiri pemuda she Kiong itu.
"Enyah dari sini!" bentaknya, Begitu jalan darah dilengan
kirinya terpegang, Kiong Ci Yu meratasan separuh
badannya jadi kaku, tanpa memiliki daya untuk bertahan
lagi badannya segera dilemparkan enam tombak jauhnya
oleh manusia aneh berjubah merah itu.
"Bluuuum... " Tidak ampun badannya tercebur kedalam
kolam lumpur disisi jalan.
Dua bentakan nyaring tiba tiba kerkumandang memecahkan kesunyion disusul menyambar datangnya dua
desiran angin tajam.
Dengan cepat manusia aneh itu miringkan badan bagian
atas kesamping, lengan kanannya berputar membentuk satu
gerakan bujur dan menyerang dengan jurus Liauw Koan
Seng Gwat atau Memandang Bintang menikmati rembulan.
Weeess....Sreeet... l sebuah kuncir besar mengiringi
sepasaog telapak yong halus dengan cepatnya meluruk
datang. Manusia aneh itupun putar sepasang telapaknya
menyambut datangnya ancaman lawan.
Bruuuk.. walaupun berada dalam keadaan tidak siap,
namun dalam bentrokan barusan manusia eneh it dapat
menilai sampai dimanakah taraf tenaga kepandaian yang
dimiliki gadis ini.
Badannya segera bekelebat menyingkir kesamping,
namun dara itu tak mau kasih kesempatan baginya sambil
membentak kuncinya kembali dikebaskan keluar. Manusia
aneh berjubah merah itu terus mundur kebelakang. Suatu
saat tiba tiba ia kabulkan ujung jubahnya kearah depan,
gumpalan angin serangan yang maha dahsyat. segera
menggulung kedepan.
Nona berbaju hijau itu mendengus dingin badannya
merandek lalu berjongkok dan melitik keatas. Bagaikan
seekor ikan belut yang berkelejitan diatas lumpur. dengan
manis ia berhasil menerobos angin serangan tersebut.
Kejadian yang sangat aneh ini segera membuat manusia
aneh itu berdiri tertegun sebelum ingatan kedua berkelebat
lengan baju bagian dadanya sudah kena dicengkeram
lawan. la mendengus, sepasang telapak diputar kencang lalu
mengayun kemuka membabat persendian lawan.
Gadis itu membentak nyaring, sepasang telapak balas
berputar pula kearah yang berlawanan, seketika itu juga
muncul segulung angin berputar yang mencoba inembanting tubuh lawan kedalam lumpur.
Manusia aneh berjubah merah itu tidak mengira kalau
sepasang telapak lawan bisa menghasilkan tenaga putaran
yang begitu aneh, badannya tak sanggup berdiri tegak
seketika itu juga dia terjengkang keatas tanah.
Tampaknya ia akan segera tercebur pula kedalam
lumpur, mendadak sepasang lengan
dikemas kesamping badannya meluncur kembali lima
depa ketengah udara, setelah berputar satu lingkaran
dengan tenang dan selamat badannya melayang turun dua
tombak dari tempat semula:
"Apakah kau putrinya Kiong Thian Bong sibintang
kejura?" Tegurnya kemudian dengan wajah penuh diliputi
rata kaget. Sementara itu gadis tadipun merasa kaget bercampur
tercengang melihat kegesitan orang pikirnya didalam hati:
"Seja kapan partai Kun lun rnuncul seorang jago sakti
semacam ini" ternyata ilmu meringankan tubuh memotong
angkasa berputar kayun dari pertai tersebut berhasil dilatih
hingga sedemikian sempurna
Saking tercengangnya, hingga untuk bsberapa saat
lamannya ia lupa untuk menjawab pertanyaan orang,
"Hmmmn...!" terdengar orang aneh itu mendengus.
"Bukankah Kepandaian silatmu itu sjssan dari Ouw-yang
Gong?" "Siapa kau ?" bentak sang dara dengan vvajah berubah
hebat. "Siapakah aku lebih baik kau tak usah tahu!"
"Kurang ajar jawab dulu pertanyaan yang kuajukan
tadi!" dengar gusar gadis itu pentang kelima jarinya dan
menubruk kembali kemuka.
"Budak ingusan yang tak tahu diri"
Dengan hati dongkol simanusia aneh moju menyongsong kedatangan lawan, kelihatannya suatu
pertarungan sengit segera akan berlangsung lagi.
Sebelum pertarungan itu meletus, mendadak gadis kedua
yang berada diatas kudanya loncat turun dan melayang
ketengah kalangan, kepada rekannya dia berseru:
"Yan Yan, kau bukan tandingannya" kemudian sambil
menjura dia menambahkan "Tolong tanya siapakah nama
besar cianpwee"
Sikap yang manis dari gadis kedua ini melunakkan pula
wajah manusia aneh berjubah merah itu
"Kau datong bersama sama dia, tentu kalian kenal bukan
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan diri Ouw-yang Gong?".
"Dia orang tua adalah snhu kami"
"Cia Cia, buat apa banyak bicara dengan bajingan itu! "
hardik Kiong Ci Y u dari samping dengan wajah penuh
kegusaran. Dengan badan berlepotan lumpur ia melangkah
mendekat bentaknya lagi penuh kebencian. "Kalau kau
punya nyali teriamalah sembilan jurus ilmu jari bintang
kejoraku!"
".Heeeh...... heeeeh...... heeeh..... dengan andalkan
bakatmu yoag bobrok semacam itu, lebih baik berlatihlah
sepuluh tahun lagi sebelum menghadapi diriku" serentetan
cahaya aneh berkelebat dalam wajahnya, lalu ia
menyambung: "Tidak lama kemudian akan kucari orang tuamu Kiong
Thian Bong, dendam ini hari biarlah kuperhitungkan
sekalian" Ucapan ini membuat Kioog Ci Yu melengak, namun
dengan cepat ia tertawa seram:
"Setiap saat pun sauwya akan menantikan kehadiranmu
dalam perkampungan".
"Keparat cilik kalau kau punya nyali ayoh sebutkan
namamu!" Manusla aneh berjubah merah itu sama kali tidak
menggubris ucapnn orang, perlahan2 dia alihkan pandangannya kearah gadis Cia Cia yang sedang
mengawasi dirinya dengan wajah gelisah, seakan akan dara
itu kuatir bila dia turun tangan keji terhadap pemuda
tersebut. Dia melengak, diikuti sinar matanya membentur dengan
eebilah golok lengkung berwarna perak yang menyoren
diatas punggungnya, seketika serentetan cahaya aneh
berkelebat aalam pandangannya...... "Kau adalah keturunan
dari sigolok perontok rembulan Ke Hong?" . Tegurnya,
"Benar Ke Hoog sigo!ok perontok rembulan adalah
ayahku " sebut dara itu mengangguk.
"Apakah cicnowee datang dari perbatasan?"
Bslum sempat orang itn menjswab, dua rentetan desiran
angin tajam telah menyerang datang mengancam
punggungnya. Dia sama sekali tidak memperdulikan datangnya
ancaman, begitu merasa desir angin sudah berada
dibelakang punggungnya ia baru balik telapak tangan
kebelakang, kepada Ciong Yan Yan serunya :
"Inilah mutiara milikmu sendiri, nah ambilah kembali".
Sebutir mutiara yang kecil segera meluncur keluar dari
telapaknya melayang kearah Kiong Yan Yan.
Dalam pada itu serangan pit dari Kiong Ci Yu yang
melancarkan bokongan di belakang telah tiba.
Seketika itu juga air muka dara tersebut berubah hebat,
jeritnya : "Koko...... "
Sebelum ia sempat mengutarakan kata2nyai, kedua
batang senjata poan koan pit ditangan pemuda the Kiog itu
sudah mendekati titik diatas punggung manusia aneh
berjubah merah itu.
"Keparat, modar kau... " jerit Kiong Ci Y u sambil
tertawa seram. Belum habis dia tertawa, mendadak orang an.eh itu putar
badan sambil mencengkeram kebelakang.
Melihat serangan barusan itu air muka kiong Ci Ya
berubah hebat, tangan kanannya segera bergetar coba
meoarik kembali
Sayang dia kalah cepat dari pada lawan tahu2 seutas
rantai perak telah mencengkeram sepasang senjatanyaa
hinggs tak berkutik.
"Selama hidup aku paling benci terhadap manusia
kurcaci yang suka main bokoog"
Creet.... sekilas cahaya tajam berkelebat lewat, terdengar
Kiong Ci Yu menjerit ngeri, lengan kanannya seketika
terpapas putus oleh senjata kapak lawan dan darah segar
muncrat keempat penjuru.
Kiocg Yan Yan meojarit keras, badonnya segera
menubruk kedepan.
Manusia aneh berjubah merah itu tidak mau melayani
tubrukan orang badannya segera berkelejat kesamping
uatuk meloloskan diri.
"Apa permusuhanmu dengan dirinya?" jerit Ke Ciang
Ciang dengan airmata membasahi wajahnva, "Kenapa kau
begitu keji memapas putus sebuah lengannya hingga dia
jadi caead seumur hidup?"
"Berapa kali aku sudah memberi ampun kepadanya
namun dia berkeras kepala juga untuk mencari kematian
buat diri sendiri hal ini janganlah salahkan kalau aku
berbuat kelewat kejam, sebab kalau aku tidak membinasakan dirinya, dialab yang akan membunuh
diriku. Hmm! tindakanku benar2 boleh dibilang sudah
terlalu sungkan kepadanya. Sedang mengenai dendam
permusuhan, Hmm.... mempunyai ikatan desdam sedalam
lautan dengan kalian. Ini hari pulanglah dengan
memandang diatas wajah Ouw Yang Gong aku tak ingin
ribut lagi dengan kalian Nahi pulanglah dan beri tahu
kepada Ke Hong, dalam lima hari mandatang suruhlah dia
berhati batil".
Ke Cian Cian tertegun, belum sempat dia berpikir lebih
jauh tampaklah Kioag Yan Yen bagaikan kalap telah
menubruk kembali kedepan.
"Kau bunuhlah pula diriku" jeritan sambil menangis.
Manusia aneh berjubah merah itu ayunkan tangan
kanannya kedepan. rabtai perak beserta dua batang senjata
poan koan pit itu segara meluncur kedepan menghadang
jalan pergi dari gadis ske Kiong.
"Janganlah kalian paksa diriku untuk melakukan
pembunuhan lagi" Bentaknya keras keras
Dari sikap Kiong Yan Yan yang kalap, Ke Cian Cianpun
lantas mengira Kiong Ci Yu telah mati terbunuh, maka
sambil meoggigit bibir ia cabut keluar golok lengkungnya
lalu membacok dari sebelah kanan.
Mendengar desiran angin serangan dari arah samping,
manusia aneh berjubab merah itu membentak keras,
sepasang bahunva bergerak tahu tahu ia sudsh berada
dihadapan gadis Cang Ciang sementara tangannya
menyapu keluar.
Ke Cian Cian terperanjat, tanpa berpikir panjang lagi ia
perkencang genggamanya dan membabat kebawah.
Manusia aneh berjubah merah itu mendengus dingin,
kampak kecilnya diputar keacang dan dengan satu gerakan
yang sangat aneh dia ayun keluar.
Gerakan ini cepat laksana kilat, jaraknya pun dekat maka
tanpa ampun lagi....... Criing golok lengkung ditangan
gadis itu terpapas kutung.
Ke Cian Cian tidak mengira kalau kampak kecil Lawan
yang jelek dan tak terpandang itu ternyata begitu tajam,
melibat goloknya kutung, telapak kiri segera dipukulkan
kedepan. Gerakan ini dilancarkan dengan menempuh bahaya dan
sama sekali tidak mempedalikan jiwa sendiri, maka dari itu
dengan telok serangan tadi bersarang didadai manusia aneh
berjubah merah itu.
Plaaak ..... orang aneh itu meraung gusar, ia
melangkah setengah tindak kedepan sikut kanannya
langsung disodok.
Tatkala menyaksikan serangannya sama sekali tidak
berbasil mengapa apakan pihak lawan Ke Cian Cian
kelihatan amat terperanjat terutama
sekali setelah menjumpai sikut musuh telah mengancam jalan darah Hian
Kie Hiat ditubuhnya, ia nampak jauh lebih ketakutan.
Tampaknya sebentar lagi dia bakal mati konyol ditangan
lawan, atau secara tiba tiba orang aneh berjubah merah itu
miringkan sikutnya kebawah, ia cengkeram lengan kanan
gadis itu seraya membentak :
"Ayoh berhenti tidak kau?".
Tangan diayun, tubuh Ke Cian Cian dilemparkan
keudara danterbanting diatas pelana kuda kuda kurang
lebih tiga tombak dari tempat semula.
"Memandang diatas wajahi Ouw yang Gong sekali lagi
kuampuni selembar jiwa kalian" Serunya keren. "Aku harap
kalian segera pulang kerumah dan bawa serta keparat cilik
mustika kalian itu. Kalau tidak dia akan modar tak
ketolongan lagi".
"Dia belum mati?" Tanya Ke Cian Cian melegak sambil
membelalakkan matanya.
"Jalan darahnya telah kutotok, untuk sementara waktu
dia tidak akan modar Ayo cepat gusur orang ini pulang
kerumah!" Ke Cian Cian melegak. akhirnya ia berseru
"Yan Yan, msri kita pergi".
"Hey bangsat, kalau kau punya nyali sebutkan namamu
kepada kami?" Teriak Kiong Yan Yan sambil menggigit
bibir Lima hari kemudian aku pasti akan muncul dalam
perkampungan Tay-Bie San Cung untuk mencari Ke Hong,
sampai waktunya kau akan tahu sendiri siapakah diriku".
"Hmmm.... sungguh memalukan kau memiliki
kepandaian silat yang sangat lihay, ternyata takut menyebut
nama sendiripun tak berani rupanya kau adalah sebangsa
manusia kercaci yang sukanya bermain sembunyi. Cisss ..
msnyebalkan".
Ucapan ini membuat orang aneh itu mengerutkan
sepssaeg alis. "Balklah, setelah sampai dirumah katakan bahwa
keturunan dari Pek Tiang Hong pedang penghancur sang
surya, Pek In Hoei dalam beberapa hari kemudian akan
berkunjung keperkampungas kalian untuk minta seberapa
petunjuk dari Ke Hong siGolok perontok rembulan serta
Kiong Thian Bong jari Bintaog kejora".
"Apa " jadi kau adatab Leng-Hiat Kiam Khek sijago
pedang berdarah dingin Pek in Hoei".. Seru Ke Cian Cian
serta Kiong Yan Yan hampir berbareag dengan wajah
terperanjat, matanya terbelalak lebat.
Rupanya Pak in Hoei sendiripun merasa tercengang atas
julukan itu, dengan alis berkerut pikirnya dalam hati :
"Ini hari aku baru pertama kali turun daii gunung,
kenapa mereka sebut aku sebagai jago pedang berdarah
dingin" apakah mereka tidak aalah lihat?"
Sementara itu terdengar Kiong Yan Yan mendengus
dingin. Sijago pedang berdarah dingin Pek In Hoei adaleh
seorang pemuda perlente yang gagah, dia tidak mirip
dirimu yang compang camping macam pengemis budukan"
jsngeknya. "Haah .... haaaah . . . haaaah..... sungguh tak kunyana
aku Pek In Hoei telah dituduh orang sebagai manusia gagoh
tatkala untuk pertama kalinya turun dari gunung, peristiwa
aneh yang terdapat dikolong langit benar benar tak
terhingga banyaknya"
rambutnya yang kusut bergetar keras, tiba tiba nada
suaranya berubah jadi sangat dingin, sambungnya :
Perduli aku adalah sijago pedang berdarah dingin Pek In
Hoei yang tulen atasi bukan, dalam lima hari mendatang
diperkampungan Tay Bie San cung pasti akan terlihat ilmu
pedang penghancur sang surya deri partai Tiam Cong
menunjukkan kesaktiannya".
Sinar mata berkilat, perlahan lahan gantungkan kampak
baja itu keatas pinggang, kemudian sambil melepaskan
bungkusan. panjang dari pungungnya ia berguman seorang
diri: "Sekarang juga akan kusuruh kailan saksikan kehebatan
dari pedaog sakti Penghancur Sang Surya, agar kalian bisa
bedakan mana yang tulen dan mana yan gadungan......"
Bersama dengan selesainya ucapan tersebut serentetan
suara desiran tajam yang amat memekikkan telinga
berkumandang membelah angkasa disusul berkelebatan
serentetan cahaya merah yang menyilaukan
mata memenuhi seluruh jagad.
Mendadak Pek In Hoei menggetarkan tangannya .....
Criiing l bagaikan pe kikan naga yang membelah angkasa,
sarung pedang itu meluncur keangkasa msnciptakan sekilas
cahaya yang amat tajam.
Cahaya tajam tadi berkilauan diudara berputar dua kali
diangkasa kemudian meluncur kearah Barat Laut dengan
menciptakan serentetan bekas cahaya yang amat tajam,
dalam sekejap mata bersama tubuhnya lenyap tak berbekas
Dengan termangu-mangu Ke Cian Cian memandangi
angkasa, lama sekali dia baru menghembuskan napas
panjang. "Ilmu pedang penghancur saag surya..... ilmu pedang
penghancur sang surya..." gumamnya.
"Aaaaah, ilmu pedang Itu merupakan ilmu pedang
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbang yaag merupakan bersatunya senjata serta batin!"
bisik Kiong Yan Yan pula dtengah napas bergidik.
"Yan Yan cepat pulang dan laporkan kejadian ini kepada
ayahmu, seandainya Pek In Hoei benar benar datang
ayahku pasti bukan tandingannya"
"Percuma meskipun Susiok hadir pula disitu, belum
tantu mereka adalah tandingannya
Ke Cian Cian termenung daa berpikir sebentar, akhirnya
dia berkata: "Aku akan pulang kerumah mencari suhu, mungkin dia
kenal dengan manusia yang bernama Pek In Hoei,
sedangkan kau berangkatlah kegunung Gobie dan
undanglah in Coen Liong sipedang naga datang membantu,
ilmu pedang Kun Lun pay juga dipelajarinya mungkin
dapat digunakan untuk menandingi ilmu pedang penghancur sang surya ari partai Tiam cong.
"Sekarang hanya inilah satunya2 jalan yang bisa kita
tempuh . gadis she Kiong ini menghela napas panjang lalu
sambungnya. Semuanya ini engkohkulah yang bikin gara2,
mengapa dia ajak kita bertanding lari kuda sehingga
menimbulkan bencana besar yang memusingkan kepala
ini". "Aaaai.....
bagaimanapun juga, antara sipedang penghancur sang surya dengan kita memang terikat dendam
sakit hati, akhirnya dia akan berhasil juga menemukan kita,
rupanya setelah hilang dua tahun badai pertumpahan darah
akan melanda kita lagi.
Klong Yan Yan tidak banyak bicara lagi; dia bopong
tubub Kiong Ci Yu dan loncat naik keatas kuda.
"Enci Cian, mari kita berangkat" serurya.
Tanpa menuggu kawannya lagi ia larikan kudanya segera
msninggalkan tempat itu.
Tengah hari sudah tiba, sinar sang surya dengan
panasnya yaag menyengat menyinari seluruh kota Seng Tok
Hoe. Pada saat seperti itulah Pek In Hoa sambil membopong
buntalannyaa dengan langkah lebar masuk kcdalam kota.
Rambutnya kusut lagi kacau, jenggotnya menutupi
seluruh janggut dan ditambah pula jubahnya yang merah
dan penuh noda lumpur, menambah keseraman serta
kedengkilannya.
Banyak penduduk kota yang melirik kearahnya dengan
sinsr mata mengejek, sebentar mereka melirik kearah
sepatunya yang kotor oleh lumpur, kemudian memandang
jubah merahnya yang dekil dan akhirnya melirik rambutnya
yang kusut juga kator .
Jelas. dalam kota tersebut belum pernah dijumpai
manusia aneh semacam ini maka semua orang memandang
kerahnya dengan sinar mata tercengang, kendati begitu tak,
seorangpun berani menertertawakannyaa.
Sebaliknya Pek In Hoei sendiri sama sekali tidak
menggubris tingkah laku orang, ia meneruskan langkahnya
taapa menoleh kekiri kanan.
Ketika tiba tiba dipintu kota dan menyaksikan pintu
gerbaag yang hancur berantakan, pemuda she Pek ini
menghela napas panjang.
"Aaai....... kota kuno ini mengapa bisa hancur
berantakan jadi begini" sampai2 pintu gerbangpun tak
terawat. Propinsi ini terkenal dengantanahnya yang kaya.
kenapa uang untuk ganti pintu gerbangpun tak punya ... "
gumamnya seorang diri.
Jelas para pembesar tidak ada yang menaruh perhatian
sampai kesitu, setiap hari kerja mereka melulu berpesta pora
belaka Dalam pada itu terdengar suara tambur yang ramai
diiringi detak kaki kuda berkumandang dari belakang,
diikuti para penduduk yang ada disekitar sana sama2
menyingkir kesamping.
Seorang perwira muda yang berpakaian perang warna
merah dengan menunggang seekor kuda putih yang gagah
per!ahan2 jalan mendekat, dibelakangnya mengikuti
prajurit bersenjata tombak.
Dan pada barisan yang paling belalang merupakan
empat buah tandu yang digotong orang.
Dengan termangu-mangu Pek Io Hoei berdiri ditepi
pintu kota, dijumpainya tandu tandu itu bergerak cepat
melewati hadapannva, tandu itu mewah semua, para kuli
tandupun memakai baju seragam yang bersih dan
gemerlapan, Tiba tiba..... dari balik tandu keempat berkumandang
keluar suara tertawa yang amat merdu diikuti seseorang
berseru: ".Nona, coba lihat simanusia aneh berjubah merah yang
berdiri ditepi pintu kota sungguh dekil sekali"
Ucapan ini menyinggung perasaan Pek In Hoei, alisnya
kontan berkerut, dengan sinar mata tajam ia awasi tandu
tadi dimana secara lapat2 terlihatlah seorang nona
berkepang dua dengan dandanan seorang dayang sedang
memandang kearahnya sambil tertawa.
Dia tahu keadaan dirinya yang dekil lagi ku>ut telab
menggelikan hati orang, maka ejekan tadi dia tidak ambil
perduli. Ketika itulah dari balik tandu ketiga berkumandang
suara teguran yang lembut
lagi merdu : "Coei-jie, jangan menertawakan orang! kau lihat pintu
kota kita, bukankah kotor lagi kusut hal itu bukanlah
disebabkan pemerintah tak punya uang untuk memperbaiki
belaka, hal itu bukanlah satu hal yang patut dimalukan.
Nah, lain kali janganlah kau menghina orang, kita harus
kasihan terhadap keadaan orang yang rudin."
"Siapa dia ?" pikir Pek In Hoei didalam hati dengan hati
bergetar keras, "Begitu merdu suaranya lagi pula simpatik
sekali "sungguh sukar ditemui orang kaya yang berhati mulia
seperti dia...."
Mendadak kain horden tersingkap dan dari balik tandu
ketiga itu muncul sebuah tangan yaag halus, putih dan
menarik hati. Tongan yaag putih halus itu diayun ke muka dan
sekeping uang perak segera meluncur keluar dari
genggamannya menggelinding kehadapan kaki Pek in Hoei.
Dari balik kain korden tadi, sekilas pandang Pek Io Hoei
dapat menemui selembar wajah yang cantik jelita, alisnya
yang indah, biji matanya yang bening hidungnya yang
mancung bibirnya yang kecil mungil dan berwarna merab
membara merupakao suatu perpaduan yang sangat
mempersonakan hati.
Seketika itu juga pemuda kita tertegun, dengan
pandangan termangu-mangu ia awasi gadis cantik itu
dengan mata terbelalak mulut melongo...... Ouwww, benar
benar seorang bidadari yang baru turun dari kahyangan.
Rupanya gadis itu sendiripun belum pernah menjumpai
tampang ketolol-tololan macam Pek In Hoei, tak tertahan
lagi ia tertawa cekikikan hingga kelihatan sebaris giginya
yang putih bersih, ia turunkan kembali kain hordennya dan
menggunakan tangan menutupi bibirnya yang mungil
Senyuman ini semakin mempersonakan hati pendekar
muda itu, ia rasakan sukmanya seolah olah sudah terlepas
dari raganya, dengan termongu mangu diikutinya tandu
tadi dari belakang.
"Hmmmm.... ada katak buduk sedang merindukan
bulan" tiba tiba terdengar dayang Coei Jie yang ada ditandu
keempat mengejek sambil mendengus sinis. Lebih baik
cepat cepat pungut kepingan uang perak diatas tanah itu
untuk beli baju, buat apa berdiri termangu-mangu macam
orarg goblok disitu"
Pek In Hoei tersadar kembali dari lamunannya, ia sama
sekali tidak memperdulikan ucapan dayang itu sebaliknya
memandang tandu yang semakin menjauh tadi dengan
termangu mangu.
Menanti iring iringan tandu tersebut sudah lenyap dibalik
tikungan tembok kota, Pek In Hoei baru menghembuskan
napas panjang dan memungut uang perak tersebut.
Sekarang dia baru merasakan betapa banyak orang yang
sedang menengok kearahnya, merah jengah selembar
wajahnya, sambil tertawa jengah buru2 ia masuk kedalam
kota Sepanjang perjalanannya, bayangan gadis cantik itu
terbayang terus dalam benaknya, pikirnya didaiam hati:
Sungguh tak kusangka dikolong langil ternjata terdapat
gadis yang demikian cantiknya sehingga menyilaukan mata
setiap orang yang memandangi .. ."
Menengok sekejap kearah kepingan uang perak yang ada
ditangan, seo!ab2 dia merasakan betapa jari tangannya
membelai tangan gadis yang halus dan lembut.
Dengan pikiran yang kalut membayangkan kecantikan
wajah gadis yang baru di ditemuinya, Pek In Hoei
melangkah kedalam kota tenpa arah tujuan yang pasti,
menanti dia angkat kepalanya tahu2 tubuhnya telah berdiri
didepan sebuah rumah makan, segera pikirnya :
"Kenapa aku tidak pesan kamar dirumah penginapan ini
untuk mandi dan bertukar pakaian lebih dulu" Aaaaah,
lebih baik kucari tahu lebih dulu tandu itu berasal dari
keluarga mana"
Dengan langkah lebar ia berjalan masuk kedalam rumah
penginapan "Feng An" yang terletak disebelah kanan,
kepada ssorang pelayan serunya :
"Hey pelayan cepat kemari!".
Dari dalam pengirapsn muncul seorang Pelayan jang masih
picingkan matanya karena mengantuk, ketika menyaksikan
keadaan Pek In Hoei ia kelihatan tertegun, kemedian
teriaknya : "Heu, mau apa kau darang kesini" jangan kau anggap
tempat ini tempat yang cocok untuk mengemis, ayoh enyah
dari sini sebelum pantatmu kugebuk"
"Kurang ajar, bajingan bermata anjing". Kontan Pek In
Hoei naik pitam, telapaknya menghajar permukaan meja
hingga berbekas sebuah telapak tangan sedalam tiga coen.
"Pentang mata bangsatmu lebar2, ccba tengok siapakah
aku" apakah tampangku adalah tampang orang kere"
Bangsat sialan".
Menyaksikan kelihayan orang, pelayan itu jadi kaget dan
ketakuan.sambil menahan badan yang gemetar keras ia
berjongkok kebawah dan berteriak minta ampun.
"Pelayan anjing bermata bangsat" Teriak pemuda she Pek
itu kembali sambil meugeluarkan sekeping uang emas dan
dibanting keatas meja "Pentang mata anjingmu dan libat
benda apakah yang ada dimeja itu! sialan, ayo cepat
siapkan sebuah kamar yang terbaik untukku, kemudian
siapkan air panas untuk cuci muka, sayur dan nasi yang
paling lezat untuk makan, ahli pangkas kenamaan untuk
membersihkan rambutku dan belikan dua stel pakaian
dalam, dua stel jubab luar berwarna perak"
Ia merandek sejenak, kemudian dengan traia me'o'.o:
tambahnya: "Disamping itu siapkan pula seekor kuda putih yang bagus,
Ehmmm berapa jumlah uangnya semua?".
Pelayan itu berdiri menjublak sambil berkemak kemik,
matanya mendelong sepert orang tidak percaya, seraya
mienelan air liur lehernya terputua putus:
"Toa.... toaya....... kurang ..... kurang lebih membutuhkan!
lima tabil perak".
Dengan jarinya Pek In Hoei menjepit uang emas yang ada
dimeja hingga tergunting kurang lebih tiga tahil, lalu
ujarnya lagi: "Aku mau menanyakan satu persoalan kepadamu, kau
tentu melihat iring Iringan tandu yang barusan lewat
didepan sana bukan" cepat betitahu kepalaku mereka
berasal dari keluarga mana" Hmmm disini semuanya ada
tiga tahil uang emas, cukup tidak untuk semua biaya
belanja". "Cukup ... cukup... bahkan masih ada sisanya".
"Bagus, segera lakukan perintahku dan sisanya boleh kau
terima sebagai persenan, ayoh cepat pergi, tak usah
berterima kasih lagi".
Betapa gembiranya hati sipelayan itu, dengan wajah berseri
seri ia ambil uang tadi: tadi dan segera perasiapkan kamar
serta barang keperluan dari Pek In Hoei.
Sang surya telah condong kebarat menandakan sore hari
telah menjelang tiba, waktu itu sang pelayan sedang
menghitung uang masuk diluar dugaan yang diperolehnya
hari Itu, mendadak terdengar suara langkah manusia
berkumandang datang
Dengan cepat dia angkat kepala, tampaklah seorang
pemuda ganteng berjubah warna putih keperak perakan
dengan ikat kepala berwarna perak dan menyoren sebilah
pedang berwarna merah perlahan lahan berjalan keluar dari
dalam. Wajah orang itu ssngat tampan, wajahnya putih dengan
bibir yang indah, hidungnya mancung tingkah lakunya
sopan dan penuh semangat.
Dengan mata terbelalak sang pelayan memperhatikan
pemuda itu beberapa saat lama, lama sekali dia memandang
... tiba tiba teringat olehnya bahwa jubah berwarna putih
keperak perakan adalah dia yang barusan
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pergi membelinya, segera satu ingatan berkelebat dalam
benaknya. "Siangkong, apakah kau adalah toaya yang tadi?"
tanyanya kemudian dengan suara tergagap.
Pek In Hoei tersenyum. "Kenapa kau sudah tidak kenali
diriku lagi?" setelah merandek sejenak tambahnya:
"Bagaimana dengan urusan yang kuperintahkan kepadamu
untuk diselidiki?"
"Siangkong, keadaan sekarang betul betul jauh berbeda
dengan keadaan tadi, kau seolah olah baru saja berganti
kulit" "waaaah.... ganteng dan mempesonakan puji pelayan
itu seraya tertawa kikuk, kemudian sambil garuk garuk
kepala terusnya :
"Ooouw.... persoalan yang kau perintahkan kepadaku
telah kulaksanakan dengan baik. Iring iringan tandu tadi
berasal dari Gedung Gubernur propinsi Su Czin sedang
orang yang ada didalam tandu adalah putri kesayangan dari
Gubernur Wie, menurut berita yang teraiar dilratan katanya
n: onya Gubernur sedang menderita sakit yang parah, maka
putrinya sengaja pergi kekuil San Hoa Sie yang terletak di
luar kota untuk mohonkan keselamatanya
"Diminakah letak kuil San Hoa Sie tersebut" kalau aku
mau kesitu harus melewati jalan mana?".
"Siangkong, kalau kau hendak keluar kota naik kuda
maka jalanlah kearah kanan, setelah melewati sebuah
jembatan batu maka akan terlihat sebuah hutan pohon Song
dibalik hutan Song itulah terletak kuil San Hoa Sie ..."
Pek In Hoei mengangguk, tanpa hendak bicara lagi ia
segera keluar dari rumah penginapan itu, dimana sudah
tersedia seekor kuda putih yang tinggi dsn gagah miliknya.
Suara derak kaki kuda bergema diatas jalan batu yang
memanjang keujung kota. kegagahan serta ketampanan
wajah sianak muda ini seketika memancing perhatian
banyak orang, sekarang sinar mata mereka memancarkan
rasa kagum yang tak terhingga
Orangnya cakep kudanya jemplan dan berjalan perlahan
lahan melewati jalan raya yang lebar, dalam sekejap mata
jendela jendela lonceng sama sama dibuka, berpuluh puluh
pasang sinar mata muncul dibalik horden... Namun Pek In
Hoei sama sekali tidak ambil perhatian bahkan matapun tak
melirik sekejap, ia meneruskan perjalanannja keluar dari
kota Tiada bayangan lain yang memenuhi hatinya saat Ini
kecuali bayangan sigadis manis di balik tandu yang telah
menghadiahkan seketip perak kepadanya tengah hari tadi,
hanya gadis cantik semacam itulah yang berkenan dihatinya
sejak dia tahu urusan dan berkelana dalam dunia persilatan
Tanpa terasa ia meraba kepingan uang petak yang ada
dalam sakunya, ia tertawa hambar den pikirnya :
"Entah bagaimana perasaannya tatkala dia menyaksikan
aku mengembalikan kepingan uang perak ini kepadanya"..."
Kemudian ingatan lain berkelebat dalam benaknya, ia
berpikir lebih lanjut :
"Padahal aku sendiripun tidak tahu apa yang harus
kuucapkan terhadap dirinya aku banya ingin berjumpa
sekali lagi dengan wajahnya yacg cantik, sebab aku belum
pernah berjumpa dengan seorang gadis bfgitu menarik,
begitu cantik dan mempesonakan hatiku ..."
Kenangan lama berkelebat didepan matanya. ia teringat
kembali akan pemandangan sewaktu ada digunung Cing
Shia dimana dewi Khiem bertangan sembilao Kim In Eng
bermain khiem dibawah cahaya rembulan, ketika ini dia
merasa gadis she Kim ada1eb gadis tercantik yang pernah
ditemuinya, tapi sekarang dia merasakan betapa jauhnya
perbedaan antara kecantikan wajah Kim In Eng dengan
putri gubernur tersebut ....
"Oooouw, . I hal ini mungkin disebabkan usia Kim
cianpwee yang telah meningkat tua. dia kekurangan daya
tarik yang segar, kekuraegan sifat polos yang lincah dan
kekanak kanakan, lagipula wajahnya selalu murung, selalu
kesal tidak dihiasi Seyuman maka wajahnya kelihatan tidak
secantik nona Wie..."
Sambil memikirkan yang bukan bukan dia meneruskan
perjalanannya kedepan di mana akhirnya ia temui sebuah
jalan kecil yang menyabang dari jalan rasa, secara lapat
lepat terdengar suara aliran air sungai berkumandang
datang dari kejauhan.
Derap kaki kuda kembali menggema memecahkan
kesunyian, mengikuti suara yang berisik otaknya kembali
membayangkan pelbagai persoalan yang memenuhi becak
nya selama ini. ia teringat kembali akan ucapkan Ke Cian
Cian tengah hati tadi dimana ia disebut sebagai Leng Hiat
Khek atau si jago pedang berdarah dingin dengao alis
berkerut pikirnya : Entah siapa yang teleh menyaru dan
menggunakan namaku, entah perbuatan apa pula yang
telah dilakukan sehingga nama ku memperoleh sebuah gelar
sejelek itu Hmmmm ... jago pedang berdarah dingin, siapa
yang tahu aku sijtgo pedang berdarah dingin karena ingin
berjumpa dengan seorang gadis cantik sengaja telah
melakukan perjalanan jauh untuk datang kemari benarkah
aku berdarah dingin ".
Maka diapun lantas teringat pula akan persoalan Cia
Ceng Gak sipedang sakti dari parta! Tiam Cong yang
pernah dikisahkan Kim In Eng kepadanya tempo dulu,
ketika itu Cia Ceng Gak pun mempunyai gelar yang
bernama Thiat Sek Lang Koen, sipemuda ganteng berhati
batu. Mundadak hatinya bergidik, pikirnya :
"Tujuanku turun gunung kali ini adalah menyelidiki apa
sebabhnya dari sembilan partai sama sama keracunan dan
masuk kedalam gua tersebut pada masa yang lampau.
Sungguh aneh sekali, mengapa mereka tinggalksn segenap
kepandaian silat yang dimilikinya namun tidak menceritakan peristiwa yang sebenarnya telah terjadi"
Aaaaeh... sungguh membuat orang jadi bingung dan tidak
habis mengerti."
Ia tarik napas panjang panjang lalu pikirnya lebih jauh:
"Aku tak bisa menghalangi rencanaku untuk membalas
dendam hanya disebabkan urutan seorang gadis cantik
seperti itu dua hari kemudian aku harus berangkat
keperkampungsn Tay Bie San cung untuk menemui sigolok
perontok rembulan, di samping itu jenasah ayahku hingga
kin! belum berhasil ketemukan, rupanya sidewi khiem
bertangan sembilan Kim In Eng telah menguburnja aku
harus temu dirinya!".
Teeeeng...! suara genta bergema lantang ditengah udara
menembusi hutan pohon Song yang lebat. Ditengah
dentuman suara genta, perlahan2 Pei. In Hoei menyebrangi
jembatan batu dan masuk kedalam hutan Pohon Song.
Angin terhembus sepoi sepoi menggoyangkan ranting dan
dedaunan dalam suasana yang hening dan sunyi hanya
kedengaran derap kaki kuda bergerak diatas jalan
beralaskan batu gunung. Selang beberepa saat kemudian
dari kejauhan terlihatlah aebuah bangunan kuil yanog
megah berdiri mentereng dari balik pepohonan, tembok
yang merah dan tinggi menambah keagungan ditengah
hutan tersebut.
Setelah melewati hutan maka terbentanglah sebuah
kebun bunga yang sangat indah rupanya Pek In Hoei tidak
mengira kalau dibelakang hutan tong disisi kuil itu terdapat
kebun yang begitu indah. ia tertegun dan berdiri melengak.
Akhirnya dia menyaksikan seorang dayang berkepang
dua yang memakai baju warna hijau sedang mengejar
kupu2 dalam kebun tadi.
Gerak gerik dayang itu sangat lincah dan enteng, kesana
kemari dia kejar knpu2 tadi, namun tak seekor pun berhasil
didapatkan. Setelah berputar kesana kemari, akhirnya dayang tadi
mengejar kupu kupu itu hingga kedepan kuda pemuda kita,
dia kelibatan terperanjat dan segera berdiri merandek.
Dengan wajah herubah dan sinar mata tercengang ia
awasi wajah Pek In Hoei, lama sekali tak mengucapkan
sepatah katapun jua.
Menyaksikan keadaan orang, Pek Ia Hoei tertawa
hambar. "Nona cilik. apakah kau tinggal disini?" tegurnya.
Merah jengah selembar wajah dayang berbaju hijau itu,
dia mundur dua jangkah kebelakang lalu geleng kepala.
Sekilas pandang Pek In Hoei segera kenali dayang ini
sebagai Coei Jie yang telah mengejek dia sewaktu ada
dipintu kota tadi, sekali lagi dia tertawa hambar.
"Kalau begitu kau tinggal didalam kota?"
Dengan wajah berubah menjadi merah padam, Coei jie
mengangguk. Pek In Hoei tersenyum, biji matanya berputar beberapa
kali, mendadak sambil tertawa tegurnya:
"Bukankah kau bernama Coei jie?".
"Darimana kau bisa tahu?" dengan rada kaget dan mata
yang terbelalak lebar dayang itu berseru.
"Haaaah... haaaah... bukan begitu saja, bahkan akupun
tahu kalau nonamu sedang bersembahyang dalam kuil ini,
benar kan?"
))oo-dw-oo(( JILID 8 DENGAN SINAR mata tercengang Coei-jie mengawasi
pemuda ganteng diatas kuda jempolan berwarna putih itu
lalu ia berseru tertahan.
"Kalau kulihat dari dandananmu, jelas kau bukan
penduduk kota ini, tapi kenapa kau bisa tahu"
Pek ln Hoei tersenyum, sebelum dayang itu menyelesaikan kata katanya dia telah menukas sambil
loncat turuti dari kudanya.
"Cayhe memang bukan penduduk kota ini, tetapi......"
Dia merandek, diawasinya wajah Goei jie tajam tajam
kemudian baru menambahkan:
"Darimana pula kau bisa tahu kalau aku. bukan
penduduk kota ini" Coba katakan!"
Sebab belum pernah kutemui manusia macam kau
didalam kota ini"
Habis bicara ia tutupi wajahnya dengan kipas dan segera
berlalu dari situ.
"Coei-jie tunggu sebentar, ada sesuatu benda yang
hendak kuperlihatkap kepadamu..."
Mendengar seruan itu Coei-jie berhenti dan segera
berpaling. "Pernahkah kau jumpai benda seperti ini" " tanya
pemuda kita sambil melangkah, maju kedepan.
Coei-jie lersenyum, sambil putar badan dan menyingkirkan kipasnya dari wajah ia bertanya :
Benda apa sih yang hendak kau perlihatkan kepadaku"
Apakah...." "
Mendadak matanya terasa jadi silau, dengan sinar mata
penuh rasa kaget dan tercengang ia awasi tangan Pek In
Hoei dengan wajah termangu mangu, lama sekali tak
sanggup meneruskan kata katanya.
"Pernahkah kau saksikan perhiasan MaNau yang begini
indah" Rupanya benda yang beraba ditangan Pek In Hoei saat
ini adalah sebuah perhiasan Manau yang berbentuk jadi
buah to, diatas buah to tadi terdapat dua lembar daun yang
hijau, buah to itu berwarna merah saga dan kelihatan
seakan akan merupakan benda sungguhan.
Coei-jie membelalakkan matanya lebar2.
"Oooouw... belum pernah kujumpai perhiasan MaNau
yang begini indah, begitu menarik seperti ini"
"Inginkah kau mendapatkannya" "
"Maksudmu kau hendak....." seru Coei jie tertegun.
Pek In Hoei mengangguk. Aku hendak hadiahkan benda
itu kepa damu Nah, kemarilah dan ambillah benda ini!"
"Aduuuh ... yaaah mama! Kau beoar benar hendak
hadiahkan kepadaku Tetapi dengan cepat dia menggeleng.
"Aku tidak berani menerimanya"
"Eeesi aneh benar kau ini, coba lihat betapa indah dan
menariknya perhiasan Manau ini, kenapa kau tak mau" "
"Sekalipun sangat berharga sekali benda itu namun aku
tidak berani menerimanya" Aku takut nona tahu dan
mendamprat diriku.... "
"Haaah.... haaah.... haaah... soal itu sih kau tak usah
kuatir!" seru Pek In Hoei tersenyum hambar. "Bilamana
nonamu mendamprat, akulah yang akan menanggung."
Dengan sinar mata tercengang Coei-jie mengawasi
wajah Pek In Hoei tajam tajam, Mengapa kau hadiahkan
benda berharga yang tak ternilai harganya itu kepadaku"
Apakah kau..." "
"Haaah... haaah... haaah ... Apakah kau takut aku
berbuat sesuatu yang tidak beres terhadap dirimu" " Dengan
wajah serius tambahnya : "Aku berbuat demikian karena
aku tahu betapa baiknya liangsimmu, bahkan aku pernah
menerima budi kebaikanmu, maka kuhadiahkan perhiasan
ini sebagai tanda terima kasih yang tak terhingga
kepadamu..."
"Apa" Kau pernah menerima budi kebaikanku" " Seru
Coei-jie. melegak, ia tidak habis mengerti duduknya
perkara. "Aku sama sekali tidak kenal dengan dirimu, mana
pernah kulepaskan budi kebaikan kepadamu" Apa kau
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak salah melihat orang" "
Baru saja ia menyelesaikan kata katanya terdengar dari
belakang ada orang memanggil.
Dengan cepat Pek In Hoei alihkan sinar, matanya
kearah suara panggilan tadi, tampak seorang perwira mnda
yang pernah ditemui siang tadi munculkan diri dari balik
kebun bunga. Air muka Coei-jie seketika itu juga berubah setelah
menjumpai kemunculan perwira tersebut, cepat bisiknya:
"Hey, cepat menyingkir Gak kongcu telah datang!" Pek
In Hoei tersenyum. "Cayhe kan bukan pencuri ataupun
pencoleng, kenapa harus takuti dirinya" "
Sementara itu perwira muda tadi telah membentak lagi
dengan wajah keren.
"Coei-jie. nona sudah mencari dirimu kemana mana,
apa yang kau kerjakan disitu" "
Menyaksikan Pek In Hoei sama sekali tidak mau
menyingkir dari situ bahkan memandang kearahnya sambil
tersenyum, Coei jie merasa amat gelisah bercampur cemas
sambil mendepak kakinya keatas tanah buru buru ia putar
badan dan menyahut : "Gak kongcu..."
"Siang Piauw-moay sudah memanggil dirimu berulang
kali namun belum juga kelihatan kau muncul. Hey,
sebenarnya apa yang sedang kau lakukan disini" "
Merah padam selembar wajah Coei-jie,
"Aku sedang mengejar kupu kupu... "
Belum sampai beberapa langkah dia berlalu, mendadak
dayang itu berhenti lagi seraya berseru:
"Aaaah, mungkin pembicaraan nona dengan Ci 1m Loo
Hong-tiang telah selesai, aku harus segera pergi kesitu ..."
"Tunggu sebentar!" bentak perwira muda itu dengan
wajah keren. Sambil menatap wajah dayang itu tajam tajam serunya:
"Siapakah orang itu" "
"Dia.. dia adalah orang yang tersesat dan bertanya
jalan..." "Heeeh ... heeeeh ... heeeh ... dia adalab orang yang
bertanya jalan jengek sang perwira muda sambil tertawa
dingin... Dengan amat jelas aku dengar dia sedang
menanyakan nama nona kita"
Ia berpaling kearah Pek In Hoei. ditatapnya wajah
pemuda itu dengan sinar mata sinis kemudian tambahnya
ketus : "Setama dua tabun belakangan sudah terlalu banyak
kujumpai manusia manusia hidung bangor yang mendekati
pelayan pelayan keluarga wie hanya untuk alasan
mendekati nona Wie belaka, namun belum pernah
kujumpai manusia kedua yang menyuap dayang orang
dengan barang berharga macam dirimu. Hmmm! Dari sini
dapat kunilai betapa rendah dan bejadnya moralmu cisss...
sungguh memuakkan"
"Hey kawan, janganlah kau memfitnah orang dengan
kata kata seenak udelmu sendiri!" tegur Pek In Hoei dengan
alis berkerut. "Haaaah... haaah... haaah "perwira muda itu segera
tertawa keras "Pelajar rudin yang lemah tak bertenaga
macam kau pun menggantung pedang pura pura berlagak
enghiong. Cuuuh! Keadaanmu benar benar mirip seekor
anjing yang menghiasi ekornya dengan bunga harum.
Hmmm jual lagak murahan!"
"Heeeh... heeeeh... heeeeh kau anggap aku seorang
sastrawan lemah lantas boleh dihina dan dicemoohkan
sekehendak hatinya" Tahukah kau bahwa seorang lelaki
sejati lebih baik dibunuh daripada dihina orang... "
Menyaksikan kegagahan Pek In Hoei di kala sedang
marah rasa dengki dan iri dalam bati perwira muda itu kian
lama bertambah tebal, dengan gemas teriaknya:
"Aku perintahkan kau segera enyah dari sini, kalau tidak
akan kubabat tubuhmu jadi dua bagian
"Jangan! Jangan! Gak kongcu, kau ..." teriak Coei-Jie
dengan hati terperanjat.
"Enyah dari sini dayang sialan, apa yang sedang kau
lakukan disitu" Mau apa kau berdiri terus disana" "
Mimpipun Pek In Hoei tidak mengira kalau dia harus
bentrok dan ribut dengan perwira muda ini banya
disebabkan karena dia ingin bertemu dengan gadis manis
dibalik tandu, terhadap sikap kurang ajar dan tidak pakai
aturan dari pihak lawan ia merasa tersinggung dan
mendongkol. "Hey orang she Gak" ujarnya dengan menahan hawa
marah yang berkobar kobar "Antara diimu dengan aku
sama sekali tidak terikat oleh dendam permusuhan ataupun
sakit haii apapun jua mengapa dalam perjumpaanmu yang
pertama kali dengan diriku, kau lantas punya pikiran uotuk
mencabut jiwaku
" "Bajingan hidung bangor, kalau kau takut modar cepat
cepatlah sipat ekor anjingmu dan enyah dari hutan pohon
song ini, sejak kini bila kau berani memandang sekejap
kearah piauw-moayku lagi, akan kucongkel matamu!"
Sekarang Pek Sn Hoei baru tahu bahwa gadis cantik
dibaiik tandu yang pernah dijumpainya siang tadi bukan
lain adalah adik misan perwira muda ini maka dia segera
tertawa menghina.
"Ooouw ...! Aku kira kenapa saudara marah marah
kepadaku, kiranya kau sedang menaruh cemburu terhadap
diriku. Hmmm Sekalipun piauw-moaymu memiliki wajah
yang tercantik dikolong langit pada dewasa ini, tidak nanti
aku sudi korbankan sepasang mataku hanya untuk
menengok sekejap kearahnya... "
Air muka perwira muda itn kontan berubah hebat,
telapak tangannya diayun kedepan kemudian membabat
kebawah langsung menghajar jalan darah Hiat-cong biat
ditubuh Pek In Hoei
Melihat datangnya ancaman anak muda she Pek segera
kebaskan ujung bajunya dua Jari tangan kirinya menegang
dan langsung membabat urat nadi lawan.
Jurus "Giok-soh-yien-yauw" atau Pohon kumala
bergoyang pinggul yang digunakan perwira muda itu belum
sempat digunakan sampai habis, sekujur tubuhnya tahu
tahu sudah terbungkus dalam kurungan musuh kejadian ini
seketika menggetarkan hatinya, dengan cepat ia mundur
setengah langkah kebelakang dan lintangkan tangannya
melindungi dada.
Pek in Hoei tertawa hambar.
Ilmu Cian-sie-chiu dari partai Go-bie bukan termasuk
suatu ilmu silat yang amat sakti, namun terhadap seorang
yang baru saja kau kenal telah menggunakan ilmu serangan
mematikan yang demikian keji, boleh dibilang hatimu betul
betul telengas"
Ia maju selangkah kemuka dan menambahkan:
"Hey bocah keparat, kau adalah anak murid angkatan
keberapa dari partai Gobie" "
Sekilas rasa kaget berkelebat diatas wajah perwira muda
itu, dengan termangu mangu ditatapnya wajah Pek In Hoei
beberapa saat lamanya, kemudian ia baru menyahut:
"Cayhe adalab anak murid angkatan kedua puluh satu
dari partai Go-bie Leng-siang-kiam atau sipedang salju Gak
Heng. Sekarang aku ingin mohon petunjuk mengenai ilmu
pedang dari saudara"
Kembali Pek In Hoei lertawa dingin.
"Heeeh ... heeeh ... heeeh ... ilmu pedang Liuw-im-kiam
boat dari partai Go-bie mengutamakan kemantapan serta
kegagahan, bagi manusia berangasan yang berhati kasar
dan buas macam kau, sekalipun berlatih sepuluh tahun lagi
pun belum tentu bisa berhasil mencapai taraf yang paling
tinggi, aku lihat lebih baik kita tak usah bertanding lagi!
Percuma" Gak Heng meraung gusar, badannya bergeser
dan maju empat langkah kedepan, pedangnya berkelebat
menembusi angkasa, diantara titik titik cahaya tajam ujung
pedangnya mengancam sekujur badan lawan.
Pek In Hoei mendengus dingin, ia berkelebat masuk
kedalam kurungan cahaya pedang lawan, lengan kanannya
berputar kesamping dan langsung membacok iga kiri
perwira tersebut.
Gak Heng buang tubuh bagian atasnya kebelakang,
ujung ujung pedangnya berputar membentuk satu lingkaran
busur kemudian dari samping sekaligus melepaskan tiga
buah babatan berantai, gerakan ringan lincah dan mantap,
sedikitpun tidak membawa keragu raguan.
Melihat kehebatan orang, Pek In Hoei lantas berpikir
didalam hatinya ;
"Sungguh tak kusangka manusia yang gampang marah
dan terlalu tebal rasa curiganya seperti dia ternyata sanggup
melatih ilmu pedang Liauw-im Kiam-heat hingga mencapai
puncak kesempurnaan aaah, pekerjaan ini bukanlah suatu
pekerjaan yang gampang. Rupanya aku sudah terlalu
pandang rendah dirinya"
Kendati otaknya berputar namun gerakan tubuhnya
sama sekali tidak berhenti, lengan
kanan segera dipentangkan lurus kedepan. lima jari dipantangkan
bagaikan cakar dan menyapu menggunakan jurus "Pek in-
yoe-yoe" atau awan putih memenuhi angkasa
Dalam gerakan barusan ia menggunakan lengannya
sebagai pedang, walaupun serangan yang dilancarkan rada
terlambat namun sasarannya tidak lebih duluan dari
lawannya dengan memakai gerakan yang sama serta
ancaman yang sama ia dahului serangan lawan.
Melihat perbuatan tersebut Gak Heng si perwira muda
itu kerutkan dahinya, sekilas rasa terperanjat berkelebat
dalam benaknya cahaya pedang berkilauan, dengan
memaka1 jurus yang tak berbeda ia babat tengkuk musuh.
Dari gerakan tubuh bagian atas lawan yang miring
kesamping ditambah pula getaran ujung pedang yang
mengancam keatas dalam sekali pandang saja Pek In Hoei
lantas bisa menebak maksud hati orang jelas ia hendak
menebas kutung lengannya lebih dahulu kemudian dengan
memakai jurus "in-siauw-boe-san" atau awan hilang kabut
buyar ujung pedangnya akan menusuk ulu batinya hingga ia
mati konyol. Mengingat kekejaman orang, hatinya jadi panas,
makinya didalam hati :
"Bajingan keparat sungguh keji maksud hatimu" Karena
mangkel maka dia pura purs berlagak pilon, ditunggunya
hingga pedang Gak Heng berputar hendak menebas
lengannya saat itu tiba tiba Pek In Hoei unjuk gigi, lengan
kanannya digetarkan dan langsung menghajar punggung
pedang musuh. Plaaaak ... Diiringi suara yang amat nyaring, senjata
pedang ditangan Gak Heng siperwira mude itu terpapas
kutung jadi dua bagian.
Pek In Hoei tidak berhenti sampai disitu saja, ia maju
semakin kedepan pergelangannya berputar dan menyodok
kedalam secara tiba tiba lima jarinya laksana kilat menotok
dada lawan. Ditengah getaran sang telapak yang berpusing, hawa
murni memancar keluar bagaikan bendungan yang bobol,
tidak ampun seluruh tubuh Gak Heng terangkat ketengah
udara dan terlempar beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula. Bruuk... Diiringi suara keras, badannya tidak ampun
lagi mencium tanah.
Kutungan pedang yang berada ditangani Gak Heng pun
mengikuti gerakan terlemparnya sang badan keudara
mencelat keangkasa dan menancap diatas sebuah dahan
pohon Song. Sambil menahan rasa sakit dipantat akibat bantingan itu,
perwira muda tadi tiada hentinya bergumam dengan wajah
kemimik? "Awan Putih memenuhi angkasa... Awan lenyap kabut
buyar... "
"Sedikitpun tidak salah, Im-siauw-boe-san jurus yang
barusan kau gunakan" sambung Pek In Hoei dingin.
Gak Heng meraung keras, ia muntah darah segar dan
roboh menggeletak di tanah.
Sebagai murid terakhir dari Tay Hong siangjien itu
ciangbunjien dari partai Go-bie dia amat disayang dan
dimanja oleh gurunya, iimu pedang Go-bie Kiam-hoat yang
dikuasainya merupakan jago paling lihay dalam murid
angkatan kedua.
Siapa sangka sekarang dia harus menelan pil pahit
ditangan seorang pelajar rudin dengan menggunakan jurus
yang sama dari ilmu pedang Liauw im Kiam-hoat yang
dikuasainya, tidak mengherankan kalau dia muntah darah
saking kesal dan dongkolnya.
Dalam pada itu terdengar Pek In Hoei telah berkata lagi
dengan wajah serius :
"Pantangan yang paling besar bagi orang yang belajar
ilmu pedang adalah sombong tinggi hati dan terlalu
pandang enteng musuhnya kalau kau tak dapat mendalami
inti sari dari pelajaran silat tersebut, maka sebagai
akibatnya..."
Belum selesai dia berkata mendadak terdengar suara
raungan yang rendah tapi berat dan sangat memekikan
telinga berkumandang datang, membuat sianak muda itu
diam diam kaget dan merasakan kepalanya pening.
Alisnya kontan berkerut, mendadak matanya berkilat
terlihatlah serentetan cahaya bianglala yang pendek laksana
kilat meluncur datang kearah tubuhnya.
Terasalah hawa pedang dingin bagaikan salju, begitu
dingin hingga merasuk ke tulang sumsum, hawa pedang
menekan dan menggencet dadanya,
Pek 1n Hoei menggeram rendah, badannya mencelat
keangkasa sambil meloloskan pedangnya.
Sekilas cahaya merah yang sangat menyilaukan seketika
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membumbung keangkasa, bersamaan dengan munculnya
segumpal hawa pedang, ancaman cahaya bianglala jadi
seketika lenyap tak berbekas.
Criiiing...! diirirgi suara bentrokan nyaring sebilah
pedang pendek rontok keatas tanah dalam keadaan
terkutung tiga bagian, diikuti munculnya seorang hweesio
tua berjenggot putih dari balik poLon Song.
Sekilas rasa kaget dan tercengang berkelebat diatas
wajah Pek In Hoei, kemudian dengan wajah keren dan
ditatapnya hweesio tua itu tajam tajam.
"Omitohud!"
terlihatlah hweesio itu merangkap tangannya kedepan dada untuk memberi hormat. "Loolap
adalah Ci In. Tolong apakah siauw-sicu adalah Kiam Leng
koen tampan berpandangan sakti amat tersohor dalam
dunia persilatan."
Pek In Hoei tidak menjawab pertanyaan orang,
perlahan-lahan ia angkat kakinya yang telah meninggalkan
dua bekas dalam diatas permukaan tanah, lalu pujinya :
"Hweesio tua, sungguh hebat ilmu pedang Tatmo Kiam-
hoat dari partai Sauw-lim yang kau miliki"
"Pedang Poo-kiam milik siuaw-sicu pun luar biasa
tajamnya!" balas Ci In Tootiang dengan wajah jengah.
"Perlahan-lahan sinar mata berkisar keatas pedang sakti
penghancur sang surya yang tergantung dipinggang sianak
muda itu, alisnya terkerut kencang seolah-olah sedang
memikirkan sesuatu.
Pek In Hoei tertawa hambar.
"Hey hweesio tua, ujung bajumu hampir kutung..."
CI In Hong-tiaag tersentak kaget dan segera angkat
tangan kanannya, kini ia baru temukan bahwasanya ujung
bajunya telah terbabat robek oleh ketajaman pedang lawan,
kini ujung baju itu sedang berkibar tiada hentinya tertiup
angin. Air mukanya kontan berubah hebat, seraya menyapu
sekejap kearah Gak Heng yang meog geletak diatas tanah
serunya : "Siauw sicu, kau datang kemari untuk mengunjungi
Buddba, tidak sepantasnya kalau didepan pintu kuil
mengumbar napsu membunuh dan melukai orang lain ".
"Apa yang kau katakan" aku bukan datang kemari
untuk mengunjungi Buddha, aku tidak mengerti apa yang
kau maksudkan, cayhe datang kesini adalah disebabkan... "
Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, mendadak sinar matanya berhenti bergerak dan memandang terus kearah depan tanpa berkedip barang
sedikitpun jua.
Rupanya dari balik sebuah jalan kecil disisi kebun
muncul seorang gadis yang amat cantik.
Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 17 Ksatria Negeri Salju Karya Sujoko Pendekar Pengejar Nyawa 4
pikirnys da!am hati dengan perasaan kaget. "Sungguh
cerdik pula otaknya, dia punya tulang dan bakat yang bagus
tidak enak kalau dilindungi keselamatan jiwanya"
Karena berpikir begitu, segera tanyanya :
"kenapa kau lindungi keselamatan bajingan cilik yang
berada di belakangmu" dia anak murid partai Tiam-cong . .
. ." "Justru karena dia berasal dari partai Tiam-cong mska
kutolong jiwanya!" lalu dengan wajah serius tegurnya.
"Mengapa kan hendak membasmi habis seluruh anggota
partai Tiam cong?"
"Kapan aku pernah membasmi seluruh anggota partai
Tiam-cong?" Ku Loei balik bertanya dengan nada
melengak. "Hmmmm! tiga puluh tahun berselang ilmu pedangmu
menderita kekalahan total ditangan Cia Ceng Gak, sejak itu
dalam hatimu selalu membenci orang-orang partai Tiam-
cong. Bukankah sekarang kau telah mengutus Ke Hong
beserta tiga puluh orang lebih untuk membinasakan Pek
Tian Hong dsrl Tiam-cong-pay "
"Hmmm! apa yang hendak kau katakan lagi?"
"Apa?" teriak Ku Loei dengan mala melotot. "Sejak
Couwsu mendirikan perguruan Liuw-sah-boen dilaut Seng
Sut Hay selama dua ratus tahun rasanya tidak pernah ada
anggota perguruan kita yang melakukan perbuatan terkuiuk
serendah itu, kau sebagai anak murid perguruan ternyata
berani menghina perguruan ternyata berani menghina
perguruan, merendahkan nama Couwsu, tahukah kau
bahwa kau telah melanggar dosa yang sangat besar?"
"Sudah lama aku bukan anak murid perguruan lagi,
kenapa aku harus terikat oleh peraturan perguruan?".
"Sumoay, benarkah kau tidak sudi kembali kedalam
perguruan" apakah kau sudah melupakan semua pesan dsri
suhu?" Kim In Eng gelengkan kepalanya.
"Keputusanku sudah bulat, sekalipun kau hendak
mengucapkcan kata kata seperti itu tidak nanti aku akai
kembali ke Ssng sut Hay"
Ku Loei meraung gusar, cambanguya pada berdiri semua
bagaikan landak, dengan keadaan yang menyeramkan
bentaknya: "Kim In Eng, aku hendak menggunakan kedudukanku
sebagai toa suhengmu menjatuhkan hukuman kepadamu!"
Kim In Eng tertawa dingin, terhadap tingkah laku Ku
Loei yang sedang diliputi kemarahan ia tidak ambil gubris.
Si Rasul Pembenci Langit Ku Loei makin gusar,
matanya melotot bulat bagaikan kelereng, mendadak ia
angkat tangan kanannya memperlihatkan sebilah pedang
pendek berwarna emas.
"Anak murid angkatan kedelapan dari perguruan Liuw-
sah Boen Kim In Eng harap dengar perintah" serunya
sambil melangkah maju setindak.
Serentetan cabaya aneh memancar keluar dari balik msta
Kim In Eng, ia cuma melirik sekejap kearah pedang emas
itu kemudian tidak ambil gubris, bukan begitu saja, bahkan
ia malah berpaling dan berkata kepada Pek In Hoei :
"Bocah, apakah kau ingin tahu sebab sebab yang
menyebabkan kematian supek cauwmu sipedang sakti dari
partai Tiam-cong, Cia Ceng Gak?"
Pek In Hoei mengangguk.
Aku bersumpah akan membalaskan dendam sakit hati
setiap anggota partai Tiam cong yang mati terbunuh"
Seakan-akan sedang mengisahkan satu Kim In Eng
mulai berkata: "Dengan membawa pedang sakti penghancur sang surya
Cia Ceng Gak terjunkan diri
kedalam dunia persilatan. Waktu itu Ku Losi beserta
murid kedua Cfciu Tiong dan siauw sumoay mereka Kim
In Eng sama-sama berkelana pula dalam dunia kangouw,
dalam waktu singkat Cia Ceng Gak berhasil merebut gelar
sipedang sakti dalam Bulim Sebagai pemimpin dari partai
Tiam cong, disambali pula ilmu silatnya lihay dan
wajahnya sangat ganteng, banyak gadis cantik sama2 jatuh
cinta padanya, tetapi sayang Cia Ceng Gak bukan seorang
yang romantis bukan saja ia tidak menggubris gadis2 itu
bahkan pura2 berlagak pilon...... oleh sebab itulah, dalam
kangouw dia pun mempunyai satu gelar yang kurang sedap
didengar silelaki tampan yang tidak romantis".
"Apakah pada saat itu supek-couw berkelana sambil
menggembel pedang sakti penghancur sang surya?" tanya
Pek Ia Hoei. Kim In Eng melirik sekejap kearah sianak muda itu, lalu
mengangguk. "Hmmm! Seandainya ia tidak mengandalkan
kemisteriusan dari pedang itu, tidak nanti aku menderita
kalah ditangannya" Jengek sirasul pembenci langit dengan
suara bengis Kim In Eng mendengus, ia lirik sekejap suhengnya
dengan pandangan dingin lalu menyahut:
"Hatimu kejam, licik dan buas. Mana mungkin bisa
melatih ilmu pedang terbang yang merupakan suatu ilniu
pedang tingkat atas" Sekalipun umpama kata Cia-lang tak
mati, ilmu pedangmu tidak nanti bisa menandingi dirinya !"
"Perempuan yang tidak tahu malul" teriak Ku Loei
penuh kegusaran. "Hmmm Aku tidak pernah mencelakai
orang lain dengan siasat busuk, tidak pernah memperkosa
anak gadis orang, tidak peraah menggunakan akal licik
untuk mengangkangi siauw sumoaynya sendiri, kenapa aku
tidak tahu malu"
Si Rasul Pembenci Langit meraung keras ujung jubahnya
dikebut kedepan dan serentetan desiran angin tajam
berhawa dingio segera meluncur keluar.
Pek In Hoei menggigil ia rasakan suhu udara disekeliling
tubuhnya mendadak merendah dengan cepatnya," dalam
sekejap mata dis rasakan tubuhnya seolah olah terjerumus
kedalam gudang es yang amat dingin, giginya saling beradu
keras karena tak tahan sianak muda itu bersin beberap? kali.
Terhembus desiran angin tajam tadi, ujung baju Kim In
eng yang berwarna hitam berkibar kencang, namun ia sama
sekali tidak terluka, sambil tersenyum menghina jengeknya :
"Heeeh...... heeeeh........heeeh........kepandaian silaimu
tidak lebih cuma begitu saja?"
Sambil berkata lima jari tangan kanannya diayun keluar,
lima rentetan desiran angin serangan meluncur keluar dari
ujung kelima jarinya menghantam kemuka. Meski desiran
itu halus bagaikan hembus angin malam, namun
mengakibatkan jubah yang dikenakan Ku Loei bergelombang, bagaikan tertusuk lima bilah pedang tajam,
desiran angin serangan itu menembusi pukulannya hingga
melubangi pakaian yang ia kenakan.
Kontan air mukanya berebah hebat.
"Hmmm Sungguh tak nyana ilmu totok Lan Hoa-ci dari
subo berhasil kau latih"
"Ilmu telapak Han Pang-ciang dari suhu yang kau
milikipun tidak jelek, cuma sayang heeeh...... heeeh......
heeeeh...... semua ilmu silat dari Seng Sut Hay
mengutamakan tenaha Im yang lunak. Sekalipun kaliau
kaum pria berlatih giatpun tidak nanti bisa peroleh hasil
yang lebih baik daripada kaum wanita !"
Ia berpaling kembali kearah Pek In Hoei dan
menyambung: "Kau harus perhatikan baik baik, semua ilmu silat dari
Seng Sut Hay mengutamakan tenaga Im-kang yang bersifat
lunak, hanya tenaga Yang-kang yang bersifat keras dan
panas saja bisa menaklukan, kalau tidak maka kau harus
benar benar menguasai kelincahan serta kelunakan dari
tenaga Im-kang, kalau tidak ingin dikecundangi olehnya ...
" Perempuan itu menghela napas panjang setelah
merandek tambahnya:
"Semula aku memang ada maksud menerima kau
sebagai muridku, tetapi sekarang setelah kupikir lagi,
meskipun kau berlatih selama hiduppun tidak nanti bisa
mengalahkan dirinya, maka sekalipun kau tidak sudi anak
muridku, akupun tidak akan merasa sedih" Dengan hati
mendongkol rasul pembenci langit mendengus berat.
"Walaupun kau berhasil melatih ilmu jari Lan Hoa-cie, aku
masih punya cara untuk menaklukkan dirimu Sumoay! Kau
jangan keburu senang. Lihat saja nanti... Dewi Khiem
bertangan sembilan Kim In Eng tidak menggubris ancaman
orang kepada Pek Ia Hoei ujarnya lagi dengan suara halus
"Kau harus perhatikan baik baik ilmu pukulan salju yang
ia lepaskan tadi bisa membekukan cairan darah dalam
tubuh seseorang, seandainya darah dalam tubuh iawan
sudah membeku maka dia akan kehilangan daya
perlawanan, pada saat itulah serangannya dengan dahsyat
akan menghancurkan badan musuh Oleh sebab itu bila
dikemudian hari kau berjumpa dengan dirinya, pertama
tama hindarilah lebih dahulu hawa dingin, yang tcrpencar
keluar dari serangan tersebut
"Lonte tengik !" teriak Ku Loei sangat gusar. "Sekalipun
kau beberkan semua rahasia ilmu silat perguruan kita
kepadanya tidak nanti ia bisa lolos dari tanganku dalam
keadaan hidup"
Kim In Eng tidak menggubris, ia pejamkan matanya dan
berkata lagi: "Tahun itu aku baru berusia lima bela tahun,
sebenarnya tidak pantas bagiku untuk berkelana kedalam
Bulim Tetapi berruntung aku disayang oleh subo dia ia
tidak merintangi keinginanku untuk berpesiar didaerah
Kanglam, maka setelah ribut beberapa kali permintaanku
dikabulkaanya "Sepanjang jalan kedua orang suhengku lu berusaha
menyenangkan hatiku, setiap tiba disuatu daerah maka
dipilihnya tempat tempat yang paling baik untuk ajak
pesiar, memilih makanan yang paling untuk aku makan,
mereka berdua takut aku tidak senang hati"
"Hmmm...! Rupanya kau masib ingat bahwa kami
bersikap sangat baik kepadamu" dengus Ku Loei. "Aku kira
hatimu sudah digondol anjing"
Kim In Eng tidak gubris sindiran suhengnya, kembali ia
lanjutkan kisahnya ;
".Pada masa itu partai partai besar dalam Bulim saling
tidak akur, saling curiga mencurigai, pada hari hari biasa
jarang berhubungao satu sama lainnya. Tetapi sejak anak
murid Seng Sut Hay munculkan diri tanpa sadar mereka
bersama sama bersatu padu untuk memusuhi kami, dan
perjalanan kamipun seringkali mendapat gangguan. Sayang
sekaii partai Sauw-Iim, Bu-tong, Go- bie serta Hoa san yang
dianggap sebagai partai lurus dalam dunia kangouw tidak
memiliki ilmu silat yang lihay maka dari itu satu demi satu
jago jago mereka keok semua ditangan kedua orang
suhengku" "Hasaah .... haaaah.......... haaah........."
Rasul Pembenci Lsngit tertawa terbahak-bahak. "Jago
jago tahu dan tempe dari berbagai partai mana bisa
menandingi kehebatan perguruan kami?". Mendengar
suhengnya menimbrung terus dari samping, Kim In Eng
kerutkan alisnya dan menjerit:
"Tutup bacot onjingmu, enyah jauh dari sini!".
Si Rasul Pembenci Langit membungkam dengusan
dingin menggema tiada hentinya. Untuk sesaat suasana
diliputi kesunyian.
Setelah merandak beberapa saat perempuan itu
melanjutkan: "Jago pedang yang ternomo pada seat kecuali sipedang
naga terbang dari Kunloen Pay hanyalah sipedang sakti Cia
lang seoorang. Ketika kami tiba dikota Siok-Chlu, sipedang
naga terbssg dengan merubungi wajahnya malam itu telah
mendatangi kuil Han san-sie dan mencari kami untuk diajak
beradu ilmu silat"
"Kuil Han-sao sie " apakah kuil Han san sie yang
dimaksudkan Pujangga Thio Sie dalam syairnya Jambatan
Hong-Kiau ditengah malam?".
"Sedikitpun tidak solah, justru karena aku pernah
membaca syair itu maka aku bersikeras untuk menginap
dikuil Han-san- sie. Siepa sangka pada malam pertama
tidurku telah dibangunkan oleh kehadiran orang manusia
bekerudung yang mencari Hay-thian Siang-Kiam untuk
diajak Pibu Bocab tahukah kau bahwa bilamana seorang
telah mendapatkan sedikit nama seandainya ia bertindak
kurang hati hati maka kemungkinan besar nama besamya
akan hancur dalam waktu singkat" Peda waktu itu tujuan
Hwie Lioag Kiam menyatroni Han san sie dengsn wajah
berkerudung bukan lain untuk menghindari ejekan orang
banyak seondainya dia menderita kekalahan....."
Perempuan itu menghela nopas panjang sambungnya:
"Tetapi akhirnya dia menderita kalah, kalah diujong
pedang toasuhengku.
"Benar" sela Ku Loei dengan bangga, pada jurus yang
keenam pUub tujuh, pedangku berbasil melepaskan kain
kerudung yang ia kenakan
"Fui.... tak tahu malu. meski kau mengatakan Hwie
Liong Kim pada jurus yang enam puluh tujuh, namun kau
sendiri juga dipaksa keok dengan pedang terlepasdari
tangan oleh Cia Ceng Gak sebelum jurus yang kelima
puluh*. "Hmmm ! kalau dia tidak curang, mana mungkin aku
bila kalah" dia menyerang aku tatkala aku baru saja
menyelesaikan pertarunganku melawan sipedang naga
tebang dari Kun-loen Pay, waktu itu tenagaku sudah habis
dan badanku lelah"
"Ooouw......... begitu" keospa tidak sekalian kau
ceritakan bahwa kalian suhengte berdua telah mengerubuti
orang lain dengan ilmu pedang Liuw-sah Kiam-hoat?"
"Lonte buauk! sebenarnya kau masih menganggap
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirimu sebagai anggota perguruan Liuw sah Boen atau
tidak" mengapa keu selalu membantu oraog lain?"
"Hmm! bukankah sejak tadi aku sudah bilang bahwa aku
telah melepaskan diri dari keanggotaan perguruan Liuw Sah
Boen?" Ku Loei semakin mendongkol, dengan penuh rasa benci
teriaknya: "Kau sendiri yang berkata begitu, nanti kalau lerpaksa
aku harus menghukum dirimu menurut peraturan
perguruan, jangan salahkan aku terlalu kejam"
"Kenapa harus tunggu sampai nanti" sekarang saja
tunjukkan kelihayanmu"
"Akan kulihat sampai dimanakah ketebatan mukamu
untuk mengungkap kembali peristiwa lampau yang
memalukan itu, agar kudengar sampai dimanakah baunya
peristiwa memalukan yang psrnah kau perbuat".
Pek in Hoei mendengus berat. "Hmmml macam
begitulah sepak terjang seorang ketua perguruan" bila bisa
mengucapkan kata kata sekotor don serendah itu. Hmmm
aku lihat perbuatanmu tidak lebib seperti seekor anjing dan
babi yang hina"
. Ucapan tersebut terlalu menghina, air muka Ku Loei
kontan berubah hebat sambil loncat bangun teriaknya
penuh kemarahan :
"Bajingan cilik, anjing kecil kau berani memaki diriku?".
Telapaknya diputar lantas dibabat keluar dengan
kecepatan bagaikan ki1st. Sreeet... dalam sekejap mata
serentetan babatan tajam menyapu kearah tubuh Pek In
Hoei. Kim In Eng tidak ambil diam dengan datangnya
serangan itu, dia membentak nyaring, badannya melengkung bagaikon busur lalu meletik bangun, liua
juinye di pentang lebar lebar lalu meayapu kedepan.
Bruuuk .... I gerakan tubuhnya terbendung, sekilas rasa
kaget borkelabat di atas wajahnya. laksana kilat telapak
kirinya didorong kemuka mengirim sebuah pukulan lagi.
Bluuuum........ kembali perempuan itu tertahan ditebgoh
jalan bahkan terdorong setengah langkah kebelakang, diatas
batu munculah sebuah bekas telapak kaki sangay nyata.
"Haaa.... haaaah.... haaaah...... bagaimana dengan
seranganku ini?" jengek rasul pembenci langit nambil
tertawa terbahak bahak dengan seramnya.
"Ilmu silat apakah itu?"
Kitab ilmu golok perontok rembulan yang ditinggalkan
oleh suhu dahulu dalam kitab
pusaka Ku Thian Pit Kipnya"
"Ilmu golok perontok rembulan?"
Si Rosul Pambenci Langit menjengek dingin, hawa
murninya segera dikumpulkan keatas telapak. Dalam
sekejap mata seluruh angkasa telah dipenuhi dengan selapis
cahaya tajam bewarna keperak perakan yang memancar
keluar dari telapak tersebut.
Criiiilt ! seakan akan membelah suhu, sebuah batu cadas
yang berat lagi keras telah terbabat putus jadi dua bagian
oleh babatan telapek tangannya.
Pek In Hoei sendiri tertegun dibuatnys setelah
menyaksikan kepandaian silat yang didemonstrasikan
lawan, dengan hati terkesiap diam diam pikirnya:
"Iimu silat apakah itu" kenapa telapaknya bisa lebih
tajam daripada sebilah golok?"
Sementara itu Si Rasul Pembenci Langit tertawa dingin
tiada hentinya.
"Heeeh... heeeh.... inilah kepandaian silat tandingan
yang diciptaken suhu untuk membalas dendam sakit
hatinya terhadap subo ia sengaja menciptakan ilmu ini
untuk menghancurkan kepandaian Hoei Koo- Chiu dari
subo" Kim In Eng tertegun, lalu dengan benci serunya:
"Sekalipun ilmu s:latmu dianggap nomor wahid dikolong
langit, tidak nanti bisa menutupi kejelian dalam hatiku,
tidak mungkin bisa melenyapkan kejelekan yang pernah kau
lakukan" "Apa" kau bilang aku takut kepada siapa" perbuatan jelek
apa yang pernah kulakan?"
"Kau pernah menderita kekalahan total ditangan seorang
jago pedang dari partai Tiam Cong, maka kau takut dari
partai Tiam Cong akan muncul kembali seorang jago lihay
yang akan mengalahkan dirimu sekali lagi....."
Dengan sinis dan pandangan hina ia mendengus,
kemudian terusnya:
"Tahukah kau apa sebabnya pada hari itu Cia Ceng Gak
telah muncu! dikuil Hon san sie setelah kehadiran Hwie
Liong Kiam dari partai Kunlun" ternyata dia tehah
menemukan banyak anak gadis dalam kota Siok Chiu mati
telanjang ditanah malam setelab diperkosa orang secara
paksa, dan semua perbuatan terkutuk itu ada lah hasil
karyamu". Si Rasul Pembenci Langit Ku Loei mengerutkan
sepasang alisnya yang tebal, tiba tiba ia meraung keras,
telapak tangannnya dengan ilmu golok perontok rembulan
segera dibabat kedepan.
Kim In Eng berkelebat kesamping, dengan suatu gerakan
yang lincah lima jarinya disentil keluar diikuti secara
beruntun ia kirim beberapa serangan berantai secepat
sambatan kilat.
Ku Loei enjotkan badannya bcrkelabat keatas gerakan
telapaknya berubah, ditengah desiran tajam kembali ia
kirim tiga buah babatan dahsyat. Saat ini tubub Kim In Eng
terus berada ditengah udara, kesepuluh jarinya secara
bergantian mengirim serangan serangan kilat. seketika itu
juga seluruh angkasa ditutupi oleh bayangan jari yang tajam
dan meyilaukan mata.
Pek In Hoei yang menonton jalannya pertempuran dari
samping berdiri dengan mata terbelalak mulut melongo.
Hampir saja ia tidak percaya kalau ada orang yang bisa
bergerak sedemikian cepatnya, bahkan melayang ditengah
udara. Detik itulah ia baru mulai menyadari bahwa menariknya
ilmu silat, kalau dibandingkan belajar syair dan sastra, ilmu
silat jauh iebih menyenangkan. Maka dalam hati ia lantas
berpikir: Kepandaian silat sehebat dan sedashyat inipun tidak bisa
dianggap sebagai ilmu silat nomor wahid dikolong langit,
lalu ilmu silat macam apakah baru dapat dikatakan nomor
satu" Aaoaai... kiranya belajar silat bukan suatu pekerjaan
enteng" Otaknya berputar dan ia teringat kembali akan cerita
Kim in Eng yang mengatakan bahwa dahulu Ku Loei
pernah di kalahkan Cia Ceng Gak, maka pikirnya lebih jauh
: "Asalkan aku dapat mempelajari ilmu pedang penghancur sang surya dari perguruan, bukankah dengan
gampang pula kupukul keok dedongkot dari perguruan
Liuw Sah Boen ini" Seketiko otaknya masih memikirkan
berbagai persoalan tiba tiba ia mendengar Ku Loei berteriak
keras, begitu keras suaranya sampai sampai gendang
telinganya terasa sakit dan ia tak sanggup mendongak.
Sementara Kim In Eng telah duduk bersila ditanah, kedua
tangannya diangkat sejajar dada.
Setelah berteriak si Rasul Pembenci langit maju
selangkah kedepan berdiri didepan sumoaynya, telapak
kanan diangkat sejajar dada dan saling merapat dengan
telapak Kim In Eng, sedang tangan kirinya mencekal harpa
kunonya kencang kencang
"Eeeei... apa yang sedang mereka lekukan?" pikir Pek in
Hoei dengan hati tercengang.
Tiba2 ia berseru tertahan. ternyata kedua kaki Ku Loei
yang berdiri diatas batu mengikuti gerak tubuhnya perlahan
lahan amblas kedalam batu, sebaliknya sekujur badan Kim
In Eng gemetar keras, jubah hitamnya berkibar tiada
hentinya walaupun tidak ditiup angin, bukan begitu saja
bahkan seolah olah rambut serta bahunya ikut gemetar
semua. Pemuda ini jadi heran, perlaben lahan ia maju mendakati
perempuan itu untuk melihat apa yang sebenar telah terjadi.
Siapa sangka baru saja dua langkah ia berjalan, sambil
melolotkan matanya bulat selat Ku Loei berpaling
kearahnya, selurub cambang diatas wajabnya berdiri kaku
bagaikan landak, keadaannya betul betul mengerikan.
"Cepat2 menyingkir!" tiba tiba Kim in eng merjerit,
Pemuda itu tertegun, belum sampat ia menghindarkan
diri, dua gulung angin puyuh maha dahsyat telah meluncur
datang dengan cepatnya, menubruk dadanya tanpa bisa
ditahan, ia mencelat dua kaki dari tempat semula.
Blumm ... batu cadas itu membelah dua bagian, batu
kerikil bergelinding, debu pasir beterbangan memenuhi
angkasa..... sambil loncat ketengah udara teriak Ku Loei
dergan napas terengah-engah
"Kau anggap dengan menggunakan akal bisa menangkan
pertandingan tenaga ini?"
Sinar matanya berkilat, mendadak la jumpai tubuh Pek
In Hoei sedang melayang ditengah udara sekilas bayangan
berkelebat dalam benaknya.
Senar harpa yang ada ditangan kanannya dengan cepat
disentil. Ting! Serentetan suara harpa yang berat dan
menusuk pendengaran menggema diangkasa.
Pek In Hoei menjerit kesakitan, sesudah bergulingan
beberapa kali ditengah udara badannya terjatuh tiga tombak
dari tempat semula.
Ku Loei mendengus dingin.
"Hmmm, urat nadiaya telah putus, jangan harap dia bisa
hidup lebih jauh"
Sekilas rasa sedih berkelebat diatas wajah Kim Ib Eng, ia
tarik napas dalam2. dua jarinya menyentil senar Khiem dan
kemudion irama Khiem yaog lembut pun berkumandang
Begitu mendengar irama Khiem, sekujur badan Ku Losi
gemetar keras, lalu ia himpun tenaga dalamnya dan duduk
bersila diatas tanah.
Irama khiem yong berkumandang itu memiliki nada
yang sangat sedih, tapi di balik kepedihan mengandung pula
nasu membunuh yang membara baraa Ku Loei tidak berani
gegabah dan harus menghadapinya denga serius.
Kiranya dia tahu Kim Ia Eng sudah meyakini permainan
Khiem itu sejak lama. Kepandaian dalam ilmu tersebut luar
biasa sekait, mokin tenang irama yang diperdegarkan makin
semakin gampang memecahkan perhatian orang satu kali
pikirannya berlubang maka ia akan terpengaruh irama dan
perutnyaterluka.
Lama Khiem berkumandang bagaikan kabut yang
menyelimuti sekeliling tempat itu, makin lama tubuh Ku
Loei makin terkurung seolah2 sekujur badannya hendak
dibelenggu. Mendadak Ku Loei membuka matanya, dengan serius ia
letakkan harpanya keatas lutut kemudian tarik napaa
dalam2. Criiing ...criiiing. . . dua sentilan diatas harpanya
menghasilkan dua rentetan tajam yang menembusi irama
khiem lawan bagaikan tusukan dua bilah pedang tajam.
Irama Khiem tetap berkumandang bagaikan mengalirnya
air, meski kena tertusuk oleh irama harpa namun tetap
mengalir keluar tiada hentinya. . .
Air muka Ku Loei amat serius den berat, tiada hentinya
ia menyentil harpa untuk melawan suara khiem
Malam semakin kelam. Kabut telah nembuyar ..
rembulan hilaog dibaiik awan bintang mulai menyembunyikan diri
Peraduan irama Khiem serta irama harpa berlangsung
dengan serunya mengalun keseluruh penjuru gunung Ciog
Shia. Angin malam berhembus lewat menggoyangkan ranting,
daun serta rerumputan. Pek In Hoei yang terbanting
kedalam semak mulai merintih, mulai bergerak dan
akhirnya merangkak bangun.
Ia merasakan seluruh persendian tulangnya amat sakit
bagaikan pecah semua, kepala pusing tujuh keliling dan
hampir saja ia tak sanggup bangun berdiri, namun dengan
berusaha sekuat tenaga. Setelah itu barsusah payah
akhirnya berhasil juga ia bangun berdiri.
Angin malam kembali berhembus lewat, sianak muda itu
tarik napas dalam2 lo merasa kesadarannya mulai jernih
dan pengalaman yang baru dialamipun terbayang kembali.
Selangkah demi selangkah ia barjalan menembusi hutan.
Ia mendengar pertarungan irama Khiem dan harpa masih
berlangsung dengm serunya diatas tebing. iram? tadi
membuat darah segar dalam dadanya bergelora kembal. ia
menjerit menutupi telinganya dsn mulai berlari menjauhi
tempat itu. Lama.. lama sskali la berlari, akhirnya sianak muda itu
berhenti disisi sebuah, pohon besar, ketika itu irama khiem
dan irama harpa sudah tak ksdengaran lagi dadanya terasa
nyaman dan segar
Suasana disekeliling tempat itu sunyi.. yang terdengar
hanyalah dengusan napasnya sendiri yang memburu, tanpa
terasa dia tertawa getir, pikirnya :
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aaaai tak kusangka Irama harpa bisa digunakon untuk
melakai orang. untung luka yang kuderita tidak terlalu
parah." Belum habis ia berpikir; tbia tiba berkelebat sesosak
bayangan manusia, potongan orang itu sangat dikenalnya
membuat Pek In Hoei segera mengenalinya.
"Bukankah dia adalah si Uler a?ep tua"
Sedikitpun tidsk talah, dari tempat kejauhon masih
kedengaran teriakan aneh dari Ouw ycog Goag berkumandang dalang : "Cucu monvet kemana dia
perginya?" terak Ouw yang Gong.
"Uler asep Tua aku ada disini" Pek Ia Hoei segera
berteriak. Sambil berseru ia lari kearah hilangnya bayangan
orang aneh itu dalam sekejap mata ia sudah kehilangan
jejak dan tersesat ditengah hutan tebing suram .yang penuh
dengan tumbuhan rotan.
"Kemana perginya Siuler asep tua itu" atau mungkin dia
tidak dengar teriakanku?"
Dari manusia aneh she Oow-yang, pemuda ini teringat
kembali akan dendam sakit hati perguruanuya, terutama
sekali kematian Pek Tian Hong ayahnya dalam keadaan
sangat mengenaskan . . . "
"Ayah mati korena dikerubuti orang banyak.... pikirnya,
"Tapi dia melawan terus dengan segenap tenaga meski
dikerubuti orang banyak. Aku harus mencontoh kegagahan
serta kejantanan ayah. Akan kubunuh semua orang yang
terlibat dari peristiwa pengeroyokan itu, aku hendak
memaksa mereka hadapi diriku dalam keadaan ketakutan,
setelah itu kutusuk perut mereka dengan jurus serangan
yang mereka andalkan... aku bersumpah hendak mempelajari ilmu silat nomor wahid dikolong langit, aku
harus mempelajari ilmu silat yang ada dikolong langit.."
Saking borsemangatnya sianak muda itu berpikir, tanpa
sadar ia memungut sebutir batu cadas lalu dia sambit keatas
diading tebing disisinya.
Tiba tiba..... suatu kejadian aneh berlangsung didepan
mata. dinding tebing dimana kena sambit oleh batunya tadi
mulai longsor, pasir yang ada diatasbya berguguran
kebawah sehingga akhirnya munculah sebuah lubang gua
yang cakup besar. Ruponya lubang yang sebenarnya
terdapat diatas dinding tebing dan tertutup oleh timbunan
rotan serta pasir itu segera gugur karena terkena sambitan
bata dari Pek in Hoei yaog cukup besar itu.
Dengao pandangan tercengang sianak muda itu
melongok kedalam gua, bau apek dan amis yang
memuakkan segera berhembus keluar dari balik lubang gua
tadi. Bau busuk yang berhembus keluar dari dalam gua
hampir hampir saja memuakkan pemuda kita, buru buru
dia bangun berdiri dan tarik napas dalam dalam, setelah itu
dengan rasa ingin tabu ia menerobos masuk kedalam goa
tadi. Gua itu dalam sekali, hawanya lembab dan dingin, angin
kencang yang entah datang berasa! darimana berhembus
keluar tiada hentinya.
Tiba tiba ia temukan sskilas cahaya emas diatas tanah,
dengab cepat dijemputnya benda itu.
"Aaaai...... " Pek In Hoei berseru kaget, kiranya benda
emas yang dia jemput itu bukan lain adalah sebatang
peluru berbentuk naga kecil yang terbuat dari emas.
Ukiran diatas senjata rahasia itu sangat hidup dan indah,
bahkan sampai sisik dan ekot dari naga tadi diukirnya
dengan rata. Suatu ingatan berkelebat dalam benaknya:
Gua ini lembab lagi gelap, datimana muncul cahaya dari
dalam sana?" Dengan perasaan heran dan ingin tabu, Pek in
Hoei melanjutkan kembali perjalanonnya masuk kedalam
gua Siapa sangka batu saja ia maju tiga langkah, sekali lagi ia
temukan cahaya emas diatas tanah, waktu ia jemput benda
itu ternyata bukan lain adalah senjata rahasia berbetuk naga
kecil seperti apa yang ditemukan semula.
Beginilah secara beruntun ia sudah temukan sepuluh
bataeg senjata rahasia berbentuk naga kecil sepanjang
lorong gua itu sebelum akhirnya dia tiba disuatu tempat
ysng diterangi oleh cahaya terang.
Dengan tercengeng sianak muda itu mendongak,
tampaklah didalam sebuah ruang batu yang luas bertebaran
intan permata dalam jumlah besar, beberapa butir mutiara
besar memancarkan cahaya yang menerangi seluruh
tempat. "Tempat apakah Ini?" pemuda iiu kontan bergumam.
"Sungguh royal pemilik gua ini, rupanya dia sudah boyong
semua intan permata serta mutiara yang ada dikolong langit
untuk menerangi tempat ini..."
Dengsn sinar mata tercengang ia awasi lagi sekeliling
tempat itu kemudian ia berfikir :
"Tapi apa sebabnya ia tempelkan semua intan permata
serta mutiara itu diatas dinding ruangan ini. sebaliknya
mengguna kan cahaya emas senjata rahasia berbentuk naga
kecil itu sebagai penunjuk jalan bagi orang yaog tersesat"
Apakah dia ingin tinggalkan harta kekayaan ini bagi orang
yang menemukannya?"
Serentetan pertanyaan yang mencurigakan berkelebat
dalam benaknya, ia memandang sekitar sana hingga
akhirnya sinar mata sianak muda itu berhenti diatas
sebatang ma nau cerah yang ada disebelah kanan.
Seluruh dinding ruangan ditaburi giok wirna bijau, hanya
Ma Nau itu saja yang berwarna merah, penonjolan secara
menyolok ini segera mengingatkan Pek In Hoei akan satu
persoalan. Ia maju menghampiri memandang dengan
seksama dan segera ditemui bahwasanya Ma Nau tadi
menonjol keluar tiga coeo dari dinding seakan sebuah anak
kunci yang telah dimasukkan kedalam lubang kunci
Ia berpikir sejenak, kemudian menekan batu Ma Nau
merah todi den didorongnya kedalam kuat-kuat.
Seketika itu juga terdengar bunyi tri. ,1 cuit yang nyaring
berkumandang memecahkan kesunyian, dinding berlapis
batu giok hijau dibelakangnya tiba2 berputar kesamping dan
tak dikuasai lagi badannya ikut tertarik masuk kedalam.
Baru ia silangkan tangannya didepan dada siap
menghindarkan diri dari segala ancaman yang mungkin saja
menimpa dirinya.
Tetapi.... tiada sesuatu apapun yarg terjadi, menanti ia
berdiri tegak, tampaklah sebuah batu dinding warnaputih
berdiri tegak dihadapnnya, diatas dinding batu tadi terukir
beberapo buah huruf dalam ukuran besar.
Tulisan tadi kira2 berbunyi demikian:
Barang siapayang masuk kedalam gua harap segera
berlutut. "Berlutut?"" berpiklr sianak muda itu, kenapa aku harus
berlutut dihadapan dinding batu putih ini?"
Dengan sepasang mata berkerut ia berjalan kesisi dinding
tadi dan masuk kedalam sebuah Ruang batu lain.
Ruang itu luasnya lumayan, dari belakang ruangan
terdengar bunyi gemuruh air yang amat memekikkan
telinga, hembusan angin dingin melanda datang tiada
hentinya membawa hawa yang amat menusuk tulang
Sebuah tiang salju yang amat besar dan teba! berdiri
tegak didalam dinding batu yang cekung keatas, seketika itu
juga sianak mula itu berdiri tertegun dengan mata melotot
dan mulut melongo, hampir saja ia tidak percaya dengan
apa yang dilihatnya saat ini.
Rupanya Pek Ia Hoei telah menjumpai sesuatu yang
aneh didalam tiang salju yang amat besar tadi duduk bersila
seorang hweesio berjubah warna merah darah, hweesio itu
pejamkan maunya rapat rapat dan seoiah olah sedang
bersemedi. Lama sekali Pek In Hoei berdiri melongak disitu, ia tidak
mengerti apa sebabnya hweesio itu bisa terbungkus didalam
tiang salju sebesar daa setebal itu, lama sekali ia putar otak
namun gagal juga mendapatkan jawaban.
Akhirnya la tinggalkan tempat itu dia mulai nenyapu
sekeliling ruangan, kecuali tiang salju tadi dalam ruangan
tadi terdapat sebuah meja yang terbuat dari batu, diatas
batu terletak sebilah kapak besar warna hijau pekat, sejilid
kitab, beberapa batang pit dan sebuah hioloo kaki tiga.
Perlahan lahan ia menghampiri meja batu itu. dimana
pada permukaan meja yang dapat terukir pula beberapa
kata kata yang berbunyi :
"Pincerg adalah Thian Liong Toa Lhama, Pelindung
Hukum Kerajaan pada jaman ini yang berasal dari Tibet.
Sudah lama pinceng kagumi kebudayaan bangsa Han, jauh
ketika aku masih menjabat ketua kuil Thian Liong Sie telah
mendapat perintah dari Buddha hidup untuk tinggalkan
gurun mendatangi daratan Tionggoan, dimana aku telah
berdiam dalam istana serta menjabat kedudukan pelindung
Hukum yang dibelakang Kaisar kepadaku, meski begitu
seringkali aku berkelana dalam dunia persilatan dengan
menyaru Pada suatu musim gugur sampailah pinceng diatas
gunung Cing Shia, darimans sayup sayup berkumandang
irama khiem yang merdu merayu, aku jadi tertarik dan
segera naik keatas gunung, disana tanpa sengaja aku telah
bertemu dengan Dewi Khirm bertangan sembilan Kim In
Eng : Membaca sampai disini Pek in Hoei berdiri tertegun,
diam diam pikirnya dalam hati "Sungguh aneh sekali,
sebelum aku tiba didalam gua dan berjumpa dongan
hweesio ini, aku tehah bertemu lebih dahulu dengan dewi
Khiem bertongan sembilan Kim cianpwse. Heei siapa
sangka hweesio inipun telah bertemu pula dengan Kim
cianpwee sebelum tiba disini.
Berpikir sampai disitu, iapun melanjutkan membaca
tulisan tadi "Sejak kecil aku telah cukur rambut jadi pendeta dikuil
Thian Liong Sie, sepanjang hari berdoa dan berdoa terus,
sama sekali tidak pernah terpengaruh oleh pikiran tentang
gadis. Siapa tahu setelah berjumpa dengan Kim In Eng rasa
cinta dalam dadaku bergelora sukar ditahan, selama tiga
hari tiga malam aku telah duduk dipuncak gunuag Cing
Shia sambil menikmati kecantikan wajahnya.
Irama Khiem telah buyar gadis cantik lenyap tak
berbekas namun pinceng belum sadar kembali, kujelajahi
seluruh gunung untuk menemukao kembali jejak gadis
cantik itu, tapi sia sia belaka. Akhirnya dengan hati sedih
aku turun gunung".
Membaca sampai disini Pek in Hoei temukan tulisan tadi
makin lama makin kusut dan tidak karuan, maka dibacanya
sepintas lalu. Dalam tulisan berikutnya hweesio itu menceritakan
bagaimana setelah dia kembali ke ibukota. siang malam
selalu memikirkan dan membayangkan Kim In Eng, setiap
saat tak dapat melupakan bayangan tubuh serta irama
Khiemnya yang merdu merayu hati terasa sedih dan
tersiksa. Maka pada suatu hari dia lari masuk ks dalam gudang
harta den memboyong benda benda berharga itu kegunung
Cing Shia dengan maksud mempersembahkan benda benda
berharga itu kepada Dewi Khiem Bartangan sembilan Kim
In Eng sambi! memohon kepadanya agar suka menemani
dia berpesiar kemana mana.
Siapa tahu Kim In Eng telah melimpahkan rasa cinta dan
sayngnya kepada lain orang, permintaan serta permohonannya iiu ditolak mentah mentah.
Karena ditolak Thian Liong Hweesio merasa gemas
sedih dan perih bagaikan dipagut ular, dengan hati putus
asa dan sedih ia membawa benda benda berharga itu turun
gunung, dimana ia temukan gua tersebut dan mengurung
diri disana sambil bertobat untuk menebus dosa. Tapi ia tak
sanggup menahan birahi yang bergolak terus menerus,
akhirnya ia tak kuat menahan diri dan mati"
"Napsu birahi sukar dilenyapkan dari dada, aku musnah
karena cinta" Baca Pek ln Hoei berulang kali.
Dia angkat kepala memandang kearah hweesio dalam
tiang solju tadi, tampaklah diatas dadanya secara lapat lapat
terlihat cahaya bekas luka berwa na hitam pekat, ketika
dipandang lebih seksama ia merasa luka itu memang sangat
mirip dengan seekor ular.
Sekilas perasaan aneh berkelebat dalam otaknya, ia
berpikir kembali:
"Luka yang disebabkan oleh karena napsu birahi ternyata
jauh lebih hebat daripada luka karena senjata, seorang padri
macam diapun bisa mati karena tak kuasa menahan napsu
birahi yang berkobar dalam dadanya, bukankah hal ini
sama artinya menunjukkan bahwa setiap msnusia sukar
untuk menahan diri dari pengaruh nafsu. Birahi...."
Kembali sinar matanya menyapu keatas meja, disana
masih tertinggal dua baris tulisan kecil yang berbunyi
demikian: "Pincecg tinggalkan sebilah kapak sakti yang tajam dan
terbuat dari baja berusia selaksa tahun serta sejilid kilab
ilmu silat Sembilan Kapak Pembuka langit, sembilan belas
perubahan dari ilmu sakti sembilan belas merubah naga
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
langit bagi siapa saja yang masuk kedalam gua ini".
Dibawab kapak besar itu, tercatat pula beberapa huruf
yang berbunyi begini :
"Tatkala elmaut hampir mencabut jiwaku, pinceng
dengar dari dinding gua sebclah daiam barkumandang
datang suara manusia. Barangsiapa yang beruntung masuk
kedalam gua ini, harap suka meabelah dinding belakong
gua ini dengan kapak, selidikilah asal mulanya suara
nanusia itu Menulis sampai disitu, rupanya ajal sudah tiba maka
Thian Liong Toa Lhnma mengakhiri kelimat yasg belum
selesai itu sampai ditengah jalan saja.
Pek In Hoei menghela napas panjang, lalu bangkit berdiri
memandang dinding batu dibelakang tiang salju dan
berpikir : "Entah sudah berapa puluh tahun hweesio isi mati disini,
sekalipun dibelakang dinding batu benar2 terdapat ruang
kini satelah lewat banyak tahun kendati ada oraog pernah
masuk kedalam sana mereka tentu sudah keluar lagi.
Tapi ia berpikir kembali:
"Aku benar benar tidak percaya, masa sebilah kapak
hitam yang jelek dan kecil ini mampu membelah dinding
batu yarg tebal?"
Dengan perasaan ingin tahu ia ambil kapak sebesar tiga
depa itu dan berjalan ke belakang liang salju.
Dinding beton dibelakaag liang salju itu berwarna hijau
karena tumbihan lumut yang tebal dan subur, Pek In Hoei
angkat kapaknya dan segera membabat keatas dinding batu
itu. "Bruuuuk........" sebuah batu cadas yang sangatbesar
rontok kebawah setelah terima babatan itu, begitu lunak
dan gampang seolah2 sedang membabat tahu.
Dengan perasaan kaget dan tercengang Pek in Hoei
angkat kapaknya lagi dan meneruskan babotannya keatas
dinding. Dalam sekejap mata batu cadas berguguran diatas tanah,
dimana saja kapak itu mampir batu segera rontok kebawsh,
dalam sekejap mata munculah sabuah lubang yang amat
besar diatas dinding tersebut.
Pek In Hoei segera melongok kedalam, ia temui bahwa
dibalik dinding tadi munculah sebuah ruang batu yang
penuh dengan tiang batu diatas tanah menggeletak pula
beberapa sosok mayat.
Ia berseru tertahan, rasa ingin tahunya semakin
bertombah delam hati, kapaknya segera bekerja cepat
membabat dinding batu sebingga dalam waktu singkat ia
dapat menerobos kedalam.
Bau apek dan amis berhembua keluar menusuk hidung,
disepanjang tiang batu dalom ruang itu menggeletak
delapan sosok mayat. Dandanan mereka acak2on dan
perawakan tubuh merekapun berbeda, namun ada satu
yang sama yaitu wajab mereka menunjukkan penderitaan
yang hebat serta diatas badannya tidak ditemui bekas luka.
Pek Ia Hoei berjalan masuk kedalam, ia jumpai diantara
mayat itu ada yang berdandan hwesio, ada yang berdandan
toosu dan ada pula yang berdandan sebagai manusia biasa,
tetapi yang aneh temyata menunjukkan sikap yang aneh,
badan mereka bangkok dan melengkung. Jelas sebelum ajal
mereka tiba telah terjadi suatu pertarungan yang maha seru.
Menyaksikannya itu, pemuda she Pek ini menghela
napas panjang. "Aaaai mereka semua mati didalam suatu pertempuran
yang amat sengit, justru karena hawa dingin yang membeku
dalam ruang batu ini maka jenasah mereka tetap utuh dan
tidak sampai membusuk. Tetapi-- apa sebabnya mereka
saling bunuh membunuh" apa yang sedang mereka
rebutkan?"
Tiba2 suatu ingatan berkelebat didalam benaknya.
"Mungkinkah mereka adalah mayat dari kedelapan ketua
partai besar yang sudah lenyap puluhan tahun lamanya"
Sekujur badannya gemetar keras, ia segera minghitung
jumlah mayat diatas tanah sedikitpun tidak salah semuanya
berjumlah delapan orang.
Rasa tegang yang menyelimuti benaknya segera ditahan
lagi, disebabkan karena ia akan segera mengetahui rahasia
kematian dari kedelapan ketua partai besar yang lenyap
dipuncak gunung Cing shia sejak puluhan tabun berselang,
pemuda itu nengucurkan keringat dingin.
Ia segera tundukkan kepalanya memeriksa mayat
seorang hweeiio tua yang menggeletak paling dekat dengso
dirinja, ia jumpai tangan kanan hwesio itu menuding kearah
tiang batu den ia mati dalam keadaan kaku.
Mengikuti arah yang dituding jari lengan mayat hwesio
tua tadi, ia temukan bebarapa huruf terukir diatas tiang,
tulisan yang berbunyi:
"Ilmu jari Kim Kong Ci dari partai Siauw lim"
Dibswah tulisan itu terukirlah bagaimana cars melatih
ilmu jari itu dan bagaimana cara bersemedi dan bagaimana
cara mengerahkan tenaga. Pek In Hoei berseru tertahan,
buru2 ia menengok keetas tiang batu lainnya, disana ia
jumpai pada setiap tiang batu terukirlah ilmu sakti berbagai
partai serta cara untuk melatihnya.
Ia menghembuskan napat panjang, pikirnya:
"Ooouw........ Ilmu meringankan tubuh otau Ginkang
dari partai Kunlun, ilmu pukulan penakluk harimau dari
partai Gobi, ilmu pedang Siuw Cing Kiam hoat, ilmu
pedang Lak-Koo Kiam Hoat dari Parti Hoasan. ilmu
pedang penakluk iblis dari partai Khong tong, ilmu pedang
Kan san Kiam host dari partai Tiang Poy, ilmu pedang Poo
Hong Kiam Hoat dari portai Butong, ilmu pukulan Leng
Bwee ciang dari partai Thian san. begilu banyak ilmu sakti
yang terdapat di sini. kesemuanya ini sudah cukup untuk
menciptakon diriku sebagai jago sakti . . . "
Ia tertegun kemudian berpikir kembali :
"Tapi. . . bukankah Supek couw sipedang sakti dari Tiam
cong pun ikut serta dalam pertemuan besar ini" kenapa
hanya dia ia orang yang tidak kelihatan?",
Ia bangkit berdiri dan siap mencari jenasah dari Cia Ceng
Gak, dan secara tiba tiba ia teringat kemhaii akan sumber
cahaya yang menyoroti seluruh ruang batu itu.
Kembali ia berpikir :
"Kenapa aku tidak pernah berpikir darimana datangnya
cahaya sehingga aku dapat membaca tulisan tulisan kecil di
tiang batu itu ?"
Belum hilang pikiran itu, dia telah menemukan
datangnya cahaya itu kiranya berasal dari balik beberapa
buah tiang batu nun jauh disana, begitu tajam cahayanya
sehingga seluruh ruangan jadi terang benderang,
Pek In Hoei maju menghampiri sumber cohaya tadi, ia
lihat sebilah padang mustika yang panjang tertancap diatas
tiang batu, pada gagang pedang tadi terdapatlah sebutir
intan bewarna merah darah, cahaya terang tadi bukan lain
adalah sinar yang tcrpancarkan dari batu intan tersebut:
Dengan mata yang silau oleh cahaya, ia maju lebih dekat
lagi kemudian cabut pedang tersebut dari atas tiang.
Mendadak kakinya tersangkut sesuatu hingga hampir
saja terjungkal keatas tanah, kiranya benda itu bukan lain
adaiah sesosok mayat.
Orang itu berwajah persegi berwarna merah kehitam
hitaman, janggotnya panjang dan bercabang tiga, tangan
kanannya berada ditengab udara seolah olah sedang
mendorong sesuatu sedang pada tangan kirinya mencekal
sebuah sarung pedang berwarna merah yang memancarkan
cahaya gemerlapan.
Kambali satu ingatan berkelebat dalam benaknya, buru
buru dia angkat pedang mustika itu dan diporiksa dengan
seksama diatas tanah pedang yang berwarna biru kehitam
hitaman terukirlah beberapa patah kata.
"Pedarg sakti Penghancur Sang Suryal",
"Apa pedang sakti penghancur sang surya?" Gumam Pek
In Hoei dengan nada kurang percaya. "Kalau begitu... kalau
begitu.... mayat yang menggeletak diatas tanah bukan lain
adalah supek couwku sipe dang sakti dari Tiam-cong, Cia
Csng Gak adanya?"
Dengan pandangan mcndelong diawasinya wajah supek-
couwnya yang telah mati puluhan tahun berselang,
bayangan Kim in eng yang merana karena ditinggal Cia
Ceng gak berkelabat pula dalam benaknya
Begitulah, sejak hari itu Pek in Hoei lantas menetap
didalam gua sambil mempelajari dan mendalami semua
ilmu silat maha sakti yang ditinggalkan para ketua delapan
partai besar itu.
Ia berlatih giat dan rajin, tiap malam dengan tak
mengenal lelah dilatih dan diyakini terus ilmu silat tersebut,
dalam hati ia hanya punya satu cita2 setelah menyelesaikan
pelajarannya yaitu mambalas dendom bagi kematiao
ayahnya serta menuntut balas bagi kemusnahan anak murid
partai Tiam-cong
))oodwoo(( JILID 7 5 HEMBUSAN angin Barat laut yang dingin dan
membekukan badan telah berlalu, musim semipun
menjelang tiba. Daun yang hijau mulai bersemi diatas
pohon Liuw dan rerumputan nan hijau mulai tumbuh
diatas permukaan tanah ya?g basah
Angin musim semi berhembus lewat menyegarkan
suasana diatas gunung Cing Shia, awan putih bergerak
diangkasa memperlihatkan puncak gunung yang secara
lapat-lapat masih berselimutkan salju. Tanah nan hijau yang
membentang dipunggung bukit menunjukkan bahwa musim
semi telah tiba.
Pagi itu udara sangat cerah, sinar matahari memancarkan cahayanya menerangi seluruh jagad.
Pada saat itulah tampak sesosok bayangan manusia
dengan langkah lebar berjalan turun dari atas puncak
gunung Cing Shia.
Orang itu memakai jubah panjang berwarna merah,
diatas punggungnya tergantung sebuah buntalan, disisi
pinggang tergantung sebuah kapak hitam dan ditangannya
membawa sebuah bungkusan kain yang panjang. Gerak-
geriknya aneh dan mencengangkan hati.
Manusia aneh berjubah merah itu dengan memakai
sepasang sepatunya yang usang dan rusak selangkah demi
selangkah berjalan melewati tanah lumpur yang becek,
memandang puncak gunung nun jauh disana, dengan alis
berkerut ia bergumam: "Selamat tinggal, gunung Cing-shia
!" Sambi berjalan, kembali ia berpikir:
"Berkumpul selama dua tahun membuatku berubah jadi
seorang manusia yang kosen meski aku pernah cuourkan air
mata disini namun aku berharap pada kunjunganku yang
akan datang aku telah menjadi seorang jago nomor wahid
dikolong langit, semoga aku kembali dengan membawa
kebanggaan serta kegembiraan."
Dengan langkah lebar ia melanjutkan perjalanan menuju
kearah kota, dandanannya aneh tentu akan menarik
perhatian banyak orang seandainya jalan raya itu penuh
dengan orang yang melakukan perjalanan nanun untung
waktu itu jarang orang bepergian maka jalan raya sunyi sepi
hanya dia seorang.
Langkah manusia aneh berjubah merah ini sangat
enteng, setiap langkah ia dapat melalui satu tombak lebih
lima depa lebih, begitu enteng dan gesit dia berjalan seolah-
olah capung yang terbang diangkasa.
Siang hari telah menjelang tiba, tatkala orang aneh itu
masih melanjutkan perjalanan tiba-tiba terdengar dari arah
belakang berkumandang datang suara keleningan kuda,
disusul seekor kuda berlari mendatang dengan cepatnya.
la segera menyingkir kesamping memben jalan buat kuda
itu lewat, kuda pertama berlari kencang disusul kuda
berikutnya lari lebih kencang lagi lumpur segera
beterbangan mengotori seluruh badannya.
Orang itu mengerutkan alisnya yang tebal dan angkat
kepala memandang kedepan.
Ditemuinya kedua orang penunggang kuda itu adalah
dua orang nona berbaju hijau yang mempunyai kuncir
panjang diatas kepalanya.
Semula manusia aneh itu sudah siap mengumbar
amarahnya, namun setelah menyaksikan bahwasanya
kedua orang penunggang kuda itu adalah dua orang gadis
manis, ia batalkan niatnya dan tidak bicara apa2 lagi.
Dengan hati mendongkol, ia menyeka lumpur yang
menempel diatas bajunya dan meneruskan kembali
perjalanannya. Suara derap kaki kuda mendadak berkumandang kembali dari arah belakang, kali ini kuda
tersebut lari dengan kencangnya, sebelum manusia aneh
berjubah merah itu membentak dengan kasar :
"Bangsat, ayoh cepat menyingkir, apa kau cari mati?"
"Sreeet....! serentetan desiran angin tajam segera
menyapu datang berbareng dengan bentakan tadi.
Merasakan datangnya sambaran dengan sepasang kening
berkerut manusia aneh berjubah merah itu angkat tangan
kirinya keatas, lima jari laksana kilat mencengkeram ujung
cambut dan membetotnya kebawah.
Deruan angin tajam menyambar lewat diiringi suara
ringkikan panjang kuda tersebut berkelebat melewati diatas
kepalanya. Berhubung sentakan keras dari dua tenaga yang saling
berlomba cambuk kuda tadi putus jadi dua bagian dan
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rontok ketanah.
Sebaliknya sekujur badan manusia tadi basah kuyup lagi
kotor oleh cipratan kaki kuda , melihat badannya kotor ia
membentak gusar, tangan kirinya bergerak memhentuk
gerakan lingkaran lalu menyambsr kemuka, ia cengkeram
ekor kuda yang masih ada diteogah udara, sementara
tangan kirinya meraup kepinggaog binatang itu dan
menyentaknya kebelakang.
Kraaaaak ... ekor kuda itu mentah mentah terbetot patah,
knda itu meringkuk kesakitan dan segera meloncat tujuh
depa ketengah udara.
Oleh loncatan tadi penunggang kuda itu berseru tertahan
dengan rasa kaget kemudian melotot kearah orang berjubah
merah, dengan sorot mata gusar.
Sebaliknya orang aneh berjubah msrabpun dengan penuh
kegusaran loncat meju empat tombak kemuka, sebelum
tubuh kuda yang meloncat ketengah udara tadi hampir
menginjak permukaan bumi, ia sambar pinggangnya lalu
diangkat keatas dan dibanting keatas tanah.
Kuda itu meringkik panjang, ia lemparkan ke
penunggangnya keatas udara kemudian berkelejit sejenak
dan akhirnya tak berkutik lagi. mati dengan kspala remuk.
Demonstrasi kepandaian sakti dari manusia aneb itu
mengagetkan semua orang, dua orang gadis pertama tsdi
segera berubah air muka dan berdiri dengan mulut
melongok. Sebaliknya penunggang ketiga yang merupakan seorang
pemuda gantengpun berdiri menjublek diatas tanah,
rupanya tidak mengira kalau pihak lawan mempunyai
kekuatan sedemikian hebatnya.
Dengan sorot mata gusar manusia aneh berjubah merah
itu awasi sekejap wajah pemuda itu, kemudian menegur
dengan suara berat:
".Orang muda, usiamu masih amat kecil namun sepak
terjangmu kasar dan jumawa. Hmmm seandainya aku tidak
memiliki sedikit ilmu kepandaian bukankah sejak tadi aku
sudah mati terpijak kudamu" maka dari itulah sekarang aku
hendak meghukum dirimu untuk meneruskan perjalanan
dengan berjalin kaki, agar dikemudian hari lebih berhati
hati kau dalam menunggang kuda".
Habis berkata ia segera putar badan dan berlalu dergan
langkah lebar. Melihat dirinya ditegur dan dimaki didepan kedua orang
nona !tu, merah padam selembar wajah pemuda itu saking
mendongkolnya, menjumpai manusia aneh itu hendak
pergi, segera Ia loncat kedepan sambil membentak:
"Tunggu sebentar!"
"Koko...... " hampir bersamaen waktu nona yang ada
desebelah depan berseru.
"Kau tidak usah ikut campur " hardik sang pemuda
sambil menoleh "Ini hari aku harus memberi sedikit
pelajaran kepada manusia jadah itu."
Dalam pada itu manusia aneb berjubah merah tadi baru
saja melangkah tiga tindak, mendengar makian itu segera
putar badan dan bertanya:
"Kan makin siapa manusia jadah?"
"Sauwyamu memaki dirimu sebagai manusia jadah, kau
mau apa... ?" sahut sang pemuda sambil tepuk dada sendiri.
Setelah merandek sendiri sejenak, dengan alis berkerut
serunya kembali :
"Jangan kau anggap dengan andalkan tenaga kasarmu
sebesar dua kati itu lantas bisa jual tampang didepanku.
Akan kurobek bacot anjingmu itu..... "
Orang aneh tersebut tertawa dingin
"Hammm... pada masa yang silam, entah kedua orang
tuamu sudah bikin dosa apa sehingga memperoleh putra
jempolan semacam kau. Tadi aku ampuni dirimu karena
memandang diatas wajah kedua adikmu itu, sekarang..
Hmm..... Hmm.... akan kulihat dengan andalkan kepandaian apakah kau hendak tunjukkan kelihayanmu"
"Bangsat tak usah banyak bacot lagi, lihat serongan lihay
dari sauwyamu"
Seraya membentak badannya dengan lincah berkelebat
kemuka, lima jari dipentang dan seketika itu jaga selurub
angkasa dipenuhi efek bayangan jari.
Rupanva manusia aneh berjubah merah itu tidak
meogira kalau pemuda perlsnte semavam diapun
mempunyai kepandaian silat yang demikian dahsyat, in
berseru tertahan, tubuh bagian atas segera bergeser lima
coen kesamping sementara telapak klrinya membabat keluar
mengunci tubuh bagian luar, sedang lima bagian jari
tangannya menyerang bagian laksana sebuah jepitan
mencengkeram urat nadi musuh.
Lelaki muda itupun diam2 merasa terperanjat tatkala
menyaksikan penjagaan musuh yang ketat, berada ditengah
udara tubuhnya merandek sejenak.
Dan dikala badannya merandek itulah, lima jati tangan
kanan manusia aneh berjubah merah itu telah menyapu
tiba. Dia mendengus dingin. mendadak jart tangannya
menutu! ke!uar membabat urat nadi dltangan lawan,
Serentetan napsu membunuh bersemi diatas wajahnua,
tangan kiri digetarkan pula tanpa mengeluarkan sedikit
usahapun kelima jarinya yang penuh mengandung hawa
sinkang menerobos masuk lewat titik kelemahan dibawah
lengan kanan lawan.
Ancaman ini datangnya sangat berbahaya disamping keji
jnga ganas, manusia aneh berjubah merah itu segera
kebutkan jubah merahnya dan loncot mundur delapan
langkah kebelakang. dengan suatu gerakan yang manis ia
bcrhasil melepaskan din dari totokan maut itu
"Kemana kau hendak lari?" hardik pemuda iiu, dengan
gerakan yang tak berbeda ia menyusul kedepan"
Manusia aneh berjubah merah itu segera bersuit nyaring,
mendadak badannya berputar dua lingkaran dltengah
linkaran dan !oncay lima tombak keluar kalangan, untuk
kesekian kalinya dia berhasil meloloskan diri dari serangan
musuh- "Siapa yang mengajarkan ilmu jari ini kepadamu?"
Tegurnya dengan alis berkerut "apakahi Kun Thian Jien
Sian?" Pamuda itu tertawa seram.
"Aka mengira kau betul betu! m?mi!iki ilmu silat yang
maka sakti, Hmmm tak tahunya cuma seorang prajurit
tanpa nama dari partai Kun Iun ..."
Mendadak sir mukanya berubah keren, serunya :
"Cuma ilmu jari dari Kiong squwya pun tidak mengerti,
buat apa kau tampil didalam dunia persilatan untuk
menjual kejelekan" siapa itu Dewi Khiem bcrtangan
sembilan atau bcrtangan sepuluh" pun sauw-ya sama sekali
tidak kenal!"
Karena menyaksikan ilmu jari lawan sengat aneh, sakti
dan mirip dengan kepandaian dari Kys Thian Jien Sian.
maka ia ajukan pertanyaan tersebut, siapa tahu pemuda itu
amat sombong hal ini seketika itu juga menimbulkan
kegusarannya. Secara tiba tiba sekilas cahaya merah berkelebat diatas
dahinya, kian lama warnanya kian membara.... Ia
melangkah satu tindak kemuka, lalu tegurnya dengan nada
berat : "Kau adalah putra dari Kiong Thian Bong?"
"Sedikitpun tidak salah, pun sauwya adalah Kiong Ci
Yu" sahut pemuda itu jumawa. "Berani benar kau sebut
nama besar ayahku?"
"Haaah.... haaah...... haaah....... Kiong Thian Bong
adalah manusia macam apa.... tidak sejeriji dalam
pandanganku . . . "
Mendengar ayahnya dihina Kiong Ci Yu meraung gusar,
sepulub jarinya diputar kedepan, laksana sepuluh buah
pedang kecil secara serentak menusuk ketubuh musuh.
Manusia aneh berjubah merah itu mendengus dingin,
menunggu hingga serangan itu hampir mengenaitubuhnyn
mendadak ia berputar kencang, laksana kilat tangan
kanannva bergerak kemuka mencengkeram jalan darah Pit
Sie Hiat dilengan kiri pemuda she Kiong itu.
"Enyah dari sini!" bentaknya, Begitu jalan darah dilengan
kirinya terpegang, Kiong Ci Yu meratasan separuh
badannya jadi kaku, tanpa memiliki daya untuk bertahan
lagi badannya segera dilemparkan enam tombak jauhnya
oleh manusia aneh berjubah merah itu.
"Bluuuum... " Tidak ampun badannya tercebur kedalam
kolam lumpur disisi jalan.
Dua bentakan nyaring tiba tiba kerkumandang memecahkan kesunyion disusul menyambar datangnya dua
desiran angin tajam.
Dengan cepat manusia aneh itu miringkan badan bagian
atas kesamping, lengan kanannya berputar membentuk satu
gerakan bujur dan menyerang dengan jurus Liauw Koan
Seng Gwat atau Memandang Bintang menikmati rembulan.
Weeess....Sreeet... l sebuah kuncir besar mengiringi
sepasaog telapak yong halus dengan cepatnya meluruk
datang. Manusia aneh itupun putar sepasang telapaknya
menyambut datangnya ancaman lawan.
Bruuuk.. walaupun berada dalam keadaan tidak siap,
namun dalam bentrokan barusan manusia eneh it dapat
menilai sampai dimanakah taraf tenaga kepandaian yang
dimiliki gadis ini.
Badannya segera bekelebat menyingkir kesamping,
namun dara itu tak mau kasih kesempatan baginya sambil
membentak kuncinya kembali dikebaskan keluar. Manusia
aneh berjubah merah itu terus mundur kebelakang. Suatu
saat tiba tiba ia kabulkan ujung jubahnya kearah depan,
gumpalan angin serangan yang maha dahsyat. segera
menggulung kedepan.
Nona berbaju hijau itu mendengus dingin badannya
merandek lalu berjongkok dan melitik keatas. Bagaikan
seekor ikan belut yang berkelejitan diatas lumpur. dengan
manis ia berhasil menerobos angin serangan tersebut.
Kejadian yang sangat aneh ini segera membuat manusia
aneh itu berdiri tertegun sebelum ingatan kedua berkelebat
lengan baju bagian dadanya sudah kena dicengkeram
lawan. la mendengus, sepasang telapak diputar kencang lalu
mengayun kemuka membabat persendian lawan.
Gadis itu membentak nyaring, sepasang telapak balas
berputar pula kearah yang berlawanan, seketika itu juga
muncul segulung angin berputar yang mencoba inembanting tubuh lawan kedalam lumpur.
Manusia aneh berjubah merah itu tidak mengira kalau
sepasang telapak lawan bisa menghasilkan tenaga putaran
yang begitu aneh, badannya tak sanggup berdiri tegak
seketika itu juga dia terjengkang keatas tanah.
Tampaknya ia akan segera tercebur pula kedalam
lumpur, mendadak sepasang lengan
dikemas kesamping badannya meluncur kembali lima
depa ketengah udara, setelah berputar satu lingkaran
dengan tenang dan selamat badannya melayang turun dua
tombak dari tempat semula:
"Apakah kau putrinya Kiong Thian Bong sibintang
kejura?" Tegurnya kemudian dengan wajah penuh diliputi
rata kaget. Sementara itu gadis tadipun merasa kaget bercampur
tercengang melihat kegesitan orang pikirnya didalam hati:
"Seja kapan partai Kun lun rnuncul seorang jago sakti
semacam ini" ternyata ilmu meringankan tubuh memotong
angkasa berputar kayun dari pertai tersebut berhasil dilatih
hingga sedemikian sempurna
Saking tercengangnya, hingga untuk bsberapa saat
lamannya ia lupa untuk menjawab pertanyaan orang,
"Hmmmn...!" terdengar orang aneh itu mendengus.
"Bukankah Kepandaian silatmu itu sjssan dari Ouw-yang
Gong?" "Siapa kau ?" bentak sang dara dengan vvajah berubah
hebat. "Siapakah aku lebih baik kau tak usah tahu!"
"Kurang ajar jawab dulu pertanyaan yang kuajukan
tadi!" dengar gusar gadis itu pentang kelima jarinya dan
menubruk kembali kemuka.
"Budak ingusan yang tak tahu diri"
Dengan hati dongkol simanusia aneh moju menyongsong kedatangan lawan, kelihatannya suatu
pertarungan sengit segera akan berlangsung lagi.
Sebelum pertarungan itu meletus, mendadak gadis kedua
yang berada diatas kudanya loncat turun dan melayang
ketengah kalangan, kepada rekannya dia berseru:
"Yan Yan, kau bukan tandingannya" kemudian sambil
menjura dia menambahkan "Tolong tanya siapakah nama
besar cianpwee"
Sikap yang manis dari gadis kedua ini melunakkan pula
wajah manusia aneh berjubah merah itu
"Kau datong bersama sama dia, tentu kalian kenal bukan
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan diri Ouw-yang Gong?".
"Dia orang tua adalah snhu kami"
"Cia Cia, buat apa banyak bicara dengan bajingan itu! "
hardik Kiong Ci Y u dari samping dengan wajah penuh
kegusaran. Dengan badan berlepotan lumpur ia melangkah
mendekat bentaknya lagi penuh kebencian. "Kalau kau
punya nyali teriamalah sembilan jurus ilmu jari bintang
kejoraku!"
".Heeeh...... heeeeh...... heeeh..... dengan andalkan
bakatmu yoag bobrok semacam itu, lebih baik berlatihlah
sepuluh tahun lagi sebelum menghadapi diriku" serentetan
cahaya aneh berkelebat dalam wajahnya, lalu ia
menyambung: "Tidak lama kemudian akan kucari orang tuamu Kiong
Thian Bong, dendam ini hari biarlah kuperhitungkan
sekalian" Ucapan ini membuat Kioog Ci Yu melengak, namun
dengan cepat ia tertawa seram:
"Setiap saat pun sauwya akan menantikan kehadiranmu
dalam perkampungan".
"Keparat cilik kalau kau punya nyali ayoh sebutkan
namamu!" Manusla aneh berjubah merah itu sama kali tidak
menggubris ucapnn orang, perlahan2 dia alihkan pandangannya kearah gadis Cia Cia yang sedang
mengawasi dirinya dengan wajah gelisah, seakan akan dara
itu kuatir bila dia turun tangan keji terhadap pemuda
tersebut. Dia melengak, diikuti sinar matanya membentur dengan
eebilah golok lengkung berwarna perak yang menyoren
diatas punggungnya, seketika serentetan cahaya aneh
berkelebat aalam pandangannya...... "Kau adalah keturunan
dari sigolok perontok rembulan Ke Hong?" . Tegurnya,
"Benar Ke Hoog sigo!ok perontok rembulan adalah
ayahku " sebut dara itu mengangguk.
"Apakah cicnowee datang dari perbatasan?"
Bslum sempat orang itn menjswab, dua rentetan desiran
angin tajam telah menyerang datang mengancam
punggungnya. Dia sama sekali tidak memperdulikan datangnya
ancaman, begitu merasa desir angin sudah berada
dibelakang punggungnya ia baru balik telapak tangan
kebelakang, kepada Ciong Yan Yan serunya :
"Inilah mutiara milikmu sendiri, nah ambilah kembali".
Sebutir mutiara yang kecil segera meluncur keluar dari
telapaknya melayang kearah Kiong Yan Yan.
Dalam pada itu serangan pit dari Kiong Ci Yu yang
melancarkan bokongan di belakang telah tiba.
Seketika itu juga air muka dara tersebut berubah hebat,
jeritnya : "Koko...... "
Sebelum ia sempat mengutarakan kata2nyai, kedua
batang senjata poan koan pit ditangan pemuda the Kiog itu
sudah mendekati titik diatas punggung manusia aneh
berjubah merah itu.
"Keparat, modar kau... " jerit Kiong Ci Y u sambil
tertawa seram. Belum habis dia tertawa, mendadak orang an.eh itu putar
badan sambil mencengkeram kebelakang.
Melihat serangan barusan itu air muka kiong Ci Ya
berubah hebat, tangan kanannya segera bergetar coba
meoarik kembali
Sayang dia kalah cepat dari pada lawan tahu2 seutas
rantai perak telah mencengkeram sepasang senjatanyaa
hinggs tak berkutik.
"Selama hidup aku paling benci terhadap manusia
kurcaci yang suka main bokoog"
Creet.... sekilas cahaya tajam berkelebat lewat, terdengar
Kiong Ci Yu menjerit ngeri, lengan kanannya seketika
terpapas putus oleh senjata kapak lawan dan darah segar
muncrat keempat penjuru.
Kiocg Yan Yan meojarit keras, badonnya segera
menubruk kedepan.
Manusia aneh berjubah merah itu tidak mau melayani
tubrukan orang badannya segera berkelejat kesamping
uatuk meloloskan diri.
"Apa permusuhanmu dengan dirinya?" jerit Ke Ciang
Ciang dengan airmata membasahi wajahnva, "Kenapa kau
begitu keji memapas putus sebuah lengannya hingga dia
jadi caead seumur hidup?"
"Berapa kali aku sudah memberi ampun kepadanya
namun dia berkeras kepala juga untuk mencari kematian
buat diri sendiri hal ini janganlah salahkan kalau aku
berbuat kelewat kejam, sebab kalau aku tidak membinasakan dirinya, dialab yang akan membunuh
diriku. Hmm! tindakanku benar2 boleh dibilang sudah
terlalu sungkan kepadanya. Sedang mengenai dendam
permusuhan, Hmm.... mempunyai ikatan desdam sedalam
lautan dengan kalian. Ini hari pulanglah dengan
memandang diatas wajah Ouw Yang Gong aku tak ingin
ribut lagi dengan kalian Nahi pulanglah dan beri tahu
kepada Ke Hong, dalam lima hari mandatang suruhlah dia
berhati batil".
Ke Cian Cian tertegun, belum sempat dia berpikir lebih
jauh tampaklah Kioag Yan Yen bagaikan kalap telah
menubruk kembali kedepan.
"Kau bunuhlah pula diriku" jeritan sambil menangis.
Manusia aneh berjubah merah itu ayunkan tangan
kanannya kedepan. rabtai perak beserta dua batang senjata
poan koan pit itu segara meluncur kedepan menghadang
jalan pergi dari gadis ske Kiong.
"Janganlah kalian paksa diriku untuk melakukan
pembunuhan lagi" Bentaknya keras keras
Dari sikap Kiong Yan Yan yang kalap, Ke Cian Cianpun
lantas mengira Kiong Ci Yu telah mati terbunuh, maka
sambil meoggigit bibir ia cabut keluar golok lengkungnya
lalu membacok dari sebelah kanan.
Mendengar desiran angin serangan dari arah samping,
manusia aneh berjubab merah itu membentak keras,
sepasang bahunva bergerak tahu tahu ia sudsh berada
dihadapan gadis Cang Ciang sementara tangannya
menyapu keluar.
Ke Cian Cian terperanjat, tanpa berpikir panjang lagi ia
perkencang genggamanya dan membabat kebawah.
Manusia aneh berjubah merah itu mendengus dingin,
kampak kecilnya diputar keacang dan dengan satu gerakan
yang sangat aneh dia ayun keluar.
Gerakan ini cepat laksana kilat, jaraknya pun dekat maka
tanpa ampun lagi....... Criing golok lengkung ditangan
gadis itu terpapas kutung.
Ke Cian Cian tidak mengira kalau kampak kecil Lawan
yang jelek dan tak terpandang itu ternyata begitu tajam,
melibat goloknya kutung, telapak kiri segera dipukulkan
kedepan. Gerakan ini dilancarkan dengan menempuh bahaya dan
sama sekali tidak mempedalikan jiwa sendiri, maka dari itu
dengan telok serangan tadi bersarang didadai manusia aneh
berjubah merah itu.
Plaaak ..... orang aneh itu meraung gusar, ia
melangkah setengah tindak kedepan sikut kanannya
langsung disodok.
Tatkala menyaksikan serangannya sama sekali tidak
berbasil mengapa apakan pihak lawan Ke Cian Cian
kelihatan amat terperanjat terutama
sekali setelah menjumpai sikut musuh telah mengancam jalan darah Hian
Kie Hiat ditubuhnya, ia nampak jauh lebih ketakutan.
Tampaknya sebentar lagi dia bakal mati konyol ditangan
lawan, atau secara tiba tiba orang aneh berjubah merah itu
miringkan sikutnya kebawah, ia cengkeram lengan kanan
gadis itu seraya membentak :
"Ayoh berhenti tidak kau?".
Tangan diayun, tubuh Ke Cian Cian dilemparkan
keudara danterbanting diatas pelana kuda kuda kurang
lebih tiga tombak dari tempat semula.
"Memandang diatas wajahi Ouw yang Gong sekali lagi
kuampuni selembar jiwa kalian" Serunya keren. "Aku harap
kalian segera pulang kerumah dan bawa serta keparat cilik
mustika kalian itu. Kalau tidak dia akan modar tak
ketolongan lagi".
"Dia belum mati?" Tanya Ke Cian Cian melegak sambil
membelalakkan matanya.
"Jalan darahnya telah kutotok, untuk sementara waktu
dia tidak akan modar Ayo cepat gusur orang ini pulang
kerumah!" Ke Cian Cian melegak. akhirnya ia berseru
"Yan Yan, msri kita pergi".
"Hey bangsat, kalau kau punya nyali sebutkan namamu
kepada kami?" Teriak Kiong Yan Yan sambil menggigit
bibir Lima hari kemudian aku pasti akan muncul dalam
perkampungan Tay-Bie San Cung untuk mencari Ke Hong,
sampai waktunya kau akan tahu sendiri siapakah diriku".
"Hmmm.... sungguh memalukan kau memiliki
kepandaian silat yang sangat lihay, ternyata takut menyebut
nama sendiripun tak berani rupanya kau adalah sebangsa
manusia kercaci yang sukanya bermain sembunyi. Cisss ..
msnyebalkan".
Ucapan ini membuat orang aneh itu mengerutkan
sepssaeg alis. "Balklah, setelah sampai dirumah katakan bahwa
keturunan dari Pek Tiang Hong pedang penghancur sang
surya, Pek In Hoei dalam beberapa hari kemudian akan
berkunjung keperkampungas kalian untuk minta seberapa
petunjuk dari Ke Hong siGolok perontok rembulan serta
Kiong Thian Bong jari Bintaog kejora".
"Apa " jadi kau adatab Leng-Hiat Kiam Khek sijago
pedang berdarah dingin Pek in Hoei".. Seru Ke Cian Cian
serta Kiong Yan Yan hampir berbareag dengan wajah
terperanjat, matanya terbelalak lebat.
Rupanya Pak in Hoei sendiripun merasa tercengang atas
julukan itu, dengan alis berkerut pikirnya dalam hati :
"Ini hari aku baru pertama kali turun daii gunung,
kenapa mereka sebut aku sebagai jago pedang berdarah
dingin" apakah mereka tidak aalah lihat?"
Sementara itu terdengar Kiong Yan Yan mendengus
dingin. Sijago pedang berdarah dingin Pek In Hoei adaleh
seorang pemuda perlente yang gagah, dia tidak mirip
dirimu yang compang camping macam pengemis budukan"
jsngeknya. "Haah .... haaaah . . . haaaah..... sungguh tak kunyana
aku Pek In Hoei telah dituduh orang sebagai manusia gagoh
tatkala untuk pertama kalinya turun dari gunung, peristiwa
aneh yang terdapat dikolong langit benar benar tak
terhingga banyaknya"
rambutnya yang kusut bergetar keras, tiba tiba nada
suaranya berubah jadi sangat dingin, sambungnya :
Perduli aku adalah sijago pedang berdarah dingin Pek In
Hoei yang tulen atasi bukan, dalam lima hari mendatang
diperkampungan Tay Bie San cung pasti akan terlihat ilmu
pedang penghancur sang surya deri partai Tiam Cong
menunjukkan kesaktiannya".
Sinar mata berkilat, perlahan lahan gantungkan kampak
baja itu keatas pinggang, kemudian sambil melepaskan
bungkusan. panjang dari pungungnya ia berguman seorang
diri: "Sekarang juga akan kusuruh kailan saksikan kehebatan
dari pedaog sakti Penghancur Sang Surya, agar kalian bisa
bedakan mana yang tulen dan mana yan gadungan......"
Bersama dengan selesainya ucapan tersebut serentetan
suara desiran tajam yang amat memekikkan telinga
berkumandang membelah angkasa disusul berkelebatan
serentetan cahaya merah yang menyilaukan
mata memenuhi seluruh jagad.
Mendadak Pek In Hoei menggetarkan tangannya .....
Criiing l bagaikan pe kikan naga yang membelah angkasa,
sarung pedang itu meluncur keangkasa msnciptakan sekilas
cahaya yang amat tajam.
Cahaya tajam tadi berkilauan diudara berputar dua kali
diangkasa kemudian meluncur kearah Barat Laut dengan
menciptakan serentetan bekas cahaya yang amat tajam,
dalam sekejap mata bersama tubuhnya lenyap tak berbekas
Dengan termangu-mangu Ke Cian Cian memandangi
angkasa, lama sekali dia baru menghembuskan napas
panjang. "Ilmu pedang penghancur saag surya..... ilmu pedang
penghancur sang surya..." gumamnya.
"Aaaaah, ilmu pedang Itu merupakan ilmu pedang
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terbang yaag merupakan bersatunya senjata serta batin!"
bisik Kiong Yan Yan pula dtengah napas bergidik.
"Yan Yan cepat pulang dan laporkan kejadian ini kepada
ayahmu, seandainya Pek In Hoei benar benar datang
ayahku pasti bukan tandingannya"
"Percuma meskipun Susiok hadir pula disitu, belum
tantu mereka adalah tandingannya
Ke Cian Cian termenung daa berpikir sebentar, akhirnya
dia berkata: "Aku akan pulang kerumah mencari suhu, mungkin dia
kenal dengan manusia yang bernama Pek In Hoei,
sedangkan kau berangkatlah kegunung Gobie dan
undanglah in Coen Liong sipedang naga datang membantu,
ilmu pedang Kun Lun pay juga dipelajarinya mungkin
dapat digunakan untuk menandingi ilmu pedang penghancur sang surya ari partai Tiam cong.
"Sekarang hanya inilah satunya2 jalan yang bisa kita
tempuh . gadis she Kiong ini menghela napas panjang lalu
sambungnya. Semuanya ini engkohkulah yang bikin gara2,
mengapa dia ajak kita bertanding lari kuda sehingga
menimbulkan bencana besar yang memusingkan kepala
ini". "Aaaai.....
bagaimanapun juga, antara sipedang penghancur sang surya dengan kita memang terikat dendam
sakit hati, akhirnya dia akan berhasil juga menemukan kita,
rupanya setelah hilang dua tahun badai pertumpahan darah
akan melanda kita lagi.
Klong Yan Yan tidak banyak bicara lagi; dia bopong
tubub Kiong Ci Yu dan loncat naik keatas kuda.
"Enci Cian, mari kita berangkat" serurya.
Tanpa menuggu kawannya lagi ia larikan kudanya segera
msninggalkan tempat itu.
Tengah hari sudah tiba, sinar sang surya dengan
panasnya yaag menyengat menyinari seluruh kota Seng Tok
Hoe. Pada saat seperti itulah Pek In Hoa sambil membopong
buntalannyaa dengan langkah lebar masuk kcdalam kota.
Rambutnya kusut lagi kacau, jenggotnya menutupi
seluruh janggut dan ditambah pula jubahnya yang merah
dan penuh noda lumpur, menambah keseraman serta
kedengkilannya.
Banyak penduduk kota yang melirik kearahnya dengan
sinsr mata mengejek, sebentar mereka melirik kearah
sepatunya yang kotor oleh lumpur, kemudian memandang
jubah merahnya yang dekil dan akhirnya melirik rambutnya
yang kusut juga kator .
Jelas. dalam kota tersebut belum pernah dijumpai
manusia aneh semacam ini maka semua orang memandang
kerahnya dengan sinar mata tercengang, kendati begitu tak,
seorangpun berani menertertawakannyaa.
Sebaliknya Pek In Hoei sendiri sama sekali tidak
menggubris tingkah laku orang, ia meneruskan langkahnya
taapa menoleh kekiri kanan.
Ketika tiba tiba dipintu kota dan menyaksikan pintu
gerbaag yang hancur berantakan, pemuda she Pek ini
menghela napas panjang.
"Aaai....... kota kuno ini mengapa bisa hancur
berantakan jadi begini" sampai2 pintu gerbangpun tak
terawat. Propinsi ini terkenal dengantanahnya yang kaya.
kenapa uang untuk ganti pintu gerbangpun tak punya ... "
gumamnya seorang diri.
Jelas para pembesar tidak ada yang menaruh perhatian
sampai kesitu, setiap hari kerja mereka melulu berpesta pora
belaka Dalam pada itu terdengar suara tambur yang ramai
diiringi detak kaki kuda berkumandang dari belakang,
diikuti para penduduk yang ada disekitar sana sama2
menyingkir kesamping.
Seorang perwira muda yang berpakaian perang warna
merah dengan menunggang seekor kuda putih yang gagah
per!ahan2 jalan mendekat, dibelakangnya mengikuti
prajurit bersenjata tombak.
Dan pada barisan yang paling belalang merupakan
empat buah tandu yang digotong orang.
Dengan termangu-mangu Pek Io Hoei berdiri ditepi
pintu kota, dijumpainya tandu tandu itu bergerak cepat
melewati hadapannva, tandu itu mewah semua, para kuli
tandupun memakai baju seragam yang bersih dan
gemerlapan, Tiba tiba..... dari balik tandu keempat berkumandang
keluar suara tertawa yang amat merdu diikuti seseorang
berseru: ".Nona, coba lihat simanusia aneh berjubah merah yang
berdiri ditepi pintu kota sungguh dekil sekali"
Ucapan ini menyinggung perasaan Pek In Hoei, alisnya
kontan berkerut, dengan sinar mata tajam ia awasi tandu
tadi dimana secara lapat2 terlihatlah seorang nona
berkepang dua dengan dandanan seorang dayang sedang
memandang kearahnya sambil tertawa.
Dia tahu keadaan dirinya yang dekil lagi ku>ut telab
menggelikan hati orang, maka ejekan tadi dia tidak ambil
perduli. Ketika itulah dari balik tandu ketiga berkumandang
suara teguran yang lembut
lagi merdu : "Coei-jie, jangan menertawakan orang! kau lihat pintu
kota kita, bukankah kotor lagi kusut hal itu bukanlah
disebabkan pemerintah tak punya uang untuk memperbaiki
belaka, hal itu bukanlah satu hal yang patut dimalukan.
Nah, lain kali janganlah kau menghina orang, kita harus
kasihan terhadap keadaan orang yang rudin."
"Siapa dia ?" pikir Pek In Hoei didalam hati dengan hati
bergetar keras, "Begitu merdu suaranya lagi pula simpatik
sekali "sungguh sukar ditemui orang kaya yang berhati mulia
seperti dia...."
Mendadak kain horden tersingkap dan dari balik tandu
ketiga itu muncul sebuah tangan yaag halus, putih dan
menarik hati. Tongan yaag putih halus itu diayun ke muka dan
sekeping uang perak segera meluncur keluar dari
genggamannya menggelinding kehadapan kaki Pek in Hoei.
Dari balik kain korden tadi, sekilas pandang Pek Io Hoei
dapat menemui selembar wajah yang cantik jelita, alisnya
yang indah, biji matanya yang bening hidungnya yang
mancung bibirnya yang kecil mungil dan berwarna merab
membara merupakao suatu perpaduan yang sangat
mempersonakan hati.
Seketika itu juga pemuda kita tertegun, dengan
pandangan termangu-mangu ia awasi gadis cantik itu
dengan mata terbelalak mulut melongo...... Ouwww, benar
benar seorang bidadari yang baru turun dari kahyangan.
Rupanya gadis itu sendiripun belum pernah menjumpai
tampang ketolol-tololan macam Pek In Hoei, tak tertahan
lagi ia tertawa cekikikan hingga kelihatan sebaris giginya
yang putih bersih, ia turunkan kembali kain hordennya dan
menggunakan tangan menutupi bibirnya yang mungil
Senyuman ini semakin mempersonakan hati pendekar
muda itu, ia rasakan sukmanya seolah olah sudah terlepas
dari raganya, dengan termongu mangu diikutinya tandu
tadi dari belakang.
"Hmmmm.... ada katak buduk sedang merindukan
bulan" tiba tiba terdengar dayang Coei Jie yang ada ditandu
keempat mengejek sambil mendengus sinis. Lebih baik
cepat cepat pungut kepingan uang perak diatas tanah itu
untuk beli baju, buat apa berdiri termangu-mangu macam
orarg goblok disitu"
Pek In Hoei tersadar kembali dari lamunannya, ia sama
sekali tidak memperdulikan ucapan dayang itu sebaliknya
memandang tandu yang semakin menjauh tadi dengan
termangu mangu.
Menanti iring iringan tandu tersebut sudah lenyap dibalik
tikungan tembok kota, Pek In Hoei baru menghembuskan
napas panjang dan memungut uang perak tersebut.
Sekarang dia baru merasakan betapa banyak orang yang
sedang menengok kearahnya, merah jengah selembar
wajahnya, sambil tertawa jengah buru2 ia masuk kedalam
kota Sepanjang perjalanannya, bayangan gadis cantik itu
terbayang terus dalam benaknya, pikirnya didaiam hati:
Sungguh tak kusangka dikolong langil ternjata terdapat
gadis yang demikian cantiknya sehingga menyilaukan mata
setiap orang yang memandangi .. ."
Menengok sekejap kearah kepingan uang perak yang ada
ditangan, seo!ab2 dia merasakan betapa jari tangannya
membelai tangan gadis yang halus dan lembut.
Dengan pikiran yang kalut membayangkan kecantikan
wajah gadis yang baru di ditemuinya, Pek In Hoei
melangkah kedalam kota tenpa arah tujuan yang pasti,
menanti dia angkat kepalanya tahu2 tubuhnya telah berdiri
didepan sebuah rumah makan, segera pikirnya :
"Kenapa aku tidak pesan kamar dirumah penginapan ini
untuk mandi dan bertukar pakaian lebih dulu" Aaaaah,
lebih baik kucari tahu lebih dulu tandu itu berasal dari
keluarga mana"
Dengan langkah lebar ia berjalan masuk kedalam rumah
penginapan "Feng An" yang terletak disebelah kanan,
kepada ssorang pelayan serunya :
"Hey pelayan cepat kemari!".
Dari dalam pengirapsn muncul seorang Pelayan jang masih
picingkan matanya karena mengantuk, ketika menyaksikan
keadaan Pek In Hoei ia kelihatan tertegun, kemedian
teriaknya : "Heu, mau apa kau darang kesini" jangan kau anggap
tempat ini tempat yang cocok untuk mengemis, ayoh enyah
dari sini sebelum pantatmu kugebuk"
"Kurang ajar, bajingan bermata anjing". Kontan Pek In
Hoei naik pitam, telapaknya menghajar permukaan meja
hingga berbekas sebuah telapak tangan sedalam tiga coen.
"Pentang mata bangsatmu lebar2, ccba tengok siapakah
aku" apakah tampangku adalah tampang orang kere"
Bangsat sialan".
Menyaksikan kelihayan orang, pelayan itu jadi kaget dan
ketakuan.sambil menahan badan yang gemetar keras ia
berjongkok kebawah dan berteriak minta ampun.
"Pelayan anjing bermata bangsat" Teriak pemuda she Pek
itu kembali sambil meugeluarkan sekeping uang emas dan
dibanting keatas meja "Pentang mata anjingmu dan libat
benda apakah yang ada dimeja itu! sialan, ayo cepat
siapkan sebuah kamar yang terbaik untukku, kemudian
siapkan air panas untuk cuci muka, sayur dan nasi yang
paling lezat untuk makan, ahli pangkas kenamaan untuk
membersihkan rambutku dan belikan dua stel pakaian
dalam, dua stel jubab luar berwarna perak"
Ia merandek sejenak, kemudian dengan traia me'o'.o:
tambahnya: "Disamping itu siapkan pula seekor kuda putih yang bagus,
Ehmmm berapa jumlah uangnya semua?".
Pelayan itu berdiri menjublak sambil berkemak kemik,
matanya mendelong sepert orang tidak percaya, seraya
mienelan air liur lehernya terputua putus:
"Toa.... toaya....... kurang ..... kurang lebih membutuhkan!
lima tabil perak".
Dengan jarinya Pek In Hoei menjepit uang emas yang ada
dimeja hingga tergunting kurang lebih tiga tahil, lalu
ujarnya lagi: "Aku mau menanyakan satu persoalan kepadamu, kau
tentu melihat iring Iringan tandu yang barusan lewat
didepan sana bukan" cepat betitahu kepalaku mereka
berasal dari keluarga mana" Hmmm disini semuanya ada
tiga tahil uang emas, cukup tidak untuk semua biaya
belanja". "Cukup ... cukup... bahkan masih ada sisanya".
"Bagus, segera lakukan perintahku dan sisanya boleh kau
terima sebagai persenan, ayoh cepat pergi, tak usah
berterima kasih lagi".
Betapa gembiranya hati sipelayan itu, dengan wajah berseri
seri ia ambil uang tadi: tadi dan segera perasiapkan kamar
serta barang keperluan dari Pek In Hoei.
Sang surya telah condong kebarat menandakan sore hari
telah menjelang tiba, waktu itu sang pelayan sedang
menghitung uang masuk diluar dugaan yang diperolehnya
hari Itu, mendadak terdengar suara langkah manusia
berkumandang datang
Dengan cepat dia angkat kepala, tampaklah seorang
pemuda ganteng berjubah warna putih keperak perakan
dengan ikat kepala berwarna perak dan menyoren sebilah
pedang berwarna merah perlahan lahan berjalan keluar dari
dalam. Wajah orang itu ssngat tampan, wajahnya putih dengan
bibir yang indah, hidungnya mancung tingkah lakunya
sopan dan penuh semangat.
Dengan mata terbelalak sang pelayan memperhatikan
pemuda itu beberapa saat lama, lama sekali dia memandang
... tiba tiba teringat olehnya bahwa jubah berwarna putih
keperak perakan adalah dia yang barusan
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pergi membelinya, segera satu ingatan berkelebat dalam
benaknya. "Siangkong, apakah kau adalah toaya yang tadi?"
tanyanya kemudian dengan suara tergagap.
Pek In Hoei tersenyum. "Kenapa kau sudah tidak kenali
diriku lagi?" setelah merandek sejenak tambahnya:
"Bagaimana dengan urusan yang kuperintahkan kepadamu
untuk diselidiki?"
"Siangkong, keadaan sekarang betul betul jauh berbeda
dengan keadaan tadi, kau seolah olah baru saja berganti
kulit" "waaaah.... ganteng dan mempesonakan puji pelayan
itu seraya tertawa kikuk, kemudian sambil garuk garuk
kepala terusnya :
"Ooouw.... persoalan yang kau perintahkan kepadaku
telah kulaksanakan dengan baik. Iring iringan tandu tadi
berasal dari Gedung Gubernur propinsi Su Czin sedang
orang yang ada didalam tandu adalah putri kesayangan dari
Gubernur Wie, menurut berita yang teraiar dilratan katanya
n: onya Gubernur sedang menderita sakit yang parah, maka
putrinya sengaja pergi kekuil San Hoa Sie yang terletak di
luar kota untuk mohonkan keselamatanya
"Diminakah letak kuil San Hoa Sie tersebut" kalau aku
mau kesitu harus melewati jalan mana?".
"Siangkong, kalau kau hendak keluar kota naik kuda
maka jalanlah kearah kanan, setelah melewati sebuah
jembatan batu maka akan terlihat sebuah hutan pohon Song
dibalik hutan Song itulah terletak kuil San Hoa Sie ..."
Pek In Hoei mengangguk, tanpa hendak bicara lagi ia
segera keluar dari rumah penginapan itu, dimana sudah
tersedia seekor kuda putih yang tinggi dsn gagah miliknya.
Suara derak kaki kuda bergema diatas jalan batu yang
memanjang keujung kota. kegagahan serta ketampanan
wajah sianak muda ini seketika memancing perhatian
banyak orang, sekarang sinar mata mereka memancarkan
rasa kagum yang tak terhingga
Orangnya cakep kudanya jemplan dan berjalan perlahan
lahan melewati jalan raya yang lebar, dalam sekejap mata
jendela jendela lonceng sama sama dibuka, berpuluh puluh
pasang sinar mata muncul dibalik horden... Namun Pek In
Hoei sama sekali tidak ambil perhatian bahkan matapun tak
melirik sekejap, ia meneruskan perjalanannja keluar dari
kota Tiada bayangan lain yang memenuhi hatinya saat Ini
kecuali bayangan sigadis manis di balik tandu yang telah
menghadiahkan seketip perak kepadanya tengah hari tadi,
hanya gadis cantik semacam itulah yang berkenan dihatinya
sejak dia tahu urusan dan berkelana dalam dunia persilatan
Tanpa terasa ia meraba kepingan uang petak yang ada
dalam sakunya, ia tertawa hambar den pikirnya :
"Entah bagaimana perasaannya tatkala dia menyaksikan
aku mengembalikan kepingan uang perak ini kepadanya"..."
Kemudian ingatan lain berkelebat dalam benaknya, ia
berpikir lebih lanjut :
"Padahal aku sendiripun tidak tahu apa yang harus
kuucapkan terhadap dirinya aku banya ingin berjumpa
sekali lagi dengan wajahnya yacg cantik, sebab aku belum
pernah berjumpa dengan seorang gadis bfgitu menarik,
begitu cantik dan mempesonakan hatiku ..."
Kenangan lama berkelebat didepan matanya. ia teringat
kembali akan pemandangan sewaktu ada digunung Cing
Shia dimana dewi Khiem bertangan sembilao Kim In Eng
bermain khiem dibawah cahaya rembulan, ketika ini dia
merasa gadis she Kim ada1eb gadis tercantik yang pernah
ditemuinya, tapi sekarang dia merasakan betapa jauhnya
perbedaan antara kecantikan wajah Kim In Eng dengan
putri gubernur tersebut ....
"Oooouw, . I hal ini mungkin disebabkan usia Kim
cianpwee yang telah meningkat tua. dia kekurangan daya
tarik yang segar, kekuraegan sifat polos yang lincah dan
kekanak kanakan, lagipula wajahnya selalu murung, selalu
kesal tidak dihiasi Seyuman maka wajahnya kelihatan tidak
secantik nona Wie..."
Sambil memikirkan yang bukan bukan dia meneruskan
perjalanannya kedepan di mana akhirnya ia temui sebuah
jalan kecil yang menyabang dari jalan rasa, secara lapat
lepat terdengar suara aliran air sungai berkumandang
datang dari kejauhan.
Derap kaki kuda kembali menggema memecahkan
kesunyian, mengikuti suara yang berisik otaknya kembali
membayangkan pelbagai persoalan yang memenuhi becak
nya selama ini. ia teringat kembali akan ucapkan Ke Cian
Cian tengah hati tadi dimana ia disebut sebagai Leng Hiat
Khek atau si jago pedang berdarah dingin dengao alis
berkerut pikirnya : Entah siapa yang teleh menyaru dan
menggunakan namaku, entah perbuatan apa pula yang
telah dilakukan sehingga nama ku memperoleh sebuah gelar
sejelek itu Hmmmm ... jago pedang berdarah dingin, siapa
yang tahu aku sijtgo pedang berdarah dingin karena ingin
berjumpa dengan seorang gadis cantik sengaja telah
melakukan perjalanan jauh untuk datang kemari benarkah
aku berdarah dingin ".
Maka diapun lantas teringat pula akan persoalan Cia
Ceng Gak sipedang sakti dari parta! Tiam Cong yang
pernah dikisahkan Kim In Eng kepadanya tempo dulu,
ketika itu Cia Ceng Gak pun mempunyai gelar yang
bernama Thiat Sek Lang Koen, sipemuda ganteng berhati
batu. Mundadak hatinya bergidik, pikirnya :
"Tujuanku turun gunung kali ini adalah menyelidiki apa
sebabhnya dari sembilan partai sama sama keracunan dan
masuk kedalam gua tersebut pada masa yang lampau.
Sungguh aneh sekali, mengapa mereka tinggalksn segenap
kepandaian silat yang dimilikinya namun tidak menceritakan peristiwa yang sebenarnya telah terjadi"
Aaaaeh... sungguh membuat orang jadi bingung dan tidak
habis mengerti."
Ia tarik napas panjang panjang lalu pikirnya lebih jauh:
"Aku tak bisa menghalangi rencanaku untuk membalas
dendam hanya disebabkan urutan seorang gadis cantik
seperti itu dua hari kemudian aku harus berangkat
keperkampungsn Tay Bie San cung untuk menemui sigolok
perontok rembulan, di samping itu jenasah ayahku hingga
kin! belum berhasil ketemukan, rupanya sidewi khiem
bertangan sembilan Kim In Eng telah menguburnja aku
harus temu dirinya!".
Teeeeng...! suara genta bergema lantang ditengah udara
menembusi hutan pohon Song yang lebat. Ditengah
dentuman suara genta, perlahan2 Pei. In Hoei menyebrangi
jembatan batu dan masuk kedalam hutan Pohon Song.
Angin terhembus sepoi sepoi menggoyangkan ranting dan
dedaunan dalam suasana yang hening dan sunyi hanya
kedengaran derap kaki kuda bergerak diatas jalan
beralaskan batu gunung. Selang beberepa saat kemudian
dari kejauhan terlihatlah aebuah bangunan kuil yanog
megah berdiri mentereng dari balik pepohonan, tembok
yang merah dan tinggi menambah keagungan ditengah
hutan tersebut.
Setelah melewati hutan maka terbentanglah sebuah
kebun bunga yang sangat indah rupanya Pek In Hoei tidak
mengira kalau dibelakang hutan tong disisi kuil itu terdapat
kebun yang begitu indah. ia tertegun dan berdiri melengak.
Akhirnya dia menyaksikan seorang dayang berkepang
dua yang memakai baju warna hijau sedang mengejar
kupu2 dalam kebun tadi.
Gerak gerik dayang itu sangat lincah dan enteng, kesana
kemari dia kejar knpu2 tadi, namun tak seekor pun berhasil
didapatkan. Setelah berputar kesana kemari, akhirnya dayang tadi
mengejar kupu kupu itu hingga kedepan kuda pemuda kita,
dia kelibatan terperanjat dan segera berdiri merandek.
Dengan wajah herubah dan sinar mata tercengang ia
awasi wajah Pek In Hoei, lama sekali tak mengucapkan
sepatah katapun jua.
Menyaksikan keadaan orang, Pek Ia Hoei tertawa
hambar. "Nona cilik. apakah kau tinggal disini?" tegurnya.
Merah jengah selembar wajah dayang berbaju hijau itu,
dia mundur dua jangkah kebelakang lalu geleng kepala.
Sekilas pandang Pek In Hoei segera kenali dayang ini
sebagai Coei Jie yang telah mengejek dia sewaktu ada
dipintu kota tadi, sekali lagi dia tertawa hambar.
"Kalau begitu kau tinggal didalam kota?"
Dengan wajah berubah menjadi merah padam, Coei jie
mengangguk. Pek In Hoei tersenyum, biji matanya berputar beberapa
kali, mendadak sambil tertawa tegurnya:
"Bukankah kau bernama Coei jie?".
"Darimana kau bisa tahu?" dengan rada kaget dan mata
yang terbelalak lebar dayang itu berseru.
"Haaaah... haaaah... bukan begitu saja, bahkan akupun
tahu kalau nonamu sedang bersembahyang dalam kuil ini,
benar kan?"
))oo-dw-oo(( JILID 8 DENGAN SINAR mata tercengang Coei-jie mengawasi
pemuda ganteng diatas kuda jempolan berwarna putih itu
lalu ia berseru tertahan.
"Kalau kulihat dari dandananmu, jelas kau bukan
penduduk kota ini, tapi kenapa kau bisa tahu"
Pek ln Hoei tersenyum, sebelum dayang itu menyelesaikan kata katanya dia telah menukas sambil
loncat turuti dari kudanya.
"Cayhe memang bukan penduduk kota ini, tetapi......"
Dia merandek, diawasinya wajah Goei jie tajam tajam
kemudian baru menambahkan:
"Darimana pula kau bisa tahu kalau aku. bukan
penduduk kota ini" Coba katakan!"
Sebab belum pernah kutemui manusia macam kau
didalam kota ini"
Habis bicara ia tutupi wajahnya dengan kipas dan segera
berlalu dari situ.
"Coei-jie tunggu sebentar, ada sesuatu benda yang
hendak kuperlihatkap kepadamu..."
Mendengar seruan itu Coei-jie berhenti dan segera
berpaling. "Pernahkah kau jumpai benda seperti ini" " tanya
pemuda kita sambil melangkah, maju kedepan.
Coei-jie lersenyum, sambil putar badan dan menyingkirkan kipasnya dari wajah ia bertanya :
Benda apa sih yang hendak kau perlihatkan kepadaku"
Apakah...." "
Mendadak matanya terasa jadi silau, dengan sinar mata
penuh rasa kaget dan tercengang ia awasi tangan Pek In
Hoei dengan wajah termangu mangu, lama sekali tak
sanggup meneruskan kata katanya.
"Pernahkah kau saksikan perhiasan MaNau yang begini
indah" Rupanya benda yang beraba ditangan Pek In Hoei saat
ini adalah sebuah perhiasan Manau yang berbentuk jadi
buah to, diatas buah to tadi terdapat dua lembar daun yang
hijau, buah to itu berwarna merah saga dan kelihatan
seakan akan merupakan benda sungguhan.
Coei-jie membelalakkan matanya lebar2.
"Oooouw... belum pernah kujumpai perhiasan MaNau
yang begini indah, begitu menarik seperti ini"
"Inginkah kau mendapatkannya" "
"Maksudmu kau hendak....." seru Coei jie tertegun.
Pek In Hoei mengangguk. Aku hendak hadiahkan benda
itu kepa damu Nah, kemarilah dan ambillah benda ini!"
"Aduuuh ... yaaah mama! Kau beoar benar hendak
hadiahkan kepadaku Tetapi dengan cepat dia menggeleng.
"Aku tidak berani menerimanya"
"Eeesi aneh benar kau ini, coba lihat betapa indah dan
menariknya perhiasan Manau ini, kenapa kau tak mau" "
"Sekalipun sangat berharga sekali benda itu namun aku
tidak berani menerimanya" Aku takut nona tahu dan
mendamprat diriku.... "
"Haaah.... haaah.... haaah... soal itu sih kau tak usah
kuatir!" seru Pek In Hoei tersenyum hambar. "Bilamana
nonamu mendamprat, akulah yang akan menanggung."
Dengan sinar mata tercengang Coei-jie mengawasi
wajah Pek In Hoei tajam tajam, Mengapa kau hadiahkan
benda berharga yang tak ternilai harganya itu kepadaku"
Apakah kau..." "
"Haaah... haaah... haaah ... Apakah kau takut aku
berbuat sesuatu yang tidak beres terhadap dirimu" " Dengan
wajah serius tambahnya : "Aku berbuat demikian karena
aku tahu betapa baiknya liangsimmu, bahkan aku pernah
menerima budi kebaikanmu, maka kuhadiahkan perhiasan
ini sebagai tanda terima kasih yang tak terhingga
kepadamu..."
"Apa" Kau pernah menerima budi kebaikanku" " Seru
Coei-jie. melegak, ia tidak habis mengerti duduknya
perkara. "Aku sama sekali tidak kenal dengan dirimu, mana
pernah kulepaskan budi kebaikan kepadamu" Apa kau
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak salah melihat orang" "
Baru saja ia menyelesaikan kata katanya terdengar dari
belakang ada orang memanggil.
Dengan cepat Pek In Hoei alihkan sinar, matanya
kearah suara panggilan tadi, tampak seorang perwira mnda
yang pernah ditemui siang tadi munculkan diri dari balik
kebun bunga. Air muka Coei-jie seketika itu juga berubah setelah
menjumpai kemunculan perwira tersebut, cepat bisiknya:
"Hey, cepat menyingkir Gak kongcu telah datang!" Pek
In Hoei tersenyum. "Cayhe kan bukan pencuri ataupun
pencoleng, kenapa harus takuti dirinya" "
Sementara itu perwira muda tadi telah membentak lagi
dengan wajah keren.
"Coei-jie. nona sudah mencari dirimu kemana mana,
apa yang kau kerjakan disitu" "
Menyaksikan Pek In Hoei sama sekali tidak mau
menyingkir dari situ bahkan memandang kearahnya sambil
tersenyum, Coei jie merasa amat gelisah bercampur cemas
sambil mendepak kakinya keatas tanah buru buru ia putar
badan dan menyahut : "Gak kongcu..."
"Siang Piauw-moay sudah memanggil dirimu berulang
kali namun belum juga kelihatan kau muncul. Hey,
sebenarnya apa yang sedang kau lakukan disini" "
Merah padam selembar wajah Coei-jie,
"Aku sedang mengejar kupu kupu... "
Belum sampai beberapa langkah dia berlalu, mendadak
dayang itu berhenti lagi seraya berseru:
"Aaaah, mungkin pembicaraan nona dengan Ci 1m Loo
Hong-tiang telah selesai, aku harus segera pergi kesitu ..."
"Tunggu sebentar!" bentak perwira muda itu dengan
wajah keren. Sambil menatap wajah dayang itu tajam tajam serunya:
"Siapakah orang itu" "
"Dia.. dia adalah orang yang tersesat dan bertanya
jalan..." "Heeeh ... heeeeh ... heeeh ... dia adalab orang yang
bertanya jalan jengek sang perwira muda sambil tertawa
dingin... Dengan amat jelas aku dengar dia sedang
menanyakan nama nona kita"
Ia berpaling kearah Pek In Hoei. ditatapnya wajah
pemuda itu dengan sinar mata sinis kemudian tambahnya
ketus : "Setama dua tabun belakangan sudah terlalu banyak
kujumpai manusia manusia hidung bangor yang mendekati
pelayan pelayan keluarga wie hanya untuk alasan
mendekati nona Wie belaka, namun belum pernah
kujumpai manusia kedua yang menyuap dayang orang
dengan barang berharga macam dirimu. Hmmm! Dari sini
dapat kunilai betapa rendah dan bejadnya moralmu cisss...
sungguh memuakkan"
"Hey kawan, janganlah kau memfitnah orang dengan
kata kata seenak udelmu sendiri!" tegur Pek In Hoei dengan
alis berkerut. "Haaaah... haaah... haaah "perwira muda itu segera
tertawa keras "Pelajar rudin yang lemah tak bertenaga
macam kau pun menggantung pedang pura pura berlagak
enghiong. Cuuuh! Keadaanmu benar benar mirip seekor
anjing yang menghiasi ekornya dengan bunga harum.
Hmmm jual lagak murahan!"
"Heeeh... heeeeh... heeeeh kau anggap aku seorang
sastrawan lemah lantas boleh dihina dan dicemoohkan
sekehendak hatinya" Tahukah kau bahwa seorang lelaki
sejati lebih baik dibunuh daripada dihina orang... "
Menyaksikan kegagahan Pek In Hoei di kala sedang
marah rasa dengki dan iri dalam bati perwira muda itu kian
lama bertambah tebal, dengan gemas teriaknya:
"Aku perintahkan kau segera enyah dari sini, kalau tidak
akan kubabat tubuhmu jadi dua bagian
"Jangan! Jangan! Gak kongcu, kau ..." teriak Coei-Jie
dengan hati terperanjat.
"Enyah dari sini dayang sialan, apa yang sedang kau
lakukan disitu" Mau apa kau berdiri terus disana" "
Mimpipun Pek In Hoei tidak mengira kalau dia harus
bentrok dan ribut dengan perwira muda ini banya
disebabkan karena dia ingin bertemu dengan gadis manis
dibalik tandu, terhadap sikap kurang ajar dan tidak pakai
aturan dari pihak lawan ia merasa tersinggung dan
mendongkol. "Hey orang she Gak" ujarnya dengan menahan hawa
marah yang berkobar kobar "Antara diimu dengan aku
sama sekali tidak terikat oleh dendam permusuhan ataupun
sakit haii apapun jua mengapa dalam perjumpaanmu yang
pertama kali dengan diriku, kau lantas punya pikiran uotuk
mencabut jiwaku
" "Bajingan hidung bangor, kalau kau takut modar cepat
cepatlah sipat ekor anjingmu dan enyah dari hutan pohon
song ini, sejak kini bila kau berani memandang sekejap
kearah piauw-moayku lagi, akan kucongkel matamu!"
Sekarang Pek Sn Hoei baru tahu bahwa gadis cantik
dibaiik tandu yang pernah dijumpainya siang tadi bukan
lain adalah adik misan perwira muda ini maka dia segera
tertawa menghina.
"Ooouw ...! Aku kira kenapa saudara marah marah
kepadaku, kiranya kau sedang menaruh cemburu terhadap
diriku. Hmmm Sekalipun piauw-moaymu memiliki wajah
yang tercantik dikolong langit pada dewasa ini, tidak nanti
aku sudi korbankan sepasang mataku hanya untuk
menengok sekejap kearahnya... "
Air muka perwira muda itn kontan berubah hebat,
telapak tangannya diayun kedepan kemudian membabat
kebawah langsung menghajar jalan darah Hiat-cong biat
ditubuh Pek In Hoei
Melihat datangnya ancaman anak muda she Pek segera
kebaskan ujung bajunya dua Jari tangan kirinya menegang
dan langsung membabat urat nadi lawan.
Jurus "Giok-soh-yien-yauw" atau Pohon kumala
bergoyang pinggul yang digunakan perwira muda itu belum
sempat digunakan sampai habis, sekujur tubuhnya tahu
tahu sudah terbungkus dalam kurungan musuh kejadian ini
seketika menggetarkan hatinya, dengan cepat ia mundur
setengah langkah kebelakang dan lintangkan tangannya
melindungi dada.
Pek in Hoei tertawa hambar.
Ilmu Cian-sie-chiu dari partai Go-bie bukan termasuk
suatu ilmu silat yang amat sakti, namun terhadap seorang
yang baru saja kau kenal telah menggunakan ilmu serangan
mematikan yang demikian keji, boleh dibilang hatimu betul
betul telengas"
Ia maju selangkah kemuka dan menambahkan:
"Hey bocah keparat, kau adalah anak murid angkatan
keberapa dari partai Gobie" "
Sekilas rasa kaget berkelebat diatas wajah perwira muda
itu, dengan termangu mangu ditatapnya wajah Pek In Hoei
beberapa saat lamanya, kemudian ia baru menyahut:
"Cayhe adalab anak murid angkatan kedua puluh satu
dari partai Go-bie Leng-siang-kiam atau sipedang salju Gak
Heng. Sekarang aku ingin mohon petunjuk mengenai ilmu
pedang dari saudara"
Kembali Pek In Hoei lertawa dingin.
"Heeeh ... heeeh ... heeeh ... ilmu pedang Liuw-im-kiam
boat dari partai Go-bie mengutamakan kemantapan serta
kegagahan, bagi manusia berangasan yang berhati kasar
dan buas macam kau, sekalipun berlatih sepuluh tahun lagi
pun belum tentu bisa berhasil mencapai taraf yang paling
tinggi, aku lihat lebih baik kita tak usah bertanding lagi!
Percuma" Gak Heng meraung gusar, badannya bergeser
dan maju empat langkah kedepan, pedangnya berkelebat
menembusi angkasa, diantara titik titik cahaya tajam ujung
pedangnya mengancam sekujur badan lawan.
Pek In Hoei mendengus dingin, ia berkelebat masuk
kedalam kurungan cahaya pedang lawan, lengan kanannya
berputar kesamping dan langsung membacok iga kiri
perwira tersebut.
Gak Heng buang tubuh bagian atasnya kebelakang,
ujung ujung pedangnya berputar membentuk satu lingkaran
busur kemudian dari samping sekaligus melepaskan tiga
buah babatan berantai, gerakan ringan lincah dan mantap,
sedikitpun tidak membawa keragu raguan.
Melihat kehebatan orang, Pek In Hoei lantas berpikir
didalam hatinya ;
"Sungguh tak kusangka manusia yang gampang marah
dan terlalu tebal rasa curiganya seperti dia ternyata sanggup
melatih ilmu pedang Liauw-im Kiam-heat hingga mencapai
puncak kesempurnaan aaah, pekerjaan ini bukanlah suatu
pekerjaan yang gampang. Rupanya aku sudah terlalu
pandang rendah dirinya"
Kendati otaknya berputar namun gerakan tubuhnya
sama sekali tidak berhenti, lengan
kanan segera dipentangkan lurus kedepan. lima jari dipantangkan
bagaikan cakar dan menyapu menggunakan jurus "Pek in-
yoe-yoe" atau awan putih memenuhi angkasa
Dalam gerakan barusan ia menggunakan lengannya
sebagai pedang, walaupun serangan yang dilancarkan rada
terlambat namun sasarannya tidak lebih duluan dari
lawannya dengan memakai gerakan yang sama serta
ancaman yang sama ia dahului serangan lawan.
Melihat perbuatan tersebut Gak Heng si perwira muda
itu kerutkan dahinya, sekilas rasa terperanjat berkelebat
dalam benaknya cahaya pedang berkilauan, dengan
memaka1 jurus yang tak berbeda ia babat tengkuk musuh.
Dari gerakan tubuh bagian atas lawan yang miring
kesamping ditambah pula getaran ujung pedang yang
mengancam keatas dalam sekali pandang saja Pek In Hoei
lantas bisa menebak maksud hati orang jelas ia hendak
menebas kutung lengannya lebih dahulu kemudian dengan
memakai jurus "in-siauw-boe-san" atau awan hilang kabut
buyar ujung pedangnya akan menusuk ulu batinya hingga ia
mati konyol. Mengingat kekejaman orang, hatinya jadi panas,
makinya didalam hati :
"Bajingan keparat sungguh keji maksud hatimu" Karena
mangkel maka dia pura purs berlagak pilon, ditunggunya
hingga pedang Gak Heng berputar hendak menebas
lengannya saat itu tiba tiba Pek In Hoei unjuk gigi, lengan
kanannya digetarkan dan langsung menghajar punggung
pedang musuh. Plaaaak ... Diiringi suara yang amat nyaring, senjata
pedang ditangan Gak Heng siperwira mude itu terpapas
kutung jadi dua bagian.
Pek In Hoei tidak berhenti sampai disitu saja, ia maju
semakin kedepan pergelangannya berputar dan menyodok
kedalam secara tiba tiba lima jarinya laksana kilat menotok
dada lawan. Ditengah getaran sang telapak yang berpusing, hawa
murni memancar keluar bagaikan bendungan yang bobol,
tidak ampun seluruh tubuh Gak Heng terangkat ketengah
udara dan terlempar beberapa tombak jauhnya dari tempat
semula. Bruuk... Diiringi suara keras, badannya tidak ampun
lagi mencium tanah.
Kutungan pedang yang berada ditangani Gak Heng pun
mengikuti gerakan terlemparnya sang badan keudara
mencelat keangkasa dan menancap diatas sebuah dahan
pohon Song. Sambil menahan rasa sakit dipantat akibat bantingan itu,
perwira muda tadi tiada hentinya bergumam dengan wajah
kemimik? "Awan Putih memenuhi angkasa... Awan lenyap kabut
buyar... "
"Sedikitpun tidak salah, Im-siauw-boe-san jurus yang
barusan kau gunakan" sambung Pek In Hoei dingin.
Gak Heng meraung keras, ia muntah darah segar dan
roboh menggeletak di tanah.
Sebagai murid terakhir dari Tay Hong siangjien itu
ciangbunjien dari partai Go-bie dia amat disayang dan
dimanja oleh gurunya, iimu pedang Go-bie Kiam-hoat yang
dikuasainya merupakan jago paling lihay dalam murid
angkatan kedua.
Siapa sangka sekarang dia harus menelan pil pahit
ditangan seorang pelajar rudin dengan menggunakan jurus
yang sama dari ilmu pedang Liauw im Kiam-hoat yang
dikuasainya, tidak mengherankan kalau dia muntah darah
saking kesal dan dongkolnya.
Dalam pada itu terdengar Pek In Hoei telah berkata lagi
dengan wajah serius :
"Pantangan yang paling besar bagi orang yang belajar
ilmu pedang adalah sombong tinggi hati dan terlalu
pandang enteng musuhnya kalau kau tak dapat mendalami
inti sari dari pelajaran silat tersebut, maka sebagai
akibatnya..."
Belum selesai dia berkata mendadak terdengar suara
raungan yang rendah tapi berat dan sangat memekikan
telinga berkumandang datang, membuat sianak muda itu
diam diam kaget dan merasakan kepalanya pening.
Alisnya kontan berkerut, mendadak matanya berkilat
terlihatlah serentetan cahaya bianglala yang pendek laksana
kilat meluncur datang kearah tubuhnya.
Terasalah hawa pedang dingin bagaikan salju, begitu
dingin hingga merasuk ke tulang sumsum, hawa pedang
menekan dan menggencet dadanya,
Pek 1n Hoei menggeram rendah, badannya mencelat
keangkasa sambil meloloskan pedangnya.
Sekilas cahaya merah yang sangat menyilaukan seketika
Imam Tanpa Bayangan Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membumbung keangkasa, bersamaan dengan munculnya
segumpal hawa pedang, ancaman cahaya bianglala jadi
seketika lenyap tak berbekas.
Criiiing...! diirirgi suara bentrokan nyaring sebilah
pedang pendek rontok keatas tanah dalam keadaan
terkutung tiga bagian, diikuti munculnya seorang hweesio
tua berjenggot putih dari balik poLon Song.
Sekilas rasa kaget dan tercengang berkelebat diatas
wajah Pek In Hoei, kemudian dengan wajah keren dan
ditatapnya hweesio tua itu tajam tajam.
"Omitohud!"
terlihatlah hweesio itu merangkap tangannya kedepan dada untuk memberi hormat. "Loolap
adalah Ci In. Tolong apakah siauw-sicu adalah Kiam Leng
koen tampan berpandangan sakti amat tersohor dalam
dunia persilatan."
Pek In Hoei tidak menjawab pertanyaan orang,
perlahan-lahan ia angkat kakinya yang telah meninggalkan
dua bekas dalam diatas permukaan tanah, lalu pujinya :
"Hweesio tua, sungguh hebat ilmu pedang Tatmo Kiam-
hoat dari partai Sauw-lim yang kau miliki"
"Pedang Poo-kiam milik siuaw-sicu pun luar biasa
tajamnya!" balas Ci In Tootiang dengan wajah jengah.
"Perlahan-lahan sinar mata berkisar keatas pedang sakti
penghancur sang surya yang tergantung dipinggang sianak
muda itu, alisnya terkerut kencang seolah-olah sedang
memikirkan sesuatu.
Pek In Hoei tertawa hambar.
"Hey hweesio tua, ujung bajumu hampir kutung..."
CI In Hong-tiaag tersentak kaget dan segera angkat
tangan kanannya, kini ia baru temukan bahwasanya ujung
bajunya telah terbabat robek oleh ketajaman pedang lawan,
kini ujung baju itu sedang berkibar tiada hentinya tertiup
angin. Air mukanya kontan berubah hebat, seraya menyapu
sekejap kearah Gak Heng yang meog geletak diatas tanah
serunya : "Siauw sicu, kau datang kemari untuk mengunjungi
Buddba, tidak sepantasnya kalau didepan pintu kuil
mengumbar napsu membunuh dan melukai orang lain ".
"Apa yang kau katakan" aku bukan datang kemari
untuk mengunjungi Buddha, aku tidak mengerti apa yang
kau maksudkan, cayhe datang kesini adalah disebabkan... "
Belum sempat ia menyelesaikan kata-katanya, mendadak sinar matanya berhenti bergerak dan memandang terus kearah depan tanpa berkedip barang
sedikitpun jua.
Rupanya dari balik sebuah jalan kecil disisi kebun
muncul seorang gadis yang amat cantik.
Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 17 Ksatria Negeri Salju Karya Sujoko Pendekar Pengejar Nyawa 4