Istana Yang Suram 13
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja Bagian 13
"Aku tidak ingin terlibat, biar sajalah semua orang dengan persoalan yang tidak aku ketahui ujung pangkalnya, tetapi aku ingin hidup tenang disini"
Ki Ajar Respati tersenyum sambil mengangguk-angguk, katanya "Hampir setiap orang menginginkan hidup tenang, aku juga. Tetapi pada suatu saat ada keinginan lain yang tersembul di permukaan hati, melihat persoalan orang lain seperti sekarang ini"
"Kau masih saja sempat melakukannya"
Ki Ajar Respati terdiam sejenak, karena seorang perempuan yang keluar dari ruang dalam
menghidangkan semangkuk minuman.
Ki Ajar Respati kemudian menceritakan tentang perjalanannya, ia sudah kehilangan anaknya, tetapi ia harus menerimanya dengan tabah.
"Aku sudah gagal dalam tugasku sebagai seorang ayah, aku tidak mampu mengasuh anakku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sbagaimanaana dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa yang
telah mempercayakannya kepadaku, sehingga pada
suatu saat Yang Maha Kuasa mengambil keputusan
untuk memungut anak itu kembali kepadanya"
"O" Ki Reksabahu mengangguk-angguk "Aku ikut
berprihatin"
"Semuanya aku terima dengan lapang dada, tetapi
agaknya itu sudah mendorongku untuk melakukan hal
yang aneh-aneh yang sudah tidak aku lakukan
sebelumnya"
"apakah yang sudah kau lakukan?"
"Diantaranya adalah mencamuri persoalan orang lain
seperti sekarang ini"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, lalu
dengan nada datar ia bertanya "apakah sebenar yang
sedang kau lakukan sekarang?"
"Aku berani bertaruh bahwa yang berada di Lemah
Putih adalah orang-orang dari perguruan Kumbang
Kuning" Ki Reksabahu mengerutkan keningnya, lalu katanya
"Ya, banyak orang yang sudah mengetahuinya bahwa
yang berada di Lemah Putih adalah orang-orang
perguruan Kumbang Kuning"
"O" Ki Ajar Respati termangu-mangu, tetapi iapun
kemudian tertawa "Ah, ternyata aku adalah orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
paling dungu, aku kira aku adalah orang yang memiliki
pengamatan yang sangat tajam, sehingga aku adalah
orang yang pertama-tama mengetahui bahwa orang-
orang yang berkumpul di Lemah Putih adalah orang-
orang Kumbang Kuning"
Ki Reksabahupun tersenyum.
"Nah, jika demikian, maka pengamatanku atas orang
yang baru saja keluar dari halaman rumahmu inipun
tentu bukannya karena ketajaman pengamatanmu"
"Katakan siapakah orang itu?"
Ki Ajar Respati menggeleng, katanya "Aku tidak
mengetahuinya, aku hanya mencurigainya bahwa is
sudah dengan seksama mengamati padepokan Lemah
Putih, ketika seseorang dari Pegunungan Sewu yang
menyeberangi bengawan itu datang, maka iapun
melakukan yang lebih seksama, tetapi tidak terlalu lama
karena iapun segera meninggalkan tempatnya dan
seterusnya seperti yang sudah kita ketahui bersama"
Ki Reksabahu menggelengkan kepalanya, jawabnya
"Aku tidak tahu, dan seandainya aku mengetahuinya, aku
tidak akan berani mengatannya kepada orang lain"
"Kau tidak berani", he, sejak kapan kau menjadi
seorang pengecut", atau barangkali aku sudah terjebak
ke dalam lingkungan yang salah, mungkin kau salah
seorang dari mereka yang sedang melakukan
pengamatan atas orang-orang Kumbang Kuning"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau jangan mengigau" desis Ki Reksabahu "Aku sama sekali tidak tahu menahu persoalannya"
Ki Ajar Respati tertawa, katanya "Kumbang Kuning sedang berusaha untuk menemukan sesuatu di Pegunungan Sewu, menurut pengamatanku bukan saja perguruan Kumbang Kuning, tetapi tentu dari banyak pihak, agaknya kegelisahankulah yang mendorong aku untuk mengikuti seorang yang aku duga adalah orang dari perguruan Kumbang Kuning"
"Darimana kau tahu bahwa orang itu adalah orang Kumbang Kuning?"
"Semula aku tidak tahu pasti, tetapi kehadirannya di padepokan Lemah Putih telah memastikan aku, bahwa orang itu adalah orang Kumbang Kuning"
"Tetapi kenapa kau menjadi gelisah seandainya ada persoalan yang terjadi itu?"
Bab 39 "Adikku Rancangbandang ada di punggung
Pegunungan Sewu itu"
"He, jadi Rancangbandang juga telah dihinggapi ketamakan untuk mendapatkan pusaka yang belum pasti ada itu?"
"Jangan salah mengerti, ia sama sekali tidak menginginkan apapun juga"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu memandang Ki Ajar Respati dengan
heran, kemudian iapun bertanya "jadi apakah kerja
Rancangbandang diatas Pegunungan Sewu?"
Ki Ajar Respati tersenyum, jawabnya "Ada sesuatu
yang menarik perhatiannya, juga karena adanya pusaka
itu, tetapi sama sekali bukan ia didesak oleh keinginan
untuk memiliki pusaka yang mash kabur itu"
Ki Ajar Respatipun mulai bercerita tentang dirinya
sendiri dan tentang adiknya tentang anak muda yang ada
hubungannya dengan kematian anaknya, tetapi justru
karena itu, anak muda itu sangat menarik perhatiannya,
bahkan Rancangbandang telah menyediakan dirinya
mengikuti anak muda itu naik ke guning yang
mempunyai seribu puncak itu.
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, kemudian
desisnya "Menarik sekali, dan kau yang berada di bawah
bukit itu mulai memperhatikan setiap gerak-gerik orang
yang kebetulan kau lihat naik atau turun dari
pegunungan itu"
"Ya, diantaranya adalah orang yang pergi padepokan
Lemah Putih itu"
"Langsung atau tidak langsung, itu berarti bahwa kau
sudah melibatkan dirimu dengan persoalan-persoalan
yang tidak kau ketahui itu?"
Ki Ajar Respati tersenyum "sudah aku katakan"
jawabnya "Aku sekarang dihinggapi penyakit untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mencampuri persoalan orang lain, mungkin karena aku
kesepian sepeninggal anakku"
Ki Reksabahu menggeleng, katanya "Urungkanlah
niatmu, biarlah Rancangbandang melibatkan dirinya,
tetapi sebaiknya kita tidak perlu terjun ke dalam arus air
yang kita tidak tahu betapa dalamnya"
"Aku sedang menjajaginya, tetapi apakah aku dapat
tinggal diam melihat adikku sudah terlanjur basah dalam
penyeberangannya"
"Adikmulah yang bodoh"
"Bukan adikku saja, kami berdua memang boboh,
tetapi dengan demikian kami ingin mendapatkan
keputusan tersendiri yang barangkali tidak dapat
dinikmati orang lain"
"kalau begitu, lakukanlah sendiri, jangan memaksa
aku terlibat pula ke dalamnya"
Ki Ajar Respati memandang Ki Reksabahu sejenak,
namun kemudian gumamnya "Agaknya aku telah salah
memilih kawan kali ini, kawan baik yang selama ini aku
anggap sebagai saudara kandungku sendiri, telah
melepaskan aku, sehingga aku merasa telah kehilangan
sekali, anakku, dan kemudian saudaraku, tetapi dengan
demikian aku menjadi pasti, bahwa aku harus berusaha
membantu kesulitan Rancangbandang. aku tidak mau
kehilangan lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Kau masih suka merajuk seperti dahulu"
"Aku tidak merajuk kali ini, tetapi aku benar-benar kehilangan kesempatan untuk berbuat sesuatu disini"
Ki Reksabahu termenung sejenak, tetapi ia tidak segera menjawab.
"Jika aku tidak mendapatkan keterangan apapun disini, maka aku harus segera kembali ke kaki Pegunungan Sewu, bahkan agaknya aku harus naik untuk mencari adikku yang mungkin terlibat dalam kesulitan bersama Panon Suka"
"Tunggulah" desis Ki Reksabahu "Sejak dahulu aku selalu tersudut ke dalam keharusan seperti ini"
Ki Ajar Respati tidak menjawab.
"Apakah sebenar yang ingin kau ketahui?"
"Aku sudah mengucapkan pertanyaan itu" jawab Ki Ajar Respati "Tentang pengemis yang telah berubah menjadi saudagar kaya berkuda merah gelap itu"
"Iapun seorang kenalan baikku, namanya Kiai Sasak Angin"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun ia masih bertanya "Tentu dari perguruan yang lain dari mereka yang berada di padepokan Lemah Putih"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau mendesak aku, tetapi baiklah, ia memang datang dari perguruan lain"
"Yang lain itulah yang ingin aku ketahui"
"Jangan mendesak lagi, jika aku melibatkan diri, mungkin kau tidak akan melihat aku lagi"
"Kenapa?"
"Aku akan dikubur oleh sanak kadang dan para tetangga, kau tahu bahwa Kiai Sasak Angin tidak akan dapat terlawan oleh siapapun"
Ki Ajar Respati tertawa, katanya "Jika aku tidak mengenalmu, mungkin aku percaya, tetapi ceritamu tentang maut itu sangat menggelikan, siapapun orang yang bernama Kiai Sasak Angin itu"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Ajar Respati, dalam keadaan seperti ini, kita sebenarnya lebih baik tidak ikut campur, mereka adalah orang-orang dari perguruan yang besar, sedangkan kita adalah orang-orang yang karena ketekunan dan sedikit bekal sajalah maka kita berhasil memiliki ilmu yang mungkin justru aneh bagi orang lain, tetapi kita masing-masing adalah sendiri, bukan dari perguruan besar. Sejauh-jauhnya kau menyatukan diri dengan adikmu dan satu dua muridmu yang baru dapat meloncat itu.
"Tidak, aku mempunyai kawan-kawan lain,
diantaranya adalah Panon Suka, dan sekarang aku berada bersamamu, tentu kau mempunyai satu dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang yang kau tugaskan untuk mewarisi ilmumu yang
kau cari bertahun-tahun itu"
Ki Reksabahu termenung sejenak, namun katanya
kemudian "Baiklah, aku akan menyebutkannya, tetapi
tidak lebih dari itu" ia berhenti sejenak. tetapi justru Ki
Ajar Respati yang langsung menebak "Orang itu datang
dari perguruan Cengkir Pitu, bukan?"
"Sekarang kau dapat berkata begitu"
Ki Ajar Respati tersenyum, katanya "Jadi kau tidak
percaya bahwa aku mempunyai perhitungan yang tajam"
Ki Reksabahu tertawa, katanya "Aku percaya kau
memang mengetahui banyak hal"
Sejenak keduanya melupakan ketegangan yang
terjadi di sekitar padepokan Lemah Putih itu.
Namun kemudian Ki Ajar Respati itu berkata "Jika
demikian, apakah kau mash dapat berkata bahwa kau
tidak akan melibatkan diri dalam persoalan ini"
"Tentu, aku memang tidak akan melibatkan diri dalam
persoalan ini, diantara raksasa dari perguruan-perguruan
yang disegani itu, aku tidak lebih dari debu yang tidak
berarti" Ki Ajar Respati tertawa, jawabnya "Kau masih berkata
begitu, apakah kau kira aku tidak tahu bahwa dengan
jari-jarimu kau dapat meremas batu menjadi tepung?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Itu berlebih-lebihan"
"Meskipun demikian, kau harus membuat
pertimbangan-pertimbangan selanjutnnya, tetapi baiklah"
berkata Ki Ajar Respati kemudian "Aku masih akan berada disini untuk tiga hari, aku akan melihat perkembangan padepokan Lemah Putih, mungkin aku masih akan singgah lagi kerumahmu untuk
mendengarkan keputusanmu"
"Aku sudah memutuskan, bahwa aku tidak akan melibatkan diri"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya
"Baiklah, terserah kepadamu, jika kau memang mengambil keputusan itu, lakukanlah, tetapi bahwa kau sudah mengatakan kepadaku, bahwa orang itu adalah orang Cengkir Pitu, maka kau tentu sudah meletakkan satu kakimu kedalam persoalan."
Ki Reksabahu menyahut "Tergantung kepadamu, jika kau memang ingin menyeretku, kau dapat mengatakan kepada setiap orang, bahwa kepada orang Cengkir Pitu itu kelak jika kau menemuinya disini, bahwa aku sudah mengatakannya kepadamu. Nah, dengan demikian berarti bahwa kau sudah menyudutkan aku untuk melibatkan diri lebih jauh lagi"
"Tidak, aku tidak akan melakukannya, aku masih mempunyai kesadaran, seperti kau juga kau. Kau sudah memojokkan aku dengan petunjukmu, karena itu, aku tidak akan memojokkan kau ke dalam kesulitan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
meskipun sebaiknya hal itu sama sekali tidak akan
menyulitkan kau"
"Ah, kau memang tidak mau melihat kenyataan"
"Bailkah, aku akan minta diri, aku masih mempunyai
kewajiban yang sengaja aku bebankan kepundakku, aku
ingin mengetahui serba sedikit tentang Lemah Putih,
Kumbang Kuning dan Ki Ajar Sokaniti yang namanya
tersebar di seluruh bumi Maja Pahit"
"Mudah-mudahan, kau tidak terjebak ke dalam mulut
serigala" "Bagaimanapun juga, aku masih mengharapkan kau
singgah kemari, bahkan akupun senang sekali kau
bermalam di rumahku ini"
"Sampai saatnya orang Cengkir Pitu itu datang dan
mencekekku" sedangkan kau sama sekali tidak ingin
terlibat, sehingga kau tentu akan membiarkan aku mati
tersengal-sengal"
"Rupa-rupanya kau juga tidak ingin terlibat dengan
gelarmu ketika kau masih muda, Burung Elang Dari
Telaga Kembar, He, bukankah kau senang bermain-main
di telaga kembar itu" dan bukankah kau menemukan
isterimu di telaga kembar itu pula?"
"Ah, sudahlah, isteri dan anak-anakku hanyalah
kenangan yang pahit"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Maaf, bukan maksudku, aku hanya ingin mengatakan tentang burung elang itu"
Ki Ajar Respati tidak menjawab, tetapi iapun kemudian minta diri sambil berkata "Saat kita masih muda, kita memang sering berbuat aneh-aneh, kita membuat nama-nama yang dapat memberikan
kebanggan kepada diri kita sendiri, Elang Dari Telaga Kembar memang nama yang bagus, tetapi aku kini tidak lebih dari elang yang tidak bersayap lagi"
"Sudahlah, aku minta maaf" lalu katanya "Sekali lagi aku mengharapkan kau datang ke rumahku dan tinggal disini"
"Aku membawa seekor kuda yang aku sembunyikan, apakah kudaku dapat aku bawa kemari pula?"
"Di belakang ada kandang kuda, kudamu tidak akan menumbuhkan kecurigaan kepada orang lain"
"Malam nanti aku akan datang"
"Ki Ajar Respatipun kemudian meninggalkan rumah Ki Reksabahu, Dialah yang kemudian mengamat-amati padepokan Lemah Putih dengan hati-hati, tetapi Ki Ajar Respati tidak membuat dirinya menjadi sekali pengemis seperti orang Cengkir Pitu itu, tetapi ia berjalan melintasi jalan yang melingkar, kemudian berhenti di belakang batang-batang perdu di tempat yang terasing.
Tetapi dihari itu, Ki Ajar Respati tidak melihat apapun juga yang menarik, meskipun demikian ia masih saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ingin melihat-melihat padepokan orang-orang Kumbang
Kuning itu. Ketika malam menyelimuti padukuhan-padukuhan
disekitar padepokan Lemah Putih, maka Ki Ajar
Respatipun telah membawa kudanya ke rumah Ki
Reksabahu. "Kau dapat melihat-lihat padepokan itu dengan cara
yang lebih baik" berkata Ki Reksabahu.
"Bagaimana?"
"Sawahku ada yang menjorok sampai kedekat
padepokan itu, jika kau mau menjadi pelayanku dan
bekerja di sawah itu, kau akan mendapat kesempatan,
dan kau akan mendapat upah serta makan sehari tiga
kali disini"
Ki Ajar Respati tertawa, katanya "Agaknya kau sudah
mengambil keputusan untuk melibatkan diri"
Ki Reksabahu mengerutkan keningnya, dengan ragu-
ragu ia bertanya "Kenapa kau mendapat kesimpulan
yang demikian?"
"Kau sudah melindungi aku dan memberikan jalan
yang lebih baik untuk melakukan pekerjaanku,
mencampuri persoalan orang lain"
"Ah, tentu tidak, aku hanya memberikan tempat
bermalam kepada sahabatku apapun yang ia lakukan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati masih tertawa, jawabnya "terima kasih, terima kasih, mudah-mudahan kau tidak berlaku seperti itu pula kepada sahabatmu dari Cengkir Pitu itu"
"Aku akan memperlakukan semua sahabatku dengan cara yang sama"
"Ooo, agaknya kau ingin melihat perang tanding?"
Ki Reksabahu tertawa, katanya "Aku tidak peduli, apa yang akan terjadi, tinggallah disini, jadilah pelayanku, aku memerlukan seorang yang dapat mengerjakan sawahku"
Ki Ajar Respati menerima pekerjaan itu dengan senang hati, ia sadar bahwa Ki Reksabahu tidak akan dapat menghidarkan diri dari keterlibatannya yang lebih jauh, dan agaknya Ki Reksabahu itupun tidak akan ingar lagi.
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku percaya kepadanya, ia tidak akan berkhianat seandainya orang Cengkir Pitu itu datang lagi kemari"
berkata Ki Ajar Respati di dalam hatinya.
Di hari berikutnya Ki Ajar Respati sudah berada di sawah Ki Reksabahu, dengan rajin ia mengerjakan sawah itu, seperti mengerjakan sawahnya sendiri. apalagi ternyata bahwa Ki Reksabahupun ikut turun ke dalam lumpur.
Keduanya tidak meninggalkan sawah itu, meskipun matahari yang terik telah membakar punggung mereka, bahkan kemudian matahari itu mulai condong ke barat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hari ini kau benar-benar beruntung" berkata Ki Ajar
Respati. "Kenapa?"
"Aku bekerja sehari penuh, jika tidak terjadi
perubahan apapun yang menarik perhatian di padepokan
itu, maka aku masih akan bekerja lagi disini satu atau
dua hari lagi"
"Tetapi sudah aku katakan, aku akan memberimu
makan tiga kali, pagi tadi kau sudah makan di rumah
sebelum berangkat ke sawah, siang, tadi kau makan nasi
kiriman, dan nanti malam kau boleh makan lagi"
Ki Ajar Respati tertawa berkepanjangan.
Namun tiba-tiba suara tertawanya terhenti, dari
kejauhan ia melihat debu yang mengepul.
"Kau lihat debu itu?"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk. wajahnya tiba-
tiba menjadi tegang dan sungguh-sungguh, bahkan
hampir di luar sadarnya ia berkata "Tentu orang-orang
Kumbang Kuning"
"Ya, mereka menuju ke regol padepokan Lemah
Putih" "Kita menunggu disini, mereka akan melalui jalan
sebelah sehingga kita dapat melihatnya agak jelas"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya
"Mudah-mudahan kita dapat mengenal mereka, atau
salah seorang dari mereka"
Ki Reksabahu mulai mengayunkan cangkulnya lagi
sambil berkata "Aku tidak banyak mengenal orang-orang
Kumbang Kuning, mungkin aku belum mengenal
seorangpun, juga yang baru datang itu"
Ki Ajar Respati mulai bekerja pula seperti Ki
Reksabahu, namun dalam pada itu, perhatiannya
sebagian terbesar ditujukannya kepada orang-orang
berkuda yang sedang mendekati padepokan Lemah Putih
lewat jalan bulak di sebelah sawah yang sedang digarap
itu. Semakin dekat iring-iringan kecil itu, mereka yang
berada di sawah menjadi semakin berdebar-debar,
sekali-sekali mereka mencoba memandang wajah orang-
orang yang menjadi semakin dekat itu, tetapi bagi
mereka masih terlalu sulit untuk mengenalnya.
"Yang dua orang itu nampaknya agak lain" desis Ki
Ajar Respati. "Ya, dan yang seorang itu lagi, pakaiannya memiliki
ciri tersendiri"
"Apakah maksudmu warna putih yang melingkar
lambungnya itu?"
"Ya" Tiraikasih Website http://kangzusi. com
"Ia tentu orang yang disebut Ki Ajar Sokaniti"
"Kali ini aku tidak dapat memberikan tanggapan atas tebakanmu itu, karena aku memang belum pernah melihat orang yang bernama Ki Ajar Sokaniti itu" gumam Ki Reksabahu.
Ki Ajar Respati tersenyum, katanya "Kau memang benar-benar berhasil menjadikan dirimu seorang yang bodoh dan dungu, kau dapat dengan serta merta berlaku seperti orang yang tidak berpengetahuan apapun juga"
"Ah" desis Ki Reksabahu "Bukankah aku memang bodoh dan dungu"
"Jangan memaksa aku untuk berteriak dan
memancing perkelahian dengan orang-orang itu, sekedar untuk membuktikan bahwa kau bukan orang bodoh dan dungu"
"Dan kita bersama-sama mati disini"
"Tetapi aku akan puas, bahwa aku sudah berhasil membuktikan bahwa kau mampu bertempur melawan empat atau lima orang dari perguruan Kumbang Kuning sekaligus"
"Ah, itu berlebih-lebihan, berlebih-lebihan sekali"
Ki Ajar Respati yang berbicara sambil bekerja itupun kemudian terdiam, iring-iringan itu benar-benar telah menjadi semakin dekat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketika iring-iringan itu lewat di jalan bulak sebelah
kedua orang yang bekerja di sawah itu, beberapa orang
diantara mereka berpaling, tetapi mereka sama sekali
tidak memperhatikan lagi.
Ki Ajar Respati yang berhenti bekerja berdiri
memandangi iring-iringan itu tanpa ragu-ragu, seolah-
olah ia tidak mempunyai prasangka apapun juga
terhadap orang-orang yang sedang berkuda melalui jalan
bulak itu, namun dengan demikian, maka orang di dalam
iring-iringan itupun tidak mencurigainya sama sekali.
Ketika iring-iringan itu lewat, maka. Ki Reksabahu
berkata "Kaupun ternyata memiliki kemampuan
memperbodoh diri lebih dari aku"
"He!" desis Ki Ajar Respati "Kau lihat orang yang di
belakang itu?"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"mereka sangat berhati-hati, ternyata iring-iringan yang
terdiri dari lima orang itu masih belum cukup"
"Mereka adalah pengawal-pengawalnya, tetapi cara
yang mereka lakukan nampaknya cukup berhati-hati"
"Tetapi justru orang-orang yang di belakang itulah
yang berbahaya, mereka hanya bertiga"
Kedua orang itupun kemudian melanjutkan pekerjaan
mereka seperti tidak terjadi apapun juga, mereka sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sekali tidak menarih perhatian kepada orang-orang yang
berkuda lewat jalan bulak itu.
Tetapi seperti yang mereka duga, orang-orang itu
nampaknya jauh lebih berhati-hati dari kelima orang
yang terdahulu. Ketiganya telah berhenti sejenak untuk
mengamati kedua orang yang sedang bekerja di sawah
itu. Namun kedua orang itu sudah melanjutkan pekerjaan
mereka, selain kedua orang itu, di sepanjang bulak
memang terdapat beberapa orang yang sedang bekerja
di sawah mereka, sehingga kehadiran kedua orang itu
memang tidak mencurigakan.
Sepeninggal ketiga orang itu, barulah Ki Reksabahu
berkata "Nah, sekarang marilah kita mencoba untuk
membicarakan iring-iringan yang pertama"
"Ya, sebab yang kedua tidak akan ada artinya sama
sekali" sahut Ki Ajar Respati.
"benar" jawab Ki Reksabahu "Nah sebutkan, siapakah
kedua orang yang berpakaian lain dari kawan-kawannya
dan seorang yang memakai tanda kain putih"
"Yang berciri kain putih tentu Ki Ajar Sokaniti sendiri,
ia nampak agung meskipun masih agak muda, yang dua
orang itu tentu dua orang bangsawan yang berada di
dalam lingkungan perguruan Kumbang Kuning" sahut Ki
Ajar Respati. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku sependapat, tetapi biarlah orang-orang Cengkir Pitu kelak memberikan tanggapan, mereka tentu lebih banyak mengetahuinya, karena merekapun telah menempatkan orang-orangnya di sekitar Kumbang Kuning sendiri".
"Kapan orang itu akan datang"
"Aku tidak tahu, tetapi tentu segera, dan aku berharap agar kau juga ikut menunggu, meskipun dengan demikian kau harus tinggal di belakang di rumah kecil yang berada di belakang longkangan bersama pemelihara kudaku"
"Uh, kau benar-benar ingin memanfaatkan tenagaku disini"
Ki Reksabahu tersenyum, namun ia mengerutkan keningnya ketika Ki Ajar Respati berkata "Baiklah, tetapi apakah kau masih tidak ingin terlibat ke dalam persoalan ini?"
Ki Reksabahu menegang sejenak, namun kemudian ia menarik nafas dalam-dalam, dan berkata "Aku akan melibatkan diri ke dalam persoalan ini, tetapi aku belum memutuskan kepada sapa aku akan berpihak, kepadamu,kepada orang-orang Cengkir Pitu atau kepada orang-orang Kumbang Kuning"
Ki Ajar Respati tertawa, sekilas dipandanginya orang-orang berkuda yang menjadi semakin jauh, lalu katanya
"Baiklah, mungkin kau akan berpihak kepada orang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang Guntur Geni yang sudah tidak lagi berpijak pada
ajaran yang sebenarnya"
"Mungkin, mungkin sekali"
Keduanyapun kemudian terdiam, mereka melanjutkan
pekerjaan mereka, meskipun hanya sekedar untuk
mencegah kecurigaan orang. karena sejenak kemudian
keduanyapun meninggalkan sawah mereka dan kembali
ke rumah Ki Reksabahu.
Seperti yang dikatakan oleh Ki Reksabahu, maka Ki
Ajar Respati ditempatkan di bagian belakang rumahnya,
dalam satu bilik yang cukup luas bersama pekatiknya.
Diantara bilik itu dan rumah induk, terdapat sebuah
longkangan yang cukup luas untuk menjemur padi dan
kayu bakar. Tempat itu adalah tempat yang lebih baik bagi Ki Ajar
Respati dari pada ia harus berada di rumah induk, setiap
saat orang Cengkir Pitu itu akan datang, agar ia tidak
langsung terlibat dalam persoalan dengan orang-orang
Cengkir Pitu, maka lebih baik jika ia berada di bilik yang
tersembunyi meskipun harus tinggal bersama seorang
pekatik. Dalam pada itu, pada hari-hari yang terasa amat
panjang itu, istana kecil Pangeran Kuda Narpada yang
terletak di punggung Pegunungan Seribu itu terasa
menjadi semakin suram, mereka sudah tidak mempunyai
persediaan makan yang cukup. Yang dapat mereka
pergunakan untuk mengisi kekurangan makan mereka
sehari-hari hasil kebun yang tidak seberapa banyak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi seisi istana itu mulai menjadi cemas, bahwa
mereka akan segera kehabisan makan sebelum masalah
mereka dapat diselesaikan.
"Aku akan ke padukuhan" berkata Nyi Upih.
"Jangan Nyai" cegah Inten "nanti terjadi malapetaka
atas nyai"
"Aku sudah tua puteri, aku kira, tidak akan ada
gangguan apapun juga."
"Soalnya bukan tua atau muda, tetapi mungkin ada
orang-orang yang mendendam, mendendam seisi istana
ini, aku tidak tahu bagaimanakah perkembangan yang
telah terjadi, sehingga akhir-akhirnya justru kakangmas
Kuda Rupaka yang telah terusir dari istana ini"
"Puteri, bukankah puteri mengetahuinya, bahwa pada
akhirnya Raden Kuda Rupaka sudah mulai
mempergunakkan kekerasan untuk mendapatkan pusaka
yang dicarinya, apapun alasannya, atas ibunda puteri"
Inten Prawesti mengangguk-angguk, namun
kemudian katanya "Tetapi nyai, apakah orang-orang
yang masih ada di dalam halaman istana sekarang ini
tidak patut dicurigai juga", sedangkan kakangmas Kuda
Rupaka saja sampai hati memaksa ibunda untuk
menunjukkan pusaka yang tidak diketahuinya itu, apalagi
orang-orang yang tidak kami kenal itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Nyi Upih menarik nafas dalam-dalam, namun jawabnya kemudian "Puteri, sampai saat ini mereka sama sekali tidak pernah mengganggu kita, mereka adalah orang-orang sederhana yang tidak mempunyai keinginan yang melambung, sehingga mereka tidak memerlukan pusaka apapun juga"
Inten termangu-mangu, dipandanginyanya Nyi Upih dengan sorot mata kecurigaan, seolah-olah ia ingin bertanya, siapakah sebenarnya kedua orang yang mengaku anaknya, tetapi agaknya lidahnya tidak mampu untuk mengucapkannya.
Tetapi agaknya Nyi Upihlah yang mengatakannya tanpa ditanya "Puteri, mungkin puteripun menaruh kecurigaan terhadap kedua anakku, aku sadar puteri, keduanya memang telah melakukan sesuatu yang sama sekali tidak sesuai dengan martabat serta kedudukanku, mungkin memang ada sesuatu yang pantas diketahui, atau yang pantas dicurigai, namun, aku akan menjadi jaminan bahwa mereka tidak akan mengganggu puteri dan ibunda puteri, apalagi tentang pusaka yang sedang menjadi rebutan itu"
Inten menarik nafas dalam-dalam, sebenar kepercayaannya kepada pemomongnya yang setia itu sama sekali tidak susut, namun ia merasa seolah-olah dihadapkan pada suatu teka-teki yang tidak dapat dipecahkannya.
Sementara itu Pinten yang berada di dapur sedang berbincang pula tentang keadaan yang semakin sulit di istana itu, dengan wajah yang gelap Pinten berkata "Nah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bagaimana usaha kalian untuk mencukupi makan kita
disini" Sangkan dan Panon duduk diatas dingklik kayu yang
rendah, mereka memandang bayangan matahari yang
jauh diatas tanah yang kering.
"Pada suatu saat kita harus pergi ke padukuhan" desis
Sangkan. "Tetapi itu berbahaya, mungkin kau akan bertemu
dengan orang-orang yang kecewa itu, aku yakin mereka
masih ada di padukuhan dan bahkan mereka sedang
menunggu bantuan yang akan datang"
"Tetapi pada suatu saat, tindakan yang mengandung
kemungkinan yang paling pahitpun harus dilakukan, jika
tidak, maka kita akan kelaparan semuanya disini,
tanaman di halaman ini semakin lama menjadi semakin
tipis dan kita sudah mulai makan dedaunan bukan saja
sebagai sayur, tetapi justru menjadi makanan pokok"
Sejenak mereka termangu-mangu, namun tiba-tiba
terdengar suara Pinten tertawa, perlahan-lahan dan
serasa tertahan dikerongkongan. Sangkan memandang
Pinten dengan tegang, dengan termangu-mangu ia
bertanya "Kenapa kau tertawa Pinten?"
"Tidak apa-apa"jawab Pinten "Aku ingin sekedar
mengelabui kegelisahanku, sebenarnyalah aku menjadi
gelisah, justru bukan karena aku sendiri, aku masih
memikirkan apakah yang akan terjadi dengan Raden Ayu
Kuda Narpada dan puteri Inten Prawesti"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, ketika ia
memandang wajah Panon nampaknya wajah itupun
menegang pula. Bab 40 Dalam pada itu Ki Mina yang berada di dalam bilik
bersama Panji Sura Wilaga yang terikatpun sebenar telah
dicengkam oleh kegelisahan, berapa hari lagi mereka
yang ada di dalam halaman istana kecil itu dapat
bertahan, dan masih berapa hari lagi Panji Sura Wilaga
akan terikat pada tiang kayu di bilik belakang itu"
Semuanya itu membuat hatinya menjadi gelisah,
namun hampir setiap orang menjadi gelisah justru
karena nasib puteri Inten Prawesti dan ibundanya, bukan
karena diri mereka sendiri.
Sementara itu, mereka yang berada di halaman istana
itu masih belum menemukan cara yang paling baik untuk
memecahkan kesulitan mereka. Satu-satunya jalan yang
mereka ketahui adalah, bahwa salah seorang atau dua
dari mereka harus pergi ke padukuhan.
"Tidak ada jalan lain" desis Sangkan yang masih
duduk di dapur "Apapun akibatnya aku akan
mencobanya"
"Panon memandang Sangkan sejenak katanya
"Apakah itu ketetapan hatimu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya" "Jika demikian, marilah kita pergi, biarlah Pinten dan Paman Mina berada di halaman, jika keadaan memaksa, maka biarlah mereka menyediakan alat yang kita setujui bersama-sama untuk memberikan isyarat"
"Kentongan?" desis Sangkan.
"Dapat juga dipergunakan, jika datang ke istana ini beberapa orang yang sulit untuk di lawan berdua saja, dan bahkan berbahaya juga bagi tawanan kita itu, maka Pinten atai Ki Mina harus memukul kentongan keras-kerasa, jika mereka tidak sempat, biarlah mereka menyuruh Nyi Upih melakukannya"
Akhirnya merekapun sepakat melakukannya meskipun masing-masing saja dibebani oleh kecurigaan, tetapi dengan membagi tugas, rasa-rasanya mereka akan mencapai keseimbangan.
"Tetapi hati-hatilah" berkata Pinten.
"Aku akan berhati-hati" berkata Sangkan, tetapi tiba-tiba saja ia bertanya "He, siapakah yang kau pesan itu", aku atau Panon"
Pinten tidak menjawab, tetapi tiba-tiba saja tangannya menarik sepotong kayu dari perapian yang ujungnya sudah membara.
Namun Sangkan dengan cepat meloncat ke pintu sambil berdesis "jangan Pinten, jangan terlalu garang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten tidak menjawab lagi, tetapi wajahnya menjadi
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gelap seperti mendung yang mulai nampak memenuhi
langit, bahkan kemudian terdengar suara guntur yang
menggelegar meninggalkan gema yang berkepanjangan.
"Musim basah akan segera datang, jalan-jalan tidak
akan debu lagi, dan dedaunan yang mulai menguning di
lereng-lereng pegunungan, akan segera menjadi hijau
lagi" berkata Sangkan "Tetapi kita tidak dapat menunggu
terlalu lama karena persediaan memang sudah habis"
Keduanya kemudian menentukan, bahwa mereka
harus segera berangkat, karena bagi mereka, hari-hari
tidak ada bedanya, apakah mereka akan menunda
sampai besok atau saat itu juga"
Merekapun kemudian menyampaikan keputusan itu
kepada Ki Mina, tetapi Ki Minapun tidak dapat
menunjukkan jalan lain, sehingga karena itu, maka iapun
berkata "Berhati-hati, mungkin ada persoalan yang tidak
kalian duga sama sekali akan terjadi, mungkin kalian
akan menghadapi sikap yang berbeda dari orang-orang
Karangmaja, karena mereka tidak akan dapat
melepaskan diri dari perasaan takut terhadap ancaman
seseorang, jika kalian juga mempergunakan kekerasan
dn ancaman, maka celakalah nasib orang-orang
Karangmaja"
"Aku akan berhati-hati, paman" jawab Panon "Dan
akupun akan berusaha untuk melakukan kekerasan dan
ancaman" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kalian akan dimusnahkan oleh perguruan Cengkir Pitu" geram Panji Sura Wilaga "Kalian tidak akan dapat melawan mereka"
Ki Mina mengeruntukan keningnya, namun Sangkan yang mnejawab "Kau sangka bahwa perguruan Cengkir Pitu akan dengan leluasa berkeliaran di padukuhan Karangmaja" Apakah kau sengaja berpura-pura tidak tahu atau kau terlalu bodoh untuk memperhitungkan, bahwa perguruan Cengkir Pitu akan mengalami benturan yang dahsyat dengan perguruan Kumbang Kuning. Nah sadari, Raden Kuda Rupaka dan Kidang Alit itupun akan segera menentukan siapakah diantara mereka yang berhak untuk hidup terus"
"Persetan" geram Panji Sura Wilaga "Sebelum mereka memutuskan untuk saling bertempur, maka mereka tentu akan membunuh kalian semuanya lebih dahulu"
Sangkan tertawa, jawabnya "Maaf, agaknya otakmu memang tumpul, sehingga kau tidak dapat menilai keadaan yang sebenar kau hadapi sekarang ini"
"Gila. Jika pada sautu saat aku mendapat kesempatan, aku akan memecahkan kepalamu"
Sangkan tertawa pendek, tetapi ia tidak
mengacuhkannya lagi, karena iapun segera berdiri dan berkata "Marilah Panon, agar kita segera mengetahui nasib apakah yang akan kita alami nanti, kita akan pergi berkuda dengan membawa senjata yang paling pantas bagi kita untuk menghadapi segala kemungkinan, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tahu, kau akan memenuhi ikat pinggangmu dengan
pisau-pisau karatan itu"
Panon memandang wajah Sangkan sejenak, namun
kemudian katanya "Kau akan membawa sumbat kelapa
dari kayu wregi itu"
Sangkan tertawa, katanya "Aku sekarang membuat
senjata yang cukup bernilai, sebuah pedang yang besar"
"Itu senjataku" geram Panji Sura Wilaga yang terikat.
Tetapi Sangkan justru tertawa sambil menjawab
"Maaf Raden Panji, aku ingin meminjam senjata ini untuk
satu dua hari, selagi senjata ini masih belum kau pakai,
bukankah kau kini sedang beristirahat?"
"Gila, kau anak setan" Panji Sura Wilaga menjadi
marah, tetapi ia tidak berdaya, selain tubuhnya yang
terikat, di ruang itu ada tiga orang yang tidak akan
mungkin dilawannya.
Dalam pada itu, maka Sangkan kemudian berkata
"Marilah, jangan kau hiraukan Panji Sura Wilaga, pedang
itu kini sudah menjadi milikku"
"Jika kau bertemu dengan Raden Kuda Rupaka, maka
ia akan segera mengenal pedang itu, kau tentu akan
dibinuhnya dan mayatmu akan di lemparkan ke jurang
menjadi makanan anjing-anjing liar" geram Panji Sura
Wilaga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan hanya memandang sebentar, namun
kemudian iapun segera meninggalkan bilik itu diikuti oleh Panon yang telah siap untuk pergi menuju ke padukuhan Karangmaja.
Sejenak kemudian terdengar derap kaki kuda meninggalkan halaman. Pinten yang berada di dapur sempat melangkah keluar pintu longkangan dan melihat debu yang putih mengepul di halaman.
"Siapakah yang pergi Pinten?" terdengar suara dari pintu butulan.
Ketika Pinten berpaling, dilihatnya, puteri Inten Prawesti berdiri termangu-mangu dimuka pintu.
"Kakang Sangkan puteri"
"Sendiri?"
"Tidak, kakang Sangkan pergi bersama Panon ke padukuhan"
"Kenapa mereka pergi ke padukuhan?"
Pinten termangu-mangu sejenak, namun kemudian jawabnya "Mereka ingin meyakinkan diri tentang suasana yang sebenar mereka hadapi sekarang"
Inten menarik nafas dalam-dalam, sejenak ia masih berdiri di muka pintu, kegelisahan yang sangat agaknya telah mencengkam hatinya, keadaan yang tidak menentu selalu menghantui istana kecil yang terpencil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sementara itu, Panon dam Sangkan tidak memerlukan
waktu yang lama untuk mencapai padukuhan, demikian
mereka memasuki gerbang padukuhan, maka merekapun
telah mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan. apalagi ketika mereka menjadi semakin
dekat dengan rumah Ki Buyut di Karangmaja.
Tetapi untunglah, bahwa ketika mereka memasuki
halaman Ki Buyut, mereka tidak menjumpai Kidang Alit
dan Raden Kuda Rupaka, karena itulah merekapun dapat
mengemukakan persoalan mereka kepada Ki Buyut
dengan leluasa.
"Ooo, kami sama sekali tidak berkebaratan untuk
menyerahkan bantuan itu, tetapi sebenarnyalah bahwa
kamu selalu ditakuti oleh Kidang Alit dan Raden Kuda
Rupaka" berkata Ki Buyut.
"Demikianlah mereka berdua sekarang?"
"Mereka agaknya sedang keluar padukuhan, biasanya
mereka juga berada disini atau di banjar, tetapi hampr
setiap saat mereka selalu bertengkar, meskipun
pertengkaran itu hanya terbatas pada pertengkaran
mulut saja"
Panon mengangguk-angguk, namun tiba-tiba ia
bertanya "Tetapi bukankah mereka bertiga?"
"Mula-mula mereka memang bertiga, tetapi seorang
dari mereka telah pergi meninggalkan padukuhan ini
dengan berkuda"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah Ki Buyut tahu, kemana yang seorang itu
pergi?" bertanya Sangkan.
"Aku tidak tahu"
Sangkan dan Panon saling berpandangan sejenak,
tetapi agaknya tanggpan mereka tentang kepergian
saling seorang ketiga orang itu meskipun tanpa mereka
bicarakan, mempunyai banyak persamaan.
Untuk beberapa saat mereka tidak perlu lagi cemas,
jika terpaksa mereka berdua harus berhadapan dengan
Kidang Alit dan Raden Kuda Rupaka, maka
keseimbangannya akan dapat dipertahankan, juga jika
kedua orang itu memasuki.
Tetapi disamping itu keduanya mulai
memperhitungkan kemungkinan berikutnya, kepergian
saling seorang dari perguruan Kumbang Kuning itu tidak
sekedar pergi tanpa maksud.
Tetapi untuk beberapa saat apalagi mereka mereka
masih berada di rumah Ki Buyut, mereka sama sekali
tidak membicarakannya, yang mereka bicarakan adalah
usaha mereka untuk mendapatkan bahan pangan.
"Aku akan membeli sesuai dengan harga yang
sebenarnyanya" berkata Sangkan.
Ki Buyut termangu-mangu, sementara Panon menjadi
heran, dari manakah Sangkan mendapatkan uang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah ia menemukannya di dalam bilik Raden Kuda Rupaka yang dengan tergesa-gesa meninggalkan istana kecil itu" berkata Panon di dalam hatinya, tetapi ia tidak bertanya tentang hal itu, karena dengan demikian mungkin sekali Sangkan akan tersinggung.
Mula-mula Ki Buyut menolak uang yang diberikan oleh Sangkan, tetapi Sangkan berkata "Ki Buyut, seisi istana itu sudah terlalu banyak mengganggu ketenangan padukuhan ini, karena itu kami tidak ingin membebani Ki Buyut dengan persoalan makan kami, terima kasih Ki Buyut, aku hanya sekedar menyampaikan pesan Raden Ayu Kuda Narpada"
Meskipun agak berat, tetapi uang itu akhirnya diterima oleh Ki Buyut, katanya "Baiklah anak muda, tetapi uang ini akan aku simpan dalam ujud bahan makanan, kau dapat mengambil setiap saat, karena kami tidak berani menyampaikannya ke istana itu"
"Terima kasih Ki Buyut, kami seisi istana mengetahui, bahwa sebenarnyalah penduduk Karangmaja telah berbaik hati kepada kami, karena itu, kami tidak akan dapat melupakannya"
Sejenak kemudian, maka keduanyapun meninggalkan rumah Ki Buyut, sambil membawa bahan seperlunya diatas punggung kuda masing-masing.
"Aku tidak tahu, akibat apa yang dapat timbul, jika Sangkan mengetahui serba sedikit tentang guru" berkata Panon di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Karena itulah maka niatnya untuk singgah di tempat yang sudah ditentukan itupun diurungkannya, meskipun demikian ia masih akan selalu berusaha mendapatkan kesempatan melakukannya.
Bahan makanan yang dibawa oleh Sangkan dan Panon itu menumbuhkan harapan-harapan baru dihati para penghuni istana, dengan demikian mereka akan dapat bertahan lebih lama lagi, sehingga keadaan yang lebih baik mungkin akan datang sebelum mereka menjadi kelaparan.
Namun bahan makanan itu bukannya pemecahan dari masalah yang mereka dapatkan itu barulah sekedar penundaan dari seribu kemungkinan yang dapat terjadi, kelaparan, bencana yang ditimbulkan oleh orang-orang yang berkeliaran di sekitar istana itu atau kesulitan-kesulitan yang lain.
"Tetapi untuk sementara puteri bernafas dengan tenang, bukan hanya karena ada persediaan bahan makanan untuk beberapa hari disamping hasil kebun sendiri, tetapi juga karena saat ini di Karangmaja hanya ada dua orang yang berbahaya bagi puteri, Kidang Alit dan Raden Kuda Rupaka" berkata Nyi Upih.
Raden Ayu Kuda Narpada menarik nafas dalam-dalam, bahkan diluar sadarnya ia berkata "Aku tidak mengerti, kenapa Kuda Rupaka harus juga menjadi hantu bagi kami, semula kami berharap terlalu banyak dari padanya, tetapi ternyata bahwa harapan-harapan itu hanyalah harapan yang semu saja"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sudahlah puteri, mudah-mudahan terjadi
perkembangan yang menguntungkan bagi kita semua"
kata Nyi Upih kemudian.
Tetapi harapan yang nampak di wajah Raden Ayu Kuda Narpada nampaknya hanya berkilat sesaat, semakin banyak ia memikirkan nasibnya, maka wajahnya menjadi semakin suram.
Dalam pada itu, Panonpun menjadi semakin gelisah, rasa-rasanya ia dikungkung oleh suatu lingkungan yang tidak tertembus, sebenarnya ia ingin menjumpai gurunya secepatnya, tetapi ia terikat oleh keadaan, ia sadar bahwa bahaya dapat mengancamnya setiap saat, tetapi jika ia membawa Ki Mina serta, maka ia harus memikirkan istana kecil itu, apakah istana itu akan disergap oleh bahaya.
Panon tidak tahu, apakah sebenarnya keberatannya yang paling dalam jika istana itu, dihancurkan oleh sekelompok orang-orang yang menginginkan pusaka yang tersimpan di dalamnya. apakah ia berkeberatan jika pusaka itu jatuh ke tangan seseorang, atau ia berkeberatan jika istana itu rusak", atau barangkali ia tidak mau kehilangan Raden Ayu Kuda Narpada dan puterinya Inten Prawesti atau yang lain.
Panon menarik nafas dalam-dalam, tiba-tiba saja perhatiannya telah terampas oleh seseorang yang lewat di serambi istana, Pinten.
"Siapakah sebenarnya gadis itu?" bertanya Panon kepada diri sendiri, iapun tidak percaya bahwa Pinten
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
adalah anak Nyi Upih, seandainya demikian, maka Pinten
dam Sangkan tentu sudah lama terpisah daripadanya dan
hidup di dalam perguruan yang menempanya menjadi
dua orang kakak beradik yang memiliki ilmu yang tinggi.
"Persetan" geram Panon yang tiba-tiba saja
menyadari bahwa keadaan di luar Padukuhan itu justru
tidak membahayakan karena seorang kawan Kidang Alit
sedang pergi. "Jika aku pergi bersama Ki Mina, maka kami akan
dapat menjaga diri di sepanjang jalan menuju ke tempat
guru menunggu" berkata Panon di dalam hati, lalu
"Sedangkan di halaman ini ada Sangkan dan Pinten yang
akan dapat bertahan pula, jika Kidang Alit dan Raden
Kuda Rupaka mencoba memasuki halaman ini"
Pertimbangan itu ternyata telah mengganggunya,
sehingga akhirnya ia mendapatkan Ki Mina dan
menyatakan kepadanya.
"Apakah kau ingin menjumpai gurumu?" bertanya Ki
Mina. "Jika mungkin paman"
Ki Mina mengangguk-angguk, lalu katanya "barangkali
kesempatan ini adalah kesempatan yang baik, aku tidak
berkeberatan jika kau menghendaki, aku mengawanimu
di sepanjang jalan"
"Apakah tidak ada bahayanya misalnya diluar sadar
Kidang Alit dan Kuda Rupaka mengintai perjalanan kita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau harus menyampaikan kemungkinan itu kepada
gurumu, dengan demikian gurumu akan mengambil
kebijaksanaan lain, mungkin gurumu akan berpindah
tempat atau pertimbangan lain yang akan dilakukannya"
Panon mengangguk-angguk, lalu katanya "Baiklah
paman, aku akan minta diri kepada Sangkan dan Pinten,
mudah-mudahan mereka beradua tidak melakukan
sesuatu yang dapat menghambat perjalananku"
"Kau memang harus minta diri, tetapi kau tidak perlu
menyebut keperluanmu yang sebenarnya, kita masih
belum tahu pasti, siapakah sebenarnya kedua anak-anak
muda itu" Panon menarik nafas dalam-dalam, diluar sadarnya ia
berkata "Tetapi agaknya keduanya benar-benar kakak
beradik" Ki Mina mengeruntukan keningnya, sejenak ia
memandang sorot mata Panon, namun kemudian ia
bertanya "Tetapi mungkin keduanya bukan kakak beradik
dalam arti saudara sekandung, mungkin sekedar saudara
seperguruan, atau barangkali justru suami isteri dalam
perjalanan penyamaran"
"Tidak, tentu bukan suami isteri" bantah Panon
dengan serta merta, tetapi agaknya mereka akan
terkejut bila mendengarnya"
Tetapi Ki Mina yang sudah menyimpan pengalaman
yang luas tidak menyahut lagi, ia menangkap sepercik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perasaan yang tulus dari dasar hati Panon.
betapapunpun anak muda itu mencoba
menyembunyikan, tetapi iapun sadar, bahwa Panon
masih belum menerima kehadiran sentuhan-sentuhan
perasaannya itu, sehingga apabila seseorang
menunjuknya ia justru akan ingkar.
Mereka Panon menyampaikan maksudnya untuk
meninggalkan istana itu barang sehari, nampak wajah
Sangkan menjadi berkerut menegang, sejenak ia
memandang Panon dan Ki Mina berganti-ganti. Dengan
nada yang ragu-ragu ia bertanya "Apakah keperluan
kalian meninggalkan halaman ini", kalian datang minta
tempat untuk berteduh karena kalian adalah perantau
yang tidak mempunyai sanak kadang, jadi apakah arti
kepergian kalian ini?"
Panon dan Ki Mina merasakan nada kecurigaan dari
pertanyaan Sangkan, tetapi itu adalah wajar sekali,.
Maka jawab Ki Mina "Sangkan, kami adalah orang-orang
yang tidak mempunyai sanak kadang didaerah ini, tetapi
kami telah terlibat dalam pertengkaran tanpa ujung
pangkal diluar kepentingan kami secara pribadi, kami
sadar, bahwa kami tidak akan mungkin melepaskan diri
lagi dari belitan persoalan pusaka dan istana kecil itu,
yang kami lakukan adalah sekedar usaha untuk
menyelamatkan istana ini dan terutama adalah diri kami
sendiri, tetapi karena persoalan yang sedang kami
pertimbangkan sekarang masih merupakan suatu usaha
yang belum pasti akan berhasil maka kami tidak dapat
mengatakan apakah yang akan kami lakukan itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan memandang wajah adiknya yang buram, sejenak Pinten justru memandang wajah Panon, namun kemudian dilemparkan tatapan matanya jauh-jauh, namun bibirnya kemudian bergerak perlahan-lahan
"kenapa kau akan pergi Panon?"
"Sudah aku katakan"
"Apakah kau akan kembali?"
"Aku akan kembali"
Namun wajah Pinten menjadi semakin tunduk, seakan-akan ada kata-katanya yang memberati hatinya dan tidak terucapkan.
"Panon" berkata Sangkan kemudian "Yang paling berat bagi kami adalah beban kecurigaan kami terhadap kalian, aku tidak akan ingkar, karena aku tidak mengenal kalian sebaik-baiknya, tetapi kesulitan kami yang lain adalah Panji Sura Wilaga, jika ia perlu pergi ke pakiwan atau kepentingan-kepentingan lain, tentu Pinten tidak akan dapat mengawasinya, sehingga semua beban akan terletak padaku sendiri"
Panon mengeruntukan keningnya, namun mereka ia memandang wajah Sangkan, ternyata, ia sedang memandang adiknya sambil tersenyum.
"Itu bukan urusanku" geram Pinten "Biar saja ia tidak pergi ke pakiwan tiga hari atau empat hari"
"Ia akan membuat bilik itu menjadi bau"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Terserahlah"
Sangkan akan tertawa, tetapi mereka Pinten bergeser
mendekat iapun bergeser pula menjauh.
"Sangkan" berkata Ki Mina kemudian, sebaiknya kali
ini kau melepaskan kecurigaanmu. Kami akan berusaha
untuk mencari jalan keluar dari kesulitan ini, mumpung di
Karangmaja sedang tidak ada orang lain kecuali Raden
Kuda Rupaka dan Kidang Alit, sehingga bahaya bagi kami
dan bagi istana ini, tidak begitu besar seperti jika pada
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suatu saat akan kedatangan orang-orang lain yang tidak
kita ketahui"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, iapun
menyadari, bahwa papda suatu nanti akan datang orang-
orang lain ke Karangmaja karena mereka saling berebut
pusaka itu. Namun demikian rasa-rasanya ia tidak dapat
meleaskan kecurigaannya sama sekali, bahkan iapun
kemudian berkata "Ki Mina, akupun sebenarnya
menduga, bahwa kaupun akan berusaha menghubungi
kawan-kawanmu yang tentu sudah mendekati istana ini
pula" "Aku tidak mempunyai kawan yang lain kecuali paman
Mina" jawab Panon dengan serta merta "Tetapi yang
akan kami usahakan adalah jalan yang mungkin dapat
kita tembus, memang sulit untuk meyakinkanmu, tetapi
demikianlahlah yang sebenarnya akan kami lakukan,
kami tidak mempunyai kesempatan lain kecuali saat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mumpung seperti yang dikatakan oleh Ki Mina, bahwa
yang ada di Karangmaja hanyalah ada dua orang,
mereka tidak akan mengganggu aku dan paman Mina,
tetapi mereka juga tidak akan mengganggumu dan
Pinten disini"
Sangkan merenung sejenak, sekilas dipandanginyanya
wajah adiknya yang tunduk.
"Baiklah" berkata Sangkan kemudian "Tetapi cepatlah
kembali, aku tidak akan mengatakannya kepada Raden
Ayu dan puteri Inten, agar mereka tidak menjadi gelisah"
Ki Mina dan Panon saling berpandangan sejenak, lalu
"Baiklah, aku memang tidak akan lama" jawab Panon
kemudian. Pinten tidak menyahut pembicaraan itu lagi,
nampaknya ada yang sedang dipkirkannya, tetapi tidak
dapat diucapkannya.
menurut pertimbangan terakhir, maka Panon dan Ki
Mina akan meninggalkan istana itu stelah hari menjadi
gelap, dengan demikian ia mengharap bahwa tidak ada
orang yang sempat melihatnya.
"Mudah-mudahan aku dapat kembali sebelum pagi,
tetapi jika tidak, kepergianku tidak akan lebih semalam
dan sehari besok" berkata Panon mereka ia siap untuk
berangkat. Dengan senjata yang dipersiapkan baik-baik, Panon
dan Ki Minapun kemudian meninggalkan istana itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menuju ketempat yang pernah ditunjuk oleh gurunya,
dengan ciri-ciri yang dapat dikenalnya tanpa banyak
kesulitan meskipun mereka berjalan di malam yang
cukup gelap. Tetapi tiba-tiba saja langkah mereka terhenti mereka
mereka melihat sesosok tubuh berdiri tegak di tepi
tebing, seolah-olah dengan sengaja sedang menghalangi
perjalanan mereka berdua.
Panon mengeruntukan keningnya, mereka ia
berpaling, ia melihat dalam keremangan malam, Ki Mina
sedang memandang orang itu dengan tegang pula.
Sejenak keduanya berdiri mematung, mereka
memandang orang itu dengan tatapan mata yang tidak
berkedip. Tetapi agaknya orang itupun masih saja berdiri justru
sambil memandang ke lembah yang gelap terlindung
oleh bayangan pepohonan yang seolah-olah membeku.
Untuk beberapa saat lamanya mereka saling berdiam
diri dengan tegangnya, namun sesaat kemudian Panon
merasa, bahwa ia tidak akan dapat berdiri saja terus
disitu, siapapun orang itu, maka ia harus berjalan terus.
Karena itu, maka iapun memberi isyarat kepada Ki
Mina untuk melangkah maju dengan hati-hati, apapun
yang akan terjadi, keduanya sudah siap untuk
menanggapinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi meskipun kedua orang itu menjadi semakin dekat, ternyata orang yang berdiri di tepi tebing itu masih saja berdiri tegak seolah-olah ia masih belum mengetahui, bahwa ada orang yang datang
mendekatinya. Namun dalam pada itu, semakin dekat Panon dan Ki Mina dengan orang yang berdiri itu, langkahnya semakin menjadi semakin lamban, bahkan Panon kemudian nampak gelisah dan belakang terdengar ia berdesis meskipun suaranya tidak jelas terdengar.
Ki Mina menggamit Panon dng ragu-ragu, dengan isyarat ia bertanya, apakah yang sedang dipikirkannya.
Sejenak Panon dicengkam oleh keragu-raguan, namun kemudian terdengar suaranya perlahan-lahan dalam kebimbangan
"Guru"
"He..?" Ki Mina bertanya.
Tetapi Panon tidak menyahut, iapun kemudian dengan tergesa-gesa melangkah maju semakin dekat. Ia masih ingin menyakinkan dalam keremangan malam, apakah benar-benar yang dilihatnya itu gurunya.
Ki Mina mengikut di belakangnya, tetapi ia tidak kehilangan kewaspadaan.
Beberapa langkah dari orang yang berdiri itu, sekali lagi Panon berdesis lebih keras
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Guru"
Orang memutar tubuhnya, sesaat Panon berdiri tegak,
namun mereka ia yakin bahwa orang itu memang
gurunya, maka iapun segera berlari dan berlutut
dihadapannya. Tetapi orang itu menarik lengan Panon sambil berkata
"Beridi sajalah, aku memang sedang menunggumu, dan
agaknya kau telah membawa seorang kawan"
Panonpun kemudian berdiri, sambil mengangguk
dalam-dalam, ia berkata "Ampun guru, aku tidak dapat
menghadap tepat pada waktunya, karena aku telah
terlibat dalam persoalan yang sama sekali tidak aku duga
sebelumnya"
Gurunya tersenyum, katanya "Aku sudah
menyangkanya, tetapi siapakah kawanmu itu?"
Panon berpaling, lalu katanya "Perkenankan aku
memperkenalkan orang yang sudah banyak melindungi
aku, inilah Kiai Rancangbandang"
Guru Panon itu mengangguk-angguk dalam-dalam,
tetapi Ki Mina segera menyahut "Panon memang selalu
merendahkan dirinya, aku hanyalah sekedar
mengawaninya, tetapi aku tidak pernah berbuat apa-apa"
"Terima kasih Kiai" berkata guru Panon itu "Muridku
memang masih jauh dari pengetahuan dan pengalaman,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
meskipun menurut istilah Kiai sendiri, Kiai hanya
mengawaninya, tetapi itu akan sangat berati baginya"
Ki Mina hanya tersenyum saja, dipandanginya Panon
sejenak, namun kemudian ia hanya mengangguk-angguk
kecil saja. "Kita dapat duduk diatas batu itu" berkata guru Panon
"Kau tidak usah mencariku di tempat yang sudah aku
tentukan sebelumnya, aku tidak lagi berada di sana,
tetapi aku berada di sekitar istana kecil itu"
Panon termangu-mangu sejenak, namun mereka
gurunya yang cacat kaki itu melangkah dan duduk di
sebuah batu, maka Panon dan Ki Minapun segera duduk
pula" "Panon" berkata gurunya "Sebenarnya aku hampir
tidak sabar lagi menunggu, aku ingin kau dapat
menceritakan apakah yang sudah terjadi, aku memang
sudah mendengar serba sedikit tentang istana kecil itu
dan kesibukan yang terjadi di padukuhan Karangmaja,
tetapi sudah tentu yang aku dengar itu tidak akan
selengkap yang kau ketahui"
Panon memandang Ki Mina sejenak, baru kemudian ia
mulai menceritakan apa yang diketahuinya tentang
istana kecil itu, tentang perguruan-perguruan yang
mengelilingi istana kecil itu dengan ancaman-ancaman
yang menggelisahkan.
Ki Mina kadang-kadang ikut pula membantu Panon
mengisi yang terlampau dalam cerita Panon tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keadaan dalam keseluruhan di istana dan di padukuhan
Karangmaja"
Guru Panon mengangguk-angguk dengan nada datar
ia berkata "Jadi Guntur Geni, Kumbang Kuning dan
Cengkir Pitu telah terlibat pula dalam perebutan pusaka
itu". Menggelisahkan, perguruan-perguruan itu kini
sudah dicengkam oleh ketamakan yang dapat
menyuramkan nama sumbernya.
"Masih ada yang harus diperhitungkan guru" berkata
Panon "Siapa lagi?"
"Dalam istana itu terdapat dua orang kakak beradik,
mereka mengaku anak-anak Nyi Upih, pelayan yang
menurut pendengaran kami adalah pelayan yang setia,
yang mengikuti perjalan Pangeran Kuda Narpada sejak
dari Maja Pahit. Kedua adak-anaknya itu bernama
Sangkan dan Pinten. kedua-duanya memiliki ilmu yang
tinggi, yang menurut perhitungan kami, adalah agak
aneh, bahwa kedua anak-anak itu adalah anak-anak Nyi
Upih" Gurunya mengangguk-angguk, tetapi tiba-tiba saja ia
bertanya "Kenapa kau menganggap aneh dan
mengherankan?"
"Nyi Upih nampaknya adalah seorang pelayan yang
tidak mempunyai lingkungan hidup yang lain, tetapi
kedua anak-anaknya ternyata memiliki ilmu yang
mengagumkan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau salah Panon, jangan mengukur sesuatu dari
darah keturunan saja"
Panon terkejut mendengar jawaban gurunya, bahkan
kemudian ia merasa seolah-olah gurunya telah
menghadapkan cermin kepadanya, agar ia mlihat kepada
dirinya sendiri, apakah ia juga seorang yang memiliki
darah keturunan yang luhur.
Panon menundukkan kepalanya, dengan suara datar
ia berkata "Ampun guru, agaknya aku memang sudah
salah menilai, aku hampir lupa bahwa akupun sama
sekali tidak dapat menyebut sesuatu tentang diriku"
Gurunya tersenyum, katanya "Sudahlah, siapapun
orang yang kau sebut, tetapi ia kini berada di dalam
istana kecil itu yang suram itu"
"Ya, guru" jawab Panon.
Bab 41 Gurunya termangu-mangu sejenak, namun kemudian
kepalanya mengangguk-angguk kecil, dan terdengar
suaranya bergumam "Baiklah Panon, aku sekarang sudah
mendapat gambaran yang lebih banyak tentang istana
kecil itu"
"Ya, guru, sebenarnyalah bahwa istana kecil itu
sekarang dikelilingi oleh kemungkinan-kemungkinan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menyeramkan, terutama bagi Raden Ayu Kuda Narpada
dan puteri Inten Prawesti.
"Ya, ya, aku membayangkannya, apalagi jika orang-
orang terpenting dari perguruan-perguruan yang terlibat
itu berdatangan, terutama dari perguruan Kumbang
Kuning dan Cengkir Pitu"
"Ya, guru, dan menurutt perhitungan kami, mereka
tentu akan datang"
Gurunya termenung sejenak, dipandanginyanya
kegelapan malam yang menyelubungi puncak-puncak
pegunungan Sewu, seolah-olah ingin melihat, apakah
yang tersimpan di balik kegelapan itu"
"Panon" berkata gurunya kemudian "Berbeda dengan
perguruan yang kau sebut Cengkir Pitu, Kumbang Kuning
atau Guntur Geni, maka kita hanyalah berdua saja, aku
mengucapkan terima kasih kepada Kiai Rancangbandang
yang sudah dengan tulus berada diantara kita, sehingga
kita menjadi bertiga, tetapi dengan sadar, kita akan
berada diantara kekuatan-kekuatan yang jumlahnya jauh
lebih banyak dari tiga orang saja"
Panon mengangguk-angguk kecil, jawabnya "Ya,
guru, dan mereka pasti akan datang dalam waktu yang
dekat" "Baiklah, tetapi ingat, bahwa kita tidak melakukan
sesuatu karena didorong oleh ketamakan dan pamrih, itu
adalah dasar dari kerja kia sekarang ini, sehingga kita
akan dapat memohon perlindungan dari Yang Maha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kuasa, jika kita yakin berada di jalan kebenaran, maka
kita akan berjalan terus, karena kebenaran akan tetap
merupakan kebenaran, meskipun kita akan gagal"
Panon menarik nafas dalam-dalam, sekilas
dipandanginya Kiai Rancangbandang seolah-olah ia ingin
bertanya, apakah Kiai Rancangbandang akan berjalan
terus atau berhenti sampai sekian.
Agaknya Kiai Rancangbandang dapat menangkap
pertanyaan yang tersirat itu, karena itu, maka katanya
kemudian kepada guru Panon itu "Kiai, aku sudah
terlanjur berada disisi Panon sejak ia memanjat kaki
pegunungan Sewu itu, aku menyatakan kesediaanku
untuk bersamanya apapun yang akan terjadi"
Guru Panon itu menarik nafas dalam-dalam, katanya
di sela-sela desah nafasnya "Terima kasih Kiai, agaknya
Kiai benar-benar telah melakukn sesuatu yang
mengandung banyak kemungkinan, bagaimanakah jika
ternyata Panon dan aku bukannya orang-orang yang
berbuat tanpa pamrih seperti yang Kiai duga?"
"Aku meyakininya, seperti kalian berdua meyakini apa
yang kalian lakukan"
"Terima kasih Kiai" jawab guru Panon, "Namun masih
ada yang ingin aku tanyakan, aku melihat sesuatu yang
menarik sekali di kantung ikat pinggang Panon, agaknya
ia telah mendapatkan sesuatu yang sangat berharga
baginya, apakah benda itu di dapatkan dari Kiai?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kiai Rancangbandang memandang guru Panon dengan heran, karena selama ini Panon
menyembunyikan di dalam kantung ikat pinggangnya, tetapi ternyata gurunya dapat mengetahuinya.
Sejenak Kiai Rancangbandang termangu-mangu, namun kemudian ia bertanya kepada Panon "Apakah yang kau bawa di ikat pinggagmu Panon", apakah batu yang yang kau dapat dari kakang Ajar Respati?"
Panon mengangguk penuh ragu, jawabnya "Ya paman. Aku memang membawa akik Jalu Naga Sisik Sasra, yang aku pinjam dari Ki Ajar Respati"
Kiai Rancangbandang menarik nafas dalam-dalam, katanya "Ya, Kiai, Panon memang membawa batu Jalur Sisik Sasra yang di dapatkannya dari kakakku" ia berhenti sejenak, lalu "Tetapi bagaimana Kiai dapat mengetahuinya?"
Guru Panon itu mengangguk-angguk, lalu "Itu adalah benda yang sangat berguna untuk menghadapi orang-orang Guntur Geni yang senang bermain racun, tetapi juga orang-orang Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu menguasai masalah racun dan bisa dengan sempurna, karena itu sekali lagi aku mengucapkan terima kasih" ia termangu-mangu sejenak kemudian ia bertanya "Tetapi siapakah Ki Ajar Respati itu?"
"Ia adalah kakakku, kakak kandungku"
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Guru Panon itupun mengangguk-angguk pula, katanya kemudian "Pertolongan Kiai kakak beradik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sangat aku hargai, sekarang aku ingin mempersilahkan
Kiai dan Panon kembali ke istana kecil itu, aku akan
selalu berada di dekat istana itu. jika kalian memerlukan
aku, berilah aku isyarat dengan api atau panah sendaren,
bukankah Panon dapat membuat permainan itu?"
Panon mengangguk, jawabnya "Ya, guru, aku dapat
membuat panah sendaren"
"Baiklah kita akan menghadapi persoalan yang sangat
rumit, sebelumnya aku memang belum pernah
membayangkannya, tetapi jika kini harus dihadapi,
apaboleh buat" lalu katanya kepada Kiai
Rancangbandang "Terima kasih Kiai, juga kepada Ki Ajar
Respati, mudah-mudahan aku pada suatu saat dapat
bertemu" Dalam pada itu, Ki Ajar Respati yang berada di tempat
yang jauh dari Pegunungan Sewu, sedang dicengkam
oleh ketegangan, karena usahanya untuk mengetahui
serta sedikit tentang Kumbang Kuning"
Apalagi ia sadar bahwa dalam waktu yang tidak lama,
orang-orang dari Cengkir Pitu akan datang pula
mengimbangi kesiagaan orang-orang Kumbang Kuning.
Tetapi ternyata bahwa dihari berikutnya orang-orang
Cengkir Pitu itu tidak datang lagi ke rumah Ki Reksabahu.
dipagi hari mereka Ki Reksabahu berangkat ke sawah
bersama Ki Ajar Respati yang telah menjadi pembantu
rumahnya, ia berpesan agar jika datang tamu yang
pernah bermalam di rumahnya, ia disusul di sawah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tetapi sampai matahari mencapai puncaknya, tidak
seorangpun yang menyusulnya ke sawah.
"Apakah orang itu tidak kembali?" bertanya Ki
Reksabahu "Tetapi menurutt pesannya, ia mengatakan
bahwa ia akan datang lagi ke rumahku"
"Mungkin nanti, mungkin besok, bukankah ia tidak
memberikan batasan waktu?"
"Tetapi mereka tentu menyadari bahwa kelambanan
ini akan dapat merugikan mereka"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun
kemudian wajahnya menegang, mereka ia memandang
kekejauhan, ia melihat beberapa orang berkuda sedang
menyusul jalan persawahan dari arah padepokan Lemah
Putih. "He, kau lihat?" justru Ki Reksabahu yang bertanya.
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya "Mereka
sudah meninggalkan Lemah Putih"
"Nah, kita akan bertaruh" berkata Ki Reksabahu
"Kemanakah kira-kira mereka akan pergi"
"Menurutt perhitunganku, mereka akan pergi ke
Pegunungan Sewu"
"Ah, seharusnya kau menebak lain, karena aku akan
menebak seperti itu pula" desis Ki Reksabahu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun keduanyapun kemudian kembali kepada kerja mereka, seolah-olah tanpa menghiraukan beberapa orang berkuda di jalan bulak itu, diantara mereka terdapat dua orang yang berpakaian kebangsawanan meskipun tidak terlalu jelas, sedang seorang diantar mereka mengenakan ciri-ciri seorang pemimpin yg disegani dengan warna putih yang melilit pada pinggangnya.
Sambil mencangkul Ki Ajar Respati berdesis "Bagiku mereka adalah jelas, agar aku mengatakan pendapatku lebih dahulu sebelum kau nanti akan mengatakan, bahwa aku hanya sekedar menirukanmu, yang seorang itu adalah Ajar Sokaniti, sedangkan kedua orang bangsawan itu tentu adalah bangsawan yang datang dari Demak, yang telah terlibat ke dalam persoalan pusaka yang sedang mereka cari-cari"
"Siapakah yang mencari pusaka?" bertanya Ki Ajar Respati sambil mencangkul terus.
Ki Reksabahu tidak menjawab, iring-iringan yang menyusuri bulak persawahan itu menjadi semakin dekat.
Seperti saat mereka datang, mereka sama sekali tidak menghiraukan kedua orang yang sedang bekerja di sawah itu, apalagi Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu seolah-olah tidak menunjukkan sikap yang khusus menanggapi mereka, kedua-duanya mengangkat wajah sejak memandang memandang iring-iringan itu sambil bersandar pada tangkai cangkul mereka, kemudian merekapun bekerja kembali, mereka iring-iringan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
telah berada di hadapan mereka, seolah-olah tanpa
mengacuhkannya.
Pemimpin iring-iringan kecil itupun tidak
menghiraukan kekdua orang yang berada di sawah itu,
hanya para pengawalnya sajalah yang agaknya dengan
tajam memandang keduanya, tetapi mereka tidak
berhenti dan tidak berbuat apa-apa.
Iring-iringan itu semakin lama menjadi jauh,
sementara itu Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu masih
tetapi bekerja terus, meskipun mereka mulai berbicara
"Apakah yang sebaiknya kita lakukan?" justru Ki
Reksabahu yang bertanya.
"Maksudmu, apakah kita akan mengikutinya atau
menunggu orang Cengkir Pitu itu?" bertanya Ki Ajar
Respati. "Ya, jika kita menunggu, apakah kita tidak akan
terlambat?"
"Tetapi apakah orang Cengkir Pitu itu memang
lamban?" Ki Reksabahu termangu-mangu sejenak,
diletakkannya cangkulnya sambil bertolak pinggang, ia
memandang iring-iringan yang sudah menjadi semakin
jauh. "Kita tidak dapat menunggu" berkata Ki Ajar Respati
kemudian "Tetapi harus juga dipikirkan, bagaimanalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jika orang Cengkir Pitu itu datang, sedang kau tidak
berada di rumah?"
"Itulah yang membuat aku pusing, tetapi aku dapat
berpesan bahwa aku pergi ke tempat saling seorang
saudaraku yang mengalami musibah"
"Apakah mereka akan percaya?"
"Percaya atau tidak percaya , aku akan menyingkirkan
keluargaku, agar tidak menjadi sasaran kemarahan
orang-orang Cengkir Pitu, bukankah wajar sekali, bahwa
aku pergi dengan seluruh keluargaku untuk kepentingan
yang mendesak sekali karena sanak kadangku
meninggal"
"Apakah mereka tidak akan mencari?"
"Tidak sempat, apalagi setelah mereka mengetahui
bahwa Lemah Putih telah kosong"
Keduanya mengangguk-angguk, lalu terdengar Ki
Reksabahu berkata "Kita akan kembali sekarang, kita
bersiap-siap"
"Apakah kau akan melibatkan diri?" bertanya Ki Ajar
Respati. "Ya, aku akan menyusul orang-orang Kumbang
Kuning dan berpihak kepada mereka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati tersenyum, ia mengenal kawannya yang seorang ini dengan baik, karena itu, ia justru tidak mencurigainya sama sekali"
Keduanyapun kemudian dengan tergesa-gesa kembali untuk mempersiapkan diri.
Seperti yang dikatakan oleh Ki Reksabahu, maka mereka mereka sampai di rumah, maka merekapun segera mempersiapkan diri, Ki Reksabahu tidak saja mempersiapkan kepergiannya sendiri, tetapi ia telah mempersiapkan seluruh keluarganya.
"Untunglah, bahwa anak-anakku memang tidak berada disini" berkata Ki Reksabahu.
"Dimana?" bertanya Ki Ajar Respati.
"Mereka ada di padepokan tempat aku mempelajari olah kanuragan, padepokan kecil yang tidak punya nama di lereng Gunung Lawu"
Ki Ajar Respati mengeruntukan keningnya, lalu
"Padepokan Panjer Bumi"
"He, darimana kau tahu nama itu" " bertanya Ki Reksabahu.
"Kau sudah pikun ya, aku-kan pernah kau ajak mengunjungi gurumu di padepokan itu dahulu"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Ya, anak-anakku berada di padepokan itu, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sekarang padepokan itu berada di bawah pimpinan Putu
Sangga Bumi"
"Gurumu?"
"Sudah meninggal, umurnya sudah sangat tua,
betapapun tinggi ilmunya, tetapi ia tidak akan dapat
ingkar dari panggilan Illahi, bahwa seorang pada suatu
saat akan kembali kehadapan Tuhannya dengan seluruh
tanggung jawabnya"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, dengan ragu-
ragu ia bertanya "Apakah kau akan mengungsikan
isterimu?"
"Ya, ia harus meninggalkan rumah ini, tetapi
sebaiknya ia menyadari apakah yang sedang dihadapinya
sehingga ia dapat mempersiapkan diri"
"Jika demikian, kita akan mengantarkannya lebih
dahulu, sebelum kita pergi ke Pegunungan Sewu"
"Tidak perlu, ia akan pergi sendiri"
Ki Ajar Respati mengeruntukan keningnya, tetapi
sebelum ia bertanya, Ki Reksabahu berkata sambil
tersenyum "Ia akan pergi ke padepokan Panjer Bumi
menyusul anak-anaknya, iapun termasuk salah seorang
murid pada masa lampau"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Kau tidak pernah mengatakannya, aku mengenal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keluargamu, sejak lama meskipun tidak terlampau dekat
kecuali kau sendiri"
"Dalam keadaan yang biasa, aku tidak perlu
menyebutnya, tetapi dalam keadaan seperti sekarang,
kadang-kadang aku perlu juga sedikit menyombongkan
diri, sekedar untuk menenteramkan hati sendiri"
Ki Reksabahu kemudian mengatur segala-galanya,
memang sama sekali tidak disangka, bahwa isterinya
yang tingkah laku dan kerjanya sehari-hari tidak ubahnya
dengan perempuan-perempuan padesan lainnya, adalah
seorang murid dari padepokan terpencil di kaki Gunung
Lawu. "Tetapi ia tidak penting" berkata Ki Ajar Respati
"Isteriku tidak akan terlibat sama sekali, karena itu,
biarlah ia berada di lingkungannya, sehingga apabila
orang lain akan menyeretnya ke dalam kesulitan, ia akan
mendapat perlindungan dari perguruannya, apabila anak-
anaknya berada disana pula"
"Dan rumahmu akan kosong sama sekali?"
"Ada beberapa orang pelayan, orang-orang yang
berakal tidak akan menumpukkan kecurigaan kepada
mereka, karena mereka adalah pelayan-pelayan yang
memang tidak tahu menahu persoalannya"
Ki Ajar Respati hanya mengangguk-angguk saja.
Tetapi mereka ia melihat Nyai Reksabahu
mempersiapkan diri, maka iapun kemudian yakin, bahwa
Nyai Reksabahu bukannya orang kebanyakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ia sudah terlalu sering hilir mudik ke padepokan itu
menengok anak-anaknya, karena itu, baginya bukannya
persoalan baru lagi, tetapi seperti yang aku katakan, ia
tidak akan terlibat, dan perguruan Panjer Bumipun tidak
akan terlibat, karena mereka sama sekali tidak
menghiraukan peristiwa yang terjadi di Pegunungan
Sewu itu" Ternyata kemudian, justru Nyai Reksabahu yang
barangkali lebih dahulu meninggalkan rumahnya, seperti
kebiasaannya saja seolah-olah ia hanya sekedar hendak
pergi menengok sanak keluarga yang tidak begitu jauh,
dengan selendang lurik berwarna gelap ia membawa
sebungkus kecil pakaian yang tidak menumbuhkan
kecurigaan, tetapi yang tidak diketahui oleh seorangpun,
di balik ikat pinggang dan ambennya, terselib sebuah
keris yang khusus, selendang luriknya itu, karena
selendang itu dapat diberinya bandul beberapa bola besi
sebesar kentos salak.
Untuk beberapa lama Ki Reksabahu masih tinggal di
rumahnya, ia mengharap isterinya tidak akan dapat
diketahui lagi arahnya, jika tiba-tiba saja orang-orang
Cengkir Pitu itu berdatangan.
Setelah memberikan beberapa pesan, bahwa ia akan
pergi menyusul isterinya karena keperluan keluarga yang
mendesak, seperti cerita yang direncakan, bahwa ada
keluarganya yang kehilangan salah seorang anaknya,
maka Ki Reksabahu segera mempersiapkan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kiai akan pergi berkuda" bertanya seorang pelayannya.
"Ya" "Bagaimana dengan Nyai, bukankah ia hanya berjalan kaki?"
Ia akan langsung pergi ke rumah saudaraku itu, sedang aku masih akan singgah memberitahukan kepada beberapa orang keluarga yang jauh"
Pelayannya tidak bertanya lagi, mereka mengantar Ki Reksabahu yang diikuti oleh Ki Ajar Respati sampai ke regol halaman
Demikianlah, maka Ki Reksabahu itupun kemudian meninggalkan rumahnya diikuti oleh Ki Ajar Respati, beberapa orang pelayannya memang menjadi heran, bahwa orang yang baru itulah yang dibawanya, namun demikian mereka tidak bertanya terlalu banyak, meskipun mereka tidak terlalu banyak mengetahui tentang kedudukan lurahnya, namun terasa bagi mereka, bahwa memang ada sesuatu yang tidak mereka ketahui pada lurahnya itu.
Demikianlah Ki Reksabahu dan Ki Ajar Respatipun segera menuju ke barat, tetapi mereka tidak akan mengikuti jalan yang biasa ditempuh menuju kearah Pegunungan Sewu, tetapi mereka akan mengambil jalan memintas, melalui daera selatan yang berbukit-bukit, justru bukit-bukit yang kemudian merupakan kepanjangan dari Gunung Sewu itu sendiri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Meskipun jalan melalui daerah selatan itu masih agak
gelap, karena mereka harus melintasi hutan-hutan yang
cukup lebat, meskipun tidak terlalu besar, tetapi di
beberapa bagian mereka akan melintasi padukuhan-
padukuhan yang sudah cukup tamai. Di lembah-lembah
yang subur di sela-sela bukit. Telah banyak dihuni orang
yang ingin bekerja di tempat yang tenang dan tidak
terganggu oleh pergolakan yang sering terjadi diantara
manusia. "Kita akan bermalam semalam diperjalanan "berkata
Ki Reksabahu "Tetapi aku kira kita tidak akan terlambat,
jarak waktu antara kita dengan orang-orang Kumbang
Kuning itu tidak terlalu jauh"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun
kemudian katanya "Kita akan mendekati Karangmaja dari
arah timur"
"Ya, dan mungkin ada pihak lain yang melakukannya
pula seperti kita"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya
"Memang mungkin, karena itu kita memang harus
berhati-hati"
Keduanyapun kemudian memasuki jalur jalan yang
semakin sempit, mereka mereka sampai diujung daerah
persawahan, maka jalanpun menjadi semakin sulit, tetapi
agaknya Ki Reksabahu telah mengenal jalan itu dengan
baik, sehingga ia tidak usah mencari-cari arah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak kemudian mereka, sampai ke hutan alang-alang yang lebat, jalan setapak diantara batang alang-alang itu membawa mereka memasuki sebuah hutan yang cukup lebat, meskipun ditengah-tengah hutan itu menyusup lorong sempit yang panjang.
"Hutan ini merupakan daerah yang kadang-kadang gawat" berkata Ki Reksabahu "Tetapi perampok-perampok kecil itu hanya sekali-sekali saja singgah di daerah ini, karena daerah ini memang tidak banyak dilalui orang"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, memang jalan ditengah-tengah hutan itu memberikan banyak kesempatan bagi orang jahat untuk melakukan kejatahan, tetapi agaknya jalan itu bukannya sawah yang subur bagi mereka, karena memang jarang sekali ada orang yang mengetahuinya.
Tetapi bagi Ki Reksabahu dan Ki Ajar Respati, penjahat-penjahat dan perampok-perampok kecil di hutan itu, sama sekali tidak akan dapat mengganggu perjalanan mereka.
Semakin lama mereka berjalan, semakin dalam pula mereka menyusup ke dalam hutan yang lebat itu, mereka tidak menghiraukan auman harimau atau pekik kera yang saling berkejaran diatas pepohonan.
Namun dalam pada itu, perhatian Ki Reksabahu yang berkuda di depan mulai tertarik pada jejak-jejak di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bawah kaki kudanya, ranting yang patah dan rerumputan
yang terinjak. "Ki Ajar" desisnya "Aku melihat jejak"
Ki Ajar Respatipun kemudian memperhatkan lorong
sempit yang dilaluinya, kuda merekapun semakin lama
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadi semakin lembat, bahkan akhirnya terhenti sama
sekali. Kedua orang itupun segera meloncat dan
memperhatikan jejak yang terdapat di sepanjang lorong
sempit itu pula"
"Sekelompok orang-orang berkuda" desis Ki Ajar
Respati. "Ya, sekelompok kecil orang-orang berkuda, hanya
empat orang" sahut Ki Reksabahu.
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, menurutt
pengamatannya memang hanya sekitar empat orang
berkuda" "Siapakah mereka kira-kira?" bertanya Ki Ajar Respati
"Apakah orang-orang Kumbang Kuning?"
"Menurut perhitunganku, orang-orang Kumbang
Kuning jumlahnya lebih banyak dari empat orang"
"Jadi, siapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu tidak menjawab, namun katanya kemudian "Marilah kita akan mengikutinya"
Keduanyapun kemudian melanjuntukan perjalanan mereka, jejak itu masih termasuk jejak yang baru, orang-orang yang berkuda itu tentu belum melampaui sehari sebelumnya.
Tidak banyak yang mereka persoalkan di perjalanan, semakin lama merekapun menjadi semakin cepat, meskipun kadang-kadang mereka harus terhenti dan dengan hati-hati melangkah satu-satu karena rintangan di perjalanan itu. batang yang roboh melintang, atau sulur-sulur bergayutan diatas jalan sempit itu dipermainkan oleh sekelompok kera.
Namun sekali lagi perjalanan itu terhambat, Ki Reksabahu yang berada di depan memberikan isyarat kepada Ki Ajar Respati agar mereka berhenti sejenak.
"Ki Ajar, apakah kau melihat sesuatu di hadapan kita?"
"Bekas sebuah arena pertempuran" desis Ki Ajar Respati.
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, katanya "Marilah kita lihat, tetapi kita harus berhati-hati, pertempuran di tempat ini merupakan sesuatu yang mencurigakan"
Keduanyapun kemudian meloncat turun dari kuda mereka dan perlahan-lahan maju mendekati tempat yang diduga baru saja menjadi arena pertempuran menilik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pepohonan perdu yang berpatahan, tanah yang
berhamburan dan dedaunan yang rontok ditanah.
Keduanya termangu-mangu sejenak, perlahan-lahan
mereka mendekati gerumbul yang berserakan.
Keduanya terkejut mereka mereka melihat kaki yang
terjulur di bawah dahan-dahan perdu yang berpatahan,
perlahan-lahan mereka meraba kaki yang telah
membeku. "Mayat" desis Ki Ajar Respati.
Ki Reksabahupun kemudian menyibakkan gerumbul
itu, dan dengan dahi yang berkerut, mereka melihat
tubuh yang terbujur kaku
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Mungkin seorang perampok di hutan ini"
Ki Ajar Respati termangu-mangu, apalagi mereka
sekali lagi ia meloncat mendekati sesosok tubuh yang
terbujur, katanya "Sesosok lagi"
Ki Reksabahu mengangguk, jawabnya "Ya, aku kira
dua orang perampok atau lebih, mungkin semuanya
terbunuh, mungkin pula yang lain sempat melarikan diri"
Ki Ajar mengeruntukan keningnya, desisnya "Jika
benar mereka adalah perampok-perampok di hutan ini,
agaknya mereka telah salah memilih sasaran, sehingga
justru merekalah yang terbunuh"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku kira memang demikian, perkelahian inipun tidak menunjukkan perkelahian yang terlalu sengit, mungkin perkelahian itu juga terjadi beberapa lama dan berakhir dengan kematian para perampok itu"
"Kitalah yang mendapat pekerjaan sekarang, ternyata kita tidak akan dapat membiarkan mayat ini berserakkan begitu saja tanpa menguburnya"
Ki Reksabahu mengeruntukan keningnya, katanya
"Jika saja kita tidak melihatnya"
Keduanyapun kemudian membuat lubang diatas tanah yang gembur di hutan itu dengan pisau-pisau belati untuk menguburkan dua sosok mayat itu, meskipun lubang yang mereka buat tidak begitu dalam, namun kedua sosok mayat itu tidak akan menjadi mangsa binatang buas.
"Jarak kita dengan orang-orang yang kita ikuti menjadi semakin jauh" berkata Ki Reksabahu.
"Ya, mungkin perkelahian yang terjadi itu hanya sebentar, lebih pendek dari waktu yang kita perlukan untuk membuat lubang kubur itu"
Keduanyapun kemudian meloncat ke punggung kuda dan melanjuntukan perjalanan.
Jejak beberapa ekor kuda yang mereka ikuti itupun masih nampak jelas, sehingga dengan demikian maka mereka tidak akan kehilangan, menilik arah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ditempuh, maka orang-orang berkuda itupun menuju ke
Pegunungan Sewu.
"Jika bukan orang-orang Kumbang Kuning, tentu
orang-orang Cengkir Pitu" berkata Ki Reksabahu
kemudian "Agaknya orang-orang Cengkir Pitu yang kita
anggap lamban itu justru telah mendahului orang-orang
Kumbang Kuning melalui jalan melintas ini"
"Jika demikian, maka jumlah orang-orang Cengkir Pitu
akan lebih sedikit dari orang-orang Kumbang Kuning,
apakah itu bukan berarti bahwa kedatangan orang-orang
Cengkir Pitu itu tidak akan berarti, karena jika terjadi
pertengkaran dan kekerasan, maka mereka tidak
seimbang" "Tetapi kita belum tahu kemampuan seorang demi
seorang, mungkin orang-orang Cengkir Pitu jumlahnya
hanya sedikit, tetapi mereka adalah orang-orang yang
memiliki puncak kemampuan pada masa sekarang
sehingga yang sedikit itu tidak akan kalah jika terjadi
benturan kekuatan"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk dan Ki
Reksabahu berkata lebih lanjut "Bahkan mungkin orang-
orang Cengkir Pitu mengambil dua jalan menuju ke
Pegunungan Sewu, yang satu lewat jalan ini, yang lain
mengikuti jejak orang-orang Kumbang Kuning"
"Memang mungkin: desis Ki Ajar Respati "Jika benar-
benar seperti yang kita bayangkan, maka angger Panon
dan rb1 benar-benar akan menjumpai kesulitan, mereka
hanya berdua, sedangkan orang-orang yang dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tamak menghendaki pusaka yang ada di Pegunungan
Sewu itu jumlahnya kian bertambah"
Mudah-mudahan tidak semakin bertambah, cerita
tentang pusaka itu telah tersebar sampai ke segenap
penjuru, perguruan Panjer Bumipun telah mendengar
dan pernah mempertimbangkan kemungkinan untuk
memiliki pusaka itu, tetapi Putut Sangga Bumi ternyata
tidak sependapat, ia merasa perguruannya adalah
sebuah perguruan kecil, dan wahyu yang ada pada
pusaka-pusaka itu bukannya harus dicari, tetapi wahyu
yang mencari tempat-tempat yang di kehendakki oleh
wahyu itu sendiri"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya "Putu
Sangga Bumi agaknya memang benar, dengan saling
memperubuntukan pusaka, dan justru melupakan
sumber segalanya, maka yang akan di dapatkan justru
malapetaka, tetapi sayang, bahwa pada masa kini jarang
orang yang berpikir bening, mereka menganggap bahwa
dengan memperebuntukan pusaka-pusaka yang menjadi
sarang wahyu keraton itu dengan cara apapun juga akan
mendapatkan wahyu itu sendiri dan dapat memegang
kekuasaan tertinggi di tanah ini"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, namun kemudian
ia bertanya dengan ragu-ragu, "Tetapi bagaimana
dengan anak muda yang bernama Panon dan
Rancangbandang terlibat dalam persoalan pusaka itu?"
"Aku pernah menceritakannya kepadamu, mereka
sama sekali tidak menginginkan pusaka itu, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mereka mempunyai tugas khusus di dalam istana kecil itu
di Pegunungan Sewu itu"
Ki Reksabahu mengeruntukan keningnya, dan Ki Ajar
Respati bertanya "Apakah kau ragu-ragu?"
"Tidak, aku tahu bahwa kau tidak pernah berkata
sisip, kau selalu mengatakan yang benar menurut
pengertianmu"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun
kemudian keningnya kemudian berkerut mereka Ki
Reksabahu berkata "Tetapi yang aku ragukan adalah
kebenaran pengertianmu"
"Apa maksudmu?"
"Kau memang selalu mengatakan dengan jujur apa
yang kau ketahui, tetapi jika yang kau ketahui itu salah,
maka yang kau katakanpun salah"
"Ooo" Ki Ajar Respati menyahut dengan nada datar
"Jadi yang kau ragukan, apakah tangkapanku tentang
mereka itu seperti apa yang benar-benar ingin mereka
lakukan?" Ki Reksabahu ragu-ragu sejenak, namun kemudian
iapun mengangguk-angguk menjawab "Ya"
Tetapi Ki Ajar Respati menggeleng "Aku yakin,
mereka tidak akan dengan tamak ingin memiliki pusaka
yang sedang diperebuntukan itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu ragu-ragu sejenak, namun kemudian iapun berkata "Mudah-mudahan, tetapi karena kau pernah bertemu dan berbicara dengan anak muda yang bernama Panon dan karena Kiai Rancangbandang adalah adikmu, jika kau lebih tahu daripada aku"
Beberapa saat keduanya saling berdiam diri, mereka menyusur jalan sempit mengikuti jejak kaki kuda yang masih nampak jelas, tetapi mereka tidak dapat menduga siapakah yang telah berkuda mendahului mereka itu.
Bab 42 Seperti yang telah mereka perhitungkan, maka mereka matahari menjadi semakin rendah, maka mereka harus mencari tempat bermalam di perjalanan, tetapi bagi keduanya, mencari tempat untuk sekedar tidur bukannya hal yang sulit.
Mereka malam tiba, maka merekapun mengikat kuda pada batang perdu, demikian mereka keluar dari, mereka mencari tempat yang terlindung oleh gerumbul-gerumbul perdu, tidak jauh dari jalur jalan yang sedang mereka lewati menuju ke arah Pegunungan Sewu.
"Kiai" berkata Ki Ajar "Aku ingin mengusulkan sesuatu"
Ki Reksabahu mengeruntukan keningnya, lalu "Kau sudah terlalu banyak mengusulkan sesuatu kepadaku sehingga aku yang semula tidak ingin terlibat dalam persoalan pusaka ini, tetapi kau telah berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
memancing aku sampai ke tempat ini dan sekarang kau
masih akan mengusulkan sesuatu"
Ki Ajar tersenyum, sambil duduk memeluk lututnya di
dalam kegelapan malam ia berkata "Jangan merajuk
begitu, tetapi usulku kali ini adalah usul yang baik sekali"
"Apa yang kau usulkan itu?"
"Marilah, singgah saja di rumah adikku, mungkin kita
akan mendapatkan beberapa keterangan dari beberapa
orang tetangga. Rumah adikku terletak di kaki
Pegunungan Sewu pula"
Ki Reksabahu termangu-mangu sejenak.
"Tetapi kita tidak akan mengikuti jejak kaki kuda itu
untuk selanjutnya" sambung Ki Ajar Respati.
Ki Reksabahu masih termangu-mangu, katanya "Ada
pertimbangan tersendiri, dengan demikian kita akan
kehilangan jejak itu, dan kita tidak akan mengetahui
siapakah yang telah mendahului naik ke Pegunungan
Sewu, tetapi imbangannya, mungkin kita akan mendapat
keterangan dari beberapa orang yang mungkin melihat
sekelompok atau lebih orang-orang yang naik ke
Pegunungan Sewu"
"Tetapi jalan naik adalah banyak sekali"
"Itulah" desis Ki Reksabahu kemudian, namun "Aku
lebih senang singgah ke rumah adikmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kita dapat melanjuntukan perjalanan sekarang, kuda kita telah beristirahat cukup"
"Sebentar lagi, biarlah mereka makan rerumputan dahulu"
Sejenak kemudian, merekapun mulai berkemas lagi, mereka tidak lagi ingin bermalam di pinggir hutan itu, setelah kuda mereka mendapat cukup makan dan beristirahat, maka perjalananpun dilanjuntukan.
Tetapi mereka tidak berkuda semalam suntuk, menjelang fajar mereka berhenti, membiarkan kuda mereka minum di sebuah parit yang mengalirkan air yang bening.
"Kita sampai ke sebuah bulak" desis Ki Reksabahu
"Kita sudah mendekati padukuhan adikku"
Keduanya kemudian duduk untuk beristirahat sejenak sambil bersandar pohon yang ditanam berderet-deret di pinggir parit, tetapi mereka sama sekali tidak memejamkan matanya, karena langitpun segera membayangkan warna mereka.
Mereka fajar menyingsing mereka telah berpacu kembali di jalan bulak ya panjang menuju ke padukuhan Kiai Rancangbandang.
Mereka keduanya sempai di rumah itu, maka mereka mendapatkan rumah itu masih kosong, seorang pelayan yang melihat Ki Ajar Respati datang mempersilahkannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
naik ke pendapa, kemudian menerima kendali kuda
kedua tamunya dan membawanya ke belakang.
"Apakah Kiai Rancangbandang belum pernah
kembali?" bertanya Ki Ajar Respati mereka pelayan itu
kemudian datang lagi membawa dua mangkuk munuman
panas. "Belum Ki Ajar, sejak Kiai Rancangbandang
meninggalkan padukuhan ini bersama anak muda itu, ia
belum pernah kembali lagi"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk.
"Tetapi Ki Ajar" berkata pelayan itu kemudian
"Kemarin malam, telah datang seorang yang belum
pernah aku kenal menanyakan Ki Ajar"
"Siapakah namanya?"
"Orang itu tidak mau mengatakan namanya, tetapi ia
dapat menyebut nama Ki Ajar Respati, kakak dari Kiai
Rancangbandang"
Ki Ajar Respati termangu-mangu sejenak, lalu
"Apakah ia akan kembali lagi?"
"Ya, ia akan kembali lagi segera, ia perlu bertemu
dengan Ki Ajar dalam waktu singkat"
Ki Ajar Respati menjadi tegang, tentu ada sesuatu
yang penting. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dalam pada itu, Ki Reksabahupun menarik nafas dalam-dalam sambil bergumam "Aku akan langsung terlibat, agaknya hari ini juga"
Ki Ajar Respati memandang kawannya sejenak, namun iapun tersenyum sambil berkata "Kau masih saja mengeluh"
"Biarlah jika aku terlibat, jangan sebut perguruan Panjer Bumi, perguruanku tentu tidak akan memperdulikan aku seperti yang aku minta, agar jika terjadi sesuatu, biarlah menjadi tanggung jawabku sendiri"
Ki Ajar tertawa, katanya "Tentu, tentu Kiai, tetapi kau tidak akan terlibat terlalu jauh"
Keduanya kemudian terdiam sejenak, pelayan yang menghidangkan minuman dan kemudian juga makanan itu telah meninggalkan pendapa dam membuka pintu pringgitan dari bagian dalam rumah itu.
"Silahkan beristirahat di ruang dalam" berkata pelayan itu.
"Baiklah, terima kasih. Tetapi udara masih terasa sangat panas"
Pelayan itu tidak menyahut meskipun ia sendiri sama sekali tidak merasakan udara yang panas di pagi hari itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Setelah minum beberapa teguk dan makan makanan beberapa potong, maka keduanyapun kemudian masuk ke ruang dalam. Mandi di pakiwan dan berganti pakaian.
"Jika Kiai ingin tidur, karena semalam suntuk Kiai tidak tidur, aku persilahkan"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, tetapi ia kemudian bertanya "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"
"Belum tahu, mungkin juga tidur"
Keduanyapun kemudian masih duduk beberapa lamanya, pembicaraan mereka masih saja berkisar tentang Pegunungan Sewu dan orang yang sedang mencari Ki Ajar Respati.
Namun kemudian keduanyapun berbaring di dalam bilik yang terpisah untuk sekedar beristirahat.
Tetapi keduanya ternyata tidak dapat memejamkan matanya, berbagai macmam bayangan telah bermain di dalam angan-angan mereka. apalagi pada Ki Ajar Respati, bukan saja tentang Kiai Rancangbandang, Panon dan orang yang mencarinya, tetapi ia mulai berangan-angan pula tentang murid-murid dan anaknya yang muda.
"Mudah-mudahan mereka tidak sia-sia dalam pengasingan diri selama aku disibukkan oleh persoalan yang sebenarnya tidak banyak aku ketahui ujung pangkalnya ini" katanya kepada diri sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun ia percaya, bahwa kedua muridnya yang pernah menempuh jalan sesat bersama anaknya yang tua, yang terbunuh justru oleh Panon Suka itu, benar-benar menyadari betapapun buruknya tingkah laku mereka di masa lampau dan kini mereka sedang menempa diri dengan tujuan hidup yang lain dari yang pernah mereka lakukan itu bersama dengan anaknya yang muda.
"Jika aku sudah selesai dengan persoalan yang tidak aku mengerti ini, aku akan segera berada kembali diantara mereka dalam ketenangan" desisnya.
Hari itu, tidak banyak yang dilakukan oleh kedua orang itu, Ki Ajar Respati yang sudah dikenal oleh beberapa orang di sekitar padepokan Kiai Rancangbandang itu berusaha untuk memancing keterangan dari beberapa orang, tetapi tidak seorang yang dapat menceritakan tentang kelompok-kelompok yang memanjat naik Pegunungan Sewu.
"Mereka tidak melalui jalan ini" desis Ki Ajar Respati kepada Ki Reksabahu.
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, katanya "Jika aku tahu seperti ini, aku kira lebih baik mengikuti jejak kaki-kaki kuda itu"
"Jika saja aku tahu, untunglah bahwa aku tidak tahu sebelumnya"
Ki Reksabahu tidak menyahut, iapun menyadari, jika seseorang mengerti apa yang akan terjadi, maka akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jarang sekali seseorang menyesali perbuatannya yang
keliru. Sementara itu, kedua orang itupun mulai menjadi
berdebar-debar mereka langit menjadi semakin buram,
perlahan-lahan malam mulai turun, keduanya
memperhitungkan bahwa orang yang mencari Ki Ajar
Respati itu akan datang lagi untuk suatu persoalan yang
penting. Diam-diam keduanya telah mempersiakan diri
menghadapi segala kemungkinan, bahkan seandainya
mereka harus menghadapi kekerasan.
Karena itulah, maka keduanyapun justru tidak berada
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di dalam rumah, mereka berdua duduk di pendapa
menghadapi kemungkinan yang bakal terjadi.
Semilirnya angin malam terasa dingin sampai ke
tulang, dedaunan bergerak-gerak saling bersentuhan
seolah-olah ingin saling menghangatkan diri.
Gelap malam semakin lama menjadi semakin pekat,
namun Ki Reksabahu masih duduk di pendapa bersama
Ki Ajar Respati.
Di halaman dua orang pekerja di padepokan itu
melintas dan hilang di longkangan samping.
Terasa malam menjadi semakin sepi, namun hati
kedua orang itu rasa-rasanya menjadi semakin bergelora,
mereka mulai merasakan sentuhan firasat, bahwa
memang ada seseorang yang mendekati pendapa itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kedua orang itupun seperti bersepakat, bergeser
setapak, kemudian bersama-sama bangkit dan bergerak
saling menjauhi, keduanyapun kemudian turun tangga
pendapa di tempat yang berseberangan dan berdiri tegak
di halaman. Sejenak kemudian keduanya melihat pintu tegol
halaman bergeser perlahan-lahan, dengan tegang
keduanyapun melihat sesosok bayangan yang bergeser
patah-patah memasuki regol itu.
Tetapi bayangan itupun segera berhenti, agaknya
iapun segera melihat bahwa di halaman itu telah
menunggu dua orang yang berdiri tegak dengan penuh
kesiagaan menghadapi segala kemungkinan.
Sejenak mereka hanya saling berpandangan meskipun
mereka tidak segera dapat melihat wajah masing-masing
dengan jelas. Akhir Jilid 10 ******** Jilid 11 BARU sejenak kemudian orang yang memasuki regol
itu bertanya "Apakah aku berhadapan dengan Ki Ajar
Respati?" Ki Ajar Respati menjadi semakin berdebar-debar,
namun kemudian ia menjawab dengan penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kewaspadaan "Ya, aku adalah Ki Ajar Respati, siapakah
kau Ki Sanak?"
Orang itu termangu-mangu sejenak, namun kemudian
jawabnya dengan nada seakan-akan tertelan kembali ke
dalam perutnya "Wirit, namaku Ki Wirit"
Ki Ajar Respati terdiam sejenak, dipandanginya orang
yang menyebut dirinya Ki Wirit itu dengan tatapan mata
yang tajam. "Aku belum pernah mendengar namamu Ki Sanak"
berkata Ki Ajar Respati.
"Ya, kau tentu belum pernah mendengar namaku, aku
adalah orang yang hidup terasing dan tidak banyak
dikenal oleh orang lain kecuali oleh orang-orang
padukuhan tempat aku tinggal" ia berhenti sejenak, lalu
"Tetapi siapakah kawanmu yang ada bersamamu itu Ki
Ajar Respati?"
Ki Ajar Respati berpaling memandang Ki Reksabahu,
baru kemudian ia menjawab "Ia adalah kawanku sejak
masih muda, kami berpisah untuk menempuh jalan hidup
kami masing-masing, ia adalah seorang petani, sedang
aku adalah seorang yang menggarap sebidang tanah
padepokan terpencil, namun kami sering bertemu agar
persahatan kami tidak putus"
"Terima kasih. Jika demikian, kehadirannya tidak akan
mengganggu pembicaraan kita"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ki Sanak" berkata Ki Ajar Respati kemudian "Apakah kau seseorang yang dikatakan oleh pelayan di padepokan ini, pernah datang kemari mencari aku kemarin?"
"Benar Ki Sanak, aku memerlukan Ki Ajar, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan"
Ki Ajar Respati menjadi ragu-ragu, tetapi kemudian iapun mempersilahkan tamunya "Marilah Ki Wirit, naiklah ke pendapa, aku ingin mendengar, apakah keperluan Ki Wirit dengan aku, karena aku belum mengenalmu sebelumnya"
"Terima kasih, Ki Ajar" jawab Ki Wirit dan sejenak kemudian iapun melangkah mendekati dengan langkah yang lamban, ternyata orang itu adalah orang yang cacat kakinya.
Sejenak kemudian ketiga orang itupun telah duduk di pendapa, dengan ragu-ragu Ki Ajar bertanya " Ki Wirit, aku merasa selalu didesak oleh perasaan ingin tahu, apakah keperluan Ki Wirit mencari aku"
"Ki Ajar" jawab Ki Wirit "Mula-mula aku sangat tertarik oleh perbawa dari sebuah batu yang tersimpan di kantong ikat pinggang anakku, ternyata bahwa batu itu adalah batu yang sangat berharga baginya dan justru akan dapat melindunginya selama ia berada dalam pengembaraan di Pegunungan Sewu, ternyata bahwa batu itu adalah batu akik yang menurut keterangannya didapatkan dari Ki Ajar Respati"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati mengerutkan keningnya, katanya "Ya, aku pernah meminjamkan kepada seorang anak muda sebuah batu akik yang sudah diembani dalam bentuk sebuah kalung Jalu Sisik Sasra"
"Kalung itu ada pada anakku sekarang, agaknya ia sangat berhati-hati, sehingga benda itu selalu disimpannya di dalam kantong ikat pinggangnya"
Ki Ajar Respati termangu-mangu sejenak, nampaknya ia sedang mengingat-ingat, baru kemudian ia mengangguk-angguk sambil berkata "Aku ingat sekarang, anak muda itu memang pernah menyebut namamu Ki Wirit. ia mengaku bernama Panon. bukankah ia muridmu?"
"Benar Ki Ajar, kedatanganku adalah untuk mengucapkan terima kasih, aku adalah orang tuanya, sedang anakku menerima anugerah yang sangat besar, sehingga dapat meminjam batu akik yang sangat berharga itu, apalagi aku sudah mendengar semua yang telah terjadi dengan muridku, dan korban yang jatuh karena kesombongan anakku itu, justru anak Ki Ajar Respati sendiri"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Sudahlah, semuanya sudah terjadi, takdir Yang Maha Kuasa tidak akan dapat diingkari oleh siapapun juga, meskipun ia termasuk manusia yang paling mumpuni sekalipun"
Ki Wirit mengangguk, dengan nada datar ia berkata
"Aku sekedar menyampaikan perasaan yang terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menekan hati selama ini, aku merasa belum puas jika
aku belum mengatakanya kepada Ki Ajar, sebagai
ucapan terima kasih dan sebagai permintaan maaf yang
tidak ada taranya"
"Sudahlah, sudahlah Ki Wirit, jika kau sudah bertemu
dengan muridmu, aku ingin mendengar kabarnya dan
tentu saja kabar tentang adikku, karena kepergian Panon
itu telah diantar oleh Rancangbandang"
Ki Wirit termangu-mangu sejenak, namun iapun
menceritakan keadaan padukuhan Karangmaja dan
istana yang suram itu. menceritakan tentang kedudukan
Panon dan Kiai Rancangbandang yang menyebut dirinya
Ki Mina" "Mereka dalam kesulitan" berkata Ki Ajar Respati
diluar sadarnya.
"Apalagi disaat terakhir" berkata Ki Wirit "Akupun
merasa wajib, setelah bertemu dengan Kiai untuk segera
kembali ke sekitar istana kecil itu, aku telah melihat
sekelompok orang-orang Cengkir Pitu dan sekelompok
yang lain dari Kumbang Kuning telah naik pula hari ini"
"Hari ini", baru hari ini?"
"Menjelang senja, mereka menempuh jalan yang
berbeda, aku melihat keduanya dari sebuah puncak kecil
di bukit padas di sebelah timur Karangmaja, tetapi
keduanya menuju ke padukuhan itu. ketika kemudian
hari menjadi gelap, dan keduanya mendaki pada jalan
yang lain, aku tidak dapat melihat mereka keduanya ,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
aku lebih senang mengikuti kelompok Kumbang Kuning
yang agaknya langsung menuju ke padukuhan, namun
agaknya keduanya sudah saling mengetahui"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, hampir
diluar sadarnya ia berkata "Jadi kedua kelompok itu telah
bersama-sama naik ke Pegunungan Sewu", tetapi
apakah yang Ki Sanak ketahui tentang kelompok
Kumbang Kuning?"
"Akupun kemudian meninggalkannya dan turun ke
padukuhan ini untuk menemui Ki Ajar, agaknya waktuku
tinggal malam ini, karena mungkin sejak besok, kejadian-
kejadian yang tidak terduga akan menggoncakkan
puncak Pegunungan Sewu. Aku tidak boleh terlalu jauh
dari muridku, karena akulah yang menugaskannya
mendaki bukit itu. apa yang terjadi atasnya, harus terjadi
pula atasku, karena akulah yang mempertanggung
jawabkan perjalanannya"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya
"Akupun mempunyai kepentingan Ki Wirit, adikku ada di
puncak Pegunungan Sewu pula bersama anak muridmu"
"Aku akan mencoba berada bersama mereka berdua
dalam kesulitan meskipun barangkali tenagaku, orang
tua yang cacat kaki ini, sudah tidak banyak berarti apa-
apa lagi" Tetapi Ki Ajar Respati tertawa "Kau seperti muridmu
atau tepatnya muridmu seperti kau, Ki Wirit, selalu
merendahkan diri, mungkin kau memang mengajarinya
untuk selalu berendah hati"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku mencoba untuk mengerti tentang diriku sendiri"
Ki Ajar Respati termangu-mangu sejenak, kemudian
dipandanginya Ki Reksabahu yang tidak ikut sama sekali
dalam pembicaraan itu, seolah-olah hanya
mendengarkan saja tanpa banyak perhatian.
"Bagaimana dengan kau Kiai?" tiba-tiba saja Ki Ajar
Respati bertanya.
Ki Reksabahu bergeser setapak, lalu "Apa maksudmu
Ki Ajar?" "Aku kira aku tidak akan dapat tinggal diam, adikku
sudah terlanjur terlibat langsung dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di Pegunungan Sewu"
"Jadi maksudmu, bahwa kau akan naik ke puncak
Pegunungan Sewu?"
"Ya, ke padukuhan Karangmaja"
"Sekarang?"
"Ya, tentu. Aku akan pergi bersama Ki Wirit, sudah
tentu aku berharap bahwa kaupun akan pergi bersama
kami karena kau memang sudah sampai ke padukuhan
ini" Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, namun
katanya "Ki Ajar, sebenarnya masih ada yang ingin aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tanyakan kepada Ki Wirit, apakah jarak antara
Karangmaja dan padukuhan ini tidak terlalu jauh?"
"Kenapa?" bertanya Ki Wirit.
"Jika menjelang senja Ki Wirit masih melihat
kelompok-kelompok yang memanjat naik, sebelum
tengah malam Ki Wirit sudah berada disini."
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, katanya "Tentu
terlalu jauh, tetapi pertanyaan Kiai memang tepat, aku
tidak akan mencapai jarak yang aku tempuh jika aku
berjalan kaki, tetapi aku mempunyai seekor kuda yang
dapat aku tunggangi"
"Ooo" desis Ki Reksabahu "Jadi Ki Sanak berkuda?"
"Ya, tetapi aku tidak ingin mengejutkan padukuhan
ini, apalagi dalam keadaan yang rawan seperti ini, karena
itu, aku meninggalkan kudaku diluar padukuhan. Bagi
orang yang cacat kaki seperti aku, berjalan merupakan
pekerjaan yang sangat berat, meskipun hanya dari luar
regol padukuhan sampai ke regol halaman rumah ini"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, lalu katanya
"Baiklah Ki Ajar, jika Ki Ajar akan ikut naik ke
Pegunungan Sewu, biarlah aku tidak tanggung-tanggung
lagi melibatkan diriku ke dalam keadaan yang tidak aku
mengerti ini, tetapi aku memang tertarik oleh kehadiran
orang-orang dari perguruan Kumbang Kuning dan
Cengkir Pitu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Terima kasih" sahut Ki Ajar "Kita akan pergi bersama-sama, jika demikian, maka kitapun akan pergi berkuda pula"
"Apakah dengan demikian berarti bahwa Kiai berdua akan pergi bersamaku?" bertanya Ki Wirit.
"Ya, kita akan pergi bersama-sama
"Ki Ajar sudah memberikan benda yang paling berharga itu kepada muridku, kini Ki Ajar sendiri ingin ikut mendaki bukit ini"
"Aku ingin melihat keadaan adikku Ki Wirit, apalagi batu akikku telah ada disana, jika terjadi apa-apa denganku karena racun, aku harap, angger Panon atau Rancangbandang dapat membantuku"
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, katanya "Aku tidak mengira bahwa kehadiran muridku disini akan sangat merepotkan Kiai"
"Itu adalah karena kehendakku sendiri, marilah.
Bersiaplah, aku dan Ki Reksabahu akan berkemas, kita akan segera berangkat, apakah sebelum fajar kita sudah akan sampai?"
"Aku harap demikian, sebelum fajar kita akan sampai, kita akan menyimpan kuda di tempat yang sudah aku kenal sebaik-baiknya. di tempat yang banyak reremputan dan tidak mudah diganggu oleh binatang buas.
"Di padukuhan Karangmaja?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak, kehadiran kita di padukuhan itu tentu akan
langsung menimbulkan persoalan-persoalan baru. Aku
kira lebih baik kita untuk berada di padukuhan yang lain
yang tidak begitu jauh dari Karangmaja, mungkin di
rumah seseorang, tetapi mungkin kita akan mengikatnya
di sela-sela bukit."
Ki Reksabahu tidak mempersoalkannya, bersama Ki
Ajar Respati iapun kemudian mempersiapkan diri dan
membenahi kuda mereka, dan kepada para pelayan,
mereka hanya mengatakan bahwa mereka akan pergi
untuk waktu yang tidak tentu.
Agar tidak mengejutkan orang-orang di sekitar
padepokan itu, maka mereka menuntun kuda mereka
sempai batas regol padukuhan. Baru kemudian mereka
memacu kuda mereka memanjat tebing pegunungan.
Ternyata bahwa Ki Wirit telah mengenal jalan
pegunungan itu dengan baik, meskipun malam menjadi
semakin gelap, namun kudanya tidak mengalami
kesulitan, jalan yang ditempuh meskipun tidak begitu
lebar, tetapi masih tetap memberikan kemungkinan
Panji Sakti 6 Kisah Si Bangau Putih Bu Kek Sian Su 14 Karya Kho Ping Hoo Dendam Iblis Seribu Wajah 4
"Aku tidak ingin terlibat, biar sajalah semua orang dengan persoalan yang tidak aku ketahui ujung pangkalnya, tetapi aku ingin hidup tenang disini"
Ki Ajar Respati tersenyum sambil mengangguk-angguk, katanya "Hampir setiap orang menginginkan hidup tenang, aku juga. Tetapi pada suatu saat ada keinginan lain yang tersembul di permukaan hati, melihat persoalan orang lain seperti sekarang ini"
"Kau masih saja sempat melakukannya"
Ki Ajar Respati terdiam sejenak, karena seorang perempuan yang keluar dari ruang dalam
menghidangkan semangkuk minuman.
Ki Ajar Respati kemudian menceritakan tentang perjalanannya, ia sudah kehilangan anaknya, tetapi ia harus menerimanya dengan tabah.
"Aku sudah gagal dalam tugasku sebagai seorang ayah, aku tidak mampu mengasuh anakku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sbagaimanaana dikehendaki oleh Yang Maha Kuasa yang
telah mempercayakannya kepadaku, sehingga pada
suatu saat Yang Maha Kuasa mengambil keputusan
untuk memungut anak itu kembali kepadanya"
"O" Ki Reksabahu mengangguk-angguk "Aku ikut
berprihatin"
"Semuanya aku terima dengan lapang dada, tetapi
agaknya itu sudah mendorongku untuk melakukan hal
yang aneh-aneh yang sudah tidak aku lakukan
sebelumnya"
"apakah yang sudah kau lakukan?"
"Diantaranya adalah mencamuri persoalan orang lain
seperti sekarang ini"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, lalu
dengan nada datar ia bertanya "apakah sebenar yang
sedang kau lakukan sekarang?"
"Aku berani bertaruh bahwa yang berada di Lemah
Putih adalah orang-orang dari perguruan Kumbang
Kuning" Ki Reksabahu mengerutkan keningnya, lalu katanya
"Ya, banyak orang yang sudah mengetahuinya bahwa
yang berada di Lemah Putih adalah orang-orang
perguruan Kumbang Kuning"
"O" Ki Ajar Respati termangu-mangu, tetapi iapun
kemudian tertawa "Ah, ternyata aku adalah orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
paling dungu, aku kira aku adalah orang yang memiliki
pengamatan yang sangat tajam, sehingga aku adalah
orang yang pertama-tama mengetahui bahwa orang-
orang yang berkumpul di Lemah Putih adalah orang-
orang Kumbang Kuning"
Ki Reksabahupun tersenyum.
"Nah, jika demikian, maka pengamatanku atas orang
yang baru saja keluar dari halaman rumahmu inipun
tentu bukannya karena ketajaman pengamatanmu"
"Katakan siapakah orang itu?"
Ki Ajar Respati menggeleng, katanya "Aku tidak
mengetahuinya, aku hanya mencurigainya bahwa is
sudah dengan seksama mengamati padepokan Lemah
Putih, ketika seseorang dari Pegunungan Sewu yang
menyeberangi bengawan itu datang, maka iapun
melakukan yang lebih seksama, tetapi tidak terlalu lama
karena iapun segera meninggalkan tempatnya dan
seterusnya seperti yang sudah kita ketahui bersama"
Ki Reksabahu menggelengkan kepalanya, jawabnya
"Aku tidak tahu, dan seandainya aku mengetahuinya, aku
tidak akan berani mengatannya kepada orang lain"
"Kau tidak berani", he, sejak kapan kau menjadi
seorang pengecut", atau barangkali aku sudah terjebak
ke dalam lingkungan yang salah, mungkin kau salah
seorang dari mereka yang sedang melakukan
pengamatan atas orang-orang Kumbang Kuning"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau jangan mengigau" desis Ki Reksabahu "Aku sama sekali tidak tahu menahu persoalannya"
Ki Ajar Respati tertawa, katanya "Kumbang Kuning sedang berusaha untuk menemukan sesuatu di Pegunungan Sewu, menurut pengamatanku bukan saja perguruan Kumbang Kuning, tetapi tentu dari banyak pihak, agaknya kegelisahankulah yang mendorong aku untuk mengikuti seorang yang aku duga adalah orang dari perguruan Kumbang Kuning"
"Darimana kau tahu bahwa orang itu adalah orang Kumbang Kuning?"
"Semula aku tidak tahu pasti, tetapi kehadirannya di padepokan Lemah Putih telah memastikan aku, bahwa orang itu adalah orang Kumbang Kuning"
"Tetapi kenapa kau menjadi gelisah seandainya ada persoalan yang terjadi itu?"
Bab 39 "Adikku Rancangbandang ada di punggung
Pegunungan Sewu itu"
"He, jadi Rancangbandang juga telah dihinggapi ketamakan untuk mendapatkan pusaka yang belum pasti ada itu?"
"Jangan salah mengerti, ia sama sekali tidak menginginkan apapun juga"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu memandang Ki Ajar Respati dengan
heran, kemudian iapun bertanya "jadi apakah kerja
Rancangbandang diatas Pegunungan Sewu?"
Ki Ajar Respati tersenyum, jawabnya "Ada sesuatu
yang menarik perhatiannya, juga karena adanya pusaka
itu, tetapi sama sekali bukan ia didesak oleh keinginan
untuk memiliki pusaka yang mash kabur itu"
Ki Ajar Respatipun mulai bercerita tentang dirinya
sendiri dan tentang adiknya tentang anak muda yang ada
hubungannya dengan kematian anaknya, tetapi justru
karena itu, anak muda itu sangat menarik perhatiannya,
bahkan Rancangbandang telah menyediakan dirinya
mengikuti anak muda itu naik ke guning yang
mempunyai seribu puncak itu.
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, kemudian
desisnya "Menarik sekali, dan kau yang berada di bawah
bukit itu mulai memperhatikan setiap gerak-gerik orang
yang kebetulan kau lihat naik atau turun dari
pegunungan itu"
"Ya, diantaranya adalah orang yang pergi padepokan
Lemah Putih itu"
"Langsung atau tidak langsung, itu berarti bahwa kau
sudah melibatkan dirimu dengan persoalan-persoalan
yang tidak kau ketahui itu?"
Ki Ajar Respati tersenyum "sudah aku katakan"
jawabnya "Aku sekarang dihinggapi penyakit untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mencampuri persoalan orang lain, mungkin karena aku
kesepian sepeninggal anakku"
Ki Reksabahu menggeleng, katanya "Urungkanlah
niatmu, biarlah Rancangbandang melibatkan dirinya,
tetapi sebaiknya kita tidak perlu terjun ke dalam arus air
yang kita tidak tahu betapa dalamnya"
"Aku sedang menjajaginya, tetapi apakah aku dapat
tinggal diam melihat adikku sudah terlanjur basah dalam
penyeberangannya"
"Adikmulah yang bodoh"
"Bukan adikku saja, kami berdua memang boboh,
tetapi dengan demikian kami ingin mendapatkan
keputusan tersendiri yang barangkali tidak dapat
dinikmati orang lain"
"kalau begitu, lakukanlah sendiri, jangan memaksa
aku terlibat pula ke dalamnya"
Ki Ajar Respati memandang Ki Reksabahu sejenak,
namun kemudian gumamnya "Agaknya aku telah salah
memilih kawan kali ini, kawan baik yang selama ini aku
anggap sebagai saudara kandungku sendiri, telah
melepaskan aku, sehingga aku merasa telah kehilangan
sekali, anakku, dan kemudian saudaraku, tetapi dengan
demikian aku menjadi pasti, bahwa aku harus berusaha
membantu kesulitan Rancangbandang. aku tidak mau
kehilangan lagi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Kau masih suka merajuk seperti dahulu"
"Aku tidak merajuk kali ini, tetapi aku benar-benar kehilangan kesempatan untuk berbuat sesuatu disini"
Ki Reksabahu termenung sejenak, tetapi ia tidak segera menjawab.
"Jika aku tidak mendapatkan keterangan apapun disini, maka aku harus segera kembali ke kaki Pegunungan Sewu, bahkan agaknya aku harus naik untuk mencari adikku yang mungkin terlibat dalam kesulitan bersama Panon Suka"
"Tunggulah" desis Ki Reksabahu "Sejak dahulu aku selalu tersudut ke dalam keharusan seperti ini"
Ki Ajar Respati tidak menjawab.
"Apakah sebenar yang ingin kau ketahui?"
"Aku sudah mengucapkan pertanyaan itu" jawab Ki Ajar Respati "Tentang pengemis yang telah berubah menjadi saudagar kaya berkuda merah gelap itu"
"Iapun seorang kenalan baikku, namanya Kiai Sasak Angin"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun ia masih bertanya "Tentu dari perguruan yang lain dari mereka yang berada di padepokan Lemah Putih"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau mendesak aku, tetapi baiklah, ia memang datang dari perguruan lain"
"Yang lain itulah yang ingin aku ketahui"
"Jangan mendesak lagi, jika aku melibatkan diri, mungkin kau tidak akan melihat aku lagi"
"Kenapa?"
"Aku akan dikubur oleh sanak kadang dan para tetangga, kau tahu bahwa Kiai Sasak Angin tidak akan dapat terlawan oleh siapapun"
Ki Ajar Respati tertawa, katanya "Jika aku tidak mengenalmu, mungkin aku percaya, tetapi ceritamu tentang maut itu sangat menggelikan, siapapun orang yang bernama Kiai Sasak Angin itu"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Ajar Respati, dalam keadaan seperti ini, kita sebenarnya lebih baik tidak ikut campur, mereka adalah orang-orang dari perguruan yang besar, sedangkan kita adalah orang-orang yang karena ketekunan dan sedikit bekal sajalah maka kita berhasil memiliki ilmu yang mungkin justru aneh bagi orang lain, tetapi kita masing-masing adalah sendiri, bukan dari perguruan besar. Sejauh-jauhnya kau menyatukan diri dengan adikmu dan satu dua muridmu yang baru dapat meloncat itu.
"Tidak, aku mempunyai kawan-kawan lain,
diantaranya adalah Panon Suka, dan sekarang aku berada bersamamu, tentu kau mempunyai satu dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang yang kau tugaskan untuk mewarisi ilmumu yang
kau cari bertahun-tahun itu"
Ki Reksabahu termenung sejenak, namun katanya
kemudian "Baiklah, aku akan menyebutkannya, tetapi
tidak lebih dari itu" ia berhenti sejenak. tetapi justru Ki
Ajar Respati yang langsung menebak "Orang itu datang
dari perguruan Cengkir Pitu, bukan?"
"Sekarang kau dapat berkata begitu"
Ki Ajar Respati tersenyum, katanya "Jadi kau tidak
percaya bahwa aku mempunyai perhitungan yang tajam"
Ki Reksabahu tertawa, katanya "Aku percaya kau
memang mengetahui banyak hal"
Sejenak keduanya melupakan ketegangan yang
terjadi di sekitar padepokan Lemah Putih itu.
Namun kemudian Ki Ajar Respati itu berkata "Jika
demikian, apakah kau mash dapat berkata bahwa kau
tidak akan melibatkan diri dalam persoalan ini"
"Tentu, aku memang tidak akan melibatkan diri dalam
persoalan ini, diantara raksasa dari perguruan-perguruan
yang disegani itu, aku tidak lebih dari debu yang tidak
berarti" Ki Ajar Respati tertawa, jawabnya "Kau masih berkata
begitu, apakah kau kira aku tidak tahu bahwa dengan
jari-jarimu kau dapat meremas batu menjadi tepung?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Itu berlebih-lebihan"
"Meskipun demikian, kau harus membuat
pertimbangan-pertimbangan selanjutnnya, tetapi baiklah"
berkata Ki Ajar Respati kemudian "Aku masih akan berada disini untuk tiga hari, aku akan melihat perkembangan padepokan Lemah Putih, mungkin aku masih akan singgah lagi kerumahmu untuk
mendengarkan keputusanmu"
"Aku sudah memutuskan, bahwa aku tidak akan melibatkan diri"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya
"Baiklah, terserah kepadamu, jika kau memang mengambil keputusan itu, lakukanlah, tetapi bahwa kau sudah mengatakan kepadaku, bahwa orang itu adalah orang Cengkir Pitu, maka kau tentu sudah meletakkan satu kakimu kedalam persoalan."
Ki Reksabahu menyahut "Tergantung kepadamu, jika kau memang ingin menyeretku, kau dapat mengatakan kepada setiap orang, bahwa kepada orang Cengkir Pitu itu kelak jika kau menemuinya disini, bahwa aku sudah mengatakannya kepadamu. Nah, dengan demikian berarti bahwa kau sudah menyudutkan aku untuk melibatkan diri lebih jauh lagi"
"Tidak, aku tidak akan melakukannya, aku masih mempunyai kesadaran, seperti kau juga kau. Kau sudah memojokkan aku dengan petunjukmu, karena itu, aku tidak akan memojokkan kau ke dalam kesulitan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
meskipun sebaiknya hal itu sama sekali tidak akan
menyulitkan kau"
"Ah, kau memang tidak mau melihat kenyataan"
"Bailkah, aku akan minta diri, aku masih mempunyai
kewajiban yang sengaja aku bebankan kepundakku, aku
ingin mengetahui serba sedikit tentang Lemah Putih,
Kumbang Kuning dan Ki Ajar Sokaniti yang namanya
tersebar di seluruh bumi Maja Pahit"
"Mudah-mudahan, kau tidak terjebak ke dalam mulut
serigala" "Bagaimanapun juga, aku masih mengharapkan kau
singgah kemari, bahkan akupun senang sekali kau
bermalam di rumahku ini"
"Sampai saatnya orang Cengkir Pitu itu datang dan
mencekekku" sedangkan kau sama sekali tidak ingin
terlibat, sehingga kau tentu akan membiarkan aku mati
tersengal-sengal"
"Rupa-rupanya kau juga tidak ingin terlibat dengan
gelarmu ketika kau masih muda, Burung Elang Dari
Telaga Kembar, He, bukankah kau senang bermain-main
di telaga kembar itu" dan bukankah kau menemukan
isterimu di telaga kembar itu pula?"
"Ah, sudahlah, isteri dan anak-anakku hanyalah
kenangan yang pahit"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Maaf, bukan maksudku, aku hanya ingin mengatakan tentang burung elang itu"
Ki Ajar Respati tidak menjawab, tetapi iapun kemudian minta diri sambil berkata "Saat kita masih muda, kita memang sering berbuat aneh-aneh, kita membuat nama-nama yang dapat memberikan
kebanggan kepada diri kita sendiri, Elang Dari Telaga Kembar memang nama yang bagus, tetapi aku kini tidak lebih dari elang yang tidak bersayap lagi"
"Sudahlah, aku minta maaf" lalu katanya "Sekali lagi aku mengharapkan kau datang ke rumahku dan tinggal disini"
"Aku membawa seekor kuda yang aku sembunyikan, apakah kudaku dapat aku bawa kemari pula?"
"Di belakang ada kandang kuda, kudamu tidak akan menumbuhkan kecurigaan kepada orang lain"
"Malam nanti aku akan datang"
"Ki Ajar Respatipun kemudian meninggalkan rumah Ki Reksabahu, Dialah yang kemudian mengamat-amati padepokan Lemah Putih dengan hati-hati, tetapi Ki Ajar Respati tidak membuat dirinya menjadi sekali pengemis seperti orang Cengkir Pitu itu, tetapi ia berjalan melintasi jalan yang melingkar, kemudian berhenti di belakang batang-batang perdu di tempat yang terasing.
Tetapi dihari itu, Ki Ajar Respati tidak melihat apapun juga yang menarik, meskipun demikian ia masih saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ingin melihat-melihat padepokan orang-orang Kumbang
Kuning itu. Ketika malam menyelimuti padukuhan-padukuhan
disekitar padepokan Lemah Putih, maka Ki Ajar
Respatipun telah membawa kudanya ke rumah Ki
Reksabahu. "Kau dapat melihat-lihat padepokan itu dengan cara
yang lebih baik" berkata Ki Reksabahu.
"Bagaimana?"
"Sawahku ada yang menjorok sampai kedekat
padepokan itu, jika kau mau menjadi pelayanku dan
bekerja di sawah itu, kau akan mendapat kesempatan,
dan kau akan mendapat upah serta makan sehari tiga
kali disini"
Ki Ajar Respati tertawa, katanya "Agaknya kau sudah
mengambil keputusan untuk melibatkan diri"
Ki Reksabahu mengerutkan keningnya, dengan ragu-
ragu ia bertanya "Kenapa kau mendapat kesimpulan
yang demikian?"
"Kau sudah melindungi aku dan memberikan jalan
yang lebih baik untuk melakukan pekerjaanku,
mencampuri persoalan orang lain"
"Ah, tentu tidak, aku hanya memberikan tempat
bermalam kepada sahabatku apapun yang ia lakukan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati masih tertawa, jawabnya "terima kasih, terima kasih, mudah-mudahan kau tidak berlaku seperti itu pula kepada sahabatmu dari Cengkir Pitu itu"
"Aku akan memperlakukan semua sahabatku dengan cara yang sama"
"Ooo, agaknya kau ingin melihat perang tanding?"
Ki Reksabahu tertawa, katanya "Aku tidak peduli, apa yang akan terjadi, tinggallah disini, jadilah pelayanku, aku memerlukan seorang yang dapat mengerjakan sawahku"
Ki Ajar Respati menerima pekerjaan itu dengan senang hati, ia sadar bahwa Ki Reksabahu tidak akan dapat menghidarkan diri dari keterlibatannya yang lebih jauh, dan agaknya Ki Reksabahu itupun tidak akan ingar lagi.
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku percaya kepadanya, ia tidak akan berkhianat seandainya orang Cengkir Pitu itu datang lagi kemari"
berkata Ki Ajar Respati di dalam hatinya.
Di hari berikutnya Ki Ajar Respati sudah berada di sawah Ki Reksabahu, dengan rajin ia mengerjakan sawah itu, seperti mengerjakan sawahnya sendiri. apalagi ternyata bahwa Ki Reksabahupun ikut turun ke dalam lumpur.
Keduanya tidak meninggalkan sawah itu, meskipun matahari yang terik telah membakar punggung mereka, bahkan kemudian matahari itu mulai condong ke barat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Hari ini kau benar-benar beruntung" berkata Ki Ajar
Respati. "Kenapa?"
"Aku bekerja sehari penuh, jika tidak terjadi
perubahan apapun yang menarik perhatian di padepokan
itu, maka aku masih akan bekerja lagi disini satu atau
dua hari lagi"
"Tetapi sudah aku katakan, aku akan memberimu
makan tiga kali, pagi tadi kau sudah makan di rumah
sebelum berangkat ke sawah, siang, tadi kau makan nasi
kiriman, dan nanti malam kau boleh makan lagi"
Ki Ajar Respati tertawa berkepanjangan.
Namun tiba-tiba suara tertawanya terhenti, dari
kejauhan ia melihat debu yang mengepul.
"Kau lihat debu itu?"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk. wajahnya tiba-
tiba menjadi tegang dan sungguh-sungguh, bahkan
hampir di luar sadarnya ia berkata "Tentu orang-orang
Kumbang Kuning"
"Ya, mereka menuju ke regol padepokan Lemah
Putih" "Kita menunggu disini, mereka akan melalui jalan
sebelah sehingga kita dapat melihatnya agak jelas"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya
"Mudah-mudahan kita dapat mengenal mereka, atau
salah seorang dari mereka"
Ki Reksabahu mulai mengayunkan cangkulnya lagi
sambil berkata "Aku tidak banyak mengenal orang-orang
Kumbang Kuning, mungkin aku belum mengenal
seorangpun, juga yang baru datang itu"
Ki Ajar Respati mulai bekerja pula seperti Ki
Reksabahu, namun dalam pada itu, perhatiannya
sebagian terbesar ditujukannya kepada orang-orang
berkuda yang sedang mendekati padepokan Lemah Putih
lewat jalan bulak di sebelah sawah yang sedang digarap
itu. Semakin dekat iring-iringan kecil itu, mereka yang
berada di sawah menjadi semakin berdebar-debar,
sekali-sekali mereka mencoba memandang wajah orang-
orang yang menjadi semakin dekat itu, tetapi bagi
mereka masih terlalu sulit untuk mengenalnya.
"Yang dua orang itu nampaknya agak lain" desis Ki
Ajar Respati. "Ya, dan yang seorang itu lagi, pakaiannya memiliki
ciri tersendiri"
"Apakah maksudmu warna putih yang melingkar
lambungnya itu?"
"Ya" Tiraikasih Website http://kangzusi. com
"Ia tentu orang yang disebut Ki Ajar Sokaniti"
"Kali ini aku tidak dapat memberikan tanggapan atas tebakanmu itu, karena aku memang belum pernah melihat orang yang bernama Ki Ajar Sokaniti itu" gumam Ki Reksabahu.
Ki Ajar Respati tersenyum, katanya "Kau memang benar-benar berhasil menjadikan dirimu seorang yang bodoh dan dungu, kau dapat dengan serta merta berlaku seperti orang yang tidak berpengetahuan apapun juga"
"Ah" desis Ki Reksabahu "Bukankah aku memang bodoh dan dungu"
"Jangan memaksa aku untuk berteriak dan
memancing perkelahian dengan orang-orang itu, sekedar untuk membuktikan bahwa kau bukan orang bodoh dan dungu"
"Dan kita bersama-sama mati disini"
"Tetapi aku akan puas, bahwa aku sudah berhasil membuktikan bahwa kau mampu bertempur melawan empat atau lima orang dari perguruan Kumbang Kuning sekaligus"
"Ah, itu berlebih-lebihan, berlebih-lebihan sekali"
Ki Ajar Respati yang berbicara sambil bekerja itupun kemudian terdiam, iring-iringan itu benar-benar telah menjadi semakin dekat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ketika iring-iringan itu lewat di jalan bulak sebelah
kedua orang yang bekerja di sawah itu, beberapa orang
diantara mereka berpaling, tetapi mereka sama sekali
tidak memperhatikan lagi.
Ki Ajar Respati yang berhenti bekerja berdiri
memandangi iring-iringan itu tanpa ragu-ragu, seolah-
olah ia tidak mempunyai prasangka apapun juga
terhadap orang-orang yang sedang berkuda melalui jalan
bulak itu, namun dengan demikian, maka orang di dalam
iring-iringan itupun tidak mencurigainya sama sekali.
Ketika iring-iringan itu lewat, maka. Ki Reksabahu
berkata "Kaupun ternyata memiliki kemampuan
memperbodoh diri lebih dari aku"
"He!" desis Ki Ajar Respati "Kau lihat orang yang di
belakang itu?"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"mereka sangat berhati-hati, ternyata iring-iringan yang
terdiri dari lima orang itu masih belum cukup"
"Mereka adalah pengawal-pengawalnya, tetapi cara
yang mereka lakukan nampaknya cukup berhati-hati"
"Tetapi justru orang-orang yang di belakang itulah
yang berbahaya, mereka hanya bertiga"
Kedua orang itupun kemudian melanjutkan pekerjaan
mereka seperti tidak terjadi apapun juga, mereka sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sekali tidak menarih perhatian kepada orang-orang yang
berkuda lewat jalan bulak itu.
Tetapi seperti yang mereka duga, orang-orang itu
nampaknya jauh lebih berhati-hati dari kelima orang
yang terdahulu. Ketiganya telah berhenti sejenak untuk
mengamati kedua orang yang sedang bekerja di sawah
itu. Namun kedua orang itu sudah melanjutkan pekerjaan
mereka, selain kedua orang itu, di sepanjang bulak
memang terdapat beberapa orang yang sedang bekerja
di sawah mereka, sehingga kehadiran kedua orang itu
memang tidak mencurigakan.
Sepeninggal ketiga orang itu, barulah Ki Reksabahu
berkata "Nah, sekarang marilah kita mencoba untuk
membicarakan iring-iringan yang pertama"
"Ya, sebab yang kedua tidak akan ada artinya sama
sekali" sahut Ki Ajar Respati.
"benar" jawab Ki Reksabahu "Nah sebutkan, siapakah
kedua orang yang berpakaian lain dari kawan-kawannya
dan seorang yang memakai tanda kain putih"
"Yang berciri kain putih tentu Ki Ajar Sokaniti sendiri,
ia nampak agung meskipun masih agak muda, yang dua
orang itu tentu dua orang bangsawan yang berada di
dalam lingkungan perguruan Kumbang Kuning" sahut Ki
Ajar Respati. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku sependapat, tetapi biarlah orang-orang Cengkir Pitu kelak memberikan tanggapan, mereka tentu lebih banyak mengetahuinya, karena merekapun telah menempatkan orang-orangnya di sekitar Kumbang Kuning sendiri".
"Kapan orang itu akan datang"
"Aku tidak tahu, tetapi tentu segera, dan aku berharap agar kau juga ikut menunggu, meskipun dengan demikian kau harus tinggal di belakang di rumah kecil yang berada di belakang longkangan bersama pemelihara kudaku"
"Uh, kau benar-benar ingin memanfaatkan tenagaku disini"
Ki Reksabahu tersenyum, namun ia mengerutkan keningnya ketika Ki Ajar Respati berkata "Baiklah, tetapi apakah kau masih tidak ingin terlibat ke dalam persoalan ini?"
Ki Reksabahu menegang sejenak, namun kemudian ia menarik nafas dalam-dalam, dan berkata "Aku akan melibatkan diri ke dalam persoalan ini, tetapi aku belum memutuskan kepada sapa aku akan berpihak, kepadamu,kepada orang-orang Cengkir Pitu atau kepada orang-orang Kumbang Kuning"
Ki Ajar Respati tertawa, sekilas dipandanginya orang-orang berkuda yang menjadi semakin jauh, lalu katanya
"Baiklah, mungkin kau akan berpihak kepada orang-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
orang Guntur Geni yang sudah tidak lagi berpijak pada
ajaran yang sebenarnya"
"Mungkin, mungkin sekali"
Keduanyapun kemudian terdiam, mereka melanjutkan
pekerjaan mereka, meskipun hanya sekedar untuk
mencegah kecurigaan orang. karena sejenak kemudian
keduanyapun meninggalkan sawah mereka dan kembali
ke rumah Ki Reksabahu.
Seperti yang dikatakan oleh Ki Reksabahu, maka Ki
Ajar Respati ditempatkan di bagian belakang rumahnya,
dalam satu bilik yang cukup luas bersama pekatiknya.
Diantara bilik itu dan rumah induk, terdapat sebuah
longkangan yang cukup luas untuk menjemur padi dan
kayu bakar. Tempat itu adalah tempat yang lebih baik bagi Ki Ajar
Respati dari pada ia harus berada di rumah induk, setiap
saat orang Cengkir Pitu itu akan datang, agar ia tidak
langsung terlibat dalam persoalan dengan orang-orang
Cengkir Pitu, maka lebih baik jika ia berada di bilik yang
tersembunyi meskipun harus tinggal bersama seorang
pekatik. Dalam pada itu, pada hari-hari yang terasa amat
panjang itu, istana kecil Pangeran Kuda Narpada yang
terletak di punggung Pegunungan Seribu itu terasa
menjadi semakin suram, mereka sudah tidak mempunyai
persediaan makan yang cukup. Yang dapat mereka
pergunakan untuk mengisi kekurangan makan mereka
sehari-hari hasil kebun yang tidak seberapa banyak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi seisi istana itu mulai menjadi cemas, bahwa
mereka akan segera kehabisan makan sebelum masalah
mereka dapat diselesaikan.
"Aku akan ke padukuhan" berkata Nyi Upih.
"Jangan Nyai" cegah Inten "nanti terjadi malapetaka
atas nyai"
"Aku sudah tua puteri, aku kira, tidak akan ada
gangguan apapun juga."
"Soalnya bukan tua atau muda, tetapi mungkin ada
orang-orang yang mendendam, mendendam seisi istana
ini, aku tidak tahu bagaimanakah perkembangan yang
telah terjadi, sehingga akhir-akhirnya justru kakangmas
Kuda Rupaka yang telah terusir dari istana ini"
"Puteri, bukankah puteri mengetahuinya, bahwa pada
akhirnya Raden Kuda Rupaka sudah mulai
mempergunakkan kekerasan untuk mendapatkan pusaka
yang dicarinya, apapun alasannya, atas ibunda puteri"
Inten Prawesti mengangguk-angguk, namun
kemudian katanya "Tetapi nyai, apakah orang-orang
yang masih ada di dalam halaman istana sekarang ini
tidak patut dicurigai juga", sedangkan kakangmas Kuda
Rupaka saja sampai hati memaksa ibunda untuk
menunjukkan pusaka yang tidak diketahuinya itu, apalagi
orang-orang yang tidak kami kenal itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Nyi Upih menarik nafas dalam-dalam, namun jawabnya kemudian "Puteri, sampai saat ini mereka sama sekali tidak pernah mengganggu kita, mereka adalah orang-orang sederhana yang tidak mempunyai keinginan yang melambung, sehingga mereka tidak memerlukan pusaka apapun juga"
Inten termangu-mangu, dipandanginyanya Nyi Upih dengan sorot mata kecurigaan, seolah-olah ia ingin bertanya, siapakah sebenarnya kedua orang yang mengaku anaknya, tetapi agaknya lidahnya tidak mampu untuk mengucapkannya.
Tetapi agaknya Nyi Upihlah yang mengatakannya tanpa ditanya "Puteri, mungkin puteripun menaruh kecurigaan terhadap kedua anakku, aku sadar puteri, keduanya memang telah melakukan sesuatu yang sama sekali tidak sesuai dengan martabat serta kedudukanku, mungkin memang ada sesuatu yang pantas diketahui, atau yang pantas dicurigai, namun, aku akan menjadi jaminan bahwa mereka tidak akan mengganggu puteri dan ibunda puteri, apalagi tentang pusaka yang sedang menjadi rebutan itu"
Inten menarik nafas dalam-dalam, sebenar kepercayaannya kepada pemomongnya yang setia itu sama sekali tidak susut, namun ia merasa seolah-olah dihadapkan pada suatu teka-teki yang tidak dapat dipecahkannya.
Sementara itu Pinten yang berada di dapur sedang berbincang pula tentang keadaan yang semakin sulit di istana itu, dengan wajah yang gelap Pinten berkata "Nah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bagaimana usaha kalian untuk mencukupi makan kita
disini" Sangkan dan Panon duduk diatas dingklik kayu yang
rendah, mereka memandang bayangan matahari yang
jauh diatas tanah yang kering.
"Pada suatu saat kita harus pergi ke padukuhan" desis
Sangkan. "Tetapi itu berbahaya, mungkin kau akan bertemu
dengan orang-orang yang kecewa itu, aku yakin mereka
masih ada di padukuhan dan bahkan mereka sedang
menunggu bantuan yang akan datang"
"Tetapi pada suatu saat, tindakan yang mengandung
kemungkinan yang paling pahitpun harus dilakukan, jika
tidak, maka kita akan kelaparan semuanya disini,
tanaman di halaman ini semakin lama menjadi semakin
tipis dan kita sudah mulai makan dedaunan bukan saja
sebagai sayur, tetapi justru menjadi makanan pokok"
Sejenak mereka termangu-mangu, namun tiba-tiba
terdengar suara Pinten tertawa, perlahan-lahan dan
serasa tertahan dikerongkongan. Sangkan memandang
Pinten dengan tegang, dengan termangu-mangu ia
bertanya "Kenapa kau tertawa Pinten?"
"Tidak apa-apa"jawab Pinten "Aku ingin sekedar
mengelabui kegelisahanku, sebenarnyalah aku menjadi
gelisah, justru bukan karena aku sendiri, aku masih
memikirkan apakah yang akan terjadi dengan Raden Ayu
Kuda Narpada dan puteri Inten Prawesti"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, ketika ia
memandang wajah Panon nampaknya wajah itupun
menegang pula. Bab 40 Dalam pada itu Ki Mina yang berada di dalam bilik
bersama Panji Sura Wilaga yang terikatpun sebenar telah
dicengkam oleh kegelisahan, berapa hari lagi mereka
yang ada di dalam halaman istana kecil itu dapat
bertahan, dan masih berapa hari lagi Panji Sura Wilaga
akan terikat pada tiang kayu di bilik belakang itu"
Semuanya itu membuat hatinya menjadi gelisah,
namun hampir setiap orang menjadi gelisah justru
karena nasib puteri Inten Prawesti dan ibundanya, bukan
karena diri mereka sendiri.
Sementara itu, mereka yang berada di halaman istana
itu masih belum menemukan cara yang paling baik untuk
memecahkan kesulitan mereka. Satu-satunya jalan yang
mereka ketahui adalah, bahwa salah seorang atau dua
dari mereka harus pergi ke padukuhan.
"Tidak ada jalan lain" desis Sangkan yang masih
duduk di dapur "Apapun akibatnya aku akan
mencobanya"
"Panon memandang Sangkan sejenak katanya
"Apakah itu ketetapan hatimu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ya" "Jika demikian, marilah kita pergi, biarlah Pinten dan Paman Mina berada di halaman, jika keadaan memaksa, maka biarlah mereka menyediakan alat yang kita setujui bersama-sama untuk memberikan isyarat"
"Kentongan?" desis Sangkan.
"Dapat juga dipergunakan, jika datang ke istana ini beberapa orang yang sulit untuk di lawan berdua saja, dan bahkan berbahaya juga bagi tawanan kita itu, maka Pinten atai Ki Mina harus memukul kentongan keras-kerasa, jika mereka tidak sempat, biarlah mereka menyuruh Nyi Upih melakukannya"
Akhirnya merekapun sepakat melakukannya meskipun masing-masing saja dibebani oleh kecurigaan, tetapi dengan membagi tugas, rasa-rasanya mereka akan mencapai keseimbangan.
"Tetapi hati-hatilah" berkata Pinten.
"Aku akan berhati-hati" berkata Sangkan, tetapi tiba-tiba saja ia bertanya "He, siapakah yang kau pesan itu", aku atau Panon"
Pinten tidak menjawab, tetapi tiba-tiba saja tangannya menarik sepotong kayu dari perapian yang ujungnya sudah membara.
Namun Sangkan dengan cepat meloncat ke pintu sambil berdesis "jangan Pinten, jangan terlalu garang"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Pinten tidak menjawab lagi, tetapi wajahnya menjadi
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
gelap seperti mendung yang mulai nampak memenuhi
langit, bahkan kemudian terdengar suara guntur yang
menggelegar meninggalkan gema yang berkepanjangan.
"Musim basah akan segera datang, jalan-jalan tidak
akan debu lagi, dan dedaunan yang mulai menguning di
lereng-lereng pegunungan, akan segera menjadi hijau
lagi" berkata Sangkan "Tetapi kita tidak dapat menunggu
terlalu lama karena persediaan memang sudah habis"
Keduanya kemudian menentukan, bahwa mereka
harus segera berangkat, karena bagi mereka, hari-hari
tidak ada bedanya, apakah mereka akan menunda
sampai besok atau saat itu juga"
Merekapun kemudian menyampaikan keputusan itu
kepada Ki Mina, tetapi Ki Minapun tidak dapat
menunjukkan jalan lain, sehingga karena itu, maka iapun
berkata "Berhati-hati, mungkin ada persoalan yang tidak
kalian duga sama sekali akan terjadi, mungkin kalian
akan menghadapi sikap yang berbeda dari orang-orang
Karangmaja, karena mereka tidak akan dapat
melepaskan diri dari perasaan takut terhadap ancaman
seseorang, jika kalian juga mempergunakan kekerasan
dn ancaman, maka celakalah nasib orang-orang
Karangmaja"
"Aku akan berhati-hati, paman" jawab Panon "Dan
akupun akan berusaha untuk melakukan kekerasan dan
ancaman" Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kalian akan dimusnahkan oleh perguruan Cengkir Pitu" geram Panji Sura Wilaga "Kalian tidak akan dapat melawan mereka"
Ki Mina mengeruntukan keningnya, namun Sangkan yang mnejawab "Kau sangka bahwa perguruan Cengkir Pitu akan dengan leluasa berkeliaran di padukuhan Karangmaja" Apakah kau sengaja berpura-pura tidak tahu atau kau terlalu bodoh untuk memperhitungkan, bahwa perguruan Cengkir Pitu akan mengalami benturan yang dahsyat dengan perguruan Kumbang Kuning. Nah sadari, Raden Kuda Rupaka dan Kidang Alit itupun akan segera menentukan siapakah diantara mereka yang berhak untuk hidup terus"
"Persetan" geram Panji Sura Wilaga "Sebelum mereka memutuskan untuk saling bertempur, maka mereka tentu akan membunuh kalian semuanya lebih dahulu"
Sangkan tertawa, jawabnya "Maaf, agaknya otakmu memang tumpul, sehingga kau tidak dapat menilai keadaan yang sebenar kau hadapi sekarang ini"
"Gila. Jika pada sautu saat aku mendapat kesempatan, aku akan memecahkan kepalamu"
Sangkan tertawa pendek, tetapi ia tidak
mengacuhkannya lagi, karena iapun segera berdiri dan berkata "Marilah Panon, agar kita segera mengetahui nasib apakah yang akan kita alami nanti, kita akan pergi berkuda dengan membawa senjata yang paling pantas bagi kita untuk menghadapi segala kemungkinan, aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tahu, kau akan memenuhi ikat pinggangmu dengan
pisau-pisau karatan itu"
Panon memandang wajah Sangkan sejenak, namun
kemudian katanya "Kau akan membawa sumbat kelapa
dari kayu wregi itu"
Sangkan tertawa, katanya "Aku sekarang membuat
senjata yang cukup bernilai, sebuah pedang yang besar"
"Itu senjataku" geram Panji Sura Wilaga yang terikat.
Tetapi Sangkan justru tertawa sambil menjawab
"Maaf Raden Panji, aku ingin meminjam senjata ini untuk
satu dua hari, selagi senjata ini masih belum kau pakai,
bukankah kau kini sedang beristirahat?"
"Gila, kau anak setan" Panji Sura Wilaga menjadi
marah, tetapi ia tidak berdaya, selain tubuhnya yang
terikat, di ruang itu ada tiga orang yang tidak akan
mungkin dilawannya.
Dalam pada itu, maka Sangkan kemudian berkata
"Marilah, jangan kau hiraukan Panji Sura Wilaga, pedang
itu kini sudah menjadi milikku"
"Jika kau bertemu dengan Raden Kuda Rupaka, maka
ia akan segera mengenal pedang itu, kau tentu akan
dibinuhnya dan mayatmu akan di lemparkan ke jurang
menjadi makanan anjing-anjing liar" geram Panji Sura
Wilaga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan hanya memandang sebentar, namun
kemudian iapun segera meninggalkan bilik itu diikuti oleh Panon yang telah siap untuk pergi menuju ke padukuhan Karangmaja.
Sejenak kemudian terdengar derap kaki kuda meninggalkan halaman. Pinten yang berada di dapur sempat melangkah keluar pintu longkangan dan melihat debu yang putih mengepul di halaman.
"Siapakah yang pergi Pinten?" terdengar suara dari pintu butulan.
Ketika Pinten berpaling, dilihatnya, puteri Inten Prawesti berdiri termangu-mangu dimuka pintu.
"Kakang Sangkan puteri"
"Sendiri?"
"Tidak, kakang Sangkan pergi bersama Panon ke padukuhan"
"Kenapa mereka pergi ke padukuhan?"
Pinten termangu-mangu sejenak, namun kemudian jawabnya "Mereka ingin meyakinkan diri tentang suasana yang sebenar mereka hadapi sekarang"
Inten menarik nafas dalam-dalam, sejenak ia masih berdiri di muka pintu, kegelisahan yang sangat agaknya telah mencengkam hatinya, keadaan yang tidak menentu selalu menghantui istana kecil yang terpencil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sementara itu, Panon dam Sangkan tidak memerlukan
waktu yang lama untuk mencapai padukuhan, demikian
mereka memasuki gerbang padukuhan, maka merekapun
telah mempersiapkan diri menghadapi segala
kemungkinan. apalagi ketika mereka menjadi semakin
dekat dengan rumah Ki Buyut di Karangmaja.
Tetapi untunglah, bahwa ketika mereka memasuki
halaman Ki Buyut, mereka tidak menjumpai Kidang Alit
dan Raden Kuda Rupaka, karena itulah merekapun dapat
mengemukakan persoalan mereka kepada Ki Buyut
dengan leluasa.
"Ooo, kami sama sekali tidak berkebaratan untuk
menyerahkan bantuan itu, tetapi sebenarnyalah bahwa
kamu selalu ditakuti oleh Kidang Alit dan Raden Kuda
Rupaka" berkata Ki Buyut.
"Demikianlah mereka berdua sekarang?"
"Mereka agaknya sedang keluar padukuhan, biasanya
mereka juga berada disini atau di banjar, tetapi hampr
setiap saat mereka selalu bertengkar, meskipun
pertengkaran itu hanya terbatas pada pertengkaran
mulut saja"
Panon mengangguk-angguk, namun tiba-tiba ia
bertanya "Tetapi bukankah mereka bertiga?"
"Mula-mula mereka memang bertiga, tetapi seorang
dari mereka telah pergi meninggalkan padukuhan ini
dengan berkuda"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah Ki Buyut tahu, kemana yang seorang itu
pergi?" bertanya Sangkan.
"Aku tidak tahu"
Sangkan dan Panon saling berpandangan sejenak,
tetapi agaknya tanggpan mereka tentang kepergian
saling seorang ketiga orang itu meskipun tanpa mereka
bicarakan, mempunyai banyak persamaan.
Untuk beberapa saat mereka tidak perlu lagi cemas,
jika terpaksa mereka berdua harus berhadapan dengan
Kidang Alit dan Raden Kuda Rupaka, maka
keseimbangannya akan dapat dipertahankan, juga jika
kedua orang itu memasuki.
Tetapi disamping itu keduanya mulai
memperhitungkan kemungkinan berikutnya, kepergian
saling seorang dari perguruan Kumbang Kuning itu tidak
sekedar pergi tanpa maksud.
Tetapi untuk beberapa saat apalagi mereka mereka
masih berada di rumah Ki Buyut, mereka sama sekali
tidak membicarakannya, yang mereka bicarakan adalah
usaha mereka untuk mendapatkan bahan pangan.
"Aku akan membeli sesuai dengan harga yang
sebenarnyanya" berkata Sangkan.
Ki Buyut termangu-mangu, sementara Panon menjadi
heran, dari manakah Sangkan mendapatkan uang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Apakah ia menemukannya di dalam bilik Raden Kuda Rupaka yang dengan tergesa-gesa meninggalkan istana kecil itu" berkata Panon di dalam hatinya, tetapi ia tidak bertanya tentang hal itu, karena dengan demikian mungkin sekali Sangkan akan tersinggung.
Mula-mula Ki Buyut menolak uang yang diberikan oleh Sangkan, tetapi Sangkan berkata "Ki Buyut, seisi istana itu sudah terlalu banyak mengganggu ketenangan padukuhan ini, karena itu kami tidak ingin membebani Ki Buyut dengan persoalan makan kami, terima kasih Ki Buyut, aku hanya sekedar menyampaikan pesan Raden Ayu Kuda Narpada"
Meskipun agak berat, tetapi uang itu akhirnya diterima oleh Ki Buyut, katanya "Baiklah anak muda, tetapi uang ini akan aku simpan dalam ujud bahan makanan, kau dapat mengambil setiap saat, karena kami tidak berani menyampaikannya ke istana itu"
"Terima kasih Ki Buyut, kami seisi istana mengetahui, bahwa sebenarnyalah penduduk Karangmaja telah berbaik hati kepada kami, karena itu, kami tidak akan dapat melupakannya"
Sejenak kemudian, maka keduanyapun meninggalkan rumah Ki Buyut, sambil membawa bahan seperlunya diatas punggung kuda masing-masing.
"Aku tidak tahu, akibat apa yang dapat timbul, jika Sangkan mengetahui serba sedikit tentang guru" berkata Panon di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Karena itulah maka niatnya untuk singgah di tempat yang sudah ditentukan itupun diurungkannya, meskipun demikian ia masih akan selalu berusaha mendapatkan kesempatan melakukannya.
Bahan makanan yang dibawa oleh Sangkan dan Panon itu menumbuhkan harapan-harapan baru dihati para penghuni istana, dengan demikian mereka akan dapat bertahan lebih lama lagi, sehingga keadaan yang lebih baik mungkin akan datang sebelum mereka menjadi kelaparan.
Namun bahan makanan itu bukannya pemecahan dari masalah yang mereka dapatkan itu barulah sekedar penundaan dari seribu kemungkinan yang dapat terjadi, kelaparan, bencana yang ditimbulkan oleh orang-orang yang berkeliaran di sekitar istana itu atau kesulitan-kesulitan yang lain.
"Tetapi untuk sementara puteri bernafas dengan tenang, bukan hanya karena ada persediaan bahan makanan untuk beberapa hari disamping hasil kebun sendiri, tetapi juga karena saat ini di Karangmaja hanya ada dua orang yang berbahaya bagi puteri, Kidang Alit dan Raden Kuda Rupaka" berkata Nyi Upih.
Raden Ayu Kuda Narpada menarik nafas dalam-dalam, bahkan diluar sadarnya ia berkata "Aku tidak mengerti, kenapa Kuda Rupaka harus juga menjadi hantu bagi kami, semula kami berharap terlalu banyak dari padanya, tetapi ternyata bahwa harapan-harapan itu hanyalah harapan yang semu saja"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Sudahlah puteri, mudah-mudahan terjadi
perkembangan yang menguntungkan bagi kita semua"
kata Nyi Upih kemudian.
Tetapi harapan yang nampak di wajah Raden Ayu Kuda Narpada nampaknya hanya berkilat sesaat, semakin banyak ia memikirkan nasibnya, maka wajahnya menjadi semakin suram.
Dalam pada itu, Panonpun menjadi semakin gelisah, rasa-rasanya ia dikungkung oleh suatu lingkungan yang tidak tertembus, sebenarnya ia ingin menjumpai gurunya secepatnya, tetapi ia terikat oleh keadaan, ia sadar bahwa bahaya dapat mengancamnya setiap saat, tetapi jika ia membawa Ki Mina serta, maka ia harus memikirkan istana kecil itu, apakah istana itu akan disergap oleh bahaya.
Panon tidak tahu, apakah sebenarnya keberatannya yang paling dalam jika istana itu, dihancurkan oleh sekelompok orang-orang yang menginginkan pusaka yang tersimpan di dalamnya. apakah ia berkeberatan jika pusaka itu jatuh ke tangan seseorang, atau ia berkeberatan jika istana itu rusak", atau barangkali ia tidak mau kehilangan Raden Ayu Kuda Narpada dan puterinya Inten Prawesti atau yang lain.
Panon menarik nafas dalam-dalam, tiba-tiba saja perhatiannya telah terampas oleh seseorang yang lewat di serambi istana, Pinten.
"Siapakah sebenarnya gadis itu?" bertanya Panon kepada diri sendiri, iapun tidak percaya bahwa Pinten
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
adalah anak Nyi Upih, seandainya demikian, maka Pinten
dam Sangkan tentu sudah lama terpisah daripadanya dan
hidup di dalam perguruan yang menempanya menjadi
dua orang kakak beradik yang memiliki ilmu yang tinggi.
"Persetan" geram Panon yang tiba-tiba saja
menyadari bahwa keadaan di luar Padukuhan itu justru
tidak membahayakan karena seorang kawan Kidang Alit
sedang pergi. "Jika aku pergi bersama Ki Mina, maka kami akan
dapat menjaga diri di sepanjang jalan menuju ke tempat
guru menunggu" berkata Panon di dalam hati, lalu
"Sedangkan di halaman ini ada Sangkan dan Pinten yang
akan dapat bertahan pula, jika Kidang Alit dan Raden
Kuda Rupaka mencoba memasuki halaman ini"
Pertimbangan itu ternyata telah mengganggunya,
sehingga akhirnya ia mendapatkan Ki Mina dan
menyatakan kepadanya.
"Apakah kau ingin menjumpai gurumu?" bertanya Ki
Mina. "Jika mungkin paman"
Ki Mina mengangguk-angguk, lalu katanya "barangkali
kesempatan ini adalah kesempatan yang baik, aku tidak
berkeberatan jika kau menghendaki, aku mengawanimu
di sepanjang jalan"
"Apakah tidak ada bahayanya misalnya diluar sadar
Kidang Alit dan Kuda Rupaka mengintai perjalanan kita?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau harus menyampaikan kemungkinan itu kepada
gurumu, dengan demikian gurumu akan mengambil
kebijaksanaan lain, mungkin gurumu akan berpindah
tempat atau pertimbangan lain yang akan dilakukannya"
Panon mengangguk-angguk, lalu katanya "Baiklah
paman, aku akan minta diri kepada Sangkan dan Pinten,
mudah-mudahan mereka beradua tidak melakukan
sesuatu yang dapat menghambat perjalananku"
"Kau memang harus minta diri, tetapi kau tidak perlu
menyebut keperluanmu yang sebenarnya, kita masih
belum tahu pasti, siapakah sebenarnya kedua anak-anak
muda itu" Panon menarik nafas dalam-dalam, diluar sadarnya ia
berkata "Tetapi agaknya keduanya benar-benar kakak
beradik" Ki Mina mengeruntukan keningnya, sejenak ia
memandang sorot mata Panon, namun kemudian ia
bertanya "Tetapi mungkin keduanya bukan kakak beradik
dalam arti saudara sekandung, mungkin sekedar saudara
seperguruan, atau barangkali justru suami isteri dalam
perjalanan penyamaran"
"Tidak, tentu bukan suami isteri" bantah Panon
dengan serta merta, tetapi agaknya mereka akan
terkejut bila mendengarnya"
Tetapi Ki Mina yang sudah menyimpan pengalaman
yang luas tidak menyahut lagi, ia menangkap sepercik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
perasaan yang tulus dari dasar hati Panon.
betapapunpun anak muda itu mencoba
menyembunyikan, tetapi iapun sadar, bahwa Panon
masih belum menerima kehadiran sentuhan-sentuhan
perasaannya itu, sehingga apabila seseorang
menunjuknya ia justru akan ingkar.
Mereka Panon menyampaikan maksudnya untuk
meninggalkan istana itu barang sehari, nampak wajah
Sangkan menjadi berkerut menegang, sejenak ia
memandang Panon dan Ki Mina berganti-ganti. Dengan
nada yang ragu-ragu ia bertanya "Apakah keperluan
kalian meninggalkan halaman ini", kalian datang minta
tempat untuk berteduh karena kalian adalah perantau
yang tidak mempunyai sanak kadang, jadi apakah arti
kepergian kalian ini?"
Panon dan Ki Mina merasakan nada kecurigaan dari
pertanyaan Sangkan, tetapi itu adalah wajar sekali,.
Maka jawab Ki Mina "Sangkan, kami adalah orang-orang
yang tidak mempunyai sanak kadang didaerah ini, tetapi
kami telah terlibat dalam pertengkaran tanpa ujung
pangkal diluar kepentingan kami secara pribadi, kami
sadar, bahwa kami tidak akan mungkin melepaskan diri
lagi dari belitan persoalan pusaka dan istana kecil itu,
yang kami lakukan adalah sekedar usaha untuk
menyelamatkan istana ini dan terutama adalah diri kami
sendiri, tetapi karena persoalan yang sedang kami
pertimbangkan sekarang masih merupakan suatu usaha
yang belum pasti akan berhasil maka kami tidak dapat
mengatakan apakah yang akan kami lakukan itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sangkan memandang wajah adiknya yang buram, sejenak Pinten justru memandang wajah Panon, namun kemudian dilemparkan tatapan matanya jauh-jauh, namun bibirnya kemudian bergerak perlahan-lahan
"kenapa kau akan pergi Panon?"
"Sudah aku katakan"
"Apakah kau akan kembali?"
"Aku akan kembali"
Namun wajah Pinten menjadi semakin tunduk, seakan-akan ada kata-katanya yang memberati hatinya dan tidak terucapkan.
"Panon" berkata Sangkan kemudian "Yang paling berat bagi kami adalah beban kecurigaan kami terhadap kalian, aku tidak akan ingkar, karena aku tidak mengenal kalian sebaik-baiknya, tetapi kesulitan kami yang lain adalah Panji Sura Wilaga, jika ia perlu pergi ke pakiwan atau kepentingan-kepentingan lain, tentu Pinten tidak akan dapat mengawasinya, sehingga semua beban akan terletak padaku sendiri"
Panon mengeruntukan keningnya, namun mereka ia memandang wajah Sangkan, ternyata, ia sedang memandang adiknya sambil tersenyum.
"Itu bukan urusanku" geram Pinten "Biar saja ia tidak pergi ke pakiwan tiga hari atau empat hari"
"Ia akan membuat bilik itu menjadi bau"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Terserahlah"
Sangkan akan tertawa, tetapi mereka Pinten bergeser
mendekat iapun bergeser pula menjauh.
"Sangkan" berkata Ki Mina kemudian, sebaiknya kali
ini kau melepaskan kecurigaanmu. Kami akan berusaha
untuk mencari jalan keluar dari kesulitan ini, mumpung di
Karangmaja sedang tidak ada orang lain kecuali Raden
Kuda Rupaka dan Kidang Alit, sehingga bahaya bagi kami
dan bagi istana ini, tidak begitu besar seperti jika pada
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
suatu saat akan kedatangan orang-orang lain yang tidak
kita ketahui"
Sangkan menarik nafas dalam-dalam, iapun
menyadari, bahwa papda suatu nanti akan datang orang-
orang lain ke Karangmaja karena mereka saling berebut
pusaka itu. Namun demikian rasa-rasanya ia tidak dapat
meleaskan kecurigaannya sama sekali, bahkan iapun
kemudian berkata "Ki Mina, akupun sebenarnya
menduga, bahwa kaupun akan berusaha menghubungi
kawan-kawanmu yang tentu sudah mendekati istana ini
pula" "Aku tidak mempunyai kawan yang lain kecuali paman
Mina" jawab Panon dengan serta merta "Tetapi yang
akan kami usahakan adalah jalan yang mungkin dapat
kita tembus, memang sulit untuk meyakinkanmu, tetapi
demikianlahlah yang sebenarnya akan kami lakukan,
kami tidak mempunyai kesempatan lain kecuali saat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mumpung seperti yang dikatakan oleh Ki Mina, bahwa
yang ada di Karangmaja hanyalah ada dua orang,
mereka tidak akan mengganggu aku dan paman Mina,
tetapi mereka juga tidak akan mengganggumu dan
Pinten disini"
Sangkan merenung sejenak, sekilas dipandanginyanya
wajah adiknya yang tunduk.
"Baiklah" berkata Sangkan kemudian "Tetapi cepatlah
kembali, aku tidak akan mengatakannya kepada Raden
Ayu dan puteri Inten, agar mereka tidak menjadi gelisah"
Ki Mina dan Panon saling berpandangan sejenak, lalu
"Baiklah, aku memang tidak akan lama" jawab Panon
kemudian. Pinten tidak menyahut pembicaraan itu lagi,
nampaknya ada yang sedang dipkirkannya, tetapi tidak
dapat diucapkannya.
menurut pertimbangan terakhir, maka Panon dan Ki
Mina akan meninggalkan istana itu stelah hari menjadi
gelap, dengan demikian ia mengharap bahwa tidak ada
orang yang sempat melihatnya.
"Mudah-mudahan aku dapat kembali sebelum pagi,
tetapi jika tidak, kepergianku tidak akan lebih semalam
dan sehari besok" berkata Panon mereka ia siap untuk
berangkat. Dengan senjata yang dipersiapkan baik-baik, Panon
dan Ki Minapun kemudian meninggalkan istana itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menuju ketempat yang pernah ditunjuk oleh gurunya,
dengan ciri-ciri yang dapat dikenalnya tanpa banyak
kesulitan meskipun mereka berjalan di malam yang
cukup gelap. Tetapi tiba-tiba saja langkah mereka terhenti mereka
mereka melihat sesosok tubuh berdiri tegak di tepi
tebing, seolah-olah dengan sengaja sedang menghalangi
perjalanan mereka berdua.
Panon mengeruntukan keningnya, mereka ia
berpaling, ia melihat dalam keremangan malam, Ki Mina
sedang memandang orang itu dengan tegang pula.
Sejenak keduanya berdiri mematung, mereka
memandang orang itu dengan tatapan mata yang tidak
berkedip. Tetapi agaknya orang itupun masih saja berdiri justru
sambil memandang ke lembah yang gelap terlindung
oleh bayangan pepohonan yang seolah-olah membeku.
Untuk beberapa saat lamanya mereka saling berdiam
diri dengan tegangnya, namun sesaat kemudian Panon
merasa, bahwa ia tidak akan dapat berdiri saja terus
disitu, siapapun orang itu, maka ia harus berjalan terus.
Karena itu, maka iapun memberi isyarat kepada Ki
Mina untuk melangkah maju dengan hati-hati, apapun
yang akan terjadi, keduanya sudah siap untuk
menanggapinya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Tetapi meskipun kedua orang itu menjadi semakin dekat, ternyata orang yang berdiri di tepi tebing itu masih saja berdiri tegak seolah-olah ia masih belum mengetahui, bahwa ada orang yang datang
mendekatinya. Namun dalam pada itu, semakin dekat Panon dan Ki Mina dengan orang yang berdiri itu, langkahnya semakin menjadi semakin lamban, bahkan Panon kemudian nampak gelisah dan belakang terdengar ia berdesis meskipun suaranya tidak jelas terdengar.
Ki Mina menggamit Panon dng ragu-ragu, dengan isyarat ia bertanya, apakah yang sedang dipikirkannya.
Sejenak Panon dicengkam oleh keragu-raguan, namun kemudian terdengar suaranya perlahan-lahan dalam kebimbangan
"Guru"
"He..?" Ki Mina bertanya.
Tetapi Panon tidak menyahut, iapun kemudian dengan tergesa-gesa melangkah maju semakin dekat. Ia masih ingin menyakinkan dalam keremangan malam, apakah benar-benar yang dilihatnya itu gurunya.
Ki Mina mengikut di belakangnya, tetapi ia tidak kehilangan kewaspadaan.
Beberapa langkah dari orang yang berdiri itu, sekali lagi Panon berdesis lebih keras
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Guru"
Orang memutar tubuhnya, sesaat Panon berdiri tegak,
namun mereka ia yakin bahwa orang itu memang
gurunya, maka iapun segera berlari dan berlutut
dihadapannya. Tetapi orang itu menarik lengan Panon sambil berkata
"Beridi sajalah, aku memang sedang menunggumu, dan
agaknya kau telah membawa seorang kawan"
Panonpun kemudian berdiri, sambil mengangguk
dalam-dalam, ia berkata "Ampun guru, aku tidak dapat
menghadap tepat pada waktunya, karena aku telah
terlibat dalam persoalan yang sama sekali tidak aku duga
sebelumnya"
Gurunya tersenyum, katanya "Aku sudah
menyangkanya, tetapi siapakah kawanmu itu?"
Panon berpaling, lalu katanya "Perkenankan aku
memperkenalkan orang yang sudah banyak melindungi
aku, inilah Kiai Rancangbandang"
Guru Panon itu mengangguk-angguk dalam-dalam,
tetapi Ki Mina segera menyahut "Panon memang selalu
merendahkan dirinya, aku hanyalah sekedar
mengawaninya, tetapi aku tidak pernah berbuat apa-apa"
"Terima kasih Kiai" berkata guru Panon itu "Muridku
memang masih jauh dari pengetahuan dan pengalaman,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
meskipun menurut istilah Kiai sendiri, Kiai hanya
mengawaninya, tetapi itu akan sangat berati baginya"
Ki Mina hanya tersenyum saja, dipandanginya Panon
sejenak, namun kemudian ia hanya mengangguk-angguk
kecil saja. "Kita dapat duduk diatas batu itu" berkata guru Panon
"Kau tidak usah mencariku di tempat yang sudah aku
tentukan sebelumnya, aku tidak lagi berada di sana,
tetapi aku berada di sekitar istana kecil itu"
Panon termangu-mangu sejenak, namun mereka
gurunya yang cacat kaki itu melangkah dan duduk di
sebuah batu, maka Panon dan Ki Minapun segera duduk
pula" "Panon" berkata gurunya "Sebenarnya aku hampir
tidak sabar lagi menunggu, aku ingin kau dapat
menceritakan apakah yang sudah terjadi, aku memang
sudah mendengar serba sedikit tentang istana kecil itu
dan kesibukan yang terjadi di padukuhan Karangmaja,
tetapi sudah tentu yang aku dengar itu tidak akan
selengkap yang kau ketahui"
Panon memandang Ki Mina sejenak, baru kemudian ia
mulai menceritakan apa yang diketahuinya tentang
istana kecil itu, tentang perguruan-perguruan yang
mengelilingi istana kecil itu dengan ancaman-ancaman
yang menggelisahkan.
Ki Mina kadang-kadang ikut pula membantu Panon
mengisi yang terlampau dalam cerita Panon tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keadaan dalam keseluruhan di istana dan di padukuhan
Karangmaja"
Guru Panon mengangguk-angguk dengan nada datar
ia berkata "Jadi Guntur Geni, Kumbang Kuning dan
Cengkir Pitu telah terlibat pula dalam perebutan pusaka
itu". Menggelisahkan, perguruan-perguruan itu kini
sudah dicengkam oleh ketamakan yang dapat
menyuramkan nama sumbernya.
"Masih ada yang harus diperhitungkan guru" berkata
Panon "Siapa lagi?"
"Dalam istana itu terdapat dua orang kakak beradik,
mereka mengaku anak-anak Nyi Upih, pelayan yang
menurut pendengaran kami adalah pelayan yang setia,
yang mengikuti perjalan Pangeran Kuda Narpada sejak
dari Maja Pahit. Kedua adak-anaknya itu bernama
Sangkan dan Pinten. kedua-duanya memiliki ilmu yang
tinggi, yang menurut perhitungan kami, adalah agak
aneh, bahwa kedua anak-anak itu adalah anak-anak Nyi
Upih" Gurunya mengangguk-angguk, tetapi tiba-tiba saja ia
bertanya "Kenapa kau menganggap aneh dan
mengherankan?"
"Nyi Upih nampaknya adalah seorang pelayan yang
tidak mempunyai lingkungan hidup yang lain, tetapi
kedua anak-anaknya ternyata memiliki ilmu yang
mengagumkan"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kau salah Panon, jangan mengukur sesuatu dari
darah keturunan saja"
Panon terkejut mendengar jawaban gurunya, bahkan
kemudian ia merasa seolah-olah gurunya telah
menghadapkan cermin kepadanya, agar ia mlihat kepada
dirinya sendiri, apakah ia juga seorang yang memiliki
darah keturunan yang luhur.
Panon menundukkan kepalanya, dengan suara datar
ia berkata "Ampun guru, agaknya aku memang sudah
salah menilai, aku hampir lupa bahwa akupun sama
sekali tidak dapat menyebut sesuatu tentang diriku"
Gurunya tersenyum, katanya "Sudahlah, siapapun
orang yang kau sebut, tetapi ia kini berada di dalam
istana kecil itu yang suram itu"
"Ya, guru" jawab Panon.
Bab 41 Gurunya termangu-mangu sejenak, namun kemudian
kepalanya mengangguk-angguk kecil, dan terdengar
suaranya bergumam "Baiklah Panon, aku sekarang sudah
mendapat gambaran yang lebih banyak tentang istana
kecil itu"
"Ya, guru, sebenarnyalah bahwa istana kecil itu
sekarang dikelilingi oleh kemungkinan-kemungkinan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menyeramkan, terutama bagi Raden Ayu Kuda Narpada
dan puteri Inten Prawesti.
"Ya, ya, aku membayangkannya, apalagi jika orang-
orang terpenting dari perguruan-perguruan yang terlibat
itu berdatangan, terutama dari perguruan Kumbang
Kuning dan Cengkir Pitu"
"Ya, guru, dan menurutt perhitungan kami, mereka
tentu akan datang"
Gurunya termenung sejenak, dipandanginyanya
kegelapan malam yang menyelubungi puncak-puncak
pegunungan Sewu, seolah-olah ingin melihat, apakah
yang tersimpan di balik kegelapan itu"
"Panon" berkata gurunya kemudian "Berbeda dengan
perguruan yang kau sebut Cengkir Pitu, Kumbang Kuning
atau Guntur Geni, maka kita hanyalah berdua saja, aku
mengucapkan terima kasih kepada Kiai Rancangbandang
yang sudah dengan tulus berada diantara kita, sehingga
kita menjadi bertiga, tetapi dengan sadar, kita akan
berada diantara kekuatan-kekuatan yang jumlahnya jauh
lebih banyak dari tiga orang saja"
Panon mengangguk-angguk kecil, jawabnya "Ya,
guru, dan mereka pasti akan datang dalam waktu yang
dekat" "Baiklah, tetapi ingat, bahwa kita tidak melakukan
sesuatu karena didorong oleh ketamakan dan pamrih, itu
adalah dasar dari kerja kia sekarang ini, sehingga kita
akan dapat memohon perlindungan dari Yang Maha
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kuasa, jika kita yakin berada di jalan kebenaran, maka
kita akan berjalan terus, karena kebenaran akan tetap
merupakan kebenaran, meskipun kita akan gagal"
Panon menarik nafas dalam-dalam, sekilas
dipandanginya Kiai Rancangbandang seolah-olah ia ingin
bertanya, apakah Kiai Rancangbandang akan berjalan
terus atau berhenti sampai sekian.
Agaknya Kiai Rancangbandang dapat menangkap
pertanyaan yang tersirat itu, karena itu, maka katanya
kemudian kepada guru Panon itu "Kiai, aku sudah
terlanjur berada disisi Panon sejak ia memanjat kaki
pegunungan Sewu itu, aku menyatakan kesediaanku
untuk bersamanya apapun yang akan terjadi"
Guru Panon itu menarik nafas dalam-dalam, katanya
di sela-sela desah nafasnya "Terima kasih Kiai, agaknya
Kiai benar-benar telah melakukn sesuatu yang
mengandung banyak kemungkinan, bagaimanakah jika
ternyata Panon dan aku bukannya orang-orang yang
berbuat tanpa pamrih seperti yang Kiai duga?"
"Aku meyakininya, seperti kalian berdua meyakini apa
yang kalian lakukan"
"Terima kasih Kiai" jawab guru Panon, "Namun masih
ada yang ingin aku tanyakan, aku melihat sesuatu yang
menarik sekali di kantung ikat pinggang Panon, agaknya
ia telah mendapatkan sesuatu yang sangat berharga
baginya, apakah benda itu di dapatkan dari Kiai?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kiai Rancangbandang memandang guru Panon dengan heran, karena selama ini Panon
menyembunyikan di dalam kantung ikat pinggangnya, tetapi ternyata gurunya dapat mengetahuinya.
Sejenak Kiai Rancangbandang termangu-mangu, namun kemudian ia bertanya kepada Panon "Apakah yang kau bawa di ikat pinggagmu Panon", apakah batu yang yang kau dapat dari kakang Ajar Respati?"
Panon mengangguk penuh ragu, jawabnya "Ya paman. Aku memang membawa akik Jalu Naga Sisik Sasra, yang aku pinjam dari Ki Ajar Respati"
Kiai Rancangbandang menarik nafas dalam-dalam, katanya "Ya, Kiai, Panon memang membawa batu Jalur Sisik Sasra yang di dapatkannya dari kakakku" ia berhenti sejenak, lalu "Tetapi bagaimana Kiai dapat mengetahuinya?"
Guru Panon itu mengangguk-angguk, lalu "Itu adalah benda yang sangat berguna untuk menghadapi orang-orang Guntur Geni yang senang bermain racun, tetapi juga orang-orang Kumbang Kuning dan Cengkir Pitu menguasai masalah racun dan bisa dengan sempurna, karena itu sekali lagi aku mengucapkan terima kasih" ia termangu-mangu sejenak kemudian ia bertanya "Tetapi siapakah Ki Ajar Respati itu?"
"Ia adalah kakakku, kakak kandungku"
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Guru Panon itupun mengangguk-angguk pula, katanya kemudian "Pertolongan Kiai kakak beradik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sangat aku hargai, sekarang aku ingin mempersilahkan
Kiai dan Panon kembali ke istana kecil itu, aku akan
selalu berada di dekat istana itu. jika kalian memerlukan
aku, berilah aku isyarat dengan api atau panah sendaren,
bukankah Panon dapat membuat permainan itu?"
Panon mengangguk, jawabnya "Ya, guru, aku dapat
membuat panah sendaren"
"Baiklah kita akan menghadapi persoalan yang sangat
rumit, sebelumnya aku memang belum pernah
membayangkannya, tetapi jika kini harus dihadapi,
apaboleh buat" lalu katanya kepada Kiai
Rancangbandang "Terima kasih Kiai, juga kepada Ki Ajar
Respati, mudah-mudahan aku pada suatu saat dapat
bertemu" Dalam pada itu, Ki Ajar Respati yang berada di tempat
yang jauh dari Pegunungan Sewu, sedang dicengkam
oleh ketegangan, karena usahanya untuk mengetahui
serta sedikit tentang Kumbang Kuning"
Apalagi ia sadar bahwa dalam waktu yang tidak lama,
orang-orang dari Cengkir Pitu akan datang pula
mengimbangi kesiagaan orang-orang Kumbang Kuning.
Tetapi ternyata bahwa dihari berikutnya orang-orang
Cengkir Pitu itu tidak datang lagi ke rumah Ki Reksabahu.
dipagi hari mereka Ki Reksabahu berangkat ke sawah
bersama Ki Ajar Respati yang telah menjadi pembantu
rumahnya, ia berpesan agar jika datang tamu yang
pernah bermalam di rumahnya, ia disusul di sawah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tetapi sampai matahari mencapai puncaknya, tidak
seorangpun yang menyusulnya ke sawah.
"Apakah orang itu tidak kembali?" bertanya Ki
Reksabahu "Tetapi menurutt pesannya, ia mengatakan
bahwa ia akan datang lagi ke rumahku"
"Mungkin nanti, mungkin besok, bukankah ia tidak
memberikan batasan waktu?"
"Tetapi mereka tentu menyadari bahwa kelambanan
ini akan dapat merugikan mereka"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun
kemudian wajahnya menegang, mereka ia memandang
kekejauhan, ia melihat beberapa orang berkuda sedang
menyusul jalan persawahan dari arah padepokan Lemah
Putih. "He, kau lihat?" justru Ki Reksabahu yang bertanya.
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya "Mereka
sudah meninggalkan Lemah Putih"
"Nah, kita akan bertaruh" berkata Ki Reksabahu
"Kemanakah kira-kira mereka akan pergi"
"Menurutt perhitunganku, mereka akan pergi ke
Pegunungan Sewu"
"Ah, seharusnya kau menebak lain, karena aku akan
menebak seperti itu pula" desis Ki Reksabahu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun keduanyapun kemudian kembali kepada kerja mereka, seolah-olah tanpa menghiraukan beberapa orang berkuda di jalan bulak itu, diantara mereka terdapat dua orang yang berpakaian kebangsawanan meskipun tidak terlalu jelas, sedang seorang diantar mereka mengenakan ciri-ciri seorang pemimpin yg disegani dengan warna putih yang melilit pada pinggangnya.
Sambil mencangkul Ki Ajar Respati berdesis "Bagiku mereka adalah jelas, agar aku mengatakan pendapatku lebih dahulu sebelum kau nanti akan mengatakan, bahwa aku hanya sekedar menirukanmu, yang seorang itu adalah Ajar Sokaniti, sedangkan kedua orang bangsawan itu tentu adalah bangsawan yang datang dari Demak, yang telah terlibat ke dalam persoalan pusaka yang sedang mereka cari-cari"
"Siapakah yang mencari pusaka?" bertanya Ki Ajar Respati sambil mencangkul terus.
Ki Reksabahu tidak menjawab, iring-iringan yang menyusuri bulak persawahan itu menjadi semakin dekat.
Seperti saat mereka datang, mereka sama sekali tidak menghiraukan kedua orang yang sedang bekerja di sawah itu, apalagi Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu seolah-olah tidak menunjukkan sikap yang khusus menanggapi mereka, kedua-duanya mengangkat wajah sejak memandang memandang iring-iringan itu sambil bersandar pada tangkai cangkul mereka, kemudian merekapun bekerja kembali, mereka iring-iringan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
telah berada di hadapan mereka, seolah-olah tanpa
mengacuhkannya.
Pemimpin iring-iringan kecil itupun tidak
menghiraukan kekdua orang yang berada di sawah itu,
hanya para pengawalnya sajalah yang agaknya dengan
tajam memandang keduanya, tetapi mereka tidak
berhenti dan tidak berbuat apa-apa.
Iring-iringan itu semakin lama menjadi jauh,
sementara itu Ki Ajar Respati dan Ki Reksabahu masih
tetapi bekerja terus, meskipun mereka mulai berbicara
"Apakah yang sebaiknya kita lakukan?" justru Ki
Reksabahu yang bertanya.
"Maksudmu, apakah kita akan mengikutinya atau
menunggu orang Cengkir Pitu itu?" bertanya Ki Ajar
Respati. "Ya, jika kita menunggu, apakah kita tidak akan
terlambat?"
"Tetapi apakah orang Cengkir Pitu itu memang
lamban?" Ki Reksabahu termangu-mangu sejenak,
diletakkannya cangkulnya sambil bertolak pinggang, ia
memandang iring-iringan yang sudah menjadi semakin
jauh. "Kita tidak dapat menunggu" berkata Ki Ajar Respati
kemudian "Tetapi harus juga dipikirkan, bagaimanalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jika orang Cengkir Pitu itu datang, sedang kau tidak
berada di rumah?"
"Itulah yang membuat aku pusing, tetapi aku dapat
berpesan bahwa aku pergi ke tempat saling seorang
saudaraku yang mengalami musibah"
"Apakah mereka akan percaya?"
"Percaya atau tidak percaya , aku akan menyingkirkan
keluargaku, agar tidak menjadi sasaran kemarahan
orang-orang Cengkir Pitu, bukankah wajar sekali, bahwa
aku pergi dengan seluruh keluargaku untuk kepentingan
yang mendesak sekali karena sanak kadangku
meninggal"
"Apakah mereka tidak akan mencari?"
"Tidak sempat, apalagi setelah mereka mengetahui
bahwa Lemah Putih telah kosong"
Keduanya mengangguk-angguk, lalu terdengar Ki
Reksabahu berkata "Kita akan kembali sekarang, kita
bersiap-siap"
"Apakah kau akan melibatkan diri?" bertanya Ki Ajar
Respati. "Ya, aku akan menyusul orang-orang Kumbang
Kuning dan berpihak kepada mereka"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati tersenyum, ia mengenal kawannya yang seorang ini dengan baik, karena itu, ia justru tidak mencurigainya sama sekali"
Keduanyapun kemudian dengan tergesa-gesa kembali untuk mempersiapkan diri.
Seperti yang dikatakan oleh Ki Reksabahu, maka mereka mereka sampai di rumah, maka merekapun segera mempersiapkan diri, Ki Reksabahu tidak saja mempersiapkan kepergiannya sendiri, tetapi ia telah mempersiapkan seluruh keluarganya.
"Untunglah, bahwa anak-anakku memang tidak berada disini" berkata Ki Reksabahu.
"Dimana?" bertanya Ki Ajar Respati.
"Mereka ada di padepokan tempat aku mempelajari olah kanuragan, padepokan kecil yang tidak punya nama di lereng Gunung Lawu"
Ki Ajar Respati mengeruntukan keningnya, lalu
"Padepokan Panjer Bumi"
"He, darimana kau tahu nama itu" " bertanya Ki Reksabahu.
"Kau sudah pikun ya, aku-kan pernah kau ajak mengunjungi gurumu di padepokan itu dahulu"
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Ya, anak-anakku berada di padepokan itu, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
sekarang padepokan itu berada di bawah pimpinan Putu
Sangga Bumi"
"Gurumu?"
"Sudah meninggal, umurnya sudah sangat tua,
betapapun tinggi ilmunya, tetapi ia tidak akan dapat
ingkar dari panggilan Illahi, bahwa seorang pada suatu
saat akan kembali kehadapan Tuhannya dengan seluruh
tanggung jawabnya"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, dengan ragu-
ragu ia bertanya "Apakah kau akan mengungsikan
isterimu?"
"Ya, ia harus meninggalkan rumah ini, tetapi
sebaiknya ia menyadari apakah yang sedang dihadapinya
sehingga ia dapat mempersiapkan diri"
"Jika demikian, kita akan mengantarkannya lebih
dahulu, sebelum kita pergi ke Pegunungan Sewu"
"Tidak perlu, ia akan pergi sendiri"
Ki Ajar Respati mengeruntukan keningnya, tetapi
sebelum ia bertanya, Ki Reksabahu berkata sambil
tersenyum "Ia akan pergi ke padepokan Panjer Bumi
menyusul anak-anaknya, iapun termasuk salah seorang
murid pada masa lampau"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Kau tidak pernah mengatakannya, aku mengenal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
keluargamu, sejak lama meskipun tidak terlampau dekat
kecuali kau sendiri"
"Dalam keadaan yang biasa, aku tidak perlu
menyebutnya, tetapi dalam keadaan seperti sekarang,
kadang-kadang aku perlu juga sedikit menyombongkan
diri, sekedar untuk menenteramkan hati sendiri"
Ki Reksabahu kemudian mengatur segala-galanya,
memang sama sekali tidak disangka, bahwa isterinya
yang tingkah laku dan kerjanya sehari-hari tidak ubahnya
dengan perempuan-perempuan padesan lainnya, adalah
seorang murid dari padepokan terpencil di kaki Gunung
Lawu. "Tetapi ia tidak penting" berkata Ki Ajar Respati
"Isteriku tidak akan terlibat sama sekali, karena itu,
biarlah ia berada di lingkungannya, sehingga apabila
orang lain akan menyeretnya ke dalam kesulitan, ia akan
mendapat perlindungan dari perguruannya, apabila anak-
anaknya berada disana pula"
"Dan rumahmu akan kosong sama sekali?"
"Ada beberapa orang pelayan, orang-orang yang
berakal tidak akan menumpukkan kecurigaan kepada
mereka, karena mereka adalah pelayan-pelayan yang
memang tidak tahu menahu persoalannya"
Ki Ajar Respati hanya mengangguk-angguk saja.
Tetapi mereka ia melihat Nyai Reksabahu
mempersiapkan diri, maka iapun kemudian yakin, bahwa
Nyai Reksabahu bukannya orang kebanyakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ia sudah terlalu sering hilir mudik ke padepokan itu
menengok anak-anaknya, karena itu, baginya bukannya
persoalan baru lagi, tetapi seperti yang aku katakan, ia
tidak akan terlibat, dan perguruan Panjer Bumipun tidak
akan terlibat, karena mereka sama sekali tidak
menghiraukan peristiwa yang terjadi di Pegunungan
Sewu itu" Ternyata kemudian, justru Nyai Reksabahu yang
barangkali lebih dahulu meninggalkan rumahnya, seperti
kebiasaannya saja seolah-olah ia hanya sekedar hendak
pergi menengok sanak keluarga yang tidak begitu jauh,
dengan selendang lurik berwarna gelap ia membawa
sebungkus kecil pakaian yang tidak menumbuhkan
kecurigaan, tetapi yang tidak diketahui oleh seorangpun,
di balik ikat pinggang dan ambennya, terselib sebuah
keris yang khusus, selendang luriknya itu, karena
selendang itu dapat diberinya bandul beberapa bola besi
sebesar kentos salak.
Untuk beberapa lama Ki Reksabahu masih tinggal di
rumahnya, ia mengharap isterinya tidak akan dapat
diketahui lagi arahnya, jika tiba-tiba saja orang-orang
Cengkir Pitu itu berdatangan.
Setelah memberikan beberapa pesan, bahwa ia akan
pergi menyusul isterinya karena keperluan keluarga yang
mendesak, seperti cerita yang direncakan, bahwa ada
keluarganya yang kehilangan salah seorang anaknya,
maka Ki Reksabahu segera mempersiapkan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kiai akan pergi berkuda" bertanya seorang pelayannya.
"Ya" "Bagaimana dengan Nyai, bukankah ia hanya berjalan kaki?"
Ia akan langsung pergi ke rumah saudaraku itu, sedang aku masih akan singgah memberitahukan kepada beberapa orang keluarga yang jauh"
Pelayannya tidak bertanya lagi, mereka mengantar Ki Reksabahu yang diikuti oleh Ki Ajar Respati sampai ke regol halaman
Demikianlah, maka Ki Reksabahu itupun kemudian meninggalkan rumahnya diikuti oleh Ki Ajar Respati, beberapa orang pelayannya memang menjadi heran, bahwa orang yang baru itulah yang dibawanya, namun demikian mereka tidak bertanya terlalu banyak, meskipun mereka tidak terlalu banyak mengetahui tentang kedudukan lurahnya, namun terasa bagi mereka, bahwa memang ada sesuatu yang tidak mereka ketahui pada lurahnya itu.
Demikianlah Ki Reksabahu dan Ki Ajar Respatipun segera menuju ke barat, tetapi mereka tidak akan mengikuti jalan yang biasa ditempuh menuju kearah Pegunungan Sewu, tetapi mereka akan mengambil jalan memintas, melalui daera selatan yang berbukit-bukit, justru bukit-bukit yang kemudian merupakan kepanjangan dari Gunung Sewu itu sendiri"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Meskipun jalan melalui daerah selatan itu masih agak
gelap, karena mereka harus melintasi hutan-hutan yang
cukup lebat, meskipun tidak terlalu besar, tetapi di
beberapa bagian mereka akan melintasi padukuhan-
padukuhan yang sudah cukup tamai. Di lembah-lembah
yang subur di sela-sela bukit. Telah banyak dihuni orang
yang ingin bekerja di tempat yang tenang dan tidak
terganggu oleh pergolakan yang sering terjadi diantara
manusia. "Kita akan bermalam semalam diperjalanan "berkata
Ki Reksabahu "Tetapi aku kira kita tidak akan terlambat,
jarak waktu antara kita dengan orang-orang Kumbang
Kuning itu tidak terlalu jauh"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun
kemudian katanya "Kita akan mendekati Karangmaja dari
arah timur"
"Ya, dan mungkin ada pihak lain yang melakukannya
pula seperti kita"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya
"Memang mungkin, karena itu kita memang harus
berhati-hati"
Keduanyapun kemudian memasuki jalur jalan yang
semakin sempit, mereka mereka sampai diujung daerah
persawahan, maka jalanpun menjadi semakin sulit, tetapi
agaknya Ki Reksabahu telah mengenal jalan itu dengan
baik, sehingga ia tidak usah mencari-cari arah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Sejenak kemudian mereka, sampai ke hutan alang-alang yang lebat, jalan setapak diantara batang alang-alang itu membawa mereka memasuki sebuah hutan yang cukup lebat, meskipun ditengah-tengah hutan itu menyusup lorong sempit yang panjang.
"Hutan ini merupakan daerah yang kadang-kadang gawat" berkata Ki Reksabahu "Tetapi perampok-perampok kecil itu hanya sekali-sekali saja singgah di daerah ini, karena daerah ini memang tidak banyak dilalui orang"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, memang jalan ditengah-tengah hutan itu memberikan banyak kesempatan bagi orang jahat untuk melakukan kejatahan, tetapi agaknya jalan itu bukannya sawah yang subur bagi mereka, karena memang jarang sekali ada orang yang mengetahuinya.
Tetapi bagi Ki Reksabahu dan Ki Ajar Respati, penjahat-penjahat dan perampok-perampok kecil di hutan itu, sama sekali tidak akan dapat mengganggu perjalanan mereka.
Semakin lama mereka berjalan, semakin dalam pula mereka menyusup ke dalam hutan yang lebat itu, mereka tidak menghiraukan auman harimau atau pekik kera yang saling berkejaran diatas pepohonan.
Namun dalam pada itu, perhatian Ki Reksabahu yang berkuda di depan mulai tertarik pada jejak-jejak di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
bawah kaki kudanya, ranting yang patah dan rerumputan
yang terinjak. "Ki Ajar" desisnya "Aku melihat jejak"
Ki Ajar Respatipun kemudian memperhatkan lorong
sempit yang dilaluinya, kuda merekapun semakin lama
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menjadi semakin lembat, bahkan akhirnya terhenti sama
sekali. Kedua orang itupun segera meloncat dan
memperhatikan jejak yang terdapat di sepanjang lorong
sempit itu pula"
"Sekelompok orang-orang berkuda" desis Ki Ajar
Respati. "Ya, sekelompok kecil orang-orang berkuda, hanya
empat orang" sahut Ki Reksabahu.
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, menurutt
pengamatannya memang hanya sekitar empat orang
berkuda" "Siapakah mereka kira-kira?" bertanya Ki Ajar Respati
"Apakah orang-orang Kumbang Kuning?"
"Menurut perhitunganku, orang-orang Kumbang
Kuning jumlahnya lebih banyak dari empat orang"
"Jadi, siapa?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu tidak menjawab, namun katanya kemudian "Marilah kita akan mengikutinya"
Keduanyapun kemudian melanjuntukan perjalanan mereka, jejak itu masih termasuk jejak yang baru, orang-orang yang berkuda itu tentu belum melampaui sehari sebelumnya.
Tidak banyak yang mereka persoalkan di perjalanan, semakin lama merekapun menjadi semakin cepat, meskipun kadang-kadang mereka harus terhenti dan dengan hati-hati melangkah satu-satu karena rintangan di perjalanan itu. batang yang roboh melintang, atau sulur-sulur bergayutan diatas jalan sempit itu dipermainkan oleh sekelompok kera.
Namun sekali lagi perjalanan itu terhambat, Ki Reksabahu yang berada di depan memberikan isyarat kepada Ki Ajar Respati agar mereka berhenti sejenak.
"Ki Ajar, apakah kau melihat sesuatu di hadapan kita?"
"Bekas sebuah arena pertempuran" desis Ki Ajar Respati.
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, katanya "Marilah kita lihat, tetapi kita harus berhati-hati, pertempuran di tempat ini merupakan sesuatu yang mencurigakan"
Keduanyapun kemudian meloncat turun dari kuda mereka dan perlahan-lahan maju mendekati tempat yang diduga baru saja menjadi arena pertempuran menilik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
pepohonan perdu yang berpatahan, tanah yang
berhamburan dan dedaunan yang rontok ditanah.
Keduanya termangu-mangu sejenak, perlahan-lahan
mereka mendekati gerumbul yang berserakan.
Keduanya terkejut mereka mereka melihat kaki yang
terjulur di bawah dahan-dahan perdu yang berpatahan,
perlahan-lahan mereka meraba kaki yang telah
membeku. "Mayat" desis Ki Ajar Respati.
Ki Reksabahupun kemudian menyibakkan gerumbul
itu, dan dengan dahi yang berkerut, mereka melihat
tubuh yang terbujur kaku
Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Mungkin seorang perampok di hutan ini"
Ki Ajar Respati termangu-mangu, apalagi mereka
sekali lagi ia meloncat mendekati sesosok tubuh yang
terbujur, katanya "Sesosok lagi"
Ki Reksabahu mengangguk, jawabnya "Ya, aku kira
dua orang perampok atau lebih, mungkin semuanya
terbunuh, mungkin pula yang lain sempat melarikan diri"
Ki Ajar mengeruntukan keningnya, desisnya "Jika
benar mereka adalah perampok-perampok di hutan ini,
agaknya mereka telah salah memilih sasaran, sehingga
justru merekalah yang terbunuh"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku kira memang demikian, perkelahian inipun tidak menunjukkan perkelahian yang terlalu sengit, mungkin perkelahian itu juga terjadi beberapa lama dan berakhir dengan kematian para perampok itu"
"Kitalah yang mendapat pekerjaan sekarang, ternyata kita tidak akan dapat membiarkan mayat ini berserakkan begitu saja tanpa menguburnya"
Ki Reksabahu mengeruntukan keningnya, katanya
"Jika saja kita tidak melihatnya"
Keduanyapun kemudian membuat lubang diatas tanah yang gembur di hutan itu dengan pisau-pisau belati untuk menguburkan dua sosok mayat itu, meskipun lubang yang mereka buat tidak begitu dalam, namun kedua sosok mayat itu tidak akan menjadi mangsa binatang buas.
"Jarak kita dengan orang-orang yang kita ikuti menjadi semakin jauh" berkata Ki Reksabahu.
"Ya, mungkin perkelahian yang terjadi itu hanya sebentar, lebih pendek dari waktu yang kita perlukan untuk membuat lubang kubur itu"
Keduanyapun kemudian meloncat ke punggung kuda dan melanjuntukan perjalanan.
Jejak beberapa ekor kuda yang mereka ikuti itupun masih nampak jelas, sehingga dengan demikian maka mereka tidak akan kehilangan, menilik arah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
ditempuh, maka orang-orang berkuda itupun menuju ke
Pegunungan Sewu.
"Jika bukan orang-orang Kumbang Kuning, tentu
orang-orang Cengkir Pitu" berkata Ki Reksabahu
kemudian "Agaknya orang-orang Cengkir Pitu yang kita
anggap lamban itu justru telah mendahului orang-orang
Kumbang Kuning melalui jalan melintas ini"
"Jika demikian, maka jumlah orang-orang Cengkir Pitu
akan lebih sedikit dari orang-orang Kumbang Kuning,
apakah itu bukan berarti bahwa kedatangan orang-orang
Cengkir Pitu itu tidak akan berarti, karena jika terjadi
pertengkaran dan kekerasan, maka mereka tidak
seimbang" "Tetapi kita belum tahu kemampuan seorang demi
seorang, mungkin orang-orang Cengkir Pitu jumlahnya
hanya sedikit, tetapi mereka adalah orang-orang yang
memiliki puncak kemampuan pada masa sekarang
sehingga yang sedikit itu tidak akan kalah jika terjadi
benturan kekuatan"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk dan Ki
Reksabahu berkata lebih lanjut "Bahkan mungkin orang-
orang Cengkir Pitu mengambil dua jalan menuju ke
Pegunungan Sewu, yang satu lewat jalan ini, yang lain
mengikuti jejak orang-orang Kumbang Kuning"
"Memang mungkin: desis Ki Ajar Respati "Jika benar-
benar seperti yang kita bayangkan, maka angger Panon
dan rb1 benar-benar akan menjumpai kesulitan, mereka
hanya berdua, sedangkan orang-orang yang dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tamak menghendaki pusaka yang ada di Pegunungan
Sewu itu jumlahnya kian bertambah"
Mudah-mudahan tidak semakin bertambah, cerita
tentang pusaka itu telah tersebar sampai ke segenap
penjuru, perguruan Panjer Bumipun telah mendengar
dan pernah mempertimbangkan kemungkinan untuk
memiliki pusaka itu, tetapi Putut Sangga Bumi ternyata
tidak sependapat, ia merasa perguruannya adalah
sebuah perguruan kecil, dan wahyu yang ada pada
pusaka-pusaka itu bukannya harus dicari, tetapi wahyu
yang mencari tempat-tempat yang di kehendakki oleh
wahyu itu sendiri"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya "Putu
Sangga Bumi agaknya memang benar, dengan saling
memperubuntukan pusaka, dan justru melupakan
sumber segalanya, maka yang akan di dapatkan justru
malapetaka, tetapi sayang, bahwa pada masa kini jarang
orang yang berpikir bening, mereka menganggap bahwa
dengan memperebuntukan pusaka-pusaka yang menjadi
sarang wahyu keraton itu dengan cara apapun juga akan
mendapatkan wahyu itu sendiri dan dapat memegang
kekuasaan tertinggi di tanah ini"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, namun kemudian
ia bertanya dengan ragu-ragu, "Tetapi bagaimana
dengan anak muda yang bernama Panon dan
Rancangbandang terlibat dalam persoalan pusaka itu?"
"Aku pernah menceritakannya kepadamu, mereka
sama sekali tidak menginginkan pusaka itu, tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
mereka mempunyai tugas khusus di dalam istana kecil itu
di Pegunungan Sewu itu"
Ki Reksabahu mengeruntukan keningnya, dan Ki Ajar
Respati bertanya "Apakah kau ragu-ragu?"
"Tidak, aku tahu bahwa kau tidak pernah berkata
sisip, kau selalu mengatakan yang benar menurut
pengertianmu"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, namun
kemudian keningnya kemudian berkerut mereka Ki
Reksabahu berkata "Tetapi yang aku ragukan adalah
kebenaran pengertianmu"
"Apa maksudmu?"
"Kau memang selalu mengatakan dengan jujur apa
yang kau ketahui, tetapi jika yang kau ketahui itu salah,
maka yang kau katakanpun salah"
"Ooo" Ki Ajar Respati menyahut dengan nada datar
"Jadi yang kau ragukan, apakah tangkapanku tentang
mereka itu seperti apa yang benar-benar ingin mereka
lakukan?" Ki Reksabahu ragu-ragu sejenak, namun kemudian
iapun mengangguk-angguk menjawab "Ya"
Tetapi Ki Ajar Respati menggeleng "Aku yakin,
mereka tidak akan dengan tamak ingin memiliki pusaka
yang sedang diperebuntukan itu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Reksabahu ragu-ragu sejenak, namun kemudian iapun berkata "Mudah-mudahan, tetapi karena kau pernah bertemu dan berbicara dengan anak muda yang bernama Panon dan karena Kiai Rancangbandang adalah adikmu, jika kau lebih tahu daripada aku"
Beberapa saat keduanya saling berdiam diri, mereka menyusur jalan sempit mengikuti jejak kaki kuda yang masih nampak jelas, tetapi mereka tidak dapat menduga siapakah yang telah berkuda mendahului mereka itu.
Bab 42 Seperti yang telah mereka perhitungkan, maka mereka matahari menjadi semakin rendah, maka mereka harus mencari tempat bermalam di perjalanan, tetapi bagi keduanya, mencari tempat untuk sekedar tidur bukannya hal yang sulit.
Mereka malam tiba, maka merekapun mengikat kuda pada batang perdu, demikian mereka keluar dari, mereka mencari tempat yang terlindung oleh gerumbul-gerumbul perdu, tidak jauh dari jalur jalan yang sedang mereka lewati menuju ke arah Pegunungan Sewu.
"Kiai" berkata Ki Ajar "Aku ingin mengusulkan sesuatu"
Ki Reksabahu mengeruntukan keningnya, lalu "Kau sudah terlalu banyak mengusulkan sesuatu kepadaku sehingga aku yang semula tidak ingin terlibat dalam persoalan pusaka ini, tetapi kau telah berhasil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
memancing aku sampai ke tempat ini dan sekarang kau
masih akan mengusulkan sesuatu"
Ki Ajar tersenyum, sambil duduk memeluk lututnya di
dalam kegelapan malam ia berkata "Jangan merajuk
begitu, tetapi usulku kali ini adalah usul yang baik sekali"
"Apa yang kau usulkan itu?"
"Marilah, singgah saja di rumah adikku, mungkin kita
akan mendapatkan beberapa keterangan dari beberapa
orang tetangga. Rumah adikku terletak di kaki
Pegunungan Sewu pula"
Ki Reksabahu termangu-mangu sejenak.
"Tetapi kita tidak akan mengikuti jejak kaki kuda itu
untuk selanjutnya" sambung Ki Ajar Respati.
Ki Reksabahu masih termangu-mangu, katanya "Ada
pertimbangan tersendiri, dengan demikian kita akan
kehilangan jejak itu, dan kita tidak akan mengetahui
siapakah yang telah mendahului naik ke Pegunungan
Sewu, tetapi imbangannya, mungkin kita akan mendapat
keterangan dari beberapa orang yang mungkin melihat
sekelompok atau lebih orang-orang yang naik ke
Pegunungan Sewu"
"Tetapi jalan naik adalah banyak sekali"
"Itulah" desis Ki Reksabahu kemudian, namun "Aku
lebih senang singgah ke rumah adikmu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Kita dapat melanjuntukan perjalanan sekarang, kuda kita telah beristirahat cukup"
"Sebentar lagi, biarlah mereka makan rerumputan dahulu"
Sejenak kemudian, merekapun mulai berkemas lagi, mereka tidak lagi ingin bermalam di pinggir hutan itu, setelah kuda mereka mendapat cukup makan dan beristirahat, maka perjalananpun dilanjuntukan.
Tetapi mereka tidak berkuda semalam suntuk, menjelang fajar mereka berhenti, membiarkan kuda mereka minum di sebuah parit yang mengalirkan air yang bening.
"Kita sampai ke sebuah bulak" desis Ki Reksabahu
"Kita sudah mendekati padukuhan adikku"
Keduanya kemudian duduk untuk beristirahat sejenak sambil bersandar pohon yang ditanam berderet-deret di pinggir parit, tetapi mereka sama sekali tidak memejamkan matanya, karena langitpun segera membayangkan warna mereka.
Mereka fajar menyingsing mereka telah berpacu kembali di jalan bulak ya panjang menuju ke padukuhan Kiai Rancangbandang.
Mereka keduanya sempai di rumah itu, maka mereka mendapatkan rumah itu masih kosong, seorang pelayan yang melihat Ki Ajar Respati datang mempersilahkannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
naik ke pendapa, kemudian menerima kendali kuda
kedua tamunya dan membawanya ke belakang.
"Apakah Kiai Rancangbandang belum pernah
kembali?" bertanya Ki Ajar Respati mereka pelayan itu
kemudian datang lagi membawa dua mangkuk munuman
panas. "Belum Ki Ajar, sejak Kiai Rancangbandang
meninggalkan padukuhan ini bersama anak muda itu, ia
belum pernah kembali lagi"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk.
"Tetapi Ki Ajar" berkata pelayan itu kemudian
"Kemarin malam, telah datang seorang yang belum
pernah aku kenal menanyakan Ki Ajar"
"Siapakah namanya?"
"Orang itu tidak mau mengatakan namanya, tetapi ia
dapat menyebut nama Ki Ajar Respati, kakak dari Kiai
Rancangbandang"
Ki Ajar Respati termangu-mangu sejenak, lalu
"Apakah ia akan kembali lagi?"
"Ya, ia akan kembali lagi segera, ia perlu bertemu
dengan Ki Ajar dalam waktu singkat"
Ki Ajar Respati menjadi tegang, tentu ada sesuatu
yang penting. Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Dalam pada itu, Ki Reksabahupun menarik nafas dalam-dalam sambil bergumam "Aku akan langsung terlibat, agaknya hari ini juga"
Ki Ajar Respati memandang kawannya sejenak, namun iapun tersenyum sambil berkata "Kau masih saja mengeluh"
"Biarlah jika aku terlibat, jangan sebut perguruan Panjer Bumi, perguruanku tentu tidak akan memperdulikan aku seperti yang aku minta, agar jika terjadi sesuatu, biarlah menjadi tanggung jawabku sendiri"
Ki Ajar tertawa, katanya "Tentu, tentu Kiai, tetapi kau tidak akan terlibat terlalu jauh"
Keduanya kemudian terdiam sejenak, pelayan yang menghidangkan minuman dan kemudian juga makanan itu telah meninggalkan pendapa dam membuka pintu pringgitan dari bagian dalam rumah itu.
"Silahkan beristirahat di ruang dalam" berkata pelayan itu.
"Baiklah, terima kasih. Tetapi udara masih terasa sangat panas"
Pelayan itu tidak menyahut meskipun ia sendiri sama sekali tidak merasakan udara yang panas di pagi hari itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Setelah minum beberapa teguk dan makan makanan beberapa potong, maka keduanyapun kemudian masuk ke ruang dalam. Mandi di pakiwan dan berganti pakaian.
"Jika Kiai ingin tidur, karena semalam suntuk Kiai tidak tidur, aku persilahkan"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, tetapi ia kemudian bertanya "Lalu, apa yang akan kau lakukan?"
"Belum tahu, mungkin juga tidur"
Keduanyapun kemudian masih duduk beberapa lamanya, pembicaraan mereka masih saja berkisar tentang Pegunungan Sewu dan orang yang sedang mencari Ki Ajar Respati.
Namun kemudian keduanyapun berbaring di dalam bilik yang terpisah untuk sekedar beristirahat.
Tetapi keduanya ternyata tidak dapat memejamkan matanya, berbagai macmam bayangan telah bermain di dalam angan-angan mereka. apalagi pada Ki Ajar Respati, bukan saja tentang Kiai Rancangbandang, Panon dan orang yang mencarinya, tetapi ia mulai berangan-angan pula tentang murid-murid dan anaknya yang muda.
"Mudah-mudahan mereka tidak sia-sia dalam pengasingan diri selama aku disibukkan oleh persoalan yang sebenarnya tidak banyak aku ketahui ujung pangkalnya ini" katanya kepada diri sendiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Namun ia percaya, bahwa kedua muridnya yang pernah menempuh jalan sesat bersama anaknya yang tua, yang terbunuh justru oleh Panon Suka itu, benar-benar menyadari betapapun buruknya tingkah laku mereka di masa lampau dan kini mereka sedang menempa diri dengan tujuan hidup yang lain dari yang pernah mereka lakukan itu bersama dengan anaknya yang muda.
"Jika aku sudah selesai dengan persoalan yang tidak aku mengerti ini, aku akan segera berada kembali diantara mereka dalam ketenangan" desisnya.
Hari itu, tidak banyak yang dilakukan oleh kedua orang itu, Ki Ajar Respati yang sudah dikenal oleh beberapa orang di sekitar padepokan Kiai Rancangbandang itu berusaha untuk memancing keterangan dari beberapa orang, tetapi tidak seorang yang dapat menceritakan tentang kelompok-kelompok yang memanjat naik Pegunungan Sewu.
"Mereka tidak melalui jalan ini" desis Ki Ajar Respati kepada Ki Reksabahu.
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, katanya "Jika aku tahu seperti ini, aku kira lebih baik mengikuti jejak kaki-kaki kuda itu"
"Jika saja aku tahu, untunglah bahwa aku tidak tahu sebelumnya"
Ki Reksabahu tidak menyahut, iapun menyadari, jika seseorang mengerti apa yang akan terjadi, maka akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
jarang sekali seseorang menyesali perbuatannya yang
keliru. Sementara itu, kedua orang itupun mulai menjadi
berdebar-debar mereka langit menjadi semakin buram,
perlahan-lahan malam mulai turun, keduanya
memperhitungkan bahwa orang yang mencari Ki Ajar
Respati itu akan datang lagi untuk suatu persoalan yang
penting. Diam-diam keduanya telah mempersiakan diri
menghadapi segala kemungkinan, bahkan seandainya
mereka harus menghadapi kekerasan.
Karena itulah, maka keduanyapun justru tidak berada
Istana Yang Suram Karya S H Mintardja di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di dalam rumah, mereka berdua duduk di pendapa
menghadapi kemungkinan yang bakal terjadi.
Semilirnya angin malam terasa dingin sampai ke
tulang, dedaunan bergerak-gerak saling bersentuhan
seolah-olah ingin saling menghangatkan diri.
Gelap malam semakin lama menjadi semakin pekat,
namun Ki Reksabahu masih duduk di pendapa bersama
Ki Ajar Respati.
Di halaman dua orang pekerja di padepokan itu
melintas dan hilang di longkangan samping.
Terasa malam menjadi semakin sepi, namun hati
kedua orang itu rasa-rasanya menjadi semakin bergelora,
mereka mulai merasakan sentuhan firasat, bahwa
memang ada seseorang yang mendekati pendapa itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Kedua orang itupun seperti bersepakat, bergeser
setapak, kemudian bersama-sama bangkit dan bergerak
saling menjauhi, keduanyapun kemudian turun tangga
pendapa di tempat yang berseberangan dan berdiri tegak
di halaman. Sejenak kemudian keduanya melihat pintu tegol
halaman bergeser perlahan-lahan, dengan tegang
keduanyapun melihat sesosok bayangan yang bergeser
patah-patah memasuki regol itu.
Tetapi bayangan itupun segera berhenti, agaknya
iapun segera melihat bahwa di halaman itu telah
menunggu dua orang yang berdiri tegak dengan penuh
kesiagaan menghadapi segala kemungkinan.
Sejenak mereka hanya saling berpandangan meskipun
mereka tidak segera dapat melihat wajah masing-masing
dengan jelas. Akhir Jilid 10 ******** Jilid 11 BARU sejenak kemudian orang yang memasuki regol
itu bertanya "Apakah aku berhadapan dengan Ki Ajar
Respati?" Ki Ajar Respati menjadi semakin berdebar-debar,
namun kemudian ia menjawab dengan penuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
kewaspadaan "Ya, aku adalah Ki Ajar Respati, siapakah
kau Ki Sanak?"
Orang itu termangu-mangu sejenak, namun kemudian
jawabnya dengan nada seakan-akan tertelan kembali ke
dalam perutnya "Wirit, namaku Ki Wirit"
Ki Ajar Respati terdiam sejenak, dipandanginya orang
yang menyebut dirinya Ki Wirit itu dengan tatapan mata
yang tajam. "Aku belum pernah mendengar namamu Ki Sanak"
berkata Ki Ajar Respati.
"Ya, kau tentu belum pernah mendengar namaku, aku
adalah orang yang hidup terasing dan tidak banyak
dikenal oleh orang lain kecuali oleh orang-orang
padukuhan tempat aku tinggal" ia berhenti sejenak, lalu
"Tetapi siapakah kawanmu yang ada bersamamu itu Ki
Ajar Respati?"
Ki Ajar Respati berpaling memandang Ki Reksabahu,
baru kemudian ia menjawab "Ia adalah kawanku sejak
masih muda, kami berpisah untuk menempuh jalan hidup
kami masing-masing, ia adalah seorang petani, sedang
aku adalah seorang yang menggarap sebidang tanah
padepokan terpencil, namun kami sering bertemu agar
persahatan kami tidak putus"
"Terima kasih. Jika demikian, kehadirannya tidak akan
mengganggu pembicaraan kita"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Ki Sanak" berkata Ki Ajar Respati kemudian "Apakah kau seseorang yang dikatakan oleh pelayan di padepokan ini, pernah datang kemari mencari aku kemarin?"
"Benar Ki Sanak, aku memerlukan Ki Ajar, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan"
Ki Ajar Respati menjadi ragu-ragu, tetapi kemudian iapun mempersilahkan tamunya "Marilah Ki Wirit, naiklah ke pendapa, aku ingin mendengar, apakah keperluan Ki Wirit dengan aku, karena aku belum mengenalmu sebelumnya"
"Terima kasih, Ki Ajar" jawab Ki Wirit dan sejenak kemudian iapun melangkah mendekati dengan langkah yang lamban, ternyata orang itu adalah orang yang cacat kakinya.
Sejenak kemudian ketiga orang itupun telah duduk di pendapa, dengan ragu-ragu Ki Ajar bertanya " Ki Wirit, aku merasa selalu didesak oleh perasaan ingin tahu, apakah keperluan Ki Wirit mencari aku"
"Ki Ajar" jawab Ki Wirit "Mula-mula aku sangat tertarik oleh perbawa dari sebuah batu yang tersimpan di kantong ikat pinggang anakku, ternyata bahwa batu itu adalah batu yang sangat berharga baginya dan justru akan dapat melindunginya selama ia berada dalam pengembaraan di Pegunungan Sewu, ternyata bahwa batu itu adalah batu akik yang menurut keterangannya didapatkan dari Ki Ajar Respati"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
Ki Ajar Respati mengerutkan keningnya, katanya "Ya, aku pernah meminjamkan kepada seorang anak muda sebuah batu akik yang sudah diembani dalam bentuk sebuah kalung Jalu Sisik Sasra"
"Kalung itu ada pada anakku sekarang, agaknya ia sangat berhati-hati, sehingga benda itu selalu disimpannya di dalam kantong ikat pinggangnya"
Ki Ajar Respati termangu-mangu sejenak, nampaknya ia sedang mengingat-ingat, baru kemudian ia mengangguk-angguk sambil berkata "Aku ingat sekarang, anak muda itu memang pernah menyebut namamu Ki Wirit. ia mengaku bernama Panon. bukankah ia muridmu?"
"Benar Ki Ajar, kedatanganku adalah untuk mengucapkan terima kasih, aku adalah orang tuanya, sedang anakku menerima anugerah yang sangat besar, sehingga dapat meminjam batu akik yang sangat berharga itu, apalagi aku sudah mendengar semua yang telah terjadi dengan muridku, dan korban yang jatuh karena kesombongan anakku itu, justru anak Ki Ajar Respati sendiri"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, katanya
"Sudahlah, semuanya sudah terjadi, takdir Yang Maha Kuasa tidak akan dapat diingkari oleh siapapun juga, meskipun ia termasuk manusia yang paling mumpuni sekalipun"
Ki Wirit mengangguk, dengan nada datar ia berkata
"Aku sekedar menyampaikan perasaan yang terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
menekan hati selama ini, aku merasa belum puas jika
aku belum mengatakanya kepada Ki Ajar, sebagai
ucapan terima kasih dan sebagai permintaan maaf yang
tidak ada taranya"
"Sudahlah, sudahlah Ki Wirit, jika kau sudah bertemu
dengan muridmu, aku ingin mendengar kabarnya dan
tentu saja kabar tentang adikku, karena kepergian Panon
itu telah diantar oleh Rancangbandang"
Ki Wirit termangu-mangu sejenak, namun iapun
menceritakan keadaan padukuhan Karangmaja dan
istana yang suram itu. menceritakan tentang kedudukan
Panon dan Kiai Rancangbandang yang menyebut dirinya
Ki Mina" "Mereka dalam kesulitan" berkata Ki Ajar Respati
diluar sadarnya.
"Apalagi disaat terakhir" berkata Ki Wirit "Akupun
merasa wajib, setelah bertemu dengan Kiai untuk segera
kembali ke sekitar istana kecil itu, aku telah melihat
sekelompok orang-orang Cengkir Pitu dan sekelompok
yang lain dari Kumbang Kuning telah naik pula hari ini"
"Hari ini", baru hari ini?"
"Menjelang senja, mereka menempuh jalan yang
berbeda, aku melihat keduanya dari sebuah puncak kecil
di bukit padas di sebelah timur Karangmaja, tetapi
keduanya menuju ke padukuhan itu. ketika kemudian
hari menjadi gelap, dan keduanya mendaki pada jalan
yang lain, aku tidak dapat melihat mereka keduanya ,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
aku lebih senang mengikuti kelompok Kumbang Kuning
yang agaknya langsung menuju ke padukuhan, namun
agaknya keduanya sudah saling mengetahui"
Ki Ajar Respati menarik nafas dalam-dalam, hampir
diluar sadarnya ia berkata "Jadi kedua kelompok itu telah
bersama-sama naik ke Pegunungan Sewu", tetapi
apakah yang Ki Sanak ketahui tentang kelompok
Kumbang Kuning?"
"Akupun kemudian meninggalkannya dan turun ke
padukuhan ini untuk menemui Ki Ajar, agaknya waktuku
tinggal malam ini, karena mungkin sejak besok, kejadian-
kejadian yang tidak terduga akan menggoncakkan
puncak Pegunungan Sewu. Aku tidak boleh terlalu jauh
dari muridku, karena akulah yang menugaskannya
mendaki bukit itu. apa yang terjadi atasnya, harus terjadi
pula atasku, karena akulah yang mempertanggung
jawabkan perjalanannya"
Ki Ajar Respati mengangguk-angguk, katanya
"Akupun mempunyai kepentingan Ki Wirit, adikku ada di
puncak Pegunungan Sewu pula bersama anak muridmu"
"Aku akan mencoba berada bersama mereka berdua
dalam kesulitan meskipun barangkali tenagaku, orang
tua yang cacat kaki ini, sudah tidak banyak berarti apa-
apa lagi" Tetapi Ki Ajar Respati tertawa "Kau seperti muridmu
atau tepatnya muridmu seperti kau, Ki Wirit, selalu
merendahkan diri, mungkin kau memang mengajarinya
untuk selalu berendah hati"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Aku mencoba untuk mengerti tentang diriku sendiri"
Ki Ajar Respati termangu-mangu sejenak, kemudian
dipandanginya Ki Reksabahu yang tidak ikut sama sekali
dalam pembicaraan itu, seolah-olah hanya
mendengarkan saja tanpa banyak perhatian.
"Bagaimana dengan kau Kiai?" tiba-tiba saja Ki Ajar
Respati bertanya.
Ki Reksabahu bergeser setapak, lalu "Apa maksudmu
Ki Ajar?" "Aku kira aku tidak akan dapat tinggal diam, adikku
sudah terlanjur terlibat langsung dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di Pegunungan Sewu"
"Jadi maksudmu, bahwa kau akan naik ke puncak
Pegunungan Sewu?"
"Ya, ke padukuhan Karangmaja"
"Sekarang?"
"Ya, tentu. Aku akan pergi bersama Ki Wirit, sudah
tentu aku berharap bahwa kaupun akan pergi bersama
kami karena kau memang sudah sampai ke padukuhan
ini" Ki Reksabahu menarik nafas dalam-dalam, namun
katanya "Ki Ajar, sebenarnya masih ada yang ingin aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
tanyakan kepada Ki Wirit, apakah jarak antara
Karangmaja dan padukuhan ini tidak terlalu jauh?"
"Kenapa?" bertanya Ki Wirit.
"Jika menjelang senja Ki Wirit masih melihat
kelompok-kelompok yang memanjat naik, sebelum
tengah malam Ki Wirit sudah berada disini."
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, katanya "Tentu
terlalu jauh, tetapi pertanyaan Kiai memang tepat, aku
tidak akan mencapai jarak yang aku tempuh jika aku
berjalan kaki, tetapi aku mempunyai seekor kuda yang
dapat aku tunggangi"
"Ooo" desis Ki Reksabahu "Jadi Ki Sanak berkuda?"
"Ya, tetapi aku tidak ingin mengejutkan padukuhan
ini, apalagi dalam keadaan yang rawan seperti ini, karena
itu, aku meninggalkan kudaku diluar padukuhan. Bagi
orang yang cacat kaki seperti aku, berjalan merupakan
pekerjaan yang sangat berat, meskipun hanya dari luar
regol padukuhan sampai ke regol halaman rumah ini"
Ki Reksabahu mengangguk-angguk, lalu katanya
"Baiklah Ki Ajar, jika Ki Ajar akan ikut naik ke
Pegunungan Sewu, biarlah aku tidak tanggung-tanggung
lagi melibatkan diriku ke dalam keadaan yang tidak aku
mengerti ini, tetapi aku memang tertarik oleh kehadiran
orang-orang dari perguruan Kumbang Kuning dan
Cengkir Pitu"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Terima kasih" sahut Ki Ajar "Kita akan pergi bersama-sama, jika demikian, maka kitapun akan pergi berkuda pula"
"Apakah dengan demikian berarti bahwa Kiai berdua akan pergi bersamaku?" bertanya Ki Wirit.
"Ya, kita akan pergi bersama-sama
"Ki Ajar sudah memberikan benda yang paling berharga itu kepada muridku, kini Ki Ajar sendiri ingin ikut mendaki bukit ini"
"Aku ingin melihat keadaan adikku Ki Wirit, apalagi batu akikku telah ada disana, jika terjadi apa-apa denganku karena racun, aku harap, angger Panon atau Rancangbandang dapat membantuku"
Ki Wirit menarik nafas dalam-dalam, katanya "Aku tidak mengira bahwa kehadiran muridku disini akan sangat merepotkan Kiai"
"Itu adalah karena kehendakku sendiri, marilah.
Bersiaplah, aku dan Ki Reksabahu akan berkemas, kita akan segera berangkat, apakah sebelum fajar kita sudah akan sampai?"
"Aku harap demikian, sebelum fajar kita akan sampai, kita akan menyimpan kuda di tempat yang sudah aku kenal sebaik-baiknya. di tempat yang banyak reremputan dan tidak mudah diganggu oleh binatang buas.
"Di padukuhan Karangmaja?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com
"Tidak, kehadiran kita di padukuhan itu tentu akan
langsung menimbulkan persoalan-persoalan baru. Aku
kira lebih baik kita untuk berada di padukuhan yang lain
yang tidak begitu jauh dari Karangmaja, mungkin di
rumah seseorang, tetapi mungkin kita akan mengikatnya
di sela-sela bukit."
Ki Reksabahu tidak mempersoalkannya, bersama Ki
Ajar Respati iapun kemudian mempersiapkan diri dan
membenahi kuda mereka, dan kepada para pelayan,
mereka hanya mengatakan bahwa mereka akan pergi
untuk waktu yang tidak tentu.
Agar tidak mengejutkan orang-orang di sekitar
padepokan itu, maka mereka menuntun kuda mereka
sempai batas regol padukuhan. Baru kemudian mereka
memacu kuda mereka memanjat tebing pegunungan.
Ternyata bahwa Ki Wirit telah mengenal jalan
pegunungan itu dengan baik, meskipun malam menjadi
semakin gelap, namun kudanya tidak mengalami
kesulitan, jalan yang ditempuh meskipun tidak begitu
lebar, tetapi masih tetap memberikan kemungkinan
Panji Sakti 6 Kisah Si Bangau Putih Bu Kek Sian Su 14 Karya Kho Ping Hoo Dendam Iblis Seribu Wajah 4