Pencarian

Jago Kelana 14

Jago Kelana Karya Tjan I D Bagian 14


Walaupun Si Chen orangnya jujur dan gampang ditipu,
tetapi setelah menjumpai kejadian yang menyangkut
keselamatan Tonghong Loei ia jadi lebih tegas, sebab ia
amat mencintai sianak muda itu.
"Aku tidak tahu apa yang hendak ia katakan." ujarnya kembali. "Kau harus ijinkan dia untuk mengucapkan
pesannya, dengan demikian hatiku baru lega !"
Air muka Si Soat Ang berubah hebat, ia tak kuat
menahan hawa amarah yang berkobar dalam dadanya lagi
segera bentaknya.
"Kalau kau banyak bicara lagi dan tidak mau hisap
keluar jarum beracun yang bersarang ditubuhku, aku segera
akan binasakan dahulu dirinya, saat itu kau jangan
menyesal..."
"Chen-jie" Tonghong Pacu pun ikut berkata. "Ada perkataan nanti saja baru diutarakan, sekarang menolong
orang lebih penting, sudahlah jangan buang waktu dengan
percuma lagi"
Si Chen benar2 dibikin bingung dan pikirannya terasa
sangat kalut, ia tatap wajah Tong hong Loei tajam2.
Waktu itu sianak muda itupun sedang memandang
istrinya dengan mata terbelalak lebar, begitu besar matanya hampir melotot keluar, ia sudah ambil keputusan untuk
menerangkan keadaan yang sebenarnya kepada gadis itu
bila menghisap keluar jarum beracun tadi maka ia sendiri
akan mati. Tetapi pada saat ini, tak sepatah katapun berhasil
diutarakan keluar.
Hatinya amat gelisah, urat2 diatas keningnya pada
menonjol keluar dengan sangat nyata siapapun dapat
menyaksikan betapa sakit hati dan sedihnya sianak muda
itu. Tetapi Si Chen sama sekali tak tahu akan hal itu, ia tidak
tahu kalau sianak muda itu susah hati karena tak sanggup
mengutarakan isi hatinya, ia tak tahu kalau Tonghong Loei
bersedih hati karena menguatirkan keselamatannya.
Ia mengira Si Soat Ang jadi gusar dan menyiksa sianak
muda itu karena ia tak mau menghisap keluar jarum
beracun tersebut dari tubuhnya, maka ia lalu berkata.
"Sam suko, bersabarlah sebentar lagi, setelah aku berhasil menghisap keluar jarum beracun bersarang ditubuhnya
maka kita tak ada urusan lagi, ia sudah berjanji untuk
melepaskan dirimu, ia pasti akan penuhi janji tersebut,
bersabarlah sebentar lagi.".
"Ayah cepetan dikit !" hardik Si Soat Ang tidak sabaran lagi. "Buat apa banyak bicara yang tak berguna ?"
"Baik ! Baik !".
Ia mengepos tenaga siap turun tangan tetapi pada saat
itulah tiba2 dari depan pintu berkumandang datang suara
seseorang. "Nona Si, kau jangan sekali2 menghisap jarum beracun
itu !" Ucapan tersebut muncul secara tiba2, jangan dikata Si
Soat Ang, Si Chen serta Tonghong Loei sekalipun
Tonghong Pacu sijago lihay dari kolong langitpun dibikin
terkesiap. Semua orang sama2 berpaling, tampaklah si-manusia
aneh yang berwajah mengerikan itu sudah muncul kembali
didepan pintu, dia bukan lain adalah Tonghong Pek.
Tapi siapapun tidak tahu kalau orang yang berdiri
didepan pintu saat ini adalah Tonghong Pek putra diri
Tonghong Pacu. Diantara beberapa orang itu ilmu silat Tong hong Pacu
paling lihay, maka ia sadar lebih dulu daripada orang lain, mendengar manusia aneh itu menghalangi niat Li Chen
untuk menghisap jarum beracun itu, ia teramat gusar sebab
apabila gadis itu batalkan niatnya berarti seluruh
rencananya akan menemui kegagalan.
Ia ada rencana untuk membinasakan Si Chen setelah itu
berusaha untuk menjodohkan Si Soat Ang dengan
Tonghong Loei, sebab hanya dengan jalan ini saja ia dapat
mempertahankan gelarnya sebagai Boe Tek Bengcu.
Sambil membentak keras, tampak tangannya segera
diputar dan melancarkan sebuah serangan dahsyat ke depan
pintu. Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Pek tidak lemah, tapi
ia masih bukan tandingan dari Tonghong Pacu, tentu saja
sianak muda itupun mengerti maka ketika menyaksikan
sigembong iblis itu melancarkan serangannya sang tubuh
segera bergerak mundur.
Bersamaan dengan gerakannya meloncat mundur iapun
berteriak keras.
"Nona Si mereka ada maksud mencelakai dirimu, setelah
kau hisap keluar jarum beracun itu maka kau sendiri bakal
keracunan dan akhirnya mati dalam keadaan mengenaskan
!" Angin pukulan yang dilepaskan Tonghong Pacu men-
deru2 dan sangat memekikkan telinga tetapi beberapa patah
kata yang diutarakan Tonghong Pek masih kedengaran
dengan amat nyata.
Dalam pada itu Tonghong Pacu sendiripun tidak
melakukan pengejaran setelah menyaksikan serangannya
gagal mengenai sasaran, tiba2 ia putar badan.
Pada saat itulah Si Chen sudah angkat kepala sambil
bertanya. "Benarkah ucapan yang ia katakan ?"
Tonghong Pacu tertegun, untuk beberapa saat lamanya
gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini tak
sanggup untuk mengucapkan sepatah katapun.
Si Chen tertegun akhirnya ia menghela napas panjang.
"Aaai..! padahal kalianpun tak usah mengelabui diriku."
ujarnya, "Demi menolong Sam suko aku rela berkorban,
sebenarnya kalian tak usah merahasiakan peristiwa ini,
sama saja aku suka menghisap keluar jarum beracun itu
kendati harus disertai dengan pengorbananku !"
Sewaktu mengucapkan beberapa patah kata itu sikapnya
tenang dan sama sekali tidak pikirkan keselamatan sendiri
didalam hati, dari sepasang matanyapun memancar keluar
sinar mata penuh rasa cinta.
Pancaran cinta yang muncul dari gadis tersebut membuat
Tonghong Loei merasakan hatinya seperti di-iris2 dengan
pisau namun ia tak dapat bicara kecuali dari tenggorokannya mengeluarkan suara gemuruh yang keras.
OOOodwoOOO BAB 22 "SAM SUKO! kau jangan sembarangan bergerak." ujar Si Chen kembali "Asal jarum beracun itu berhasil kuhisap keluar, nona Si pasti akan melepaskan dirimu."
Otot otot besar bermunculan diatas dahi Tonghong Loei,
keringat sebesar kacang kedelai mengucur keluar tiada
hentinya, ia merasa tersiksa dan sangat menderita, apalagi
mulutnya terkunci tak sanggup mengucapkan sepatah
katapun, ia semakin tersiksa.
Menyaksikan keadaan suaminya, Si Chen pun menjadi
amat bersedih hati, ujarnya.
"Sam suko, aku tahu selama ini kau bersikap sangat baik kepadaku, tidak tega aku pergi tetapi kaupun harus tahu
seandainya suatu kejadian di luar dugaan menimpa dirimu,
akupun tidak ingin hidup seorang diri dikolong langit, aku
lebih suka mati, kau . kau jauh lebih kuat dari diriku kau
harus tetap hidup biar... biarlah aku yang korbankan diri
demi keselamatan jiwamu.".
Air mata bercucuran dengan derasnya membasahi
seluruh wajah gadis itu, ketika kata2 terakhir diutarakan ia tak kuasa menahan diri dan meledaklah isak tangis yang
amat memilukan hati membuat Tonghong Pacu pun ikut
tergerak hatinya, sebab gembong iblis ini sama sekali tak
menduga kalau hubungan cinta kasih sepasang suami istri
itu begitu tebal.
Tetapi berada dalam keadaan seperti ini Tonghong Pacu
lebih memberatkan keselamatan diri Tonghong Loei, sebab
sianak muda itu adalah putra kandungnya sedang Si Chen
hanya menantu belaka.
Ia berbatuk siap bicara, namun Si Soat Ang telah berseru
lebih dahulu. "Eeee . ! sebenarnya kau suka menghisapkan jarum racun tersebut tidak " kalau kau tunda2 lagi, jangan salahkan
kalau aku bertindak telengas dan turun tangan terhadap diri Loei-sam."
Si Chen terperanjat buru2 ia mengiakan.
"Aku segera datang!" serunya.
Ia maju selangkah kedepan mendekati Si Soat Ang,
namun pada saat itu diri atas atap ruangan berkumandang
kembali teriakan keras.
"Tonghong Loei, istrimu mencintai dirimu dengan
segenap jiwa raga, kalau kau biarkan ia mati demi dirimu
maka kau lebih rendah dari seekor anjing, lebih hina dari
seekor babi!"
Tonghong Loei tak dapat buka suara namun dari
tenggorokannya mengeluarkan suara aneh yang mengerikan.. Tonghong Pacu amat gusar, tubuhnya berkelebat keluar
dari ruangan siap membinasakan simanusia aneh itu, tapi
saat itulah orang yang dicari sudah menerjang masuk
kedalam ruangan lewat jendela.
Setibanya didalam ruangan orang itu segera berteriak.
"Tonghong Loei kalau kau suka membawa Si Chen
meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung dan tidak
bikin onar dalam dunia persilatan lagi, aku dapat
menyempurnakan keinginan kalian."
Pada saat itu, meskipun jalan darah Tong hong Loei
dikuasahi Si Soat Ang namun kesadarannya sama sekali
tidak terganggu ucapan ini seketika membuat ia tertegun,
tapi sebagai orang cerdik ia segera mengetahui maksud hati
lawan, dengan cepat ia mengangguk.
Dalam pada itu Tonghong Pacu telah berpaling ketika
mendengar dalam ruangan ada suara aneh tapi terlambat
menanti ia berpaling Tonghong Pek telah menyelesaikan
kata2nya yang sedang Tonghong Loei pun telah
mengangguk. Terpaksa gembong iblis itu berdiri ditempat semula,
telapak yang semula siap melancarkan serangan saat ini
disiap sediakan untuk menghadapi segala kemungkinan.
Tonghong Pek tarik napas dalam2, ia berkata.
"Nona Si harap kau suka melepaskan diri Tonghong
Loei!" Si Soat Ang masih belum mengerti maksud ucapan
Tonghong Pek barusan. ia segera tertawa dingin.
"Sungguh menggelikan suruh aku melepaskan dirinya"
lalu siapa yang akan menghisapkan jarum beracun
tersebut."
"Aku !" jawab Tonghong Pek setelah tarik napas sekali lagi.
Walaupun cuma sepatah kata, namun ucapan ini cukup
menggetarkan seluruh isi ruangan, perkataan tersebut
bagaikan guntur membelah bumi disiang hari bolong,
membuat semua orang melengak.
Seketika itu juga suasana dalam ruangan jadi hening,
sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Lama... lama... lama sekali akhirnya Si Chen buka suara
lebih dahulu. "Saudara, sepantasnya akulah yang wajib menolong
suamiku, kau...kau..."
"Nona Si, aku tahu Tonghong Loei bukan seorang
manusia baik, dibicarakan dari perbuatan serta tingkah
lakunya ia lebih sesuai untuk mati" kata Tonghong Pek
sambil per-lahan2 putar badan. "Tetapi ia sangat mencintai dirimu, cinta kasihnya kepadamu lebih dalam dari samudra,
ia benar2 menyayangimu dengan segenap jiwa raga,
memandang diatas hal inilah maka aku aku rela mewakili
dirimu hisap kan jarum beracun-tersebut, kau pun tahu
bukan Tonghong Loei telah menyanggupi untuk tinggalkan
perkampungan Jit-Gwat-Cung dan tidak mencampuri
urusan dunia kangouw lagi, dapatkah ia penuhi janjinya ini, maka semuanya tergantung pada dirimu."
Ucapan ini sangat menggetarkan hati Si Chen, tiba2 ia
maju dan jatuhkan diri berlutut dihadapan Tonghong Pek.
"Terima kasih atas budi pertolongan yang telah anda
berikan." katanya.
Dengan cepat Tonghong Pek menghindar ke samping.
"Jangan... jangan kau lakukan !"
Dalam pada itu Si Soat Ang telah tertawa dingin dan
berseru. "Perduli siapakah yang akan menghisapkan jarum
beracun tersebut dari tubuhku, Loei Sam baru aku lepaskan
setelah jarum beracun itu berhasil dikeluarkan..."
"Nona Si, tentang soal ini kau boleh berlega hati" sahut Tonghong Pek sambil tertawa getir, "Aku jadi manusia
selamanya mengatakan satu tetap satu, katakan dua tetap
dua, kalau kau tidak percaya silahkan mencengkeram
dahulu urat nadiku aku tidak bakal melarikan diri."
Sambil berkata Tonghong Pek segera menjulurkan
tangan kanannya kedepan.
Si Soat Ang berpikir cepat, tiba2 tangan kirinya
melepaskan tubuh Tonghong Loei, kemudian laksana kilat
balik mencengkeram urat nadi dari Tonghong Pek.
Tonghong Loei segera merasakan badannya jadi kendor,
badannya maju setengah langkah kedepan dengan
sempoyongan hampir2 saja ia jatuh terjengkang.
Buru2 Si Chen meloncat bangun memayang tubuhnya
tanpa sadar sepasang suami istri ini saling berpelukan
dengan eratnya, isak tangis meledak memecahkan
kesunyian. Lama sekali mereka menangis, akhirnya Si Chen baru
berkata kembali.
"Sam suko! cepat ucapkan terima kasih atas pertolongan In jien!"
Tonghong Loei putar badan menjura dalam2 kearah
Tonghong Pek yang telah dicengkeram oleh Si Soat Ang.
"Sahabat Pek" katanya, "Bantuan yang kau berikan kepada kami tidak akan kami lupakan sepanjang masa."
"Aaah ! asal kau masih ingat dengan ucapanku tadi,
sekalipun mati akupun akan mati dengan mata meram!"
Tonghong Loei lantas menggandeng tangan Si Chen
erat2 dan sama2 berjalan kehadapan Tonghong Pacu,
ujarnya pula.

Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa yang terjadi selama ini aku rasa kau pun dapat
melihat sendiri, perkampungan Jiet Gwat-Cung tak
mungkin bisa kami diami lagi, anggap saja sejak detik ini
dikolong langit sama sekali tak ada kami berdua !".
Dari ucapan Tonghong Loei barusan, gembong iblis itu
dapat menangkap betapa tidak puasnya sianak muda itu
terhadap dirinya, menyaksikan kedua orang itu hendak
berlalu, hatinya semakin mendongkol bercampur gusar.
Tetapi dia adalah seorang manusia licik yang punya
banyak akal, girang ataupun gusar tak pernah terlintas
diatas wajah, ia tertawa dingin.
"Tiap manusia punya tujuan yang berbeda silahkan
kalian pergi kalau mau berlalu !" serunya.
Tonghong Loei tidak banyak bicara lagi, ia tarik tangan
Si Chen kemudian putar badan dan berlalu dalam sekejap
mata mereka sudah lenyap dibalik kegelapan.
Menanti Tonghong Loei serta Si Chen telah berlalu,
Tong hong Pek baru berkata.
"Nona Si, maaf apabila aku lancang, tapi kau harus tahu bahwa aku berbuat demikian demi menyelamatkan jiwamu,
harap kau... kau jangan salahkan diriku."
Sambil berkata Tonghong Pek mulai merobek pakaian
diatas bahu Si Soat Ang dan mendekatkan bibirnya keatas
mulut luka. Si Soat Ang hampir2 saja muntah ketika menyaksikan
wajah Tonghong Pek yang jelek dan menyeramkan itu
berada sangat dekat dengan dirinya, ia perkeras cengkeramannya pada urat nadi lawan, pejam mata dan
membentak. "Jangan banyak bicara lagi, ayoh cepat !"
Perasaan hati Tonghong Pek pada saat ini benar2 tidak
keruan, dengan menempuh bahaya, ia datang mewakili Si
Chen untuk menghisap keluar jarum beracun tersebut,
pertama karena ia ingin menolong Tonghong Loei berdua
dan kedua iapun ingin menolong Si Soat Ang.
Sebab boleh dikata inilah kesempatannya yang terakhir
untuk mendekati gadis pujaan hatinya.
Sejak Si Soat Ang menunjukkan sikap ngeri dan
ketakutan setelah menyaksikan wajahnya yang menyeramkan, Tonghong Pek pun mulai sadar bahwa
sepanjang hidupnya tak mungkin lagi ada kesempatan
baiknya untuk mendekati Si Soat Ang.
Tetapi ia tidak pergi jauh, ia hanya bersembunyi diluar
ruangan sambil menyaksikan perubahan yang terjadi dalam
ruangan, ketika menyaksikan Si Chen rela berkorban demi
menyelamatkan suaminya. Tonghong Pek merasa sangat
terharu. Sebagai seorang lelaki yang sedang patah hati, Tonghong
Pek jadi terharu, iapun lantas terbayang seandainya ia yang menghisap keluar jarum beracun itu, maka kendari
bagaimana muaknya gadis tersebut terhadap dirinya, ia
masih ada kesempatan untuk mendekati Si Soat Ang walau
hanya sebentar saja.
Dalam pada itu Tonghong Pek telah berada sangat dekat
tubuh Si Soat Ang, bau harum yang memancar keluar dari
tubuh gadis tersebut langsung menusuk hidung, memandang pula kulit badannya yang putih bersih dan
halus membuat sianak muda ini berdebar hati.
Tetapi ketika menyaksikan titik merah diatas kulit yang
putih, Tonghong Pek tertawa getir, akhirnya ia tundukan
kepalanya mendekati tubuh gadis tersebut, Si Soat Ang
merasakan dengusan napas Tonghong Pek yang memburu
menyembur diatas bahunya, mendatangkan suatu perasaan
yang sangat aneh sekali.
Ia tahu mulut sianak muda itu sudah berada sangat dekat
dengan bahunya, dalam keadaan seperti ini ia tak berani
buka mulutnya lagi, jangan dikata buka mata, cukup
terbayang wajah Tonghong Pek yang begitu mengerikan
badannya segera gemetar dengan kerasnya.
"Ceee...cepat.. cepatlah !" kembali ia berseru suaranya gemetar keras.
Tonghong Pek mengiakan sekenanya, ia segera
tempelkan bibinya diatas bahu gadis itu dan mulai
menghisap, ketika bibirnya menempel ditubuh Si Soat Ang,
kedua orang itu sama2 merasa badannya bergetar keras.
Mereka tidak sadar bahwa ketika itu dalam ruangan
tinggal mereka berdua, sebab Tong-hong Pacu telah berlalu
untuk mengejar Tong-hong Loei serta Si Chen, seandainya
gembong iblis itu berdiri disana dan menyaksikan Si Soat
Ang pejamkan matanya, maka sangat gampang baginya
bilamana ingin melancarkan serangan bokongan.
Tonghong Pek mulai salurkan hawa murninya dan
keras2 menghisap diatas mulut luka tersebut.
Ketika hawa murninya bergolak makin lama semakin
cepat, dari tubuhnya mendadak mengeluarkan suara
gemerutuk yang aneh sekali.
Si Soat Ang merasakan diatas bahu kanannya se-olah2
terdapat seutas benang yang sangat panjang, rasa gatal
menyerang seluruh badannya, dari bahu lama kelamaan
menjalar sampai punggung kemudian pergelangan dan
akhirnya sampai ke ujung jari.
Menanti rasa gatal tadi sudah tiba diujung jari se-olah
seseorang yang baru bebas dari rasa kaku jari tangannya
terasa mulai bisa bergerak lagi seperti semula.
Sementara itu hawa murni yang bergolak dalam tubuh
Tonghong Pek pun semakin santar, kabut putih mulai
muncul diatas batok kepalanya.
Kurang lebih setengah jam kemudian tiba2 Tonghong
Pek merasakan ada sebatang jarum lembut mengalir keluar
lewat mulut luka diatas bahu gadis tersebut.
Buru2 Tonghong Pek menggigit jarum tadi dan
mencabutnya keluar dari dalam tubuh.
Menanti jarum tadi sudah dicabut keluar, Si Soat Ang
pun merasa badannya lega, buru2 ia buka matanya kembali.
Tapi dengan cepat ia mundur selangkah ke belakang
setelah menjumpai wajah Tonghong Pek dengan tangannya
ia menutupi wajah sendiri lalu berseru gemetar.
"Kau... kau..."
Mula2 Tonghong Pek tertegun, tapi dengan cepat ia
mengerti maksud hati Si Soat Ang buru2 ia berpaling dan
menyemburkan jarum beracun tadi hingga menancap diatas
tonggak dalam ruangan tersebut.
Rasa kaku mulai menyerang seluruh tubuhnya ia merasa
bagian badannya seperti kesemutan, tapi hanya sebentar
perasaan itu tiba2 lenyap kembali.
Tonghong Pek sadar paling banter ia cuma bisa hidup
satu jam lagi, hatinya terasa amat berat setelah menghela
napas panjang per-lahan2 ia berlalu dari sana"
Baru dua langkah ia berjalan terdengar Si Soat Ang
berseru. "Kau jangan pergi dulu... dan jangan berpaling pula."
"Heee... benarkah wajahku amat menyeramkan?" tanya Tonghong Pek sambil berhenti.
"Kau... kau tak dapat menyaksikan wajahmu sendiri,
seumpama kau dapat melihat wajahmu sendiri maka
hatimu pasti akan sangat terperanjat. wajahmu benar2
mengerikan !"
Tonghong Pek segera teringat ketika untuk pertama
kakinya ia bercermin diatas permukaan air ketika
menyaksikan wajahnya yang begitu mengerikan, ia dibikin
terperanjat sampai tidak percaya dengan sepasang mata
sendiri. Ia menghela napas panjang, dirobeknya secarik kain lalu
membuat dua lubang untuk mata dan dikerudungkan diatas
wajah sendiri setelah itu ia baru berpaling.
"Jarum beracun dalam tubuhmu telah terhisap keluar,
apakah kau tidak merasakan sesuatu yang aneh ?"
"Tidak, aku tak mengapa, tapi kau..."
Si Soat Ang tidak melanjutkan kata2nya, tapi jelas
betapa kuatirnya gadis tersebut terhadap keselamatannya
membuat Tonghong Pek merasa terharu.
"Aku masih ada kesempatan selama dua belas jam untuk
hidup" sahutnya sambil tertawa getir.
"Tadi aku telah mengusir dirimu pergi tapi Tonghong
Loei telah mencelakai diriku dan sekarang kau malah
menolong diriku, apakah kau tidak merasa sakit hati ketika
kuusir tadi ?" tanya Soat Ang dengan kepala tertunduk
rendah2. Tonghong Pek. benar2 tergetar hatinya, hampir2 saja ia
hendak berteriak. "Aku adalah Tonghong Pek, Si Soat Ang!
setelah aku terluka, kenapa aku tidak menolong dirimu ?"
Tapi ia cuma bisa pentang mulutnya lebar2, tak sepatah
katapun berhasil diutarakan keluar.
Akhirnya ia berubah pendapat segera ujarnya:
"Sekalipun aku tidak menolong dirimu, dengan tanpa
ragu-ragu Si Chen pun akan menolong dirimu, aku tidak
lain hanya mewakili dirinya, kau tak usah bersedih hati
akan nasibku".
"Aaaai...! Watak Tonghong Loei sangat bejad dan
tingkah lakunya terkutuk, tapi tak disangka iapun masih
punya sifat yang baik, ketika Si Chen hendak mengisap
jarum beracun tersebut Tonghong Loei ada maksud
menghalangi maksudnya."
"Benar, ia rela dirinya mati ditanganmu daripada Si
Chen mati keracunan demi menyelamatkan jiwanya !".
"Keadaan inilah yang dinamakan cinta kasih sejati yang sukar Ditemui dalam kolong Langit, bukankah begitu ?"".
"Benar !"
"Lalu apa sebabnya kau mewakili Si Chen?" tanya Si Soat Ang dengan sepasang alis berkerut. "Apakah terhadap diri Si Chen kau..."
Si Soat Ang menatap wajah si anak muda itu tajam2,
begitu tajam sinar matanya menembusi lubuk hatinya
membuat Tonghong Pek tidak berani saling beradu
pandangan. "Lalu apa sebenarnya kau berbuat demikian ?" kembali Si Soat Ang bertanya setelah menatap sianak muda itu
beberapa saat lamanya.
Seluruh tubuh Tonghong Pek bergetar keras.
"Aku... aku..."
Si Soat Ang maju beberapa langkah kedepan sehingga
berada sangat dekat dengan Tonghong Pek ujarnya
kembali. "Apa sebabnya " mengapa kau tidak berterus terang " kau adalah seseorang yang hampir mati, untuk binasapun tidak
takut, mengapa kau takut mengutarakannya keluar ?"
Tonghong Pek merasa amat sedih, ia ingin mencekal
tangan gadis tersebut tapi sekuat tenaga ia berusaha
mencegah maksudnya itu sehingga tangannya gemetar
keras. "Sejak kita berjumpa muka didalam gardu tempo dulu
aku selalu merasa bahwa dahulu kita pernah saling
berjumpa" terdengar Si Soat Ang berkata dengan suara
datar, "Sekarang aku ingin bertanya sekali lagi benarkah kita pernah berkenalan " katakanlah terus terang!"
"Tiii.. tidak . tidak pernah, wajahku jelek seperti setan apabila nona Si pernah berjumpa dengan diriku kau pasti
tidak akan melupakannya sepanjang hidup."
"Sekarang wajahmu memang mengerikan hingga setiap
orang yang pernah berjumpa dengan dirimu sepanjang
hidup takkan terlupakan tetapi kau tentu tidak berwajah
begini menyeramkan sejak dilahirkan bukan " bagaimana
wajahmu dulu ?"
Seluruh tubuh Tonghong Pek gemetar semakin keras.
"Aku aku... dahulu wajahkupun . . ti . . tidak berbeda banyak." sahutnya.
"Ai.... sudahlah, kalau kau tidak ingin bicara akupun tak ingin mendesak lebih jauh, tetapi aku tahu akan satu
persoalan".
"Kau... apa yang kau ketahui ?"
"Aku tahu kau rela mempertaruhkan jiwamu untuk
menghisap keluar jarum beracun tersebut dari tubuhku,
kalau bukan disebabkan Si Chen tentu dikarenakan aku
bukankah begitu."
Tonghong Pek tarik napas panjang2, ia tahu Si Soat Ang
adalah seorang gadis cerdik, apa bila ia tidak mau mengaku
tentu akan menimbulkan kecurigaan dirinya.
Maka ia lantas mengangguk.
"Nona Si, ucapanmu sedikitpun tidak salah... benar, aku memang demi dirimu !"
"Demi aku " mengapa demi diriku kau suka berkorban ?"
"Nona Si, sejak bertemu dengan dirimu timbul rasa suka dalam hatiku, tetapi aku sadar bahwa wajahku amat
menyeramkan bagaikan memedi, tidak mungkin aku bisa
bermesraan dengan nona Si, maka dari itu aku... maka dari
itu aku...".
Berbicara sampai disitu Tonghong Pek lantas membungkam, padahal sekalipun ia tidak lanjutkan, Si Soat
Ang pun mengerti apa yang hendak diucapkan lebih jauh.
Merah jengah selembar wajah Si Soat Ang, separuh
karena ia malu dan separuh lagi karena ia kegirangan.
Tak seorang gadis mudapun yang tidak menginginkan
dirinya dipuji sebagai gadis cantik, apalagi dasarnya Si Soat Ang memang amat cantik.
Pada saat ini ketika ia tahu ada seseorang yang mencintai
dirinya, bahkan rela berkorban demi dirinya, ia merasa
girang sehingga sukar dilukiskan dengan kata2.
Dengan cepat ia menggeleng dan berseru.
"Sekalipun begitu kau . . . pengorbananmu terlalu besar .
." "Nona Si, kau tidak menyalahkan diriku sudah cukup
membuat aku kegirangan!" kata si anak muda itu sambil
tertawa getir. Si Soat Ang tarik napas panjang2.
"Sanggupi dahulu permintaanku jangan se kali2 kau
lepaskan kain kerudungmu itu" pintanya.
"Tentu akan kutaati!"
Si Soat Ang segera maju semakin dekat, tiba2 ia cekal


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan Tonghong Pek erat2 sembari berkata:
"Agaknya terjadi keributan ditempat luaran, mari kita
keluar dan periksa apa yang telah terjadi !".
Tindakan Si Soat Ang secara tiba2 ini membuat
Tonghong Pek tergetar keras, beberapa saat lamanya ia
berdiri ter-mangu2 tanpa bisa mengucapkan sepatah
katapun. Menanti hatinya dapat tenang kembali, ia pun dapat
mendengar suara hiruk pikuk ditempat luaran, seakan2
telah terjadi suatu perubahan yang amat besar.
Tetapi iapun tahu dia adalah seorang yang hampir mati,
Si Soat Ang tentu merasa terharu kepadanya maka ia suka
bermesraan dengan dirinya dikala ajalnya menjelang
datang. Bukan untuk pertama kakinya Tonghong Pek bergandengan dengan Si Soat Ang, setahun berselang ketika
mereka berdua sama2 menanggulangi kesulitan, walaupun
tidak sampai kelewat batas namun mereka pernah saling
bermesraan. Walaupun begitu, sekarang Tonghong Pek mencekal
tangan Si Soat Ang kembali, jantungnya terasa berdebar
sangat keras Sementara itu terdengar Si Soat Ang telah berkata
kembali. "Kau telah selamatkan jiwaku, dan kau tak akan lolos
diri kematian, sebelum kau meninggal dunia maka kita
adalah sahabat yang paling baik teman paling akrab."
"Terima nona Si." sahut Tonghong Pek sambil
menghembuskan napas panjang " Nona Si dahulu kau tentu ada seorang sahabat yang paling akrab bukan?"
Pertanyaan ini mengakibatkan kembali diri Tonghong
Pek dalam benak Si Soat Ang, ia merasa sangat sedih.
"Benar" jawabnya sambil menghela napas, ?"Aku mempunyai seorang sahabat yang paling akrab, walaupun
kami sering cekcok namun aku menaruh rasa sayang
kepadanya sedang aku sendiri pun tidak tahu bagaimana
kah perasaannya kepadaku, entah iapun menyukai diriku
atau tidak dan sekarang aku pun tak tahu ia berada
dimana!" Tangan Tonghong Pek yang menggandeng tangan Si
Soat Ang gemetar semakin keras.
Terdengar Si Soat Ang menghela napas panjang kembali.
"Tetapi meskipun dia ada disini setelah mengetahui
bahwa kau selamatkan jiwaku dengan menempuh bahaya
aku rasa iapun tidak akan menyalahkan dirimu"
tambahnya. "Aku aku rasa aku rasa ia tentu tahu..." gugam sianak muda itu.
"Aai... semoga saja ia memang benar2 tahu."
Sementara itu teriakan2 ditempat luaran kedengaran
semakin nyata, terdengar bentakan gusar dari Tonghong
Pacu sengit memekikkan telinga.
"Binatang kau berani melawan diriku ?"
"Aku tidak ingin bergebrak melawan dirimu tapi kau
selalu yang mendesak diriku" jawab-Tonghong Loei.
"Kau... mengapa kau selalu mendesak diriku ?"
"Coba dengar" Si Soat Ang segera berseru. "Tonghong Pacu serta Tonghong Loei hendak bertarung sendiri."
"Benar" sahut Tonghong Pek. "Sungguh tak nyana Tonghong Loei pun masih lumayan juga, ia benar2 hendak
tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung !"
Dengan cepat mereka berdua lari kedepan sewaktu tiba
ditengah halaman.
Mendadak terdengar suara bentrokan keras berkumandang memenuhi angkasa, tembok pekarangan
tiba2 roboh keatas diikuti munculnya Tonghong Loei serta
Si Chen mengundurkan diri ke situ.
Kemudian disusul munculnya Tonghong Pacu, dengan
wajah penuh kegusaran, dengan langkah lebar ia mengejar
terus kedalam halaman.
Dari sikap serta tingkah laki Tonghong Pa cu tersebut, Si
Soat Ang mengerti seluruh perhatian gembong iblis itu
sedang dicurahkan kearah Tonghong Loei, ia merasa inilah
kesempatan yang paling baik baginya untuk melancarkan
bokongan agar Tonghong Pacu terperanjat dan mengundurkan diri.
Karena punya pikiran begitu maka badannya dengan
cepat meloncat kedepan sepasang telapak bergerak
berbareng mengirim sebuah pukulan dahsyat.
Dalam sekejap mata angin puyuh menggulung tiada
hentinya memenuhi seluruh angkasa bagaikan gulungan
ombak ditengah samudra serangan tadi langsung menghantam kearah gembong iblis.
Tonghong Pacu sedang pusatkan perhatiannya untuk
menghajar Tonghong Loei, ia tidak menyangka muncul dua
gulung angin yang hebat, dengan hati terperanjat ia segera
berhenti, kemudian
mendorong telapaknya kedepan menyambut datangnya serangan tersebut.
Ditengah bentrokan dahsyat ia berhasil mematahkan
datangnya ancaman tapi pada saat itulah tubuh Si Soat Ang
telah tiba dihadapan mukanya.
Tonghong Pacu benar2 terkesiap, tentu saja ia tahu dua
serangan yang menghalangi jalan perginya pasti dilancarkan
oleh gadis tersebut, sepasang telapak segera disilangkan
didepan dada siap menghadapi segala kemungkinan.
Si Soat Ang tertawa, jengeknya.
"Orang lain mengatakan untuk menghadapi serangan
yang hebat ayah dan anak jangan saling berpisah mengapa
kalian malah bermusuhan sendiri " Apakah kau ingin
membuyarkan gelarmu sebagai Bengcu tanpa tandingan?"
Tonghong Pacu mendengus, ia tidak menggubris ejekan
tersebut kembali bentaknya.
"Binatang, aku kesini jangan sembunyi2 disitu !"
Tonghong Loei serta Si Cien berada dua tombak dan
kalangan, mereka tak mau mendekat, sebaliknya berteriak
keras. "Aku sudah ambil keputusan untuk meninggalkan
perkampungan Jiet-Gwat-Cung !"
"Meninggalkan perkampungan Jiet Gwat Cung" Hmm!
Aku tidak percaya kau punya tempat menetap yang lebih
aman daripada perkampungan Jiet Gwat Cung."
"Kami hendak berangkat ke wilayah Biauw."
Begitu mendengar jawaban tersebut Tong-hong Pacu
segera mengetahui tujuan Tonghong Loei ke wilayah
Biauw, ia pasti hendak mencari ibunya Kiem Lan Hoa, dan
tindakan tersebut merupakan pantangannya yang paling
besar. Gembong iblis nomor wahid dari kolong langit ini segera
tertawa dingin tiada hentinya.
"Aku sebagai Bu Tek Bengcu berhasil menjaring seluruh
tokoh sakti yang ada dikolong langit, kalau untuk
mengurusi putranya sendiri pun tak sanggup apa gunanya
aku menjagoi kolong langit?"
Air muka Tonghong Loei berubah pucat pias bagai
mayat, walaupun ia sudah bulatkan tekad untuk berlalu tapi
iapun tahu bukan cara yang tepat untuk menggunakan
kekerasan dalam keadaan seperti ini.
"Dalam perkampungan Jiet Gwat Cung sudah penuh
dengan jago lihay, apa artinya aku seorang?" segera
serunya. "Binatang, sebab kau adalah putraku !"
Tonghong Loei tertawa getir, ia tidak buka suara lagi.
Pada saat itulah Tonghong Pek maju selangkah kedepan
ujarnya. "Bengcu, ia hendak meninggalkan perkampungan Jiet
Gwat Cung karena putramu telah menyanggupi permintaanku, ia
boleh melakukan tindakan yang melanggar ucapan sendiri, lebih baik biarkanlah ia pergi."
"Kentut busuk" teriak Tonghong Pacu gusar, sambil membentak tiba2 telapaknya berputar melancarkan sebuah
serangan dahsyat ke arah Tonghong Pek.
Menyaksikan datangnya serangan dari gembong iblis itu
amat dahsyat, Tonghong
Pek sama sekali tidak menghindar, sebab ia tahu dua belas jam kemudian ia bakal
mati keracunan, mungkin sesaat menjelang asalnya ia akan
merasakan siksaan hebat, apa bedanya dengan beberapa
jam lebih pagi diujung telapak Tong hong Pacu"
Angin pukulan men-deru2 bagaikan gulungan ombak
ditengah samudra serangan tadi meluncur kedepan, namun
Tonghong Pek tetap tak berkutik, tindakannya itu
mengejutkan orang.
Disaat yang amat kritis itulah tiba2 Si Soat Ang
membentak keras, jari tangannya diiringi desiran tajam
tiba2 meluncur kedepan mengancam jalan darah Ci-Te-Hiat
di atas lengan kanan Tonghong Pacu.
Serangan gadis inipun sangat cepat bahkan tepat sekali,
seumpama Tonghong Pacu melanjutkan serangannya maka
sekalipun angin pukulannya bersarang ditubuh Tonghong
Pek namun jalan darah Ci-Tie Hiatnya pun pasti akan
tertotok oleh Si Soat Ang.
Maka dari itu merasa datangnya ancaman terpaksa ia
lepaskan Tonghong Pek, badannya tiba2 berputar dan
serangan yang semula di arahkan kearah sianak muda itu
segera berbalik mengancam Si Soat Ang.
Gadis she Si inipun bukan orang lemah, dari putaran
badan gembong iblis tersebut, Si Soat Ang segera
menyadari bahwa totokannya tak
bakal mengenai sasarannya, dengan cepat ia merendahkan badannya ke
bawah, sepasang telapak berputar kemudian menyambut
datangnya serangan tersebut.
"Braak ." Sepasang telapak saling membentur satu sama lainnya menimbulkan ledakan keras.
Dalam bentrokan ini tubuh Si Soat Ang terdesak mundur
selangkah kebelakang sedangkan, tubuh Tonghong Pacu
terangkat keatas.
Gadis itu tak mau tunjukkan kelemahannya, ia sadar
apabila tubuhnya yang mundur tak bisa ditahan maka ia
bakal menderita kalah sejurus, maka ambil kesempatan itu
kembali badannya mendesak kedepan sambil melancarkan
sebuah serangan kembali.
Serangan tersebut datangnya teramat cepat sehingga sulit
bagi Tonghong Pacu untuk menghindarkan diri, dalam
bentrokan yang terjadi untuk kedua kakinya iblis itu tak
kuasa menahan diri, dengan sempoyongan badannya
mundur dua langkah kebelakang.
Menyaksikan musuhnya berhasil dipaksa mundur, Si
Soat Ang kegirangan setengah mati, dengan cepat ia tarik
kembali serangannya berkelebat kesisi Tonghong Pek dan
mendengus dingin.
"Tonghong sianseng." katanya "Kalau tak dapat mengurusi putra sendiri, lebih baik janganlah salurkan rasa mangkelmu kepada orang lain kalau mau menabok,
taboklah putramu sendiri."
Wajah Tonghong Pacu sebentar berubah pucat pias,
sebentar lagi berubah hijau membesi, ia sangat gusar sekali, lama sekali barulah ujarnya sambil tertawa dingin.
"Nona Si kau sungguh baik hati, demi mencabut keluar
jarum beracun dalam tubuhmu, ia bakal mati keracunan
dan sekarang kau masih menolong jiwanya ?"
Tentu saja ucapan tersebut mengandung sindiran tajam,
sebelum Si Soat Ang buka suara dengan nada tenang
Tonghong Pek telah berkata.
"Kau tidak usah menyindir, aku berbuat karena muncul
atas keikhlasan hatiku."
Sepasang mata Tonghong Pacu berkilat, ia tidak
menggubris mereka berdua lagi, sinar matanya dialihkan
kearah Tonghong Loei.
"Bagaimana keputusanmu ?" tegurnya.
"Aku sudah bulatkan tekad untuk meninggalkan
perkampungan Jiet-Gwat-Cung"
"Hee... hee... hee... kau jangan anggap karena kau adalah putraku, lantas aku tidak bisa meng-apa2kan dirimu, bicara
terus terang, aku bisa anggap tidak punya seorang putra
macam kau. Hmmmm ! binatang, aku bisa membinasakan
dirimu dengan cara yang paling keji."
Air muka Tonghong Loei berubah hebat, tubuhnya
gemetar keras namun ia tetap berkata.
"Aku sudah bulatkan tekad !"
"Baik akan kulihat sampai dimanakah kebulatan
tekadmu itu !" teriak Tonghong Pacu sambil meraung gusar.
Sambil berteriak sepasang lengannya dipentangkan dan
menubruk kedepan, siapapun tahu bahwa gembong iblis ini
mengandung maksud tidak menguntungkan terhadap
putranya sendiri.
Dan semua orang pun tahu tak ada orang yang bisa


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyelamatkan sianak muda itu kecuali Si Soat Ang
seorang. Dalam sekejap mata baik Si Chen maupun Tonghong
Pek sama2 telah berpaling kearah gadis itu sambil berseru.
" Nona Si harap .."
Namun sebelum ucapan mereka selesai di utarakan,
terdengar Si Soat Ang telah berteriak keras, suaranya penuh dengan rasa gusar bercampur terkejut.
Kiranya serangan sepuluh jari yang dilancarkan
Tonghong Pacu sama sekali tidak ditujukan kearah
Tonghong Loei, sebaliknya malah mencengkeram tubuh Si
Soat Ang. Dalam sekejap mata ia merasakan desiran angin tajam
menyambar datang dengan hebatnya, ditengah kurungan
bayangan jari seakan berlapis2 jala yang tak berwujud
sama2 mengurung badannya.
Gadis itu amat terperanjat, buru2 ia menjerit lengking
kemudian enjotkan badan berkelebat beberapa tombak
kesamping. Tonghong Pacu bisa melancarkan serangan secara
mendadak kearah Si Soat Ang, boleh dikata suatu kejadian
diluar dugaan, tetapi kejadian selanjutnya semakin
mencengangkan. Kiranya serangan yang dilancarkan Tong-hong Pacu
kearah Si Soat Ang meski kelihatannya amat ganas, namun
dalam kenyataan hanya sebuah serangan kosong belaka.
Disaat Si Soat Ang menghindarkan diri itulah, Tonghong
Pacu pun telah mengundurkan diri kebelakang.
Kali ini ia tidak mengundurkan diri ketempat semula,
sebaliknya menerjang kearah Tong hong Loei.
Agaknya gembong iblis ini sudah tahu seandainya ia
turun tangan terhadap Tonghong Loei maka Si Soat Ang
pasti akan menghalangi niatnya, maka ia turun tangan
terlebih dahulu ke arah gadis itu secara tiba2 agar ia
gelagapan dan mengundurkan diri.
Setelah gadis itu mundur maka ia baru menubruk kearah
Tonghong Loei, perhitungannya ini boleh dikata sangat
tepat. Sianak muda itu sama sekali tidak menyangka bakal
terjadi kejadian seperti ini. ketika merasakan datangnya
segulung angin pukulan ia tersentak kaget, tapi sebelum
berhasil melarikan diri serangan ayahnya telah tiba.
Ditengah jeritan kaget Si Chen itulah, dada Tonghong
Loei sudah kena dicengkeram oleh Tonghong Pacu.
Ilmu silat yang dimiliki Tonghong Loei tidak lemah, tapi
ia masih selisih jauh kalau di bandingkan dengan
kepandaian Tonghong Pacu setelah dicengkeram ia tak
dapat berkutik lagi.
"Binatang apa yang hendak kau katakan lagi" Ayoh cepat katakan sekarang juga." teriak Tonghong Pacu sambil
angkat tubuh putranya ketengah udara.
Tonghong Loei memang berwatak keras, tetapi berada
dalam keadaan seperti ini dibikin pecah nyali juga,
ucapannya yang gagah segera.
"Aku...aku...aku hanya berharap jangan kau pisahkan
hubungan kami berdua lagi.." serunya ter-patah2. "Aku...aku... aku..."
"Loei Sam, seorang lelaki sejati tidak jeri menghadapi kematian sekalipun jiwamu terancam janji tak boleh
diingkari." tukas Tonghong Pek dengan suara keras.
Sedangkan Si Chen yang berada disisinya sudah
menangis tersedu2, terdengar ia berseru.
"Sam suko cepatlah sanggupi permintaannya apa yang
disuruh ayahmu lakukan, lakukanlah tanpa membantah,
kau . . kau tidak boleh mati . . Sam suko aku. . aku sudah . .
. sudah mengandung !"
"Aaah . . !" Tonghong Loei berseru tertahan.
"Ayoh katakan, ayoh cepat katakan !" desak Tonghong pacu sambil tertawa dingin.
Tonghong Loei jadi gelisah akhirnya ia berseru.
"Asal kau tak ada niat untuk memisahkan kami suami
istri berdua aku suka berdiam di tempat ini lebih jauh !"
Tonghong Pacu mendengus dingin ia segera kendorkan
tangannya dan melemparkan tubuh Tonghong Loei
beberapa tombak jauhnya dari tempat semula.
Tubuh sianak muda itu segera terpental dan jatuh
terjengkang diatas tanah, buru2 Si Chen memburu kedepan,
menubruk keatas tubuhnya dan menangis tersedu2.
"Sudah janganlah menangis" Ujar Tonghong Loei sambil meronta bangun dari atas tanah. "Sekarang sudah tak ada urusan lagi ! "
Kedua orang itu sama2 meronta bangun dan berdiri,
kemudian berdiri berdampingan jauh di ujung kalangan.
Tonghong Pek yang menyaksikan peristiwa itu jadi
mendongkol, selangkah demi selangkah ia maju mendekati
kedua orang itu lalu ujar nya sepatah demi sepatah.
"Loei Sam, mula2 aku mengira kau masih punya harga
diri dan semangat seorang lelaki jantan tak kusangka aku
telah salah menilai dirimu !"
Tonghong Loei malu sekali ia segera melengos dan tidak
berani saling terbentur dengan sinar mata Tonghong Pek
sambil tertawa getir jawabnya.
"Keadaan terlalu memaksa mau tak mau aku harus
bertindak mengikuti keadaan."
"Cisss ! omong kosong !"
Tonghong Pacu yang menyaksikan perbuatan Tonghong
Pek itu merasa sangat tidak senang hati, ia kebaskan ujung
bajunya memaksa Tong hong Loei serta Si Chen mundur
beberapa langkah ke belakang, kemudian badannya
berkelebat menghadang di depan Tonghong Pek, jengeknya.
"Bangsat kau ingin berangkat lebih dulu ke akhirat
sebelum racun dalam tubuhmu mulai bekerja ?"
Tonghong Pek mendengus dingin.
"Kau anggap setelah bergelar Boe-Tek-Beng itu lantas
seluruh jago yang ada dikolong langit pada tunduk atas
perintahmu " Hmm ! kau sedang bermimpi disiang hari
bolong !" "Siapa yang berani menentang perintahku?"
"Bukan orang lain dia adalah putramu sendiri !" jawab Tonghong Pek dingin.
"Haaa haaa haaa untuk sementara memang binatang
cilik itu suka mendengarkan hasutan orang lain dan ingin
bikin keonaran tapi coba lihat bukankah ia sudah berhasil
kutaklukan ?"
"Aku tidak maksudkan dia, aku mengartikan putramu
yang lain!"
Airmuka Tonghong Pacu berubah hebat, sedang Si Soat
Ang pun menunjukan sikap tegang.
Gembong iblis nomor wahid dari kolong langit itu segera
meloncat kedepan, sepasang lengannya diangkat seolah2
hendak melancarkan serangan, namun ia tidak turun
tangan, hanya hardiknya dengan suara yang sangat
menakutkan. "Apa maksudmu?"
"Aku bilang, bukankah kau masih punya seorang putra
lagi" Aku tahu nama besarmu telah menggetarkan seluruh
jagad, tak seorang manusiapun yang tak tahu dirimu tapi
sungguh aneh, saat ini kau berada didalam perkampungan
Jiet Gwat Cung, mengapa putra tertuamu malah lenyap tak
berbekas. Ucapan ini langsung menusuk kedalam lubuk hati
Tonghong Pacu, selama setahun entah beberapa banyak
jago Bulim yang telah menggabungkan diri kedalam
perserikatannya dan entah beberapa banyak yang sudi
mendengarkan perintahnya, tetapi ada satu hal membuat ia
sedih, ia berharap suatu saat Tong-hong Pek bisa muncul
dihadapannya. Air muka Tonghong Pacu berubah sangat menyeramkan,
ia tertawa dingin tiada hentinya.
"Hmmm..! mungkin saja ia terkait oleh suatu masalah
yang terjadi dalam dunia persilatan, Apa anehnya?"
"Aku lihat lebih baik kau jangan tempelkan emas diatas wajah sendiri, aku tahu ia tidak mau muncul disini sebab
tidak sudi melihat tingkah lakumu yang bejad dan rendah,
ia tak ingin berkomplot dengan dirimu. Hmm, untuk
menundukan putra sendiri pun tak sanggup masih ingin
menguasai orang lain!"
Dari pucat wajah Tonghong Pacu berubah jadi hijau
membesi, ia membentak gusar.
Tonghong Pek tahu ayahnya pasti akan turun tangan,
maka ditengah bentakan gusar tersebut, badannya segera
meloncat mundur ke belakang.
"Kejadian ini sudah diketahui setiap umat dikolong
langit, sekalipun naik pitam juga percuma." jengeknya
kembali. "Heee...heee.. kau anggap setelah mendengar ucapanmu
itu aku lantas bubarkan perserikatanku ini" bicara terus
terang kepadamu, Boe-Tek Beng akan segera menguasahi
seluruh jagad, menanti batas waktu setahun telah penuh,
barang siapa yang tak mau tunduk pada perintahku baik dia
perseorangan maupun suatu partai atau perkumpulan, akan
kuhancurkan mereka sehingga tak bisa tancapkan kaki
dalam dunia persilatan lagi !"
Diam2 Tonghong Pek mengeluh, dengan menempuh
bahaya rahasia terbongkar asal usul sendiri ia ada maksud
mencegah Tonghong Pacu bikin keonaran lebih jauh
dikolong langit, tapi usahanya gagal total.
Tonghong Pek segera berpaling ke arah Si Soat Ang dan
berkata. "Nona Si, sekarang hanya kekuatanmu seorang yang
dapat membendung ambisinya itu."
"Aku " . ..." tanya Si Soat Ang dengan alis berkerut.
Sikap gadis tersebut membuat hati Tonghong Pek
terjelos, sebaliknya sangat menggembirakan Tonghong
Pacu, buru2 ia berseru.
"Nona Si, aku undang dirimu untuk menduduki kursi
sebagai wakil Bengcu didalam perserikatan Boe-Tek-Beng,
ini kedudukan Tiau-tong Tongcu pun aku serahkan
kepadamu kita bisa duduk dengan tingkat yang sejajar dan
sama2 memerintah kolong langit !"
"Kau...sungguhkah ucapanmu itu ?" Tanya Si Soat Ang dengan hati berdebar keras.
Harus diketahui walaupun ilmu silat yang dimiliki Si
Soat Ang pada saat ini boleh dikata seimbang dengan
Tonghong Pacu namun dalam kedudukan ia masih bukan
tandingan dari gembong iblis tersebut.
Tetapi lain halnya bila dia menjabat sebagai Wakil
Bengcu, tidak sampai setengah tahun seluruh umat kolong
langit akan mengetahui nama besarnya dan siapapun akan
tunduk padanya.
Rasa girang yang terlintas diatas wajah gadis itu sukar
dilukiskan lagi dengan kata2, wajahnya segera jadi cerah
dan penuh dihiasi dengan senyuman manis.
Tonghong Pek yang menyaksikan keadaan tersebut jadi
sangat terperanjat, segera teriaknya.
"Nona Si, kau harus berpikir panjang lebih dahulu!"
Tetapi gadis itu sudah tak dapat membendung rasa
girangnya lagi, apa yang diucapkan Tonghong Pek sama
sekali tidak terdengar lagi ia berseru.
"Sekarang kau bicara melulu apa gunanya, kau harus
menyatakan dahulu persoalan ini di hadapan para enghiong
hoohan yang ada di kolong langit."
"Ooow...soal ini tentu saja" kata Tonghong Pacu, meski gadis itu tidak menyatakan setuju, namun ia tahu Si Soat
Ang telah menerima tawarannya.
"Tidak selang be berapa hari lagi seluruh enghiong
hoohan dikolong langit akan berkumpul semua di
perkampungan Jiet-Gwat Cung, pada saat itu aku akan
umumkan pengangkatan nona Si sebagai wakil Bengcu
kepada seluruh jagad !"
"Baik kalau begitu kita tetapkan dengan sepatah kata ini
!" sahut Si Soat Ang kegirangan.
Tonghong Pek semakin terjelos hatinya, sambil menarik
tangan gadis itu ia berseru.
"Nona Si mari kita pergi !"
"Sahabat Pek, apakah kau tidak merasa gembira dengan
pengangkatan ini ?" Seru Si Soat Ang tertawa cekikikan
"Aku telah diangkat sebagai wakil Bengcu didalam
perserikatan Boe-Tek-Beng ini !"
"Siapa yang sudi bergirang hati " Jangan sekali2 kau
ceburkan diri kedalam air keruh ini, sebab satu kali kau
terperosok maka menyesal kemudian tak berguna !"
Si Soat Ang sedang kegirangan, ucapan si anak muda
tersebut bagaikan kepalanya diguyur dengan sebaskom air
dingin, kontan hawa amarahnya berkorban.
Seandainya ia tidak teringat bahwa Tong-hong Pek telah
menyelamatkan selembar jiwanya, mungkin ia akan
mengumbar hawa amarah tersebut.
Dengan cepat ia tarik kembali tangannya yang dicekal
sianak muda itu, teriaknya:
"Perserikatan Boe-Tek-Beng mengusai seluruh Bu lim
agar dalam dunia persilatan tidak terjadi pertikaian lagi, apa celakanya ?".
"Siapa yang bilang tak ada pertikaian lagi " Serangan
kalian terhadap berbagai partai serta perguruan apakah
tidak menimbulkan keonaran " berapa banyak jiwa harus
melayang oleh perbuatan tersebut " berapa keluarga yang
berantakan " dan berapa banyak darah yang bakal mu ngalir
membasahi permukaan bumi ?"
"Hmmm ! itulah akibat kesalahan, mereka sendiri siapa
suruh mereka tidak menggabungkan diri didalam perserikatan Boe-Tek-Beng ku."
"Kau... kau..." Saking khekinya untuk beberapa saat Tonghong Pek tak dapat mengucapkan sepatah katapun.
Si Soat Ang jadi mendongkol, kembali teriaknya.
"Kenapa aku " kalau kau tidak suka berada dalam
perkampungan Jiet-Gwat-Cung, tak suka melihat aku
gembira " Silahkan segera berlalu dari perkampungan ini,
kau tak dapat memaksa aku untuk meninggalkan jabatanku
sebagai Wakil Bengcu dalam perserikatan Boe-Tek-Beng ini
!" Bagaikan sebuah patung Tonghong Pek berdiri ter-
mangu2 lama sekali ia baru tundukkan kepala putar badan
dan selangkah demi selangkah meninggalkan tempat itu.


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika tiba didepan pintu ia menghela napas panjang
seluruh rasa dongkol dan kecewanya disalurkan keatas
pintu disisinya, suatu pukulan yang sangat keras segera
bersarang di atas pintu tadi.
Braak.! diiringi suara dahsyat pintu tersebut roboh dan
hancur ber-keping2 diatas tanah.
Kejadian ini benar2 diluar dugaan, bahkan Tonghong
Pek sendiripun tidak menyangka maka ia berdiri tertegun
lalu mundur beberapa langkah kebelakang pada saat itulah
kerudungnya tersingkap lalu lepas oleh sambaran angin dari
pintu tersebut.
Namun Tonghong Pek tidak ambil perduli ia lanjutkan
kembali langkahnya menuju kedepan.
"Sahabat Pek tunggu sebentar !" tiba2 terdengar Si Chen berteriak keras.
Tonghong Pek berhenti namun tidak putar badan pada
saat ini ia merasa kepalanya pusing tujuh keliling,
seandainya kaki tidak berasa berat untuk melanjutkan
perjalanan, mungkin ia tidak akan menggubris teriakan Si
Chen tadi dan ditinggal pergi.
Ketika itulah terdengar suara langkah kaki yang keras
berkumandang datang disusul suara dari Si Chen muncul
kembali tepat di belakang tubuhnya.
"Sahabat Pek kami tak dapat menuruti perkataanmu
untuk meninggalkan perkampungan Jiet-Gwat-Cung ini,
harap kau jangan salahkan kami !"
Tonghong Pek menghela napas panjang Si Chen adalah
orang baik tapi sayang dia adalah seorang baik yang tidak
punya pendapat serta pendirian barang sedikitpun, ia hanya
bisa tertawa getir seraya berpaling serunya.
"Kau tak perlu..."
Sebenarnya ia hendak berkata. "kau tak perlu sedih, aku tidak akan menyalahkan dirimu," tapi sebelum ia
menyelesaikan kata2-nya Si Chen yang berdiri di sisinya
sedang menatap dirinya dengan sinar mata terkejut
bercampur seram, diikuti gadis itu mundur beberapa
langkah ke belakang.
"Kau... kau..."
Sejak wajahnya berubah jadi menyeramkan Tonghong
Pek sudah terbiasa menghadapi sikap orang yang terkejut
dan mundur dengan ketakutan setelah menyaksikan
wajahnya maka dari itu menjumpai sikap dari Si Chen ia
tidak merasa keheranan.
Tetapi ucapan selanjutnya dari gadis itu membuat
Tonghong Pek sangat terperanjat dan tidak habis mengerti.
Tampak Si Chen setelah mundur beberapa langkah
kebelakang ia lantas menuding wajahnya sambil berseru.
"Kau... kau adalah Tonghong Pek ?"
Tonghong Pek benar2 sangat terperanjat, begitu kagetnya
sianak muda itu sampai ia mundur beberapa langkah ke
belakang. "Nona Si . . apa yang kau katakan !" serunya. jelas ia masih tidak ingin mengakui bahwa dia adalah Tonghong
Pek seperti yang dikatakan gadis itu.
Dalam pada itu teriakan dari Si Chen barusan bukan saja
telah mengejutkan Tonghong Pek, bahkan Tonghong Pacu,
Tonghong Loei serta Si Soat Ang pun jadi sangat
terperanjat mereka sama2 berpaling dan menatap wajah
Tonghong Pek tajam2.
Air muka beberapa orang itu segera berubah hebat,
begitu hebat perubahan tersebut sehingga sukar dilukiskan
dengan kata2 sebab yang mereka temui berdiri didepan
pintu pada saat ini bukan lain adalah Tonghong Pek.
Setelah kain yang mengerudungi wajahnya terlepas,
wajah Tonghong Pek tidak kelihatan menyeramkan lagi,
panca indranya muncul kembali sebagaimana layaknya,
dan ia bukan lain adalah Tonghong Pek yang dahulu.
Dalam sekejap mata semua orang dibikin tertegun dan
tidak habis mengerti oleh perubahan tersebut.
Tonghong Pek sendiripun berdiri tertegun ketika
menyaksikan semua orang sedang memandang kearahnya,
dengan wajah aneh, ia tahu wajahnya tentu sudah terjadi
perubahan lagi.
Buru2 ia memegang wajah sendiri dan segera berseru
tertahan, ternyata tonjolan daging yang semula memenuhi
wajahnya kini lenyap tak berbekas, wajahnya telah pulih
kembali seperti sedia kala, halus rata dan sempurna dalam
panca indra. Akhirnya ia buka suara, memecah kesunyian yang
mencekam seluruh kalangan selama ini.
"Kalian kalian sudah kenali diriku kembali ?"
"Bagus..." Teriak Tonghong Pacu dengan nada gusar
"Kiranya selama ini kaulah yang selalu mencari satroni dengan diriku!"
"Tonghong toako" Si Soat Ang pun berteriak "Kau...
kau... kiranya kau, Ah. kalau begitu orang yang menghisap
keluar jarum beracun dari tubuhku tadi pun adalah dirimu?"
"Benar aku Soat Ang !" jawab Tonghong Pek.
-oo0dw0oo- Jilid 22 DENGAN cepat gadis itu enjotkan badannya berkelebat
kehadapannya lalu mencekal tangan sianak muda itu erat2.
Si Soat Ang angkat kepala memandang wajah sianak
muda itu bibirnya bergerak seperti mau mengucapkan
sesuatu namun tak sepatah katapun yang kedengaran.
Lama.. lama sekali ia baru berseru.
"Sejak semula aku sudah mencurigai bahwa aku pernah
kenal dengan dirimu, sejak semula aku sudah curiga..."
"Tapi aku tak berani beritahu kepadamu sebab wajahku
ketika itu menyeramkan sekali."
"Sekarang bukankah sudah pulih kembali " wajahmu
telah pulih kembali seperti sedia kala !"
"Benar !" sahut Tonghong Pek sambil tertawa getir.
"Tetapi sayang.. aku sudah hampir mati !"
Mula2 Si Soat Ang sedang kegirangan atas perjumpaan
ini tapi mendengar ucapan yang terakhir hatinya jadi
terjelos, wajahnya seketika itu juga berubah jadi pucat pias, bahkan ditengah perubahan tersebut jelas kelihatan betapa
mendongkol serta gusarnya gadis itu.
"Kalau kau tahu bahwa berbuat demikian bakal mati,
mengapa kau suka menghisap keluar jarum beracun
tersebut dari tubuhku ?" jeritnya keras2.
Tonghong Pek mengerti apa sebabnya gadis itu menegur,
ia menghela napas panjang dan tundukkan kepalanya
rendah2. "Waktu itu wajahku amat menyeramkan bagaikan
memedi, aku malu untuk berjumpa dengan orang lain
daripada hidup menanggung derita lebih baik aku
menolong jiwamu !"
Si Soat Ang sangat terharu, titik air mata jatuh berlinang.
Pada saat itulah tiba2 terdengar Tonghong Pacu berkata.
"Pek-jie seandainya aku bisa menolong dirimu, lalu
bagaimana sikapmu ?"
Sebutan "Pek-jie" tersebut sangat menusuk pendengaran Tonghong Pek, tentu saja ia mengerti maksud gembong iblis
tersebut. "Aku sudah terkena racun keji dari jarum beracun milik Kiem Ciam-Sin-Bo, tak ada orang yang bisa menolong aku
lagi !" sahutnya ketus.
"Dugaanmu salah besar, aku dapat mengorbankan
separuh dari tenaga dalam yang kumiliki untuk memaksa
racun yang mengeram dalam tubuhmu terdesak keluar."
"Kau suka berbuat demikian ?" Kata Tong hong Pek, sepasang matanya menatap gembong iblis itu tajam2.
Tonghong Pacu menghela napas panjang.
"Pek-jie apa maksudmu berkata demikian ?" serunya.
"Kau adalah putraku, kau adalah anak kandungku, kau
harus tahu tak ada cinta kasih yang lebih mendalam
daripada cinta kasih orang tua terhadap anaknya !"
Beberapa patah kita itu sangat mengena dilubuk hati
Tonghong Pek, ia segera tundukkan kepalanya rendah2 dan
tak sanggup diangkat kembali.
Setahun berselang Tonghong Pek sudah tahu bahwa
Tonghong Pacu adalah ayah kandungnya tapi apa sebabnya
ia pergi kegunung Go bie" tidak lain untuk memusuhi
ayahnya. Kemudian ia pun selalu berusaha untuk memusuhi dan
mempersulit ayahnya, tetapi sekarang Tonghong Pacu rela
mengorbankan separuh dari tenaga dalam yang dimilikinya
untuk menolong jiwanya, ucapan ini membuat Tonghong
Pek menyesal dan malu.
Namun iapun merasa curiga, sungguhkah ucapan dari
Tonghong Pacu itu" Benarkah ia berbuat demikian karena
tulus ikhlas"
Setelah putar otak beberapa saat lamanya sianak muda
itu angkat kepala. kembali berkata.
"Kalau kau menolong diriku, bagaimana dengan kau
sendiri ?"
"Soal ini sukar diramalkan mulai sekarang, menurut
perasaanku, menurut perkiraanku dengan korbankan
separuh dari tenaga dalamku, mungkin racun yang
mengeram didalam tubuhmu ini bisa didesak keluar. Tetapi
kalau sampai pada waktunya tidak berhasil, maka dalam
keadaan seperti itu, kemungkinan seluruh ilmu silatku bakal musnah."
"Jika demikian adanya, bukankah kau tak dapat jadi
Boe-Tek-Bengcu dan berkuasa di seluruh kolong langit ?"
kata sianak muda sepatah demi sepatah.
Sebelum Tong hong Pacu sempat menjawab Si Soat Ang
telah menimbrung lebih duluan:
"Soal itu tidak penting, sekalipun ilmu silatnya sama
sekali musnah, aku dapat mewakili dirinya untuk menjabat
sebagai Bengcu!".
Tonghong Pacu segera mendongak tertawa tergelak.
"He.,.he he.,., sekalipun aku tak bisa jadi Bu-Tek-Bengcu
apa salahnya " aku punya dua orang putra yang dapat
meneruskan cita2ku, apa yang aku takuti lagi ?".
"Nanti dulu," seru Tonghong Pek sambil goyangkan
tangannya, "Aku hendak bicara lebih dulu, seandainya
urusan ini diserahkan kepadaku maka pertama2 aku akan
bubarkan dahulu perserikatan Boe-Tek Beng ini !".
"Tonghong toako, apa gunanya kau saling ribut dengan
ayahmu pada saat ini ?".
Seru Si Soat Ang sambil mendepakkan kakinya keatas
tanah, "Sekarang hanya dia seorang yang bisa menolong
jiwamu !" Tonghong Pek tertawa getir, ia tahu apa yang diucapkan
gadis tersebut merupakan kenyataan dan iapun tahu
Tonghong Pacu suka mengorbankan separuh dan tenaga
dalamnya untuk menolong dia bukan lain ingin melumerkan hatinya yang keras dengan cinta kasih seorang
ayah terhadap putra kandungnya.
Tetapi iapun tidak sudi demi hidup, ia sanggupi untuk
meneruskan cita2 Tonghong Pacu dengan mewakili dirinya
jadi Boe-Tek-Bengcu.
Beberapa saat lamanya ia merasa pikirannya sangat
kacau dan bimbang.
"Tonghong toako !" Si Soat Ang lantas ber bisik,
"Lenyapkan dahulu racun yang mengeram dalam tubuhmu,
kemudian baru kita bicarakan persoalan lain..."
Tonghong Pek merasa ucapan itu memang cengli maka
ia lantas menghela napas panjang.
"Ucapan nona Si sedikitpun tidak salah." Tonghong Pacu menimbrung, "Satu detik aku terlambat turun tangan berarti racun yang mengeram dalam tubuhmu satu bagian
lebih sulit untuk dipaksa keluar, mari ikutilah diriku."
Habis bicara gembong iblis itu lantas putar badan dan
berjalan masuk ke dalam.
Tonghong Pek masih ragu2, Si Soat Ang yang ada
disisinya lantas mendorong tubuhnya.
"Sudah, ayohlah cepat ikuti dia masuk ke dalam."
Tonghong Pek tarik napas panjang2, akhirnya dia
mengikuti juga.
Se-akan2 Tonghong Pacu sudah menduga bahwa
Tonghong Pek pasti akan mengikuti dirinya, sepanjang
perjalanan sama sekali tidak berpaling, menanti sianak
muda itu sudah menyusul ia baru berkata.
"Ada satu persoalan membuat hatiku merasa sangat
sedih mungkin kau masih belum tahu akan kejadian ini."
"Persoalan apa ?"
"Ibu mu sudah meninggal dunia !"
Tonghong Pek tertegun bagaikan kesambar geledek
disiang hari bolong ia berdiri kaku tak berkutik.
Sejak kecil ia anggap ibunya sebagai ibu guru, berbagai
macam kebaikan Sunio terhadap dirinya segera mengalir
dan memenuhi benaknya, ia tidak ingin menangis tetapi
pada saat ini tanpa sadar titik2 air mata jatuh berlinang
membasahi wajahnya.
"Manusia yang telah mati tak mungkin bisa hidup
kembali apa gunanya kau bersedih hati ?" tegur Tonghong Pacu sambil berpaling.
"Bagai.. bagaimanakah ia bisa mati ?" tanya sianak muda itu dengan sesenggukan.
"Mungkin disebabkan rasa sedih yang menyerang dirinya
selama banyak tahun akhirnya ia jatuh sakit dan meninggal
dunia sewaktu jantungnya terserang, aku sudah berusaha
sekuat tenaga untuk melindungi detak jantungnya jangan
sampai berhenti, tapi sayang terlambat, Aai... aku telah
mencelakai dia !"
Pembaca yang budiman, apa yang diucapkan Tonghong
Pacu pada saat ini sudah tentu hanya kata2 bohong belaka,
tapi sewaktu diutarakan keluar, jelas kelihatan betapa serius dan sungguhnya wajah gembong iblis tersebut, bahkan
diantara nada2 suaranya terkandung rasa sedih yang bukan
kepalang. Bukan saja apa yang diceritakan adalah kata2 bohong
belaka, sekalipun ucapannya hendak menolong Tonghong
Pek pun bohong besar.
Tentu saja hal ini bukan dimaksudkan Tong hong Pek
sudah tak tertolong lagi, tetapi dalam kenyataan sianak
muda itu sama sekali tak perlu ditolong lagi.
Pengetahuan yang dimiliki Tonghong Pacu sangat luas,
ketika pertama kali bertemu dengan Tonghong Pek yang
memiliki wajah aneh ia sudah menanyakan apakah sianak
muda itu berasal dari wilayah Biauw, ia bertanya demikian
sebab ia tahu wajah Tonghong Pek bisa berubah begitu
menyeramkan sebab telan sebutir Lwee-tan dari binatang
aneh yang hanya berada diwilayah Biauw belaka.
Dan tiba2 wajah Tonghong Pek pulih kembali seperti


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedia kala, kejadian ini mula2 mengherankan Tonghong
Pacu, tetapi setelah menyaksikan kesegaran badan sianak
muda itu dan sama sekali tidak menunjukkan tanda
keracunan, ia lantas mengerti apa sebenarnya yang telah
terjadi. Ia mengerti hal ini tentu disebabkan Tong hong Pek telah
menghisap hawa racun dari jarum beracun, kemudian racun
itu menyerang tubuhnya dan dengan racun melawan racun
malahan berhasil memunahkan kedua gulung racun itu.
Baik bawa racun dari jarum beracun maupun racun dari
pil Lwee-tan tersebut. Bukan saja akibatnya Tonghong Pek
tidak mati malahan memberikan kebaikan kepadanya.
Mengetahui keadaan tersebut Tonghong Pacu kegirangan setengah mati, ia tahu diantara dua orang
putranya watak Tonghong Pek paling keras, ia harus
menggunakan akal licik untuk menundukkan dirinya.
Dengan satunya jalan tidak lain adalah memanjakan
serta menyayangi dirinya dengan suatu perbuatan luar
biasa, bila ia selamatkan jiwanya dengan mengorbankan
diri sendiri si anak muda itu pasti akan dibikin terharu oleh perbuatannya.
Dalam pada itu dengan nada sedih Tong hong Pek
menghela napas panjang, ujarnya.
"Manusia telah mati tak mungkin bisa hidup lagi,
memang benar apa gunanya dipikirkan lagi " Aaai, ! sejak
kecil aku anggap dia sebagai Sunioku betapa sedih dan
tersiksanya perasaan beliau .."
"Benar, akupun menyesal akan perbuatanku dahulu, aku
memang sedikit keterlaluan, dimata aku sudah mengusir
kalian berdua. Setelah aku paksa keluar racun yang
mengeram dalam tubuhmu paling sedikit aku harus
beristirahat selama setengah sampai setahun untuk
memulihkan kembali tenaga yang telah kukorbankan
kepadamu, aku rasa di-saat2 seperti inilah paling tepat
bagiku untuk merenungkan kembali perbuatan2 ku tempo
dulu, benar bukan ?"
Ucapan dari gembong iblis tersebut kedengaran begitu
ber-sungguh2 membuat Tonghong Pek merasa sangat
terharu, untuk beberapa saat lamanya ia tak sanggup
mengutarakan sepatah katapun.
Demikianlah Tonghong Pacu berdua melanjutkan
perjalanannya ke depan, dalam halaman pun tinggal Si Soat
Ang, Si Chen serta Tong hong Loei bertiga.
Dengan sinar mata tajam Si Soat Ang memperhatikan
terus hingga bayangan kedua orang itu lenyap dari
pandangan, setelah itu ia baru putar badan dan bergumam
seorang diri. "Semoga saja racun keji yang bersarang di dalam
tubuhnya benar2 berhasil dipaksa
keluar !" jelas menunjukan betapa kuatirnya gadis ini terhadap keselamatan Tonghong Pek.
"Nona Si, sungguh tak disangka manusia aneh itu bukan
lain adalah toako." buru2 Tonghong Loei menyela.
Dengan gemas Si Soat Ang melotot sekejap ke arahya
kemudian mendengus, dalam hati kecilnya ia sangat
mendendam terhadap diri Tonghong Loei.
Sudah tentu sianak muda itupun tahu akan keadaan
tersebut, dalam hati ia sudah siapkan jawaban yang rasanya
dianggap tepat melihat gadis itu melotot kembali ia berseru.
"Nona Si, kau tak bisa salahkan diriku, kalau toako tidak menghisap racun dari tubuhmu, wajahnya tidak akan pulih
kembali seperti sedia kala, bukankah perbuatanku ini malah
mendatangkan kebaikan bagimu?"
Ucapan ini dalam kenyataan memang benar, Si Soat Ang
tak bisa bicara lagi kecuali mendengus kembali dengan
dingin. "Nona Si sejak kini kita malah jadi orang sendiri" seru Tonghong Loei tertawa cekikikan.
"Harap kau suka menerima sebuah penghormatanku
sebagai rasa sesalku atas perbuatanku membokong dirimu!"
Si Soat Ang semakin lembek hatinya mendengar rayuan2
manis itu, akhirnya ia menghela napas panjang.
"Sudah, sudahlah memandang diatas wajah adik Si. aku
tidak akan cari keributan lagi dengan dirimu."
"Terima kasih nona Si."
"Caramu untuk membokong diriku pun terhitung amat
keji dan telengas, seandainya se belum kejadian itu aku
tidak menangkap cahaya biru yang berkelebat dibawah
sorotan sinar lampu, mungkin sejak tadi sudah menemui
ajal nya ?"
"Nona Si. pada waktu itu kau adalah musuhku dan
sekarang kau sudah hampir jadi ensoku, aku..."
Merah jengah selembar wajah Si Soat Ang.
"Ayoh bicara sekali lagi!" serunya.
Ucapan si anak muda itu terutama kata "Enso"
mendatangkan perasaan nyaman dan manis dalam hati
gadis itu. Ia putar kepala memandang keluar jendela, menyaksikan
fajar hampir menyingsing ia lalu berkata.
"Silahkan kalian kembali akupun hendak beristirahat
sebentar!"
"Baik!" sahut Tonghong Loei serta Si Chen.
Setelah kedua orang itu mengundurkan diri, Si Soat Ang
pun kembali kekamarnya dan berbaring diatas pembaringan, matanya tak sanggup dipejamkan pikiran
terasa sangat kalut.
Sejak berhasil memiliki ilmu silat lihay, ia selalu
berharap bisa berjumpa dengan Tonghong Pek, tetapi sama
sekali tak disangka olehnya ia bisa berjumpa dengan pujaan
hatinya dalam keadaan seperti ini.
Ia pun terbayang pula setelah Tonghong Pacu kehilangan
separuh dari tenaga dalamnya karena harus menolong
Tonghong Pek, hal ini berarti dalam perkampungan Jiet
Gwat Cung kepandaian silatnya yang paling lihay.
Berpikir sampai disitu gadis tersebut benar2 kegirangan
setengah mati, ketika itulah langit sudah terang, ia segera bangun untuk berlatih silat sebentar, sementara Tonghong
Loei pun muncul kembali disana.
Sianak muda itu sama sekali tidak berjalan masuk, ia
cuma ber-teriak2 diluar halaman.
"Nona Si! Nona Si!"
"Ada urusan apa?"
"Ada serombongan orang Bulim datang dari tempat
kejauhan untuk menggabungkan diri dengan perserikatan
Bu Tek Beng kita sedangkan Bengcu tak mungkin bisa
temui mereka, ia minta kau yang menyelenggarakan
pertemuan ini."
"Minta aku yang temui mereka?" seru Si Soat Ang
dengan jantung berdebar keras.
"Tentu saja. apabila Bengcu tak bisa hadir sudah tentu kedudukannya harus diwakili dirimu sebagai wakil Bengcu
dan Thian Tong Tongcu!"
"Baik, perintahkan mereka untuk temui aku di ruang
tengah, disamping itu perlu tata cara apa saja bagi seorang Bengcu untuk temui tamunya aku sama sekali tidak tahu,
harap kau siapkan dahulu segala keperluannya, aku segera
menyusul kesitu."
Tonghong Loei mengiakan dan segera berlalu.
Sepeninggalnya anak muda itu, buru2 Si Soat Ang suruh
dayangnya untuk membantu ia berdandan, tidak lama
kemudian dari tempat luaran terdengar irama musik
bergema memenuhi angkasa.
Lalu disusul tambur dibunyikan ber-talu2, makin lama
semakin keras dan semakin cepat sehingga kedengarannya
amat mengerikan sekali disusul seseorang berteriak lantang.
"Harap wakil Bengcu munculkan diri?" Teriakan itu lantang, keras penuh tenaga jelas menunjukkan bahwa
orang itu adalah seorang jago lihay yang memiliki ilmu silat sangat lihay.
Dengan penuh kegembiraan Si Soat Ang berjalan keluar,
ketika ia keluar dari halaman, seekor kuda jempolan segera
menghampiri dirinya, Tonghong Loei dengan cepat loncat
turun dari atas kuda dan jatuhkan diri berlutut
dihadapannya "Menghunjuk hormat kepada wakil Bengcu!" serunya.
Sejak itu Si Soat Ang hampir saja diperkosa oleh
Tonghong Loei sewaktu ada diluar perbatasan, gadis ini
menaruh rasa tidak senang kepada pemuda tersebut, tapi
sekarang setelah menyaksikan para jago dari perkampungan
Jiet Gwat Cung berbaris rapi dikedua belah sisinya dan
segera tundukan kepala ketika ia berjalan keluar, hatinya
merasa amat gembira sekali. Menanti Tonghong Loei
melakukan penghormatan besar ia semakin kegirangan.
Namun dalam hatipun merasa kurang leluasa buru2 ia
berbisik lirih.
"Kita adalah orang sendiri, apa gunanya ber macam
begitu ?""
Tonghong Loei adalah manusia cerdik, dari ucapan Si
Soat Ang barusan ia mengerti bahwa rasa benci dan tidak
senang gadis tersebut kepadanya sudah lenyap sama sekali,
sambil tertawa ia lantas bangun berdiri dan menjawab:
"Menurut adat kesopanan kita harus berbuat demikian,
tak boleh tidak tata cara harus di turuti."
Setelah Tonghong Loei bangun berdiri para jago sekitar
tiga ratus orang yang berdiri dikedua belah sisipun sama2
berseru. "Menghunjuk hormat kepada Wakil Bengcu."
Seperti halnya sianak muda tadi, seraya berseru tiga ratus
orang jago lihay itu sama2 jatuhkan diri berlutut keatas
tanah. Haruslah diketahui tiga ratus orang yang hadir saat ini
merupakan jago2 lihay dari perkampungan Jiet-Gwat-Cung
semua, tentu saja jumlah anggota perkampungan itu lebih
dari tiga ratus orang, tetapi disanapun berlaku satu
peraturan aneh.
Bagi para jago yang berkepandaian tidak tinggi dan
kedudukanpun tidak tinggi maka mereka sama sekali tidak
berhak untuk ikut serta dalam penyambutan macam begini,
dus berarti tiga ratus orang yang hadir saat ini rata2
memiliki ilmu silat yang lihay dan masuk hitungan.
Bisa dibayangkan betapa dahsyat dan luar biasanya
seruan dari ketiga ratus orang itu secara serentak.
"Kalian semua tak usah banyak adat !" Sahut Si Soat Ang dengan suara keren dan berat.
Dalam ucapan barusan inipun ia telah saluri hawa murni
yang amat hebat bukan saja suaranya nyaring, lantang dan
memekikkan telinga, bahkan jauh berkumandang entah
mencapai mana saja.
Mula2 diantara para jago yang hadir saat ini, ada yang
merasa tidak puas ketika menyaksikan wakil bengcu dari
perserikatan Boe Tek Beng mereka adalah seorang gadis
muda belia. Tapi sekarang setelah mendengar seruan yang begitu
lantang mereka baru terperanjat mereka sadar apabila
tenaga dalam seseorang belum berhasil mencapai puncak
kesempurnaan maka tidak mungkin ia bisa mengeluarkan
suara yang begitu mengejutkan.
"Terima kasih wakil Bengcu !" kembali orang2 itu
berseru. Menanti para jago sudah bangun berdiri, Tonghong Loei
baru maju selangkah kedepan sambil berkata.
"Lapor Wakil Bengcu, saat ini ada empat puluh tujuh
orang sahabat Bu-lim yang datang dari delapan penjuru
terdiri dari pelbagai partai dan perguruan hendak ikut serta dalam perserikatan Boe-Tek-Beng kita, harap Wakil Bengcu
suka menyelenggarakan penerimaan ini"
"Ehmm harap Tonghong Tongcu suka bawa jalan !"
Tonghong Loei maju selangkah lebih dekat, bisiknya
lirih. "Wakil Bengcu hendak jalan kaki atau naik kuda atau
mungkin ingin naik tandu ?"
"Tidak perlu" jawab Si Soat Ang setelah berpikir sebentar
"Lebih baik aku berjalan kaki saja bagaimanapun juga
masuk berada didalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung"
Mendengar keputusan itu Tonghong Loei putar badan
dan berseru lantang.
"Wakil Bengcu hendak menghadiri upacara penerimaan
ini dengan berjalan kaki."
Irama musik segera bergema kembali memecahkan
kesunyian, tiga ratus orang jago Bulim dengan berbaris jadi dua berjalan lebih dahulu didepan membuka jalan disusul
Tonghong Loei mempersilahkan Si Soat Ang mengikutinya
di belakang lambat2.
Si Soat Ang benar2 kegirangan setengah mati, kepada
Tonghong Loei serunya.
"Buat apa kau bersikap banyak adat!"
"Sudah semestinya bertindak begini, coba lihat begitu
banyak jago lihay dari pelbagai partai dan perguruan sama2
berkumpul dalam ruangan tersebut, pertemuan besar ini
boleh dikata merupakan suatu pertemuan besar yang belum
pernah terjadi dalam dunia persilatan !"
"Ehmm ! memang demikian adanya."
oooOdwOooo BAB 23 "APABlLA jago2 Bu-lim sebanyak ini dikumpulkan jadi
satu kemudian kita gunakan untuk menghadapi perguruan
serta partai2 yang tak mau tunduk maka usaha kita akan
berhasil dengan sangat gampang !"
"Benar, Tak ada partai atau perguruan di kolong langit dewasa ini yang mampu menghadapi serbuan kita !"
"Untuk beberapa waktu lamanya Bengcu serta Toako tak
mungkin bisa munculkan diri, sekalipun racun yang
mengeram dalam tubuh Toako berhasil dilenyapkan, ilmu
silat Bengcu pun tak mungkin bisa pulih seperti sedia kala, aku lihat tugas berat untuk menundukkan partai2 yang tak


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mau bergabung terpaksa jatuh ketangan Wakil Bengcu !"
Ucapan ini membuat Si Soat Ang terkesiap, tapi tanpa
berpikir panjang ia mengangguk.
"Sudah tentu !".
"Menurut Bengcu semula..." ujar Tonghong Loei lebih jauh dengan hati gembira. "Tidak usah kita lakukan
pembunuhan secara besar2an asalkan ciangbunjin partai
tersebut kita bunuh kemudian kita tempatkan jago lihay kita untuk menguasai perguruan tersebut, dengan gampang
partai itu akan kita tundukkan, entah bagaimana menurut
pendapat Wakil Bengcu ?".
"Suatu idee yang sangat bagus, dengan adanya kau
sebagai penyusun rencana aku rasa tidak bakal salah lagi !".
"Aaai .... wakil Bengcu terlalu memuji !".
Dalam pada itu mereka telah tiba di depan ruang tengah,
cahaya emas berkilauan memenuhi seluruh penjuru, dalam
ruangan telah penuh berdiri jago2 kangouw.
Di bawah Tonghong Loei sebagai penunjuk jalan, Si
Soat Ang berjalan masuk ke dalam ruangan, ketika itu ada
empat lima puluh orang duduk menanti disitu,
menyaksikan gadis tersebut berjalan masuk mereka sama2
bangun berdiri.
Si Soat Ang, langsung menuju keujung ruang tengah
tersebut, dimana diantara dua tonggak tergantung sebuah
papan nama yang bertulisan, Tiada tandingan dikolong
langit. Akhirnya sampailah gadis itu didepan kursi berlapiskan
kulit harimau, Si Soat Ang tertegun dan ragu2 untuk
mendudukinya, sebab ia tahu kursi inilah merupakan
tempat duduk Bengcu.
Agaknya Tonghong Loei dapat menebak isi hatinya, ia
segera berseru.
"Wakil Bengcu, sekarang kau sedang mewakili bengcu
untuk menerima para rekan Bulim untuk menggabungkan
diri dalam perserikatan ini, tentu saja kau harus duduk
dikursi utama."
Si Soat Ang mengangguk dengan gagah ia lalu duduk
dikursi Bengcu tersebut.
Baru saja ia duduk, empat puluh orang yang ada dalam
ruangan itu sama2 jatuhkan diri berlutut dan menyebutkan
nama masing2, untuk sesaat gadis itu tak sanggup
mengingat begitu banyak nama, ia hanya mengangguk tiada
hentinya. Seorang jago muncul dengan membawa selembar kain
sutera orang-orang itupun segera mencantumkan sama
sendiri diatas kain tadi, setelah itu dengan suara lantang
Tong-hong Loei membacakan peraturan perserikatan.
Menanti semuanya telah selesai, irama musik berbunyi
kembali dan Tonghong Loei berseru.
"Silahkan Hu Bengcu mengundurkan diri!"
Para jago sama2 bangun berdiri memberi hormat,
dibawah bimbingan Tonghong Loei lambat2 Si Soat Ang
berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Menanti hampir tiba dihalaman kediamannya, Si Soat
Ang baru bisa menghembuskan napas panjang.
"Oouw sungguh tidak gampang jadi seorang wakil
Bengcu!" serunya.
"Bukan Wakil Bengcu amat cantik jelita bahkan agung
dan punya wibawa besar, dari kisikan para jago hamba
dengar sebagian besar sama2 merasa kagum kepada diri
wakil Bengcu."
Si Soat Ang tertawa.
"Ditempat ini cuma ada kau dan aku, apa gunanya sih
kau masih pakai segala istilah Wakil Bengcu dan hamba
segala...?" serunya.
Tonghong Loei pun tertawa.
"Ruangan di sini terlalu sempit, aku sedang perintahkan orang untuk siapkan sebuah halaman yang jauh lebih besar
tetapi belum selesai disiapkan, harap kau beristirahat dulu disini, nanti akan kubawa beberapa orang jago untuk
berunding langkah kita selanjutnya."
"Baik ! Baik !"
Menanti Si Soat Ang telah masuk kedalam halaman,
Tonghong Loei pun segera mengundurkan diri.
Sianak muda itu tidak kembali kekamarnya tapi menuju
kesebuah halaman lain, sambil mendorong sebuah pintu
sapanya. "Tia apakah kau ada di sana ?"
"Bagaimana ?" tanya Tonghong Pacu sambil munculkan diri.
"Semuanya berjalan dengan lancar ayah, bukankah ayah
sedang mengobati toako " mana boleh kau tinggalkan
dirinya ?"
"Aku punya caraku sendiri untuk bertindak apakah kau
hendak memberi pelajaran kepada ku ?" tegur Tonghong
Pacu dengan wajah membesi.
Walaupun dalam hati Tong hong Loei menaruh curiga,
tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau Tonghong Pek
sebenarnya sama sekali tidak keracunan, dan iapun tak
pernah menyangka kalau Tonghong Pacu sama sekali tidak
keluar tenaga barang sedikit pun untuk mendesak keluar
racun dari tubuh si anak muda itu, ia hanya menotok jalan
darah tidurnya agar Tonghong Pek selalu berada dalam
keadaan tidak sadar dan sama sekali tidak tahu apa yang
telah terjadi. Dalam pada itu menyaksikan air muka Tong hong Pacu
berubah hebat, Tonghong Loei tak berani banyak suara lagi,
ia bungkam dalam seribu bahasa.
"Apakah ia sudah setuju untuk membawa orang
memusuhi para jago dari partai2 yang belum mau takluk ?"
tanya Tonghong Pacu.
"Aku ajukan usul tersebut dikala ia sedang merasa amat gembira dan ia menyetujui usul tadi"
"Bagus...bagus sekali kalau begitu suruhlah dia bawa
orang untuk menghadapi kuil Sauw-lim si lebih dahulu"
seru gembong iblis itu kegirangan, "Asal kuil Sauw-lim Si sudah jebol maka berarti iapun sudah terjerumus kedalam
air keruh ini, sekalipun ingin meloncat keluar juga tak bakal bisa !"
Ucapan tersebut membuat Tonghong Loei kerutkan
alisnya rapat2, tak sepatah katapun diucapkan.
"Apa yang sedang kau pikirkan ?" tegur Tonghong Pacu,
"Apakah kau ingin tinggalkan perkampungan Jiet-Gwat-
Cung ?" Tonghong Loei tertawa getir.
"Ayah aku ada sepatah kata hendak diutarakan kepada
mu" Agaknya Tonghong Pacu sudah mengerti apa yang
hendak dikatakan putranya, dengan nada tidak senang ia
menegur dingin.
"Apa yang ingin kau katakan ?"
"Tia tahukah kau bahwa hubungan toako dengan nona
Si sangat akrab ?"
"Aku bukan orang buta, kau anggap aku tidak mengerti
?" "Seandainya Toako tahu bahwa nona Si membawa jago
untuk menyerang partai2 besar, ia pasti akan tidak senang
hati" "Hmm ! Bukankah Si Soat Ang suka berangkat sendiri "
apa aku yang paksa ia berbuat demikian " sebenarnya itu
urusanku, tapi sekarang siang malam aku harus berusaha
untuk memaksa keluar racun yang mengeram dalam
tubuhnya darimana aku bisa tinggalkan perkampungan Jiet-
Gwat-Cung !"
Tonghong Loei tahu apa yang dikatakan ayahnya cuma
alasan belaka, tujuan paling utama dari gembong iblis itu
bukan lain adalah menyeret Si Soat Ang terjun keair keruh,
agar ia tak dapat cuci tangan lagi dari noda tersebut meski demikian, ia pun tak bisa membantah ucapan ayahnya
maka ia hanya bisa menghela napas belaka.
"Apakah kau punya persoalan lain lagi?" tanya
Tonghong Pacu. "Sudah tidak ada lagi."
"Bagus sekali, kalau begitu kita tetapkan tanggal serta hari pemberangkatan seperti rencana semula, tiga hari
kemudian kau serta Si Soat Ang bawalah jago2 lihay yang
ada dalam perkampungan menuju kekuil Suuw-lim Si,
apabila sepanjang jalan ada yang berharga untuk dihadapi,
serbu sekalian dan tundukkan mereka, menanti kuil Siauw-
lim Si berhasil diserbu, kita bakar kuil itu.
Dengan berbuat demikian, aku rasa kita tak usah banyak
bertingkah lagi dalam dunia persilatan, nama besar
perserikatan Boe Tek Beng pasti akan menggetarkan seluruh
kolong langit!"
"Ayahku! Siauw lim terdiri dari tujuh puluh dua
ruangan, tetapi di ruang belakang banyak hidup padri2
lihay, ilmu silat mereka luar biasa sekali dan entah berapa banyak jago Bu-lim yang bersembunyi dalam kuil tersebut,
usaha kita kali ini dapatkah berjalan dengan lancar ?".
"Semua tindakan biar Soat Ang seorang yang hadapi."
tukas Tonghong Pacu seraya ulapkan tangannya . "Mulai
detik ini, menjumpai persoalan apapun tak usah kau
tanyakan kepadaku, rundingkan saja dengan Si Soat Ang
aku tidak akan temui dirimu lagi, mengerti ?"
Tonghong Loei mengiakan berulang kali dan segera
mengundurkan diri.
Sepeninggalnya Tonghong Loei, Tonghong Pacu segera
masuk kedalam kamarnya, tiba didepan sebuah kursi, ia
memencet sebuah tombol dan terbukalah sebuah pintu
rahasia diatas dinding, dilain balik dinding terletak sebuah ruangan rahasia dan Tonghong Pek tertidur nyenyak dalam
ruangan tersebut.
Tonghong Pacu tak kuat menahan diri lalu terbahak2.
setelah menutup kembali pintu rahasia tersebut segera
duduk bersemedi
Sementara itu Tonghong Loei berlalu dengan hati berat
dan pikiran kalut sekali.
Setelah berselang sewaktu ia dikejar Hiat-Goan-Sin-Koen
serta Si Thay sian-seng sehingga tak ada jalan keluar, tiba2
mengetahui bahwa ayahnya adalah Tonghong Pacu, betapa
girangnya pada saat itu.
Tapi setahun kemudian rasa girang makin lama makin
luntur dan hingga saat ini boleh dikata sudah tak ada rasa
senang lagi dalam hatinya.
Sebab ia merasa orang2 yang berada sama2 Tonghong
Pacu tidak lain hanya alatnya belaka, segala persoalan yang telah ditetapkan gembong iblis itu tak mungkin bisa
dibantah orang lain.
Tonghong Pacu mengatakan ketimur tak ada yang berani
kebarat, meskipun ia adalah putranya namun sama sekali
tak ada kemesraan antara ayah dan anak. Tonghong Loei
merasa dirinya bagaikan sebuah patung kayu belaka.
Dan kini, walaupun ia tahu ayahnya kembali susun
rencana untuk menjerumuskan Si Soat Ang serta Tonghong
Pek, namun ia tak berdaya sama sekali kecuali menurut.
Demikianlah dua hari ber-turut2 seluruh orang yang ada
dalam perkampungan Jiet-Gwat-Cung sama2 perketat
latihannya, kuda2 jempolanpun mulai dikumpulkan dari
berbagai tempat hingga jumlahnya ribuan lebih.
Untuk menghindari keadaan menyolok, dua hari
sebelum pemberangkatan lebih dahulu
ber puluh2 rombongan untuk menanti mereka di sekitar kuil Siauw-
lim. Ketika hari ketiga telah tiba, fajar baru saja menyingsing
diiringi suara gemuruh pasukan induk perkampungan Jiet
Gwat Cung pun mulai bergerak meninggalkan perkampungan menuju ke kuil Siauw-lim.
Pada barisan belakang para jago itu mengikuti Tonghong
Loei serta Si Chen, disusul Si Soat Ang paling belakang
dengan menunggang kuda putih dan pelana emas.
Dibelakang Si Soat Ang mengikuti tiga orang lelaki kekar
masing2 membawa sebuah bendera yang besar yang
bertulisan Boe Tek Beng tiga patah kata dari emas.
Menyaksikan seram dan agungnya dia dalam rombongan
tersebut, Si Soat Ang merasa sangat bangga terdengar ia
berseru. "Tonghong Tongcu!"
Teguran itu segera disusul dengan berhentinya Tonghong
Loei seraya berpaling ia bertanya.
"Nona Si ada urusan apa?"
"Tonghong Tongcu, apa yang dikatakan oleh rombongan
yang berangkat lebih dahulu dalam suratnya lewat burung
merpati!" "Semuanya berjalan lancar."
"Coba kau lihat keangkeran kita, walaupun kuil Siauw-
lim Si sudah tersohor selama ribuan tahun dalam dunia
persilatan mungkin ia tidak berani bergerak melawan kita
benar tidak ?"
"Hal ini sulit diramalkan, nona Si ada satu persoalan aku hendak utarakan kepadamu!"
"Urusan apa?"
"Coba pikirlah apakah toako suka melihat kau.. kau
membawa orang menyerbu kuil Siau lim Si?"
Si Soat Ang seketika itu juga tertegun mendengar
perkataan tersebut, air mukanya berubah hebat.
Menyaksikan perubahan itu Tonghong Loei sangat
terperanjat, buru2 sambil tertawa paksa ujarnya kembali.
"Aku hanya bicara sembarangan, harap kau jangan
marah atau merasa tersinggung."
"Aku sama sekali tidak ada maksud untuk menyalahkan
dirimu." sahut Si Soat Ang seraya geleng kepala, "Aku hanya sedang berpikir bahwa ucapanmu sedikitpun tidak
salah, aku .. aku ketika ia tahu aku tetap tinggal dalam
perkampungan Jiet Gwat Cung untuk jadi wakil Bengcu
pun ia sudah tidak senang hati, apalagi kalau ia tahu bahwa aku . ."
Berbicara sampai disini Si Soat Ang tiba2 berhenti,
alisnya berkerut kencang.
Beberapa saat suasana hening, akhirnya ia menghela
napas panjang. "Aaai . . . aku sadar bahwa ia tentu tidak senang hati, tetapi . . . . tetapi seandainya Bengcu berhasil mendesak
keluar racun yang mengeram didalam tubuhnya sampai
saatnya ia pasti . . . pasti bisa berobah pendapat !"
Gadis ini sadar bahwa watak Tonghong Pek sangat
keras, tidak gampang sianak muda tersebut berubah


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pendapat, maka ucapan terakhir diutarakan dengan hati
tidak yakin. "Semoga saja demikian adanya." sambung Tonghong
Loei cepat. "la sangat baik terhadapku suka mengorbankan diri demi menolong jiwaku ini, aku pikir kaku urusan sudah selesai
sekalipun dalam hati ia tidak senang hati, iapun tak dapat
berbuat apa2 terhadap diriku !"
"Aku rasa.. dia mungkin bisa berbuat demikian."
Perjalanan dilanjutkan kembali sepanjang perjalanan
tidak dijumpai rintangan dan semua berjalan lancar, ketika
senja menjelang tiba, beristirahatlah mereka disebuah
perkampungan yang sangat besar.
Ketua perkampungan adalah seorang Bu-lim, mula2 ia
tidak sudi menggabungkan diri dalam perserikatan Boe-Tek-
Beng tersebut, tapi setelah menyaksikan besarnya kekuatan
lawan terpaksa ia buka pintu dan menyambut kedatangan
rombongan itu. Begitulah sepanjang beberapa hari mereka sudah
melanjutkan perjalanan entah berapa jauh, sepanjang jalan
tak ada yang berani merintangi mereka, mereka yang takut
segera datang menyambut dan mereka yang tak sudi
berjumpa sama2 melarikan diri tinggalkan perguruan
mereka dalam keadaan kosong.
Disamping itu banyak pula diantara jago2 Bu-lim yang
menggabungkan diri ditengah jalan, maka dari itu ketika
tiba dikaki gunung Siong-san, rombongan yang semula
berjumlah tiga ratus orang telah meningkat jadi lima ratus
orang. Suatu siang sampailah rombongan itu didepan mulut
lembah menuju ke kuil Siauw-lim, di sisi jalan tersebut
terdapat sebuah batu nisan yang amat besar.
Pada saat itulah di-sisi batu tersebut duduk bersila
seorang padri tua, ia duduk ditengah persis menghalangi
jalan pergi rombongan tersebut.
Menjumpai rintangan itu, rombongan didepan segera
berhenti dan melaporkan kejadian ini kepada Soat Ang.
Mendengar laporan itu, Si Soat Ang dengan membawa
Tonghong Loei serta Si Chen segera maju kedepan.
Setibanya disana, sambil tertawa dingin gadis itu segera
menegur: "Thaysu, kau hendak menghalangi perjalanan kami
dengan andalkan kekuatan kau seorang belaka ?"
Per-lahan2 padri tua itu buka matanya dan menatap
wajah gadis itu dengan sinar mata sayu, sama sekali tidak
mirip seorang tokoh sakti yang memiliki tenaga dalam yang
sempurna. Mula2 Si Soat Ang mengira padri tersebut tentu seorang
padri lihay dari kuil Siauw-lim tapi sekarang setelah
menyaksikan sinar matanya yang sayu, ia jadi geli
bercampur mendongkol segera bentaknya.
"Gotong padri tua ini dan singkirkan dari sana !"
Kedudukan Si Soat Ang pada saat ini sangat tinggi,
perintahnya segera dilaksanakan dengan cepat, tampak
belasan orang munculkan diri dengan gerakan amat cepat.
"Seorang saja sudah cukup !" tegur Si Soat Ang kembali dengan alis berkerut.
Bentakan ini segera menghentikan jago2 lain, hanya
seorang saja diantaranya meneruskan gerakannya menghampiri padri tua itu.
Seraya mencengkeram tubuh padri tersebut jengeknya.
"Toa suhu, anjing yang baik tidak akan menghalangi
jalanan, maaf aku bertindak lancang!"
Seraya berseru ia cengkeram baju hweesio itu dan sekuat
tenaga diangkat keatas.
Semua orang kenali jago yang sedang menghadapi padri
tersebut sebagai jago kelas wahid dari kalangan sesat siawan hitam Liuw Goan, ilmu silatnya sangat lihay dan semua
orang yakin hweesio tadi pasti akan terlempar kesisi jalan.
Siapa sangka kejadian diluar dugaan telah berlangsung
didepan mata, sewaktu orang itu menggerakkan tangannya,
tiba2 hweesio tua itu menghela napas panjang, bukan sang
padri itu yang terangkat sebaliknya lelaki itu sendiri yang menjerit aneh, sambil lepas tangan badannya mundur
kebelakang dengan sempoyongan.
Setelah itu badannya roboh terjengkang ke atas tanah,
muntah darah dan menggeletak dengan badan lemas.
Kejadian ini benar2 menggemparkan, siapa pun tidak
tahu bagaimana bisa terjadi begini, bahkan para jago kelas
satu yang banyak pengalaman dan memenuhi tempat
itupun tak tahu apa sebab jagoan she Liuw tersebut bisa
digetarkan sampai mundur ke belakang suasana jadi hening
dan sunyi tak kedengaran sedikit suarapun.
Beberapa saat kemudian muncul dua orang mendekati
orang she Liuw tadi, tapi dengan cepat mereka meloncat
bangun dengan wajah berubah.
"Hu Bengcu, ia sudah mati !" serunya hampir berbareng.
Sejak semula Si Soat Ang sudah tahu kalau Liuw Goan
telah mati jantungnya terasa berdebar sangat keras.
Haruslah diketahui meskipun ilmu silat yang ia miliki
sangat lihay namun pengetahuannya amat cetek, ia tak
dapat menebak asal usul dari padri tua itu.
Dengan cepat Si Soat Ang berpaling namun sianak muda
itupun geleng kepala tanda iapun tak dapat menebak asal
usul padri tua itu.
Dalam pada itu padri tersebut tetap duduk tak berkutik
ditempat semula sedang jenasah Liuw Goan sudah
digotong pergi.
Bagaimanapun juga Si Soat Ang adalah Wakil Bengcu
dari perserikatan Boe-Tek-Beng ia merasa kurang leluasa
untuk turun tangan sendiri sebelum mengajak kuil Sauw-lim
Si maka ia segera membentak rendah, mengikuti bentakkan
tersebut muncul tujuh orang yang segera mengurung padri
itu. Kematian rekan mereka memberi pelajaran kepada ke
tujuh orang ini untuk tidak bertindak secara gegabah,
senjata tajam segera diloloskan dari sarung sambil
menantikan perubahan dari padri tersebut.
Namun padri itu tetap duduk tak berkutik, lama
kelamaan ketujuh orang jago itu tak dapat menahan sabar
lagi, salah seorang diantaranya
membentak keras,
pergelangan bergetar senjata cakar terbang yang ada dalam
cekalannya segera menyambar ke-atas batok kepala hwesio
itu. Senjata tersebut mirip dengan tangan manusia dengan
lima jari yang runcing seperti kaitan di ujung senjata
tersebut dihubungkan dengan seutas rantai emas, ketika
menyambar ke depan cepatnya luar biasa dalam sekejap
mata senjata tadi sudah mengancam diatas batok kepala
hweesio tersebut.
Namun padri tua itu tetap tak berkutik.
Si Soat Ang serta Tonghong Loei jadi keheranan melihat
sikap tenang tersebut, mereka tak tahu dengan cara apakah
padri tua itu hendak menghadapi datangnya ancaman.
Sementara semua orang masih berpikir dengan hati
ragu2 terdengar suara nyaring bergema diangkasa, senjata
cakar terbang itu sudah bersarang diatas batok kepala padri tua itu dengan telak.
Jago yang bersenjata cakar terbang itu jadi kegirangan
buru2 tangannya digetarkan untuk tarik senjatanya
kebelakang, ia menyangka serangan ini pasti akan berhasil
menghancurkan batok kepala musuhnya.
Siapa sangka ketika senjata cakar terbangnya digetar ke
belakang, batok kepala sang padri yang gundul sama sekali
tidak terluka barang sedikitpun juga.
Kejadian ini membuat semua orang tercengang sampai
Si Soat Ang serta Tonghong Loei pun berubah wajah, ilmu
sakti apakah itu "
Orang yang bersenjata cakar terbang itu bergelar Hwie-
Jiauw-Ong, sudah lama ia menggetarkan sekitar daratan
Tionggoan terutama senjatanya yang luar biasa itu, jangan
dikata batok kepala meskipun batang pohon yang besar pun
bakal hancur apabila tersambar senjata tersebut.
Tapi saat ini senjatanya sama sekali tidak mendatangkan
hasil, kulit kepala hweesio tua itu sama sekali tidak lecet atau terluka barang sedikitpun oleh sambaran senjatanya,
hal ini menunjukkan betapa sempurnanya tenaga lweekang
yang ia miliki.
Bukan saja peristiwa itu mengejutkan Si Soat Ang
berdua, orang lainpun sama2 dibikin tercengang, kaget dan
tidak habis mengerti.
Dalam pada itu seandainya Hwie-Jiauw-Ong mengerti
gelagat dan segera mengundurkan diri mungkin tak akan
menemui kejadian apa2 justru ia terlalu bernapsu, melihat
serangannya gagal ia mengira terlalu lemah tenaga yang di
salurkan maka ia membentak, tangannya bergeletar dan
senjata cakar itupun menyambar kembali keatas batok
kepala padri tersebut diiringi desiran angin tajam.
Menanti senjata itu untuk kedua kakinya, bersarang telak
diatas batok kepala padri itu, sang hweesio tersebut baru
menghela napas panjang.
Seraya menyambar dan mencengkeram senjata cakar
terbang itu ujarnya lambat2:
"Siancay ! Siancay! serangan pertama gagal kau
lanjutkan dengan serangan berikutnya, perbuatanmu ini
menunjukkan betapa keji dan telengas hatimu, sudah tahu
salah masih belum juga menyesal... aai ! entah berapa jiwa
sudah melayang di ujung senjatamu ini, mereka yang
beriman mendapat balasan yang baik mereka yang jahat
mendapat balasan yang setimpal, ini hari ajalmu tiba !"
Suara hweesio itu amat halus dan lunak di tengah
ketulusan terselip keagungan dan kekerenan, membuat
setiap orang bergidik dan bulu roma pada bangun berdiri.
Begitu selesai bicara padri itu lambat2 mengendorkan
kelima jarinya, senjata cakar terbang itu laksana kilat segera menyambar ke arah batok kepala Hwie Jiauw-Ong,
kecepatannya luar biasa sekali.
Hwie-Jiauw-Ong berteriak keras, buru2 lengannya
digetar kedepan berusaha untuk memusnahkan datangnya
terjangan senjata tersebut ke arah muka sendiri.
Sejak kecil ia berlatih main senjata cakar terbang, boleh
dikata setiap gerakan tersebut sudah dikuasai dengan
sempurna, tapi pada saat ini dia tak sanggup menguasai
diri, ia merasakan adanya segulung tenaga yang maha
dahsyat menerjang datang dan langsung meluncur ke
tubuhnya. Hwie-Jiauw-Ong jadi sangat terperanjat, ia sadar
keadaan tidak menguntungkan, sementara siap membuang
senjata tersebut untuk menghindar keadaan
sudah terlambat. Diiringi jeritan tajam ia menjerit ngeri, suaranya tinggi,
seram dan menyayatkan hati.
Senjata cakar terbang telah balik dan dalam2 menembusi
wajah Hwie-Jiauw ong, keadaan orang itu jadi sangat
mengerikan sekali.
Hwie-Jiauw-Ong menggerakkan sepasang telapaknya
kesana kemari, akhirnya ia berhasil mencekal rantai
senjatanya dan sekuat tenaga dicabut keluar.
"Bress" senjata cakar terbang tadi segera tercabut keluar dari atas wajahnya, darah segar segera menyembur
membasahi seluruh permukaan tanah, membuat setiap
orang memandang dengan mata membelalak mulut
melongo. Setelah senjatanya tercabut keluar, Hwie-Jiauw-Ong
mundur ke belakang dengan sempoyongan dan akhirnya
roboh dan binasa seketika itu juga.
Menyaksikan peristiwa yang mengerikan ini, tiga ratus
orang jago sama2 membungkam dalam seribu bahasa.
Terdengar padri tua itu berkata kembali.
"Siancay ! Siancay ! Samudra kesengsaraan tak bertepi, berpalinglah ke tepian, janganlah berbuat menyalahi
kebajikan sehingga mencari kebinasaan buat diri sendiri.
Bertobatlah kalian semua..."
Beberapa patah kata dari padri itu mendatangkan
perasaan bergidik dari semua orang, untuk sesaat semua
orang sama2 berpaling ke arah Si Soat Ang serta Tonghong
Loei. Ketika itu Si Soat Ang sendiripun merasa serba salah, ia
sadar walaupun padri itu kelihatannya tidak menyolok,
namun dalam kenyataan ilmu silatnya benar2 lihay dan
tidak berada dibawah kepandaian Tonghong Pacu.
"Thaysu sungguh lihay ilmu silatmu" jengek Si Soat Ang sambil tertawa dingin, perlahan2 ia enjot badannya dengan
suatu gerakan yang sangat indah, badannya berjumpalitan
ditengah udara kemudian melayang keatas tanah tanpa
menimbulkan sedikit suarapun, begitu indah gerakannya
membuat para jago sama2 bersorak memuji.
Kiranya gadis itu sadar bahwa para jago sudah di bikin
keder oleh ilmu silat sang padri tua yang luar biasa itu, saat ini hanya ia sendiri yang sanggup menghadapi orang itu,
maka iapun segera turun dari kudanya.
Ditengah sorak sorai memuji yang gegap gempita, Padri
yang bergelar Boe Wuo Coen Cu tersebut tetap duduk tak
berkutik ditempat semula, sepasang matanya dipejamkan
rapat2, seakan2 ia tidak mendengar dan melihat sesuatu
apapun dihadapannya.
Si Soat Ang melayang keatas tanah kurang lebih dua
tombak dari hadapan padri tua itu, ia berdehem lalu
menegur dingin.
"Sejak dahulu perserikatan Boe Tek Beng sudah kirim
berita kepada pihak kuil Siauw-lim Si, mengapa pihak
kalian sama sekali tidak membalas surat pemberitahuan
kami?" "Isi kuil Siauw-lim Si kami adalah kaum pendeta yang
telah melepaskan diri dari urusan keduniawian, kami tidak
suka mencari nama dan kedudukan dengan orang luar, dan
tidak tahu pula apa yang dimaksudkan dengan perserikatan
Boe Tek Beng itu, apa yang li-sicu ucapkan pinceng sama
sekali tidak mengerti." kata Boe Wuo Coen Cu sambil tetap pejamkan matanya.
Diam2 Si Soat Ang salurkan hawa murni nya
mengelilingi seluruh badan, lalu maju lima langkah kedepan
ujarnya kembali.
"Sekarang, bukankah kau sudah melihat sendiri " seluruh jago Bu-lim yang berkumpul di sini sekarang adalah
anggota dari Perserikatan Boe-Tek-Beng, kedatangan kita


Jago Kelana Karya Tjan I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kali ini adalah hendak mengajak Hong-tiang partai Siauw-
lim untuk ikut serta didalam perserikatan ini !".
"Tadi pinceng kan sudah berkata, pihak Siauw-lim sama
sekali tak mau ikut campur didalam urusan keduniawian,
apa lagi mengenai kedudukan dan perebutan nama !"
"Hmm ! perkataanmu tak termasuk dalam hitungan, ayo
menyingkir, aku hendak bertemu dengan Hong tiang partai
Siauw-lim kalian." bentak Si Soat Ang.
Sembari berseru kelima jarinya dipentingkan lebar2
kemudian menyambar ke depan.
Pada saat ini Si Soat Ang masih berada tujuh delapan
depa dihadapan padri tua itu, menurut keadaan semestinya
untuk melancarkan serangan itu agar bersarang telak di
tubuh lawan, ia harus menyertakan tubrukan badannya
kedepan. Tetapi dalam melancarkan serangan itu, Si Soat
Ang sama sekali tak berkutik, bahkan maju selangkahpun
tidak. Si Soat Ang sendiripun sadar tidak mungkin ia berhasil
menangkan lawannya cuma dalam sejurus belaka, maka
dalam serangannya ini tidak lain ia hanya ingin menjajal
sampai dimanakah taraf tenaga dalam yang dimiliki lawan.
Sreet., ! Sreet., ! Sreet l diiringi desiran angin tajam
serangan tersebut menggulung ke depan memaksa sang
padri tua yang semula duduk terpaksa harus meloncat
bangun. Serangan yang semula diancam keatas batok kepala
padri itu, dengan gerakan tersebut maka arah sasaranpun
berbeda, dari kepala berubah jadi dada, lima jari gadis itu diiringi desiran angin tajam langsung menghajar jalan darah penting diatas dadanya.
Dengan sebat padri itu menyingkir ke samping, ujung
bajunya diayun kedepan melepaskan sebuah serangan
dahsyat. Namun sayang gerakan si hweesio itu terlambat
selangkah, ketika ia sedang kebaskan ujung bajunya kelima
gulung serangan jari gadis itu sudah menyerbu datang..diiringi bentrokan dahsyat muncul lima buah
lubang kecil diatas jubah lhasa padri itu.
Boe Wuo Coe Cu sama sekali tidak gentar, ia teruskan
kebasannya kedepan, pada saat itulah Si Soat Ang putar
telapak kirinya mengirim satu pukulan lagi.
Brak dua gulung hawa pukulan yang maha dahsyat
saling membentur ditengah angkasa menimbulkan ledakan
keras pasir debu sama2 be terbangan memenuhi angkasa.
Dalam bentrokan tersebut diam2 Si Soat Ang merasa
terkejut, ia sadar padri itu pasti bukan seorang hweesio
biasa, ilmu silatnya amat lihay ia sadar bila usahanya untuk menundukkan partai Siauw-lim ingin berhasil maka satu2
nya jalan adalah robohkan padri ini dahulu.
Karena punya pikiran demikian, maka badannya segera
menubruk kembali kedepan dengan hebatnya, setelah
bentrokan tersebut cahaya tajam berkilauan memenuhi
angkasa serentetan desiran angin tajam telah membabat
kepala hweesio itu.
Gerakan dari gadis itu benar2 sungguh cepat, entah sejak
kapan tahu2 ditangannya sudah bertambah dengan sebilah
pedang pendek yang aneh sekali bentuknya itu, dari desiran
tajam yang dipancarkan bisa diterka betapa tajamnya
senjata tersebut.
Boe Wuo Coen Cu dengan cepat meloncat mundur
selangkah kebelakang ujung baju di ayun kemuka, sebagian
untuk melindungi wajah sendiri dan sebagian digunakan
untuk menggulung senjata tersebut.
Sungguh dahsyat gulungan itu sebelum Si Soat Ang
sempat menarik kembali pedangnya tiba2 pergelangan
tangan terasa jadi kencang pedang pendek itu sudah
tergulung didalam baju.
Diam2 Si Soat Ang sangat terperanjat, buru2 ia meronta
pedangnya yang merupakan sebilah pedang mustika itu
segera menyambar ke bawah merobek baju hweesio itu
dibawah sentakan, lengan yang kurus bagai rantingpun ter
bentang didepan mata.
Menyaksikan serangan pedangnya berhasil rebut kedudukan diatas angin, Si Soat Ang kegirangan setengah
mati, ia bersuit nyaring tubuhnya bergerak kembali
pergelangan berputar dan secara beruntun melancarkan tiga
buah serangan. Boe Wuo Gun Gu sendiripun amat terperanjat ketika
menyaksikan ujung bajunya tersambar robek oleh pedang
pendek lawan, ia tahu senjata lawan adalah sebilah senjata
mustika yang amat tajam, kini mendapat serangan gencar
dari gadis tersebut, beruntun ia mundur tiga langkah
kebelakang. Semangat Si Soat Ang makin berkobar, walaupun tiga
serangan pertama gagal mengenai sasaran namun ia tahu
pihak lawan sudah terdesak hebat. serangan keempat
dilepaskan, kali ini serangannya jauh lebih hebat dan ganas.
Dalam pada itu tubuh Boe Wuo Cun Gu sudah terdesak
hingga berdempetan dengan batu besar, apabila serangan ini
bersarang telak niscaya perutnya bakal robek dan hancur.
Disaat yang amat kritis itulah mendadak ia enjotkan dan
meloncat keatas.
Criiing . ! disertai desiran tajam dan percikan bunga2 api, babatan pedang Si Soat Ang menyambar diatas batu besar
itu hingga muncul sebuah bekas yang sangat dalam lagi
nyata. Babatan ini mengenai sasaran kosong, posisi Si Soat Ang
semakin menguntungkan sebab ketika itu Boe Wuo Coen
Cu berada diudara, dengan bentuk gerakan lingkaran
pedangnya bergerak kedepan menyongsong datangnya
tubuh si hweesio itu, dimana ia sedang melayang turun
kebawah. Boe-Wuo-Coen-Cu pun bukan manusia sembarangan, ia
sadar apabila badannya melayang turun kebawah niscaya ia
bakal celaka. Tiba2 badannya menyusut keatas diikuti padri itu
melentik kembali ke tengah udara kemudian berkelebat dan
melayang keatas batu besar tersebut, ilmu meringankan
tubuh yang barusan digunakan padri ini disebut "Kiat-kiat-yin-Than hi, suatu ilmu ginkang tingkat paling atas.
Menjumpai ilmu meringankan tubuh sehebat itu, para
jago yang hadir disana sama2 berteriak, suasana jadi amat
gaduh. Terdengar diantara para jago ada yang berteriak lantang.
"Padri tua itu bukan manusia sembarangan mungkin dia
adalah Hong-tiang dari padri partai Siauw-lim !"
Ada pula yang berteriak.
"Hati2, padri tua ini pasti punya asal usul yang luar
biasa.". Ditengah jeritan para jago itulah, tubuh Boe Wuo-Coen-
Cu sudah melayang dan berhenti di ujung batu besar
tersebut. Si Soat Ang menjengek dingin, ujung kakinya menutul
permukaan, iapun meloncat naik keatas batu tersebut.
Siapa sangka ketika ia berada ditengah udara tiba2 Boe-
Wuo-Coen-Cu membentak keras.
"Dosa ! Dosa !"
Telapak diayun segulung
angin pukulan segera menyambar kedepan menghantam di ujung batu tersebut.
"Braak...!" batuan cadas berhamburan ke angkasa dan sama2 meluncur kearah tubuh Si Soat Ang dimana ia
sedang melayang keatas.
Menyaksikan datangnya hamburan batu cadas tersebut,
berada di tengah udara Si Soat Ang membentak keras,
sepasang lengan diayun berbareng dua gulung angin
pukulan segera menggulung keatas.
"Brak Brak.. " batuan itu saling berbentrokan ditengah udara kemudian hancur dan rontok keatas tanah, suasana
amat seram, tegang dan luar biasa.
Pada saat ini Si Soat Ang sudah menyadari betapa luar
biasanya tenaga dalam yang dimiliki padri itu, ia sadar
apabila dirinya melayang naik dari badannya niscaya ia
bakal menderita rugi, maka gadis itu segera meloncat naik
lewat bekas gempuran batu cadas itu.
Setelah tiba diatas ia maju kedepan menghampiri padri
itu, dengan pedang pendeknya sambil menuding pihak
lawan ia berseru.
"Sebagai anggota Agama Buddha kau telah menghancurkan batu peringatan kaum beragama, tahukah
kau apa dosanya ?"
"Demi melenyapkan bencana serta malapetaka, pinceng
tidak memikirkan soal dosa atau tidak."
"Hmm ! sayang sekali. meski kau robohkan batu
peringatan ini juga tidak akan berhasil menghalangi niatku"
Sambil berseru badannya meloncat kedepan kemudian
mengirim sebuah tusukan kilat kedepan.
Boe-Wuo-Coen-Cu tetap berdiri tak berkutik, menanti
hawa pedang pihak lawan sudah mengurung seluruh
tubuhnya, ia baru membentak, badannya tiba2 merendah
kebawah. Bersamaan dengan merendahnya sang badan, sepasang
tangan tiba2 menyambar sebuah batu besar yang beratnya
dua ratus kati dan diangkat ketengah udara.
oooOdwOooo BAB 24 PADA saat itulah serangan pedang dari Si Soat Ang
telah menyambar datang . sreet ! ujung pedang pendek itu
dengan cepat menembusi batu besar tadi sehingga tinggal
gagangnya belaka.
Gerakan si hweesio itu sangat cepat, perubahan yang
terjadi diluar dugaan ini sama seka li berada diluar dugaan Si Soat Ang.
Menanti gadis itu sadar keadaan tidak menguntungkan
dan siap cabut keluar pedang pendeknya, Padri tua itu
sudah mendorong batu besar tadi kearah depan disertai
gulungan tenaga yang maha dahsyat.
Si Soat Ang merasa terkejut bercampur gusar, tangan
kanannya dengan cepat bergeletar dan cabut keluar pedang
tadi dari atas batu kemudian tubuhnya meloncat keatas.
Dalam pada itu batu sudah menghantam datang dengan
hebatnya, buru2 Si Soat Ang mengeluarkan ilmu bobot
seribu untuk melayang turun diikuti badannya merendah,
hawa murni segera disalurkan keatas telapak tangannya.
Kejadian itu berlangsung hanya dalam waktu singkat.
Brak! sekali lagi telapaknya telah bersarang diatas batu
tersebut. Serangannya kali ini sangat hebat, batu tadi hancur ber-
keping2 dan berhamburan keempat penjuru membuat para
jago sama2 berseru kaget dan buru2 menghindar ke
belakang. Setelah melemparkan batu pertama, Boe-Wuo-Coen-Cu
melemparkan kembali batu kedua. Kali ini datangnya batu
cadas itu jauh lebih cepat dari batu pertama, dalam sekejap mata tahu2 sudah tiba didepan mata.
Si Soat Ang gelagapan, buru2 ia tusuk kembali
pedangnya untuk menghantam batu itu kali ini ia tak
berhasil. Ia kerahkan tenaganya lebih besar termakan oleh
dorongan tenaga murni lawan tubuhnya terdesak mundur
dua langkah kebelakang.
Disusul padri itu tiba2 menerjang kedepan sepuluh
jarinya dipentangkan lebar2 mencengkram batok kepalanya.
Si Soat Ang merasa terkejut
bercampur gusar
menyaksikan datangnya serangan, ia gunakan batu cadas
tersebut untuk menyambut datangnya serangan lawan,
diikuti badannya berputar dan menyingkir ke samping.
Ambil kesempatan itulah gadis tersebut telah menyusup
kebelakang punggung, buru2 Boe Wuo Cun Cu putar
tubuhnya. Sebenarnya gerakan sang padri itu cukup cepat dan
masih sempat untuk lolos dari ancaman, tapi dalam
keadaan yang sudah mendendam, dalam hati gadis itu ada
niat untuk membinasakan lawannya.
Maka ketika itu putar badan, dara tersebut membentak
keras, pedang pendeknya laksana kilat disambit kearah
depan. Boe-Wuo-Coen Cu terperanjat, ia tidak menyangka
pihak lawan akan menyambit pedangnya, dalam keadaan
tersebut baru saja ia putar badan ujung pedang pendek itu
sudah tiba diiganya.
Boe-Wuo Coen-Cu segera ayun tangannya dengan jari
tengah serta telunjuk ia jepit pedang pendek ini, inilah ilmu Kiem-Kong-Ci yang lihay dari partai Siauw-lim.
Seandainya pedang pendek itu adalah pedang biasa
dengan gampang senjata tersebut bakal terjepit, lain halnya dengan senjata yang di gunakan saat ini, senjata tersebut
adalah sebilah pedang mustika yang sangat luar biasa.
Baru saja ia menjepit, pedang itu dengan licin dan
dahsyatnya melanjutkan gerakannya kedepan dan tahu2
ujung pedang telah menembusi iganya setengah coen lebih.
Dendam Iblis Seribu Wajah 4 Kisah Para Pendekar Pulau Es Karya Kho Ping Hoo Lambang Naga Panji Naga Sakti 3
^