Pencarian

Alap Alap Laut Kidul 7

Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


Segera dara perkasa itu dikeroyok dua dan ia mengamuk, memutar pedangnya sehingga pedang Nogo Wilis itu berubah menjadi gulungan sinar hujau.
Sementara itu, Aji sudah dihadapi dua orang kakek sakti itu. Dia berdiri dengan sikap tenang walaupun hatinya mengkhawatirkan keselamatan Sulastri yang dikeroyok dua.
"Heh, orang muda! Dahulu andika menggagalkan kami membunuh Puteri Wandansari! Sekarang tiba saatnya kami membunuhmu atas dosamu mencampuri urusan kami dan menggagalkan usaha kami!" kata Ki harya Baka Wulung
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan suara nyaring sambil mencabut kerisnya yang besar berluk sembilan.
"Ki Harya Baka Wulung, aku telah mendengar dari sang puteri siapa sebenarnya andika. Kalau andika memusuhi Mataram sebagai seorang tokoh Madura, hal itu masih dapat kumengerti. Akan tetapi sekarang andika bergabung dengan Aki Somad ini dan Nyi Maya Dewi! Tidak tahukah andika siapa mereka" Mereka adalah telik sandi (mata-mata) Kumpeni Belanda, menjual tanah air kepada bangsa asing?"
"Orang muda sombong, tutup mulutmu! Kami semua adalah musuh-musuh Mataram. Siapa yang memusuhi Mataram adalah sekutu kami. Bersiaplah engkau untuk mampus di tanganku!" bentak Aki Somad yang menjadi marah sekali dan langsung saja dia sudah menggerakkan senjatanya tongkat ular kering, menyerang dengan tusukan ke arah tenggorokan Aji. Senjata kakek ini berbahaya sekali karena tongkat ular kering itu amat beracun. Sekali kulit tergores robek sudah cukup untuk mendatangkan kematian karena keracunan. Maklum akan ketangguhan lawan ini, apa lagi di situ masih ada Ki Harya Baka Wulung, Aji cepat mencabut keris pusaka Kyai Nogowelang pemberian Sultan Agung dan diapun bergerak dengan ilmu silat Alap-alap sakti yang dirangkainya sendiri. Ilmu silat ini berdasarkan gerakan burung alap-alap ketika berkelahi melawan ular, mengandalkan kegesitan dan loncatan-loncatan seperti terbang. Karena tubuh Aji sudah terlatih baik dalam kelincahan ilmu silat Wanara Sakti yang dipelajarinya dari Resi Tejo Budi, maka dia dapat mainkan ilmu silat Alap-alap Sakti dengan baik sekali. Dengan gerakan yang amat gesit, mudah saja dia menghindarkan tiga kali serangan berturut-turut yang dilakukan Aki Somad dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
elakan, bahkan segera membalasnya dengan tendangan kakinya yang mencuat dari samping dan hampir saja mengenai lambung Aki somad yang menjadi terkejut sekali. Kalau dia tidak cepat membuang dirinya ke samping, tentu lambungnya terkena sambaran kaki pemuda itu.
Melihat Aki Somad sudah mulai bertanding melawan pemuda yang dia tahu amat digdaya itu, Ki Harya Baka Wulung cepat menggerakkan kerisnya mengeroyok Aji.
-o0-dwkz~budi-0o-
JILID XII eperti kita ketahui, Ki Harya Baka Wulung adalah seorang tokoh Madura yang mendendam terhadap S Mataram. Bukan itu saja karena Mataram telah menundukkan seluruh Madura, akan tetapi terutama sekali karena putera tunggalnya yang amat disayangnya, yang bernama Dibyasakti, telah tewas dalam pertempuran melawan pasukan Mataram. Dia bersumpah untuk membalas dendam dengan memusuhi Mataram. Berbagai upaya dilakukan.
Setelah Madura jatuh dan kalah melawan Mataram, Ki Harya Baka Wulung mati-matian membantu Surabaya dan Giri melawan Mataram, bersama dua rekannya, yaitu Wiku Menak Koncar datuk dari Blambangan dan Kyai Sidhi Kawasa, datuk dari Banten. Usahanya ini gagal pula karena Surabaya dan Giri juga jatuh dan menakluk kepada Mataram. Semua kegagalan ini bahkan membuat kebencian dan dendam dalam hatinya terhadap Mataram semakin menjadi-jadi. Dia tidak pernah putus asa dalam usahanya membalas dendam, kepada Sultan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Agung pada khususnya. Dia sudah berusaha untuk membujuk Adipati Cakraningrat, yang dahulu bernama Prasena putera Adipati Tengah Arisbaya dan telah diangkat oleh Sultan Agung menjadi adipati seluruh Madura, untuk memberontak. Akan tetapi muridnya ini menolak dan tetap setia kepada Mataram.
Akhirnya Ki Harya Baka Wulung mengajak Wiku Menak Koncar dari Blambangan untuk membunuh Puteri Wandansari, puteri Sultan Agung yang menikah dengan Pangeran Pekik Adipati Surabaya, selain untuk membuat Sultan Agung berduka juga untuk membuat hubungan antara Mataram dan Surabaya menjadi renggang. Akan tetapi usaha ini bukan hanya gagal karena Puteri Wandansari dibantu Aji, bahkan Wiku Menak Koncar tewas di tangan Puteri Wandansari! Semua kegagalan ini tidak membuat Ki Harya Baka Wulung mundur.
Ketika dia bertemu dengan Aki Somad dan dibujuk untuk membantu Kumpeni Belanda, dia segera menerimanya dengan senang. Sama sekali bukan karena dia suka menjadi antek Belanda. Tidak, dia sendiri juga membenci bangsa Belanda.
Akan tetapi karena dia melihat betapa Mataram bermusuhan dengan Kumpeni Belanda, maka dengan membantu Belanda dia mendapatkan kesempatan untuk membalas dendamnya kepada Mataram! Dendam kebencian selalu merupakan racun yang merusak pertimbangan akal budi dan menghilangkan kebijaksanaan. demi pelampiasan dendam kebencian, orang tidak segan-segan melakukan segala cara!
Kini, menghadapi Aji yang dia tahu sebagai seorang yang setia kepada Mataram dan pernah membela Puteri Wandansari, Ki Harya Baka Wulung menjadi marah sekali.
Tanpa memperdulikan lagi kehormatan diri seorang datuk besar yang biasanya merasa malu dan pantang melakukan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pengeroyokan, apa lagi terhadap seorang pemuda, Ki harya Baka Wulung mengerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan semua kepandaiannya untuk merobohkan Aji.
Akan tetapi ternyata pemuda itu tidak mudah dikalahkan begitu saja. Gerakannya tangkas, ringan dan juga tenaga saktinya kuat sekali. Dengan Aji Bayu Sakti, gerakan Aji seperti angin saja, tubuhnya berubah menjadi bayangan yang berkelebatan di antara dua orang pengeroyoknya yang sudah tua. Juga keris di tangannya adalah sebuah pusaka ampuh, ditambah lagi Aji Surya Candra yang terkandung dalam tenaganya membuat kedua orang kakek itu terkadang sampai terhuyung apabila terpaksa mengadu tenaga. Dua orang kakek itu maklum bahwa percuma saja menggunakan kekuatan sihir mereka karena semua sihir itu tidak mempan terhadap pemuda luar biasa ini. Mereka mengandalkan pengeroyokan untuk mendesak Aji. Berulang-ulang tongkat ular kering di tangan Aki Somad dan keris besar di tangan Ki Harya Baka Wulung bertemu dengan keris pusaka Nagawelang di tangan Aji. Setiap kali beradu senjata, bunga api berpijar dan setelah beberapa kali bertemu keris, ujung tongkat ular kering di tangan Aki Somad patah! Hal ini membuat pertapa dari Nusakambangan itu terkejut dan marah sekali. Akan tetapi dia tetap tidak mampu mendesak Aji yang memiliki pertahanan amat kuatnya. Pertandingan antara Aji dan dua orang kakek itu berlangsung seru dan mati-matian.
Yang gawat keadaannya adalah Sulastri. Sesungguhnya bahwa dara yang berusia delapan belas tahun ini telah mendapatkan gemblengan hebat dari Ki Ageng Pasisiran selama delapan tahun dan telah menguasai aji kanuragan yang amat hebat. Akan tetapi, dalam usianya yang masih muda itu ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belum memiliki banyak pengalaman dan sekali ini ia berhadapan dengan dua orang lawan yang amat tangguh. Kalau saja ia harus bertanding satu lawan satu dengan kedua orang pengeroyoknya itu, agaknya ia masih akan mampu menandingi mereka. Akan tetapi menghadapi pengeroyokan itu, setelah mengadakan perlawanan mati-matian, akhirnya ia mulai terdesak juga.
Tingkat kepandaian Sulastri tak banyak selisihnya dengan tingkat kepandaian Nyi Maya Dewi sehingga melawan wanita itu saja keadaannya berimbang. Kini dikeroyok oleh seorang lawan yang juga amat tangguh, yang tingkat kepandaiannya hanya sedikit di bawah mereka, tentu saja Sulastri menjadi kewalahan. Laki-laki tinggi kurus, tampan gagah berusia empat puluh tahun itu adalah seorang tokoh yang kini menjadi ketua Perguruan Dadali Sakti menggantikan guru atau ketua perguruan itu yang meninggal dunia karena usia tua.
Dia bernama Raden Banuseta yang tinggal di Galuh.
Kita masih ingat bahwa Raden Banuseta ini bukan lain adalah orang yang dulu membunuh Harun Hambali dan Ujang Karim di dusun Gampingan dekat pantai Laut Kidul. Raden Banuseta adalah putera mendiang Aom Bahrudin, seorang menak (priyayi) di Galuh yang terbunuh oleh Harun Hambali karena dia merampas dan memperkosa isteri Harun sehingga wanita itu membunuh diri. Harun membalas kematian isterinya itu dengan membunuh Aom Bahrudin sehingga dia terpaksa melarikan diri meninggalkan Galuh karena dikejar-kejar.
Ketika hal itu terjadi, Raden Banuseta berusia kurang lebih dua puluh tahun. Raden Banuseta tentu saja mendendam kepada Harun Hambali. Dia memperdalam ilmu silatnya di Perguruan Dadali Sakti. Setelah menjadi seorang yang digdaya, mulailah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia pergi mencari pembunuh ayahnya. Akhirnya, setelah belasan tahun ayahnya terbunuh, dia dapat menemukan Harun Hambali di dusun Gampingan dan membunuhnya, bersama teman Harun yang bernama Ujang Karim. Sudah lama Raden Banuseta berkenalan, bahkan berhubungan sebagai kekasih gelap dengan Nyi Maya Dewi. Karena itu, ketika wanita itu membujuknya untuk membantu Kumpeni Belanda, dia setuju dan diam-diam Raden Banuseta juga menjadi komplotan yang mendukung Kumpeni Belanda memusuhi Mataram. Ketika dia berkunjung ke Nusakambangan untuk bertemu dengan Nyi Maya Dewi dan Aki Somad, kebetulan Ki Harya Baka Wulung juga datang berkunjung. Mendengar akan kekalahan Aki Somad dan Nyi Maya Dewi yang membantu Gerombolan Gagak Rodra melawan Ki Sumali yang dibantu Aji dan Sulastri, maka mereka berempat lalu bersepakat untuk menuntut balas dan kebetulan sekali di tengah perjalanan mereka melihat Aji dan Sulastri yang sedang menuju ke barat.
Di dalam hutan di lembah Sungai Serayu ini mereka lalu menghadang sehingga terjadilah pertempuran itu.
"Heeiiiitttt ........ !" Sulastri berseru dengan suara melengking nyaring. Pedangnya menjadi sinar hijau yang menyambar ke arah Raden Banuseta, meluncur ke arah leher pria itu. Raden Banuseta terkejut, maklum akan hebatnya serangan ini karena tadi beberapa kali dia sudah merasakan betapa kuatnya tenaga gadis itu ketika senjatanya bertemu pedang. Serangan itu demikian cepat sehingga tidak mungkin menghindarkan diri dengan elakan. maka terpaksa dia menyambut lagi dengan goloknya sambil mengerahkan seluruh tenaganya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tranggggg ........ !! Maya, cepat ........ !" Raden Banuseta yang menangkis pedang itu terpental dan terhuyung, akan tetapi selagi Sulastri mengejarnya dengan tusukan pedangnya, Nyi Maya Dewi dari belakang sudah menggerakkan sabuk cinde kencana. Sulastri dapat merasakan sambaran angin dari belakang itu. Ia membalikkan pedangnya, tidak jadi menusuk pria yang sudah terdesak itu, melainkan menggerakkan ke belakang untuk menangkis sabuk cinde kencana.
"Plakkk!" Ujung sabuk cinde yang lemas itu membelit pedang. sulastri mengerahkan tenaga dan hendak menarik pedangnya untuk membikin putus sabuk itu, akan tetapi pada saat itu Raden Banuseta sudah mengeluarkan sehelai kain berwarna merah dan sekali dia mengebutkan kain merah itu ke arah muka Sulastri, ada debu berwarna merah mengepul dan mengenai muka gadis itu. Sulastri yang tidak mengenal serangan ini, terkejut dan tanpa dapat dicegah lagi, ia telah menyedot debu merah ini ketika bernapas. tiba-tiba pandang matanya menjadi gelap dan iapun terkulai roboh. Raden Banuseta
Melihat gadis itu sudah dapat ditawan, Nyi Maya Dewi membentak ke arah Aji yang masih bertanding melawan pengeroyokannya dua orang kakek sakti.
"Lindu aji menyerahlah kalau tidak ingin melihat gadis ini kami bunuh di depan matamu!"
Aji melirik dan terkejut bukan main melihat Sulastri terkulai lemas dalam rangkulan laki-laki berpakaian mewah itu.
Dia menjadi serba salah. Dia tahu bahwa wanita itu seorang yang amat kejam, seorang yang melatih diri dengan ilmu keji sehingga tega untuk membunuhi anak-anak dengan menyedot
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
habis darah mereka. Tentu ancaman wanita itu bukan kosong belaka. Dia akan menyesal selama hidupnya kalau dia tidak menyerah kemudian mereka benar-benar membunuh Sulastri di depan matanya. Sedangkan kalau dia menyerah, walaupun dia belum tahu bagaimana nanti jadinya dengan dirinya dan Sulastri, setidaknya dia masih mempunyai harapan untuk kemudian berusaha membebaskan dan menyelamatkan Sulastri. Maka, diapun cepat melompat ke belakang dan berkata, "Aku menyerah. Jangan bunuh gadis itu!"
Aki Somad dan Ki Harya Baka Wulung menghentikan serangan mereka. Mereka lebih suka melihat pemuda itu menyerah karena mereka tadi merasa betapa sukarnya mengalahkan pemuda yang memiliki kepandaian hebat itu.
"Aji, kalau engkau benar-benar menyerah, lemparkan kerismu ke sini!" perintah
Nyi Maya Dewi. Wanita ini bersikap sebagai pimpinan dan memang sesungguhnyal ah, dalam hal bekerja untuk Kumpeni Belanda, wanita ini merupakan orang penting. Ia yang berhubungan langsung dengan para pembesar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kumpeni Belanda di Batavia, dan ia pula yang melaksanakan perintah Kumpeni dan menyampaikannya kepada para tokoh lain. Biarpun Aki Somad dan Ki Harya Baka Wulung memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari Nyi Maya Dewi, akan tetapi dalam hal bekerja membantu Kumpeni, wanita itu menjadi atasan mereka!
Melihat keadaan Sulastri yang agaknya pingsan, terkulai dalam rangkulan laki-laki yang tidak dikenalnya itu, Aji terpaksa lalu berkata, "Nyi Maya Dewi, aku mau menyerah, akan tetapi janjilah dulu bahwa gadis itu tidak akan diganggu!" Biarpun janji orang-orang yang telah menjadi antek Kumpeni Belanda ini sama sekali tidak boleh dipercaya, akan tetapi dalam keadaan tidak berdaya seperti itu, demi menyelamatkan Sulastri, Aji minta wanita itu berjanji.
Aji lalu melemparkan kerisnya sambil mengerahkan tenaga dan keris itu meluncur cepat sekali menjadi sinar berkeredep menuju ke arah kaki wanita itu. Nyi Maya Dewi terkejut bukan main, tidak sempat mengelak. Keris meluncur terlalu cepat, bagaikan kilat menyambar.
"Celak ........ !" Ia menjerit dan matanya terbelalak, mukanya pucat.
"Sing ........ cappp ........ !!" Keris Kyai Nogowelang itu menancap di atas tanah sampai ke gagangnya, hanya beberapa senti di depan kaki Nyi Maya Dewi. Lontaran ini saja membuktikan bahwa kalau Aji menghendaki, keris itu tidak menancap di tanah, melainkan dapat menancap di tubuh wanita itu! Diam-diam perbuatan Aji ini mengandung peringatan kepada para antek Kumpeni Belanda itu agar mereka tidak main-main dengannya dan agar memegang janji tidak akan membunuh Sulastri!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah Nyi Maya Dewi dapat menenangkan lagi hatinya yang tadi terguncang, ia membungkuk dan mencabut keris yang menancap di tanah itu. Ia mengamati keris itu lalu mendekati Ki Harya Baka Wulung.
"Paman Harya, apakah andika mengenal pusaka ini?"
Ki Harya Baka Wulung menerima keris itu dari tangan Nyi Maya Dewi, mengamatinya lalu dia berseru sambil memandang kepada Aji. "Keris seperti ini merupakan pusaka Mataram, pasti milik Sultan Agung dan hanya diberikan kepada para senopatinya!."
"Kalau begitu dia seorang senopati Mataram! Tunggu apa lagi?" Aki Somad berseru dan dia sudah mengangkat tongkat ularnya. Juga Ki Harya Baka Wulung sudah mencabut lagi kerisnya. Agaknya dua orang kakek ini hendak menyerang Aji yang kini sudah tidak memegang senjata itu.
"Hemm. aku tahu bahwa kalian hanyalah pengecut-pengecut curang!" bentak Aji dan diapun sudah siap menghadapi dua orang lawan itu, walaupun dia tidak memegang senjata.
Akan tetapi pada saat itu Nyi Maya Dewi sudah melompat ke depan dua orang kakek itu. "Tahan! Paman berdua andika tidak boleh membunuh dia! Dia adalah senopati Mataram dan merupakan seorang tawanan yang teramat penting. Tuan Besar Jenderal tentu akan senang sekali mendapatkan tawanan ini dan merupakan jasa besar sekali kalau kita dapat menyerahkan dia hidup-hidup kepada Kumpeni."
Mendengar ucapan Nyi Maya Dewi itu, Aki Somad dan Ki Harya Baka Wulung menyimpan kembali senjata mereka.
Mereka maklum bahwa dalam hal ini mereka harus menaati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua perintah Nyi Maya Dewi yang merupakan pemimpin mereka. Nyi Maya Dewi menjadi pemegang dinar emas yang ada gambarnya dua ekor singa sebagai tanda bahwa ia telah mendapatkan kepercayaan besar dari para pimpinan Kumpeni Belanda di Batavia.
"Nyi Maya Dewi, aku menyerah. karena itu kuharap engkau suka menyerahkan Sulastri kepadaku. Ia kelihatan pingsan, biarkan aku merawat dan menyadarkannya." kata Aji ketika melihat Sulastri masih terkulai dalam rangkulan laki-laki itu.
"Maya, jangan serahkan gadis ini kepadanya! Ia milikku, aku akan membawanya pergi dulu!" kata Banuseta sambil mengangkat tubuh Sulastri yang masih pingsan dan memondongnya.
Mendengar dan melihat ini, Aji terkejut bukan main.
Dia merasa tertipu. Tadi Nyi Maya Dewi berjanji tidak akan membunuh Sulastri, akan tetapi orang laki-laki itu dapat melakukan bencana yang lebih hebat dari pada kematian bagi gadis itu! Dia lalu membentak dengan suaranya yang mengandung penuh getaran dan penuh wibawa karena dia mengerahkan tenaga saktinya. "Kalau Sulastri diganggu, aku bersumpah utnuk melawan samapi mati dan akan membunuh kalian semua!" Aji bersiap melompat dan menerjang Banuseta.
Melihat ini, Nyi Maya Dewi lalu cepat berkata kepada kekasihnya itu.
"Raden, lepaskan dulu gadis itu!"
"Tapi, Maya ........ " Banuseta terkejut dan hendak membantah.
"Lepaskan kataku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Banuseta tidak berani membantah lagi dan dia melepaskan tubuh Sulastri sehingga tubuh yang masih lemas itu terkulai dan rebah miring di atas tanah.
Aji tidak memperdulikan lagi kepada mereka. Dia cepat menghampiri Sulastri yang menggeletak miring dan memeriksa keadaannya. Gadis itu masih pingsan dan biarpun dia sudah memijit dan mengurut jalan darah di tengkuk dan kedua pundaknya, tetap saja gadis itu masih terus pungsan.
"Aji, ia pingsan oleh debu racun pembius. Tanpa obat penawar, ia tidak akan dapat siuman." kata Nyi Maya Dewi Aji mengerutkan alisnya. "nyi Maya Dewi, sadarkan Sulastri!"
"Hemm, nanti dulu, orang muda. Engkau tidak berada dalam keadaan menuntut dan memerintah, melainkan harus menaati kami. Kalian berdua menjadi tawanan kami, ingat?"
Aji menahan kemarahannya. Memang wanita itu benar.
Dalam keadaan seperti ini, dia terpaksa mengalah dan tuntuk.
andaikata tidak ada Sulastri di situ, yang tidak berdaya dan terancam, pasti dia tidak akan mau tunduk begitu saja. Dia akan mengamuk dan mencari jalan untuk meloloskan diri.
Akan tetapi demi keselamatan Sulastri, dia harus mengalah dan menahan kemarahannya.
"Nyi Maya Dewi, sebetulnya apa yang kalian kehendaki dari kami?"
"Tidak banyak. pertama-tama, kalau engkau
menghendaki kami menyadarkan gadis ini, engkau harus menceritakan kepada kami segala hal tentang keadaan Mataram, kekuatan pasukan, dan rencana Sultan Agung untuk menyerang Batavia."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pikiran Aji bekerja dengan cepat. Dia sesungguhnya sama sekali tidak tahu bagaimana dan berapa kekuatan pasukan Mataram, juga dia sama sekali tidak tahu rencana penyerangan Mataram yang kedua kalinya ke Batavia. Tugasnya hanyalah membantu Mataram dalam perjalanannya ke Galuh dan Banten, membantu pihak-pihak yang mendukung Mataram dan menentang pihak-pihak yang membantu Kumpeni. Akan tetapi pikirannya bekerja dengan cepat dan dia segera berkata.
"Nyi Maya Dewi, aku tidak begitu bodoh untuk dapat kalian tipu begitu saja. Memang aku sebagai pembantu Sultan Agung mengetahui benar akan keadaan kekuatan pasukan Mataram. Adapun tentang rencana penyerangan Mataram ke Jayakarta, Sulastri lebih mengetahuinya karena ia bertugas sebagai penghubung para kadipaten di sepanjang pantai utara dengan pasukan Mataram. Akan tetapi kami berdua tentu saja tidak akan mau menceritakan kepada kalian sebelum kami yakin bahwa kalian tidak akan membunuh kami dan akan membebaskan kami setelah kami bercerita." Aji memandang wajah Nyi Maya Dewi dengan penuh perhatian dan diapun melihat betapa wanita itu tampak tertarik sekali dan mencoba untuk menyembunyikan kegembiraan hatinya mendengar pengakuan Aji bahwa Aji dan Sulastri ternyata akan dapat menceritakan rahasia kekuatan dan rencana penyerbuan Mataram. Sungguh merupakan penemuan yang penting sekali!
Kini yakinlah hati Aji bahwa untuk sementara keselamatan Sulastri pasti terjamin. Nyi Maya Dewi pasti tidak akan membiarkan gadis itu terganggu atau terbunuh karena gadis itu dapat menceritakan tentang rencana penyerbuan Mataram ke Batavia. Para pimpinan Kumpeni Belanda tentu akan senang sekali mendengar ini!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lindu Aji, akupun tidak begitu bodoh untuk membebaskan kalian begitu saja sebelum engkau dan gadis ini menceritakan segalanya di depan Kapten De Vos."
"Kapten De Vos?" Aji mengulang nama asing itu.
"Dia atasanku. Baiklah, aku akan menyadarkan Sulastri ini. Akan tetapi ia akan tetap kami sandera dan kami jaga.
Kalau engkau membuat ulah mencurigakan, kami tidak segan-segan membunuhnya. Mundurlah Paman Somad dan Paman Harya, harap andika berdua menjaga pemuda itu, jangan memberikan kesempatan kepadanya untuk melawan!"
"Nyi Maya Dewi, aku sudah berjanji untuk menyerah.
Pula, aku tidak membawa senjata lagi, sedangkan Sulastri berada dalam keadaan tak berdaya. Kenapa engkau masih tahut?" kata Aji, setengah mengejek.
"Mundur kau, orang muda!" Ki Harya Baka Wulung dan Aki Somad menodongkan senjata mereka menyuruh Aji menjauhi Sulastri. Aji mundur sampai agak jauh.
Nyi Maya Dewi mengambil pedang Naga Wilis milik Sulastri dan mengambil pula sarungnya dari punggung gadis itu, lalu memakai pedang dan sarungnya di punggungnya sendiri. Sedangkan keris Nogowelang ia selipkan di ikat pinggang. Kemudian ia mengeluarkan sebatang jarum yang dibungkus kain kuning, lalu menusukkan jarum itu di kedua pundak Sulastri yang masih pingsan. Aji mengira bahwa tusukan jarum pembius yang membuat Sulastri pingsan. Akan tetapi, dia melihat Nyi Maya Dewi berpaling kepadanya dan tersenyum. senyum yang amat manis penuh ejekan.
"Nah, Lindu Aji, kalau engkau membuat banyak ulah, nyawa Sulastri tidak akan tertolong lagi."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nyi Maya dewi! Apa yang kaulakukan kepadanya?"
aji membentak dan dia sudah mengepal kedua tangannya, siap menrejang.
"Eit- eit ........ tenang, Aji. Aku sudah memasukkan racun penghancur jantung dalam tubuh Sulastri.
Racun itu akan menjalar perlahan-lahan dan ia tidak merasakan apa-apa. Akan tetapi, kalau lewat tiga bulan ia tidak mendapatkan obat penawarku, ia akan mati dan tidak ada seorangpun di dunia dapat menyelamatkan nyawanya. Karena itu, selama tiga bulan ini, engkau jangan membuat ulah atau gadis ini akan tewas dalam keadaan yang amat menderita dan mengerikan!"
"Kau ........ manusia kejam bergati iblis!" Aji memaki marah.
"Aku belum habis bicara. dengarkan baik-baik, Aji.
Aku akan membuat Sulastri sadar, akan tetapi beritahu kepadanya bahwa racun penghancur jantung itu bukan saja akan membunuhnya dalam waktu tiga bulan, akan tetapi kalau ia berani mengerahkan tenaga saktinya, tenaganya itu akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempercepat jalannya racun dan ia akan mati seketika! Karena itu, jangan kalian berdua coba-coba untuk memberontak."
Aji merasa tak berdaya sama sekali. Dia dan Sulastri sudah benar-benar terjatuh ke dalam tangan orang-orang yang amat jahat dan kejam. Dia harus bersikap cerdik. Dia menekan perasaan marahnya dan berkata. "Baik, sadarkanlah ia dan kami tidak akan melakukan perlawanan."
"Nah, begitu baru namanya ujang kasep (anak tampan)!" Nyi Maya Dewi tersenyum memuji. Kemudian ia menoleh kepada Banuseta dan berkata. "Raden, keluarkan obat penawarnya."
"Akan tetapi, ia akan kauberikan kepadaku, bukan?"
Tanya pemuda jangkung itu. rupanya dia sudah tergila-gila benar Silastri.
"Hushh, Raden! Lupakah engkau akan tugas kita" Kita harus dapat menahan keinginan nafsu sendiri dan mementingkan tugas. Gadis ini mempunyai rahasia yang teramat penting. Ia sama sekali tidak boleh diganggu, sebelum dihadapkan Kapten De Vos, sebelum menceritakan rahasia itu, mengerti?"
Raden Banutirta menghela napas panjang. Dia merasa menyesal sekali telah terlibat dengan urusan menjadi telik sandi membantu Kumpeni Belanda karena merasa tidak bebas dan harus menurut perintah. Akan tetapi diapun maklum bahwa berkhianat merupakan bahaya maut. Pihak Kumpeni Belanda memiliki banyak antek yang berbahaya. baru Nyi Maya Dewi ini saja sudah amat berbahaya. Dia lalu mengeluarkan sebuah botol kecil berwarna hijau. Dibukanya tutup botol itu dan botol itu dia dekatkan lubang hidung Sulastri sehingga dengan sendirinya isi botol tersedot ketika gadis itu bernapas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aji memandang penuh perhatian, bersiap siaga. Kalau sampai Sulastri tewas atau terancam kehormatannya, dia pasti akan mengamuk dan mengadu nyawa! Dia melihat Sulastri menggerakkan kedua tangannya, kemudian berbangkis tiga kali, membuka matanya. Agaknya begitu membuka mata, gadis itu menyadari keadaannya dan ia sudah melompat dengan cepat sekali, siap untuk berkelahi! Melihat ini, Nyi Maya Dewi dan Raden Banuseta cepat melangkah mundur, menjauhinya.
Melihat Sulastri bersiap hendak menyerang, Aji cepat melompat mendekati. "Lastri, jangan ........!" Dia memegang lengan gadis itu.
Sulastri memandang Aji dengan alis berkerut, matanya mencorong memandang ke arah empat orang lawan yang kini sudah berdiri berjajar itu. Hatinya lega melihat Aji dalam keadaan selamat. Ia tidak ingat lagi apa yang telah terjadi dengan dirinya. Yang diingat hanyalah bahwa ia dan Aji menghadapi empat orang lawan yang tangguh.
"Mas Aji, apa maksudmu mencegah aku" Mari kita hajar mereka. Eh, mana pedangku?"
"Hi-hi-hik! Pedangmu dan keris Aji sudah berada di tanganku, Sulastri!" kata Maya Dewi mengejek.
"Mas Aji, mari kita gempur mereka. Dengan tangan kosong aku masih sanggup untuk menjebol dada nenek genit itu!" Sulastri berseru marah.
Terdengar Nyi Mya Dewi tertawa terkekeh-kekeh dan Aji teringat ancaman wanita itu tadi. Maka dia cepat berkata,
"Jangan Lastri, jangan melawan dan jangan mencoba untuk mengerahkan tenaga saktimu."
"Kenapa?" Sulastri bertanya penasaran dan ia mencoba untuk mengerahkan tenaga saktinya. Akan tetapi segera ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengeluh kesakitan dan mukanya berubah pucat, bibirnya sitarik menahan rasa nyeri yang menusuk jantungnya sehingga tangan kirinya bergerak menekan dada kirinya.
Kembali terdengar suara Nyi Maya Dewi tertawa terkekeh.
Aji memegang lengan Sulastri dan menekannya agak kuat. "Lastri, dengar baik-baik! Kita sudah tertawan, tidak berdaya. mereka telah memberimu racun penghancur jantung.
Kalau kaukerahkan tenaga saktimu, engkau akan tewas.
Engkau akan bertahan selama tiga bulan maka jangan melawan.
Sulastri memandang kepada empat orang itu dengan mata mencorong penuh kemarahan. "Akan tetapi apa yang mereka kehendaki dari kita?"
"Rahasia kita, Lastri. Engkau tahu akan rencana penyerangan Mataram kepada Kumpeni belanda dan aku tahu akan keadaan kekuatan pasukan Mataram." Diam-diam Aji memberi isarat dengan tekanan-tekanan pada lengan gadis itu yang masih dipegangnya. Tentu saja Sulastri merasa heran mendengar ucapan itu karena sesungguhnya ia sama sekali tidak tahu menahu tentang rencana penyerangan Mataram.
akan tetapi ia adalah seorang gadis yang cerdik. Tekanan-tekanan pada lengannya itu membuat ia mengerti bahwa itu merupakan isarat.
"Hemm, kalau begitu mengapa?" bersikap pura-pura memang menyimpan rahasia itu!
"Mereka ingin agar kita mengaku tentang rahasia itu.
Akan tetapi kita tidak boleh bodoh. Kita tidak akan mengaku sebelum mereka memberimu obat penawar racun, dan sebelum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka membebaskan kita. Rahasia itu harus ditukar dengan pembebasan kita."
"Begitukah?" Sulastri memandang kepada Nyi Maya Dewi dengan mulut tersenyum mengejek dan mata menantang.
"Hei, nenek genit1 Aku Sulastri bukan orang yang takut mati!
Kalau engkau tidak memberi obat penawar dan membebaskan kami, aku tidak sudi membuka rahasia itu. Biar aku mati, akan tetapi Batavia pasti akan hancur diserang mataram dan engkau, nenek genit pengkhianat bangsa ini, akan ditangkap dan dihukum gantung kaki di atas kepala di bawah, dihukum picis, setiap orang lewat akan diharuskan mengerat kulit daging lalu mengoleskan asam dan garam pada lukanya!" Ancaman Sulastri itu mengerikan sekali. Hukum picis yang dimaksudkan merupakan hukuman yang paling sadis dan mengerikan.
Terhukum akan diikat di tepi jalan perempatan dan di situ disediakan pisau, garam dan asam. setiap orang lewat diharuskan menggunakan pisau untuk menoreh tubuh si terhukum sampai terluka berdarah, kemudian mengoleskan asam dan garam pada luka itu. Dapat dibayangkan betapa tersiksanya si terhukum dan dia akan menderita hebat dan mati sedikit demi sedikit!
Bergidik juga Maya Dewi membayangkan hukuman seperti itu. Akan tetapi ia menutupi kengeriannya dengan senyum mengejek. "Jangan khawatir, neng geulis (nona cantik), asal engkau dan Aji tidak banyak tingkah dan di depan Kumpeni mau membuka semua rahasia itu, kalian berdua pasti akan dibebaskan dan aku akan memberi obat penawar untukmu."
Rombongan itu lalu membawa kereta yang tadinya mereka sembunyikan dalam hutan itu. mereka memang sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempersiapkan segalanya. Kuda milik Aji lalu dipasang di depan kereta, menambah dua ekor kuda yang sudah ada. Kereta itu cukup besar. Raden Banuseta menjadi kusirnya. Aji dan Sulastri duduk di dalam dijaga oleh Ki Harya Baka Wulung , Aki Somad dan Nyi Maya Dewi sendiri. Nyi Maya Dewi sudah merasa yakin bahwa dua orang tawanan itu tidak akan membuat ulah karena keadaan Sulastri membuat mereka sama sekali tidak berdaya dan tidak berani memberontak. Sementara itu, diam-diam Aji dan Sulastri juga memutar otak untuk mencari jalan keluar agar dapat membebaskan diri. Untuk sementara mereka merasa aman. Dengan adanya "rahasia"
tentang Mataram yang mereka miliki seperti disangka oleh para antek Kumpeni Belanda itu, mereka tidak akan diganggu.
Bahaya maut yang mengancam nyawa Sulastri juga baru akan tiba tiga bulan kemudian dan sementara itu mereka akan mencari jalan dan melihat perkembangannya nanti.
Di sepanjang perjalanan itu, Aji dan Sulastri memperhatikan keadaan para penawan mereka. Dari sikap mereka, tahulah Aji bahwa yang menjadi pemimpin adalah Nyi Maya Dewi walaupun bukan wanita itu yang paling sakti di antara mereka. Juga dia dapat mengerti bahwa Ki Harya Baka Wulung mau menjadi antek Kumpeni karena rasa bencinya terhadap Mataram. Tentang Aki Somad, dari sikap dan pembicaraan mereka, dia tahu bahwa kakek ini adalah seorang yang mudah terpikat oleh rajabrana (kekayaan) dan kedudukan dan dia mau menghambakan diri kepada Kumpeni Belanda tentu karena ingin memperoleh harta benda dan kedudukan.
Yang masih menjadi teka-teki baginya adalah pria berusia empat puluh bertubuh jangkung itu. Dia tidak pernah mendengar namanya disebut, Nyi Maya Dewi hanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memanggilnya dengan sebuta Raden saja yang menyatakan bahwa orang itu tentu masih keturunan bangsawan. Karena orang itu duduk sebagai kusir di depan kereta, maka Aji tidak dapat menilai lebih lanjut. Akan tetapi dia mencatat bahwa pria itu mempunyai niat kotor terhadap diri Sulastri. Pria itu agaknya tergila-gila kepada Sulastri dan kalau diberi kesempatan, tentu Sulastri berada dalam bahaya, Untunglah bahwa Nyi Maya Dewi menganggap Sulastri menyimpan rahasia yang amat penting sehingga untuk sementara Sulastri aman dari gangguan pria berpakaian mewah itu.
-o0-dwkz~budi-0o-
Setelah rombongan tiba di sungai Serayu, ternyata di situ telah siap anak buah Nyi Maya Dewi dengan sebuah perahu besar untuk menyeberangkan semua penumpang berikut kuda dan kereta. Akan tetapi Nyi Maya Dewi berkata kepada lima orang anak buahnya yang berada di situ. "Kami tidak akan menyeberang, kami akan melakukan perjalanan menuju Kadipaten Tegal di utara. Akan tetapi dua orang harap cepat memberi kabar ke Cirebon dan membawa suratku, kalian tahu ke mana suratku harus disampaikan!"
Aji hanya melihat betapa wanita itu menyerahkan surat kepada dua orang anak buahnya. Kemudian perjalanan kereta itu menuju ke utara. Dan di sepanjang pejalanan, kalau malam tiba, di setiap tempat ada saja anak buah Nyi maya Dewi yang menyambut dan memberi tempat penginapan yang pantas utnuk mereka. Juga hidangan yang disuguhkan cukup mewah, setidaknya pasti ada yang menyembelih ayam. Perjalanan itu berjalan dengan lancar dan lima hari kenudian barulah kereta mereka memasuki Kadipaten Tegal.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Aji dan Sulastri merasa heran sekali ketika kereta itu memasuki kadipaten dengan aman. Agaknya para penjaga di kadipaten itu mengenal baik Nyi Maya Dewi! Agaknya tidak ada seorangpun yang curiga dan menduga bahwa wanita cantik itu sebetulnya adalah seorang telik sandi, seorang antek Kumpeni Belanda! Pada hal Aji pernah mendengar dari Senopati Suroantani bahwa Tumenggung Tegal dan juga Adipati di Cirebon sudah setuju untuk dijadikan lumbung beras bagi keperluan ransum balatentara Mataram kalau nanti menyerbu Batavia untuk kedua kalinya. Dengan demikian berarti bahwa Tumenggung Tegal bersedia membantu Mataram. Akan tetapi kenyataannya kini, seorang telik sandi penting dari Kumpeni Belanda dapat masuk dan bergerak dengan leluasa di Tegal!
Bahkan rombongan ini diterima oleh seorang laki-laki tinggi besar yang dari sikap dan pakaiannya menunjukkan bahwa dia seorang penting. Rumahnya besar dan rombongan itu disambut dengan hormat dan diadakan pesta. Aji dan Sulastri tidak diperkenalkan, akan tetapi mereka mendengar orang tinggi besar berusia sekita empat puluh tahun itu disebut Ki Warga. Rumah itu besar dan megah, tanda bahwa penghuninya orang yang kaya.
Aji dan Sulastri diberi masing-masing sebuah kamar dan dua orang tawanan ini dibiarkan berada dalam keadaan bebas, seperti tamu, namun mereka maklum bahwa mereka dijaga oleh sekelompok orang dengan ketat. Pula, mereka sama sekali tidak berani meloloskan diri karena keselamatan nyawa Sulastri terancam. Hal ini yang membuat mereka merasa tak berdaya dan terpaksa harus menyerah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka bermalam di rumah orang bernama Warga ini sampai tiga hari. Aji tidak tahu apa yang mereka lakukan atau rencanakan. Mereka berdua dapat saling bertemu karena mereka diberi kebebasan keluar dari kamar. Akan tetapi mereka tidak dapat saling bicara empat mata karena selalu ada saja penjaga yang mengamati dari dekat. Mereka hanya bicara seperlunya saja dan Aji hanya dapat menanyakan bagaimana keadaan Lastri. Sulastri selalu menggeleng kepala dan menghela napas panjang kalau ditanya tentang kesehatannya dan menjawab singkat, "Masih belum ada perubahan."
Jawaban ini cukup bagi Aji. Berarti gadis itu masih merasakan akibat keracunan itu dan kalau mengerahkan tenaga saktinya merasa dalam dadanya nyeri. Selama gadis itu masih menderita karena keracunan, mereka berdua tidak berdaya dan tidak berani meloloskan diri karena hal itu berarti ancaman bahay maut bagi Sulastri.
Tentu saja selama menjadi tawanan itu, Aji tiada hentinya mencari kesempatan. Dia sendiri belum tahu kesempatan bagaimana yang dapat dia manfaatkan untuk keselamatan mereka berdua karena dia sendiri tidak tahu apa yang dapat dia lakukan dalam keadaan Sulastri keracunan seperti itu. Dia merasa benar-benar tidak berdaya. Akan tetapi dia tidak pernah putus asa dan selalu waspada mencari jalan keluar untuk menanggulangi ancaman yang membayangi dia dan Sulastri. Beberapa kali Sulastri hampir tak dapat menahan kesabarannya dan gadis itu ingin mengamuk saja tanpa memperdulikan keselamatannya. Akan tetapi selalu Aji, dengan isarat gerakan dan pandang matanya, dapat menyabarkannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Selama kita masih hidup, selalu masih ada harapan."
demikain dia berkata pada suatu kesempatan tanpa terdengar oleh para penjaga yang mengamati mereka. Sulastri cemberut, akan tetapi mengangguk tanda bahwa ia mematuhi ucapan pemuda itu.
Malam itu udara dingin sekali. Aji duduk bersila dalam kamarnya. Dia maklum bahwa di luar kamarnya terdapat dua orang yang bertugas mengawasinya. Nanti lewat tengah malam, dua orang penjaga itu akan diganti dua orang lain.
Demikian yang dia ketahui pada malam-malam yang lalu. Dia sudah mengambil keputusan tetap. Malam itu adalah malam terakhir dia dan Sulastri berada di rumah itu. Siang tadi Nyi Maya Dewi sudah memberitahukan kepadanya bahwa besok pagi-pagi mereka akan melanjutkan perjalanan, entah kemana wanita itu tidak mau memberi tahu. Maka, malam ini dia harus dapat melakukan penyelidikan ke mana mereka akan dibawa pergi dan menyelidiki rahasia lain yang ada hubungannya dengan keselamatan Sulastri. Dia ingin mengetahui di mana Nyi Maya Dewi menyimpan obat penawar racun yang mempengaruhi tubuh Sulastri.
Setelah keadaan di rumah itu sunyi, tanda bahwa semua penghuninya sudah memasuki kamar masing-masing, Aji perlahan-lahan membuka daun pintu kamarnya. Sedikit gerakan ini cukup membuat dua orang penjaga itu menengok lalu menhampiri.
"Andika hendak pergi ke mana?" Tanya mereka dan kedua orang itu berdiri di kanan kiri Aji.
"Aku melihat di sana itu yang berkilauan itu apakah?"
Dia menuding ke depan. Dua orang penjaga itu tentu saja menoleh dan memandang ke arah yang ditunjuk Aji. Pada saat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, kedua tangan Aji bergerak cepat, menyambar ke arah tengkuk mereka dengan tangan miring.
Tanpa dapat mengeluarkan keluhan, dua orang itu terkulai dalam keadaan pingsan. Aji menyambar tubuh mereka dengan kedua tangannya, mencegah mereka roboh, lalu membawa mereka ke tempat mereka berjaga tadi. Dia mendudukkan mereka di atas bangku yang tadi mereka duduki, menyandarkan tubuh itu ke dinding. Setelah itu dia menutupkan daun pintu kamarnya dan berindap-indap dia menuju ke kamar besar di bagian kiri. Dia tahu bahwa kamar itu adalah kamar Nyi Maya Dewi, sedangkan kamar Ki Harya Baka Wulung, Aki Somad dan laki-laki jangkung berada di bagian kanan. Dengan pengerahan Aji Bayu Sakti, tubuh Aji bergerak seperti angin, cepat dan ringan dan tak lama kemudian dia sudah melakukan pengintaian di luar jendela kamar yang didiami Nyi Maya Dewi. Jantungnya berdebar tegang dan girang ketika dia melihat bayangan dua orang duduk di atas pembaringan dalam keadaan saling berpelukan mesra. Mereka itu bukan lain adalah Nyi Maya Dewi dan pria jangkung itu! Aji merasa rikuh dan malu menyaksikan penglihatan itu, maka dia mengalihkan pandangan dan menempelkan telinganya pada jendela untuk dapat menangkap pembicaraan mereka sebaiknya.
"Maya, sampai kapan engkau akan menggodaku seperti ini" Engkau selalu menahan-nahan dan menghalangi aku memiliki gadis itu. Maya, apakah ini berarti bahwa engkau cemburu dan tidak rela kalau aku menggauli gadis itu?"
terdengar suara pria itu dengan nada menyesal dan menegur.
"Cemburu" Ah, sama sekali tidak, Raden, di antara kita sudah terdapat janji bahwa kita tidak akan saling mengikat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak ada cemburu dan kita boleh bercinta dengan siapa saja tanpa yang lain mencegahnya. Bersabarlah, Raden. Kita membutuhkan gadis itu, Kalau ia kuserahkan padamu sekarang, kemudian ia tidak mau membuka rahasia penyerangan Mataram itu, bukankah kita yang menderita rugi"
Sabarlah. Kalau ia sudah membuka rahasia itu, pasti ia akan kuserahkan padamu."
"Bagaimana engkau dapat memastikan hal itu akan dapat terjadi, Maya?"
"Jangan khawatir, Raden. Bukankah obat penawar itu selalu ada padaku" Obat penawar itu adalah nyawa Sulastri!
Selama obat penawar itu ada padaku, selama tiga bulan sejak dara itu keracunan, ia sepenuhnya berada di tanganku."
"Kalau begitu, berikan obat penawar itu kepadaku, Maya sayang" Setelah ia membuka rahasia, obat penawar itu akan dapat kupergunakan untuk membujuk dan mengancamnya agar ia suka menyerahkan diri dengan suka rela kepadaku. Aku tidak ingin mendapatkan ia secara paksa. Aku ingin ia menyerah dengan suka rela."
"Bodoh amat engkau, Raden. memang gadis itu cukup sakti dan kebal terhadap pengaruh sihir dan aji pengasihan, akan tetapi bukankah engkau memiliki racun perangsang yang amat ampuh" Kalau kau menggunakan racun itu, tentu ia akan jatuh."
"Ya, akan tetapi aku tidak suka karena ia hanya akan patuh seperti boneka hidup. Tidak, aku menghendaki ia menyerahkan diri karena ingin menyelamatkan nyawanya.
Karena itu, berikanlah obat penawar itu padaku. Biar aku yang menyimpannya. Dengan obat itu padaku, aku akan merasa yakin dan dapat bersabar menanti."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hi-hi-hik, dasar mata keranjang engkau! Tiada pernah puasnya!" terdengar suara nyi Maya Dewi menggoda.
"Sama dengan engkau, Maya. Sudahlah, serahkan padaku. Akupun selalu membantumu kalau engkau menginginkan seorang pria, bukan" Ketika di Sumedang dulu, siapa yang membantumu sehingga engkau berhasil mendapatkan keponakan adipati yang tampan seperti Arjuna itu?"
"Baiklah, baiklah ........ ! Akan tetapi malam ini engkau harus dapat menyenangkan hatiku!"
"Jangan khawatir, manis!" Terdengar suara cekikikan tawa dan senda gurau. Aji tidak mau mendengarkan lagi. Apa yang didengarnya sudah cukup baginya. Dia tahu bahwa mulai malam ini, obat penawar untuk menyembuhkan Sulastri berada di tangan pria bangsawan itu! Dia tahu sekarang ke mana harus mencari obat untuk menyelamatkan Sulastri dan dia hanya tinggal menanti kesempatan baik saja untuk dapat menangkap dan memaksa pria itu menyerahkan obat penawar. Dia akan mencari kesempatan terbaik!
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Aji dan Sulastri sudah diajak keluar dari rumah besar milik Ki Warga itu. Yang mengawal mereka adalah Nyi Maya Dewi, Banuseta, Ki Harya Baka Wulung, dan Aki Somad. Selain empat orang sakti ini, masih ada Ki Warga. Tokoh ini sesungguhnya adalah seorang yang penting. Ki Warga ini merupakan orang yang memiliki hubungan dekat dengan Kumpeni Belanda. Bahkan dia dipergunakan Belanda untuk menjadi pimpinan semua telik sandi yang bergerak di sepanjang pantai Laut Utara. Di samping itu, Ki Warga juga menjadi orang kepercayaan Kadipaten Tegal. Memang tidak dapat disangkal lagi bahwa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belanda amat pandai bersiasat. Tidak saja melakukan gerakan memecah belah persatuan dengan cara mengadu domba, akan tetapi juga pandai mempengaruhi para pejabat daerah dengan menggunakan pengaruh harta benda dan janji-janji kedudukan.
Banyak kadipaten yang dapat dipengaruhi Kumpeni, sehingga walaupun pada lahirnya mereka takut dan menakluk kepada kekuasaan Mataram, namun diam-diam mereka mengadakan hubungan baik dengan Kumpeni Belanda dan mengadakan hubungan dagang yang dianggap menguntungkan.
Sesungguhnya, tidak adanya persatuan yang bulat di seluruh Nusantara dalam menghadapi Kumpeni Belanda inilah yang membuat semua usaha untuk menentang Kumpeni selalu gagal.
Bahkan oleh sebab ini pula maka penyerangan besar-besaran pasukan Mataram ke Batavia telah mengalami kegagalan.
Aji dan Sulastri bersama empat orang pengawal mereka naik kereta seperti ketika mereka memasuki Tegal. Ki Warga sendiri menunggang kuda, malah dia mendahului kereta.
Ternyata kedua orang tawanan itu dibawa kepantai dan dengan sebuah perahu mereka dibawaa ke sebuah kapal yang berlabuh tak jauh dari pantai. Pantai itu terlalu dangkal bagi kapal itu sehingga tidak dapat berlabuh dekat daratan.
Aji dan Sulastri dibawa naik ke atas kapal itu. Diam-diam mereka memperhatikan keadaan kapal. Walaupun sikap mereka tenang saja, namun sebenarnya mereka merasa tegang dan memperhatikan keadaan dengan penuh selidik. Mereka melihat sebuah kapal yang besar dan dilengkapi dengan beberapa buah meriam besar. Di atas kapal terdapat belasan orang, hampir dua puluh banyaknya, semua adalah orang-orang kulit putih yang bertubuh tinggi besar, bermuka kemerahan dan rambut meraka tidak hitam, melainkan ada yang coklat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kemerahan dan kuning keemasan! Sulastri sudah sering melihat orang kulit putih di Indramayu atau Dermayu, maka iapun tidak merasa heran. Akan tetapi Aji belum penah melihat orang Belanda, maka diam-diam dia memperhatikan dan merasa terheran-heran. Keadaan orang-orang tinggi besar itu mengingatkan dia akan tokoh-tokoh wayang, yaitu golongan buto (raksasa). Jadi inilah bangsa yang merupakan ancaman bahaya bagi nusa dan bangsanya. Diapun melihat bahwa mereka semua membawa senjata bedil. Pernah dia mendengar cerita tentang bedil yang dapat menyemburkan api dan peluru, yang dapat membinasakan lawan dalam jarak jauh dan merupakan senjata yang amat berbahaya. Aji tahu bahwa dia harus berhati-hati sekali terhadap orang-orang bule ini. Mereka tampak kuat dan juga sinar mata mereka kejam. Ketika orang itu memandang ke arah Sulastri, tampak sekali gairah dalam pandang mata mereka dan mereka menyeringai secara kurang ajar.
Akan tetapi ketika seorang Belanda setengah tua keluar dari bilik kapal itu, belasan orang itu berdiri tegak dalam keadaan siap. Orang belanda setengah tua itu menyambut rombongan yang baru naik kapal dengan senyum ramah. Dari sikap ketika dia menjabat tangan Nyi Maya Dewi, tampak bahwa di antara mereka terdapat hubungan yang akrab. Orang itu berusia aekitar lima puluh tahun, berkumis dan berwajah tampan, tubuhnya tinggi kurus dan pakaiannya mewah dan gagah. Di pinggangnya tergantung sebuah senjata pistol. Inilah Kapten De Vos yang mejadi boss dari Nyi Maya Dewi. Kapten de Vos ini merupakan seorang perwira yang bertugas sebagai penyelidik dan amat dipercaya oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen di Batavia! Bersama seorang perwira
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Belanda lainnya yang terkenal dengan sebutan Jakuwes (nama aselinya Jacques Levebre), De Vos inilah yang mengatur jaringan mata-mata kumpeni Belanda yang disebar di seluruh Nusantara!
"Hallo, Nyi Maya Dewi yang manis, apa kabar" Kami mendengar kamu membawa tawanan yang amat penting bagi kami. Benarkah" Dan siapakah mereka semua ini?" Tanya De Vos setelah menjabat tangan wanita itu dengan hangat.
Denga n senyumnya yang manis, Maya Dewi memperkenalk an teman- temannya, setelah memberi isarat kepada Ki Harya Baka Wulung dan Aki Somad untuk

Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melangkah maju. "Ini adalah Ki Harya Baka Wulung dari Madura, tuan kapten. Dan yang ini adalah Aki Somad dari Nusa Kambangan.
Mereka adalah pembantu-pembantu yang setia dan dapat diandalkan, sakti dan tangguh." Kemudian dengan senyum tak pernah meninggalkan bibirnya ia melanjutkan sambil menunjuk kepada Ki Warga dan Raden Banuseta. "Dua orang ini tentu sudah tuan kenal dengan baik."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kapten De Vos menyalami empat orang itu dan berkata. "Ya, ya, kami kenal baik mereka ini. Dan mana tawanan itu?"
"Inilah mereka, tuan." kata Nyi Maya Dewi sambil menudingkan telunjuknya ke arah Aji dan Sulastri. Sepasang mata yang kebiruan itu memandang kepada dua orang muda itu dengan penuh selidik dan Kapten De Vos tampak terheran-heran. "Mereka ini orang-orang penting Mataram" Geweldig (hebat)! Begini muda, dan yang perempuan ini begini cantik, sudah jadi orang penting Mataram?"
Wanita cantik itu tersenyum dengan genitnya. "Ah, Tuan Kapten De Vos, jangan pandang rendah mereka ini!
Biarpun mereka ini masih muda, akan tetapi mereka adalah orang-orang sakti yang memiliki kepandaian tinggi dan berbahaya sekali!"
"Is dat zo (Begitukah)?" Kapten De Vos melihat ke atas. Dua ekor burung camar laut terbang di atas kapal itu.
Cepat dia mengambil senapan yang dipegang oleh seorang anak buah yang berdiri di dekatnya. Dengan gerakan cepat sekali dia mengokang bedil itu, membidik dan ketika dia menarik pelatuknya, dua kali terdengar letusan. Api dan peluru menyambar keluar dari moncong bedil dan dua ekor burung berbulu putih itu jatuh ke atas dek kapal. Mati seketika.
Aji dan Sulastri melihat semua ini dan diam-diam mereka terkejut. Apa yang mereka dengar tentang kehebatan senjata api itu kini mereka lihat sendiri.
"Ha-ha-ha. Mereka ini sakti" Apakah mereka dapat terbang lebih cepat dari pada dua ekor burung itu?" Dia menuding ke arah bangkai dua ekor burung dan melemparkan kembali senapan itu kepada anak buahnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ki Warga, Maya Dewi dan Banuseta tidak heran menyaksikan keahlian menembak itu. mereka sudah mengenal Kapten De Vos yang terkenal jago tembak. Akan tetapi Ki Harya Baka Wulung dan Aki Somad juga merasa kagum.
Orang Belanda ini cukup berbahaya, pikir mereka.
Nyi Maya Dewi yang pandai mengambil hati orang, bertepuk tangan memuji. "Hebat, tuan kapten, kepandaian tuan mempergunakan senjata api memang hebat sekali. Akan tetapi tuan harus berhati-hati terhadap mereka."
"Goed, goed (baik, baik). mari kita duduk di dalam dan bicara!" ajak Kapten De Vos sambil mengangguk-angguk.
Mereka semua lalu memasuki ruangan kapal di mana terdapat sebuah meja besar dengan banyak kursi disekelilingnya. Aji dan Sulastri dipersilahkan duduk di atas kursi, berhadapan dengan Kapten De Vos. Maya Dewi duduk di samping kiri Kapten Belanda itu dan Ki Warga yang sejak tadi diam saja duduk di sebelah kanannya. Tempat duduk ini saja sudah menunjukkan betapa kedudukan Ki Warga itu penting sekali dan dia dihargai oleh Kapten De Vos. Aji duduk di depan kapten itu, Sulastri duduk disebelah kirinya. Mereka berdua diapit oleh Harya Baka Wulung dan Aki Somad, sedangkan Banuseta duduk di sebelah kanan Ki Warga. Jelaslah bahwa yang duduk di jajaran Kapten De Vos itu adalah orang-orang yang sudah dipercaya kapten Belanda itu, sedangkan Ki Harya Baka Wulung dan Aki Somad yang baru saja bertemu dengannya, merupakan pembantu-pembantu baru yang masih asing.
"Hemm, kalian berdua ini orang-orang penting Mataram, ya" Dan kamu berdua mau bekerja sama dengan kami dan mau menceritakan kekuatan dan rencana Sultan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Agung untuk menyerang Batavia" Goed zo! Kamu berdua akan kami beri hadiah banyak. Lebih dulu, katakan siapa nama kamu berdua, he?"
"Namaku Aji dan ia itu Sulastri!" jawab Aji pendek.
"Pemuda ini bernama Lindu Aji dan dikenal sebagai Alap-alap Laut Kidul, tuan kapten! Dia digdaya dan berbahaya sekali!" kata Ki Harya Baka Wulung menjelaskan.
"Ha-ha, apa bedanya alap-alap dengan dua rkor burung yang aku tembak tadi?" tanya Kapten De Vos mencemoohkan.
"Alap-alap merupakan burung liar dan ganas. Burung Camar yang tuan tembak jatuh tadi dapat menjadi mangsanya."
Maya Dewi menerangkan
"Ha-ha-ha, biarpun pandai terbang, sekali senapan di tanganku meletus, seekor alap-alap ganaspun tentu akan jatuh dan mati! Nah, sekarang cepat ceritakan kepada kami tentang keadaan pasukan Mataram, berapa kekuatan mereka dan bagaimana persiapan pasukan mereka. Juga ceritakan bagaimana rencana siasat mereka untuk menyerang Batavia!"
Sambil berkata demikian, sepasang mata biru itu mengamati wajah Lindu Aji dan Sulastri penuh selidik.
Sulastri yang merasa tidak berdaya karena tubuhnya telah terancam maut oleh racun itu, hanya melirik ke arah Aji.
Ia tahu akan siasat yang dipergunakan pemuda itu, yalah bahwa pemuda itu membiarkan lawan-lawannya percaya bahwa Aji dan ia mengetahui rahasia itu, maka mereka tidak akan membunuh Aji dan ia. Karena ia tidak tahu bagaimana siasat Aji selanjutnya dan tidak mempunyai kesempatan untuk bicara berdua, maka iapun hanya menyerahkannya kepada pemuda itu. Aji juga telah mempersiapkan diri. Sebelumnya dia memang sudah mengatur siasat. Dia memiliki modal kuat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yaitu kepercayaan orang-orang itu bahwa dia dan Sulastri benar-benar dapat memberi keterangan penting tentang gerakan pasukan Mataram yang ditakuti Kumpeni Balanda!
"Tuan," katanya, suaranya tegas dan tenang. "Urusan ini penting sekali bagi kami berdua. Menceritakan semua itu kepada Kumpeni, berarti kami berdua telah berkhianat dan hukuman untuk pengkhianat amat berat dan mengerikan."
"Ha, kamu berdua takut" Jangan takut! Kalau kamu berdua bekerja sama dengan kami, maka kamu berdua akan dilindungi. Jangan takut kepada Sultan Agung. Kami memiliki meriam-meriam besar dan senjata-senjata api yang ampuh.
Hayo, ceritakan saja dan kamu akan memperoleh hadiah dan juga perlindungan dari kami!" kata Kapten De Vos.
Aji menghela napas lalu menggeleng kepala. "Sungguh, tuan. Urusan ini amat penting dan gawat bagi kami berdua.
Oleh karena itu, kami minta agar kami berdua diberi kesempatan untuk berunding dan memperbincangkan hal ini berdua saja. Ketahuilah, tuan. Ini merupakan keputusan hidup mati kami, karena itu harus kami rundingkan dengan matang lebih dulu."
Alis yang berwarna kelabu itu berkerut dan sepasang mata biru mencorong marah. "Kamu harus menceritakan sekarang juga!" bentaknya.
Namun dengan tenang dan tegas Aji menggeleng kepala. "Besok pagi, tuan."
"Sekarang! Atau, kami akan menembak kamu berdua!"
Kapten De Vos menggertak sambil mencabut pistolnya dan menodongkan senjata itu ke arah Aji dan Sulastri yang duduk di depannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia menatap wajah dua orang muda itu dan diam-diam merasa heran dan kagum. Dua orang muda yang ditodongnya itu sedikitpun tidak tampak takut, dan balas menatapnya dengan sinar mata berapi.
"Kami tidak takut mati, tuan. Kalau tuan membunuh kami berdua sekarang, pasukan Mataram yang besar sekali jumlahnya akan membalaskan kematian kami, menyerbu dan membakar habis Batavia, membunuh semua Kumpeni Belanda!" aji juga menggertak dan karena ucapannya itu mendatangkan kesan yang kuat.
Menghadapi sikap tenang Aji ini, Kapten De Vos meragu. Dia lalu menoleh ke kanan dan bertanya kepada Ki Warga, "Bagaimana pendapatmu, Warga?"
Laki-laki berusia sekitar empat puluh tahun itu tersenyum. "Apakah tidak sebaiknya kalau dijadikan taruhan saja" Kalau tuan yang menang mereka harus memberi keterangan sekarang juga, akan tetapi kalau mereka menang terpaksa tuan harus bersabar sampai besok pagi."
"Akan tetapi, laporan dua orang penjaga semalam?"
Tanya kapten itu.
"Ah, mereka mungkin hanya mimpi, tuan." kata Ki Warga sambil tertawa. "Mereka hanya melapor melihat Aji ini lalu tiba-tiba mereka tidak ingat apa-apa lagi. Kalau laporan mereka itu betul, tentu semalam telah terjadi sesuatu. Buktinya tidak terjadi apa-apa."
"Kalau begitu baiklah. Kita buat taruhan. Wacht even (tunggu sebentar), bukankah Maya Dewi tadi mengatakan bahwa pemuda ini digdaya dan tangguh" Bagus, kita adu dia melawan Hendrik De Haan, jagoan kita itu! Heh, Lindu Aji, sekarang begini saja baiknya! Dari pada kita bersitegang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memperebutkan apakah kalian harus memberi keterangan sekarang ataukah besok pagi, maka kita adakan pertandingan untuk menentukan. Kalau kamu dapat mengalahkan jagoan kami dalam perkelahian tangan kosong, biarlah kami mengalah dan kamu boleh malam ini berunding dengan Sulastri ini dan besok pagi memberi keterangan kepada kami. Akan tetapi kalau kamu kalah melawan jagoan kami itu, kamu harus menceritakan keterangan tentang pasukan Mataram itu sekarang juga! Bagaimana, Aji, beranikah kamu berkelahi menandingi jagoan kami?"
Aji berpikir sejenak, lalu bertanya, "Pertandingan tangan kosong tanpa menggunakan senjata api?"
"Natuurlijk (tentu saja)! Kami bukan orang curang.
Pertandingan boksen (tinju), tanpa senjata, satu lawan satu.
Nah, beranikah kamu?"
Aji saling lirik dengan Sulastri, lalu dia memandang Kapten De Vos dan berkata tegas, "Aku berani, tuan! Akan tetapi tuan jangan melanggar janji. Kalau aku keluar sebagai pemenang, aku diberi kesempatan bicara empat mata dengan Sulastri dan baru besok pagi kami memberi keterangan kepadamu."
"Bagus!" Kapten itu tampak gembira sekali dan dia lalu berseru kepada seorang anak buahnya. "Panggil Hendrik De Haan ke sini!"
Tak lama kemudian muncullah kapten itu. Sulastri terbelalak memandang laki-laki yang melangkah datang seperti seekor gajah itu! Seorang bule berambut kecoklatan, usianya sekitar tiga puluh tahun dan segalanya pada diri laki-laki ini hanya dapat dinilai dengan satu kata : besar! Seorang raksasa yang tingginya satu setengah kali tinggi tubuh Aji. Kedua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lengan yang memakai kaos pendek itu tampak besar dan kokoh kuat, dengan otot melingkar-lingkar. Dadanya bidang dan tebal, penuh bulu coklat kekuningan, lehernya seperti leher badak. Diam-diam hati Sulastri merasa ngeri juga. Selama hidupnya belum pernah ia melihat seorang laki-laki setinggi besar dan sekokoh ini. Orang-orang bule yang pernah dilihatnya tampak kecil dibandingkan raksasa ini. Tampaknya, dengan sekali pukul saja kepala Aji akan dapat pecah dan tulang-tulang tubuhnya dapat remuk! Kedua kakinya juga panjang dan besar penuh bulu, tampak mengerikan karena dia mengenakan celana pendek.
-o0-dwkz~budi-0o-
JILID XIII ji juga memandang orang yang baru memasuki ruangan itu dengan penuh perhatian. Dia tidak tertarik A oleh bentuk tubuh seperti raksasa itu. Baginya, tubuh yang tampak kokoh kuat tidak berarti apa-apa. Aji lebih memperhatikan sikap raksasa itu, terutama pandang matanya.
Hatinya merasa lega. Pandang mata raksasa itu membayangkan kebodohan, seorang yang biasa mengandalkan okol (tenaga) daripada akal. Orang seperti ini bukan merupakan lawan berbahaya baginya, walaupun untuk merobohkannya juga tidak mudah karena melihat bentuk tubuhnya, orang itu tentu memiliki tenaga gajah dan tubuhnya itu agaknya berkulit tebal tahan pukul!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dalam bahasa Belanda yang totok raksasa itu bertanya kepada Kapten De Vos, "Kapten, ada tugas apa untukku?"
"Hendrik, kami mengadakan taruhan untuk mengadu kamu dengan pemuda ini. Pertandingan boksen satu lawan satu, tanpa senjata apapun. Jangan sampai kamu kalah olehnya.
Hendrik karena yang kupertaruhkan ini penting sekali!"
Sepasang mata yang lebar memandang kepada Aji yang masih duduk dan dia terbelalak lalu memandang atasannya.
"Kapten! Aku hendak diadu dengan kleine jongen (bocah kecil) ini?"
"Ya, siapa yang roboh dan tidak mampu melanjutkan pertandingan dianggap kalah."
"Hua-ha-ha-ha! Ah, kapten, jangan bergurau! Aku takut melawan anak ini, ha-ha-ha!"
"Takut" Apa maksudmu, Hendrik?" Tanya De Vos heran.
"Aku takut kalau pukulanku akan membuat kepalanya remuk atau dadanya pecah, kapten!" kata raksasa itu serius.
"Ohh! Jangan keluarkan semua tenagamu, Hendrik. Dia ini orang penting, tidak boleh dibunuh, hanya boleh dikalahkan agar aku menang bertaruh."
Hendrik mengangguk-angguk. "Kalau begitu aku mengerti, kapten."
Kapten De Vos menoleh kepada Aji. "Nah, bagaimana, orang muda" Apakah kamu tetap bersedia dan berani melawan Hendrik De Haan ini?"
Sambil tetap duduk tenang Aji menjawab, "Saya siap dan berani, tuan."
"Bagus, kalau begitu mari kita semua pergi keluar ruangan. Pertandingan dilakukan di atas dek luar yang luas."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kata De Vos. Semua orang bangkit berdiri. Juga Aji dan Sulastri bangkit berdiri dan mereka berdua mengikuti keluar dari ruangan itu menuju ke dek kapal yang luas. Sebentar saja berita tentang diadakannya pertandingan itu sudah terdengar semua anak buah kapal. Mereka menjadi gembira sekali. Bagi para anak buah kapal, perkelahian merupakan satu di antara kesenangan mereka. Mereka adalah orang-orang kasar yang sudah terbiasa hidup keras menghadapi ancaman bahaya di tengah lautan, biasa bekerja keras dan suka pula akan kekerasan. Bahkan setiap kali mendarat mereka selalu saja terlibat perkelahian karena hal itu mereka anggap sebagai kejantanan mereka. Kini, mendengar bahwa Hendrik De Haan, raksasa jagoan itu akan diadu melawan seorang pemuda pribumi yang menjadi tawanan, mereka tentu saja merasa geli, menertawakan Aji. Tadi mereka sudah melihat betapa pemuda itu seorang yang tubuhnya termasuk kecil dan ringkih sekali dibandingkan Hendrik dan berat tubuhnya belum tentu ada setengah berat tubuh raksasa itu. Bagaimana mereka akan dipertandingkan" Mereka semua sudah berkumpul di dek, membentuk lingkaran lebar. Mereka bukan tertarik untuk menonton perkelahian yang seimbang, melainkan hendak menonton bagaimana Hendrik akan menggilas dan membantai lawan tak seimbang itu.
Kursi-kursi kecil telah dikeluarkan. Kapten De Vos duduk di atas sebuah kursi. Para pembantunya, Ki Warga, Nyi Maya Dewi, Raden Banuseta, Ki Harya Baka Wulung, dan Aki Somad juga sudah dipersilahkan duduk di atas kursi yang berderet-deret. Sulastri juga diberi sebuah kursi, akan tetapi ia tidak mau duduk. Ia hanya berdiri saja dengan hati mulai merasa tegang dan gelisah. Bagaimanapun juga, raksasa itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyeramkan. Ia khawatir kalau-kalau Aji akan tewas di tangan raksasa itu. Kalau Aji sampai tewas, hilanglah harapan baginya untuk dapat lolos dari tangan mereka. Ia tidak takut mati, akan tetapi ia merasa ngeri membayangkan dirinya dihina dan diperkosa. Kalau Aji sampai tewas di tangan raksasa itu, iapun akan mengamuk. Tidak perduli apakah racun di tubuhnya akan menewaskannya, ia pasti akan mengamuk sampai mati. Karena itu, ia tidak mau duduk, melainkan berdiri dan bersiap siaga.
Raksasa bule bernama Hendrik de Haan itu kini telah menanggalkan baju kaosnya dan tinggal mengenakan sebuah selana pendek. Tubuh atas yang telanjang itu tampak besar dan kokoh sekali, dengan otot yang menggelembung dan melingkar-lingkar. Aji maklum bahwa tubuh itu memiliki tenaga otot atau tenaga kasar yang amat kuat, namun orang itu tidak mempunyai "isi", hanya mngandalknan tenaga otot sehingga tiada bedanya dengan seekor kerbau. Diapun melangkah maju menghampiri tempat yang dilingkari para anak buah kapal itu, berhadapan dengan Hendrik. Sikapnya tenang saja dan dia hanya mengiktkan kain sarungnya agar jangan terlepas atau berkibar kalau dipakai bergerak. Aji tampak berdiri santai saja di depan calon lawannya, seolah dia sama sekali tidak membuat persiapan. Namun dari sinar matanya Sulastri tahu bahwa seluruh syaraf dalam tubuh pemuda itu dalam kedaan siap siaga.
"Sebelumnya kamu harus tahu akan aturannya!" kata Kapten de Vos kepada Aji. "Pertandingan ini namanya boksen.
Kamu hanya boleh memukul bagian pinggang ke atas. Bagian pinggang ke bawah tidak boleh dipukul. Juga dilarang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggunakan tendangan, dilarang menangkap dengan tangan, mendorong atau menarik!"
Aji mengerutkan alisnya. Tentu saja dia tidak mengenal aturan seperti itu. Dia tidak mengenal permainan tinju.
"Ah, aturan macam apa itu" Bertanding dalam perkelahian tidak boleh memukul pinggang ke bawah, tidak boleh menendang, tidak boleh menangkap, menarik atau mendorong. Kalau tidak boleh ini tidak boleh itu, mengapa bertanding berkelahi" Lebih baik tidak saja!"
Hendrik yang tidak paham bahasa Indonesia, bertanya kepada Kapten De Vos melihat Aji berdiri membelakanginya.
Setelah De Vos menceritakan keberatan Aji tentang peraturan pertandingan, Hendrik tertawa.
"Ha-ha-ha, kalau tidak memakai larangan dan berkelahi dengan sebenarnya, bagaimana aku dapat menjaga agar dia tidak sampai mati terbunuh?"
De Vos berkata kepada Aji. "Aji, peraturan itu diadakan justeru untuk menjaga agar kamu tidak sampai terpukul mati.
Kalau tanpa batas, dan Hendrik boleh menggunakan segala cara untuk menyerangmu, bagaimana kami akan dapat terhindar dari maut?"
"Tuan, aku sudah berani menerima tantangan berkelahi, berarti aku tidak takut akan kematian. Terluka atau mati adalah resiko dalam pertandingan adu kanuragan, siapa yang takut mati" Kalau berkelahi bebas tanpa larangan, aku mau melayaninya. Kalau memakai segala macam aturan dan larangan, aku tidak mau berkelahi!" jawab Aji dengan tegas.
Ucapan ini diterjemahkan De Vos kepada Hendrik dan kembali Hendrik tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau begitu aku tidak tanggung kalai sampai dia terpukul atau tertendang mati, kapten. Akan tetapi aku akan berusaha agar jangan sampai membunuhnya.
Kapten De Vos mengangguk-angguk. Memang dia menghendaki pertandingan itu dilakukan dengan peraturan tinju karena dia tidak ingin kalau Aji sampai terpukul tewas.
Dia amat membutuhkan keterangan dan pengakuan pemuda itu tentang Mataram.
"Baiklah, Aji. Kamu boleh melawan Hendrik dengan cara bebas."
Mendengar ini, Aji memutar tubuh dan kembali menghadapi Hendrik. Bagaikan dua ekor ayam jantan hendak berlaga, kedua orang itu kini saling berhadapan dan saling pandang. Sungguh bukan merupakan lawan seimbang. Hendrik hampir dua kali lebih besar dan lebih tinggi daripada Aji.
Kedua kakinya juga memakai sepatu kulit yang tebal. Raksasa bule ini sudah memasang kuda-kuda. Kaki kanannya ditarik ke belakang, kaki kiri ke depan, kedua tangan dikepal dan siap memukul, tergantung di depan dada. Sebaliknya Aji berdiri tenang dan santai saja, hanya sepasang matanya yang dengan tajam mengikuti semua gerak tubuh lawan.
"Mulailah!" perintah De Vos yang menonton dengan mata bersinar-sinar. Semua orang yang menonton, kecuali Sulastri, memandang dengan wajah berseri dan mata bersinar-sinar. Semua orang merasa gembira seperti biasa kalau mereka menonton adu tinju.
Mendengar perintah ini, Hendrik mulai menyerang.
Karena pertandingan itu tidak dibatasi dengan peaturan tinju, maka kedua tangannya menyambar dari kanan kiri. Maksudnya dia hendak menangkap tubuh kecil itu kemudian akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dibantingnya sehingga dia akan keluar sebagai pemenang dalam satu gebrakan saja tanpa harus membunuh lawan yang kecil itu. Kedua tangan itu menyambarnya dengan cepat dari kanan kiri dan gerakannya yang didorong tenaga besar itu mendatangkan angin yang kuat.
"Wuuuttt ........ plakkkk!" Dengan menimbulkan suara tepukan nyaring dua telapak tangan besar itu saling bertemu di udara karena kedua tangan itu luput menangkap sasarannya.
Tubuh Aji dengan gesitnya telah mengelak dan condong ke belakang.
"Verdomme ........ !" Hendrik memaki dengan marah dan penasaran, Bagaimana mungkin cengkeraman kedua tangannya itu luput begitu saja" Dia cepat mengejar, melangkah ke depan dan karena sudah terbiasa, kini kedua tangannya dikepal dan membuat pasangan kuda-kuda orang bertinju, Dua kepalan tangan itu kini cepat menyerang secara bertubi-tubi ke arah kepala dan dada Aji. Pukulannya cepat dan kuat sekali. Pukulan swing dan long hook yang cepat sekali, diseling pukulan upper cut yang mematikan. Namun, semua pukulan bertubi-tubi itu hanya mendatangkan suara mengiuk dan bersuitan, sedikitpun tidak pernah mengenai sasarannya.
Apa lagi kena, menyerempet sedilitpun tidak! Semua pukulan itu dapat dielakkan dengan amat mudahnya oleh Aji yang sudah bersilat dengan ilmu silat Wanara Sakti. Semua penonton terbelalak dan suasana riuh karena mereka mengeluarkan seruan heran dan juga kaget. Mereka melihat pemuda itu membuat gerakan yang lucu seperti gerakan seekor monyet. Akan tetapi anehnya, semua pukulan hebat dari jagoan mereka itu tidak pernah mengenai sasaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pukulan yang dilakukan dengan sepenuh tenaga, kalau mengenai tempat kosong dapat menguras tenaga. Setelah pukulan-pukulan keras itu tidak ada yang mengenai sasaran sampai puluhan kali, mulailah Hendrik berkeringat dan dia merasa penasaran dan marah sekali. Dia tahu bahwa ada orang yang pandai berkelit dan memiliki gerakan gesit sekali, akan tetapi belum pernah dia dapat membayangkan ada orang yang mampu menghindarkan diri dari serangkaian serangannya sampai puluhan kali, hanya dengan elakan dan tidak pernah menangkis. demikian gesitkah orang ini, atau serangannya yang lamban"
"Verrek, zeg ........ !" Dia memaki dan kini kedua kakinya yang berbulu, besar dan panjang itu menyambar-nyambar dengan tendangan sekuat tendangan pemain sepak bola yang mahir. Agaknya, tak pelak lagi, tubuh Aji akan terlempar seperti bola kalau sampai terkena tendangan dahsyat itu. Namun, Aji yang bergerak dengan ilmu silat Wanara Sakti itu menjadi cekatan sekali, tidak ubahnya seekor kera. Hanya dengan sedikit memutar tubuh saja tendangan lawan itu dapat dielakkan dan ketika tendangan demi tendangan susul menyusul datang bertubi-tubi, tubuhnya berputaran dan tak sebuahpun tendangan mampu menyentuh tubuhnya!
Keringat telah membanjiri seluruh tubuh Hendrik. Dia mulai panik. Belum pernah selama hidupnya dia bertemu keanehan seperti ini. Kini dia sudah mempergunakan segala daya. Dia tidak hanya meninju seperti seorang petinju, akan tetapi dia juga menampar, menjotos, mencengkeram, menendang, namun semua itu sama sekali tidak pernah menyentuh lawan. Dia merasa seolah bertanding melawan bayangan saja!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini semua penonton menjadi terbelalak dan mulut mereka ternganga. Tidak percaya akan apa yang mereka lihat.
Hendrik, raksasa jagoan mereka itu kini diperlakukan seperti seorang anak kecil saja oleh pemuda itu. Semua serangannya, kebanyakan serangan maut karena kalau mengenai sasaran tentu membuat tulang-tulang remuk dan kepala atau dada dapat pecah, sama sekali tidak pernah dapat menyentuh lawan.
Hanya Sulastri yang tersenyum senang, akan tetapi ia mengerutkan alisnya melihat kenyataan betapa Aji sama sekali tidak pernah membalas, pada hal ia yakin bahwa kalau Aji menghendakinya, sejak tadi raksasa itu sudah dapat dirobohkam.
"Mas Aji, apa maksudmu main-main seperti ini"
Cepat kalahkan dia!" Akhirnya Sulastri tak dapat menahan diri dan berseru nyaring. Mend engar teriakan gadis itu, Aji juga merasa bahwa sudah cukup ia mempermainkan lawannya, membiarkan lawan menyerang sampai kehabisan teaga. Ketika kedua tangan raksasa itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyambar lagi dengan pukulan, dia mengelak ke samping, menekuk lutut kiri dan dari bawah kaki kanannya menyambar cepat sekali. Kaki kanan itu menyambar dua kali ke arah lutut Hendrik, seperti ular memagut dan tepat sekali mengenai sasaran.
"Tuk! Tuk!" Tepat sekali sambungan lutut kedua kaki Hendrik tercium tendangan dan tak mungkin dapat dipertahankan lagi, kedua kaki raksasa itu terasa lumpuh dan diapun jatuh bertekuk lutut. Aji tidak membuang kesempatan ini. Tangan kirinya menyambar dengan jari terbuka ke arah tengkuk raksasa itu.
"Wuuuttt ........ dukkkk!" Tubuh yang besar itu terkulai roboh dan tak mampu bergerak lagi karena pingsan. Seruan-seruan kaget terdengar dan para anak buah kapal yang membawa bedil sudah siap menodongkan bedil mereka ke arah Aji. Akan tetapi Nyi Maya Dewi yang duduk dekat Kapten De Vos memberi isarat kepada pembesar Kumpeni itu dan De Vos memberi aba-aba kepada para anak buahnya untuk mundur.
Beberapa orang anak buah kapal lalu menggotong tubuh raksasa yang pingsan itu pergi dari situ.
"Tuan, jagomu telah kalah. Harap tuan suka memegang janji." kata Aji kepada De Vos.
Melihat kekalahan Hendrik tadi, De Vos mengerutkan alisnya dan tahulah dia bahwa Maya Dewi tidak berbohong atau melebih lebihkan. pemuda yang tampak lemah itu sungguh berbahaya sekali. Kalau gadis cantik itu juga sama tangguhnya, maka mereka berdua sungguh merupakan orang-orang berbahaya, apa lagi mereka adalah orang-orang Mataram!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Oh tentu, tentu saja. kami selalu memenuhi janji.
Bukankah begitu, Warga?" De Vos menoleh kepada pembantu utamanya yang amat dipercaya itu. Warga adalah seorang yang amat cerdik. Dia sudah mendengar dari Maya Dewi akan keadaan Aji dan Sulastri. Gadis sakti itu telah keracunan dan hal itu membuat Aji dan Sulastri menyerah dan tunduk kepada mereka, menuruti kemauan mereka. Dia yakin bahwa Aji dan Sulastri berada dalam keadaan keracunan dan belum diberi obat penawarnya. Maka, ketika De Vos bertanya kepadanya, tanda bahwa kapten itu merasa gelisah dan bingung, merasa ragu apa yang harus diperbuatnya, diapun segera menjawab.
"Tentu saja, tuan kapten. Aji dan Sulastri berhak untuk mengadakan perundingan berdua saja malam ini dan besok pagi baru mereka akan memberi keterangan tentang kekuatan pasukan Mataram dan tentang rencana penyerbuan ke Batavia.
Aji telah menangkan pertandingan dan sudah sepantasnya kalau kita menghormat seorang pendekar gagah perkasa seperti dia dan merayakan kemenangannya. Sekalian kita merayakan untuk menyambut kedatangan Ki Harya Baka Wulung dan Aki Somad yang terhormat dan telah berjasa besar bagi Kumpeni!"
"Goed,heel goed! (Baik, sangat baik)! Kita berpesta untuk menyambut mereka!"
Pesta perjamuan diadakan dengan meriah. Aji dan Sulastri duduk pula bersama mereka semua, menghadapi meja makan besar yang penuh hidangan bermacam masakan.
Mereka tidak merasa sungkan karena mereka memang membutuhkan makan cukup agar tubuh mereka tetap kuat.
Juga mereka tidak takut keracunan makanan karena semua orang ikut makan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kapten De Vos yang ingin sekali menarik dua orang muda itu agar dapat menjadi pembantunya, memperlihatkan sikap ramah dan hormat. Dia sendiri menuangkan anggur ke dalam gelas dan menghidangkannya kepada Aji dan sulastri.
Akan tetapi ketika dua orang ini mencium bau anggur yang keras dan yang belum pernah mereka rasakan, Aji menolak dan minta agar mereka diberi minuman air teh saja.
Permintaan ini dipenuhi dan Kapten De Vos
mengangkat gelas anggurnya. "Mari kita minum untuk mengucapkan selamat datang kepada Tuan Lindu Aji dan Nona Sulastri, juga mengucapkan selamat atas kemenangannya!"
Tiba-tiba Sulastri yang selama ini berdiam diri saja karena merasa tidak berdaya, berkata, "Nanti dulu, tuan.
Sebelum kita minum, aku ingin mendengar dulu darimu.
Apakah setelah kami berdua menceritakan apa yang kita ketahui, kami akan dibebaskan tanpa gangguan apapun?"
Kapten De Vos merasa heran dan kagum. Tadinya dia mengira bahwa Sulastri yang tadinya diam saja itu seorang gadis pemalu. Kiranya kini bicara dengan lancar dan pandang matanya kepadanya demikian mencorong penuh selidik dan wajah yang jelita itu tampak cerdik sekali!
"Ya, tentu, tentu! Tentu kami akan membebaskan kamu berdua tanpa gangguan!" kata De Vos sambil mengangguk angguk.
"Akan tetapi, kami telah diracuni oleh Maya Dewi dan ia berjanji akan memberikan obat penawarnya kepadaku kalau aku dan Mas Aji sudah memberikan keterangan. Apakah tuan berani menanggung bahwa Maya Dewi akan memegang janjinya?" Tanya pula Sulastri sambil melirik ke arah Maya Dewi. "Terus terang saja, aku tidak mungkin dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mempercayai janjinya. Saya minta agar tuan berjanji. saya lebih percaya kepadamu. Tuan adalah seorang yang mempunyai kedudukan tinggi, kiranya mustahil kalau tuan akan bertindak curang dan pengecut, menjilat ludah sendiri, menelan dan mengingkari janji!"
Aji diam-diam kagum akan kata-kata dan sikap Sulastri.
Dia memperhatikan dan melihat betapa wajah Maya Dewi berubah kemerahan dan wanita ini bertukar pandang dngan pria jangkung yang menjadi kekasihnya dan yang telah menyimpan obat penawar untuk Sulastri. Sementara itu, mendengar ucapan Sulastri, De Vos juga megangguk angguk dan melirik ke arah Maya Dewi. Baru sekarang dia mengetahui benar mengapa orang-orang digdaya seperti Aji dan Sulastri mudah saja dibawa ke kapal dihadapkan kepadanya dan dipaksa membuka rahasia tentang Mataram. Kiranya gadis jelita itu telah keracunan dan obat penawarnya ada pada Maya Dewi!
Sungguh suatu siasat yang amat cerdik dari pembantunya yang cantik dan terpercaya ini.
"O, begitukah" Maya, apa kamu menyimpan obat penawar itu?" tanyanya sambil menoleh kepada Maya Dewi.
Wanita itu mengangguk membenarkan.
"Nou ........ kalau begitu, geen problem (tiada masalah)!
Biar kami yang berjanji bahwa kalau memberi keterangan yang sejelasnya tentang kekuatan pasukan Mataram dan rencana mereka menyerbu Batavia, kamu berdua akan dibebaskan tanpa gangguan dan obat penawar untuk Nona Sulastri akan kami berikan!"
"Bersumpahlah, tuan, agar kami mau percaya." kata pula Aulastri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bersumpah" Wat bedoel je (apa maksudmu)?" Ki Warga yang ternyata pandai berbahasa Belanda segera menerangkan apa yang dimaksudkan Sulastri dengan bersumpah.
"Oo, is dat zo (begitukah)" Baik, kami bersumpah akan memenuhi janji-janji kami tadi. Kalau kami berbohong, biarlah kami mati tenggelam bersama kapal kami!"
Setelah selesai makan, seperti yang telah dijanjikan, Aji dan Sulastri memperoleh kebebasan berdua saja dalam sebuah bilik di kapal itu. Sebelum bicara, keduanya meneliti keadaan kamar itu. Setelah melihat semua penjuru dan merasa yakin bahwa pembicaraan mereka tidak disadap atau diintai, mulailah mereka bercakap-cakap dengan suara berbisik sehingga andaikata ada yang mendengarkan dari luar kamar sekalipun, pendengarnya tidak akan dapat menangkap suara mereka.
"Gertakanmu kepada kapten itu tadi sehingga memaksanya bersumpah sungguh baik dan tepat sekali, Lastri.
Dengan demikian tentu dia sekarang tidak ragu lagi bahwa kita memang menyimpan rahasia Mataram." bisik Aji.
"Akan tetapi sesungguhnya aku masih tidak mengerti, Mas Aji. Mengapa engkau katakana kepada mereka bahwa kita mengerti akan rahasia Mataram" Rahasia apakah itu?"
Aji tersenyum. "Itu hanya siasatku saja, Lastri. Kalau kita benar-benar mengetahui akan rahasia Mataram, apa kau kira aku akan sudi membocorkan rahasia itu kepada mereka"
Tidak, lebih baik mati dari pada mengkhianati Mataram. Akan tetapi sesungguhnya aku tidak tahu apa-apa, hanya kukatakan bahwa aku tahu akan besarnya kekuatan pasukan Mataram dan bahwa engkau tahu akan rencana penyerbuan Mataram ke Batavia."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"akan tetapi kenapa" Untuk apa kebohongan itu?"
"Itu hanya siasatku agar kita tidak dibunuh karena aku sudah terpaksa menyerah melihat engkau roboh pingsan dan mereka tawan."
"Ahh, engkau berkorban untuk aku, kakangmas.
Mengapa engkau menyerah dan tidak mengamuk dan kalau mereka terlalu kuat, tidak melarikan diri saja. Karena aku engkau tertawan pula." kata Sulastri dan penyesalan ini sungguh-sungguh.
"Ah, nimas, bagaimana mungkin aku melarikan diri dan membiarkan engkau terjatuh ke tangan manusia-manusia berwatak iblis itu" Aku menyerah dan aku segera bersiasat memberi harga yang tinggi sekali kepada kita, yaitu bahwa aku dan engkau tahu akan rahasia yang amat penting dari Mataram, rahasia itu penting sekali bagi Kumpeni. Siasatku berhasil.
Mereka tidak berani mengganggu kita dan menghadapkan kita kepada Kapten De Vos."
"Akan tetapi nenek genit itu meracuni aku sehingga kita sama sekali tidak berdaya. Andaikata mereka ingkar janji dan tidak menyerahkan obat penawar kepadaku, maka segala usaha untuk menolongku sia-sia saja, mas. Apa tidak lebih baik kita mengamuk saja, membunuh mereka semua dan engkau berusaha menyelamatkan diri?"
"Dan engkau?"
"Aku" Biarkan aku mati keracunan, aku tidak takut mati!"
"Tidak mungkin! Dengar, aku sudah mengatur siasat lain, karena itu aku minta agar diberi waktu sampai besok pagi agar kita dapat berunding dan bergerak malam ini."
"Apa yang kita lakukan, Mas Aji?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ketika kita berada di rumah Ki Warga, aku berhasil mendengar percakapan antara Maya Dewi dan pria jangkung itu. Aku tidak tahu siapa namanya."
"Aku juga hanya mendengar orang-orang menyebutnya raden saja." kata Sulastri. "Apa yang kau dengar?"
"Maya Dewi menyerahkan obat penawar untukmu itu kepada jahanam itu!"
"Eh, kenapa?"
"Jahanam keparat itu agaknya tergila-gila kepadamu, nimas. Dia menginginkan dirimu dan dia minta obat penawar itu agar dia dapat memaksamu. Kalau obat penawar itu berada ditangannya berarti nyawamu berada di tangannya."
"Si kunyuk babi anjing kurang ajar itu!" Sulastri memaki dan karena dalam amarahnya ia mengeluarkan suara keras, maka Aji cepat memberi isarat agar gadis itu tidak berteriak-teriak.
"Lastri, tenang dan sabarlah. Dalam keadaan terancam seperti ini kita harus dapat bersikap tenang. Aku sengaja minta agar kita berdua mendapat kesempatan untuk berunding dan siasatku berhasil. Kita dapat bicara sekarang. Tunggu sebenatar!" Aji kembali memeriksa keadaan sekitar luar bilik kapal itu. Tidak ada orang mengintai. Dia kembali lagi, duduk dekat Sulastri dan melanjutkan pembicaraan dengan suara berbisik.
"Malam nanti kita harus bergerak, harus bertindak cepat."
"Apa yang akan kita lakukan?"
"Kita harus membuat kekacauan di kapal ini malam nanti."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus! Aku suka itu. Akan tetapi ...... ah, racun di tubuhku membuat aku tidak mungkin mengerahkan tenaga sakti. Apa yang dapat kulakukan untuk membantumu, Mas Aji" Aku ingin sekali membantu. Berilah tugas padaku!"
Sulastri bergairah sekali. Ia sudah hampir tidak tahan berada dalam keadaan tidak berdaya dan menjadi tawanan seperti itu.
"Tugasmu penting sekali, Lastri. Untuk membuat suasana menjadi ribut dan kacau, engkau harus membuat kebakaran di kapal ini! Aku melihat anak buah kapal mengambil minyak dari bilik kecil di sudut sana itu. Agaknya bilik itu gudang umntuk menyimpan alat-alat, di antaranya minyak. Nah, kalau engkau dapat melempar api ke dalam bilik itu, pasti akan terjadi kebakaran dan suasana menjadi ribut dan kacau."
Gadis itu mengangguk-angguk. "Itu mudah, aku dapat melakukannya. Akan tetapi sesudah itu bagaimana?"
"Engkau sudah tahu pula bahwa Kapten De Vos itu merupakan orang penting dari Kumpeni Belanda dan agaknya amat berkuasa, dihormati semua orang dan juga ditaati. Bahkan Maya dewi dan orang penuh rahasia bernama Ki Warga itu tampaknya amat tunduk kepadanya. Nah, dalam kekacauan itu aku akan mencari kesempatan untuk menawan dan menyandera Kapten De Vos. Kalau usahaku itu berhasil, kita pasti dapat menuntut apa yang kita perlukan. Selanjutnya serahkan saja kepadaku. Engkau harus selalu dekat denganku setelah melakukan pembakaran itu. Dengan Kapten De Vos sebagai sandera, mereka pasti tidak akan berani bertindak sembarangan dan akan mematuhi semua tuntutan kita."
Sulastri mengangguk-angguk dan sepasang alis yang kecil hitam berbentuk indah itu berkerut memikir. Kemudian ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertanya. "Semua itu baik sekali, Mas Aji. Akan tetapi bagaimana seandainya rencana kita gagal" Andaikata aku tidak dapat melaksanakan pembakaran dan engkau tidak berhasil menyandera De Vos" Bagaimana" Mereka tentu akan memaksa kita untuk memberi keterangan tentang Mataram yang tidak kita ketahui sama sekali. Kalau begitu, bagaimana?"
"Kalau kita gagal, masih ada harapan bagi kita. Selama mereka masih yakin bahwa kita berdua menyimpan rahasia tentang Mataram, aku yakin mereka tidak akan begitu bodoh untuk mengganggu kita. Rahasia itu masih dapat kita pergunakan sebagai perisai dan pelindung diri. Kita masih dapat mencari kesempatan dan akal lain. Kalaupun terpaksa kita harus bicara, kita dapat saja memberi keterangan secara ngawur. Kita dapat mengarang sesuka kita asal masuk di akal.
Misalnya aku. Aku dapat mengatakan bahwa besar kekuatan pasukan Mataram ada lima puluh laksa (lima ribu) orang dan masih ada cadangannya sebanyak itu pula. Aku dapat mengatakan bahwa seluruh kadipaten di Nusa Jawa siap membantu Mataram dan banyak lagi yang dapat kukatakan untuk membuat Belanda menjadi panik."
"Dan aku, bagaimana" Aku tidak mengerti tentang siasat perang!" kata Sulastri bingung.
"Ah, katakana saja bahwa balatentara Mataram akan dipecah menjadi empat bagian. Tiga bagian akan menyerang dari barat, selatan dan timur Batavia, sedangkan yang sebagian akan menyerang dengan menggunakan perahu-perahu dan mengepung di utara. Dengan demikian Batavia akan dikepung dari semua penjuru. Kalau ditanya tentang ransum, katakan saja rakyat di sekitar Batavia sudah siap membantu. Juga Banten akan datang pula menyerang. Dengan demikian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kumpeni Belanda akan menjadi semakin panik dan ketakutan.
Akan tetapi semua keterangan ini tidak perlu kita ceritakan kalau keadaan kita tidak terpaksa sekali. Maka, usaha kita malam nanti harus berhasil baik."
Mereka lalu mengatur siasat dan merundingkan dengan teliti. Agar tidak mendatangkan kecurigaan kepada pihak musuh, setelah mandi dan makan malam, mereka tinggal di bilik masing-masing yang memang disediakan untuk mereka.
Bilik kecil mereka berdampingan.
Malam itu gelap dan sunyi. Kapal yang berlabuh tak jauh dari pantai itu bergoyang-goyang sedikit karena air laut pasang. Kapten De Vos mengadakan rapat dengan Ki Warga, Nyi Maya Dewi, Ki Harya Baka Wulung, Aki Somad dan Raden Banuseta. Mereka membicarakan tentang hasil para anggauta jaringan mata-mata Kumpeni Belanda dan dalam hal ini yang banyak memberi keterangan adalah Ki Warga sebagai pemimpin jaringan mata-mata dan Maya Dewi yang bertugas sebagai pengawas dan banyak melakukan peninjauan di daerah-daerah. Juga dalam kesempatan itu Kapten De Vos memuji siasat Maya Dewi yang telah meracuni Sulastri sehingga dua orang muda yang sakti dan tangguh itu dapat dibuat tidak berdaya dan dipaksa untuk membuka rahasia gerakan Mataram.
"Siasatmu itu benar-benar hebat, Maya. Keadaan mereka berdua sudah tersudut dan terpaksa, mau tidak mau mereka tentu akan membuka rahasia itu. Betapa setiapun mereka kepada Mataram, tentu mereka lebih sayang kepada nyawa mereka. Ha-ha-ha, kita akan berhasil! Kalau kita sudah tahu akan kekuatan dan rencana siasat Mataram menyerang Batavia, akan mudah bagi kita unuk menghancurkan mereka!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kapten De Vos yang sudah mulai mabok anggur sehingga mukanya yang biasanya sudah kemerahan itu kini menjadi merah sekali, tertawa-tawa gembira.
Tiba-tiba suara yang tenang serius Ki Warga menghentikan suara tawa Kapten De Vos. "Saya harap tuan kapten tidak terlalu gembira lebih dulu."
Kapten De Vos menghentikan tawanya dan pada saat itu, Hendrik De Haan memasuki ruangan itu. "Aha, Hendrik, kebetulan kamu datang. Duduklah dan ikut berunding.
Mungkin kami membutuhkan pendapatmu!"
Raksasa itu lalu menyeret sebuah kursi dan duduk di tempat yang lowong, di depan Ki Harya Baka Wulung, terhalang meja. Tanpa diperintah dia meraih botol minuman anggur dan menuangkan ke dalam sebuah gelas besar yang kosong, lalu minum dengan lahap sekali. Melihat sikap itu, kapten De Vos dan yang lain-lain tidak memperdulikannya.
Memang demikianlah sifat dan watak raksasa ini, atau watak pelaut kulit putih pada umumnya, keras dan kasar.
"Tuan Warga, apa yang kau katakan tadi" Kenapa kamu mencegah kami terlalu gembira" Apakah masalahnya?"
"Begini, tuan kapten. Tuan bergembira karena dua orang tawanan itu, Lindu Aji dan Sulastri, akan membuka rahasia Mataram, memberi keterangan tentang kekuatan balatentara Mataram dan rencana siasat mereka menggempur Batavia sebagai pengulangan serangan mereka pertama yang berhasil kita gagalkan."
"Ya, tentu saja. Apa salahnya itu?"
"Tidak salah, tuan. Akan tetapi kalau bergembira sekarang, itu terlalu terburu-buru namanya. belum waktunya untuk bergembira."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hei, Tuan Warga. Apa maksudmu?"
"Saya hanya hendak bertanya, tuan. Bagaimana seandainya besok pagi itu kedua orang tawanan kita memberi keterangan yang palsu" Keterangan yang sama sekali tidak benar, tidak sesuai dengan kenyataan" Kalau mereka itu berbohong, bukankah pihak kita yang akan menderita rugi besar?"
Mendengar ucapan itu, semua orang tertegun dan baru ingat akan kemungkinan besar itu. Kapten De Vos termenung dan tampak bingung dan khawatir. Kemudian dia mengepal tinju dan memukul meja.
"Brakk! God Verdomme, zeg!" dia memaki. "Benar sekali omonganmu itu, Tuan Warga. Untung kamu mengingatkan kami akan kemungkinan itu. Natuurlijk (tentu saja), bisa saja mereka berbohong, bahkan lebih banyak kemungkinannya mereka itu berbohong! Lalu bagaimana baiknya, Tuan Warga?"
"Mudah saja mengatasinya, tuan kapten. Besok pagi biarkan mereka menerangkan tentang rahasia itu, akan tetapi kita tidak boleh membebaskan mereka dulu. Kita tunggu sampai penyerangan Mataram itu benar terjadi. Kalau memang benar seperti yang mereka laporkan, nah, baru kita bebaskan mereka. Kalau sebaliknya laporan itu palsu dan tidak benar, kita hukum dan bunuh mereka."
"Oho, bagus, bagus! Kami setuju dan sebaiknya diatur begitu. Kamu memang pandai, Tuan Warga. Maya, besok engkau dan para pembantumu yang baru ini, Ki Harya Baka Wulung dan Aki Somad, harus siap siaga dan menjaga kalau-kalau dua orang tawanan itu akan memberontak. Kita biarkan mereka memberikan laporan, akan tetapi tetap menahan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka sampai terbukti benar tidaknya laporan mereka seperti dikatakan Tuan Warga tadi."
"Baik, tuan." kata Nyi Maya dewi patuh.
Tiba-tiba Ki Harya Baka Wulung berseru nyaring.


Alap Alap Laut Kidul Seri Ke 3 Pecut Sakti Bajrakirana Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak setuju!"
Tentu saja semua orang terkejut dan memandang kepadanya.
"Apa maksudmu dengan ucapan itu, Tuan Harya?"
tanya Kapten De Vos sambil memandang penuh selidik dengan sepasang matanya yang kebiruan.
"Tuan Kapten, aku Ki Harya Baka Wulung adalah seorang tokoh besar Madura yang gagah perkasa. Bangsa kami terkenal keras namun terbuka dan sekali berjanji, akan memenuhinya dengan taruhan nyawa. Aku tidak suka kalau diajak utuk mengingkari janji, biarpun terhadap dua orang muda yang menjadi musuhku. Aku tidak setuju dengan cara yang curang itu."
Mendengar ucapan yang nadanya keras itu, Hendrik De Haan yang menjadi pengawal pribadi dan jagoan Kapten De Vos menjadi marah. Dia bangkit berdiri mengepal tinjunya yang besar diamangkan ke arah Ki Harya Baka Wulung.
"Harya Baka Wulung!" Dia berteriak dengan suara cedal lalu melanjutkan kata-kata dalam bahasa Belanda karena tidak mahir berbahasa daerah. Ki Warga segera menyalin dalam bahasa daerah agar dapat dimengerti Ki Harya Baka Wulung.
"Harya Baka Wulung, kamu mengaku tokoh Madura yang gagah perkasa akan tetapi buktinya Madura sudah jatuh ke tangan Mataram. Kamu sekarang ini menjadi pembantu Kumpeni Belanda dan kewajibanmu adalah untuk menaati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua perintah Kapten De Vos! Tidak sepatutnya kamu bersikap kasar seperti ini!"
Terbelalak sepasang mata Ki Harya Baka Wulung mendengar terjemahan Ki Warga itu. Diapun mengamangkan tinjunya ke arah muka raksasa bule itu dan membentak.
"Hendrik De Haan! kaukira aku takut kepadamu" Kamu hanya tukang pukul murahan! Ketika aku bergabung dngan Nyi Maya Dewi, aku hanya mau karena ingin melihat Mataram jatuh, bukan berarti aku menjadi antek Belanda. Aku hanya mau bekerja sama untuk menjatuhkan Mataram!"
Hendrik De Haan tidak dapat bicara bahasa daerah, akan tetapi karena dia sudah lama juga mengikuti Kapten De Vos, kalau hanya mendengar saja dia dapat mengerti artinya.
Maka, mendengar jawaban itu, dia lalu meninggalkan kursinya, berdiri di tengah ruangan itu dan menantang. Dia hanya menggapai dengan tangan kiri dan mengamangkan tinju kanan ke arah Ki Harya Baka Wulung. Tokoh Madura itu adalah seorang yang berwatak keras, maka diapun segera melompat menghampiri. Dua orang ini sudah berhadapan dengan mata melotot. Biarpun Ki Harya Baka Wulung sudah berusia hampir tujuh puluh tahun, dia masih tampak gagah dan kokoh dengan tubuhnya yang tinggi tegap. Walaupun tubuhnya tidak sebesar tubuh Hendrik, namun dia dapat disebut seorang bertubuh raksasa di antara bangsanya. Kumisnya yang tebal itu seolah berdiri saking marahnya.
"Majulah, setan bule!" Ki Harya Baka Wulung menantang.
"Paman Harya, jangan membunuh orang!" Nyi Maya Dewi berseru khawatir.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku hanya ingin menghajar si keparat ini!" kata Ki Harya Baka Wulung.
Sementara itu, Hendrik De Haan yang sudah agak banyak minum anggur dan hawa panas sudah mulai naik ke kepalanya, tidak dapat menahan kemarahannya lagi. Dia sudah menerjang ke depan, menyerang bagaikan seekor biruang.
Akan tetapi Ki Harya Baka Wulung adalah seorang sakti yang memiliki kemahiran pencak silat yang sudah matang. Melihat serangan kedua tangan dari kanan kiri atas itu, diapun menangkis dari dalam dengan kedua lengannya.
"Dukkk!" Dua pasang lengan bertemu dan pada saat itu, kaki kanan Harya Baka Wulung menyapu kaki lawan dan pada saat yang sama, lengan kanannya yang menangkis dan sikunya menhunjam ke depan dengan kuat sekali.
"Desss ........ dukkk!" Tak dapat dihindarkan lagi, tubuh Hendrik terjengkang. Akan tetapi dia bukan orang lemah.
Ketika tubuhnya terdorong ke belakang dan kakinya terjegal, dia malah membuang diri ke belakang dan berjungkir balik sehingga dia tidak sampai terbanting roboh. Hantaman siku kanan Harya Baka Wulung yang mengenai dadanya tadi seolah tidak dirasakannya. Hendrik menjadi marah dan sambil mengeluarkan gerengan dari mulutnya yang berbau arak itu, dia menerjang lagi. Kedua lengannya yang besar panjang itu kini tidak memukul melainkan bagaikan dua ekor ular cepatnya tahu-tahu telah menangkap kedua lengan lawan. Gerakannya cepat sekali karena dia mempergunakan ilmu gulat yang pernah dipelajarinya. Harya Baka Wulung terkejut dan tidak mampu menghindar, tahu-tahu kedua lengannya telah ditangkap dan raksasa bule itu mengerahkan seluruh tenaganya untuk mengangkat tubuh Harya Baka Wulung dan membantingnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hendrik biasa berlatih mengangkat besi yang beratnya dua kali berat tubuh Harya Baka Wulung, maka dia merasa yakin akan mampu mengangkat tubuh lawan itu tinggi-tinggi kemudian dibantingnya agar tulang-tulang itu menjadi patah-patah.
Akan tetapi raksasa Belanda itu terlalu memandang rendah lawannya. Harya Baka Wulung seorang tokoh besar Madura yang memiliki banyak aji kesaktian dan dia merupakan seorang ahli tapa yang telah menguasai banyak ilmu yang hebat-hebat. Ketika dia maklum akan niat lawan, yaitu mengangkatnya ke atas, cepat dia mengerahkan Aji Selatantra.
Dengan aji yang dahsyat itu, tubuh Harya Baka Wulung seolah menjadi seberat gunung batu! Hendrik de Haan mengerahkan seluruh tenaganya, namun sia-sia, sama sekali dia tidak mampu mengangkat tubuh kakek tua itu! Dia bekah-bekuh, menahan napas dan mengerahkan segenap tenaganya, otot-ototnya sampai menggembung, tulang-tulangnya berkerotokan, bahkan hawa dalam perutnya yang didorong keluar sehingga terdengar suara memberebet! Namun, setelah ber ah-ah-uh-uh beberapa lama tetap saja tubuh lawan tidak dapat diangkatnya.
Ketika kedua lengannya bagian atas siku itu dipegang lawan, kedua tangan Ki Harya Baka Wulung berada di sebelah dalam. Kini, dia menggerakkan kedua tangan ke depan dan dia mengangkap pinggang Hendrik. Dia mengerahkan tenaga Cantuka Sakti yang luar biasa dahsyatnya itu dan sambil mengeluarkan suara nyaring dia mengangkat tubuh Hendrik ke atas.
"Kok-kok-kokkk!" Terdengar suara berkokok itu dari dalam perutnya dan tubuh Hendrik yang tinggi besar itu telah diangkatnya ke atas kepalanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Paman Harya, jangan membunuh!" kembali Maya dewi berteriak.
Mendengar teriakan ini, Harya Baka Wulung teringat.
Diapun bukan seorang bodoh yang menurutkan nafsu amarah.
Dia tahu bahwa kalau dia membunuh, bukan saja nyawanya terancam oleh Kapten De Vos dan anak buahnya yang mempunyai senjata api, akan tetapi juga usahanya bekerja sama dengan Belanda untuk membalas dendamnya kepada Mataram akan gagal. Maka, dia tidak membanting tubuh raksasa itu. Kalau dibantingnya dengan tenaga Cantuka Sakti tentu akan remuk tulang-tulang tubuh itu atau akan pecah kepalanya. Dia lalu melemparkan saja tubuh Hendrik ke atas.
"Bressss ........ !" Tubuh itu melayang ke atas lalu terbanting jatuh ke atas lantai kapal. Memang tidak sampai tewas atau patah-patah tulangnya, namun cukup membuat kepalanya pening dan pinggulnya nyeri, perutnya mulas.
Hendrik merasa malu sekali dan hal ini membuatnya marah besar. Biarpun pandang matanya masih berkunang, namun dia segera mencabut sebuah pistol besar yang terselip di pinggangnya dan siap untuk menembakkan pistol itu ke arah Harya Baka Wulung. Akan tetapi, datuk besar Madura ini sudah siap. Dia sudah mengerahkan ajinya yang amat dahsyat yaitu Aji Kukus Langking (Asap Hitam). Begitu dia mendorongkan kedua tangannya, asap tebal hitam menyambar ke arah Hendrik dan terdengar kakek itu berseru dengan suara menggetar mengandung penuh wibawa.
"Lepaskan senjata api itu!"
Terjadi keanehan. Bentakan yang mengandung kekuatan sihir itu membuat Hendrik melepaskan pistolnya sebelum dia sempat menarik pelatuknya. Pistol jatuh berdetak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di atas lantai dan asap hitam itu membuatnya terhuyung ke belakang sehingga dia terjengkang dan terjatuh.
Ki Harya Baka Wulung menarik kembali ajinya. Asap hitam lenyap dan tubuh Hendrik terkapar di atas lantai kapal dan muka berubah menghitam seperti hangus. Akan tetapi. dia masih untung karena Harya Baka Wulung tidak berniat membunuhnya sehingga tubuhnya tidak sampai melepuh terbakar, hanya hangus seolah-olah dia berjemur matahari dari pagi sampai petang!
Ketika Harya Baka Wulung memandang ke sekeliling, kiranya dia sudah terkepung belasan orang anak buah kapal yang menodongkan bedil mereka ke arahnya. Dengan sikap tenang Harya Baka Wulung menghadapi Kapten De Vos dan berkata, "Aku tidak membunuhnya, dan aku ingin bekerja sama dengan Kumpeni untuk mengalahkan Mataram, bukan untuk menjadi antek Belanda, juga bukan untuk bermusuhan dengan Belanda!"
Ki Warga cepat berkata kepada Kapten De Vos dalam bahasa Belanda, "Tuan Kapten, orang ini amat berguna bagi kita."
Kapten De Vos segera memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk menghentikan penodongan mereka dan mengundurkan diri keluar dari ruangan itu. Para anak buah itu untuk kedua kalinya, menggotong tubuh Hendrik dan meninggalkan ruangan itu.
Kapten De Vos tersenyum lebar, memandang Harya Baka Wulung. "Kami mengerti maksudmu, Tuan Harya.
Maafkan kelancangan Hendrik tadi. Memang Maya Dewi sudah melaporkan kepada kami bahwa Tuan Harya dan Tuan Somad ingin bekerja sama dengan kami, bukan menjadi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
pegawai kami. Silahkan duduk kembali, Tuan Harya. Kita bicara dan berunding sebagai sahabat, bukan sebagai atasan kepada bawahan. Silakan." Kapten De Vos adalah seorang pejabat yang bertugas sebagai intelejen Belanda dan dia memang sudah mendapat pendidikan mendalam sehingga dia mampu menyesuaikan diri demi keuntungan Kumpeni.
Menghadapi sikap sabar dan ramah ini, mereda kemarahan Harya Baka wulung dan dia pun duduk kemabli ke atas kursinya yang tadi.
Kapten De Vos menuangkan sendiri anggir ke dalam gelas di depan Harya Baka Wulung, lalu dia mengajaknya minum anggur sambil berkata. "Marilah kita minum anggur ini sebagai pernyataan persahabatan ini dan sebagai permintaan maaf kami atas kelancangan Hendrik tadi."
Harya Baka Wulung menyambut dan minum
anggurnya. Suasana menjadi akrab kembali. "Tuan Harya, kalau boleh kami bertanya, kenapa kamu begitu membenci Mataram" Apakah karena Mataram telah menaklukkan seluruh Madura dan sekarang kamu ingin membebaskan Madura dari kekuasaan Mataram?" Tanya Kapten De Vos.
Harya Baka Wulung menggeleng kepala dan menghela napas panjang.
"Kekalahan Madura terhadap Mataram tidak perlu dipersoalkan lagi. Madura telah membuat perlawanan sekuatnya, akan tetapi karena memang kalah kuat maka dapat ditundukkan, kini malah dapat dipersatukan di bawah pimpinan Pangeran Cakraningrat yang berkedudukan di Sampang, diangkat oleh Sultan Agung. Pangeran Cakraningrat itu dahulunya adalah Raden Praseno, putera Bupati Arisbaya, dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia adalah muridku. Tidak, tidak ada alasan bagiku untuk mendendam kepada Mataram karena kekalahan Madura."
"Kalau begitu, kenapa kamu begitu membenci Mataram sehingga bersedia bekerja sama dengan kami untuk menjatuhkan Mataram?" desak Kapten De Vos. Dia merasa perlu mengetahui latar belakang orang yang akan bekerja sama dengan Kumpeni menghadapi Mataram.
Mendengar pertanyaan itu, Harya Baka Wulung seperti diingatkan kembali akan segala suka dukanya, terutama sekali kedukaan yang teramat besar sehubungan dengan tewasnya putera tercinta. Dia hanya mempunyai seorang putera yang diberi nama Raden Dibyasakti, seorang pemuda yang menurut penilaiannya sendiri amat tampan gagah dan patut dibanggakan. Seluruh cinta kasihnya tercurah kepada puteranya itu. Akan tetapi puteranya itu tewas ketika perang sedang panas-panasnya terjadi antara Madura dan Mataram.
Kematian Raden Dibyasakti itu menghancurkan hatinya dan menanamkan bibit dendam kebencian yang teramat besar terhadap Mataram umumnya dan Sultan Agung pada khususnya. Dia harus membalas dendam kematian puteranya itu, apapun yang terjadi!
Setelah menghela napas panjang, Harya Baka Wulung mejawab pertanyaan Kapten De Vos itu. "Sebetulnya ini urusan pribadi. Aku sudah bersumpah dalam hati untuk membalas kepada Sultan Agung untuk dengan cara apapun juga menghancurkan Mataram. Mataram telah merenggut nyawa puteraku yang tunggal, telah menghancurkan semua kebahagiaanku."
Melihat wajah Harya Baka Wulung yang penuh duka dan kini kakek itu menunduk lesu, suasana menjadi hening.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akhirnya Kapten De Vos berseru, "Mari kita minum lagi. Kita lupakan kenangan masa lalu dan mari kita bersiap untuk menghancurkan Mataram, musuh kita bersama!"
Mereka minum anggur lagi. Setelah ketegangan mereda, De Vos bertanya kepada Harya Baka Wulung. "Tuan Harya, kalau tuan tidak setuju untuk tetap menahan dua orang tawanan sampai terbukti bahwa laporan mereka benar, lalu kalau menurut tuan, apa yang harus kita lakukan agar kita tidak sampai menderita rugi oleh kebohongan mereka?"
"Kalau mereka besok pagi memberi keterangan, kita harus membebaskan mereka seperti yang telah dijanjikan.
Untuk mencegah agar mereka tidak berbohong, kita minta mereka bersumpah lebih dulu sebelum memberi keterangan mereka. Orang-orang yang menjunjung tinggi kegagahan seperti mereka pasti tidak akan mau melanggar sumpah sendiri.
Harimau Mendekam Naga Sembunyi 19 Hancurnya Sian Thian San Seri Pengelana Tangan Sakti Seri Ke Iv Karya Lovelydear Pedang Golok Yang Menggetarkan 10
^