Badai Laut Selatan 9
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bagian 9
radar bahwa bukan Wisarigjiwo yang me mperkosa Kartikosari
dalam guha itu, berdasarkan bukt i ke lingking itulah.
"Adimas Pujo dan Diajeng Kartikosari, silah kan Adinda
berdua masuk. Mari kita bercakap-cakap di dala m. Tentang ini
....... " Ia menggerakkan tangan kirinya ke depan, " ....... ada
riwayatnya. Marilah masu k dan nanti kucer itakan semua
kepada kalian."
Pujo dan Kartikosari saling lirik, kemudian mereka
mengangguk dan ikut masuk. Sudah sepatutnya sikap
Jokowanengpati itu. Andaikata bukan Jokowanengpati musuh
besar mereka, tentu begini pula sikapnya. Tak mungkin,
seseorang, apalagi seperti Jokowanengpati yang agaknya di
kadipaten ini se karang me mpunyai kedudukan tinggi, suka
mencer itakan tentang buntungnya kelingking di depan para
penjaga itu. Seorang di antara tiga penjaga yang tadi belum
dirobohkan, dibentak oleh Jokowanengpati,
"Hayo perketat penjagaan dan jangan bertindak sembrono
seperti tadi. Kalian bertujuh patut dihuku m ma mpus. Tak
tahukah bahwa yang datang ini adalah adik-ad ik seperguruanku?"
"Ampun ..... Raden Mas ..... " mereka berlutut dan
menye mbah penuh per mohonan, wajah mereka ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat, minggir!"
Jokowanengpati me mbentak lagi, la lu me mpersilah kan dua
orang tamunya me masuki pendopo, terus melalui pintu
menuju ke ruang tamu di sebelah kiri pendopo. Pujo dan
Kartikosari bersikap tenang, namun pandang mata mereka
waspada mengerling ke kanan kiri, menjaga kalau-kalau ada
serangan gelap.
"Silakan duduk. Di sini sunyi tak terganggu. Kita dapat
berbicara leluasa dan tenang. Agaknya banyak hal yang harus
mendapat penjelasan, Dimas Pujo.Terutama sekali tentang
keteranganm dahulu bahwa Diajeng Kartikosari suda
men inggal. Aku tidak me lihat sebab-sebab yang tepat
mengapa dahulu itu engkau berbohong kepadaku. Akan tetapi
biarlah engkau sendiri yang nanti me mber i keterangan agar
hatiku tidak merasa bingung dan penasaran. Sekarang lebih
dahulu kau dengarlah tentang Kadipaten Se lopenangkep."
Jokowanengpati menarik napas panjang dan me mandang
kedua orang suami isteri yang duduk di atas bangku bangku
berukir di depannya. Lampu la mpu dipasang pada dinding di
belakang dan atas kepala Jokowanengpati sehingga sinar
la mpu yang menyinar i kepalanya me mbuat wajahnya
tersembunyi dalam bayangan gelap. Sebaliknya, sinar la mpu
itu langsung menerangi wajah Pujo dan Kartikosari.
Melihat betapa sua mi isteri itu kelihatannya gelisah,
kadang-kadang saling lirik dan terutama sekali selalu
me mandang ke arah tangan kirinya Jokowanengpati tidak
me mber i kesempat an mereka me mbuka mulut, langsung
menya mbung kata-katanya.
"Seperti telah kuceritakan kepadamu sepuluh tahun yang
lalu, Adimas Pujo, ketika itupun a ku sudah menduga bahwa
Adipati Joyowiseso merencanakan pe mberontakan terhadap
Medang. Maka aku sengaja datang ke sini dan melakukan
penyelidikan, terpaksa ketika itu aku berpura-pura Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me musuhimu, bahkan setelah kau berhasil melarikan d iri, aku
me mba wa pasukan untu k mengejar dan menca ri-carimu."
Melihat betapa pandang mata suami isteri itu tidak
berubah, tetap tegang, penuh selidik dan penuh benci,
Jokowanengpati dia m-dia m menduga-duga.
Perbuatannya dalam beberapa hari ini, bersama Ni
Durgogini dan Ni Nogogini, menyerbu ke Bayuwis mo dalarn
usaha mencari pusaka Mataram kalau- kaIau disernbunyikan di
situ, kemudian me mbunuh ena m orang cantrik agar tidak
mengenalnya, dilakukan secara sembunyi dan tidak seorangpun tahu. Tak mungkin Pujo dan isterinya tahu akan
hal itu. Akan tetapi kedatangannya ke Bayuwismo beberapa tahun
yang lalu bersama Cekel Aksomolo dan pasu kan kadipaten,
tentu ada yang tahu. Berpikir sejauh ini ia lalu berkata pula,
"Karena harus dapat melakukan penyelidikan secara tepat,
aku terpaksa me mbantu usaha pe mberontakan Adipati
Joyowiseso sehingga terpaksa pula aku ikut menyerbu ke
Bayuwis mo bersama Cekel Aksomolo dan pasukan kadipaten.Untung aku ikut ke sana, kalau tidak ada aku yang
mencegah, tentu parnan-paman cantrik di sana sudah dibunuh
Cekel Akso molo ketika itu."
Dua pasang mata di depannya itu memancarkan sinar
penuh kemarahan, akan tetapi mereka dia m saja. Hal ini
bahkan menimbulkan ketegangan dan kegelisahan di hati
Jokowanengpati yang cepat-cepat menyambung,
"Akan tetapi, akhirnya tibalah saatnya menghancurkan para
pemberontak. Dua pekan yang lalu, aku diberi tugas oleh
Gusti Pangeran Anom, memimpin pasukan besar dan
menyerbu kadipaten ini, menang kap adipati, me mbas mi kaki
tangannya dan mengambil alih kadipaten atas nama Gusti
Pangeran Anom, dan ..... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup ! Kami datang bukan untuk mendengarkan
obrolan!!"
Tiba-tiba Kartikosari bangkit berdiri sambil me mbentak.
Jokowanengpati terkejut sekali, dan Pujo segera me megang tangan isterinya, disuruhnya duduk dan bersikap
tenang. Kemudian sa mbil me mandang taja m kepada Jokowanengpati, Pujo berkata,
"Kakang Jokowanengpati, maafkan sikap kami. Akan tetapi
sesungguhnya,kedatangan kami ini me mpunyai keperluan
penting. Kami tidak mengira a kan berte mu denganrnu di sini.
Soal-soal la in kami tidak peduli, akan tetapi harap kau suka
menjawab dua pertanyaan kami. Pertarna, siapakah yang
begitu keji me mbunuh se mua cantrik Bayuwis mo siang tadi
dan ke dua, ke mana hilangnya ke lingking tangan kirimu itu!"
Wajah Jokowanengpati menjad i pucat,akan tetapi karena
terlindung oleh bayang-bayang gelap, tidak tampak oleh
kedua orang ta munya.
Di da la m hatinya,Jokowanengpati agak menyesal mengapa
ia me mbiarkan Ni Durgogini dan Ni Nogogini pergi dari
kadipaten, menuju ke kota raja me mberi laporan kepada
Pangeran Anom. Kalau saja ia yang pergi ke kota raja, tentu tidak akan
bertemu dengan Pujo dan Kartikosari. Akan tetapi, bagaimana
ia bisa men inggalkan Kadipaten Selopenangkep kalau
kadipaten ini sudah dikuasainya dan setiap hari ia dapat
bersenang-senang dengan gadis-gadis ra mpasan yang cantik-
cantik" Sebagai penguasa sementara yang baru, ia
me mer intahkan agar se mua perawan denok di kadipaten itu
dikumpulkan di kadipaten untuk melayaninya.
Tentu saja ia me mbiar kan kedua orang iblis betina yang
makin tua makin menggila akan tetapi masih tetap cantik itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mengumpulkan pe muda-pemuda tampan pula dalam
kadipaten. Senyum simpul menghias mulut Jokowanengpati. Untung ia
cerdik. Terlalu cerdik untuk orang-orang tak berpengalaman
maca m Pujo dan Kartikosari.
Untung ia telah bersiap-siap menghadap i anca man musuh
dari manapun datangnya. Dengan pelbagai siasat, ia
m?rencanakan penjagaan diri yang cukup kuat, dan di
antaranya, ruangan tamu ini merupa kan tempat
ia menyelamatkan diri dar ipada musuh-musuh yang terlampau
berat. Sarna sekali ia tidak gentar menghadapi Pujo dan
Kartikosari, yang keduanya adalah adik-adik seperguruannya.
la sudah banyak menerima ge mblengan Ni Durgogini yang
sakti. Akan tetapi sebagai seorang cerdik, ia tidak rnau
menga mbil resiko berbahaya.
Kalau ada cara lain mengalahkan lawan yang jauh leb ih
mudah, mengapa menggunakan cara yang sukar dan
berbahaya" Jokowanengpati memasu kkan kedua tangannya
ke bawah meja yang berdiri di depannya, lalu berkata dengan
suara mengejek,
"Mengapa tidak kau cari sendiri siapa yang membunuh para
cantrik, dan tentang kelingkingku ini, he mm .... digigit kuda
betina liar!!"
Pujo dan Kartikosari menjadi marah sekali. Sungguhpun
Jokowanengpati tidak mengakui perbuatannya secara berterang,namun kata-katanya itu merupakan ejekan yang
cukup je las. Namun, tak sempat suami isteri itu mengeluarkan kata-
kata, karena pada saat itu, lantai di bawah mereka a mblas ke
bawah sehingga dua buah bangku yang mereka duduki,
berikut tubuh mereka melayang ke dalam lubang dan tidak
dapat dicegah lag i!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha-ha! ..... Orang-orang tolol maca m kalian mana
ma mpu melawan aku?"
Jokowanengpati tertawa bergelak sambil menepuk-nepuk
meja di depannya.
Otomatis lantai yang berlubang itu bergeser dan tertutup
kembali. Tepukan tangannya disambut munculnya e mpat
orang pengawal. Mereka duduk bersimpuh dan menye mbah.
"Seorang dari kalian atur penjagaan yang lebih ketat,
jangan biarkan s iapapun masuk kadipaten. Seorang lagi bawa
pasukan menjaga tawanan di bawah tanah. Kamu dua orang
mari ikut bersa maku, bawa regu penyemprot asap belerang!"
Jokowanengpati kelihatan gembira sekali. Dua orang
musuhnya, yang selama ini me ndatangkan mimpi buruk
kepadanya, telah tertangkap dan sebentar lagi tentu dapat
dilenyapkan dar i per mukaan bumi.
Yang pasti Pujo, adapun Kartikosari ..... hemmm! Wanita
itu makin montok dan ayu saja.
Kalau orang biasa yang terbanting jatuh dari tempat ha mpir
sepuluh meter, tentu akan luka-luka, setidaknya patah tulang
salah urat, kalau tidak pecah kepalanya dan mati. Namun Pujo
dan Kartikosari adalah orang-orang yang selain kuat juga
terlatih, me miliki susunan syaraf yang amat peka, tubuh yang
trampil. Ketika melayang-layang jatuh,cepat mereka dapat
mengatur keseimbangan tubuh sehingga ketika terbanting di
atas tanah, mereka dapat menahan bantingan itu dengan
kedua tu mit kaki dan tekukan lutut. Bangku yang turut
me layang jatuh, telah mereka dorong ke pinggir sebelum
sampai di dasar "sumur" itu.
"Kau tidak apa-apa, Nimas ..... " "
Pujo merangkul isterinya di dalam ruangan yang gelap
pekat itu. "Tida k, Kakangmas," bisik Kartikosari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku , sungguh bodoh kita sampai kena di akali jaharam itu
! " Pujo mengepal tinjunya daia m gelap.
"Keparat itu dengan perbuatannya ini jelas me mbukt ikan
dosanya. Mari kita periksa te mpat ini dan berusaha keluar."
Mulailah mereka meraba-raba. Alangkah kaget hati mereka
ketika mendapat kenyataan bahwa mereka terkurung dalam
sebuah ruangan yang tertutup rapat dan amat kuat, terbuat
dari ternbok yang amat tebal.
Di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah tiang kayu
jati. Pujo me manjat tiang ini ke atas dan ternyata di atas juga
tertutup bahkan tertutup jeruji besi yang kuat di bawah atap!
Sebuah pintu di kiri terbuat dari besi pula.
Suami isteri ini sudah mencoba-coba untuk mencari jalan
keluar dengan me mbobol pintu atau dinding, na mun s ia-sia.
Terla mpau kuat dinding dan pintu itu. Mereka seperti dua ekor
harimau masuk perang kap, hanya bisa marah- marah akan
tetapi tidak ma mpu ke luar!
"Jahanam busuk Jokowanengpati!" Kartikosari berteriak
marah. "Ka lau kau me mang jantan, hayo bertanding sa mpai
titik darah terakhir! Engkau me n jebak kami secara pengecut.
Tak tahu ma lu!"
Pujo kembali merangkul isterinya yang berteriak-teriak itu,
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian berbisik,
"Nimas, percuma marah- marah terhadap seorang yang
sudah kehilangan jiwa ksatrianya. Lebih baik kita me mikirkan
akal untuk dapat ke luar dari sini."
Mereka duduk berdampingan di atas lantai ruangan itu.
Keadaan yang gelap pekat mula i remang-re mang setelah mata
mereka biasa di ruang gelap itu. Kiranya di sebelah bawah
terdapat lubang-lubang kecil, agaknya lubang hawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Legalah hati Pujo.
Setidaknya, dengan adanya lubang-lubang kecil itu, mereka
tidak akan mat i pengap. Dan dari lubang-lubang kecil ini pula
masu knya sinar yang me mbuat ruangan itu remang-re mang.
Mulailah mereka me mpelajari keadaan ruangan. Bentuknya
bundar, di tengah-tengah tiang. Tidak ada sebuahpun perabot
rumah yang menghias ruangan,kecuali sebuah la mpu kecil
tergantung di dekat tiang. Tembok dan pintu bes i,juga tiang
itu tidaklah baru, berarti tempat ini sudah ada sejak
Joyowiseso menjadi adipati di situ.
"He mm, agaknya tempat ini me mang mer upakan tempat
tahanan, akan tetapi tidak seperti tempat tahanan di mana
aku dahulu dikeram," kata Pujo.
Kartikosari me ngangguk-angguk dan menyentuh lengan
suaminya. "Kakangmas, kita tenang-tenang saja dan mengaso
mengumpulkan tenaga. Biarkan mereka itu me mbuka pintu
lalu kita menyerbu keluar!"
Pujo menggeleng kepala.
"Kurasa Jokowanengpati pengecut licik itu tidaklah begitu
bodoh, Nimas. Bagaimana kalau dia me mbiarkan kita
kelaparan, kehausan dan le mas tak berdaya sebelum pintu ini
dibuka?" "Ah, Kakangmas, takut apa" Biar kita mati. Mati di
sampingmu adalah nikmat,Kakangmas. Takut apa" "
Pujo merang kul leher isterinya dan mencium bibirnya, lalu
berbisik, "Akupun tidak takut mati, karena ada engkau di sampingku,
Nimas. Akan tetapi, kita tidak boleh mati sekarangl Bangsat itu
belum terbalas, dan aku belum melihat anak kita, bagaimana
kita bisa mati " Tidak, kita hatus berusaha. Kerisku masih ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padaku, dengan senjata aku bisa me mbongkar tembok, sedikit
demi sedikit, sebata demi sebata."
"Kau benar, Kakangmas. Akupun dapat membantu mu
dengan cundrikku!"
Penuh semangat suami isteri itu mulai bekerja. Biarpun
senjata di tangan mereka hanya keris dan cundrik kecil saja,
namun karena mereka me miliki tenaga dalam yang amat kuat,
agaknya tidak akan sukar bagi mereka untuk me mbongkar
tembok tebal itu. Akan tetapi, belum juga sebata terbongkar,
tiba-tiba terdengar suara mendesis-desis keras disusul ketawa
bergelak. Pujo dan Kartikosari kaget sekali,me lompat berdiri dan
tampaklah asap putih me mbanjir masuk dari lubang-lubang di
bawah dekat pintu. Pujo tersedak dan Kartikosari terbatuk-
batuk ketika,asap belerang mulai menyerang hidung dan
me menuhi ruangan itu!
Mereka berusaha menutup pernapasan, namun betapa
saktipun seseorang, tak mungkin is dapat menghentikan
napas terlalu lama. Mereka terbatuk-batuk, terengah-engah,
terhuyung-huyung.
Pujo masih ingat akan isterinya, me meluk isterinya,seakan-
akan hendak melindungi isterinya dengan tubuh sendiri
menjad i perisai.
Namun, menghadapi musuh berupa asap belerang, tak
mungkin dia dapat melindungi isterinya atau dirinya sendiri.
Hampir berbareng mereka roboh pingsan,menggeletak di
atas lantai, masih berpelukan.
"Cukup! Buka pintunya, tangkap dan ikat mereka pada
tiang!" Terdengar suara Jokowanengpati berseru, akan tetapi
suami isteri itu tidak dapat mendengar perintah ini, juga masih
belum sadar ketika tubuh mereka yang le mas itu diseret ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiang, kemudian dipaksa berd iri dan diikat lengan dan kaki
mereka pada tiang, beradu punggung pada tiang di tengah
ruangan. Jokowanengpati me masuki ruangan setelah asap mulai
men ipis dan karena sekarang pintu terbuka, maka ruangan itu
tidaklah segelap tadi.
"Ha-ha-hal Pujo, keparat. Kau mau bilang apa sekarang?"
Jokowanengpati tertawa mengejek setelah me mber isyarat
kepada Para pengawal yang jumlahnya enam orang Itu untuk
keluar dari ruangan. la me langkah maju dan menampar muka
Pujo dengan kedua telapak. tangan, berkali-kali. Karena Pujo
masih belum sadar betul dan tubuhnya lemas, maka
kepalanya terguncang-guncang ke kanan kiri ketika menerima
tamparan. Akan tetapi, pukulan-pukulan keras itu malah me mbuatnya
cepat siuman dari pingsannya. Begitu sadar dan melihat
bahwa ia ditampari Jokowanengpati,
seketika Pujo menegangkan tubuh-nya dan urat-urat di lehernya mengeras,
kepalanya tidak terguncang-guncang lag i.
"Jokowanengpati manusia pengecut!" Ia me maki, suaranya
penuh nada ejekan.
"Ha-ha-ha-ha!
Tak usah kau me mancing-mancing
kemarahanku agar kau kubebaskan dan kutantang bertanding,Pujo. Sebentar lagi kau ma mpus. Nah, rasakan ini!"
Kakinya me layang dan
"ngekkk!"
kaki itu bersarang di perut Pujo! Betapapun Pujo
mengerahkan tenaga,namun karena tenaga lawannya juga
amat kuat, maka is mer ingis kesakitan.
"Desss! Plakk! Bukk!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati terus menghanta m dan me mukuli se luruh
tubuh Pujo. "Jahanam pengecut, keparat!"
Kartikosari yang baru saja s iuman itu menjerit-jerit ketika
meno leh dan me lihat suaminya dipukul tanpa dapat memba las
sedikitpun karena tangan dan kakinya terikat.
Makian Kartikosari meno long Pujo.
Jokowanengpati menghentikan siksaannya,lalu me langkah
mende kati Kartikosari. Mukanya yang tampan itu menyeringai,
matanya me mandangi tubuh yang montok, melahapnya penuh
nafsu. "He-he-he, kau ma kin cantik jelita saja, Kartikosari. Kau
makin ayu denok. Ah, ingatkah kau malam har i itu di dalam
guha" Alangkah senangnya!"
"Jokowanengpati
manusia rendah!
Binatang! Tutup mulut mu yang kotor dan bu nuhlah a ku kalau kau tidak berani
menghadap i aku bertanding secara jantan!" Pujo berteriak-
teriak marah. "Ha-ha-ha-ha! Pujo, sepuluh tahun yang lalu kau hanya
menduga-duga, sekarang akan kausaksikan dengan mata
kepala mu sendiri bahwa akulah yang akhirnya mendapatkan
Kartikosari, bukan engkau! ....... Ha-ha-ha!"
Jokowanengpati mendekat dan dengan lagak kurang ajar
mencium bibir Kartikosari. Wanita itu me mbuang muka
sehingga hanya pipinya yang kena cium.
"Bedebah! Binatang ....... !!" Kartikosari me ma ki.
"Joko, iblis la knat engkau!" Pujo hanya dapat memaki
dengan amarah meluap-luap.
Jokowanengpati kembali menghadapi Pujo, lalu me mper lihatkan tangan kirinya. Kelingkingnya buntung
menger ikan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau lihat ini " Kau tadi menanyakan mengapa Kelingking
kiriku buntung" Ha-ha-ha, Kartikosari. Bukankah kelingking ini
ketika dengan liar kau menyatakan sayang dan kasihmu
kepadaku, Manis" "
"Jahanam.......! Kubunuh....... engkau......... !!! "
Kartikosari ha mpir pingsan saking marahnya.
)0oo-dw-oo0( Jilid 16 "BUNUH" Kau me mbunuh a ku" Heh-heh-heh! Suamimu
inilah yang akan kubunuh. Lihat!"
Jokowanengpati kemba li menghanta m, kali ini ke arah dada
Pujo. Kartikosari menjerit, Pujo mengerah kan tenaga dan ......
"Bukkk!"
pukulan jatuh dengan hebatnya, rnembuat Pujo sesak
bernapas dan mukanya pucat. Akan tetapi ia tidak mati,
pingsanpun t idak, hanya menderita nyeri bukan ma in.
"Ha-ha-ha, akan kubunuh dia perlahan- lahan, kusiksa dia
perlahan-lahan, di depan mata mu, Kartikosari. Ya, di sini, di
depanmu! Akan tetapi, dia harus me lihat dulu betapa kau
adalah milikkul Heh, Pujo. Katakanlah, ?"" yang akan kau
lakukan kalau aku menggagahi Kartikosari di s ini, di depan
mata mu " "
"Jokowanengpati, kaubunuhlah aku! Bunuhlah Aku dan
kalau perlu, kaubunuh pula Isteriku, jangan kau la kukan
penghihaan biadab ini!"
Pujo akhirnya mengeluh. Sementara itu, Kartikosari
menang is karena wanita inipun maklum betapa kehormatannya terancam penghinaan yang lebih hebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daripada kematian. Betapa ia dan sua minya sama se kaii tidak
berdaya, tak ma mpu berbuat apa-apa.
"Heh-heh-heh, salah siapa" Kenapa Isterimu begini cantik,
begini molek, begini men ggairah kan! Dan mengapa kau
kebetulan berdiri di tengah jalan mengha langi kesenangan
hidupku" Ha-ha, kau akan menyaksikan betapa senangnya
aku me miliki tubuh isterimu, kemudian dia akan me lihat kau
ma mpus. Aduh, alangkah man is dan nikmatnya pemba las an!"
Jokowanengpati tertawa-tawa berkakakan , Suami isteri itu
me mandang penuh kengerian dan dia m-dia m mereka
menganggap betapa musuh besar ini telah menjad i gila.
Mereka berdua me menda m sakit hati bertahun-tahun,
mengharapkan pe mbalasan.
Sekarang setelah bertemu dengan musuh besar, mereka
tertahan dan si musuh besar ini malah bicara tentang
nikmatnya me mbalas denda m! Siapa sebetulnya yang
mendenda m " .
Kartikosari dia m-dia m men ga mbil keputusan untuk t idak
me lawan, me mbiarkan dirinya diperhina, bahkan akan
diusahakan agar Jokowanengpati mengira dia me mba las
cumbu rayu dan cintanya, agar orang ini menjad i lengah,
kemudian ia akan mencari kesempatan baik untuk mengirim
serangan maut! Pujo sendiri sudah putus harapan, tidak tahu
bagaima na ia akan dapat menolong isterinya. Kematiannya
sendiri yang sudah dia mbang mata tidak dihirau kan, hanya
keadaan isterinya yang me mbuat ia putus harapan dan risau.
Sepasang suami isteri ini benar-benar sudah merasa putus
asa, tidak me lihat jalan keluar, hanya dapat menyerahkan
nasib di tangan Hyang Widi . Hanya penyerahan bulat inllah
yang me mbuat mereka masih bertahan, dengan hiburan batin
bahwa akhirnya toh kematian akan mena matkan segala derita.
Jokowanengpati sudah kelihatan buas. Sambii menyeringai
seperti iblis ia sudah menangga lkan bajunya, menanggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
destarnya. Dibentangnya kainnya di atas lantai, di depan Pujo
yang me mandang dengan mata terbelalak tanpa cahaya.
Semua ini dilakukan oleh Jokowanengpati la mbat-la mbat,
sengaja untuk menyiksa perasaan hati Pujo. Kemudian ia
bangkit berdiri, melangkah me ndekati Kartikosari sa mbil
berkata, manis-man is buatan,
"Marilah, wong ayu ...... "
Akan tetapi pada saat itu, terdengar orang batuk-batuk dan
di depan pintu ruangan itu muncul dua orang pengawal yang
me mandang ke arah Jo kowanengpati dengan wajah serius.
"Setan! ?"u ?"" kalian?" bentak Jokowanengpati, menarik
kembali kedua tangannya yang tadi sudah ha mpir menyentuh
tubuh Kartikosari. Wanita itu mera mkan kedua matanya
dengan tubuh le mas dan isak tertahan.
"Maafkanlah ha mba, radenmas, hamba tidak berani
mengganggu ...... akan tetapi ...... perlu melaporkan bahwa
menurut penjaga, dua orang tawanan ini tadi datang bersama
seorang wanita lagi yang kini entah menghilang ke mana."
Seperti disengat kelabang Jokowanengpati me mutar
tubuhnya serentak me mandang Pujo dan Kartikosari. Pujo
masih me mbelalakkan kedua mata penuh kebencian,
sedangkan Kartikosari me mbuang muka ke sa mping, matanya
masih dipeja mkan, dadanya yang me mbusung padat itu
bergerak naik turun. Dengan langkah lebar Jokowanengpati
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengbadap i Pujo dan me mbentak,
"Hayo katakan, siapa wanita itu" Dan di mana dia
sekarang?"
Pujo tersenyum men gejek.
"He mm, manusia yang diperhamba nafsu maca m engkau
ini, jokowanengpati, selalu dibayangi rasa cemas akan
datangnya hukuman atas perbuatan-perbuatanmu yang
terkutuk. Memang takkan me leset lagi, manusia rendah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hina, hukuman itu akan datang, bagaikan pedang yang selalu
tergantung di atas tengkukmu. Tentang wanita itu, kau carilah
sendiri ! "
"Plak-plak-plak!"
Dala m a marahnya Jokowanengpati menampar dan menghanta m muka Pujo sehingga mengucurlah darah dari
hidung dan mulut Pujo. Namun sedikitpun Pujo tidak
menge luh, masih tersenyum mengejek dan baru dia
mengusap darah itu dari pundak kanan kiri ketika dengan
muka keruh, Jokowanengpati melompat keluar ruangan itu.
"Kalian jaga baik-baik mereka, awas, jangan sampai
terlepas!"
Demikian Jokowanengpati berpesan kepada empat orang
penjaga di depan kamar tahanan, kemudian perg i bersama
dua orang pelapor tadi untuk mencari wanita yang dikabarkan
datang bersama Pujo dan Kartikosari, dan yang katanya hilang
tak meninggalkan jejak. Perlu diper iksa seluruh is i kadipaten,
pikirnya. Belum lama Jokowanengpat perg i, sesosok bayangan yang
luar biasa gesitnya menyelinap di tempat gelap mendekati
pintu ruangan, kemudian bagaikan halilintar menyambar,
tubuhnya bergerak menerjang empat orang penjaga itu,
tangannya bergerak dan mata pisau berkilat.
Empat orang pengawal yang sama sekali tidak menyangka
akan datangnya serangan hebat ini, terkena tusukan di bagian
tubuh yang mematikan. Mereka roboh dan berkelojotan,
hanya mampu mengeluarkan sedikit suara. Bayangan itu lalu
me lompat ke dalam kamar dan ternyata dia adalah Roro
Luhito yang me mbawa sebuah pisau belati!
"Oh ...... diajeng, syukur kau datang........ ! "
Kartikosari berseru girang sekali. Memang tadi dia dan
suaminya juga mengharapkan pertolongan Roro Luhito, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi mengingat akan saktinya Jokowanengpati ditambah
bantuan para pengawal, rnereka sudah putus harapan karena
mereka bersangsi apakah Roro Luhito akan ma mpu
menghadap i Jokowanengpati dan kaki tangannya. Kini puteri
ayu itu muncul setelah Jokowanengpati keluar, sungguh a mat
me mbesarkan hati.
Pujo juga rne mandang girang, akan tetapi tidak kuasa
menge luarkan kata-kata. Ia hanya terheran-heran melihat
bekas air mata di kedua pipi wanita itu, dan ta mpak betapa
kedua tangan Roro Luhito ge metar ketika ia me nggunakan
pisau belati untuk mengiris putus belenggu yang mengikat
kedua lengan dan ka ki Pujo dengan isterinya.
Bagaimanakah Roro Luhito tahu-tahu muncul di tempat
tahanan rahasia itu" Seperti kita ketahui, puteri adipati ini
me masu ki kadipaten melalui pintu rahasia yang berada di
taman sari. Agaknya Jokowanengpati dan kaki tangannya
belum mene mukan pintu rahasia ini seh ingga ia dapat masuk
dengan leluasa tanpa ada gangguan.
Biarpun rumah besar itu adalah ruma hnya dan sejak lahir
sampai enam belas tahun la manya ia tidak pernah
men inggalkan rumah ini, na mun Roro Luhito merasa asing.
Sudah sepuluh tahun ia men inggalkan rumah ini. "ini usianya
sudah dua puluh enam tahun. Betapa besar rindunya kepada
ayah bundanya. Akan tetapi sekarang ia merasa asing, seakan-akan
me masu ki rumah orang lain. Hal ini ada lah karena ia tidak
me lihat seorangpun manusia yang dikenalnya dalam rumah
itu. Dengan amat hati-hati ia me masuki rumah dan
bersembunyi, melihat wajah-wajah pengawal yang asing,
me lihat wajah pe layan-pelayan wanita muda cantik-cantik
yang asing pula.
Celaka, pikirnya. Benar-benar Kadipaten Se lopenangkep
telah diambil a lih dan ke mana kah perginya keluarganya" Ke
manakah ibunya, ayahnya, isteri-isteri lain dari ayahnya" Ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana perg inya kaka knya, Wisangjiwo dan mbakyu iparnya,
Listyokumolo" .
Dengan hati penuh kegelisahan Roro Luhito lalu menyelinap
ke belakang. Ia melihat empat orang wanita muda,
dandanannya seperti pelayan, akan tetapi pakaiannya itu baru
dan rapi, orangnya masih muda-muda dan cant ik, sedang
bercakap-cakap sambil terkekeh genit. Roro Luhito mengenal
seorang di antara mereka, seorang penari yang seringka li
dahulu berma in di pendopo kadipaten. Ia tidak tahu siapa
namanya, akan tetapi wajah itu masih diingatnya. Ia
menyelinap, mende kat akan tetapi tetap bersembunyi.
"Wah, Lasmini tentu menerima Hadiah hebat dari Raden
Mas J?""!" kata seorang di antara mereka yang berkutang
kuning. "Dengan menyuguhkan keponakan mu yang remaja dan
cantik itu, tentu hadiahnya besar, kalau tidak engkau sendiri
menerima kehor matan me layani raden mas ...... hi-hi-hik!"
"Hisshh! " desis yang berkutang biru, yaitu wanita yang
dikenal Roro Luhito. "Jangan bicara se mbarangan, kau !
Keponakanku itu bocah tak tahu diuntung Tida k menurut,
menyepak-nyepak meronta-ronta ketika dibawa masu k,
sungguh me malukan hatiku dan juga menguatirkan. Jangan-
jangan Raden Mas J?"o akan marah....."
"Mana bisa marah?" sa mbung orang ke tiga. "Dik Lasmini
agaknya tidak tahu akan kesukaan Raden Mas J?"". Menurut
kakangmas Banu ...... "
"Hi-hik ! Pacarmu yang baru itu, pengawal yang bertugas di
luar pintu gerbang, yang kumisnya tebal hidungnya panjang?"
orang ke empat me motong.
"Hushh, jangan buka rahasia orang, dong !" seru yang
digoda. "Bagaimana kesukaan Raden Mas Jo?"?" desak Lasmini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut ...... eh, kakangmas Banu, justeru bocah yang
seperti keponakanmu itu lah yang disukai Raden Mas Jokowa-
nengpati, lebih suka yang demikian daripada yang jinak dan
penurut. Katanya ....... eh, katanya beliau lebih menyukai
kuda liar daripada kuda jinak. Entah ?"" maksudnya, hi-hi-
hik!" Empat orang itu tertawa cekikikan. Muak rasa hati Roro
Luhito mendengar percakapan ini, dan kebenciaenya terhadap
Jokowanengpati makin mendalam. Cepat ia menga mbil e mpat
buah batu kerikil, tangannya lalu diayun dan empat orang
wanita itu roboh pingsan karena pelipis mereka disa mbar batu
kerikil yang meluncur cepat dan kuat.
Di Iain saat, tubuh Roro Luhito sudah berkelebat masuk
dan melompat keluar lagi sa mbil me manggul Lasmini yang
ma sih pingsan. Dengan gerakan la ksana burung srikatan,
cepat dan trampil, Roro Luhito berlompatan ke dalam taman
sari, lalu keluar lagi dari taman sari melalui pintu rahasia,
me mbawa tawanannya kete mpat gelap di luar te mbok
kadipaten. Dapat dibayangkan betapa kaget dan bingungnya hati
Lasmini ketika ia siuman kembali, tahu-tahu ia telah berada di
bawah pohon, di udara terbuka, hanya di- terangi bintang dan
bulan sepotong. Serasa mimpi ia bangun duduk, dan
me mandang bengong kepada wanita cantik yang berd iri di
depannya. Kini Roro Luhito tahu nama wanita ini, maka segera
ia menegur, "Las mini, masih kenalkah engkau kepadaku?"
Lasmini bangkit berdiri. Rasa nyeri dan takutnya lenyap
ketika ia mendapat kenyataan bahwa yang berdiri di s itu ada-
lah seorang wan ita pula, seorang manusia, bukan setan.
"Bagaimanakah saya bisa berada di sini" Kepalaku pening
tadi dan ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia meraba pelipisnya dan kagetlah ia karena di pelipis
kanannya kini tumbuh bisul! .
"Aduhhh ...... kenapa pelipis ku ini ...... ?"
"Jangan banyak cerewet! Akulah yang meroboh kan kau dan
tiga orang te man mu tadi. Lihat baik-baik, siapa aku?"
Lasmini kaget, muiai gelisah hati, lalu me mandang dan
mengingat-ingat.
"Serasa kenal ...... eh, bukankah andika ini ...... Raden
Ajeng Roro Luhito ...... ?"
"He mm, ternyata engkau masih mengenalku .." kata Roro
Luhito, agak terharu.
"Aduh, den ajeng....!" Lasmini lalu menjatuhkan diri,
me me luk lutut wanita perkasa itu sambil menang is.
"Dia m, tak usah menang is. Mari duduk yang baik dan
ceritakan semuanya. ?"" yang terjadi di kadipaten" Dan ke
mana ayah bunda dan ke luargaku semua?"
Lasmini masih menang is terisak-isak, kemudian setelah
agak reda ia bercerita. Cerita yang me mbuat Roro Luhito
terkejut bukan ma in, me mbuat wajahnya sebentar pucat
sebentar merah dan giginya yang putih berkerot saking
marahnya. Untung bagi Roro Luhito bahwa ia menculik Lasmini
sehingga ia dapat mendengar semua urusan yang terjadi di
situ. Lasmini adalah penari muda cantik yang dulu pernah
diganggu oleh Cekel. Aksomolo, bahkan dikorbankan kepada
cekel tua yang mata keranjang itu.
Karena sejak peristiwa itu wataknya lalu berubah genit dan
jalang, mudah saja bagi Lasmini untuk menar ik perhatian dan
ia berhasil menar ik hati seorang perwira pasu kan kota raja
sehingga mendapat kepercayaan dari Jokowanengpati dan
dijadikan pelayan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari perwira yang menjadi pacarnya itulah Lasmini
mendengar akan semua peristiwa yang kini ia ceritakan sambil
menang is di depan Roro Luhito. Betapapun juga, karena
semenjak kecilnya ia "ngenger"
(mengabdi) Adipati Joyowiseso, ada juga kesetiaan dan keharuan menyelinap di
hatinya ketika bersua dengan puteri be kas gustinya itu.
Memang terjadi perubahan besar dala m persekutuan antara
Adipati Joyowiseso dan tokoh-tokoh sakti termasuk Jokowanengpati, setelah terjadi perpecahan di kota raja
antara Pangeran Sepuh (Tua) dan Pangeran Anom (Muda).
Jokowanengpati dan tokoh- tokoh sakti yang tadinya
me mbantu niat berontak adipati ini, melihat kesempatan yang
lebih besar untuk kemuliaan di kemudian hari. Mereka seakan-
akan tidak menghiraukan lagi Adipati Joyowiseso setelah
mereka diberi kesempatan oleh Pangeran Anom yang pandai
mengumpulkan tenaga orang-orang sakti untuk mencapai cita-
citanya, yaitu menguasai kerajaan yang diperebutkan dengan
kakak t irinya, Pangeran Sepuh.
Melihat ini, Adipati Joyowiseso tentu saja juga menyerahkan diri mengha mba kepada Pangeran Anom, akan
tetapi dalam perebutan kekuasaan secara dia m-dia m itu,
tenaga sang adipati belum sangat dibutuhkan sehingga adipati
ini terdesak oleh Jokowanengpati, Cekel Aksomolo, dan yang
lain. Perubahan besar terjadi ketika secara tiba-tiba Wisangjiwo
yang tadinya juga menjadi kepercayaan Pangeran Anom
me mba lik dan mengha mba kepada Pangeran Sepuh! Hal ini
benar-benar mengejutkan dan tidak dimengerti oleh orang
lain, juga tidak dimengerti pula oleh Adipati Joyowiseso
sendiri. Kejadian aneh ini ada sebabnya, yaitu sejak
Wisangjiwo ditangkap oleh Pujo di pantai selatan! Ketika
mendapat kesempatan melarikan diri setelah ikatannya
dilepaskan oleh Kartikosar i, Wisangjiwo dia m-dia m bersembunyi dan mendengarkan percakapan suami isterl itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alangkah kaget hatinya mendengar akan perbuatan
Jokowanengpati yang luar biasa kejinya. Dia sendiripun
seorang laki-laki rnata keranjang, akan tetapi tak pernah ia
me lakukan perbuatan keji seperti yang dila kukan Jokowanengpati. Tahulah ia bahwa Jokowanengpati orang
yang telah me mper kosa Kartikosari di dalam guha,
me mpergunakan na manya! Sungguhpun Kartikosar i ketika
bercerita kepada Pujo tidak menyebut-nyebut nama karena
suami isteri itu sendiri masih men duga-duga, ia yakin bahwa
Jokowanengpatilah orangnya.
Kelingking kiri Jokowanengpati juga buntung! Pantas saja
pengakuan Jokowaneng pati tentang kelingking itu berubah-
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ubah Dan perbuatan Jokowanengpati itulah yang mendatangkan denda m di hati Pujo dan Kartikosari, sehingga
terjadi penyerbuan ke Kadipaten Se lopenangkep dan
puteranya terculik! Se mua gara-gara Jokowanengpati.
Mulai menyesal ah hati W isangjiwo. Mula i terbuka matanya
betapa Pujo dan Kartikosari adalah korban-korban keganasan
orang jahat. Mulai insyaf ia betapa semua itu juga merupakan
akibat daripada kesesatannya sendiri. Ia menyesal dan insyaf
bahwa dengan mengha mba kepada Pangeran Anom, ia
bersekongkol dengan orang-orang jahat macam Jokowanengpati, Cekel Aksomolo, dan lain-lain. Inilah yang
menyebabkan Wisangjiwo menga mbil keputusan bulat,
"menyeberang" kepada Pangeran Sepuh.
Karena ia dahulu masuk dan mengabdi kerajaan atas
perantaraan Ki Patih Narotama, tentu saja Pangeran Sepuh
suka menerimanya dengan girang.
Wisangjiwo yang kebingungan, kehilangan pegangan dan
merasakan pahitnya bibit yang ia tanam sendiri dahulu itu,
sama sekali tidak menyangka bahwa Pa ngeran Anom menjadi
marah sekali kepadanya. Tentu saja Pangeran Anom tidak
berani berterang menyuruh orang menyerangnya di depan
mata Pangeran Sepuh, akan tetapi atas hasutan Jokowa-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nengpati, Pangeran Anom lalu mengutus pasukan pengawalnya, dikepalai Jokowanengpati dan kedua wanita iblis
Ni Durgogini dan Ni Nogogini, mendatangi Selopenangkep dan
me mber i hukuman kepada keluarga Wisangjiwo, yaitu semua
penghuni kadipaten dengan tuduhan me mberontak yang
diperkuat oleh Jokowaneng pati! .
Pasukan kota raja a mat terlatih dan kuat, apalagi dikepalai
oleh seorang sakti seperti Jokowanengpati dibantu Ni
Durgogini dan Ni Nogogini. Tanpa perlawanan berarti,
Kadipaten Selopenangkep dapat diserbu, banyak di antara
keluarga kadipaten dibunuh, dan kadipaten dia mbil alih.
Peristiwa itu sudah terjadi beberapa pekan la manya.
Kemudian, Lasmini menceritakan pula betapa Jokowanengpati dibantu oleh Ni Durgogini dan Ni Nogogini,
pergi ke Sungapan, katanya hendak mencari pusaka Mataram,
demikian cerita pacarnya.
"Baru tadi mereka bertiga kembali dar i Sungapan, den
ajeng. Malah dua orang wanita yang menakutkan itu siang
tadi terus pergi, kabarnya hendak pergi ke kota raja. Ah,
banyak kejadian mengerikan, den ajeng. Malah belum la ma
tadi, menurut pengawal dalam, ada dua orang musuh
tertawan, kini dikurung dalam kamar tahanan bawah tanah
yang menyeramkan itu ...... "
"Begitukah ...... ?""
Roro Luhito terkejut karena dapat menduga bahwa dua
orang musuh yang dima ksudkan itu ten- tulah Pujo dan
Kartikosari. "Dan ayah di mana sekarang ...... " Masih ...... masih
hidupkah ...... ?"
Lasmini menangis tersedu-sedu. Roro Luhito berdebar
hatinya dan ia mengguncang-guncang pundak wanita itu,
kehilangan sabar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayo cepat jawab, di mana ayah dan ibu?"
"Ha mba....... hamba tidak tahu jelas ... kabarnya ...... gusti
adipati ditahan dalam kamar tahanan di belakang..dijaga keras
...... " Roro Luhito meloncat berd iri tegak. "Keparat kau
Jokowanengpati!" serunya marah. Kemudian sekali renggut, ia
me lepaskan kemben yang me libat. pinggang ra mping Lasmini.
Wanita itu kaget seka li, tubuhnya ge metar wajahnya pucat.
"Raden ajeng....... hamba ....... hamba.. "
"Dia m ! Kau juga bukan manusia baik-baik, Lasmini. Kau
mengorbankan keponakan mu yang masih kecil untuk
me muas kan nafsu jahat Jokowanengpati, agar kau disuka dan
mendapat kedudukan baik. Kau pere mpuan rendah dan keji,
sudah sepatutnya kalau kubunuh engkau. Akan tetapi karena
kau telah menceritakan se mua dengan jujur, kua mpunkan
nyawamu!" Sambil bicara, Roro Luhito mene likung (mengikat kaki
tangan) Lasmini seperti ka mbing akan dise mbe lih.
"Katakan, selain Jokowanengpati dan para pengawa l, ada
siapa lagi di sana" Para pinisepuh (orang tua) sakti
maksudku."
Dengan tubuh me nggigil ketakutan Lasmini pienjawab,
"Ti ...... tidak ada lagi, setelah dua orang wanita iblis itu
pergi ...... "
Roro Luhito menggunakan tangannya merenggut putus
ujung kemben, menyum- pa i mulut Lasmini, tubuh Lasmini
terguling ke dalam gero mbolar i alang- alang. Cepat Roro
Luhito kembali me masu ki pintu rahasia di hjar taman sari,
masu k dengan hati-hati, langsung ia menuruni jalan rahasia
dari kamar belakang yang kosong, yang me mbawanya ke
bagian bawah tanah di mana terdapat beberapa ruangan
untuk menahan tawanan-tawanan penting.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja ia hafal akan keadaan di kadipaten ini.
Menurutkan kata hatinya me mang ia ingin segera pergi
menjenguk ke belakang gedung, ke tempat tahanan di mana
mungkin ia dapat bertemu dengan ayah bundanya, akan
tetapi pikirannya mengingatkan bahwa untuk bergerak
selanjutnya, tak mungkin dapat ia lakukan tanpa bantuan Pujo
dan Kartikosari.
Ia tahu bahwa Jokowanengpati adalah seorang sakti.
Biarpun sekarang ia tidak takut, dan belum tentu kalah setelah
ia mener ima ge mblengan gurunya, Resi Telomoyo, namun ia
harus berlku hati-hati, apalagi kalau di ngat bahwa
Jokowanengpati dibantu oleh banyak pengawa l.'
Baru saja menuruni ruangan di bawahtanah, yang agak
gelap, tiba-tiba seorang penjaga. sudah menegurnya.
"Hordah ! Siapa ini ..... ?""
Dan sebelum ia se mpat menjawab, penjaga itu sudah
mencabut pisau belatinya dengan tangan kanan, lalu tangan
kirinya mencengkeram ke arah punda k sa mbil berbisik,
"Ah, kau dayang dalam jangan berteriak!"
Penjaga itu dengan dengus penuh nafsu menyeringai dan
hendak menciumnya, pisau belati dipakai menganca m, tangan
kiri hendak berkurang ajar.
Bagaikan kilat cepatnya, sekali menggerakkan tangan, Roro
Luhito sudah me mbuat dua gerakan. Pertama meram pas
pisau dan kedua me mbena mkan mata pisau ke dalam dada
penjaga sambil rne lompat mundur seh ingga ketika tubuh
penjaga yang jantungnya sudah ditembus pisau itu roboh,
darah yang muncrat tidak me ngenai bajunya.
Kemudian, setelah me mbersihkan pisau pada baju
k?"?"?"", Roro Luhito melanjutkan per jalanan, berindap-
indap di ruangan bawah, pisau taja m di tangannya.
Demikianlah, seqara kebetulan sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati pergi men inggalkan ruangan tahanan,
menyerahkan penjagaan kepada empat orang penjaga itu,
menun- da niatnya yang amat keji, niat yang kiranya hanya
dapat dilakukan oleh iblis. Karena empat orang penjaga tidak
me- nyangka-nyangka, secara mudah sekali mereka menjadi
korban pisau belati di tangan Roro Luhito. Dengan menahan
kemarahan dan tergesa-gesa, Roro Luhito me mbebaskan
suami* isteri itu, la lu berb isik,
"Lekas, mar i keluar dari s ini! Kalian bantu aku menyelidiki
orang tuaku...ini"
Suaranya gemetar dan tangannya menarik lengan
Kartikosari diajak keluar tahanan. Pujo mengikuti dari
belakang setelah menga mbil kerisnya Banuwilis dan cundrik
isterinya yang tadi terlepas di lantai ketika mereka berjuang
me lawan asap belerang.
Tanpa bicara ia menyerahkan cundrik isterinya dan mereka
bertiga kini keluar dari kamar, senjata masing-masing di
tangan. Roro Luhito sudah membuang pisau ra mpasannya,
kini juga menghunus kerisnya dan me megang di tangan
kanan. Berkat ketrampilan Roro Luhito yang hafal benar akan
keadaan di dalam kadipaten, mereka bertiga dapat keluar dari
ruangan di bawah tanah, lalu langsung ke bagian belakang
gedung kadipaten yang luas itu. Sunyi saja keadaannya. ?""
tampak seorangpun penjaga maupun pelayan, seakan-akan
semua orang telah men inggalkan gedung.
Di depan pintu kamar tahanan yang letaknya di be lakang
gedung, Roro Luhito berhenti, ragu-ragu.
"Tida k baik ini.... " bisiknya.
"Ada apakah, diajeng?" Pujo berb isik pula.
"Begini sunyi, tiada rintangan ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartikosari me langkah maju. "Terjang saja ke dala m. Takut
?"?""
Penuh se mangat tiga orang itu mendorong daun pintu
kamar tahanan, Daun pintu terbuka dan ...... Roro Luhito
menahan pekik, la lu menerjang masu k diikut i Pujo dan
Kartikosari. "Ha-ha-ha-ha! Sudah kuduga tentu engkau yang datang,
adinda yang manis Roro Luhito! Berhenti! Maju setindak lagi,
keris ini akan me masu ki tubuh ayahmu!"
Dengan muka pucat Roro Luhito terpaksa tidak berani
bergerak, juga Pujo dan Kartikosari karena pada saat itu,
Jokowanengpati sedang menganca mkan kerisnya pada dada
Adipati Joyowiseso yang kelihatan le mah dan le mas.
Jelas bahwa orang tua
itu banyak menanggung
penderitaan, bajunya. compang-ca mping, me mba yangkan
kulit tubuh yamg luka-luka, wajahnya pucat sekali dan ia
tampak lemas kehabisan tenaga.
"Ayahh ...... !"
Roro Luhito terisak, akan tetapi tidak berani mendekati.
Adipati Joyowiseso menggerakkan kepalanya dengan lemah,
meno leh dan memandang puterinya. Kedua matanya menjadi
basah dan dua butir air mata me mbasahi pipinya yang cekung.
"Jahanam Jokowanengpati!" Puteri adipati itu
kini menda mprat dengan mata mendelik, berapi-api sinarnya
ditujukan ke arah Jokowanengpati, musuh besarnya yang
tidak saja telah menodai dirinya, akan tetapi yang kini malah
mendatangkan malapetaka kepada keluarga ayahnya.
"Lepaskan ayahku!!"
"Jokowanengpati iblis keparat, binatang terkutuk ...... !"
Kartikosari juga me maki saking bencinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dosa mu bertumpuk-tu mpuk, Jokowanengpati. Kini tiba
saatnya engkau membayar, tiba saatnya engkau menerima
hukuman mu!" Pujo berkata, kerisnya digenggam erat-erat.
Menghadapi anca man tiga orang lawan tangguh ini,
Jokowanengpati tertawa.
"Ha-ha-ha-ha! Kalian sudah masu k perangkap, masih
banyak berlagak" Lihat, kalian sudah terkurung!"
Ketiga orang itu melirik ke belakang dan benar saja. Kalau
tadinya tak tampak seorangpun penjaga, kini pintu kamar itu
penuh dengan pasukan yang berjejal di luar. Jalan keluar
sudah tertutup! Namun mereka tidak takut sama sekali Satu-
satunya hasrat hati yang ada hanyalah menerjang dan
meroboh kan Jokowanengpati,
melampias kan dendam kesumat. Akan tetapi tak seorangpun di antara mereka yang berani
bergerak maju karena lawan yang licik itu telah menodong
Adipati JoYowiseso.
"Lepaskan ayahku! Pengecut, tak tahu malu!" Kembali Roro
Luhito me mbentak.
"Kalian bertiga yang harus melepas kan senjata. Hayo
buang senjata! Lihat! Haruskah aku menyiksa lebih dulu kakek
ini?" Jokowanengpati menekan ujung keris di dada Joyowiseso,
tepat di ulu hatinya. Jelas tampak betapa ujung keris yang
runcing itu merobek kulit dan beberapa titik darah menetes
keluar. "Uuhhhggghh !" Joyowiseso menge luh, menahan rasa
perih. "Tida k lekas me mbuang senjata?" Jokowanengpati inenganca m. "Uuuuuhhhggh....!" Kemba li Joyowise so menge luh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak mana yang tidak akan hancur luluh hatinya
menyaksikan ayahnya diancam maut " Roro Luhito tak dapat
lagi menahan hatinya. Dile mparkannya keris di tangan itu ke
lantai, lalu ia lari me nubruk ayahnya.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ayahhhh ...... ! |
"Luhito ...... uhphh, Luhito anakku ...... "
Ayah dan anak itu bertangis-tangisan.
Pujo dan Kartikosari tidak dapat menyalahkan Roro Luhito.
Dengan kemarahan me luap mereka henda k menerjang
maju, akan tetapi tiba-tiba dari belakang mereka menyambar
angin yang aneh. Mereka cepat memba likkan tubuh dan ......
selembar ja la telah melayang dan menge mbang, langsung
menubruk mere ka Suami isteri ini tak mungkin dapat
menge lak lag i karena jala itu a mat lebar. . Namun mereka
tidak gentar karena apakah hebatnya selembar ja la" Tentu
mudah diputuskan!
Dapat dibayangkan betapa kaget hati mereka ketika jala itu
menyelimuti tubuh dan mereka berusaha meronta dan
me mbabat dengan keris, jala itu tidak dapat dibabat putus!
Kiranya itu bukanlah ja la ikan biasa, melainkan ja la yang
terbuat daripada bahan yang tidak dapat diputus senjata
tajam Mereka hanya dapat meronta-ronta dan bergerak-gerak
seperti dua ekor ikan terkena jaring!
"Ha-ha-ha, Pujo manusia gob lok! Sekarang kau hendak lari
ke mana" Ha-ha-ha! Hayo rampok (keroyok) keparat ini
sampai hancur tubuhnya, akan tetapi awas, jangan bunuh
yang betina. Ha- ha-ha!"
Para penjaga itu berlomba maju untuk mengeroyok Pujo
yang sudah berselimut ja la. Pedang, golok dan tombak
menghujam ke arah tubuh Pujo. Akan tetapi, tiba-tiba
terdengar jeritan yang merupakan lengking tinggi dan tahu-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu dua orang penjaga yang terdepan, terpelanting seperti
disa mbar petir.
"Hayo siapa berani maju mengantar nyawa! Majulah,
keparat kalian semua! Siapa berani menyentuh kakangmas
Pujo, hendak kulihat orangnya!"
Roro Luhito berd iri dengan sikap seperti Srikandi, kedua
tangannya terkepal kedua kakinya terpentang, tubuhnya agak
merendah, matanya mengeiuarkan s inar berapi- ap i, berdiri
me mbe lakangi Pujo dan Kartikosari, bagaikan seekor singa
betina melindungi anak-anaknya ! .
Melihat dua orang penjaga tadi roboh terpelanting dan tak
dapat bangun lagi karena tulang dada dan tengkorak
kepalanya remuk oleh terjangan gadis ini, para penjaga yang
lain me njadi kesima dan jerih.
Jokowanengpati juga terperanjat sekali. Sepak terjang Roro
Luhito tadi benar-benar hebat luar biasa. ?"" disangka-
sangkanya kalau gadis itu me miliki kepandaian sede mikian
hebatnya , Iapun terheran-heran mengapa gadis ini me nolong
Pujo dan Kartikosari dari dalam kamar tahanan di bawah
tanah, dan sekarang begitu nekat me mbela Pujo. Bukankah
gadis itu seharusnya me mbenci dan sakit hati kepada Pujo"
"Diajeng Luhito........ dia ....... Pujo itu musuh kita, dialah
jahanam yang dahulu me mperkosa..."
"Tutup mulut mu yang busuk!!" Roro Luhito me mbentak,
kemarahannya meluap-luap. "Jahanam terkutu k, siapa tidak
ketahui perbuatan mu yang keji dan hina?"
Makin kagetlah Jokowanengpati. Celaka, pikirnya. Semua
rahasianya agaknya telah terbuka. Tidak saja Pujo dan
Kartikosari yang tahu bahwa dialah yang dahulu menggagahi
Kartikosari me mper gunakan na ma Wisangjiwo, bahkan kini
agaknya Roro Luhito juga sudah tahu bahwa dia lah yang
dahulu me mperkosa puteri adipati itu me mpergunakan na ma
Pujo! Akan tetapi dasar seorang cerdik, ia segera dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menekan kegelisahannya dan sekali lagi ujung kerisnya
ditekankan di dada Joyowiseso membuat adipati ini yang
sudah le mah itu menge luh kesakitan.
"Diajeng Luhito, lekas t inggalkan mereka, kalau tidak,
ayahmu tentu akan kubunuh lebih dulu!"
Roro Luhito bimbang hatinya. Tidak ingin ia melihat Pujo,
Laki-laki yang dipujanya di dalam hati itu, mati dikeroyok.
Akan tetapi bagaimana pula ia dapat melihat ayahnya dibunuh
begitu saja" Cinta kasih dan bakti, sa ma berat! Selagi ia
bimbang, ia mendengar suara bisikan Pujo di belakangnya,
bisikan yang menggetar penuh perasaan haru.
"Diajeng, minggirlah. Belum tentu mereka dapat me mbunuh kami "
Ketika me lirik dan melihat betapa suami isteri itu mas ih
berdiri dengan keris di tangan, ia dapat mengerti bahwa
biarpun sudah berselimut jala, agaknya tidak akan mudah
me mbunuh mere ka.
?"k" terpaksa ia lari menubruk ayahnya yang kelihatan
amat pucat itu.
"Roro ....... anakku........ Pujo tidak berdosa ....... ?"*'
Dengan air mata me mbasahi pipi, Roro Luhito me nggeleng
kepala. Ia tidak ada waktu untuk melayani percakapan
ayahnya, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ayahnya
yang me mbanjir keluar dari bibir yang pucat itu, karena pada
saat itu seluruh perhatiannya ia curahkan ke depan, ke arah
Pujo dan Kartikosari yang berada di da la m ja la.
Kemball para penjaga menyerbu dengan senjata-senjata
mereka. Akan tetapi, tepat sepertl yang diduga dan
diharapkan Roro Luhito, begitu sua mi isteri itu bergerak, keris
mereka me nyambar di antara lubang-lubang jala dan e mpat
orang penjaga yang mengeroyok itu roboh dengan darah
muncrat-muncrat dari perut mere ka!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati me maki-ma ki anak buahnya sehingga
mereka terpaksa maju terus. Tombak-tombak panjang datang
bagaikan hujan. Karena Kartikosari de ngan gigih me mbantu
suaminya, kini para penjaga yang panik dan agak gentar itu
menjad i ngawur dan asal menyerang saja, tidak perduli Pujo
ataupun ?"rtikosari mere ka tusuk dengan to mbak Ribut "
keadaan di situ dan suami isteri yan gagah perkasa itu dengan
gerakan teratur meloncat ke sana ke mari di da la m jala, mero
bohkan beJasan orang perajurit anak buah Jokowanengpati,
Para perajurit mengeroyok terus, korban-korban yang roboh
diseret keluar.
Tidak mudah bagi para pengeroyok yang hanya memiliki
kepandaian biasa itu untuk merobo hkan dua orang sua mi
isteri yang sakti. Hujan to mbak dan golok itu hanya ma mpu
me mbuat pakaian sua mi isteri itu compang-ca mping dan
me mang Pujo dan isterinya menderita luka-luka, namun
hanyalah luka pada kulit belaka, bekas goresan-goresan
senjata tajam dan tusukan-tusukan to mbak runcing yang
mengakibatkan darah me mbasahi baju dan ja la.
Melihat betapa anak buahnya masih juga belum berhasil
meroboh kan Pujo malah sebaliknya banyak anak buahnya
menjad i korban, Jokowanengpati marah sekali. Ia tahu bahwa
Pujo sudah mula i letih, karena Pujo belum pul h dari akibat
penyiksaan di dalam kamar tahanan di bawah tanah. ?"?"
bcgitu me lihat kesempatan baik, Jokowanengpati melompat ke
depan dan sekali kaki tangannya bergerak, ia berhasil
mera mpas keris di ta ngan Kartikosari dan menendang terlepas
keris dari tangan Pujo. Suami isteri itu me mang mengeluarkan
tangan yang me megang keris dari da la m ja la.
"Ha-ha-ha-ha, kalian mas ih henda k me mper lihatkan
kegagahan?" Jokowanengpati me mbentak anak buahnya yang
sudah hendak menerjang lag i. Ia ingin me la mpiaskan
kemarahannya dengan menyiksa Pujo. Di tangannya telah
tampak sebatang cambuk besar dan panjang. Begitu ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan tangannya, terdengar suara berdetak-detak
dan cambuk itu me lecut ke depan, menghantam tubuh Pujo di
dalam ja la. Bertubi-tubi ca mbuk itu bergerak dan me lecut dan
selalu tepat mengenai tlibuh Pujo. Kartikosari me ma ki-ma ki
dan berusaha menangkis ujung ca mbuk yang begitu keji
menghujani tubuh sua minya yang makin le mah.
Sementara itu, dengan pertanyaan-pertanyaan mendesak,
Adipati Joyowiseso sudah mendengar hal-hal yang terpenting
dari mulut puterinya. Mendadak ia me megang tangan
puterinya, berbisik,
"Bagaimana kau bisa mendia mkannya saja" Lawan dia!
Bantu mereka. Jangan hiraukan aku lagi!"
Memang di dalam hatinya, Roro Luhito yang menonton
dengan muka pucat itu sudah ingin sekaii turun tangan, hanya
ia mengingat akan keselamatan ayahnya maka ia tidak berani
men inggalkan ayahnya.
Kini men dengar bisikan ayahnya, timbul semangatnya dan
tiba-tiba ia mengeluarkan suara melengking tinggi dan
tubuhnya mencelat ke depan. Gerakannya ini hebat sekali,
pekiknya seperti bukan suara manusia dan ?"?" ia menerjang
Jokowanengpati benar-benar amat aneh seh ingga Jokowa-
nengpati terkejut bukan ma in, cepat me mbuang diri ke
belakang. Sungguhpun ia berhasil mengelak, namun secara
aneh dan tiba-tiba pecutnya sudah tera mpas oleh Roro Luhito.
Jokowanengpati yang cerdik maklum bahwa gadis itu sudah
nekat dan agaknya percuma menganca mnya melalui ayahnya,
maka ia segera memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk
maju mengeroyok. Ia sendiri juga menerjang maju hendak
mer ingkus Roro Luhito yang cantik manis akan tetapi kini
me miliki ilmu kepandaian hebat itu.
Kembali ra mai di da la m ruangan tahanan yang luas itu.
Roro Luhito yang telah kehilangan kerisnya, kini menga muk
dengan cambuk rampasannya, Ia tidak pandai bermain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cambuk, akan tetapi karena ilmunya tinggi, hantaman
cambuknya amat hebat dan sekali terpukul ca mbuk, seorang
pengeroyok tentu akan roboh dan tak dapat bangun ke mbali,
Betapapun juga, karena di s itu ada Jokowanengpati yang
menerjangnya dengan pukulan-pukulan a mpuh, Roro Luhito
mulai terdesak mundur dan untuk mencar i ruangan yang luas,
gadis perkasa ini me mbuka jalan darah, keluar dari ruangan
itu dikejar Jokowanengpati yang merasa penasaran.
Adapun suami isteri yang berada di dalam jala, masih
dikeroyok banyak perajurit. Baiknya Kartikosari tadi berhasil
menya mbar sebuah golok yang terletak di lantai sehingga kin!
dengan golok ini ia dapat melindungi diri dan suaminya yang
sudah le mas. Pujo tak dapat melawan lagi, sudah rebah di lantai. Biarpun
Kartikosa ri juga me miliki kesaktian, namun wanita ini sudah
luka-luka pula seh ingga hanya untuk sementara saja ia
ma mpu me lindungi hujan to mbak dan golok dari luar jala. Ia
mulai le lah, pandang matanya berkunang, namun ia bertekat
bulat untuk me mpertahankan diri dan sua minya sa mpai saat
terakhir. Roro Luhito setelah tiba di luar kamar dikeroyok oleh
banyak sekali perajurit. Ia dikepung dan Jokowanengpati yang
merasa tidak le luasa gerakannya, meloncat
mundur me mbiarkan orang-orangnya melakukan pengeroyokan sa mbil
menanti saat dan kesempatan terbaik untuk turun tangan
menang kap gadis yang seperti Srikandi itu.
Dari luar kepungan ia berseru, "Diajeng Luhito,
menyerahlah! Ayahmu telah memberikan engkau menjadi
calon isteriku. Menyerahlah!"
"Jokowanengpati man usia hina-dina! Hari ini kalau bukan
kau yang ma mpus biarlah aku yang mati mencuci
penghinaan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara lengkingan menyeramkan dari
luar. Kemudian tampak oleh Jokowanengpati betapa pasukan
yang berada di luar menjadi geger. Tampak pula para pepjaga
bergelimpangan diterjang oleh sesosok bayangan putih yang
menge luarkan suara seperti seekor monyet.
"Roro Luhito Di mana kau ...?"" Bayangan yang mengamuk
itu berseru. "Bapa guru..,....! Bapa resi ...... ! Ke sinilah ...... !!"
Roro Luhito berseru girang sekali. Kembali bayangan yang
kini ta m?"" jelas adalah seorang kake k yang ber muka seperti
kera itu bergerak dan para penjaga berpelantingan ke kanan
kiri. Jokowanengpati terkejut ketika mengenal kakek itu yang
bukan la in adalah Resi Telomoyo yang sakti mandraguna.
Tanpa menanti leb ih la ma lagi atau me mperdulikan nasib anak
buah- nya, Jokowanengpati yang cerdik dan curang itu sudah
menyelinap dalam gelap, terus menyusup-nyusup ke belakang
kadipaten, me loncat ke atas punggung kudanya dan selagi
pertempuran keroyokan di dalam kadipaten masih ra mai dan
ribut, ia sudah me mbalapkan kudanya keluar dari Kadipaten
Selopenangkep menuju ke timur! .
Amukan Roro Luhito dan Resi Telomoyo me mbuat pasukan
kota raja yang menguasai Kadipaten Selopenangkep itu kocar-
kacir. Sebelum lewat tengah ma la m, sisa pasukan yang belum
menjad i korban a mukan guru dan murid ini sudah lari cerai-
berai. Para penduduk kota Kadipaten Selopenangkep yang
mendengar bahwa puteri adipati yang dahulu lenyap itu kini
pulang dan me mbas mi pasukan musuh yang menguasai
kadipaten, berbondong-bondong keluar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka inilah, dan para pelayan lama, yang membantu
Roro Luhito me mbersihkan kadipaten dari mayat-mayat fihak
musuh yang tak se mpat dilar ikan kawan-kawan yang
me larikan diri ma la m itu.
Pada keesokan harinya, kadipaten sudah bersih dari mayat-
mayat dan darah.
*dw* Jari-jari kecil panjang dengan kulit halus dan telapak
tangan jambon (kemerahan) itu seperti mengeluarkan getaran
yang menyentuh jantung ketika meraba-raba punggungnya,
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
me mbers ihkan luka-luka dan me mbasahinya dengan air obat.
Enak rasanya air obat menyentuh punggung, dingin dan
mengusir rasa panas dan perih. Namun yang paling terasa
sampal mene mbus jantung adalah getaran hangat jari-jari
tangan itu. Pujo seperti dalam mimpi. Ketika ia me mbalikkan tubuh, ia
me lihat secara samar bayangan wanita. Siapa lagi kalau bukan
isterinya, Kartikosari. Rindu dendam yang sejak la ma ditahan-
tahannya, dibendungnya dengan kekuatan hati penuh
pengertian bahwa isterinya belum mau berbaik kemba li
kepadanya, belum mau me menuhi kewajiban sebagai isteri
yang melayani kasih sayang suami, sebelum musuh besar
mereka terbalas, kini seakan-akan bergo lak, me mbadai dan
hendak mengge mpur dan menjebo l bendungan ! .
"Nimas Sari......!" bisiknya dengan suara gemetar ketika
kedua lengan Pujo bergerak meme luk pinggang yang ramping,
me mbena mkan muka di dada yang berdebar-debar, penuh
rasa kasih sayang. Sampai la ma mereka berada dalam
keadaan seperti ini.
Pujo merasa bahagia, tenang tenteram penuh aman dan
damai seperti seorang anak kecil mende kap susu ibunya. Ia
merasa puas bahagia karena isterinya tidak menolak bukti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasihnya, pinggang ramping yang dirangkulnya tidak menjauh,
dan jantung di dalam dada yang penuh itu terguncang.
"Kakangmas Pujo ...... jangan khawatir mbokayu Kartikosari
selamat kau ...... berbaringlah yang baik agar aku dapat
mengobati punggungmu, kakangmas."
Pujo mengejap-ngejapkan matanya, menengadah dan
bagaikan disa mbar petir kagetnya ketika ia melihat bahwa
Yang dipe luknya adalah pinggang Roro Luhito. Gadis itu
mera mkan kedua mata dan dua butir a ir mata me mbasahi
pipinya yang menjad i merah sekali.
Cepat Pujo melepaskan rangkulannya pada pinggang,
menatap wajah itu dari atas pembaringan sambil berkata
gagap, "Diajeng Roro....... ah, maafkan aku ...... maafkan ...... "
Bibir yang merah me mbasah itu merekah da la m senyum,
me mbayangkan kilauan gigi putih di baliknya.
"Tida k mengapa, kakangmas. Kau ngelindur agaknya.
Bertelungkuplah, punggungmu perlu diobati. Jangan khawatir,
itu mbokayu Sari di situ, tidak apa-apa, agaknya tidur pulas
saking lelahnya."
Karena malu dan jengah, Pujo segera bertelungkup. Akan
tetapi kepalanya dimiringkan untuk me mandang ke arah kiri
yang ditunjuk Roro Luhito.
Berdegup jantungnya melihat bahwa isterinya, Kartikosari,
benar saja berbaring di atas sebuah dipan kayu lain dalam
kamar itu. Isterinya rebah terlentang, kedua matanya mera m,
dadanya turun naik perlahan tanda bahwa isterinya sedang
tidur. Benar sedang tidur pulaskah isterinya itu" Bulu matanya
bergerak-gerak! Pujo merasa gelisah. . Bagaimana kalau
isterinya me lihat perbuatannya terhadap Roro Luhito tadi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah, cukuplah, diajeng. Luka-lukaku hanya luka di kulit,
tidak apa-apa. Bagaimana dengan ayahmu, paman adipati?"
Pujo berkata dan ia bangkit duduk.
"Ayah amat le mah usianya yang sudah tua me mbuat ia
tidak dapat menahan pukulan batin dan siksaan, sekarang
sedang dirawat bapa resi."
Sejenak wajah yang manis itu mura m, kemudian tangannya
menyerahkan sepasang pakaian baru kepada Pujo sa mbii
berkata, "Kaupakailah ini, kakangmas. Ini pakaian kangmas
Wisangjiwo. Pakaian mu sudah hancur."
Pujo melihat ke tubuhnya. Bajunya sudah tidak merupakan
baju lagi, compang-ca mping, de mikian pula celana dan
kainnya. Ia menerima sepasang pakaian itu dan pada saat itu
Kartikosari bangun.
"Diajeng, bagaimana dengan keluarga ayahmu" Mana
ibumu?" Ditanya demikian, Roro Luhito terisak, lalu menubruk
Kartikosari dan menangis di atas pangkuan nya, Dengan suara
tersendat-sendat Roro Luhito menceritakan betapa sebagian
besar keluarganya terbasmi ketika terjadi penyerbuan pasukan
kota raja yang dipimpin Jokowanengpati dan kedua orang
wanita iblis Ni Durgogini dan Ni Nogogini. Juga ibu
kandungnya telah tewas dala m penyerbuan itu.
"Jokowanengpati manusia iblis! Dosa mu bertumpuk-tu mpuk
.... ! " kata Pujo dengan marah sa mbil mengepal tinjunya.
"Sayang sekali iblis itu dapat melolos kan d iri ketika pa man
resi Telomoyo datang membantu," kata Kartikosari penuh
penyesalan. "Kali ini ia lolos, akan tetapi lain kali pasti tida k. Kejahatan
takkan dilindungi oleh Hyang Widi!" kata pula Pujo penuh
harapan . Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roro Luhito sudah dapat menguasai kesedihannya. Ia
bangkit dengan muka basah air mata dan mata agak merah.
"Harap ka lian maafkan, aku harus pergi menengo k ayah."
"Tida k ?"", pergilah, diajeng. Kami tidak apa-apa, yang
perlu mendapat perawatan adalah ayahmu," kata Kartikosari.
Puteri adipati itu me langkah keluar dari dalam kamar sa mbil
menundukkan mukanya.
"Sudah sepatutnya dikasihani ...... " terdengar Kartikosari
menya mbung lirih.
"Dan dia begitu baik, telah menolong kita."
"Ya, dua kali dia telah menolong kita. Di dalam kamar
bawah tanah dan ketika kita terkurung jala ...... "
Pujo lalu me mbaringkan tubuhnya lagi sa mbii menghela
napas panjang. Hening Sejenak di da la m kamar itu. Kemudian terdengar
lagi suara Kartikosa ri,
"Kita berhutang budi kepada diajeng Roro Luhito,
kakangmas."
"Engkau benar, nimas. Kita berhutang nyawa."
Hening lag i sejenak. Kini Kartikosari yang menghela napas
panjang, jelas terdengar hembusan nafas halus panjang di
kamar sunyi. "Sesungguhnya, kita, terutama engkau, berhutang nyawa
kepadanya. Dia ma la m itu bukan hanya meno long,
kakangmas, dia malah rela hendak mengorbankan diri,
berkorban nyawa, untukmu...... "
Sesuatu dalam suara Kartikosari me mbuat Pujo menengok
dan me mandangnya. Ia melihat Kartikosari sudah duduk
dipe mbaringan, makin cantik dengan kain dan kutang yang
serba baru, agaknya diberi pinjam Roro Luhito karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaiannya sendiri compang-camping, dengan muka agak
pucat sehingga alis yang indah bentuknya itu ma kin hitam
seperti dicat. "Dan dia cinta kepadamu, kakangmas, cinta yang tulus
ikhlas, suci murni, cinta yang membutuhkan balasan dan
sudah sepatutnya pula mendapat balasan cinta kasih darimu
...... " Pujo kini melompat bangun, berlutut di depan pembaringan
isterinya, me meluk pinggang isterinya dan menelungkupkan
muka di atas pangkuannya, seperti yang dilakukan Roro.
Luhito tadi. "Nimas ...... nimas Sari ...... ?"" ...... yang kauucapkan itu"
Kau ...... kau ...... cemburu " "
Ia menengadah, me mandang wajah ayu penuh selidik,
mencari-cari dengan pandang matanya. Kartikosari menunduk
dan jari-jari kedua tangannya me mbe lai ra mbut kepala
suaminya yang kusut, bibirnya bergerak-gerak mengeluarkan
suara lirih, "Wanita mana di dunia ini yang bebas akan ce mburu,
kakangmas" Di mana ada cinta, di situ ada cemburu, Wanita
mana di dunia ini suka melihat cinta kasih suaminya dibagi
dengan wanita lain" Dan akupun hanya wanita biasa,
kakangmas. Akan tetapi, aku ingin diajeng Roro Luhito
menjad i maduku, aku ingin melihat dia bahagia di sampingku,
berkumpul dengan kita sela manya."
"Hishhh! Apakah kau mengigau, nimas Sari" Sadarlah dan
buang jauh-jauh rasa cemburu dari hatimu!",
Pujo me mpererat pejukannya pada pinggang yang ramping itu.
"Dia cinta padamu, kakangmas. Aku percaya dan yakin
bahwa cinta kasihmu hanya untukku seorang dan karena ini
aku merasa a mat bahagia, suamiku. Akan tetapi,,,...., dia
amat cinta kepadamu, dia menderita karena mu, bahkan dia
rela menderita karena cintanya kepadamu ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimapa..,.,. bagaimana kau tahu,...... ?"
"Setiap orang yang tidak buta hati dan matanya akan dapat
me lihat, akan dapat mengetahuinya. Dahulu dia mencarimu,
ingin men ghambakan diri kepadamu, sungguhpun dahulu ia
mengira bahwa engkaulah yang me mper kosanya. Dan setelah
tahu bahwa Jokowanengpati yang melakukannya, ia amat
me mbenci Jokowanengpati, akan tetapi masih tetap cinta
kepadamu, bahkan meno longmu, dan malam tadi rela hendak
mengorbankan nyawa untukmu. Aku tahu bahwa engkau akan
bahagia jika me mbalas cinta kasihnya, kakangmas, dan aku
...... aku hanya ingin me mbuktikan bahwa cinta kasihku
kepadamu sedala m Laut Selatan. Aku rela dan bahagia melihat
kau bahagia, Bahwa....... aku tetap mencinta mu, tetap
bersetia kepadamu apapun yang akan terjadi "
"Nimas Sari ...... kau dewiku ...... !"
Pujo bangkit berdiri, merang kul leher dan hendak mencium
bibir Isterinya yang sudah amat lama ia rindukan itu, Akan
tetapi Kartikosari merenggutkan dirinya,mengelak sa mbil
berkata, tersenyum,
"Stop, kakangmas! Ingat, belum tiba saatnya. Lupakah
engkau akan syaratku?"
Tubuh P ujo yang tadinya mengejang penuh se mangat dan
kegembiraan itu, seketika menjad i le mah dan lesu. Ia kemba li
menjatuhkan diri ber lutut dan menge luh,
"Nimas Sari, isteriku, tidak kasihankah engkau kepadaku"
Aku rindu pada mu, nimas."
Bibir itu tetap tersenyum man is, akan tetapi matanya
berkejap-kejap menahan air mata, memancar kan pandang
penuh kasih mesra, kedua tangannya diulur menyentuh
tangan suaminya. Jari- jari tangan mereka saling genggam,
penuh getaran yang me mancar keluar dari hati masing-
masing. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas Pujo, suamiku. jiwa dan raga ini milikmu,
sudah kuberikan kepadamu dengan rela sejak dahulu. Akan
tetapi ksatria harus menepati janji. Satria harus tahan tapa
tahan derita, dan pandai menguasai nafsu diri. Kakangmas,
biarlah mulai saat ini kuajukan syarat baru kepadamu Setelah
segala yang kita alami aku hanya mau melayanimu dengan
segala kerendahan hati, dengan cinta kasih, apabila diajeng
Roro Luhito menjadi maduku ! "
"Nimas! Apakah engkau sudah gila .. ..?""
Pujo bangkit berdiri, me mandang wajah isterinya dengan
mata terbelalak.
Kartikosari tersenyum. "Sudahlah, bukan waktunya kita
berbantahan Kaupakai pakaian mu pe mberian diajeng Luhito
dan mari kita menengo k keadaan pa man adipati. ?"" baik
rasanya kalau kita berdua hanya mengera m diri di dalam
kamar saja, padahal luka-luka kita hanyalah luka pada kulit."
Pujo hendak me mbantah, akan tetapi didiamkan oleh
senyum Kartikosari yang dengan cekatan menanggalkan baju
Pujo yang compang-ca mping itu. Terharu hatinya melihat
betapa isterinya ini me mbantunya
bertukar pakaian, me mbantunya seolah-olah dia seorang an" k kecil yang belum
pandai bertukar paka ian sendiri.
Sementara itu, diam-diarn Kartikosari terharu dan hampir ia
tak dapat menahan isak haru dan ge lora hatinya ketika ia
menyaksikan ke mbali bentuk tubuh suaminya yang kokoh kuat
dan padat. Baru saja sua mi isteri ini keluar dari kamar, datang Roro
Luhito ber lari-lar i. Mereka terkejut dan ce mas, akan tetapi lega
hati mereka ketika me lihat wajah manis itu berseri ge mbira.
"Kakangmas Pujo, mbokayu Sari! Lekas, mari ke ruangan
dalam. Kakangmas Wisangjiwo datang!" teriaknya girang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo dan Kartikosari tersenyum dan saling pandang.
Betapapun juga, ada rasa kikuk dan tidak enak untuk bertemu
muka dengan W isangjiwo, orang yang tadinya mereka benci
dan mereka jadikan musuh besar yang didenda m di dalam
hati. Tanpa menge luarkan kata-kata mereka berdua menyertai
Roro Luhito yang berjalan sjambil menceritakan kedatangan
kakaknya. "Kakangmas W isangjiwo telah menentang sekutunya yang
jahat dan kini mengha mba kepada Pangeran Tua. Itulah
sebabnya maka Jokowanengpati dan sekutunya yang jahat,
atas perintah Pangeran Anom (Muda) menyerbu dan
menga mbil a lih Selopenangkep. Ketika kakangmas W isangjiwo
mendengar akan serbuan ini, segera ia mohon perkenan Gusti
Pangeran Sepuh (Tua) me mbawa pasukan yang kuat dan baru
saja tiba di sini. Marilah, dia sedang bicara dengan ayah. Bapa
resi juga berada di sana."
Dari ruangan pinggir, tampak kini me lalui pintu yang
terbuka, banyak pasukan di depan pendopo.
Terdengar pula ringkik dan derap kaki kuda. Agaknya
pasukan yang dibawa Wisangjiwo dari kota raja mulai
me lakukan tugasnya me mulihkan Kadipaten Se lopenangkep,
Roro Luhito mengajak dua orang itu menyeberang dan
me masu ki ruangan da lam dar i pintu sa mping. Ruangan yang
cukup luas dimana sang adipati duduk setengah rebah di atas
dipan terukir, dengan punggung d iganjal bantal. ?"" jauh dari
situ, di atas sebuah bangku, dengan tangan sibuk menggaruki
tubuh seperti biasanya, duduk Resi Telomoyo. Di pinggir dipan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tampak Raden W isangjiwo yang berpakaian indah dan gagah,
duduk dan bicara ser ius dengan ayahnya.
Ketika mendengar masuknya tiga orang Raden Wisangjiwo
meno leh dan mendadak mukanya menjadi merah sekali ketika
ia melihat Pujo dan Kartikosari. Ia cepat bangkit berdiri dan
menya mbut suami isteri itu dengan kata-kata terharu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adimas Pujo, aku merasa a mat berterima kasih atas
pertolonganmu sehingga ayah terbebas dari pada ancaman
maut di tangan s i keparat Jokowanengpati. lebih besar pula
rasa sesalku apabila ku ingat betapa kalian berdua telah
banyak menderita akibat perbuatanku yang sesat di masa
lalu..... "
Suaranya tersendat oleh keharuan.
Kartikosari hanya menundukkan mukanya, akan tetapi Pujo
mengangkat tangan me mprotes.
"Bukan hanya engkau yang keliru, raden. Akupun telah
me lakukan perbuatan sesat dan jahat, menyerbu kadipaten
ini, bersikap kurang patut terhadap gusti adipati, bahkan telah
me lakukan penculikan terhadap isteri dan putera mu Biarlah
kesempatan ini ku pergunakan untuk mohon maaf sebesar-
nya, baik kepada mu terutama sekali kepada gusti ad ipati ! "
"Aahhh ...... jangan menyebut gusti, anakmas Pujo. Sebut
saja paman kepadaku, dan jangan minta maaf. Uggh-huh-
huh.......!"
Orang tua itu terbatuk-batuk, ?"?"?"?" terengah-engah
sehingga Roro Luhito cepat mengha mpiri ayahnya dan
mengurut-urut punggungnya.
"Uuh-uh ...... anakmas Pujo, sesungguhnya semua
peristiwa ini adalah akibat dar ipada kesalahan ku send iri! Aku
telah mendengar se mua, mendengar penuturan W isangjiwo
yang telah insyaf dan sadar, telah melempangkan jalan h idup
yang bengkok yang kutempuh. Aku telah mendengar se mua
penuturan Roro Luhito dan penjelasan Sang Resi Telomoyo.
maka jelaslah bahwa se mua adalah a kibat penyelewenganku
dahulu ...... ugghh-uh. Aku ....... terlalu mabok akan
kesenangan dunia seperti terbalik pandang mataku, seperti
buta mata hatiku, gila kedudukan mabok kemuliaan sehingga
aku bersekutu dengan manusia-manusia lblis ...... , percaya
mulut man is si keparat jokowanengpati ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Resi Telomoyo tertawa dan terdengarlah suaranya
yang parau dan dalam,
"Ha-ha-ha-ha,
semua yang bersalah mengakui kesalahannya! Alangkah baiknya hal ini Adalah lebih baik
bersalah tapi mengakui kesalahannya dan bertobat penuh
penyesalan, daripada tidak bersalah merasa bangga dan
mengagungkan serta menyombongkan kebersihannya."
Mendengar ucapan ini, Wisangjiwo meno leh ke arah adik
tirinya, berkata sambil menar ik napas panjang,
"Roro, adikku yang baik, engkau sungguh bahagia
mendapatkan seorang guru sebijak pa man resi ini, tidak
seperti aku ...... "
Kemudian ia men ghampiri Pujo dan berkata,
"Adimas Pujo, setelah segala yang terjadi, dapatkah engkau
benar-benar menga mpuni aku" Boleh kah aku kini bertemu
dengan puteraku ?"
Suaranya tersendat oleh keharuan. Pujo mengerutkan
keningnya. "Tida k ada yang harus minta dan me mberi a mpun, raden
...... " "Ah, adimas, mengapa. menyebut raden" Bukankah ayahku
minta kau menyebut paman kepadanya" Kita bukan orang
lain, ah, bagaimana dengan puteraku, Jo?" Wandiro yang
menjad i, muridmu" Mana dia?"
"Maaf ...... kangmas Wisangjiwo Tanpa kusengaja aku
mengecewakan se mua keluarga mu. Kami sendiri sebetulnya
sedang mencari-cari Joko Wandiro dan Endang Patibroto,
puteriku..."
Kemudian secara singkat Pujo menceritakan kehilangan dua
orang anak itu Wisangjiwo merasa gelisah sekali dan ketika ia
me manggil kepala pasukan, me mberinya penntah untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan pasukan da ri kota raja mencari dua orang anak
yang hilang itu.
Keadaan Adipati Joyowiseso amat payah. Bangsawan ini
sudah tua dan lemah. Serbuan yang menghancurkan
keluarganya, kemudian siksaan yahg dideritanya, terlalu berat
baginya. Biarpun Resi Telomoyo sudah berusaha sedapatnya
untuk me mberikan ja mu-jamu yang berkhasiat, namun
hasilnya sia-sia. Tiga hari kemudian, dalam keadaan payah,
berbaring di atas pembar ingan dalam kamarnya, Adipati
Joyowiseso me manggil kedua anaknya mendekat, dan minta
supaya dipanggilkan Pujo, Kartikosari, dan juga Resi
Telomoyo. Ketika Pujo dan isterinya me masuki kamar, mereka melihat
Resi Telomoyo sudah berada di s itu, duduk di bangku
menggaruk-garuk tubuhnya. Wisangjiwo juga duduk di de kat
pembaringan dengan wajah yang pucat dan mura m,
sedangkan Roro Luhito berlutut di dekat pemba ringan sambii
menang isi ayahnya. Adipati itu tampak kurus dan pucat sekali,
akan tetapi matanya bersinar ketika ia melihat Pujo dan
Kartikosari me masu ki kamar. Pujo dan Kartikosar i segera
duduk me nghadapi si sakit.
"Nakmas Pujo ....... ahhh......."
Si sakit berkata dengan napas terengah-engah dan agaknya
ia harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk dapat bicara.
Telunjuknya menuding ke arah Wisangjiwo ketika . Ia
menya mbung, " ....... aku ....... aku tidak khawatirkan dia ini
....... dia mengha mba Pangeran Tua .. ..... akan tetapi ....... "
Ia terengah-engah, menoleh dan menyentuh kepala Roro
Luhito yang ber lutut di dekatnya,
" akan tetapi dia ini dia akan terlantar ...... aku ...... aku
...... menyerahkan dia kepadamu ...... anakmas .......
kauterimalah anakku ...... ini ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang adipati tidak kuat melanjutkan lagi, merebahkan lagi
kepalanya di atas bantal, napasnya terengah-engah, matanya
dipeja mkan setalah ia me mandang ke arah Pujo dengan
pandang mata penuh per mohonan.
Sunyi sejenak di kamar itu, kecuali isak tertahan Roro
Luhito. Pujo bangkit dari bangku, bingung me mandang ke
sekeliling, me mandang kepada wajah se mua orang.
Kartikosari hanya menundukkan muka.
"Ini ...... ini ...... bagaimana ini ...... ?"
Ia menggagap, mukanya menjadi merah se kali. Ia
me mandang Wisangjiwo untuk minta bantuan.
Wisangjiwo menggigit bibir dan mengangguk.
"Aku telah menyetujui, dan aku hanya mengharap kau akan
suka me menuhi per mintaan terakhir ayahku, adimas Pujo."
0o-dwo-0 Jilid 17 "AKA N TETAPI .... tetapi .... " Pujo sukar sekali
menge luarkan isi hatinya yang penuh keraguan. Ia
me mandang ke arah Roro Luhito, kemudian meno leh ke arah
isterinya. Keadaan menjadi hening dan tegang.
Adipati Joyowiseso masih me mandang ke arah Pujo,
menanti jawaban penuh pandang me mohon. Wisangjiwo juga
meno leh ke arah Pujo. Kini Roro Luhito juga menggerakkan
kepala, menoleh dan menatap wajah Pujo melalui tirai air
mata. Namun Pujo tidak bergerak, tetap memandang kepada
isterinya yang masih menundukkan muka. Agaknya pandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mata sua minya dan keadaan hening yang mencekam itu
me ma ksa Kartikosari mengangkat muka me mandang.
Bertemulah pandang mata Kartikosari dengan sinar mata
suaminya yang penuh dengan pertanyaan dan keraguan. Bibir
yang merah itu merekah dalam senyum, pandang matanya
penuh kasih dan re la, kemudian Kartikosari men gangguk
me mber i persetujuan kepada sua minya.
Dala m detik-detik itu pandang mata sua mi isteri itu telah
me lakukan tanya jawab yang hanya dimengerti oleh mereka
berdua. Pujo bernapas lega dan gerak-gerik mereka ini diikuti oleh
pandang mata se mua orang, termasuk pandang mata Roro
Luhito. Kalau se mua orang masih belum tahu apa makna
semua itu, Roro Luhito sudah mengerti. Dengan isak tertahan
ia me loncat, menubruk dan merangkul leher Kartikosari,
kemudian me lepas rangkulan nya dan lari keluar dari kamar
itu! Kartikosari tersenyum dan mengusap air mata Roro Luhito
yang me mbasahi pipinya ketika puteri adipati itu tadi
menga mbungnya.
Dengan anggukan kepala Kartikosari me mberi isyarat
kepada suaminya dan mereka berdua keluar dari kamar itu
mengejar Roro Luhito.
Roro Luhito duduk di atas sebuah bangku dalam ta man
sari, menyembunyikan mukanya dalam kedua tangan,
menang is terisak-isa k, sepasang pundaknya bergerak-gerak
dan ia sama sekali tidak tahu betapa Pujo dan Kartikosari
mengha mpirinya dari belakang dengan langkah perlahan,
bergandengan tangan.
Kartikosari berhenti, melepaskan tangan sua minya, lalu
mendorong-dorong pundak sua minya ke depan. Pujo meragu,
berat rasa hatinya harus menyapa Roro Luhito dalam keadaan
seperti itu, di depan isterinya yang tercinta. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan isyarat pandang mata, gerak bibir dan dorongan-
dorongan, Kartikosari me mbujuknya.
Pujo melangkah ke tlepan sampai dekat .Roro Luhito.
Dadanya berdebar, kerongkongannya serasa kering sehingga
sukar sekali baginya mengeluarkan suara.
" ....... diajeng ......." Akhirnya dapat juga ia bersuara.
Roro Luhito seketika berhenti terisak, tubuhnya tak
bergerak, seakan-akan suara itu telah mencabut sukmanya.
Kedua tangan masih men utupi muka, akan tetapi ia tidak
menang is lagi, bahkan seakan tidak bernapas, agaknya tidak
percaya akan mendengar suara Pujo.
Pujo tadi sudah diajari isterinya bagaimana harus bicara
kepada Roro Luhito, Kalimat itu sudah hafal olehnya, namun
mulutnya sukar digerakkan, lehernya seperti tercekik. Tentu
saja ia bukan seorang laki-la ki yang le mah, bukan pula
pemalu. Hanya karena Kartikosari berada di situ, hal inilah yang
me mbuat ia merasa sungkan, malu, dan tak enak hati. Betapa
ia dapat berkasih sayang dengan wanita lain di depan
isterinya, wanita satu-satunya di dunia ini yang dicintanya" Ia
me ma ksa diri ketika me lirik ke kiri dan melihat Kartikosari
kembali mendorong-dororrgnya dengan isyarat pandang mata
dan gerak mulut.
" ....... diajeng Roro Luhito, mengapa kau menangis " Kalau
....... kalau sekiranya diajeng tidak setuju dengan usul pa man
adipati ....... jangan khawatir, diajeng, aku ....... aku dapat
me mbatalkan ....... "
Belum habis Pujo mengucapkan kalimat hafalan yang
didekte oleh Kartikosar i itu tiba-tiba Roro Luhito menang is lagi
dan wanita ini menjatuhkan diri berlutut dan merang kul kedua
kaki Pujo yang berdiri terlongong seperti patung penjaga alun-
alun keraton!. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" eh ....... nimas Sari ....... kalau sudah begini bagaimana
ini ....... " "
Pujo tergagap bingung me mandang isterinya dan menjaga
keseimbangan tubuhnya agar jangan terguling karena kedua
kakinya yang dirangkul itu mendadak menggigil! .
"Aduh, bodohnya laki-laki! Itu tandanya ia setuju!" kata
Kartikosari me nahan tawa.
Mendengar suara ini, Roro Luhito terkejut. Tak disangkanya
bahwa Kartikosari berada di situ pula. Ia mengangkat muka,
lalu ia melepaskan kaki Pujo, serta-merta ia ber lutut di depan
Kartikosari, sambil menang is tersedu-sedu.
"Duhai Dewata yang mulia ....... betapa mungkin Roro
Luhito berlaku serendah ini ....... ?" Roro Luhito menjerit lirih
sambil me nangis.
"Diajeng ....... !! " Pujo dan Kartikosari berseru hampir
berbareng karena kaget.
Roro Luhito mengangkat muka me mandang mere ka. Muka
yang merawankan hati, agak pucat, matanya merah, air
matanya berderai-derai.
"Kakangmas ....... mbokayu ....... kalian tentu tahu betapa
cinta hatiku hanya tertuju kepada kakangmas Pujo. Aku rela
mati de mi cinta kasihku kepada kakangmas Pujo. Akan
tetapi........ kakangmas Pujo adalah sua mi
mbokayu Kartikosari yang begitu baik kepadaku ....... yang melepas
budi kepadaku ....... betapa mungkin aku berlaku serendah ini,
menyakit i hati mbokayu Kartikosari ....... " "
Kartikosari terharu dan segera berlutut pula, merangkul
Roro Luhito. "Diajeng, kau keliru. Aku tahu betapa suci murni cinta
kasihmu terhadap kakangmas Pujo, dan aku tahu pula betapa
baik dan bersih hatimu terhadap aku. Tahukan engkau,
diajeng, bahwa aku telah mengajukan syarat kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakangmas Pujo" Syaratku kepadanya, aku hanya mau
bertugas sebagai isterinya kemba li, melakukan kewajiban,
sebagai isteri yang me layani sua mi, hanya dengan syarat
bahwa engkau harus menjadi maduku! "
Roro Luhito tersentak kaget, menja uhkan mukanya untuk
dapat memandang wajah Kartikosari dengan jelas melalui air
matanya, matanya dilebarkan. Kedua orang wanita itu saling
pandang, keduanya mengeluarkan air mata dan akhirnya
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka berpelukan sambil menang is dan saling berciuma n.
Pujo yang masih berdiri itu hanya dapat me mandang.
Keningnya berkerut matanya termenung, mulutnya tersenyum-senyum bingung, dan melihat dua orang wanita itu
berpelukan dan bertangisan, ia mengangkat pundaknya
berkali-kali sa mbil meraba-raba kumisnya yang tipis. Tiba-tiba
ia terperanjat ketika mendengar suara Kartikosari menegur,
"Kenapa kau berdiri seperti patung di situ, kakangmas" "
"Eh ....... habis ....... bagaimana ini ....... selanjutnya?"
jawabnya gagap.
Kartikosari menarik Roro Luhito bangkit berdiri. Dengan pipi
masih basah Kartikosari tersenyum kepada suaminya.
"Apa kau tidak mau menerima diajeng Roro Luhito menjadi
isterimu, kakangmas Pujo?"
Roro Luhito mengangkat muka pula, sepasang matanya
me mandang taja m kepada Pujo. Sepasang mata bintang,
tajam jernih, indah! Pujo menelan ludah, sukar sekali
menjawab pertanyaan yang diajukan isterinya seperti
todongan ujung keris ini.
"Bagaimana" Kakangmas, seorang laki-laki harus berani
menga mbil keputusan tegas!" Kartikosari menegur.
"Betul ucapan mbokayu Kartikosar i," Roro
Luhito menya mbung, suaranya juga tegas seperti suara Kartikosari.
"Kalau kakangmas merasa keberatan dan tidak tidak suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima ku, hendaknya berterus terang saja dan aku akan
ikut dengan bapa resi guruku untuk menjadi seorang pertapa."
Ia menutup kata-katanya dengan-isak ditahan.
Kembali Pujo menelan ludah, kemudian ia menentang
pandang mata kedua wanita itu, mengangkat dada dan
menjawab lantang,
"Aku mau!!"
Jawaban ini dikeluar kan dengan suara yang amat lantang,
terlalu lantang sehingga jelas tidak sewajarnya dan dibuat-
buat untuk me mberanikan hati. Keadaan ini a mat lucu
sehingga Kartikosari tidak dapat menahan ketawanya.
Apalagi Roro Luhito, wanita yang pada dasarnya memang
lincah dan ge mbira. Karena kini hatinya penuh dengan
kebahagiaan, menyaksikan sikap calon suaminya yang
me mang sejak sepuluh tahun yang lalu telah menjad i pujaan
hatinya ini, tak dapat menahan kegelian hatinya. Ia me me luk
Kartikosari, menye mbunyikan mukanya dan tertawa sampai
terpingkal-pingka l dengan air mata me mbanjir keluar! .
Pujo berbesar hati. Tadi ia bingung menyaksikan dua orang
wanita itu bertangis-tangisan. Akan
tetapi sekarang menyaksikan wajah istennya penuh se nyum yang manis dan
cerah, melihat pula betapa Roro Luhitc tertawa-tawa sambil
menye mbunyikan muka karena malu-ma lu, ia menjadi
bangga. Dengan langkah lebar ia mende kat.
Hanya tiga langkah dan ia sudah berada di depan mereka,
kedua lengannya dikembangkan dan dua orang wanita itu
sudah berada dalam rangkulan dan pelukannya. Dengan
kedua lengannya yang kuat, ia me me luk dan mendekap
mereka di atas dadanya. Kartikosari di dada kanan, Roro
Luhito di dada kiri. Kedua wanita itupun mera mkan mata
sambil balas me me luk, menye mbunyikan muka di atas dada
yang bidang, merasa aman sentausa dan bahagia. Sampai
la ma mereka berada dalam keadaan seperti ini, tanpa bicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena dalam saat seperti itu, kata-kata yang keluar dari
mulut terlampau miskin untuk menyampaikan getaran rasa
nikmat yang menggelora dan menggetar-getar dari dalam
hati. Sebagai seorang wanita yang halus perasaannya,
Kartikosari yang lebih dulu tergugah. Maklum betapa suaminya
terbuai getaran cinta kasih yang menggelora, ia cepat berkata,
suaranya halus tapi menekan,
"Kakangmas, kiranya cukuplah. Seorang satria harus teguh
me megang janji. Belum tiba saatnya kita saling menumpahkan
perasaan cinta kasih."
Pujo menarik napas panjang
untuk menekan gelora hatinya
yang benar-benar hampir terseret gelombang asmara yang amat hebat.
Dengan kedua tangan di atas pundak
kedua isterinya, ia mendorong
mereka, menatap wajah mereka, la lu berkata,
"Sekali lagi a ku berjanji
bahwa sebelum musuh besar
kita bertiga terbalas, aku akan
menahan diri dan tidak akan menuntut hakku sebagai sua mi
terhadap kalian, kedua isteriku yang terkasih."
"Wah, enak saja dia ini menyebut mu sebagai isterinya,
diajeng!" Kartikosari me nggoda sua minya.
"Kakangmas Pujo, kau belum menjawab permintaan paman
adipati. Beliau tentu menanti-nanti, hayo kau lekas ke sana
me mber ikan jawabanmu."
Pujo meragu, me mandang kepada Roro Luhito, seakan
minta pertimbangan. Roro Luhito yang kini berseri-seri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya sehingga menjad i makin cantik man is, mengangguk
dan berkata, "Betul pendapat mbokayu Sari, kakangmas. Kau harus
me mber i jawaban kepada ayah."
Kartikosari makin lebar senyumnya, matanya menggoda,
tangan kirinya me meluk pinggang Roro Luhito. Pujo hendak
me mbantah, na mun me nghadapi dua orang wanita yang
sependapat ini, akhirnya ia menghela napas, mengangkat
kedua pundak, me mba likkan tub uh dan me langkah pergi
sambil me ngembangkan kedua lengan ke depan.
Wah, berat kalau begini, pikirnya di antara kebahagiaan
hatinya. Kalau mereka berdua sudah bersatu padu, dia
seakan-akan dihadapkan lawan yang luar biasa kuatnya. Ia
tahu bahwa sejak saat itu, ia takkan dapat lagi merasa lebih
tinggi dan leb ih kuat daripada Kartikosari ataupun Roro Luhito
yang agaknya telah me mbentuk persekutuan yang amat erat
dan kuat. Berpikir de mikian, Pujo mer ingis dan me mperce pat
langkahnya menuju ke dalam kadipa ten, ke dalam kamar di
mana Ad ipati Joyowiseso sudah menanti-nanti kembalinya.
Tak tahu ia betapa Kartikosari dan Roro Luhito menutup
mulut menahan ketawa melihat ia berjalan sa mbil
menge mbangkan lengan dan kepalanya bergeleng-geleng
seperti itu! . Dapat dibayangkan betapa lega dan girang Adipati
Joyowiseso ketika Pujo menghadap dan menyatakan persetujuannya akan usul adipati itu tentang perjodohannya
dengan Roro Luhito.
Adipati Joyowiseso yang sudah tua dan keluarganya telah
hancur berantakan itu merasa lega, karena sesungguhnya
hanyalah keadaan puterinya ini yang menyusahkan hatinya.
Seorang gadis yang sudah berusia dua puluh ena m tahun,
dinodai per istiwa aib karena perbuatan Jokowaneng pati yang
terkutuk. Akan bagaimanakah jadinya kelak kalau tidak cepat-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat dijodohkan dengan seorang yang patut menjadi
suaminya" Dan menurut pendapatnya, tidak ada yang lebih
tepat menjadi suami Roro Luhito kecuali Pujo, laki-laki gagah
perkasa yang juga menjadi ida man hati anaknya itu.
Atas desakan sang adipati, pernikahan dila kukan serentak
tiga hari kemudian! Upacara pernikahan yang amat sederha-
na, terlalu sederhana bagi puteri seorang adipati. Adipati
Joyowiseso tidak mengundang bangsawan-bangsawan lain,
bahkan tidak pula mengundang kenalan- kenalan la in dari luar
Selopenangkep. Upacara pernikahan itu hanya disaksikan oleh ha mba-
hamba setia kadipaten, dan dihadiri pula oleh penduduk
Selopenangkep yang tua dan yang penting saja. Karena tidak
me mpunyai keluarga yang tua, Pujo dan Kartikosari mohon
pertolongan Resi Telomoyo untuk menjadi wali pengantin pria.
Dengan senang hati resi tua itu meluluskan per mintaan Pujo,
sedangkan yang menjadi wali pengantin wanita adalah
ayahnya sendiri.
Adipati Joyowiseso mendadak ta mpak sehat kemba li pada
hari itu, mengenakan pakaian kebesaran dan wajahnya berseri
gembira. Akan tetapi pengantin wanita menang is penuh
keharuan karena teringat akan ibunya yang tewas dalam
penyerbuan kadipaten.
Tertawa dan menangis! Dua maca m keadaan yang
berlawanan inilah yang berselang-seling me menuhi kehidupan
manusia. Di saat ini tertawa gembira bersuka ria, di saat lain
menang is sedih berduka cita.
Dunia baga ikan panggung sandiwara dan manusia me njadi
pelaku-pelaku, bahkan banyak muncul badut-ba dut setelah
diperha mba nafsu dan perasaan. Ataukah . lebih tepat disebut
bahwa dunia bagaikan rumah gila " Bahwa manusia adalah
mah luk-mah luk gila yang saling menonjolkan kegilaannya agar
kelihatan bahwa dia lah yang paling gila daripada segala yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gila?" Manus ia mudah tertawa, mudah me nangis. Mudah
bersuka, mudah berduka.
Pada umumnya apabila keinginannya terlaksana, muncul
senyum suka Sebaliknya, apabila
keingin annya tidak
terlaksana, muncul tangis duka. Sedangkan se mua keinginan
itu berputar kepada keuntungan untuk dirinya sendiri,
berlandaskan nafsu menyenangkan diri pribad i.
Mengharap, dapat, tertawa. Mengharap, luput, menangis.
Tawa tangis,menjad i kebiasaan manusia yang sudah tidak
ma mpu menguasai d irinya sendiri, yang sudah menjadi hamba
daripada nafsu sendiri. Tawa dan tangis adalah sepasang
tangan dari badan yang satu. Tawa dan tangis adalah
sepasang saudara kembar yang silih ganti bermunculan, saling
berlomba untuk me mperebutkan dan menguasai hati manusia.
Manusia yang sadar dapat menguasai mereka, di waktu
suka berkunjung, dapat menjenguk dan me lihat duka berdiri di
ambang pintu, siap menanti gilirannya, dan demikian pula
sebaliknya. Karenanya, seorang manusia yang sadar selalu akan
tenang dan menerima segala kejadian di dunia yang menimpa
dirinya sebagai kejadian yang wajar, yang semestinya dan
yang tak dapat ia robah atau halangi seperti munculnya sang
matahari Matahari muncul dan terjadilah panas terik.
Ini sudah wajar. Sudah semestinya. Tidak ada suka, tidak
ada duka, tidak ada tawa tidak ada tangis. Manus ia sadar
dapat menerima kewajaran ini sebagai kenyataan yang
mengandung anugerah,dapat me metik manfaat daripadanya.
Mata seorang sadar dapat melihat bahwa di balik panas
terik yang menyengat dan menghangus kan, terciptalah
keteduhan nikmat di bawah pohon yang rindang! Melihat
nikmat dalam nyeri, mengena! nyeri dalam nikmat.
Mengenyam man is dala m pah it, merasai pahit dalam man is.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mencium ganda busuk dalam harum, mengenal harum
dalam ganda busuk! Bahagialah se lalu ma nusia yang sadar! .
Hanya tiga hari kemudian se menjak upacara pernikahan,
Adipati Joyowiseso menghembuskan napas terakhir, diiringi
tangis Roro Luhito dan Wisangjiwo. Seperti juga pada upacara
pernikahan antara Roro Luhito dan Pujo, upacara pemakaman
sang adipati dilakukan dengan sederhana, dilayat oleh mereka
yang tiga hari yang lalu menjadi tamu dalam upacara
pernikahan! . Kalau dalam pertemuan perta ma, Roro Luhito merupakan
penghibur bagi Pujo dan Kartikosari sehingga dalam
perjalanan mereka itu terdapat kegembiraan, adalah kini
kedua orang inilah yang selalu menghibur Roro Luhito.
Setiap hari tampak Roro Luhito dihibur oleh Pujo dan
Kartikosari di da la m taman sari. Sebagai pengantin baru,
sudah sepantasnya Pujo berlangen asmoro dengan kedua
isterinya di dalam ta man indah. Melihat mereka bertiga
bermesra-mesraan di dalam ta man, tentu semua orang akan
menyangka de mikian.
Mengira Pujo berbu lan madu dengan Roro Luhito, dite mani
Kartikosari sebagai isteri perta ma yang penuh tolerans i!
Perkiraan ini me mbuat para pelayan tersenyum-senyum,
me mbuat para dayang saling cubit menahan tawa, mengerling
penuh arti. Padahal sesungguhnya, Pujo dan Kartikosari
hanyalah menghibur hati Roro Luhito agar jangan terlalu
dikuasai kedukaan.
Mereka bertiga adalah orang-orang gemblengan yang
tahan uji, tidak akan mudah d ikuasai nafsu. Sekali da la m hati
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjanji, sampai matipun akan dipegang teguh janji ini.
Sebagai seorang laki- la ki yang sehat, tentu saja sumpah atau
janji mereka itu terasa a mat berat.
Kedua isterinya de mikian ayu, demikian denok, dan
bersikap mesra penuh kasih kepadanya. Ia harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mpergunakan seluruh kekuatan batinnya untuk me m-
bendung hasrat hendak mencurahkan se luruh kasih sayang
dan rindu denda mnya kepada kedua isterinya, terutama sekali
kepada Kartikosari. Namun, Pujo me maksa diri me mpertahankan, karena ia kini maklum akan keadaan hati
kedua isterinya.
Sebagai wanita-wanita utama, tentu saja mereka akan
merasa rendah diri melayani sua mi sebagai isteri-isteri
tercinta, apabila Jokowanengpati yang mendatangkan aib dan
noda itu belum tewas di depan kaki mereka! .
Sementara itu, Raden Wisangjiwo dibantu oleh Resi
Telomoyo keluar dari kadipaten dan me mimpin sendiri anak
buahnya dalam usahanya mencar i Raden Joko Wandiro,
puteranya, dan Endang Patibroto, puteri Pujo. Namun hasilnya
sia-sia belaka.
Setiap kali kemba li ke kadipaten, wajah Wisangjiwo makin
keruh dan pucat. Namun segera ia berangkat lag i mencari ke
lain jurusan. Sebulan kemudian, utusan yang disuruh berangkat ke kota
raja me mberi laporan kepada Pangeran Sepuh tentang
keadaan Kadipaten Selopenangkep, telah tiba kembali di
kadipaten. Mereka me mbawa berita yang mengejutkan, yaitu
bahwa perang telah terjadi secara terbuka antara pasukan
Pangeran Sepuh dan pasukan-pasukan pengikut Pangeran
Anom! Wisangjiwo juga dipanggil ke kota raja oleh Pangeran
Sepuh karena perang saudara itu me mbutuhkan bantuan
sebanyaknya. Juga utusan itu membawa berita bahwa di
antara panglima yang me mbantu Pangeran Ano m, terdapat
senopati Jokowanengpati yang terkenal pandai mengatur
pasukan dan sakt i.
Panas sekali hati W isangjiwo mende ngar ini. Hatinya
sedang risau karena usahanya mencari Joko Wandiro belum
juga berhasil. Kini mendengar tentang Jokowanengpati, ia
marah sekali dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puteranya hilang adalah karena kebiadaban Jokowanengpati, demikian kata hatinya. Ia lalu menemui Pujo,
Kartikosari, Roro Luhito, dan Resi Telomoyo.
"Aku harus berangkat segera ke kota raja," katanya. "Kalau
perang antara kedua pangeran telah pecah, berarti perang
saudara yang hebat. Pangeran Anom dibantu oleh banyak
orang sakti seperti Cekel Aksomolo, Ni Durgogini, Ni Nogogini,
Ki Warok Gendroyono, Ki Warok Krendoyakso dan anak
buahnya yang buas. Juga Jokowanengpati si keparat
merupakan tangan kanan Pange ran Anom. Oleh karena itu,
kalau saja kalian bertiga, juga paman Resi Telomoyo suka,
saya minta dengan hormat agar supaya ikut pula ke kota raja.
Membantu Pangeran Sepuh berarti me mbantu keturunan
Mataram. Pangeran Sepuh adalah putera Sang Dewi
Sekarkedaton, cucu mendiang Sang Prabu Teguh Dhar mawangsa, berdarah Mataram aseli. Akan tetapi
Pangeran Anom ada lah pangeran yang berdarah keturunan
Sriwijaya! Bukan tidak mungkin kalau Pangeran Anom yang
menguasai Kahuripan, kelak kita se mua akan men jadi orang
jajahan Sriwijaya. Andaikata andika sekalian tidak tertarik
akan hal ini, juga dengan me mbantu Pangeran Tua berarti
menentang Pangeran Muda yang me mpergunakan tenaga
orang-orang jahat, berarti kita telah melakukan d har ma satria
me mbas mi kejahatan."
"Kakangmas Wisangjiwo. Hal-ha l lain tidak menarik hati
kami bertiga, akan tetapi dengan adanya si keparat
Jokowanengpati di sana, kami bertiga tentu saja akan
berangkat pula ke sana. Kalau dia me mbantu Pangeran
,Anom, dengan sendirinya kami akan me mbantu lawannya,
yaitu Gusti Pangeran Sepuh," kata Pujo dan kedua orang
isterinya mengangguk-angguk tanda setuju.
"Bagaimana dengan paman Resi Telomoyo?" Wisangjiwo
bertanya penuh harapan, matanya menyinarkan kegirangan
karena Pujo bertiga ikut pula me mbantu Pangeran Sepuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tenaga tiga orang ini a mat hebat dan berguna dalam
perlawanan menghadapi orang-orang sakti yang membantu
Pangeran Anom. "He mmm, aku sudah tua, raden. Aku tidak suka akan
perang bunuh me mbunuh antara manusia me mperebutkan
kemenangan. aku tidak butuh kemewahan, tidak pula butuh
pahala. Akan tetapi, kalau pertapa-pertapa seperti Cekel
Aksomolo dan yang lain-lain itu men inggalkan pertapaan
mengejar keduniaan mengandalkan kesaktian, tentu keadaan
akan menjadi miring dan berat sebelah. Terpaksa akupun
harus turun tangan menghalangi mereka. Mari kita
berangkat!" .
Girang hati W isangjiwo mendengar ini dan ia tertawa
me lihat kakek itu men jadi berse mangat dan tergesa-gesa.
"Harap pa man resi bersabar karena saya masih menanti
kembalinya pasukan yang saya utus pergi menje mput isteri
saya di dusun Se logiri."
"Hahh " Selogiri di lereng timur Gunung Lawu?" Resi
Telomoyo bertanya.
"Betul, pa man." Wisangjiwo menarik napas panjang penuh
penyesalan. "Se mua gara-gara Jokowanengpati ....... " ia melirik ke arah
Pujo. "Saya tertipu muslihatnya, me mpercaya mulutnya.
Karena kehilangan Joko Wandiro isteri saya Listyokumolo
seperti berubah ingatannya. Saya ....... saya tadinya
menyangka buruk terhadap adimas Pujo sehingga saya
pulangkan isteri saya itu kepada ayahnya, lurah Selogiri. Saya
menyesal, paman, dan sekarang saya menyuruh pasukan
men jemputnya, akan saya ajak bersama ke kota raja. Kasihan isteri saya ....... " Wisangjiwo termenung.
"Ahh, saya mengaku salah alamat, saya telah menjadi
seekor binatang buas, merampas putera mu sehingga
me mbuat isterimu menjadi berduka "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, dimas. Semua telah terjadi dan semua
me mpunyai kesalahan. Tinggal sekarang kita merobah segala
kesalahan yang la lu. Mudah-mudahan saja nimas Listyokumolo
sudah sembuh dan suka me ngampunkan aku."
Dua hari kemudian datanglah padukan yang ditunggu-
tunggu. Wajah Wisangjiwo menjad i mura m karena tidak
me lihat isterinya bersama mereka. Apalagi setelah ia
mendengar laporan kepala pasukan, ia menjadi berduka
sekali. Kiranya, menurut hasil penyelidikan pasukan itu, tidak
la ma semenjak Listyokumolo pulang ke dusun Selogiri, dusun
itu dilanda malapetaka. Sekelompok perampok menyerbu
Selogiri. Biarpun lurah Se logiri, ayah Listyokumolo, bersama
para penduduk me lakukan perlawanan, namun tidak kuat
mereka menghadapi para perampok.
Lurah Selogiri tewas, banyak penduduk laki- la ki yang tidak
sempat melarikan diri dibunuh, dusun dibakar dan banyak
wanita terculik. Di antaranya, Listyokumolo dibawa lari oleh
kepala rampok! Melihat kaka knya berwajah pucat dan menja mbak-jambak -
rambut penuh penyesalan, Roro Luhito me megang pundak
kakaknya sa mbil menang is.
"Kasihan nasib kangmbok Listyokumolo .... "
Wisangjiwo menghela napas dan menengadahkan kepalanya. "Duh Dewata Yang Agung, inikah hukuman ku" Biarlah,
Luhito, biar impas se mua dosaku, karena tiada kejahatan
tanpa hukuman dan kalau kuingat akan kelakuanku yang la lu,
sungguh belum seberapa hebatnya hukuman ini. Mari, adikku,
mari kita berangkat, mari kita mencar i si jahanam
Jokowanengpati, biang ke ladi segala peristiwa pahit ini!"
Setelah meninggalkan sepasukan penjaga untuk menjaga
Kadipaten Selopenangkep, berangkatlah mereka, Wisangjiwo,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo, Kartikosari, Roro Luhito, dan Resi Telomoyo berkuda,
diiringkan pasukan yang kesemuanya berkuda.
Biarpun wajahnya me mbayangkan kebesaran semangat
dan kegembiraan seorang perajurit yang siap bertempur
namun di dalam hatinya, Wisangjiwo menang isi isterinya.
Teringat ia sekarang akan segala derita yang dialami
Listyokumolo. Betapa dahulu, Listyokumolo gadis dusun yang
cantik jelita dan bahagia itu terpaksa menyerah kepadanya
dan hidup di dalam Kadipaten Selopenangkep.
Betapa Listyokumolo dengan sepenuh jiwanya berusaha
menyesuaikan diri, berusaha mencinta sua minya dan betapa
Listyokumolo selalu bersabar digoda tingkah la ku sua minya
yang selalu me ngejar-ngejar wanita cantik.
Teringat ia betapa kejam hatinya, tidak kasihan melihat
isterinya seperti gila kehilangan putera, tidak menghiburnya
ma lah mengusirnya pulang ke Selogiri ! Kalau sekarang ia
teringat betapa akan celaka nasib isterinya itu diculik kepala
perampok, hatinya terasa ditusuk-tusuk ujung keris berbisa. Ia
berjanji di dalam hati bahwa setelah selesai perang dan masih
hidup, ia akan menggunakan sisa usianya untuk mencari
isterinya, mencari Listyokumolo sa mpa i dapat dan kalau
isterinya itu sudah mat i, ia akan me mbalas mere ka yang
menyakit i isterinya, terutama kepala perampok itu! .
Pujo dan Kartikosari sa ma sekali tidak tahu bahwa pada
saat mereka berangkat mengikut i Wisangjiwo bersama Roro
Luhito dan Resi Telomoyo menuju ke kota raja, terjadi
penyerbuan di Pulau Se mpu terhadap Bhagawan Rukmoseto
atau Resi Bhargowo. Sama sekali tidak tahu betapa hampir
saja Resi Bhargowo tewas oleh pengeroyokan jago-jago
utusan Pangeran Anom yang ingin mera mpas pusaka
Mataram. Juga tidak tahu betapa dua orang anak yang
mereka cari-cari selama ini berada pula di Pulau Se mpu dan
dengan adanya penyerbuan menjadi cerai-berai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti kita ketahui, Endang Patibroto bertemu dengan
seorang manusia yang luar biasa saktinya, ialah Dibyo
Mamangkoro bekas senopati Kerajaan Wengker. Endang
Patibroto kemudian ikut pergi dengan Dibyo Mamangkoro
sebagai muridnya, pergi ke sebuah pulau yang pada waktu itu
merupa kan pulau gawat, penuh dengan iblis bekasakan
sehingga terkenal sebagai tempat yang disirik (pantang) orang
karena kabarnya orang yang masuk ke pulau itu tentu akari
tewas dan tidak dapat keluar kembali. Bahkan para nelayan
tidak ada yanjg berani mendekatkan perahu ke pulau itu di
waktu mereka mencar i ikan. Pulau itu bukan la in adalah Pulau
Nusaka mbangan! .
Dibyo Mamangkoro manusia yang wataknya seperti bukan
manusia lag i itu, seorang sakti mandraguna yang sukar dicari
tandingannya, tidak me mpunyai putera maupun keluarga la in.
Semua keluarga terbasmi habis ketika Kerajaan Wengker di
mana ia mengabdi hancur dalam perang melawan Kahuripan
sehingga ia sendiri me larikan diri dan berse mbunyi di
Nusaka mba ngan.
Kini melihat Endang Patibroto, ia merasa amat suka. Anak
perempuan ini me miliki dasar watak yang liar, ganas dan tidak
pernah mau kalah, sebuah watak yang cocok dengan watak
Dibyo Mamangkoro. Selain itu, anak ini me miliki tubuh yang
amat baik, tulang seorang calon pendekar sakti. Di samping ini
semua, Endang Patibroto panda i menga mbil hati dan anak ini
sendiripun suka berlatih ilmu serta rajin. Inilah sebabnya
mengapa Dibyo Mamangkoro melakukan hal yang selama
hidupnya belum pernah ia la kukan, yaitu, mengambil murid
dan setiap hari tekun melatihnya dengan rasa kasih sayang
yang makin mendalam sehingga Endang Patibroto dianggapnya sebagai anak atau cucunya sendiri.
Kakek yang sakti mandraguna ini menga mbil keputusan
untuk men urunkan dan mewariskan seluruh kepandaiannya
kepada Endang Patibroto! .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita tinggalkan dulu Endang Patibroto yang bertahun-tahun
dige mbleng oleh Dibyo Mamangkoro, seakan-akan mereka
berdua itu sudah terputus bubungannya dengan dunia ra mai,
hanya berteman binatang-binatang buas dan hutan lebat. Mari
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kita ikuti perjalanan Joko Wandiro yang meninggal kan Pulau
Sempu dalam keadaan pingsan.
Joko Wandiro menjadi korban gigitan ular kecil berwarna
hijau ketika ia menye mbunyikan patung kencana ke atas
pohon randu alas. Mula-mula, kakinya yang digigit, kemudian
pergelangan lengan kanannya. Biarpun ia sendiri dapat
me mbunuh ular itu dengan menggigit lehernya dan mengisap
darahnya, namun racun ular me mbuat Joko Wandiro
mengge letak pingsan ketika ia dite mukan Ki Tejoranu yang
kebetulan datang pula ke P ulau Se mpu karena kake k pertapa
dari Danau Sarangan ini dia m-dia m mengikut i gerak-gerik
Jokowanengpati dan te man-temannya.
Melihat betapa bocah yang pernah menolongnya dan yang
dianggap sebagai tuan penolongnya itu menggeletak pingsan
dan setelah meme riksa ia maklum bahwa Joko Wandiro
menjad i korban gigitan ular berbisa, Ki Tejoranu cepat
mengangkat tubuh Joko Wandiro dan me mbawanya pergi dari
Pulau Sempu. Ketika menyeberangi laut menuju ke darat, Ki Tejoranu
cepat menotok jalan darah di lutut dan siku untuk mencegah
racun ular menja lar makin jauh ke tubuh Joko Wandiro.
Kemudian, setibanya di darat, ia me mondong tubuh anak itu
dan segera me mbawanya ke dalam hutan. Tubuh Joko
Wandiro amat panas! Ki Tejoranu segera mencari daun-daun
obat. Pedang Naga Kemala 6 Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Pedang Berkarat Pena Beraksara 8
radar bahwa bukan Wisarigjiwo yang me mperkosa Kartikosari
dalam guha itu, berdasarkan bukt i ke lingking itulah.
"Adimas Pujo dan Diajeng Kartikosari, silah kan Adinda
berdua masuk. Mari kita bercakap-cakap di dala m. Tentang ini
....... " Ia menggerakkan tangan kirinya ke depan, " ....... ada
riwayatnya. Marilah masu k dan nanti kucer itakan semua
kepada kalian."
Pujo dan Kartikosari saling lirik, kemudian mereka
mengangguk dan ikut masuk. Sudah sepatutnya sikap
Jokowanengpati itu. Andaikata bukan Jokowanengpati musuh
besar mereka, tentu begini pula sikapnya. Tak mungkin,
seseorang, apalagi seperti Jokowanengpati yang agaknya di
kadipaten ini se karang me mpunyai kedudukan tinggi, suka
mencer itakan tentang buntungnya kelingking di depan para
penjaga itu. Seorang di antara tiga penjaga yang tadi belum
dirobohkan, dibentak oleh Jokowanengpati,
"Hayo perketat penjagaan dan jangan bertindak sembrono
seperti tadi. Kalian bertujuh patut dihuku m ma mpus. Tak
tahukah bahwa yang datang ini adalah adik-ad ik seperguruanku?"
"Ampun ..... Raden Mas ..... " mereka berlutut dan
menye mbah penuh per mohonan, wajah mereka ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat, minggir!"
Jokowanengpati me mbentak lagi, la lu me mpersilah kan dua
orang tamunya me masuki pendopo, terus melalui pintu
menuju ke ruang tamu di sebelah kiri pendopo. Pujo dan
Kartikosari bersikap tenang, namun pandang mata mereka
waspada mengerling ke kanan kiri, menjaga kalau-kalau ada
serangan gelap.
"Silakan duduk. Di sini sunyi tak terganggu. Kita dapat
berbicara leluasa dan tenang. Agaknya banyak hal yang harus
mendapat penjelasan, Dimas Pujo.Terutama sekali tentang
keteranganm dahulu bahwa Diajeng Kartikosari suda
men inggal. Aku tidak me lihat sebab-sebab yang tepat
mengapa dahulu itu engkau berbohong kepadaku. Akan tetapi
biarlah engkau sendiri yang nanti me mber i keterangan agar
hatiku tidak merasa bingung dan penasaran. Sekarang lebih
dahulu kau dengarlah tentang Kadipaten Se lopenangkep."
Jokowanengpati menarik napas panjang dan me mandang
kedua orang suami isteri yang duduk di atas bangku bangku
berukir di depannya. Lampu la mpu dipasang pada dinding di
belakang dan atas kepala Jokowanengpati sehingga sinar
la mpu yang menyinar i kepalanya me mbuat wajahnya
tersembunyi dalam bayangan gelap. Sebaliknya, sinar la mpu
itu langsung menerangi wajah Pujo dan Kartikosari.
Melihat betapa sua mi isteri itu kelihatannya gelisah,
kadang-kadang saling lirik dan terutama sekali selalu
me mandang ke arah tangan kirinya Jokowanengpati tidak
me mber i kesempat an mereka me mbuka mulut, langsung
menya mbung kata-katanya.
"Seperti telah kuceritakan kepadamu sepuluh tahun yang
lalu, Adimas Pujo, ketika itupun a ku sudah menduga bahwa
Adipati Joyowiseso merencanakan pe mberontakan terhadap
Medang. Maka aku sengaja datang ke sini dan melakukan
penyelidikan, terpaksa ketika itu aku berpura-pura Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me musuhimu, bahkan setelah kau berhasil melarikan d iri, aku
me mba wa pasukan untu k mengejar dan menca ri-carimu."
Melihat betapa pandang mata suami isteri itu tidak
berubah, tetap tegang, penuh selidik dan penuh benci,
Jokowanengpati dia m-dia m menduga-duga.
Perbuatannya dalam beberapa hari ini, bersama Ni
Durgogini dan Ni Nogogini, menyerbu ke Bayuwis mo dalarn
usaha mencari pusaka Mataram kalau- kaIau disernbunyikan di
situ, kemudian me mbunuh ena m orang cantrik agar tidak
mengenalnya, dilakukan secara sembunyi dan tidak seorangpun tahu. Tak mungkin Pujo dan isterinya tahu akan
hal itu. Akan tetapi kedatangannya ke Bayuwismo beberapa tahun
yang lalu bersama Cekel Aksomolo dan pasu kan kadipaten,
tentu ada yang tahu. Berpikir sejauh ini ia lalu berkata pula,
"Karena harus dapat melakukan penyelidikan secara tepat,
aku terpaksa me mbantu usaha pe mberontakan Adipati
Joyowiseso sehingga terpaksa pula aku ikut menyerbu ke
Bayuwis mo bersama Cekel Aksomolo dan pasukan kadipaten.Untung aku ikut ke sana, kalau tidak ada aku yang
mencegah, tentu parnan-paman cantrik di sana sudah dibunuh
Cekel Akso molo ketika itu."
Dua pasang mata di depannya itu memancarkan sinar
penuh kemarahan, akan tetapi mereka dia m saja. Hal ini
bahkan menimbulkan ketegangan dan kegelisahan di hati
Jokowanengpati yang cepat-cepat menyambung,
"Akan tetapi, akhirnya tibalah saatnya menghancurkan para
pemberontak. Dua pekan yang lalu, aku diberi tugas oleh
Gusti Pangeran Anom, memimpin pasukan besar dan
menyerbu kadipaten ini, menang kap adipati, me mbas mi kaki
tangannya dan mengambil alih kadipaten atas nama Gusti
Pangeran Anom, dan ..... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cukup ! Kami datang bukan untuk mendengarkan
obrolan!!"
Tiba-tiba Kartikosari bangkit berdiri sambil me mbentak.
Jokowanengpati terkejut sekali, dan Pujo segera me megang tangan isterinya, disuruhnya duduk dan bersikap
tenang. Kemudian sa mbil me mandang taja m kepada Jokowanengpati, Pujo berkata,
"Kakang Jokowanengpati, maafkan sikap kami. Akan tetapi
sesungguhnya,kedatangan kami ini me mpunyai keperluan
penting. Kami tidak mengira a kan berte mu denganrnu di sini.
Soal-soal la in kami tidak peduli, akan tetapi harap kau suka
menjawab dua pertanyaan kami. Pertarna, siapakah yang
begitu keji me mbunuh se mua cantrik Bayuwis mo siang tadi
dan ke dua, ke mana hilangnya ke lingking tangan kirimu itu!"
Wajah Jokowanengpati menjad i pucat,akan tetapi karena
terlindung oleh bayang-bayang gelap, tidak tampak oleh
kedua orang ta munya.
Di da la m hatinya,Jokowanengpati agak menyesal mengapa
ia me mbiarkan Ni Durgogini dan Ni Nogogini pergi dari
kadipaten, menuju ke kota raja me mberi laporan kepada
Pangeran Anom. Kalau saja ia yang pergi ke kota raja, tentu tidak akan
bertemu dengan Pujo dan Kartikosari. Akan tetapi, bagaimana
ia bisa men inggalkan Kadipaten Selopenangkep kalau
kadipaten ini sudah dikuasainya dan setiap hari ia dapat
bersenang-senang dengan gadis-gadis ra mpasan yang cantik-
cantik" Sebagai penguasa sementara yang baru, ia
me mer intahkan agar se mua perawan denok di kadipaten itu
dikumpulkan di kadipaten untuk melayaninya.
Tentu saja ia me mbiar kan kedua orang iblis betina yang
makin tua makin menggila akan tetapi masih tetap cantik itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mengumpulkan pe muda-pemuda tampan pula dalam
kadipaten. Senyum simpul menghias mulut Jokowanengpati. Untung ia
cerdik. Terlalu cerdik untuk orang-orang tak berpengalaman
maca m Pujo dan Kartikosari.
Untung ia telah bersiap-siap menghadap i anca man musuh
dari manapun datangnya. Dengan pelbagai siasat, ia
m?rencanakan penjagaan diri yang cukup kuat, dan di
antaranya, ruangan tamu ini merupa kan tempat
ia menyelamatkan diri dar ipada musuh-musuh yang terlampau
berat. Sarna sekali ia tidak gentar menghadapi Pujo dan
Kartikosari, yang keduanya adalah adik-adik seperguruannya.
la sudah banyak menerima ge mblengan Ni Durgogini yang
sakti. Akan tetapi sebagai seorang cerdik, ia tidak rnau
menga mbil resiko berbahaya.
Kalau ada cara lain mengalahkan lawan yang jauh leb ih
mudah, mengapa menggunakan cara yang sukar dan
berbahaya" Jokowanengpati memasu kkan kedua tangannya
ke bawah meja yang berdiri di depannya, lalu berkata dengan
suara mengejek,
"Mengapa tidak kau cari sendiri siapa yang membunuh para
cantrik, dan tentang kelingkingku ini, he mm .... digigit kuda
betina liar!!"
Pujo dan Kartikosari menjadi marah sekali. Sungguhpun
Jokowanengpati tidak mengakui perbuatannya secara berterang,namun kata-katanya itu merupakan ejekan yang
cukup je las. Namun, tak sempat suami isteri itu mengeluarkan kata-
kata, karena pada saat itu, lantai di bawah mereka a mblas ke
bawah sehingga dua buah bangku yang mereka duduki,
berikut tubuh mereka melayang ke dalam lubang dan tidak
dapat dicegah lag i!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha-ha! ..... Orang-orang tolol maca m kalian mana
ma mpu melawan aku?"
Jokowanengpati tertawa bergelak sambil menepuk-nepuk
meja di depannya.
Otomatis lantai yang berlubang itu bergeser dan tertutup
kembali. Tepukan tangannya disambut munculnya e mpat
orang pengawal. Mereka duduk bersimpuh dan menye mbah.
"Seorang dari kalian atur penjagaan yang lebih ketat,
jangan biarkan s iapapun masuk kadipaten. Seorang lagi bawa
pasukan menjaga tawanan di bawah tanah. Kamu dua orang
mari ikut bersa maku, bawa regu penyemprot asap belerang!"
Jokowanengpati kelihatan gembira sekali. Dua orang
musuhnya, yang selama ini me ndatangkan mimpi buruk
kepadanya, telah tertangkap dan sebentar lagi tentu dapat
dilenyapkan dar i per mukaan bumi.
Yang pasti Pujo, adapun Kartikosari ..... hemmm! Wanita
itu makin montok dan ayu saja.
Kalau orang biasa yang terbanting jatuh dari tempat ha mpir
sepuluh meter, tentu akan luka-luka, setidaknya patah tulang
salah urat, kalau tidak pecah kepalanya dan mati. Namun Pujo
dan Kartikosari adalah orang-orang yang selain kuat juga
terlatih, me miliki susunan syaraf yang amat peka, tubuh yang
trampil. Ketika melayang-layang jatuh,cepat mereka dapat
mengatur keseimbangan tubuh sehingga ketika terbanting di
atas tanah, mereka dapat menahan bantingan itu dengan
kedua tu mit kaki dan tekukan lutut. Bangku yang turut
me layang jatuh, telah mereka dorong ke pinggir sebelum
sampai di dasar "sumur" itu.
"Kau tidak apa-apa, Nimas ..... " "
Pujo merangkul isterinya di dalam ruangan yang gelap
pekat itu. "Tida k, Kakangmas," bisik Kartikosari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku , sungguh bodoh kita sampai kena di akali jaharam itu
! " Pujo mengepal tinjunya daia m gelap.
"Keparat itu dengan perbuatannya ini jelas me mbukt ikan
dosanya. Mari kita periksa te mpat ini dan berusaha keluar."
Mulailah mereka meraba-raba. Alangkah kaget hati mereka
ketika mendapat kenyataan bahwa mereka terkurung dalam
sebuah ruangan yang tertutup rapat dan amat kuat, terbuat
dari ternbok yang amat tebal.
Di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah tiang kayu
jati. Pujo me manjat tiang ini ke atas dan ternyata di atas juga
tertutup bahkan tertutup jeruji besi yang kuat di bawah atap!
Sebuah pintu di kiri terbuat dari besi pula.
Suami isteri ini sudah mencoba-coba untuk mencari jalan
keluar dengan me mbobol pintu atau dinding, na mun s ia-sia.
Terla mpau kuat dinding dan pintu itu. Mereka seperti dua ekor
harimau masuk perang kap, hanya bisa marah- marah akan
tetapi tidak ma mpu ke luar!
"Jahanam busuk Jokowanengpati!" Kartikosari berteriak
marah. "Ka lau kau me mang jantan, hayo bertanding sa mpai
titik darah terakhir! Engkau me n jebak kami secara pengecut.
Tak tahu ma lu!"
Pujo kembali merangkul isterinya yang berteriak-teriak itu,
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kemudian berbisik,
"Nimas, percuma marah- marah terhadap seorang yang
sudah kehilangan jiwa ksatrianya. Lebih baik kita me mikirkan
akal untuk dapat ke luar dari sini."
Mereka duduk berdampingan di atas lantai ruangan itu.
Keadaan yang gelap pekat mula i remang-re mang setelah mata
mereka biasa di ruang gelap itu. Kiranya di sebelah bawah
terdapat lubang-lubang kecil, agaknya lubang hawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Legalah hati Pujo.
Setidaknya, dengan adanya lubang-lubang kecil itu, mereka
tidak akan mat i pengap. Dan dari lubang-lubang kecil ini pula
masu knya sinar yang me mbuat ruangan itu remang-re mang.
Mulailah mereka me mpelajari keadaan ruangan. Bentuknya
bundar, di tengah-tengah tiang. Tidak ada sebuahpun perabot
rumah yang menghias ruangan,kecuali sebuah la mpu kecil
tergantung di dekat tiang. Tembok dan pintu bes i,juga tiang
itu tidaklah baru, berarti tempat ini sudah ada sejak
Joyowiseso menjadi adipati di situ.
"He mm, agaknya tempat ini me mang mer upakan tempat
tahanan, akan tetapi tidak seperti tempat tahanan di mana
aku dahulu dikeram," kata Pujo.
Kartikosari me ngangguk-angguk dan menyentuh lengan
suaminya. "Kakangmas, kita tenang-tenang saja dan mengaso
mengumpulkan tenaga. Biarkan mereka itu me mbuka pintu
lalu kita menyerbu keluar!"
Pujo menggeleng kepala.
"Kurasa Jokowanengpati pengecut licik itu tidaklah begitu
bodoh, Nimas. Bagaimana kalau dia me mbiarkan kita
kelaparan, kehausan dan le mas tak berdaya sebelum pintu ini
dibuka?" "Ah, Kakangmas, takut apa" Biar kita mati. Mati di
sampingmu adalah nikmat,Kakangmas. Takut apa" "
Pujo merang kul leher isterinya dan mencium bibirnya, lalu
berbisik, "Akupun tidak takut mati, karena ada engkau di sampingku,
Nimas. Akan tetapi, kita tidak boleh mati sekarangl Bangsat itu
belum terbalas, dan aku belum melihat anak kita, bagaimana
kita bisa mati " Tidak, kita hatus berusaha. Kerisku masih ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
padaku, dengan senjata aku bisa me mbongkar tembok, sedikit
demi sedikit, sebata demi sebata."
"Kau benar, Kakangmas. Akupun dapat membantu mu
dengan cundrikku!"
Penuh semangat suami isteri itu mulai bekerja. Biarpun
senjata di tangan mereka hanya keris dan cundrik kecil saja,
namun karena mereka me miliki tenaga dalam yang amat kuat,
agaknya tidak akan sukar bagi mereka untuk me mbongkar
tembok tebal itu. Akan tetapi, belum juga sebata terbongkar,
tiba-tiba terdengar suara mendesis-desis keras disusul ketawa
bergelak. Pujo dan Kartikosari kaget sekali,me lompat berdiri dan
tampaklah asap putih me mbanjir masuk dari lubang-lubang di
bawah dekat pintu. Pujo tersedak dan Kartikosari terbatuk-
batuk ketika,asap belerang mulai menyerang hidung dan
me menuhi ruangan itu!
Mereka berusaha menutup pernapasan, namun betapa
saktipun seseorang, tak mungkin is dapat menghentikan
napas terlalu lama. Mereka terbatuk-batuk, terengah-engah,
terhuyung-huyung.
Pujo masih ingat akan isterinya, me meluk isterinya,seakan-
akan hendak melindungi isterinya dengan tubuh sendiri
menjad i perisai.
Namun, menghadapi musuh berupa asap belerang, tak
mungkin dia dapat melindungi isterinya atau dirinya sendiri.
Hampir berbareng mereka roboh pingsan,menggeletak di
atas lantai, masih berpelukan.
"Cukup! Buka pintunya, tangkap dan ikat mereka pada
tiang!" Terdengar suara Jokowanengpati berseru, akan tetapi
suami isteri itu tidak dapat mendengar perintah ini, juga masih
belum sadar ketika tubuh mereka yang le mas itu diseret ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiang, kemudian dipaksa berd iri dan diikat lengan dan kaki
mereka pada tiang, beradu punggung pada tiang di tengah
ruangan. Jokowanengpati me masuki ruangan setelah asap mulai
men ipis dan karena sekarang pintu terbuka, maka ruangan itu
tidaklah segelap tadi.
"Ha-ha-hal Pujo, keparat. Kau mau bilang apa sekarang?"
Jokowanengpati tertawa mengejek setelah me mber isyarat
kepada Para pengawal yang jumlahnya enam orang Itu untuk
keluar dari ruangan. la me langkah maju dan menampar muka
Pujo dengan kedua telapak. tangan, berkali-kali. Karena Pujo
masih belum sadar betul dan tubuhnya lemas, maka
kepalanya terguncang-guncang ke kanan kiri ketika menerima
tamparan. Akan tetapi, pukulan-pukulan keras itu malah me mbuatnya
cepat siuman dari pingsannya. Begitu sadar dan melihat
bahwa ia ditampari Jokowanengpati,
seketika Pujo menegangkan tubuh-nya dan urat-urat di lehernya mengeras,
kepalanya tidak terguncang-guncang lag i.
"Jokowanengpati manusia pengecut!" Ia me maki, suaranya
penuh nada ejekan.
"Ha-ha-ha-ha!
Tak usah kau me mancing-mancing
kemarahanku agar kau kubebaskan dan kutantang bertanding,Pujo. Sebentar lagi kau ma mpus. Nah, rasakan ini!"
Kakinya me layang dan
"ngekkk!"
kaki itu bersarang di perut Pujo! Betapapun Pujo
mengerahkan tenaga,namun karena tenaga lawannya juga
amat kuat, maka is mer ingis kesakitan.
"Desss! Plakk! Bukk!!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati terus menghanta m dan me mukuli se luruh
tubuh Pujo. "Jahanam pengecut, keparat!"
Kartikosari yang baru saja s iuman itu menjerit-jerit ketika
meno leh dan me lihat suaminya dipukul tanpa dapat memba las
sedikitpun karena tangan dan kakinya terikat.
Makian Kartikosari meno long Pujo.
Jokowanengpati menghentikan siksaannya,lalu me langkah
mende kati Kartikosari. Mukanya yang tampan itu menyeringai,
matanya me mandangi tubuh yang montok, melahapnya penuh
nafsu. "He-he-he, kau ma kin cantik jelita saja, Kartikosari. Kau
makin ayu denok. Ah, ingatkah kau malam har i itu di dalam
guha" Alangkah senangnya!"
"Jokowanengpati
manusia rendah!
Binatang! Tutup mulut mu yang kotor dan bu nuhlah a ku kalau kau tidak berani
menghadap i aku bertanding secara jantan!" Pujo berteriak-
teriak marah. "Ha-ha-ha-ha! Pujo, sepuluh tahun yang lalu kau hanya
menduga-duga, sekarang akan kausaksikan dengan mata
kepala mu sendiri bahwa akulah yang akhirnya mendapatkan
Kartikosari, bukan engkau! ....... Ha-ha-ha!"
Jokowanengpati mendekat dan dengan lagak kurang ajar
mencium bibir Kartikosari. Wanita itu me mbuang muka
sehingga hanya pipinya yang kena cium.
"Bedebah! Binatang ....... !!" Kartikosari me ma ki.
"Joko, iblis la knat engkau!" Pujo hanya dapat memaki
dengan amarah meluap-luap.
Jokowanengpati kembali menghadapi Pujo, lalu me mper lihatkan tangan kirinya. Kelingkingnya buntung
menger ikan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau lihat ini " Kau tadi menanyakan mengapa Kelingking
kiriku buntung" Ha-ha-ha, Kartikosari. Bukankah kelingking ini
ketika dengan liar kau menyatakan sayang dan kasihmu
kepadaku, Manis" "
"Jahanam.......! Kubunuh....... engkau......... !!! "
Kartikosari ha mpir pingsan saking marahnya.
)0oo-dw-oo0( Jilid 16 "BUNUH" Kau me mbunuh a ku" Heh-heh-heh! Suamimu
inilah yang akan kubunuh. Lihat!"
Jokowanengpati kemba li menghanta m, kali ini ke arah dada
Pujo. Kartikosari menjerit, Pujo mengerah kan tenaga dan ......
"Bukkk!"
pukulan jatuh dengan hebatnya, rnembuat Pujo sesak
bernapas dan mukanya pucat. Akan tetapi ia tidak mati,
pingsanpun t idak, hanya menderita nyeri bukan ma in.
"Ha-ha-ha, akan kubunuh dia perlahan- lahan, kusiksa dia
perlahan-lahan, di depan mata mu, Kartikosari. Ya, di sini, di
depanmu! Akan tetapi, dia harus me lihat dulu betapa kau
adalah milikkul Heh, Pujo. Katakanlah, ?"" yang akan kau
lakukan kalau aku menggagahi Kartikosari di s ini, di depan
mata mu " "
"Jokowanengpati, kaubunuhlah aku! Bunuhlah Aku dan
kalau perlu, kaubunuh pula Isteriku, jangan kau la kukan
penghihaan biadab ini!"
Pujo akhirnya mengeluh. Sementara itu, Kartikosari
menang is karena wanita inipun maklum betapa kehormatannya terancam penghinaan yang lebih hebat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daripada kematian. Betapa ia dan sua minya sama se kaii tidak
berdaya, tak ma mpu berbuat apa-apa.
"Heh-heh-heh, salah siapa" Kenapa Isterimu begini cantik,
begini molek, begini men ggairah kan! Dan mengapa kau
kebetulan berdiri di tengah jalan mengha langi kesenangan
hidupku" Ha-ha, kau akan menyaksikan betapa senangnya
aku me miliki tubuh isterimu, kemudian dia akan me lihat kau
ma mpus. Aduh, alangkah man is dan nikmatnya pemba las an!"
Jokowanengpati tertawa-tawa berkakakan , Suami isteri itu
me mandang penuh kengerian dan dia m-dia m mereka
menganggap betapa musuh besar ini telah menjad i gila.
Mereka berdua me menda m sakit hati bertahun-tahun,
mengharapkan pe mbalasan.
Sekarang setelah bertemu dengan musuh besar, mereka
tertahan dan si musuh besar ini malah bicara tentang
nikmatnya me mbalas denda m! Siapa sebetulnya yang
mendenda m " .
Kartikosari dia m-dia m men ga mbil keputusan untuk t idak
me lawan, me mbiarkan dirinya diperhina, bahkan akan
diusahakan agar Jokowanengpati mengira dia me mba las
cumbu rayu dan cintanya, agar orang ini menjad i lengah,
kemudian ia akan mencari kesempatan baik untuk mengirim
serangan maut! Pujo sendiri sudah putus harapan, tidak tahu
bagaima na ia akan dapat menolong isterinya. Kematiannya
sendiri yang sudah dia mbang mata tidak dihirau kan, hanya
keadaan isterinya yang me mbuat ia putus harapan dan risau.
Sepasang suami isteri ini benar-benar sudah merasa putus
asa, tidak me lihat jalan keluar, hanya dapat menyerahkan
nasib di tangan Hyang Widi . Hanya penyerahan bulat inllah
yang me mbuat mereka masih bertahan, dengan hiburan batin
bahwa akhirnya toh kematian akan mena matkan segala derita.
Jokowanengpati sudah kelihatan buas. Sambii menyeringai
seperti iblis ia sudah menangga lkan bajunya, menanggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
destarnya. Dibentangnya kainnya di atas lantai, di depan Pujo
yang me mandang dengan mata terbelalak tanpa cahaya.
Semua ini dilakukan oleh Jokowanengpati la mbat-la mbat,
sengaja untuk menyiksa perasaan hati Pujo. Kemudian ia
bangkit berdiri, melangkah me ndekati Kartikosari sa mbil
berkata, manis-man is buatan,
"Marilah, wong ayu ...... "
Akan tetapi pada saat itu, terdengar orang batuk-batuk dan
di depan pintu ruangan itu muncul dua orang pengawal yang
me mandang ke arah Jo kowanengpati dengan wajah serius.
"Setan! ?"u ?"" kalian?" bentak Jokowanengpati, menarik
kembali kedua tangannya yang tadi sudah ha mpir menyentuh
tubuh Kartikosari. Wanita itu mera mkan kedua matanya
dengan tubuh le mas dan isak tertahan.
"Maafkanlah ha mba, radenmas, hamba tidak berani
mengganggu ...... akan tetapi ...... perlu melaporkan bahwa
menurut penjaga, dua orang tawanan ini tadi datang bersama
seorang wanita lagi yang kini entah menghilang ke mana."
Seperti disengat kelabang Jokowanengpati me mutar
tubuhnya serentak me mandang Pujo dan Kartikosari. Pujo
masih me mbelalakkan kedua mata penuh kebencian,
sedangkan Kartikosari me mbuang muka ke sa mping, matanya
masih dipeja mkan, dadanya yang me mbusung padat itu
bergerak naik turun. Dengan langkah lebar Jokowanengpati
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengbadap i Pujo dan me mbentak,
"Hayo katakan, siapa wanita itu" Dan di mana dia
sekarang?"
Pujo tersenyum men gejek.
"He mm, manusia yang diperhamba nafsu maca m engkau
ini, jokowanengpati, selalu dibayangi rasa cemas akan
datangnya hukuman atas perbuatan-perbuatanmu yang
terkutuk. Memang takkan me leset lagi, manusia rendah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hina, hukuman itu akan datang, bagaikan pedang yang selalu
tergantung di atas tengkukmu. Tentang wanita itu, kau carilah
sendiri ! "
"Plak-plak-plak!"
Dala m a marahnya Jokowanengpati menampar dan menghanta m muka Pujo sehingga mengucurlah darah dari
hidung dan mulut Pujo. Namun sedikitpun Pujo tidak
menge luh, masih tersenyum mengejek dan baru dia
mengusap darah itu dari pundak kanan kiri ketika dengan
muka keruh, Jokowanengpati melompat keluar ruangan itu.
"Kalian jaga baik-baik mereka, awas, jangan sampai
terlepas!"
Demikian Jokowanengpati berpesan kepada empat orang
penjaga di depan kamar tahanan, kemudian perg i bersama
dua orang pelapor tadi untuk mencari wanita yang dikabarkan
datang bersama Pujo dan Kartikosari, dan yang katanya hilang
tak meninggalkan jejak. Perlu diper iksa seluruh is i kadipaten,
pikirnya. Belum lama Jokowanengpat perg i, sesosok bayangan yang
luar biasa gesitnya menyelinap di tempat gelap mendekati
pintu ruangan, kemudian bagaikan halilintar menyambar,
tubuhnya bergerak menerjang empat orang penjaga itu,
tangannya bergerak dan mata pisau berkilat.
Empat orang pengawal yang sama sekali tidak menyangka
akan datangnya serangan hebat ini, terkena tusukan di bagian
tubuh yang mematikan. Mereka roboh dan berkelojotan,
hanya mampu mengeluarkan sedikit suara. Bayangan itu lalu
me lompat ke dalam kamar dan ternyata dia adalah Roro
Luhito yang me mbawa sebuah pisau belati!
"Oh ...... diajeng, syukur kau datang........ ! "
Kartikosari berseru girang sekali. Memang tadi dia dan
suaminya juga mengharapkan pertolongan Roro Luhito, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi mengingat akan saktinya Jokowanengpati ditambah
bantuan para pengawal, rnereka sudah putus harapan karena
mereka bersangsi apakah Roro Luhito akan ma mpu
menghadap i Jokowanengpati dan kaki tangannya. Kini puteri
ayu itu muncul setelah Jokowanengpati keluar, sungguh a mat
me mbesarkan hati.
Pujo juga rne mandang girang, akan tetapi tidak kuasa
menge luarkan kata-kata. Ia hanya terheran-heran melihat
bekas air mata di kedua pipi wanita itu, dan ta mpak betapa
kedua tangan Roro Luhito ge metar ketika ia me nggunakan
pisau belati untuk mengiris putus belenggu yang mengikat
kedua lengan dan ka ki Pujo dengan isterinya.
Bagaimanakah Roro Luhito tahu-tahu muncul di tempat
tahanan rahasia itu" Seperti kita ketahui, puteri adipati ini
me masu ki kadipaten melalui pintu rahasia yang berada di
taman sari. Agaknya Jokowanengpati dan kaki tangannya
belum mene mukan pintu rahasia ini seh ingga ia dapat masuk
dengan leluasa tanpa ada gangguan.
Biarpun rumah besar itu adalah ruma hnya dan sejak lahir
sampai enam belas tahun la manya ia tidak pernah
men inggalkan rumah ini, na mun Roro Luhito merasa asing.
Sudah sepuluh tahun ia men inggalkan rumah ini. "ini usianya
sudah dua puluh enam tahun. Betapa besar rindunya kepada
ayah bundanya. Akan tetapi sekarang ia merasa asing, seakan-akan
me masu ki rumah orang lain. Hal ini ada lah karena ia tidak
me lihat seorangpun manusia yang dikenalnya dalam rumah
itu. Dengan amat hati-hati ia me masuki rumah dan
bersembunyi, melihat wajah-wajah pengawal yang asing,
me lihat wajah pe layan-pelayan wanita muda cantik-cantik
yang asing pula.
Celaka, pikirnya. Benar-benar Kadipaten Se lopenangkep
telah diambil a lih dan ke mana kah perginya keluarganya" Ke
manakah ibunya, ayahnya, isteri-isteri lain dari ayahnya" Ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mana perg inya kaka knya, Wisangjiwo dan mbakyu iparnya,
Listyokumolo" .
Dengan hati penuh kegelisahan Roro Luhito lalu menyelinap
ke belakang. Ia melihat empat orang wanita muda,
dandanannya seperti pelayan, akan tetapi pakaiannya itu baru
dan rapi, orangnya masih muda-muda dan cant ik, sedang
bercakap-cakap sambil terkekeh genit. Roro Luhito mengenal
seorang di antara mereka, seorang penari yang seringka li
dahulu berma in di pendopo kadipaten. Ia tidak tahu siapa
namanya, akan tetapi wajah itu masih diingatnya. Ia
menyelinap, mende kat akan tetapi tetap bersembunyi.
"Wah, Lasmini tentu menerima Hadiah hebat dari Raden
Mas J?""!" kata seorang di antara mereka yang berkutang
kuning. "Dengan menyuguhkan keponakan mu yang remaja dan
cantik itu, tentu hadiahnya besar, kalau tidak engkau sendiri
menerima kehor matan me layani raden mas ...... hi-hi-hik!"
"Hisshh! " desis yang berkutang biru, yaitu wanita yang
dikenal Roro Luhito. "Jangan bicara se mbarangan, kau !
Keponakanku itu bocah tak tahu diuntung Tida k menurut,
menyepak-nyepak meronta-ronta ketika dibawa masu k,
sungguh me malukan hatiku dan juga menguatirkan. Jangan-
jangan Raden Mas J?"o akan marah....."
"Mana bisa marah?" sa mbung orang ke tiga. "Dik Lasmini
agaknya tidak tahu akan kesukaan Raden Mas J?"". Menurut
kakangmas Banu ...... "
"Hi-hik ! Pacarmu yang baru itu, pengawal yang bertugas di
luar pintu gerbang, yang kumisnya tebal hidungnya panjang?"
orang ke empat me motong.
"Hushh, jangan buka rahasia orang, dong !" seru yang
digoda. "Bagaimana kesukaan Raden Mas Jo?"?" desak Lasmini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Menurut ...... eh, kakangmas Banu, justeru bocah yang
seperti keponakanmu itu lah yang disukai Raden Mas Jokowa-
nengpati, lebih suka yang demikian daripada yang jinak dan
penurut. Katanya ....... eh, katanya beliau lebih menyukai
kuda liar daripada kuda jinak. Entah ?"" maksudnya, hi-hi-
hik!" Empat orang itu tertawa cekikikan. Muak rasa hati Roro
Luhito mendengar percakapan ini, dan kebenciaenya terhadap
Jokowanengpati makin mendalam. Cepat ia menga mbil e mpat
buah batu kerikil, tangannya lalu diayun dan empat orang
wanita itu roboh pingsan karena pelipis mereka disa mbar batu
kerikil yang meluncur cepat dan kuat.
Di Iain saat, tubuh Roro Luhito sudah berkelebat masuk
dan melompat keluar lagi sa mbil me manggul Lasmini yang
ma sih pingsan. Dengan gerakan la ksana burung srikatan,
cepat dan trampil, Roro Luhito berlompatan ke dalam taman
sari, lalu keluar lagi dari taman sari melalui pintu rahasia,
me mbawa tawanannya kete mpat gelap di luar te mbok
kadipaten. Dapat dibayangkan betapa kaget dan bingungnya hati
Lasmini ketika ia siuman kembali, tahu-tahu ia telah berada di
bawah pohon, di udara terbuka, hanya di- terangi bintang dan
bulan sepotong. Serasa mimpi ia bangun duduk, dan
me mandang bengong kepada wanita cantik yang berd iri di
depannya. Kini Roro Luhito tahu nama wanita ini, maka segera
ia menegur, "Las mini, masih kenalkah engkau kepadaku?"
Lasmini bangkit berdiri. Rasa nyeri dan takutnya lenyap
ketika ia mendapat kenyataan bahwa yang berdiri di s itu ada-
lah seorang wan ita pula, seorang manusia, bukan setan.
"Bagaimanakah saya bisa berada di sini" Kepalaku pening
tadi dan ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia meraba pelipisnya dan kagetlah ia karena di pelipis
kanannya kini tumbuh bisul! .
"Aduhhh ...... kenapa pelipis ku ini ...... ?"
"Jangan banyak cerewet! Akulah yang meroboh kan kau dan
tiga orang te man mu tadi. Lihat baik-baik, siapa aku?"
Lasmini kaget, muiai gelisah hati, lalu me mandang dan
mengingat-ingat.
"Serasa kenal ...... eh, bukankah andika ini ...... Raden
Ajeng Roro Luhito ...... ?"
"He mm, ternyata engkau masih mengenalku .." kata Roro
Luhito, agak terharu.
"Aduh, den ajeng....!" Lasmini lalu menjatuhkan diri,
me me luk lutut wanita perkasa itu sambil menang is.
"Dia m, tak usah menang is. Mari duduk yang baik dan
ceritakan semuanya. ?"" yang terjadi di kadipaten" Dan ke
mana ayah bunda dan ke luargaku semua?"
Lasmini masih menang is terisak-isak, kemudian setelah
agak reda ia bercerita. Cerita yang me mbuat Roro Luhito
terkejut bukan ma in, me mbuat wajahnya sebentar pucat
sebentar merah dan giginya yang putih berkerot saking
marahnya. Untung bagi Roro Luhito bahwa ia menculik Lasmini
sehingga ia dapat mendengar semua urusan yang terjadi di
situ. Lasmini adalah penari muda cantik yang dulu pernah
diganggu oleh Cekel. Aksomolo, bahkan dikorbankan kepada
cekel tua yang mata keranjang itu.
Karena sejak peristiwa itu wataknya lalu berubah genit dan
jalang, mudah saja bagi Lasmini untuk menar ik perhatian dan
ia berhasil menar ik hati seorang perwira pasu kan kota raja
sehingga mendapat kepercayaan dari Jokowanengpati dan
dijadikan pelayan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari perwira yang menjadi pacarnya itulah Lasmini
mendengar akan semua peristiwa yang kini ia ceritakan sambil
menang is di depan Roro Luhito. Betapapun juga, karena
semenjak kecilnya ia "ngenger"
(mengabdi) Adipati Joyowiseso, ada juga kesetiaan dan keharuan menyelinap di
hatinya ketika bersua dengan puteri be kas gustinya itu.
Memang terjadi perubahan besar dala m persekutuan antara
Adipati Joyowiseso dan tokoh-tokoh sakti termasuk Jokowanengpati, setelah terjadi perpecahan di kota raja
antara Pangeran Sepuh (Tua) dan Pangeran Anom (Muda).
Jokowanengpati dan tokoh- tokoh sakti yang tadinya
me mbantu niat berontak adipati ini, melihat kesempatan yang
lebih besar untuk kemuliaan di kemudian hari. Mereka seakan-
akan tidak menghiraukan lagi Adipati Joyowiseso setelah
mereka diberi kesempatan oleh Pangeran Anom yang pandai
mengumpulkan tenaga orang-orang sakti untuk mencapai cita-
citanya, yaitu menguasai kerajaan yang diperebutkan dengan
kakak t irinya, Pangeran Sepuh.
Melihat ini, Adipati Joyowiseso tentu saja juga menyerahkan diri mengha mba kepada Pangeran Anom, akan
tetapi dalam perebutan kekuasaan secara dia m-dia m itu,
tenaga sang adipati belum sangat dibutuhkan sehingga adipati
ini terdesak oleh Jokowanengpati, Cekel Aksomolo, dan yang
lain. Perubahan besar terjadi ketika secara tiba-tiba Wisangjiwo
yang tadinya juga menjadi kepercayaan Pangeran Anom
me mba lik dan mengha mba kepada Pangeran Sepuh! Hal ini
benar-benar mengejutkan dan tidak dimengerti oleh orang
lain, juga tidak dimengerti pula oleh Adipati Joyowiseso
sendiri. Kejadian aneh ini ada sebabnya, yaitu sejak
Wisangjiwo ditangkap oleh Pujo di pantai selatan! Ketika
mendapat kesempatan melarikan diri setelah ikatannya
dilepaskan oleh Kartikosar i, Wisangjiwo dia m-dia m bersembunyi dan mendengarkan percakapan suami isterl itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Alangkah kaget hatinya mendengar akan perbuatan
Jokowanengpati yang luar biasa kejinya. Dia sendiripun
seorang laki-laki rnata keranjang, akan tetapi tak pernah ia
me lakukan perbuatan keji seperti yang dila kukan Jokowanengpati. Tahulah ia bahwa Jokowanengpati orang
yang telah me mper kosa Kartikosari di dalam guha,
me mpergunakan na manya! Sungguhpun Kartikosar i ketika
bercerita kepada Pujo tidak menyebut-nyebut nama karena
suami isteri itu sendiri masih men duga-duga, ia yakin bahwa
Jokowanengpatilah orangnya.
Kelingking kiri Jokowanengpati juga buntung! Pantas saja
pengakuan Jokowaneng pati tentang kelingking itu berubah-
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ubah Dan perbuatan Jokowanengpati itulah yang mendatangkan denda m di hati Pujo dan Kartikosari, sehingga
terjadi penyerbuan ke Kadipaten Se lopenangkep dan
puteranya terculik! Se mua gara-gara Jokowanengpati.
Mulai menyesal ah hati W isangjiwo. Mula i terbuka matanya
betapa Pujo dan Kartikosari adalah korban-korban keganasan
orang jahat. Mulai insyaf ia betapa semua itu juga merupakan
akibat daripada kesesatannya sendiri. Ia menyesal dan insyaf
bahwa dengan mengha mba kepada Pangeran Anom, ia
bersekongkol dengan orang-orang jahat macam Jokowanengpati, Cekel Aksomolo, dan lain-lain. Inilah yang
menyebabkan Wisangjiwo menga mbil keputusan bulat,
"menyeberang" kepada Pangeran Sepuh.
Karena ia dahulu masuk dan mengabdi kerajaan atas
perantaraan Ki Patih Narotama, tentu saja Pangeran Sepuh
suka menerimanya dengan girang.
Wisangjiwo yang kebingungan, kehilangan pegangan dan
merasakan pahitnya bibit yang ia tanam sendiri dahulu itu,
sama sekali tidak menyangka bahwa Pa ngeran Anom menjadi
marah sekali kepadanya. Tentu saja Pangeran Anom tidak
berani berterang menyuruh orang menyerangnya di depan
mata Pangeran Sepuh, akan tetapi atas hasutan Jokowa-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nengpati, Pangeran Anom lalu mengutus pasukan pengawalnya, dikepalai Jokowanengpati dan kedua wanita iblis
Ni Durgogini dan Ni Nogogini, mendatangi Selopenangkep dan
me mber i hukuman kepada keluarga Wisangjiwo, yaitu semua
penghuni kadipaten dengan tuduhan me mberontak yang
diperkuat oleh Jokowaneng pati! .
Pasukan kota raja a mat terlatih dan kuat, apalagi dikepalai
oleh seorang sakti seperti Jokowanengpati dibantu Ni
Durgogini dan Ni Nogogini. Tanpa perlawanan berarti,
Kadipaten Selopenangkep dapat diserbu, banyak di antara
keluarga kadipaten dibunuh, dan kadipaten dia mbil alih.
Peristiwa itu sudah terjadi beberapa pekan la manya.
Kemudian, Lasmini menceritakan pula betapa Jokowanengpati dibantu oleh Ni Durgogini dan Ni Nogogini,
pergi ke Sungapan, katanya hendak mencari pusaka Mataram,
demikian cerita pacarnya.
"Baru tadi mereka bertiga kembali dar i Sungapan, den
ajeng. Malah dua orang wanita yang menakutkan itu siang
tadi terus pergi, kabarnya hendak pergi ke kota raja. Ah,
banyak kejadian mengerikan, den ajeng. Malah belum la ma
tadi, menurut pengawal dalam, ada dua orang musuh
tertawan, kini dikurung dalam kamar tahanan bawah tanah
yang menyeramkan itu ...... "
"Begitukah ...... ?""
Roro Luhito terkejut karena dapat menduga bahwa dua
orang musuh yang dima ksudkan itu ten- tulah Pujo dan
Kartikosari. "Dan ayah di mana sekarang ...... " Masih ...... masih
hidupkah ...... ?"
Lasmini menangis tersedu-sedu. Roro Luhito berdebar
hatinya dan ia mengguncang-guncang pundak wanita itu,
kehilangan sabar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayo cepat jawab, di mana ayah dan ibu?"
"Ha mba....... hamba tidak tahu jelas ... kabarnya ...... gusti
adipati ditahan dalam kamar tahanan di belakang..dijaga keras
...... " Roro Luhito meloncat berd iri tegak. "Keparat kau
Jokowanengpati!" serunya marah. Kemudian sekali renggut, ia
me lepaskan kemben yang me libat. pinggang ra mping Lasmini.
Wanita itu kaget seka li, tubuhnya ge metar wajahnya pucat.
"Raden ajeng....... hamba ....... hamba.. "
"Dia m ! Kau juga bukan manusia baik-baik, Lasmini. Kau
mengorbankan keponakan mu yang masih kecil untuk
me muas kan nafsu jahat Jokowanengpati, agar kau disuka dan
mendapat kedudukan baik. Kau pere mpuan rendah dan keji,
sudah sepatutnya kalau kubunuh engkau. Akan tetapi karena
kau telah menceritakan se mua dengan jujur, kua mpunkan
nyawamu!" Sambil bicara, Roro Luhito mene likung (mengikat kaki
tangan) Lasmini seperti ka mbing akan dise mbe lih.
"Katakan, selain Jokowanengpati dan para pengawa l, ada
siapa lagi di sana" Para pinisepuh (orang tua) sakti
maksudku."
Dengan tubuh me nggigil ketakutan Lasmini pienjawab,
"Ti ...... tidak ada lagi, setelah dua orang wanita iblis itu
pergi ...... "
Roro Luhito menggunakan tangannya merenggut putus
ujung kemben, menyum- pa i mulut Lasmini, tubuh Lasmini
terguling ke dalam gero mbolar i alang- alang. Cepat Roro
Luhito kembali me masu ki pintu rahasia di hjar taman sari,
masu k dengan hati-hati, langsung ia menuruni jalan rahasia
dari kamar belakang yang kosong, yang me mbawanya ke
bagian bawah tanah di mana terdapat beberapa ruangan
untuk menahan tawanan-tawanan penting.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja ia hafal akan keadaan di kadipaten ini.
Menurutkan kata hatinya me mang ia ingin segera pergi
menjenguk ke belakang gedung, ke tempat tahanan di mana
mungkin ia dapat bertemu dengan ayah bundanya, akan
tetapi pikirannya mengingatkan bahwa untuk bergerak
selanjutnya, tak mungkin dapat ia lakukan tanpa bantuan Pujo
dan Kartikosari.
Ia tahu bahwa Jokowanengpati adalah seorang sakti.
Biarpun sekarang ia tidak takut, dan belum tentu kalah setelah
ia mener ima ge mblengan gurunya, Resi Telomoyo, namun ia
harus berlku hati-hati, apalagi kalau di ngat bahwa
Jokowanengpati dibantu oleh banyak pengawa l.'
Baru saja menuruni ruangan di bawahtanah, yang agak
gelap, tiba-tiba seorang penjaga. sudah menegurnya.
"Hordah ! Siapa ini ..... ?""
Dan sebelum ia se mpat menjawab, penjaga itu sudah
mencabut pisau belatinya dengan tangan kanan, lalu tangan
kirinya mencengkeram ke arah punda k sa mbil berbisik,
"Ah, kau dayang dalam jangan berteriak!"
Penjaga itu dengan dengus penuh nafsu menyeringai dan
hendak menciumnya, pisau belati dipakai menganca m, tangan
kiri hendak berkurang ajar.
Bagaikan kilat cepatnya, sekali menggerakkan tangan, Roro
Luhito sudah me mbuat dua gerakan. Pertama meram pas
pisau dan kedua me mbena mkan mata pisau ke dalam dada
penjaga sambil rne lompat mundur seh ingga ketika tubuh
penjaga yang jantungnya sudah ditembus pisau itu roboh,
darah yang muncrat tidak me ngenai bajunya.
Kemudian, setelah me mbersihkan pisau pada baju
k?"?"?"", Roro Luhito melanjutkan per jalanan, berindap-
indap di ruangan bawah, pisau taja m di tangannya.
Demikianlah, seqara kebetulan sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati pergi men inggalkan ruangan tahanan,
menyerahkan penjagaan kepada empat orang penjaga itu,
menun- da niatnya yang amat keji, niat yang kiranya hanya
dapat dilakukan oleh iblis. Karena empat orang penjaga tidak
me- nyangka-nyangka, secara mudah sekali mereka menjadi
korban pisau belati di tangan Roro Luhito. Dengan menahan
kemarahan dan tergesa-gesa, Roro Luhito me mbebaskan
suami* isteri itu, la lu berb isik,
"Lekas, mar i keluar dari s ini! Kalian bantu aku menyelidiki
orang tuaku...ini"
Suaranya gemetar dan tangannya menarik lengan
Kartikosari diajak keluar tahanan. Pujo mengikuti dari
belakang setelah menga mbil kerisnya Banuwilis dan cundrik
isterinya yang tadi terlepas di lantai ketika mereka berjuang
me lawan asap belerang.
Tanpa bicara ia menyerahkan cundrik isterinya dan mereka
bertiga kini keluar dari kamar, senjata masing-masing di
tangan. Roro Luhito sudah membuang pisau ra mpasannya,
kini juga menghunus kerisnya dan me megang di tangan
kanan. Berkat ketrampilan Roro Luhito yang hafal benar akan
keadaan di dalam kadipaten, mereka bertiga dapat keluar dari
ruangan di bawah tanah, lalu langsung ke bagian belakang
gedung kadipaten yang luas itu. Sunyi saja keadaannya. ?""
tampak seorangpun penjaga maupun pelayan, seakan-akan
semua orang telah men inggalkan gedung.
Di depan pintu kamar tahanan yang letaknya di be lakang
gedung, Roro Luhito berhenti, ragu-ragu.
"Tida k baik ini.... " bisiknya.
"Ada apakah, diajeng?" Pujo berb isik pula.
"Begini sunyi, tiada rintangan ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kartikosari me langkah maju. "Terjang saja ke dala m. Takut
?"?""
Penuh se mangat tiga orang itu mendorong daun pintu
kamar tahanan, Daun pintu terbuka dan ...... Roro Luhito
menahan pekik, la lu menerjang masu k diikut i Pujo dan
Kartikosari. "Ha-ha-ha-ha! Sudah kuduga tentu engkau yang datang,
adinda yang manis Roro Luhito! Berhenti! Maju setindak lagi,
keris ini akan me masu ki tubuh ayahmu!"
Dengan muka pucat Roro Luhito terpaksa tidak berani
bergerak, juga Pujo dan Kartikosari karena pada saat itu,
Jokowanengpati sedang menganca mkan kerisnya pada dada
Adipati Joyowiseso yang kelihatan le mah dan le mas.
Jelas bahwa orang tua
itu banyak menanggung
penderitaan, bajunya. compang-ca mping, me mba yangkan
kulit tubuh yamg luka-luka, wajahnya pucat sekali dan ia
tampak lemas kehabisan tenaga.
"Ayahh ...... !"
Roro Luhito terisak, akan tetapi tidak berani mendekati.
Adipati Joyowiseso menggerakkan kepalanya dengan lemah,
meno leh dan memandang puterinya. Kedua matanya menjadi
basah dan dua butir air mata me mbasahi pipinya yang cekung.
"Jahanam Jokowanengpati!" Puteri adipati itu
kini menda mprat dengan mata mendelik, berapi-api sinarnya
ditujukan ke arah Jokowanengpati, musuh besarnya yang
tidak saja telah menodai dirinya, akan tetapi yang kini malah
mendatangkan malapetaka kepada keluarga ayahnya.
"Lepaskan ayahku!!"
"Jokowanengpati iblis keparat, binatang terkutuk ...... !"
Kartikosari juga me maki saking bencinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dosa mu bertumpuk-tu mpuk, Jokowanengpati. Kini tiba
saatnya engkau membayar, tiba saatnya engkau menerima
hukuman mu!" Pujo berkata, kerisnya digenggam erat-erat.
Menghadapi anca man tiga orang lawan tangguh ini,
Jokowanengpati tertawa.
"Ha-ha-ha-ha! Kalian sudah masu k perangkap, masih
banyak berlagak" Lihat, kalian sudah terkurung!"
Ketiga orang itu melirik ke belakang dan benar saja. Kalau
tadinya tak tampak seorangpun penjaga, kini pintu kamar itu
penuh dengan pasukan yang berjejal di luar. Jalan keluar
sudah tertutup! Namun mereka tidak takut sama sekali Satu-
satunya hasrat hati yang ada hanyalah menerjang dan
meroboh kan Jokowanengpati,
melampias kan dendam kesumat. Akan tetapi tak seorangpun di antara mereka yang berani
bergerak maju karena lawan yang licik itu telah menodong
Adipati JoYowiseso.
"Lepaskan ayahku! Pengecut, tak tahu malu!" Kembali Roro
Luhito me mbentak.
"Kalian bertiga yang harus melepas kan senjata. Hayo
buang senjata! Lihat! Haruskah aku menyiksa lebih dulu kakek
ini?" Jokowanengpati menekan ujung keris di dada Joyowiseso,
tepat di ulu hatinya. Jelas tampak betapa ujung keris yang
runcing itu merobek kulit dan beberapa titik darah menetes
keluar. "Uuhhhggghh !" Joyowiseso menge luh, menahan rasa
perih. "Tida k lekas me mbuang senjata?" Jokowanengpati inenganca m. "Uuuuuhhhggh....!" Kemba li Joyowise so menge luh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anak mana yang tidak akan hancur luluh hatinya
menyaksikan ayahnya diancam maut " Roro Luhito tak dapat
lagi menahan hatinya. Dile mparkannya keris di tangan itu ke
lantai, lalu ia lari me nubruk ayahnya.
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ayahhhh ...... ! |
"Luhito ...... uhphh, Luhito anakku ...... "
Ayah dan anak itu bertangis-tangisan.
Pujo dan Kartikosari tidak dapat menyalahkan Roro Luhito.
Dengan kemarahan me luap mereka henda k menerjang
maju, akan tetapi tiba-tiba dari belakang mereka menyambar
angin yang aneh. Mereka cepat memba likkan tubuh dan ......
selembar ja la telah melayang dan menge mbang, langsung
menubruk mere ka Suami isteri ini tak mungkin dapat
menge lak lag i karena jala itu a mat lebar. . Namun mereka
tidak gentar karena apakah hebatnya selembar ja la" Tentu
mudah diputuskan!
Dapat dibayangkan betapa kaget hati mereka ketika jala itu
menyelimuti tubuh dan mereka berusaha meronta dan
me mbabat dengan keris, jala itu tidak dapat dibabat putus!
Kiranya itu bukanlah ja la ikan biasa, melainkan ja la yang
terbuat daripada bahan yang tidak dapat diputus senjata
tajam Mereka hanya dapat meronta-ronta dan bergerak-gerak
seperti dua ekor ikan terkena jaring!
"Ha-ha-ha, Pujo manusia gob lok! Sekarang kau hendak lari
ke mana" Ha-ha-ha! Hayo rampok (keroyok) keparat ini
sampai hancur tubuhnya, akan tetapi awas, jangan bunuh
yang betina. Ha- ha-ha!"
Para penjaga itu berlomba maju untuk mengeroyok Pujo
yang sudah berselimut ja la. Pedang, golok dan tombak
menghujam ke arah tubuh Pujo. Akan tetapi, tiba-tiba
terdengar jeritan yang merupakan lengking tinggi dan tahu-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu dua orang penjaga yang terdepan, terpelanting seperti
disa mbar petir.
"Hayo siapa berani maju mengantar nyawa! Majulah,
keparat kalian semua! Siapa berani menyentuh kakangmas
Pujo, hendak kulihat orangnya!"
Roro Luhito berd iri dengan sikap seperti Srikandi, kedua
tangannya terkepal kedua kakinya terpentang, tubuhnya agak
merendah, matanya mengeiuarkan s inar berapi- ap i, berdiri
me mbe lakangi Pujo dan Kartikosari, bagaikan seekor singa
betina melindungi anak-anaknya ! .
Melihat dua orang penjaga tadi roboh terpelanting dan tak
dapat bangun lagi karena tulang dada dan tengkorak
kepalanya remuk oleh terjangan gadis ini, para penjaga yang
lain me njadi kesima dan jerih.
Jokowanengpati juga terperanjat sekali. Sepak terjang Roro
Luhito tadi benar-benar hebat luar biasa. ?"" disangka-
sangkanya kalau gadis itu me miliki kepandaian sede mikian
hebatnya , Iapun terheran-heran mengapa gadis ini me nolong
Pujo dan Kartikosari dari dalam kamar tahanan di bawah
tanah, dan sekarang begitu nekat me mbela Pujo. Bukankah
gadis itu seharusnya me mbenci dan sakit hati kepada Pujo"
"Diajeng Luhito........ dia ....... Pujo itu musuh kita, dialah
jahanam yang dahulu me mperkosa..."
"Tutup mulut mu yang busuk!!" Roro Luhito me mbentak,
kemarahannya meluap-luap. "Jahanam terkutu k, siapa tidak
ketahui perbuatan mu yang keji dan hina?"
Makin kagetlah Jokowanengpati. Celaka, pikirnya. Semua
rahasianya agaknya telah terbuka. Tidak saja Pujo dan
Kartikosari yang tahu bahwa dialah yang dahulu menggagahi
Kartikosari me mper gunakan na ma Wisangjiwo, bahkan kini
agaknya Roro Luhito juga sudah tahu bahwa dia lah yang
dahulu me mperkosa puteri adipati itu me mpergunakan na ma
Pujo! Akan tetapi dasar seorang cerdik, ia segera dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menekan kegelisahannya dan sekali lagi ujung kerisnya
ditekankan di dada Joyowiseso membuat adipati ini yang
sudah le mah itu menge luh kesakitan.
"Diajeng Luhito, lekas t inggalkan mereka, kalau tidak,
ayahmu tentu akan kubunuh lebih dulu!"
Roro Luhito bimbang hatinya. Tidak ingin ia melihat Pujo,
Laki-laki yang dipujanya di dalam hati itu, mati dikeroyok.
Akan tetapi bagaimana pula ia dapat melihat ayahnya dibunuh
begitu saja" Cinta kasih dan bakti, sa ma berat! Selagi ia
bimbang, ia mendengar suara bisikan Pujo di belakangnya,
bisikan yang menggetar penuh perasaan haru.
"Diajeng, minggirlah. Belum tentu mereka dapat me mbunuh kami "
Ketika me lirik dan melihat betapa suami isteri itu mas ih
berdiri dengan keris di tangan, ia dapat mengerti bahwa
biarpun sudah berselimut jala, agaknya tidak akan mudah
me mbunuh mere ka.
?"k" terpaksa ia lari menubruk ayahnya yang kelihatan
amat pucat itu.
"Roro ....... anakku........ Pujo tidak berdosa ....... ?"*'
Dengan air mata me mbasahi pipi, Roro Luhito me nggeleng
kepala. Ia tidak ada waktu untuk melayani percakapan
ayahnya, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ayahnya
yang me mbanjir keluar dari bibir yang pucat itu, karena pada
saat itu seluruh perhatiannya ia curahkan ke depan, ke arah
Pujo dan Kartikosari yang berada di da la m ja la.
Kemball para penjaga menyerbu dengan senjata-senjata
mereka. Akan tetapi, tepat sepertl yang diduga dan
diharapkan Roro Luhito, begitu sua mi isteri itu bergerak, keris
mereka me nyambar di antara lubang-lubang jala dan e mpat
orang penjaga yang mengeroyok itu roboh dengan darah
muncrat-muncrat dari perut mere ka!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jokowanengpati me maki-ma ki anak buahnya sehingga
mereka terpaksa maju terus. Tombak-tombak panjang datang
bagaikan hujan. Karena Kartikosari de ngan gigih me mbantu
suaminya, kini para penjaga yang panik dan agak gentar itu
menjad i ngawur dan asal menyerang saja, tidak perduli Pujo
ataupun ?"rtikosari mere ka tusuk dengan to mbak Ribut "
keadaan di situ dan suami isteri yan gagah perkasa itu dengan
gerakan teratur meloncat ke sana ke mari di da la m jala, mero
bohkan beJasan orang perajurit anak buah Jokowanengpati,
Para perajurit mengeroyok terus, korban-korban yang roboh
diseret keluar.
Tidak mudah bagi para pengeroyok yang hanya memiliki
kepandaian biasa itu untuk merobo hkan dua orang sua mi
isteri yang sakti. Hujan to mbak dan golok itu hanya ma mpu
me mbuat pakaian sua mi isteri itu compang-ca mping dan
me mang Pujo dan isterinya menderita luka-luka, namun
hanyalah luka pada kulit belaka, bekas goresan-goresan
senjata tajam dan tusukan-tusukan to mbak runcing yang
mengakibatkan darah me mbasahi baju dan ja la.
Melihat betapa anak buahnya masih juga belum berhasil
meroboh kan Pujo malah sebaliknya banyak anak buahnya
menjad i korban, Jokowanengpati marah sekali. Ia tahu bahwa
Pujo sudah mula i letih, karena Pujo belum pul h dari akibat
penyiksaan di dalam kamar tahanan di bawah tanah. ?"?"
bcgitu me lihat kesempatan baik, Jokowanengpati melompat ke
depan dan sekali kaki tangannya bergerak, ia berhasil
mera mpas keris di ta ngan Kartikosari dan menendang terlepas
keris dari tangan Pujo. Suami isteri itu me mang mengeluarkan
tangan yang me megang keris dari da la m ja la.
"Ha-ha-ha-ha, kalian mas ih henda k me mper lihatkan
kegagahan?" Jokowanengpati me mbentak anak buahnya yang
sudah hendak menerjang lag i. Ia ingin me la mpiaskan
kemarahannya dengan menyiksa Pujo. Di tangannya telah
tampak sebatang cambuk besar dan panjang. Begitu ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan tangannya, terdengar suara berdetak-detak
dan cambuk itu me lecut ke depan, menghantam tubuh Pujo di
dalam ja la. Bertubi-tubi ca mbuk itu bergerak dan me lecut dan
selalu tepat mengenai tlibuh Pujo. Kartikosari me ma ki-ma ki
dan berusaha menangkis ujung ca mbuk yang begitu keji
menghujani tubuh sua minya yang makin le mah.
Sementara itu, dengan pertanyaan-pertanyaan mendesak,
Adipati Joyowiseso sudah mendengar hal-hal yang terpenting
dari mulut puterinya. Mendadak ia me megang tangan
puterinya, berbisik,
"Bagaimana kau bisa mendia mkannya saja" Lawan dia!
Bantu mereka. Jangan hiraukan aku lagi!"
Memang di dalam hatinya, Roro Luhito yang menonton
dengan muka pucat itu sudah ingin sekaii turun tangan, hanya
ia mengingat akan keselamatan ayahnya maka ia tidak berani
men inggalkan ayahnya.
Kini men dengar bisikan ayahnya, timbul semangatnya dan
tiba-tiba ia mengeluarkan suara melengking tinggi dan
tubuhnya mencelat ke depan. Gerakannya ini hebat sekali,
pekiknya seperti bukan suara manusia dan ?"?" ia menerjang
Jokowanengpati benar-benar amat aneh seh ingga Jokowa-
nengpati terkejut bukan ma in, cepat me mbuang diri ke
belakang. Sungguhpun ia berhasil mengelak, namun secara
aneh dan tiba-tiba pecutnya sudah tera mpas oleh Roro Luhito.
Jokowanengpati yang cerdik maklum bahwa gadis itu sudah
nekat dan agaknya percuma menganca mnya melalui ayahnya,
maka ia segera memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk
maju mengeroyok. Ia sendiri juga menerjang maju hendak
mer ingkus Roro Luhito yang cantik manis akan tetapi kini
me miliki ilmu kepandaian hebat itu.
Kembali ra mai di da la m ruangan tahanan yang luas itu.
Roro Luhito yang telah kehilangan kerisnya, kini menga muk
dengan cambuk rampasannya, Ia tidak pandai bermain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cambuk, akan tetapi karena ilmunya tinggi, hantaman
cambuknya amat hebat dan sekali terpukul ca mbuk, seorang
pengeroyok tentu akan roboh dan tak dapat bangun ke mbali,
Betapapun juga, karena di s itu ada Jokowanengpati yang
menerjangnya dengan pukulan-pukulan a mpuh, Roro Luhito
mulai terdesak mundur dan untuk mencar i ruangan yang luas,
gadis perkasa ini me mbuka jalan darah, keluar dari ruangan
itu dikejar Jokowanengpati yang merasa penasaran.
Adapun suami isteri yang berada di dalam jala, masih
dikeroyok banyak perajurit. Baiknya Kartikosari tadi berhasil
menya mbar sebuah golok yang terletak di lantai sehingga kin!
dengan golok ini ia dapat melindungi diri dan suaminya yang
sudah le mas. Pujo tak dapat melawan lagi, sudah rebah di lantai. Biarpun
Kartikosa ri juga me miliki kesaktian, namun wanita ini sudah
luka-luka pula seh ingga hanya untuk sementara saja ia
ma mpu me lindungi hujan to mbak dan golok dari luar jala. Ia
mulai le lah, pandang matanya berkunang, namun ia bertekat
bulat untuk me mpertahankan diri dan sua minya sa mpai saat
terakhir. Roro Luhito setelah tiba di luar kamar dikeroyok oleh
banyak sekali perajurit. Ia dikepung dan Jokowanengpati yang
merasa tidak le luasa gerakannya, meloncat
mundur me mbiarkan orang-orangnya melakukan pengeroyokan sa mbil
menanti saat dan kesempatan terbaik untuk turun tangan
menang kap gadis yang seperti Srikandi itu.
Dari luar kepungan ia berseru, "Diajeng Luhito,
menyerahlah! Ayahmu telah memberikan engkau menjadi
calon isteriku. Menyerahlah!"
"Jokowanengpati man usia hina-dina! Hari ini kalau bukan
kau yang ma mpus biarlah aku yang mati mencuci
penghinaan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara lengkingan menyeramkan dari
luar. Kemudian tampak oleh Jokowanengpati betapa pasukan
yang berada di luar menjadi geger. Tampak pula para pepjaga
bergelimpangan diterjang oleh sesosok bayangan putih yang
menge luarkan suara seperti seekor monyet.
"Roro Luhito Di mana kau ...?"" Bayangan yang mengamuk
itu berseru. "Bapa guru..,....! Bapa resi ...... ! Ke sinilah ...... !!"
Roro Luhito berseru girang sekali. Kembali bayangan yang
kini ta m?"" jelas adalah seorang kake k yang ber muka seperti
kera itu bergerak dan para penjaga berpelantingan ke kanan
kiri. Jokowanengpati terkejut ketika mengenal kakek itu yang
bukan la in adalah Resi Telomoyo yang sakti mandraguna.
Tanpa menanti leb ih la ma lagi atau me mperdulikan nasib anak
buah- nya, Jokowanengpati yang cerdik dan curang itu sudah
menyelinap dalam gelap, terus menyusup-nyusup ke belakang
kadipaten, me loncat ke atas punggung kudanya dan selagi
pertempuran keroyokan di dalam kadipaten masih ra mai dan
ribut, ia sudah me mbalapkan kudanya keluar dari Kadipaten
Selopenangkep menuju ke timur! .
Amukan Roro Luhito dan Resi Telomoyo me mbuat pasukan
kota raja yang menguasai Kadipaten Selopenangkep itu kocar-
kacir. Sebelum lewat tengah ma la m, sisa pasukan yang belum
menjad i korban a mukan guru dan murid ini sudah lari cerai-
berai. Para penduduk kota Kadipaten Selopenangkep yang
mendengar bahwa puteri adipati yang dahulu lenyap itu kini
pulang dan me mbas mi pasukan musuh yang menguasai
kadipaten, berbondong-bondong keluar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka inilah, dan para pelayan lama, yang membantu
Roro Luhito me mbersihkan kadipaten dari mayat-mayat fihak
musuh yang tak se mpat dilar ikan kawan-kawan yang
me larikan diri ma la m itu.
Pada keesokan harinya, kadipaten sudah bersih dari mayat-
mayat dan darah.
*dw* Jari-jari kecil panjang dengan kulit halus dan telapak
tangan jambon (kemerahan) itu seperti mengeluarkan getaran
yang menyentuh jantung ketika meraba-raba punggungnya,
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
me mbers ihkan luka-luka dan me mbasahinya dengan air obat.
Enak rasanya air obat menyentuh punggung, dingin dan
mengusir rasa panas dan perih. Namun yang paling terasa
sampal mene mbus jantung adalah getaran hangat jari-jari
tangan itu. Pujo seperti dalam mimpi. Ketika ia me mbalikkan tubuh, ia
me lihat secara samar bayangan wanita. Siapa lagi kalau bukan
isterinya, Kartikosari. Rindu dendam yang sejak la ma ditahan-
tahannya, dibendungnya dengan kekuatan hati penuh
pengertian bahwa isterinya belum mau berbaik kemba li
kepadanya, belum mau me menuhi kewajiban sebagai isteri
yang melayani kasih sayang suami, sebelum musuh besar
mereka terbalas, kini seakan-akan bergo lak, me mbadai dan
hendak mengge mpur dan menjebo l bendungan ! .
"Nimas Sari......!" bisiknya dengan suara gemetar ketika
kedua lengan Pujo bergerak meme luk pinggang yang ramping,
me mbena mkan muka di dada yang berdebar-debar, penuh
rasa kasih sayang. Sampai la ma mereka berada dalam
keadaan seperti ini.
Pujo merasa bahagia, tenang tenteram penuh aman dan
damai seperti seorang anak kecil mende kap susu ibunya. Ia
merasa puas bahagia karena isterinya tidak menolak bukti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasihnya, pinggang ramping yang dirangkulnya tidak menjauh,
dan jantung di dalam dada yang penuh itu terguncang.
"Kakangmas Pujo ...... jangan khawatir mbokayu Kartikosari
selamat kau ...... berbaringlah yang baik agar aku dapat
mengobati punggungmu, kakangmas."
Pujo mengejap-ngejapkan matanya, menengadah dan
bagaikan disa mbar petir kagetnya ketika ia melihat bahwa
Yang dipe luknya adalah pinggang Roro Luhito. Gadis itu
mera mkan kedua mata dan dua butir a ir mata me mbasahi
pipinya yang menjad i merah sekali.
Cepat Pujo melepaskan rangkulannya pada pinggang,
menatap wajah itu dari atas pembaringan sambil berkata
gagap, "Diajeng Roro....... ah, maafkan aku ...... maafkan ...... "
Bibir yang merah me mbasah itu merekah da la m senyum,
me mbayangkan kilauan gigi putih di baliknya.
"Tida k mengapa, kakangmas. Kau ngelindur agaknya.
Bertelungkuplah, punggungmu perlu diobati. Jangan khawatir,
itu mbokayu Sari di situ, tidak apa-apa, agaknya tidur pulas
saking lelahnya."
Karena malu dan jengah, Pujo segera bertelungkup. Akan
tetapi kepalanya dimiringkan untuk me mandang ke arah kiri
yang ditunjuk Roro Luhito.
Berdegup jantungnya melihat bahwa isterinya, Kartikosari,
benar saja berbaring di atas sebuah dipan kayu lain dalam
kamar itu. Isterinya rebah terlentang, kedua matanya mera m,
dadanya turun naik perlahan tanda bahwa isterinya sedang
tidur. Benar sedang tidur pulaskah isterinya itu" Bulu matanya
bergerak-gerak! Pujo merasa gelisah. . Bagaimana kalau
isterinya me lihat perbuatannya terhadap Roro Luhito tadi"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah, cukuplah, diajeng. Luka-lukaku hanya luka di kulit,
tidak apa-apa. Bagaimana dengan ayahmu, paman adipati?"
Pujo berkata dan ia bangkit duduk.
"Ayah amat le mah usianya yang sudah tua me mbuat ia
tidak dapat menahan pukulan batin dan siksaan, sekarang
sedang dirawat bapa resi."
Sejenak wajah yang manis itu mura m, kemudian tangannya
menyerahkan sepasang pakaian baru kepada Pujo sa mbii
berkata, "Kaupakailah ini, kakangmas. Ini pakaian kangmas
Wisangjiwo. Pakaian mu sudah hancur."
Pujo melihat ke tubuhnya. Bajunya sudah tidak merupakan
baju lagi, compang-ca mping, de mikian pula celana dan
kainnya. Ia menerima sepasang pakaian itu dan pada saat itu
Kartikosari bangun.
"Diajeng, bagaimana dengan keluarga ayahmu" Mana
ibumu?" Ditanya demikian, Roro Luhito terisak, lalu menubruk
Kartikosari dan menangis di atas pangkuan nya, Dengan suara
tersendat-sendat Roro Luhito menceritakan betapa sebagian
besar keluarganya terbasmi ketika terjadi penyerbuan pasukan
kota raja yang dipimpin Jokowanengpati dan kedua orang
wanita iblis Ni Durgogini dan Ni Nogogini. Juga ibu
kandungnya telah tewas dala m penyerbuan itu.
"Jokowanengpati manusia iblis! Dosa mu bertumpuk-tu mpuk
.... ! " kata Pujo dengan marah sa mbil mengepal tinjunya.
"Sayang sekali iblis itu dapat melolos kan d iri ketika pa man
resi Telomoyo datang membantu," kata Kartikosari penuh
penyesalan. "Kali ini ia lolos, akan tetapi lain kali pasti tida k. Kejahatan
takkan dilindungi oleh Hyang Widi!" kata pula Pujo penuh
harapan . Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Roro Luhito sudah dapat menguasai kesedihannya. Ia
bangkit dengan muka basah air mata dan mata agak merah.
"Harap ka lian maafkan, aku harus pergi menengo k ayah."
"Tida k ?"", pergilah, diajeng. Kami tidak apa-apa, yang
perlu mendapat perawatan adalah ayahmu," kata Kartikosari.
Puteri adipati itu me langkah keluar dari dalam kamar sa mbil
menundukkan mukanya.
"Sudah sepatutnya dikasihani ...... " terdengar Kartikosari
menya mbung lirih.
"Dan dia begitu baik, telah menolong kita."
"Ya, dua kali dia telah menolong kita. Di dalam kamar
bawah tanah dan ketika kita terkurung jala ...... "
Pujo lalu me mbaringkan tubuhnya lagi sa mbii menghela
napas panjang. Hening Sejenak di da la m kamar itu. Kemudian terdengar
lagi suara Kartikosa ri,
"Kita berhutang budi kepada diajeng Roro Luhito,
kakangmas."
"Engkau benar, nimas. Kita berhutang nyawa."
Hening lag i sejenak. Kini Kartikosari yang menghela napas
panjang, jelas terdengar hembusan nafas halus panjang di
kamar sunyi. "Sesungguhnya, kita, terutama engkau, berhutang nyawa
kepadanya. Dia ma la m itu bukan hanya meno long,
kakangmas, dia malah rela hendak mengorbankan diri,
berkorban nyawa, untukmu...... "
Sesuatu dalam suara Kartikosari me mbuat Pujo menengok
dan me mandangnya. Ia melihat Kartikosari sudah duduk
dipe mbaringan, makin cantik dengan kain dan kutang yang
serba baru, agaknya diberi pinjam Roro Luhito karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaiannya sendiri compang-camping, dengan muka agak
pucat sehingga alis yang indah bentuknya itu ma kin hitam
seperti dicat. "Dan dia cinta kepadamu, kakangmas, cinta yang tulus
ikhlas, suci murni, cinta yang membutuhkan balasan dan
sudah sepatutnya pula mendapat balasan cinta kasih darimu
...... " Pujo kini melompat bangun, berlutut di depan pembaringan
isterinya, me meluk pinggang isterinya dan menelungkupkan
muka di atas pangkuannya, seperti yang dilakukan Roro.
Luhito tadi. "Nimas ...... nimas Sari ...... ?"" ...... yang kauucapkan itu"
Kau ...... kau ...... cemburu " "
Ia menengadah, me mandang wajah ayu penuh selidik,
mencari-cari dengan pandang matanya. Kartikosari menunduk
dan jari-jari kedua tangannya me mbe lai ra mbut kepala
suaminya yang kusut, bibirnya bergerak-gerak mengeluarkan
suara lirih, "Wanita mana di dunia ini yang bebas akan ce mburu,
kakangmas" Di mana ada cinta, di situ ada cemburu, Wanita
mana di dunia ini suka melihat cinta kasih suaminya dibagi
dengan wanita lain" Dan akupun hanya wanita biasa,
kakangmas. Akan tetapi, aku ingin diajeng Roro Luhito
menjad i maduku, aku ingin melihat dia bahagia di sampingku,
berkumpul dengan kita sela manya."
"Hishhh! Apakah kau mengigau, nimas Sari" Sadarlah dan
buang jauh-jauh rasa cemburu dari hatimu!",
Pujo me mpererat pejukannya pada pinggang yang ramping itu.
"Dia cinta padamu, kakangmas. Aku percaya dan yakin
bahwa cinta kasihmu hanya untukku seorang dan karena ini
aku merasa a mat bahagia, suamiku. Akan tetapi,,,...., dia
amat cinta kepadamu, dia menderita karena mu, bahkan dia
rela menderita karena cintanya kepadamu ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimapa..,.,. bagaimana kau tahu,...... ?"
"Setiap orang yang tidak buta hati dan matanya akan dapat
me lihat, akan dapat mengetahuinya. Dahulu dia mencarimu,
ingin men ghambakan diri kepadamu, sungguhpun dahulu ia
mengira bahwa engkaulah yang me mper kosanya. Dan setelah
tahu bahwa Jokowanengpati yang melakukannya, ia amat
me mbenci Jokowanengpati, akan tetapi masih tetap cinta
kepadamu, bahkan meno longmu, dan malam tadi rela hendak
mengorbankan nyawa untukmu. Aku tahu bahwa engkau akan
bahagia jika me mbalas cinta kasihnya, kakangmas, dan aku
...... aku hanya ingin me mbuktikan bahwa cinta kasihku
kepadamu sedala m Laut Selatan. Aku rela dan bahagia melihat
kau bahagia, Bahwa....... aku tetap mencinta mu, tetap
bersetia kepadamu apapun yang akan terjadi "
"Nimas Sari ...... kau dewiku ...... !"
Pujo bangkit berdiri, merang kul leher dan hendak mencium
bibir Isterinya yang sudah amat lama ia rindukan itu, Akan
tetapi Kartikosari merenggutkan dirinya,mengelak sa mbil
berkata, tersenyum,
"Stop, kakangmas! Ingat, belum tiba saatnya. Lupakah
engkau akan syaratku?"
Tubuh P ujo yang tadinya mengejang penuh se mangat dan
kegembiraan itu, seketika menjad i le mah dan lesu. Ia kemba li
menjatuhkan diri ber lutut dan menge luh,
"Nimas Sari, isteriku, tidak kasihankah engkau kepadaku"
Aku rindu pada mu, nimas."
Bibir itu tetap tersenyum man is, akan tetapi matanya
berkejap-kejap menahan air mata, memancar kan pandang
penuh kasih mesra, kedua tangannya diulur menyentuh
tangan suaminya. Jari- jari tangan mereka saling genggam,
penuh getaran yang me mancar keluar dari hati masing-
masing. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakangmas Pujo, suamiku. jiwa dan raga ini milikmu,
sudah kuberikan kepadamu dengan rela sejak dahulu. Akan
tetapi ksatria harus menepati janji. Satria harus tahan tapa
tahan derita, dan pandai menguasai nafsu diri. Kakangmas,
biarlah mulai saat ini kuajukan syarat baru kepadamu Setelah
segala yang kita alami aku hanya mau melayanimu dengan
segala kerendahan hati, dengan cinta kasih, apabila diajeng
Roro Luhito menjadi maduku ! "
"Nimas! Apakah engkau sudah gila .. ..?""
Pujo bangkit berdiri, me mandang wajah isterinya dengan
mata terbelalak.
Kartikosari tersenyum. "Sudahlah, bukan waktunya kita
berbantahan Kaupakai pakaian mu pe mberian diajeng Luhito
dan mari kita menengo k keadaan pa man adipati. ?"" baik
rasanya kalau kita berdua hanya mengera m diri di dalam
kamar saja, padahal luka-luka kita hanyalah luka pada kulit."
Pujo hendak me mbantah, akan tetapi didiamkan oleh
senyum Kartikosari yang dengan cekatan menanggalkan baju
Pujo yang compang-ca mping itu. Terharu hatinya melihat
betapa isterinya ini me mbantunya
bertukar pakaian, me mbantunya seolah-olah dia seorang an" k kecil yang belum
pandai bertukar paka ian sendiri.
Sementara itu, diam-diarn Kartikosari terharu dan hampir ia
tak dapat menahan isak haru dan ge lora hatinya ketika ia
menyaksikan ke mbali bentuk tubuh suaminya yang kokoh kuat
dan padat. Baru saja sua mi isteri ini keluar dari kamar, datang Roro
Luhito ber lari-lar i. Mereka terkejut dan ce mas, akan tetapi lega
hati mereka ketika me lihat wajah manis itu berseri ge mbira.
"Kakangmas Pujo, mbokayu Sari! Lekas, mari ke ruangan
dalam. Kakangmas Wisangjiwo datang!" teriaknya girang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo dan Kartikosari tersenyum dan saling pandang.
Betapapun juga, ada rasa kikuk dan tidak enak untuk bertemu
muka dengan W isangjiwo, orang yang tadinya mereka benci
dan mereka jadikan musuh besar yang didenda m di dalam
hati. Tanpa menge luarkan kata-kata mereka berdua menyertai
Roro Luhito yang berjalan sjambil menceritakan kedatangan
kakaknya. "Kakangmas W isangjiwo telah menentang sekutunya yang
jahat dan kini mengha mba kepada Pangeran Tua. Itulah
sebabnya maka Jokowanengpati dan sekutunya yang jahat,
atas perintah Pangeran Anom (Muda) menyerbu dan
menga mbil a lih Selopenangkep. Ketika kakangmas W isangjiwo
mendengar akan serbuan ini, segera ia mohon perkenan Gusti
Pangeran Sepuh (Tua) me mbawa pasukan yang kuat dan baru
saja tiba di sini. Marilah, dia sedang bicara dengan ayah. Bapa
resi juga berada di sana."
Dari ruangan pinggir, tampak kini me lalui pintu yang
terbuka, banyak pasukan di depan pendopo.
Terdengar pula ringkik dan derap kaki kuda. Agaknya
pasukan yang dibawa Wisangjiwo dari kota raja mulai
me lakukan tugasnya me mulihkan Kadipaten Se lopenangkep,
Roro Luhito mengajak dua orang itu menyeberang dan
me masu ki ruangan da lam dar i pintu sa mping. Ruangan yang
cukup luas dimana sang adipati duduk setengah rebah di atas
dipan terukir, dengan punggung d iganjal bantal. ?"" jauh dari
situ, di atas sebuah bangku, dengan tangan sibuk menggaruki
tubuh seperti biasanya, duduk Resi Telomoyo. Di pinggir dipan
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tampak Raden W isangjiwo yang berpakaian indah dan gagah,
duduk dan bicara ser ius dengan ayahnya.
Ketika mendengar masuknya tiga orang Raden Wisangjiwo
meno leh dan mendadak mukanya menjadi merah sekali ketika
ia melihat Pujo dan Kartikosari. Ia cepat bangkit berdiri dan
menya mbut suami isteri itu dengan kata-kata terharu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adimas Pujo, aku merasa a mat berterima kasih atas
pertolonganmu sehingga ayah terbebas dari pada ancaman
maut di tangan s i keparat Jokowanengpati. lebih besar pula
rasa sesalku apabila ku ingat betapa kalian berdua telah
banyak menderita akibat perbuatanku yang sesat di masa
lalu..... "
Suaranya tersendat oleh keharuan.
Kartikosari hanya menundukkan mukanya, akan tetapi Pujo
mengangkat tangan me mprotes.
"Bukan hanya engkau yang keliru, raden. Akupun telah
me lakukan perbuatan sesat dan jahat, menyerbu kadipaten
ini, bersikap kurang patut terhadap gusti adipati, bahkan telah
me lakukan penculikan terhadap isteri dan putera mu Biarlah
kesempatan ini ku pergunakan untuk mohon maaf sebesar-
nya, baik kepada mu terutama sekali kepada gusti ad ipati ! "
"Aahhh ...... jangan menyebut gusti, anakmas Pujo. Sebut
saja paman kepadaku, dan jangan minta maaf. Uggh-huh-
huh.......!"
Orang tua itu terbatuk-batuk, ?"?"?"?" terengah-engah
sehingga Roro Luhito cepat mengha mpiri ayahnya dan
mengurut-urut punggungnya.
"Uuh-uh ...... anakmas Pujo, sesungguhnya semua
peristiwa ini adalah akibat dar ipada kesalahan ku send iri! Aku
telah mendengar se mua, mendengar penuturan W isangjiwo
yang telah insyaf dan sadar, telah melempangkan jalan h idup
yang bengkok yang kutempuh. Aku telah mendengar se mua
penuturan Roro Luhito dan penjelasan Sang Resi Telomoyo.
maka jelaslah bahwa se mua adalah a kibat penyelewenganku
dahulu ...... ugghh-uh. Aku ....... terlalu mabok akan
kesenangan dunia seperti terbalik pandang mataku, seperti
buta mata hatiku, gila kedudukan mabok kemuliaan sehingga
aku bersekutu dengan manusia-manusia lblis ...... , percaya
mulut man is si keparat jokowanengpati ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Resi Telomoyo tertawa dan terdengarlah suaranya
yang parau dan dalam,
"Ha-ha-ha-ha,
semua yang bersalah mengakui kesalahannya! Alangkah baiknya hal ini Adalah lebih baik
bersalah tapi mengakui kesalahannya dan bertobat penuh
penyesalan, daripada tidak bersalah merasa bangga dan
mengagungkan serta menyombongkan kebersihannya."
Mendengar ucapan ini, Wisangjiwo meno leh ke arah adik
tirinya, berkata sambil menar ik napas panjang,
"Roro, adikku yang baik, engkau sungguh bahagia
mendapatkan seorang guru sebijak pa man resi ini, tidak
seperti aku ...... "
Kemudian ia men ghampiri Pujo dan berkata,
"Adimas Pujo, setelah segala yang terjadi, dapatkah engkau
benar-benar menga mpuni aku" Boleh kah aku kini bertemu
dengan puteraku ?"
Suaranya tersendat oleh keharuan. Pujo mengerutkan
keningnya. "Tida k ada yang harus minta dan me mberi a mpun, raden
...... " "Ah, adimas, mengapa. menyebut raden" Bukankah ayahku
minta kau menyebut paman kepadanya" Kita bukan orang
lain, ah, bagaimana dengan puteraku, Jo?" Wandiro yang
menjad i, muridmu" Mana dia?"
"Maaf ...... kangmas Wisangjiwo Tanpa kusengaja aku
mengecewakan se mua keluarga mu. Kami sendiri sebetulnya
sedang mencari-cari Joko Wandiro dan Endang Patibroto,
puteriku..."
Kemudian secara singkat Pujo menceritakan kehilangan dua
orang anak itu Wisangjiwo merasa gelisah sekali dan ketika ia
me manggil kepala pasukan, me mberinya penntah untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan pasukan da ri kota raja mencari dua orang anak
yang hilang itu.
Keadaan Adipati Joyowiseso amat payah. Bangsawan ini
sudah tua dan lemah. Serbuan yang menghancurkan
keluarganya, kemudian siksaan yahg dideritanya, terlalu berat
baginya. Biarpun Resi Telomoyo sudah berusaha sedapatnya
untuk me mberikan ja mu-jamu yang berkhasiat, namun
hasilnya sia-sia. Tiga hari kemudian, dalam keadaan payah,
berbaring di atas pembar ingan dalam kamarnya, Adipati
Joyowiseso me manggil kedua anaknya mendekat, dan minta
supaya dipanggilkan Pujo, Kartikosari, dan juga Resi
Telomoyo. Ketika Pujo dan isterinya me masuki kamar, mereka melihat
Resi Telomoyo sudah berada di s itu, duduk di bangku
menggaruk-garuk tubuhnya. Wisangjiwo juga duduk di de kat
pembaringan dengan wajah yang pucat dan mura m,
sedangkan Roro Luhito berlutut di dekat pemba ringan sambii
menang isi ayahnya. Adipati itu tampak kurus dan pucat sekali,
akan tetapi matanya bersinar ketika ia melihat Pujo dan
Kartikosari me masu ki kamar. Pujo dan Kartikosar i segera
duduk me nghadapi si sakit.
"Nakmas Pujo ....... ahhh......."
Si sakit berkata dengan napas terengah-engah dan agaknya
ia harus mengerahkan seluruh tenaganya untuk dapat bicara.
Telunjuknya menuding ke arah Wisangjiwo ketika . Ia
menya mbung, " ....... aku ....... aku tidak khawatirkan dia ini
....... dia mengha mba Pangeran Tua .. ..... akan tetapi ....... "
Ia terengah-engah, menoleh dan menyentuh kepala Roro
Luhito yang ber lutut di dekatnya,
" akan tetapi dia ini dia akan terlantar ...... aku ...... aku
...... menyerahkan dia kepadamu ...... anakmas .......
kauterimalah anakku ...... ini ...... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang adipati tidak kuat melanjutkan lagi, merebahkan lagi
kepalanya di atas bantal, napasnya terengah-engah, matanya
dipeja mkan setalah ia me mandang ke arah Pujo dengan
pandang mata penuh per mohonan.
Sunyi sejenak di kamar itu, kecuali isak tertahan Roro
Luhito. Pujo bangkit dari bangku, bingung me mandang ke
sekeliling, me mandang kepada wajah se mua orang.
Kartikosari hanya menundukkan muka.
"Ini ...... ini ...... bagaimana ini ...... ?"
Ia menggagap, mukanya menjadi merah se kali. Ia
me mandang Wisangjiwo untuk minta bantuan.
Wisangjiwo menggigit bibir dan mengangguk.
"Aku telah menyetujui, dan aku hanya mengharap kau akan
suka me menuhi per mintaan terakhir ayahku, adimas Pujo."
0o-dwo-0 Jilid 17 "AKA N TETAPI .... tetapi .... " Pujo sukar sekali
menge luarkan isi hatinya yang penuh keraguan. Ia
me mandang ke arah Roro Luhito, kemudian meno leh ke arah
isterinya. Keadaan menjadi hening dan tegang.
Adipati Joyowiseso masih me mandang ke arah Pujo,
menanti jawaban penuh pandang me mohon. Wisangjiwo juga
meno leh ke arah Pujo. Kini Roro Luhito juga menggerakkan
kepala, menoleh dan menatap wajah Pujo melalui tirai air
mata. Namun Pujo tidak bergerak, tetap memandang kepada
isterinya yang masih menundukkan muka. Agaknya pandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mata sua minya dan keadaan hening yang mencekam itu
me ma ksa Kartikosari mengangkat muka me mandang.
Bertemulah pandang mata Kartikosari dengan sinar mata
suaminya yang penuh dengan pertanyaan dan keraguan. Bibir
yang merah itu merekah dalam senyum, pandang matanya
penuh kasih dan re la, kemudian Kartikosari men gangguk
me mber i persetujuan kepada sua minya.
Dala m detik-detik itu pandang mata sua mi isteri itu telah
me lakukan tanya jawab yang hanya dimengerti oleh mereka
berdua. Pujo bernapas lega dan gerak-gerik mereka ini diikuti oleh
pandang mata se mua orang, termasuk pandang mata Roro
Luhito. Kalau se mua orang masih belum tahu apa makna
semua itu, Roro Luhito sudah mengerti. Dengan isak tertahan
ia me loncat, menubruk dan merangkul leher Kartikosari,
kemudian me lepas rangkulan nya dan lari keluar dari kamar
itu! Kartikosari tersenyum dan mengusap air mata Roro Luhito
yang me mbasahi pipinya ketika puteri adipati itu tadi
menga mbungnya.
Dengan anggukan kepala Kartikosari me mberi isyarat
kepada suaminya dan mereka berdua keluar dari kamar itu
mengejar Roro Luhito.
Roro Luhito duduk di atas sebuah bangku dalam ta man
sari, menyembunyikan mukanya dalam kedua tangan,
menang is terisak-isa k, sepasang pundaknya bergerak-gerak
dan ia sama sekali tidak tahu betapa Pujo dan Kartikosari
mengha mpirinya dari belakang dengan langkah perlahan,
bergandengan tangan.
Kartikosari berhenti, melepaskan tangan sua minya, lalu
mendorong-dorong pundak sua minya ke depan. Pujo meragu,
berat rasa hatinya harus menyapa Roro Luhito dalam keadaan
seperti itu, di depan isterinya yang tercinta. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan isyarat pandang mata, gerak bibir dan dorongan-
dorongan, Kartikosari me mbujuknya.
Pujo melangkah ke tlepan sampai dekat .Roro Luhito.
Dadanya berdebar, kerongkongannya serasa kering sehingga
sukar sekali baginya mengeluarkan suara.
" ....... diajeng ......." Akhirnya dapat juga ia bersuara.
Roro Luhito seketika berhenti terisak, tubuhnya tak
bergerak, seakan-akan suara itu telah mencabut sukmanya.
Kedua tangan masih men utupi muka, akan tetapi ia tidak
menang is lagi, bahkan seakan tidak bernapas, agaknya tidak
percaya akan mendengar suara Pujo.
Pujo tadi sudah diajari isterinya bagaimana harus bicara
kepada Roro Luhito, Kalimat itu sudah hafal olehnya, namun
mulutnya sukar digerakkan, lehernya seperti tercekik. Tentu
saja ia bukan seorang laki-la ki yang le mah, bukan pula
pemalu. Hanya karena Kartikosari berada di situ, hal inilah yang
me mbuat ia merasa sungkan, malu, dan tak enak hati. Betapa
ia dapat berkasih sayang dengan wanita lain di depan
isterinya, wanita satu-satunya di dunia ini yang dicintanya" Ia
me ma ksa diri ketika me lirik ke kiri dan melihat Kartikosari
kembali mendorong-dororrgnya dengan isyarat pandang mata
dan gerak mulut.
" ....... diajeng Roro Luhito, mengapa kau menangis " Kalau
....... kalau sekiranya diajeng tidak setuju dengan usul pa man
adipati ....... jangan khawatir, diajeng, aku ....... aku dapat
me mbatalkan ....... "
Belum habis Pujo mengucapkan kalimat hafalan yang
didekte oleh Kartikosar i itu tiba-tiba Roro Luhito menang is lagi
dan wanita ini menjatuhkan diri berlutut dan merang kul kedua
kaki Pujo yang berdiri terlongong seperti patung penjaga alun-
alun keraton!. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" eh ....... nimas Sari ....... kalau sudah begini bagaimana
ini ....... " "
Pujo tergagap bingung me mandang isterinya dan menjaga
keseimbangan tubuhnya agar jangan terguling karena kedua
kakinya yang dirangkul itu mendadak menggigil! .
"Aduh, bodohnya laki-laki! Itu tandanya ia setuju!" kata
Kartikosari me nahan tawa.
Mendengar suara ini, Roro Luhito terkejut. Tak disangkanya
bahwa Kartikosari berada di situ pula. Ia mengangkat muka,
lalu ia melepaskan kaki Pujo, serta-merta ia ber lutut di depan
Kartikosari, sambil menang is tersedu-sedu.
"Duhai Dewata yang mulia ....... betapa mungkin Roro
Luhito berlaku serendah ini ....... ?" Roro Luhito menjerit lirih
sambil me nangis.
"Diajeng ....... !! " Pujo dan Kartikosari berseru hampir
berbareng karena kaget.
Roro Luhito mengangkat muka me mandang mere ka. Muka
yang merawankan hati, agak pucat, matanya merah, air
matanya berderai-derai.
"Kakangmas ....... mbokayu ....... kalian tentu tahu betapa
cinta hatiku hanya tertuju kepada kakangmas Pujo. Aku rela
mati de mi cinta kasihku kepada kakangmas Pujo. Akan
tetapi........ kakangmas Pujo adalah sua mi
mbokayu Kartikosari yang begitu baik kepadaku ....... yang melepas
budi kepadaku ....... betapa mungkin aku berlaku serendah ini,
menyakit i hati mbokayu Kartikosari ....... " "
Kartikosari terharu dan segera berlutut pula, merangkul
Roro Luhito. "Diajeng, kau keliru. Aku tahu betapa suci murni cinta
kasihmu terhadap kakangmas Pujo, dan aku tahu pula betapa
baik dan bersih hatimu terhadap aku. Tahukan engkau,
diajeng, bahwa aku telah mengajukan syarat kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakangmas Pujo" Syaratku kepadanya, aku hanya mau
bertugas sebagai isterinya kemba li, melakukan kewajiban,
sebagai isteri yang me layani sua mi, hanya dengan syarat
bahwa engkau harus menjadi maduku! "
Roro Luhito tersentak kaget, menja uhkan mukanya untuk
dapat memandang wajah Kartikosari dengan jelas melalui air
matanya, matanya dilebarkan. Kedua orang wanita itu saling
pandang, keduanya mengeluarkan air mata dan akhirnya
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka berpelukan sambil menang is dan saling berciuma n.
Pujo yang masih berdiri itu hanya dapat me mandang.
Keningnya berkerut matanya termenung, mulutnya tersenyum-senyum bingung, dan melihat dua orang wanita itu
berpelukan dan bertangisan, ia mengangkat pundaknya
berkali-kali sa mbil meraba-raba kumisnya yang tipis. Tiba-tiba
ia terperanjat ketika mendengar suara Kartikosari menegur,
"Kenapa kau berdiri seperti patung di situ, kakangmas" "
"Eh ....... habis ....... bagaimana ini ....... selanjutnya?"
jawabnya gagap.
Kartikosari menarik Roro Luhito bangkit berdiri. Dengan pipi
masih basah Kartikosari tersenyum kepada suaminya.
"Apa kau tidak mau menerima diajeng Roro Luhito menjadi
isterimu, kakangmas Pujo?"
Roro Luhito mengangkat muka pula, sepasang matanya
me mandang taja m kepada Pujo. Sepasang mata bintang,
tajam jernih, indah! Pujo menelan ludah, sukar sekali
menjawab pertanyaan yang diajukan isterinya seperti
todongan ujung keris ini.
"Bagaimana" Kakangmas, seorang laki-laki harus berani
menga mbil keputusan tegas!" Kartikosari menegur.
"Betul ucapan mbokayu Kartikosar i," Roro
Luhito menya mbung, suaranya juga tegas seperti suara Kartikosari.
"Kalau kakangmas merasa keberatan dan tidak tidak suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menerima ku, hendaknya berterus terang saja dan aku akan
ikut dengan bapa resi guruku untuk menjadi seorang pertapa."
Ia menutup kata-katanya dengan-isak ditahan.
Kembali Pujo menelan ludah, kemudian ia menentang
pandang mata kedua wanita itu, mengangkat dada dan
menjawab lantang,
"Aku mau!!"
Jawaban ini dikeluar kan dengan suara yang amat lantang,
terlalu lantang sehingga jelas tidak sewajarnya dan dibuat-
buat untuk me mberanikan hati. Keadaan ini a mat lucu
sehingga Kartikosari tidak dapat menahan ketawanya.
Apalagi Roro Luhito, wanita yang pada dasarnya memang
lincah dan ge mbira. Karena kini hatinya penuh dengan
kebahagiaan, menyaksikan sikap calon suaminya yang
me mang sejak sepuluh tahun yang lalu telah menjad i pujaan
hatinya ini, tak dapat menahan kegelian hatinya. Ia me me luk
Kartikosari, menye mbunyikan mukanya dan tertawa sampai
terpingkal-pingka l dengan air mata me mbanjir keluar! .
Pujo berbesar hati. Tadi ia bingung menyaksikan dua orang
wanita itu bertangis-tangisan. Akan
tetapi sekarang menyaksikan wajah istennya penuh se nyum yang manis dan
cerah, melihat pula betapa Roro Luhitc tertawa-tawa sambil
menye mbunyikan muka karena malu-ma lu, ia menjadi
bangga. Dengan langkah lebar ia mende kat.
Hanya tiga langkah dan ia sudah berada di depan mereka,
kedua lengannya dikembangkan dan dua orang wanita itu
sudah berada dalam rangkulan dan pelukannya. Dengan
kedua lengannya yang kuat, ia me me luk dan mendekap
mereka di atas dadanya. Kartikosari di dada kanan, Roro
Luhito di dada kiri. Kedua wanita itupun mera mkan mata
sambil balas me me luk, menye mbunyikan muka di atas dada
yang bidang, merasa aman sentausa dan bahagia. Sampai
la ma mereka berada dalam keadaan seperti ini, tanpa bicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena dalam saat seperti itu, kata-kata yang keluar dari
mulut terlampau miskin untuk menyampaikan getaran rasa
nikmat yang menggelora dan menggetar-getar dari dalam
hati. Sebagai seorang wanita yang halus perasaannya,
Kartikosari yang lebih dulu tergugah. Maklum betapa suaminya
terbuai getaran cinta kasih yang menggelora, ia cepat berkata,
suaranya halus tapi menekan,
"Kakangmas, kiranya cukuplah. Seorang satria harus teguh
me megang janji. Belum tiba saatnya kita saling menumpahkan
perasaan cinta kasih."
Pujo menarik napas panjang
untuk menekan gelora hatinya
yang benar-benar hampir terseret gelombang asmara yang amat hebat.
Dengan kedua tangan di atas pundak
kedua isterinya, ia mendorong
mereka, menatap wajah mereka, la lu berkata,
"Sekali lagi a ku berjanji
bahwa sebelum musuh besar
kita bertiga terbalas, aku akan
menahan diri dan tidak akan menuntut hakku sebagai sua mi
terhadap kalian, kedua isteriku yang terkasih."
"Wah, enak saja dia ini menyebut mu sebagai isterinya,
diajeng!" Kartikosari me nggoda sua minya.
"Kakangmas Pujo, kau belum menjawab permintaan paman
adipati. Beliau tentu menanti-nanti, hayo kau lekas ke sana
me mber ikan jawabanmu."
Pujo meragu, me mandang kepada Roro Luhito, seakan
minta pertimbangan. Roro Luhito yang kini berseri-seri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya sehingga menjad i makin cantik man is, mengangguk
dan berkata, "Betul pendapat mbokayu Sari, kakangmas. Kau harus
me mber i jawaban kepada ayah."
Kartikosari makin lebar senyumnya, matanya menggoda,
tangan kirinya me meluk pinggang Roro Luhito. Pujo hendak
me mbantah, na mun me nghadapi dua orang wanita yang
sependapat ini, akhirnya ia menghela napas, mengangkat
kedua pundak, me mba likkan tub uh dan me langkah pergi
sambil me ngembangkan kedua lengan ke depan.
Wah, berat kalau begini, pikirnya di antara kebahagiaan
hatinya. Kalau mereka berdua sudah bersatu padu, dia
seakan-akan dihadapkan lawan yang luar biasa kuatnya. Ia
tahu bahwa sejak saat itu, ia takkan dapat lagi merasa lebih
tinggi dan leb ih kuat daripada Kartikosari ataupun Roro Luhito
yang agaknya telah me mbentuk persekutuan yang amat erat
dan kuat. Berpikir de mikian, Pujo mer ingis dan me mperce pat
langkahnya menuju ke dalam kadipa ten, ke dalam kamar di
mana Ad ipati Joyowiseso sudah menanti-nanti kembalinya.
Tak tahu ia betapa Kartikosari dan Roro Luhito menutup
mulut menahan ketawa melihat ia berjalan sa mbil
menge mbangkan lengan dan kepalanya bergeleng-geleng
seperti itu! . Dapat dibayangkan betapa lega dan girang Adipati
Joyowiseso ketika Pujo menghadap dan menyatakan persetujuannya akan usul adipati itu tentang perjodohannya
dengan Roro Luhito.
Adipati Joyowiseso yang sudah tua dan keluarganya telah
hancur berantakan itu merasa lega, karena sesungguhnya
hanyalah keadaan puterinya ini yang menyusahkan hatinya.
Seorang gadis yang sudah berusia dua puluh ena m tahun,
dinodai per istiwa aib karena perbuatan Jokowaneng pati yang
terkutuk. Akan bagaimanakah jadinya kelak kalau tidak cepat-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat dijodohkan dengan seorang yang patut menjadi
suaminya" Dan menurut pendapatnya, tidak ada yang lebih
tepat menjadi suami Roro Luhito kecuali Pujo, laki-laki gagah
perkasa yang juga menjadi ida man hati anaknya itu.
Atas desakan sang adipati, pernikahan dila kukan serentak
tiga hari kemudian! Upacara pernikahan yang amat sederha-
na, terlalu sederhana bagi puteri seorang adipati. Adipati
Joyowiseso tidak mengundang bangsawan-bangsawan lain,
bahkan tidak pula mengundang kenalan- kenalan la in dari luar
Selopenangkep. Upacara pernikahan itu hanya disaksikan oleh ha mba-
hamba setia kadipaten, dan dihadiri pula oleh penduduk
Selopenangkep yang tua dan yang penting saja. Karena tidak
me mpunyai keluarga yang tua, Pujo dan Kartikosari mohon
pertolongan Resi Telomoyo untuk menjadi wali pengantin pria.
Dengan senang hati resi tua itu meluluskan per mintaan Pujo,
sedangkan yang menjadi wali pengantin wanita adalah
ayahnya sendiri.
Adipati Joyowiseso mendadak ta mpak sehat kemba li pada
hari itu, mengenakan pakaian kebesaran dan wajahnya berseri
gembira. Akan tetapi pengantin wanita menang is penuh
keharuan karena teringat akan ibunya yang tewas dalam
penyerbuan kadipaten.
Tertawa dan menangis! Dua maca m keadaan yang
berlawanan inilah yang berselang-seling me menuhi kehidupan
manusia. Di saat ini tertawa gembira bersuka ria, di saat lain
menang is sedih berduka cita.
Dunia baga ikan panggung sandiwara dan manusia me njadi
pelaku-pelaku, bahkan banyak muncul badut-ba dut setelah
diperha mba nafsu dan perasaan. Ataukah . lebih tepat disebut
bahwa dunia bagaikan rumah gila " Bahwa manusia adalah
mah luk-mah luk gila yang saling menonjolkan kegilaannya agar
kelihatan bahwa dia lah yang paling gila daripada segala yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gila?" Manus ia mudah tertawa, mudah me nangis. Mudah
bersuka, mudah berduka.
Pada umumnya apabila keinginannya terlaksana, muncul
senyum suka Sebaliknya, apabila
keingin annya tidak
terlaksana, muncul tangis duka. Sedangkan se mua keinginan
itu berputar kepada keuntungan untuk dirinya sendiri,
berlandaskan nafsu menyenangkan diri pribad i.
Mengharap, dapat, tertawa. Mengharap, luput, menangis.
Tawa tangis,menjad i kebiasaan manusia yang sudah tidak
ma mpu menguasai d irinya sendiri, yang sudah menjadi hamba
daripada nafsu sendiri. Tawa dan tangis adalah sepasang
tangan dari badan yang satu. Tawa dan tangis adalah
sepasang saudara kembar yang silih ganti bermunculan, saling
berlomba untuk me mperebutkan dan menguasai hati manusia.
Manusia yang sadar dapat menguasai mereka, di waktu
suka berkunjung, dapat menjenguk dan me lihat duka berdiri di
ambang pintu, siap menanti gilirannya, dan demikian pula
sebaliknya. Karenanya, seorang manusia yang sadar selalu akan
tenang dan menerima segala kejadian di dunia yang menimpa
dirinya sebagai kejadian yang wajar, yang semestinya dan
yang tak dapat ia robah atau halangi seperti munculnya sang
matahari Matahari muncul dan terjadilah panas terik.
Ini sudah wajar. Sudah semestinya. Tidak ada suka, tidak
ada duka, tidak ada tawa tidak ada tangis. Manus ia sadar
dapat menerima kewajaran ini sebagai kenyataan yang
mengandung anugerah,dapat me metik manfaat daripadanya.
Mata seorang sadar dapat melihat bahwa di balik panas
terik yang menyengat dan menghangus kan, terciptalah
keteduhan nikmat di bawah pohon yang rindang! Melihat
nikmat dalam nyeri, mengena! nyeri dalam nikmat.
Mengenyam man is dala m pah it, merasai pahit dalam man is.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mencium ganda busuk dalam harum, mengenal harum
dalam ganda busuk! Bahagialah se lalu ma nusia yang sadar! .
Hanya tiga hari kemudian se menjak upacara pernikahan,
Adipati Joyowiseso menghembuskan napas terakhir, diiringi
tangis Roro Luhito dan Wisangjiwo. Seperti juga pada upacara
pernikahan antara Roro Luhito dan Pujo, upacara pemakaman
sang adipati dilakukan dengan sederhana, dilayat oleh mereka
yang tiga hari yang lalu menjadi tamu dalam upacara
pernikahan! . Kalau dalam pertemuan perta ma, Roro Luhito merupakan
penghibur bagi Pujo dan Kartikosari sehingga dalam
perjalanan mereka itu terdapat kegembiraan, adalah kini
kedua orang inilah yang selalu menghibur Roro Luhito.
Setiap hari tampak Roro Luhito dihibur oleh Pujo dan
Kartikosari di da la m taman sari. Sebagai pengantin baru,
sudah sepantasnya Pujo berlangen asmoro dengan kedua
isterinya di dalam ta man indah. Melihat mereka bertiga
bermesra-mesraan di dalam ta man, tentu semua orang akan
menyangka de mikian.
Mengira Pujo berbu lan madu dengan Roro Luhito, dite mani
Kartikosari sebagai isteri perta ma yang penuh tolerans i!
Perkiraan ini me mbuat para pelayan tersenyum-senyum,
me mbuat para dayang saling cubit menahan tawa, mengerling
penuh arti. Padahal sesungguhnya, Pujo dan Kartikosari
hanyalah menghibur hati Roro Luhito agar jangan terlalu
dikuasai kedukaan.
Mereka bertiga adalah orang-orang gemblengan yang
tahan uji, tidak akan mudah d ikuasai nafsu. Sekali da la m hati
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjanji, sampai matipun akan dipegang teguh janji ini.
Sebagai seorang laki- la ki yang sehat, tentu saja sumpah atau
janji mereka itu terasa a mat berat.
Kedua isterinya de mikian ayu, demikian denok, dan
bersikap mesra penuh kasih kepadanya. Ia harus Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mpergunakan seluruh kekuatan batinnya untuk me m-
bendung hasrat hendak mencurahkan se luruh kasih sayang
dan rindu denda mnya kepada kedua isterinya, terutama sekali
kepada Kartikosari. Namun, Pujo me maksa diri me mpertahankan, karena ia kini maklum akan keadaan hati
kedua isterinya.
Sebagai wanita-wanita utama, tentu saja mereka akan
merasa rendah diri melayani sua mi sebagai isteri-isteri
tercinta, apabila Jokowanengpati yang mendatangkan aib dan
noda itu belum tewas di depan kaki mereka! .
Sementara itu, Raden Wisangjiwo dibantu oleh Resi
Telomoyo keluar dari kadipaten dan me mimpin sendiri anak
buahnya dalam usahanya mencar i Raden Joko Wandiro,
puteranya, dan Endang Patibroto, puteri Pujo. Namun hasilnya
sia-sia belaka.
Setiap kali kemba li ke kadipaten, wajah Wisangjiwo makin
keruh dan pucat. Namun segera ia berangkat lag i mencari ke
lain jurusan. Sebulan kemudian, utusan yang disuruh berangkat ke kota
raja me mberi laporan kepada Pangeran Sepuh tentang
keadaan Kadipaten Selopenangkep, telah tiba kembali di
kadipaten. Mereka me mbawa berita yang mengejutkan, yaitu
bahwa perang telah terjadi secara terbuka antara pasukan
Pangeran Sepuh dan pasukan-pasukan pengikut Pangeran
Anom! Wisangjiwo juga dipanggil ke kota raja oleh Pangeran
Sepuh karena perang saudara itu me mbutuhkan bantuan
sebanyaknya. Juga utusan itu membawa berita bahwa di
antara panglima yang me mbantu Pangeran Ano m, terdapat
senopati Jokowanengpati yang terkenal pandai mengatur
pasukan dan sakt i.
Panas sekali hati W isangjiwo mende ngar ini. Hatinya
sedang risau karena usahanya mencari Joko Wandiro belum
juga berhasil. Kini mendengar tentang Jokowanengpati, ia
marah sekali dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Puteranya hilang adalah karena kebiadaban Jokowanengpati, demikian kata hatinya. Ia lalu menemui Pujo,
Kartikosari, Roro Luhito, dan Resi Telomoyo.
"Aku harus berangkat segera ke kota raja," katanya. "Kalau
perang antara kedua pangeran telah pecah, berarti perang
saudara yang hebat. Pangeran Anom dibantu oleh banyak
orang sakti seperti Cekel Aksomolo, Ni Durgogini, Ni Nogogini,
Ki Warok Gendroyono, Ki Warok Krendoyakso dan anak
buahnya yang buas. Juga Jokowanengpati si keparat
merupakan tangan kanan Pange ran Anom. Oleh karena itu,
kalau saja kalian bertiga, juga paman Resi Telomoyo suka,
saya minta dengan hormat agar supaya ikut pula ke kota raja.
Membantu Pangeran Sepuh berarti me mbantu keturunan
Mataram. Pangeran Sepuh adalah putera Sang Dewi
Sekarkedaton, cucu mendiang Sang Prabu Teguh Dhar mawangsa, berdarah Mataram aseli. Akan tetapi
Pangeran Anom ada lah pangeran yang berdarah keturunan
Sriwijaya! Bukan tidak mungkin kalau Pangeran Anom yang
menguasai Kahuripan, kelak kita se mua akan men jadi orang
jajahan Sriwijaya. Andaikata andika sekalian tidak tertarik
akan hal ini, juga dengan me mbantu Pangeran Tua berarti
menentang Pangeran Muda yang me mpergunakan tenaga
orang-orang jahat, berarti kita telah melakukan d har ma satria
me mbas mi kejahatan."
"Kakangmas Wisangjiwo. Hal-ha l lain tidak menarik hati
kami bertiga, akan tetapi dengan adanya si keparat
Jokowanengpati di sana, kami bertiga tentu saja akan
berangkat pula ke sana. Kalau dia me mbantu Pangeran
,Anom, dengan sendirinya kami akan me mbantu lawannya,
yaitu Gusti Pangeran Sepuh," kata Pujo dan kedua orang
isterinya mengangguk-angguk tanda setuju.
"Bagaimana dengan paman Resi Telomoyo?" Wisangjiwo
bertanya penuh harapan, matanya menyinarkan kegirangan
karena Pujo bertiga ikut pula me mbantu Pangeran Sepuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tenaga tiga orang ini a mat hebat dan berguna dalam
perlawanan menghadapi orang-orang sakti yang membantu
Pangeran Anom. "He mmm, aku sudah tua, raden. Aku tidak suka akan
perang bunuh me mbunuh antara manusia me mperebutkan
kemenangan. aku tidak butuh kemewahan, tidak pula butuh
pahala. Akan tetapi, kalau pertapa-pertapa seperti Cekel
Aksomolo dan yang lain-lain itu men inggalkan pertapaan
mengejar keduniaan mengandalkan kesaktian, tentu keadaan
akan menjadi miring dan berat sebelah. Terpaksa akupun
harus turun tangan menghalangi mereka. Mari kita
berangkat!" .
Girang hati W isangjiwo mendengar ini dan ia tertawa
me lihat kakek itu men jadi berse mangat dan tergesa-gesa.
"Harap pa man resi bersabar karena saya masih menanti
kembalinya pasukan yang saya utus pergi menje mput isteri
saya di dusun Se logiri."
"Hahh " Selogiri di lereng timur Gunung Lawu?" Resi
Telomoyo bertanya.
"Betul, pa man." Wisangjiwo menarik napas panjang penuh
penyesalan. "Se mua gara-gara Jokowanengpati ....... " ia melirik ke arah
Pujo. "Saya tertipu muslihatnya, me mpercaya mulutnya.
Karena kehilangan Joko Wandiro isteri saya Listyokumolo
seperti berubah ingatannya. Saya ....... saya tadinya
menyangka buruk terhadap adimas Pujo sehingga saya
pulangkan isteri saya itu kepada ayahnya, lurah Selogiri. Saya
menyesal, paman, dan sekarang saya menyuruh pasukan
men jemputnya, akan saya ajak bersama ke kota raja. Kasihan isteri saya ....... " Wisangjiwo termenung.
"Ahh, saya mengaku salah alamat, saya telah menjadi
seekor binatang buas, merampas putera mu sehingga
me mbuat isterimu menjadi berduka "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, dimas. Semua telah terjadi dan semua
me mpunyai kesalahan. Tinggal sekarang kita merobah segala
kesalahan yang la lu. Mudah-mudahan saja nimas Listyokumolo
sudah sembuh dan suka me ngampunkan aku."
Dua hari kemudian datanglah padukan yang ditunggu-
tunggu. Wajah Wisangjiwo menjad i mura m karena tidak
me lihat isterinya bersama mereka. Apalagi setelah ia
mendengar laporan kepala pasukan, ia menjadi berduka
sekali. Kiranya, menurut hasil penyelidikan pasukan itu, tidak
la ma semenjak Listyokumolo pulang ke dusun Selogiri, dusun
itu dilanda malapetaka. Sekelompok perampok menyerbu
Selogiri. Biarpun lurah Se logiri, ayah Listyokumolo, bersama
para penduduk me lakukan perlawanan, namun tidak kuat
mereka menghadapi para perampok.
Lurah Selogiri tewas, banyak penduduk laki- la ki yang tidak
sempat melarikan diri dibunuh, dusun dibakar dan banyak
wanita terculik. Di antaranya, Listyokumolo dibawa lari oleh
kepala rampok! Melihat kaka knya berwajah pucat dan menja mbak-jambak -
rambut penuh penyesalan, Roro Luhito me megang pundak
kakaknya sa mbil menang is.
"Kasihan nasib kangmbok Listyokumolo .... "
Wisangjiwo menghela napas dan menengadahkan kepalanya. "Duh Dewata Yang Agung, inikah hukuman ku" Biarlah,
Luhito, biar impas se mua dosaku, karena tiada kejahatan
tanpa hukuman dan kalau kuingat akan kelakuanku yang la lu,
sungguh belum seberapa hebatnya hukuman ini. Mari, adikku,
mari kita berangkat, mari kita mencar i si jahanam
Jokowanengpati, biang ke ladi segala peristiwa pahit ini!"
Setelah meninggalkan sepasukan penjaga untuk menjaga
Kadipaten Selopenangkep, berangkatlah mereka, Wisangjiwo,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pujo, Kartikosari, Roro Luhito, dan Resi Telomoyo berkuda,
diiringkan pasukan yang kesemuanya berkuda.
Biarpun wajahnya me mbayangkan kebesaran semangat
dan kegembiraan seorang perajurit yang siap bertempur
namun di dalam hatinya, Wisangjiwo menang isi isterinya.
Teringat ia sekarang akan segala derita yang dialami
Listyokumolo. Betapa dahulu, Listyokumolo gadis dusun yang
cantik jelita dan bahagia itu terpaksa menyerah kepadanya
dan hidup di dalam Kadipaten Selopenangkep.
Betapa Listyokumolo dengan sepenuh jiwanya berusaha
menyesuaikan diri, berusaha mencinta sua minya dan betapa
Listyokumolo selalu bersabar digoda tingkah la ku sua minya
yang selalu me ngejar-ngejar wanita cantik.
Teringat ia betapa kejam hatinya, tidak kasihan melihat
isterinya seperti gila kehilangan putera, tidak menghiburnya
ma lah mengusirnya pulang ke Selogiri ! Kalau sekarang ia
teringat betapa akan celaka nasib isterinya itu diculik kepala
perampok, hatinya terasa ditusuk-tusuk ujung keris berbisa. Ia
berjanji di dalam hati bahwa setelah selesai perang dan masih
hidup, ia akan menggunakan sisa usianya untuk mencari
isterinya, mencari Listyokumolo sa mpa i dapat dan kalau
isterinya itu sudah mat i, ia akan me mbalas mere ka yang
menyakit i isterinya, terutama kepala perampok itu! .
Pujo dan Kartikosari sa ma sekali tidak tahu bahwa pada
saat mereka berangkat mengikut i Wisangjiwo bersama Roro
Luhito dan Resi Telomoyo menuju ke kota raja, terjadi
penyerbuan di Pulau Se mpu terhadap Bhagawan Rukmoseto
atau Resi Bhargowo. Sama sekali tidak tahu betapa hampir
saja Resi Bhargowo tewas oleh pengeroyokan jago-jago
utusan Pangeran Anom yang ingin mera mpas pusaka
Mataram. Juga tidak tahu betapa dua orang anak yang
mereka cari-cari selama ini berada pula di Pulau Se mpu dan
dengan adanya penyerbuan menjadi cerai-berai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti kita ketahui, Endang Patibroto bertemu dengan
seorang manusia yang luar biasa saktinya, ialah Dibyo
Mamangkoro bekas senopati Kerajaan Wengker. Endang
Patibroto kemudian ikut pergi dengan Dibyo Mamangkoro
sebagai muridnya, pergi ke sebuah pulau yang pada waktu itu
merupa kan pulau gawat, penuh dengan iblis bekasakan
sehingga terkenal sebagai tempat yang disirik (pantang) orang
karena kabarnya orang yang masuk ke pulau itu tentu akari
tewas dan tidak dapat keluar kembali. Bahkan para nelayan
tidak ada yanjg berani mendekatkan perahu ke pulau itu di
waktu mereka mencar i ikan. Pulau itu bukan la in adalah Pulau
Nusaka mbangan! .
Dibyo Mamangkoro manusia yang wataknya seperti bukan
manusia lag i itu, seorang sakti mandraguna yang sukar dicari
tandingannya, tidak me mpunyai putera maupun keluarga la in.
Semua keluarga terbasmi habis ketika Kerajaan Wengker di
mana ia mengabdi hancur dalam perang melawan Kahuripan
sehingga ia sendiri me larikan diri dan berse mbunyi di
Nusaka mba ngan.
Kini melihat Endang Patibroto, ia merasa amat suka. Anak
perempuan ini me miliki dasar watak yang liar, ganas dan tidak
pernah mau kalah, sebuah watak yang cocok dengan watak
Dibyo Mamangkoro. Selain itu, anak ini me miliki tubuh yang
amat baik, tulang seorang calon pendekar sakti. Di samping ini
semua, Endang Patibroto panda i menga mbil hati dan anak ini
sendiripun suka berlatih ilmu serta rajin. Inilah sebabnya
mengapa Dibyo Mamangkoro melakukan hal yang selama
hidupnya belum pernah ia la kukan, yaitu, mengambil murid
dan setiap hari tekun melatihnya dengan rasa kasih sayang
yang makin mendalam sehingga Endang Patibroto dianggapnya sebagai anak atau cucunya sendiri.
Kakek yang sakti mandraguna ini menga mbil keputusan
untuk men urunkan dan mewariskan seluruh kepandaiannya
kepada Endang Patibroto! .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita tinggalkan dulu Endang Patibroto yang bertahun-tahun
dige mbleng oleh Dibyo Mamangkoro, seakan-akan mereka
berdua itu sudah terputus bubungannya dengan dunia ra mai,
hanya berteman binatang-binatang buas dan hutan lebat. Mari
Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kita ikuti perjalanan Joko Wandiro yang meninggal kan Pulau
Sempu dalam keadaan pingsan.
Joko Wandiro menjadi korban gigitan ular kecil berwarna
hijau ketika ia menye mbunyikan patung kencana ke atas
pohon randu alas. Mula-mula, kakinya yang digigit, kemudian
pergelangan lengan kanannya. Biarpun ia sendiri dapat
me mbunuh ular itu dengan menggigit lehernya dan mengisap
darahnya, namun racun ular me mbuat Joko Wandiro
mengge letak pingsan ketika ia dite mukan Ki Tejoranu yang
kebetulan datang pula ke P ulau Se mpu karena kake k pertapa
dari Danau Sarangan ini dia m-dia m mengikut i gerak-gerik
Jokowanengpati dan te man-temannya.
Melihat betapa bocah yang pernah menolongnya dan yang
dianggap sebagai tuan penolongnya itu menggeletak pingsan
dan setelah meme riksa ia maklum bahwa Joko Wandiro
menjad i korban gigitan ular berbisa, Ki Tejoranu cepat
mengangkat tubuh Joko Wandiro dan me mbawanya pergi dari
Pulau Sempu. Ketika menyeberangi laut menuju ke darat, Ki Tejoranu
cepat menotok jalan darah di lutut dan siku untuk mencegah
racun ular menja lar makin jauh ke tubuh Joko Wandiro.
Kemudian, setibanya di darat, ia me mondong tubuh anak itu
dan segera me mbawanya ke dalam hutan. Tubuh Joko
Wandiro amat panas! Ki Tejoranu segera mencari daun-daun
obat. Pedang Naga Kemala 6 Kisah Bangsa Petualang Karya Liang Ie Shen Pedang Berkarat Pena Beraksara 8