Pencarian

Kampung Setan 8

Kampung Setan Karya Khulung Bagian 8


"Bukan cuma aku saja yang mengenali, tetapi Kay see kim kong dan lain-lainnya juga sudah tahu siapa adanya kau!"
"Benarkah ucapanmu ini?"
"Walaupun kau menggunakan kain untuk menutupi mukamu, merobah aksen suaramu, tetapi senjata yang kau tinggalkan tak dapat mengelabui mata mereka."
"Begitupun baik, sekalipun Kay see Kim kong telah mengetahui diriku, ia juga tidak berani berbuat apa-apa terhadap aku!" katanya sambil tertawa dingin, "anak muda, kau jangan merasa bangga dulu, ketahuilah olehmu aku sudah mengetahui dirimu, hanya kawanan kantong nasi itu saja yang berhasil kau kukelabui. Hai, dengan memandang muka It Jie Hui kiam, aku tidak akan membuka kedokmu dihadapan mereka, biarlah kau bisa pulang dalam keadaan hidup. Coba kau pikir sendiri, apabila aku membuka kedokmu dihadapan mereka, apakah kau kira saat ini kau masih bisa hidup?"
"Kalau kau merasa menyesal tadi tidak membuka kedokku, sekarang saja kau umumkan kepada mereka, juga masih keburu!"
"Anak muda, kau ternyata juga pandai omong besar, tidak kecewa kau menjadi si anak It Jie Hui kiam. hahaha"
"Kalau kau masih berani menghina sembarangan terhadap dia orang tua, jangan sesalkan aku berlaku kurang sopan terhadapmu!"
"Pulanglah beritahukan kepada It Jie hui kiam, suruh dia lekas menyelidiki dimana anakku, jikalau tidak, aku akan mencari balas sakit hatiku yang sudah kupendam berapa tahun."
Sinar masanya yang tajam menatap wajah Ho Hay Hong. entah apa sebabnya, matanya mendadak berkaca-kaca.
Ho Hay Hong masih berada dalam kesan keheranan tetapi orang itu sudah berlalu dan sebentar sudah menghilang kedalam rimba.
Ia lalu bertanya-tanya kepada diri sendiri: "apakah It Jie Hui kiam merampas anaknya" Tetapi orang tua itu bukan seorang macam itu. Namun dari ucapan Tee soan hong jelas mengandung maksud demikian. Heran."
Ia balik kembali kedepan kelenteng, kabut tipis yang meliputi gunung, jauh di depan matanya, terhadap sinar ungu, sehingga memberikan suatu pemandangan yang indah.
Pemandangan aneh itu juga dilihat oleh semua hadiri dalam pertemuan itu, hingga mereka sudah lupa tugasnya, semua mata diarahkan kearah gunung.
Ho Hay Hong diam-diam tergerak untuk pemandangan alam yang aneh itu, mengalihkan perhatian orang banyak jikalau tidak entah bagaimana ia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Tiba-tiba Kay see Kim kong berkata kepada diri sendiri: "Ow, arah itu adalah arah gunung Set giam san. Kabarnya diwaktu belakangan ini, sering tampak sinar magis, semula aku anggap desas-desus saja, tak kusangka ternyata benar."
Kata-katanya itu juga didengar oleh Ho Hay Hong, ia segera teringat kepada diri delapan anggota Angin puyuh, apakah mereka berhasil menemukan benda pusaka yang dicari"
Jika ditilik dari sinar aneh yang masih melayang diudara itu, jelas bahwa delapan pasukan Angin puyuh itu belum berhasil mendapatkan barang pusaka yang dicari. Dan dari kata kata Kay see Kim kong tadi, urusan itu agaknya juga sudah diketahui luas oleh setiap orang Kangouw.
Dapat diduga bahwa orang-orang Kang ouw yang pergi mencari benda pusaka itu, pasti tidak sedikit jumlahnya. Dapatkah delapan pasukan Angin puyuh melakukan tugasnya dengan baik "
Karena mengingat kepandaian delapan orang itu, diam-diam ia merasa cemas.
Tiba-tiba terdengar suara siulan tajam dan panjang, yang terbawa oleh tiupan angin. Suara itu meskipun tidak keras, tetapi terpisah dari jarak yang sangat jauh. suara itu masih bisa didengar dengan tegas, dapat diduga betapa tinggi kepandaian orang yang mengeluarkan suara siulan itu.
Kay see Kim kong dan Tok heng Taihiap yang mendengar suara itu mendadak bungkam. Dengan sangat hati-hati memperhatikan suara itu.
Semua hadirin dikejutkan oleh sikap dua jago tua itu hingga semua pandangan mata dialihkan kepada mereka berdua.
Pelahan-lahan Kay see Kim kong yang menunjukkan perasaan terkejutnya lebih dulu, kemudian Tok heng Tayhiap juga nampak terperanjat. Keduanya saling berpandangan, dengan serentak mereka berkata:
"Celaka, makhluk aneh si tua bangka itu benar-benar masih hidup."
Semua orang yang mendengar ucapan itu, tidak mengerti apa yang mereka maksudkan, orang-orang hanya menampakkan dua jago tua itu wajahnya pucat pasi, dapat diduga bahwa urusan ini bukanlah urusan biasa. Terutama Ho Hay Hong yang memikirkan keselamatan delapan anggauta pasukan Angin puyuh, hatinya semakin gelisah.
Ketika pandangan matanya beralih ketempat dimana gadis baju ungu tadi duduk, gadis itu ternyata sudah tidak ada ditempatnya, begitupun dengan laki-laki ceriwis tadi, bukan kepalang terkejutnya, ia pikir gadis itu pasti memerlukan pertolongan dengan segera, mungkin sudah pergi berobat bersama laki-laki tadi.
Mengingat diri laki laki ceriwis itu, Hay Hong merasa muak. Matanya yang liar, sifatnya yang ugal-ugalan, sikapnya yang ceriwis, segala-galanya jelas menunjukan tipenya seorang laki-laki yang tidak bermoral. Bagaimana juga, tidak sesuai menjadi pasangan gadis baju ungu.
Ia terpaksa memberanikan diri, den tindakan lebar berjalan menghampiri Kay see Kim-kong, dan bertanya padanya:
"Cianpwee, kemana perginya anakmu, bolehkah cianpwe memberi tahukan kepada boanpwee?"
Kay see Kim kong yang sudah melihat anak muda tadi bercakap-cakap dengan mesra bersama anak lakinya, dianggap sahabat karib laki-laki ceriwis tadi, maka tanpa banyak pikir lantas menjawab:
"Ia pergi berkunjung kepada pamannya."
Ho Hay Hong segera teringat dari Hoa-tho Hwa thio, ia menggunakan kesempatan selagi semua orang curahkan perhatiannya kepada cahaya benda pusaka itu, dengan cepat pergi kebelakang kelenteng, kemudian dengan melalui rimba kejalan raya. lalu menuju ke barat.
Tiba dekat empang, tampak olehnya sinar lampu dan keluar dari deretan rumah bambu. Tanpa banyak pikir, ia segera menghampiri dan mengetok pintunya.
Tak lama kemudian, dari dalam terdengar suara menegur: "Siapa ?"
"Paman, numpang tanya, dimana tempat tinggal Hoa ciu Hwa tho locianpwee?" jawab Ho Hay Hong.
"Ada urusan apa ?"
Ho Hay Hong terkejut pikirnya: "ia bebas menanya demikian, apakah ia adalah Hoa ciu wa tho sendiri ?"
Ia tidak berani berlaku kasar, maka lantas bertanya.
"Apakah paman adalah Hoa chiu Hwa tho locianpwee sendiri?"
Lama tidak terdengar suara jawaban, Ho Hay Hong terpaksa menggedor lagi. Diluar dugaannya, pintu yang terbuat dari papan itu ternyata keras sekali.
Tidak lama ia menggedor, terdengar pula suara orang tadi, kali ini nadanya penuh kemarahan, jelas merasa tidak senang atas perbuatan Ho Hay Hong.
Ho Hay Hong buru-buru bertanya pula. "Maaf numpang tanya apakah paman Hoa ciu Hwa tho locianpwee?"
Mendengar pertanyaan itu, dari dalam rumah tidak terdengar suara lagi. Beberapa kali ia memanggil, tetapi tidak mendapat jawaban, hingga ia naik darah.
Tapi mendadak ia ingat sifat aneh hwa Chiu Hoa tho, mungkin pertanyaan yang diajukan berulang-ulang tadi menimbulkan kemarahannya, maka tidak mau menjawab.
Oleh karena itu. maka ia segera mencari akal. Ia tidak mau menggedor lagi, diam-diam undurkan diri.
Lama ia duduk dibawah sebuah pohon besar, setelah menganggap waktunya sudah cukup, ia balik kerumah itu lagi dan mulai mengetok pintunya.
Tak lama kemudian diri dalam terdengar pula suara pertanyaan: "Siapa?"
Ho Hay Hong buru-buru merubah suaranya, jawabnya:
"Numpang tanya apakah Hoa Chiu Hwa tha locianpwee berdiam disini?"
"Ada urusan apa?"
Ho Hay Hong diam-diam merasa geli katanya:
"Aku hendak menukarkan barang pusakaku dengan ilmu obat-obatan locianpwee!"
"Suaramu seperti bukan orang yang sedang sakit. Apakah ada orang lain yang perlu diobati?"
"Benar bolehkah locianpwee membuka pintu, supaya kita bisa masuk untuk berunding"
"Orang yang perlu diobati itu laki-laki ataukah perempuan?"
"Perempuan."
"Aku Hoa chiu Hwa tho selamanya tidak mengobati orang perempuan!"
Ho Hay Hong merasa cemas, "Tolonglah locianpwee sekali ini saja boanpwee bersedia membayar dengan benda berharga!"
Orang tua dalam rumah itu mendadak membentak:
"Bangsat, kau berkali kali mengganggu orang, apa maksudmu?"
Ho Hay Hong baru ingat bahwa dalam keadaan gelisah telah lupa merubah suaranya hingga dapat dikenali oleh orang tua yang berada didalam rumah itu.
Maka setelah ditegur demikian, ia menjadi gelagapan dan tidak bisa menjawab.
Sesaat ia menjadi bingung lagi, tidak tahu bagaimana harus berbuat, Mendadak pada saat itu pintu telah terbuka, seorang lelaki tua kurus kering berada dihadapan matanya, yang mengusir dirinya dengan perkataan kasar.
Dengan cepat mata Ho Hay Hong melirik kedalam ruangan rumah itu, keadaannya ternyata sangat berhasil, diatas meja terdapat banyak tumpukan buku. suatu tanda bahwa penghuninya adalah seorang terpelajar.
Tetapi ia tidak melihat lelaki ceriwis anaknya Kay see Kim kong dan gadis baju ungu. Dengan perasaan kecewa ia menjawab:
"Boanpwee adalah teman Kongcu Kay see Kim kong, tolong locianpwe beritahukan dimana adanya sekarang, karena boanpwee ada urusan hendak mencari dia."
Hoa ciu Hwa tho memandang padanya dengan sinar mata dingin, kemudian berkata.
"Aku tidak peduli kau sahabat siapa lekas pergi?"
Ho Hay Hong yang beberapa kali sudi mengalah, tetapi masih mendapat perlakukan demikian kasar dari tuan rumah, darah mudanya bergolak, katanya dengan suara keras.
"Boanpwee menghormati kau sebagai orang tingkatan tua, maka dengan sikap merendah aku minta pertolonganmu. Sungguh tak kusangka sikap cianpwee masih tetap tak memandang mata orang, sehingga boanpwee kehilangan muka. Malam ini kalau cianpwe tidak mau memberitahukan dimana adanya anak lelaki Kay see Kim kong, boanpwee terpaksa hendak menggunakan sepasang tangan kosong, untuk belajar kenal dengan locianpwe"
Sambil berpeluk tangan, ia berdiri di hadapan Hoa chiu Hwa tho. Matanya memandang tajam.
"Bocah, kau sebetulnya memiliki beberapa banyak kekurangan, berani berlaku bertingkah dihadapanku?" kata Hoa chiu Hoa tho dingin.
"Dengan kepandaian ilmu obat-obatan locianpwee mendapat nama baik di kalangan Kang ouw, tetapi dalam hal ilmu silat belum pernah dengar tentang kepandaian yang istimewa."
Hoa chiu Hwa tho tertawa dingin berulang-ulang, kemudian berkata:
"Kalau kau berani merendam diri dalam empang itu dalam waktu kira-kira seperminum secangkir teh panas saja aku akan memberitahukan jejak keponakanku!"
"Apa kau kira aku tidak berani?" kata Ho Hay Hong sambil angkat muka. Lalu berjalan menuju ke empang.
Empang itu airnya biru, bening, tanpa banyak pikir. Ia lantas terjun kedalam air.
Hoa chiu Hwa tho berkata sambil tertawa dingin:
"Air dalam empang ini sudah kumasukkan ramuan obat, sehingga dinginnya luar biasa. Bagi orang biasa, sekalipun diwaktu tengah hari, sinar matahari sedang panasnya, juga tidak berani mencoba, aku lihat kau baiknya kenal diri sedikit!"
Ho Hay Hong yang sudah berada dalam air, badannya dirasakan sangat dingin mendengar ucapan itu, semakin menggigil. Tetapi adanya yang keras, ia tidak mau menyerah mentah-mentah. Meskipun ia sudah tahu bahwa air itu bukan air biasa, tetapi ia masih tetap hendak pertahankan diri.
Sebentar kemudian, ia mengawasi lengan tangannya ternyata sudah mulai bengkak, otot-ototnya dilengan tangannya seperti ada binatang cacing berjalan, Ia mengerti sudah kena ditipu oleh orang tua itu.
Karena air bukan saja sangat dingin, tetapi juga bisa mengakibatkan darah dalam daging bergolak hingga dagingnya membengkak dan akhirnya urat-uratnya pada putus."
Ia sudah ketelanjuran menunjukkan sikap keras, tidak mau menyerah, kalau tidak bisa bertahan sampai waktu seperminuman secangkir teh saja, benar-benar akan kehilangan muka !
Sejenak ia merasa bimbang, tetapi akhirnya ia mengambil keputusan hendak mencoba dengan mempertaruhkan jiwanya.
Dengan mendadak, rasa hangat timbul dari dalam badan, hawa itu mengalir terus ke seluruh tubuhku, hingga rasa dingin lenyap seketika. Ia merasa heran dan bertanya-tanya kepada diri sendiri, "Barang apakah yang bisa menimbulkan perubahan ini"
Mendadak ia ingat kepada batu kaca yang aneh, mungkinkah batu itu yang mengeluarkan khasiatnya "
Hoa chiu Hwa tho yang menyaksikan dari samping, ketika melihat wajah dan sikap Ho Hay Hong sedikitpun tidak berubah, dia diam merasa heran. Pikirnya: "Beberapa hari berselang Hoa san Lo wan masih tidak sanggup menahan serangan hawa dingin dari situ sehingga terpaksa keluar lagi dalam empang. Tapi bocah ini yang usianya masih sangat muda sekali, bisa bertahan sekian lama, benar-benar sangat mengherankan. Barang apakah yang membuat dirinya dapat bertahan terhadap serangan hawa dingin itu ?"
Sementara itu terdengar suara Ho Hay Hong bertanya: "Hoa chiu Hwa tho, waktunya sudah cukup atau belum?"
Hoa chiu Hwa tho menghitung-hitung waktunya, sebetulnya sudah lewat, tapi Ia tahu bahwa kekuatan hawa dingin dari air itu, semakin lama semakin kuat, maka ia pura-pura balas menanya:
"Hah, bocah, apa kau sudah tidak sanggup bertahan?"
"Hm! Bukan aku omong sombong, sekalipun merendam tiga jam lagi, bagiku juga bukan soal apa-apa." jawab Ho Hay Hong.
Ia sudah mengerti khasiatnya batu mujijad dalam sakunya, adalah batu pusaka yang dapat menolak hawa dingin, maka ia berani menjawab demikian.
Hoa chiu Hwa tho membuka lebar matanya dan berkata:
"Bocah, apakah kau mengandalkan kekuatan tenaga dalamnya, melawan hawa dingin ?"
"Jangan banyak bicara, waktunya sudah sampai atau belum?" jawab Ho Hay Hong menyimpang.
Sudah tidak ada alasan lagi bagi Hwa chiu Hwa tho untuk menolak, maka lalu berkata:
"Naiklah, kau menang!"
Ho Hay Hong lompat keluar dari dalam empang, ketika angin Meniup, sungguh aneh pakaiannya seketika itu juga sudah tertiup kering sendiri.
"Cianpwee, sekarang harap cianpwee beritahukan dimana jejak keponakanmu!" demikian ia berkata.
"Ia datang kemarin dengan membawa orang kawan wanita, minta obat dariku. Karena aku menolak, ia lantas berlalu menuju kebarat!" jawab Hoa chiu Hwa tho sambil menghela napas.
Dalam hati Ho Hay Kong merasa cemas tanyanya pula:
"Mendengar cianpwe tidak mau memberi pertolongan kepada keponakanmu?"
"Dalam melakukan ilmu tabibku, selama ini tidak pernah aku melanggar tradisiku sendiri. Karena keponakanku itu tidak membawa barang pusaka sebagai upah dan lagi pula orang yang dibawanya berobat adalah orang perempuan, yang aku tidak boleh mengobatinya, maka aku tobat."
"Pendirian cianpwee yang demikian kukuhnya, sehingga melihat orang yang sudah hampir mati juga tidak mau menolong, benar-benar sangat mengagumkan!" kata Ho Hay Hong tidak senang.
"Bocah kau jangan mengejek aku, sekarang aku ingin tahu apa sebabnya kau masuk dalam air dingin tidak terluka?"
"Baik, aku hendak majukan suatu permintaan!"
"Katakanlah."
"Boanpwee ingin tanya dulu, luka luka perempuan itu cianpwee pernah melihatnya betul tidak?"
"Kau benar-benar terlalu menghina aku si orang tua, kau harus tahu bahwa aku sudah mendapat gelar Hoa chiu Hwa tho, bagaimanapun hebatnya penyakit atau luka itu, jelas tidak lolos dari sepasang mataku, jangankan hanya luka kecil yang tidak berarti itu!"
Ho Hay Hong diam-diam merasa girang, tetapi ia tidak unjukan diluar dan masih menanya terus:
"Apakah cianpwee sudah tahu dengan obat apa untuk menyembuhkan luka-lukanya?"
"Itu soal sepele, perlu apa kau tanyakan?"
"Inilah permintaan boanpwee. Boanpwe bersedia memberitahukan rahasianya dan apa sebabnya boanpwee tidak terluka meskipun merendam sekian lama dalam air dingin. Tetapi cianpwee juga harus membuatkan obatnya untuk menyembuhkan luka luka perempuan itu!" Hoa chiu Hwa tho berpikir sejenak baru berkata:
"Dia pernah apa dengan kau?"
"Cianpwee jangan tanya soal ini, harap jawab mau atau tidak, sudah cukup!"
Hoa ciu Hwa tho yang ingin sekali mengetahui sebab-sebab dari rahasia diri Ho Hay Hong yang tahan dengan air dingin, lalu berpikir: "dengan tidak langsung aku mengobati lukanya, ini tidak berarti aku melanggar tradisiku sendiri."
Oleh karena itu maka ia lantas berkata:
"Baiklah kau boleh ceritakan rahasianya!"
"Tapi cianpwee harus berjanji tidak akan...."
Hoa-ciu Hwa tho mengerti maksudnya, mendadak membentak dengan suara keras:
"Apa artinya ini" Apakah namaku diluaran tidak cukup sebagai jaminan, supaya kau percaya ?"
"Maaf, karena boanpwee harus berlaku hati-hati, maka hendak minta ketegasan cianpwee, harap cianpwee maafkan kesalahanku!"
Dari dalam sakunya Ho Hay Hong mengeluarkan batu pusakanya.
Hoa cin Hwa-tho yang seumur hidupnya belum pernah melihat batu pusaka demikian besar seketika itu matanya terbuka lebar. Lama ia baru bisa bertanya:
"Itu benda apa ?"
"Batu wasiat tahan hawa dingin, boanpwee berendam dalam air dingin tidak terluka itu adalah karena khasiatnya batu ini."
Hoa-ciu Hwa tho menggumam sendiri. "Batu ini memang merupakan barang yang luar biasa, koleksiku benda-benda pusaka-pusaka dan barang wasiat cukup banyak, tetapi tidak ada satu yang dapat dibandingkan dengan ini Aih! Aku benar-benar seperti kodok didalam sumur"
"Harap cianpwee berikan resep obat seperti apa yang cianpwee sudah janjikan." kata Ho Hay Hong.
Hwa ciu Hwa tho membalikan badan, masuk kedalam kamar, tak lama kemudian balik kembali dengan membawa sebungkus obat dan diberikan kepada Ho Hay Hong seraya berkata:
"Obat ini sifatnya keras, satu hari makan satu kali sudah cukup. dalam waktu tiga hari lukanya akan sembuh."
Ho Hay Hong menerima bungkusan obat dari tangan tabib aneh itu, setelah mengucapkan terima kasih, lantas lari menuju ke barat.
0odwo0 Malam itu, rembulan terang, cahaya ungu yang bersinar diatas gunung Suan giam-san, saat itu mendadak lenyap, Ho Hay Hong terperanjat, diam-diam mendoakan agar pasukan Angin puyuh tidak mendapat halangan satu apa.
Tak lama kemudian, mendadak ia merasakan ada orang mengikuti jejaknya. Ketika ia melalui jalan tikungan, matanya melirik, tampak olehnya orang yang mengikuti jejaknya itu ternyata seorang berpakaian pendek ringkas, gerakkannya gesit, bagaikan kucing hendak menerkam tikus.
Karena bentuk potongan orang itu mirip dengan Hoa ciu Hwa tho, kalau benar dia mungkin tertarik benda pusakanya hingga timbul maksud jahat.
Ia mempercepat gerak kakinya tiba-tiba tampak sesosok bayangan orang berkelebat dihadapannya. Dengan cepat ia memburu.
Jalan raya yang dilalui itu luas tanpa rintangan dikedua sisi juga tidak terdapat pohon maka matanya dengan mudah bisa lihat kearah jauh. Ia telah menampak dengan tegas bahwa bayangan orang itu adalah seorang tinggi besar, bentuknya agak aneh agaknya mirip dengan manusia.
Tiba-tiba terlintas suatu pikiran dalam otaknya, mungkinkah bayangan orang itu adalah bayangan orang yang sedang memondong tubuh seorang lagi hingga bentuknya agak aneh. Seketika itu semangatnya terbangun, segera mengerahkan ilmunya lari pesat untuk mengejar bayangan itu.
Dibelakangnya tiba-tiba terdengar suara orang berkata dengan nada suara dingin: "Kau berani lari ?"
Mendengar suara itu, bukan kepalang terkejutnya Ho Hay Hong bukankah itu suaranya Hoa ciu Hwa tho"
Ho Hay Hong merandek dan menoleh kebelakang, ia lihat orang itu memiliki potongan badan sangat gagah, alisnya keren, matanya tajam, ternyata asing baginya maka lantas menegur:
"Saudara ada keperluan apa?" Orang itu dengan satu tangan memegang gagang pedang dipinggangnya, matanya menatap wajah Ho Hay Hong, lama baru berkata "Apakah kau bukan dia"."
Sementara itu, bayangan orang yang didepannya itu kini telah lenyap. Ho Hay Hong yang terhalang oleh orang tidak dikenal itu dalam hati merasa kurang senang, maka dengan sangat mendongkol ia balas, menanya:
"Dia siapa yang kau maksudkan?"
"Aku benar-benar telah kesalahan!" berkata orang itu sambil meminta maaf, "aku yang rendah adalah anggota perkumpulan Ceng gie hwee yang sedang bertugas meronda, tadi aku melihat ada orang lari sambil memondong tubuh seseorang, orang dalam pondongannya itu adalah seorang wanita muda maka siautee anggap orang itu pasti orang jahat, hingga lantas mengejarnya. Tak kusangka ilmu meringankan tubuh orang itu sangat mahir sekali, lagi pula juga sangat cerdik. Mungkin ia tahu ada orang mengejar, maka dengan menggunakan jalan yang berliku-liku sebentar sudah menghilang, Siaotee merasa penasaran dan terus mengejarnya, tetapi kesalahan anggap saudara sebagai penjahat maka siao tee harap saudara suka maafkan kekeliruanku ini!"
Mendengar kata-katanya yang sangat merendah. amarah Ho Hay Hong agak reda. Katanya:
"Aku sudah dengar bahwa perkumpulan Ceng gie hwee itu adalah perkumpulan orang-orang dari golongan baik baik. Terus terang, aku juga sedang mencari orang yang saudara maksudkan tadi itu. Marilah kita sekarang mencari secara berpencaran. saudara boleh mencari menuju kearah timur!"
Sehabis berkata demikian dengan satu gerakan burung bangau melesat keudara, sekali bergerak setinggi tiga tombak, kemudian melayang kearah barat.
Ketika kakinya menginjak tanah, baru saja hendak melanjutkan perjalanannya, telinganya mendadak menangkap suara halus yang timbul dari timpukan batu, yang terpisah tidak jauh dengannya. Ia buru-buru merandek dan memandang kearah tersebut.
Tempat itu banyak tumpukan batu besar-besar, sekitarnya kosong. Dari tempat itu dapat memandang keadaan disekitarnya kira-kira sepuluh tombak, Ho Hay Hong tertarik oleh situasi tempat itu. pikirnya: "kecuali dibelakang tumpukan batu itu yang mungkin dapat digunakan untuk sembunyikan diri, tempat kosong yang sangat luas itu tidak mungkin dapat digunakan untuk sembunyikan diri. Mungkinkah orang itu sembunyi dibelakang batu itu?"
Dengan perasaan bimbang ia berjalan menghampiri tempat itu dengan sangat hati-hati.
Tiba-tiba dari belakang tumpukan batu itu melesat keluar bayangan seseorang yang lalu menegur dirinya: "Lotee apa perlunya seorang diri kau datang kemari?"
Mendengar teguran itu Ho Hay Hong marah. Apa yang diduganya ternyata benar, walaupun demikian, diluar ia masih tidak menunjukan sikap marah. Dengan sabar dan sambil tertawa ia berkata.
"Siaotee tadi baru dengar kata orang bahwa nona itu bukanlah kekasihmu loko, kalau begitu loko sudah membohongi siaotee. benar-benar pandai bergurau, ha ha!"
"Apa artinya perkataanmu ini?" tanya laki itu dengan perasaan tak senang.
Ia sudah tidak keburu mencegah, hingga Ho Hay Hong sudah mengetahui semua, gadis baju ungu itu masih menyender ditengah batu besar dalam keadaan pingsan, pakaian bagian dadanya yang montok, juga tertampak samar-samar.
Ho Hay Hong yang menyaksikan pemandangan itu, darahnya bergolak, ia berkata sambil tertawa mengejek:
"Loko benar-benar sangat pintar."
Lelaki itu menunjukkan muka tidak senang, katanya.
"Hiantee, kau jangan mengurusin urusan orang lain, jikalau tidak aku nanti."
"Loko. siaotee tidak menyalahkan, tetapi dalam hal ini loko agaknya terburu napsu sedikit. Nona ini sedang terluka parah, apabila ada apa-apa bukankah itu berarti loko yang mencelakakan dirinya?"
"Hiantee tidak usah mengurusi urusan orang lain, kau dengar atau tidak?" kata lelaki itu marah.
Ho Hay Hong tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. "Apakah lantaran satu perempuan loko lantas meretakkan perhubungan dengan siautee?"
"Aku tidak ada itu maksud, hanya mengharap kau jangan coba merintangi urusanku."
"Setiap orang harus mempunyai perasaan prikemanusian. Meskipun siaotee adalah orang dari golongan hitam, tetapi masih mengerti mana yang lurus dan mana yang bengkok. Perbuatan loko ini, bukan saja melanggar prikemanusian tetapi juga terlalu tidak tahu malu, tidak ubahnya dengan perbuatan binatang."
Laki-laki itu ketika mendengar ucapan Ho Hay Hong seketika marah besar, tanpa banyak bicara lagi, lantas menyerang dengan tinjunya.
Ho Hay Hong tahu bahwa lelaki itu adalah anak lelaki Kay see Kim kong, yang terkenal dengan tinjunya yang keras. Sebagai anak, sudah tentu mendapat warisan kepandaian ilmu silat ayahnya, Maka ia tak berani berlaku gegabah.
Dengan mengerahkan seluruh kekuatan tenaganya, ia menyambuti serangan laki-laki itu.
Dua-duanya sama-sama menggunakan tenaga penuh, maka ketika kekuatan kedua pihak saling beradu, segera timbul suara hebat.
Kesudahannya lelaki itu terpental mundur tiga langkah, mulutnya banyak mengeluarkan darah.
Ia sebetulnya memiliki kepandaian cukup tinggi dan kekuatan tenaga dalamnya juga sudah cukup sempurna. Tetapi oleh dan karena tenggelam dalam air kata-kata pipi licin, hingga percuma saja ia mendapat latihan kepandaian ayahnya, sebetulnya hanya merupakan satu macan kertas saja.
Maka ketika mengadu kekuatan dengan Ho Hay Hong dalam tubuhnya terluka oleh serangan Ho Hay Hong, seketika itu juga tidak sanggup memberi perlawanan lagi.
"Dengan satu tinju siaotee saja loko masih tidak tahan, bagaimana masih hendak omong besar" Lekaslah berlalu dari sini, jangan sampai aku turun tangan lagi!" kata Ho Hay Hong.
"Baik baik hiantee demikian caranya perlakukan diriku, dilain waktu pasti ada waktu aku membalasnya, sampai ketemu kembali dilain waktu." berkata lelaki itu gemas.
Setelah itu, ia berlalu dengan tindakan sempoyongan.
Ho Hay Hong mengawasi berlalunya kawan, itu, kemudian berkata sambil tertawa dingin:
"Kalau bukan karena aku pernah anggap kau sebagai toako, bagaimana aku dapat membiarkan kau berlalu dengan tenang!"
Ia menghampiri dan berjongkok di samping gadis baju ungu, yang ternyata masih belum ingat orang. Mendadak ia sadar dan berkata kepada diri sendiri!
"Pantas tadi ia seperti tidur pulas dalam pelukan laki-laki itu, kiranya ditotok jalan darahnya."
Dengan cepat ia membuka totokannya, gadis itu benar-benar saja lantas mendusin. dengan membuka sepasang matanya yang di ikuti oleh berbagai pertanyaan, ia bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Ho koko, kita berada dimana ini?" Hati Ho Hay Hong sangat terharu, Ia tidak tahu bagaimana harus menjawab.
Ketika pandangan matanya tertuju kebagian dada gadis itu, jantungnya berdebar keras untung ia bukan bangsa Don Juan.
Maka tak sampai terganggu perhatiannya. Dengan cepat ia ulur tangannya membereskan baju gadis itu, kemudian ia duduk disebuah batu, matanya memandang kearah jauh.
Dengan perasaan bingung gadis itu mengawasinya, kemudian memandang keadaannya sendiri. Perasaan malu mendadak timbul serta merta ia menangis.
Ho Hay Hong memandang dengan sinar hambar, kemudian berkata padanya.
"Aku sudah memintakan obat untukmu." ia tidak dapat melanjutkan lagi, pikirannya terganggu. Meskipun dalam hati ingin menghiburi, tetapi ia tidak dapat menunjukkan sikapnya dengan terus terang, terpaksa berkata.
"Kau istirahatlah baik-baik, jangan banyak memikir."
Gadis itu tahu bahwa Ho Hay Hong kesalahan paham, lantas ia berkata.
"Aku aku tidak pikirkan apa apa Ho. koko."
Pikiran Ho Hay Hong merasa sangat kalut, ia sendiri juga tidak mengerti apa sebabnya.
Gadis itu yang tidak mendapat jawaban Ho Hay Hong, semakin malu, menangisnya semakin menjadi-jadi. Kalau diwaktu biasa, keadaan menyedihkan gadis itu, bagaimana keras hati Ho Hay Hong, juga akan tergerak.
Tetapi kini keadaan berlainan. Ia mendadak merasa bahwa sikap kebingungannya itu tidak ada gunanya, sikapnya mendadak berubah, dengan suara agak keras ia berkata:
"Jangan menangis lagi, lekas minum obat ini."
Ia membuka bungkusannya. Obat bubuk dimasukkan kedalam mulut gadis itu, kemudian berkata:
"Ini adalah obat buatan tangan Hoa chiu wa tho sendiri, pasti manjur, legakanlah hatimu."
Tapi pada saat itu matanya mendadak melihat secarik kertas putih dimana terdapat tulisan yang berbunyi. "Tulisan ini ditujukan kepada bocah, obat ini terbuat dari getahnya ular berbisa yang usianya sudah ribuan tahun, barang siapa yang memakannya, tidak akan tertolong jiwanya. Kuberi waktu padamu tiga jam, lekas kau bawa orang yang sakit itu kepadaku. Kalau sampai lewat batas waktunya dan ada kejadian apa-apa atas diri perempuan itu, ini adalah salahmu sendiri, aku tidak mau menerima lagi!"
Dibawah terdapat tanda tangan Hoa chiu Hwa-tho.
Sehabis membaca Ho Hay Hong mendadak berseru dan melompat tinggi, kemudian berkata dengan nada suara gusar:
"Tua bangka kau benar benar berhati kejam, aku Ho Hay Hong akan adu jiwa denganmu."
Gadis itu mengambil kertas yang dilemparkannya itu. Setelah dibacanya sebentar, wajahnya berubah, tetapi sedikitpun tidak menunjukkan rasa takut. Katanya sedih:
"Aku mati tidak apa, Ho koko, harus di jaga baik-baik dirimu sendiri!"
Mendengar perkataan itu Ho Hay Hong merasa sangat terharu, tetapi sebentar kemudian ia sudah bisa berlaku tenang lagi. Ia pikir Hoa chiu Hwa tho itu hanya menginginkan batu wasiatnya lain tidak. Asal batu itu diberikan padanya, semuanya tentu beres!
Kembali ia berpikir: "jiwanya sekarang dalam keadaan berbahaya, dan tokh masih berkata demikian, apakah ia benar-benar telah jatuh cinta padaku?"
Pikiran semacam itu ia sebetulnya tidak berani membayangkan, tetapi saat itu ketika menyaksikan keadaan menyedihkan gadis itu, hatinya tergerak juga.
Ia menyesal atas kelakuan hambar yang ditunjukkan tadi. Dengan perasaan terharu ia berkata:
"Waktu dengan cepat akan berlalu, mari kita lekas cari dia!"
Sehabis berkata tanpa menunggu jawaban sinona, ia sudah menyambar tubuhnya dan dipondongnya, kemudian dibawa lari menuju kearah timur.
Dengan menyandarkan kepalanya didada Ho Hay Hong, gadis itu berkata:
"Ho koko. andai kata Hoa chiu Hwa tho tidak mau menerima bagaimana?"
"Kalau ia tidak mau menyembuhkan kau, aku akan bunuh mati dia!" jawab Hay Hong dengan hati panas, hingga wajahnya nampak sangat menakutkan.
"Dia adalah seorang tamak, ia tentu ngincar batu wasiatmu, sehingga menggunakan akal keji demikian, Ho koko sekali-kali jangan terbit onar dengannya."
"Aku tidak pentingkan batu wasiatku, asal kau sembuh, hatiku merasa lega!"
"Berkali-kali kau demikian membela diriku, hatiku merasa sangat tidak enak!"
"Jangan begitu, itu adalah suatu hal yang sudah seharusnya!"
Saat itu dasar hatinya sudah tergerak oleh sikap lemah lembut dan sungguh-sungguh dari gadis itu, beberapa kali ia hendak mengutarakan isi hatinya, tetapi selalu terganggu oleh bayangan wajah gadis kaki telanjang yang sebentar terbang sebentar menghilang.
Ia tidak dapat menimbang mana satu yang lebih berat diantara dua jelita ini, yang menempati hatinya. Ia masih selalu merasa bahwa gadis kaki telanjang itu menantikan kabarnya dalam kesepian ditempat kediamannya didaerah selatan.
Kalau ia mengalihkan cintanya, didaerah selatan kepada gadis lain ini berarti suatu penghianatan terhadap cinta gadis itu.
Diam-diam ia menarik napas panjang. Dengan menindas perasaannya sendiri, ia kaburkan diri sambil menundukkan kepala.
Tidak lama kemudian, deretan rumpun bambu yang teratur rapi itu sudah tampak dihadapan matanya, Ho Hay Hong sangat marah dengan kepalan tinjunya ia menggedor pintu dan berkata dengan suara keras:
"Hoa chiu Hwa tho, orang yang kau hendak ketemui sudah datang!"
Karena tidak mendapat jawaban dari dalam, ia mendorong pintu dengan sekuat tenaga sehingga rumah yang terdiri dari bambu itu tergetar. Pintu yang terdorong kuat telah terbuka, Hoa chiu Hwa tho dengan muka berseri-seri mengawasinya seraya berkata!
"Oh, kiranya kau. Aku siorang tua sudah lama menunggu, silahkan masuk!"
Ho Hay Hong melangkah masuk dengan langkah lebar. Setelah meletakkan gadis baja ungu diatas sebuah kursi bambu, ia berkata:
"Akal cianpwee sangat bagus, boanpwe sangat kagum. Sungguh tak kusangka kau adalah seorang yang semacam itu!"
Hwa chiu Hwa tho tidak menghiraukan ejekan itu. Ia berkata dengan tenang:
"Kau ada urusan minta pertolongan dari ku, sebaiknya sedikit sabar, jangan kau mengumbar napsumu, nanti kalau aku sudah naik pitam, batu wasiatmu itu aku juga tidak inginkan lagi!"
Ho Hay Hong dapat mengerti maksud ucapan orang tua itu, dalam hatinya berpikir: "bagiku sendiri kehilangan batu wasiat adalah urusan kecil, tetapi apabila tua bangka ini nanti marah dan tidak suka berunding dengan ku, bagaimana nasibnya gadis ini?"
Dengan cepat ia dapat mempertimbangkan urusan besar itu, untuk sementara ia terpaksa mengalah, dengan menindas perasaan sendiri ia berkata.
"Baiklah, kau sembuhkan dia, aku akan menyerahkan batu wasiatku!"
"Tidak bisa, kau yang minta tolong dariku, harus lebih dulu menyerahkan batu wasiatmu," kata Hoa chiu Hwa tho sambil menggelengkan kepala.
"Jikalau cianpwee melanggar janji lagi, bukankah berarti aku akan kehilangan orang dan barang kedua-duanya?" kata Ho Hay Hong marah.
"Kalau begitu kau boleh keluar, aku tidak sudi dengan barangmu lagi."
Mendengar perkataan itu Ho Hay Hong segera naik pitam.
"Kau berani berbuat begitu, aku akan hancur leburkan seisi rumah tanggamu."
Hoa chiu Hwa tho memandang padanya dengan sinar mata dingin, lantas berlalu sambil berkata: "Terserah."
Dilihat dari sikap orang tua itu jelas sekali bahwa sedikitpun ia tidak takut dengan ancaman Ho Hay Hong, hingga terpaksa berlaku sabar lagi, dengan nada suara lunak ia berkata:
"Begini saja, aku akan meletakkan batu wasiatku ini diatas meja dan cianpwee menyembuhkan lukanya, setelah ia sembuh, batu wasiat itu kau boleh ambil!"
Hoa chiu Hwa tho yang mendengar tawaran itu, sejenak nampak berpikir, kemudian menerima baik.
Ho Hay Hong mengeluarkan batu wasiatnya dari dalam sakunya, lalu diletakkan di atas meja, dari atas meja itu ia mengambil sebilah belati tajam yang ada disitu, kemudian mengundurkan diri kesamping sambil berkata:
"Sekarang waktunya tidak bisa diundur lagi, harap cianpwee lekas turun tangan."
"Untuk apa kau mengambil belati itu?" Ho chiu Hwa tho sambil tertawa dingin.
"Cianpwee jangan anggap boanpwee hendak menggunakan benda ini untuk menghadapimu, boanpwee tahu benar bahwa kekuatan tenaga dalammu sudah sangat sempurna sehingga sudah kebal dari senjata tajam, tidak akan aku berbuat begitu gila. Dengan terus-terang aku hanya khawatir cianpwee nanti melanggar janji lagi, maka aku harus waspada, jikalau terjadi apa apa, aku akan menggunakan belati ini untuk menghancurkan batu wasiat ini supaya kedua pihak tidak mendapatkan apa-apa."
-ooo0dw0ooo- Bersambung Jilid 17
Jilid 17 "SEANDAINYA aku berhasil menyembuhkan luka-lukanya, dan kau karena rasa bencimu yang sangat dalam mungkin kau menggunakan kesempatan merusak batu wasiat itu, dengan demikian bukankah berarti aku repot tanpa mendapat hasil apa-apa?"
"Cianpwee menghendaki cara bagaimana?"
"Mungkin aku terlalu khawatir, dengan sebetulnya nona ini setelah sembuh lukanya namun nyawanya masih tetap berada ditanganku, dengan satu pukulan tangan kosong saja sudah cukup aku mengirim dia kelain dunia."
Ho Hay Hong semakin curiga, ia tidak mengerti maksud dan tujuan dari ucapan orang tua itu. Tetapi sebentar kemudian mendadak sadar, orang tua itu sengaja menakut-nakuti dengan perkataan, tentunya dengan maksud supaya ia menurut perintahnya.


Kampung Setan Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan khawatir, aku bukanlah orang yang suka melanggar janji, cianpwee boleh turun tangan!" demikian ia berkata.
Hoa chiu Hwa tho berjalan menghampiri lemari, dari dalam mengeluarkan sebuah peti kayu, dalam peti itu penuh obat-obatan. Ia mengambil beberapa rupa obat ramuan hingga sebentar kemudian dihadapannya sudah penuh tumpukan obat ramuan.
Obat ramuan itu dihancurkan olehnya sehingga menjadi bubuk, kemudian dari dalam ia mengambil sebuah perapian, obat itu dimasaknya.
Tidak lama kemudian, bau obat sudah memenuhi ruangan rumah itu, Ho Hay Hong kepalanya mendadak merasa puyeng, Hampir saja dia pingsan, dalam terkejutnya, ia buru-buru menutup jalan pernapasannya dan menggunakan kekuatan tenaga dalam mengusir keluar bau obat dari dalam tubuhnya
Hoa chiu Hwa tho dengan sinar mata dingin memandang padanya, kemudian berkata: "Bocah, kekuatan tenaga dalammu boleh juga, kalau orang lain, hm hanya bau obat itu saja sudah cukup membuatnya menyerah !"
Kembali dari dalam peti obat ia mengambil beberapa rupa obat-obatan dimasukkan kedalam panci obat yang sedang dimasaknya sebentar kemudian bau obat yang tebal itu telah lenyap.
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "setan tua ini benar-benar banyak akalnya, untung aku tadi sadar dengan cepat kalau tidak pasti sudah rubuh ditangannya."
Kini ia lebih berhati-hati menilik gerak-geriknya, karena ia khawatir orang tua itu akan menggunakan kesempatan untuk mencelakakan dirinya.
Sementara itu gadis berbaju ungu itu sudah tidak ingat orang sama sekali, nampaknya seperti sedang tidur nyenyak.
Ho Hay Hong yang menyaksikan Ho chiu Hwa tho repot masak obatnya, agaknya tidak menghiraukan orang yang sakit, hatinya merasa cemas, maka lalu bertanya:
"Cianpwee bolehkah aku numpang tanya, kapan kiranya obat itu bisa dimakan?"
"Tidak dapat ditentukan waktunya, mungkin sebentar lagi sudah masak, mungkin juga masih memerlukan waktu tiga jam lebih!" jawabnya hambar.
"Mana boleh jikalau racunnya bekerja sebelum obat datang, bukankah sangat berbahaya?"
"Tidak usah kau cemas, apakah aku Hoa chiu Hwa tho harus dipersulitkan oleh obat racun buatanku sendiri?"
Orang tua itu meniup-niup asap yang mengepul diatas panci obat. Lalu memeriksa obat yang dimasaknya, tiba-tiba mengambil kotak jarum emas jarum itu dimasukan ke dalam obat yang sedang dimasaknya lalu diangkatnya dan secepat kilat ditusukan kebeberapa bagian jalan darah diperut gadis itu.
Gadis itu seolah-olah tidak merasakan sama sekali, hampir seluruh jalan darah di sekujur badannya ditusuk oleh jarumnya, namun ia tetap masih dalam keadaan pingsan, tidak lama kemudian, Hoa-chiu Hwa tho berkata sambil menarik napas:
"Tindakan pertama sudah selesai, harus melalui dua kali perawatan saja sudah tidak menjadi soal."
Setelah itu tangannya mengambil beberapa ramuan obat lalu diborehkan diatas dada si gadis.
Beberapa saat lamanya Hoa chiu Hwa tho mengurut-urut tubuh gadis itu, jari tangannya dengan mendadak menotok salah satu bagian jalan darah diatas dada gadis itu.
Gadis itu menjerit dan tersadar, matanya tiba-tiba berlinang-linang, mulutnya berkata.
"Ho koko, aku tidak berbuat perbuatan itu, kau jangan salah paham!"
Mendengar ucapan itu, Ho Hay Hong terkejut, ia heran mengapa gadis itu mengucapkan perkataan demikian" Ketika mata gadis itu beradu dengan matanya sendiri, tiba-tiba ia merasa bahwa ia seperti dalam kebingungan, sehingga merasa malu sendiri.
Ho Hay Hong menduga gadis itu pasti sedang mengigau maka lantas berkata:
"Kau jangan bicara yang bukan-bukan, Hoa chiu Hwa tho cianpwee segera akan menyembuhkan lukamu."
Hoa chiu Hwa tho memperlihatkan jarum mas ditangannya kepada gadis itu seraya berkata.
"Tutup matamu!"
Gadis itu memejamkan matanya, Hoa hiu Hwa tho kembali menusukkan jarumnya diatas tubuh gadis itu, Gadis itu rupanya merasakan sakit, beberapa kali merintih, Ho Hay Hong tidak tega menyaksikan keadaan demikian, ia menundukan kepala dan mengalihkan pandangan matanya kebawah.
Dibagian yang bekas ditusuk oleh jarum itu nampak mengeluarkan asap hitam yang mengepul keluar dan buyar tertiup angin. Keadaan demikian itu berlangsung beberapa saat lamanya, wajah gadis itu perlahan-lahan tampak warna merah.
Hoa chiu Hwa tho mencabuti jarum-jarum yang berada ditubuh gadis itu kemudian berkata sambil menunjuk tanda hitam yang terdapat diujung jarum.
"Ini adalah racunnya ular berbisa yang usianya sudah ribuan tahun, racun semacam ini sedikit saja sudah cukup untuk membinasakan binatang buas seperti singa, harimau, banteng dan lain lainnya!"
"Apakah ia sudah sembuh sama sekali." bertanya Ho Hay Hong.
"Benar, sebentar lagi ia bisa bergerak dengan bebas!" jawab Hoa chiu Hwa tho, sambil berkata tangannya mengambil batu wasiat diatas meja.
Ho Hay Hong dengan cepat membalik belati ditangannya dan berkata dengan suara keras:
"Tunggu dulu, aku hendak menyaksikan dengan mata kepala sendiri keadaan setelah ia sembuh sama sekali."
Hoa chin Hwa tho dengan cepat menutuk jalan darah dileher gadis itu dan berkata dengan bingung:
"Bocah, apakah kau hendak melanggar janjinya?"
"Aku tidak percaya sepenuhnya padamu, harap tunggu sebentar, biar ia yang mengatakan sendiri."
Tidak lama kemudian gadis baju ungu itu melompat bangun, dengan bersemangat ia berkata kepada Ho Hay Hong:
"Ho koko, Ia benar-benar sudah menyembuhkan penyakitku!"
"Hoa chiu Hwa tho, batu wasiat ini sekarang menjadi milikmu, aku harap dalam hidupku ini tidak akan bertemu lagi denganmu!" berkata Ho Hay Hong. Ia lemparkan belati diatas meja, lalu bersama gadis berbaju ungu meninggalkan rumah bambu itu.
Hoa chin Hwa tho sambil memegangi batu wasiat bertanya kepada Ho Hay Hong:
"Dimana keponakanku sekarang?"
Gadis baju ungu yang mendengar pertanyaan itu tiba-tiba marah, Ho Hay Hong buru-buru menjawab:
"Keponakanmu yang rendah daripada binatang itu sudah kupukul dan mungkin sudah terluka parah, barangkali tidak lama lagi pasti akan datang minta pertolonganmu, nanti setelah bertemu muka kalian boleh bicara sendiri."
Sambil menarik ujung baju gadis baju ungu, Ho Hay Hong berkata padanya:
"Kau boleh coba lagi, benar atau tidak Hoa chiu Hwa tho sudah memenuhi janjinya."
Gadis baju ungu itu menganggukkan kepala sambil tersenyum, kemudian lompat melesat setinggi tiga tombak dan lari, Ho Hay Hong mengikuti dibelakangnya, dalam waktu sekejap mata dua muda-mudi itu sudah lari sejauh sepuluh pal lebih.
"Ho koko, aku benar-benar harus berterima kasih padamu oleh karena aku bukan saja kau sudah kehilangan barang wasiatmu bahkan turut bersusah hati!" berkata gadis itu.
Ho Hay Hong diam saja tidak menjawab, sedang pikirannya melayang kediri gadis kaki telanjang, entah bagaimana keadaannya. Mengingat gadis kaki telanjang, ia benar-benar merasa tidak enak lagi.
Dua orang lari dengan berdampingan, dengan waktu singkat sudah tiba dihadapan sebuah kelenteng tua yang sudah rusak keadaannya. Saat itu mereka sudah merasa lelah, haripun sudah malam pula. tempat itu yang tadi dijadikan tempat untuk mengadakan pertemuan orang orang dan tokoh tokoh rimba hijau, kini ternyata sudah sepi sunyi, tidak tertampak bayangan seorangpun juga.
Selagi Ho Hay Hong berdiri tertegun, pintu kelenteng mendadak terbuka dari dalam, tampak bayangan orang, hingga dua orang terkejut.
Orang itu setelah berada dihadapan mereka lantas berkata sambil tertawa dingin:
"Bocah, sudah lama aku menunggu, tak kusangka sampai sekarang kau baru tiba.
Gadis baju ungu itu mendadak berseru.
"Kau Tee soan hong Tok Bu Gouw?"
"Benar, kau heran?" jawab orang itu.
Ho Hay Hong bertanya dengan suara tenang:
"Tuan, ada keperluan apa?"
"Kalau kau pulang, kau beritahukan kepada It Jie Hui kam, Kay see Kim kong Hoa Hiong telah mengambil keputusan, tiga hari kemudian, akan memimpin anak buahnya menyerbu rumahnya." berkata Tee soan hong.
Ho Hay Hong terperanjat, sedangkan gadis baju ungu itu wajahnya pucat seketika, ia bertanya dengan perasaan terkejut: "Benarkah ucapanmu ini?"
"Seumur hidupmu aku belum pernah ngibul, percaya atau tidak terserah padamu sendiri, biar bagaimana aku sudah menunaikan tugasku untuk memberitahukan apa yang aku dengar dan aku rela membantu untuk kabarkan It Jie Hai kiam. Aku hanya mengharap agar It Jie Hui kiam tergerak hati nuraninya, supaya aku tidak menderita bathin seumur hidup." berkata Tee soan hong.
Sinar matanya yang bercahaya mendadak berkaca, dua butir airmata menetes turun.
Ho Hay Hong merasa tertarik oleh kejadian itu, ia maju menghampiri dan berkata:
"Katakanlah terus terang, kau dan dia siorang tua itu sebetulnya masih ada hubungan apa, mengapa kau berlaku demikian baik hati terhadapnya ?"
"Aku berlaku baik hati?" berkata Tee-soan hong sambil tertawa, "ha, ha, ha, kau tahu apa. Lekas pulang dan beritahukan kabar ini kepadanya, supaya lekas mengadakan persiapan." Dari pinggangnya ia membuka sebilah pedang panjang dan berkata pula: "Ujung pedang ini ada tanda dari darahku, tetapi aku bukanlah orang yang mudah dan sembarang an menuntut balas, dengan memandang muka It Jie Hui kiam, aku ampuni kau satu kali ini, Nah. ambillah."
Ho Hay Hong mengulurkan tangannya menyambuti pedang dari tangan Tee soan hong, ia masih mengenali bahwa pedang itu adalah pedang yang ia dapat pinjam dari tangan gadis baju ungu, yang kemudian digunakan untuk menyerang orang itu.
"Bagaimana kau tahu pedang ini kutitipkan kepada mereka?" demikian ia bertanya dengan heran.
"Mengapa aku tidak tahu" Hem, jangan banyak tanya lagi, pulanglah!"
Setelah berkata demikian, Tee soan hong lantas berlalu.
Ho Hay Hong yang tidak mendapat jawaban orang aneh. Oleh karena saat itu pikirannya merasa khawatir keselamatan It Jie-hui kiam, maka ia tidak bisa berlaku ayal, buru-buru mengajak gadis baju ungu pulang.
Pada saat itu, hari sudah menjelang pagi, ufuk timur sudah mulai terang. Ketika Ho Hay Hong tiba didepan rumah, sinar lampu didalam ternyata masih menyala, hingga menimbulkan keheranannya, ia bertanya-tanya kepada diri sendiri: "Apakah sudah terjadi apa-apa ?"
Dengan cepat dia maju dan menggedor pintu, tetapi pintu itu ternyata tidak terkunci hingga lantas terbuka. Apa yang dilihatnya didalam ruangan membuatnya terkejut, seketika ia berdiri tertegun.
Delapan anggota dari pasukan angin puyuh yang namanya menggemparkan daerah utara, masing-masing dalam keadaan lesu. sambil menundukkan kepala mereka duduk diatas kursi tanpa berkata apa-apa.
Sedang pakaian semua orang sudah robek tidak karuan macamnya, kecuali terdapat banyak kotoran tanah juga masih terdapat banyak tanda darah yang masih basah.
Beberapa diantaranya sudah di balut bagian kepala bahu. Lengan tangan atau paha, hampir tiada seorangpun yang utuh badannya. Dilihat sepintas lalu, orang sudah pasti menduga bahwa mereka habis melakukan pertempuran hebat dan mengalami kekalahan hebat pula.
It Jie Hui kiam duduk diantara mereka, wajahnya yang sudah keriputan yang biasanya ramah tamah nampak sedih, alisnya yang panjang dikerutkan, agaknya sedang berpikir keras.
Sedangkan Hud sim Totiang yang juga terdapat diantara mereka, dalam keadaan lesu jaga, hingga dalam ruangan yang luas itu tidak terdengar suara apa-apa.
Mata Ho Hay Hong mengawasi wajah setiap orang yang ada disitu, ketika pandangan matanya jatuh kewajah orang tua kurus kering, diam-diam ia merasa mendongkol. Ia teringat apa yang terjadi dalam pertemuan orang-orang rimba persilatan dimuka pekarangan kelenteng tua, ia merasa gemas ingin sekali segera mengumumkan rahasia orang tua itu, yang menjadi penghianat didalam tubuh golongan angin puyuh.
Tetapi sebelum membuka mulut pikirannya mendadak berubah, sebab bagaimanapun juga masih banyak waktu lagi hingga tidak perlu tergesa-gesa supaya tidak akan timbul kejadian yang tidak diingini.
Dibelakang orang tua kurus kering itu berdiri serombongan anak muda. Seperti juga yang lainnya, sikap mereka nampak tertawa. Tidak satupun yang membuka suara, hanya menganggukkan badan saja.
Ho Hay Hong tidak sabar lagi, ia segera membuka mulut bertanya:
"Apakah sebetulnya yang telah terjadi. Kepala Toako pasukan angin puyuh mengapa demikian lesu keadaannya, itu perbuatan siapa ?"
"Ai, panjang ceritanya" berkata Hud-tim Totiang sambil menghela napas panjang mendadak berubah nadanya, "Kalian berdua pergi kemana " Mengapa hingga sekarang hampir pagi hari baru pulang " Tahukah kamu kakek kamu lantaran ini sampai sangat gelisah ?"
Ho Hay Hong memandang kepada It ji Hui kiam, dalam hati merasa malu.
Khong Lio, salah satu anggota pasukan angin puyuh, bangkit dan berkata sambil tertawa getir:
"Belum lama berselang, muncul seorang tua aneh dengan tangan membawa sepasang kuali. Thian lam Lojin mendadak dipukul olehnya sehingga hancur tulang bahunya, dua kawan kita maju hendak menolong juga dipukul terluka olehnya. Orang tua aneh itu tinggi sekali kepandaian ilmu silatnya. Sifatnya sangat aneh. mengambil jiwa manusia mudah seperti memites semut, kita semua orang tidak satu yang sanggup melawan dirinya, dan akhirnya."
Orang itu berhenti dan menarik napas, selagi hendak melanjutkan keterangannya, telah didahului oleh Hud sim Totiang:
"Sudah, sudah, kau harus beristirahat dulu sebentar, nanti boleh cerita lagi."
Sekali berkata matanya tajam menatap wajah Kong lip, orang itu ditatap demikian rupa menundukkan kepala, tidak berani membuka mulut lagi.
Ho Hay Hong mendadak mendapat firasat bahwa tatapan Hud sim Totiang itu ada mengandung maksud dalam, seolah-olah tidak ingin dirinya mengetahui sampai jelas urusan yang telah terjadi itu, Diam diam ia merasa tidak senang karena perbuatan itu berarti memandang rendah dirinya.
Perasaan tidak senang itu lantas bergolak dalam hatinya, darah mudanya kembali menguasai dirinya, maka lantas berkata dengan suara nyaring:
"Dalam keadaan aman, bagaimana seperti siluman dan iblis dibiarkan berbuat seenaknya" Rasanya siapa pun ada hak untuk mengetahui urusan ini, jikalau Hud sim Totiang takut boanpwee mengetahui urusan tersebut, itu tidak apa. Boanpwee sanggup dengan mengandalkan kekuatan tenaga sendiri untuk menyelidiki jejak orang Itu, boanpwe bersedia dengan seorang diri dan tenaga kekuatan sendiri untuk menyelidiki jejak orang itu!"
"Apa sebetulnya yang telah terjadi mengapa para toako dari pasukan angin puyuh nampaknya semua kehilangan semangat" Perbuatan siapakah ini sebetulnya?"
"Hai, hal ini sangat panjang ceritanya." berkata Hud sim totiang sambil menghela napas panjang, dengan tiba-tiba nadanya berubah:
"Kalian berdua pergi kemana saja" Mengapa hampir pagi hari baru pulang, sehingga lo enghiong sangat gelisah, hampir semalam suntuk tak bisa tidur!"
Kata-katanya itu diucapkan dengan semangat menyala-nyala sehingga menarik perhatian semua orang yang ada disitu.
Gadis baju ungu juga tak dapat mengendalikan perasaannya, ia bertanya kepada It Jie Hui kiam:
"Kong kong, apalah sebetulnya telah terjadi, sehingga para toako kita berubah demikian rupa?"
"Anak-anak sebaiknya jangan mencampuri urusan orang tua." berkata It Jie Hui kiam sambil menghela napas.
"Kongkong benarkah kau masih anggap aku sebagai anak-anak" Andaikata aku tahu, apakah itu salah?" kata gadis baju ungu.
Ho Hay Hong teringat suara siulan yang panjang dan halus digunung Soat nian san. lalu bertanya.
"Mahluk tua yang aneh itu entah siapa namanya, menurut kabar yang tersiar dikalangan Kangouw agaknya sudah lama meninggal, Tak disangka ia masih hidup!"
Diam-diam ia perhatikan muka setiap orang yang ada disitu. Benar saja tampak olehnya wajah Hud sim Totiang agak berubah, maka ia sengaja berkata dengan nada suara gemas:
"Aku kira para toako dari pasukan angin puyuh pasti terjungkal ditangan mahluk aneh itu. Aku Ho Hay Hong bersumpah selama masih ada nyawa aku akan membersihkan kehinaan ini sekedar untuk menyumbang tenaga bagi rimba persilatan daerah utara."
Gadis berbaju ungu yang mendengar perkataan itu lantas berkata sambil tertawa.
"Ho koko benar-benar seorang gagah berani yang patut dibuat teladan!"
It-jie Hui kiam berkata dengan nada suara kurang senang:
"Hay Hong aku tidak suka kau mencampuri urusan ini. Aku khawatir kau masih terlalu muda dan berdarah panas, nanti menimbulkan akibat yang tidak baik."
Gadis baju ungu membantah: "Kongkong aku anggap seorang lelaki sudah semestinya bercita-cita besar, Ho koko justru menunjukan cita-citanya seorang lelaki jantan, apakah Kongkong ingin pendam cita-citanya sehingga untuk selamanya tidak unjuk muka?"
Kata-katanya itu diucapkan dengan nada suara lemah lembut yang sangat menarik sehingga menggerakkan hati Ho Hay Hong.
It Jie Hui kiam dengan perasaan tidak tenang menatap wajahnya sejenak, kebetulan beradu dengan sinar mata Ho Hay Hong yan menyala-nyala, sehingga dalam hati diam-diam terkejut. Mau tidak mau ia dipaksa menurut kehendaknya, maka lalu berkata sambil menghela napas:
"Baiklah, aku tak akan menghalangi kau mengetahui urusan ini, tetapi segala perbuatan harus dipikir dulu masak masak baru dilakukan,sehingga tidak sampai ada kesalahan!"
Hud sim Totiang diam-diam memberi isyarat pandangan mata kepada Khong Lip, maka Khong Lip lalu berkata:
"Benda pusaka itu adalah sebilah pedang pusaka yang terbuat dari emas murni. Oleh karena lama terpendam oleh salju diatas gunung, sehingga memancarkan sinarnya yang berkilauan, kita ketika menyaksikan pedang itu, rasanya agak mirip dengan pedang Kim mo Sin kiam yang pada seratus tahun berselang membuat Kim mo Taysu mendapat nama di kalangan Kangouw.
"Maka aku pesan kepada saudara sekalian supaya beramai-ramai mengambil benda wasiat itu, diluar dugaan kita Orang tua aneh itu tanpa berkata apa-apa lantas menyerang kita. ia memiliki kekuatan tenaga dalam yang sudah mencapai tingkat tertinggi, meskipun kita lawan dengan tenaga beramai, tetapi belum sepuluh jurus sudah jatuh ditangannya.
"Orang tua aneh itu sangat ganas dengan senjatanya ia mengobrak-abrik barisan yang dibentuk oleh orang dari perkumpulan Ceng gee-hwee, kemudian mengejarnya sehingga orang orang itu kucar-kacir.
"Setelah itu orang tua aneh itu dengan ilmunya menyedot dengan telapak tangannya telah berhasil memiliki pedang pusaka itu. Dengan demikian semua orang yang datang kegunung itu hendak mencari benda pusaka tersebut, terpaksa pulang dengan tangan hampa.
"Semua orang merasa heran, jelas bahwa orang tua itu mempunyai kepandaian dan kekuatan untuk membinasakan semua orang yang datang kesitu, tetapi ia tidak berbuat demikian, ia hanya menyerang dan membuat kucar-kacir semua orang lalu suruh orang-orang itu pulang."
Hud sim Totiang memandang Ho Hay Hong sejenak lalu berkata.
"Dia adalah Engsiu, pada enam puluh tahun berselang sudah menjagoi rimba persilatan daerah utara, Menurut apa yang ku ketahui ia keturunan seorang rendah, kepandaian ilmu silatnya didapatkan dari seorang aneh dari gunung Tiang pek san, kecuali pernah kalah ditangan kakek penjinak garuda, aku belum pernah dengar ada orang yang bisa mengalahkan padanya!"
"Kalau begitu Thian tie Lojin yang merupakan kepala dari lima orang kuat, juga bukan tandingannya?" bertanya gadis berbaju ungu.
"Memang tidak semuanya benar, kita harus tahu bahwa usia Eng siu jauh lebih tua beberapa puluh tahun daripada Thian tie Lojin. Waktu Eng sui namanya sudah terkenal dikalangan Kang ouw, dia masih merupakan satu anak kecil, sudah tentu tidak dapat disamakan dengannya!"
Orang yang mendengar jawaban itu sebagian besar merasa kurang puas, sebab mereka tidak dapat memastikan siapa yang lebih unggul dan lebih kuat diantara dua orang itu. Sementara itu gadis baju ungu bertanya pula:
"Apakah mereka berdua belum pernah mengadu kekuatan?"
"Tentang, ini kurang jelas bagiku. Aku hanya dengar berita bahwa Eng sui pernah kalah di tangan kakek penjinak garuda."
It Jie Hui Kiam tiba-tiba berkata: "Eng-siu dilahirkan dengan bentuknya yang aneh, tinggi badannya hanya delapan kaki, tetapi mulutnya lebar kepalanya besar, kumisnya seperti sapu lidi, sehingga mirip dengan Cho Po Ong, di jaman dahulu yang menitis lagi. Oleh karena kulit mukanya putih halus, maka orang-orang yang melihatnya, semua orang memberikan nama julukan padanya Eng siu! Permusuhan antara ia dengan kakek penjinak garuda aku mengetahui sangat jelas. Jikalau kalian ingin dengar, aku boleh ceritakan dari asal-usulnya?"
"Kongkong kau benar-benar pandai memutar lidah, lekaslah ceritakan!" berkata gadis baju ungu sambil tersenyum.
"Eng siu mempunyai sepasang saudara kandung, satu sama lain wajahnya sangat mirip sehingga tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya. Dahulu mereka bertiga berkelana didunia kang ouw sebelah utara, dalam waktu singkat namanya dapat menanjak. Sehingga orang-orang dunia kangouw memberikan julukan mereka tiga serangkai keluarga Ing."
"Oleh karena nama julukan itu dalam sebutan agak mirip dengan julukan kakek penjinak garuda, bagi orang biasa sering menyebut keliru. Hal itu membuat kakek penjinak garuda merasa tidak senang, dari daerah selatan ia memerlukan datang ke utara untuk mencari Eng siu, dan minta supaya merubah nama julukannya."
"Pada waktu itu justru nama "Eng Siu" sudah sangat terkenal didalam rimba persilatan, sudah tentu tidak menerima permintaannya itu. Dalam keadaan marah keduanya lantas bertempur diatas gunung Tiang Pek San. Seratus jurus kemudian akhirnya kakek penjinak garuda dapat mengalahkan Eng-siu !"
"Nama baik yang dipupuk selama itu oleh Eng siu, dalam waktu sekejap telah runtuh. Dia adalah seorang yang keras kepala, sudah tentu tidak mau menyerah begitu saja, ia lalu pergi mengasingkan diri kesuatu gunung yang sepi sunyi."
"Disana dengan tekun ia mempelajari ilmu kepandaian perguruannya yang terampuh. Beberapa tahun kemudian ia turun gunung mencari jejak kakek penjinak garuda."
"Antara dua musuh itu timbul pertempuran lagi, akhirnya ia masih dikalahkan oleh kakek penjinak garuda. Dalam marah dan malunya Eng siu hampir menyeburkan diri kedalam sumur."
"Akhirnya sepasang saudara kandung itu telah mengambil keputusan mengorbankan jiwa mereka untuk membantu saudara tuanya melawan kakak penjinak Garuda."
"Semula saudara yang kedua telah memusatkan seluruh kekuatan tenaganya ditelapak tangannya di salurkan kedalam tubuh Eng siu lalu ia sendiri menghabiskan jiwanya."
"Bersamaan dengan itu saudara yang termuda juga membunuh diri setelah menyalurkan seluruh kekuatan tenaganya kepada saudara yang tertua. Dengan demikian dalam waktu satu hari kekuatan tenaga Eng siu berarti bertambah tiga kali lipat."
Berkata sampai disitu It Jie Hui kiam menunjukkan perasaan kagum, begitupun semua orang yang mendengarkan juga tergerak hatinya oleh pengorbanan dua saudara Eng-siu itu.
It Jie Hui kiam melanjutkan ceritanya.
"Eng siu setelah mengubur jenazah dua saudaranya, tidak lama kemudian dengan terang-terangan menantang kakek penjinak Garuda.
"Dua musuh lama itu bertempur satu hari satu malam, sehingga tenaga mereka hampir habis, barulah Eng siu dikalahkan lagi oleh ilmu silat garuda sakti kakek penjinak garuda.
"Eng siu sangat sedih maka lantas membuang senjatanya dan berlalu. Tak disangka kalau Eng siu telah muncul lagi. Ai, rimba persilatan daerah utara nampaknya benar-benar akan menghadapi bencana besar, aku It Jie Hui kiam mungkin juga tidak dapat mempertahankan kedudukanku lagi."
Ho Hay Hong yang mendengar ucapan itu bukan kepalang terkejut, ia buru-buru berkata:
"Kongkong harap jangan menempuh bahaya, aku."
Suatu pikiran yang terlintas dalam otaknya, ia lalu bertanya :
"Kongkong bukankah pernah mengatakan hanya ilmu silat garuda sakti yang dapat menundukkan orang tua itu?"
"Benar, untuk apa kau menanyakan soal ini?"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Aku ada membawa salinan kitab ilmu garuda sakti itu apakah memuat ilmu garuda sakti, jikalau benar ada memuat ilmu silat itu, segala persoalan akan menjadi beres."
Diluarnya ia masih tenang-tenang saja tidak berani menunjukkan sikap apa-apa, jawabnya:
"Tidak apa-apa, aku hanya menanyakan saja."
"Saudara tulang-tulangku yang sudah tua ini kalau tidak patah juga akan karatan, aku mati tidak apa apa hanya kamu semua yang masih muda belia, yang masih mempunyai hari depan yang cerah, bagaimana boleh terlibat dalam pertikaian ini?" berkata It-jie Hui kiam sambil menghela napas panjang.
Pada waktu itu perasaan semua orang telah terpengaruh oleh ucapan It Jie Hui kiam terutama gadis baju ungu yang menampak kongkongnya demikian sedih, air matanya mengalir keluar.
Ho Hay Hong tidak berani melaporkan lagi tentang maksud Kay see Kim kong yang hendak menggempur pasukan angin puyuh, lebih-lebih kalau ia menceritakan itu semua, itu berarti memberi pukulan hebat kepada bathin orang tua itu.
Tetapi kalau hal itu tidak dilaporkan apabila Kay see Kim kong datang menyerbu serumah tangga It Jie Hui kiam pasti terancam, Ho Hay Hong mengerti bahwa dengan kekuatan tenaganya sendiri tidak sanggup menahan serangan musuh, maka saat it ia menjadi sangat bingung.
Dilain pihak orang tua kurus kering yang sejak tadi duduk diam itu telah membuka mulut:
"Lo enghiong tidak perlu terlalu gelisah. Eng-siu adalah orang yang jujur, kalau orang tidak mengganggu dirinya sudah tentu ia tidak akan mengganggu kita !"
"Ini bukan suatu saran yang baik, aku It Jie Hui kiam adalah seorang pemimpin, yang oleh semua orang sudah dianggap sebagai ketua dari golongan persilatan yang menegakkan kebenaran, yang tujuannya membasmi kejahatan membantu rakyat yang lemah."
"Jikalau lantaran omongan Eng-siu lalu merobah cita-citaku, bukankah kau akan menjadi tertawaan orang banyak?" berkata It Jie Hui kiam sambil menggelengkan kepala.
"Eng sin muncul lagi, pasti akan menimbulkan kekacauan. kita tidak boleh tinggal diam." berkata Hud sim Totiang.
Orang tua kurus kering itu berkata pula: "Totiang jangan anggap siaotee seorang penakut. Sebetulnya orang-orang dari perkumpulan Ceng gie hwee dan pasukan angin puyuh sudah mengalami sendiri, kita melawan juga tidak ada gunanya."
Ho Hay Hong yang mendengarkan lantas naik pitam. Dengan pandangan matanya yang merah membara ia menatap wajah orang tua itu lalu berkata dangan suara keras:
"Musuh datang harus kita lawan, sudah seharusnya, Eng siu belum tentu merupakan orang yang mempunyai tiga Kepala dan enam tangan, mengapa kita harus takut padanya?"
Gadis berbaju ungu segera menunjang pendapat Ho Hay Hong, ia berkata:
"Betul, ucapan Ho koko sedikitpun tidak salah, kita tidak perlu takuti"
It Jie Hui kiam lantas berkata:
"Hay Hong, dengarlah kata-kataku, jangan terlalu mengandalkan kegagahanmu sendiri!"
Ho Hay Hong mengerti perasaan orang tua itu. ia berjalan menuju kedalam sambil menundukan kepala.
It Jie Hui kiam tiba-tiba merasa bahwa pemuda itu keras kepala, tidak mudah dielus, mirip sekali dengan ayahnya
Didalam kamarnya ia memasang pelita, dari dalam sakunya mengeluarkan salinan kitabnya Ilmu silat garuda sakti. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ia buru-buru menyimpannya lagi kitabnya kedalam saku, baru berkata:
"Masuk!"
Gadis berbaju ungu mendorong pintu kamar dan melangkah masuk. Katanya dengan suara sedih:
"Kau marah terhadapku?"
Ho Hay Hong terkejut, "Aku tidak ada itu maksud."
"Kalau begitu mengapa dengan mendadak kau meninggalkan aku dan masuk ke kamar?"
Ho Hay Hong baru hendak menjawab: "Ini ada hubungan apa denganmu?" tetapi belum lagi diucapkan mendadak melihat mata gadis itu sudah basah dengan air mata sikapnya sangat menyedihkan.
Seketika itu dipertahankan sekuat tenaga, tangan gadis itu ditariknya dan dipeluk erat-erat.
Ia merasakan bahwa tangan gadis dalam pelukannya itu gemetaran, jantungnya berdebaran.
Gadis baju ungu itu mandah dipeluk, airmata kegirangan mengalir keluar, tapi ia tidak berkata apa-apa.
Ho Hay Hong merasa menyesal atas tindakannya yang sudah meninggalkan gadis itu sendirian, maka ia berkata sambil menundukkan kepala:
"Maafkan aku, aku sangat menyesal atas perbuatanku."
Tanpa berkata apa-apa, gadis baju ungu memutar tabuh dan lari keluar dari kamar.
Tinggal Ho Hay Hong duduk seorang diri menghadapi pelita, pikirannya melayang jauh.
Ia mulai tidak berani menghadapi kenyataan, ia sesalkan dirinya sendiri bahwa dahulu sudah jatuh cinta kepada gadis kaki telanjang, sehingga kini ia tidak berani menyatakan cintanya dengan terus terang kepada gadis dihadapan matanya.
Ia tertawa masam, membiarkan perasaan kasihnya terpendam dalam lubuk hatinya.
Ia mengeluarkan lagi kitab dari dalam sakunya mulai dibuka lembarannya. Lembaran pertama terdapat tulisan dengan kata-kata:
"Barang siapa yang hendak masuk menjadi golonganku, lebih dahulu harus melakukan upacara hikmad. berlutut menghadap arwah Hay thian Kow yan Couwsu."
Sebagai seorang jujur, Ia lantas menghadap kearah timur dan berlutut. Dengan sangat hormat sekali ia memanggutkan kepalanya sampai tiga kali, setelah itu, ia baru bangkit dan membuka lagi lembaran yang kedua.
Dalam lembaran yang kedua itu terdapat tulisan yang berbunyi :
"Haythian Kow-yan dengan sifat-sifatnya yang kasar dan bodoh, tulang-tulangnya yang buruk, belajar ilmu silat: Orang banyak pada mengatakan padanya: kayu rapuh bukanlah bahan yang baik untuk diukir. Tetapi akhirnya ia berhasil ! Kepandaian ilmu silatnya yang luar biasa, telah menggemparkan dunia rimba persilatan. Apakah ini suatu kemujijatan" Bukan, melainkan rajin dan tekun belajar!"
Ho Hay Hong mengangguk-anggukkan kepala dan berkata sendiri. "Benar, kalau rajin segalanya akan tercapai!"
Lembar ketiga ditulis :
"Orang yang mempelajari ilmu silat, hingga lupa makan dan lupa tidur, rajin belajar seumur hidup, apa benar ada hasilnya. Kataku tidak, pada akhirnya tulang-tulangpun tiada, yang ada hanya semangatnya."
Lembar keempat ditulis:
"Ketika aku mengarungi lautan Timur, aku lihat sebuah tumbuhan rumput aneh yang tumbuh diatas gunung yang tinggi kira-kira ratusan tombak. Menurut orang-orang daerah situ, rumput it namanya Hee lang, tetapi nama sebenarnya adalah Chiu oey. Maka itulah, apa yang benar dan apa yang salah dalam rimba persilatan kalau orang yang mengatakan benar ya benar, orang mengatakan salah ya salah. Apa yang dikatakan benar sebetulnya salah. Manusia terutama harus bisa menghargai dirinya sendiri."
Tulisan-tulisan yang terdapat dalam lembaran-lembaran selanjutnya, juga merupakan kata-kata mutiara, yang mungkin cuplikan dari sana sini.
Ho Hay Hong merasa agak kecewa, apa lagi setelah membaca sekian banyak, masih tidak menemukan pelajaran ilmu silat yang sedang dicari. Maka ia mulai putus asa.
Dengan tangan gemetaran ia membaca selembar demi selembar, sementara itu pikirannya teras diliputi olah kekhawatirannya.
Ketika membaca sampai di bagian hampir penghabisan diri kitab itu matanya tiba-tiba menemukan tulisan dengan kata-kata:
"Lima Gerakan ilmu Garuda Sakti."
Wajahnya berubah seketika dalam kegirangannya, ia segera bangkit dan dengan bersemangat ia baca berkali-kali kalimat itu, seolah-olah takut akan menghilang dari depan matanya.
Lama sekali ia baru membuka lembaran berikutnya, lalu lembaran itu hanya terdapat lukisan lima orang.
Dengan penuh perhatian ia memperhatikan lukisan dari bentuk gerak-gerik orang dalam berbagai rupa, disamping setiap lukisan terdapat sebaris tulisan huruf kecil, yang merupakan penjelasan dari gerak gerik tipu silat itu.
Ia tidak sempat membaca dengan teliti diluar pintu terdengar suara tindakan kaki orang, buru-buru ia menyimpan kitabnya dan membuka pintu kamar. Orang yang datang itu adalah It-jie Hui kiam.
"Kau masih belum tidur?" tanya It ji Hui kiam.
"Pikiranku sedang kalut, hingga tidak bisa tidur!?" jawab Ho Hay Hong.
It Jie Hui kiam mengulurkan tangannya mengusap usap rambut kepalanya dan berkata dengan suara lemah lembut!
"Ho Hay Hong aku suruh kau jangan sok berlagak gagah-gagahan, karena ini semata-mata hanya untuk kepentinganmu dikemudian hari, mengertikah kau maksudku?"
"Aku tahu Kongkong sangat memperhatikan diriku, tapi...."
It Jie Hut kiam menggelengkan kepala dan memotong ucapannya.
"Tidak perlu kau menjelaskan, aku telah mengambil keputusan besok suruh kau pergi ke daerah selatan untuk mengungsi sementara waktu!"
"Aku tidak ingin pergi, aku hendak berdiam disini mengawani Kongkong!" berkata Ho Hay Hong cemas.
"Anak kau jangan menuruti kemauanmu sendiri, benarkah kau hendak mengorbankan hari depanmu yang gilang gemilang?"
"Tidak aku kira ini justru waktunya unjuk diri!"
It Jie Hui kiam kala itu yang menyaksikan sikap Ho Hay Hong yang demikian teguh, perasaannya mendadak mendelu, ia berkata:
"Dalam rumahku ini hanya kau seorang anak laki-laki, sekalipun kau tidak memikirkan dirimu sendiri, setidak-tidaknya juga harus memikirkan keluargaku?"
"Kongkong, teras terang aku beritahukan padamu, kau masih ada seorang cucu lain laki-laki yang masih hidup, dia adalah murid kepala Lam kiang Tay bong Tang siang Sucu!"
Menyebut diri Tang siang Sucu, dalam hatinya lantas timbul pertentangan sendiri, karena perbuatan dan sepak terjang Tang siang Sucu. Ia seharusnya tidak boleh mengakui sebagai saudaranya sendiri, tetapi dilain pihak perasaan lain mencegahnya ia berlaku demikian.
It Jie Hui kiam membelalakkan matanya dan bertanya dengan suara kaget:
"Benarkah" Lam kiang Tay bong selamanya tak akur dengan kakek penjinak garuda, mengapa ia mau pungut Tang siang Sucu sebagai murid?"
"Mungkin ia hendak menggunakan itu untuk memaksa kakek penjinak garuda, Dari mulut Chim kian Sianseng aku dapat tahu tentang itu, Lamkiang Tay-bong dahulu adalah Lam kie Gwat cu."
Wajah It Jie Hui kiam nampak guram, agaknya sedang memikirkan apa apa lama tidak bisa bicara.
Ho Hay Hong yang telah mengetahui bahwa dalam kitab yang ia bawa ada memuat pelajaran ilmu silat garuda sakti, maka nyalinya semakin besar, tanpa ragu-ragu sedikitpun juga ia berkata.
"Kongkong, masih ada suatu hal aku belum beritahukan padamu, aku dengar Tee soan hong, Tok Bu Gouw kata, Kay see Kim kong tiga hari kemudian hendak pimpin anak buahnya untuk datang menyatroni kemari?"
Wajah It Jie Hui kiam berubah seketika, lama baru bisa berkata:
"Apa" Ucapan itu keluar dari mulut Tee-soan hong?"
Menggunakan kesempatan itu Ho Hay Hong bertanya:
"Kongkong, siapakah sebetulnya dia itu?"
"Kau jangan tanya aku, dikemudian hari kau jangan perhubungan dengannya mengerti?"
Perasaan curiga Ho Hay Hong semakin tebal, namun ia tidak berani bertanya langsung, maka lalu berkata:
"Dia minta kepada Kongkong mempunyai belas kasihan, supaya lekas memberitahukan padanya dimana jejak anaknya sendiri, agar ia tidak menderita hatin seumur hidup. Kong kong kau tahu jejak anaknya tetapi mengapa tidak mau memberitahukan padanya" Aku melihat orang itu meskipun luarnya seperti buas dan tidak aturan tetapi sifatnya baik. Jikalau tidak ia tentu tidak akan memberitahukan padamu tentang maksud Kaysee Kim-kong yang hendak datang menyerbu!"
"Hay Hong. kau jangan coba membela dirinya lagi orang itu adalah seorang rendah yang tidak tahu malu, segala kejahatan ia bisa lakukan, maka kau jangan dekat dengannya!"
Karena matanya tajam menatap Ho Hay Hong demikian rupa, maka Ho Hay Hong terpaksa menurut namun dalam hati tetap tidak mengerti mengapa orang tua yang sabar dan baik hati itu begitu membenci kepada Tee soan hong.
Ia tidak ingin kakek luarnya itu tidak senang dan marah, maka lantas mengalihkan pembicaraannya ke lain soal:
"Aku lihat orang tua kurus kering itu bukanlah seorang yang baik orang itu luarnya sudah menunjukkan sifatnya yang licik. Kongkong harus berhati hati sedikit terhadapnya, jangan sampai terjebak akal muslihatnya."
It Jie Hui kiam kaget, "Ho Hay Hong, apakah sebetulnya yang telah kau lihat?"
Dengan suara sangat perlahan Ho Hay Hong menceritakan semua apa yang telah disaksikannya dihadapan kelenteng tua itu kepada kakeknya, It Jie Hui kiam lantas berkata sambil tertawa:
"Hay Hong kau pasti salah lihat!"
"Tidak, orang itu benar adalah dia, sedikitpun aku tidak salah lihat!"
"Aku tahu adatmu keras, kau pasti tidak mau mengaku salah kau harus tahu bahwa Kong locianpweemu itu sudah mengikuti aku banyak tahun, belum pernah terjadi sesuatu dengan dirinya, tidak mungkin karena kedatanganmu ini lantas begitu kebetulan ia berubah. kau jangan anggap lantaran diluarnya kelihatannya seperti orang licik, kau lantas menganggap keliru terhadap sifatnya !"
Karena melihat kakeknya itu tetap tidak mau percaya, maka ia tidak mau berkata apa apa lagi.
"Kau tidurlah! Kongkongmu juga perlu beristirahat." berkata It Jie Hui kiam.
Ho Hay Hong mengantar keluar kakeknya, kemudian balik lagi kedalam kamarnya dan mengeluarkan lagi kitabnya. Dibawah sinar pelita, ia mulai mempelajari dengan tekun ilmu silat yang sudah lama menjadi idamannya itu.
Semalam suntuk ia tidak mendapat kesempatan untuk mengaso, meskipun merasa agak letih, tetapi karena bahaya sudah berada didepan matanya, ia menggertakkan gigi, untuk menelan rasa kantuknya.
Waktu matahari pagi muncul, ia tidak melihat lagi gadis baju ungu, entah kemana ia pergi.
Ia telah mengambil keputusan tidak akan meninggalkan rumah itu setapakpun juga. karena rumah tangga keluarga kakeknya sedang menghadapi ancaman bahaya, maka siang malam ia terus mempelajari ilmu silat garuda sakti tanpa mengaso.
Disamping itu ia diam-diam juga mengawasi gerak-gerik orang tua kurus kering itu, tetapi penghianat yang sangat licin itu: Gerakkannya tetap seperti biasa, sedikitpun tidak menunjukkan tanda-tanda yang mencurigakan, betul-betul merupakan seorang Kang-ouw kawakan yang sangat berbahaya.
Dalam waktu satu hari satu malam, ia sudah berhasil memahami dua rupa gerakan, lalu mulai mengadakan latihan diruangan kamar dalamnya.
Pada hari berikutnya, ketika ia berada diluar, ia telah menyaksikan adanya perubahan yang tidak wajar. Orang-orang yang berada didepan rumahnya yang dahulu biasanya adalah pedagang pedagang biasa, kini mendadak datang rombongan orang-orang kasar seperti dari kawanan penjahat.
Orang-orang itu berjalan sambil menundukkan kepala, walaupun demikian, tokh tidak merobah sifatnya, air mukanya yang buas dan kejam tidak dapat ditutupi.
Ho Hay Hong dalam hati berpikir: "Orang-orang ini pasti rombongan yang dikirim oleh Kay-see Kim kong untuk menyelidiki keadaan rumah kakeknya."
Dilain fihak, It-jie Hui kiam juga mengundang banyak kawan-kawannya yang masih asing bagi Ho Hay Hong, orang-orang itu yang melihat Ho Hay Hong masih muda belia, ketika ia sedang melatih ilmu silat dengan membuka baju luarnya, tiada satupun yang ambil perhatian dirinya.


Kampung Setan Karya Khulung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ho Hay Hong sedikitpun tidak ambil pusing, ia masih tetap bertekun melatih ilmu silatnya garuda sakti.
Karena beberapa malam ia tidak pernah tidur, maka matanya agak merah. It Jie Hui kiam yang menyaksikan itu segera menitahkan padanya supaya menghentikan latihannya.
Ho Hay Hong meskipun menerima baik perintah kakeknya, tetapi ketika berada di kamarnya, ia masih terus melanjutkan latihannya.
Gerak tipu yang ketiga berhati! dipahami diwaktu lohor bukan kepalang capainya, hingga sore itu juga ia melanjutkan pelajarannya digerak tipu ke empat.
Ilmu silat garuda sakti itu nampaknya sangat sederhana, hanya terdiri dari lima macam gerak tipu, tetapi setiap gerak ada mengandung perobahan gerak tipu yang sangat luas sedikit kesalahan juga membawa kegagalan total, inilah yang membuat Ho Hay Hong yang pintar dan cerdas itu merasa sulit.
Gerak tipu keempat berhasil juga dipecahkan setelah memikir hampir setengah malam, dalam keterangannya ia berlatih didalam kamarnya hingga meja kursi dalam kamarnya banyak yang hancur berantakan oleh pukulannya.
Hari ketiga pagi-pagi sekali, ia sudah merasa terlalu letih maka ketika duduk di atas pembaringan ia lantas tertidur.
Entah beberapa lama ia tertidur telinganya tiba-tiba mendengar suara orang memanggil:
"Hokoko, Hokoko, kau lekas bangun!" Dengan pikiran masih belum sadar betul-betul ia membuka matanya dan bertanya: "Ada urusan apa?"
Orang yang memanggil padanya itu bukan lain daripada gadis berbaju ungu yang selama beberapa hari itu ia belum pernah melihatnya.
Ketika Ho Hay Hong melihatnya lalu bertanya.
"Selama beberapa hari ini kemana kau pergi?"
Gadis itu tiba-tiba saja berseru kaget: "Ah. bukan saja matamu begitu merah, suaranya juga tidak berubah."
Ho Hay Hong waktu itu tidak melihat bahwa udara sudah gelap, maka dalam hatinya berpikir. "Waktu aku tertidur, aku ingat hari masih pagi sekali, apakah aku sudah tidur satu hari lamanya?"
"Kongkong suruh aku pergi kedaerah selatan untuk mengungsi, aku dipaksa sehingga tidak berdaya sama sekali, tetapi." berkata gadis itu, wajahnya mendadak menjadi merah. "Tetapi aku ingat kau masih berada di sini, aku merasa berat maka aku memaksa pulang."
Mendengar ucapan itu hati Ho Hay Hong sangat tergerak. Lama tak dapat ia berkata apa-apa.
Semula ia mengira gadis itu marah dan menjauhkan diri dari padanya, tak disangka gadis itu bukan saja tidak menyesalkan perbuatannya yang tidak sopan sebaliknya menunjukkan cinta kasihnya sedemikian dalam, dengan berani ia datang mengunjungi meski pun tahu bahwa dirinya sedang menghadapi bahaya. Cinta kasih yang ditunjukkan oleh gadis itu sesungguhnya sangat mengharukan.
"Apakah Kongkong mu tahu kalau kau kembali?" demikian ia bertanya.
"Aku masuk dari pintu belakang, kecuali kau, aku kira tidak ada orang lain yang tahu! Kongkong mengira pasti aku sudah pergi jauh ke daerah selatan, ia tentu tidak menyangka aku sekarang ini masih berada disini, Kalau ia tahu, entah bagaimana marahnya!"
"Aku pikir hendak sembunyikan dulu, tetapi dimana harus kusembunyikan supaya jangan sampai ketahuan orang luar?"
"Aku pikir gudang belakang itu paling baik. asal pesan yang menjaga pintu jangan berkata apa-apa, siapa pun tidak bisa tahu!"
"Baiklah kau berdiam disana untuk beberapa hari, setelah urusan selesai, aku nanti datang menjemput kau!"
Gadis itu menganggukkan kepala dan tersenyum, setelah itu dengan sekali enjot ia sudah melesat melalui lobang jendela.
Ho Hay Hong dengan semangat yang baru mulai mempelajari gerak tipu kelima.
Baru saja lewat jam tiga malam, ia sudah berhasil memahami seluruhnya. Dengan semangat menyala-nyala ia mengadakan latihan di tengah lapangan.
Latihan itu menimbulkan perasaan takjub dan kaget baginya, karena setiap gerak kaki dan tangannya, selalu menimbulkan hembusan angin demikian hebat, sehingga tempat disekitar lima tombak, pasir-pasir dan batu-batu pada berhamburan dan beterbangan.
Esok tengah hari. It Jie Hui kiam telah mengutus orang untuk panggil padanya. Ia menemui kakeknya diruangan tamu, disitu sudah berkumpul tujuh atau delapan orang-orang rimba persilatan yang masih asing baginya. Mereka itu menunjukkan sikap sangat serius, tiada sepatah kata keluar dari mulut masing-masing.
Dari keadaan dan sikap orang-orang itu, ia telah menduga bahwa bahaya telah mengancam, maka ia juga tidak berani membuka mulut. Menurut perintah kakeknya, ia duduk disisinya.
Saat itu ia baru melihat bahwa diatas meja persegi, terletak sebuah sampul merah yang dikirim oleh Kay see Kim kong. dibawah nama Kay see Kim-kong masih terdapat beberapa nama yang ditulis dengan huruf kecil, hingga tidak dapat dilihat olehnya.
Hud sim Totiang mulai memecahkan kesunyian itu dengan kata-katanya:
"Ucapan Ho siauwhiap pada beberapa hari berselang, kini telah menjadi kenyataan. Tadi Kay see Kim kong telah mengutus anak buahnya untuk mengirim surat tantangan, tidak lama lagi barangkali akan disusul oleh pasukan perangnya. Pinto minta supaya saudara saudara tetap berlaku tenang, kita lihat dahulu kekuatan musuh, barulah mengambil keputusan!"
Pada waktu itu orang tua kurus kering itu keluar dari dalam ruangan membawa minuman teh. Dengan sikapnya yang sopan ia menganggukkan kepala kepada setiap tamunya, kemudian memberikan setiap tamunya secangkir teh.
Ho Hay Hong yang selalu waspada dan memperhatikan segala gerak-gerik orang tua itu, ketika itu, dapat melihat bahwa sinar mata orang tua itu mengandung napsu membunuh, maka tergeraklah hatinya, ia khawatir bahwa dalam teh itu ada racunnya.
Pikiran itu hanya sepintas lalu terlintas dalam otaknya, tatkala melihat It Jie Hui kiam mengangkat cangkir mempersilahkan para tetamunya minum, tangannya segera bergerak menyampok cangkirnya hingga jatuh ketanah.
Perbuatan Ho Hay Hong itu menimbulkan kericuhan dengan sorot mata terheran-heran semua orang memandangnya. Sedang It-jie Hui kiam tidak menyangka bahwa cucunya berani melakukan perbuatan yang memalukan dirinya, maka seketika itu ia lantas marah dan katanya:
"Ho Hay Hong, apa maksudnya perbuatanmu ini ?"
"Dalam air teh ini ada racunnya, tidak boleh diminum!" jawab Ho Hay Hong.
Jawaban ini kembali mengejutkan dan mengherankan semua orang sementara orang tua kurus kering itu lantas berkata dengan nada suara dingin:
"Apa maksudnya ini" Kau harus tanggung jawab dengan ucapanmu ini!"
"Kau masih hendak menyangkal" Hari ini aku akan membuka kedokmu dihadapan orang banyak, tahu!" Kata Ho Hay Hong.
Orang tua itu masih tetap berlaku tenang, ia berkata kepada It-jie Hai kiam sambil tertawa sinis:
"It Jie Hui kiam lo enghiong, apakah ini adalah perintahmu?"
It-jie Hui kiam membentak kepada Ho Hay Hong dengan suara keras:
"Hay Hong mengapa kau mengacau di sini" Lekas keluar!"
Ho Hay Hong sudah bertekad hendak membuka kedok orang tua itu, maka ketika mendengar perintah kakeknya ia tidak keluar, sebaliknya malah berjalan menghampiri orang tua kurus kering, lalu berkata padanya dengan nada suara dingin:
"Manusia licik yang sangat rendah martabatnya, kau benar-benar sungguh pandai main sandiwara, jikalau perbuatanmu yang kau unjukkan dihadapan kelenteng tua, benar-benar juga akan kau kelabui Sekarang tidak perlu banyak bicara, aku tanya padamu, beranikah kau mengeluarkan apa yang kau simpan dalam sakumu, untuk diperlihatkan kepada orang banyak!"
Orang tua itu marah, ia berkata kepada It Jie Hui kiam:
"It Jie Hui kiam, sudah bertahun-tahun aku mengabdi kepadamu, aku anggap selama itu sudah cukup berlaku setia membela dirimu, tak disangka cucumu ini demikian kasar perlakukan diriku, apakah ini peraturan dalam rumah tanggamu?"
Dengan wajah merah padam It Jie Hui-kiam memerintahkan anak buahnya supaya menangkap Ho Hay Hong dan dihukum rotan lima puluh kali.
Delapan pasukan Angin puyuh segera bergerak hendak menangkap Ho Hay Hong, tetapi Ho Hay Hong menyapu dengan dua tangannya, seraya berkata dengan suara keras.
"Tunggu dulu!"
-ooo0d-w0ooo- Bersambung Jilid 18
Jilid 18 KARENA gerakan tangan Ho Hay Hong itu mengandung hembusan angin demikian hebat, delapan orang dari pasukan angin puyuh yang setiap orang sudah merupakan orang-orang yang banyak pengetahuan dan pengalaman, tidak berani mendekati anak muda itu, semua lompat mundur dan membatalkan maksudnya hendak menangkap.
Ho Hay Hong dengan hawa amarah yang sudah meluap, telah berkata dengan suara keras sambil menuding orang tua kurus kering:
"Kau sebetulnya berani mengeluarkan benda dalam sakumu untuk diperlihatkan pada orang banyak atau tidak?"
"Jikalau barang yang kukeluarkan dari dalam sakuku tidak cukup untuk membuktikan kesalahanku, bocah, kau mau apa lagi." berkata orang tua kurus kering itu sambil tertawa dingin.
"Kalau memang begitu, aku akan mengutungi kedua tanganku sendiri sebagai hukuman rumah tangga!"
Tindakan dari perkataan Ho Hay Hong itu, sangat menarik semua perhatian orang, It Jie Hui kiam berkata dengar suara gusar:
"Hay Hong, apakah kau sudah gila?"
Hud sim Totiang lantas bangkit dan berkata:
"Hay Hong berani berbuat dan mengeluarkan perkataan demikian, pasti mengetahui benar sebab musababnya, aku bersedia menjadi wasit antara kalian berdua!"
Orang tua kurus kering itu lantas berkata:
"Baik, begitulah kita tetapkan."
Sehabis berkata, ia lalu mengeluarkan semua isi barang dalam sakunya, diletakkan diatas meja.
Pada waktu itu, semua orang pada berdiri dengan mata ditujukan keatas meja, barang-barang itu hanya terdiri dari barang yang tak berarti, antaranya sepotong sapu tangan, tiga tail uang perak recehan, sebuah cermin kecil dan sebungkus obat bubuk tetapi tidak ada tanda perintah Ngo jiauw leng.
Ho Hay Hong yang menyaksikan itu agak terkejut, ia bertanya kepada diri sendiri apakah tanda perintah itu sudah disembunyikan"
Hudsim Totiang yang bertindak sebagai wasit, saat itu juga mengulurkan tangannya merogoh kedalam saku orang tua itu, kemudian berkata sambil menggelengkan kepala: "Kecuali barang-barang ini, sudah tidak ada barang lain. Hay Hong coba kau ceritakan apa yang telah kau lihat!"
Orang tua kurus kering itu berkata: "Sekarang katakanlah, barang yang mana yang kau anggap merupakan bukti kesalahanku" Jikalau kau tidak menjelaskan duduk perkaranya, kau harus menepati janjimu mengutungi sepasang lenganmu sendiri!"
Pada waktu itu, keadaan mendadak berubah besar, Ho Hay Hong yang menganggap akan dapat membuktikan kesalahan orang tua itu, sekarang berbalik tidak menguntungkan pihaknya sendiri, sebagai tanda perintah Ngojiauw ling tidak terdapat dalam saku orang tua itu. Maka ia lantas berpikir:
"Apakah Kay see Kim kong belum mengembalikan padanya" Tidak mungkin, aku telah menyaksikan sendiri Kay see Kim kong diam-diam sudah mengembalikan tanda itu. tetapi mengapa sekarang tidak ada?"
It Jie Hui kiam agaknya dapat memahami maksud Ho Hay Hong, diam-diam ia merasa sedih, karena satu-satunya cucu yang diharapkan akan mengangkat nama baiknya, sekarang telah menghadapi kesulitan, sebentar lagi akan kehilangan dua tangannya.
Orang-orang rimba penilaian selalu menghargai dan menjunjung tinggi kepercayaan, setiap ucapan yang sudah dikeluarkan tidak boleh ditarik kembali, baikpun ia seorang yang berkedudukan tinggi, juga tidak boleh membela keluarganya yang salah dihadapan orang banyak.
Sementara itu orang tua kurus kering itu terus mendesak dengan kata-katanya:
"Lekas jawab, jikalau tidak kau harus lekas buntungi lengan tanganmu sendiri!"
Ho Hay Hong diam-diam berpikir: "Jika aku melanggar janji, pasti akan membuat nama baik kakekku tercemar."
Oleh karena berpikir demikian maka ia lantas berkata dengan tegas.
"Baik, hari ini aku jatuh ditanganmu, hitung-hitung nasibku yang sial, tetapi kau juga jangan merata bangga lebih dulu, kau harus tahu bahwa kalau kau menghendaki orang lain tidak tahu perbuatanmu, janganlah kau berbuat. Mengenai kedokmu cepat atau lambat pasti akan terbuka!"
Ho Hay Hong sudah menghunus pedangnya, pedang itu sudah akan digunakan untuk menebas lehernya sendiri, dengan tiba tiba, salah seorang dari tiga kakek tua mendadak mengeluarkan suara jeritan, kemudian jatuh roboh ditanah.
Ketika semua mata orang-orang yang disitu dengan heran dialihkan kepadanya, orang itu ternyata sudah binasa dengan mengeluarkan banyak darah dari lubang telinga, hidung dan mulut.
Kejadian itu menggemparkan semua tamu It Jie Hui kiam, mereka tidak tahu apa sebabnya orang itu mati mendadak dengan mengeluarkan banyak darah"
Ho Hay Hong berseru dengan suara keras:
"Itu adalah akibat dari racun dalam teh."
Mendengar perkataan itu, wajah semua orang berubah, air teh dalam cangkir yang di pegangnya dilemparkan kelantai, Hud sim To tiang dengan cepat bergerak berada diambang pintu seraya berkata:
"Lotee, benarkah kau sudah menaruh racun didalam teh?"
Pada saat itu salah seorang yang berdiri didekat dinding tembok sebelah timur juga jatuh binasa dalam keadaan serupa, kejadian itu telah disusul lagi oleh yang lainnya.
Serentetan kejadian itu sudah cukup jelas untuk membuktikan kejahatan orang tua kurus kering itu, karena orang-orang yang berada disitu adalah orang-orang dari tokoh rimba persilatan yang masing-masing mempunyai nama baik, sudah tentu sangat marah maka dengan serta merta menatap orang tua itu.
Orang tua itu sedikitpun tidak takut, bahkan masih berani berkata sambil tertawa dingin:
"Kay see Kim kong sebentar akan datang kalian semua sudah seperti ikan dalam jala, mengapa perlu banyak mulut menanya kepadaku"
Ho Hay Hong sangat marah, dengan cepat tangannya bergerak menyerang padanya.
It-jie Hui kiam takut cucunya tidak sanggup melawan orang tua itu, maka lantas berkata:
"Ho Hay Hong jangan gegabah, biarlah pasukan angin puyuh yang turun tangan!"
Khong Lip yang menjadi ketua barisan Angin puyuh lantas bergerak, dengan beruntun ia mengirim dua kali serangan dengan tinjunya, orang tua kurus kering itu memperdengarkan suara dihidung tangannya yang kurus di tekuk sedikit, kemudian menangkis serangan itu, dilain pihak Khong Lip mendadak mundur dua langkah.
Orang tua kurus kering itu berdiri di tengah-tengah kurungan orang banyak, tetapi sikapnya tidak berubah, ia berkata dengan nada suara dingin:
"Siapa yang berlaku tidak sopan lebih dulu terhadapku, Kay see Kim kong akan mengambil jiwanya lebih dulu!"
It Jie Hui kiam sangat marah, ia berkata: "Kong Cie, aku selalu anggap kau sebagai orang yang jujur dan setia, tidak kusangka kau adalah seorang penghianat!"
"Tua bangka kau boleh sesalkan matamu sendiri yang sudah lamur, tidak setajam si anjing kecil itu!" berkata orang tua itu sambil tertawa dingin.
Mendadak dibelakang dirinya terdengar suara siulan, orang tua kurus kering itu wajahnya berubah seketika, ketika kepalanya menoleh kebelakang, tampak olehnya mata Ho Hay Hong berapi-api, membuat suatu posisi yang agak aneh bentaknya.
Ho Hay Hong dalam keadaan marah sudah timbul nafsunya hendak membunuh orang tua itu posisi kuda kuda yang dipertunjukkan itu merupakan pembukaan dari gerak tipu ilmu silat garuda sakti. Dalam gerak tipu garuda sakti yang terdiri dari lima macam perubahan, hanya gerak tipu yang pertama yang memperagakan bentuk kuda-kuda yang berdiri di atas tanah menghadapi musuhnya.
Empat gerak tipu yang lainnya, semua dilakukan dengan tubuh melayang ditengah udara, menyerang sambil menukik. Oleh karena itu orang tua kurus kering itu sama sekali belum tahu bahaya maut sudah berada dihadapan matanya, ia masih berani buka mulut besar.
"Anjing kecil yang tidak tahu diri, aku aku akan suruh kau lebih dulu merasakan tanganku !"
Dengan mendadak Ia mengulurkan tangannya, tapi disetengah jalan dua jari tangan mendadak menyentil keatas menotok jalan darah penting Ho Hay Hong!
Ho Hay Hong sedikitpun tidak bergerak, ia menunggu sampai jari tangan itu tiba dibadannya tinggal jarak tiga dim saja, tangannya melingkar dengan tiba-tiba. Gerakan tangan itu menimbulkan serangan yang sangat hebat, hingga mengejutkan orang tua itu.
Sebab gerak tipu pembalasan yang nampaknya sangat sederhana itu, bukan saja sudah berhasil menutup serangannya sendiri, tetapi juga membuat dirinya tidak bisa menarik kembali serangannya lagi.
Ini berarti sudah meletakkan dia kesuatu sudut dan yang tidak berapa. Walaupun sudah beberapa puluh tahun ia hidup didunia Kangouw dan pengalaman dalam pertempuran, tetapi masih merasa tidak sanggup memecahkan serangan yang aneh itu.
Dalam keadaan tidak berdaya maka siulan itu terdengar pula, tetapi kali ini agak nyaring melengking ditengah udara, ia masih belum tahu apa sebetulnya yang telah terjadi, dan tidak tahu bagaimana lawannya yang masih sangat muda itu bergerak, badannya sudah merasa sakit, dan kemudian jatuh menggeletak di tanah.
Ho Hay Hong maju selangkah, dengan jari tangannya ia menotok jalan darah kematian diatas tubuhnya, orang tua kurus kering itu hanya mengeluarkan suara keluhan tertahan, jiwanya sudah melayang.
Hud sim Totiang hendak mencegah tetapi sudah tidak keburu, ia hanya bisa menghela napas panjang saja.
Kepala pasukan Angin puyuh Khong Lip, mengundurkan diri dengan perasaan malu, sebab ia belum berhasil mendekati musuhnya, tapi musuh itu sudah binasa di tangan Ho Hay Hong.
Dengan kepandaian yang dimainkan oleh Ho Hay Hong itu, semua orang dengan cepat berubah pandangan terhadap dirinya. Ia tidak lagi dianggap sebagai satu anak muda yang tidak tahu apa-apa.
Sementara itu It Jie Hui kiam sendiri juga terheran-heran, orang tidak tahu bagaimana perasaan orang tua pada saat itu, karena sekian lama ia tidak bisa berkata apa-apa.
Ho Hay Hong lalu berkata:
"Dia adalah salah seorang kepercayaan Bengcu rimba hijau enam propinsi daerah utara yang dahulu, sebab Bengcu yang dahulu sudah jatuh ditangan tuan-tuan sehingga kehilangan kedudukannya ia lalu menggunakan cara yang licik dan rendah hendak membasmi tuan-tuan."
Setelah itu mendadak ia ingat tanda perintah Ngo jiauw leng, maka lalu mengadakan penggeledahan dibadan orang tua itu, kosong tidak terdapat barang apa-apa lagi.
Ia semula mencurigakan diri Hud sim Totiang, dianggapnya membantu pihak orang tua itu, tetapi setelah digeledahnya sendiri, baru tahu bahwa dugaan sendiri itu keliru.
Ia memeriksa lagi dengan sangat hati-hati, dibagian pinggangnya ia meraba benda yang sangat keras, maka diam-diam merasa girang, karena barang itu ternyata disembunyikan didalam lapisan baju.
Selagi hendak mengeluarkan benda itu, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa nyaring, suara itu mengejutkan semua yang ada disitu tak lama kemudian, terdengar pula suara kata-katanya. "Bengcu rimba hijau daerah utara, Kay see Kim kong bersama anak buahnya telah datang untuk menjumpai It Jie Hui kiam locianpwee!"
It Jie Hui kiam bangkit dari tempat duduknya dan berkata sambil tertawa terbahak-bahak:
"Siapa yang datang adalah tetamu, tuan-tuan mari lekas keluar menyambut padanya!"
Setiap orang dengan wajah serius berjalan keluar.
Kay see Kim kong memberi hormat dan berkata sambil tertawa:
"Mari, mari, aku perkenalkan kepada tuan-tuan sekalian, saudara ini adalah Ciang-cin Thian cing."
Tangannya menunjuk seorang tua berbaju kuning yang hidungnya bengkok dan sinar matanya tajam.
Orang tua berbaju kuning itu lantas berkata sambil memberi hormat:
"Sudah lama aku mendengar nama besar It Jie Hui kiam, hari ini setelah bertemu muka, benar saja keadaanmu masih tak ubah semasa mudamu."
Kay see Kim kong berkata pula sambil menunjuk seorang tua yang alisnya tajam dan jidanya lebar.
"Saudara ini adalah pembantuku yang penting, sahabat-sahabatnya memberikan nama gelar padanya Bambu hijau."
Kemudian ia perkenalkan si Bambu hijau kepada It Jie Hui kiam.
Bambu hijau memberi hormat dengan kata katanya yang memuji kepada It Jie Hui kiam.
Kay see Kim kong menunjuk lagi kepada beberapa orang seraya berkata.
"Saudara ini adalah Koan lok Sie gee, ini adalah Sutee Ciang thian Oh Gwat Seng, ini adalah Ciok bing sianseng, ini adalah Cee pek Ong jin, ini adalah si jago Pemabokan dia pun, ini adalah tiga serangkai dari keluarga Sin ini adalah Ban jin Siusu, ini adalah Toat hun Sie seng. setiap kali tangannya menunjuk satu orang, orang yang ditunjuk itu mengangkat tangan memberi hormat. Meskipun dua pihak merupakan musuh, tetapi saat itu diluarnya masih menunjukan sikap sangat menghormat dan ramah tamah.
Orang-orang dari pihak It Jie Hui kiam sangat terkejut mendengar nama-nama yang disebut oleh Kay see Kim kong, karena orang-orang itu semuanya merupakan orang-orang yang namanya sudah terkenal dalam golongan hitam didaerah utara.
Orang-orang itu diwaktu biasa sangat susah untuk dijumpai, tetapi kini telah muncul semuanya, jelaslah sudah bahwa Kay-see Kim kong sudah bertekad hendak membasmi pengaruh It Jie Hui kiam.
Tidak kecewa It Jie Hui kiam sebagai seorang jago kenamaan dan seorang pemimpin dari satu perkumpulan yang berpengaruh di daerah utara, meskipun dikitari oleh musuh-musuh yang sangat tangguh, ia masih berlaku tenang.
Setelah Kay see Kim kong selesai memperkenalkan orang-orangnya, ia lalu balas memperkenalkan orang-orang dipihaknya sendiri.
Pertama ia menunjuk imam yang berdiri disisinya dan berkata:
"Ini adalah Hud sim Totiang dari Ceng shia-pay, ini adalah si kepalan besi Ciam Sie, ini adalah murid kepala Oey touw Lo hud Pek ie Mo lek, ini adalah murid ketua Khong tong pay Cian hoa jin, ini adalah pemimpin rumah perguruan Eng hiong koan di Ho siok Kim Ciang Tayhiap, ini adalah Ciok tee Ko sim poei Touw, ini adalah anggauta pasukan Angin puyuh, ini adalah muridku yang tidak berguna, dan ini..."
Ketika matanya melihat Ho Hay Hong yang berdiri dibelakang orang banyak sambil memondong mayat orang tua kurus kering wajahnya berubah seketika. Dan katanya:
"Dia adalah cucu luarku, namanya Ho Hay Hong!"
Kay see Kim kong baru hendak membuka mulut, ketika menampak mayat orang tua kurus kering dalam pondongan Ho Hay Hong, sikapnya mendadak berubah ia berkata sambil menunjuk Ho Hay Hong.
"Dia adalah cucu luar enghiong?"
"Benar, ada keperluan apa dengannya?" kata It Jie Hui kiam.
"Orang yang berada dalam pondongannya?"
"Dia adalah penghianat dalam rumahku, dan menggunakan kesempatan selagi semua orang sibuk diam-diam telah meracuni persaudaraan keluarga Teng dan Co siang hui bertiga, hingga aku hukum mati padanya!"
Ho Hay Hong berkata dengan suara keras:
"Ho Hay Hong, seorang lelaki berani berbuat juga berani tanggung jawab. Kau harus berani mengakui bahwa perbuatan itu adalah atas perintahmu."
Hud sim Totiang juga berkata.
"Tuan datang dengan demikian banyak pembantu, apakah hendak mencari kerewelan dengan Lo enghiong?"
"Tindakan Lo enghiong yang sewenang-wenang, telah membuat kita tidak berdaya melanjutkan kehidupan kita. Maka aku Hong-Lan Hiang terpaksa turun tangan mencampuri urusan ini!" jawab Kay see Kimkong sambil tertawa dingin.
"Kalau begitu tidak perlu banyak bicara, kau sebutkan saja cara penyelesaiannya." berkata It Jie Hui kiam.
Dari rombongan Kay see Kim kong, Ciang ci thian ceng Baju menghampiri seraya berkata:
"Aku yang rendah seorang yang tidak berguna, ingin minta pelajaran ilmu kepandaian Lo enghiong yang tidak diwariskan kepada siapa pun juga."
Kepala rombongan pasukan Angin puyuh Khong Lip dari belakang dirinya mengambil sebuah perisai perak dan sebilah pedang panjang berkilauan, dengan sikap sangat hormat diberikan kepada It Jie Hui kiam.
Tetapi It Jie Hui Kiam sebagai seorang pemimpin yang tidak mau menurunkan gengsinya, lantas bertanya kepada orang-orang pihaknya sendiri:
"Siapakah diantara saudara yang sudi melayani Ciang-cin Thianceng main-main beberapa jurus saja?"
Pek ie Mo lek segera maju keluar dan berkata sambil memberi hormat:
"Sudah lama aku mendengar nama besar tuan, boan seng yang tidak berguna dengan memberanikan diri untuk menemani tuan main-main beberapa jurus saja!"
Kepandaian ilmu silat murid Oey touw Lo hud ini sebetulnya sudah mencapai taraf yang tertinggi, terutama ilmunya Pek hui lee Sin keng, sudah amat sangat terkenal dalam rimba persilatan daerah utara.
Ciang cin Thian ceng tidak berani berlaku gegabah, ia telah melakukan gerakan sedikit, dengan mendadak tangannya melancarkan satu serangan, sedang dari mulutnya tercetus satu bentakan keras: "Tayhiap awas aku mulai lebih dulu?"
Dengan tangan kiri Pek ie Mo lek menutup serangan itu, lalu di susul oleh serangan dengan dari kakinya.
Ciang cin Thian ceng diam-diam terkejut, babak pertama lawannya sudah menyerang bagian bawah, apakah ia sudah tahu bahwa bagian bawah Ciang cin Thian ceng merupakan bagian yang paling lemah"
Dalam keadaan terheran-heran. Ciang-cin Thian ceng lompat melesat setinggi satu tombak lebih, menghindarkan serangan kaki itu, Sebagai seorang tokoh persilatan yang terkenal dengan serangan tangan geledek, kembali menggunakan tangan kosong menyerang musuhnya.
Tetapi serangannya kali ini juga dapat lelakon oleh Pek ie Mo-lek dengan gaya yang sangat tegas.
Selanjutnya, dua lawan itu bertempur sengit dalam ruangan yang luas.
Kay see Kim kong melirik kepada para pembantunya, Suat Cee Ciang thiam dan Ciok beng Sianseng lantas lompat keluar dan berkata dengan suara keras:
"Siapa yang hendak bertanding dengan kita berdua ?"
Sikepalan sakti Ciam Sie keluar dari rombongannya menghampiri dua orang yang jumawa itu seraya berkata:
"Aku Ciam Sie sudah lama tidak berlatih, tulang tulangku rasanya sudah pada karatan, jika kalian tidak keberatan, salah satu diantara kalian boleh main-main denganku!"
Sebelum pihak lawannya menjawab, Kim ciang Tayhiap sudah lompat keluar dan berkata:
"Saudara Ciam jangan terburu napsu, mari kita bagi, seorang lawan satu !"
Suat tee Ciang thian maju menghampiri Ciam Sie, sedangkan Ciok beng Sianseng tanpa banyak bicara, sudah menyerang Kim-ciang Tayhiap dengan senjata kipasnya.
Dua pasang musuh itu segera bertempur sengit.
Kay see Kim kong mengandalkan jumlah orangnya yang banyak, kembali memberi isyarat dengan lirikan mata kepada Cee pak Ong jin dan si Pemabukan Tiat Pun. Dua orang itu mengerti, dengan beruntun lompat kedalam kalangan dan menantang kepada musuhnya.
Murid dari partay Khong tong pay Cian hoa jin segera keluar dan berkata pada si Pemabuk sambil tertawa dingin:
"Pemabukan Tiat Pun, apakah kau masih kenali diriku?"
Si Pemabukan memandang Cian hoa jin sejenak, wajahnya mendadak berubah, katanya dengan suara gemas:
"Oh, kiranya kau sibocah ini juga ada disini, heh heh! Sungguh kebetulan, tuan besarmu hendak menagih hutang serangan pecutmu pada tahun yang lalu!"
Sehabis berkata, dengan secara kalap menyerang Ciam hoa jin.
Dengan cepat Ciam hoa jin sudah mengeluarkan senjata pecutnya yang lemas, diputar keatas, sehingga mengeluarkan suara tar, tar yang amat nyaring.
Si Pemabukan terkejut dan merandak ia agaknya masih ingat kekalahannya pada tahun yang lalu, pikirannya mulai goncang.
Kay see Kim kong mengerti bahwa si Pemabukan itu merasa jeri, maka lantas membentak padanya dengan suara keras:
Misteri Bayangan Setan 8 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin Pendekar Naga Mas 10
^