Pencarian

Keris Pusaka Sang Megatantra 11

Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo Bagian 11


pangeran itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik seka li kalau engkau mengetahui ha l itu, Puspa Dewi.
Akan tetapi kenapa engkau berada di sini, menjadi pengawal
pangeran jahat itu?"
"Aku bukan pengawalnya. Aku hanya terpaksa karena
diutus oleh Puteri Mandari untuk me mbantu. Akan tetapi
engkau tidak mungkin akan dapat mera mpas pusaka itu,
Nurseta. Penjagaan amat kuatnya, bahkan sebelum engkau
masu k ke sini, pangeran itu sudah tahu dan sudah melakukan
penjagaan ketat. Pusaka itu tentu disembunyikan, entah di
mana. Sekarang pergilah, biar aku membantu mu menyelidiki
di mana dia menyimpan pusaka itu."
"Terima kasih, Puspa Dewi. Aku tahu dan yakin engkau
bukan gadis sesat. Karena itu tadi aku memilih melarikan diri
daripada harus bertanding me lawan mu. Selamat berpisah!"
Nurseta lalu me ngerahkan tenaganya, melompat ke atas pagar
tembok dan hinggap d i atas dua ujung to mba k yang runcing,
lalu menoleh, melambaikan tangan dan meloncat keluar.
Puspa Dewi menghela napas, merasa kagum bukan main. Ia
sendiri harus mengakui bahwa ia tidak berani melompat ke
atas pagar tembok setinggi itu dan hinggap di atas ujung
tombak! Terlalu berbahaya.
Ia mendengar suara orang-orang berlarian di belakangnya.
Ia tahu bahwa itu adalah para jagoan dan perajurit. la lalu
berteriak. "Maling jahat, hendak lari ke mana kau?"
Ketika para pengejar tiba di bawah pagar tembok, mereka
me lihat gadis itu me megang pedangnya yang hitam dan
mengacung-acungkan ke atas pagar te mbok.
"Di mana ma lingnya?" tanya mereka
"Ah, sungguh luar biasa. Dia pandai terbang ke atas pagar
tembok dan hinggap di atas ujung to mbak-tombak itu,
Terpaksa aku hanya dapat mengejar sampai di sini." kata
Puspa Dewi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para jagoan dan para perajurit sibuk e mbicarakan "ma ling"
yang pandai menghilang dan pandai terbang itu. Tujuh orang
jagoan bersama Puspa Dewi la lu menghadap Pangeran
Hendratama yang bersembunyi di da la m kamar rahasia.
Pangeran ini me mang merasa jerih pada Nurseta, maka dia
merasa lebih a man untuk berse mbunyi dan mengharapkan
tujuh orang jagoannya ditambah Puspa Dewi dan pasukan
pengawalnya akan ma mpu me nangkap atau me mbunuh
pemuda sakti man draguna itu.
"Bagaimana hasilnya" Apakah dapat ditangkap atau
dibunuh?" Pangeran Hendratama bertanya kepada Lembara.
ketika mereka semua menghadapnya. Dengan muka
kemerahan karena merasa malu Lembara melaporkan. "Harap
paduka me maafkan kami, Gusti Pangeran. Kami telah
mengepung ma ling itu, akan tetapi dia itu sangat sakti
mandraguna, pandai menghilang dan terbang ....."
"Omong kosong! Mana ada manusia pandai menghilang
dan terbang" Laporkan yang benar!" bentak Pangeran
Hendratama dengan alis ber kerut karena kecewa mendengar
laporan itu dan tidak melihat Nurseta tertawan atau terbunuh.
"Ha mba tidak berbohong, gusti. Maling itu telah kami
kepung dan keroyok, tiga puluh orang mengeroyoknya. Akan
tetapi tiba-tiba dia me nghilang dan kami dirobohkan oleh
tangan yang tidak tampak. baru setelah Puteri Puspa Dewi
datang, pekik saktinya dapat me mbuyarkan ilmu maling itu
sehingga dia ta mpak. Akan tetapi dia me larikan diri dikejar
oleh puteri Puspa Dewi. Akan tetapi dia terbang ke atas pagar
tembok, hinggap diatas ujung to mba k yang berada di atas
pagar tembok lalu me larikan diri keluar."
Dia m-dia m Pangeran Hendratama terkejut. Memang dia
sudah mendengar dari para selirnya bahwa pemuda itu sakti,
akan tetapi dia tidak menyangka bahwa Nurseta demikian
sakti mandraguna sehingga dikeroyok tiga puluh orang lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
termasuk tujuh orang jagoannya dibantu pula oleh Puspa
Dewi, masih dapat me loloskan diri. Dia menjadi se ma kin
gentar dan merasa sangat terancam keselamatannya selama
pemuda itu belum ditangkap atau dibunuh.
"Benarkah apa yang diceritakan Le mbara itu, Puspa Dewi?"
tanyanya kepada Puspa Dewi.
"Benar, Paman Pangeran. Maling ini me man g me miliki ilmu
kepandaian tinggi sekali sehingga sayapun tidak berhasil
menang kapnya." kata Puspa Dewi. "Karena itu, tidak ada
gunanya lagi saya berada di sini. Harap paman mencari
bantuan orang-orang lain yang lebih panda i agar keselamatan
paman terja min."
Pangeran Hendratama menghela panjang dan ta mpak
gelisah. "Kalau andika sendiri dibantu se mua pengawalku tidak
dapat menandingi maling itu, lalu s iapa lagi yang dapat ku
mintai bantuan?"
Puspa Dewi memandang pangeran itu dengan sinar mata
tajam menyelidik, lalu bertanya, "Paman Pangeran, kalau saya
boleh bertanya, siapakah gerangan maling sakti itu dan
mengapa pula dia datang mencari pa man?"
Karena Puspa Dewi adalah utusan dan orang kepercayaan
Puteri Mandari, apalagi dara itu adalah puteri angkat Raja
Wura-wuri, tentu saja dia percaya kepadanya sebagai sekutu
yang memusuhi Sang Prabu Erlangga. Akan tetapi dia tidak
mau menceritakan tentang Sang Megatantra yang berada
padanya, hal ini masih dia rahasiakan karena belum waktunya
diberitahukan orang lain. Kela k dia dapat me mpergunakan
Sang Megatantra sebagai alasan kuat yang mengesahkan dia
untuk menjad i Raja Kahuripan kalau saatnya untuk itu tiba.
"Maling itu berna ma Nurseta, seorang maling yang licik dan
sakti." "Akan tetapi, kenapa dia malam ma la m datang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari pa man" Apa yang dikehendakinya?" Puspa Dewi
mengejar. "Dia datang untuk me mbunuhku." kata
Pangeran Hendratama singkat.
"Eh" Akan tetapi, kenapa?" desak Puspa Dewi yang maklum
bahwa Nurseta mencari pangeran
itu bukan untuk me mbunuhnya, melainkan untuk mera mpas kembali Sang
Megatantra. Mendengar pertanyaan itu, Pangeran Hendratama termenung sejenak la lu men jawab. "Ceritanya panjang dan
biarlah kalian semua mengetahui persoalannya agar tidak
bertanya-tanya. Kalian tau bahwa aku adalah penggemar
pusaka. Aku mengumpulkan banyak pusaka. Banyak sudah
harta kekayaan kuhamburkan untuk me mbeli pusaka-pusaka
itu dengan harga mahal. Beberapa bulan yang lalu, secara
kebetulan sekali aku me mbeli sebuah pusaka yang dibawa
seorang kakek penge mis. Aku terkejut dan girang melihat
bahwa pusaka itu adalah Sang Megatantra, keris pusaka
Mataram yang hilang puluhan tahun yang la lu. Kakek
pengemis itu mene mukan pusaka itu di dekat pantai Laut
Selatan dan dia tidak tahu bahwa itu adalah keris pusaka Sang
Megatantra milik Mataram yang tak ternilai harganya. Aku
segera me mbelinya dengan harga yang murah."
"Menarik sekali, paman. Lalu bagaimana" " desak Puspa
Dewi ketika pangeran itu berhenti bercerita dan seperti orang
berpikir. Apalagi yang akan dikarangnya, pikir Puspa Dewi.
"Sialnya, agaknya kakek penge mis itu menceritakan
penjualan keris pusaka itu kepada seorang maling, yaitu
Nurseta. Pada suatu malam, dia mencuri Sang Megatantra dan
sebagai gantinya, dia meninggalkan sebatang keris Megatantra palsu."
"Bagaimana pa man tahu bahwa pencuri itu adalah orang
yang bernama Nurseta itu?" Puspa Dewi men gejar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tiga orang selirku se mpat me mergoki dan dia mengakui
namanya. Tiga orang se lirku lalu menyerangnya untuk
mera mpas kembali keris pusaka, akan tetapi mereka bertiga
kalah dan maling itu me mbawa lari Sang Megatantra."
"Akan tetapi kenapa sekarang dia yang mencari paman dan
hendak me mbunuh pa man" Bukankah itu terbalik Se mestinya
paman yang mencar i dia untuk mera mpas kemba li keris
pusaka itu!"
"Mengapa dia ingin me mbunuhku Mudah saja diduga!
Karena aku "mengetahui rahasianya bahwa dia me miliki Sang
Megatantra yang menjadi ha k milik Kerajaan Kahuripan, maka
dia ingin me mbunuhku agar jangan ada orang yang tahu
bahwa dia me miliki pusaka itu, Jelas, bukan?"
Kini wajah Pangeran Hendratama berseri. Hatinya me mang
merasa girang karena kini dia mendapatkan cara untuk
menjatuhkan Nurseta yang ditakutinya itu. Ceritanya tadi yang
mendatangkan akal yang dianggapnya amat baik itu. Puspa
Dewi tentu saja leb ih percaya kepada Nurseta. la tahu bahwa
pangeran itu mengarang cerita dan sengaja me mutar balikkan
kenyataan! Dia yang mencuri menjad i pe milik yang sah,
sedangkan Nurseta yang kehilangan pusaka malah dicap
sebagai pencurinya. Siasat apakah yang akan dila kukan
pangeran ini" Ia tidak dapat menduga apa yang akan
dilakukannya. "Gusti Pangeran, kalau paduka menyetujui dan mengijinkan, hamba dapat mengajukan per mohonan bantuan
kepada Sri Ratu Kerajaan Siluman Laut Kidul." kata Lembara
yang selain merasa gentar terhadap Nurseta dan ingin
mendapatkan awan yang dapat diandalkan, juga dia ingin
me mbuat jasa. "Sri Ratu Kerajaan Siluman Laut Kidul" Kaumaksudkan Ratu
Mayang Gupita, Le mbara?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kasinggihan (betul), gusti." "Akan tetapi, Ratu Mayang
Gupita adalah seorang tokoh yang aneh dan sukar dihubungi.
Selain sukar minta bantuannya, juga salah-salah akan
me mbuat ia marah dan kalau raseksi (raksasa wanita) itu
marah, siapa berani tanggung?" Nama Ratu Mayang Gupita
me mang terkenal sebagai seorang raksasa wanita yang
berwatak keras dan kejam sekali.
"Harap paduka tidak khawatir tentang hal itu, gusti.
Pertama, hamba pernah bekerja kepada Sri Ratu Mayang
Gupita sebagai seorang perwira pasukan pengawal dan hamba
mengundurkah diri dengan baik-baik sehingga ha mba berani
menghadap be liau dan ha mba yakin akan diterima baik.
Kedua, bukan rahasia lagi bahwa Ratu Mayang Gupita juga
amat me mbenci dan me musuhi Sang Prabu Erlangga. Oleh
karena itu, hamba yakin beliau akan suka me mbantu, atau
setidaknya mengirim orang yang dapat diandalkan untuk
me mper kuat penjagaan di sini."
Wajah pangeran itu berseri ge mbira me ndengar ini. "Ba ik
sekali! Kalau begitu, cepat laksanakan usulmu itu dan
sampaikan salam hormatku kepada Ratu Mayang Gupita. Nanti
dulu, aku akan mengirimkan beberapa buah senjata pusaka
untuk dihadiahkan kepada Sri Ratu!"
"Kalau begitu, saya mohon pa mit, pa man pangeran. Besok
pagi-pagi saya, akan kembali ke istana, melapor kepada Puteri
Mandari." "Baiklah, Puspa Dewi. Sa mpaikan terima kasihku kepada
Puteri Mandari." Kemudian Pangeran Hendratama me mer intahkan para jagoan lain untuk mena mbah jumlah
perajurit sampai mende kati seratus orang untuk menjaga
keamanan di situ karena Puspa Dewi dan Lembara akan
men inggalkan gedungnya.
Pagi-pagi seka li Puspa Dewi kembali ke istana, menyelinap
me lalui ta man sari dan langsung ke keputren. Ia diterima
Puteri Mandari di kamar selir itu dan Puspa Dewi menceritakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang telah terjadi di gedung Pangeran Hendratama tanpa
mengatakan bahwa ia telah mengenal Nurseta.
- 000000000000000dewi000000000000000 -
Sang Prabu Erlangga adalah seorang raja yang di waktu
mudanya banyak bergaul dengan rakyat kecil dan terkenal
sebagai seorang ksatria, seorang pendekar yang gagah
perkasa dan baik budi. Setelah menjadi raja, diapun bijaksana,
adil dan memperhatikan kehidupan rakyat, bukan seperti
kebanyakan penguasa yang hanya me mentingkan kesenangan
diri pribadi, menumpuk harta benda untuk diri sendiri dan
keluarganya, sanak dan handai tautannya, tanpa me mperdulikan pender itaan rakyat miskin yang hidup
sengsara. Diapun me miliki kewaspadaan dan kepekaan tinggi.
Namun semua perasaannya tidak pernah diperlihatkan pada
sikap dan wajahnya. Tentu saja sebagai manusia, dia me miliki


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kele mahan karena tidak ada seorangpun manusia yang
sempurna di dunia ini. Betapapun baiknya seorang manusia,
pasti me mpunyai cacat. Adapun kelemahan Sang Prabu
Erlangga adalah ke le mahan pria, pada umumnya, yaitu lemah
terhadap rayuan wanita cantik. Karena itu, tidaklah
mengheran kan kalau Sang Prabu Erlangga terlena dalam
rayuan Mandari yang memang cantik jelita dan pandai sekali
merayu dan menyenangkan hati pria. Tentu saja kewaspadaannya me mbuat dia merasa bahwa Mandari
bukanlah seorang wanita yang baik budi. Semua rayuan,
kemanjaan, kecantikan wajah dan keindahan tubuhnya itu
hanya polesan atau indah diluar saja. Wanita ini tidak
me mpunyai perasaan cinta kasih murni terhadap dirinya. Yang
ada hanya cinta nafsu dan di balik semua bagian tubuhnya
yang serba menggairahkan itu, tersembunyi pa mrih untuk
dirinya sendiri. Namun, dan inilah kele mahan pria pada
umumnya, semua itu tertutup oleh gairah dan kenikmatan
nafsu kedagingan. Apa lagi ditambah dengan alasan bahwa
ditariknya Mandari sebagai selirnya berarti menana m
perdamaian dengan Kerajaan Parang Siluman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang Prabu juga me mpunyai perasaan bahwa Pangeran
Hendratama adalah seorang yang tidak baik bahkan
berbahaya. Biarpun sikapnya ra mah dan merendah, na mun
dari sinar matanya kadang dia menangkap getaran nafsu
kebencian terhadap dirinya. Namun raja yang bijaksana ini
dapat memaafkannya, dalam hatinya dia me maklumi bahwa
nafsu kebencian itu timbul dari perasaan iri hati karena
pangeran Itu merasa sebagai putera mendiang Sang Prabu
Teguh Dhar mawangsa lebih berhak men jadi raja Kahuripan
daripada dia yang hanya seorang mantu. Biarpun Sang Prabu
Erlangga telah me maafkan, namun dia juga tetap waspada. !
Setelah peristiwa kunjungan Nurseta di tengah ma la m di
gedung Pangeran Hendratama, pada keesokan harinya, pagi-
pagi Pangeran Hendratama telah na ik kereta yang dikawal,
menuju keistana raja. Dia mohon menghadap Sang Prabu
Erlangga yang ketika itu sedang hendak makan pagi.
Mendengar laporan bahwa Pangeran Hendratama mohon
menghadap dan laporan itu didengar pula oleh Per ma isuri
Pertama dan Permaisuri Ke Dua yang mene maninya makan
pagi, sang Prabu Erlangga segera me merintahkan pengawal
untuk mengundang kakak iparnya itu untuk makan pagi
bersama dan ditunggu di ruangan ma kan. Hal ini dila kukan
Sang Prabu Erlangga untuk menyenangkan hati Perma isuri
Pertama dan me mang benar, Perma isuri Pertama ta mpak
gembira ketika mendengar bahwa kakak tirinya datang
berkunjung dan diundang ma kan pagi bersa ma.
Akan tetapi Pangeran Hendratama me masuki ruangan
makan dengan wajah mura m dan lesu dan setelah me mberi
salam dan dipersilakan duduk menghadapi meja makan, dia
hanya makan sedikit sekali dan selama makan t idak banyak
bicara dan wajahnya dibayai gi kegelisahan.
Sang Prabu Erlangga dapat menduga bahwa tentu ada
urusan yang me mbuat kakak iparnya itu gelisah. Akan tetapi
dia cukup bijaksana untuk tidak me mbicarakan atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menanyakan urusan itu kepada kakak iparnya di depan kedua
orang perma isurinya. Setelah selesai makan pagi, Sang Prabu
Erlangga mengajak Pangeran Hendratama ke ruangan tamu
untuk bicara berdua saja. Para pengawal dan pelayan disuruh
men inggalkan ruangan itu sehingga mereka dapat bicara
berdua tanpa didengarkan orang la in.
"Nah, Kakang Pangeran, sekarang ceritakanlah urusan apa
yang merisaukan hati andika dan yang me mbuat andika
sepagi ini sudah datang berkunjung." kata Sang Prabu
Erlangga dengan nada suara le mbut.
"Ah, ketiwasan (celaka), Yayi (Adinda) Prabu .....!" Sang
pangeran menge luh dimukanya tampak muram dan gelisah
sekali. "Tadi ma la m ha mpir saja saya dibunuh orang ....."
Sang Prabu Erlangga hanya merasa heran, namun t idak
terkejut. "He mm, siapa yang hendak me mbunuh andika, dan
kenapa?" "Sesungguhnya, ceritanya panjang Yayi Prabu. Beberapa
bulan yang lalu saya yang memang sejak dahulu suka sekali
mengumpulkan pusaka kuno, seorang pengemis tua
menawarkan sebuah pusaka kuno yang katanya didapatkannya di dekat pantai Laut Kidul. Saya me mbe li keris
pusaka itu dengan murah dan setelah penjual itu pergi dan
saya meneliti keris yang kotor itu, saya gosok-gosok bukan
ma in kaget hati saya karena keris pusaka itu ternyata adalah
Sang Megatantra."
"Jagad Dewa Bathara .....!" Sekali ini Sang Prabu Erlangga
terkejut. "Pusaka Mataram yang hilang puluhan tahun yang
lalu itu, Kakang Pangeran?"
"Benar, Yayi Prabu. Karena benda keramat itu merupakan
pusaka Mataram, ma ka saya bermaksud menghaturkan Sang
Megatantra kepada paduka. Akan tetapi ternyata pengemis
tua jahanam itu .. ..."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang Pangeran, pengemis tua itu sudah berjasa besar
mene mukan Sang Megatantra!" Sang Prabu Erlangga
me motong dengan suara mence la mendengar Pangeran
Hendratama me ma ki penge mis tua itu.
"Maaf, Yayi Prabu, hati saya masih mendongkol. Dia
ternyata menceritakan tentang Sang Megatantra kepada
seorang maling muda yang sakti mandraguna. Maling itu
mencuri Sang Megatantra dan meninggalkan keris palsu ini
sebagai gantinya. " Pangeran Hendratama me ngeluarkan
sebatang keris yang mirip Sang Megatantra dan menyerahkannya kepada Sang Prabu Erlangga. Sang Prabu
menerima keris itu dan sekali jar i-jari tangannya menekuk,
keris itu patah-patah menjad i tiga potong!
"He mm, ini terbuat dari besi biasa, Kakang Pangeran."
"Me mang de mikianlah. Setelah Sang Megatantra tercuri,
saya mengerahkan segala daya untuk mencari pencuri itu.
Akan tetapi selalu gagal dan saya lalu pindah ke kota raja
setelah mendapat perkenan paduka."
"Kenapa selama ini andika tidak me mberitahukan kepada
kami, Kakang Pangeran?"
"Maaf, Yayi Prabu. Saya ingin mendapatkan kemba li pusaka
itu agar saya dapat menghaturkannya kepada paduka, Dan
ma la m tadi, pencuri Sang Megatantra itu menyerbu rumah
saya dan nyaris membunuh saya. Masih beruntung bahwa
para pengawal dapat melindungi saya dan jahanam busuk itu
dapat melarikan d iri." "He mm, cerita mu aneh, kakang. Kenapa
pencuri itu hendak me mbunuhmu setelah dia berhasil me ncuri
Sang Megatantra?"
"Hal itu sudah saya selidiki, Yayi Prabu. Setelah saya
mengetahui ke mana larinya pencuri itu yang dia m-dia m
diikuti oleh para pembantu saya, dan tahu apa yang berdiri di
belakangnya, maka t idak aneh kalau dia hendak me mbunuh
saya. Ada yang hendak me mpergunakan Sang Megatantra
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk mengangkat diri sendiri menjadi raja karena dikabarkan
bahwa pusaka itu merupakan tanda turunnya wahyu kedaton
(istana) sehingga berhak menjad i raja. Berarti, pe milik Sang
Megatantra itu, si pencuri dan orang yang berada di
belakangnya, jelas merencanakan pe mberontakan terhadap
paduka, Yayi Prabu. Karena saya satu-satunya orang yang
mengetahui rahasianya, maka dia berusaha untuk me mbunuh
saya." Sang Prabu Erlangga mengerutkan alisnya. "Kakang
Pangeran, katakan, siapa pencuri itu dan siapa pula yang
berdiri di be lakangnya, yang merencanakan pe mberontakan?"
"Pencuri muda yang sakti mandraguna itu berna ma
Nurseta, Yayi Prabu, dan paduka tidak akan merasa heran
karena pemuda itu ada lah cucu dari Senopati Sindukerta!
Senopati Sindukerta itu me mang sejak me ndiang Ra ma Prabu
Teguh Dhar mawangsa
me mimpin kerajaan ini sudah me mper lihatkan wataknya yang me mberontak. Yayi Prabu
tentu sudah mendengar betapa dahulu dia menghina saya dan
mendiang Ramanda Prabu dengan menyembunyikan puterinya
yang sudah kami pinang dan sudah diterima. Nah, maling
muda Nurseta itu ada lah anak dan puterinya yang
dise mbunyikan dan dia m-dia m melarikan diri dengan seorang
laki-laki sesat."
Sang Prabu Erlangga mengerutkan alisnya dengan hati
panas. Berani benar senopati tua itu merencanakan
pemberontakan, pikirnya. Dia lalu bertepuk tangan memberi
isyarat dan dua orang perajurit pengawal yang berjaga di luar
pintu ruangan segera ber lari masu k dan berlutut menye mbah.
"Cepat undang Kakang Patih Narotama ke sini, sekarang
juga!" perintahnya. Dua orang perajurit pengawal itu me mberi
hormat dan mereka berlari keluar. Melihat kemarahan Sang
Prabu Erlangga, Pangeran Hendratama dia m dia m merasa
girang. Muslihatnya berhasil. Mampuslah kau, Nurseta, begitu
suara hatinya. Dia lalu berkata kepada Sang Prabu Erlangga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya merasa girang dan a man dari anca man Nurseta dan
Senopati Sindukerta setelah paduka hendak menga mbil
tindakan tegas. Sekarang perkenankan saya pulang untuk
beristirahat karena semalam untuk saya tidak dapat tidur,
gelisah me mikirkan ancaman terhadap nyawa saya."
"Baik, Kakang Pangeran. Terima kasih atas semua
laporanmu, akan tetapi kalau pencuri dan kakeknya itu sudah
kami tangkap, harap Kakang Pangeran bersedia untuk menjadi
saksi bahwa dia men curi sang Megatantra dan berusaha
me mbunuh andika."
"Tentu saja, Yayi Prabu. Bahkan saksi-saksi mata yang
paling mengetahui karena melihat sendiri maling itu, yaitu tiga
orang selir saya yang juga bertugas bagai pengawal-pengawal
pribadi, akan saya hadirkan sebagai saksi pula."
"Baik, terima kas ih, Kakang Pangeran Hendrata ma."
"Mohon pa mit, Yayi Prabu."
Pangeran Hendratama lalu keluar dari istana dan dengan
pengawalan kuat dia kembali naik kereta pulang ke
gedungnya. Di dalam kereta, dia menggosok gosok kedua
telapak tangannya dan tersenyum-senyum ge mbira. Orang
yang dia takuti sebentar lagi akan dihukum! Kini tinggal
me mikirkan s iasat pemberontakan yang akan dia la kukan
dengan bantuan para sekutunya dari Kerajaan Wengker,
Wura-wuri, Siluman Laut Kidul, dan Parang Siluman, dibantu
pula oleh para pe mbesar sipil dan militer yang sudah jatuh di
bawah pengaruhnya.
-0000000000000000dewi0000000000000000-
Ki Patih Narotama menerima panggilan Sang Prabu
Erlangga yang disa mpaikan oleh perajurit pengawal. Kalau
Sang Prabu me manggilnya di luar waktu persidangan, itu
berarti ada terjadi hal-hal yang luar biasa dan penting, maka
diapun bergegas menunggang kuda menuju ke istana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti biasa, Ki Patih Narotama me masu ki istana dengan
leluasa. Semua perajurit pengawal mengenalnya dan tahu
belaka bahwa Ki Patih Narotama dapat tiap saat memasu ki
istana menghadap Sang Prabu Erlangga, tidak usah dilaporkan
lebih dulu seperti para pembesar lain kalau mohon
menghadap sang prabu. Ki Patih Narotama me mbiarkan
kudanya diurus oleh seorang perajurit dan dia hanya bertanya
kepada perajurit pengawal dalam istana di mana adanya Sang
Prabu Erlangga. Setelah mendapat keterangan bahwa sang
prabu menantinya di ruangan persidangan, Ki Patih bergegas
menuju ke ruangan itu lalu me masuki pintu ruangan yang
dibuka kan oleh dua orang perajurit pengawal.
Ketika dia me masuki ruangan persidangan, dia melihat
Sang Prabu Erlangga telah duduk di atas singasana. Di
sebelah kiri sang prabu duduk selir cantik jelita Mandari.
Hanya puteri inilah yang meneman i Sang Prabu Erlangga,
tidak ada orang lain, bahkan para pengawal juga hanya
menjaga di luar ruangan. Ini merupakan pertanda bahwa,
sang prabu hendak me mbicarakan urusan yang dirahasiakan
sehingga tidak boleh terdengar orang lain. Akan tetapi
mengapa Mandari, puteri Ratu Durgamala Kerajaan Parang
Siluman itu berada di situ, berdua saja dengan sang prabu,
tanpa dihadiri dua orang per maisuri yang kedudukannya lebih
tinggi" Ki Patih Narota ma menduga bahwa urusan ini tentu
ada sangkut-pautnya dengan Puteri Mandari. Lasmini dan
Mandari me mang selalu me mbuat ulah setelah menjadi
selirnya dan selir sang prabu. Akan tetapi wajah cantik itu
sama sekali tidak kelihatan tegang atau khawatir, bahkan
senyumnya yang man is menunjukkan bahwa hatinya
bergembira! Ki Patih Narotama me mberi hormat dengan se mbah dan
hendak duduk bersila di atas lantai. Akan tetapi Sang Prabu
Erlangga mencegahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duduklah di kursi yang telah disediakan untukmu, Kakang
Patih Narotama."
Narotama menurut. Memang biasanya kalau menghadap
sang prabu secara pribadi, bukan dalam paseban, dia


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dipersila kan duduk di kurs i. Akan tetapi saat itu, selir Mandari
hadir di situ, maka tadinya dia hendak duduk bersila untuk
menghormat i sang prabu. Setelah melirik ke arah Mandari, dia
menye mbah lagi, la lu duduk.
"Terima kasih, gusti. Paduka memanggil ha mba, perintah
apakah yang harus hamba lakukan?"
"Ada urusan yang gawat sekali, kakang patih. Karena
urusan ini amat penting, maka kami sengaja mengundangmu
karena hanya andika saja yang akan dapat menyelesaikannya
dengan baik. Yayi Mandari kami hadirkan karena mengingat
akan kema mpuannya, ia dapat membantu pelaksanaan tugas
ini, ka kang."
Dia m-dia m Ki Patih Narota ma merasa heran. Mengapa
mendadak selir ini diajukan oleh sang prabu untuk
me mbantunya"
Tugas apakah gerangan yang harus dilaksanakan dengan
bantuan Puteri Mandari" Ataukah, urusan ini men genai diri
puteri dari Kerajaan Parang Siluman itu?"
"Hamba s iap melaksanakan se mua perintah paduka,
Sinuwun." Sang Prabu Erlangga me mang sengaja me mbawa Mandari
ke dalam persoalan ini karena dia hendak menguji sampai di
mana kesetiaan selir tersayangnya yang terkadang men imbulkan rasa curiga dalam hatinya itu. Bagaimana selir
itu akan menanggapi kalau terjadi pemberontakan terhadap
kerajaannya" Maka, dia sengaja menghadirkan Puteri Mandari
ketika dia me manggil patihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakang Patih Narota ma, kerajaan kita sedang terancam
pemberontakan!" Baik Ki Patih Narota ma maupun Mandari
terkejut bukan main. Ki Patih Narota ma tentu saja terkejut
mendengar ada pemberontakan, sebaliknya Mandari terkejut
juga, namun ia terkejut karena sesungguhnya ia dan
sekutunya yang me musuhi kerajaan Kahuripan dan tentu saja
merencanakan pe mberontakan.
"Siapa kah yang berani me mberontak kepada paduka,
gusti" Beritahukan kepada ha mba. Hamba yang akan
me mberantasnya!" kata Narotama penuh se mangat. Puteri
Mandari dia m saja, hanya mendengarkan dengan penuh
perhatian dan dengan hati tegang.
Jilid 19 "AKU mendengar ha l itu dari Kakang Pangeran
Hendratama. Pemberontakan itu me mang belum terjadi, akan
tetapi kami dapat menduganya dengan munculnya pusaka
Mataram yang hilang puluhan tahun lalu, yaitu Sang
Megatantra."
Kini K i Patih Narota ma yang meragu walaupun d ia terkejut
mendengar bahwa sang Megatantra yang dinyatakan hilang
puluhan tahun itu, kini muncul. Dia meraba gagang kerisnya
sendiri yang terselip di pinggangnya. Keris pusakanya itu
adalah keris pusaka Sang Megantoro, yang merupakan
pasangan keris pusa ka Sang Megatantra. Dia mendapatkan
keris itu dari Sang Resi Satyadharma di Nusa Bali. Gurunya itu
mengatakan bahwa keris Sang Megantoro adalah pasangan
keris Sang Megatantra. Kalau Sang Megatantra mengandung
wahyu bagi seorang raja, keris Megantoro mengandung
wahyu bagi seorang pamongnya yang paling de kat dengan
raja, yaitu patihnya. Kalau rajanya me megang Sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Megatantra dan patihnya me megang Sang Megantoro, maka
kerajaan akan menjadi kuat sekali. Sayang, keris pusaka Sang
Megatantra lenyap puluhan tahun yang lalu hingga Sang
Prabu Erlangga tidak me milikinya. Akan tetapi kini keris itu
muncul! Inilah yang mengejutkan dan juga menggirangkan
hati Narotama. Akan tetapi mendengar bahwa pembawa kabar
tentang pemberontakan itu Pangeran Hendratama hatinya
menjad i ragu dan bimbang. Dia merasa tidak senang dan tidak
percaya kepada pangeran ini, bahkan dia mulai curiga
mendengar betapa pangeran yang baru pindah ke kota raja itu
seringkali kasak-kusuk dengan para pe mbesar dan mengobral
banyak hadiah kepada mereka. Sebaliknya, ketika mendengar
bahwa pembawa berita itu adalah Pangeran Hendratama, hati
Mandari menjadi girang sekali. Pangeran itu adalah sekutunya,
Maka, ia cepat berkata penuh semangat
"Kakanda Prabu, siapakah keparat yang hendak me mberontak itu" Dia harus dihancurkan!"
Sang Prabu Erlangga tersenyum mendengar ucapan
selirnya ini. "Kalian dengarlah dulu apa yang diceritakan Kekang
Pangeran Hendratama kepadaku tadi. Beberapa bulan yang
lalu dia me mbeli sebuah keris dari seorang pengemis tua.
Setelah keris itu dibersihkan, dia mengenalnya sebagai Sang
Megatantra. Pengemis itu mengatakan bahwa dia mene mukan
keris pusaka itu di dekat pantai Laut Kidul. Akan tetapi
agaknya pengemis itu mencer itakan tentang keris itu kepada
seorang penjahat muda yang sakti mandraguna. Penjahat itu
mencuri Sang Megatantra dari Kakang Pangeran Hendratama
dan menggantinya dengan sebuah keris palsu. Kakang
pangeran lalu berusaha untuk mencari dan mera mpasnya
kembali, na mun usahanya
sia-sia. Maksudnya
untuk mendapatkan kembali pusaka itu dan menghaturkannya
kepadaku. Nah, malam tadi, rumahnya didatangi pencuri keris
itu dan dia nyaris d ibunuh penjahat itu. Agaknya penjahat itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin merahasiakan pene muannya dan karena yang mengetahui tentang
Sang Megatantra
hanya kakang pangeran, maka penjahat itu hendak me mbunuhnya. Dari
kenyataan ini dapat diduga bahwa pencuri itu hendak
me mpergunakan Sang Megatantra untuk mengangkat diri
sendiri sebagai raja. Setelah para pembantu Kakang Pangeran
Hendratama me mbayangi ke mana larinya pencuri yang
ma la m tadi henda k me mbunuhnya itu, maka je laslah bahwa
me mang ada usaha pemberontakan di kerajaan ini."
"He mm, si keparat!" Mandari berseru marah. "Kalau begitu,
mohon penjelasan, Kakanda, siapakah pencuri itu" Biar hamba
binasakan dia!"
Sang Prabu Erlangga tersenyum. Hatinya merasa lega
karena selirnya ini ternyata bersemangat membe la kerajaan
Kahuripan! "Ha mba menanti penjelasan paduka, gusti." kata Narotama
yang juga ingin sekali mengetahui siapa gerangan mereka
yang hendak mengadakan pe mberontakan itu.
"Setelah dibayangi orang-orangnya Kakang Pangeran
Hendratama, ternyata bahwa pencuri itu melarikan diri ke
rumah Pa man Senopati Sindukerta dan pencuri Sang
Megatantra yang sakti mandraguna itu ada lah cucunya yang
bernama Nurseta. "
"Paman Senopati Sindukerta" Bukankah dia itu kabarnya
dahulu men jadi ca lon mertua Pangeran Hendratama?" tanya
Narotama. "Benar, Kakang Narotama. Paman Senopati Sindukerta
me mang pernah kesalahan terhadap mendiang Romo Prabu
Teguh Dhar mawangsa dan Kakang Pangeran Hendratama
karena menyembunyikan puterinya yang akan dijodohkan
dengan Kakang Pangeran Hendratama sehingga dia dicopot
dari kedudukannya sebagai senopati.Akan tetapi karena dia
banyak me mbantu ku mengusir musuh-musuh dari Kahuripan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti andika sendiri mengetahui, maka aku mengangkatnya
kembali menjadi senopati. Sungguh tidak kusangka dia
me mpunyai niat untuk me mberontak. Hal ini mungkin karena
cucunya itu telah men dapatkan Sang Megatantra."
Mandari bangkit dari tempat duduknya dan berkata
lantang. "Si keparat tak mengenal budi itu! Kakanda Prabu,
biarlah ha mba berangkat sekarang juga untuk me mbas mi
keluarga Sindukerta! Hamba akan me mbawa pasukan
pengawal untuk menghancurkan para pe mberontak itu!"
"Tenanglah dan duduklah dulu, yayi. Kita rundingkan dulu
bagaimana sebaiknya dan tindakan apa yang harus diambil."
kata Sang Prabu Erlangga. Mandari duduk kembali dan kedua
pipinya mas ih kemerahan karena marah, bibirnya yangmungil
itu cemberut. "Ha mba menanti perintah, apa yang harus hamba lakukan
terhadap Paman Senopati Sindukerta dan cucunya itu gusti."
kata Narotama dengan tenang. Bagaimanapun juga, cerita itu
berasal dari Pangeran Hendratama yang tentu saja
mendenda m kepada Senopati Sindukerta karena niatnya
me mper isteri puteri senopati itu tidak tercapai dan dia
me mang meragu kan kepribadian pangeran yang pernah
ngambe k bertahun-tahun meninggalkan kota raja karena
Erlangga yang diangkat atau dipilih oleh para bangsawan
untuk menjad i raja.
"Sekarang pimpinlah pasukan pilihan mu dan pergilah ke
tempat tinggal Pa man Senopati Sindukerta. Andika telah
mengetahui persoalannya dan aku me mberi purbawisesa
(kekuasaan penuh) kepadamu untuk bertindak bagaimana
baiknya terhadap mereka."
"Bunuh saja mereka! Basmi pemberontak itu sa mpai ke
akar-akarnya. Binasakan seluruh keluarganya!" kata Mandari
sambil me ngepal tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha mba akan menangkap Pa man Senopati Sindukerta dan
cucunya yang bernama Nurseta itu dan membawa mereka
menghadap paduka, gusti." kata Narotama dengan tenang.
"Ha mba akan menyertai Ki Patih Narotama
dan pasukannya!" seru Mandari. 'Ka lau pencuri pusaka itu sakti
mandraguna, ha mba yang akan menandinginya!"
Sang Prabu Erlangga tersenyum. 'Tidak, Yayi Mandari.
Dusteru karena kekerasan mu itu, aku tidak men gijinkan
engkau ikut pergi. Kakang Patih Narotama benar. Paman
Senopati Sindukerta dan cucunya itu harus ditangkap dan
akan kami periksa di sini."
"Akan tetapi, Kakanda Prabu, mereka itu sudah jelas
hendak me mberontak! Mereka itu pantas dibinasakan, tunggu
apalagi?" kata Mandari.
"Bukan begitu sikap seorang penguasa yang bijaksana,
yayi. Tidak benar menjatuhkan keputusan kepada seorang
terdakwa tanpa me mberi kesempatan kepadanya untuk
me mbe la diri. Kalau sudah terbukti kesalahannya, barulah
dijatuhi hukuman, itupun harus sesuai dengan peraturan,
bukan hanta m-kromo dibunuh dan dibasmi begitu saja. "
"Akan tetapi buktinya sudah jelas kakanda! Buktinya
Nurseta itu telah mencuri Sang Megatantra dan semalam
berniat me mbunuh Pangeran Hendratama untuk menutupi
rahasianya. Melihat kenyataan bahwa dia cucu Senopati
Sindukerta, sudah jelas bahwa senopati itu yang menjadi
dalangnya dan merencanakan pe mberontakan terhadap
paduka!" Sang Prabu Erlangga menanggap inya dengan senyum. "Itu
belum menjad i bukti, yayi. Baru kesaksian Kakang Pangeran
Hendratama, berarti kesaksian satu pihak saja. Karena itu,
Paman Senopati Sindukerta dan cucunya perlu ditangkap dan
diperiksa di s ini untuk didengar keterangan mereka. Sudahlah,
yayi, jangan mencampuri urusan ini karena sudah kuserahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Kakang Narotama untuk menyelesaikannya. Kakang
patih, sekarang siapkanlah pasukan dan tangkaplah Paman
Senopati Sindukerta dan cucunya."
Mandari hanya cemberut dan dia m saja. Wanita yang cerdik
ini tahu kapan ia harus bersikap dia m. Kalau ia berkelanjutan
me mbantah, tentu akan me mbulkan kecurigaan Sang Prabu
Erlangga dan teruta ma Ki Patih Narota ma yang ia takuti itu.
"Ha mba- akan pergi seorang diri dan mengajak Pa man
Senopati Sindukerta dan cucunya menghadap paduka, gusti
"Akan tetapi itu berbahaya sekali!" Mandari berseru, seolah
ia mengkhawatirkan keselamatan Narotama. Tentu saja
semua ini me mang disengaja untuk mendatangkan kesan
bahwa ia adalah seorang yang setia kepada Sribaginda dan
me mbe la patihnya.
"Ah, yayi. Bahaya adalah keadaan yang sudah biasa
dihadapi Kakang Narotama. Karena purba-wisesa sudah
kuserahkan kepadamu, kakang Narota ma, maka terserah
bagaimana sekehendakmu saja."
"Terima kasih, gusti. Hamba mohon doa restu."
"Berangkatlah, kakang patih dan la ksanakan dengan baik."
Narotama la lu mengundurkan diri keluar dar i istana. Dia
tidak ingin me mbawa pasukan karena hal itu tentu akan
menarik perhatian orang dan menghebohkan. Dia masih tidak
percaya sedikitpun bahwa Senopati Sindukerta hendak
me lakukan pe mberontakan. Dia mengenal baik kepribadian
senopati tua itu. Bahkan kalau diharuskan me mbuat
perbandingan antara Senopati Sindukerta dan Pangeran
Hendratama, dia akan lebih me mpercayai senopati tua itu.
Tidak ada alasan kuat untuk mendorong Senopati Sindukerta


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk me mberontak dan merebut singasana. Sebaliknya, amat
kuat alasannya bagi Pangeran Hendratama untuk merebut
kedudukan raja. Dia adalah putera mendiang Prabu Teguh
Dhar mawangsa, walaupun terlahir dar i seorang selir, bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia putera tertua, kakak dari Puteri Sekar Kedaton yang kini
menjad i per maisuri Sang Prabu Erlangga. Pangeran itu tentu
merasa leb ih berhak men jadi raja daripada Senopati
Sindukerta yang hanya orang biasa, bukan keturunan raja.
Kunjungan Ki Patih Narotama disa mbut dengan sikap
hormat oleh Senopati Sindukerta. Senopati tua ini a mat kagum
kepada dua orang yang kini menjad i pucuk pimpinan Kerajaan
Kahuripan, yaitu kepada Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama. Dia merasa kagum dan hormat sekali karena tahu
betul betapa sakti mandraguna dan bija ksana kedua orang
pemimpin besar ini. Karena itu, kunjungan Ki Patih yang tidak
terduga-duga itu
segera disambutnya dengan penuh
penghormatan. Setelah saling me mberi salam dan me mpers ilakan ta mu
agungnya duduk dalam ruangan tamu, berhadapan dengannya, Senopati Sindukerta la lu berkata dengan ramah.
"Selamat datang,
Gusti Patih Narotama. Sungguh
merupakan kehormatan besar sekali bagi kami bahwa paduka
berkenan mengunjungi kami hari ini. Entah angin ba ik apakah
yang bertiup dan me mbawa paduka datang ke sini?"
Ki Patih Narota ma merasa rikuh sekali mendengar ucapan
yang demikian ra mah dari Ki Sindukerta. Diapun bersikap
tenang dan sopan menghadapi senopati tua itu.
"Paman Senopati, kedatangan saya ini menge mban tugas
dari istana. Saya diutus Gusti Sinuwun, Sang Prabu Erlangga
untuk mene mui pa man. Pertama-tama saya ingin bertanya
kepada paman, apakah pa man me mpunyai seorang cucu
bernama Nurseta yang tinggal di sini bersa ma paman?"
Dia m-Dia m Ki Sindukerta terkejut. Bagaimana Ki Patih atau
Sang Prabu dapat mengetahui bahwa cucunya Nurseta berada
di situ" Padahal se malam Nurseta telah gagal merampas Sang
Megatantra dari tangan Pangeran Hendratama karena dia
ketahuan dan mendapatkan perlawanan, dikeroyok banyak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawal" Seperti kilat me masuki pikirannya bahwa tentu
Pangeran Hendratama yang melaporkan ke istana tentang
penyerangan yang dilakukan Nurseta ke rumah pangeran itu.
"Benar, Gusti Patih. Memang cucu saya Nurseta tinggal di
rumah kami." jawabnya jujur karena diapun merasa tidak
perlu untuk menye mbunyikan kenyataan ini, mengingat bahwa
Nurseta tidak me lakukan kesalahan apapun.
"Kuharap pa man suka me manggil dia ke sini karena ada
yang hendak kutanyakan padanya." kata pula Narotama
dengan sikap yang masih sopan dan suaranya le mbut.
Senopati Sindukerta masih bers ikap tenang pula. Andaikata
telah diketahui bahwa malam tadi Nurseta mendatangi rumah
dan me mbikin ribut di sana, itupun ada alasannya yang kuat
dan cucunya itu tidak ber maksud jahat atau buruk. Dia lalu
me mbuka pintu ruangan dan me manggil seorang pelayan dan
disuruhnya pelayan itu me ngundang Nurseta ke ruangan itu.
Nurseta mendapat keterangan dari pelayan bahwa dia
dipanggil kakeknya yang sedang bercakap-cakap dengan Ki
Patih Narotama di ruangan ta mu. Dia m dia m dia merasa
heran, lalu me mbereskan pakaiannya agar tampak sopan
karena di sana ada seorang tamu agung, yaitu Ki Patih
Narotama yang na ma besarnya sudah dia dengar, bahkan dulu
gurunya, Empu Dewamurti pernah menyatakan kekagumannya kepada Ki Patih Narotama dan Sang Prabu
Erlangga sebagai dua orang muda yang sakti mandraguna dan
sekarang men jadi patih dan raja di Kahuripan yang terkenal
bijaksana. Ketika dia me masu ki ruangan ta mu itu, Nurseta melihat
seorang laki-laki masih muda, sekitar dua puluh delapan tahun
usianya, duduk di atas kursi berhadapan dengan kakeknya
yang bersikap sopan kepada tamunya itu. Laki-laki itu
bertubuh tinggi, berwajah ta mpan dan pa kaiannya bersih dan
bagus, akan tetapi tidak terlalu mewah. Sepasang matanya
mencorong penuh kewibawaan ketika me mandang kepadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau orang ini Ki Patih Narota ma, alangkah sederhananya
bagi seorang patih besar yang terkenal, pikir Nurseta kagum.
Demi menjaga kesopanan, diapun bersikap seolah olah belum
mengenal tamu itu dan mengha mpiri kake knya, bertanya
dengan halus. "Eyang me manggil saya, apakah gerangan yang dapat saya
lakukan untuk eyang?"
"Nurseta cucuku, kita mendapat kehormatan menerima
kunjungan seorang tamu dan beliau ini adalah Gusti Patih
Narotama."
Nurseta lalu bersembah s impuh di depan Ki Patih
Narotama. "Ha mpa Nurseta menghaturkan hormat kepada
paduka, Gusti Patih."
Sejak tadi Narota ma menga mati pe muda yang me masuki
ruangan itu dengan sinar mata kagum. Pemuda itu bertubuh
sedang, kulitnya agak gelap, wajah dan sikapnya a mat
sederhana seperti seorang pemuda petani biasa, juga
pakaiannya bersih na mun sederhana. Akan tetapi sepasang
mata itu me mpunyai sinar yang amat tajam dan dari sinar
matanya saja Narotama dapat melihat bahwa pe muda itu
me miliki kekuatan batin yang hebat, juga mulutnya terhias
senyum ra mah dan penuh pengertian. Baru melihat sepintas
saja sudah timbul perasaan suka dalam hati Narota ma dan dia
semakin ragu akan kebenaran cerita Pangeran Hendratama
yang didengarnya dari Sang Prabu Erlangga.
Melihat pe muda itu me mberi se mbah sungkem, Ki Patih
Narotama cepat berkata. "Cukup, duduklah di kursi, Nurseta.
Aku datang sebagai ta mu dan andika adalah tuan rumah, tidak
perlu menggunakan segala upacara yang me mbuat percakapan kita tidak leluasa. Duduklah di kursi itu!"
Narotama menunjuk kepada sebuah kursi kosong di dekat
tempat duduk Ki Sindukerta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duduklah, Nurseta. Gusti Patih sudah me mberi perkenan."
kata pula kakeknya. Nurseta lalu menyembah.
"Terima kasih, gusti patih." Dia lalu bangkit dan duduk di
atas kursi itu dengan sikap menunggu. Di dalam hatinya dia
merasa bahwa kedatangan Ki Patih Narotama ini tentu
me mbawa urusan penting dan kalau dia tidak keliru sangka,
mungkin sekali ada hubungannya dengan per istiwa tadi
ma la m di rumah gedung Pangeran Hendrata ma. Semenjak dia
datang di kota raja, hanya peristiwa se malam itu lah kiranya
yang dapat menimbulkan urusan.
"Nurseta, aku mendengar bahwa andika adalah cucu
Paman Senopati Sindukerta. Benarkah itu?" tanya sang patih.
"Benar, gusti patih. Eyang senopati adalah ayah dari ibu
hamba" "Cocok sekali kalau begitu. Sekarang sebuah pertanyaan
lagi dan a ku minta agar andika menjawab sejujurnya. Apakah
keris pusaka Sang Megatantra ada pada mu?" Setelah
menge luarkan pertanyaan ini sepasang mata Narotama
menatap tajam penuh selidik sehingga Nurseta merasa seolah-
olah sepasang mata itu mene mbus dan menjenguk is i hatinya.
Akan tetapi dengan tenang dia menjawab. "Tidak, gusti patih.
Memang hamba pernah mene mukan Sang Megatantra dan
menaati per intah mendiang eyang guru, ha mba hendak
menghaturkan pusaka itu kepada Gusti Sinuwun yang berhak
atas pusaka itu, akan tetapi dalam perjalanan hamba, Sang
Megatantra dicuri orang."
K i Patih Narotama mengerutkan alisnya. "Hemm, siapa
yang mencuri Sang Megatantra?"
"Yang mencurinya adalah Pangeran Hendratama, gusti."
K i Patih Narotama mengangguk-angguk, dalam hatinya
merasa heran. Pangeran Hendratama me laporkan kepada
Sang Prabu Erlangga bahwa dia mene mukan Sang Megatantra
akan tetapi keris pusaka itu dicuri Nurseta. Sebaliknya Nurseta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengaku bahwa dialah penemunya dan pusaka itu dicuri
Pangeran Hendratama!
"Nurseta, siapa gurumu?"
"Guru ha mba mendiang Eyang Empu Dewa murti."
"Eyang Dewamurti" Mendiang" Jadi ..... beliau telah
wafat?" Ki Patih Narotama bertanya. Dia mengenal sang empu
sebagai seorang tokoh tua yang selain sakti mandraguna, juga
setia kepada Mataram dan berbudi luhur.
"Benar, gusti. Eyang guru dikeroyok oleh para datuk dari
Wengker, Wura wuri, dan Kerajaan Siluman Laut Kidul. Para
pengeroyok dapat dikalahkan dan me larikan diri, akan tetapi
eyang guru terluka parah dan meninggal dunia."
Kembali Narotama mengangguk-angguk.
Pe muda sederhana ini murid Sang Empu Dewamurti, menurut
perasaan hatinya pemuda ini lebih dapat dipercaya daripada
Pangeran Hendratama! Akan tetapi dia tidak berani
mendahului keputusan Sang Prabu Erlangga, ma ka dia lalu
berkata kepada Senopati Sindukerta. "Paman senopati, seperti
saya katakan tadi, kedatangan saya ini diutus Sang Prabu
Erlangga. Saya ditugaskan untuk me mbawa pa man dan
Nurseta menghadap sang prabu sekarang juga."
Nurseta cepat berkata, "Maaf, gusti patih! Kalau
penangkapan ini ada hubungannya dengan penyerangan ke
rumah. Pangeran Hendratama, maka ha mba lah yang
bertanggung jawab sepenuhnya. Hamba pelaku tunggalnya
dan eyang senopati sama se kali tidak tersangkut. Tangkaplah
hamba, hamba tidak akan melawan. Akan tetapi kalau paduka
hendak menangkap eyang, maaf, terpaksa hamba mencegah
paduka!" Setelah berkata demikian, Nurseta bangkit berdiri dan
menentang pandang mata Ki Patih Narotama dengan
sepasang mata yang mencorong. Bibirnya tersenyum. Pemuda
ini benar-benar me miliki watak ksatrya, berani menentangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk me mbe la eyangnya yang me mang tidak berdosa. Sikap
yang mengagumkan dan gagah perkasa sehingga me mbuat
dia ingin sekali mengukur sa mpai di mana kesaktian pe muda
ini yang menjadi murid Sang Empu Dewa murti.
"Nurseta, sambutlah ini!" Ki Patih Narotama juga bangkit
berdiri dan tiba tiba tangan kanannya didorongkan ke arah
pemuda itu. Dia me mpergunakan pukulan jarah jauh dengan
Aji Hasta Dibya yang mengandung tenaga sakti yang a mat
kuat. Nurseta maklum akan hebatnya serangan jarak jauh itu,
maka diapun cepat mengerahkan tenaga saktinya, menyalurkan ke arah kedua tangannya yang didorongkan ke
depan untuk menya mbut serangan ki patih itu.
"Syuuuuttt ..... blaarrr ....." Hebat bukan main perte muan
dua tenaga sakti itu. Dahsyat dan menggetarkan seluruh
ruangan. Nurseta terdorong mundur satu depa. Narotama
me mandang kagum dan dia mengangguk-angguk. Dia sendiri
merasa dirinya terguncang keras ketika tenaga saktinya
bertemu dengan tenaga Nurseta. Walaupun pe muda itu
terdorong mundur satu depa, namun kedua kakinya tidak
pernah terangkat dari lantai, hanya tergeser ke bela kang dan
men inggalkan bekas pijakan kaki yang dalam dan panjang
pada lantai" Hal ini me mbukt ikan betapa kokoh pasangan
kuda-kuda Nurseta, dan dalam ha l tenaga sakti, pe muda itu
hanya kalah setingkat dibandingkan tenaganya.
"Nurse'ta, jangan menentang perintah Gusti Sinuwun! Aku
dipanggil dan harus menghadap. Hentikan perlawananmu!"
bentak Senopati Sindukerta.
"Maafkan hamba, gusti patih!" kata Nurseta sambil
me mber i hormat dengan sembah kepada Narotama.
Narotama tersenyum. "Nurseta, engkau tidak mengecewakan menjadi murid mendiang eyang Dewamurti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Marilah, paman senopati dan engkau, Nurseta, kalian ikuti
denganku menghadap gusti s inuwun."
Setelah berganti pakaian dan berpamit kepada keluarganya, Senopati Sindukerta dan -Nurseta berangkat, ikut
Ki Patih Narota ma ke istana.
0odewio0 Puterl Mandari tentu saja ikut panik mendengar cerita
Pangeran Hendratama yang terancam oleh Nurseta, cucu


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Senopati Sindukerta. Ia harus cepat me mbantu Pangeran
Hendratama yang menjad i sekutunya. Setelah me mperhitungkan dan mengatur siasat, selir yang cantik dan
cerdik ini segera berkunjung kepada madunya, yaitu
Permaisuri Pertama yang masih terhitung adik tiri dari
Pangeran Hendratama, sama-sama anak dari mendiang Sang
Prabu Teguh Dhar mawangsa. Sang per maisuri yang
sebetulnya diam dia m merasa tidak suka kepada Mandari,
menerima nya dengan sikap dingin. Di dalam hati perma isuri
ini, ada perasaan curiga dan tidak percaya kepada Mandari,
walaupun perasaan ini disimpannya saja di dalam hati karena
iapun me ma klumi bahwa sua minya, Sang Prabu Erlangga,
amat sayang kepada selir yang cantik mengga irahkan ini.
"Eh, diajeng Mandari, apa yang me mbawa andika
berkunjung sepagi ini?" Sang per maisuri menyambut dengan
senyum sambil me mberi isyarat kepada biyung emban (inang
pengasuh) untuk me mbawa Pangeran Sa marawijaya yang kini
berusia kurang lebih tiga tahun itu masuk ke dalam. Hati
permaisuri ini masih tetap tidak merasa tenang kalau
puteranya berdekatan dengan selir suaminya ini.
Mandari tersenyum man is. "Ayunda permaisuri, saya
datang me mbawa kabar yang amat mengejutkan dan a mat
penting untuk paduka ketahui." Karena merasa dirinya juga
puteri raja, maka Mandari tidak ma u menyebut per maisuri itu
dengan sebutan gusti seperti para selir lainnya dan menyebut
ayunda atau kakang-mbok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sang permaisuri mengerutkah alisnya, bersikap waspada
karena me mang da la m hatinya sudah me mpunyai perasaan
curiga dan t idak percaya.
"Kabar apakah itu yang begitu penting dan mengejutkan?"
tanyanya tenang.
"Apakah paduka sudah mendengar tentang peristiwa
kemarin malam yang menimpa Rakanda Pangeran Hendratama dan ha mpir saja merenggut nyawanya?"
Sekali ini per maisuri itu benar-benar terkejut. Pangeran
Hendratama adalah kakaknya, seayah berlainan ibu. Kalau ia
beribu per maisuri dan menjad i puteri mah kota, Pangeran
Hendratama lah ir leb ih dulu dari selir ayahnya. Maka,
mendengar kakak tirinya terancam bahaya ia terkejut sekali.
"Apa yang terjadi dengan ka kanda Pangeran Hendrata ma?"
"Ah, jadi paduka benar-benar be lum me ndengarnya"
Rakanda Pangeran Hendratama nyaris tewas kemarin malam,
gedungnya diserbu seorang yang bernama Nurseta. "
"Siapa itu Nurseta?"
"Nurseta itu cucu Senopati Sindukerta yang dulu pernah
me mberontak dan dicopot kedudukannya oleh me ndiang
Ramanda Prabu Teguh Dhar mawangsa, akan tetapi telah
diangkat kembali menjadi senopati oleh Gusti Sinuwun.
Agaknya Senopati Sindukerta yang mendalangi usaha
pembunuhan itu karena dia rupanya hendak pe mberontak
lagi, didukung oleh cucunya yang kabarnya sakti mandraguna."
"Akan tetapi mengapa Pa man Senopati Sindukerta
berusaha me mbunuh Rakanda Pangeran Hendrata ma?"
"Begini ceritanya, ayunda. Semula Rakanda pangeran
mene mukan keris pusaka Megatantra dan dia hendak
menyerahkan keris pusa ka keturunan Mataram itu kepada
Kanjeng Sinuwun. Akan tetapi dalam perjalanan ke sini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusaka Megatantra itu dicuri oleh Nurseta. Karena keris
pusaka itu mengandung wahyu mah kota, agaknya Senopati
Sindukerta hendak me mpergunakannya untuk mengangkat diri
menjad i raja dan memberontak kepada Kanjeng Sinuwun. Dan
oleh karena rahasia keris pusaka itu, yang dicuri oleh Nurseta,
diketahui oleh Rakanda Pangeran Hendratama, maka Nurseta
berusaha untuk me mbunuhnya! Kalau Nurseta dan Senopati
Sindukerta tidak cepat ditangkap dan dihukum, keselamatan
Rakanda Pangeran Hendratama terancam, juga Kerajaan
Kahuripan teranca m pe mberontakan."
"Wah, kalau begitu berbahaya sekali!" Sang permaisuri
berseru dengan wajah khawatir.
"Me mang a mat berbahaya, ayunda. Akan tetapi saya
khawatir Sang Prabu tidak akan mengambil tindakan keras
karena agaknya beliau percaya kepada senopati tua yang
pandai ber muka man is dan menjilat itu. Karena saya khawatir
sekali, maka pagi ini saya menghadap agar dapat berusaha
supaya Nurseta dan Senopati Sindukerta ditangkap dan
dihukum mati!" Sang per maisuri men gangguk-angguk. "Aku
akan segera mengingatkan Sang Prabu!"
Setelah Mandari pa mit dan mundur, Sang Per maisuri
segera menemui Sang Prabu Er tangga. Dengan wajah gelisah
Sang Permaisuri lalu mohon kepada suaminya agar melindungi
Pangeran Hendratama dan menghukum Nurseta dan Senopati
Sindukerta yang menganca m keselamatan Pangeran Hendratama dan me mpunyai niat hendak me mberontak.
Sang Prabu Erlangga bersikap tenang dan tersenyum
mendengar per mintaan permaisurinya. "Jangan khawatir, yayi
. Aku sedang me manggil Pa man Senopati Sindukerta dan
cucunya yang bernama Nurseta itu. Akan kuselidiki dengan
seksama dan kalau me ma ng benar tuduhan Itu, pasti mereka
akan menerima hukuma n berat."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena urusan ini menyangkut diri Rakanda Pangeran
Hendratama maka dalam persidangan nanti ha mba mohon
hadir, Rakanda Prabu." per maisuri itu menuntut.
Sang Prabu Erlangga menyanggupi. Dia menyadari bahwa
sesungguhnya, mahkota kerajaan Kahuripan yang menjadi
keturunan kerajaan Mataram adalah hak per maisurinya ini
sebagai putera pertama dari permaisuri Sang Prabu Teguh
Dhar mawangsa. Hanya karena dia menjadi sua mi sang puteri
itu, maka kini dia diangkat menjadi raja Kahuripan. Karena itu,
permintaan yang pantas dari permaisurinya ini tentu saja tak
dapat ditolaknya.
Pada keesokan harinya, Ki Patih Narotama menghadapkan
Senopati Sindukerta dan Nurseta ke persidangan istana.
Persidangan itu dihadiri oleh para pejabat tinggi dan hal ini
me mang disengaja
oleh Sang Prabu Erlangga. Dia
menghendaki agar persidangan itu dilakukan secara terbuka
dan seadil-adilnya, maka dia me mber i kesemapatan kepada
para senapati dan pa mong-praja yang berkedudukan tinggi
untuk turut menyaksikan. Tentu saja Sang Per maisuri juga
hadir, ditemani oleh Puteri Mandari. Per maisuri ke dua, yaitu
puteri dari Sriwijaya dan selir pertama Dyah Untari, dan para
selir lain, tidak menghadiri karena selain mereka tidak
diperintahkan hadir, juga urusan itu tidak ada hubungannya
dengan mereka. Setelah me masuki persidangan, Senopati Sindukerto dan
Nurseta duduk bersila di atas lantai dan menghaturkan
sembah, ditonton oleh se mua pejabat tinggi yang hadir.
Sepasang mata Sang Prabu Erlangga yang tajam mencorong
itu ditujukan kepada Nurseta dan seperti juga yang dirasakan
Ki Patih Narota ma pada perte muan perta ma, hati Sang Prabu
Erlangga tertarik dan timbul rasa suka kepada pe muda
sederhana yang tampan itu.
Di antara para pejabat tinggi yang hadir di persidangan itu,
terdapat Pangeran Hendratama dan tiga orang selirnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik dan muda belia, yaitu Sukarti, Kenangasari, dan
Widarti. Ketika melihat Nurseta menghadap, wajah Pangeran
Hendratama berubah merah sekali dan sinar matanya berapi-
api. Juga Sukarti dan Kenangasari me mandang dengan a lis
berkerut dan sinar mata nie mbenci. Hanya Widarti yang
menundukkan mukanya setelah me mandang kepada Nurseta
dan beberapa detik bertemu pandang dengan pemuda itu.
Jantung dalam dada selir termuda dari Pangeran Hendratama
ini berdebar dan la merasa bersalah terhadap Nurseta dan
ma lu. Tidak seperti para ponggawa yang duduk bersila di atas
lantai, Pangeran Hendratama duduk di kursi. Bagaimanapun
juga, dia adalah kakak tiri Sang Per maisuri, maka tentu saja
mendapat penghargaan sebagai saudara tua.
Setelah menerima penghormatan se mua yang hadir, Ki
Patih Narotama me mberi laporan.
"Gusti Sinuwun, ha mba telah me manggil dan menghadap kan Pa man Senopati Sindukerta dan cucunya
seperti yang paduka perintahkan."
Sang Prabu Erlangga mengangguk sa mbil tersenyum
kepada patihnya. "Terima kasih, kakang Patih Narotama." Lalu
Sribaginda me mandang kepada Senopati Sindukerta. "Paman
Senopati Sindukerta, kami minta andika me mper kenalkan cucu
andika ini."
Senopati Sindukerta menghaturkan se mbah lalu berkata,
"Gusti Sinuwun, pe muda ini adalah cucu ha mba bernama
Nurseta. Dia baru beberapa hari datang berkunjung. Cucu
hamba ini adalah anak dari puteri ha mba Endang Saw itri yang
pergi men inggalkan rumah hamba sejak dua puluh tahun yang
lalu dan sampai sekarang tidak pernah pulang."
Sang Prabu Erlangga kini me mandang kepada Nurseta.
"He, orang muda, benarkah na ma mu Nurseta?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nurseta menyembah dan menjawab,suaranya tenang dan
tegas, sedikitpun tidak ta mpak takut atau gugup. "Betul,
kanjeng gusti sinuwun!"
"Nurseta, jawablah dengan sejujurnya. Benarkah pada tiga
hari yang lalu, ma la m-malam engkau berkunjung ke rumah
Kakang Pangeran Hendratama secara mengge lap?"
Kembali Nurseta menjawab dengan mantap. "Sesungguhnya benar begitu, gusti!"
Semua orang tertegun mendengar pengakuan yang mantap
itu dan suasana mulai tegang. Bukan main beraninya anak ini,
pikir para pejabat tinggi yang sudah tua.
"Dan engkau datang dengan niat untuk me mbunuh Kakang
Pangeran Hendratama?"
Sekali ini Nurseta menye mbah lagi dan menjawab lantang.
'Itu tidak benar, gusti!"
"He mm, lalu mau apa engkau datang ke rumah orang
ma la m-malam dengan cara menggelap kalau t idak berniat
me mbunuh Kakang Pangeran Hendratama?"
"Ha mba berkunjung ma la m-malam kesana dengan niat
untuk mera mpas kemba li keris pusaka Megatantra yang
hamba temukan kemudian dicuri oleh Pangeran Hendratama,
gusti." "Bohong besar!" tiba-tiba Pangeran Hendratama berteriak.
"Dia malah yang mencuri ker is pusaka Megatantra dari ha mba,
Yayi Prabu. Tiga orang selir ha mba ini yang menjadi saksi.
Betul tida k, Sukarti, Kenangasari, dan W idarti?"
Sukarti dan Kenangsari cepat menjawab, "Betul sekali,
hamba menjadi saksinya bahwa pusaka itu dicuri oleh
Nurseta!" Sementara itu Widarti hanya ikut menye mbah, akan
tetapi tidak berkata apa-apa dan hal ini tidak kentara karena
dua orang rekannya sudah menjawab berbareng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nurseta, maling kecil kau! Kembalikan pusakaku itu!"
teriak Pangeran Hendrata ma.
Sang Prabu ' Erlangga
mengerutkan alisnya dan
me mandang Pangeran Hendrata ma lalu ber kata, suaranya
tegas berwibawa. "Kakang Pangeran! Ini merupakan
persidangan di istana! Tak seorangpun boleh me mbuka suara
sebelum ditanya! Mengertikah andika?"
Pangeran Hendratama me mbungkuk dan duduk tegak
kembali di kursinya. "Mengerti, Yayi Prabu. Maaf!"
Sang Prabu Erlangga memandang kembali kepada Nurseta
yang masih duduk bersila dengan tenang dan menundukkan
muka dengan tertib dan sopan.
"Nurseta, ceritakan apa yang terjadi dengan keris pusaka
Megatantra."
Nurseta menceritakan dengan suara tenang dan tegas,
didengarkan oleh se mua orang dengan penuh perhatian.
"Gusti S inuwun, pene muan keris itu terjadi kurang lebih ena m
tahun yang lalu. Ketika hamba mencangkul kebun di dusun
Karang Tirta, dekat Pantai Laut Kidul, ha mba mene mukan
sebatang keris dalam tanah. Hamba lalu me mbawa keris itu
kepada Eyang Empu Dewa murti, seorang pertapa yang hamba
kenal di pantai. Beliau yang menerangkan bahwa keris itu
adalah Pusaka Sang Megatantra buatan Sang Empu
Brama kendali di ja man Medang Kamulan, pusaka yang
kemudian menjad i milik Kerajaan Mataram dan hilang puluhan
tahun lalu."
Pada saat itu, dua orang yang pakaiannya paling sederhana


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di antara para ponggawa dan duduknya di sudut, saling
berbisik. Mereka adalah dua orang ponokawan (hamba) yang
dahulu selalu mengikuti Sang Prabu Erlangga dan Ki Patih
Narotama sebelum keduanya menjadi raja dan patih, ketika
masih berkelana dar i Bali-dwipa ke Jawa-dwipa. Dua orang
hamba pengasuh yang amat setia dan amat dipercaya oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sang prabu walaupun mere ka tetap menjadi pa mong pribadi
sang raja. Mereka bernama Bancak, berusia kurang leb ih lima
puluh tahun, bertubuh tinggi kecil, kurus dengan mata s ipit,
dan yang ke dua, bernama Doyok, usianya lebih muda sedikit,
bertubuh gendut pendek dengan suara besar parau seperti
menang is, berbibir tebal. Karena dua orang ini a mat setia,
juga dalam kesederhanaan dan kebodohan mereka seperti
orang-orang dusun terkandung kebijaksanaan dan kejujuran,
maka Sang Prabu Erlangga a mat sayang dan percaya kepada
mereka. Ketika Nurseta bercerita tentang keris pusaka Sang
Megatantra, keduanya saling berbisik. Hal ini tampak oleh
Sang Prabu Erlangga. Dia mengangkat tangan me mberi
isyarat kepada Nurseta untuk menunda ceritanya lalu berkata
kepada dua orang ha mba setia itu.
"Paman Bancak dan Doyok, agaknya andika berdua hendak
mengatakan sesuatu! Nah, katakanlah sekarang juga!"
Bancak dan Doyok saling s ikut seperti saling menyalahkan
dan saling minta agar rekannya bicara. Akhirnya Doyok yang
lebih muda menjawab, suaranya seperti katak buduk.
"Ampunkan ha mba berdua, gusti. Hamba berdua ingin
mengatakan bahwa Sang Empu Dewamurti dapat dihadirkan
sebagai saksi, maka akan terbukti siapa benar siapa salah
karena hamba berdua sudah mendengar bahwa Sang Empu
Dewamurti adalah seorang pertapa yang bijaksana dan tidak
mungkin berdusta."
Semua orang mengangguk-angguk mendengar usul yang
me mang tepat sekali itu. Juga Sang Prabu Erlangga
mengangguk-angguk, lalu berkata kepada Nurseta.
"Nurseta, dapatkah engkau mengundang Eyang Empu
Dewamurti sebagai saksi akan kebenaran keteranganmu tadi?"
"Ampun, gusti. Lebih setahun yang la lu, Eyang Empu
Oewamurti didatangi Resi Bajrasakti dari Wengker, Ratu
Mayang Gupita dari Kerajaan Siluman Laut Kidul, dan tiga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang Kalamuka dari Wura-wuri yang mendengar tentang
Sang Megatantra dan bermaksud merebutnya mengeroyok
Eyang Empu seh ingga eyang yang sudah sepuh itu terluka dan
men inggal dunia."
Sang Prabu Erlangga menghela napas panjang. Di mana-
mana, orang dari kerajaan-kerajaan kecil itu me mang selalu
bertindak sesat dan jahat.
"Kalau begitu, lanjutkan cerita mu Nurseta."
"Ha mba dia mbil murid mendiang Eyang Empu Dewamurti
sampai lima tahun la manya. Pada saat beliau akan wafat,
beliau me mesan kepada hamba agar hamba me mbawa
pusaka Sang Megatantra keKahuripan dan menyerahkan
kepada paduka yang berhak sebagai pe miliknya. Dala m
perjalanan menuju ke sini, hamba bertemu dengan Pangeran
Hendratama dan tiga orang selirnya yang saat ini hadir di sini.
Hamba diterima dengan ra mah dan disa mbut dengan pesta.
Karena percaya, hamba
menceritakan tentang
Sang Megatantra. Pangeran Hendratama melihat keris pusaka itu
dan berjanji akan me mbuatkan gagang dan warangka yang
sesuai. Hamba percaya dan menyerahkannya. Akan tetapi
ketika keris itu dike mbalikan kepada hamba dengan gagang
dan warangka baru, dia lalu perg i dengan tergesa-gesa.
Setelah dia pergi, baru ha mba ketahui bahwa keris pusaka
Megatantra yang dikembalikan kepada ha mba itu palsu. Yang
aseli tentu saja sudah dibawa lari."
"Bohong .....!" kata Pangeran Hendratama.
"Kakang Pangeran!" Sang Prabu Erlangga me mbentak dan
pangeran itu dia m, tak beran i me lanjutkan kata-katanya.
"Belum tiba giliran andika u ntuk bicara!" Sang Prabu Erlangga
lalu ber kata kepada Nurseta.
"Nurseta, lanjutkan cerita mu."
"Sendika (menaati), gusti. Untuk mencari keterangan
tentang orang tua hamba, hamba mendapatkan jeja k yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
me mbawa ha mba mengunjungi Eyang Senopati Sindukerta.
Sungguh tidak ha mba sangka sebelumnya bahwa beliau ini
ternyata adalah eyang hamba sendiril Pertemuan yang
me mbahag iakan hati ha mba. Dari eyang hamba mendengar
bahwa Pangeran Hendratama telah pindah ke kota raja.
Karena itu, kemarin dulu malam ha mba mencoba untuk
me masu ki gedungnya untuk mera mpas kemba li pusaka Sang
Megatantra yang akan hamba haturkan kepada paduka sesuai
pesan mendiang Eyang Empu Dewamurti. Akan tetapi hamba
tidak berhasil karena Pangeran Hendratama me mpunyai
banyak jagoan yang menjaga rumahnya. Demikian lah, hamba
kembali ke rumah Eyang Senopati dan har i ini ha mba
dipanggil menghadap paduka oleh Gusti Patih Narota ma."
Sang Prabu Erlangga mengangguk-angguk. Tentu saja
sebagai seorang raja yang bijaksana dia tidak mau menerima
dan percaya begitu saja akan keterangan Nurseta itu. Dia lalu
me mandang Senopati Sindukerta.
"Paman senopati, benarkah keterangan yang diberikan
cucumu Nurseta tadi?"
"Ha mba berani bersu mpah bahwa apa yang dia haturkan
itu semua benar, gusti."
"Akan tetapi kami men dengar bahwa engkau, didukung
cucumu ini, ingin me mberontak dan merebut tahta kerajaan
kami, menganda lkan wahyu mah kota dari Sang Megatantra.
Benarkah itu ?"
Sepasang mata Senopati Sindukerta terbelalak dan dia
mengge leng kepala kuat-kuat. "Ampun beribu a mpun, gust i!
Tidak sekali-kali ha mba berani me mberontak terhadap
paduka! Keris pusaka Sang Megatantra itu tidak ada pada
hamba, juga t idak dibawa cucu ha mba Nurseta, akan tetapi
dicuri orang seperti yang diceritakan cucu hamba tadi. Hamba,
berani bersumpah, de mi para dewata yang agung, hamba
berdua cucu ha mba hanya bicara sebenarnya, gusti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini Sang Prabu Erlangga me mandang kepada Pangeran
Hendratama, lalu berkata, "Nah, Kakang Pangeran Hendratama, sekarang tiba giliran andika untuk bicara.
Keteranganmu tentang Sang Megatantra sungguh bertolak
belakang dengan keterangan Nurseta dan Paman Senopati
Sindukerta. Andika menceritakan bahwa Nurseta yang mencuri
Sang Megatantra
dari tanganmu, sebaliknya
Nurseta mencer itakan bahwa andika yang mencuri Sang Megatantra
dari tangannya, Nah, bagaimana tanggapanmu tentang cerita
mereka itu?"
Pangeran Hendratama bangkit berd iri dan me lotot
me mandang ke arah Nurseta dan kakeknya, mukanya merah
padam dan dia me mbentak marah.
"Senopati Sindukerta, dan engkau Nurseta Jangan
me mutar-balikkan kenyataan Mana mungkin aku, seorang
pangeran, mencuri" Engkau adalah bocah dusun, tidak heran
kalau engkau mencuri pusaka! Dan aku adalah kakang ipar
Sang Prabu, mana mungkin aku menye mbunyikan pusaka
Sang Megatantra" Aku hendak menyerahkan kepada Sang
Prabu, akan tetapi kaucuri. Kalau engkau, Ki Sindukerta, tentu
mungkin saja hendak me mberontak dan ingin menjadi raja,
menganda lkan pusaka Sang Megatantra yang berada di
tanganmu dan mengandalkan kesaktian cucumu ini! Pantas
saja engkau menyuruh cucumu ini ma la m-malam untuk
mencoba me mbunuhku karena hanya akulah yang mengetahui
akan rahasiamu. Betul tidak" Mengaku sajalah, Sindukerta dan
Nurseta, daripada kalian disiksa -agar menga ku!"
"Cukup, Kakang Pangeran. Aku yang bertanya kepada
andika dan be lum andika jawab. Tidak perlu kakang marah-
marah. Jawablah pertanyaanku, bagaimana pendapat atau
tanggapanmu akan cer ita Nurseta dan Paman Sindukerta
tadi?" "Mereka jelas bohong, Yayi Prabu! Mereka sengaja
me mutar balikkan fakta. Karena itu, keputusannya berada di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan paduka, ataukah paduka lebih percaya kepada bocah
dusun dan kakeknya yang dulu pernah dipecat mendiang
Ramanda Prabu Teguh Dharmawangsa!"
Sang per maisuri yang duduk di sebelah kiri Sang Prabu
Erlangga berkata lirih kepada sua minya. "Sungguh aneh kalau
Rakanda Prabu tidak percaya kepada kakak hamba Pangeran
Hendratama yang me mpunyai tiga orang saksi dan lebih
percaya kepada dua orang ini."
Sang Prabu Erlangga menjad i serba salah. Membenarkan
Pangeran Hendratama dia meragu karena dalam lubuk
hatinya, dia percaya bahwa Nurseta dan Senopati Sindukerta
tidak berbohong. Akan tetapi untuk me mbenarkan mereka
berarti dia menyalahkan Pangeran Hendratama dan hal ini
akan me mbuat permaisurinya tak senang dan marah.
Dengan alis ber kerut Sang Prabu Erlangga lalu berkata
lantang, didengarkan semua orang dengan penuh perhatian
dan hati tegang.
"Oleh karena kedua p ihak me mber i keterangan yang saling
bertentangan, dan kami belum melihat bukti s iapa yang benar
dan siapa salah, maka kami menga mbil keputusan begini:
Untuk se mentara Pa man Senopati Sindukerta dan cucunya,
Nurseta, ditahan dalam penjara dan kami menugaskan Kakang
Patih Narotama untuk melakukan penyelidikan sehingga
mendapatkan b ukti siapa yang benar dan siapa yang salah di
antara kedua pihak!"
Pangeran Hendratama dan beberapa orang pa mong yang
menjad i sekutunya, merasa kecewa dengan keputusan yang
hanya merupakan penundaan keputusan yang pasti itu. Juga
sang permaisuri mengerutkan alisnya, akan tetapi ia diam saja
karena bagaimanapun juga, keputusan Sang Prabu Erlangga
itu condong menguntungkan Pangeran Hendratama dan
merugikan Senopati Sindukerta dan cucunya yang ditahan
dalam penjara. Akan tetapi para pejabat tinggi la innya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengangguk-angguk
dan menganggap keputusan itu bijaksana dan ad il.
Senopati Sindukerta dan Nurseta lalu diiringkan empat
orang pengawal, dibawa ke penjara istana yang berada di
belakang bangunan istana.
Dengan hati kesal Sang Prabu Erlangga la lu me mbubarkan
persidangan. Ki Patih Narota ma pulang ke kepatihan dengan
hati berat. Dia hampir merasa yakin bahwa Nurseta dan
Senopati Sindukerta tidak berbohong. Pantasnya Pangeran
Hendratama yang berbohong. Akan tetapi menyelidiki dan
mencari kesalahan pangeran itu, hatinya merasa tidak enak
terhadap Permaisuri Pertama yang tentu saja berpihak kepada
pangeran kakaknya itu.
Pangeran Hendratama dan tiga orang selirnya juga pu lang.
Hatinya risau karena ternyata kenyataan dalam persidangan
itu tidak seperti yang dia harapkan. Nurseta dan Senopati
Sindukerta tidak dijatuhi hukuma n berat, melainkan hanya
ditahan untuk sementara dan Ki Patih Narotama ditugaskan
untuk menyelidiki siapa yang benar dan siap yang salah. Tentu
saja hatinya risau. Kalau sampai dapat dibukt ikan bahwa dia
mencuri Sang Megatantra, pasti dia akan mendapatkan
hukuman berat dan adik tirinya, Sang Permaisuri, tidak akan
ma mpu menyelamatkannya. Pula, dia tahu benar bahwa
sebetulnya tidak ada hubungan dekat antara dia dan Sang
Permaisuri, bahkan di antara mereka ada rasa tidak suka yang
timbal balik. Dia merasa iri dan tidak s uka kepada adik tirinya
itu dan tentu saja di lain pihak, Sang Permaisuri juga tidak
suka kepadanya. Kalau Sang Permaisuri me mbe lanya dalam
persidangan, hal itu adalah karena bagaimanapun juga dia
adalah kakaknya dan kalau kaka knya dinyatakan bersalah,
tentu adiknya akan ikut merasa malu. Sementara itu, setelah
persidangan usai, Sang Prabu Erlangga lalu mengera m diri
dalam sanggar pa mujan (ruangan berdoa) untuk duduk
bersamadhi dan mohon petunjuk kepada Sang Hyang Widhi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mohon agar kerajaan Kahuripan terbebas dari anca man
bahaya seperti yang pernah dirama lkan oleh Empu Bharada.
0oo0 Narotama me mikul tugas yang cukup berat. Untuk
menyelidiki kebenaran keterangan Nurseta, dia harus pergi ke
dusun Karang Tirta di mana pemuda itu dahulu tinggal dan
mene mukan Sang Megatantra, juga dia akan menyelidiki
tempat yang dulu dijadikan tempat pertapaan mendiang Empu
Oewamurti. Narotama tahu bahwa Empu Dewamurti adalah
kakak seperguruan Empu Bharada yang amat dihormati Sang
Prabu Erlangga dan dia sendiri. Kalau Nurseta merupakan
murid Sang Empu Dewamurti, tentu dia telah menerima
gemblengan batin dari gurunya yang arif dan bijaksana itu.
Maka dia lalu berpa mit kepada kedua isterinya, Listyarini dan
Lasmini, bahwa kepergiannya sekali ini akan makan waktu
yang agak lama, mungkin sa mpai sebulan baru dia akan
kembali. Setelah Narotama pergi, Lasmini merasa kesepian. Puteri
Kerajaan Parang Siluman ini adalah seorang yang telah
terjatuh ke dalam kekuasaan nafsu-nafsunya. Cintanya
terhadap suaminya, Ki Patih Narotama, hanyalah cinta yang' di
dasari nafsu berahi. Karena itu, baru ditinggal pergi Narotama
selama beberapa hari saja. ia sudah gelisah dan kesepian
sekali, haus akan belaian sua minya. Pada saat dan keadaan


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seperti itu, mula ilah ia mencurahkan perhatiannya kepada
tukang kebunnya, yang bukan lain adalah Linggajaya pemuda
tampan, ganteng dan sakti, yang juga diam-dia m menjadi
sekutunya karena pemuda itu adalah utusan Kerajaan
Wengker. Pada suatu senja yang tidak cerah karena langit
mengandung awan hita m biang hujan, terkadang tampak sinar
berkilat dalam mendung tebal dis usul bunyi guntur
bergemuruh, Lasmini me masu ki ta man bunga kepatihan yang
luas dan penuh tanaman beraneka ragam kembang itu. Dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesepiannya, ia teringat akan Linggajaya dan ingin melihat
apa yang dilakukan pe muda yang menyamar sebagai tukang
kebun itu. Ketika ia tiba di padang rumput dekat pondok kecil di
tengah taman, ia me lihat pe muda itu sedang ber latih s ilat. Ia
berhenti melangkah dan menonton dari jauh. Linggajaya
bertelanjang dada sehingga tampak tubuhnya yang tegap,
dadanya yang bidang dan ta mpak penuh dengan tenaga.
Kedua tangan yang bergerak-gerak tangkas itu menimbulkan
angin yang mengeluarkan bunyi bersiutan. Alangkah
gagahnya, alangkah gantengnya, pikir Lasmini dan timbul
kegembiraannya bercampur gairahnya. Ia lalu melompat dan
berlari mengha mpiri.
"Mari kita latihan!" katanya dan langsung saja ia
menyerang pe muda itu. Linggajaya girang melihat munculnya
wanita cantik ini dan dia cepat menang kis la lu me mbalas.
Mereka segera saling serang dengan cepat dan kuat. Tubuh
mereka berkelebatan. Setelah menjadi selir Narota ma, Lasmini
me mpero leh kemajuan banyak sekali da la m ilmu s ilat, juga
tenaga saktinya bertambah setelah mendapat petunjuk
Narotama bagaimana untuk menghimpun tenaga sakti.
Namun, karena kedua orang itu bertanding hanya untuk
latihan, seperti pasangan yang menari-nari, tentu saja mereka
me mbatasi tenaga dan menjaga agar tidak saling me luka i.
Karena sering lengan mereka beradu dan melihat betapa
dekatnya wanita cantik itu sehingga dia dapat mencium
keharuman. melati yang melekat di tubuh Lasmini, Linggajaya
seperti dibakar gairah nafsunya sendiri. Demikian pula
Lasmini. Tiba-tiba Lasmini kehilangan bayangan Linggajaya
yang menggunakan Aji Panglimutan, yang membuat tubuhnya
sejenak tidak ta mpak. Lasmini tahu ilmu apa yang
dipergunakan Linggajaya. Kalau ia mau, dengan pengerahan
tenaga saktinya mengeluarkan teriakan me lengking, ia akan
ma mpu me mbuyarkan Aji Panglimutan itu. Akan tetapi ia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mau me lakukannya, khawatir kalau-kalau teriakan me lengking
itu akan menarik perhatian orang. Pula, ia ingin melihat apa
yang akan dilakukan pe muda yang menar ik hatinya itu.
Tiba-tiba dua lengan yang kuat me meluknya dari belakang.
Hidung dan bibir yang hangat menempel pada lehernya yang
me mbuat ia mengge lijang.
"Ihh, sembrono . ...., jangan di sini ..... lepaskan!" Mulutnya
berkata demikian akan tetapi ia t idak meronta agar lepas dan
pelukan hangat itu.
"Lalu di mana, sayang?" tanya Linggajaya berbisik di de kat
telinga Las mini.
"..... di kamarku ..... malam ini ..... lewat jendela .....I" kata
Lasmini dengan hati menggetar karena gairah berahi.
Mendengar jawaban ini, Linggajaya girang sekali dan dia
me lepaskan pelukannya dari belakang. Lasmini lalu berlari lari
men inggalkannya. Linggajaya tertawa. Dia tahu bahwa sudah
lima hari la manya Narotama men inggalkan kepatihan. Saat
seperti yang dijanjikan Lasmini tadilah yang dinanti-nantinya,
yang me mbuat dia bertahan menjadi tukang kebun di
kepatihan itu. Kalau tidak ada harapan itu, dia tidak akan sudi
menya mar sebagai tukang kebun!
Lasmini mandi dan hatinya bergetar. Ia masih perawan
ketika menjadi isteri Narotama dan sejak itu, ia tidak pernah
berdekatan dengan pria lain. Sekarang inilah pertama kalinya
ia hendak menyeleweng dengan laki-laki lain, maka hatinya
penuh ketegangan, juga kegembiraan yang me mbuat
jantungnya berdebar-debar.
Seperti sudah dapat diduga sejak sore, malam itu gelap
dan mendung men jadi se makin tebal. Suasana di gedung
kepatihan sepi sekali. Semua penghuni rumah itu merasa lebih
senang tinggal di da la m kamar mas ing-masing. Apalagi Ki
Patih Narotama tidak berada di rumah. Bahkan para perajur it
pengawal yang berjaga di pintu gerbang kepatihan merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih a man tinggal di gardu penjagaan. Lasmini sejak tadi
sudah berada dalam kamarnya. Pintu kamarnya sudah ditutup
dan dipalangi dari dalam, akan tetapi daun jendela kamarnya
hanya dirapatkan begitu saja, tidak dipa lang. Dan di luar
kamar duduk seorang wanita bertubuh tinggi besar berwajah
buruk berusia sekitar empat puluh dua tahun. Ia adalah Sarti,
pelayan pribadi, kepercayaan Lasmini yang dulu dibawanya
dari Kerajaan Parang Siluma n ketika ia menjadi selir
Narotama. Pelayan ini bertugas untuk menjaga agar kamar
Lasmini malam itu tidak mendapat gangguan. Tentu saja Sarti
tahu bahwa majikannya ma la m itu hendak langen as mara
(berma in cinta) dengan Linggajaya!
Lasmini duduk . menanti di tepi pe mbaringannya. Kamar
yang indah itu harum se merbak me lati, kesukaannya. Ia
mengenakan pakaian tipis. Di atas meja terdapat lampu kecil
yang me mberi penerangan remang-re mang. Setelah menanti
dengan hati tegang sejak senja tadi, tiba - tiba daun jendela
terbuka dan bayangan tubuh Linggajaya me lompat masuk
me lalui lubang jende la. Dengan tenang Linggajaya menutupkan kembali daun jendela dan me malangnya. Lalu dia
me mutar tubuh me mandang ke arah Lasmini. Wanita ini
bangkit berdiri. Dua buah kakinya gemetar ketika ia
me langkah perlahan mengha mpiri pe muda itu. Tanpa berkata-
kata, keduanya saling mengha mpiri dan entah siapa yang
me mulai, keduanya sudah melekat dalam rangkulan yang
ketat. Linggajaya me mondong tubuh itu dalam pelukannya,
me lingkari tubuh itu dengan kedua lengannya yang kokoh
kuat me mbawanya ke pe mbaringan yang seolah sudah
menggapai dan men gajak mereka.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Seolah-olah iblis
setan bekasakan merestui perjinaan yang dilakukan dua orang
manusia yang sudah menjadi perma inan nafsu mereka sendiri.
Lasmini bagaikan seekor ikan yang tadinya mengge lepar di
darat, kini mendapatkan air sehingga ia dapat berenang-
renang sepuas hatinya. Nafsu berani adalah satu di antara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nafsu yang paling mulia karena melalui nafsu ini sua mi isteri
mencurahkan cinta mereka yang paling mendalam, yang
mendorong pasangan itu bukan hanya ingin bersatu raga akan
tetapi juga bersatu jiwa. Bahkan melalui nafsu berahi ini
terjadilah perkembang-biakan manusia sehingga nafsu ini
merupakan anugerah Sang Hyang Widhi yang paling penting,
paling indah, dan paling mulia.
Akan tetapi, seperti juga semua nafsu yang amat
bermanfaat bagi kehidupan manusia didunia ini maka nafsu
diikut-sertakan manusia sejak lah ir, nafsu akan menjadi
penyeret manusia ke le mbah dosa. Kalau nafsu tetap dalam
fungsinya semula, yaitu sebagai hamba yang baik dan
bermanfaat, taat kepada kita selaku maj ikan , jina k dibawah
kendali etika, kehormataan dan peradaban, ma ka nafsu
merupakan anugerah. Akan tetapi sebaliknya, kalau nafsu
berahi menjad i majikan, liar tak terkendalikan, dan kita
sebaliknya yang diiperhamba, ma ka nafsu akan menimbulkan
ma lapetaka. Nafsu
berahi akan menyeret kita dan
men imbulkan perbuatan sesat seperti perkosaan, perjinaan,
pelacuran dan sebagainya.
Dua orang yang menjadi ha mba nafsu itu berpesta ria di
ma la m hujan yang dingin itu. Dan perbuatan yang dilakukan
sebagai pemuasan nafsu itu selalu menuntut pengulangan dan
pengulangan untuk kemudian menimbulkan kebosanan. Pagi-
pagi sekali Linggajaya meninggalkan Lasmini, keluar dari
kamar me lalui jende la. Dan kesempatan selagi Narotama tidak
berada di rumah itu dimanfaatkan oleh dua orang yang mabuk
berahi untuk mengulangi perbuatan mereka. Setiap malam
Linggajaya berada di ka mar Lasmini.
Beberapa hari kemudian, setelah gelombang nafsu berahi
yang menguasai diri mereka agak reda, keduanya teringat
akan keadaan dan tugas, lalu di sela-sela perma inan as mara
itu mereka mulai berunding.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lasmini menceritakan tentang peristiwa yang terjadi di
istana Sang Prabu Erlangga, yaitu tentang persidangan di
istana untuk me meriksa perkara antara Pangeran Hendratama
me lawan Senopati Sindukerta dan cucunya, Nurseta. Mereka
rebah berdampingan di atas pembaringan, di antara bantal-
bantal. "Kita harus me mbantu Pangeran Hendrata. Dia merupakan
sekutu kita yang penting karena dengan bantuannya, lebih
besar kemungkinan menjatuhkan Sang Prabu Erlangga. Aku
mendengar bahwa Pangeran Hendratama terancam oleh
pemuda yang berna ma Nurseta itu, yang kabarnya sakti
mandraguna."
Linggajaya mengerutkan a lisnya. Tentu saja dia mengenal
Nurseta, bahkan pernah bertanding melawannya ketika
Nurseta menyerbu rumah Ki Lurah Suramenggala, ayahnya
dan dia harus mengakui bahwa Nurseta merupakan lawan
berat. Kalau ketika itu tidak muncul Puspa Dewi yang menjadi
anak tiri ayahnya dan yang me mbantunya melawan Nurseta,
dia tentu akan kalah.
"Aku tahu siapa itu Nurseta. Sebetulnya dia sedusun
dengan aku, bahkan pernah bekerja sebagai kuli pada ayahku
yang menjadi lurah di dusun Karang Tirta. Dia menjad i sakti
karena dia mbil murid mendiang Empu Dewa murti."
"Sekarang Nurseta dan kakeknya, Senopati Sindukerta,
untuk sementara di tahan di dalam penjara istana. Sang Prabu
Erlangga kini mengutus Ki Patih Narotama untuk menyelidiki
siapa yang benar antara Pangeran Hendratama dan Nurseta
dalam hal mene mukan Sang Megatantra dan siapa di antara
mereka yang me ncurinya."
"Tentu saja yang menemukan adalah Nurseta. Aku sendiri
mengetahui hal itu, dan yang mencurinya tentu Pangeran
Hendratama." kata Linggajaya tidak begitu acuh. Ada tubuh
mulus wajah cantik di de katnya, bagaimana mungkin dia
dapat bergairah memikirkan hal lain" Dia me meluk lagi, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi Lasmini me nolak dengan le mbut, mendorongkan
tangannya. "Ih, dengarkan dulu, kita bicara penting ini!" tegurnya.
"Aku juga sudah menduga demikian. Akan tetapi karena itu
kita harus me mbantu Pangeran Hendratama. Dengan Sang
Megatantra di tangannya, dia dapat mempengaruhi para
pamong praja yang tinggi kedudukannya, untuk me mihak
kepadanya yang me mpunyai wahyu mahkota."
"Bagaimana kita dapat me mbantunya?" tanya Linggajaya
penuh perhatian kini karena dia teringat akan tugas mereka
untuk bersekutu dan menjatuhkan Kerajaan Kahuripan.
"Begini, kita harus dapat me mbunuh Nurseta dan
Sindukerta dalam penjara. Akan tetapi sebelumnya, kita
tunggu kedatangan Ki Patih Narotama. Kalau dia menemukan
hal-hal yang me mberatkan Pangeran Hendratama, sebelum
dia dapat bertindak lebih jauh, kita ..... bunuh saja Ki Patih
Narotama!"
Linggajaya terkejut dan bangkit duduk, menatap wajah
cantik yang masih ada titik-tit ik keringat seperti embun di
dahinya. Dia mengusap dahi ha lus itu me nghilangkan
keringatnya. ."Membunuh ..... suamimu?"" Lasmini juga bangkit duduk.
"Husssh, aku
me njadi selirnya hanya untuk
dapat me mbunuhnya. Ingat?"
"Ya-ya ..... akan tetapi K i Patih Narotama itu sakti
mandraguna. Bagaimana mungkin dapat menga lahkan dan
me mbunuhnya?"
Lasmini merangkul pe muda itu. "Linggajaya, kalau kita
berdua maju bersa ma mengeroyoknya, kukira kita akan dapat
menga lahkan dan
me mbunuhnya. Asal engkau
mau me mbantu ku dan bersungguh-sungguh. Ingat, kalau dia mati,
hubungan kita akan dapat berlanjut tanpa sembunyi-sembunyi
lagi, kan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Linggajaya balas merangkul. "Ba iklah, Lasmini. Kalau
engkau yang minta, pasti kuturuti. Betapa sukar dan beratnya,
aku akan me mbantu mu sekuat tenaga. Engkau benar,
betapapun saktinya dia, kalau kita maju bersama, kurasa tidak
mungkin kita akan kalah.'
Demikianlah, dua orang yang tidak merasa bahwa mereka
telah melakukan perbuatan yang kotor dan hina itu
me lanjutkan hubungan gelap mere ka. Tidak ada seorangpun
di antara para penghuni gedung kepatihan yang menyangka,
apalagi tahu akan hubungan gelap itu, kecuali, tentu saja Sarti
pelayan setia dari Lasmini itu. Mereka menanti kemba linya Ki
Patih Narotama dan Lasmini juga sering mengadakan kontak
rahasia dengan para sekutunya.
Jilid 20 KARENA Ki Patih Narotama t idak berada di rumah,
kesempatan Ini dipergunakan Lasmini bukan saja untuk
mengumbar nafsu bejatnya, akan tetapi Juga ia menjadi
leluasa untuk mengadakan kunjungan ke istana raja untuk
bertemu dan berunding dengan Mandari.
Pada suatu hari Lasmini berkunjung kepada adiknya,


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mandari di istana keputren. Mereka berdua mempergunakan
kesempatan itu untuk pergi berburu binatang hutan bersa ma.
Tentu saja ini hanya alasan. Sebenarnya mereka berkunjung
ke hutan di mana akan diadakan perte muan rapat antara
mereka yang bersekutu me musuhi Sang Prabu Erlangga.
Kita tinggalkan dulu dua orang puteri yang tiada hentinya
berusaha untuk mengancurkan kekuasaan Sang Prabu
Erlangga itu dan kita ikut i perjalanan Ki Patih Narotama yang
hendak menyelidiki tentang keris pusaka Sang Megatantra,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapa sesungguhnya yang menemukan dan siapa pula yang
mencurinya agar dapat diketahui s iapa yang kini menguasainya. Ki Patih Narotat a melakukan perjalanan
seorang diri menuju dusun Karang Tirta. Dalam perjalanan ini,
tidak ada yang mengenalnya karena seperti biasa kalau
me lakukan tugas penyelidikan seorang diri, Narotama tidak
mengenakan pakaian kebesaran, menunggang kereta atau
kuda dan dikawal sepasukan perajur it seperti seorang patih.
Dia me lakukan perjalanan me nunggang kuda dengan pakaian
biasa sehingga orang akan mengira bahwa dia hanya seorang
laki-laki gagah berusia sekitar tiga puluh dua tahun dengan
pakaian biasa, sama sekali t idak me nunjukkan bahwa dia
seorang bangsawan.
Setelah tiba di dusun Karang Tirta, Narotama segera
bertanya-tanya di mana dan siapa yang menjadi lurah dusun
itu. Dia mendapat keterangan bahwa lurahnya adalah Ki
Suramengga la. Karena hari masih pagi dan dia ingin
berkunjung kepada lurah itu dalam keadaan menyamar
sebagai orang biasa, maka dia hendak menunggu sa mpai saat
yang pantas untuk berkunjung ke rumah orang.
Ketika dia me lewati sebuah ruma h sederhana dan seorang
laki-laki berusia sekitar enam puluh tahun tampak menyapu
daun-daun kering di ha la man rumah yang ditumbuhi pohon
nangka, Narotama menghentikan kudanya, lalu menuntun
kuda me masuki halaman rumah itu. Pemilik rumah yang
sedang menyapu itu menghent ikan kegiatannya dan
me mandang Narota ma dengan heran karena dia merasa tidak,
mengenai ta mu yang me masuki halaman rumahnya sambil
menuntun kuda itu. Sebagai seorang dusun yang sederhana
dan miskin, dalam anggapannya, kalau orang sudah me miliki
seekor kuda dan pakaiannya juga tidak seperti petani biasa
walaupun pakaian itu tidak mewah, tentu seorang priyayi atau
seorang kota yang derayatnya lebih tinggi daripada penduduk
dusun. Maka rang itu melepaskan sapunya dan menyambut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedatangan Narotama dengan sikap hormat dan me mbungkuk-bungkuk.
Melihat s ikap orang itu, Narotama cepat me mberi salam
dengan suara le mbut dan sikap ra mah.
"Permisi, pa man, maafkan kalau saya mengganggu
kesibukan pa man."
Orang itu tersenyum polos, agaknya senang melihat sikap
dan mendengar kata-kata yang lembut dan ramah itu. "Ah,
tidak, denmas, sama sekali t idak mengganggu. Ada keperluan
apakah, denmas, maka andika sud i berkunjung ke gubuk saya
ini?" "Nanti dulu, paman. Sebelumnya saya ingin mengetahui,
apakah pa man sudah lama tinggal di dusun Karang Tirta ini?"
"Wah, sudah la ma sekali, denmas. Sejak muda bersama
isteri saya, sampai isteri saya meninggal ..... hemm, berapa
la ma, ya" Pergantian lurah sudah tiga kali, yang terakhir
sampai sekarang lurahnya Ki Suramenggala, sudah ha mpir
dua puluh tahun jadi lurah di sini. Dan sebelum itu ..... hemm,
paling tidak s udah tiga puluh tahun saya tinggal di dusun ini."
Girang rasa hati Narotama. "Kalau begitu, saya berhadapan
dengan orang yang tepat, paman. Perkenalkan, nama saya
..... Tama dan saya datang dari kota raja. Saya ingin bertanya
kepada paman tentang keadaan dusun ini belasan tahun yang
lalu." "Wah, dengan senang hati, denmas Tama. Mari, silakan
masu k, kita bicara di dalam."
Narotama mena mbatkan kudanya pada batang pohon, lalu
berkata, "Terima kas ih, pa man ....."
"Wirodipo na ma saya, denmas. Mari silakan."
Mereka me masuki pondok sederhana dan Narotama
dipersila kan duduk di atas bangku. Mereka duduk berhadapan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhalang sebuah meja yang kasar buatannya. Narotama
me lihat betapa isi rumah itupun amat sederhana, namun
cukup bers ih. "Nah, denmas Tama, tanyakan apa tinja yang andika ingin
ketahui. Saya akan menceritakan apa yang saya tahu,."
"Sebelumnya, terima kasih banyak, paman W irodipo Saya
ingin bertanya tentang diri seorang yang dulu tinggal di dusun
ini, yang bernama Nurseta. Apakah paman mengena lnya?"
Wirodipo me ngerutkan alisnya, mengingat-ingat. Lalu
matanya bersinar, wajahnya menjadi cerah. "Ah ....., dia"
Tentu saja saya tahu, bahkan belum la ma ini dia me mbikin
geger dusun ini!"
Tentu saja Narotama menjadi tertarik sekali. "Cenitakan
tentang dia, paman. Saya ingin sekali me ngetahuinya."
"Saya tidak mengenal baik orang tuanya, hanya tahu
bahwa ayahnya bernama Dharmaguna dan isterinya yang
cantik, saya lupa lagi na manya. Mereka tinggal di s ini
beberapa tahun, akan tetapi pada suatu hari suami isteri itu
men inggalkan Nurseta begitu saja, entah ke mana. Kalau tidak
salah ketika itu Nurseta berusia kurang leb ih sepu luh tahun.
Anak itu rajin, bekerja di mana saja, tadinya membantu Ki
Lurah Suramenggala dan selanjutnya mencari makan dengan
me mbantu para petani di sini. Ketika berusia belasan tahun
dia menghilang. Saya tidak me lihat sendiri kejadian itu, akan
tetapi orang-orang menceritakan Nurseta pergi bersama
seorang kakek sakt i. Kabarnya, kakek itu me mbuat Ki Lurah
Suramengga la dan anak buahnya lumpuh ketika mereka
hendak me mukul Nurseta dan kakek itu. Kemudian mereka
berdua pergi entah ke mana."
Narotama menduga bahwa kakek yang me mbawa pergi
Nurseta itu tentu Empu Dewa murti.
"Apakah andika mengetahui s iapa kakek yang me mbawa
pergi Nurseta itu. Pa man Wirodipo?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya sendiri tidak pernah berte mu dengan ka kek sakti itu,
denmas. Akan tetapi ada beberapa orang yang pernah
brrtemu dan mereka mengatakan bahwa kakek itu adalah
seorang sakti yang bertapa di tepi pantai Laut Kidul dan
pernah menolong orang-orang yang sakit dengan me mberi
jamu yang mujarab sekali."
"Apakah andika pernah mendengar bahwa Nurseta itu telah
mene mukan sebatang keris pusaka yang disebut Sang
Megatantra?"
Ki Wirodipo mengerutkan a lisnya dan menggeleng kepala.
"Saya tidak tahu dan tidak pernah mendengarnya, denmas."
Dala m hatinya, Narotama merasa kecewa. justeru yang
terpenting baginya adalah keterangan mengenai Sang
Megatantra, akan tetapi kakek ini tidak me ngetahuinya.
"He mm, lalu bagaimana
selanjutnya" Tadi andika
mengatakan bahwa belum la ma ini Nurseta me mbikin geger
dusun ini. Apa yang telah terjadi?"
"Saya juga hanya mendengar saja cerita orang-orang,
denmas. Menurut cerita mereka, Nurseta, setelah pergi kurang
lebih lima tahun dan sekarang telah dewasa, muncul di rumah
Ki Lurah Suramenggala dan kabarnya dia menga muk, '
meroboh kan para jagoan ki lurah, bahkan menganca m Ki
Lurah Suramenggala. Kemudian muncul putera ki lurah dan
juga puteri tiri ki lurah. Kedua orang muda ini setelah
menghilang kurang leb ih lima tahun juga pulang dan
telah menjadi orang-orang sakti. Nurseta dikeroyok oleh
Denmas Linggajaya dan Masayu Puspa Dewi sehingga
me larikan diri."
"Siapa nama ana k-anak K i Lurah Suramengga la itu?"
"Den mas Linggajaya adalah anak kandung ki lurah,
sedangkan Masayu Puspa Dewi adalah anak tirinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Narotama termenung, dia m-dia m dia merasa heran. Dia
pernah bertemu dengan Puspa Dewi, gadis yang mengaku
sebagal murid Nyi Dewi Durgakuma la dan yang menyerangnya
karena perintah gurunya, akan tetapi dia dapat menyadarkan
gadis itu yang dia tahu dasarnya tidak jahat. Dan K i Patih
Narotama semakin heran mendengar nama Linggajaya.
Tadinya dia hanya merasa seperti pernah mendengar nama
ini. Kemudian metelah teringat, dia terkejut. Bukankah juru
taman kepatihan yang baru itu, yang diusulkan oleh Lasmini
dan katanya pemuda itu saudara misan Sarti pelayan Las mini,
juga bernama Linggajaya" Kalau benar demikian, msngapa
putera seorang lurah, juga yang menurut Ki Wirodipo telah
menjad i seorang pe muda sakti, mau menjad i tukang kebun"
Tentu saja timbul kecurigaan dalam hatinya. Apakah yang
tersembunyi di balik se mua itu" Dia teringat Puspa Dewi.
Gadis itu me musuhinya karena terpaksa untuk mentaati pesan
gurunya, Nyi Dewi Durgakumala yang me mang me musuhinya
dan me musuhi Kahuripan. Lalu apa yang mendorong
Linggajaya menyusup ke kepatihan" Mereka berdua itu anak-
anak K i Lurah Sura menggala! Dia harus menyelidiki keadaan
lurah itu. Mungkin di sana dia akan mene mukan jawabannya.
"Terima kasih, paman. Keteranganmu itu a mat berguna
bagi saya. Sekarang saya ingin bertanya tentang keluarga Ki
Lurah Sura mengga la itu, yaitu tentang anak-anaknya."
"Anak kandungnya hanya seorang denmas Linggajaya
itulah yang sekarang sudah dewasa, sekitar dua puluh satu
tahun usianya. Selain denmas Linggajaya, ki lurah juga
me mpunyai seorang anak tiri, yaitu Masayu Puspa Dewi,
setelah ibu gadis itu, seorang janda diambil se lir oleh ki lurah.
Selain mereka berdua Ki Lurah Sura menggala tidak
me mpunyai anak lain."
"Bagaimana watak anak-anaknya itu?"
"He mm, denmas Linggajaya itu ketika kecilnya terkenal
nakal sekali, mungkin karena mengandalkan kedudukan orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tuanya. Entah sekarang setelah dewasa karena sejak pulang
dan menjadi orang sakti, dia hanya sebentar berada di sini lalu
pergi lagi. Adapun Masayu Puspa Dewi yang juga berasal dari
dusun ini, sejak kecil wataknya baik sekali. Ibunya juga
seorang janda yang lemah le mbut dan baik. Setelah Masayu
Puspa Dewi hilang, kabarnya diculik orang, ibunya diambil
sebagai selir oleh ki lurah. Kini Masayu Puspa Dewi juga telah
menjad i seorang gadis sakti dan saya tidak tahu bagaimana
wataknya sekarang."
Narotama mengangguk-angguk. Puspa Dewi mas ih menjadi
seorang gadis yang baik budi, walaupun ia menjad i murid
seorang datuk wanita yang sesat.
"Dan bagaimana dengan Nurseta sendiri" Ketika dia masih
tinggal di sini, bagaimana wataknya?"
"Wah, kalau dia anaknya rajin dan baik, denmas. Semua
orang di dusun ini menyukainya. Bayangkan, dia pernah
me mbantu saya mengerjakan ladang saya dan karena tahu
bahwa saya bukan orang kaya, dia sudah puas hanya
mendapatkan ma kan sebagai upahnya. Dia tidak mengharapkan upah lainnya lagi."
Narotama mengangguk-angguk. Seorang pemuda dengan
watak sebaik itu tidak mungkin mencuri keris pusaka Sang
Megatantra! "Terima kasih, Pa man W irodipo. Sekarang saya hendak
men itipkan kuda saya di s ini, apakah andika tidak keberatan"
Nanti kalau sudah selesai urusan saya, saya akan
menga mbilnya."
"O, tentu saja, denmas. Biar di halaman depan, nanti akan
saya beri rumput dan minum."
Setelah mengucapkan terima kasih, Narotan a lalu
men inggalkan rumah Ki W irodipo dengan jalan kaki. Ki
Wirodipo me mang tidak dapat me mberi keterangan sedikitpun
juga tentang Sang Megatantra, akan tetapi mungkin di rumah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Lurah Suramenggala dia akan bisa
mendapatkan keterangan tentang keris pusaka itu. mudah saja bagi
Narotama untuk mene mukan rumah K i Lurah Suramenggala.
Rumah itu ta mpak mencolok karena berbeda jauh dari rumah-
rumah lain. Tampak besar dan megah untuk ukuran dusun
Itu. Di dekat pintu gerbang pagar te mbok yang mengelilingi
gedung itu, terdapat lima orang penjaga keamanan yang
bertubuh tegap dan berwajah bengis. Dia m-dia m Narotama
merasa heran. Kalau rumah seorang lurah dusun dijaga orang-
orang yang lagaknya seperti tukang pukul ini, hal itu hanya
menunjukkan bahwa hubungan antara lurah itu dan penghuni
dusun tidak akrab. Seorang lurah diharapkan untuk menjadi
bapak dari rakyatnya yang mengatur dan me layani rakyatnya,
menjad i panutan dan sumber pertolongan. Bukan menjadi
penguasa yang galak; sewenang-wenang, yang ditakuti rakyat
dan yang me melihara para tukang pukul untuk menakut
nakuti rakyat dan untuk me maksakan kehendaknya sebagai
penguasa. Lurah yang begini pasti bukan lurah yang baik. Dari


Keris Pusaka Sang Megatantra Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keadaan di pintu gerbang kelurahan ini saja Narotama sudah
dapat men ilai lurah maca m apa adanya K i Suramenggala!
Dengan langkah tenang Narotama me masu ki pintu gerbang
kelurahan itu. Baru saja kakinya melangkahi a mbang pintu,
seorang penjaga
keluar dari gardu penjagaan
dan me mbentaknya. "Hei, berhenti! Siapa engkau yang begini lancang
me masu ki tempat ini tanpa melapor lebih dulu kepada kami?"
Narotama me mandang penjaga yang tubuhnya besar
perutnya gendut itu, melihat betapa orang yang usianya
sekitar empat puluh tahun itu me mandang kepadanya dengan
mata melotot lebar
"Ini ruma h Ki Lurah Suramenggala lurah dusun Karang
Tirta ini, bukan ?" tanyanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kiranya engkau sudah tahu" Orang asing, engkau tidak
tahu aturan! Untuk masuk kelurahan, harus melapor dulu
kepada ka mi, tahu?"
"He mm, setahuku kelurahan adalah kantor lurah yang
me layani semua keperluan penduduk dan karenanya terbuka
bagi umum. Aku tidak tahu bahwa di sini aturannya lain."
"Cukup, jangan banyak rewel. Hayo masuk gardu dan
me mbuat laporan tentang dirimu, tempat tinggalmu dan apa
keperluanmu masu k ke kelurahan ini! " bentak orang kedua
yang kumisnya tebal. Diam-dia m Narotama marah, akan tetapi
kebijaksanaan mengingatkannya bahwa ulah dan sikap para
penjaga ini hanya merupakan pencer minan sikap sang lurah.
Kalau atasannya brengsek, sukar mengharapkan bawahannya
baik. Kebaikan harus dimulai dar i atasan karena atasan
merupakan tauladan bawahan. Kalau atasannya benar, tentu
bawahan tidak akan beran i bertindak melanggar kebenaran
karena akan dihantam atasan. Jadi, para penjaga ini hanya
mencontoh saja sikap atasannya, yaitu Ki Lurah Suramengga la. Narotama me masu ki gardu. Seorang yang bertubuh pendek
gendut, kepalanya botak, bertanya sambil lalu dan pandang
matanya merendahkan. "Siapa na ma mu?"
"Na ma saya Ta ma."
"Dari mana?"
"Dari kota raja."
Si gendut itu me mandang dengan alis berkerut dan sinar
mata menyelidik ketika mendengar bahwa orang itu datang
dari kota raja.
"Mau apa engkau datang ke sini?"
"Aku ingin bertemu dan bicara dengan Ki Lurah
Suramengga la."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bicara tentang apa?"
Narotama menggeleng kepalanya. "Tidak ada urusannya
dengan kalian, hanya Ki Lurah Suramenggala yang berhak
mendengar apa yang akan kubicarakan."
"Huh! Tida k ada orang boleh menghadap yang mulia Bapak
Lurah sebelum melaporkan apa yang akan dibicarakan kepada
kami!" bentak si gendut pendek kepada Narotama.
' "Juga engkau harus me mbayar biaya laporan ini. Hayo
keluarkan berapa uang yang kau miliki dan serahkan kepada
kami!" kata yang berkumis tebal. Narotama menga mbil
sebuah kantung dari pinggangnya dan me mbuka kantung
yang berisi beberapa potong emas itu. Lima orang itu
terbelalak. "Serahkan itu kepada kami dan kami akan me laporkan
kedatanganmu kepada Bapak Lurah!" kata si gendut sambil
bangkit berdiri dan men julurkan tangan untuk mera mpas
kantung di tangan Narota ma itu.
Narotama cepat menyimpan kemba li kantungnya lalu
berkata. "Kalau begitu biar aku langsung masuk saja mene mui K i
Lurah Suramenggala " Dia me langkah keluar dar i gardu dan
menuju ke pendapa ke lurahan.
"Hei, keparat! Kawan-kawan, tangkap dia!" bentak si
pendek gendut kepada empat orang rekannya. Mereka
berhamburan keluar mengejar Narota ma.
Ki Patih Narotama yang sudah kehilangan kesabarannya,
berhenti melangkah dan me mutar tubuh men ghadapi lima
orang yang menyerbu dan menerjang hendak menang kap dan
mer ingkusnya itu. Kedua tangan Narotama bergerak seperti
kilat menya mbar lima kali dan tubuh lima orang itu berpusing
lalu roboh terbanting ke atas tanah. Masih untung bagi
mereka karena Narotama me mbatasi tenaganya sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka hanya menderita pipi bengka k dan gigi rontok saja.
Akan tetapi dasar orang-orang kasar yang biasanya
mengagulkan diri sendiri dengan keroyokan, lima orang itu
bangkit dan mencabut senjata mereka dari pinggang, yaitu
golok yang tajam mengkilap. Bagaikan lima ekor anjing
mereka me lompat dan menggerakkan golok
mereka me mbaco k ke arah tubuh Narota ma. Narotama mendahului
gerakan mereka. Kakinya mencuat dan lima kali kedua kakinya
secara bergantian menendang. Kini tubuh lima orang itu
terpental dan jatuh berdebuk d i atas tanah. Sekali ini mereka
dihantam tenaga yang lebih kuat lagi sehingga sejenak
mereka t idak ma mpu bangkit, hanya mengaduh-aduh dengan
kepala pening dan dada sesak.
Suara gaduh di luar itu me mancing munculnya Ki
Suramengga la dengan tujuh orang pengawal lain. Dia terkejut
sekali me lihat seorang pe muda berdiri di tengah hala man dan
lima orang anak buahnya bergelimpangan tidak ma mpu
bangkit. Segera dia dapat menduga apa yang terjadi. Tentu
lima orang penjaga itu ber kelahi melawan pe muda itu dan
dirobohkan. Ki Suramenggala yang juga sudah terbiasa
ditakuti dan ditaati orang, melihat bahwa pe muda itu hanya
seorang biasa berusia tiga puluh tahun lebih, menjadi marah
dan me mandang rendah. Dia berseru kepada tujuh orang
pengawalnya. "Tangkap pengacau itu atau bunuh dia!"
Tujuh orang itu mencabut golok masing-mas ing. Mereka
tidak perlu bertanya-tanya lagi. Perintah Ki Lurah Suramengga la sudah jelas. Pengacau harus dibunuh! Maka,
mereka bertujuh segera berlompatan ke depan dan
mengepung Narota ma. Ternyata mereka adalah pengawal-
pengawal pribadi ki lurah yang tentu saja lebih tangguh
dibandingkan lima orang penjaga tadi. Mereka bergerak
mengitari Narota ma dengan gerak s ilat, kemudian dikomando
Istana Kumala Putih 2 Bahagia Pendekar Binal Karya Khu Lung Rahasia 180 Patung Mas 7
^